Dosen pembimbing :
Heni Maryati, S. Kep, Ns, M.Kes
Disusun oleh :
Sindi mei alviani (151702031)
Prodi :
D3 keperawatan
Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
akan sangat membantu demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Penulis juga sangat
berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk
pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.
jombang
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 2
1.2.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 2
1.2.2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................................... 2
1.4 Metoda Penulisan .......................................................................................................... 2
BABII TUJUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori ..................................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Retino Blastoma ...................................................................................... 3
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi............................................................................................... 3
2.1.3. Etiologi ...................................................................................................................... 7
2.1.4. Patofisiologi .............................................................................................................. 7
2.1.5. Klasifikasi ................................................................................................................. 8
2.1.6. Manifestasi Klinis. .................................................................................................... 9
2.1.7. Pencegahan. .............................................................................................................. 9
2.1.8. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 10
2.1.9. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................ 10
2.1.10. Komplikasi .............................................................................................................. 11
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................................ 12
2.2.1. Pengkajian .............................................................................................. 12
2.2.2. Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 15
2.2.3. Intervensi................................................................................................ 16
2.2.4. Implementasi .......................................................................................... 16
2.2.5. Evaluasi .................................................................................................. 16
BAB III. KASUS
3.1. Pengkajian .................................................................................................................... 17
3.2. Analisa Data ................................................................................................................. 22
3.3. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 22
3.4. Intervensi...................................................................................................................... 24
3.5 Implementasi ................................................................................................................. 24
3.6 Evaluasi ......................................................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 28
4.2. Saran ............................................................................................................................ 28
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa sampai anak-
anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina Mata merupakan penyakit
kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak selain kanker darah atau leukemia. Penyakit
kanker retina ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker retina ini menyerang anak-
anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan kesehatan dunia penderita kanker
ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia. Di Indonesia 9.000 penderitanya kanker
retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina
ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah mata
atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata
menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi apabila
stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah,
berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah
bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah lapisan mata yang
sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk melihat). Retinoblastoma biasanya
terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling
sering menyerang anak berusia dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat disembuhkan bila
terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai unilateral dan yang
terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral. 90% dari pasien penderita retinoblastoma tidak
memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10% lainnya memiliki sejarah
penderita retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu
masih berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Retinoblastoma
1.2.2. Tujuan Khusus:
a.Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit Retino Blastoma
c. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d. Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien Retino Blastoma
e. Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f. MahasiswaMampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
TINJAUAN TEORITIS
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di jala, terang sensitif
lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan terjadi pada anak-anak muda.
(Abramson DH, 1985)
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993)
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang
transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini
relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang
mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke
luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae.
Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang
transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas
lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius)
yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria,
terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium
posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar
berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung
dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris,
procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan
kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea
menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-
serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya
melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga
perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin
berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina
bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di
bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan
daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui
discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus
oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak
peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop,
bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.
2.1.3. ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena
kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan
ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel
somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita
retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu
maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
2.1.4. PATOFISIOLOGI
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor
ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke
jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan
terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen,
ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan
visera , terutama hati.
WOC
Gangguan kromosom
Kehilangan kedua kromosom
Herediter
Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)
Peningkatan laju mutasi
Mengenal sel somatik
Retinoblastoma
2.1.7. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma dapat dilakukan dengan
cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat efelktipo.
Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi ini
berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.
2.1.8.PENATALAKSANAAN
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis keluar,
misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi laser). Kadang-
kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata yang tidak terkena
dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan
kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien harus dievaluasi seumur hidup katena
20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer
terutamaasteosarkoma.
2.1.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi.
Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan
bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh
darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor
mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih besar
dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio Kurang
dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2.1.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina), peninggian tekanan bola
mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul glaukoma
sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat subarachnoid
untuk menuju ke intracranial
b. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh tubuh.
c. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat merupakan
penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf
tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
– Leukokoria
– Hipopion
– Hifema
Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
– Uveitis
d. Pemeriksaan Pupil
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina. Refleksi
tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
2.2.3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri
b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan mengurangi nyeri yang
diakibatkannya.
c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
d. Bantu aktivitas klien selama sakit
e. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien
f.Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal yang memperburuk kondisi
mata
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri terhadap situasi
h. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya
2.2.4. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya.
2.2.5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan klien mengurangi aktivitas mata dengan menggunakan balutan
mata yang memadai dan mengistirahatkan mata nya.
b. Klien dapat menjelaskan penyebab retinoblastoma dan pencegahannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas diversional dan social
BAB III
TINJAUAN KASUS
No Register :090025
Ruangan : Melati
Tgl Masuk : 20 Novenber 2010
Tgl Pengkajian : 20 November 2010
Diagnosa Medis : Retino Blastoma
1) Pengkajian
a. Identitas klien dan Keluarga
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab : Tn. Z
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Hubungan dengan Klien : Suami
3. b.BAB 2 x/hari
- Kebiasaan Kuning 2 x/hari
- Warna Lembek Kuning
- Konsistensi Tidak ada Lembek
- Gangguan Tidak ada
- frekuensi
- pakai shampoo
- Pola Aktivitas
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :
a) Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Metis
TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m
TD : 130/80 mmHg
RR : 25 x/m
BB : 55 KG
TB : 154cm
b) Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, Ujung rambut tidak
bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
c) Mata
Pemeriksaan subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan simetris, gerakan bebas, kulit normal, tepi
kelopak tidak ada sekret), bola mata normal (pasangan sejajar, gerakan normal, ukuran normal),
tekanan bola mata normal, konjungtiva normal, sklera (warna merah), iris (warna coklat, pasangan
simetris,)
d) Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada secret, Tidak ada pembesaran chonchanasalis,
Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada sinus
e) Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna lidah merah muda
f) Telinga
Inspeksi :Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret yang mengeras, Tidak ada
keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
g) Leher
Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada bendungan vena jugolaris, Tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
h) System respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak ada retraksi otot-otot
bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal (22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD Menurun 110/70
mmhg
System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi :Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
System pencernaan
Inspeksi :Frekuensi BAB 3x sehari
System persyarafan: Normal
Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
i) Genetalia
Inspeksi :Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora bersih, Tidak terdapat jamur,
Warna merah muda, Terdapat keputihan.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri
Pemeriksaan Penunjang
Fundus Okuli
X ray
3.2 ANALISA DATA
DS :
Klien mengatakan nyeri
pada matanya
Klien mengatakan
peningkatan suhu tubuh
Gangguan persepsi sensorik
2. DO: penglihatan
Masa tumor yang
-Klien tampak meringis semakin membesar
↓
kesakitan pada mata
leukokoria
sebelah kanan ↓
Refleks pupil berwarna
- mata klien tampak merah
putih
- Terlihat pembesaran mata ↓
Pupil agak menonjol
klien disebelah kanan
keluar
DS : ↓
Gangguan persepsi
- Klien mengatakan nyeri
sensorik penglihatan
pada malam hari
- Klien mengatakan
gangguan pada penglihatan
3.3. DIAGNOSA
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
Tgl Tgl
Paraf dan Paraf dan
No Diagnosa Keperawatan Masalah Masalah
Nama Jelas Nama Jelas
Muncul Teratasi
No Tujuan dan
Tgl/Jam Rencana Tindakan Rasional Paraf
Dx Kriteria Hasil
1 Minggu, Setelah dilakukan tindakan - Kaji lebih lanjut -dengan diketahui Kel 2
21 keperawatan selama 3 x 24 karakteristik nyeri, karakteristik dan
Septemb jam diharapkan nyeri dapat area dan sklanya skala nyeri
er berkurang. mempermudah
2012 Kriteria hasil : dan menentukan
08.00 -nyeri berkurang atau tindakan
WIB terkontrol selanjutnya
-Pasien tidak meringis lagi - Berikan kompres -agar perdarahan
TTV dingin pada mata dapat berhenti
TD: 110/70 – 120/80mmHg yang nyeri
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt - observasi TTV - Mengetahui
S: 36-37,5 *c batas normal TTV
pasien karena
berpengaruh pada
saat cemas
-mengetahui
-mengkaji lebih lanjut persepsi seberapa besar
Senin 2 sensorik penglihatan klien tingkat persepsi Kelomp0k 2
21 Sep sensorik
2012
09.00 -Mengetahui
WIB -mengkaji tingkat ansietas / seberapa besar
kecemasan kecemasan yang
dialami pasien
- Meningkatkan
- memberikan penjelasan pemahaman klien
tentang proses penyakitnya. tentang proses
penyakitnya
No.
Tgl Catatan Perkembangan Paraf
Dx
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak – anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai dengan penyakit
mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis dengan menanyai
langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan sekarang serta keluhan
pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk mata serta pemeriksaan
penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat menyimpulkan diagnosa
keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan,
gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu
perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus
mengevaluasi dari hasil intervensi dan implementasinya.
4.2. Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan pemeriksaan mata
terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan ke anak mereka. Sebaiknya orangtua
mengetahui tanda dan gejala adanya retinoblastoma secara dini, ini bertujuan umtuk menghindari
prognosis yang sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat ditemukan pada usia 3th bahkan dapat juga
ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu orangtua seharusnya lebih aktif sehingga orangtua tidak
menyadarinya setelah di stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, editor, Monica
Ester. EGC, Jakarta.
2. Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
3. Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1985.
4. Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum
dan mahasiswa kedoteran edisi 2,