METABOLISME OBAT
Ekskresi obat dalam keadaan tidak diubah melalui ginjal hanyalah sebagian'dari keseluruhan
eliminasi obat di tubuh karena senyawa lipofil yang melewati filter glomerulus umumnya
direabsorsi ke sirkulasi sistemik ketika melewati tubulus ginjal. Metabolisme obat dan senyawa
xenobiotik lain menjadi lebih hidrofil sangat penting bagi eliminasinya dari tubuh, demikian
juga bagi terminasi efek biologis dan efek terapinya. Secara umum, reaksi biotransformasi
menghasilkan metabolit yang lebih polar dan tidak aktif yang mudah dikeluarkan dari tubuh.
Akan tetapi, terkadang dihasilkan metabolit dengan aktivitas potensial biologis dan sifat toksis
yang lebih tinggi.
FARMAKOKINETIK KLINIS
Farmakokinetik klinis mempelajari hubungan antara efek farmakologi obat dan konsentrasinya
yang dapat diukur (misalnya, dalam darah atau plasma). Ada beberapa obat yang tidak
memiliki hubungan yang jelas atau sederhana antara efek farmakologi dan konsentrasinya
dalam plasma, sementara untuk beberapa obat, tidak praktis untuk melakukan pengukuran
konsentrasi secara rutin saat melakukan pemantauan terapeutik. Secara umum, konsentrasi obat
pada tempat kerjanya akan berkaitan dengan konsentrasi obat tersebut dalam sirkulasi sistemik.
Efek farmakologi yang dihasilkan dapat berupa efek klinis yang diharapkan, atau efek toksik
atau efek yang tidak diinginkan. Farmakokinetika klinis menyediakan suatu pola kerja. Dalam
pola kerja ini, dosis obat dapat disesuaikan. Variabel fisiologis dan patofisiologis yang
menentukan penyesuaian dosis pada tiap pasien sering kali merupakan hasil dari modifikasi
parameter farmakokinetik. Empat parameter utama yang mqmengaruhi disposisi obat adalah:
bersihan, ukuran dari efisiensi tubuh dalam mengeliminasi obat; volume distribusi, ukuran dari
ruang nyata dalam tubuh yang tersedia untuk mengandung obat tereliminasi, ukuran kecepatan
pembuangan obat dari tubuh; dan bioavailabilitas, fraksi obat yang terabsorpsi dalam bentuk
asalnya ke dalam sirkulasi sistemik.
Bersihan
Bersihan merupakan konsep yang paling penting untuk dipahami ketika merancang regimen
rasional untuk obat yang akan diberikan dalam waktu lama. Dokter biasanya ingin menjaga
konsentrasi obat dalam suatu jendela terapi yang berhubungan dengan efikasi telapi dan
toksisitas minimum untuk suatu senyawa. Dengan menganggap bahwa suatu obat memiliki
bioavailabilitas sempurna, konsentrasi keadaan tunak dalam tubuh akan tercapai saat kecepatan
eliminasi obat sama dengan keceparan absorpsinya.
kecepatan pendosisan = CL· Css
dengan CL adalah bersihan obat dari sirkulasi sistemik dan Css adalah konsentrasi obat saat
keadaan tunak.
DISTRIBUSI
VOLUME DISTRIBUSI
Volume distribusi merupakan perbandingan jumlah obat dalam tubuh dengan konsentrasinya
di darah. Volume ini tidak selalu mencerminkan volume fisiologis yang reidentifikasi,
melainkan volume cairan yang diperlukan untuk membawa seluruh obat tersebut pada
konsentrasi yang sama dengan didalam darah: Jumlah obat dalam tubuh/ V = C, atau V =
jumlah obat dalam tubuh/C
Oieh sebab itu, volume distribusi suatu obat menunjukkan jumlah obat yang belada di jaringan
ekstravaskular dan bukan di dalam plasma. Volume plasma untuk laki-laki (70 kg) adalah 3 L,
volume darahnya sekitar. 5,5 L, volume cairan ekstraselular selain plasma adalah 12L,
danvolume total air dalam tubuh sekitar 4Z L.
Kecepatan Distribusi Obat
Dalam banyak kasus, sekelompok jaringan yang memiliki kemiripan rasio perfusi-partisi akan
menunjukan kecepatan yang sama sehingga terlihat sebagai safu fase distribusi (penurunan
cepat konsentrasi obat yang dibeikan secara intravena segera setelah diberikan. lni
menunjukkan seolah-olah obat pertama kali akan berada di volume pusat yang terdiri dari
resevoir plasma dan jaringan yang akan mencapai kesetimbangan secara cepat, dan
berdistribusi ke volume akhir, ketika nilai konsentrasi plasma menurun secara log-tinear
dengan konstanta kecepatan k . Volume distribusi pada keadaan keadaan tunak (Vss)
menunjukan volume yang akan mendistribusikan obat selama keadaan tunak iika obat tersebut
tersedia dalam volume fersebuf pada konsentrasi yang sama dengan yang ada dalam cairan
yang diukur (darah atau plasma) Vss juga dapat diperoleh dari Persamaan , dengan VC adalah
volume distribusi obat dalam kompartemen pusat dan VT, adalah volume distribusi obat dalam
kompartemen jaringan.
Vss = VC + VT
Waktu paruh
t1/2 adalah waktu yang diperlukan bagi konsentrasi plasma atau jumlah obat dalam tubuh untuk
berkurang sebanyak 50% dari konsentrasi awalnya. Pada kasus yang paling sederhana, model
satu kompartemen harga t1/2 dapat ditentukan secara langsung melalui pengamatan dan dapat
digunakan untuk menentukan dosis obat. Akan tetapi, konsentrasi obat dalam plasma sering
kali mengikuti pola Penurunan multieksponensial sehingga dua atau lebih harga t1/2 harus
dihitung. Waktu paruh diperlama seperti ini menunjukan eliminasi obat dari tempat
penyimpanannya atau jaringan dengan perfusi yang buruk dan dapat menyebabkan keracunan.
t1/2 = 0.693 .Vss/CL
KEADAAN TUNAK (STEADY STATE)
konsentrasi keadaan tunak akan tercapai jika obat diberikan dengan kecepatan konstan
(Kecepatan pendosisan = CL. Css. pada titik ini, eliminasi obat akan sama dengan kecepatan
availabilitas obat. Konsep ini berlaku untuk dosis berjeda reguler (misalnya,250 mg obat setiap
8 jam). Konsentrasi obat akan meningkat karena absorpsi dan menurun karena eliminasi saat
jeda antar dosis. Pada keadaan tunak, keseluruhan siklus akan persis berulang pada tiap inteeval
.
BIOAVAILABILITAS
Kita harus membedakan antara kecepatan dan besar absorpsi obat dan jumlah obat yang
akhirnya mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini tidak hanya direntukan dari dosis yang diberikan
tetapi juga fraksi dosis yang diabsoipsi dan tidak mengalami eliminasi lintas pertama. Frakisi
obat ini disebut sebagai bioavailabilitas obat.
KECEPATAN ABSORPSI
adapun kecepatan absorpsi obat umumnya tidak memengaruhi konsentrasi keadaan tunak
dalam plasma, hal ini masih memengaruhi efek terapi obat, Jika obat disbsorpsi dengan cepat
(seperti pada bolus intravena) dan memiliki volum pusat yang kecil, konsentrasi awal obat akan
tinggi. Konsentrasi akan semakin rendah ketika obat didistribusikan ke volume "akhir"
(volume yang lebih besar). Jika ada obat yang diabsorbsi dengan lebih lambat (misalnya,
melalui infus lambat), obat akan terdistribusi bersamaan dengan diberikan dan konsentrasi
puncak akan lebih rendah serta tercapai lebih lama. Sediaan pelepasan terkendali dirancang
untuk memberikan kecepatan absorpsi yang lambat dan berkelanjutan guna menghasilkan
fuktuasi profil konsentrasi-waktu dalam plasma selama interval dosis yang lebih kecil
dibandingkan fuktuasi yang dihasilkan oleh formulasi pelepasan segera. Karena efek nontoksik
dan menguntungkan dari suatu obat didasarkan pada pengetahuan tentang rentang konsentrasi
plasma yang ideal atau dikehendaki, hasil akhir terapi dapat diperbaiki dengan menjaga dosis
dalam rentang terapi sambil mencegah perbedaan drastis antara puncak dan palung konsentrasi.
Huhungan farmakokinetik dasar untuk pemberian obat secam berulang.
Garis tipis merupakan pola akumulasi obat selama pem_ berian secara berulang pada interval
yang sama dengan t1/2 eliminasi obat tersebut ketika kecepatan absorpsi obat ,l 0 kali lebih
cepat dari eliminasinya. Seiring meningkatnya kecepatan absorpsi, nilai konsentrasi
maksimum mencapai 2 dan minimum mendekati 1 pada keadaan tunak. Garis hitam
menunjukkan pola selama pemberian dosis yang setara melalui infus intravena kontinu. Kurva
didasarkan pada model satu kompartemen. Konsentrasi rata-rata Css saat tercapainya keadaan
tunak pada pemberian obat berjeda ialah
DOSIS PEMELIHARAAN
Pada sebagian besar situasi klinis, obat-obat diberikan dalam serangkaian dosis berulang atau
diberikan sebagai infus kontinu untuk mempertahankan konsentrasi keadaan tunak obat
berkaitan dengan kendela terapinya. Tuiuan utama darihal ini adalah mendapatkan perhitungan
dosis pemeliharaan yang sesuai. Untuk mempertahankan keadaan tunak yang ditentukan atau
konsentrasi target, kecepatan pemberian obat diatur sehingga kecepatan obat masuk sama
dengan kecepatan keluarnya. Hubungan tersebut dinyatakan di sini dalam konsentrasi target.
DOSIS MUATAN
Dosis muatan adalah dosis tunggal atau serangkaian dosis yang diberikan pada onset terapi
dengan tuiuan untuk mencapai kosentrasi target dengan cepat. Besarnya dosis muatan yang
sesuai:
Dosis muatan =Target Cp · Vss/F (Dosis muatan mungkin diperlukan jika waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan tunak (dan efikasi) dari pembeian obat dengan kecepatan
konstan (empat kali waktu paruh) relatif panjang dibandingkan yang dibutuhkan oleh kondisi
yang sedang ditangani, seperti pada kasus aritmia dan gagal jantung.