Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Dan

Perkembangannya Lengkap
Oleh Aris KurniawanDiposting pada 03/06/2019

Sejarah ejaan bahasa indonesia dan perkembangannya– Ejaan Yang


Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
dari tahun 1972. Ini menggantikan Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.

Lihat Daftar Inti Pelajaran :

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Sebelum EYD, Institut Bahasa dan Sastra, (sekarang Language Centre),
mengeluarkan Eja Baru (Ejaan LBK) pada tahun 1967. Ejaan baru pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari upaya yang telah diprakarsai oleh Spelling
komite Malindo. Pelaksana dalam komite Ejaan yang terdiri dari LBK.

Panitia berhasil merumuskan konsep ejaan, kemudian dinamai Ejaan Baru.


Panitia bekerja atas dasar keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
no.062 / 67, tanggal 19 September 1967.

Pada tanggal 23 Mei 1972, pernyataan bersama yang ditandatangani oleh


Menteri Malaysia Tun Hussein Onn Pelajaran dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama berisi kesepakatan
untuk menerapkan prinsip-prinsip yang disepakati oleh para ahli dari kedua
negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang disempurnakan.

Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57


tahun 1972, sistem ejaan Berlakulah Latin untuk Melayu (“Rumi” dalam bahasa
Melayu Malaysia) dan Indonesia. Di Malaysia, selain ejaan baru ini disebut
Ejaan Bersama Rumi (ERB). Pada saat pidato resminya untuk menandai ulang
tahun Republik Indonesia Kemerdakan ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia.

Dengan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972, ejaan ini dikenal sebagai
Ditingkatkan Ejaan Bahasa Indonesia (EYD). Hasil yang dicapai oleh komite
bekerja ejaan ejaan Indonesia telah didirikan pada tahun 1966. Peningkatan
Ejaan Bahasa Indonesia adalah penyederhanaan dan perbaikan Ejaan
atau ejaan Republik digunakan sejak digunakan sejak Maret 1947.

Selanjutnya, pada tanggal 12 Oktober 1972, Komite Pembangunan Indonesia


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku “Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan” dengan penjelasan aturan
penggunaan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196 / U / 1975
memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah” .

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


Revisi 1987

Pada tahun 1987, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan


Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a / U / 1987
tentang perbaikan “Spelling Pedoman Umum Indonesia Ditingkatkan”.
Keputusan Menteri ini meningkatkan EYD edisi 1975.

Revisi 2009
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Menteri
Pendidikan Nasional Peraturan Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan dikeluarkannya
peraturan ini, di EYD 1987 edisi berubah dan tidak lagi berlaku.

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Perbedaan dengan ejaan sebelumnya

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

1. “dj” menjadi “j”: djarak → jarak


2. “ch” menjadi “kh”: achir → akhir
3. “sj” menjadi “sy” : sjarat → syarat
4. “j” menjadi “y” : sajang → sayang
5. “tj” menjadi “c” : tjutji → cuci
6. “nj” menjadi “ny” : njamuk → nyamuk

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan dalam EYD, antara lain:

1. F, v, dan z adalah penyerapan unsur-unsur bahasa asing yang


diresmikan.
2. Surat-surat q dan x biasanya digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan
terus digunakan, misalnya, furqan kata, dan xenon.
3. Awalan “di-” dan kata berikutnya “dalam” tulis dibedakan. Preposisi “di”
dalam contoh di rumah, di ladang, tulisan dipisahkan oleh spasi,
sementara “yang” dibeli atau dimakan dalam seri ditulis dengan kata-kata
yang mengikuti.
4. Re-ditulis kata penuh dengan elemen mengulangi. Dyad tidak digunakan
sebagai penanda kekambuhan

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

 Menulis surat, termasuk modal dan miring.


 Menulis kata-kata.
 Menulis tanda baca.
 Menulis singkatan dan akronim.
 Menulis angka dan nomor simbol.
 Menulis elemen penyerapan.

Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan
Republik Spelling. Jadi sebelum EYD, “oe” tidak digunakan.
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang menulis tanda baca, menulis dapat dilihat
pada tanda baca EYD yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai