Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri (Setiabudy, 2007). Menurut Kemenkes
(2011), intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan
berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan
terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada
morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi
dan sosial yang sangat tinggi. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-
62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-
penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian
kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan
30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Kemenkes, 2015).
Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat
laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus
pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Kemenkes,
2011). Hasil penelitian dari studi Antimicrobial Resistence in Indonesian
(AMRIN study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, ditemukan 43%
Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain
ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%)
(Kemenkes,2015). Hasil penelitian di RSUP dr. M. Djamil Padang
menunjukkan sebanyak 6387 spesimen yang dilakukan uji sensitivitas
terdapat 3689 isolat termasuk ke dalam MDR (Multi Drug Resistance).
Bakteri yang termasuk ke dalam MDR adalah Klebsiella sp, Staphylococcus
aureus, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, E. Coli, Proteus sp. Persentase
resistensi pada tahun 2010 (62%), 2011 (55%) dan 2012 (58%) (Sjahjadi NR,
2015). Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan
81% Escherichia coli resisten terhadap beberapa jenis antibiotik yaitu
ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin
(22%), dan gentamisin (18%). Lebih dari 50% bakteri Escherichia coli

1
Universitas Muhammadiyah Palembang
2

resisten terhadap antibiotik sefepim, seftazidim, seftriakson, siprofloksasin,


gentamisin dan trimetoprim/sulfametoksazol di RSUD Dr. Moewardi tahun
2014 (Novard, 2019).
Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di usus manusia dan
hewan. Bakteri Escherichia coli merupakan merupakan bakteri Gram negatif,
bentuk batang, memiliki ukuran 0,4 hingga 0,7 mikro, bergerak, tidak
berspora, positif pada tes indol, glukosa, laktosa, sukrosa (Greenwood et al.,
2007). Mekanisme kerja antibiotik ini terhadap bakteri Escherichia coli
adalah dengan menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein,
menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat jalur metabolisme
utama (Nester,2009). Pada umumnya bakteri ini tidak berbahaya dan
merupakan bagian penting di saluran usus manusia yang sehat. Beberapa E.
coli bersifat patogen yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan
penyakit saluran usus lainnya (CDC, 2014).
Diare adalah buang air besar (BAB) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair, dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya
yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar cair tersebut
dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Simadibrata, 2014).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) (2009), diare
membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun. Di Indonesia, diare merupakan
salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita dan urutan ketiga
bagi bayi serta urutan kelima bagi semua umur. Apabila balita mengalami
diare, mereka akan lebih berisiko terkena dehidrasi dan komplikasi lainnya
yang dapat mengarah pada malnutrisi hingga terjadi kematian. Pencegahan
komplikasi tersebut memerlukan tatalaksana antibiotik yang tepat untuk
mengobati penyakit diare pada anak. Penelitian terhadap sensitifitas antibiotik
selalu dilakukan seiring dengan perkembangan zaman akibat terjadinya
resistensi antibiotik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Uji sensitifitas antibiotik terhadap bakteri
Escherichia coli pada penderita diare invasif anak di rumah sakit
Muhammadiyah Palembang”.

Universitas Muhammadiyah Palembang


3

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana sensitifitas antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli pada
sampel feses pasien diare invasif anak di RS Muhammadiyah Palembang
(RSMP) ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sensitifitas antibiotik terhadap
bakteri Escherichia coli pada pasien diare invasif di RS
Muhammadiyah Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi bakteri Escherichia coli pada sampel feses
penderita diare invasive anak di RS Muhammadiyah Palembang.
2. Untuk mengetahui antibiotik yang sensitif terhadap bakteri
Escherichia coli pada pasien diare invasif anak di RS
Muhammadiyah Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan informasi antibiotik yang sensitif terhadap bakteri
Escherichia coli pada pasien diare invasif anak di RS
Muhammadiyah Palembang.
2. Hasil penelitian ini dapat meminimalisir terjadinya resistensi
antibiotik dalam tatalaksana diare.
1.4.2 Manfaat Praktisi
Hasil penelitian dapat memberi rujukan bagi panduan praktis
klinis (PPK) rumah sakit Muhammadiyah Palembang dalam
memberikan antibiotik yang tepat dalam tatalaksana pasien diare
invasif anak.
1.4.3 Manfaat Untuk Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Palembang


4

Hasil penelitian dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat


dalam konsumsi antibiotik untuk anak selama menderita diare invasif
anak.
1.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan sumber yang tersedia, baik buku dan jurnal yang membahas
tentang kerja antibiotik terhadap mikroorganisme penyebab diare.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Judul Penelitian Desain Penelitian Hasil
Sumampouw, Uji Sensitivitas Antibiotik Eksperimental Ciprofloxacin merupakan
O.J Terhadap Bakteri Escherichia antibakteri yang paling baik
coli Penyebab Diare Balita di digunakan untuk
Kota Manado. menghambat pertumbuhan
E. coli sebagai agen
penyebab diare pada balita di
kota Manado. Berdasarkan
hasil penelitian ini maka
disarankan penggunaan
Ciprofloxacin sebagai
antibiotik pilihan untuk
membunuh E. coli sebagai
agen penyebab diare pada
balita. Penggunaan antibiotik
harus dilakukan berdasarkan
anjuran dari dokter, sehingga
tidak terjadi resistensi bakteri
terhadap antibiotik ini.

Adzkie Uji Sensitivitas Antibiotik Deskriptif Hasil uji sensitivitas bakteri


Muhammad, Terhadap Bakteri Penyebab terhadap antibiotik
Nunuk Aries Infeksi Saluran Kemih pada menunjukkan bahwa bakteri
Nurulita, Arif Pasien Rawat Inap di RSUD yang diduga E. coli
Budiman Prof. Dr Margono Soekarjo menunjukkan bahwa
Purwokerto terhadap antibiotik asam
pipemidat dengan rata–rata
zona hambat sebesar 66,7%,
masih sensitif dan antibiotik
cefixime nilai zona hambat

Universitas Muhammadiyah Palembang


5

dengan rata–rata sebesar


55,6% sensitif terhadap E.
coli.

Debi Arivo, Ai Uji Sensitivitas Antibiotik Eksperimental Berdasarkan hasil uji


Winarti Terhadap Escherichia coli Laboratorik sensitivitas bakteri terhadap
Dwiningtyas Penyebab Infeksi Saluran antibiotik diperoleh hasil
Kemih bahwa E coli sensitif
terhadap gentamicin sebesar
100%, dan ciprofloxacin
sebesar 60%.

M. Fadila Arie Gambaran Bakteri Penyebab Deskriptif retrospektif Pada spesimen feses adalah
Novard, Netti Infeksi Pada Anak Escherichia coli yang masih
Suharti, Berdasarkan Jenis Spesimen sensitif terhadap meropenem
Roslaili Rasyid dan Pola Resistensinya di dan sudah resisten terhadap
Laboratorium RSUP Dr. M. eritromisin. Pada spesimen
Djamil Padang Tahun 2014- urin adalah Escherichia coli
2016 yang masih sensitif terhadap
meropenem dan sudah
resisten terhadap ampisilin.

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai