Anda di halaman 1dari 4

Semanggi Suraboyo

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/70/Semanggi_seller.jpg

Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/wp-
content/uploads/images/source/kevin_naufal/2019210611a.jpg

Semanggi suroboyo berbeda dengan pecel pada umumnya yang menggunakan bumbu yang terbuat dari
kacang, semanggi suroboyo menggunakan bumbu yang terbuat dari ubi. Sayur yang digunakan pun juga
berbeda dengan pecel pada umumnya yaitu menggunakan semanggi. Proses pembuatan pecel tersebut
dengan menggunakan sayur semanggi yang umumnya ditemukan di sekitar sawah, menjadikan
makanan ini disebut semanggi suroboyo. Lagu semanggi suroboyo yang diciptakan oleh S. Padimin pada
tahun 1950-an menunjukkan bahwa semanggi suroboyo merupakan makanan tradisional yang sudah
dibuat sejak lama. Selain dari lagu semanggi suroboyo, faktor lain yang dapat menguatkan semanggi
suroboyo merupakan makanan tradisional yang sudah sejak lama dibuat yaitu melalui penggunaan
dideh (darah ayam) sebagai campuran dalam makanan tradisional ini.

penjual semanggi suroboyo akan meletakkan daun semanggi pada gendongan dengan bahan pelengkap
lainnya seperti kangkung, kecambah, kembang turi, saus ketela dan kerupuk puli. Penyajian semanggi
dimulai dengan meletakkan daun pisang sebagai alas, memasukkan semanggi yang kemudian dicampur
dengan bahan pelengkap seperti tauge dan kembang turi, lalu disiramdengan bumbu saus yang memiliki
cita rasa khas yang membuat makanan pecel semanggi ini berbeda dengan pecel lainnya. (Kurniawati &
Gunansyah, 2019)

Sumber:

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/download/28110/25714

penyajian semanggi Surabaya menggunakan pincuk daun pisang dan tidak menggunakan sendok. Krupuk
puli yang menjadi pengganti sendok. Begitu cintanya Wong Suroboyo dengan semanggi, sehingga
tempo dueloe dibuatlah lagu kroncong yang berjudul semanggi suroboyo (Widodo, Soerabaia Tempo
Doeloe, 2002).

Lontong balap

Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/--
l6iOlQns8M/VjtFMy1sowI/AAAAAAAAVAM/lcmCbjO6178/s1600/A%2BLONTONG%2BBALAP%2B2.jpg

Lontong balap merupakan kuliner khas Surabaya yang terdiri atas lontong, taoge, tahu goreng, lentho,
bawang goreng, kecap, dan sambal. Bahan-bahan tersebut kemudian disiram oleh kuah yang dibuat dari
rebusan daging sapi dan rempahrempah tertentu. Selain itu, biasanya lontong balap dilengkapi dengan
petis untuk menambah cita rasa. Sate kerang biasanya dijadikan pelengkap kuliner khas ini. Makanan ini
biasanya dijajakan menggunakan gerobak, namun juga ada yang dijajakan pada warung, maupun pada
tempat makan berbentuk bangunan tetap. Lontong balap mulai dikenal sejak tahun 1920.

Lontong balap mulai dikenal sejak tahun 1920. Lontong balap pada saat itu dijual dengan menggunakan
tempat atau wadah yang terbuat dari tanah liat bernama kemaron. Dahulu, kuliner khas Surabaya ini
mayoritas penjualnya berasal dari Wonokromo (daerah Surabaya Selatan). Sebelum menjualnya di
berbagai daerah di Surabaya, para pedagang tersebut banyak bergerombol di halte trem uap atau yang
dulu disebut stasiun spoor yang pada saat itu, awal pemberhentian trem tersebut adalah di
Wonokromo, dan berakhir di daerah Surabaya Utara. Ada beberapa kondisi yang mengakibatkan
penjual lontong ini harus balapan atau saling mendahului dalam berjualan kuliner ini sehingga akhirnya
berganti nama menjadi lontong balap. Alasan mereka balapan adalah yang pertama, para penjual saling
mendahului karena mereka harus mengejar trem uap yang ada di Wonokromo tersebut, dengan resiko
ketika mereka tidak cepat-cepat sampai di sana, mereka akan tertinggal trem. Maka dari itu mereka
iring-iringan saling mendahului ke arah halte trem tersebut sambil bercanda “Ayo balapan… balapan!!”
(Widodo, Monggo Dipun Badhog, 2014). Alasan kedua mengapa mereka saling mendahului adalah
karena pada saat itu, cukup banyak ditemui penjual lontong balap, sedangkan pada saat itu, pasarnya
masih terbatas. Oleh karena itu, kuliner Surabaya ini dijajakan dengan sistem ‘jemput bola’, atau
mendatangi konsumen.

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/85952-ID-perancangan-visual-branding-lontong-
bala.pdf

Kupang Lontong

Kupang lontong merupakan kuliner khas Surabaya yang sudah berusia lama.kupang memang lekoh kalau
di makan dengan lontong dan sate kerang, dan sambel petisnya yang pedes. Dulu seminggu sekali harus
nyosrop kupang lontong, kalau tidak di Kenjeran ya di Sidoarjo (Widodo, Monggo Dipun Badhog, 2014).
Kupang lontong terbuat dari kupang yang telah melewati pencucian dan perebusan, kemudian kupang
yang sudah bersih direbus bersama kaldu kupang dan ditambah garam, gula, potongan daun bawang
dan bawang putih halus yang sudah ditumis. Untuk mendapatkan kupang lontong yang khas, perlu
tambahan bumbu yang diracik dengan bahan pelengkap. Cara menyajikan kupang lontong adalah,
bawang putih mentah serta cabe rawit dihaluskan langsung di piring hidang dan ditambah gula pasir.
Setelah halus ditambahkan petis dan air perasan jeruk nipis. Bumbu tersebut di ratakan di piring lalu
ditambahkan potongan lontong dan daging rebusan kupang di atas lontong sampai kelihatan agak tinggi,
ditaburi bawang goreng dan lentho yang sebelumnya diremas sampai sedikit hancur. Kuah kaldu kupang
disiram di atasnya dan biasanya dihidangkan dengan tambahan sate kerang dan es kelapa muda. Kupang
Lontong memiliki cita rasa yang khas, manis, sedikit pedas dan asam serta memiliki aroma kaldu kupang
yang pekat. (Safrida & Suwardiyah, 2017)

Rujak Cingur

Rujak Cingur merupakan makanan khas Jawa Timur Indonesia yang terdiri dari berbagai macam sayuran
dan p tongan daging sapi bagian “cingur” atau mulut sapi, yang disiram dengan saus kacang. Kuliner
yang termasuk kategori extreme culinaire inisepertinya sudah menjadi primadona kuliner di Surabaya
(Syah, 2014). Rujak cingur adalah master piece-nya makanan tradisional Surabaya. Lombok, petis, terasi,
kacang, diuleg dadi siji, ditambah irisan gedang klutjuk. Jadilah bumbu rujak cingur yang sedap tiada
tara. Lantas cingur, tahu, tempe, lontong, mentimun, dan sayuran terutama kulupan kangkung
dimasukkan kedalamnya. Lebih nikmat lagi jika di makan denan kerupuk. Makan rujak cingur itu ada
seninya. Terutama pada waktu kepedesan, walaupun gibras-gibras dan umbelen, tapi mulut tidak mau
berhenti mengunyah, wis ngerti ngono jek diterusno ae. Iku ngunu jenenge kapok Lombok ( sudah tau
begitu tetapi masih diteruskan, itu nnamanya kapok cabe). Cingur itu kalau digigit licin, dan gampang
mencelat(lompat). (Widodo, Soerabaia Tempo Doeloe, 2002)

Anda mungkin juga menyukai