BUPATI JOMBANG
Disusun oleh :
NIM : 165030101111065
Liputan6.com, Sidoarjo - Bupati nonaktif Jombang Nyono Suharli divonis tiga tahun
enam bulan penjara dengan denda sebesar Rp 200 juta, subsider dua bulan penjara.
Putusan ini terbilang ringan dari tuntutan jaksa KPK. Sebelumnya, Nyono dituntut
delapan tahun penjara dengan denda Rp 300 juta, subsider tiga bulan kurungan penjara.
Putusan terhadap mantan ketua DPD Partai Golkar Jatim itu dibacakan oleh ketua Majelis
Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Unggul Warso Mukti.
"Terdakwa terbukti bersalah telah menerima suap terkait pengangkatan Inna Silestowati
sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan yang merangkap sebagai Plt Kepala Dinas Kesehatan
Jombang, serta dugaan pemberian uang untuk perizinan rumah sakit," ungkap Majelis
Hakim, Unggul Warso Mukti dalam amar putusannya, Selasa (4/9/2018).
Selain itu, majelis hakim juga menjatuhkan hukuman tambahan berupa pencabutan hak
politik selama tiga tahun terhitung setelah menjalani masa hukuman.
"Adapun yang meringankan terdakwa, selama ini dia telah kooperatif dan
mengembalikan sejumlah kerugian negara. Adapun yang memberatkan terdakwa adalah
kewenangannya sebagai kepala daerah yang tidak mendukung program pemerintah dalam
memberantas korupsi," Unggul menjelaskan.
Nyono Suharli mengembalikan kerugian negara senilai Rp 275 juta kepada KPK. Uang
itu berasal dari beberapa pihak terkait dana suap.
KPK Banding
Sementara itu, terkait putusan tersebut, jaksa KPK menyatakan banding. "Kami ajukan
banding yang mulia," kata jaksa penuntut umum KPK, Wawan Yunarwanto.
Terdakwa Bupati Jombang nonaktif itu terjerat kasus dugaan korupsi suap untuk
menetapkan Inna Silistyowati sebagai kepala Dinas Kesehatan definitif.
Total suap yang diberikan kepada Nyono Suharli berjumlah Rp 275 juta. Pihak KPK
menyita uang Rp 25 juta dan 9.500 dolar AS dalam bentuk pecahan. Selain Nyono, KPK
juga mengamankan pemberi suap Inna Silistyowati yang menjabat sebagai Plt Kepala
Dinas Kesehatan Jombang.
Studi kasus diatas mengenai kasus korupsi yang dilakukan oleh Bupati
Kabupaten Jombang Jawatimur. Dalam kasus tersebut Bupati Jombang yang bernama
Nyono tersebut merasa bahwa dirinya ini tidak bertindak korupsi karena menurutnya
memang setiap tahun dana sebesar 5% dari kesehatan ini digunakan Nyono untuk
memperhatikan kehidupan anak yatim piatu yang berada di Kabupaten Jombang ini.
Akan tetapi dari pihak KPK nya telah menelusuri bahwa Bupati jombang ini terbukti
melakukan tindak pidana korupsi sebesar 275 juta, dan dalam kasus ini KPK telah
memeriksa sebanyak 31 saksi dari unsur anggota DPRD Kabupaten Jombang 2014-
2019, asisten I Pemkab Jombang, Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PMPTSP) Kabupaten Jombang, dan Kabid Pelayanan Perizinan Dinas PMPTSP
Kabupaten Jombang. KPK juga pernah memeriksa kepala rumah sakit, dokter, kepala
puskesmas di Kabupaten Jombang, dan PNS lainnya di pemerintah Kabupaten
Jombang. Akan tetapi dari pihak KPK nya sendiri member keringanan kepada Bupati
Kabupaten jombang ini, karena dirasa Bupati Kabupaten jombang ini sudah kooperatif
dengan kasus ini, karena sudah mengembalikan uang yang merugikan Negara sebesar
275 juta tersebut. Sehingga Bupati Kabupaten Jombang ini hanya dihukum tiga tahun
enam bulan penjara dengan denda sebesar Rp 200 juta, subsider dua bulan penjara.
Putusan ini terbilang ringan dari tuntutan jaksa KPK, Sebelumnya, Nyono dituntut
delapan tahun penjara dengan denda Rp 300 juta, subsider tiga bulan kurungan penjara.
BAB III
3.1. TEORI
Dalam konteks kerugian keuangan negara sebagai akibat tindak pidana korupsi
maka pengembalian dapat diartikan pemulihan ke keadaan semula kerugian
keuangan negara dengan proses atau cara-cara tertentu. Bahwa tindak pidana korupsi
sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat
pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Tindak pidana korupsi juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan
pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi (Nuansa Aulia, 2008: 23).
4.1. SOLUSI
Dengan kasus seperti diatas penulis memberikan saran agar nantinya tidak
terjadi kasus yang sama seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Seharusnya
para birokrat membuat sebuah kebijakan yang jelas adanya dan alurnya. Agar tidak
terjadi tumpang tindih kebijakan. Seperti yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten
Jombang yang menyatakan bahwa dirinya tidak melakukan tindak pidana korupsi
tetapi hanya melakukan kebiasaan yaitu memangkas dana sebesar 5% dari dana
yang dialokasikan untuk kesehatan dengan hal tersebut tidak bisa dikatakan tidak
korupsi karena tidak ada landasan kebijakan yang dibuat untuk hal tersebut halal
untuk dilakukan. Dan juga seharusnya para birokrat lebih selektif lagi dan lebih
mementingkan kepentingan umum ketika ingin melakukan sesuatu hal. Dan juga
lebih hati hati ketika ingin menempatkan seseorang dalam jabatan tertentu.
Seharusnya melewati seleksi terlebih dahulu dan dilihat bobot dan bibitnya. Tidak
boleh asal menempatkan seseorang di jabatan tertentu apalagi hanya sekedar untuk
menerima sebatas imbalan yang menguntungnya dirinya saja.
BAB V
5.1. KESIMPULAN
http://e-journal.uajy.ac.id/4159/3/2MIH01373.pdf
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/02/05/korupsi-bupati-jombang-uang-
kutipan-dari-34-puskesmas-itu-sumbangan-untuk-anak-yatim diakses pada tanggal 12
Desember 2018 pukul 18.45 WIB
https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/teori-teori-
penyebab-korupsi diakses pada tanggal 12 Desember 2018 pukul 18.55 WIB
e-journal.uajy.ac.id/4159/3/2MIH01373.pdf
https://www.liputan6.com/news/read/3636246/terbukti-korupsi-bupati-jombang-
nonaktif-divonis-3-tahun-penjara diakses pada tanggal 12 Desember 2018 pukul 19.00 WIB
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/05/19185281/dari-kasus-bupati-jombang-
kpk-temukan-kelemahan-sjsn. diakses pada tanggal 12 Desember 2018 pukul 19.15 WIB
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/31/10332861/bupati-jombang-akan-
segera-disidang-terkait-kasus-dugaan-suap diakses pada tanggal 12 Desember 2018 pukul
19.20 WIB