Anda di halaman 1dari 28

APLIKASI HUMANIORA DALAM

BIDANG KEDOKTERAN
SHULHANA MOKHTAR
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI 2012)
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter
Indonesia (SNPPDI 2019)
Personal dan Profesional
* Area kompetensi profesionalitas yang luhur Kompetensi Teknis
* Area kompetensi mawas diri dan pengembangan diri,
* Area kompetensi komunikasi efektif
* Area kompetensi literasi teknologi informasi dan komunikasi
* Area kompetensi literasi sains
* Area kompetensi keterampilan klinis
* Area kompetensi pengelolaan masalah kesehatan dan manajemen sumber daya
* Area kompetensi kolaborasi dan kerjasama
* Area kompetensi keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan
Pendahuluan
à Ilmu pengetahuan yang meliputi
filsafat, ilmu hukum, sejarah,
bahasa, sastra, seni, kedokteran
IBD – Basic Humanity
FILSAFAT
etc. ILMU HUKUM
Kedokteran HUMANIORA Sejarah
SENI BAHASA
Sastra
Untuk mendapatkan hasil
di hilir yang baik, tentu
kondisi di hulu sudah harus
dipersiapkan sebelumnya.
Pengetahuan humaniora ini
berusaha memberi gambaran
pada kita bagaimana menjadi
seorang dokter yang sejatinya
ideal, dokter yang manusiawi, yang
berperilaku/berakhlak baik,
bersikap profesional
Aplikasi humaniora di dalam ilmu kedokteran
Praktik Kedokteran
Pelayanan Kesehatan
Pendidikan Kedokteran
Penelitian
Humaniora
Perilaku Humanisme
Kebudayaan Etika
Humanisme
Aliran pemahaman yang
bertujuan menghidupkan
rasa perikemanusiaan/
mencita-citakan pergaulan
yang lebih baik → sikap/
tingkah laku mengenai
perhatian manusia dengan
menekankan pada
perasaan serta martabat
individu
Cont…
• Suatu penghargaan kepada pasien sebagai
seorang individu
• Belas kasih dan mengerti akan rasa takut
dan khawatir dalam diri pasiennya
Prof. U Mya Tu, (2001)
Cont….
• Lebih dari sebuah etika
• Lebih dari yang sekedar tertulis dalam sumpah
Hipocrates.
• Tindakan positif à compassion (belas kasihan) à
menolong dengan memberi saran atau tindakan yang
meringankan penderitaannya
The medical humanist pilot program (2002-
2005) proved of benefit to the patient,
family, medical practitioners and the
institution. Incorporating a medical
humanist on an inter-disciplinary team
served to bridge the differences in language,
facilitated doctor-patient communication,
fostered collaborative healthcare decision-
making and helped to improve health
outcomes.
The inclusion of the medical humanist on
hospital committees, which included ethics
and palliative care, had an influence on the
culture of the institution and its patient care
policy. The model, informed by the arts and
humanities, translated into a practical and
effective approach between medicine as a
science and caring for patients as a
humanistic art.
- Jauh menyimpang dari idealisme sebagai dokter.
- Fenomena à mendunia
- Konsep humanisme menjadi sesuatu yang asing dalam
pendidikan kedokteran dan dalam bidang penelitian
kedokteran.
- Etika kedokteran à dalam kurikulum sekolah
kedokteran (metode resmi)
- ?? …. dalam kurikulum -- lulusan kedokteran
menjadikan humanisme dan perilaku etis sebagai sifat
kedua mereka.
Adanya kekhawatiran akibat:
O Pemisahan antara jasad dan jiwa
O Pemisahan antara pencegahan dan pengobatan
O Penghambaan diri terhadap teknologi modern
O Berlebihan dalam mengejar spesialisasi
O Perbedaan dalam tingkat pelayanan kesehatan
Humanisme dalam praktik kedokteran
O Merawat orang sakit pada level fundamental berakar pada
jiwa manusia dan humanisme
O Saat iniàHubungan dokter-pasien ’one-to-one’ yang unik
dan sangat pribadi
O Pada jaman India kuno, hanya dokter kerajaan yang
memiliki status yang tinggi
O Akhir abad ke-19 àperubahan status dokter (dari
tukang/pekerja à profesi)
Perkembangan kota besar & RS (abad
18 &19) à dokter-dokter desa perlahan
menghilang, bnyak di daerah kota untuk
berpraktik à timbul ‘pelayanan
dehumanisasi’ di rumah-rumah sakit
Akhir abad 20, pola praktik di negara-
negara industri berubah sama sekali
dengan ekonomi berorientasi pasar
Praktik mandiri à dokter praktik
berkelompok (penggunaan fasilitas dan
peralatan medis bersama-sama dan
pendapatan didistrubusikan sesuai
perjanjian awal)
Semakin
bergantung
pada teknologi
semata à
semakin hilang
Perubahan ini mewarnai sikap dan rasa
tingkah laku profesi yang kemanusiaannya
menekankan pada aspek finansial à‘pelayanan
dan teknologi dalam terapi dan dehumanisasi’
merusak panggilan altruistik dan
humanistik sang dokter
Menampakkan pengertian akan derita
pasiennya dan tidak semata-mata
memburu apa yang menjadi diagnosis
agar pengobatannya tepat dan pasien ini
segera menyingkir dari kehidupannya
yang cukup sibuk.
HUMANISME DALAM PELAYANAN KESEHATAN
SAAT ABAD KEGELAPAN BARU SAJA TERANGKAT DARI EROPA,
KEDOKTERAN DI NEGARA-NEGARA ARAB SANGAT BERKEMBANG
RUMAH-RUMAH SAKIT YANG BESAR DI DAMASCUS, KORDOBA, DAN KAIRO
YANG MEMPERHATIKAN SEGALA ASPEK DARI LAYANAN KESEHATAN
TERMASUK ASPEK HUMANISTIK SEPERTI:
- SISI SPIRITUALNYA (MEMPERDENGARKAN AL-QURAN SEPANJANG
SAAT TANPA HENTI)
- ASPEK-ASPEK ESTETIKA (SEPERTI MEMAINKAN MUSIK LEMBUT DI
MALAM HARI UNTUK MEMBANTU MEREKA YANG SULIT TIDUR), DAN
- ASPEK-ASPEK YANG DAPAT MENINGKATKAN SEMANGAT
(MEMBACAKAN KISAH-KISAH YANG MENGGUGAH JIWA PASIEN)
- Pelayanan kesehatan di Eropa,
khususnya Inggris relatif terlambat.
- Epidemi (kolera) àBadan Kesehatan
sebagai badan resmi -langkah darurat
jika terjadi penyakit epidemik
Humanisme dalam pendidikan kedokteran
0 Baik di dunia barat maupun dalam budaya timur, menjadi seorang dokter
bermula dari sistem magang, yaitu suatu sistem pelatihan yang bersifat
desentralisasi (murid dan guru terikat dalam suatu hubungan pribadi)
0 Kontak yang sangat dekat dengan gurunya à menyerap filosofi, sikap,
tingkah laku moral, nilai-nilai dan metode hidupnya serta cara guru
menghadapi pasiennya (‘bedside manner’ sang guru)
Kerajaan Romawi mengambil alih
pelatihan dokter dengan menunjuk guru-
gurunya
Negara-negara Islam à
mahasiswa ditempatkan di
Sekolah kedokteran di Eropa (abad 9-13)
rumah sakit untuk pendidikan
à pendidikan kedokteran sebagai basis;
kedokteran (Warga yang kaya
gelar dokter diberi setelah melalui suatu
membangun RS yang
pendidikan dan ujian tertentu.
mempekerjakan dokter-dokter
Semakin banyak mahasiswa yang dilatih
handal yang bertanggung-
di rumah sakit, keadaan pasien yang
jawab dalam penanganan
sebenarnya terabaikan.
pasien sekaligus mengajar
Metode pengajaran klinis dengan jumlah
murid-murid kedokteran)
mahasiswa yang besar berdampak buruk
pada pasien.
Dan metode ini diadaptasi oleh semua
sentra pendidikan kedokteran di dunia.
Sekarang kita mungkin dapat melihat di
rumah-rumah sakit, beberapa pasien -
terutama dari golongan menengah ke atas-
mengeluh jika terlalu banyak disentuh oleh
mahasiswa (ko-ass). Mereka menghindar
untuk dirawat di rumah sakit pendidikan
karena merasa dijadikan orang coba
oleh para ko-ass
Pasien tentu tidak akan mengeluh jika tidak merasa dirinya
hanya dijadikan objek pembelajaran. Caranya tentu dengan
menanamkan kepercayaan kepada pasien dan masyarakat
umumnya.
Menguasai seluruh kompetensi yang
sudah ditetapkan, tindakan yang etis dan
penuh sentuhan manusiawi, hati yang tulus
dan sabar dalam mendengarkan keluhan
Humanisme dan etika dalam penelitian dan
pengembangan ilmu kedokteran
› Harus disadari bahwa peneliti memiliki tanggung jawab
sosial untuk mencoba mencari solusi dari masalah-
masalah yang paling banyak menyebabkan munculnya
penyakit dan penderitaan dalam masyarakat.
› Dalam melakukan percobaan yang melibatkan manusia
sebagai relawan, peneliti haruslah dibawah kontrol etis
yang ketat. Dan seperti halnya seorang dokter harus
memiliki perilaku medis yang baik dengan hubungan
manusiawi dengan pasiennya, begitu juga seharusnya
seorang peneliti.
Referensi
O Assi Ba’I, Z.A.: Dokter-dokter, Bagaimana Akhlakmu?, Gema Insani
Press, Jakarta, 1992
O Jacob, T.: Islam, Etika dan Kemajuan Teknologi Kedokteran, CV
Rajawali, Jakarta, 1986
O Buku Panduan Kerja Mahasiswa, Modul EBP3KH, MEU, FKUI,
2005
O Tu, U.M., Humanism and Ethics in Medical Practice, Health
Service, Medical Education and Medical Research, dalam First
Myanmar Academy of Medical Science Oration, 2001
O Prasetya, J.T., Ilmu Budaya Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1998

Anda mungkin juga menyukai