Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Disusun Oleh :
1. Adit Nugraha Januari (18513132)
2. Ihsan Fauzi Shadiqi (18513137)
3. Shindi Ramania Wulandari (18513156)
4. Citra Rahayu Viandita S (18513166)
5. Rifqi Luthfianto (18513169)
6. Amara Mayori (18513173)
7. Nurochim Ibnu Sidiq (18513175)
8. Ega Elita Mahardika R (18513178)
9. Andifa Khalida Azzara (18513183)
10. Haninda Ifti Azzuhra (18513188)
11. Nisrina Khoirunnisa (18513191)

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih memberikan
nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan judul “Pemilihan Umum Di Indonesia” tepat pada waktunya. Terimakasih pula
kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Ruhiatudin selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Makalah
sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Dalam makalah ini membahas tentang Pengertian Pemilihan Umum, tujuan dan manfaat dari
Pemilihan Umum, asas asas dalam Pemilihan Umum, dan system Pemilihan umum. Akhirnya
kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya pembaca pada umumnya.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.

Yogyakarta, 12 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah......................................................................................................1

Rumusan Masalah...............................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

Pembahasan.........................................................................................................................2

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan.........................................................................................................................8

Saran....................................................................................................................................8

Daftar Pustaka.....................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Pemilihan umum di negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat


dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, hal ini tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1). Pemilu menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil. Pemilu dalam negara-negara demokrasi merupakan suatu proses yang
meletakkan kedaulatan rakyat sepenuhnya ditangan rakyat itu sendiri melalui system
pergantian kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip–
prinsip yang digariskan oleh konstitusi. Prinsip – prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai
dengan konstitusi antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat
(demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara berhak ikut serta dan aktif dalam setiap
proses pengambilan keputusan kenegaraan.
Pemilu presiden 2019 menjadi istimewa selain karena diikuti oleh kandidat yang telah
bertarung pada pemilu sebelumnya, juga dilaksanakan serentak dengan pemilu legislatif.
Untuk kali pertamanya dalam sejarah pemilu di Indonesia, akan digelar pemilu presiden dan
pemilu legislatif serentak pada hari yang sama. Pemilu 2019 nanti dikenal juga dengan
sebutan “Pemilu Lima Kotak” karena pada saat yang sama dilakukan pemilihan presiden,
pemilihan DPR-RI, DPR Provinsi, DPR Kabupaten/Kota dan pemilihan DPD. Terdapat
hal-hal menarik yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai fenomena-fenomena yang terjadi
saat Pilpres 2019. Salah satu hal yang dimaksud yaitu persaingan-persaingan di antara dua
kubu pasangan calon. Persaingan di antara keduanya telah menimbulkan berbagai reaksi di
kalangan masyarakat. Padahal, perbedaan prinsip dan sudut pandanglah yang menjadikan
munculnya pola seolah-olah ada persaingan hingga merembes ke lapisan masyarakat. Maka
hal-hal mengenai pemicu perpecahan di masyarakat dalam menyambut kontestasi pemilu
presiden 2019 sangat penting untuk dikaji demi mempertahankan keutuhan bangsa karena
Indonesia merupakan negara yang sangat menjunjung nilai-nilai pluralisme dan rentan
terhadap perpecahan. Adapun objek penelitian yang akan diteliti ialah sikap masyarakat
terhadap Pilpres 2019 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pemilihan umum ?


2. Apa tujuan dan manfaat dari pemilihan umum itu sendiri ?
3. Apa saja asas-asas yang dijalankan dalam pemilihan umum di Indonesia ?
4. Bagaimana sistem pemilihan umum di Indonesia ?
5. Bagaimanakah pelaksanaan pemilihan umum 2019 yang baru saja dilaksanakan serentak di
Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD RI 1945) menentukan :
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.” Mana kedaulatan sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu
kekuasaan yang dalam taraf terakhir dan tertinggi wewenang membuat keputusan.
Pemilihan umum juga salah satu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang sekaligus
merupakan perwujudan dari negara demokrasi atau suatu cara untuk menyalurkan aspirasi
atau kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPP
dan DPRD pasal 1 berbunyi “Pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.” Dan UU NO. 23 tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil
presiden negara RI yang dipilih langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak bagi
negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan banyaknya jumlah
penduduk demi seorang dalam menentukan jalannya pemerintahan oleh sebab itu kedaulatan
rakyat dilaksanakan dengan cara perwakilan. Berikut beberapa pernyataan beberapa para ahli
mengenai pemilu :
- Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim : pemilihan umum tidak lain adalah suatu cara untuk
memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu negara yang menyebut dirinya sebagai
negara demokrasi, pemilihan umum itu harus dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu.
- Bagir Manan : Pemilhan umum yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun sekali merupakan
saat atau momentum memperlihatkan secara nyata dan langsung pemerintahan oleh rakyat.
Pada saat pemilihan umum itulah semua calon yang diingin duduk sebagai penyelenggara
negara dan pemerintahan bergantung sepenuhnya pada keinginan atau kehendak rakyat.
Pada dasarnya ada beberapa tujuan yang mendasari pelaksanaan pemilu di Indonesia
diantaranya :
a. Untuk memilih anggotar DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten / kota
b. Melaksanakan demokrasi Pancasila
c. Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
d. Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia
f. Menjamin kesinambungan pembangunan
g. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
h. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara
Sementara itu adapun manfaat diadakannya pemilihan umum yaitu diantaranya :
a. Pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi demokrasi
adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa
memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan
wakil-wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan
memegang tampuk pemerintahan.
b. Pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui pemilu, rakyat
dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil
rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.
c. Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara konstitusional.
Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan
reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya
rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka
pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang didukung
oleh rakyat.
d. Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.
Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan pemberian mandat
rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin
politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat.
e. Pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta menetapkan
kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung dapat menetapkan kebijakan
publik melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-program yang
dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung
rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk
pemerintahan.

Bangsa Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak zaman kemerdekaan.


Semua pemilihan umum itu tidak diselenggarakan dalam kondisi yang vacuum, tetapi
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan umum tersebut. Dari
pemilu yang telah diselenggarakan juga dapat diketahui adanya usaha untuk menemukan
sistem pemilihan umum yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

1. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1959)


Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin Harahap (tahun
1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2 kali yaitu yang pertama untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan September dan yang kedua untuk
memilih anggota Konstituante pada bulan Desember. Sistem yang diterapkan pada pemilu ini
adalah sistem pemilu proporsional. Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan
demokratis dan khidmat, Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari
pemerintah mengadakan intervensi atau campur tangan terhadap partai politik dan kampanye
berjalan menarik. Pemilu ini diikuti 27 partai dan satu perorangan.Akan tetapi stabilitas politik
yang begitu diharapkan dari pemilu tidak tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi
tiga besar: NU, PNI dan Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa masalah
terutama yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno zaman Demokrasi Parlementer
berakhir.
2. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Setelah pencabutan Maklumat Pemerintah pada November 1945 tentang keleluasaan untuk
mendirikan partai politik, Presiden Soekarno mengurangi jumlah partai politik menjadi 10
parpol. Pada periode Demokrasi Terpimpin tidak diselanggarakan pemilihan umum.

3. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)


Setelah turunnya era Demokrasi Terpimpin yang semi-otoriter, rakyat berharap bisa
merasakan sebuah sistem politik yang demokratis & stabil. Upaya yang ditempuh untuk
mencapai keinginan tersebut diantaranya melakukan berbagai forum diskusi yang
membicarakan tentang sistem distrik yang terdengan baru di telinga bangsa Indonesia.
Pendapat yang dihasilkan dari forum diskusi ini menyatakan bahwa sistem distrik dapat
menekan jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan, dengan tujuan partai-partai kecil
akan merasa berkepentingan untuk bekerjasama dalam upaya meraih kursi dalam sebuah distrik.
Berkurangnya jumlah partai politik diharapkan akan menciptakan stabilitas politik dan
pemerintah akan lebih kuat dalam melaksanakan program-programnya, terutama di bidang
ekonomi. Karena gagal menyederhanakan jumlah partai politik lewat sistem pemilihan umum,
Presiden Soeharto melakukan beberapa tindakan untuk menguasai kehidupan kepartaian.
Tindakan pertama yang dijalankan adalah mengadakan fusi atau penggabungan diantara partai
politik, mengelompokkan partai-partai menjadi tiga golongan yakni Golongan Karya (Golkar),
Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Spiritual (PPP). Pemilu tahun1977 diadakan dengan
menyertakan tiga partai, dan hasilnya perolehan suara terbanyak selalu diraih Golkar.

4 . Zaman Reformasi (1998- Sekarang)


Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi
masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai
politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik
yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh
berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini disebabkan
telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang
PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah
parpol yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak
mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara bergabung dengan
partai lainnya dan mendirikan parpol baru.

Sistem pemilihan umum di Indonesia meliputi :


1. Sistem Distrik dan Proporsional -Kelebihan dan Kekurangan
Berikut penjabaran mengenai kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan proporsional
yang keduanya termasuk sistem pemilu mekanis seperti yang dijelaskan di atas.

2. Sistem perwakilan distrik (satu dapil untuk satu wakil)


Di dalam sistem distrik sebuah daerah kecil menentukan satu wakil tunggal berdasarkan
suara terbanyak, sistem distrik memiliki karakteristik, antara lain :

 first past the post : sistem yang menerapkan single memberdistrict dan pemilihan yang
berpusat pada calon, pemenangnya adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak.
 the two round system : sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai dasar untuk
menentukan pemenang pemilu. ini dijalankan untuk memperoleh pemenang yang
mendapatkan suara mayoritas.
 the alternative vote : sama dengan first past the post bedanya adalah para pemilih
diberikan otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan ranking terhadap
calon-calon yang ada.
 block vote : para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon yang terdapat
dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari calon-calon yang ada.

Kelebihan Sistem Distrik

 Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang
diperebutkan hanya satu.
 Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
 Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik
oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
 Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.
 Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan

Kelemahan Sistem Distrik

 Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini
menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
 Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara terbuang.
 Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.
 Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan kepentingan daerahnya daripada
kepentingan nasional.

3. Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )


Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda
dengan sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda
gambar kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai,
seperti Italia, Indonesia, Swedia, dan Belanda. Sistem ini juga dinamakan perwakilan
berimbang ataupun multi member constituenty. ada dua jenis sistem di dalam sistem
proporsional, yaitu ;

 list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu menunjukan daftar


calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai. alokasi kursi partai didasarkan
pada daftar urut yang sudah ada.
 the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.

Kelebihan Sistem Proposional

 Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
 Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat
mewakili masyarakat majemuk(pluralis).
Kelemahan Sistem Proposional

 Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah partai yang
terus bertambah menghalangi integrasi partai.
 Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal
ini memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di
parlemen.
 Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk
menjadi partai mayoritas.

Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara penghitungan suara
dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi
masing-masing partai politik.

Asas-asas pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia :

1. Langsung
Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih secara
langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri tanpa ada perantara.
2. Umum
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yg memenuhi
persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan,
pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
3. Bebas
Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pemilih pada
pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk membawa
aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
4. Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan pilihannya.
Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain
kepada siapa pun suaranya diberikan.
5. Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga bersikap
jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan umum
mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.

Kita warga Indonesia baru saja melaksanakan pemilihan umum 2019 untuk memilih
presiden, wakil presiden dan pemimpin daerah lainnya. Tentunya pemilihan kali ini tidak lepas
dari adanya kelebihan dan kekurangan dari pemilu yang baru saja dilaksanakan. Kelebihan
pada Pemilu 2019 yaitu Pemilu 2019 merupakan pemilu serentak dan dilakukan untuk
mengefisiensikan sejumlah hal. Baik dari sisi anggaran maupun waktu. Pemilu serentak juga
dapat meminimalisasir kemungkinan konflik sosial akibat ketegangan politik berkepanjangan.
Dalam pemilu serentak, pembiayaan penyelenggaraan lebih menghemat uang negara yang
berasal dari pembayar pajak serta hasil eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya. Dengan efisiensi itu, tentu akan meningkatkan kemampuan negara
mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 yang antara
lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Selain itu, penyelenggaraan pemilu serentak dapat menguatkan sistem presidensial karena
menghindarkan terjadinya negosiasi atau tawar-menawar politik yang bersifat taktis demi
kepentingan sesaat. Sehingga, di masa mendatang dapat tercipta negosiasi dan koalisi strategis
partai politik untuk kepentingan jangka panjang.
Pemilihan umum Indonesia yang berlangsung April 2019 kali ini tidak hanya memilih
anggota legislatif melainkan juga presiden Indonesia yang akan menjabat selama lima tahun
mendatang. Masyarakat Indonesia dengan semangat menyambut pesta demokrasi tersebut
dalam mendukung masing-masing kandidat.Ada pemilih yang baru pertama kali mencoblos
dan menggunakan hak suara mereka.Namun,banyak warga yang kurang mengenali sosok para
calon anggota legislatif itu membuat warga bingung menjatuhkan pilihan, terlebih tidak
adanya foto di surat suara yang dicoblos.Banyak sekali warga yang tidak berada di tanah air tapi
mereka tetap ingin menggunakan hak suaranya. Salah satu contohnya yaitu Gregorius Aditya
Pradana yang akrab disapa Jerry menggunakan hak pilihnya, walau saat ini berada jauh dari
tanah air. Mahasiswa asal Cilandak-Jakarta ini mengemukakan keinginannya untuk
berkontribusi sekecil apa pun dalam menentukan masa depan Indonesia dan juga menginginkan
visi dan misi calon presiden (Capres) yang dapat menghadapi potensi isu-isu dalam lima tahun
mendatang.
Sementara itu masih terdapat beberapa kekurangan pada pemilu 2019 yaitu diantaranya
masih banyak ditemukan golput (golongan putih) yang mana pemilih tidak memberikan hak
suaranya. Selain itu, masih ditemukannya dugaan terhadap politik uang dan kecurangan. Di
tengah-tengah perhitungan suara yang sedang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU),
polemik mengenai kinerja penyelenggara pemilu itu muncul. Hal ini ditandai dengan
demonstrasi dari kubu yang mendukung maupun yang mengkritisi independensi KPU terkait
penanganan klaim kecurangan pemilu. Anggota Bawaslu dari divisi hukum, Fritz Edward
Siregar, mengatakan sudah ada 7.299 temuan dan laporan dari pemilu dimulai hingga 6 Mei
2019. Pelanggaran pemilu terdiri atas pelanggaran pidana, administrasi, dan etika. Dari 7.299
yang masuk pidana 392, yang sudah diputuskan pengadilan ada 103 putusan. Pada masa tenang
dan hari pemungutan puasa ada TOT (tertangkap tangan) dan ada juga laporan dan temuan ada
105 perkara politik uang. Serta Pada hari pemungutan suara didapatkan 40 laporan terkait tata
cara KPPS yang mencoblos lebih dari satu kali, adanya dugaan pelanggaran pidana terkait
Pemilu. Ada juga pelanggaran administrasi yang diajukan 02 ke Bawaslu yang terkait situng
dan terkait quick count. Dan mereka ada mengajukan bukti, fakta-fakta dan saksi ahli. Terkait
pelanggaran administrasi yang diajukan 02, Bawaslu masih mengkaji laporan yang diterima.
Begitupun terkait pelanggaran administrasi, masih diperiksa. Terkait proses pembukaan kotak,
proses rekapitulasi yang tidak benar, itu salah satu dasar kenapa kemarin ada, misalnya 2.566
TPS yang dilakukan pemungutan suara ulang, lanjutan atau susulan. Kecurangan tidak bisa
dikategorikan secara terstruktur atau sekedar human eror, karena dilakukan banyak peserta
pemilu. Bawaslu mengatakan bahwa jika terjadi pelanggaran masyarkat dapat melaporkannya
dengan via whatsapp dan via aplikasi android yang disebut "gowaslu". Namun setelahnya
masyarakat tetap harus datang ke kantor Bawaslu untuk melaporkan secara formal.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak ukur
demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat mencerminkan
demokrasi walaupun tidak beguitu akurat. Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan
orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Sejak awal kemerdekaan
Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga
sekarang dapat diketahui bahwa adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang
cocok untuk Indonesia . sejak awal pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin,
pancasila dan reformasi, dalam kurun waktu itulah Indonesia telah banyak mengalami
transformasi politik dan sistem pemilu.
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pembagian tipe
demokrasi modern, saat ini Negara Republik Indonesia sedang berada dalam tahap demokrasi
dengan pengawasan langsung oleh rakyat. Pengawasan oleh rakyat dalam hal ini, diwujudkan
dalam sebuah penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Disusunnya undang-undang tentang
pemilu, partai politik, serta susunan dan kedudukan lembaga legislatif yang baru menjadikan
masyarakat kita lebih mudah untuk memulai belajar berdemokrasi.

SARAN

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik Indonesia


semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan perkembangan
politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Semua elemen pemerintahan dan
tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi mengembangkan perpolitikan di
Indonesia.
Sebagai WNI yang bermoral Pancasila hendaknya kita ikut andil dalam pelaksanaan
pemilu sesuai yang telah diamanatkan pasal 28 UUD 1945. Jika kita telah memenuhi syarat
maka gunakanlah hak itu dengan sebaik-baiknya. Manejemen dan kepemimpinan juga harus
terus ditingkatkan, biaya pemilu yang tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap publik
harus dikembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar
stabilitas nasional dan politik kita semakin kokoh.
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam., 2007, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Ikrar Mandidrabadi

Fernandes, Arya., 2018, CSIS ELECTION SERIES, Politik Identitas dalam Pemilu 2019 :
Proyeksi dan Efektivitas, No.01

Huda, Khoiril., 2018, Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, Pemilu
Presiden 2019 : Antara Kontestasi Politik dan Persaingan Pemicu Perpecahan Bangsa, Vol.4,
No.3 : 547-562

Soehino, 2010, Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan Pemilihan
umum di Indonesia, Yogyakarta : UGM

Anda mungkin juga menyukai