Anda di halaman 1dari 9

PERAWAT

25 Februari 2012 ·

Remunerasi Perawat

Penerapan BLU atau BLUD bagi rumah

sakit di Indonesia, berefek pada

remunerasi bagi pegawai di institusi

tersebut, tidak terkecuali perawat

sebagai sebuah profesi yang mandiri

dan mesti selayaknya juga dihargai.

Sehingga pemahaman tentang

remunerasi juga mestinya dikuasai oleh

perawat, minimal di tingkat bidang

perawatan atau komite perawatan.

Ketika tidak ada perawat yang mau

intens memikirkan masalah ini, maka

lagi lagi, profesi perawat hanya akan

dijadikan sebagai pelengkap penderita

dalam urusan remunerasi.

Prinsip prinsip universal dalam

remunerasi, juga mestinya ditujukan

untuk profesi yang 24 jam mendampingi

pasien ini. Semacam keadilan,

keterbukaan, tanggung jawab, beban

kerja dll, menjadi pertimbangan pokok

dalam pembagian jasa pelayanan.

Disamping itu, prinsip jasa langsung dan


jasa tidak langsung musti juga

diakomodasi, agar kinerja perawat bisa

diukur dan dihargai seoptimal mungkin.

Di bawah ini, beberapa panduan atau

simulasi yang dapat digunakan untuk

menghitung remunerasi bagi perawat.

Masing masing kategori menggunakan

nilai/poin/indek, untuk membedakan

dari masing masing kategori itu :

1.Golongan dan Kepangkatan.

Dikategorikan dengan Gol 2a, 2b, 2c dst

sampai 4d. Masing masing golongan

memiliki nilai sendiri sendiri, misalnya :

2a = 7 index, 2b = 8 indek, 2c = 9 indek

dst. Bagi rumah sakit swasta yang tidak

memiliki golongan kepangkatan, bisa

diasosiasikan dengan golongan yang

berlaku di rumah sakit tersebut.

2.Masa Kerja. Masa kerja bisa dihitung

dari 0-3 bulan, 3-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3

tahun dst. Masing masing juga dengan

indek berbeda. Misal 0-3 bulan = 0,0

indek, 3-1 tahun = 0,5 indek, 1-2 tahun =

1 indek, 2-3 tahun = 1,5 indek dst.

3.Volume Kerja. Volume kerja dihitung

berdasar absensi harian. Misal selama

satu bulan cuti 12 hari = 4 indek, cuti 8


hari = 5 indek, cuti 4 hari = 6 indek, tidak

cuti = 6 indek.

4.Pendidikan. Pendidikan dikategorikan

dari SPK, D1, D3, D4, S1, S1 Profesi, S2

Profesi dst. Misal : SPK = 1 indek, D1 =

1,5 indek, D3 = 2,5 indek, D4 = 3 indek,

S1 = 5 indek, S1 Profesi 6 indek dst.

5.Volume Tanggung Jawab. Volume

Tanggung jawab bisa dikategorikan

menjadi Supervisor, Kepala Ruang, PN/

Ka Team, Perawat Pelaksana, Perawat

pelaksana VIP, Perawat Pelaksana Unit

Khusus (ICU, IGD) dll. Masing masing

juga sama dengan indek yang berbeda.

6.Tunjangan Jabatan. Tunjangan

Jabatan bisa dikategorikan dari

Supervisor, Kepala Ruang, Wakil Kepala

Ruang, PN/Ketau Team.

7.Tunjangan Fungsional. Tunjangan

Fungsional dapat dikategorikan menjadi

perawat shift, perawat non shift dan

perawat administrasi.

Dengan pedoman ini, masing masing

perawat dilihat dan dihitung jumlah

indek yang dimiliki, kemudian dikalikan

dengan harga indek pada bulan itu.

Sebagai contoh : Perawat Nurul,


seorang Kepala Ruang ICU dengan masa

kerja 10 tahun, Gol 3A, Pendidikan S1.

Maka bisa dihitung jumlah indeknya.

Bila jumlah indeknya 40, dan harga

indek pada bulan itu adalah Rp.75.000,-

maka jasa pelayanan yang diterima oleh

perawat Nurul adalah 40 x Rp.75.000 =

Rp. 3.000.000,-. Inipun masih ditambah

dengan Indek langsung, yang didapat

dari kinerja ruang yang ditempati

perawat Nurul.

Bagaimana cara penghitungan harga

indek/poin dan jasa langsung dalam

pembagian jasa pelayanan bagi

perawat?

Bila kebijakan rumah sakit telah

memberikan porsi tersendiri bagi

komunitas perawat dalam jasa

pelayanan, maka penghitungan indek

akan cukup mudah dan transparan,

karena porsi yang diberikan oleh

manajemen rumah sakit sudah jelas.

Sebagai simulasi begini.

Pada bulan Januari 2010, dari seluruh

jasa pelayanan yang dihasilkan rumah

sakit untuk dibagikan kepada seluruh

karyawan sebesar 2 milyar. Dan


berdasarkan kebijakan, umpamanya

profesi perawat mendapatkan 33% dari

2 milyar. Maka uang yang dibagikan

untuk seluruh perawat sebesar Rp.

666.000.000,-

Dari Rp.666.000.000,- dibagi menjadi

dua, yaitu untuk Jasa Langsung dan Jasa

Tidak Langsung. Prosentase Jasa

Langsung dan Jasa Tidak Langsung

disepakati bersama di komunitas

perawat, apakah 20%:80% atau 30%

:70% disesuaikan dengan selera masing

masing.

Taruhlah kita ambil 30% untuk Jasa

Langsung dan 70% untuk Jasa Tidak

Langsung. Penghitungan indek/poin

digunakan untuk membagi Jasa Tidak

Langsung. Sehingga yang dibagi dengan

indek/poin sebesar Rp.666.000.000 x

70% = Rp.466.200.000,-

Setelah didapatkan angka itu, langkah

berikutnya adalah menghitung jumlah

indek seluruh perawat di rumah sakit.

Pada tulisan sebelumnya dicontohkan

perawat Nurul memiliki indek sebanyak

40. Perawat lain ungkin ada yang 30, 35,

42, 38 dst. Seluruhnya di hitung,


sehingga didapatkan jumah kumulatif

seluruh indek perawat. Contoh saja,

kalau rata rata indek adalah 40 dan di

rumah sakit kita ada 400 perawat,

berarti ada 40 x 400 = 16000 indek.

Nah untuk menghitung harga indek

adalah dengan cara uang yang dibagi

untuk Indek Tidak Langsung di bagi

dengan total indek. Kalau menggunakan

contoh di atas, berarti Rp.

466.200.000,- : 16.000 = Rp. 29.137,5,-

Artinya satu indek harganya Rp.

29.137,5,-

Kalau diilustrasikan kepada perawat

Nurul yang memiliki indek 40, maka

tinggal dikalikan dengan harga indek.

Sehingga didapatkan 40 x Rp.29.137,5 =

Rp. 1.165.500,- Berarti dalam bulan

Januari, perawat Nurul mendapatkan

Jasa Pelayanan dari Jasa Tidak Langsung

sebesar Rp.1.165.500,-

Masing masing perawat tentu berbeda,

tergantung dari jumlah indek/poin yang

dimiliki oleh perawat tersebut.

Lalu bagaimana menghitung Jasa

Langsung?

Jasa Langsung didapatkan dari seberapa


besar kinerja perawat dalam satu ruang.

Bagi ruangan yang memiliki pendapatan

per bulan dari tindakan perawatan

tinggi, tentu Jasa Langsungnya akan

lebih tinggi. Walaupun mungkin pada

akhirnya prinsip kebersamaan musti

dikedepankan.

Sebagai ilustrasi begini. Di ruang A, dari

laporan bulan Januari menghasilkan

pendapatan tindakan perawatan

sebesar 25 juta. Ruang B sebesar 30

juta. Ruang C sebesar 28 juta dst.

Dengan cara menghitung prosentase

kontribusi terhadap pendapatan

perawat, maka masing masing ruang

bisa dihitung berapa besar kontribusi

yang diberikan.

Contoh pendapatan seluruh tindakan

perawatan adalah 200 juta. Maka ruang

A yang memberikan kontribusi 25 juta

berarti berkontribusi sebesar 12,5%.

Ruang B yang menghasilkan 30 juta

berarti berkontribusi sebesar 16% dst.

Di atas sudah diilustrasikan, bahwa

jumlah Jasa Langsung adalah 30% x

Rp.666.000.000 = Rp. 199.800.000 atau

sama dengan Rp.666.000.000 –


Rp.466.200.000 = Rp. 199.800.000,-

Ruang A yang berkontribusi sebesar

12,5%, maka Jasa Langsung yang

diterima oleh ruang A berarti

Rp.199.800.000 x 12,5% = Rp.

24.975.000. Nah bagaimana membagi

ke masing masing perawat terhadap

Jasa Langsung ini? Tentu diserahkan ke

masing masing ruang. Apakah dengan

cara menghitung seluruh aktifitas

perawatan masing masing orang dalam

satu bulan atau dibagi rata dalam satu

ruang itu.

Bila dibagi rata dalam satu ruang, maka

seumpama di Ruang A jumlah

perawatnya 20 orang, maka

Rp.24.975.000 : 20 = Rp.1.248.750,-

Sehingga masing masing perawat

mendapat Rp. 1.248.750,- dari Jasa

Langsung.

Sehingga, seandainya perawat Nrul

adalah seorang perawat di Ruang A,

maka dalam bulan Januari, di

mendapatkan Jasa Perawatan sebesar

Rp.1.165.500,- (jasa tidak langsung)

ditambah Rp. 1.248.750,- (Jasa

Langsung) sehingga seluruhnya dia


mendapatkan Jasa Perawatan sebesar

Rp.2.414.250,-.

Anda mungkin juga menyukai