Anda di halaman 1dari 1

Nama : Rubi Gani Agustin

Kelas : XII MIPA 4

Apa Salah dan Dosa Sampah ???


Balthasar Kambuaya, menteri negara lingkungan hidup Indonesia menyatakan bahwa 75% sungai
Indonesia berada dalam kondisi tercemar berat. Sekitar 60% penyebabnya adalah limbah domestik. Dari
data tersebut kita dapat mengetahui bahwa limbah domestik merupakan penyebab utama tercemarnya sungai
Indonesia. Secara tidak langsung, fakta mengenai data tersebut telah menampar peranan manusia sebagai
produsen dan konsumen yang menimbulkan munculnya masalah pencemaran sungai.
(nasional.kompas.com)

Secara tidak sadar kita sering mengeluh dan menyalahkan sampah sebagai penyebab utama
terjadinya berbagai permasalahan. Padahal, jika dipikirkan kembali, penyebab utama dari berbagai
permasalahan yang muncul seperti banjir merupakan hasil ulah diri kita sendiri.

Banyak pengusaha pabrik yang membuang limbah hasil produksi ke sungai dengan PD- nya.
Bahkan, tak sedikit juga konsumen yang membuang limbah domestik ke sungai. Menurut Ir. Hieronymus
Budi Santoso, limbah domestik adalah bahan yang terbuang atau sengaja dibuang dari satu sumber yang
berasal dari aktivitas manusia dalam rumah. Limbah ini belum memiliki nilai ekonomi yang bermanfaat dan
bisa jadi malah berdampak negatif. (Duniapelajar.com)

Sebagai contoh aktivitas manusia yang menghasilkan limbah domestik yaitu penggunaan detergen di
wilayah pedesaan. Air sabun detergen bekas mencuci kemudian akan dibuang ke sungai. Apabila limbah
cair domestik bersatu dengan aliran sungai, maka akan berdampak bagi lingkungan sekitar aliran sungai.
Misalnya, sawah yang dialiri oleh air sungai yang sudah tercemar oleh limbah cair domestik, maka kualitas
padi sawah tersebut akan berkurang.

Contoh lain dari dampak pencemaran sungai adalah tercemarnya juga laut Indonesia. Sebab, sampah
yang berada di sungai akan terbawa arus air sungai yang berasal dari dataran tinggi menuju dataran rendah,
yaitu laut. Seperti yang telah dilansir oleh Detiknews pada Rabu 21 November 2018, terdapat bangkai paus
yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kemungkinan besar mengenai
kematian paus ini disebabkan oleh sampah plastik sebanyak 5,9 kg yang menyumbat saluran pencernaannya.

Dalam upayanya menanggulangi pencemaran sungai, pemerintah telah mengatur undang undang
Perda Nomor 3/2013 tentang Pengelolaan Sampah Sembarangan. Perda ini menjelaskan tentang sanksi bagi
yang membuang sampah sembarangan. Seseorang akan dikenakan denda sebesar-besar nya Rp.500.000.000
bila terbukti membuang sampah sembarangan.(kumparan.com)

Hampir seluruh penduduk Indonesia kurang menyadari pentingnya sungai bagi kelanjutan hidup
bangsa dan alam Indonesia. Meskipun sudah ditetapkan berbagai aturan mengenai sampah, tetapi kita masih
sering menjumpai sampah yang menumpuk ditepi sungai. Bukan hanya kebanjiran yang akan terjadi jika
sampah menumpuk menghalangi pintu sungai. Hal yang lebih buruk kemungkinan akan terjadi jika masalah
ini terus dibiarkan.

Pemerintah harus terjun langsung kepada masyarakat untuk memberikan asupan pengetahuan
mengenai pentingnya sungai dan manfaat sampah bagi kehidupan sehari-hari. Bukan hanya diam dan
menunggu sampah menumpuk kemudian baru bertindak. Karena pada dasarnya sungai yang kotor
merupakan cerminan dari pemerintahan yang egois dan tidak perduli terhadap bangsa dan negaranya.

Anda mungkin juga menyukai