Anda di halaman 1dari 17

KALKULUS INTEGRAL

INTEGRAL NUMERIK

Dosen Pengampu :
Drs.Hamidah Nasution,M.Si

Oleh :
AMAR SINAGA : 4183230021
FERY HUTASOIT : 4181230011
KURNIADI : 4181230015
SUPANJO GINTING : 4181230010
WAHYUDI YHOSE A SIMANJUNTAK : 4183530012

MATEMATIKA NON DIK B


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya
yang sangat besar sehingga makalah Kalkulus Integral ini yang berjudul integral numerik
dapat terselesaikan walaupun masih jauh dari kekurangan.
Makalah ini dibuat dengan berdasarkan sumber-sumber yang tersedia sehingga dapat
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini
Akhir kata, penulis menyadari bahwa ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis siap menerima saran dan kritik yang membangun guna menunjang
dalam memperbaiki makalah selanjutnya.

Medan, Mei 2019

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan secara
numerik. Perhitungan secara analitik dilakukan untuk menyelesaikan integral pada fungsi
yang relatif mudah (Aditya, 2013). Karena terkadang fungsi tersebut kompleks atau sulit
dihitung nilai integralnya, perhitungan secara analitik ini tidak dapat menyelesaikan solusi
dari fungsi tersebut. Untuk itu, perhitungan integral secara numerik merupakan cara untuk
menyelesaikan solusi tersebut.
Perhitungan integral secara numerik digunakan untuk memperoleh nilai hampiran
(aproksimasi) dari pengintegralan yang tidak dapat diselesaikan secara analitik. Perhitungan
integral secara numerik ini terdapat beberapa metode, diantaranya metode trapesium, metode
simpson, dan metode gauss. Metode pengintegralan secara numerik yang digunakan pada
skripsi ini adalah metode metode gauss.

B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penyusun mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas
sebagai berikut
1. Apa pengertian dari integrasi numerik?
2. Bagaimana alogaritma metode integrasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari integrasi numerik.
2. Mengertahui algoritma metode integrasi numerik.
BAB II
PEMBAHASAN

Integral suatu fungsi adalah operator matematik yang dipresentasikan dalam bentuk:
b
I   f ( x) dx (7.1)
a

dan merupakan integral suatu fungsi f (x) terhadap variabel x dengan batas-batas integrasi
adalah dari x = a sampai x = b.
Integral numerik dilakukan apabila:
1) Integral tidak dapat (sukar) diselesaikan secara analisis.
2) Fungsi yang diintegralkan tidak diberikan dalam bentuk analitis, tetapi secara numerik
dalam bentuk angka (tabel).

Metode integral numerik merupakan integral tertentu yang didasarkan pada hitungan
perkiraan. Hitungan perkiraan tersebut dilakukan dengan fungsi polinomial yang diperoleh
berdasar data tersedia. Bentuk paling sederhana adalah apabila tersedia dua titik data yang
dapat dibentuk fungsi polinomial order satu yang merupakan garis lurus (linier). Seperti pada
Gambar 7.2a, akan dihitung:
b
I   f ( x) dx
a

yang merupakan luasan antara kurve f (x) dan sumbu-x serta antara x = a dan x = b, bila nilai f
(a) dan f (b) diketahui maka dapat dibentuk fungsi polinomial order satu f1(x).
Dalam gambar tersebut fungsi f (x) didekati oleh f1(x), sehingga integralnya dalam luasan
antara garis f1(x) dan sumbu-x serta antara x = a dan x = b.

Metode Trapesium
Metode trapesium merupakan metode pendekatan integral numerik dengan persamaan
polinomial order satu. Dalam metode ini kurve lengkung dari fungsi f (x) digantikan oleh
garis lurus. Seperti pada Gambar 7.2, luasan bidang di bawah fungsi f (x) antara nilai x = a
dan nilai x = b didekati oleh luas satu trapesium yang terbentuk oleh garis lurus yang
menghubungkan f (a) dan f (b) dan sumbu-x serta antara x = a dan x = b. Pendekatan
dilakukan dengan satu pias (trapesium). Menurut rumus geometri, luas trapesium adalah
lebar kali tinggi rerata, yang berbentuk:
f (a)  f (b)
I  ( b  a) (7.2)
2
Pada Gambar 7.3, penggunaan garis lurus untuk mendekati garis lengkung
menyebabkan terjadinya kesalahan sebesar luasan yang tidak diarsir.
Besarnya kesalahan yang terjadi dapat diperkirakan dari persamaan berikut:
1
E f ' ' ( )(b  a ) (7.3)
12
dengan  adalah titik yang terletak di dalam interval a dan b.
Persamaan (7.3) menunjukkan bahwa apabila fungsi yang diintegralkan adalah linier,
maka metode trapesium akan memberikan nilai eksak karena turunan kedua dari fungsi
Gambar 7.3. Metode trapesium

linier adalah nol. Sebaliknya untuk fungsi dengan derajat dua atau lebih, penggunaan
metode trapesium akan memberikan kesalahan.

4
Contoh soal: Gunakan metode trapesium satu pias untuk menghitung, I   e dx .
x

Penyelesaian:
Bentuk integral diatas dapat diselesaikan secara analitis:

   
4 4
I   e x dx  e x 0
 e 4  e 0  53,598150.
0

Hitungan integral numerik dilakukan dengan menggunakan persamaan (7.2):


f (a )  f (b) e0  e4
I  (b  a)  (4  0 )  111,1963.
2 2
Untuk mengetahui tingkat ketelitian dari integral numerik, hasil hitungan numerik
dibandingkan dengan hitungan analitis.
Kesalahan relatif terhadap nilai eksak adalah:
53,598150  111,1963
t   100 %  107,46 %.
53,598150
Terlihat bahwa penggunaan metode trapesium satu pias memberikan kesalahan sangat
besar (lebih dari 100 %).

Metode Trapesium Dengan Banyak Pias


Dari contoh soal diatas terlihat bahwa pendekatan dengan menggunakan satu pias
(trapesium) menimbulkan kesalahan sangat besar. Untuk mengurangi kesalahan yang
terjadi maka kurve lengkung didekati oleh sejumlah garis lurus, sehingga terbentuk
banyak pias (Gambar 7.4). Luas bidang adalah jumlah dari luas beberapa pias tersebut.
Semakin kecil pias yang digunakan, hasil yang didapat menjadi semakin teliti.
Dalam Gambar 7.4, panjang tiap pias adalah sama yaitu x. Apabila terdapat n pias,
berarti panjang masing-masing pias adalah:
ba
x 
n
Batas-batas pias diberi notasi:
xo = a, x1, x2, …, xn = b
Integral total dapat ditulis dalam bentuk:
x1 x2 xn
I   f ( x) dx   f ( x) dx     f ( x) dx (7.4)
x0 x1 xn 1

Gambar 7.4. Metode trapesium dengan banyak pias


Substitusi persamaan (7.2) ke dalam persamaan (7.4) akan didapat:
f ( x1 )  f ( x0 ) f ( x 2 )  f ( x1 ) f ( xn )  f ( xn  1 )
I  Δx  Δx  ...  Δx
2 2 2
atau
Δx  n 1

I  f ( x0 )  2  f ( xi )  f ( xn ) (7.5)
2  i 1 
atau
Δx  n 1

I f ( a )  f (b )  2  f ( x ) (7.6)
2  
i
i 1 
Besarnya kesalahan yang terjadi pada penggunaan banyak pias adalah:
Δ x2
t   (b  a ) f ' ' ( xi ) (7.7)
12
yang merupakan kesalahan order dua. Apabila kesalahan tersebut diperhitungkan dalam
hitungan integral, maka akan didapat hasil yang lebih teliti.

Contoh soal:
Diberikan tabel data berikut:
0 1 2 3 4
X
f (x) 1 3 9 19 33

Hitung luasan di bawah fungsi f (x) dan di antara x = 0 dan x = 4, dengan menggunakan
metode trapesium dan trapesium dengan koreksi ujung.

Penyelesaian:
Integral numerik dihitung dengan persamaan (7.6):
Δx  n 1
 1
I  f ( a )  f (b )  2  f ( xi )   1  33  2(3  9  19)  48.
2  i 1  2

Metode Simpson
Di samping menggunakan rumus trapesium dengan interval yang lebih kecil, cara lain
untuk mendapatkan perkiraan yang lebih teliti adalah menggunakan polinomial order
lebih tinggi untuk menghubungkan titik-titik data. Misalnya, apabila terdapat satu titik
tambahan di antara f (a) dan f (b), maka ketiga titik dapat dihubungkan dengan fungsi
parabola (Gambar 7.5a). Apabila terdapat dua titik tambahan dengan jarak yang sama
Gambar 7.5. Aturan Simpson

antara f (a) dan f (b), maka keempat titik tersebut dapat dihubungkan dengan polinomial
order tiga (Gambar 7.5b). Rumus yang dihasilkan oleh integral di bawah polinomial
tersebut dikenal dengan metode (aturan) Simpson.

1) Aturan Simpson 1/3


Di dalam aturan Simpson 1/3 digunakan polinomial order dua (persamaan
parabola) yang melalui titik f (xi – 1), f (xi) dan f (xi + 1) untuk mendekati fungsi. Rumus
Simpson dapat diturunkan berdasarkan deret Taylor. Untuk itu, dipandang bentuk
integral berikut ini.
x
I ( x)   f ( x) dx (7.11)
a

Apabila bentuk tersebut didiferensialkan terhadap x, akan menjadi:


dI ( x)
I ' ( x)   f ( x) (7.12)
dx
Dengan memperhatikan Gambar 7.6. dan persamaan (7.12) maka persamaan deret
Taylor adalah:
Δx2 Δ x3
I ( xi  1 )  I ( xi  Δ x)  I ( xi )  Δ x f ( xi )  f ' ( xi )  f ' ' ( xi )
2! 3!

Δx4
 f ' ' ' ( xi )  O ( Δ x 5 ) (7.13)
4!

Δx2 Δ x3
I ( xi  1 )  I ( xi  Δ x )  I ( xi )  Δ x f ( xi )  f ' ( xi )  f ' ' ( xi )
2! 3!

Δx 4
 f ' ' ' ( xi )  O ( Δ x 5 ) (7.14)
4!

Pada Gambar 7.6, nilai I (xi + 1) adalah luasan dibawah fungsi f (x) antara batas a dan xi
+1 . Sedangkan nilai I (xi  1) adalah luasan antara batas a dan I (xi  1). Dengan demikian
luasan di bawah fungsi antara batas xi  1 dan xi + 1 yaitu (Ai), adalah luasan I (xi + 1)
dikurangi I (xi  1) atau persamaan (7.13) dikurangi persamaan (7.14).
Ai = I (xi + 1) – I (xi  1)
atau
Δx3
Ai  2 Δ x f ( xi )  f ' ' ( xi )  O (Δ x 5 ) (7.15)
3
Gambar 7.6 Penurunan metode Simpson

Nilai f ''(xi) ditulis dalam bentuk diferensial terpusat:


f ( xi  1 )  2 f ( xi )  f ( xi  1 )
f ' ' ( xi )  2
 O ( Δx 2 )
Δx
Kemudian bentuk diatas disubstitusikan ke dalam persamaan (7.15). Untuk
memudahkan penulisan, selanjutnya notasi f (xi) ditulis dalam bentuk fi, sehingga
persamaan (7.15) menjadi:
Δx Δ x3
Ai  2 Δ x f i  ( fi  1  2 f i  fi  1 )  O ( Δx 2 )  O (Δx 5 )
3 3
atau
Δx
Ai  ( f i  1  4 f i  f i  1 )  O ( Δx 5 ) (7.16)
3
Persamaan (7.16) dikenal dengan metode Simpson 1/3. Diberi tambahan nama 1/3

ba
karena x dibagi dengan 3. Pada pemakaian satu pias, x  , sehingga
2
persamaan (7.16) dapat ditulis dalam bentuk:
ba
Ai   f ( a )  4 f (c )  f ( b )  (7.17)
6
dengan titik c adalah titik tengah antara a dan b.
Kesalahan pemotongan yang terjadi dari metode Simpson 1/3 untuk satu pias adalah:
1
t   Δ x 5 f ' ' ' ' ( )
90
ba
Oleh karena x  , maka:
2
(b  a ) 5
t   f ' ' ' ' ( )
2880
Contoh soal:
4
Hitung I   e dx , dengan aturan Simpson 1/3.
x

Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (7.17) maka luas bidang adalah:
ba
Ai   f (a)  4 f (c)  f (b)  4  0 (e 0  4e 2  e 4 )  56,7696.
6 6
Kesalahan terhadap nilai eksak:
53,598150  56,7696
t  100 %   5,917 %.
53,598150

Terlihat bahwa pada pemakaian satu pias, metode Simpson 1/3 memberikan hasil lebih
baik dari rumus trapesium.

2) Aturan Simpson 1/3 dengan banyak pias


Seperti dalam metode trapesium, metode Simpson dapat diperbaiki dengan
membagi luasan dalam sejumlah pias dengan panjang interval yang sama (Gambar
7.6):
ba
x 
n
dengan n adalah jumlah pias.

Gambar 7.7. Metode Simpson dengan banyak pias


Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua pias, seperti pada Gambar 7.7.
b

 f ( x) dx  A1  A3  ...  An  1 (7.18)
a

Dalam metode Simpson ini jumlah interval adalah genap. Apabila persamaan (7.16)
disubstitusikan ke dalam persamaan (7.18) akan diperoleh:
b
Δx Δx Δx
 f ( x) dx  ( f 0  4 f1  f 2 )  ( f1  4 f 2  f 3 )  ...  ( f n  2  4 f n  1  f n )
a 3 3 3
atau
b
Δx  n 1 n2

 f ( x) dx   f ( a )  f (b )  4  f ( xi )  2  f ( xi ) (7.19)
a 3  i 1 i2 
Seperti pada Gambar (7.7), dalam penggunaan metode Simpson dengan banyak pias
ini jumlah interval adalah genap. Perkiraan kesalahan yang terjadi pada aturan
Simpson untuk banyak pias adalah:
(b  a ) 5
 a  f ''''
180 n 4

dengan f '''' adalah rata dari turunan keempat untuk setiap interval.

Contoh soal:
4
Hitung I   e dx , dengan metode Simpson dengan x = 1.
x

Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (7.19) maka luas bidang adalah:
1 0
I [ e  e 4  4(e1  e 3 )  2 e 2 ]  53,863846.
3
Kesalahan terhadap nilai eksak:
53,598150  53,863846
t   100 %  0,5 % .
53,598150

3) Metode Simpson 3/8


Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan menggunakan persamaan polinomial
order tiga yang melalui empat titik.
b b
I   f ( x) dx   f 3 ( x) dx
a a

Dengan cara yang sama pada penurunan aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:
3Δ x
I  f ( x0 )  3 f ( x1 )  3 f ( x2 )  f ( x3 ) (7.20)
8
dengan:
ba
x 
3
Persamaan (7.20) disebut dengan metode Simpson 3/8 karena x dikalikan dengan
3/8. Metode Simpson 3/8 dapat juga ditulis dalam bentuk:

I  (b  a)
 f ( x0 )  3 f ( x1 )  3 f ( x2 )  f ( x3 ) 
(7.21)
8
Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan pemotongan sebesar:
3
t Δ x 3 f ' ' ' ' ( ) (7.22a)
80
ba
Mengingat x  , maka:
3
(b  a ) 5
t  f ' ' ' ' ( ) (7.22b)
6480

Metode Kuadratur
Di dalam metode trapesium dan Simpson, fungsi yang diintegralkan secara numerik
terdiri dari dua bentuk yaitu tabel data atau fungsi. Pada metode kuadratur, yang akan
dibahas adalah metode Gauss Kuadratur, data yang diberikan berupa fungsi. Pada aturan
trapesium dan Simpson, integral didasarkan pada nilai-nilai di ujung-ujung pias.
Rumus yang digunakan untuk menghitung luasan adalah:
f (a )  f (b)
I  (b  a) (7.24)
2
dengan a dan b adalah batas integrasi dan (b – a) adalah lebar dari interval integrasi.
Karena metode trapesium harus melalui titik-titik ujung, maka seperti terlihat pada

Gambar 7.9a. rumus trapesium memberikan kesalahan cukup besar.

Gambar 7.9. Bentuk grafik metode trapesium dan Gauss kuadratur

Di dalam metode Gauss kuadratur dihitung luasan di bawah garis lurus yang
menghubungkan dua titik sembarang pada kurve. Dengan menetapkan posisi dari kedua
titik tersebut secara bebas, maka akan bisa ditentukan garis lurus yang dapat
menyeimbangkan antara kesalahan positif dan negatif, seperti pada Gambar 7.9b.
Seperti halnya dengan metode trapesium, dalam metode Gauss Kuadratur juga akan dicari
koefisien-koefisien dari persamaan yang berbentuk:
I  c1 f ( x1 )  c 2 f ( x 2 ) (7.26)
Dalam hal ini variabel x1 dan x2 adalah tidak tetap, dan akan dicari seperti pada Gambar
7.10. Persamaan (7.26) mengandung 4 bilangan tak diketahui, yaitu c1, c2, x1, dan x2,
sehingga diperlukan 4 persamaan untuk menyelesaikannya.
Untuk itu persamaan (7.26) dianggap harus memenuhi integral dari empat fungsi, yaitu
dari nilai f ( x ) = 1, f ( x ) = x, f ( x ) = x2 dan f ( x ) = x3, sehingga untuk:
1
3 3
f ( x)  x 3 : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   x 3 dx  0  c1 x1  c2 x2 (7.27)
1

1
2 2 2
f ( x)  x : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   x 2 dx 
2
 c1 x1  c2 x2 (7.28)
1 3
1
f ( x)  x : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   x dx  0  c1 x1  c2 x2 (7.29)
1

1
f ( x)  1 : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   1 dx  2  c1  c2 (7.30)
1

Sehingga didapat sistem persamaan:


3 3 2 2 2
c1 x1  c2 x2  0 ; c1 x1  c2 x2  ; c1 x1  c2 x2  0 ; c1  c2  2.
3
Penyelesaian dari sistem persamaan diatas adalah:
1 1
c1 = c2 = 1; x1 =  = –0,577350269; x2 = = 0,577350269.
3 3
Substitusi dari hasil tersebut ke dalam persamaan (7.26) menghasilkan:
1 1
I  f ( ) f ( ) (7.31)
3 3

Gambar 7.10. Integrasi Gauss kuadratur

Batas-batas integral dalam persamaan (7.27) hingga persamaan (7.30) adalah –1 sampai 1,
sehingga lebih memudahkan hitungan dan membuat rumus yang didapat bisa digunakan
secara umum. Dengan melakukan transformasi batas-batas integrasi yang lain dapat
diubah ke dalam bentuk tersebut. Untuk itu dianggap terdapat hubungan antara variabel
baru xd dan variabel asli x secara linier dalam bentuk:
x = a0 + a1xd (7.32)
Bila batas bawah adalah x = a, untuk variabel baru batas tersebut adalah xd = –1. Kedua
nilai tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan (7.32), sehingga diperoleh:

a = a0 + a1(–1) (7.33)
dan batas baru xd = 1, memberikan:
b = a0 + a1(1) (7.34)
Persamaan (7.33) dan (7.34) dapat diselesaikan secara simultan dan hasilnya adalah:
ba
a0  (7.35)
2
dan
ba
a1  (7.36)
2
Substitusikan persamaan (7.35) dan (7.36) ke persamaan (7.32) menghasilkan:
(b  a)  (b  a) xd
x (7.37)
2
Diferensial dari persamaan tersebut menghasilkan:
ba
dx  dxd (7.38)
2
Persamaan (7.37) dan persamaan (7.38) dapat disubstitusikan ke dalam persamaan yang
diintegralkan.
Bentuk rumus Gauss Kuadratur untuk dua titik dapat dikembangkan untuk lebih banyak
titik, yang secara umum mempunyai bentuk:

I = c1 f (x1) + c2 f (x2) + … + cn f (xn) (7.39)


Nilai c dan x untuk rumus sampai dengan enam titik diberikan dalam Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Nilai c dan x pada rumus Gauss kuadratur


Jumlah titik Koefisien c Variabel x
c1 = 1,000000000 x1 =  0,577350269
2
c2 = 1,000000000 x2 = 0,577350269
c1 = 0,555555556 x1 =  0,774596669
3 c2 = 0,888888889 x2 = 0,000000000
c3 = 0,555555556 x3 = 0,774596669
4 c1 = 0,347854845 x1 =  0,861136312
c2 = 0,652145155 x2 =  0,339981044
c3 = 0,652145155 x3 = 0,339981044
c4 = 0,347854845 x4 = 0,861136312
c1 = 0,236926885 x1 =  0,906179846
c2 = 0,478628670 x2 =  0,538469310
5 c3 = 0,568888889 x3 = 0,000000000
c4 = 0,478628670 x4 = 0,538469310
c5 = 0,236926885 x5 = 0,906179846
c1 = 0,171324492 x1 =  0,932469514
c2 = 0,360761573 x2 =  0,661209386
c3 = 0,467913935 x3 =  0,238619186
6
c4 = 0,467913935 x4 = 0,238619186
c5 = 0,360761573 x5 = 0,661209386
c6 = 0,171324492 x6 = 0,932469514
Contoh soal:
4
Hitung integral I   e dx, dengan menggunakan metode Gauss kuadratur.
x

Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (7.37) untuk a = 0 dan b = 4 didapat:
(b  a)  (b  a) xd
x
2
(4  0)  (( 4  0) xd )
x  2  2 xd
2
Turunan dari persamaan tersebut adalah:
dx = 2 dxd
Kedua bentuk diatas disubstitusikan ke dalam persamaan asli, sehingga didapat:
4 1
( 2 2xd )
 e dx   e
x
2 dxd
0 1

Ruas kanan dari persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung luasan dengan
metode Gauss Kuadratur, dengan memasukkan nilai xd = x1 = –0,577350269 dan nilai xd =
x2 = 0,577350269.

Untuk x1 = –0,577350269  2 e  2  ( 2  ( 0,577350269))   4,6573501.

Untuk x2 = 0, 577350269  2 e  2  ( 2  0,577350269)   46,8920297.


Luas total seperti diberikan oleh persamaan (7.30):
I = 4,6573501 + 46,8920297 = 51,549380.
Kesalahan:
53,598150  51,549380
t   100 %  3,82 % .
53,598150

Contoh soal:
4
Hitung integral I   e dx , dengan menggunakan metode Gauss Kuadratur 3 titik.
x

Penyelesaian:
Untuk 3 titik persamaan (7.26) menjadi:
I  c1 f ( x1 )  c 2 f ( x 2 )  c3 f ( x3 ) (c1)
Seperti terlihat dalam Tabel 7.1, untuk 3 titik, koefisien c dan x adalah:
c1 = 0,555555556. x1 = 0,774596669.
c2 = 0,888888889. x2 = 0,000000000.
c3 = 0,555555556. x3 = 0,774596669.
Dari contoh soal sebelumnya didapat persamaan yang telah dikonversi adalah:
4 1
( 2 2xd )
 e dx   e
x
2 dxd
0 1

( 2  2 x1 )
Untuk x1 = –0,774596669  2e  3,13915546.
( 2  2x 2 )
Untuk x2 = 0,000000000  2e  14,7781122 .
( 2  2 x3 )
Untuk x3 = 0,774596669  2e  69,5704925.
Persamaan (c1) menjadi:
I = (0,555555556  3,13915546) + (0,888888889  14,7781122)
+ (0,555555556  69,5704925) = 53,5303486.
Kesalahan:
53,598150  53,5303486
t  100 %  0,13 % .
53,598150
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Integral suatu fungsi adalah operator matematik yang dipresentasikan dalam bentuk:
 Luas daerah dalam sebuah fungsi khususnya dalam fungsi kompleks bisa diperoleh
dengan pendekatan menggunakan metode trapesium, metode persegi panjang, metode
simpson, metode kuadrat gauss.
 Untuk mengurangi nilai error metode trapesium maupun simpson bisa dilakukan
dengan meningkatkan jumlah sub interval (n)
 Metode trapesium cocok untuk fungsi berorde 1 sedangkan untuk orde lebih tinggi,
tidak cocok.

Anda mungkin juga menyukai