Anda di halaman 1dari 73

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

OPTIMALISASI GERAKAN JAMBAN ORANG SEHAT


DI UPTD PUSKESMAS MAJENANG II

DISUSUN OLEH:

Nama : dr. DIENIA NOP RAMLIANA

NIP : 19921110 201902 2 008

No Absen : 011

Jabatan : DOKTER AHLI PERTAMA

Dinas Instansi : UPTD PUSKESMAS MAJENANG II

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN III


BEKERJASAMA ANTARA BADAN KEPEGAWAIAN, PELATIHAN, DAN
PENDIDIKAN KABUPATEN CILACAP
DENGAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

Judul : OPTIMALISASI GERAKAN JAMBAN ORANG SEHAT DI


UPTD PUSKESMAS MAJENANG II
Nama : dr. Dienia Nop Ramliana
NIP : 19921110 201902 2 008
Angkatan : III
No. Presensi : 011

Disetujui untuk diseminarkan pada:


Hari : Sabtu
Tanggal : 30 Maret 2019
Tempat : Sasana Diklat Praja
Jl. Jendral Sudirman No.12 Cilacap

Cilacap, 29 Maret 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

dr. Dienia Nop Ramliana


NIP. 19921110 201902 2 008
Menyetujui,
Coach, Mentor,

Drs. PAMUNGKAS T WASANA, M.Si RUSDIANTO, SKM.,M.Kes


Widyaiswara Ahli Muda Penata Tingkat I
NIP.197301010 199203 1 001 NIP. 19700409 199403 1 004

i
HALAMAN PENGESAHAN

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

Judul : OPTIMALISASI GERAKAN JAMBAN ORANG SEHAT DI


UPTD PUSKESMAS MAJENANG II
Telah diseminarkan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 30 Maret 2019
Tempat : Sasana Diklat Praja

Cilacap, 30 Maret 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

dr. Dienia Nop Ramliana


NIP. 19921110 201902 2 008
Menyetujui,
Coach, Mentor,

Drs. PAMUNGKAS T WASANA, M.Si RUSDIANTO, SKM.,M.Kes


Widyaiswara Ahli Muda Penata Tingkat I
NIP.197301010 199203 1 001 NIP. 19700409 199403 1 004

Narasumber,

WAHJU WIDIARSIH, ST, M.Pi


Widyaiswara Ahli Muda
NIP. 19670607 199803 2 001
ii
PRAKATA

Penulis memenjatkan segala puja dan puji syukur kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar
PNS dengan judul “Optimalisasi Gerakan Jamban Orang Sehat di UPTD
Puskesmas Majenang II”.

Penulisan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini disusun


sebagai salah satu persyaratan kelulusan Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil Golongan III Angkatan III Tahun 2019 yang diselenggarakan
di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD)
Cilacap sebagai bentuk pemahaman konseptual dan internalisasi nilai-nilai
dasar PNS yang diterapkan di UPTD Puskesmas Majenang II.

Dalam menyelesaian rancangan aktualisasi nilai-nilai PNS ini, penulis


menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Pamungkas Tunggul Wasana, M.Si selaku pembimbing yang telah


memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
rancangan aktualisasi ini dapat selesai dengan baik.

2. Rusdianto, SKM.,M.Kes selaku mentor selaku Kepala UPTD


Puskesmas Majenang II yang telah memberikan masukan, inspirasi dan
arahan sehingga rancangan aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan
baik.

3. Wahju Widiarsih, ST, M.Pi selaku narasumber/ penguji yang


memberikan saran, masukan perbaikan untuk penyempurnaan
rancangan aktualisasi ini sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik.

4. Keluarga yang telah mendukung, mendoakan serta memberi bantuan


sehingga semua kegiatan Pelatihan Dasar CPNS dapat terselesaikan
dengan baik.

iii
5. Seluruh Widyaiswara, dan Panitia yang telah memberikan ilmu,
bimbingannya, dukungan dan fasilitas selama kegiatan Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III Angkatan III.

6. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III atas
inspirasi, kekompakan, bantuan, dan dukungannya.

Penulis berharap semoga rancangan aktualisasi ini dapat


memberikan manfaat bagi semua pihak dan dapat memberikan contoh
tentang implementasi nilai-nilai “ANEKA” dengan prinsip Manajemen
Aparatur Sipil Negara (ASN), Pelayanan Publik dan Whole of Government
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kerja dan masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang


mendasar pada rancangan ini, oleh karena itu penulis berharap kepada
semua pihak untuk memberikan saran dan masukan serta kritik yang
membangun untuk penyempurnaan rancangan aktualisasi ini.

Cilacap, 29 Maret 2019

Penulis

dr. Dienia Nop Ramliana

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

PRAKATA................ ............................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISTILAH ................................................................................. viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Identifikasi Isu dan Dampak Jika Isu tidak diselesaikan dan 3


Rumusan Masalah .......................................................................

C. Tujuan .......................................................................................... 8

D. Manfaat ........................................................................................ 8

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku ....................................................................... 10

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara............. 10

2. Analisis Isu Kontemporer...................................................... 13

3. Kesiapsiagaan Bela Negara.................................................. 16

B. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil .......................................... 18

1. Akuntabilitas ......................................................................... 18

v
2. Nasionalisme ........................................................................ 20

3. Etika Publik........................................................................... 23

4. Komitmen Mutu .................................................................... 25

5. Etika Publik........................................................................... 27

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI ..................................... 29

1. Manajemen ASN .................................................................. 29

2. Pelayanan Publik ................................................................. 32

3. Whole of Goverment ............................................................ 33

D. Tinjauan Umum tentang Jamban Keluarga.................................. 34

BAB III. TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi ........................................................................... 39

1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi .............................. 39

2. Visi, Misi, serta Nilai Organisasi ........................................... 40

3. Struktur Organisasi dan Job Deskripsi.................................. 41

4. Deskripsi SDM, sarana prasarana dan sarana lain............... 42

B. Role Model ................................................................................... 49

BAB IV. RENCANA KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi........................................ 51

B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan....................................... 58

C. Antisipasi dan Strategi menghadapi kendala................................ 59

BAB V. PENUTUP …………………………………………………………. 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 62

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil isu yang teridentifikasi ................................................. 3

Tabel 1.2 Parameter APKL ................................................................... 5

Tabel 1.3 Penetapan isu dengan APKL................................................ 5

Tabel 1.4 Penjelasan USG.................................................................... 6

Tabel 1.5 Parameter USG..................................................................... 7

Tabel 1.6 Penetapan isu USG............................................................... 7

Tabel 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi dalam Struktur Organisasi............ 38

Tabel 3.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin................. 42

Tabel 3.3 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur………................... 42

Tabel 3.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan…….................. 43

Tabel 4.1 Isu terpilih………………………………………….................... 48

Tabel 4.2 Pemecahan Isu……...…………………………….................... 49

Tabel 4.3 Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ……… 54

Tabel 4.4 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala........................ 55

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi Kinerja 14


PNS…………………………………………………………...
Gambar 3.1 Gambar Struktur Organisasi UPTD Puskesmas 37
Majenang II………………………………………………….

Gambar 3.2 Gambar Bagan Organisasi UPTD Puskesmas 38


Majenang II………………………………………………….

Gambar 3.3 Gambar peta Wilayah........…………………..................... 44

Gambar 3.4 Gambar Role Model .........…………………..................... 45

viii
DAFTAR ISTILAH

BTA : Bakteri Tahan Asam

Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KESLING : Kesehatan Lingkungan

NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

PIS PK : Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga

PROMKES : Promosi Kesehatan

P2P : Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

RT : Rumah Tangga

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas

UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai


negeri dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas dan
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

Dalam Undang-Undang No.5 Tahun 2014 Pasal 63 ayat (3)


dan ayat (4) tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan
Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
selama satu tahun masa percobaan. Merujuk Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, PNS
wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan untuk
membangun moral, kejujuran, semangat nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung
jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.

Pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan non-


klasikal di tempat pelatihan dan di tempat tugas sehingga
memungkinkan peserta mampu mengaktualisasikan dan
membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan
manfaatnya. Karakter PNS profesional dibentuk dari sikap dan
perilaku disiplin PNS, nilai-nilai dasar profesi PNS, dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI serta
mengusai tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas dan
perannya secara profesional sebagai pelayan publik.

1
Untuk mencapai Visi dan Misi pembangunan kesehatan
Kabupaten Cilacap serta Visi dan Misi UPTD Puskesmas Majenang
II maka perlu disusun sebuah dokumen perencanaan yang
komprehensif. Perencanaan kegiatan dilakukan dari organisasi
paling bawah atau disebut Bottom Up Planning. Puskesmas
sebagai ujung tombak institusi pelayanan kesehatan dilapangan
dituntut untuk dapat menyusun perencanaan dengan baik
berdasarkan prioritas masalah dengan berdasarkan potensi dan
sumber daya yang dimiliki.

Peran ASN di bidang kesehatan melalui kegiatan


mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas prima di
Puskesmas meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat
berperan dalam riwayat tumbuhnya penyakit, masalah sanitasi di
Indonesia sudah menjadi perhatian utama, hal ini dikarenakan
sanitasi yang berkaitan erat dengan kegiatan sehari-hari.

Target Jamban Sehat Kabupaten Cilacap Tahun 2018 yaitu


sebesar 79%. Berdasarkan Data PIS PK Tahun 2018 Pencapaian
3926 Kepala Keluarga yang memiliki jamban sehat dibanding target
yang seharusnya tercapai 10574 (37,13%). Dari data tersebut
didapatkan kurangnya cakupan keluarga pengguna jamban
dibandingkan target.

2
B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Isu

Dalam proses meningkatkan Mutu Pelayanan UPTD Puskesmas


Majenang II ditemukan beberapa isu yang berkaitan dengan nilai-nilai
Pelayanan Publik, Manajemen ASN dan Whole of Government.
Sebagai pelayan publik isu-isu tersebut sangat mempengaruhi
sehingga menjadi perlu untuk dianalisis penyebabnya dan ditemukan
solusi untuk menanganinya. Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan
dan Peran Pegawai Negri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Berdasarkan ruang lingkup Cakupan Kegiatan Penilaian Kinerja


Puskesmas tahun 2018 ditemukan beberapa isu yang berkembang
yaitu terdapat berapa Standar Pelayanan Minimal yang masih belum
mencapai target cakupan.

Tabel 1.1 Hasil isu yang teridentifikasi


Kondisi Yang
No Identifikasi Isu Sumber isu Keadaan Saat Ini
Diharapkan

Pencapaian 3926
KK yang memiliki
Rendahnya jamban sehat Target Jamban sehat
cakupan dibanding target Kabupaten Cilacap
Whole of yang seharusnya tahun 2018 sebesar
1. keluarga yang
Goverment tercapai 10574 79 %
menggunakan
jamban (37,13%)
(Data PIS PK
tahun 2018)

Sampel BTA Adanya rujukan


hasilnya negatif spesimen TCM
pada pasien terhadap RSUD
Rendahnya dengan klinis Cilacap sebagai pusat
cakupan mendukung TB
Manajemen rujukan TB
2. penemuan
ASN
pasien baru TB
BTA positif Keluarga atau Bersatu menuju
kerabat terdekat Indonesia BEBAS TB
tersangka TB tidak 2050.
memeriksa sputum
3
BTA TOSS TB !
Temukan
Obati
Sampai
Sembuh
Tuberkulosis

Mengadakan
Rendahnya
Kurangnya SDM pelatihan kepada
cakupan
Pelayanan diruang anak untuk petugas ruang anak
3. penemuan
Publik penemuan terhadap cara
kasus
pneumonia penemuan kasus
pneumonia
pneumonia

Puskesmas rawat
jalan sehingga
masyarakat yang
demam tinggi dan
mengalami
gangguan
hemodinamik akan
langsung
Rendahnya membawa pasien
Adanya koordinasi
cakupan ke klinik atau
Whole of dan kolaborasi antara
4. penemuan dan Rumah Sakit
Government puskesmas dengan
pengobatan
fasyankes rujukan
penderita DBD
Tidak ada
koordinasi
terhadap
puskesmas bila
ada kejadian DBD
yang telah dirawat
klinik atau rumah
sakit
Rendahnya Semua target
cakupan Pelayanan Kunjungan rawat kunjungan rawat jalan
5.
kunjungan rawat publik jalan 43,98% mendapat pelayanan
jalan puskesmas

4
2. Penetapan Isu

a) Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Metode APKL

Rancangan aktualisasi yang akan dilaksanaan menggunakan


pendekatan Analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan
Layak) digunakan untuk menentukan kelayakan suatu isu sebagai
berikut. (Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat
IV, 2008).

Tabel 1.2 Tabel parameter APKL


No Indikator Keterangan
1 2 3
1 Aktual (A) Isu yang sedang terjadi atau dalam proses
kejadian, sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal
terjadi dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
2 Problematik (P) Isu yang menyimpang dari harapan standar,
ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.
3 Kekhalayakan (K) Isu yang secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja.
4 Layak (L) Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.

Berikut beberapa isu yang ada pada UPTD Puskesmas


Majenang II yang ditetapkan menggunakan pendekatan APKL:

Tabel 1.3 Tabel penetapan isu dengan APKL


No Mata Identifikasi Isu Indikator Keteranga
Pelatihan n
Terkait A P K L
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Manajemen 1. Rendahnya cakupan + + + + Memenuhi
ASN penemuan pasien baru (M)
TB BTA positif
2 Pelayanan 2. Rendahnya cakupan + + + + Memenuhi
Publik penemuan kasus (M)
pneumonia

5
3. Rendahnya cakupan - + + + Tidak
kunjungan rawat jalan Memenuhi
(TM)
3 WoG (Whole 4. Rendahnya cakupan + + + + Memenuhi
of keluarga yang (M)
Government) menggunakan jamban

5. Rendahnya cakupan - - + - Tidak


penemuan dan Memenuhi
pengobatan penderita (TM)
DBD

b) Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Analisis USG

Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan


ditindak lanjuti menggunakan Analisis USG (Urgency, Seriousness,
Growth) adalah Adapun indikator analisis USG adalah sebagai
berikut :

Tabel 1.4 Tabel penjelasan USG


No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
demgan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang ditimbulkan masalah-masalah lain
kalu masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain)
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika dibiarkan.

6
Parameter yang digunakan untuk menentukan prioritas yaitu
menggunakan skala likert pada tabel berikut :

Tabel 1.5 Tabel parameter USG


Nilai Urgency / Seriousness / Growth /
Mendesak Kegawatan Pertumbuhan
1. Isu tidak mendesak Isu tidak begitu serius Isu lamban
untuk segera untuk di bahas karena berkembang
diselesaikan tidak berdampak ke hal
yang lain
Isu kurang Isu kurang serius untuk Isu kurang cepat
2. mendesak untuk segera dibahas karena berkembang
segera tidak kurang berdampak
diselesaiakn ke hal yang lain
3. Isu cukup Isu cukup serius untuk Isu cukup cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang,
segera akan berdampak ke hal segera dicegah
diselesaikan yang lain
4. Isu mendesak Isu serius untuk segera Isu cepat
untuk segera dibahas karena akan berkembang untuk
diselesaikan berdampak ke hal yang segera dicegah
lain
5. Isu sangat Isu sangat serius untuk Isu sangat cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang untuk
segera akan berdampak ke hal segera dicegah
diselesaikan yang lain

Analisis penetapan USG yang dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 1.6 Tabel penetapan isu USG


Indikator
No Isu U S G Jumlah Peringkat
(1-5) (1-5) (1-5)
1 2 3 4 5 6 7
Rendahnya cakupan
1 penemuan pasien baru 4 5 5 14 II
TB BTA positif
Rendahnya cakupan
2 penemuan kasus 3 5 3 11 III
pneumonia
Rendahnya cakupan
3 keluarga yang 5 5 5 15 I
menggunakan jamban

7
c) Rumusan Masalah

Berdasarkan isu yang telah dianalisa, maka rumusan


masalah kegiatan aktualisasi adalah rendahnya cakupan keluarga
yang menggunakan jamban di UPTD Puskesmas Majenang II

Dampak yang akan terjadi apabila isu tidak dipecahkan


adalah menurunnya derajat kesehatan UPTD Puskesmas
Majenang II dan meningkatnya penularan penyakit melalui fecal
oral di lingkungan UPTD Pusekesmas Majenang II

Oleh karena itu, judul yang penulis ambil berdasarkan hasil


identifikasi isu perumusan masalah adalah “Optimalisasi Gerakan
Jamban Orang Sehat di UPTD Puskesmas Majenang II”

C. Tujuan

Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah


ditemukan, tujuan yang akan dicapai ini adalah menemukan
penyelesaian terhadap rendahnya cakupan keluarga yang
menggunakan jamban di UPTD Puskesmas Majenang II.

D. Manfaat

Manfaat aktualisasi nilai-nilai dasar PNS antara lain :

1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil


a. Penulis lebih bisa menjalankan dan mengimplementasikan
perannya dalam lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan
nilai-nilai dasar ASN yang telah didapakan selama mengkuti
inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
b. Memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasi keterkaitan
prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan whole of
Government.
Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang

8
Aparatur Negara, Nilai tersebut dijabarkan secara lebih
spesifik:
1) Akuntabilitas Tanggung Jawab, Jujur, Kejelasan,
Target, Netral, mendahulukan
Kepentingan Publik, Adil, Transparan,
Konsisten, dan Partisipatif.
2) Nasionalisme 45 butir Pancasila
3) Etika Publik Jujur, Bertanggungjawab, Integritas
Tinggi, Cermat, Disiplin, Hormat, Sopan,
Santun, Taat Pada Peraturan, Taat
Pada Perintah, dan Menjaga Rahasia.
4) Komitmen Mutu Efektivitas, Efisiensi, Inovasi, dan
Berorientasi mutu.
5) Anti Korupsi Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Kerja
Keras, Sederhana, Mandiri, Adil, Berani,
dan Peduli

2. Bagi Satuan Kerja


Dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat
UPTD Puskesmas Majenang II dari aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative untuk mendukung Visi dan Misi UPTD
Puskesmas Majenang II.

3. Bagi Stakeholder
Tercapainya Majenang sehat secara optimal.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS
untuk menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan
jasmani dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan
kesamaptaan mental, dan tata upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS
harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan
dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:

a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan


negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa
yang mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang
sampai Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat
dalam konsep wawasan nusantara yang merupakan cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk


menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana
yaitu dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai

10
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama
dan menjaga keamanan lingkungan.

c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga


negara Indonesia yang menghormati lambang-lambang
negara dan mentaati peraturan perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran


berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia
serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya
kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-
persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam
setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi
oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela
negara.

Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk


mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam
diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan

11
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami


penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:

1) Cinta Tanah Air.


Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita
cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat
didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah
negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik
negara kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap
kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela

12
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras
untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka
harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain.
Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan
waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung
langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama
bangsa.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.

2. Analisis Isu Kontemporer

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,


2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Ke empat level
lingkungan stratejik tersebut disajikan dalam gambar berikut ini:

13
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi
Kinerja PNS

Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa


perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa
semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka
arus perubahan tersebut akan menghilang dan akan
meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global
ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan
membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh
batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah berkembang
pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari
satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama
berselang oleh orang di penjuru dunia lainnya.

Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan


kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan
masuknya kepentingan global (Negara-negara lain) ke dalam
negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan
lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang
tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola

14
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari
kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di
lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk
sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan


lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan factor utama
yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi,
Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa
Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami
sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh
pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk
wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada
tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional
demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.

PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal


juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya
setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan
isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi,
15
isu-isu tersebut diantaranya; bahaya paham radikalisme/
terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi,
proxy war. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu
strategis kontemporer.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada


beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap
dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gossip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan


kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada


negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.

Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :

16
a. Cinta Tanah Air.
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:

a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam


keluarga. (lingkungan keluarga).

b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).

c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)


Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).

d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam


masyarakat (lingkungan masyarakat).

e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama


(lingkungan masyarakat).

f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).

g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu


kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.

Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi


CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
17
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban


yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan semakin menguat
karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan,


yaitu :

a Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari


atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.

b Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan


kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.

C Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak


tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.

18
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.

e Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral


mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.

f Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada


sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.

g Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam


lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

h Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan


tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.

i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus


melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.

Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas
yang lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.

19
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder

2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan


bangsanya sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap
bangsa dan negara. Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
PNS memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nasionalisme merupakan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus


diperhatikan, yaitu :

a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
20
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.

21
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

22
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

23
3. Etika Publik

Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta


keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:


a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.

24
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukran
baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi

25
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan
manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;

26
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.

Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi.


Pada level puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu
layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun citra
kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic
business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan
penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan
target masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab
atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di unit-unit
pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu
berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di
masing-masing unit kerja.

5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema


Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
tersebut kemudian dikenal istilah “coruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi
secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik
dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan
yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun
waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka

27
panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan
sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. menurut UU No.
31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.

Nilai-Nilai Anti Korupsi


Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab

28
f. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.
g. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
h. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
i. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
j. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu


1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.

29
2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan serta Parpol.

3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai


politik.

4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun


demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan


kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas umum
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

30
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian

31
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun
dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur
Sipil Negara, 2014).

2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).

32
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:

a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai


amanat konstitusi

b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga


negara

c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk


mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang

d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi

3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).

33
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:

a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam


mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.

b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan


kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan.

c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta


bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.

D. Tinjauan Umum tentang Jamban Keluarga


1. Pengertian Jamban Keluarga
Pengertian Jamban Keluarga Setiap rumah hendaknya
mempunyai jamban sendiri yang merupakan salah satu hal penting
dalam usaha pemeliharaan kesehatan lingkungan. Dalam
pengertiannya jamban keluarga adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran/najis
manusia yang lazim disebut kakus/WC, sehingga kotoran/najis
tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan
pemukiman (Dit.Jen PPM & PLP, 1986).
2. Macam- macam Jamban
Jamban pedesaan di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua
macam yaitu jamban tanpa leher angsa dan jamban dengan leher
angsa. (Dit.Jen PPM & PLP.Jakarta, 1986).

34
a. Jamban tanpa leher angsa

Jamban jenis ini mempunyai cara pembuangan kotoran:

1) Bila kotoran dibuang ke tanah, jamban ini sering disebut


jamban cemplung/ cubluk.
2) Bila kotoran dibuang ke empang, jamban ini disebut jamban
empang.
3) Bila kotoran dibuang ke sungai, jamban ini disebut jamban
sungai.
4) Bila kotoran dibuang kelaut, jamban ini disebut jamban laut.
b. Jamban dengan leher angsa.

Jamban ini mepunyai dua cara yaitu :

1) Tempat jongkok leher angsa berada langsung diatas galian


penampung kotoran.
2) Tempat jongkok leher angsa tidak berada langsung di atas
galian penampung kotoran.
3. Pengaruh Tinja Terhadap Kesehatan Lingkungan
a. Pengaruh Tinja terhadap sumber air bersih/ minum
Pembuangan tinja yang tidak pada tempatnya seringkali
berhubungan dengan kurangnya penyediaan air bersih. Kondisi-
kondisi seperti ini akan berakibat terhadap kesehatan.
Disamping itu dapat pula menimbulkan pencemaran lingkungan
dan bau busuk serta estetika.
Air yang telah tercemar mudah sekali menjadi media
berkembangnya berbagai macam penyakit. (Anwar Daud, 2003)
Penyakit menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena
berbagai macam sebab, antara lain karena alasan-alasan
sebagai berikut:
1) Air merupakan tempat berkembang biaknya mikroorganisme
termasuk mikroba patogen.
2) Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air
pembersih, sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi
35
sehingga kebersihan manusia dan lingkungannya tidak
terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah
terserang penyakit.
3) Air secara fisik merupakan media perantara dalam
menularkan organisme penyakit.

Air diminum sehingga mengakibatkan infeksi. Organisme


penyakit berada di air karena air tercemar oleh kotoran
penderita. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini antara
lain kolera, tifus, dysentri, paratifus, hepatitis infektiosa,
poliomyelitis, diare dan sebagainya.

Oleh karenanya salah satu persyaratan fasilitas sumber


air bersih seperti sumur, baik sumur dangkal maupun sumur
dalam adalah harus mempunyai jarak 10 meter untuk tanah
berpasir, minimal 15 meter untuk tanah liat dan untuk
bebatuan (batu cadas) minimal 7,5 meter dari sumber
pencemaran terutama dari septic tank (Anwar Daud, 2003).

b. Penyakit yang ditularkan melalui tinja


Pembuangan tinja disembarang tempat dapat
menimbulkan penularan berbagai penyakit. Adapun penyakit-
penyakit yang dikeluarkan/ ditularkan melalui tinja antara lain :
amoebiasis, ascariasis, cholera, shigellosis, poliomyelitis, dan
typhus.
Penyakit-penyakit yang dikeluarkan dalam tinja tersebut
dikelompokkan kedalam 4 golongan besar (Anwar Daud, Dasar-
Dasar Kesehatan Lingkungan, 2001) seperti :

Agent Penyakit

Virus:

V. Hepatitis A Hepatitis A

36
V. Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)

Bakteri:

Vibrio cholerae Cholera Diare/ Dysentrie

Escherichia coli, Typhus abdominalis

Enteropatogenik Paratyphus Dysenterie

Salmonella typhii

Salmonella paratyphii

Shigella dysentriae

Protozoa:

Entamoeba histolystica Dysentrie amoeba

Balantidia coli Balantidiasis

Metazoa:

Ascariasis Ascariasis

Lumbricoides Schistosomiasis

Schistosoma

c. Transmisi Penyakit dari Tinja


Manusia adalah reservoir dari penyakit-penyakit yang
penularannya melalui tinja (faecal borne in fection) dan
merupakan salah satu penyebab kematian dan cacat, hal ini
dapat dikendalikan dengan memperbaiki kondisi lingkungan
fisik, yaitu dengan jalan pembuangan tinja yang saniter.
Transmisi penyakit dari orang sakit atau carrier kemanusia
sehat melalui suatu mata rantai tertentu, seperti berikut
(Budiman Chandra, Jakarta, 2006) :
1) Agent penyebab penyakit

37
2) Reservoir
3) Cara menghindari dari reservoir
4) Cara transmisi dari reservoir ke pejamu potensial
5) Cara penularan ke pejamu baru
6) Pejamu yang rentan (sensitif).

38
BAB III

TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yaitu Paradigma
Sehat; Pertanggungjawaban Wilayah; Kemandirian masyarakat;
Pemerataan; Teknologi tepat guna; dan Keterpaduan dan
kesinambungan
Dasar Hukum Pusat Kesehatan Masyarakat, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang Rekam Medis
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Kinik Pratama
Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek mandiri
Dokter Gigi;

39
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang pedoman Manajemen Puskesmas.

2. Visi, Misi, Motto, Semboyan, Tata Nilai, Tujuan dan Sasaran


Organisasi
a. Visi
Majenang Sehat Secara Optimal
b. Misi
1) Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan terhadap
masyarakat
2) Menjalin kemitraan dengan masyarakat, Lintas Program
Maupun Lintas Sektoral dalam pemenuhan kebutuhan
kesehatan
3) Mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku sehat
dalam upaya keehatan secara konferhensif.
c. Motto
Bersatu Padu Kita Maju
d. Semboyan
“MELATI Melayani Sepenuh Hati”
e. Tata Nilai
C-E-R-I-W-I-S
1) Cekatan : Tangkas dalam melakukan tindakan
2) Edukatif : Mampu menjadi role model bagi perubahan
perilaku di masyarakat
3) Rajin : Bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh
4) Inovatif : Selalu berupaya menunjukan perbaikan
5) Wawasan : Selalu berkemajuan dalam cara pandang
6) Ikhlas : Melayani dengan sepenuh hati
7) Serius : Bersungguh-sungguh dalam bekerja
f. Tujuan
Puskesmas adalah unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap

40
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya sesuai dengan
tanggung jawabnya.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau
oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.

3. Struktur Organisasi dan Job Deskripsi


a. Struktur Organisasi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Majenang II

41
Gambar 3.2 Bagan Organisasi UPTD Puskesmas Majenang II

b. Job Deskripsi
Tabel 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi
dalam struktur organisasi
UPTD Puskesmas Majenang II

No Jabatan Tugas Pokok dan Fungsi


1 KEPALA PUSKESMAS Bertugas sebagai manager Puskesmas,
Pelaksana Medis Tekhnis, dan Konsultan
Medis.
2 KEPALA SUB BAGIAN Bertugas membawahi dan mengkoordinasi
TATA USAHA kegiatan: SP2TP, Bendahara, Administrasi
dan Pelaporan loket, Kepegawaian,
pengelolaan barang dan Inventaris kantor.
3 PENANGGUNG JAWAB Bertugas membawahi dan mengkoordinasi
UKM ESSENSIAL DAN kegiatan: PROMKES, KESLING, dan P2P
KEPERAWATAN
MASYARAKAT

4 PENANGGUNG JAWAB Bertugas membawahi dan mengkoordinasi

42
UKM PENGEMBANGAN kegiatan : Pelayanan kesehatan
Jiwa,pelayanan NAPZA dan Rokok,
Pelayanan kesehatan Tradisional
komplementer, UKS, Kesehatan Lansia
5 PENANGGUNG JAWAB Bertugas membawahi dan mengkoordinasi
UKP KEFARMASIAN DAN kegiatan BP Umum, BP Gigi dan Mulut,
LABORATORIUM Pelayanan KIA-KB, Pelayanan
Kefarmasian, Pelayanan Gizi, Pelayanan
Persalinan, Laboratorium dan Imuninasi.
6 PENANGGUNG JAWAB Bertugas membawahi dan mengkoordinasi
JARINGAN PELAYANAN kegiatan: PUSTU, Puskesmas Keliling,
PUSKESMAS DAN Bidan Desa, Jejaring Fasilitas pelayanan
JEJARING PELAYANAN kesehatan (JFPK)
KESEHATAN

Uraian tugas Dokter berdasarkan Keputusan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara No.139/KEP/M.PAN/11/2003
adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan Kesehatan
a) Kuratif:
(1) Melakukan pelayanan medik umum.
(2) Melakukan tindakan darurat medik/P3K.
(3) Melakukan kunjungan (visite) pada pasien rawat inap.
b) Rehabilitatif:
(1) Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana
(2) Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana
c) Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat dan
Pencegahan Penyakit:
(1) Melakukan Pemeliharaan Kesehatan Ibu.
(2) Melakukan Pemeliharaan kesehatan Bayi dan Balita.
(3) Melakukan Pemeliharaan Kesehatan Anak.
(4) Melakukan Pelayanan KB.
(5) Melakukan Pelayanan Imunisasi.

43
(6) Melakukan Pelayanan Gizi.
(7) Melakukan Penyuluhan Medik.
d) Pembuatan Catatan Medik untuk Pasien Rawat Jalan
dan Rawat Inap:
(1) Membuat catatan medik pasien rawat inap.
(2) Membuat catatan medik pasien rawat jalan.
e) Pelayanan Kesehatan Lainnya untuk Masyarakat:
(1) Melayani atau menerima konsultasi dari luar.
(2) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam.
(3) Menguji kesehatan individu.
(4) Melakukan Visum et Repertum.
f) Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Rangka
Kemandirian di Bidang Kesehatan: Melakukan
kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan

2) Pengabdian Pada Masyarakat


a) Pelaksanaan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan:
(1) melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana
alam/wabah di lapangan
(2) Membantu dalam kegiatan kesehatan
b) Pelaksanaan tugas lapangan di bidang kesehatan:
(1) Mengamati penyakit/wabah di lapangan

3) Pengembangan Profesi
Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang kesehatan

4) Penunjang Tugas Dokter


Peran serta dalam seminar/lokakarya dalam bidang
kesehatan

44
4. Deskripsi SDM, Sarana prasarana dan Sumber daya yang lain
a. Data Geografis
UPTD Puskesmas Majenang II merupakan salah satu
Puskesmas yang ada wilayah Kecamatan Majenang berdiri
pada tahun 1986 dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap terletak di desa
Salebu Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap dan
mempunyai wilayah kerja 6 Desa yaitu:
1) Desa Salebu
2) Desa Cibeunying
3) Desa Sepatnuggal
4) Desa Pengadegan
5) Desa Sadabumi
6) Desa Sadahayu

Luas wilayah kerja UPTD Majenang II adalah 63,1 /km2


dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Salem Kabupaten Brebes


Sebelah Timur : Desa Jenang Kecamatan Majenang
Sebelah Barat : Desa Limbangan Kecamatan Wanareja
Sebelah Selatan : Desa Pahonjean Kecamatan Majenang

b. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah UPTD Puskesmas
Majenang II pada tahun 2018 sebanyak 39.278 jiwa dengan
perincian laki-laki 19.733 jiwa dan perempuan 19.545 jiwa.

45
Tabel. 3.2
Data Demografi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
UPTD Puskesmas Majenang II Tahun 2018
No. Desa Penduduk
Laki – laki Perempuan Jumlah
1. Salebu 7.232 7.195 14.427
2. Cibeunying 4.994 5.032 10.026
3. Sepatnunggal 1.437 1.423 2.860
4. Pengadegan 1.782 1.728 3.510
5. Sadabumi 2.691 2.609 5.300
6. Sadahayu 1.597 1.558 3.155
JUMLAH 19.623 19.369 39.278

Tabel 3.3
Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Majenang II Tahun 2018
Kelompok Umur Laki – laki Perempuan Jumlah

0-4 1170 1134 2304


5-9 1569 1481 3050
10-14 1537 1485 3022
15-19 1478 1547 3025
20-24 1513 1438 2931
25-29 1379 1387 2766
30-34 1496 1432 2928
35-39 1513 1476 2989
40-44 1431 1512 2943
45-49 1404 1380 2784
50-54 1292 1275 2567
55-59 1187 1151 2338
60-64 883 857 1740
65-69 660 680 1340
70-74 528 580 1108
75+ 693 730 1423
JUMLAH 19733 19545 39278

46
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata penduduk


berpendidikan SD walaupun masih ada yang tidak sekolah
khususnya penduduk yang sudah tua. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut

Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Wilayah UPTD Puskesmas Majenang II Tahun 2018
No Tingkat Pendidikan Tahun 2018

Jumlah (jiwa) (%)

1. Tidak tamat SD/Sederajat 0 0

2. SD/Sederajat 16702 4977

3. SLTP/Sederajat 5997 17,87

4. SLTA/Sederajat 3200 9.54

5. Diploma III 323 0.96

6. Strata I 518 1,73

Jumlah Total 26740 100

Sumber : Data Kecamatan

47
Gambar 3.3 Peta Wilayah UPTD Puskesmas Majenang II

PETA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MAJENANG II

KABUPATEN
BREBES
DESA SADAHAYU

DESA SADABUMI

WIL.KERJA
PUSKESMAS
MAJENANG I
DESA PANGADEGAN
DESA
SEPATNUNGGALK U

K
E
C.
W S
A
DESA CIBEUNYIING
N
A KETERANGAN
R DESA SALEBU
E +
J
A +

48
B. Role Model
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru
atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan, sifat
dan sebagainya.
Dalam hal ini role model bagi penulis adalah Kepala UPTD
Puskesmas Majenang II Bapak Rusdianto, SKM.,M.Kes. Pendidikan
terakhir Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Beliau adalah pimpinan di kantor yang dapat
menjadi panutan, inspirasi, contoh, dan teladan bagi penulis.

Gambar 3.4 Role Model

Bagaimana tidak selama penulis bekerja di berbagai tempat dan


instansi, beliau sosok yang paling bisa menempatkan diri dimana
kapan dan bagaimana situasi yang ada. Beliau bisa tetap berwibawa
tanpa membuat batas antara pimpinan dan yang dipimpin. Bapak
Rusdianto, SKM.,M.Kes. selalu memberikan solusi yang terbaik dan
objektif terhadap masalah untuk kepentingan puskesmas atau
49
masyarakat bukan siapa yang menyampaikan melainkan melihat apa
yang disampaikan saat menerima masukan.
Terutama pada rancangan aktualisasi kali ini, beliau sangat
berperan andil dalam rancangan dan kegiatan yang akan kami lakukan
yang berprinsip bukan hanya formalitas menyelesaikan tugas
melainkan sebagaimana mungkin apa yang kami kerjakan bisa
bermanfaat untuk masyarakat dan dapat mempertahankan mutu di
UPTD Puskesmas Majenang II.

50
BAB IV

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan


Substansi Mata Pelatihan.
Berdasarkan hasil analisis APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Layak/ Kelayakan) serta USG (Urgensi,
Seriousness, dan Growth), telah ditentukan 1 (satu) isu yang dapat
dikembangkan menjadi berbagai gagasan/ kegiatan untuk
penyelesaian masalah dengan melibatkan komponen yang ada.
Dalam rancangan aktualisasi ini terdiri atas tahapan: 1 )
Pengidentifikasian, penyusunan dan penetapan isu atau
permasalahan yang terjadi dan harus segera dipecahkan; 2)
Pengajuan gagasan pemecahan isu/masalah dengan menyusunnya
dalam daftar rencana kegiatan, tahapan kegiatan, dan output
kegiatan; 3 ) Pendeskripsian keterkaitan antara kegiatan yang
diusulkan dengan substansi mata pelatihan yaitu pelayanan publik,
Whole of Government, dan manajemen ASN yang mendasari
kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung; 4)
Pendeskripsian rencana pelaksanaan kegiatan yang didasari
aktualisasi nilai-nilai dasar PNS dan kontribusi hasil kegiatan; serta
5) Pendeskripsian hasil kegiatan yang dilandasi oleh substansi
mata pelatihan terhadap pencapaian visi, misi, tujuan organisasi, dan
penguatan terhadap nilai- nilai organisasi.
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rencana
operasional pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang akan
diterapkan oleh penulis selama 30 hari di UPTD Puskesmas
Majenang II. Rancangan kegiatan aktualisasi disajikan secara rinci
dalam tabel 4.1 berikut ini :

51
4. Isu Terpilih
Tabel 4.1 Isu terpilih
1. Rendahnya cakupan keluarga yang menggunakan jamban
2. Rendahnya cakupan penemuan pasien baru TB BTA positif
Identifikasi Isu : 3. Rendahnya cakupan penemuan kasus pneumonia
4. Rendahnya cakupan penemuan dan pengobatan penderita DBD
5. Rendahnya cakupan kunjungan rawat jalan
Isu yang
: Rendahnya cakupan keluarga yang menggunakan jamban di UPTD Puskesmas Majenang II
diangkat
Gagasan yang
: Optimalisasi Gerakan Jamban Orang Sehat di UPTD Puskesmas Majenang II
diangkat
1. Membuat Komitmen dengan Stakholder terkait
2. Pelatihan Kader GJOS 121
Kegiatan : 3. Sosialisasi Penggunaan Jamban Sehat
4. Pengadaan GJOS 121
5. Edukasi berkelanjutan tentang Penggunaan Jamban Sehat dengan Media Poster / Leaflet

52
5. Pemecahan Isu
Tabel 4.1 Tabel Pemecahan Isu
Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan Pelatihan Misi Organisasi
1. Akuntabilitas
Berdiskusi dengan
integritas yang tinggi
1. Berdiskusi dengan kebijakan
dengan atasan kepemimpinan
tentang rencana
program GJOS 2. Nasionalisme
121, memilih Diwujudkan dengan
kegiatan yang adanya musyawarah Kontribusi misi:
dapat 1. Notulen hasil mencapai tujuan bersama Menjalin kemitraan Penguatan nilai :
mendukung diskusi, (sila ke 4) 1. Integritas
Membuat dengan masyarakat,
meningkatnya 2. Surat Undangan 2. Professional
Komitmen
cakupan 3. Dokumentasi 3. Etika publik Lintas Program Maupun 3. Inovatif
1. dengan
penggunaan 4. Komitemen Melakukan diskusi dan 4. Kepedulian
Stakeholder Lintas Sektoral dalam
jamban sehat. Bersama mencari alternative 5. Musyawarah mufakat
terkait
2. Membuat stakeholder kegiatan dengan pemenuhan kebutuhan 6. Kebersamaan
Kesepakatan terkait professional, Orientasi
Bersama dan organisasi, inovatif dan kesehatan
Komitmen kepedulian
dengan
Stakeholder 4. Komitmen mutu
terkait Diwujudkan dengan
dihasilkannya sebuah
kesepakatan yang akan
disepakati bersama
sebagai sebuah komitmen

53
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Adanya kejelasan
kegiatan dan persiapan
pelaksanaan yang
1. Persiapan dapat
1. Materi Kontribusi misi:
Pelatihan dipertanggungjawabkan
presentasi
2. Melaksanakan Menjaga dan Penguatan nilai :
Pelatihan 2. Surat
Pretes 2. Nasionalisme 1. Tanggungjawab
undangan meningkatkan mutu
Kader GJOS 3. Pelaksanaan melakukan kegiatan 2. Persatuan
2 3. Notulen
Pelatihan persatuan untuk pelayanan terhadap 3. Kearifan
121 4. Nilai Pretest
Kader GJOS masyarakat (sila ke 3) 4. Komitemen
dan Postest masyarakat
121
5. Dokumentasi
4. Melaksanakan 3. Etika publik
Post tes Kader sebagai kearifan

4. Komitemen Mutu
Kesepakatan bersama
sebagai komitmen

54
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Kegiatan persiapan dapat
dipertanggung jawabkan
dalam instansi transparan
dengan kejelasan waktu
dan tempat dimana
kegiatan akan Kontribusi misi:
1. Persiapan
dilaksanakan Mendorong
Pelatihan
Sosialisasi 1. Materi
2. Menyusun kemandirian
presentasi 2. Nasionalisme Penguatan nilai :
Penggunaan materi
2. Surat Diwujudkan dengan masyarakat untuk 1. Transparan
3. presentasi
Jamban undangan adanya prinsip 2. Keadilan
sosialisasi berprilaku sehat dalam
3. Notulen berkeadilan dan 3. kesopanan
Sehat 3. Pelaksanaan
4. Dokumentasi bekerjasama upaya kesehatan
Sosialisasi
Jamban Sehat secara konferhensif.
3. Etika publik
Diwujudkan dengan
mengedepankan nilai nilai
luhur etika, kesopanan
dan profesional

55
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Pengadaan Jamban Sehat
bagi masyarakat dengan
nilai keadilan yang merata 1. Visi
Majenang Sehat
2. Nasionalisme Secara Optimal
Sila ke 5 membuat 2. Misi
kegiatan dalam rangka a. Menjaga dan
1. Konsultasi
mewujudkan kemajuan meningkatkan mutu
dengan 1. Proposal
yang merata dan pelayanan terhadap
instansi terkait 2. Dana
berkeadilan sosial. masyarakat
dengan Operasional Penguatan nilai :
b. Menjalin kemitraan
Pengajuan Pengadaan 1. Keadilan Sosial
3. Etika publik dengan
Proposal Jamban Sehat 2. Inovasi
Pengadaan Adanya inovasi untuk masyarakat, Lintas
Bantuan 3. GJOS 121 3. Empati
4. masyarakat untuk empati Program Maupun
GJOS 121 Sarana (Tiap Satu 4. Perbaikan
terhadap peningkatan Lintas Sektoral
Prasarana Bulan, Dua berkelanjutan
derajat kesehatan. dalam pemenuhan
Jamban Sehat Jamban, 5. Kejujuran
kebutuhan
2. Pengadaan dalam Satu 6. Kemandirian
4. Komitmen Mutu kesehatan
Jamban Sehat RT)
Jamban Sehat diharapkan c. Mendorong
3. Pemasangan 4. Dokumentasi
tercipta perbaikan kemandirian
Jamban Sehat
berkelanjutan masyarakat untuk
berprilaku sehat
5. Anti Korupsi dalam upaya
Pengadaan Jamban sehat keehatan secara
dengan prinsip kejujuran konferhensif.
sehingga tercipta
kemandirian yang
bertanggungjawab

56
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Edukasi berkelanjutan
agar tercipta konsistensi
dalam meningkatkan
derajat kesehatan
1. Leaflet
Jamban Sehat 1. Visi
Edukasi 2. Nasionalisme
dan Cara Majenang Sehat
Sila ke 4 iktikad baik dan
berkelanjutan 1. Persiapan Hidup Sehat
rasa tanggung jawab Secara Optimal
pembuatan 2. Poster
tentang melaksanakan ODF
media poster/ Jamban Sehat 2. Misi
(Open Defecation Free)
Penggunaan leaflet dan Cara Penguatan nilai :
atau tidak buang air besar Mendorong
2. Konsulasi Hidup Sehat 1. Konsistensi
Jamban sembarangan
dengan 3. Surat kemandirian 2. Inovasi
5.
Sehat atasan Persetujuan 3. Intergritas
3. Etika publik masyarakat untuk
3. Edukasi atasan 4. Orientasi Mutu
dengan Inovasi yang berintegritas
Berkelanjutan 4. Dokumentasi berprilaku sehat 5. Peduli
dengan masyarakat.
Media dengan atasan
media Poster/ menyetujui dalam upaya
Poster/ 4. Komitmen Mutu
leaflet media edukasi keehatan secara
Jamban Sehat untuk
leaflet 5. Dokumentasi
meningkatkan mutu konferhensif.
hasil
kesehatan
pemasangan
5. Anti Korupsi
Peduli untuk saling
mengingatkan
penggunaan jamban sehat

57
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Tabel 4.3. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Hari Habituasi Ke-


N
Kegiatan April Mei
o
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1
1 Membuat
Komitmen dengan
Stakeholder terkait
2 Pelatihan Kader
GJOS 121

3 Sosialisasi
Penggunaan
Jamban Sehat
4 Pengadaan GJOS
121

5 Edukasi
berkelanjutan
tentang
Penggunaan
Jamban Sehat
dengan Media
Poster/ leaflet
6 Menyusun Laporan
Aktualisasi dan
Habituasi

58
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Tabel 4.4. Antisipasi dan strategi menghadapi kendala

Kendala yang mungkin Antisipasi dan Strategi


No. Kegiatan
terjadi Menghadapi Kendala
Membuat Kemungkinan waktu
Stakeholder yang
Komitmen pelaksanaan bertepatan
berhalangan hadir,
1 dengan dengan kepentingan
diharapkan mengirim
Stakeholder masing-masing
perwakilannya.
terkait Stakeholder
Pelatihan Daya pemahaman kader
Kader GJOS berbeda-beda dalam Membuat metode
2 121 rencana penerapan sosialisasi dengan
aktulisasi kepada diskusi umpan balik
masyarakat
Sosialisasi Dimungkinkan adanya
Pendekatan dengan
Penggunaan masyarakat yang kurang
3 bersifat kekeluargaan
Jamban Sehat sepakat dengan program
dibantu tokoh masyarakat
jamban sehat
Pengadaan Dana Pengadaan
4 GJOS 121 Jamban Sehat tidak Menggalang Dana Desa
selalu cepat terealisasi
Edukasi
berkelanjutan
tentang Memasang ulang atau
Leaflet / Poster setelah di
5 Penggunaan mengganti media yang
tempel pudar atau rusak
Jamban Sehat baru
dengan Media
Poster/ leaflet

59
BAB V

PENUTUP

Rancangan aktualisasi ini juga mencoba menganalisis kegiatan


mensingkronisasikan nilai dasar PNS yang bisa di terapkan di antaranya
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi
setra kedudukan PNS di didalam NKRI seperti Whole of Goverment,
Pelayan Publik, ataupun Manajemen ASN yang akan di aktualisasi kan
selama proses habituasi.
Pentingnya penyusunan rancangan aktualisasi dan habituasi ini
diharapakan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan 5 kegiatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut kemungkinan mengalami kendala sehingga
rancangan kegiatan ini tidak dapat direalisasikan secara optimal atau tidak
tercapai aktualisasinya. Oleh sebab itu Penulis berharap agar rancangan
aktualisasi di UPTD Puskesmas Majenang II bisa berjalan sebagaimana
jadwal dan tahapan yang telah diusun dengan dukungan segenap pihak.

Dampak yang akan terjadi apabila isu tidak dipecahkan adalah


menurunnya derajat kesehatan UPTD Puskesmas Majenang II dan
meningkatnya penularan penyakit melalui fecal oral di lingkungan UPTD
Pusekesmas Majenang II.

60
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku, Sistem Kesehatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,


2008

Chandra, Budiman, Pengantar Statistik Kesehatan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, 1995

Daud, Anwar, Dasar- Dasar Kesehatan Lingkungan, FKM- Unhas,


Makassar, 2001

Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Cetakan


ke-XIII, Bandung, 2000

Fatimah, Elly, dan Erna Irawati. 2016. Manajemen ASN. Jakarta:


Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Kusumasari, Bevaola, Septiana Dwiputrianti, dan Enda Laluk Allo. 2015.


Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Latief, Yudi, Adi Suryanto, dan Abdul Aziz Muslim. 2015. Nasionalisme.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang


Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014


tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta : Sekertariat Negara.

Perron, N. C. (2017). Bronfenbrenner’s Ecological Systems Theory.


College Student Development: Applying Theory to Practice on the
Diverse Campus, 197. Suwarno, Yogi, dan Tri Atmojo Sejati. 2016.
Whole of Gorvernment. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Tim Penulis Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Anti Korupsi. Jakarta:


Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

61
Whole-of-government approach | Glossary of Terms for Conflict
Management and Peacebuilding. (n.d.). Retrieved November 3,
2016, from http://glossary.usip.org/resource/wholegovernment-
approach

Yuniarsih, Tjutju, dan Muhammad Taufik. 2015. Komitmen Mutu. Jakarta:


Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

62
Lampiran Biodata
a. Identitas Diri

1 Nama Lengkap dr Dienia Nop Ramliana

2 Jenis Kelamin Perempuan

Formasi
3 Dokter Ahli Pertama
Jabatan
4 NIP 19921110 201902 2 008
Tempat dan
5 Cilacap, 10 November 1992
Tanggal Lahir

Dusun Pesanggrahan, RT.001/


6 Alamat Rumah
006 Desa Ciporos. Karangpucung.

7 Nomor Hp 0857 0059 4007

Jalan H.Ibrahim No.123, Salebu,


8 Alamat Kantor
Majenang, Cilacap. 53257

Nomor
9 (0280) 623119
Telepon/Fax
10 Alamat e-mail dienianopramliana@gmail.com

b. Riwayat Pendidikan

Nama Sekolah Tahun Lulus Jurusan

SD NEGERI PADANJAYA 02 2004 -

SMP NEGERI 1 MAJENANG 2007 -


SMA NEGERI 1 MAJENANG 2010 IPA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH S1 KEDOKTERAN
SEMARANG 2014 UMUM
PROFESI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2016 PENDIDIKAN
SEMARANG
DOKTER

63

Anda mungkin juga menyukai