Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DALAM MENCIPTAKAN HARMONISASI SOSIAL


Yuni Istiani
yuniistiani45@yahoo.com

Abstrak
Keberagaman dalam bermasyarakat seharusnya tidak menjadi persoalan yang mendasar di negara
Indonesia melainkan hal ini yang seharusnya menjadikan suatu alat dalam kesatuan. Kenyataannya bah-
wa Indonesia mempunyai berbagai keragaman budaya, entis, ras, sosial dan agama menjadi salah satu
gagasan akan munculnya pendidikan multikultur. Pendidikan yang beroreintasi multikultur harus dapat
memahami keberadaan masyarakat plural yang memiliki pemikiran berbeda dan membutuhkan suatu
ikatan-ikatan keadaban. Hal ini yang menjadikan dasar suatu pendidikan multikultural dalam suatu ke-
hidupan baik disekolah maupun dimasyarakat untuk mencapai kehidupan yang aman, tertib, berwibawa
dan bermartabat. Pendidikan multikultural memiliki karakter untuk melakukan penghormatan terhadap
harkat dan martabat manusia dari mana asal budayanya yang akhirnya tercipta kedamaian, keamanan
tanpa kecemasan, kesejahteraan tanpa manipulasi dan kebahagian yang tidak direkayasa. Dengan de-
mikian melalui pendidikan multikultural mampu menciptakan harmonisasi sosial di sekolah maupun
dalam bermasyarakat.
Kata Kunc: Multikultur, Pendidikan Multikultur, Harmonisasi Sosial

PENDAHULUAN kultural.” Pendidikan Multikultural sendiri merupakan


Pendidikan di Indonesia merupakan suatu wari- respon terhadap perkembangan keragaman populasi se-
san yang dibawa oleh bangsa Barat yang didalamnya kolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap
mengajarkan berbagai perspektif yang secara langsung kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultur
menyatukan segala perberbedaan yang ada di negeri merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pen-
ini dalam membangun kerukunan. Pasal 4 ayat (1) UU didikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah,
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional prestasi, dan perhatian terhadap orang-orang non eropa.
menyebutkan; Sedangkan secara luas pendidikan multikultur itu men-
cakup seluruh peserta didik tanpa membedakan kelom-
”Pendidikan diselenggarakan secara demokratis pok-kelompoknya seperti gender, etnic, ras, budaya,
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai strata sosial, bahasa dan agama.
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.” METODE PENELITIAN
Bunyi pasal tersebut mengimplikasikan bahwa par- Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
adigma multikulturalisme menjadi salah satu perhatian kualitatif, metode penelitian yang menghasilkan data
dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Pada deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
konteks ini dapat dikatakan, tujuan utama dari pendi- orang-orang yang diamati dari suatu individu, kelom-
dikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap pok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu
simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang
agama dan budaya yang lebih jauh lagi, penganut ag- yang utuh, komprehensif dan holistik (Bogdan dan
ama dan budaya yang berbeda dapat belajar untuk mel- Tylor.1992:21-22). Dan metode penelitian ini adalah
awan atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-toler- metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
anan (l’intorelable) seperti inkuisisi (pengadilan negara digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ala-
atas sah-tidaknya teologi atau ideologi), perang agama, miah (lawan eksperimen). Analisi data yang bersifat in-
diskriminasi, dan hegemoni budaya di tengah kultur duktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan
monolitik dan uniformitas global. makna dari generalisasi.
Kenyataan bahwa Indonesia mempunyai berbagai
keragaman didalam masyarakat menjadi salah satu pen- PEMBAHASAN
dorong munculnya gagasan tentang pendidikan multi- Multikultur
kultural sebagai salah satu model pendidikan. Kenyata-
Masyarakat multikultural secara sederhana
an yang tak dapat ditolak bahwa masyarakat dan bangsa
didefinisikan sebagai masyarakat yang di dalamnya
Indonesia terdiri dari berbagai keragaman sosial, kelom-
terdapat keragaman kebudayaan dalam merespon
pok etnis, budaya, agama, aspirasi politik dan lain-lain
perubahan demografis dan kultural lingkungan
sehingga “masyarakat dan bangsa Indonesia secara
masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multi-
keseluruhan. Sedangkan secara luas masyarakat

367
368 Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy 2016
multikultural itu mencakup seluruh warga tanpa perbedaan tanpa kecuali dengan harmonis).
membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, Kedudukan implementasi pendidikan multikultur
etnis, ras, budaya,bahasa, strata sosial serta agama. di Indonesia dalam konteksnya dapat diposisikan se-
Sesuai dengan istilahnya, multikultur (multi+kul- bagai falsafah pendidikan, pendekatan pendidikan serta
tur) didefinisikan sebagai keberagaman budaya dalam bidang kajian dan bidang studi. (Tatang,2012). Dika-
suatu masyarakat, dalam suatu negara, tetapi dapat takannya sebagai falsafah pendidikan pandangan bahwa
hidup berdampingan secara damai. Jadi yang beragam kekayaan keberagaman budaya Indonesia hendaknya di-
adalah budayanya, termasuk kepercayaan dan agama, manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan dan
adat istiadat, kebiasaan dan berbagai bentuk perilaku meningkatkan sistem pendidikan dan kegiatan belajar
sosial yang menyertainya dengan para pendukungnya mengajar di Indonesia guna mencapai masyarakat Indo-
masing-masing; suku,ras,bangsa dan berbagai bentuk nesia yang adil dan makmur, dalam konteks pendekatan
komunitas yang lain (Nyoman, 2014:159). Definisi lain pendidikan penyelenggaraan dan pelaksanaan pendi-
menyebutkan bahwa multikulturalisme adalah kom- dikan yang kontekstual yang memperhatikan keragaman
pleksitas, heterogenitas, kekayaan budaya dengan ciri budaya Indonesia, nilai budaya diyakini mempengaruhi
berbeda-beda yang terkandung dalam suatu semestaan pandangan, keyakinan, perilaku individu dan sebagai
tertentu, tetapi dimaknai sebagai kualitas superstruktur bidang kajian dan bidang studi disiplin ilmu yang diban-
yang mengikat eksistensi kolektivitas. Ciri khas multi- tu oleh sosiologi dan antropologi pendidikan menelaah
kultur (Agger, 2003:114) dengan demikian adalah per- dan mengkaji aspek-aspek kebudayaan, terutama nilai-
bedaan itu sendiri, sehingga perbedaan pada dasarnya nilai budaya dan perwujudannya norma, etiket, adat-is-
lebih penting dibandingkan dengan persamaan. tiadat atau tradisi dan lain-lain mencakup manifestasi
Multikultural memiliki istilah lain yang tidak jauh budaya, agama dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan
berbeda yakni pluralisme dan relativisme, masyarakat pendidikan.
campuran dalam terjemahannya. Perbedaannya jika Banks (2002) menjelaskan gerakan pendidikan
multikulturalisme ngandaikan terjadinya kehidupan multikultural itu adalah gerakan untuk mereformasi
berdampingan secara damai, sebaliknya pluralisme lembaga-lembaga pendidikan agar memberikan peluang
dan relativisme semata-mata menunjukkan ciri yang sama kepada setiap orang, tanpa melihat asal-usul
masyarakat bersangkutan. Pluralisme menjelaskan etnis, budaya, dan jenis kelaminnya,untuk sama-sama
adanya bermacam-macam budaya dalam masyarakat, memperoleh pengetahuan, kecakapan (skills), dan sikap
sedangkan relativisme adanya kebebasan dalam yang diperlukan untuk bisa berfungsi secara efektif dalam
bertindak sesuai dengan tujuan masing-masing. Dalam negara-bangsa dan masyarakat dunia yang beragam
hubungan ini, disatu pihak multikulturalisme merupakan etnis dan budaya. Mengenai tujuan gerakan pendidikan
perkembangan kemudian, perkembangan signifikan multikultural itu, Banks (2002:1-4) merumuskan ada
pluralisme dan relativisme dipihak lain pluralisme empat. Pertama,membantu individu memahami diri
dan relativisme pada akhirnya merupakan bagian dari sendiri secara mendalam dengan mengaca diri dari
multikulturalisme. kaca mata budaya. Kedua, membekali peserta didik
pengetahuan mengenai etnis dan budaya-budaya lain,
Pendidikan Multikultur budayanya sendiri dalam budaya “mayoritas,” dan lintas
Pendidikan multikultural merupakan sebuah istilah budaya. Ketiga, mengurangi derita dan diskriminasi
yang sudah lama muncul di dunia pendidikan. Pasalnya ras, warna kulit, dan budaya. Keempat, membantu para
dinilai surut karena fungsi dan peranan pendidikan peserta didik menguasai kemampuan dasar membaca,
multikultural masih dalam dataran konsep. Maslikhah menulis dan berhitung
(2007:73-75) mengemukakan pendidikan multikultural Paul C. Gorski menjelaskan tujuan reformasi pen-
dipandang kurang menyakinkan masyarakat yang didikan melalui gerakan pendidikan multikultural itu
secara objektifitas memiliki anggota yang heterogen dan untuk mengubah sistem pendidikan yang lebih berba-
plural. Paling tidak, heterogenitas dan pluralitas anggota siskan keadilan sosial, keseteraan-keadilan pendidikan,
masyarakat tersebut dapat dilihat pada eksistensi pedagogi kritis, dan dedikasi, dalam rangka memberikan
keragaman suku (etnis), ras, aliran (agama) dan budaya pengalaman pendidikan yang memungkinkan semua pe-
(kultur). Untuk mengimplimentasikan keragaman serta didik mengembangkan sepenuh-penuhnya seluruh
suku, ras, aliran, dan budaya terdapat beberapa fase potensi dirinya, dan menjadi anggota masyarakat yang
perkembangan pendidikan multikultural. Jenis dan fase sadar sosial dan berperan aktif secara lokal, nasional,
perkembangan pendidikan multikultur ini berawal dari dan juga global.
sejarah perkembangan multikultur di Amerika Serikat. Multicultural education is a progressive
Jenis dan fase perkembangan pendidikan multikultur approach for transforming education
tersebut bersifat segregesi (mengotak-ngotakkan kelas that holistically critiques and responds to
dalam bermasyarakat), Salad Bowl (perbedaan etnis discriminatory policies and practices in
dapat hidup berdampingan) dan Melting Pot (Kelompok education. It is grounded in ideals of social
justice, education equity, critical pedagogy, and
etnis dengan perbedaan budaya dapat menerima dedication to providing educational experiences
Bagian V: Pendidikan Alternatif 369
in which all students reach their full potentials Harmoni Sosial dalam Kehidupan
as learners and as socially aware and active Kata ”Harmonisasi” berasal dari bahasa Yunani,
beings, locally, nationally, and globally (Gorski:
2010). yaitu kata ”Harmonia” yang artinya terikat secara sera-
Secara tidak langsung Gorski mengungkapkan si dan sesuai. Dalam arti filsafat, harmonisasi diartikan
tujuan utama dari pendidikan multikultur adalah yang sebagai ”kerjasama antara berbagai faktor yang sedemi-
pertama meniadakan diskriminasi pendidikan, memberi kaian rupa, hingga faktor-faktor tersebut menghasilkan
peluang sama bagi setiap anak untuk mengembangkan kesatuan yang luhur”. Istilah harmonisasi secara eti-
potensinya, kedua; menjadikan anak bisa mencapai mologis meunjuk pada proses yang bermula dari suatu
prestasi akademik sesuai potensinya dan yang ketiga; upaya, untuk menuju atau merealisasi sistem harmoni.
menjadikan anak sadar sosial dan aktif sebagai warga Istilah harmoni juga diartikan keselarasan, kecocokan,
masyarakat lokal, nasional. keserasian, keseimbangan yang menyenangkan.Ber-
dasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen
Nyoman Kutha (2014:166) mengungkapkan
Pendidikan Nasional, 2012:484), kata harmonis diarti-
tujuan utama pendidikan multikultur untuk saling
kan sebagai sesuatu yang bersangkut paut dengan har-
menghormati antarindividu, antar kelompok dan
moni, atau seia sekata; sedangkan kata “harmonisasi”
golongan, antar etnis dan agama, saling memahami
diartikan pengharmonisan, atau upaya mencari kese-
adat istiadat dan kebiasaan masing-masing yang secara
larasan. Menurut arti psikologis, harmonisasi diartikan
keseluruhan bahwa kita berbeda. Pendidikan multikultur
sebagai keseimbangan dan kesesuaian segi-segi dalam
menanamkan kepada peserta didik untuk berinteraksi
perasaan, alam pikiran dan perbuatan individu, seh-
secara positip, saling mempengaruhi secara kreatif,
ingga tidak terjadi hal-hal ketegangan yang berlebihan
sehingga terjadi keseimbangan antara perubahan secara
(Goesniadhie, 2006:59). Harmoni dalam konteks haki-
pribadi dan kelompok dimana mereka terlibat. Bagi
kat merujuk pada adanya keserasian, kehangatan, keter-
bangsa indonesia pendidikan multikultural dengan moto
paduan dan kerukunan yang mendalam dengan sepenuh
“bhinneka tunggal ika” harus berada dalam bingkai
jiwa melibatkan asfek fisik dan psikis sekaligus (Roqib,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar ’45.
2007:2). Leo Semashko (2005) menjelaskan ;
Mengacu pada Perlindungan Hak Asasi Manusia
diratifikasi PBB pada 1948 dalam bentuk Deklarasi Social harmony is an integrative value in a
Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration global, information society, which unites in
itself love, peace, justice, freedom, equality,
of Human Right). Terjemahan bebas dalam pasal-pas- brotherhood, cooperation, nonviolence,
al yang berkaitan dengan pengakuan kultur antara lain tolerance, humanism and other universal
pada pasal 2 bahwa setiap orang berhak mendapatkan values, and prioritizes children. Harmony is
hak dan kebebasan tanpa diskriminasi apapun, seperti the top value of oriental culture (Confucianism,
perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin (seks), bahasa, Buddhism, etc.) but it did not become a priority
value for industrial society. At the same time
agama, politik atau pendapatnya, kebangsaan atau asal- it is not alien to western culture (Pythagoras,
usul sosial, kepemilikan, kelahiran, atau status lainnya. Plato, Aristotle, Renaissance, Leibniz, etc.).
Selanjutnya tidak ada perlakuan atas dasar politik, ju- Therefore, harmony is a common value for
risdiksi atau status internasional teritorial suatu nega- western and eastern cultures, and can eliminate
ra yang dimiliki oleh seseorang, seperti apakah negara the clash of civilizations. Social harmony
creates a harmonious and sustainable peace,
tersebut merdeka, dipercaya, tidak memerintah sendiri beyond wars, terror and poverty. Harmonious
atau dibawah pembatasan kekuasaan. peace (social harmony) begins with harmony of
Dengan kata lain melalui pendidikan multiultural genders (mothers and fathers), and generations
(parents and children), and continues in the
yang ada di bangsa kita seharusnya dapat menghilangkan population with harmony of sphere classes,
segala pemikiran atas dasar perbedaan-perbedaan yang through harmonious partnership.
ada yang mencangkup bentuk fisik maupun pemikiran.
Hal ini menjadi dasar menghilangkannya pemikiran- Dari penjelasan Semaskho, bahwa harmonisasi
pemikiran tentang perbedaan yang sering dijadikan merupakan sususan cinta, damai, keadilan, humanisme
dasar sebuah masalah, pada kenyataannya tidak semua dan nilai-nilai lainnya. Artinya sebuah harmonisasi akan
pihak mempermasalahkan tentang perbedaan ini akan terwujud dengan baik jika semua nilai saling meleng-
tetapi ada sebuah intrik-intrik kecil yang membuat kapi. Sehingga akan menghasilkan sebuah konsep har-
perbedaan tersebut menjadi sebuah masalah yang monisasi sosial yang implemtasinya akan terlihat dalam
besar dengan tujuan tertentu. Padahal jika dipahami kehidupan masyarakat.
lebih lanjut perbedaan yang beragam di negeri ini (ras, Kehidupan ideal bagi siapapun adalah kemampuan
bahasa, budaya, gender serta keyakinan/agama) sering untuk menciptakan sebuah budaya dan tradisi hidup yang
kali menjadikan sebuah perantara pemersatu bangsa harmonis secara fisik-psikis dalam bermasyarakat dan
dengan melalui bahasa nasional yang menjadikan berbangsa dengan berdinamika hidup yang tinggi untuk
kita memahami perbedaan-perbedaan tersebut yang menggapai keluhuran peradaban dan kemanusiaan.
menjadikan kita hidup selaras dengan harmoni. Kehidupan seperti ini yang diharapkan dapat terwujud
370 Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy 2016
dalam kehidupan masyarakat. Harmoni yang sebenarnya susnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis,
ialah jika semua interaksi sosial berjalan dengan wajar budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemam-
dan tanpa adanya tekanan-tekanan atau pemaksaan puan, umur dan ras. model pembelajaran ini tidak hanya
yang menyambut jalannya kebebasan (Roqib, 2007:21). bertujuan agar siswa mudah mempelajari pelajaran yang
Keharmonisan sosial merupakan harapan setiap individu. sedang diterangkan, akan tetapi juga untuk meningkat-
Kehidupan yang harmonis dalam suatu masyarakat kan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis,
bukanlah suatu yang muncul begitu saja, melainkan pluralis, dan demokratis. Dengan demikian adanya pen-
harus diusahakan oleh setiap elemen masyarakat, salah didikan multikultural diharapkan terciptanya kelenturan
satunya adalah melalui pendidikan. Narwoko, J.D mental suatu bangsa dalam menghadapi suatu benturan
dan Bagong Suyanto (2007:206) Menyatakan bahwa terjadinya konflik untuk menjadikan kehidupan yang se-
keserasian sosial, kehidupan harmoni dan kerukunan laras, toleransi serta harmoni.
pada dasarnya adalah mozaik yang disusun dari parca-
parca perbedaan. Anak yang sejak dini didik untuk DAFTAR PUSTAKA
menyadari perbedaan, niscaya yang terjadi bukanlah Agger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis (Terj.Nurhadi).
konflik-konflik yang manifest atau pertengkaran, tetapi Yogyakarta:Kreasi Wacana
akan melahirkan rasa toleransi dan kesadaran yang
Bank, James A. 2002. An Introduction to multicultural
menerima bahwa dalam kehidupan nyata selalu ada education. Boston; Allyn and Bacon
wilayah yang mesti dibagi dengan pihak lain. Sekolah
merupakan lingkungan kedua bagi anak-anak memiliki Bogdan, Robert C. & Steven J. Tylor. 1992. Introduction
peran sentral dalam mengembangkan keterampilan to Qualitative Research Methotds : A Phenomeno-
logical Approach in the Social Sciences, Alih Baha-
sosial agar kelak mereka dapat bersikap dan bertindak
sa Arief Furchan, John Wiley dan Sons. Surabaya:
sesuai dengan fitrah sebagai makhluk paling sempurna. Usaha Nasional
Keharmonisan merupakan tujuan hidup yang
Goesniadi, Kusnu. 2006. Harmonisasi Hukum dalam
didambakan oleh seluruh umat manusia. Sehingga dalam
perspektif Perundang-Undangan. Surabaya: JP-
hidup ini tidak dibenarkan adanya sikap dengki, iri hati, Books.
jail, dan berbuat sekehendak hati dalam pola hubungan
dengan orang lain. Sikap pasif dan menghindari Gorsky, Paul C. 2009. “What we’re teaching teach-
terjadinya konflik merupakan representasi yang baik ers: An analysis of multicultural teacher educa-
tion coursework syllabi”. Journal of Teaching and
dari sikap untuk mempertahankan keharmonisan
Teacher Education. Vol. I. No. 25, 2009, pp: 309-
sosial atau mempertahankan keadaan yang rukun. Jika 318
dalam kehidupan masyarakat belum hidup dengan
rukun, akan membuat hidup selalu kurang nyaman dan Isenhart, M. W. &Spangle, M. 2000. Collaborative Ap-
prilaku-prilaku yang sifatnya menentang akan timbul. proaches to ResolvingConflict. London: Sage Pub-
lications, Inc.
Ketidakpuasan akan mengakibatkan timbulnya perilaku
yang destruktif (Homans dalam Isenhart & Spangle, Leo, Semashko. 2005. A New Culture Of Peace From
2000). Kebhinekaan budaya bukan menjadi halangan Social Harmony. http://www.peacefromharmony.
untuk mewujudkan persatuan bangsa, sebaliknya spb.ru/eng/
justru memperkuatnya secara selaras dan harmonis. Mahfud, Chaerol. 2008. Pendidikan Multikultural, Kon-
Multikulturalisme untuk memahami segenap perbedaan sep dan Aplikasi. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media
yang ada pada setiap diri manusia serta mengelola Maslikhah. 2007. Quo Vadis Pendidikan Multikultur
perbedaan diterima sebagai hal yang alamiah. Dengan “Rekonstruksi Sistem Pendidikan Berbasis Ke-
demikian tidak alasan bagi terjadinya tindakan bangsaan”. Surabaya: PT. Temprina Media Grafika
diskriminatif sebagai buah dari pola perilaku dan sikap
Narwoko, J.D dan Bagong Suryanto. 2007. Sosiologi
hidup yang cenderung dikuasai rasa iri hati, dengki
Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:Kencana.
dan buruk sangka. Arif Budiman yang dikutip Choirul
Mahfud ( 2008 : 314), mengatakan bahwa orang tidak Nyoman, K.R. 2014. Peranan Karya Sastra, Seni dan
akan menjadi manusia Indonesia yang baik, kalau tidak Budaya Dalam Pendiidkan Karakter. Yogyakarta:
mengerti dan mengenal multikultural. Pemahaman akan Pustaka Pelajar
pentingnya multicultural menjadi dasar semangat dari Roqib, M. 2007. Harmoni dalam Budaya Jawa (Dimen-
pembentukan bangsa ini. Salah satu contohnya adalah si Edukasi dan Keadilan Gender). Yogyakarta:Pus-
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan taka Pelajar.
bukan dari bahasa mayoritas. Tatang, Amirin. Implementasi pendekatan Pendidikan
Multikultural Konstektual Berbasis Kearifan Lokal
SIMPULAN di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yog-
Pembelajaran multikultural menawarkan satu al- yakarta
ternatif melalui model pembelajaran yang berbasis pada
pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khu-

Anda mungkin juga menyukai