Anda di halaman 1dari 26

APLIKASI

HUMANIORA
DALAM ILMU
KEDOKTERAN
Shulhana Mokhtar
Area Kompetensi
1. Area Profesionalitas yang Luhur
2. Area Mawas Diri dan
Pengembangan Diri
3. Area Komunikasi Efektif
Pendahulua
n
HUMANIORA

 Ilmu pengetahuan yang meliputi


filsafat, ilmu hukum, sejarah,
bahasa, sastra, seni, kedokteran

IBD – Basic Humanity

Keutuhan manusia

Manusiawi
Humaniora  Kedokteran

Penyajiannya dikaitkan
dengan ilmu kedokteran
FILSAFAT
etc. ILMU HUKUM

Kedokteran HUMANIORA Sejarah

SENI BAHASA

Sastra
Untuk mendapatkan hasil di
hilir yang baik, tentu kondisi di
hulu sudah harus
dipersiapkan sebelumnya.

ni o ra
uma
an H
t ahu
ge
Pen
Pengetahuan humaniora ini berusaha
memberi gambaran pada kita
bagaimana menjadi seorang dokter yang
sejatinya ideal, dokter yang manusiawi,
yang berperilaku/berakhlak baik,
bersikap profesional
+
Aplikasi humaniora di dalam ilmu kedokteran

Praktik Kedokteran

Pelayanan Kesehatan

Pendidikan Kedokteran

Penelitian
Humaniora

Perilaku Humanisme

Kebudayaa
n Etika
Humanisme
Aliran pemahaman yang
bertujuan menghidupkan
rasa perikemanusiaan/
mencita-citakan pergaulan
yang lebih baik → sikap/
tingkah laku mengenai
perhatian manusia dengan
menekankan pada
perasaan serta martabat
individu
Cont…
• Suatu penghargaan kepada pasien sebagai
seorang individu
• Belas kasih dan mengerti akan rasa takut dan
khawatir dalam diri pasiennya
Cont….
• Lebih dari sebuah etika

• Lebih dari yang sekedar tertulis dalam


sumpah Hipocrates.

• Tindakan positif  compassion (belas


kasihan)  menolong dengan memberi
saran atau tindakan yang meringankan
penderitaannya
The medical humanist pilot program
(2002-2005) proved of benefit to the
patient, family, medical practitioners and
the institution. Incorporating a medical
humanist on an inter-disciplinary team
served to bridge the differences in
language, facilitated doctor-patient
communication, fostered collaborative
healthcare decision-making and helped to
improve health outcomes.
The inclusion of the medical humanist on
hospital committees, which included
ethics and palliative care, had an influence
on the culture of the institution and its
patient care policy. The model, informed
by the arts and humanities, translated into
a practical and effective approach
between medicine as a science and caring
for patients as a humanistic art.
- Jauh menyimpang dari idealisme sebagai
dokter.
- Fenomena  mendunia
- Konsep humanisme menjadi sesuatu yang
asing dalam pendidikan kedokteran dan dalam
bidang penelitian kedokteran.
- Etika kedokteran  dalam kurikulum sekolah
kedokteran (metode resmi)
- ?? …. dalam kurikulum -- lulusan kedokteran
menjadikan humanisme dan perilaku etis
sebagai sifat kedua mereka.
Assi Ba’l
dr.
Adanya kekhawatiran akibat:
O Pemisahan antara jasad dan jiwa
O Pemisahan antara pencegahan dan pengobatan
O Penghambaan diri terhadap teknologi modern
O Berlebihan dalam mengejar spesialisasi
O Perbedaan dalam tingkat pelayanan kesehatan
Humanisme dalam praktik kedokteran

O Merawat orang sakit pada level


fundamental berakar pada jiwa manusia
dan humanisme
O Saat iniHubungan dokter-pasien ’one-to-
one’ yang unik dan sangat pribadi
O Pada jaman India kuno, hanya dokter
kerajaan yang memiliki status yang tinggi
O Akhir abad ke-19 perubahan status
dokter (dari tukang/pekerja  profesi)
ki ot on omi, uki
m e m ili m e m a s
ran gin
Kedokte l semua yang in ar
tro nd
mengon menetapkan sta termasuk
i, an
profesi in i melalui pelatih an seperti
ns pil
kompete hanya keteram
kan
teori, bu jaan tukang
ker
pada pe

Perkembangan kota besar & RS (abad 18


&19)  dokter-dokter desa perlahan
menghilang, bnyak di daerah kota untuk
berpraktik  timbul ‘pelayanan
dehumanisasi’ di rumah-rumah sakit
Akhir abad 20, pola praktik di negara-
negara industri berubah sama sekali
dengan ekonomi berorientasi pasar
Praktik mandiri  dokter praktik
berkelompok (penggunaan fasilitas dan
peralatan medis bersama-sama dan
pendapatan didistrubusikan sesuai
perjanjian awal)

Semakin
bergantung pada
teknologi semata
 semakin hilang
rasa
Perubahan ini mewarnai sikap dan
kemanusiaannya
tingkah laku profesi yang ‘pelayanan
menekankan pada aspek finansial dehumanisasi’
dan teknologi dalam terapi dan
merusak panggilan altruistik dan
humanistik sang dokter
Banyak dokter melayani pasiennya dengan senyum,
ramah, sopan dan penuh tatakrama, tapi yang kita
bicarakan dalam kaitannya dengan humanisme adalah
dokter melayani pasiennya dengan melihat ke dalam
perasaan pasiennya

Menampakkan pengertian akan derita


pasiennya dan tidak semata-mata
memburu apa yang menjadi diagnosis
agar pengobatannya tepat dan pasien ini
segera menyingkir dari kehidupannya yang
cukup sibuk.

Hubungan yang tercipta berlatar ‘patient-


oriented’, bukan ‘disease-oriented’ sehingga
dokter bisa memberikan penanganan yang
bersifat holistik.
Humanisme dalam pelayanan kesehatan

Saat Abad Kegelapan baru saja terangkat dari Eropa, kedokteran


di negara-negara Arab sangat berkembang
Rumah-rumah sakit yang besar di Damascus, Kordoba, dan
Kairo yang memperhatikan segala aspek dari layanan kesehatan
termasuk aspek humanistik seperti:
- sisi spiritualnya (memperdengarkan Al-Quran sepanjang saat
tanpa henti)
- aspek-aspek estetika (seperti memainkan musik lembut di
malam hari untuk membantu mereka yang sulit tidur), dan
- aspek-aspek yang dapat meningkatkan semangat
(membacakan kisah-kisah yang menggugah jiwa pasien)
- Pelayanan kesehatan di Eropa,
khususnya Inggris relatif terlambat.
- Epidemi (kolera) Badan Kesehatan -Dokter mampu melakukan
sebagai badan resmi -langkah darurat praktik hingga menyentuh
jika terjadi penyakit epidemik seluruh lapisan masyarakat
agar nilai-nilai humanisme
tetap terjaga (ideal)
Perkembangan spektakuler di dunia medis -Penentu kebijakan terutama
pada masa-masa setelahnya mengubah dalam bidang kesehatan
pola tingkah dokter dan pelayanan memperhatikan masalah ini
kesehatan dan berangkat dengan
keikhlasan untuk berbuat demi
kemanusiaan  teknologi
yang tercanggih sekalipun
Kedokteran  bisnis besar hingga di dapat dimanfaatkan oleh
negara-negara berkembang masyarakat banyak.
 bersifat mengejar keuntungan  biaya
pelayanan kesehatan akhirnya meningkat
 pelayanan terhadap masyarakat miskin
terabaikan
Humanisme dalam pendidikan
kedokteran
0 Baik di dunia barat maupun dalam budaya timur,
menjadi seorang dokter bermula dari sistem
magang, yaitu suatu sistem pelatihan yang bersifat
desentralisasi (murid dan guru terikat dalam suatu
hubungan pribadi)
0 Kontak yang sangat dekat dengan gurunya 
menyerap filosofi, sikap, tingkah laku moral, nilai-
nilai dan metode hidupnya serta cara guru
menghadapi pasiennya (‘bedside manner’ sang guru)
Kebutuhan akan dokter dan ahli bedah
semakin meningkat
Kerajaan Romawi mengambil alih pelatihan
dokter dengan menunjuk guru-gurunya
Negara-negara Islam 
mahasiswa ditempatkan di
Sekolah kedokteran di Eropa (abad rumah sakit untuk
9-13)  pendidikan kedokteran pendidikan kedokteran
sebagai basis; gelar dokter diberi (Warga yang kaya
setelah melalui suatu pendidikan dan membangun RS yang
ujian tertentu. mempekerjakan dokter-
Semakin banyak mahasiswa yang dokter handal yang
dilatih di rumah sakit, keadaan pasien bertanggung-jawab dalam
yang sebenarnya terabaikan. penanganan pasien
Metode pengajaran klinis dengan sekaligus mengajar murid-
jumlah mahasiswa yang besar murid kedokteran)
berdampak buruk pada pasien.
Dan metode ini diadaptasi oleh semua
sentra pendidikan kedokteran di dunia.
Sekarang kita mungkin dapat melihat di
rumah-rumah sakit, beberapa pasien -
terurama dari golongan menengah ke atas-
mengeluh jika terlalu banyak disentuh oleh
mahasiswa (ko-ass). Mereka menghindar
untuk dirawat di rumah sakit pendidikan
karena merasa dijadikan orang coba oleh
para ko-ass

Pasien tentu tidak akan mengeluh jika tidak


merasa dirinya hanya dijadikan objek
pembelajaran. Caranya tentu dengan
menanamkan kepercayaan kepada pasien
dan masyarakat umumnya

Menguasai seluruh kompetensi yang


sudah ditetapkan, tindakan yang etis dan
penuh senthan manusiawi, hati yang tulus
dan sabar dalam mendengarkan keluhan
Humanisme dan etika dalam penelitian dan
pengembangan ilmu kedokteran

Harus disadari bahwa peneliti memiliki tanggung jawab


sosial untuk mencoba mencari solusi dari masalah-
masalah yang paling banyak menyebabkan munculnya
penyakit dan penderitaan dalam masyarakat.
Dalam melakukan percobaan yang melibatkan manusia
sebagai relawan, peneliti haruslah dibawah kontrol etis
yang ketat. Dan seperti halnya seorang dokter harus
memiliki perilaku medis yang baik dengan hubungan
manusiawi dengan pasiennya, begitu juga seharusnya
seorang peneliti.

Anda mungkin juga menyukai