Anda di halaman 1dari 3

1.

PATOMEKANISME GEJALA
1.1 BATUK
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
i. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar,
atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan
batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga
pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
ii. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara
dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai
terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga
dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya
udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan
memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga
udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
iii. Kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks
meninggi sampai 300 cmHO agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap
meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa
penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan
intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
iv. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain.
Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal
yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang
sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam
saluran nafas atau getaran pita suara.
1.2 Batuk Darah (Hemoptisis)
Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Volume
darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal
hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau
hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah
laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah
lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus
dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan
berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu
.
Berdasarkan tingkat keparahan/ kuantitas darah :
a. Hemoptisis non masif
< 200 mL dalam 24 jam

b. Hemoptisis masif
100-1000 mL dalam 24 jam
200-1000 mL dalam 24 jam
Sekurang-kurangnya 200 mL dalam 24 jam atau sebanyak 50 mL/episode batuk

Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atau sirkulasi
bronkial. Hempotisis masif sumber perdarahan umumnya berasal dari sirkulasi
bronkial (95 %). Sirkulasi pulmoner memperdarahi alveol dan duktus alveol, sistem
sirkulasi ini bertekanan rendah dengan dinding pembuluh darah yang tipis. Sirkulasi
bronkial memperdarahi trakea, bronkus utama sampai bronkiolus dan jaringan
penunjang paru, esofagus, mediastinum posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner.
Sirkulasi bronkial ini terdiri dari arteri bronkialis dan vena bronkialis. Asal anatomis
perdarahan berbeda tiap proses patologik tertentu:
a. bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa
b. TB paru akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding kaviti
“aneurisma Rassmussen”). atau akibat pecahnya anastomosis bronkopulmoner atau
proses erosif pada arteri bronkialis
c. infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri
bronchial misal : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrosis kistik
d. kanker paru akibat pembuluh darah yg terbentuk rapuh sehingga mudah
berdarah.

Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain :


1.Infeksi : tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella,legionella), jamur, virus
2.Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis,
emfisema bulosa
3.Neoplasma : kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis
4.Kelainan hematologi : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated
intravascular coagulation (DIC)
5.Kelainan jantung : mitral stenosis, endokarditis tricuspid
6.Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena, aneurisma
aorta
7.Trauma : jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak
8.Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi swan-ganz,
limfangiografi
9.Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis,
systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomat osis wagener, purpura henoch
schoenlein, sindrom chrug-strauss)
10.Obat / toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
11.Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing,
hemoptisis kriptogenik, amiloidosis

1.3 KERINGAT MALAM DAN PENURUNAN BB


Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada malam hari
yang diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal yang berlebihan. Suhu tubuh
normal manusia memiliki irama sirkadian di mana paling rendah pada pagi hari sebelum
fajar yaitu 36.1°C dan meningkat menjadi 37.4 °C atau lebih tinggi pada sore hari sekitar
pukul 18.00 (Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997). sehingga kejadian
demam/ keringat malam mungkin dihubungkan dengan iramasirkadian ini. Variasi antara
suhu tubuh terendah dan tertinggi dari setiap orang berbeda- beda tetapi konsisten pada
setiap orang. Belum diketahui dengan jelas mengapa tuberkulosis menyebabkan demam
pada malam hari.Ada pendapat keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi
sebagai respon salah satu molekul sinyal peptida yaitu tumour necrosis factor alpha
(TNF-α) yang dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun di mana mereka bereaksi terhadap
bakteri infeksius (M.tuberculosis). Monosit yang merupakan sumber TNF-α akan
meninggalkan aliran darah menuju kumpulan kuman M.tuberculosis dan menjadi
makrofag migrasi.Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri secara
keseluruhan, tetapi pada orang imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin lainnya akan
mengelilingi kompleks bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri lebih lanjut
ke jaringan sekitarnya.TNF-α yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon imun
ini akan menyebabkan demam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan berat badan di
mana semua ini merupakan karakteristik dari tuberkulosis (Tramontana et al, 1995).

Anda mungkin juga menyukai