A. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat sosial.
a. Identitas Pasien/Data Demografis
Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu
menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data ante mortem
(dental forensic). Data identitas pasien ini meliputi:
1. Nama (nama lengkap dan nama 6. Pekerjaan
panggilan) 7. Pendidikan
2. Tempat dan tanggal lahir 8. Kewarganegaraan, serta
3. Alamat tinggal 9. Nomor telepon/handphone yang
4. Golongan darah bisa dihubungi
5. Status pernikahan
B. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan
secara umum dari pasien misalnya, pembengkakan di muka dan leher, pola
skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi
limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ (Temporo
Mandibular Joint).
1. Pemeriksaan Limfonodi
Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada
bagian kepala leher dengan area seperti terlihat pada gambar 1.2.
Tabel 1.3. Gambaran Tiap Bagian pada pemeriksaan intra oral yang diperiksa
Pada kasus dengan adanya pembengkakan, sebaiknya diperiksa lebih
teliti dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Batas-batas pembengkakan : Jelas atau tidak jelas
b. Konsistensi : Keras, Kenyal, Lunak
c. Fluktuasi : Positif atau Negatif
d. Warna : Sama atau beda dengan jaringan sekitar
e. Mobilitas : Bergerak atau tidak bergerak
f. Bentuk Permukaan : Rata atau tidak rata
g. Mudah Berdarah : Positif atau negatif
h. Tangkai : Sessile atau pedinculated
i. Palpasi : Sakit atau tidak sakit
j. Supurasi : Positif atau negatif
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografi
Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan
untuk melihat keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral
ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yakni :
1. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal, dan
2. Interpretasi atau menafsirkan radiogram yang telah dibuat.
Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi,
yaitu:
1. Radiografi intraoral ; teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap
gigit, teknik oklusal.
2. Radiografi ekstra oral ; panoramic, oblique lateral, posteroanterior
(PA) jaw, reverse town’s projection.
Radiografi Periapikal
Ada dua teknik dalam radiografi periapikal, yaitu :
1. Teknik kesejajaran (Paralleling Technique)
2. Teknik Bidang Bagi (Bisecting Angle Technique)
Indikasi :
1. Mencari dengan tepat letak akar, gigi supernumerary, gigi tidak
tumbuh dan impaksi,
2. Mencari benda asing dalam rahang, batu dalam duktus glandula
sublingualis dan submandibularis,
3. Memperlihatkan dan mengevaluasi keutuhan sinus maksilaris bagian
anterior, medial dan lateral,
4. Membantu pemeriksaan pasien dengan kasus trismus,
5. Menyediakan informasi tentang lokasi, sifat, perluasan dan
perpindahan mandibula atau maksila yang fraktur, dan
6. Menentukan perluasan penyakit kearah media dan lateral (misalnya
osteomyelitis, kista dan keganasan) dan untuk mendeteksi penyakit
pada palatum dan dasar mulut.
Radiografi Ektra Oral
Salah satunya adalah ronsen panoramik yang dapat
memperlihatkan mandibula dan maksila secara lebih luas.
Diindikasikan pada pasien dengan trismus dan keterbatasan membuka
mulut, perkembangan dan pola erupsi gigi desidui dan permanen.
Prosedur ronsen, panoramik lebih mudah dan cepat serta radiasi yang
ditimbulkan kecil.
Posisi Pasien
Untuk pengambilan radiograf lengkung maksila, kepala pasien ditegakkan
dengan bidang sagital arah vertikal dan bidang oklusal horisontal. Untuk
mandibula, kepala pasien sedikit menengadah untuk mengimbangi
perubahan bidang oklusal pada saat mulut dibuka.
Tabel 1.6. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Gelap
Tabel 1.7. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Terang
Intepretasi Radiograf
Dalam melakukan intepretasi lesi pada radiograf ada 7 hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
1. Jumlah : Single atau Multiple
2. Densitas : Radiopak atau Radiolusen
3. Tempat : Posisi Anatomis
4. Ukuran : Diameter Besar, Sedang Kecil
5. Lobus : Satu Lobus (Unilokuler) atau berlobus-lobus (multilokuler)
6. Batas Sepi : Jelas atau Tidak Jelas
2. Pemeriksaan Biopsi
Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk
mengukuhkan suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang
dicurigai dan sebagai penunjang diagnosa dalam mengevaluasi
kelainan non-neoplastik, seperti misalnya nodul mukosa dan papiloma,
lichen planus erosive, eritema multiformis, lupus eritematosus,
pemfigus, serta gingivitis deskuamatika.
Macam-macam pemeriksaan biopsi dalam rongga mulut yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Eksisi/Eksisional Biopsi
Eksisi dilakukan dengan mengambil seluruh lesi yang dicurigai.
Dilakukan untuk lesi-lesi yang kecil (diameter <1 cm) dan mudah
dilakukan, serta harus melibatkan jaringan sehat di sekitarnya, baik
lesi superficial ata profunda, lunak atau keras.
2. Insisi
Insisi dilakukan dengan mengambil sebagian kecil jaringan lesi,
biasanya untuk lesi-lesi yang luas atau melibatkan jaringan lain
atau pada kasus potensial ganas atau untuk menghindari struktur
penting di sekitarnya (arteri atau saraf).
D. Diagnosis
Diagnosis adalah cara-cara menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala
(simptom) dan tanda (sign) yang ada. Macam-macam diagnosis :
a. Diagnosis medis, yaitu proses penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda
dan gejala menggunakan cara dan alat penunjang seperti laboratorium,
foto dan klinik.
b. Diagnosis banding/differential diagnosis (DD), yaitu diagnosis yang
dilakukan dengan membandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan
tanda klinis penyakit lain.
E. Prognosis
Prognosis adalah prakiraan/ramalan tentang jalannya penyakit (termasuk
sesudah diberikan pengobatan/perawatan tertentu). Jenis prognosis :
1. Prognosis Bona(m) : ramalan baik
2. Prognosis dubia ad bona (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke baik
3. Prognosis dubia ad mala (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke buruk
4. Prognosis mala (m) : ramalan buruk
F. Assessment
Assessment (penilaian) terhadap status yang diperlukan pasien, baik
itu dalam hal status gigi dan jaringan mulut apakah masih bisa dirawat
atau tidak, ataupun status pasien yang berhubungan dengan kondisi
sistemik sehingga memengaruhi rencana perawatan yang akan
dilakukan. Klasifikasi assessment yang telah ditentukan oleh ASA
(American Society of Anesthesiology) dapat dilihat pada Tabel 1.9 di
bawah ini.
Klasifikasi Tekanan Darah Kondisi Fisik Pasien
Kelas 1 < 140/90 Pasien dengan kesehatan baik
Kelas 2 140-160/90-95 Pasien dengan penyakit sistemik ringan
sampai sedang, masih dapat melakukan
aktivitas rutin
Kelas 3 160-200/95-115 Pasien dengan penyakit sistemik yang
berat, dan terbatas melakukan aktivitas,
masih dapat diramalkan untuk anestesi dan
operasi (predictable risk)
Kelas 4 >200/>115 Pasien dengan penyakit sistemik yang
mengancam kehidupannya, dan tidak
mampu melakukan aktivitas fisik, perlu
perawatan intensif sebelum dilakukan
operasi (unpredictable risk)
Kelas 5 Pasien yang hampir meninggal yang
harapan hidupnya tidak lebih dari 24 jam
Kelas E Pasien dengan keadaan gawat darurat
G. Rencana Perawatan
Perencanaan perawatan (treatment planning) diperlukan oleh seorang
dokter gigi untuk membuat jadwal kerja dan prioritas perawatan. Prinsip
rencana perawatan yang dapat diaplikasikan sebagai berikut :
1. Menghilangkan rasa sakit/keluhan
2. Mencabut gigi yang sudah tidak dapat dirawat
3. Memberikan edukasi
4. Meningkatkan kondisi periodontal
5. Restorasi gigi yang mengalami karies
6. Prosedur perawatan yang lebih lanjut : endodontic, prostodontik,
ortodontik, dan
7. Fase pemeliharaan (recall).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi treatment planning, yakni :
1. Pasien : riwayat kesehatan yang dapat mengalami komplikasi, kecemasan,
kooperatif,
2. Dokter gigi : kemampuan dokter gigi untuk melakukan perawatan,
3. Biaya : kemampuan pasien untuk mengeluarkan uang untuk biaya
perawatan,
4. Faktor-faktor lain seperti kesediaan alat dan bahan, ataupun gigi yang
terlibat dalam satu segmen/kuadran.
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat treatment planning,
antara lain :
1. Urgensi perawatan, dilakukan untuk mempertimbangkan seberapa penting
dan mendesak (darurat) perawatan tersebut dilakukan.
2. Urutan perawatan, dilakukan untuk menentukan prioritas dan perawatan
lanjutan.
3. Kemungkinan hasil perawatan, berkaitan dengan prognosis perawatan
penyakit.