Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini perkembangan industri berkembang dengan sangat pesat.
Namun, banyak juga akibat negatif yang ditimbulkan, salah satunya adalah mesin
tersebut menjadi semakin rumit dan kompleks. Semakin rumit dan kompleksnya
mesin menuntut kita supaya dapat menggunakan mesin secara maksimal. Tentunya
tidak hanya mengunakannya saja. Kita juga harus memelihara mesin tersebut agar
mesin tersebut juga awet dan unjuk kerjanya maksimal. Pemeliharaan mesin dari
berbagai masalah harus kita atasi, salah satunya adalah masalah getaran mesin.
Karena, getaran mesin dapat menjadi beban tambahan pada struktur dan konstruksi
pondasi mesin.
Intensitas getaran mekanis adalah bentuk dari energi mekanis yang dihasilkan
oleh mesin atau alat-alat mekanis yang digerakkan oleh motor dan getaran mekanis
merupakan salah satu faktor bahaya di tempat kerja yang disebabkan oleh peralatan
atau mesin yang sedang dioperasikan. Getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
mesin apabila menghantar ke tubuh manusia melalui tangan, lengan, kaki, atau
anggota tubuh lainnya akan menimbulkan gangguan kenyamanan sampai gangguan
kesehatan. Sehingga perlu dilakukan pengukuran intensitas getaran untuk
mengetahui sampai sejauh mana gangguan kenyamanan atau kesehatan yang
diderita oleh tenaga kerja.
Oleh karena itu, perlu dilaksanakannya praktikum pengukuran lingkungan kerja
agar dapat diketahui besarnya getaran yang terjadi pada mesin agar dapat terhindar
dari faktor bahaya yang ada seperti, kecelakaan, peledakan, kebakaran dan
sebagainya. Mengetahui angka getaran suatu mesin, digunakannya alat pendeteksi
getaran yang disebut Vibration Meter, dan untuk itu dibutuhkan kecermatan dalam
melihat angka yang ditunjukkan oleh Vibration Meter.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan permasalahan yang terdapat dalam praktikum
Getaran Mekanis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mahasiswa dapat mengaplikasikan teori keselamatan dan
kesehatan kerja?
2. Bagaimana mahasiswa mampu memahami kecepatan getaran (velocity),
percepatan (acceleration) dan perubahan vector (displacement)?
3. Bagaimana mahasiswa mampu melakukan pengukuran getaran mekanis
dengan menggunakan Vibration Meter?
4. Bagaimana mahasiswa mampu membaca spectrum getaran dari hasil
pengukuran?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
 Tujuan Instruksional Umum
1. Mampu mengaplikasikan teori keselamatan dan kesehatan kerja.
 Tujuan Instruksional Khusus
1. Mampu memahami kecepatan getaran (velocity), percepatan
(acceleration) dan perubahan vector (displacement).
2. Mampu melakukan pengukuran getaran mekanis dengan
menggunakan Vibration Meter.
3. Mampu membaca spectrum getaran dari hasil pengukuran.

1.4. Ruang Lingkup


1. Pengambilan data dilaksanakan pada hari Rabu, 10 April 2019 mulai pukul
12.20 WIB
2. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah vibration meter untuk
mendeteksi getaran pada mesin.
3. Parameter yang diukur adalah velocity, acceleration dan displacement.
4. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah grafik assesment diagram for
vibration.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Definisi Getaran

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor


Per.13/Men/X/2011 getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak–balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran adalah
gerakan teratur atau tidak teratur suatu benda dengan arah bolak-balik dari
kedudukan keseimbangannya (SNI 16-7063-2004). Getaran adalah gerakan
bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan.
Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan
kegiatan manusia. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,2002)
Getaran adalah gerakan osilasi disekitar sebuah titik, gerakan massa yang
diberikan gaya (forced vibration) tanpa friction/gesekan (Sunarko,2010).
Pergerkan mekanis yang berosilasi di sekitar titik yang tetap Mansfield dalam
(Rengkung,2012) . Getaran adalah bentuk gelombang mekanik yang
mentransfer energi sama sperti semua gelombang (Rengkung,2012)

2.2.Klasifikasi Getaran

Getaran dapat diklasifikasikan menurut ada tidaknya eksitasi yang bekerja


secara kontinyu, menurut derajat kebebasannya atau menurut sistem massanya.
Menurut klasifikasi yang pertama getaran dibedakan sebagai getaran bebas atau
getaran paksa. Disebut sebagai getaran paksa jika pada sistem getaran terdapat gaya
eksitasi periodik yang bekerja kuntinyu sebagai fungsi waktu. Pada sistem getaran
bebas getaran terjadi karena adanya eksitasi sesaat seperti gaya impulsif atau
adanya simpangan awal.

Menurut derajat kebebasannya getaran dapat dibedakan sebagai getaran


derajat satu, dua, atau n derajat sesuai dengan banyakya koordinat bebas
(independence) yang diperlukan untuk mendefinisikan persamaan gerak sistem
tersebut. Pada sistem getaran massa diskret setiap massa dianggap sebagai bodi
kaku dan tidak mempunyai elastisitas. Sebaliknya pada sistem massa kontinu,
massa yang bergetar tidak dianggap sebagai bodi kaku tetapi mempunyai elastisitas
sehingga dimungkinkan adanya gerak relatif di antara titik-titik pada massa
tersebut. Sistem massa kontinyu memiliki n derajat kebebasan yang tak berhingga
( Dewanto,1999)

Menurut Keputusan Menteri Negara No 49 Tahun 1996 Getaran dapat dibagi


menjadi tiga, yaitu :
1. Getaran Mekanik, yaitu getaran yang ditimbulkan oleh sarana danperalatan
kegiatan manusia. Getaran mekanik dapat didefinisikan sebagai gerak osilasi
dari sistem mekanik di sekitar titik/posisi seimbang (Dewanto,1999) Getaran
mekanis dibedakan menjadi
 Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration) adalah suatu getaran
yang terjadi karena adanya kontak antara tubuh ( seluruh tubuh ) dengan
permukaan yang bergetar.(Nusa,2015) Contoh : Pengemudi traktor
(kontak tubuh dengan tempat duduk traktor)
 Getaran pada bagian tubuh tertentu (Partial Body Vibration) adalah
getaran yang terjadi pada bagian-bagian yang terjadi pada bagian-
bagian tubuh tertentu seperti tangan/ kaki yang kotak dengan
permukaan yang sedang bergetar.

Getaran dapat di evaluasi melalui 3 aspek, yaitu (Sunarko,2010):

 Velocity adalah Kecepatan Getaran di notasi kan dengan dua keadaan


yaitu (peak) dan menurut ISO menggunakan (rms). Pada gerak periodik
getaran kecepatan maksimum terjadi pada titik (posisi netral)
sedangkan kecepatan minimum titik puncak atas (top or crest) dan titik
puncak bawah (bottom or trough), Kecepatan getaran maksimum ini
biasanya dalam satuan : mm/det atau peak atau mm/s-pk atau inches
(ips-pk). Untuk root mean square (rms). Nilai peak = 1,414 x nilai rms,
Kadang-kadang digunakan juga satuan inch/sec (peak) atau inch/sec
(rms), 1 inches = 25,4 (mm)
 Acceleration adalah percepatan. kecepatan getaran adalah nol titik
puncak atas (top or crest) dan titik puncak bawah (bottom or trough),
tetapi pada bagian-bagian tersebut akan mengalami percepatan
mengalami nilai maksimum. Sedang pada kondisi netral percepatan
getaran adalah nol. Secara teknis percepatan adalah laju perubahan dari
kecepatan. Percepatan getaran pada umumnya dinyatakan dalam, satuan
“g”, dimana satu “g” adalah percepatan yang disebabkan oleh gaya
gravitasi pada permukaan bumi. Sesuai dengan perjanjian intemasional
satuan gravitasi pada permukaan bumi “g” adalah 9,0665 (m/det2),
386,087 (in/det2) atau 32, 1739 (ft/ det2) [1].
 Displacement adalah Perpindahan Getaran atau Vibration Displacement
di tunjukan pada getaran dengan jarak yang ditempuh dari suatu puncak
ke puncak (peak to peak), Perpindahan tersebut pada umumnya
dinyatakan dalam satuan mikron (μm) atau mils. Dimana : 1 μm = 0,001
(mm) dan 1 mils = 0,001 (inch)
2. Getaran Seismik, yaitu getaran tanah yang disebabkan peristiwa alam dan
kegiatan manusia.
3. Getaran Kejut, yaitu getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan sesaat.

2.3.Alat-Alat Pengukur Getaran


Menurut Chakim getaran memiliki beberapa informasi yang terkadang
tidak dapat ditangkap langsung oleh manusia. Oleh karena itu, di zaman ini banyak
jenis atau tipe alat pengukur getaran. Jika kita menggunakan alat tersebut, maka
kita harus mengerti dan memahami standart alat yang biasanya digunakan dalam
suatu pengukuran getaran antara lain :
1. Vibration meter
Vibration meter biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga mudah
dibawa dan dioperasikan dengan battery serta dapat mengambil data getaran
pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel
dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan
switch selector untuk memilih parameter getaran yang akan diukur.

Gambar 2.1. Vibration Meter


(Sumber : http://www.extech.com/category/?id=14109)

2. Vibration analyzer
Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan
frekuensi getaran yang akan dianalisa. Karena biasanya sebuah mesin
mempunyai lebih dari satu frekuensi getaran yang ditimbulkan, frekuensi
getaran yang timbul tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada
mesin tersebut. Alat ini biasanya dilengkapi dengan meter untuk membaca
amplitudo getaran yang biasanya juga menyediakan beberapa pilihan skala.
Alat ini juga memberikan informasi mengenai data spektrum dari getaran yang
terjadi, yaitu data amplitudo terhadap frekuensinya, data ini sangat berguna
untuk analisa kerusakan suatu mesin. Dalam pengoperasiannya vibration
analyzer ini membutuhkan seorang operator yang sedikit mengerti mengenai
analisa vibrasi.
Gambar 2.2. Vibration Analyzer
(Sumber : https://vibrocenter.com/viana4_e.htm)
3. Shock Pulse Meter
Shock pulse meter adalah alat yang khusus untuk memonitoring kondisi
antifriction bearing yang biasanya sulit dideteksi dengan metode analisa getaran
yang konvensional. Prinsip kerja dari shock pulse meter ini adalah mengukur
gelombang kejut akibat terjadi gaya impact pada suatu benda, intensitas
gelombang kejut itulah yang mengindikasikan besarnya kerusakan dari bearing
tersebut. Pads sistem SPM ini biasanya memakai tranduser piezo-electric yang
telah dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai frekwensi resonansi sekitar
32 KHz. Dengan menggunakan probe tersebut maka SPM ini dapat mengurangi
pengaruh getaran terhadap pengukuran besarnya impact yang terjadi.

Gambar 2.3. Shock Pulse Meter


(Sumber : https://www.processnpower.com/air-compressor-rentals)

4. Osciloskop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi
data getaran yang akan dianalisa. Sebuah osciloskop dapat memberikan sebuah
informasi mengenai bentuk gelombang dari getaran suatu mesin. Beberapa
kerusakan mesin dapat diiden-tifikasi dengan melihat bentuk gelombang
getaran yang dihasilkan, sebagai contoh, kerusakan akibat unbalance atau
misalignment akan menghasilkan bentuk gelombang yang spesifik, begitu juga
apabila terjadi kelonggaran mekanis (mechanical looseness), oil whirl atau
kerusakan pada anti friction bearing dapat menghasilkan gelombang dengan
bentuk-bentuk tertentu.

Gambar 2.4. Osciloskop


(Sumber : https://www.kelistrikanku.com/2016/09/alat-ukur-osiloskop.html)

2.4.Teknik Pengukuran Getaran pada Mesin


Teknik dalam mengukur getaran yang dihasilkan oleh mesin diantaranya
adalah:
1. Posisi dan Arah Pengukuran
Pengukuran getaran pada suatu mesin secara normal diambil pada
bearing dari mesin tersebut. Tranduser sebaiknya harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan bearing mesin karena melalui bearing tersebut gaya getaran
dari mesin ditransmisikan. Gerakan bearing adalah merupakan hasil reaksi
gaya dari mesin tersebut. Disamping karakteristik getaran seperti Amplitudo,
frekuensi dan phase, ada karakteristik lain dari getaran yang juga mempunyai
arti yang sangat penting yaitu arah dari gerakan getaran, hingga perlu bagi kita
untuk mengukur getaran dari berbagai arah. Pengalaman menunjukkan bahwa
ada tiga arah pengukuran yang sangat penting yaitu horizontal, vertical, dan
axial. Arah horizontal dan vertikal bearing disebut dengan arah radial. Arah
pengukuran ini biasanya didasarkan pada posisi sumbu tranduser terhadap
sumbu putaran dari shaft mesin. Arah ini juga sangat penting artinya dalam
analisa suatu getaran.
2. Standart
Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan- batasan
level getaran yang menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin tersebut
masih baik (layak beroperasi) ataukah mesin tersebut sudah mengalami suatu
masalah sehingga memerlukan perbaikan. Setelah melakukan pengambilan
data oleh vibration meter selanjutnya dilakukan tahap pengidentifikasian
kemungkinan kerusakan pada peralatan kerja yang terpapar getaran mekanis.
Pengidentifikasian dilakukan dengan membaca “Assesment Diagram for
Vibration”. Pembacaan dilakukan dengan menghubungkan tiap tiap variabel
yang didapat pada pengukuran (acceleration, displacement, velocity,
frecuency) dalam sebuah garis lurus yang saling berhubungan.
Acceleration (percepatan) dengan satuan mm/s² ditandai dengan garis
diagonal (\), displacement (perpindahan/pergeseran) dengan satuan mm
ditandai dengan garis diagonal (/), velocity (kecepatan) dengan satuan mm/s
ditandai dengan garis horizontal (-), frecuency (frekuensi) dapat ditemukan
pada name plate mesin yang akan diukur dengan satuan Hz ditandai dengan
garis vertikal (l). Dengan menghubungkan pertemuan antar titik dari keempat
garis tersebut didapatkan luasan daerah yang nantinya akan diidentifikasi
terletak di daerah manakah luasan daerah itu, kemudian ditentukan apakah
peralatan tersebut masih layak digunakan atau dalam kondisi rusak. Dalam
assesment diagram for vibration terdapat 3 probabilitas yang akan mungkin
terbaca yakni “Damage Probable”, “Reccomended”, dan “daerah antara”.
Apabila luasan bidang/area masuk pada daerah damage probable maka
peralatan harus diganti karena paparan getaran sudah melebihi batas. Apabila
luasan bidang masuk pada recomended maka peralatan masih dalam batas
aman dan masih bisa digunakan. Apabila luasan bidang/area tergolong dalam
daerah antara, maka ada kemungkinan alat tersebut bermasalah, jadi lebih baik
dilakukan pengecekan lebih lanjut untuk mengambil tindakan apakah mesin
tersebut masih layak pakai atau beresiko mengalami kerusakan.

Gambar 2.5 Assessment diagram of vibration


(Sumber : Santiasih,2007)

2.5. Peraturan tentang Getaran


1. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2011,
mengenai Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik dan Kimia ditempat Kerja.
Getaran yang diperkenankan sesuai pada tabel berikut ini:

Jumlah Waktu Pemajanan per Nilai Percepatan Pada Frekuensi

Hari Kerja Dominan


𝑚⁄ Grav
𝑑𝑡 2
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,4

2 jam dan kurang dari 8 jam 6 0,61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

Kurang dari 1 jam 12 1,22

Tabel 2.1 NAB Getaran


(Sumber : Keputusan Menteri,2011)

2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Gambar 2.6. NAB untuk Pemaparan Lengan dan Tangan


(Sumber : Permenaker,2018)
Gambar 2.7 NAB untuk Pemaparan Seluruh Tubuh
(Sumber : Permenaker,2018)

3. Standart Nasional Indonesia 16-7063-2004

Gambar 2.8. Pengendalian Getaran Tangan- Lengan


(Sumber : SNI,2004)
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016
Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
Gambar 2.9. NAB Getaran Tangan- Lengan
(Sumber : PMK,2016)

Gambar 2.10. NAB Pajanan Getarab Seluruh Tubuh untuk Aksis X atau Y
(Sumber : PMK,2016)
Gambar 2.11. NAB Pajanan Getarab Seluruh Tubuh untuk Aksis Z
(Sumber : PMK,2016)

2.6.Penyakit Akibat Kerja

Whole body vibration dapat menyebabkan efek fisiologis seperti


mempengaruhi peredaran darah, gangguan saraf, menurunkan ketajaman
penglihatan, kelainan pada otot, dan tulang (Nusa,2016). Menurut Garran efek yang
tidak diinginkan dari getaran sebagai akibat dari aktivitas penambangan meliputi:

1. Gangguan dari getaran maupun tingkat kebisingan


2. Kelelahan, mual, serta efek kesehatan lainnya
3. Cedera pada orang

Pekerja yang terpajan getaran secara kontinyu akan mengalami


gangguan kesehatan pada bagian tubuh yang sering terkena pajanan. Gangguan
kesehatan yang dapat terjadi berupa fenomena Raynaud (Jari-jari putih),
gangguan tulang, sendi, dan otot, gangguan neuropati, gangguan pada thorax,
leher dan kepala, pinggul dan perineum, otot dan tulang , pharynx, mata. Lama
pajanan merupakan jumlah jam kerja pekerja dalam melakukan pekerjaan
sehari–hari. Lamanya waktu pemajanan perhari kerja dapat meningkatkan
keparahan gejala yang diderita pekerja akibat paparan getaran. Besar paparan
getaran lengan-tangan di tempat kerja akan mempengaruhi kesehatan pekerja
terutama Hand Arm Vibration Syndrome, semakin besar paparan getaran
lengan-tangan maka akan semakin tinggi resiko pekerja terkena Hand Arm
Vibration Syndrome. Besar paparan getaran lengan-tangan gangguan
pembuluh darah, susunan yaraf pusat, susunan syaraf otonom, gangguan
metabolisme intrasel, sehingga akan menimbulkan gejala Hand Arm Vibration
Syndrome. (Mastha,2015)

2.7.Pengendalian Getaran

Pengendalian getaran dapat dilakukan dengan cara

1. Menggunakan alat peredam getaran sehingga dapat mengurangi getaran


mekanis (Nusa,2016) Getaran dapat diredam dengan memasang sistem
peredam getaran dinamik pada sistem yang bergetar atau merencanakan sistem
tumpuannya yang baik. Pada sistem peredam dinamik (non viscous), getaran
sistem utama dapat diredam ketika frekuensi sistem utama sama dengan
frekuensi resonansi sistem peredam (Dewanto,1999)
2. Melakukan pembinaan tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dan
pemberian penyuluhan kepada pekerja mengenai pentingnya bahaya dari
getaran mekanis.
3. Diharapkan agar dapat lebih mengendalikan bahaya dan upaya penanggulangan
risiko kecelakaan kerja pada pekerja. Untuk masalah keengganan pekerja dalam
menggunakan APD sebaiknya perusahaan memberikan hadiah/reward kepada
pekerja yang mentaati peraturan yang berlaku, agar tenaga kerja lebih semangat
lagi untuk mematuhi memakai APD.
4. Menyediakan alat pelindung diri yang nyaman, tidak mengganggu gerak, dan
tidak digunakan secara bergantian, khusus nya yang berkenaan dengan getaran
mekanis seperti sepatu karet/booth dan sarung tangan karet.
5. Bagi pekerja dengan meningkatkan kesadaran dalam penggunaan Alat
pelindung Diri (APD) terutama sepatu karet/booth dan sarung tangan karet
yang telah disediakan oleh perusahaan dengan baik dan benar selama jam kerja
berlangsung. (Purnama,2015)
BAB 3

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


1. Vibration Meter
2. Meteran
3.2. Prosedur Kerja

Mulai

Mempersiapkan vibration meter

Memilih mesin yang akan diukur

Melakukan pengukuran menggunakan vibration meter

Melakukan pengukuran pada 2 titik yaitu pada motor dan bagian yang sering
terpapar ke manusia

Melakukan pengukuran pada mesin yang berbeda

Mencatat data yang diperlukan


X
X
Mendokumentasikan proses pengukuran

Membuat denah titik pengukuran

Selesai

3.3. Prosedur Alat

1. Pasang transducer pada tempat yang telah ditentukan.


2. Nyalakan vibration meter dengan menekan tombol φ
3. Lihat battery status. Jika menunjukkan 100 % berarti kondisi baterai masih
penuh.
4. Atur jam dan tanggal pada System untuk menyesuaikan dengan waktu.
Ketika pengukuran selesai hasilnya dapat dilihat dengan tampilan waktu
pengukuran.
5. Atur display mode dengan memilih tipe display yang diinginkan dengan
cara display OK atau masuk ke dalam System. Untuk praktikum ini
gunakan Special display.
6. Tekan tombol MEAS untuk memulai pengukuran dan untuk mengakhiri
pengukuran.
7. Lepas dari main body dan simpan transducer pada tempat penyimpanan
jika pengukuran telah selesai.

Cara mengoperasikan menu


a. Untuk memindahkan cursor gunakan 2,8 untuk naik dan turun, 4,6 untuk
ke kanan dan kiri (untuk memindahkan menu).
b. Untuk memindahkan point number tekan tombol 2 untuk naik dan 8 untuk
turun.
c. Tombol OK berfungsi sebagai enter dan C untuk cancel.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional.2004. SNI 16-7063-2004 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja
(Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra
Ungu di Tempat Kerja. Jakarta: Sekretariat Negara

Chakim, Lukmanul._. Getaran Mekanis. Diakses dari


https://www.academia.edu/5794995/193933609-getaran-mekanis pada 9
April 2019

Dewanto, Joni.1999. Kajian Teoritik Sistem Peredam Getaran Satu Derajat


Kebebasan.Surabaya : Universitas Kristen Petra

Extech. 2019. Vibration Meters. Diakses dari


http://www.extech.com/category/?id=14109 pada 9 April 2019

Mastha. 2015. Hubungan Getaran Lengan-Tangan dengan Hand Arm Vibration dan
Penghalusan Pengrajin Gitar di Sukoharjo. Semarang : Universitas
Diponegoro

Nusa Youani. 2016. Hubungan Antara Umur, Lama Kerja, dan Getaran dengan
Keluhan Sistem Muskuloskeletal pada Sopir Bus Trayek Manado-
Langowan di Terminal Karombasan. Manado : Universitas Sam Ratulangi

Pemerintah Indonesia. 1996. Keputusan Menteri Negara No 49 Tahun 1996 tentang


Baku Tingkat Getaran. Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Nomor Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


1405/ MENKES/SK/XI/2002 tentng Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Pekantoran dan Industri . Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Industri.Jakarta : Sekretariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun


2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Lembaran RI Tahun 2018 No. 5. Jakarta : Sekretariat Negara.
Power,Process. 2016. Shock Pulse Meter. Diakses dari
https://www.processnpower.com/air-compressor-rentals pada 9 April 2019

Purnama, Angga. 2015. Hubungan Paparan Getaran Mekanis dengan Kelelahan Kerja
dan Gangguan Kesehatan pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Putri
Indah Pertiwi Desa Pule, Gedong, Pracimantoro, dan Banyuwangi.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rengkung, Stephanie. 2012. Analisis Pengaruh Paparan Kebisingan dan Getaran


pada Karyawan Gedung Pembinaan Lingkungan Kampus Universitas
Indonesia yang Berada di Sekitar Stasiun Pondok Cina. Depok :
Universitas Indonesia

Santiasih, Indri dan Ashitra. 2007. Modul Praktikum Pengkuran Lingkungan Kerja.
Surabaya : Polteknik Perkapalan Negeri Surabaya

Sunarko, Benny. 2010. Analisa Getaran Pada Mesin Sepeda Motor Berbasis Labview.
Depok : Universitas Indonesia

Vibrocenter.2000. Viana-4-a Multipurposes Device for Vibration Measurement,


Vibration Analysis and Rotor Balancing. Diakses dari
https://vibrocenter.com/viana4_e.htm pada 9 April 2019

Wijdan.2016. Mengenal Alat Ukur Osiloskop (0scilloscope) Sampai bisa


Menggunakannya Diases pada
https://www.kelistrikanku.com/2016/09/alat-ukur-osiloskop.html pada 9
April 2019

Anda mungkin juga menyukai