Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tulisan laporan “Proses Menelan
pada Manusia” dengan lancar dan tepat waktu.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan mengenai proses
menelan pada manusia yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar. Dalam penyelesaian tugas ini, kelompok
kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kelompok kami
mengucapkan terma kasih kepada :
a. Drh. Siswanto, M.Kes selaku Dosen Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana.
b. Teman sekelompok yang mampu bekerja sama dengan baik untuk membantu
mempercepat penyelesaian tugas ini.
Tak ada gading yang tak retak dan tak ada sesuatupun yang sempurna selain Tuhan
Yang Maha Esa. Itulah kiasan yang tepat untuk tugas kami ini, karena dalam penyelesaian
tugas ini masih banyak kesalahan. Penyusun mengharapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki tugas kami ini sehingga nantinya dapat lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pencernaan adalah penghancuran bahan makanan secara mekanis/enzimatis,
kimia, dan menggunakan mikrobia. Pencernaan mengubah bentuk kompleks (molekul
besar) menjadi bentuk yang sederhana di dalam saluran pencernaan. Dengan
pencernaan, tubuh akan lebih mudah menyerap sari-sari makanan melalui vili usus.
Pada proses pencernaan sendiri ada beberapa tahapan. Yang pertama yaitu
prehensi atau mengambil makan. Bisa melalui tangan, kaki, gigi, lidah, bibir, dan paruh
(pada aves). Selanjutnya adalah proses mastikasi atau mengunyah. Pada hewan-hewan
karnivora, proses ini tidak begitu penting, tetapi pada herbivora dan omnivora, proses
ini penting. Saat kita mengunyah, di dalam mulut akan terjadi salivasi atau sekresi air
ludah. Fungsinya yaitu untuk lubrikasi bahan makanan, melicinkan esofagus,
melarutkan bahan makanan menjadi bolus (bongkahan makanan yang sudah tercampur
air liur), memecah amilum, dan memproteksi mukosa mulut. Selain itu, fungsi yang
lain adalah sebagai termoregulasi dan bakteriostatis. Tahap selanjutnya adalah proses
menelan atau deglutisi. Pada proses ini ada kerja volunteer saat bolus dari mulut
menuju ke faring. Ketika bolus melewati faring dan menuju esofagus sampai ke
lambung terjadi kerja involunteer. Jadi bisa disimpulkan bahwa proses menelan adalah
suatu proses lewatnya bahan makanan dari rongga sampai ke perut (lambung) melalui
tahap-tahap yang terkoordinasi.
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana
proses menelan yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang di dapat di antaranya:
1. Apakah pernapasan mempengaruhi proses menelan?
2. Apakah proses menelan mungkin tanpa bolus basah?
3. Apakah bolus kering dapat ditelan?
4. Bagaimana pengaruh laring terhadap proses menelan?
5. Apakah menelan merupakan proses aktif?
1
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pernapasan pada proses menelan.
2. Mengetahui kemungkinan proses menelan tanpa bolus basah.
3. Mengetahui apakah bolus kering dapat ditelan.
4. Mengetahui pengaruh laring terhadap proses menelan.
5. Mengetahui apakah menelan adalah proses aktif.
D. MANFAAT PRAKTIKUM
Manfaat yang di dapat dari melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh pernapasan pada proses menelan.
2. Memberikan pengetahuan tentang kemungkinan proses menelan tanpa bolus
basah.
3. Memberikan pengetahuan apakah bolus kering dapat ditelan.
4. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh laring terhadap proses menelan.
5. Memberikan pengetahuan apakah menelan adalah proses aktif.
2
BAB II
MATERI DAN METODE
A. LANDASAN TEORI
Pencernaan adalah penghancuran bahan makanan secara mekanis/enzimatis,
kimia, dan menggunakan mikrobia. Pencernaan mengubah bentuk kompleks (molekul
besar) menjadi bentuk yang sederhana di dalam saluran pencernaan. Dengan
pencernaan, tubuh akan lebih mudah menyerap sari-sari makanan melalui vili usus.
Pada proses pencernaan sendiri ada beberapa tahapan. Yang pertama yaitu
prehensi atau mengambil makan. Bisa melalui tangan, kaki, gigi, lidah, bibir, dan paruh
(pada aves). Selanjutnya adalah proses mastikasi atau mengunyah. Pada hewan-hewan
karnivora, proses ini tidak begitu penting, tetapi pada herbivora dan omnivora, proses
ini penting. Saat kita mengunyah, di dalam mulut akan terjadi salivasi atau sekresi air
ludah. Fungsinya yaitu untuk lubrikasi bahan makanan, melicinkan esofagus,
melarutkan bahan makanan menjadi bolus (bongkahan makanan yang sudah tercampur
air liur), memecah amilum, dan memproteksi mukosa mulut. Selain itu, fungsi yang
lain adalah sebagai termoregulasi dan bakteriostatis. Tahap selanjutnya adalah proses
menelan atau deglutisi. Pada proses ini ada kerja volunteer saat bolus dari mulut
menuju ke faring. Ketika bolus melewati faring dan menuju esofagus sampai ke
lambung terjadi kerja involunteer.
Proses menelan adalah suatu proses lewatnya bahan makanan dari rongga sampai
ke perut (lambung) melalui tahap-tahap yang terkoordinasi. Ada tiga fase dalam proses
menelan yaitu fase dari mulut (cavum oris) sampai faring, merupakan fase sadar
(volunteer), sesuai kehendak, dan fase dari faring sampai kerongkongan (esofagus)
serta dari keringkogan sampai ke lambung merupakan fase tidak sadar (volunteer =
refleks). Proses akan berjalan dengan baik apabila terdapat saliva yang cukup, bolus
basah dan mulut dalam keadaan basah.
Pada keadaan sedang menelan, bolus akan menekan palatum mole sehingga
menutup saluran naso-faring. Sedangkan epiglotis akan menutup laring karena adanya
peristiwa terangkatnya laring saat menelan itu sendiri. Selanjutnya gerak peristlaltik
esofagus akan mendorong bolus sampai ke lambung.
Mekanisme menelan dikendalikan oleh medulla oblongata dan pons. Refleks ini
diawali dengan reseptor sentuhan di faring ketika bolus makanan di dorong ke belakang
3
mulut oleh lidah. Kemudian palatum mole tertarik ke atas. Untuk mencegah makanan
masuk ke hidung dan lipatan palato faring di setiap sisi faring mendekat bersama, agar
hanya bolus yang berukuran kecil saja yang bisa lewat. Laring tertarik ke atas kepakan
seperti epiglottis yang secara pasif menutup jalan masuk untuk plika vokalis tertarik
mendekat bersama, mempersempit laluan di antaranya. Pusat pernafasan di medulla
oleh pusat menelan dalam waktu yang singkat agar proses menelan dapat berlangsung.
Hal ini disebut apne deglutisi.
Pada saat menelan, musculus sfingter esophagus superior berelaksasi untuk
memungkinkan makanan lewat, yang setelah itu sejumlah otot konstriktor lurik di
faring berkonstruksi secara berurutan untuk mendorong bolus makanan turun ke
esophagus.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam
proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf
servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan (Bambang, 1994).
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke
dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu
terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke
lambung (Bambang, 1994). Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam
3 tahap:
1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring
langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua
sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi
motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yang berfungsi mengatur
distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses
menelan.
3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah.
Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga dapat
mendorong makanan masuk ke dalam lambung, gerak kerongkongan ini di sebut gerak
peristalis. Gerak peristalis merupakan gerak kembang kempis kerongkongan untuk
mendorong makanan ke dalam lambung. Makanan di dalam kerongkongan hanya
sekitar enam detik. Bagian pangkal kerongkongan (faring) berotot lurik, artinya kita
menelan makanan jika telah di kunyah sesuai dengan kehendak kita. Akan tetapi,
4
sesudah proses penelanan sehingga mengeluarkan proses. Kerja otot-otot organ
pencernaan selanjutnya tidak menurut kehendak kita ( tidak di sadari ) (Anonimous,
2011).
Proses pencernaan makanan di dalam tubuh ada dua macam,
yaitu proses pencernaan mekanis dan proses pencernaa kimiawi. Proses pencernaan
mekanis adalah pemecahan atau penghancuran makanan secara fisik atau proses
pencampuran makanan dengan getah (enzim). Contohnya gigi memotong – motong dan
mengunyah makanan, lidah, otot-otot lambung dan usus yang mencampur makanan
dengan enzim, gerak yang mendorong makanan dari kerongkongan sampai ke usus
(gerak peristaltik). Proses pencernaan kimiawi adalah proses pemecahan makanan dari
molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan getah
pencernaan (enzim) yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Sistem pencernaan pada
manusia umumnya hampir sama dengan hewan vertebrata lain yang terdiri atas saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari alat-alat
pencernaan yang berhubungan langsung dengan proses pencernaan mekanis dan
kimiawi. Saluran pencernaan pada manusia terdiri dari mulut, kerongkongan
(esophagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum tenue), usus besar (kolon) dan
anus. Kelenjar pencernaan merupakan organ yang menghasilkan berbagai enzim yang
membantu proses pencernaan makanan (Anonimous, 2011).
Menelan adalah sebuah proses yang sangat mudah, namun itu adalah aksi filosofi
yang sangat rumit, karena diperlukan koordinasi oleh lebih dari 30 otot untuk menelan.
Posisi tubuh juga mempengaruhi cepat atau lambat jalannya bolus makanan menuju
lambung.
Saat menelan dengan keadaan bolus kering proses menelan sangat sulit
dilakukan, sedangkan pada keadaan bolus basah proses menelan mudah dilakukan
pada laki-laki sedangkan pada perempuan sulit dilakukan. Begitupun dengan posisi
terbalik, proses menelan sulit dilakukan. Terlebih lagi saat laring terangkat, proses
menelan menjadi sangat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena saat menelan
dengan bolus kering saliva tidak dimanfaatkan sebagai pelarut makanan yang
membantu proses pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier (2001) yang
menyatakan bahwa di dalam mulut terkandung kelenjar ludah yang berfungsi untuk
memudahkan proses menelan, sehingga makanan yang ditelan (bolus) dapat dengan
mudah masuk ke esofagus. Selain itu menurut Schottelius (1999) saliva memungkinkan
makanan dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus. Adanya enzim ptyalin yang
5
disekresikan oleh kelenjar parotid juga membantu mengubah karbohidrat menjadi
maltose serta melembabkan lidah sehingga memudahkan proses menelan. Kekurangan
saliva pada mulut menyebabkan mulut menjadi kering sehingga sulit untuk menelan,
hal tersebut menjelaskan mengapa menelan dengan bolus kering sulit dilakukan.
Disamping itu ketika menelan dengan posisi terbalik serta larynx tertahan juga tidak
dapat dilakukan proses menelan dengan baik karena larynx sebagai saluran pencernaan
ditahan yang menyebabkan makanan sulit untuk dilanjutkan atau diteruskan pada posisi
selanjutnya. Demikian pula halnya pada saat posisi terbalik dimana kepala sebagai
pusat koordinasi tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik pada saat pencernaan
karena posisi organ-organ pencernaan terbalik dan tidak bisa melakukan aktivitas yang
semestinya terutama untuk mengunyah dan mensekresikan kelenjar saliva. Hal ini
sesuai dengan pendapat Almatsier (2001) yang menyatakan bahwa deglutisi
atau proses menelan, terbagi menjadi berbagai tahap. Pertama bergeraknya makanan
atau air melalui mulut, kemudian bergeraknya bahan tersebut ke dalam farinks
selanjutnya ke esophagus sebelum masuk ke perut. Makanan yang masuk di dalam
mulut dipotong dan dihancurkan oleh gigi dan dilembabkan oleh saliva membentuk
bolus, massa berlapis saliva. Kekurangan saliva pada mulut menyebabkan mulut kering
serta kesulitan dalam menelan.
C. METODE PRAKTIKUM
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode langsung.
6
BAB III
TATA KERJA
8
BAB V
PEMBAHASAN
9
e. Menelan adalah proses aktif
Percobaan ini dilakukan dengan cara mengunyah pisang secukupnya sampai halus dan
menahan bolus pisang dalam mulut. Kemudian mencoba menelan dalam posisi
menjungkir (kepala di bawah) dan menunggu sampai pisang terasa melewati sepanjang
esofagus. Kemudian juga membandingkan dengan posisi berdiri. Hasilnya, bolus tetap
bisa ditelan walaupun tubuh dalam posisi menjungkir. Pada saat tubuh dalam posisi
berdiri, bolus mudah menuju gastrium. Hal ini dikarenakan adanya gaya gravitasi yang
membantu dalam proses perjalanan bolus menuju gastrium. Proses menelan masih bisa
dilakukan meskipun melawan gradien gravitasi, namun proses perjalanan dari esofagus
ke lambung sedikit lebih lama. Esofagus akan sedikit tertekan. Hal ini bisa terjadi
karena adanya gerakan peristaltik di esofagus yang membatu bolus bisa sampai di
gastrium. Terjadi kontriksi pada otot esofagus setelah bolus melewati saluran, dan
terjadi dilatasi atau relaksasi ketika bolus akan melewati esofagus. Kontriksi pada
esofagus inilah yang membantu agar bolus tidak kembali lagi ke mulut. Maka dari itu,
menelan adalah proses aktif.
10
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah mengikuti praktikum ini adalah:
1. Kita tidak bisa melakukan aktivitas menelan dan bernapas secara bersamaan.
Apabila kita melakukannya bersamaan maka akan terjadi gangguan yaitu tersedak.
2. Proses menelan akan sulit tanpa saliva di mulut.
3. Bolus yang tidak dibasahi oleh saliva akan sulit untuk ditelan. Karena fungsi
saliva yaitu sebagai pelumas bolus agar lebih mudah ditelan.
4. Proses menelan tidak akan mungkin terjadi kalau laring tidak terangkat.
5. Menelan adalah proses aktif. Menelan dapat dilakukan dengan melawan gradien
gravitasi sekalipun.
B. SARAN
Saran untuk praktikum kali ini adalah penyediaan alat lebih dilengkapi (seperti atropin
sulfas 1:1000 dan bubuk gelatin) agar proses praktikum bisa berjalan lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, I Nyoman Sulabda, I Gede Soma. 2014. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner II.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka.
Mader, S.2000. Human Biology. London: The Pharmaceutical Press.
Textbook of Physiology. The University of Lowa College. Lowa. United States.
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Bandung: Penerbit ITB
12