Anda di halaman 1dari 5

Cholesterol LDL Prescipitating Reagent

Metode Polyvinyl Sulphate/Polyethyleneglycol


Prinsip Low Density Lipoproteins (LDL) dalam sampel mengendap dengan
polyvinyl sulfat. Konsentrasi mereka dihitungdari perbedaan serum
kolesterol total dan supernatant dalam kolesterol setelah di sentrifugasi.
Kolesterol diukur dengan menggunakan spektrofotometri yang
menghasilkan reaksi-reaksi yang berpasangan seperti di bawah ini:
Cholesterol esters +H2O chol. esterase Kolesterol + Asam lemak
Cholesterol + ½O chol. oxidasa
2+ H2O Cholestenone + H2O2
2H2O2 + 4 – Aminoantipyrine + Phenol peroksidasa Quinoneimine + 4 H2O
Reagen Reagen 1 x 20 ml, Polyvinyl sulphate 3 g/L, Polyethyleneglycol 327 g/L
Persiapan reagen Reagen siap digunakan
Alat 1. Sentrifuge
2. Waterbath suhu 37OC
3. Analyzer, spektrofotometer, photometer dibaca pada 500 ± 20 nm
Sampel 1. Serum di siapkan sesuai kebutuhan prosedur kerja
2. Kolesterol LDL dalam serum stabil selama 24 jam pada suhu 2-80C

Landasan Teori
Lemak dalam tubuh diangkut dari satu tempat ke tempat lain, karena lemak
bersifat tidaki ada larut air, maka untuk mengangkut lemak tersebut diperlukan suatu
alat pengangkut, yaitu apo-protein, suatu jenis protein.
Apoprotein dengan lemak yang diangkutnya membentuk suatu ikatan yang
disebut lipoprotein. Kita mengenal 4 macam lipoprotein, ialah:
1. Chylomicron
Komponen utamanya: Triglycerides (90-95%)
Berasal dari makanan (exogenous), plasma yang banyak mengandung
chylomicron berwarna seperti susu lipaemic.
- Biasanya tampak 2 jam setelah makan (post prandial) dan terus tampak
sampai 6-8 jam p.p., oleh karna itu pada pemeriksaan triglyceride, penderita
disuruh berpuasa 12-14 jam terlebih dahulu.
- Bila setelah puasa tersebut, plsma masih berwarna seperti susu, maka berarti
penderita tersebut dalam keadaan hyperlipaemia.
2. VLDL (very low density lipoprotein) – pre beta lipoprotein
Disebut juga alpha 2-lipoprotein
Gunanya terutama untuk mengangkut triglyceride yang dibentuk oleh hepar.
3. LDL (low density lipoprotein) – beta lipoprotein
Komponennya terdiri dari:
- Protein (25%)
- Cholesterol (40%)
Gunanya terutama untuk mengangkut cholesterol.
4. HDL (High density lipoprotein) – alpha lipoprotein
Disebut juga alpha-1-lipoprotein.
Komponen utama terdiri dari:
- Protein (50%)
- Cholesterol (20%)
Gunanya terutama untuk mengangkut cholesterol dan fosfolipid.
Masing-masing lipoprotein berbeda dalam apoprotein dan proporsi jenis
lemak yang dikandungnya, yaitu cholesterol, triglyserida dan fosfolipid. Sehingga
ukuran dan berat jenisnya pun berbeda-beda pula.
Untuk mudahnya kita bedakan lipoprotein menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Chylomicron dan VLDL
Lipoprotein ini terutama mengandung triglyceridea, ukurannya relative
besar dan tidak dapat menembus tunica intima yaitu selaput tipis yang
melapisi bagian dalam pembuluh darah.
2. LDL dan HDL
LDL terutama mengandun cholesterol dan HDL terutama mengandung
fosfolipid. Lipoprotein ini ukurannya kecil dan dapat menembus tunic intima.
LDL karena kecil dan padat, selain dapat menembus tunica intima, juga
mempunyai sifat melekat pada dinding pembuluh darah dan menetap diantara
selaput intima akibat timbulnya benjolan-benjolan yang berisikan LDL dengan
kolesterolnya. Makin lama benjolan makin besar dan bertambah banyak,
sehingga lubang pembuluh darah menjadi sempit serta pembuluh darah
menjadi sklerotik.
HDL juga dapat menembus tunica intima, tetapi tidak melekat pada dinding
pembuluh darah, sehingga dapat kembali ke dalam aliran darah, bahkan waktu
kembali ke dalam aliran darah, HDL mengangkut cholesterol yang ditimbun
pada pembuluh darah oleh LDL. Jadi HDL mempunyai fungsi yang dapat
membersihkan deposit cholestrrol pada dinding pembuluh darah yang
ditimbun oleh HDL dan mencegah terjadinya arteriosklerosis.
Kadar cholesterol tinggi yang berasal dari HDL malah mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pembuluh darah dan secara tidak langsung
juga terhadap jantung. Apabila arteriosklerosis terjadi pada pembuluh darah
otak dapat menyebabkan daya ingat orang tersebut menurun, bahkan dapat
timbul lumpuh separo (hemiplegia) ataupun gangguan bicara terutama
kelumpuhan anggota badan bagian kanan. Umumnya kadar cholesterol yang
diukur adalah kadar cholesterol total, yang merupakan jumlah total dari pada
jcholesterol yang berasal dari keempat jenis lipoprotein, sehingga kurang
berarti dalam hubungannya terhadap penyakit jantung. Yang paling baik
adalah bila kita mengetahui kadar cholesterol yang berasal dari HDL dan LDL,
karena kenaikkan kadar cholesterol yang berasal dari HDL mempunyai
pengaruh buruk terhadap jantung, sebaliknya kenaikkan kadar cholesterol
yang berasal dari HDL mempunyai pengaruh yang baik terhadap pembuluh
darah dan jantung.
Kadar cholesterol darah dipengaruhi oleh bermacam-macam factor seperti
emosi, olahraga, diet dan lain-lain. Kegelisahan menyebabkan kadar
cholesterol meninggi, sedangkan olahraga merendahkan kadar cholesterol.
Makanan yang banyak mengandung cholesterol tidak banyak mempengaruhi
kadar cholesterol darah, karena bagian terbesar dari cholesterol adalah hasil
produksi tubuh kita sendiri. Makanan yang banyak mengandung lemak
dengan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) seperti minyak, kacang
dan lain-lain minyak nabati, dapat memperendah kadar cholesterol darah. Ada
beberapa macam obat yang katanya dapat meningkatkan kadar HDL, misalnya
vitamin E dan asam nikotinat. Obat-obat tersebut dipakai untuk
memperlambat terjadinya proses artheriosklerosis dan melindungi jantung.
Sebelum ini LDL – cholesterol ditentukan secara tidak langsung dengan
memakai rumus friedewal, sehingga pada keadaan dimana kadar triglycerides
tinggi diatas 400 mg/dl (hyperlipoproteinemia type III), penentuan ini akan
tidak akurat lagi. Dengan cara langsung ini kadar LDL yang merupakan factor
resiko utama untuk arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner dapat
ditentukan dengan mudah tanpa harus menentukan kadar triglycerides, total
cholesterol dan HDL lagi. Prinsip nya berdasarkan pengendapan LDL oleh
suatu senyawa polimer amphipatic (polycylic anionic surfactant). Selanjutnya
endapan dipisahkan, dilarutkan lagi dengan natrium citrate dan kemudian
ditentukan kadarnya dengan metode PAP.
Kolesterol-LDL (Kolesterol-low density lipoprotein) adalah pemeriksaan
kadar kolesterol (ester kolesterol dan kolesterol bebas) dalam partikel LDL
yang terdapat pada plasma darah. LDL disebut juga sebagai kolesterol jahat,
karena mengangkut kolesterol untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan
menyebabkan pembentukan arteriosklerosis.
Pemeriksaan kolesterol-LDL digunakan bersama-sama parameter
pemeriksaan lipid lainnya guna menentukan risiko penyakit jantung koroner
atau digunakan untuk memantau efektifitas pengobatan.
Pemeriksaan kadar kolesterol-LDL dilakukan dengan cara yang sama pada
pemeriksaan kolesterol-HDL (presipitasi), yaitu menghilangkan partikel non-
LDL dalam plasma darah, kemudian kolesterol-LDL diukur secara
kolorimeterik enzimatik seperti tahapan pemeriksaan kolesterol total yang
dibaca pada panjang gelombang sekitar 500 nm.
Metode alternative yang masih banyak digunakan di laboratorium klinik
Indonesia yaitu menggunakan perhitungan menurut Friedwald, penggunaan
formula Friedwld mengharuskan pasien puasa 12 sampai 14 jam dan tidak
boleh memiliki kadar trigliserida diatas 400 mg/dL. Penggunaan formula
Friedwald didasarkan pada estimasi keberadaan LDL dengan menghitung
melalui persamaan dan memanfaatkan hasil pemeriksaan kolesterol total,
trigliserida dan kolesterol-HDL.
Kolesterol merupakan satu-satunya steroid yang ada dalam konsentrasi
yang bisa di nilai di seluruh tubuh. Kolesterol diet yang berasal dari hewan di
absorber dalam jumlah terbatas ke dalam system limfatik bila ada garam-
garam empedu dan setelah esterifikasi parsiel dengan asam asam lemak.
Kecuali ergosterol (pro-vitamin D), steroid tumbuh-tumbuhan diabsorbir jelek
oleh manusia. Sebagian besar kolesterol yang dibutuhkan tubuh, disintetis
secara endogen dari asetil Ko-A melalui ß-hidroksi-ß-metil glutamil Ko-A.
mungkin semua sel sanggup mensintesa kolesterol, tetapi bagian terbesar
kolesterol di dalam tubuh di produksi oleh hepar. Ia di angkut di dalam plasma
terutama sebagai LDL.
Kolesterol dihubungkan dengan metabolisme lipid, dan merupakan
sumber untuk sintesa hormone steroid. Ia di ekskresikan ke dalam empedu
sebagai kolesterol yang tak berubah atau sebagai asam kolat atau asam
kenodeoksikolat (asam empedu): kolesterol dipertahankan dalam bentuk
larutan di dalam empedu oleh garam-garam empedu dan fosfolipid. Kolesterol
yang dilepaskan dari jaringan tepi di esterifikasikan di dalam plasma dengan
asam lemak yang berasal dari lesitin oleh lesitin kolesterol asiltransferase
(LCAT) dan diangkut sebagai HDL ke hepar. Ester kolesterol ini bisa diangkut
ke lipoprotein lain oleh penukaran dengan trigliserida. Penurunan ester
kolesterol plasma timbul bila terdapat kerusakan sel parenkim hepar, karena
defiesiensi LCAT yang berasal dari hepar. Terdapat defisiensi LCAT yang
jarang, pada mana terjadi akumulasi kolesterol bebas di dalam plasma dan
jaringan.

Prosedur Kerja
 Pengendapan
1. Pipet ke tabung reaksi
sampel 0,2 mL
Reagen (A) (Kit LDL Kolesterol) 0,2 mL
2. Homogenkan dan diamkan selama 15 menit pada suhu kamar
3. Centrifuge pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit
4. Pipet supernatant ke tabung reaksi lainnya
 Kolorimetri
5. Bawa reagen (kit kolesterol) ke suhu kamar
6. Pipet ke tabung reaksi :
Blanko Standar Sampel
Aquadest 20 ʮL - -
Standar kolesterol (S) - 20 ʮL -
Supernatan - - 20 ʮL
Reagen (A) (kit kolesterol) 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
7. Homogenkan dan inkubasi tabung selama 30 menit pada suhu kamar (16-250C) atau
10 menit untuk suhu 370C
8. Baca absorban standard dan sampel pada gelombang 500 nm. Warna stabil
setidaknya selama 30 menit

Perhitungan
Konsentrasi kolesterol dalam serum dihitung dengan rumus berikut:

Absorban sampel X Konsentrasi standar X Faktor pengenceran sampel = Konsentrasi serum


Absorban standar

Jika standar kolesterol, yang disediakan dalam Kit Kolesterol telah digunakan untuk
mengkalibrasi:
Absorban sampel X 200 X 2 = mg/dL kolesterol dalam serum
Absorban standar X 5,18 X 2 = mmol/L kolesterol dalam serum

Nilai Rujukan Hingga 100 mg/dL = 2,59 mmol/L Optimal


100-129 mg/dL = 2,59-3,34 mmol/L Hampir optimal/ di atas
optimal
130-159 mg/dL = 3,37-4,12 mmol/L Batas tinggi
160-189 mg/dL = 4,14-490 mmol/L Tinggi
>190mg/dL = 4,92mmol/L Sangat tinggi
Pustaka
1. Baron, D.N. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC,1990.
2. Nugraha, Gilang. Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk
Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik. Jakarta. 2018
3. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Diktat Kimia Klinik.
Jakarta.1985
4. https://www.biosytems.es
5. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/4184

Anda mungkin juga menyukai