DISUSUN OLEH:
No Absen : 011
i
HALAMAN PENGESAHAN
Narasumber,
iii
5. Seluruh Widyaiswara, dan Panitia yang telah memberikan ilmu,
bimbingannya, dukungan dan fasilitas selama kegiatan Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III Angkatan III.
6. Seluruh peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III atas
inspirasi, kekompakan, bantuan, dan dukungannya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
BAB I. PENDAHULUAN
C. Tujuan .......................................................................................... 8
D. Manfaat ........................................................................................ 8
1. Akuntabilitas ......................................................................... 18
v
2. Nasionalisme ........................................................................ 20
3. Etika Publik........................................................................... 23
5. Etika Publik........................................................................... 27
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR ISTILAH
RT : Rumah Tangga
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Untuk mencapai Visi dan Misi pembangunan kesehatan
Kabupaten Cilacap serta Visi dan Misi UPTD Puskesmas Majenang
II maka perlu disusun sebuah dokumen perencanaan yang
komprehensif. Perencanaan kegiatan dilakukan dari organisasi
paling bawah atau disebut Bottom Up Planning. Puskesmas
sebagai ujung tombak institusi pelayanan kesehatan dilapangan
dituntut untuk dapat menyusun perencanaan dengan baik
berdasarkan prioritas masalah dengan berdasarkan potensi dan
sumber daya yang dimiliki.
2
B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Isu
Pencapaian 3926
KK yang memiliki
Rendahnya jamban sehat Target Jamban sehat
cakupan dibanding target Kabupaten Cilacap
Whole of yang seharusnya tahun 2018 sebesar
1. keluarga yang
Goverment tercapai 10574 79 %
menggunakan
jamban (37,13%)
(Data PIS PK
tahun 2018)
Mengadakan
Rendahnya
Kurangnya SDM pelatihan kepada
cakupan
Pelayanan diruang anak untuk petugas ruang anak
3. penemuan
Publik penemuan terhadap cara
kasus
pneumonia penemuan kasus
pneumonia
pneumonia
Puskesmas rawat
jalan sehingga
masyarakat yang
demam tinggi dan
mengalami
gangguan
hemodinamik akan
langsung
Rendahnya membawa pasien
Adanya koordinasi
cakupan ke klinik atau
Whole of dan kolaborasi antara
4. penemuan dan Rumah Sakit
Government puskesmas dengan
pengobatan
fasyankes rujukan
penderita DBD
Tidak ada
koordinasi
terhadap
puskesmas bila
ada kejadian DBD
yang telah dirawat
klinik atau rumah
sakit
Rendahnya Semua target
cakupan Pelayanan Kunjungan rawat kunjungan rawat jalan
5.
kunjungan rawat publik jalan 43,98% mendapat pelayanan
jalan puskesmas
4
2. Penetapan Isu
5
3. Rendahnya cakupan - + + + Tidak
kunjungan rawat jalan Memenuhi
(TM)
3 WoG (Whole 4. Rendahnya cakupan + + + + Memenuhi
of keluarga yang (M)
Government) menggunakan jamban
6
Parameter yang digunakan untuk menentukan prioritas yaitu
menggunakan skala likert pada tabel berikut :
7
c) Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
8
Aparatur Negara, Nilai tersebut dijabarkan secara lebih
spesifik:
1) Akuntabilitas Tanggung Jawab, Jujur, Kejelasan,
Target, Netral, mendahulukan
Kepentingan Publik, Adil, Transparan,
Konsisten, dan Partisipatif.
2) Nasionalisme 45 butir Pancasila
3) Etika Publik Jujur, Bertanggungjawab, Integritas
Tinggi, Cermat, Disiplin, Hormat, Sopan,
Santun, Taat Pada Peraturan, Taat
Pada Perintah, dan Menjaga Rahasia.
4) Komitmen Mutu Efektivitas, Efisiensi, Inovasi, dan
Berorientasi mutu.
5) Anti Korupsi Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Kerja
Keras, Sederhana, Mandiri, Adil, Berani,
dan Peduli
3. Bagi Stakeholder
Tercapainya Majenang sehat secara optimal.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
10
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama
dan menjaga keamanan lingkungan.
11
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.
12
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras
untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka
harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain.
Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan
waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung
langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama
bangsa.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.
13
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi
Kinerja PNS
14
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari
kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di
lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk
sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.
16
a. Cinta Tanah Air.
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
18
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas
yang lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.
19
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder
2. Nasionalisme
21
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
22
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
23
3. Etika Publik
24
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukran
baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi
25
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan
manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
26
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
5. Anti Korupsi
27
panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan
sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. menurut UU No.
31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
28
f. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.
g. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
h. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
i. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
j. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
29
2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan serta Parpol.
30
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
31
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun
dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur
Sipil Negara, 2014).
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
32
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
33
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:
34
a. Jamban tanpa leher angsa
Agent Penyakit
Virus:
V. Hepatitis A Hepatitis A
36
V. Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri:
Salmonella typhii
Salmonella paratyphii
Shigella dysentriae
Protozoa:
Metazoa:
Ascariasis Ascariasis
Lumbricoides Schistosomiasis
Schistosoma
37
2) Reservoir
3) Cara menghindari dari reservoir
4) Cara transmisi dari reservoir ke pejamu potensial
5) Cara penularan ke pejamu baru
6) Pejamu yang rentan (sensitif).
38
BAB III
A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yaitu Paradigma
Sehat; Pertanggungjawaban Wilayah; Kemandirian masyarakat;
Pemerataan; Teknologi tepat guna; dan Keterpaduan dan
kesinambungan
Dasar Hukum Pusat Kesehatan Masyarakat, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang Rekam Medis
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Kinik Pratama
Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek mandiri
Dokter Gigi;
39
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang pedoman Manajemen Puskesmas.
40
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya sesuai dengan
tanggung jawabnya.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau
oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.
41
Gambar 3.2 Bagan Organisasi UPTD Puskesmas Majenang II
b. Job Deskripsi
Tabel 3.1 Tugas Pokok dan Fungsi
dalam struktur organisasi
UPTD Puskesmas Majenang II
42
UKM PENGEMBANGAN kegiatan : Pelayanan kesehatan
Jiwa,pelayanan NAPZA dan Rokok,
Pelayanan kesehatan Tradisional
komplementer, UKS, Kesehatan Lansia
5 PENANGGUNG JAWAB Bertugas membawahi dan mengkoordinasi
UKP KEFARMASIAN DAN kegiatan BP Umum, BP Gigi dan Mulut,
LABORATORIUM Pelayanan KIA-KB, Pelayanan
Kefarmasian, Pelayanan Gizi, Pelayanan
Persalinan, Laboratorium dan Imuninasi.
6 PENANGGUNG JAWAB Bertugas membawahi dan mengkoordinasi
JARINGAN PELAYANAN kegiatan: PUSTU, Puskesmas Keliling,
PUSKESMAS DAN Bidan Desa, Jejaring Fasilitas pelayanan
JEJARING PELAYANAN kesehatan (JFPK)
KESEHATAN
43
(6) Melakukan Pelayanan Gizi.
(7) Melakukan Penyuluhan Medik.
d) Pembuatan Catatan Medik untuk Pasien Rawat Jalan
dan Rawat Inap:
(1) Membuat catatan medik pasien rawat inap.
(2) Membuat catatan medik pasien rawat jalan.
e) Pelayanan Kesehatan Lainnya untuk Masyarakat:
(1) Melayani atau menerima konsultasi dari luar.
(2) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam.
(3) Menguji kesehatan individu.
(4) Melakukan Visum et Repertum.
f) Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Rangka
Kemandirian di Bidang Kesehatan: Melakukan
kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan
3) Pengembangan Profesi
Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang kesehatan
44
4. Deskripsi SDM, Sarana prasarana dan Sumber daya yang lain
a. Data Geografis
UPTD Puskesmas Majenang II merupakan salah satu
Puskesmas yang ada wilayah Kecamatan Majenang berdiri
pada tahun 1986 dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap terletak di desa
Salebu Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap dan
mempunyai wilayah kerja 6 Desa yaitu:
1) Desa Salebu
2) Desa Cibeunying
3) Desa Sepatnuggal
4) Desa Pengadegan
5) Desa Sadabumi
6) Desa Sadahayu
b. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah UPTD Puskesmas
Majenang II pada tahun 2018 sebanyak 39.278 jiwa dengan
perincian laki-laki 19.733 jiwa dan perempuan 19.545 jiwa.
45
Tabel. 3.2
Data Demografi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
UPTD Puskesmas Majenang II Tahun 2018
No. Desa Penduduk
Laki – laki Perempuan Jumlah
1. Salebu 7.232 7.195 14.427
2. Cibeunying 4.994 5.032 10.026
3. Sepatnunggal 1.437 1.423 2.860
4. Pengadegan 1.782 1.728 3.510
5. Sadabumi 2.691 2.609 5.300
6. Sadahayu 1.597 1.558 3.155
JUMLAH 19.623 19.369 39.278
Tabel 3.3
Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Majenang II Tahun 2018
Kelompok Umur Laki – laki Perempuan Jumlah
46
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Wilayah UPTD Puskesmas Majenang II Tahun 2018
No Tingkat Pendidikan Tahun 2018
47
Gambar 3.3 Peta Wilayah UPTD Puskesmas Majenang II
KABUPATEN
BREBES
DESA SADAHAYU
DESA SADABUMI
WIL.KERJA
PUSKESMAS
MAJENANG I
DESA PANGADEGAN
DESA
SEPATNUNGGALK U
K
E
C.
W S
A
DESA CIBEUNYIING
N
A KETERANGAN
R DESA SALEBU
E +
J
A +
48
B. Role Model
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru
atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan, sifat
dan sebagainya.
Dalam hal ini role model bagi penulis adalah Kepala UPTD
Puskesmas Majenang II Bapak Rusdianto, SKM.,M.Kes. Pendidikan
terakhir Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Beliau adalah pimpinan di kantor yang dapat
menjadi panutan, inspirasi, contoh, dan teladan bagi penulis.
50
BAB IV
51
4. Isu Terpilih
Tabel 4.1 Isu terpilih
1. Rendahnya cakupan keluarga yang menggunakan jamban
2. Rendahnya cakupan penemuan pasien baru TB BTA positif
Identifikasi Isu : 3. Rendahnya cakupan penemuan kasus pneumonia
4. Rendahnya cakupan penemuan dan pengobatan penderita DBD
5. Rendahnya cakupan kunjungan rawat jalan
Isu yang
: Rendahnya cakupan keluarga yang menggunakan jamban di UPTD Puskesmas Majenang II
diangkat
Gagasan yang
: Optimalisasi Gerakan Jamban Orang Sehat di UPTD Puskesmas Majenang II
diangkat
1. Membuat Komitmen dengan Stakholder terkait
2. Pelatihan Kader GJOS 121
Kegiatan : 3. Sosialisasi Penggunaan Jamban Sehat
4. Pengadaan GJOS 121
5. Edukasi berkelanjutan tentang Penggunaan Jamban Sehat dengan Media Poster / Leaflet
52
5. Pemecahan Isu
Tabel 4.1 Tabel Pemecahan Isu
Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Penguatan Nilai Organisasi
Kegiatan Pelatihan Misi Organisasi
1. Akuntabilitas
Berdiskusi dengan
integritas yang tinggi
1. Berdiskusi dengan kebijakan
dengan atasan kepemimpinan
tentang rencana
program GJOS 2. Nasionalisme
121, memilih Diwujudkan dengan
kegiatan yang adanya musyawarah Kontribusi misi:
dapat 1. Notulen hasil mencapai tujuan bersama Menjalin kemitraan Penguatan nilai :
mendukung diskusi, (sila ke 4) 1. Integritas
Membuat dengan masyarakat,
meningkatnya 2. Surat Undangan 2. Professional
Komitmen
cakupan 3. Dokumentasi 3. Etika publik Lintas Program Maupun 3. Inovatif
1. dengan
penggunaan 4. Komitemen Melakukan diskusi dan 4. Kepedulian
Stakeholder Lintas Sektoral dalam
jamban sehat. Bersama mencari alternative 5. Musyawarah mufakat
terkait
2. Membuat stakeholder kegiatan dengan pemenuhan kebutuhan 6. Kebersamaan
Kesepakatan terkait professional, Orientasi
Bersama dan organisasi, inovatif dan kesehatan
Komitmen kepedulian
dengan
Stakeholder 4. Komitmen mutu
terkait Diwujudkan dengan
dihasilkannya sebuah
kesepakatan yang akan
disepakati bersama
sebagai sebuah komitmen
53
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Adanya kejelasan
kegiatan dan persiapan
pelaksanaan yang
1. Persiapan dapat
1. Materi Kontribusi misi:
Pelatihan dipertanggungjawabkan
presentasi
2. Melaksanakan Menjaga dan Penguatan nilai :
Pelatihan 2. Surat
Pretes 2. Nasionalisme 1. Tanggungjawab
undangan meningkatkan mutu
Kader GJOS 3. Pelaksanaan melakukan kegiatan 2. Persatuan
2 3. Notulen
Pelatihan persatuan untuk pelayanan terhadap 3. Kearifan
121 4. Nilai Pretest
Kader GJOS masyarakat (sila ke 3) 4. Komitemen
dan Postest masyarakat
121
5. Dokumentasi
4. Melaksanakan 3. Etika publik
Post tes Kader sebagai kearifan
4. Komitemen Mutu
Kesepakatan bersama
sebagai komitmen
54
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Kegiatan persiapan dapat
dipertanggung jawabkan
dalam instansi transparan
dengan kejelasan waktu
dan tempat dimana
kegiatan akan Kontribusi misi:
1. Persiapan
dilaksanakan Mendorong
Pelatihan
Sosialisasi 1. Materi
2. Menyusun kemandirian
presentasi 2. Nasionalisme Penguatan nilai :
Penggunaan materi
2. Surat Diwujudkan dengan masyarakat untuk 1. Transparan
3. presentasi
Jamban undangan adanya prinsip 2. Keadilan
sosialisasi berprilaku sehat dalam
3. Notulen berkeadilan dan 3. kesopanan
Sehat 3. Pelaksanaan
4. Dokumentasi bekerjasama upaya kesehatan
Sosialisasi
Jamban Sehat secara konferhensif.
3. Etika publik
Diwujudkan dengan
mengedepankan nilai nilai
luhur etika, kesopanan
dan profesional
55
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Pengadaan Jamban Sehat
bagi masyarakat dengan
nilai keadilan yang merata 1. Visi
Majenang Sehat
2. Nasionalisme Secara Optimal
Sila ke 5 membuat 2. Misi
kegiatan dalam rangka a. Menjaga dan
1. Konsultasi
mewujudkan kemajuan meningkatkan mutu
dengan 1. Proposal
yang merata dan pelayanan terhadap
instansi terkait 2. Dana
berkeadilan sosial. masyarakat
dengan Operasional Penguatan nilai :
b. Menjalin kemitraan
Pengajuan Pengadaan 1. Keadilan Sosial
3. Etika publik dengan
Proposal Jamban Sehat 2. Inovasi
Pengadaan Adanya inovasi untuk masyarakat, Lintas
Bantuan 3. GJOS 121 3. Empati
4. masyarakat untuk empati Program Maupun
GJOS 121 Sarana (Tiap Satu 4. Perbaikan
terhadap peningkatan Lintas Sektoral
Prasarana Bulan, Dua berkelanjutan
derajat kesehatan. dalam pemenuhan
Jamban Sehat Jamban, 5. Kejujuran
kebutuhan
2. Pengadaan dalam Satu 6. Kemandirian
4. Komitmen Mutu kesehatan
Jamban Sehat RT)
Jamban Sehat diharapkan c. Mendorong
3. Pemasangan 4. Dokumentasi
tercipta perbaikan kemandirian
Jamban Sehat
berkelanjutan masyarakat untuk
berprilaku sehat
5. Anti Korupsi dalam upaya
Pengadaan Jamban sehat keehatan secara
dengan prinsip kejujuran konferhensif.
sehingga tercipta
kemandirian yang
bertanggungjawab
56
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1. Akuntabilitas
Edukasi berkelanjutan
agar tercipta konsistensi
dalam meningkatkan
derajat kesehatan
1. Leaflet
Jamban Sehat 1. Visi
Edukasi 2. Nasionalisme
dan Cara Majenang Sehat
Sila ke 4 iktikad baik dan
berkelanjutan 1. Persiapan Hidup Sehat
rasa tanggung jawab Secara Optimal
pembuatan 2. Poster
tentang melaksanakan ODF
media poster/ Jamban Sehat 2. Misi
(Open Defecation Free)
Penggunaan leaflet dan Cara Penguatan nilai :
atau tidak buang air besar Mendorong
2. Konsulasi Hidup Sehat 1. Konsistensi
Jamban sembarangan
dengan 3. Surat kemandirian 2. Inovasi
5.
Sehat atasan Persetujuan 3. Intergritas
3. Etika publik masyarakat untuk
3. Edukasi atasan 4. Orientasi Mutu
dengan Inovasi yang berintegritas
Berkelanjutan 4. Dokumentasi berprilaku sehat 5. Peduli
dengan masyarakat.
Media dengan atasan
media Poster/ menyetujui dalam upaya
Poster/ 4. Komitmen Mutu
leaflet media edukasi keehatan secara
Jamban Sehat untuk
leaflet 5. Dokumentasi
meningkatkan mutu konferhensif.
hasil
kesehatan
pemasangan
5. Anti Korupsi
Peduli untuk saling
mengingatkan
penggunaan jamban sehat
57
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Tabel 4.3. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
3 Sosialisasi
Penggunaan
Jamban Sehat
4 Pengadaan GJOS
121
5 Edukasi
berkelanjutan
tentang
Penggunaan
Jamban Sehat
dengan Media
Poster/ leaflet
6 Menyusun Laporan
Aktualisasi dan
Habituasi
58
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Tabel 4.4. Antisipasi dan strategi menghadapi kendala
59
BAB V
PENUTUP
60
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Yudi, Adi Suryanto, dan Abdul Aziz Muslim. 2015. Nasionalisme.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
61
Whole-of-government approach | Glossary of Terms for Conflict
Management and Peacebuilding. (n.d.). Retrieved November 3,
2016, from http://glossary.usip.org/resource/wholegovernment-
approach
62
Lampiran Biodata
a. Identitas Diri
Formasi
3 Dokter Ahli Pertama
Jabatan
4 NIP 19921110 201902 2 008
Tempat dan
5 Cilacap, 10 November 1992
Tanggal Lahir
Nomor
9 (0280) 623119
Telepon/Fax
10 Alamat e-mail dienianopramliana@gmail.com
b. Riwayat Pendidikan
63