Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan
bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.

Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur.
Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan
gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Purwodadi, Jawa Tengah. Masyarakat
sekitar menyebut fenomena di Kuwu tersebut dengan istilah Bledug Kuwu

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling
dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific
Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan
tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin bertukar menjadi separuh aktif, menjadi padam, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu menjadi padam dalam
waktu 610 tahun sebelum bertukar menjadi aktif semula. Oleh itu, sukar untuk menentukan
keadaan sebenarnya sesuatu gunung berapi itu, apakah sesebuah gunung berapi itu berada
dalam keadaan padam atau telah mati.
B. Tujuan Penulisan

1. Untuk memberikan pemahaman tentang sebaran Gunungapi di Indonesia maupun


di bagian dunia lainnya,

2. Mengetahui bagaimana pembentukkan Gunung Api, tipe-tipe letusan, struktur serta


busur yang ada ,

3. Sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar

C. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Gunung Berapi secara jelas !

2. Bagaimana terbentuknya Gunung Berapi ?

3. Sebutkan penyebaran Gunung Berapi Di Seluruh Dunia berdasarkan lempeng –


lempengnya ?
BAB II
PEMBAHASAN

Pada pokok bahasan ini, akan dibahas tentang Sebaran Gunung Api secara lebih
lanjut. Atau lebih tepatnya memperkenalkan letak sebaran gunungapi di dunia dan Indonesia,
baik secara geografi maupun dipandang dari teori tektonik lempeng. Pokok bahasan sebagai
berikut membahas tentang bagaimana sebaran geografi gunung api, jumlah dan sebaran
gunung api aktif di indonesia, dan pembagian gunung api berdasarkan tektonik lempeng.

A. Pengenalan Pengertian Gunung Berapi

Gunung Berapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang
dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.

Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu :


(1) erupsi pusat, erupsi keluarmelalui kawah utama; dan
(2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya;
(3) erupsicelah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa
kilometer;
(4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat
yangmenyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan
tersendiri.

Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya
letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi yaitu :
(1) Tipe Hawaiian

yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa
semburanlava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau
kepundansederhana;
(2) Tipe Strombolian
, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburanlava pijar dari magma yang
dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benuaatau di tengah benua;
(3) Tipe Plinian
, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magmaberviskositas tinggi atau magma asam,
komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa
batuapung dalam jumlah besar;
(4) Tipe Sub Plinian

, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya
menghasilkankubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan
ignimbrit;
(5) TipeUltra Plinian
, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian
biasa;
(6) Tipe Vulkanian
, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampaidasit, umumnya melontarkan bom-
bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan seringdisertai bom kerak-roti atau
permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi
bercampur dengan batuan samping berupa litik;
(7) Tipe Surtseyandan Tipe Freatoplinian,

kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulaugunungapi, gunungapi bawah
laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakanerupsi interaksi antara
magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,letusannya disebut
freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapimagma yang
berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.

Bentuk dan bentang alam gunungapi, terdiri atas : bentuk kerucut, dibentuk oleh
endapanpiroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di
kawah,membentuk seperti kubah; kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder
atau skoria; maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunungapi utama akibat letusan
freatik ataufreatomagmatik; plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran
lava .

Gambar 1. Penampang suatu gunungapi dan bagian-bagiannya.(Modifikasi dari Krafft,


1989) .
Struktur gunung api, terdiri atas :
(1) struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat kegiatan suatu
gunungapi, bentuknya relatif bundar;
(2) kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km.
Kaldera terdiri atas : kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian
besar tubuhnya; kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat
pengeluaran material yangsangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat
runtuhnya sebagian tubuh gunung api diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera
erosi, terjadi akibat erosi terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi
kaldera;
(3) rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunung api yang memanjang
mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang
mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben;
(4) depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang
berasosiasi dengan pemebentukan gunungapi akibat ekspansi volume besar magma asam ke
permukaan yang berasal dari kerak bumi .

Depresi ini dapat mencapaiukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

Gambar 2. Tipe letusan gunung api


Gambar 3. Bentuk Gunung api

B. Terjadinya Pembentukan Gunung Berapi

Gunung api terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang
gunung api berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan
dekat dengan gunung api. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam
endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia
berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.

Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan


Herculanum yang terkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79 Masehi. Fosil yang
terawetkan baik pada abu vulkanik berupa tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7
juta tahun di daerah Laetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua,
Homo babilis berdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur 1,75 juta tahun di daerah
Olduvai. Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula Australopithecus afarensis
berumur 3,5juta tahun di Hadar, Ethiopia, dan penanggalan umur benda purbakala tertua yang
terbuat darilava berumur 2,5 juta tahun ditemukan di Danau Turkana, Afrika Timur.
Perkembangan benda-benda purba dari yang sederhana kemudian meningkat menjadi benda-
benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan
lainnya, terbuat dari obsidian yang berumur Paleolitik Atas.

Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat
pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke
kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur
dasar samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.

Gambar 4. Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan dengan
pembentukan busurgunungapi. (Modifikasi dari Krafft, 1989)

Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki


fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempa bumi dan gunung api. Planet
bumi mempunyai banyak cairan dan air di permukaan . Kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunung api .

Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi
sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif
alami, sepertielemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk
lebih panas,tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan
sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di
permukaan.Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana
material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka
bumi bergerakmenyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35
km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian
tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya
mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut
lempengtektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi
mantel.Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut
jugaastenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai
terjadipelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian
besar masihpadat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1
2 miliartahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak
lebih dari200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera
karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir.
Gambar 5. Penampang bumi. Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri
dari oksida yangtidak melebur. Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke
permukaan dari kedalaman lk.200 km melalui mantel, hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya mineral-mineral olivine, piroksen dan garnet dalam peridotit pada
bagian atas mantel. (Modifikasi dari Krafft, 1989;Sigurdsson, 2000).

Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunung api berbeda :

1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan


kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunung api
tengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua.
Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini
bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunung api di
tepi benua.

3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan
rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan
lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur gunung api tengah benua atau
banjir lavasepanjang rekahan.

4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan


bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir
lava yang membentuk deretan gunung api perisai.

Gambar 6. Penampang diagram yang memperlihatkan bagaimana gunung api


terbentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme
peleburan batuan yangmenghasilkan busur gunung api, busur gunung api tengah
samudera, busur gunung api tengah benua dan busur gunung api dasar samudera.
(Modifikasi dari Sigurdsson, 2000).
Gambar 7. Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunung api terjadi akibat
tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman
lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk
pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili, 1974).

C. Jumlah Penyebaran dan Klasifikasi Gunung Berapi Di Indonesia

Air panas acapkali terdapat disekitar gunung api, oleh karena panas gunung api
merambat kedalam air tanah. Dalam perjalannya ke permukaan air yang panas tersebut
melarutkan berbagai mineral yang berguna untuk kesehatan. Air panas yang keluar dapat
dipergunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit antara lain koreng sampai
kolesterol, tetapi sebelum berendam di air panas gunung api harus tetap waspada akan
kandungan racun yang ada.

Berikut merupakan sebaran gunungapi yang ada di Indonesia :

Jumlah gunung api aktif = 129 bh

Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 th terahkir = 70 bh

Luas daerah yang terancam = 16.670 km

Jumlah jiwa yang terancam = 5.000.000 orang


Letusan gunung api dapat merubah jalannya sejarah dan mempengaruhi kebudayaan
manusia, misalnya Gunung Merapi di Jawa Tengah yang meletus hebat pada tahun 1806,
telah memporak - porandakan kerajaan mataram. Semua anggota kerajaan meninggal dunia.
Dalam musibah itu dapat mengalihkan letak kerajaan dan menjadikan kerajaan yang baru,
demikian letusan Gunung Kelud. Banyak peninggalan kejayaan masa lalu terkubur dalam
batuan gunung api, candi - candi banyak di gali di sekitar Gunung Merapi, Gunung Kelud
juga merupakan saksi bisu sejarah kerajaan Majapahit. Selain peranan penting diatas gunung
api juga mendorong IPTEK di Indonesia. Penyebaran gunung api di Indonesia merentang
sepanjang 700 Km dari Aceh sampai di Sulawesi utara melalui Bukit barisan, Pulau Jawa,
Nusa Tenggara dan Maluku. Sejumlah 129 buah gunung api ini bergantian meletus sepanjang
sabuk gunung api ini dan menewaskan hampir 5 juta penduduk yang bermukim di sekitar
daerah bahaya. Letusan gunung api dapat berupa awan pijar, bom pijar, pasir, debu dan lahar
serta gas - gas beracun.

Pada umumnya suatau daerah yang terancam bahaya gunung api di seluruh Indonesia
dapat di perkirakan oleh jawatan Vulkanologi. Berikut jumlah prakiraan jumlah penduduk
yang terancam oleh gunung api. Dari gambaran di atas tampak bahwa Pulau Jawa memiliki
gunung api terbanyak dan bila hal ini di bandingkan dengan luas Pulau Jawa yang hanya 7 %
dari seluruh dataran Indonesia serta jumlah penduduknya yang padat yaitu lebih kurang 70 %
dari seluruh penduduk Indonesia, maka dapat di fahami bahwa tingkat bahaya gunung api di
Pulau Jawa relatif lebih besar.
Berikut adalah sebaran tipe gunung apiyang berada di Indonesia :

Penyebaran Gunung Api di Indonesia menurut beberapa peneliti pada tahun 2008
yaitu :

Sumatra : 30 buah

Jawa : 35 buah

Bali dan Nusa Tenggara: 30 buah

Maluku : 16 buah

Sulawesi : 18 buah

Jumlah : 129 buah

Untuk menentukan pemilihan Prioritas pengamatan gunung api di Indonesia dapat di


bagi dalam 3 (tiga) golongan yang di dasarkan pada tingkat aktivitasnya, antara lain :

1. Tipe A : gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu
kali sesudah tahun 1600, jumlahnya 76 buah.
2. Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik,
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara, jumlahnya 29 buah

3. Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara / fumarola pada tingkah
lemah, jumlahnya 24 buah .

Letusan suatu gunung api dapat menyapu daerah seluas lebih kurang 10 sampai 20
kilometer di sekitarnya. Bahaya lahar bisa mencapai puluhan kilometer dari pusat letusan.
Abu gunung api dapat menyebar sejauh ratusan kilometer dan mengancam keamanan
penerbangan serta mempengaruhi suhu seluruh muka bumi.

Pada garis besarnya bahaya gunungapi dapat dibagi atas bahaya langsung (Primer)
dan bahaya Ikutan (sekunder). Bahaya langsung dapat terjadi karena lemparan batuan seperti
lemparan bom, aliran lava, dan hembusan letusan seperti hembusan awan pijar, gas beracun
dan pekatnya hujan abu. Bahaya ikutan adalah bahaya yang timbul karena aliran lumpur yang
tercampur dengan batuan. PROSEDUR TETAP TINGKAT KEGIATAN GUNUNG API
YAITU :

1. Aktif Normal (Level I) : Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil
visual,kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan

2. Waspada (Level II) : Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara
visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya

3. Siaga (Level III) : Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual /


pemeriksaankawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung . Berdasarkan analisis,
perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan

4. Awas (Level IV) : Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/ asap.
Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama

SEBARAN GUNUNG API BERDASARKAN TEKTONIK LEMPENG YAITU


SEBAGAI BERIKUT INI :

Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di
bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini bebas untuk menggesek satu sama lain.
Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan.
Sebaliknya pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik
menyebabkan pergeseran itu berjalan tersentak-sentak. Pergerakan inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa bumi. Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke
arah kedudukan baru apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa
bumi dan rangkaian gunung berapi.

Gambar 8. Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini
menunjukkan arah dan magnitudo gerakan,( Drs.Iwan Geograf, 2009).

Lempeng-lempeng utama :

Gambar 9. Peta lempeng-lempeng tektonik, (Drs.Iwan Geograf, 2009)


Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

• Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

• Lempeng Antartika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

• Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai
55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua

• Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

• Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua

• Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

• Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng
Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca,
Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring


berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir semua
atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu
dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua
sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi
superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia
(yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya).

Berdasarkan konsep tersebut pemunculan gunungapi dapat dibagi menjadi 5 yaitu :

1. Gunung api yang muncul di pemekaran kerak tengah samudera.

2. Gunung api di daerah pemekaran kerak benua,

3. Gunung api di daerah penunjaman kerak samudera dibawah kerak samudera.

4. Gunung api di daerah penunjaman kerak benua dibawah kerak benua.

5. Gunung yang muncul sebagai akibat penipisan samudera.


Gambar 10. Dareah persebaran gunung api di Indonesia, (Simkim&siebert, 1994).
Gambar 11. Cincin Api pasifik, (Simkim&siebert, 1994).

D. Beberapa Gunung Berapi Di Indonesia Yang Bersejarah

Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Beberapa
diantaranya pernah mencatatkan rekor letusan fantastis yang membuat dunia ikut merasakan
dampaknya. Besarnya letusan sebuah gunung berapi dapat dihitung menggunakan
pengukuran VEI . Volcanic Explosivity Index (VEI), dikemukakan oleh Chris Newhall dari
U.S. Geological Survey dan Steve Self dari Universitas Hawaii tahun 1982 untuk
menyediakan pengukuran relatif dari besarnya letusan gunung berapi .
Gambar 12. Pengukuran Jumlah Magma / VEI pada tahun 1982

Berikut ini adalah beberapa gunung berapi di Indonesia yang pernah tercatat memiliki
letusan yang dahsyat diukur menggunakan VEI :

1. Gunung Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa.
Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem
untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih
berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa
akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk .

Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei),
1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini
membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.

2. Gunung Merapi
Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi
selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan
hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun
2004.

Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi
(puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang
sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali Kota Magelang
dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di
lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat
kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu
dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini
(Decade Volcanoes).

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan
Junghuhn.

Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang
mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona
subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan
munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang
ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat
daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.[2]
Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan
seterusnya.Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam
empat tahap.Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu
Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi
Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000
tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan,
yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun
lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan
Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai
dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan
efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan
material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar
1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah)
diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru
mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi
beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra.

Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai
dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente)
yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara
umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010
adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.

Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi
berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran
gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma. Kantung magma ini
merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-
Australia ke bawah Lempeng Eurasia

Puncak Merapi pada tahun 1930.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun
sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786,
1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa
diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[rujukan?] Ahli geologi
Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan
Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap
sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai
4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama.
Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang,
merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.

Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga
menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998
cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan
terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung
terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat
menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas.
Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar
sejak letusan 1872 dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010),
meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen
pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi"
karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-
30 km.

Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota
Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung
serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung),
Babadan, dan Kaliurang.

Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus
kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah
dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera
mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan
bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah
Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di
kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh
kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari
kubah Merapi.

1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga
hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.

8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas
yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan
diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul
09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng
selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah
Kabupaten Sleman. [10]

Erupsi 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September
2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah
menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus
dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya
frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober
BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan
semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke
wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi
hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5
km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Sleman.dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari
Magelang yang tewas karena gangguan pernafasan.

Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28
Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan
keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.Selanjutnya mulai teramati titik api diam di
puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang
kawah.
Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi
pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan
lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada
pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan
awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari
terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada
dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua
tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh
terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan
pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota
Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto
dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya,
Bandung,dan Bogor.

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah
setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5
November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert)

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu,
sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas".
Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi
menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi
Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

3. Gunung Galunggung
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda
awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan
berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan
kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.

Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir
kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke
arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan
menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km
dari puncak gunung.

Gunung Agung terakhir meletus pada 1963-64 dan masih aktif, dengan sebuah kawah besar
dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan abu. Dari kejauhan, gunung
ini tampak kerucut, meskipun didalamnya terdapat kawah besar.

4. Gunung Agung
Pada tanggal 18 Februari 1963, penduduk setempat mendengar ledakan keras dan
melihat awan naik dari kawah Gunung Agung. Pada tanggal 24 Februari lava mulai mengalir
menuruni lereng utara gunung.

Pada tanggal 17 Maret, gunung berapi meletus, mengirimkan puing-puing 8-10 km ke


udara dan menghasilkan aliran piroklastik yang besar. Arus ini banyak menghancurkan desa-
desa, menewaskan sekitar 1500 orang. Sebuah letusan kedua pada 16 Mei menyebabkan
aliran awan panas yang menewaskan 200 penduduk lain.

5. Gunung Krakatau

Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda
antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi
di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus
1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan
sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang
terdahsyat di kawasan Samudera Hindia.

Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues
dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom
yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Letusan Krakatau
menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat
debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya.
Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York .

Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung
Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung
Katmal di Alaska.

Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat
sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat,
sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah
dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang
tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia
setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi
dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu
memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

6.) Gunung Kaldera Maninjau

Kaldera Maninjau dibentuk oleh letusan gunung berapi diperkirakan terjadi sekitar
52.000 tahun yang lalu. Simpanan dari letusan telah ditemukan dalam distribusi radial sekitar
Maninjau membentang hingga 50 km di sebelah timur, 75 km di tenggara, dan barat ke pantai
ini. Memiliki volume 220-250 km ³ dan panjang 20 km dan lebar 8 km.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun
1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut
menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181.

Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu
vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan
kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000 - 12.000 di antaranya
terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.

Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka
ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan
gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah yang saya buat yang berjudul “Fenomena Alam Gunung Berapi” dapat
menarik kesimpulan, diantaranya : sebaran gunung api dunia secara geografi dibagi menjadi
19 wilayah gugusan gunung api, sebagian berada di dataran kepulauan dan sebagian lagi
sebagai gunung api bawah laut . Jumlah keseluruhan gunung api dunia adalah 1526 buah,
Indonesia dan kepulauan Andaman yang termasuk wilayah nomor 6 mempuyai 141 buah
(9,24%), menempati urutan terbanyak ketiga setalah Amerika Latin (15,202 buah) dan
kepulauan kuril, Kamchatka, serta daratan utama asia (wilayah nomor 9 & 10, 192 buah).
Jajaran gunung api yang mengelilingi samudra pasifik disebut cincin Api Pasifik. Di
Indonesia sebaran gunung api di kelompokkan menjadi empat busur api, yaitu busur sunda,
busur bunda, busur Halmahera dan busur Sulawesi utara-kepulauan Sangihe. Berdasarkan
kenampakan vokanisme di permukaan serta sejarah letusan gunung api aktif di Indonesia di
bagi menjadi Tipe A : gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-
kurangnya satu kali sesudah tahun 1600, Tipe B : gunung api yang sesudah tahun 1600 belum
lagi mengadakan erupsimagmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti
kegiatan solfatara, Tipe C : gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah
manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah. Berdasarkan tektonik lempeng kemunculan gunung
api dibagi menjadi 5 kelompok yaitu gunung api di daerah pemekaran dasar samudera,
gunung api di daerah pemekaran kerak benua, gunung api di daerah penunjaman kerak
samudera dibawah kerak samudera dan gunung yang muncul sebagai akibat penipisan
samudera . Gunung meletus merupakan suatu bencana alam yang sangat dasyat. Sudah
banyak manusia yang tewas pada bencana alam ini. Pada saat terjadi gunung meletus banyak
bahaya langsung yang dirasakan penduduk sekitar yaitu leleran lava, aliran piroklastik/ awan
panas, jatuhan piroklastik, lahar letusan, dan gas vulkanik beracun. Bahaya sekunder yang
terjadi pada saat atau setelah terjadi gunung meletus yaitu lahar hujan, banjir bandang, dan
longsoran vulkanik .

Jadi gunung berapi adalah suatu pelepas tenaga bumi yang ada di perut bumi,jadi
semakin dalam dapur magma maka akan semakin bahaya letusan yang kan terjadi, apabila
dapur magma sempit, letusan yang kan terjadi akan lebih lebih kuat dari yang tadi,gunung
merapi yang akan meletus biasanya mengeluarkan tanda –tanda seperti keluarnya asap
belerang,dan terjadi gempa kecil berulang – ulang kali .

B. SARAN

Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang dilengkapi
dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau komukasikan segala tanda
bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-
masing. Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi
bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat
tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.

Demikianlah makalah yang telah kami buat, kritik dan saran sangat kami harapkan,
demi perbaikan makalah kami . Jika ada kesalahan harap dimaklumi dan diberi saran ,
karena kesempurnaan hanya milik Allah semata . Sekian
DAFTAR PUSTAKA

Bronto, Sutikno.2001.Vulkonologi.UGM.Yogyakarta.

Historic Earthquakes & Earthquake Statistics – USGS

Magetsari, dkk.1998.Geologi Fisik.ITB.Bandung.

Program LIPI. Merintis Masyarakat Siaga Bencana (Gempa Bumi & Tsunami), LIPI,
Jakarta, 2008.

Suharno.2006.Geologi Untuk Geofisika.Universitas Lampung.Lampung.

http://google.com/gunung api/Minggu, 2009 Juni 07.

http://wikipedia.com/sebaran gunung api/4:46 PM.Tuesday,February 17.

http://alayrose.blogspot.com/2009/02/letusan-gunung-api.html

http://m.kompas.com

http://nurhadiprayogi.blogspot.co.id/2013/10/makalah-gunung-meletus.html

http://ayankpringgabaya.blogspot.co.id/2013/05/makalh-gunung-meletus.html

http://www.warta.com/berita-luar/kondisi-warga-pasca-gunung-merapi-di-
yogyakarta.html

http://www.agash.co.cc/2010/10/akibat-dampak-meletusnya-gunung-merapi.html

http://riaupos.com/news/2010/10/27/gunung-merapi-meletus/

http://tulisan-menarik.blogspot.com/2010/11/ribuan-pengungsi-gunung-merapi-
nekat.html

http://susilawatidermalasarixe1314.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-gunung-
berapi.html

http://emhieldha.blogspot.co.id/2014/02/makalah-gunung-berapi-di-indonesia.html

http://nitaaurell.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-gunung-berapi.html
TUGAS INDIVIDU

ILMU ALAMIAH DASAR

OLEH :

ACHMAD YULIANTO

10531222015

NO. URUT : 30

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , Karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan ini sesuai waktu yang diberikan .

Alhamdulillahirobbil alamin, Tidak ada lain untuk menyampaikan terima kasih


kepada Allah SWT kecualai ucapan syukur atas segala nikmat dan curahan kasih sayangnya
atas selesainya makalah ini, dengan judul “FENOMENA ALAM GUNUNG BERAPI” .

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi yang ingin
mengenal lebih jauh tentang gunung-gunung berapi, karna disusun sesederhana mungkin
berdasarkan kajian para peneliti yang berbeda latar belakang tingkat pendidikan, sehingga
diharapkan dapat membantu mempelajari makalah ini .

Saya sadar bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini . Oleh
karena itu , diharapkan kritikan dan saran masukan agar makalah ini bisa lebih baik
kedepannya . Akhir kata , Sayai berharap makalah ini dapat bermanfaat dan diterima bagi kita
semua yang membacanya .

Makassar , April 2016


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar isi ........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ...............................................................................................

A. Latar belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

C. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

BAB II Pembahasan ...............................................................................................

A.Pengenalan Pengertian Gunung Berapi .............................................. 3

B. Terjadinya Pembentukan Gunung Berapi .............................................. 10

C. Jumlah Penyebaran & Klasifikasi Gunung Berapi Di Indonesia .......... 15

D. Beberapa Gunung Berapi Di Indonesia Yang Bersejarah ..................... 22

BAB III Penutup ...............................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................. 33

B. Saran ........................................................................................................ 34

Daftar Pustaka ............................................................................................... 35

Anda mungkin juga menyukai