ABSTRAK
Pada pasien pre operasi biasanya cenderung mengalami gangguan kualitas tidur. Salah satu
penyebabnya yaitu perubahan emosi. Perubahan emosi yang paling banyak dirasakan oleh
pasien pre operasi adalah rasa cemas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur pasien pre operasi di ruang bedah (Az
Zahrawi) RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif korelasi dengan desain pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik accidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 104 responden. Alat
pengumpulan data dengan kuesioner. Penelitian dilakukan pada 16 Agustus sampai 25
Agustus. Analisa data secara univariat lebih dari separuh yaitu 65 responden (62,5%)
memiliki kualitas tidur buruk dan 39 responden (37,5%) memiliki kualitas tidur baik,
sebagian besar responden yaitu 44 responden (42,3%) memiliki kecemasan berat. Analisa
bivariat ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur pasien pre operasi di ruang
bedah (Az Zahrawi) RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2019 diperoleh nilai (p value =
0,000). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu orang yang mengalami kecemasan maka akan
mempengaruhi kualitas tidurnya. Saran dalam penelitian ini bagi RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi adalah agar dapat meningkatkan penerapan standar asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan tidur dan penanganan kecemasan pada pasien pre operasi.
Kata kunci :Kecemasan, Kualitas Tidur, Pre Operasi
ABSTRACT
Preoperative patients tend to experience sleep disturbances. One of the causes of it is
emotional changes. The common emotional change that occur in preoperative patients is
anxiety. This study aims at determining the relationship between anxiety and sleep quality in
preoperative patients in the surgical ward of Ibnu Sina Hospital Bukittinggi. The method of
this research was a descriptive correlational with cross sectional approach. The sampling
technique was accidental sampling with a total of sample is 104 respondents. The data was
collected by using questionnaire. This study was conducted from August, 16 until August, 25.
The result of univariate data analysis revealed that more than half of respondents had bad
sleep quality which is 65 respondents (62,5%) and 39 respondents (37,5%) had good sleep
quality. The result of bivariate data analysis revealed that there was a relationship between
anxiety and sleep quality in preoperative patients in the surgical ward of Yarsi Ibnu Sina
Hospital Bukittinggi 2019 (p value = 0,000). The conclusion of this study is that people who
experience anxiety will affect their sleep quality. It’s suggested that Ibnu Sina Hospital would
be able to improve the application of nursing care standards in fulfilling the sleep needs and
anxiety interventions in preoperative patients.
Keywords :Anxiety, Quality of Sleep, Preoperative
Latar Belakang gambaran pasti tentang hal tersebut tidak
diketahui. Hal ini mungkin disebabkan
Tindakan operasi merupakan
gangguan tidur tidak menjadi perhatian
ancaman potensial maupun aktual terhadap
utama (Kozier et all, 2010). Namun secara
integritas seseorang yang dapat
garis besar, berdasarkan survey yang
membangkitkan reaksi stres fisiologis
dilakukan oleh National Sleep Foundation
maupun psikologis (HIPKABI, 2014).
yang melibatkan 1.508 responden,
Sementara itu, pre operasi adalah tahap
sebagian besar responden mengaku tidak
yang dimulai ketika ada keputusan untuk
pernah atau jarang tidur pulas, dengan
dilakukan intervensi bedah dan diakhiri
persentase tertinggi sekitar 51 % pada usia
ketika klien dikirim ke meja operasi.
19-29 tahun (Sulistiani, 2012). Sementara
Tahap ini merupakan awalan yang menjadi
di Indonesia, diperkirakan sekitar 35%-
kesuksesan tahap-tahap berikutnya.
45% dari orang dewasa dan sekitar 25%
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini
mengalami gangguan tidur yang serius
akan berakibat fatal pada tahap berikutnya
(Depkes RI, 2010).
(HIPKABI, 2014).
Salah satu kondisi yang
Berdasarkan data yang diperoleh
menyebabkan gangguan tidur pada pasien
dari World Health Organization (WHO)
operasi adalah perubahan fisik dan emosi
jumlah pasien dengan tindakan operasi
selama menjalani proses pre operasi.
meningkat dengan sangat signifikan dari
Perubahan fisik seperti rasa sakit pada otot
tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011
dan tulang, sedangkan perubahan emosi
terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah
meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi
sakit di dunia dan pada tahun 2012, data
(Asmadi, 2008). Sementara itu,
mengalami peningkatan sebesar 148 juta
berdasarkan penelitian Prawesti at al
jiwa. Sedangkan di Indonesia, jumlah
(2014) menunjukkan bahwa gangguan
tindakan operasi pada tahun 2012
tidur pada pasien umumnya disebabkan
mencapai 1,2 juta jiwa (WHO dalam
oleh kondisi pasien itu sendiri (nyeri/
Sartika, 2013).
perasaan tidak nyaman & kecemasan),
Pada pasien operasi cenderung faktor lingkungan perawatan (suara,
akan menyebabkan gangguan pada cahaya, pemeriksaan diagnostik,
kualitas tidur (Asmadi, 2008). Di pengukuran tanda-tanda vital, suara
Indonesia, data tentang gangguan tidur berbicara dan suara telepon petugas) &
pada pasien operasi belum ada, sehingga
faktor pemberian intervensi keperawatan banyak perubahan dalm tahap tidur lain
pada shift malam. dan lebih sering terbangun (Kozier, 2004).
Potter & Perry (2009) juga menjelaskan
Tidur yang tidak adekuat dan
kecemasan tentang masalah pribadi atau
kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan
situasi dapat mempengaruhi kualitas tidur.
gangguan keseimbangan fisiologi dan
psikologi. Dampak fisiologi meliputi Penelitian yang dilakukan oleh
penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, Schofield et al (2005) menunjukkan bahwa
lemah, daya tahan tubuh menurun dan pasien dengan kecemasan dapat
ketidakstabilan tanda-tanda vital. Dampak mengakibatkan penundaan operasi. Hal ini
psikologis meliputi depresi, cemas dan akan menyebabkan akibat yang lebih
tidak konsentrasi (Potter & Perry, 2010). serius seperti meningkatkan kejadian
Menurut Kozier (2004) kesulitan atau kematian, meningkatkan risiko operasi
terganggunya tidur ini jika dibiarkan akan ulang, memerlukan perawatan intensif
mengganggu proses penyembuhan dimana (ICU), masa rawatan mejadi lebih lama
fungsi dari tidur adalah untuk regenerasi dan komplikasi post operasi yang
sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru. meningkat (North et al, 2012). Penundaan
operasi juga akan memerlukan perawatan
Menurut Tarwoto (2006), faktor-
tambahan yang berdampak terjadi
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
peningkatan biaya yang dikeluarkan
tidur antara lain; penyakit, lingkungan,
(Schofield et al, 2005).
kelelahan, gaya hidup, tingkat kecemasan,
motivasi, dan obat-obatan. Chayatin & Pada hasil penelitian terkait yang
Mubarak (2007) juga mengemukakan dilakukan oleh Setyawan (2017),
bahwa salah satu faktor yang didapatkan hasil bahwa sebagian besar
mempengaruhi kualitas tidur adalah responden tidak cemas sebanyak 20 orang
kecemasan. Seseorang yang pikirannya (37,7%), cemas sedang sebanyak 19 orang
dipenuhi dengan masalah pribadi dan (35,8%), cemas ringan 10 orang (18,9%)
merasa sulit untuk rileks akan sulit pula dan cemas berat sebanyak 4 orang (7,6%).
saat memulai tidur. Kecemasan Sementara itu untuk kualitas tidur
meningkatkan kadar norepinefrin dalam didapatkan hasil sebanyak 35 orang
darah melalui stimulasi system saraf (66,0%) memiliki kualitas tidur tidak baik,
simpatis. Perubahan kimia ini sedangkan responden yang memiliki
menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap kualitas tidur baik sebanyak 18 orang
IV NREM dan tidur REM serta lebih (34,0%). Berdasarkan hasil uji statistik
yang dilakukan oleh peneliti, di peroleh kecemasan pada pasien pre operasi
nilai p=0,00, maka dapat disimpulkan terhadap gangguan pola tidur di RSUD
bahwa ada hubungan antara tingkat Cirebon.
kecemasan dengan kualitas tidur pada
RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
pasien pre operasi.
terletak di provinsi Sumatera Barat yang
Berdasarkan penelitian yang merupakan rumah sakit rujukan wilayah
dilakukan oleh Rahmadini, dkk (2014) di Sumatera Barat. Berdasarkan data rekam
dapatkan didapatkan kualitas tidur pasien medik di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi,
pre operasi tidur yang buruk (56,2%), tidur didapatkan data pasien yang telah
baik (43,8%), kecemasan pasien pre dilakukan operasi pada bulan Januari
operasi kecemasan ringan (34,4%), hingga April tahun 2019 sebanyak 1614
kecemasan sedang (45,3%), dan orang pasien.
kecemasan berat (20,3%). Hal ini
Berdasarkan hasil studi
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
pendahuluan melalui observasi langsung
pre operasi mengalami kecemasan.
dan wawancara dengan 11 orang pasien
Dan berdasarkan penelitian yang yang akan menjalani operasi di ruang
dilakukan oleh Trihandayani (2015) bedah di RS Islam Yarsi Ibnu Sina
tentang hubungan tingkat kecemasan pada Bukittinggi, di dapatkan 7 orang
pasien operasi terhadap gangguan pola diantaranya mengalami gangguan tidur.
tidur di RSUD Cirebon, didapatkan hasil Ada banyak hal yang membuat pasien pre
bahwa sebagian besar responden yang operasi mengalami gangguan tidur,
mengalami gangguan tidur tidak diantaranya pasien mengatakan cemas
mengalami kecemasan (63,3%), namun terhadap tindakan medik yang akan
sebagian kecil lainnya pasien yang dilakukan terhadap dirinya, cemas
mengalami kecemasan dengan tingkatan terhadap kondisi penyakitnya, cemas jika
yang berbeda tetapi tidak mengalami ia tidak bisa sehat seperti semula, dan
ganguan tidur (20,05%), dan sebagian mempunyai dorongan/keinginan untuk
kecil lainnya pasien yang mengalami tidak tidur karena kondisi rumah sakit
kecemasan dengan tingkatan berbeda yang berbeda, sering terbangun tengah
mengalami gangguan tidur (16,65%). Dari malam, kesulitan untuk memulai tidur
hasil uji Chi-Square yang dilakukan maupun bangun terlalu awal atau terlalu
peneliti, didapatkan nilai p value = 0,000 pagi dan karena menahan rasa sakit. saat
yang menunjukkan ada hubungan tingkat dilakukan observasi ditemukan beberapa
dari pasien yang sering menguap, pada B. Karakteristik Responden
mata terdapat kantong mata, mata pasien
terlihat memerah, pasien terlihat letih dan
tidak bersemangat.