Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM


KONSEP KEMITRAAN USAHA KOPERASI

DOSEN PENGAMPU :

Lisa Suryandari, SE., MM.


DI SUSUN OLEH

BAGAS WICAKSONO (15211041)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA


SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dalam makalah ini, kami membahas “KONSEP KEMITRAAN USAHA
KOPERASI ” Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga bermanfaat.

Surabaya, 20 Juni 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

2.1 Peraturan pemerintah tentang kemitraan usaha .............................................................. 3

2.2Prinsip dalam kemitraan usaha ........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ..................................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan
antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar dan
saling menguntungkan. Dalam kerjasama tersebut tersirat adanya satu pembinaan dan
pengembangan, hal ini dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti
mempunyai kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-
masing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara
melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan. Peraturan
Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil. Salah satu cara/upaya dalam rangka pemberdayaan usaha kecil adalah dengan
kemitraan. Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997 terutama
dalam Pasal 1 menyatakan bahwa: “Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan
oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan”. Oleh sebab itu untuk mempercepat terwujudnya
kemitraan keluarlah peraturan tersebut di atas yang mengatur mengenai tata cara
penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangannya. Sebenarnya pemerintah telah melakukan
pembinaan dan pengembangan bagi kemitraan antara usaha besar dan kecil telah dimulai
Tahun 1984 yaitu dengan Undang-Undang Nomor. 5 tahun 1984 yaitu Undang-Undang
Pokok Perindustrian. Namun gerakan kemitraan ini lebih berdasarkan himbauan dan
kesadaran karena belum ada peraturan pelaksanaan yang mengatur kewajiban perusahaan
secara khusus dan disertai dengan sanksinya. Kemudian dalam Kepmenkeu RI
No.316/KMK.016/1994 sebagaimana telah dirubah dengan Kepmenkeu RI
No.60/KMK.016/1996 tentang “Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Melalui
Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba BUMN”, mewajibkan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) menyisihkan dana pembinaan sebesar 1 % -3 % dari keuntungan bersih, sistem
keterkaitan Bapak Angkat Mitra Usaha, penjualan saham perusahaan besar yang sehat
kepada koperasi dan lain sebagainya. Berikutnya pada tahun 1996 dicanangkan Gerakan
Program Kemitraan Usaha Nasional (KUN) oleh Bapak Presiden. Dalam Program
Kemitraan Usaha Nasional (KUN) yang telah tersusun atas prakarsa Badan Pengurus
Deklarasi Jimbaran-Bali dengan Departemen Koperasi atau Pembinaan Pengusaha Kecil,
Pemerintah menekankan bahwa kemitraan usaha merupakan upaya yang tepat untuk
memadukan kekuatan-kekuatan ekonomi nasional.

Pemberdayaan usaha kecil yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang mandiri, perluasan kesempatan kerja
dan berusaha serta pemerataan pendapatan. Pola pemberdayaan usaha kecil dapat dilakukan
melalui bentuk atau pola kemitraan baik dalam bentuk antar perorangan maupun badan usaha
koperasi. Pengusaha kecil dan koperasi merupakan asset nasional yang dapat memberikan
sumbangan terhadap perekonomian nasional. Salah satu bentuk pola kemitraan usaha adalah
antara BUMN/BUMS dengan Pengusaha Kecil dan Koperasi (USKOP). Untuk meningkatkan
usaha sehingga tercapai kemandirian, diperlukan pembinaan yang berkelanjutan dengan harapan
mereka dapat meneruskan dan memperluas pembinaan kepada masyarakat sekitarnya. Dengan
hubungan kemitraan usaha tersebut, kemajuan yang dicapai BUMN diharapkan dapat secara
bersamaan meningkatkan kemampuan berusaha industri kecil, pengrajin dan koperasi. Namun
demikian dalam pelaksanaan pemberian bantuan tidak jarang mengalami hambatan atau kendala
baik dari aspek kelembagaan maupun dalam kebijakan yang diterapkan. Diharapkan pembinaan
USKOP oleh BUMN dapat bermanfaat dan memberikan dampak positif antara lain :
meningkatkan pendapatan, usaha semakin berkembang, penyerapan tenaga kerja, meningkatnya
keterampilan dalam bidang teknik produksi, pemasaran dan manajerial. Pembinaan pengusaha
kecil dan koperasi pada hakekatnya agar dilakukan kepada kedua pelaku ekonomi tersebut dapat
tumbuh berkembang, mampu bersaing dan dapat membentuk kekuatan sinergis dengan
pengusaha menengah sebagai mitra usaha menuju kemandirian.
1.2Rumusan masalah
1. Peraturan pemerintah tentang kemitraan usaha
2. Prinsip dalam kemitraan usaha
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui Peraturan pemerintah tentang kemitraan usaha
2. Untuk mengetahui Prinsip dalam kemitraan usaha
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Peraturan pemerintah tentang kemitraan usaha
Pasal 10 sampai Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 ini mengatur secara
khusus masalah kemitraan antara UMKM dengan Usaha Besar, yang meliputi inti plasma,
subontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi dan keagenan, bagi hasil, kerjasama
operasional, usaha patungan, penyumberluaan, dan bentuk kemitraan lainnya.

Pasal 12 PP ini menegaskan, Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau mengusaha UMKM mitra
usahanya, termasuk dalam ketentuan ini Usaha Menengah dilarang memiliki dan/atau
mengusaha Usaha Mikro dan/atau Usaha Kecil mitra usahanya.

“Dalam pola kemitraan, Usaha Besar berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah berkedudukan sebagai plasma; atau Usaha Menengah berkududukan sebagai
inti, sementara Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai plasma,” bunyi Pasal 13
Ayat (1,2) PP No. 17/2013 ini.

Dalam pola Kemitraan waralaba, Usaha Besar berkedudukan sebagai pemberi waralaba,
sementara UMKM berkedudukan sebagai penerima warlaba; atau Usaha Menengah
berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai
penerima waralaba.

“Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba memberikan kesempatan dan
mendahulukan UMKM yang memiliki kemampuan,” tegas Pasal 16 PP ini.

Mengenai pola kemitraan dalam perdagangan umum, Pasal 19 PP ini menyebutkan, Usaha Besar
berkedudukan sebagai penerima barang, UMKM berkedudukan sebagai pemasok barang; atau
Usaha Menengah berkedudukan sebagai penerima barang, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai pemasok barang.

“UMKM sebagai pemasok barang memproduksi barang atau jasa bagi mitra dagangnya,” jelas
Pasal 19 Ayat (2) PP No. 17/2013 itu.
Dalam pola kemitraan distribusi dan keagenan, PP ini menegaskan, Usaha Besar memberikan
hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada UMKM; atau Usaha Menengah memberikan
hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil.

Adapun dalam pola kemitraan bagi hasil, UMKM berkedudukan sebagai pelaksana atau
menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Besar; atau Usaha Mikro dan Usaha
Kecil berkedudukan sebagai pelaksana yang menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh
Usaha Menengah.

“Masing-masing pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai
dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki, serta disepakati kedua belah pihak yang bermitra,” bunyi Pasal 23 Ayat (1) PP ini.

Dalam pola kemitraan kerjasama operasional, UMKM dan Usaha Besar menjalankan usaha yang
sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai, atau Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan
Usaha Menengah menjalankan usaha yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai.

Sementara dalam pola kemitraan usaha patungan, UMKM lokal dapat melakukan kemitraan
usaha dengan Usaha Besar atau asing melalui usaha patungan (joint venture) dengan cara
menjalankan aktivitas ekonomi bersana dengan mendirikan perusahaan baru; atau Usaha Mikro
dan Usaha Kecil lokal dengan Usaha Menengah asing melalui usaha patungan (joint venture)
dengan cara menjalankan aktivitas ekonomi bersana dengan mendirikan perusahaan baru.

“Dalam menjalankan aktivitas ekonomi bersama para pihak berbagai secara proporsional dalam
pemilikan saham, keuntungan, risiko, dan manajemen perusahaan,” tegas Pasal 26 Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 ini.

Disebutkan dalam PP ini, setiap bentuk Kemitraan yang dilakukan oleh UMKM dituangkan
dalam perjanjian, yang dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia, sementara dalam hal salah
pihak merupakan orang atau badang hukum asing perjanjian juga dibuat dalam bahasa asing.
PP No. 17/2013, Pemerintah Atur Kemitraan Usaha Besar dengan UMKMPP ini juga melibatkan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk melakukan pengawasan pelaksanaan
Kemitraan, dan berkoordinasi dengan instansi terkait. Termasuk dalampengawasan ini adalah
pengenaan sanksi administratif terhadap Usaha Besar atau Usaha Menengah yang melakukan
pelananggaran, yaitu merugikan kepemilikan dan/atau penguasaan usaha UMKM dalam
hubungan kemitraan.
2.2 Prinsip dalam kemitraan usaha

Kemitraan yang ideal yaitu kemitraan yang saling menguntungkan dan berlandaskan ekonomi,
bukan berdasarkan belas kasihan. Kemitraan antara yang usaha skala kecil dan usaha skala besar
harus dilakukan dalam kaitan bisnis yang saling menguntungkan.

Menurut Gumbira-Sa’id dan Intan (2000) dalam Veronica (2001), prinsipprinsip kemitraan yang
harus ada agar menjamin suksesnya kemitraan antara lain prinsip saling ketergantungan dan
saling membutuhkan, saling menguntungkan, memiliki transparansi, memiliki azas formal dan
legal, melakukan alih pengetahuan dan pengalaman, melakukan pertukaran informasi,
penyelesaian masalah dan pembagian keuntungan yang adil.

Prinsip kemitraan memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :

(a) Saling pengertian (common understanding)

Prinsip saling pengertian ini dikembangkan dengan cara meningkatkan pemahaman yang sama
mengenai lingkungan, permasalahan lingkungan, serta peranan masing-masing komponen.
Selain aspek lingkungan yang mungkin sangat baru bagi para pelaku pembangunan, juga
pemahaman diri mengenai fungsi dan peranan masing-masing aktor penting. Artinya masing-
masing aktor harus dapat memahami kondisi dan posisi komponen yang lain, baik pemerintah,
pengusaha, maupun masyarakat.

(b) Kesepakatan bersama (mutual agreement)

Kesepakatan adalah aspek yang penting sebagai tahap awal dari suatu kerjasama yang baik
antara pihak-pihak yang bersangkutan. Kesepakatan ini hanya dapat diraih dengan adanya saling
pengertian seperti yang disebutkan di atas. Hal ini merupakan dasar-dasar untuk dapat saling
mempercayai dan saling memberi diantara para pihak yang bersangkutan.

(c) Tindakan bersama (collective action)

Tindakan bersama ini adalah tekad bersama-sama untuk mengembangkan kepedulian


lingkungan. Cara yang dilakukan tentu berbeda antara pihak yang satu dengan pihak yang lain
tetapi tujuannya sama yaitu melindungi lingkungan dari kerusakan. Hal ini merupakan tujuan
dari penggunaan prinsip-prinsip kemitraan.

Pendekatan kemitraan ini memberikan peluang bagi masing-masing pihak untuk saling
memanfaatkan keuntungan yang didapat dari upaya perlindungan lingkungan. Masing-masing
pihak dapat mengambil manfaat dari perlindungan lingkungan adalah untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan cara membangun kualitas hidup yang baik dan membina
daya dukung alam mampu menopang keberlanjutan pembangunan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya, kemitraan merupakan kegiatansaling menguntungkan dengan berbagai bentuk
kerjasama dalam menghadapi danmemperkuat satu sama lain. Tujuan utama kemitraan ialah
mengembangkanpembangunan yang mandiri dan berkelanjutan dengan landasan dan
strukturperekonomian yang kokoh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai
tulangpunggung utamanya

Anda mungkin juga menyukai