Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL
RANCANGAN TEKNIS PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP
PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT PAMAPERSADA NUSANTARA
TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM TANJUNG ENIM SUMATERA
SELATAN

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


PT. Pamapersada Nusantara merupakan salah satu perusahaan swasta nasional
yang bergerak di bidang pertambangan, khususnya untuk daerah Tanjung Enim di
Sumatera Selatan PT. Pamapersada Nusantara mengerjakan usaha penambangan
batubara sebagai kontraktor dari Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA)
Tanjung Enim di Sumatera Selatan.
Proyek-proyek yang dikerjakan oleh PT. Pamapersada Nusantara di Tanjung
Enim untuk PTBA adalah penambangan batubara dengan metode tambang terbuka.
Adapun proyek yang dikerjakan meliputi Pembersihan Lahan, Pengupasan Tanah
Penutup, Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan dari front penambangan ke tempat
penimbunan (Stock Pile) di PTBA.
Dengan metode tambang terbuka tersebut, PT. Pamapersada Nusantara
menerapkan beberapa metode penambangan terbuka yang biasa diterapkan pada
penambangan lapisan batubara, yang untuk setiap blok penambangan menerapkan
system yang berbeda menyesuaikan dengan kondisi lapisan batubara.
Hal yang membedakan tambang terbuka dengan tambang bawah tanah ialah bahwa
pada tambang terbuka yang menjadi permasalahan adalah besarnya atau banyaknya
jumlah atau volume tanah atau batuan penutup yang menutupi lapisan batubara yang
harus dipindahkan ke tempat lain supaya nantinya dapat memudahkan dalam
penggalian batubara. Terutama yang menjadi persoalan antara lain : tempat
penimbunan yang dibutuhkan untuk tanah penutup, cara penimbunan, cara
pengupasan yang efektif dan efisien.
Berangkat dari persoalan tersebut diperlukan suatu perencanaan dan perancangan
untuk setiap kegiatan penambangan, terutama yang ingin di fokuskan adalah
perancangan pengupasan lapisan tanah penutup pada penambangan batubara
mencakup desain teknis pengupasan lapisan tanah penutup sehingga nantinya dapat
mendukung kinerja penambangan lapisan batubara yang ingin dicapai.

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk membuat suatu rancangan pengupasan lapisan tanah penutup yang dapat
mendukung kinerja penambangan lapisan batubara dimana didalamnya telah
mencakup beberapa aspek yang harus benar-benar menjadi pertimbangan antara lain
aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan.

D. IDENTIFIKASI DAN PENDEKATAN MASALAH


Adanya rencana pengupasan lapisan tanah penutup pada blok penambangan
batubara yang dikerjakan oleh PT. Pamapersada Nusantara akan membutuhkan suatu
perencanaan dan rancangan yang tepat dan sesuai serta memberikan hasil yang
optimal bagi perusahaan dengan menyesuaikan pada kondisi setempat, terutama yang
berhubungan dengan lapisan batubara yang akan ditambang.

E. DASAR TEORI RANCANGAN PENGUPASAN LAPISAN TANAH


PENUTUP
E.1. Rancangan Pengupasan
Tujuan pengupasan lapisan tanah penutup adalah untuk membuang
material di atas endapan bahan tambang sehingga hasil tambang dapat
bersih tidak tercampur tanah atau pengotor lainnya, mengurangi biaya
pengolahan dan mempermudah kegiatan penambangan.
Pelaksanaan pengupasan dapat dilakukan dengan peralatan antara lain :
Bulldozer, Dozer Shovel, Scraper dan Excavator seperti Power Shovel dan
Back Hoe.
Rancangan pengupasan lapisan tanah penutup di tentukan atas dasar :
1. Daerah
a. Iklim
Pengaruh iklim pada suatu daerah kerja (dimana akan berlangsung
kerja pengupasan lapisan tanah penutup oleh peralatan mekanis)
perlu diketahui. Di Indonesia yang beriklim tropis memiliki dua
musim. Terutama pada saat musim hujan air, yang menggenang dan
mengalir pada daerah kerja membutuhkan suatu system penirisan
yang baik. Dan pada musim kemarau debu akan banyak terdapat di
daerah kerja. Pada kondisi iklim seperti ini temperatur panas atau
dingin yang berlebihan akan mengganggu efisiensi kerja mesin.
b. Topografi
Bentuk topografi suatu daerah yang akan dilakukan suatu kegiatan
pengupasan akan menentukan pada macam atau jenis alat yang
digunakan untuk pengupasan, sedapat mungkin alat gali yang
digunakan memanfaatkan gaya gravitasi untuk pendorongan
material. Untuk penggunaan Bulldozer lebih cocok dan baik jika
digunakan untuk menggali permukaan topografi yang landai dan
rata sedangkan excavator lebih cocok digunakan pada topografi
yang curam ataupun berjenjang.
c. Kondisi Tanah Penutup
Material tanah penutup dijumpai dalam bentuk lapisan tanah pucuk
(topsoil) yang mengandung humus, tanah penutup lunak dan tanah
penutup keras.
Tabel E.1
Klasifikasi Material Menurut Skala Kekerasan dan Kuat Tekan
Klasifikasi Material Skala Kekerasan Kuat Tekan
Moh’s (Mpa)
Sangat Keras +7 + 200
Keras 6–7 120 -200
Setengah Keras 4,5 - 6 60 – 120
Setengah Lunak 3 – 4,5 30 – 60
Lemah 2–3 10 – 30
Sangat Lunak 1–2 - 10

Jenis material batuan penyusun lapisan tanah penutup tersebut akan


menentukan besarnya produksi alat dan cara pengoperasiannya,
karena hal ini berhubungan dengan factor pengembangan material
dan factor pengisian mangkuk (Bucket) atau bilah (Blade).
Tabel E.2
Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan
Macam Material Bobot Isi Faktor
(Ton/BCM) Pengembangan
(%)
Tanah Liat Kering 1,50 0,85
Tanah Liat Basah 1,80 – 2 0,82 – 0,80
Tanah Biasa Kering 1,80 0,85
Tanah Biasa Basah 2,20 0,85
Tanah Biasa 2,03 0,9
Bercampur Pasir
dan Kerikil
Kerikil Kering 2,10 0,89
(Gravel)
Kerikil Basah 2,40 0,88
(Gravel)
Andesit Hasil 2,71 0,63
Peledakan
Lumpur 1,40 – 1,90 0,83
PasirKering 1,40 – 2,10 0,89
Pasir Basah 2,10 – 2,40 0,88

Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran ketebalan dan luasnya akan


menentukan volume keseluruhan sehingga dengan factor
pengembangan tertentu dapat digunakan untuk mencari dan
menentukan lokasi penampungan material hasil penggalian.
Untuk menghitung volume tanah penutup digunakan metode
penampang melintang (Cross Section) sebagai berikut 9):
L1  L2 L  Ln
V= xd 1  ...  n 1 xd n 1 ………(E.1)
2 2
V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)
L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2
L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2
n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2
d. Tumbuh-tumbuhan (Vegetation)
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja
perlu diteliti apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak,
rawa-rawa, pohon besar yang akarnya kuat, dsb. Ini perlu
dipertimbangkan dalam melakukan pembukaan lahan di daerah
kerja, apakah akan ditebang satu-satu ataukah akan ditebang
secara masal. Sehingga dapat dipilih untuk diterapkan sesuai
dengan kondisinya, metode apa yang paling cocok dengan
menyesuaikan peralatan apa saja yang dibutuhkan.
e. Lokasi Penimbunan
Penentuan lokasi penimbunan tanah penutup pada tempat tertentu
harus memperhatikan factor-faktor tertentu sebagai
persyaratannya yaitu :
1. Topografi Daerah
Bentuk permukaan lokasi penimbunan apakah berupa
lekukan, datar, curam atau landai.
2. Kondisi tanah
Keadaan asli tanah permukaan dari tempat penimbunan dan
vegetasi yang ada : daerah ini apakah masih ditutupi tanah
yang mengandung unsur hara (berhara) atau tidak, serta
bagaimana keadaan vegetasi yang ada di daerah tersebut.
3. Hidrologi
Tempat dimana akan dijadikan lokasi penimbunan, apakah di
bawah lokasi tersebut merupakan jenis lapisan tanah yang
bersifat menyimpan kandungan air atau tidak.
4. Endapan Bahan Tambang
Seberapa luas penyebaran endapan bahan tambang harus
diketahui, hal ini untuk merencanakan agar lokasi tempat
penimbunan tanah penutup tidak berada di atas lokasi dimana
endapan bahan tambang tersebut terdapat.
5. Lokasi dan Jarak Dorong Rata-rata.
Lokasi penimbunan yang terlalu jauh akan menyebabkan
waktu edar alat-alat angkut menjadi lama dan ini kurang
menguntungkan, menyebabkan adanya waktu menunggu alat-
alat muat dan menyebabkan membutuhkan jumlah alat angkut
yang lebih banyak agar tidak ada waktu alat muat
menganggur.
6. Volume Tampung Tempat Penimbunan
Dengan mengetahui volume tanah penutup yang akan dikupas
maka perlu diperhitungkan luas dari tempat penimbunan
tersebut agar mampu menampung material hasil pengupasan
tersebut. Hal tersebut juga memperhatikan macam material
dan perubahan volumenya karena setiap macam tanah atau
batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan mineralogy
yang berbeda-beda. Pada operasi penambangan volume
penggalian diharapkan sama dengan volume penimbunan,
akan tetapi kebanyakan tanah atau batuan akan bertambah
volumenya sebesar 30 % kalau digali dan akan berkurang
volumenya 10 % kalau dipadatkan di tempat lain.
7. Pengaruh Tanah Terhadap Lingkungan
Apakah tanah yang ditimbun di lokasi tersebut akan
mengganggu ekosistem yang ada di daerah setempat, atau
akan mengganggu kelangsungan lingkungan sekitarnya
seperti perubahan rona lingkungan, atau akan mengganggu
lahan sekitarnya semisal disekitarnya terdapat lahan pertanian.
f. Bentuk Akhir Daerah Pengupasan
Kondisi lain yang berpengaruh dalam merancang pengupasan
tanah penutup adalah bentuk akhir daerah pengupasan. Bentuk
akhir daerah pengupasan tersebut ditentukan oleh perencanaan
tata letak jalan masuk / jalan angkut, saluran penirisan dan
jenjang untuk penambangan.
g. Kemantapan Lereng
Pertanyaan yang sering muncul dalam mendiskusikan
kemantapan lereng adalah seberapa tinggi dan seberapa curamnya
batuan dapat digali. Kenyataannya massa batuan tidak
menampakan satu kesatuan secara utuh dan perilakunya di
dominasi oleh bidang diskontinue seperti sesar, kekar dan adanya
bidang geser 3).
Kemantapan lereng penggalian atau penimbunan tanah /batuan
tergantung pada :
1. Tinggi Lereng Maksimum
2. Ada tidaknya Bidang Diskontinue
3. Sudut Geser, Kohesi dan Berat Jenis dari Massa Batuan
4. Pengaruh Tekanan Air Tanah
5. Ada Tidaknya “Tension Crack” pada Lereng
2. Peralatan
a. Jenis Alat
Masing-masing jenis alat gali mempunyai cara kerja dan teknologi
yang berbeda-beda, studi teknik untuk pemilihan alat gali secara
optimum harus menjamin bahwa mesin-mesin tersebut dapat
mengatasi secara efektif kondisi lapangan.
Setiap jenis alat akan mempunyai kekhususan dalam metode
penggalian, pemuatan dan penggalian-pemuatan. Kombinasi-
kombinasi yang terbaik sesuai kondisi lapangan yang akan
memberikan hasil yang optimimlah yang akan dipilih untuk
digunakan.
Pada pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup pada tambang
batubara terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain :
1. Back Tailing Digging Method
Cara ini diterapkan pada penambangan batubara tambang
terbuka dengan system Area Mining atau Open Cast Mining.
Lapisan tanah penutup dibuang / ditimbun di belakang front
penambangan dimana di tempat tersebut lapisan batubara telah
selesai ditambang. Untuk selanjutnya kemajuan pengupasan
maju ke arah depan diikuti kemajuan penambangan batubara
dan selanjutnya tanah penutup yang telah tergali ditimbun ke
tempat bekas penambangan sebelumnya.
Peralatan yang digunakan antara lain adalah Power Shovel atau
Dragline. Jika dengan 1 peralatan mekanis apakah berupa
Power Shovel atau Dragline maka akan disebut “Single
Stripping Shovel” atau “Single Stripping Dragline”.Jika
digunakan lebih dari 1 alat mekanis maka disebut “Tandem
Stripping Shovel” atau “Tandem Stripping Dragline”.
2. Benching System
Cara ini diterapkan pada lapisan tanah penutup yang tebal dan
demikian pula lapisan batubara yang ada di tempat tersebut.
Penerapannya adalah pada saat mengupas tanah penutup
sekaligus sambil membuat jenjang. Cara ini diterapkan pada
metode tambang terbuka dengan system Open Pit Mining.
Peralatan yang digunakan untuk menggali adalah Jenis
excavator seperti Power Shovel atau Back Hoe, dengan
dibantu alat angkut yaitu Dump Truck.
3. Multi Bucket Excavator System
Cara ini diterapkan pada lapisan batubara yang tidak terlalu
tebal tetapi memiliki lapisan yang datar meliputi daerah yang
luas. Pada proses pengupasannya Lapisan tanah penutup
dibuang / ditimbun ke tempat yang telah digali lapisan
batubaranya atau ditimbun / dibuang ke tempat penimbunan
khusus. Peralatan yang digunakan adalah Bucket Wheel
Excavator (BWE).
4. Drag Scraper System
Pengupasan lapisan tanah penutup diikuti dengan penggalian
batubara setelah tanah penutup dibuang. Tapi dapat pula
diterapkan dengan mengupas secara keseluruhan lapisan tanah
penutup baru dilakukan penggalian terhadap lapisan batubara.
Peralatan yang digunakan adalah jenis Scraper. Cara ini cocok
digunakan pada material penutup yang bersifat lunak dan
lepas.
5. Stack Line Cable Way
Pengupasan Lapisan dengan menggunakan “Flexible
Cable” ,dimana kabel itu menghubungkan dua menara dapat
bersifat menetap atau berpindah-pindah (sesuai kebutuhan
penggalian), dimana pada Kabel itu dipasang peralatan gali
semacam scraper. Dapat digunakan untuk menggali lapisan
tanah penutup yang relatif datar atau landai dan meliputi
daerah yang luas, dimana lapisan batubara yang ada
dibawahnya tersebar meliputi daerah yang luas.
6. Cara Konvensional
Cara ini diterapkan dengan menggunakan kombinasi peralatan
mekanis seperti Bulldozer sebagai alat garu-dorong, Loader
sebagai alat muat dan Dump Truck sebagai alat angkut
Dalam perencanan pengupasan lapisan tanah penutup juga harus
diperhitungkan dengan tepat metode penggalian sesuai dengan
fungsi alat tersebut apakah sebagai alat garu-dorong, alat gali-muat.
Jika digunakan alat garu-dorong yakni Bulldozer maka metode
penggusurannya antara lain :
1. Down Hill Dozing
Dalam metode ini cara kerja Bulldozer adalah selalu
mendorong ke bawah, jadi mengambil keuntungan dari
bantuan gravitasi untuk menambang tenaga dan kecepatan.
2. High Wall or Float Dozing
Bulldozer menggali beberapa kali, lalu mengumpulkan galian
menjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang
curam. Sebelum seluruh tanah habis meluncur ke lereng
Bulldozer harus direm agar tidak terjungkir ke dalam lereng.
3. Trench or Slot Dozing
Bulldozer yang menggali melalui satu jalan yang sama akan
menyebabkan terbentuknya semacam dinding di kiri dan kanan
bilah yang disebut Spilages, sehingga pada pendorongan tanah
berikutnya tidak ada tanah yang keluar atau tercecer ke
samping bilah (blade).
Dan Jika digunakan alat gali-muat dalam hal ini Excavator Jenis
Back Hoe maka terdapat beberapa metode penggalian-pemuatan
yang dapat diterapkan antara lain :
1. Frontal Cuts
Pada metode ini Back hoe berhadapan dengan muka jenjang
dan mulai menggali ke depan (lurus ke muka) dan ke samping.
Pertama kali Back Hoe memuati truk sebelah kiri sampai
penuh, setelah itu diteruskan dengan yang sebelah kanan atau
sebaliknya. Karena itu pola pemuatan ini cukup efektif.
Dipandang dari unjuk kerja Back Hoe yang digunakan, pola
pemuatan ini sangat efisien meskipun truk harus mundur untuk
mengambil posisi.
2. Parallel Cuts With Drive – By
Back Hoe bergerak melintang dan sejajar dengan lokasi
penggalian. Jalan masuk ke jenjang untuk truk harus tersedia
dari dua arah. Efisiensi untuk Back Hoe dan Truk sangat
tinggi, meskipun rata-rata sudut putar lebih besar daripada
frontal cut, tetapi truk tidak mundur ke belakang Back Hoe.
Dengan demikian pengambilan posisinya akan lebih mudah.
3. Parallel Cuts – Turn And Back
a. Single Spoting
Truk kedua menunggu selagi Back Hoe memuat ke truk
pertama.Setelah truk pertama berangkat, truk kedua
berputar dan mundur ke posisi yang sesuai. Selama truk
kedua diisi truk ketiga datang dan seterusnya. Pada pola
ini, truk dan Back Hoe mengalami waktu tunggu.
b. Double Spoting
Truk pertama diisi. Truk kedua datang dan mundur untuk
mengambil posisi. Saat truk kedua telah berada dalam
posisinya, Back Hoe masih mengisi truk pertama. Begitu
truk pertama berangkat, Back Hoe mulai mengisi truk
kedua. Ketika truk kedua sedang diisi, truk ketiga datang
dan seterusnya. Pada pola ini Back Hoe tidak mengalami
waktu tunggu. Produksi keseluruhan lebih tinggi dari pada
pola Single Spoting.
b. Kapasitas Daya Guna Alat
Kapasitas daya guna alat harus sesuai dan cocok untuk menunjang
produksi pengupasan yang akan dilakukan serta memungkinkan
beroperasi sesuai dengan kondisi : Grade, Altitute, Haul Distance.
c. Kemampuan Produksi Alat Mekanis
Besarnya produksi atau out put dari peralatan sangat tergantung
pada 2 hal :
i. Angka siklus penggalian yang memberikan periode waktu
ii. Volume sebenarnya pada setiap penggalian.
Untuk melengkapi pengertian bagaimana menaksir atau
meramalkan produksi alat mekanis, definisi yang jelas dari
beberapa variable yang mewakili dua hal tersebut diuraikan sebagai
berikut :

1. Waktu Edar (Cycle Time)


Waktu edar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat-alat
mekanis yang meliputi alat garu-dorong, alat muat, alat angkut
dalam satu siklus termasuk waktu tunggu yang dicatat dari
hasil pengamatan di lapangan.
Untuk mengetahui kesediaan dan penggunaan alat mekanis
perlu dilakukan pengamatan terhadap jam kerja, jam perawatan
dan jam tunggu untuk setiap alat dalam waktu yang tersedia
menurut jadwal yang telah ditetapkan.
Jam Kerja (W) merupakan waktu yang dikeluarkan oleh
seorang operator pada suatu alat yang ada dalam kondisi dapat
dioperasikan, termasuk waktu yang digunakan untuk pulang
pergi ke front kerja, pemilihan tempat, pelumasan dan
pengisian bahan bakar.
Jam Pemuatan (R) merupakan waktu yang digunakan untuk
memperbaiki, menunggu suku cadang, perawatan preventif.
Jam Tunggu (S) merupakan waktu yang digunakan dimana alat
dapat dipakai tetapi tidak digunakan dan tambang dalam
keadaan operasi.
Jam Tersedia (W+R+S) merupakan waktu yang disediakan
untuk kerja tiap hari menurut jadwal yang telah ditetapkan
( data diperoleh dari Mine Enginnering Departement).
1. Availability Index (mechanical availability)
Availability Index (mechanical availability) adalah faktor yang
menunjukan kesediaan alat untuk melakukan pekerjaan dengan
memperhitungkan waktu yang hilang karena perbaikan mesin,
pemuatan isi dan dapat dirumuskan sbb ).
W
AI = x100% ………….(E.2)
W R

Dimana :
AI = Availability Index
W = Working Hours (jam kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
2. Phisical Availability (Operational Availability)
Phisical Availability (Operational Availability) merupakan
catatan Operational Availability dari alat yang digunakan atau
faktor yang menunjukan kesediaan suatu alat untuk melakukan
pekerjaan dengan menghilangkan waktu yang hilang karena
berbagai sebab dan dapat dirumuskan sbb ) :
W S
PA = x100% ………………(E.3)
(W  R  S )

Dimana :
PA = Phisical Availability
W = Working Hours (jan kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan
dimana alat tidak rusak).
Phisical Availability alat mekanis umumnya selalu lebih besar
dari AI, hal ini menunjukan alat tersebut baik digunakan dan
sesuai dengan kemampuannya.
3. Use of Availability
Use of Availability merupakan persentase waktu yang
digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat digunakan dapat
dilihat pada rumus dibawah ) :
W
UA = x100% ……………..(E.4)
(W  S )

Dimana :
UA = Use Availability
W = Working Hours (jam kerja alat)
S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan
dimana alat tidak rusak)

4. Effective utilization
Effective utilization menunjukan berapa persen dari seluruh
waktu kerja yang tersedia dapat dimamfaatkan untuk kerja
)
produktif dan dapat dijelaskan dengan rumus dibawah
W
EU = x100% ……………….(E.5)
(W  R  S )

Dimana :

EU = Effective utilization
W = Working Hours (jam kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
S = Stand by Hours ( jam alat tidak dapat digunakan dimana
alat tidak rusak)

2. Waktu kerja effektif


Waktu kerja efektif alat adalah waktu yang
benar-benar dipergunakan untuk berproduksi
dari alat yang dioperasikan.
3. Efisiensi Kerja Peralatan
Efisiensi Kerja adalah perbandingan antara jam kerja efektif
terhadap jam kerja yang tersedia. Jam kerja efektif adalah jam
kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi tanpa ada
hambatan. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
We = Wt – (Wtd + Wd) …………….(E.6)
= Wt – Wth …………….(E.7)
Dimana :
We = Waktu kerja efektif (jam)
Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari
Wd = Waktu hambatan yang dapat dihindari
Wth = Total waktu hambatan
Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan persaman :
JamKerjaEfektif
Efisiensi Kerja = JamKerjaTe rsedia x100% …………(E.8)

4. Faktor Pengisian
Faktor pengisian adalah perbandingan antara volume mangkuk
(bucket) yang sesungguhnya dengan volume mangkuk secara
teoritis (Heaped Capacity).
Vn
F= x100% ……….(E.9)
Vb

Dimana :
F = Faktor pengisian mangkuk (Bucket),%
Vn = Volume nyata mangkuk alat muat, m3
Vb = Volume baku mangkuk alat muat, m3
5. Faktor Pengembangan
Pengembangan (Swell) adalah pengembangan volume suatu
material setelah digali dari tempatnya.
Apabila material digali dari tempat aslinya , maka akan terjadi
pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa
besarnya pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu :
a. Swell Faktor
b. Percent Swell
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena
yang diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada
Pay Yard atau Bank Yard atau Bank Volume atau In Place
Volume atau Volume Insitu, Sedangkan material yang
ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah
mengembang (Loose Volume).
6. Kapasitas Mangkuk (Bucket)
Volume mangkuk atau bilah tergantung desain dan masing-
masing alat gali mempunyai desain yang berbeda-beda.
Dalam memperkirakan produksi alat mekanis dikenal dua
macam cara yaitu :
a. Produksi Teoritis
Kemampuan teoritis adalah kemmpuan suatu alat untuk
berproduksi dalam operasi penambangan dengan
mempertimbangkan factor kondisi peralatan ang
digunakan pada saat ini.
Produksi Teoritis Alat Garu-Dorong (Bulldozer) dan Alat
Gali (Back Hoe) adalah sebagai berikut :
60 xKbxSf
Produksi Teoritis = ( ),BCM/jam …….(E.10)
We
Kb = Kapasitas Blade atau Bucket, m3
Sf = Faktor Pengembangan (Swell Factor)
We = Waktu Edar,menit
b. Produksi Nyata
Produksi nyata peralatan mekanis pada saat ini adalah
produksi suatu alat dalam operasi penambangan pada saat
ini dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi
produksi alat mekanis.
Produksi Nyata Alat Garu-Dorong (Bulldozer) dan Alat
Gali (Back Hoe) adalah sebagai berikut :
60 xKbxSfxBfxE
Produksi Nyata = ( ),BCM/jam……
We
(E.11)
Kb = Kapasitas Blade atau Bucket , m3
Sf = Faktor Pengembangan (Swell Factor)
We = Waktu Edar,menit
E = Efisiensi, %
E.2. Persiapan Pengupasan
1. Penyediaan Tempat Penimbunan
Dengan memperhatikan factor-faktor persyaratan penentuan lokasi
penimbunan tanah penutup seperti telah diuraikan di depan, tanah
penutup hasil pengupasan didorong (dengan Bulldozer) menuju ke
tempat penimbunan. Di peta ditentukan lokasi pembuangan kemudian
dihitung volume tampungnya dengan cara membagi daerah tersebut
dengan sayatan-sayatan. Jarak masing-masing pemisah sayatan dibuat
1 cm untuk mewakili 10 meter di lapangan. Penampang sayatan di
gambar dan dihitung luasnya. Rumus yang dipakai untuk menghitung
volume adalah metode penampang melintang (Cross Section) sebagai
berikut :
L1  L2 L  Ln
V= xd 1  ...  n 1 xd n 1
2 2
V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)
L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2
L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2
n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2
2. Pembabatan dan Pembersihan Lahan
Metode-metode yang digunakan adalah :
a. Penebangan dengan metode Perimeter
Metode ini dipakai untuk membuka suatu daerah yang datar. Bila
suatu plot yang akan dibuka telah ditentukan, maka Bulldozer
mulai membuka dari sebelah luar ke dalam berlawanan arah
jarum jam mengelilingi plot tersebut.
b. Metode Out Crop
Dilakukan dengan penentuan plot-plot dimana setelah plot-plot
tersebut ditentukan letak dan ukurannya, maka Bulldozer mulai
membuka dari sebelah dalam ke arah luar plot dengan gerakan
searah jarum jam. Penimbunan dilakukan dari arah luar ke dalam ,
sehingga timbunan berada di dalam plot.
c. Metode Contour
Dilakukan pada daerah yang berbukit, Bulldzer mulai melakukan
penebangan dari arah bukit menutju ke bawah, timbunan dibuat
pada daerah ketinggian.

3. Rancangan Pembuatan Jalan Masuk / Jalan Angkut


Keadaan jalan angkut sangat berpengaruh terhadap keamanan dan
keselamatan operasi pengangkutan. Ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap keadaan jalan angkut, misalnya, lebar jalan,
jari-jari tikungan dan kemiringan jalan.
 Lebar jalan angkut
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus
didasarkan pada “rule of thumb” yang dikemukakan oleh Ashto
Manual Rural High-way Design adalah :(11)
L = n x Wt + (n + 1)(0,5Wt) ……………………………. (E.12)
Dimana : L = lebar jalan angkut minimum, meter
n = jumlah jalur ( 2 )
Wt = lebar alat angkut total,meter

 Lebar jalan pada tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan
lurus (lihat Gambar 5.3). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada
tikungan dihitung dengan persamaan :(11)
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ..……….……… (E.13)
C = 0,5 (U + Fa + Fb) = Z .…..………………… (E.14)
Dimana : U = jarak jejak roda (center to center tire), meter
Fa = lebar juntai depan, meter
Fb = lebar juntai belakang, meter
C = jarak dua truk yang akan bersimpangan
Z = jarak sisi luar truk ke tepi jalan
 Kemiringan jalan masuk / angkut
Kemiringan jalan angkut di lokasi berkisar antara 0 % - 3 %,
sedangkan kemiringan jalan maksimum yang masih mampu diatasi
oleh alat angkut dengan baik adalah 10 %.
E.3. Teknis Pengupasan
Pengupasan lapisan tanah penutup yang dikerjakan di atas lapisan batubara
mengikuti arah penyebaran dan jurus.
Besarnya produksi pengupasan tergantung perencanaan geometri jenjang
dan banyaknya batubara yang harus dibongkar. Teknis pengupasan lapisan
tanah penutup batubara dapat dilakukan secara seri dan paralel.
1. Pengupasan Seri
Artinya jika suatu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
dilakukan sekaligus sebelum pekerjaan penambangan atau perluasan
penambangan mulai dikerjakan.
2. Pengupasan Paralel
Artinya jika kegiatan pengupasan dilakukan bersamaan dengan
penambangan.
Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan,
dilanjutkan dengan kegiatan penambangan bersamaan dengan itu di
lain tempat dilakukan pengupasan lapisan tanah penutup untuk
produksi tambang selanjutnya.
Arah kemajuan pengupasan ditentukan dengan mengikuti bentuk
topografi, cara penambangan dan lokasi penimbunan.
Penggalian untuk pengupasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Penggalian dilakukan pada tiap-tiap ketinggian mengikuti garis kontur
menuju ke tempat yang lebih rendah sampai ke lokasi penimbunan.
2. Penggalian dilakukan dengan membagi daerah pengupasan menjadi
blok-blok penggalian dengan luas tertentu.
Secara bertahap penggalian pada suatu blok ditimbunkan ke blok lain
yang sudah tidak ditambang, demikian pula untuk blok-blok
selanjutnya.

F. METODE PENELITIAN
- Melakukan Penelitian terhadap kegiatan pengupasan tanah penutup yang telah
berlangsung. Menganalisa kelemahan-kelemahan yang ada pada proses
pengupasan lapisan tanah penutup mulai sejak perencanaan, perancangan dan
pelaksanaanya.
- Penelitian terhadap unjuk kerja alat-alat mekanis saat ini meliputi waktu kerja
effektif alat, penggunaan jam kerja yang tersedia dan produksi dari alat-alat
mekanis yang ada
- Mengurangi hambatan yang ada baik hambatan yang dapat dihindari maupun
yang tidak dapat dihindari sehingga waktu sehingga waktu kerja effektif alat
meningkat.

G. AKUISISI DATA
Data utama sebagai dasar dalam membuat suatu perencanaan dan rancangan
pengupasan lapisan tanah penutup adalah :
- Metode, jumlah dan jenis alat yang digunakan dalam Pembersihan lahan,
Pengupasan tanah penutup, Pemuatan, pengangkutan dan penimbunan.
- Topografi daerah penambangan, Kondisi Curah Hujan dan Kondisi Hidrologi
serta Geologi setempat.
- Jam kerja effektif penambangan dan penggunaan waktu kerja yang tersedia
- Kapasitas produksi dari alat-alat mekanis.
- Hubungan antara sifat fisik material dengan penggunaan alat muat. ( Berat
material, Swell factor, Kekerasan material, Daya dukung material, Jarak angkut).
- Keadaan tempat alat ( penempatan alat, Lebar tempat kerja)
- Kestabilan Timbunan tanah Penutup dan Kemantapan Lereng front penggalian
tanah penutup.
- Data utama diperoleh dengan penyelidikan dilapangan, analisa laboratorium dan
study literatur.

H. RENCANA DAFTAR ISI (terlampir)


I. BAGAN RENCANA PENELITIAN (terlampir)
J. DAFTAR PUSTAKA (terlampir)
K. PENUTUP
Demikian proposal ini saya susun, sebelumnya saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada PT. Pamapersada Nusantara Tambang Batubara Bukit
Asam Tanjung Enim Sumatera Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk melaksanakan penelitian di lokasi penambanagan dan semua pihak yang
telah banyak membantu dalam persiapan tugas akhir saya ini.

Anda mungkin juga menyukai