Empoti Dolom
Komunikosi Dokter-
Posien l6
Ilmu kedokteran terus berkembang. Salah satu Sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran, ilmu penyakit
perkembangan yang terjadi adalah terbentuknya dalam mempunyai nilai dan ciri yang merupakan jati dirinya.
percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran Sudah tentu ilmu penyakit dalam memiliki nilai bersama
semula merupakan seni menyembuhkan penyakit (the art yang merupakan nilai inti ilmu kedokteran yang sarat
of heoling) yang dilaksanakan oleh dokter yang mampu dengan nilai-nilai kemanusiaan, bebas dari diskriminasi
melayani pasien yang menderita berbagai penyakit, maka serta melaksanakan praktik kedokteran dengan penuh
kemudian sesuai dengan kebutuhan, ilmu kedokteran rasa tanggung jawab. Nilai tersebut diamalkan dalam
bercabang menjadi cabang bedah dan medis. Percabangan melaksanakan profesi penyakit dalam. Namun karena ilmu
ini sudah terjadi cukup lama yaitu sejak abad kedelapan penyakit dalam mendukung layanan spesialis penyakit
sebelum masehi. Percabangan bedah memungkinkan dalam yang menyediakan layanan spesialis untuk orang
pendalaman ilmu untuk mendukung layanan bedah dewasa secara berkesinambungan, maka salah satu
sedangkan medis melayani ilmu yang mendukung nilai penting yang dijunjung dalam layanan spesialis
layanan non-bedah. Selanjutnya terjadi percabangan penyakit dalam adalah nilai yang mewa5nai layanan yang
lagi, medis bercabang menjadi ilmu penyakit dalam dan komprehensif berupa penyuluhan, pencegahan, diagnosis,
ilmu kesehatan anak. Istilah penyakit dalam pertama kali terapi dan rehabilitasi. Layanan yang komprehensif ini
digunakan oleh Paracelsus pada tahun 1528. Percabangan memungkinkan seorang dokter spesialis penyakit dalam
ilmu kedokteran ternyata tidak hanya sampai disitu, untuk menatalaksana baik penyakit akut maupun penyakit
namun terus terjadi percabangan baru sesuai dengan kronik. Selain itu pendekatan dalam penatalaksanaan
kebutuhan pelayanan di masyarakat. Percabangan ilmu penyakit adalah pendekatan holistik yang berarti
memungkinkan terjadinya pendalaman yang amat memandang pasien secara utuh dari segi fisik, psikologis
bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan keterampilan dan sosial. Pendekatan ini memungkinkan dokter untuk
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan memandang pasien sebagai manusia dengan berbagai
mutu pelayanan. Namun selain manfaat yang dipetik dari persoalan tidak hanya terbatas pada'persoalan biologik
percabangan ilmu kedokteran, kita juga menghadapi semata. Nilai lain yang dimiliki oleh ilmu penyakit dalam
tantangan bahwa percabangan ilmu dapat memecah ilmu adalah keinginan untuk mengikuti perkembangan
kedokteran menjadi kotak-kotak yang kurang mendukung ilmu dan kebutuhan masyarakat. Keterampilan kognitif
ilmu kedokteran sebagai kesatuan. Untuk itu, perlu merupakan kemampuan yang penting dalam ilmu penyakit
disadari bahwa percabangan ilmu kedokteran haruslah dalam. Berbagai penemuan baru dalam ilmu kedokteran
mendukung kesatuan ilmu kedokteran sendiri. Selain itu, merupakan masukan yang berharga dalam mengamalkan
juga harus disadari bahwa layanan yang terkotak akan keterampilan kognitif ini. Selain itu, ilmu penyakit dalam
meningkatkan biaya kesehatan dan menjadikan pasien tanggap pada masalah kesehatan baik masalah kesehatan
kurang diperlakukan sebagai manusia yang utuh. individu maupun masyarakat. Meningkatnya populasi
2 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM
usia tua misalnya merupakan contoh yang memerlukan Pemahaman mengenai latar belakang sosial pasien
tanggapan ilmu penyakit dalam. Dalam pelayanan memungkinkan seorang dokter spesialis penyakit dalam
spesialis penyakit dalam diperlukan kemampuan untuk untuk memilih tindakan diagnostik dan terapi yang
mengkoordinasi agar pasien dapat dilayani secara tepat sesuai dengan kemampuan pasien dan keluarga. Dalam
guna dan berhasil guna. Keterampilan ini menghendaki berbagai kesempatan kuliah Prof. Dr. Supartondo, salah
kemampuan memimpin (teadership). Dengan demikian, seorang spesialis penyakit dalam senior di Jakarta,
nilai-nilai yang diamalkan oleh dokter spesialis penyakit mengungkapkan layanan kesehatan yang diberikan
dalam adalah nilai untuk mendukung layanan yang tanpa mempertimbangka n cost effectiveness merupakan
komprehensif dan berkesinambu ngan dengan pendekatan layanan yang kurang etis.
holistik, nilai untuktanggap terhadap persoalan kesehatan
masyarakat serta nilai kepemimpinan dan profesionalisme.
Nilai-nilai ini bukanlah nilai yang baru, namun perlu MASA DEPAN SPESIALIS PENYAKIT DALAM
dimiliki oleh dokter spesialis penyakit dalam agar dapat
melaksanakan perannya sebagai dokter spesialis penyakit Di tingkat global dewasa ini tumbuh kesadaran untuk
dalam yang baik. menggalakkan kembali layanan yang komprehensif dan
pendekatan holistik. Pengalaman Amerika Serikat yang
menghabiskan dana amat banyak dalam memberikan
PROFESI SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI layanan kesehatannya, ternyata menghasilkan indikator
INDONESIA kesehatan masyarakat yang lebih buruk daripada Jepang
dan Swedia, sehingga menyadarkan para pakar kesehatan
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia di sana bahwa layanan terkotak harus dikembalikan pada
(PAPDI) merupakan salah satu perhimpunan profesi layanan komprehensif. Spesialisasi penyakit dalam yang
yang tertua di Indonesia. Perhimpunan ini lahir pada sernula dianggap berada pada masa redup sekarang
L6 Nopember L957 di Jakarta. Dalam perkembangan menjadi bersinar kembali karena nilai yang dianut oleh
keprofesian, PAPDI berusaha secara aktif untuk spesialis penyakit dalam jika diamalkan dengan baik akan
mengembangkan layanan kesehatan yang dibutuhkan mendukung layanan yang lebih manusiawi, lebih hemat,
oleh masyarakat Indonesia. Sumbangan tersebut dapat dan lebih tepat guna.
berupa pendidikan dokter spesialis penyakit dalam serta Slamet Sujono mengemukakan perlunya reorientasi
pemikiran-pemikiran untuk dapat mewujudkan layanan layanan kesehatan di Indonesia agar Indonesia tidak
kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. pApDI mengulangi kembali pengalaman Amerika Serikat.
bersama perhimpunan profesi lain berusaha juga untuk
meningkatkan mutu layanan kesehatan di Indonesia.
Dalam mewujudkan layanan kesehatan yang dapat PERSYARATAN MENJADI DOKTER SPESIATIS
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia, PENYAKIT DALAM
PAPDI menerapkan nilai-nilai yang dianut dan berlaku
dalam pengembangan ilmu penyakit dalam. Ini berarti Indonesia membutuhkan banyak dokter spesialis
PAPDI menerapkan layanan yang bersifat komprehensif penyakit dalam. Dokter spesialis penyakit dalam
dengan pendekatan holistik serta merupakan layanan berperan penting dalam meningkatkan taraf kesehatan
yang berkesinambungan. Adakalanya seorang dokter masyarakat. Mahasiswa kedokteran yang senang
spesialis penyakit dalam melayani pasiennya sejak mengikuti perkembangan ilmu kedokteran, yang
pasien masih berusia muda sampai pasien tersebut menonjol dalam keterampilan kognitif, bersedia menjadi
berusia lanjut, layanan yang lamanya puluhan tahun sahabat pasien, yang mau menyediakan waktu untuk
dan berkesinambungan. Dalam mengamati masalah penyuluhan serta bersedia melakukan layanan yang
kesehatan di Indonesia, PAPDI memandang perlunya komprehensi( bersifat holistik dan berkesinambungan,
ditumbuhkan perilaku sehat dalam kehidupan sehari- serta mampu niengkoordinasikan layanan kesehatan
hari. Upaya pencegahan penyakit menular akan lebih untuk pasiennya, merupakan calon spesialis penyakit
murah dan lebih mudah dilaksanakan daripada terapi. dalam yang baik. Bersama dengan profesi lain, dokter
Karena itu, meski sebagian besar waktu dokter spesialis spesialis penyakit dalam mudah-mudahan akan dapat
penyakit dalam digunakan dalam penatalaksanaan pasien mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku
secara individu, namun dokter spesialis penyakit dalam sehat dan mencapai taraf kesehatan yang baik. Untuk itu
perlu menyediakan waktu cukup untuk penyuluhan Indonesia memerlukan banyak dokter spesialis penyakit
penyakit, baik untuk individu maupun masyarakat luas. dalam.
PERKEMBANGAN ILMU DAN PROFESI PENYAItrI DALAM 3
REFERENSI
4
PERKEMBANGAN ILMU PENYAKIT DALAM SEBAGAI SUATU DISIPUN ILMU 5
keterkaitannya secara holistik dalam penanggulangan menggambarkan bahwa IPD adalah induk atau pokok
pasien dewasa. batang (sc ie n ce tree) dari semua ca ba ng su bspesial isasi nya
Adapun pengelolaan tiap sistem organ, masing- yang mencakup: pulmonologi. kardiologi, endokrinologi,
masing menjadi pendukung pada pelayanan yang holistik hematologi, nefrologi, alergi-imunologi, reumatologi,
yang harus dikuasai oleh seorang ahli ilmu penyakit hepato-gastroenterologi, ilmu penyakit tropik, geriatri,
dalam, agar pelayanan medisnya tetap komprehensif dan ilmu psikosomatik. Pada dasarnya setiap cabang
dan optimal. subspesialisasi tersebut lahir dari pelayanan internistis,
sehingga wajar seorang internis tidak dapat melepaskan
salah satu cabang dari keilmuannya secara integral.
INTERNAL MEDICINE Di samping kemampuan seperti tersebut di atas IPD
merupakan perpaduan yang harmonis antara science
lnternol Medicine is a scientific discipline encompossing the ond ort dalam bidang kedokteran, sehingga senantiasa
study of diognosis ond treotment of non-surgicol diseases of bermanfaat bagi kesejahteraan manusia seutuhnya.
odolescent ond odult potients. lntrinsic to the discipline are Kedudukan manusia dalam ikatan dengan ilmu
the tenets of profesionolism ond humonistic values. pengetahuan adalah sebagai subjek, yaitu manusia
Mostery of internol medicine requires not only dengan segenap akal-budi dan nalurinya menjadi
comprehensive knowledge of the pothophysiology, pengolah atau peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan,
epidemiology, and notural history of diseose processes but sedangkan objek ilmu pengetahuan harus tetap terbuka,
also ocquisition of skills in medicol interviewing, physicoL baik objek materi maupun objek formanya, sehingga
examinotion, humonistic relotion with potients ond ilmu pengetahuan tetap berkembang secara wajar dan
procedural competency Milliom N Kelly and Joel D.Howell. diolah secara sistematis dan metodologis dalam mencapai
in Kelly's Text Book of lnternal Medicine). sasarannya yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
The core poradigm of lnternal Medicine ore the Sewajarnya bagi suatu ilmu pengetahuan selalu
presenting symptoms ond signs then proceeds in o logical menuntut perkembangbn yang berkesinambungan dan
foshion using pothophysiology os the basis for the developing pendalaman ilmunya serta teknologinya yang terkait yang
symptoms ond signs complex holistically, supported by menghasilkan diversifikasi ilmu pengetahuan tersebut
opropriote competencies of diognostic ond therapeutical secara wajar. Akan tetapi dalam perkembangannya
procedures into a known diseose entity, which, ofter oll os senantiasa harus tetap dicegah terjadinya fragmentasi dari
way of clinical thinking is the very bosis of lnternol Mediclne. IPD tersebut, agar misi keilmuannya tidak hilang-lenyap.
(Horrison's: Principles of I nternol Medicine). Hal ini sangat penting bagi ilmu kedokteran, khususnya
Ilmu penyakit dalam (lPD) keberadaannya sebagai IPD karena berkenaan (engan kemaslahatan manusia
disiplin ilmu yang unik memelajari ilmu kedokteran secana keseluruhan.
dengan sudut pandang klinis (clinicol thinking) dan Selain itu, ahlilPD tetap diperlukan untuk kelangsungan
holistik yang bersifat humanistis sebagai objek forma, pendidikan dokter umum (S1), sedang pendidikan ilrnu
sedangkan objek materinya adalah manusia dewasa secara penyakit dalam (Sp1) tetap memerlukan ahli-ahli ilmu
utuh dengan keterkaitan seluruh sistem organ tubuh penyakit dalam yang telah memperdalam keahliannya
yang mengalami gangguan. Atas dasar pandangan ini secara khusus dalam bidang subspesialisasi dari ilmu
dapatlah dikatakan bahwa keunikan atas dasar klinis dan penyakit dalam (Sp2).
humanistis merupakan karakteristik IPD. Ilmu penyakit Kejelasan tentang objek forma dan objek materi dari
dalam mempunyai sasaran sebagai objek materi yaitu kumpulan pengetahuan mengenai penyakit dalam (internol
"si pasien dewasa" dan bertujuan untuk penyembuhan diseoses) sebagaimana uraian di atas, membuktikan suatu
yang optimal penyakit secara utuh. Hal ini menjadi salah kenyataan bahwa eksistensi ilmu penyakit dalam adalah
satu dasar profesionalisme bagi para penyandang ahli suatu disiplin ilmu yang memenuhi kriteria keberadaan
penyakit dalam sebagai misi IPD terhadap pasien dewasa ilmu pengetahuan itu dengan objek materi dan qbjek
seutuhnya. formanya tersendiri. Selain hal tersebut ini, baik secara
Yang dibutuhkan dari seseorang yang profesional empiris maupun teoritis telah memperkuat pandangan
dalam bidang pekerjaannya adalah pertama-tama bahwa IPD telah benar-benar senantiasa membuktikan
kemampuan (kompetensi) untuk melihat masalah secara kemanfaatannya bagi kemaslahatan manusia atas dasar
utuh, kemudian dapat merinci masalahnya secara terkait misi dan visi yang harus dipelihara pengembangannya.
untuk dapat diatasi secara optimal. Dari tinjauan ini IPD Dalam memelihara keberadaan serta integritas dan
nyata atas dasar jati dirinya telah memenuhi kriteria pengembangan disiplin ilmu penyakit dalam (lPD) terutama
keilmuannya dalam bidang kedokteran. visi dan misi harus dijaga dan dipelihara keutuhannya.
Sejarah'i lmu kedokteran klinik, sejak awal Semua subspesialitas dari IPD menjadi komponen atau
6 FII.SAFAT IIMU PENYAKIT DALAM
Perkembangan ilmu penyakit dalam tidak terlepas ditujukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
dari pengaruh perubahan yang terjadi di berbagai negara pelayanan. Keadaan ini sejalan dengan pesan Francis
maju. Seperempat akhir abad ke-20, kesemrawutan Peabody bahwa "The secret of the care of the potient is in
dan disfungsi pelayanan kedokteran yang terjadi di coring for the patient". Dengan memperbaiki pelayanan
Amerika berdampak menurunnya keinginan mengikuti akan dapat mengarahkdn perkembangan ilmu penyakit
pendidikan ilmu penyakit dalam. Pada periode yang sama dalam dan menuntun upaya terbaik untuk kepentingan
perkembangan spesialisasi pendukung misalnya anestesi, pasien dan masyarakat.
radiologi dan patologi serta kecenderungan pendidikan Pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam, sub-
sub-spesialisasi semakin meningkat. Perkembangan spesialisasi, tantangan kedokteran yang berkelanjutan
tersebut akan berpengaruh pada pelayanan, pendidikan dan pelayanan pasien berpengaruh pada perkembangan
dan penelitian ilmu penyakit dalam. ilmu penyakit dalam dan spesialis penyakit dalam. Kualitas
Disfungsi pelayanan dapat dilihat sebagai tantangan pelayanan spesialis peny,qkit dalam juga rnencerminkan
dan pemacu untuk mengadakan inovasi ilmu penyakit tingkat perkembangan ilmu penyakit dalam.
dalam. Diskusi masa depan ilmu penyakit dalam
mempunyai rentang waktu yang relatif pendek hanya Pendidikan Spesialisasi Penyakit Dalam
dalam beberapa tahun. Perubahan jangka panjang yang Pendidikan spesialisasi penyakit dalam me,nghasilkan
terkait dengan demografi, teknologi dan lingkungan dokter spesialis penyakit dalam atau internis yang
sosial ikut menentukan perkembangan dan pelayanan mempunyai kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
kedokteran. orang dewasa (doctors for adults). Membedakan internis
Berbagai hal yang terkait dengan masa depan ilmu dengan spesialis lain dapat dilihat dari nilai inti (core
penyakit dalam mulai dipertanyakan. Praktisi ilmu penyakit volue)yang dikuasainya. Nilai inti terdiri atas kompetensi
dalam sepakat untuk memberikan pelayanan dengan untuk mendapatkan dan membagi pengetahuan
kualitas tinggi dalam hubungannya dengan pasien. (acquiring ond shoring knowledge), serta kepemimpinan
Masalah yang membuat ketidakpuasan dokter dan pasien dan profesionalisme. Nilai inti merupakan kekuatan dari
merupakan beban yang tidak pernah ada akhirnya. ilmu penyakit dalam yang diuraikan dalam berbagai
kompetensi.
Perubahan waktu rawat inap, peningkatan pelayanan
MASA DEPAN ILMU PENYAKTT DALAM unit intensif, pelpyanan diagnostik di lirar rumah sakit
dan pergeseran populasi pasien akan memengaruhi
Di Amerika, Society of General lnternol Medicine (SIGM) pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam. Keterlibatan
bertanggung jawab memperbaiki pelayanan, pendidikan residen penyakit dalam pada kegiatan diagnostik dan
dan penelitian ilmu penyakit dalam. Perbaikan pelayanan pengobatan akan berkurang dengan pemendekan
dilakukan dengan mempertegas ranah dan mengubah waktu rawat inap akibat pembatasan pihak asuransi atau
paradigma ilmu penyakit dalam. Perubahan paradigma pihak ketiga sebagai pembayar. Keadaan ini juga dapat
8 FITSAFAT IIMU PENYAKIT DALAM
menghalangi kesempatan peserta didik untuk mengenal dapat dicapai sebagai tambahan untuk kepentingan
pasien, kebiasaan dan keluarganya dengan lebih baik. pelayanan. Latihan pengelolaan praktik dan kepemimpinan
Pergeseran populasi pasien usia lanjut mengubah kurang didapat selama pendidikan sehingga keterampilan
sarana pendidikan. Residen penyakit dalam akan lebih berkembang tidak sesuai harapan. Pelayanan berorientasi
sering mengelola kasus geriatri disertai penyakit kronis, kom u nitas (co m m u n ity- o rie nted) da n, berdasa r ru ma h
melibatkan multi organ dan kondisi kecacatan. Pengetahuan sakit (hospita lbased) juga berpengaruh pada pendidikan
patofisiologi dan perubahan siklus kehidupan dewasa spesialisasi ilmu penyakit dalam. Keberhasilan pendidikan
harus dikuasai di samping keterampilan pengelolaan spesialisasi ilmu penyakit dalam bergantung" pada
pasien. Penyebaran humon immunodeficiency virus (HIY) penguasaan keterampilan rawatjalan. Untuk mendapatkan
yang mulai marak juga berpengaruh pada komposisi pengalaman yang nyata dan luas diperlukan latihan di
pasien sebagai sarana pendidikan. Pengetahuan infeksi berbagai rumah sakit. Perawatan di rumah sakit akan
HIV serta keterampilan diagnostik dan pengobatan memberikan kesempatan residen penyakit dalam terpajan
merupakan kompetensi yang diperlukan. dengan kemajuan teknologi, sumber pengelolaan dan
Ilmu penyakit dalam yang luas dan mendalam pengalaman konsultasi medik.
dibutuhkan bagi internis umum yang akan melakukan
pelayanan primer. Keterampilan dasar sub-spesialis ilmu Sub-spesialisasi Penyakit Dalam
penyakit dalam dan keterampilan umum lainnya perlu ikut
Persepsi dan sikap masyarakat serta pandangan profesi
juga untuk dikuasai. Internis umum diharapkan dapat menentukan perkembangan ilmu pengetahuan. Keahlian
memberikan pelayanan bernilai tinggi, menyeluruh, satu area bidang kedokteran secara mendalam, misalnya
jangka panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang hematologi atau onkologi-medik mendapat perhatian
kompleks. Keterampilan melaku kan pelayanan rawat jalan dan pengakuan lebih dibanding keahlian yang bersifat
dan rawat inap kedua-duanya harus dikuasai selama dalam umum. Keadaan ini dapat merupakan pemicu muncul dan
pendidikan. berkembangnya pendidikan sub-spesialiasi ilmu penyakit
Pencapaian ilmu penyakit dalam secara luas dan dalam. Sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam Indonesia
mendalam sulit dilaksanakan apalagi bersifat penguasaan mulai berkembang tahun 1970-an, diawali pendidikan
(mostery). Penguasa-an satu bidang ilmu dengan mendalam hematologi pada 1963. Kurikulum sub-spesialisasi ilmu
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN SPESI,AUS PENYAKIT DATAM I
Kompetisi tersebut dapat mendorong internis umum wajib diperbaharui kembali setiap 5 tahun sekali oleh KKI.
untuk mempersempit keahliannya dengan menyediakan Pendidikan sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam belum
pelayanan khusus dan terbatas. Kenyataan menunjukkan disahkan secara institusional. Konsil Kedokteran Indonesia
sebagian besar masyarakat masih membutuhkan belum memberikan STR sesuai kualifikasi internis sub-
pelayanan internis umum. Pengembangan internis sub- spesialis. Keadaan ini menguntungkan bagi internis sub-
spesialis masa depan perlu diatur dan disesuaikan dengan spesialis karena dapat melakukan praktik penyakit dalam
kebutuhan pelayanan agar tidak terjadi tumpang tindih umum dan sebaliknya dirasakan meningkatkan kompetisi
tanggung jawab dengan internis umum. pelayanan internis umum.
bagi pasien dan dokter. SuratTanda Registrasi (STR) harus physician) perlu pula dikuasai.
dimiliki setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran. Internis umum diharapkan mempunyai sifat seperti
Surat Tanda Registrasi mengatur kewenangan sesuai internis sub-spesialis yang berkeinginan mengelola
kompetensi yang dimiliki seperti tercantum pada Sertifikat pasien dengan masalah sulit dan praktik berdasar ilmiah.
Kompetensi (SK). Keahlian pengelolaan pasien baik di praktik maupun
Spesialis penyakit dalam dapat melakukan praktik rumah sakit harus sama efektifnya dikuasai termasuk
sesuai dengan kompetensi internis umum. Resertifikasi keadaan emergensi, kronik dan tahap pemulihan. Internis
kompetensi penyaht dalam dilakukan KIPD dan STR umum perlu menguasai keterampilan konsultasi medik
MASA DEPAN II.MU PENYAICT DALAM DAN SPESIAUS PENYAKIT DATAM ll
dan merujuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan. internis umum karena diagnosis dan pengobatan menjadi
Sistem rujukan antara internis umum dan internis sub- kurang invasif.
spesialis dapat terjadi secara timbal balik. Internis umum
dapat diminta mengelola pasien dengan masalah yang Pendidikan Spesialisasi
melibatkan berbagai organ atau konsultan pasien dengan Pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam bertujuan
diagnosis yang belum jelas. memproduksi internis umum yang'berpotensi majemuk
dan siap melakukan pelayanan dimanapun. Kemampuan
internis umum merupakan gabungan pengetahuan dasar
IMPTIKASI PERKEMBANGAN ItMU PENYAKIT kedokteran dan aspek humanisme disamping keterampilan
DALAM pengelolaan pasien. Pengetahuan dasar seperti biologi,
epidemiologi, farmakologi klinik dan teknologi kedokteran
Perkembangan ilmu penyakit dalam berpengaruh pada harus selalu diperbaharui karena perkembangannya begitu
pelayanan, pendidikan dan penelitian ilmu penyakit dalam. cepat.
Standar pendidikan dan kompetensi harus secara
Pengaruh pada Pelayanan konsisten dan sistematik dievaluasi. Program residensi
Pelayanan di negara maju telah bergeser dari autonomi perlu diperbaharui dan disusun kembali agar dimungkinkan
menjadi pelayanan dalam tim. Di kota besar dan perawatan pencapaian penguasaan ilmu pengetahuan yang luas dan
rumah sakit pada pasien dengan penyakit sulit dan mendalam. Keterampilan tambahan misalnya informasi,
kompleks dibutuhkan pelayanan tim. Keadaan ini didorong tata kelola dan kepemimpinan tim juga diperlukan.
oleh. harapan pasien terhadap pelayanan sub-spesialistik Dalam melakukan inovasi perlu dipertimbangkan
dan tersedianya tenaga sub-spesialis dan spesialis lain. transisi epidemiologi, munculnya emerging dan re-
Pendapat yang menyatakan bahwa internis umum dapat emerging diseases serta terjadinya perubahan lingkungan
melakukan pelayanan semua pasien tanpa atau sedikit kedokteran.
sekali merujuk agaknya mulai bergeser. Pelayanan sulit Latihan keterampilin pelayanan jangka panjang
dilakukan dengan sempurna pada semua pasien karena dan rawat jalan harus diutamakan dalam rancangan
spektrum penyakit yang semakin luas. Untuk mendapatkan pengajaran. Rancangan pengajaran harus memerl i hatkan
pelayanan terbaik diperlukan kerjasama antara internis kompetensi diagnostik dan pengobatan yang berkembang
umum, internis sub-spesialis dan spesialis lain. secara dramatis dan perubahan organisasi dan pelayanan
Kebutuhan pelayanan sebagian besar masyarakat kesehatan yang harus dikuasai. Area kompetensi ditentukan
ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan serta sesuai peran dan tanggung jawab internis umum di tempat
mengurangi penderitaan jasmani dan rohani. Agar tugasnya. Kompetensi umgm yang harus dikuasai meliputi
pelayanan dapat berkualitas, menyeluruh, jangka pelayanan pasien, pengetahuan kedokteran, pembelajaran
panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang berdasar praktik, keterampilan komunikasi efektif dan
kompleks dibutuhkan internis umum dengan penguasaan interpersonal, profesionalisme dan praktik berdasarkan
keterampilan teknik, ilmu pengetahuan yang luas sistem. Kompetensi yang belum dikuasai dapat dilatihkan
dan mendalam. Kemampuan aplikasi ilmu kedokteran pada perkembangan profesional berkelanj utan (continuing
berdasar bukti (evidence-bqsed medicine) mutlak bagi p rofe ss io n o I d eve lo p m e nt).
internis umum. Keterampilan dalam bidang informasi,
tata kelola dan kepemimpinan juga dibutuhkan. Internis Penelitian Ilmu Penyakit Dalam
umum harus bersikap pro-aktif dan terbuka terhadap Penelitian nasional perlu ditinjau kembali sehingga hasilnya
keterlibatan pasien pada pelayanan kesehatan dirinya agar bermanfaat untuk memperbaiki sebagian besar kesehatan
lebih bertanggung jawab. Keterampilan interpersonal dan masyarakat. Penelitian biologi molekular yang semakin
komunikasi efektif kepada pasien dan tenaga kesehatan berkembang belum dapat memberikan keuntungan
lain sangat dibutuhkan dan dihar.gai. langsung dalam meningkatkan kesehatan. Penelitian
Kemajuan teknologi genetika dan biologi molekular diarahkan untuk membantu mengaplikasikan kemajuan
dapat mempermudah dan memperkuat diagnosis dan teknologi demi keuntungan pelayanan. Pertimbangan ini
pengobatan. Genetic mapping dan computer-ossisted didasarkan pada kebutuhan pelayanan yang didominasi
imaging mendiagnosis secara lebih rinci dan akurat. oleh penyakit kronik yang melibatkan berbagai organ.
Penyakit yang semula dengan pengobatan paliatif Penelitian harus dikembangkan dengan topik yang
memungkinkan untuk disembuhkan dengan transplantasi meliputi pelayanan praktik, tata kelola, transparansi
gen, imunoterapi target tepat (precisely torgeted catatan medik dan meningkatkan hubungan dokter pasien.
immunotheropy) atau obat yang terancang (toilored Metode penelitian harus lebih bervariasi termasuk friol
d ru gs). Perkembangan teknologi lanjut men guntu ngkan randomisasi dan non-randomisasi, quosi-experimental
t2 FITSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM
REFERENSI
13
DATAM
FISAFAT IIMU PENYAKT
t4
yang tidak
kesehatan atau dokter
setelah oleh oknum tenaga
adanya kesembuhan
pasien yang tidak merasakan organ tubuh
t".il3:;ltYil[*oununnva densan p'1.9":':" horistik
uf'ti dengan
mendatangi beberapa '"'uui fisik tetap saja tidak masa"lah "etika"'
moral dan
yang dideritanya' fetunln-keluhan tersebut para
tadi perlunya aip"'f'utifui serta
kenyataan *"nggunuLun. alat :119Sih
berkurang' Sejalan dengan agama. Kemampuan
iu'bo"to'ium. yang memadai
kedokteran mulai *""n"ngok-t"mr3ll'sisl]aintJ11t1 kepandaian pemantaatJn
ahli
;;;;i ll,;:-llUf "J:[:lffl ;[:l
kehidupan manusla
semua aspek yang
memengarufri segi moaa oi1r
termasuk asPek Psikis' cukuP untuk men1ao
intuisi dan'pertimbangan-
Di pihak lain' dalam
perkembangal
I'l::"OoOt"tun antarapengetahuan medik' bidang
adalah "seni" dalam
0,,"",[i' o"l":::ll':"::::l:[il,-?:[J]:l:"5i: oertimbangan yang ';;;"; modal dalam praktik'
kedokteran yang aipertLtlan"'"uugui scie'nce ond art'
ffiifl l;::i:lH"ff ffi ;;;i""'n'u'* penvakit Memang benar sekali
U'n*u
'"di'i'"
yuiin buh*u-putolosi .:11Y mas1l1h, etika^kedokteran'
kemudian pu* lnfi Dalam kaitannyu J"ngun
,Bahkan
sala d3" kewajiban
penyakit tidak hanya terletal
pada sel atau'jaringan
maka yang t''u'u'
aip"ii'tlkan adalah l'\
dan kehidu pan dan kewajiban
y":9
lilil a""ai titi Li" adalah hak
tetapi terletak puau o'guni"n: dokter di satu sisi' hukum kedokteran
semata' tetapi erat
;ffiI';;i"*tun or"r"itut'ior biolosis pasien. Hak-hak p"t'"" dalam manusta'
J"ng'n faktor-faktor lingkungan atas dua hak azasi
hubungannya bertumpu dan berdasarkan to
sekali
Ja"n Uuf't'n agama'
Inilah konsep kesehatan''(fhe right
yaitu bio-sosio-tuttural utuh dan vaitu: 1). Hak atas p""i"i'nu'uun sendiri (Ihe
sakit secara
heolth core)t2) H'k
;;;k-menentukan nasib
yang memanaung *Jnu'ii'u/o'ung
paripurna (holistik) ,^- r:^^1,,nr right to self determinotion)
menolak tindakan
Pasien berhak uniuk'*"nu'ima atau yang
Faktor-faktorfisik'psikisdanlingkunganmasrn9- yang
inter-relasi dan interaksi ia memperoleh keterangan
masing
'"*punyui dalam'keadaan normal 0"";;;;"; '"'udur' uaalah persetuju^an
pasien atas
dinamis d'n t"'u'-*";;;;' seimbang' Jika ada
lnformea
ielas.
'on''"'l't
diinformasikan terlebih
""n
atau sehat rt"tigunyu'dli"*'ftuuauun pula iindutun setelah'"0"'u*n'u
a"" U"f"" f'tnya sekedar memperoleh
maka akln'm:r'nenSaruhi dahulu secara jelas
gangguan autu* '"gi bahwa setiap nasib
"tu
;;;:*"t"' Jadijelaslah o"''"""iJ''n hak untut menentukan
segi yang lain dan bio- tanda tangan
f';'io' psikii dan^lingkungan
penyakit memiliki "'tfo demikian' konsep sendiri' holistik yang men-
a'n lgu*u' Dengan Bagaimanakah pendekatan
sosio-kulturaf tidakdianut lagi' yang akan datang dengan
monokausal
p"iyufit sudah junjung tinggi etik in'l'ai masa dan juga
'uutu semakin' dirasa
perlu' yung selirln pesat
Pendekatan ylng'a"mitian kemajuan ifmu rtuaoti'un tentu
halya'dari sudut fisik u'u' ifoultituti ? Jawabannya
karena puna"rutun '""*"i"-*"t fisiologis semakin
'""Uurtniu o"'"u' yung harus dihadapi secara
t"ti:o"''"t'nit' biokimia dan
saja baik pasten merupakan tun'unlln di bidans medik'
'"tu'u tidak banyak menolong arif dan bijaksana;;;;;" ['urtiti
ternyata dirasakan semakin yang
den gan'"'nuu'tulnl
i"'utu*u
dengan
Pada Pasien-Pasien Sebagai ilustrasi'
i"'a'p"t beberapa pertanyaan
dirnasa yang
gangguan merupakan tantangan
penyakit yunn t"'gotong -t::n:'"""' sebagat belum terjawuU' V'ng
iuin' dokter
Dengan o"''l*uun "otungpengetahuan yan9 kelebihan frozen
manusia yung
aengan
-balik
'u'ui
segala
pasien' pasren
:*"^i:til:t akan dilakukan terhadap
Jitupoitun tersimpan
di
dimilikinya ti*iut mengobati embrvo,';';#;;;;u"
'"tu'u aspeknva vang harus
juga sebagai *"";;; ;;;an
segala laboratorium ?
memandan g keabadian benda-benda
di pertimban got"'
a*iia'irah sJmata hanya ' Bagaimana menyikapi sudah bisa
"'#;t;;;; vang tidak'berdava' tersolek
bioloeis vans saat ini
pasien sebaga' "penvakit"nva '";;';o;;;a'
di tempat tid"' ;;ilt' hunv' melihat dilakukan ?
tentang
";;; . Bagaimana segi-seoi
hukum yang mengatur
saJa' di bidang ilmu kedokteran serta bagaimanaakibat yang
Kemajuan Yang P€rsat rekayasa
inseminasi buatan'
*""r0'" terjadi di masa datang
?
tentang biomolekular'
termasuk pengetahuan kepada sejumlah
pasren
oenetik,dankemajuandibidangteknologikedokteran
yang semakin
. ;";;1;"na'pendekatan *"|.1'.|:" aktivitas
masir' na'us
ioaik untuk diagnostik
te-rapeutik)
'rn"lou*u hepatitis a karier yanf
';';"" dunia kedok:":il,:: anggapan lingkungan
ffi;ffiera baru
,,t"" o*'n
vans semakin.maju,''j]l::]:'"'
serrrns
kerjanya dan uagJimana
sekelilingnYa ? HIV
dalam
globalisasi' kemajuan-kemajuan . terhadap pasien dengan
dengan merebaknya Bagaimana perlakuan
dengan tetap bersumber dan mengindahkan segi-segi perlu juga akan berkurang. Untuk kelainan yang bersifat
hukum dan sendi agama. fungsional misalnya dengan pendekatan holistik tidak lagi
Perkembangan di bidang biologi molekular telah harus menjalani pemeriksaan penunjang yang berlebihan.
membawa dunia kedokteran maju dengan pesat, baik Pemakaian obat-obat yang bersifat "multi farmasi" yang
dalam segi diagnostik maupun terapi. Belakangan biasanya didapatkan pasien dari beberapa spesialisasi
misalnya telah dikembangkan terapi gen. pada bulan yang terkait dengan penyakitnya akan bisa dikurangi
September 1990 yang lalu Michael Bleese dan kawan- sedikit mungkin.
kawan, telah memulai melakukan terapi gen terhadap
pasien Ashanti berusia 4 tahun, yang menderita Severol
Dalam bidang pendidikan jelas pendekatan holistik
harus sudah ditekankan sejak awal sebagai bekal, baik
Combined lmmunodeficienry (SCID) dan berhasil membuat
selama menempuh pendidikan maupun pada saat sang
pasien lebih kebal dari serangan infeksi hingga pasien
dokter terjun ke masyarakat. Dengan bekal pendekatan
berumur 9 tahun saat dilaporkan oleh Scientific Americon.
holistik bagi dokteryang sedang menempuh pendidikan
Beberapa penyakit lain yang mungkin dapat diperbaiki
maka jalan pikirannya tidak menjadi terkotak-kotak,
oleh terapi gen ini misalnya leukemia, limfoma malignum,
misalnya hanya berpikir menurut cabang ilmu yang sedang
fibrosis kistik, artritis reumatoid, AIDS, dan sebagainya. ini
ditekuni.
merupakan harapan baru. namun yang harus tetap diingat
adalah bahwa yang dihadapi dalam hal ini bukanlah sel,
tetapi manusia sebagai kumpulan sel yang segi-segi
lainnya tetap harus dipertimbangkan. REFERENSI
Komunikasi dokter pasien merupakan landasan utama Manusia sudah berlatih berkomunikasi sejak lahir bahkan
dalam proses diagnosis, terapi, rehabilitasi, dan pencegahan sekarang ini banyak pendapat yang mengemukakanjanin
penyakit. Agar komunikasi dapat berjalan baik, maka kedua dalam kandungan juga sudah mampu berkomunikasi.
belah pihak baik dokter maupun pasien perlu memelihara Dengan demikian, mahasiswa kedokteran diharapkan
agar saluran komunikasi dapat terbuka lebar. Dari pihak sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Keterampilan
dokter saluran komunikasi akan terbuka jika dokter yang sudah dipunyai mahasiswa kedokteran tersebut
bersedia mendengarkan secara aktif dan mempunyai akan merupakan modal utama dalam meningkatkan
empati, sedangkan dari segi pasien, saluran komunikasi keterampilan berkomunikasi dengan pasien. Namun
akan terbuka lebarjika pasien mempunyai motivasi untuk setiap individu mengalami perjalanan hidup yang berbeda
sembuh (atau diringankan penderitaannya) serta percaya mulai masa kecil, masa sekolah dan pergaulan di luar
kepada dokternya. Unsur kepercayaan pasien terhadap sekolah. Pengalaman hidup terselirt ukun memengaruhi
dokter tidak hanya akan terpelihara jika pasien yakin atas keterampilan komunikasi seseorang. Jadi keterampilan
kemampuan dokter dalam mengobatinya, namun tak komunikasi mahasiswa kedokteran dapat berbeda-beda.
kalah pentingnya pasien juga perlu yakin dokter akan Padahal dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai
memegang rahasia yang diungkapkannya kepada dokter. dokter kelak, keterampilan komunikasi merupakan salah
Rahasia pribadi pasien diungkapkan kepada dokter dengan satu syarat yang penting untuk dikuasai. Karena itulah
harapan akan membantu dokter mencapai diagnosis dalam pendidikan kedokteran, keterampilan komunikasi
penyakit secara tepat atau memilih tindakan terapi yang perlu dilatih. Keterampilan ini dapat dilatih dalam bentuk
sesuai. Begitu besar kepercayaan pasien kepada dokter; kegiatan kurikuler. Namun peningkatan keterampilan
rahasia pribadinya itu hanya diungkapkan kepada dokter ini dapat didukung melalui kegiatan mahasiswa di luar
saja, bahkan seringkali tidak diungkapkan kepada keluarga kampus. Pengalaman dalam mengikuti kegiatan organisasi
dekat atau sahabat sekalipun. Karena itulah dokter perlu mahasiswa, organisasi sosial di masyarakat secara
menjaga kepercayaan pasien dengan menyimpan rahasia berkesinambungan dapat mempercepat penumbuhan
tersebut dengan baik. Kewajiban dokter untuk menjaga empati pada mahasiswa kedokteran.
rahasia telah dilaksanakan sejak zaman Hipocrates dan Di negeri Timuri termasuk Indonesia, keterampilan
sampai sekarang masih terpelihara baik. Namun dalam komunikasi non verbal amat penting. Bahkan sering lebih
era informasi dewasa ini, sering kali dokter didesak penting daripada komunikasi verbal. Dokter di Indonesia
oleh berbagai pihak untuk membuka rahasia dokter perlu melatih diri untuk dapat membaca bahasa tubuh
dengan alasan untuk kepentingan umum. Hendaknya pasiennya agar dapat memahami pesan yang disampaikan
dokter dapat berpegang teguh pada sumpahnya untuk pasien melalui bahasa tubuh tersebut. Dalam masyarakat
menjaga kerahasiaan pasien agar kepercayaan pasien majemuk di Indonesia, terdapat berbagai suku yang
tetap terjaga. mempunyai aneka ragam budaya. Keanekaragaman
t6
H,lPArI DAIII XilT'T{IXASI DO]CTER - PASIEN t7
budaya suku di Indonesia ini perlu dipahami terutama dalam, diharapkan dapat menurunkan tuntutan terhadap
bagi dokter yang akan bertugas di daerah. dokter.
Perkembangan teknologi dapat mempermudah Dalam era berlakunya Undang-Undang Praktik
komunikasi. Namun dalam konteks dokter-pasien, Kedokteran di Indonesia (2004) yang memungkinkan
hubungan tatap muka tak dapat digantikan begitu saja dokter dituntut baik secara perdata maupun pidana oleh
dengan teknologi canggih yang ada. Hubungan dokter- pasien, maka keterampilan komunikasi serta rasa empati
pasien secara pribadi masih tetap cara terbaik untuk diharapkan akan dapat meningkatkan mutu hubungan
komunikasi pasien-dokter. dokter-pasien di Indonesia. Hubungan dokter-pasien yang
baik akan menimbulkan suasana saling membantu dan
bersahabat menuju keberhasilan pengobatan. Kita harus
EMPATI menghindari hubungan dokter-pasien menjadi hubungan
produsen dan konsumen. Profesi kedokteran perlu
Seperti juga keterampilan komunikasi, maka kemampuan mengembangkan terus kemampuan anggotanya untuk
empati seseorang tumbuh sejak kecil. Beruntunglah berkomunikasi dan mempunyai empati. Dengan demikian
mereka yang tumbuh dalam keluarga yang menumbuhkan kita tak akan terperangkap pada praktik kedokteran
empati pada anak-anak. Namun tidak semua orang defensif yang amat mahal dan tak akan dapat dijangkau
memperoleh pendidikan untuk berempati pada orang oleh sebagian besar masyarakat kita.
lain. Empati diperlukan untuk meningkatkan komunikasi
dengan pasien. Dokteryang mampu merasakan perasaan
pasiennya serta mampu pula menanggapinya akan lebih REFERENSI
berhasil berkomunikasi dengan baik dengan pasien. Empati
juga dapat dilatih dan ditingkatkan. Masyarakat tidak hanya Mc Manus IC. Teaching communication sills to clinical students.
mengharapkan dokter mampu mengobati pasien dengan BM|.1993;306:1322-7 .
18
TATA HI'BT']'GAN DOKTER DENGAN PASIEN 19
Hubungan dokter dengan pasien yang baik, dan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Komunikasi dilakukan
didasari oleh etika kedokteran merupakan landasan dengan cara yang baik, sopan, terbuka, dalam suasana
utama dari praktik kedokteran. Deklarasi Genewa yang menyenangkan, menghargai pendapat pasien
mengatakan bahwa kesehatan pasien merupakan sehingga menciptakan rasa percaya, nyaman dan aman
pertimbangan utama bagi seorang dokter, sedangkan bagi pasien. Hal ini merupakan kewajiban etik penting
di dalam etik kedokteran internasional dikatakan bahwa yang perlu dipahami seorang dokter.
seorang dokter harus memerhatikan penuh kepentingan Pemberian otonomi kepada pasien untuk memilih
pasien dengan menerapkan seluruh kemampuan yang program pengobatan sudah menjadi hal yang seharus-
dimiliknya. nya dilakukan. American Medical Associotion menyatakan
Dokter harus selalu sadar bahwa pasien merupakan bahwa dasar utama tata hubungan dokter dengan
seorang manusia utuh, meskipun masalah kesehatan pasien adalah pemberian kebebasan kepada pasien
yang ada dapat saja muncul sebagai kelainan fisik. Pasien untuk menentukan pilihan terkait program kesehatan
bukanlah kasus mati atau hanya merupakan penyakit yang direkomendasikan oleh dokter. Mungkin pasien
yang perlu ditangani. Seorang pasien merupakan akan menerima atau bahkan menolak anjuran program
seorang manusia yang memerlukan perhatian dan pengobatan yang ditawarkan. Pasien merupakan orang
mempunyai kehendak. Tata hubungan pasien-dokter dewasa yang telah mampu menetapkan pilihan atau
yang ideal didasari pada pemahaman terhadap pasien, keputusan secara mandiri. Mempunyai kebebasan untuk
saling percaya dan berkomunikasi dengan cara yang menentukan prioritas yang perlu didahulukan untuk
baik dirinya dan mungkin saja prioritas utamanya bukan
pemecahan masalah medis yang sedang dihadapi.
Di sisi lain, seorang dokter harus memahami tentang
PRINSIP DASAR TATA HUBUNGAN DOKTER rahasia kedokteran, tentang hal-hal yang diketahuinya dari
DENGAN PASIEN seorang pasien dan merupakan rahasia yang tidak dapat
dibuka untuk setiap ora*ng. Hanya orang yang berhak
Inti pelayanan kesehatan terdapat pada tata hubugan secara hukum yang boleh mengetahui rahasia kedokteran
yang baik dan sehat antara dokter dengan pasien seorang pasien.
dengan tetap menjaga martabat pasien. Tata hubungan
ini termasuk saling memberi, jujur, menjaga rahasia dan
saling percaya. Kepentingan pasien untuk mendapat PERUBAHAN PARADIGMA TATA HUBUNGAN
pelayanan yang prima seharusnya merupakan tanggung DOKTER DENGAN PASIEN
jawab utama seorang dokter, dengan memberikan
perawatan, membantu mengurangi gejala, membantu Meskipun telah terjadi berbagai kemajuan dan perubahan,
mendapatkan kesembuhan dan menghindari kecacatan hubungan yang sangat khusus antara dokter dengan
sebaik mungkin. pasien sebagian masih tetap berlangsung seperti semula,
suatu hubungan dari atasan kepada bawahandan dokter
dianggap selalu tahu tentang segalanya. Dalam hal ini
OTONOMI DAN RAHASI,A KEDOKTERAN PASIEN dokter mengambil suatu keputusan dan pasien harus
mengikuti apa yang telah ditetapkan. Dokter seolah
Pada sebagian besar pertemuan antara seorang dokter hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, kolega
dengan pasien untuk kepentingan konsultasi atau seprofesi dan Tuhan. Pola hubungan yang demikian
memeriksakan diri, pada umumnya pasien datang dengan semakin lama semakin berubah.
kesadaran yang baik dan tanpa paksaan. Namun demikian, Pada masa kini, dengan semakin bertambah luasnya
dokter harus menyadari bahwa pasien mempunyai hak pengetahuan pasien, serta adanya tuntutan etik dan
otonomi dalam mengambil keputusan untuk program peraturan yang berlaku, model tata hubungan dokter-
penatalaksanaan bagi dirinya. pasien yang paternalistik tersebut semakin banyak
Konsultasi yang efektif didasari oleh komunikasi dipermasalahkan. Tuntutan tanggung jawab bukan hanya
yang baik untuk memberikan informasi terkait dengan datang dari diri dokter sendiri dan kolega, akan tetapi
kesehatan pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti. juga dari pasien, pihak ketiga seperti rumah sakit atau
Informasi yang diberikan sesuai status kesehatan pasien organisasi yang terlibat dalam penanganan kesehatan
termasuk perjalanan serta keadaan penyakit yang pasien seperti asuransi. Tuntutan tanggung jawab juga
diderita, pilihan rencana pemeriksaan dan terapi yang terhadap hukum atau peraturan yang berlaku. Dengan
akan dilakukan serta untung rugi masing-masihg pilihan. banyaknya tanggung jawab tersebut, sering menjadi
Dengan demikian, pasien mampu mengambil keputusan permasalahan yang kompleks.
20 FIISAFAT IIMU PENYAXIT DAI.AM
kesehatan pasien tidak boleh terputus sehingga merugikan apabila terlihat adanya kemungkinan timbul
pasien. Pastikan sebelum pemutusan hubungan, pasien risiko
tersebut telah mendapatkan penanganan yang memadai Jangan melakukan diskriminasi baik terhadap
dari dokter lainnya. Sertakan catatan medik yang telah pasien maupun kolega
dibuat, selengkap mungkin kepada dokter baru yang Jangan abaikan kepercayaan pasien atau
melanjutkan penanganan pasien. masyarakat pada profesi dokter
KESIMPUTAN REFERENSI
22
PRAKTIK IIMU PENYAKIT DALAM: RANTAI KOKOH COST-EFFECTIVENESS 23
Pada masalah kesehatan yang tidak sederhana (keganasan sistem pelayanan kesehatan diperlukan untuk mencapai
misalnya) suatu tim dokter akan bekerja sama, setidaknya taraf kesehatan yang direncanakan.
untuk memberikan asuhan yang mengutamakan kualitas
hidup.
DOKTER DAN TARAF KESEHATAN MASYARAKAT
tersedianya sumber daya manusia dan dana cukup. Indonesia mencapai kemajuan dalam upaya mengurangi
Komunikasi di abad 21 menambah pengetahuan kita jumlah orang miskin sejak L3 tahun lalu, indikator
tentang berbagai cara pengobatan baru. lain seperti kekurangan gizi, kematian ibu melahirkan,
Dianjurkan menjawab tiga pertanyaan lebih dahulu pelayanan imunisasi, persalinan, sanitasi belum banyak
untuk menanggapi cara pengobatan baru: L). Apakah cara berubah.
baru ini lebih unggul secara bermakna dibanding cara Ketidakberdayaan dokter tergambar dari komentar
yang dipakai sekarang;2). Berapa biayanya dan apakah Kwik Kian Gie: "Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak
ekonomis; 3). Berapa jumlah pasien yang memerlukannya berarti jika tidak dinikmati secara merata" dan Chatib
serta siapa yang menanggung biaya. Basri: " Manusia miskin, kelaparan dan sakit bukan karena
Dokter di klinik harus memerhatikan pertanyaan tidak ada makanan, tetapi karena tidak ada akses (hak
pertama, namun sebaiknya tidak terlibat di segi perolehan) untuk mendapat makanan. Dan ini tugas
ekonominya. negara (daerah)".
Jika hasil cara pengobatan baru lebih baik, tetapi Sejak 1 Maret 2005 pemerintah RI menetapkan
biayanya lebih tinggi, diperlukan cost-effectiveness onolysis, kenaikan harga BBM yang diperkirakan menghasilkan Rp
yang menghitung jumlah dana untuk mendapatkan 20 triliun untuk alokasi program pendidikan dan kesehatan
manfaat lebih, dibanding cara lama. Manfaat ini dapat 36 juta orang miskin.
berupa penambahan jumlah pasien yang terselamatkan Informasl non medik lain seperti pencapaian
dengan cara diagnosis baru atau peningkatan jumlah pendidikan dasa6 pelestari'dh lingkungan dan sebagainya
tahun umur dengan cara pengobatan baru. Hasil analisis mungkin menambah pemberdayaan dokter.
ini dapat mendukung usul dari dokter di klinik. Pertanyaan
ketiga perlu dljawab oleh penyangga dana dan ahli
analisis kebijakan kesehatan. KESIMPULAN
25
26 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DATAM
Ilustrasi kasus di bawah ini disajikan sebagai contoh yang sangat luas, pencarian literatur melalui internet
agar dapat lebih mudah memahami pengunaan keempat merupakan upaya yang lebih praktis untuk mengikuti
komponen tersebut. perkembangan informasi dibanding mengikuti pertemuan
Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun dengan ilmiah yang membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
diabetes melitus. Pasien juga mengalami hipertensi, sedikit. Namun demikian diperlukan keterampilan agar
sehingga bila ditambah dengan faktor usianya saat dapat memperoleh artikel yang berguna untuk menjawab
ini, anda menganggap pasien tersebut memiliki pertanyaan dalam waktu singkat. Keterampilan ini bisa
risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. didapat melalui pelatihan.
Anda mempertimbangkan untuk meresepkan aspirin Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, dihasilkan beberapa
sebagai upaya pencegahan primer terhadap penyakit kata kunci yaitu:
kardiovaskular. Diabetes, aspirin, pencegahan primer, penyakit
Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, komponen utama kardiovaskular (beserta sinonimnya seperti penyakit
pertanyaan klinis adalah sebagai berikut, jantung koroner atau stroke).
a.. Pasien atau problem: pasien laki-laki berusia 55 tahun Penting diingat bahwa sebagian besar informasi
dengan diabetes melitus dan hipertensi. yang tersedia di internet menggunakan bahasa Inggris
b. Intervensi: aspirin. sehingga untuk melakukan pencarian literatur kata kunci
c. Pembanding: tanpa aspirin. di atas perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
d. Outcome: pencegahan primer terhadap kejadian sebagai berikut:
penya kit kard iovasku lar. Diabetes, aspirin, primary prevention, cardiovascular
Dengan demikian, pertanyaan klinis yang timbul diseases (sinonim: coronory diseoses, coronary orterial
adalah sebagai berikut: diseoses, stroke)
"Pada pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular Langkah selanjutnya dalam pencarian literatur
yang tinggi, apakah pemberian aspirin dapat mencegah adalah memilih database online yang tepat. Walaupun
timbulnya penyakit kardiovaskular?" cukup banyak database yang 'tersedia, namun sebagai
langkah awal Cochrane library dan MEDLINE sudah
Langkah Kedua: Mencari Bukti yang Relevan cukup memadai untuk digunakan. Cochrane library (www
Setelah pertanyaan klinis diformulasikan, langkah thecochranelibrary.com) adalah database yang dikelola
selanjutnya adalah mencari bukti pada literatur yang oleh Cochrane collaboration dan terdiri atas database
dapat menjawab pertanyaan tersebut. Bukti tersebut review sistem atis (Cochrane Dotobase of Systemotic Review
dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Buku - CDSR), database abstrak review mengenai efektivitas
teks yang biasa digunakan sebagai sumber informasi suatu intervensi (Dotobase of',abstrocts of reviews of
seringkali tidak memuat informasi yang terbaru sedangkan effectiveness- DARE) dan database register uji klinis
jurnal kedokteran tradisional (dalam bentuk cetak) juga (Coch ro ne controlled trio ls regrsfer). Cochrane collaboration
tidak disusun secara teratur sehingga memudahkan adalah suatu lembaga internasional yang berupaya untuk
pencarian informasi.a Strategi lain dalam memperoleh menyusun, memelihara dan menyebarluaskan review
informasi adalah bertanya pada sejawat maupun ahli. sistematis mengenai intervensi kedokteran maupun
Namun jawaban yang kita peroleh dari mereka seringkali kesehatan. Walaupun tidak seluruh artikel penuh (full
bervariasi. paper) pada Cochrane library bisa diakses secara gratis,
Database literatur yang tersedia secara online saat inl namun seringkall abstrak yang tersedia sudah cukup
merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam memadai untuk menjawab pertanyaan klinis.
praktik kedokteran berbasis bukti karena memungkinkan MEDLINE merupakan database yang dikelola oleh
pencarian terhadap ribuan artikel dalam banyak jurnal National Library of Medicine Amerika Serikat dan saat
secara cepat. Keterampilan untuk melakukan pencarian ini merupakan database yang paling sering digunakan
literatur secara efektif melalui database tersebut sangat di seluruh dunia untuk melakukan pencarian literatur.
penting dalam praktik kedokteran berbasls bukti. Saat MEDLINE dapat diakses secara gratis melalui pUBMED
ini, dapat dipastikan bahwa hampir semua ahli penyakit (www.ncbi.nlm.nih.govlpubmed) walaupun tidak seluruh
daiam di Indonesia memiliki akses internet. Walaupun artikel penuh (full paper) bisa diperoleh secara gratis.
ketersediaan akses terhadap literatur melalui internet Untuk bisa melakukan pencarian literaturpada Cochrane
masih dianggap sebagai kendala dalam praktik kedokteran library maupun MEDLINE, perlu pemahaman mengenai
berbasis bukti di Indonesia dan negara berkembang prinsip penggabungan kata kunci. Penggabungan kata
lainnya,s sesungguhnya saat ini sudah cukup banyak kunci dilakukan dengan menggunakan 'AND" dan ,,OR,,
tersedia database literatur kedokteran yang bisa diakses sebagai perintah penggabungan. Dalam penggabungan
tanpa biaya. Mengingat negara Indonesia memiliki wilayah dua kata kunci, AND digunakan untuk memperoleh
EyrDEt cE BAsEDiritr*ffEimtsis :: r : i
27
artikel yang mengandung kedua kata kunci tersebut, nilai yang dimiliki seorang pasien. Agar bisa mengambil
sedangkan OR digunakan untuk memperoleh artikel yang keputusan dengan tepat, informasi mengenai efektivitas
mengandung salah satu kata kunci tersebut. dan risiko suatu tindakan perlu didiskusikan dengan pasien
Contoh sederhana penggabungan kata kunci untuk maupun keluarganya. Dengan demikian penatalaksanaan
melakukan pencarian literatur terhadap pertanyaan klinis benar-benar mencerminkan penggabungan ketiga
di atas adalah sebagai berikut: komponen praktik kedokteran berbasis bukti. Selain itu,
(1). diabetes pengambilan keputusan klinisjuga harus memperhatikan
(2). aspirin faktor biaya dan ketersediaan intervensi yang direncanakan
(3). primary prevention di rumah sakit atau tempat praktik.
(4). cordiovosculor OR coronory OR coronory-orteriol OR
stroke Langkah 5: Evaluasi kinerja dalam penerapan
(s). (1) AND (2) AND (3) AND (4). praktik kedokteran berbasis bukti
Pencarian melalui PUBMED pada 27 November Masing-masing langkah dalam praktik kedokteran
2012 menghasilkan sitasi cukup banyak (690 sitasi). berbasis bukti (menyusurl pertanyaan yang bisa dicari
Hasil pencarian pada PUBMED tesebut dapat dikurangi jawabannya, mencari bukti yang relevan secara cepat,
dengan menggunakan pembatasan (limit). Contohnya menilai buktl secara kritis, menerapkan bukti yang
adalah membatasi agar hanya artikel berbentuk review diperoleh dengan keterampilan klinis dan nilai-nilai pasien)
sistematis yang diperoleh, mengingat review sistematis yang sudah dijalankan perlu dievaluasi secara teratur agar
saat ini dianggap sebagai artikel yang memiliki tingkat dapat dicapai efektivitas yang optimal. Upaya ini perlu
kebenaran tertinggi. Contoh yang lain adalah membatasi direncanakan dengan baik sehingga peningkatan kualitas
agar hanya artikel yang diterbitkan dalam 5 tahun terakhir penatalaksanaan pasien dapat tercapai.
yang diperoleh.
29
30 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM
Hal hal lain yang dituliskan setelah alinea 'akhir masa Dalam menuliskan sintesis tidak dibutuhkan seluruh
sehat' di atas, adalah : gejala dan tanda yang lengkap sempurna, akan tetapi
1. Episode-episode yang terjadi sebelum episode ter- cukup dengan gejala dan tanda utama yang khas pada
akhir. penyakit atau sindroma tersebut.
2. Riwayat penyakit kronik lain yang juga diderita Pada dasarnya dalam membentuk daftar masalah
pasien, namun tidak berkaitan dengan keluhan utama. langkah pertama yang dianjurkan adalah mencoba
Misalnya selain keluhan utama berkaitan dengan menuliskan hasil sintesis terlebih dahulu, baru pada
DM, pasien juga mengidap penyakit asma bronkial langkah selanjutnya menuliskan gejala atau tanda yang
kronik. tidak dapat disintesis lagi, menjadi masuk di dalam daftar
masalah.
Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit yang pernah
Bila ada satu gejala atau tanda yang bersifat darurat
diderita pasien, akan tetapi saat ini sudah sembuh.
atau memerlukan perhatian khusus untuk dievaluasi lebih
Contoh: hepatitis akut, malaria, gastroenteritis dan lain- lanjut, gejala dan tanda tersebut dapat kita keluarkan dari
lain. penyakit atau sindroma yang bersangkutan untuk menjadi
nomor masalah tersendiri. Misalnya daftar masalah no. l-
Riwayat penyakit dalam keluarga : Riwayat penyakit
adalah Hematemesis-Melena dan no.2 adalah Sirosis Hati.
yang pernah atau masih ada di dalam keluarga baik segaris
Hematemesis melena merupakan bagian dari sirosis hati,
maupun di luar garis turunan.
akan tetapi karena bersifat darurat serta membutuhkan
perhatian khusus, maka dapat menjadi daftar masalah
Pemeriksaan Fisis
tersendiri.
Tandei klinis yang diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan
Penting diketahui bahwa tidak boleh satupun gejala
jasmani.
atau tanda yang ada, tidak dimasukkan dalam daftar
masalah. Seluruh gejala dan tanda harus masuk di dalam
Pemeriksaan Penunjang
daftar masalah, apakah itu masuk dalam nama penyakit
Hasil pemeriksaan yang ada, pada saat CMBM dibuat.
atau nama sindroma atau berdiri sendiri di dalam daftar
masalah.
Resume
Perlu juga menjadi perhatian bahwa sebaiknya tidak
Ringkasan dari anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
menuliskan penyebab (et causa) dari masalah di dalam
penunjang yang dituliskan dalam bentuk berita singkat
daftar masalah karena hal ini akan dibahas di dalam
dengan jumlah baris kurang dari 6 baris.
pengkajian.
Daftar Masalah
Bagaimana membentuk daftar masalah? PENG KAJTAN (ASSESMENT)
Daftar masalah dapat bersifat: Setiap nomor dalam daftar masalah harus kita kaji
. Biologik dengan baik dan sempurna. Tujuan kita untuk menuliskan
. Psikologik pengkajian yang baik dan sempurna adalah agar kita
. Sosial mampu menuliskan rencana (diagnostik, pengobatan,
. Demografik edukasi) yang baik dan sempurna pula.
Dari hasil pengkajian inilah kita dapat menilai,
Daftar masalah dibentuk dari atau dapat terdiri atas;
. Gejala (anamnesis) apakah dokter yang membuatnya mumpuni, baik dalam
. pengetahuan maupun pengalaman ilmu kedokteran yang
Tanda (pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan
dimiliki.
penunjang)
. Seorang dokter seharusnya berpikir sebagaimana
Sintesis gejala dan tanda sehingga membentuk
seorang Grond Moster Catur melakukan pengkajian dalam
diagnosis berupa penyakit atau sindroma.
permainan caturnya. Seorang Grond Moster Catur dituntut
Daftar masalah yang dibentuk seorang dokter sangat untuk memikirkan baik langkah-langkah catur lawan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ilmu kedokteran maupun dirinya sendiri 10, 20, 30 langkah ke depan bahkan
dan pengalaman dalam dunia kedokteran. Pada tingkat lebih, agar ia dapat mengalahkan lawannya.
yang rendah mungkin hanya mampu menuliskan Langkah yang dapat kita lakukan dalam menuliskan
gejala atau tanda saja. Pada tingkat yang tinggi sudah pengkajian antara lain :
mampu menuliskan sintesis dalam bentuk penyakit atau . Tuliskan alasan-alasan mengapa kita menetapkan
sindroma. masalah yang tertulis dalam daftar masalah tersebut.
CATATAN MEDIK BERDASARKAN MASATAH (CMBM = POMR) 31
. Tuliskan etiologi masalah yang ditetapkan beserta . Apakah indikasi pemeriksaan kuat atau tidak
alasan ilmiah mengapa etiologi tersebut dipikirkan, (berdasarkan urutan dari 10 rencana kita).
dari yang paling mungkin sampai kepada yang paling . Apakah fasilitas pemeriksaan ada atau tidak
sedikit kemu ngkinannya. . Apakah dana yang dimiliki pasien mencukupi atau
. Tuliskan diagnosis banding dari masalah yang tidak.
ditetapkan beserta alasan ilmiah mengapa diagnosis
banding tersebut dipikirkan, dari yang paling
mungkin sampai kepada yang paling sedikit RENCANA PENGOBATAN
kemungkinannya.
. Tuliskan komplikasi-komplikasi dari masalah yang Sama halnya dengan rencana diagnostik, dalam rencana
ditetapkan yang kita ketahui dari literatur atau buku pengobatan kita menuliskan urutan rencana pengobatan
teks. yang akan kita laksanakan berkaitan dengan kajian
. Hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menyempurna- kita, mulai dari yang paling penting sampai kepada
kan pengkajian. yang kurang penting. Dalam pelaksanaannya kita juga
harus memerhatikan faktor-faktor kekuatan indikasi,
keterdesakan, fasilitas pengobatan dan kemampuan dana
RENCANA DIAGNOSTIK yang dimiliki pasien.
dengan melihat apakah dalam rencana diagnostik kita' . Agar pasien dan keluarga mengetahui gambaran
tertulis rencana yang tidak memiliki kaitan dengan apa penyakit yang diderita.
yang kita tuliskan dalam kajian kita. Bila ada, sudah dapat . Agar pasien dan keluarga mengerti tindakan diagnostik
dipastikan bahwa pengkajian yang kita lakukan belum yang kita lakukan dan risiko serta keuntungan yang
begitu baik. Sebagai contoh, misalnya daftar masalah yang diperoleh bila pemeriksaan dilakukan.
kita tetapkan adalah : . Agar pasien dan keluarga mengerti tindakan
. Melena pengobatan serta risiko atau keuntungan pengobatan
. Sirosis hati yang dilakukan.
. Agar pasien dan keluarga mengetahui komplikasi dan
Dalam pengkajian yang kita lakukan kita hanya
prognosis penyakit ying diderita.
menuliskan bahwa penyebab melena adalah pecahnya 1
TINDAK LANJUT (PROGRESS NOTES) Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap tanda
klinik baru tidak berkaitan dengan daftar masalah yang
Soap telah ditetapkan, apakah kemungkinan-kemungkinan
Sesuai dengan kotak keempat Dr. Weed, dibuat tindak masalah baru yang akan ditetapkan, apakah kemungkinan-
lanjut secara tertulis yang dilakukan selama pasien dalam kemungkinan penyebabnya, dan apakah kemungkinan-
pengawasan, baik rawat inap maupun rawat jalan. Setiap kemungkinan komplikasi yang akan'ditimbulkan oleh
butir dari daftar masalah, dibuat tindak lanjut secara masalah baru ini.
tertulis misalnya:
Plonning:
Daftar masalah no. l-: Berdasarkan pengkajian yang dilakukan, maka ditetapkan
S: urutan rencana pemeriksaan yang perlu dilakukan lagi
o: dalam rangka pembuktian kebenaran ilmiah dari butir
A: daftar masalah yang ditetapkan, serta pengobatan yang
P: belum dan perlu dilaksanakan.
Menetapkan rencana diagnostik dan rencana
Daftar masalah no. 2:
pengobatan bagi masalah baru, etiologi dan komplikasi
S;
yang mungkin timbul.
o:
A:
P:
RESUME DAFTAR MASALAH
Daftar'masalah no. 3 dan seterusnya.
S: Bagian ini merupakan tabel yang berisikan semua masalah,
o: baik aktif maupun inaktif. Masalah aktif adalah masalah
A: yang diagnostiknya belum selesai dan masih dalam
P: pengawasan/pengobatan baik saat ini maupun pada
saat yang akan datang. Masalah inaktif adalah masalah
Subjective symptom:
. Temuan klinik (dari anamnesis) yang ada pada pasien yang diagnostiknya sudah terselesaikan dan tidak perlu
pengawasan atau pengobatan lagi saat ini. Contoh tabel
berkaitan dengan butir daftar masalah yang telah
seperti di bawah ini:
ditetapkan serta berkaitan dengan hal-hal yang
telah dibahas dalam pengkajian (etiologi, diagnosis
banding, komplikasi).
. Temuan klinik baru yang timbul tetapi tidak berkaitan
dengan butir-butir daftar masalah yang telah
ditetapkan. i "' ' Asma Bfonkial : i 2005:''-'' ' ..1 l
2 Diabetes Melitus 2000
Objective symptom: 3 Ulkus Pedis Sinistra 1 Nopem6er 2011
. Temuan klinik (dari pemeriksaan fisik dan penunjang)
yang ditemukan berkaitan dengan tiap butir dari
daftar masalah yang ditetapkan serta berkaitan
dengan hal hal yang telah dibahas dalam pengkajian REFERENSI
setiap butir dari daftar masalah (etiologi, diagnosis
Bowen )L. Educational Strategies to Promote Clinical Diagnostic
banding, komplikasi). Reasoning. N Engl ] Med. 2006;355:2217-25.
. Temuan klinik baru yang ditemukan tetapi tidak Salmon P, Rappaport A, Bainbridge M, Hayes G, Williams
berkaitan dengan butir-butir daftar masalah yang |. Primary Health Care Specialist Group of the British
Computer Society. Taking the problem oriented medical
telah ditetapkan. record forward. Proc AMIA Annu Fall Symp. 1996:463-7.
Weed LL.-The Importance of Medical Records. Canadian Fam
Assesment:
Physician. 19 69 ; 15 (12) :'23 -25
Pengkajian terhadap data yang ada pada subjective dan Weed LL. Medical Records That Guide and Teach. N Engl ] Med
objective symptom yang diperoleh pada saat itu, kemudian 1968;278:593-600.
menyimpulkannya apakah ada perbaikan atau perburukan, Weed LL. Medical Records That Guide and Teach. N Engl I Med.
1968;278:652-657
apakah masalah yang ditetapkan sudah dapat dibuktikan
kebenaran ilmiahnya, atau butir masalah tersebut sudah
dapat diselesaikan atau tidak.
BAB 2
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
Apoptosis 109
Kedokteron Regeneroiif :
Pengenolon don Konsep
Dosor I20
1r
t,
i',
li
i:
ii
10
GENETII(A MEDIK DAN
BIOLOGI MOTEKULAR
Bambang Setiyohadi, Nyoman Gde Suryadhana
Genetika adalah ilmu yang mempelajari sebab, sedangkan alel resesif ditandai oleh huruf kecil; 5). Pada
perkembangan dan pewarisan perbedaan sifat individu; waktu gametogenesis, pasangan gen yang mengendalikan
sedangkan genetika medik adalah cabang genetika yang suatu sifat tertentu akan berpisah, sehingga setiap gamet
mempelajari pewarisan dan efek gen pada berbagai hanya mengandung hanya mengandung salah satu gen
penyakit. Di dalam genetika, susunan gen pada individu dari pasangan alel ter-sebut. Pada proses fertilisasi, faktor-
disebutgenotip sedangkan apa yang tampak pada individu faktor tersebut akan berpasangan secara acak.
disebut fenotip. Fenotip merupakan interaksi antara Pada penelitian selanjutnya Morgan mendapatkan
genotip dan lingkungan. Prinsip pewarisan sifat mahluk bahwa gen-gen menempati lokus tertentu yang khas
hidup pertama kali diterangkan oleh Gregor Mendel didalam kromosom. Kromosom adalah benang-benang
pada tahun 1865. Dengan latar belakang matematika dan pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel
biologi yang dimilikinya, Mendel melakukan percobaan- yang pertama kali diidentifikasi oleh Flemming pada tahun
percobaan yang sangat berbeda dengan yang dilakukan L877. Pada tahun 1956, Tjio dan Levan mendapatkan bahwa
oleh orang lain sebelumnya. Mendel berusaha menyelidiki manusia memiliki 46 kroinosom, 23 kromosom berasal
semua sifat menurun secara serentak tetapi hanya dari ayah dan 23 berasal dari ibu.=Sepasang kromosom
dibatasi oleh satu sifat saja. Mendel juga melakukan merupakan homolog sesamanya, yaitu mengandung lokus
penelitian dengan sampel yang besar sehingga ia mampu gen-gen yang bersesuaian yang disebut alel. Bila pada
menafsirkan hasil penelitiannya secara matematika. lokus yang sama terdapat lebih dari satu alel, mbka disebut
Berdasarkan hasil penelitiannya, Mendel membuat alel gondo, misalnya golongan darah manusia sistem ABO.
beberapa postulat sebagai berikut: l"). Setiap sifat Gen merupakan satuan informasi genetik yang berfungsi
organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan mengatur perkembangan dan metabolisme pada individu
yang disebut gen, satu berasal dari indukjantan dan satu serta menyampaikan informasi genetik kepada generasi
berasal dari induk betina. Setiap pasang gen mungkin berikutnya.
terdiri dari 2 gen yang sama yang disebut homozigot atau Pada tahun 1903, Sutton mendapatkan kesesuaian
2 gen yang berbeda yang disebut heterozigot;2). Tiap antara perilaku kromosom pada proses mitosis dan
pasangan gen menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, meiosis dengan hipotesis Mendel. Mitosis adalah
misalnya bulat dengan kisut, tinggi dengan pendek, botak pembelahan sel somatik (sel badan) yang berlangsung
dan berambut dan sebagainya. Kedua bentuk alternatif dalam 4 tahap, yaitu profase, metafase, anapase
tersebut disebut olel; 3). Bila alel yang mengendalikan dan telofase. Fase antara 2 mitosis disebut interfase.
suatu sifat tertentu pada individu terdiri dari gen-gen Sedangkan meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi
yang berbeda, maka pengaruh 1 gen akan terlihat lebih pada gametogenesis. Beberapa hasil pemikiran Sutton
menonjol (dominon) sedangkan pengaruh gen yang adalah:1). Pada akhir meiosis, jumlah kromosom yang
lain akan tersembunyi (resesif); 4). Individu murni akan masuk kedalam sel sperma maupun ovum tepat separuh
memiliki 2 alel yang sama, dominan semua atau resesif dari jumlah kromosom yang ada didalam sel-sel tubuh;
semua. Alel dominan akan ditandai oleh huruf besar, 2). Pada fertilisasi, sel sperma dan ovum yang masing-
33
34 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
masing memiliki seperangkat kromosom (hoptoid) akan dituangkan dalam bentuk pedigre (silsilah) sehingga dapat
mengembalikan jumlah kromosom dalam individu baru diketahui interaksi suatu gen dalam keluarga; 2). Studi
menjadi dua perangkat (dipbiA; 3). Setiap kromosom pada anak kembar; 3). Percobaan pada binatang dan
tetap memiliki bentuk dan identitas yang sama walaupun proses pengembangbiakan (breeding). Model hewan coba
telah melalui berbagai proses mitosis dan meiosis yang sangat penting untuk menunjukkan model pewarisan dan
tak terhingga banyaknya;4). Selama meiosis, tiap pasang kadang-kadang dapat menerangkan patogenesis penyakit
kromosom memisah secara bebas terhadap kromosom yang sedang diteliti.
pasangannya.
Pada tahun 1944, Oswald Avery, Colin Mcleod dan
Mc Lyn McCarty menunjukkan bahwa asam nukleat POLA PENURUNAN SIFAT DALAM KELUARGA
merupakan agen pembawa informasi herediter dan pada
tahun 1953 James Watson, ahli Biokimia Amerika Serikat, Ciri Bawaan yang Menurun pada Anak
dan Francis Crick, ahli biofisika Inggris, mendapatkan
bentuk tangga terpilin (doubte hetix) dari asam deoksiribo- Karakter dominan, yaitu ciri yang diturunkan dari salah
nukleat (DNA). satu orang tua secara utuh.
Selain inti sel, ternyata mitokondria juga memiliki Karakter semi-dominan (campuran), yaitu ciri bentuk
kromosom sendiri yang diturunkan dari ibu ke anak- tengah yang diwariskan dari kedua orang tuanya. Misalnya
anaknya. Struktur DNA mitokondria yang terdiri dari rambut ikal pada anak berasal dari rambut lurus dan
untai ganda berbentuk lingkaran tertutup dengan keriting kedua orang tuanya.
urutan nekleotidanya secara lengkap telah didskripsikan
oleh Anderson pada tahun 1981. Mutasi kromosom Karakter kodominan (mozaik), yaitu ciri yang tampil utuh
mitokondria pertama kali dilaporkan pada tahun sendiri-sendiri (dominan) berupa gabungan kedua sifat
1988 pada neuropati optik Leber (maternally type of orang tuanya, misalnya mewarisi gigi besar dari pihak ibu
blindness). dan rahang kecil dari pihak ayah, sehingga menghasilkan
Pada tahun 1_989, penelitian besar-besaran mengenai bentuk gigi berjejal. Bila kualitas karakter yang diwariskan
genom manusia dilaksanakan melalui Human Genom persis sama dengan kedua orang tuanya, maka disebut
Project (HUGO project) dipimpin oleh James Watson, korokter parental.
penerima hadiah Nobel dan salah satu penemu struktur Perkembangan berlebihan, yaitu bila sifat yang di-
DNA. Melalui proyek ini, diharapkan manusia dapat turunkan jauh lebih buruk atau jauh lebih baik daripada
memahami dirinya, melalui pemetaan urutan pasangan karakter yang dimiliki kedua orang tuanya. Keadaan ini
basa pembawa sifat yang terdapat didalam 46 kromosom biasanya berhu bun gan dengan_potensi faktor ling kungan
manusia. Hal ini sangat penting untuk mengetahui dan biasanya bersifat potigen.
keterlibatan gen sebagai faktor predisposisi yang
menentukan kerentanan atau ketahanan terhadap suatu
Mutasi spontan, yaitu perubahan sifat yang sama
penyakit.
sekali tidak ditemukan pada orang tuanya atau nenek
moyangnya dan tidak secara langsung dipengaruhioleh
Dalam menyikapi kelainan herediter, beberapa hal
faktor lingkungan. Biasanya mutasi disebabkan oleh faktor
sering disalahartikan, misalnya: 1). Tidak ditemukannya
yang langsung mempengaruhi gen, misalnya radiasi
kelainan bawaan pada anggota keluarga yang lain
sinar-X, radioaktif atau infeksi virus.
dianggap bahwa kelainan bawaan tersebut bukan
kelainan genetik, atau sebaliknya;2). Setiap keadaan yang
terdapat pada bayi baru lahir selalu dianggap kelainan Ciri yang Tidak Selalu Menurun pada Anak
bawaan; 3). Keadaan fisik dan mental ibu hamil akan Karakter resesif, yaitu ciri yang hanya muncul bila
menyebabkan malformasi janin yang dikandungnya; 4). kedua orang tuanya memiliki gen resesif tersebut.
Penyakit genetik tidak dapat diobati; 5). Bila hanya laki- Sifat ini akan tetap laten dari generasi ke generasi
laki atau perempuan saja yang terkena suatu penyakit, berikutnya.
maka penyakit tersebut dianggap terpaut-seks (sex-
finkeA;6). Pada risiko l_:4, dianggap 3 anak berikutnya Karakter yang didapat, merupakan ciri yang ber-
akan terbebas dari kelainan. kembang pada anak akibat pengaruh lingkungan dan
Studi Genetika Kedokteran, dikembangkan melalui tidak melibatkan faktor gen, sehingga tidak diwariskan
ke generasi berikutnya.
berbagai pendekatan, yaitu: 1). Studi gineotogik, yaitu
studi kejadian (prevalensi) suatu keadaan variasi dari Gen terpaut (linkoge), yaitu sifat tertentu yang
situasi normal (rata-rata) pada suatu keluarga yang berhubungan dekat satu sama lain akan diwariskan
dibandingkan dengan-populasi umumnya yang kemudian sebagai satu kesatuan.
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKUTAR 35
Variasi Ekspresi Gen kopi kromosom, yaitu 1 kopi dari ayah dan 1 kopi dari ibu,
maka setiap individu hanya memiliki 2 alel pada satu lokus,
Penetrasi, yaitu bila ekspresi suatu gen tidak sepenuhnya
walaupun di dalam populasi dapat ditemukan bermacam-
muncul pada seorang individu seperti yang diharapkan.
macam alel untuk lokus tersebut. Misalnya terdapat 3 alel
Ekspresifitas, yaitu perbedaan fenotip yang muncul pada untuk apolipoprotein E (Apo-E), yaitu APOE2, APOE3 dan
setiap individu dari suatu gen tunggal tertentu. APOE4, sehingga seorang individ.u hanya akan memiliki
genotip APOE3/4 atau APOE4/4 atau varian lainnya. Alel
yang normal atau umum didapatkan di dalam populasi
GENOTIP DAN FENOTIP disebut wild type. Bila alel pada L lokus bersifat identik,
maka disebut homozigot, sedangkan bila berbeda disebut
Genotip adalah informasi genetik yang dimiliki oleh heterozigot. Laki-laki yang mengalami mutasi gen pada
individu, sedangkan fenotip adalah bentuk struktural atau kromosom X atau perempuan yang kehilangan salah satu
biokimia atau fisiologik yang terlihat yang dipengaruhi lokus gen pada kromosom X disebut hemizigot. Kelompok
oleh genotip dan faktor lingkungan. Himpunan gen alel yang terangkai bersama pada L lokus gen disebut
yang lengkap pada suatu individu yang berperan haplotip, misalnya bermacam-macam alel pada lokus
mengendalikan seluruh metabolisme sehingga individu antigen HLA. Beberapa mutasi yang berbeda pada 1 lokus
tersebut dapat hidup dengan sempurna disebut genom. gen dapat menghasilkan fenotip yang sama; hal ini disebut
Genom manusia terdiri dari 38.000 gen yang tersusun heterogenitos alelik, misalnya beberapa mutasi yang
dalam lokus-lokus gen di kromosom. Gen merupakan berbeda pada lokus gen b-globin akan menyebabkan 1
unit hereditas individu yang sangat berperan pada proses kelainan yang sama, yaitu talasemia-b. Sedangkan mutasi
penurunan sifat. Sel somatik (badan) memiliki 2 kopi gen pada alel yang menghasilkan lebih dari l" macam fenotip,
yang lengkap (2N) yang disebut diploid, yang berasal dari disebut hefero genitas fenotipi( misalnya mutasi pada gen
ayah dan ibu, sedangkan sel germinal (spermatozoa dan miosin VlllA, akan menghasilkan 4 kelainan yang berbeda,
ovum) hanya memiliki 1 kopi gen yang komplit (N) dan yaitu autosomol recessive deafness DFNB2, autosomol
disebut hoploid. Bentuk pasangan alternatif dari gen yang dominont nonsyndromic deafness DFNA 11, Usher L8
menempati satu lokus pada kromosom disebut o/e/. Alel syndome (conge nito I deafness, retin itis pig m entoso), dan
dapat bersifat polimorfik. Karena individu hanya memiliki 2 on atypicol voriont of Usher's syndrome. Contoh lain adalah
tr Laki-laki/perempuan Perkawinan
I Abortus
Keluarga monozigot
C Pengidap sehat
Kehamilan
Kembar Dizigot
(D Anak angkat
mutasi pada gen FGFR2 yang akan menghasilkan fenotip merupakan unit struktural dan fisiologik semua mahluk
sindrom Crouzon (sinosfosis krqniofasiol) atau sindrom hidup; 3). Sifat-sifat organisme tergantung pada sifat
Pfeiffer (okrosefolopotisindoktiti). Keadaan lain adalah individual selnya;4). Sel berasal dari sel pula (omnis celluLa
bila mutasi pada beberapa lokus genetik menghasilkan e cellulo) dan kesinambungan sifatnya diturunkan melalui
materi genetik yang dikandungnya.
fenotip yang sama, yang disebut heferogeneitos lokus atau
Dalam garis besarnya, sel dapat dibagi kedalam
heterogeneitos nonolelik, misal nya osteoge nesis imperfekto
yang dapat dihasilkan oleh mutasi 2 gen prokolagen yang
2 kelompok, yaitu sel prokariotik dan eukariotik' Sel
prokaryotik tidak memiliki membran inti, sehingga material
t"rUeau yaitu COL1A1 dan COL1A2 yang juga terletak
pada'2 kromosom Yang berbeda. inti termasuk DNA menempati ruang di dalam sitoplasma
yang disebut nukteoid. Mahluk hidup yang bersifat
prokariotik adalah bakteri, ganggang biru dan mikoplasma'
PEDIGRE Sedangkan mahluk hidup lain, seperti protozoa, ganggang
lain, metafita maupun metozoa memiliki sel yang bersifat
Pedigre adalah diagram silsilah keluarga dan hubungan eukariotik, yaitu memiliki membran inti yang jelas'
antar anggota keluarga yang menggambarkan anggota- Sel eukariotik memiliki struktur yang lebih kompleks
anggota keluarga yang terserang penyakit atau kondisi dibandingkan dengan sel prokariotik' Sel eukariotik
medik tertentu. Untuk mengevaluasi individu dengan memiliki pembungkus yang disebut membran sel yang
kelainan genetik, maka harus dibuat pedigre minimal tersusun atas 2 lapisan lipid dengan protein pada beberapa
dari 3 generasi. Individu yang pertama kali diketahui tempat dan berfungsi untuk menyaring keluar masuknya
menderita kelainan genetik disebut propositus (probonfl' zat-zat keluar dan ke dalam sel. Di dalam membran
Anggota keluarga yang memiliki setengah dari material plasma, terdapat sitoplasma, yaitu cairan sel yang berperan
genetik yang dimil ki oleh proband dan disebut fi rst degree sebagi media semua aktivitas fisiologis dan biokimia sel'
ielotives, misalnya saudara laki-laki atau perempuan, anak- Di dalam sel terdapat struktur penguat yang disebut
anak dan orang tua. Sedangkan anggota keluarga yang mikrotubulus yang tersusr-in atas protein tubulin, aktin
memiliki seperempat material genetik yang dimilki oleh dan miosin yang berperan pada perubahan bentuk sel'
proband, disebut second degree relotives, misalnya kakek' pemisahan kromosom ke kutub sel pada waktu mitosis dan
nenek, cucu, paman, bibi, kemenakan. kontraksi otot. Selain itu di dalam seljuga terdapat struktur
Dalam pedigre, laki-laki selalu diletakkan di kiri endomembran yang terdiri dari membran inti, retikulum
perempuan dan anggota keluarga yang satu generasi endoplasma dan kompleks Golgi. Struktur ini berperan
diletakkan pada tingkat horizontal yang sama' Masing- pada sintesis, transportasi dan ekskresi berbagai substansi
masing generasi akan diberikan nomor Romawi mulai dari didalam sel. Organel sel yanglain adalah mitokondria dan
generasi yang tertua yang tertera dalam pedigre tersebut' kloroplas yang berfungsi pada produksi energi intrasel;
sedangkan anggota keluarga dalam satu generasi diberi serta lisosom yang berfungsi pada pencernaan intrasel'
nomor Arab dengan penomoran mulai dari anggota Organel sel yang berperan pada biosintesis protein '
keluarga yang tertera paling kiri. Pada waktu membuat adalah ribosom. Ribosom tersusun atas sejumJah besar
pedigre, dianjurkan mulai dari generasi yang terakhir protein dan molekul panjang RNA yang disebut RNA
kemudian diurut ke generasi sebelumnya' rtbosomol (rRNA)' Ribosom eukariotik memiliki koefisien
sedimentasi 80 Svedberg (80 S) dan terdiri dari 2 sub unit
yang masing-masing memiliki koefisien sedimentasi 40 S
dan 60 S. Subunit 40 S yang lebih kecil tersusun atas L8
S-rRNA dan 30-40 molekul protein, sedangkan subunit 60
S terdiri dari 5 S-rRNA, 5,8 S-rRNA, 28 S-rRNA
dan 40-50
molekul protein. Di dalam sel yang menjalankan biosintesis
protein secara intensii ribosom-ribosom tersusun saling
berderetan membentuk Polisom.
yang disebut interfose. Pada interfase, terdapat fase karena gagal bergerak cepat ke salah satu kutub sel pada
sintesis DNA yang disebut fase S. Pada fase ini, struktur anafase, sehingga akan menghasil 1 sel anak dengan 1_
inti sel akan terlihat jelas yang terdiri dari membran inti, kopi kromosom dan l- sel anak tanpa kopi kromosom.
plasma inti (nukleoplasmo, karyoplosma), kromotin dan
anak inti (nukleolus), sedangkan kromosom tidak terlihat
strukturnya. Duplikasi kromosom terjadijuga pada fase S, ASAM NUKLEAT
sehingga pada waktu mitosis, masing-masing kromosom
anak akan terbagi sama rata pada kedua sel anak, sehingga Bahan dasar inti sel adalah nuleoprotein yang dibangun
jumlah kromosom sel anak hasil mitosis akan sama dengan oleh senyawa protein dan asam nukleat. Ada 2 macam
jumlah kromosom sel induk sebelum mitosis. Mitosis asam nukleat yang berperan pada hereditas yaitu Asam
terbagi atas beberapa fase, yaiti profase, metafase, anafase deoksiribonuleat (DNA) dan Asom ribo-nukleot (RNA).
dan telofase. Pada profase, kromosom akan terpilin seperti Keduanya bertanggung jawab terhadap biosintesis protein
spiral dan mulai tampak secara mikroskopik, sedangkan dan mengontrol sifat-sifat keturunan.
membran inti dan nukleolus menghilang. Pada metafase, Struktur molekular DNA pertama kali ditemukan oleh
struktur kromosom mulai tampak jelas bentuknya dan Watson dan rick yang digambarkan sebagai tangga yang
tersusun pada bidang ekuatorial sel. Sentromer kromosom, berpilin (double helix) yang sangat panjang dimana dua
akan melekat pada mikrotubulus yang akan menarik tiang tangganya merupakan gugusan gula ribosa dan
benang-kromatid ke kutub sel pada fase berikutnya. pada fosfat, sedangkan anak tangganya merupakan pasangan
anafase, kromosom akan mem-belah secara longitudinal basa nitrogen yaitu purin dan pirimidin. Basa purin yang
pada aksisnya membentuk 2 benang kromatid, kemudian membentuk DNA adalah adenin (A) dan guanin (G),
masing-masing kromatid akan tertarik ke kutub sel. pada sedangkan basa pirimidin yang membentuk DNA adalah
telofase, membran inti dan nukleolus akan terbentuk sitosin (C) dan timin (T). Pasangan basa nitrogen pada
kembali mengelilingi kromatid yang telah terpisah di kutub molekul DNA selalu sama, yaitu A melekat pada T atau
sel, dilanjutkan dengan duplikasi sentriol dan pembagian
sitoplasma, sehingga terbentuk 2 sel anak dengan jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya
(diploid,2N).
Pada gametogenesis, terjadi pembelahan sel yang
disebut meiosis. Pada meiosis akan terjadi 2 pembelahan
(tu
sel yang berturutan dan hasil akhir dari meiosis adalah
4 sel anak dengan jumlah kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel induk sebelum meiosis. pada
spermatogenesis, hasil dari meiosis adalah 4 spermatozoa
haploid, sedangkan pada oogenesis akan dihasilkan L
ovum haploid dan3 polor bodyyang haploid. Pada meiosis Gambar 3. Mitosis
terjadi peristiwa penting, yaitu pindah silang (crossing
over) antar pasangan kromosom homolog sehingga akan
menghasilkan kombinasi gen yang baru pada kromosom
tersebut. Pada peristiwa pindah silang, 2 kromatid yang
homolog akan saling bersilangan, membentuk kiasmoto,
kemudian akan terjadi pemisahan longitudinal kedua
ffiffiffiffiffiffi
Homologous Chromatids
chromosomes
kromatid tersebut pada titik kias matanya dan terbentuk
kromatid baru dengan susunan gen yang baru. Seringkali.
gen-gen yang letak lokusnya berdekatan dalam 1
kromosom, cenderung selalu memisah bersama-sama
pada waktu meiosis, keadaan ini disebut pa utan (linkoge).
ffiffiffiffi
No cross-over
ffiffiffi
Cross-over
ffiffiffi
Double Cross-ove
2 kopi kromosom dan l- sel anak tanpa kopi kromosom. Gambar 4. Pindah silang (crossing over) dan rekombinasi
Sedangkan anophose log adalah hilangnya l_ kromatid genetik
DASAR-DASAR ILMU PENYAKTT DALAM
38
dalam nukleolus
satu rantai akan RibosomolRNA (rRNA) disintesis di
G melekat pada C. Basa nitrogen dari kemudian dilepas kedalam sitoplasma dan menetap di
ratai yang lain
U"rfurungun dengan basa nitrogen dari ribosom, berfungsi membantu biosintesis
protein'
pengulangan basa-
dengan i[atan hidrogen' Urutan dan Heterogenous RNA (hnRNA) merupakan prekursor
tidak tetap dan sangat spesifik
basa yang berpasangan itu tinggi'
dan basa mRNA yant memiliki berat molekul
irgi ,"tiup gen. Struktur yang dibangun 3l1h Oula
Small-nukleor RNA (smRNA) terdapat di dalam
nukleosido'
nitiogen yang terikat pada gulanya disebut nukleus, terdiri dari 6 tipe yaitu U, -
Uu dan berperan
pada gula dari
,"Jrngf.un p-enambahan gugus fosfat dari hnRNP dan penyatuan ekson
k n u kl eotida' fada pemutusan intron
nu tt"o"ri aa tersebut aka n membentu
dengan DNA' sehingga terbentuk RNAyang matang'
Struktur molekular RNA hampir sama
tidak panjang' Selain
tetapi hanya terdiri dari 1 rantai yang
basa T digantikan
1," grf, pua, nNn adalah ribosa dan DAN TRANSLASI
5 macam RNA' yaitu messenger REPLIKASI DNA, TRANSKRIPSI
oleli basa Urasil (U). Ada
' ribosomalRNA (rRNA)' istirahat (interfose)'
RNA (mRNA),tansfer RNA(IRNA)' Fase antara 2 mitosis disebut
fase
heterogenous RNA (hnRNA) dan
smoll nucleor RNA fisiologik normalnya'
Pada fase ini, sel melakukan aktivitas
(snRNA). berikut-nya' Interfase
di dalam nukleus termasuk mempesiapkan mitosis
Messenger RNA (mRNA) disintesis Pada fase
aapat aiUagi atas fase-fase Go, G, 9:i :,
S
satu rantai DNA dan
dan meruplkan duplikat dari salah i.,t"f ,"futukan fungsi-fungsi yan-g tidak berhubungan
dari DNA pada
berfungsi membawa informasi genetik alngun mitosis. Persiapan mitosis dilakukan
pada fase S'
Pada mRNA' tersusun basa
fror"r-biorlntesis protein' Ji *lrn, terjadi duplikasi kromosom' replikasi
DNA dan
nitrogen yang merupakan duplikasi dari basa nitrogen
kode
puar-runt.i Orun. fiap 3 basa nitrogen merupakan
amino tertentu yang
genetik yang menentukan jenis asam
suatu protein' Ketiga
il"rw dirr*n membentuk
untuk Basa
Keterangan:
Ala Alanin (A) Leu Leusin (L)
^;;
CV, Sistein (C) Pro Prolin (P)
sintesis protein histon. Histon merupakan protein inti sel di atas berulang kembali. Nukleotida DNA tersebut saling
tempat perlekatan gulungan rantai DNA yang membentuk bersambung sehingga terbentuk rantai DNA yang baru
kromosom. yang sama dengan rantai DNA yang lama. Dari mekanisme
Replikasi DNA terjadi menjelang mitosis dan meiosis, di atas jelas bahwa DNA cetakan dibaca dari arah 3' -- 5'.
tujuannya adalah membuat salinan informasi genetik Setelah replikasi DNA selesai, maka sel memasuki fase G,
didalam inti sel sehingga hasil dari mitosis dan meiosis dan siap melaksanakan mitosis atau meiosis.
adalah sel-sel yang memiliki informasi genetikyang sama Proses tronskripsi adalah proses sintesis mRNA yang
dengan sel induknya. merupakan transfer informasi genetik dari DNA ke mRNA.
Untuk replikasi DNA, dibutuhkan 4 macam nukleotida, Proses ini dikatalisis enzim polimerose RNA yang bekerja
yaitu : 1). Deoksiadenosin trifosfat (gula deoksiribosa serupa dengan polimerase DNA pada replikasi DNA'
+ adenin + trifosfat); 2). Deoksiguanosin trifosfat (gula Berbeda dengan replikasi DNA, pada proses transkripsi,
kleotidanya merupa k an ribo- n u kleotida, bu ka n
deoksiribosa + guanin + trifosfat); 3). Deoksisitidin trifosfat nu
(dula deoksiribosa + sitosin + trifosfat);4). Deoksitimidin deoksiribonukleotida. Selain itu basa Timin (T) digantikan
trifosfat (gula deoksiribosa + timin + trifosfat). oleh Urasil (U). Saat ini diketahui ada 3 macam enzim
Selain itu juga dibutuhkan berbagaienzim, yaitu : 1-). polimerase RNA, yaitu Polimerase RNA l, yang berfungsi
Helikase, berfungsi membuka rantai ganda DNA menjadi mensintesis RNA dengan koefisien sedimentasi sebesar 45
rantai tunggal DNA; 2). Single strand binding-protein S yang berperan sebagai prekursor 3 RNA ribosom (rRNA);
(SSB), berfungsi mencegah terurainya rantai tunggal Polimerase RNA ll, yang berfungsi mensintesis hnRNA
DNA yang akan berfungsi sebagai cetakan DNA baru; yang berubah menjadi mRNA danjuga sebagai prekursor
3). Topoisomerase, berfungsi mengendorkan tegangan snRNA; dan Polimerose RNA lll, yang mentranskripsikan
yang ada pada lilitan rantai ganda DNA; 4). Polimerase gen yang mengandung kode genetik untukIRNA, 55-RNA
DNA, berfungsi untuk mengikat dan menggabungkan dan snRNAtertentu. Dari prekursor RNA ini, akan terbentuk
nukleotida; 5). Ligase DNA, berfungsi menutup bagian- RNA yang berfungsi setelah melalui pematangan RNA.
bagian rantai tunggal DNA yang baru terbentuk. Setiap rantai DNA terdiri dari beribu-ribu gen yang
Replikasi DNA dimulai dengan lepasnya ikatan tergulung padat dan terikat pada protein histon untuk
hidrogen lemah antara pasagan basa nitrogen pada mencegah aktifasinya. Sebelum gen tersebut teraktifasi,
masing-masing rantai DNA, sehingga kedua rantai DNA maka gulungannya harus dilepas dari histon dan ikatan
tersebut terpisah. Kemudian molekul polimerase DNA hidrogen diantara basa nitrogennya juga harus dilepas'
melekat pada basa nitrogen yang terlepas dan memulai Kemudian enzim polimerasi RNA akan melekat pada
pengikatan basa nitrogen tersebut dengan nukleotida segmen awal dari gen tersebut yang merupakan daerah
DNAyang larut didalam nukleoplasma sesuai dengan basa promotor (elemen kontrol) yang disebul kotqk TATA,
nitrogen pada rantai tunggal DNA lama yang berfungsi yaitu suatu potongan ran{ikaian basa pendek yang kaya
sebagai cetakan, yaitu A akan melekat pada I G pada akan basa A dan T. Pada daerah teisebut melekat faktor
C, T pada A dan C pada G. Kemudian gugus 3'-OH dari transkripsi yang dapat mengatur proses transkripsi, antara
nukleotida dari DNAyang baru terbentuk bereaksi secara lain protein-protein yang disebut foktor tronskripsi bosal
nukleofilik dengan residu a-fosfat dari nukleotida baru yang akan melekat pada elemen kontrol bersama enzim
yang ditambahkan membentuk ikatan diester fosfat. poli-merase RNA. Setelah proses inisiosi maka polimerase
Setelah itu enzim polimerase DNA akan bergeser ke RNA akan bergerak dengan arah 5'@3'dan dimulai proses
bagian berikutnya dari DNA cetakan dan proses seperti tronskripsi. Enzim polimerase RNA akan memisahkan
bagian pendek rantai ganda menjadi rantai tunggal DNA
kemudian memulai ikatan hidrogen antar basa nitrogen
pada rantai DNA dengan nukleotida komplemen didalam
nukleoplasma, yaitu A dengan U, C dengan G, U dengan
A dan G dengan C. Nukleotida yang dilekatkan oleh
polimerase RNA adalah nukleotida yang spesifik untuk
rantai RNA, sehingga terhadap Adenin (A) pada rantai DNA,
polimerase RNA tidak akan melekatkan Timin (T) tetapi
melekatkan Urasil (U). Proses pembentukan rantai RNA
akan berhenti pada segmen stop commond pada rantai
DNA, dimana baik enzim polimerase RNA maupun rantai
mRNA yang telah terbentuk akan terlepas dari rantai DNA
dan proses transkripsi berakhir. Kemudian kedua rantai DNA
Gambar 6. Replikasi DNA yang semula berpisah akan menyatu kembali.
40 DASAR.DASAR IIMU PENYAKIT DALAM
. :Langkah3
Gambar 7. Transkripsi
RNA yang disintesis masih besifat imatur (disebut UAC yang membawa asam amino metionin. Metionin ini
hnRNA), karena juga mengandung segmen noncoding kemudian akan dilepas setelah protein yang utuh terbentuk.
yang tidak dibutuhkan untuk biosintesis protein, oleh Setelah ikatan ini terbentuk, maka subuni terbesar ribosom
sebab itu harus dilakukan editing dulu sehingga menjadi akan bergabung sehingga rantai mRNA akan terletak pada
mRNA yang siap untuk sintesis suatu protein. Segmen celah antara subunit besar dan kecil dari ribosom.
noncoding yang disebut intron akan diputus, kemudian Pada fase elongasi, tRNA kedua dengan antikodon
sisanya yaitu segmen yang diperlukan untuk sintesis dan asam amino yang sesqai dengan kodon pada mRNA
protein yang disebut ekson akan disatukan kembali dan di sebelah kodon awal akan melekat dilanjutkan dengan
keluar dari inti sel masuk kedalam sitoplasma. Proses penglepasan IRNA dengan asam amino yang dibawanya
pemutusan intron dan penyatuan kembali ekson disebut oleh enzim yang dikeluarkan oleh subunit besar ribosom
splicing RNA yang dikatalisis oleh kompleks RNA-protein dan pengikatan asam amino tersebut dengan asam
smoll nucleor ribonucleoprotein porticles (snRNP). Ada amino yang dibawa oleh tRNA sebelumnya dengan ikatan
5 macam snRNP, yailu Ul, U2, U4, U5 dan U6, yang peptida. Kemudian ribosom akan bergerak ke kodon
masing-masing terdiri dari L molekul snRNA dan beberapa berikutnya untuk melanjutkan proses elongasi. Asam
protein. amino yang dibawa oleh IRNA berikutnya juga akan saling
Proses trqnslasi adalah biosintesis protein melalui berikatan sehingga membentuk polipeptida yang utuh.
konstruksi berbagai asam amino menjadi polipeptida Pada fase terminosi dimana ribosom mencapai
fungsional sesuai dengann informasi genetik yang dibawa kodon stop (UAA, UAG atau UGA), yaitu pada akhir rantai
oleh mRNA. Pada biosintesis protein, terlibat mRNA, IRNA, mRNA, maka ribosom akan terlepas dari rantai mRNA dan
rRNA dan ribosom. TRNA adalah molekul RNA kecil yang meninggalkan polipeptida yang telah sempurna disintesis,
mampu mengenali kodon mRNA tertentu melalui basa sedangkan mRNA akan dipecah menjadi nukleotida yang
komplementernya yang disebut antikodon. Pada ujung akan mengalami daur ulang.
3' IRNA terikat asam amino tertentu yang sesuai dengan Dari penjelasan pada gambar 8, jelas bahwa gen
kodon mRNA yang merupakan kode genetik untuk sangat penting untuk menentukan jenis protein yang
biosintesis protein tertentu. Proses translasi terdiri dari harus disintesis. Bila terjadi mutosi (perubahan gen)
beberapa fase, yaitu inisiosi, eLongasi dan terminosi. sehingga terjadi perubahan basa nitrogen pada rantai
Faseinisiosi dimulai ketika rantai mRNA melekat pada DNA maka protein yang disintesis juga dapat salah
subunit kecil ribosom. Kodon awal (stort codon) pada mRNA sehingga akan terjadi kelainan metabolisme, karena
selalu AUG yang akan mengikat tRNA dengan antikodon protein yang disintesis pada umumnya adalah enzim
6E {EUKA MEDIK DAN BIOTOGI MOLEKULAR 4l
l--lonsation_l
I )
Langkahsepertidiro","il *
berlaniut sampai kodon stop
6ffiffi*o,
ffi-&
.W
ffi&!,-- !:*ffir
--d
!'l
yang sangat penting untuk proses metabolisme. Substansi terjadi perubahan susunan basa yang bersifat permanen.
yang dapat menyebabkan mutasi disebulmutogen. Mutasi Untuk mengatasi kerusakan DNA akibat mutasi,
merupakan salah satu faktor yang menentukan proses maka sel memiliki mekanisme reparasi. Salah satu
evolusi biologik Bila tingkat mutasi suatu sel sangat tinggi, mekanisme itu adalah dengan melakukan eksisi pada
seringkali menyebabkan kematian sel tersebut, sehingga kedua sisi bagian DNAyang berubah oleh enzim nukleose,
sel memiliki mekanisme reparasi yang dapat memperbaiki kemudian dengan bantuan urutan basa pada untai DNA
perubahan-perubahan DNA akibat mutasi. yang berlawanan, bagian yang dipotong tadi akan diisi
Mutasi dapat terjadi secara spontan atau akibat kembali oleh polimerase DNA kemudian celah potongan
mutagen eksternal, yaitu mutogen fisik dan mutagen pada kedua sisi tersebut akan ditutup oleh ligose DNA.
kimio. Yang termasuk mutagen f,sik adalah radiasi, baik Mekanisme lain adalah melalui reoktifosi cahoya, di mana
radiasi oleh sinor pengion maupun sinar ultro violet. dimer timin sebagai hasil mutasi oleh sinar ultraviolet akan
Sedangkan yang termasuk mutagen kimio adalah osom diikat oleh fotoliose yang dapat memecah dimer timin
nitrit, metilnitrosamin, zot karsinogenik (penyebab kanke), menjadi timin tunggal bila terkena cahaya. Mekanisme
dan sebagainya. Asam nitrit akan menyebabkan deaminasi reparasi yang lain adalah melalui rekombinasi, dimana
basa sehingga mengubah sitosin menjadi urasil dan adenin DNA yang berubah tidak direplikasikan dan diisi oleh
menjadi inosin,-akibatnya pada replikasi selanjutnya akan untaian DNA yang direplikasikan secara tepat.
42 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
no 21 (trisomi), ditulis 47,XX,+21,, sedangkan pasien tampak pada sediaan hapus darah tepi.
dengan 1 kromosom no 21- (monosomi) ditulis 45,XX,-2L. Kromatin Y merupakan bagian dari lengan panjang
Individu dengan karyotip 46,XY18q- menunjukkan laki- kromosm Y yang tampak lebih terang berfluoresensi
laki dengan kromosom no 1-8 yang kehilangan lengan dibandingkan bagian lain dari kromosom Y atau kromosom
panjangnya. yang lain. Pemeriksaan kromatin Y dapat dilakukan pada
semua sel, tetapi biasanya diambil dari sediaan hapus pipi
atau sedian hapus darah tepi.
DETERMINASI SEKS Determinasi seks, kadang-kadang tidak sempurna,
seperti pada keadaan lnterseks atau Hermofroditisme
Ada beberapa beberapa hal yang harus diperhatikan (Yunani: Hermes'. dewa pencipta atletik; Aphroditus'. dewi
pada determinasi seks (penentuan jenis kelamin), yaitu percintaan). Ada 2 macam hermafrodit, yaitu:
kromosom ssk5,l gonad, morfologi genitalia eksterna. . Hermafroditisme sejoti, yailu bila individu tersebut
morfologi genitalia interna, hormon seks, asuhan seks memiliki baik jaringan testes maupun ovum. Pada
(peran orang tua yang akan menentukan perilaku keadaan ini, sulit menentukan jenis kelamin secara
seseorang tergantung pada jenis kelaminnya) dan anatomis, sehingga harus dilakukan pemeriksaan
perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya. Kromosom seks kromosom seks dan kromatin seks.
menentukan jenis kelamin secara genetis dan sampai saat . Pseudohermafroditisme yaitu bila individu tersebut
inri dikenal beberapa tipe penentuan jenis kelamin menurut hanya memiliki testes atau ovum saja, tetapi
lnomosom seks, yaitu tipe XY, XO, ZW ZO dan ploidi. rudimenter. Ada 2 macam:
Tipe XY, didapatkan pada manusia danlalal Drosophilo - Pseudohermofroditisme loki-loki, genotip 46 XY,
melonogosten Pada tipe XY individu betina akan memiliki memiliki testes, tetapi genitalia eksternal tidak
kromosom seks XX, sedangkan individu jantan memiliki berkembanQ. Contoh: mosaikisme sindrom Turner
kromosom sex XY. (4s,xo/46,xY
Tipe XO, ditemukan pada banyak serangga, dimana Pseudohermofroditisme perempuan, genotip
serangga betina akan memiliki kromosom XX, sedangkan 46,XX, memiliki ovarium, genitalia eksternal
serangga jantan memiliki kromosom XO. mengalami virilisasi. Contoh: hiperplasia adrenal
Tipe ZW ditemukan pada beberapa burung, kupu- kongenital (defsiensi 11-hidroksilase atau
kupu dan beberapa jenis ikan. Disini, individu jantan 2l--hidroksilase), androgen atau progesteron
akan bersifat homozigot, yaitu memiliki kromosom maternal, kelainan lokal.
ZZ, sedangkan individu betina memiliki kromosom
heterozigot, yaitu ZW.
Tipe ZO dimiliki oleh unggas, yaitu ayam dan itik, KETAINAN"MONOGEN.
dimana unggas betina akan memiliki kromosom ZO,
sedangkan unggas jantan memiliki kromosom ZW. Kelainan monogen adalah kelainan pada L gen sehingga
Tipe ploidi dimiliki oleh serangga yang dapat melakukan menimbulkan perubahn pada hanya L fenotip. Kelainan ini
portenogenesrs, yaitu sel telur yang dapat membentuk relatif lebih mudah dikenali dibandingkan kelaiqan poligen.
makhluk hidup baru tanpa dibuahi spermatozoa. Pada Ada beberapa kelainan monogen, yaitu kelainan yang
keadaan ini, individu haploid akan berjenis kelamin jantan, diturunkan secara outosom dominon, outosom resesif,
sedangkan individu diploid akan berjenis kelamin betina. rangkai-X dominon, rongkoi-X resesif dan rongkoi-Y
Selain dengan menentukan kromosom seks, Pada kelainan monogen yang diturunkan secara
determinasi seksjuga dapat dilakukan dengan memeriksa outosom dominon, kelainan akan bermanifestasi baik
kromotin seks. Ada 2 macam kromatin seks, yaitu kromatin dalam keadaan gen tersebut dominan homozigot maupun
X dan kromotin Y. heterozigot, sedangkan individu yang memiliki gen resesif
Kromatin X, merupakan pemunculan kromosom X yang homozigot akan normal. Contoh kelainan yang diturunkan
tidak aktif. Pada perempuan yang memiliki 2 kromosom secara autosom dominan adalah okondroplasio, yang
X, akan memiliki l- kromatin X yang menunjukkan bahwa bersifat letal bila dalam keadaan homozigot; otosklerosis
L kromosom X adalah kromosom yang aktif, sedangkan 1- dominan, hiperkolesterolemia fomiliol, penyokit giniol
kromosom X yang lain tidak aktif. Bila seseorang memiliki polikistik podo dewasa, penyokit Huntington, neuro-
2 kromatin X, maka berarti individu tersebut memiliki 3 fibromotosis tipe l, distrofi miotonik, poliposis koli dan
komosom X yang terdiri dari l- kromosom X yang aktif dan sebagainya.
2 kromosom X yang tidak aktif. Kromatin X akan tampak Ciri-ciri kelainan yang diturunkan secara autosom
sebagai badan Borr pada sediaan hapus mukosa pipi atau dominan: a). Kelainan terlihat pada setiap generasi dan
pemukul genderang pada lekosit polimorfonuklear yang diturunkan secara vertikal; b). Pada 1 generasi, jumlah
DASAR-DASAR ILMU PENYAIGT DATAM
44
$tH H
normal heterozigot menikah, rnaka 25o/o anaknya akan
IE
i# *! j4 56
tt= menjadi pasien homozigol,25'/o homozigot normal dan
50% heterozigot normal'
&T
*5
** %fi $#
I
fr$
10
qr qF
Kelainan monogen yang diturunkan secara rongkai-X
dominon, jarang ditemukan dan disebabkan oleh gen
dominan yang terletak di kromosom-X' Kelainan ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: a). Perempuan akan terserang
** #* k*
,l ,4 15
ffiffi
t6
$$ s$ lebih banyak 2 kali dibandingkan laki-laki; b)' Perempuan
heterozigot akan menurunkan gen tersebut pada kedua
exi #H ** r*
,,p'd t
jenis kelamin anak-anaknya dengan perbandingan 1:1; c)'
19 tli 2r iaki-laki hemizigot hanya akan menurunkan gen tersebut
ke anak perempuannya dan tidak ke anak laki-lakinya;
d)'
Ekspresi klinisnya bervariasi, biasanya laki-laki hemizigot
$ambar 10. Karyotipe laki-laki normal akan menunjukkan gambaran klinis yang lebih berat
dibandingkan perempuan heterozigot'
Contoh kelainan yang diturunkan secara rangkai-X
4rlm ##
ftm # #
dominan adalah vitamin D-resistant rickefs' Pada beberapa
*p *{.
t6
keadaan, kelainan yang diturunkan secara rangkai-X
dominan dapat menyebabkan letal pada laki-laki
hemizigot, sehingga tidak ada pasiennya yang laki-laki'
#B ## h$ Hp k,#r &$ Kelainan monogen yang diturunkan secara rongkoi-X
resesif, disebabkan oleh gen resesif yang terletak
di
ff* *#
$$ffi &p tp "e&
,i
t** tit xr
'u
kromosom-X. Pada perempuan, bila didapatkan
resesif pada salah satu kromosom-X nya, maka secara
gen
FF ffi# +* #* ##
r{ :l{ }! 1:
klinis dapat dalam keadaan normal, karena ekspresi gen
tersebut tertutup oleh gen dominan pada kromosom-X
x?
yang satunya lagi, tetapi bila gen resesif ini terdapat
Gambar 11. Karyotip perempuan normal pada kromosom-X pada laki-laki, maka ekspresinya
akan muncul. Contoh kelainan yang di-turunkan secara
rangkai-X resesif adalah butowq rna mero h - h ii o u, he m ofilio'
pasien dan jumlah individu yang normal sama jumlahnya;
defisiensi G6PD dan distrofi \tltskulor Duchene'
c). Perbandingan pasien laki-laki dan perqnpuan sama
jumlahnya. Ciri-ciri kelainan yang diturunkan secara rangkai-X
resesif adalah: a). Kelainan ini akan diekspresikan secara
Pada kelainan monogen yang diturunkan secara
penuh pada laki-laki hemizigot; b)'Perempuan heterozigot
outosom resesif, manifestasinya hanya akan tampak bila
biasanya normal, kadang-kadang dapat menunjukkan
gen tersebut dalam keadaan homozigot' Dalam keadaan
kelainan yang ringan; c). Perempuan heterozigot akan
heterozigot, kelainan ini tidak akan tampak karena tertutup
menurunkan gen tersebut ke separuh anak laki-lakinya'
oleh gen yang dominan. Oleh sebab itu kelainan ini dapat d)'
sedangkan separuh anak laki-lakinya yang lain normal;
tersembunyi sampai beberapa generasi sampai terjadi separuhnya
Anak perempuan dari perempuan heterozigot'
perkawinan dengan sesama pengemban gen resesif
bersifat pembawa heterozigot, sedangkan separuhnya
iersebut. Ekspresi 9en ini akan dipercepat bila terjadi
bersifat normal; e). Seluruh anak perempuan dari pasien
perkawinan sepupu. Contoh helainan yang diturunkan
laki-laki yang menikah dengan perempuan normal adalah
secara autosom resesif adal ah olbinisme, hemokromotosis'
pembawa, sedangkan anak laki-lakinya normal (no fother-
fibrosk kistik, fenitketonurio dan lain sebagainya'
to-son tronsmission); f). Pernikahan antara pasien laki-laki
Ciri-ciri kelainan yang diturunkan secara autosom
dan perempuan heterozigot akan memberikan separuh
resesif: a). Kelainan tidak terlihat pada setiap generasi; b)'
pasien perempuan homozigot, separuh anak perempuan
Orang tua secara klinik normal; c)' Pasien dapat laki-laki
pembawa heterozigot, separuh pasien laki-laki dan
atau perempuan; d). Bila pasien menikah dengan orang
separuh anak laki-laki normal.
normal homozigot, maka semua anaknya akan menjadi
Kelainan monogen yang diturunkan secara rongkoi-\'
pembawa heterozigot, tetapi secara klinis normal; e)' Bila
akan diturunkan dari ayah kepada semua anak Iaki-lakinya'
pasien menikah dengan orang normal heterozigot, maka
sedangkan anak perempuannya dalam keadaan normal'
separuh anak-anaknya akan menjadi pasien, dan separuh
Contoh kelainan ini adalah hipertrikosis, yaitu tumbuhnya
lagi normal; f). Bila 2 pasien homozigot menikah' maka
rambut yang panjang pada daun telinga'
semua anaknya'akan menjadi pasien; g)' Bila 2 orang
€ENENXA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKULAR 45
Penyakit Gaucher
Deflsiensi ADA --
Polip kolon turunan / herediter
Hiperkolesterolemia
Ataksia spinoserebelar
Distrofi miotonik '.--
Cystic Fibrosis
Amiloidosis.--
Kanker Payudara -
..-....
Penyakit Ginjal Polikistik-
--/ Melanoma maligna
(kanker Kulit)
Penyakit Tay-Sach(
Retinoblastoma
tl
ilt
IV
45678
A. 56p'p6rnetrant individual
II
ilt
IV
45 2 3 4, 5 6
C.
Gambar 13. (a) Pedigre autosomal-dominan; (b) Pedigre autosomal-resesif; (c) Pedigre X-linked-dominan; (d) Pedigre X-linked-resesif
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
46
dan inversi perisentris, bila sentromer berada di dalam sehingga membentuk L kromosom yang utuh; translokasi
bagian yang mengalami inversi. Contoh : 46,XYinv(3) i n i d isebut tro n sloka si Ro b e rtson atau f u si se ntrik Co nto h:
(q26q29), yaitu inversi parasentris pada kromosom 3 46,XY,t(9 ;22) (q 3a, q 1 1), ya i t u t ra n s I o ka s i se ba g i a n se g m e n
pada lokasi antara pita q26 dengan q29; dan 46,XYinv(11) kromosom 9 ke kromosom 22, yang dikenal sebagai
(p15q1a), yaitu invesi perisentris kromosom 1L pada kromosom Philadelphia (kromosom Ph), yang didapatkan
lokasi antara pita p15 dengan qL4;7).Tronslokosi (t), yaitu pada pasien lekemia granulositik kronik; dan 46, XX,
bila sebagian dari suatu kromosom pindah ke kromosom t(13;14) (p11,q11), yaitu fusi sentrik kromosom 13 dan
lain. Perpindahan ini dapat besifat resiprokal (berpindah 1,4; 8). lnsersi (ins), yaitu salah satu bentuk translokasi,
tempat) atau tidak resprokal. Translokasi juga dapat dimana potongan kromosom berpindah menyelip diantara
terjadi dengan penggabungan 2 kromosom akrosentrik pita-pita kromosom yang ada atau kromosom lainnya.
B e rt.,t
HE
1214
E& nd 6€ #*
Hg
ffi#
trl@
56
Fd p s"t, .
;:; ffir*
'
6B f& r+m itB *j*:
r*
, E l0 t
'
: t{+ : +i i4-
1, ,e s+. .*
' E"r
19 ?ii ii ?:
T
Gambar 14. Trisomi 21: (a). Wajah dan lipatan palmar tunggal; (b) Karyotip
,,ii
!+
P.l
J:1
!.i
i
i
stl i
a
lU;i
o,l
ili,
i
. ji -..,
5,;1 i
iq.
,t
-H_
(a) (b)
+**
el-
* Irr
rG*
I
***;f* tlf Iffi E*l
E#e3*f
ITt.
t13 *€$ *r# IB lt
1F#
i:
lrt tg itt
.t
ir$, #sG $&#
t: i4 t3 ln i:
Gambar 16. Triploidi (a) Disproporsi kepala dan badan, sindaktili; (b) Kariotip
Contoh: 46, XY, ins (1;5) (q31;q13), artinya delesi pada Kelainan kromosom yang lain adalah genomic
pita q13 kromosom 1 yang mengalami insersi pada pita imprinting, dimana fenotip sangat tergantung pada orang
q13 kromosom 5. tua yang membawa gen atau segmen kromosom tersebut.
Keadaan ini didapatkan pada Prader-Willi Syndrome (PWS)
Aberasi mosaik kromosom adalah keadaan dimana
dan Angelmon Syndrome (AS). Pada PWS, 60% kasus
sel-sel pada satu tubuh memiliki pola kromosom yang
"mengalami disomi uniparental maternal pada kromosom
berlainan. Contoh: 46,XX/45,XO, berarti pada tubuh
15 (kehilangan kromosom 1} paternal), sedangkan 5%
individu tersebut terdapat 2 jenis sel yang berbeda
kasus AS mengalami disomi uniparental paternal pada
kromosomnya, yaitu 46,XX dan 45,XO. Seseorang dengan
genotip 45,XO/46,XX/47,XXY, berarti memiliki jenis
kromosom 15 (kehilangan kromosom 1-5 maternal).
3 sel
Dengan demikian kelainan ini hanya diturunkan dari
yang berbeda kromosomnya.
salah satu orang tua yang kebetulan memiliki gen pada
Kelainan kromosom yang lain adalah fragile site,
kromosom 15 yang mengekspresikan kelainan. Walaupun
disomi uniporentol dan genomic imprinting.
kromosom tempat lokus gen tersebut sama, tetapi
Fragile sife adalah bagian kromosom yang cenderung fenotipnya berbeda. Bila diturunkan dari maternal, maka
terlepas dari kromosom induknya. Contoh yang spesifik akan timbul fenotip eWS, yanlj"ditandai oleh obesitas,
adalah Fragile X syndrome dimana frogile sife terletak hipogonadisme, dan retardasi mental daii ringan sampai
pada kromosom X pada lokasi pita q27.3. Kelainan ini sedang; sedangkan bila diturunkan dari. paternal akan
akan memiliki fenotip laki-laki dengan retardasi mental. menimbulkan fenotip AS, yang ditandai oleh mikrosefali,
Gejala klinik yang lain adalah mokroorkidisrne, dan wajah gaya berjalan taksik, kejang dan retardasi mental berat.
yang khas yang menunjukkan muka yang panjang, rahang Kedua jenis kelamin dapat terserang dengan frekuensi
yang prominen dan telinga yang besar. Pada perempuan yang sama.
heterozigot, akan mengakibatkan retardasi mental pada
berbagai tingkatan.
dihasilkan 1 kg ATP/kgBB/hari. Di dalam mitokondria total protein mitokondria, sedangkan kandungan protein
terjadi perubahan asam piruvat menjadi asetil-KoA, membran luar hanya 6%. Berdasarkan fungsinya, protein
daur asam sitrat, rantai pernapasan, penghancuran membran dalam mitokondria dalapat dibagi dalam 3
asam lemak melalui oksidasi-b, dan sebagian daur urea. kelompok, yaitu enzim dan komponen rantai pernapasan,
Selain itu, mitokondria juga berperan pada apoptosis sel pengemban spesifik yang mengatur transpor metabolit
yang bersangkutan melalui penglepasan sitokrom-c dan keluar masuk matriks mitokondria melalui membran
homeostasis ion Ca2*. dalam; dan ATP sintase yang berperan pada produksi ATP
Mitokondria memiliki 2 membran, yaitu membran di dalam matriks mitokondria. Rantai respirasi terdiri dari
luar dan membran dalam. Ruang diantara membran 4 kompleks multipeptida dan 2 pengangkut elektron yang
luar dan membran dalam disebut ruang antar membran. bebas bergerak, yaitu ubikuinon (Koenzim Q CoQ) dan
Membran bagian dalam berlipat-lipat mengelilingi sitokrom c. Keempat kompleks enzim rantai pernapasan
ruang matriks yang disebut krista. Adanya krista adalah KompLeks I (NADH-ubikuinon oksidoreduktose);
membuat permukaannya menjadi luas dan meningkatkan Kompleks ll (suksinqt-ubikuinon reduktase); Kompleks lll
kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran (ubikuinol-sitokrom c oksidoreduktose); dan Kompleks lV
luar mitokondria mengandung sejumlah protein yang (sitokrom oksidqse). Kompleks enzim rantai pernapasan
dis'ebut porin yang berperan membentuk pori-pori kecil bersama dengan pengangkut elektron dan ATP sintase
yang memungkinkan molekul-molekul berukuran < be rsa ma -sa ma menyusu n sistem fosfo rilo si oksid atif. Bahan
5kDa lolos dan masuk ke dalam ruang antar membran. makanan (karbohidrat, lemak, protein) akan diuraikan
Sebaliknya membran dalam bersifat impermeabel, melalui asetil-KoA untuk menghasilkan molekul berenergi
sehingga molekul-molekul tersebut tidak dapat masuk tinggi NADH dan suksinat. Keduanya akan mengalami
ke dalam matriks mitokondria. Kandungan protein serangkaian reaksi oksidasi dan melepaskan energi yang
rnembran dalam mitokondria sangat tinggi, sekitar 21% akan dimanfaatkan oleh ATP sintase utntuk membentuk
coilr
ATP ase 6
coil K
ase 3
Gambar X7. DNA Mitokondria. A=Alanin; R=Arginin; N=Asparagin; D=Asam Aspartat; C=Sistein; Q=Glutamin; E=Asam Glutamat;
G=Glisin; H=Histidin; I=lsoleusin; L=Leusin; K=Lisin; M=Metionin; F=Fenilalanin; S=Serin; T=Treonin; W=Triptofan; Y=Tirosin;
V=Valin
_-"=:==i.
1 molekul ATP dari 1 molekul ADP dan fosfat inorganik. f-Met-tRNA, Ala-IRNA, Asn-tRNA, Cys-tRNA, Tyr-tRNA,
Oksidasi tiap molekul NADH akan menghasil 3 molekul Trp-tRNA, Ser-tRNA, Asp-tRNA, Lys-tRNA, Gly-tRNA,
ATP, sedangkan oksidasi tiap molekul suksinat hanya akan Arg-tRNA, His-tRNA, Glu-IRNA, Thr-tRNA dan Pro-tRNA.
menghasilkan 2 molekul ATP. Pada mtDNA terdapat daerah yang tidak menyandi protein
Seperti dijelaskan di muka, mitokondria memiliki yang disebut D-loop (displacement loop) sepanjang LL22
DNA sendiri yang diwariskan secara maternal. Di dalam pb, yang dibatasi oleh gen Phe-tRNA dan Pro-tRNA, dan
ovum terdapat ratusan ribu DNA mitokondria (mtDNA), berperan pada regulasi replikasi dan transkripsi genom
sedangkan didalam spermatozoa hanya terdapat kurang mitokondria. Pada pembelahan sel, mitokondria juga akan
dari 100. Pada fertilisasi, hampir tidak ada mtDNA membelah dan mendistribusikan genomnya secara merata
spermaotozoa yang masuk ke dalam ovum, sehingga kepada kedua anak organel yang baru terbentuk.
seorang ibu akan,mewariskan mtDNA ke seluruh Kelainan pada mitokondria akan mempengaruhi
keturunannya dan anak perempuannya akan mewariskan biosintesis enzim yang dibutuhkan untuk fosforilasi
mtDNA tersebut ke generasi ber-ikutnya. Dengan oksidatif sehingga cadangan ATP menurun, peningkatan
'demikian mtDNA bersifat haploid karena tidak terjadi radikal bebas dan induksi apoptosis. Sebagian besar
rekombinasi DNA. Berbeda dengan DNA inti, ekspresi sindrom klinik akibat kelainan mitokondria akan
mtDNA berlbngsung di dalam mitokondria dan mRNA menyebabkan miopati, kardiomiopati dan ensefalopati
mitokondria tidak mengandung intron. karena jaringan-jaringan tersebut membutuhkan ATP yang
Mitokondria memiliki kemampuan untuk men-sintesis tinggi. Beberapazatkimia juga dapat berrpengaruh pada
beberapa proteinnya sendiri karena memiliki mtDNA fungsi mitokondria, misalnya antiretroviral azidotimidin
dan ribesom mitokondria sendiri. Walaupun demikian, (AZT) akan menyebabkan deplesi mtDNA otot sehingga
sebagian besar protein mitokondria disandi oleh DNA inti menimbulkan miopati mitokondrial didapat KCN di dalam
dan disintesis di dalam ribosom bebas di dalam sitoplasma singkong dapat menghambat sitokrom c oksidase, asam
dan diimpor ke dalam mitokondria. Sebaliknya, tidak ada bongkrek di dalam tempe bongkrek dapat menghambat
protein yang disandi di dalam mitokondria diekspor untuk Adenin Nucleotide Tronsporter (ANT), kloramfenikol
berfungsi di luar mitokondria. Mekanisme impor protein dapat menghambat rantai respirasi dan sintesis protein
dari luar mitokondria ke dalam mitokondria merupakan mitokondria.
proses yang kompleks. Protein tersebut harus dikenal dulu Mutasi pada mtDNA juga akan menyebabkan
oleh reseptor di membran luar mitokondria, kemudian beberapa kelainan, terutama kelainan neuromuskular
dalam keadaan tidak melipat dituntun oleh peptida sinyal, yang disebut sitopoti atau miopoti mitokondrial, misalnya
melintasi kedua membran mitokondria. Di dalam matriks MELAS syndrome (Mitochondrial Encepholomyopothy,
mitokondria, peptida sinyal akan di-putus oleh suatu Loctic Acidosis, Stroke-like.episodes), LHON (Lebers
peptidase, kemudian protein tersebut melipat menjadi Hereditory Optic Neuropothi), CPEO (Chronic Progressive
bentuk yang siap berfungsi. Exte r n o I O p hth o lm o p le g ia), Ke r n - S oyrei Sy n d ro m e (C P EO,
Pada sel yang sama seringkali ditemukan campuran retinitis pigmentoso, blok otrioventrikulor), MERRF
antara mtDNA yang normal dan yang termutasi syndrome (Myoclonic Epilepsy Rogged Red Fibres), MMC
(heteroplosmik). Laju mutasi mtDNA jauh lebih tin99i (Moternatty inherited Myopathy and Cordiomyopothy),
dibandingkan dengan DNA inti sel karena mekanisme NARP (Neurogenic musculor weokness with Atoxio qnd
reparasi mtDNA terbatas, mtDNA tidak memiliki histon Retinitis Pigmentoso), Peorson Syndrome (kegagalan
yang berfungsi sebagai pelindung dan mitokondria sumsum tulang dan pankreas), ADMIMY (Autosomol
memiliki kandungan radikal bebas yang tinggi. Dominont lnherited Mitochondriol Myopothy with
MTDNA memiliki rantai ganda (rantai H dan rantai L) M itochond rio I d eletio n).
yang berbentuk lingkaran tertutup berukuran 16'569 pb
yang menyandi 13 polipeptida sistem rantai pernapasan,2
rRNA (12 S dan 16 S) dan 22 tRNA yang diperlukan untuk IMUNOGENENKA
biosintesis protein mitokondria. Ketigabelas polipeptida
sistem pernapasan terdiri dari 7 polipeptida kompleks Sistem irRun berfungsi untuk melindungi tubuh dari
I (ND1 TNADH dehidrogenase 1, ubikuinon 11, ND2, antigen asing, baik protein, polisakarida atau asam nukleat
ND3, ND4, ND4L, ND5 dan ND6); 1 protein kompleks III yang masuk ke dalam tubuh. Ada 2 sistem imun, yaitu
(sitokrom b); 3 polipeptida kompleks lV (sitokrom c oksidase sistem imun selular dan sistem imun humoral. Sistem imun
1 tCOIl, sitokrom c oksidose 2 [COU, sitokrom c oksidose j selular dilakukan oleh limfosit T, baik limfosif f-penolong
(T-hetper CD4), timfosit T-supresor (CD8), maupun limfosit
ICOUI) dan 2 ATP sintase (ATP6 dan ATP8).
Sedangkan tRNA yang disandi oleh mtDNA adalah T-sitotoksik (CD8); sedangkan sistem imun humoral
Phe-tRNA, Val-IRNA, Leu-tRNA, Ile-tRNA, Gln-tRNA, dilakukan oleh berbagai antibodi (imunoglobulin, lg) yang
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKULAR 51
dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap masuknya Aspek imunogenetik lain didalam tubuh adalah
antigen ke dalam tubuh. golongan darah. Sampai saat ini dikenal sekitar 400
lmunoglcibulin (lg) merupakan protein yang terdiri golongan darah, tetapi yang penting adalah sistem
dari 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identik yang ABO dan Rhesus (Rh). Sistem ABO mengenal 4 fenotip
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Ada 5 kelas Ig, yaitu golongan darah tergantung kandungan antigen pada sel
IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE. Pada umunya kelima kelas darah merah individu, yaitu A, B, O dan AB. Golongan
Ig memiliki rantai ringan yang sama, yaitu rantai kappo darah A memiliki antigen A pada per-mukaan sel darah
(k) dan lombda (l), tetapi rantai beratnya berbeda-beda, merahnya dan IgM anti B didalam serumnya; golongan
yaitu rantai g untuk IgG, rantai m untuk IgM, rantai a darah B memiliki antigen B pada permukaan sel dar"ah
untak IgA, rantai d untuk IgD dan rantai e untuk IgE. Tiap merahnya dan IgM anti A di dalam serumnya; golongan
rantai Ig memiliki 3 daerah, yaitu daerah V pada ujung N, darah AB memiliki antigen A dan B pada permukaan sel
daerah J (junctionot) dan daerah C (constont). Pada rantai darah merahnya, tetapi tidak memiliki baik anti A maupun
berat juga terdapat daerah D (diversity) yang terletak anti B didalam serumnya; sedangkan golongan darah O
diantara daerah V dan J. Gen-gen untuk rantai k terletak tidak memilki antigen, tetapi memilikilgM anti A dan anti
didalam lengan pendek kromosom 2, sedangkan gen B di dalam serumnya. Gen sistem ABO terletak dekat ujung
rantai I terletak di kromosom 22 dan gen untuk rantai lengan panjang kromosom 9 dan dikenal 3 al'el, yaitu IA,
berat terletak di kromosom 14. Gen-gen tersebut pada IB dan i, sehingga terdapat kemungkinan 6 genotip, yaitu
umumnya merupakan kelompok gen (cluster). Kelompok IAIA dan IAi untuk golongan darah A; IBIB dan IBi untuk
gen rantai berat terdiri dari 200 gen V, 50 gen D, 6 gen golongan darah B; IAIB untuk golongan darah AB; dan ii
J dan l- atau lebih gen C untuk setiap kelas Ig. Berbagai untuk golongan darah O. Gen IA dan IB bersifat kodominan,
kombinasi dari gen-gen tersebut dapat terjadi, sehingga sedangkan gen i bersifat resesif terhadap IA dan IB.
terdapat lebih dari 12.000 kemungkinan kombinasi VDJ. Pada sistem ABO, juga dikenal adanya antigen H
Kelompok gen untuk rantai k dan I terdiri dari 200 gen yang dikendalikan oleh gen H dominan dan alelnya h
V, 4 gen J, L gen C dan tidak terdapat gen D. Setiap sel resesif. Individu dengan golongan darah A, B, AB dan O
plasma hanya memproduksi L kombinasi VJC, baik untuk selalu memiliki gen H, sehingga dengan demikian akan
rantai k atau l, tetapi tidak keduanya. memproduksi antigen H. Individu yang memiliki genotip
Sistem imun selular (limfosit T), mengenal antigen hh homozigot, tidak akan memproduksi antigen A, B dan H,
melalui reseptor pada permukaan limfosit T yang disebut sehingga darahnya tidak akan bereaksi dengan anti A, anti
reseptor sel f OCR). Sebagaimana Ig, terdapat 2 rantai pada B maupun anti H, sebaliknya di dalam tubuhnya ditemukan
masing-masing TCR, yaitu rantai a dan b. Gen untuk rantai ketiga antibodi tersebut. Hal ini akan menyulitkan bila
a terdapat pada kromosom 1-4, sedangkan gen untuk rantai individu tersebut memerlukan transfusi darah, karena
b terdapat pada kromosom 7. Sama halnya dengan Ig, harus dicarikan darah dari individu.dengan genotip hh.
gen-gen untuk rantai a dan b juga merupakan kelompok, Genotip hh ini disebut golongan darah Bombqy yang
yaitu 50 gen V dan 50 gen J untuk rantai a dan 80 gen V, sangat jarang ditemukan.
l- atau 2 gen D dan 13 gen J untuk rantai b. Aspek genetik golongan darah sistem Rhesus lebih
Sistem imun lainyang berperan pada presentasi antigen kompleks daripada sistem ABO, karena walaupun hanya
yang juga diturunkan adalah Major Histocompotibility didapatkan 2 fenotip, yaitu Rh + dan Rh-, ternyata
Complex (MHC) yang merupakan kelompok gen didapatkan banyak alel yang menentukan sistem Rh.
yang polimorfik pada lengan pendek kromosom 6. Wiener mengemukakan minimal ada L0 alel yang
Kelompok gen MHC dibagi atas 3 kelas, yaitu kelas I menentukan golongan Rh yang menempati L lokus di
yang mengekspresikan Humon Leucocyte Antigen (HLA) kromosom 1, yaitu alel R', R1, R2 dan R0 yang menentukan
A, B dan C; kelas II yang mengekspresikan HLA DR, Rh +; dan alel rv, r'; r" dan ryang menentukan Rh -. Peneliti
DQ dan DP; dan kelas III yang mengekspresikan sistem lain, yaitu Fisher mengemukakan minimal ada 3 pseudoalel
komplemen termasuk C2, C4A, C4B dan properdin (Bf). yang berangkai amat berdekatan yang menentukan
Selain itu lokus untuk gen defisiensi 2L-hidroksilase golongan Rh, yaitu D d, C, c, E dan e. Individu yang
yang berperan pada hiperplasia adrenal kongenital juga memiliki gen dominan D akan memiliki Rh +, sedangkan
terdapat pada kelompok ini. Beberapa antigen HLA, bila tidak ada gen D, akan memiliki Rh -, walaupun memiliki
ternyata berhubungan erat dengan timbulnya penyakit gen dominan C dan E. Di dalam populasi, golongan Rh +
tertentu, misalnya HLAB27 dengan ankilosing spondilitis menunjukkan persentase yang lebih tinggi di-bandingkan
dan sindrom Reiter; HLA DR4 dengan artritis reumatoid, Rh -. Saat ini dikenal 3 antibodi untuk golongan Rh, yaitu
HLA DR2 dengan sklerosis multipel, HLA DR3 dan 88 anti-D, anti-C dan anti-E.
dengan miastenia gravis, HLA DR7 dengan psoriais dan Di dalam klinik, sitem Rh akan menimbulkan
sebagainya. problem bila terjadi perkawinan antara laki-laki Rh +
52 DASAR-DASAR ILMU PENYAIOT DATAM
homozigot dengan perempuan Rh -. Bila si perempuan faktor genetik berasal dari observasi bahwa karsinogen
mengandung, maka anaknya akan memiliki golongan menyebabkan mutasi DNA; pasien kanker menunjukkan
darah Rh + heterozigot. Dalam hal ini, eritrosit anak yang abnormalitas kromosom; dan pada beberapa kanker yang
mengandung antigen Rh akan merangsang pembentukan jarang, ditemukan faktor-faktor herediter. Ada 2 tipe gen
anti Rh didalam tubuh ibu. Pada kehamilan berikutnya, yang berperan pada timbulnya kanket yaitu gen supresor
akan terulang kembali janin di dalam kandungannya tumor dan onkogen.
memiliki Rh +. Anti Rh dari tubuh ibu akan masuk ke Gen supresor tumor berfungsi menyandi protein yang
tubuhjanin dan bereaksi dengan antigen Rh di permukaan penting untuk mengatur siklus sel. Bila protein ini tidak
eritrosit janin, sehingga timbul hemolisis dan di dalam diproduksi, maka akan terjadi proliferasi selular yang
tubuh janin akan ditemukan banyak eritroblas. Keadaan ini tidak terkontrol. Contoh klasik kanker yang timbul akibat
disebut in kompatibilitas siste m Rhesus atau e ritrob lo stosis hilangnya gen supresor tumor adalah retinoblastoma. Pada
foetolis. retinoblastoma, gen supresor tumornya terdapat pada
Pada transplantasijaringan atau organ, aspek imuno- lengan panjang kromosom 13 (13q1a) dan diturunkan
'genetik harus diperhatikan dengan baik. Jaringan atau secara autosomal dominan. Contoh lain adalah poliposis
organ transplan yang berasal dari tubuh resipien sendiri koli adenomatosa yang terjadi akibat mutasi gen p53 pada
disebut outogrof; bila berasal dari saudara kembar yang kromosom L7p.
identik disebut isograf; bila berasal dari individu lain yang Onkogen adalah gen yang berperan atas timbulnya
satu spesies disebut alograf; dan bila berasal dari spesies kanker. Misalnya onkogen ros yang berasal dari virus
lain disebut xenograf. Penolakan jaringan atau organ sarkoma Rous yang menyebabkan sarkoma pada ayam.
transplan pada transplantasi dengan autograf atau isograf Pada umumnya setiap onkogen virus (v-onc) berasal
tidak menjadi problem yang terlalu serius karena secara dari rekombinasi gen (DNA) normal hospes dengan
genetik baik donor maupun resipien (penerima) identik, genom (RNA) virus (retrovirus). Saat ini telah diketahui
tetapi bila transplantasi dilakukan dengan xenograf maka banyak onkogen selular (c-onc) yang bersifat normal
penolakan terhadap jaringan atau organ transplan selalu yang dapat diaktifkan oleh"mutasi gen maupun mutasi
terjadi. Pada transplantasi dengan alograf, rejeksi akan kromosom sehingga menyebabkan timbulnya kanker.
terjadi bila jaringan donor dan resipien lidak motching Hasil mutasi kromosom yang khas ditemukan pada
dan tidak diberikan imunosupresan. kromosom Philodelphia (Ph') yang menyebabkan lekemia
Iransfusi darah adalah salah satu bentuktransplantasi gronulositik kronik LGK). Kromosom Philadelphia adalah
jaringan. Sebelum dilakukan transfusi darah, maka tipe kromosom 22 yang lebih pendek dari kromosom 22
golongan ABO dan Rhesus baik dari donor maupun yang normal yang terjadi akibat translokasi sebagian
resipien harus diperiksa. Sebaiknya transfusi darah segmen kromosom 9 ke kroD'tosom 22lt(9;22)(q3a,q11)1,
dilakukan pada golongan darah yang sama, tetapi dalam sehingga onkogen ABL (c-ob\ yang seharusnya terletak
keadaan darurat, dapat dipertimbangkan pemberian dari pada lengan panjang kromosom 9 (9q3a) berpindah ke
golongan darah lain selama dipertimbangkan kesesuaian lengan panjang kromosom 22 (22qL7) yang merupakan
jenis antigen donor dan antibodi resipien. Golongan darah tempat gen BCR. Protein yang dihasilkan oleh hibrid gen
A, hanya dapat menerima darah dari golongan darah A dan BCR/ABL pada sel-sel LGK ternyata bertanggungjawab
O; golongan darah B hanyak dapat menerima darah dari terhadap transformasi neoplastik sel-sel tersebut. Contoh
golongan B dan O; golongan darah AB dapat menerima lain adalah limfomo Burkityangjuga berhubungan dengan
darah dari semua golongan; sedangkan golongan darah translokasi kromosom, sehingga onkogen MYC (c-myc)
O hanya dapat menerima darah dari golongan O. Karena yang seharusnya terletak pada lengan panjang kromosom
golongan darah AB dapat menerima darah dari semua 8 $q2q berpindah ke lengan panjang kromosom 14
golongan tetapi tidak dapat menjadi donor untuk gag) dan diaktifkan oleh gen rantai berat Ig yang
golongan darah lain selain AB, maka disebut resipien berlokasi sama di L4q32.Pada leukemia mieloblostik okut,
universol; sebaliknya golongan darah O dapat menjadi onkogen MOS (c-mos) yang seharusnya terletak pada
donor untuk semua golongan darah, tetapi hanya dapat lengan panjang kromosom 8 (8q22) mengalami translokasi
menerima darah dari golongan O saja, maka disebut ke lengan panjang kromosom 21(2Lq22).
donor universal.
EVALUASI KLINIK
GENETIKA KANKER
Anamnesis yang baik sangat penting untuk mendiagnosis
Timbulnya kanker dipengaruhi oleh faktor genetik penyakit genetik, terutama anamnesis penyakit dalam
maupun karsinogen dari luar. Bukti bahwa kanker memiliki keluarga yang berhubungan dengan kelainan yang
GINETIKA MEDIx DA}I BTOLOGI MOLEKULAR 53
@
rodiol loop, sedangkan bila bagian yang terbuka menuju
ke arah pangkal jari, disebut ulnor loop. Penghitungan
banyaknya rigi dilakukan dari trirodius sampai ke pusat
pola sidik jari. Triradius adalah titik-titik dimana rigi-rigi
menuju ketiga arah dengan sudut l-20o. Karena bentuk arch
Whorl
tidak memilikitriradius, maka riginya tidak dapat dihitung
dan dinyatakan-sebagai 0-0. Bentuk loop hanya memiliki Gambar 19. Pola dermatoglifi
54 DASAR.DASAR IIMU PENYAKIT DALAM
fluoresensi. Kemudian berkembang G-bonding yang Trisomi2L lJlnar loop, Simian crease (50%)
menggunakan pewarnaan Giemsa dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya.
plasmid yang resisten terhadap antibiotika tertentu,
Hasil dari teknik bonding adalah pita-pita melintang
sehingga dengan pemberian antibiotika tersebut, bakteri
@anA yang berselang-seling gelap dan terang pada yang lain akan mati dan yang tertinggal hanyalah bakteri
benang-benang kromosom. Q-bond biasanya sama
yang mengandung rekombinasi gen yang akan dikloning.
dengan G-band; yang banyak dan rutin dilakukan adalah
Setelah perbanyakan cukup, plasmid akan diisolasi dari
G-banding.
sel bakteri inang, kemudian dilakukan pemotongan
Dengan berkembangnya sitogenetika mlolekular,
dengan enzim endonuklease restriksi sehingga didapatkan
maka pada akhir l-980 dikembangkan teknik fluorescence
fragmen DNA dimaksud dalam jumlah yang banyak.
in situ hybridbotion (FISH) yang hampir sama dengan
teknik hibridisasi DNA. Disini digunakan probe yang Hibridisasi asam nukleat. Hibridisasi asam nukleat adalah
dilabel dengan hapten kemudian dilakukan pewarnaan penggabungan antara 2 rantai tunggal asam nukleat
dan diperiksa di bawah mikroskop fluoresensi. Teknik FISH komplementer yang dapat terdiri dari 2 rantai tunggal
memungkinkan deteksi kelainan struktural kromosom DNA atau 2 rantai tunggal RNA atau rantai tunggal DNA
secara lebih tepat, seperti delesi, duplikasi, rekombinasi dengan rantai tunggal RNA. Teknik ini digunakan untuk
bahkan mikrodelesi. Berbeda dengan teknik analisis mendeteksi urutan nukleotida yang spesifik dari molekul
kromosom secara konvensional, FISH dapat dilakukan baik DNA atau RNA dengan menggunakan suatu pelacak DNA.
pada stadium metafase maupun interfase. Bahkan berbagai Untuk mendeteksi suatu molekul asam nukleat dalam
teknik tambahan juga dapat dilakukan, seperti multicoLor suatu campuran yang mempunyai urutan komplementer
F/SH (m-FISH), comporative genomic hybridization (CGH) dengan pelacaknya, maka dilakukan dulu elektroforesis
dan fiber FISH. Pada fiber FISH, kromosom diregangkan gel untuk memisahkan molekul DNA atau RNA yang akan
dengan berbagai teknik sehingga resolusinya lebih baik dilacak dari larutannya. Setelah itu dilakukan pemindahan
di-bandingkan dengan FISH yang konvensional. molekul DNA dari gel ke kertas nitro-selulosa dengan
teknik Soufhern blot atau molekul RNA dari gel ke kertas
nitroselulosa dengan teknik Norfhern blot. Teknik b/of
TEKNIK GEN merupakan teknik pemindahan molekul atau fragmen
DNA atau RNA atau protein dari gel ke kertas nitroselulosa,
Kloning gen (DNA). Kloning gen (DNA) adalah suatu karena gel mudah rusak dan sulit diproses lebih lanjut.
usaha untuk membuat salinan fragmen DNA sehingga Teknik Southern blot pertama kali ditemukan oleh Prof.
jumlahnya cukup banyak untuk keperluan penelitian di Ed Southern. Selain Southern blot dan Northern blot, juga
laboratorium. Di laboratorium kloning gen dilakukan dikenal teknikWestern blot, dimanayang dipindahkan dari
dengan bantuan bakteri yang mempunyai kemampuan gel ke kertas nitroselulosa adalah protein.
untuk memperbanyak fragmen DNA pendek yang Polymerase chain readion (PCR). PCR merupakan
berbentuk cincin yang disebut plosmid. Fragmen gen suatu teknik penggandaan fragmen DNA secara eksponensial
yang akan dikloning, dipotong dari DNA asalnya dengan secara in vitro, sehingga tidak dibutuhkan enzim restriksi,
menggunakan enzim endonukleose restriksi, kemudian vektor maupun sel inang seperti halnya pada kloning
disisipkan pada cincin plasmid yang juga telah dipotong DNA. Pada reaksi ini dibutuhkan target DNA, sepasang
dan tempat pemotongan akan ditutup oleh enzim ligose primer, keempat deoksinukleosida trifosfat dalam jumlah
DNA sehingga terbentuk plasmid dengan kombinasi gen yang banyak, polimerase DNA yang termostabil, larutan
yang baru (rekombinon). Kemudian bakteri akan dibiak penyangga (bufer) dan alat thermo cycler DNA target
sehingga terjadi perbanyakan bakteri bersama dengan adalah DNA yang akan diamplifikasi yang ukurannya
plasmidnya. Untuk memastikan bahwa hanya bakteri kurang dari 700-1000 pasangan basa (bp), tetapi yang
yang mengandung rekombinasi DNA yang melakukan efisien adalah antara 100-400 bp. DNA primer adalah
perbanyakan, m'aka digunakan bakteri yang memiliki oligonukleotida yang masing-masing akan terhibridisasi
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOTEKULAR 55
56
DASAR-DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 57
larut dalam air (hidrofilik), dan lebih sulit menembus Selain transport obat lintas membran secara difusi pasif,
membran biologik. Derajad ionisasi obat ditentukan pada membrane sel di berbagai organ terdapat system
oleh konstanta ionisasi (pKa obat) dan pH lingkungan. transport aktif. Dikenal dua jenis transporter yang penting,
pKa adalah nilai pH dimana terjadi keseimbangan antara yaitu transporter effluks yang mencegah masuknya obat
bentuk ion dan bentuk non ion. Bila pH dalam saluran ke dalam sel, dan transporter uptoke, yang membantu
cema sama dengan pKa suatu obat, maka 50% obat masuknya obat ke dalam sel.
tersebut akan berada dalam bentuk ion dan 50o/o lagi 1. Transporter effluks disebut juga dengan ABC-
bentuk non ion. Sedangkan bila pH saluran cerna tidak transporter (ATP-Binding Cassette) yang menggunakan
sama dengan pKa obat, maka keseimbangan bergeser ATP sebagai sumber energi untuk mendorong obat ke
rnengikuti ru mus Handerson-Hasselbalch. luar sel. Ada 2 macam ABC-transporter:
Obat basa dalam lingkungan asam (lambung) akan - P-glikoprotein (P-gp), yang disandi oleh gen
mengalami ionisasi, sehingga absorpsi dalam lambung human multidrug resistonce 1(MDR 1) dan bekerja
sangat terbatas. Obat ini selanjutnya akan terus ke usus ter-utama untuk kation organik dan zat netral
halus dengan pH yang lebih tinggi (+ 6), sehingga derajad hidrofobik dengan BM 200 - 1800 Dalton.
'rrnisasi
akan berkurang dan absorpsi terjadi lebih cepat - Multidrug Resistance Proteins (MRP) 1-7 : untuk
dan lebih lengkap. anion organik yang hidrofobik, dan konyugat.
Obat bentuk asam dalam lambung hampir tidak 2. Transporter untuk uptake obat, membantu masuknya
nrengalami ionisasi, sehingga absorpsi dalam lambung obat ke dalam sel. Sistem ini tidak menggunakan ATP,
hrjadi dengan cepat. Namun karena permukaan lambung tapi bekerja berdasarkan gaya elektrokemikal:
relatif kecil, absorpsi biasanya tidak lengkap. Obat akan - OATP (Orgonic anion tronsporting polypeptide):
Erbawa oleh gerakan peristalsis ke arah distal (duodenum bersifat polispesifik dan bekerja untuk anion
dan usus halus), dimana obat asam akan mengalami organik, kation organik besaI dan zat netral, yang
innisasi lebih banyak sehingga absorpsinya sebenarnya hidrofobik, serta konYugat.
htrih lambat. Namun karena permukaan usus halus sangat - OAT (Orgonic onion tronsporter) L-4: untuk anion
lhns (+ 200 m2) maka akhirnya absorpsi lengkap terjadi organik yang liPofilik.
cffi usus halus.1,3 - OCT (Orgonic cotion tronsporter) L-2 : untuk
kation kecil yang hidrofilik.
@likasi klinis peranon pH: Tronsporter efflux dan uptoke umumnya berada
&eberapa obat dapat meningkatkan pH lambung seperti bersama-sama di mukosa usus, di bagian basolateral sel
antasida, antagonis histamin 2 seperti simetidin, ranitidin, hati dan kanalikuli biliaris, dimembrane sisi lumen tubulus
famotidin, dan penghambat pompa proton seperti ginjal (P-gp dan MRP) dan membrane basolateral (OATP,
orneprazol, lansoprazol, pantoprazol, esomeprazol, dll. OAT, OCT). Hasil akhir dari system yang berlawanan ini
Obat-obat tersebut akan meningkatkan derajad ionisasi ditentukan oleh jenis substrat dan dominasi system yang'
obat bentuk asam sehingga mengurangi kecepatan ada.
*sorpsinya di lambung. Sedangkan absorpsi obat bentuk Sedangkan di organ tertentu hanya terdapat
hasa dalam lambung akan meningkat. transporter efluks (P-gp dan MRP di sawar darah otak,
.Selain melalui perubahan pH, minum dua jenis obat p-gp di sawar uri dan sawar testis).
ffiu lebih secara bersamaan dapat menimbulkan interaksi
herupa ikatan langsung dan mempengaruhi kecepatan Implikasi Klinis:
absorpsi salah satu atau kedua obat tersebut. Misalnya, Obat tertentu merupakan substrat dari sistem transporteL
mtasid dan sukralfat akan berikatan dengan kuinolon sebagian merupakan inhibitor, dan sebagian lagi
,dan menghambat absorpsinya; preparat besi membentuk merupakan inducer. Pemberian dua atau lebih obat secara
hlat dengan tetrasiklin sehingga absorpsi keduanya akan bersamaan potensil menimbulkan interaksi absorpsi
rcrhambat. melalui system transporter ini. Contoh:
Keberadaan makanan pada umumnya memperlambat 1. Digoksin adalah substrat P-gp, sedangkan Kuinidin
alxorpsi obat, namun untuk obat tertentu yang larut atau verapamil adalah substrat dan sekaligus
kvnak, dapat terjadi peningkatan absorpsi, dan untuk penghambat P-gp, maka pemberian bersama digoksin
sebagian lain tidak terjadi perbedaan. Untuk beberapa dengan kuinidin atau verapamil akan meningkatkan
antijamur golongan azol dan griseofulvin, serta beberapa kadar plasma digoksin, karena hambatan P-gp di
p.bloker (propranolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol), usus dan ginjal.
keberadaan makanan justru akan mempercepat 2. Loperamid merupakan substrat P-gp, sedangkan
ahorpsi.2.a kuinidin adalah substrat dan penghambat P-gp, jika
58 DASAR-DASAR ILMU PENYA]trT DATAM
diberikan bersama maka kadar loperamid dalam otak pada protein plasma, atau terlarut bebas dalam air. Hanya
meningkat, karena hambatan P-gp di sawar darah obat bebas yang dapat berdifusi ke ke tempat kerjanya
otak, sehingga terjadi depresi pernapasan. di jaringan/ sel. Sedangkan obat yang terikat protein
3. Jus grapefruit, jeruk, apel adalah penghambat OATP, plasma untuk sementara akan tetap berada dalam sirkulasi.
jika diberikan bersama feksofenadin yang merupakan Dikenal beberapa jenis protein pengikat obat: Albumin
substrat OATB maka bioavailabilitas feksofenadin akan yang terutama mengikat sebagian besarobat-obatan yang
menurun karena hambatan OATP di usus. bersifat asam dan netral, olglikoprotein yang terutama
mengikat obat basa, dan globulin yang mengikat hormon
Metabolisme lintos pertamo (first poss effect, khusus (CBG, corticosteroid binding globulin, SSBG, seks
syste m ic e lim in otio n)
p re steroid binding globulin). Derajat ikatan obat pada protein
Obat yang diberikan per oral akan melintasi epitelium plasma dipengaruhi berbagai faktor antara lain bentuk
saluran cerna, sistem portal, dan hepar; sebelum memasuki molekul, muatan, pH, dan lain-lain.
sirkulasi sitemik. Pada setiap tahap tersebut dapat terjadi Ikatan obat pada protein plasma bersifat reversibel,
'metabilisme yang mengurangijumlah obat yang memasuki artinya setiap saat terdapat molekul obat yang terikat
sirkulasi sitemik. Hal ini disebut sebagai metabolisme lintas dan terlepas dari protein plasma, namun perbandingan
pertama. Tergantung dari jenis obat, metabolisme lintas bentuk terikat dan bentuk bebas akan dipertahankan
pertama dapat terjadi di mukosa usus dan di hepar.L, relatif konstan. Bila dosis obat ditambah sampai tercapai
Lidokain merupakan contoh obat yang diabsorpsi titik jenuh, maka porsi obat bebas akan meningkat tajam.
lengkap di mukosa usus, tapi mengalami metabolisme Sebaliknya, bila kadar protein plasma rendah sehingga
lintas pertama yang sangat ekstensif di hepari sehingga tidak mampu menampung obat yang ada, maka porsi
obat ini harus diberikan secara intravena. Nitrat organik obat bebasjuga akan meningkat.
dan antagonis'kalsium juga merupakan obat yang
mengalami metabolisme lintas pertama yang cukup Obat pado Keadaan Hipoolbuminemio
ekstensif sehingga bioavailabilitas setelah pemberian per Keadaan hipoalbuminemia- berat dapat berpengaruh
oral sangat berkurang. terhadap kinetika dan dinamika serta efek samping
Pemberian obat secara sublingual merupakan salah obat. Hal ini berlaku untuk obat dengan derajad ikatan
satu cara menghindari metabolism lintas pertama karena protein yang tinggi dan obat dengan batas keamanan
obat,akan masuk ke Vena cava dan terus ke jantung (margin of safety) yang sempit. Untuk obat dengan ikatan
sebelum melewati hepar. Dalam keadaan darurat nitrat protein yang tinggi (>85%), misalnya seftriakson, NSAID
organik dan antagonis kalsium sering diberikan secara sulfonilurean, warfarin, dll, penurunan kadar protein
sublingual untuk mendapatkan efek yang segera. Hanya plasma akan meningkatkarl"porsi obat bebas secara
obat-obat yang sangat larut lemak yang efektif pada signifikan dengan konsekuensi peningkatan efek obat
pemberian sublingual. Untuk obat tertentu yang tidak dan sekaligus risiko efek samping. Namun dari sisi lain,
mengalami metabolisme lintas pertama seperti kaptopril, terjadi perubahan farmakokinetik yang dapat mengurangi
tidak terdapat bukti yang jelas keunggulan pemberian risiko toksisitas. Peningkatan porsi obat bebas akan
secara sublingual. mempercepat metabolisme dan eliminasi, sehingga waktu
paruh obat menjadi lebih pendek.2'a'
Distribusil3,s Sedangkan untuk obat dengan ikatan protein yang
Distribusi obat dari kompartemen sentral ke jaringan atau rendah, maka penurunan kadar protein plasma tidik
dari ekstra- ke intra-sel dapat terjadi secar difusi pasif terlalu banyak mempengaruhi kadar obat bebas. Selain
atau dengan mekanisme transport aktif. Sebagian obat itu, bila batas keamanan lebat, maka penigkatan kadar
terdistribusi secara cepat ke tempat kerjaya sehingga obat bebas biasanya tidak menimbulkan efek samping
ekuilibrasi antara kadar dalam plasma dan di jaringan yang bermakna secara klinis.
terjadi dengan cepat. Model kinetik ini disebut sebagai Mengingat proses eliminasi obat dalam keadaan
model satu kompartemen. Untuk obat tertentu dengan hipoalbuminemia berat juga lebih cepat, maka diperlu-
model dua atau tiga kompartemen, seperti digoksin, kan frekuensi pemberian yang lebih sering, dengan dosis
amiodaron, distribusi terjadi secara lambat dan kadar di yang lebih rendah.
jaringan target meningkat pelan-pelan bersamaan dengan
penurunan kadar dalam plasma. Keseimbangan terjadi lnteraksi poda lkaton Protein
setelah beberapa jam. Beberapa obat dapat berkompetisi dalam ikatan pada
protein. Obat yang bersifat lipofilik umumnya terikat
lkoton Protein Plosma lebih kuat dan dapat menggeser obat yang hidrofilik yang
Obat berada dalarir sirkulasi darah dalam bentuk terikat ikatannya pada albumin relatif lebih lemah. Penggeseran
DASAR-DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 59
akan bermakna secara klinis bila obat yang digeser sitosol hati yang berperan penting pada metabolism fase
memenuhi syarat berikut: II, misalnya sulfotransferase (SULT), glutation-S-transferase
. Ikatan protein tinggi (> 85%). Bila ikatan protein (GST), metilftransferase (MT), dan N-asetiltransferase
tinggi, maka kadar obat bebas rendah, akibatnya (NAT1 dan NAT2). NAT2 berperan penting pada asetilasi
pergeseran sedikit saja sudah meningkatkan jumlah berbagai obat seperti INH, dapson, hidralaln, prokainamid,
obat bebas secara bermakna. sulfadimidin, dan sulfapiridin.
. Volume distribusi kecil (< 0.15 L/kg), yaitu untuk
obat yang terutama terakumulasi dalam sirkulasi.
Penggeseran obat ini akan memberikan peningkatan CYP2E1
kadar plasma yang cukup bermakna.
. Morgin of sofety (batas keamanan) sempit, sehingga
peningkatan kadar plasma yang relatif kecil sudah
bermakna secara klinik.
Sebagai contoh: NSAID (terutama fenilbutazon) adalah
obat asam yang pada dosis terapi telah menjenuhkan
ikatan pada site I albumin plasma. Jika diberikan bersama
warfarin, yang juga obat asam dan juga terikat pada site I
albumin plasma (99%), maka fenilbutazon akan menggeser
warfarin dari ikatannya dengan albumin, dan warfarin
Gambar 1. Proporsi obat yang dimetabolisme oleh enzim
bebas yang meningkat akan menimbulkan perdarahan. sitokrom P-450.
Fenilbutazon juga akan menggeser sulfonilurea dari
ikatannya dengan albumin plasma, dan kadar bebas
sulfonilurea akan meningkat dan dapat menimbulkan Obat atau makanan tertentu dapat menghambat atau
hipoglikemia.l,a,i merangsang aktivitas enzirn sitokrom. Penghambat enzim
akan menurunkan metabolisme obat substrat enzim yang
Hetabolisme bersangkutan sehingga kadarnya meningkat dan potensil
Sebagian besar metabolisme obat terjadi di hepari dan terjadi toksisitas. Sebaliknya penginduksi enzim akan
sebagian lain dapat terjadi di ginjal, epitel saluran cerna, mempercepat metabolism dan menurunkan kadar obat
paru, dan plasma. Metabolisme obat di hepar terjadi dalam yang menjadi substrat enzim tersebut dengan konsekwensi
dua tahap. Tahap I mengubah obat menjadi bentuk yang kegagalan terapi. Gambar 1- menampilkan beberapa obat
hbih polar dan mudah diekskresi melalui urin, sedangkan yang mempengaruhi enzim.sitokrom P-450.
rnetabolisme tahap II berfungsi merangkaikan metabolit
dengan gugus tertentu seperti glucoronil, asetil, sulfat, Polimorfisme Genetik
dan lain-lain yang menambah polaritas obat dan lebih Aktivitas CYP3A4 sangat bervariasi antar individu, tapi
nremper-mudah eliminasi. Hal ini terutama terjadi bila distribusinya bersifat unimodal (tidak mer'lunjukkan
rmetabolit I belum bisa diekskresi. polimorfisme) yang menunjukkan bahwa variasi ini tidak
Pada umumnya metabolisme mengubah obat menjadi berkaitan dengan gen CYP3A4. CYP2D6 merupakan enzim
nidak aktif. Namun sebagian obat menghasilkan metabolit terpenting kedua. Polimorfisme genetik ditemukan pada
yang masih aktif seperti N-asetil prokainamid (NAPA) enzim CYP2D6, CYP2C9, CYP2CL9 dan NAT2.
FflB merupakan metabolit aktif prokainamid. Untuk obat Populasi terbagi dalam dua atau lebih subpopulasi
yrrary bersifat prodrug, metabolisme ini mengubah bentuk dengan aktivitas enzim yang berbeda. Dalam hal
inaktif menjadi bentuk aktif misalnya perubahan enalapril enzim CYP, genotip populasi terbagi menjadi ertensive
mmenjadi enalaprilat, hormon steroid, vitamin D dll. metobolizers (EM) dan poor metobol'zers (PM), sedangkan
Proses utama selama metabolisme fase I adalah untuk enzim NAT2, rapid acetylators (RA) dan s/ow
olsidasi yang dikatalisis oleh superfamili enzim sitokrom acetylotors (SA). Sebagian populasi Asia merupakan
p450 (CYP) monooksigenase, atau disebut juga mixed ekxtensive metabolizer. Frekuensi PM pada keturunan
ffi,rrction oxidase (MFO). Dikenal berbagai isoenzim ini Asia Tenggara untuk enzim CYP2D6 hanya sekilar L-2Yo,
annatara lain CYP3A4, CYP3A5, CYP2D6, CYP2C9/L0, untuk enzim CYP2CL9 sekitar L5-25o/o, sedangkan untuk
CYP2C19, CYPLA2, dan CYP2E1. CYP3A4 merupakan enzim NAT2 antara 5-10%. Frekuensi PM pada populasi
siltokrom yang terbanyak di hepar dan usus dan merupakan dunia untuk enzim CYP2C9 antara 2-L0%. Kelompok poor
enzim yang memetabolisme sebagian besar obat.r2't7 metobolber membutuhkan dosis obat yang jauh lebih
Di samping enzim-enzim mikrosomal tersebut di rendah untuk obat-obat yang merupakan substrat dari
affis. ada beberapa enzim penting yang terdapat dalam enzim yang bersangkutan. Penghambat enzim yang poten
60 DASAR.DASAR IIMU PENYAKIT DATAM
dapat mengubah seseorang dengan genotip EM menjadi probenesid, glukuronat, sulfat dan konyugat glutation),
fenotip PM.1-5 dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (mis.
kuinidin, digoksin). Pada terapi gonore dengan golongan
Ekskresi dan Eliminasil-3'6 penisilin sering ditambahkan probenesid yang berfungsi
Ginjal merupakan organ terpenting dalam ekskresi obat menghambat sekresi aktif golongan penisilin di tubulus
dan xenobiotik lain. Selain itu, eliminasijuga dapat terjadi ginjal karena ber-kompetisi untuk transporter MRP.
melalui hepar; sistem bilier dan saluran cerna, melalui kulit, Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk
saluran napas, dan ASI. bentuk nonion obat yang larut lemak. Oleh karena
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni derajat ionisasi bergantung pada pH larutan, maka hal
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal ini dimanfaatkan untuk mempercepat ekskresi ginjal pada
dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus. Fungsi ginjal keracunan suatu obat asam atau obat basa. Pada keracunan
mengalami kematangan pada usia 6-L2 bulan, dan setelah obat asam seperti fenobarbital atau salisilat diberikan
dewasa menurun L% per tahun. NaHCO3 untuk membasakan urin agar ionisasi meningkat
Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat, yakni sehingga bentuk nonion yang akan direabsorpsi akan
plasma minus protein, jadi semua obat bebas akan keluar berkurang dan bentuk ion yang akan diekskresi meningkat.
dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein tetap Pada keracunan obat basa seperti amfetamin diberikan
tinggal dalam darah. NH4CI untuk meningkatkan ekskresinya. Ekskresi melalui
Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus ginjal akan berkurang pada gangguan fungsi ginjal.
proksimal terjadi dengan bantuan transporter membran Selain ekskresi melalui ginjal, jalur ekskresi obat yang
P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan
protein) yang terdapat di membran sel epitel tubulus. MRP keluar bersama feses. Transporter membran P-gp dan MRP
untuk anion organik dan konyugat (misalnya. penisilin, terdapat di membran kanalikulus sel hati dan mensekresi
+.1a+++..1=1rit+==:
Penginduksi
aktif obat-obat dan metabolit ke dalam empedu. MRP sehingga kadar plasmanya rendah memiliki Vd yang besar
t" sekali (mis. Digoksin, amiodaron), sedangkan obat yang
berperan untuk anion organik dan konyugat (glukuronat
F
dan konyugat lain), dan P-gp untuk kation organik, steroid, terikat kuat pada protein plasma akan memiliki Vd yang
F
kolesterol dan garam empedu. kecil (mis. Warfarin, salisi lat, tol butamid).
P
F
Waktu paruh eliminasi (TLl2)
PARAM ETER FARMAKOKIN ETIK Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk turunnya
L kadar obat dalam plasma atau serum menjadi separuh dari
F kadar sebelumnya. Untuk obat dengan kinetika linear (firsf
Beberapa faktor fisiologi dan patologi mempengaruhi
Fr
h keberadaan dan farmakokinetik obat dalam tubuh. Tiga order),waktu paruh merupakan bilangan konstan dan tidak
faktor utama adalah bioavailabilitas, volume distribusi, terpengaruh oleh besarnya dosis, interval pemberian, dan
t waktu paruh {L/2),dan klirens. Waktu paruh eliminasi
O1/2) ditentukan oleh hubungan antara klirens dan
kadar plasma maupun cara pemberian.
F,
volume distribusi. Bersihan Total (Iotal Body Cleorance= CI)I-A
F Klirens total adalah volume plasma yang dibersihkan dari
F Bioavailabilitasl-3 obat per satuan waktu oleh seluruh tubuh, sedangkan
F
Bioavailabilitas menunjukkan fraksi dari dosi obat yang klirens organ adalah volume plasma yang dibersihkan
!i mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk aktif. Bila obat dari obat per satuan waktu oleh suatu organ. Parameter
I' dalam bentuk aktif diberikan secara intravena, maka ini menunjukkan kemampuan tubuh untuk mengeliminasi
bioavailabilitas adalah 100%. Tapi bila obat yang diberikan obat. Untuk obat dengan kinetika first ordeL Cl merupakan
H
adalah bentukyang belum aktif, maka bioavailabilitasnya bilangan konstan pada kadar obat yang biasa ditemukan
F adalah fraksi dari obat yang dikonversi menjadi bentuk dalam klinik.
Fi
aktif. Bila obat diberikan per oral, maka bioavailabilitsnya
F
ditentukan oleh jumlah obat yang dapat menembus
laju gliminasi oleh seluruh tubuh
dinding saluran cerna (diabsorpsi), dikurangi jumlah
adar obat dalam Plasma
yang mengalami eliminasi presistemik di mukosa usus
dan hepar. Bersihan total merupakan hasil penjumlahan bersihan
Biovailabilitas obat digambarkan dalam bentuk AUC dari berbagai organ dan jaringa tubuh, terutana ginjal
(area under the curve), yaitu luas area di bawah kurva dan hepar.
kadar plasma obat terhadap waktu, dibanding-kan dengan Cl = Clrenal + Clhepar + CIlain-lain
AUC obat tersebut bila diberikan secara intravena. Ini
disebut sebagai bioavailabilitas absolut. Sedangkan Bersihan hepar: adalah riotume plasma yang dibersihkan
bioavailabilitas relatif merupakan perbandingan AUC suatu dari obat persatuan waktu oleh h-epar (ml/menit). Pada
obat dibandingkan dengan AUC produk original, yang orang normal, bersihan hepar paling banyak dipengaruhi
diberikan dengan cara yang sama. oleh enzim hepar yang sangat bervariasi antar individu
Biaoavailabilitas absolut = AUC orallAUC iv akibat variasi genetik. Di samping itu, ada juga'pengaruh
Bioavailabilitas relatif = AUC oral produk x / AUC oral induksi dan hambatan enzim oleh obat lain. Selain itu,
obat standar afinitas (kuatnya ikatan) dan aviditas (besarnya ikatan)
Bioavailabilitas ditentukan oleh kadar obat dan lamanya obat pada protein plasma juga mempengaruhi berihan
obat berada dalam darah. hepan karena hanya obat yang berhasil lepas dari ikatan
proteinlah yang akan mengalami metabolisme. Pada
rjohme Distribusi (Vd; t.z.+ keadaan sirosis terjadi penurunan bersihan hepar akibat
Parameter ini menggambarkan luasnya distribusi obat berkurangnya enzim metabolisme. Selain itu, berkurangnya
di luar sirkulasi sistemik. Vd merupakan volume teoritis/ aliran darah ke hepar akibat aliran pintas juga mengurangi
irmajinatif bila obat terdistribusi ke jaringan dengan kadar bersihan hepar untuk suatu obat.
plasma. Jadi Vd tidak identik dengan volume penyebaran
Bersihan ginjal: adalah volume plasma yang dibersihkan
sesungguhnya atau volume anatomik. Untuk obat yang
dari obat persatuan waktu oleh ginjal (ml/menit).
berada dalam darah dan tidak terdistribusi, maka Vd-nya
Laju ekskresi obat oleh ginjal merupakan resultante
mendekati volume plasma, sedangkan untuk obat yang
dari ekskresi ditambah sekresi, dikurangi reabsorpsi:
didistribusikan secara luas, Vd-nya bisa sangat besar.
Yd = jumlah obat / kadar plasma Laju eliminasi oleh ginjal Laju filtrasi + sekresi -
reabsorpsi
Untuk obat yang didistribusi secara luas di jaringan CI ginjal= = k;t;;-pr;l;;
Kadar obat dalam plasma
62 DASAR-DASAR ILMU PENYAIOT DATAM
Laju filtrasi obat ditentukan oleh aliran darah ginjal, . dari brosur obat yang disediakan oleh pihak industri
fungsi ginjal dan ikatan obat pada protein plasma. Laju farmasi. Tabel berikut mencantumkan beberapa
sekresi ditentukan oleh aliran darah ginjal dan ada atau contoh penyesuaian dosis obat yang didasarkan
tidaknya kompetisi dengan zat lain. Sedangkan ikatan pada nilai klirens kratinin, atau informasi yang sejenis
protein plasma tidak banyak mempengaruhi sekresi yang tersedia pada brosur obat. Dengan semakin
karena proses ini bersifat aktif. Sedangkan laju reabsorpsi banyaknya obat baru tidak mungkin menyediakan
ditentukan oleh kelarutan bentuk nonion dalam lemak, pH tabel yang memuat semua obat. Untuk penyesuaian
urin, dan lajualiran urin. dosis biasanya dapat dilihat data dalam brosur
Untuk obat dengan sekresi tinggi (mis. Penisilin masing-masing obat. Cara ini merupakan cara yang
G), maka klirens ginjal terutama ditentukan oleh aliran paling mudah dan praktis.8'e
darah ginal, dan tidak banyak dipengaruhi oleh ikatan
2. Menghitung berdasarkan klirens obat di ginjal
protein plasma maupun insufisiensi ginjal yang ringan.
Tergantung dari nilai CCT ukur; maka penyesuaian
Sebaliknya, untuk obat yang terutama dieliminasi dengan
dosis dapat dilakukan menggunakan perhitungan
' cara filtrasi (digoksin, gentamisin), maka besihan ginjal
berikut:
banyak dipengaruhi oleh ikatan protein plasma dan fungsi
Dosis rf = Cl rf I Cl total x Dosis normal
filtrasi, tapi tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh aliran
Di mana Dosis rf merupakan dosis obat pada gagal
darh ginjal. Pada orang normal, bersihan ginjal banyak qinjal, Clrf = klirens obat pada gagal ginjal, Cl total
dipengaruhi oleh pH urin, terutam untuk obat-obat yang
= klirens renal + klirens non renal dalam keadaan
bersifat asam atau basa lemah.
normal (Cl total = Cl renal + Cl nonrenal). Cl renal
= klirens obat melalui ginjal dalam keadaan normal,
dan Cl nonrenal adalah klirens obat melaui jalan
PENYESUAIAN DOSIS PADA GAGAT GINJAL selain ginjal.
Untuk parameter Cl renal dan Cl nonrenal dapat dilihat
Untuk menghindari terjadinya intoksikasi akibat akumulasi
dalam tabel
obat pada gagal ginjal, diperlukan pertimbangan yang
sangat hati-hati sebelum memberikan obat. Beberapa hal Cl rf = (CCT ukur X Cl ,"n",) * Cl non,"n",
yang perlu diperhatikan antara lain: 100
. Berikanlah obat sesedikit mungkin dan dengan Misal untuk gentamisisn dengan Cl renal 78 mllmin
indikasi yang kuat. dan Cl nonrenal 3 ml/min, maka Cl total = 8L ml/min.
. Hindarkan pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik.
Bila CCT ukur 12 ml/min., maka Cl rf = 78 x (121100)
. Pilihlah obat yang ekskkresinya bukan melalui ginjal.
Maka dalam keadaan gagal ginjal dengan CCT ukur
Dosis Awal L2 ml/min, maka penyesuaia dosis adalah sebagai
Dosis awal pada umumnya dapat diberikan dengan berikut:
dosis biasa, agar dicapai kadar terapi dengan cepat. Hal
ini tertama diperlukan pada penyakit yang perlu segera Dosi rf = L2,4/8Lx dosis normal = QL5 x dosis iazim
diatasi, misalnya pada keadaan asma, gagal jantung, Dapat juga diberikan dosis lazim dengan interval
atau pada infeksi berat. Dosis awal umumnya tidak perlu pemberian 6,66 x intervel normal.
diturunkan, kecuali untuk obat dengan indeks terapi yang Cara ini lebih rumit dan memerlukan menghitung
sempit. setiap kali, sehingga jarang digunakan.
Dosis Penunjang
Penyesuaian dosis penunjang secara garis besar dilakukan INTERAKSI OBAT
dengan berbagai cara yaitu:
. Dosis diturunkan, tapi interval pemberian tetap. Pemberian dua obat atau lebih dapat menimbulkan
. Dosis tetap dengan interval pemberian diperpanjang interaksi. Walaupun dalam kenyataannya sangat sulit untuk
. Pemberian infus kontinyu. menghindari kombinasi obat, tapi harus disadari bahwa
Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan tiga cara; semakin banyak jumlah obat yang dikonsumsi semakin
1. Menggunakan tabel. besar risiko interaksi. Interaksi dapat menyebabkan
Dalam praktek sehari-hari, sering digunakan tabel meningkatnya efek suatu obat atau meningkatkan efek
yang mencantumkan penyesuaian besarnya dosis samping, tapi dapat juga mengurangi efek terapi sehingga
atau penyesuaian intervel pemberian bila dosis awal menyebabkan kegagalan terapi. Oleh sebab itu, interaksi
tidak berubah. Table ini diambil dari literature atau obat harus menjadi perhatian setiap dokter.
t DASAR-DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 63
ki
Tabel 2. Penycsuaian Dosis Obat Berdasarkan Derajat Kerusakan Ginial
la
m Laju Filtrasi Glomerulus mUmin
is Obat >50 t0-50 <10
in
Alopurinol Tidak berubah 50o/o 30%
]n 48-72 jam
24 jam 24-36 jam
lrl
Siprofloksasin Tiddk berubah 50-75olo 50,/o
,r Simetidin Tidak berubah 75% s0%
rg 'l.o-250/o
Digoksin Tidak berubah 25-75%
Flukonazol 24 jam 24-48 jam 48-72 jam
Gentamisin 60-9OYo 3A-70olo 20-30o/o
8-12jam t2 jam 24 jam
Litium Tidak berubah 50-75o/o 25-50o/a
Penisillln G Tidak berubah 75% 25-50%
6-8 jam 8-L2 jam 12-66jam
Primidon 8 8-12 jam 12-24 jam
bt
Prokainamid 4-6 jam 6-12 jam 8.24 jam
a!
Tobramisin 60-90% 30-70% 20-30Yo
n 12 jam 24 jam
8-12 jam
rl 24 jam
Vankomisin 24-72 jam 12 jam
N,
n
Interaksi dapat terjadi di luar tubuh, yang disebut absorpsi lebih banyak pada obat lain seperti
sebagai interaksi farmaseutik. Contohnya adalah interaksi digoksln, sehingga bioavailabilitas digoksin
antara dua preparat injeksi yang dicampur dalam satu meningkat. Sebaliknya untuk obat yang diabsorpsi
spuit, yang menimbulkan presipitasi atau perubahan terutama di usus halus seperti parasetamol,
warna. Misanya antara penisilin dengan vitamin C, antara diazepam, propranolol, fenilbutazon, levodopa,
gentamisin dengan karbenisilin. Selain itu, yang lebih perlambatan transit usus memperlambat absorpsi,
n sering adalah interaksi antara obat dengan pelarut, seprti sehingga bioavailabilitas obat-obat ini akan
L amfoterisin yang mengalami presipitasi dalam larutan menurun.
fisiologis dan dalam ringer laktat.l's
D
Metoktopramid yang mempercepat transit
Interaksi yang lebih sering adalah yang terjadi
usus akan meniri$katkan absorpsi parasetamol,
: dalam tubuh. Interaksi dalam tubuh dapat dibagi dalam
diazepam, levodopa, dan propranolol. Sebaliknya
T dua kelompok besar yaitu interaksi farmakokinetik dan
i
absorpsi digoksin jadi lebih lambat.Las
interaksi farmakodi namik.
- Perubahan flora usus.
:
Antibiotika spektrum luas dapat menibasmi flora
I
I nte ro ksi Farmoko kinetik
normal sehingga sintesis vitamin K berkurang,
i 1,. Interaksi dalam absorpsi
dan dapat meningkatkan toksistas warfarin.
Interaksi dalam absorpsi dapat terjadi akibat beberapa
Selain itu, pemecahan sulfasalazin oleh flora
mekanisme, antara lain:
normal jga berkurang sehingga efektivitas
- Interaksi akibat ikatan duajenis obat. sulfasalazin berkurang. Metabolisme levodopa
Misalnya antara antasida dengan obat lain seperti
yang sebagiannya dilakukan oleh flora normal
tetrasiklin, aspirin, kuinolon, eritromisin, Fe,
juga terpengaruh sehingga bioavailabilitas
dll, sehingga mengganggu absorpsi obat yang
levodpa meningka.
kedua.
- Interaksi akibat perubahan pH lambung. Inter aksi dalam distribusi
Misalnya NaHCO3 yang meningkatkan pH - Interaksi ini umumya terjadi karena satu obat
lambung dan mangakibatkan peningkatan disolusi menggeser obat lain dari ikatan protein plasma.
salisilat sehingga kecepatan absorpsi salisilat Hal ini terutama berlaku untuk obat dengan ikatan
meningkat. Sebaliknya vitamin C menurunkan pH protein plasma yang tinggi. Misalnya warfarin
lambung dan meningkatkan absorpsi Fe. yang terikat luas tapi lemah pada albumin
- Perubahan waktu pengosongan lambung. akan mudah digeser oleh AINS yang terikat
Misalnya antikolinergik memperlambat waktu kuat pada albumin. Interaksi ini mengakibatkan
pengosongan lambung dan memberi kesempatan kadar warfarin bebas akan meningkat, sehingga
64 DASAR-DASAR IIMU PENYAIGT DALAM
REFERENSI
PENDAHULUAN Dendrit
Neurosains adalah ilmu yang mempelajari fisiologi dan
patologi dalam hal struktur, fungsi, pertumbuhan dan ll
t
degenerasi dari sistem susunan saraf yang kesemuanya
ini berhubungan dengan pembentukan perilaku dan Nodus Ranvier
proses belajar. Komponen perilaku dan proses belajar
baik itu dalam keadaan sehat dan patologi berhubungan
erat dengan kondisi biokimiawi yang ada di otak yang
disebut dengan neurotransmiter. Neurotransmiter Badan sel
terdidi dari 2 kelompok yakni yang termasuk ke dalam
kelompok inhibitorik dan eksitatorik. Neurotransmiter Gambar 2. Komunikasi antar neuron
ini dihasilkan oleh sekelompok neuron yang berada di
nukleus tertentu.
ruang sinapsis oleh ujung akson di presinapsis. Neuro-
Dalam tahap awal perkembangan fungsi otak masih transmiter ini akan berganbung dengan reseptornya
yang ditemukan di pos-sinapsis di dendrite dari neuron
terbatas dalam peran kontrol motorik dan sensorik.
U ntu k selanjutnya pertu mbu han beri kutnya menya ng kut
berikutnya mengakibatkan terjadinya metabolisme dar!
perkembangan kelompok limbik yang berperan dalam neuron penerima mneurotransmiter tersebut r
kontrol emosi, memori dan bioritmis. Perkembangan ini Otak terdiri dari sekitar 10 milliar neuron dan dari
seluruh neuron ini mempunyai sekitar 1 trillion kontak.
diakhiri dengan berperannya neokorteks atau juga yang
Kesemuanya ini akan berperan dalam melakukan fungsi
disebut dengan otak yang berperan dalam fungsi kognitif,
otak. Jika kontak satu dengan lainnya akibat beberapa
bahasa serta inteligensia.l Otak mengalami perubahan
baik struktur maupun fungsional sesuai penggunaannya.
penyebab misalnya stroke, epilepsi akibat fokus,
Sel otak yang disebut dengan neuron berhubungan satu
autoimun seperti multipel sklerosis yang ditemuka di
dengan yang lain melalui dendrit.
otak ataupun akibat degenerasi otak maka fungsi otak
baik motorik maupun sensorik atau fungsi kognisi akan
menjadi terganggu. Hidup dalam keadaan sehat berarti
konektivitas antar neuron tidak terganggu.
a. baru lahir; b. umur 7 tahun; c. umur 15 tahun Jumlah penderita demensia di negara yang sedang
berkembang saat ini semakin meningkat sejalan dengan
Gambar 1. Kepadatan sinaptik dari neuron
peningkatan angka harapan hidup. Penyakit Alzheimer
Gambar 2 menjelaskan komunikasi antar neuron adalah penyakit degenerativ yang progresif, merupakan
terdapat di sinapsis. Komunikasi neuron ini bisa penyebab sindroma demensia. Untuk pertamakalinya
berlangsung melalui neurotransmitter yang di sekresi ke ditemukan oleh Alois Alzheimer tahun 1906, seorang
66
NEUROSAINS DAN PENYAKIT ATZHEIMER
67
EPIDEMIOLOGI
Selain NFI ditemukan juga penumpukan plaks AB. Alzheimer.la Penumpukan AB di otak dapat memicu
Penumpukan plaks Ap bisa diakibatkan oleh disfungsi kerusakan neuron lain karena bersifat toksik. plaks
reseptor vaskular sauar darah otak. Akibat disfungsi amiloid ini juga bisa merusak neuron kolinergik di bosal
vaskular ini maka pelepasan AB ke sirkulasi darah akan forebroin yakni di nukleus basalis Meynert (nbM) lokasi
terganggu. Reseptor di sauar darah otak bertanggung neuron penghasil neurotransmiter asetilkholin sehingga
jawab terhadap keluar masuknya Ap dari cairan interstisial mengakibatkan gangguan memori.ls Gangguan kognitif
ke pembuluh darah dan sebaliknya adalah lipoprotein diakibatkan menurunnya asetilkholin ke jaras kolinergik
re ce pto r- re lo ted p rote in (LRP) m dan rece pto r fo r a d vo n ce d menuju regio kortikolimbik akibat penumpukan AB
glycotion end product (RAGE). LPP adalah protein yang dilokasi tersebut.16
mempunyal densitas rendah akan memediasi Ap dari otak
ke pembuluh darah sementara RAGE berfungsi sebaliknya. Amiloid beta (Ap)
Interaksi antara Ap dengan LRP dan RAGE akan menentukan Amiloid-beta merupakan kelompok protein endogen
komunikasi kapiler dengan AB, endositosis dan transitosis dan disekresi sebagai produksi metabolisme neuron.
sepanjang sauar darah otak menuju pembuluh darah dan Secara fisiologik Ap sebagaimana kelompok protein
sebaliknya.ae Selain gangguan reseptor di sauar darah otak neuromodulator lainnya berperan untuk menjamin fungsi
penumpukan Ap bisa juga diakibatkan pembentukan AB otak dalam mentransfer informasi antar neuron di sinaptik
yang berlebihan akibat gangguan mutasi secara genetik misalnya dalam proses belajar dan memori. 1? Ini dibuktikan
dari peptida amiloid yang berasal dari App.10,11 Kalsium dari data penelitian yang menunjukkan bahwa sekresi
merupakan mediator aktivitas elektrik dari neuron melalui Ap mengakibatkan peningkatan aktivitas sinapsis. Jika
reseptor N-methyl D-aspartate (NMDA). perubahan produksi Ap di inhibisi atau ditiadakan misalnya akibat
keseimbangan kalsium akan mempengaruhi metabollsme pemberian obat anti AB maka komunikasi neuron akan
APP yang berperan dalam pembentukan Ap. Hubungan terganggu.lT
antara reseptor glutamate dan kalsium dengan reseptor Pembentukan plaks ini akan mengganggu kerja
NMDA melalui sekresi neuronal Ap akan mengambil neuron terutama di hipokampus dan kortkes serebral
bagian dalam proses plastisitas sinapsis, regulasi gen serta Pada orang sehat kadar sekresi AB diatur melalui
kematian neuron. Plastisitas sinapsis diartikan penyesuaian proses umpan balik. Pada penyakit Alzheimer kemungkinan
kapasitas sinapsis untuk merespons aktivitas neuron dalam adalah tidak adanya reaksi umpan balik sehingga produksi
tujuan proses pembelajaran ataupun memori dalam hal AB diproduksi tanpa adanya inhibisi. Hal ini menimbulkan
ini metabolisme neuron itu sendiri. Keberadaan Ap akan penumpukan sebagai plaks amiloid. Sekitar 90% dari AB
menurunkan kapasitas plastisitas sinapsis. Hal ini terjadi yang disekresi dari neuron berasal dari APP adalah dalam
karena AB menurunkan transmisi dari signal sepanjang kelompok AB-40 dan sisanya sebanyak.l0% dalam bentuk
sinapsis. 12, 13 larutan protein Ag-42 dan AB-43. Kelompok AB -42 dan AB-
Peningkatan aktivitas reseptor NMDA melalui aktivasi 43 sangat fibrilogenik, dalam bentuk penumpukan agregat
ekstra sina ptik a kan mening katkan sekresi alfa-sekretase dan neurotoksis. Jika terjadi penumpukan AB menjadi plaks
serta memodifikasi APP untuk memicu peningkatan amiloid maka sistem imun mendefinisikannya sebagai zat,
produksi Ap.13 Peningkatan produksi Ap juga merupakan toksik mengaki batka n aktivasi dari m ikrogl ia.18,1e
faktor stimulus terhadap proses inflamasi pada penyakit
/
I
[[
ltl
fi
[]ll
ffi
h
AB iilu
CSF pada penyakit Alzheimer adalah kelainan dalam IMPLIKASI DETEKSI DINI SEBAGAI STRATEGI
komposisi total tau (T-tau), phospho-lau (P-tau), dan PENANGANAN PENYAKIT ALZH EIM ER
fragmen 42-asam amino dariAB (AP-42).' T-Tau adalah
petanda aktivitas degenerasi akson di korteks 68'6e'70. Strategi penanganan penyakit Alzheimer dimulai
P-Tau memberi gambaran patologiterbentuknya NFT 71'72, dari pengenalan proses patologi seperti formasi dan
sementara 49-42 meru pakan petanda patolog i plaks,. 2'7 3'7 4 penumpukan protein Ap sebagai plaks amiloid. Plaks
Kesemuanya petanda bisa digunakan utuk mendiagnosis amiloid di hipokampus dan korteks akan mengakibatkan
penyakitAlzheimer secara laboratorium mulai dari prediksi kematian neuron sehingga jaras sekresi asetilkholin (ACh)
AD pada MCI dengan tingkat sensivitas mencapai 75%- yang berasal dari nukleus basalis Meynert (nbM) menuju
95o/o 67. Kekuatan pemeriksaan ini di prediksi sangat korteks akan terreduksi. Reduksi ini bisa mencapai 30-90%
84,8s. Pemberian ACh atau ACh-esterase inhibitor tujuan
optimal dalam populasi umum dan MCI secara kohort. 7s
terapi adalah untuk meningkatkan kembali kadar ACh di
si na psis.
PENYAKIT ALZHEIMER DAN KATARAK Akumulasi Ap di otak terjadi selain peningkatan
produksi Ap juga akibat adanya kerusakan reseptor
Penelitian epidemiologik dan pemeriksaan klinik serta pada sauer darah otak sehingga Ap tidak dapat di
biokimiawi menunjukan adanya persamaan proses sekresi atau sangat terbatas ke sirkulasi umum. Kelainan
terjadinya katarak dengan penyakit Alzheimer dalam hal ini mengakibatkan kadar Ap di sirkulasi menurun
etiologi dan mekanisme perjalanan penyakit. Gangguan sementara di likuor meningkat. Gangguan di sauar
visual sering ditemukan pada penderita penyakit Alzheimer darah otak mungkin diakibatkan proses inflamasi Ap
berupa penurunan ketajaman visus dan gangguan persepsi pada epitel vaskular darah di otak yang berdampak
benda tiga dimensi serta persepsi gerak.s8'ss Penderita terhadap kerusakan reseptor NMDA. Kejadian patologi
penyakit Alzheimer selain menderita glaukoma juga sering ini mengakibatkan akumulasi Ap berupa formasi plaks
menunjukan degenerasl n.optikus serta kehilangan sel di berdampak pada gangguan sistem imun di otak. Dari
ganglia retinalis.T6rT Selain itu ditemukan kehilangan bentuk berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa pasien
dan karakter dari lapisan jaringan saraf retinal, penyempitan yang menggu nakan nonsteroidol anti-inflammotory drugs
dari vena untuk selanjutnya penurunan dari aliran darah (NSAID) berisiko rendah untuk mendapatkan penyakit
dari retina ke vena pada fase awal dari penyakit Alzheimer.T6 Alzheimer.86,87 Pengguna NSAID dengan target enzim
Dari pemeriksaan neuro-optalmologi penderita penyakit cyclooxygenase (COX) menurunkan prevalensi kejadian
Alzheimer oleh Rizzo et al., (1992) 78 ditemukan bahwa penderita Alzheimer. 88'8e's0 Penurunan prevalensi ini bisa
gangguan visual pada penyakit Alzheimer didominasi diakibatkan oleh efek NS$ID terhadap proses inflamasi
oleh patologi pada kortek asosiasi dibandingkan dengan di vaskular serta peran nitrik oksida pada mikroglia
gangguan pada retina atau n. optikus. Amstrong, (1996) untuk memfagositosis AB dalam penanggulangan demensia
7e menemukan Alzheimersl. Dari teori ini muncul bahwa femberian NSAID
densitas plaks dan tangles secara spesifik
pada penderita penyakit Alzheimer di areal korteks visual juga berperan dalam menginhibisi proses kelanjutan
primer (girus lingualis dan kunealis). Selanjutnya ditemukan patologi penyakit Alzheimer.
bahwa densitas plaks dan NFT di girus kunealis lebih Strategi lain menyangkut menghambat formasi plaks
padat dibandingkan di girus lingualis. Pembentukan plaks amiloid adalah dengan menginhibisi pembentukan Ap dari
amiloid di otak diduga dimulai sebelum onset demensia, APP melalui pemberian gamma-secretase inhibitor. Enzim
dan prosesnya melibatkan profil lipid LDL, APOEe4, Ap gamma-secretase berperan untuk memecah APP menjadi
yang dapat diperiksa di plasma darah, cairan mata dan AB. Pemberian inhibitor gamma sekretase diharapkan dapat
lensa mata. Komorbiditas katarak dan penyakit Alzheimer menekan reseptor NMDA untuk selanjutnya mencegah
dalam hal pembentukan APB AB, presenilin juga terekspresi pembentukan plaks amiloid. Strategi ini juga masih dalam
di lensa mata. Goldstein et al. (2003) 80 mengidentifikasi penelitian lanjut. Penemuan memantine sebagai antagonist
penumpukan Ap pada katarak lensa supranuklear yang glutamat didasari atas proses patologi terhadap reseptor
merupakan tanda awal terjadinya proses patologi penyakit NMDA.s2,e3
dalam konsolidasi memori.es Hiperfosforilase dari tau termasuk terapi Psikososial yang melibatkan anggota
menyebabkan kerusakan protein di mikrotubuli sehingga keluarga. Tujuan utama adalah memperbaiki secara
menyebabkan kerusakan akson.s6 Atas dasar ini salah satu keseluruhan fungsi metabolisme neuron, mencegah
strategi penanggulangan adalah obat yang bekerja dalam kerusakan atau juga menghambat proses kematian dari
menginhibisi proses hiperfosforilase misalnya inhibisi neuron yang masih sehat. Untuk tujuan memperbaiki
enzimatis taukinase atau tqu agregasi.ls metabolisme neuron dapat dilakukan dengan terapi
Sel glia berperan untuk membebaskan agregasi farmaka berupa obat-obat neurotrofik. Sementara untuk
protein termasuk penumpukan Ap melalui reseptor Fc menghindarkana kerusakan neuron dapat dilakukan
dengan cara fagositosis. Selain itu kesanggupan sel glia dengan menghindarkan zat-zat yang sifatnye toksik
sebagai sistem imun bawaan (innate immunity) untuk ataupun juga menghindarkan stimulasi eksitatorik
memfagosit serta menyingkirkan keberadaan Ap, juga sel yang berlebihan dan berkepanjangan dan menekan
glia berperan untuk memproteksi kematian neuron pada serta menetralisir radikal bebas. Dengan demikian
penderita Alzheimer.eT'e8'ee diharapkan mitokhondria dapat terhindar dari gangguan
' Strategi lain yang masih dalam penelitian adalah toksik. Selain itu dalam mengoptimalkan kondisi si
penggunaan faksin bertujuan untuk mengaktifkan penderita penanggulangan penyakit lain seperti diabetes,
humoral dan selular imunitas. Aktivasi imunitas humoral kardiovaskular; dan infeksi perlu di garisbawahi. Masalah
dan selular diharapkan dapat menstimulasi proses yang menyangkut simptoma nonkognitif seperti agitasi,
i'
t: fagositosis terhadap Ap ataupun imunoglobulin melalui paranoid depresi juga tentunya harus tidak diabaikan
reseptor Fc. Dengan melakukan imunisasi imunogen- AB karena penyakit ini bisa menyesatkan penilayan terhadap
i sebagai tindakan imunisasi aktif diharapkan otak dapat fungsi kognitif.
' menghasilkan antibody untuk menurunkan kadar AB di Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam
I
otak. Pada hewan percobaan dan percobaan klink(clinicol pemberian terapi farmaka pada kelompok usia lanjut
frials) dengan vaksin Ap menunjukan terjadinya penurunan adalah yang menyangkut fungsi organ seperti ginjal.
jumlah atau kadar amiloid yang diduga lewat peningkatan Demikian juga halnya dengan munurunnya fungsi
proses fagositosis AB oleh mikroglia.100 Tindakan ini metabolisme hati. Oleh sebab itu pemberian obat-
ternyata mengurangi plaks di otak pada hewan percobaan. obat yang dapat mengganggu fungsi kognitif seperti
Pada percobaan di klinikternyata pada beberapa penderita antihistaminika, antidepresi, benzodiazepin, penggunaan
muncul aktivasi dari sel T terhadap imunogen-AB. opioid dalam pengobatan nyeri harus ekstra hati-hati.
Asetilkolin
/\
-^-Yr
r: "t'ii.s"-.j t
Gambar 7.
Tahe[:TCrapi,:r,.: ", ,, ,
jaras striatum yang berkaitan dengan sistem respiratorik di sinapsis .11s Inhibisi terhadap AChE merupakan salah
serta ektrapiramidal.los AChE pada manusia terdiri dari satu strategi untuk meningkatkan kadar ACh di sinapsis.
beberapa bentuk. Di antaranya jenis monometrik (G1) Sifat sebagai modulator alosterik ini hanya dimiliki oleh
ditemukan sekitar 90% di intraseluler/plasmasel dan galantamine yang tidak dimiliki oleh obat yang tergolong
dalam fraksi tetrametrik (G4) sekitar 60-90% fraksi yang pada AChEstrase lainnya.
ditemukan di ektraseluler dan membran sel. AChE dalam
bentuk G4 ini akan menurun sejalan proses penuaan dan Efek Samping Inhibitorik Kolinesterase
sangat drastis pada penyakit Alzheimer. Sebaliknya G1 Beberapa efek samping yang sering ditemukan antara
hampir tidak menurun dalam proses penuaan. Diduga lain rasa mual, muntah, diare, anoreksia, agitasi, insomnia,
ikatan dengan G1 inilah merupakan penyebab efek dbziness dan dispepsia.
samping terapi AChEl.llo
Rivastigmine berikatan dengan AChE inhibitor dalam Memantine
bentuk G4 (di plasma sel).lkatan ini sangat penting karena Memantine adalah antagonist NMDA yang digunakan
dalam proses penuaan dan pada penyakit Alzheimer untuk terapi penyakit Alzheimer. Pada penderita penyakit
bentuk GL AChE hampir tidak menurun sementara Alzheimer ditemukan peningkatan glutamat di sinapsis.
dalam bentuk G4 terus menurun. Oleh sebab itu proses Peningkatan ini bisa diakibatkan oleh penurunan
pengikatan terhadap enzim ini menentukan efisiensi dari pengambilan kembali (re-uptoke) ataupun akibat sekresi
AChE inhibitor. Pemberian rivastigmine tidak ditemukan yang bertambah ataujuga keberadaan reseptor endogen
gangguan pencernaan dan jantung. Selain itu tidak glutamat di sekitar neuron.120 Glutamat merupakan
berinteraksi dengan metabolit dari obat-obat lain, cepat neurotransmiter yang secara fisiologis dibutuhkan sebagai
dan komplit di eleminasi melalui ginjal.111 Dosis dimulai mediator komunikasi antar neuron melalui reseptor
1.5 mg 2 b.i.d dan dapat ditingkatkan menjadi 3-6 mg NMDA. Namun dengan stimulasi yang berlebihan dapat
/ b.i.d. Pemberian sekitar 15 minggu pada penderita merusak neuron melalui penumpukan kalsium di neuron.
Alzheimer ringan sampai moderat (MMSE 10-26) ternyata Penumpukan ini mengakibatkan kematian neuron yang
sudah memperbaiki fungsi kognitif dan kondisi umum disebut excitotoxicity termasuk juga neuron penghasil
dalam kehidupan sehari-hari 10s' 112. Jika dianggap perlu asetil-kolin (ACh) di NBM.121 Pengobatan dengan glutamat
maka dosis ini tentunya bisa ditingkatkan menjadi 6-12 antagonist ternyata dapat mengurangi perburukan secara
mg b.i.d: klinis penderita AD pada stadium ringan dan moderat.122
Dari hasil beberapa trials ternyata memantine secara klinis
Galamtamine mempunyai kemampuan dalam hal memperbaiki fungsi
Hasil dari beberapa penelitian menemukan bahwa baik kognitif maupun intelektual dalam jangka pengobatan
reseptor nikotinik asetilkholin (nAChRs) berperan dalam selama 12 minggu. Pengobatan yang berlangsung satu
menentukan fungsi kognitif, perilaku, fungsi motorik tahun menyimpulkan perbaikan kondisi (quotity of life).
begitu juga terhadap fungsi sirkulasi dan pembuluh darah Perbaikan kondisi ini diukur atas dasar perbaikan fungsi
di otak. 1r'3.11411s Selain untuk mengatur sekresi ACh juga kognitif, ketidak tergantungan dengan pihak pasangan
berperan dalam mengatur sekresi neurotransmiter lainnya ataupun keluarga.123
seperti glutamat, GABA, serotonin dan dopamin lewat
masuknya ion kalsium kedalam neuron.116'117 Pada penyakit Antilnflamasi
neurodegenerative seperti penyakit Alzheimer ditemukan Strategi lain yang menarik perhatian adalah dengan
juga penurunan sekresi beberapa neurotransmiter menekan proses inflamasi misalnya pemberian obat-
seperti noradrenalin dan defisiensi enzim untuk sintesa obat non-sf eroid anti-inflommotory (NSAD) seperti
noradrenalin di LC, 5-HT, somatostatin. indomethocin, jenis-jenis salisilat seperti aspirin bisa
Penelitian posmortem pada penderita Alzheimer mengkoreksi B-amiloid sebelum terjadi proses kerusakan
ditemukan penurunanjumlah reseptor nACh di hipokampus di neuron.l2a'l2s Kerugiannya bahwa obat-obat ini bisa
yang merupakan karakteristik gangguan fungsi memori menimbulkan ulserasi lambung.
111u8.
serta proses belajar pada penderita Alzheimer
Galantamine termasuk pada generasi kedua dari Antio ksidan
kelompok inhibitorik kholin esterase yang sifatnya selektif Gangguan pada jaras oksidatif diperkirakan merupakan
dan reversibel. Galantamine berpotensi meningkatkan fungsi bagian yang berperan dalam etiologi penyakit Alzheimer
kholinergik melalui 2 mekanisme yakni: a) inhibisi terhadap dan demensia vaskular. Ini disebabkan karena zat oksidatif
AChE, b) modulasi reseptor nikotinik. Memodulasi reseptor yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan antara
nACh secara alosterik akan menstimulasi pembentukan ACh generasi reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan
serta perbaikan kualitas dan fungsi dari reseptor tersebut dalam sel. Pada hakekatnya fungsi normal dari neuron
NEUROSAINS DAN PENVAKIT ALZHEIMER 75
tergantung pada kandungan respirasi aerobikyang tinggi neurotransmiter tanpa melalui reseptor.lal Diketahui
yang dapat menghindarkan efek dari oksidatif yang bahwa piracetam memperbaiki fluiditas dari dinding
berlebihan seperti hidrogen peroksida dan zat radikal mitochondria di otak mengakibatkan perbaikan fungsi
superoksida terhadap kerusakan neuron. Radika bebas, bisa mitochondria tersebut termasuk meningkatkan sintese
mengakibatkan modifikasi oksidatif asam nuklein, protein ATP. Perbaikan fungsi dari mitochondria mengakibatkan
dan lipid, meningkatkan sensibilitas sampai disfungsi perbaikan kognitif. Hl ini sudah disebut oleh peneliti
mengakibatkan kematian sel. Mekanisme protektif sebelumnya dimana penggunaan pirasetam sangat luas
antioksidan seperti vitamin C, vitamin E dan glutation pada penderita stroke, trauma kapitis dan demensia pasca
terletak pada kesanggupan untuk mereduksi kerusakan stroke. Penelitian Croisile et al. (1993)1a2 membuktikan
neuron tersebut.126 Kegiatan metabolisme yang tinggi bahwa pemberian pirasetam dalam jangka waktu panjang
dari neuron menyebabkan meningkatnya konsentrasi dengan dosis tinggi akan memperlambat progresivitas
polyunsoturoted fotty ocid dan relatif menurunnya kapasitas gangguan kognisi pada penyakit Alzheimer
antioksidan sehingga kerentanan neuron terhadap zat
oksidati semakin meningkat. Kerusakan oksidatif termasuk
peroksidasi lipid mengakibatkan perobahan struktur dan TERAPI NON-FARMAKOLOGIK
fungsi dari membrana beserta organela yang ada dalam sel
itu sendiri. Hal inilah yang terjadi pada penyakit Alzheimer Pada penyakit Alzheimer ditemukan penurunan kegiatan
dimana ditemukan meningkatnya pertanda kerusakan metabolisme neuron. Dengan restorasi kegiatan neuron
oksidatiF.127,128 Atas dasar ini beberapa tindakan alternatif diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi beberapa
dalam memperlambat progresivitas penyakit Alzheimer jenis neurotransmiter lainnya. Atas dasar ini diharapkan
adalah dengan pencegahan kerusakan neuron yang neuron terstimulasi dan menjadi aktif kembali dalam
diakibatkan oleh zat-zat yang bersifat sebagai oksidan. proses metabolisme. Kalau dikatakan bahwa proses
Ada kemungkinan bahwa neuron penderita penyakit pengaktifan kembali kegiatan metabolisme yang menurun
Alzheimer lebih sensitif terhadap perubahan kadar maka diharapkan tanda-tdnda seperti gangguan ingatan
monoamine oksidase (MAO). Pemberian inhibitor (MAOI) dapat diperbaiki kembali. Beberapa hasil penelitian yang
dapat menekan pembentukan osidativ yang berlebihan mendukung hipotese ini antara lain dengan penggunaan
dengan demikian menghindarkan pembentukan radikal Tro ns-cutq ne us Electric N e rve Stim u lofion (TENS).143,744.14s
bebas 12e. Dengan pemberian antioksidan kerusakan sel Penggunaan terapi cahaya berkaitan dengan
atau endotel bisa dihindarkan. 130,131,132 gangguan fungsi dari nucleus suprakhiasmatikus (SCN).
Pemberian vitamin seperti vitamin C, vitamin E dan Dengan terapi cahaya (light theropy) diharapkan dapat
glutation seperti yang disebut diatas bisa menghentikan menstimulasi neuron di SCN 146,147. SCN menerima input
pembentukan peroksidase lipid (Behl et al., 1992) dan ini cahaya melalui retina. Terapi cahaya ini memungkinkan
dianggap bermanfaat terhadap demensia dan penyakit aktivasi kembali sel-sel di SCN yang bertanggungjawab
Alzhei me r.133,134,13s terhadap irama sirkadian yang sangat terganggu pada.
ldebenone yang mempunyai struktur hampir sama penyakit Alzheimer.
dengan coenzyme-Q, bukan hanya bekerja secara long
acting ChEl juga bekerja sebagai anti oksidan.136ldebenone
bisa menekan peroksidase lipid melalui kerjanya sebagai REFERENSI
anti aoksidan. Idebenone juga bekerja untuk memproteksi
sifat toksik akibat glutamat begitu juga pengaruh toksik 1 . Kandel, Eric, James Schwartz, and Thomas Jess el. Pinciples of
Neural Science.4th ed. New York: McGraw-Hill;2000.
dari B-amiloid di neuron hipokampus serta meningkatkan
2. Brookmeyer R, Johnson D, Ziegler-Graham K, Arrigh HM. Fore-
kadar dari hormon pertumbuhan (NGF) di otak 137,138.
casting the global burden of Alzheimer's disease. Alz Demmtia
Coenzyme-Qr, (ubiquinone) berguna memperbaiki fungsi 2007;3:186-91.'
mitokondria yang menurun akibat zal-zat radikal bebas.l3e 3. Gao I Hendrie HC Hall KS, Hui S. The relationships between
age, sex, and the incidence of dementia and Alzheimer disease:
a meta-analysis. Arch Gen Psychiatry 1998; 55: 809-15.
Piracetam 4. Purba |.S. D emensia dan penyakit Alzheimer, Etiopatologi
Obat-obat piracetam bisa memproteksi neuron dari dan Terapi. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006.
Sistem saraf otonom-vegetatif memiliki fungsi mengatur menemukan bahwa imunosupresi dapat terjadi akibat
dan mempertahankan homeostasis terhadap gangguan perubahan tingkah laku. Sejak itu diperkenalkan istilah
yang mungkin timbul baik akibat faktor lingkungan, psikis psikoneuroimunologi.
atau terhadap penyakit. Sistem saraf otonom-vegetatif Baik psikoneuroendokrinologi maupun psiko-
terdiri atas sentra-sentra vegetatif di korteks serebri, neuroimunologi merupakan suatu rangkaian proses yang
mesensefalon dan diensefalon, nuklei vegetatif di medula terkait satu sama lain sehingga kemudian dikenal istilah
oblongata, medula spinalis dan ganglia parasimpatik psikoneuroimunoendokronologi.
di saraf perifer. Serat saraf simpatik dan parasimpatik
memasuki sistem organ perifer. Sistem limbik yang
berperan dalam integrasi emosi berhubungan dengan PSIKON EU ROEN DOKRINOLOGI
hipotalamus sebagai pusat sistem saraf otonom-vegetatif
dan ber.hubungan dengan sistem lain seperti korteks Neurosekresi sebagai dasar neuroendokrinologi ialah
serebri sebagai pusat intelektualitas, formasio retikularis kemampuan sel-sel neuron tertentu yang berada di
yang mengatur kesadaran dan irama tidur serta hipofisis hipotalamus dan hipofisis untuk mengeluarkan zal-zat
sebagai pusat endokrin. Jadi terdapat hubungan antara sekresi yang memiliki sifat-sifat hormon, kemudian
pusat vegetatif, kesadaran dan endokrin yang saat ini mengalirkan zat-zal tersebut ke organ-organ sasaran
dikenal sebagai psikoneuroendokrinologi. melalui darah. Sel-sel peptidergis di hipotalamus
Psikoneuroendokrinologi meneliti perubahan sistem dipengaruhi oleh sel-sel otak yang lain, sebagai lazimnya,
endokrin yang disebabkan oleh stres psikis. Beberapa melalui berbagai jenis transmiter di sinaps. Sis'tem
penelitian baik pada binatang maupun pada manusia neurosekresi terpenting berada di neuro-hipofisis (lobus
membuktikan bahwa stres psikis ataupun perubahan emosi posterior) dan adenohipofisis (lobus anterior).
dapat mempengaruhi fungsi sistem hormonal misalnya Hipofisis posterior berisi vasopresin dan oksitosin,
peningkatan produksi katekolamin, bertambahnya yang dibuat di hipotalamus kemudian dialirkan melalui
sekresi Adrenocorticotropin hormone (ACTH) yang neuro-sekresi ke hipofisis posterior.
mengakibatkan bertambahnya sekresi steroid dari korteks Hipofisis anterior menyimpan ACTH, STH, TSH, LH
anak ginjal, kenaikan produksi hormon pertumbuhan, dan prolaktin. Sekresi hormon-hormon ini dikontrol
prolaktin dan sebagainya, ataupun sebaliknya produksi oleh hipotalamus dengan mengalirkan hormon-hormon
hormon bukan meningkat tetapi menurun. Dikenal hipofisiotrop dari hipotalamus ke hipofisis anterior.
juga istilah somatopsikis psikosomatik, yaitu terjadinya Hormon-hormon hipofisiotrop ialah TRH, luteotrop
perubahan-perubahan fungsi psikis pada hampir semua releasing hormone, growth hormone releasing hormone,
penyakit endokrin seperti terjadinya kecemasan pada GNRH, dan sebagainya.
hipertiroidisme atau sebaliknya terdapat gejala-gejala Stres psikis mempengaruhi fungsi endokrin,
depresi pada pasien hipotiroid. telah dikemukakan oleh Cannon. Stimulasi emosional
Dalam ilmu kedokteran psikosomatik, paradigma baru menimbulkan perubahan fisiologis melalui sistem endokrin,
mengenai mind-body connection (hubungan psikis dan yaitu kelenjar adrenal. Dalam keadaan stimulasi yang hebat,
fisik), berkembang sejak Cohen dan Adler pada tahun l-975 pada aktivitas fisis (latihan), keadaan demam atau infeksi,
80
PSIKONEURO IMUNOENDOKRINOLOGI 81
pola reaksi tersebut mulai bekerja. Akibatnya tercapailah hubungan antara sistem stres, sistem saraf (otonom),
kompleks penyesuaian yang luas dan terintegrasi, yang sistem imun serta sistem endokrin, sehingga lebih tepat
menggerakkan sumber energi badan dengan melibatkan disebut sebagai psikoneuroimunoendokrinologi. Respons
sistem saraf otonom dan sistem endokrin. imun dipengaruhi secara kimiawi oleh sistem saraf dan
Pola yang dilukiskan Cannon ini, bersifat adaptif, karena endokrin. Sebaliknya sistem endokrin dapat dipengaruhi
seringkali timbul dalam keadaan darurat, keadaan luka-luka oleh sistem imun secara kimiawi melalui zat kimia yang
dan sebagainya untuk menyiapkan organisme mengatasi disekresikan oleh sistem imun. Hubungan antara stres,
situasi-situasi tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi sistem adrenergik dan neuron di otak adalah suatu jaringan
sebagian besar mengenai sistem kardiovaskular; respirasi, yang terjadi melalui komunikasi psikologis dan neurologis
kelenjar-kelenjar dan sistem-sistem lain. Dasar pola adaptif (gambar L). Telah lama diketahui bahwa perubahan pada
ini ialah sekresi kelenjar adrenal (suatu hormon), yang sistem adrenergik berperan dalam terjadinya depresi
memperkuat dan mempertahankan reaksi emergensi, bkibat stres. Hubungan antara sistem saraf pusat (SSP),
yang biasanya digerakkan terutama oleh sistem saraf endokrin dan imun sangat kompleks.
simpatik. Kelenjar adrenal bekerja sama dengan sistem Hubungan SSP dengan locus ceruleus (LC) dalam
saraf simpatik melaksanakan pola respons fisiologis yang berkomunikasi terjadi lewat 40.000 neuron melalui
adaptif tersebut sehingga terjadi keadaan simpatikotoni. hipokampus, amigdala dan lobus limbik yang berperan
Pola adaptif yang merupakan reaksi darurat sistem dalam afek perasaan dan emosi serta berhubungan
saraf simpatis ialah: 1).Produksi epinefrin (adrenalin) oleh dengan korteks serebral yang mempengaruhi kognisi. LC
kelenjar adrenal yang kemudian masuk aliran darah; 2). terletak bilateral pada dorsal pons didekat dasar ventrikel
Epinefrin melepaskan glikogen di hati, kemudian berubah keempat, dan merupakan sumber utama norepinefrin (NE).
menjadi karbohidrat, masuk ke dalam aliran darah hingga LCjuga mempengaruhi dopamin, asetilkolin dan serotonin'
meningkatkan kadar glukosa darah. Hal itu dibutuhkan Jaringan LC mempengaruhi hormon lewat hipotalamus.
untuk metabolisme energi; 3). Bronkioli paru melebar, Sistem limbik (emosi), hipotalamus (hormon)
hingga pernapasan dan ambilan oksigen lebih sempuma; dan frontal korteks (pikiran abstrak dan afek) saling
4). Irama jantung dan curah jantung naik, hingga sirkulasi berhubungan. Neuropeptida yang mempengaruhi emosi
darah meningkat. Hal itu dibutuhkan untuk suatu kerja (enkafalin dan b-endorphin) dilepas dari hipotalamus
fisik. 5). Vasodilatasi perifer, hingga darah dialirkan lebih sedangkan hipofisis dan kelenjar adrenal mengawasi
banyak ke otot-otot perifer dan fungsi motorik menjadi migrasi monosit sel imun. Monosit ini akan berubah
optimal. menjadi makrofag bila meninggalkan sirkulasi menuju
Pengetahuan kita mengenai faktor-faktor psikis yang jaringan target untuk fagositosis.
menimbulkan penyakit endokrin masih sangat sedikit. Sel sekretoris di hipotalamus dimodulasi oleh persepsi
Gangguan psikis yang sangat berat sekalipun. misalnya stres, kemudian melepaska'n neuropeptida ke hipofisis dan
psikosis akut, belum diketahui menimbulkan reaksi bagian lain di otak. Pesan ini memodulasi pengeluaran
endokrin yang jelas walaupun anatomis sel-sel peptidergis beberapa hormon seperti adrenocortlcotropin (ACTH),
dapat dipengaruhi oleh rangsang-rangsang psikis melalui yang mengaktifkan kortikosteroid di korteks adrenal.
sel-sel neuron bagian otak yang lain. Beberapa penyakit Secara bersamaan, neuron di hipotalamus membangkitkan
endokrin yang sangat dipengaruhi faktor psikis memegang sistem saraf simpatis pada saat stres dan dilepasnya
peranan penting antara lain adalah hipertiroidisme, katekolamin dari medula adrenal. Reseptor neuropeptida
diabetes melitus, anoreksia nervosa dengan amenorea juga ditemukan pada sel imun. Sel imun mempunyai
fungsional, sindrom Cushing dan obesitas. kemampuan belajar; mengingat kembali dan memproduksi
Sebaliknya, bermacam-macam hormon perifer neuropeptida lebih lanjut. Selain itu astrosit dapat
mempengaruhi pusat saraf seperti hipotalamus dan menjadi perantara suatu respons imun di otak. Sitokin
sistem limbik, yang merupakan pusat sistem saraf otonom, suatu protein yang mempengaruhi proliferasi limfosit
sehingga dapat dimengerti mengapa setiap penyakit juga mempengaruhi otak melalui kompleks reseptor.
endokrin dapat menimbulkan gejala-gejala psikopatologis. Jadi adanya gangguan satu sistem akan mempengaruhi
Tidak jarang gejala-gejala psikis pada suatu penyakit sistem yang lain.
endokrin lebih berat dari pada manifestasi gangguan
keseimbangan hormonalnya sendiri.
EFEK STRES TERHADAP SISTEM IMUN DAN
PROSES INFLAMASI
PSIKONEUROIMUNOLOGI
Aktifasi aksis H y p oth o la m ic-p it u ito ry - a d re n o I (H PA) ol eh
Konsep utama psikoneuroimunologi adalah konsep stres akan menyebabkan penghambatan pada respons
82 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
Fungsi
Neuroendokrin
Kortisol androgen-estrogen)
imun inflamasi, karena seluruh komponen sistem imun sirkulasi sistemik. Aktivitas IL-6 dihambat oleh sekresi
dihambat oleh kortisol. Pada tingkat selular, terjadi glukokortikoid dan meialui penekanan sekresi TNF-o, dan
gangguan pada fungsi dan lalu lintas lekosit, penurunan IL-1 yang berperan penting dalam kontrol inflamasi.
produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya. Hambatan Gambaran umum konsep psiko-neuro-imuno-
tersebut terhadap organ target terjadi melalui efek endokrinologi ini lebih memudahkan dalam memahami
antiinflamasi dan imunosupresi sebagai akibat efek gangguan psikosomatik pada pqnyakit endokrin maupun
hormon glukokortikoid. Efek ini terjadi saat istirahat (basal) pada penyakit-penyakit inflamasi.
dan selama stres inflamasi, saat konsentrasi glukokortikoid
meningkat.
Hubungan yang luas antara anatomi, kimiawi dan REFERENSI
molekular menyebabkan terjadinya komunikasi tidak
hanya diantara mereka, tetapi juga antara sistem imun Ader & Cohen N. Behaviorally conditioned immunosupression.
Psychosom Me d. 197 5 ;37 :333 40.
dan endokrin. Sistem adreno-medular atau eferen
Assaad G. Psychosomatic disorder, theoritical and clinical aspect.
simpatis berperan penting dalam interaksi aksis HPA dan
Brunner/ Mazel, lnc. 199 6 :p29.
stres imun atau stres inflamasi, seperti hubungan antara Budihalim S, Sukatman D. Ketidakseimbangan vegetatif , in Buku
sistem Corficotropin ReLeosing Hormon (CRH), transmisi ajar Ilmu Penyakit Dalam II edisi 3, Suyono S et al (eds). BP
humoral, sinyal saraf, dan organ limfoid melalui tempat FKUI, Jakarta,2001.
inflamasi pada neuron simpatis postganglion. Sel imun Chrousos GR Gold PW. The concept of stress and stress system
disorders : overview of physical and behavioral homeostasis.
dan asesori sel imun memiliki reseptor untuk merespons
IAMA1992;9:12M-152.
neurotransmiteI neuropeptida dan neuro-hormon yang Herbert TB, Cohen S. Stress and immunity in humans : A meta-
disekresikan oleh neuron simpatis pascaganglion atau analytic review. Psychosom Med. 1993; 55:364-79.
medula. Sel masf diaktifasi oleh produk neurohormon Kaye et al. Stress, Depression, and Psychoneuroimmunology. I
seperi CRH. Hal ini menjelaskan stres akut menginduksi Neurosc Nurs 32:93-100 2000.
keadaan alergi seperti asma dan dermatitis atau penyakit O'Connor TM, Hlloran D|, Shanahan F. The stress response and
HPA-axis: from molecule to melancholia. Q J Med. 2000;
vaskular fungsional seperti sakit kepala migrain.
93:32i-33 .
Sistem otonom dapat diaktifasi saat stres juga Watkins A. Mind-Body Medicine: A Clinician's Guide to
secara sistemik dapat terjadi pada imun humoral Psychoneuro immunology. Churchill Livingstone, 1997.
dengan menginduksi sekresi interleukin6 (lL-6) ke dalam
L4
IMUNOLOGI DASAR
Karnen Garna Baratawidjaja, Iris Rengganis
Non Spesifik
-Sel T
- Th1
-Th2
- Ts/TrlTh3
- Tdth
- GTL/Tc
Gambar 1. Sistem Imun. NK= Notural Killer; fdth = T deloyed type hypersensitivity; CfL/Tc = Cytotoxic T Lymphocyte/
T cytotoxic,/T cytolytic;fs = T supresor; Tr = T regulator
84 DASAR-DASAR ILMU PENYA]trT DALAM
Udara
Virus
Bakteri Mala dan Darah
Jamur Lisozim Gambar 3. Fungsi Komplemen
lsA
Makanan dan air
Virus
' BaKeri
Jamur
Saluran napas
Interferon. Interferon adalah suatu glikoprotein yang
Protozoa
Cacing mukus
silia
dihasilkan berbagai sel manusia yang mengandung
Kulit
nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi
Bakteri
Jamur
Kulit
Asam Lemak
virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan
Protozoa
Cacing
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah
Lambung terserang virus tersebut. Di samping itu, interferon
pH asam
dapat pula mengaktifkan notural killer cell/ sel
Usus Usus NK untuk membunuh virus dan sel neoplasma
Virus Peptida
Bakteri antibakterial
(Gambar 4).
Protozoa
Cacing Urine
pH asam
Pertahanan Humoral
Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman, akan infeksi bakteri, virus dan menetralisasi toksin.
dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis 2. Sistem imun spesifik selular. Berperan dalam sistem
terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut kemotaksis, imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T. Fungsi
menangkap, membunuh dan mencerna. sel T umumnya ialah: ,,.
- membantu sel B dalam memproduksi antibodi
Notural Killer ceL (sel NK). Sel NK adalah sel limfosit tanpa - mengenal dan menghancurkan sel yang ter-
ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan infeksi virus '
dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebutjuga sel non B non - mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
T atau sel populasi ke tiga atau null cel/. Morfologis, sel - mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
NK merupakan limfosit dengan granul besa; oleh karena
itu disebut juga Large Gronular Lymphocyte/LGL. Sel NK Sel T juga dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi
dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau diferensiasi dan proliferasinya terjadi dalam kelenjar
sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan dan timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. Sembilan
puluh sampai sembilan puluh lima persen semua sel timus
meningkatkan efek sitolitik sel NK.
tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan
Sel masf. Sel mosf berperan dalam reaksi alergi dan juga meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi dan
dalam pertahanan pejamu yang jumlahnya menurun kelenjar getah bening. Fungsi utama sistem imun selular
pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan ialah pertahanan terhadap mikroorganisme yang hidup
pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap intraselular seperti virus, jamur; parasit dan keganasan.
invasi bakteri. Berbagai faktor nonimun seperti latihan Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset
jasmani, tekanan, trauma, panas dan dingin dapat pula seperti sel T naif, Th1, Th2, T Deloyed Type Hypersensitivity
mengaktifkan dan menimbulkan degranulasi sel mosf. (Tdth), Cytotoxic T Lymphocyte (CTL) alau T cytot*ic atau f
cytolytic Oc) dan T supresor (Ts) atau T regulator (Tr).
molekul permukaan CD45RA. Sel ditemukan dalam organ makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya
limfoid perifer. Sel T naif yang terpajan dengan antigen reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
akan berkembang menjadi sel ThO yang selanjutnya Atas pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-1-0, IL-13 yang
dapat berkembang menjadi sel efektor ThL dan Th2 dilepas sel mosf yang terpajan dengan antigen atau cacing,
yang dapat dibedakan atas dasar jenis-jenis sitokin yang ThO berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B
diproduksinya. SelThO memproduksisitokin dari ke 2 jenis untuk meningkatkan produksi antibodi. Kebanyakan sel Th
sel tersebut seperti IL-2, IFN dan IL-4. adalah CD4* yang mengenal antigen yang dipresentasikan
di permukaan sel APC yang berhubungan dengan molekul
SelT CD4. (Thl dan Th2). Sel T naif CD4* masuk sirkulasi
MHC-IL
dan menetap di dalam organ limfoid seperti kelenjar getah
bening untuk bertahun-tahun sebelum terpajan dengan Sel T CD8. (Cytotoxic T Lymphocyte / CTL / Tcytotoxic
antigen atau mati. Sel tersebut mengenal antigen yang /Tcytolytic/ Tc). Sel T CD8* naif yang keluar dari timus
dipresentasikan bersama molekul MHC-ll oleh APC dan disebutjuga CTL/Ic. Sel tersebut mengenal antigen yang
berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth (Delayed dipresentasikan bersama molekul MHCJ yang ditemukan
Type Hypersensitivity) atau Th2 yang tergantung dari pada semua sel tubuh yang bernukleus. Fungsi utamanya
sitokin lingkungan. Dalam kondisi yang berbeda dapat ialah menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan
dibentuk dua subset yang berlawanan (Gambar 6). menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut.
IFN-y dan IL-12 yang diproduksi APC seperti makrofag Sel CTLAc akan juga menghancurkan sel ganas dan sel
dan sel dendritik yang diaktifkan mikroba merangsang histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada
diferensiasi sel CD4* menjadi Thl/Tdth yang berperan transplantasi. Dalam keadaan tertentu, CTL/Tc dapatjuga
dalam reaksi hipersensitivitas lambat (reaksi tipe 4 Gell meng-hancurkan sel yang terinfeksi bakteri intraselular.
dan Coombs). Sel Tdth berperan untuk mengerahkan Istilah sel I inducer digunakan untuk menunjukkan
aktivitas sel Th dalam mengaktifkan sel subset T lainnya.
ffi'
sel B. Menurut fungsinya, sel Ts dapat dibagi menjadi sel
untuk antigen tertentu dan sel Ts nonspesifik.
Ts spesifik
Tidak ada petanda unik pada sel ini, tetapi penelitian
w menemukan adanya petanda molekul CDS.. Molekul CD4*
-
Makrofag Sel T diaktifkan kadang dapat pula supresif.
^1---_
diaktifkan, i?thlp\ Kerja sel T regulator diduga dapat mencegah respons
serdendritik
}ff@) sel Th1. APC yang mempresentasikan antigen ke sel T naif
kan melepas sito ki n lL-L2 y ang mera n gsa n g 3 iferensiasi
W ,@ Asar
a
h
lrlEl ff/N;ip:"?
H @
IFN-y yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor.
Sel T regulator dapat mencegah aktivasi sel T melalui
mekanisme yang belum jelas (kontak yang diperlukan
4o
w ffi H4s
ff \\w
antara sel regulator dan sel T atau APC). Beberapa sel T
regulator melepas sitokin imunosupresif seperti IL-L0 yang
f.ry
\a* P\ \G_/,
mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGF-B
yang mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag.
tertentu, tetapi tidak dalam keadaan normal. 4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
Pembagian Antigen
- Hidrat arang (polisakarida). Hidrat arang pada
umumnya imunogenik. Glikoprotein yang
1. Pembagian antigen menurut epitop merupakan bagian permukaan sel banyak
- Unideterminan, univalen. Hanya satu jenis
mikroorganisme dapat menimbulkan respons
determinan/epitop pada satu molekul.
imun terutama pembentukan antibodi. Contoh Iain
- Unideterminan, multivalen. Hanya satu jenis
adalah respons imun yang ditimbulkan golongan
determinan tetapi dua atau lebih determinan
darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya
tersebut ditemukan pada satu molekul.
berasal dari polisakarida pada permukaan sel
:- Multideterminan, univalen. Banyak epitop yang
darah merah
bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap
macamnya (kebanyakan protein).
- Lipid. Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi
menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa.
- Multideterminan, multivalen. Banyak macam
Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah
determinan dan banyak dari setiap macam pada
sfingolipid
satu molekul (antigen dengan berat molekul yang
tinggi dan kompleks secara kimiawi). (Gambar 7).
- Asam nukleat. Asam nukleat tidak imunogenik,
tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat
protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk
Jenis antiqen Contoh heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons
imun terhadap DNA terjadi pada pasien dengan
lL \-,-t\
Unideterminan
univelan
Unideterminan
Hapten
Polisakarida
-
Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
Protein. Kebanyakan protein adalah imunogenik
dan pada umumnya multideterminan dan
univalen.
multivalen
Imunogen dan Hapten. Antigen yang juga disebut
Multideterminan Protein imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respons
univalen
imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi
yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya
Multideterminan Kimia kompleks
_92-ri-ar-A multivalen
untuk merangsang produksi antibodi. Secara fungsional
antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Bahan
Gambar 7. Berbagai antigen dan epitop kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat
antibodi, tetapi bahan t6isebut sendiri tidak dapat
mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk memacu
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
respons antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh
- Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
molekul besar. Kompleks yang terdiri atas molekul kecil
- Xenoontigen, yang hanya dimiliki spesies (disebut hapten) dan molekul besar (disebut cdrrier atau
tetentu
molekul pembawa) dapat berperan sebagai imunogen.
- Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk
Contoh hapten ialah berbagai golongan antibiotik dan
individu dalam satu spesies
obat lainnya dengan berat molekul kecil. Hapten biasanya
- Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ
dikenal oleh sel B, sedangkan molekul pembawa oleh sel T.
tertentu
Molekul pembawa sering digabung dengan hapten dalam
- Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri usaha memperbaiki imunisasi. Hapten membentuk epitop
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan ter-
pada molekul pembawa yang dikenal sistem imun dan
hadap sel T
merangsang pembentukan antibodi (Gambar 8).
- T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh
Respons sel B terhadap hapten yang memerlukan
sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan
protein pembawa (corrier) untuk dapat dipresentasikan
respons antibodi. Kebanyakan antigen protein
ke sel Th.
termasuk dalam golongan ini
- T independen, yang dapat merangsang sel B Epitop. Epitop atau determinan antigen adalah
tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik
Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh antibodi; dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari
secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, antibodi atau oleh reseptor antibodi. Makromolekul
ficoll, dekstran, levan, flagelin polimerik bakteri dapat memiliki berbagai epitop yang masing-masing
88 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
Hapten \ -\ Protein
/z
Pembawa
* *d&F
_!
Antigen
kompleks Superantigen seperti enterotoksin
stafilokok diikat TCRo dan MHC-ll.
MHC-II lkatan dengan MHC tidak melalui
alur/lekuk biasa
Peptide dari protein
pembawa yang
dipresentasikan
dalam MHC-ll
. TCR
Gambar 9. Epitop
Gambar 11. Unit dasar antibodi
Superantigen. Superantigen (Gambar 10) adalah molekul Unit dasar antibodi yang terdiri atas 2 rantai berat
yang sangat poten terhadap mitogen sel T. Mungkin dan 2 rantai ringan yang identik, diikat menjadi satu oleh
ikatan disulfida yang dapat dipisah-pisah dalam berbagai
lebih baik bila disebut supermitogen, oleh karena dapat
fragmen.
memacu mitosis sel CD4*tanpa bantuanAPC. Superantigen
berikatan dengan berbagai regio dari rantai B reseptor sel
. A = rantai berat (berat molekul: 50.000-77.000)
T. Ikatan tersebut merupakan sinyal poten untuk mitosis,
. B = rantai ringan (berat molekul:25.000)
atas sel epiteloid dan makrofag, kadang-kadang ditemukan Sel CD8. spesifik untuk antigen atau sel autologus
sel raksasa yang dikelilingi oleh ikatan limfosit. Di samping dapat membunuh sel dengan langsung. Pada banyak
itu dapat ditemukan fibrosis (endapan serat kolagen) yang penyakit autoimun yang terjadi melalui mekanisme selular;
terjadi akibat proliferasi fibroblas dan peningkatan sintesis biasanya ditemukan baik sel CD4* maupun CD8. spesifik
kolagen. Pada beberapa penyakit seperti tuberkolusis, di untuk self antigen dan kedua jenis sel tersebut dapat
bagian sentral dapat ditemukan nekrosis dengan hilangnya menimbulkan kerusakan.
struktur jaringan (Gambar 17).
Sel THl" berhubungan dengan tuberkulosis bentuk
ringan oleh karena sitokin TH1 mengerahkan dan REFERENSI
mengaktifkan makrofag (A), menimbulkan terbentuk-
nya granuloma (B) yang mengandung kuman. Sel TH1 Abbas AK, Lichtman AH. Basic immunology. 2nd edition.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2004.
spesifik diaktifkan oleh kompleks peptida MHC dan
Abbas AK, Lichtman AH, Pober )S. Cellular and molecular
melepas sitokin yang bersifat kemotaktik untuk berbagai immunology. Philadelphia: WB Saunders Company; 2003.
sel, termasuk monosit/makrofag. Sitokin TH1- yang lain Altman LC, Becker JW, Williams PV. Allergy in plimary care.
terutama IFN-y, mengaktifkan makrofag di jaringan (A). Phiiadelphia: WB Saunders Company; 2000.
Anderson WL. Immunology. Madison: Fence Creek Publishing;
Dalam bentuk kronik atau hipersensitivitas lambat, terjadi 1999.
susunan sel-sel terorganisasi, yang spesifik dengan sel T Austen KF, Burakoff SJ, Rosen FS, Strom TB. Therapeutic
di perifer dan mengaktifkan makrofag yang ada di dalam immunology. 2nd edition. Oxford: Blackwell Science; 2001.
Baratawidjaja KB. Sistem imun. Imunologi dasar. Edisi ke-6.
granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan (B).
]akarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 1-31.
Beberapa makrofag berfusi menjadi sel datia dengan Baratawidjaja KB. Sistem imunnonspesifik. Imunologi dasar. Edisi
banyak nukleus atau berupa sel epiteloid. ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 32-50.
Baratawidjaja KB. Sistem imun spesifik. Imunologi dasar. Edisi
T CeIl Mediated Cytotysis. Dalam T cell medioted cytolysis, ke-6. ]akarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p.51-72.
kerusakan terjadi melalui sel CD8./ Cytotoxic T Lymphocyte Baratawidjaja KB. Antigen dan antibodi. Imunologi dasar. Edisi
ke-6. ]akarta: Balai Penerbit FKUI;2004. p.73-9L.
(CTLlIc) yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit
Baratawidjaja KB. Reaksi hipersensitivitas. Imunologi dasar. Edisi
hipersensitivitas selular diduga merupakan sebab ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2004. p.171.-90.
autoimunitas. Oleh karena itu, penyakit yang ditimbulkan Decker JM. Introduction to immunology. Oxford: Blackwell
Science;2000.
hipersensltivitas selular cenderung terbatas kepada
Kreier, JP. Infection/ resistance and immunity. Edisi ke-2. An Arbor:
beberapa organ saja dan biasanya tidak sistemik. Pada Taylor and Francis; 2002.
penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, Male D. Immunology, anillustrated outline.3rd edition. London:
tetapi kerusakan ditimbulkan oleh respons CTL terhadap M Mosby;1998.
Playfair lkll, Lydyud PM. Medical immunology. 2nd Edition.
hepatosit yang terinfeksi. Edinburgh: Churchill Livingstone; 2000.
Roitt I, Rabson A. Really essential medical immunoiogy. Oxford:
Blackwell Science; 2000.
15
INFLAMASI
Soenafto
Istilah inflamasi yang berasal dari kata inflammationyang komponen imunologik, dan ini difokuskan pada
artinya radang, peradangan. Sedang istilah inflamasi kaskade inflamasi pada target khusus, apakah waktunya
sendiri asalnya dari bahasa latin yaitu: lnflamotion'. diperpendek atau diperpanjang, dan mengurangi atau
lnflommore yang artinya membakar. Inflamasi adalah meniadakan intensitasnya.
respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera Inflamasi secara normal adalah proses yang self-
atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, limiting, bila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat
mengurangi atau mengurung suatu agen pencedera dilenyapkan, maka inflamasi dapat hilang. Keadaan
maupun jaringan yang cedera itu. Pada bentuk akut demikian merupakan rangkaian yang umum tampak pada
ditandai oleh tanda klasik yaitu: nyeri (dolor), panas peristiwa inflamasi akut. Inflamasi yang umum tampak
(kalor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan pada peristiwa inflamasi akut. Inflamasi kronis tidak
hilangnya fungsi (fungsiolesa). dapat dipungkiri karena faktor yang mula-mula ada tidak
Secara histologis, menyangkut rangkaian kejadian dapat dilenyapkan, karena mereka melengkapi lagi atau
yang rumit, yaitu mencakup dilatasi arteri, kapileri dan mengekalkan diri, atau melalui kegagalan dari mekanisme
venula, dan disertai peningkatan permeabilitas dari aliran diri yang gagal dalam proses inflamasi. Kemudian proses
darah, eksudasi cairan, termasuk protein plasma, dan inflamasi akan berubah bentuk dari mekanisme protektif,
migrasi leukosit ke dalam fokus peradangan. dan pada kebanyakan kasus menjadi kerusakan yang
jadi dengan kata lain, inflamasi atau radang merupakan ireversibel dari jaringan normal. .
proses sentral dalam patogenesis dan juga merupakan
suatu fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya
organisme maupun gangguan lain. Peristiwa timbulnya RESPONS BAWAAN (ALAMD DAN PENYESUAIAN
inflamasi kini lebih dapat difahami dengan penemuan- (DTDAPAT)
penemuan berbagai macam zatyang merupakan mediator
dalam peran sertanya mengatuI mengaktifkan sel-sel, baik Terdapat dua bagian fungsi pertahan tubuh, yaitu sistem
dari darah maupun jaringan dan kemudian dapat timbul imun bawaan (tidak spesifik), dan penyesuaian (spesifik).
gejala dari jaringan yang menderita. Gejala akut yang tabel 1.
klasik seperti tertera di atas. Dikenal adanya inflamasi Masing-masing terdiri dari bermacam-macam sel
akut, subakut dan kronis; dan bila dilihat dari proses dan faktor-faktor yang larut. Sel-sel dari respons bawaan
timbulnya, maka ada yang disebabkan karena infeksi dan adalah neutrofil fagositosis, dan makrofag, bersama-sama
yang non infeksi. dengan basofil, sel-sel rnosf, eosinofil, trombosit, monosit
Inflamasi, merupakan keadaan perubahan dinamik dan sel-sel pembunuh alami lNatural Killer (NK) cellsl.
yang konstan, yaitu suatu reaksi darijaringan hidup guna Sel-sel yang termasuk dalam fungsi penyesuaian
melawan berbagai macam rangsang. Peristiwa tersebut adalah antibodi, imunoglobulin IgG, IgM, IgA, IgE dan
bercirikan adanya pancaran ke bawah (kaskade) dari sel- IgQ yang dihasilkan oleh limfosit B dan sel plasma, dan
sel dan fenomena humoral. limfokin-limfokin yang kebanyakan diproduksi oleh limfosit
Hampir semua kejadian inflamasi, termasuk yang T. Sedangkan faktor yang bawaan yang larut adalah lisosim,
dipengaruhi rangsang "non-antigenik", mempunyai interferon, sitokin, komplemen protein fase akut.
93
94 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
INFEKSI
ffi-*i
*
Antioen
"-
LPS
(Presented)
TNF+
*\"
TRAUMA
Sinar UV
Sel Endotelial
Keratinoc tes
Gambar 1.
Rangsang
Rangsang
Dihilangkan
Amplifikasi/ JARINGAN
Pengerasan RUSAK
Gambar 2.
INFLAMASI DAN FAGOSITOSIS patogenesis mikroba. Dari studi yang telah dilakukan
menyangkut interaksi Lipopolisakarid (LPS) dari bakteri
Fagositosis dari mikroorganisme merupakan pertahanan g ra m n e gatif dan g lycosy lp h os p h at id ylinositol (G PI) ya n g
alami tubuh yang utama guna membatasi pertumbuhan menonjol di membran protein CD14 yang terdapat di
dan penyebaran dari bahan-bahan patogen. Sel-sel permu kaan fagosit-fagosit profesional, termasuk makrofag
pemangsa dengan cepat menyerbu ke tempat infeksi yang beredar dan yang terikat dijaringan dan PMN.
yang bersamaan dengan permulaan dari inflamasi. Bentuk cair CD14 terdapat pula dalam plasma dan
Dengan memangsa mikroorganisme baik yang dilakukan permukaan. Suatu protein plasma, "lPS binding protein"
oleh makrofag jaringan dan fagosit-fagosit yang sering (LBP),mengirimkan LPS ke ikatan membran CD14 yang cair.
berpindah memungkinkan guna membatasi kemampuan Bentuk cairan CDL4/ LPS/ LBP kompleks terikat pada banyak
mikroba untuk menimbulkan penyakit. Famili dari molekul- tipe sel dan dapat berada di dalam sel untuk mengawali
molekul yang berkaitan, dinamakan "collectins", "Soluble respons selular terhadap mikroba yang patogen. Telah
d efe nse co lla g e n s ", atau " p atte r n - reco g n it io n m o le c u le s ", diketahui bahwa peptidoglikan dan isam Lipoteichoic
dijumpai dalam darah ("monnose-binding Lectins'), dalam dari bakteri gram positif dan produk sel permskaan dari
paru ("surfaktan protein A dan D"), dan demikian pula di mikobacteria dan spiroseta dapat berinteraksi dengan
lain-lain jaringan dan juga yang terikat pada karbohidrat CD14. Tonjolan reseptor GPI tidak mempunyai daerah
di permukaan mikroba guna meningkatkan pembersihan sandi di dalam sel, dan "Toll-like receptors" (TLRs) dari
oleh fagosit. Bakteri yang patogen tampaknya dimangsa mamalia yang melangsungkan sandi guna mengaktifkan
terutama oleh neutrofil polimorfonuklear (PM N), sedangkan sel-sel akibat ikatan LPS. TLRs mengawali aktivitas selular
eosinofil sering dijumpai di tempat infeksi oleh protozoa lewat rangkaian molekul pembawa sandi, yang berperan
atau parasit multiselular. Patogen yang mampu bertahan, pada translokasi inti dari faktor transkripsi NF-kB, suatu
akan dapat menghindari pembersihan oleh fagosit yang tombol induk guna menghasilkan sitokin-sitokin inflamasi
profesional, dan mampu membuat di permukaannya suatu yang penting seperti Tumor necrosis Factor o (TNFo) dan
molekul dengan berat molekulyang besar sebagai antigen interleukin (lL)1-.
polisakarid dipermukaannya. Kebanyakan bakteri yang Permulaan dari inflamasi dapat timbul tidak hanya
patogen dapat membuat kapsul antifagositik. dengan LPS dan peptidoglikan tapijuga oleh partikelvirus
Selain aktivasi dari fagosit-fagosit lokal di jaringan dan lain-lain hasil mikroba seperti polisakarida, enzim-
yang merupakan kunci tahap awal dari inflamasi dan enzim, dan toksin. Bakteri flagela mengaktif-kan inflamasi
migrasi dari fagosit-fagosit menuju tempat infeksi, dengan mengikatkan pada TLRs. Bakterijuga menghasilkan
namun kini banyak perhatian yang diarahkan pada faktor proporsi yang tinggi dari molekul DNA dengan residu
mikroba yang mengawali inflamasi. Dalam kaitan ini telah GpG yang tak mengalami metilasi, yang mengaktifkan
pula diteliti tentang struktur, mekanisme molekuler dan inflamasi melalui TLR9. TLR3 pengenal double stranded
96 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DATAM
RNA, suatu bentuk pengenal molekul yang dihasilkan oleh Interleukin (lL) - l-a, -3, -4, -5, -6, -8, -13, -16,GM-CSF
banyak virus selama siklus pembelahan. TLRL dan TLR6 (Gronulocyte Mocrophage Colony Stimuloting Factor),
bersekutu dengan TLR2 guna meningkatkan pengenalan TNF-cr (Tumor Necroting Factor-a), INF-y (lnterferon y)
dari protein-protein mikroba yang mengalami asetilasi termasuk " immunomoduloting" bersama IL-10, IL-13
dan peptida-peptida.
Kemokin-kemokin yang diturunkan/dihasilkan oleh
Molekul mieloid diferensiasifaktor 88 (MyD88) adalah
sel Mosf: RANTES (Regulated upon Activation Normal
protein adaptor yang umum, yang terikat pada daerah
Tcell Expressed and T-cell Secreted), MCP-1 (Monocyte-
sitoplasma dari semua TLRs yang dikenal dan juga pada
ott r o cta nt P r ote i n), MIP -b (M o c r o p h o g e I n h i b ito ry
Ch e m o
reseptor-reseptor yang merupakan bagian dari IL-1 (IL-1-
Protein), MIP-1a, IL-16
Rc) famili. Sejumlah studi menunjukkan bahwa "MyD88-
mediated tronsduction" dari sandi dari TLRs dan IL-]-Rc Faktor penumbuh yang diturunkan oleh sel mosf VEGF,
adalah keadaan yang kritis untuk resistensi bawaan FGF, NGF, FGF-8, SCF
terhadap infeksi.
Suatu contoh dari mediator sel mosf manusia adalah; Triptase. Zat ini merupakan pecahan dari substrat tripsin,
dan berperan dalam inaktivasi fibrinogen dan kininogen
Yang telah dibentuk sebelumnya dan mudah dikeluarkan dengan berat molekul tinggi, aktivasi dari urinory-tipe
yaitu: Histamin, faktor kemotaktik eosinofil, super oksida, plosminogen octivator, aktivasi dari "Latent Synovial
alkil sulfatase A, elastase,b-heksosamidase, b-gluko- Co llage n osse" lewat konversi dari prostromelisin, degradasi
samidase, b-galaktosid, enzim sebangsa kalikrein. dari Va soa ctive I nte stin a I Pe ptid e (VIP), bron koko nstri ksi,
memacu kemotaksis dari fibroblas, proliferasi sintesis
Yang dibentuk sebelumnya dan berkaitan dengan butir- kolagen, menginduksi proliferasi sel epitel, memacu
butir yang ada yaitu: Heparin/Kondroitin sulfat E, Triptase pengeluaran IL-8, peningkatan ICAM-1, meningkatkan
(1, P/lI, m, dan cr), Cymase, Karboksipeptidase, Katepsin G,
kemajuan migrasi dari sel endotel, dan pembentukan
Superoksidase dismutase, Katalase saluran vaskular.
Yang baru terbentuk yaitu:Leukotrienes (LTCr, LTD4, LTE), Kimase, Zatini bekerja memecah substrat kemotripsin,
Plotelet Activating factor (PAF), Prostaglandin (PGDr) pengubahan dari angiotensin I ke II, memecah substansi
Sitokin-sitokin yang diturunkan/dihasilkan oleh sel mosf: membran basalis (Lasminin, kolagen tipe II, fibronektin,
INFLAMASI 97
dan elastin), pemecahan dari pertemuan dermal- Berbagai penggerak sel mosf dapat dikelompokkan
epidermal, mengadakan degradasi dari neuropeptide VIP dalam dua bagian yaitu: respons imun alami/bawaan, dan
dan substansi-f; memperbanyak pengaruh histamin dalam respons imun didapat/penyesuaian.
pengembangan jentera, mengubah endotelin-1- yang
Respons imun alami terdiri dari:
besar menjadi "vasooctive endothelin-1-", membebaskan . Jalur yang tergantung pada IgE yaitu: alergen-alergen
aktivasi "Laten TGF-B" dari progelatinase b, meningkatkan
multivalen, lgE Complexes, lgE Rheumatoid Foctor, Anli
sekresi dari kelenjar mukosa, memecah "membrone-
Fc, R, antibodies, lgE-dependent HRF.
ossociated SCF"
. Jalur yang bebas dari IgE yaitu:
Prostaglandin Prostaglandin (PGDr). Zat zat ini berfungsi - Macam-macam kemokin seperti Monocyte
sebagai: bronkonkonstriktor: kemoatraktan. penghambat Chemoatroctont Protein (MCP), MCP-I, MCP-2,
agregasi trombosit, vasodilatasi, pontensiator dari LTC. MCP-3, Regulated upon T-cell Activation Normol
pada vasa darah. T-cell Expressed and Secreted (RANTES), Mocro-
phoge lnhibitory Protein (MIP-1cr, MIP-18)
Berbagai Leukotrien (LTC4, LTD4, LTE4). Berbagai
zat ini berfungsi sebagail. "Slow-Reocting Substance of
- Endotelin-1
anaphyloxis", pemacu kontraksi otot polos, vasodilatoI
- Complement-derived peptides" Cra, Cra, Cra
menambah pandangan bagaimana sel ini mempunyai timus dan sel-sel endotil. Target sel yang dipengaruhi
kontribusi dalam "Remodelling" jaringan ikat. Di samping ialah semua sel. Dan aktivitas biologiknya meningkatkan
itu mempunyai implikasi pada penyakit-penyakit yang pengaturan penampilan molekul adhesi.
sering berhubungan dengan neovas-kularisasi. Sel most, IL-2, memiliki reseptor IL-2Rcr,B, dan y yang umum.
mampu menampilkan MHC II antigen pada permukaan Sitokin ini dihasilkan oleh sel-sel T. Target dari zat ini
selnya dan juga molekul tambahan seperti ICAM-1. adalah sel-sel I sel-sel B, dan sel-sel NK, monosit/
Molekul permukaan ini memungkinkan interaksi yang makrofag. Dan aktivitas biologiknya ialah aktivasi sel T
produktif antara Limfosit dengan sel mosf. dan proliferasi, pertumbuhan sel B, proliferasi sel NK dan
Jadi dengan menghasilkan macam-macam sitokin, aktivasi, peningkatan aktivitas monosit/makrofag.
akan mempunyai fungsi bermacam-macam terhadap IL-3, memiliki reseptor IL-3R, dan F yang umum.
respons biologis yang berkaitan dengan pertumbuhan, Dihasilkan oleh sel-sel T, sel-sel NK, dan sel-sel mosf.
perbaikan dan inflamasi, serta mempunyai dampak pada Sasaran targetnya ialah: monosit/makrofag, sel-sel
-penyakit rzosf, eosinofil, sel-sel pendahulu sumsum tulang. Dan
macam-macam dari manusia.
98 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
selnya adalah: neutrofil, sel-sel I monosit/makrofag, sel- IFN-8, dengan reseptor tipe-1- interferon. Dihasilkan
sel endotel dan basofil. oleh semua sel. Sel targetnya adalah semua sel. Aktivitas
Aktivitas biologiknya yaitu menyebabkan migrasi biologiknya sama dengan IFN-o.
neutrofil, monosit, dan sel T, menyebabkan neutrofil IFN-y, dengan reseptor tipe II. Dihasilkan oleh sel-
melekat pada sel-sel endotel dan mengeluarkan histamin sel T dan NK. Sel targetnya adalah semua sel. Aktivitas
dari basofil; memacu angiogenesis; menekan proliferasi biologiknya adalah: mengatur aktivasi marofag dan sel NK;
dari sel-sel pendahulu hati. memacu sekresi imunoglobulin oleh sel-sel B; menginduksi
IL-1.0, memiliki reseptor IL-10R. Sebagai penghasil a nti gen " h istoco m patib ility! klas II; men gatu r d iferensiasi
Dari ketiga kelompok mediator tersebut akan meningkatkan molekul-molekul adhesi limfosit dan
menimbulkan respons pada Leukosit, fibroblas, substrat kemokin untuk menarik "ontigen-spesific" limfosit-
dan mikrovaskular. limfosit; menghasilkan IL-12 guna menarik TrL helper
Dari respons leukosit, dapat mengadakan perlekatan, T-cell Responses; meningkatkan pengaturan ikut memacu
kemotaksis, produksi Ig E, proliferasi sel masf, aktivitas bersama molekul-molekul MHC guna memfasilitasi limfosit
Eosinofil. T dan B guna mengenali dan aktivasi ; sel-sel makrofag dan
Dari respons Fibroblas, dapat mengadakan proliferasi, dendrit, setelah adanya isyarat dari LPS, dan meningkatkan
vakuolisasi, produksi Globopentaosyl-ceromide, produksi pengaturan pacuan bersama molekul-molekul 87-1 (CD80)
kolagen. danBT-2 (CD86) yang diperlukan guna menggiatkan dari
Dari respons substrat dapat mengadakan aktivasi sel-sel T antigen-specific antipathogen, dan selanjutnya
matriks metaloprotease, aktivasi dari kaskade koagulasi. juga protein-protein Toll-like pada sel-sel B dan sel-sel
Sedang dari respons mikrovaskular, dapat timbul dendrit yang setelah terikat LPS menyebabkan CD80 dan
permeabilitas venuler terganggu. perlekatan leukosit, CD86 pada sel-sel tersebut menyampaikan kepada sel T
konstriksi dan dilatasi. ontigenpresenting.
Berikut ini akan disajikan bagaimana rangsang
Sel-sel dendritik plasmasitoid (DCs) dari garis keturunan
inflamasi memicu kegiatan leukosit, serta tabel interaksi
Limfoid, peran utamanya ialah: menghasilkan sejumlah
molekul adhesi dari leukosit/sel endotel. Dan berikutnya
besar interferon (lNF)a yang mempunyai aktivitas anti
adalah gambar neutrofil dan proses inflamasi.
tumor dan anti virus, dan didapatkan dalam zona sel
T dari organ-organ Limfoid; Sel-sel tersebut beredar
dalam darah. IFN-a merupakan aktivator yang poten pada
KOM PON EN UTAMA DARI SISTEM IM U N BAWAAN
makrofag dan DSs yang dewasa guna memangsa patogen-
DALAM MEMICU IMUNITAS ADAPTIF patogen yang masuk dan menyampaikan antigen-antigen
patogen kepada sel T dan sel B.
Sel-sel sistem imun bawaan dengan peran utamanya
dalam memicu imunitas adaptif tergantung pada tipe Terdapat dua tipe sel-sel dendritik mieloid, yaitu: yang
sel-sel yang berperan. Berikut ini akan dipaparkan macam- diturunkan dari sel intersisial dan Langerhans.
macam sel yang terlibat. DCs intersisial adalah penghasil kuat IL-2 dan IL-L0 dan
terletak di zone-zone sel T dari organ-organ Limfoid; dan
Sel-se! makrofag, peran utamanya dalam imunitas bawaan
sel-sel tersebut ada dalam darah, dan ada dalam sela-sela
ialah: mengadakan fagositose dan membunuh bakteri,
dari paru, jantung, dan ginjal; DCs Langerhans adalah
di samping itu menghasilkan peptide anti mikrobial;
penghasil kuat dari IL-12; daq letaknya di zone-zone
mengikat lipopolisakarida (LPS); dan menghasilkan sitokin
sel T dari Limfonodi, epitel kulit, dan medula timus; dan
sitokin inflamator.
beredar dalam darah. Peran utama dalam imunitas adaptif
Peran dalam imunitas adaptif yaitu menghasilkan
dari DCs interstiel adalah APC yang poten ufituk sel-sel T
interleukin (IL)L tumor necrosis /ocfor GNF)o guna
dan yang pertama-tama mampu mengaktifkan sel B- guna
Gamber 3.
INFLAMASI 101
ol
Tumor
Histamin Y?.'991?l?'i-
KeDOCOran Catran
iia",,r
Bradykinin Dolor c,'H,o,,oH
Serotonirt---* .-\-a luyeri; HOCI (pemutih)
calor
(Hangat)
,,'^i
+l I
Chemokin,Lain
chemoatractant
-----)
@-:
G-CSF
Steroid
I
I
Endotoxin I
Meningkatkan
melengket ke
Endotel
t
Selectin Demam
R a Sekresi Sitokin
\ l'.-r.rrr-o rL-8,TNFrh-12
\ l-"- J
ENDOTEL
makrofag a.--
Limfosit
Gambar 4.
t02 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
Vasodilatation
inhibit aggregation
Cyclooxygenase
- Smooth muscle
@
#
contraction
- inhibit agregation
'"@.
Prostacyclin
Synthase Peroxidase
Hydrorisis
I lsomerase
Endotelium
J Brain,
Mast Cells
l-s-lrrtofcFlal
I lnactive I
TX
synthases
Vasocontriction PGF2a
IPGEI
(
v1 fp ) Platelet activation reductase
TXA2
-/ I
@
- Smooth muscle
contraction .
Vasodilatation - Bronchoconstrictor
Hyperalgesia - Abortifactant
TXB2 Fever
inactive Diuresis
lmmunomodulations
Gambar 6
INFLAMASI
103
dari imunitas bawaan lokal, misalnya sel-sel epitel . 8,1L,L4-Eicosotrienoice ocid (dihomo-g-tinoLenic ocid)
paru memproduksi protein-protein surfaktan (protein_ . 5,8,LL,1,4-Eicosotetroenoic acid (= asam arakidonat)
protein dalam keluarga collectin) yang mengikat dan . 5,8,1L,1_4,17-Eicosapentoenoic acid
memperkembangkan/ meningkatkan pembersihan dari
mikroba yang masuk dalam paru. Asal asam arakidonat dari derivat makanan yang
Dalam aktivitas peran utama dalam imunitas adaptif, mengandung linolic acid (9,L2-oktodecadienoic ocid) atau
menghasilkan TGF-B yang memicu "IgA-spesific ontibody dari konstituen makanan yang mengan dung S,g,L1_,14,L7-
responses". Eicosopentoenoic acid yang terdapat banyak dalam minyak
ikan.
Arakidonat di esterifikasia fosfolipid dari membran
sel atau lain kompleks lipids. Kadar arakidonat dalam sel
PRODUK YANG DISEKRESI DARI EOSINOFIT
sangat rendah, dari biosintesis dari eikosanoid terutama
. Protein-protein dari granule terdiri atas ,,mojor basic tergantung adanya arakidonat terhadap enzim-enzim
protein" eosinofil peroxidase, protein eosinofil cotionic, eichosonoid-synthese, ini sebagai hasil dari pengeluaran
ne u rotoxinyang berasal dari eosinofil, B- G lucu ro n id ose, dari simpanan sel-sel dari lipid oleh ocythydiolases, yang
asam fosfatase dan arilsulfatase B. kebanyakan adalah fosfol ipid Ar. peningkatan biosintesis
. Sitokin-sitokin, yaitu IL-1, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-8,11-10, dari eikosanoid diatur dengan cermat dan tampaknya
IL-16, GM-CSF, MNTES, TNF-o, TGF-o, TGF-B, dan MIp merupakan respons terhadap pengaruh yang sangat luas
. Mediator-mediator Lipid, yaitu leukotrien Bo (jumlahnya dari rangsangan fjsik, kimiawi dan hormonal.
sedikit), leukotrien Co, leukotrien Cu, 5 hidroksi 6,g,15_
di HETE, 5-okso-l_5-hidroksi 6,8,1 1,13-ETE (eicosate-
traenoic acid), Prostaglandin E, dan prostaglandin E, MACAM - MACAM POSTAGLAN DIN
6-keto-prostaglandin F, Troboksane pAF
,, @latetet-
octivating foctor). PGA, PGB, PGB adalah .{<eton yang tak jenuh yang
. Enzim-enzim: elastase, protein kristal Charcot-Leyden, dihasilkan dari bentuk non enzimatik pGE selama prosedur
kolagenase, 92-kd radikal. ekstraksi; tampaknya zat tersebut ada secara biologik.
. Reoctive oxygen intermediotes : superoxide rodical Seri PGE dan D adalah hidroksiketones, sedangkan
anion, HrOrdan Hydroxy Rodicols. Fa prostaglandin adalah i.,3-diols. Zat-zat ini adalah
produk dari prostaglandin G (pGG) dan H (pGH), cyclic
endoperoxides. PGJ, dan komponen sekeluarga adalah hasil
EOSINOFIL KEMOATMKTAN dari dehidrasi prostasiklin (p_GIr) memiliki struktur cincin
ganda; termasuk cincin siklcipentan, cincin kedua dibentuk
Ini terdiri atas: oleh jembatan oksigen antara karbon 6 dan 9. Tromboksan
Kemokin-kemokin yaitu Eotaksin, Eotaksin 2, Eotaksin (TXr) terdiri atas 6 anggota cincin oksan dl samping cincin
.
3, MCP2, MCP3, MCP4, RANTES, MIpIa, tL-8. siklopentan dari prostaglandin. Baik pGlrdan TX, adalah
Sitokin-sitokin yaitu: IL-16, IL-12 hasil dari metabolisme PGG dan pGH.
Primers yaitu:IL-3, IL-5, GM-CSF
Mediator-mediator hormonal yaitu: pAF, Cra, Cra, LTB*
LTD4, DlHETES dan Histamin. TROMBOSTT (?LATEr.ET) DAN MEDIATOR_
Molekul-molekul adhesi adalah protein permukaan sel MEDTATOR INFLAMASI
berfungsi ganda yang bertindak sebagai penengah interaksi
baik antara sel dengan sel dan sel dengan matriks. Trombosit diturunkan dari megakariosit dalam sumsum
Di samping itu peranannya dalam pemeliharaan dari
strukturjaringan dan keutuhan protein tersebut ikut serta COX isoforms
dalam proses kegiatan selular seperti motilitas, member.i ^ AMCHIDONICACID
isyarat dan pengaktifan. 1-
cox-1 il-z would healin-g
1cory#rruve)
. --;'- -! E Resolution of
inftamation
l-.---, I
lPs"
.tlr"
PROSTAGLANDIN PADA INFLAMASI KELUARGA leg.F- C)X-2,inhibitor
PROSTAGLAN DIN, LEU KOTRIEN DAN KOM PON EN .!
Stomach ni.666^T^,^^+-.
r"o"t"
YANG BERHUBUNGAN Kidney f;1"".3t" '
lntestine pain
Eikosanoid-2}-carbon essential fatty acid yang berisi 3,4 Platelet Cancer
Konsep Baru
dihasilkan yaitu: PDGE FGF, TGF-p dan RANTES. Lain-
EICOSANOID lain mediator yang ada ialah: PGE, LTC4, T,A2, 12.HETE,
PAE Faktor-faktor koagulasi, fibrinogen, fibronektin dan
adenosin (periksa tabel dan gambar)
Dalam keadaan normal perlekatan trombosit ke
protein matriks ekstraselular memerlukan faktor Von
Willebrant (v WF) yang terikat pada glikoprotein trombosit
Ibl1X dan menyampaikan sebagai jembatan molekuler
antara trombosit dan kolagen subendotelial. Trombosit
P450
dapat pu la diaktifkan melalu i reseptor-reseptornya untu k
I I
t-ipoiins f-Y-----------f l
IgG, IgE, PAF, C-reoctive protein dan substansi P dan
EETS
id)
(Eicosatetraenoic acid) ,I 15 - eoi-Liooxines II
melalui komponen-komponen yang diaktifkan. Dengan
']
lnflamation Resolution diaktifkannya trombosit, akan mengeluarkan isi granuler
j' P 450: 1
yang memperkembangkan pembekuan dan lebih lanjut
Epoxygenases
l (Epoxyeicosatetraenoic acid)
terjadi pengumpulan trombosit.
I Berbagai macam dari protein dan mediator yang
i-..
diturunkan dari lipid mempunyai aktivitas kemotaktik,
proliferatif, trombogenik, dan proteolitik. Pacuan yang
mengaktifkan trombosit guna mengadakan perlekatan dan
degranulasijuga merupakan pemicu pengeluaran AA dari
membran melalui PLA, yang memprakarsai sintesis dari
TXA, lewat COX-I- dan produk dari Lipoxygenose L2-HETE
Gejala Utama Mediator Lipid
Inhibitor yang kemudian dimetaboliser menjadi lipoksin.
Endogen
Nyeri dan PGE, LTB4, PAF
hiperalgesia ,Ilabal'6. Furgsi Golongan,Pr:qstaglandin.
Kemerahan PGE2, PGL2, LTB4,
'
vasodilatasi) L,Ar; PAF Meningkatkan Proses Meredam Proses
Proses Radang Radang
Panas (lokan dan PGE2, PGI1, LTA4, PAF
sistemik) Pengaturan aliran <- -+ PGE1, PGE2 meng-
Edema PGE, LTB4, LTC4, Lipoksin, darah dan pefusi hambat produksi dari
LTD4,LTE4, PAF ATL organ -macrophoge migrotion
'"' inibiting factor (MIF)
ATL : Aspirin - Triggered - Lipoxi
LT: Leukotrien oleh sel,* sel T
LX: Lipoksin Vasodilatasi (PGE2, <- -+ PGE2 menghambat
PAF : P lote let Activoting F a ctor, pGI2, pgd2, PGII) proliferasi limfosit T
PG: Prostaglandin -+ Menekan proliferasi sel
sinovial
tulang dan berfungsi untuk hemostatis, penyembuhan Menekan pem-
bentukan plasminogen
luka, dan respons selular terhadap jejas/trauma.
Trombosit juga merupakan sel-sel efektor inflamasi. Baik
Meningkatkan <- -) Menghambat produksi
permeabilitas vaskular dari radikal oksigen dan
PAF (Plotelet Activating Foctor) dan fragmen-fragmen
(interaksi dengan Ca5, pengeluaran enzim oleh
kolagen menyebabkan kemotaksis trombosit ke daerah LTB4, dan Histamin) neutrofil.
aktivasi endotelium atau daerah jejas/trauma dan hasil- Potensiasi nyeri
hasil yang dikeluarkan setelah aktivasi, merekrut lain-lain (interaksi Bradikinin)
sel dan mempunyai andil untuk meningkatkan reaksi Mengaktifkan limfosit
inflamasi. dan produksi dari
Trombosit akan menghasilkan zat yang bersifat limfokin PGI
kemoatraktan yaitu PAF dan kolagen. Di samping itu Agregasi trombosit.
zat-zat yang berfungsi mengaktifkan seperti PAF, MBB Pengeluaran PAF dan
PGI2.
fibrinogen, trombin, CRP, Substansi P, IhgG, FceR II,
komponen-komponen komplemen.
Desuppressor T
suppressor cells dan
Mediator-mediator dalam granula trombosit meningkatkan RF
menghasilkan ADP, serotonin, PF-4, V.WF, PLA, Resopsi dari tulang
trombospodin dan tromboglobulin. Sitokin-sitokin yang
INFLAMASI 105
Produk-produk dan granula-granula trombosit juga antigen T8 dan membentuk T8s. terdapat pula klas sel-
memprakarsai reaksi inflamasi lokal. Granula-granula sel T sitotoksik yang juga T8 positif. Dan kebanyakan
padat berisi ADB suatu agonis yang mengaktifkan ikatan respons antibodi pada antigen-antigen adalah sel T
fibrinogen dari trombosit pada sisi dari b, integrin yang dependen, dan fungsi utama sel-sel T helper untuk
glikoprotein II b/IIIa, dan serotonin, suatu vasokonstriktor menyediakan faktor yang diperlukan oleh sel B menjadi
yang poten yang mengaktifkan neutrofil dan sel-sel dewasa dan mensintesis antibodi.
endotelial. Sel-sel penolong juga diperlukan guna mempengaruhi
Alfa:granul berisi PF4 dan b-troboglobulin, yang sel-sel T sitotoksik guna mengikat dan membunuh sel-sel
mengaktifkan leukosit-leukosit mononuklir dan PMN yang terinfeksi dengan virus dan menyerang sel-sel tumor.
dan juga tempat dihasilkan PDGF dan TGF-B, yang Di samping itu sel-sel penolong mengaktifkan sel-sel
keduanya memacu proliferasi sel-sel otot polos dan supresor T dan sebaliknya menekan atau mengurangi
fibroblas dan sangat penting dalam perbaikan jaringan regulasi oleh sel-sel tersebut. Sel-sel T yang merespons
dan angiogenesis. Di samping itu granul trombosit terhadap adanya antigen, akan mensekresi zat-zat yang
menghasilkan trombospodin yang memprakarsai neutrofil, menyampaikan pesan yang ada dalam sel dan ini disebut
faktor koagulasi F V VII, vWF, fibrinogen dan fibronektin. Limfokin yang berbeda dengan antibodi-antibodi yang
dihasilkan oleh sel-sel B yang telah diaktifkan. "
Limfoki n-limfokin yang penting termasuk interle u kin
RESPONS PENYESUAIAN (ADAPTIF) 2 (lL-2), Gammo lnterferon (lFN y), dan Macrophoge
lnhibitor Factor (MIt). MIF merangsang makrofag untuk
Limfosit bertanggung jawab untuk respons imun melaksanakan fagositosis aktif dan sekaligus menghambat
penyesuaian (adaptif). Limfosit pendahulu beredar migrasi dari sel-sel teirsebut dari daerah di mana sel-sel
dalam darah. Limfosit ini akan berkembang menjadi sel Th tertumpuk.
B dan sel T. Sel B yang awal melanjutkan pertumbuhan-
nya dalam sumsum tulang. Sedang sel T yang awal
berpindah ke timus. Pendahulu kedua tipe sel tersebut SEI,SEL T SUPPRESSOR DAN PENOTONG (HEI,PER)
mengalami penyusunan ulang dari gen untuk membentuk
reseptor-reseptor antigen. Reseptor-reseptor sel B dan IL-2 yang disekresi oleh sel-sel Th adalah faktor penumbuh
sel T, keduanya heterodimer,yang terdiri dari dua ikatan yang memacu proliferasi dari sel-sel T sehingga mereka
yang berbeda, yaitu rantai ikatan disulfid, di mana sifat memproduksi clone-clone sel-sel antigen spesifik yang
ikatannya dapat dikenal dari rangkaian protein sebagai akan menjadi sel-sel sitoksik, penolong (helper), atau
hasil dari kombinasi yang tampak pada tingkat genetik. suppressor. Sel-sel T suppre;Sor mengurangi pengaturan
Bagian dari reseptor antigen yang akan meningkat pada respons dari lain-lain sel-sel T dan B.
antigen diturunkan dari dua atau tiga fragmen gen yaitu Ada pula anggapan bahwa prostaglandin-
segmen yang berubah-ubah, yang aneka ragam dan prostaglandin diturunkan sebagai baglan dari proses
pengikat. inflamasi dari fosfolipid-fosfolipid mempran sel
Sel B dan T memiliki reseptor antigen yang spesifik. yang dapat mengurangi regulasi sel-sel T suppressor.
Pengenalan molekul untuk antigen pada sel-sel B adalah Selanjutnya priksa tentang keluarga prostoglondin dan
membrone associoted-immunoglobulin, sedangkan bagan tentang asam arakidonat. Sel-sel B, mempunyai
reseptor antigen pada sel-sel T adalah molekul yang petanda permukaan pada awal stadium akan menjadi
berbeda, yang bukan imunoglobulin. Bila diaktifkan oleh dewasa. Langkah awal adalah pengaturan kembali gen-
adanya antigen, maka sel-sel B berkembang menjadi gen dari imunoglobulin rantai berat. Proses ini meliputi
antibodi yang menghasilkan sel-sel plasma, dan sel-sel pecahan "germline chromosome" dan penggabungan
yang memelihara ingatan pada antigen. dari V* D, dan JH, yang kemudian menjadi bentuk VDJH'
Sel-sel T juga berkembang menjadi sel-sel effector Terakhil terminal deoksitransferase (TdT) banyak terdapat
dan pengingat. Awal dari reaksi ini disebut respons primer. dalam iet yang mengalami pengaturan ulang, dan
Berikutnya terdapat periode laten kurang lebih tujuh hari menambah bahan dasar ekstra pada fragmen-fragmen
sebelum perkembangan lebih lanjut. sebelum diadakan rekombinasi. Hasilnya akan terbentuk
Sel T mempunyai beberapa sub-set. Ada beberapa banyak macam gen imunoglobulin dari macam-macam
sub-set sel T yang penting yang berpengaruh pada sel- sel pelopor dari B.
sel T dan B terhadap antigen dan termasuk mengaktifkan Kemudian sel-sel yang berhasil membentuk protein
makrofag. Ini adalah sel-sel f helper (penolong) yang ikatan-berat yang ditampilkan di permukaan sel, akan
memproses antigen T4 pada permukaannya dan juga membentuk kompleks rantai-ringan. Kompleks
membentuk T4H dan sel-sel f suppressor guna memiliki ikatan berat dan ikatan ringan pada sel-sel B dan molekul
106 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DATAM
Membrane plasma
GP lb : Platelet Surface
glycoprotein lb
Fungsi adhesi & agregasi
Dense granules :
M g,Seroton n
AD P,ATP, Ca, i
Alpha granule :
- Bthromboglobulin Albumin
- PF4 Thrombospodi n,fi bronectin
- PDGF ADP
- TGF- beta VEGF (vascular endotelin groMh F)
- Chemotactic factor Serotonin
- Fibrinogen
.V.WF
Gambar 9. Platelet/trombosit
imunoglobulin yang lengkap pada sel B yang belum dewasa dijumpai CDl"9 dan CD21. Di samping itu terdapat pula
bersamaan dengan pasangan protein transmembran yang CD32 (Fc. Reseptor).
disebut Ig5 dan 196. Ini adalah molekul pembawa signal
yang diperlukan guna seleksi yang positif dari sel-sel B
guna dapat melewati titik-titik pemeriksaan. RESPONS INFLAMASI PADA SYOK
Setelah diferensiasi sel B berlangsung, dan sel-sel
yang bertahan hidup dalam proses seleksi akan keluar Aktivasi dari jaringan sistem mediator inflamasi yang
dari sumsum tulang sebagai sel yang terbentuk baru, sangat luas berperan dengan nyata dalam perkembangan
kemudian sel B yang dewasa melakukan perjalanan ke syok dan mempunyai saham dalam menghasilkan jejas
limpa, dan masuk ke daerah PALS (Periorteriolar lymphoid dan gangguan dari organ-organ.
Sheath), di mana sel-sel B. Antigen yang ada diangkut Mediator-mediator humoral yang multipel di-
masuk dalam PALS, di mana telah ada kerja sama antara aktifkan selama syok dan kerusakan jaringan. Kaskade
sel T dan sel B. komplemen, diaktifkan melalui kedua jalur klasik dan
Sel B yang ada di daerah perbatasan kemudian masuk alternatif, menghasilkan anafilaktoksin C3a dan C5a. Fiksasi
ke dalam pulpa merah lalu mengadakan diferensiasi komplemen secara langsung pada jaringan yang rusak
menjadi plasmablas, yang dengan cepat mempunyai dapat berkembang guna menyerang secara rumit C5-C9,
respons awal terhadap zat yang patogen. Disini terjadi selanjutnya mengakibatkan kerusakan sel. Pengaktifan
kerja sama yang unik antara sel-sel T, B dan folikular kaskade koa gu lasi menyeba bka n trombosis mi krovasku la ri
dendritik. Sel B menyajikan pada sel T lewat MHC klas dengan akibat selanjutnya terjadi lisis utama pada
II yang ada pada sel B.Sel-sel B yang diaktifkan dapat peristiwa yang berulang dari iskemik dan reperfusi.
menampilkan CD80 atau CD86 (B7.1 atau B7.2). Sel B Komponen-komponen dari sistem koagu lasi, seperti
yang demikian kini dapat menyampai-kan dua isyarat trombin, merupakan mediator proinflamasi yang poten.
kepada sel T yaitu satu ikatan dari reseptor antigen sel T Yang mengakibatkan peningkatan dari molekul-molekul
ke MHC klas Il-peptid kompleks pada sel B, dan yang lain adhesi pada sel-sel endot6l dan mengaktifkan neutrofil,
dengan mengikat CD28 pada sel T oleh CD80 dan CD86 utamanya pada kerusakan pada mikrovaskular. Koagulasi
pada sel B. Aktivasi dua isyarat demikian itu bermanfaat yang mengaktifkan kaskade kalikrein-kininogen, yang
untuk meningkatkan kadr dari sekresi IL-2 dan proliferasi mempunyai andil pada kejadian hipotensi.
dari sel T.
Setelah cukup stimulasi, sel - sel B membelah dirijadi
sel-sel plasma dan menghasilkan imunoglobulin yaitu
IgG dengan subklas L, 2, 3,4; IgA dengan dua subklas;
IgM, IgD, serta IgE. Pengatur molekul dari fungsi limfosit,
dilakukan oleh reseptor-reseptor permukaan sel dan
adanya interaksi antar sel.
Dengan adanya rangsangan awal, sel T menerima
bantuan dalam menetapkan tipe sel efektor apa dari sel
tersebut yang timbul. Pada tiap kasus, sel T menadi aktif
dan menampilkan molekul permukaan yang baru, CD154
yang juga dikenal sebagai Pg39 atau CD40L. Ini adalah
lawan reseptor untuk CD40, suatu keluarga dari reseptor Penampilan
fNFu superfamily, yang ada pada sel-sel B. Ikatan dari /expresi
CD40 memungkinkan isyarat sehingga sel B dilindungi P-selection
siklooksigenase juga prostaglandin dan tromboksan Maier RV. Approach to the patient with shock.inflammatory
."rporr"riltt Harrisonls principles of intemal medicine' Mc
A2, yang merupakan vasokonstriktor yang poten dan Griw-Hill 166. Vol II 2005:1601-2'
mlmpunyai andil pada hipertensi pulmonal dan nekrosis Morrow
- --- |D, Roberts II LJ' Lipid derived autacoids'-eicosanoids
tubuler akut Pada sYok. *a'piut.let-activating fictor 'In: Goodman &. Gilman's'
the pharmacological bisis of theurapeutics 10 th' editiory
2001..p.669-731
fnifipt-Vfr. C.onstein B.N.Structure and function of neutrophils'
KESIMPULAN in. p.351-73
pier isiMolucular mechanisms of microbial pathogenesis' In:
Harrisoris principles of internal medicine'16s Edition' Mc
Inflamasi adalah respons protektif setempat yang di-
GrawHill;2005.P'70U6
timbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang Saleh MN Lobuglio AF'Platelets In: Rheumatic diseasesin : 'p'
berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung 41L-22.
suatu agen pencedera maupunjaringan yang cedera itu'
Pada bentuk akut ditandai adanya tanda klasik yaitu: dolor;
kalor, rubor; tumor dan fungsiolesa.
Dikenal adanya inflamasi akut, subakut dan kronis'
Inflamsi merupakan keadaan dinamik yang konstan yaitu
suatu reaksi dari jaringan hidup guna melawan berbagai
rangsangan. Dalam melawan inflamasi, dari tubuh memiliki
respons alami dan penyesuaian. Yang alami (tidak spesifik)
terdiri dari sel-sel: neutrofil, eosinofil, basofil, trombosit'
makrofog, monosit, sel mast dan sel NK, serta faktor-faktor
yang larut yang terdiri dari lisozim, sitokin, interferon'
komplemen, dan Protein fase akut.
Sedang yang penyesuaian yang bersifat spesifik terdiri
dari sel B, selT, antigen presenting cell (APC), sel-sel dendrit
dan sel Langerhans, serta faktor-faktor yang larut seperti
antibodi, imunoglobulin G (lgG) dengan subklasnya I9 M'
I9 A,lg E,Ig D dan limfokin.
Selain itu sel-sel yang ada memiliki pula reseptor di
permukaan sel. Dengan demikian memudahkan cara kerja
sel-sel tersebut.
Mediator inflamasi terdiri dari: komplemen, vasoaktif
amin, nifric oxide, histamin, serotonin, adenosin, sistem
pembekuan, bentuk 02 yang diaktifkan, metabolisme
asam arakidonat, prostaglandin,trornboksan A, dan
leukotrien.
REFERENSI
109
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
110
Apoptosis
Toksin, hiPoksia, gangguan masif Kondisi Fisiologis dan Patologis
Rangsangan
Sel membengkak Kondensasi kromatin
Histologi
Kerusakan organel, Benda-benda aPoPtotik
Tanda-tanda kematian jaringan Kematian sel
Fragmen tidak beraturan Potongan fragmen 180
Pola kerusakah DNA
pasangan basa
Lisis Utuh, menggelembung,
Membran plasma
Perubahan molekular
Makrofag imigran Sel sekitar
Fagositosis dari sel
Keradangan Tidak ada keradangan
Reaksi jaringan
ll EGL, cED3
+ #--
Mitokondria
pada sel hidup, ced-4 dan ced-3 menjadi satu dalam bentuk monomer inaktif
dengan ced-9' Apabila sel akan menga-
Gambar 1. oligomerisasi dan menjadi
m6ngalami
lami apoptosis domain eiE dari egl-1 menyeb.Uf.* f"p*.V. ik.tun ceO-: sefringga ced-3
aktif.
APOPTOSIS 111
EGL,l CED9
Bcl2 BAD
I
CED4
I
Apaf-1
I
CED3
I
Caspase
Menghambat
-l
-+ Menginduksi
Gambar 2: Persamaan antar proses apoptosis pada C elegans dan mamalia. ced-9 homolog dengan protein Bcl-2, ced-4 homolog
dengan Apaf-1 sedangkan ced-3 homolog dengan caspase dengan hasil akhir sel mengalami apoptosis.
tempat tertentu seperti pada mata. Reseptor FaslCD95 dengan reseptor TNF (TNFR1), TNF meng-aktifkan NF-KB
merupakan suatu molekul homotrimerik seperti anggota dan AP-1 sehingga terjadi induksi gen proinflamasi dan
famili TNF yang lain. imunomodulator. Pada beberapa sel, TNF menyebabkan
Pada reseptor Fas terdapat suatu segmen yang terdiri apoptosis apabila protein yang menekan proses apoptosis
dari 90 asam amino yang disebut domain kematian dihambat. Ekspresi protein supresor ini dikendalikan oleh
yang mengawali proses apoptosis. Pada saat trimerisasi NF-KB dan c-jun NH2 terminal kinase JNK,/AP 1' Pada
dengan FasL, domain kematian sitoplasma reseptor Fas TNFR-1juga terdapat protein yang mirip dengan domain
membentuk deoth inducing signol complex (DISC). DISC kematian. Perbedaannya dengan Fas adalah adanya
bekerja pada fos-associoted death domain (FADD atau protein adaptor TRADD (TNFR-I ossociated death domoin)
MORTD yang berfungsi sebagai protein adaptor dan yang berinteraksi dengan FADD (Gambar 4).8 lkatan TRAIL
meneruskan sinyal apoptosis dengan menarik FADD- dengan reseptornya yaitu TRAIL-R1 dan TRAIL-R2 yang
like i nt e r le u k i n - co nv e rti n g e n zy m (FLlCEfl C E/ca s pa se 8)' tidak mempunyai protein adaptor langsung mengaktivasi
Selanjutnya caspase 8 akan mengaktifkan sistem caspase caspase.
sampai terjadi apoptosis (Gambar 3)'6'7
Mitochondrio
sel, apakah memerlukan keterlibatan mitokondria atau PERAN FAMILI PROTEIN BCL- 2 PADA REGULASI
tidak. Jalur intrinsik (jalur mitokondria) dipicu oleh sinyal APOPTOSIS
ekstra-intraseluler yang berbeda, seperti iradiasi y, stres
oksidatif, bahan racun, intermediet reaktif metabolisme Penelitian tentang aktivasi dan supresi apoptosis ternyata
xenobiotik, berkurangnya faktor pertumbuhan, atau telah diidentifikasi adanya famili protein lain yang
beberapa obat-obat kemoterapi yang menyebabkan mempengaruhi jalur sinyal kematian (deoth signoling
disfungsi mitokondria. Akibatnya, arsitektur organel pothwol). Bcl-2 merupakan famili protein yang pertama
dan permeabilitas membran mitokondria mengalami kali ditemu kan. Identifikasi selanjutnya dida patkan bahwa
perubahan, dan protein-protein mitokond ria dilepaskan protein anti apoptosis Bcl-2 (subfamili Bcl-2) secara
ke sitosol, termasuk sitokrom c, SMAC/ DIABLO (kedua struktur dan fungsinya homolog dengan ced-9, sedangkan
aktivator berasal dari caspase mitokondria), faktor induksi pro-apoptosis Bcl-2 (subfamili Bax dan BH3) homolog
apoptosis, dan endonuklease G, yang berkontribusi dengan egl-1 pada C elegan. Tampak pada gambar 6
terhadap aktivasi protease dan degradasi kromatin. bahwa Bcl-2 dan Bcl-XL mempunyai 4 domain BH1, BH2,
lalur ekstrinsik dan intrinsik tidak bekerja sendiri- BH3, dan BH4, Bax mempunyai domain BH1, BH2, BH3
sendiri, karena beberapa sel, termasuk sel hepatosit dan tanpa BH4, sedangkan Bad dan Bid merupakan anggota
cholangiosit, telah terbukti memerlukan keterlibatan subfamili BH3 hanya mempunyai domain BH3 saja. Pada
mitokondria untuk memperkuat sinyal apoptosis dari Bcl-2 juga terdapat lokasi fosforilasi, dimerization domain
reseptor kematian (gambar 5).8 dan domain pore-forming e.
-l
f-r.-.. PTP
@'
I
F;t
Gambar 5. Kerjasama jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik dalam memicu apoptosis. Interaksi ligan-reseptor menginduksi beberapa
procaspase-8 dan -10 pada domain intraseluler untuk membentuk kompleks DISC (death inducing signalling complex) akan
menyebabkan kematian sel. Jalur intrinsik dipicu oleh sinyal seperti stres oksidatil virus dsb menyebabkan disfungsi mitokondria.
Akibatnya, protein-protein mitokondria dilepaskan ke sitosol, termasuk sitokrom c, SMAC / DIABLO dan endonuklease G, yang
berkontribusi terhadap aktivasi protease dan degradasi kromatin. Keterlibatan mitokondria diperlukan untuk memperkuat sinyal
apoptosis dari reseptor kematian.
tt4 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
Anti Apoptosas
Subfamili Bcl-2
Bcl-z
Bcl-xl
Bcl-w
Mcl-l
AI
NR.t3
BHRFI
LMW5-HL
ORFI6
KS-BCl-2
EIB{9X
CEtl'g
Pro Apoptosis
Subfamili Bax
Bax
Bak
Bok
Subfamili BH3
Bik
Btk
Hrk
BNIP3
BimL
Bad
Bid
EGL-1
Gambar 6: Famlli Bcl-2, terdiri dari subfamili Bcl-2, subfamili Bax dan subfamili BH3. Subfamili Bcl-2 bersifat anti-apoptosis sedangkan
subfamili Bax dan BH3 bersifat pro-apoptosis.
Struktur kristal famili Bcl-2 memudahkan pemahaman dari anggota famili lain, bak (Gambar 7). Dengan demikian
akan fungsi yang dimiliki famili ini. Domain BH1,BH2 dan maka protein-protein ini dapat membentuk homodimer
BH 3 mem bentu k ka nto ng (" pocket") y ang meng i kat domai n atau heterodimer.a
BH3 dari anggota famili lainnya. Tampak bahwa kantong Rasio antara subfamili anti-apoptosis Bcl-2 dengan
yang dibentuk BH1,BH2, dan BH3 mengikat domain BH3 subfamili pro-apoptosis Bcl-2 menentukan apakah sel
APOPTOSIS 115
@ffi@
r*--l ,r r__11
Bct-2 Bax
1T
Bax Bcl2
protein anti-apoptosis Bcl-2 mencegah terlepasnya yang mengakibatkan aktivasi caspase 8 pada plasma
sitokrom c dari dalam membran mitokondria dengan membran. Caspase-8 memecah bentuk tidak aktif Bid
membentuk ikatan homodimer dan dengan membentuk menjadi 2yangsalah satunya merupakan bentuk Bid aktif
ikatan heterodimer dengan kelompok protein pro- yang mempunyal BH3 domain. Rktif Bidbertranslokasi ke
apoptosis Bcl-2. Apabila terjadi perubahan keseimbangan mitokondria dan menginduksi apoptosis. Bid aktif terikat
antara pro-apoptosis dan anti-apoptosis maka Bax akan pada Bax sehingga terjadi perubahan konformasi pada Bax
membentuk homodimer dan membuat lubang pada sehingga sitokrom c terlepas dari mitokondria.s
membran luar mitokondria sehingga sitokrom c terlepas
ke dalam sitoplasma.
Rasio protein anti-apoptosis (contoh: Bcl-2) dan pro- PERAN MITOKONDRIA DATAM MEKANISME
apoptosis (contoh: Bax) memegang peran penting dalam APOPTOSIS
mengawali atau menghambat apoptosis. Berbagai model
yang ada tampak pada gambar 8.s Mitokondria berperan penting didalam regulasi apoptosis.
Model pertama mengatakan bahwa Bcl-2 menghambat Beberapa mekanisme yang diketahui antara lain melalui
apoptosis dan Bax menghilangkan hambatan apoptosis. lepasnya sitokrom c, hilangnya potensial transmembran
Model kedua mengatakan bahwa Bax menginduksi mitokondria, gangguan oksidasi-reduksi (redoks) sel,
apoptosis dan Bcl-2 menghambat proses ini sedangkan dan peran protein bcl-2 pro dan anti apoptosis. Sitokrom
model ketiga mengatakan bahwa secara indipenden Bcl-2 c merupakan bagian integral dari rantai respirasi yang
menghambat apoptosis dan Bax menginduksi apoptosis. berada dan larut di antara membran luar dan membran
Tampaknya dari ketiga model yang ada, gabungan dari dalam mitokondria.
ketiga nya merupakan model yang lebih tepat.s Gangguan transport elektron dan metabolisme
Rasio protein anti-apoptosis dan pro-apoptosis energi telah lama diketahui mempunyai peran di dalam
dikendalikan pada berbagai tingkat. Pada tingkat apoptosis. Mitokondria adalah sumber utama anion
116 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
superoksid dalam sel. Selama transfer electron kepada pore yang besar sehingga sitokrom c lepas ke dalam
molekul oksigen sebanyak 1 sampai 5 o/o dari elektron sitoplasma dan menyebabkan apoptosis. Berbagai macam
tersesat dari rantai respirasi sehingga terbentuk O2-. Dalam stimulus untuk keluarnya sitokrom c dari mitokondria
keadaan normal reactive oxygen species (ROS) mampu antara lain Bax, oksidan, kalsium yang berlebihan, ceramid
diatasi oleh mongonous superoxide dismutose. Pada sel dan caspase s.
mitokondria
Gambar 11. Caspase-9 matur akan memecah dan mengaktifasi caspase efektor seperti caspase 3 dan_caspase 7. Selanjutnya cas-
pase 3 akan memecah dan mengaktifkan caspase 6, casfiase 2 dan memecahcaspase inisiator caspase 9' Caspase6 akan memecah
dan mengaktifkan caspase 8 dai caspase 10. ektivasi siitem caspase seperti ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa kematian
sel
bersifat irreversibel.
Pemecahan DNA
KERUSAKAN INTI SEL SEBAGAI AKIBAT DARI Fragmentasi DNA menjadi unit-unit nukleosom disebabkan
AKTMTAS CASPASE oleh enzim cospase octivated DNose (CAD). Enzim ini tidak
aktif apabila berikatan dengan ICAD $nhibitor of CAD atau
Salah satu tanda penting apoptosis adalah dipecahnya DNA frogmentotion foctor45). Selama apoptosis ICAD
DNA kromosom sepanjang 180 pasang basa menjadi unit- dipecah oleh caspase 3 sehingga CAD terlepas dan DNA
unit nukleosom. Degradasi DNA setelah terjadi aktivasi inti mengalami pemecahan yang cepat.
caspase pada apoptosis te$adi melalui berbagai macam
cara antara lain:
APOPTOSIS AKIBAT KEKURANGAN FAKTOR
Inaktivasi enzim untuk perbaikan DNA PERTUMBUHAN
Poly ADP-ribosa polymerase (PARP) merupakan enzim
yang berperan dalam perbaikan DNA yang rusak dengan Untuk mempertahankan hidup, beberapa sel tergantung
cara mengkatalisasi sintesa poly ADP-ribose' Kemampuan pada sitokin atau faktor pertumbuhan' Apabila suatu
PARP untuk memperbaiki DNA yang rusak di hambat oleh limfosit tidak mendapatkan rangsangan dari faktor
caspase dengan cara memecah PARP. pertumbuhan maka protein pro-apoptosis Bcl-2 (subfamili
Bax dan BH3) akan berpindah dari sitosol ke permukaan
Inaktivasi enzim untuk replikasi sel luar membran mitokondria dan merubah rasio anggota
DNA topoisomerase II merupakan enzim inti sel yang famili Bcl-2 yang pro-apoptosis dan anti-apoptosis.
penting untuk replikasi dan perbaikan DNA. Caspase Akibatnya akan terjadi peningkatan permiabilitas membran
dapat menginaktivasi enzim ini sehingga terjadi kerusakan mitokondria sehingga sitokrom c terlepas ke dalam sitosol
DNA. dan akan mengaktivasi sistem caspase'l0
rl
Seperti yang terjadi pada protei n pro-apoptoti c Bcl2 terjadi aktivasi gen yang mencetuskan proses apoptosis.
subfamili BH3, Bad. Suatu protein yang disebut Akt atau Bax dan IGF-BP3 merupakan gen responsif p53 yang
PKB akan diaktivasi oleh Pl-3-K. Selanjutnya Akt akan membawa pesan kematian untuk sel. Aktivasi Bax akan
memfosforilasi Bad. Ketika Bad sudah difosforilasi maka mengakibatkan apoptosis sedangkan IGF-BP3 akan terikat
Bad akan terikat pada protein yang disebut 14-3-3 dan Bad pada insulin-tike growth foctor (IGF) dan menyebabkan
berada tersebar di sitoplasma. Akibatnya Bad tidak dapat apoptosis akibat hambatan \GF-medioted introceLlular
terikat pada Bcl-2 dan tidak terjadi apoptosis. Proses yang signoling Lo'r2.
terjadi di atas dipengaruhi oleh survivalfoctor interleukin-3
(lL-3). Apabila Bad mengalami defosforilasi oleh suatu
colcium-dependent phosphafose (calcineurin) maka akan PROSES FAGOSITOSIS OLEH MAKROFAG PADA
terjadi disosiasi Bad dari 14-3-3 dan Bad akan terikat pada APOPTOSIS
Bcl-2 sehingga terjadi Bax-Bax homodimer. Perubahan ini
akan meningkatkan permiabilitas membran mitokondria Sel yang mengalami apoptosis mengekspresikan
uniuk sitokrom c dan selanjutnya akan mengaktivasi sistem fosfatidilserin, trombospondin pada bagian luar membran
kaspase seperti yang telah dijelaskan. sel. Pada sel normal distribusi fosfolipid asimetri pada
membran sel dipertahankan oleh adenosin triphosphat (ATP)
depe n de nt tro n slo kose, yang secara spesifik mentransport
APOPTOSIS KARENA KERUSAKAN LANGSUNG aminofosfolipid dari luar ke dalam membran sel. Selama
PADA DNA apoptosis, enzim tersebut mengalami downregulosi
dan enzim scramblase teraktivasi, akibatnya fosfolipid
Selyang terpapar bahan kemoterapi dan radiasi termasuk berpindah dari dalam ke'permukaan luar membran sel'
sinar ultraviolet akan mengalami kerusakan DNA dan Beberapa reseptor makrofag termasuk reseptor untuk
dengan melibatkan tumor supresor gene (p53), maka sel fosfatidilserine, trombospondin dan glikoprotein yang
akan mengalami apoptosis. Protein p53 adalah fosfoprotein telah kehilangan terminal siblic residues mengenali
inti yang penting untuk integritas DNA dan kendali ligannya yang terdapat pada badan-badan apoptosis
pembelahan sel. Protein ini terikat pada rantai DNA yang selanjutnya makrofag melakukan proses fagositosis tanpa
spesifik dan meregulasi ekspresi berbagai gen pengatur mengeluarkan mediator keradangan ataupun menganggu
pertumbuhan. Dalam keadaan normal gen p53 tidak jaringan sekitarnya.
aktif. Apabila ada kerusakan DNA, ekspresi protein p53 Apoptosis mempunyai peran penting didalam
akan meningkat yang akan menyebabkan pertumbuhan mengatur jumlah cadangan sel T dan B. Pada individu
sel terhenti dalam fase GL untuk memberikan waktu muda hanya sekitar 2% dari sel induk T dan sel induk B
bagi perbaikan DNA. Mekanisme untuk mengaktifkan yang berkembang secara normal, lainnya sebesar 98%
sistem efektor kematian (caspase) sangat kompleks dan dimusnahkan melalui mekanisme apoptosis selama
tampaknya diregulasi pada tingkat transkripsi. perkembangannya.13
Dalam keadaan normal, sel mempunyai kandungan
protein p53 intrasel yang rendah. Apabila ada rangsangan
seperti radiasi, sinar ultraviolet, hipoksia dan bahan IMPLIKASI TERAPI PADA APOPTOSIS
mutagenik, maka konsentrasi protein ini akan meningkat
secara cepat dengan waktu paruh yang makin panjang. Setelah 30 tahun ilmu apoptosis berkembang maka
Akumulasi protein p53 akan terikat pada DNA dan segi paling menarik adalah terdapatnya implikasi klinis
merangsang transkripsi beberapa gen yang menyandi tentang pentingnya kendali jumlah dan fungsi sel
berhentinya siklus sel dan apoptosis. Berhentinya siklus melalui keseimbangan antara sel yang mati dan sel
sel akibat pengaruh p53 terjadi pada saat akhir fase GL yang hidup. Aktivasi proses apoptosis yang berlebihan
akibat mening katnya cyclin-dependent kinose inhibitor p21. akan menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan
Akibat peningkatan protein p53 juga terjadi peningkatan berkurangnya sel seperti pada kelainan pertahanan tubuh
transkripsi GADD45 (growth Arrest ond DNA Damage) (immune defecf) pada AIDS dan penyakit neurodegeneratif.
yaitu suatu protein untuk perbaikan DNA. GADD45 juga Sebaliknya, apoptosis yang kurang akan menimbulkan
menghambat siklus sel pada fase G1 dengan rnekanisme penyakit yang berhubungan dengan adanya akumulasi
yang belum diketahui. sel seperti pada kanker, penyakit inflamasi kronis dan
Apabila perbaikan DNA berhasil maka akan terjadi autoimun. Kelainan imunitas pada AIDS adalah akibat
peningkatan protein mdm2 yang akan terikat dan menurunnya jumlah populasi sel T CD4+ secara drastis
memberikan umpan balik negatif pada p53 sehingga p53 akibat apoptosis. Penyakit neurodegeneratif seperti
menjadi tidak aktif. Jika perbaikan DNA tidak berhasil, akan Alzheimer's, Hutington's chorea, penyakit Parkinsons,
APOPTOSIS 119
PENDAHULUAN Selama lebih dari 140 tahun penelitian sel punca (sfern
cell)yang menjadi bagian dari biologi per-kembangan dan
Kedokteran regeratif (regerotive medicine) merupakan reproduktif telah dilakukan, namun masih sedikit perhatian
bidang keilmuan yang relatif baru; dikembangkan oleh terhadap hal ini dari komunitas kedokteran.Dengan
peneliti dari berbagai keilmuan, dengan tujuan sama yaitu makin berkembangnya ketertarikan dalam terapi selular
memperbaiki kehidupan manusia dengan penyembuhan untuk penyakit degeneratif dan kedokteran regeneratifl
penyakit. Tubuh, kenyataannya ada bagian yang mati penelitian tentang biologi sel punca berkembang
atau rusak dan perlu diperbaiki atau diganti. Perhatian dengan pesat.Perkembangan selanjutnya ditandai oleh
utama kedokteran regeneratif ini adalah bahwa pada kejadian yang bermakna pada tahun 2007. Hadiah Nobel
manusia suatu sel tunggal mempunyai potensi menjadi dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun
suatu badan dewasa. Masing-masing sel kita mempunyai 2007 diberikan kepada Mario Capecchi, Martin Evans,
potensi luarbiasa dalam bentuk laten. Para peneliti telah dan Oliver Smithies atas temubnnya "dasar pengenalan
berusaha untuk mempelajari bagaimana mengidentifikasi modifikasi gen spesifik pada tikus dengan menggunakan
molekul yang digunakan tubuh untuk terus tumbuh ber- sel punca embrionik". Hadiah tersebut mepjadi tanda
kesinambungan. Dan kini telah dapat disolasi, dipelajari, penting yang menandai pengembangan sel punca sebagai
dan dihasilkan bahan-bahan tersebut dalam jumlah tidak bahan penelitian dalam kedokteran modern.Arah .baru
terbatas dan digunakannya untuk meregenerasi jaringan utama biologi sel punca kini terbuka dan memungkinkan
atau organ tubuh manusia. pengembangan sel "seperti-punca (stem-like)" pluripoten
Kedokteran regeneratif merupakan cara baru dalam dan multipoten yang berasal dari sel bukan embryonik
pengobatan penyakit dengan menggunakan jaringan untuk berbagai aplikasi.Pentingnya sel punca di bidang
atau sel yang tumbuh secara khusus (termasuk sel kedokteran juga ditangkap oleh perkembangan yang
punca), bahan yang dibuat di laboratorium, dan organ cepat dalam bidang kedokteran regeneratif dan rekayasa
artifisial. Bidang ini merupakan keilmuan baru yang jaringan fungsional.
melibatkan berbagai keahlian seperti biologi, kimia, ilmu
komputer; rekayasa, genetik, kedokteran, robotik, dan
bidang lainnya untuk menemukan solusi dari masalah SEL PUNCA:,
kedokteran yang dihadapi oleh manusia. Jadi, kedokteran
regeneratif dapat didefinisikan sebagai berikut: "bidang Fokus kedokteran regeneratif adalah sel manusia.Sel
interdisipliner baru dalam hal penelitian dan penerapan punca mempunyai potensi untuk berkembang menjadi
klini k yang terfokus pada perbaik an (repo ir), penggantian tipe sel yang berbeda pada tubuh sepanjang kehidupan
(replacement) atau regenerasi sel, jaringan atau organ dan pertumbuhan dini. Jika sel punca membelah, masing-
untuk mengembalikan fungsinya yang terganggu akibat masing sel baru mempunyai potensi untuk tetap sebagai
berbagai penyebab, termasuk kelainan kongenital, sel punca dan menjadi sel tipe lain yang mempunyai fungsi
trauma dan penuaan". khusus, seperti sel otot, sel darah merah atau sel otak
120
KEDOKTERAN REGENERATIF: PENGENATAN DAN KONSEP DASAR tzt
(gambar L). Para peneliti kini banyak bekerja dengan dua merujuk suatu asal uniseluler dari organisme multiseluler.
macam sel punca, yaitu sel punca embryonik dan sel punca Belakangan juga diterapkan untuk sel yang telah
dewasa atau somatik.Dan belakangan dikembangkan sel difertilisasi karena sel ini merupakan langkah pertama
punca pluripotent terinduksi.Pengembangan sel pluripotent dalam menggenerasi sel totipotent dan pluripotent
ini menjadi menarik karena: adanya keterbatasan dalam dan selanjutnya berkembang menjadi seluruh jaringan
pengembangan sel somatik dan penggunaan sel punca organisme.
dari embryo manusia bukan sumber ideal dari segi teknik, Sel punca mempunyai kemampuan untuk
dan menyisakan masalah etika dan moral. memperbaharui diri dengan membelah diri asimetrik
Sel punca dapat digolongkan berdasarkan plastisitas dan simetrik secara berulang, dan menjadi sel khusus
dan sumbernya. Berdasarkan sumber atau tipenya sel yang berbeda yang akan membentuk aneka jaringan.
punca dapat digolongkan menjadi: (1) sel punca embryonik Kemampuan diferensiasi menjadi berbagai jalur sel ini
(berasal dari bagian dalam blastosis); (2) sel punca disebut sebagai pluripotensi dalam sel punca embryonik
dewasa (dari endodermal seperti sel punca epitel paru, yang berasal dari blastosis. Sel ini dapat berdiferensiasi
mesodermal seperti sel punca hemato-poetik, ectodermal menjadi berbagai sel di dalam tubuh, sehingga mempunyai
seperti sel punca saraf); (3) sel punca kanker (contohnya kemampuan untuk meregenerasi berbagai jaringan
sel punca leukemia myeloid akut, sel punca tumor otak dan tubuh.
kanker payudara); dan (4) sel punca pluripotent terinduksi. Para ahli sekarang bisa mengisolasi masa sel bagian
Kalau melihat potensinya, sel punca digolongkan atas: dalam dari blastosit dan menumbuhkannya pada media
sel totipoten (zigot, spora, morula; mempunyai potensi khusus dan mereplikasi sel tersebut dalam suatu keadaan
berkembang menjadi semua sel manusia, seperti sel tidak berdeferensiasi.Dengan penambahan faktor
otak, hati, darah atau jantung; dan dapat berkembang pertumbuhan khusus, sel ini dapat dirangsang untuk
menjadi organisme fungsional keseluru han); sel pluripoten berdeferensiasi menjadi berbagai tipe sel.Dari pertama
(sel punca embryonik, kalus; sel ini dapat berkembang kali dilakukan pada sel punca tikus dan kemudian pada
menjadi semua jaringan, tetapi tidak bisa berkembang manusia oleh Thompson dkk pada tahun L998, telah
menjadi organisme keseluruhan); sel multipoten (sel menjadi daya tarik penggunaan sel punca embryonik
progenitor, seperti sel punca hematopoetik dan sel punca manusia untuk terapi selular dalam regenerasi organ
rnesensimal; sel ini dapat berkembang menjadi rentang sel dan perbaikan jaringan dengan menyuntikkan sel secara
yang terbatas di dalam satu tipe jaringan); sel unipoten langsung ke dalam organ ataujaringan yang rusak. Usaha
(sel prekursor). ini mendapat tantangan dalam membuat sediaan sel
punca yang aman secara klinik. Efikasi klinik transplantasi
Apakah yang dimaksud dengan sel punca? sel punca juga belum tgrwujud karena pemahaman
yang belum baik tentang perilaku sel punca dalam
mengendalikan regenerasi organ, kecuali pada keganasan
hematologik.
hematopoetik dewasa atau sel punca pembentuk darah kesempatan yang baik untuk mengetahui pembentukan
(btood-forming stem cell) dari sumsum tulang telah jaringan baik pada orang normal maupun patologik,
digunakan untuk transplantasi selama 40 tahun. yang selanjutnya bisa mendiagosis penyakitnya dan
Hanya sejumlah kecil sel punca dewasa ditemukan mengembangkan pengobatannya. Bagaimana sel punca
pada masing-masing jaringan, dan sekali dikeluarkan dari pluripotent terinduksi dikembangkan dari sel fibroblast
tubuh kapasitasnya untuk membelah adalah terbatas; hal kulit, secara skematik dapat dilihat pada gambar 2.
ini menyulitkan dalam pengembangannya dalam jumlah
besar. Para peneliti berusaha menemukan cara yang lebih
baik untuk menumbuhkan sel punca dewasa dalam jumlah Pasien
JARINGAN BIOARTIFISIAL
Anomnesis 125
Pemeriksoon Fisis Umum
Oon (utit 129
Pemer{ksqon Toroks don
Poru I54
Pemeriksuon fisis
Jontung 166
Pemeriksoon Abdomen
191
Pemeriksoon Fisis
lnguinol, Anorektol don
Genitolio 197
Anomnesis don
Pemeriksoon Fisis
Penyokit Muskuloskeletql
201
llllliHlak seperti dokter hewan, maka seorang dokter onamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan
I[mrusi.a' harus mela ku ka n wawa ncara seksa ma terhada p untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawat-darurat,
mien atau keh.rarga dekatnya mengenai masalah yang afasia akibat strok dan lain sebagainya.
mmlyrebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan Dalam melakukan anamnesis, tanyakanlah hal-hal
hsehatan. Wawancara yang baik seringkali dapat yang logik mengenai penyakit pasien, dengarkan dengan
mmnngarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit baik apa yang dikatakan pasien, jangan memotong
ffitkntu. Di dalam Ilmu Kedokteran, wawancara terhadap pembicaraan pasien bila tidak perlu. Bila ada hal-hal
mien disebut onomnesis. Tehnik anamnesis yang baik yang tidak jelas atau pasien menceriterakan suatu hal
ilEertai dengan empati merupakan seni tersendiri dalam secara tidak runut, maka tanyakanlah dengan baik agar
nmpkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam pasien menjelaskan kembali. Selain melakukan wawancara
unclhs u6luk membuka saluran komunikasi antara dokter (verbat), pada anamnesis juga harus diperhatikan sikap
@ pasien. Empati mendorong keinginan pasien agar non verbol yang secara tidak sadar ditunjukkan oleh
srrbuh karena rasa percaya kepada dokter. Penting pasien. Sikap non-verbal seringkali mengungkapkan
diiperhatikan bahwa fakta yang terungkap selama arti terpendam saat ekspresi wajah dan gerak tangan
anarnnesis harus dirahasiakan (Mc Kellar: Provacy Laws, yang secara tidak sadar n'u,+ncul, misalnya gelisah, mimik
2flI2) meskipun di zaman yang modern ada beberapa kesakitan, sedih, marah dan lain sebagainya. Anamnesis
@ian yang dapat dikecualikan. yang baik akan berhasil bila kita membangun hubungan
Perpaduan keahlian mewowo nco rqi dan pengetahuan yang baik dengan pasien, sehingga pasien merasa aman
nmrndalam tentang gejala (symptorzr) dan tanda (sgrn) dari dan nyaman untuk menceritakan masalah penyakitnya
ruatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dengan dokter.
dalam menentukan diagnosis banding sehingga Dalam melakukan wawancara, harus diperhatikan
dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan bahwa pengertian sakit (l//ness) sangat berbeda dengan
selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisis dan pemeriksaan pengertian penyakit (diseose). Sakit (i/lness) adalah
penunjang. Anamnesis harus dilakukan secara tenang, penilaian seseorang terhadap penyakit yang dideritanya,
ramah dan sabar, dalam suasana yang nyaman dan berhubungan dengan pengalaman yang dialaminya,
nnenggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh bersifat subyektif yang ditandai oleh perasaan tidak enak.
pasien. Sebelum melakukan anamnesis, perkenalkan Sedangkan penyakit (diseose) adalah suatu bentuk reaksi
diri dulu kepada pasien, dan tanyakan juga nama pasien biologik terhadap suatu trauma, mikroorganisme, benda
secara baik; harap jangan salah menyebutkan nama asing sehingga menyebabkan perubahan fungsi tubuh
pasien. Buatlah catatan penting selama melakukan atau organ tubuh; yang bersifat obyektif Tidak seluruh
anamnesis sebelum dituliskan secara lebih baik di dalam rasa sakit yang dialami oleh pasien merupakan tanda
rekam medik pasien. Rekam medik adalah catatan medik dari suatu penyakit, sebaliknya seringkali suatu penyakit
pasien yang memuat semua catatan mengenai penyakit juga dapat tidak memberikan rasa sakit pada pasien,
pasien dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis dapat sehingga seringkali diabaikan oleh pasien dan ditemukan
langsung dilakukan terhadap pasien (aufo-onomnesis) secara kebetulan, misalnya pada waktu pasien melakukan
atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo- generol check up.
125
126 IIMU DIAGNOSNK FISIS
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan Keluhan utama ditelusuri untuk menentukan penyebab;
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit tanyajawab diarahkan sesuai dengan hipotesis (dugaan)
dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), yang dapat berubah bila jawaban pasien tidak cocok.
riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis berdasarkan Diharapkan bahwa hipotesis akhir dapat dipastikan
sistem organ dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan secepatnya. Perubahan hipotesis selama wawancara
sosiai ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, dan akan menghindari timbulnya diagnosis sementara dan
lingkungan). Pada pasien usia lanjut perlu dievaluasi diagnosis banding, yang dimasa lalu dibahas pada
juga status fungsionalnya, seperti ADL (octivities of doity penetapan masalah, yaitu pada akhir pemeriksaan,
living),LADL (lnstrumentol octivities of daily living) (lihal sebelum pengobatan. Hipotesis akan memberikan
bab Geriatri). Pasien dengan sakit menahun, perlu dicatat pengarahan yang diperkuat dengan hasil pemeriksaan
pasang-surut kesehatannya, termasuk obat-obatannya dan jasmani. Ketelitian seluruh pemeriksaan memberikan
aktivitas sehari-harinya. gambaran lengkap mengenai masalah pasien. Berdasarkan
anamnesis yang baik, dapat diputuskan dengan cermat
jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan oleh pasien
IDENTITAS untuk menambah kepastian diagnosis.
Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam bahasa
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan
lahir; jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri oleh pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran,
atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, apalagi melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan
suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan oleh pasien. Dalam mewawancarai pasien gunakanlah
untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah kata tanya apa, mengapa, bogaimono, bilamona, bukan
memang benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas pertanyaan tertutup sehingga pasien hanya dapat
ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi dan lain menjawab yo dan tidok, kecuali bila akan memperjelas
sebagainya. sesuatu yang kurang jelbs. Pasien harus dibiarkan
bercerita sendiri dan jangan terlalu banyak disela
pembicaraannya.
KELUHAN UTAMA (CH|EF COMPLATNT) Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan
mendapatkan data-data sebagai berikut :
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien 1. Waktu dan lamanya keluhan berlangsung,
sehingga membawa pasien pergi ke dokter atau mencari 2. Sifat dan beratnya serangan; misalnya mendadak,
pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus perlahan-lahan, terus.-penerus, hilang timbul,
disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien cenderung bertambah berat atau berkurang dan
mengalami hal tersebut. Contoh: Buang air besar encer sebagainya,
seperti cucian beras sejak 5 jam yang lalu. 3. Lokasi dan penyebarannya; menetap, menjalar,
Bila pasien mengatakan "Sayo sokit jontung" alau berpindah-pindah, .
"Saya sakit maag", maka ini bukan keluhan utama. 4. Hubungannya dengan waktu; misalnya pagi lebih sakit
Seringkali keluhan utama bukan merupakan kalimat yang dari pada siang dan sore, atau sebaliknya, atau terus
pertama kali diucapkan oleh pasien, sehingga dokter harus menerus tidak mengenal waktu,
pandai menentukan mana keluhan utama pasien dari 5. Hubungannya dengan aktivitas; misalnya bertambah
sekian banyak cerita yang diungkapkan. Hal lain yang juga berat bila melakukan aktivitas atau bertambah ringan
harus diperhatikan adalah pasien seringkali mengeluhkan bila beristirahat,
hal-hal yang sebenarnya bukan masalah pokok atau 6. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan; misalnya
keluhan utama pasien tersebut, misalnya mengeluh lemas keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan lain
dan tidak nafsu makan sejak beberapa hari yang lalu, tetapi yang bersamaan dengan serangan,
sesungguhnya ia menderita demam yang tidak diceritakan 7. Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah
segera pada waktu ditanyakan oleh dokter. berulang kali,
8. Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk
faktor-faktor yang memperberat atau meringankan
RIWAYAT PENYAKIT SEKAMNG seran9an,
9. Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang menderita keluhan yang sama,
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan L0. Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk
pasien sejak sebelqm sakit sampai pasien datang berobat. penyakit tertentu,
ANAMNESIS t27
LL. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi 6: Tenggorok: nyeri menelan, susah menelan, tonsilitis,
komplikasi atau gejala sisa, kelainan suara
L2. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, 7. Leher: pembesaran gondok, kelenjar getah bening
jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; 8. Jantung: sesak napas, ortopneu, palpitasi, hipertensi
juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan 9. Paru: batuk, dahah, hemoptisis, asma
penyakit yang saat ini diderita. 10. Gastrointestinal: nafsu makan, defekasi, mual,
muntah, diare, konstipasi, hematemesis, melena,
Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk
hematoskezia, hemoroid,
membuat diagnosis sementara dan diagnosis banding.
11. Saluran kemih: nokturia, disuria, polakisuria, oliguria,
Bila mungkin, singkirkan diagnosis banding, dengan
poliuria, retensi urin, anuria, hematuria,
menanyakan tanda-tanda positif dan tanda-tanda negatif
12. Alat kelamin: fungsi seksual, menstruasi, kelainan
dari diagnosis yang paling mungkin.
ginekologik, good morn ing discha rge
13. Payudara: perdarahan, discharge, benjolan
RIWAYAT PENYAKIT DAHU LU
14. Neurologis : kesadaran, gangguan saraf otak,
paralisis, kejang, anestesi, parestesi, ataksia, gangguan
fungsi luhur;
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan
15. Psikologis: perangai, orientasi, ansietas, depresi,
psikosis
penyakitnya sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah
mengalami kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan
16. Kulit gatal, ruam, kelainan kuku, infeksi kulit
menjalani perawatan di rumah sakit, operasi tertentu, 17. Endokrin: struma, tremor, diabetes, akromegali,
kelemahan umum
riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah
18. Muskuloskeletal: nyeri sendi, bengkak sendi, nyeri
sembuh sempurna atau tidak. Obat-obat yang pernah
diminum oleh pasien juga harus ditanyakan; termasuk otot, kejang otot, kelemahan otot, nyeri tulang,
riwayat gout
steroid, dan kontrasepsi. Riwayat transfusi, kemoterapi,
dan riwayat imunisasi juga perlu ditanyakan. Bila pasien
pemah melakukan berbagai pemeriksaan, maka harus
dflcatat dengan seksama, termasuk hasilnya, misalnya RIWAYAT PENYAKIT DATAM KELUARGA
gastroskopi, Poponicolaou's smeoL mamografi, foto paru-
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter;
paru dan sebagainya.
familial atau penyakit infeksi. Pada penyakit yang bersifat
kongenital, perlu juga ditanyakan riwayat kehamilan dan
kelahiran.
WAYAT OBSTETRI
REFERENSI
knerikaan fisis mempunyai nilai yang sangat penting atletikus;pasien yang kurus memiliki habitus astenikus; dan
umhrk memperkuat temuan-temuan dalam anamnesis. pasien yang gemuk memiliki habitus piknikus. Keadaan
lkrik pemeriksaan fisis meliputi*pemeriksaan secara gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang, cukup atau
uhml atau pemeriksaan pandang (tnspeksi), pemeriksaan berlebih.
mmelalui perabaan (Palpos\, pemeriksaan dengan ketokan Berat badan dan tinggi badan juga harus diukur
ffiFerkus0 dan pemeriksaan secara auditorik dengan sebelum pemeriksaan fisik dilanjutkan. Dengan menilai
nrmnggunakan stetoskop (Auskultasi). Sikap sopan santun berat badan dan tinggi badan, maka dapat diukur Indeks
dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien Massa Tubuh (lMT), yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat
yutg sedang diperiksa harus diperhatikan dengan baik tinggi badan (cm).lMT 18,5-25 menunjukkan berat badan
oilt*l pemeriksa. Hindarkan segala tindakan yang dapat yang ideal, bila IMT < 18,5 berarti berat badan kurang,
mengakibatkan rasa malu atau rasa tidak nyaman pada IMT > 25 menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30
dfiipasien. Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap menunjukkan adanya obesitas.
fChrdan canggung, karena akan mengurangi kepercayaan
Fien terhadap pemeriksa. Hindarkan membuka pakaian
ffien yang tidak diperlukan. Periksalah pasien secara KESADARAN
qfuErnatik dan senyaman mungkin, mulai melihat keadaan
utrnum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan
Fru, abdomen dan ekstremitas. Pemeriksaan pada daerah melihat reaksi pasien yang wajar terhadap stimulus visual,
snsitit, misalnya payudara, anorektal dan urogenital auditorik maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertiduri
sbaiknya dilakukan atas indikasi. tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat
kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan rangsang
nyeri.
reADAAN UMUM
129
130 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
SINKOP
terjadi mati batang otak sangat penting untuk menentukan rodiasi atau konveksi; sedangkan bila suhu sekitar tinggi,
apakah dukungan alat penyambung hidup masih akan maka suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui evoporosi
diberikan atau tidak. Penilaian mati batang otak harus (berkeringot). Tubuh dapat mengatur pengeluaran suhu
dilakukan secermat mungkin untuk menghindari berbagai dari tubuh melalui peningkatan aliran darah ke permukaan
penyebab koma yang bersifat reversibel, misalnya koma tubuh (kulit) sehingga suhu dapat diangkut ke perifer oleh
akibat obat-obatan atau metabolik. Biasanya penentuan darah dan dikeluarkan. Cara lain adalah dengan evoporosi
mati batang otak dilakukan setelah 24 jam keadaan (berkeringat yang diatur oleh saraf simpatik dan sistem
pasien dipertahankan dan tidak menunjukkan gejala vagus).
perbaikan. Kematian batang otak harus dilakukan oleh Suhu diatur oleh pusat suhu di otak, yaitu hipotalamus,
beberapa dokter dan dilakukan evaluasi beberapa kali, di tuber senereum melalui proses fisik dan kimiawi. Pada
misalnya setiap 2, 3, 6 atau 12 jam, di mana pasien tidak binatang percobaan yang dipotong hipotalamusnya, maka
mendapatkan obat penekan saraf pusat atau pelemas otot suhu tubuhnya akan berubah-ubah sesuai dengan suhu
atau obatyang menyebabkan hipotermia. Adapun tanda- lingkungannya; keadaan ini disebutpoikilotermis. Bila suhu
tanda mati batang otak adalah: 1). Refleks pupil. Gunakan tubuh tidak dapat dipengaruhi oeh suhu lingkungan, maka
lampu senter untuk mengonfirmasikan bahwa refleks pupil disebut homoeotermis.
terhadap cahaya negatif; 2). Refleks kornea. Gunakan kapas Untuk mengukur suhu tubuh, digunakan termometer
yang halus dan secara hati-hati usap pada bagian lateral demam. Tempat pengukuran suhu meliputi rektum (2-5
kornea, pada mati batang otak tidak didapatkan refleks menit), mulut (L0 menit) dan aksila (15 menit). Di rumah
kornea; 3). Refleks vestibulo-okuler. Dilakukan hanya bila sakit, suhu tubuh diukur berulang kali dalam waktu 24
memblan timpani utuh dan tidak ada serumen. Dengan jam, kemudian dibuat grafik. Stadium peningkatan suhu
menggunakan katete4 masukkan 50 ml air es ke dalam dari suatu penyakit disebut stadiu m prodromol, sedangkan
liang telinga luar, pada mati batang otak tidak akan stadium penurunan suhu disebut stadium rekonvolesensi.
ditemukan deviasi okuler. Ulangi tes pada telinga yang lain; Selain membuat grafik suhu, maka frekuensi nadi juga
4). Respons motorik pada saraf otak. Dilakukan dengan harus diukur. Pada demam^tifoid didapatkan brodikordio
cara memberikan respons nyeri pada glabela dan pasien relotif, di mana kenaikan suhu tidak diikuti kenaikan
tidak menunjukkan respons; 5). Respons trakeal. Rangsang frekuensi nadi yang sesuai. Biasanya, setiap kenaikan
palatum atau trakea dengan kateter isap dan pasien tidak suhu LoC akan diikuti kenaikan frekuensi nadi 10 kali
menunjukkan respons apapun; 6). Reaksi pernapasan per-menit. Pada keadaan syok, frekuensi nadi meningkat,
te rhada p h i pe rka p n i a. Be ri ka n 95o/o O, d an 5o/o CO, me I a Iu i tapi suhu tubuh menurun; keadaan ini disebut sebagai
respirator sehingga PCO, mencapai 6,0 kPa (40 mmHg), crux mortis.
kemudian lepaskan respiratori tapi berikan oksigen 1"00% Bila dinilai lebih lanjut, grafik suhu dapat dibagi atas
lewat kateter trakea 6 L/menit, perhatikan apakah timbul 3 stadium, yaitu stadium inkrementi,.stodium fastigium
respons pernapasan pada waktu PCO, mencapai 6,7 kPa dan stodium dekrementi. Stodium inkrementi adalah
(50 mmHg). stadium di mana suhu tubuh mulai..meningkat, dapat
perlahan-lahan atau mendadak; biasanya akan diikuti
oleh rasa letih, lemah, muntah dan anoreksi a. Stadium
TANDA.TANDA VITAT fostigium adalah puncak dari demam. Ada beberapa
macam demam berdasarkan stadium fostigiumnya, yaitu:
Suhu yaitu bila variasi suhu kurang dari LoC,
a). Febris kontinuo,
Suhu tubuh yang normal adalah 36.-37.C. Pada pagi hari terdapat pada pneumonia dan demam tifoid; b). Febris
suhu mendekati 36oC, sedangkan pada sore hari mendekati remiten, bila variasi suhu LoC; c). Febris intermiten, yaitu
37oC. Pengukuran suhu di rektum lebih tinggi 0,5o-Loc bila variasi suhu lebih dari Loc, sehingga kadang-kadang
dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5"C lebih suhu terendah dapat mencapai suhu normal, Keadaan
tinggi dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan demam, ini dapat ditemukan pada malaria, tuberkulosis milier
suhu akan meningkat, sehingga suhu dapat dianggap dan endokarditis bakterialis; d). Tipus inversus, yaitu bila
sebagai termostat keadaan pasien. Suhu merupakan didapatkan suhu pagi meningkat, sedangkan suhu siang
indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam dan sore menurun. Keadaan ini dapat ditemukan pada
tidak cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus tuberkulosis paru dengan prognosis yang buruk.
dicari apa etiologinya dan bagaimana menghilangkan Stadium dekrementi adalah stadium turunnya suhu
etiologi tersebut. tubuh yang tinggi. Bila suhu turun secara mendadak
Selain diproduksi, suhu juga dikeluarkan dari tubuh, disebut krisrs, sedangkan bila suhu turun perlahan disebut
tergantung pada suhu disekitarnya. Bila suhu sekitar /rsrs. Bila suhu yang sudah mencapai normal meningkat
rendah, maka suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui kembali, maka disebut residif, sedangkan bila suhu
t32 IIMU DI,AGNOSTIK FISIS
meningkat sebelum turun sampai batas normal disebut Frekuensi nadiyang normal adalah sekitar 80 kali permenit.
rekrudensi. Bila grafik suhu bergelombang sedemikian Bila frekuensi nadi lebih dari 100 kali per menit, disebut
rupa sehingga didapatkan 2 puncak gelombang dengan . to k iko rd io (p u ls u s f re q u enf); seda n g ka n bi a f rekuen si nad i
I
variasi diantara 1--3 minggu, maka disebulfebris undulons, kurang dari 60 kali per-menit, disebut brodikardiq (pulsus
misalnya didapatkan pada limfoma Hodgkin, kolesistitis rarus). Bila terjadi demam, maka frekuensi nadi akan
dan pielonefritis. meningkat, kecuali pada demam tifoid, frekuensi nadi
justru menurun dan disebut bradikordio relotif.
Tekanan Darah
Irama denyut nadi harus ditentukan apakah teratur
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter
(reguler) atau tidak teratur (ireguler). Dalam keadaan
(sfigmomanometer), yaitu dengan cara melingkarkan
normal, denyut nadi akan lebih lambat pada waktu ekspirasi
manset pada lengan kanan Ll/z cm di atas fossa kubiti
dibandingkan pada waktu inspirasi; keadaan ini disebut
anteriori kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil
sinus aritimia. Pada keadaa n fibrilosi otrium, denyut nadi
meraba denyut A. Radialis sampai kira-kira 20 mmHg
sangat ireguler; frekuensinya juga lebih kecil dibandingkan
di'atas tekanan sistolik, kemudian tekanan diturunkan
dengan frekuensi denyut jantung; keadaan ini disebut
perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa
pulsus defisit. Pada gangguan hantaran jantung (aritmia),
kubiti anterior di atas A. Brakialis atau sambil melakukan
dapat terjadi 2 denyut nadi dipisahkan oleh interval yang
palpasi pada A. Brakialis atau A. Radialis. Dengan cara
panjang, keadaan ini disebut pu lsus bigeminus. Bila tiap 3
palpasi, hanya akan didapatkan tekanan sistolik saja.
denyut nadi dipisahkan oleh interval yang panjang, maka
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut
disebut pulsus trigemrnus. Kadang-kadang, dapat teraba
nadi Korotkov, yaitu'.
. ekstrosistole, yaitu denyut nadi datang lebih dulu dari
Korotkov l, suara denyut mulai terdengar, tapi
seharusnya yang kemudian juga diikuti oleh interval yang
masih lemah dan akan mengeras setelah tekanan
panjang. Pada keadaan demam, misalnya demam tifoid,
diturunkan 10-L5 mmHg; fase ini sesuai dengan
dapat ditemukan nadi dengalr 2 puncak yang disebut
tekanon sistolik,
. dicrotic pulse (bisferiens); sedangkan pada stenosis aorta,
Korotkov ll, suara terdengar seperti bising jantung
akan didapatkan qnocrotic pulse, yaitu puncak nadi yang
(murmur) selama 15-20 mmHg berikutnya,
. rendah dan tumpul. Pada kelainan jantung korone; dapat
Korotkov lll, suara menjadi kecil kualitasnya dan
ditemukan pulsus alternons, yaitu denyut nadi yang kuat
menjadi lebih jelas dan lebih keras selama 5-7 mmHg
dan lemah terjadi secara bergantian.
berikutnya,
. Isi nadi dinilai apakah cukup, kecil (pulsusparvus) atau
Korotkov lV, suara akan meredup sampai kemudian
besar (pulsus magnus). Pulsus parvus didapatkan pada
menghilang setelah 5-6 mmHg berikutnya,
. keadaan perdarahan, i nfark miirkb rdial, efusi peri-kardial
Korotkov U titik di mana suara menghilang; fase ini
dan stenosis aorta, sedangkan pulsus magnus didapatkan
sesuai dengan tekanan diostolik.
pada keadaan demam atau pada keadaan sedang bekerja
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik
keras. Pengisian nadijuga harus dinilai apakah selalu sama
disebut tekanan nadi.Bila terdapat kelainanjantung atau
(ekuo\ atau tidak sama (onekuol). Pada inspirasi, ddnyut
kelainan pembuluh darah, maka tekanan darah harus
nadi akan lebih lemah dibandingkan dengan pada waktu
diukur baik pada lengan kanan maupun lengan kiri, bahkan
ekspirasi, karena pada waktu inspirasi darah akan ditarik ke
bila perlu tekanan darah tungkaijuga diukur. Faktor-faktor
rongga toraks; keadaan ini disebutpulsus porodoksus. Bila
yang turut mempengaruhi hasil pengukuran tekanan
denyut nadi melemah hanya pada waktu inspirasi dalam
darah adalah lebar manset, posisi pasien dan emosi
dan kembali normal pada akhir inspirasi, maka disebut
pasien. Dalam keadaan normal, tekanan sistolik akan turun
pulsus paradoksus dinomikus. Bila denyut nadi melemah
sampai 10 mmHg pada waktu inspirasi. Padatomponade
pada seluruh fase inspirasi dan baru kembali normal pada
perikordiol atau asma berat, penurunan tekanan sistolik
awal ekspirasi, misalnya pada perikarditis konstriktif maka
selama inspirasi akan lebih dari 10 mmHg.
keadaan ini disebut pulsus porodoksus mekanikus.
arteri akan mengeras. Demikian juga pada arteritis TANDA RANGSANG MENINGEAL
temporalis.
Perangsangan meningeal (selaput otak) dapat terjadi
Frekuensi Pernapasan bila selaput otak meradang (meningitis) atau terdapat
Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah benda asing di ruang subaraknoid (misalnya perdarahan
1,6-24 kali per menit. Bila frekuensi pernapasan kurang subaraknoid). Seringkali perangsangan meningeal juga
dari 16 kali per menit, disebut brodipneu, sedangkan bila disertai dengan kekakuan punggung sehingga kepala
lebih dari 24 kali permenit, disebut takipneu. Pernapasan dan punggung melekuk ke belakang (ekstensi) dan
yang dalam disebut hiperpneu, terdapat pada pasien disebut opistotonus. Tanda-tanda spesifik perangsangan
asidosis atau anoksia; sedangkan pernapasan yang meningeal meliputi Koku kuduk, Tando Losegue, Tonda
dangkal disebut hipopneu, terdapat pada gangguan Kernig, Tando Brudzinski l, Tanda Brudzinski ll.
susunan saraf pusat. Kesulitan bernapas atau sesak
Kaku Kuduk (nuchal rigidity), merupakan gejala yang
napas disebut dispneu, ditandai oleh pernapasan cuping
sering didapatkan. Tangan pemeriksa diletakkan di bawah
hidung, retraksi suprasternal, dapat disertai sianosis dan
kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian fleksikan
takipneu. Pada pasien gagal jantung, akan didapatkan
kepala pasien semaksimal mungkin agar dagu menyentuh
sesak napas setelah pasien tidur beberapa jam, biasanya
dada; bila terdapat tahanan, maka kaku kuduk positif.
pada malam hari, disebut poroxysmol nocturnal dyspneu.
Pada pasien yang koma, kadang-kadang kaku kuduk
Pada pasien gagaljantung atau asma bronkiale, seringkali
menghilang atau berkurang. Kaku kuduk juga dapat
pasien akan mengalami sesak napas bila berbaring dan
positif pada keadaan miositis otot paraservikal, abses
akan lebih nyaman bila dalam posisi tegak (berdiri atau
retrofaringeal atau artritis servikal.
duduk); keadaan ini disebut ortopneu. Sifat pernapasan
pada perempuan biasanya obdomino-torokal, yaitu Tanda Lasegue, diperiksa dengan cara pasien berbaring
pernapasan torakal lebih dominan, sedangkan pada dengan kedua tungkai ekstensi; kemudian satu tungkai
laki-laki toroko-abdominol, yailu pernapasan abdominal difleksikan pada sendi panggul (koksa), sementara tungkai
lebih dominan. Pada keadaan asidosis metabolik, akan yang satu lagi tetap ekstensi. Pada keadaan normal,
didapatkan pernapasan yang dalam dan cepat, keadaan tungkai yang difleksikan dapat mencapai sudut 70"; bila
ini disebut pernapasan Kussmaul. Pada kerusakan otak, pasien sudah merasa nyeri sebelum mencapai sudut 70',
dapat ditemukan irama pernapasan Biof atau pernapasan maka menunjukkan tanda Lasegue positif. Selain sebagai
Cheyne-Stokes. Pernapasan Biot adalah pernapasan yang tanda perangsangan meningeal, tanda Laseguejuga dapat
tidak teratur irama dan amplitudonya dengan diselingi positif pada iskialgia, hernia nucleus pulposus (HNP)
periode henti napas (opneu), sedangkan pernapasan lumbal dan kelainan sendi panggul.
Cheyne-Stokes, adalah irama pernapasan dengan Tanda Kering, diperiksa dengan cara pasien berbaring
amplitudo yang mula-mula kecil, kemudian membesar dengan fleksi panggul 90', kemudian sendi lutut
dan mengecil kembali dengan diselingi periode apneu. diekstensikan sampai sudut antara tungkai bawah dart
Pada pleuritis siko (Schwarte) akan didapatkan osimetri
tungkai atas mencapai 135'. Bila sudut tersebut tidak
pernapasan, di mana dinding toraks kiri dan kanan tercapai menunjukkan tanda Kernig positif yaitu terdapat
tidak bergerak secara bersamaan selama inspirasi dan perangsangan meningeal atau iritasi radiks lumbal. Pada
ekspirasi. rangsang meningeal, tanda Kernig akan positif bilateral,
sedangkan pada iritasi radiks lumbal biasanya unilateral.
Kelembaban kulit. Dapat dibagi atas hiperhidrosis dan Ikterus, yaitu warna kekuningan; biasanya mudah dilihat di
hipohid rosis.Hiperhidrosis didapatkan pada hipertiroidisme, sklera. Ikterus akan mudah terlihat di bawah sinar matahari.
setelah serangan malaria, tuberkulosis (keringot molam) Ada bermacam-macam ikterus, misalnya kuning seperti
atau efek obat-obatan (salisilat); sedangkan hipohidrosis jerami (pada ikterus hemolitik, anemia pernisiosa); kuning
didapatkan pada miksedema, lepra (onhidrosb lokal, tanda kehijauan (pada ikterus obstruktif), kuning keabu-abuan
Gu n awo n) dan obat-obatan (atropin).
(pada sirosis hepatis); kuning agak jingga (pada penyakit
Weil).
Elastisitas kulit (turgor), diperiksa pada kulit dinding perut
di kulit lengan atau kulit punggung tangan, yaitu dengan Pseudoikterus (karotenosis), yaitu kulit bewarna kekuningan,
cara mencubitnya. Turgor yang menurun didapatkan pada tetapi sklera tetap normal; disebabkan oleh hiperkarotenemia,
k6adaan dehidrasi, kaheksia atau senilitas. Bila kehilangan misalnya banyak makan wortel atau pepaya. Gejala ini akan
elastisitas kulit hanya sebagian tanpa disertai perubahan hilang sendiri dengan memperbaiki dietnya.
berarti pada bagian kulit yang lain disebut onetoderma, Klorosil yaitu warna kulit hijau kekuningan, biasanya terdapat
misalnya pada striae gravidarum. pada orang yang tidak pernah terpapar sinar matahari (green
Atrofi kulit, yaitu penipisan kulit karena berkurangnya sickness). Pada perempuan juga sering diakibatkan dilatasi
satu lapisan kulit atau lebih, sehingga kulit tampak pucat, pembuluh darah (chlorosk cum rubro).
turgornyd menurun dan dalam keadaan yang berat, Eritema, yaitu warna kemerahan pada kulit akibat
kulit teraba seperti kertas. Dapat disertai meningkatnya vasodilatasi kapiler. Bila ditekan, warna merah akan
tegangan kulit, misalnya pada skleroderma (sklerosis hilang (dioskopi positifl. Didapatkan pada berbagai
sistemik) atau tanpa tegangan kulit, misalnya pada infeksi sistemik, penyakit kulit dan alergi. Bila bersifat
gangguan sirkulasi. Pada sindrom Ehler'Danlos, didapatkan tem porel disebut f/ushi n g. Bila eritema ha nya d ida patkan
atrofi kulit dengan turgor yang meninggi. di muka, maka disebul eritemo faciei, misalnya pada
Hipertrofi kulit, yaitu penebalan kulit karena ber- demam tinggi, stenosis mitral, hipertensi, intoksikasi
tambafinya jumlah sel atau ukuran sel pada satu lapisan karbonmonoksida, plumbum. Pada perempuan yang
kulit atau lebih. Bila penebalan tersebut disertai dengan berusia 40-60 tahun, dapat timbul eritema faciei yang
relief kulit yang bertambah jelas, maka disebut likenifikosi, disebut rosoceo. Pada pasien sirosis hepatis, dapat
misalnya pada neurodermatitis. Bila penebalan kulit terjadi didapatkan eritema pada permulaan tenar dan hipotenar
pada lapisan korneum, maka disebut hiperkeratosis, telapak tangan yang disebut'eritemo polmoris (polmor
sedangkan bila penebalan terdapat pada lapisan spinosum, erythem). Eritema dengan bentuk yang beragam, timbul
maka disebut o ko ntosis. serentak dengan kecenderungan melebar ke perifer dan
menipis ditengahnya disebut eritema multiforma. Bila
Warna Kutit eritema disertai nodus di bawah kulit, berukuran 2-+ cm
Melanosis, yaitu kelainan warna kulit akibat berkurang dan nyeri, maka disebut eritema nodosum. Kedua jenis
atau bertambahnya pembentukan pigmen melanin pada eritema tersebut dapat ditemukan pada sindrom Stevens-
kulit. Bila produksi pigmen bertambah, maka disebut Johnson, lupus eritematosus, artritis reumatoid dan juga
h ipe rm e la n osis (m e lo n od e rmo) seda n g ka n bi la prod u ksi
tuberkulosis. Pada penyakit jantung reumatik, dapat
pigmen berkurang disebut hipomelonosis (leukodermo). ditemukan eritema berbentuk cincin yang tidak menimbul
dan tidak nyeri, disebut eritema marginotum.
Albinisme (akromia kongenital), yaitu tidak adanya
pigmen melanin di kulit, rambut dan mata. dapat bersifat Sianosis, yaitu warna biru pada kulit, karena darah
banyak mehgandu ng red uced - Hb (red-H b). Penyebabnya
parsial atau generalisata. Pasien biasanya sensitif terhadap
cahaya. bermacam-macam. Sianosis dapat bersifat umum
(sionosis sentrol), misalnya sionosis pulmonol (akibat
Vitiligo, yaitu hipomelanosis yang berbatas jelas gangguan ventilasi alveoli, misalnya pada Penyakit
tepi yang hiperpigmentasi.
(sirku mskripto), biasanya disertai
Paru Obstruktif Menahun/ PPOK) dan sionosis kardiol
Rambut di daerah vitiligo dapat tidak bewarna (okromik), (misalnya pada penyakit jantung kongenital). Sianosis
dapat pula bewarna seperti biasa. juga dapat bersifat lokal (sionosis perifer), biasanya
Piebaldisme (albinisme partial), yaitu bercak kulit yang disebabkan oleh sirkulasi perifer yang buruk. Sianosis
tidak mengandung -pigmen yang ditemukan sejak lahir yang disebabkan meningkatnya kadar red-Hb disebut
dan menetap seumur hidup. sianosis vero, sedangkan bila penyebabnya adalah
i
I
i
peningkatan kadar sulf-Hb atau met-Hb, disebut sionosis Kista, yaitu rongga berkapsul berisi cairan atau massa
spurio (palsu). lunak.
dan jaringan subkutis yang lama, misalnya trakeostomi, hidung, kelopak mata atas atau leher. Hemangioma yang
pemasangan WSD (woterseoled drainoge); atau dapatjuga lebih besar disebut hemongioma kovernoso, terdapat di
ditemukan pada gas gongren. kulit atau di bawah kulit, bersifat merata dan luas.
Pruritus, adalah rasa gatal tanpa kelainan kulit yang Teleangiektasis, adalah pelebaran pembuluh darah
nyata. Dapat disebabkan oleh ikterus hemolitik, diabetes kapiler yang menetap di kulit.
melitus yang tidak terkontrol, usia tua (pruritus senilis,
Nevus pigmentosus, yaitu daerah hiperpigmentasi yang
terutama di daerah anogenital), penyakit kulit atau
menetap, kadang-kadang disertai pertumbuhan rambut,
psikogenik. Kelainan kulit yang ditandai oleh rasa gatal
nyeri dan ulserasi.
dengan efloresensi papula dan bersifat kronik dan rekurens
disebut prurigo. Spider naevi, adalah arteriol yang menonjol dan
kemerahan serta bercabang-cabang dengan diameter
Purpura, adalah ekstravasasi darah ke dalam kulit atau
3-l-0 mm. Banyak didapatkan pada orang hamil, sirosis
mukosa, sehingga bila ditekan maka warna kemerahannya
hepatis. Bila pusatnya ditekan dengan ujung yang runcing,
tidak akan hilang (dioskopi negatifl. Bila ukurannya sejarum
maka cabang-cabangnya akan menghilang
pentul disebut petekie; bila ukurannya 2-5 mm, disebut
purpuric spot, bila lebih besar lagi disebut ekimoses; dan Striae, adalah garis putih kemerahan dari daerah kulit
bila lebih besar lagi sehingga menonjol di permukaan yang atrofik yang dikelilingi oleh kulit yang normal. Banyak
kulit, maka disebut hemotomo. Purpura dapat disebabkan didapatkan pada perempuan hamil (striae gravidarum),
oleh trombositopenia (purpuro trombositopenik), misalnya orang gemuk dan sindrom Cushing.
pada trombositopenia idiopatik (lTP), Lupus eritematosus
Eksantema, adalah kelainan kulit yang timbul dalam
sistemik (SLE), sepsis, leukemia dan sebagainya. purpura
waktu yang singkat yang biasanya didahului oleh demam,
dapat juga terjadi tanpa disertai oleh trombositopenia
misalnya morbili. Eksantema yang berbentuk lentikuler
(purpuro non-trombositopenik), misalnya pada purpura
disebut eksantema morbiliformis; bila berbentuk difus,
Henoch-Schonlein.
berupa eritema numuler, dapat generalisata atau
Xanthoma, adalah deposit lipid yang sirkumskripta dengan terlokalisil disebut eksantema skarlatiniformis. Bila
ukuran 1 mm-2 cm dengan warna merah kekuningan, kelainan tersebut timbul pada mukosa, maka disebut
berhubungan dengan gangguan metabolisme lipid, yang enantema-
dapat ditemukan di kulit, sarung tendon, dinding arteri,
kelenjar getah bening dan kadang-kadang pada organ Gumma, adalah infiltrat lunak, berbatas tegas, kronik
lain. Biasanya ditemukan di kelopak mata (xanthomo dan destruktif yang dikemudian hari dapat mengalami
palpebrorum) atau telapak tangan (xonthoma planum) ulserasi dan membentuk ulkus, gummosum. Kelainan ini
atau siku atau bokong (xonthoma tuberosum), atau pada hanya terdapatpada4 penyakit [rilit, yaitu sifilis, frambusia
sarung tendon Achiles (xonthomo ten dinosu m).Xanthoma tropika, tuberkulosis kulit dan mikosis dalam.
dapat hilang timbultergantung pada kadar lipid di dalam
darah dan disebutxonfhomo eruptif. Pada sindrom Hans-
Schuller-Christian, xanthoma dapat ditemukan pada KEPALA DAN WAJAH
kornea dan mukosa, jarang ditemukdn di kulit.
muka tampak seperti orang yang terbelakang mental Kelebatan rambutjuga dapat bertambah. Bila rambut
disebut mikrosefalus. Penutupan sutura yang prematur bertambah pada tempat-tempat yang biasa ditumbuhi
seringkali menyebabkan kelainan bentuk kepala yang rambut disebut hipertrikosis. Bila pertumbuhan rambut
khas. Secara kolektif kelainan ini disebut kraniosinostosis yang merupakan tanda seks sekunderi seperti kumis,
alau kroniostenosis. Bila penutupan prematur terjadi pada janggul atau jambang tumbuh berlebihan pada perempuan
sutura sagitalis maka akan timbul penonjolan di frontal dan anak-anak, maka disebut hirsutisme. Pada pasien
dan oksipital dan kepala menjadi panjang dan sempit, miksedemo akibat hipotiroidisme akan didapatkan rambut
disebut skafosefali. Bila penutupan prematur terjadi yang jarang, kasar; kering dan tampak tidak bercahaya.
pada sutura koronal sehingga kepala menjadi tinggi dan Pigmen rambutjuga dapat berkurang atau menghilang,
kecil, disebut akrosefoli (kepolo menaro). Bila penutupan sehingga akan timbul uban dan disebut kanitis. Kanitis
prematur hanya terjadi pada sutura koronal dan lambdoid dapat bersifat bawaan (misalnya pada pasien albino), atau
pada satu sisi, maka akan terjadi kraniostenosis asimetrik akibat usia menua (kanitis senilis). Uban juga dapat timbul
yang disebut plogiosefoli. Bila akrosefali disertai sindoktili pada usia yang lebih muda, disebut kanitis prematur.
(jari-jari melekat) yang berat, hipertelorisme (jarak kedua Kadang-kadang didapatkan uban hanya pada jambul di
mata yang melebar), hipoplasi maksila, maka akan timbul dahi, disebut white forelock. Pada Sindrom Warrdenburg,
akrosefolosindaktili (sind rom Apert).Pada sind rom Crouzon, didapatkan white forelock, tuli, alis mata lebat dan pangkal
terjadi penutupan sutura sagital dan koronal sejak lahir hidung yang lebar.
disertai penutupan fontanel dan sutura frontalis yang
prematuI hipertelorisme, hipoplasi maksila dan letak daun Wajah
telinga yang rendah. Pucat, ikterus dan sianosis akan segera terlihat pada wajah
Pada kelainan vertebra servikalis, seringkali didapatkan pasien. Sianosis akan ditemukan pada pasien kelainan
posisi kepala yang terdorong ke depan, misalnya pada jantung bawaan dengan shuntdari kanan ke kiri, penyakit
Sindrom Klippel-Feil. Pada pasien dengan insufisiensi aorto paru ostruktif menahun a'tau keadaan hipoksia lainnya.
akan didapatkan gerak kepala menganggukdan menengadah Pasien lupus eritematosus akan menunjukkan
berulang-ulang (to ond fro bobbing) seirama dengan gambaran eritema pada kedua pipinya yang disebut
denyutjantung; keadaan ini disebut tondo Musset. ruam molor atau butterfly rosh. Pasien lepra juga akan
Kemungkinan adanya benjolan di kepala juga harus menunjukkan wajah yang khas akibat infiltrasi subkutan
dicari, yang sering didapatkan adalah kista aterom pada pada dahi, pipi dan dagu disertai dengan pendataran dan
kulit kepala. Penonjolan pada glabela atau pertengahan pelebaran pada hidung sehingga wajah mirip dengan
dahi bawah yang berdenyut bila ditekan, dengan lubang wajah singa dan disebut fosies leonino.
didasarnya akibat cacat bawaan pada tulang, merupakan Ekspresi wajahjuga seringkali menunjukkan tanda yang
tanda dari ensefolokel. khas. Pembesaran kelenjar adenoid akan menyebabkan
Pada kelainan pembuluh darah, seringkali dapat ekspresi wajah dengan mulut tergantung menganga dap
didengar bising kranial pada auskultasi kepala, dagu sedikit ke belakang. Pasien yang dehidrasi akan
misalnya pada fistula arteriovenosa pembuluh darah menunjukkan ekspresi wajah seperti orang susah, mata
serebral, aneurisma sakuler intrakranial, tumor otak dan cekung, kulit kering, telinga dingin yang disebut /osies
sebagainya. Hipocrotic. Pada pasien Parkinsonisme, tampak wajah
tanpa ekspresi yang disebut muka topeng. Pada pasien
Rambut skleroderma, akan tampak kulit yang menipis dan tegang
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang dapat sehingga pasien tidak dapat menutup mulut dan tidak
ditemukan pada seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, dapat tersenyum. Pasien tetanus akan mengalami spasme
telapak kaki, kuku dan bibir. Kerontokan rambut disertai tonik pada otot-otot wajah, sehingga alis terangkat, sudut
tidak tumbuhnya rambut (kebotakan) disebut olopesia. mata luar tertarik ke atas dan sudut mulut tertarik ke
Bila alopesia mengenai seluruh tubuh, disebut olopesia sampirig membentuk wajah yang disebut risus sordonikus
universalis; bila hanya mengenai seluruh rambut kepala (muka setan)
disebut olopesio totolis dan bila kebotakan timbul hanya Beberapa penyakit genetik, seperti sindrom Down,
setempat dan berbatas tegas disebut olopesio oreoto.Pada juga menunjukkan wajah yang tidak normal (dismorfik),
laki -laki sering dida patkan o lopesia a n d rog e nika, ditandai misalnya hipertelorisme (jarak antara kedua pupil lebih
oleh kerontokan rambut kepala secara bertahap mulai dari dari normal, normal 3,5-5,5 cm),telekantus (kantus medial
bagian verteks dan frontal pada awal umur 30 sehingga tertarik ke lateral) dan sebagainya.
dahi menjadi terlihat lebar. Kerontokan rambut dapat juga Asimetri muka dapat ditemukan pada paralisis N.
tanpa disertai kebotakan, misalnya setelah pengobatan VII, misalnya pada Bell's palsy Otot wajah yang terserang
sit6statika; keadaan ini disebut efluvium. . ;, akan mengalami paralisis dan pasien tidak dapat bersiul.
138 ILMU DI,AGNOSTIK FISIS
Nistagmus, yaitu gerak bolak-balik bola mata yang 30 mm, di mana ujung yang satu diselipkan di forniks
involunter dan ritmik, dapat horizontal, vertikal atau konjungtiva bulbi inferior dan ujung yang lain dibiarkan
rotatoir. Bila gerak bolak-balik bola mata tersebut sama menggantung; bila setelah 5 menit kertas tidak basah
cepatnya, disebut nrsfag mus penduler, dapat dijumpai pada menunjukkan sekresi air mata kurang. Bila bagian kertas
pasien dengan visus buruk sejak bayi, kelainan makula, yang basah kurang dari 10 mm, menunjukkan sekresi
korioretinitis, albinisme dan lain sebagainya. Bila gerak air mata terganggu, sedangkan bila lebih dari L0 mm
bola mata memiliki komponen gerak cepat dan lambat, menunjukkan hipersekresi air mata. Bila kertas yang basah
maka disebut jerk nystogmus. Arah nistagmus ditentukan kurang dari L0 mm, maka harus dilakukan tes Schirmer
oleh komponen gerak cepatnya, misalnya nistagmus II, yaitu pada satu mata diteteskan anestesi lokal dan
horizontal kanan, maka komponen gerak cepatnya ke arah diletakkan kertas filter, kemudian hidung dirangsang
horizontal kanan. Untuk memeriksa adanya nistagmus, dengan kapas selama 2 menit. Bila setelah 5 menit kertas
pasien disuruh melirik ke satu arah dan dipertahankan filter tidak basah menunjukkan refleks sekresi gagal total,
selama 5 detik, tetapi lirikannya jangan terlalu jauh, karena sedangkan bila setelah 5 menit kertas filter basah sampai
dalam keadaan normaljuga dapat timbul nistagmus yang 15 mm menunjukkan keadaan yang normal.
disebut end position nystogmus. Nistagmus akibat kelainan
Konjungtiva. Konjungtiva adalah selaput mata yang
labirin atau N MII akan disertai dengan vertigo dan disebut
melapisi palpebra (konjungtivo torsal superior don inferior)
nistogmus vestibuler atau nistogmus perifer. Bila kelainan
dan bola mala (konjungtivo bulbiy. Pada keadaan anemia,
terletak di otak, maka akan timbul nrsfog mus sentrol, yang
konjungtiva akan tampak pucat (onemik). Pada radang
dapat bersifat horizontal, vertikal atau rotatoat tergantung
konj un gtiva (ko nj u n gtivitis). ta m pa k ko nj u n gtiva bewa rna
letak lesinya. Bila nistagmus terjadi atau bertambah berat
merah, mengeluarkan.air mata dan kadang-kadang sekret
pada posisi kepala tertentu, maka disebut nistogmus
mukopurulen. Trokomo merupakan konjungtivitis yang
posisional.
disebabkan oleh Chlomydio trochomotis. Peradangan
Palpebra. Kelainan palpebra harus diperhatikan dengan konjungtiva yang disertai.neovaskularisasi disekitarnya,
seksama. Edema palpebro, biasanya didapatkan pada disebut f/ikfen. Kadang-kadang didapatkan pelebaran arteri
sindrom nefrotik, penyakit jantung atau dakrioadenitis. konjungtiva posterior yang disebut injeksi koniungtivol.
Edema palpebra dapat juga berbatas tegas, biasanya Bila pelebaran pembuluh darah terjadi pada pembuluh
akibat peradangan, misal ny a blefo ritis (radang pal pebra), perikorneal atau arteri siliaris anterio[ maka disebut
dokriosistitis (radang kelenjar air mata), kolozion (radang injeksi silior; sedangkan bila pelebaran pembuluh darah
pada tarsus), iridosiklitis (uveitis). Bila tepi palpebra terjadi pada pembuluh episklera dan arteri siliaris
melipat ke arah luar, misalnya akibat senilitas, sikatriks longus disebut injeksi episklero. Peradangan konjungtiva
atau tumor palpebra, maka disebut ektropion; sedangkan seringkali disertai dengan p'eilekatan konjungtiva dengan
bila melipat ke dalam, terutama pada palpebra inferiori kornea atau palpebra yang disebut simbleforon. Pada
disebut entropion. Pada trakoma, entropion didapatkan avitaminosis A (xeroftolmio) akan didapatkan bercak
pada palpebra superior. Bila palpebra tidak dapat menutup Bitot, yaitu bercak segitiga bewarna perak di kedua sisi
sempurna, disebut logoftolmus. Bila palpebra superior kornea yang berisi epitel yang keras dan kering. Kadang-
tidak dapat diangkat. sehingga fisura palpebra menyempit, kadang didapatkan bercak degenerasi pada konjungtiva
disebut pfosrs, misalnya didapatkan pada kelumpuhan N di daerah fisura palpebra yang berbentuk segitiga di
III, miastenia gravis dan sindrom Horner. Bila palpebra bagian nasal dan temporal yang disebut pinguekulo.
superior tidak dapat diangkat karena bebannya, misalnya Lesi lain pada konjungtiva adalah pterigium, yaitu proses
pada edema palpebra, enoftalmus atau ftisis bulbi, maka proliferasi dengan vaskularisasi pada konjungtiva yang
disebut pseudoptosis. Bila bulu mata tumbuh salah arah berbentuk segitiga yang meluas ke arah kornea. Selain
sehingga dapat melukai kornea, disebut trikiosis. Pada itu juga terdapat lesi yang disebut pseudopterigium,
pasien dislipidemia, seringkali didapatkan deposit bewarna yaitu perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat
kekuningan pada palpebra yang disebutxantelosma. Pada yang biasanya terjadi pada penyembuhan ulkus kornea,
radang palpebra (blefaritis), hipertiroidisme dan sindrom sehingga letaknya tidak selalu pada fisura palpebra.
Vogt-Koyonogi-Harodo, bulu mata dapat rontok dan Kerapuhan pembuluh darah konjungtiva, misalnya akibat
disebut modarosis. u mu r, hipertensi, aterosklerosis atau aki bat konju ngtivitis
Sedangkan pada pasien osteogenesis imperfekta, akan Bila cahaya diarahkan pada pupil dan didapatkan miosis
didapatkan sklera yang bewarna biru (blue scleroe). pada pupil kontralateral, disebut refleks pupil tidok longsung.
reaksi hipersensitivitas atau penyakit autoimun (Artritis Bila konyungtiva, kornea dan palpebra dirangsang, maka
Reumatoid, Lupus Eritematosus), dapat ditemukan akan didapatkan miosis, keadaan ini disebut refteks
episkteritis atau sk/erifrs. Episkteritis adalah reaksi radang okulopupil. Bila pasien diminta melihat jauh, lalu disuruh
jaringan ikat vasku lar yang terletak antara konjungtiva dan melihat tangannya sendiri pada jarak 30 cm dari matanya,
permukaan sklera, umumnya unilateral dengan rasa nyeri maka akan timbul miosis; disebut refleks akomodosi-
ya ng ri ngan. Seda n g ka n skle ritis adalah radang sklera ya n g konvergensi (refleks dekot). Bila reaktivitas pupil terhadap
bersifat bilateral, ditandai mata merah berair; fotofobia dan cahaya langsung dikalahkan oleh rangsang cahaya tidak
penurunan visus, serta nyeri yang hebatyang menjalar ke langsung yang dapat diuji dengan menyinari mata kanan
dahi, alis dan dagu. dan kiri berganti-ganti, disebut pup il Morcus-Gunn, yang
Kornea. Diameter kornea yang normal adalah l-2 mm; didapatkan pada pasien neuritis optika, ablasi retina, atrofi
papil saraf optik dan oklusi arteri retina sentralis. Reaksi
bila ukurannya lebih disebut makrokorneo, sedangkan
pupil akan negatif pada keadaan ruptur sfingteri sinekua
bila ukurannya kurang disebut mikrokorneq. Pada usia
posteriol pangguan parasimpatis, atau akibat obat miotika
lanjut, seringkali didapatkan cincin putih kelabu yang
dan midriatika atau pada kebutaan total. Pada pupilArgyl
melingkari bagian luar kornea yang disebut orkus senilis.
Robeertson, didapatkan refleks cahaya negatif, sedangkan
Pada penyokit Wilson (degenerosi hepotolentikuler) akan
didapatkan cincin lengkung hijau yang mengelilingi refleks dekat positif kuat. Pada sindrom Holmes-Ardy
kornea yang disebut cincin Koyser-Fleischer. pada akan didapatkan anisokori pupil, refleks pupil negatif,
penglihatan kabur dan refleks tendon menurun.
trakoma; dapat ditemukan ponnus, yaitu sel radang
dengan pembuluh darah yang membentuk tabir pada Bilik mata depan (komera okuli anterior). Diperiksa
kornea. Peradangan pada kornea (kerotitis) seringkali apakah dalam atau dangkal. Bilik mata yang dalam
mengakibatkan timbulnya infiltrot dan ulkus korneo. didapatkan pada keadaan ofakio (tonpa lenso); miopia dan
Infiltrat akan memberikan uji plosido positif, sedangkan gloukoma kongenitol. Bilik mata depan dangkal didapatkan
ulkus kornea akan memberikan uji fluoresein positif. pada dislokasi lensa, sinekia onterior atau glaukomo
Pada xeroftalmia atau keratokonjungtivitis sika, dapat subokut. Penimbunan sel radang pada bagian bawah bilik
ditemukan keringnya permukaan kornea yang disebut mata depan disebut hrpopion, yang biasanya berhubungan
xerosis korneo. Penyembuhan ulkus atau radang kornea dengan ulkus korneo, uveitis berat, endoftalmitis aiau
akan meninggalkan sikatriks pada kornea sehingga kornea tumor introokuler. Bila bilik mata depan berisi sel darah,
menjadi ireguler dan memberikan fes plosido positif. Bila maka disebut hifemo, biasanya berhubungan dengan
sikatriks hanya berbentuk kabut halus disebul nebulo; trauma mata atau hemofilia. """
bila lebih jelas dan berbatas tegas disebut mokula; dan
Lensa. Dalam keadaan normal lensa tidak'bewarna (jernih).
bila bewarna putih padat disebut leukomo. Bila leukoma
Kekeruhan lensa disebut kotorok. Katarak kongenital dapat
disertai penempelan iris pada permukaan belakang kornea.
ditemukan pada infeksi rubela kongenital, toksoplasmosis,
disebut leukomo oderens. Untuk menilai sensibilitas kornea
herpes simpleks dan sitomegalovirus. Untuk menilai
yang merupakan fungsi dari N.V (trigeminus), dapat
derajat kekeruhan lensa, dapat dilakukan tes boyongan
dilakukan tes refleks korneo, yaitu dengan cara menyuruh
iris, yaitu dengan cara mengarahkan lampu senter ke
pasien melihat jauh ke depan, kemudian bagian lateral
arah pupil dengan sudut 45" dan dilihat bayangan iris
kornea diusap dengan kapas kering dan dilihat refleks
pada lensa yang keruh; letak bayangan jauh dan besa;
mengedip, rasa nyeri dan mata berair. Bila tes ini positif
berarti katorok imotur; seangkan bila bayangan kecil dan
menunjukkan fungsi N.V baik.
dekat pupil, berarti kotarak matur: Bila katarak mengalami
Pupil. Bentuk pupil normal adalah bulat dengan ukuran degenerasi lanjut menjadi keras atau lembek dan mencair
normal adalah 4-5 mm pada penerangan sedang. Bila disebut kata ro k h ipe rmatu r.
ukuran pupil lebih dari 5 mm disebut midriosig sedangkan Bila lensa mata diangkat, maka keadaan ini disebut
bila ukuran pupil kurang dari 2 mm disebut miosis; bila afokio dan mata akan mengalami hipermetropio tinggi.
ukuran pupil sangat kecil disebut pin point pupil. Bila
Tajam penglihatan (acies uisus). Diperiksa dengan
ukuran pupil kiri dan kanan sama disebut rsoko4 sedangkan
menggunakan tabel Snellen (untuk melihat jauh), atau
bila tidak sama disebut anrsokor. Posisi pupil normal adalah
tabelJogger (untuk melihat dekat). Tajam penglihatan juga
di tengah, bila letak pupil agak eksentrik, disebut ektopia.
dapat diperiksa dengan menyuruh pasien menghitung
Refleks pupil dapat dilakukan dengan memberikan cahaya
jari pemeriksa pada jarak tertentu (normaljari pemeriksa
pada mata..Bila cahaya diarahkan langsung pada pupil dan
masih terlihat sampaijarak 60 m) atau menyuruh pasien
memberikan hasil rniosis, disebut refleks pupil langsung.
membaca huruf-huruf dalam buku. Bila penglihatan
EIS PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KU1IT t4t
psis sempurna, maka proyeksi benda yang dilihat akan jatuh yong lain Qetinitis pigmentoso, oblasio retino). Pada retinopati
brs. pada retina; keadaan ini disebut moto emetropio. Pada diabetik akan didapatkan mikroaneurisma, perdarahan retina,
raka pefihat jauh (mota hipermetropio), proyeksi bayangan dilatasi pembuluh darah retina, eksudat, neovaskularisasi dan
dari benda yang dilihat akan jatuh di belakang retina; edema retina. Retinitis pigmentosa adalah kelainan genetik
Fk'
pru h sedangkan pada pelihat dekat (moto miopia), bayangan yang mengakibatkan degenerasi epitel retina terutama sel
h,,, benda yang dilihat akanjatuh di depan retina. Pada orang batang dan atrofi saraf optik dengan gambaran klinis yang
h'i- tua akan terjadi gangguan akomodasi sehingga proyeksi khas tidak dapat melihat di malam hari dengan lapang
ldup bayangan dari benda yang dilihat akanjatuh di belakang pandang yang makin menyempit. Ablasio retino adalah
lidak retina; keadaan ini disebut moto presbiopio. Bila berkas lepasnya retina dari koroid yang biasanya berhubungan
Fnan sinar tidak difokuskan pada 1 titik di retina, tetapi pada dengan trauma atau miopia atau degenerasi retina. Pasien
Iang 2 garis titik api yang saling tegak lurus, maka disebut ablasio retina akan mengeluh lapang pandang yang
ttrofi digmotisme;keadaan ini terjadi akibat kelainan lengkung terganggu seperti melihat adanya tabir yang mengganggu
Faksi permukaan kornea. lapang pandangnya dan pada funduskopi akan terlihat retina
fekua bewarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat
Itnglihatan warna. Penglihatan warna diperankan oleh sel
plika terangkat dan berkelok-kelok.
ilenrcut retina. Warna primer utama pada pigmen sel kerucut
Argyt
adalah merah, hijau dan biru. Orang yang memiliki ketiga
It<an p*3men sel kerucut, disebut trikromot;bila hanya 2 pigmen Telinga
Vrdy sl kerucut, disebut dikromot; dan bila hanya memiliki Untuk memeriksa telinga pasien, suruh pasien duduk
1
lgatif, dengan posisi badan agak condong sedikit ke depan dan
trgrnen sel kerucut dis ebut monokromot atau akromatopsio.
i
Fengfihatan warna-warna yang tidak sempurna disebut bufa kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa sehingga
I
murno, yang dapat bersifat kongenital atau didapat akibat
pemeriksa dapat melihat liang telinga luar dan membran
eriksa
peryrakit tertentu, misalnya buta warna meroh-hijau dapat timpani.
latam
pa dan dsebabkan oleh kelainan saraf optik, sedangrkan buta warna Pertama-tama, perhatikan daun telinga, kemudian
fifrw*uning dapat disebabkan oleh glaukoma atau kelainan bagian belakang telinga, daerah mastoid, adakah tanda
fatkan peradangan atau sikatriks. Pada pasien yang diduga gout,
ftomo mctitna Untuk mengetahui defek penglihatan warna dapat
,fldnrkan tes lshihoro. daun telinga harus diperiksa dengan cermat untuk mencari
lh birik
kemungkinan adanya tofus, yaitu benjolan keras akibat
bngan
lrymg pandang (kampus visus), yaitu kemampuan penimbunan kristal monosodium urat. Untuk melihat liang
b atau ,flm$a yang yang difiksasi pandangannya ke satu titik telinga dan membran timpani, tarik daun telinga ke atas-
ldarah, unfruk melihat benda- benda d isekita rnya. La pang pa ndan g belakang sehingga liang telinga lebih lurus. Bila terdapat
igngan
t
ffiat diperiksa dengan tes konfrontasi, kompimetri, serumen di dalam liang telinga, maka harus dibersihkan
ipfimetn atau loyor Byerrum. Lapang pandang normal dulu dengan kapas, pengait atau pinset, tergantung
ffit9(Ptemporal, 50. kranial, 50o nasal dan 65o kaudal. konsistensinya. Setelah liang telinga bersih, perhatikan
dapat kuqpnrpitan lapang pandang sehingga tinggal separuh membran timpani, apakah masih utuh atau tidak, apakah
rdfirr*r:r1 hemianopsia. Pada waktu memeriksa lapang sifat tembus sinar normal, adakah retraksi "membran
pnfug, juga harus dicari adanya skotoma, yaitu daerah timpani yang menunjukkan perlekatan di telinga tengah.
Sru hercak yang tidak terlihat pada lapang pandang Adanya otitis media dengan supurasi akan menyebabkan
ke il rang. Dalam keadaan normal, kita memiliki bercak membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga
i ris frrooyang disebut skofo ma fisiologik yaitu bercak dimana luar. Bila didiamkan saja, maka membran timpani dapat
besar, Qrlgan benda yang dilihatjatuh pada bintik buta retina mengalami ruptur. Sekret yang keluar dari liang telinga
dan ffimh nervi optici). disebut ofore. Perhatikan apakah otore tersebut jernih,
lh-rstopi, yaitu pemeriksaan retina dengan meng- mukoid atau berbau. Bila otore bercampur darah harus
gtalnoskop. Pada waktu melakukan funduskopi, dicurigai kemungkinan infeksi akut yang berat atau tumoI
ryumr*an
sedangkan bila jernih harus dicurigai kemungkinan likuor
ffidtcan warna retina yang kemerahan dengan pembuluh
dbdrq1a yang dapat menggambarkan keadaan pembuluh serebrospinal. Bila didapatkan nyeri telinga (otalgia),
ffindseluruh tubuh. Perhatikan pulafoveo sentralis, daeroh harus diperhatikan apakah nyeri berasal dari telinga atau
lffi& hn popila nervi optici. Papila n. Optici berbentuk merupakah nyeri pindah (referred poin) dari jaringan
atau fuIt, barama merah muda, berbatasjelas dengan cupping sekitarnya. Nyeri pada tarikan daun telinga menunjukkan
juga lltroumrndberukuran 2/, diameter papil. perlu pula diperhatikan tanda-tanda adanya otitis eksterno; sedangkan nyeri pada
itung ffirmlp ppil edema (papil berbatas kabut, terdapat pada prosesus mastoideus menunjukkan adanya mastoiditis,
punnqggian tekanan intra-kranial), otrofi popil (papil tampak yang seringkali merupakan komplikasi otitis media.
paslen P,n"r( rrtngecil- dengan batas bertambah jelas), keloinan Untuk menilai fungsi pendengaran, dapat dilakukan
hatan um&uuqr {akibat hipertensi, DM, trombosis), keloinan retino tes pendengaran dengan cara tes berbisik dan tes
142 IIMU DIAGNOSTIK FISIS
menutup 1 lubang hidung secara bergantian. Sebelum menunjukkan kemungkinan sinus maksilaris terisi pus atau
memeriksa fungsi menghidu, pastikan bahwa lubang mukosa sinus maksilaris menebal atau terdapat neoplasma
hidung tidak meradang dan tidak tersumbat. Gunakan zat di dalam sinus maksila. Transluminasi sinus frontalis
pengetes yang dikenal sehari-hari, misalnya kopi, jeruk, seringkali memberikan hasil yang meragukan, karena
tembakau. Jangan menggunakan zat pengetes yang dapat seringkali sinus frontalis tidak berkembang dengan baik.
merangsang mukosa hidung, seperti alkohol, mentol, Bila dicurigai adanya kelainan pada sinus paranasal, dapat
cuka atau amoniak. Kemampuan menghidu secara normal dilakukan pemeriksaan radiologi dengan posisi Waters, PA
disebut norm osm ia; bila kemampua n meng hidu meni ng kat dan lateral. Bila hasil pemeriksaan radiologis meragukan
disebut hiperosmio; bila kemampuan menghidu menurun dapat dilakukan pemeriksaan CT-scan sinus paranasal.
disebut hiposmio; dan bila kemampuan menghidu hilang
disebut anosmia. Bila dapat menghidu, tetapi tidak dapat Mulut
mengenal atau salah menghidu, maka disebut porosmia.
Bibir dan mukosa mulut. Perhatikan warnanya, apakah
Sinus paranasal. Sinus paranasal adalah rongga-rongga di pucat, merah atau sianosis. Bibir yang tebal terdapat pada
sekitar hidung dengan bentuk bervariasi yang merupakan pasien akromegali dan miksedema. Bibir yang retak-retak
hasil pneumatisasi tulang kepala. Ada 4 pasang sinus, terdapat pada pasien demam dan avitaminosis. Luka pada
yaitu sinus moksiloris, sinus frontolis, sinus etmoidalis sudut mulut menandakan adanya oriboflavinosis. Radang
dan sinus sfenoidolis. Semua sinus mempunyai muara pada bibir disebut keilitis. Pada pasien morbili, dapat
(ostium) ke dalam rongga hidung. Muara sinus maksilaris, ditemukan bercok Koplik, yaitu bercak kecil, bewarna
frontalis dan etmoidalis anterior terletak pada sepertiga biru keputihan, dikelilingi oleh tepi yang merah, terdapat
tengah dinding lateral hidung yang memiliki struktur pada mukosa pipi yang letaknya berhadapan dengan gigi
yang rumit yang disebut kompleks osteo-meatal. Fungsi molar dekat muara kelenjar parotis. Pada pasien Stomotitis
sinus paranasal adalah sebagai pengatur kondisi udara oftoso akan didapatkan 1-3 ulkus yang dangkal, berbentuk
pernapasan; penahan suhu; membantu keseimbangan bundari terasa nyeri dan tidak mengalami indurasi. Orol
suara; membantu resonansi suara; peredam perubahan thrush akibat infeksi Candida albicans ditandai oleh
tekanan udara; dan membantu produksi mukus untuk bercak-bercak membran putih, menimbul, seperti sisa-sisa
membersihkan rongga hidung. Untuk pemeriksaan sinus susu di mukosa mulut, bila dipaksa angkat akan timbul
paranasal dilakukan inspeksi, palpasi dan transluminasi. perdarahan. Pada sindrom Peutz-Jeghers, akan didapatkan
Pada inspeksi, perhatikan adanya pembengkakan pipi bercak pigmentasi berbatas tegas bewarna kebiruan atau
dan kelopak mata bawah yang menggambarkan adanya coklat pada mukosa bibir; mulut, hidung dan kadang-
sinusitis maksilaris akut; sedangkan pembengkakan pada kadang di sekitar mata.
kelopak mata atas menunjukkan sinusitis frontalis akut.
Gigigeligi. Perhatikan jumilh gigi, oklusi gigi dan adanya
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketok pada gigi
gigi berlubang (kories). Oklusi normal gigi terjadi bila
menunjukkan adanya sinusitis maksilaris; sedangkan
barisan gigi pada rahang atas dan rahang bawah dapa!
nyeri tekan pada bagian medial atap orbita menunjukkan
saling menangkap secara tepat. Anomali konggnital atau
adanya sinusitis frontalis; dan nyeri tekan daerah kantus
fraktur rahang akan menyebabkan timbulnya moloklusi.
medius menunjukkan adanya sinusitis etmoidalis. gigi seperti
Pada pasien sifilis kongenital, dapat ditemukan
Pemeriksaan transluminasi digunakan untuk melihat adanya
gergaji yang disebut gigi Hutchinson. Bila air minum
sinusitis maksilaris atau frontalis. Bila pada pemeriksaan
banyak mengandung fluorida, maka gigi akan berlubang
transluminasi didapatkan gelap pada daerah infra-orbita
keci - keci I dan berwa rna ku n i n g, d isebut fluoro sis (mottle d
I
XII, lidah akan membelok bila dikeluarkan. Pada kelainan ' fenilketonurio akan memberikan bau napas seperti rumput
pseudobulbor, pasien akan sukar menggerakkan dan kering yang baru disabit. Pasien kanker rongga mulut
mengeluarkan lidahnya. Lidah yang pucat menunjukkan akan memberikan bau napas yang busuk yang sangat
adanya onemio, sedangkan lidah yang merah tua dan spesifik.
nyeri menunj u kkan adanya defisie n si a sa m n ikotin at. P ada
Angina plaut vincent (stomatitis ulseromembranosa),
keadaan dehidrasi,lidah akan tampak kering, sedangkan
merupakan infeksi spirilum dan basil fusiformis di
pada uremia lidah akan kering dan berwarna kecoklatan.
rongga mulut akibat kurangnya higiene mulut. Kelainan
Lidah yang kering dan kotor, dalam keadaan normal
ini ditandai oleh demam yang tinggi dengan nyeri di
ditemukan pada perokok atau orang yang bernapas
mulut; bau mulut (/efor ex ore); mukosa mulut dan faring
lewat mulut. Pada pasien demam tifoid akan didapatkan
hiperemis dilapisi oleh membran putih keabuan di atas
lidah yang kering dan kotor, tepi yang hiperemis dan
tonsil, uvula, faring dan gusi.
tremor bila dikeluarkan perlahan-lahan. Lidah yang
merah, berselaput tipis dengan papil yang besar-besar
' didapatkan Faring dan Laring
pada pasien demam skorlotina, yang disebut
Faring dan laring diperiksa bersama-sama dengan
strawbe'rry tongue. Lidah yang licin karena atrofi papil
pemeriksaan mulut. Untuk memeriksa faring, tekan lidah
disebut lingua grobio, didapatkan pada pasien anemia
ke bawah dengan penekan lidah, sehingga faring akan
pernisiosa, tropicol sprue, pelagra. Pada leukoplakio, lidah
tampak. Perhatikan dinding belakang faring, apakah
diselubungi oleh lesi-lesi yang keras, berwarna putih
terdapat hiperemi yang biasanya berhubungan dengan
dan mengalami indurasi yang kelihatan seperti kerak
infeksi saluran napas atas. Pada sinusitis, biasanya akan
dan suljt diangkat. Lidah pasien angina Ludovici, tampak
tampak posf nosol drips. Pada anak-anak yang menderita
meradang merah dan bengkak sehingga menonjol keluar
difteria, akan didapatkan selaput putih pada dinding faring
dari mulut. Kadang-kadang pada lidah dapat ditemukan
yang sulit diangkat, bila dipaksa diangkat akan timbul
bercak-bercak seperti peta yang disebut geogrophic
perdarahan; selaput ini disebut pseudomembron.
tongue; keadaan ini sering didapatkan pada pasien
Selanjutnya, periksa nasofaring dengan cara
depresi dan tidak berbahaya. Lidah yang kelihatan aneh
menggunakan cermin laring yang menghadap ke atas
adalah lidoh skrotum, yang memiliki alur-alur seperti
yang ditempatkan di belakang palatum mole setelah lidah
skrotum. Kadang-kadang di bawah lidah di sisi frenulum
ditekan. Batas nasofaring adalah dasar tengkorak sampai
didqpatkan kista retensi yang transparan bewarna
palatum mole. Di anterior nasofaring adalah rongga
kebiruan yang disebut ranulo.
hidung. Pada nasofaring bermuara saluran dari telinga
Pada waktu memeriksa lidah, jangan lupa memeriksa
tengah yang disebut tuba Eustachius.
fungsi pengecapan, dengan cara menaruh berbagai
Selanjutnya perhatikan.{bnsil. Tonsil adalah massa
zat secara bergantian pada permukaan lidah, misalnya
jaringan limfoid yang terdiri atas 3 macam, yaitu tonsil
garam, gula, bubuk kopi dan sebagainya. Hilangnya fungsi
laringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingua yang
pengecapan disebut ageusio.
ketiganya membentuk Iingkaran yang disebul cincin
langit-langit (palatum). Pertama-tama, perhatikan apakah Waldeyer. Adenoid merupakan massa jaringan'timfoid
terdapat celah lang it- la ngit (p a lotos kizis). Kadang- kada n g yang terletak pada dinding posterior nasofaring. Pada
pada garis tengah palatum didapatkan benjolan yang anak-anak yang sering mengalami infeksi saluran napas
membesar seperti tumor yang disebut torus palotinus). atas, seringkali terjadi hiperplosi adenoid sehingga koana
Perhatikan juga lengkungan palatum durum, apakah simetris serta tuba Eustachius tertutup dan pasien bernapas melalui
atau tidak. Kelumpuhon polatum mole seringkali merupakan mulut. Pasien hiperplasi adenoid akan menunjukkan muka
gejala sisa dari difteri. Palatum dengan lengkung tinggi yang khas (fosies odenoid) yang ditandai oleh hidung
didapatkan pada pasien sindrom Ehlers-Donlos, Morfon, yang kecil, gigi seri prominen, ,?rkus faring menonjol,
Ru be nstein -Toybi dan Trec h e r-Collins. sehingga memberi kesan lampak seperti orang bodoh.
Tonsil palatina yang biasa disebut tonsil saja terletak di
Bau pernapasan (Halitosis, foetor ex ore). Bau napas dalam /osa tonsilyang dibatasi oleh arfius faring anterior
oseton ditemukan pada pasien ketoasidosis diabetik atau
dan posterior. Permukaan tonsil biasanya mempunyai
pasien kelaparan (storvation). Pada pasien uremia, napas
banyak celah yang disebut kriptus. Perhatikan ukuran
akan berbau amoniak. Pasien dengan abses paru-paru tonsil. Bila fosa tonsil kosong, disebut To; tonsil yang
atau higiene mulut yang buruk akan memberikan bau normal berukuran Tr; bila ukuran tonsil lebih besar dari
napas yang busuk lgongren). Pasien ensefalopati hepatik fosa tonsil, maka disebut Tr; dan bila ukuran tonsil sangat
akan menunjukkan bau napas yang apek yang disebut besar hampir mencapai uvula, disebut Tr.
fetor hepotikum. Bau napas alkohol akan didapatkan Kemudian periksalah laring. Batas atas laring
pada pasien alkotrolisme. Anak-anak yang menderita adalah epiglotis. Untuk memeriksa laring, pegang lidah
PEMERIKSAAN HSIS UMUM DAN KUUT r45
hati-hati dengan menggunakan kasa, kemudian tarik Kelenjar getah bening leher. Hampir semua bentuk
keluar perlahan-lahan, kemudian tempatkan cermin radang dan keganasan kepala dan leher akan melibatkan
yang sebelumnya telah dipanaskan sedikit, menghadap kelenjar getah bening leher. Bila ditemukan pembesaran
ke bawah, di palatum mole, di depan uvula, gerakkan kelenjar getak bening di leher, perhatikan ukurannya;
cermin hati-hati untuk melihat pita suara. Suruh pasien apakah nyeri atau tidak; bagaimana konsistensinya, apakah
mengucapkan huruf "EEE", perhatikan gerak pita suara lunak, kenyal atau keras; apakah melekat pada dasar atau
apakah simetris atau tidak. pada kulit. Menurut Sloan Kattering Memoriol Concer
infeksi pada rongga mulut maupun saluran napas atas Center Clossification, kelenjar getah bening leher dibagi
seringkali menyebabkan komplkasi obses leher dalom,yang atas 5 daerah penyebaran, yaitu :
terdiri dari obses peritonsil (Quinfl, abses retroforing, obses I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan
paroforing, obses submondibulo dan ongino Ludovici. submandibula,
Abses peritonsil (Quinsy), merupakan komplikasi [. Kelenjar yang terletak di 7/ ratas dan termasuk kelenjar
tonsilitis akut, ditandai oleh demam yang tinggi, odinofogio getah bening jugularis superiol kelenjar digastrik dan
(nyeri menel an), otolgio (nyeri telinga) pada sisi yang kelenjar servikal posteriori
sama, fetor ex ore (mulut berbau), muntoh, rinololio (suara il. Kelenjar getah bening jugularis di antara bifurkasio
sengau), hipersolivosi (banyak meludah) dan frismus (sukar karotis dan persilangan m. Omohioid dengan m.
rnembuka mulut). Pada pemeriksaan akan tampak tonsil Sternokleidomastoideus dan batas posterior m.
membengkak dan uvula terdorong ke sisi yang sehat. Sternokleidomasteoideus,
Ab ses retrofa rin g, bany ak d ida patka n pada anak-a nak IV. Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior
di bawah 5 tahun. dan supraklavikula,
Abses submandibulo, ditandai oleh nyeri leher dan V. Kelenjar getah bening yang berada di segitiga
pembengkakan di bawah mandibula yang berfluktuasi posterior servikal.
bila ditekan.
Angino Ludovici merupakan infeksi ruang submandibula Kelenjar tiroid. Tiroid diperiksa dengan cara inspeksi
yang ditandai oleh pembengkakan submandibula tanpa dan palpasi. Palpasi tiroid dilakukan dari belakang
pembentukan abses, sehingga teraba keras. pasien, kemudian pasien disuruh menelan, bila yang
teraba tiroid, maka benjolan tersebut akan ikut bergerak
sesuai dengan gerak menelan.Pembesaran tiroid disebut
TEHER strumo. Perhatikan ukuran tiroid, konsistensinya, apakah
noduler atau difus, adanya nyeri tekan. Kemudian lakukan
Bentuk Leher auskultasi, bila terdengan bising (bruit), menunjukkan
Leher yang panjang terdapat pada orang-orang dengan struma tersebut banyak vaskularisasinya. Struma yang
bentuk badan ektomorf, kahektis, atau pasien tuberkulosis noduler disebut strumo nodoso;. sedangkan struma
paru yang lama. Leher yang pendek dan gemuk terdapat yang difus disebut strumo difusa. Berdasarkan fungsi
pada orang dengan bentuk badan endomorf, obesitas, tiroidnya, maka struma dengan gambaran tirotoksikosiS
sindrom Cushing, miksedema, kretinisme. Leher bersayap disebut strumo toksik; sedang struma yang tidak disertai
(webed neck) terdapat pada pasien sindrom Turner. tirotoksikosis, disebut strumo non-toksik. Pada waktu
melakukan auskultasi, dengarkan juga bising napas akibat
Otot-otot leher. Dengan menyuruh pasien menengok ke
sumbatan laring/trakea yang disebut stridor. Selain itu,
kiri dan ke kanan, kita dapat memeriksa m. Sternokleido- lakukan juga perkusi sternum atas, bila terdengar suara
mastoideus. Bila pasien tidak dapat menengok, mungkin
terdapat kelumpuhan otot ini.
Otot lain yang juga harus diperiksa adalah m.
Trapezius. Perhatikan keadaan otot ini dalam keadaan
istirahat, perhatikan posisi bahu, apakah sama tinggi. Bila
terdapat kelumpuhan m. Trapezius, maka bahu sisi yang
lumpuh akan lebih rendah daripada bahu sisi yang sehat.
Kemudian letakkan kedua tangan kita masing-masing
pada bahu kiri dan kanan pasien; suruh pasien mengangkat
bahunya dan kita tahan dengan tangan; bandingkan
kekuatan otot itu kiri dan kanan.
Kontraksi otot leher yang berlebihan, akan
mengakibatkan kepala dan leher berdeviasi dan berputar;
keadaan ini disbbut tortikolis.
146 IIMU DIAGNOSTK FISIS
\ Ekor payudara
,''""':)"""'7
t^t^ *^7fl f'u^"'^"
Dalam atas
i"-"t$Luarbawah
I
CI
Gambar 8. Segmen payudara 11. Palpasi payudara
Pembukaan duktus
Otot puting susu
pektoralis mayor
Jaringan lemak
Puting susu
Poripori
puting susu
Ligamentum
suspensorium
cooper
sentral dalam
Kelenjar getah bening regional. Ada 3 kelompok
po$terior. '. kelenjar getah bening regional yang berhubungan dengan
Nodus anterior .. , .
payudara, yaitu kelenjar getah bening aksila, kelenjar
getah bening prepektoral dan kelenjar getah bening
Nodus mamaria inte!md,,:
mamaria interna. Kelenjar getah bening aksila, terdiri dari
6 kelompok, yaitu : 1). Kelenjar getah bening mamaria
eksterna, yang terletak pada tepi lateral m. pektoralis
Gambar 11. Kelenjar getah bening aksila mayor sepanjang tepi medial aksila. Kelompok kelenjar
148 ILMU. DIAGNOSTIK FISIS
ini dibagi 2, yaitu kelompok superior, yang terletak PUNGGUNG DAN PINGGANG
setinggi inte*ostal II-tlI; dan kelompok inferior, yang
terletak setinggi intdrkostal IV V dan VI; 2). Kelenjar getah Pemeriksaan punggung dan pinggang harus dilakukan
bening skapula, terletak sepanjang vena subskapularis bila ditemukan adanya nyeri radikuler; deformitas tengkuk,
dan torakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris punggung dan pinggang, nyeri di sekitar vertebra,
menjadi v subskapularis, sampai ke tempat masuknya v. gangguan miksi dan defekasi, serta kelemahan lengan
torakodorsalis ke dalam m. latisimus dorsi; 3). Kelenjar dan tungkai.
getah bening sentral, terletak di dalam jaringan lemak Pemeriksaan punggung dan pinggang terdiri dari
di pusat aksila, merupakan kelenjar yang terbanyak dan inspeksi, palpasi, gerakan dan refleks-refleks ekstremitas.
terbesar ukurannya dan paling mudah dipalpasi;4). Kelenjar Pada inspeksi, perhatikan sikap pasien, cara berjalan, posisi
getah bening interpektoral (Rotter's nodes), terletak di bahu, punggung, pinggang, lipatan gluteal dan lengkung
antara m. pektoralis mayor dan minori sepanjang rami vertebra. Pada palpasi, rabalah otot-otot paraspinal,
pektoralis v.torakoakromialis; 5). Kelenjar getah bening prosesus spinosus, sudut ileo-lumbal, sendi sakro-iliakal
v..aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral dan cekungan pangkal paha. Pada pasien dengan dugaan
mulai dari tendon m,latisimus dorsi ke arah medial sampai peradangan ginjal, dapat dilakukan pukulan yang hati-hati
percabangan v- aksilaris menjadi v. torakoakromialis; 6). di sudut kostovertebral, bila pasien merasa nyeri (nyeri
Kelenjar getah bening subklavikula; terletak sepanjang v. ketok ko stove rte b ro l) men u nj u kka n ada nya perada n g a n
aksilaris, mulai dari sedikit medial percabangan v. aksilaris ginjal. Kemudian lakukan gerak aktif dan pasif tulang
menjadi v. torakoakromialis sampai v aksilaris menghilang belakang yang meliputi fleksi ke anterio[ ekstensi dan
di bawah tendon m. subklavius. laterofleksi. Pada pasien Ankilosing spondilitis, akan
didapatkan kekakuan tulang belakang yang dapat
Kelenjor getoh beni'ng prepektorol, merupakan kelenjar
dinilai dengan melakukan tes Schober, yaitu dengan cara
tunggalyang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan
menentukan 2 titik yang berjarak 10 cm pada pinggang
payudara, di atas fasia pektoralis pada payudara kuadran
pasien di garis tengah (di atas vertebra lumbal), kemudian
lateral. Kelenjor getoh bening mamoria lnterno, tersebar
pasien disuruh membungkuk semaksimal mungkin, dalam
di sepanjang trunkus limfatikus mamaria interna, kira- keadaan normal kedua titik tersebut akan menjauh 5 cm
kira 3 cm dari tepi sternum, di dalam lemak di atas fasia
sehingga jaraknya menjadi 15 cm. Bila terdapat kekakuan
endotorasika pada sela iga.
tulang belakang, maka pasien tidak dapat membungkuk
Pemeriksaan kelenjar getah bening aksila. Dilakukan secara maksimal dan jarak kedua titik tersebut tidak akan
pada posisi pasien duduk, karena pada posisi ini fosa mencapai perpanjangan 5 cm; dikatakan tes Schober
aksildris menghadap ke bawah sehingga mudah diperiksa positif.
dan akan lebih banyak kelenjar yang dapat dicapai. Lengan Sendi sakroiliakaljuga harG diperiksa, karena pada
pasien pada sisi aksila yang akan diperiksa diletakkan pada ankilosing spondilitis sering disertai adanya sokroiliitis.
lengan pemeriksa sisi yang sama, kemudian pemeriksa Pemeriksaan sendi ini adalah dengan cara menekan
melakukan palpasi aksila tersebut dengan tangan kedua sisi pelvis ke bawah dalam posisi pasien berbaring
kontralateral. Pada posisi iniyang dipalpasi adalah kelenjar telentang, bila timbul nyeri di bokong menunjukkan
getah bening mamaria eksterna di bagian anterior dan adanya sakroiliitis.
di tepi bawah m. pektoralis mayo[ kelenjar getah bening Selanjutnya, untuk mempelajari pemeriksaan tulang
subskapularis di posterior aksila, kelenjar getah bening belakang secara rinci, silahkan membaca bab pemeriksaan
sentral di pusat aksila, dan kelenjar getah bening apikal reumatologi.
di ujung atas fossa aksilaris. Pada palpasi dinilai jumlah
kelenja4 ukuran, konsistensi, terfiksir atau tidak, adakah Beberapa Kelainan Tulang Belakang
nyeri tekan atau tidak. Selain kelenjar getah bening aksila, Tortikolis, yaitu kepala dan leher berdeviasi dan berputar
juga harus diperiksa kelenjar getah bening supra dan ke satu sisi secara menetap,
infraklavikula.
Kaku kuduk yaitu leher kaku, tidak dapat ditekuk ke
Ginekomastia. Ginekomastia adalah pembesaran depan, ke belakang maupun ke samping, didapatkan
payudara pada laki-laki, biasanya berhubungan dengan pada pasien dengan perangsangan meningeal, misalnya
hipogonadisme, sirosis hati, obat-obatan (spironolakton, meningitis, perdarahan subaraknoid,
digoksin, estrogen), tirotoksikosis, keganasan (bronkogenik,
adrenal, testis). Pada palpasi, ginekomastia teraba Kifosis, yaitu lengkung tulang belakang ke arah belakang;
sebagai massa jaringan di bawah puting dan areola lordosis, yaitu lengkung tulang belakang ke arah depan;
payudara. dan skoliosis, yaitu lengkung tulang belakang ke arah
samping,
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 149
Gibbus, yaitu penonjolan tulang belakang karena korpus (m em besa r), atau h ip otrofi/ofrofi (me n geci l). Tonus otot
vertebra hancur, didapatkan pada pasien spondiLitis juga harus diperiksa secara pasif, yaitu dengan cara
tuberkulosis. Bila penonjolan tersebut runcing disebut mengangkat lengan atau tungkai pasien, kemudian
gibbus anguloris, sedangkan bila tidak bersudut disebut dijatuhkan. Pada keadaan hipotonus, anggota gerak tadi
gibbus orkuatus. akan jatuh dengan cepat sekali, seolah tanpa tahanan.
Tonus otot yang tinggi disebut hipertonus (spastisitos).
Opistotonus, yaitu kontraksi otot-otot erektor trunci
Spastisitas dapat diperiksa dengan cara memfleksikan
sehingga vertebra mengalami hiperlordosis (melekuk ke
atau mengekstensikan lengan atau tungkai, akan terasa
depan); keadaan ini didapatkan pada pasien tetanus,
suatu tahanan yang bila dilawan terus akan menghilang
Spina bifida, yaitu kelainan kongenital yang mengakibatkan dan disebut fenomena pisau lipat. Selain spastisitas, juga
arkus vertebra tidak terbentuk. Bila disertai penonjolan terdapat rigiditos dimana pada pemeriksaan seperti
lunak (berisi meningen dan likuor serebrospinal), maka spastisitas akan terasa tersendat-sendat dan disebut
disebut spina bifido sistiko, sedangkan bila tidak disertai fenomena roda bergerigi.
penonjolan disebut spina bifido okulta. Pemeriksaan otot yang lain adalah pemeriksaan
kekuatan otot. Ada 5 tingkatan kekuatan otot, yaitu :
Derajat 5 : kekuatan normal, dapat melawan tahanan
yang diberikan pemeriksa berulang-ulang,
Derajat 4 masih dapat melawan tahanan yang ringan,
Derajat 3 hanya dapat melawan gaya berat,
Derajat 2 otot hanya dapat digerakkan bila tidak ada gaya
berat,
Derajat L kontraksi minimal, hanya dapat dirasakan
dengan palpasi,tidak menimbulkan gerakan,
Derajat 0 tidak ada kontraksi sama sekali
Sendi
Semua sendi pada ekstremitas harus diperiksa secara
inspeksi, palpasi dan lingkup geraknya, termasuk sendi
bahu, siku, pergelangan tangan, metakarpofalangeal,
interfalang proksimal, interfalang distal, panggul, lutut,
pergelangan kaki, metatarsg falangeal. Untuk mempelajari
pemeriksaan sendi secara rinci, silahkan membaca Bab
Gambar 14. Deformitas tulang belakang
Pemeriksaan Reumatologi.
timbulnya nyeri. Reseptor yang dapat membedakan atau radiks 51, disebut Skiotiko. Neuralgia yang tersering
rangsang noksius dan non-noksius disebut nosiseptor. adalah neuralgia trigeminal.
Pada manusia, nosiseptor merupakan terminal yang
Nyeri tabetik, yaitu salah satu bentuk nyeri neuropatik
tidak terdiferensiasi serabut a-delta dan serabut c.
yang timbul sebagai komplikasi dari sifilis.
Serabut a-delta merupakan serabut saraf yang dilapisi
oleh mielin yang tipis dan berperan menerima rangsang Nyeri sentral, yaitu nyeri yang diduga berasal dari otak
mekanik dengan intensitas menyakitkan, dan disebutjuga atau medula spinalis, misalnya pada pasien stroke atau
high-threshold mechonoreceptors. Sedangkan serabut c pasca trauma spinal. Nyeri terasa seperti terbakar dan
merupakan serabut yang tidak dilapisi mielin. lokasinya sulit dideskripsikan.
Intensitas rangsang terendah yang menimbulkan
Nyeri pindah (referred poin) adalah nyeri yang dirasakan
persepsi nyeri, disebut ornbong nyeri. Ambang nyeri biasanya
di tempat lain, bukan di tempat kerusakan jaringan yang
bersifat tetap, misalnya rangsang panas lebih dari 50oC akan
menyebabkan nyeri. Misalnya nyeri pada infark miokard
menyebabkan nyeri. Berbeda dengan amba ng nyeri, toleransi
yang dirasakan di bahu kiri atau nyeri akibat kolesistitis
nyeri adalah tingkat nyeri tertinggi yang dapat diterima
yang dirasakan di bahu kanan.
oleh seseorang. Toleransi nyeri berbeda-beda antara satu
individu dengan individu lain dan dapat dipengjaruhi oleh Nyeri fantom yaitu nyeri yang dirasakan pada bagian
pengobatan. Dalam praktek sehari-hari, toleransi nyeri tubuh yang baru diamputasi; pasien merasakan seolah-
lebih penting dibandingkan dengan ambang nyeri. olah bagian yang diamputasi itu masih ada.
Alodinia adalah nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat Substansi algogenik adalah substansi yang dilepaskan
rangsang non-noksius yang pada orang normal, tidak oleh jaringan yang rusak atau dapat juga diinjeksi
menimbulkan nyeri. Nyeri ini biasanya didapatkan pada subkutaneus dari luar, yang dapat mengaktifkan
pasien dengan berbagai nyeri neuropatik, misalnya nosiseptor, misalnya histamin, serotonin. bradikinin,
neuralgia pasca herpetik, sindrom nyeri regional kronik substansi-f K*, Prostaglandin. Serotonin, histamin, K*,
dan neuropati perifer lainnya. H*, dan prostaglandin terdapbt dijaringan; kinin berada
di plasma; substansi-P berada di terminal saraf aferen
Disestesi adalah adalah parestesi yang nyeri. Keadaan ini
primer; histamin berada di dalam granul-granul sel mast,
dapat ditemukan pada neuropati perifer alkoholik, atau
basofil dan trombosit
neuropati diabetik di tungkai. Disestesi akibat kompresi
nervus femoralis lateralis akan dirasakan pada sisi lateral Nyeri akut, yaitu nyeri yang timbul segera setelah
tungkai dan disebut neurolgia porestetika. rangsangan dan hilang setelah penyembuhan.
Parestesi adalah rasa seperti tertusukjarum atau titik-titik Nyeri kronilg yaitu nyeri yang rylenetap selama lebih dari 3
yang dapat timbul spontan atau dicetuskan, misalnya bulan walaupun proses penyembuhan sudah selesai.
ketika saraftungkai tertekan. Parestesi tidak selalu disertai
nyeri; bila disertai nyeri maka disebut disestesi Rasa Somestesia Luhur
Rasa Somestesia luhur adalah perasaan yang mempunyai
Hiperpatia adalah nyeriyang berlebihan, yang ditimbul-
sifat diskriminatif dan bersifat tiga dimensi. Termasuk
kan oleh rangsang berulang. Kulit pada area hiperpatia
kelompok ini adalah raso diskriminasi, borognosia,
biasanya tidak sensitif terhadap rangsang yang ringan,
ste re og n os ia, to pog n o s ia, frofe stes io.
tetapi memberikan respons yang berlebihan pada
rangsang multipel. Kadang-kadang, hiperpatia disebut Rasa diskriminasi, adalah kemampuan untuk membedakan
juga disestesi sumosi. 2 titik yang berbeda pada tubuh. Borognosio adalah
kemampuan untuk mengenal berat suatu benda yang
Hipoestesia adalah turunnya sensitivitas terhadap
dipegang dan membedakan berat suatu benda dengan
rangsang nyeri. Area hipoestesia dapat ditimbulkan
benda yang lain. Stereognosia adalah kemempuan
dengan infiltrasi anestesi lokal.
untuk mengenal bentuk benda dengan jalan meraba
Analgesia adalah hilangnya sensasi nyeri pada rangsangan tanpa melihal. Topognosia adalah kemampuan untuk
nyeri yang normal. Secara konsep, analgesia merupakan melokalisasi tempat dengan cara meraba . Grofestesia
kebalikan dari alodinia. adalah kemampuan untuk mengenal huruf atau angka
yang dituliskan pada kulit dengan mata tertutup.
Anestesia doloros4 yaitu nyeri yang timbul di daerah
yang hipoestesi atau daerah yang didesensitisasi.
Kelainan Kuku
Neuralgia yaitu nyeriyang timbul di sepanjang distribusi
ri to b u h (clu b bin g fin g e rs, H ip poc ratic fin g e rs), uj u n g ja ri
Ja
suatu persarafan. Neuralgia yang timbul di saraf skiatika
mengembung termasuk kuku yang berbentuk konveks;
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 153
REFERENSI
ts4
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU r55
hipertensi dan gagal jantung dapat menyebabkan e nzym e ve rd op e roxidose. Pada p n eu m ococco I p n eu m o n io
batuk kering khususnya pada perempuan. Keadaan ini stadium awal dapat dite4ukan sputum yang berwarna
disebabkan karena adanya bradikinin dan substonce-P coklat kemerahan akibat adanya inflamasi parenkim paru
ya n g normal nya d ideg rada si oleh a n g iote n s in - co nve rtin g yang melalui fase hepatisasi merah. Rusty (Blood-stained
enzyme. Batuk yang timbul pada saat dan setelah menelan sputum) menunjukan adanya hemoglobin/sel eritrosit.
cairan menunjukkan adanya gangguan neuromuskular Sputum yang berbusa dengan bercak darah yang difus
orofaring. Paparan dengan debu dan asap di lingkungan dapat terjadi pada edema paru akut (gambar L).
kerja dapat menyebabkan batuk kronik yang berkurang Bau sputum. Sputum yang berbau busuk menunjukkan
selama hari libur dan akhir pekan.
SPUTUM (DAHAK)
i
yang mencakup lokasi nyeri serta penyebarannya, iskemik
awal miokard.
mula keluhan, derajat nyeri, faktor yung
il ,"rp" rberat/
j meringankan misalnya efek terhadap pernapasan
dan
pergerakan.
SESAK NAPAS
Sakit dada dapat berasal dari nyeri dinding
dada, nyeri
pleura dan nyeri mediastinum.
Orang yang sehat dalam keadaan normal
tidak menyadari
akan pernapasannya. Sesak napas (dispnea)
Nyeri Pleura merupakan
keluhan subyektif yang timbul bila ada perasaan
Karakteristik nyeri pleura yaitu bersifat tidak
tajam, menusuk dan nyaman maupun gangguan atau kesulitan
semakin berat bila menaiik napas atau lainnya saat
batuk. Iritasi pleura bernapas yang tidak sebanding dengan
parietal pada daerah 6 iga bagian atas tingkat aktivitas.
dirasakan sebagai nyeri Rasa sesak napas ini kadang_kadang
yang terlokalisi[ sedangkan iritasi pada pleura diutarakan pasien
parietal ying sebagai kesulitan untuk mendapatkan udara
meliputi diafragma yang dipersarafi oleh sega4 rasa
nervus prenikus terengah-engah atau kelelahan.
dirasakan sebagai nyeri yang menjalar
ke leher atau puncak Saat anamnesis mengenai sesak napas ini
bahu. Enam nervus interkostalis bagian harus
bawah mempersarafi ditanyakan mengenai awal mula keluhan,
pleura parietal bagian bawah dan lamanya,
lapisan luar diafragama progresivitas,
sehingga nyeri pada daerah ini dapat menjalar
va ria bilitas, derajat beratnya, faktor_fa ktor
ke abdomen yang memperberat/memperingan dan
bagian atas. keluhan yang
berkaitan lainnya. Tentukan apakah sesak
napas terjadi
secara mendadak dan semakin memberat
Nyeri Dinding Dada dalam waktu
beberapa menit (misalnya akibat pneumotoraks
Nyeri pada dinding dada dapat terjadi ventil,
akibat adanya emboli paru masif, asma, aspirasi benda asing),
gangguan pada saluran n.p", ,urprn atau
kelainan pada terjadi secara bertahap dan semakin memberat
muskuloskeletal. Tidak jarang puri"n dengan secara
batuk progresif dalam waktu beberapa jam
atau sesak napas yang kronik (pasien atau hari (akibat
asma dan ppOK) pneumonia, asma, ppOK eksaserbasi
mengalami rasa nyeri yang difus. Ada akut) atau bahkan
beberapa gejala memberat dalam waktu beberapa minggu,
yang dapat membedakan antara nyeri pleura bulan atau
dan nyeri tahun (akibat efusi pleura, peOf, fA paru
dada. Nyeri yang timbul mendadak Jan ,anemia,
terlokalisir setelah gangguan otot-otot pernapasan). Sesak
mengalami batuk-batuk yang hebat atau napas akibat
trauma langsung 9angguan psikis seringkali timbul mendadak dimana
menunjukan adanya injuri pada otot-otot interkostar pasien mengeluh tidak dapat menghirup
ataupun fraktur iga. Herpes zoster dan cukup udara,
kompresi pada sehingga harus menarik napas
radiks nervus interkostalis dapat menyebabkan .9plam. Keluhan sesak
nyeri dada ini dapat disertai dengan keluhan lainnya seperti
pada daerah yang sesuai dengan
distribusi dermatom. pusing, kesemutan pada jari_jari dan
Nyeri dada akibat kanker paru, mesotelioma sekitar mulut,
dan metastase dada rasa penuh dan walaupun jarang dapat
pada tulang umumnya bersifat tumpul, disertai
iritatif, tidak sinkop.
berhubungan dengan pernapasan dan
semakin memberat Keadaan atau aktivitas apa yang dapat
secara progresif. Nyeri akibat poncoosf menimbulkan
tumor pada apeks sesak perlu diketahui, karena dapat memberi
paru akibat erosi pada iga 1- sering petunjuk
kali menjalar ke lengan akan kemungkinan penyebabnya. Sesak
bagian medial akibat adanya invasi pada saat berbaring
radiks pleksus (ortopnea) seringkali didapatkan pada pasien
brakhialis bagian bawah. dengan
gagal jantung kiri dan pasien dengan
kelelahan otot_
otot pernapasan akibat keterlibatan diafragma.
Namun
Nyeri Mediastinum demikian ortopnea ini dapat juga terjadi
Nyeri mediastinum mempunyai ciri_ciri yaitu peyakit paru yang berat. Sesakyang
iada semua
bersifat menyeOabkan pasien
sentral atau retrostrenal serta tidak berklitan terbangun pada malam hari merupakan
dengan lejala khas asma
pernapasan ataupun batuk. Namun dan gagal jantung kiri. pasien urru u*Jrya
demikian nyeri yang terbangun
berasal dari trakea dan bronkus akibat
infeksi maupun di antara jam 03.00-05.00 dan disertai aengan
mengi.
iritasi oleh debu-debu iritan dapat dirasakan Sesak napas yang berkurang pada
setiap akhiipekan atau
sebagai
rasa panas pada daerah retrosternal, pada saat hari libur menunjukan kemungkinan
yang semakin berat adanya
bila. pasien batuk. Nyeri tumpul yang asma akibat kerja. pada asma perlu ditanyakan
Olrsifat progresif adanya
sehingga mengganggu tidur dapat terjadi pa.paran dengan alergen atau iritan yang
akibat adanya kemungkinan
keganasan pada kelenjar getah Uening sebagai pencetus sesak napas. Derajat
mediastinum beratnya sesak
atau akibat timoma. Tromboemboli paru napas harus ditentukan berdasarkan taitannnya
masif yang dengan
menyebabkan peningkatan tekanan ventrikel aktivitas sehari-hari.
kanan dapat
PilBIEAAI' IORAre OAI{ PARU
157
Untuk menetukan lokasi di sekitar lingkar dada . Garis aksilaris posterior: Garis vertikal yang melalui
digunakan beberapa garis vertikal seperti tampak pada lipat aksila posterior.
Gambar 4 dan Gambar 5 yaitu: . Garis skapularis: Garis vertikal yang melalui angulus
. Garis midsternal: Garis vertikal yang melalui inferior skapula.
pertengahan sternum. . Garis vertebralis (Midspinalis): Garis vertikal yang
. Garis midklavikula: Garis vertikal yang melalui melalui processus spina lis vertebroe.
pertengahan klavikula
. Garis aksilaris anterior: Garis vertikal yang melalui Teknik Pemeriksaan
lipat aksila anterior. Pemeriksaan dada dan paru bagian depan dilakukan pada
. Garis midaksilaris: Garis vertikal yang melalui puncak pasien dengan posisi berbaring terlentang, sedangkan
aksila. pemeriksaan dada dan paru belakang pada pasien dengan
posisi duduk. Pada saat pasien duduk kedua lengannya
menyilang pada dada sehingga kedua tangan dapat
diletakkan pada masing-masing bahu secara kontralateral.
Dengan cara ini kedua skapula akan bergeser ke arah
lateral sehingga dapat memperluas lapangan paru yang
diperiksa. Pakaian pasien diatur sedemikian rupa sehingga
seluruh dada dapat diperiksa. Pada perempuan pada saat
memeriksa dada dan paru belakang maka dada bagian
depan ditutup. Pada pasien dengan keadaan umum yang
lemah bila perlu dibantu agar bisa didudukkan sehingga
dada bagian posterior dapat diperiksa. Bila hal ini tidak
memungkinkan maka pasien dimiringkan ke salah satu
sisi, kemudian ke sisi yang liinnya.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik paru maka
dilakukan pengamatan awal untuk mengetahui adanya
kelainan di luar dada yang mungkin berkaitan dengan
penyakit paru. Selain itu juga diamati apakah ada suara-
suara abnormal yang langsung terdengar tanpa bantuan
stetoskop.
H
fl
Gambar 5. Einding dada bagian posterior Gambar 6. Jari tabuh
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU 159
Kelainan pada daerah kepala yang berkaitan dengan - Sela iga sempit, iga lebih miring, Angulus
kelainan pada paru yaitu: costoe <900
. Sindrom Horner: Ptosis, miosis, enoftalmus dan - Terdapat pada pasien dengan malnutrisi
anhidrosis hemifasialis - Dada emfisema (Borrel-shope):
. Sianosis pada ujung lidah akibat hipoksemia. - Dada mengembang, diameter anteroposterior
lebih besar dari diameter latero-lateral.
Di samping melihat keadaan-keadaan pada gambar
- Tulang punggung melengkung (kifosis),
5, pemeriksaan hendaknya juga mendengar kelainan yang
Angulus costqe >900
langsung dapat didengar tanpa bantuan alat pemeriksa,
- Terdapat pada pasien dengan bronkitis
seperti:
kronis, PPOK.
. Suara mengi (wheezing), suara napas seperti musik
yang terdengar selarna fase inspirasi dan ekspirasi
- Kifosis: Kurvatura vertebra melengkung secara
' berlebihan ke arah anterior. Kelainan ini akan
karena terjadinya penyempitan jalan udara,
terlihatjelas bila pemeriksaan dilakukan dari arah
. Stridor; suara napas yang mendengkur secara teratur.
lateral pasien (gambar 8 A).
Terjadi karena adanya penyumbatan daerah laring.
Stridor dapat berupa inspiratoar atau ekspiratoar.
- Skoliosis: Kurvatura vertebra melengkung secara
berlebihan ke arah lateral. Kelainan ini terlihat
Yang terbanyak adalah stridor inspiratoari misalnya
jelas pada pemeriksaan dari posterior (gambar
pada tumori peradangan pada trakea, atau benda
8 B).
asing di trakea,
. Suara serak (hoorseness), terjadi karena kelumpuhan
- Pectus excovotum: dada dengan tulang sternum
yang mencekung ke dalam (gambar 9 A).
pada saraf laring atau peradangan pita suara.
- Pectuscorinqtum (pigeon chestatau dada burung);
Setelah melakukan pengamatan awal dilakukan dada dengan tulang sternum menonjol ke depan
pemeriksaan fisik paru yang terdiri dari inspeksi, palpasi, (gambar 9 B).
perkusi dan auskultasi. 3. Frekuensi pernapashn. Frekuensi pernapasan normal
Inspeksi. Inspeksi dilakukan untuk mengetahui 1,4-20kali per menit. Pernapasan kurang dari 14 kali per
adanya lesi pada dinding dada, kelainan bentuk dada,
menilai frekuensi, sifat dan pola pernapasan.
1. Kelainan dinding dada. Kelainan-kelainan yang bisa
didapatkan pada dinding dada yaitu parut bekas
operasi, pelebaran vena-vena superfisial akibat
bendungan vena, spider naevi, ginekomastia tumor,
luka operasi, retraksi otot-otot interkostal dan lain-
lain (Gambar 7).
(gambar 1-1 B). Berkurangnya jarak ini pasien menarik napas dalam kedua ibu jari
menunjukkan adanya hiperinflasi paru. Pada akan bergerak secara simetris (gambar 12).
keadaan hiperinflasi yang berat dapatterjadi Berkurangnya ekspansi dada pada salah satu
trocheal tug yaitu pergerakan jari-jari (yang sisi akan menyebabkan gerakan kedua ibu jari
ada pada trakea) ke arah inferior pada setiap menjadi tidak simetris dan ini memberikan
kali inspirasi. petunjuk adanya kelainan.pada sisi tersebut.
Pemeriksaan vokal fremitus. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak
tangan pada permukaan dinding dada, kemudian
pasien diminta menyebutkan angka 77 atau 99,
sehingga getaran suara akan lebihjelas. Rasakan
dengan teliti getaran suara yang ditimbulkannya
(gambar 12 A dan B).
pasien mengangkat tangannya ke atas kepala. Pemeriksa diselingijeda. Dalam keadaan normal bisa didapatkan
menaruh jari-jari tangan setinggi mungkin di aksila pasien pada dinding anterior setinggi sela iga l- dan 2 serta
untuk diperkusi. Perkusi pada daerah Kronig yaitu daerah daerah interskapula.
supraskapula seluas 3 sampai 4iari di pundak. Perkusi di
daerah ini sonor. Hilangnya bunyi sonor pada daerah ini lnspirasi Ekspirasi
menunjukkan adanya kelainan pada apeks paru, misalnya
tumor paru, tuberkulosis paru.
Bila ada cairan pleura yang cukup banyak akan
didapatkan Garis Ellrs Domoiseau yoitu garis lengkung
konveks dengan puncak pada garis aksilaris media.
Selain itu bisa didapatkan adanya segitiga Gorlond dan
segitiga Grocco. Segitiga Gorlond: daerah timpani yang
dibatasi oleh ver-tebra torakalis, garis E/lis Domoiseau
dan garis horizontal yang melalui puncak cairan. Segitiga
Grocco'. daerah redup kontralateral yang dibatasi oleh
garis vertebra, perpanjangan garis Ellis Damoiseou ke
kontralateral dan batas paru belakang bawah. gambar \
18).
Auskultasi. Auskultasi merupakan pemeriksaan Gambar L9. Gambaran skematis suara napas vesikular (A) dan
yang paling penting dalam menilai aliran udara melalui bronkial (B). perhatikan adanyajeda antara fase inspirasi dan
fase ekspirasi.
kavitas besaryang letaknya perifer dan berhubungan . Bunyi gesekan pleura (Pleurol friction rub): Terjadi
dengan bronkus, terdengar seperti tiupan dalam karena pleura parietal dan viseral yang meradang
botol kosong, saling bergesekan satu dengan yang lainnya. Pleura
yang meradang akan menebal atau menjadi kasar.
Dalam keadaan normal suara napas vesikular yang
Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir inspirasi dan
berasal dari alveoli dapat didengar pada hampir seluruh
awal ekspirasi.
lapangan paru. Sebaliknya suara napas bronkial tidak akan
. Hippocrotes succussion: suara cairan pada rongga dada
terdengar karena getaran suara yang berasal dari bronkus
yang terdengar bila pasien digoyang-goyangkan.
tersebut tidak dapat dihantarkan ke dinding dada karena
Biasanya didapatkan pada pasien dengan hidro-
dihambat oleh udara yang terdapat di dalam alveoli. Dalam
pneumotoraks.
keadaan abnormal misalnya pneumonia dimana alveoli
. Pneumothorox click: Bunyi yang bersifat ritmik dan
terisi infiltrat maka.udara di dalamnya akan berkurang atau
sinkron dengan saat kontraksi jantung, terjadi bila
menghilang. Infiltrat yang merupakan penghantar getaran
didapatkan adanya udara di antara kedua lapisan
suara yang baik akan menghantarkan suara bronkial
pleura yang menyelimuti jantung.
sampai ke dinding dada sehingga dapat terdengar sebagai
suara napas bronkovesikuler (bila hanya sebagian alveoli
yang terisi infiltrat) atau bronkial (bila seluruh alveoli terisi
Bunyi Hantaran Suara
Bila pada pemeriksaan auskultasi didapatkan adanya
infiltrat) (Gambar 20).
bising napas bronkovesikuler atau bronkial, maka
pemeriksaan dilanjutkan untuk menilai hantaran bunyi
suara. Stetoskop diletakkan pada dinding dada secara
simetris, kemudian pasi6n diminta untuk mengucapkan
sembilan puluh sembilan. Dalam keadaan normal suara
yang dihantarkan ke dinding dada tersebut akan menjadi
tidak jelas. Bila suara yang teidengar menjadi lebih jela
dan keras disebut bronkoponi. Pemeriksaan dengan cara
ini disebut pemeriksaan ouditory fremitus.
Pasien diminta juga untuk mengucapkan "ee", dimarn
dalam keadaan normal akan terdengar suara E panjang
Gambar 20. Suara napas pokok dalam keadaan normal dan yang halus. Bila suara "ee" terdengar sebagai "oy'' maka
abnormal perubahan "E" menjadi 'A" ini disebut egofoni, misalnya
pada pneumonia. Pasien kemu{lan diminta untuk berbisik
Suara napas tambahan terdiri dari: dengan mengucapkan kata sembilan puluh sembilan-
. Ronki basah (crockles atau roles): Suara napas yang Dalam keadaan normal suara berbisik itu terdengar
terputus-putus, bersifat nonmusicol, dan biasanya halus dan tidakjelas. Bila suara berbisik tersebut menjadi
terdengar pada saat inspirasi akibat udara yang semakin jelas dan keras disebut whispered pectoriloquy
melewati cairan dalam saluran napas. Ronki basah (Gambar 21).
lebih lanjut dibagi menjadi ronki basah halus dan
kasar tergantung besarnya bronkus yang terkena.
Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada
bronkiolus, sedangkan yang lebih halus lagi berasal
dari alveoli yang sering disebut krepitasi, akibat
terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi
terutama dapat didengar fibrosis paru. Sifat ronki
basah ini dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrat
misalnya pada pneumonia) ataupun tidak nyaring
(pada edema paru).
. Ronki kering: Suara napas kontinyu, yang bersifat
musical, dengan frekuensi yang relatif rendah, terjadi
karena udara mengalir melalui saluran napas yang (A) (B)
menyempit, misalnya akibat adanya sekret yang kental. Gambar 21. A. Paru yang normal. B. Paru yang mengalan{
pneumonia di mana seluruh udara dalam alveoli pada paru
Wheezing adalah ronki kering yang frekuensinya tinggi
bagian atas menghilang akibat terisi oleh inflitrat sehingga
dan panjang yang biasanya terdengar pada serangan bisa didapatkan adanya bronkofoni, egofoni dan whisperd
asma. pectoriloquy.
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU 165
REFERENSI
penilaian 1-L0?
PENDAHULUAN
. Apakah rasa nyeri menjalar ke leher, bahu, punggung'
Pemeriksaan kardiovaskular biasanya dilakukan karena atau turun ke tangan?
berbagai alasan, antara lainl:
. Apakah ada gejala penyerta seperti sesak napas'
1. Untuk mengonfirmasi dan menilai adanya kecurigaan berkeringat, PalPitasi, atau mual?
penyakit atau lesi Padajantung.
. Apakah rasa nyerinya sampai membangunkan waktu
malam?
2. Adanya penemuan abnormal dijantung dalam pemer- .
iksaan fisik (seperti murmur) atau hasil laboratorium Apakah yang biasanya dilakukan untuk membuat rasa
(seperti hasil EKG, rontgen toraks, atau ekokardiogram nyerinya berkurang?
yang abnormal).
3. Adanya gejala pada jantung (seperti dispneu, nyeri Berdebar-Debar
dada, atau sinkop).
. Apakah anda menyadari detakjantung anda? Seperti
apa? (minta pasien untuk mengetuk-ngetuk sesuai
irama dengan jarinYa)
ANAMNESIS
. Apakah detakjantung anda cepat atau lambat? Teratur
atau tidak? BeraPa lama?
Anamnesis memiliki peranan penting dalam mendiagnosis
. Jika terdapat episode detak jantung yang terasa
penyakit kardiovaskular. Banyak gejala dapat bersumber cepat, apakah mulai dan berhenti secara tiba-tiba
dari kelainan kardiovaskular; seperti nyeri dada, berdebar- atau bertahaP?
debar, sesak napas yang dipicu oleh aktivitas fisik'
orthopneu, paroxysmal nocturnol dyspnea (PND), dan Sesak napas
kaki bengkak (edema).2 Keluhan lain yang biasanya
. Adakah anda merasa sesak saat beraktivitas? Seberapa
juga dirasakan oleh pasien antara lain sinkop, fatigue berat aktivitas yang menimbulkan rasa sesak?
(kelelahan), kebiruan, dan sianosis.3 (dyspneo on effort)
Pertanyaan pada anamnesis sebaiknya membantu
. Apakah anda dapat tidur telentang tanpa merasa
mengarahkan kepada diagnosis tertentu, sehingga sesak? Jika tidak, biasanya berapa bantal yang anda
gejala yang ditanyakan sebaiknya bersifat spesifik' gunakan saat tidur? (orthoPneu)
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk sistem
. Apakah anda pernah terbangun di malam hari karena
kardiovaskular antara lain:2'
a sesak? Apakah disertai mengi atau batuk? (PND)
166
PEMERIKSAAN JANTUNG r67
Keluhan Lainnya
. Apakah anda pernah mengalami pingsan/gelap mata Arteri
pulmonalis
tanpa ada gejala pendahulu (tiba-tiba)? (serangan kanan
stokes adam)
. Apakah anda pernah mengalami pingsan/gelap mata
saat aktivitas? (AS berat/kardiomiopati hipertropi)
. Apakah ada rasa nyeri di daerah tungkai bawah saat
aktivitas? (klaudi kasio)
. Apakah tangan atau kaki anda terasa dingin atau
biru? (sianosis)
. Apakah anda pernah dikatakan menderita demam
rematik, serangan jantung, atau tekanan darah
tinggi?
Gambar 1. Posisi jantung8
PEMERIKSAAN FTSIS
Garis midklavikula
Pada saat melakukan pemeriksaan fisis kardiovaskular;
Batas atas
pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi jantung
serta sistem pembuluh darah harus diketahui dengan baik.
Bagian-bagian jantung beserta posisi dari semua katup Batas kanan
Batas kiri
jantung harus diingat dengan benar.
Dua pertiga bagian jantung terletak di rongga dada
kiri dan sepertiga sisanya terletak di sebelah kanan. Di Batas bawah
bagian bawah berbatasan langsung dengan diafragma
dan di bagian atas terdapat vena kava superior, aorta
ascendens, dan arteri pulmonalis dengan percabangan
Gambar 2. Batas-batas jantung secara skematis
kiri dan kanan. Sisi kanan jantung dibentuk oleh atrium
kanan, sedangkan sisi kiri dibentuk oleh sebagian besar
ventrikel kiri dan sisanya oleh atrium kiri. Atrium kiri Suprasternol notch, terletak di puncak sternum dan
dan ventrikel kiri dibatasi oleh pinggang jantung. Basis dapat dirasakan sebpgai bagian terendah di dasar
jantung mengarah ke superior dan posterior, setinggi iga leher.
ke 3 sebelah kanan. Sedangkan apeksjantung terletak di Sternomanubriot ongle, merupakan tulang yang
bagian anterior setinggi sela iga ke-5 bagian medial dari menonjol yang terletak kira=kira 5 cm di bawah
garis midklavikular sebelah kiri (Gambar 1).16 Batas-batas suprosternolnotch. Titik ini disebutjuga ongle of Louis.
jantung dijelaskan sebagai berikuts-7 (Gambar 2): Jika pemeriksa menggerakkan jarinya ke arah lateral,
. Batas atas jantung: dimulai dari batas bawah tulang maka iga terdekat adalah iga ke 2 dan di bawahnya
rawan iga ke-2 sebelah kiri ke batas atas tulang rawan terdapat sela iga ke 2.
iga ke-2 sebelah kanan. Garis midsternol merupakan garis yang precise,
. Batas bawah jantung: dimulai dari tulang rawan iga dibentuk oleh garis tengah yang ditarik mulai dari
ke 6 kanan hingga ke apeksjantung di sela iga ke-5 manubrium sternum hingga processus xyphoideus.
garis midklavikula kiri. Garis midcloviculor merupakan garis yang ditarik
. Batas kanan dan kiri jantung: mengikuti garis yang secara vertikal dari titik tengah klavikula dan ter-
menghubungkan ujung kiri dan kanan batas atas dan diri atas garis midclaviculor kiri dan kanan. Untuk
bawahjantung. Batas kanan dan kirijantung disebut menentukannya adalah dengan meraba keseluruhan
juga batas pulmonal. tulang klavikula, kemudian tentukan titik tengahnya.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik jantung secara Dari titik tengah ini ditarik garis lurus ke kaudal.
akurat, pemeriksa harus memahami topografi dinding Biasanya pada pria normal garis midclovicula ini
jantung dengan menggunakan patokan berupa garis-garis melewati papila mammae.
dan titik-titik tertentu. Patokan yang digunakan adalah Garis aksila anterior adalah garis yang ditarik secara
sebagai berikut2, 3(Gambar 3): vertikal dari lipatan aksila anterior (massa otot yang
. Sternum membatasi aksila).
. Klavikula Garis aksila posterior adalah garis yang ditarik secara
168 IIMU DIAGNOSTIK FISIS
vertikal dari lipatan aksila anterior (massa otot yang atau hipertensi sistemik bisa mengalami sleep opnea
membatasi aksila). syndrome yang ditandai dengan sering tidurnya pasien
. Garis midaksila adalah garis yang ditarik dari puncak saat dianamnesis. 1
aksila, paralel dengan garis midsternal, dan berada
di tengah antara garis aksila anterior dan garis aksila Tinggi badan
posterior. Pasien dengan sindrom Marfan biasanya memiliki
Secara umum, pemeriksaan jantung meliputil,3: regurgitasi aorta, aneurisma diseksi aorta, dan prolaps
. Keadaan umum: kesadaran, tinggi badan, berat badan, katup mitral. Ciri-ciri pasien dengan sindrom Marfan
dan inspeksi pasien. adalah: postur tinggi kurus, dengan panjang rentangan
. Tanda-tanda vital: tekanan darah dan denyut arteri. tangannya meiebi hi ting g inya, ectopio /enfis (pergeseran
. Penilaian jugular venous pulse atau malposisi lensa mata), jari tangan yang panjang
. Pemeriksaan jantung: inspeksi, palpasi (meraba), (Gambar 4A), sendi yang hiperekstensi, dan palatum yang
perkusi (mengetuk-ngetuk dinding dada), dan auskultasi tinggi.l
(mendengarkan bunyi-bunyi jantung). Pasien dengan sindrom Turner memiliki kecenderungan
. Pemeriksaan edema untuk mengalami coarctotion of oorta. Ciri-ciri pasien
dengan sindrom turner adalah: pasien perempuan, tinggi
<5 kaki atau <L52,4 cm, dengan webbing di leher; puting
yang lebar, dan jari keempat yang panjang (Gambar
4B).'
Berat Badan
Menurut World Health Orgonizotion (WHO) expert
consultotion, orang Asia memiliki faktor risiko diabetes tipe
2 dan penyakit kardiovaskular pada orang yang memiliki
indeks massa tubuh (lMT) dengan cut-off poinl yang lebih
rendah dibandingkan standar IMT WHO. Cut-off point
IMT untuk risiko yang diamati untuk populasi orang Asia
bervariasi dari 22 kglm'z hingga 25 kg/m2. Sedangkan
untuk yang berisiko tinggi memiliki IMT bervariasi dari
26 kg / m2 hi ngg a 31 kg / m2 .10 O b e s i ta s ya n g te rl o ka I i sa s id i
KEADAAN UMUM
Kesadaran Gambar 4 (A) Pasien dengan sindrom Marfan (B) Pasien dengan
Pasien dengan-obesitas, polisitemia, cor pulmonaLe, sindrom Turnere
PEMERIKSAAN JANTUT.IG 169
abdomen (tipe sentral) memiliki insidensi yang tinggi untuk Xanthomata. Xanthomata tendon merupakan sebuah
terkena hipertensi dan diabetes. Pasien dengan asitesjuga massa yang keras dan berwarna kekuningan yang berisi
harus dipikirkan kemungkinan memiliki penyakit hati, Ca sel lipid-loden foom dan biasanya ditemukan di tendon
ovarium pada wanita, atau gagal jantung kanan, namun ekstensor dari jari. Xanthomata tendon merupakan
gagaljantung kanan lebih jarang terjadi.l pathognomonic untuk hiperkolestrolemia familial. Selain
ditemukan di tendon, xanthomata juga bisa ditemukan
Inspeksi Pasien di wajah dan perut dalam bentuk xanthomata eruptif
Inspeksi pasien dilakukan dengan memperhatikan kulit, (Gambar 5).3
Inspeksi Kulit
Inspeksi pada kulit dilakukan. dengan memperhatikan
warna kulit, merasakan suhu tubuh melalui kulit pasien,
bda atau tidaknya xonthomoto dan/atau rosh.
Warna kulit. Perhatikan warna kulit pasien, apakah
terdapat sianosis, anemia, periodic focial flushing, iaundice, Gambar 5. Xanthomata tendon dan xanthomata eruptif pada
abdomen3
atau b ro n zed pig m e ntotio n.1' 3
Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi
kebiruan saat terjadi peningkatan konsentrasi Rash. Adanya eritema maginatum pada pasien demam
deoksihemoglobin (2,38 g/dL) yang terakumulasi di darah dapat mengarah ke diagnosis demam rematik akut.3
arteri.L3 Sianosis sentral biasanya berhubungan denEan
clubbing dan polisitemia, dan biasanya terlihat saat Inspeksi Jari dan Kuku
saturasi arteri kurang dari 80%. Sianosis sentral paling Nyeri pada jari. Nodus osler adalah lesi yang nyeri yang
baik terlihat di bawah lidah. Sianosis sentral dapat terlihat muncul di lempeng jari pada pasien dengan endokarditis
pada pasien dengan shunt kanan-ke-kiri intrakardiak infektif.3
(misalnya pada Tetralogy of Follot), fistula arterivena
pulmonaiis, atau shunt intrapulmonalis (misalnya pada Clubbing finger. Clubbing finger adalah pembengkakan
jaringan lunak pada bagian distal dari jari tangan atau
COPD, infark pulmonaiis). Sedangkan sianosis perifer
terjadi karena redahnya output atau adanya obstruksi kaki, di dasar kuku (gambar 6A).'zClubbing finger ditandai
vena terlokalisasi. Sianosis perifer biasanya terlihat dengan hilangnya sudut normal antara kuku dengan
pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penyakit
Raynaud, atau obstruksi vena kava.1
Anemia ditandai dengan pucat, paling baik dilihat dari
korrjungtiva. Anemia dapat terjadi pada aliran murmur
pulmonalis, bruit de dioble, venous hum, dan kegagalan
high-output.l
Periodic flushing biasanya terlihat di kulit wajah, leher,
dan dada dan dapat ditemukan pada pasien dengan
sindrom karsinoid. Pasien dengan sindrom karsinoid
memiliki insidensi tinggi terhadap regurgitasi trikuspid
dan stenosis pulrnonal.l
Joundice terlihat kekuningan pada kulit, mukosa
subglukosa, atau sklera. Biasanya dapat ditemukan pada
pasien dengan 1) kongesti hati karena gagal jantung
kanan, regurgitasi trikuspid, atau perikarditis konstriktif
atau 2) hemolisis yang berhubungan dengan disfungsi
katup prostetik.l Gambar 5. (A) Hilangnya sudut normal antara kuku dengan
Suhu. Anemia berat, beriberi, dan tirotoksikosis cenderung
lipatan kuku proksimal pada c.lubbing finger- Sudutnya
meningkat hingga lebih dari 1800. (B) & (C) Schomroth sign.
membuat kulit terasa lebih hangat. Sedangkan pada Pada kuku normal (B), saat didekatkan satu sama lain, akan
klaudikasio intermiten biasanya kulit di ekstremitas bawah terbentuk Jendela' berbentuk diamond. Pada clubbing finger
terasa lebih dingin jika dibandingkan dengan kulit di hilangnya sudut antara kuku dengan lipatan kuku proksimal
(C),
8' 11
ekstremitas atas.3 ' menyebabkan hilangnya Jendela' tersebut.
170 IIMU DIAGNOSTIK HSIS
3
Gambar 7. Splinter Hemorrhage
Inspeksi Kepala
Saat melakukan inspeksi kepala pasien, hal yang perlu
dilakukan pemeriksa adalah memerhatikan wajah, telinga,
mata, dan mulut pasien. Kelainan pada kepala yang Gambar 9. EorLobe creeses3
berhubungan dengan kelainan jantung akan dijelaskan
sebagai berikut. Tipe facies lainnya yang berhubungan dengan kelaian
kardiovaskular dijelaskan dalam tabel 1.
Wajah
Beberapa focies dikenal memiliki korelasi kuat dengan Mata
kelainan kardiovaskular. Pasien dengan widely set eyes, Beberapa kelainan di mata yang berhubungan dengan
strabismus, low-set eors, upturned nose, dan hipoplasia kelainan pada jantung, antara lain3:
mandibula berhubungan dengan terjadinya stenosis aorta . Xanthelasma (plak kekuningan di kelopak mata)
supravalvular (Gambar 8). meningkatkan kecurigaan terhadap adanya hiper-
Moon facies dengan jarak mata yang lebar mengarah lipoproteinemia.
ke stenosis pulmonal. Wajah tanpa ekspresi dengan . Arcus senilis (garis lengkung kelabu berada di sekeliling
PEMERIKSAAN JANTUNG t7t
mata) meningkatkan kecurigaan terhadap adanya langsung den gan sphyg momo nometer. Sphygm oma nometer
hiperkolesterolemia. terdiri atas sebuah manset terbuat dari karet yang bisa
. Perdarahan konjungtiva dan Roth's spot sering terlihat digembungkan, sebuah bulb lerbual dari karet unutk
pada endoka rditis i nfektif. menggembungkan manset, dan sebuah manometer untuk
. Hipertelorism berhubungandenganpenyakitjantung mengukur tekanan di dalam manset.3 Saat ini terdapat
kongenital, terutama pada stenosis pulmonal dan 3 jenis manometer yang banyak digunakan: merkuri,
stenosis aorta suPravalvular. aneroid, dan hybrid.la Prinsip pengukuran menggunakan
. Blue sclero pada osteogenesis imperfecta berhubungan sphygmomanometer adalah mendeteksi muncul dan
dengan regurgitasi aorta. hilangnya suara korotkoff di itas arteri yang terkompres
. Perpindahan lensa (displacement of lens) sering terlihat dengan menggunakan stetoskop. Suara korotkoff adalah
pada sindrom marfan, yang merupakan penyebab suara bernada rendah yang berasal dari pembuluh darah
regurgitasi aorta. yang berhubungan dengan turbulensi yang dihasilkan oleh
arteri yang tersumbat sebagian oleh cuff.3
Mulut Pengukuran tekanan darah dimulai dengan pasien
Kelainan di mulut yang biasanya berhubungan dengan yang diminta beristirahat selama 5 menit, kemudian
kelainan pada jantung antara lainL3: pemeriksa memilih ukuran m'anset yang tepat. Americon
. Sianosis sentral paling jelas terlihat di bibir, mukosa Heart Associotion (AHA) mengeluarkan rekomendasi
mulut, dan lidah. Sianosis bisa menjadi tanda-tanda ukuran manset agar mendapatkan hasil tekanan darah
adanya penyakit jantung pada seseorang, terutama yang tepat.ls Rekomendasi dari AHA untuk ukuran manset
penyakitjantung kongenital dengan shunting kanan- dijelaskan dalam tabel 2.
ke kiri.
. Lengkung arkus palatum yang tinggi biasanya ber-
hubungan dengan penyakit jantung kongenital seperti
pada prolaps katup mitral. . tlkuroalnan*e! ing'.ri',, r,:...,:,-,,: .,
. Ptechiae di palatum juga sering dihubungkan dengan
direkomendasikan
endokarditis infektif. ,,. x,12 c$"{d,et*asE*etil},,,',:-,1,,'.,.r
16 x 30 cm (dewasa)
16 x 36 cm (dewasa besar)
Pasien haru*',duduk dengan'nyaman' dj kursi .dengan Tekanan d'iastolik lebih tingglil padaIposiii duduk, sedangkan
sandaran;'kaki menapak lantai (jangan disilang), dan lengan tekanan sistolik lebih tinggi pada posisi supinasi.
atas diperlihatkan. Pungg'ung, yang tidak' bersandar'dapat,nteninglatkan tekanan
diastolik. sedangkan kaki'yang ilisilangkan ilapat,merring*atkan
tekanan sistolik.
Lengan'pisien haius ditopang s4alai Oengan jantung Jika lengan atas di bawah batas atrium kanan, maka hasil
pembaca'an
.tekanan darah akan menjadi tertalu tinEgi; jika
lengan atas di atas batas jantung, maka frasit pemUaca;;;;.'ri;;
menjadi terlalu rendah.
Jika .fen$an:1idak ditopang dan dipegang/ditahan oleh pasien
sendjri tekanbn akaO'Jehih tinggi.,,. r l
Bagian bladder dari manse-t harus melingkupi paling tidak Manset yang di bawah ukuran meningkatkan kesalahan dalam
80% lingkar lengan pada orang dewasa, Bagian tengah pengukuran
manset diposjsikan ,pada ar.teri .brakialis, ikatan manset
jangan terlalu kencang, dan batas bawah manset
berada 2
cm di a-tas fossa cubiti. untuk memberi rualg petetakkan
stetoskop.
Letakkan kepala stetoskop (sebaiknya menggunakan bagian
bel/) di atas fos iq qubiti.dae,rah medial diatas arteri brakialis
(gambar L0), Kepala stetoskop sebaiknya tidak diselipkan
di manset karbna dapat'mengacaukan b.urryi. '
Manset dikembangkan secapatnya sampai 70 mmHg, lalu
naik'pelan-pelan sebanyak 10 mmHg hingga rnencapai ,
Tamponade Jantung
Tamponade jantung dapat dicurigai pada pasien yang
memiliki tekanan darah arteri rendah dan pulse yang cepat
dan lemah. Ciri khas tamponadejantung adalah terjadinya
pulsus paradoksus, yaitu turunnya tekanan darah secara
Gambar 10. Cara pengukuran tekanan darah meng_ berlebihan > L0 mmHg saat inspirasi. 11
gunakan sphygmomanomete12 Untuk mengukur pulsus paradoksus, pasien diminta
bernapas seperti biasanya. Naikan tekanan hingga tidak
Tekanan darah sebaiknya diperiksa di kedua tangan, ada suara yang terdengar. Kemudian turunkan tekanan
baik secara berurutan maupun bersama-sama. pada hingga terdengar suara yang muncul saat pasien ekspirasi.
keadaan normal, perbedaan pengukuran kurang dari Catat tekanan tersebut. Kemudian tekanan diturunkan
10 mmHg. Pada beberapa keadaan, terdapat hasil lagi secara perlahan hingga terdengar suara yang muncul
pengukuran tekanan darah yang abnormal. Berikut adalah saat pasien inspirasi. Catat tekanan tersebut. Seseorang
beberapa kelainan pada jantung yang mempengaruhi hasil dicurigai mengalami tamponade jantung jika perbedaan
pengukuran tekanan darah. di antara kedua tekanan tersebut > 1_0 mmHg. 3
Definisi Keterangan
Pulsus paradoksus Penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg Pulsus paradoksus dapat terpalpasi saat
saat inspirasi. perbedaan tekanan melebihi 15=20 mmHg.
Pulsus paradoksus tidak spesifik'untuk
Deteksi optimal pulsus ini biasanya membutuhkan tamponade perikardial dan bisa ditemukan
sphygmomanameter, meskipun dapat pula hanya pada keadaan lainnya seperti emboli paru; syok
menggunakan palpasi (denyut menguat saat ekspirasi, hemorrhagik, penyakit par:u .obstruktif berat,
dan melemah atau hilang saat inspirasi). Paling baik
dideteksi pada arteri perifen
Pulsus alternans Variabititas dari beot-to.beof amplitudo pulse. Denyut Pulsus alternans biasanya ditemukan pada
teraba kuat dan lemah bergantian dengan irama yang pasien dengan gagai jantung kongestif dan
Ar.*Arl regular. kardiomiopati.
Pulsus bigemini Pulsus ini mir,ip dengan pulsus alternans, muncul dalam Penyebabnya adalah denyut normal yang diikuti
bentuk yang berpasangan, dengan kekuatan yang kontraksi prematur.
n n /\
r]*##*1:N
berbeda (denyut normal dan denyut akibat kontraksi
prematur). Karena berhubungan dengan ekstrasistole
maka iramanya ireguler.
PEMERIKSAAN JANTUNG 175
Pulsus bisferiens Peningkatan pulsus arteri dengan double systolic peok. Bisa ditemukan pada regurgitasi aorta,
Puncak pulsus pada sistolik teraba dua buah dengan kombinasi stenosis dan regurgitasi aorta, pada
t\ kekuatan yang serupa, amplitudo yang tinggi dan kondisi high output.
J\
Pulsus bifid
kecepatan naik/turun yang cepat
Jllr\
berlangsung dengan sangat cepat kemudian diikuti fase
pengosongan sistolik yang lebih lambat, membentuk
gambaran dome. Perbedaannya dengan pulsus
bisferiens adalah biasanya pulsus ini tidak terdeteksi saat
pemeriksaan fisik di bedside, kecuali terdapat obstruksi
outflow yang berat.
Pulsus hipokinetik Pulsus dengan amplitudo yang menghilang, dapat Biasanya ditemukan pada keadaan yang
meliputi pulsus tardus dan pulsus parvus. membuat penurunan stroke volume, seperti
Pulsus parvus: Pulsus dengan amplitudo yang rendah hipovolemia, stenosis aorta, gagal ventrikel kiri,
A
J \._
Pulsus durus Pulsus yang sangat keras sehingga sulit dikompresi. Ditemukan pada aterosklerosis dan dapat
berhubungan dengan tanda Osler..
PENILAIAN TEKANAN VENA JUGULARIS vena kava atau atrium kanan, yang dimana, saat tidak ada
stenosis trikuspid nilainya sama dengan tekanan ventrikel
::meriksa, dalam hal ini dokter, harus memeriksa vena di kanan saat end -d iostolic.3
:rer untuk mendeteksi peningkatan tekanan vena sentral/ Pemeriksaan tekanan vena paling baik dilihat
:e"troL venous pressure (CVP) dan mendeteksi kelainan dari pulsasi di vena jugularis interna, karena selain
.:esifik dari bentuk gelombang vena, yang merupakan menggambarkan tekanan di atrium kanan, vena jugularis
,:rakteristik dari aritmia dan beberapa kelainan katup, interna juga memberikan informasi mengenai bentuk
:arikardium, dan miokardium.l8 CVP merupakan tekanan gelombang. Pulsasi vena jugularis interna berada di bawah
176 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
otot sternokleidomastoid. Pemeriksaan juga sebaiknya tekanan vena menurun secara tiba-tiba.18 Berikut adalah
dilakukan dari sisi kanan pasien, karena vena di sebelak gambaran karakter normal pulsasi denyut vena jugularis
kanan memiliki rute langsung ke jantung, berbeda dari (Gambar L4).
sebelah kiri yang harus melewati mediastinum terlebih
dahulu sebelum mencapai jantung.
Jika pulsasi di vena jugularis interna tidak terlihat,
maka pemeriksa dapat mencari vena jugularis eksterna.2
Posisi vena jugularis eksterna menurun dari sudut
mandibula hingga ke medial klavikula pada batas posterior
otot sternokleidomastoid.le Meskipun vena jugularis
eksterna lebih mudah untuk ditemukan, namun hasil yang
digambarkannya kurang akurat.3
raritung, pemeriksa harus terlebih dahulu menentukan Untuk menentukan JVP, pertama-tama pemeriksa
xternal reference level, yaitu level titik nol. Hingga saat harus menentukan tinggi distensi vena dengan menandai
'ni
terdapat 2 titik referensi yang umum digunakan: sudut puncak gelombang di pulsasi vena jugularis interna.
sfiernal/ manubriosternal dan sumbu phlebostatic. Pada Pemeriksa harus membuat garis horizontal imajiner ke arah
r'r'retode sudut sternal, JVP sama dengan jarak vertikal sudut sternal. Kemudian pemeriksa mengukurjarak antara
arrtara titik vena leher paling atas ditambah 5 cm. Metode sudut sternal ke garis imajiner tersebut. Sudut elevasi
r',i biasanya disebut "method of Lewis" (Gambar L5).18 kepala tempat tidur juga harus diperkirakan. McGeel8
Lma sentimeter merupakan jarak dari sudut sternal dalam bukunya menyatakan bahwa pemeriksa dapat
r*e tjitik tengah atrium pada manusia dengan ukuran mengatur posisi pasien hingga vena di leher terlihat.
rlarn bentuk dada normal dan dalam segala posisi.2, 18 Pada beberapa keadaan, visualisasi ini dapat dibantu
Sedangkan titik sumbu phlebostatic adalah titik tengah dengan membendung bagian bawah vena jugularis interna
amtara permukaan anterior dan posterior dada pada sehingga vena terisi penuh (Gambar l-7A), kemudian
,ere{ ICS keempat (gambar 16). Sudut sternal merupakan dilanjutkan dengan membendung bagian atas vena jugularis
-ffirik referensi yang lebih baik untuk pemeriksaan di interna di bawah mandibula (Gambar 17B), lalu lepaskan
:iarmping tempat tiduI karena dokter dapat menentukan bendungan di bagian bawah (Gambar L7C). Vena akan kolaps
mtlrasi sudut sternal lebih mudah dibandingkan sumbu setelah dilepaskan bendungan di bagian bawalh, dan biasanya
lprtmbbostatic.18 titik kolaps teratas akan lebih mudah tervisualisasi.
Gambar 17. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi titik kolaps (Sumber: Video pemeriksaan fisik umum IpD RSCM-
FKUD
Berdasarkan penjelasan di atas, CVp dikatakan Sebelumnya pemeriksaan ini dinamakan refluks
meningkat apabila: L) JVP melebihi 8 cm H20 menggunakan hepatojugular yang dikenalkan oleh Pasteur tahun
,L885
"method of Lewis" (>3 cm di atas sudut sternal + 5 cm), sebagai tanda pathognomonic dari regurgitasi trikutpid.
atau 2) lebih dari L2 cm H2O dengan menggunakan Namun, pada tahun 1925, dokter menyadari bahwa
metode sumbu ph lebostotic.ls penekanan yang dilakukan di bagian abdomen manapun,
Peningkatan JVP menggambarkan peningkatan tidak hanya hepal akan memunculkan refluks ini.ls
tekanan end-diastolic ventrikel kanan dan penurunan
ejection fraction ventrikel kanan, dan hal ini meningkatkan
risiko kematian dari gagal jantung. PEMERIKSAAN JANTUNG
akurat. Penekanan dilakukan pada perut bagian tengah Sebelum menilai kondisi jantung pasien, pemeriksa
selama L0-30 detik ke arah dalam dengan tekanan sebesar sebaiknya memerhatikan beberapa hal yang dapat dilihat
8 kg.r,r.+ra Penekanan dapat dibantu dengan meletakkan dari dinding dada pasien, seperti pernapasan pasien,
manset sphygmomonometer yang dikembangkan sebagian kelainan kulit atau tanda bekas operasi jantung, bentuk
antara tangan pemeriksa dan abdomen pasien hingga tulang punggung yang tidak normal (seperti kifoskoliosis)
mencapai tekanan 35 mmHg, setara dengan beban 8 kg.a yang dapat mengubah posisi jantung, deformitas tulang
Penekanan harus dilakukan dengan gentle untuk beratyang dapat mengganggu fungsi paru, dan benjolan
menghindari rasa nyeri dan tidak nyaman kerena jika alat pacu jantung yang biasanya terletak di bawah
pasien merasakan nyeri, hasil pemeriksaan bisa menjadi muskulus pectoris kanan atau kiri. Selanjutnya pemeriksa
false positive. Respon normal pada proses ini adalah harus memperhatikan lokasi apeks jantung atau point
terjadinya peningkatan distensi (sebanyak 4 cm Hr0), of maximol impulse (PMI)., Posisi apeks normal adalah
baik pada vena jugular interna maupun eksterna, yang sekitar L cm medial dari garis mid klavikula pada sela iga
bersifat sementara (satu atau dua denyut) sebelum ke 5 sebelah kiri. Dalam melakukan inspeksi, sebaiknya
kembali menjadi normal atau di bawah normal. Hal ini pemeriksa menggunakan penerangan. Gunakan palpasi
terjadi karena adanya peningkatan aliran darah dari vena untuk mengonfirmasi karakteristik impuls apeks.2
splanchnic menuju jantung akibat peningkatan tekanan
abdomen.l, 18 Pemeriksaan ini dianggap positif (misalnya Palpasi
pada gagal ventrikel kanan atau peningkatan tekanan Palpasi dilakukan untuk mengonfirmasi impuls apeks yang
pulmonary arterywedge) jika ditemukan peningkatan JVp sebelumnya sudah dilihat saat inspeksi, dan mengevaluasi
sepanjang penekanan abdomen dan turun secara cepat ventrikel kanan, arteri pulmonal, serta pergerakan ventrikel
(minimal 4 cm) setelah penekanan di abdomen dilepas. kiri.2,3
PEMERIKSAAN JANTUNG 179
Pal pasi di la ku kan denga n meng gunakan uj ung -uj un g Pemeriksaan palpasi yang dilakukan meliputi:
jari atau telapak tangan, tergantung sensitivitasnya. Area . lctus cordis atau point of moximul impuls (PMI)
yang digunakan untuk meraba pulsasi prekordial adalah lctus cordis merupakan pulsasi di apeks. Denyut
area apeks. parasternal bawah, basis kiri (parasternal apeks jantung harus dipalpasi dan ditentukan letak
ICS kedua sebelah kiri, "area pulmonal"), basis kanan posisinya. Posisi denyut apeksjantung dapat bergeser
(parasternal ICS kedua sebelah kanan, "area aorta"), dan dari normaljika terjadi pembesaran jantung, penyakit
area sternoklavikular (Gambar 1"8). paru, aneurisma aorta, atau kelainan tulang. Luas
daerah ictus cordis biasanya adalah sebesar koin.
Untuk memeriksa icfus cordis, pemeriksa sebaiknya
sternoclavicular
berdiri di sisi kanan pasien, dengan ukuran tempat
tidur dibuat senyaman mungkin bagi pemeriksa.
Pasien diposisikan supinasi atau left laterql decubitus
Right base Left base
("aortiC) ("pulmoniC') (LLD). Dari literatur dinyatakan bahwa denyut apeks
Lower pada2040o/o orang dewasa teraba di posisi supinasi,
Apical
parasternal sedangkan 50% teraba pada posisi LLQ terutama pada
mereka yang kurus.2 Gunakan ujung jari di daerah
dada sela iga ke lima, garis midklavikula, karena
Epigastric
daerah tersebut merupakan daerah yang paling
Gambar 18. Lokasi pergerakan prekordiall8 sensitif (gambar 20). Jika impuls apeks tidakterasa,
. dt
Gambar 19. Letak palpasi pada pemeriksaan jantung. A) palpasl apeks; B) palpasi trikuspid; C) palpasi septal;
D) palpasi pulmonal; E) palpasi aorta. (Sumber: Video pemeriksaan fisikjantung IPD RSCM-FKUD
PEMERIKSAAN JANTUNG 181
Gambar 25. Lokasi auskultasi pada pemeriksaan fisik jantung. A) Apeks; B) Katup trikuspid kiri; C) Katup trikuspid kanan; D)
Septal; E) Katup pulmonal; F) Katup aorta (Sumber: Video pemeriksaan fisik jantung IPD RSCM-FKUD
kiri, yaitu dengan meminta pasien berbaring menghadap meraba arteri radialis atau arteri karotis alau ictus cordis,
kiri, membuat ventrikel kiri lebih dekat ke dinding dada dimana Sl- sinkron dengan denyut arteri-arteri tersebut
(gambar 264). Posisi ini akan menonjolkan suara 53 dan atau dengan cienyut ictus cordis.
54 di sisi kiri dan suara murmLlr dari katup mitral. terutama Fase antara Sl- dan 52 disebut fase sistolik, seciangkan
stenosis mitral. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan fase antara 52 dan SL disebut fase diastolik. Fase sistoiik
menggunakan bagian bell dari stetoskop. Posisi lainnya lebih pendek daripada fase diastolik.
yaitu posisi tegak condong ke depan, dengan meminta
pasien duduk agak condong ke depan, ekshalasi Bunyi Jantung 51
penuh dan kemudian berhenti saat ekshalasi (gambar 51- tedengar baik dengan bel/ ataupun diafragma dari
26B). Posisi ini akan menonjolkan suara murmur dari stetoskop. Frekuensi 51 lebih rendah dibandingkan 52,
katup aorta, terutama murmur akibat regurgitasi katup karena itulah biasanya S1- dideskripsikan dengan suara
aorta.2,3 "lub" dan 52 dengan suara "dup".18 51 merupakan bunyi
yang timbul bersamaan dengan denyutan arteri karotis.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Si
merupakan suara yang dihasilkan dari penutupan katup
mitral dan trikuspid.ls Katup mitral menutup lebih
cepat daripada katup trikuspid, namun biasanya hanya
bisa terdengar satu bunyi jantung yang menandakan
dimulainya fase sistoiik ventrikel jantung.
Aortic click
karena katup
Aortic click adalah bunyi yang dihasilkan
aorta yang membuka cepat dan didapat pada
'"tu'u
kelainan stenosis aorta.
Pericordial Rub
perikarditis konstriktiva'
Pericardial rub didapat pada kasus
dan lapis sistolik2
terjadi gesekan antara perikard lapis viseral CamUa.28. Ilustrasi waktu murmur
puri"t.t. Bunyi ini tidak dipengaruhi oleh.pernapasan'
irnylnyu kasar dan dapat didengar di area.trikuspidal
dan Murmur diastolik diklasifikasikan menjadi
diostolic
arn bisa terdengar pada fase sistolik atau
diastolik eorly diastolic, mid diostolic' dan lofe
"pi["f (Gambar 291'z't' Murmur early diostolic
atau keduanYa. $tresystotkl
adanya 9ap'
rnrlui ,"g"t, setelah bunyi 52, tanpa
51 selanjutnya'
Bising Jantung atau Murmur iun f"r-uairn menghilang sebelum
setelah bunyi
eada f,ap kali melakutan auskultasi
pada titik-titik area' Murmur mid diostolic mulai tidak lama
atau menyatu
pemeriksa harus memperhatikan apakah
terdapat bising 52. Bunyi murmul,bisa menghilang
karakteristik ,ur*ur late diastolic' Murmur late diastolic
jantung (murmur). Bila ada murmur' beberapa i"ngun
l"priystolic) mulai di akhir diastolik dan
bentuk' lokasi biasanya
antara lain waktu'
Vrrg h"t"t diperhatikan 18
inte-nsitas maksi mal, penja la ra n' da n
i ntensitas'2 berlangsung hin99a S1'2'
1. Waktu
menjadi
Berdasarkan waktu, murmur diklasifikasikan
sistolik,diastolik,danberkelanjulan(continuous)'2'
1s Murmur sistolik terjadi kapanpun dari S1-S2;
52 hingga
Murmur diastolik terjadi kapanpun dari
mulai saat
51 setelahnya; Murmur berkelanjutan
diastol'18
sistol namun memanjang hingga melewati
karotid untuk
Pemeriksa dapat memalpasi denyut
r yan g bertepatan
menentuka n waktu mu rmu r' M u rmu
sistolik'2
dengan upstroke denyut karotid adalah
Murmursistolikdiklasifikasikanmenjadirnidsystolic,
dan holosystolic (ponsystotic)
(gambar 28)''z
lote systolic,
murmur
McGeel8 dalam bukunya juga menyertakan
menyamarkan
eorly systolic. Murmur eorly systolic
bunyi 5L, namun mempertahankan
52' Murmur
dan berhenti
midsystotic mulai setelah bunyi S1
tidak disamarkan'
sebeium 52, sehingga suarajantung
Murmur lote sysalic biasanya mulai saat mid atau Gambar 29. Ilustrasi waktu murmur
diastolik2
52' sehingga
tate systote dan berlangsung hingga
PTERXIGAAilJANruNG r85
gEgEEffiEIffi
E iiiIiiiEEErI=iiEgiEiEii€
L
r$Ei
os 6- N c.,fEoC
!.-
o'-o
cI,
q E.:.E 3 ! q
-; L!;
-E : oEiEg
jJ
I E E H-
-
: o 6- o) .= o) '6 o
{-q.6 C-CpO!' o
-.1 oJ .-'"aaEtriE .g
ct trD! c:o g
o - c= >: tr o
- -PP>
>;€E< 3,8
c
BQ 6
tr
6
.s o
C
=c
==
-i -q
i= s-
== 6 a
Gi
c :!E! 6D
--trE #c
=A =@6
. e -!
>=: Ex
r,U=v >s
-
=
e J:cod
= >F 6
o\
a(
c
.9
c
6 s= o
r!
L
o \
o
e
C o
6
ts
I o c f
ot E o
l= 'a' o
,g
4,2 o
=c
c
6
EE "q ; EEC
3: r EEgq
f, :s
G
=q
I
(u
C
o D 'E L 0 * I -.6
J
ri
Eb
.I 9.s .sb3E
c E E c.-
:€ tr
:=; =:'.- 9'o
I 6
s6AA
co
o=
bo
E"l,
GE
o-;
::.'
o=c
9.;Esot.JF
=E
=*i!9
-t!o
sv
f o't' c6
c oa
ids
=>.:
E3
-o
id> =E3$[:-a:-
c o aD.t,
ot or
c -c a?u! o
=
-L:= E* €EE,EStX;i
t rP
f-
a
!
qt_--t
r :.=
.-::a !
G'6
a-O
.E-I-EAFg
o'-=;=c c o
,- ^
ru rw.-
#f gEgE:#t
d 6: _
IO-!r': =
o ri5; 6E dE
E
rt
6 E
'5 :
f
E j
,i
.!
6 o
aa rll -!2 p
og 6
o
il 8: Ol
0
q
o o
d
=
188 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
E :' :':
ttl
5
: :o:' : 1:r:
,.i'.4?, : ::';:
qr.-=
$EEg
EgG.
ffiiiE
t er._
*146.ct
E-EEH
E
q G
E:t
-- C F#
EL{; =o
rtbIE :
3i ="i -E
; 9,;
E;S :i
E3 iE n
:.= 6o - oc
c c .. EE E'i og
s €:5 = 5eEEEE -E
Es.fqEes:*
; olE E-
e6-P
-Od
=H<e
i* EFs"ig:+
€ Hs5
>\,9
=F q:
o16
Er;*
g i't -E
E 4Er
.9 -ii c
x --o
E!*9f, oE gi gii
iu oE
d;fG:OG
>,,1: ro ! EgEEigiEiEiiE
i eiF € c-9 c-rz
.XE o
iEiEEEfu iiiii
eoE
E$ I EBgE. : aE r*; -:l+6 i6c-T c
sse*'s flaEE ;BE
Ee$t$R=-* F
El E*sEE.g I
E.E$ :;r E.E*" r
6-crq
6=
E;E€o*Er: rP i'F,
SEElEE*gE #{-# H5EE3 oEE9
>.4 E ts:
5 EE
g;- PEE q.GC
EBE
y! qrE r ;#
o o
;c
-
.:g
E;EEIi i3
c,- b=
EEEE gt,
i e+:ii s;r
gEE*E
IEIaE
IEfrEAg*gEH Eiii$ii
:.G
G
L : :O:'.
::6
o . ...t{
o
'a ,. : ] :cD
o
o
=-.
gl
o
d
PEMERIKSAAN JANTUNG
: .:j l.
r'l::1.:.:
(Jo
E#
oa,
ts
:$
{>:
, rt.. :
i;(il:;:
i 1$..id'r,1 \F
:i5r:iAi:
ic.ilS-
\o
',8,:
.ti-l/.l: ::ttl
c-
6;!:
'8,
::'ti
;*qr' IU
o
i
b
8..:
,,i',',
:,,.,1:
tli:i,
,l]:
:::i :
:r: i_l i
ir,':
',.1;:':::
r:,:t: l
:.::1,,
190 ILMU DTAGNOSNK FISIS
REFERENSI
PENDAHULUAN
DEFINISI
191
T92 ILMU DlAGNOSTIK FISIS
pasien untuk menunjukkan dengan tepat lokasi rasa nyeri merupakkan titik Vlll. Garis ini digunakan untuk
serta melakukan deskripsi penjalaran rasa nyeri tersebut. menyatakan pembesaran limpa.
Dalam kondisi ini sangat penting untuk membuat peta
lokasi rasa nyeri beserta penjalarannya, sebab sudah
diketahui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan
masing-masing organ intraabdominal berdasarkan
hubungan persarafan viseral dan somatik.
Secara garis besar organ-organ di dalam abdomen
dapat diproyeksikan pada permukaan abdomen walaupun
tidak setepat dada antara lain:
a. hati atau hepar berada di daerah epigastrium dan di
daerah hipokondrium kanan
b. lambung berada di daerah epigastrium
c limpa berada di daerah hipokondrium i<iri
d. kandung empedu atau vesika felea seringkali berada _g&s
pada perbatasan daerah hipokondrium kanan dan Gambar 4. Penentuan titik Mc Burney(a) penentuan garis
epigastrium Schuffner(b)
e. kandung kencing yang penuh dan uterus pada orang
hamil dapat teraba di daerah hipogastrium PEMERIKSAAN ABDOMEN
f. apendiks berada di daerah antara daerah iliaka kanan,
lumbal kanan dan bagian bawah daerah umbilikal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang,
kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua tangan
disisi kanan-kirinya. Usahakan semua bagian abdomen
dapat diperiksa termasuk xiphisternum dan mulut hernia.
Sebaiknya kandung kencing dikosongkan dulu sebelum
pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri
4 tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan lnspeksi
NYERI BILIER NYERI KOLON Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat abdomen baik
bagian depan ataupun belakang (pinggang). lnspeksi
ini dilakukan dengan penerangan cahaya yang cukup
sehingga dapat dicermati keadaan abdoryen seperti
simetris atau tidak, bentuk atau kontuI uku'ran, kondisi
dinding perut (kulit, vena, umbilikus, striae alba}dan
pergerakan dinding abdomen.
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara
visual kelainan-kelainan yang terlihat pada abdomen
seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetri
abdomen yang menunjukkan adanya masa tumo1 striae,
NYERI ULKUS NYERI PANKREAS vena yang berdilatasi, coput medusoe atau obstruksi vena
Gambar 3. Proyeksi nyeri organ pada dinding depan abdomen kava inferiol peristalsis usus, distensi dan hernia.
Pada keadaan normal terlentang, dinding abdomen
Selain peta regional tersebut terdapat beberapa titik terlihat sirnetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran
dan garis yang sudah disepakati: setempat lumen usus membuat abdomen terlihat tidak
1. fifik Mc Burney. yaitu titik pada dinding perut kuadran simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan
kanan bawah yang terletak pada 1/3lateral dari garis dinding usus akibat peristaltik usus tidak terlihat. Bila
yang menghubungkan SIAS dengan umbilicus. Titik terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan
Mc Burney tersebut dianggap lokasi apendiks yang adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat
akan terasa nyeri tekan bila terdapat apendisitis. obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat
2. Garis Schuffner: yaitu garis yang menghubungkan disebabkan macam-macam kelainan antara lain tumoL
titik pada arkus kosta kiri dengan umbilikus (dibagi perlengketan, strangulasi dan skibala.
4) dan garis ini djteruskan sampai SIAS kanan yang Bentuk dan ukuran abdomen dalam keadaan normal
PEMERIKSAAN ABDOMEN 193
bervariasi tergantung habitus, jaringan lemak subkutan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan
atau intraabdomen dan kondisi otot dinding abdomen. lapar. Dalam keadaan normal bising usus terdengar lebih
Pada keadaan starvasi bentuk dinding abdomen cekung kurang 3 kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara
dan tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini peristaltik usus ini akan meningkat, lebih lagi pada saat
dapat terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara
membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada usus ini disebut borborigmi. Pada keadaan kelumpuhan
pasien gemuk. Pada keadaan patologis, abdomen usus (paralisis) misal pada pasien pasca-operasi atau pada
membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, keadaan peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan
meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan kehamilan. jarang bahkan kadang-kadang menghilang. Keadaan
Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan organ di ini juga bisa terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi
bawahnya, misal tonjolan regio suprapubis terjadi karena usus dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus
pembesaran uterus pada wanita atau terjadi karena retensi obstruksi kadang terdengar suara peristaltik dengan nada
urin pada pria tua dengan hipertrofi prostat atau wanita yang tinggi dan suara logam (metollic sound).
dengan kehamilan muda. Pada stenosis pilorus, lambung Suara sistolik atau diastolik atau murmur mungkin
dapat menjadi besar sekali sehingga pada abdomen dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik
terlihat pembesaran setempat. dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pem-
Pada kulit abdomen perlu diperhatikan adanya besaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum)
sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau akibat operasi yang kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran
atau luka tusuk. (thrill), dapal didengar di antara umbilikus dan epigastrium.
Adanya garis-garis putih sering disebut strioe albo Pada keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal
yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien kadang-kadang dapat didengar suara murmur.
yang mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan
dapat terlihat pada sindrom Cushing. Pulsasi arteri pada
dinding abdomen terlihat pada pasien aneurisma aorta
atau kadang-kadang pada pasien yang kurus, dan dapat
terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien insufisiensi
katup trikuspidalis.
Kulit abdomen menjadi kuning pada berbagai macam
ikterus. Adakah ditemukan garis-garis bekas garukan
yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes
melitus.
Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal.
Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput medusae
yang terdapat pada sindrom Banti. Pelebaran vena akibat Gambar 5. Jaringan parut ahdomen
obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran
vena dari daerah inguinal ke umbilikus, sedang akibat Pemeriksaan Palpasi
obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal. Palpasi dinding abdomen sangat penting untuk menentukan
ada tidaknya kelainan dalam rongga abdomen.
Pemeriksaan Auskultasi Palpasi dilakukan secara sistematis dengan seksama,
Pemeriksaan ini sekarang lebih banyak dilakukan para pertama kali tanyakan apakah ada daerah-daerah yang
dokter setelah pemeriksaan inspeksi, sehingga gerakan nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah pasien selama
dan bunyi usus tidak dipengaruhi pemeriksaan palpasi pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh dinding
dan perkusi. perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran
massa tumo[ apakah hati, limpa dan kandung empedu
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa:
. suara/bunyi usus: frekuensi dan pitch meningkat pada membesar atau teraba. Pada pemeriksaan ginjal,
d ! I a ku ka n peme ri ksaa n bo llote me nt (peri ksa a pa ka h g i nja l,
obstruksi, menghilang pada ileus paralitik
bollottement positif atau negatif). Palpasi dilakukan dalam
. Succussion splosh - untuk mendeteksi obstruksi 2tahap yaitu palpasi permukaan (superficiol) dan palpasi
lambung.
dalam (deep palpation). Palpasi dapat dilakukan dengan
. Bruit arterial
satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual) terutama
. Venous hum pada kaput medusa.
pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan seksama
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang- meskipun tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan
kadang dapat didengar walaupun tanpa menggunakan penyakit traktus gastrointesti nal. Pasien diusahakan dalam
194 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
Seperti pada posisi knee-chest dan dengan permukaa nnya teraba berbenjol
menggunakan stetoskop yang diletakkan pada - Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi
bagian perut terbawah didengar perbedaan suara pada kelainan antara lain, abses hati, tumor hati.
yang ditimbulkan karena ketukan jari-jari pada sisi Selain itu pada abses hati dapat dirasakan adanya
perut pada saat stetoskop digeserkan dari satu sisi fluktuasi.
ke sisi lainnya. Pada keadan normal, hati tidak akan teraba pada
e. Pada pasien pada posisi tegak maka suara perkusi palpasi kecuali pada beberapa kasus dengan tubuh
redup didengar di bagian bawah. yang kurus (sekitar 1 jari). Terabanya hati 1-2 jari
di bawah lengkung iga harus dikonfirmasi apakah
hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau
PEMERIKSAAN JASMANI ORGAN ABDOMEN karena adanya perubahan bentuk diafragma (misal
emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran
Hati lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi pada daerah
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Batas atas
penonjolan pada regio hipokondrium kanan. Pada keadaan hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi batas paru
pembesaran hati yang ekstrim (misal pada tumor hati) hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan
akan terlihat permukaan abdomen yang asimetris antara patologis misal emfisema paru, batas ini akan lebih
daerah hipokondrium kanan dan kiri. rendah sehingga besar hati yang normal dapat teraba
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan hati: tepinya pada waktu palpasi. Perkusi batas atas dan
a. Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua bawah hati (perubahan suara dari redup ke timpani)
tungkai kanan dilipat agar dinding abdomen lebih berguna untuk menilai adanya pengecilan hati (misal
lentur. Dinding abdomen dilemaskan ciengan cara sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara
menekuk kaki sehingga membentuk sudut 45-60". bebas di bawah diafragma karena perforasi. Suara
b. Pasien diminta untuk menarik napas panjang bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat
c Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan ke bawah, tumor hati yang besar.
kemudian pada awal inspirasijari bergerak ke kranial
dalam arah parabolik. Limpa
d" Diharapkan, bila hati membesar akan terjadi sentuhan Teknik palpasi limpa tidak berbeda. dengan palpasi hati.
antara jari pemeriksa dengan hati pada saat inspirasi Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar
maksrmal. muiai dari bawah lengkung iga kiri, melewati umbilikus
Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar sampai regio iliaka kan![: Seperti halnya hati, limpa
' radial jari tangan kanan (bukan ujung jari) dengan juga bergerak pada saat inspirasi. Palpasi dimulai dari
posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus. Lebih regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah
tegas iagi bila arah jari membentuk sudut 45"dengan abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Fembesaran limpg
garis median. Ujung jari terletak pada bagian lateral diukur dengan menggunakan garis Schuffneqyaitu garis
muskulus rektus abdominalis dan kemudian pada garis yang dimulai dari titik di lengkung iga kiri menuju ke
median untuk memeriksa hati lobus kiri. umbilikus dan diteruskan sampai di spina iliaka anterior
Palpasi dimulai dari regio iiiaka kanan menuju ke superior(SlAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8
tepi lengkung iga kanan. Dinding abdomen ditekan bagian yang sama.
ke bawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga Paipasi limpa juga dapat dipermudah dengan
akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini memiringkan pasien 45 derajat ke arah kanan (ke arah
dilakukan berulang dan posisinya digeser L-2 jari ke pemeriksa). Seteiah tepi bawah limpa teraba, maka
arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat dilakukan deskripsi sebagai berikut:
pasien sedang inspirasi. Bila pada palpasi kita dapat . Berapajauh dari lengkung iga kiri pada garis Schuffner
meraba adanya pembesaran hati, maka harus dilakukan (S-f sampai dengan S-UD?
deskripsi sebagai berikut: . Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal
- Berapa lebar jari tangan di bawah lengkung iga (splenomegali karena hipertensi portal) atau keras
kanan? seperti pada malaria?
- Bagaimaan keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada . Untuk meyakinkan bahwa yang teraba itu adalah
hepatitis akut atau tumpul pada tumor hati? limpa, harus diusahakan meraba incisuranya.
Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal
(konsistensi normal) atau keras (pada tumor hati)? Ginjal
- Bagairnana permukaannya? Pada tumor hati Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga
196 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
197
ILMU DIAGNOSTIK FISIS
dari ekor epididimis, naik ke korda spermatikus melalui dan/atau mengedan, menunjukkan hernia reponibilis.
kanalis inguinalis dan menyatu dengan vesikula seminalis Adanya benjolan yang menetap dengan perubahan
untuk membentuk duktus ejakulatorius. Kelenjar prostat posisi harus dicurigai hernia irreponibilis, danjika disertai
terdapat di sekitar pangkal uretra pada leher kandung nyeri maka menunjukkan adanya hernia inkarserata yang
kemih, dengan ukuran kira-kira sebesar testis. Kelenjar ini memerlukan tindakan segera. Pemeriksaan kelenjar limfe
memproduksi sebagian besarcairan yang akan membentuk sepanjang inguinal harus dilakukan, dan jika ada maka harus
cairan ejakulat bersama-sama dengan sperma yang akan diidentifikasi jumlah, ukuran, konsistensi, dapat digerakkan
diekskresikan lewat duktus ejakulatorius ke uretra. Selain atau ada perlekatan, nyeri tekan dan tanda radang yang
itu juga didapatkan pertumbuhan rambut pubis di pangkal lain.1
penis sebagai salah satu tanda seks sekunde4 dengan
ciri rambut yang berombak, kasar dan membentuk pola
seperti diamond dari umbilikus ke anus.1,2 PEMERIKSAAN ANOREKTAT
adanya fistula, fisura, prolaps rekti, hemoroid eksterna kecuali ada indikasi, baik berupa keluhan atau ada kaitan
ataupun hemoroid interna yang sudah keluar. Pemeriksaan dengan keluhan di tempat lain. Pemeriksaan inspeksi
dalam dilakukan dengan jari telunjuk (bersarung tangan) dan palpasi dilakukan mulai dari rambut pubis, dengan
yang sudah diberikan lubrikan/pelicin. Pasien diminta memperhatikan distribusi dan kelainan lainnya. Selanjutnya
untuk rileks, kemudian jari pemeriksa masuk ke anus. pemeriksaan penis mulai dari pangkal, batang dan glans
Pasien diminta untuk mengkontraksikan sfingter anal penis, untuk mendapatkan tanda-tanda radang, ulkus atau
eksterna, sehingga bisa dinilai tonusnya. Selanjutnya dinilai nyeri tekan. Pada pasien yang tidak dilakukan sirkumsisi,
mukosa anus, adakah nyeri, benjolan yang teraba atau diusahakan membuka preputium untuk mengevaluasi
feses yang tertahan, dan harus didiskripsikan ukuran dan glans penis (inflamasi/balanitis, atau ulkus), serta ada
lokasinya. Palpasi dinding mukosa anterior dapat sekaligus tidaknya smegma. Selanjutnya diperhatikan meatus
menilai kelenjar prostat (pada laki-laki), baik ukuran, kontuL uretra eksterna dan mukosanya, adakah stenosis, ulkus,
mobilisasi dan konsistensinya, juga adakah pembesaran dan adakah dischorge Uika perlu lakukan penekanan di
atau nyeri tekan di lokasi tertentu. Prostat yang normal glans penis).123
berdiameter lebih kurang 4 cm dengan konsistensi yang Pemeriksaan skrotum dimulai dari inspeksi dan
kenyal, halus, dan bisa sedikit digerakkan. Terdapat celah palpasi kulit dan kelenjar sebaseus, serta rambut pubis.
i,sulcus) yang memisahkan kedua lobus yang simetris. Dicari adakah pembengkakan, dan tanda radang yang
Pembesaran prostat pertama kali bisa dideteksi dengan lain termasuk nyeri tekan. Testis bisa diraba dengan
hilangnya celah ini, baik yang bersifat jinak maupun menggunakan ibu jari dan dua jari lain kiri dan kanan,
maligna. Pada pembesaran yang jinak biasanya konsistensi sehingga bisa merasakan bentuk dan ukuran testis,
masih lunak, sedangkan konsitensi yang lebih keras bisa serta ada tidaknya pembengkakan dan nyeri tekan.
didapatkan pada keganasan, prostotic colculi ataupun Pembengkakan di skrotum selain testis dapat dibedakan
fibrosis kronik.Sedangkan konsistensi yang lunak dengan dengan pemeriksaan transiluminasi, yaitu menyorotkan
fluktuasi harus dicurigai adanya abses prostat. Terakhir sinar dari floshlight dari belakang skrotum, pada ruangan
saat mengeluarkan jari (selesai pemeriksaan), feses yang yang gelap. Sinar kemerahan yang terlihat dari depan
menempel dijari pemeriksa dinilai warna dan konsistensi dianggap sebagai transiluminasi positif yang berarti
feses, dan apakah disertai darah.L2 adanya cairan serosa seperti hidrokel. Sedangkan pada
jaringan padat seperti testis yang normal, tumor ataupun
hernia, dan juga adanya cairan berupa darah akan
PEMERIKSAAN GENITALIA LAKI- LAKI memberikan hasil transiluminasi negatif.L2'3
Kemungkinan adanya hernia diperiksa dengan cara
Anamnesis inspeksi adakah benjolan- di daerah kanalis inguinalis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk sistim genitalia jika pasien berdiri dan diminta mengedan. Pemeriksaan
laki-laki sangat berhubungan dengan sistim saluran selanjutnya dilaku kan dengan pal pasi jari yang dimasukkan
kemih. Pertanyaan yang diajukan antara lain tentang ada lewat skrotum ke arah lateral atast menuju kanalis
tidaknya kelainan anatomi seperti luka/ulkus, bengkak/ inguinalis. Pasien diminta mengedan atau batuk, jika
edema, eritema dan kelainan kulit lainnya, sudahkah terdapat hernia indirek maka ujung jari pemeriksa akan
dilakukan sirkumsisi, ada tidaknya dischorge dari uretra' menyentuh jaringan yang viskus. Jika jaringan viskus
Selanjutnya fungsi ereksi juga dievaluasi, baik lamanya, tersebut dirasakan di sisi medialjari, maka kemungkinan
adakah kesulitan mempertahankan, dan kaitannya dengan terdapat hernia inguinalis direk. Jika hernia yang timbul
hubungan seks, adanya nyeri (di penis atau skrotum), adalah hernia skrotalis maka pembesaran di salah satu/
atau adanya perubahan bentuk penis saat ereksi. Fungsi kedua ruang skrotum akan nyata pada inspeksi.l2
seksual lain seperti ejakulasi dan orgasme, serta fertilitas
juga menjadi data yang perlu digali. Selanjutnya fungsi
berkemih juga ditanyakan apakah ada hambatan, retensi PEM ERIKSAAN GENITALIA PEREM PUAN
urin, disuria, polakisuria, dan hematuria serta adakah
riwayat kencing disertai keluarnya batu. Beberapa Anamnesis
pertanyaan yang berkaitan dengan faktor risiko infeksi Anamnesis yang terkait genitalia perempuan meliputi
organ urogenitalia seperti riwayat hubungan seks siklus menstruasi, kehamilan, persalinan dan kontrasepsi,
berganti-ganti pasangan, masturbasi, serta riwayat gejala vulvovaginal, dan fungsi seksual. Siklus menstruasi
kesehatan pasangan seksualnya. L2 yang harus ditanyakan adalah usia awal menstruasi
(menorche), pola dan keteraturannya, adakah gejala
Pemeriksaan Fisik semacam nyeri atau rasa tidak nyaman saat menstruasi,
Pemeriksaan daerah urogenitalia tidak rutin dilakukan dan periode menopause. Berbagai istilah yang berkaitan
20a ILMU DIAGNOSTIK FISIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan daerah pelvis tidak rutin dilakukan, kecuali
pada beberapa indikasi seperti gangguan nrenstruasi
(amenorea, perdarahan berlebihan atau dismenorea,
nyeri perut yang sulit dijelaskan, voginol dischorge).
Dimulai dengan pemeriksaan eksterna, meliputi inspeksi
dan palpasi mons pubis, labia mayora dan labia minora,
vestibule, introitus vagina dan saluran uretra, serta kelenjar
parauretral (Skene's) dan kelenjar Bartholini. Beberapa
kelainan yang dapat ditemukan seperti edema, ekskoriasi,
maupun tanda peradangan terutama di kelenjar-kelenjar.
Dischorge dari introitus vagina maupun saluran uretra
eksterna mungkin bisa ditemukan. Pemeriksaan untuk
organ genitalia internal bisa dilakukan dengan jari maupun
dengan bantuan spekulum. Pemeriksaan dengan jari
telunjuk dan jari tengah yang dimasukkan ke vagina,
dan tangan yang lain di dinding abdomen, disebut juga
sebagai pemeriksaan bimanual. Pada tehnik ini dapat
dilakukan pemeriksaan palpasi dinding vagina, serviks,
porsio, maupun uterus (bimanual) dan ovarium, berupa
bentuk dan ukuran, maupun adanya nyeri atau benjolan/
massa yang dapat teraba. Pada pemeriksaan dengan
spekulum, kita dapat melihat dinding vagina, serviks serta
portio, sekaligus dapat melakukan pengambilan sampel
untuk berbagai pemeriksaan termasuk sitologi seperti
pada pemeri k saan pa po n icu lou smeo r.7,3
24
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
PE NYAKIT M USKULO SKE LETAT
Harry Isbagioo Bambang Setiyohadi
201
202 ILMU DTAGNOSTIK FISIS
berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai Spondilitis ankilosis Pria > wanitp ,
kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan Penyakit Reiter Pria > wanita
berkurang setelah melakukan aktivitas. Pada artritis Artritis psoriatik Pria<wanita. ,
pada malam hari. Sebaliknya pada osteoartritis nyeri Osteoartritis koksae Frfu;rry3611" ', ,
paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih Osteoartritis lutut dan tangan Pria < wanita
ringan dan membaik pada siang hari. Pada artritis gout
nyeri yang terjadi biasanya berupa serangan yang hebat Kaku Sendi
pada waktu bangun pagi hari, sedangkan pada malam Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, pasien merasa
hari sebelumnya pasien tidak merasakan apa-apa, rasa sukar untuk menggerakan sendi (worn offl. Keadaan ini
nyeri ini biasanya self limiting dan sangat responsif biasanya akibat desakan cairan yang berada di sekitar
dengan pengobatan. Nyeri malam hari terutama bila jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi, sinovia,
dirasakan seperti suatu regangan merupakan nyeri akibat atau bursa). Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau
peninggian tekanan intra-artikular akibat suatu nekrosis
setelah istirahat. Setelah digerak-gerakkan, cairan akan
avaskular atau kolaps tulang akibat artritis yang berat. menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi dan
Nyeri yang menetap sepanjang hari (siang dan malam) pasien merasa terlepas dari ikatan (wears offl. Lama dan
pada tulang merupakan tanda proses keganasan.
beratnya kaku sendi pada pagi hari atau setelah istirahat
biasanya sebanding dengan beratnya inflamasi sendi (kaku
sendi pada artritis reumatoid lebih lama dari osteoartritis;
kaku sendi pada artritis reumatoid berat lebih lama
daripada artritis reumatoid ringan).
I' , ', ,Usll
,,,,"iUsia : '.,, , Uiia'
Muda pertengahan lanjut
: (2:25th), , {30-s0rh} (55+rh) Bengkak Sendi dan Deformitas
Pasien yang sering mengalami bengkak sendi, ada
Penv.akit.Sti.ll,. ., .
' ''i-'t : : *y'1..,:.
: ,
perubahan warna, perubahan bentuk atau perubahan
Spondilitis ankilosis
.Penyakitfteiter' : :
.r. ,;
:++
**. '
:",,*
:
+, posisi struktur ekstremitas. Biasahya yang dimaksud pasien
Dernam reumatik,r , : :,++::i : :+ :
dengan deformitas ialah posisi yang salal.r, dislokasi atau
Afirilfspada kothis.. + ,++ +l-, sublukasi.
Ulseratif ::,:, ,, , r: r
Artlitisseplik,l l,.-: , ,,,,
:.
., Gonokok " ,' ++. :+ ,. +l: ',
Disabilitas dan Handicap
',.,'starLkokdan' '' r+ ++: +++ : Disabilitas terjadi apabila suatu jaringan, organ atau
I,, infelisilain : ,, '
. sistem tidak dapat berfungsi secara adekuat. Handicop
Artfitis,gout ',: : :, , r',. +l:., '. ..+;r: ' '.++.
,"+*,r., terjadi bila disabilitas mengganggu aktivitas sehari-hari,
Lupqs:erite.matosus .' ,:;:*f t, ..
aktivitas sosial atau mengganggu pekerjaan/jabatan
sistemik
Artritis,reumatoid':': '++ ':' **:. *:* pasien. Disabilitas yang nyata belum tentu menyebabkan
+.. :,'**.' ++' hondicop (seorang yang amputasi kakinya di atas lutut
: *-., . ++:, ' ' +* ',, mungkin tidak akan mengalami kesukaran bila pekerjaan
St-Elakibat obat, , ,,.'r.:' .
','- ] ''" .1 , ,'+, r' '' ::F** , r
rnudah terangsang. Kadang-kadang pasien mengeluh Gaya berjalan paraparetik spastik, kedua tungkai
,ral yang tidak spesifik, seperti merasa tidak enak badan. melakukan gerakan fleksi dan ekstensi secara kaku
Pada orang usia lanjut sering disertai gejala kekacauan dan jari-jari kaki mencengkeram kuat sebagai usaha
,"nental. agar tidak jatuh.
Gaya berjalan paraparetik flaksid (high stepping
Gangguan Tidur dan Depresi gait=steppoge goit), yaitu gaya berjalan seperti ayam
:aktor yang berperan dalam gangguan pola tidur antara jantan, tungkai diangkat vertikal terlalu tinggi karena
ain: nyeri kronik, terbentuknya reaktan fase akut, serta terdapat foot drop akibat kelemahan otot tibialis
renggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (indometasin). anterior.
rada artropati berat terutama pada koksoe dan lutut Gaya berjalan hemiparetik, tungkai yang parese akan
a<an berakibat gangguan aktivitas seksual yang akhirnya digerakkan ke samping dulu baru diayun ke depan
akan menimbulkan problem perkawinan dan sosial. Perlu karena koksoe dan lutui tidak dapat difleksikan.
:iperhatikan pula adanya gejala depresi terselubung Gaya berjalan ataktik/serebelar (brood bose gait),
seperti reta rdasi psi komotori konstipasi, mudah menan gis kedua tungkai dilangkahkan secara bergoyang-
Jan sebagainya. goyang ke depan dan ditapakkan secara ceroboh di
atas lantai secara berjauhan satu sama lain.
Gaya berjalan parkinson (stopping, festinont goit),
PEMERIKSAAN JASMANI gerak berjalan dilakukan perlahan, setengah dlseret,
tertatih-tatih dengan jangkauan yang pendek-pendek.
)emeriksaan jasmani khusus pada sistem muskuloskeletal Tubuh bagian atas fleksi ke depan dan selama gerak
neliputi : berjalan, lengan tidak diayun.
. Inspeksi pada saat diam / istirahat Scissor goit, yaitu gaya berjalan dengan kedua
. Inspeksi pada saat gerak tungkai bersikap genu velgum sehingga iutut
. Palpasi yang satu berada di depan lutut yang lain secara
bergantian.
Gaya Berja!an
Saya berjalan yang normal terdiri dari 4 fase, yailu heel
strike phose, looding/stonce phose, toe off phose dan
;wing phose. Pada heei strike phase,lengan diayun diikuti
3erakan tungkai yang berlawanan yang terdiri dari fleksi
sendi koksae dan ekstensi sendi lutut. Pada loading/
stonce phose, pelvis bergerak secara simetris dan teratur
nrelakukan rotasi ke depan bersamaan dengan akhir
gerakan tungkai pada heel strike phase. Pada foe off phose,
sendl koksae ekstensi dan tumit mulai terangkat dari lantai.
?ada swing phose sendi lutut fleksi diikuti dorsofleksi sendi
talokruralis.
. Tahanan pada aduksi sendi koksaeyang mengakibatkan trauma atau radang pada ligamen atau kapsul sendi.
timbulnya rasa nyeri pangkal paha merupakan tanda Pada artropati dapat terjadi sendi goyah sebagai akibat
tendinitis aduktor. kerusakan rawan sendi atau inflamasi kapsul atau ruptur
. Tahanan pada aduksi glenohumeral yang meng- ligamen/ perlu dibandingkan sendi yang goyah dengan
akibatkan timbulnya rasa nyeri pada lengan atas sendi sisi lainnya.
merupakan tanda gangguan otot suprasinatus dan
lesi pada tendon. Gangguan Fungsi
. Tahanan pada ekstensi siku yang menyebabkan nyeri Fungsi sendi dinilai dengan observasi pada penggunaan
pada epikondilus lateralis merupakan tanda tennis normal; seperti bangkit dari kursi dan berjalan dapat
elbow. digunakan untuk menilai sendi koksoe, lutut dan kaki.
Kekuatan genggam dan ketepatan menjepit benda halus
Sama halnya dengan di atas, pada passive stress test,
bila pasien mengikuti gerakan tangan pemeriksa akan untuk menilai tangan. Sedangkan aktivitas hidup sehari-
timbul rasa nyeri sebagai akibat regangan ligamen atau hari (octivities of doily living = ADL) seperti menggosok
tendon, misalnya uji Finkelstein pada tenosinovitis De gigi, buang air besal memasak dan sebagainya lebih
tepat ditanyakan dengan kuesioner daripada diperiksa
Quervain (possive stress otot abduktor polisis longus dan
langsung.
ekstensor polisis brevis menimbulkan rasa nyeri).
Nodul
Krepitus
Nodulsering ditemukan pada berbagai artropati, umumnya
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba
ditemukan pada permukaan ekstensor (punggung tangan,
sepanjang gerakan struktur yang terserang. Krepitus
siku. tumit belakang, sakrum). Nodul sering ditemukan
halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan
pada artritis gout (tofi) dan artritis reumatoid (nodul
menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang
reumatoid).
di sekitarnya. Keadaan ini ditemukan pada radang sarung
tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya
Perubahan Kuku
dapat terdengar dari jauh tanpa bantuan stetoskop dan
Perubahan kuku sering ditemukan pada penyakit
dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini disebabkan
muskuloskeletal, antara lain:
kerusakan rawan sendi atau tulang.
. Jari tabuh (clubbing finge) berhubungan dengan
osteoartropati hipertrofik pulmoner dan fibrotik
Bunyi Lainnya
alveolitis.
Ligamentous snops merupakan suara tersendiri yang keras . Thimble pitting onycholysis (lisis kuku berbentuk
tanpa rasa nyeri. Keadaan ini merupakan hal yang biasa ' lubang) dan distrofi kuku be.rhubungan dengan
terdengar di sekitar femur bagian atas sebagai clicking
artropati psoriatik dan penyakit Reiler kronik.
hips. Crocking merupakan bunyi yang diakibatkan tarikan . Serpihan berdarah (splinter haemorhoges) padd
pada sendi, biasanya pada sendijari tangan, keadaan ini
vaskulitis pembuluh darah kecil.
disebabkan terbentuknya gelembung gas intraartikular.
Cracking tidak dapat diulang selama beberapa menit
Lesi Membran Mukosa
sebelum gas tersebut habis diserap . Cloncking merupakan
Keadaan ini sering tanpa gejala (pada penyakit Reiter atau
suara yang ditimbulkan oleh permukaan yang tidak teratur
artropati reaktif) atau dengan gejala (lupus eritematosus
(ireguler), suara ini ditemukan misalnya pada gesekan
sistemik, vaskulitis, sindrom Behcet). Perlu diperhatikan
antara skapula dengan iga.
adanya ulkus pada oral, genital dan mukosa hidung,
telangiektasia.
Atrofi dan Penurunan Kekuatan Otot
Atrofi otot merupakan tanda yang sering ditemukan. Gangguan Mata
Pada sinovitis segera terjadi hambatan refleks spinal lokal Gangguan mata meliputi :
terhadap otot yang bekerja untuk sendi tersebut. Pada . Episkleritis dan skleritis pada artritis reumatoid,
artropati berat dapat terjadi atrofi periartikular yang luas.
vaskulitis dan polikondritis.
Sedangkan padajepitan saraf gangguan tendon atau otot . Iritis pada spondilitis ankilosis dan penyakit Reiter
terjadi atrofi lokal. Perlu dinilai kekuatan otot, karena ini
kronik.
lebih penting dari besar otot. . Iridosklitis pada artritis juvenil kronik jenis pausi-
artikular.
Ketidaksta bila n/Goya h . Konjungtivitis pada penyakit Reuter akut dan sindrom
Sendi yang tidak stabil/goyah dapat terjadi karena proses si ka.
206 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
EVATUASI SENDI SATU PERSATU dengan pemeriksaan lingkup gerak sendi. Pertama kali,
pemeriksa harus memeriksa kemungkinan cedera dan
Sendi Temporomandibu lar (temporomondibu la r rotator cuff. Tendon yang membentuk rototor cuff terdiri
joint = TMtl dari ligamen supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan
TMJ terletak di anterior liang telinga, dibentuk oleh subskapularis. Untuk mencari adanya lesi pada tendon-
kondilus mandibula dan fossa temporalis. Sendi ini tendon bahu, dilakukan resisted octive movemenfs sendi
dapat di palpasi dengan meletakkan jari di anterior bahu. yaitu tes Speed dan tes Yergasson untuk mencari lesi
liang-telinga dan menyuruh pasien untuk membuka pada tendon bisep, resisted active obduction untuk mencari
dan menutup mulut dan menggerakan mandibula ke lesi pada tendon supraspinatus, resisted octive external
lateral kiri dan kanan bergantian. Gerak vertikal TMJ rototion untuk mencari lesi pada tendon infraspinatus
dapat diukur dengan mengukurjarak gigi seri atas dan dan teres minor dan resisted octive internol rototion untuk
bawah pada pada waktu pasien membuka mulut secara mencari lesi pada tendon suskapularis.
maksimal, normal sekitar 3-6 cm. Berbagai artritis dapat Tes Speed dilakukan pada posisi siku ekstensi,
rhengenai TMJ, seperti artritis kronik juvenilis yang dapat kemudian pasien melakukan fleksi sendi bahu sementara
menyebabkan pertumbuhan tulang mandibula terhenti pemeriksa menahannya. Tes ini positif bila pasien merasa
dan mengakibatkan mikrognatia. Pada artritis yang berat, nyeri pada bahunya. Pada tes Yergasson, siku pasien
dapat dipalpasi dan pada auskultasi didapatkan bunyi difleksikan 90o, kemudian pasien melakukan supinasi,
krepitus atau clicking. sementara pemeriksa berusaha menahan agar supinasi
tidak terjadi. Tes positif bila pasien kesakitan. Pada resisted
Sendi Sternoklavikular, Manubriosternal dan octive obduction pasien melakukan abduksi sendi bahu dan
Sternokosta! pemeriksa menahannya. Tes positif bila pasien kesakitan.
Sendi sternoklavikular dibentuk oleh ujung medial Bila pasien nyeri pada lateral sendi bahu tetapi resisted
klavikula dan kedua sisi batas atas sternum. Di keduanya octived obduction pasien tidak menimbulkan nyeri, maka
terdapat sendi sternokostal I. Sendi manubriosternal nyeri berasal dari bursa subakromnion. Pada resisted active
terletak setinggi sendi sternokostal II. Sendi sternokostal external roiotion pasien melakukan rotasi eksternal sendi
III sampai dengan VII terletak sepanjang kedua sisi sternum bahu dan pemeriksa menahannya. Tes positif bila pasien
di distal sendi sternokostal II. Dari ketiga sendi tersebut, kesakitan, sedangkan resisted octive internol rotation
hanya sendi sternoklavikular yang bersifat diartrosis, pasien melakukan rotasi internal sendi bahu dan pemeriksa
sedangkan sendi yang lain merupakan amfiartrosis atau menahannya. Tes positif bila pasien kesakitan. Selain
sinkondrosis. Sendi sternoklavikulal berada tepat di bawah kelainan di atas, juga harus dicari kemungkinan robekan
kulit, sehingga sinovitis pada sendi ini akan mudah dilihat rotator cuff yang dapat diperiksa dengan drop-orm sign,
dan dipalpasi. Sendi ini juga sering terserang spondilitis yaitu pasien tidak mampu menahan abduksi pasif 90"
ankilosa, artritis reumatoid dan osteoartritis. Pada sendi sendi bahu.
sternokostal, sering didapatkan nyeri pada sendi tersebut
atau rawan iga, keadaan ini disebut osteokondritis. Sendi Siku
Sendi siku dibentuk oleh 3 sendi, yaitu sendi humeroulnar
Sendi Akrom ioklaviku !ar (ocrom ioclovicu lo r joint yang merupakan sendi engsel serta sendi rodiohumerol
= ACJ) dan radioulnor proksimal yang memungkinkan rotasi
ACJ dibentuk oleh ujung lateral klavikula dan tepi medial lengan bawah. Untuk memeriksa sendi siku, jempol
prosesus akromion skapula. Pada orang tua sering pemeriksa diletakkan di antara epikondilus lateral dan
didapatkan penebalan tulang pada sendi ini. Nyeri lokal lateral sulkus paraolekranon, sedangkan L atau 2 jari
pada bahu bersamaan dengan aduksi lengan melewati lainnya pada medial olekranon. Siku harus dalam keadaan
depan dinding dada, menunjukkan adanya kelainan pada santai, digerakkan fleksi, ekstensi dan rotasi secara pasif,
ACJ. dicari keterb.atasan gerak dan krepitus. Bursitis olekranon,
akan tampak dan teraba di atas olekranon, biasanya timbul
Sendi Bahu setelah trauma atau akibat artritis. Pada siku pasien gout
Sendi bahu merupakan sendi peluru yang dibentuk juga dapat timbul tofus. Nyeri pada epikondilus lateral dan
oleh kaput humeri dan fossa glenoid skapula. Nyeri medial menandakan adanya epikondilitis lateral (fennrs
pada bagian lateral sendi ini mungkin berasal dari bursa elbow) dan epikondilitis medial (golfer elbow).
subdeltoid, sedangkan nyeri sepanjang kaput longus Dalam keadaan normal, sendi siku dapat difleksikan
bisep biasanya berasal dari tendinitis bisipitalis. Efusi, bila 150' - 160'dan ekstensi 0'. Gangguan ekstensi penuh
terlihat, akan menggembung ke anterior. Palpasi sendi menunjukkan tanda awal sinovitis. Hiperekstensi lebih
bahu dan struktur-struktur di sekitarnya harus di ikuti dari 5' menunjukkan hipermobilitas.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS PENYAKIT MUSKULOSKETETAT 207
PERGELANGAN TANGAN
t4
150
t&
130
ii-"k"1 -;i;i;H"'-"''.0,e'l 1',0,
120
it0 ,10
t@ 60
70.
&
70
60-
eo.E
s
4
jlj
L
szo &30
PERGELANGAN TANGAN
20
deviasi radio-unlar
I Denoan rotasiI 1S
iio
130
1N
st<aduta lX
,30
,fi,, t ,$
f ]
tr0
i00
]L tlo
100
BAHU
abduksi- adduksi
Gambar 3. Gerak pergelangan tangan
Sendi metakarpopalangeal, interfalang proksimal dan distal
rj:'il
:l (M eta co rpo p h o lo n g e o l, p roxim o L o n d d ista I inte rp h a lo n g eo I
BAHU joints = McB PIP DIP)
Rotasi internal - eksternal
lui
tumpang tindih. Dalam keadaan normal, pergelangan
1$
o7o@ R tangan dapat difleksikan 80'-90", ekstensi 70', deviasi
SIKU ulnar 50'dan deviasi radial 30'.
fleksi-ekstensi Jepitan nervus medianus pada terowongan karpal,
akan menyebabkan corpol tunnel syndrome, yang dapal
diketahui dengan melakukan perkusi nervus medianus
pada retinakulum fleksor yang akan menyebabkan
parestesia pada daerah yang dipersarafi nervus medianus,
yaitu jempol, telunjuk dan jaritengah (tanda tinel). Palmar
fleksi sendi pergelangan tangan selama 30-60 detik juga
akan mencetuskan parestesi (Phallen's wrist flexion sign).
Pada tenosinovitis otot abduktor polisis longus
dan ekstensor polisis brevis (de quervoin's stenosing
Gambar 2. Gerak sendi siku
tenosynovitis), deviasi ulnar secara pasif dengan posisijari-
jari dalam keadaan fleksi akan menimbulkan nyeri pada
Pergelangan Tangan daerah radial pergelangan tangan (tes Finkelstein).
Dergelangan tangan merupakan sendi yang kompleks.
Berbagai deformitas yang dapat terjadi antara lain
Tulang-tulang karpal, terdiri dari 8 tulang pendek skafoid, adalah squaring pada tangan, akibat osteofitosis pada
unatum, trikuetrum, pisiform, trapezium, trapezoid, sendl karpometakarpal.
Gpitatum dan hamatum. Kedelapan tulang tersebut, di Sendi MCB PIP dan DIP merupakan sendi engsel. Pada
croksimal bersendi dengan radius dan ulna. sedangkan di waktu jari-jari fleksi, dasar proksimal falang akan bergeser
distal bersendi dengan tulang-tulang metakarpal. Tendon ke depan kaput metakarpal. Kulit pada permukaan
ctot-otot fleksor longus tangan melewati bagian folar palmar tangan cukup tebal yang menutupi lemak dan
cergelangan tangan di dalam sarung tendon di bawah tulang metakarpal di bawahnya sehingga palpasi pada
leksor retinakulum (ligamen transversum karpal). Fleksor permukaan palmar tangan lebih sukar dibandingkan
'etinakulum dan dasar tulang-tulang karpal membentuk permukaan dorsal tangan.
:erowongan karpal. Nervus medianus melalui terowongan Artritis reumatoid merupakan kelainan yang sering
ni superfisial terhadap tendon fleksor. Aponeurosis palmar
terjadi pada pergelangan tangan dan tangan yang di tandai
-uga menyebar keluar ke daerah palma manus dari fleksor oleh pembengkakan pada sendi interfalang proksimal
.etinakulum. Pada kontraktur Dupuytren, aponeurosis
menyebabkan jari berbentuk fusiformis; deviasi ulnar;
aalmar menebal dan kontraktur sehingga jari-jari terfleksi deformitas swon neck yang merupakan fleksi kontraktur
cada sendi metakarpal. Yang sering terkena adalah jari sendi MCf, hiperekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP; dan
<etiga, disusuljari keempat dan kelima. Jari pertama dan deform ita s b o uto n n ie re ya n g me ru pa ka n kontra ktu r f leksi
<eduajarang terkena. Pada sisi dorsal pergelangan tangan, sendi PIP dan hiper-ekstensi sendi. Selain itu dapat juga
sering timbul pembesaran kistik yang disebut ganglion. di temukan deformitas Zjarilyang merupakan kombinasi
Sinrovitis pada pergelangan tangan, lebih mudah terlihat fleksi sendi metakarpofalangeal I dan hiperekstensi
sari sisi dorsal, kbrena banyak tendon pada sisi polar yang interfalang I. Pada osteoartritis tangan sering didapatkan
208 ILMU DIAGNOSTIK FISIS
KOKSAE 80$
Sendi Koksae 70
,60 adukasi -adukasi 6q 1
,s
y''
Sendi koksae dibentuk oleh kaput femoris dan asetabulum. /Ml
Lingkup geraknya cukup luas, tapi tidak seluas sendi :iwir
10<_--
bahu. Stabilitas sendi dijaga oleh kapsul sendi yang kuat 0--
dan dikelilingi oleh berbagai ligamen seperti ligamen
iliofemoral Bertini, ligamen pubofemoral dan ligamen
iskiokapsular. Sendi koksae juga dikelilingi oleh otot-otot
yang kuat. Otot fleksor yang utama adalah otot iliopsoas
yang dibantu oleh otot sartorius dan rektus femoris. Aduksi ROTASI
KOKSAE
koksae, dilakukan oleh otot-otot aduktor longus, brevis
dan magnus dan dibantu oleh otot grasilis dan pektineus. L EXT. INT EXT R,
dan medial. Sendi lutut diperkuat oleh kapsul sendi yang tungkai diekstensikan secara penuh, kemudian tangan
kuat, ligamen kolateral lateral dan medial yang menjaga pemeriksa yang satu menggenggam lutut pasien dengan
kestabilan lutut agar tidak bergerak ke lateral dan medial; posisijempol pada 1- sisi dan jari-jari yang lain pada sisi
dan ligamen krusiatum anterior dan posterior yang yang satu lagi, kemudian tangan pemeriksa yang satu
menjaga agar tidak terjadi hiperfleksi dan hiperekstensi lagi memegang pergelangan kaki pasien. Pada posisi
sendi lutut. Fleksi lutut, akan diikuti rotasi internal tibia, tungkai bawah rotasi eksterna L5', bunyi snap yang
sedangkan ekstensi lutut akan diikuti rotasi eksternal teraba atau terdengar pada waktu tungkai bawah pasien
femur. Patela mempunyai fungsi untuk memperbesar di gerakkan dari posisi ekstensi ke fleksi 90' menunjukkan
momen gaya pada waktu lutut ekstensi sehingga kerja otot adanya robekan meniskus medial. Bunyi yang sama yang
quadriseps femoris tidak terlalu berat. Pada inspeksi lutut, terdengar pada waktu tungkai bawah dirotasi internal
harus diperhati-kan kemungkinan adanya genu varus, 30' dan digerakkan dari fleksi ke ekstensi, menunjukkan
genu valgus dan genu rekurvatum. Pembengkakan di atas robekan pada meniskus lateral.
patela, biasanya berasal dari bursitis prepatelar; sedangkan
sinovitis lutut biasanya lebih difus. Pembengkakan Pergelangan Kaki
posterior di fossa poplitea, biasanya berasal dari kista Pergelangan kaki terdiri dari 2 sendi, yaitu sendi tibiotalar
baker. Nyeri pada sisi medial tibia di bawah sendi lutut, (true ankle joint) yang merupakan sendi engsel dengan
biasanya berasal dari bursitis anserin. Nyeri pada bagian pergerakan dorsofleksi dan plantar-fleksi, sedangkan sendi
bawah patela pada usia muda biasanya berasal dari subtalar memungkinkan gerak inversi dan eversi dari kaki.
sindrom Sinding-Larsen-Johansson, sedangkan pada usia Maleoli tibia dan fibula memanjang ke bawah, menutupi
yang lebih tua biasanya berasal dari tendinitis patelar talus dari medial dan lateral dan memberikan kestabilan
:jumper's knee). Nyeri pada tuberositas tibia pada anak sendi pergelangan kaki. Kapsul sendi pergelangan kaki
rnuda, biasanya disebabkan oleh epifisiolisis (Osgood- sangat kuat pada bagian posterior dan memungkinkan
SchLatter's diseose) untuk pergerakan dorso dan plantar-fleksi.
Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba krepitus Pada bagian belakang sendi ini terdapat tendon
oada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan. Hal ini achiles yang merupakan tendon otot gastroknemius dan
rtenunjukkan kerusakan rawan sendi, misalnya pada soleus yang memanjang ke bawah dan berinsersi pada
osteoartritis. Selain itu, pada waktu palpasi juga dapat permukaan posterior os kalkaneus. Radang pada tendon
diperiksa adanya efusi sendi. Stabilitas ligamen kolateral ini, menyebabkan rasa nyeri bila banyak berjalan atau
Capat diperiksa dengan memfleksikan lutut l-00"; kondilus bila tendon itu di tekan atau penekanan pada insersinya
temoral dipegang dengan tangan pemeriksa yang satu di kalkaneus. Gerak plantar-fleksi dilakukan oleh otot
sementara tangan yang lain menggerakan tungkai gastroknemius dan soleus;.dorso-fleksi oleh otot tibialis
cawah ke depan dan kebelakang. Untuk menilai stabilitas anterior; sedangkan inversi oleh otot tibialis posterior dan
iEamen krusiatum, lutut di fleksikan 90', kemudian eversi oleh otot peroneus longus dan b"revis.
:ungkai bergerak (drower sign positifl, berarti sudah
ada kelemahan ligamen krusiatum. Kerusakan meniskus
PERGELANGAN KAKI
dapat diperiksa dengan melakukan tes Mc-Murray, yaitu Fleksi plantar- dorsat
Kaki
Doformitas Lutut : Yang dimaksud dengan kaki adalah mid foot yang terdiri
A, Genu Varus; B. Genu Valgus; C. Geno
D.Subluksasi tibia posterior; E Flaksi dari 5 tulang-tulang tarsal selain talus dan kalkaneus dan
fore foot yang terdiri dari tulang-tulang metatarsal dan
LUTUT
(Fleksi ) iari-jari kaki. Kaki mempunyai struktur melengkung ke
dorsal yang memungkinkan penyebaran berat badan ke
kalkaneus di posterior dan ke-2 tulang sesamoid pada
tulang metatarsal I dan kaput metatarsal II-V di anterior.
Gernbar 5. Defoimitas sendi lutut dan gerak sendi lutut Fungsi lengkung kaki adalah untuk menjaga fleksibilitas
2to ILMU DI,AGNOSTIK FISIS
Modified SchoberTest
Biokimia berupaya memberikan kajian tentang proses fosfat melalui hexose monophosphot shunt (HMP shunf)
kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Biokimia begitu penting untuk menanggulangi stress oksidatif pada
luas sehingga dapat juga menyentuh aspek biologi sel, eritrosit. Metabolisme 1,2 difosfogliserat (1,3-DPG) melalui
biologi molekulari genetika molekulal fisiologi, patologi Luebering-Rapoport shunt juga penting untuk proses
dan ilmu klinik.l Glukosa, lemak, protein, enzim dan tronsport oksigen tubuh.s "
non-protein nitrogen yang akan dibahas secara ringkas Didalam mulut, ketika makanan dikunyah, makanan
dalam tulisan ini, merupakan analit yang memiliki arti akan bercampur dengan enzim saliva yang menghidrolisis
klinik yang penting. Status metabolisme glukosa, lemak, tepung menjadi disakarida maltosa, sukrosa dan laktosa.
protein, enzim dan non-protein nitrogen menunjukkan Enterosit pada vili usus halus mengandung empat enzim:
keadaan sistemik tubuh. Pemahaman tentang biokimia, laktase, sukrase, maltase dan cx,-dekstri nase. Enzim-enzim
fisiologi dan patofisiologi penting dalam upaya penyaring, ini akan memecahkan disakarida lqktosa, sukrosa dan
penegakan diagnosis, penatalaksanaan, pemantauan dan maltosa termasuk juga polimer glukosa lainnya menjadi
prognosis penyakit. monosakarida. Laktosa dipecah menjadi satu molekul
galaktosa, dan satu molekul glukoSa. Sukrosa dipecah
menjadi satu molekul fruktosa, dan satu lnolekul glukosa.
IiETABOLISME GTUKOSA Maltosa dan polimer glukosa lainnya diubah menjadi
molekul-molekul glukosa. Hasil pencernaan karbohidrat
Karbohidrat adalah derivat aldehid atau derivat keton dari berupa monosakarida diabsorpsi masuk sirkulasi portal.6
alkohol polihidroksi atau senyawa yang menghasilkan Di dalim hepatosit, glukosa akan mengalami
derivat ini pada hidrolisis. lstilah karbohidrat berhubungan serangkaian proses metabolisme yaitu glikogenesis,
dengan rumus kimia senyawa ini yang mengandung satu glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glikogenesis
molekul air per satu atom karbon (rumus umum Cx(H20) adalah konversi glukosa menjadi glikogen sedangkan
y).2'3 Karbohidrat sederhana seperti glukosa disebut glikogenolisis adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa.
monosakarida. Dua monosakarida yang dihubungkan Pembentukan glukosa dari zat non-karbohidrat seperti
dengan ikatan glikosidik membentuk disakarida. Lebih asam amino, gliserol dan laktat disebut glukoneogenesis.
dari dua monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan Kemudifn hati melepaskan monosakarida ke sirkulasi
glikosidik membentuk polisakarida.a darah, hampir seluruhnya berupa glukosa. Glukosa
Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam di degradasi di dalam sel melalui proses glikolisis
metabolisme tubuh. Oksidasi glukosa melalui jalur glikolitik seba'gai sumber energi utama untuk proses metabolisme
dan siklus asam trikarboksilat menghasilkan adenosin (Gambar 1).6
tifosfot (ATP) yang adalah sumber energi universal untuk Hati, pankreas dan kelenjar endokrin lain ikut serta
rcaksi biologik.a Gula ribosa dbn deoksiribosa adalah dalam pengaturan konsentrasi glukosa pada rentang
ftomponen struktur utama asam deoksiribonukleat (DNA) tertentu. Pengaturan kadar glukosa darah terutama
dan asam ribonukleat (RNA)., Metabolisme glukosa-6- dilakukan oleh insulin dan glukagon yang diproduksioleh
213
214 LABORATORIUM KLINIK
METABOLISME TEMAK
Karena lipid bersifat tidak larut pada lingkungan airi menyebabkan partikel ini lebih mudah masuk kebawah
maka transport lipid dalam plasma terjadi melalui suatu tunika intima pembuluh darah. Adanya faktor cedera
bentuk kompleks makromolekul yang disebut lipoprotein. endotel dibarengi dengan kolesterol LDL yang tinggi
Sekitar 60% kolesterol total dalam plasma dari subjek mempermudah terbentuknya aterosklerosis. Sfress
berpuasa dibawa oleh LDL.e Partikel lipoprotein berbentuk oksidatif bisa memodifikasi LDL menjadi LDl-teroksidasi
sferis dan terdiri dari banyak molekul lemak dan protein dan/atau LDL-glikat. Bentuk-bentuk LDL termodifikasi ini
'0, yang diikat oleh ikatan nonkovalen.ll Lemak utama mempunyai afinitas yang lebih rendah kepada reseptor
dari lipoprotein adalah kolesterol, trigliserida (TG) dan LDL (LDL-R) dan dapat dikenali oleh makrofag sebagai
fosfolipid (PL). Struktur lipoprotein dikatakan terdiri benda asing sehingga mempermudah terbentuknya
dari lapisan luar hidrofilik dengan PL, kolesterol tak foom cell.
teresterifi kasi, da n protei n (apolipoprotein, apo), dengan LDL beredar dalam sirkulasi selama +3 hari.12
inti lipid netral hidrofobikyang didominasi kolesterol ester Kemudian LDL diambil oleh hepar dan sel perifer melalui
(CE) dan TG. 11 LDL-R dimana protein LDL kemudian didegradasi dan
Lipoprotein mempunyai ciri fisika dan biokimiawi kolesterol yang ada digunakan dalam metabolisme sel.
yang berbeda-beda karena mengandung proporsi lipid Sekitar 33-66% LDL didegradasi melalui sistem LDL-R,
dan protein yang berbeda. Lipoprotein dapat dibedakan sedangkan sisanya melalui sistem sel scovenger.e
sesuai dengan mobi itas elektroforetik mereka (contohnya
I
LDL Dislipidemia
LDL adalah produk hasil hidrolisis lDL, dimana 80% Abnormalitas kadar lipid plasma disebut dislipidemia.ls
partikel terdiri dari lipid dan 207o protein. Kadar LDL Peningkatan kolesterol total atau kolesterol
dalam darah dikenal sebagai faktor penting dalam LDL tanpa peningkatan trigliserida disebut hiper-
penyakit aterosklerotik. Ukuran partikel yang lebih kecil kolesterolemia sedangkan peningkatan trigliserida
216 LABORATORIUM KLINIK
Tipe tlb LDL & VLDL >300 mg/dL '150.300 mg/dL Jernih atag keruh Peningkatan pita p 4A%
dan pre-p
Tipe lll IDL 350 - 500 mgl 350 - 500 mg/dl Keruh Peningkatan pita B, <1o/o
dL pre-B, penurunan
pita cr.
Tipe lV VLDL <2oo mgldt 200-1000 mg/dL Keruh atau seperti Feningkatan pre-p, 45o/o
suSu penurunan q
Tipe V VLDL & >300 mgldL > 1000 mg/dL Lapisan Kilomikron pada 5'/o
Kilomikron mengambang asal, peningkatan
seperti susu, pre-p
infranatan keruh
BIOKIMIA GLKOSA DARAH, LEMAK, PROTEIN. ENZIM DAN NITROGEN 217
pankreatektomi, pankreatitis kronik), kehamilan, dan deLong dimana T9,/6. Karena banyak ketidaktepatan
obat-obatan.20 dalam menentukan nilai K-LDL dengan rumus maupun
metode tidak langsung, maka sekarang dianjurkan metode
Trigliserida la n g su n g homog en (d ire ct h o m og e n o u s o ssoys).21
Beberapa penyebab peningkatan trigliserida serum yaitu Penyebab peningkatan K-LDL antara lain adalah
hiperlipidemia genetik, penyakit hati, sindrom nefrotik, hiperkolesterolemia familial, hiperlipidemia kombinasi
hipotiroidisme, diabetes mellitus, alkoholisme, gout, familial, diabetes mellitus, hipotiroidisme, sindroma
pankreatitis, penyakit von Gierke, infark miokard akut, nefrotik, gagal ginjal kronik, diet tinggi kolesterol total
obat-obatan misalnya kontrasepsi oral, estrogen dosis dan lemakjenuh, kehamilan, mieloma multipel, disgamma-
tinggi, beta-bloker; hidroklorotiazid, steroid anabolik, globulinemia, porfiria, anorexia nervosa, serta obat-obatan
kortikosteroid, serta gestasi.2o seperti steroid anabolik, beta-bloker antihipertensi,
Trigliserida serum yang rendah dapat disebabkan oleh progestin, karbamazepin. Penurunan K-LDL dapat terjadi
keadaan abetalipoproteinemia, mal nutrisi, perubahan diet karena penyakit berat, abetalipoproteinemia dan terapi
dalam 3 minggu, kehilangan berat badan, latihan fisik, estrogen oral. 20
obat-obatan e.g. bloker alfa-1 reseptor.2o
elemen sehingga terbentuk struktur tiga dimensi yang Protein dari sirkulasi akan mengalaini endositosis untuk
karakteristik. Konformasi ini terbentuk oleh adanya ikatan didegradasi dalam sel. Degradasi protein dilaksanakan
elektrovalen, ikatan hidrogen, ikatan disulfida, gaya van oleh protease. Protease lisosom (katepsin) mendegradasi
der Waals dan interaksi hidrofobik. Struktur kuarterner protein yang masuk lisosom. Protein sitoplasmik yang
adalah struktur molekul yang terdiri dari beberapa subunit akan diurai, diikat oleh ubiquitin yang berinteraksi dengan
sehingga terbentuk molekul protein yang lengkap.,3 proteasom untuk mendegradasi protein. Produk degradasi
berupa asam amino akan dimetabolisme untuk sintesis
Sintesis, Metabolisme dan Degradasi protein baru atau untuk menjadi sumber energi.2s
Proses sintesis protein dimulai dari transkripsi DNA di
nukleus membentuk mRNA kemudian proses translasi Fungsi
mRNA menjadi rantai asam amino (polipeptida) oleh Protein memiliki banyak fungsi dalam tubuh yaitu untuk
ribosom di sitosol (Gambar 5). Selama atau setelah proses fungsi katalisis, transpor molekul, struktural, kontraktil,
translasi rantai polipeptida mengalami proses lipatan nutrititif, imu nologi k, hormona l, koagu lasi, keseim banga n
dan modifikasi menjadi protein matang dengan bantuan asam basa, tekanan onkotik dan sebagai reseptor. Fungsi
protein yang disebut chaperone. Protein pada ribosom dan contoh protein disajikan pada tabel 7.26
dengan menempel pada retikulum endoplasma kasar
yang kemudian digunakan atau dipindah dalam badan Protein Plasma
golgi untuk kemudian disekresikan melalui eksositosls Sebagian besar protein plasma disintesis di hati kecuali
keluar sel.2s imunoglobulin yang disintesis oleh sel B dan hormon
Dalam keseimbangan, sintesis dan degradasi protein oleh organ endokrin. Protein plasma tersebut disekresi
berkisar 300-400 g/hari. Di dalam sel, protein terus oleh hepatosit ke ruang Disse dan masuk sirkulasi melalui
menerus mengalami pergantian (sintesis dan degradasi). sinusoid hati. Setelah bersirkulasi, kebanyakan protein
plasma kehilangan asam sialat yang menjadi tanda
bersihan dan degradasinya oleh hati.
Berdasarkan sifat elektroforetiknya protein plasma
terdiri dari fraksi albumin dan prealbumin (RBP,
transthyreti n), alfa- 1 -antitripsin, o1 -acid glycoprotein,
(cr,1
Struktur Molekular
Molekul enzim memiliki struktur primer, sekunder dan
tersier s.esuai karakterist[k protein. Kebanyakan enzim
juga memiliki struktur kuarterner. Struktur primer dibentuk
sesuai urutan asam amino. Struktur sekunder berupa
konformasi segmen rantai polipeptida apakah berupa
cr-heliks, pita-B, gulungan (coils) dan belokan-P (F-furns).
Struktur tersier terbentuk berdasarkan susunan elemen
sekunder dan interaksi antar elemen sehingga terbentuk
struktur tiga dimensi yang karakteristik. Struktur kuarterner
adalah struktur molekul yang terdiri dari beberapa sub'unit
Gambar 5. Sintesis dan degradasi protein2s sehingga terbentuk molekul enzim yang lengkap dan
220 LABORATORIUM KLINIK
fungsional. Enzim dengan struktur homomultimer terdiri disandi oleh gen yang berbeda namun mengkatalisis reaksi
dari beberapa subunit yang sama (misalnya LDH H4), karakteristik yang sama.2e
sedangkan struktur heteromultimer terdiri dari subunit
yang berbeda (misalnya CK-MB). Enzim dengan variasi Spesifitas dan Nomenklatur
struktur yang disebut isoenzim (misalnya CK-MM, CK- Enzim hanya berikatan dengan substrat pada bagian
MB). lsoenzim memiliki struktur yang berbeda karena spesifik (octive site) sehingga reaksi yang terjadi adalah
reaksi yang spesifik. Enzim juga bersifat stereoselektif yang membangun struktur molekul enzim.2e
karena asimetrisitas bagian aktifnya. Enzim hanya Beberapa enzim membutuhkan senyawa non-
mengenali satu bentuk enantiomerik dari suatu substrat. protein dengan berat molekul rendah untuk aktivitasnya.
Protease misalnya, hanya berikatan dengan polipeptida Senyawa yang berikatan lemah dengan enzim disebut
yang terdiri dari asam amino-L (tidak dengan asam koenzim, sedangkan yang berikatan kuat disebut gugus
amino-D). Enzim juga dapat menunjukkan spesifitas prostetik. Bentuk inaktif enzim (apoenzim) akan menjadi
geometrik, misalnya fumarase, hanya bereaksi dengan bentuk aktif (holoenzim) setelah berikatan dengan gugus
fumarat (isomer trons) dan tidak dengan maleat (isomer prostetiknya.2e
cls).30 Laju reaksi enzimatik juga dapat dipengaruhi oleh
Enzim (E) bekerja melalui pembentukan kompleks suhu, keasaman dan adanya substansi lain yaitu inhibitor
enzim-substrat (ES). Substrat akan terikat di situs aktif pada atau aktivator. lnhibitor dibagi atas tipe ireversibel dan
enzim (gambar 5). Setelah itu terjadi transformasi substrat reversibel. I n hi bitor i reversibel beri katan kova len dengan
menjadi produk (P) dan enzim terlepas kembali: enzim sehingga metode fisik seperti dialisis, filtrasi gel,
E+S e ES+P+E kromatografi tidak dapat memisahkannya. lnhibitor
reversibel dapat berupa inhibitor kompetitif yang memiliki
Berdasarkan tipe reaksinya, enzim diklasifikasikan
Calam enam kelas yaitu oksidoreduktase, transferase,
kemiripan struktural dengan substrat atau berupa
ridrolase, liase, isomerase dan ligase. Penamaan dan kode inhibitor nonkompetitif yang berikatan dengan enzim
pada lokasi yang berbeda dengan tempat ikatan enzim-
sistematik oleh the lnternational Union of Biochemistry
substrat. Contoh inhibitor misalnya aspirin menginhibisi
UB) menetapkan Enzyme Commission (EC) yaitu kode
lomor enzim yang terdiri dari, kelas, sub kelas, sub- siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) yang memproduksi
prostaglandin dan tromboksan, sehingga dapat menekan
subkelas, dan nomor enzim dalam sub-subkelas. Misalnya
peradangan dan rasa sakit. Sianida yang merupakan
<reatin kinase (kelas transferase, su bkelas fosfotransferase,
sub-subkelas grup nitrogenik atau akseptor) memiliki
inhibitor enzim ireversibel, yang bergabung dengan
-ama sistematik ATP: creatine N-phosphotransferase tembaga dan besi pada bagian aktif enzim sitokrom c
oksidase dan menghambat respirasi sel.2e
:engan nomor EC 2.7.3.2 1' 2s
Aktivator enzim dapat meningkatkan laju reaksi
dengan mendukung pembentukan konformasi paling
aktif pada enzim atau pada substrat. Banyak enzim
membutuhkan ion metal untuk stabilisasi struktur tersier
Y(,
E
c
(E
(E
a.
o
o
o
Y Gambar 8. Pola Regulasijalur metabolik2s
Crrzi6f''
: . ,: I,i
.....', ' i;':1''':'
r:.:.tjr.:r:i """ :
a:61::l
i: ra-r
*+gnllrdFifir#ar.llF
AIkrli. fdgfta{ilsC',iALFj',:,
NaCl
I
Urea
I
Medulla
luar
1,1s4x
eGFR = 175 x Kreatinin Umur-0,203x1212 (kulit hitam)
x.0,742 (wanita)
trormula Chronic Kidney Dkeose Epidemiology ColLaborotion
CKD-EPr)41:
eGFR (mL/min/1.73m2)=
39,1 (tinggi Ekskresi????/
[m]l/ Kreatinin0,sl6 [mg/dL]) x
1lYo
;1,8 / cystatin 6ozso 1mg/LJ)
i30 / BUNo,tog [mg/dL]) [1,099 pria] Gambar 12. Ekskresi asam urat di ginjal a'z
itinggi [m]/1,4)o'188
PEM ERI KSAAN FUNGSI SEKRETORIK PAN KREAS dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serta
keadaan yang gawat darurat dengan mortalitas yang
Beberapa jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk cukup tinggi. Terjadi aktivasi berbagai enzim pankreas
mengetahui fungsi pankreas, baik secara direk maupun yang akan mengakibatkan kerusakan fokal, menyeluruh
dengan indirek. Pemerisaan direk meliputi pengukuran dan nekrosis. Aktivitas lipase akan menyebabkan nekrosis
aktivitas sekretin dan atau kolesistokinin dengan jaringan lemak interstisium, peripankreas dan pembuluh
mengukur terbentuknya bikarbonat dan enzim yang darah. Kerusakan vaskuler pankreas akan menyebabkan
disekresi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan bantuan terjadinya trombosis dan perdarahan disertai infiltrasi
intubasi atau endoskopi untuk mendeteksi disfungsi netrofil. Reaksi inflamasi dan nekrosis dapat meluas
pankreas. Pemeriksaan indirek meliputi Lundh test meal ke daerah sekitar pankreas. Baberapa sistem skoring
dengan mengukur akitivitas tripsin setelah konsumsi digunakan untuk mengetahui keadaan pankreatitis akut
makanan tertentu, pemeriksaan ini juga memerlukan dan prognosanya, seperti kriteria Ranson, Glasgow dan
intubasi atau endoskopi dan digunakan utuk mendeteksi APACHE. 3,4
di'sfungsi pankreas. 1
Diagnosis pankreatitis diketahui dari pemeriksaan
Pemeriksaan yang tidak memerlukan intubasi atau fisik, laboratorik serta radiologik. Peningkatan enzim
endoskopi adalah dengan mengukur jumlah lemak amilase dan lipase yang tinggi merupakan petanda
tinja, pemeriksaan kemotripsin dan fekal elastase 1 adanya pankreatitis akut. Untuk menilai pankreatitis
(Elastase- 1 ). Pemeri ksaan N BT-PABA (benti rom ida) serta sesuai kriteria di atas dibutuhkan berbagai parameter
fluoresein-dilaural, breqth test. Pemeriksaan lemak di laboratorium. Pada penggunaan kriteria Glasgow kasus
tinja dilakukan dengan mengukur lemak tinja setelah dianggap berat bila terdapat miniml 3 dari kriteria
mengkonsumsi sejumlah tertentu makanan, tes ini sebagai berikut : usia > 55 tahun, PO2 < 60 mmHg,
dianggap kurang spesifik untuk pankreas dan sudah leukosit > 15.000/uL, kalsium < 2 mmol/L, urea > 16
tak digunakan lagi. Pengukuran pankreatik Elastase-1 mmol/1, lakktat dehidrogenase. (LDH) > 600 lUl1, aspartat
tinja merupakan pemeriksaan yang dianggap baik untuk transaminase (AST) > 200 IUl1, albumin < 3,2 g/dL,
mendeteksi penurunan fungsi pankreas. Pemeriksaan glukosa > 10 mmol/l. t6
NBT-PABA (bentiromida) serta fluoresein-dilaurat Pada kriteria Ranson diperlukan data laboratorium
dianggap baik untuk mendeteksi keadaan gangguan setelah 48 jam seperti tertera pada tabel 1. Bila dijumpai
pankreas yang sudah lanjut dan kurang sensitif pada > 3 kriteria pada Ranson maka dianggap prognosis
disfungsi ringan.1,2 kurang baik. Ranson > 8 dianggap terdapat nekrosis
pankreas. Peningkatan nilai dianggap juga akan
meningkatkan persentase kemungkinan mortalitas
PANKREATITIS penderitanya. t7
Penilaian menurut APACHE ll (Acute Phyrsiology and
Pankreatitis adalah inflamasi dari pankreas keadaan ini Chronic Heolth Evoluotion) meliputi penilaian adanya efusi
terjadi bila proenzim pankreas mengalami aktivasi bukan pleura hemoragik, obesitas, hipotensi (sistolik < 90 mrnHg)
di duodenum tetapi di pankreas sendiri, terutama enzim atau takikardia (> 130/menit), PO, < 60 mmHg, oliguria (<
tripsin yang dapat mengaktivasi enzim lain. Prosesnya 50 mLljam) atau peningkatan ureum/kreatinin, penurunan
dapat akut, berlangsung tiba-tiba atau bersifat kronik kalsium serum (<1.9 mmol/L) atau serum albumin (<3.2g/
berlangsung tahunan. Penyebab pankreatitis beragam dL). Nilai dengan skor > 8 dianggap mempunyai prognosis
dengan berbagai gejala yang menyertainya. yang kurang baik. +6
PANKREATITIS AKUT
PEM ERI KSAAN LABORATORIU M dengan baik di usus, akan terjadi maldigesti serta
malabsorpsi pada penderitanya. Keluhan pada penderita
Pemeriksaan laboratorium awal yang diperlukan adalah adalah adanya penurunan berat badan, tirnbulnya diabetes
pemeriksaan amilase dan lipase darah, dapat juga melitus serta steatorea. Prognosis dari pankreatitis
dideteksi dalam urin. Amilase akan meningkat dalam kronis sangat bervariasi tergantung dari penanganan
waktu 2-12 jam setelah onset, mencapai puncaknya penyebabnya. Seringkali pada pemeriksaan dijumpai
setelah 48 jam dan akan kembali normal setelah 3-5 aktivitas amilase dan Iipase yang normal, pada keadaan
hari. Dalam waktu yang lebih lambat amilase juga akan eksaserbasi dapat diju mpai sedikit pening katan. Diagnosis
dijumpai peningkatannya di urin. Amilase yang meningkat ditegakkan berdasar pemeriksaan fisik, radiologik dan
hingga 3 kali batas atas normal disertai kelainan fisik adanya sedikit intoleransi terhadap glukosa karena juga
yang mendukung dianggap sebagai pemeriksaan yang ada disfungsi dari fungsi endokrin pankreas. Pada keadaan
memastikan adanya pankreatitis akut dengan nilai positive maldigesti yang berlanjut maka akan dijumpai penurunan
predictive yolue mendekati 100%. Pemeriksaan amilase albumin serum.2,8
lebih banyak tersedia dibandingkan lipase, pemeriksaan
lipase tidak mudah dilakukan dan distandarisasi, bila
pemerksaan lipase memungkinkan untuk diperiksa maka PEMERI KSAAN LABORATORI U M
lipase dianggap Iebih spesifik. Lipase akan meningkat
4-8 jam setelah onset dan mencapai puncaknya pada Dapat dilakukan pemeriksaan amylase dan lipase serum,
24 jam, dan bertahan lebih lama dibandingkan amilase tetapi umumnya tidak dijumpai adanya peningkatan.
yaitu 8-14 hari. Terdapat beberapa keadaan yang dapat Adanya maldigesti dapat diketahui dari penurunan
mengakibatkan peningkatan amilase darah antara lain protein dan albumin serum, adanya malabsorpsi dar:i
kolesistitis akut, obstruksi duktus bilier; perforasi gaster pemeriksaan tinja lengkap. Untuk pemeriksaan yang
dan intestin, apendisitis akut, kehamilan ektopik, mu m ps, dianggap lebih spesifik dapat dilakukan pemeriksaan
keganasan paru, insufisiensi ginjal, makroamilasemia fekal elastase-1, kadarnya akan menurun bila terdapat
ketoasidosis diabetik, dan berbagai keadaan lainnya. 2i insufisiensi pankreas sejalan dengan derajat kerusakan
Pemeriksaan lain yang diperlukan untuk memperkirakan yang ada. Dapat pula dilakukan pemeriksaan tripsinogen
berat ringannya pankreatitis, perjalanan penyakit atau di serum. Untuk kerusakan pada endokrin pankreas dapat
prognosisnya yaitu : pemeriksaan hematologi lengkap, dilakukan pemeriksaan gula darah puasa/ 2 jam post
ureum, kreatinin, AST, ALT, fosfatase alkali, gama glutamil prandial, tes toleransi glukosa atau HbA1c. Bila diduga
transferase (GGT), bilirubin, protein total - albumin, penyebabnya adalah autoimun maka dapat dilakukan
glukosa, kalsium, pemeriksaan gas darah, elektrolit, LDH. pemeriksaan komplemen, immunoglobulin, ANA, CRP dan
Untuk mengetahui derajat inflamasi-infeksi dilakukan faktor rheumatoid.2,8,s
pemeriksaan C-reaktif protein (CRP), prokalsitonin (PCT),
"a
interleukin-6, TNF-alfa dan komplemen. Pemeriksaan CRP
dan PCT merupakan parameter yang peningkatannya FIBROKISTIK PANKREAS ,
,
digunakan untuk memonitor apakah penderita mengalami
infesi berat sistemik, akan terjadi kegagalan organ dan Kelainan fibrokistik pankreas adalah suatu kelainan
jatuh ke systemic inflammatory response syndrome (SIRS). herediter resesif autosomal yang lebih sering diumpai
Feningkatan hematokrit dan CRP dihubungkan dengan di etnik Eropa. Kelainan ini ditandai dengan sekresi
terjadinya nekrosis. Bila dicurigai ti mbu lnya disse m inated abnormal berbagai organ eksokrin seperti pankreas,
introvoscular coagulation (DlC) maka perlu dilakukan kelenjar liur, peritrakheal dan peribronkial, kelenjar
pemeriksaan hemostasis lengkap dan D-Dimer. Untuk lakrimalis, kelenjar di intestin dan duktus biliaris serta
mencari penyebab infeksi dapat dilakukan pemeriksaan berbagai organ lain. Gangguan pada kelenjar di intestin
mikrobiologik. s,7 menga[ibatkan terjadinya ileus mekonium pada bayi
saat baru lahir. Pada masa kanak-kanak dijumpai adanya
gangguan pertumbuhan akibat malabsorpsi sedangkan
PANKREATITIS KRONIK pada masa yang lebih dewasa dijumpai adanya penyakit
paru kronis.2,1o,11
Pankreatitis kronis ditandai dengan terjadinya destruksi Gangguan yang terjadi adalah gangguan transpor
progresif ireversibel dari pulau-pulau dan jaringan asinar sodium dan klorida melalui epitelium sehingga terbentuk
pankreas dan akhirnya menimbulkan inflamasi menahun sekret dan mukus yang kental sekali. Fibrokistik pankreas
dan fibrosis. Pada keadaan ini terjadi penurunan produksi disebabkan oleh mutasi gen untuk protein cystic fibrosis
enzim pankreas sehingga digesti nutrien tidak berjalan transmembrane conductance regulotor (CFTR). Gen ini
230 LABORATORIUM KLINIK
berperan pada regulasi komponen sekret dari berbagai organ pancreas, including cystic fibrosis. In Feldman MF, Friedman
tubuh. Pada keadaan tertentu akibat malabsorpsi mungkin IS, Sleisinger MH. Gastrointestinal and Liver Disease. Eds.
terjadi gangguan malabsorpsi vitamin K dan berakibat pada 7th ed. Saunders, Philadelphi a 2002:pp.881,-906.
L1,. Rowe SM, Miller S, Sorcher E]. Cystic fibrosis. N Engl ] Med
gangguan hemostasis terutama pada anak.li 2005;352:1992-2001..
L2, Wangl, Freedman SD. Laboratory test for the diagnostic of
cystic fibrosis. Am J Clin Pathol 2002;117 (supp11):S109-115.
PEM ER! KSAAN LABORATORI U M
REFERENSI
PENDAHUTUAN SPESIMEN
Pemeriksaan urin dapat memberikan banyak informasi Untuk mendapatkan spesimen yang benar-benar
tentang keadaan fisiologi dan patologi tubuh. Pemeriksaan menunjukkan kead.aan pasien, perlu diperhatikan
urin memberikan informasi tentang keadaan sistemik beberapa aspek yaitu waktu dan periode pengumpulan,
secara umum maupun lebih khusus pada keadaan ginjal makanan dan obat-obatan yang dimakan pasien, serta
dan saluran kemih. cara pengambilan.
Sejarah pemeriksaan urin telah ada sejak Hippocrates, Spesimen yang didapat harus ditampung dalam
Aristoteles dan Mesir kuno. Namun, uroskopi menggunakan wadah yang bersih dan kering. Tutup wadah tidak mudah
labu urin pertama kali dipublikasikan oleh Johannes de boco4 dengan bukaan minimal 5 cm. Wadah urin harus
Ketham (Fasciculus Medicinoe) pada tahun 1491, terutama dilabel dengan baik. Spesimen harus dikirim segera
melihat warna urin.1 ke laboratorium dan dilakukan pemeriksaan sebelum
Pemeriksaan urinalisis saat ini terdiri dari pemeriksaan 2 jam, jika terjadi keadaan-keadaan dimana urin tidak
makroskopik, mikroskopik/ sedimen dan kimia urin. dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2 jam, maka
Pemeriksaan kimia urin dapat dikerjakan menggunakan perlu pengawetan urin. Tatibl 2 menunjukkan beberapa
carik celup, yang terdiri dari pemeriksaan pH, berat jenis, keuntungan dan kerugian pengawet'urin.
protein, glukosa, keton, eritrosit, bilirubin, urobilinogen,
nitrit, dan leukosit. Pemeriksaan sedimen urin dikerjakan
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi partikel yang PEM ERI KSAAN MAKROSKOPI K
tidak larut dalam urin secara mikroskopik. Cara baru
menggunakan alat otomatis untuk pemeriksaan partikel Pemeriksaan makroskopik terutama melihat warna dan
urin berdasa rkan flowcyto m etry. partikel yang terlihat dalam urin. Tabel 3 menunjukkan
penyebab perubahan warna urin. Kekeruhan urin dapat
disebabkan oleh keadaan patologik misalnya karena
PERSIAPAN PASIEN adanya eritrosit, leukosit, bakteri, jamur; sel epitel, kristal
abnormal, cairan limfa maupun lemak. Penyebab kekeruhan
Pasien perlu diinformasikan tentang jenis pemeriksaan non patologik dapat berupa sel epitel skuamosa, mukus,
dan syarat spesimen yang diinginkan. Untuk menghindari semen,*ontaminasi fekal, kontras media radiografik,
kontaminasi urin, perlu dilakukan pembersihan sekitar bedak ataupun krim vaginal.a
uretra sebelum urin dikumpulkan. Tabel 1 menyajikan Urin normal beraroma khas akibat adanya asam volatil'
tipe spesimen urin dan cara pengambilannya. Hubungan Urin tanpa bau dapat dijumpai pada nekrosis tubular. Bau
seksual perlu dihindari satu hari sebelum pengambilan pada urin dapat disebabkan oleh keadaan patologik atau
urin untuk menghindari peningkatan protein, sel masalah pengelolaan spesimen urin. Bau busuk dapat
atau kontaminasi oleh semen. Menstruasi dapat dijumpai pada infeksi saluran kemih. Bau seperti buah
mengkontaminasi urin. Kehamilan dapat menyebabkan dapat dijumpai pada ketonuria. Penyakit asam amino dapat
pyuria fisiologik.'z memberikan bau spesifik seperti bau tikus (fenilketonuria),
231
232 LABORATORIUM KLINIK
:::1 1.:i:'i:,!ir:':r
tengik/anyi r (tiroslnuria), sirup maple, kubis (malabsorpsi epltel transisional, epitel gepeng dan epitel tubuli ginjal.
metionin), keringat (asam isovalerik/glutarik), ikan busuk Epitel transisional melapisi pelvis ginjal hingga uretra
(trimetilam in u ria).s bagian proksimal. Epitel ini berukuran 2-4 kali leukosit,
bentuk bulat seperti buah pir. Epitel gepeng melapisi
uretra bagian distal dan vagina, berbentuk gepeng,
PEM ERI KSAAN MI KROSKOPI K besar, tepi tidak beraturan dengan inti kecil. Epitel
tubuli ginjal berukuran sedikit lebih besar dari limfosit,
Evaluasi mikroskopik urin dilakukan melalui evaluasi inti bulat dan besar; dapat bentuk gepeng, kubus atau
sedimen dari hasil sentrifugasi 12 mL urin. Tabel 4 dan lonjong. Peningkatan jumlah epitel tubuli dapat dijumpai
Tabel 5 memberikan ringkasan dan gambaran unsur-unsur pada kerusakan tubulus ginjal seperti pada pielonefritis,
pada pemeriksaan sedimen urin. nekrosis tubulus akut, intoksikasi salisilat, reaksi penolakan
transplantasi ginjal.
Epitel normal hanya sedikit dijumpai pada sedimen urin, sedangkan urin yang pekat (hipertonik) eritrosit akan
r
jumlahnya dapat meningkat pada keadaan radang. Jenis mengkerut. Eritrosit yang menggembung dapat sulit
Nll
epitel yang dapat dijumpai pada sedimen urin adalah dibedakan dengan leukosit. Untuk membedakannya
t
URINATISIS 233
il,:iii'l
Kontaminasi menstruasi
Fenomendione
Coklat Sel darah merah teroksidasi menjadi Terlihat pada urin asam setelah berdiri; tes kimia untuk darah
Hitam methemoglobin positif
Methemoglobin Hemoglobin denatirrasi
Asam homogen (alkaptonuria) Tampak urin basa setelah berdiri; terdapat tes spesifik
Melanin atau melanogen Urin menggelap setelah berdiri dan bereaksi terhadap nitropruside
dan ferri clorida
Derivat feno[ Menganggu pemeriksaan reduki cuprum
Argirol (antiseptik) Warna menghilang dengan ferri klorida
Metildopa atau levodoPa Antihipertensi
Metronidazol Flagyl, menggelap pada saat dibiarkan
U RINALISIS 235
Epitel
Skuamosa Ukuran besar; 5-7x eritrosit, Departemen Patologi Klinik
sitoplasma tipis, inti kecil FKUI/RSUPNCM
+rst:r-
*:l.l$lsr-+J:
i,i:ff;..
.EB::
:tSi--
236 LABORATORIUM KLINIK
sisa
Mikroba
Bakteri Bentukcocci, batang Mundt 8
Jenis-jenis silinder urin adalah sebagai berikut- Ditemukannya silinder leukosit di urin menandakan
infeksi atau inflamasi pada nefron. Leukosityang paling
a. Silinder hialin
sering dijumpai membentuk silinder ialah netrofil. Bila
Silinderyang paling sering terbentuk, sebagian besar
terdiri dari protein Tomm-Horsfol1 tidak berwarna, terjadi degenerasi sel terbentuklah silinder berbutir
yang dapat dijumpai pada pielonefritis kronik dan
homogen, transparan. Normal 0-2/lPK, dan dapat
glomerulonefritis kronik.
dijumpai pada urin normal.
b. d. Silinder berbutir/granula halus
Silinder eritrosit
Berasal dari degenerasi silinder leukosit dan agregasi
Menandakan adanya hematuria. Dijumpai pada
keadaan-keadaan yang menyebabkan kerusakan
protein serum ke dalam mukoprotein. Bila stasis
glomerulus, atau kapiler ginjal seperti pada berlangsung lama maka butir kasar akan berubah
glomerulonefritis akut, trauma ginjal, infark ginjal, menjadi butir halus. Dijumpai pada penyakit ginjal
sindrom Goodposture yang terdiri dari perdarahan tahap lanjut.
paru, glomerulonefritis dan adanya antibodi e. Silinder lilin
Berasal dari silinder berbutir halus yang mengalami
membrana basalis. Silinder eritrosit mudah dikenali
karena refraktil dan warnanya bervariasi dari kuning
degenerasi lebih lanjut. Bersifat refraktil dengan
hingga coklat.
tekstur yang kaku sehingga mudah mengalami
fragmentasi ketika melewati tubulus. Bentuknya tidak
c. Silinder leukosit
teratuI dan kadang-kadang terlihat sebagai "cork-
URINALISIS
237
Urin asam
Urat amorf Granulasi kuning kemerahan, Strasinger a
Urin basa
Fosfat amorf Bentuk bulat halus Simervillee
238 LABORATORIUM KLINIK
.i#*-Yr
, ,pdt"-
t
I
I
I
dumbbell
warna
:W'
':..#*
."qts*
l:
It
t !
x
*
URINALISIS 239
, Ma[<*a trdinls,
Berat,i.enis.
FH,,, ..,,.
:,1::l
Da.Ah
.:
'l, ::t :'.
: l:
:::.,: ,:t..,::,:..
Prstein.':':.'
Kettin-,::.,,,:, :: ,, .
B-ilifiJbin., 'r,.,,:::,, , .
U1pb11nggen..., .-
L+lkosit:$teraae'
frlitsill;':: , :'
Reagen pada uji carik celup urin dapat mendeteksi eritrosit, asam, sehingga pita yangberwarna putih akan berubah
hemoglobin bebas dan mioglobin. Eritrosit intak akan menjadi merah muda. Derajat warna merah muda yang
lisis pada test pod. Hemoglobin dan mioglobin memiliki bagaimanapun dapat diartikan sebagai reaksi yang positif.
aktivitas pseudoperoksidase yang akan bereaksi dengan Hasilnya dilaporkan sebagai negatif atau positif. Faktor
HrO, menghasilkan O" On akan mengoksidasi substrat yang mempengaruhi adalah diet yang tidak mengandung
kromogen sehingga terjadi perubahan warna kromogen nitrat, antibiotika yang menghambat metabolisme bakteri
URINATISIS
241
dan reduksi nitrit menjadi nitrogen. Bakteri penyebab PENYEBAB POSITIF PATSU DAN NEGATIF PATSU
infeksi saluran kemih yang menghasilkan nitrit adalah E.
coli, Enterobacter; Citrobacter: Klebsiella dan proteus sp. Faktor tertentu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
Untuk reduksi nitrat menjadi nitrit, urin harus terpapar urinalisis sehingga perlu evaluasi teliti untuk interpretasi
bakteri saluran kemih selama minimal 4 jam. Sensitivitas urinalisis. Tabel 7 menyajikan faktor yang dapat
reagen uji carik celup untuk deteksi nitrit bervariasi pada menyebabkan hasil palsu pada pemeriksaan uji carik
0,05 - 0,1 mgld1.8 celup urin.
Urobilinogen
Uji ini didasarkan pada modifikasi uji reaksi Ehrlich, POLA HAS!L URINATISIS PADA BEBERAPA
p - d iethylo mino be nza lde hyd e berea ksi dengan u robilinogen KEADAAN
urin dalam suasana asam kuat menghasilkan warna
berkisar darijingga sampai merah tua. Sensitivitas reagen Pada infeksi saluran kemih sering ditemukan nitrit positif
uji carik celup untuk deteksi urobilinogen umumnya pada jumlah leukosit meningka! bakteri positif. Pada pielonefritis
0,2 EU.s Hasilnya dilaporkan dalam Ehrlich Units (EU), dapat ditemukan silinder leukosit. Mikrohematuria sering
yaitu 0,2 EU, 1 EU,2EU,4 EU atau 8 EU. 1 EU sebanding dijumpai dengan proteinuria ringan, eritrosit eumorfik atau
dengan 16 pmol/1. sebagian dismorfik dan tanpa peningkatan leukosit. pada
sindrom nefrotik ditemukan proteinuria masif, silinder hialin,
Leukosit Esterase silinder lilin, droplet lemak, oval fat bodies dan silinder
Pemeriksaan ini menunjukkan adanya reaksi esterase lemak. Pada sindrom nefritik ditemukan protein (++) sampai
granulosit yang menghidrolisis derivat ester naftil. Naftil (+++), hemoglobin positif, eritrosit dismorfik, akantosit
yang dihasilkan, bersama dengan garam diazonium akan dan silinder eritrosit. Pada nekrosis tubular akut ditemukan
menghasilkan warna ungu. Hasilnya dilaporkan sebagai glukosuria ringan, silinder kasar dan silinder epitel. pada
negatif troce (l5leukosit/UL), 1 + (70 leukosit/ttL), 2+ (125 nefritis tubulointerstisial akut ditemukan proteinuria ringan,
leukosit/pL) atau 3+ (500 leukosit/pL). Sensitivitas reagen leukosituria, silinder leukosit, eritrosituria, eosinofiluria.
uji carik celup untuk deteksi leukosit bervariasi pada 5 - Tabel 8 menunjuk-kan perbandingan tanda pada beberapa
20 leukosit/p1.8 keadaan glomerulopati.6
iipl r t
!:il=.il.r=
242 TABORATORIUM KLINIK
REFERENSI
Pemeriksaan tinja biasanya terdiri dari pemeriksaan obstruktif atau pada pemakaian garam barium pada
makroskopik dan mikroskopik ditambah pemeriksaan pemeriksaan radiologik. Warna merah muda biasanya
kimia, hematologi, imunologi, dan mikrobiologi. oleh perdarahan yang segar di bagian distal, mungkin
Pemeriksaan kimia dapat terdiri dari pemeriksaan pH, pula oleh makanan seperti bit. Warna coklat dihubungkan
lemak, karbohidrat, tripsin, elastase, serta osmolalitas. dengan perdarahan proksimal atau dengan makanan,
Pemeriksaan hematologi berupa pemeriksaan darah samar seperti coklat atau kopi. Warna hitam disebabkan oleh
dan uji Apt. Pemeriksdan imunologik misalnya deteksi karbomedisinalis, obat-o$atan yang mengandung besi,
toksin Clostridium dan alfa-1 antitripsin. Pemeriksaan atau melena.l
mikrobiologik dan parasitologi untuk deteksi mikroba dan
Bau. Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol, dan
parasit dalam tinja.
asam butirat. Tinja menjadi lindi oleh karena pembusukan
protein yang tidak dicerna dan kemudian dirombak oleh
flora usus. Tinja dapat berbau asam karena peragian zat
PEMERIKSAAN TINJA RUT!N
gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Tinja dapat
berbau tengik karena pQr-ombakan zat lemak dengan
Fersiapan dan Pengumpulan Bahan
pelepasan asam lemak.
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari
defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan, Konsistensi. Tinja normal agak lunak darl berbentuk. Pada
boleh juga sampel tinja diambil dengan jari bersarung dari diare, konsistensi tinja menjadi sahgat lunak atau caiL
rektum. Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; sedangkan pada konstipasi didapat tinja keras Peragian
kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan
menjadi rusak. Wadah sebaiknya yang terbuat dari kaca bercampur gas. Tinja lengket dapat disebabkan karena
atau dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti banyak mengandung lemak (sfeofo rrheo).1, 2
plastik. Wadah harus bermulut lebar. Jika akan memeriksa
Lendir. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang
tinja, pilihlah bagian dengan kemungkinan terbesar dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar
terdapat kelainan misalnya bagian yang bercampur darah tinja. lokasi iritasi mungkin di usus besar. Apabila lendir
atau lendir.l
bercampur dengan tinja, lokasi iritasi mungkin sekali
di usus kecil. Pada disentri, intususepsi, dan ileokolitis
Makroskopik mungkifi didapat lendir saja tanpa tinja. Kalau lendir berisi
Warna. Warna tinja yang dibiarkan di udara menjadi banyak leukosit, terdapat nanah pada feses.l
lebih tua karena terbentuk lebih banyak urobilin dari Darah. Perhatikan apa darah segar (merah terang), coklat
urobilinogen yang diekskresikan lewat usus. Urobili nogen atau hitam, serta apakah bercampur baur atau hanya
tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna coklat di bagian luar tinja saja. Makin proksimal terjadinya
tua. Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat perdarahan, makin bercampur darah dengan tinja dan
santonin, atau bilirubin yang belum berubah. Warna abu- makin hitam warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin
abu mungkin disebabkan oleh karena tidak ada urobilin disebabkan oleh ulkus, varises dalam esofagus, karsinoma,
dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus atau hemoroid.
243
244 LABORATORIUM KTINIX
Parasit. Parasit bentuk dewasa seperti cacing ascaris, Se! epitel. Sel epitel dari dinding usus bagian distal
oncylostomo, mu ngkin terlihat. dapat ditemukan dalam keadaan normal. Jumlah epitel
bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
Mikroskopik peradangan dinding usus itu.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan cara Kristal. Kristal-kristal umumnya tidak bermakna. Pada tinja
memeriksa sejumlah kecil suspensi tinja. Secara kualitatif
normal dapat ditemukan kristal tripelfosfa! kalsiumoksalat,
dapat dinilai adanya leukosit serta sisa makanan yang
dan asam lemak. Kelainan mungkin d'ljumpai kristalCharcot-
tidak tercerna derigan baik seperti lemak, serat daging,
Leyden dan kristal hematoidin.
dan serat tumbuhan.2
Untuk mencari protozoa dan telur cacing, dapat Telur dan jentik cacing. Ascoris lumbricoides, Necotor
dipakai larutan eosin 1-2%o sebagai bahan pengencer omericanus, Enterobius vermiculoris, Trichiuris trichiuro,
tinja atau juga larutan lugol 1-2o/o. Selain itu, larutan asam Strongyloides stercorolis, termasuk genus cestoda dan
asetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, trematoda mungkin didapatkan pada pemeriksaan tinja.
sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam
0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.
Sediaan hendaknya tipis agar unsur-unsur jelas terlihat PEMERIKSAAN K!MIA TINJA
dan dapat dikenal.l
Keasaman Tinja (pH)
Leukosit. Leukosit lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur
Pemeriksaan pH tinja berhubungan dengan konsumsi serat,
dengan beberapa tetes larutan asam asetat 10%. Ka!au
produksi asam lemak rantai pendek dan rantai panjang,
hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada
serta dikaitkan kepentingannya dengan kanker kolon.
artinya.l Adanya leukosit lebih dari 1-3llapangan pandang
Telah dilaporkan hubungan antara pH alkali tinja dengan
besar (lpb) menunjukkan suatu keadaan inflamasi. Untuk
penurunan asam lemak rantai pendek terutama asam
meningkatkan kemampuan identifikasi leukosit pada
butirat. Peningkatan pH tinja disertai berkurangnya asam
sediaan basah, dapat dilakukan pewarnaan dengan Wright
lemak rantai pendek (shorf choin fotty ocid/SCFA) menunjang
atau biru metilen.2
adanya proses pencernaan yang tidak sempurna.2
Eritrosit. Pada tinja normal tidak terlihat eritrosit.3 Eritrosit
hanya terlihat kalau terdapat lesi abnormal pada kolon, Pemeriksaan Lemak TiniaT2 Jam (Kuantitatif)
rekturn atau anus. Bahan pemeriksaan berupa kumpulan tinj a72 jam (minimal
Lemak. Adanya peningkatan lemak dalam tinja secara 1509 tinja). Pasien harus mendapat asupan 70-100 g lemak
makroskopik, dapat dipastikan dengan pemeriksaan per hari selama 4 hari sebelurndan selama pemeriksaan.
mikroskopik menggunakan zat warna Sudan lll, Sudan lV Dapat dilakukan metode gravimetrik atau titrimetrik. 5
atau Oil Red O. Lemak tampak sebagai globul berwarna Metode titrasi Van de Kamer sering digunakan. 6
oranye sampai merah.2
lnterpretasi. Rentang rujukan total lipid normal <20
Pada keadaan normal dijumpai <100 globul/lpb mmol/Z4 jamT atau <6 g/24 jam. Dikatakan steatorea
dengan ukuran globul <4 pm atau sekitar separuh ukuran
bila kadar lemak >6 g/24 jam.5,8 Bila berdasarkan asupan
eritrosit. Peningkatan jumlah dan ukuran globulyang besar
lemak, kadar normal lemak tinja berkisar pada 4-60/, dari
mencapai 40-80 pm, menandakan suatu steatorrhea.2,a
lemak yang dimakan. s
Penilaian terhadap hasil pemeriksaan lemak tinja Pemeriksaan ini baik untuk mendeteksi steatorea
pada kedua kaca obyek bermanfaat dalam membeda-
namun nonspesifik karena tidak dapat memberi informasi
kan maldigesti dengan malabsorpsi. Jumlah lemak netral penyebab steatorea.s Steatorea dapat disebabkan oleh
pada kaca obyek pertama disertai peningkatan jumlah penyakit pankreas, bilier; atau intestinal. Pengumpulan
lemak total pada kaca obyek kedua menunjukkan suatu
bahan yang inadekuat dapat menyebabkan kegagalan
malabsorpsi. Sebaliknya, peningkatan jumlah lemak netral,
dalam mendeteksi steatorea.T
menandakan suatu maldigesti.a a
anak dianjurkan disertai dengan pemeriksaan pH. pH osmotik, dapatjuga dilihat perbedaan osmolalitas hitung
normal tinja berkisar pada 7-8. Peningkatan peng-gunaan dan osmolalitas ukur. Osmolalitas hitung didapatkan dari
karbohidrat oleh flora usus akan menurunkan pH menjadi rumus:
<5,5 pada intoleransl karbohidrat. 6
Osmolalitas hitung = 2 x ( Na+,,n,u * K*,,n;u )
Pemeriksaan elastase tinja dapat membantu H,O + Indikator Pseudoperoksida- Oksidase indikator + H,O
membedakan fibrosis kistik dan insufisiensi pankreas (tidak berwarnal xau perots (berwarna)
pada anak. Elastase-1 yang amat rendah ditemukan
pada berbagai genotip CFTR dengan kadar enzim
tidak terdeteksi (<15 pm/g tinja) pada genotip AF508 Reaksi oksidasi ini sensitif untuk mendeteksi adanya
homozigot. Elastase tinja yang rendah (<200 p,g/g darah. Namun demikian, aflanya zat lain dalam tinja seperti
tinja) setelah umur 4 minggu mengindikasikan adanya mioglobin, klorofil yang beiiisal dari sayuran, serat hewan,
insufisiensi pankreas. Pemeriksaan elastase-1 tinja juga dan beberapa bakteri usus dapat menyebabkan reaksi
memiliki sensitivitas tinggi dalam deteksi pankreatitis positif palsu. Oleh sebab itu, interpretasi hasil pemeriksaan
kronik berat dan sedang pada orang dewasa, walaupun darah samar harus dilakukan dengan hati-hati pada orang
kurang spesifik.lo tanpa pembatasan diet tertentu.2
Pemeriksaan mikroskopik langsung atau dengan coklat dengan konsistensi berbentuk atau semiformed.
pewarnaan dari emulsi tinja untuk menilai adanya leukosit, Tinja bayi kuning kehijauan dan semiformed.
ragi atau parasit, dan komponen atipikal lainnya (darah, Z. Pemeriksaan mikroskoPik:
mukus, lemak). Adanya leukosit tidak dapat dinilai dari Rutin :
spesimen tinja pada media transport, yang dibekukan atau - Sediaan salin dan eosin untuk mencari parasit.
disimpan dalam lemari es atau dari usap rektal. Emulsi Sediaan eosin jangan terlalu tebal supaya
tinja dapat dibuat dengan media cair untuk kultur; larutan tampak amuba atau kista. Amuba dan kista dapat
garam fisiologis, atau air: 1 atau 2 tetes diletakkan di atas dideteksi dengan sediaan eosin: latar belakang
gelas objek dan dipakai kaca penutup. warna merah, sedangkan kista dan amuba tidak
Jika pemeriksaan tidak dapat segera dilakukan, maka berwarna. Jika kista tampak, konfirmasi dengan
narus digunakan pengawet. Buffer natrium fosfat atau satu tetes larutan iodin pada sediaan salin. lodin
<alium fosfat dan gliserol dapat digunakan untuk bakteri akan mewarnai inti dan vakuola glikogen kista,
patogen. Polyvinytalcohol dapat digunakan untuk parasit tapi tidak mewarnai badan kromatoid kista E
Can telurnya. histolytico.
Tambahan :
Media untuk Kultur Tinja - Sediaan biru metilen untuk mencari leukosit tinja
Vedia kultur tinja yang biasa digunakan adalah agar Mac jika tinja tidak berbentuk. Leukosit tinja: cari sel
Conkey atau agar EMB, agar Xylose-lysine-deoxychoLote MN dan PMN (sel pus). Sel pus berhubungan
XLD) atau agar Hektoen Enteric (HE), GN enricment dengan bakteri yang menyebabkan inflamasi
broth, dan Compy-Bop untuk menumbuhkan spesies usus besar, seperti Shigello, Salmonello (kecuali
Compylobocter. S. typhi), dan Compylobacter. Banyak sel pus
Kombinasi agar Mac Conkey, agar HE, dan GN juga ditemukan pada kolitis ulseratif. Sel pus
enrichment broth paling sering digunakan untuk kultur yang sedikit pada disentri amuba dan infeksi
tinja. Sebagai tambahan, dapat digunakan media agar yang disebabkan stroin invasive E coli (EIEA).
chenytethyl olcohol (PEA) atau agar colistin-nolidixic Tidak ada atau sedikit pada infeksi toxigenic E.
rcld (CAN) untuk menumbuhkan stophylococci alau coli (ETEC), diare rotavirus dan kolera. SeIMN
ragi dari spesimen tinja neonatus atau penderita yang terutama ditemukan pada tifoid dan beberapa
'nemakai antibiotika jangka panjang. Media selektif infeksi parasit termasuk disentri amuba.
seperti agar Wilson-Blair bismuth sulfite digunakan untuk - Hapusan bosic fuchsin untuk mencari
rrenumbuhka n Sqlmonello typhi. Agar sorbitol MacConkey Compylobocter bila tinja tidak berbentuk dan atau
canyak digunakan untuk identifikasi strain E. coli terdapat darah, pus, atau mukus. Campylobacter
e nte rohoemorrh o gic 01 57'.H7 (sorbitol negatif dan terlihat tampak sebagai bakteri yang kecil licin, berbentuk
.roloni yang tidak berpigmen). Untuk menumbuhkan C. spiral, sering seperti sayap burung cama1 bentuk
Difficile, dapat digunakan agar cycloserine cefoxitin egg S, atau bentuk sPirochaeta Pefraet.
_,, o Lk f ructose (CCFA). - Motilitas dan tes imobilisasi slide jika dicurigai
remeriksaan mikrobiologi membutuhkan waktu sekitar kolera. Periksa kullut vibrio dalam larutan alkali
empat hari. Pemeriksaan mikrobiologi tinja hari ke-1;14 pepton. Sediaan terbaik diperiksa dengan
'. Makroskopik: warna, konsistensi tinja, ada tidaknya mikroskop lapangan gelap. Jika motilitas
mukus, darah, pus, cacing. Tinja normal berwarna khas tampak pada pemeriksaan kultur vibrio
dalam larutan alkali pepton, berikan 1 tetes Pemeriksaan hari ke-2, dan seterusnya: la
antisera polivalen V. choLerqe O group l. Bila
Kultur:
menjadi tidak bergerak dalam 5 menit, kuman
Rutin:
tersebut kemungkinan V choleroe O7. Tapi jika
tidak,diagnosis kolera belum dapat disingkirkan
- Kultur agar XLD dan larutan selenite. ShigeLlae dan
Solmonellq typhi menghasilkan koloni merah 1-2
karena kadang-kadang V. cholerae O1 tidak
mm pada agarXLD,juga beberapa strain Proteus,
menggumpal dengan antisera polivalen ll
Edwordsiello, Arizono. E. coli, Serrotio, Citrobocten
cholerae O group 7 menggunakan cara tersebut.
Klebsiello dan beberapa strain Proteus berwarna
3. Kultur
kuning.
Jika tinja berbentuk alau semiformed, buat suspensi
tebal dalam 1 mL larutan pepton steril. Tambahan :
REFERENSI
Sebelum membahas tes fungsi ginjal, sebaiknya kita bahas gangguan ginjal dan untuk mengikuti perjalanan penyakit
sedikit mengenai fisiologi normal ginjal. Ginjal melakukan ginjal, tetapi LFG tidak memberikan informasi mengenai
beberapa proses penting: penyebab penyakit ginjal. Bab ini akan membahas perihal
. Ginjal mempunyai peranan dalam memelihara penilaian LFG.
lingkungan ekstraseluler yang dibutuhkan sel untuk
berfungsi secara adekuat. Hal tersebut dicapai LAJU FILTRASI GLOMERUTUS
dengan ekskresi sisa produk metabolisme (seperti Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan produk dari rata-
urea, kreatinin, dan asam urat) dan dengan mengatur rata laju filtrasi setiap nefron, unit filtrasi ginjal, dikalikan
ekskresi air dan elektrolit agar sesuai dengan asupan dengan jumlah nefron di kedua ginjal. pemeriksaan ini
dan produksi endogen. Ginjal dapat mengatur secara masih merupakan indikator fungsi ginjal yang terbaik.
mandiri ekskresi air dan solut seperti natrium, kalium Untuk setiap nefron, filtrasi dipengaruhi oleh aliran
dan hidrogen, dengan cara mengubah reabsorpsi dan plasma, perbedaan tekanan, luas permukaan kapiler dan
sekresi di tubulus. permeabilitas kapiler.
. Ginjal mempunyai fungsi sekresi hormon yang Nilai laju filtrasi glomerulus bergantung pada jenis
berperan dalam mengatur hemodinamik renal dan kelamin, usia, ukuran tubuh, aktiVitas fisik, diet, terapi
sistemik (renin, prostaglandin, dan bradikinin), farmakologi dan keadaan fisiologis tertentu seperti
produksi sel darah merah (eritropoietin), dan kehamilan. Untuk wanita, nilai laju filtrasi domerulus
metabolisme kalsium, fosfor dan tulang (1,25- yang normal adalah 120 ml/menit per 1,73 m2,
dihydroxy-vitamin D3 atau kalsitriol). sedangkan untuk pria nilai normalnya adalah 130 hl/
Pada pasien dengan penyakit ginjal, beberapa atau menit per 1,73 m2. Laju filtrasi glomerulus bervariasi
semua fungsi tersebut dapat menurun atau sama sekali sesuai dengan ukuran tubuh, sehingga perlu disesuaikan
tidak berfungsi. Sebagai contoh, pasien dengan Diabetes dengan area permukaan tubuh, yaitu 1,73 m2. Walaupun
lnsipidus Nefrogenik mempunyai penurunan kemampuan telah disesuaikan dengan area permukaan tubuh, LFG
untuk mengkonsentrasikan urin, tetapi fungsi lainnya diperkirakan 8% lebih tinggi pada pria dibandingkan
normal. Sedangkan pada pasien dengan penyakit Ginjal wanita. Setelah usia 40 tahun, LFG menurun sebanyak
Tahap Akhia semua fungsi ginjal dapat terganggu secara 0,75 ml/menit tiap tahunnya. Selama kehamilan, LFG
signifikan, sehingga menyebabkan retensi toksin uremia, meningkat sebanyak 50o/o pada trimester pertama dan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang nyata, kembali normal setelah melahirkan. LFG memiliki variasi
anemia, dan gangguan mineral dan tulang. diurnal dan 10o/o lebih rendah pada tengah malam
Pada saat penyakit ginjal didiagnosis, adanya disfungsi dibandingkan sore hari.
atau derajat gangguan fungsi dan kecepatan progresi il
perlu dinilai, dan penyakit yang mendasarinya didiagnosis. PENGUKURAN LAJU FILTRASI GTOMERULUS
d
,1
Walaupun anamnesis dan pemeriksaan fisik penting, Laju filtrasi glomerulus tidak dapat diukur secara langsung,
{
tetapi informasi yang berguna didapat dari estimasi Laju oleh karena itu unt!k menentukan nilai LFG dilakukan
Filtrasi Glomerulus (LFG) dan pemeriksaan sedimen urin. pengukuran terhadap klirens urin dari suatu petanda
I
Estimasi LFG digunaka-n di klinik untuk menilai derajat filtrasi tertentu.
250
TES FUNGSI GINJAL 251
Konsep Klirens mengukur laju filtrasi glomerulus. Nilai klirens inulin pada
Klirens suatu zat didefinisikan sebagai volume plasma dewasa muda yang sehat sekitar 127 ml/menitper 1,73 m2
yang dibersihkan dari suatu petanda filtrasi dengan cara untuk pria dan 118 mllmenit per '1,73 m2 untuk wanita.
ekskresi per satuan waktu. Klirens suatu zat x (Cx) dapat Metode yang digunakan untuk menilai klirens inulin
dihitung dengan rumus Cx = AxlPx dimana Ax adalah memerlukan infus inulin secara lV yang terus menerus
jumlah x yang dibersihkan dari plasma, Px adalah rerata serta pengumpulan urin yang membutuhkan waktu cukup
konsentrasi plasma, dan Cx disebutkan dalam satuan lama. Karena sulitnya teknik ini, dan juga pengukuran
volume per waktu. Klirens suatu zat x adalah junrlah klirens inulin membutuhkan pemeriksaan kimia yang cukup
urin dan klirens ekstrarenal. Untuk zat yang dieliminasi rumit, maka klirens inulin tidak digunakan secara umum
melalui ginjal dan jalur ekstrarenal, klirens plasma lebih pada praktek klinis untuk menilai fungsi ginjal. Teknik ini
tinggi dari klirens urin. biasanya digunakan sebagai suatu alat penelitian. Selain
itu, inulin juga mahal dan sulit untuk didapatkan.
Klirens Urin Selain inulin, petanda eksogen lainyang dapatdigunakan
Klirens urin adalah istilah yang diperkenalkan oleh antara lain iothalamate, iohexol, ethylenediaminetetraacetic
Homer Smith untuk menilai LFG. Jumlah suatu zat x yang acid, and diethylenetriaminepentaacetic acid. Pengukuran
diekskresikan di urin dapat dihitung sebagai produk laju klirens menggunakan petanda eksogen maSih sangat
aliran urin (V) dan konsentrasi urin (Ux). Sehingga, klirens mahal, kompleks dan sulit untuk dilakukan di praktek
urin didefinisikan sebagai berikut: klinis.
ft =(tJx.V)/px
Petanda Filtrasi Endogen
Ekskresi suatu zat dalam urin bergantung pada filtrasi Terdapat beberapa jenis petanda endogen yang dapat
di glomerulus, sekresi tubulus dan reabsorbsi tubulus. digunakan untuk menilai laju filtasi glomerulus antara lain
Suatu zat yang dapat difiltrasi namun tidak disekresi atau urea, kreatinin dan sistatin C. Urea dan kreatinin paling
direabsorbsi oleh tubulus adalah petanda filtrasi yang ideal sering digunakan karena mudah didapatkan. Sistatin C
karena klirens zat tersebut di urin dapat digunakan untuk merupakan petanda baru yang cukup menjanjikan untuk
mengukur LFG. Untuk zat-zat tertentu yang dapat difiltrasi menilai laju filtrasi glomerulus.
dan juga disekresikan oleh tubulus, klirens lebih tinggi dari
LFG, sedangkan untuk zat yang terfiltrasi dan direabsorbsi
Kreatinin. Kreatinin merupakan suatu asam amino
endogen yang memiliki berat molekul 113 dalton dan
kembali, nilai klirens Iebih rendah dibandingkan LFG.
Pengukuran klirens urin memerlukan pengumpulan urin
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. Zat ini adalah
hasil katabolisme otot dari kreatinin dan kreatinin
dalam waktu tertentu untuk mengukur volume urin, dan
konsentrasi urin dan plasma dari petanda filtrasi. Perhatian
fosfat melalui proses ari'tiOrasi nonenzimatik. Laju
produksi kreatinin sesuai dengan ju'mlah massa otot di
khusus diperlukan untuk mencegah pengumpulan urin
yang tidak komplit, yang akan mempengaruhi akurasi tubuh yang dapat diperkirakan dari ush, jenis kelamin,.
penghitungan klirens.
ras dan ukuran tubuh. Sumber lain kreatinin adalah
kreatinin yang berasal dari daging yang dimakan dan
suplemen kreatinin. Kreatinin juga terdapat dalam
Klirens Plasma
sekresi intestin, dan dapat didegradasi oleh bakteri
Klirens plasma menghindari perlunya pengumpulan urin
usus.,Pada keadaan laju filtrasi glomerulus yang turun,
dalam waktu tertentu pada pengukuran klirens urin. LFG
rute eliminasi kreatinin ekstrarenal ini turut meningkat.
dihitung dari klirens plasma (Cx) setelah injeksi intravena
Antibiotik dapat meningkatkan kadar serum kreatinin
bolus petanda filtrasi eksogen. Klirens (Cx) dihitung
dengan cara menghancurkan flora normal usus, sehingga
dari jumlah petanda yang diberikan (Ax) dibagi dengan
mengganggu eliminasi kreatinin ekstrarenal.
konsentrasi plasma (Px). Sama seperti klirens urin, klirens
plasma dari suatu zat bergantung pada filtrasi glomerulus,
Penggunaan kreatinin sebagai petanda untuk
menguktr laju filtrasi glomerulus memiliki beberapa
sekresi dan reabsorpsi tubulus serta eliminasi ekstrarenal.
keuntungan seperti pemeriksaannya murah dan mudah
Laju filtrasi glomerulus diukur dari klirens plasma dengan
rumus sebagai berikut
didapatkan. Kreatinin dilepaskan ke sirkulasi secara
:
konstan, zat ini tidak terikat pada protein dan secara
Cx = Ax/Px bebas difiltrasi melewati membran glomerulus. Zat ini
tidak direabsorbsi di tubulus dan hanya sebagian kecil
Petanda Filtrasi Eksogen yang disekresikan lewat tubulus.
lnulin merupakan suatu polimer fruktosa berukuran 5200 Beberapa obat seperti trimetophrim dan cimetidine
dalton dan klirensnya merupakan standar baku emas untuk merupakan penghambat kompetitif sekresi kreatinin
252 LABORATORIUM KLINIK
Rumus baru CKD-EPl dibuat berdasarkan data sebagai penanda kerusakan dari sel epitel tubulus dalam
subyek yang banyak dari studi dengan karakteristik hal ini sel tubulus proksimal ginjal. Pembentukan sistatin
populasi yang beragam, pasien dengan atau C tidak terlalu bervariasi antara satu individu ke individu
tanpa penyakit ginjal kronik, diabetes dan pasien yang lainnya bila dibandingkan dengan kreatinin. Laju
transplantasi. Rumus ini masih menggunakan empat produksi sistatin C tidak dipengaruhi oleh faktor massa
variabel rumus MDRD tetapi menggunakan model otot, jenis kelamin dan juga ras. Dari'beberapa penelitian
hubungan.antara LFG dan kreatinin serum yang didapatkan inflamasi, jaringan lemak, penyakit tiroid,
berbeda. Model yang berbeda ini secara sebagian keganasan tertentu dan penggunaan kortikosteroid dapat
memperbaiki underestimasi LFG pada nilai yang lebih meningkatkan kadar sistatin C.
tinggi yang didapatkan pada rumus MDRD. Sehingga Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dapat diguna-
rumus CKD-EPl sama akuratnya dengan rumus MDRD kan untuk menilai sistatin C yaitu particle enhanced
pada LFG dibawah 60 mllmin per 1,73 m2 dan lebih turbidimetric immu noassoy (PETIA) dan particle-enhonced
akurat pada nilai LFG yang lebih tinggi. etric im m u n oo ssoy (PEN lA). Bebera pa penel itia n
n e p he lo m
REFERENSI
255
256 LABORATORIUM KLINIK
#kk&*
.sm ?lsrsh6l, Br&ffiir
'PfL1 :ffi,
:iffi'^ .1."1
,lff.^ .s / r.:'.
r.ck
-M(t
.?trffi\
..n!
^d.B
)r
'LV
BE*r]
Gambar 4. Pendekatan Kelainan Jantung lskemik dengan Gambar 5. Pemeriksaan Penandajantung dengan cara kualitatif
Banyak Penanda Jantung pada berbagai tahap perubahan. dan ku a ntitatif m en g g u na ka n al at P o int- of- c o r e Te st in g d an Alat
otomatis di Laboratorium Pusat.
TES PENANDA DIANOSTIK JANTUNG
257
H|GH SENSITIVE C-REACTIVE PROTE N (HSCRP) mendapat infark miokard dan penyakit vaskular perifer
berat. Namun kadar hsCRP > 10 mg/L perlu diulang dalam
CRP berupa molekul 105 kilo Dalton (kD), yang terdiri jangka waktu 2 minggu untuk menyingkirkan pengaruh
dari 5 rantai polipeptida yang identikyang membentuk inflamasi akut.6'10
Karena itu penting pemantauan dengan pemeriksaan dibedakan antarajenis I I , dan C; yang penting untuk
ulang/ serial. Diagnosis IMA didasarkan pada 3 temuan, diagnostikjantung adalah Troponin T (TnT) dan Troponin
yaitu cKtotal >190u/L, CK-MB >24U/Ldan rasio cK-MB/ I (Tnl). Meskipun fungsi Troponin sama pada semua
CK total >6% (umumnya 6-250/o). otot lurik, TnT dan Tnl yang berasal dari ototjantung/
Pemeriksaan CK-MB dapat dilakukan dengan beberapa miokardium dapat dibedakan dari yang berasal dari
cara. Ada yang berdasarkan keaktifannya sebagai enzim otot skelet dengan menggunakan antibodi monoklonal,
(CK-MB oct), ada pula sebagai massa (CK-MB moss). dikenal sebagai cTnT dan cTnl. Berat molekul cTnT, 39,7
Pengu kuran CK-M B. berdasarkan keaktifannya dilaku kan kD sedangkan cTnl 23,9 kD. Keduanya bersifat spesifik
den gan fotomete4 biasanya dengan cara im m u noin hibitio n, dan sensitif untuk kerusakan miokardium. Pada lMA,
dan hasilnya dinyatakan secara kuantitatif dengan kadar cTnT serum meningkat sekitar 3-4 jan setelah
nilai rujukan <25 U/L. Pengukuran CK-MB berdasarkan gejala jantung dan dapat tetap tinggi sampai 14 hari,
massanya, dengan uji cepat kualitatif atau kuantitatif dan sedangkan kadar cTnl mulai meningkat sekitar 3-6
den gan cara e le ktro ke m ilu m in e se n im m u n oa ssoy, denga n jam setelah timbul gejala, mencapai puncaknya pada
n'rJairujukan <72 ng/mL untuk laki-laki dan <58 nglmL 12-16 jam, dan dapat menetap selama 4-9 hari. cTnT
untuk perempuan. Untuk diagnosis penafsiran hasil harus merupakan penanda prognosis bebas (independent)
selalu dilakukan dengan mempertimbangkan riwayat sakit, yang dapat memprediksi akibatjangka dekat, seQang,
pemeriksaan klinis dan temuan lain.11 dan lama pasien dengan SKA, juga berguna untuk
mengenal pasien yang mendapat manfaat dari terapi
antitrombotik.
MToGLOBIN (MG) Komisi bersama dari the Europeon Society of
Cardiology (ESC), dan the Americon CoLlege of Cardiotogy
Mioglobin merupakan protein sitoplasmik dalam otot lurik (ACC) telah mendefinisi ulang IMA yaitu IMA didiagnosis
jantung dan skelet, ikut berperan pada angkutan oksigen bila kadar cardiac Troponin di atas 99 %-hil batas rujukan
di dalam miosit dan juga sebagai penampung oksigen. (dari populasi sehat) pada *eadaan klinis iskemia
Berat molekul mioglobin 17,8 kD, cukup kecil, yang akut. Pada kadar tersebut ketidaktelitian (imprecision),
memungkinkannya untuk lewat dengan cepat ke sirkulasi dinyatakan dengan koefisien variasi (CV), untuk tiap
setelah adanya kerusakan miosit. Penetapan mioglobin tes harus <10 o/o.13 Oleh karena itu pasien dengan SKA
dalam serum penting untuk diagnosis lMA, reinfark dini, didiagnosis IMA (STEMI atau NSTEMT) bila cTn dan /
dan reperfusi yang berhasil pasca terapi lisis. Kadarnya atau CK-MB meningkat dan angina tidak stabil (unstable
sudah meningkat sekitar 2 jam setelah timbul gejala. Oleh angina = UA) bila cTn dan CK-MB masih dalam batas
karena itu mioglobin digolongkan sebagai penanda dini rujukan. Berdasarkan definisi,ulang tersebut telah
untuk lMA. Tergantung dari tindakan reperfusi pengobatan diterbitkan beberapa pedoman.la
yang dilakukan, kadar mioglobin serum mencapai puncak Perlu diketahui bahwa kenaikan Tn o['eh karena jejas
4-12 jam setelah mulainya infark dan turun ke tingkat miokard juga dijumpai pada gagal jantun{ kongestif.
normal setelah kira-kira 24 jam. Kadar mioglobin juga kardiomiopati, miokarditis, kontusio jantung, transplantasi
meningkat pada kerusakan otot skelet dan gangguan jantung, disfungsi ventrikel kiri pada renjatan septik,
berat fungsi ginjal. terapi intervensi seperti bedah jantung, PTCA, dan
Pemeriksaan mioglobin dapat dilakukan dengan cara kardiotoksisitas oleh karena obat. Tn dapat mendeteksi
cepat kualitatif atau kuantitatif dengan cara immunoossoy. infark mikro miokard. Oleh karena itu kadar Troponin
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah utuh untuk cara yang meningkat mengindikasikan jejas miokardial tetapi
imunokromatografi, dan serum atau plasma heparin, EDTA tidak sinonim dengan mekanisme iskemik dari jejas.
atau sitrat untuk im m u n oa ssay. N i Ia i ruj u ka n sekilar 28 -7 2 Peningkatan kadar cTnT dilaporkan pula pada pasien
nglmL pada laki-laki dan 25-58 nglmLpada perempuan, dengan gagal ginjal, emboli paru, strok, bedah bukan
menggunakan cara kemiluminesen. Nilai rujukan jantung, juga pada rhabdomiolisis, dan polimiositis.
mungkin berbeda berdasarkan metoda dan populasi. Bahan pe?neriksaan dapat berupa darah utuh, serum
Tiap laboratorium disarankan untuk menetapkan nilai atau plasma'heparin, EDTA, atau sitrat. pemeriksaan
rujukannya sendiri dengan populasi setempat.l2 dapat dilakukan dengan uji cepat dan dapat pula dengan
metoda immunoossoy. Nilai rujukan dengan metoda
elektrokemiluminesen untuk cTnT < 0,010 ;-rgl1, sedangkan
TROPONIN (TN) untuk cTnl <0,160 prgl1. Karena kinetik pelepasan cTn maka
hasil rendah pada pemeriksaan padajam-jam pertama dari
Troponin merupakan komponen aparatus kontraktil otot awitan gejala belum dapat menyingkirkan diagnosis IMA
lurik, sebagai protein pengatur kunci. Troponin dapat dan perlu dipantau secara serial.1s,16
TES PENANDA DIANOSTIK JANTUNG 259
rRoPoNrN H IGH SENSITIVE (HSTROPONI N) Troponin generasi sebelumnya maka diagnosis IMA dapat
ditegakkan lebih dini.2'z'"
rada diagnosis NSTEMI penting sekali pemeriksaan
cenanda nekrosis jantung. Menurut definisi universal yang
caru, IMA didiagnosis bila didapatkan peningkatan kadar HEART FATTY ACID BINDING PROTEIN (HFABP)
:Tnr di atas 99%-til batas rujukan (dari populasi sehat)
sersama dengan adanya bukti iskemia miokardium (gejala, Protein pengikat asam lemak kardiak ini ditemukan pada
:erubahan EKG, atau pencitraan). Definisi ini memerlukan tahun 1988, merupakan protein sitoplasma terdiri dari
:emeriksaan troponin dengan ketidaktelitian, dinyatakan 132 residu asam amino dengan berat molekul 15kD,
:engan CV, yang <10 % pada kadar di nilai batas rujukan berikatan dengan asam lemak rantai panjang dan berperan
::rsebut. Pada pedoman yang baru cTn juga merupakan penting intraseluler sebagai pembawa asam lemak masuk
:enanda jejas miokardium yang disukai untuk diagnosis ke mitokhondria. Selain di jantung FABP juga dapat
:an pengobatan NSTEMl.l7'18 ditemukan di jaringan lain seperti usus dan hati. FABP
Kadar rendah cTnT dapat dideteksi pada pasien yang berasal dari jantung, HFABB dapat dibedakan dari
sengan keadaan klinis stabil seperti pasien dengan gagal yang lain dan diukur tersendiri menggunakan antibodi
..ntung baik yang iskemik maupun yang tidak iskemik, monoklonal.24
:erbagai bentuk kardiomiopati, gagal ginjal, sepsis, dan Setelah serangan iskemia miokard, kadar asam lemak
:'abetes. Peningkatan kadar cTnT berhubungan dengan intraseluler mulai meningkat secara bermakna dalam 20-
:eratnya penyakit arteri koroner dan hasil buruk tidak 45 menit, terakumulasi di jaringan miokardium dan hal
:."gantung pada kadar natriuretic peptide. Kadar rendah ini dihubungkan dengan terjadinya aritmia, peningkatan
:'cponin T merupakan prediktor bebas (independent) dari ukuran infark miokardium dan penurunan kontraktilitas
iejadian kardiovaskular termasuk timbul dan kekambuhan miokardium. Pada keadaan iskemia, HFABP penting
': r'ilasi atrium.le untuk mencegah kerusakan jaringan. Pada lMA, HFABP
Pemeriksaan hsTnT menggunakan cara immunoossay dilepaskan ke aliran darah oleh miosit yang rusak dan
.remiluminesen dengan 2 jenis antibodi monoklonal secara cepat dibersihkan dari darah oleh filtrasi ginjal.
..ang khusus ditujukan pada jantung Troponin T manusia, Kadar HFABP plasma/ serum dilaporkan meningkat di atas
-engenali 2 epitop di bagian tengah, yaitu asam amino nilai rujukan dalam 1,5-3 jam pertama dari permulaan
'25-131 dan 136-147. Selain pengembangan cTnTjuga infark, dan kembali normal dalam 24 jam. McCann dkk
..:a pengembangan hsTnl dengan nilai rujukan tersendiri. mendapatkan bahwa pengukuran HFABP dalam serum
3ahan pemeriksaan dapat serum atau plasma EDTA, atau penderita dengan nyeri dada iskemik akut pada waktu
-eparin. Nilai rujukan menggunakan cara kemiluminesen awal akan membantu diagnosis dini IMA dan melengkapi
eada nilai batas 9 %-til adalah hsTnT 14 nglL (atau pglmL) pengukuran Troponin T kardiak (cTrop-T). Untuk
:engan 95 o/o confidence intervql 12,7 -24,9 ngll (pglml). penderita yang datang dalam 4 jam dari mulainya gejala,
tadarterendah dengan CV 10%, sebagaimana persyaratan kepekaan (se lebih ti nggi teca ra bermakna
n sitivity) H FAB P
- riversal definition, adalah 13 ng/L (pg/mL).20-21 Dengan dibandingkan cTrop-T tetapi spesifisitasnya (71%) lebih
i:pekaan hsTroponin yang jauh lebih baik daripada rendah dari pada cTrop-T (95o/o).2s
ffr Ar it llh
,- H.FASP
ffi frrl * M)t(}
I iliif
- Jantung Infark Miokard:
Penanda
HFABP, Mioglobin lebih cepat daripada CK-MB, cTnI, cTnT
Gambar 7. Perubahan kadar hs-Troponin T dan cTroponin T Gambar 8. Penanda jantung infark miokard
:,:ca pasien denjan Non-STEMl.
260 LABORATORIUM KLINIK
Pemeriksaan HFABP dapat dilakukan dengan uji cepat menunjukkan NT-proBNP merupakan prediktor bebas
baik kualitatif maupun kuantitatif. Bahan pemeriksaan terkuat untuk kematian dalam 1 tahun bagi pasien dengan
berupa darah utuh ataupun serum atau plasma heparin. SKA.30 Parameter ini juga berguna untuk membedakan
Nilai rujukan pada individu yang sehat kadar HFABP relatif penyebab kardiak dari non-kardiak dan membantu
rendah, yaitu < 6 n91m1.,u,,, mengenali subyek dengan disfungsi ventrikel kiri. Task
Force dari ESC untuk diagnosis dan pengobatan gagal
jantung kronis menganjurkan dalam pedoman yang
B-NATRIURETIC PEPTIDE diterbitkannya bahwa BNP dan NT-proBNP mungkin
paling bermanfaat secara klinis untuk menyingkirkan
Kelompok peptida natriuretik terdiri dari natriuretik A diagnosis gagaljantung berdasarkan nilai prediktif negatif
(A-type natriuretic peptide atau dahulu dikenal sebagai yang amat tinggi dan konsisten.3l Perubahan kadar NT-
atrial natriuretic peptide = ANP), natriuretik B (B-type proBNP dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan
natriuretic peptide atau dahulu dikenal sebagai brain pengobatan pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, juga
natriuretic peptide = BNP) dan C-type natriuretic peptide baik untuk menilai remodeling vaskular dan membantu
(CNP). ANP dan BNP merupakan antagonis pengaruh prosedur rehabilitasi perorangan. Kadar NT-proBNP juga
sistem renin-angiotensin-aldosteron dengan kerjanya mewakili fungsi jantung dan mengindikasikan peningkatan
sebagai diuretik/ natriuretik dan vasodilator terhadap risiko retensi cairan pada pasien yang direncanakan untuk
keseimbangan elektrolit dan cairan.2B diberikan obat yang potensial kardiotoksik atau intervensi
Disfungsijantung terjadi dan berkembang mulai dari yang menyebabkan retensi cairan alau volume overlood,
tanpa gejala sampai yang berat. Klasifikasi yang dianut misalnya penghambat COX-Z, dan NSAID.
umumnya mengacu kepada New York Heort Asociation Pemeriksaan BNP d'apat ditujukan kepada fragmen
(NYHA) yang membagi dalam kelas 1-4 berdasarkan aktif BNP atau fragmen tidak aktif NT-proBNP. Penggunaan
beratnya gangguan. Pada subyek dengan disfungsi
ventrikel kiri, terjadi peningkatan kadar proBNP yang
terdiri dari 108 asam amino, yang disekresi terutama
dari ventrikel. PToBNP tersebut kemudian dibelah secara
enzimatik menjadi fragmen aktif BNP (asam amino 77-
108) dan fragmen tidak aktif NT-proBNP (asam amino
1-t61.ia
Berdasarkan banyak penelitian dinyatakan bahwa
NT-proBNP dapat dipergunakan untuk diagnostik
dan prognostik kelainan disfungsi ventrikel kiri. Fisher
dkk menyimpulkan bahwa pada pasien gagal jantung
kongestif, nilai NT-proBNP di atas median menunjukkan
53% kematian dalam 1 tahun dibandingka n 11%
bila nilainya di bawah median.2e Penelitian GUSTO lV Gambar 10. Algoritme Diagnosis Gagal Jantung dengan BNP
dan NT-proBNP
keduanya sebagai penanda jantung sejajar hanya nilai Danesh J, Wheeler |G, Hirschfield GM, et al. C-Reactive
rujukannya berbeda dengan beberapa perbedaan sifat. Protein and other circulating markers of inflammation in
the prediction of coronary heart disease. N Eng J Med 2004;
Pemeriksaan menggunakan cara immunoassoy. Bahan 3s0 (1a):1387-97.
pemeriksaan berupa serum atau plasma heparin dan 10. Cobas. CRPHS Tina-quant a Cardiac C-reactive Protein
EDTA.32 (ll-atex) high sensitive. 2009-02 V 16 English, Roche
Diagnostics, 2009.
Nilai rujukan untuk BNP dan NT-proBNP berbeda, 11. Cobas. CK-MB. CK-MB - the MB isoenz),rne of creatine kinase.
berdasarkan metodik dan pabrik pembuat reagen serta Ref 11821598 322,2010-08, V 12 English, Roche Diagnostics,
populasi yang diteliti. Selalu dianjurkan agar tiap pusat/ 2010.
12. Cobas. Myoglobin. Ref 12178214122,2010-07, V 13 English.
RS menetapkan nilai rujukannya sendiri. Beberapa
Roche Diagnostics, 2010.
penelitian dengan cara kemiluminesen mendapatkan nilai 13. Alpert JS, Thygessen K. Myocardial infarction redefined
batas 125 pglmL untuk NT-proBNP; kadar <125 pg/ml - A consensus document of the joint European Society of
rnenyingkirkan disfungsi jantung dengan tingkat kepastian Cardiology / American College of Cardiology committee
for the redefinition of myocardial infarction. JACC 2000; 36:
tinggi pada pasien tersangka gagaljantung dengan sesak, 959-69.
sedangkan kadar >125 pglmL mungkin mengindikasikan 14. Braunwald E, Antman EM, Beasley JW, et al. ACC/AHA
disfungsijantung dan berkaitan dengan peningkatan risiko guidelines for the management of patients with unstable
angina and non-ST-elevation myocardial infarction: Executive
penyulit jantung seperti infark miokard, gagal jantung dan
summary and recommendation. Circulation 2000;102: 1193-
kematian. Gustafsson dkk mendapatkan pada 721 pasien 1209.
dengan gagal jantung stabil dibandingkan dengan 2264 15. Cobas. Troponin T. Troponin T, cardiac T. Ref 04491815 19O
orang kelompok rujukan bahwa nilai batas 125 pglmL 2010-11, V 6 English. Roche Diagnostics,2010.
1,6. Cobas. Troponin I. Ref 05094810 190,2010-02, V 3 English.
memberikan kepekaan (sensitivity) 88% dan kekhasan Roche Diagnostics, 2010.
{rycificity) 92o/o, nilai prediktif positif (NPP) 80,60/o dan 17. The Task Force for the diagnosis and treatment of Non-
nilai prediktif negatif (NPP) 96,7%.x,34 ST Segment Elevation Acute Coronary Syndrome of the
European Society of Cardiology. Guidelines for the diagnosi
and treatment of non-ST-elevation acute coronary syndrome.
Eur Heart ] 2007;28i1598-1660.
TEFERENSI 18. Thygessen li Alpert |S, White HD on behalf of the loint
ESC/ACCF/AHA/HWHF Task Force for the Redefinition
L Panteghini M, Apple FS, Christenson RH, Dati F, Mair J, Wu of Myocardial Infarction: universal definition of myocardial
infarction. Eur Heart | 2007 ; 28: 25'25-38 .
AH. Proposals from IFCC Committee on Standardization of
Markers of Cardiac Damage (C-SMCD): recommendations 19. Rossing R Jorsal A, Tamow L, Parving HH. Plasna hs-
on use of biochemical markers of cardiac damage in acute Troponin T predicts cardiovascular and all cause mortality
as well as deterioration in kidney function in type 1 diabetic
coronary syndromes. Scan] Clinlab Invest, Supplementum,
1999;230:1,03-12.
patients with nepfuopathy. Abstract EASD 2008.
!. 20. Cobas. TroponinT trs.050p2744190,201L-02, V 4 English.
Joint European Society of Cardiology/American College of
Roche Diagrrostics, 2011.
Cardiology Committee. Myocardial infarction redefined - a
consensus document of the joint European Society of 2]-. White HD. Higher sensitivity troponin levels in the
Cardiology/American College of Cardiology Committee commr:nity: what do they mean and horg will the diagnosis
for the Redefinition of Myocardial Infarction. Eur Heart J of myocardial infarction be made? Am Heart I 2010;159i
933-6.
?000;A:1502-13.
}. Apple FS, Wu AHB. Myocardial infarction redefined: Role of 22. HochholzerW, Morrow DA, Giugliano RP. NoveL'biomarkers
in cardiovascular disease: Update 2010. Am Heart J
cardiac troponin testing. Clin Chem200L; 47:377-9.
d. Thygesen K Alpert |S, White HD; JointESC/ ACCF / AHA/ 160(4):583-94
23. Giannitsis E, Kurz tri Hallermayer li Jarausch l, Iatfe AS,
WHF Task Force for the Redefinition of Myocardial lnfarction.
Universal definition of myocardial infarction. Eur Heart I Katus HA. Analytical validation of a high-sensitivity cardiac
N7;28:2525-38. troponin T assay. Clin Chem 2010; 56:'254-6L.
24. Kilcullen N Viswanathan K Das & et al, for the EMMACE-2
5" de Lemos|. Cardiovascular biomarkers for acute coronary
Investigators. Heart-type fatty acid-binding protein predicts
syndromes Using a multi-marker strategy. Emerg Med
Critical Rev 2006; 20 -22. long-term mortality after acute coronary syndrome and
6" Ridker PM, Hennekens CH, Buring ]E, Rifai N. et al. identifies high-risk patients across the range of troponin
C-Reactive Protein and other markers of inflammation in the values. ]. Am. Coll. Cardiol 200250:2061-7.
prediction of cardiovascular disease in women. N Eng J Med McQann CJ, GloverBM, MenownIBA, etal. Novel biomarker
2ffi0;342 (112);836a3. in early diagnosis of acute myocardial infarction compared
Y. Ridker PM. Clinical application of C-Reactive Protein for with cardiac Troponin T. Eur Heart ]. 2008;29:2843-50.
26. Cavus U, Coskun F, Yavrz B et al. Heart type fatty acid
cardiovascular disease detection and prevention. Circulation
20[.3;107:363-9. binding protein can be a diagnostic marker in acute coronary
t" Pearson TA" Mensah GA, Alexander RW, et aI. Markers of syndromes. J Nat Med Ass. 2006;98:1067-70.
27. AzzazyllNl, Pelsers MMAL, Cristenson RH. Unbound free
inflammation and cardiovascular disease. Application to
dinical and public health practice. a statement for healthcare fatty acid and heart type fatty acid binding protein: diagnostic
professionals from the Centers for Disease Control and assay and clinical application. Clin Chem.2006;52:19-29.
Prevention and the American Heart Association. Circulation 28. Valli N, Gobinet A, Bordenave L. Review of 10 years of the
20[,3;107:499-51L. clinical use of brain nakiuretic peptide in cardiology. J Lab
Clin Med \999 ; 134: 437 -M.
31
TES FUNGSI PENYAKIT HIPOFISIS
John MF. Adam
263
264 LABOMTORIUM KLINIK
adanya galaktore yang disertai dengan disfungsi seksual . Apabila jumlah air seni mencapai 1 Iiter maka perlu
seperti amenorea pada wanita dan impotensi pada pria. ditimbang berat badan. Apabila air seni tampung
Kadar hormon prolaktin yang normal, pada wanita < 25 mempunyai osmolalitas <10%o dan berat badan
ugll dan pria < 20 ug/L1. menurun >2%o dari awalnya, maka perlu diperiksa
Meningkatnya kadar hormon prolaktin dapat kadar sodium dan osmolalitas plasma. Tes dehidrasi
disebabkan oleh beberapa halyaitu pada wanita hamil dan dihentikan apabila berat badan penderita menurun
beberapa obat seperti obat antidepresi (tricyclic inhibitor sampai 3 kg.
MAO) dan antihipertensi seperti verapamil. Oleh karena
itu, diagnosis prolaktinoma berdasarkan meningkatnya Tes desmopresin
kadar hormon prolaktin hanya dapat ditegakkan setelah . Tes dehidrasi dilanjutkan dengan tes desmopresin
menyingkirkan semua penyebab sekunder. Hal yang yaitu penderita diberikan suntikan 2 pg desmopressin,
paling penting untuk mendiagnosis prolaktinoma adalah dan setelah 2 jam diukur kembalijumlah air seni dan
gambaran klinis, khususnya galaktore, hiperprolaktinemi, pemeriksaan osmolalitas.
d6n hasil pencitraan adanya tumor hipofisis.3
Pemeriksaan kadar vasopresin plasma
Bagaimana menginterpretasi hasil tes di atas.
DlABETES INSIPIDUS
1. Polidipsi primer
Jumlah air seni menurun dan osmolalitas urin
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh meningkat, serta tidak bereaksi dengan pemberian
jumlah air seni yang berlebihan yang bersifat hipotonik desmopresln
dan disebabkan oleh kurang/ tidak adanya hormon 2. Diabetes insipidus hipotalamik
vasopressin atau respons terhadap hormon vasopressin Konsentrasi air seni tidak berubah atau sedikit sekali.
yang tidak adekuat. Jumlah air seni >4 liter sehari patut Osmolalitas air seni meningkat setelah pemberian
dicurigai adanya diabetes insipidus.a Dikenal empat bentuk desmopresin. Selain itu, yahg paling penting adalah
diabetes insipidus yaitu.s pemeriksaan kadar vasopresin darah rendah, bahkan
1. Diabetes insipidus hipotalamik (diabetes insipidus tidak terdeteksi
sentral) sebagai akibat berkurangnya atau tidak 3. Diabetes insipidus nefrogenik
adanya hormon vasopresin Sama halnya dengan diabetes insipidr.rs hipo-talamik,
2. Diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh konsentrasi air seni tidak berubah. Berbeda dengan
respons ginjal terhadap hormon vasopresin yang diabetes insipidus hipotalamik, pada diabetes insipidus
menurun. nefrogenik osmolalitas ai,r."seni tidak meningkat
3. Diabetes insipidus pada kehamilan yang disebabkan setelah pemberian desmopresin. Penting sekali untuk
oleh metabolisme hormon vasopresin yang berlebihan mendiagnosis diabetes insipidus nefrogenik adalah
dan bersifat sementara. pemeriksaan kadar vasopresin darah y6ng sangat
4. Diabetes insipidus dikenal dengan polidipsia primer meningkat.
sebagai akibat minum yang bedebihan.
Mendiagnosis diabetes insipdus tidak terlalu sulit,
cukup dengan mengukur jumlah urin selama 24 jam.
Yang sulit adalah membedakan jenis diabetes insipidus,
terutama untuk membedakan antara polidipsi primer dan
penyebab diabetes insipidus lainnya. Untuk itu, pada saat
ini yang dianggap sebagai tes diagnostik terbaik adalah
tes dehidrasi, pemeriksaan kadarvasopressin plasma, dan
respons terhadap suntikkan desmopresin.6
Urutan tes yang dibutuhkan untuk mendiagnosis
diabetes insipidus adalah sebagai berikut:
Tes dehidrasi.s.T
. Penderita ditimbang dan sekaligus diambil contoh
darah untuk pemeriksaan kadar sodium dan
osmolalitas plasma
Gambar 1. Perubahan osmolalitas air seni pada diabetes
. Penderita dipuasakan dan kemudian jumlah air seni insipidus yang berbeda selama tes dehidrasi dan pemberian
ditakar setiap jam untuk pemeriksaan osmolalitas. desmopresin.s
rT R'NGSI PENYAKIT HIPOFISIS 265
N.EFERENSI
PENDAHULUAN liur; pemeriksaan kadar kortisol air seni 24 jam, dan tes
supresi deksametason. Menurut Nieman dan kawan-
Kelenjar adrenal atau suprarenal terdiri atas dua bagian kawan3, untuk membuktikan adanya sindrom skrining
yaitu bagian korteks dan medula yang masing-masing sebaiknya menggunakan dua tes skrining yang berlainan
mengeluarkan hormon yang berbeda. Sama halnya dengan (lihat gambar 1).
penyakit kelenjar hipofisis, pemeriksaan pencitraan sangat
Cara skrining untuk mendiagnosis adanya sindrom
berperan untuk diagnosis penyakit kelenjar adrenal.
Cushing
Pembahasan mengenai tes fungsi kelenjar adrenal hanya
1. Pemeriksaan kadar kortisol cairan liur
akan dibatasi pada sindrom Cushing, penyakit Addison,
Kadar kortisol cairan liur yang diambil pada jam
aldosteronisme primer, dan feokromositoma.
23.00. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dua hari
bertu rut-turut.4
2. Pemeriksaan kadar kortisol bebas di air seni 24 jam
SINDROM CUSHING Kadar kortisol diperiksa dari air seni 24 jam. Pada
orang sehat kadar kortisol'air seni 24 jam .50 ltg/
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan dimana terjadi
24 jam. Apabila ditemukan angka ygng lebih tinggi,
peningkatan hormon glukokortikoid. Sindrom Cushing
kemungkinan besar orang tersebu[ menderita
dibagi atas dua jenis yaitu, a) sindrom Cushing akibat
sindrom Cushingl
ACTH yang meningkat (ACTH dependent)yang terdiriatas
penyakit Cushing akibat adenoma hipofisis (sekitar 80%
3. Pemeriksaan tes supresi deksametason "
266
TEs FUNGSI PENYAKIT KELEN'AR ANDRENAT 267
I
Periksa apakah ada penggunaan kortikosteroid
I
24 jam KB * air seni (> 2 tes) Tes DXM** 1-mg Kortisol cairan air liur (> tes)
Apabila ada hasil yang tidak normal Normal (Tidak mungkin SC)
sinoJ, Cushins
*KB
= kortisol bebas
**DXM deksametason
=
Gambar 1. Alur cara skrining untuk menentukan ada tidaknya sindrom Cushing (modifikasi). 1.3
dfundingkan adenoma hipofisis, masih perlu tes lain lnferior petrosol sinus sompling (IPPS) 'z
yang membedakan antara keduanya. Dalam hal demikian Manfaat tes ini untuk membedakan antara penyakit
pemeriksaan pencitraan sangat berperan. Cushing dan tumor ektopik apabila dengan pemeriksaan di
atas dan pencitraan MRI b€lum dapat membedakan antara
k Corticotropin- Releosing Hormone (CRH -test)2 keduanya. Darah vena dari kedua bagian hipofisis mengalir
hmeriksaan ini dilakukan untuk membedakan antara melalui inferior petrosol sinus. Denga;r menggunakan
trmor ektopik dan tumor hipofisis. Tes dilakukan dengan kateter diambil contoh darah dari inferior petrosal sinus:
rremberikan suntikkan intravena CRH sebanyak 1 pg/kg Pada ektopik tumor maka rasio ACTH antara kadar dari
berat badan pada pagi hari. Sebelum tes dilaksanakan, IPPS dan kadar plasma vena kurang dari 1,4:1,O sedang
dperiksa terlebih dahulu kadar ACTH dan kortisol plasma pada penyakit Cushing rasio tersebut lebih tinggi yaitu
puasa, kemudian diambil kadar ACTH dan kortisol setiap 15 lebih tinggi dari 2:1.
npnit selama satu atau dua jam. Pada orang sehat setelah
srntikan CRH, kadar ACTH dan kortisol akan meningkat
masing-masin g 1 5% dan 20o/o. Pada penyakit Cushing kadar PENYAKIT ADDISON
ICTH plasma akan meningkat >505 pglml dan kortisol
>20%, sedang pada tumor ektopik tidak ada perubahan. Penyakit Addison dikenal juga dengan nama insufisiensi
adreno(ortikal primer; disebabkan oleh berbagai penyebab
Tc metyrapon2 antara lain penyakit autoimun, perdarahan adrenal, dan
liletyro po n men gha mbat enzi m 1 1 b - hyd roxylose y ang infeksi seperti tuberkulosis. Pemeriksaan yang penting
berperan padajalur pembentukkan kortisol sehingga kadar untuk menegakkan diagnosis penyakit Addison adalahl:
kortisol plasma menurun. Sebagai akibat dari menurunnya 1. Pemeriksan elektrolit yaitu kadar sodium rendah (90%)
lortisol plasma, maka akan terjadi mekanisme balik sedang kadar potassium meningkat (65%).
rnerangsang hipofisis melepaskan ACfH. Metyropon secara 2. Tes stimulasiACTHl
srntikkan intravena setiap 4 jam selama 24 jam. Pada Tes ini digunakan sebagai tes skrining untuk
penyakit Cushing kadar ACTH plasma akan meningkat, membuktikan apakah ada insufisiensi adrenal.
sedangkan padi tumor ektopik tidak. Pada orang sehat pemberian suntikkan ACTH akan
268 LABORATORIUM KLINIK
meningkatkan kadar kortisol, sedangkan pada <30 tahun, dan hipertensi berat. Walaupun tidak semua
penyakit Addison tidak. Tes ini untuk membuktikan aldosteronisme primer ditemukan hipokalemia, tetapi
adanya insufisiensi adrekortikal, tetapi tidak untuk adanya hipokalemi harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
membedakan sebab primer atau sekunder. kadar konsentrasi aldosteron plasma (KAP) dan aktivitas
3. Kadar ACTH plasmal renin plasma (ARP), biasanya diambil pada pagi hari antara
Setelah tes stimulasi ACTH perlu dibedakan antara jam 8.00 - 10.00.
penyebab primer/ penyakit Addison dan penyebab Adanya kadar KAP yang tinggi biasanya >15 ng/
sekunder maka dilakukan pengukuran kadar ACTH dL, dan ARP rendah yaitu <1,0 nglmL menunjang
puasa. Pada penyebab primer kadar ACTH plasma puasa aldosteronisme primer. Bila dilakukan rasio KAP-ARP maka
sangat meningkat mencapai >52p9/mL, sedangkan pada rasio >20 ngldL per nglmL dianggap sangat mencurigakan
penyebab sekunder kadar ACTH plasma puasa tetap adanya aldoteronisme primer (gambar 2). Pada keadaan
normal yaitu 10 pglmL bahkan dapat lebih rendah. demikian perlu dilanjutkan dengan tes konfirmasi .
Tes Konfirmasi
ALDOSTERONISME PRIMER Dikenal dua jenis tes konfirmasi yaitu tes dengan sodium
oral dan tes infus salin intravena. Pada prinsipnya kedua
Sindrom aldosteronisme primer ditandai oleh tes itu untuk mengukur kadar aldosteron di urin dan
adanya hipertensi, supresi aktivitas plasma renin, dan plasma. Pada orang normal pemberian sodium akan
meningkatnya kadar aldosteron plasma. Dikenal dua menurunkan kadar aldosteron air seni atau plasma sedang
bentuk aldosteronisme primer yaitu akibat suatu adenoma pada hiperaldosteronisme primer tidak terjadi supresi
(sindrom Conn) dan hiperaldosteronisme idiopatik aldosteron
bilateral. Pendekatan diagnosis aldosteronisme primer
terdiri atas tiga tahap yaitu tes skrining, tes konfirmasi, Tes Mencari Penyebab
dan tes untuk mendeteksi penyebab.t6 Untuk mencari penyebab penting sekali pemeriksaan
pencitraan untuk mengetahui adanya adenoma. Tes
Tes Skrining yang lebih sulit adalah dengan mengambil contoh darah
Adanya aldosteronisme primer harus dipikirkan pada dari masing-masing vena adrenal kanan dan kiri. Tes ini
keadaan-keadaan: hipertensi disertai hipokalemia, dimaksud untuk membedakan apakah penyakit bersifat
hipertensi yang resistan terhadap pengobatan dua atau unilateral atau bilateral.
tiga jenis obat, penderita hipertensi usia muda yaitu
Tes skrining
Pemeriksaan darah untuk:
- Kadar konsentrasi aldosteron plasma (KAP)
- Aktivitas renin plasma (ARP)
I
t^
Y
KAP(>15 ngldl; > 416 pmol/L) '
ARP (<1.0 ng/mL/h)
dan
FEOKROMOSITOMA
Tes skrining
Tes skrining yang paling banyak dan yang paling baik
adalah pemeriksaan metanefrin di air seni 24 jam ataupun
ladar dalam plasms.z,a
Tes lama yailu vonilylmondilic ocid (VMA) di air seni
saat ini jarang digunakan lagi.
ts Konfirmasi
Tes supresi dengan menggunakan klonidin. Klonidin
adalah suatu obat antihipertensi yang menekan sekresi
norepinefrin dari saraf simpatik. Dengan demikian, kadar
norepinefrin dan normetanefrin akan menurun dalam
plasma. Pada penderita feokro mositoma, normeta nefri n
berasal dari tumor dengan demikian pemberian klonidin
tidak akan memengaruhi kadai normetanefrin dalam
darah
IEFERENSI
Dalam berbagai rongga tubuh seperti rongga peritoneal, adaldh infeksi hepatitis, steatohepatitis alkoholik dan non
pleura serta perikardial, terdapat sejumlah kecil cairan yang alkoholik. Sebagian kecil asites disebabkan oleh proses
terletak di antara2 membran, yaitu membran viseralis dan nonhepatik dengan retensi cairan. 1'2
parietalis. Membran viseralis melapisi organ terkait yang Terdapat beberapa teori terjadinya asites, terutama
ada dalam rongga sedangkan membran parietalis melapisi pada penderita sirosis hati. Teori yang digunakan saat ini
rongga tersebut. Cairan yang terletak dalam rongga umumnya adalah gabungan dari berbagai teori sebelumnya,
tersebut disebut sebagai cairan serosa yang berfungsi yaitu adanya dilatasi arterial perifer. Sebelumnya dikenal
sebagai pelumas anlar 2 permukaan membran untuk adanya teori underfill dan overflow. Prosesnya dimulai
mempermudah pergerakan organ dalam rongga tersebut. dengan terjadinya hipertensi portal, pening katan tekanan
Dalam keadaan normal hanya terdapat sejumlah kecil portal di atas criticol threshold akan menyebabkan
cairan karena produksi cairan dan reabsorpsinya berjalan peningkatan local splanchnic vosodilotors, terutama nitrit
dengan seimbang. Bila terjadi ketidakseimbangan maka oksida, yang berakibat terjadinya vasodilatasi arteriolar
akan terdapat peningkatan jumlah cairan tersebut, efusi splanchnic. Hal itu akan menyebabkan peningkatan
cairan yang berlebih itu dapat berupa cairan transudat tekanan di kapiler, peningkatan permeabilitas, dan
atau eksudat.l penurunan volume arteri efelitif. Akibatnya akan te$adi
peningkatan produksi cairan limf dan kompensasi berupa
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS),
ASITES susunan saraf simpatis dan hipersekresi dari hormone
"
antidiuretik sehingga akhirnya terbentuk asites.l'3
Asites berasal dari kata Yunani "askos" yang berarti Asites ringan mungkin tidak terlihat, tetapi asites berat
kantong, asites diartikan sebagai terkumpulnya cairan akan tampak sebagai distensi abdomen dan penderitanya
bebas secara patologik di rongga peritoneum. Asites mengeluh adanya rasa pertambahan beban di perut
menandakan suatu proses yang serius dan sebagian besar dan sesak. Pada pemeriksaan fisik asites dapat dideteksi
diakibatkan oleh proses kronis pada hati dan merupakan dengan terlihatnya pembesaran abdomen, adanya shifting
tanda adanya kerusakan hati lanjut. Asites seringkali dullness, dan ftuid thrill daerah abdominal. Terdapat 3
dijumpai pada sirosis hati mengikuti terjadinya hipertensi gradasi asites, yaitu tahap t hanya dapat dideteksi dengan
portal. Selain itu, asites juga dijumpai pada penderita pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan computerized
tumor atau keganasan seperi karsinomatosis peritoneal, tomographi sconning (CT-scan), tahap 2 dideteksi dengan
keganasan hati, limfoma yang dapat mengakibatkan adanya perhbesaran abdomen pada saat berbaring dan
terjadinya asites khilus, gagal jantung atau kelainan shifting dullness, dan tahap 3 jelas terlihat pembesaran
ginjal. Asites juga dapat disebabkan oleh kelainan bilier dan adanya fluid thrill.l
atau pankreas, pascapembedahan abdomen serta infeksi. Cairan asites diperoleh dengan melakukan pungsi
Peritonitis bakterialis spontan merupakan suatu keadaan parasentesis. Parasentesis dilakukan untuk mencari
yang dapat menyertai asites yang telah ada. Sebagian penyebab asites, melakukan analisis terhadap cairan yang
besar penderita dengan asites juga menderita sirosis. diperoleh, mendeteksi adanya infeksi dini, serta sebagai
Di Amerika penyebab sirosis tersering yang dilaporkan bagian dari terapi. Parasentesis sebaiknya dilakukan pada
270
IIIALISIS CAIRAN 271
semua penderita pada saat awitan asites serta semua sedangkan bila akibat trauma pungsi maka pada tabung
penderita asites yang di rawat inap. Parasentesis juga perlu yang awal akan mengandung lebih banyak darah. Trauma
diulang bila diduga terjadi infeksi dengan berbagai gejala pungsi dapat mengakibakan timbulnya bekuan bila tidak
yang timbul (rasa sakit di abdomen, peningkatan suhu digunakan penampung dengan antikoagulan. Warna
tubuh, ensefalopati, hipotensi, gagal ginjal, leukositosis, merah muda dapat disebabkan oleh jumlah eritrosit
dan lainnya). Kontraindikasi parasentesis antara lain > 1 0.000/uL, sedangkan ju mlah eritrosit yang lebih sedi kit
adalah koagulopati berat, terdapatnya fibrinolisis atau DIC sering tidak menimbulkan warna, kadang dapat sedikit
(dissem in ated introvoscu la r coa g u lotion).1 memberi kekeruhan. Bila jumlah eritrosit >20.000/uL
Cairan asites dapat digolongkan menjadi cairan maka cairan akan tampak kemerahan. Bila dijumpai
Eansudat dan eksudat. Umumnya untuk membedakannya cairan dengan warna kemerahan umumnya dicurigai
dilakukan pemeriksaan SAAG (serurn asites olbumin adanya riwayat perdarahan sebelumnya, trauma, atau
gradient). Bila SAAG tinggi (>1,1 g/dL) dianggap asites keganasan.l'2
adalah transudat, disebabkan oleh hipertensi portal Kekeruhan disebabkan oleh jumlah sel yang
Jika SAAG rendah (<1,1 g/dL) dianggap eksudat dan meningkat (>1.000/uL), warna dapat menjadi sangat
penyebabnya bukan hipertensi portal. Penyebab dari keruh bila jumlah sel >5.000/uL. Cairan asites dengan
transudasi (SAAG tinggi) terutama adalah sirosis, gagal warna keruh juga dapat diakibatkan oleh adpnya lipid,
jantung, oklusi vena, perikarditis serta malnutrisi. bervariasi dari kekeruhan ringan hingga keruh seperti susu.
Fenyebab dari adanya cairan eksudat (SAAG rendah) Kekeruhan biasa disebabkan oleh peningkatan trigliserida
rftara lain adalah keganasan (primer atau metastasis), antara 200-1.000 mgldL. Pada sebagian besar penderita
hfeksi (tuberkulosis, spontaneous bacterial peritonitis/ sirosis umumnya cairan hanya mempunyai kekeruhan yang
SBP), pankreatitis, sindrom nefrotik serta berbagai kelainan sangat ringan. Warna kuning tua-kecoklatan pada cairan
bin.1,3 asites dapat diakibatkan peningkatan bilirubin, umumnya
bila terdapat perlukaan pada saluran bilier.l'as
menentukan adanya infeksi. Pada proses inflamasi U/1. Bila dicurigai adanya perforasi kandung empedu atau
dan infeksi akan terjadi peningkatan jumlah sel. SBP salurannya, maka dapat ditemukan kadar bilirubin cairan
merupakan penyebab tersering kenaikan jumlah sel total yang lebih besar dibanding kadar bilirubin serum. Pada
maupun PMN. Jumlah PMN pada SBP dapat mencapai dugaan adanya khilus dilakukan pemeriksaan kolesterol
70% jumlah total sel. Pada tuberkulosis dan karsinomatosis dan trigliserida cairan dibandingkan terhadap serum.
peningkatan sel umumnya didominasi sel limfosit atau Bila terdapat kontaminasi dengan khilus maka kadarnya
MN. Pada pemeriksaan hitung jenis dapat dijumpai sel meningkat melebihi kadar dalam serum. Pemeriksaan pH
lain seperti mesotel, makrofag, sel plasma, eosinofil serta cairan < 7,3 lebih mengarah pada eksudat.l
sel atau kelompok sel yang berbentuk tidak beraturan dan Pemeriksaan lain yang juga sering dilakukan pada
dicurigai ganas.2,a's penderita dengan asites adalah pemeriksaan hematologi
lengkap, hemostasis termasuk D-Dimer dan elektrolit.
Pemeriksaan Kimiawi Beberapa peneliti juga memeriksa penanda tumor dari
Dahulu penentuan transudat dan eksudat dilakukan cairan asites, yaitu AFP dan CEA, atau ADA untuk deteksi
de'ngan pemeriksaan Rivalta, yaitu meneteskan 1 tetes M. tuberculosis.l'3,6
cairan ke dalam larutan akuadestilata yang diasamkan.
Bila pada tes Rivalta terbentuk kekeruhan maka dianggap Pemeriksaan Mikrobiologi
cairan mengandung banyak protein dan merupakan Pemeriksaan mikrobiologi meliputi pemeriksaan terhadap
eksudat. Selain itu, dilakukan juga dengan pemeriksaan sediaan langsung dan biakan resistensi. Sediaan langsung
kadar protein cairan. Bila kadar protein total < 2.5 g/dL dipulas dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk
maka cairan tersebut dianggap transudat. Kedua cara bakteri tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR
ini sudah jarang digunakan. Untuk menentuan pakah untuk M. tuberculosis.l
cairan asites tergolong transudat dan eksudat digunakan
modifikasi dari kriteria Light. Untuk itu dilakukan Pemeriksaan Sitologi
pemeriksaan kadar protein, glukosa, dan LDH dari cairan Pemeriksaan sitologi cairan' asites dipulas dengan
dan serum kemudian dihitung rasionya. Kriteria Light yang Hematoksilin eosin atau pulasan Papanicolaou. Pemeriksaan
dimodifikasi menggunakan kriteria yang sama dengan terutama digunakan untuk mencari adanya keganasan baik
cairan pleura, yaitu cairan dianggap eksudat bila rasio primer atau metastases.l'2
protein cairan/serum >0,5, rasio glukosa cairan/serum
>0,6, dan LDH cairan/serum >0.6. Atau kadar LDH cairan
>200 U/L. Terdapat modifikasi dari beberapa peneliti REFERENS!
yang menambahkan pemeriksaan rasio kolesterol cairan/
serum >0,3 agar pemeriksaan lebih sensitif dan spesifik 1. RunyonBA. Ascites and spontaneousbacterialperitonitis. In
Feldman MF, Friedman lS, Sleisinger MII: Gastrointestinal
untuk membedakan antara transudat dan eksudat. Cairan and Liver Disease. Eds. 7th ed. Saunders, fhiladelphia
berupa eksudat bila kadar kolesterol cairan > 60 mgldL. 2402:pp.1517-41..
Bila digunakan gabungan antara rasio protein dan LDH 2. Thrall MJ, Giampoli EJ. Routine review of ascites fluid.from
patients with cirrhosis or hepatocellular carcinoma is a low-
maka pemeriksaan dianggap mempunyai sensitivitas 100%
yield procedure: An observational study. Cytoloumal 2009,
dan spesifisitas 71o/o. Bila cairan hemoragik maka harus 6:L6-8.
hati-hati dalam menggunakan pemeriksaan LDH sebagai 3. Glickman RM. Abdominal swelling and ascites. In Kasper
salah satu criteria menentukan eksudat.a'5'6'7 DL, Braunwald E, Fauci A, Hauser SL, Longo DL, Jameson
|L. Harrisons principles of internal medicine. 16fr ed New
Pemeriksaan lain yang digunakan untuk membedakan York, McGraw t{tll, 2005;pp.243 - 6.
transudat dan eksudat adalah perhitungan SAAG. SAAG 4. More KP, Wong F, Gines R bemardi M, Ochs A, Salemo F,
dihitung dengan rumus sebagai berikut: kadar albumin Angeli P, et all. The Management of Ascites in Cirrhosis:
Report on the Consensus Conference of the International
serum - kadar albumin cairan asites. Bila SAAG tinggi
Ascites Club. Hepatologi 2003;38:258-66.
(> 1,1 g/dL ) dianggap transudat dan bila SAAG rendah 5. Kuiper JJ, De Man RA, Buuren HR. Review articie:
(<1,1 g/dL ) dianggap eksudat. Pemeriksaan SAAG management of ascites and associated complications in
mempunyai ketepatan hingga 97Yo unluk mendeteksi patients with cirrhosis. Aliment Pharmacol Ther 26 (Suppl
2),183-1,93.
adanya hipertensi portal.1,3,a 6. Light RW. Pleural effusion. N Engl ] Med,2002346:197L-7.
Beberapa pemeriksaan tambahan dapat dilakukan 7. ParamothayanNS, Barron|. Newcriteriaforthe differentiation
pada keadaan tertentu. Bila dicurigai adanya proses pada between transudates and exudates. J Clin Pathol2002;55:69-
71,.
pankreas maka dilakukan pemeriksaan amilase. Pada
transudat karena sirosis tanpa komplikasi, kadar amilase
sekitar 50 U/L, tetapi dalam keadaan pankreatitis akut
atau perforasi intestinal, amilase akan meningkat >2000
ANATISIS CAIRAN 273
CAIRAN PLEURA agak putih kekuningan kental, berisi sisa sel yang rusak
serta fibrin. t6
Cairan pleura terletak dalam rongga pleura yang dibatasi
oleh lapisan mesotelium pleura viseralis dan parietalis.
Rongga pleura dalam keadaan normal mengandung PEMERIKSAAN CAIRAN PTEURA
sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas pergesekan
ke dua membran tersebut. Cairan pleura berasal dari Bahan Pemeriksaan
filtrasi kapiler dari pleura parietalis, diproduksi secara Bahan pemeriksaan berupa caian pleura diperoleh dengan
terus menerus sesuai dengan tekanan hidrostatik, tekanan melakukan thorakosentesis. Pungsi dilakukan di bagian
onkotik plasma, serta permeabilitas kapiler. Cairan ini akan belakang rongga pleura di daerah interkostal 6,7, atau
diabsorpsi kembali melalui saluran limf dan venula dari 8 pada garis midaksila. Akhir-akhir ini dianjurkan untuk
pleura viseralis. Bila terjadi ketidakseimbangan antara melakukan torakosentesis selain atas dasar pemeriksaan
produksi cairan yang berlebih terhadap kemampuan fisikjuga dengan bantuan ultrasonografi (USG), terutama
reabsorpsinya maka akan terjadi akumulasi cairan dan pada efusi yang tidak terlalu banyak untuk menghindari
disebut sebagai efusi pleura. Umumnya cairan ini akan terjadinya komplikasi serta kegagalan. Penggunaan
dibedakan menjadi cairan transudat dan eksudat. 1'2 USG juga dianggap sebagai standard dalam pelakukan
Transudat biasanya terjadi bilateral karena gangguan torakosentesis pada efusi parapneumonik serta pada
sistemik yang mengakibatkan peningkatan tekanan pemasangan drainase. 1'3
hidrostatik atau adanya penurunan tekanan onkotik Sama seperti pada pengambilan bahan pemeriksaan
plasma. Penyebab efusi pleura dengan cairan transudat, untuk cairan lain, sebaiknya digunakan 3 buah penampung,
antara lain: gagaljantung, sirosis hepatis, sindrom nefrotik yaitu untuk pemeriksaan kimiawi dan imunologi, tabung
dan hipoproteinemia. Eksudat lebih sering terjadi unilateral dengan antikoagulan (EDTA atau heparin untuk hitung
dihubungkan dengan gangguan lokal atau setempatyang dan analisis sel serta tabung steril atau tang biakan
mengakibatkan peni ngkatan permeabilitas vasku ler atau (misalnya botol Bactec, atau media aerob dan anaerob lain)
gangguan resorpsi limfatik. Penyebab cairan eksudat, untuk pemeriksaan mikrobiologi. Seringkali antikoagulan
antara lain: infeksi (pneumonia, tuberkulosis, virus), mutlak diperlukan karena terdapat kemungkinan
neoplasma, limfoma, metastasis keganasan, mesotelioma, terbentuknya bekuan setelah pungsi cairan pleura karena
infark pulmoner dan berbagai proses inflamasi, lupus kadar fibrinogen atau proteinnya yang tinggi.Hal itu
eritematosus sistemik dan kelainan reumatoid. Cairan akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung jenisnya
juga bisa berasal dari luar rongga pleura, antara lain pada tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan pleura juga
pankreatitis, ruptur esophagus dan urinothoraks.l'l diperlukan contoh sampel.Qarah K3EDTA dan darah beku
Kelainan pada pleura seringkali sukar ditentukan untuk perhitungan rasio dalam menentukan jenis cairan
penyebabnya, begitu pula efusi pleura kadang sukar transudat atau eksudat. Biasanya pada thorakosentesis
diketahui penyebabnya. Pemeriksaan cairan pleura akan dapat diperoleh cukup banyak cairan. Sebaiknya cairan
membantu mengetahui penyebabnya, membedakan tersebut dikirim cukup banyakjumlahnya ke laboratorium
adanya inflamasi, infeksi, serta keganasan yang untuk dianalisis baik sitologi maupun mikrobiologi.2':
menyebabkan efusi pleura atau efusi parapneumonik. Pemeriksaan analisis cairan pleura yang dilakukan
Terdapat beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan meliputi protein total, laktat dehidrogenase (LDH),
efusi pleura seperti amiodaron, nitrofurantoin, fenitoin, albumin, amilase, pH dan glukosa, hitung sel dan
metotreksat, penisilinamin, siklofosfamid. Efusi pleura diferensiasinya serta sitologi. Selain itu juga dilakukan
dapat berlanjut menjadi empiema, patogen yang sering pemeriksaan mikrobiologi termasuk pewarnaan Gram,
berperan adalah tuberkulosis, kuman anaerob, dan jamur. ADA, dan PCR untuk mengetahui adanya tuberkulosis.
Empiema juga dapat menyertai keganasan paru, limfoma, Kriteria yang digunakan untuk membedakan antara
atau metastasis endobronkhial dan dapat berlanjut transudat dan eksudat menggunakan kriteria Light yang
menjadi piothoraks. Untuk deteksi kecurigaan ini perlu dimodifikasi, yaitu dianggap eksudat bila rasio protein
dilakukan pemeriksaan radiologik.la cairan/serum >0,5, rasio LDH cairan dan darah >0,6, dan
Efusi parapneumonik adalah suatu efusi pleura yang kadar LDH cairan 2/3 jumlahnya di nilai batas atas LDH
disebabkan oleh pneumonia (baik community ocquired serum atau dianalisis pula kadar kolesterol hasilnya >45
pneumonio hingga nosocomiol pneumonia) atau abses mg/dL.2,3
paru, dan biasanya menyebabkan efusi pleura eksudatif. Kriteria Light dianggap relatif baik untuk menentukan
Efusi parapneumonik dibedakan menjadi 3 bentuk, transudat dan eksudat, meskipun dari beberapa laporan
yaitu bentuk parapneumonik tanpa komplikasi, dengan terdapat ketidaksesuaian. Pada keadaan tersebut perlu
komplikasi, dan empiema. Pada empiema cairan keruh dilakukan pemeriksaan albumin cairan dan serum. Bila
LABORATORIUM KLINIK
perbedaan antara albumin cairan dan serum >1.2 g/dL diakibatkan adanya khilus akibat per:lukaan pada duktus
maka dianggap cairan tersebut transudat. Bila dianggap thoraksikus atau merupakan pseudokhilus yang dijumpai
perlu dapat dilakukan pemeriksaan bilirubin cairan, lalu pada proses inflamasi kronis. Untuk membedakan adanya
dibandingkan dengan kadarnya di serum. Dianggap khilus dilakukan ekstraksi dengan eter; bila terbentuk
transudasi bila perbandingannya <0,6.r,+,s cairan yang jernih maka cairan tersebut adalah khilus. Bila
cairan yang mengandung khilus diwarnai dengan Sudan
krneriksaan Mikrobiologi
Sama seperti pada cairan serosa lain, pemeriksaan
mikrobiologi meliputi pemeriksaan terhadap sediaan
langsung dan biakan resistensi mikroorganisme dan
terhadap kuman tuberkulosis. Sediaan langsung dipulas
dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk bakteri
tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR untuk
ll tuberculosrs. Aspirasi yang berupa pus menandakan
Errdapatnya empiema, bila penderita telah mendapat
Erapi antibiotika sebelumnya maka mungkin saja hasil
hrltur tidak tum bu h mi kroorganisme. U ntu k meni n gkatkan
hcil biakan sebaiknya cairan harus segera dimasukkan ke
dalam botol inokulasi untuk biakan dengan segera.l'6
276 LABOMTORIUM KLINIK
kemungkinan terbentuknya bekuan setelah pungsi caran infeksi dan keganasan. Pemeriksaan Adenosine deaminose u
perikardia karena kadar fibrinogen atau proteinnya yang octivity (ADA) dengan hasil >30 U/L dianggap menyokong ilt
tinggi. Hal itu akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung ad a nya inf eksi Myco b q cte riu m t u b e rc u lo s is. Da pat d i I a ku ka n
m
jenisnya tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan juga pemeri ksaa n ca rcinoem byo n ic o ntig e n (CEA), serologi u ntu k d
diperlukan contoh sampel darah KTEDTA dan darah beku infeksijamur; PCR untuk M. tuberculosrs serta pemeriksaan iill
untuk perhitungan rasio dalam menentukan jenis cairan lain yang dianggap perlu. 1'a's tr
transudat atau eksudat.1,3 m
rfll
terhadap warna cairan, kejernihan, adanya bekuan serta 1. Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3'd ed FA Davis
fi
Co, Philadelphia 1994:pp.17"1-8.
kelainan lain yang mungkin tampak. Pada cairan cairan d
ANATISIS CAIRAN 277
Z Brunzel NA. Urine and body fluid analysis. 2d ed. Saunders Penurunan tekanan secara cepat dapat mengakibatkan
Philadelphia 2004:pp.3 61.-9.
herniasi. Umumnya dapat dikeluarkan sekitar 10-20 mL
3. Knight A], Kjeldsberg CR. Cerebrospinal, Synovial, and
Serous Body Fluids.InMcPherson & Pincus: Henry>s Clinical cairan pada dewasa. Sebaiknya klinisi mengetahuijumlah
Diagnosis and Managementby LaboratoryMethods. Eds 21"1. minimalyang diperlukan untuk melakukan seluruh analisis
W B Saunders Company, Philadelphia 2006:pp1393-1. yang diperlukan. Pada analisis cairan otak diperlukan
4. Burgess L|, Reuter H, taljaard JJF, Doubell AF. Role oI sampel darah KTEDTA dan darah beku yang diambil sekitar
biochemical test in the diagnosis of large perikardial effusiors.
2 jam sebelumnya untuk pembanding serta perhitungan
Chest2002;12L:495-9.
5. Seferovic PIvI, Ristic AD, Erbel M, Reinmuller
& Adler Y rasio berbagai parameter.l.3
Tomkowski WZ, et all. Guidelines on the diagnosis and Spesimen biasa ditampung dalam 3 tabung sesuai
management of perikardial diseases. Executive summary.
Eur Heart
urutan pengambilan. Tabung pertama digunakan
J 2004;25:587-610.
untuk pemeriksaan kimiawi dan serologi, tabung ke-2
digunakan untuk biakan mikrobiologi, dan tabung ke-3
untuk hitung sel. Cairan otak harus segera dibawa ke
CAIRAN OTAK
laboratorium karena sel yang terkandung di dalamnya
Cairan otak diproduksi di pleksus koroideus dan diabsorpsi mudah mengalami degradasi setelah 30 meniti,'z
di vilus arakhmoid. Setiap hari akan diproduksi sejumlah
20 mL cairan serebrospinalis dan total volume cairan Pemeriksaan Cairan Otak
di ruang tersebut pada orang dewasa berkisar antara Pemeriksaan cairan otak meliputi pemeriksaan
140-170 mL dan 10-60 mL pada neonatus. Produksi makroskopik, mikroskopik, kimiawi, serologi, imunologi,
cairan terjadi melalui proses ultrafiltrasi akibat tekanan mikrobiologi serta pemeriksaan khusus lainnya.
hidrostatik sepanjang kapiler koroidal serta transpor aktif
sel epitelnya. Cairan otak berfungsi sebagai pembawa Pemeriksaan Makroskopik
nutrisi ke jaringan saraf membawa sisa hasil metabolisme Pada pemeriksaan makroskopik dilaporkan warna,
sel, membentuk bantalan untuk menjaga otak serta kejernihan serta kelainan lain yang tampak seperti adanya
medulla spinalis dari trauma. Lapisan sel yang melapisi bekuan, endapan, serta keadaan lainnya. Cairan otak
rongga cairan terdiri dari endotel kapiler dan pleksus normaltak berwarna dan jernih seperti air. Cairan berwarna
koroid. Antar sel terdapat sualu tight junction yang akan kemerahan dan sedikit keruh bila terdapat perdarahan,
menghambat makromolekul seperti protein, lipid dan kekeruhan dapat disebabkan juga oleh peningkatan jumlah
molekul lain untuk masuk ke dalamnya. Hal ini dikenal leukosit. Cairan sangat keruh atau seperti susu dapat
sebagai blood broin barrier atau sawar otak. Komposisi disebabkan peningkatan protein atau lipid di dalamnya.
cairan otak tidak sama seperti plasma karena adanya Warna xantokhrom dapat'disebabkan oleh perdarahan
transpor aktif dari beberapa substansi.l,2 dan kemudian terjadi degradasi eritrosit. Warnanya
bervariasi dari agak merah muda (olqihemoglobin),
agak jingga akibat hemolisis atau kekuningan akibat
PEMERIKSAAN CATRAN OTAK perubahan oksihemoglobin mejadi bilirubin. Fenyebab
warna xantokhrom lain adalah peningkatan kadar bilirubin,
Bahan Pemeriksaan pigmen karoten, peningkatan protein yang tinggi, pigmen
Cairan otak biasa diperoleh dengan pungsi lumbal, sisternal melanoma serta juga dapat dijumpai pada fungsi hati yang
atau lateral servikal. Untuk pungsi lumbal dilakukan antara kurang baik pada neonatus.l-3
t ertebra lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Tindakan harus hati- Warna kemerahan pada cairan otak harus dibedakan
hati dan memperhatikan tekanan intrakranial serta tak apakah berasal dari trauma pungsi atau niemang terdapat
boleh mencederai jaringan saraf. Sebaiknya digunakan perdarahan otak. Pada perdarahan akibat trauma pungsi
manometer utuk mengukur tekanan sebelum dilakukan maka jumlah darah tidak homogen pada ketiga tabung.
pengambilan cairan otak. Dalam keadaan normal pada Tabung Bertama akan mengandung lebih banyak darah
dewasa tekanan berkisar antara 90-180 mm, dapat dibandingkan tabung ke tiga3. Cairan dengan trauma
mencapai 250 mm pada pasien obese. Peningkatan pungsi cenderung lebih sering membentuk bekuan. Warna
bkanan >250 mm air dapat disebabkan oleh meningitis, xantokhrom seringkali disebabkan adanya perdarahan
perdarahan intrakranial dan tumor. Bila tekanan >200 mm yang telah berlangsung lebih dari 2 jam sebelumnya.
maka sebaiknya maksimal hanya dikeluarkan 2 mL cairan Kontaminasi dengan darah hingga 200-300 uL darah
saja. Pengambilan cairan harus dihentikan bila tekanan seringkali masih menampakkan cairan yang jernih.la
menurun sebesar 50o/o dari tekanan awal. Penurunan
tekanan dapat dijumpai pada blok spinal-subarakhnoid, Pemeriksaan Mikroskopik
dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan kebocoran cairan otak. Pemeriksaan mikroskopik meliputi hitung sel dan hitung
278 LABORATORIUM KLINIX
jenis sel. Sel yang dilaporkan adalah jumlah leukosit, elektroforesis protein untuk melihat fraksinya. Dalam
bila jumlah eritrosit cukup banyak maka jumlahnya juga keadaan normal cairan otak hanya sedikit sekali
dilaporkan. Sebaiknya cairan diperiksa sebelum 30 menit mengandung protein karena cairan tersebut merupakan
dari sejak pungsi, sebelum terjadi lisis dari sel. Pada ultrafiltrasi selektif dari plasma. Jumlah protein normal
pemeriksaan cairan otak sebaiknya juga disertai contoh berkisar antara 15-45 mg/dL, jumlah yang sedikit lebih
darah dengan antikoagulan KTEDTA untuk melakukan tinggi dijumpai pada bayi dan orang tua. Umumnya
perbandingan bila terjadi trauma pungsi atau bila dijumpai fraksi protein yang dapat dijumpai sama dengan fraksi
adanya sel abnormal seperti blas. Cairan otak dewasa protein plasma, kekhususan pada cairan otak adalah
normal mengandung 0-5 sel/ uL, pada anak jumlahnya adanya protein tau. pada analisis pemeriksaan cairan otak
lebih tinggi, pada neonatus dapat mencapai 30 sel/uL. sebaiknya disertakanjuga sampel dari serum agar dapat
Pemeriksaan jumlah sel umumnya tak dapat mengunakan dilakukan perbandingan.2
alat hitung otomatik dan untuk menghitungnya digunakan Pemeriksaan protein total cairan otak dilakukan
kamar hitung konvensional.a3 dengan reaksi warna atau dengan metode turbidimetri.
' Pemeriksaan hitung jenis sebaiknya menggunakan Hasil pemeriksaan protein yang sedikit meningkat dapat
sediaan yang dibuat dengan alat sitospin sehingga disebabkan oleh rembesan protein susunan saraf pusat
penyebaran dan morfologi se! tetap baik. Sediaan hitung tetapi peningkatan protein yang nyata menandakan adanya
sel dipulas dengan pewarnaan Wright dan dilakukan hitung kerusakan pada sawarotak, produksi imunoglobulin pada
sel dengan membedakan sel PMN (polimorfonuklear) sistem saraf pusat, berkurangnya bersihan protein, serta
dan MN (mononuklear). Bila terdapat banyak variasi sel degenerasi dari susunan saraf pusat. Penyebab tersering
lain maka dilakukan hitung jenis leukosit sama seperti dari kerusakan sawar otak adalah karena meningitis
hitung jenis sel darah. Sel yang sering dijumpai adalah dan perlukaan yang mengakibatkan perdarahan.
sel limfosit dan monosit (MN) dan kadang dapat dijumpai Beberapa kelainan neurologis juga dapat mengakibatkan
netrofil (PMN). Pada anak lebih sering dijumpai limfosit peningkatan protein. Pungsi cairan otak traumatik juga
sedang pada orang dewasa monosit. Pada inflamasi dan akan menyebabkan peningkatin protein cairan disertai
infeksi akan terjadi peningkatan jumlah leukosit dan bila adanya peningkatan jumlah komponen selnya. Dapat
jumlahnya sangat meningkat disebut sebagai pleositosis. dilakukan koreksi hasil pada pungsi traumatik bila
Dapat dijumpai adanya eosinofil, sel plasma, dan makrofag. pengiriman cairan otak disertai dengan pengiriman sampel
Sel abnormal yang dapat dijumpai, antara lain sel ganas, darah dengan antiakoagulan dan serum.l
sel granulosit imatur hingga sel blas pada leukemia. Bila Selain pemeriksaan protein total cairan otak, juga
peningkatan sel didominasi oleh PMN maka dicurigai dapat dilakukan pemeriksaan fraksi protein seperti
adanya meningitis yang disebabkan oleh bakterial dan pemeriksaan albumin, lgG serta pemeriksaan elektroforesis
bila dominasinya MN maka dugaannya meningitis protein untuk melihat fraksi lainnya. Pemeriksaan ini
viral, tuberkulosa atau parasitik. Pada sklerosis multipel dilaporkan dalam bentuk rasio terhadap kadarnya dalam
dijumpai dominasi limfosit dengan jumlah sel kurang serum. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menunjang
dari 25 sel/ul. Adanya makrofag yang memfagositosis diagnosis adanya berbagai kelainan neurologis. .Pada
eritrosit menandakan kemungkinan riwayat perdarahan penderita slerosis multipel akan dijumpai peningkatan
sebelumnya atau adanya sepsis. Peningkatan eosinofil fraksi lgG. Untuk membedakan apakah peningkatan
sering dijumpai sebagai reaksi terhadap adanya parasit tersebut merupakan produksi dari susunan saraf pusat
serla introcroniol shunt malformotion. Adanya limfosit maka dihitung rasio antara lgGlalbumin dan lgG indeks.
reaktif dan limfosit berbentuk plasmositoid dijumpai lgG indeks= (lgG cairan/serum)/(albumin cairan/
pada infeksi viral serta sklerosis multipel. Pada hitung albumin serum)
jenis juga perlu dilaporkan pula benda lain seperti Dalam keadaan normal lgG indeks lebih kecil dari 0,6
adanya bakteri intraseluler, jamur; ragi, dan Cryptococcus. sedangakan pada multiple sclerosis lgG indeks > 0,77.
Untuk konfirmasi adanya Cryptococcus dapat dilakukan Selain itu pada elektroforesis dapat dijumpai adanya
pembuatan sediaan basah dengan pulasan tinta lndia, band oligoklonal yang tidak dijumpai dalam serum
terlihat gambaran yang khas berupa lingkaran halo tak penderitanya. Band oligoklonal dapat pula dijumpai pada
berwarna dari kapsulnya.2-a beberapa kelainan lain seperti AIDS, tetapi band ini dapat
dijumpai juga di serum. Pada penderita sklerosis dapat
Pemeriksaan Kimiawi Cairan Otak dilakukan monitoring kadar myelin bosic protein (MBP)
Pemeriksaan kimiawi yang sering dilakukan adalah yang ada dalam cairan otak. Protein ini juga dilaporkan
pemeriksaan protein total, glukosa, dan elektrolit. meningkat pada sindrom Guillian-Barre.1'2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Fraksi protein lain yang dapat dianalisis adalah o-r-
al bu min, fra ksi protein seperti transferi n, i munog lobu in,
I makroglobulin (A2M) yang meningkat pada kerusakan
A'IIALISIS CAIRAN 279
:::::rl--:r :;l:-:-
sawar otak dan meningitis, Br-mikroglobulin (B2M) yang -
ji:-: i: !; !:!: i= r1:r !
r.::r i l t ri: :i t" :.!,ri:i::r: : ji:r:
j
i :.:;.=i : ::,ii:: + 1il: +i: ;::i ii:: :
meningkat pada leukemia leptomeningeal, C reaktif protein
(CRP) untuk membedakan meningitis bakterial dan viral, Satuan
Fibronektin yang peningkatannya digunakan sebagai Natrium 1 35-1 50 mEqlL
petanda prognosis buruk pada leukemia limfositik akut Kalium 2.G3.0 mEq/L
anak, beta amiloid protein 42 - atau protein sebagai petanda Khlorida 1 15-130 *'.
mEq/L
pada Alzheimer dan protein 14-3-3 sebagai petanda Kalsium 2.W2.8 mEq/L
ensefalopati spongiform seperti penyakit Creutzfeldt-Jacob. Magnesium 2..4-3.0 mEq/L
Beta 1 transferin suatu isoform transferin sering digunakan Fosfor 1.2-2.0 mg/dL
sebagai petanda rinorea dan otorea.2,a Laktat 1o-zz mg/dL
co2 20.25 m,Eqll
Osmolalitas 280-300 mOsm/L
Femeriksaan Glukosa Cairan
Glukosa masuk dalam cairan otak melalui transpor selektif
dengan kadar sekitar 60-70% kadar glukosa serum, yaitu peningkatan LDH dengan perdarahan intrakranial. LDH
sekitar 50-80 mgldl. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan juga digunakan utuk membedakan meningitis bakterial
kadar glukosa serum secara bersamaan, dengan dan viral. Kadarnya pada meningitis bakterial > 40U151e
pengambilan bahan darah 2jam sebelum dilakukan pungsi
cairan otak. Pemeriksaan glukosa harus segera dilakukan Pemeriksaan Mikrobiologi Cairan Otak
setelah pungsi agar tidak terjadi penurunan kadarnya. Pemeriksaan digunakan untuk mencari penyebab infeksi.
Hasil pemeriksaan kadar galukosa yang tinggi hampir Bahan pemeriksaan harus ditampung dalam botol
selalu diakibatkan karena kadarnya dalam serum yang penampung steril serta dikirim secepatnya ke laboratorium.
meningkat. Kadar glukosa yang lebih rendah berguna Tidak diperkenankan untuk menyimpan bahan tersebut
untuk menentukan penyebab meningitis. Penurunan yang di lemari es karena akan mengganggu pertumbuhan
lebih nyata dijumpai pada meningitis bakterial terutama kuman tersebut. Dapat iilakukan pemeriksaan sedian
bila disertai dengan peningkatan PMN. Bila penurunan langsung yang dipulas dengan pewarnaan Gram atau
disertai peningkatan limfosit maka lebih dicurigai adanya BTA serta pemeriksaan dengan tinta lndia. Untuk deteksi
meningitis tuberku losa.1,3 mikroorganisme dan jamur juga dapat menggunakan
pemeriksaan imunologi. Pemberian antibiotik sebelum
Femeriksaan Kimiawi Lain dilakukan kultur akan mengurangi kemungkinan
Selain protein dan glukosa dapat puta dilakukan tumbuhnya mikroorganisme.3
pemeriksaan kadar laktat, elektrolit, enzim, dan glutamat.
Laktat dalam cairan otak berkisar antara 10-22 mg/dl,
kadar di cairan otak sering tidak berhubungan dengan REFERENSI
kadarnya di plasma. Peningkatan laktat cairan dikaitkan
dengan adanya hipoksiajaringan otak serta hal lain yang 1. Knight Aj, Kjeldsberg Cn. C"r"U.orp1nal, Synovial, and
Serous Body Fluids. In McPherson & Pincus: Henry>s Clinical
rnenyebabkan gangguan sirkulasi darah dan transpor
Diagnosis and ManagementbyLaboratory Methods. Eds 21st.
oksigen ke otak, hidrosefalus, perdarahan, edema otak W B Saunders Company, Philadelphia 2006:pp1393-9.
serta meningitis. Peningkatan laktat yang berkepanjangan 2. Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3rd ed FA Davis
Co, Philadelphia 1994:pp.135-51.
menandakan prognosis yang buruk. 1,3
Kadar elektrolit cairan otak yang sering diminta adalah
3. Brunzel NA. Urine and body fluid analysis. 2nd ed. Saunders
Philadelphia 2004:pp.325 - 41.
Na, K dan Cl, tetapi selain itu dapat dilakukan analisis 4. Deisenhammer F, Bartosb A, Egga & Gilhusc NE, Giovannonid
terhadap Ca, Mg, CO2 dan osmolalitasnya. Kadar substansi G, Rauere I Sellebjerg F. Guidelines onroutine cerebrospinal
fluid analysis. Report from an EFNS task Force. European
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
|ournal of Neurology 2006, 13: 913-?2.
Berbagai enzim dapat diperiksa di cairan otak 5. Lo[i F, Franchiotta D. Standardization of procedures and
seperti adenosin deaminase (ADA) yang peningkatannya methods in neuroimmunology from the Italian Association
of Neuroimmunology.hrtp: / / www.aini.it/fi1es/pd{ / 48094.
dikaitkan dengan infeksi tuberkulosis. Enzim kreatinin
pdf. Retrieved March 2012.
kinase (CK) yang peningkatannya sering dijumpai pada 6. Seehusen DA, Reeves MM, Fomin DA. Cerebral Fluid
infark otak, hidrosefalus, perdarahan serta tumor. CK- Analysis. Am fam Physician 2003:68;1103-8.
BB isoenzimnya yang khas untuk otak meningkat 6 jam
setelah terjadinya infark otak. Enzim laktat dehidrogenase
(LDH) terutama isoenzim LDH 1 dan 2 mempunyai aktivitas CAIRAN SENDI
tinggi dijaringan otak. Pemeriksaan ini digunakan untuk
membedakan trauma pungsi yang tak menampakkan Cairan sendi atau cairan sinovial adalah cairan kental
280 LABORATORIUM KLINIK
yang terdapat di rongga sendi. Cairan sendi berasal dari meningkat. Cairan pleura yang sangat keruh seperti susu
ultrafiltrasi plasma melalui membran sinovial ditambah umumnya diakibatkan adanya kristal.'zr
dengan sekresi sel sinovial berupa suatu mukopolisakarida
yang mengandung asam hialuronat dan protein. Pemeriksaan Viskositas
Ultrafiltrasi tidak bersifat selektif, kecuali untuk protein Cairan sendi lebih kental karena adanya polimerisasi
bermolekul besar, sehingga dalam keadaan normal asam hialuronat. Arthritis akan menyebabkan viskositas
komposisi cairan sendi menyerupai komposisi plasma. berkurang. Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan cara,
Cairan sinovial membawa nutrisi bagi sendi, terutama di antara lain melihat kemampuan cairan sendi meregang
permukaan yang bergerak. Dalam keadaan normal cairan bila diteteskan. Dalam keadaan normal panjangnya dapat
sinovial berjumlah < 3.5 mL, jumlahnya akan meningkat mencapai 4-6 cm. Dapat juga dinilai dengan mucin clot
bila terjadi inflamasi dan infeksi serta proses lain di fesf kemampuan cairan untuk membentuk bekuan yang
sendi. Cairan synovial berada di setiap sendi tetapi untuk baik pada pH asam. Dilaporkan sebagai bekuan yang baik,
mengambil sampel cairan biasa dilakukan pungsi dari sedang, buruk serta tidak membentuk bekuan. 23
sen'di lutut. Analisis cairan sendi dilakukan untuk mencari
penyebab kelainan yang ada.1,2 Pemeriksaan Mikroskopik 2,4
Cairan sendi kadang terlalu kental sehingga terdapat
kesulitan untuk melakukan hitung sel serta hitung jenis
PEMERIKSAAN CAIRAN SEN DI selnya. Dilakukan hitung leukosit dan eritrosit serta sel lain
yang banyak dijumpai. Hitung sel harus segera dilakukan
Bahan Pemeriksaan <1 jam pasca aspirasi karena setelah itu netrofil akan
Bahan pemeriksaan berupa caian sinovial diperoleh mengalami degenerasi dan menyebabkan jumlahnya
dengan melakukan arthrosentesis, aspirasi dengan jarum berkurang. Dalam keadaan normal dapat dijumpai hitung
di rongga sendi. Arthrosentesis dilakukan paling sering sel leukosit <200 sel/uL. Jumlah leukosit akan sangat
di sendi lutut. Sebaiknya bahan aspirasi ditampung meningkat hingga 100.00 sel/uL pada infeksi berat.
dalam 3 buah tabung, yaitu untuk pemeriksaan kimiawi Pada hitung jenis cairan sendi normal dijumpai
dan imunologi, tabung dengan antikoagulan K3EDTA predominasi sel mononuklir seperti limfosit, monosit
cair atau heparin untuk hitung dan analisis sel serta makrofag, dan sel sinovial. Jumlah netrofil < 25o/o jumlah
tabung steril atau media inokulasi (misalnya botol Bactec, sel total. Peningkatan jumlah netrofil menandakan adanya
atau media aerob dan anaerob lain) untuk pemeriksaan arthritis septik, sedangkan peningkatan sel mononuklear
mikrobiologi. Seringkali mutlak diperlukan antikoagulan menandakan adanya proses non-inflamasi. Perlu
karena terdapat kemungkinan terbentuknya bekuan dilaporkan adanya eosinofil, sel LE (Lupus eritematosus),
setelah aspirasi karena kadar fibrinogen yang tinggi. Hal sel Reiter dan sel RA (rheumatoid arthritis) atau adanya
ini akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung jenisnya Ragosit. Untuk memperoleh gambaran dan penyebaran
tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan sinovial juga yang baik, maka pembuatan sediaan hitung jenis dilakukan
diperlukan contoh sampel darah beku dan kadang darah dengan mengunakan sitosentrifugasi. Pada trauma juga
dengan K3EDTA. 12 dapat dijumpai adanya butir lemak.
Pemeriksaan cairan sendi meliputi pemeriksaan Pada pemeriksaan mikroskopik juga diperlukan
makroskopik, mikroskopik, viskositas, identifikasi kristal, identifikasi kistal untuk mendiagnosis adanya crystal
kimiawi, sero-imunologi dan mikrobiologi. induced orthritis. Pemeriksaan kristal harus dilakukan
sesegera mungkin karena kristal mudah berubah dengan
Pemeriksaan Makroskopik adanya perubahan suhu atau pH. Bila cairan sendi
Pada cairan sinovia dilakukan penilaian terhadap warna disimpan di lemari es akan terjadi peningkatan kristal
cairan, kejernihan, adanya bekuan serta kelainan lain monosodium uratnya. Kristal yang umum dijumpai
yang mungkin tampak. Pada keadaan normal, cairan akan dalam cairan sendi adalah monosodium urat (asam urat)
tampak kuning muda, jernih tanpa adanya bekuan atau yang dijumpai pada gout, sedangkan kristal kalsium
darah. Warna menjadi lebih tua bila terdapat inflamasi, pirofosfat dijumpai pada pseudogouf. Selain itu juga dapat
infeksi dengan peningkatan jumlah sel. Warna kemerahan dijumpai kristal kolesterol, apatit, kalsium oksalat serta
disebabkan trauma pada saat pungsi cairan atau gangguan kristal kortikosteroid pada penderita yang diberi injeksi
koagulasi. Trauma pungsi dapat mengakibakan timbulnya kortikosteroid. Bila pada aspirasi menggunakan sarung
bekuan bila mengandung cukup banyak fibrinogen tangan yang mengandung bedak kadang dapat dijumpai
sehingga sebaiknya digunakan penampung dengan artefak kristal talkum. Bila kristal didiamkan lama dalam
antikoagulan. Cairan sendi yang keruh hingga berbentuk udara terbuka dapat terbentuk tambahan kistal kalsium
pus dapat disebabkdn oleh adanya leukosit yang fosfat.
ANALISIS CAIRAN 281
Pemeriksaan Kimiawi
fairan sendi berasal dari hasil ultrafiltrasi plasma oleh
(arena itu komposisinya menyerupai plasma. Dilakukan
glukosa cairan, laktat, protein dan asam urat. Kadar
=nalisis
glukosa cairan menurun pada arthritis septik atau adanya
nfeksi. Dalam keadaan normal perbedaan glukosa cairan
Can plasma tidak lebih dari 10 mgldL. Pemeriksaan laktat
.engan hasil <7,5 mmol/L dianggap dapat menyingkirkan
adanya arthritis septik, sedangkan kadar >7,5 mmol/L
capat dijumpai pada arthritis septik atau arthritis
rheumatoid. Pada keadaan normal, protein molekul besar
rldak difiltrasi sehingga kadar protein normal <3 g/dl.
reningkatan protein dijumpai pada inflamasi atau keadaan
remoragik. Pemeriksaan asam urat cairan dilakukan untuk
nengetahui peningkatannya terutama bila kristal urat tak
oapat ditemukan secara mikroskopik.l'3
Pemeriksaan Serologi
remeriksaan serologi dilakukan untuk mengetahui adanya
croses imunologik dan inflamasi. Pemeriksaan terhadap
faktor rheumatoid dapat dilakukan di cairan maupun
olasma, begitu juga pemeriksaan untuk serologi terhadap
upus eritematosus. Pemeriksaan CRP, prokalsitonin,
xomplemen cairan serta berbagai sitokin dilakukan untuk
rnengetahui adanya proses septik dan imunologik. a's
Pemeriksaan Mikrobiologi
remeriksaan mikrobiologi meliputi pemeriksaan tuntuk
nencari penyebab inflamasi dan infeksi. Pemeriksaan
dilakukan terhadap sediaan langsung dan biakan resistensi
nikroorganisme, baik terhadap kuman tuberkulosis,
.amuri viral maupun bakteri lain. Sediaan langsung dipulas
Cengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk bakteri
tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR untuk M.
tuberculosis. Untuk meningkatkan hasil biakan sebaiknya
:airan harus segera dimasukkan ke dalam botol inokulasi
untuk biakan dengan segera. Kadang dilakukan inokulasi
untuk mencari Neisserio dan HemophihJs.2'4's
REFERENSI
34
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK
Ketut Suega
282
?E{ANDA TUMOR DAN APIIKASI KLINIK 283
nEel.,1-
-hEi
Iolekul atau Kelainanapayang Bagaimanabentuk Apareagenyang Bagaimana Apa Jang
Iros€s apa yang dapat dideteksi pengukuran? digunakan? persyaratannya? dipertimbangkan
trtr.rr? dalampengukuran? sebagai hasil
positif?
Gert Amplifikasi, delesi, Southern, CDGE, Probe(panjang Stringency, dll Tergantung tes,
mutasi. dll SSCPE, PCR/ penuh, pasrial, kemu,ngkinan
sekuens, dll sekuens primer, beragam
dlr)
Ekspresi berlebihan, Nothern, reverse Sama dengan di Sama dengan di Sama dengan di
mutasi, dll PCR, hibridisasi in
atas atas atas
situ
Froduk ( protein, Ekspresi berlebihan, ELISA,ElA,RlA,IRMA, Antibodi poli- Konsehtrasi dari Sama dengan di
tarbo rat, glikosilasi abnormal,
hid imunohisto-kimia klonal, antibody reagen, langsung atas
dernak,dll) lokasi seluler (imunoperoksidase, m o n oclon a l-, vs tidak langsung,
abnormal, dll fluoresensi, dll) ligan, dll dil
Proses (per- Munculnya lmunopatologi, Kemungkinan Sama dengan di Sama dengan di
tum b u h a n pembuluh darah pengukuruan beragam atas atas
penrbuluh darah, baru, peningkatan seluler in vitro, dll
espon seluler; dll) respon seluler; dll
IDGE =continues denaturation gel electrophoresis; SSCPE=single-strand conformational polymorphism electrophoresis;
Pffi= polymerase chain reaction; ELISA= enzyme-linked immunosorbent assay; EIA= enzyme-linked immunoassay; RIA=
ltdioim mu noassay; RMA= i m m u ne- rad iom metic assay.
I i
t
LABORATORIUM KTINIK
?,84
Salah satu langkah penting untuk identifikasi dan fosfatase, alkali fosfatase, amilase; kreatin kinase,
memastikan manfaat suatu PT adalah merancang suatu gamma glutamyl transferase, laktat dehidrogenase,
bentuk tersendiri yang layak dan sesuai. Salah satu dan deoksinukleotidil transferase.
format yang baik untuk tersebut adalah yang dirancang 2. Reseptor jaringan. Reseptor jaringan merupakan
oleh ASCO yang disebut TMUGS (The Tumor Marker protein yang berkaitan dengan membran sel. Reseptor
tltitity Groding System). Masing-masing PT ditentukan ini berikatan dengan hormon dan faktor pertumbuhan
pen g gu naa n kli ni knya berdasarkan LOE (Leve t of evidence), serta mempengaru hi kecepatan pertu mbuhan tumor'
dimana LOE I merupakan PT yang didukung oleh desain Beberapa reseptor petanda tumor yang penting
yang terbaik; sedangkan LOE V merupakan PT yang adalah reseptor estrogen reseptor progesteron,
dukungan buktinya paling minimal. Sesuai dengan sistem reseptor interleukin-2, dan epidermol growth factor
ini, PT ideal seharusnya didukung oleh rancangan disain receptor (EGFR).
studi yang prospektif, dengan kekuatan (power) yang 3. Antigen. Antigen onkofetal adalah protein yang
mgmadai, terandomisasi dan secara spesifik menilai aspek terbuat dari gen yang memiliki aktivitas tinggi saat
penggunaan dari PT yang diperiksa, apakah sebagai masa pertumbuhan fetal, namun berfungsi sangat
penanda prognosis, prediktif atau lainnya.la'17'21 minimal saat masa setelah kelahiran. Petanda tumor
Demikian halnya dalam melaporkan hasil studi perlu yang penting dalam kelompok ini adalah alfa'feto
dilakukan strandardisasi mengenai elemen yang penting protein (AFP), antigen karsinoembrionik (CEA), antigen
dari sebuah PT yaitu: kegunaan kliniknya, kekuatan dari spesifik prostat (PSA), cathespin D, HER-2/neu, CA-
PT yang bersangkutan dan reliabilitasnya. tJntuk ini 125, CA-19-9, CA-15-3, dan lainnYa.
telah dikembangkan suatu format laporan yang disebut 4. Onkogen. Beberapa petanda tumor adalah produk
REMARK (reporting recommendotion for tumor morker dari onkogen, yang merupakan gen yang berperan
prognostic studies) oleh NCI-EORTC. Dalam guidelinesini aktif dalam masa fetal dan mencetuskan pertumbuhan
perlu di tetapkan tujuan dari studi, identifikasi dengan tumor saat gen ini teraktivasi pada sel matur. Beberapa
jelas populasi pasien dan kontrol, end-point dari studi dan onkogen penting contohnya adalah BRAC-1, myc,
faktor - faktor pengganggu yang potensial yang mungkin p53, gen RB (retinoblastoma), dan kromosom
ada (3,22). Philadelphia.
Penanda tumor yang ideal adalah PT yang sangat 5. Hormon. Kelompok terakhir dari petanda tumor ini,
spesifik artinya dia hanya ada pada tumor tersebut termasuk kelompok hormon yang'secara normal
dan juga perlu sensitifitas
'yang tinggi ar:tinya dapat disekresi oleh jaringan yang mengalami perubahan
mendeteksi tumor pada kondisi pra-kanker. Akan tetapi malignansi, di mana hormon inijuga diproduksi oleh
sampai saat ini belum ada satupun PT yang ideal dan jaringan yang secara nofrr+al tidak menghasilkan
pemeriksaan hanya satu jenis PT tidak dapat dipakai hormon (produksi ektopik). Beberapa hormon yang
sebagai pegangan untuk diagnosis suatu tumor oleh terkait dengan proses malignansi adalah adrenol
co rtico tro pic h o r mon (ACTH), ka sitonin, katekolamin,
karena: 1. kadar PT dapat meningkat pada penderita tanpa
I
kanker; 2.kadar PT tidak meningkat pada setiap penderita gastrin, humon chorionic gonadotropin (hCG) dan
kanken lebih-lebih pada kanker stadium dini; 3. banyak prolaktin. :
PT meningkat kadarnya pada berbagaijenis tumor. Akan Keuntungan dari penggunaan petanda tumor:
a'2s
tetapi kadar PT akan sangat berguna apabila digunakan . Memberikan lebih banyak informasi tentang penyakit
bersama-sama dengan pemeriksaan rontgen dan tes darah dan memungkinkan untuk penyesuaian pengobatan
lainnya untuk menegakkan diagnosis kanker pada individu yang digunakan, termasuk dalam mencapai
yang diketahui mempunyai risiko tinggi untuk kanker'a23 peningkatan efikasi dan survivol.
. Mencegah efek samping dari pemberian terapi yang
bervariasi pada tiap individu, diantara beberapa tipe kanker hepatoseluler. Kadar normal AFP tidak lebih dari 20
sel, dan bahkan pada sel yang sama sekalipun yang nglml, kadarnya meningkat sesuai dengan peningkatan
mengalami stimulus yang berbeda atau stadium ukuran tumor.
penyakit yang berbeda. Jadi sangat sulit untuk
mengetahui apakah nilai/ kadar yang diperoleh dari Corcino Embryonic Antigen (CEA)
individu adalah sesuatu yang akurat dan nilai/ kadar CEA diproduksi selama perkembangan bayi dan setelah
pada tiap pasien yang menunjukkan adanya suatu lahir produksi CEA akan berhenti dan tak terdeteksi
abnormalitas. pada orang dewasa normal. CEA ditemukan pertama
. Sel normal seperti sel kanker memproduksi banyak kali pada adenokarsinoma kolon pada tahun 1965.
petanda tumor. CEA dimetabolisme di hepar dengan hqlf-life sekitar
" Petanda tumor tidak selalu muncul pada kanker 1-8 hari. Beberapa penyakit hati dan obstruksi biliaris
stadium awal. akan menghambat klirensnya sehingga akan terjadi
. Petanda tumor dapat muncul pada kondisi non peningkatan kadar CEA.27 CEA adalah PT yang digunakan
malignansi. untuk penderita dengan kanker kolorektal. Kadar diatas
. Pasien dengan kanker biasa saja tidak mengalami 5 u/ml sudah dianggap abnormal. Kadar yang tinggijuga
peningkatan petanda tumor pada sampel darahnya. dijumpai pada kanker paru, payudara, pankreas; tiroid, hati,
. Bahkan pada petanda tumor kadarnya tinggi, serviks dan kandung kemih. Dalam kondisi normal kadar
petanda tumor belum tentu cukup spesifik untuk CEA meningkat pada perokok. Kadar CEA akan meningkat
mengkonfirmasi keberadaan suatu kanker. setelah kankernya sendiri terdeteksi sehingga CEA tidak
digunakan sebagai alat diagnostik.
kanker saluran cerna jenis lainnya seperti kanker duktus menentukan prognosis. Penderita dengan kadar > 3 nglml
biliaris. Kadar yang meningkat juga dapat dilihat pada akan mempunyai prognosis yang lebih jelek.a,30,31
hepatitis, sirosis, pankreatitis dan kelainan saluran cerna
lainnya. Keadaan ikterus akan mempengaruhi spesifisitas' Cancer Antigen 27.29 (CA27.29)
CA 19-9, karena pada kondisi dengan ikterus didapatkan CA inijuga dipakai untuk kanker payudara, akan tetapi dia
kadar CA 19-9 yang meningkat sehingga CA 19-9 kurang tidak lebih baik dari pada CA 15-3. Akan tetapi dia lebih
sensitif dalam mendeteksi kanker pankreas fase awal dan jarang positif pada individu yang sehat. Kadar normal
hanya 55% penderita kanker pankreas dengan kadar CA biasanya kurang dari 38-40 u/ml. Penanda ini ternyata
19-9 yang tinggi apabila masa tumor < 3 cm.32 juga dapat meningkat pada kanker yang lain.a
prostat. Kadar dibawah 4 ng/ml menunjukan tidak adanya atau pewarnaan khusus pada jaringan kankernya. Kadar
Iesi malignan sedang kadar diatas 10 nglml menandakan normal dalam darah adalah dib'awah 450 fmol/ml. 3+:s
lesi kanker; sedang nilai antara 4-10 nglml merupakan
area abu-abu yang masih memerlukan pemeriksaan Lipid Associated Sialic Acid in Plasma (LASA'P)
tambahan atau PSA serial. Kadar PSA free yang meningkat LASA-P telah diteliti sebagai penanda pada kanker
jarang diikuti oleh adanya kankeri dan kadar PSA free ovarium dan kanker lainnya. Namun belum menunjukkan
lebih besar 25% dari total PSA umumnya merupakan lesi mafaat yang besar sehingga penggunaannya sudah mulai
jinak. Dibawah 15% kemungkinan suatu kanker meningkat ditinggalkan.
diatas20% dan apabila < 10% maka kemungkinan kanker
meningkat menjadi sekitar 30-60%.4 Umumnya kadar NMP22
diatas 4 nglml mengharuskan tindakan biopsi prostat dan NMP22 merupakan protein yang ditemukan pada urin
kadar > 20 ng/ml menunjukkan kanker sudah menyebar penderita kanker kandung kemih. Awalnya digunakan
dan biasanya tidak bisa disembuhkan.asr+z untuk follow-up pasien dengan kanker kandung kemih
Banyak faktor lain yang mempengaruhi kadar PSA untuk menghindari pemeriksaan sistoskopi yang berulang.
yaitu umur tua akan cenderung mempunyai kadar yang Pemeriksaan ini sudah mulai ditinggalkan karena tidak
lebih tinggi. Demikian pula pada penderita BPH (benign se nsitif.4,30,31
prostate hypertrophy). Kadar PSA berkorelasi linier dengan
pertumbuhan tumo[ makin besar jaringan tumor makin Neuron Spesific Enolase (NSE)
tinggi peningkatan kadar PSA. NSE disekresi oleh sel sarafdan sel neuroendokrin susunan
saraf pusat dan tepi. Peningkatan kadar NSE > 12 ng/ml
Beto 2- icroglobulin (p2M)
M biasanya dianggap abnormal. NSE kadang dipakai untuk
B2M merupakan protein yang berhubungan dengan kanker paru khususnya pada kanker sel kecil. Protein
membran luar dari banyak sel termasuk sel limfosit. Dia ini didapatkan lebih baik dari pada CEA untuk follow-
merupakan unit kecil dari molekul MHC klas I dan dia up pasien kanker sel kecil. Penanda ini juga ditemukan
diperlukan untuk transport rantai berat klas I dari retikulum pada beberapa tumor neuroendokrin yaitu karsinoid,
endoplasmik ke permukaan sel. Pada kadar yang kecil neuroblastoma, kanker medula tiroid, tumor Wilm's dan
B2M dapat ditemukan pada serum, urin dan cairan spinal p h eoc h ro m o cyto m e.36'37
orang normal. B2M meningkat pada lekemia limfoblastik
akut, lekemia kronik, mieloma multipel dan beberapa Thyroglobufin (hTG)
limfoma. Pada pakreatitisjuga didapatkan kadar B2M yang tiroid dan kadarnya
Thyrog lobu lin diprodu ksi oleh kelenjar
meningkat. Pada mieloma multipel B2M sangat baik untuk meningkat pada kelainan tiroid. Apabila kanker tiroid telah
PENANDA TUMOR DAN APTIKASI KLINIK 287
Penanda Prognostik respon sekitar 20-25% saja. Oleh karena itu banyak para
Penanda ini akan memberikan informasi mengenai hasil sarjana masih meneliti biological predictive marker yang
pengobatan dan juga tentang tingkat keganasan dari lainya sebagai target potensial di masa depan seiring
tumornya. Umumnya penanda ini dievaluasi pada saat dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan yang
pemberian terapi pertama pada masing individu. Salah satu makin canggih.3ao
contoh PTyang dapat memberikan informasi prognosis
yang banyak digunakan di klinik adalah upA (urokinose- Penanda Monitoring
type plasminog.en activotor) dan PAI-1 (plasminogen Penanda ini dapat digunakan pada beberapa keadaan.
octivotor inhibitor type-l) pada kanker payudara. pT ini Pertama, PT yang sudah baku dapat dipakai untuk
merupakan yang pertama dilakukan validasi dengan level memonitor manfaat atau respon terapi yang diberikan.
of evidence yang tinggi. Kombinasi kedua pT ini dapat Artinya perubahan dari status penyakitnya juga diikuti
menggambarkan prognosis penderita dengan kanker dengan perubahan dad kadar PT. Juga dapat digunakan
payudara berdasarkan risk-group nya khususnya pada sebagai alat follow-up setelah pemberian terapi awal
kasus yang node-negotive. Penanda lainnya yang juga dengan tujuan melihat onset timbulnya dan beratnya
mendapat validasi dan evaluasi yang konsisten sebagai recurrent diseose. Pengukuran kadar PT untuk evaluasi
penanda prognosis adalah proliferotion marker thymidine terapi sering dipakai sebagai surrogate end point
lobelling index juga untuk kanker paludara. t:3s dari manfaat terapi tersebut. PT jenis ini jelas sangat
Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan sebelum bermanfaat untuk pergantian dan pemilihan terapi lainnya
menetapkan suatu PT sebagai penanda prognosis adalah apabila tidak dijumpai adanya respon terhadap terapi yang
PT ini sebaiknya hanya dievaluasi pada pasien yang tidak diberikan atau adanya toksisitas obat sehingga penderita
menerima terapi sistemik setelah pemberian terapi loko- terhindar dari paparan obat terlalu lama.a
regional, oleh karena pemberian terapi sistemik akan Pada penderita kanker sel germinal, alpha fetoprotein
mempengaruhi perjalanan penyakit secara signifikan. Hal dan HCG dipakai sebagai alat monitor dari keberhasilan
yang kedua adalah PT yang berkaitan langsung dengan terapi. Sedang pada pasien dehgan kanker saluran
perjalanan dari suatu tumor tidak akan memberi manfaat cerna CEA dan CA 19-9 digunakan sebagai alat untuk
klinik. Manfaat dari penanda prognosis dan juga lainnya mengetahui kekambuhan penyakit setelah terapi awal. Hal
tergantung dari apakah hasilnya akan mempengaruhi yang sama pada kanker ovarium, CA 125 umumnya dipakai xr{
penatalaksanaan selanjutnya. Misalnya pada pasien dengan untuk mengetahui adanya proses kekambuhan. Namun flr
kemampuan yang sangat terbatas tentunya penentuan perlu untuk diingat, agar PT klas ini mempunyai manfaat
ii,
prognosis tidak akan memberikan manfaat maksimal.113 klinik yang jelas, harus dapat dibuktikan bahwa dengan Ir
dilakukannya deteksi dini akan menin,gkatkan kemampuan [' t
Penanda Prediktif hidup penderita. Pada kanker payudara ternyata tidak
Penanda prediktif memprediksi respon terapi sedang- didapatkan manfaat dengan mengukur kadar PT secara
;,
id
kan penanda prognostik memprediksi terjadinya reguler pada follow-up setelah terapi primer. ,8nlngg, il
kekambuhan atau progresi dari penyakitnya. Akan tetapi pemeriksaan PT pada fase ini tidak direkomendasikan It
!,r
banyak penanda mempunyai kedua sifat tersebut. pada
kanker payudara, penanda yang banyak diteliti sebagai
walaupun hasil yang didapatkan dapat merupakan alat
monitor yang berguna selama terapi sistemik pada kanker
lru
i'
penanda prediktif adalah reseptor hormon steroid. ER
(estrogen receptor) dan PgR Qtrogesterone receptor) dapal
payudara yang mengalami kekambuhan.4,13
ifi
memprediksi respon terapi hormonal. penderita yang Penanda Toksisitas
in
i:,;
berespon dengan dengan terapi hormonal mempunyai
korelasl positif dengan kadar ER pada tumor primer dan
Kemoterapi adalah obat yang dikenal toksik terhadap
tubuh. Seperti halnya dengan penanda lainnya,pada
ir
i{
pada kasus yang lanjut. Keberhasilan terapi lebih banyak pasien yang mendapatkan kemoterapi tentunya akan ;fr
dijumpai pada kasus dengan tumor dengan kadar ER dan lebih menguntungkan apabila ditemukan penanda khusus
lu
PgR yang tinggi.13 yang bisa menentukan efek toksik dari kemoterapi yang til
Selama hampir 20 tahun keberadaan dari ER dan pgR diberikan. Sampai saat ini hanya ditemukan 2jenis penanda .
pada tumor primer merupakan petunjuk utama bagi para to ksisitas ya itu TM PT (T h io p u rin e M et hy lt ra sfrose) u ntu k il
klinisi untuk mengobati kanker yang recurrenf dengan memprediksi toksisitas thiopurine dan tJ DP -G lucoru nosyl IF
terapi hormonal. Akan tetapi status reseptor hormonal ini tronsferose lAl (UGT 1A1) yang memprediksi adanya &
tidak sepenuhnya dapat memprediksi mana pasien yang toksisitas dari pemakaian irinotecan. Beberapa penanda ffi
akan memberi respon ataukah resisten dengan terapi lainnya seperti DPD (dehydropyrimidine dehydrogenase) fi
hormonal. Pada pemberian terapi hormonal odjuvant sedang dalam evaluasi untuk memprediksi toksisitas 5 L
pada kanker payudara dengan ER positif hanya memberi FU, namun belum dipakai dalam klinik.13 fi
PEiIANDATUMOR DAN API]KASI KLINIK 289
PENANDA TUMOR DAN KAITAN DENGAN ls0-yGTP CK18,CK19 ,Alpha Fucosyl transferase, plasma
TANKER proteosome dan lainnya masih dalam proses evaluasi.a3
Banyakjenis PT yang tersedia secara komersial akan tetapi Penanda tumor pada Kanker Kandung Kemih
tidak semuanya bermanfaat secara klinik. Ada juga PT Sampai saat ini belum ada PT yang direkomendasikan
yang hanya digunakan oleh para peneliti di dalam riset penggunaan klinik secara regular'pada kasus dengan
saja sehingga tidak tersedia di laboratorium komersial kanker kandung kemih, termasuk apakah dipakai untuk
dan hanya apabila diketahui mempunyai nilai klinik maka diferensial diagnosis, prognosis stadium penyakit maupun
PT yang bersangkutan akan dapat diperiksakan pada untuk monitoring. Belum ada studi prospektif yang
laboratorium klinik. Untuk idealnya, nilai referensi untuk mendapatkan validasi penggunaan PT yang diajukan
masing-masing jenis TM dengan tehnik pemeriksaan yang walaupun sudah disetujui oleh FDA seperti BTA-STAT dan
dipakai harus dicantumkan oleh karena adanya variasi TRAK, NMP22, lmmunocyt fesf, maupun Urovysion test.
hasil diantara beberapa metode assayyang ada (betvveen Namun demikian BfA @lodder tumor ontigen) banyak
nrethod voriotion). dijumpai pada urin penderita dengan kanker kandung
kemih. Dan bersama dengan NMP 22 digunakan sebagai
Fenanda Tumor pada Kanker Hati tes untuk memonitor rekurensi kanker. Hal ini belum
Banya kasus kanker hati stadium awal adalah asimtomatik, banyak digunakan ,masih dilakukan studi lanjutan. Akan
dan kanker hati lebih sering terlambat terdiagnosis tetapi banyak ahli masih menganggap sitoskopi lebih
sehingga kesembuhan sukar didapatkan. Oleh karena baik dari pada penanda ini.a Tes BTA hanya disetujui oleh
sangat raional pemeriksaan reguler dengan USG hati FDA apabila dikombinasikan dengan sistoskopi untuk
ditambah pemeriksaan PT untuk mendeteksi fase awal monitoring keberadaan kanker a3'a
dari suatu kanker hati. Pada kanker hati AFP merupakan PT
yang paling banyak digunakan di klinik. Direkomendasikan Penanda Tumor pada Kanker Servik
perneriksaan AFP dan USG abdominal setiap 6 bulan pada Pada kankerserviktipe skua-mus PTyang terbaikadalah SCC
mereka yang dengan risiko tinggi seperti penderita sirosis (squomous cell corcinoma) antigen, dimana konsentrasinya
hati olehkarena hepatitis Bdan C. Kadar > 20ug/L dan dalam serum berkorelasi dengan stadium tumor, ukuran
dengan tendensi meningkat mengharuskan pemeriksaan tumoL residual tumon progresivitas tumor dan survival .
lanjutan walaupun hasil USG negatif (LOE lll). Pasien Pada tipe adenokarsinoma servik, dapat dipergunakan
dengan risiko tinggi dengan kadar AFP yang tetap CEA dan CA 125 walaupun masih memerlukan studi
meningkat dan adanya nodul < 1cm maka dilakukan lanjutan untuk komfirmasi penggunaannya. Penggunaan
monitoring dengan interval 3 bulan. Apabila nodul 1-2 cm TM sebagai penanda skreping atau diagnosis kanker
maka pemeriksaan seperti MRI dan CT scan diperlukan, servik tidak dianjurkan (LOE lll) berdasarkan guideline
dan kalau nodul tersebut sesuai dengan kanker hati maka NACB. Akan tetapi kadar SCC sebelum pengobatan
masih dibutuhkan biopsijaringan hati. Akan tetapi bila dapat memberikan informasi tambah6n karena kadar.
nodul > 2cm dan AFP > 200 ugll dengan gambaran nodul yang tinggi mencerminkan adanya keterlibatan kelenjar
yang sesuai maka diagnosis kanker hati dapat ditegakkan getah bening dan membutuhkan pengobatan ajuvan (LOE
tanpa harus biopsi (LOE lll). AFP juga bisa dipakai sebagai lVlV). Demikian pula kadar SCC yang tinggi merupakan
faltor prognosis dimana kadar yang tinggi mencerminkan faktor prognosis yang independen, namun pengaruhnya
prognosis yang jelek (LOE lV). pemeriksaan AFP untuk tehadap rencana pengobatan belum konsisten, sehingga
monitoring setelah terapi reseksi atau transpantasi, terapi belum direkomendasikan sebagai tindakan yang rutin
ablatif dan terapi paliatif untuk monitoring rekurensi pada wanita dengan kanker servik (LOE lll). Kadar SCC
dtakukan dengan interval 3 bulan dalam 2 tahun pertama setelah pengobatan berkorelasi kuat dengan perjalanan
kemudian selanjutnya tiap 6 bulan (LOE lV).Menurut klinik pasien dengan kanker servik tipe skuamosa akan
guideline NACB , AFP merupakan satu-satunya PT yang tetapi tidak ada bukti kuat bahwa penangan awal akan
rfrekomendasikan secara klinik untuk kanker hati, baik ,"rp"ibuiki hasil terapi sehingga penggunaan TM ini
sebagai skrening dan awal diagnosis pada group pasien untuk monitoring belum direkomendasikan dalam praktik
dengan risiko tinggi, prognosis, dan monitoring setelah sehari-hari (LOE lll). Beberapa TM yang lain seperti baik
pengobatan dengan LOE lll-lv. CA 125, CEA dan Cytokerotins masih memerlukan studi
PT yang baru seperti DCP (Des-y-Carboxy- tambahan sebelum bisa dipakai dalam klinik (LOE lll-
Prrothombin) danGPC-3 (Glypican-3) cukup menjaj njikan tv)."
tapi sumbangannya untuk pengobatan yang ada masih
belum diketahui sehingga diperlukan studi lanjutan. Penanda Tumor pada Kanker Lambung
Beberapa PT yang lain seperti soluble NH2 fragment, Beberapa jenis PT pada kanker lambung seperti CEA, Ca
290 TABORATORIUM KLINIK
19-9, CA 72.4, Cytokerofrns tidak direkomendasikan untuk Penanda Tumor pada Kanker Prostat
skrining dan diagnosis kanker lambung (LOE Ill). Faktor Pengobatan yang optimal pada kanker prostat memerlukan
prognosis yang paling penting yang mempengaruhi pemeriksaan PSA pada semua kondisi kelianan prostat.
survival penderita kanker Iambung adalah luasnya Pemeriksaan isoform dari PSAjuga diperlukan pada kondisi
dan stadium kliniknya. Akan tetapi belum ada PT yang tertentu. Sampai saat ini hanya pemeriksaan PSA dan
mempunyai nilai prognosis yang independen pada isoform nya yang direkomendasikan pada kanker prostat
kanker lambung sehingga penggunaan klinik PT pada dan diperlukan pada semua kondisi kelainan prostat (LOE
kanker lambung tidak direkomendasikan (LOE lll-lv). lll). Oleh karena adanya kontroversi tentang penggunaan
Demikian halnya pada proses monitoring terhadap respon PSA untuk mendeteksi tumor yang kecil, menurunkan
pengobatan tidak direkomendasikan pemeriksaan rutin batas PSA dibawah 4 ug/Lakan meningkatkan sensitivitas
CEA dan CA 19-9, walaupun beberapa studi mendapatkan akan tetapi menurunkan spesifisitas kecuali disertai
pemeriksaan CEA dan CA 19-9 pada penderita yang di dengan pemeriksaan lain yang dapat meningkatkan
foLLow-up mampu memberikan manfaat dalam hal deteksi spesifisitasnya. Sebaliknya meni ngkatkan batas PSA diatas
awal rekurensi dari tumornya.a3 4 ug/L akan menurunkan sensitivitas sehingga banyak
kasus yangjustru akan mendapatkan manfaat dari terapi
Penanda Tumor pada Kanker Testis awal akan terlewatkan. Oleh karenanya nilai referensi dari
PT pada kanker testis mempunyai peran penting dalam PSA sebaiknya berdasarkan kelompok umur penderita
penatalaksanaannya yaitu dalam hal diagnosis, penentuan (LOE: expert opinion). Kadar total dari PSA dalam serum
stadium dan penilaian risiko, evaluasi respon terapi mempunyai korelasi dengan kadar PSA bebas (free PSA)
dan deteksi dini dari proses kekambuhannya. Bahkan dan PSA-ACT, dimana kadar fPSA berkisar antara 5-40o/o
peningkatan kadar PT cukup kuat untuk memulai terapi. dari total PSA. Beberapa pemeriksaan komposit PSA
AFB BhCG dan LDH merupakan beberapa PT pada ditujukan untuk meningkatkan spesifisitas PSA untuk
kanker testis yang cukup penting peranannya di klinik. mendeteksi fase awal dari kanker prostat, seperti PSA
Pada sebagian kanker testis yang seminoma, LDH dan density, PSA velocity, PSA doubliig time, percent free PSA
BhCG merupakan PT yang penting, sedang pada yang (%fPSA). Pemakaian o/ofPSA direkomendasikan sebagai
non seminoma sering dijumpai peningkatan dari ketiga bagian dari usaha untuk membedakan antara pasien
PT tersebut. Beberapa PT yang lain pada kanker testis kanker prostat dengan kelainan yang jinak. Keputusan
hanya mempunyai nilai yang terbatas seperti NSE, PLAB klinik sebaiknya divalidasi untuk setiap kombinasi antara
CD 30, cKlT dan lainnya. Apabila dicurigai keberadaan fPSA dan PSA total. Penggunaan PSA sebagai alat skrining
dari kanker testis pemeriksaan BhCG, LDH dan AFP pada populasi masih belum bisa direkomendasikan sampai
sebelum tindakan merupakan sesuatu yang diwajibkan hasil dari studi ERSPC di Eropa 'yang merupakan studi
(LOE ll). Menurut the lnternational Germ Cell Consenssus prospektif randomisasi mendukung hal tersebut. PSA
Clossification pemeriksaan BhCG, LDH dan AFP diharuskan direkomendasikan sebagai alat monitoring status penyakit
pada penetuan stadium klinik dan penilaian risiko dari setelah pengobatan (LOE lll). Pemeriksaan pSRlilakukan
kanker testis ( LOE l). Apabila kadar PT ini meningkat sebelum dilakukan manipulasi pada prostat dan beberapa
sebelum terapi maka dilakukan pemeriksaan mingguan minggu setelah prostattitis. Beberapa PT lainnya seperti
sampai kadar PT tersebut normal. Kadar yang tinggi PCA-3, AMACR ,hK2, P27, PTEN, Ki67, PSCA dan lainnya
setelah terapi menandakan adanya sisa dari tumornya dan masih dilakukan eksplorasi kegunaannya di klinik.3las I
dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan I
keberadaannya (LOE ll). Pemeriksaan serial ketiga PT ini Penanda Tumor pada Kanker Kolorektal t
direkomendasikan walaupun kadarnya tidak meningkat Walaupun pembedahan merupakan terapi kuratif fr
sebelum terapi oleh karena adanya perubahan ekspresi pilihan, tidak jarang sekitar 40-50o/o penderita kanker n
dari PT selama pengobatan. Oleh karena kadar basal kolorektal akan mengalami relaps atau metastasis. Dalam ffi
dari PT ini bervariasi, sangat individual, maka adanya rangka deteksi awal ini pemeriksaaan PT (misalnya CEA) fi
peningkatan lebih bermakna kllnik dibanding kadar merupakan salah satu PT yang dianggap cukup penting d
absolut. Mengingat adanya pengaruh yang non spesifik dalam penatalaksanaan kanker ini. Pemeriksaan CEA il
(hipogonadism iatrogenik) maka peningkatan kadar tidak bisa digunakan sebagai skrining untuk mendeteksi il
yang sekali harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan fase awal kanker kolorektal pada populasi sehat (LOE
ulang (LOE ll). Peningkatan kadar AFe BhCG dan LDH lVlV), akan tetapi kadar CEA preoperatif dapat digunakan d
dapat ditemukan pada kondisi non kanker maupun pada bersama sama dengan faktor lainnya untuk perencanaan il
kanker non testis sehingga hal ini harus tetap menjadikan tindakan pembedahan, namun tidak untuk menentukan d
pertimbangan dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan perlunya pemberian kemoterapi ajuvan. Kadar > 5 m
PT tersebut.33 ugll menandakan adanya kemungkinan metastasis m
EIANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 291
iauh (LOE lll). CEA diperiksa setiap 3 bulan selama 3 dengan terapi hormonal (LOE I). Kalau dikombinasikan
bhun sejak diagnosis kanker kolorektal stadium ll dan dengan beberapa prognostik faktor seperti stadium tumol
lll ditegakkan, kalau pasien yang bersangkutan akan derajat tumo[ keterlibatan kelenjar getah bening, maka .
rnenjalani pembedahan atau mendapat terapi sistemik penggunaan reseptor estrogen dan progesteron dapat
untuk kasus metastasis (LOE l). Pada kasus yang berat dipakai untuk menentukan prognosisjangka pendek pada
lnng mendapatkan terapi kemoterapi sistemik, kadar CEA pasien kanker payudara yang baru terdiagnosis (LOE lll).
harus diperiksa rutin, dan peningkatan > 30% menandakan Disamping itu HER-2 juga harus diperiksa terutama
adanya progresivisitas penyakit (LOE lll ). Sedang untuk PT pada pasien dengan kanker payudara yang invasif, dimana
png lain sepertiCA 19-9, Ca242,TlMP-1(fissue inhibitor tujuannya adalah untuk menseleksi pasien yang akan
of metalloproteinases type 1) tidak direkomendasi untuk mendapat terapi trastuzumab (LOE l). Pemeriksaan HER-2
pemeriksaan rutin pada kanker kolorektal (LOE lllllv). inijuga menetukan pasien yang akan mendapat manfaat
Eeberapa PT yang berasal dari jaringan seperti TS, MSl, dari kemoterapi ajuvan yang mengandung regimen
DCC. uPA, PAI-1, p53 tidak dianjurkan untuk kanker ini. antrasiklin (LOE llllll ).
Akan tetapi PT K-Ras mutation memberikan manfaat Penanda uPA dan PAI-1 digunakan di klinik untuk
tambahan untu,k memprediksi respon terapi dengan memilah pasien yang tidak akan mendapat kemo terapi
ANti-EFGR. ajuvan atau hanya mendapat manfaat minimal dari
NACB juga merekomendasikan, pasien dengan umur kemoterapi ajuvan. PT ini harus diperiksa dengan standar
5{)tahun atau lebih melakukan skrining test untuk kanker ELISA, menggunakan bahan dari jaringan tumor yang
blorektal. Oleh karena metode yang paling efektif belum segar atau sedian beku yang segar (LOE l).
dketahui maka pilihannya tergantung pada risiko terkena Untuk PT yang lain seperti CEA, CA 15-3 dan BR
lanker; ketersediaan alat, dan pengalaman personal 27.29 tidak rutin digunakan untuk deteksi dini rekurensi
dai klinisi. FOBT (fecal occult blood fesf) merupakan test atau metastasis pada kasus asimtomatik, namun demikian
plg telah teruji baik untuk skrining kanker kolorektal masih diijinkan sepanjang ada persetujuan dari pasien yang
&OE l) akan tetapi pemeriksaan DNA pada fekal juga bersangkutan (LOE lll). Apabila dikombinasikan dengan
merupakan pilihan yang baik. Disamping itu sekrining pemeriksaan radiologi dan klinik kedua, PT dan CEA
genetik untuk kanker kolorektal harus disertai dengan mungkin bisa digunakan untuk monitoring kemoterapi
anamnesis keluarga yang lengkap. Sebelum dilakukan pada pasien yang odvonce. Dan kadar meningkat pada
pemeriksaan genetik, keluarga harus mendapatkan pasien - pasien yang non-assessoble menunjukan adanya
brseling yang memadai. Untuk mereka yang dicurigai progresifuitas penyakit (LOE lll ).
dengan poliposis adenoma familial, pemeriksaan genetic Pemeriksaan mutasi gen BRCA1 dan BRCA.2 mungkin
tisa untuk konfirmasi diagnosis dan untuk menilai risiko berguna untuk menentukaq wanita yang berisiko tinggi
pda anggota keluarga yang lain (LOE : Expert opinion). untuk menderita kanker payudara atau kanker ovarium pada
hda individu yang ditemukan dengan MSI (microsatellite kelompok keluarga dengan risko tinggi. Mereka-mereka ini
irstability) yang tinggi uji genetik untuk mengetahui harus di lakukan skrining sejak umur 25-30 tahun, namun"
nrutasi MLH1, MSH2, MSH6, atau PMS2, harus dikerjakan strategi pemeriksaannya dan surveilans nya belum bisa
ffioE ilt7|y;.:a,az,ae ditentukan karena kekurangan data. Pada mereka yang
melakukan pemeriksaaan BRCA diperlukan konseling
hnanda Tumor pada Kanker Payudara genetik yang baik. (LOE ;expert opinion). Pemeriksaan
krapi utama pada kanker payudara yang lokal adalah Oncotype DX merupakan faktor prediktoryang meramalkan
pembedahan atau radiasi. Setelah terapi primer, rekurensi pada kasus yang kelenjar getah beningnya negatif
tumpir semua pasien dengan tumor yang invasif akan dan reseptor estrogennya positif dan sedang mendapatkan
membutuhkan terapi ajuvan baik kemoterapi maupun terapi tamoksifen. Pasien dengan prediksi hasil yang baik
hmonal ataupun kombinasi hormonal dan kemoterapi. tentu bisa dihindarkan dari pemberian ajuvan kemoterapi
iknun demikian tidak semua pasien ini akan sembuh (LOE llllll). Pasien dengan oncotype DXjuga bisa diramalkan
dengan terapi tersebut sehingga diperlukan beberapa PT mendafat manfaat dari ajuvan kemoterapi (CMF) pada
yu1greliable baik untuk prognosis maupun prediktif yang kasus dengan node-negative dan reseptor estrogen positif
menuntun pemilihan pengobatan yang lebih baik. (LOE ilr ) (33,42,47).
Pemeriksaan yang rutin untuk reseptor estrogen
dan progesteron pada kasus kanker payudara yang baru Penanda Tumor pada Kanker Ovarium
merupakan suatu keharusan sesuai dengan rekomendasi Karsinoma ovarium menurut FIGO dan WHO dibagi
dtri NACB, EGTM, ESMO dan St.Gallen Consenssus Panel. menjadi 5 jenis: serous, musinus, endometroid, cleor cell,
tfrcn utama pemeriksaan ini adalah untuk menentukan transisional. Untuk mencari PT yang efektif diperlukan
prien-pasien kanker payudara yang mungkin berespon pemahaman tentang kejadian molekular dari kanker
292 LABORATORIUM KLINIK
ovarium. Dari beberapa PT yang ada pada kanker ovarium, Sampai saat ini masing-masing PT seperti NSE,SCCA,
CA 125 merupakan PT yang paling banyak dipelajari. Untuk CYFRA, CEA maupun PToGRP belum direkomendasikan
pemeriksaan CA 125 analisanya harus dikerjakan segera penggunaannya sebagai alat skrining untuk kanker paru
setelah bahan disentrifugasi dan bahan tersebut disimpan baik pada populasi sehat maupun mereka yang berisiko
pada suhu 4"C (1 - 5 hari) atau -zO"C (2 minggu - 3 bulan) seperti perokok. Pada kasus-kasus yang tidak operabel
atau -70'C untuk penyimpanan jangka panjang. Akan tapi tidak ada hasil histologi maka peningkatan kadar
tetapi CA 125 ini tidak direkomendasikan untuk skrining NSE dan PToGRP menunjukkan lebih kearah kanker paru
pada wanita yang tidak mempunyai gejala. CA 125 ini sel kecil, sedang peningkatan kadar SCCA lebih kearah
direkomendasikan bersama-sama dengan sonografi kanker paru bukan sel kecil. CEA dan CYFRA 21-1 dapat
transvagina untuk deteksi awal dari kanker ovarium diukur kadarnya selama terapi sistemik pada kanker paru
pada wanita dengan riwayat keluarga (LOE lll). CA 125 bukan sel kecil dan kadar NSE dan PToGRP selama terapi
inijuga direkomendasikan sebagai data tambahan untuk sistemik pada kanker paru sel kecil, untuk melihat respon
membedakan apakah masa serviks itu ganas ataupun jinak terapi dan progresifitas penyakit. Yang lebih penting
teiutama pada wanita-wanita postmenopause (LOE lll/lV). pemeriksaan serial dari PT yang sesuai akan banyak
Demikian pula pemeriksaan kadar CA 125 bisa dipakai membantu menilai keberhasilan pengangkatan tumor
untuk memonitor respon kemoterapi. Sampel pertama dan mendeteksi rekurensi awal. Pemeriksaan serial ini
diambil 2 minggu sebelum terapi dan selanjutnya pada 2 mengharuskan setiap PT yang diperiksa memakai satu jenis
atau 4 minggu selama pengobatan dan dengan interval metode pemeriksaan yang sama. NSE direkomendasikan
2 - 3 minggu selama follow-up. Metode pemeriksaannya penggunaannya untuk diferensiasi tumor paru dimana
harus sama dan pasien yang mendapat terapi anti CA 125 kadar yang tinggi menunjukkan tumor yang kita hadapi
tidak bisa dievaluasi (LOE l/ll). Khususnya pemeriksaan adalah kanker paru sel kecil. Pada kadar yang tinggi
CA 125 pada saat follow-up untuk kasus-kasus dimana juga membantu meramalkan prognosis yang jelek baik
kadar awal CA 125nya meningkat. Evaluasi bisa dilakukan pada SCLC maupun NSCLC (LOE lll). NSE juga dipakai
setiap 2 - 4 bulan selama 2 tahun dan kemudian dikurangi untuk monitoring hasil terapi pada SCLC. CYFRA banyak
(LOE lll). Untuk menentukan prognosis kanker ovarium dipakai untuk menilai prognosis dimana kadar yang
pemeriksaan CA125 bisa dilakukan oleh karena baik kadar tinggi meramalkan prognosis yang jelek pada NSCLC
preoperatif dan postoperatif akan menentukan dimana stadium awal maupun lanjut (LOE l-ll), disamping juga
peningkatan yang menetap menunjukan prognosis yang dipergunakan untuk monitoring terapi pada kasus NSCLC
jelek (LOE lll). yang lanjut (LOE lll). PToGRP juga dipakai untuk prediksi
Beberapa PT yang potensial juga dilaporkan pada prognosis dan monitoring hasil terapi pada SCLC (LOE lll)
penderita kanker ovarium baik yang ditemukan pada Kadar SCCA yang tinggi menuqiukkan probabilitas yang
cairan tubuh maupun jaringan walaupun PT ini menjanjikan lebih besar pada kanker paru bukan sel kecil terutama sel
sebagai PT yang baru untuk skrining, diagnosis, skuamosa (LOE lll).'
monitoring, masih belum jelas apakah PT ini mempunyai
manfaat klinik. PT ini anatara lain : the kqllikrein fomily,
osteopontin prostasin, TPA (fissue polypeptide ontigen), KESIMPUTAN
LP A (lyso p h o s p ot id ic o c iA, T AI I (tu m o r o sso c ia t e d t ry p s i n
inhibitor), CEA, CASA, hCG, HER-2, dan lainnya.33 PT adalah alat yang penting bagi para klinisi untuk
membantu memberikan informasi mengenai deteksi awal
Penanda Tumor pada Kanker Paru suatu tumor, estimasi prognosis pasien, memprediksi
Berdasarkan perilaku klinik dan sensitivitas yang berbeda respon terapi dan monitoring penyakit. Namun sebuah
terhadap kemoterapi dan radioterapi kanker paru PT sebelum diakui bermanfaat secara klinik harus
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kanker paru melalui suatu studi validasi dan penilaian kualitas pada
sel kecil (smoll cell lung corcinoma SCLC) dan kanker paru beberapa tingkatan. Suatu penanda harus terbukti
bukan sel kecil (non-small cell lung corcinomo NSCLC). memberi manfaat lebih pada penderita, meningkatkan
Untuk mendiagnosis kanker paru disamping pemeriksaan kualitas dan menurunkan biaya perawatan penderita
fisik dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi sebelum di aplikasikan dalam praktek klinik sehari-hari.
penunjang lainnya, pemeriksaan PT juga mempunyai Ada banyak jenis penanda dan manfaatnya akan lebih
peran yang cukup potensial baik untuk diagnosis maupun baik apabila dilakukan pemeriksaan serial dan kombinasi
stadium kanker. Beberapa PTyang sering didapatkan pada dibandingkan hanya dengan pemeriksaan tunggal. Yang
kanker paru seperti NSE (neuron specific enolose), CEA, perlu juga diperhatikan adalah kualitas dan prosedur dari
cytokerati n - 1 9 (CYFRA 2 1 - 1 ), ProG RB SCC A (sq u o m o u s ce lL pemeriksaan, karena pemeriksaan dengan metode yang
carcinomo ontigen).' lain akan mendapatkan hasil yang beda sehingga perlu
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 293
: akukan standarisasi. Dengan perkembangan teknologi 20 Kyzas PA, Denaxa-Kyza D,IoannidisIPA. Quality of reporting
i:dokteran yang pesat diharapkan di masa depan suatu of cancer prognostic marker sfudies: associationwith reported
prognostic effect. j Natl Cancer Inst2007;99:236-43.
:e randa yang ideal bisa ditemukan yaitu penanda yang B{
21 Saegent Dj, Conley Allegra C, Collette L. Clinical trial
:€ngan sensitivitas dan spesifitas tinggi, mudah dan designs for predictive marker validation in cancer treatment
- -rah pemeriksaannya. trials. J Clin Onco12005;23:2020-7 .
22, McShane LM, Altman DG, Sanuerbrei W, Taube SE, GionM,
Clark GM. Reporting Recommendations for Tumor Marker
Prognostic Studies (REMARK). Joumal of the National Cancer
R,EFERENSI In s ti tu te 2005 ;97 (7o) :7780-4.
za. Phillips L. Tumor Markers. Available athttp: / / www.google.
- Lichtenstein AV, Potapova GI. Genetic Defects as Tumor com. Accessed 31 / 0L/ 05.
Kobayashi T, Kawakubo T. Prospective Investigation of
\ {arkers. Moleculer Biol o gy 2003;37 :159 -69.
l. Bartels CL, Tsongalis GJ. MicroRNAs: Novel biomarkers for Tumor markers and Risk Assessment in Early Cancer
human cancer. Clinical Chemistry 2009;55(4):623-3L. Screening. Available at: hltp: / / wv'rw. google.com. Accessed
: Schrohl AS, Holten-Andersen M, Sweep F, Schmitt M, 04/02/05.
European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
Harbeck N, Foekens J, et al. Tumor Markers from Laboratory
to Clinical Utility. Review. Molecular & celiular proteomics Germ Cell Cancer-EGTM Recommendations. Available at:
).62003:378-87. http: / / www.googie.com. Accessed 04/ 02/ 05.
26. Smith JF. Tumor Markers. Available at: http://w'ww.google.
= ,\merican Cancer Society. Tumor Markers. Available at:
com. Accessed 15/ 01./ 05.
http://www.cancer.org.. Accessed 15 / 10 / 1L.
: Lindblom A, Liljegren A. Tumour Markers in Malignancies. 27. Norderson N|. Tumor Markers. Available at: hltp:/ /www.
Clinical Review. BMI 2000;320:424-7. google.com. Accessed 04 / 02 / 05.
: Sturgeon CM, Hoffman BR, Chan DW, Ching SL, Hammond 28. Sidransky D. Emerging molekuklar markers of cancer. Nature
E, Hayes DF, et al. National Academy clinical biochemistry Rev. Cancer 2002; 2: 21,0-19
laboratory medicine practice guidelines for use of tumor 29. CISN. How do tumor markers work ? Available at:http:/ /
markers in clinical practice: quality requirements. Clinical cisncancer. org/ research/ new_treatment/ tumor_markers
chemistry 2008;54(8):e1-10. .Accessed at 10 / 23 / 201.
- HermekingH. SerialAnalysis of GeneExpressionand Cancer. 30. Cigna Healthcare Coverage Position. Tumor markers
Current Opinion in Oncology 2003;15:44-49. for diagnosis and management of cancer. Available at :
: Srinivas P& Verma M, Zhao Y, Srivastava. Proteomics for http: / / www.slideshow.net.section_index.html. Accessed
Caacer Biomarker Discovery. Clin Chem 2002;48:7760-9. ar 11/28/2077.
- Sturgeon C. Practice Guidelines for Tumor Marker Use 31. AETNA. Clinical Policy Bulletin : Tumor markers. Availbel at :
in the Clinic. Cancer Diagnostic: Review. Clin Chem / / C: / U sers/ INTERNA/ Documents/ TM/ TM policy.html.
7002;48:115L-9. 52. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
- - D"if"v IW. Predictive markers in breast and other cancer: a Gastrointestinal Cancers-EGTM Recommendations. Available
review. Clinical Chemisiry 2005;51(3): 9 -503. at: http: / / www. goo gle.com. Accessed 04 / 02 / 05.
33. Sturgeon CM, Diamandis EP. Laboratory Medicine Practice
, - DuJfy MJ. Serum tumor markers in breast cancer: are they of
Guidelines . Use of tumor markers in testicular, prostate,
ilinical value? Clinical Chemistry 2006;52(3):345-57.
colorectal, breast, and ovarian cancers. National Academy
-- \{cShane LM, Altman DG, Sauerbrei W. Identification of
of Clinical Biochemistry
clinically useful cancer prognostic factors: what are we
missing? Journal of The Cancer Institute 2005;97(1.4):1023-4. Varsney D, Zhort YY, Giller SA, Alsabel R. Determination
, : Duffy M], Crown J. A personal approach to cancer heatment of HER-2 status and Chromosome 17 Bolysomy in Breast
: how biomarkers can help . Clinical chemistry 2008;541774-
Carcinoma Comparing Hercep test and Pathvysion. Am.J
;8 Clin Pathol. 2004; 121: 70-77
Baselga j. Is Circulating HER-2 More Than Just a Tumor
- - Hayes DF, Bast RC, Desch CE, Fritsche H, Kemeny NE, lessup
Marker? Editorial. Clin Cancer Res 200L;7 :2605-7.
M, et al. Tumor Marker Utility Grading System: a Framework
to Evaluate Clinical Utility of Tumor Markers. Special Article. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
T Natl Cancer Inst 1996;88:1,456-66.
Lung Cancer-EGTM Recommendations. Available at:htp: / /
,: Sturgeon CM. Limitation of assay techniques for tumor www. google.com. Accessed 04 / 02 / 05.
markers. In : Diamandis EP, Fritsche HA, Lilja H, Chan Stieber P, Hatz & Holdenreider S, Molina & Nap I\4 vanPawel
DW, Schwartz MK, eds. Tumor markers : physiology, |, et.al. Guideline for the use of tumor marker in lung cancer.
I
pathobiology, technology and clinical applications. AACC availble at : www. google.com. Accesse d al 11 / 25 / 2011
i
press, USA, 2002 p. 65-80 38. Shoterlersuk K, Khorpraset C, Sakdikul S, Pomthanakasem
t -: Hammond EH. Quality control and standardizalion for W, Voravud N, Mutirangura A. Epstein-Barr Virus DNA
tumor markers. In : Diamandis ER Fritsche HA, Lilja H, in Serum/Plasma as a Tumor Marker for Nasopharyngeal
i
Chan DW, Schwartz MI(, eds. Tumor markers : physiology, Cancer. Clin Cancer Res 2000;6:1046-51..
I 39. Harbech N, Kates RE, Schmit HM. Clinical relevance
pathobiology, technology and clinical applications. AACC
I press, USA, 2002 p. 25-32 invasion {actors Urokinase type Plasminogen Activator and
i_
Plaminogen Activator Inhibitor type-l for individualized
in the diagnosis, monitoring and ileatment of primary and therapy decision in primary breast cancer is greatest when
I used in combination. I Clin.Onco1.2002;19: 1000-07
metastatis breast cancer. The oncologist 2006; 11.: 54L-52.
i -: Buckhaults P, Rago C, StCroix B. Secreted and Cell Surface 40. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
Cenes Expressed in Benign and Malignant Colorectal Tumors. Breasl Cancer-EGTM Recommendations. Avail able at:hftp:/ /
s
Cancer Res. 200L; 6L : 699 6-0L www. google.com. Accessed 04 / 02 / 05.
n
' : Cordon-Cordo C. p53 and RB: Simple Interesting Correlates
g
or Tumor Markers of Critical Predictive Nature? J Clin Oncol
U 2004;22:975-7.
35
ELEKTROKARDIOGRAFI
Sunoto Pratanu, M. Yamin, Sjaharuddin Harun
295
t-
I
296 ETEKTROKARDIOGRAFI
Jalur Bachman
peristiwa listrik ini disebut konduksi.
Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jalur internodal
jantung terdapat kumpulan sel-sel jantung khusus yang
Simpul AV
mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi sendiri
Berkas HIS
tanpa adanya stimulus dari luar. Sifat sel-sel ini disebut sifat
Cabang berkas kiri
automatisitas. Sel-sel ini terkumpul dalam suatu sistem berkas kanan
yang disebut sistem konduksi jantung.
kiri posterior
Sistem konduksi jantung terdiri atas : kiri Anterior
Gambar 5. Berituk dasar EKG dan nama-nama interva Gambar 7. Elektroda-elektroda prekordial
298 ELEKTROKARDlOGRAFI
m
elektroda dibandingkan dengan terminal sentral, maka
didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan
sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
Sandapan-sandapan berikut ini semuanya adalah
sandapan unipolar yaitu:
Gambar 10. Sistem sumbu pada bidang horisontal Menentukan Sumbu QRS pada Bidang Frontal
Dari 6 sandapan yang ada pada bidang F, 2 sandapan
sudah cukup untuk menentukan sumbu QRS. Untuk
Bila selama siklus jantung kita tinjau vekltor-vektor praktisnya penentuan sumbu QRS dapat dilakukan
ifrstrik yang timbul, maka selama depolarisasi atrium, dengan beberapa cara, antara lain : 1). Pilih 2 sandapan
Erjadivektor dalam ruang yang dimulai dari nol, muncul
P yang termudah yaitu saling tegak [urus misalnya I dan
dengan besar dan arah yang berubah-ubah dan akhirnya aVF. Tentukan jumlah aljabar defleksi pada masing-
nmenjadi nol lagi. Bila vektor P ini diproyeksikan pada masing sandapan dan gambarkan sebagai vektor pada
hidang H dan bidang F, maka terdapat garis tertutup yang masing-masing sumbu. Dari kedua vektor ini dapat dibuat
m,nulai dari titik awal 0 dan kembali lagi pada titik 0. Garis resultante yang menggambarkan sumbu QRS; 2). Pilihlah
tertutup yang menggambarkan perjalanan dari vektor P (bila ada) satu sandapan yang mempunyaijumlah aljabar
ni disebut bulatan P. defleksi nol (defleksi positif sama dengan defleksi negatif).
Jadi depolarisasi atrium menghasilkan bulatan P pada Maka sumbu QRS adalah tegak lurus pada sandapan ini.
hidang F dan juga pada bidang H. Demikian juga selama
depolarisasi ventrikel, timbul bulatan QRS pada bidang
F dan bidang H. Pada repolarisasi dari ventrikel timbul
"iur.rya
bulatan T.
Dari ketiga bulatan vektor itu, bulatan vektor QRS ialah
$€ing terpenting dan terbesar ukurannya.
Suatu vektor yang menjalani bulatan vektor,
hesar dan arahnya selalu berubah-ubah. Tetapi
selama perubahan itu, dapat ditentukan satu vektor R= +12mm
yang merupakan rata-rata atau sumbu listrik. Secara S= - smm
Jumlah= +7mm
pendekatan, sumbu listrik ialah vektor yang membagi
hulatan vektor menjadi dua yang sama. Sumbu listrik
Gambar 12. Menentukan sumbu listrik QRS pada bidang
rmerupakan sifat penting dari masing-masing ruang frontal dengan menggunakan sandapan I dan aVF. V adalah
Jantung. sumbu QRS
300 ELEKTROKARDIOGRAFI
jam. Gambar 16. Sumbu listrik QRS pada bidang horisontal yang
normal. Dari sandapan-sandapan prekordial ditentukan
sandapan yang jumlah defleksinya nol, dalam hal ini didapatkan
V3. Maka sumbu listrik QRS ialah tegak lurus pada V3. V3
disebut daerah transisi (T)
TTi.tin$"
V1 V2 V3 V4 V5 V6
Sumbu P pada Bidang Frontal Gambar 20. Vektor P sinus. Pada bidang frontal: antara 00-750'
Gelombang P yang berasal dari simpul sinus mempunyai Pada bidang horisontal: antara V1 dan V6
sunnbu yang bervariasi antara 0 hingga +750. Gelombang
P yang berasal dari penghubung AV mempunyai sumbu
antara 1800 dan -90%. Dikatakan sumbu P ini mempunyai
ry-ah lawan-arus. Gelombang P yang berasal dari atrium,
arahnya tergantung dari letak pemacu ektopik di atrium.
Sering sumbunya mempunyai arah antara +900 dan 1800.
QRS
AVF
Gembar 18. Menentukan vektor P pada bidang frontal' Karena Sumbu Listrik Gelombang T
na'.aldefleksi nol terdapat pada sandapan lll, maka vektor P vektorTjarang diperhatikan karena
Pada umumnya sumbu
rrarus tegak lurus pada sandapan lll dan arahnya ke kanan,
karena total defleksi di sandapan I iaalah positif morfologi gelombang T mempunyai ciri-ciri khas di luar
sumbu vektornya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sumbu T yang normal lebih kurang mempunyai arah yang
sama dengan sumbu QRS.
Bila ada kelainan depolarisasi ventrikel, gelombang
T mengalami kelainan juga, yang disebut kelainan
gelombang T yang sekunder. Dalam hal ini T adalah
terbalik dibanding defleksi QRS, atau vektor T dan vektor
QRS berlawanan arah.
knbar 19. Menentukan vektor P pada bidang horisontal. Bila kita membuat rekaman sebuah elektrokardiogram,
{anena total defleksi nol terdapat pada V2, maka vektor P harus
tsrgak lutus pada V2 dan arahnya searah dengan V6, karena
pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi,'yaitu
rfleksi P pada V6 positif satu atau lebih defleksi yang sesuai dengan 1 milivolt
302
ELEKTROKARDIOGRAFI
rlll
ftlf
Gambar 27. lstilah-istilah untuk berbagai bentuk gelombang
kompleks QRS il
Gambar 23. Kalibrasl standard: Defleksi 10 mm 1mV
=
le_cgPatan kertas 25 mm/detik. 1 mm = 0,04 detik, 5 mm= ffi
0,20 detik, 10 mm =0,40 detik
QRS yang monofasik terdiri dari satu defleksi saja yaitu W
R atau defleksi tunggal negatif yang disebut eS. Untuk ,tltr
Pengukuran Waktu tu
'rulll]]r
Penentuan frekuensi. Frekuensi jantung (atrial atau
rmd
ventrikular) dapat dihitung berdasarkan kecepatan dUmi
kertas. Karena kecepatan kertas ialah 25 mm/detik, MXrili
maka kertas menempuh 60 x 25 mm = 1500 mm dalam
1 menit. Jadi frekuensi jantung adalah1500 yaitu sama
dengan jarak siklus dalam mm (yaitu jarak R_R atau
H
M
Gambar 25. Gelombang
sumbu -1000
p dari penghubung AV, dengan P-P).
dn
Penentuan interval-interval. Untuk pengukuran suatu
interval, maka dengan kecepatan baku 25 mm/detik ft
terdapat 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik, atau 5 mm rffih
=
0,20 detik. ,u(p
e
lnterval interval pR diukur dari awal gelombang p
PR : dEmg
hingga awal kompleks eRS. lnterval eRS: interval ini diukur
dari awal kompleks eRS hingga akhir dari kompleks eRS. ni
lnterval QT : lnterval ini diukur dari awal eRS hingga akhir flilhirry
Gambar 26. Gelombang p dari atrium dengan sumbu + 1500
dari gelombang T. 1llffi;rur
lffimu
E.^CKTROXARD!OGRAFI 303
pada bidang horisontal ialah gelombang R meningkat pada AAKa sering disebul P pulmonal
dari V'l ke V6, sedangkan gelombang S mengecil dari
!'1 ke V6.
Gelombang T
Fada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak
di semua sandapan kecuali di aVR dan V1.
imterval PR (durasi) : kurang dari 0,12 detik 1. Pada bidang frontal: sumbu P bergeser ke arah kiri
lmterval PA : 0, 12 -0,20detik 2. Pada bidang horisontal : sumbu P bergeser ke'arah
lnterval eRS (durasi) :0,07 -0, 10 detik jarum jam.
ELEKTROKARDIOGRAFI
304
Kriteria EKG untuk AAKi : 1. R atau S di sandapan ekstremitas > 20 mm, atauS
lnterval P di ll melebar (;O,12 detik). Sering gelombang di kompleks VKa > 25 mm. atau R di kompleks VKi
P berlekuk, karena mempunyai2 puncak. Defleksi terminal > 25 mm, atau S di VKa + R di VKi > 35 mm.
V1 negatif dengan lebar > 0,04 detik dan dalam > 'l 2. Depresi ST dan invesi T di kompleks VKi lni sering
mm. disebut stroin pattern
Kriteria ini disebut kriteria Morris. Bentuk P pada AAK| 3. AAKi
sering disebul p mitraL. 4. Sumbu QRS pada bidang frontal > -150
5. lntervalQRS atau WAV di komplekVKi memanjang:
* lnterval QRS > 0,09 detik
* WAV > 0,04 detik'1
j[rI
Berbagai kriteria telah disusun untuk mempertinggi I
sensitivitas dan spesifisitas diagnosis HVKi pada EKG. ti
Tinjauan vektor pada HVKi : ti
.
.
Pada umumnya vektor QRS membesar dalam
ukurannya.
{r {r v5v6
]L il
JL
- R/S divl
>1 fase yang terakhir, vektor berasal dari ventrikel kanan,
- R/S div6 < ',l yang mengarah ke depan (pada bidang H) dan ke kanan
L Sumbu QRS pada bidang frontal yang bergeser ke (pada bidang F).
kanan, meskipun belum mencapai DSKa. Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKa : 1).
3. Beberapa kriteria tambahan yang tidak begitu kuat, lnterval QRS memanjang > 0,10 detik;2). S yang lebar di
misalnya: WAV di Vl > 0,035 detik, depresi ST dan I dan V6;3). R'yang lebar di V1.
inversiT diV1, S, dil,ll, dan lll. Bila intervalQRS 0, 10-0,12 detik, maka disebut BCBKa
inkomplit.
tcberapa catatan tentang HVKa :
Bila interval QRS > 0, 12 detik, maka disebut BCBKa
1. Diagnosis HVKa pada EKG mempunyai sensitivitas
I
komplit.
yang rendah tapi spesifisitas yang tinggi.
e Kriteria EKG untuk HVKa yang paling kuat ialah rasio
R/S divl.
Berdasarkan konfigurasi QRS diV1, maka HVKa dibagi
mmenjadi 3 tipe: 1). Tipe A: di sini terdapat R yang tinggi.
Sering disertai depresi ST dan inversiT di V1 dan V2. Tipe
irni menunjukkan beban tekanan yang tinggi; 2). Tipe B:
d[ sini terdapat bentuk RS, yang menunjukkan HVKa + JL
yang sedang; 3). Tipe C: di sini terdapat bentuk rsR', yang
I V1
mrerupakan blok cabang berkas kanan yang inkomplit.
tsentuk ini biasanya menunjukkan adanya hipertrofi jalur
lieluar dari ventrikel kanan. Gambar 32. Blok cabang berkas kanan. QRS meleba4 S yang
lebar dan dalam di I dan V6 (V5), dan berbentuk RR' di V1
(v2)
kompleks fusi antara aktivasi ventrikel melaluijalur normal Sindrom WPW tipe B. Di sinijalur Kent terletak di sebelah
danr melaluijalur aksesori. lmpuls dari atrium yang melalui kanan, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kanan.
Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBK|, dengan defleksi
"jalur Kent lebih cepat sampai di ventrikel karena tidak
nnelewati simpul AV yang mempunyai sifat memperlambat QRS yang negatif di V'l dan V2.
iinr.npuls. Impuls yang melalui jalur Kent ini mengawali
depolarisasi ventrikel di suatu tempat di ventrikel, yang Pre-eksitasl pada Jalur James
rnenyebabkan timbulnya suatu gelombang khas pada awal Pre-eksitasi pada jalur James disebut juga sindrom lown-
kornpleks QRS, yang disebut gelombang delta. Ganong-Levine (L-G-L). Gambaran EKG pada sindrom
Gelombang delta merupakan bagian landai pada L-G-L menggambarkan interval PR yang memendek
awal kompleks QRS. Adanya gelombang delta ini karena impuls yang melalui jalur ini mencapai ventrikel
nnrenyebabkan kompleks QRS melebar. Waktu konduksi lebih cepat karena tidak diperlambat oleh simpul-AV.
idtrio-ventrikular yang memendek menyebabkan interval Tetapi aktivasi ventrikel ini berpangkal dari berkas His
FR yang memendek. Dengan demikian gambaran EKG sehingga jalur aktivasi ini tidak berbeda dari aktivasi
pada sindrom W-P-W ialah: 1). lnterval PR memendek < normal. lni menghasilkan kompleks QRS yang normal,
0-12 detik;2). Adanya gelombang delta; 3). Kompleks QRS tanpa gelombang delta.
nnraelebar (karena gelombang delta). Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom L-G-L
ialah: 1). lnterval PR memendek (0,12 det); 2)' Tak ada
gelombang delta, kompleks QRS normal.
&nbar 37. Pre-eksitasi pada jalur Kent: sindrom WPW. lmpuls Gambar 38. Pre-eksitasi jalur James: Sindrom Lown Ganong
dri sinus menempuh dua jalur:jalur 1 ialah jalur normal, jalur Levine. lmpuls dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 ialah
I rnelalul jalur Kent. lmpuls yang melalui jalur 2 mencapai
jalur normal, jalur 2 melalui jalur James. lmpuls melalui jalur
'uentrikel lebih awal dan mengaktivasi suatu daerah D di 2 mencapai berkas His lebih awal karena tidak mengalami
perlambatan di simpul AV, sehingga interval PR memendek,
'ucntrikel, yang pada EKG menggambarkan gelombang delta
1@rAktivasi ventrikel melalui jalur 2 menyusul sehingga bentuk sedangkan bentuk kompleks QRS normal. Aktivasi melalui
a*fiir EKG ialah fusi antara aktivasi melaluijalur 1 dan jalur 2
jalur 2 tak mempunyai efek karena ventrikel dalam periode
refakter'mutlak
Meskipun letakjalur Kent sangat bervariasi, pada garis PENYAKIT JANTUNG KORONER
limamya dapat dibedakan 2 tipe, yaitu :
'\ \
11
!l
lancip.
lskemia
Depresi ST. lni ialah ciri dasar iskemia miokard. Ada 3
macam jenis depresi ST, yaitu : a). Horisontal, b). Landai
ke bawah, c). Landai ke atas
Yang dianggap spesifik ialah a dan b. Depresi ST
Gambar 41. Depresi ST pada iskemia miokard
dianggap bermakna bila lebih dari 1 mm, makin dalam
makin spesifik.
a. Depresi ST horisontal, spesifik untuk iskemia
lnversi T. Gelombangyang negatif (vektor T berlawanan
T b. Depresi ST landai ke bawah, speslfik untuk iskemia
(
arah dengan vektor QRS) bisa terdapat pada iskemia c. Depresi ST landai ke atat kurang spesifik untuk iskemia
itrill
Ufl
ETEKTROKARDIOGRAFI 309
!.,
c. Fase infark lama
B c
Gambar 44. lnjuri miokard GAM BARAN EKG PADA IN FARK M IOKARD AKUT
Elevasi ST cembung ke atas, spesifik untuk injuri
" (epikard) Umumnya pada infark miokard akut terdapat gambaran
: Elevasi ST cekung ke atas, tidak spesifik iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan
: Depresi ST yang dalam, menunjukkan injuri sub- tertentu sesuai dengan perubahan-perubahan pada
endokardial miokard yang disebut evolusi EKG. Evolusi terdiri dari
fase-fase sebagai berikut:
c Fase awal atau fase hiperakut: 1). Elevasi ST yang
..
F
itii
i
i1
;r
8'_
.^ftli
! F nonspesifik, 2).T yang tinggi dan melebar.
serial; 2). Fase evolusi berlangsung sangat bervariasi, Sering U yang prominen dikira T sehingga seolah-olah
bisa beberapa jam hingga 2 minggu. Bila elevasi ST interval QT memanjang.
bertahan hingga 3 bulan, maka dianggap telah ter.jadi
aneurisma ventrikel; 3). Selama evolusi atau sesudahnya, Hiperkalsemia
gelombang Q bisa hilang sehingga disebut infark Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang
miokard non-Q. lni terjadi 20-30o/o kasus infark miokard; memendek.
4). Gambaran infark miokard subendokardial pada EKG
tidak begitu jelas dan memerlukan konfirmasi klinis dan Hipokalsemia
laboratoris. Pada umumnya terdapat depresi ST yang Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen
disertai inversi T yang dalam yang bertahan beberapa ST, sehingga interval QT memanjang.
hari; 5). Pada infark miokard pada umumnya dianggap
bahwa Q menunjukkan nekrosis miokard, sedangkan Digitalis
R menunjukkan miokard yang masih hidup, sehingga Digitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut
bentuk Qr menunjukkan infark non-transmural sedangkan efek digitalis: 1). Memperpendek interval QT, 2). Depresi
bentuk QS menunjukkan infark transmural. Pada infark ST, mulai dengan menurun landai disusul bagian akhir
miokard non-Q berkurangnya tinggi R menunjukkan yang naik dengan curam. 3). Sering menjadi rendah. Selain
nekrosis miokard; 6). Pada infark miokard dinding itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan penghantar
posterior murni. gambaran EKG menunjukkan bayangan impuls.
cermin dari infark miokard anteroseptal terhadap garis
horisontal, jaditerdapat Ryang tinggidiVl,V2, V3 dan
disertai T yang simetris.
^,tl^;14 r\A_.rA
K.= normal meningkat
A B
il
Hiperkalemia !
Bila kadar kalium darah meningkat, berturut-turut akan f,
DCRIKARDITIS
IGFERENSI
PENDAHULUAN
Sebelum pelaksanaan tes semua alat dan perlengkapan Diseksi aorta akut I
.,
guna tindakan kedaruratan harus tersedia dalam Relatif t"a
jangkauan tenaga pelaksana. Defibrilator, oksigen dan Stenosis di pembuluh koroner left'rnain
obat-obat untuk mengatasi terjadinya gangguan pada Penyakitjantung katup stenosis yang sedang .
jantung merupakan hal yang wajib tersedia. Tenaga Gangguan elektrolit
yang melaksanakan harus mengerti tatalaksana tindakan Hipertensi berat
kedaruratan kardiak dan sudah menjalani pelatihan Takiaritmia dan bradiaritmia
sebelumnya. Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran
Alat treadmil sebaiknya mempunyai jalur aman ke luarjantung
di sisinya untuk menjaga keamanan pasien. Lengan Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pasien juga harus bebas dari alat agar mudah dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan tekanan darah oleh pemeriksa. Blok atrioventrikular deraiat tinqqi
312
E TROXARDIOGRAFI PADA UJI LATIH JANTUNG 313
sebaiknya diletakkan di bahu, elektroda hijau (ground) di Untuk mengetahui kemampuan pasien sesungguhnya,
ryfna pinggang dan untuk kaki kanan di bawah umbilikus, dapat digunakan skala Borg.
atan modifikasi lainnya.
8 I Very weak
FREKUENSI NADI
TEKANAN DARAH
KAPASITAS FUNGSIONAL
2 METs Setara berjalan dqngibriikdcepatan I mlil Gambar 1. Berbagai profil/ depresi segmen ST yang sesuai
jam dengan iskemia dan non iskemia
ri ,
Tes Pendahuluan
<$=
Kemungkinan
rendah
9-15 =
Kemungkinan
menengah
>15 =
Kemungkinan
Tinggi
316 ETEKTROKARDIOGR,AFI
<37 =
Kemungkinan
Deprsi segmen ST 1-2mm=6 rendah
setelah aktivitas
>2 mm =10
37-57 =
Kemungkinan
Riwayat anqina Pasti/tipikal =10 menengah
Munokin/atipikal --6
Nyeri non iantunq =2
>57 =
Diabetes? Ya =10
Kemungkinan
Tinggi
ifr
d
m
t
ffi
ia
<40 =
dl
Kemungkinan-,.. rflt
1 -2 mm =15 rendah
d
>2 mm =25 40-60 =
Kemungkinan
menengah
*
]F
>60 =
Lt
rtr
Kemungkinan
Tinggi
REFERENSI
317
318 ELEKTROKARDIOGRAFI
Gambar 1. Rekaman Holter monitoring pada pasien dengan keluhan utama palpitasi dan hampir pingsan. Terekam aritmia berupa
fibrilasi atrial dan henti Sinus (sinus arrest).
,ilANTAUAN IRAMA JANTUNG (HOLTER MONTTCTR N6) 3r9
IESIMPUTAN
IEFERENSI
321
322 RADIOD]AGNOSTIK PENYAKIT DALAM
jantung nampak sedikit lebih besar meskipun jantung paru-paru maksimal, sehingga mungkin akan membuat
sebenarnya tidak berubah ukurannya. Namun, ukuran jantung normal nampak sedikit lebih besar. Pasien dengan
jantung tersebut tidak melebihi setengah diameter pektus ekskavatum memiliki diameter AP jantung yang
transversal dada pada foto PA yang berkualitas baik kecuali menyempit, sedangkan diameter transversal mening kat,
jika benar-benar ada kardiomegali. Penting untuk diingat sehingga jantung mungkin nampak membesar pada
bahwa pembesaran yang nyata kemungkinan disebabkan penampakan frontal, namun diameter AP yang sempit
oleh pembesaran jantung secara keseluruhan, pelebaran yang terlihat pada penampakan lateral dapat menjelaskan
satu ruang jantung atau lebih, atau cairan perikardial. Pada hal ini. Kifosis atau skoliosis juga dapat menyebabkan
pasien-pasien dengan PPOK, jantung seringkali nampak jantung atau mediastinum nampak abnormal. Oleh karena
berukuran kecil atau normal pada kondisi disfungsi itu, penting untuk memeriksa tulang belakang dan struktur
jantung. tulang lainnya secara sistematis saat memerhatikan
Pada subjek normal, arteri pulmonalis biasanya radiografi dada.
dapat terlihat dengan mudah pada hilus dan secara
bertahap berkurang pada daerah yang lebih perifer.
Arteri-arteri pulmonalis kanan dan kiri utama biasanya EVATUASI FOTORONTGEN DADA PADA PENYAKIT
tak dapat diidentifikasi secara terpisah, karena mereka JANTUNG
terletak dalam mediastinum. Jika paru-paru diandaikan
terbagi menjadi tiga bagian, arteri utama berada di Penyakit kardiovaskular menyebabkan perubahan yang
bagian sentral, arteri-arteri kecil yang mudah dibedakan beragam dan kompleks pada gambar foto rontgen dada.
dengan jelas di zona tengah, dan arteri-arteri kecil dan Kardiomegali secara keseluruhan dapat ditentukan dengan
arteriol yang biasanya di bawah batas resolusi pada akurat pada pandangan frontal dengan mencatat apakah
zona luar. Pada kondisi baku, pandangan frontal berdiri, diameter jantung melebihi setengah diameter toraks
arteri-arteri pada zona yang lebih rendah terlihat lebih atau tidak. Kardiomegali paling sering terlihat karena
besar dibandingkan dengan yang berada di zona yang kardiomiopati iskemia yang mengikuti infark miokard.
lebih tinggi, pada jarak yang sama dari hilus. Tampilan Dalam penilaian foto rontgen dada secara sistematis,
tersebut berhubungan dengan efek gravitasi pada langkah pertama adalah menetapkan tipe film apa yang
sirkulasi paru-paru bertekanan rendah yang normal. Hal akan dievaluasi-PA dan lateral, PA saja, atau AP (entah
tersebut terjadi demikian, jika gravitasi mengarah pada portabel atau satu diambil dalam pandangan AP karena
volume intravaskular yang sedikit lebih besar pada dasar pasien tidak mampu berdiri). Langkah berikutnya adalah
paru-paru dibandingkan dengan pada zona-zona yang menentukan apakah foto-foto sebelumnya tersedia untuk
lebih tinggi. Sudut yang dibuat oleh paru-paru dengan perbandingan
diafragma biasanya sangat tajam dan dapat ditandai
dari dua sisi pada -penampakan frontal dan lateral.
I
Kontur yang dibentuk oleh vena kava inferior dengan PARU DAN VASKUTARISASI PARU
jantung terlihat jelas pada foto lateral. Jika posisi pasien
diletakkan pada sisinya dengan sisi kiri menghadap film, Pemeriksaan terhadap pola vaskularisasi paru merupakan
bagian kanan relatif sedikit diperbesar dibandingkan hal yang sulit namun sangat penting. Pemeriksaan
dengan yang kiri. tersebut bervariasi tergantung posisi pasien (berdiri versus
berbaring) dan berubah secara mendasar sesuai dengan
penyakit paru yang mendasarinya. Cara terbaik untuk
VARIASI NORMAL menilai vaskularisasi paru adalah dengan memerhatikan
zona tengah paru-paru (misalnya sepertiga dari paru-parq
Variabel anatomis dan penuaan yang menyebabkan di antara daerah hilus dan daerah perifer lateral) dan
penurunan complionce paru merupakan tantangan dalam membandingkan daerah pada lapangan paru atas dengan
evaluasi foto rontgen dada. Aorta dan pembuluh darah daerah yang lebih rendah padajarakyang sebanding dari
besar biasanya menyempit serta menjadi lebih berliku hilus. Pembuluh darah harus lebih besar pada paru-paru
(tourtuous) dan lebih jelas seiring bertambahnya usia, bagian bawah namun berbeda dengan jelas pada zona-
mengarah pada pelebaran mediastinum superior. Jantung zona atas dan bawah. Pada kondisi normal, pembuluh-
nampak lebih besar karena penurunan complionce paru. pembuluh menyempit dan bercabang-cabang dan sulit
Namun, kecuali jika memang ada penyakit jantung, ditemukan pada sepertiga luar dari paru-paru. Dalam
jantung ukurannya kurang dari setengah diameter kondisi normal tak terlihat di dekat pleura.
transversal dada pada pandangan PA. Pasien yang obes Pada pasien dengan high-output sfafe (misalnya
lebih mungkin memiliki derajat hambatan ekspansi kehamilan, anemia berat seperti pada penyakit sickle
IADIOLOGI JANTUNG 323
-ii r@l€qi**g#.
*'+.it@iff &iei*S{i4i ;:'
]ws]wj!w.-{t RUANG-RUANG JANTUNG DAN PEMBULUH BESAR
€@ffi
Evaluasi terhadap jantung harus dilakukan secara
.:.
sistematis. Setelah menilai ukuran keseluruhan dan pola
r
'*r@&i*'i!:, vaskular paru sebagai cerminan dari status fisiologis
*ddls
jantung bagian kiri, selanjutnya ruang jantung harus
diperiksa. Seperti telah disebutkan, tidak mungkin
aq# ?5iB qj!*. untuk menunjukkan ruang jantung dengan jelas pada
sebuah foto rontgen dada normal. Pada penyakit valvular
yang didapat dan pada banyak jenis penyakit jantung
kongenilal, ditemukan pembesaran ruang jantung.
Grnbar 2. A). Radiografi dada lateral; B). Gambaran anatomis
:'uang jantung dan pembuluh darah; C). Diagram proyeksi
llkteral pada ruang jantung, cincin katup dan sulci
ATRIUM KANAN
cell, hipertiroidisme) alau shunt kiri ke kanan, karena Perbesaran atrium kanan biasanya tak pernah berdiri sendiri,
a5ran arteri pulmonalis meningkat, pembuluh-pembuluh (isolatefi kecuali bila terdapat atresia trikuspid kongenital
g'r{monalis dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan atau kelainan Ebstein, namun keduanya jarang terjadi
biasanya pada paru-paru perifer. Pada keadaan tekanan meskipun pada kelompok usia anak. Atrium kanan dapat
rteri pulmonaliS yang meningkat, batas-batas pembuluh melebar pada kasus hipertensi pulmonal atau regurgitasi
324 RADIODIAGNOST]K PENYAKIT DAI.AM
trikuspid, namun pelebaran ventrikel kanan biasanya dan dikelilingi oleh paru-paru. Yang terakhir; pada foto
melebihi atau menghalangi atrium. Kontur atrium kanan lateral, pembesaran atrium kiri nampak sebagai tonjolan
bergabung dengan vena kava superior; arteri pulmonalis khas yang mengarah ke posterior.
utama kanan dan ventrikel kiri. Pembesaran atrium kiri yang terbatas pada orang
dewasa paling sering terlihat pada stenosis mitral, dan
pembesaran atrium kiri merupakan ciri penyakit katup
VENTRIKEI. KANAN mitral. Pada stenosis mitral, atrium kiri membesar,
terdapat bukti redistribusi vaskular paru (seringkali dengan
Tanda klasik pembesaran ventrikel kanan adalah jantung Kerley B /ines), dan pada akhirnya terdapat pembesaran
"boot-shoped" dan pemenuhan (filLing in) ruang udara ventrikel kanan. Ventrikel kiri tetap berukuran normal.
retrosternal. Pemenuhan tersebut disebabkan oleh Pada regurgitasi mitral, atrium dan ventrikel kiri keduanya
pergeseran letak tranversal apeks ventrikel kanan saat bertam bah besar karena meningkatnya aliran. Redistri busi
ventrikel kanan melebar. Karena pada orang dewasa vaskular paru lebih bervariasi pada regurgitasi mitral
ver'ltrikel kanan jarang melebar tanpa pelebaran ventrikel dibandingkan dengan stenosis mitral, seperti halnya
kiri secara bersamaan, bentuk boot ini seringkali tidak pelebaran ventrikel kanan.
jelas. Bentuk tersebut paling sering terlihat pada penyakit
jantung kongenital, biasanya pada tetralogi Fottot.
Bersamaan dengan melebarnya ventrikel kanan, ventrikel VENTRIKET KIRI
tersebut meluas secara superior juga secara lateral dan
posterior; memenuhi ruang udara retrosternal. Ajaran yang Pembesaran ventrikel kiri dicirikan dengan kontur apeks
klasik adalah pada foto rontgen dada lateral, pada pasien yangjelas dan mengarah ke bawah, yang dibedakan dari
normal densitas jaringan Iunak terbatas pada kurang dari pergeseran letak transversal seperti yang terlihat pada
sepertiga jarak dari suprasternol notch sampai ke ujung pembesaran ventri kel kanan. Kontu r keseluruhan ja ntu ng
xyphoid. Jika jaringan lunak tersebut memenuhi lebih biasanya juga membesal meskipun hal ini tidak spesifik.
iil
dari setengah jarak ini, hal tersebut merupakan indikasi Selain itu, penting mengevaluasi ventrikel kiri pada posisi I
l' ,[
pembesaran bilik kanan yang dapat dipercaya. lateral, di mana tampak sebagai tonjolan posteriori di
im
Pembesaran ventrikel kanan paling sering ditemukan bawah anulus mitral. Pembesaran ventrikel kiri fokal pada ,il
pada penyakit katup mitral, setelah terjadi hipertensi orang dewasa paling sering terlihat pada insufisiensi aorta
pulmonal. Yang lebih jarang adalah karena hipertensi
tm
atau regurgitasi mitral (dengan pelebaran atrium kiri).
,ffi
pulmonal primer. Pelebaran ventrikel kiri lebih jarang pada stenosis aorta,
w
meskipun hal tersebut dapat terjadi, bersamaan dengan id
gagal jantung kongestif. m
ATRIUM KIRI
. m
hr
Terdapat beberapa tanda klasik yang menunjukkan ARTERI PUTMONALIS frr
pembesaran atrium kiri. Yang pertama adalah pelebaran
left otrial oppendage di mana biasanya tampak sebagai
h
Arteri pulmonalis utama dapat terlihat abnormal pada
cembungan fokal. Dalam keadaan normal, terdapat banyak keadaan. Pada stenosis pulmonal, arteri pulmonalis
cekungan di antara arteri pulmonalis utama kiri dan batas utama dan arteri pulmonalis kiri melebar. Pelebaran ini
kiri ventrikel kiri pada penampakan frontal. Yang kedua, dianggap disebabkan oleh efekjet melalui katup stenotik.
dikarenakan lokasinya, bersamaan dengan membesarnya Pembesaran ini dapat terlihat dengan hilus kiri yang jelas
atrium kiri, hal tersebut akan mengangkal Left moin stem pada penampakan frontal dan prominent puLmonory
bronchus sehingga akan melebarkan sudut karina. yang outflow troct pada penampakan lateral. Penting untuk
ketiga bersamaan dengan membesarnya atrium kiri diingat bahwa katup pulmonal berada lebih tinggi dan
secara posterior, hal tersebut mungkin menyebabkan perifer daripada outflow tract dibandingkan dengan katup
membengkoknya aorta torakalis tengah sampai yang aorta. Katup tersebutjuga terletak di depan katup aorta
rendah ke arah kiri. Pembengkokan ini dapat dibedakan pada pandangan lateral.
dari liku (tourtuous) yang terlihat pada aterosklerosis, yang
melibatkan aorta torasik desendens pada bagian atasnya
atau keseluruhan. Selanjutnya, dengan pembesaran AORTA
atrium kiri yang khas, densitas ganda dapat dilihat
pada pandangan frontal, karena atrium kiri memberikan Pada foto dada frontal, pelebaran aorta terlihat sebagai
proyeksi secara lateral ke arah kananjuga secara posterior tonjolan mediastinum tengah ke arah kanan. Juga
IADIOLOGI JANTUNG 325
Erdapat sebuah tonjolan pada anterior mediastinum pada siluetjantung tersebut memiliki bentuk "water bottle" jika
pandangan lateral, di belakang dan superior terhadap terdapat efusi perikard berat, namun bentuk seperti itu
pulmonory outflow tract. Pelebaran oortic root paling sendiri tidak memastikan diagnostik.
sering terlihat pada hipertensi sistemik lama yang tak Kalsifikasi pleura sekaligus perikard dapat muncul,
terkontrol. Pembesaran oortic root juga ditemukan pada namun seringkali tidak jelas. Kalsifikasi perikardial
penyakit katup aorta. berhubungan dengan riwayat perikarditis dan paling
Pada stenosis aorta, biasanya terdapat pelebaran sering berhubungan dengan tuberkulosis dan juga
fiokal oortic roof yang serin gkali jelas, dan seri ng kali tanpa karena etiologi lainnya, seperti infeksi viral, biasanya tipis
dlsertai pembesaran ventrikel kiri. Ventrikel kiri biasanya dan linear serta mengikuti kontur perikardium. Karena
nrenjadi hipertrofi sebagai respons terhadap peningkatan kalsifikasi tersebut tipis, hal tersebut seringkali hanya
nesistensi outflow dibandingkan dengan melebar seperti terlihat pada satu sisi.
Irarg terjadi sebagai respons terhadap peningkatan volume
diran yang terjadi karena insufisiensi aorta. Penebalan
diinding ventrikel pada hipertrofi dapat dilihat dengan REFERENSI
pemeriksaan ekokardiografi, CT atau MRl, namun ventrikel
Bettmann MA. The chest radiograph in cardiovascular disease'
rmnungkin tampak normal pada pemeriksaan foto rontgen
In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, eds. Heart disease: a
dada walaupun terdapat stenosis katup aorta berat. Pada textbook of cardiovascular medicine. 7th ed. Philadelphia:
l*eadaan di mana sudah terjadi dekompensasi ventrikel kiri, WB Saunders;2Ol5.p.271,-86.
@rdapat pembesaran oortic root dan ventrikel kiri. Boxt LM. Radiology of the right ventricle. Radiol Clin North Am.
1999;37:379.
Pada regurgitasi aorta, keterlibatan aorta biasanya Lipton MJ, Coulden R. Valvular heart disease. Radiol Clin North
liehih difus dibandingkan dengan stenosis aorta dan lebih Am.1999i37:31,.
mrmudah terlihat. Pada regurgitasi aorta murni, atrium kiri Murray ]G, Brown AL, Anagnostou EA, et al. Widening of the
tracheal bifurcation of chest radiographs:value as a sign of
hiasanya tidak membesar. Namun, seiring dengan waktu,
left atrial enlargement.AlR. 1995;164:1089.
nrnungkin muncul pelebaran anulus mitral sekunder Thomas J-I, Kelly RF, Thomas S] et aL Utility of history, physical
@rhadap pelebaran ventrikel kiri dengan hasil regurgitasi examination, electrocardiogram, and chest radiograph for
mnitral dan pelebaran atrium kiri. Meskipun regurgitasi differentiating normal from decreased systolic function in
patients with heart failure. Am I Med. 2002112:437 -
mrta secara klasik muncul pada demam reumatik (dengan
penyakit katup mitral yang terkait), defek kongenital, atau
penyakit katup degeneratif, mungkin juga disebabkan oleh
penyakit pada oortic roof, termasuk cystic medial necrosis,
dengan atau tanpa sindrom Marfan. Pada cystic medial
rmmcrosrs,keterlibatannya difus, dan biasanya terdapat
ptlebaran aorta pada tingkatan katup setidaknya melalui
rlkus. Pada sifilis tersier; (kasusnya sudah sangat jarang),
mnemuan khasnya adalah pelebaran khas aorta dari akar
rnpai ke arkusnya, namun mendadak menjadi normal
dffiameternya pada tingkatan ini. Pelebaran aneurisma
mrta asendens juga terjadi pada cystic mediol necrosis.
ifclainan aorta lainnya, seperti diseksi akut atau kronis
'dan ruptur traumatik atau pseudoaneurisma, lebih baik
offiihat dengan CT.
326
IflERIXSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POIOS, OMD, USUS HATUS DAN ENEMA BARIUM 327
'l- Posisi pasien tidur terlentang dengan arah sinar disingkat menjadi OMD (oesofagomaagduodenografi).
roentgen vertikal dari anterior (AP), Pemeriksaan ini sebaiknya menggunakan fluoroskopi yaitu
t Posisi pasien tegak, atau apabila kondisi pasien tidak alat roentgen yang mengeluarkan sinar x terus menerus
rnem u n g ki n ka n da pat di la ku kan posi si sernirec u m be nt dan reol fime untuk dapat mengamati pergerakan organ
[setengah duduk), dengan arah sinar roentgen di layar monitor.
l-rorlsontal dari anterior (AP), Pemeriksaan OMD ini umumnya menggunakan media
I tidur miring keklri (left loterol decubitus/
Posisi pasien kontras positif seperti barium sulfat yang dicampur dengan
[[D), dengan arah sinar roentgen horizontal dari air sehingga membentuk suspensi, dapat dilakukan
anterior (AP). dengan teknik kontras tunggal (single controst) alau
kontras ganda (d o u b le co ntr a st).4'5
Batas-batas foto, harus mencakup seluruh abdomen
gaitu dinding abdomen lateral kanan-kiri, diafragma
nan,an-kiri, dan simfisis pubis.
PEMERIKSAAN OMD
Esofagus
Lambung
Duodenum
hrsiapan Pemeriksaan OMD (double controsf). Teknik kontras tunggal merupakan teknik
Pasien diberikan penjelasan singkat tentang tujuan yang relatif mudah dikerjakan, karena pasien hanya minum
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan dan lamanya waktu suspensi barium, kemudian gambar-gambar diambil saat
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan OMD ini. Pasien saluran cerna atas sudah terisi oleh barium.T
diharuskan puasa karena saluran cerna bagian atas harus Sedangkan teknik kontras ganda adalah kombinasi
losong sama sekali dari makanan atau sisa makanan pada antara cairan barium dan udara yang menyebabkan
saat pemeriksaan dilakukan. Umumnya puasa dilakukan mukosa dapat terlihat lebih rinci. Teknik ini relatif lebih
selama 8 jam sebelum pelaksanaan pemeriksaan, yaitu sulit dilakukan karena selain minum barium, pasien juga
m<ien tidak diijinkan makan atau minum. Selama waktu diberikan udara melalui granul effervescent pembentuk
*i pasien juga dilarang merokok dan mengunyah permen gas. Kristal effervescent ini diminum bersamaan dengan
karet karena dapat meningkatkan sekresi asam lambung cairan barium dan akan aktif membentuk gas ketika
dm air liur yang dapat menghambat penempelan barium bercampur dengan cairan barium. Gas menyebabkan
h mukosa lambung. lambung distensi dan memperluas permukaan lambung
Apabila pernah mengalami alergi terhadap obat- yang dilapisi barium sehingga akan memperlihatkan
obatan atau terhadap makanan tertentu, maka pasien detil-detil lapisan lambung tersebut. Beberapa gambar
ll\arus memberitahukan kepada dokter radiologi, karena dalam posisiyang berbeda diambil untuk dianalisis lebih
harium dapat menyebabkan alergi walaupun kejadiannya la nj ut.?
.:
Gambar 15. Radiografi duodenum normal Gambar 1 6. Divertikulosis duodenum Gambar 17. Akalasia esofagus.
Esofagus distal menyerupai ekor
tikus
Gambar 18. Tumor esofaqus Gambar 19. Tumor oesophog o-gostric j unction
Barium FollowThrough
Pemeriksaan ini sangat mudah dan sederhana. Setelah
pasien menelan suspensi barium sekitar 200-500 cc, pasien
terlentang di atas meja pemeriksaan kemudian perjalanar
barium diawasi dengan pesawat fluoroskopi sampa
kontras memasuki sekum. Radiografi serial diambil untuk
dokumentasi, seperti foto 5 menit setelah minum bariurn
10 menit,20 menit, dan seterusnya sampai barium mengis
sekum. Waktu pengisian usus halus sampai mencapa
seku md i h itu n g (t ro n sit time) da n foto -foto seri a I d ieva u as'
I
Gambar 21. Tumor duodenum apakah terdapat kelainan sepanjang usus halus. Di samping
PWERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM 331
Tnengetahui kelainan secara anatomis, pemeriksaan ini juga PEMERIKSAAN RADIOLOGIK KOLON: ENEMA
daoat mengetahui pergerakan (peristaltik) usus halus di BARIUM
Mmmh fluoroskopi. Persiapan sebelum pemeriksaan sama
sCpmrui OMD, yaitu pasien puasa agar usus halus bersih Pemeriksaan enema barium yang dikenal juga dengan
dnfin sisa makanan. Pemeriksaan borium follow through ini istilah colon in loop adalah pemeriksaan radiografi dari
diimtur,utjuga seba ga i pemeri ksaa n enema kontras tu n g ga I usus besar (kolon dan rektum) menggunakan suspensi
lmiiqdg cortrosf) usus halus.2,8 barium sulfat sebagai media kontras.le
Kontraindikasi
. Pemeriksaan initidak boleh dilakukan pada perempuan
hamil, bila terdapat kecurigaan adanya perforasi usus,
megakolon toksik, pasca pemeriksaan kolonoskopi
atau setelah dilakukan biopsi kolon dalam waktu
dekat, atau pasien diketahui alergi terhadap kontras
barium.
funbar 24. Divertikel besar Gambar 25. Polip usus halus
dkr. lsus halus
332 RADIODIAGNOSTI K PENYAKIT DALAM
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM
333
#&.+, ji REFERENSI
{
Davis N4 HoustonJD. Fundamentals of Gastrointestinal Radiology
,ild W.B. Saunders ComPanY 2002'
d. Lama pancaran (flow time/ TQ) : lama pancaran yang seperti pada infeksi saluran kemih yang rekuren, dan juga
diukur secara aktual. Ketika pancaran terpotong atau pada pria dengan LUTS.3
bersifat intermiten, selang interval antar pancaran
tidak diukur Kelebihan dan Kekurangan
e. Laju pancaran rata-rata (overoge flow rote/ Qave)'. Pemeriksaan uroflowmetri mempunyai beberapa
volume berkemih (voided volume) dibagi dengan Iama keterbatasan. Pancaran berkemih yang rendah dapat
pancaran (flow time) disebabkan tidak hanya obstruksi outlet, akan tetapijuga
f" Lama berkemih (voiding firne) : total durasi berkemih, bisa disebabkan karena adanya gangguan kontraktilitas
termasuk ketika terjadi interupsi. Ketika berkemih detrusor ataupun rendahnya volume berkemih. Hanya
tidak terganggu oleh interupsi, lama berkemih sama dengan membaca kurva uroflowmetri, tenaga medis tidak
dengan lama pancaran. dapat membedakan antara obstruksi outlet kandung kemih
g. Lama waktu mencapai pancaran maksimum (fime dan gangguan kontraktilitas detrusor. Selain itu, obstruksi
to moximum flow/ TQmox): lama waktu dari awal outlet kandung kemih dan gangguan kontraktilitas
berkemih sampai pancaran maksimum tercapai. Pada detrusor terdapat pada keadaan yang dinamakan high
pasien dengan pancaran yang kontinyu atau tidak ada flow urethrol obstruction dimana sebenarnya tekanan
interupsi, TQinax biasanya terletak di sepertiga awal, detrusor tinggi sekali walaupun pada uroflowmetrinya
baik pada pasien yang normal maupun pada pasien tidak ditemukan kelainan.la
dengan obstruksi berkemih, karena pemanjangan lama Akan tetapi, uroflowmetri masih menjadi modalitas
I berkemih pada pasien dengan obstruksi saluran kemih sangat berguna untuk menilai kualitas berkemih
I terjadi karena pemanjangan dari penurunan grafik seseorang. Dengan volume berkemih yang cukup (>150
r
pancaran berkemih (setelah pancaran maksimum ml), uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining yang
t
tercapai). sangat bermanfaat. Pada pria dengan gangguan LUTS,
]
pancaran berkemih yang rendah dapat disebabkan
I Laporan uroflowmetri minimal harus terdiri dari
oleh obstruksi uretra pada 650/o kasus dan gangguan
T aju pancaran maksimum, volume berkemih, dan residu
kontraktilitas detrusor pada 35o/o kasus.6
-rin.s
t
Teknik/Persia pa n Pemeri ksaa n
L lndikasi dan Kontraindikasi
Pasien diinstruksikan untuk datang ke tempat pemeriksaan
E !roflowmetri merupakan pemeriksaan skrining yang baik
pada pasien dengan LUTS. Pemeriksaan ini dapat digunakan
uroflowmetri dengan kondisi kandung kemih yang
penuh secara normal dan menunggu sampai timbul
untuk memeriksa adanya kemungkinan obstruksi ouflef
keinginan untuk berkemih-sebelum mulai berkemih pada
mndung kemih dan dapat memberikan bantuan dalam
remberikan petunjuk mengenai kontraktilitas otot alat uroflowmetri. Akan tetapi, biasanya pasien tidak
melakukan hal ini, sehingga ketika palien datang (dan
f,etrusor. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua
berkemih di kamar mandi karena mereka tidak dapat
-sia dan kedua jenis kelamin pasien.3
menahannya), pasien diinstruksikan untuk minum sampai
Anak. Uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining satu liter air sampai mereka merasakan sensasi seperti
iada semua anak dengan kondisi neurologi normal yang mereka alami ketika ingin berkemih secara normal
iengan adanya kemungkinan gangguan obstruksi ouflef kemudian dilakukan pemeriksaan USG kandung kemih
rF
I
AB
6antbar'l . A. Pemeriksaan USG kandung kemih sebelum berkemih. B. Pemeriksaan USG kandung kemih setelah berkemih
ry*n
,4ib
Y'
tetapi apabila meregang terlalu banyak akan menjadi tidak 200 ml sampai 400 ml. Pada kisaran ini, iaju panca :
efisierr. Pada volume berkemih lebih dari 400 ml, efisiensi cenderung konstan. Pada kenyataannya, definisi nor^-,
otot detrusor akan m€nurun dan Qmax akan rnenurun.2,3 pemeriksaan uroflowmetri dapat dengan beberapa c: !fl
Laju pancaran urin mencapai angka tertinggi cian termudah adalah dengan menggunakan nilai min
dapat dipercaya paCa kisaran volume berkemih antara pancaran sesuai dengan jenis kelamin dan u,sia (ta:-
U ROFLOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 337
20
15
10
Overaktivitas Detrusor
T*d MaksimumTerendah Berdasarkan
1. Laju Pancaran Laju pancaran maksimum yang sangat tinggi dapat
llsia, Jenis Kelamin, dan Volume Berkemih Minimum3 terjadi pada pasien dengan overaktivitas detrusor. Terjadi
Usia Volume berkemih Pria Perempuan peningkatan yang cepat pada laju pancaran dalam waktu
{tahun) minimum (m!) (mlls) (ml/s) yang singkat (1 sampai 3 detik) (gambar 4). Peningkatan
4-7 100 10 10
yang cepat pada laju pancaran terjadi karena kontraksi
8-13 100 12 15 detrusor sudah membuka lebar leher kandung kemih
'' 4-45 ZOO 21 18 terlebih dahulu sehingga menurunkan resistensi uretra.2-s
.46-65 200 12 15
56-80 200 9 10 Obstruksi Outlet Kandung Kemih
Kurva pancaran pada pasien obstruksi dicirikan dengan
rendahnya laju pancaran maksimum dan rendahnya laju
Gambaran Kelainan yang Dapat Ditemui pancaran rata-rata, dengan laju pancaran urin rata-rata
:_..: pancaran tergantung dari interaksi antara dorongan lebih tinggi dibandingkan setengah nilai laju pancaran
-engeluarkan urin (kontraksi detrusor ditambah adanya maksimum. Laju pancaran urin maksimum dicapai lumayan
:r(anan dari abdomen) dan resistensi uretra.2-4 cepat (3-10 detik), akan tetapi laju pancaran menurun
secara perlahan (Gambar 5).2-s
Results of UROFLOWMETRY
Voiding Time T100 72 s
Flow Time TQ60S
Time to max Flow Tqmax I s
max Flow Rate emax 8.3 ml/s
Average Flow Rate eave 5.2 ml/s
Voided volume Vcomp 312 ml
;'irt
6 Gambar 5. Kurva pancaran berkemih pada obstruksi outlet kandung kemih
ila
4!
l
338 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
Gambar 6. Kurva pancaran pada pasien 50 tahun dengan riwayat strihur uretra (Qmax = 5 ml/s)
3i et#*e*r
'i
I
I
-a
:
a
I
ri
t
.:
t
i!
+'-\5-.*-";iP**\".,i
ti*:* =- €
-- '{i
Gambar 8. Mengedan membentuk gambaran kurva yang intermiten
UROFTOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 339
Pendahuluan
Sejak dulu pielografi intravena (lVP) merupakan modalitas
pencitraan primer untuk mengevaluasi saluran kemih.
Saat ini, berbagai modalitas pencitraan lainnya seperti
ultrasonografi (USG), CT-Scan, dan MRI sudah mulai
banyak digunakan untuk mengatasi keterbatasan IVP
dalam mengevaluasi penyakit saluran kemih. Sama
halnya seperti IVB modalitas-modalitas tersebut juga
Gambar 9. Perubahan kurva pancaran yang disebabkan memiliki kekurangan. Kemampuan dalam menganalisis
karena artefak "cruising". Perubahan laju pancarannya cepat
pemeriksaan IVP dengan mengkombinasikannya dengan
dan bersifat bifasik
modalitas pemeriksaan lainnya merupakan kemampuan
adanya obstruksi dan/ atau kelainan kontraksi detrusor. yang penting dalam mendiagnosis kelainan pada saluran
Pemeriksaan lebih lanjut dengan urodinamikp ressure-flow kemih.7.8
.J:Hrr$
rai"ra:ni;ffiit#,ftrfi."aqnlyp,r1:1,'i:],:i:'..=i
Langkah Deskripsi
1 Pencitraan awal: foto BNO
Tambahan: foto oblik, tomogram ginjal
2 Pemberian bahan kontras dengan injeksi bolus
atau drip
3 Fase nefrografik (didapatkan 1 sampai 3 menit
setelah pemberian bahan kontras)
Tambahan: foto nefrografi k oblik;
nefrotomogram oblik
Gambar 12. Hidronefrosis. Terdapat gambaran parenkim yang
Radiografi KUB (didapatkan 5 menit setelah tipis dengan gambaran "clubbing" pada kaliks
pemberian bahan kontras)
Kompresi abdomen (dilakukan segera setelah
foto menit ke-5) juga dapat membentuk "double contour" pada foto. Tidak
Fase pielografik (5 menit setelah kompresi, 10 adanya fase nefrografik dapat mengarah ke kista ginjal.
menit setelah pemberian bahan kontras) Ditemukannya gambaran massa pada pemeriksaan IVP
Tambahan: foto oblik, tomogram ulangan memerlukan konfirmasi dengan pemeriksaan lainnya. USG
Fase ureter-kandung kemih (didapatkan 15 digunakan saat dugaan mengarah ke kista, sedangkan
menit setelah pemberian bahan kontras dan CT-scan digunakan saat dugaan mengarah ke massa yang
segera setelah kompresi abdomen dllepas) so1id.7,13,14
Tambahan: flouroskopi ureter, foto posisi
i Posisi ginjal juga harus diperhatikan saat membaca
tengkurap, foto oblik, foto delayed
hasil lVP. Perubahan pada aksis dan posisi dapat merupakan
t Fase kandung kemih
Ii Tambahan: foto delayed, oblik, tengkurap, atau
tanda adanya massa abdomen atau retroperitoneal,
t
!
pasca berkemih perubahan ukuran viseral, atau kelainan ginjal kongenital.
t Pada kondisi horseshoe kidney terdapat perubahan aksis
l lrterpretasi Pemeriksaa n
dan posisi ginjal.?
Pada pengisian ureter, adanya gambaran stonding
panenkim ginjal dapat dilihat pada fase nefrografik column bahan kontras pada ureter menunjukkan adanya
r"rdD. Kontur keseluruhan ginjal harus diperiksa, dan obstruksi (Gambar 13) atiu ileus ureter (dilatasi non-
nefrotomografi dapat dilakukan untuk melihat parenkim
gnjal lebih jelas. Kontur ginjal harus halus dan simetris.
:rr Fase nefrografik yang baik memerlukan pancaran
.'i"
:ernbuluh darah ke ginjal yang cukup, fungsi ekskresi
,lll
!!i: mrenkim ginjal yang baik tanpa obstruksi, dan pancaran
*:r uena yang normal. Ukuran ginjaljuga dapat diperiksa saat
F i,ir
T nefrografik. Ginjal yang normal berukuran 9 sampai
lrase
llr 13cm pada panjang sefalokaudal, dengan ginjal kiri lebih
hesar 0,5 cm dibandingkan ginjal kanan dan ginjal pada
E
I pfa lebih besar dibandingkan ginjal perempuan. Banyak
5 nnetoda dalam pengukuran ginjal, akan tetapi kesimetrisan
t ukuran ginjal harus diperhatikan. Ukuran ginjal kanan lebih
besar > 1,5 cm dibandingkan ginjal kiriatau ginjal kiri >
iI:
: ,l: 2 cm lebih besar dibandingkan ginjal kanan merupakan
i s.ratu tanda adanya kelainan.7,13,14
I.t: Obstruksi ringan dan sedang diindikasikan dengan
- -iri':! gembaran halus pada margin forniks (Gambar 12). Obstruksi
llt:..,
fr'.' !,ang lama dan yang lebih berat akan menimbulkan
Gambar 13. Dilatasi sistem pelviokalises. Gambaran foto menit
ttrr, ilangnya impresi papiler dan kaliks yang clubbing.Tt3
ke-15 memperlihatkan stonding column bahan kontras dari
ti'',;'' Penebalan parenkim ginjal disertai dengan distorsi u rete rope lvic j uncfion sam pai u rete rovesico I i uncfion ki ri. Batu
t'*,' da sistem kaliks mengarah ke adanya suatu massa. Massa terdapat di u rete roves ico I j u n ctio n
342 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
obstruktif berkaitan dengan inflamasi, tingginya pancaran Multidetector computerized tomography urography is more
accurate than excretory urography for diagnosing hansitional
urin (diuresis, diabetes insipidus), atau reflux). Diameter
cell carcinoma of the upper urinary tract in adults with
ureter > I mm merupakan kriteria dilatasi yang pasti hematuria. J Urol. 2010;183(1):a8-55.
menurut beberapa penulis.T 12. Becker |A, Pollack HIvI, McClennan BL. Urography survives
Pada foto menit ke-15 sampai menit ke-30, kandung (letter). Radiolo gy 2001,; 218:299-300.
13. Friedenberg RM, Harris RD. Excretory urography in the
kemih biasanya sudah terisi penuh. Ketika kandung kemih adult. In: Pollack HM, McClennan BL, Dyer R, Kenney P|,
terisi penuh, kontras intralumen akan berbentuk bulat dan editors. Clinical urography. 2"d ed. Philadelphia: Saunders;
dengan batas yang'halus dan dinding kandung kemih 2000. p.1,47-'257.
yang tidak terlalu terlihat. Posisi dan bentuk bulijuga perlu
14. Dunnick NR, Sandler CM, Newhouse |H, Amis ES Jr.
Textbook of uroradiology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott
diperhatikan apakah terdapat distorsi atau tidak karena Williams & Witkins, 2001.
penekanan dari massa.T 15. Katzberg RW. Iodinated contrast media for urological imag-
Penebalan dinding kandung kemih dan gambaran ing. In: Pollack HM, McClennan, Dyer R, Kenney P], editors.
Clinical urography. 2"d ed. Philadelphia: Saunders;2000. p.
bahan kontras lumen yang iregular berkaitan dengan 19-66.
filling defect yang merupakan tanda obstruksi outlet
kandung kemih karena penyakit prostat. Kontur abnormal
karena divertikulum juga dapat terlihat. Foto pengisian
kandung kemih disertai foto pasca berkemih merupakan
pemeriksaan yang paling sensitive untuk mengevaluasi
filling defecfs. Foto oblik dapat digunakan untuk
memastikan bahwa gambaran filling defecfs tidak
disebabkan karena gas enterik. Foto pasca berkemih
juga berguna untuk mengevaluasi pasien dengan dilatasi
saluran kemih bagian atas. Adanya gambaran dilatasi yang
persisten menu nj u kkan obstruksi yang menetap.7,13,1a
REFERENSI
343
344 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
. Evaluasi trauma abdomen dan pelvis, obstruksi usus sebagai informasi dasar dalam menganalisis dan
halus dan usus besar, kelainan kongenital organ menginterpretasi gambar yang diperoleh.a'6
abdomen atau pelvis, pre atau post-transplantasi.
. Konfirmasi kelainan modalitas radiologis lain atau
hasil laboratorium. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
. Pedoman pemeriksaan atau terapi intervensional pada
abdomen atau pelvis. Mognetic Resononce lmaging merupakan pemeriksaan
. Deteksi kanker dan polip kolon dengan CT kolonografi, radiologi yang menggunakan medan magnet
Cf plonning untuk radiasi dan kemoterapi, serta untuk mendeteksi nukleus hidrogen. Kelebihan MRI
evaluasi respons tumor terhadap terapi. dibandingkan dengan CT adalah pemeriksaan MRI dapat
dilakukan terhadap 3 potongan, yaitu aksial, koronal, dan
CTIMSCT dengan Kontras :
sagital, sedangkan pada CT untuk memperoleh potongan
. Kontras intraluminal gastrointestinal dapat diberikan
koronal dan sagital dilakukan rekonstruksi pada posf
. secara oral, per rektal atau melalui nosogrostric tube
processing.
bila tidak ada kontraindikasi.
Americon College of Radiology (ACR)8 menganjurkan
. Kontras intravena pada pemeriksaan CT diberikan bila
pemeriksaan MRI abdomen dengan indikasi tersebut di
tidak ada kontraindikasi.a Pemberian kontras harus
bawah ini:
selalu mempertim bangkan kemu ngkina n terjadi nya . Tumor atau infeksi pankreas, kelainan pankreas yang
co ntra st- m e d iu m - in d u ce d n e p h ro pothy (Cl N), karena
tidak dapat diidentifikasi oleh pemeriksaan radiologis
itu harus selalu dicantumkan hasil kreatinin pasien
lain, obstruksi atau dilatasi serta kelainan duktus
untuk penghitungan laju filtrasi glomerulus (LFG).5
pankreatikus, follow up lerapi.
Thomsen dkks menyatakan risiko terjadinya CIN . Kelainan lien yang tidak dapat diidentifikasi oleh
ditemukan pada 0,6o/, pasien dengan LFG > 40 ml/
pemeriksaan radiologis lain, evaluasi lien asesorius
menit dan 4,6% pada pasien dengan LFG < 40 ml/
serta kelainan lien yang difus.
menit tetapi > 30 ml/menit, serta 7,8% pada pasien . Kelainan ginjal yang tidak dapat diidentifikasi ole*t
dengan GFR < 30 mllmenit.
pemeriksaan radiologis lain, deteksi tumor ginjd
Americon College of Rodiology (ACR)6 menyarankan termasuk vena renalis dan vena kava inferior, evaluasi
indikasi pemeriksaan CT toraks termasuk : traktus urinarius (MR urografi) dan retroperitoneal,
. Evaluasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan follow up terapi.
toraks foto atau secara klinis diduga ada kelainan. . Deteksi pheochromocytoma dan adenoma adrend
. Staging dan follow up keganasan paru atau organ fungsional.
toraks lainnya, serta deteksi metastasis. . Evaluasi kelainan vaskular intraabdominal.
. Evaluasi kecurigaan kelainan dinding toraks, kelainan . Deteksi dan evaluasi tumori batu kandupg empedg
vaskular toraks, penyakit pleura, kelainan kongenital kelainan kongenital dan duktus biliaris, dilatasi dukhrs
toraks, dan trauma. biliaris, stoging cholongiocarcinomo.
. Evaluasi dan follow up penyakit traktus respiratorius . Evaluasi tumor traktus gastrointestinal, stogbq
dan pasien pasca-operasi. karsinoma rektum, proses inflamasi usus dm
. CT planning untuk radioterapi. mesenterium, nyeri abdomen misalnya apendisfrh,
. Evaluasi emboli paru6. pada pasien hamil.
. Cordioc CT untuk melihat kelainan di pericardium, . Deteksi dan evaluasi tumor primer atau metastasis
ruang jantung, pembuluh darah besari fungsijantung peritoneum atau mesenterial.
dan katupjantung, evaluasi arteri dan vena koronaria, . Deteksi cairan intraabdominal dan kelai
miokardium ventrikel, serta kalsifikasi.T ekstraperitoneal.
Sebagai pemeriksaan alternatif CT untuk
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan
dampak radiasi pada evaluasi abdomen
CT scan abdomen dan pelvis, namun pemeriksaan ini
hamil atau anak-anak atau terdapat kontr
harus dipertimbangkan pada pasien hamil atau diduga
kontras media yang mengandung yodium.8
hamil.a,6 Demikian pula tidak ada kontraindikasi absolut
Deteksi dan evaluasi lesi fokal di hepar; untuk
untuk pemeriksaan CT toraks, risiko dan keuntungan
spesifikasi lesi hepar seperti kista, lemak,
harus dipertimbangkan pada saat pemberian kontras
karsinoma hepa4 metastasis, focal nodulor
intravena.6
dan adenoma hepatik.
Data pasien, gejala atau riwayat penyakit serta
. Evaluasi kelainan kongenital, infeksi, kelainan lah
diagnosis kerja sangat penting dicantumkan dalam
hepar dan vaskular termasuk Budd-Chiori.
permintaan pemeriksaan, sehingga dapat digunakan
MAR,-DASAR CTIMSCI, MRI, M RCP
Evaluasi kelainan di hepar pada pasien dengan lndikasi MRCP antara lain :
kelainan hasil pemeriksaan radiologis lain atau . Batu kandung empedu dengan pankreatitis, nyeri
laboratorium kandung empedu dengan kemungkinan kecil batu
Evaluasi donor hepar potensial.e duktus biliel pseudokista pankreas, trauma prankeas,
Evaluasi penyakitjantung didapat seperti kardiomiopati, pankreatitis berulang.
fibrosis dan infark miokard, iskemia miokard kronis, . Evaluasi pankreatikobilier daerah proksimal obstruksi
sindrom koroner akut, massa kardiak, penyaki! yang tidak dapat dicapai oleh ERCP, atau pada pasien
perikardium, kelainan katup jantung, penyakit arteri dengan kontraindikasi ERCP.
korone4 dan kelainan vena pulmonalis. . Kelainan anatomi atau kongenital traktus pankreatiko-
Kelainan jantung kongenital seperti con genita I shu nts, bilier
kelainan perikardium, kelainan jantung kongenital . Pasien dengan riwayat ERCP dan masih membutuhkan
yang kompleks, kelainan katup kongenital, kelainan pemeriksaan lebih lanjut.la
vasku lar ekstrakard iak.1o
REFERENSI
NAGNETIC RESONANCE CHOLANGIO,
ANCREATOGRAPHY (MRCP) 1. Pretorius E9 Solomon ]A. Introduchon to ultrasound, CT,
and MRI. In Radiology Secrets. 2"d ed. Mosby E1sevier. 2006.
Wgnetic reson o n ce chola ng io pa ncreotog ro phy (M RCP) p.15-22
mnerupakan pemeriksaan yang tidak invasifl3 untuk 2. Cahir lG, Freeman AH, Courtney HM. Multislice CT of the
abdomen. BJR. 20&l; 77 : 564-73.
mnengevaluasi sistem bilier dan duktus pankreatikus.la 3. Gibson ]. Spiral CT of the liver : is biphasic or triphasic
Bila pemeriksaan klinis, ultrasonografi atau scannirig the routine in your department ? 24 Desember
hboratorlum tidak menunjukkan kelainan yang spesifik 2011. Diunduh dari: http://imaging-radiation-oncology.
advanceweb.com/ article.
untuk melihat obstruksi sistem bilier, umumnya 4. ACR-SPRpractice guidelinefortheperformanceof computed
dilakukan pemeriksaa n Endoscopic Retrogrode tomography (CT) of the abdomen and Computed Tomogra-
Clrclongiopancreatog raphy (ERCP). Pemeriksaan ini selain phy (gf) of the pelvis. Practice Guideline (Resolution 32).
2011. 25 Desember 2011. Diunduh dNi:http: / / www.acr.org/
mnembutu hkan sedasi, dapat mengakibatkan pankreathis
SecondaryMainMenu Categories/ quallly _salety / guidelines/
akut.I3 Meskipun demikian, ERCP tetap merupakan pediatric/ CT_Abdomen_pelvis.pd{.
pilihan utama untuk terapi intervensi.la Keunggulan lain 5. Thomsen H9 Morcos SK. Risk of contrast-medium-induced
ilIRCP ialah tidak menggunakan radiasi, tidak tergantung nephropathy in high-risk patients undergoing MDCT-a
pooled analysis of two randomized trials. Abstr acl. Eur Radiol
kepada operato4 serta dapat mendeteksi kelainan ekstra 2009;19 (4):89L-7 .
duktal. Kerugian MRCP adalah tidak dapat mendeteksi 6. ACR practice guideline Ior the performance of pediatric and
kelainan duktus intrahepatik perifer, pankreatitis, dan adult thoracic computed tomography (CT). Practice Guide-
line (Resolution 23). 2008.25 Desember 2011. Diunduh dari:
rcndahnya deteksi kelainan duktus kecil, karena itu masih
hltp / / www.acr.org/secondarymainmenucategories/qual-
Etap dianjurkan dilakukan ERCP pada pasien dengan ity_safety/ guidelines,/ pediahic/CT-thoracic.aspx.
obstruksi bilier dan pada pasien yang membutuhkan 7. ACR-NASCI-SPRpractice guidelinefortheperformanceand
tindakan intervensi.ls interpretation of cardiac computed tomography (CT). Practice
Guideline (Resolution 38). 2011. 25 Desember 2011. Diunduh
42
KEDOKTERAN NUKLIRATAU
RADIO NUKLIR DAN PET.CT
Kahar Kusumawidjaja
347
348 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
t'i:i !{;:{;:8
:F",i;*l* $f*}{
.::?
PARU'
,:1-x
Gambar 6. Sidik perfusi (baris l, Ill) dan sidik ventilasi (baris ll, lV)normal.
Gambar.7. Emboli paru multipel terlihat pada sidik perfusi, sedangkan sidik ventilasi normal
350 RADIODIAGNOSTI K PENYAKIT DALAM
Gambar 8. PPOK tampak inhomogen baik pada sidik perfusi maupun sidik ventilasi.
., ''ffi.'.;,
,:::l B,.ry
{n
U til
?g' *=" *&,
p l€t
* * ?
I
{r. 4,, n
t_k
*,bar 12. Sidik ginjal menunjukkan kerusakan parenkim
. <ir-r (pielo-nefritis kronis)
* **
I ,ri {* *1 l* il$ 1}*
I t ! +i
* **
&
& * Gambar. 16. Setelah pemberian diuretika intravena. tampak
kurva renogram kiri menurun taJam, berarti suatu obstruksi
-. - bar. 1 3. Ektopik ginjal kanan yang berada di rongga pelvis fungsional, bukan obstruksi mekanik (batu/stenosis)
352 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
a
Renografi Diuretik
Pemeriksaan gabungan antara renografi dengan pemberian
obat diuretika (biasanya diberikan furosemid intravena)
untuk membedakan antara suatu kurva renogram obstruksi
fungsional dengan obstruksi mekanik (batu; stenosis
ureter).
SEREBRAL8
99mTc-DTPA dan 99mTc-HMPAq sedangkan PET dipakai pemeriksaan radio nuklir untuk mendeteksi keganasan
18F-FDG. Peran klinik pemeriksaan pencitraan ini meliputi payudara dengan radio farmaka 99mTc-Sestamibi
kelainan serebro-vaskular (infark), demensia, kejang (methoxyisobtylisonitrile) intravena. (Gambar. 21).
(epilepsi), psikiatri, sedangkan pada kasus trauma CT Hasil pemeriksaan ini lebih sensitif, spesifik, dan
lebih berperan karena mudah, lebih cepat, lebih sensitil akurat dibandingkan modalitas radiologi konvensional.
dan spesifik. SPECT terutama berperan untuk kasus Sensitivitas 86-95o/o untuk tumor payudara yang teraba
infark, tumo1 demensia, dan mencari fokus epileptikus. dan 60-91o/o untuk tumor payudara yang tidak teraba,
PETterutama untuk kasus onkologi, membedakan tumor dengan spesivitas 62-93o/o.
jinak dari ganas mencari lesi metastasis, residu, dan residif.
Fokus epileptikus lebih sensitif, akurat dan spesifik dengan
PEI-CT.
Hasil pencitraan SPECT pada kasus infark, demensia,
dan tumor memberikan gambaran lesi hipo-non
aktif (Gambar 20), sedangkan kasus epilepsi saat iktal
memberikan gambaran lesi hiperaktif. Hasil PEI pada lesi
ganas mem berikan gambaran hipermetabolik, sedangkan
infark, demensia dan fokus epileptikus (inter-iktal)
memberikan iesi hipo-non hipermetabolik. Gambar. 21. Sintimammogram, tampak lesi keganasan di
payudara kanan
REFERENSI
pencitraan. Prinsip dasar ini berlaku untuk semua jenis CT dalam pencitraan di bidang reumatologi ialah evaluasi
pemeriksaan pencitraan. preoperatif pasien dengan kelainan sendi yang akan
Kelebihan radiografi konvensional ialah tidak mahal, menjalani operasi.
mudah diperoleh sehingga tetap merupakan andalan Meskipun relatif mahal, CT-scon lebih murah
dalam pemeriksaan radiologi dasar pada artritis. Di daripada MRl. Resolusi spasial lebih baik daripada MRl,
samping itu, pengetahuan tentang kelainan radiologi tetapi lebih buruk daripada foto konvensional . CT-scan
(konvensional) pada bermacam-macam penyakit reumatik dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik
srdah banyak diketahui dan sudah tersebar luas. daripada foto konvensional, walaupun tidak sebaik MRl.
CT tersebar luas dan banyak dokter dapat membaca hasil
fotonya.
TOMOGRAFI CT-scon merupakan teknik yang sangat baik untuk
mengevaluasi penyakit degeneratif diskus intervertebralis
Teknik ini sangat berguna untuk pemeriksaan daerah dan kemungkinan herniasi diskus pada orang tua.
dengan anatomi yang kompleks, dimana struktur yang Penekanan tulang pada kanalis spinalis dan foramen
berhimpitan akan mengaburkan gambaran anatomi. intervertebralis lebih mudah dievaluasi daripada MRl.
Biayanya hampir sama dengan CT-scon. Resolusi struktur Mielografi CT dan CT-scan dengan bahan kontras intravena
trlang sedikit lebih baik, sedangkan visualisasi jaringan merupakan teknik tomografi lain yang digunakan untuk
lunakjauh lebih buruk. Dosis radiasi lebih tinggi daripada mengevaluasi penyakit diskus intervertebralis dan kelainan
Cf-scon. Dalam praktek, teknik ini telah digantikan oleh vertebra lain. MRI tebih disukai sebagai pilihan kedua -
CT-scon. setelah foto polos -untuk menyelidiki penyakit diskus
intervertebralis, tetapi CT-scon merupakan alternatif
yang baik dan mungkin bermanfaat pada situasi dimana
COM P UT E D TO M O G RAP HY (CT) keterangan Iebih lanjut tentang osteofit sangat diperlukan.
CT-scan juga bermanfaat untuk mengevaluasi struktur di
Sejak perkembangannya pada awal 1970-an, CT telah daerah dengan anatomi yang kompleks dimana struktur
dlterapkan secara luas pada hampirsemua cabang radiologi yang saling berhimpitan menyulitkan pandangan pada foto
dan efektif menggantikan tomografi konvensional. konvensional. Misalnya koalisi talokalkaneus yang tidak
Keunggulan utama CT-scon dibandingkan dengan dapat dilihat pada foto konvensionaf, sakroiliitis (terutama
r:adiografi konvensional ialah resolusi kontras yang lebih yang disebabkan infeksi) dan kolaps kaput femoris akibat
besa; penampakan bayangan yang secara potong lintang osteonekrosis yang memerlukan penggantian sendi atau
serta kesanggupan membentuk bayangan pada bidang (joint replocemenf). Sendi-sternoklavikula yang sangat
yang berbeda-beda. Sifat dasarnya yang tomografik sulit dilihat dengan foto konvensional, cukup jelas terlihat
memungkinkan visualisasi lebih baik pada sendi yang dengan CT-scon. .
struktur anatominya kompleks atau yang disamarkan Dosis radiasi CT-scon relatif lebih tinggi dibandingkan
oleh struktur lain seperti sendi sakroiliaka, subtalar, dan dengan satu foto konvensional pada daerah yang sama.
sternoklavikular. Dosis radiasi ini sebanding jika diperlukan beberapa foto
Peranan CT dalam evaluasi kelainan sendi sakroiliaka konvensional pada satu daerah. Akibatnya, dosis radiasi
telah diselidiki dalam berbagai penelitian. Gambaran lebih rendah daripada tomografi konvensional pada
CT sendi sakroiliaka biasanya dianggap lebih konsisten banyak keadaan.
dan sensitif untuk melihat perubahan patologik awal Berhubung sejumlah penyakit reumatik berkaitan
dibandingkan dengan radiografi konvensional. CT juga dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa
dapat membantu dalam aspirasi sendi sakroiliaka dan pemeriksaan CT-scon dengan resolusi tinggi pada paru-
grntikan korti kosteroid intra-arti kular. paru dapat memperlihatkan detil penyakit yang tidak
Walaupun CT menawarkan kontras yang jelas antara dapat dilihat dengan CT-scon irisan tebal. Terlihatnya
trlang dengan jaringan lunak di sekitarnya dan sangat infiltrat <ground g/oss> menunjukkan proses aktif yang
hik untuk mengevaluasi struktur tulang dan kalsifikasi, mungkin memberikan respon terhadap pengobatan.
sensitivitasnya terhadap kontras jaringan lunak relatif
lurang baik dan tidak cukup untuk melihat struktur
intra-artikular. Sampai batas tertentu, keterbatasan CT MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
dalam mengevaluasi rawan sendi, jaringan sinovium,
dan ligamen dapat diatasi dengan menyuntikkan kontras MRI menghasilkan pencitraan tomografi tubuh dengan
mengandung yodium, udara, atau kedua-duanya ke kualitas tinggi pada setiap bidang. MRI merupakan'satu-
dalam sendi (aitr.ografi CT). Penerapan lain penggunaan satunya modalitas pencitraan yang secara langsung dapat
358 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
memperlihatkan komponen tulang, rawan sendi, dan dapat dinilai. MRI makin populer untuk mengevaluasi
jaringan lunak pada sendi sekaligus. Keunikan MRI berasal ligamen antara tulang-tulang karpal dan fibrokartilago
dari kontras jaringan lunaknya yang sangat baik. pada trianguler.
dekade yang lalu, penerapan MRI dalam penilaian artritis Kalsifikasijaringan ikat terlihat tidak sebaik foto biasa
meningkat dengan pesat baik dalam praktik klinik maupun karena pancaran sinyal yang rendah. Mula-mula diduga
dalam penelitian. Berbagai faktor berperan dalam hal ini, bahwa tulang yang juga mempunyai pancaran sinyal
termasuk diantaranya ketersediaan alat, perbaikan resolusi yang rendah akan menimbulkan masalah. Tetapi karena
dan perkembangan baru sekuens MRI untuk mengevaluasi sumsum tulang mempunyai sinyal tinggi, MRI menjadi
jaringan yang berbeda-beda. sangat sensitif untuk mendeteksi kelainan tulang. Dalam
MRI membawa keuntungan besar bagi pencitraan praktik, mikrofraktur akibat trauma atau stres yang sering
muskuloskeletal karena kesanggupannya untuk disebut bone bruises, tidak dikenal sebelum MRl. Sekarang,
memperlihatkan struktur jaringan lunak yang tidak dapat keberadaan mikrofraktur ini penting untuk diketahui.
diperlihatkan oleh pemeriksaan radiologi konvensional. Sebagai contoh, kebanyakan nyeri yang menyertai robekan
Teknik ini memperoleh informasi struktur berdasarkan meniskus akut mungkin disebabkan oleh mikrofrakturyang
densitas proton dalam jaringan dan hubungan proton ditemukan bersama-sama. Ketika m ikrofraktu r menyembu h,
ini dengan lingkungan terdekatnya. MRI dapat memberi nyeri hilang walaupun robekan meniskus masih ada.
penekanan pada jaringan atau status metabolik yang Penemuan ini mempunyai pengaruh penting dalam
berbeda-beda. Dengan perkataan lain, pencitraan yang pengobatan. lni juga membantu menerangkan mengapa
berbeda dapat diperoleh dari tempat anatomi yang sama MRI lutut pada usia tua sering menunjukkan robekan
dengan mengubah parameter tertentu. meniskus yang asimtomatik. Mikrofrakturjuga mempunyai
MRI relatif lebih mahal daripada pemeriksaan hubungan erat dengan cedera ligamen.
pencitraan lain, terutama karena harga peralatan dan Setelah foto polos, MRI merupakan cara yang bagus
waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan. untuk memelajari tulang belakang dan isinya, seperti pada
Di masa depan, perlu dipertimbangkan pengurangan kasus tersangka herniasi diskus intervertebralis, terutama
sekuens pencitraan sehingga dapat menurunkan pada pasien muda karena tidak menimbulkan ionisasi.
biaya pemeriksaan. Juga perlu dikembangkan sekuens MRI merupakan sarana terbaik untuk mendiagnosis
pencitraan yang lebih cepat, yang dapat mengurangi osteonekrosis. Osteonekrosis dapat menyerupai penyebab
waktu dan biaya MRl, di samping memungkinkan studi lain nyeri sendi, terutama sendi panggul. pada masa
dinamika gerakan sendi. awal penyakit, foto polos tidak menunjukkan kelainaru
MRI bebas dari bahaya ionisasi akibat radiasi, suatu MRI juga merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi
keuntungan besar dalam memeriksa bagian sentral luasnya neoplasma jaringan lunak dan tulang, dan telah
tubuh dimana pemeriksaan radiologi menimbulkan menggantikan CT-scon dalam hal ini, meskipun foto
dosis radiasi yang tinggi. Meskipun demikian, ada juga polos tetap merupakan cara terbaik untuk meqdiagnosb
beberapa bahayanya. Medan magnet yang kuat dapat tumor tulang. CT-scan mungkin juga bermanfaat dalam
menggerakkan obyek metal seperti logam asing dalam mengidentifikasi karakteristik kalsifikasi matriks yang aka
mata, menyebabkan gangguan alat pacu jantung, membantu diagnosis jenis tumor.
memanaskan bahan logam sehingga menimbulkan luka MRI sensitif terhadap adanya infeksi tulang karene
bakal dan menarik bahan logam ke dalam magnet. Bahan perubahan sinyal sumsum tulang. lni merupakan pilihan
Iogam yang berdekatan dengan medan magnet juga yang baik untuk mengevaluasi daerah tertentu yang
dapat memengaruhi kualitas pencitraan MRl. Karena itu, diduga terkena osteomielitis, meskipun rodionuclide bor-
operator MRI harus menyaring pasien dan pengunjung scon lebih disukai untuk penilaian proses hematogerft
lain dengan teliti. Kadang-kadang penderita kurang cocok yang multifokal. MRI juga dapat mengidentifikasi abser
dengan gadolinium, suatu bahan kontras yang digunakan jaringan lunak.
pada pemeriksaan MRl. Selain itu, pasien perlu dilengkapi Kelainan gtot seperti robekan dan memar dapt
dengan proteksi telinga karena pengaktifan medan diidentifikasi dengan MRl. Aktivitas masing-masing obt
magnet menimbulkan bising. selama gerakan sendi dapat dipelajari dengan
Struktur jaringan lunak sendi seperti meniskus dan perubahan sinyal yang terjadi selama aktivitas otot.
ligamen krusiatum lutut dapat diperlihatkan dengan jelas. merupakan pemeriksaan terpilih untuk
Jaringan sinovium juga dapat dilihat, terutama dengan osteokondritis disekans, jika kita ingin mengetahui
menggunakan bahan kontras paramagnetik intravena sebuah fragmen tulang terlepas atau tidak.
seperti gadolinium. Demikian juga kelainan lain seperti Perubahan rawan sendi dapat dilihat dengan
efusi sendi, kista poplitea, ganglioma, kista meniskus dan Tetapi harus diingat bahwa penemuan kelainan
bursitis dapat dilihat dengan jelas dan intergritas tendon hanya bermanfaat secara klinis jika hal inl
RADIOGRAFI MUSKULOSKELETAL 359
pengobatan yang diberikan. Pengobatan medi kamentosa seperti 99m technisium metilen difosfot (99mTc MDP)
biasanya diteruskan sampai diperlukan penggantian sendi, untuk pemindaian tulang, 99mTc sulphur col/oid untuk
yang dapat didiagnosis dengan foto polos biasa. pemindaian sumsum tulang, galium silral (67Go citrate)
MRI menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dan lekosit yang diberi Iabel dengan lndium (1111n-lobeled
dengan radiografi konvensional dan pemeriksaan klinis WBCs) berguna untuk mengevaluasi berbagai macam
dalam mengevaluasi AR awal. MRI sanggup memerlihatkan kelainan muskuloskeletal. Biaya pemeriksaannya hampir
sinovitis inflamatif dengan atau tanpa kontras. MRI dapat sama dengan CT-scan dan dosis radiasinya sebanding
menemukan erosi tulang pada AR awal sebelum erosi ini dengan pemeriksaan CT-sco n abdomen.
terlihat pada radiografi konvensional. Edema sumsum Sintigrafi tulang yang negatif dapat mengeksklusi
tulang merupakan penemuan penting lain dari MRI yang artritis aktif pada penderita dengan poliartralgia persisten.
berkaitan dengan artritis inflamatif dan diduga merupakan Di samping itu, sintigrafi merupakan cara yang nyaman
pendahulu erosi tulang. lnformasi berharga yang diberikan untuk menelisik seluruh tulang dalam hal luas serta
MRI ini dapat digunakan untuk memperbaiki ketepatan distribusi penyakit sendi. Kekurangan utamanya ialah
diagnosis, memperkirakan prognosis dan memantau bahwa bone scon dengan 99mTc-MDP tetap positip dalam
efektivitas pengobatan dalam praktik klinik. jangka waktu lama setelah sinovitis mereda dan hasilnya
Dalam waktu dekat diperkirakan MRI akan berperan tidak spesifik
penting sebagai petanda prognosis danjuga sebagai alat Beberapa teknik baru sintigrafi seperti rodiolobeled cell
pengukur luaran dalam penanganan AR. Tetapi, untuk determinant 4 (CD4), E-selectin ontibodies, cytokines, and
rnencapai keadaan ini diperlukan pengembangan lebih somotostatin receptor imaging, a nd 99mTc-im m u noglobu lin
lanjut dalam hal studi longitudinal dan standardisasi G (lgG) scintigrophy sedang diteliti kegunaannya
protokol scanning MRl, nomenklatur dan sistem skor agar untuk menilai aktivitas penyakit. Laporan sementara
rryroducible dan dapat dipercaya. menunjukkan bahwa dibandingkan dengan bone scan
Penerapan klinis lain MRI pada artritis inflamatif yang konvensional, sintigrafi 99mTc-lgG lebih spesifik dalam
telah digunakan secara luas ialah untuk mengevaluasi mendeteksi aktivitas sinovitis dan dapat membedakan
berbagai komplikasiyang mungkin timbul akibat penyakit berbagai derajat aktivitas penyakit pada AR.
atau pengobatannya, seperti robekan tendon, fraktur Sintigrafi cukup sensitif untuk menemukan banyak
rninimal, osteonekrosis, dan kompresi batang otak atau proses penyakit, dan seluruh tubuh dapat diperiksa
sumsum tulang belakang. sekaligus. Tetapi teknik ini tidak spesifik karena sejumlah
Pada saat ini kekurangan utama MRI ialah biayanya proses penyakit dapat menyebabkan akumulasi
yang tinggi dan ketersediaannya yang masih terbatas. radionuklid. Jika terdapat daerah dengan ambilan
frt{Rl memerlukan waktu pemeriksaan yang lebih lama (uptoke) yang meningkat, Sering diperlukan pemeriksaan
dibandingkan dengan sebagian besar modalitas pencitraan tambahan seperti pemeriksaan. radiologik untuk
ilain Pasien harustidak bergerak selama prosedur pemindaian meningkatkan spesivisitas guna mengidentifikasi jenis
lkarena gerakan akan membuat kualitas gambaran yang kelainan. Pada situasi klinis dimana kelainan tulang
dperoleh kurang baik. MRI dikontraindikasikan pada pasien tidak jelas, pemindaian tulang mungkin berguna untuk
dengan alat pacu jantung, implan koklear; dan benda asing menyingkirkan penyakit.
(trlfaokular atau ditempat lain. Sendi yang mengalami proses inflamasi atau
Pada keadaan tertentu, MRI merupakan pilihan pertama degeneratif menunjukkan uptoke yang meningkat
yg cost effecfive dalam menilai sendi lutut dimana diduga dan dapat memetakan luas penyakit dalam 1 kali
hrdapat kerusakan internal, karena artroskopi terbukti tidak pemeriksaan. Secara umum hal ini tidak selalu berguna,
ffiu pada sebagian besar kasus. tetapi mungkin bermanfaat pada keadaan tertentu.
Misalnya pada pasien dengan artritis inflamasi dan
kelainan yang luas pada pemeriksaan radiologik. sintigrafi
SIilTIGRAFI dapat rqembantu menentukan daerah dimana terdapat
inflamasi aktif. Pemindaian tulang merupakan pilihan
Feranan sintigrafi dalam evaluasi berbagai macam yang masuk akal untuk penemuan dini osteonekrosis jika
hlainan sendi masih terbatas. Sintigrafi dengan 99m tidak ada MRl. Pemindaian tulang juga dapat mendeteksi
k4iphosphonofes merupakan cara yang lebih sensitif cedera akibat stres, seperti avulsi tendon, fraktur akibat
unhrk menemukan penyakit sendi inflamatif dibandingkan stres, dan shin splints yang kadang-kadang menyerupai
dengan radiog rafi konvensional. keluhan artritis.
Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk melihat Dalam hal penilaian fraktur minimal tulang dan
@ keterlibatan sendi dan keadaan aktivitas penyakit. nekrosis avaskular tulang terkait penyakit sendi, MRI l"ebih
Sh,ntigrafi setelah pemberian intravena beberapa bahan sensitif dan spesifik dibandingkan dengan bone scon.
360 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
ditambahkan pada artrogram udara-kontras (artrografi beda. Dari nilai konsentrasi materi dan pengaruhnya
CT), memberikan hasilyang sangat baik untuk memelajari terhadap pengurangan CT dibuat sebuah kurva standa[
labrum glenoidalis yang sebanding dengan - atau niungkin dan kemudian densitas tulang pada setiap lokasi yang
lebih baik daripada - MRl. disidik ditentukan dengan merujuk ke kurva standar. Biaya
Artrogram lutut dapat memastikan diagnosis kista pemeriksaannya sedang dan dosis radiasi cukup rendah,
poplitea dan memungkinkan dilakukannya suntikan meskipun tidak serendah DEXA. Keuntungan teknik ini
steroid pada waktu yang sama. Teknik ini merupakan ialah dapat mengevaluasi bagian tengah vertebra karena
pengganti yang tepat untuk mengevaluasi meniskus korteks dan bagian posterior vertebra tidak diukur. Bagian
pada penderita klaustrofobia atau penderita yang ukuran trabekular lebih cepat terpengaruh dibandingkan dengan
badannya menyebabkan pemeriksaan MRI tidak mungkin korteks pada waktu terjadi kehilangan massa tulang.
dilakukan.
Artrografi pergelangan tangan sangat baik untuk
mengevaluasi integritas fibrokartilago trianguler; ligamen ANGIOGRAFI
'antara os skafoid dan os lunatum serta ligamen antara os
lunatum dan os trikuetrum. Dalam keadaan ini, sebagian Angiografi berguna dalam mendiagnosis penyakit
besar klinikus lebih menyukai artrografi daripada MRl. reumatik dimana terdapat komponen vaskular. Pada
Artrografi MRI dilakukan dengan mengembangkan sendi poliarteritis nodosa, adanya aneurisma kecil yang multipel
bahu memakai bahan kontras larutan encer Gadolinium. pada arteri viseral yang berukuran sedang merupakan
Teknik ini telah dipelajari dengan mendalam dan mungkin gambaran yang penting. Pada lupus eritematosus sistemik,
meningkatkan ketepatan diagnosis robekan labrum angiografi mungkin bermanfaat dalam mendiagnosis
glenoidalis dan rotator cuff. keterlibatan susunan saraf pusat.
Artrografi dengan kontras digunakan untuk Biaya angiografi lebih tinggi daripada MRI dan
memastikan lokasi jarum intraartikuler setelah aspirasi merupakan prosedur invasif. Sebaiknya hanya dilakukan
cairan sendi dari sendi yang diduga terinfeksi. Artrografi pada situasi tertentu dim"ana cara lain tidak dapat
rnerupakan satu-satunya cara yang dapat diandalkan memberikan data diagnostik yang diperlukan.
untuk memastikan asal spesimen.
Teknik pencitraan lain yang kadang-kadang dipakai
misalnya :
(Isteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik yang lebih gelap. Pada tulang yang mengalami demineralisasi,
ftandai dengan compromised bone strength sehingga gambarannya akan lebih gelap mendekati gambaran
tdang mudah fraktur. Osteoporosis merupakan keadaan jaringan lunak. Walaupun demikian, dibutuhkan kehilangan
lmrg sering didapatkan karena setelah menopause, massa tulang minimal 3Oo/o agar didapatkan gambaran
tGorang wanita akan kehilangan hormon estrogen di yang jelas pada pemeriksaan radiologik konvensional.
drlam tubuhnya dan proses resorpsi tulang menjadi tidak Karena metode ini tidak sensitil maka dikembangkan
Eftendali dan tidak dapat diimbangi oleh proses formasi metode pengukuran secFra radiologik, yaitu dengan
tulang. Di Amerika, 44 juta penduduknya mengalami cara o bso rpsio metri ro diog rofik (fotode nsito metri) dan
@oporosis atau densitas massa tulang yang rendah. rodiogrometri. Pada teknik absorpsiometri radiografik,
(lsteoporosis merupakan keadaan yang serius karena keabu-abuan gambaran radiografik dikalibrasi dengan
*an mengakibatkan fraktur dan meningkatkan angka menggunakan potongan alu munium atau hidroksiapatit
nprbiditas dan mortalitas. Diagnosis osteoporosis yang berbentuk baji yang diletakkan di permukaan film
tmgat mudah dilakukan, yaitu dengan cara mengukur dan difoto bersama dengan objeknya. Sedangkan teknik
frrsitas massa tulang (Bone Minerot Density, BMD) dan radiogrametri mengukur ketebalan korteks tulang pada
iosteoporosis akan dapat dideteksi lebih dini sebelum film, biasanya diambil tulang-tulang tangan, humerus
lftaktur terjadi. Pengobatan osteoporosis juga tersedia atau radius. Yang tersering diambil adalah pada mid-
hgkap saat ini yang dapat menurunkan risiko fraktur metakarpal ll.
rnpai50%. Single Energy Densitometry. Teknik ini menggunakan
Densitometri tulang merupakan teknik non-invasif
gelombang radiasi yang melalui lengan bawah distal
1rg dapat mengukur kepadatan tulang. Ada bermacam- dan dibandingkan antara radiasi yang dipancarkan
Itrrcam teknik densitometri mulai dari yang sederhana
oleh alat (radiasi insidens) dengan radiasi yang keluar
rnpai yang canggih. Saat ini yang banyak digunakan setelah melalui objek (disebut radiasi tarnsmisi) sehingga
dalah teknik Duol X-ray Absorptiometry (DXA).
didapatkan penipisan radiasi (atenuasi) karena diserap oleh
obyek tersebut. Makin tinggi mineralisasi tulang, makin
besar atenuasinya. Densitas massa tulang diukur dengan
TEXNIK DENSITOMETRI
cara membagi bone content (sesuai dengan atenuasi)
dengan area tulang yang diukur. Walaupun demikian, cara
$cbelum membicarakan DXA secara lebih detil, ada
ini memiliki beberapa kelemahan, misalnya :
lidknya dibicarakan dulu berbagai teknik densitometri
scara garis besar yang meliputi teknik radiografik, single
1. Teknik ini membutuhkan isotop radioaktif sebagai
sumber radiasi yang harganya mahal dan dapat
swgy densitometry, du ol energy densitometry, quantitative
menghasilkan eror pada pengukuran bila sumber
wnp ute d t o m o g ra p hy, d an q u o n t itotive u lt r a so u n d.
tersebut diganti. Karena itu, teknik ini disebut juga
tfodk radiografik. Berkembang sebelum densitometer Sing le P hoto n Ab so rptio m etry (SP A).
hantitatif berkembang seperti saat ini. Teknik ini 2. Teknik ini tidak praktis, karena objek yang akan diukur
mmbandingkan gambaran tulang pada film radiografik harus direndam dalam air dengan tujuan untuk
1mg lebih terang dibandingkan dengan sekitarnya yang menghilangkan absorpsi radiasi pada jaringan lunak
363
364 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DATAM
yang akan mengganggu pengukuran densitas tulang. yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
OIeh sebab itu, teknik ini hanya dapat mengukur densitas Balikpapan, dan Makassar. DXA merupakan baku emas
tulang perifer; seperti lengan bawah distal atau tumit untuk pengukuran BMD yang dapat mengukur tulang-
dan tidak dapat digunakan untuk mengukur densitas tulang sentral (aksial) yang meliputi tulang belakang dan
tulang aksial. femur proksimal; serta tulang-tulang perifer seperti lengan
Dengan berkembangnya teknik radiologik, maka bawah, bahkan dapat mengukur BMD seluruh tubuh
penggunaan isotop sebagai sumber radiasi akhirnya
(total body). Data epidemiologik osteoporosis dengan
diganti dengan sinar-X dan teknik ini disebut Sin gle X-ray menggunakan DXA juga sudah banyak dipublikasikan
Absorptiometry (SXA). dan secara in vitro diketahui berkorelasi baik dengan
kekuatan tulang. Tujuan pengukuran BMD adalah untuk
Dual Energy Absorptiometry. Menggunakan 2 energi mendiagnosis osteoporosis, memprediksi risiko fraktur
radiasi sehingga pengaruh jaringan lunak dapat dieliminir. dan memonitor terapi.
Semula sumber energi yang digunakan adalah isotop Pada pengukuran BMD dengan DXA, akan didapatkan
sehingga teknik ini disebut Dua Photon Absorptiometry nilai BMD areal (dalam satuan gr/cm2), T-score dan Z-score.
(DPA), kemudian sumber energinya diubah menjadi sinar-X T-score adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan
dan teknik ini disebut Duol X-roy Absorptiometry (DXA). rerata BMD orang muda normal dan dinyatakan dalam
Teknik DXA inilah yang saat ini banyak digunakan, karena skor simbang baku; sedang Z-score membandingkan nilai
dapat mengukur densitas tulang di daerah lumbal, femur BMD pasien dengan rerata BMD orang seusia pasien, juga
proksimal, lengan bawah, dan bahkan seluruh tubuh (fofal dinyatakan dalam skor simpang baku.
body). D engan perkem ba ngan teknolog i, d i gu nakan tekni k Pada pengukuran BMD spinal (tulang belakang).
fan beom geometry yang dapat meningkatkan waktu maka semua L1 -14 harus diukur rerata BMDnya, kecuali
sconning. bila terdapat perubahan struktur atau artefak pada ruas
ntitative Com p uted To m og ro p hy (QCT), m e ru pa ka n vertebra yang bersangkutan. Dalam hal ini, gunakan 3
Qu a
satu-satunya teknik non-invasif yang dapat mengukur ruas vertebra bila 4 ruas tidak nlungkin, atau 2 ruas bila 3
densitas tulang secara 3 dimensi. Hasil dari teknik QCT ruas tidak mungkin, tetapi tidak dapat diukur bila hanya
adalah densitas volumetrik (dalam gram/cm3). QCT digunakan 1 ruas vertebra. Selain itu, pengukuran spind
sangat baik digunakan untuk mengukur densitas tulang lateraljuga tidak dapat digunakan untuk diagnosis, kecuafi
belakang dan sementara ini belum dapat digunakan untuk pemantauan, karena memiliki presisi yang lebih
untuk mengukur area yang lain. Walaupun demikian, QCT buruk dibandingkan dengan BMD spinal PA, tetapi memiliki
membutuhkan radiasi yang besar dibandingkan dengan respons yang baik terhadap pengobatan. Pada penyakit
DXA, karena DXA hanya membutuhkan radiasi 1-5 mSV degeneratif (osteoartritis) lumbal.atau adanya fraktur pada
sedangkan QCT membutuhkan radiasi sampai 60 mSv. ruas-ruas tulang lumbal, akan menyebabkan BMDnya
lebih tinggi, sehingga dalam hal ini ruas-ruas lumbal yang
Qu a ntitotive U ltro sound (QU S). Den ga n me n g g u na kan mengalami penyakit degeneratif atau mengalami fraktrr
teknik ultrasonografik, dapat diukur densitas tulang, tetapi tidak dapat ikut dinilai untuk mendiagnosis osteoporosb.
terbatas pada tulang-tulang perife; misalnya tumit, jari Beberapa artefak lain yang juga dapat mengganggu
atau lengan bawah. Walaupun demikian, sampai saat penilaian BMD spinal adalah kalsifikasi aorta, laminekton{,
ini tidak jelas, struktur tulang yang mana yang diukur fusi spinal, kontras gastrointestinal, tablet kalsium, batr
dengan teknik ini, mungkin ukuran trabekula atau ukuran ginjal atau kandung empedu, kalsifikasi pankreas, alat-
kristal atau struktur lainnya. Walaupun teknik ini sangat alat metal yang diimplan ke dalam tubuh, kancing ba!1
menjanjikan karena ukurannya yang kecil, waklu scanning dompet, perhiasan, dan lain sebagainya.
yang relatif cepat dan tidak ada radiasi, tetapi presisinya Pada BMD panggul, dapat dipilih apakah akan diular
buruk dan akurasinya juga diragukan bila dibandingkan sisi kiri atau kanan, karena tidak ada perbedaan Blr,fil
dengan teknik sinar-X, sehingga sementara ini hanya yang bermakna. Dari ROI ini yang dapat digunakan untt
digunakan untuk penapisan massal dan belum digunakan diagnosis adalah BMD yang terendah dari femorot ng,
untuk patokan terapi. totol proximol femur, atau trokanter. Ward's area lid*.
boleh digunakan untuk diagnosis osteoporosis karenr
akan didapatkan hasil positif palsu, karena area Wari
DXA pada hasil DXA hanya menunjukan area kecil di
femur yang terendah BMDnya dan tidak sesuai
DXA merupakan teknik BMD yang banyak dipakai secara
area Ward secara anatomis. Selain itu, BMD pada
luas. Di Amerika sendiri saat ini terdapat sekitar 10.000 oreo memiliki presisi dan akurasi yang buruk dan
alat DXA. Di lndonesia terdapat sekitar 15 alat DXA termasuk dalam kriteria WHO. Pengukuran rata-rata
DEM ERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG 365
digunakan untuk memantau hasil terapi, kecuali untuk fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
menilai risiko fraktur. berumur 50 tahun dengan T-score yang sama. Data risiko
ROI lain yang dapat dinilai pada pemeriksaan BMD fraktur pada orang berusia lanjut ternyata hampir sama
adalah total body. BMD fofol body sangat baik untuk pada semua lokasi tulang walaupun lokasi yang diukur
menilai tulang kortikal, karena 80% rangka manusia terdiri dan mesin yang digunakan berbeda. Oleh sebab itu,
atas tulang kortikal. Kadang-kadang BMD totol body juga hasil BMD yang rendah pada satu lokasi tulang sudah
digunakan untuk menilai komposisi tubuh, misalnya lean menunjukkan penurunan BMD pada tulang-tulang yang
body mass, persentase lemaktubuh. Dalam hal yang terakhir lain. Kekecualian hanyalah pada prediksi risiko fraktur
ini diperlukan piranti lunak yang khusus dan standardisasi panggul, karena yang nilai prediksinya paling tinggi hanya
tersendiri yang biasanya sudah disediakan oleh pabrik yang BMD pada femoral neck.
memproduksi mesin BMD yang bersangkutan. BMD totol Saat ini diketahui bahwa faklor kekuotan tulang
body juga menjadi pilihan ROI untuk menilai densitas tulang memegang peran yang sangat penting sebagai faktor
anak-anak di bawah umur 20 tahun, selain BMD lumbal. risiko fraktur akibat osteoporosis. Ada 2 variabel yang
' Nilai T-score -2,5 atau kurang, tidak selalu menunjukkan harus diperhitungkan yang menentukan kekuatan tulang,
osteoporosis, karena pada osteomalasia juga akan yaitu kuontitas tulang dan kuolitas tulong. Kuantitas tulang
memberikan hasil f-score yang rendah. Selain itu, meliputi ukurqn tulong dan densitas tulong, sedangkan
diagnosis osteoporosis juga dapat ditegakkan walaupun kualitas tulang meliputi bone turnover, arsitektur tulang,
T-score lebih besar dari -2,5, misalnya bila didapatkan akumulosi kerusakon tulong, derojot minerolisasi dan
fraktur vertebra atraumatik. Pada pengguna glukokortikoid kuolitos kolagen pada jaringan tulang tersebut.
jangka panjang (>6 minggu) atau dosis tinggi (dosis
prednison >7,5 mg/hari), maka terapi dapat dimulai bila
nilai l-score -1,5 atau lebih rendah. Selain itu nilai f-score DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS PADA PEREM PUAII
yang rendah juga tidak berhubungan dengan penyebab PRA.MENOPAUSAL, LAK!-IAKI, DAN ANAK-
osteoporosis, sehingga harus dilakukan evaluasi terhadap ANAK
kemungkinan adanya faktor risiko osteoporosis yang
mungkin membutu hkan penatalaksanaan tersendi ri. Setio p Kriteria klasifikasi diagnosis osteoporosis tidak dapd
pasien osteoporosis ho rus d io nggap mende rito osteoporosis digunakan untuk kelompok perempuan pramenopausC
sekunder sompoi dapat disingkirkon semuo kemungkinan sehat (umur 20 tahun sampai usia menopause), laki-lali,
penyebob osteoporosis yong diderita pasien, apologi bilo dan anak-anak.
didapatkon Z-score -2 otou lebih rendoh. Pada perempuan pra-menopausal, tidak ada daE
Mengapa untuk diagnosis osteoporosis digunakan hubungan BMD dengan risiko fraktur sebagaimaru
T-score dan bukan Z-score? didapat pada perempuan pasca menopause. Oleh seb$
Nilai f-score berhubungan dengan kekuatan tulang itu, adanya fraktur pada perempuan pramenopausd
dan risiko fraktur. Bila digunakan nilai Z-score untuk yang disertai BMD yang rendah sudah €ukup untr*
diagnosis osteoporosis maka akan didapatkan banyak mendiagnosis osteoporosis. Dalam hal ini, nilai Z,-sm
hasil negatif palsu walaupun terdapat fraktur fragilitas lebih memiliki nilai diagnostik daripada T-score. Selain'ru1
dan osteoporosis tidak akan makin meningkat dengan osteoporosis pada perempuan premenopausal juga dap{
bertambahnya umur. didiagnosis bila didapatkan BMD yang rendah dengn,
penyebab osteoporosis sekunder, misalnya penggun
steroid jangka panjang, pengguna anti konvulsail-
PREDIKSI RISIKO FRAKTUR hipogonadisme, hiperparatiroidisme, dan sebagainya-
Pada laki-laki yang berumur 65 tahun atau lebih atru
Sampai saat ini masih diperdebatkan, apakah BMD yang laki-laki yang berumur 50-64 tahun dengan faktor
rendah merupakan prediktor fraktur fragilitas yang osteoporosis, maka nilai f-score dapat digunakan
penting. Beberapa faktor risiko frakturyang lain yangjuga mendiagnosis osteoporosis dan osteoporosis
harus diperhatikan adalah tinggi badan >5 ft 7 in, berat bila didapatkan nilai T-score -2,5 atau lebih
badan <127 lb, merokok dan riwayat maternal dengan Pada laki-laki yang berumur 20-50 tahun atau
fraktur panggul. Setiap penurunan BMD 1 SD identik yang berumur 50-64 tahun tetapi tidak memiliki
dengan peningkatan risiko fraktur relatif sebesar 1,9-3,0. risiko osteoporosis, maka tidak dapat digunakan I.
Tetapi hal ini juga ditentukan oleh umur pasien, karena untuk mendiagnosis osteoporosis. Dalam hal ini,
ternyata umur di atas 60 tahun merupakan faktor risiko halnya dengan diagnosis osteoporosis pada
fraktur tersendirl yang tidak tergantung pada BMD. Pasien pramenopausal, dimana nilai Z-score lebih
berumur 80 tahun dengan T-score -1,9 akan memiliki risiko dengan risiko fraktur daripada nilai T-score.
EEM ERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG 367
:.Tikian, nilai-nilai ini masih memerlukan standardisasi risiko kehilangan massa tulang yang bermakna atau
::rh lanjut. Diagnosis osteoporosis pada laki-laki yang terdapat indikasi untuk terapi osteoporosis. Selain itu,
::'umur <50 tahun tidak dapat hanya didasarkan pada BMD serial juga dapat menilai respons terhadap terapi
- a; BMD. Bila didapatkan risiko osteoporosis sekunder osteoporosis. Dalam hal ini, pada pasien-pasien yang tidak
:::a laki-laki pada setiap umur, maka diagnosis memberikan respons yang baik terhadap pengobatan,
:::eoporosis dapat ditegakkan secara klinis. dapat dilakukan re-evaluasi terhadap terapi yang diberikan
Pada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan atau evaluasi terhadap kemungkinan adanya penyebab
=rg berumur <20 tahun, nilai f-score tidak dapat osteoporosis sekunder ya ng harus diterapi seca ra terpisah.
: :unakan untuk diagnosis osteoporosis, sebagai gantinya lnterval BMD serial tergantung pada keadaan klinik pasien.
: :.lnakan nilai Z-score. Selain itu, diagnosis osteoporosis Pada pasien yang baru mendapatkan terapi atau baru
:::a anak-anak tidak boleh hanya didasarkan pada nilai diubah terapinya, maka BMD ulangan dapat dilakukan
I'.'). Terminologi BMD rendah pada anak-anak ditetapkan setiap tahun dan bila hasilnya sudah menetap, maka dapat
: Z-score <-2,0. Selain itu ROI yang dianjurkan pada
a nilai dilakukan BMD serial tiap 2 tahun. Pada pasien-pasien
. -:k-anak adalah lumbal dantotal body. Penggunaan nilai dengan risiko kehilangan massa tulang yang besar; seperti
:'.') untuk prediksi fraktur pada anak-anak sampai saat pada pengguna steroid, maka BMD serial dapat dilakukan
- rrasih belum ditentukan. lebih cepat, misalnya setiap 6 bulan.
Untuk melakukan BMD serial, setiap Pusat BMD harus
menentukan Leost Significant Chonge (LSC). Selain itu,
tsMD SERIAL setiap pergantian sistem DXA atau perubahan operator
BMD, juga harus dihitung presisinya. Bila perubahan
i','-r- serial dilakukan untuk menentukan bilamana terapi BMD serial sama atau lebih dari LSC yang telah dihitung,
::::cporosis dapat dimulai pada pasien-pasien dengan maka perubahan tersebut dianggap bermakna. Pada BMD
ii
c
ii
tr
m
T,
IJ
,*
ns
tlu
Err
ile
rTri&
Gambar 1. Macam-macam alat densitometri
Ollri.
ad,
368 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
serial, yang dibandingkan adalah nilai BMD areal, bukan BMD yang meliputi ROl, BMD areal dalam gr/cmz,T-score,
nilai T-score. Selain itu, BMD yang dilakukan dengan alat Z-score, kriteria diagnostik WHO, risiko fraktur; anjuran
yang berbeda tidak dapat dibandingkan, karena mungkin evaluasi medik untuk mencari kemungkinan penyebab
berbeda sumber energinya, berbeda kalibrasinya, berbeda osteoporosis sekunder, anjuran untuk BMD ulangan
detektornya, dan berbeda ROlnya. berikutnya.
Pada pelaporan BMD glangan (serial) harus
dicantumkan ROI yang sebelumnya dan berikutnya yang
PELAPORAN BMD dibandingkan, nilai LSC di Pusat BMD tersebut, pelaporan
adanya perubahan yang bermakna atau tidak, baik dalam
Pelaporan hasil pemeriksaan BMD awal dan BMD ulangan g/cm2 maupun dalamTo, dan anjuran untuk pemeriksaan
berbeda dan harus diperhatikan baik oleh operato; analis BMD berikutnya.
yang mengevaluasi hasil BMD maupun dokter yang Selain itu, pada pelaporan BMDjuga dapat dicantumkan
membaca hasil BMD tersebut. rekomendasi untuk menyingkirkan kemungkinan etiologi
' Pelaporan BMD awal harus meliputi data demografik osteoporosis seku nder; evaluasi laboratorium, identifikasi
(umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan, berat badan), faktor risiko fraktur dan kehilangan massa tulang yang
dokter yang meminta pemeriksaan BMD dokter yang cepat, evaluasi radiologik, tindakan pencegahan umum
membaca hasil pemeriksaan BMD indikasi pemeriksaan, dan anjuran terapi.
status menopause pasien, alat BMD yang digunakan, hasil
Refuroxm: Lt-L;t
srs*&ffi Y* T-$core
1.SS *
1"e* l
1"1 t!
*!
a*r -2.
{*, -&
i
&.stt F*t
,& g* tffi'
z,* S *lS st* Gs &
*ffi&rffis}
:r ?'f
#-
qFEt'I
ufrrt** arFx**t.
(x} *€ffi
*.*r t.*1
"-tH*
Er &&*! s *3J & *3S
Ll &6t9 *.? -96 61 -3.{
*.3 &Sffi 5l -15 6i -3.6
L4 &S* 6f, -34 6S -3.8
r*-!-8 em* * "[,6 @ ,' 'Lr
ri+"3 *ffi s! -&s *r "*.*
Lr{4 *.6* 60 -t.7 @ +7
134.3 &SSE € -}'6 63 -3"6
r!-L* *,fie* $ _&6 S* *q7
6r -46 6r -L7
l**Fer{ErffitEBffiy
R&rsxa: lht
Fin0 {$ffi YAT*Smra
1T
lffi tf}'r*trfi|
!ryn! _ (|r#l t*I [ri] tFfr**
s&. *.xs fi$ "*0rE
-rs s6 -r"s
ffi EJ43 6' ,1"S ffi .Lg
Trodr 0-ffi6 7E -r-7 F6 "tr.?
ffirt t"st
Iioh, {L79r ffi -r'I 8? -rS
ftdar*rtct: Radfuel'r$
8*iS furnmT YAT*Sficrs
T,
1
s
*I
-2
-B
*4
"s
4
:7
*
w 30 40 $0 $tI 7s ffi s.1*0
age [Yearu]
,
ti& ?sslr.{d[fr fip*lleH
frdEa tn Gk* S}L, Ttnr.c (q*! I"fo,r
*a*$ u0 a.n2 61 -3,8 63 -t5
t nNtt 0.165
f,a&E33qe S,& ?t a-7 v4 .2.4
tlfrlr 339G 0"556
rnfi$D 6.210 :...
ro& 3BS& 0,5It
*il&*T# 0,3S 68 -3"4 m -3.1
{.*rsTffi O"{}5
EetllYffia $syt ::::
Embar 4. Densitometri lengan bawah
370 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM
REFERENSI
Esofogogostroduo-
Pemeriksoon Endoskopi
Soluron Cerno 374
Ekokordiogrofi
Tronsesofogeol (ETE) 380
' Bronkoskopi3S3
Ev ol u ofion of Swo/lowing
(FEES) 39I
Artroskopi3gT
"':Ultrosonogrofi
Endoskopik 402
37t
372 ENDOSKOPI
apakah membuka dan menutup atau tetap terbuka KONTRA!NDIKASI ESOFAGOGASTRO DUO-
(pyloric gopping). Setelah itu skup diarahkan menuju DENOSKOPI
duodenum, bulbus, post bulber dan duodenum pors
desendens. Kemudian skup ditarik kembali menuju gaster Kontraindikasi tindakan EGD antara lain infark miokard
dan dilakukan posisi U turn yaitu ujung skup diputar akut, serangan asma bronkial akut, gagaljantung kongestif
180 derajat. Posisi retrofleksi ini bertujuan untuk melihat berat serta keadaan hemodinamik tidak stabil.
fundus dan kardia gaster. Salah satu kelebihan dari Secara umum kontraindikasi pemeriksaan EGD
endoskopi adalah kita bisa melakukan biopsi, dimana transnasal lebih sedikit. Pasien dengan gagal jantung
forsep biopsi akan masuk melalui chonnel biopsi. relatif dapat dilakukan EGD transnasal. Pasien juga
tidak terlalu traumatik saat dilakukan pemeriksaan EGD
tra nsnasa l.
I NDI KASI ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI Esofagogastroduodenoskopi transnasal tidak diindikasi
untuk evaluasi perdarahan saluran cerna atas. Seperti yang
BeLierapa indikasi pemeriksaan EGD yaitu dispepsia (baik telah disebutkan di atas karena diameter yang kecil maka
berupa nyeri ulu hati maupun gejala mual dan muntah), otomatis saluran untuk penghisap (suction)juga kecil
disfagia, refluks esofagus/GERD, evaluasi adanya tumor sehingga tidak dapat digunakan untuk evakuasi darah.
baik yang ditemukan saat pemeriksaan fisik maupun
berdasarkan hasil evaluasi radiologi, evaluasi drug
induced injury, evaluasi benda asing, evaluasi ulkus
Dispepsla :atzu r-efluk'ebofagus yarig t'rdiildrespons dengan
peptikum serta evaluasi hematemesis melena. (lihat
Obat, ::,r, ..,:::.a1., .: ,i :. :..,1;.' ::.:: ::::r:':: :':: ,:'
tabel l)a Mual dan muntah yang persisten.
Selain untuk pemeriksaan diagnostik, EGD Disfagia dan odinofagia.
juga dapat digunakan untuk tindakan terapeutik; Hematemesis atau melena.
antara lain ligasi varises esofagus, sklerosing varises Cep;t (enya ng, ata!, qnorelsla dengaq, pgn*r.q,na:I
.berat
esofagus/fundus/kardia. Dengan EGD kita juga dapat badan.
melakukan penyuntikan adrenalin, kliping, koagulasi Nyeri dada tanpa kelainanjantung.
Defisiaiisi, heii engan'fi asil trif6nsf kOpi :ntirinb l.'r
baik dengan heot probe maupun dengan argon plasma, "
Riwayat Menelan zat kaustik.
esofagogastroduodenoskopi juga dapat digunakan untuk
Curiga malabsorbsi (untuk biopsi usus halus).
melakukan tindakan bedah minimal seperti polipektomi, Gagal terjadinya penurunan berat badan atau kenaikan berat
endoscopic mucosol resection (EMR) dan ju ga endoscopic badan kembali setelah operasi obesitas.
submucosql disection (ESD). Selain itu EGD juga dapat Evaluasi abnormalitas dari pemeriftsaan barium meoL
digunakan untuk melakukan dilatasi esofagus (baik Lesi berbentuk massa.
dengan balon maupun dengan businasi), dilatasi stenosis Fold atau lekukan yang abnormal.
pilorus dan juga pemasangan stent baik pada esofagus Ulkus besar pada esofagus dan gaster.
maupun duodenum. Deformitas atau jaringan parut pada
Berbeda dengan pemeriksaan EGD transoral, EGD
transnasal mempunyai indikasi yang lebih terbatas. Hal
ini disebabkan karena skup yang digunakan lebih kecil
sehingga terdapat keterbatasan untuk melakukan evakuasi
darah atau sisa makanan.
Beberapa indikasi pemeriksaan endoskopi transnasal
yaitu dispepsia (baik berupa nyeri ulu hati maupun
gejala mual dan muntah), disfagia, refluks esofagus/
:j' *
GERD, evaluasi adanyatumor baik yang ditemukan saat
pemeriksaan fisik maupun berdasarkan hasil evaluasi
radiologi.
.,.,'*3
Selain untuk pemeriksaan diagnostik, endoskopi
,:,,,td
transnasal ini dapat digunakan untuk pemasangan noso
gostric fube (NGT) melalui endoskopi dengan diameter
Ii
,,, {
skup yang lebih kecil. Adanya stenosis atau penyempitan '{
rI
Jika dipaksakan tentu akan terjadi penyumbatan. Efek samping yang dapat terjadi melalui pemeriksaan
Adanya masalah pada rongga hidung seperti polip transnasal ini adalah timbulnya epistaksis walaupun efek
yang besar atau mukosa hidung yang rapuh dan mudah samping yang terjadi ini ringan. Dengan mengistirahatkan
berdarah merupakan hal yang tidak memungkinkan pasien maka epistaksis dapat berhenti spontan.
untuk dilakukan tindakan endoskopi melalui transnasal
ini. Kegagalan yang sering terjadi dalam melakukan
pemeriksaan endoskopi transnasal ini antara lain kesulitan PENUTUP
saat skup ini melalui rongga hidung karena adanya
perubahan anatomi dari rongga hidung tersebut. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas
(esofagogastroduodenoskopi/EGD) merupakan
pemeriksaan utama untuk mengevaluasi adanya kelainan
PENGALAMAN TEKN I K TRANSNASAL pada mukosa saluran cerna atas. Selain untuk tujuan
diagnostik, EGD dapat digunakan juga untuk terapeutik
Saat ini alat EGD sudah tersedia di beberapa RS di Jakarta. dan tindak lanjut pengobatan.
Sampai saat ini sudah puluhan kasus saluran cerna atas
kami evaluasi dengan pemeriksaan transnasal.
Dibandingkan dengan EGD transoral, pemeriksaan REFERENSI
EGD transnasal ini tetap dapat mengevaluasi mukosa
dan struktur saluran cerna atas, serta mengidentifikasi 1. Thompson AM, Wright DJ, Murray W, Ritchie GL, Burton
HD, Stonebridge PA: Analysis of 153 deaths a{ter upper
nrises esofagus, erosi, hiperemis dan ulkus peptikum gastrointestinal endoscopy: room for improvement? Surg
dengan jelas. Endosc.2004;18;22:5
Kelebihan EGD transoral dibandingkan dengan 2. Shaker R. Unsedated transnasal pharhyng-
ooesophagogastroduodenoscopy (T-EGD): technique.
EGD transnasal, pasien biasanya merasa lebih nyaman
Gastrintest End osc. 1994;40:346-8.
selama dilakukanya pemeriksaan. Bahkan karena skup Tytgat G]. Upper Gastrbintestinal Endoscopy. In: Yamada
ini melalui lubang hidung, pasien dapat berbicara dan T, Alpers DH, Kaplowitz N, et a1., eds. Textbook of
berkomunikasi dengan pemeriksa selama tindakan Gastroenterology. 4th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams and Wilkins; 2003
dilakukan. Hal ini tidak mungkin dilakukan jika kita 4. Morrissey JF, Reichelder{en M. Gastrointestinal endoscopy.
rnenggunakan EGD transoral. Selama tindakan pasien juga N Engl I Med. 199L;3'25:1'143.
fidak memerlukan sedasi sehingga efek samping yang 5. Al-Karawi MA,SanaiFM, Al-Madani A, KfoqyH, Yasawy M,
Sandokji A. Comparison of peroral versus ultrathin transnasal
lisa timbul akibat penggunaan sedasi tidak terjadi karena errdoscopy in the diagnosis of upper gastrointestinal pathology.
selama pemeriksaan endoskopi transnasal ini pasien tetap Annals S Medic ne 2W PQ:32A3O.
dalam keadaan sadar. MurataA, AkahoshiK StimidaY, Yamamoto H. Nakamura K
Nawata H. Prospective randomized trial of transnasal versus
Penelitian yang dilakukan oleh Murata dkk, melibatkan
'!24 pasien dimana 64 pasien dilakukan EGD transoral dan peroral endoscopy using an ultrathin-videoendoscope in
unsedated patients. I Gairoenterol FIep'atol. 2007;24:482-5..
50 pasien sisanya dilakukan EGD transnasal membuktikan 7. Campo & Monsterrat A" Brullet E. Transrrasal gastroscoPy
bahwa pasien yang menjalani teknik transnasal merasa compared to converrtional gastroscopy: a randomi2ed study of
feasibfity, safety and tolerance. Endoscopy . 1998;N:44&52.
hbih nyaman dibandingkan dengan teknik transoral. 6
Kelebihan lain EGD transnasal selain kenyamanan bagi
gasien, risiko tersedak dan kerusakan alat akibat tergigit
irga dapat dihindari. T
Biopsi merupakan hal penting yang perlu dilakukan
selama tindakan EGD jika memang ada indikasi. Tindakan
ttiopsi terutama ditujukan untuk mengambil sampel
t*rpsi untuk pemeriksaan kuman H.pylori. Sampai sejauh
iri sampel yang diambil melalui saluran (chonnel) biopsi
fiaskup EGD transnasal cukup adekuat untuk dinilai oleh
*dipatologi. Halinijuga dibuktikan oleh penelitian yang
dlakukan oleh Al Karawi dkk, yang membandingkan hasil
hiopsi pasien yang dilakukan melalui transnasal dengan
mlalui oral. Ternyata pemeriksaan dengan EGD transnasal
dapat dilakukan secara sukses baik untuk pemeriksaan
fiagnostik maupun untuk pengambilan sampel untuk
ryaluasi histopatologi.
46
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
SALURAN CERNA
Marcellus Simadibrata K
PENDAHULUAN DEFINISI
Pemeriksaan endoskopi pada awalnya merupakan Endoskop yaitu suatu alat yang digunakan untuk
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis memeriksa organ di dalam tubuh manusia visual dengat
kelainan-kelainan organ di dalam tubuh. Bidang ilmu cara mengintip melalui alat tersebut (rigid/fiber-scopQ
gastroenterologi dan hepatologi berkembang sangat atau langsung melihat pada layar monitor (skop Evis).
pesat dengan ditemukannya alat endoskopi, terlebih sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapil
dengan ditemukannya alat endoskop lentur (flexible dilihat dengan jelas.
endoscope/fiberscope) dan video endoscope (skop Evis). Pemeriksaan endokopi adalah pemeri ksaa n penu njarg
Dengan ditemukannya skop lentur pandang samping yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosir
(side view) dapat dilakukan pemeriksaan endoscopic kelainan-kelainan organ di dalam tubuh antara lain salun
retrogrode cholongioponcreotography (ERCP) untuk cerna, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdome4
mendiagnosis kelainan bilier, dan pankreas. Untuk
mendiagnosis kelainan hati, peritoneum, dan rongga Esofagoskopi yaitu pemeriksaan endoskogi
abdomen dikembangkan pemeriksaan peritoneoskopi. untuk mendiagnosis kelainan di esofagus.
Perkembangan mutakhir terbaru, untuk memeriksa yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendi
kelainan di usus halus telah ditemukan dan dikembangkan kelainan di gaster/lambung. Duodenoskopi
pemeriksan endoskopi yang tidak menggunakan selang pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis
endoskop tetapi dengan kapsul, sehingga disebut di duodenum. Enteroskopi yaitu pemeriksaan e
endoskopi kapsul. untuk mendiagnosis kelainan di usus halus.
Dengan pemeriksaan endoskopi ini kelainan-kelainan yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendi
di saluran antara lain esofagus, gaster, duodenum, kelainan di kolon/usus besar. Endoskopi kapsul
jejunum, ileum, kolon, saluran bilier, pankreas, dan pemeriksaan endoskopi menggunakan en
hati dapat dideteksi lebih mudah dan tepat. Dalam berbentuk kapsul untuk mendiagnosis kelainan di
perkembangannya, selain digunakan untuk diagnostik, halus.
alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik t
antara lain skleroterapi/ ligasi varises, hemostatik
perendoskopik pada perdarahan akut, terapi laser, JENIS ENDOSKOPI
polipektomi perendoskopik pada perdarahan akut,
skleroterapi atau ligasi hemoroid, sfingterotomi papila . Endoskopi kaku ( rigid scope)
vateri, ekstraksi batu bilier perendoskopik waktu ERCp, . Endoskopi lentur (fiber cope)
pemasangan stenf bilier/pankreas waktu ERCB dilatasi . Video endoscope (Evis scope)
stenosis saluran cerna dan lain sebagainya. . Endoskop kapsul (capsule endoscope)
374
HERIKSAAN ENDOSKOPI SATURAN CERNA 375
SEJARAH ILMU ENDOSKOPI SALURAN CERNA diagnostik dan terapeutik dilaporkan pertama kali oleh
Lesmana L dkk. Terapi Laser parendoskopi dikembangkan
Seiarah di Luar Negeri pertama kali oleh Daldiyono H. Ligasi varises esofagus
. Periode l, yaitu periode endoskop kaku atau straight dilaporkan oleh Hermono H dan dan Rani AA. Ligasi
rigid tubes, antara tahun 1795-1932. ganda varises esofagus dilaporkan oleh Hermono H
. Periode ll, yaitu periode setengah lentur atau dan Simadibrata M. Tindakan Percutoneus Endoscopic
semiflexible tube endoscopy, anlara tahun 1932- Gastrostomy (PEG) dilakukan oleh Hermono H dan
'1958. Chudahman Manan.
. Periode lll , yaitu periode endoskop lentur atau flexible Pemeriksaan usus halus proksimal dan ileum terminal
endoscope, yang diawali pada tahun 1958. Sejak itu dengan kolonoskop pediatrik yang dimodifikasi dan
perkembangan endoskopi maupun gastroenterologi kolonoskopi panjang dikembangkan Simadibrata M sejak
terasa sekali sangat pesat. tahun 1997.
Sejak ditemukannya endoskop serat optik, diproduksi Sesudah itu pemeriksaan enteroskopi (push
enteroskop serat optik yang panjang yang dapat enteroscopy) untuk pemeriksaan usus halus secara lengkap
llga
rnemeriksa kelainan-kelainan di usus halus. Beberapa mulai dilakukan dan dikembangkan Bambang Handana
senter di Jepang mengawali pemeriksaan push enteroscopy dkk di Jakarta
nnenggunakan enteroskop tersebut untuk memeriksa usus Endoskopi kapsul mulai diperkenalkan dan dilakukan
halug yang lalu diikuti oleh beberapa negara maju lainnya. di Jakarta lndonesia sejak tahun 2004, yang digunakan
Setelah era video endoskopi, enteroskopi diproduksi untuk memeriksa kelainan-kelainan di usus halus.
ssuai sistem video endoskopi. Akhir-akhir ini di Jepang
dibuat lagi enteroskop memakai balon yang disebut l
fuuble bolloon enteroscope untuk memeriksa kelainan JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SATURAN'
usrs halus. CERNA BAGIAN ATAS
Sejak tahun 2000 ditemukan dan dikembangkan
pemeriksaan endoskopi kapsul tanpa selang dan tanpa Diagnostik
kabel, menggunakan kapsui endoskop yang digunakan . Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsi.
nrrtuk memeriksa kelainan usus halus. . Jejunoskopi dan biopsi
. Enteroskopi dan biopsi
teiarah di Dalam Negeri . Endoskopi kapsul
gerkembangan endoskop di lndonesia hampir mirip
dengan perkembangan di luar negeri, yaitu juga diawali Terapeutik
dengan endoskop kaku. . skleroterapi dan ligasi varises esofagus
Endoskop kaku yang pernah dipakai yaitu . skleroterapi histroakril varises limbung
rektosigmoidoskop yang semula banyak dipakai di bidang . hemostatik endoskopik perdarallan non varises.:
bedah. Pang pada tahun 1958 memelopori penggunaan adrenalin + etoksisklerol, berryplost, koagulasi elektrik
@raskop kaku di lndonesia. Endoskop setengah lentur bipolor probe, endosclips dan lain-lain.
pertama kali pada tahun 1967 digunakan di lndonesia oleh . polipektomi polipesofagus-gaster-duodenum
Srmadibrata. Selanjutnya dilaporkan hasil pemeriksaan . endoscopic mucosol resection (EMR)
gastroskop lentur (Olympus GTFA) oleh Supandiman d . terapi laser untuk tumor, perdarahan dan lain-lain.
Bandung (tahun 1971). Sejak itu makin banyak laporan . dilatasi esofagus: dengan busi Hursf atau Sovory-
hasil pemakaian endoskop lentur di lndonesia, apalagi Guillard
setelah didirikan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal . pemasangan stent esofagus
flndonesia (PEGI) pada tahun 1974 yang diketuai oleh . pemasangan percutaneus endoscopic gostrostomy
Fang. (PEG)
Kolonoskopi lentur digunakan pertama kali sejak . pe?nasangan selang makanan/NGT-flocore per-
Oktober 1973 oleh Hilmy dkk. Tindakan polipektomi endoskopik
endoskopk juga dilaporkan Hilmy dkk tahun 1978.
Skleroterapi endoskopik juga sudah dikembangkan di
lndonesia dilaporkan pertama kali oleh Hilmy dkk (1984). JEN!S PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Femasangan prostesis esofagus pertama kali dilaporkan CERNA BAGIAN BAWAH
Smadibrata R. Tindakan dilatasi esofagus dengan Savary
dilaporkan oleh Rani AA dan Chudahman Manan dkk. Diagnostik
Endoscop ic Retrog ra d e Ch olo n g io Pa n ue atog ra phy (E RCP) . Enteroskopi dan biopsi
376 ENDOSKOPI
La paraskopi/peritoneoskopi :
- Yang berhubungan dengan pneumoperitoneum Jenis Penyakit Persentase (%)
(emfisema subkutan-mediastinum, perdarahan Pecah varises esofagus 27,2
tempat sayatan, pneumotoraks, renjatan, henti Kombinasi kelainan-kelainan 22,1
jantung, tertusuknya organ dalam abdomen, Gastritis erosif 19,0
Gastropati hipertensi portal 11,7
emboli udara, nyeri abdomen dan bahu, hernia
Ulkus duodenum 5,7
diafragmatika atau dinding abdomen).
Ulkus oaster 5,5
- Yang berhubungan dengan laparaskopi (nyeri Pecah varises lambung 1,8
waktu menggerakkan trokar, nyeri waktu skup Karsinoma duodenum - 1,1
mengenai peritoneum parietal, perdarahan organ Karsinoma gaster 0,9
atau tumor yang terkena skup, perforasi usus, Esofagitis erosive 0,7
emboli udara, merembesnya cairan asites dari Ulkus esofagus Q,4
TEFERENSI
Cara Kerja
Pasien dibaringkan dengan posisi miring ke kiri,
atas badan agak tinggi, tanpa bantal dan leher
dengan pengganjal. Gigi palsu dilepas dahulu.
disemprot dengan Xylocoin sproybeberapa kali. Bila
agak takut dapat disuntikkan midazolam (Dormir
0.07 - 0.1 mglkgBB iv. Hati-hati pada pasien usia
Gambar 1 Gambar alat probe transduser karena dapat terjadi depresi napas.
SOXARDIOG RAFITRANSESO FA6US 381
Pasien diminta menggigit Mouth piece disuruh gigit. . Foromen ovale persistent
Badan pasien bagian distal agak melengkung ke dalam . Mitrol volve prolops (MYP)
dan kepala agak menekuk sehingga dapat melihat kakinya . Gambaran vegetasi pada katuP.
sendiri. . Fungsi protese katuP
Probe dialur sehingga ujungnya agak fleksi (melekuk . Kelainan katup mitral, aorta, trikuspid
ke dalam) sesuai dengan bentuk faring dan ditahan. . Penonjolan foramen ovale pada strok non hemoragik
Gerakan menyamping probe supaya dikunci. . Kelainan pada aorta torakalis, misal plak atau
Probe dimasukkan secara perlahan ke dalam aneurisma.
mulut, lidah pasien di dalam dan kalau perlu ditekan. Pada pasien obesitas, emfisema paru dan deformitas
Sesampainya probe di faring, kondisi fleksi probe yang
dada kadang-kadang sulit untuk mendapatkan gambaran
tadi ditahan dengan tangan supaya dilepaskan sehingga strukturjantung dengan TTE biasa, karena itu diperlukan
probe tadi bebas dan menyesuaikan diri dengan bentuk
pemeriksaan dengan ETE ini untuk mendapatkan
keadaan esofagus. Pasien disuruh mengambil napas gambaran yang lebih jelas.
dalam supaya tenang dan disuruh menelan. Sambil pasien
rnenelan, probe didorongkan perlahan dengan lembut
Kontraindikasi:
ke dalam. Bila ada tahanan jangan dipaksakan, tetapi
Kontraindikasi pemeriksaan ETE ini adalah sebagai
cabut sedikit, kemudian arah disesuaikan lagi. Biasanya
berikut:
kalau sudah melewati laring, probe dengan mudah dapat . kelainan esofagus
d[xlorongkan ke distal esofagus. Kemudian dilihat melalui . aritmia berat
rmonitor posisi transduser. . trombo tes yang sangat rendah, takut bahaya
Biasanya setelah melewati 30 cm, transduser sudah perdarahan
herada di belakang jantung. Bila lebih dalam lagi akan . hipertensi maligna.
n'nasuk ke dalam lambung dan akan terlihat ventrikel kanan
dan kiri. Kemudian probe ditarik lagi sampai terlihat semua
ruang jantung.
Dengan memanipulasi tombol pengarah, pemeriksa
dapat mengamati bagian-bagian struktur jantung
lErmasuk LAA (Left Atrial Appendoge).
Setelah selesai pemeriksaan, probe ditarik pelan-pelan
sambil melihat kembali struktur aorta. Kemudian pasien
dfirpuasakan tidak makan dan minum selama 3 jam, karena
&k xylocain spray tadi.
Uikasi:
llndikasi pemeriksaan ETE ini adalah untuk melihat struktur
jantung dengan lebih jelas, yaitu:
. dugaan trombus di LAA misal pada kasus strok non
Gambar 4. Gambaran trombus di LAA, di mana di lokasi
hemoragik ini tidak bisa di deteksi dengan pemeriksaan TTE biasa.
. dugaan trombus di ventrikel. Keadaan patologis ini merupakan penyebab utama strok non
" ASD dan VSD dengan melihat aliran shunt. hemoragik.
382 ENDOSKOPI
Gambar 5. Gambaran septum inter atrial. tampak intak dengan Gambar 8. Tampak vegetasi pada daun katup trikuspid dan
tidak ada defek. septum ventrikel.
REFERENSI
383
384 ENDOSKOPI
yang mencakup bronkoskop ultra-tipis (untuk visualisasi saluran napas dan striktur (misalnya, stenting).
saluran napas neonatus dan saluran napas berukuran kecil), Bronkoskopi kaku sekarang digunakan hanya bila
bronkoskop pediatrik (diameter luar 2,8 mm dan saluran diperlukan peneropongan yang lebih lebar dan saluran
kerja 1,2 mm), bronkoskop dewasa (diameter luar berkisar untuk visualisasi yang lebih baik, serta instrumentasi
antara 4,9 hingga 6,0 mm dan ukuran saluran setidaknya seperti pada:
2,0 mm) dan bronkoskop terapeutik (diameter luar 6,0 mm . lnvestigasi perdarahan paru berat (dimana bronkoskop
dan saluran kerja 2,8 mm). Bronkoskop video membantu kaku dapat mengidentifikasi sumber perdarahan dan,
dalam hal visualisasi lesi dan penyimpanan data.' dengan saluran penghisapnya yang lebih besan bisa
Sebuah bronkoskop serat optik fleksibel digunakan lebih baik dalam mengaspirasi darah dan mencegah
untu k memeriksa bronkus dan percabangan-percabangan sesak napas)
bronkial dan pita suara (kecuali adanya kelumpuhan . Melihat dan mengeluarkan benda asing yang ter-
nervus laringeus berulang) sebelum operasi. Hal ini juga aspirasi pada anak kecil
digunakan untuk diagnosis lesi endobronkial. Teknik . Melihat lesi endobronkial obstruktif (membutuhkan
tarnbahan seperti biopsi endobronkial dapat dilakukan debulking laser. atau penempatan sfent)
untuk memperoleh spesimen dari tumor memperoleh
paru endobronkial atau untuk mengambil sampel epitel
saluran pernapasan yang abnormal. Penyikatan (brushing) EVALUASI PRA.TI N DAKANs
bronkial dapat meningkatkan hasil diagnostik.
Pencucian bronkial dapat digunakan untuk memperoleh Sebelum prosedur, riwayat penyakit pasien yang
sitologi pada kasus-kasus yang dicurigai sebagai suatu menyeluruh dan pemeriksaan fisik yang teliti harus
keganasan dan juga berguna untuk diagnosis infeksi dilakukan. Untuk menentukan indikasi yang tepal
yang dicurigai, terutama TBC dan Pneumonia corinii. dokter harus memperoleh informasi mengenai terapi
Bilasan bronkial dan jumlah sel mungkin berguna untuk sebelumnya dan status kinerja saat ini. Tes laboratorium
mendapatkan diagnosis banding dari penyakit parenkim (misalnya hitung darah lengkapielektrolit, profil koagulasi,
paru-paru (biopsi transbronkial dapat dilakukan untuk elektrokardiogram, radiografik toraks) dianjurkan. Stud
mendiagnosa penyakit parenkim paru-paru). Selain tambahan seperti computed tomogrophy (CI), tes fungi
itu, aspirasi cairan getah bening transbronkial dapat paru, dan penilaian gas darah arteri mungkin diperlukan
dilakukan untuk menentukan stadium kanker paru-paru. tergantung pada sifat prosedur yang akan dilakukan.
Bronkoskopi serat optik fleksibel juga memungkinkan
untuk dilakukannya aspirasi nanah dan sekret serta
pengambilan benda asing. PROSEDUR3
Bronkoskop fleksibel yang tersedia saat ini hampir
semua dilengkapi video berwarna yang kompatibel, dapat Bronkoskopi harus dilakukan hanya oleh pulmonologb
memfasilitasi visualisasi jalan napas dan mendokumen- atau ahli bedah yang terlatih dalam suatu pengatura
tasikan temuan. Dalam kerangka diagnosa dan tatalaksana, (setting) yang terpantau/dapat dimonitor; biasanya padr
bronkoskopi serat optik fleksibel memungkinkan untuk : suatu ruangan yang memang disediakan khusus unt*.
. Visualisasi jalan napas, termasuk bronkus bronkoskopi, ruang operasi, atau ICU (untuk pasien
subsegmental dengan ventilator). Pasien harus puasa per oral selanre
. Pengambilan sampel sekresi pernapasan dan sel minimal 4 jam sebelum bronkoskopi dan memiliki akses
melalui pencucian bronkial, penyikatan, dan bilasan intravena, pemantauan tekanan darah intermitten, pu&a
saluran napas perifer dan alveoli oxyi.metry yang terpasang kontinu, dan pemantauar
. Biopsi struktur endobronkial, parenkim, dan jantung. Bantuan oksigen harus tersedia. Premedikacii
mediastinum dengan 0,01 mg/ kg lM atau lV untuk mengurangi
. Kegunaan terapeutik meliputi penyedotan sekret sekresi dan tonus vagal umum dilakukan, meskifrn
yang sulit untuk dikeluarkan oleh pasien sendiri, praktik ini misih dipertanyakan dalam beberapa stuil
penempatan sfent endobronkial, pelebaran dan terbaru. Benzodiazepin kerja cepat, opioid, atau keduan;nr
pemasangan balon pada stenosis jalan napas. biasanya diberikan kepada pasien sebelum
untuk mengurangi kecemasan, ketidaknyamanan,
Bronkoskopi kaku (rigif,1t,z,s batuk. Faring dan pita suara dibius dengan
Berbagai prosedur terapi yang lebih luas dapat dilakukan atau aerosol (1 atau 2%, maksimum 250 sampai 300
dengan bronkoskopi kaku, namun diperlukan anestesi untuk pasien dengan berat badan 70 kg).
umum. lndikasinya meliputi hemoptisis masil obstruksi ini dilumasi dengan jeli dan melewati lubang
jalan napas, dan terapl lokal untuk tumor yang menyerang atau melalui mulut dengan penggunaan jalan napas
lnoKosr(oPr 387
Diagnosis Komplikasi
3iagnosis harus ditegakkan tanpa menunggu terjadi-
-'1,a sianosis yang mungkin tidak pernah muncul. Pucat,
relisah, bangkit setelah tidur beberapa menit, biasanya
-e{adi pada anak-anak dengan batuk beratyang ditandai
Cengan batuk, suara serak dan kesulitan bernapas. Kasus-
rasus semacam ini tidak boleh lepas dari pengawasan dan
ti amana diperlukan dapat dilakukan trakeostomi. Anak
a,<an menjadi lelah dalam berjuang untuk mendapatkan
,Cara dan akan menyerah dan dapat meninggal dunia. Gambar 2. Perubahan inflamatorik pada bronkltis kronis'a
:enlngkatan laju pernapasan karena "kelaparan" akan
pengumpulan cairan yang tidak dapat dikeluarkan
'rdara,
(zrena gangguan motilitas glotis, sering disalahartikan
sebagai suatu pneumonia. Banyak anak yang hidupnya
: sa diselamatkan oleh trakeostomi telah meninggal dunia
ad,bat diagnosis yang salah tersebut.
POSTERIOR
**\
POSTERIOR
REFERENSI
reviews_S37.htm
Bolliger CT, Mathur PN, Beamis fF, Becker HD, Cavaliere S,
Colt H, Diaz-limenez fP, Dumon fF, Edell E, Kovitz KL, Macha
HN, Mehta AC, Marel IvI, Noppen Iv{, Strausz J, Sutedja TG.
ERS/ATS statement on interventional pulmonology. Eur
Respir J 2002; 19 356-73
British Thoracic Society Bronchoscopy Guidelines Cominittee,
a Subcommittee of the Standards of Care Committee of the
British Thoracic Society. British Thoracic Society guidelines
on diagnostic flexible bronchoscopy. Thorax 2001;56(suppl
l): iL-r21,.
49
FLEXIBLE ENDOSCOPrc EVALUATION OF
SWALLOWING (FEES)
Susyana Tamin
391
392 ENDOSKOPI
(91,7%), residu (81,3%), penetrasi (72,9%), aspirasi (39, mempermudah saat dimasukkan melalui hidung.q
6%) dan73,7o/o diantaranya terjadi silent ospiration. Pasien Survei yang dilakukan oleh Langmore pada tahun
dengan strok iskemik dan strok berulang mempunyai risiko 1995 menemukan hanya 27 kasus dari 6000 prosedur FEES
aspirasi dan silent ospirotion yang lebih tinggi. yang mengalami komplikasi. Adapun komplikasi yang bisa
Disfagia juga merupakan salah satu gejala yang timbul pada pemeriksaan FEES adalah rasa tidak nyaman
ditimbulkan akibat kanker di daerah kepala dan leher. yang biasanya ringan dan sangatjarang ditemukan adanya
Gejala ini tergantung dari ukuran dan lokasi lesi, derajat epistaksis, respons vasovagal, alergi terhadap anestesi
dan perluasan dari tumor yang direseksi, rekonstruksi atau topikal dan laringospasme.r'o
efek samping dari pengobatan. Pasien yang mendapat Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
terapi radiasi mempunyai risiko gangguan menelan. Efek tindakan ialah melakukan insersi endoskop secara hati-
jangka pendek radiasi meliputi xerostomia, perdarahan, hati, membatasi penggunaan obat anestesi pada mukosa
nyeri dan mukositis. Efekjangka panjang meliputi fibrosis, hidung dan menghindari penyemprotan pada laring atau
osteoradionekrosis, trismus, gangguan aliran darah, karies melakukan tindakan tanpa penggunaan anestesi sama
dentis dan gangguan sensasi pengecap.a sekali.rP
Wu8 dalam penelitiannya menggunakan FEES untuk
evaluasi perubahan fungsi menelan pada 31 pasien
Karsinoma Nasofaring (KNF) setelah terapi radiasi. Kelainan !NDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
yang paling banyak ditemukan adalah retensi faring
(93,5%) yang berakibat tingginya insiden aspirasi pasca Pemeriksaan FEES tidak mempunyai kontraindikasi mutlak
menelan (77,4%). Kelainan lain berupa atrofi lidah (54,8o/o), Beberapa keadaan yang dapat dipertimbangkan untuk
paralisis pita suara (29%), inkompeten velofaring (58%), tidak melakukan pemeriksaan FEES ialah adanya gangguan
prematur leokoge (41,9o/o), hilang atau terlambatnya refleks hemostasis, penurunan kesadaran, dan tanda vital yang
menelan (87,1o/o), konstriksi faring yang buruk (80,67o), dan tidak stabil.6,e,1o
s ile nt o s p i ro s i (4 1,9o/o). lndikasi FEES disesuaikan dehgan informasi yang didapat
Penelitian lainnya di Klinik Disfagia Terpadu Departemen dari pemeriksaan ini antara lain melihat adanya: 1) perubaha
THT FKUI RSCM pada 39 pasien KNF pasca kemoradiasi pada anatomi nasofaring, orofaring atau laring yang
yang dilakukan pemeriksaan FEES menemukan adanya mempunyai pengaruh terhadap fungsi menelan 2) perubahm
standing secretion (92,4%), residu pada keseluruhan pasien, integritas sensorik dari struktur faring dan laring yang
penetrasi (35,9%), aspirasi (10,3%), tetapi tidak ditemukan menyebabkan berku rangnya kemampuan ref leks menela
adanya silent ospirotion. Terjadi pemanjangan pada fase dan refleks batuk 3) kemampuan pasien dalam memu&i
oral dan fase faring dan pemberian makanan cair akan dan mempertahankan proteksi jalan napas dalam saL
mempercepat proses menelan. waktu tertentu yang bila menurun akan meningkatkan risiilo
terjadinya aspirasi 4) perbedaan kekuatan kontraksi dindLg
faring kiri dan kanan 5) kelelahan pada saat melaRukan pros
PR!NSIP KERJA ALAT menelan berulang 6) rekaman pemeriksaan dapat dijadih
umpan balik bagi pasien dan keluarganya untuk mengeffi
Pemeriksaan FEES membutuhkan pemeriksa yang mahir kelainan yang terjadi 7) pengaruh berbagai strategi
dalam menggunakan endoskopi serat optik lentul dan usaha untuk meningkatkan kemampuan menelan
mempunyai pengetahuan yang baik mengenai anatomi langsung dinilai pengaruhnya terhadap kemampuan
kepala dan leher serta fisiologi proses menelan. pasien.a6
AIat yang digunakan berupa satu set alat
nasofaringolaringoskop serat optik lentur teknologi
videoskop ukuran 1",[ mm berikut dengan sumber cahaya KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
xenon (/ighf source) dan kamera video CCD juga video
monitor berwarna beserta alat perekam VCD ataupun DVD. Pemeriksaan"rFEES merupakan pemeriksaan yang
Leonardl menggunakan I atau l" semprot anestesia topikal mahal dan dapat dilakukan dalam waktu singkat
seperti tidokain /.L dan sejumlah kecil neosynephrine segera memberi hasil, bersifat tidak invasif dan
(2.,1-o) pada salah satu lubang hidung. Di Klinik Disfagia iritatif, menggunakan makanan normal dan dapat
Terpadu Departemen THT FKUI RSCM, pemeriksaan FEES sesering mungkin bila dibutuhkan.'z
dilakukan tanpa menggunakan anestesi topikal untuk FEES mempunyai keterbatasan diban
tetap mempertahankan sensasi di daerah orofaring, videofluoroscopy Pemeriksaan ini tidak dapat
sehingga tidak akan mempengaruhi proses menelan. evaluasi pembentukan bolus pada rongga mulut, a
Endoskop yang digunakan hanya diberijeli pelumas untuk tidak dapat melihat kemampuan pasien untuk mem
REXTBLE ENDOSCOPTC EVALUATTON OF SWALLOWTNG (FEES) 393
dan menahan bolus di mulut, memindahkannya dari konsistensi makanan yang paling aman bagi pasien, 3).
bagian anterior ke posterior rongga mulut dan pengiriman Pemeriksaan terapi (therapeutic ossessment) dengan
bolus ke faring. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengaplikasikan berbagai perasat (nonuver) dan posisi
melihat tingkatan konstriksi faring, pembukaan sfingter kepala. dinilai apakah terdapat peningkatan dalam
esofagus atas dan elevasi hioid/laring saat menelan.6 kemampuan menelan.s,6,s
Kekurangan lain dari FEES, pada saat terjadi refleks Pada tahap pertama. awalnya difakukan evaluasi gerak
menelan, secara bersamaan terjadi aproksimasi pangkal lidah, elevasi palatum mole dan kemampuan otot bukal dan
lidah dan faring yang mengaburkan visualisasi saat bibir untuk mengetahui kemampuan fungsi oromotor dari
pemeriksaan (white spot). Penetrasi dan aspirasi bolus fase oral. Kemudian endoskop dimasukkan melalui kavum
saat terjadi proses menelan tidak tervisualisasi, penilaian nasi sampai ke nasofaring dan pasien diminta menelan tanpa
penetrasi dan aspirasi dilakukan sesaat setelah terjadi makanan (dry swollow) untuk menilai kerapatan penutupan
refleks menelan. Perhitungan waktu secara tepat seperti velofaring (velopharyngeol competence) dan juga dinilai
png bisa diperoleh pada pemeriksaan radiologi, juga tidak penutupan velofaring saat fonasi. Selanjutnya endoskop
ddapat pada pemeriksaan FEES.6 dimasukkan lagi sampai hipofaring agar dapat memvisualisasi
struktur di bawah palatum mole. Pada posisi ini, dilakukan
evaluasi pangkal lidah, valekula, sinus piriformis, dinding
TEKNIK DAN PERSIAPAN PEMERIKSAAN posterior faring, dan postkrikoid. Untuk evaluasi struktur
laring, endoskop dimasukkan lagi lebih dalam, sehingga
Frosedur ini pertama kali diperkenalkan oleh Langmore pada ujungnya berada setinggi epiglotis. Evaluasi dilakukan
dtun 2001. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan terhadap gerakan pllka vokalis saat fonasi dan inspirasi,
msofaringolaringoskop serat optik lentur melalui rongga serta adanya akumuladi saliva atau sekret(stonding secretion)
l*lung, melewati velum dan posisinya dipertahankan di atas pada daerah valekula, sinus piriformis kanan dan kiri dan
qliglotis. Pemeriksaan FEES dapat memvisualisasi secara juga postkrikoid. Kemudian dinilai pula adanya penetrasi
ktgsung faring dan laring setinggi plika vokalis. Makanan dan aspirasi juga kemamptian refleks batuk.7,1 Pemeriksaan
dan cairan dengan konsistensi dan jumlah tertentu dilihat tersebut merupakan pemeriksaan awal Qtreswollowing
mt melewati faring. Pada pemeriksaan ini dinilai segmen ossessment) sebelum pemeriksaan in1i.16s
hringofaring pada saat sebelum dan sesudah proses Pemeriksaan inti FEES berupa tes menelan dengan
mnelan dan dapat mendeteksi adanya aspirasi dan silent 6 konsistensi makanan seperti uraian di atas. Dimulai
qfuotion. FEES menjadi pemeriksaan pilihan yang tepat dengan memberikan 1 sendok bubur saring, pasien
untuk disfagia orofaring dimana sering terjadi gangguan diminta menahannya dalam mulut kira-kira 10 detik
ffi,mgsi pada fase oral dan fase faring.ro,s untuk menilai adanya kebo'coran fase oral (premoture oral
Protokol pemeriksaan saat ini merupakan modifikasi leakoge) atau aspirasi sebelum menelan (preswolllowing
dari protokol awal oleh Bastian. Pemeriksaan dilakukan aspiration). Kemudian pasien diminta menelan dan pada
oleh ahli THT dan penilaian dilakukan bersama-sama saat bersamaan gambaran visualisasi.akln hilang sesaat,'
&ngan ahli Rehabilitasi Medik dan ahli Gizi. Pemeriksaan kurang dari satu detik (whife spot/blind spof) karena
dapat dilaksanakan di sisi tempat tidul dilakukan tanpa kontraksi velofaring dan elevasi laring. Penilaian dilakukan
lhdakan pembiusan dan dalam posisi pasien duduk tegak sesaat sebelum dan sesudah momen ini. Penting dicatat
dau duduk miring 45'. Pemeriksaan FEES membutuhkan adanya lateralisasi aliran makanan, penetrasi atau aspirasi,
hrjasama pasien dalam mengikuti instruksi yang diberikan dan residu,/sisa makanan pada valekula, sinus piriformis,
slama pemeriksaan. Proses menelan dievaluasi dengan pangkal lidah, dan postkrikoid. Bila terdapat residu, maka
mmberikan 6 konsistensi makanan berupa cairan encer pasien diminta menelan lagi dan dinilai apakah dengan
ffirin liquid), cairan kental (thick liquid), bubur saring menelan berulang efektif untuk membersihkan residu.
Ftee), bubur nasi lgastric rice/softfood),bubur tepung Apabila pasien mengeluh adanya regurgitasi, endoskop
ffimtermouth), dan biskuit. Semua konsistensi makanan dapat d[pertahankan lebih lama untuk melihat adanya
hn'ali biskuit diberi warna hijau atau biru untuk visualisasi regurgitasi setelah proses menelan berulang.re.s
Xptg lebih baik saat pemeriksaan.le,s Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemberian bubur
Tahap pemeriksaan pada modalitas ini dibagi menjadi nasi dan dihentikan bila terdapat aspirasi. Respons
I tahap: 'l ). Pemeriksaan sebelum pasien menelan terhadap aspirasi dan efektivitas refleks batuk dinilai. Bila
fuwollowing ossessment) untuk menilai fungsi muskular terdapat aspirasi tanpa disertai refleks batuk menunjuk-
dri oromotor dan mengetahui kelainan fase oral dan fase kan adanya silent ospirotionyang menyebabkan tingginya
[$ng 2). Pemeriksaan berlangsung dengan memberikan komplikasi terjadi infeksi paru (pneumonia). Bila tidak
teberapa konsistensi ma ka na n (swo llow in g o ssess m e nt), terdapat aspirasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan 4
ffinilai kemampuan menelan pasien dan mengetahui konsistensi makanan lainnya.
394 ENDOSKOPI
Terdapat 5 parameter FEES yang harus dinilai yang diambil pada sekelompok pasien dengan gangguan
saat pemeriksaan seperti; 1) preswallowing leokoge, 2) menelan akibat kelainan neurologis, neuromuskular dan
sensitivitas, 3) residu, 4) penetrasi dan 5) aspirasi.10,11 pasien keganasan kepala dan leher. Pasien-pasien tersebut
Preswollowtng leokoge, didefinisikan sebagai bolus dapat meningkatkan kecepatan menelan, mengurangi
makanan yang masuk ke daerah hipofaring sebelum residu dan mengontrol terjadinya aspirasi. Penentuan sikap
timbulnya refleks menel an. Adanya preswollowing leakoge tubuh mana yang harus digunakan, (teknik mana dan kapan
menyebabkan mudahnya terjadi aspirasi sebelum proses harus digunakan). 12,13 merupakan keputusan bersama yang
menelan. ditunjang juga oleh hasil pemeriksaan,
Sensitivitas merupakan kemampuan sensori daerah Rehabilitasi perasat menelan dilakukan berdasarkan
hipofaring dilihat dari timbulnya refleks batuk atau pun penggunaan konsistensi makanan dan cairan tertentu
mekanisme menahan bolus supaya tidak masuk laring untuk melatih teknik menelan dan perasat (monuverl
yang merupakan kemampuan proteksi jalan napas.lott yang baik. Pasien diajarkan suatu perasat menelan yang
Residu merupakan bolus makanan yang tertinggal di bertujuan untuk meningkatkan kecepatan transportasi
hipofaring setelah terjadinya proses menelan. Hasil ukur bolus melalui orofaring ke esofagus. Keuntungan teknik ini
residu berupa ringan bila terdapat sedikit sisa makanan pada ialah dapat dilakukan tanpa makanan atau minuman dan
satu/ beberapa lokasi seperti pangkal lidah, valekula, sinus efeknya dapat dilihat langsung melalui pemeriksaan FEES.
piriformis, post-krikoid, sedang bila sedikit pada seluruh lokasi Penggunaan perasat (manuver) berbeda-beda pada setiap
/ banyak pada 1 lokasi, dan berat bila banyak pada beberapa individu tergantung dari penyebab gangguan menelan
lokasi/ seluruh lokasi.l011 Beberapa cara dapat dilakukan, seperti :
:r;i:i:'li:r : :,:"i
Ferasat Mendelsohn
Ferasat ini digunakan untuk mempermudah terbukanya
otot sfingter esofagus atas. Pasien melakukan beberapa
kali gerakan menelan sambil merasakan tonjolan tiroid
terangkat. Kemudian pasien diminta menahan beberapa
detik saat posisi tiroid terangkat (laring terelevasi). Laring
yang dipertahankan saat elevasi akan mempermudah
relaksasi sfingter esofagus atas sehingga dapat dilalui
rnakanan. 12,13
REFERENSI
397
398 ENDOSKOPI
bahu. Artroskopi juga dapat digunakan pada sendi yang ligamentum tersebut harus dilakukan dengan teknik
lebih kecil seperti sendi pergelangan kaki (onkle), sendi operasi terbuka. Pada umumnya, luka operasi pun
siku, sendi pergelangan tangan (wrist), dan kadang kala besar karena beberapa ligamentum sulit dicapai, seperti
juga digunakan pada sendi panggul. Endoskopijuga dapat misalnya ligamentum cruciatum, sehingga patella perlu
dipakai untuk membantu operasi tulang belakang, tetapi didislokasikan untuk mencapai ligamentum tersebut.
tidak akan dibahas pada bab ini. Sebagai akibatnya nyeri pasca operasi cukup hebat, luka
Saat ini indikasi utama penggunaan alat artroskopi insisi besar, dan fase pemulihan menjadi lebih lama.
adalah untuk membantu penanganan operasi akibat Dengan bantuan artroskopi maka insisi menjadijauh lebih
cedera olah raga dan kecelakaan di samping penanganan kecil, patella tidak perlu didislokasikan sehingga nyeri
masalah penyakit degeneratif. Oleh karena itu, di banyak pasca operasi tidak terlalu berat dan rehabilitasi menjadi
negara, ahli ortopedi yang memfokuskan diri pada lebih cepat. Agar operasi menggunakan artroskopi ini
prosedur artroskopi disebut sports surgeon. dapat berjalan optimal maka penentuan portal menjadi
sangat penting.
OSTEOARTRITIS
baik, sehingga sangat sulit sembuh bila terjadi robekan. akan mengalami robekan pada labrum glenoid yang
Sebelum era artroskopi, apabila terjadi robekan pada disertai dengan mengendurnya kapsul bahu. Hal ini akan
nneniskus hingga menimbulkan nyeri yang mengganggu, mengakibatkan dislokasi pada sendi bahu menjadi semakin
maka terpaksa dilakukan operasi terbuka dengan mudah dan cenderung berulang. Dislokasi yang berulang ini
rnelakukan menisektomi total. Bahkan sekalipun robekan akan mengakibatkan terdapatnya lesi Bankart, yang ditandai
cuma sedikit, akan tetapi sering kali seluruh meniskus dengan robekan labrum dari glenoid di sisi anteroinferior
harus diangkat/ dibuang. Dengan bantuan artroskopi, terhadap glenoid sehingga kapsul sendi bahu pun menjadi
ddi bedah orthopaedi dapat memilih bagian yang rusak semakin kendur. Pasien seperti ini memerlukan perbaikan
dan membuang bagian tersebut saja. Dengan demikian melalui operasi yang dikenal sebagai Bonkart repoir.leknik
pada cedera meniskus saat ini telah dapat dilakukan Bankartjauh lebih baik daripada teknik Bristow, karena teknik
rrnenisektomi su btota I ba h kan men isektomi parsia l. Bankart lebih fisiologis dan anatomis, sedangkan teknik
Dilihat dari segi perdarahannya, meniskus dibagi Bristow dapat mengakibatkan berkurangnya gerakan rotasi
dalam tiga zona, mulai dari perifer yailu red-red zone, red- eksterna sendi bahu pasca operasi. Dengan bantuan artroskopi
udtite zone dan white-white zone. Red-red zone merupakan maka operasi perbaikan lesi Bankart menjadi lebih mudah.
arca yang paling baik perdarahannya, sehingga apabila Umumnya pada Bonkort repoir diperlukan tiga portal atau
robekan terjadi pada zona ini maka dengan bantuan insisi saja, tanpa perlu memotong otot sama sekali. Dengan
antroskopi dimungkinkan perbaikan dan penjahitan demikian alat teropong sendi dapat langsung mempunyai
nmeniskus yang robek. Banyak penelitian membuktikan akses pada sendi bahu dan membantu operasi perbaikan.
hahwa bila seseorang tidak mempunyai meniskus lagi, Otot subskapularis tidak perlu dibuka, seperti umumnya pada
nmisalnya akibat menisektomi total, maka risiko terjadinya operasi konvensional tanpa bantuan artroskopi. Sementara
osteoartritis menjadi lebih besar. Bahkan pada penelitian ilu, onchor screw dan benangjuga dapat dengan lebih mudah
osteoartritis pada hewan coba ditemukan bahwa apabila diimplantasikan. Sebagai konsekuensinya, rehabilitasi akan
rmeniskus hewan coba tersebut diambil maka hewan lebih cepat dan baik. Oleh karena insisi tidak besar maka
@rsebut akan mengalami osteoartritis. nyeri jauh lebih ringan dah secara kosmetik menjadi jauh
lebih baik.
Perbaikan Robekan Otot Rofofor Cuff robekan Iabral, peradangan sinovium dan cedera
Otot-otot rotqtor cuff merupakan otot-otot yang kartilago.
melakukan gerakan perputaran pada sendi bahu. Otot_otot
tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, subskapularis
dan teres minor. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, PEMANFAATAN ARTROSKOPI PADA SENDI KECIL
sejalan dengan pertambahan usia, seseorang berisiko
menderita impingement pada sendi bahunya. Akromion Pemanfaatan artroskopi pada sendi kecil memerlukan
yang menjadi curved ataupun hooked dapat menjadi teropong (scope)yang lebih kecil. Begitu pula instrumentasi
sangat tajam dan mengakibatkan iritasi terus menerus yang dipergunakan, semuanya berbeda dan menggunakan
terhadap rotator cuff pada saat gerakan perputaran sendi instrumen yang jauh lebih kecil dibandingkan prosedur
bahu. Sebagai akibatnya. lama kelamaan otot-otot rotqtor pada sendi besar. Apabila menggunakan instrumen seperti
cufftersebut dapat putus. pasien akan mengeluh nyeri dan pada sendi besar untuk penanganan sendi kecil, justru
terbatas gerakan pada sendi bahu. dapat mengakibatkan cedera pada sendi yang lebih kecil
' Teknik operasi u ntu k perbaik an otot rotqtor cuff dapat tersebut.
dilakukan dengan operasi terbuka yang konvensional. Ada
pula teknik yang disebut perbaikan terbuka mini (mini
open repoir), dimana dilakukan dekompresi subacromial SENDI SIKU
atau acromioplasty dengan bantuan artroskopi dan
selanjutnya perbaikan otot yang robek secara terbuka. lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendi siku antara lain
Dengan kemajuan artroskopi yang sangat pesat maka saat untuk debridement sendi siku, pembersihan /oose bodies,
ini telah dapat dilakukan pebaikan robekan otot rototor penanganan kekakuan sendi siku, penanganan fer?n6
cuff sepenuhnya dengan bantuan artroskopi. Dengan e Lb ow, penanga na n osteokond ritis d iseka
ns, si novektomi
demikian maka rehabilitasi pasca operasi menjadi lebih partial, penanganan pembebasan kontraktu[ penanganan
cepat dan nyeri lebih ringan. instabilitas ligamen serta membantu evaluasi patah tulang
DEFINISI KOMPLIKASI
Ultrasonografi endoskopik didefinisikan sebagai sebuah Komplikasi EUS terjadi pada sBkitar 1 diantara 20(3
prosedur tindakan medik yang menggabungkan endoskopi tindakan. Kompllkasi yang timbul antara lain hives, rua
dan ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran dan kulit atau mual akibat obat-obat yang dipakai selam
informasi mengenai dinding saluran cerna, organ-organ pemeriksaan EUS. Komplikasi serius yang dapat terjd
dan jaringan di sekitarnya. Gelombang suara dikirim ke tetapi jarang yaitu perforasi.s
dinding saluran cerna melalui probe ultrasonografi yang
melekat pada ujung endoskop. Kemudian pola ekho
yang dibentuk oleh gelombang suara yang terefleksi PERSIAPAN EUS
diterjemahkan ke dalam gambar dinding saluran cerna
oleh komputer.a,s Untuk pemeriksaan EUS saluran gastrointestinal
pasien harus puasa makan dan minum minimal 6 j
sebelumnya.l,s
INDIKAS! Untuk pemeriksaan EUS saluran gastroin
bawah (rektun dan kolon), pasien mengonsumsi cai
lndikasi EUS antara lain: menentukan stadium kanker pembersih kolon atau diet cairan jernih di
esofagus-lambung-pankreas-rektum dan paru; dengan laksatif atau enema sebelum pemeriksaan.l
mengevaluasi pankreatitis kronik dan tumor atau Kebanyakan obat yang dikonsumsi dapat
kista pankreas; memastikan kelainan saluran empedu sampai hari pemeriksaan EUS. Tanyakan pada
termasuk batu pada saluran empedu atau kandung obat-obat yang telah dikonsumsi. Obat-obat
empedu; memastikan tumor saluran empedu, kandung (warfarin atau heparin) dan klopidogrel harus
empedu, atau hati; mempelajari otot-otot rektum bawah sebelum prosedur. lnsulin juga harus distop pada
dan onal canol dala.m mengevaluasi penyebab fecol pemerlksaan EUS. Secara umum, obat aspirin dan
T'LTRASONOGRAFI EN DOSKOPIK 403
f,OMPLIKASI EUS
MACAM/TIPE EUS
D
i lufienurut tujuan pemeriksaan, EUS dibagi 2 yaitu diagnostik
f lian terapeutik. Menurut jenisnya alat EUS dibagi menjadi
x E!'S radial dan EUS linear. EUS radial lebih banyak dipakai Gambar 2. Punksi pseudokista pankreas memakai.EUS linear
urruk dlagnostik kelainan saluran cerna, sedangkan EUS
lnrear selain diagnostik dapat dipakai sebagai modalitas
i,e.api untuk punksi cairan kista dan biopsi jarum
ra r.s(FNAB).3(lihat gambar 1,2,3) REFERENSI
Nutrisi Eiterol42T
Nutrisi Porenterol:
Coro Pemilihon, Kopon,
don Bogcimono 432
Gongguon Nutrisi podo
Usio Lonjut 441
trztolnutrisi 461
405
406 NUTRISI KLINIX
Metabolisme
nutrisi
I
I
Digesti
absorbsi
t
I
Makan
Minum =*
dan lain- lain
Penyembuhan
Psikis
endogen dari
Tuhan
_ Rekonstruksi
jaringan
Reoenerasi
Proses defensi Proses Proses'eliminasi
Proses Imun Enzimatik
Vitamin
Kardiovaskular
Respirasi
Eritrosit
Metabolisme Nutrisi dari satu asam amino berikatan dengan gugus karboksil
I
dari asam amino yang lain. Dipeptida saling berikatan
i membentuk polipeptida dan selanjutnya menjadi strukh.r
-lSisa +Eliminasi
protein.3
mr+akan salah satu elektrolit utama dalam tubuh berperan karboksilase menjadiAcetyl COA + CO2.
dagai kation dan agen osmotik dari cairan ekstra- Apabila persediaan piruvat (dari glukosa = 1 glukosa
drhr- g 2 piruvat) atau kekurangan glukosa misalnya waktu
puasa, starvesi/kelaparan), terjadilah apa yang disebut
b Element Sejumlah elemen dengan jumlah sangat
glukoneogenesis. Sebenarnya glukoneogenesis kurang
hcil dapat sangat dibutuhkan oleh tubuh karena sangat
pnting untuk proses tumbuh kembang dan menjaga tepat karena lipid dan asam amino untuk di rubah ke
proses energi melalui berbagai jalur.
hehatan secara umum. Beberapa zat elemen penting
Keterkaitan ketiga unsur gizi utama ini yaitu karbo-
cmtara lain Fe, Sulfur; Mn,Zn, Se dan l. Fe dibutuhkan untuk
pnbentukan hemoglobin. Troce element lain mempunyai hidrat, lemak dan protein tampak lebih jelas pada proses
p-an pada reaksi enzimatik, sebagai antioksidan dan glukoneogenesis dan siklus Krebs. Penjabaran peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut;
dagai donor dan reseptor elektron.
hnin. Vitamin bekerja dalam proses enzimatik dalam
Urua metabolisme dan tiap vitamin berperan secara
mEsifik.
Enzim adalah katalisator dalam semua proses meta-
bof,srne yang terpenting adalah donor dan/ atau reseptor
Clliron.
h. Terdapat 2 jenis serat yang berperan dalam tubuh
mmusia, yaitu:
W Serat kasar, panjang dan kuat (Rough Fiber). Tidak Gambar 5. lnteraksi dan interrelasi
hrubah selama pencernaan hanya hancur dalam proses
prgunyahan, berguna untuk: a). Menahan air; b). Mem-
hi volume feses agar berbentuk padat dan lunak,
m:tyebabkan peregangan usus dan merangsang peristalsis,
@ontoh: selulose pada sayur dan buah; tD*'I!s!i'e1ql
air (fine fibre woter soluble).
40l Serat halus larut dalam
'lkrdapat pada
tGli-se?ofl+ Triose Fosfat
sayur dan buah yang lunak. Macam-
rilrrcamnya: pektin, lignin dan laktulosa.
Berfungsi sebagai prebiotik memberi makanan
H*ieri yang baik dalam intestin dan kolon. Bakteri tersebut Asetil
tebut probiotik yaitu Laktobasilus spp, Bifidobakteria
p. Enterobactericae spp. Oksaloasetat
Probiotik tersebut membentuk vitamin K, Biotin
'dilr merangsang terbentuk zat imun. Selain itu serat
llHrs dalam kolon difermentasi oleh probiotik menjadi
CO,
mn lemak rantai pendek (short choin fatty acid) yaitu x/.ztL
AL 2HL s Ketoolutoral
tffi, propionat dan butirat. Asam lemak rantai pendek
&onsumsi kolonosit sebagai substrat energiyang utama. \io,
;H, hidupnya kolonosit tergantung pada prebiotik dan CoA
Fobiotik.
Acetyl COA Konservasi energi dalam badan hanya ada 2jenis, yaitu:
+
1. Glikogen. Disimpan dalam sel hati dan otot, karena
Siklus Krebbs itu ada gerakan glikogen hati dan glikogen rantai
otot, yang merupakan rantai glukosa. Dalam keadaan
Gambar 8. Garis besar interaksi karbohidrat --- protein---lipid puasa dimana tidak ada asupan karbohidrat, maka
dqlam metabolisme energi glikogen dimobilisasi. Peristiwa ini disebut Gluneo
glikogeneoisis atau glukoneogenesis. 6
glukolisis. Galaktosa dalam hati diubah menjadi glukosa.
2. Jaringan adiposa yang tidak lain adalah molekul
trigliserid.
Sehingga akhirnya dapat dipahami bahwa subtrat energi
yang terpenting adalah glukosa.2 Glikogen dalam keadaan normal mampu mencukupi
kebutuhan kalori selama 13 jam, sedangkan jaringan
Lipid adiposa bisa sampai 40 hari baru habis. Tetapi bila berat
Lipid berasal dari kilomikron yang terdiri atas Trigliserid, badan turun sebanyak 20% akan terjadi banyak perubahan
fosfolipid dan apoprotein sebagai pembawa dalam plasma.
Trigliseride yang berasal dari kilomikron oleh enzim lipo-
protein lipase dari endothel di pecah menjadi gliserol
dan asam lemak bebas. Gliserol masuk ke rantai glukolisis Hidroksiprolin
Serin
menjadi glisero fosfat kemudian menjadi piruvat. a
Sistein
Asam Lemak Bebas lFree Fatty Acid =FFA) masuk ke sel Threoninil
Glisin
setelah diaktifkan menjadi Asil CoA, kemudian masuk ke
mitokondira dengan pembawanya carnitine. Dalam mito-
kondria asam lemak yang telah aktif berkat Co enzim A
(Co A) dipotong secara berturut-turut dengan melepaskan
asetil Co A lalu masuk ke dalam siklus Krebs. Jadi ada 2
jalur lipid menjadi energi, yang pertama melalui gliserol
masuk ke rantai glukolisis dan kedua melalui oksidasi asam
lemak membentuk Asetil Co A. Oksaloasetat
Asam sitrat
Protein Malat
Protein disusun dari asam amino. Ada 2jenis asam amino
yaitu esensial (10 Asam Amino) yang harus di dapat dari Fumarat
makanan dan asam amino non esensial yang dapat di buat Suksinat \
oleh tubuh dari asam amino yang lain (1 2 asam amino).s
Masuknya asam amino ke dalam metabolisme energi 1
melalui 3 tahap, yaitu: I lrrosrne
1. Deaminasi I Phenilalanin
]
-
n-c-c(f +*1- o(3* +R-i-c<:H
NH, NH, Molekul
Asam Amino Asam Lemak
Gambar 9. Masuknya asam amino dalam metabolisme
USAR-DASAR NUTRISI PADA PROSES PENYEMBUHAN PENYAKIT
409
ESIMPULAN
IIFERENSI
PENDAHUTUAN
410
HETABOIISME NUTRISI 4tl
ini sering digunakan untuk orang-orang obesitas, pada fruktosa) yang masuk ke dalam pembuluh darah akan
obesitas dianjurkan mengunyah makanan lebih lama).ar dikenali oleh reseptor pankreas sehingga merangsang
Seperti kita lihat pada gambar 2, setelah kavitas bukal. sekresi insulin dari sel beta pankreas dan mengurangi
di dalam lambung partikel trigliserida yang telah berkurang sekresi glukagon. Perubahan hormon ini merangsang
jumlahnya berubah menjadi digliserida, lalu menjadi absorpsi glukosa ke dalam hepar, otot dan jaringan lemak
monogliserida dan asam lemak. Protein mengalami proses untuk dirubah menjadi glikogen (Gambar 3).a
denaturasi. Polisakarida menjadi fragmen yang lebih Di dalam hepari glukosa mengalami fosforilasi menjadi
besar. Oleh karena lemak dan protein mengalami proses glucose-i-phosphate (G6P), oleh karena G6P tidak dapat
pemecahan di dalam lambung, maka konsep ini sering dimetabolisme langsung menjadi energi, maka G6P
digunakan untuk membuat perut lebih kenyang dengan dimetabolisme menjadi asam lemak dan trigliserida
cara memperbanyak konsumsi protein dan lemak. Sedang- serta glikogen. Glikogen merupakan cadangan energi
kan karbohidrat tidak mengalami proses apapun di dalam dan membutuhkan banyak kapasitas, hepar hanya dapat
lambung sehingga karbohidrat cepat menimbulkan rasa menampung 1009 glikogen. Otot dapat menyimpan 0,5k9
lapar; terutama karbohidrat simpleks.2s glikogen, akan tetapi glikogen otot tidak dapat dipecah
Setelah melewati lambung, makronutrien ini masuk menjadi glukosa yang masuk ke dalam pembuluh darah,
ke dalam usus halus proksimal, dan disini enzim pankreas glikogen otot hanya bisa dirubah menjadi glukosa yang
memegang peranan penting. Enzim pankreas menghidro- digunakan oleh otot itu sendiri sebagai energi.a,s
lisis semua komponen makronutrien menjadi partikel yang Oleh karena tempat untuk menyimpan glikogen baik
bisa diabsorpsi oleh usus kecil.2,3 di hepar dan otot hanya sedikit maka semua karbohidrat
Setelah melewati proses digesti (Gambar 2) maka yang dikonsumsi akan dikonversi dan disimpan dalam
mrtikel zat gizi yang diabsorpsi usus kecil selanjutnya jaringan lemak.a,s
mengalami proses metabolisme. Karbohidrat dalam Protein merupakan komponen yang selalu seimbang
bentuk monosakarida (glukosa, galaktosa maupun antara pemecahan dan pembentukan. Untuk 100 g
protein dari makanan yang diabsorpsi usus kecil, akan
ditambahkan 70 g protein yang berasal dari endogen
laihirltsrd teruk Proiciti
(tubuh sendiri) seperti sekresi lambung dan usus, enzim-
isida
*5qpflffi' TrE
-{ffi-
Xavlla*
Bufta{ I {;.. t-, li::,i,rrr
$:ix,i,iffi,;
NLil@-
"Deme* _r
tif{q{*
Ftri$fEn ,BBth te6iF
1.:1,1'
{
i
I
U!|rs }l.lu*. i,i#ui L$t . Im{ill
I
Itdrsifiml r +
Fnkr6-as *ffi.*-
Bffi
nalss I P6i*dn -p*Pii&
Gambar 3. Distribusi dan regulasi karbohidrat setelah
Ine absorpsia
I :.
l'
l-J l, *,@ enzim pencernaan dan sel-sel mati (gambar 4). Proses
Hr.lwda,
** digesti dan absorpsi protein sangat efisien, hampir 95%
lelshrfrt* "€jj"'"
diabsorpsi, hanya 10 g perhari yang keluar lewat feses.
:.ffiiosal€rlda
J
Setelah melalui proses hidrolisis sebanyak 150 g asam
I
*,
I amino bebas dapat digunakan tubuh setiap harinya.a
i.,
GstfiI l
l
Asam amino bebas ini akan dihidrolisis ke dalam omrno
{B#dI* ocid pool untuk membentuk berbagai macam asam amino
@mbar 2. Prinsip digesti makronutrien2 (gambar 4). Asam amino ini sebanyak 70-80o/o ditemukan
NUTRISI KLINIX
412
dalam otot, sedikit yang ada di dalam darah. Akumulasi proses degradasinya bertambah, sehingga menimbulkan'
intrasel asam amino bebas ini terjadi terus menerus keseimbangan nitrogen negatif.a'6'7
secara konstan. Dari 90g protein berasal dari makanan, Pada gambar 2 lemak diabsorpsi di usus kecil, dislni
menghasilkan turnover protein sebanyak 3009 perhari. makanan yang mengandung lemak seperti trigliserida
Pada gambar 4, dari 75g protein yang didegradasi dan fosfolipid, ester kolesterol mengalami hidrolisis sehingga
disintesis di otot, hanya 10% yang mengalami pertukaran yang dapat diserap dalam bentuk monogliserida, asarn
antara otot dan plasma darah dalam pool asam amino lemak dan fosfat (Gambar 5). Pada gambar 5 setelah lemak
bebas. Sisa mukosa usus, hasil sintesis dan degradasi mengalami proses hidrolisis menjadi asam lemak rantai
protein plasma dan sel darah juga mempunyai kontribusi pendek dan medium, trigliserida, fosfolipid dan kolesterot
turnover protein.a (Gambar 5 no.1). Asam lemak rantai pendek dan mediunr
Kecepatan turnover protein dapat diukur dengan di dalam darah akan diikat oleh albumin, sedangkan
mengukur kecepatan turnover protein yang pendek trigliserida, fosfolipid dan kolesterol akan dirubah
hidupnya seperti prealbumin, di mana berguna untuk menjadi klomikron pada sistem limfatik (Gambar 5 no.2''
mendeteksi malnutrisi yang laten. Keseimbangan nitrogen Kilomikron dapat ditemukan dalam darah setelah 1-2ian
(nitrogen bolonce) banyak digunakan untuk mengukur kita makan. Kilomikron mempunyai paruh hidup hanya 4-5
kecepatan turnover protein. Keseimbangan nitrogen menit, tetapi apabila makanan yang kita makan sangat
merupakan homeostasis antara suplai dari makanan tinggi lemak maka kilomikron bisa bertahan berjam-
dengan yang dikeluarkan lewat urin dan feses, serta jam.ou
sebagian kecil melalui keringat, rambut, menstruasi atau Setelah kilomikron mengalami modifikasi oleh
cairan sperma (lihat gambar 4). Asupan energi sangat Lipoprotein Lipase (LPL) menjadi kilomikron remnant
mempengaruhi keseimbangan nitrogen ini, pada kondisi maka kilomikron remnant akan diabsorpsi ke dalarr
kekurangan energi, penyakit berat, malnutrisi protein hepar secara endositosis melalui reseptor ApoE (Gamba'
dan energi, proses sintesis protein berkurang sebaliknya 5 no.3) dan mengalami metabolisme. Pada proses
Ot**
rli rrl
60l;,fu;!
ffi' ,:::,
y--,ii;iiir , j, ,,,, . ftnlal qlukosa
1'
I
ti
I
I I
lfl
l:
I
AsBltr
!9-... 1+; ffiddairyi
I
l
I
1 Y :*ryFr*" ;,ir I I
asftLed
(,1-CFal-I
KoGed
l ,' orot
r
I
a I tuM L€Dsk blurcs
PM:
8M , @ Nrrogentlnne
--. -- q!% lat \
'"4 al,lmr
\
lls
wlii : I , I jffi*6ts,ni)
q- I rrb{sddgs Gnkqun xehilarqan mn i0-:? g
gscrcr
Fdg \ .. i : 1 ii!i
I I ts;rah Es g.t
rFtevaM68nri
:jl tl
L :
NffoggnYEnshdang
Atqr , i sehlrikuit,!6rins€l {ilyigrrlcqF k.a.d
j i I i{e!tut}e{o's3-3s)
II ii i! o****
trm,me Baf$ ,M6ssuas, td Fnd_rtql
1' I I caim4tp€rfra t
ililE,tI
I\ I; \1r."
-' i
lrum, I
11
iI
i- l**'
l.Mrtr,
AIflqfdp8fu
rui{edi
llEll*ridni
liut aa
I s-B i.'::! -d6 Fg6io[!ld,
i 4i: .i ,#&11*9trw!
! !iil rtq6s l '- **"urehur ---,
MUkOSa k?rets6l
.!t ,)
i. riufii ' ';n; @ldui
|\iakaan .-^ ... .. : U5US halU8 rE dm tsnra i.rtlgtr $n[ r' 6k*slffi
ffIer0tiEdmg
trd8s100$ . ,,6Fq NrryBtus
*arryo,i,X1ad"qir6,
f68hu,
* lipu
loial ffiffi-""" 6n asm qll
tmurram,Em
^*Mffi ' o*o*'a -- {dursh lcg' i*iriti+i&t*Il f6nfat. drl
-
Gambar 4. Metabolisme protein pada kondisi stabila Gambar 5. Metabolisme lemak postpandriala
ETABOLISME NUTR]SI 413
metabolisme ini asam lemak,cr-glycerol-B dan kolesterol endocytosis dan merupakan suplai kebutuhan kolesterol
dhidrolisis menjadi komponen trigliserida (TG), fosfolipid untuk sel. Kecepatan turnover LDL lebih rendah daripada
'lPL), kolesterol ester (CE) yang tetap akan berada dalam VLDL, dimana hanya 45o/o LDL dieliminasi setiap harinya.
darah. Ketiga komponen ini juga dapat berasal dari HDL mengambil kelebihan kolesterol ester dan fosfolipid
glukosa kecuali jika ada kolesterol dari luar maka akan dari sel tersebut (gambar 5 no.6) untuk dibawa kembali
nrnnghambat pem-bentukan glukosa menjadi asam lemak. ke dalam hepar (gambar 5 no.7). HDL merupakan kunci
Komponen lemak yang tidak dibutuhkan oleh hepar akan utama untuk sistem transportasi lemak.a's
dikeluarkan dalam bentuk apoprotein dan dikeluarkan Pada gambar 6, kita dapat melihat bahwa semua
dalam darah sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL) makronutrien dapat menghasilkan energi melalui siklus
{gambar 5 no.4). VLDL ini dihidrolisis oleh LPL. VLDL sitrat, penghasil energi utama adalah karbohidrat dan
rnempunyai paruh hidup 1-3 jam, lebih lama daripada lemak. Pada tabel 1 kita dapat melihat secara ringkas
kilomikron.a,s makronutrien dan peranannya e
Asam lemak yang dibentuk oleh VLDL hasil hidrolisis Pada gambar 7 kita dapat melihat peranan vitamin B
LPI disimpan sebagai trigliserida pada jaringan lemak dalam proses metabolisme. NAD dan NADP (niacin), TPP
atau sebagai sumber energi untuk otot. Sebagian asam (th io m in), Co A rp a nth othe n ic a cid), B1 2 (vitami n B 1 2), FM N
lemak ini dirubah menjadi lntermediote Density Lipoprotein dan FAD (riboflavin), THF (asam folat) dan biotin berperan
XIDL),lalu IDL ini oleh Lecithin CholesterolAcylTronsferose dalam membantu metabolisme baik melalui asetil-CoA dan
I|[CAT) menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) (gambar 5 siklus sitrat (citrate cycle). Hal ini membuktikan perlunya
no.5) melalui proses esterifikasi kolesterol. LDL ditangkap integrasi antara makronutrien dan mikronutrien (vitamin
o[eh hampir semua jaringan melalui receptor-medioted dan mineral) dalam mengatur proses metabolisme.T'lo
Otak merupakan organ yang sangat sensitif dan melaluijalur glikolitik, akan tetapi tidak dapat masuk ke
sangat tergantung dengan glukosa untuk energinya. pembuluh darah sebagai glukosa, karena glukosa ini hanya
Oleh karena otak tidak dapat menyimpan cadangan dipakai otot itu sendiri.2
energi untuk proses oksidasi maka otak merupakan Trigliserida yang disimpan dalam jaringan lemak
organ yang harus disuplai glukosa secara konstan baik merupakan sumber cadangan energi dalam tubuh
pada keadaan puasa atau starvasi, sehingga kadar gula manusia. Untuk mengesterifikasi asam lemak, jaringan
darah harus dipertahankan pada kadar tertentu supaya lemak memerlukan pengaktifan gliserol. Enzim glisero-
otak mendapatkan suplai glukosa dan masih berfungsi. kinase digunakan untuk mengaktifkan gliserol. Gliserol
Otak menggunakan 120 gram glukosa setiap hari, yang dihasilkan selama proses hidrolisis trigliserida tidak
selama keadaan puasa atau starvasi otak menggunakan dapat digunakan untuk membuat lemak yang baru. Untuk
benda keton sebagai penggantinya tetapi dalam jumlah membuat lemak baru, gliserol yang aktif harus disediakan
tertentu.aT melalui proses glikolisis. Sintesis lemak di dalam sel hanya
Otot menyimpan banyak cadangan glikogen, saat terjadi apabila tidak tersedia cukup glukosa, prinsip
diperlukan seperti kondisi anaerob yaitu adanya aktivitas ini yang banyak digunakan diet-diet tertentu untuk
mendadak, maka cadangan glikogen ini akan dirubah menurunkan berat badan.11
menjadi glucose-6-phosphote yang akan dimetabolisme Hepar merupakan organ yang mengontrol proses
slihryWr
{i
iiit
ffirrktr**
,:
il.*ffi
1i'
-F.BIct#
ffi:l''tr:itmm..,,.:':,
L&H
": ...:- ::-::'----*
;,1::iii4 m! #ffi
wT*
ffi
?fi**?*
ffiEt
f
ffi
rfii& ..,
-".".j.I''"'',ilEffi
H,Hil tlfuvJfis$fid{r
frAaqJraalkan
ffil/ +
i Msnghsrithan
Hnof*i \ [ Enutgr
nnmetabolisme. Organ ini dapat mengambil sebanyak yang digunakan sebagai sumber energi untuk otot
momungkinglukosa untuk disimpan dalam bentuk glikogen tersebut. Katekolamin (adrenalin) yang dihasilkan saat
sehingga kadar gula darah stabil. Selama masih cukup aktivitas atau stres juga mempunyai efek yang sama.
ruptai energi dan zat gizi, hepar dapat mensintesis asam Peningkatan hormon glukagon juga membuat hidrolisis
snak, dan mengesterifikasi ke dalam lipid lalu mengirim trigliserida menjadi asam lemak. Selain hormon glukagon,
he.]aringan perifer sebagai lipoprotein.T ocetyl-CoA, adrenalin dan sistem saraf simpatis juga
meran gsang proses hid rol isis tri gliserida (Gam bar 8).4,s,r t
Pada gambar 9, selama masa starvasi atau puasa lama,
IETABOTISME NUTRISI PADA KONDISI PUASA hepar memecah protein menjadi asam amino (Gambar
ATAU STARVASI 9 no.1) yang digunakan untuk proses glukoneogenesis
melalui siklus sitrat (citrate cycle) (Gambar 9 no.3) untuk
Dalam kondisi puasa atau starvasi lama, kadar glukosa mempertahankan kebutuhan glukosa dalam darah (Gambar
dia,arn darah turun, sehingga regulasi hormon menjadi 9 no.4). Sisa dari proses glukoneogenesis ini adalah urea
leoalikan daripada saat absorpsi, yaitu sekresi hormon yang dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama
qtlrukagon akan naik dan sekresi hormon insulin akan urin (Gambar 9 no.2). Hepar juga memecah asam lemak
mlanurun. Glukagon menstimulasi pemecahan glikogen menjadi acetylCoA (Gambar 9 no.5), tetapi acetyl-CoA
iltnepar (glikogenolisis) dan meningkatkan aktivitas ini tidak dapat masuk ke dalam siklus sitrat (Gambar 9
erzim untuk proses glukoneogenesis dari asam amino no.6) selama oksaloasetat yang dihasilkan asam amino
fGambar 8). Semakin rendah kadar insulin plasma akan masih tercukupi, sehingga ocetylCoAyang dihasilkan dari
rttmenyebabka n
pemecahan glikogen otot menjad i g u kosa I pemecahan asam lemak ini digunakan untuk membentuk
,r ,. ,. j, ,1"".
, rr '. !.,,i.; Glirkag*ri
, I
| /
/ 'alff I
l'
I
,..";::, " ,.,
€J''Hd"d"'
.*rsrinflanrarn
| / l' I
Kadarlfsr$k{t*a*
Guradarahl / I -,'
/ NA,FH*---'-'ll-* ,*-/- Ghko{en f'l
T,dAkadsasp{n
ftdAk ada asD{n /I Rl80$e
HIA0$8 II \"',
;;;,"J"- / dtt I
kondr$i o;atlmga / I
/ dl:lriljJ'il i:i& & ** ;1" - 3 r+ :&i${} {it6qL
:/
,+i
,\{ 41}\*
'ryi: HePar *:-';,i;l'"'
| /'
Srro6en /,. " '
\J 6Lhagor
t,{:;+*i'::'*q;
I
I
I
.,+,il
,P\
1\ r*rg, , :. Lemak
l(\J /- \:;' Otot
lqoradrs$lin
si*t6f1'r €aiqf eifntraltsi
benda keton (Gambar 9 no.7), lalu oleh darah benda keton Pada gambar 11 dan tabel 3 merupakan ringkasar
ini dibawa ke otak dan digunakan sebagai sumber energi proses metabolisme pada keadaan setelah makan da'
oleh otak (Gambar 9 no.8).4 pada keadaan puasa atau starvasi.e'11
Cadangan lemak pada tubuh manusia cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi selama 2 bulan. Sedang-
kan protein hanya 3kg yang dapat digunakan dan hanya PENGARUH GENETIKTERHADAP METABOLISUE
mencukupi kebutuhan glukosa susunan saraf pusat selama NUTRISI
15 hari. Setelah itu maka sumber energi utama yang
digunakan adalah benda keton dari lemak. Protein yang N ut ritio n o I geno m ics (" n ut rig eno mics ") meru pa kan suatL!
dirubah menjadi asam amino sangat sedikit dikarenakan perkembangan ilmu multidisiplinyang baru dalam bidary
mekanisme ini merupakan proteksi tubuh untuk meng* kedokteran dan penelitian. Pengetahuan tentang
hindari pemecahan protein lebih lanjut dari otot. Sehingga genomics terus meningkat sehingga menjadi suatr,
r.nekanisme ini membuat manusia dapat bertahan sampai yang tangguh untuk para tenaga medis yang profesiona{
beberapa minggu pada keadaan puasa atau starvasi.a dalam memelihara kesehatan manusia dan mencegah
Pada gambar 10, dapat dilihat perbedaan antara penyakit-penya kit kronis.12
hari ke-3 dan hari ke-40 di mana pada hari ke-3 glukosa Nutrigenomics muncul dan sedang berkembang
merupakan sumber energi yang digunakan otak berdasarkan kemajuan teknologi biomedikal da'r
dibandingkan benda keton, terjadi pemecahan protein pengetahuan kita terus meningkat dalam dasar molekuh
dalam otot dan pembentukan glukosa di hepar; sedangkan dari interaksi-interaksi antara lingkungan dan genotm
pada hari ke-40 benda keton merupakan sumber energi manusia. Nutrigenomics adalah lahan pengetahuan yanqi
utama yang digunakan oleh otak, pemecahan protein dihasilkan oleh aplikasi tingkat tinggi dari genomics tffi
dan pembentukan glukosa di hepar berkurang. Prinsip dalam penelitian nutrisi. Apabila dapat dimanfaatkamml
ini sering digunakan untuk jenis diet tertentu dalam dengan bijaksana, maka hal tersebut akan meningkatkanm
menurunkan berat badan seperti diet atkins atau tiger diet, pemahaman bagaimana nutrisi mempengaruhi jatrur
dimana pada fase pertama (kurang lebih 2 minggu) hanya metabolisme dan pengontrolan homeostatis tubudhq
mengkonsumsi protein dan lemak tanpa karbohidrat.a bagaimana pengaturan initerganggu pada awal tahap dailii
*lt*FEr *',
ili{c.Ea*
hf;Hwlil 6ktMr.drtr&*ri
;;dgrffi!!EFB mdrhdefu*gg#r
ffi
ffi
C
b
,o
:
ffiffi
ffiffiffii
a
=
5
t
L ##%
E
ffiffiffi
Ch
%% ffiffi
Ftrrceerg'r,
E.'t.}lXAOn FfnalcJt*rrFrffir
&!r{sl
Fri6d*r'**st
ft ?f
I*m ffir**r*
Sr trl$ffirlr* *f, 4rs!*ar eutr tril F t &fi
frnbar 10. Proses metabolisme selama puasa atau starvasia
,i:r.ffi+
,;1.i,.. ,-:ll
\i; F-.1:!. L
I
h".'**trry@d r.*"-rd-."..@l
Brsri - I
a?'/tr I
.+
I
&r' ncarr lgrneilc,
bry=M N L=,,
ffir,rdr*"*, sl filmghdt*t
t emtg * E,,,,ifr
sratu penyakit yang terkait dengan diet dan genotipe- mempengaruhi proses metabolisme nutrisi baik dari tahap
genotipe mana yang peka terhadap penyakit-penyakit digesti, metabolisme, hidrolisis dan sel.13
Eperti itu.13 Apabila kita dapat melakukan pemetaan (mopping)
Pada akhirnya, nutrigenomics akan menghasilkan gen pada seseorang maka kita bisa mengetahui makanan
qratu strategi dalam melakukan intervensi yang efektif mana yang baik dan buruk untuk metabolisme, sehingga
unfuk mempertahankan homeostasis normal dan untuk suatu saat kita dapat mencegah timbulnya penyakit
rnencegah penyakit-penyakit terkait dengan diet. Sebagai dengan mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan
ringkasan nutrigenomik adalah bagaimana peranan gen gen kita.]3
418 NUTRISI KLINIX
B. Fasting
Saat nutrient (zat gizi) tidak Cadangan glikogen o, .-4 Glukosa r--* Energi untuk-otak,
mencukupi kebutuhan energi hepar din ottt* susunan;i:'#'*'
(2-3 jam setelah makan), \ ,"tir,rr,."rur,
tubuh mulai memecah gliko-
gen dan cadangan lemak
\
sebagai sumber energi. Cadangan jaringan Asam Lemak -------* Energi untuk sel-sel lain -
lemak ----3' nya
REFERENSI
, *-.".rr*s I [---*-r- I
I tersedia 1. Sardesai VM. Introduction: fundamentals of nutrition. In:
I
Introduction to clinical nutrition. 2nd ed. New York: Marcel
Dekker;2003. p. 1-15.
Kecenderungan pola makan Biesalski HK Grimm P. Introduction. In: Pocket atlas of
(Kultural sosial dan ekonomi genetik) nutrition. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2006. p.1,-54.
Beyer PL. Digestior; absorption, transport, and excretion of
nutrients. In: Mahan LK, Escott-stump I eds. Krause's food,
nutrition, and diet therapy. 11th ed. Philadelphia: Saunders;
2004. p.2-20.
Biesalski HK Grimm P. The nutrients. In: Pocket atlas of
nutrition. 2nd ed. Stuttgart Thieme; 2006. p.56-302.
Tappy L. Carbohydrate metabolism. In: Sobotka L, Allison
SP, Furst P, Meier & Pertkiewicz \4 Soeters R eds. Basics in
clinical nukition. 3rd ed. Prague: Galen;2004. p.66-71,.
Deutz NEP. Protein and amino acid metabolism. ln: Sobotka
L, Allison SR Furst P, Meier & Pertkiewicz M, Soeters P,
eds. Basics in clinical nutrition. 3rd ed. Prague: Galen; 2004.
p.78-82.
7. Berdaner CD. Nutritional biochemistry. In: Berdanier CD,
Dwyer J, Feldman EB, eds. Handbook of nutrition and food.
2nd ed. Boca Raton: CRC Press;2008. p. 12L-158.
Carpentier Y Sobotka L. Lipid metabolism. In: Sobotka L,
Allison SR Furst R Meier & Pertkiewicz M, Soeters R eds.
Basics in clinical nutrition. 3rd ed. Prague: Galen; 2004. p.
72-8.
9. Rolfes S& Pinna K, Whitney E. Metabolism: transformations
and interactions. Inl Understanding normal and clinical
nutrition. Sth ed. Belmont: Wadsworth; 2009. p.213-247.
Sintesis protein
10. Rolfes S& Pinna K Whitney E. The water soluble vitamins:
B vitamins and vitamin C. In: Understanding normal and
clinical nutrition. 8th ed. Belmont: Wadsworth;2009. p.
323-366.
11 Ettinger S. Macronutrients: carbohydrates, proteins and
Iipids. In: Mahan LK Escott-stump S, eds. Krause's food,
nutritioru and diet therapy. 11th ed. Philadelphia: Saunders;
2004. p.37-74.
DeBusk RM. Introduction to nutritional genomics. In: Mahan
LI( Escott-stump 9 eds.'Klause's food, nutritioru and diet
therapy. 11th ed. Philadelphia: Saunders; 200a. p.390-406.
Lucock M. Molecular mechanisms of genetic variation linked
to diet. In: Molecular nutrition and genohics, nutrition and
the ascent of humankind. 1st ed. New |ersey: John Wiley and
€rnbar 12. Peranan genetik terhadap metabolisme nutrien14 Sons;2007. p.19-39.
14. Eastwood M. Factors influencing how an individual
otot tidak dapat digunakan untuk sumber energi pada saat metabolises nutrients. In: Principles of human nutrition. Lst
ed. Edinburgh: Blackwelf 2003. p. 102-8.
starvasi, oleh karena apabila terjadi starvasi maka glikogen
dalam otot akan dipecah, dan energi yang dihasilkannya
iiranya dapat digunakan oleh otot itu sendiri.
Proses metabolisme nutrisi pada tubuh manusia saat
imi menjadi hal yang menarik dalam ilmu gizi, oleh karena
munculnya ilmu nutrigenomik, yaitu suatu disiplin ilmu
fdng mempelajari bagaimana pengaruh gen terhadap
rnetabolisme nutrisi pada tubuh manusia, baik dari pros6s
d(lesti sampai dengan pembentukan energi. Sehingga
saat ini banyak para ilmuwan meneliti gen-gen yang
herperan pada proses ini dan apakah bisa dilakukan
mopping gen pada seseorang, apabila hal ini dapat
dilakukan maka dapat dilakukan pencegahan terhadap
suatu penyakit dengan mengkonsumsi makanan yang
sesuai dengan gen kita.
54
PENILAIAN STATUS GIZI
TriJuli Edi Tarigan, Yaldiera Utami
Status gizi tiap individu sangat dipengaruhi oleh asupan Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dilakukanr
dan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuhnya. Adanya melalui dua metode, yaitu:a,s
ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan 1. Metode langsung
zat gizi tersebut dapat menyebabkan suatu kondisi - Penilaian klinis
yang disebut sebagai malnutrisi.l Kondisi malnutrisi - Pengukuranantropometri
didefinisikan sebagai suatu gangguan status gizi akut, - Pemeriksaan biokimia
subakut atau kronik, dimana terjadi defisiensi asupan - Pemeriksaan biofisik
gizi, gangguan metabolisme gizi, atau kelebihan zatgizi 2. Metode tidak langsung
yang dapat atau tanpa disertai inflamasi yang berakibat - Survei konsumsi makanan
terjadinya perubahan komposisi tubuh dan terganggunya - Statistik vital
fungsi. Hal ini dapat meningkatkan morbiditas dan - Faktor ekologi
mortalitas pada pasien.2 Oleh karena itu pencegahan
terjadinya malnutrisi melalui penilaian status gizi sedini
mungkin dianggap lebih efektif daripada bertindak METODE TANGSUNG
setelah pasien mengalami kondisi malnutrisi.l
Menu rut Arne rico n Society for Po re nte ro I a n d Ente ro I Penilaian Klinis
Nutrition (ASPEN), penilaian status gizi merupakan Pemeriksaan klinis atau pemeriksaan fisik st
suatu proses komprehensif dan teliti dalam menentukan merupakan salah satu metode penting dalam
status gizi melalui pengambilan data nutrisi dan medis, status gizi suatu individu. Adapun keuntungan
pemeriksaan fisik, pengukuran antropometri. status pemeriksaan ini adalah sangat mudah dan praktis
fungsional dan ekonomi, data laboratorium, mengestimasi dilakukan terutama untuk mendeteksi secara
kebutuhan nutrisi, dan rencana penatalaksanaan.3 Hal tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
ini bertujuan untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang lebih zat gizi. Selain itu, tidak mahal dan dapat d
memiliki risiko malnutrisi terutama pasien dengan oleh petugas kesehatan manapun yang telah
penyakit sistemik, untuk mencegah terjadinya kekurangan sebelumnya melalui pengawasan supervisor.a
atau kelebihan nutrisi, yang mungkin akan berpengaruh Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai
terhadap prognosis.l Melalui adanya penilaian status perubahan yang dianggap berkaitan dengan
gizi ini, akan dihasilkan suatu rekomendasi-rekomendasi malnutrisi dan dapat terlihat pada jaringan
untuk meningkatkan status gizi seperti misalnya perubahan permukaan tubuh terutama kulit, mata, rambut
diet, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, penilaian mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
medis lanjutan, atau saran untuk penapisan ulang.3 permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. a,5
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa Berikut adalah beberapa gambaran dari
penilaian status gizi sebaiknya dilakukan oleh tim yang gangguan gizi pada organ-organ superfisial yang
terkait. disebutkan di atas:a
MTTAN STATUS GIZI 421
ffis r- *."i*i#ii'o1
lL Jaringan/Organ
il. Rambut Jarang, tipis Defisiensi protein, zinc. biotin
Mudah dicabut Defisiensi protein
Bercabang, keriting Defisiensi vitamin A dan C
Mulut Glositis Defisiensi Riboflavin, Niasin
Asam folat, 812
Gusi mudah berdarah Defisiensi vitamin A, C, K, asam
folat, niasin .
Stomatitis, angular Defisiensi 82, 86, niasin !
cheilosis, fisura pada lidah
Leukoplakia Defisiensi vitamin A, 812, B kompleks. asam folat,
ntastn
Mulut dan lidah kering Defisiensi vitamin 812, 86, vit C, niasin, asam folat
dan besi
Rabun senja, eksoftalmia Defisiensi vitamin A
Silau, kabur; radang konjungtiva Defisiensi vitamin 82, vitamin A
Bentuk kuku sendok Defisiensi besi
Garis transversal pada kuku Defisiensi protein
Kulit Pucat Defisiensi asam folat, besi, vitamin b12
Hiperkeratosis folikuler Defisiensi vitamin B dan vitamin C
Floking dermatitis Defisiensi vitamin 82, vitamin A, zink, niasin
Pigmentasi, deskuamasi Defisiensi niasin
Hematom, purpura Defisiensi vitamin K, vitamin C, asam folat
& Kelenjar tiroid Pembesaran kelenjar
? Sendi dan tulang Defisiensi vitamin D
422 NUTRISI KLINIX
Tabel 2. Beberapa lnstrumen Penilaian Status Gizi dan Parameter yang Dinilai
makanan, minuman, kondisi kandung kemih, bahkan Setelah dilakukan pengukuran berat badan, pediu
gerakan usus dapat mempengaruhi hasil pembacaan. dinilai apakah individu tersebut termasuk dalam batas berd
Apabila seseorang ditimbang berulang kali setiap badan normal atau apakah terlalu kurus/gemuk. Unht
hari, maka dapat terjadi fluktuasi berat badan sebesar mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pembandingm
+1,0 kg. antara berat badan dengan tinggi badan.
Seorang klinisi sangat tertarik untuk mengetahui
interpretasi hasil pengukuran berat badan, apakah
b. Tinggi badan6
Pengukuran tinggi badan lebih sulit di
seseorang yang ditimbang tersebut mengalami kekurangan
pengukuran berat badan. Untuk anak-anak
atau kelebihan berat badan, atau apakah seseorang
dewasa harus berdiri pada lantai yang datar
tersebut mengalami kenaikan atau penurunan berat badan.
dibutuhkan dinding yang rata. Subjek harus
Selain itu mereka juga tertarik untuk memperkirakan
tegak dengan bagian belakang kepala, bahu,
komponen tubuh mana yang mempengaruhi berat badan
bokong menyentuh dinding; tumit datar dan di
dan perubahan-perubahannya. Gambaran mengenai
kan; bahu rileks; lengan di samping tubuh.
komposisi kompartemen tubuh orang dewasa sehat
dalam posisi tegak dan pandangan lurus ke
dapat dilihat pada gambar 2. Terdapat hubungan antara
serta batas mata sebelah bawah dalam posisi
antropometri (bagian abu-abu), komposisi tubuh, dan
dengan meatus akustikus eksterna (fhe F,
cadangan energi.
HI^IAN STATUS GIZI
423
Bahu relaks
Tungkai lurus
dan lutut menempel
- Waktu pencatatan biasanya selama 1-7 hari. statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
- Data yang diperoleh cukup detail, namun sulit umur; angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
untuk memastikan subjek benar-benar mengisi tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
lembaran data setiap harinya. gizi.
Beberapa masalah yang muncul dalam penggunaan
e Observed food consumption
metode ini di antaranya adalah kesulitan pengumpulan
- Metode ini jarang digunakan namun sangat
data akibat tidak lengkapnya informasi yang tersedia di
dianjurkan untuk penelitian karena melihat
sarana kesehatan setempat serta masalah interpretasi
langsung apa yang dikonsumsi oleh subjek
data yang sering dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio-
- Jenis makanan yang dikonsumsi subjek ditimbang
ekonomi. Oleh karena itu. pengumpulan data statistik
dan porsinya dihitung sedemikian rupa
hanya dapat digunakan sebagai sumber rujukan mengenai
- Sangat akurat namun cukup mahal dan memerlu-
status gizi suatu masyarakat dan tidak dapat dijadikan
kan waktu serta tenaga.
indikator dalam menentukan perencanaan program gizi
- lnterpretasi data yang diperoleh dapat dilakukan
suatu komunitas.s
secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode
kualitatif menggunakan piramida makanan dan
Faktor Ekologi
membagi makanan ke dalam 5 kelompok seperti
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
dalam gambar4. Tentukan jumlah porsi konsumsi
interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan
dari tiap grup dan bandingkan dengan jumlah
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
minimal yang dibutu'hkan oleh tubuh.a
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,
Sedangkan pada metode kuantitatif, jumlah energi penyimpanan dan transportasi bahan pangan serta kondisi
jenis zat nutrisi yang terkandung dalam tiap makanan
othnr ekonomi suatu populasi. Oleh karena itu, pengukuran faktor
gmmg dikonsumsi dihitung menggunakan tabel komposisi ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
rmmrialanan dan dibandingkan dengan kebutuhan harian penyebab malnutrisi di su"atu masyarakat sebagai dasar
lsudu.rh- Metode ini cukup mahal dan memerlukan waktu untuk melakukan program intervensi gizi.s
ywno cukup lama, kecuali menggunakan komputerisasi. Adapun faktor ekologi yang dianggap berpengaruh
terhadap status gizi dibagi menjadi beberapa kelompok.
Setistik Vital yaitu:s
ilfuilietode ini dilakukan dengan cara menganalisis data
ttitmfn
+ ldrlsium, O,
Utilnh e-12
*Sswpn
mmmmmmffiil
Alr put{h
Gambar 4. Piramida makanan
426 NUTRISI KLINIl(
Pengaruh budaya
Pengetahuan mengenai budaya setempat sangat
penting untuk memahami etiologi dari suatu keadaan
malnutrisi. Pola budaya ini meliputi food attitude,
disease cousation, child rearing, dan food production.
d. Faktor sosio-ekonomi
Kondisi sosio-ekonomi cukup sulit untuk dinilai karena
kebanyakan orang tidak bersedia memberikan detail
mengenai pendapatan dan kekayaan lainnya. Penilaian
terhadap fa ktor sosio-ekonomi sebai knya di la kukan
secara terpisah dengan daftar sebagai berikut:
- Data sosial: populasi komunitas, susunan keluarga,
pendidikan, perumahan, dapur; penyimpanan bahan
makanan, persediaan air bersih, dan jamban
- Data ekonomi: pekerjaan, penghasilan keluarga,
kekayaan materi, pengeluaran, dan harga pangan
e. Produksi pangan
Penilaian terhadap produksi pangan sangat penting
untuk mengetahui bagaimana ketersediaan suatu
bahan makanan dalam keluarga. Adapun aspek
penting yang berkaitan dengan status gizi adalah
persediaan pangan, metode pertanian, lahan pangan,
ternak dan perikanan. keuangan, dan distribusi.
55
NUTRISI ENTERAL
Marcellus simadibrata K
427
428 NUTRISI KLINIK
nutrisi yang terdapat pada formula komersil atau KONTRAIN DIKASI NUTRISI ENTERAL
makanan. Formula ini berperan terhadap kadar
elektrolit dan meningkatkan osmolaritas alau renol Kontraindikasi nutrisi enteral yaitu bila ada gangguan fungsi
solute rood, biaya mahal, membutuhkan teknik saluran cerna (misal perdarahan saluran gastrointestinal
pencampuran yang aman, disebut formula modular. berat, vomitus persisten, ileus obstruktif, diare berat,
8. Prebiotik dan probiotik: Susu/makanan cair yang enterokolitis berat).6,7,8
mengandung serat untuk memacu pertumbuhan
bakteri normal usus (misal vegeta dll.) atau yang Keuntungan Nutrisi Enteral
mengandung bakteri normal usus antara lain Keuntungan nutrisi enteral yaitu : ekonomis, memacu
loctobacillus (yakult mengandun g loctobacillus sekresi hormon pencernaan, mencegah atrofi villi,
cosel menghambat pertumbuhan bakteri dan translokasi bakteri
9. ran rehidrasi,elektrolit, karbohid rat
Kom bi nasi cai serta tidak memiliki risiko sepsis dan flebitis seperti pada
dan BCAA: aminofluid oral. Digunakan untuk nutrisi parenteral
suplemen meningkatkan protein otot, memperbaiki
keseimbangan nitrogen pasien ataupun orang normal. Komplikasi Nutrisi Enteral
10. Kombinasi nutrisi polimerik dan serat (FOS), misal Komplikasi yang ditemukan pada pemberian nutrisi entera
Nutrensol antara lain : diare, hidrasi berlebih, muntah, hiperglikemia
konstipasi dan aspirasi.
wa'weight, >30 obes/gemuk. Rumus berat badan ideal dapat masuk ke dalam saluran cerna atau memang
1ffiatfl = 90Yo x (tinggi badan-100). nilai standar < 907o harus dipuasakan per orallenteral (misal pada disfagia,
Mweight,90-110o/o berat normal , > 110% overweight, ileus, pankreatitis akut, operasi usus), nutrisi diberikan
> lM obes/gemuk. melalui parenteral. Sedangkan pada penyakit saluran
Femeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan yaitu cerna di mana nutrisi per orallenteral masih dapat
ffiada elektrolit serum, indikator status cairan, indikator diberikan (misal dispepsia, sindrom usus iritabel, diare)
Sfirs mineral (zat besi dll), kadar vitamin/rhikronutrien, sebaiknya diberikan per oral atau enteral atau dapat
#hseimbangan nitrogen, prealbumin, albumin, transferin diberikan kombinasi orall enteral dengan parenteral pada
d*l lain-lain. tahap awal. Nutrisi enteral diberikan bila makanan tak
Ferhitungan Kebutuhan Kalori, Protein, Lemak dan dapat diberikan melalui mulut dan esofagus, jadi nutrisi
6l*-an - elektrolit diberikan melalui selang nasogastrik (pada stenosis/
Ferkiraan kebutuhan kalori basal: 25-35 kkal/kgBB/ striktur esofagus) atau melalui gastrostomi (pada
frlrri" wanita 25-30 kcal/kgBB/hari, pria 30- 35 kkat/kbBB/ stenosis/ striktur esofagus, kanker esofagus distal atau
[iimi" Kebutuhan ini ditambah lagibila ada kegiatan fisik, tumor lambung, obstruksi/stenosis pilorus, pankreatitis
dtes, infeksi dan lain-lain. Beberapa pusat penelitian akut). (Gambar 1) e
Penilaian Nutrisi
I
+ Peritonitis difus
Saluran cerna berfungsi Obstruksi usus
Muntah intractable, ileus
Diare intractable
Iskemi gastrointestinal
Nutrisi enteral Nutrisi parenteral
I
Jangka panjang Jangka pendek
I
Gastrostomi Nasogastrik
jejunostomi Nasoduodenal
I
{
Nasojejunal
Fungsi GI Jangka pendek
atau
Normal I Teroanoou
restriksi cairan
I
IMUNONUTRISI
Gastronostomi
KESIMPULAN
Gambar 2.
I''XISI ENTERAL 431
TEfERENSI
432
T]ltSI PARENTEML: CARA PEMITIHAN, KAPAN, DAN BAGAIMANA 433
P" Terapi nutrisi parenteral total, diberikan jika batasan akses enteral diletakkan di distal fistula atau volume
frrnlah kalori ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. output<200 mL/hari), peritonitis difus, obstruksi
NPE total ini diberikan atas indikasi absolut. intestinal, diare, dan iskemi saluran cerna.
4. Pemberian nutrisi tambahan dimulai pada pasien yang
diperkirakan tidak dapat memenuhi kebutuhan secara
nDlXAST oral selama 7-14hari.
Nutrisi parenteral tidak dapat langsung diberikan pada
Mdasarnya pemberian makan secara NE lebih dianjurkan
keadaan:
ffianding NPE. Oleh karena itu, yang perlu ditentukan . Pasien 24 jam pascabedah yang masih dalam Ebb
Urhbih dulu ialah apakah memang ada atau tidak ada
phase, masa di mana kadar hormon stres masih
irdfitasi NPE.Nutrisi enteral berperan menjaga fungsi
tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar
dran cerna dan merangsang sistem imun saluran cerna.
gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan
Mtgnn alasan tersebut, NE boleh diberikan pada pasien
cairan elektrolit dan dekstrosa 5%. Jika keadaan
ill. Sedangkan PNE dapat bersifat imunosupresif
@nilidcol
sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal
dhanding NE karena tidak mempertahankan mukosa
napas sudah dapat diatasi, krisis metabolisme sudah
d,ran cerna dan gut-ossociated lymphoid frssue. Namun,
lewat. maka NPE dapat diberikan dengan lancar
flifffi merupakan alternatif pemberian makan bagi pasien
dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien, makin
ymg tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi melalui oral
lambat dosis NPE total (dosis penuh) dapat dimulai.
flnr [rlf
Sebelum keadaan tenang (flow phose) tercapai, NPE
Secara umum, NPE diindikasikan pada pasien yang
total hanya menambah stres bagi tubuh pasien.
mmnngalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar
nmktu tertentu. Tanpa bantuan nutrisi, tubuh memenuhi
kortisol, katekolamin, dan glukagon.
l$"rErhan energi basal rata-rata 25-30 kkal/kgBB/hari. Jika . Pasien gagal napas (pp2 <80 dan pCO2 >50) kecuali
dangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi
dengan respirator. Pada pemberian NPE penuh,
ntmeialui proses glukoneogenesis, antara lain dengan
metabolisme karbohidrat akan meningkatkan produksi
Spolisis dan proteolisis 125-150 g/hari. Puasa lebih dari
CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan . Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstra-
qililkogen di hati (70 9) dan otot (400 g). Sedangkan
selu la r
cadangan energi lainnya, lemak (12.000 g), dan prote:n . Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan
ffi"* n) habis dalam waktu kira-kira 60 hari. cost-benefit
fiondisi pasien yang memerlukan NPE adalah sebagai
herikut: Pasien Kritis
- Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pen- Sebuah penelitian multisenter membandipgkan pemberian
NE saja, NE dengan penambahan NPE dini, dan NE dengan
cernaan seperti striktur atau keganasan esofagus, atau
gangguan absorbsi makanan) penambahan NPE akhir. Pada pasien kritis, pemberian
- Pasien tidak boleh makan atau pasien post operasi
dini NE dan NPE memberikan hasil yang baik. Pemberian
(seperti fistula intestinal dan pankreatitis) diniNE dalam24-48 jam dilCU dapat meng-optimalisasi
. Pasien tidak mau makan (seperti akibat pemberian
fungsi saluran intestinal, meningkatkan sistem imun dan
kemoterapi)
mengurangi stresoksidatif. Tetapi NE saja tidak cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi. Diperlukan NPE pada fase
&erdasarkan ASPEN Guidelines (Americon Society of awal paslen kritis, terutama pasien yang tergolong risiko
Wenterol &. Enterol Nutrition) 2002.terdapat beberapa tinggi yaitu pasien dengan IMT <20, disfungsi saluran
irdikasi pemberian nutrisi tambahan: intestinal persisten sebaiknya NPE mulai diberikan
1- Nutrisi tambahan harus diberikan pada pasien yang setelah !2 jam menggunakan NE. Pada kelompok yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi melalui mendapat NE dan penambahan NPE dini, didapatkan
oral angka mortalitas yang lebih rendah, massa otot yang lebih
e Jika dibutuhkan pemberian nutrisi tambahan, NE lebih baik, dan proses penyembuhan lebih cepat.
diutamakan dibanding NPE
3" Jika pemberian nutrisi tambahan diindikasikan, NpE
digunakan pada pasien dengan gangguan saluran STRATEGI PEMBERIAN NPE
cerna atau tidak dapat memenuhi kebutuhan secara
oral dan NE, seperti ileus paralitik, iskemi mesenterik, Sebelum memulai NPE, tahapan yang perlu dilakukan
obstruksi usus, fistula saluran cerna (kecuali jika ialah:
434 NUTRISI KLINIK
londisi penyakit yang mendasarinya.Kalori adalah unsur - 25 kkal/kgBB, untuk kondisi tanpa stres
yang mutlak harus diberikan cukup.Sumber kalori yang - 30 kkal/kgBB, untuk stres ringan
ubma dan harus selalu ada adalah glukosa. Otak dan - 35 kkal/kgBB, untuk stres sedang
eritrosit mutlak memerlukan glukosa ini setiap saat. Jika - 40 kkal/kgBB, untuk stres berat
fidak tersedia cukup, tubuh melakukan glukoneogenesis
2.1. Sumber Kalori
deri substrat lain. Selain karbohidrat, sumber kalori yang
Dua sumber utama kalori adalah karbohidrat dan lemak.
lf,n ialah lipid. Untuk keperluan regenerasi sel, sintesis N PE hanya dipenuhi oleh karbohidrat,
Tetapi bila kebutuhan
snzim dan protein diperlukan sumber protein, yaitu asam
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama bila
rnino. Komponen nutrisi penting lainnya ialah vitamin cairan dekstrosenya bersifat hipertonis, yaitu:
ymng larut lemak dan larut air; elektrolit, trace element. . trombosis
.Ahlmin, insulin, dan obat-obatan lain mungkin diperlukan . meningkatkan kebutuhan insulin
ssuai kondisi tertentu. Jenis nutrient yang dibutuhkan . bahaya hipoglikemia bila infus dekstrose hipertonis
fidatr sebagai berikut:
dihentikan mendadak
'1|l- Cairan . meningkatkan BMR
Pemenuhan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh adanya . meningkatkan produksi CO2
penyakit yang mendasarinya, seperti gagal jantung,
Untuk mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori
gangguan respirasi, ginjal dan hati. Kebutuhan cairan nonprotein dapat digantikan dengan emulsi lemak karena
pasien dewasa pada umumnya berkisar 1-2,2 mL/ produksi CO2 akan ditekan. Jangan menggunakan protein
kkal atau 20-50 mL/kgBB/hari, atau rata-rata 35 ml/ sebagai sumber energi, karena protein penting untuk
kgBB. Bila terdapat kehilangan cairan yang abnormal, regenerasi sel dan sintesis protein viseral seperti enzim,
seperti diare atau muntah, cairan perlu ditambahkan albumin, imunoglobulin.
sejumlah yang hilang tersebut.Bila terdapat demam,
cairan ditambah sebanyak 150 mL/peningkatan 1"C. 2.2. Karbohidrat
Dalam hal hilangnya cairan lambung, berarti juga . Glukosa
hilangnya komponen mineral/elektrolit, maka perlu Glukosa adalah karbohidrat pilihan untuk nutrisi
diperhitungkan dalam menentukan formula NPE. parenteral, karena glukosa merupakan substrat
paling fisiologis, secara natural ada dalam darah,
Z Kalori banyak persediaan, murah, dapat diberikan dalam
Kebutuhan kalori secara sederhana dapat diperkirakan berbagai konsentrasi, dengan nilai kalori 4 kkal/9.
dari berat badan. Untuk menghitung resting metabolic Untuk dapat memberikan pengaruh maksimum ter-
expenditure (RME), rumus yang biasa digunakan ialah hadap keseimbangan hitrogen, minimal diperlukan
rumus Harris-Benedict: 100-150 g glukosa. Kebutuhan tersebut juga
laki-laki: RME (kkal/hari) = 66,5*1r,8xBB (kg)+5xTB digunakan untuk memenuhi energi yang diperlukan
(cm) -6,8xUmur(th) oleh susunan saraf pusat dan perifer, eritrosit,
Perempuan: RME (kkal/hari) = 655+9,6xBB (kg)+1,8xTB leukosit, fibroblas yang aktif dan fagosif tertentu
(cm) - 4,7xUmur (th) yang menggunakan glukosa sebagai satu-satunya
Di samping kebutuhan basal tersebut, tambahan kalori sumber energi.
diperhitungkan bila menghadapi stres atau aktivitas, Untuk menghindari hiperglikemi yang tiba-tiba,
sebagai berikut: peningkatan konsentrasi glukosa, misalnya dari 5%
- 1,2 x RME, untuk kondisi tanpa stres menuju 2Oo/o harus bertahap, (start slow @ go slow).
- '1,5 x RME, untuk kondisi stres sedang seperti Kecepatan infus yang dianjurkan ialah 6-7 mg/kgBB/
trauma dan operasi menit. Beban glukosa akan merangsang pankreas
- 2,0 x RME, untuk kondisi stres berat seperti sepsis mengeluarkan insulin. Pada keadaan produksi insulin
dan luka bakar > 40% permukaan tubuh menurun, seperti pada sepsis, infus glukosa yang
Dalam pemberian NPE, tambahan kalori yang berlebihan atau kecepatan infus lebih dari yang
diperlukan untuk aktivitas (energy expenditure of dianjurkan berakibat meningkatnya konsumsi oksigen,
octivitylEEA) tidak perlu lagi, karena dalam RME produksi dan konsumsi energi akibat lipogenesis, yang
kebutuhan untuk spesifik dinomic ocfion sudah akan memperburuk keadaan. Blla terjadi hiperglikemia,
diperhitungkan. untuk selanjut-nya lebih baik mengurangi kecepatan
Untuk kepentingan praktis, mengingat rumus infus glukosa dibanding dengan pemberian insulin.
Haris Benedict rumit, Howard Lyn menyederhanakan Jika larutan glukosa diselingi cairan lain, besar
perhitungan menjadi: kemungkinan kadar glukosa darah berfluktuasi kaiena
436 NUTRISI KLINIK
overshoot insulin dari waktu ke waktu. Agar fluktuasi lemak, karena hati dapat menggunakan asam lemak
seminimal mungkin, larutan karbohidrat dibaqi rata sebagai sumber energi, sekaligus mensintesis asam
sepanjang 24 jam. lemak untuk penyimpanan energi. Lemak penting
untuk integritas dinding sel, sintesis prostaglandin
Fruktosa
dan sebagai pelarut vitamin yang larut lemak. Nutrisi
Fruktosa merupakan sumber kalori yang potensial
parenteral dengan kemasan bebas lemak untuk
karena tidak memerlukan insulin untuk masuk ke
jangka lama menyebabkan defisiensi asam lemak
dalam sel, lebih sedikit iritasi vena, dimetabolisasi
esensial yang terlihat sebagai alopesia, dermatitis,
Iebih cepat di hati dan mempunyai efek hemat
perlemakan hati dan gangguan fungsi imunitas.
nitrogen lebih baik.Tetapi kebanyakan jaringan tidak
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian
menggunakan fruktosa secara langsung. perubahan
emulsi lemak sebesar 30-40o/o dari kalori total
menjadi glukosa terutama terjadi dalam hati, dan
merupakan jumlah yang optimal. Untuk mencegah
jaringan hanya dapat menggunakan glukosa sebagai
defisiensi asam lemak esensial, perlu diberikan
sumber energi. Kerugian lain penggunaan fruktosa
asam lemak esensial sebanyak 4-8o/o dari kalori total
ialah bila infus terlalu cepat atau berlebihan dapat
sehari.
menyebabkan asidosis laktat, hipofosfatemia,
Emulsi lemak 10% dan 20o/o tidak hipertonis,
penurunan nukleotida adenin hati, peningkatan
dapat diberikan melalui vena perifer. Kecepatan
bilirubin dan asam urat.
infus emulsi lemak tidak melebihi 0,5 g/kgBB/jam,
Gula alkohol (sorbitol dan xylitol) sesuai dengan batas maksimal kemampuan ambilan
Jenis karbohidrat ini juga tidak memerlukan insulin lemak. Tiap 500 mL diberikan dalam waktu 6-8 jam,
untuk menembus dinding sel. Keduanya tidak dapat dapat diteteskan bersama karbohidrat dan asam
digunakan Iangsung sebelum diubah menjadi glukosa amino.Sebagai sumber kalori, lemak perlu dikombinasi
di hati.Mengingat adanya risiko asidosis laktat, dengan kalori karbohidrat dalam perbandingan 1:,l.
peningkatan asam urat darah dan diuresis osmotik, Misalnya untuk 1200 kkal; diberikan 150g glukosa
gula alkohol ini tidak mempunyai keunggulan dan 709 lemak. Keuntungan kombinasi sumber kalori
dibanding glukosa. Untuk mendapatkan efek positif, ini adalah dihindarkannya penyulit hiperosmolar dan
xylitol diberikan dalam kemasan kombinasi dengan hiper-glikemia. Mengingat harga emulsi lemak mahal
g lu kosa dan fruktosa (GFX=Glukosa-Fru ktosa-Xyl itol) untuk digunakan secara rutin, emulsi cukup diberikan
dengan perbandingan 4:2:1 yang dianggap ideal sekalitiap minggu.
secara metabolik. 2.4. Protein
Maltosa Asam amino yang menyusun protein hampir
Maltosa memiliki beberapa keuntungan sebagai seluruhnya tergolong asam amino-a. Asam amino
karbohidrat alternatii terutama pada pasien DM, yang tidak disintesis tubuh disebut alam amino
karena: esensial.Asam amino diperlukan untuk regeneras
- mengandung 2 molekul glukosa sel, pembentukan enzim dan sintesis protein somatik
- tidak memerlukan insulin saat menembus dinding dan viseral, serta sintesis hormon peptida (insulin
sel dan glukagon). Pemberiannya harus dilindungi kalori
- lsotonis, sehingga dapat diberikan melalui agar asam amino tersebut tidak dibakar menjadF
vena perifer, dan dapat dicampur dengan energi (glukoneo-genesis). Jangan memberikan asam
cairan lain yang hipertonis (untuk menurunkan amino bila kebutuhan energi dasar belum dipenuhl
osmolaritas) Untuk melindungi tiap gram nitrogen diperlukan
Meskipun tidak memerlukan insulin untuk 80-150 kkal karbohidrat (25 kkal per gram asaml
masuk sel, tetapi proses intraselular mutlak masih amino). Kalori yang berasal dari asam amino tid*
memerlukannya. Pemberian dosis yang aman dan ikut diperhitungkan sebagai sumber protein untuk
efisien adalah 1,5 g/kgBB/hari. lnfus yang berlebihan kalori.Kebutuhan nitrogen berkisar 0,Zg/kgBB/han,
menyebabkan pemborosan melalui urin, bisa sampai setara dengan protein 1,259/kgBB/hari, atau 1,5g[
ekskresi melebihi 25o/o dari maltosa yang diinfuskan. kgBB/hari asam amino. Kebutuhan ini akan berkurang
pada keadaan gangguan fungsi ginjal dan hati dan
2.3. Lemak
meningkat pada keadaan katabolik. Kebutuham
Selain karbohidrat, lemak juga berfungsi sebagai protein pada keadaan katabolik bisa sampai 1,5gd
sumber energi dengan nilai 9 kkal/g,lebih tinggi nilai B/ha ri ntu k men
kg B u g indu ksi keseim ba n gan n itrogam
energinya per unit volume dibanding karbohidrat. positif dan membangun kembali massa tubuh yarlg
Hati merupakan organ terpenting dalam metabolisme normal.
UIIISI PARENTERAL: CARA PEMILIHAN, KAPAN, DAN BAGAIMANA 437
Kebutuhan asam amino pada keadaan sepsis hipoprotrombinemi. Kebutuhan vitamin yang
lebih tinggi lagi, 2-39/kgBB/hari. Jika pasien sepsis diberikan melalui intravena lebih besar dibanding
tidak mendapat kalori eksogen, akan terjadi destruksi melalui oral, diduga akibat ekskresi melalui ginjal
iringan otot 750-1000 gram sehari' Namun pemberian yang lebih besar. Sedangkan kelebihan vitamin A
protein yang dianjurkan cukup 1-1,5 g/kgBB/hari. dan D dapat menyebabkan berturut-turut dermatitis
Proteolisis akan mengganggu dan inenghambat eksfoliativa dan hiperkalsemia. .
Mengandung kalori karbohidrat saja, kurang mendapat monitoring yang adekual,dan 49%
Dekstrose 5%; Dekstrose 10o/o; Dekstrose 407o pasien diantaranya memiliki komplikasi metabolik yang
Mengandung karbohidrat dan elektrolit, dapat dihind ari (ovoidoble metobolic complications).
Triparen 1; Triparen 2; Triofusin E 1000; Komplikasi yang dimaksud adalah hipofosfatemia,
KA-EN 1B; KA-EN 3A/B hipomagnesemia, hiperglikemi, aritmia, gagal jantung
Mengandung karbohidrat dan asam amino dan henti jantung mendadak. Penting untuk memahami
Aminovel 600; Aminofusin 1000; Pan Amin G; Kabiven potensi komplikasi metabolik yang dapat timbul pada
Peripheral; Clinimix pasien dengan NPE dan melakukan monitoring yang
Mengandung lemak adekuat. ldentifikasi dini dan penanganan komplikasi
lntralipid 10%; lntralipid 20%; tvelip 20% dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
dapat diberikan melalui vena perifer; karena sebagian besar Metabolik HepatobilierdanGastrointestinal
larutannya bersifat isotonis (osmolaritas <800 mOsm/ Steatosis, kolestasis, stasis kandung
kgBB).Vena perifer dapat menerima osmolaritas cairan empedu dan kolelitiasis
sampai maksimal 900 mOsm. Makin tinggi osmolaritas Atrofi gastrointestinal
(makin hipertonis) makin mudah terjadi kerusakan dinding Hipersekresi asam lambung dan
vena perifer seperti tromboflebitis atau tromboemboli. hiperasiditas
Sedangkan NPE total yang diprogram untuk jangka Nutrisi
panjang, harus diberikan melalui vena sentral kare_na
Overfeeding atau u nderfeed ing; gangguan
larutannya bersifat hipertonis dengan osmolaritas >900 keseimbangan energi
mOsm. Melalui vena sentral, aliran darah menjadi lebih Gangguan keseimbangan glikemik
cepat sehingga tidak sampai merusak dinding vena. Gangguan stati.rs hidrasi
Ketidakseimbangan pH
Ketidakseimbangan asam amino/amonia
KOMPTIKASI Gangguan vitamin, mineral, elektrolit
Komplikasi pemberian nutrisi pendukung dapat Sindrom refeeding
dikelompokkan menjadi 3, yaitu (tabel 1): Jangka panjang
1. Metabolik Metobolic bone diseose
2. Mekanik Mekanik Oklusi trombotik d""1n nontrombotik
3. lnfeksi Flebitis
Malposisi kateter
yang terampil untuk itu. Untuk mengatasi masalah
Pneumotoraks dan hematoraks
ganguan keseimbangan cairan dan nutrisi, terapi NpE
Hidromediastinum
harus dimulai dengan dosis rendah (start low) dan
dinaikkan secara perlahan (go slow), dengan pemantauan Infeksi lnfeksi karena kateter
Bakteri
yang ketat.
Jamur
lnfeksi melalui kateter pada NpE jarang terjadi pada
Translokasi bakteri intestinal dan per-
72 1am pertama. Bila ada panas selama 72 jam pertama,
tumbuhan bakteri berlebihan
harus dicari kemungkinan penyebab dari sumber lain.
5epsrs
Untuk memastikan adanya infeksi melalui kateter harus
dilakukan ku ltu r mikroorganisme ujung kateter.
KESIMPULAN
MONITORING
Nutrisi pasien merupakan salah satu aspek penting dalarn
Peningkatan jumlah komplikasi metabolik pada pasien pengelolaan penyakit.Namun disadari bahwa kondisi
dengan NPE dapat terjadi karena monitoring NpE yang sakit menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalann
tidak adekuat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di memenuhi kebutuhan nutrisi yang sering lebih banyak
lnggris pada tahun 201 1, sebanyak 46 o/o dari 211 pasien dari kebutuhan dalam keadaan biasa.
;II'9 PARENTERAL: CARA PEMILIHAN. KAPAN, DAN BAGAIMANA 439
Jangka panjang
atau pembatasan
cairan
Gastrostomi,
jejunostomi
Adekuat
lanjut ke
diet lebih
kompleks dan
mekanan
sesuai
penerimaan
Dilanjutkan ke nutrisi
enteral total
441
442 NUTRISI KTINIK
I
Gizi kurang
I +
Obesitas
Nutrisi optimal
Penyakit infeksi Penyakit kronik
Gambar l.Transisi nutrisi. Diadaptasi dari lnformasi pada Studi Popkin, dkkdan Vorster; dkk.
Jatuh penyakit
+- Meningkatnyakelemahan
hospitalisasi I
t
I
Kematian
hendaya berkaitan dengan indikator-indikator risiko dan sebanyak 14,7o/o memiliki indeks masa tubuh <17 kgl
nutrisi. Status nutrisi pasien usia lanjut yang dirawat atau m2. Selain itu, kadar hemoglobin pada kelompok inijuga
baru keluar dari perawatan biasanya masih tetap buruk relatif rendah, sebanyak 25% pria dan 32% perempuam
dan membutuhkan perhatian khusus di rumah. penilaian menderita anemia (sesuai kriteria WHO 1994, anemia bih
status nutrisi sangat menentukan pada populasi ini karena kadar hemoglobin pada pria <13 mgldl dan perempuan
terjadi kondisi kurang gizi progresif dan sering tidak <12 mg/dl). Di ruang rawat akut ditemukan 40-55% usia
terdiagnosis. lanjut menderita malnutrisi dan 23% menderita malnutrisfi
Data dari Poliklinik Geriatri Departemen llmu penyakit berat. Tingginya prevalensi malnutrisi pada usia lanjtrt
Dalam FKUI/RS-Cipto Mangunkumo menunjukkan 9,4% mengingatkan perlunya penilaian status nutrisi secara
pasien memiliki indeks masa tubuh < 18,5 kg/m2 dan 3,5o/o rutin.
dengan indeks masa tubuh < 17 kg/m2. Bila menggunakan Status nutrisi memengaruhi berbagai sistem pada rrcie
penapisan malnutrisi secara dini dengan penilaian Nutrisi lanjut seperti imunitas, cara berjalan dan keseimbangaq,
Mini (Mini Nutritionol Assessment) ditemukan sebesar fungsi kognitif, serta merupakan faktor risiko untuk
29o/opasien berisiko mengalami malnutrisi. Studi Lukito timbulnya infeksi, jatuh, delirium, serta mengurangr
pada masyarakat ekonomi lemah diJakarta mendapatkan manfaat pengobatan. Terdapat hubungan antara marl-
sebanyak 26,6% memiliki indeks masa tubuh <18,5 kg/mz, nutrisi dengan mortalitas, lama rawat, banyaknyo
Mf,,AN NUTRISI PADA USIA LANJUT 443
lbnplikasi, dan perawatan kembali. transferin serum kurang dari 80 U/ul, biasanya telah terjadi
Pada usia lanjut, stres ringan jangka pendek sudah malnutrisi berat.
drpat rnenyeba bka n ti m bu nya ma n utrisi energi protei n.
I I
efek lokal dan sistemik. Faktor-faktor ini mencakup leptin, ini (usia 70-79 tahun), pengguna vitamin C dan E atau
angiotensin, resistin, adiponektin. plasminogen-activator vitamin E saja memiliki nilai skor kognitif global yang
inhibitor 1, dan sitokin lL-6 dan TNF-o. Banyak zat-zat lebih baik daripada yang tidak meminum vitamin atau
ini berhubungan dengan morbiditas kardiovaskular, yang hanya meminum vitamin C saja. pada studi lain juga
hendaya, atau risiko mortalitas. Keseimbangan antara ditemukan bahwa penggunaan vitamin E dari makanan
kalori dan aktivitas tidak cukup lengkap untuk menjelaskan mungkin berkaitan dengan berkurangnya risiko penyakit
timbulnya perubahan komposisi tubuh pada usia lanjut. Alzheimer. Juga terdapat bukti bahwa suplemen vitamin
Di sisi lain, latihan daya tahan dapat meningkatkan C dan zink pada usia lanjut dengan ulkus dekubitus akan
kekuatan dan massa otot bahkan pada usia yang sangat mempercepat penyembuhan luka.
lanjut, menunjukkan bahwa kehilangan massa otot untuk Kalsium dan vitamin D juga merupakan zat gizi
sebagian reversibel dan diperantarai oleh faktor-faktor yang sangat perlu mendapat perhatian pada usia lanjut.
biomekanik atau neurohumoral. Dengan bertambahnya usia, penurunan fungsi ginjal
Berat badan lebih merupakan penyebab utama menyebabkan malabsorpsi kalsium dan meningkatnya
osteoartritis lutut dan panggul. pada perempuan kehilangan massa tulang. Kebutuhan akan vitamin D juga
pasca menopause, kegemukan berkaitan dengan risiko meningkat pada usia lanjut. Meskipun tinggal di negara
kanker payudara dan kanker kolon. Kegemukan juga tropis, seringkali para usia lanjut kurang terpajan sinar
meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung matahari daripada orang dewasa muda. Selain itu, pada
koroner. Risiko timbulnya hendaya juga berkaitan dengan proses menua, kemampuan kulit membentuk previtamin
kegemukan, terutama pada perempuan. D-3 dari sinar ultraviolet berkurang. Rendahnya kadar
kalsium dan vitamin D dalam diet mayoritas penduduk
Defisiensi Vitamin dan Mineral negara berkembang, bersama dengan perubahan pola
Tidak memadainya asupan mikronutrien sering terjadi makan dan aktivitas akan membuat osteoporosis sebagai
pada usia lanjut, bahkan pada negara yang telah sangat masalah besar yang kian meningkat pada usia lanjut.
maju, yang berkaitan dengan meningkatnya risiko penyakit Dengan transisi nutrisi menuju diet tinggi lemak dan
kronik. Sebagai contoh, vitamin 8-6, B-12, dan asam folat rendah serat, perlu dijaga dan ditingkatkan asupan buah
dibutuhkan untuk mencegah akumulasi homosistein, sayuran, dan biji-bijian utuh yang akan sangat membantu
suatu asam amino yang secara konsisten berhubungan mengontrol peningkatan insidensi penyakit kronik.
dengan risiko penyakit vaskular. Juga terdapat hubungan Menariknya, kebutuhan terhadap zat besi dan vitamin
antara rendahnya konsentrasi vitamin B dan menurunnya A pada usia lanjut, lebih rendah daripada dewasa muda
fungsi kognitif. Data dari beberapa studi memperlihatkan Pada usia lanjut terdapat penurunan klirens vitamin A
bahwa kadar vitamin B yang rendah sering terjadi pada lewat hepar dan jaringan perifer lailnya. Cadangan zat besi
usia lanjut. Untuk lndonesia, studi Lukito pada 204 orang pada usia lanjut terakumulasi dan tingginya kadar feritin
usia lanjut di kota Jakarta memperlihatkan sebanyak serum berkaitan dengan makin besarnya risiko penyakit
36,6% subyek memiliki kadar tiamin (vitamin B1) rendah jantung koroner. I
dan sebanyak 32,4o/o mengalami defisiensi vitamin B-12
(bila memakai cut-off point untuk usia lanjut, yang lebih
tinggi, 258 pmol/l, sesuai saran Allen dan Casterline 1994 PENDEKATAN PRAKTIS PENILAIAN STATUS
dan Lindenbaum 1994). Selain itu juga diperoleh data NUTRISI
rendahnya status biokimia vitamin A dan asam folat.
Data ini terkait dengan rendahnya asupan zat gizi Pertimbangan Umum Anamnesis dan pemeriksaa
tertentu dalam pola makan sehari-hari. Asupan tiamin Fisis
kurang dari setengah asupan harian yang dianjurkan yaitu Perlu dicurigai adanya problem nutrisi bila terdap*
1,2 mg. Demikian pula asupan asam folat. penyakit-penyakit yang sering terkait dengan timbulnyn
Terdapat beberapa bukti manfaat suplementasi malnutrisi seperti gangguan kognitif gangguan miokard
vitamin pada fungsi kognitif dan penyembuhan ulkus. kronik, gangguan ginjal kronik, atau masalah panq_
Pada sebuah studi, suplementasi mikronutrien oral dalam sindrom malabsorpsi, dan polifarmasi. Selain itu, bilr
jumlah sedang (vitamin, coppeL selenium, iodine, zink, terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat kenyang, mual,
dsb) memperbaiki skor tes fungsi kognitif sementara perubahan pola defekasi, fatigue, apatis, atau hilangnp
plasebo tidak memberikan efek pada kelompok sukarela daya ingat, harus mendapat perhatian penuh. Temuan fish
usia lanjut sehat (usia 66-86 tahun). pada Studi Kesehatan yang menandakan adanya defisit nutrisi adalah kondui
Perawat Longitudinal, informasi tentang penggunaan gigi geligi yang buruk, keilosis, stomatitis angularis, dul
vitamin C dan E diperoleh tahun 1980 dan juga foLlow-up glositis. Ulkus dekubitus atau lambatnya penyembuhm
fungsi kognitif antara,tahun 1995 dan 2000. pada studi luka, edema, dan dehidrasi merupakan temuan fidr
EillGGUAN NUTRIS] PADA USIA TANJUT 445
ffiturjukan untuk mengatasi problem akut tersebut seperti .Keterbatasan fisis sehingga tidak sanggup pergi
mnengatasi infeksi, kontrol tekanan darah, dan menjaga
.berbelanja makanan atau buku masaK
rcrdisi keseimbangan metabolik, elektrolit, dan cairan.
.Berkurangnya aktivitas
Tanpa sebab
Setelah masalah akut teratasi, pasien diminta untuk
mcara sadar mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan.
liirruju.rannya adalah memberikan asupan kalori kira-kira 35 Tabel 2. Penyebab Kehilangan Berat Badan
Mal/kgBg ideal. Karena biasanya hanya sekitar 10o/o orang M Medicotion effects
tt',a yang mengkonsumsi cukup makanan untuk meng- E Emotional problems, terutama depresi
masi defisiensinya maka perlu dilakukan upaya intervensi A Anorexio tordive (nervosa), olcoholism
mutrisi yang lebih agresif. Sebagai patokan umum, dalam L Lote-tife poranoio
iritasi dan tidak terlalu mengganggu mobilitas atau memperbaiki massa otot sangatlah penting. Latihan fisis
kemampuan menelan makanan. Sangat penting untuk yang sesuai dapat dilakukan untuk tujuan ini. Sangatlah
meyakini bahwa selang benar-benar telah masuk ke penting memahami perlunya pendekatan terpadu
dalam lambung sebelum diet cair diberikan. Untuk pasien dalam tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut. lntervensi
yang membutuhkan terapi nutrisi selama 6 minggu atau nutrisi agresif hanya merupakan bagian dari strategi
lebih dianjurkan pemberian melalui gastrostomi atau keseluruhan.
yeyunostomi. Diet cair harus mengandung tidak lebih
dari 1 kkal/ml agar tidak terlalu kental dan dapat masuk Obesitas
ke selang dengan mudah. Diet cair vio flowcore maupun Tujuan program penurunan berat badan haruslah
gastrostomi diberikan dengan kecepatan 25 ml/jam' untuk mencapai penurunan berat badan sedang yang
Kecepatan dapat ditingkatkan secara bertahap sehingga menyebabkan membaiknya status kesehatan. Upaya-
dalam waktu 48 jam kebutuhan kalori dan protein total upaya meningkatkan aktivitas fisis dan mengurangi asupan
harian dapat dipenuhi. Diet enteral memiliki efek samping kalori lebih diutamakan daripada penggunaan obat' Terapi
uiama yang harus diwapadai' Salah satu akibat tersering farmakologis harus dipertimbangkan bila tampaknya sulit
adalah retensi cairan berlebihan. Bila terapi nutrisi telah untuk mengontrol akibat metabolik obesitas (contok
diberikan, akan diperoleh peningkatan berat badan dalam hipertensi sulit terkontrol atau kontrol diabetes tidak
waktu 2-3 hari pertama yang mencerminkan adanya adekuat untukjangka lama) atau berada dalam keadaan
retensi cairan bila pertambahan berat badan berkaitan dimana obesitas akan menimbulkan gangguan dalam
dengan penurunan bermakna kadar hemoglobin dan mengatasi masalah kesehatan yang lain seperti operci
albumin serum. Bila hal ini terjadi pada pasien dengan penggantian lutut.
gangguan fungsi ginjal dapat terjadi edema perifer atau Bila program penurunan berat badan diambil, penting
bahkan gagaljantung. Pada kondisi ini diet dimodifikasi diingat bahwa tulang dan otot akan turut berkurang
dalam bentuk yang lebih padat. Bila terjadi hiponatremia selama periode penurunan berat badan. Orang tua
dan hipokalsemia, hipofosfatemia, dan berkurangnya mengalami kehilangan berat badan dalam proporsi sarna
kadar magnesium serum, waspadai timbulnya atau dengan lemak dan otot seperti pada dewasa muda namtn
perburukan delirium. Masalah lain yang mungkin timbul demikian karena mereka mulai dengan massa tubuh kerirg
dengan diet enteral ini adalah diare berat. Risiko diare lebih sedikit, berlanjutnya penurunan berat badan aka
dapat diminimalkan bila diet diberikan dalam infus lambat. menyebabkan penurunan berat di bawah ambang risib
Pemberian diet cair secara bolus melalui NGT pada usia fraktur serta hilangnya kekuatan otot. Perlu dilakukan
lanjut akan meningkatkan risiko diare, muntah, serta upaya guna mencegah kehilangan massa tulang dan
pneumonia aspirasi. otot seperti latihan aerobik dqp daya tahan atau terEi
Target utama rehabilitasi pada pasien geriatri adalah antiosteoporotik lainnya. Selain itu, restriksi kalori peth
memperbaiki kemandirian fungsional dan meningkatkan ditambahkan guna memastikan asupan adekuat zat gia
kekuatan otot sehingga strategi yang bertujuan untuk dan vitamin selama Periode diet. '
I
1. Dukungan nutrisi
- Diet porsi kecil dan sering
- Tinggi lemak dan Protein Berat badan
:+
suplemen sebagai Pengganti tidak bertambah t\
diet Pertimbangkan diet enteral
I
- Snock tengah malam Tak ada penyakit terminal
2. Terapi fisis: olahraga enteral t
I
Informasi pada pasien dan keluarga
3. Terapi okupasi terminal
Prognosis buruk
4. Agen anabolik? Keluarga
Ganibar 3. Bagan tatalaksana rasional kehilangan berat badan pada usia lanjut
SEIEUAN NUTRISI PADA USIA LANJUT 447
Perawatan usia lanjut juga membutuhkan identifikasi dari protein dibandingkan yang hanya menerima 16o/okalori
n*u-waktu yang paling mungkin menimbulkan risiko yang berasal dari protein. Perbaikan terjadi pada T6Yopasien
ttlmggi kehilangan berat badan, terutama massa tubuh dengan diet tinggi protein sedangkan pada pasien dengan
hitg. Hal ini mencakup saat terserang penyakit akut yang diet protein lebih rendah, perbaikan hanya pada 36%.
mmnyebabkan imobilisasi dan masa penyembuhan yang
thma, perubahan pola aktivitas harian seperti memasuki Dukungan Nutrisi Enteral Jangka Panjang
mnasa pensiun, merawat pasangan atau teman yang sakit, Pada pasien imobilisasi, kebutuhan energi ditentukan secara
ililr trauma ringan seperti regangan atau keseleo yang eksklusif melalui laju metabolik istirahat. Pertambahan
mrpnrbatasi aktivltas biasanya, atau obat-obat baru yang berat badan biasanya dicapai dengan pemberian 25 kkal/
mmnghalangi aktivitas penuh akibat pengaruh sensoris kgBB/hari. Jumlah ini harus ditambah bila terdapat penyakit
ffiu kognitif seperti sedasi ringan atau instabilitas. akut seperti infeksi atau ulkus dekubitus. Diet protein
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang berhubungan diberikan sebanyak 20o/" dari total kalori. Kebutuhan
dongan berat badan harus mencakup pengamatan cairan rata-rata 35 ml/kgBB/hari. Jika asupan cairan tidak
'hondisi-kondisi kesehatan yang berhubungan dengan terpenuhi, dehidrasi mudah terjadi yang selanjutnya akan
herat badan, terutama yang dapat diatasi dengan menimbulkan keadaan kebingungan akut, dan cepat
qrenurunan berat badan seperti hipertensi, hiperlipidemia, berkembangnya penyakit serius yang mengancam nyawa.
dabetes tipe 2, artritis lutut dan panggul, serta penyakit Pasien dan keluarga harus diedukasi tentang pentingnya
,ueskular perifer. Riwayat berat badan terperinci harus memelihara cairan yang adekuat setiap saat dan secara
mnenjadi evaluasi awal pada semua pasien geriatri dan hati-hati memonitor asupan bila timbul gejala penyakit
it\narus mencakup berat badan masa dewasa muda, usia ringan atau jika kebutuhan cairan meningkat seperti pada
pertengahan, berat badan maksimum dan minimum, serta keadaan demam. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit,
merubahan berat akhir-akhir ini. Bila tak ada gangguan kemu ngki nan adanya kondisi kebingungan akut/delirium
hognitif berat, riwayat berat badan yang dilaporkan akan yang disebabkan oleh dehidrasi harus menjadi prioritas
,onkup akurat. Bahkan pada pasien berat badan lebih, dalam daftar diagnosis bandihg. Dokter harus memastikan
lmenurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan harus bahwa pasien mendapat akses adekuat terhadap cairan.
nmnenjadi perhatian khusus dan evaluasi seksama terhadap Selain itu, asupan cairan total perlu secara hati-hati
ffitor-faktor yang mempengaruhi seperti kondisi medis, dimonitor dengan cara sering menimbang berat badan
ffikologis, atau fungsional. Pencegahan pertambahan dan mengukur asupan dan keluaran.
herat badan juga menjadi pertimbangan lain, terutama
@a yang mengalami imobilisasi. Pasien harus didukung
untuk melakukan aktivitas fisis teratur seperti latihan daya REFERENSI
Hran dan peregangan. Aktivitas ini dapat dirancang sesuai
Alibhai Smh, Greenwood C, Payette H. An approach to the
ffigkat latihan dan fungsi. management of unintentional weight loss in elderly people.
Kegemukan, bersamaan dengan abnormalitas CMAI2005;172:6.
mengontrol gejala penyakit atau
nmetabolik atau kesulitan Azad N, Murphy J, Amos Ss, Tophan J. Nutrition Survpy in an
polifarmasi, membutuhkan program penurunan berat Elderly Population. CMA] 1999; L6'L:5.
Bohmer T, Mowe M. The association between atrophic glossitis
hadan. Apakah program penurunan berat badan ber- and protein-calorie malnutrition in old age. Age and Age-
manfaat pada usia lanjut? Uji klinik memperlihatkan bahwa ng2000;29.
penurunan berat badan dapat dicapai dan menyebabkan ]uguan Ja, Lukito W, Schultink W. Thiamin deficienry is prevalent
in a selected group of urban Indonesian elderly people. ].
iperbaikan hipertensi, diabetes, serta gejala-gejala osteo- Nutr 1999;129.
iltritis lutut. Lipschitz Da. Nutrition. In Geriatric Medicine, An Evidence-Based
Approach, Cassel CK, Leipzig RM, Cohen HJ, Larson EB,
Meier DE (eds). Springes 2003. p. 1009-2'L.
Dukungan Nutrisi pada Pasien dengan Ulkus Soini II, Routasalo P, Lagstrom H. Characteristics of the Mni-
Dekubitus Nutritip_nal Assessment in elderly home-care patients. Eur
Sanyak hasil penelitian yang mempedihatkan bahwa terapi J Clin Nut 20&; 58.
dan pencegahan defisiensi nutrisi dapat menurunkan Sullivan Dlu Iohnson Le. In Principles of geriatric medicine &
gerontology, HazzardWKBlass JR Halter JB, Ouslander ]G,
risiko ulkus dekubitus dan membantu penyembuhan Tinetti ME (eds). McGraw-HilL 2003. p.1587-91..
hka. Juga terdapat hasil studi yang menunjukkan bahwa Tucker Kl, Buranapin S. Nutrition and aging in developing coun-
penyembuhan ulkus dekubitus dapat dipercepat dengan tries. American'Society for Nutritional Sciences 200L.
Vanes M-c, Hermarm Fr, Gold G Michel f-p, Rizzoli R. Does the
pemberian zink dan vitamin C dosis besar. Selain itu asupan
Mini Nutritional Assessment predict hospitalisation out-
protein totaljuga berpengaruh. Pada studi terbaru terlihat comes in older people? Age and Ageing 2001; 30.
peningkatan penyembuhan luka tekan pada pasien yang Visvanathan & Newbury Jw, Chapman I. Malnutrition in older
people, screening and management shategies. Australian
menerima formula tinggi protein di mana 25%kalori berasal
Family Physici an. 2004; 33:10.
5B
DUKUNGAN NUTRISI PADA PASIEN KRITIS
Arif Mansjoer
tekanan darah menurun. curah jantung menurun, pengkajian nutrisi adalah mengindentifikasi pasien yang
penggunaan 02 menurun, suhu tubuh rendah, serta terjadi mengalami atau memiliki risiko terjadinya malnutd,
peningkatan kadar glukagon, katekolamin, asam lemak menentukan derajat malnutrisi pasien, dan memantau
bebas. Fase ini dapat terjadi hingga 12-24jam dan terapi hasil dukungan nutrisi yang diberikan. Langkah audl
ditujukan untuk resusitasi cairan hingga hemodinamik pengkajian nutrisi adalah anamnesis, pemeriksaan fisk,
stabil. dan pemeriksaan penunjang.
448
ifiilTTru$ PADA PASIEN KRITIS 449
Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan malnutrisi berat atau keadaan hiperkatabolik kebutuhan
energi total (totol energy expenditure, TEE). Faktor-faktor protein meningkat menjadi 1,5 - 1,8 g/kgBB/hari
seperti bedah, infeksi, trauma, atau stres lain menambah Pada pasien sirosis hati terkompensasi dapat diberikan
kebutuhan energi. Untuk menghitungnya digunakan protein 1,0-1,2 g/kgBB/hari, sedangkan bila disertai
rumus TEE = BEE x faktor stres x faktor aktivitas. malrlutrisi dengan asupan tidak adekuat diberikan 1,5 g/
Rumus Harris Benedict dan faktor-faktornya pada kgBB/hari. Pada keadaan kronis tersebut tidak dilakukan
literatur sangat bervariasi dan tidak praktis. Secara praktis, pembatasan pemberian protein. Sedangkan pada keadaan
pada pasien kritis (hipermetabolisme) untuk mencari akut yaitu ensefalopati hepatik pemberian protein dibatasi.
kebutuhan kalori total dapat digunakan rumus 20-25 Ensefalopati hepatik derajat l-ll diberikan 0,5 g/kgBB/
kkal/kgBB/hari saat fase akut atau awal dari penyakit hari, selanjutnya dinaikkan menjadi 1,0-1,5 g/kgBB/hari.
kritis. Sedangkan pada fase penyembuhan atau anabolik, Jika terdapat intoleransi, pada pasien dapat diberikan
kebutuhan kalori 25 - 30 kkal/kgBB/hari. protein nabati atau suplemen asam amino rantai cabang
Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber (branch choin omino ocid, BCAA) yaitu isoleusin, leusin,
k6lori. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 valin. Pada ensefalopati hepatik derajat lll-lV diberikan
gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Pada terapi protein 0,5 - 1,2 glkgBB/hari berupa asam amino yang
nutrisi kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat dan terutama BCAA. Pada keadaan ensefalopati hepatik terjadi
lemak. Karbohidrat diberikan 60 - 70 % dari kebutuhan ketidakseimbangan BCAA dan asam amino aromatik dalam
kalori total sedangkan lemak 30 - 40 o/o dari kebutuhan plasma maupun sistem saraf pusat yang bermanifestasi
kalori total. gangguan kesadaran.
Pemberian ka rbohidrat a kan menin gkatkan produksi Pada pasien kritis ada penelitian yang memberikan
CO2. Hal ini dinilai dengan respirotory quofienf (RQ) yaitu tambahan asam amino tertentu seperti glutamin, arginin
rasio produksi karbohidrat (VCO2) dan penggunaan 02 dll untuk meningkatkan imun. Pemberian imunonutrisi ini
(VO2). Nilai ini bermanfaat dalam perencanaan pemberian dapat dipertimbangkan. Pemberian asam amino seimbang
nutrisi. Nilai normal RQ(0,7-1,2) dipengaruhi asupan lemak, untuk mencegah katabolisme pasien kritis juga telah
protein, dan karbohidrat. Nilai RQ lemak 0,7, protein, 0,8, dilaporkan.
dan karbohidrat 1,0. Nilai RQ > 1,0 menggambarkan
pemberian karbohidrat atau kalori yang berlebih sehingga Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
produksi CO2 meningkat dan menyebabkan kesulitan Pasien kritis membutuhkan cairan yang berbeda-beda
penyapihan (weoning) dari ventilator. Berdasarkan hal baik jumlah maupun kandungannya. Secara umurn
tersebut maka pada kelainan paru persentase pemberian kebutuhan cairan adalah 30-40 ml/kgBB/hari atau 'l-1,5
karbohidrat dikurangi sedangkan persentase lemak mllkkal dari kalori yang diberlkan. Kebutuhan elektrolit
dinaikkan hingga 50%. bervariasi tergantung keadaan klinis. Natrium, dalarm
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dapat tubuh manusia, merupakan kation utama pada cairam
menyebabkan tidak tercapainya estimasi kebutuhan ekstraselular dan berperan dalam osmolalitas cairan-
kalori adalah restriksi asupan cairan, intoleransi glukosa, Kalium dibutuhkan dalam sintesis protein, yaitu 6 seban).ak
gangguan fungsi ginjal, pengosongan lambung melambat mmol/g nitrogen dibutuhkan untuk metabolisme asamr
atau berkurangnya absorpsi makanan di lambung, diare, amino secara optimal. Kebutuhan kalium meningkat pada
atau puasa untuk persiapan tindakan. Kebutuhan minimal hari-hari pertama pemberian nutrisi parenteral total. Hal ini
karbohidrat sejumlah 2 g/kg glukosa perhari. Kondisi terjadi diduga karena penyimpanan awal dalam hati danr
hiperglikemia pun, kadar gula darah di atas 180 mgldL, perpindahan ke dalam sel. Kebutuhan kalium meningH
meningkatkan risiko mortalitas pada pasien kritis dan saat terjadi masukan glukosa, sehingga perlu dilakukant
harus dicegah untuk mencegah komplikasi infeksi. pemantauan kalium pada peningkatan jumlah glukosa
yang masuk agar tidak terjadi hipokalemia.
Kebutuhan Protein Suplemen kalsium diperlukan pada nutrisi parenterC
Pada keadaan kritis kebutuhan protein berkisar 1,2-2,0 jangka panjang karena kalsium endogen sering hilarq
g/kgBB/hari. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik akibat imobilisasi. Kalsium dibutuhkan pula pada kondb
(chronic kidney disease, CKD) yang tidak dilakukan dialisis lain seperti pankreatitis. Fosfat dibutuhkan untuk
kebutuhan protein 0,6-0,8 9/kgBB/hari, sedangkan bila metabolisme tulang, sintesis jaringan, dan fosforilad
dila kuka n hemodia isis 1,2 g/kgBB/hari, peritoneal dialisis
I ikatan ATP. Hipofosfatemia terjadi pada awal pemberiarn
1,2-1,3 g/kg9B/hari, atau hemofiltrasi kontinu 1,0 g/kgBB/ nutrisi parenteral yang tidak mengandung fosfat. Halyarry
hari. Sedangkan pada pasien cedera ginjal akut (ocute berbahaya adalah penurunan kadar eritrosit sehingry
kidney injury, AKI) pemberian asam amino esensial dan terjadi penurunan suplai oksigen ke jaringan, kelemaham"
non-esensial harus seimbang. Pada pasien AKI dengan otot, dan dapat mengganggu respirasi.
IITRISI PADA PASIEN KRITIS 451
3c.
&kolit Pemberian Trace
PemberianParenteral
Pemberian Enteral
Parenteral Element ::[fit'"
triletsium (Na). 500 mg (22 mEq/kg) 1 - 2 mEqlkg Kromium (Cr) 30 ug 10-15u9
lXdhrm (K) 2 s (51mEq/kg) 1 - 2 mEq/kg Tembaga (Cu) 0,9 mg 0,3 - 0;5 mg
lfrdda (Cl) 750 mg (21 mEq/kg) Diberikan sesuai Fluoride (F) 4mg Belum diketahui benar
kebutuhan untuk lodin (l) 150 ug Belum diketahui benar
mempertahankan Besi (Fe) 18 mg Tidak rutin diberikan
keseimbangan Mangan (Mg) 2,3 mg 60 - 100 ug
asam basa bersama Molybdenum 45 ug Tidak rutin diberikan
dengan asetat Selenium 55 ug 20-60u9
lfi*ium (Ca) 1200 mg (30 mEq/kg] 5 -7.5 mEqlkg Zink (Zn) 11 mg 2,5-5mg
llrynesium (Mg) a20 mg (17 mEq/kg) 4 - 10 mEq/kg
ffiocbr (P) 700 mg (23 mEq/kg) Z0 - 40 mEq/kg
hemoglobin. Mangan (Mg) digunakan pada metabolisme
Magnesium penting pada proses anabolisme kalsium/fosfor. proses reproduksi dan pertumbuhan.
,darri'r pada sistem enzim, khususnya yang melibatkan Molibdenum merupakan komponen pada oksidasi,
metabolik otak dan hati. Kebutuhan magnesium
,dr[ir'.itas sedangkan selenium pada glutation peroksidase. Zink
poliuria, pankreatitis, dan
nrlneningkat pada keadaan diare, merupakan bahan yang penting dalam pembuatan enzim.
readaan hipermetabolik. Defisiensi Zn dapat terjadi dalam beberapa minggu dengan
manifestasi dermatitis dan luka yang lama sembuh.
trcbutuhan Vitamin dan Mineral Contoh: Pada pasien kritis laki-laki 30 tahun dengan
ru'iiixbmin dan mineral merupakan nutrien esensial yang berat badan 50 kg diberikan dukungan nutrisi dasar,
menperan sebagai koenzim dan kofaktor dalam proses yaitu:
mnetabolisme. Defisiensi vitamin yang larut dalam air Kalori total = 30 kkal/kg x 50 kg = 1500 kkal
rcrat terjadi. Pada pemberian nutrisi parenteral total Glukosa = 60 o/o x 1500 kkal = 900 kkal
se{ama beberapa minggu hingga 3 bulan sering terjadi Lemak = 40%x 1500 kkal = 600 kkal
ohfisiensi asam folat berupa pansitopenia, defisiensi Protein = 1,2 g/kgBB x 50 kg = 60 gram
tuarrnin berupa ensefalopati, dan defisiensi vitamin K Pada perhitungan di atas protein tidak diperhitungkan
herrupa hipoprotrombinemia. Kebutuhan vitamin yang sebagai sumber kalori. Ada pula pendapat yang masih
d[beri secara intravena lebih besar dibanding dengan kontroversi untuk memasukkan protein dalam perhitungan
pennberian enteral. jumlah total kalori.
Kromium (Cr) diperlukan untuk metabolisme glukosa
nmrrrnal. Tembaga (Cu) sangat penting untuk pematangan
,mirtrosit dan metabolisme lemak. lodin (l) dibutuhkan NUTRISI ENTERAL
uunmrtlk sintesis tiroksin. Besi (Fe) penting untuk sintesis Nutrisi enteral adalah metode pemberian nutrien ke dalam
saluran cerna (gastrointestinal) melalui pipa. Metode ini
digunakan sebagai dukungan nutrisi pada pasien yang
frmin Pemberian Pemberian tidak mau, tidak boleh, atau tidak dapat makan sehingga
Enteral Parenteral makanan tidak dapat masuk secara adekuat, namun fungsi
1,2mg 3mg saluran gastrointestinal masih,baik.
ffiflboflavin 1.3 mg 3,6 mg Keuntungan nutrisi enteral : 1) Nutrisi enteral bersifat
ffisin 16 mg 40 mg fisiologis karena makanan dimasukkan ke dalam tubuh
*knfolat 400 ug 400 ug melalui saluran cerna yang normal sehingga fungsi dan
freanr pantotenat 5mg 15 mg struktur ilat cerna tetap dipertahankan; 2) Nutrisi enteral
tffifiamin 8-6 1,7 mg 4mg lebih efektif menaikkan berat badan, keseimbangan
flttamin B-12 ?,4 ug 5ug nitrogen cepat menjadi positil dan imunitas tubuh
fidin 30 ug 60 ug
cepat meningkat; 3) Komplikasi pada nutrisi enteral
ffiofin 550 mg Belum diketahui benar
Iebih sedikit dibanding nutrisi parenteral; 4) Pada nutrisi
askorbat
,{leam 90 mg ' 100 mg
' enteral kebutuhan kalori tinggi lebih mudah dicapai; 5)
Wamin A 900 ug 1000 ug
Pemasangan NGT lebih mudah dilakukan baik oleh dokter
ffitamin D 15 ug 5ug
maupun perawat; 6) Biaya nutrisi enteral lebih murah 10
knin E 15 mg 10mg '
- 20 kali dibanding nutrisi parenteral.
ffilarnin K 120 ug 1 rng
452 NUTRISI KLIN!X
Syarat nutrisi enteral : 1) Cairan nutrisi enteral memiliki jangka panjang (lebih dari 30 hari) atau diberikan bila
kepadatan kalori tinggi. ldealnya 1 kkal/ml, namun bila terjadi obstruksi yang tidak memungkinkan masuknya
cairan perlu dibatasi maka dapat diberikan 1,5 - 2kkal/ml; pipa melalui nasal (hidung). Pemasangan pipa enterostomi
2) Kandungan nutrisi harus seimbang, yaitu mengandung dapat secara bedah (laparotomi, laparoskopi), radiologi,
kebutuhan harian kalori, protein, elektrolit; 3) Cairan nutrisi atau endoskopi. Cara terakhir inilah yang sering dipakai
enteral harus memiliki osmolalitas yang sama dengan yaitu percutoneous endoscopic aastrostomy (PEG) dan
osmolalitas cairan tubuh. ldealnya 350 - 400 mOsm; 4) percuto n eous e ndoscop ic j ej u nosto my (Pil).
Komponen bahan baku hendaknya mudah diresorpsi; 5) Pada pasien gawat darurat atau kritis, pipa yang sering
Nutrisi enteral tidak atau sedikit mengandung serat dan digu naka n adala h pi pa nasogast rik (n o sog a stric fube, NGT)-
laktosa; 6) Nutrisi enteral yang bebas dari bahan-bahan Pipa enterik memiliki ukuran yang bervariasi 8 - 16 French-
yang mengandung purin dan kolesterol. Pipa yang kecil untuk jalur nasogastrik sedangkan pipa
lndikasi nutrisi enteral adalah pasien tidak dapat yang besar untukjalur nasoduodenum dan nasoyeyununt.
makan secara adekuat namun fungsi gastrointestinal Prosedur pemasangan pipa nasogastrik
bdik sehingga masih dapat mencerna dan mengabsorpsi . Surat ijin tindakan (inform consent)
makanan cair yang diberikan melalui pipa ke saluran . Persiapan alat dan bahan
gastrointestinal. lndikasi khususnya adalah: 1) Disfagia - Pipa nasogastrik (NGT)
berat akibat obstruksi atau disfungsi orafaring atau - Pompa Syringe 50 ml
esofagus; 2) koma atau delirium; 3) anoreksia persisten;4) - Jeli xilokain
nausea atau muntah; 5) obstruksi gaster atau usus halus; - Sarung tangan
6) fistula pada usus halus distal atau kolon; 7) malabsorpsi . Prosedur pemasangan
berat; 8) aspirasi berulang;9) penyakit atau kelainan yang - Tentukan batas panjang pipa yang akan
membutuhkan cairan khusus; 10) peningkatan kebutuhan dimasukan
nutrisi yang tidak tercapat dengan nutrisi oral; 'l 1) induksi - Berikan jelixilokain pada ujung pipa
pertumbuhan pada anak dengan penyakit Chron. - Masukan pipa melalui"hidung
lndikasi lainnya adalah mempertahankan mukosa - Bila pasien sadar, saat pipa akan memasu5
saluran gastrointestinal agar tetap baik dan mencegah esofagus minta pasien agar menelan agar pip
atrofinya. Sedangkan kontraindikasi nutrisi enteral adalah dapat masuk ke esofagus
pasien dengan obstruksi intestinal total, ileus paralitik, - Masukkan hingga mencapat batas yang td*
obstruksi pseudointestinal berat, diare berat, atau ' ditentukan sebelumnya
malabsorpsi berat. - Konfirmasi letak ujung pipa dengan meto*
auskultasi. Beberapa', penulis menganjurka
Formula Makanan Enteral konfirmasi secara radiologi.
Macam formula makanan enteral dapat berupa formula
t
komersial atau formula rumah sakit. Formula komersial Pemberian Nutrisi Enteral
berupa bubuk atau cair dan dapat diberikan langsung Pada pasien kritis pemberian nutrisi enteral dini dilakuhr
melalui pipa ukuran kecil dengan risiko kontaminasi bakteri dalam24-72 jam. Pemberian ini ditujukan untuk membefi
minimal. Sedangkan formula rumah sakit berupa makanan nutrisi untuk usus agar mukosa saluran cerna tetap
cair atau blender. Berdasarkan zat yang dikandungnya (intak). Kebutuhan nutrisi dapat diberikan bertahap
formula makanan enteral dapat dibedakan menjadi kebutuhan kalori total dapattercapai pada hari ketiga.
makanan blender (alami), cairan polime[ cairan monome[ memberikan nutrisi enteral hendaknya pasien pada
dan cairan untuk kebutuhan metabolik khusus. 1/z duduk (elevasi 30-45 derajat).
dalhm duodenum diatur oleh lambung dan sfinkter pilorus. tahankan dan memperbaiki status nutrisi dan metabolik
ffii a rujung pipa berada di duodenum atau yeyunum, pada pasien kritis yang dalam 3 (tiga) hari tidak akan dapat
aurianr nutrisi harus diberikan secara kontinu baik dengan diatasi dengan nutrisi oral atau nutrisi enteral. lndikasi
oilnro atau pompa pengontrol untuk menghindari distensi khusus lain nutrisi parenteral:
rrm@Ctinal. . Sindrom malabsorpsi (intestinal, tubulus renal, atau
metode bolus, kebutuhan nutrisi dibagi menjadi
Pada kombinasi) dengan banyak kehilangan cairan dan
pemberian 250 - 350 ml (tiap 3 - 5 jam). Pemberian
rfr 1taili elektrolit yang tidak dapat diatasi dengan nutrisi oral
qrmakanan cair ini dilakukan selama 15 menit. Sebelum dan atau enteral" Sindrom ini dapat terjadi pada:
sesnrdah pemberian makanan, pipa nasogastrik dibilas - Short bowel syndrome berat
funEan air 20 - 30 ml. Pemberian air setelah pemberian - Keadaan yang diinduksi infeksi, inflamasi, kelainan
@ntujuan mencegah dehidrasi hipertonik dan mencegah imunologi, obat, atau radiasi
rnmragulasi protein pada pipa nasogastrik. Pada metode - Fistula gastrointestinal high output yang tidak
iurorntinu kecepatan pemberian dapat mencapai 150 ml/jam. dapat dilewati pipa enteral
,Obat prokinetik seperti metoklopramid 4 x 10 mg intravena - Kelainan tubulus renal berat dengan banyak
dmeat diberikan bila terjadi intoleransi pemberian makanan kehilangan cairan dan elektrolit.
ualrtr.r, banyak residu di lambung atau muntah. Pemberian . Gangguan motilitas
gimur'arnin enteral dapat dipertimbangkan pada pasien luka - lleus persisten (akibat pasca-operasi atau
hulkar atau trauma. penyakit)
- Pseudo-obstruksi intestinal berat
- Muntah yang menetap dan berat akibat obat,
tumor otak, atau penyakit lain (misalnya
ffi makanan
hi peremesis g ravidarum)
- Komplikasi akibat memasukkim pipa'.,. -, . Obstruksi mekanik saluran cerna yang tidak segera
. Faringeal:.trauma,, perd€rahan,, perforasi
diatasi secara bedah
daerah retrofaring, abses
- Dada: perforasiesofagus, pneumornediastinum,
. Masa perioperatif dengan malnutrisi berat
pn.eum.otoraks. perdarahan pulmonal, . Pasien kritis khususnya yang hipermetabolisme saat
pneumonitis, efusi pleura, empiema nutrisi enteral merupakan kontraindikasi atau telah
-, Abdorneu,perforasi'gaster,,perf,orasi: usus gagal
- Gagal:memasukkan Pipi,;pipa, salah 'le-tak, atau
Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui vena perifer
pipa tersumbat
atau vena sentral. Pertimbangan pemilihan jalur pem-
- Sinusitis
beriannya adalah:
- Aerofagia
. Vena perifer
iftanan enteral
- lnfeksi nosokornial dari
'makanan
yang ter-kon- - Asupan enteral terputus dan diharapkan dapat
taminasi bakteri dilanjutkan kembalidalam 5-7 hari
- Nausea, distensi abdomen, dan rasa tidak nyaman - Sebagai tambahan pada nutrisi enteral dtau pada
di perut fase transisional hingga nutrisi enteral dapat
- Regurgitasi atau muntah memenuhi kebutuhan
- Aspirasi makanan,ke dalam paru-faru - Malnutrisi ringan hingga sedang, keperluan
- Diare ' ., l intervensi untuk mencegah deplesi
- Pseudoobstrukiintestinal - Keadaan metabolik normal atau sedikit
- lnteraksi dengan obat enteral meningkat
Erdungan makanan - Tidak ada kegagalan organ yang memerlukan
- Hiperglikemia restriksi cairan
- Azotemia
- Osmolalitas cairan yang dapat diberikan kurang
- Hiperkarbia
dari900 mOsm
- Gangguan elektrolit . Vena sentral
- Kelainan defisiensi spesifik pada pemakaian jangka
- Tidak dapat mentoleransi asupan enteral lebih
panjang
dari 7 hari
- Keadaan metabolik sedang atau sangat
ilUTRISI PARENTERAL meningkat
parenteral adalah metode pemberian nutrien ke
$lh-rtrisi - Malnutrisi sedang hingga berat dan tidak dapat
dalam pembuluh darah. lndikasinya adalah memper- diatasi dengan nutrisi enteral
454 NUTRISI KLINIK
Gagaljantung, ginjal, hati, atau kondisi lain yang Mustafa I, Sutanto LB, Lukito W, Moenadjat Y, Oetoro S, George
YWH, et al. Konsensus nutrisi enteral. Jakarta: Working
memerlukan restriksi cairan
Group on Metabolism and Clinical Nutritioru 2004.
Akses vena perifer terbatas Phillips GD. Parenteral nutrition. In: Oh TE, ed. Intensive care
Memiliki akses vena sentral manual. 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1998.p.
Osmolalitas cairan dapat lebih dari 900 mOsm 724-32.
Shike M. EnteralFeeding.In:Shils ME, OlsonJE, Shike IvI, Ross RC
eds. Modem nutrition in health and disease. 9th ed. Philadel-
rTabel, 8;' Komilikasi' I*l utrisi faienteral Total phia: Lippincott William & Wilkins, 1999.p.1,643-56.
Shikora SA" Ogawa AM. Enteral nutrition and the critically i1I.
Komplikasi pemasangan kateter vena sentral Postgrad Med J. 1996 ;72:395-402.
. Segera terjadi: trauma (kerusakan arteri, vena, duktus Smith MK, Lowry SF. The hypercatabolic state. In: Shils ME, Olson
torasikus, pleura, mediastinum, jantung, saraf), gagal jE, Shike \4 Ross RC, eds. Modern nutrition in health a:rd
atau salah posisi, emboli kateter atau guide wire, aritmia, disease. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Willian & Wilkins,
1999.p.1555-68.
emboli udara
Susla GM. Nutritional support in the critically ill patient. ACCP
. Terjadi kemudian: infeksi (septikemia, endokarditis), critical care board review-course syllabus 2005. Illinois:
' trombosis vena, tromboflebitis, emboli paru. oklusi American College of Chest Physicians,2005.p. 205-17.
kateter Tanra A. Dasar-dasar nutrisi enteral. In: Daldiyono, Thaha A.
Komplikasi in{eksi dan sepsis: tempat masuknya kateter; eds. Kapita selekta nutrisi klinik. Jakarta: PERNEPARI,
1998.p.79-93.
kontaminasi cairan
KreymannKG, Berger MM, Deutz NE, HiesmayrM,lolliet P, Ka-
Komplikasi metabolik: dehidrasi akibat diuresis, osmotik,koma
zandjiev G, et al; European Society for Parenteral and Enteral
hiperglikemik, hiperosmolar non-ketotik, hipoglikemia akibat Nutrition. ESPEN Guidelines on enteral nutrition: intensire
pemberhentian nutrisi secara tiba-tiba, hipomagnesemia care. Clin Nutr . 200 6 ;'25 (2) :210 -23
atau hipokalsemia atau hiperkalsemia, hiperfosfatemia atau Singer P, Berger MM, Van den Berghe G, Biolo G, Calder P, Forbes
hipofosfatemia, asidosis metabolik hiperkloremik, uremia, A, et al; EuropeanSociety for Parenteral and Enteral Nutrition-
hiperamonemia, gangguan elektrolit, defisiensi mineral, ESPEN Guidelines on parenteral nukition: intensive care. CIin
Nutr. 2009;28(4) :387-400.
defisiensi asam lemak esensial, hiperlipidemia
Cano N], Aparicio M, Brunori G, Carrero [, Cianciaruso B, Fi-
accadori E, et al; European Society for Parenteral and Enteral
Nutrition. ESPEN Guidelines on Parenteral Nutrition: adult
renal failure. Clin Nutr. 2009 ;'28(4):401-14.
KESIMPULAN Ziegler TR. Parenteral nutrition in the critically ill patient. N E tS
J Med. 2009;36L (11) :1088-97 .
Dukungan nutrisi pada pasien kritis diperlukan untuk Casaer MP, Mesotten D, Hermans G, Wouters PJ, Schetz \{"
menekan morbiditas dan mortalitas. Pengkajian status Meyfroidt G, et al. Early versus late parenteral nutrition in
critically ill adults. N Engl ] Med. 2011,;365(6):506-17.
nutrisi dan kondisi pasien akan menentukan kebutuhan Brown RO, Compher C; American Society for Parenteral and
nutrisi pada pasien. Pilihan waktu pemberian dan jumlah Enteral Nutrition Board of Directors. A.S.P.E.N. clinicaL
nutrisi serta cara pemberian sangat tergantung pada guidelines: nutrition support in adult acute and chronic renai
failure. I Parenter Enteral Nutr. 2010;34(4\:366-77.
kondisi pasien. Evaluasi pemberian nutrisi setiap hari Mueller C, Compher C, Ellen Dl'! Americaa Societydor Parenterai
sangat penting untuk menghindari terjadinya kekurangan and Enteral Nutrition Board of Directors. ASPEN clinicall
pemberian makanan (underfeeding) atau kelebihan guidelines: Nutrition screenin& assessment, and interventim
in adults. J Parenter Enteral Nutr. 2011;35(1):16-24.
pemberian makanan (overfeeding).
McClave SA, Martindale RG, Vanek VW, McCarthy M, Roberfr
P, Taylor B, et al; ASPEN Board of Directors; Americm
College of Critical Care Medicine; Society of Critical Care
REFERENSI Medicine. Guidelines for the Provision and Assessment ct
Nutrition Support Therapy in the Adult Cdtically Ill Patiert
Society of Critical Care Medicine and American Socieh fm
AugustD, TeitelbaumD, Albina], Bothe A, Guenter P, Heitkemper Parenteral and Enteral Nutrition. T Parenter Enteral Nur,
Ivl, et al. Guidelines for the use of parenteral and enteral
nutrition in adult and pediatric patients. JPEN. 2002;26 2009;33(3\:277-316.
(suppl):51-S138.
Berger R, Adams L. Nutritional support in the critical care setting
(part 1). Chest. 1989;96:139-50.
Chan S, McCowen KC, Blackburn GL. Nutrition Management in
the ICU. Chest. 1999;115:5145-58.
Daldiyono, Darmawan I, Kadarsyah. Pencegahan malhutrisi di
rumah sakit. In: Daldiyono, Thaha A& eds. Kapita selekta
nutrisi klinik. )akarta: PERNEPARI, 1998.p. 1-22.
Heyland DK, Dhaliwal R, Drover JW, Gramlich L, Dodek P.
Canadian clinical practice guidelines for nutrition support
in mechanically ventilated, critically ill adult patients. JPEN.
2003;27:355-73.
Malone AM. Methods of assessing energy expenditure in the
intensive care unit. Nutr Clin Prac. 2002;17:2L-8.
59
TERAPI NUTRISI PADA PASIEN I(ANKER
Noorwati Sutandyo
455
456 NUTRISI KLINIK
lL-6; anemia; albumin rendah ) mempunyai efek dalam terjadinya anoreksia pada kanker.
Berbagai faktor kakesia kanker telah lama dilaporkan, Peningkatan level triptofan (prekursor serotonin) di plasma
namun belum dapat dipastikan dan diduga penyebabnya dan otak serta peningkatan lL-1 dapat meningkatkan
multifaktorial yaitu menurunnya asupan nutrisi dan aktivitas serotonerg i k.
perubahan metabolisme di dalam tubuh. Menurunnya
asupan nutrisi terjadi akibat menurunnya asupan makanan
per oral (karena anoreksia, mual-muntah, perubahan PERUBAHAN METABOLISME
persepsi rasa dan bau), efek lokal dari tumor (odinofagi,
disfagia, obstruksi gasler/ intestinal, malabsorbsi, early Metabolisme berkaitan erat dengan metabolisme
sotiety), faktor psikologis (depresi, ansietas), dan efek karbohidrat, protein dan lemak. Pada pasien kanker
samping terapi. metabolisme zat tersebut mengalami perubahan dan
Dahulu, pandangan klasik menyatakan bahwa kakesia berpengaruh pada terjadinya penurunan berat badan.
kanker terjadi akibat ketidakseimbagnan. energi, yaitu Hipermetabolisme sering terjadi pada pasien kanker,
merrurunnya asupan makanan dan meningkatnya konsumsi peningkatan metabolisme ini sampai 50% lebih tinggi
energi. Namun kini pandangan yang lebih modern dibanding pasien bukan kanker. Tetapi peningkatan
menitikberatkan pada peran sitokin yang menyebabkan metabolisme tersebut tidak terjadi pada semua pasien
terjadinya anoreksia dan perubahan metabolisme lemak, kanker. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan
protein, dan karbohidrat. Sitokin yang berperan dapat metabolisme ini berhubungan dengan penurunan status
diproduksi dari tubuh (lL-1, lL-6, TNFcr, lFNy) dan dapat gizi dan jenis serta besar tumor. Peningkatan metabolisme
berasal dari sel kanker (PIF/ proteolysis-inducing factor, pada kanker kemungkinan akibat tubuh tidak mampu
LMF/ Lipid mobilizing fqcto). berdaptasi dengan asupan makan yang rendah. Pada
orang normal kecepatan metabolisme menurun selama
starvasi sebagai proses adaptasi normal tetapi pada pasien
ANOREKSIA kanker proses tersebut tidak terjadi. Perbedaan antara
gangguan metabolisme akibat starvasi dan kakesia kanker
Anoreksia adalah menurunnya keinginan untuk makanan dapat dilihat pada tabel 1. Dan perubahan metabolisme
dan merupakan salah satu gejala paling sering pada karbohidrat, protein, dan lemak pada pasien kanker secara
kakesia kanker. Penyebab dan mekanisme anoreksia pada singkat dapat dilihat pada tabel 2.
kanker sangat kompleks dan multifaktorial, bisa terjadi
terjadi karena perubahan rasa kecap yang menyebabkan
pasien menolak makanan tertentu, stres psikologis, efek
samping terapi kanker maupun terjadi karena peran
sitokin dalam regulasi makan di hipotalamus melaluijaras
anoreksigenik dan oroksigenik yang melibatkan leptin dan Metabolisme basal N/t/J I
neuropeptida Y.
Peran mediator +++
Leptin adalah hormon yang disekresikan oleh jaringan Ureagenesis hati +++
Balans nitrogen negatif + +++
adiposa yang berperan menstimulasi respons starvasi. Jika
kadar leptin di otak rendah, maka akan meningkatkan Glukoneogenesis + +++
aktivitas sinyal oroksigenik di hipotalamus yang akan
Proteolisis + +++
Sintesis protein hati + +++
menstimulasi keinginan untuk makan dan mensupresi
energy expendifure serta menurunkan sinyal anoreksigenik.
Sedangkan neuropeptida Y adalah peptida yang paling
poten dalam menstimulasi keinginan makan dan terkait
rTatel,!,',Eenrbahan Metibolidmdlpida,. aalet.*nif =-=
opioid, melonin-concentroting hormone/MCH, oreksin, dan Iturn-over " lntoleransi glukosa llipolisis
agouti-related peptida/ AGRP). Ssintesis di otot Resistensi insulin ILipogenesis
Pada kakesia kanker; peran sitokin dapat menstimulasi f Proteolisis di otot Gangguan sekresi Hiperlipidemia
jaras anoreksigenik dalam jangka panjang. lnterleukin-1, insulin
lL-6 dan TNFcr dapat menstimulasi pelepasan leptin tSintesis di hati f Produksi glukosa tAsam lema
sehingga meningkatkan aktivitas jaras anoreksigenik. bebas
Selain itu beberapa sitokin dapat menembus blood Asam amino tidak t Aktivitas siklus lAktivitas
brain barrier dan menginhibisi neuropeptida Y yang normal kori lipoprotein
akan menginhibisi pula jaras oroksigenik. Serotonin juga lipase
T'IIST PADA PASIEN KANKER 457
@
ffiohidrat yang lain yaitu terdapat peningkatan asam
l&t Sel kanker sangat membutuhkan glukosa sebagai
srnrber energi. geibeda dengan sel normal, sel tumor
mmnndapatkan energi dari metabolisme anaerob melalui 265 proteasome
sHus kori dan asam laktat sebagai produk akhir. Siklus
rlbri merupakan siklus tidak efisien, karena untuk sintesis Gambar 1. Jaras ATP-ubiquitin-dependent.
'lU rnolekul glukosa dibutuhkan 6 molekul ATP dan hanya
P nmlekul ATP yang dihasilkan. atau penurunan lipogenesis. Perubahan metabolisme
lemak terjadi melalui peningkatan mobilisasi lipid,
knrbahan Metabalisme Protein penurunan lipogenesis, dan penurunan aktivitas liprotein
ffistabolisme protein pada pasien kanker yaitu terjadi lipase (LPL).7 Beberapa penelitian menemukan adanya
pcningkatan protein turn-over, peningkatan sintesis penurunan level LPL yang penting untuk sintesis
mubin di hati, penurunan sintesis protein di otot skelet trigeliserid, namun penelitian yang lain menemukan tidak
drt peningkatan pemecahan protein otot yang berakibat ada perubahan pada total enzim LPL. Pada penelitian
ffiriadinya wasting. Deplesi massa otot skelet merupakan selanjutnya menemukan adanya peningkatan relatif level
Wcnrbahan yang paling penting pada kakesia kanker. mRNA untuk hormone-seniitive lipase yang terlibat pada
fifirsa otot dapat berkurang sekitar 757o ketika terjadi siklus kaskade lipolitik dependen AMP.
lHflangan berat badan sebesar 30% dan keadaan tersebut Pasien kanker mengalami turn-over gliserol dan asam
sryat dekat dengan kematian. Iemakyang tinggi, dan peningkatan mobilisasi lipid sering
Degradasi protein pada otot akan melepaskan terjadi bahkan sebelum terjadi penurunan berat badan.
i[hberapa asam amino, khususnya alanin dan glutamin. Terdapat beberapa bukti bahwa peningkatan mobilisasi
@kmamin merupakan asam amino yang paling besar asam lemak merupakan bagian dari peningkatan aktivitas
hnya dan mbmpunyai beberapa fungsi. Salah satu reseptor adrenergik-8. Pasien kanker yang mengalami
penting glutamin adalah dipergunkan sel untuk
llhrmgsi kehilangan berat badan juga mengalami peningkatan
nnmmbelah diri. Sel tumor banyak mempergunakan level katekolamin di urin dan plasma, peningkatan denyut
@[rtamin dan berkompetisi dengan sel normal. Dari jantung dan peningkatan oksidasi lemak.'
ffirapa penelitian pada kanker, terjadi penurunan Peran dari sitokin TNF-o, lL-6, lL-1o, IFN-y adalah
qfuhmin baik pada sirkulasi maupun pada otot. Penurunan menghambat enzim LPL, sehingga lipogenesis juga
qlutamin akan mempengaruhi fungsi organ terutama terhambat. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa
peningkatan permeabilitas di usus. TNF-o dapat secara langsung menstimulasi lipolisis dengan
Mekanisme yang mendasari terjadinya degradasi cara me n g a ktiv asi m ito g e n - o ct iv a t e d p rote i n k in a se (MEK)
mtein ada 4 jaras yaitu lisosomal, caspases, CaZ+ dan extrocellulor signol-reloted kinase (ERK) serta dengan
@endent, dan ATP-ubiquitin-dependent. Semua jaras peningkatan AMP siklik intraselular. Sedangkan LMF (lipid
t rsebut mungkin terlibat dalam patogenesis degrasasi mobil'zing foctor) yang ditemukan pada urin penderita
mnrutein otot pada kakesia kanker, namun jaras ATP- kakesia kanker, secara Iangsung menstimulasi lipolisis
utriquhin-dependent yang diketahui paling berperan. Pada melalui interaksi dengan adenilat siklase pada proses
Uras ini, protein akan berikatan dengan sebuah protein dependen GTP (Gambar 2).
hril, ubiquitin, dan terdegradasi di proteosom serta
m:rnbutuhkan sedikitnya 6 ATP sebagai energi (Gambar
Proses ini juga dimediasi oleh sitokin seperti TNFcr,
Xf,l)fitr- TERAPI NUTR!SI
lilL{ dan IFN y.
Tujuan terapi nutrisi:
hahan Metabolisme Lemak . Mempertahankan atau memperbaiki status gizi
Ma kakesia kalrker terjadi deplesijaringan lemak paling . Mengurangi gejala sindrom kakesia kanker
ilnsarryaitu sekitar 85% baik melalui peningkatan lipolisis . Mencegah komplikasi lebih lanjut yaitu deplesi sistem
458 NUTRISI KLINIK
herikut untuk mempertahankan status gizi, asupan kalori pemberian nutrisi ini perlu dipertimbangkan. Nutrisi
dan urk3n 25-35kal/kgBB sedangkan untuk menggantikan parenteral dipertimbangkan bila fungsi saluran cerna
cadangan tubuh dianjurkan 40-50 kal/kgBB. tidak dapat digunakan atau jika terapi nutrisi enteral tidak
dapat mencapai nutrisi yang adekuat. Nutrisi parenteral
Hutuhan Protein juga diperlukan untuk pasien yang tidak dapat mentolerir
Seb,agian besar pasien kanker mempunyai imbang penggunaan saluran cerna akibat mual, muntah, obstruksi
nmtrogen yang negatif. Oleh karena itu dukungan nutrisi dan malabsorbsi. Pasien kanker yang mendapat nutrisi
iltttrarus dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan parenteral perlu dipantau dengan ketat untuk mencegah
tmnenqrrunkan degradasi protein. Kebutuhan protein untuk komplikasi.
paeien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau
psrien dengan hipermetabolisme atau wosting yang berat
ffian1-urkan 1,5 -2 g/kgBB. KESIMPULAN
ti
iir
ii
60
MATNUTRISI
Ari Fahrial Syam
46r
462 NUTRISI KTINIK
terutama pengukuran antropometri dan pemeriksaan Besaran standar untuk TSF orang dewasa laki-laki 12,5 mm
laboratorium yang berhubungan dengan status nutrisi sedang untuk perempuan 16,5 mm. Untuk lingkar lengan
pasien. Pemeriksaan khusus untuk menentukan status atas standar yang digunakan adalah 29,3 cm untuk dewasa
nutrisi seperti BioeLecticoL lmpedonce Spectroscopy (BIS) laki-laki dan 28,5 untuk dewasa perempuan.
dan energy expenditure. Pendekatan yang akhir-akhir ini Pemeriksaan TSF dan LLA ini terutama ditujukan jika
sering digunakan terutama untuk penelitian adalah dengan pengukuran berat badan tidak memungkinkan. Kedua
me n g g u na ka n s u bj ective g lo ba I o s se s smenf (SGA). pemeriksaan ini jika dilakukan secara bersamaan ber-
tujuan untuk mengukur massa otot dan lemak. Dari hasil
kedua pemeriksaan ini dapat dinilai luas otot tangan
PENGU KU RAN ANTROPOM ETRI (arm muscle arealAMA) dengan menggunakan rumus
Heymsfield (modified). Dengan menggunakan rumus
Pengukuran berat badan merupakan pemeriksaan yang Heymsfield (modified) kita dapat mengukur sebesar berat
sering digunakan untuk mengetahui status nutrisi pasien. undernutrisi yang terjadi. Rumus untuk mengukur luas
Perubahan berat badan yang mendadak menunjukkan otot tangan:
perubahan balans cairan yang mendadak. Sedang
AMA untuk Iaki-laki = (MAC-pTSF)'z-10
perubahan berat badan jangka lama menunjukkan
4p
perubahan massa real jaringan tubuh. Setelah diketahui
AMA untuk perempuan = (MAC-pTSF)2-65
berat badan tentunya yang perlu dihitung selanjutnya
4p
adalah indeks massa tubuh. (lMT). IMT didapat
AMA= orm muscLe areo (cmz)
perbandingan antara berat badan dalam kilogram dengan
MAC= m id orm circu mference/lingkar lengan atas (cm)
tinggi badan kuadrat dalam meter. (lihat lihat pada rumus
TSF = triceps skin fold (cm)
pengukuran lndeks Massa Tubuh (lMT).
Selain pemeriksaan antropometri tersebut, secara
lndeks massa tubuh (lMT) = berat badan (kg)/ (tinggi
umum kita juga dapat melihat pasien yang kekurangan
badan)2 (m2)
berbagai zat nutrisi. Pemeriksaan tersebut meliputl
Berdasarkan IMT pasien tersebut dapat ditentukan pemeriksaan kulit, rambut, kuku. Membran mukosa dan
status nutrisi pasien tersebut. Berbagai klasifikasi di- sistem neurologi. Adanya edema perifer terutama pada
gunakan untuk menentukan status nutrisi seseorang yang ujung kaki dan tangan serta rambut yang mudah dicabut
sering digunakan adalah klasifikasi oleh WHO dimana nilai menunjukan adanya defisiensi protein.
normal IMT adalah 18,5,sampai 22,9. (Tabel l). Pemeriksaan kulit mungkin menemukan popular
keratitis jika terjadi defisiensi ,v_itamin A, perdarahar
Tabel 1, Klasifikasi Pengukuran lndeks Massa Tubuh perfolikular karena defisiensi vitamin C, ekimosis karena
(lMT) pada Orang Dewisa asia. (Xlasittasi WHO) difisiensi vitamin K dan hiperpigmentasi pada daerah kullt
ya ng terpajan menunju kka n adanya defisiensin niasin.
Klasifikasi IMT (kglmr)
Pemeriksaan konjungtiva yang pucat menunjukkan
Underweight < 18,5
hemoglobin yang rendah dan hal ini bisa berhubungar:
Normol 18,5-22,9
dengan adanya defisinesi zat besi (Fe), ditemukannya
Overweight /23 Bitot spot menunjukkan defisiensi vitamin A yang bera:
Berisiko 23-24,9
nistagmus dan paresis otot okular menunjukkan defisiens
Obes I 25-29,9
thiamine. Pemeriksaan mulut mungkin menemuka:
Obes ll /30 stomatitis angular dan keilosis yang berhubungan dengar
defisiensi riboflavin dan atau niasin, adanya glositis denga-
Selain pemeriksaan berat badan, parameter permukaan lidah yang halus dan merah menujukkka-
antropometri lain yang digunakan yaitu pengukuran adanya defisiensi riboflavin, niasin, vitamin 812 ala-
tebal lemak bawah kulit triseps (Triceps skinfold thickness/ defisiensi piridoksin. Sedang adanya perdarahan gus
TSF) dan pengukuran lingkar lengan atas/LLA (Midarm yang hipertrofi berhubungan dengan defisiensi vitam -
circumference/MAC). Pengukuran TSF dilakukan dengan C. Gangguan neurology yang sering ditemukan adala^
menggunakan alat khusus. Pengukuran LLA dilakukan neuropati perifer yang berhubungan dengan difisier.s
dengan menggunakan alat pengukur meteran yang piridoksin atau vitamin E.
terbuat umumnya dari kain atau nylon yang diletakan
pada pertengahan lengan antara akromian dan olekranon. Pemeriksaan Laboratorium
Pengukuran TSF untuk memperkirakan cadangan lemak Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan unt,r*
jaringa sedang LLA untuk memperkirakan massa otot. mengevaluasi status nutrisi antara lain pemeriksaa:
m.f,rTRJSt 463
dhunnin, prealbumin, transferin, kreatinin dan balans 2 minggu. perubahan status fungsional dan penyakit yang
mllrogen. berhubungan dengan kebutuhan nutrisi. Sedang pada
pemeriksaan fisik dinilai berdsarkan adanya kehilangan
Hectica I I m ped a nce Spectroscopy {BIS) lemak subkutan, kehilangan massa otot, adanya edema
,Fennnneriksaan ini bertujuan untuk mengukur cairan pada kaki, edema pada sacrum dan adanya asites.
ilu{uuuh total/total body water (TBW), cairan ekstraselular/ Klasifikasi SGA terdiri dari kelas A, B dan C. Kelas A jika
,wffiacellulor water (ECW) dan cairan intraselular/ status nutrisi baik, kelas B jika malnutrisi sedang/moderat
water (lCW). Pemeriksaan ini didasarkan pada
unrffinacellular dan kelas C jika malnutrisi berat.
Wanrbedaan hantaran dari berbagai jaringan tubuh. Jaringan
$Eperti otot atau darah merupakan konduktor yang baik, Penapisan Malnutrisi
mF{rtanE massa lemak, udara atau tulang merupakan Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan
,kumdnrktor yang buruk. Dengan mengetahui ECW ICW metode mudah dan cepat. Metode yang digunakan
dhrl TBW dapat dihitun g fot-free mass (FFM), sedang fat sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko
nnmss didapat dari berat badan dikurangi FFM. gangguan nutrisi. Ada empat hal untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu
hryeluaran Energi (Energy expenditure) berat badan turun, asupan makan terakhir yang kurang,
lflunrnqelua ra n energ i basa l/ Bo so I e n e rgy exp e n d itu re (BEE) indeks massa tubuh saat diperiksa dan beratnya penyakit.
,damat diperhitungkan dengan menggunakan rumus Salah satu model yang digunakan untuk penapisan
i1'lrtrynis Benedict. Berdasarkan rumus ini diketahui bahwa malnutrisi adalah yang digunakan oleh University hospital
fiffi {id3p6f dari resting energy expenditure (REE) sekitar of Nottingham (Tabel 2).
15% dari total energi), pengeluaran panas dari proses
m@ncernaan (sekitar 10o/o dari total energi) dan aktivitas .T"$A'?iiiHp#.;.ffin "-"n-t1't,,,',,', ,i.'-
fidn [sekitar 15%daritotal energi). Rumus Harris Benedict
A. lndeks massa tubuh (kglm2)
runrmmrk penghitungan BEE yaitu: a. Lebih besar dari 20 - 0
hcmpuan BEE (kkal/hari) =
b. tMT 18-20 =l
655 + (9,6X BB) + (1,8XTB) -(4,7xU)
c. IMT<18 =l
B. Besarnya penurunan berat badan yang tidak dikehendaki
N,{i-laki BEE (kkal/hari) = dalam 3 bulan terakhir
ffi+(13,7 X BB) +(5XTB)-(6,8XU) a. Tidak ada - 0
b. Kurang dari 3 kg = 1
m : basal energy expenditure c. Lebih dari 3 kg =2
MB : berat badan aktual dalam kg
C. Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan
"llil' : tinggi dalam cm terakhir
;liiill : umur dalam tahun a. Tidak ada =0 .
Melalui rumus ini dapat diperhitungan kebutuhan
b.ya ='l
cumergi dari seseorang mengingat untuk menjaga BB tetap
D. Faktor stress dan beratnya penyakit
REFERENSI
465
466 NUTRISI KLINIX
Sitokin proinflamasi berperan dalam patogenesis malnutrisi seperti gangguan kognitifl gangguan mobilisasi,
terjadinya inflamasi kronik, misalnya anemia. hipo- gangguan miokard kronik, gangguan ginjal kronik,
albuminemia, dan kaheksia. lnterleukin-1 (lL-1), lL-6, dan masalah paru, sindrom malabsorbsi, dan polifarmasi.
TNF-cr berperan pada berkurangnya leon body moss, Selain itu bila terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat
jaringan lemak, dan massa tulang (karakteristik inflamasi kenyang, mual, perubahan pola defeksi, fatique, apatis,
yang menyebabkan kaheksia). Sitokin proinflamasi atau hilangnya daya ingat, bahkan faktor sosial misalnya
menimbulkan suatu kondisi katabolisme otot dengan cara rasa kesepian, kemiskinan harus mendapat perhatian
menekan sintesis protein otot dan/ atau mempercepat penuh dalam mendeteksi malnutrisi. Faktor-faktor risiko
kerusakan protein ototyang berasal dari makanan. Sitokin yang memengaruhi masalah nutrisi harus dicari dalam
juga merangsang pelepasan kortisol yang mengakibatkan melakukan anamnesis.
percepatan katabolisme otot. Pada usia lanjut keadaan Pasien usia lanjut yang dirawat karena kondisi medis
kaheksia yang berhubungan dengan penyakit-penyakit akut atau masalah bedah sangat berisiko berkembang
kronik (kanker; infeksi) dapat berkembang tanpa dasar menjadi malnutrisi. Keadaan yang sering terjadi pada
p6nyakit yang jelas. perawatan di rumah sakit yang memicu berkurangnya lean,/
totat body mass adalah tirah baring yang lama, inflamasi
akut, dan asupan nutrisi yang tidak adekuat. Keadaan
EVALUASI tersebut merupakan faktor risiko tinggi mortalitas. Oleh
karena itu, pada orang usia lanjut yang dirawat di rumah
Pengkajian status nutrisi yang rutin dan rinci meru- sakit karena kondisl medis akut harus dilakukan anamnesis
pakan bagian dari pengkajian paripurna pada pasien yang mendalam dan rinci untuk menemukan faktor risiko
geriatri, yang mutlak dilakukan pada pasien usia lanjut, yang berkaitan dengan nutrisi.
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Penyakit-penyakit kronik yang memengaruhi status
antropometrik, pemeriksaan penanda biokimiawi dan nutrisi, antara lain disfungsi pencernaan, sesak napas
penilaian usia lanjut yang berisiko malnutrisi dengan karena penyakit paru obstruktif kronik dan gagaljantung
menggunakan tools yang sudah divalidasi. Penilaian kongestif (mempengaruhi kemampuan menyiapkan
status nutrisi pada geriatri tidak mudah karena adanya dan asupan makanan), gangguan endokrinologi dapat
perubahan komposisi tubuh terkait usia dan penurunan meningkatkan metabolisme (hiperparatiroidisme) atau
fungsi yang menyerupai perubahan akibat malnutrisi. menurunkan nafsu makan (Pheokromasitoma).
Tidak seperti pada usia muda, pada usia lanjut tanda Efek samping obat-obat yang diminum dapat
manutrisi dan malabsorpsi nutrient seringkali tidak jelas merupakan penyebab utama penurunan berat badarl
kecuali pada keadaan yang sangat berat. termasuk anamnesis obat-obatyang dibeli bebas, vitamin
Pengkajian nutrisi secara komprehensif meliputi: dan supplement nutrisi. Mekanisme dapat melalui
penuru.nan nafsu makan, gangguan absorpsi nutrien.
1. Anamnesis:
. Pengkajian penyebab berat badan turun/faktor risiko, Kualitas pengdcap makanan ,"nrrin dengan
pengkajian asupan makanan bertambah umur. terutama jika ada riwayat merokolc
2. Pemeriksaan antropometrik Terjadi perubahan pada rasa dan bau. Jumlah papilla
3. Laboratorium
pengecap pada lidah menurun sejalan dengan umur
Yang pertama menurun adalah rangsang pengecap
manis dan asin, makanan mulai terasa asam atau pahi(
sehingga anamnesis pengecap rasa dan bau penting
ANAMNESIS
untuk ditanyakan.
Kadangkala sulit mendapatkan data yang akurat pada Pada usia lanjut yang menderita penyakit kron-ts,
anamnesis pasien usia lanjut, disebabkan karena misalnya hipertensi, diabetes melitus. gagal jantung
berkurangnya daya ingat, terjadi penurunan fungsi hiperurisemia pola diet sesuai yang dianjurkan dokted
kognitif dan rasa takut. Oleh karena itu, aloanamnesis ahli gizi misalnya diet rendah garam, diet DM, dietjantung
dengan pramurawat (coregiver) dan keluarga penting dan rendah purin. Hal tersebut dapat menurunkan asupan
dilakukan. kalori yang meningkatkan risiko malnutrisi
Pada anamnesis dicari faktor risiko malnutrisi, misal- Depresi dan demensia dapat menyebabkam
nya: penurunan berat badan, riwayat penyakit kronik, penurunan berat badan pada usia lanjut. Demensia lanil&
riwayat obat-obatan, diet khusus. kesehatan mulut, berhubungan dengan gangguan menelan. Keadaan l*l
depresi, keadaan status fungsional dan sosial, peminum yang memengaruhi status nutrisi pada usia lanjut adal*
alkohol. Perlu dicurigai adanya masalah nutrisi bila terdapat status fungsional yang rendah, kemiskinan, isolasi sosi{r
penyakit-penyakit yang sering terkait dengan timbulnya dan perlakuan salah pada usia lanlut (elder obuse)
ruUTRISI DI RUMAH SAKIT 467
Masalah psikis
Kesehatan mulut Aktivitas sehari-hari
--T
dan kognitif Aktivitas tambahan
sehari-hari
Depresi Mulut kering Terapi fisik
Demensia Disgeusia Terapi okupasional
Lote-life poranoio Pergigian yang buruk Evaluasi status sosia
Anoreksia nervosa Kandidiasis oral
Globus Histerikus Nyeri di mulut
data kuantitas asupan makanan 1 bulan terakhir lain: berkurangnya komponen cairan tubuh sehingga
dengan cara menanyakan frekuensi, jumlah dan diskus intervertebralis relatif kurang mengandung air
jenis makanan yang dikonsumsi dalam 1 minggu sehingga menjadi lebih pipih; makin tua seseorang
terakhir dengan bantuan food modelsebagai panduan ada kecenderungan semakin kifosis sehingga tinggi
untuk membantu ingatan subyek. Selanjutnya, data tegak lurusnya berkurang, berkurang kekuatan otot dan
yang diperoleh dalam ukutan rumah tangga (URT), perubahan postural. Penurunan tinggi badan tersebut
dikonversikan dalam ukuran gram menggunakan akan memengaruhi hasil perhitungan IMT; oleh sebab itu
daftar bahan makanan penukar dan dianalisis dengan dianjurkan menggunakan tinggi lutut (knee height) untuk
program nutri.survey 2005. menentukan secara pasti tinggi badan sesorang. Tinggi
3. 24-hour recall lutut tidak akan berkurang kecuali jika terdapat fraktur
Pasien mengingat semua makanan yang dikonsumsi tungkai bawah. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi
dalam 24 jam. Cara ini kurang akurat,tergantung badan sesungguhnya (lihat rumus)
ketrampilan penanya, keterbatasan daya ingat pada
' usia lanjut dan dipengaruhi variasi makanan dari hari
ke hari.
IMT = BB (Kg)
(TB)'z(meter)
4. Riwayat dlet
Riwayat diet diceritakan oleh pasien, yang dilakukan
oleh dietisien yang terlatih Tinggi badan (M) = 59,01 + (2,08 x tingi lutut)
Pengkajian asupan makanan tidak hanya ditanyakan Tinggi badan (D = 75,00 + (1,91 x tinggi lutut) - (Q17 x umur)
pada saat sebelum pasien dirawat, tetapi juga perlu
dikaji asupan makanan selama dalam perawatan.
Dokter bersama ahli gizi dan perawat (sebagai bagian Riwayat penurunan berat badan merupakan hal yang
dari Tim Terpadu Geriatri) memantau perkembangan penting dalam anamnesis pasien usia lanjut. Berdasarkan
asupan makanan pasien yang dirawat setiap hari. data da ri N utr itio n o I S c re e n in g I n itiative (N S l), penu ru nan
berat badan > 5% dalam 1 bulan atau > 7,5o/o dalamS
bulan, atau > 10% dalam 6 bulan dianggap bermakna
PEMERIKSAAN FISIK/ ANTROPOM ETRIK Beberapa studi menyatakan terdapat hubungan antara
turunnya berat badan dengan peningkatan risiko
Nilai-nilai antropometrik berhubungan erat dengan nutrisi, mortalitas.
lingkungan, kondisi sosiokultural, gaya hidup, status Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunEi-.
fungsional dan kesehatan. Pemeriksaan antropometrik kan timbangan yang dikalibrasi, de4gan memakai pakaian
merupakan hal esensial dalam penentuan malnutrisi pada ringan dan tanpa sepatu dengan mempertimbangkan
evaluasi nutrisi geriatri. beberapa faktor yang memengaruhi seperti edema, asites
dan kehilangan anggota tubuh. Pada pasien y'ang tidak
Berat Badan, Tinggi Badan dan lndeks Massa dapat berdiri pengukuran berat badan dilakukan dengan
Tubuh menggunakan upright bolonce beam scole atau wheelchc*
Berat badan merupakan prediktor kuat morbiditas dan scoLe, pada pasien imobilisasi pengukuran dilakukan
mortalitas pasien rawat inap. Berat badan cenderung dengan menggunakan bed scale. Alat pengukur tersebut
meningkat hingga akhir usia 60 tahun dan selanjutnya harus rutin dikalibrasi.
menurun secara bertahap. Malnutrisi dapat terjadi pada
usia lanjut yang overweight, yang perlu dicurigai bila Pengukuran Tebal Lipatan Kulit dan Massa Otot
ditemukan penurunan berat badan bermakna. Persentase lemak pada orang tua lebih besar dibanding usb
Pengukuran antropometrik pertama adalah mengukur muda. Proses menua juga memengaruhi distribusi lenrak
tinggi badan dan berat badan kemudian mengukur indeks dimana lemak pada tubuh dan intraabdomen meningkil
massa tubuh (lMT). lndeks massa tubuh dihitung dengan sementara pad"b ekstremitas kurang. Pengukuran lingkar
membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat lengan atas (LLA) dan lipatan triceps berkorelasi dengm
tinggi badan (dalam meter persegi). Menurut Nutritionol lemak tubuh pada orang usia lanjut dan merupaka
Survey lnitiotive (NSl) IMT normal 22-27, malnutrisi ringan perkiraan kasar simpanan lemak dan massa oto[-
IMT < 18,4 dan malnutrisi berat IMT < 16. Pemeriksaan lipatan kulit lebih sulit dilakukan dibandi4g,
Pada saat mengukur tinggi badan seseorang berusia pengukuran lingkar lengan atas dan butuh ketrampilan
lanjut, perlu diingat bahwa dalam perjalanan usianya
dapat terjadi pengurangan tinggi badan. Pengurangan Pemeriksaan Penanda Biokimiawi
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara Selain untuk identifikasi malnutrisi, penanda biokimiaufr
InIII TSI DI RUMAH SAKIT 469
,ffimtt untuk mendeteksi defisiensi mikronutrien dan Donini,dkk mendapatkan hasil sensitivitas dan spesifisitas
umtururk monitor efikasi intervensi nutrisi. Beberapa MNA adalah 960/o dan 98%. MNA telah divalidasi di
Nilrilnda biokimia yang dipakai antara lain serum albumin, berbagai negara dan berkorelasi dengan penilaian klinis
paulhumin, serum transferin, retinol binding protein dan dan indikator objektif status nutrisi lain seperti albumin
llffiS*ltr- Peneltian Kuzuya dkk menunjukkan bahwa serum dan lMT.
dhumfln pada pasien dengan ADL rendah tidak berkorelasi Uji keandalan di Perancis membandingkan MNA
dklnqnn parameter nutrisi lain seperti antropometrik dan dengan klinis, skala ADI- penanda biokimiawi sesuai dengan
hurosirorner SGA. klinis pada 89% responden sedangkan pengelompokkan
berdasarkan MNA dengan penanda biokimiawi sesuai
dengan klinis pada 88% responden.l5 Neumann dkk
MAPISAN STATUS NUTRISI melaporkan uji keandalan inter-rater pada pasien usia
lanjut di bangsal rehabilitasi di Australia didapat hasil
&herapa instrumen telah dikembangkan untuk men- interclass correlation coefficient (lCC) 0,833 yang berarti
doteksi adanya malnutrisi, berupa kuesioner self- memiliki korelasi baik sedangkan Bleda dkk di Spanyol
,6''Ersvnenf maupun yang harus dikerjakan oleh tenaga mendapatkan nilai ICC 0,89.
mediis, diantaranya : Penelitian yang dilakukan Ellen S (2009) di RSCM
pada 193 responden, mendapatkan penilaian status nutrisi
fr* Nutritionol Assessment (MNA) berdasarkan skor total MNA memiliki nilai keterandalan
il$ilil{A merupakan kuesioner yang terdiri atas 18 pertanyaan yang cukup baik, dengan nilai ICC 0,794 dan 0,750 untuk
Ituntffi.rk menilai dan mendeteksi adanya risiko malnutrisi, inter dan intraobserver. Hal tersebut menunjukkan MNA
lEnihagi menjadi menjadi 6 butir pertanyaan untuk skrining memiliki keterandalan yang baik untuk menilai status gizi
ntmnlrnutrisi dan dilanjutkan dengan 12 pertanyaan full pada usia lanjut.
llffilitAuntuk menilai status nutrisi. Pertanyaan pada MNA Kelebihan lain MNA adalah dapat mendeteksi orang
mrmmcakup antropometrik (penurunan berat badan, IML usia lanjut dengan risiko'malnutrisi sebelum tampak
rLllU[ dan lingkar betis), asupan makanan (asupan makanan perubahan bermakna berat badan dan protein. Nilai MNA
dan cairan, frekuensi makanan, dan kemampuan makan yang rendah merupakan prediktor lamanya perawatan dan
'sendiri), penilaian global (gaya hidup, obat-obatan, mortalitas tinggi.
rmmbilitas, ada tidaknya stres akut, demensia atau depresi)
dwr self-ossessrnenf (persepsi pasien tentang kesehatan Su bj ective G loba I Assessm e nt (SGA)
dan nutrisi). Skor 3 24 menunjukkan status nutrisi baik, lnstrumen ini memiliki sensitivitas 82o/o dan spesifisitas
rlior 17-23,5 menunjukkan risiko malnutrisi dan skor < 17 72o/o. Studi kesahihan mqnunjukkan bahwa hasilnya
rnlrlmnunjukkan malnutrisi. MNA selain mudah digunakan, tergantung pengalaman pelaksana dan sensitivitas
uidak mahal, memiliki sensitivitas 96o/o dan spesifisitas 98%. tergantung tanda fisik mikronutrien yang umumnya
:,:+ ;6r .
:i #r::
[ffi[[|""n w"ktu Pa,uh Pengaruh Usia Faktor Penyebab Peningkatan Faktor Penyebab Penurunan
Albumin 18 hari J0,8 g/L per dekade Panproteinemia Gagal jantung Sindrom nefrotik
Dialisis
lhansferin t hari Penurunan bertahap Defisiensi besi Hepatitis akut Penyakit hati lanjut Sindrom
Estrogen nefrotik Neoplasma
Flealbumin 2hari Tidak ada perubahan Gagal ginjal lnflamasi
bermakna Steroid Defisiensi besi
[etinol-binding 12jam Pria J Gagal ginjal Gagal hati lanjut
Prstein Wanita t "
Acute liver injury Defisiensi vitamin A
Hipotiroid
reF-1 2-4 jam 1,35-60% (dekade 4-9) Gagal ginjal Gagal hati
lnflamasi
Stres
CRP 4-6jam Tidak ada perubahan Trauma
Sepsis
Xolesterol ldekade 6-gKemudian J Hipotiroidisme Penyakit hati
Kreatinin urin J Diet tinggi protein Gagal ginjal
Steroid
470 NUTRISI KLINIK
baru nampak jelas pada keadaan lanjut, sehingga SGA atau pramurawat (care giver). Pengkajian paripurna yang
tidak dapat dipakai untuk deteksi dini, follow up maupun meliputi pengkajian status nutrisi pada setiap pasien usia
monitor dukungan nutrisi lanjut yang dirawat mutlak harus dilakukan agar diketahui
dan dideteksi adanya malnutrisi atau risiko mengalami
malnutrisi pada pasien-pasien tersebut. Selanjutnya
TATALAKSANA tatalaksana dapat diterapkan sesuai dengan masalah yang
dialami oleh pasien.
Tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut memerlukan Tatalaksana meliputi tata laksa na u mu m, obat-obatan,
pendekatan multidisiplin dengan kerjasama interdisiplin, dan dukungan nutrisi (nutritional support). Secara umum
yang melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, dan keluarga pasien dikelola berdasarkan penyakit dan atau masalah-
c. 21-23 =2
d. >23 =3
2. Lingkar lengan atas (cm)
a. <21 =0
b. 21- 22 = 0,5
c. >22 =1
3. lingkar betis (cm)
a. <31 =0
b. >31 =1
4. BB selama 3 bulan terakhir
a. Kehilangan BB > 3 Kg =0
b. Tidak Tahu = 1
Penilaian Umum
5. Hidup tidaktergontung ( tidak di tempat perawatan atau rumah sakit)
a. Tidak
b. Ya =1
6. Menggunakan lebih dari 3 obat per hari
a. Tidak
b. Ya ='l
7. Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
a. Tidak =0
b. Ya =1
8. Mobilitas
a. Hanya terbaring atau di atas kursi roda =0
b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak ke luar rumah = 1
t4- Bagaimana asupan makanan 5 bulan terakhir karena hilangnya nafsu makan,
nrasalah pencernaan, atau kesulitan menelan.
a. Kehilangan nafsu makan yang berat =0
b. Kehilangan nafsu makan sedang =1
c. Tidak kehilangan nafsu makan =2
115. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu, dll) yang dikonsumsi per hari.
a. <3cangkir =0
b. 3-5 cangkir = 1
c. >5cangkir =2
15. Fola Makan
a. Tak dapat makan tanpa bantuan =0
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1
Penilaian Diri
!7. Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah gizi?
a. Malnutrisi berat =0
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1
d. Lebih baik =2
Total Penilaian
(Maksimal 30 poin)
Shor lndikator Malnutrisi :
*cr 24 = gizi baik
Skor 17 - 23,5 = berisiko malnutrisi
Skor<17 =malnutrisi
472 NUTRISI KLINIX
Piosedur Diognostik
Penyokit Alergi473
nsmo.rnronkiol4TS, ,
AlergiMokonon 508
Alergi Obot 513
Voskulitis 519
473
474 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX
dingin. debu, makanan, obat, emosi, kehamilan, asap, dengan penyakit atopi, dan kadangkaladisebabkan
bau-bauan, dan lain-lain. pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka
i. Kebiasaan merokok, dan berapa batang sehari. lama. Pada rinitis alergi dapat dijumpai oLlergic shiners,
j. Dalam usaha mencari alergen, hubungan antara yaitu daerah di bawah palpebra inferior yang menjadi
gejala alergi dengan waktu dan tempat sangat gelap dan bengkak
penting. Dengan mengenal timbulnya gejala pada
waktu tertentu, kecurigaan akan penyakit alergi lebih Telinga
dipertegas. Begitu juga halnya dengan faktor tempat. Telinga tengah dapat merupakan penyulit penyakit alergi
Dalam hal ini kita harus mempunyai pengetahuan saluran napas, perlu dilakukan pemeriksaan membran
dengan alergen sekeliling pasien. timpani untuk mencari otitis media. Demikian juga dengan
Untuk itu yang ditanyakan adalah tentang: sinus paranasal berupa sinusitis yang dapat diperiksa
- keadaan rumah, apakah sudah tua, masih baru, secara palpasi dan transiluminasi.
dan kelembabannya
, kamar tiduI karena di tempat ini banyak dijumpai Hidung
D. pteronyssinus Pada pemeriksaan hidung bagian luar di bidang alergi
- keadaan sekeliling pasien, apakah banyak hewan ada beberapa tanda yang sudah baku, walaupun tidak
peliharaan seperti anjing, kucing, burung, dan patognomonik, misalnya: ollergic salute, yaitu pasien
sebagainya. dengan menggunakan telapak tangan menggosok
k. Pada pasien asma atau alergi saluran napas lain ujung hidungnya ke arah atas untuk menghilangkan rasa
ditanyakan juga tentang dahak: jumlahnya (banyak, gatal dan melonggarkan sumbatan; ollergic creose, gais
sedang, sedikit), warnanya (putih, kuning, hijau), melintang akibat lipatan kulit ujung hidung; kemudian
kekentalan (encer, kental). allergic focies, terdiri dari pernapasan mulut, allergk
l. Pengaruh terhadap kualitas hidup. Apakah keluhan shiners, dan kelainan gigi-geligi.
tersebut mempengaruhi pekerjaan, absensi sekolah, Bagian dalam hidung diperiksd dengan menggunakan
mengganggu aktivitas olahraga atau hobi lainnya, spekulum hidung dengan bantuan senter untuk menild
atau mengganggu tidur. warna mukosa, jumlah dan bentuk sekret, edema,
m. Perlu juga ditanyakan riwayat alergi pada keluarga, polip hidung, dan abnormalitas anatomi seperti deviai
apakah ada keluarga sedarah yang menderita asma, septum.
rinitis, eksim, alergi makanan, atau alergi obat.
Mulut dan Orofaring
Pemeriksaan ditujukan untuk menilai eritema, edem4
PEMER!KSAAN FISIS hipertrofi tonsil, posf nosol drip. Pada rinitis alergi, serirg
terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema, atau
Pemeriksaan fisis yang lengkap harus dibuat, dengan keduanya. Oroltrush juga perlu diperhatikan pada pasien
perhatian ditujukan terhadap penyakit alergi bermanifestasi yang menggunakan kortikosteroid inhalasi. Palatum yaqg
kulit, konjungtiva, nasofaring, dan paru. Kalau seseorang cekung ke dalam. dagu yang kecil, serta tulang maksiLt
datang dengan keluhan hidung, maka perhatian lebih yang menonjol kadang disebabkan oleh penyakit alergf
lanjut ditujukan lagi terhadap pemeriksaan hidung dan yang kronik.
kerongkongan, baik dari luar maupun dari dalam rongga
hidung. Dada
Diperiksa secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
Kulit baik terhadap organ paru maupun jantung. Pada waku
Seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi,
kronik seperti ekskoriasi, bekas garukan terutama daerah penggunaan otot bantu pernapasan dan mengfn
pipi atau lipatan-lipatan kulit daerah fleksor. Kelainan sedangkan dalam keadaan normal mungkin tidat
ini mungkin tidak dikeluhkan pasien, karena dianggap ditemukan kelainan.
tidak mengganggu ataupun tidak ada hubungan dengan
penyakitnya. Lihat pula apakah terdapat lesi urtikaria, Pemeriksaan Lain
angioedema, dermatitis, dan likenifikasi. Jangan lupa memeriksa tekanan darahnya, karena tekana
sistolik yang rendah (90- 1 1 0 mmH g) sering diju mpai padr
Mata penyakit alergi. Pada pengguna kortikosteroid perlu diniH
Diperiksa terhadap hiperemia konjungtiva, edema, sekret strioe, obesitas, miopati, hipertensi, dan efek samping
mata yang berlebihan dan katarakyang sering dihubungkan kortikosteroid lain nya.
reEDUR DIAGNOSIS PENYAKIT ALERGI 475
KSAAN LABORATORI U M Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan jika tes kulit tidak
'EMERI dapat dilakukan, misalnya pada penyakit kulit yang luas,
renr*eriksaan laboratorium hanya memperkuat dugaan pasien tidak dapat menghentikan pengobatan, atau pada
doar.ya penyakit alergi, jadi tidak untuk menetapkan kasus alergi berat.
miagnosis. Selain itu, pemeriksaan laboratorium juga
tico,rai untuk pemantauan pasien, misalnya untuk menilai
umc,ulnya penyulit penyakit dan hasil pengobatan. TES KULIT
:inanding tes kulit. Untuk alergi makanan, pemeriksaan . Hasil +3 = 1007o dari kontrol positif
r-.rr kurang mendukung, bahkan jika dibandingkan tes kulit. . Hasil +4 = 200o/o dari kontrol positif
476 ALERGI DAN IMUNOLOGI KTINIK
Harus diingat sebelum melakukan tes kulit. pasien gejala. Tes ini hanya dilakukan jika terdapat kesulitan
diminta menghentikan konsumsi beberapa obat. diagnosis dan ketidakcocokan antara gambaran klinis
Sebagian besar antihistamin generasi pertama harus dengan tes lainnya. Tes provokasi yang dapat dilakukan
dihindari minimal 72 jam sebelum tes, sedangakan untuk adalah tes provokasi nasal, tes provokasi bronkial, tes
antihistamin generasi kedua harus dihentikan minimal provokasi konjungtival, tes eliminasi dan provokasi
satu minggu sebelumnya. Pemakaian kortikosteroid terhadap makanan.
sistemikjangka singkat dosis rendah (< 20 mg prednison)
dihentikan 3 hari, dosis tinggi harus dihentikan 1 minggu. Tes Provokasi Nasal
Sedangkan pemakaian kortikosteroid jangka lama perlu Pada tes ini alergen diberikan pada mukosa hidung baik
dihentikan minimal 3 minggu sebelum dapat dilakukan dengan disemprotkan atau mengisap alergen yang kering
tes. Untuk kortikosteroid topikal cukup dihentikan 1 melalui satu lubang hidung sedang lubang hidung yang
hari menjelang tes. Obat lain yang juga harus dihindari lain ditutup. Tes dianggap positif bila dalam beberapa
adalah antidepresan trisiklik -2 minggu sebelum tes) dan
(1 menit timbul bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, batuk,
beta adrenergik (1 hari sebelumnya). Teofilin, obat-obat atau pada kasus yang berat menjadi gejala sama. Pada
simpatomimetik, dan sodium kromoglikat karena tidak pemeriksaan mukosa hidung, tampak bengkak sehingga
menghalangi reaksi tes kulit, tidak perlu dilarang. menyumbat rongga hidung.
ilEFERENS!
PENDAHULUAN lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan
prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga
Meskipun asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang berbeda-beda antara satu kota dengan kota yang lain d
lalu, para ahli masih belum sepakat mengenai definisi negara yang sama. Di lndonesia prevalensi asma berkisa
penyakit tersebut. Dari waktu ke waktu definisi asma antara 5 -7o/o.
terus mengalami perubahan. Definisi asma ternyata
tidak mempermudah membuat diagnosis asma,
sehingga secara praktis para ahli berpendapat: asma KLAS!FIKASI
adalah penyakit paru dengan karakteristik: 1). obstruksi
saluran napas yang reversibel (tetapi tidak lengkap pada Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asrn
beberapa pasien) baik secara spontan maupun dengan yang lain. Dahulu dibedakan asma alergik (ekstrinsik) da
pengobatan; 2). inflamasi saluran napas; 3). peningkatan non-alergik (intrinsi k). Asma alergi k terutama munculnye
respon saluran napas terhadap berbagai rangsangan pada waktu kanak-kanak, mekanisme serangannF
(hipereaktivitas). melalui reaksi alergi tipe I terhadap alergen. Sedangka
Obstruksi saluran napas ini memberikan gejala-gejala asma dikatakan asma intrins.ili bila tidak ditemukm
seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Penyempitan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergeau
saluran napas pada asma dapat terjadi secara bertahap, Namun klasifikasi tersebut pada prakteknya f,dak mud*
perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan dan sering pasien mempunyai kedua sifat alergik da
tetapi dapat pula terjadi mendadak, sehingga menimbulkan non-alergik, sehingga Mc Connel dan Holgate memhagi
kesulitan bernapas yang akut. Derajat obstruksi dipengaruhi asma dalam 3 kategori, yaitu: 1). asma ekstrinsik, 2). asrn
oleh diameter lumen saluran napas, edema dinding intrinsik, 3). asma yang berkaitan dengan penyakit pa
bronkus, produksi mukus, kontraksi dan hipertrofi otot obstruktif kronik. Selanjutnya Global lnitiative for
polos bronkus. Diduga baik obstruksi maupun peningkatan (GINA) mengajukan klasifikasi asma intermiten
respon terhadap berbagai rangsangan didasari oleh persisten ringan, sedang dan berat. Baru-baru ini,
inflamasi saluran napas. melakukan klasifikasi asma menjadi 'l). asma terkontrol
asma terkontrol sebagian, dan 3). asma tidak
berdasarkan gejala siang/ malam, aktivitas,
PREVALENSI obat pelega;'serta eksaserbasi.
&ngan hasil akhir berupa inflamasi dan HSN. otot-otot bantu napas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat
lhereaktivitas Saluran Napas (HSN) dinilai secara objektif dengan VEP1 (Volume Ekspirasi
''ihry membedakan asma dengan orang normal adalah
Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak Ekspirasi),
giiiffiat saluran napas pasien asma yang sangat peka
sedangkan penurunan KVP (Kapasitas Vital Paksa)
frnlmdap berbagai rangsangan seperti iritan (debu), zat menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan
(histamin, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani).
ilhftnfra
saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang
ffitda asma alergik, selain peka terhadap rangsangan
besari sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan
flrsebut di atas pasien juga sangat peka terhadap alergen
ada penyempitan di saluran napas besar, sedangkan pada
png spesifik. Sebagian HSN diduga didapat sejak lahin saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih
ilGhpi sebagian lagi didapat. Berbagai keadaan dapat
dominan dibanding mengi.
mn:ningkatkan hipereaktivitas saluran napas seseorang
Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata
gdtu:
di seluruh bagian paru. Ada daerah-daerah yang kurang
Samasi saluran napas. Sel-sel inflamasi serta mediator mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui
hfrmnia yang dikeluarkan terbukti berkaitan erat dengan daerah tersebut mengalami hipoksemia. Penurunan PaO,
qrfala asma dan HSN. Konsep ini didukung oleh fakta mungkin merupakan kelainan pada asma sub-klinis.
Uhd'nra intervensi pengobatan dengan anti-inflamasi dapat Untuk mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan
rmrpnurunkan derajat HSN dan gejala asma. hiperventilasi, agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Tetapi
480 ALERG] DAN IMUNOLOGI KLINIK
akibatnya pengeluaran CO, menjadi berlebihan sehingga peokflow meteratau uji provokasi dengan bahan tersangka
PaCO, menurun yang kemudian menimbulkan alkalosis yang ada di lingkungan kerja mungkin diperlukan untuk
respiratorik. Pada serangan asma yang lebih berat lagi menegakkan diagnosis.
banyak saluran napas dan alveolus tertutup oleh mukus
sehingga tidak memungkinkan lagi terjadinya pertukaran
gas. Hal ini menyebabkan hipoksemia dan kerja otot-otot DIAGNOSIS
pernapasan bertambah berat serta terjadi peningkatan
produksi COr. Peningkatan produksi CO2 yang disertai Diagnosis asma didasarkan pada riwayat penyakit,
dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada
retensi CO, (hiperkapnia) dan terjadi asidosis respiratorik riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk, sesak,
atau gagal napas. Hipoksemia yang berlangsung lama mengi, atau rasa berat di dada. Tetapi kadang-kadang
menyebabkan asidosis metabolik dan konstriksi pembuluh pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja yang umumnya
darah paru yang kemudian menyebabkan shunting yailu timbul pada malam hari atau sewaktu kegiatan jasmani.
pEredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas yang Adanya penyakit alergi yang lain pada pasien maupun
baik, yang berakibat perburukan hiperkapnia. Dengan keluarganya seperti rinitis alergi, atau dermatitis atopik
demikian penyempitan saluran napas pada asma akan membantu diagnosis asma. Gejala asma sering timbul
menimbulkan hal-hal sebagai berikut: 1). Gangguan pada malam hari, tetapi dapat pula muncul sembarang
ventilasi berupa hipoventilasi. 2). Ketidakseimbangan waktu. Adakalanya gejala lebih sering terjadi pada
ventilasi perfusi di mana distribusi ventilasi tidak setara musim tertentu. Yang perlu diketahui adalah faktor-faktor
dengan sirkulasi darah paru. 3). Gangguan difusi gas di pencetus serangan. Dengan mengetahui faktor pencetus
tingkat alveoli. kemudian menghindarinya, maka diharapkan gejala asma
Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan: dapat dicegah.
hipoksemia, hiperkapnia, serta asidosis respiratorik pada
Faktor-faktor pencetus pada asma yaitu:
tahap yang sangat lanjut. . lnfeksi virus saluran napas: influenza
. Pemajanan terhadap alergen tungau, debu rumah,
bulu binatang
GAMBARAN KLINIS . Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak
wangi
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik . Kegiatan jasmani: lari.
batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awal serangan sering . Ekspresi emosional takut, marah, frustasi
gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada . Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti-inflamasi non-
asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun
steroid
pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi pada . Lingkungan kerja: uap zat kimia .
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan . Polusi udara: asap rokok
sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulen. . Pengawet makanan: sulfit
Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya . Lain-lain, misalnya haid, kehamilan, sinusitis
batuk tanpa disertai mengi, dikenal dengan istilah cough
voriant asthmo. Bila hal yang terakhir ini dicurigai, perlu Yang membedakan asma dengan penyakit pam
dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah yang lain yaitu pada asma serangan dapat hilang dengan
bronkodilator atau uji provokasi bronkus dengan atau tanpa obat, artinya serangan asma tanpa diobats
metakolin. ada yang hilang sendiri. Tetapi membiarkan pasien
Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan asma dalam serangan tanpa obat selain tidak etis, jugr
alergen dengan gejala asma tidakjelas. Terlebih lagi pasien dapat membahayakan nyawa pasien. Gejala asma jugn
asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor sangat beryariasi dari satu individu ke individu lain, da
pencetus non-alergik seperti asap rokok, asap yang bahkan bervariasi pada individu sendiri misalnya gej*r
merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan pada malam hari lebih sering muncul dibanding siang
cuaca. hari.
Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala
biasanya memburuk pada awal minggu dan membaik
menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap PEMERIKSAAN FISIS
memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan
membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan kerjanya, Penemuan tanda pada pemeriksaan fisis pasien a
seperti sewaktu cuti 'misalnya. Pemantauan dengan alat tergantung dari derajat obstruksi saluran napas-
i memanjang, mengi, hiperinflasi dada, kegiatan jasmani, dilakukan dengan menyuruh pasien
san cepat sampai sianosis dapat dijumpai berlarl cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut
pasien asma. Dalam praktek jarang dijumpai jantung 80-90% dari maksimum. Dianggap bermakna
dalam membuat diagnosis asma, tetapi sering bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi)
ffi drfiumpai pasien bukan asma mempunyai mengi, paling sedikil 1O%. Akan halnya uji provokasi dengan
ffimgqa diperlukan pemeriksaan penunjang untuk alergen, hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap
n:mncqakkan dia g nosi s. alergen yang diuji.
Pemeriksaan Sputum
IMEN,IKSAAN PENUNJANG Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma,
sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkhitis
ll$ometri kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, krristal
fuprng paling cepat dan sederhana untuk menegakkan Chorcot-Leyden, dan Spiral Curschmonn; pemeriksaan ini
'drynrqosis asma adalah melihat respons pengobatan
juga penting untuk melihat adanya miselium Aspergillus
r*arrgam bronkodilator. Pemeriksaa n spirometri dila ku ka n fumigotus.
{f,hdum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup
lmr#ifiodler alau nebulizer) golongan adrenergik beta. Pemeriksaan Eosinofil Total
ffiaminnrEkatan VEP1 sebanyak > 12Yo atau (> 200m1) Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
rmrmlllrrumiukkandiagnosis asma. Tetapi respons yang kurang pada pasien asma dan hal ini dapat membantu dalam
ffim, ll2% atau 200m1, tidak berarti bukan asma. Hal-hal membedakan asma dari bronkitis kronik. Pemeriksaan ini
ffiilr,muhrt dapat dijumpai pada pasien yang sudah normal juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan
,ilrru rnrnendekati normal. Demikian pula respons terhadap cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan
ffinmrrrbdilator tidak dijumpai pada obstruksi saluran napas pasien asma.
'gmlnrg berat, oleh karena obat tunggal bronkodilator tidak
omhlup kuat memberikan efek yang diharapkan. Untuk Uji Kulit
ft:dfiliiat reversibilitas pada hal yang disebutkan di atas Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukkan adanya
mrrulrlqki n d i pe rl u ka n ko m bi n a s io bat g o Io n g a n a d re n e rg i k antibodi lgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya
ilh,m teofilin dan bahkan kortikosteroid untuk jangka menyokong anamnesis, karena uji alergen yang positif
[L! pengobatan 2-3 minggu. Reversibilitas dapat tidak selalu merupakan penyebab asma, demikian pula
Itlmtrpdi tanpa pengobatan yang dapat dilihat dari hasil sebali knya.
rN'rnrrneriksaan spirometri yang dilakukan pada saat yang
lilhrriheda-beda misalnya beberapa hari atau beberapa Pemeriksaan Kadar lgE'Total dan IgE Spesifik
lfururlarrr kemudian. Dalam Sputum
Pemeriksaan spirometri selain penting untuk Kegunaan pemeriksaan lgE total hanya untlk menyokong
mroumegakkan diagnosis, juga penting untuk menilai adanya atopi. Pemeriksaan lgE spesifik lebih bermakna
Manatnya obstruksi dan efek pengobatan. Kegunaan dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau hasilnya
mprinometri pada asma dapat disamakan dengan kurang dapat dipercaya.
th,nnrtsimeter pada penatalaksanaan hipertensi atau
qdluurkometer pada diabetes melitus. Banyak pasien Foto Rontgen Dada
ilmrrilra tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan spirometrinya Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab
urunrunjukkan obstruksi. Hal ini mengakibatkan pasien lain obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan
innrLuldah mendapat serangan asma dan bahkan bila terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma
ffimiangsung lama atau kronik dapat berlanjut menjadi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis,
pemyakit paru obstruktif kronik. dan lain-lain.
Gagal jantung kiri akut. Dulu gagal jantung kiri akut kromolin mekanisme kerjanya diduga mencegah
pelepasan mediator dari mastosit. Obat tersebut tidak
dikenal dengan nama asma kardial, dan gejala yang timbul
dapat mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi. oletl
pada malam hari berupa poroxysmal nocturnal dyspnoe.
karena itu hanya dipakai sebagai obat profilaktik p*
Pasien tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak,
terapi pemeliharaan.
tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk.
Natrium kromolin paling efektif untuk asma an*
Pada anamnesis dijumpai hal-hal yang memperberat
yang penyebabnya alergi. meskipun juga efektif pade
atau memperingan gejala gagal jantung. Di samping
sebagian pasien asma intrinsik dan asma karena kegiatanr
ortopnea, pada pemeriksaan fisis ditemukan kardiomegali
jasmani. Obat golongan agonis.,lgeta 2 maupun teofiftn
dan edema paru.
selain bersifat sebagai bronkodilatorjuga dapat mencegdrr
Emboli paru. Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli penglepasan mediator. .
antara lain adalah imobilisasi, gagal jantung dan
tromboflebitis. Di samping gejala sesak napas, pasien Melebarkan Saluran Napas dengan Bronkodilalor
batuk-batuk yang dapat disertai darah, nyeri pleura, Simpatomimetik: 1). Agonis beta 2 (salbutamol, ter-but*[,
keringat dingin, kejang, dan pingsan. Pada pemeriksaan fenoterol, prokaterol) merupakan obat-obat terpilih untr*
fisis ditemukan adanya ortopnea, takikardia, gagal mengatasi serangan asma akut. Dapat diberikan sectrar
jantung kanan, pleurol friction, irama derap, sianosis, dan inhalasi melalui MDI (Metered Dosed lnhaler) alaunebuliq
hipertensi. Pemeriksaan elektrokardiogram menu nj u kkan 2). Epinefrin diberikan sub-kutan sebagai pengganti ago*r
perubahan antara lain aksisjantung ke kanan. beta 2 pada serangan asma yang berat. Dianjurkan har{r
Penyakit lain yang jarang seperti; stenosis trakea, dipakai pada asma anak atau dewasa muda.
karsinoma bronkus, poliarteritis nodosa. Aminofi lin dipakai sewaktu serangan asrilt
akut. Diberi"kan dosis awal, diikuti dengan doskr
Komplikasi asma pemeliharaan.
1. Pneumotoraks Kortikosteroid Sistemik. Tidak termasuk ob*
2. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis golongan bronkodilator tetapi secara tidak langsuag-,
3. Atelektasis dapat melebarkan saluran napas. Dipakai pada ser
4. Aspergilosis bronkopulmoner;alergik asma akut atau terapi pemeliharaan asma yang berat
5. Gagal napas Antikolinergik (ipatropium bromida) terutama
6. Bronkitis sebagai suplemen bronkodilator agonis beta 2
7. Fraktur iga serangan asma.
,mttoffAl 483
hgurangi Respons dengan Jalan Meredam Peran kortikosteroid sistemik pada asma akut
m'.r.aci Saluran Napas adalah untuk mencegah perburukan gejala lebih lanjut.
lDrlyCkpeneliti telah membuktikan bahwa asma, baikyang Obat tersebut iecara tidak langsung mencegah atau
rnn4gil rnaupun yang berat, menunjukkan inflamasi saluran mengurangi frekuensi perawatan di ruang rawat darurat
1W- Secara histopatologis ditemukan adanya infiltrasi atau rawat inap. Antikolinergik hirup atau lpatropium
dfid radang serta mediator inflamasi di tempat tersebut. bromida selain dipakai sebagai tambahan terapi agonis
rffii terapi proses inflamasi di atas adalah meredam beta 2 hirup pada asma akut,juga dipakai sebagai obat
lllflrnrasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau alternatif pada pasien yang tidak dapat mentoleransi efek
Ma lebih poten dengan kortikosteroid baik secara samping agonis beta 2. Teofilin maupun agonis beta 2
orfll, parenteral, atau inhalasi seperti pada asma akut oral dipakai pada pasien yang secara teknis tidak bisa
ffiulronik. memakai sediaan hirup.
ftobat anti-asma. Pada dasarnya obat-obat anti-asma Pengobatan Asma Menurut GINA (Glo6ol lnitia-
,dfihdd untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
tive for Asthmo).
i penggunaan obat anti-asma antara lain : Para ahli asma dari berbagai negara terkemuka telah
hegah (controller) yaitu obat-obat yang dipakai berkumpul dalam suatu lokakarya Globol lnitiative
hari, dengan tujuan agar gejala asma persisten for Asthmo: Monogement ond Prevention yang
W Erkendali. Termasuk golongan ini yaitu obat-obat dikoordinasikan oleh Notionol Heort, Lung and Blood
,ilffiriinflamasi dan bronkodilator kerja panjang (long lnstitute Amerika Serikat dan WHO. Publikasi lokakarya
rMfil[p- Obat-obat anti-inflamasi khususnya kortikosteroid tersebut yang dikenal sebagai GINA diterbitkan pada
illhrup adalah obat yang paling efektif sebagai pencegah' tahun 1995, dan diperbaharui tahun 1998,2002,2006,
@sl.obat antialergi, bronkodilator atau obat golongan dan yang terakhir 2008. Hampir seluruh negara di dunia
llhnr sering dianggap termasuk obat pencegah. Hal ini mengikuti protokol pengobatan yang dianjurkan- Namun
dcrrarnya kurang tepat, karena obat-obat tersebut cara pengobatan tersebut'hasih dirasakan mahal bagi
rmnagah dalam ruang lingkup yang terbatas misalnya negara berkembang, sehingga masing-masing negara
mngurangi serangan asma, mengurangi gejala asma dianjurkan membuat kebijakan sesuai .dengan kondisi
lllhrlq memperbaiki fungsi paru, menurunkan reaktivitas sosial ekonomi serta lingkungannya.
ffiars dan memperbaiki kualitas hidup. Obat antiinflamasi Asma akan mempunyai dampak terhadap kehidupan
dhpd mencegah terjadinya inflamasi serta mempunyai pasien, keluarganya maupun masyarakat. Sampai sejuh
d[p profilaksis dan supresi. Dengan pengobatan ini belum ada cara untuk menyembuhkan asma, namun
rilfrrflamasi jangka panjang, ternyata perbaikan gejala dengan penatalaksanaan yEng baik tujuan untuk dapat
rum!, perbaikan fungsi paru serta penurunan reaktivitas memperoleh kontrol asma yang baik, pada sebagian besar
lbromhrs lebih baik bila dibandingkan bronkodilator. kasus dapat tercapai. Dalam uraian berikut, akan dibahas
Termasuk golongan obat pencegah adalah mengenai tujuan penatalaksanaan asma, t'es kontrol asma
h'ilikosteroid hirup, kortikosteroid sistemik, natrium (TKA), obat-obat asma, serta komponen-kompot3en yang
lllhrnmmnolin, natrium nedokromil, teofilin lepas lambat berperan dalam mencapai keberhasilan pengobatan.
agonis beta 2 kerja panjang hirup (salmaterol dan
ill(fllllilffi
Tujuan penatalaksanaan asma adalah untuk:
ffimnmoterol) dan oral, dan obat-obat anti alergi. Falmaterol, . Mencapai dan mempertahankan kontrol gejala-gejala
irrilflpukotrien dan anti-l g E.
asma
hghilang gejala (reliever). Obal penghilang gejala . Mempertahankan aktivitas yang normal termasuk
yifiu obat-obat yang dapat merelaksasi bronkokonstriksi olah raga
dirngejala-gejala akut yang menyertainya dengan segera. . Menjaga fungsi paru senormal mungkin
"trhmnasuk dalam golongan ini yaitu agonis beta 2 hirup . Mencegah eksaserbasi asma
Ihfia pendek (short- octin g), kortikosteroid sistemi k, anti . Menghindari reaksi samping (adverse reaction) obat
lhfrrergik hirup, teofilin kerja pendek, agonis beta 2 oral dsma
h.fra pendek. . Mencegah kematian karena asma
Agonis beta 2 hirup (fenoterol, salbutamol, terbutalin, Untuk mencapai tujuan di atas Gl NA merekomendasikan
:pmkaterol) merupakan obat terpilih untuk gejala asma 5 komponen yang saling terkait dalam penatalaksanaan
*lut, serta dapat mencegah serangan asma karena asma:
lhgiatan jasmani bila diberikan sebelum kegiatan . Bina hubungan yang baik antara pasien dengan
liimnani. Agonis beta 2 hirup juga dipakai sebagai dokter
pnghilang gejala pada asma episodik. . ldentifikasi dan kurangi pemaparan faktor risiko
484 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX
Penilaian, pengobatan dan pemantauan keadaan para ahli dan belum pernah divalidasi, sehingga menuai
kontrol asma berbagai kritik. Derajat berat asma juga dapat berubah
Atasi serangan asma seiring dengan berjalannya waktu atau pengaruh
Penatalaksanaan keadaan khusus pengobatan. Oleh karena itu sekarang diperkenalkar
istilah kontrol asma yang lebih mengarah kepada upaya
1 . Bina hubungan yang baik antara pasien dengan pencegahan dengan cara mengendalikan gejala klinik
dokter penyakit termasuk juga perbaikan fungsi paru. GINA
Kerja sama yang baik antara dokter-pasien, akan membagi tingkat kontrol asma menjadi .tiga tingkatar'
mempercepat tujuan penatalaksanaan asma. Dengan yaitu terkontrol sempurna, terkontrol sebagian dan tidar
bimbingan doktet pasien didukung untuk mampu terkontrol (Tabel 1)yang juga belum divalidasi. Berbaga.
mengontrol asmanya. Pasien akan mampu mengenal alat tingkat kontrol asma saat ini telah dikembangkar
kapan asmanya memburuk, mengetahui tindakan baik yang menggunakan fungsi paru sebagai salah satu
sementara sebelum menghubungi dokter, kapan harus komponen pengukuran kontrol maupun yang tidak, dan
rhenghubungi dokternya, kapan harus segera mengunjungi semuanya telah divalidasi. Salah satu diantaranya adalai'
instalasi gawat darurat dan akhirnya akan meningkatkan Tes Kontrol Asma (TKA), yang tidak menggunakan fungsi
kepercayaan diri dan ketaatan berobat. paru, mudah pemakaiannya dan praktis karena sebagiarr'
besar dokter di negeri kita tidak menggunakan fungs
2. ldentifikasi dan kurangi pemaparan faktor paru dalam prakteknya. TKA ini telah pula divalidasi di
risiko lndonesia. Pertanyaan-pertanyaan untuk TKA beserta
Untuk mencapai kontrol asma diperlukan identifikasi interpretasinya dapat dilihat pada tabel 1.
mengenai faktor-faktor yang dapat memperburuk Pada sebagian besar pasien dengan intervens'
gejala asma atau lebih dikenal sebagai faktor pencetus. obat asma dan hubungan dokter pasien yang baik
Menghindari faktor pencetus diharapkan dapat mengurangi tujuan di atas dapat tercapai. Pengobatan merupakar
gejala dan serangan asma. Berbagai alergen, baik yang proses yang berkesinambungan. Bila dengan obat yarr
di dalam rumah maupun di luar rumah patut untuk diberikan saat ini asma belum terkontrol, dosis atau
diidentifikasi dan selanjutnya dihindari. Alergen yang jenis obat ditingkatkan. Seperti diketahui pada panduar
sering didapatkan di dalam rumah antara lain tungau, penatalaksanaan asma yang baru, terdapat 5 tingkata"
debu, bulu binatang, dan kecoa. Alergen yang sering pengobatan asma. Bila kontrol asma dapat tercapai dar
didapatkan di luar rumah antara lain polusi udara dan dapat dipertahankan terkontrol paling tidak selama l
lingkungan kerja. Perlu diidentifikasi juga faktor-faktor bulan maka tingkat pengobatan asma dapat dicoba
pencetus lain seperti infeksi virus influenza, ketegangan untuk diturunkan. Sebaliknya,,[ila respons pengobatan
jiwa, rinosinusitis, refluks gastroesofagal. belum memadai tingkat pengobatan dinaikkan. Paoa
tingkat berapa pengobatan untuk mencapal kontro
3. Penilaian, pengobatan dan pemantauan dimulai, tergantung berat atau tidaknya ltontrol asrr"
keadaan kontrol asma Bila dianggap ringan tingkat 2, yang agak berat tingkat
Tujuan terpenting penatalaksanaan asma adalah mencapai 3 (Tabel 1).
dan mempertahankan kontrol asma.
Dulu GINA menyandarkan pengobatan pada klasifikasi Pengukuran Kontrol Asma
derajat berat asma, yang terdiri dari asma intermiten, Pada penyakit-penyakit kronik sasaran pengobatan
persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat. umumnya sudah jelas, sehingga pengobatan ditujukanr
Selain aplikasinya rumit, klasifikasi tadi hanya pendapat kepada sasaran tersebut. Sebagai contoh hipertens
I
dfirka akan terkontrol bila tekanan darah < 140/90 mmHg, tidak terkontrol, sedangkan di bawah 15 dikatakan
dahgtes mellitus terkontrol bila kadar H bAl c < 6.5Yo atau terkontrol buruk
ffiSpidemia dianggap terkontrol bila kadar LDL kolesterol . 20-24 dikatakan terkontrol baik
s l[ffi mg/dL. Namun asma sebagai penyakit multidimensi . 25 dikatakan terkontrol total atau sempurna.
persepsi tentang kontrol asma belum ada kesepakatan, ACT ini juga telah di uji coba oleh Susilawati di
dlnrngga tidak mengherankan bila sebagian besar asma Poliklinik Alergi lmunologi Klinik Departemen llmu
lffidak terkontrol. Oleh karena itu para ahli berupaya Penyakit Dalam. FKUI RSCM.
mrmrencari alat ukur yang diperkirakan dapat mewakili Pengobatan dimulai sesuai dengan tahap atau tingkat
hufftntrol asma secara keseluruhan mulai dari pengukuran beratnya asma. Bila gejala asma tidak terkendali, lanjutkan
dah satu variabel sampai kepada gabungan beberapa pengobatan ke tingkat berikutnya. Tetapi sebelumnya
,uorbbel. Sejauh ini paling tidak terdapat 5 alat ukur berupa perhatikan lebih dahulu apakah teknik pengobatan,
huesioner dengan atau tanpa pemeriksaan fungsi paru, ketaatan berobat serta pengendalian lingkungan
ffiapi yang lazim dipakai adalah tes kontrol asma seperti (penghindaran alergen atau faktor pencetus) telah
Mfihat pada gambar 2. dilaksanakan dengan baik.
Asthmo Control Iesf Kontrol Asma). Diperkenalkan
(Tes Setelah asma terkendali paling tidak untuk jangka
dlerh Nathan dkk yang berisi 5 pertanyaan dan masing- waktu 3 bulan, dapat dicoba menurunkan obat-obat anti
mmruinrg pertanyaan mempunyai skor 1 sampai 5, sehingga asma secara bertahap, sampai mencapai dosis minimum
mriUrai terendah ACT adalah 5 dan tertinggi 25. lnterpretasi yang dapat mengendalikan gejala.
nihni skor tersebut adalah : Akhir-akhir ini diperkenalkan terapi anti lgE untuk
- bila kurang atau sama dengan 19 berarti asma asma alergi yang berat. Penelitian menunjukkan bahwa
ICS dosis rendah ICS dosis sedang atau ICS' do$is sedarigiatiin
ditambah agonis B, aksi dosis tinggi ditambah dosis tinggir clitamb'.ahr
sitahkah pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi asma Anda. Berikan tanda silang (x).
perta{ryaan ,! Datam 4 minggu terakhir $eberapa sering penyakit asma mengganggu anda untuk,rnelakukar $ek€riaa.n.seha!,i1h4+i
di
tT'.1 trol ml []
F"-'@l lr;s:l,'-pl
Ferlanyaan.2 Datam 4 minggu terakhir seberapa sering anda mengalami sesak napas?
Pert4nyaan 3
I'-"i,rr",@l ml @l mlHxt @l n
Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering gejala asma (bengek, batuk-batuk, sesak napas, nyeri dada atau rasa
teftekan
aia,u")men]yibabkannnaateiuangun"d"imaIamnaiiata-ulebihawaldaribiasanya
Pertanyaan 5
ffi%l trrlre] m] Ht-""-@l ELl*,, @1
BagaimanaAnda sendiri menilai tingkat kontrol/kendali asma anda dalam 4 minggu terakhir?
E
Illx::"",l;' l Fnr.""@l ffil []
E
Gambar 2. Tes kontrol
anti lgE dapat menurunkan berat asma, pemakaian obat batuk, mengi, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebr.fit
anti asma, kunjungan ke gawat darurat karena serangan Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringam
asma akut, dan kebutuhan rawat inap. sampai berat yang dapat mengancam jiwa. Serangan bisa
mendadak atau bisa juga perlahan-lahan dalam jangilm
Pengobatan asma berdasarkan sistem wilayah bagi waktu berhari-hari. Satu hal yang perlu diingat bahtm
pasien. Sistem pengobatan ini dimaksudkan untuk
serangan asma akut menunjukkan rencana pengobatannr
memudahkan pasien mengetahui perjalanan dan jangka panjang telah gagal atau pasien sedang terpajanr
kronisitas asma, memantau kondisi penyakitnya, mengenal
faktor pencetus.
tanda-tanda dini serangan asma, dan dapat bertindak
segera mengatasi kondisi tersebut. Dengan menggunakan Tujuan pengobatan serangan asma yaitu :
peok flow meter pasien diminta mengukur secara teratur . Menghilangkan obstruksi saluran napas dengan segero
setiap hari dan membandingkan nilai APE yang didapat . Mengatasi hipoksemia
pada waktu itu dengan nilai terbaik APE pasien atau nilai . Mengembalikan fungsi paru ke arah normal secepd
prediksi normal. mungkin
. Mencegah terjadinya serangan berikutnya
4. Merencanakan pengobatan asma akut . Memberikan penyuluhan kepada pasien dannt
Dalam penatalaksanaan serangan asma perlu sampingnya yang lebih besar. Pada serangan asma yang
dhrytahui lebih dahulu derajat beratnya serangan asma lebih berat, dosis agonis beta 2 hirup dapat ditingkatkan.
hmk herdasarkan cara bicara, aktivitas, tanda-tanda fisis, Sebagian peneliti menganjurkan pemberian kombinasi
nttfra APE, dan bila mungkin analisis gas darah seperti Ipratropium bromida dengan salbutamol, karena dapat
.urtil|lhxat pada tabel 2. Hal lain yang juga perlu diketahui mengurangi perawatan rumah sakit dan mengurangi
fl;llrmkai't pasien termasuk pasien asma yang berisiko tinggi biaya pengobatan.
uuttnffiruk kematian karena asma, yaitu pasien yang : Kortikosteroid sistemik diberikan bila respons
- sedang memakai atau baru saja lepas dari kortikosteroid terhadap agonis beta 2 hirup tidak memuaskan. Dosis
sistemik prednisolon yang diberikan berkisar anatara 0,5-1 mg/
* 'rwayat rawat inap atau kunjungan ke unit gawat
kgBB atau ekuivalennya. Perbaikan biasanya terjadi
d.arurat karena asma dalam setahun terakhir secara bertahap, oleh karena itu pengobatan diteruskan
- qangguan kejiwaan atau psikososial untuk beberapa hari. Tetapi bila tidak ada perbaikan atau
- oasien yang tidak taat mengikuti rencana minimal, pasien segera dirujuk ke fasilitas pengobatan
yang lebih baik.
pengobatan
Pasien harus segera dirujuk bila :
hgobatan Asma Akut . Pasien dengan risiko tinggi untuk kematian karena
pengobatan asma akut adalah memelihara saturasi
.. 'Ftmmsiip asma.
'uflsrgen yang cukup (Sa O, > 92%) dengan memberikan . Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksi.
uksgen. melebarkan saluran napas dengan pemberian . Respons bronkodilator tidak segera, dan bila ada
Immrkodilator aerosol (agonis beta 2 dan lpratropium respons hanya bertahan kurang dari 3 jam.
Mm*mida) dan mengurangi inflamasi serta mencegah . Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam setelah
Miambu han d engan mem beri ka n korti kosteroid si stem k. i mendapat pengobatan kortikosteroid.
furmnberian oksigen 1-3 liter/menit, diusahakan mencapai . Gejala asma makin memburuk.
$il C,- > 92% sebenarnya tidak lagi membutuhkan inhalasi 5. Penatalaksanaan asma pada kondisi khusus
"rcqen. Beberapa keadaan pada asma yang perlu mendapat
Bronkodilator khususnya agonis beta 2 hirup (kerja perhatian khusus apabila pasien asma juga mengalami
mm.rrC,ek)merupakan obat anti-asma pada serangan asma, kehamilan, pembedahan, rinitis, sinusitis, refluks
hmk dengan MDI atau nebulizer. Pada serangan asma gastroesofagal, dan anafilaksis.
rrunrqpn atau sedang, pemberian aerosol 2-4 kali setiap
trEdiki)
mor < 45 mmHg < 45 mmHg < 45 mmHg
sil. > 95Yo 91-95% <90o/o
dengan asma yang terkontrol prognosisnya sama dengan utamanya adalah epinefrin atau adrenalin 0.3 ml lM yang
wanita hamil yang tidak asma. Oleh karena itu pemakaian dapat diulangi beberapa kali.
obat-obat antiasma untuk memperoleh kontrol asma
dapat diterima, meskipun keamanannya pada kehamilan
belum terbukti. Dengan demikian penatalaksanaan asma REFERENSI
pada kehamilan di tujukan untuk memperoleh kontrol
Bousquet J, Cabrera P, Berkman N, Buhl & Holgate 9 Wenzel S,
asma.
et al. The effect of treatment with omalizumab an anti-IgE
antibody on asthma exacerbations and emergency medical
Pembedahan visits in patients with severe persistent asthma. Allergr-.
Komplikasi pembedahan juga ditentukan oleh beratnya 2005;60:302-8.
Fieal SB. Pulmonary diseases. In: Myers AR, editor. Medicine. 2nd
asma sewaktu operasi. Lokasi operasi dimana daerah edition. Philadelphia: Harvard Publishing; 1994. p. 61,-95.
torak dan abdomen atas mempunyai risiko yang paling GINA Report, Global Strategy for Asthma Management and
besar serta jenis anestesi dengan intubasi mempunyai Prevention. lCited2007 October 121. Available from: wwr-.
ginaasthma.org.
riiiko yang lebih tinggi. Penilaian sebaiknya dilakukan
Holgate S, Casale T, Wenzel S, Bousquet J, Denis Y, Reisner C. The
beberapa hari sebelum operasi, agar bila terjadi kelainan anti-inflammatory effects of omilizumab con-firm the cenhal
dapat diatasi sebelum operasi. Kortikosteroid sistemik role of IgE in allergic inflammation. ] Allergy Clin Immunol
oral dapat diberikan bila pada fungsi paru menunjukkan 2005;115:459-65.
Jariwala G, Hartlly JP& Ree.s Pj, Mc Donald ]8, Waiters EF{-
adanya obstruksi. Demikian pula pasien asma yang 6 Epidemiology of asthma and asthma death. In: jariwalla
bulan terakhir mendapat kortikosteroid sistemik, perlu G, editor. Asthma. Lancaster MTP Press Limited; 1988. p-
mendapat perlindungan dengan 100m9 hidrokortison 11-58.
Mc Connel WD, Holgate ST. The definition of asthma: its
sebelum operasi. Steroid mulai dikurangi 24 jam setelah
relationship to other chronic obskuctive lung diseases. Irr
operasi. ClarkTJF{, GodfreyS, Lee TH, ThomsonNC, editors. Asthma-
4th edition. London: Amold;2000. P.1-31.
National Heart, Lung and Blood Institute US Department of Health
Rinitis dan Sinusitis
and Human Services/WHO. Global initiative for asthma
Pada pasien asma perlu dipikirkan adanya rinitis, sinusitis Publication No .95, 3859 ; 1995. p. 1-17 6.
dan polip hidung, dan sebagainya karena mempunyai NHLBI/WHO Workshop report. Global strategy for asthma
hubungan yang erat. Sekitar 70-80% pasien asma management and prevention 1995. NIH Publication No. 0'-
3659. Revised 2004. p. L-182.
mempunyai gejala rinitis, sebaliknya sekitar 30% pasien
Rodrigo GJ, Rodrigo C, HallJB. Acute asthma inadults. Arevien-.
rinitis mempunyai asma. Untuk kepastian diagnosis Chest. 2004; 125 :1081,-102.
sinusitis dianjurkan pemeriksaan CT Scan sinus paranasal. Rodrigo G], Rodrigo C. First line therapy for adul/s patients
Perlu diwaspadai adanya asma, rinitis dan polip hidung
with acute asthma receiving a_multiple-dose protocol m
ipratropium bromide plus albuterol in the emergencr
yang sering disertai alergi terhadap asam asetil saliksilat. department. AmJ Resp Crit Care Med. 2000;1,6L:1862-8.
lnfeksi saluran napas atas yang disebabkan virus sering Sundaru H, Sukmana N. Epidemiologi asma di Indonesia. Majalall
memicu terjadinya serangan asma. Pengobatan tidak Kesehatan Masyarakat Indonesia. 1 990; 19117f-8L.
Sundaru H. Kontrol asma sebagai tujuan pengobatan asrla
berbeda dengan serangan asma yang disebabkan oleh masa kini. Pidato pada upacara pengukuhan sebagai gur:
faktor pencetus lainnya. besar tetap dalam bidang ilmu penyakit dalam. Fakultar*
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
Susilowati |. Uji Keandalan dan kesahihan kuesioner tes kontrci
Refluks Gastroesofageal asma pada pasien asma dewasa [tesis]. ]akarta: Program
Refluks gastroesofagal perlu dipikirkan terutama pada Studi Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
pasien asma yang sulit di kontrol. Penanganan keadaan Indonesia;2007.
ini diharapkan mengurangi gejala asma. Pengobatan
yang dianjurkan yaitu porsi makanan yang sedikit tetapi
sering, hindari makan atau minum sebelum tidur, hindari
makanan yang berlemak, alkohol, teofilin dan agonis
beta, oral. Berikan " Proton Pump lnhibitor" atau antagonis
H, serta tidur dengan tempat tidur bagian kepala yang
ditinggikan.
Anafilaksis
Kejadian anafilaksis bisa terjadi pada pasien asma,
sehingga pada serangan asma yang resisten terhadap
pengobatan perlu dicari gejala-gejala lain dari anafilaksis.
Sekali diagnosis anafilaksis ditegakkan, pengobatan
64
ASMAAKIBAT KERJA
Teguh H. Karjadi
489
490 ATERGI DAN IMUNOLOGI KTINIX
ASMA AKIBAT KERJA DISERTAI MASA LATEN (NCF-A) dll sehingga terjadi proses inflamasi. Mediator
tersebut ditemukan pada cairan BAI (Broncho olveolar
Asma akibat kerja yang disertai masa laten biasanya Lavage) pasien asma yang diprovokasi oleh alergen tempat
disebabkan oleh paparan agen dengan berat molekul kerja. Pada agen/ polutan dengan berat molekul rendah
besar (High Molecular Weight/ HMW) dan sebagian juga (< 5000 dalton) tidak selalu ditemukan lgE spesifik, oleh
oleh agen dengan berat molekul ringan (Low Moleculor karena diperkirakan alergen tersebut hanya berupa
WeighU LMW). Mekanisme terjadinya asma dengan masa hapten dan harus berkonjugasi dengan protein lain untuk
laten melalui proses imunologi dengan terbentuknya menjadi alergen, sehingga tidak mudah menemukan lgE
lgE (reaksi hipersensitivitas tipe l), meskipun sebagian yang menyebabkan asma. Akan tetapi pada pemeriksaan
kecil terutama agen dengan berat molekul kecil (LMW) BAL pasien-pasien tersebut menunjukan mediator yang
susah dibuktikan terbentuknya lg E. Sampai saat ini susah sama seperti asma yang disebabkan oleh berat molekul
diterangkan proses yang terjadi pada asma akibat kerja besar. Oleh sebab itu meskipun tak ditemukan lgE, tetap
yang tidak ditemukan adanya lgE terhadap polutan yang terbukti bahwa terjadi reaksi imunologis (inflamasi) pada
ada ditempat kerja. Salah satu teori mengatakan bahwa pasien tersebut.
polutan yang terjadi mempunyai berat molekulyang kecil
(hapten) sehingga tidak dapat ditemukan lg E terhadap 3. Farmakologik
bahan tersebut . lnhalasi udara tempat kerja dapat menyebabkan terjadinp
akumulasi bahan kimia yang ada dalam tubuh seperti
histamin atau asetil kolin. Akumulasi dalam paru-paru
ASMA AKIBAT KERJA TIDAK DISERTAI MASA menyebabkan terjadinya asma bronkial. Sebagai contoft
LATEN insektisida yang digunakan dalam industri pertanian dapat
menye ba bka n te rbentu knya aseti ko in da n menyebabkan
I I
Asma akibat kerja tanpa masa laten (asma akibat kerja non kontraksi otot pernafasan sehingga terjadi konstriksi
imunologi) tersering disebabkan oleh mekanisme iritasi. saluran nafas.
Timbul dalam waktu singkat disebabkan oleh bahan gasl
kimia dengan konsentrasi amat tinggi, yang menyebabkan
gangguan pernafasan dan hipereaktivitas bronkus. KLINIS
Contoh: RADS (Reoctive Airwoy Dysfunction
Syndromel:' KIinis yang terjadi sama seperti asma bronkial padr
umumnya yaitu adanya batuk-batuk, sesak nafas, men(f,
yang kadang disertai rinitis daq._mata gatal. Pada asno
2',4'12',13'14
PATOFT SIO LOG I derajat berat serangan dapat bervariasi.ls Serangan asnn
pada pekerja dapat terjadi segera setelah terpapar alerg{
1. Iritasi langsung agen (1-2jarn setelah terpapar) dalam hal ini sewahr
lritasi menjadi provokasi langsung terjadinya asma ditempat kerja (immediate type), dan dapatjuga bebqrry
bronkial. Bahan tersering yang dapat menyebabkan iritasi jam (4-12jam) setelah terpapar alergen/agen dalam H,
adalah asam hidroklorin, sulfur dioksida, amoniak. Bahan ini pekerja tersebut sudah berada diluar Iingkungan kerfr
tersebut dipakai dalam industri perminyakan dan kimia. (delayed type) misalnya; di rumah. Dapat pula
Pekerja yang sudah mempunyai kelainan pernafasan lain serangan ditempat kerja dan diluar tempat kerja (ti
lebih mudah terserang asma akibat kerja jenis ini. ganda). Asma akibat kerja biasanya ditandai
adanya gejala klinis yang memburuk pada hari-hari kefr
2. Alergi dan membaik pada hari libur; kemudian akan
Alergi memainkan peran penting pada sebagian besar lagi bila mulai masuk kerja setelah libur.
asma bronkial akibat kerja. Patofisiologinya sama dengan
asma bronkial umumnya melalui hipereaktifitas tipe I (lgE).
Bahan polutan dengan berat molekul besar (>5000 dalton) DIAGNOSIS
biasanya melalui mekanisme ini yaitu terbentuknya lgE
spesifik terhadap bahan tersebut dan pada pemeriksaan Diagnosis asma akibat kerja pada prinsipnya
tes kulit (Prick test) memperlihatkan hasil positif. lgE menghubungkan gejala klinis asma dengan
spesifik yang terbentuk bila berikatan dengan antigen kerja. Oleh karenanya dibutuhkan suatu anamnesis
(polutan) akan menyebabkan sel mast dan sel inflamasi baik dan pemeriksaan penunjang yang tepat
lain mengel uarkan mediator seperti histamin, eosinoph ilic mendiagnosis asma akibat kerja.
chemotatic factor (ECF-A), Neutrophil chemotatic foctor . Anamnesis yang teliti mengenai apa yang
MAXIBATKERJA 49t
di lingkungan kerjanya merupakan hal penting menggunakan histamin atau metakolin. Pada
yang harus diketahui seperti: kapan mulai bekerja pemeriksaan ini hanya membuktikan adanya
dltempat saat ini, apa pekerjaan sebelum ditempat hipereaktivitas bronkus.
kerja saat ini, apa yang dikerjakan setiap hari, proses - Spesifik yaitu provokasi bronkus menggunakan
apa yang terjadi di tempat kerja, bahan-bahan yang alergen yang diduga sebagai penyebab.
dipakai dalam proses produksi serta data mengenai Pemeriksaan ini bila dapat dilaksanakan
hahan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah merupakan cara terbaik membuktikan bahwa
peninjauan lapangan oleh pemeriksa (dokter) untuk alergen tempat kerja merupakan penyebab.
lebih memahami situasi lapangan. Selain anamnesis Kesulitannya terletak pada penentuan alergen
mengenai tempat kerja, yang perlu juga diketahui penyebab dan reproduksi dari alergen tersebut
adalah mengenai klinis yang terjadi. Kapan mulai bila telah diketahui.
timbulnya keluhan, bila dihitung mulai masuk tempat . Tes kulit dan tes serologi
Ersebut atau yang kita kenal sebagai masa laten. Masa
Pemeriksaan ini dapat dilakukan apabila agen
hen dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa penyebabnya bahan dengan berat molekul besar
bhun, akan tetapi tersering 1-2 tahun.Klinis sesak,
karena akan merangsang terjadinya reaksi imunologi
batuk, mengi dapat timbul sewaktu kerja, setelah (lgE)."'"
krja (sore maupun malam) atau timbul keduanya. Bila - Diagnosis banding 1
Evaluasi fungsi paru secara berkala pada pekerja yang bromida) efek bronkodilator beta agonis lebih
sudah menderita asma akibat kerja diperlukan untuk baik.
mencegah kecacatan. KIinis asma akan menetap Kombinasi beta agonis dengan ipratroprium
sampai beberapa tahun meskipun pekerja tersebut bromide pada penelitian yang dilakukan oleh
sudah dikeluarkan dari lingkungan kerjanya. Gustavo," menunjukkan bahwa kombinasi lebih
Pengobatan medikamentosa pada pasien asma baik memperbaiki fungsi paru dibanding hanya
akibat keria sama seperti asma bronkial pada beta agonis saja.
5';7,111a1e.
umumnya. Kortikosteroid, dari berbagai penelitian dapat
- Teofilin, merupakan bronkodilator dan dapat mencegah bronkokontriksi yang disebabkan
menekan neutrophil chemotoctic factor . Efektivitas oleh provokasi bronkus menggunakan alergen.
kedua fungsi di atas tergantung dari kadar serum Selain itu juga akan memperbaiki fungsi paru,
teofilin dalam darah. menurunkan eksaserbasi dan hiperesponsivitas
- Beta agonis, merupakan bronkodilator yang saluran napas yang di sebabkan karena adanya
paling baik untuk pengobatan asma akibat inflamasi. Pada akhirnya pemberian kortikosteroid
kerja. Dibanding antagonis kolinergik (ipratrium akan memperbaiki kualitas hidup.
Negatif
Positif Negatif
J J
Tanpa asma Asma okupasional Asma non okupasional
reSIMPULAN REFERENSI
flmrna akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja 1. Cartier A, Sastre J, Clinical Assessment of Occupational
Asthma and its Differential Diagnosis. Immunol Allergy Clin
ymrg sering dijumpai.
N Am 2011;31,:717-28.
Mekanisme timbulnya asma melalui jalur iritasi, 2. Yeung CM. Occupational Asthma. Chest 1990;98:1485-1615
nrurnologi dan farmakologi. 3. Yeung CM, Malo jL. Occupational Asthma. N EngI ]
1995;333:107-12.
Diagnosis ditegakkan dengan menghubungkan klinis
4. Pacheco K Glazer S C. Making the diagnosis of occupational
mr,na dengan lingkungan kerja, sehingga anamnesis dan asthma : lVhen to suspect it and what to do. Prim Care Clin
;prneriksaan penunjang yang tepat sangat membantu Pract 2008;35 : 61 - 80
5. Teguh Harjono. Penurunan Arus Puncak Ekspirasi Pada
@aknya diagnosa. Pekerja Pengecatan Mobil di ]akarta (disertasi akhir PPDS),
65
URTIKARIA DAN ANGIOEDEMA
Ari Baskoro, Gatot Soegiafto, Chairul Effendi, PG.Konthen
495
496 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX
udang, ikan. produk susu, coklat, kacang-kacangan dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Walaupun
obat-obatan. Bahan-bahan tersebut dapat mencetuskan demikian perlu dipertimbangkan kemungkinannya akibat
reaksi anafilaksis dengan keluhan yang menonjol pada penggunaan obat (aspirin, ACE inhibitor, OAINS) atau
sistem kardiovaskular dan gastrointestinal, selain dapat o w ith eo sin op hllio (EAAE).
e p iso d ic o n g ioe d e m
juga mengakibatkan urtikaria kronik. Urtikaria kronik yang Apabila didapatkan kadar C1 inhibitor di bawah
disebabkan oleh alergi makanan dengan perantaraan lgE normal, mungkin bisa diakibatkan oleh faktor yang
hanya mencakup 1% kasus. Sisanya dengan penyebab didapat (misalnya limfoma, lupus eritematosus sistemik)
yang sangat heterogen. Ada terminologi pseudoolLergy atau bawaan/herediter yang sifatnya diturunkan secara
atau hipersensitivitas non alergi terhadap bahan- autosomal dominan.
bahan pseudoollergen. Gejala urtikaria sebagai akibat
pseudoolLergy ini sangat menyerupai hipersensitivitas
tipe 1, tetapi mekanismenya sangat berbeda. Urtikaria ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
kronik sering dikaitkan dengan bahan-bahan makanan
yang mengandung pseudoallergen. selain penyakit Sebelum membahas lebih lanjut patogenesis urtikaria/
autoimun dengan didapatkannya autoantibodi terhadap angioedema, akan disinggung secara sepintas tentang
tiroid atau reseptor lgE. Bahan-bahan makanan seperti anatomi dan fisiologi kulit, dengan harapan dapat
ini bisa mencetuskan manifestasi klinis urtikarla, diduga mempermudah pemahaman selanjutnya. Kulit merupakan
melalui mekanisme kerusakan fungsi barrier mukosa organ yang terluas dengan berbagai macam fungsi
gastroduodenal. Apakah infeksi H.pylori ikut berperan selain fungsi perlindungan terhadap dehidrasi, pengaruh
dalam hal ini, masih memerlukan penelitian yang lebih lingkungan dan alergen. Komposisi terbanyak pada
mendalam. lnfeksi lainnya seperti Hepatitis B dan C pada epidermis adalah keratinosit, sedangkan sel-sel Langerhan
beberapa laporan dapat menyebabkan urtikaria, walaupun mencapai sekilar 2-60/o struktur epidermis. Peranan pentiqg
dengan etiopatogenesis yang belum jelas. Oleh karena itu sel-sel ini adalah sebagai ontigen presenting cells yang
masih diperlukan data dan penelitian yang lebih intensif. mengolah antigen. Di bawah epidermis terdapat lapisan
Pencetus urtikaria lainnya yang mungkin adalah rangsangan dermis yang terdapat pembuluh darah kecil, pembuluh
fisik seperti dingin, panas, sinar matahari, latihan fisik/olah limfe, sel mast dan serabut saraf sensoris yang berperanan
raga dan iritasi mekanik. Dermografisme dapat dicetuskan dalam patogenesis urtikaria.
oleh goresan yang cepat dari benda keras tertentu dengan Akhir serabut saraf di dermis dipersarafi oleh neuron
membentuk gambaran urtikaria yang linear; walaupun aferen menuju susunan saraf pusat. Rangsangan yarg
ini tidak dipengaruhi oleh status atopi pasien. Membawa bersifat mekanik terutama dihantarkan oleh serabut
tas yang cukup berat, merupakan rangsangan timbulnya saraf bermielin tipe A. sedangkap stimulasi nyeri akan
pressure urticoria pada bahu. Demikian juga berlari atau diterima nosiseptor dan dihantarkan melalui serabufr
mengangkat beban, dapat mencetuskan pressu re urticario saraf tidak bermielin tipe C. Hantaran serabut saraf tipe,
pada kaki dan Iengan. Demam, mandi air hangat atau C ini relatif lebih lambat dibanding serabut taraf tipe.
olah raga di mana terjadi peningkatan temperatur tubuh, A. Antidromic stimulotion serabut saraf tipe C ini yalrg
dapat mencetuskan urtikaria kolinergik. Cold urticario berperanan dalam terbentuknya eritema pada urtikafr
dapat timbul sebagai akibat pajanan terhadap udara seperti yang terlihat pada triple response dari Lewis. Sail
dingan, es batu, bahkan dapat mengarah pada kolaps ini terdapat bukti-bukti bahwa proses tersebut diperantadi
vaskular bila berenang pada air dingin. Pemicu lain adalah pelepasan neuropeptida dari akhiran saraf dibanding
cahaya (solar urticario), air pada temperatur berapapun akibat pengaruh histamin. Histamin sendiri berperamr
(oquogenic urticario) dan bahan kimia tertentu (contoct dalam terbentuknya bentol (wheol). Sistem simpatfir
u rtica rio). Alergi terhadap bahan-bahan karet alam seperti auotonom yang mempersarafi kelenjar keringat lebfrilirr
lateks, merupakan masalah tersendiri bagi pekerja medis. banyak memperantarai pelepasan asetilkolin dibanding
Timbulnya manifestasi klinis contoct urticqria seperti ini, norepinefrin.
melalui hipersensitivitas tipe 1. Limfosit normal di dapatkan di lapisan dermfts-
Pada ongioedemo, perlu dilihat ada atau tidaknya Walaupun jarang, sejumlah kecil (kurang dari 10%) limfod
bentol-bentol (wheols) yang menyertai. Bila disertai cenderung bermigrasi ke epidermis. Selanjutnya limffi
adanya urtikaria, dapat dikatakan qngioedemo tersebut tersebut berdiferensiasi menjadi limfosit yang mempurqfr
merupakan bagian dari urtikaria yang kebetulan terjadi sifat khusus, berdasarkan sitokin yang dikeluarkan
bersamaan. Tetapi bila ongioedemo yang terjadi tanpa berperan dalam menentukan macam respons imun
disertai adanya urtlkaria, perlu dipikirkan kemungkinan kulit. Limfosit CDo, yang memproduksi lnterleukin-2 fll-
keterkaitannya dengan kadar C7 inhibitor. Angioedema dan lnterferon-y (lFNy) merupakan T helper sel tipe 1
dengan kadar C7 inhibitor yang normal, umumnya 1) yang berperanan sebagai sel efektor pada imu
ITNIA DAN ANGIOUDEMA 497
@D; yang memproduksi lL-4, lL-5 dan lL-6 merupakan f PelCpiian Histimin dari Sel ltrtasl
i@er sel tipe 2 (Th2) yang mempunyai peranan penting
dfllhr.n respons hipersensitivitas yang diperantarai lgE
No Jenis bahan Golongan
lffiilitupersensitivitas tipe 1). Sel Langerhan, keratinosit 1. Rangsangan Reaksi hipersensitivitas (lateks,
kulit merupakan suatu sistem yang saling
dhm liimfosit
imunologis non kelapa, ikan laut)
sitotoksik Otoantibodi yang bekerja pada
m[trimpengaruhi dan satu kesatuan ini disebut sebagai
bagian Fc dari lgE atau secara
ffimassociofed limphoid fissue (SALT). Pada urtikaria, sel langsung pada reseptor lgE di
irmlosf telah diketahui sebagai sel efektor, tetapi ternyata sel mast
lffimmffiosit T juga mempunyai peranan. Hal ini terlihat dari Anafilatoksin C3a dan C5a
pmelikian, bahwa pada pasien urtikaria memperlihatkan
rdhnnrrminrasi sel CDr* dibanding CDr. Sitokin dari limfosit 2. Fisiologis Substansi P
Vasooctive intestino I potypeptido
dbln sel most dapal memperantarai peningkatan voscular
(VIP)
(dilE ion molecules. E-selectin atau Endothelio| Adhesion
rllltdkcutre-7 dan Voscular Adhesion Molecule-1 (VCAM-1)
3. Obat-obatan Morfin
mml'iliiadimeningkat yang merupakan respons dini terhadap Kodein
lfi*ffirlan pada d e loye d - p re ss u re u rtico rio. Tubokurarin, kurare
ffi
Efek farmakologi
f,';-",}+ Pembuluh darah
Aliran udara
Infiltrasi sel
Aktivasi
Presentasi antioerA
- Produksi toE A A
n Pelepasan mediator A
n
-/ sel mast
Pengukuran terhadap aktivitas melepaskan histamin komponen dari komplemen yang mengarah pada
ini hanya dapat dilakukan pada pusat-pusat penelitian pembentukan bahan-bahan vasoaktif dari peptida yang
tertentu. Tes kulit menggunakan serum pasien sendiri menyerupai kinin dan bradikinin. Trauma mekanik ringan
(outologous serum skin fesflASST) atau plasma pasien mengaktifkan faktor Hageman (faktor Xll) yang mengawali
yang telah diberi heparin, dapat digunakan sebagai tes pembentukan plasmin dan kalikrein. Plasmin selanjutnya
penyaring sederhana untuk aktivitas melepaskan histamin mengaktifkan C1 dengan pembentukan C2 kinin-like
dalam darah pasien urtikaria. Ditempat penyuntikan akan peptide,sedangkan kalikrein menghasilkan bradikinin yang
timbul bentol dan kemerahan dalam waktu 30-60 menit. berasal dari kininogen. Cl inhibitor menghambat fungsi
Tes ini dapat dikatakan sensitif tetapi tidak spesifik pada katalitik dari faktor Xll aktif, kalikrein dan komponen C1.
pengukuran aktivitas melepaskan histamin oleh basofil. Dengan demikian bisa dipahami, pada pasien defisiensi C7
Pada penelitian sebelumnya, ASST yang positif dapat r, sela ma terjad i nya se ra n ga n klinik o n g ioed e mo,
in h ib ito
dihasilkan dari pelepasan histamin oleh sel mast kulit terjadi peningkatan kadar bradikinin. Di lain pihak, kadar
tetapi bukan oleh basofil yang berasal dari donor sehat. C4 komplemen akan menurun. Pada kasus defisiensi C7
- Adanya autoantibodi anti lgE ini dapat dideteksi inhibitor yang didapat bisa dikaitkan adanya penyakit
melalui immunoossoy dengan metode ELISA atau western autoimun atau Limfoma.
blotting. Selain pada pasien urtikaria kronik, autoantibodi
ini bisa didapatkan pada pasien atopi ataupun pasien sehat.
Autoantibodi terhadap reseptor Fc lgEjuga bisa didapatkan SEL-SEL INFLAMASI DAN MEDIATOR
pada pasien dermatomiositis, lupus eritematosus sistemik,
pemfigus vulgaris dan pemfigoid bulosa. Peranan SelMast
Peranan sel mosf kulit pada urtikaria kronik, untuk Sel most diketahui sebagai efektor primer yang
pertama kali diperkenalkan oleh Juhlin pada tahun 1967. menghasilkan histamin pada urtikaria dan angioedema
Dinyatakan bahwa hampir pada semua pasien urtikaria Selain histamin, sel rnosf menghasilkan berbagai macam
kronik, menunjukkan peningkatan histamin pada lesi mediator yaitu triptase, kimase dan sitokin. Bahan-bahan
urtikaria. Hasil yang sama diperoleh pada kasus cold ini di samping meningkatkan kemampuan degranulasi sel
urticorio. Kadar histamin total pada lesi urtikaria ataupun masf lebih lanjut, juga terjadi peningkatan aktivitas ELAM
pada kulit yang tanpa lesi, lebih tinggi pada pasien urtikaria dan VCAM. Molekul adesi ini memudahkan migrasi limfosit
kronik dibandingkan pasien tanpa urtikaria. Waktu yang dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria.
diperlukan sel mosf untuk melepaskan histamin pada
pasien cold urticoria, ternyata tidak sesederhana dengan Peranan Eosinofil
cara menurunkan temperatur kulit sehingga terjadi Eosinofil sangat berperanan bila Be+ryebab urtikaria adalah
degranulasi sel mosf ataupun menghangatkannya sebelum proses alergi, seperti reaksi alergi terhadap obat, makanan
dilakukan tes. atau antigen eksogen. Bersama-sama dengan netrofil
Pada pasien urtikaria, berkembang pendapat eosinofil merupakan bagian dari infiltrat sel-sel inflamasi
mengenai terjadinya peningkatan kemampuan sel mosf pada delayed pressure urticoria. Eosinofil secara dominil
dalam melepaskan histamin serta peningkatan jumlahnya/ didapatkan pada jaringan. Bila diperbandingkan, seti4
kadarnya. Keadaan ini dapat diketahui melalui tes kulit eosinofil pada darah tepi sesuai dengan 300 eosind
menggunakan bahan degranulator sel most yang non di jaringan. Ada suatu sindrom yang disebut sebagai
spesifik, seperti misalnya larutan 48180 atau menggunakan Episodic Angioedema Associoted With Eosinophilia (EMq,
kodein (selengkapnya lihat tabel). Peningkatan histamin ini berupa angioedemo yang berulang, penambahan berat
murni akibat degranulasi sel mosf kulit dan bukan akibat badan hingga 15o/o, demam, urtikaria, lekositosis darn
sekunder dari mobilisasi dan stimulasi basofil yang juga peningkatan eosinofil pada jaringan dan darah tepi. Tid*
dikenal sebagai sumber histamin. Kenyataan ini terlihat didapatkan kelainan organ internal dengan perjalana
dari peningkatan kadar triptase, selain histamin pada klinis yang tidak seberat sindrom hipereosinofil.
cairan urtikaria. Bagaimana sebenarnya pengaruh eosinofil pade
Peranan neuropeptida dalam hal degranulasi sel urtikaria belum sepenuhnya dipahami. Akan tetapfr
mosf belum jelas dan masih memerlukan penelitian eosinofil merupakan penghasil utama leukotrien Q
lebih lanjut. Mungkin saja pada lingkungan mikro di (LTC.) pada inflamasi alergi. Dengan adanya antagor{r
sekitar sel rnosf terjadi peningkatan sitokin, kemokin atau terhadap reseptor leukotrien, dapat diketahui dengan
histomin releosing foctors yang pada gilirannya dapat jelas peranan leukotrien dalam menimbulkan gejala padr
menurunkan ambang rangsang sel most, sehingga mudah urtikaria kronik. Selain itu, adanya wheol and flore dad'
terdegranulasi. ditimbulkan oleh penyuntikan pada kulit dengan protein
Angioedemo diakibatkan oleh peningkatan aktivitas kationik dari eosinofil.
IAnIA DAN ANGIOUDEMA 499
dengan perkecualian deloyed pressure urticoria yang Reaksi hipersensitivitas terhadap penisilin diduga
biasanya gejala puncaknya antara 3-6jam dan menghilang dapat menyebabkan urtikaria kronik, walaupun belum
dalam ?4 jam. Contact urticorio biasanya berlangsung terbukti. Obat-obatan lain golongan ACE inhibifor dan
singkat, tapi bila menimbulkan reaksi fase lambat, dapat antagonis reseptor angiotensin ll, dapat menyebabkan
berlangsung hingga beberapa jam. Pada urtikaria vaskulitis angioedema.
yang khas, dapat berlangsung sampai 1 minggu. Bentol- Makanan-makanan tertentu dapat juga menimbulkan
bentol pada urtikaria yang umum, berlangsung hingga urtikaria. Biasanya gejala akan muncul dalam waktu 30-90
24 jam. Walaupun berulang, urtikaria yang berlangsung menit setelah makan dan bisa disertai gejala lain seperti
total kurang dari 6 minggu disebut urtikaria akut. Lebih diare, mual, kejang perut, hidung buntu, bronkospasme
hingga gangguan vaskular. Semua gejala ini diperantarai
dari waktu tersebut dikatakan kronik. Untuk mengetahu!
oleh lgE. Walaupun belum jelas bena4 beberapa peneliti
pencetusnya, perlu anamnesis yang teliti tentang keadaan-
menduga, bahan pengawet seperti benzoat dan azodyes
keadaan sebelumnya seperti infeksi, obat-obat yang
(misalnya tartrazin), dapat memperberat gejala urtikaria
dikonsumsi termasuk cairan infus, imunisasi dan makanan
kronik.
tertentu, walaupun pada urtikaria kronik biasanya sulit
menentukan faktor pencetusnya. Perlu juga diperhatikan
Gejala Klinis
apakah keluhan-keluhan tersebut semakin memberat
Lesi urtikaria biasanya tidak akan sulit dikenali. Bentuk
dengan adanya panas, stres dan kadang-kadang oleh
kelainannya berupa bentol-bentol yang kemerahan
alkohol. Riwayat angioedema pada beberapa anggota
dan disertai rasa gatal. Gatal ini bervariasi dari ringan
keluarga, perlu diwaspadai kemungkinan defisiensi C7
hingga yang berat bahkan terasa terus-menerus hingga
inhibitor.
sangat mengganggu irama kerja dan tidur malam. Lesi ini
Penyebab yang paling sering urtikaria akut yang
cenderung bersifat sementara, namun dapat bertambah
umum adalah obat-obatan dan infeksi (misalnya infeksi
besar atau mengecil dalam beberapa jam. Apabila menetap
virus pada saluran napas atas). Saat ini cukup sering
lebih dari 24 jam, perlu mendapat perhatian khusus akan
seorang pasien mendapatkan berbagai macam obat
kemungkinan suatu urtikaria vaskulitis. Kadang-kadang
(polifarmasi) saat datang berobat. Atau mereka membeli
lesi yang terjadi lebih dalam pada lapisan dermis, akan
sendiri dari toko-toko obat, termasuk beberapa produk
membentuk bercak eritematous dan cenderung terjadi
bahan kimia yang tak berizin. Semua bahan-bahan ini
edema. Lesi yang demikian umumnya dapat menghilang
berpotensi sebagai pengenalan antigen pada saluran
dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Kejadian
pencernaan.
urtikaria, 50% akan disertai angioedema. Bila kedua
Obat-obatan bisa memperberat gejala urtikaria
kelainan tersebut terjadi bersamaan, kemungkinan
dengan cara stimulasi sel mosf atau mempengaruhi
mempunyai prognosls yang .lebih buruk dibanding
sintesis eikosanoid pada saat terjadi degranulasi sel rnosf.
urtikaria umumnya. Sebab ada kemungkinan terjadi
Degranulasi sel rnosf non-imunologis, dapat dicetuskan
berulang dengan episode yang bisa berlanggrng hingga
oleh beberapa obat seperti opiat, kurare, bahan kontras
5 tahun. Pada urtikaria vaskulitis ada gambaran kelainan
radiologi dan beberapa antibiotika (misalnya polimiksin
dermatologi lain yang biasanya menyertai, seperti eritema
B). Walaupun demikian, jarang sekali terjadi urtikaria,
bila diberikan dalam dosis terapi pada kondisi sehat. multiforme, pruritic urticarial plaques and popules of
pregnancy (PUPP syndrome), pemfigoid bulosa, dermatitis
Pada pasien urtikaria kronik, obat-obat tersebut bisa
meningkatkan risiko eksaserbasi dan seharusnya dihindari herpetiformis dan urtikaria papular. Pada angioedema
penggunaannya sebisa mungkin. Obat-obatan lain yang yang tanpa disertai urtikaria, mungkin bisa diawali
blsa menyebabkan urtikaria atau reaksi anafilaktoid adanya trauma mekanik ringan sehingga menimbulkan
adalah obat-obat golongan COX-2 inhibitor, aspirin, edema subkutan yang cukup besar dan terasa nyeri.
atau OAINS. Selain itu, sepertiga pasien urtikaria bisa Edema ini bisa terjadi pada jaringan submukosa dengan
diperberat oleh obat-obatan tersebut, dengan mekanisme berbagai macam manifestasi klinis. Pada submukosa
yang belum jelas benar. Mungkin saja melalui mekanisme usus dapat memberikan gejala kolik, sedangkan pada
hambatan terhadap terbentuknya prostaglandin, pada laring menyebabkan gejala tercekik. Semua gejala ini
saat terjadinya degranulasi sel most. Pergeseran metabolit dapat menetap sampai beberapa hari bila tidak dilakukan
asam arakidonat ke arah terbentuknya leukotrien, mungkin pengobatan yang memadai.
memudahkan terjadinya infiltrasi sel-sel radang pada Dalam hal ini, pemeriksaan fisik ditujukan untuk
lesi urtikaria dengan memperpanjang fase reaksinya. menilai aktivitas urtikaria, bentuk dan distribusi dari lesi,
Sebagian kecil pasien urtikaria kronik yang dicetuskan apakah disertai angioedema, memal edema kulit yang
oleh aspirin memiliki reaksi yang hampir sama terhadap luas serta kemungkinan keterlibatan kelainan jaringan ikat
salisilat, ozodyes (termasuk tartrazin) dan benzoat pada Perlu diperhatikan juga adanya kemungkinan penyakit
makanan. sistemik seperti kelainan tiroid, artritis dan ikterus.
ISIIA DAN ANGIOUDEMA 50r
I rdm yang sama. Apabila secara klinis "memungkinkan", biasanya tidak banyak membantu diagnosis urtikaria
I dlpt dilakukan tes provokasi. Pada prinsipnya tes kulit umumnya atau urtikaria fisik. Pemeriksaan tersebut
I dm nnSf, hanya bisa memberikan informasi adanya reaksi bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit penyerta, misalnya urtikaria vaskulitis atau
I ihipnsensitivitas tipe 1. Tes yang demikian itu tidak dapat
adanya infeksi penyerta. Pemeriksaan-pemeriksaan seperti
I mrrrunjang diagnosis urtikaria vaskulitis yang merupakan
I rdi imun kompleks atau sitotoksik, sebagaimana terjadi
[l *,+"t obat-obatan atau transfusi darah.
I U*Jntuk urtikaria akut, tes-tes alergi mungkin sangat
Jhnrmanfaat, khususnya bila urtikaria muncul sebagai
!Uryn"n dari reaksi anafilaksis. Pada kasus urtikaria
Itfu,'mt, mungkin sulit dilacak penyebabnya dari riwayat
I p4danan penyakitnya. Bentuk lain dari intoleransi obat
[&m n"tanan yang tidak diperantarai oleh lgE, mungkin
[ illhlbungkan dengan manifestasi klinis sebagai urtikaria
I mmuf Untuk mengetahui adanya faktor vasoaktif seperti
J rhurrne-re le o sing o uto o ntibod ies, tes i nj eksi i ntrad ermal
[ ,lrunggunakan serum pasien sendiri (outologous serum
] mm rest-ASST) dapat dipakai sebagai tes penyaring yang
1,,'inilAr-p sederha na.
I
I lb Provokasi. Tes provokasi akan sangat membantu Gambar 4. Histopatologi reaksi fase lambat urtikaria
I '*fgunosis urtikaria fisik, bila tes-tes alergi memberi hasil
meragukan atau negatif. Namun demikian, tes
] UryS
I mrnou,okasi ini harus dipertimbangkan secara hati-hati komplemen, autoantibodi, elektroforesis serum, faal ginjal,
umffi/k menjamin keamanannya. Hal ini dilakukan pada
tr faal hati dan urinalisis akan membantu konfirmasi urtikaria
I ffimpat yang mempunyai tenaga ahli dan fasilitas untuk vaskulitis. Pemeriksaan Cl inhibitor dan C4 komplemen
I rnaruitasi, terutama bila ada riwayat anafilaksis atau reaksi sangat penting pada kasus angioedema berulang tanpa
[ ,rmrnoiA. Adanya alergen kontak terhadap karet sarung u rti karia.
I Urnngan atau buah-buahan, dapat dilakukan tes pada
J ttngan bawah, pada kasus urtikaria kontak.
J f"t provokasi oral mungkin diperlukan untuk PENATALAKSANAAN U RTI KARIA/ANGIOEDEMA
I rmrgetahui kemungkinan urtikaria akibat obat dan
I ,*anan tertentu. Tes ini menggunakan suatu seri Penjelasan
I qPqrl yang mengandung pengawet makanan, pewarna Pada pasien perlu dijelaskan tentang jenis urtikaria,
[ *nan, dan dosis kecil asetilsalisilat yang diberikan penyebabnya (bila diketahui), cara-cara sederhana untuk
J rcra bergantian dengan kapsul plasebo. Metode tes mengurangi gejala, pengobatan yang dapat dilakukan dan
I qerti ini relatif sulit disimpulkan dan pasien harus harapan di masa mendatang, merupakan hal yang penting
] hmar-benar tidak mengonsumsi obat-obatan. Selain itu, untuk pasien, karena mungkin harus hidup dengan kondisi
J ns inri dilakukan saat tidak terjadi urtikaria, diet ketat tersebutuntuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun.
rnmfnaaap bahan yang dicurigai sebelum dilakukannya
I
Jfishrsebut. Menghindari Alergen
I 5ri. Punch biopsy dengan ukuran 4 mm dapat Prioritas utama pengobatan urtikaria adalah eliminasi
! dlgpnatan membantu diagnosis. Urtikaria mencakup bahan penyebab, bahan pencetus atau antigen, yang
I Hdnan histopatologis yang luas, mulai infiltrasi berbagai sebenarnya lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
| , ram sel radang yang agakjarang dengan edema dermis Menghindari alergen penyebab urtikaria kontak atau
[ ffigga edema dermis yang menonjol disertai infiltrasi anafilaksis, seharusnya akan dapat menyelesaikan
I Ut"d radang yang relatif banyak. Sel-sel infiltrat tersebut masalah. lntoleransi terhadap makanan dan obat yang
n ihrffiri dari netrofil, limfosit dan eosinofil. Adanya infiltrat tidak diperantarai lgE, harus dipertimbangkan sebagai
I
I
I
I
L
502 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK
urtikaria kronik yang tidak memberikan respons yang antihistamin umumnya. Pada penelitian terhadap pasien
baik dengan pemberian antihistamin. Pada kasus seperti urtikaria kronik, Doksepin yang diberikan 3x10mg, dikatakan
ini, lebih menguntungkan menghindari salisilat, ozodyes, 7 kali lebih efektif dibanding Difenhidramin, tetapi efek
benzoat dan pengawet makanan lain seperti asam sorbik, samping antikolinergiknya lebih besar. Obat ini mungkin
khususnya bila akan dilakukan tes provokasi tersamar lebih baik dipergunakan malam hari, karena efek samping
ganda. mengantuk.
Penghambat reseptor H, juga mempunyai peranan
dalam pengobatan urtikaria kronik. Ada beberapa
MEDIKAMENTOSA penelitian yang mendukung adanya kombinasi yang cukup
efektif antara penghambat reseptor H., dan H, pada pasien
Pengobatan lini pertama. Mayoritas pasien urtikaria
urtikaria tertentu. Dari pengalaman klinis, kombinasi
kronik, mendapatkan pengobatan simtomatis dengan
tersebut mengecewakan untuk pengobatan urtikaria, tapi
antihistamin 1 (AHr) klasik. Keberhasilan obat-obat
cukup membantu mengatasi keluhan dispepsia yang tidak
tersebut agak terbatas, karena timbulnya efek samping
jarang berhubungan dengan urtikaria berat.
berupa sedasi dan mulut kering. Seperti telah diketahui,
Obat-obat yang secara teoritis sebagai stabilisator
bahwa sel mosf kulit dapat mengalami degranulasi oleh
membran sel most, seperti nifedipin, pada beberapa
berbagai macam stimulus yang kadang-kadang tidak
penelitian menunjukkan pengaruh yang menguntungkan.
diketahui, dengan mengeluarkan bermacam-macam
Namun demikian, penggunaan di lapangan mempunyai
mediator. Mediator-mediator tersebut, terutama adalah
efek yang minimal dan mungkin baik dipergunakan pada
histamin dan triptase. Dengan keterangan seperti ini,
pasien urtikaria yang bersamaan menderita hipertensi.
sangat sesuai memberikan antihistamin sebagai cara
Sodium kromolin, absorbsinya dari saluran pencernaan
profilaksis daripada saat terjadinya urtikaria. Beberapa
buruk sekali dan tidak mempunyai makna dalam terapi
dokter menjadi segan memberikan obat-obat tersebut,
urtikaria. Panduan terapi antihistamin selengkapnya dapat
dengan adanya antihistamin yang lebih baru yang tidak
dilihat pada tabel 2.
atau kurang menimbulkan sedasi.
Beberapa antihistamin non sedasi yang saat ini Pengobatan lini kedua. Walaupun umumnya antihistamin
digunakan untuk urtikaria adalah setirizin, loratadin, dapat mengatasi gejala urtikaria, pada beberapa kasusyang
astemizol, akrivastin dan feksofenadin yang juga bersifat berat memerlukan kortikosteroid. Sebelum diputuskan
non kardiotoksik, tiAat seperti terfenadin. Pengalaman pemberian steroid. seharusnya dilakukan biopsi kulit
klinis menunjukkan terdapat sedikit variasi di antara terlebih dahulu, untuk menggolongkan urtikaria secara
obat-obat tersebut dalam mengatasi urtikaria kronik, histopatologis. Berhubung penggunaan steroid jangh
walaupun beberapa pasien lebih menyukai suatu obat panjang berkaitan dengan bebdrapa efek samping
dibanding lainnya. Loratadin lebih efektif dibanding saat ini sedang diteliti kemungkinan penggunaan obat
plasebo. Berdasarkan kinetika obat, loratadin diberikan seperti stanozolol, sulfasalazin dan metotrekgt. ObA-
sekali sehari yang cukup efektif dalam beberapa jam obat tersebut dapat mengurangi kebutuhan steroid. Pada
setelah ditelan dan mempunyai lama kerja 12-48 jam.
Akrivistin berbeda dengan antihistamin non sedasi
lainnya, karena singkatnya masa paruh dalam darah dan
diberikan dalam dosis 3 kali sehari. Setirizin merupakan
Golonganli
metabolit dari hidroksizin yang merupakan golongan
antihistamin dengan efek sedasi yang rendah. Obat ini Klasik (sedasi) Klorfeniramin 4 Mg, 3 kali sehaii
terbukti mengurangi insiden eritema, bentol dan pruritus Hidroksizin 10-25 Mg;3 kati
Difenhidramin 10-25 M9. (malarn
pada urtikaria spontan dan yang diprovokasi, pada
Prometazin 25:,M g, (malam,hari).,r
double-blind cross-over trials. Beberapa peneliti dapat
menunjukkan berkurangnya infiltrasi eosinofil pada lesi Generasi ll s Akrivastin, 4 Mg, 3 kali sehari',.
reaksi fase lambat, setelah diberikan setirizin. Dengan - Setirizin f0 Mg, sekali sehar:i.
memiliki sifat sebagai anti inflamasi serta penyekat H1 yang Loratadin 10 Mg; sekali sehari
baik, mungkin menguntungkan pasien dimana gambaran Mizslastrn. 10 Mg,'sekali sehari.
histopatologisnya menunjukkan inflamasi dengan infiltrasi
berbagai macam sel radang. Generasi lll Desloratadin 5 Mg, sekali qehqri
Feksofenadin 180 Mg, sekali
Doksepin, suatu antidepresan trisiklik, memiliki efek
yang kuat sebagai penghambat reseptor H.,. Pengaruh Antagonis F{, Siinetadin a00 Mq, 2 kali sehaii:
hambatan terhadap reseptor H.,tersebut lebih kuat dibanding Ranitidin '. ' ' 150 Mg, 2 kali Sehaii'
IITIIA DAN ANGIOUDEMA 503
ru!ilmria yang berat dan sangat mengganggu aktivitas lebih baik dan pengaturan produksi antibodi autoimun
mEiErI dapat diberikan steroid dosis tinggi secara oral. akan semakin berkembang. Perkembangan penggunaan
ffimdnisolon 60 mg sehari diberikan sebagai pulse dose peptida yang menghambat reseptor lgE pada sel mosf dan
uurfruuilr 3-5 hari. penelitian murin anti lgE, bisa memberi pilihan pendekatan
frat-obatan lain seperti kolkisin, dapson, indometasin terapi yang baru di masa mendatang.
{hidroksiklorokuin pernah dilaporkan pada beberapa
roitrnr
,fremmg posterio[ edema periorbita dan di rongga hidung Untuk menyatakan diagnosis rinosinusitis kronik,
1ilffirg-kadang ditemukan adanya deviasi septum, polip, pasien harus menunjukkan 2 atau lebih faktor mayor atau
Ulmnnda asing atau tumor. satu fahor mayor disertai dua faktor minor (tabel 'l).
Femeriksaan radiologi diperlukan bila gejala tidakjelas,
ilhd pemeriksaan fisis meragukan atau respons pengobatan
ltdhlk rnemuaskan. Pemeriksaan foto polos sinus paranasal KLASIFIKASI
ffihporkan tidak sensitif dan spesifik, sehingga dianjurkan
pltmeriksaan dengan TK untuk menilai rongga hidung serta Gugus tugas untuk rinosinusitis yang dibentuk oleh Americon
mrmuru paranasal terutama obstruksi di kompleks ostiomeatal. Acodemy of Otoloryingology-Head ond Neck Surgery
ini diperlukan pada tindakan operasi. Pemeriksaan foto
N'lNllH (AAOHNS) dan kemudian juga disetujui oleh Americon
@hs sinus paranasal pada rinosinusitis akut sering dijumpai College of Allergy and lmmunology (ACAI) sepakat bahwa
-"dihruya perselubungan, batas cairan-udara, penebalan pada orang dewasa rinosinusitis digolongkan menjadi 5
ftrlnlui[D.sasinus >6 mm, atau berkurangnya volume udara jenis, seperti terlihat pada tabel 2.
smnnn melebihi sepertiga. Pemeriksaan M ognetic Resonance
illhlnqmflg (MRl) hanya dianjurkan bila rinosinusitis diduga
dimhabkan oleh jamur atau tumor. Berbagai pemeriksaan PENGOBATAN
ilffioratorium juga diperlukan seperti sitologi sekret hidung,
lurrrtuuk menilai adanya rinitis alergi, rinitis non alergi disertai Dalam pengobatan rinosinusitis, Krouse mengemukakan
umrirnofl (NARES) atau infeksi lain. konsep faktor dinamik dan adinamik. Alergi merupakan
Uji tusuk kulit dengan alergen dilakukan untuk menilai salah satu faktor dinamik yang penting di samping infeksi
i@flanan alergi. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan (bakteri, virus atau jamur), iritasi mukosa dan faktor-faktor
,rmrnrunoglobulin lgA, lgM atau lgG bila dicurigai adanya lingkungan yang mempengaruhi mukosa seperti suhu,
inrrrm,unodefisiensi kongenital. Demikian pula haInya bila kelembaban dan pengendapan partikel-partikel yang
ffiurunigai adanya imunodefisiensi didapat seperti AIDS, ada di udara.
@mrcriksaan anti HIV serta CD4 perlu dilakukan. Pada Dari faktor adinamik umumnya berhubungan dengan
rlltttlllnirJrrrrr nya d ia g n osi s ri nosi n u siti s berdasa rka n g a m ba ra n kelainan anatomi, sikatriks pasca operasi, diskinesia silien
ilffimrrs, seperti ditemukakan oleh Krouse pada tabel 1. polip, benda asing atau keganasan. Kedua faktor tersebut
litiuka terasa nyeri/tertekan saja, belum mendukung harus selalu menjadi pertimbangan dalam memberikan
dlmqnosis rinosinusitis tanpa disertai gejala atau tanda terapi.
Itnr@Illxoi' l6innya. Bila gejala rinosinusitis menetap lebih dari 7 hari, besar
Demam pada sinusitis akut belum mendukung kemu ngkinan penyebabnya bakteri. Anti bioti ka sebaiknya
dimEnosis rinosinusitis tanpa disertai gejala atau tanda diberikan pada pasien yang mempunyai gejala sedang
mmy,or lainnya. atau berat, sementara pada kasus yang ringan umumnya
dapat sembuh tanpa antibiotik. Meskipurl demikian secara
keseluruhan pasien yang mendapat antibiotik lebih cepat
Faktor.faktor' yang Berhubungan',deilgan sembuh dibanding plasebo.
Pada rinosinusitis akut lama pemberian antibiotika 10-
lhr mayor 1 4 hari, sedangka n jenisnya tergantu ng harga, keama nan
. Muka terasa nyeri/tertekan (a) dan pola resistensi kuman di daerah tersebut. Amoksilin
. Rasa tersumbat atau penuh pada muka dosis tinggi, atau kombinasi amoksilin-asam klavulanat,
. Hidung tersumbat klaritromisin dan azitromisin dapat dipakai sebagai lini
. Sekret hidung purulen/posf nosol drip pertama. Bila obat di atas gagal dapat dicoba dengan
. Hiposmia/anosmia
. Sekret purulen di rongga hidung pada sefalosporin generasi ke 3 (sefuroksim, sefpodoksim
pemeriksaan atau sefprozil) yang mempunyai spektrum luas. Obat
. Demam (hanya pada stadium akut) (b) golongan kuinolon seperti siprofloksasin, gatifloksasin
hr minor atau levofloksasin dipakai pada pasien dewasa, sebagai
. Sakit kepala cadangan bila obat yang terdahulu tidak memuaskan. Pada
. Demam (pada yang bukan akut) rinosinusitis kronik ada yang menganjurkan pemberian
. Halitosis antibiotika sampai 4-6 minggu.
. Lesu Dekongestan oral atau topikal dipakai untuk
. Sakit gigi mengurangi pembengkakan mukosa rongga hidung,
. Batuk sehingga melebarkan rongga hidung. Pemakaian
. Telinga rasa sakit/tertekan/penuh
dekongestan topikal dianjurkan tidak melebihi 5-7 hari,
506 ALERGI DAN IMUNOLOGI KTINIK
untuk menghindari rinitis medikamentosa. seperti Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS). MaE
Kortikosteroid oral atau nasal diberikan untuk bengkak di daerah sinus, gangguan pergerakan bola
mengurangi inflamasi. lrigasi atau semprotan air garam mata, gangguan penglihatan, edema periorbita, gejala
faali dapat mengurangi kekentalan sekret hidung serta gangguan susunan saraf pusat menunjukkan komplikai
memperbaiki bersihan mukosilier. intrakranial akibat rinosinusitis akut (abses periorbit4,
Nc Nally melaporkan dari 200 kasus rinosinusitis abses otak atau meningitis) memerlukan konsultasi bedd'.1
kronik, dengan terapi medis yang agresif yang terdiri dengan segera.
dari antibiotik oral selama 4 minggu, kortikosteroid nasal,
Iavase rongga hidung dan dekongestan topikal, ternyata
hanya 6% (12 kasus) yang kurang memberikan respons REFERENSI
sehingga memerlukan operasi FESS (Funcfionol Endoscopic
Sinus Surgery). Disimpulkan terapi medik cukup memadai Baroody. Rhinosinusitis. In: Lichtenstein LM, Busse"WW, Gelnr
508
TEIMAKANAN 509
Kedelai. Kedelai sering menimbulkan reaksi alergi. Kedelai oral, diikuti dengan urtikaria kontak, lalu reaksi sistemik.
banyak digunakan sebagai sumber protein yang murah. Sebagian besar pasien alergi buah persik juga mengalami
Telah diidentifikasi jenis alergen, dan tidak ada yang alergi terhadap polen.
predominan. Minyak kedelai yang dimurnikan meskipun Alergi melon dilaporkan menunjukkan reaksi silang
aman, tetap harus diwaspadai. dengan semangka, pisang, kiwi, dan alpukat.
Trce Nuts.Tree nufs merupakan golongan alergen makanan Sereal. Reaksi alergi terhadap sereal sering ditemukan
utama pada orang dewasa. Seperti halnya dengan kacang terutama pada anak. Fraksi globulin dan fraksi glutenin
tanah, almond, kacang Brazil, kacang mede, kemiri,kenari, diduga merupakan alergen utama yang menimbulkan
ftlbert, pine nuts, dan pistochio telah dilaporkan dapat reaksi lgE, sedang gliadin merupakan sebab penyakit
menimbulkan anafilaksis. celiac. Ada reaksi silang antara gandum, rye dan borley
Tes kulit positif sering ditemukan pada anak, namun arti
Biji-bijian. Beberapa biji-bijian seperti biji bunga matahari,
klinisnya harus diintrepretasi dalam hubungan dengan
opium, biji kapas, dan wijen dilaporkan sebagai penyebab
sereal yang dikonsumsi. Berbagai variasi jenis padi
alergi makanan, terutama anafilaksis.
dan sereal lain dengan sifat alergen yang kurang telah
lkan. lkan dapat menimbulkan sejumlah reaksi. Alergen dikembangkan dengan rekayasa genetik. Pada orang
utama dalam codfish adalah Gad c1, yang diisolasi dari dewasa terutama yang bekerja di tempat pembuatan roti
fraksi miogen. Spesies ikan biasa memiliki alergen yang ada risiko terjadinya sensitisasi yang menimbulkan rinitis
analog dengan Gad c1 yang juga menunjukkan reaksi dan asma akibat inhalasi debu tepung. Namun pasien
silang dengan Gad 1c codfish. Antigen rentan terhadap tersebut dapat mengonsumsi produk gandum.
manipulasi dan penyimpanan, tetapi tidak untuk dalam
Protein bukan makahan. Polen dilaporkan dapat
kaleng. Antigen tersebut mudah disebarkan ke udara
bereaksi silang dengan makanan. Reaksi tersebut terjafi
dan dapat memicu reaksi alergi saluran napas akibat bau
dalam dua arah; pasien alergi terhadap hozelnut bereald
ikan yang dimasak. Alergi ikan juga dapat disebabkan
dengan polen birch dan pasien'alergi terhadap polen brd
kontak langsung dengan kulit berupa dermatitis kontak.
menimbulkan reaksi bila makan hozelnut. Reaksi silalg
Apakah seseorang yang alergi terhadap satu jenis ikan
terjadi antara polen birch dengan apel, kentang mentci.
juga harus pantang jenis ikan lainnya, masih merupakan
wortel, seledri dan hazelnut antara polen mugwort(seffi
kontroversi.
dengan seledri, apel, kacang tanah dan kiwi;
Crustacea dan molluscum. Golongan kerang-kerangan rogweed dengan melon; antara lateks dan pisang,
merupakan alergen utama yang mengenai sekitar 250.000 kiwi, chestnut dan pepaya.
orang dewasa di Amerika. Dalam golongan Crustaceo
termasuk lobster; kepiting, udang, dan udang karang.
Dalam golongan kerang-kerangan termasuk remis, tiram, GAMBARAN KLINIS
a
keong/siput, gurita, cumi-cumi. Udang mengandung
beberapa alergen. Antigen ll dianggap sebagai alergen Dari segi klinis dan penanganan perlu dibedakan
utama. Otot udang mengandung glikoprotein otot yang terjadi diperantarai lgE dan yang tidak diper
yang mengandung Pen a 1 (tropomiosin). Tropomiosin lgE.
juga dapat menyebabkan reaksi silang antata crustoceo,
molluscum, dan beberapa artropoda. Reaksi Hipersensitivitas Diperantarai 19E
Gambaran klinis reaksi alergi terhadap makanan
Sayuran. Alergi terhadap sayuran yang sering dilaporkan
melalui lgE dan menunjukkan manifestasi ter
pada usia dewasa adalah terhadap seledri dan wortel.
gastrointestinal, kulit dan saluran napas. Tanda
Alergi terhadap kedua sayuran ini dapat bereaksi silang
gejalanya disebabkan oleh pelepasan histamin,
dengan polen. Sedangkan alergi terhadapjenis sayuran Iain
prostaglandin dan sitokin. Awitan respons alergi
sangatjarang dilaporkan, demikian juga dengan bawang.
dalam 30 rfi'enit setelah mengonsumsi makanan-
Patatin, sejenis alergen yang ditemukan pada tomat dan
hubungan tidak erat antara derajat alergi dan
kentang juga dilaporkan menyebabkan berbagai reaksi
awitan. Pasien yang sangat alergi dapat mengalami
alergi, termasuk reaksi silang dengan alergen lateks.
dalam menit atau bahkan detik setelah konsumsl
Buah-buahan. Apel merupakan penyebab alergi buah-buahan kedua reaksi alergi nampaknya tidak tergantung
yang paling sering terjadi dengan manifestasi utama berupa Reaksi berat yang terjadi oleh dosis kecil sama
sindrom alergi oral, diikuti reaksi anafilaksis dan edema laring, yang ditimbulkan dpsis besar. Anafilaksis dapat
lalu manifestasi saluran napas dan cerna lainnya. Sedangkan hanya melalui kontak kacang tanah dengan bibir
alergi buah persik 867" manifestasinya berupa sindrom alergi setelah makan kacang tanah dalam jumlah besan Ciri
/!EIHAKANAN 511
@il dalam jumlah sedikit. Banyak bahan kimia yang Saluran Asma Sindrom Heiner
rui@at menimbulkan reaksi hipersensitivitas dapat napas Rinitis alergi (pada anak)
TERAPI
Sebenarnya terapi alergi makanan adalah menghindari
makanan penyebab. Hal itu kadang sulit untuk dilakukan,
sehingga perlu konsultasi dengan ahli gizi.
Pada reaksi alergi-makanan ringan hanya diberikan
6B
ALERGI OBAT
Samsuridjal Djauzi, Heru Sundaru, Dina Mahdi, Nanang Sukmana
s13
514 ATERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK
DIAGNOSIS
Tipe ll (Sitotoksik)
Reaksi hipersensitivitas tipe Il atau reaksi sitotoksik Anamnesis
terjadi oleh karena terbentuknya lgM/lgG oleh pajanan Wawancara mengenai riwayat penyakit (anam
antigen. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel-sel merupakan cara yang paling penting untuk
yang memiliki reseptornya (Fcg R). I katan antigen-anti bodi
alergi obat, karena cara-cara pemeriksaan yang
juga dapat mengaktifkan komplemen melalui reseptor
sekarang masih rumit dan hasilnya juga belum
komplemen. Kesulitan yang sering timbul yaitu apakah gejala
Manifeslasi klinis reaksi alergi tipe ll umumnya berupa dicurigai timbul sebagai manifestasi alergi obat
kelainan darah seperti anemia hemolitik, trombositopenia, karena penyakit dasarnya. Masalah tersebut lebih
eosinofilia, dan granulositopenia. Nefritis interstisial dapat lagi bila pada saat yang sama pasien mendapat lebih
juga merupakan reaksi alergi tipe ini.
satu macam obat.
IISGI OBAT 515
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis jawabkan kecuali penisilin yang telah diketahui hasil
masien alergi obat adalah : a). Catat semua obat yang metabolismenya serta obat-obat yang mempunyai
dipakai pasien termasuk vitamin, tonikum, dan juga berat molekul besar (insulin, ACTH, serum serta vaksin
,ohat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak yang mengandung protein telur).
mmenimbulkan gejala alergi oba| b). Riwayat pemakaian . Beberapa macam obat bersifat sebagai pencetus
rhat masa lampau dan catat bila ada reaksi; c). Lama lepasnya histamin (kodein, tiamin), sehingga uji positif
malrtu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat yang terjadi adalah semu (folse positive).
smrpai timbulnya gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala . Konsentrasi obat terlalu tinggi, juga menimbulkan
firmlroril segera, tetapi kadang-kadang gejala alergi obat hasil positif semu. Sebagian besar obat mempunyai
Mom..! timbul 7-10 hari setelah pemakaian pertama; d). berat molekul kecil sehingga hanya merupakan
lfunat lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat hapten, oleh sebab itu sukar untuk menentukan
sehelumnya. Alergi obat sering timbul bila o,bat diberikan antigennya.
Eeca,ra berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis ting gi Uji kulit yang disebutkan di atas adalah uji kulit yang
secara parenteral; e). Manifestasi klinis alergi obat sering lazim dipakai untuk reaksi alergi tipe I (anafilaksis). Uji
dltrrnubungkan dengan jenis obat tertentu; f). Diagnosis kulit untuk tujuan lain seperti untuk melihat reaksi lambat
drerEi obat sangat mungkin bila gejala menghilang belum diketahui sebagai proseduryang berguna, demikian
smeilah obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien pula peran uji tempel (patch test) untuk menilai reaksi
dlherikan obat yang sama; g). Pemakaian obat topikal alergi tipe l. Uji tempel bermanfaat hanya untuk obat-obat
t@lep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu jalan yang diberikan secara topikal (tipe lV).
erjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
Pemeriksaan Laboratorium
$ f,ulit Seperti telah dibicarakan sebelumnya, reaksi alergi obat
Lullgi rulit yang ada pada saat ini hanya terbatas pada tipe I terutama ditunjang dengan pemeriksaan uji kulit,
uuoerapa macam obat (penisilin. insulin, sediaan serum), sayangnya uji tersebut hanya terbatas pada beberapa
m,raangkan untuk obat-obat yang lain masih diragukan macam obat. Dikenal pemeriksaan RAST (Rodio Allergo
tmiMrnrya. Hal ini karena beberapa hal, antara lain : Sorbent test) yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya
' Kebanyakan reaksi alergi obat disebabkan hasil lgE spesifik terhadap berbagai antigen. Tetapi untuk obat,
nretabolismenya dan bukan oleh obat aslinya, jenis antigennya juga terbatas. Pemeriksaan ini berguna
sehingga bila kita melakukan uji kulit dengan obat pada kasus-kasus dengan risiko tinggi seperti reaksi berat
aslinya, hasilnya kurang dapat dipertanggung yang mungkin timbul bila dilakukan uji kulit atau bila tidak
dapat dilakukan uji kulit (karena seluruh kulit rusak, minum terjadinya reaksi alergi obat yaitu memberikan obat hanya
antihistamin atau kulit tidak sensitif lagi). kalau ada indikasinya.jangan hanya untuk menyenangkan
Pemeriksaan untuk diagnosis reaksi sitolitik (tipe ll), pasien atau kita sendiri. Pada suatu penelitian retrospektif
seperti pada anemia hemolitik dapat ditunjang dengan yang dilakukan terhadap 30 kematian karena penisilin,
pemeriksaan Coo m bs indirek, sedang kan trombositopenia ternyata hanya 12 pasien yang mempunyai indikasi yang
dengan pemeriksaan fiksasi komplemen atau reaksi jelas.
aglutinasi. Jika sudah tepat indikasinya. barulah ditanyakan
Pemeriksaan hemaglutinasi dan komplemen dapat secara teliti riwayat alergi obat di masa lalu, terutama yang
menunjang reaksi obat tipe lll. Dibuktikan dengan ada hubungannya dengan yang akan kita berikan. Sering
adanya antibodi lgG atau lgM terhadap obat. Sedangkan pasien menyebutkan alergi terhadap bermacam-macam
pemeriksaan laboratorium untuk reaksi alergi tipe lV selain obat yang sebenarnya kurang masuk akal, tetapi untuk
sangat rumit, hasilnya pun sering tidak memuaskan. Untuk sementara hal ini harus kita terima saja. Selanjutnya kepada
jelasnya tipe reaksi, manifestasi klinik, uji laboratorium dan pasien diberikan obat yang mempunyai rumus imunokimia
pehakaian obat masa depan dapat dilihat pada tabel 'l . yang berlainan. Masalah reaksi silang di antara obat jugn
harus diperhatikan. Seperti penisilin dengan sefalospori&
gentamisin dengan kanamisin atau streptomisin, sulfa
PENGOBATAN dengan obat-obat golongan sulfonilurea.
Pada pasien dengan riwayat alergi obat, atau dicurigd
Tindakan pertama adalah menghentikan pemakaian alergi obat sedangkan obat atau tindakan alternatif tid*
obat yang dicurigai. Bila pada saat itu pasien memakai mungkin diperoleh, dapat dilakukan uji kulit atau kalau adr
bermacam-macam obat, kalau mungkin semuanya fasilitas dengan pemeriksaan laboratorium. Jika negati(
dihentikan. Tetapi bila tidak mungkin berikan obat yang obat tadi boleh diberikan namun tetap harus berhati
esensial saja dan diketahui paling kecil kemungkinannya hati. Tetapi bila hasil uji positif dan obat memang hane
menimbulkan reaksi alergi. Dapatjuga diberikan obat lain diberikan, dipertimbangkan cara pemberian obat seff.
yang rumus imunokimianya berlainan. desensitisasi. Seda n g kan bag i obat-o bat ya n g uj i ku lit tid*
Pengobatan simtomatik tergantung atas berat bermakna dilakukan pemberian obat secara provokasi dn
ringannya reaksi alergi obat. Gejala yang ringan biasanya bila reaksinya positif kembali kita melakukan prosedn
hilang sgndiri setelah obat dihentikan. Pengobatan kasus desensitisasi (Gambar 1).
yang lebih berat tergantung pada erupsi kulit yang tejadi Baik prosedur uji provokasi maupun desensitisarii
dan derajat berat reaksi pada organ-organ lain. Apapun selalu mengandung risiko yang kadang-kadang dry*
penyebabnya pengobatannya lebih kurang sama. meni m bu kan kematian. Karena,itu diperlukan
I beberry
Pada kelainan kulit yang berat seperti pada sindrom syarat untuk melakukannya, antara lain: 1). lndikd
Steven Johnso4 pasiennya harus dirawat karena selain harus kuat dan tidak ada obat atau alternatif lain; 2). Pashr
mendapat kortikosteroid, yang lebih penting lagi adalah dan keluarganya diberitahu perihal tujuan tindakan ffi
pemasukan kalori dan cairan menjaga. Perawatan kulit juga serta untung ruginya; 3). Dilakukan di rumah sakit
memerlukan waktu berhari-hari sampai berminggu-minggu. mempunyai obat dan peralatan untuk men
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder sehingga pasien perlu keadaan darurat;4). Dilakukan oleh dokter
diberikan antibiotik. berpengalaman; 5). Umumnya rute pemberian obat
Kelainan sistemik yang berat seperti anafilaksis, desensitisasi atau provokasi sesuai dengan rute pemberi
dibicarakan tersendiri pada bab anafilaksis. Pada urtikaria yang akan diberikan;6). Pada desensitisasi pasien
dan angioedema pemberian antihistamin saja biasanya infus, yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan bila te{
sudah memadai, tetapi untuk kelainan yang lebih berat keadaan darurat; 7). Uji kulit dilakukan segera
seperti vaskulitis, penyakit serum, kelainan darah, hati, pemberian obat. Jangan menunggu berhari-hari
nefritis interstisial, dan lain-lain diperlukan kortikosteroid obat baru dibsrikan, karena uji kulit sendiri meni
dosis tinggi (60-100 mg prednison atau ekuivalennya) sensitisasi.
sampai gejala terkendali dan selanjutnya dosis tersebut Prinsip uji provokasi atau desensitisasi yaitu
diturunkan secara bertahap selama satu sampai dua dosis permulaan yang sangat kecil, kemudian di
minggu. perlahan-lahan sampai dosis terapeutik tercapai.
uji provokasi menyerupai desensitisasi, tetapi
pada uji provokasi tidak selalu tejadi desensitisasi
PENCEGAHAN sensitisasinya sendiri belum bisa dibuktikan.
desensitisasi hanya memberi pasien keadaan
Cara yang efektif untuk mencegah atau mengurangi sensitisasi sementara, karena bila suatu hari
fluB6l oBAT
517
s19
ATERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX
520
Dengan ditemukannya ANCA (Anti Neutrophilic tingkat kelainan penyakit tersebut sehingga gejala
lytoplosmic Antibody) patogenesis beberapa vaskulitis klinisnya akan berbeda tergantung derajat penyumbatan
daoat diterangkan, dan dari beberapa laporan penelitian dan kerusakan.
@erneriksaan ini erat kaitannya dengan arteritis Umumnya 80-90% Arteritis Takayasu mengenai
&agener. perempuan, dapat dimulai pada umur 10-40 tahun. Gejala
awal umumnya berupa kelelahan, penurunan berat badan,
dan panas yang terlalu tinggi. Gejala artralgia ataupun
GAMBARAN KLINIS nyeri otot ditemukan pada separuh pasien dan jarang
disertai sinovitis. Nyeri daerah sendi dapat hilang timbul
lrteritis Temporal atau menetap.
&uatu penyakit yang kausanya tidak diketahui, terjadi Tanda dan gejala lainnya asimetris denyut arteri, dan
maCa pembuluh arteri besar dan medium. Gejala akan hilangnya pulsus arteri, bruit di arteri, hipertensi (reno
mnuncul pada umur 50 tahun atau lebih (90% didapatkan vaskular), sakit kepala, sinkop atau postural dizziness dan
puda umur 60 tahun atau lebih), insidens terbanyak pada klaudikasio.
uda 70 tahun. Dua pertiga pasien adalah perempuan.
ipada umumnya gejala dapat muncul beberapa minggu
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Arteritis Takayasu (Ditemukan
sehelum diagnosis ditegakkan. Gejala dapat berupa 3 dari 6 Kriteria)
heelahan, panas dan berat badan menurun. Keluhan Definisi
Kriteria
@as ditemukan pada setengah pasien arteritis temporal. 1. Usia saat penYakit Timbul gejala ditemukan
huhu dapat tinggi, lebih dari 40'C dan disertai gejala <40 tahun .pada umur 40 tahun atau
prg mirip sepsis. Gejala lainnya yang sering dijumpai kurang
dalah polimialgia reumatika dan keluhan sakit kepala Gejala klaudikasio Perburukan kelemahan,
dkr gejala lokal yang berhubungan dengan lesi kelainan ekstremitas perasaan tidak enak Pada
therupa nyeri tekan di arteri temporal, pembengkakan dan otot (pegal) satu atau lebih
fiadang ditemukan bruit. Kadang ditemukan gangguan terutama bila melakukan
pemElihatan yang dapat menetap. Kriteria diagnostik aktivitas terutama ekstremitas
bagian atas
,nmritis temporal (ditemukan 3 dari 5 kriteria).
Penurunan pulsasi Adanya penurunan Pulsasi
arteri brakialis salah satu atau kedua arteri
brakialis
iFa t. Kriteria Amerlcar,.Collegb of :Rheunralology
4. Perbedaan TD >10, - AdanyaperbedaanTDsistolik
ilfr, rggo
mmHg >10 mmHg antara kedua
Kriteria Definisi lengan
11. Usia saat awitan Timbultanda dan gejala pertama Bruit pada daerah Ditemukan bruit Pada
>50tahun kali pada usia 50 tahun atau A.Subklavia atau pemeriksaan auskultasi di
lebih aorta atas kedua daerah atau salah
Z Sakit kepala Nyeri yang baru pada lokasi satu arteri subklavia ataupun
(baru) kePala aorta abdominalis
il Kelainan A.Temporal yang lemah Pada 6. Angiografi yang Ditemukan arteriogram
ATemporalis palpasi atau ditemukan Pulsasi abnormal dengan PenYemPitan atau
yang menurun, tidak a.da penyumbatan aorta dan
hubungan dengan arterosklerosis cabang-cabangnya
a.cervicalis
{ Kenaikan LED LED >50 mm/jam (Westergen)
S, Kelainan pada Menunjukkan predominansi Poliarteritis Nodosa (Poliarteritis Nodosa Klasik)
biopsi infiltrasi mononuklear atau Suatu penyakit kompleks imun arteri muskularis dan
inflamasi granulomatosa arteriol. Penyakit inijarang mengenai paru dan etiologinya
umumnya dengan m u lti- nu kleor
tidak diketahui.
giont cell
Gejala yang dapat ditemukan ialah; artralgia, mialgia,
gangguan saraf perifer; kemerahan pada kulit, nodul di
lrbritis Takayasu kulit, nyeri abdomen, hipertensi dan gangguan pada
ffidalah suatu penyakit kronik yang tidak diketahui jantung (gagal jantung). Untuk memudahkan pendekatan
,rfrio*oginya yang sering muncul pada perempuan muda. diagnosis perlu diingat hal sebagai berikut:
Inei,/alensi lebih banyak ditemukan pada orang Asia. 1. Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah sedang,
opv'ry6mpitan, sumbatan bervariasi tergantung kepada organ yang terkena kulit, otot, saraf perifer; lambung
522 ALERGI DAN IMUNOLOG] KLINIK
dan ginjal, sedang paru-paru tidak terkena. ini dapat disimpulkan bahwa yang bertanggung jawab
2. Dihubungkan dengan HbsAg (kurang lebih20o/o) pada proses di atas adalah sistem imun.
3. Didiagnosis ditegakkan dengan angiografi dan biopsi Hubungan dengan ANCA (merupakan suatu keadaan
jaringan. Arteriografi menunjukkan adanya aneurisma kompleks imun) yang dapat merusak pembuluh darah
atau oklusi arteri visera yang bulan disebabkan oleh banyak dilaporkan peneliti, walaupun pada beberapa kasus
arteriosklerosis atau sebab noninflamasi lainnya. Pada belum terbukti hubungannya. Bila mengenai ginjal akan
biopsi didapatkan adanya gambaran granulosit dan menimbulkan glomerulonefritis kresentik.
mononuklear pada dinding arteri. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
granulomatosa Wagener sangat berhubungan erat dengan
Penyakit Kawasaki ANCA, sehingga pemeriksaan ini sekarang dapat dipakai
Beberapa buku menyebutkan istilah poliarteritis infantil, sebagai pemeriksaan penapis untuk penyakit Wagener.
karena berhubungan dengan usia yang terjadi pada anak-
anak. Penyakit inijarang mengenai orang dewasa. Kriteria Sindrom Churg-Strauss
diagnosis: Keadaan yang perlu diketahui mengenai sindrom Churg-
1. Panas >5 hari Strauss ialah: 1). Vaskulitis yang mengenai arteri dar
2. Ditemukan 4 dari 5 keadaan ini: vena pembuluh darah sedang dan dapat mengenai paru
a. lnjeksi konjungtiva non-eksudatif bilateral saluran napas bagian atas, usus, susunan saraf parifel kulh
b. Ditemukan salah satu kelainan di orofaring: dan ginjal; 2). Diawali gejala fase alergi (gejala asma); 3r
- lnjected atau fisura di bibir Eosinofilia dan peninggian eosinofil di paru.
- lnjected forings
- Strawberry tongue
Tabel 4. niffii'Uag*
-Si romth-r6!51r"*;
c. Satu atau lebih kelainan di ekstremitas (Ditemukan 4 datt'6 l(riterial:,: :.::r.:'-i :' :::,rr'r,tr::'::': r'::':. i
- Eritema di telapak tangan
- Edema di tangan atau kaki
Kriteria Detinisi
- Deskuamasiperiungual 1. Asma Riwayat wheezing atau ronki
kering nyaring pada ekspirasi
- Eksantema polimorfi
- Kelenjar getah bening servikal akut non
2. Eosinofillia Eosinofil > 10% hitung jenis
3. Riwayat alergi Riwayat alergi musim dan
supuratif inflamasi
makanan serta kontak lainnya
3. Penyakitnya tidak dapat diterangkan oleh sebab lain
kecuali alergi obat
4. Mononeuropati Berhubungandenganvaskulilb
Granulomatosa Wagener sistemik atau polineuropati
Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran napas 5. lnfiltrat paru yang
bagian atas dan bawah serta ginjal yang etiologinya tidak tidak menetap
{
diketahui. Proses inflamasi yang terjadi dapat mengenai 6. Kelainan sinus
sistem arteri dan vena terbukti dengan ditemukannya paranasal
deposit sel limfosit dan sel fagosit lainnya. Dari keadaan 7. Eosinofil ekstra Biopsi arteri, arteriol atau ven{
vaskular menunju kkan penumpukanr
eosinofil ekstravaskular
Tabel 3. Kriteria Diagnostik Granulomatosa Wagner
(Ditemukan 2 darl 4 Kriteria Di bawah lni)
Poliarteritis M ikroskopik (Poliangiitis M ikroskop{
Kriteria Definisi Poliarteritis mikroskopik (PM) adalah suatu vaskulinthl
1 lnflamasi oral Timbulnya ulkus di mulut yang sistemik yang mengenai arteriol dan kapiler dengulr
atau nasal nyeri atau tidak ditemukannya gejala prodromal panas, lelah dan mialgia, yaitu sutur
sekret hidung yang purulen atau sindrom yang menyerupai infeksi virus. Pada PM milii
hemoragik tidak ada hubungannya dengan infeksi. Gejala tersehu{
2 Foto dada Dapat terlihat gambaran nodul, dapat berlangsung 1 bulan sebelum tanda dan
abnormal infiltrat yang menetap atau penuh poliarteritis mikroskopik terlihat. Kelainan akul
kavitas
kresentik dapat disebabkan oleh poliarteritis
3 Sedimen urin Diketemukan mikrohematuria (> 5
sel darah merah/LPB) atau kavitas
selain granulomatosa Wagener.
4 Biopsi, adanya lnflamasi granulomatosa ditemukan Walaupun penyakit tersebut hampir serupa akan
inflamasi pada granulomatosa dinding gejala di luar ginjal berbeda. Poliarteritis mik
arteri atau daerah perivaskular/ dapat menyebabkan gagal ginjal akut (GGA) se
ekstravaskular bila menemukan gejala GGA tanpa sebab tidak jelas
fmruTts 52s
Riwayat penyakit, pemeriksaan jasmani, DPL, kreatinin, Sinusitis atau gejala saluran
napas, kelainan urin atau foto
urinalisa dada, kreatininl , o-ANCApositif
PRINSI P PENGOBATAN VASKULITIS systemic vascuiitis and idiopathic necrotizing and crecentic
glomeruionephritis. N Engl J Med. 1988;318:1651-7.
Fries ]F, Hunder GG, Bloch DA, Michel BA, Arend WP, et al.
Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bila
The American College of Rheumatology. Criteria for the
menemukan vaskulitis, karena efek anti-inflamasi steroid classification of vasculitis. Summary. Arthritis Rheum.
dapat segera terlihat lebih cepat dibanding pemberian 1990;33:1135-36.
siklofospamid. Dosis prednison dimulai 1 mglkg BB/hari, Gardner GC. Vascuiitis. In: Eisenberg MS, Dugdale DC, editors.
Medical diagnostics. Philadelphia: WB Saunders; 1992. p.
dapat diberikan tiap 6-8 jam. Dosis permulaan diberikan 73846.
antara 7-10 hari dan setelah itu dapat diberikan pagi hari Gay RM, Ball GV. Vasculitis. In: Koopman WJ, editor. Artritis and
sampai 2 minggu berikutnya. Pemberian ini umumnya allied conditions. A textbook of rheumatology. Baltimore,
Maryland: William & Wilkins; 1997. p. -1"497-517.
disebut sebagai dosis induksi. Setelah dosis induksi, Griffith ME, Coulthart A, Pusey CD. T celi responses to
pemberian steroid diturunkan secara bertahap dosis myeloperoxidase (MPO) and proteinase 3 (PR 3) in patients
60 mg diberikan secara selang sehari untuk waktu 1-2 with systemic vasculitis. Clin Exp Immunol. 1996;103:25!
58.
bulan berikutnya. Setelah itu dosis diturunkan secara
Gross WL, Csemok E. Immunodiagnostic and pathophysiologic
perlahan sampai dosis pemeliharaan yang bergantung aspects of antineutrophil cytoplasmic antibodies in vasculitis
pada gambaran klinis. Current Opinion Rheumatol. 1995;7 :11-9.
Pada keadaan khusus seperti pada penyakit HunderGG, LieJT, GoronzyJJ, Weyand CM. Pathogenesis of giar
cell arteritis. Arthritis Rheum. 1993;36:757 -61.
granulomatosis Wagener, serta poliarteris nodosa, Hunder GG, Bloch DA, Michel BA, Stevens MB, Arend \AIP, e:
arteritis Takayasu dan vaskulitis susunan saraf pusat yang al. The American College of Rheumatology 1990. Criteia
resisten terhadap steroid diberikan kombinasi dengan for the classification of giant ce1l arteritis. Arthritis Rheul:
1990;33:1122-8.
si klofosfa mid. U m u mnya pem berian si klofosfa mid secara
Jennette JC, Falk RJ, AndrassyK Bacon PA, Churg J, Gross \[
oral tiap hari yang digabung dengan steroid dosis kecil et al. Nomenclature of systemic vasculitides. Proposal r
selang sehari untuk menghindari terjadinya infeksi an international consensus conference. Arthritis Rheur-.
sekunder akibat pemakaian steroid jangka lama. Lama 1994;37:187-92.
Kallenberg CGM, Mulder AHL, Tervaert JWC. AntineutropE
pemberian siklofosfamid berkisar antara 8-24 bulan,'1
cytoplasmic antibodies in inflamatory disorder. Am j lrle:
sedang lama pemberian steroid tergantung kepada 1992;93:675-80.
aktivitas penyakltnya. Lighfoot RW, Michel BA, Bloch DA, Hunder GG, Zvaifler N_L *
al. The American Coliege of Rheumatology 1990. Criteria;:rr
Pemberian pulse metilprednisolon 0,5-1 g/hari
the classification of polyarteritis nodosa. Arthritis Rheu::-
selama tiga hari berturut-turut diberikan pada permulaan 1990;33:1088-93.
pengobatan kasus-kasus yang mengancam nyawa (/rfe Maaten JC, Franssen CFM, gans ROB, Strack van fthijndel R[ t *
aL Respiratory failure in ANCA associated vasculitis. Ches;
threotening vascuLitis syndrome) atau vaskulitis yang
1996;110:357-62.
progresif. lntervensi pembedahan hanya dimungkinkan Masi AT, Hunder GG, Lie JT, Michel BA, Bloch DA, Arend lrl
pada penyakit Takayasu setelah aktivitas penyakitnya et al. The American College of Rheumatology. Crite:a
tenang, sedang pada arteritis temporal jarang dilakukan for the classification of Churg-Strauss syndrome (alle.+
granulomatosis and angiitis). Arthritis Rheum. 1990;33:1Cl!-u
tindakan pembedahan. 100.
Mills JA" Michel BA" Bloch DA, Calabrese LH, Hunder GC sr
al. The American College of Rheumatology. Criteria for :re
classification of Henoch-Schdnlein purpura. Arthritis Rhecni
REFERENSI
1990;33:1114-21.
Pall AA. Savage COS. In: Savage COS, Pearson jD, edi:m
Arend WP, Michel BA" Bloch DA, Hunder GG, Calabrese LH, et Immunoiogical aspects of the vascular endotheli::sr
al. The American College of Rheumatology 7990. Criteria Cambridge: Cambridge University Press; 1995. p. 173-9"
for the ciassification of Takayasu arteritis. Artfuitis Rheum. Puett DW. Vasculitis. Bull Rheum Dis.1996;348:4-7.
1990;33:1129-34.
Bloch DA" Michel BA, Hunder GG, MsShane D), Arend \AIP, et
al. The American College of Rheumatology. Criteria for the
classification of vasculitis. Patients and methods. Arthritis
Rheum. L990 ;33:1068-73.
Calabrese LH, Michel BA, Bloch DA, Arend \AIP, Edworthy SM,
et al. The American College of Rheumatology. Criteria
for the classification of hypersensitivity. Arthritis Rheum.
1990;33:1174-21.
Cohen MD and Conn DL. In: Ball CV, Bridges JR.SL, editors.
Vasculitis. Oxford: Oxford University Press Inc; 2002. p.
228.
Cupps TR. In: Stites DP, Terr AI, Parslow G, editors. Medical
immunology. Stamford: Appleton & Lange; 1997. p. 513-26.
Falk RJ, Jennette C. Anti-neutrophil cytoplasmic autoantibodies
with specificity for myeloperoxidase in patients with
70
PENYAKIT KOMPLEKS IMUN
Eddy Mart Salim, Nanang Sukmana
n'empertahankan tubuh terhadap antigen yang larut, Termasuk penyakit kompleks imun non-alergi
nnrisalnya toksin bakteri. Dalam keadaan normal, kompleks antara lain lupus eritematosus sistemik (LES), vaskulitis,
n',{rn yang dibentuk oleh toksin dan antitoksin segera glomerulonefritis, artritis rematoid, dan demam
diiimusnahkan dengan cara fagositosis dan selanjutnya reumatik.
inr[ang dari sirkulasi. Namun, pada keadaan tertentu adanya Walaupun etiologi spesifik penyakit ini sangat
imun dalam sirkulasi dapat mengakibatkan
rltrcrnpleks bervariasi namun patofisiologi secara umum sama'
terbagai kelainan dalam organ tubuh yang disebut Pada makalah ini, lebih dititik beratkan dari aspek
penyakit kompleks imun. imunologi sedangkan aspek klinis dibahas secara
Penyakit kompleks imun adalah sekelompok penyakit mendalam pada bab lain buku ini.
grmng didasari oleh adanya endapan kompleks imun pada
mma kobra), maka kerusakan khas dari Artus tidak terjadi. yang terjadi dalam 6-8 jam sesudah pemaparan. Orang
Uh dalam klinik, reaksi artus jarang terlihat. tersebut memproduksi banyak lgG yang spesifik terhadap
aktinomiset termofilik dan membentuk kompleks
Lrtsi serurn sickness. Serum sickness adalah penyakit
antigen-antibodi. Reaksi Tipe lll pulmoner lain-lain yang
+*cnrpleks imun alergik yang bersifat sistemik akibat
sejenis adalah Pigeon breeder's diseose, Cheese wosher's
@nberian serum heterolog.
diseose. Bagossosis, Mople bork stripper's disease, Papriko
stllah ini berasal dari Pirquet dan Schick yang
worker'sdiseose dan Thotched roof worker's diseose.
menemukannya sebagai konsekuensi imunisasi pasif pada
penrEobatan infeksi seperti difteri dan tetanus dengan Lupus eritematosis sistemik (LES). lstilah LES yang berarti
,IiTltserum asal kuda. red wolf berasal dari gejala dini berupa kemerahan di pipi.
Sekitar 1-2 minggu setelah serum kuda diberikan, Sebenarnya kemerahan tadi lebih menyerupai kupu-kupu
trrrrbul reaksi sistemik berupa panas dan gatal (urtikaria), dibanding dengan muka serigala. Jadi islilah wolf-like
turgkak-bengkak (angioedema), kemerahan dan rasa sakit sebenarnya kurang tepat. lstilah sistemik mempunyai dasar
d teberapa bagian badan, sendi dan kelenjar limfoid. yang kuat oleh karena penyakit mengenai berbagai alat
Sedangkan pada tempat injeksi didapati tanda radang tubuh seperti sendi, SSf; jantung dan ginjal. Kerusakan
tlmnrun- Gejala tersebut akan menghilang sendiri (self limited) gi njal meru pakan penyebab terbanyak kematian.
Me{ah 7-30 hari. Pada keadaan berat jantung dan ginjal Atas dasar yang belum jelas, pasien LES membentuk
dapat pula terlibat tetapi keadaan ini jarang terjadi2. imunoglobulin terhadap beberapa komponen badan
@Nm pula gejala neorologis seperti mono/polineuropati, misalnya DNA. Hal ini merupakan tanda utama dari
slrmmrom Guillain-Barre dan meningo-ensefalitis jarang LES. Kadang-kadang dibentuk imunoglobulin terhadap
.tatlmdi. denaturated, single stronded DNA atau nukleohiston.
Diduga imunoglobulin tersebut membentuk kompleks
ilrpcrgilosis bronkopulmonari alergik. Penyakit ini
DNA yang berasal dari degradasi jaringan normal.
mmnupakan peradangan saluran napas yang ditemukan
Sensitivitas pasien LES terhadap sinar ultraviolet diduga
ror.it* pesien atopi usia muda. Pasien sering memperlihatkan
berdasarkan hal ini.
gqa a alergi terhadap jamur aspergilus fumigatus.
Agregrat kompleks imun akan disaring di ginjal dan
muryakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada bronkus
mengendap di membran basal glomerulus. Kompleks
rtfumnkiektasis) dan kerusakan parenkim paru. Baik
lainnya mungkin mengaktifkan komplemen, dan menarik
1ffi ,rlaupun lgG terhadap aspergilus, berperan dalam
glanulosit dan menimbulkan reaksi inflamasi sebagai
pEenesis penyakit ini. Antibodi lgE terbentuk terhadap
glomerulonefritis. Kerusakan ginjal menimbulkan
dtmrqen spora sedangkan lgG terhadap alergen miselium.
proteinuria dan kadang-kadang perdarahan. Derajat
fildak didapatkan peningkatan titer lgE yang menyolok
gejala penyakit dapat berubah-ubah sesuai dengan kadar
@nn* ks6j33n eksaserbasi akut.
kompleks imun.
Pada penyakit ini didapatkan 2 mekanisme imunologis.
lmunisasi binatang dengan kapsel"bakteri seperti
ffiklrtama; kompleks imun yang terbentuk dari antigen
Klebsiella dapat menimbulkan lg yang bereaksi silang
ryergilus dan antibodi (lgG) menyebabkan inflamasi dengan DNA. Jadi mungkin sekali LES ditimbulkan
wdlruran napas melalui mekanisme aktivasi komplemen
,furrr: sel-sel fagosit. Kedua; kerusakan parenkim paru
oleh mikroorganisme yang umum terdapat dalam
,&m, sronkus terjadi pula akibat ikatan lgE dengan
lingkungan.
dllnrqpn aspergilus yang menempel pada mastosit, yang Artritis reumatoid (AR). AR merupakan contoh penyakit
uilihmnirutnya menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe I autoimun lain. Di sini dibentuk Ig yang berupa lgM
drhhut penglepasan histamin dan mediator lainnya. (disebut rheumotoid foktor, RF) yang spesifik terhadap
,Garnbaran klinis penyakit ini menyerupai asma dengan fraksi Fc dari molekul lgG. Mengapa jenis lg ini dibentuk
Mrrnda-tanda serangan demam, batuk produktif nyeri dalam jumlah yang besar pada beberapa orang tidaklah
,fuh dan kelelahan. Batuk darah jarang terjadi. Gejala diketahui.
lll&rnm dapat berupa sakit kepala, nyeri sendi dan otot. Pada Kompleks RF dan lgG ditimbun di sinovial sendi dan
fisis paru, ditemukan ronki yang menunjukan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan
ndhmy'a infiltrat. Aspergilosis bronkopulmonari alergik sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat. Respons
lmrmasuk dalam kelompok penyakit Former's lung inflamasi yang disertai peningkatan permeabilitas vaskular
menimbulkan pembengkakan sendi dan nyeri bila eksudat
Fsrrner's lung diseose ditemukan pula pada orang bertambah banyak. (Gambar 2).
"entan dengan pemaparanjerami yang mengandung Enzim hidrolitik yang dilepas pada reaksi ini dapat
pak aktinomiset termofilik yang melepas spora- pula menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga
rnenimbulkan gangguan napas yaitu pneumonitis mengganggu fungsi normal sendi tersebut.
528 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK
& .l,
[ETJ"":,*,, c. Diferensiasi sel B/ produksi
d.
Ab
tEkspresi antigen HLA
lL-1,TNF-a, lL-6, lL-2,
IFN-y
IFN-y, TNF-cx
e. Aktivasi makrofag IFN-y,GM-CSF,lL-2
Produksi lnflamasi cairan sinovial
- faktor reumatoid
lr^l a. I Perlekatan ke endotelium lL-1, TNF-a, IFN-y
b. PMN kemotaksis lL-8, TNF-cx
J c. Aktivasi PMN TNF-q, GM-CSE lL-8
Proliferasi sinovial
-k,^d Pembentukankompteks a. Pertumbuhan fibroblas rL-l,TGF-p, PDGE FGF
b. Neovaskularisasi TNF-o, TGF-B,FGF
Eg *:rTi:riilJ3 Destruksi kartilago/ tulang
a. Aktivasi kondrositesa lL-1, TNF-cx
,I b. Aktiivasi fibroblas lL-1, TNF-cr
Aktivasi komplemen c. Aktivasi osteoklas IL-1, TNF.O
jalur klasik dan alternatif
Manifestasi sistemik
I a. Demam, gejala jasmani I1.1, TNF-q
v b. t Reaktan fase akut lL-1, TNF-q, lL-6
kompleks imun pada membran basalis tubuli/glomeruli CIC : circ u lat in g i m m u n e co m p lexes /kompleks i m u n bers :
- .rul
^
VS : the vascular system/sistem vaskular.
ginjal dan paru yang kemudian mengaktifkan komplemen
NNtrTKOMPLEKS IMUN 529
I
JARINGAN/ORGAN
inflamsi pada:
Jantung
Sendi
Otak
Vaskular
Jaringan Ikat
I
DEMAM REUMATIK
,&m sel-sel fagosit. Selanjutnya akibat reaksi ini dilepas menjadi imunogen. Kompleks imun yang terbentuk akan
rmdiiator-mediator inflamasi yang akan merusak jaringan mengaktifkan komplemen dan sel NK. Reaksi yang terjadi
udhmamya. akan membebaskan mediator-mediator inflamasi. Hasil
Adanya endapan kompleks imun pada membran akhir reaksi tipe ll Gell dan Comb ini akan menyebabkan
lMfis organ di atas dapat diperiksa dengan pengecatan lisis sel target, sehingga terjadi anemia hemolitik,
rlminmofluorisensi. trombositopeni atau leukopeni.
Beberapa kelainan ginjal lain yang didasari adanya
,mndhpon kompleks imun adalah: glomerulonefritis anti-GBM,
Anafilaksis. Reaksi atau renjatan anafilaksis dapat pula
,qihnrrrnerulonefritis kompleks imun, nefritis tubulointerstisial,
didasari oleh reaksi kompleks imun. Aktivasi komplemen
dan trombosit dapat pula membebaskan amin vasoaktif
rffiropati lesi minimal dan glomerulosklerosis fokal.
(histamin dan lain sebagainya), yang akan menyebabkan
hditis. Vaskulitis adalah suatu penyakit kompleks peningakatan permeabilitas vaskular, sehingga terjadi
ittrnlrunryang ditandai adanya inflamasi dan nekrosis lokal vasodilatasi. Hasil akhir reaksi ini dapat menyebabkan
tffie dinding pembuluh darah akibat respons tubuh reaksi atau renjatan anafilaksis.
lffiiliirodap antigen infeksi, keganasan, obat/bahan kimia,
lnfeksi Lain. Pada beberapa penyakit infeksi seperti
ndlrmi dan antigen lain yang tidak diketahui. Pada
malaria, virus hepatitis B, dan lepra; antigen mengikat
lpryakit ini didapatkan beberapa hal penting : 1). Adanya
lg dan membentuk kompleks imun yang ditimbun di
hnmpleks imun yang larut ditemukan dalam darah;
beberapa tempat, antara lain ginjal.
i@llFeningkatan permeabilitas vaskular akibat adanya
ffihpan kompleks imun pada dinding pembuluh darah;
S)t Aktivasi komplemen dengan akibat pengerahan sel-
DlAGNOSIS LABORATORI U M
dl PMN dan monosit ke tempat endapan kompleks
4). Pen g e pasa n med iato r- med iator i nfl a masi ya n g
,immllurm I
Walaupun deteksi kompleks imun tidak mutlak untuk setiap
imrornyebabkan kerusakan dan nekrosis pembuluh darah.
penyakit, tetapi pada beberapa keadaan, penentuan komplek
rhia hemolitik. Trombositopeni dan leukopeni dapat imun bermanfaat selain untuk menunjang diagnosis juga
pu{m didasari oleh reaksi kompleks imun, baik autoimun untuk memantau keberhasilan. Pemantauan ini dilakukan
flflilrelllrpun non-autoimun. Golongan penisilin dapat pada beberapa penyakit misalnya pada LES, artritis reumatoid,
tMunrtindak sebagai hapten, menempel pada dinding sel dan poliartritis nodosa. Kadar kompleks imun berkorelasi
&rlqet (eritrosit, trombosit atau leukosit). Plasma protein dengan status penyakit dan mempunyai nilai prediktif yang
cukup baik.
530 ATERGI DAN IMUNOTOGI KLINIX
PENGOBATAN
Pemeriksaan Komplemen
Pemeriksaan komplemen dalam serum dimaksudkan Tatalaksana penyakit kompleks imun dapat dilakukn
untuk mengukur fungsi komplemen dan menentukan sifat dengan menghilangkan antigen penyabab
antigenik komplemen (cara Mancini). Komplemen dapat meng henti kan respons i nf la masi. U mu m nya serum
dibagi dalam 3 golongan sebagai berikut: 1). Komponen merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri,
dini pada jalur klasik (C1,C4,dan C2); 2). Komponen dini jarang mengancam kehidupan. Pada kasusserum
pada jalur alternatif (faktor B, Ddan P); 3). Komponen yang diinduksi obat, paling penting menghentikan
lambat pada kedua jalur (C3 dan C9). penyebab Saat ini, plasmaferesis dapat digunakan
Bila kadar C4 dan C3 rendah tetapi faktor B normal, membuang sebagian kompleks imun yang ada
maka itu berarti aktivasi komplemen hanya terjadi melalui sirkulasi (te.rutama yang berhubungan dengan
jalur klasik. Bila kadar C4, C3, dan semua faktor B semuanya sitotoksik).
rendah, kemungkinan besar juga terjadi aktivasi melalui Pada beberapa kasus; tatalaksana suportif
jalur alternatif. Tetapi bila kadar C4 normal dengan kadar anti-histamin untuk urtikaria dan asetaminofen
C3 dan faktor B rendah, berarti ada aktivasi melaluijalur demam, mialgia dan artralgia sudah cukup a
alternatif saja. Pada kasus gangguan renal yang berat, gangguan
Pengukuran C3 dan C4 akan membantu pemantauan saraf pusat dan vaskular dapat diberikan
pengobatan pasien glomerulonefritis dan vaskulitis. sistemik
Kadar yang rendah biasanya menjadi normal pada Pengobatan Aspergilosis Bronkopulmonari
remisi. sangat tergantung dari kecepatan dalam
M|"AXTT KOMPLEKS IMUN 531
dmEr..rosis. Terapi dengan steroid dosis tinggi dapat immunology. 7th Edition. ln: Daniel P. Stites, editor. Pretice-
mner:grurangi gejala inflamasi alergik akut dan mencegah Hall Intemational Inc; 1991. p. 526-38.
Yates AB, de Shazo RD. Drug allergies and hypersensitivitas in
llhnnusakan parenkim paru dan bronkus yang bersifat clinical immune. Principles and practice. 2"d edition. In: RR.
^"I'Mrvversible". Pemberian bronkodilator dapat pula Rich et al, editors. Mosby, London; 2001. p.54-6.
meqatasi gejala sesak napas (mirip asma). Pemberian obat
rrnrtu amur untuk aspergilus tidak memberikan manfaat.
Pada penyakit kompleks imun non-alergik seperti SLE,
l0$ftntis rematoid, dan Glomerulonefritis dapat diberikan
seroid dengan dosis yang bervariasi tergantung berat
rmmqannya penyakit. Pada umumnya kelainan yang ringan
dnpat diberikan dosis rendah (1 mglKg bb).
Pada keadaan yang lebih berat steroid dapat diberikan
d[uuis tinggi (2 mg/Kg bb) atau mego dose (500-1000
mrg,hari selama 3 hari berturut-turut). Pemberian steroid
1ryqra panjang, dipilih golongan yang mempunyai efek
romoing lebih kecil seperti metil prednisolon.
Pemberian obat anti inflamasi non-steroid dapat
ml!il4 diberikan pada kasus yang masih ringan. Pada
ikwdaan tertentu yang berat atau respons steroid tidak
urmrnuaskan dapat ditambahkan pula obat imunosupresif
supefii klorokuin, siklofosfamid, metotreksat ataupun
u*ilcsporin.
IEFERENSI
Ankoks 656
Bruselosis 660
Diore Akut koreno lnfeksi
570 Penyokit Prion 665
lnfeksi Nosokomiol6S2
lnfeksl Jomur 7I I
s33
534 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan Salah diagnosis paling sering dibuqt karena
suhu yang dicatat pada demam septik. pemeriksaan fisis yang tergesa-gesa sehingga kurang
Demam intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu lengkap atau tidak tepat, dan terlalu cepat mendeduksi
badan turun ke tingkatyang normal selama beberapa jam
suatu kesimpulan dari suatu keadaan tertentu saja
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua dengan tidak melihat kasus yang dihadapi dalam
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
konteks keseluruhan. Beberapa hal yang secara khusus
demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul
demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam
Demam kontinyu: Pada tipe demam kontinyu variasi suhu dan keluhan serta gejala lain yang menyertai demam.
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut oleh penyakit virus. Waktu yang dikorbankan untuk
hiperpireksia. menanyakan riwayat penyakit yang terperinci dan akurat
Demam siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan dalam kenyataannya adalah waktu yang digunakan demi
suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode kepentingan pasien yang mencari pertolongan sehingga
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti dapat terhindar orientasi diagnosis yang salah dan
oleh kenaikan suhu seperti semula. sebagai konsekuensinya mungkin pemberian obat yang
kurang tepat serta permintaan pemeriksaan laboratorium
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan yang mungkin salah pula, yang kesemuanya merupakan
dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe beban yang perlu ditanggung pasien. Salah orientasi ini
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan dalam konteks yang luas merupakan suatu pemborosan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera fasilitas kesehatan yang disediakan dan merupakan
dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya: abses, pengorbanan finansial pasien yang sama sekali tidak
pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi diinginkan.
kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
dengan suatu sebab yang jelas. Bila demam disertai
keadaan seperti sakit otot, rasa lemas, tidak nafsu makan
DEMAM BELUM TERDIAGNOSIS
dan mungkin ada pilek, batuk dan tenggorok sakit,
biasanya digolongkan sebagai influenza alau common Yang diartikan dengan "demam belum terdiagnosis'
cold.Dalam praktek,90o/odari para pasien dengan demam
adalah suatu keadaan di mana seorang pasien mengalami
yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhrrr
penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit
badan di atas 38,3"C dan tetap belum ditemukanr
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti bahwa kita penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu
tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial.
secara intensif dengan menggunakan sarana Iaboratoriurn
Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan '
dan penunjang medis lainnya.
oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi lstilah yang digunakan untuk ini antara lain: febrk *
terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pada pusat causo ignoto, fever of obscure origin, fever of undetermind
regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian origin don fever of undiognosed origin (FUO). Penyeb&
temperatur seperti pada heot stroke, perdarahan otak, FUO, sesuai golongan penyakitnya antara lain: infelsi
koma atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyatft
internal pada saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula lain (10%), dan yang tidak diketahui sebabnya (10%). Fm
menyebabkan peningkatan temperatur. Dalam praktek
of unknown origin (FUO) dapat dibagi dalam 4 kelompok
perlu diketahui penyakit-penyakit infeksi yang endemik
di lingkungan tempat tinggal pasien, dan mengenai FUO Klasik
kemungkinan infeksi impor dapat dinetralisasi dengan Penderita telah diperiksa di Rumah Sakit atau di klhft
pertanyaan apakah pasien baru pulang dari suatu selama 3 hari berturut-turut tanpa dapat d
perjalanan dari daerah mana dan tempat apa saja yang penyebab demam. Definisi lain yang juga d
telah dikunjunginya. Pada dasarnya untuk mencapai adalah demam untuk lebih dari 3 minggu dimana
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara diusahakan diagnostik non-invasif maupun i
lain, ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, selama satu minggu tanpa hasil yang dapat
pelaksanaan pemeriksaan fisis yang seteliti mungkin, penyebab demam.
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
FUO Nosokomial
laboratorium serta penunjang lainnya secara tepat dan
Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa i
holistik.
trTAM: TIPE DAN PENDEKATAN 535
DEMAM DIBUAT-BUAT
REFERENSI
iEilDAHULUAN
EPIDEMIOTOGI
Meilmarn dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD)
:\t@mque Demam berdarah dengue tersebar di wilayah
haemorrhogic fever (DHF) adalah p"nyJkit Asia
inf"kri Tenggara, pasifik barat dan Karibia. lndonesia
]*mq disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi merupakan
wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
iltdiiinrs demam,
nyeri otot danlatau nyeri seriaiyang disertai wilayah
tanah air. lnsiden DBD di lndonesia antara
hrukopenia, ruam, limfadenopati, 6 hingga 15
trombosiiopenia dan per 100.000 penduduk (19g9 hingga 1995);
drahesis hemoragik. pada DBD
terjadi perembesan plasma dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa
pmrg ditandai dengan hemokonsentrasi hingga 35 per
(peningkatan 100.000 penduduk pada tahun 199g, sedangkan
threnratokrit) atau penumpukan mortalitas
cairan ai rongga tubuh. DBD cenderung menurun hingga mencapai
snmulrom renjatan dengue (dengue
shock synariieladalah
2% pada
tahun 1999.
dnrrram berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/ Penularan infeksi virus dengue terjadi
mumk_ melalui
vektor nyamuk genus Aedes (teruta ma A.
iegypti dan A.
o lb o p ict u s). pen ng kata n kasr.6 setiap ta
i
hun nia berka ita n l
berisi air
jernih (bak mandi, kaleng bekas dan
Dienam dengue dan demam berdarah tempat fl"nurprngrn
dengue disebabkan air lainnya).
dEtr virus dengue, yang termasuk I
dalam genus Flavivirus, Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan I
Mnnrga Flaviviridae. Flavivirus merupaka-n I
virus dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue
dimnnstsp 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal
yaitu: 1). I
vektor : perkembangbiakan vektol kebiasain I
@ngan berat molekul 4x106. menggigit, I
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi !
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN_1, vektor dari
DEN_Z, DEN_3 satu tempat ke tempat lain; 2). pejamu : terdapatnya
fu DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi
funque atau demam berdarah dengue. dan paparan
I' Keempat serotipe terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3).
dntemukan di lndonesia dengan Iingkungan :
DEN_3 merupakan curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
serotype terbanyak. Terdapat
reaksi silang antara serotipe
ubnEue dengan Flavivirus lain
seperti yelLiw fevet; Japanese
wepholitis dan West Nile virus.
PATOGENES!S
Dalam laboratorium virus dengue dapat
bereplikasi
r.'ada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, Patogenesis terjadinya demam berdarah
ilrd.elawar dan primata. Survei dengue hingga
epidemilogi pada hewan saat ini masih diperdebatkan.
lernak didapatkan antibodi
terhadap virus dengue pada Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti
tew.an kuda, sapi dan babi. penelitian yang
pada aitropoda kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
trrenunjukkan virus dengue dalam
dapat bereplikasi pada nyamuk terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
lenus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites. renjatan
dengue.
539
540 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI
kompleks virus-antibodi
Agregasitrombosit Aktivasi
Aktivasi komplemen
ir
plasmin
I P.lepur.i f.ktor I J
fungsi trombositl III p'latelet Faktor H'ageman+ i Anafila'toksin
oleh 'Kt' \
--"-' \,,^^:.._.; i
pembersihan tro*uosit.olerr
sihan trombosit
eltdotelial \ ./
sistem retikulo e_ndotelial
-i'-- ronl"tit
Konsumtif Kinin i Kinin
I
Trombositopenia
-
{,FaktorpJru"trun t; tl
-+-
aqrah i ^
Permeabilitasvaskular
FDpt +
Respons imun yang diketahui berperan dalam f -helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dar
patogenesis DBD adalah: a). respons humoral berupa interferon gamma. lnterferon gamma akan mengaktivasii
pembentukan antibodi yang berperan dalam proses monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasl
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan seperti TNF-a, lL-1, PAF (platelet activating factor), lL6
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatarn
virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-
antibody dependent enhoncement (ADE); b). limfosit T baik antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoranr
T-helper (CD4) dan T- sitotoksik (CD8) berperan dalam plasma.
respon imun selular terhadap virus dengue. Diferensiasi Trombositopenia pada infeksi dengue teidi melaild
T helperyailu TH'l akan memproduksi interferon gamma, mekanisme: 1). Supresi sumsum tulang,2). destruksi dan
lL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, pemendekan masa hidup tromboslt. Gambaran sumslrrrr
lL-5, lL-6 dan lL-10; c). monosit dan makrofag berperan tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkamr
dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. keadaan hiposelular dan supresi megakariosit. SetelS
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatam
replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; d). selain proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis
itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun meyebabkan Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi
terbentuknya C3a dan C5a. trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hdll
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesn
secondory heterologous infection yang menyatakan bahwa sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaal
DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalnul
dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi vinc
amnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi dengue, konsumsi trombosit selama proses koagulo@
kompleks imun yang tinggi. dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi tromborfr
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan Affi
pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yarlg
infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang merupakan petanda degranulasi trombosit.
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi VTflItr
sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi dengan endotel yang menyebabkan disfungsi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya
IEmAM BERDARAH DENGUE 54r
* ri .;, Y
+ ** ?V DV
? ,J.'
e+
I
I
I
| "rye
\J
I
.-_-ry:':(.-) T C
I
I Endothelial
I ( CD8
+
t( cells
tt
Platelet Complement
activation activation
( ?
{ l
TNF o, IL-1, PAF
'tL-6
TNF cr, IL-6, IFN y
Asimptomatik Simptomatik
I tl
ts-Demam dengue----)ts Demam berdarah *
dengue
15o/o dari jumlah total leukosit yang pada fase syok antigen NS1 berkisar 63Yo - 93,4o/o dengan spesifisitas
akan meningkat. 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold
trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada stondard kultur virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak
hari ke 3-8. menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan
ditemukannya peningkatan hematokrit > 20%o dari Pemeriksaan Radiologis
hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada
demam. hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan
hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
Fibrinogen, D-Dimet atau FDP pada keadaan yang hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya
dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada
darah. sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat
protein/albu min: dapat terjadi hipoproteinemia akibat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. i
kebocoran plasma. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 ffix
SGOT/SGPT dapat meningkat. (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormalyang tidak khas
ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan leldr
ginjal.
Demam Dengue (DD) proboble dengue. Merupakalnn
elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian
penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengamr
cairan.
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
golongan darah dan cross motch (uji cocok serasi): bila
. Nyeri kepala.
akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
. Nyeri retro-orbital.
imunoserologi dilakukan pemeriksaan lgM dan lgG . Mialgia
terhadap dengue. . Artralgia.
lgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai . Ruam kulit.
minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. . Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendurry
lgG: pada infeksi primer, lgG mulai terdeteksi pada
positif).
hari ke-14, pada infeksi sekunder lgG mulaiterdeteksi
. Leukopenia.(leuko < 5000)
hari ke-2.
. Trombosit <150.000
Uji Hl: dilakukan pengambilan bahan pada hari . Hematokrit naik 5-10%
pertama serta saat pulang dari perawatan, uji ini
digunakan untuk kepentingan surveilans. Dan pemeriksaan serologi dengue positif; ataul
NS 1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam ditemukan pasien DDlDBD yang sudah dikonfirmasi padh
hari pertama sampai hari ke delapan. Sensitivitas lokasi dan waktu yang sama.
EA,}I BERDARAH DENGUE 543
Drrram Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria DERAJAT PENYAKIT INFEKSI V!RUS DENGUE
ruuld0 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
uarnah ini dipenuhi : Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus
' Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, dengue, perlu diketahui klasifikasi derajat penyakit seperti
biasanya bifasik. tertera pada tabel 'l .
' terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut:
- Uji bendung positif. PENATALAKSANAAN
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue,
perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi
lain. suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan
- Hematemesis atau melena. hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan
' Trombositopenia $umlah trombosit <100.000/ul). sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam
- terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap
kebocoran plasma) sebagai berikut : dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien
- Peningkatan hematokrit >20o/o dibandingkan tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin. cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
' Fenurunan hematokrit >20% setelah mendapat hemokonsentrasi secara bermakna.
terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam lndonesia
sebelumnya. (PAPDI) bersama dengan Divisi Penyakit Tropik dan lnfeksi
' Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
atau hipoproteinemia. Kedokteran Universitas lndonesia telah menyusun protokol
penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan
kriteria:
lff'erria antara DD dan DBD adalah ditemukan kebocoran . penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan
@asr:na pada DBD.
tindakan yang dibuat sesuai atas indikasi.
. praktis dalam pelaksanaannya.
lirgnosis Banding . mempertimbangkan cost effectiveness.
Dta,gnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana
gr,C,apat kesesuaian klinis dengan demam tifoid, campak, Protokol ini terbagi dalam 5kategori :
m ..
il'
Geiala di atas ditambah perdarahan Trombositopenia (< 1 00.000/pl),
spontan bukti ada kebocoran plasma
Gejala di atas ditambah kegaga.lan sirkulasi Trombositopenia ( < t 00.000/Ul),
m lll (kulit dingin dan lembab serta gelisah) bukti ada kebocoran plasma
Syok berat disertai dengan tekanan darah dan Trombositopenia (< 1 O0.OOO/pl),
DOD IV
bukti ada kebocoran plasma
* EED derajat rrrd,. rv j;;:J#flI.l[m syok densue (SSD)
544 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI
Keluhan DBD
(Kriteria WHO 1997)
v
I
Observasi Observasi
+ I
Rawat
i
I
Rawat
Rawat jalan Rawat jalan
Periksa Hb, Ht Periksa Hb, Ht
Leuko,trombo /24 jam Leuko, trombo /24 jam
Gambar 4. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan di Unit Gawat Darurat
Suspek DBD
Perdarahan spontan dan masif ( -)
Syok (-)
5% defisit cairan
---l--
Terapi awal cairan intravena
kristaloid Al/kg/jam
Evaluasi
3-4 jam
i PERBAIKAN
iHt dan frekuensi nadi
tekanan darah membaik,
produksi urin meningkat
HEMATOKRIT
I
10 ml/kgliam
I MEMBURUK
TIDAK
PERBAIKAN
I PERBAIKAN
i-___ __
!
, MEMBAIK
Kurangi infus
kristaloid Infus kristaloid
KASUS DBD:
I
V
Hb, Ht, trombo, leuko, pemeriksaan hemostasis (KID)
Golongan darq!, uji cocok serasi
Perbaikan
Kristaloid
guyur 20-30 ml/kgBB
20-30 menit
@Kristatoid
7 ml/kgBB/jam
Tetap syok
Perbaikan Htl
l/Ht menurun
Transfunsi darah segar 10
@Kristaloid ml/kgBB dapat diulang
5 ml/kgBB/jam sesuai kebutuhan
Tetap syok
eeroait<anf 0@
/ eomuxgea
-----------r
JPeibaikan *TetaP sYok
h
: F*;s PVCI
---f
syok teratasi, tanda
'
+'
Hipovelemik Normovelemik
vital/Ht stabil
Koreksi ganguan Tetapsyo\y' I
diuresis cukup
I
asam basa, elektrolit,
hipoglikemia, anemia,
,lt=aG",r,i-7-'"./
Keistaloid dipatau
10-15 menit
+
Koreksi ganguan
Stop infus KlD, infeksi sekunder asam basa, elektrolit,
t
Perbaikan
hipoglikemia, anemia,
KlD, infeksi sekunder
I
I
:'[notropik
Kombinasi 1- Perbaikan - Vasopresor
koloid kristaloid r/ bertahap vasopresor - Afterload I
Gambar 8. Tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa
. Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara masif dan tanpa syok maka di ruang rawat diberikan cairan
100.000 - 150.000, pasien dapat dipulangkan dengan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini:
anjuran kontrol atau berobatjalan ke Poliklinik dalam Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan, sesuai
waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan rumus berikut :
Hb, Ht Lekosit dan trombosittiap 24jam) atau bila
1500 + {20 x (BB dalam kg - 20)i
keadaan penderita memburuk segera kembali ke Unit
Gawat Darurat. Contoh volume rumatan untuk BB 55 kg: 1500 + {20X
. Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan (55-20)l=2200 ml. Setelah pemberian cairan dilakukan
untuk dirawat. pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:
. Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun . Bila Hb, Ht meningkatl0-Z}%dan trombosit < 100.m
juga dianjurkan untuk dirawat. jumlah pemberian cairan tetap seperti rumus di &
tetapi pemantauan Hb, Ht trombo dilakukan tiap 12janm.
Protokol2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD . BilaHb,Htmeningkal> 20%dantrombosit< 100,(m
Dewasa di Ruang Rawat maka pemberian cairan sesuai dengan protokdl
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%..
UTAM BERDARAH DENGUE
547
Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g/dl. Transfusi
trringkatan Ht > 2Oo/o trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
ll$eningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit
rmmengalami defisit cairan sebanyak 5o/o. pada keadaan ini < 100.000/mm3 disertai atau tanpa KlD.
Mapi awal pemberian calran adalah dengan memberikan
rml.r.rs cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. pasien Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue
l*el'nudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. pada Dewasa
Wla terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda Bila kita berhadapan dengan Sindrom Syok Dengue
lre..natokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah (SSD) maka hal pertama yang harus diingat adalah
mabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu
cirurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian penggantian cairan intravaskularyang hilang harus segera
,diiakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap dilakukan. Angka kematian sindrom syok dengue sepuluh
mrenunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD tampa
dikrrangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan renjatan, dan renjatan dapat terjadi karena keterlambatan
@daan tetap membaik maka pemberian cairan dapat penderita DBD mendapatkan pertolongan/pengobatan,
hrentikan 24-48 jam kemudian. penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-l kewaspadaan terhadap tanda-tanda renjatan dini, dan
n"t,ikgBB/jam tadi keadaan tetap tidak membaik, yang penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat.
dffiandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan
medi menurun < 20 mmHg, produksi urin menurun, maka utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita
mm harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10 mll juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan-
lqBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan
ilm'nbali dan bila keadaan menunjukkan perbaikan maka darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisis gas
lutr,n',riah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi darah, kadar natrium, kalium dan klorida, serta ureum
hita keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah dan kreatinin.
mra infus dinaikan menjadi 15 ml/kgBB/jam dan bila Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak
daram perkembangannya kondisi menjadi memburuk 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila
dm didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani renjatan telah teratasi (ditandai dengan tekanan darah
msurai dengan protokol tatalaksana sindrom syok dengue sistolik 100 mmHg dan tekanan nadilebih dari20 mmHg,
t@da dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan
;mnan dimulai lagi seperti terapi pemberian cairan awal. volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak
pucat serta diuresis 0,5-1ml/kgBB/jam) jumlah cairan
fr's,tokol 4. Penatalaksanaan Perdara han Spontan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-
pda DBD Dewasa 120 menit keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi
Re*rdarahan spontan dan masif pada penderita DBD 5 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit kemudian
funasa adalah: perdarahan hidung/ epistaksis yang tidak keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3 ml/kgBB/
mrtendali walaupun telah diberikan tampon hidung, jam. Bila 24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda
prCarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup maka
liittmrr'-r'ratoskesia), pe rda ra ha n sa u ra n ken ci n g (he matu ria),
I pemberian cairan perinfus harus dihentikan (karena jika
merd,arahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan reabsorpsi cairan plasma yang mengalami ekstravasasi
;mrmnnlah perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. pada telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan
meadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian infus terus diberikan maka keadaan hipervolemi, edema
mrran tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. paru atau gagal jantung dapat terjadi).
Penrreriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan jumlah Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan
unn dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, berulang harus dilakukan terutama dalam waktu 48
llllit dan
trombosis serta hemostasis harus segera dilakukan jam pertama sejak terjadi renjatan (karena selain proses
ffir pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang patogenesis penyakit masih berlangsung, ternyata cairan
smap 4-6 jam. kristaloid hanya sekitar 20% saja yang menetap dalam
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan pembuluh darah setelah 1 jam saat pemberian). Oleh
rffior-atoris didapatkan tanda-tanda koagulasi intravaskular karena untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi
dserninata (KlD). Transfusi komponen darah diberikan dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu
rms.,ni indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi status kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
l;attor-faktor pembilkuan (PT dan apTT yang memanjang), jantung dan napas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah
hipokondrium kanan dan epigastrik, serta jumlah diuresis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. p. 51-8.
Diuresis diusahakan 2 ml/kgBB/jam. Pemantauan kadar Zulkarnain I. Penatalaksanaan demam berdarah dengue pada
dewasa di RSCM. In : Hadinegoro SR, Demam berdarah
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah trombosit dapat dengue. fakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
di pergu nakan untu k pemantauan perjalanan penyakit. Universitas Indonesia. 1999.p. 150-66.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata \4IHO-Searo-2011
renjatan belum teratasi, maka pemberian cairan kristaloid
dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgBB, dan kemudian
dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila keadaan tetap belum
teratasi, maka perhatikan nilai hematokrit. Bila nilai
hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih
berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pillhan, tetapi bila nilai hematokrit menurun, berarti terjadi
perdarahan (internal bleeding) maka pada penderita
diberikan transfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat
diulang sesuai kebutuhan.
Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita
harus mengetahui sifat-sifat cairan tersebut. Pemberian
koloid sendiri mula-mula diberikan dengan tetesan cepat
10-20 mllkgBB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila
keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau
kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena
sentral, dan pemberian koloid dapat ditambah hingga
jumlah maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5 m/hari)
dengan sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O.
Bila keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan
dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam basa,
elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID infeksi sekunder. Blla
tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target
tetapi renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan
obat inotropi k/vasopreson
REFERENSI
;CilDAHULUAN PATOGENESIS
Mer'.nnam tifoid masih merupakan penyakit endemik Masuknya kuman Solmonella typhi (5. typhi) dan
ffi lflrndonesia. Penyakit ini mudah menular dan dapat Solmonella poratyphi (5. paratyphr) ke dalam tubuh
.rril[Ei'ryerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi.
lr#lah. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian
lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang
biak. Bila respons imunitas humoral mukosa (lgA) usus
FIDEMIOLOGI kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel
(terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di
&mk awal abad ke-20, insidens demam tifid menurun di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit
llllffil{ dan Eropa. Hal ini dikarenakan ketersediaan air bersih oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman
,fui sistem pembuangan yang baik, dan ini belum dimiliki dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag
,dk{'r sebagian besar negara berkembang.
dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal
llnsidens demam tifoid yangtergolong tinggi terjadi dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
,dffi uitayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat
ltlanrmungkinan Afrika Selatan (lnsidens >100 kasus per di dalam makrofag ini masuk ke dalanl sirkulasi darah
m 000 populasi per tahun). lnsidents demam tifoid yang (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik)
tttutllqolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi dan menyebar ke seluruh organ retikuloendoteiial tubuh
Nrtahun) berada diwilayah Afrika, Amerika Latin, terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
Oceania (kecuali Australia dan SelandiaBaru);
durr"r'- meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang
scma yang termasuk rendah (< 10 kasusper 100.000 biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk
Mrlasi per tahun) di bagian dunia lainnya. ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia
Di lndonesia. insidens demam tifoid banyak dijumpai yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
mmr.da populasi yang berusia 3-19 tahun. Kejadian
demam penyakit infeksi sistemik.
tfifu*'d di lndonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu,
ymilml adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena berkembang biak, dan bersama cairan empedu
dm,r,am tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus.
mmnmggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian
imr,uedianya tempat buang air besar dalam rumah. masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen Proses yang sama terulang kembali, karena makrofag yang
lltuset:atan Rl tahun 2010, melaporkan demam tifoid telah teraktivasi, hiperaktif; maka saat fagositosis kuman
mrmwnpati urutan ke-3 dari l0 pola penyakit terbanyak Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi
r@lta pasien rawat inap di rumah sakit di lndonesia (4-l .08.l yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflarnasi
lillfuusi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
549
550 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
Usur Salrnonati'
Responsirnunitas U.rt-*nr.g
humoral murkosa biak
3l-l ils*i kurarrs baik
|-Tl"rj*)^,i I
L:Igglr-qtrEil
:
-qB
| frr:-r-il1-.ll
frlqr',!\ 1
,f
ffisiki*drr;h
\lulteriemi-:--Z
ffi
lterutamah-ati.timpandistati
Asimptomatik
Berkembanq biak
di ekstraselular
organ atau sinusoid
*- |I Makrofag
SUOan I Berkembang biak
I teraKttvasr
:*";'. II
menembus usus lagi f:--Lumen usr
I | |
I leaksi $eperti semula
Rx. Hipersensitivitas
tipe lambat I t
E
Akumutasi
L-+ cejata-s"jata I mononuklear
V cii radang usus
-l
Perdarahan saluran cerna
slhrt perut, gangguan vaskulan mental, dan koagulasi. normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
Dii dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula
naniksi hiperplasiajaringan (5. typhi intra makrofag dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.
'mcrrmEinduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi
Itr@nplasia jaringan dan nekrosis organ). perdarahan aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada
Munran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah demam tifoid dapat meningkat.
'sdh$arr plogue Peyeri yang sedang mengalami nekrosis SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan
rthnr, hfrperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT
,dlrnrdirrrg usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat
dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.
/&urfuennbanghingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji
"rwrgakibatka n pe rforasi. Widal dan kultur salmonella shigella. Sampai sekarang,
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kultur masih menjadi standar baku dalam penegakkan
ffiprler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti diagnostik. Selain uji widal, terdapat beberapa metode
r5pmqguan neu ropsi kiatri k, kard iovasku la r, perna pasa n, pemeriksaan serologi lain yang dapat dilakukan dengan
&m gangguan organ lainnya. cepat dan mudah serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas
lebih baik dari antara lain pemeriksaan serologi lgM/lgG
salmonella.
STTBARAN KLINIS
UjiWidal
ffirmnegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap
rym oisa diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan kuman S. typhi. Pada uji Widal terjadi suatu reaksi
J*:umrnplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini
aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi
mnqst penting untuk membantu mendeteksi secara dini. yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji
Wdlanpun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan Widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan
mmmhan untuk membantu menegakkan diagnosis. dan diolah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah untuk
t"rasa inkubasi demam tlfoid bedangsung antara 10-
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
lli$ tinann-. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi tersangka demam tifoid yaitu: a). Aglutinin O (dari tubuh
Mrn "nEan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga kuman), b). Aglutinin H (flagela kuman), dan c). Aglutinin
qmrmbaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga Vi (simpai kuman).
,llmmrnmn:ian.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H
fada minggu pertama gejala klinis penyakit ini yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin
,dldm,nukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi
mlfuksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri kuman ini- .
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
offimt, Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir
Wilasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. minggu pertama demam, kemudian meningkat secara
ffiMa pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan
mmmrngkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut
pada sore hingga malam hari. Dalam minggu
1lffiflr.rrflr,Erna
mula-mula timbul aglutinin O, kemudian diikuti dengan
illmd'ra gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh aglutinin
ihnrraclilkardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan
O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan
flud'rrlJ 'l "C tidak diikuti peningkatan denyut nadi g kali per
aglutinin H menetap lebih lama antarag-12 bulan. Oleh
tnrunit}. lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan karena itu uji Widal bukan untuk menentukan kesembuhan
qlulrrnq merah serta tremor), hepatomegali. splenomegali,
penyakit.
imr@noismus, gangguan mental berupa somnolen, sopol
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji Widal
,lmnma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang
ditemukan yaitu:1 ). Pengobatan dini dengan antibiotik, 2). Gangguan
mda orang lndonesia. pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid, 3).
Waktu pengambilan darah,4). Daerah endemik atau non-
endemik, 5). Riwayat vaksinasi, 6). Reaksi anamnestik, yaitu
;TERIKSAAN TABORATORI U M peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam
tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi,
ftneriksaan Rutin 7). Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat
'rlMdiaLupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering aglutinasi silang, dan strain Salmonello yang digunakan
,rdihmn:ukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit untuk suspensi antigen.
552 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI
Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai House dkk, 2001 dan Gasem MH dkk, 2002 meneliti
titer aglutinin yang bermakna diagnostik untuk demam mengenai penggunaan uji ini dibandingkan dengan
tifoid. Batas titer yang sering dipakai hanya kesepakatan pemeriksaan kultur darah di lndonesia dan melaporkan
saja, hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat sensitivitas sebesar 65-77o/o dan spesifisitas sebesar 95-
berbeda di berbagai laboratorium setempat. 100%. Pemeriksaan ini mudah dan cepat (dalam t hafl
dilakukan tanpa peralatan khusus apapun, namun akurasi
Uji Typhidot hasil didapatkan bila pemeriksaan dilakukan 1 minggu
Ujityphidot dapat mendeteksi antibodi lgM dan lgG yang setelah timbulnya gejala.
terdapat pada protein membran luar Solmonella typhi.
Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah Kultur Darah
infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid.
lgM dan lgG terhadap antigen S. typhiseberat 50 kD, yang akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam
terdapat pada strip nitroselulosa. tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal seperti
' Didapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas berikut : 1). Telah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien
sebesar 76.6% da n efisiensi uji sebesa r 84o/o pada penelitian sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotk
yang dilakukan oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) yang pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dm
dilakukan pada 144 kasus demam tifoid. Pada penelitian hasil mungkin negatif; 2). Volume darah yang kurang
lain yang dilakukan oleh Olsen dkk, didapatkan sensitifitas (diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Bila darah yang dibiat
dan spesfisitas uji ini hampir sama dengan uji Tubex yaitu terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif. Darah yang diamH
79% dan 89% dengan 78o/o dan 89o/o. sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalan
Pada kasus reinfeksi, respons imun sekunder (lgG) media cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman;3il-
teraktivasi secara berlebihan sehingga lgM sulit terdeteksi. Riwayat vaksinasi. Vaksinasi di masa lampau menimbulkrr
lgG dapat bertahan sampai 2 tahun sehingga pendeteksian antibodidalam darah pasien. Antibodi (aglutinin) ini dapil
lgG saja tidak dapat digunakan untuk membedakan antara menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negffi
infeksi akut dengan kasus reinfeksi atau konvalesen pada 4). Waktu pengambilan darah setelah minggu pertarq,
kasus infeksi primer. Untuk mengatasi masalah tersebut, uji pada saat aglutinin semakin meningkat.
ini kemudian dimodifikasi dengan menginaktivasi total lgG
pada sampel serum. Uji ini, yang dikenal dengan nama uji
Typhidot-M, memungkinkan ikatan antara antigen dengan PENATALAKSANAAN
lgM spesifik yang ada pada serum pasien. Studi evaluasi
yang dilakukan oleh Khoo KE dkk pada tahun 1997 terhadap Sampai saat ini trilogi penatataksanaan demam
uji TyphidoLM menunjukkan bahwa uji ini bahkan lebih adalah:
sensitif (sensitivitas mencapai 100%) dan lebih cepat (3 jam)
Istirahat dan perawatan, dengan tujuan.m
dilakukan bila dibandingkan dengan kultur.
komplikasi dan mempercepat penyembuhan
dernam tifoid, karena makanan yang kurang akan efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson, dosis
nmenurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam
sernakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi dekstrosa 100 cc diberikan selama r/z jam perinfus
t4a. sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.
TATA TAKSANA KOM PLI KASI ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus-
Bising usus melemah pada 50o/o penderita dan pekak hati
Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ terkadang tidak ditemukan karena adanya udara bebas
tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi serius di abdomen. Tanda-tanda perforasi lainnya adalah nadi
dapat terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok-
pada demam tifoid yaitu : Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dapat menyokong
. Komplikasi intestinal. Perdarahan, perforasi, ileus adanya perforasi.
paralitik, dan pankreatitis Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3
. Komplikasiekstra-intestinal. posisi) ditemukan udara pada rongga peritoneum atau
- Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perife6 subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai yang
miokard itis, tromboflebitis. cukup menentukan terdapatnya perforasi usus pada
- Komplikasi darah: anemia hemolitik, demam tifoid. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
trombositopenia, KID trombosis. kejadian adalah perforasi adalah umur (biasanya berumur
Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritis. 20-30 tahun), lama demam, modalitas pengobatan,
- Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis. beratnya penyakit, dan mobilitas penderita.
- komplikasi ginjal:glomerulonefritis,pielonefritis, Antibiotik diberikan secara selektif bukan hanya untuk
perinefritis. mengobati kuman S. typhi tetapi juga untuk mengatasi
- komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, kuman yang bersifat fakultatif dan anaerobik. Umumnya
spondilitis, artritis. diberikan antibiotik spektrum luas dengan kombinasi
- komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik. klora mfenikol dan ampisili n i ntravena. Untuk kontaminasi
usus dapat diberikan gentamisin,/metronidazol. Cairan
harus diberikan dalam jumlah yang cukup serta penderita
KOMPLIKASI INTESTINAL dipuasakan dan dipasang nosogastric tube. Transfusi dardt
dapat diberikan bila terdapat'kehilangan darah akibil
Perdarahan lntestina! perdarahan intestinal.
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk
tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap
sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan KOM PLIKASI EKSTRA-I NTESTI NAL
mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan.
Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka Komplikasi Hematologi
perforasi dapat terjadi. Selain karena faktor luka, Komplikasi hematologik berupa trombositopenia,
perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan hipofibrino-genemia, peningkatan prothrombin tinq
koagulasi darah (KlD) atau gabungan kedua faktor. peningkatan portiol thromboplostin time, peningkatan
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami fibrin degradation products sampai koagulasi irftravaskuh
perdarahan minor yang tidak membutuhkan transfusi diseminata (KlD) dapatditemukan pada kebanyakan pashl
darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita demam tifoid. Trombositopenia saja sering dijumpai, halil
mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat mungkin terjadi karena menurunnya produksi trombositd
bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak sumsum tulang selama proses infeksi atau meningkatnyn
5 ml/kgBB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas destruksi trombosit di sistem retikuloendotelial. Obat'
normal. Jika penanganan terlambat, mortalitas cukup obatan juga menyebabkan penurunan trombosit.
tinggi sekitar 10-32%, bahkan ada yang melaporkan Penyebab KID pada demam tifoid belumlah jek
sampai 80%. Bila transfusi yang diberikan tidak dapat Hal-hal yang sering dikemukakan adalah e
mengimbangi perdarahan yang terjadi, maka tindakan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis.
bedah perlu dipertimbangkan. kinin, prostaglandin dan histamin menye
vasokonstriksi dan kerusakan endotel pembuluh
Perforasi Usus dan selanjutnya mengakibatkan perangsangan
Terjadi pada sekitar 3o/o dari penderita yang dirawat. )KlD kompensata maupun dekompensata).
Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula Bila terjadi KID dekompensata dapat di
terjadi pada minggu pertama. Selain gejala umum yang tranfusi darah, substitusi trombosit dan/atau faktor-
biasa terjadi maka penderita demam tifoid dengan koagulasi bahkan heparin, meskipun ada pula yang ti
perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di sependapat tentang manfaat pemberian heparin
daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar demam tifoid.
EAIITIFOID 555
'ltupatoensefalopati dapat terjadi. Kasus demam tifoid karier merupakan faktor risiko
terjadinya outbreak demam tifoid. Pada daerah endemik
ilnbeatitis Tifosa dan hiperendemik penyandang kuman S. typhi ini jauh
fiMrupakan komplikasi yang bisa dijumpai pada demam lebih banyak serta sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi
"'lftiid. Pankreatitis sendiri dapat disebabkan oleh mediator rendah semakin mempersulit usaha penanggulangannya.
Mnln inflamasi, virus, bakteri, cacing, maupun zat-zat Angka kejadian demam tifoid di lndonesia sebesar
fumnakologik. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase 1000/100.000 populasi per tahun, insidens rata-rata 620/o
mri'ua ultrasonog rafilCT-Scon da pat mem ba ntu d ia g nosis di Asia dan 35% di Afrika dengan mortalitas rendah 2-5o/o
Nrnyekit ini dengan akurat. dan sekitar 3% menjadi kasus karier. Di antara demam
Penatalaksanaan pankreatitis tifosa sama seperti tifoid yang sembuh klinis, pada 20% di antaranya masih
rndnganan pankreatitis pada umumnya; antibiotik yang ditemukan kuman S. typhi setelah 2 bulan dan 10% masih
ffiherikan adalah antibiotik intravena seperti seftriakson ditemukan pada bulan ke 3 serta 3% masih ditemukan
;(1m t ftUinsl96. setelah satu tahun. Kasus karier meningkat seiring
peningkatan umur dan adanya penyakit kandung empedu,
hkarditis serta gangguan traktus urinarius.
ftfimkarditis terjadi pada 1-5% penderita demam tifoid
[s n ke a i n a n e e kt ro ka rd i o g raf i d a pat te rj a d i pa d a
'wrra61 g I I Definisi dan Manifestasi Tifoid Karier
"1lm'15% penderita. Pasien dengan miokarditis biasanya Definisi tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya
mmnpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan (feses atau urin) mengandLtng 5. typhi setelah satu tahun
uaklrt dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau syok pasca-demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Kasus
rihtdiiogenik. Sedangkan perikarditis sangatjarang terjadi. tifoid dengan kuman S. typhi masih dapat ditemukan di
.me'tbahan elektrokardiografi yang menetap disertai feses atau urin selama 2-3 bulan disebtut karier pasca-
mnmniamempunyai prognosis yang buruk. Kelainan ini penyembuhan. Pada penelitian di Jakarta di"laporkan
dmebabkan kerusakan miokardium oleh kuman S.typhi bahwa 16,18% (N = 68) kasus demam tifoid masih
dan miokarditis sering sebagai penyebab kematian. didapatkan kuman S. typhi pada kultur fesesnya.
ffitasanya dijumpai pada pasien yang sakit berat pada Tifoid karier tidak menimbulkan gejala klinis
n'nfuksi keadaan akut. (asimtomatik) dan25o/o kasus menyangkal adanya riwayat
sakit demam tifoid akut. Pada beberapa penelitian
brifustasi NeuropsikiatriUToksik Tifoid dilaporkan pada tifoid karier sering disertai infeksi kronik
ltfuiifestasi neu ropsi kiatrik da pat beru pa del i riu m de n ga n traktus urinarius serta terdapat peningkatan risiko terjadinya
ilill tanpa kejang, semi-koma atau koma, Porkinson rigidity/ karsinoma kandung empedu, karsinoma kolorektal,
trnmmsientporkinsonism, sindrom otak akut, mioklonus karsinoma pankreas, karsinoma paru, dan keganasan di
qameralisata, meningismus, skizofrenia sitotoksik, mania bagian organ atau jaringan lain. Peningkatan faktor risiko
dhrul hipomania. ensefalomielitis, meningitis, polineuritis tersebut berbeda bila dibandingkan dengan populasi pasca-
'mn'fur; sindrom GuiIlain-Barre, dan psikosis. ledakan kasus luar biasa demam tifoid, hal inl diduga faktor
Gejala demam tifoid diikuti suatu sindrom klinis infeksi kronis sebagai faktor risiko terjadinya karsinoma dan
lhe"-.ipa gangguan atau penurunan kesadaran akut bukan akibat infeksi tifoid akut.
lfresadaran Proses patofisiologis dan patogenesis kasus tifoid
berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopo1
,ffitr koma) dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis karier belum jelas. Mekanisme pertahanan tubuh
lhmrya dan dalam perheriksaan cairan otak masih dalam terhadap Solmonella typhi belum jelas. lmunitas selular
ltoufias normal. Sihdrom klinis seperti ini oleh beberapa diduga punya peran sangat penting. Hal ini dibuktikan
556 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
fhegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi . Vaksin parenteral: - V|CPS vaksin kapsul polisakarida.
5 i'.rphi akut maupun karier. Kegiatan ini dilakukan di
mummafr sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar Pemilihan Vaksin
mulrif,r"E yang telah diketahui pengidap kuman S. typhi. Pada beberapa penelitian vaksin oral Ty2layang diberikan
kreks: pada orang yang berisiko tinggi tertular dan 3 kali secara bermakna menurunkan 667o kasus infeksi
h-feksi. Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan demam tifoid selama 5 tahun, laporan lain sebesar
dbngan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun 33% selama 3 tahun. Usia sasaran vaksinasi berbeda
thnperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerahnya efektivitasnya, penurunan insidens sebanyak 53% pada
ultruremis atau non-endemis, tingkat risiko tertularnya yaitu anak > 10 tahun dan anak usia 5-9 th insidens turun 17%o.
fiulrCasarkan tingkat hubungan perorangan dan jumlah Vaksin parenteral non-aktif relatif lebih sering
rhmk-ensinya, serta golongan individu berisiko, yaitu menyebabkan efek samping serta tidak seefektif vaksin
g@hlrlgan i mu nokompromais maupun golongan rentan. jenis VICPS maupun fy21a oral. Jenis vaksin dan jadwal
pemberiannya, yang ada saat ini di lndonesia hanya VICPS.
finmakan preventif berdasarkan lokasi daerah. yaitu:
'lil, faerah non-endemik. Tanpa ada
kejadian outbreak lndikasi Vaksinasi
atau epidemi Tindakan preventif berupa vaksinasi tifoid tergantung
I Sanitasi air dan kebersihan lingkungan pada faktor risiko yang ada, yaitu faktor individual atau
S. )enyaringan pengelola pembuatan/distributor/ popu lasi:
renjualan makanan -minuma n . Populasi: anak usia sekolah di daerah endemik,
.fl Dencarian dan pengobatan kasus demam tifoid karier
personil militer; petugas rumah sakit, laboratorium
5. Sila ada kejadian epidemitifoid
kesehatan, industri makanan,/minuman.
fil trencarian dan eliminasi sumber penularan
. lndividual: pengunjung/wisatawan ke daerah endemik,
t fumeriksaan air minum dan mandi-cuci-kakus orang yang kontak erat dengan tifoid karier.
ffi :enyuluhan higiene dan sanitasi pada populasi umum
Pada anak usia 2-5 tihun toleransi dan respons
daerah tersebut imunologisnya sama denganorang dewasa.
t Daerah endemik
1[[. !.,lemasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan
Kontraindikasi Vaksinasi
:ninuman yang memenuhi standar prosedur kesehatan
Vaksin hidup oral fy21 a secara teoritis dikontraindikasikan
perebusan > 570C, iodisasi, dan klorinisasi)
pada seseorang yang alergi atau riwayat efek samping
ffi qengunjung ke daerah ini harus minum air yang telah berat, penurunan imunitas, dan kehamilan (karena
r-nelalui pendidihan, menjauhi makanan segar (sayurl
sedikitnya data). Bila diberikan bersamaan dengan obat
ouah)
anti-malaria (klorokuin, meflokuin) dianjurkan minimal
llilt- Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi.
setempat maupun pengunjung
Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi bersamaan dengan
obat sulfonamid atau antimikroba lainnya.
559
560 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!
dua genotipe yang bersirkulasi di Afrika dan satu atau dua Organ lain dapat terkena seperti kelenjar adrenal, sel
di Amerika Selatan. otak dan pada epidemi di Sudan dan Ethiopia di tahun
1960 banyak ditemukan kasus meningoensefalitis. Pada
kasus berat dapat disertai diatesis hemoragik. Perdarahan
PENULARAN berat dapat terjadi di saluran cerna, paru, limpa, hati dan
ginjal. Kematian terjadi sebagai akibat dari kerusakan
Hospes utama virus yellow fever adalah primata seperti hati dan atau ginjal. Pada pasien yang sembuh jaringan
monyet dan chimpanse yang hidup dihutan-hutan. Di yang hilang langsung mengalarni regenerasi dan terjadi
Afrika vektor utamanya adalah nyamuk Aedes seperti hipertrofi pada sel yang bertahan hidup.
Aedes aegypti, Ae. ofriconus, Ae. opok, Ae.lLuteocepholus,
Ae. furcifer don Ae.tToylorL Sedangkan di Amerika terutama
ditularkan oleh Aedes aegypti dan Hoemogogus. GAMBARAN KLINIS
Dikenal ada tiga siklus penularan yaitu tipe demam
kuning hulan $ungle yellow fever), lipe demam kuning Yellow Fever klasik merupakan penyakit bifasik, ada 3
urban (urbon yellow fever) dan sylvotic yellow fever. Tipe stadium yaitu; infeksi, remisi dan intoksikasi. Gambaran
silvatik hanya ditemukan di padang savanna Afrika. klinisnya bisa berupa infeksi subklinis, infeksi mirip
Di Amerika siklus jungle yellow fever ditularkan antar influenza atau pada 15-25o/o kasus dapat terjadi fulminan
kera oleh nyamuk genus Hoemogogus dan Sobethes, dan menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
sedangkan penularan di perkotaan oleh Aedes oegypti. Setelah masa inkubasi selama 3-6 hari timbul demam
Siklus kera-nyamuk-kera di hutan Afrika dilakukan secara mendadak dan menggigil diikuti dengan satst
ol eh nya m u k Ae ofrica n u s, seda n g ka n sylvotic ye llow feve r kepala, sakit punggung, mialgia, nausea dan muntah. Bisa
dilakukan oleh beberapa spesies Aedes seperti Ae.si m psoni juga dijumpai muka dan konyungtiva merah, tanda fagct
yang menularkan virusye/low fever dari kera ke manusia. dan bradikardi relatif.
Di Afrika siklus urban dipertahankan oleh Ae.oegypti. Setelah 3-4 hari, gejala dan demam menghilang
Lamanya siklus intrinsik pada nyamuk adalah 4 hari selama beberapa jam sampai satu atau 2 hari dm
pada suhu 37oC dan 18 hari pada suhu 18"C. Nyamuktetap hanya berulang pada pasien yang berkembang menjat
infektif selama kira-kira 2- 4 bulan. Telah diperlihatkan intoksikasi fulminan.
kemungkinan adanya penularan transovarial Tipe demam adalah bifasik (dromedaris). Fase
pertama berhubungan dengan fase akut penyakit
disertai bradikardi relatif. Selanjutnya demam
PATOFISIOLOGI DAN PATOLOGI yang berhubungan dengan fas.e,. remisi serta
lagi dan penyakit memberat pada fase intoksikasi.
Virus memasuki sel secara endositosis melalui reseptor Penyakit berkembang menjadi demam
yang sesuai. Sintesis RNA virus terjadi di sitoplasma, multisistem ditandai dengan badan menJadi
sedangkan protein virus bisa ditemukan di retikulum (sesuai nama penyakit ini), disfungsi renal dan mani
endoplasma. Virion menjadi matang di retikulum perdarahan yang dapat menyebabkan hipotensi
endoplasma sebelum kemudian disekresi ke dalam terjadi renjatan yang fatal. Perdarahan mukosa,
darah. Pada saat awal, proses ini terjadi di sel retikulo pada luka bekasjarum suntik, perdarahan gastroi
endotelial di limfonodi, sumsum tulang, limpa dan sel hebat dapat terjadi sebagai akibat penurunan
Kupffer; selanjutnya terjadi viremia kemudian menyebar faktor pembekuan oleh sel hati, disfungsi platelet
ke seluruh organ. koagulasi intravaskular diseminata (KlD).
Sel hati mengalami degenerasi, ditemukan daerah Oliguri dan azotemia terjadi akibat adanya
nekrosis sentral, badan Councilman dan perlemakan. dan ekstravasasi cairan. Adanya oliguri dan peni
Kerusakan pada hati ini secara klinis ditandai dengan kreatinin mungkin disebabkan oleh nefritis g
timbulnya ikterus. Ginjal membesar dan bengkak. primer dan nefritis intersisialis, selanjutnya bisa
Glomerulus ginjal menunjukkan adanya proliferasi oleh tubular nekrosis akut sebagai akibat dari hi
mesangial dan edema endotel kapiler. Degenerasi dan Miokarditis yang terjadi dapat diketahui
nekrosis sel miokardium serta gangguan konduksi pemeriksaan EKG. Adanya gejala enselofati terjadi
dapat ditemui dan antigen virus dapat dideteksi dari sel adanya edema serebri yang berhubungan dengan
miokardium. gagal hati dan ginjal. lnfeksi sekunder karena
Respons selular dan humoral dapat terjadi dan seperti bakteriemi dan pneumonia sering terjadi
bertanggung jawab untuk mengeliminasi virus dari tubuh. menyebabkan kematian.
Viremia menghilang'setelah 5 hari. Angka kematian sekitar 5-10o/o, sedangkan
LUAT KUNTNG (YELLOW FEVER)
561
s62
r[EEtASlS 563
ETIOLOGI
cnd
: "stolytico merupakan protozoa usus, sering hidup
:'*r,agai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus
nsar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
xrE:1adi patogen dengan cara membentuk koloni di
1 : n9 usus dan menembus dinding usus sehingga
-mer-,mbulkan ulserasi. Siklus hidup ameba ada 2 macam
nr*-:uk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan
ruE"-:.lk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, trofozoit
uc,*ensal (<10 mm) dan trofozoit patogen (>10 mm).
-nofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus
li-Fa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien ^\
mer,galami diare, maka trofozoit akan keluar bersama
\U;
lnre Pada pemeriksaan tinja di bawah mikroskop tampak ,t#.,
mr-:zoit bergerak aktif dengan pseudopodinya dan
uicc--asi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca. Di
mrar,nya ada endoplasma yang berbentuk butir-butir
Gambar 1. Skematis E. histolytico (pembesaran 2000 X)
me: Can sebuah inti di dalamnya. Sementara trofozoit
;@rgen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus A: trofozoit mengandung eritrosit c : chromatoid bodies
lmr: ntestinal) maupun di luar usus (ekstraintestinal), B: Ameba bentuk pre kista ect : ectoplasma
C: Kista muda berinti satu end : endoplasma
'nrer.gakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar
d. dua
Kista berinti g : glycogen vacuola
umr :ofozoit komensal (sampai 50 mm) dan mengandung E: Kista dewasa berinti empat k : Karyosoma
r@r,:napa eritrosit di dalamnya, karena trofozoit ini sering ,n: nukleus/inti
'nNe,r€ a n e ritrosit (h r.b.c : Sel darah merah
o e m oto p h o g o u s t ro p h ozoite). Bentu k
murn;oit ini bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala Dikutip dari textbook of Clinical Parasitology 2nd ed. New York:
appleton-Century-Crogts. 1 952
;!m"n.'?<it namun cepat mati apabila berada di luar tubuh
{@ L-: d_
lentuk kista ada 2 macam yaitu kista muda dan belum banyak diketahui dengan pasti perannya. Beberapa
{iirimim :ewasa. Kista muda berinti satu mengandung satu sarjana meragukan adanya peran tersebut, karena di
fla$e-Dung glikogen dan badan-badan kromatoid yang daerah endemik banyak terjadi infeksi berulang, dan
ner:ertuk batang berujung tumpul. Kista dewasa berinti morbiditas serta mortalitasnya meningkat sesuai dengan
*r'n:e-- Kista hanya terbentuk dan dijumpai di dalam lumen bertambahnya usia. Pendapat tersebut kurang tepat karena
,,,ntturLs :rdak dapat terbentuk di luar tubuh dan tidak dapat
telah terbukti bahwa ulkus ameba dapat'kambuh kembali
'liiiuurr.lr-sai di dalam dinding usus atau dijaringan tubuh di apabila pasien menerima tindakan yang menurunkan daya
-sJS (Gambar 1).
rrr&rri tahan tubuh, misalnya splenektomi, radiasi, obat-obat
Eerrtuk kista bertanggung jawab terhadap penularan imunosupresil dan kortikosteroid.
frwnai<it, dapat hidup lama di luar tubuh manusia, tahan Berdasarkan penyelidikan pada binatang dan manusia
'iifir{inrtn&:ap
asam lambung, dan kadar klor standard di dapat dibuktikan bahwa E. histolytica dapat merangsang
ruuar sistem air minum. Diduga faktor kekeringan akibat terbentuknya imunitas humoral dan selular. ln vivo,
tmrl,'d€-apan air sepanjang usus besar, menyebabkan imunitas humoral mampu membinasakan ameba, tetapi
"nrur:::it berubah menjadi kista. E histolytico oleh in vitro tidak. Belum diketahui apa sebabnya keadaan
r,lrrlieEpa penulis dibagi menjadi dua ras yaitu ras besar tersebut dapat terjadi. Tampaknya imunitas yang terbentuk
llllurtt
=s bergantung pada apakah dapat membentuk
<ecil, tidak sempurna dan hanya dapat mengurangi beratnya
lltttturm :erdiameter lebih besar atau lebih kecil dari 10 mm. penyakit, tidak dapat mencegah terjadinya penyakit.
jhiar ..g6il ternyata tidak patogen terhadap manusia, dan Diduga imunitas selular lebih besar perannya daripada
silrnrx,s;6lasp sebagai spesies tersendiri yaitu E hortmqnni. imunitas humoral. Antibodi di dalam serum (terutama klas
)ergan teknik elektroforesis, enzim yang dikandung lgG) terutama berperan dalam uji serologik.
ttttru:nhl;: t dapat diketahui. Pola enzim dapat menunjukkan
di dalam lumen usus besal dapat berubah menjadi amebiasis intestinal sedang (disentri ameba sedang),
patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan disentri ameba berat, disentri ameba kronik.
ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit
tersebut sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat MANIFESTASI KL!NIS
keganasan (virulensi) ameba, maupun lingkungannya
mempunyai peran. Faktor-faktor yang dapat menurunkan Carrier (Cyst Posser)
kerentanan tubuh misalnya kehamilan, kurang gizi, Pasientidak menunjukkan gejala klinis sama sekali' Hal ini
penyakit keganasan, obat-obat imunosupresii dan disebabkan karena ameba yang berada di dalam lumen
kortikosteroid. Sifat keganasan ameba ditentukan oleh usus besa1 tidak mengadakan invasi ke dinding usus'
strainnya. Strain ameba di daerah tropis ternyata lebih
ganas daripada strain di daerah sedang.'Akan tetapi sifat Amebiasis lntestinal Ringan (Disentri Ameba
keganasan tersebut tidak stabil, dapat berubah apabila Ringan)
kdadaan lingkungan mengizinkan. Beberapa faktor Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan-
lingkungan yang diduga berpengaruh, misalnya suasana Penderita biasanya mengeluh perut kembung, kadang-
anaerob dan asam (pH 0,6 - 6,5), adanya bakteri, virus kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang' Dapat
dan diet tinggi kolesterol, tinggi karbohidrat, dan rendah timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau
protein. Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim busuk. Kadang-kadang tinja bercampur darah dan lendir'
fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid. Jarang nyeri di
kerusakan dan nekrosisjaringan dinding usus' Bentuk ulkus daerah epigastrium yang rnirip ulkus peptik' Keadaan
ameba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum
kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar pasien biasanya baik, tanpa atau disertai dernam ringan
(menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan (subfebril). Kadang-kadang terdapat hepatomegali yarg
"
mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang tidak atau sedikit nYeri tekan.
yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal. Gambaran ini sangat berbeda dengan disentri Amebiasis lntestinal Sedang (Disentri Amebo
basiler, di mana mukosa usus antara ulkus meradang' Sedang)
Pada pemeriksaan mikroskopik eksudat ulkus. tampak sel Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berat dibandirg
leukosit dalam jumlah banyak, akan tetapi lebih sedikitjika disentri ringan, tetapi pasien masih mampu melakukan
dibandingkan dengan disentri basiler. Tampak pula kristal aktivitas sehari-hari, tinja disertai darah dan lendir' Pasien
Charcot Leyden dan kadang-kadang ditemukan trofozoit' mengeluh perut kram, demam !an lemah badan, diserti
Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan hepatomegali yang nYeri ringan.
dan apabila menembus lapisan muskular akan terjadi t
perforasi dan peritonitis. Ulkus dapat terjadi di semua Disentri Ameba Berat
bagian usus besaI tetapi berdasarkan frekuensi dan urut- Keluhan'dan gelala klinis lebih hebat lagi' Penderitr
urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, mengalami diare disertai darah yang banyak, lebih drii
sigmoid, apendiks, dan ileum terminalis. lnfeksi kronik 15 kali sehari. Demam tinggi (40"C - 40,5'C), disertai mud
dapat menimbulkan reak-si terbentuknya massa jaringan dan anemia. Pada saat ini tidak dianjurkan melakukn
granulasi yang disebut ameboma, yang sering terjadi di pemeriksaan sigmoidoskopi karena dapat mengakibath
daerah sekum dan sigmoid. Dari ulkus di dalam dinding perforasi usus.
usus besaL ameba dapat mengadakan "metastasis" ke
hati lewat cabang vena porta dan menimbulkan abses Disentri Ameba Kronik
hati. Embolisasi lewat pembuluh darah atau pembuluh Gejalanya menyerupai disentri ameba ringan,
getah bening dapat pula terjadi ke paru, otak, atau limpa, serangan djare diselingi dengan periode normal
dan menimbulkan abses di sana, akan tetapi peristiwa ini tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan
jarang terjadi. sampai bertahun-tahun' Fasien biasanya menunJ
gejala neurastenia. Serangan diare biasanya terjadi
kelelahan, demam atau makandn yang sukar dicerna
KLASIFIKASI
yang sangat penting. Pada disentri ameba biasanya sfroin dapat dibiakkan. Oleh karena itu pemeriksaan ini
Mnja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk tidak dikerjakan rutin.
pemeriksaan mikroskopik, perlu tinja yang masih Pemeriksaan uji serologi banyak digunakan sebagai
heru (segar). Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan uji bantu diagnosis abses hati amebik dan epidemiologis.
herulang-ulang, minimal 3 kali seminggu, dan sebaiknya Uji serologi positif apabila ameba menembus jaringan
dlakukan sebelum pasien mendapat pengobatan. Apabila (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada
direncanakan akan dibuat foto kolon dengan barium pasien abses hati dan disentri ameba, dan negatif pada
cnrcma, pemeriksaan tinja harus dikerjakan sebelumnya eorner. Hasil uji serologi positif belum tentu menderita
ffiau minimal 3 hari sesudahnya. Pada pemeriksaan tinja amebiasis aktii tetapi bila negatif pasti bukan amebiasis.
'gmg berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk lndirect fluores-cent ontibody (IFA) dan enzyme linked
hka, karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. immunosorbant assay (ELISA) merupakan uji yang paling
@engan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat, sensitif. Juga up indirect fluorescent onti-body (IFA) dan
&erkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan- agar gel diffusion precipitin. Sedang uji serologi yang
hodan kromatoid yang berbentuk batang, dengan ujung cepat hasilnya adalah latex aglutinotion test dan celluloso
tollurnpul, sedang inti tidak tampak. Untuk dapat melihat ocetote diffusion. Oleh karena antibodi yang terbentuk
lrrrotinya dibuat sediaan dengan larutan lugol. Sebaliknya lama sekali menghilang, maka nilai diagnostiknya di
fuadan-badan kromatoid tidak tampak pada sediaan daerah endemis rendah.
dengan lugol ini. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan
Wneriksaan dengan metoda konsentrasi yaitu dengan
lhutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng DIAGNOSIS
rudfat kista akan terapung di permukaan, sedang dengan
lbutan eterformalin kista akan mengendap.. Amebiasis intestinal kadang-kadang sukar dibedakan
Di dalam tinja pasien akan ditemukan bentuk trofozoit. dari irritable bowel syndrome (lBS), divertikulitis, enteritis
[thtuk itu diperlukan tinja yang masih segar. Apabila regional, dan hemoroid interna, sedang disentri ameba
perneriksaan ditunda untu( beberapa jam, maka tinja sukar dibedakan dengan disentri basilar (shigellosis) atau
,@at disimpan di lemari pendingin (4"C) atau dicampur salmonelosis, kolitis ulserosa, dan skistosomiasis (terutama
d; dalam larutan polivinil alkohol. Sebaiknya diambil di daerah endemis). Pemeriksaan tinja sangat penting. Tinja
fuuhan dari bagian tinja yang mengandung darah dan penderita amebiasis tidak banyak mengandung leukosit,
thmdir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru
bergerak aktif seperti keong, dengan menggunakan
rmrtrasih dapat ditegakkan apabila ditemukan ameba (trofozoit).
prdopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan Akan tetapi dengan diketemukan ameba tersebut tidak
mmnpak ameba dengan eritrosit di dalamnya. berarti menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit
Bentuk inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan lain, karena amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan
ffingan larutan eosin. Untuk membedakan dengan leukosit penyakit lain pada seorang pasien. 3ering amebiasis
tl mrakrofag), perlu dibuat sediaan dengan cat supravital, terdapat bersamaan dengan karsinoma usus besar. Oleh
mrealnya buf-fered methylene blue. Dengan menggunakan karena itu bila pasien amebiasis yang telah mendapat
nnrlkometer; dapat d isi n g kirkan kemu ngkinan E ho rtmq n n i. pengobatan spesifik masih tetap mengeluh perutnya sakit,
Pemeriksaan prostoskopi, sigmoidoskopi, dan perlu dilakukan pemeriksaan lain misalnya endoskopi, foto
,lloilonoskopi berguna untuk membantu diagnosis kolon dengan barium enema, atau biakan tinja.
Nrderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada Abses hati ameba sukar dibedakan dengan abses
pneriksaan tinja tidak ditemukan ameba. Pemeriksaan piogenik, neoplasma dan kista hidatidosa. Ultrasonografi
rnrtitlak berguna untuk corrie,: Tampak ulkus yang khas dapat membedakannya dengan neoplasma, sedang
,db,rgan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, d item u ka n ech ino cocc u s da pot membed a ka n nya dengan
nmmrrukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. abses piogenik. Salah satu cara adalah dengan pungsi
'ffimneriksaan mikroskopis bahan eksudat atau bahan biopsi abses. "
lplqan usus akan ditemukan trofozoit.
Foto rontgen kolon tidak banyak membantu, karena
mr,irg ulkus tidak tampak. Kadang-kadang pada amebiasis KOMPLIKASI
ilhmnik, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak
u4irr< li5srtai spasme otot. Pada ameboma nampakfilling Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba,
ffit yong mirip karsinoma. baik berat maupun ringan. Sering sumber penyakit di
Ameba hanya dapat dibiakkan pada media khusus, usus sudah tidak menunjukkan gejala lagi atau hanya
mcalnya media Eoeck Dr. Bohlov. Tetapi tidak semua menunjukkan gejala ringan, sehingga yang menonjol
566 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKST
adalah gejala penyulitnya (komplikasi). Keadaan ini sering nyeri tekan lokal di daerah antara iga ke-8, ke-9 atau ke-
terjadi pada penyulit ekstra intestinal, yang disebut 10, jarang terjadi ikterus. Pada pemeriksaan laboratorium
amebiasis ekstra intestinal. Berdasarkan lokasinya, penyu lit ditemukan leukositosis moderat (15.000- 25000/mm3)
tersebut dapat dibagi menjadi: yang terdiri alas 70%o leukosit polimorfonuklear. Faal
hati jarang terganggu dan jarang ditemukan ameba di
Komplikasi lntestinal dalam tinja. Ameba dapat ditemukan di dalam bahan
cairan aspirasi abses bagian terakhir atau bahan biopsi
Perdarahan usus. Terjadi apabila ameba mengadakan
dinding abses. Pada pemeriksaan penerawangan tampak
invasi ke dinding usus besar dan merusak pembuluh darah.
peninggian hemidiafragma kanan, gerakannya menurun
Bila perdarahan hebat dapat berakibat fatal.
atau kadang-kadang terjadi gerakan paradoksal (pada
Perforasi usus. Terjadi apabila abses menembus lapisan waktu inspirasi diafragma justru bergerak ke atas). Pada
muskular dinding usus besar. Sering mengakibatkan pemeriksaan foto dada postero-anterior maupun lateral
peritonitis yang mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat kanan, tampak sudut kostofrenik kanan tumpul di bagian
terjadi akibat pecahnya abses hati ameba. depan (pada abses hati piogenik, tumpul di bagian
Ameboma. Terjadi akibat infeksi kronik yang belakang).
mengakibatkan reaksi terbentuknya massa jaringan Amebiasis pleuropulmonal. Dapat terjadi akibat ekspansi
granulasi. Biasa terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid, langsung abses hati. Kira-kira 10-20o/o abses hati ameba
sukar dibedakan dengan karsinoma usus besar. Sering dapat mengakibatkan penyulit ini. Dapat timbul cairan
mengakibatkan ileus obstruktif atau penyempitan usus. pleura, atelektasis, pneumonia, atau abses paru.
lntususepsi. Sering terjadi di daerah sekum (coeca-colic) Abses paru dapat pula terjadi akibat embolisasi ameba
yang memerlukan tindakan operasi segera. langsung dari dinding usus besar. Dapat terjadi hiliran
Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri (fistel) hepatobronkial, penderita batuk-batuk dengan
kronik, akibat terbentuknya jaringan ikat atau akibat sputum berwarna kecoklatan yang rasanya seperti hati.
ameboma.
Abses otak, Iimpa, dan organ lain. Abses otak, limpa, dan
organ lain dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung
Komplikasi Ekstra lntestinal dan dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun
Amebiasis hati. Abses hati ameba merupakan penyulit sangat jarang terjadi.
ekstra intestinal yang paling sering terjadl. Di daerah
tropis, terutama di Asia Tenggara, insidensnya berkisar Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung
5-40o/o. Lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada dari dinding usus besa; dengan mgr-nbentuk hiliran (fistet)-
wanita, tersering pada usia 30-40 tahun. Abses dapat Sering terjadi di daerah perianai atau di dinding perul
timbul beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi
r
infeksi ameba; kadang-kadang terjadi tanpa diketahui ameba yang berasal dari anus.
menderita disentri ameba sebelumnya. lnfeksi di hati
terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar
lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening. PENGOBATAN
Mula-mula terjadi "hepatitis ameba" yang merupakan
stadium dini abses hati, kemudian timbul nekrosis fokal Ameba dapat ditemukan di dalam lumen usus, di dalam
kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung menjadi dinding usus maupun di luar usus. Hampir semua obd
satu, membentuk abses tunggal yang besar. Dapat pula amebisid tidak dapat bekerja efaktif di semua tempd
terjadi abses majemuk. Sesuai dengan arah aliran vena tersebut, terutama bila diberikan obat tunggal. Olefi
porta, maka abses hati ameba terutama banyak terdapat karena itu sering digunakan kombinasi obat untuk
di lobus kanan. Abses berisi "nanah" kental yang steril tidak meningkatkan hasil pengobatan.
berbau, berwarna kecoklatan (cho-colote posfe) terdiri atas
jaringan sel hati yang rusak bercampur darah. Kadang- Amebiasis Asimtomatik (Carrier Alau Cyst Paswl
kadang berwarna kuning kehijauan, karena bercampur Cqrrier atau rysf posser, walaupun tanpa keluhan dm
dengan cairan empedu. gejala klinis, sebaiknya diobati. Hal ini disebabkan karern
Pasien sering mengeluh nyeri spontan di perut kanan ameba yang hidup sebagai komensal di dalam lumen us.r
atas, kalau berjalan posisinya membungkuk ke depan besaI sewaktu-waktu dapat berubah menjadi patogen. II
dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Hati teraba di samping itu corrier juga merupakan sumber infeksi utanra,
bawah lengkung iga, nyeri tekan disertai demam tinggiyang Trofozoit banyak dijumpai di lumen usus besar tanpr
bersifat intermiten atart remiten. Kadang-kadang terasa atau sedikit sekali menimbulkan kelainan mukosa usur.
tmBnsls 567
.llllkus yang ditimbulkan hanya superfisial, tidak mencapai terutama jaringan hati sangat tinggi sehingga dipakai
imfsan submukosa. Kelainan tersebut tidak menyebabkan untuk profilaksis timbulnya abses hati ameba.
garngguan peristaltik usus, sehingga tidak menimbulkan Efek samping obat berupa mual, pusing dan nyeri
iteruhan dan gejala klinis. Obat yang diberikan adalah kepala. Pemberian jangka lama dapat mengakibatkan
a.,ebisid luminal, misalnya: retinopati. Tidak dianjurkan untuk dibedkan kepada wanita
llloksanit furoat (diloxanite furoate). Dosis : 3 x 500 hamil, karena dapat mengakibatkan anak lahir tuli.
rnq sehari, selama 10 hari. Saat ini obat ini merupakan Metronidazol. Dosis 35-50 mglkg berat badan atau 3 x
amebisid luminal pilihan, karena efektivitasnya cukup 500 mg sehari, selama 5 hari.
trrggi (80-85%), sedangkan efek sampingnya sangat
Tinidazol. Dosis 50 mglkg berat badan atau 2 g sehari,
lmrlrnal hanya berupa mual dan kembung.
selama 2-3 hari.
Dyodohidroksikin (Diiodo hyd roxyq u in). Dosi s : 3 x 600
tnE sehari, selama 10 hari. Ornidazol. Dosis 50-60 mglkg berat badan atau 2 gm
sehari, selama 3 hari. Ketiga obat tersebut termasuk
hdoklorohid roksi ki n (lod oc h lo ro hyd roxyq u in) atau golongan nitroimidazol yang dapat bekerja baik di dalam
lfiokinol (clioquinol). Dosis : 3 x 250 mg sehari, selama lumen usus, di dalam dinding usus maupun di luar usus
I1fi mri. (ekstrai ntesti nal).
Kedua obat tersebut termasuk halogenated hydroxy- Efek samping yang sering terjadi adalah mual, muntah,
ryunolin yang cukup efektif sebagai amebisid luminal. pusing dan nyeri kepala. Tidak dianjurkan untuk diberikan
ffektivitasnya 60-70o/". Efek samping yang terjadi biasanya kepada pasien yang mengidap penyakit darah (blood
fimgan, berupa mual, muntah, tetapl dapat juga berat, disuosia), juga kepada ibu hamil karena terbukti pada
binatang percobaan obat ini mempunyai sifat karsinogenik
sa.'nping ini hanya terjadi apabila dosis dan jangka dan teratogenik serta dapat mengakibatkan mutasi bakteri.
mmn:u pemberian obat melebihi aturan pakai yang telah
dmntukan. Oleh karena itu, obat ini tidak dianjurkan untuk Disentri Ameba Ringan-Sedang
di:erikan kepada penderita yang mengidap penyakit Pada pasien ditemukan ulkus di mukosa usus besar
rys neuropathy. )uga sebaiknya tidak diberikan kepada yang dapat mencapai lapisan submukosa, dan dapat
perCerita yang mengidap penyakit kelenjar gondok, mengakibatkan gangguan peristaltik usus. Pasien akan
kmena obat ini dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar mengalami diare atau disentri, tetapi tidak berat, sehingga
grcndok. tidak memerlukan infus cairan elektrolit atau transfusi
ffiarson (Corborsone). Dosis darah. Oleh karena didapatl<an trofozoit di dalam lumen
3 x 500 mg sehari, selama
T *eri. dan di dalam dinding usus besar, maka sebagai obat
pilihan adalah metronidazol dengan dosis 3 x 750 mg
Hrmuth glycoorsanilote. Dosis 3 x 500 mg sehari, sehari selama 5-10 hari. Dapat pula Bipakai tinidazol
sda,rna 7 hari. atau ornidazol dengan dosis seperti tersebut di atas.
lfredr.ra obat tersebut merupakan obat golongan arsen,
ruwnc saat ini sudah jarang dipakal lagi. Sering timbul efek it
sannping diare. l. "Carrier" Asimtomatik (Luminal Agents) :
L
568 PENYAKIT,TROPIK DAN INFEKSI
Oleh karena pada pasien yang sudah sembuh dengan komplikasi. Pada abses hati ameba kadang-kadang
pengobatan metronidazol dapat timbul abses hati ameba diperlukan tindakan pungsi untuk mengeluarkan nanah.
dalam jangka waktu 3-4 bulan kemudian, maka dianjurkan Demikian pula dengan amebiasis yang disertai penyulit
untuk menambah dengan obat amebisid luminal. Obat efusi pleura. Prognosis yang kurang baik adalah abses
ini akan memberantas sumber trofozoit di dalam lumen otak ameba.
usus. Dapat dipakai diyodohidroksikin, kliokinol, atau
diloksanid furoat dengan dosis seperti tersebut di atas.
Dapat pula diberi tetrasiklin, dengan dosis 4 x 500 mg PENCEGAHAN
sehari, selama 5 hari.
Makanan, minuman, dan keadaan lingkungan hidup
Disentri Ameba Berat yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana
Pasien ini tidak hanya memerlukan obat amebisid pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum
saja, tetapi juga memerlukan infus cairan elektrolit sebaiknya dimasak dulu, karena kista akan binasa bila air
ata'u transfusi darah. Selain pengobatan seperti pada dipanaskan 50"C selama 5 menit. Pemberian klor dalam
disentri ameba ringan dan sedang pellu ditambah jumlah yang biasa digunakan dalam proses pembuatan air
emetin atau dehidroemetin. Obat ini diberikan secara bersih, ternyata tidak dapat membinasakan kista. Penting
suntikan intramuskular atau subkutan yang dalam. Tidak sekali adanya jamban keluarga, isolasi, dan pengobatan
diperbolehkan memberikan secara intravena. Dosis emetin corrier. Corrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau
1 mg/kg berat badan sehari (maksimum 60 mg sehari) segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.
selama 3-5 hari; dehidro-emetin 11,5 mglkg berat badan Sampai saat ini belum ada vaksin khusus. Pemberian
sehari (maksimum 90 mg sehari) selama 3-5 hari. Penderita kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi
sebaiknya dirawat di rumah sakit dan tirah baring selama daerah endemis tidak dianjurkan. Pengobatan massal
pengobatan. Hal ini disebabkan karena bahaya efek secara berkala dengan metronidazol dan dilosanid furoat
samping emetin terhadap jantung. Pemberian dosis tinggi hanya dikerjakan dalam keadaah tertentu.
dapat mengakibatkan nekrosis ototjantung dan penderita
meninggal mendadak.
Oleh karena itu penderita perlu diobservasi dengan ASPEK KHUSUS
teliti, terutama tekanan darah, denyut nadi, dan
elektrokardiografi. Kelainan EKG yang sering terjadi adalah Oleh karena amebiasis erat hubungannya dengan
kelainan gelombang T yang mendatar atau terbalik. Dapat kebersihan individu dan lingkungan hidup maka higiene
pula terjadi aritmia. dan sanitasi merupakan faktor.yang penting. Air dari
persediaan air minum (PAM) pedu dimasak dulu sebelum
Amebiasis Ekstra lntestina! dan Ameboma diminum karena kista ameba tahan terhadap kadar klor
Penderita abses hati ameba dapat diberi metronidazol atau standar yang ada didalamnya. Vaksinasi rierupakan
obat lain golongan nitroimidazol dengan dosis seperti pencegahan penyakit yang ideal bagi individu atau
tersebut di atas. Dapat pula diberi klorokindifosfat dengan masyarakat yang belum memiliki kekebalan terhadap
dosis 1 g sehari, selama 1-2 hari; dilanjutkan dengan 600 amebiasis.
mg sehari, selama 4 minggu. Masing-masing obat tersebut
perlu ditambah dehidroemetin atau emetin dengan dosis
seperti tersebut di atas selama 10 hari. Kadang-kadang REFERENSI
apabila abses hati sangat besar (lebih dari 5 cm), akan
Adam EB, Mcleod. Invasive amebiasis. Medicine 1977;56:315-7-
sukar sembuh, sehingga perlu dipertimbangkan tindakan
Akbar N, Sulaiman A, Noer HM. Combined treat-ment of,
pungsi abses untuk mempercepat penyembuhan. Pada metronidazole and chloroquine in fulminant amebic dysmtri
amebiasis ekstraintestinal lainnya dan ameboma obat-obat complicated by hepatic and lung amoebiasis. Acta Medto:a
Indonesiaria 197 5 :19 -25.
tersebut di atas dapat diberikan, kecuali klorokin.
Amebae. In: ]oklik EK. Willet HP, Bernard Amos D. Zinssd
Microbiology 18'h ed. Norwalk, Connec-ticut: Appletm
Century-crof ts 1984:120 6 -9.
Balasegaram M. Amoeblasis: diagnosis and sur-gical treatmeil
PROGNOSIS
with emphasis on hepatic aspects. Med.Progr 1976;1,6-17-
Behrens MM. Optic atrophy in children alter diiodohydroryguir
Prognosis ditentukan oleh berat-ringannya penyakit, therapy. I AMA 197 4: 228-693.
diagnosis dan pengobatan dini yang tepat, serta kepekaan Garcia EG. Treatment of amebiasis in Southeast Asia. Mod. Progc
1981,;8:11,-4.
ameba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya
Hunter GW, Swartzwelder JC, Clyde DR. Amebiasis. In: Trop"
prognosis amebiasis adalah baik terutama yang tanpa Mod. 5>' Ed. Philadelphia:I4rB Saunders ;1976.p.323-M.
76
DIARE AKUT KARENA INFEKSI
Erni luwita Nelwan
570
UllN,[ AKUT KARENA INFEKSI 571
-r'r- ( mem produ ksi toksin seperti enterotoksin, sitotoksin GEJALA DAN TANDA
ia- -eurotoksin. Enterotoksin yang paling banyak dijumpai
i,ra ah pada kolera, di mana toksin yang dikeluarkan akan Bisa bersifat inflamasi atau noninflamasi. Diare noninflmasi
lrEr{i:tan dengan reseptor di permukaan enterosit yang bersifat sekretorik (wotery) bisa mencapai lebih dari 1 liter
ima- r'reningkatkan siklik AMP di mukosa saluran cerna dan per hari. Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen
itxri* -r\r/a meningkatkan pelepasan Cl- dan menurunnya yang hebat dan tidak disertai darah atau lendir pada
idlr":'psi Na+, sehingga menyebabkan diare. Demikian feses. Demam dapat dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual
trrr i Cengan E.coli yang memproduksi enterotoksi (LT dan muntah bisa dijumpai. Pada diare tipe ini penting
;r,ar- ST) menyebabkan diare dengan mekanisme yang diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang
iiain'-6 1'561'ps namun melalui aktivasi siklik GMP. Sitotoksin tidak terpantau dapat menyebabkan terjadinya kehilangan
mr:e'i yang dihasilkan oleh Shigella dysentrioe, Vibrio cairan yang mengakibatkan syok hipovolemik.
:,ai.:', a e m o Lytic u s, C lo st r id iu m d fficile ma m pu m e ru sa k Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori
'qi{H:sa saluran cerna dan menyebabkan diare berdarah atau disentri. Biasanya disebabkan oleh patogen yang
!,iiirr=n sindrom hemolitik uremikum. Sedangkan yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah disertai dengan
'i*r"nasuk dalam neurotoksin adalah Bocillus cereus atau demam, nyeri perut hebat dan tenesmus, serta feses
ruri :kokkus yang biasanya juga menyebabkan muntah berdarah dan berlendlr merupakan gejala dan tanda yang
iriril:-a toksin yang bekerja di sistem saraf pusat. dapat dijumpai.6
5ejumlah pertahanan tubuh pejamu yang dapat
'*lp-if,nindari terjadinya diare adalah flora normal saluran
.lrr*a keasaman lambung, motilitas usus, juga status ETIOLOGI6
r*t,',ri- oejamu. Berbagai patogen penyebab infeksi seperti
ilrilrrrs. raheri, parasit, dan jamur merupakan masalah pada Bakteri: Vibrio choleroe0T, V. cholerae 0139,
;rime- AIDS. Mucosal immunity merupakan pertahanan V.porohemolyticus, E.coli, Aeromonos, Bqcteroides frogilis,
::.e*:'rra yang penting terhadap berbagai patogen Co m py lo b o cte r j ej u n i, S q lm o ne lla e, C lo st rid iu m d ffic ile,
i,erF*,Erab diare.s Shigella
-' C'1. Gejala dan Tanda Diare Aktt karena lnfeksi Berdasarkan Kausal
bgrns
- E.coli
ilhir Shigella Salmonella Campylobacter Vibrio Cyclospora Giardia
E.
(shisa
,ffi; Hystolyrtica Di;:ire toksin)
rll[um perut +/- + +
Itryna.r +/- + + Jarang
rilllllutts -"tunta + + +/- + + a+
,lllumr .) pada +/- +/- +
flffi
jir+rm*
:erdarah + +
rcMPLIKASI
FENCEGAHAN
ililrrerlIputi;6
ETIOLOGI
EPIDEMIOTOGI
Penyebab disentri basiler adalah Shigella sp. dari genus
Shigello, yang termasuk bakteri gram negatif dalam Habitat alamiah Shigella lerbatas pada saluran pencerna;Mnr
klasifikasi kingdom, Bacferia, phylum Proteobacteria, closs manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies
574
GENTRI BASILER 575
flinenimbulkan disentri basiler. Di Amerika Serikat ditandai dengan angka serangan yang tinggi dan angka
diilaporkan sekitar 8-12 kasus per 100.000 populasi selama kematian yang tinggi pula, sebagai contoh di Bangladesh,
Jffi tahun. Di dunia, shigellosis tetap merupakan penyebab suatu epidemik yang disebabkan S. dysenterioe type 1
dimre tersering baik di negara berkembang maupun di dikaitkan dengan angka kematian sebesar 42Yo diantara
r@ara maju. Organisme ini sangat mudah ditransmisikan anak berusia 1-4 tahun. Shigellosis juga sering menimbulkan
secara fekal oral, melalui kontak dari orang ke orang atau endemik dan 99% terjadi di negara berkembang dengan
nrme{alui makanan dan minuman kontaminasi. Jumlah prevalensi yang tinggi, dimana kebersihan umum dan
hurnan yang dibutuhkan untuk dapat menimbulkan kebersihan perseorangan jelek.
penyakit (dosis infeksi) sangat sedikit yaitu kurang dari lsolat 5. flexneri lebih sering ditemukan pada
1ffi0 organisme. Angka serangan ulang pada anggota negara-negara maju, sedang S. sonnei lebih prevalen
fmrluarga mencapai 40%. pada daerah dengan ekonomi baik serta negara-negara
lnsidensi dan penyebaran shigellosrs berhubungan industri. Shigello juga dikaitkan sebagai kontributor utama
dengan kebersihan perseorangan dan kebersihan gangguan pertumbuhan anak di negara berkembang
'tonrunitas. Di negara berkembang, shigellosis lebih banyak dikarenakan S h ig ellosis memberikan dampak jangka
di@mukan pada anak-anak, dan di negara-negara dengan pendek dan jangka panjang gangguan nutrisi pada anak
mn'disi infrastruktur sanitasi tidak bagus, dengan kondisi di daerah endemis. Kombinasi antara anoreksia, enteropati
prnukiman padat dan kondisi higiensi perseorangan jelek, eksudatif yang diakibatkan karena kerusakan mukosa
penyakit ini lebih mudah menyebar. S. dysentriae type secara cepat akan mengubah status nutrisi penderita.
1 dapat menyebabkan kondisi yang berat yang disebut
,funEan disentri basiler.
WHO memperkirakan jumlah total kasus pada TRANSMISI
Itttrn 1996-1997 diperkirakan 165 juta dan 69% kasus
mtjadi pada anak kurang dari 5 tahun. dengan kematian Saluran usus manusia merupakan reservoar utama
ttniarp tahunnya diperkirakan antara 500,000 hingga Shigella, meskipun diteniukan pula pada primata yang
ll "l 1uta. Data tahun 2000-2004 dari 6 negara di Asia lebih tinggi. Karena penyebaran shigello ini paling besar
lffiangladesh, China, Pakistan. lndonesia, Vietnam, dan terjadi pada fase akut, maka bakteri ini secara efektif
lilllimaland) menu nj u kka n ba hwa i nsidensi shigel/osrs masi h ditransmisikan melalui fekal-oral, disamping itu dapat pula
mmr'iJ, meskipun angka kematiannya menurun, mungkin ditransmisikan melalui kontak orang ke orang, melalui
dmebabkan karena membaiknya standar nutrisi. Bagaimana makanan dan minuman yang tercemar. Selain itu shigello
pum juga penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dapat pula ditransmisikan oleh lalat dan secara seksual.
mmrryebabkan risiko terbentuknya shigella yang resisten
ffirlhadap antibiotik. Kejadian epidemik yang luar biasa
uarng disebabkan oleh S. dysenteriae type 1, yang sering PATOGENESTS
Sel M
Aktivasi NF-kB
disebabkan oleh IL-1p
dan aktivasi NLR intraselular
Disrupsi/perusakan
batas permeabilitas
epitel oleh PMN
Gambar 1.
(Sumber: Sansonetti. P And Berqounioux, J. Shiqellosis ln Anthony S. Fauci, Dennis L. Kaspel
Dan L. Lonqo, Eugene Braunw-ald, Stephen L.-Hauser, J. Larry Jameson, Joseph Loscalzo,
Harrison's lnfectioui Diseases. 2010. McGrbw Hill Companies)
576 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
Ketahanan terhadap kondisi pH yang rendah menyebabkan mendorong membrane sejauh 20 pm kedalam sel yang
shigello bertahan melalui borrier lambung, hal ini berdekatan. lnvasi ke enterosit sebelahnya membentuk
menjelaskan mengapa inokulum kecil (sebesar 100 cFU) proyeksi seperti jari, yang kemudian akan pinch off,
cukup menyebabkan infeksi. Diare air mendahului sindroma mengganti bakteri kedalam sel baru tetapi dikelilingi
disentri karena sekresi aktif dan reabsorbsi air abnormal, oleh membran ganda. Organisme kemudian melisiskan
efek sekretorik pada jejunum seperti yang terlihat kedua membran dan dilepaskan ke dalam sitoplasma,
pada monyet yang terinfeksi. Purge awal ini mungkin bebas untuk memulai siklus baru.
disebabkan karena aksi kombinasi dari enterotoxin (ShET- Sitokin dilepaskan oleh sejumlah sel epitel intestinal
1) dan inflamasi mukosa. Sindroma disentri, ditandai yang terinfeksi yang menyebabkan kenaikan jumlah sel
dengan berak berdarah dan mukopurulen, merefleksikan imun (terutama lekosit polimorfonuklear) ke tempat
invasi mukosa. yang terinfeksi, yang akan mendestabilisasi barier
Sampai di usus halus, terjadi patogenik fundamental epitel, eksaserbasi inflamasi, dan menyebabkan colitis
yaitu invasi ke mukosa colon. Hal ini memicu respon akut yang sesuai dengan shigellosis. Bukti terkini
inflamasi akut yang intensif dengan ulserasi mukosa dan menunjukkan beberapa sistem sekresi tipe lll - efektor
pembentukan abses. lnvasi dan penyebaran merupakan dapat mengkontrol perluasan inflamasi, sehingga
proses yang multipel dan bertahap, dan sama dengan su rviva I bakteri.
memfasi litasi
proses yang terjadi pada Shigello dan EIEC l. Proses perluasan sel ke sel secara radial membentuk
Patogenesis Shrgello ditentukan terutama oleh virulensi ulkus fokal pada mukosa, terutama pada kolon. Ulkus
plasmid 214 kb terdiri atas 100 gen, yang mengkode 25 menambah komponen perdarahan dan menyebabkan
sistem sekresi tipe lll yang memasuki membran sel inang Shigello untuk mencapai lamina propria, dimana mereka
agar efektor dapat transit dari sitoplasma bacterial ke membangkitkan respon inflamasi akut yang intensif.
dalam sitoplasma sel. Bakteri dapat menginvasi sel epitel Perluasan infeksi diluar lamina sangatjarang pada individu
intestinal dengan menginduksi uptake setelah melewati sehat. Diare akibat proses ini merupakan proses inflamasi.
barier epitel melalui sel M terdiri dari volume tinja yang sbdikit terdiri atas leukosit
Shigella melewati membran mukosa dengan memasuki eritrosit, bakteri dan lainnya yang memberikan gambaran
folikel pada sel M (sel epitel translokasi khusus di folikel disentri klasik.
epitel yang menutupi nodul limfoid mukosa) di usus halus, Beberapa Shigello menghasilkan toxin Shiga yang
yang sangat sedikit memilikl brush border obsorptiveyang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit, dan
terorganisir. Shigello melekat secara selektif pada sel M toksin yang poten adalah toksin yang dihasilkan oleh S
dan dapat tronsitosis melalui sel M ke dalam kumpulan sel dysenteriae tipe 1, karena menyebabkan mortalitas yang
fagosit. Bakteri didalam sel M dan makrofag fagositik dapat bermakna pada individu yang ;.qbelumnya sehat. Toxin
menyebabkan kematian mereka dengan mengaktifkan Shiga dihasilkan oleh S. dysenteriae tipe 1 meningkatkan
kematian sel yang terprogram normal (apoptosis). Bakteri keparahan penyakit. Toxin shiga dan toxin Shigo-like,
dilepaskan dari sel M pada sisi basolateral enterosit dan merupakan kelompok toxin protein R1-d5, subunh
mengawali proses invasi yang multiple dan bertahap yang B5 mengikat permukaan sel dan subunit A katalitik
diperantarai oleh antigen invasi (lpaA, lpaB, lpaC). mengekspresikan N-glikosidasi RNA pada ribosom RM
Shigello mudah beradaptasi dengan lingkungan 28S. Hal ini menyebabkan inhibisi ikatan aminoacyl-
intraselular dan hal ini memberikan keunikan dalam tRNA terhadap subunit ribosom 605 dan menghentikan
proses infeksi. Meskipun pada awalnya bakteri dikelilingi secara keseluruhan biosintesis protein sel. Toxin Shiga
oleh vakuola fagositik, mereka dapat lepas dalam waktu ditranslokasi dari usus kedalam sirkulasi. Setelah mengikat
15 menit dan memasuki kompartemen sitoplasma sel reseptor globotriaosylceromide pada sel target di ginjafi
inang. Dan secara cepat, mereka membentuk paralel toxin diinternalisasi oleh reseptor yang diperantarai oldr
dengan filament aktin sitoskeleteon dari sel dan memulai endositosis dan berinteraksi dengan subselular untuk
proses dimana mereka melakukan kontrol polimerisasi menghambat sintesis protein. Konsekuensi perubahan
monomer yang membuat fibril-fibril aktin. Proses ini patofisiologi ini berakibat sindroma hemolitik uremik.
membentuk ekor aktin pada mikroba, yang akan terlihat Karakteristik masuknya dan interaksi Shigelle
didalam sitoplasma seperti komet. Gambaran pada dengan elemen selular sangat miripi dengan Listerir
apporatus sitoskeletal ini memberikan shigello yang monocytogenes.
non motil tidak hanya bereplikasi di dalam sel tetapi
dapat bergerak secara efisien didalamnya. Bakteri akan
masuk ke dalam membran sel inang, yang terletak MANIFESTASI KLINIS
berdekatan dengan enterosit lain. Pada titik ini beberapa
shigello akan mengalami rebound, tetapi yang lain akan Manifestasi klinis dan keparahan shigellosis terganturry
UTE|TRI BASILER 577
Kebanyakan gejala shigellosis ini akan membaik sendiri shigello lampak sebagai koloni yang tidak memfermentasi
Erpa terapi dalam waktu 1 minggu, tetapi dengan terapi laktosa, 0.5-1 mm dengan permukaan yang halus,
'#rflE tepat, maka proses penyembuhan terjadi dalam convek/cekung dan transluncen. Koloni yang dicurigai
Merapa hari saja dan tanpa ada gejala sisa. pada media non selektif atau media dengan selektivitas
578 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
rendah dapat dikultur pada media dengan selektifitas atau metabolik (hipoglikemia, hiponatremia, dehidrasi).
tinggi sebelum dilakukan identifikasi lebih lanjut atau Bakteremia sering dilaporkan terjadi pada anak dengan
dapat diidentifikasi secara sistem standard komersial malnutrisi, pasien HIV dan pasien dengan gangguan
yang didasarkan pada glukosa positif (biasanya tanpa pada sistem innote daya tahan tubuh. Megakolon toksik
produksi gas), laktosa negatif, H2S negatif dan tidak disebabkan karena proses inflamasi yang berat hingga
bergerak/non motil. Keempat serogup Shigello (A-D) otot polos usus besar mengalami paralisis dan dilatasi.
dapat dibedakan dengan karakteristik tambahan, tetapi Pasien dengan megakolon akan mengalami distensi dan
pendekatan ini membutuhkan waktu lebih lama dan nyeri tekan abdomen dengan atau tanpa tanda peritonitis.
melalui proses identifikasi yang sulit, sehingga setelah Pemeriksaan foto abdomen ditandai dengan pembesaran
diagnosis presumtif maka penggunaan metode serologi kolon transversum (dengan distensi paling besar terjadi
seperti slide ogglutination- dengan antisera spesifik untuk di kolon oscenden dan descenden). Pneumofosis coli
grup dan tipe harus dipertimbangkan. Antisera spesifik dapat pula ditemukan. Jika terjadi perforasi akan tampak
grup tersedia di pasaran untuk antisera spesifik tipe gambaran pneumoperitoneum pada foto abdomennya.
j'arang didapatkan dan terbatas sebagai referensi laborat Komplikasi lain adalah sindroma hemolitik uremik,
karena mahal. yaitu suatu mikroangiopati trombotik yang ditandai
Teknik yang lebih canggih untuk diagnosis infeksi dengan anemia hemolitik, trombositopenia dan gagal
shigello telah dikembangkan seperti pengecatan antibodi ginjal oligurik. Sindroma hemolitik uremik sering terjadi
fluoresens S. dysentrioe tipe 1, yang memiliki sensitivitas pada infeksi S. dysentrioe tipe 1 dan biasanya terjadi
92% dan spesifitas 93%, isolasi immunomagnetik diikuti 1-5 hari setelah disentri mereda atau menghilang. SHU
dengan PCR, antibodi monoklonal untuk identifikasi ini diduga karena toksin Shigo yang diproduksi oleh S
dan isotope- or enzyme lobelled DNA probes untuk dysenterioe type 1.
petanda spesifik virulensi shigella. Hingga sekarang Komplikasi sistemik infeksi shgellosrs lainnya adalah
ini belum tersedia uji diagnosis cepat untuk shigello, kejang umum yang dapat terjadi pada beberapa pasien
kecuali pemeriksaan immunoossay untuk toksin shiga. Uji terutama pada anak-anak. Kejang lebih sering ditemukan
serologis antibodi berguna untuk penelitian epidemiologis pada infeksi S. sonnei, selain itu pasien shigellosrs dapat
bukan untuk diagnosis penyakit pada daerah endemik mengalami penurunan kesadaran bahkan dapat konra
dimana sebagian besar populasinya seropositif akibat Penurunan kesadaran ini dapat disebabkan karena
paparan sebelumnya. gangguan metabolik hipoglikemia dan hiponatremia.
Hipoglikemia terjadi akibat kelaparan dan respon
glukoneogenik yang tidak adekuat. Hiponatremia serirq
DIAGNOSIS BANDING ditemukan pada disentri, disebabkan karena hilang akib*
diare dan sekresi hormon antidiuretik dalam jumlah yarrg
Diagnosis banding pasien dengan sindroma disentri tidak sesuai dengan kadar natrium dalam.serum. Yarg
tergantung pada klinis dan lingkungan. Pada negara dipicu oleh hipoalbumin dan penurunan tekanan onko*
berkembang diare infeksius yang disebabkan invasi bakteri i ntravasku lar.
patogen seperti Salmonello enteritidis, Campylobacter Selain itu shigellosis juga dapat memberi damp*
j ej u n i, Clostrid iu m d ifficile, Ae rsin iq e nterocolitica) atau pada nutrisi terutama pada anak-anak, seperti yang teldr
parasit (Entomoebo histolytico) harus dipertimbangkan disebutkan di atas disamping karena konsekuensi akiH
sebagai diagnosis banding shigellosis dan hanya dengan pelepasan sitokin pada proses inflamasi akan menimbulh
pemeriksaan bakteriologis dan parasitologis feses dapat katabolisme protein otot, gangguan prioritas sintesir
dibedakan penyebab kuman patogen. protein serta penurunan asupan nutrisi karena anorekia
lnflammotory bowel diseose, seperti Crohn's disease Selain itu penderita kehilangan protein usus akibil
atau kolitis ulseratif harus dipertimbangkan sebagai kematian sel epitel usus, ulserasi dan transudasi senfr
diagnosis banding shigellosis di negara-negara industri, ke dalam lumen usus dimana kesemuanya
karena kemiripan gejala, anamnesis yang membedakannya keseimbangan nitrogen negatif.
dengan shigellosis biasanya adalah riwayat bepergian di Komplikasi fase post infeksi akibat imunologis
daerah endemik. arthritis reaktif (Reifer's syndrome) dapat terjadi
minggu atau beberapa bulan setelah shigellosis,teru
pa da pa sien de n ga n h istoco m p otib ility o ntig e n
KOMPLIKAS! Sekitar 3% penderita yang terinfeksi S. flexneri
mengalami sindrom Reiter dengan arthritis, i
Komplikasi utama pada shigellosis adalah komplikasi pada okuler dan uretritis - suatu kondisi yang dapat di
usus (megakolon toksik, perforasi usus dan prolaps rektum) selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
MrIRl BASILER
579
slurr Ciobati. Arthropathy post infeksi hanya terjadi setelah resistensi. Kloramfenikol dan tetrasiklin sudah tidak efektif
1si"'r;eksi S. Flexneri. untuk shigellosrs. Dengan alasan yang sama kotrimoksasol,
dan ampisilin sudah tidak efektif untuk terapi shigellosis
di negara-negara maju. Beberapa obat (seperti cefiksim)
IENATATAKSANAAN secara invitro efektif terhadap shigelLo tetapi secara invivo
tidak efektif, sehingga pilihan untuk infeksi shigeLlo untuk
*mnniotik merupakan ujung tombak terapi shigellosis. daerah tropis terbatas seperti yang dapat dilihat pada
Tmroa pemberian antibiotika yang efektif maka kematian tabel 1.
drubat infeksi shigeLLo terutama S. dysentrioe tipe 1 dapat Di US direkomendasikan bahwa setiap kasus shrgellosrs
ru:rapai lebih dari 10%o terutama pada anak-anak dan harus diobati dengan antibiotik. Pilihan utama adalah
rma anjut. Di negara maju meskipun infeksi S. sonnei ciprofloksasin. Sejumlah obat diuji dan efektif untukshigelLa
lbrmsanya ringan dan dapat sembuh sendiri, lnfeksi oleh seperti ceftriakson, azitromisin, pivmecillinam dan generasi
lmms Es shigella apapun dapat menyebabkan kematian ke lima quinolon. Meskipun infeksi oleh shigello non
poma pasien malnutrisi atau imunokompromis. Pemberian
dyse ntrioe pada imunokompeten diberikan terapi antibioti k
,mnnnL otik dalam waktu 72 jam setelah gejala muncul selama 3 hari, direkomendasikan terapi antibiotik karena
lmau hanya menghilangkan gejala disentri tetapi juga infeksi S. dysenteriae diberikan selama 5 hari dan diberikan
-qhm-,:egah komplikasi lebih lanjut, serta memperpendek selama 7-10 hari pada pasien imunokompromis.
umsa ekskresi mikroorganisme tersebut.
Terapi Non Spesifik Dupont H.L. Shigella Species (Bacillary Dysentery) in Gerald
L Mandell, John E. Bennet! & Raphael Dolin. Principles
Pemberian agen antimotilitas memberi dampak
and Practice of Infectious Diseases, 6th ed. Volume 1. 2005
memperpanjang demam pada relawan dengan shigellosis, Churchill Livingstone, An Imprint of Elsevier.
dan karena dicurigai meningkatkan risiko toksik megakolon lawetz,E.,1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, edisi 16,
303-306, EGC, |akarta
dan SHU pada anak dengan infeksi strain E. coli yang
Kate Stout, Collette Hendler, Joanne Bartelmo. Lippincott's
menghasilkan toksin Shiga, maka pemberian antimotilitas Clinical Guide Infectious Diseases. 2011, Lippincott William
tidak dianjurkan pada kasus diare dengan darah. & Wilkins, Clma, pp 357 -62.
Keusctr, G.T., Kopecko, D. j. Shigellosis in Richard L. Geurranl
David H. Walker, Peter F.Weller (editors). Tropical Infectious
Penatalaksanaan Komplikasi Diseases: Principles, Pathogens & Practice. 2nd ed. Vol. 1-
Tidak ada konsensus mengenai penanganan terbaik untuk Elsvier. Pp255-62
megacolon toksik. Pasien harus dinilai berulang kali oleh Parsot, C. Shigella spp. and enteroinvasive Escherichia coli
pathogenicity factors. FEMS Microbiology Letters 252 (2005)
kedua tim baik tim medis maupun tim bedah. Anemia,
11-B
dehidrasi dan kehilangan elektrolit (terutama hipokalemia) Ryan, K. ]. Enterobacteriaceae in Kenneth I Ryan, C. George Rar
dairat menyebabkan atonia kolon dan harus dikoreksi. (editors). Sherris Medical Microbiology. 2004. McGraw HiX
Aspirasi nasogastrik dapat membantu mengempiskan Companies. Pp357-62
Sansonetti, P And Bergounioux, J. Shigellosis In Anthony S"
kolon. Terapi parenteral tidak terbukti menguntungkan. Fauci, Dennis L. Kasper, Dan L. Longo, Eugene Braunwal{
Demam yang masih menetap selama 48-72 jam sangat Stephen L. Hauser, ]. Larry Jameson, Joseph Loscalzo
mungkin disebabkan adanya perforasi setempat atau (editors). Harrisorls InJectious Diseases. 2010. McGraw Ffi[
Companies. Pp 531-5
abses. Kebanyakan penelitian menganjurkan kolektomi jika
Sansonetti , P. J. Microbes and Microbial Toxins: Paradigm*
setelah 48-72 jam distensi kolon menetap. Tetapi banyak for Microbial-Mucosal Interactions III. Shigellosis: from
pula klinisi yang merekomendasikan meneruskan terapi symptoms to molecular pathogenesis. Am J Physiofr
medis hingga 7 hari jika secara klinis pasien membaik Gastrointest Liver Physiol 280: C319-G3'23, 2001
Schroeder, G, N. and Hilbi, H. Molecular Pathogenesis of Shigelh
meskipun megakolon menetap tanpa perforasi. Perforasi spp.: Controlling Host Ce1l Sign4ling, Invasion, and Dea&[r
usus memerlukan tindakan bedah. Type III Secretion. Clinical Microbiology Reviews, Jan.2ffi
Prolaps rectum diterapi sesegera mungkin. Dengan p.134-156 Vol.21, No. 1
Shetty, N. Gastroenteritis in N. Shetty, ].W. Tang, J. An&es
menggunakan sarung tangan bedah atau dengan baju (editors). InJectious Disease: Pathogenesis, PreventiorL d
yang lembut hangat dan basah, pasien pada posisi Case Studies. 1st ed. A |ohn A John Wiley & Sons, L.td*
knee-chest position, rectum yang prolaps dimasukkan Publication. 2009, pp212-37
kembali secara pelan-pelan. Jika mukosa usus terlihat Southwick, F. Gastrointestinal and Hepatobiliary Infections io
Frederick S.Southwick (editor) Infectious Diseases A Clinirltr
membengkak, dapat dikurangi secara osmotic dengan Short Course, 2nd ed McGraw-Hill Companies. Inc. Bgr
menempelkan suatu alat yang di beri cairan magnesium 190-200
sulfat yang hangat. Prolaps recti dapat kembali relaps. SHU Sur D., Ramamurthy, T., Deen, j. & Bhattacharya, S. K. Shigelkflr
challenges & management issues. Indian J Med Res
harus diterapi dengan restriksi cairan termasuk menyetop
November 2004,pp 454-62. r
ORS dan suplemen kaya kalium. Hemofiltrasi biasanya Torres, G. A. Current aspects of Shigella pathogenesis-
dibutuhkan pada kasus ini. Latinoam Micr obiol 2004; 46 (3-4): 89-97
PENCEGAHAN
REFERENSI
7B
ROTAVIRUS
Niniek Budiarti Burhan, Dewi I
Walaupun kebanyakan diare sembuh dengan lnfeksi yang terjadi pada negara berkembang terjadi
sendirinya dan dehidrasi dapat dikendalikan dengan terapi pada usia yang lebih muda, jarang musiman, dan hasil
rehidrasi oral, akan lebih baik apabila dapat mencegah akhir sering terjadi kematian, sering disebabkan oleh
terjadinya diare, terutama mencegah timbulnya serangan strain virus yang berbeda.6 Penyebab utama terjadinya
yang berat yang dapat menimbulkan komplikasi berat atau kematian pada anak-anak di negara berkembang, sekitar
kematian. Meskipun beberapa strategi pencegahan seperti 2 juta kematian per tahun dan menyebabkan 10-124/o
perbaikan kualitas air dan sarana sanitasi dapat diterapkan anak-anak di negara industri mendapatkan perawatan di
dan tanpa perlu mengetahui dengan pasti penyebab diare, rumah sakit.T
cara pencegahan lainnya seperti pemberian vaksin juga Rotavirus A, dilaporkan 90% gastroenteritis rotavirus
dapat memberikan pencegahan yang lebih baik.1 pada manusia, menimbulkan endemi di seluruh dunia,
Laki-laki lebih banyak di rawat di rumah sakit daripada
wanita. Di daerah bersuhu dingin, rotavirus sering timbui
DEFINISI terutama pada musim dingin, tetapi pada daerah tropis
muncul sepanjang tahun; perbedaan ini disebabkan oleh
Gastroenteritis viral adalah infeksi intestinal yang disebabkan perubahan suhu dan kelembaban.s
oleh beberapa virus berbeda yang sangat menular.3
PATOGENESIS
EPIDEMIOLOGI
Perjalanan Penyakit
Timbul di seluruh dunia, tersering pada anak-anak usia lnfeksi rotavirus sering mengikuti pola endemik, terutarri
3-5 tahun.6'7 lnfeksi neonatal seringkali asimptomatik di daerah tropis, meskipun mencapai puncaknya pad:
atau ringan, terutama karena adanya proteksi antibodi cuaca dingin. Virus ditransmisikan melalui rute feka -
ibu atau menyusui. lnfeksi pertama setelah usid 3 bulan oral dan dapat bertahan pada feses sampai 3 mingg-
seringkali menimbulkan gejala dan insiden penyakit pada infeksi berat. Pada saat terjadi wabah (pada pusa:
mencapai puncaknya pada anak-anak usia 4-23 bulan. pelayanan), virus tersebut banyak terdapat di mana-
Sering timbul infeksi ulangan, tetapi tingkat keparahan mana dan infeksi yang kedua timbul anlara 160/o dan 3f '.
penyakit menurun dengan adanya infeksi yang berulang.T (termasuk pada rumah tangga).4
Gambar 1. Perkiraan distribusi global 800.000 kematian di seluruh dunia akibat diare rotavirus
Tiap titik menandakan 500 kematian.e
TIfiAVtRUS 583
,ffi
t\m
i
&d
I
f{#I
iLd'rErangan Gambar:
, -Js menempel pada reseptor host melaluiVP4 dan dilakukan endositosis ke dalam vesikel di sel inang.
::'tikel virus hanya dilapisi sebagian dalam endolisosom (kehilangan VP4-VP7 sebagai lapisan Iuar), dan penetrasi ke dalam
-::plasma.
-':rskripsi awal gen oleh enzim polymerase virus yang timbul di dalam sehingga membentuk partikel dua lapis (double-layered,
l-:s), sehingga dsRNA tidak pernah bersinggungan dengan sitoplasma. RNA (+) menekan sitoplasma dan menyediakan cetakan
-:;i sintesis protein virus.
' -: sel barudenganaktivitasreplikasediproduksi dalampabrikvirus(jugadisebutviroplasma).Menandakanpembentukanpelengkap
: ^.A (-) dan awal proses morfogenesis virus.
--:nskripsi akhir terjadi pada inti sel baru ini.
::ca batas luar pabrik virus, inti sel dilapisi oleh VP6, membentuk
DLPs imatur yang puncaknya melewati membran retikulum
=-:oplasmik, mendapat membran lemak sementara yang akan dimodifikasi dengan glikoprotein retikulum endoplasmik NSP4 dan
, :I, partikel pembungkus yang mengandung VP4. Partikel ini bergerak menuju bagian dalam retikulum endoplasmik, lapisan lemak
.:-lentara dan protein non struktural NSP4 hilang, sedangkan protein permukaan VP4 dan VP7 akan menyusun kembali lapisan
:':iein virus terluar; menghasilkan partikel tiga lapis yang matang dan infeksius.
" 'on matang dilepaskan mengikuti kematian sel dan berhubungan dengan kerusakan membran plasma sel inang.
'.'ekanisme patogenesis dan imunitas rotavirus belum selama transitosis dalam enterosit. Pada langkah 4, sel T
,':=- -hnya dipahami dan terdapat berbagai pendapat spesifik rotavirus sekresi sitokin juga dapat menghambat
. :.-tung dari penelitian hewan coba. Ringkasan dari replikasi virus. Bila replikasi virus tidak berhenti, seperti
". :' sme potensial patogenesis dan imunitas rotavirus, pada Iangkah 5, rotavirus memproduksi protein non-
I -:r'ra (langkah 3 sampai 5) diketahui dari penelitian struktural 4 (NSP4), yaitu toksin yang menginduksi diare
i "::ap tikus. Pada langkah 1, antibodi netral secara sekretori akibat regulator konduksi transmembran non-
:'::J19 bereaksi dengan YP4 dan/ atau VP7 dapat kistik fibrosis (KTNF). Rotavirus juga dapat menstimulasi
'- - ::gah penetrasi dan pengikatan virus, mempengaruhi
' sistem saraf enterik (SSE) seperti pada langkah ke-6,
. ., -si virus. Apabila mekanisme ini gagal, seperti menginduksi diare sekretori dan meningkatkan mortalitas
, :: angkah 2, replikasi rotavirus di dalam enterosit usus melalui mekanisme yang belum diketahui (disebutkan
*.-,
ecabkan perubahan metabolisme membran protein oleh beberapa penelitian yang NSP4 dependen). Obat-
:--.-:sit menginduksi terjadinya diare malabsorbsi atau obatan yang dapat menghambat SSE berguna untuk
- --:lk. Rotavirus juga menyebabkan peningkatan menerapi diare rotavirus pada anak-anak. Antibodi NSP4
"
-.:rtrasi kalsium intasel, yang mana mengganggu juga dapat menghambat dua mekanisme terakhir. Pada
':.,:ieton dan celah sempit antar sel, meningkatkan akhir proses tersebut, rotavirus menghancurkan terakhir
,: --:abilitas paraselular. Saat langkah ke-3, replikasi virus sel inang (seperti pada langkah 7), selanjutnya dapat
" ::: ular dapat dihambat dengan sekresi lgA anti VP-6 menyebabkan diare osmotik dan malabsorbsi. Meskipun
584 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
merupakan koloni normal di usus, antigen rotavirus, antara gastroenteritis yang disebabkan bakteri dan karena
partikel RNA dua untai dan infeksius dapat ditemukan di vi ru s.7
dalam darah anak-anak dan organ sistemik henran coba.
Peran antigen sistemik dan/ atau virus dalam patogenesis
rotavirus belum diketahui dengan pasti.1o ETIOLOGI
Penyebab
GEJATA DAN TANDA Terdapat lima spesies Rotavirus, yaitu A, B, C, D, dan
E. Rotavirus A yang paling sering, menyebabkan lebih
Penyakit akibat virus ini ditandai dengan adanya muntah dari 90% infeksi pada manusia.s Rotavirus merupakar
dan atau diare yang teryadi akut, dapat disertai demam, anggota famili Reoviridae. Genome viral terdiri dari 11
mual, nyeri perut, penurunan nafsu makan dan lemah segmen double-stronded RNA yang tertutup terdiri dar
badan atau rasa tidak enak. Seperti yang ditunjukkan pada tiga lapisan, nonenveloped, kapsid ikosahedral diameter
tabel 1. Beberapa tanda dan gejala dapat membedakan 75nm. Protein viral 6 (VP6), merupakan protein struktura
Diagnosis Banding
Beberapa virus enterik diketahui sebagai penyebab infeksi
gastroenteritis akut yang penting, seperti yang tampak
pada tabel 2.7 '
hbar 3. Mekanisme Potensial imunitas dan patogenesis
ilffilnrruSlo
PENATALAKSANAAN
DAGNOSIS
Prinsip Penatalaksanaan
hrdekatan Klinis Gastroenteritis akibat Rotavirus dapat menyebabkan
Sciring kali sulit menegakkan diagnosa bila hanya dehidrasi berat. Oleh karena itu terapi secara adekuat
M,riasar gejala klinis dan parameter epidemiologi saja, harus segera dimulai.6 Terapi yang diberikan simptomatik
ffi mboratorium juga dibutuhkan untuk menegakkan dengan penggantian cairan dan elektrolit. lmunitas lokal
diimqtnosis.T usus memberikan proteksi melawan infeksi ikutan.a
i-!B:;:i:,:ir:. i.;:'!!-i!1!-iJi :J
Primary age Group Clinical
Virus Family Genorne Deteciion Assays
at Risk Severity :
Double strand segmented EM. EIA {commercial),
Rotavirus Grup A Reoviridae
DNA
Childr:en < 5 yrs +++
PAGT, RI,-PCR
Positive-sense single-strand
Norovirus Caliciviridae Atl ages ++ EM, EIA, RT.PCR
RNA
Positive-sense single-strand
Sapovirus Caliciviridae ChilAren < 5yrs + EM" EIA, RT.PCR
RNA
Positive-sense single strand
Astrovirus Astroviridae Chitdren < 5 yrs + EM, EIA, RT.PCR
RNA
Adenovirus EM, EIA (Commercidl
Adenoviridae Double-strand DNA Children < 5 yrs +/++
tiro" * ir" orl PCR
oral karena sering muntah. Pada anak-anak dengan pencegahan lainnya seperti pemberian vaksin juga dapat
immunocompromised dan infeksi rotavirus kronik, memberikan pencegahan yang lebih baik.l
pemberian immunoglobulin oral atau kolostrum dapat U paya mengem bangkan vaksi n rotavi rus meru pakam
meringankan gejala, tetapi pemilihan obat beserta dosisnya hal yang terus dikerjakan - diberikan pada negara indussti
belum diteliti lebih lanjut. Penggunaan probiotik, subsalisilat dan negara berkembang dimana perbaikan sanitasi dam
bismuth, penghambat enkephalinase dan nitazoxanide kebersihan tidak mampu mengrJrangi kejadian diare akibau
sebagai terapi telah diteliti tetapi belum diketahui secara rotavirus. Vaksin rotavirus pertama terdapat di Amerikru
jelas. Antibiotik dan antimotilitas harus dihindari.6 Serikat tahun 1 998 ditarik dari peredaran setelah 1 tahumr
dipasarkan karena adanya isu terkait kejadian intususeps
yaitu suatu obstruksi usus berat.6
KOMPLIKASI Pada 2006, dilaporkan dua vaksin rotavirus barul
yang aman dan menjanjikan dari hasil penelitian mufifrr
center di Amerika Utara, Eropa,d_an Amerika Latin. Saldr
Kejadian Tersering satu dari vaksin ini berbahan dasar campuran seruntnlr
Diare merupakan penyebab terpenting terjadinya sapi - manusia, termasuk yang direkomendasikan pa&
angka kesakitan dan kematian pada semua usia dan di bayi di Amerika Serikat pada awal 2006. Vatsin kedtir4
seluruh dunia. Pada diare ringan sampai sedang dapat berbahan dasar strain rotavirus manusia yang dilemahkarl
menghambat pekerjaan dan pendidikan. Sedangkan pada tidak dibuat di Amerika Serikat tetapi dimasukkan dalann
diare yang lebih berat dapat menyebabkan penderita program imunisasi di beberapa negara di Amerika Lamim
dirawat di rumah sakit, komplikasi yang serius seperti dan Eropa.6
sindrom Guillain Barre dan hemolitik uremik dan kematian Perbedaan epidemiologi rotavirus dan prevalemil
pada beberapa kasus.l yang lebih besar terjadinya ko-infeksi dengan patogEinr
usus lainnya, komorbiditas dan malnutrisi pada neg.m
berkembang dapat mengurangi efek vaksin rotavirus. O|dhr
PENCEGAHAN karena itu, sebelum diberikan rekomendasi pemberhil
vaksin, penting untuk mengevaluasi efikasi vaksin rotavimu
Walaupun kebanyakan diare sembuh dengan sendirinya pada negara miskin di Afrika dan Asia.6
dan dehidrasi dapat dikendalikan dengan terapi rehidrasi Dua macam imunisasi oral tersedia di Amerika
oral, akan lebih baik apabila dapat mencegah terjadinya yaitu : vaksin rotavirus pentavalent human bovine
diare, terutama mencegah timbulnya serangan yang berat RotaTeq yang diberikan pada usia 2,4 dan 6 bulan)
yang dapat menimbulkan komplikasi berat atau kematian. vaksin rotavirus manusia yang dilemahkan (HRV
Meskipun beberapa strategi pencegahan seperti perbaikan yang diberikan pada usia 2 dan 4 bulan). Kontra
kualitas air dan sarana sanitasi dapat diterapkan dan tanpa termasuk alergi terhadap bahan vaksin, riwayat
perlu mengetahui dengan pasti penyebab diare, cara vaksin sebelumnya dan imunodefisiensi.a
muRus 587
IIFERENSI
,ttdak dapat menyebabkan epidemi. Pada akhir tahun 1992 Pada keadaan epidemis, insiden tidak berbeda pada
kdakan kasus kolera dimulai di lndia dan Bangladesh yang kelompok umur maupun jenis kelamin tertentu.
ffisebabkan oleh serogrup V. cholerae yang sebelumnya
he{um teridentifikasi, yaitu serogrup O139 atau Bengal.
l{eadaan ini dikenal pula sebagai pandemik ke-8. lsolasi PATOGENESIS DAN IMU NITAS
dari Vibrio ini telah dilaporkan dari 11 negara di Asia
r-'emqgara. Namun masih belum jelas apakah V. cholerae Kolera ditularkan melalui jalur oral. Bila Vibrio berhasil
0139 akan menyebar ke daerah/ wilayah lain, dan lolos dari pertahanan primer dalam mulut dan tertelan,
menoawasan epidemiologik yang cermat dari situasi ini bakteri inl akan cepat terbunuh dalam asam lambung
mdang dilakukan. yang tidak diencerkan. Bila vibrio dapat selamat melalui
asam lambung, maka ia akan bekembang di dalam usus
halus. Suasana alkali di bagian usus halus ini merupakan
TNANSMISI medium yang menguntungkan baginya untuk hidup dan
memperbanyak diri. Jumlahnya bisa mencapai sekitar
pada daerah endemik, air terutama berperan dalam 10 per ml cairan tinja. Langkah awal dari patogenesis
penularan kolera; namun pada epidemi yang besar terjadinya kolera yaitu menempelnya vibrio pada mukosa
Wrenularan juga terjadi melalui makanan yang usus halus. Penempelan ini dapat terjadi karena karena
"mr'ilrontaminasi oleh tinja atau air yang mengandung adanya membran protein terluar dan adhesin flagella.
s cnolerae. Khususnya pada kolera El Tor, yang dapat Vibrio cholerae merupakan bakteri non invaslf,
rhrtahan selama beberapa bulan di air. Penularan dari patogenesis yang mendasari terjadinya penyakit ini
tmryrusia ke manusia dan dari petugas medisjarang terjadi. disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan V. cholerae
Pasien dengan infeksi yang ringan atau asimtomatik yang menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit yang
herpsp3n penting pada penyebaran penyakit ini. masif yang disebabkan oleh kerja toksin pada sel epitel
kbandingan antara penderita asimtomatik dengan usus halus, terutama pada"duodenum dan jejunum.
urmrtomatik (bermanifestasi klinis yang khas) pada suatu Enterotoksin adalah suatu protein, dengan berat
cudemi diperkirakan 4:1 pada kolera Asiatika, sedangkan molekul 84.000 Dalton, tahan panas dan tak tahan asam,
u,mntuk kolera El To4 diperkirakan 10:1. Dengan kata lain resisten terhadap tripsin tapi dirusak oleh protease. Toksin
ronCapat fenomena gunung es. Hal ini merupakan masalah kolera mengandung 2 sub unit yaitu B (binding) dan A
j*firususnya
dalam upaya pemberantasan kolera El Tor. (active). Sub unit B mengandung 5 polipeptida, dimana
Puda kolera El Tor angka karier sehat (pembawa kuman) masing-masing molekul memiliki berat 1 1500 dan terikat
nmercapai 3 o/o. Pada karier dewasa Vibrio cholerae hidup pada gangliosid monosialosil yang spesifik, reseptor
Mem kantong empedu. GM1, yang terdapat pada sel epitel usus halus. Sub unit
Prevalensi kolera di daerah endemik pada anak lebih A kemudian dapat masuk menembus membran sel epitel.
+mc*rn dibandingkan dengan orang dewasa yaitu 10:1. Pada Sub unit ini memiliki aktlvitas odenoiine diphospote
,qltr6nq dewasa insiden pada pria lebih tinggi dari wanita. (ADP) ribosyltronsferose dan menyebabkan transfer ADP
ribose dari nicotinamide-odenine dinucleotide (NAD) ke Muntah timbul kemudian setelah diare, dan berlangsung
sebuah guanosinetriphospote (GTP) binding protein yang tanpa didahului mual. Kejang otot dapat menyusul, baik
mengatur aktivitas adenilat siklase. Hal ini menyebabkan dalam bentuk fibrilasi atau fasikulasi, maupun kejang
peningkatan produksi cAMf yang menghambat absorpsi klonik yang nyeri dan mengganggu. Otot-otot yang sering
NaCl dan merangsang ekskresi klorida, yang menyebabkan terlibat ialah betis, biseps, triseps, pektoralis dan dinding
hilangnya air, NaCl, kalium dan bikarbonat. (Tabel 1) perut. Teriakan ataupun rintihan pasien karena kejang yang
nyeri itu dapat disangka sebagai teriakan nyeri karena
kolik. Kejang otot ini disebabkan karena berkurangnya
kalsium dan klorida pada sambungan neuromuskular.
Natrium Kalium Klorida Bikarbonat
Gejala dan tanda kolera terjadi akibat kehilangan
Dewasa 124 16 90 48 cairan dan elektrolit serta asidosis. Pasien berada dalam
Anak 101 27 92 )Z keadaan lunglai, tak berdaya, namun kesadarannya relatif
baik dibandingkan dengan berat penyakitnya. Koma baru
akan terjadi pada saat-saat terakhir. Pada kurang lebih
Toksin-toksin tambahan dan faktor-faktor lain 1Oo/o bayi dan anak-anak, dapat dijumpai kejang sentrd
sekarang telah diketahui terlibat pada patogenesis kolera. dan stupor, yang disebabkan hipoglikemia. Tanda-tanda
Zonulo occludens toxin (Zot) meningkatkan permeabilitas dehidrasi tampakjelas, nadi menjadi cepat, napas menjadi
mukosa usus halus dengan mempengaruhi struktur fighf cepat, suara menjadi serak seperti suara bebek Manila (vor
junction interselular. Accessory cholero exotoxin (Ace) cholerico), turgor kulit menurun (kelopak mata cekung
ditemukan pada tahun 1993 dan diketahui meningkatkan memberi kesan hidung yang mancung dan tipis, tularg
transpor ion transmembran. pipi yang menonjol), mulut menyeringai karena bibir
lmunitas terhadap toksin kolera dan antigen kering, perut cekung (skafoid) tanpa ada steifung maupun
permukaan bakteri sama dengan respon infeksi alami. kontur usus, suara peristaltik usus bila ada jarang sekafi-
Kebanyakan studi terhadap respon imun telah mengukur Jari jari tangan dan kaki tampak kurus dengan lipatar
antibodi bakterial serum, meskipun proteksi in vivo lipatan kulit, terutama ujung jari yang keriput (woslw
kemungkinan besar dimediasi oleh lgA sekretorik. women honfi, diuresis berangsur-angsur berkurang daar
Kolera ditandai dengan diare yang sangat berat berakhir dengan anuria. Diare akan bertahan hingga 5 hai
yang dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan pada pasien yang tak diobati.
elektrolit dan hipovolemia, dengan angka kematian
o/o
(m o rto ity r o te) ya n g be rki sa r ku ra n g dari 1
I hi n gg a 40o/o.
Terdapat spektrum yang luas mulai dari yang asimtomatik, TAN DA.TAN DA GAGAL S! RI(U LASI
ringan hingga berat.
Berkurangnya volume cairan disertai dengan viskosiB,
darah yang meningkat, akhirnya menyebabkafi kegagala
MANIFESTASI KLINIS sirkulasi darah. Tanda utama yang dianggap khas adaldl
suhu tubuh yang rendah (34 hingga 24,5'C), sekalipun
Ada beberapa perbedaan pada manifestasi klinis kolera sedang berlangsung infeksi. Frekuensi nadi menjaffii
baik mengenai sifat dan beratnya gejala. Terdapat cepat dengan isi yang kurang dan akhirnya menjafr
perbedaan pada kasus individual maupun pada terjadi cepat dan kecil (filiform). Denyut jantung cepat, sum
epidemi. Masa inkubasi kolera berlangsung anlara 16-72 jantung terdengarjauh dan kadang-kadang hanya sr.ra
jam. Gejala klinis dapat bervariasi mulai dari asimtomatik sistolik yang terdengar, namun dengan irama yang tetilD
sampai dengan gejala klinis berupa dehidrasi berat. lnfeksi teratur.Tekanan darah menurun sebagai tanda renj
terbanyak bersifat asimtomatik atau terjadi diare ringan hipovolemik. akhirnya terukur hanya dengan
dan umumnya pasien tidak memerlukan perawatan. Warna kulit, bibir dan selaput mukosa serta kuku j
Manifestasi klinis yang khas ditandai dengan diare ungu akibat sianosis, memberi kesan pasien
yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa hitam pada orang yang berkulit gelap; pada perabaan
mules maupu n tenesmus. Dalam waktu singkat tinja yang terasa lembab. Sianosis yang terjadi adalah bersifat
semula berwarna dan berbau feses berubah menjadi Asidosis metabolik terjadi akibat kehilangan bika
cairan putih keruh (seperti air cucian beras), tidak berbau jumlah besar dan metabolisme anaerob akibat keg
busuk maupun amis, tapi 'manis' menusuk. Cairan yang sirkulasi. Tampilan klinis berupa pernapasan yang
menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mula-mula dangkal, namun akhirnya dalam
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih. Cairan ini akan Perubahan patofisiologis ireversibel lainnya pada
keluar berkali-kali ddri anus pasien dalam jumlah besar. agaknya tidak terjadi, bahkan hemostasis masih
mEqJ{ 591
dhFat dipertahankan atau masih mudah dikoreksi. tepat adalah apus rektal (rectal swob) yang diawetkan
Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan dalam media transport corry-bloir atau pepton alkali, atau
d rnrtegrum (sehat utuh) atau kematian. Penyulit yang langsung ditanam dalam agar TCBS, akan memberikan
dairibatkan oleh penyakitnya sendiri tidak ada. Penyulit persentase hasil positif yang tinggi. V. cholerae O1
,$mtxq terjadi biasanya disebabkan oleh keterlambatan menghasilkan koloni yang oksidase-positif yang berwarna
p'rtolongan atau pertolongan yang tidak adekuat, seperti kuning, yang dapat dikonfirmasi dengan tes aglutinasi
unemia dan asidosis yang tidak terkompensasi. Gagal spesifik dengan antiserum.
gpqXal dengan anuria yang berkepanjangan terjadi dalam
j
Jumlah Diare Macam Cairan Jumlah Cairan Cara Pemberian
Diare ringan ORS 100 ml/kgBB/hari sampai diare Oral di rumah
Tidak lebih dari 'lx mencret setiap 2 jam berhenti
atau lebih lama, atau kurang dari 5 ml
tinja/ kgBB/jam
Diare sedang ORS Ganti kehilangan volume tinja Oral di rumah/ rumah
Lebih dari 1x mencret setiap 2 jam atau dengan volume'cairan,,Bila tak sakit
lebih dari 5 mltinja/ kgBB/ jam ' terukur beri 10-15 ml/kgbb/jam
Diare berat Beri pengobatan untuk
Dengan tanda-tanda dehidrasi/renjatan dehidrasi berat (tabel 3)
KRITERIA DERAJAT DEHIDRASI (Tabel 5). Kemudian penjumlahan skor tersebut dibagi
dengan nilai skor maksimal yaitu 15. Defisit cairan dihitung
Untuk dapat memberikan panatalaksanaan pengobatan dengan mengkalikan hasil perhitungan tersebut dengan
sebaiknya pada pasien diare akut perlu dilakukan defisit cairan pada dehidrasi berat yaitu 10% dari berat
penentuan derajat dehidrasinya antara lain berdasarkan: badan. Secara matematis perhitungan tersebut dituangkan
1). Penilaian klinis, 2). Perhitungan skor Daldiyono, 3). Berat dalam rumus empirik:
jenis plasma/plasmo specific aravity (PSG), 4). Tekanan
Defisit cairan (ml) = 5pot7', 5 x berat badan (Kg) x 0,1 x
vena sentral (CVP).
1 000
Penilaian Klinis
Berat Jenis Plasma
Cara menentukan penilaian tingkat dehidrasi yang tepat
Cara penilaian derajat dehidrasi yang lebih tepat untuk
secara klinis sulit didapat karena pengaruh subyektivitas.
mengukur kebutuhan cairan yang akan diberikan ialah deng n
Secara klinis derajat dehidrasi dibagi menurut tingkatan
menentukan berat jenis plasma, dengan memakai rumus
dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sesuai kehilangan
cairan 5Yo, 8% dan 10o/" dari berat badan. Kriteria ini Berat jenis plasma/0,001 (ml) = 1,025 x berat bada
praktis penggunannya untuk pengobatan massal pada (K9) x 4 ml
suatu wabah dan dapat dilakukan oleh tenaga paramedik
Cara yang digunakan di rumah sakit ini lebih tepat dam
setelah dilatih.
bila perlu dapat pula diusahakan pemakaiannya di suauil
pusat rehidrasi darurat pada suatu endemi.
Skor Daldiyono
Modifikasi cara penilaian klinis dilakukan Daldiyono
dengan menilai derajat dehidrasi inisial berdasarkan
Tekanan Vena Sentral r
Cara menghitung keperluan cairan yang tepat lainnya ialdln
gambaran klinis yang diterjemahkan ke dalam nilai skor
dengan pengukuran tekanan vena sentral (CVP). Cara yarg'
invasif ini memerlukan keahlian dan tidak dapat diteraplall
di lapangan. Nilai CVP normal adalah 12-14 cm air.
Klinis
Menentukan pemilihan jenis cairan yang akam
Skor
diberikan adalah langkah berikutnya. Dalam sejardtn
Rasa haus / muntah 1
pengobatan kolera sejumlah besar cairan telah diciptakamr
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2 orang, kebanyakan tidak memberikan hasil baik karemo
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1 tidak sesuai dengan patofisiologi penyakit ini.
Kesadaran apatis 1
Cairan yang terbukti baik manfaatnya ialah rirgunr
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
laktat yang komposisinya kurang lebih sama dengm
Frekuensi napas >30 x/menit 1
Fasies kolerika 2 susunan elektrolit tinja kolera dan terbukti dapat perftuil
Vox cholerica 2 ke sel tubuh dengan baik. Cairan lainnya yang jugr
Turgor kulit menurun 1
bermanfaat ialah NaCl fisiologis dan larutan segar isotont
"Washer woman's hand" tangan keriput seperti 1
bikarbonas natrikus 1 L/z o/o dalam perbandingan 2:1
kena air
Ekstremitas dingin 1 Sebagai pengganti bikarbonas, dapat pula
Sianosis 2 larutan 1/6 mol Na laktat dalam larutan Darrow
Umur 50-60 tahun -1 yang lebih stabil berada dalam larutan daripada
Umur >60 tahun -2
natrikus. Dalam pemakaian jenis cairan ini perlu
ITEI-ENA 593
:,.l:s;::Lrsi kaium dalam bentuk oral atau parenteral. Susunan pencatatan yang seksama tentang pengeluaran cairan
*,e$:: lt tersebut dapat dilihat pada tabel 6. tinja dan pemasukan cairan oral. Untuk memperkirakan
!-atu perkembangan maju dalam usaha pengobatan volume cairan pemeliharaan, dapat dipakai choLero cot.
:,:'a ialah tindakan rehidrasi oral dengan cairan Cara pengobatan yang efektif ini mempunyai
i*s-s rehidrasi oral (ORS). Dasar patofisiologinya ialah efisiensi dalam segi klinis berupa meminimalkan risiko
'em-;'rouan usus pasien kolera untuk resorpsi elektrolit dan seperti hidrasi berlebihan dengan segala akibatnya, efek
:;:,l^:- dari dalam lumen bila ditambahkan glukosa dalam samping pada terapi infus, di samping keuntungan dalam
L ,r. ,:. yang tepat akan meningkatkan resorpsi tersebut. penghematan cairan infus dengan 50-80 %, sekaligus
.,r,r''- slam cairan oral akan membantu tercapainya net memecahkan problem logistik pada keadaan epidemi.
,ilnr litctlc€ (balans usus netto) yang maksimal. Selain terapi rehidrasi secara intravena maupun
:-hidrasi oral dengan ORS diberikan sebagai terapi dengan cairan oral pada kolera, tidak kalah pentingnya
r": : oada kasus ringan dan sedang, serta sebagai adalah terapi kausal dengan antibiotika. Terapi antibiotik
*'.rl: cemeliharaan pada kasus berat. Pada keadaan dini mungkin dapat segera mengeradikasi Vibrio dan
ri*il;a(.:a ORS dapat diberikan pada kasus berat sekalipun. mengurangifrekuensi serta volume diare secara bermakna.
;iur--E.ian secara konsekuen dan sabar terbukti juga Tetrasiklin dengan dosis 500 mg 4 kali sehari secara oral
)rrr*i:: I baik (Tabel 6). selama 3 hari pada umumnya cukup efektif. Sebagai
-='api rehidrasi dengan cairan oral (ORS) alternatif dapat dipilih obat-obat lain seperti siprofloksasin,
;rru eLiianaannya sederhana sekali, namun memerlukan doksiskl i n dan trimetopri m-sulfametoksasol. (Tabel 7).
f,nran Tunggal:
" : i-t
5 9 NaCl
a 9 NaHCO3
' 9 KC|/liter 133 14 99 48
l" flirnger laktat 130 4 109 28 2,7 273
,lnmar R.ehidrasi Oral:
s, .mf-o 90 20 80 30 111 330
im it
.dli 90 20 80 30 1'11 330
S, (,:s:alit 51,5 25 37,5 57,5 100
fi, pE!,4 85 15 70 30 50
l Fqee altt 45 20 35 30
PENCEGAHAN
REFERENSI
Pada permulaan abad-20 juga ditandai dengan ovolebiasanya hanya di Afrika. Di lndonesia kawasan Timur
ditemukannya pestisida untuk membunuh nyamuk yaitu mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara,
d ic h lo ro - d ip he nyltric h Io roeth a n e (D DT) ol eh Pa u I M u e r
I I Maluku, lrian Jaya dan dari Lombok sampai Nusatenggara
(Swiss). Suksesnya eradikasi malaria dalam era tahun Timur serta Timor Timur merupakan daerah endemis
1960-an ternyata tidak sepenuhnya menghilangkan malaria dengan P foLciparum dan P. vivax. Beberapa
penyakit malaria di dunia. Di lndonesia dengan adanya daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi
program KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria), dan Batam kasus malaria cenderung meningkat. Populasi
malaria hanya dapat dikontrol untuk daerah Jawa dan yang berisikoterhadap malaria ialah 113 juta dari2l8juta
Bali. Sampai sekarang masih banyak kantung-kantung masyarakat lndonesia. Walaupun demikian jumlah kasus
malaria khususnya daerah lndonesia kawasan Timur (lrian, malaria telah menurun dari 2.8 juta tahun 2001 menjadi
Maluku, Timor TimuI NTT, Kalimantan dan sebagian besar 1.2 jula kasus pada tahun 2008. 1
nse*sual ini pada P folciparum, P vivax dan P ovale ialah 24 merozoit ke dalam sirkulasi. Merozoit yang di lepaskan
ffi.am dan pada P malorioe adalah 72 jam.l1.(Gambar 1) akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami
fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi
dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit.
Selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual
dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit
yang berpotensi (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam
patogenesis terjadinya malaria pada manusia. Patogenesis
malaria yang banyak diteliti adalah patogenesis malaria
yang disebabkan oleh P falciparum.lz
Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh
faktor parasit dan faktor pejamu (hosf). Termasuk dalam
faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit
dan virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam
faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat
hbar 1. Daur hidup plasmodiumdan mekanisme invasi tinggal, genetik, usia, status nutrisi dan status imunologi.
wrur:sit (disalin dari: Miller LH . The pathogenic basis of Malaria.
EP secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium
Mlm-ne 2002, 415:673 - 679)
cincin pada 24 jam ldan stadium matur pada 24jam ke ll.
Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk RESA (Ring-erythrocyte surgoce ontigen) yang menghilang
gammet jantan dah betina, dan bila nyamuk menghisap setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membran
lhar: manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam EP stadium matur akan meng-alami penonjolan dan
ilum-n nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk
membentuk knob dengan Histidin Rich-protein- 7 (HRP-1)
i!rE,;t dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut
ll{etl:E menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya
berubah menjadi merozoid, akan dilepaskan toksin malaria
nmrcr:fadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan
beru pa GPI atau gli kosi lfosfatidi linositol yang merangsang
nmm'rgeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar
pelepasan TNF-a dan interleukin-1 (lL-1) dari makrofag. 12,13
tltu@h nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
di masyarakat, tingginya s/ide
Fhda surveilens malaria Sitooderensi. Sitoaderensi ialah perlekatan antara
/@qflre rote (SPR) menentukan endemisitas suatu daerah
EP stadium matur pada permukaan endotel vaskular.
dnm oola klinis penyakit malaria akan berbeda. Secara Perlekatan terjadi molekul adhesif yang terletak
nr'-misi endemisitas daerah dibagi menjadi : dipermukaan knob EP mele,kat dengan molekul-molekul
- TIIPOENDEMIK: bila porasit rote atau spleen rote adhesif yang terletak dipermukaan endotel vaskular.
3 'lOo/" Molekul adhesif di permukaan knob EP secara kolektif
ItTtESOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rote disebut PfEMP-1, (P.foLciparum erythroLyte mernbrone
-.) - 50% protein-7). Molekul adhesif dipermukaan sel.endotel
i:IIPERENDEMlK: bila porosit rqte alau spleen rote vaskular adalah CD36, trombospondin, intercellulqr-
5A - 75% odhesion molecule- 7 (ICAM-1), vosculor cell adhesion
* TOLOENDEMIK: bila porasit rote alau spleen rate > 7Syo molecule - 1 (VCAM), endothel leucocyte qdhesion
m o le c u le - 1 (E LAM - ) dan g lycoso m in o g lyco n c h o n d ro itin
1
Forosit rote dan spleen rofe ditentukan pada sulfate A. PfEMP-1 merupakan protein-protein hasil
Nmrneriksaan anak-anak usia 2 - 9 tahun. Pada daerah ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada
Itlttdicrend e m k ba nya k pe n d e rita a n a k- a n a k d e n g a n a n e m a
i i
dipermukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen VAR.
iM,nrat pada daerah hiperendemik dan mesoendemik mulai Gen VAR mempunyai kapasitas variasi antigenik yang
ihulrtak malaria serebral pada usia kanak-kanak (2 - 10
sangat besar.13.1a
sedangkan pada daerah hipoendemik/daerah tidak
lthililtun!,
Mii banyak dijumpai malaria serebral, malaria dengan Sekuestrasi. Sitoaderen menyebabkan EP matur tidak
qnmqquan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit
rumm dewasa. 6 matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut
EP maturyang mengalami sekuestrasi. Hanya P foLciparum
yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium
iTf,OGENESIS DAN PATOLOGI lainnya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah
perifer. Sekuestrasi terjadi pada organ-organ vital dan
Sumriah melalui jaringan hati P. fo lcipa ru m melepaskan 1 8- hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi tertinggi
598 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru parasit malaria berada. Beberapa organ yang terlibat
jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini diduga memegang antara lain otak, jantung-paru, hati-limpa, ginjal, usus,
peranan utama dalam patofisiologi malaria berat.l2,13,14 dan sumsum tulang. Pada otopsi dijumpai otak yang
membengkak dengan perdarahan petekie yang multipel
Rosetting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi
pada substansi putih (white mottey'. Perdarahan jarang
10 atau lebih eritrosit yang tidak mengandung parasit.
pada substansi abu-abu. Tidak dijumpai herniasi. Hampir
Plasmodium yang dapat melakukan sitoaderensi juga
seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh dengan parasit
yang dapat melakukan rosetting. Rosetting menyebabkan
Pada jantung dan paru selain sekuestrasi, jantung relatif
obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan sehingga
normal, bila anemia tampak pucat dan dilatasi. Pada paru
mempermudah terjadinya sitoadheren.l2
dijumpai gambaran edema paru, pembentukan membran
Sitokin. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit hialin, adanya aggregasi leukosit. Pada Ginjal tampak
dan makrofag setelah mendapat stimulasi dari malaria bengkak, tubulus mengalami iskemia, sekuestrasi pada
toksin (LPS, GPI ). Sitokin ini antara lain TNF-a (tumor kapiler glomerulus, proliferasi sel mesangial dan endotel.
necyosis factor-olpho), interleukin-1 (lL-1), interleukin-6 Pada pemeriksaan imunofluoresen dijumpai deposisi
(lL-6), interleukin-3 (lL-3), LT (lymphotoxin) don interferon- imunoglobulin pada membran basal kapiler glomerulur
gommo (lNF-s). Dari beberapa penelitian dibuktikan bahwa Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi perdarahan
penderita malaria serebral yang meninggal atau dengan karena erosi, selain sekuestrasijuga dijumpai iskemia yang
komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang dijumpai
TNF-a yang tinggi. Demikian juga malaria tanpa komplikasi diseritropoesis, makrofag mengandung banyak pigmert'
kadar TNF-a, lL-1, lL-6 lebih rendah dari malaria serebral. dan eritrofagositosis.l3
Walaupun demikian hasil ini tidak konsisten karena juga
dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal/
rendah atau pada malaria serebral yang hidup dengan !MUNOLOGI
sitokin yang tinggi. Oleh karenanya diduga adanya peran
da ri neu rotra nsm itter yan g la i n sebaga i f ree - rod ico I dalam lmunitas terhadap malaria ,"nrr, kompleks, melibatkan
kaskade ini seperti nitrit-oksida sebagai faktor yang hampir seluruh komponen sistem imun baik spesifil
penting dalam patogenesis malaria berat.l3,14 maupun non-spesifik, imunitas humoral maupun selulas
yang timbul secara alami maupun didapat akibat infeki
Nitrit Oksida. Akhir-akhir ini banyak diteliti peran
mediator nitrit oksid (NO) baik dalam menimbulkan atau vaksinasi. lmunitas spesifik timbulnya lambat.
malaria berat terutama malaria serebral, maupun lmunitas hanya bersifat jangka pendek dan barangk*
tidak ada imunitas yang permanen dan sempurna.
sebaliknya NO justru memberikan efek protektif karena
Bentuk imunitas terhadap m-dlaria dapat dibedakm
membatasi perkembangan parasit dan menurunkan
ekspresi molekuladesi. Diduga produksi NO lokal di organ
atas : 1). lmunitas alamiah non-imunologis berupe
kelaina n-kelai nan genetik polimorfisme yang. dikaitkr
terutama otak yang berlebihan dapat mengganggu fungsi
organ tersebut. Sebaliknya pendapat lain menyatakan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya: hemogloti
celltroit), hemoglobin C, hemoglobin E, talaseri
S (sickle
kadar NO tertentu, memberikan perlindungan terhadap
A/B, defisiensi glukosa-6 pospat dehidrogenase (G6PD[
malaria berat. Justru kadar NO yang rendah mungkin
menimbulkan malaria berat, ditunjukkan dari rendahnya
ovalositosis herediter; golongan darah Duffy negafl
yang kebal terhadap infeksi P. vivox, individu dengm
kadar nitrat dan nitrit total pada cairan serebrospiral. Anak-
humon leucocyte antigen (HLA) tertentu misalnya HlL
anak penderita malaria serebral di Afrika, mempunyai
kadar arginine yang rendah. Masalah peran sitokin Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan melindungi
proinflamasi dan NO pada patogenesis malaria berat terhadap malaria berat; 2). lmunitas didapat non-spesift
(non-adaptive,/innate). Sporozoit yang masuk darah ah
masih kontroversial, banyak hipotesis yang belum dapat
dengan cepat merangsang respon imun non-spesifikyaqn
dibuktikan dengan jelas dan hasil berbagai penelitian
terutama dilakukan oleh makrofag dan monosit,
sering saling bertentangan.ls
menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, lL-1 , lL - l
lL- 4, lL - 6,lL-8, lL-10, secara langsung meng
pertumbuhan parasit (sitostatik),dan membunuh
PATOLOGI
(sitotoksik); 3). lmunitas didapat spesifik. 16
Studi patologi malaria hanya dapat dilakukan pada malaria sistem imun terhadap infeksi malaria mempunyai
falsiparum karena kematian biasanya disebabkan oleh P spesies spesifik, sfrain spesifik, dan stoge spesifik.
falciporum. Selain perubahan jaringan dalam patologi terhadap stadium siklus hidup parasit (sfoge
malaria yang penting ia.lah keadaan mikrovaskular dimana dibagi menjadi:
tr.AR.tA 599
Gambar 2. Gambaran klinis ditentukan oleh faktor parasit, pejamu dan sosial-geografi. (Sumber: Miller LH,
Baruch D l, Marsk K, Doumbo Ok. The pathogenesis basis of malaria, Nature 2002; 415:673)
600 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
MAN IFESTASI MALARIA TANPA KOMPLI KASI berkeringat; kemudian periode berkeringot : penderita
berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
Dikenal 5 jenis plasmodium (P) yang menginfeksi merasa sehat.Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi
manusia yaitu P vivax, yang merupakan infeksi yang P vivax, pada P falciporum menggigil dapat berlangsung
paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks, berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung
P. falciporum, memberikan banyak komplikasi dan 12 jam pada P falciporum,36 jam pada P vivox dqn ovole,
mempunyai perjalanan klinis yang cukup serius, mudah 60 jam pada P mqloriae. Timbulnya gejala trias malaria ini
resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria juga dipengaruhi tingginya kadar TNF- alfa.le
tropika/ falsiparum, P malarioe, cukup jarang namun Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada
dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan menyebabkan infeksi malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia
malaria quartana/ malariae, P ovale dijumpai pada daerah ialah : pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan
Afrika dan Pasifik Barat, memberikan infeksi yang paling sementara eritropoiesis, hemolisis oleh karena kompleks
ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, imun yang diperantarai komplemen, eritrofagositosis
menyebabkan malaria ovale, dan Plasmodium ke-5 lalah penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh
P. KnowLesiyang dilaporkan pertama kali di Serawak serlng sitokin. Pembesaran Iimpa (splenomegali) sering dijumpa
didiagnosa sebagai P molorioe dan dapat menyebabkan pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3- har;
malaria berat. 17,18
dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyer
dan hiperemis. Limpa merupakan organ yang pentinc
Manifestasi Umum Malaria dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam penelitian pada binatang percobaan memperlihatka-
periodik, anemia dan splenomegali. Masa inkubasi limpa memfagosit eritrosit yang terinfeksi melalu
bervariasi pada masing-masing plasmodium. (Tabel 1) perubahan metabolisme, antigenik dan rheologicol don-
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya e rttros it yo n g terinfeksi.
demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infek;
punggung, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan malaria ialah: (Gambar 3)20
tulang, demam ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa
dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yar-,g
terjadi pada P vivax dan ovole, sedang pada P folciporum terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringa:
dan molariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panja.,3
dapat mendadak.lo tergantung dari jumlah parasit dan keadaan immunl:es
Gejala yang klasik yaitu terjadinya " Trios MaLario " penderita.
secara berurutan: periode dingin (15-60 menit) : mulai
menggigil, penderita sering membungkus diri dengan Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanoa
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanra
seluruh badan bergetar dan gigi-geligi saling terantuk, terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
diikuti dengan meningkatnya temperatur; diikuti dengan Rekrudesensi: berulangnya gejala kli ni k da n parasiter'-rra
periode panos: penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangar
badan tetap tinggi beberapajam, diikuti dengan keadaan primer. Rekrudesensi dapat terjadi berupa berulang.56
Plasmodium
Masa lnkubasi (hari) t'TJ;;"' Reraps Rekrudensi Manifestasi Klinik
Rata-rata(min-max)
Falsiparum 12 (g-14\ 24,36, Tidak Ya Gejala gastrointestinal; hemolisis; anemi*
48 ikterus hemoglobinuria; syok; algid malari{
gejala serebral; edema paru; hipoglikefr
gangguan kehamilan; kelainan retina. ,l
Vivax L3 (72-17) 12) bulan 48 Ya Tidak Anemia kronik; splenomegali ruptur limpa- |
Ovale 17 (16-18) 48 Ya Tidak sama dengan vivax
Malariae 28 (18-40) 7? Tidak Ya Rekrudensi sampai 50 tahun; splenomeg{
menetap;ruptur limpa jarang ruptur; sindroui
nefrotik. I
Knowlesi 9-12 ?4 Tidak ? Demam, nyeri perut, trombositoperd
gangguan ginjal, ikterik, hiperparasitemia i
ilralRtA 601
PAMSITEMIA
PATEN
9ARASITEMIA -'
PATEN
t
a
__r_______- ------J---*
,/' Sizogoni Exo-eritrositik I
]a:ium jaringan hati
>rner & Sekunderf
1. Masa lnkubasi 3. Masa laten ( masa laten klinis) 5a. Masa laten parasit
2. Masa Pre-paten 4. Rekrudensi 6. Rekurensi klinis (relaps ranjang)
paroksismal
3. Serangan primer 5. Masa laten 6a. Relaps parasit
4ma a klinik sesudah periode laten dari serangan primer. pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi
imrq disebut relaps waktu panjang. terhadap kloroquin pada malaria vivaks juga dilaporkan
di lrian Jaya dan di daerah lainnya (Sumatra).22 24 Relaps
yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia
fimrrurens:
sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang
su*eah 24 minggu berakhirnya serangan primer.
tertinggal di hati pada saat status imun tubuh menurun.
fimaos atau Rechute: yaitu berulangnya gejala klinik atau Malaria vivaks saat ini dapat juga berkembang menjadi
mesitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan malaria berat dan memberikan komplikasi seperti gagal
m'-rcdik dari infeksi primer atau setelah periode yang lama pernapasan, malaria serebral. disfungsi hati dan anemia
fiffi" -'lasa laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena berat.2s,26
rmntexsi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati)
Mia r.nalaria vivaks atau oyale. Manifestasi Klinis Malaria Malariae/M. Quartana
M. malariae banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika
f*rifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M.Vivax/ latin, sebagian Asia. Penyebarannya tidak seluas P.vivox
tJenigna.20 dan Pfolciparum. Masa inkubasi 18 - 40 hari. Manifestasi
lec;ra epidemiologi pada tahun 1999 diperkirakan klinik seperti pada malariia vivaks hanya berlangsung
rmrciapat 72-80 juta penderita malaria vivaks di dunia dan lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegall sering
t % ada di Asia. Saat initerjadi peningkatan 2.5 kali lipat dijumpai walaupun ringan. Serangan paroksismal terjadi
purnrr,rahpenderita dan secara global beban malaria vivaks tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan parasitemia
mmah 'l 32-391 juta orang per tahun. 21 sangat rendah < 1Yo.2o
nkubasi 12-17 hari, bisa lebih panjang 12 - 20 hari. Ko m pl i kasi ja ra n g terjad i, si nd roma nefroti k di la porka n
r&ad,a hari-hari pertama panas iregular; kadang-kadang pada infeksi plasmodium malariae pada anak-anak Afrika.
'ErilT":en atau intermiten, pada saat tersebut perasaan Diduga komplikasi ginjal disebabkan oleh karena deposit
dinltc,n atau menggigiljarang terjadi. Pada akhir minggu kompleks imun pada glomerulus ginjal. Hal ini terbukti
rlrme ;anas menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan adanya peningkatan lg M bersama peningkatan
@*nan gejala klasik trias malaria. Serangan paroksismal titer anti-bodinya. Pada pemeriksaan dapat dijumpai
hlresenya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit edema, asites, proteinu ria yang banyak, hipoproteinaemia,
mfrercapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini prognosisnya
:ada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia jelek, respons terhadap pengobatan anti malaria tidak
rnrur ai menurun setelah 14 hari, limpa masih dapat menolong, diet dengan kurang garam dan tinggi
Irlmrnbesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir protein, dan diuretik boleh dicoba. steroid tidak berguna.
!'ilrrrEgu kelima panas mulai turun. Pada malaria vivaks, Pengobatan dengan azatioprin dengan dosis 2-2,5 mg/
liirmnmna dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran
kg B.B selama 12 bulan tampaknya memberikan hasil
nilruurett). Mala ria serebral jara n g terjad i. Edema tu ng kai yang baik; siklofosfamid lebih sering memberikan efek
secabkan karena hipoalbuminemia. Malaria vivaks toksik. Rekrudesensi sering terjadi pada plasmodium
llrorr-'nq menyebabkan relaps. Pada penderita yang semi- molorioe, parasit dapat bertahan lama dalam darah periferi
mmmrun infeksi malaria vivaks tidak spesifik dan ringan sedangkan bentuk diluar eritrosit (di hati) tidak terjadi
uq6 parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya pada P malorioe 20
602 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!
Manifestasi Klinis Malaria Ovale inkubasi eksperimental 9-12 hari. Sering dijumpai gejala
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis nyeri abdomen dengan diarea. Parasitemia lebih tinggi
malaria. Masa inkubasi 11-16 hari, serangan paroksismal dibandingkan oleh P. malariae. Komplikasi malaria berat
3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali dapat terjadi berupa penurunan kesadaran, hipotensi,
walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran gagal ginjal, ikterik, gagal pernapasan dan menyebabkan
dengan plasmodium lain, maka Povole tidak akan tampak kematian. Diagnosa pasti malaria knowlesi saat ini hanya
didarah tepi, tetapi plasmodium yang lain yang akan dengan pemeriksaan analysis DNA dengan pemeriksaan
ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan malaria PCR.27,28
ucertu dengan tes diagnosa cepat (Ropid Diagnosis Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein ll
fu; mendeteksi antigen dari P.Falciporum dan antigen
=RDT)
terhadap LDH (Laktate Dehydrogenase) yang ter-dapat
ftrneriksaan Tetes Darah untuk Malaria pada plasmodium lainnya. Deteksi sangat cepat hanya 3 -
rEwnreriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan 5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya
m@1a parasit malaria sangat penting untuk menegakkan baik, tidak memerlukan alat khusus. Ada 86 tes RDT
dimErrosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak dari 28 perusahaan. Beberapa tes mendeteksi antigen
."nw-l in gki rkan d iag nosis malaria. Pemeri ksaan da rah tepi spesifik terhdap P. Falciparum sedang yang lain deteksi
i kai Can hasil negatif dapat menyingkirkan kemungkinan pan-spesifik antigen (aldolase atau pan-malaria pLDH).
nraara. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga Sensitivitas sampai 95o/o dan hasil positif palsu lebih
iiro,cratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal
;par=sit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita sebagai tes cepat (Ropid lesf). Karena sensitivitas dan
tmrem atau panas dapat meningkatkan kemungkinan spesivitasnya tinggi tes ini sangat bermanfaat untuk tes
ilmennukannya parasit. Pemeriksaan dengan stimulasi penyaring dan dapat dipakai sebagai tes deteksi parasite
,rofirenalin 1:1000 tidak jelas manfaatnya dan sering untuk pemberian obat m.alaria ACT. Tes ini tidak dapat
mennoahayakan terutama penderita dengan hipertensi. dipakai untuk monitoring maupun mendeteksi adanya
lwrleriksaan parasit malaria melalui aspirasi sumsum hiperparasitemia 31
il0dhria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester I tenaga dokter sering tidak terbiasa/ berpengalaman
fum il dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Malaria dalam deteksi malaria sehingga sering terlambat diagnosis
Mmat juga lebih serin.g pada wanita hamil dan masa ataupun tidJk tersedianya sarana ataupun sumberdaya
,pienoerium di daerah mesoendemik dan hipoendemik. manusia untuk deteksi parasit malaria dan kesulitan
rni disebabkan karena penurunan imunitas selama
'fitNiifl dalam ketersediaan obat-obat antimalaria. Pengobatan
limrnarnilan. Beberapa faktor yang menyebabkan turunnya yang dianjurkan ialah kombinasi artemether-lumefantrine,
nrqF'oos imun pada kehamilan seperti : peningkatan atovaquon-prog ua ni I atau kina + doksisiklin/ tetrasi klin/
:imm'nmon steroid dan gonodotropin, alfa foetoprotein dan clindamycin. Penderita malaria berat pada pelancong
imumdrunan limfosit menyebabkan mudahnya terjadi infeksi diobati dengan artesunate i.v artemeter i.m, atau kina
mmdrlanra. lbu hamil dengan infeksi HIV lebih mudah terkena parenteral
liit#si malaria dan sering didapatkan malaria kongenital
Mh oayinya dan berat bayi lahir rendah. D. Malariaoleh karena Trasfusi Darah
Komplikasi pada kehamilan karena infeksi Malaria karena transfusi darah dari donor yang terinfeksi
m:dlhn:a ialah abortus, penyulit pada partus (anemia, malaria cukup sering terutama pada daerah yang
lllfiumtosplenomegali), bayi lahir dengan berat badan menggunakan donor komersial. Dilaporkan 3500 kasus
mildah anemia, gangguan fungsi ginjal, edema paru, malaria oleh karena transfusi darah dalam 65 tahun
tltnpoEriikemia dan malaria kongenital. Oleh karenanya terakhir. Parasit malaria tetap hidup dalam darah donor
ffitu oemberian obat pencegahan terhadap malaria pada kira-kira satu minggu bila dipakai anti-koagulan yang
It!fiuffia hamil
di daerah endemik. Pencegahan terhadap mengandung dekstrose dapat sampai 'l 0 hari. Bila
mffiria pada ibu hamil dengan pemberian klorokuin 250 komponen darah dilakukan cryopreserved, parasit dapat
minggu mulai dari kehamilan trimester lll sampai
rrap hidup sampai 2 tahun. lnkubasi tergantung banyak faktor,
butan post-partum. asal darah, berapa banyak darah dipakai, apa darah yang
disimpan di Bank Darah, dan sensitivitas dari penerima
dengan HIV/AIDS 30
darah. Umumnya inkubasiberkisar 16 -23 hari (bervariasi
geographis infeksi Malaria dan infeksi HIV P falciparum 8 - 29 hari, P vivax 8 - 30 hari).
pati area yang sama misalnya daerah Afrika, Bila seseorang pernah mendapat transfusi darah, dan
dsb. Penderita HIV bila mengalami infeksi setelah 3 bulan terjadi demam yang takjelas penyebabnya,
akan cenderung menjadi berat. Juga penderita harus dibuktikan terhadap infeksi malaria dengan
lang hamil bila terinfeksi malaria akan cenderung pemeriksaan darah tepi berkali-kali tiap 6-8 jam.
berat dan mortalitasnya tinggi. Pengaruh obat
Pencegahan terhadap malaria akibat transfusi :
seperti ACT terhadap infeksi HIV masih kurang . Deteksi darah donor dengan pemeriksaan tetes tebal :
rkan. Laporan pendahuluan yang diketahui
biasanya sulit karena parasit malaria biasanya hanya
malaria pada penderita HIV menurunkan respon
tan, menurunkan imunitas dan meningkatkan
sedikit. .
. Pemeriksaan serologis donor dengan metode indirect
r parasitemia. Masih kurang informasi tentang
fluorescent ontibody (lFA), bila negatif boleh sebagai
obat antiretroviral dengan obat anti malaria,
donor; bila hasil 1: 256 tidak boleh sebagai donor
awal pengobatan ACT pada penderita malaria
(infeksi baru).
ctrkup efektif, hanya saja ditemukan 7-8 kali lipat . Pengobatan pencegahan untuk semua donor darah
hanyak kejadian neutropenia pada penderita HIV
rutin. Pengobatan terhadap donor segera, 48 jam
ingkan non-HlV. Kejadian neutropenia lebih
sebelum darah diambil.
dijumpai pada pemakai zidovudine. Kejadian . Pengobatan terhadap recipient (penerima darah)
tas lebih banyak dijumpai pada pemakai
dengan artesunate + amodiakuin. Sebaiknya
HIV yang memakai zidovudine atau efavirens
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
ta malaria sebaiknya tidak memakai ACT yang
MALARIA
amodiakuin sebagai kombinasinya.
Penyakit atau keadaan klinik yang sering dijumpai pada
malaria pada pelancong (traveller)30 daerah endemik malaria yang ada hubungannya dengan
pelancong ialah kelompokyang non-imun dari infeksi parasit malaria yaitu Sindrom Splenomegali Tropik
tidak ada infeksi malaria ataupun kelompok dengan (SST), Sindroma Nefrotik (SN) dan Limfoma Burkitt (LB).'zo
rendah dari daerah endemik yang transmisinya
Kelompok ini berisiko terinfeksi malaria dan bila Sindrom Splenomegali Tropik (SST)'o
xe daerah asalnya sering tidak terdeteksi karena Sering dijumpai dinegara tropik yang penyebabnya
606 PENYAKIT TROP]K DAN INFEKSI
antara lain malaria, kala-azar, schistosomiasis, disebut . respons imunitas selluler dan humoral normal
juga Hyper-reoctive Molqrial Splenomegaly (Big Spleen terhadap antigen.
Diseose). SST berbeda dengan splenomegali karena . respons limfosit normal terhadap Phytohaemagglutinin
malaria. Splenomegali karena malaria sering dijumpai di (PHA).
daerah endemik malaria dengan parasitemia intermiten . hipersplenism terjadi hanya pada beberapa kasus dan
dan ditemukan hemozoin (pigmen malaria) pada sistem berhubungan dengan besarnya splenomegali
retikulo-endotelial. Sering pada umur dewasa dengan . limfositosis perifer dan pada sumsum tulang.
terbentuknya imunitas, parasitemia menghilang dan . volume plasma meningkat.
limpa mengecil. Pada SST terjadi pada penduduk daerah
Pengobatan :
endemik biasanya anak-anak, limpa tidak mengecil, . pemberlan kemoprofilaksis dalam jangka waktu
bahkan membesaq terjadi peningkatan serum lgM and
panjang akan menurunkan besarnya limpa dan kadar
antibodi terhadap malaria. Etiologi diduga merupakan
immunoglobulin.
respon imun terhadap malaria dimana terjadi peningkatan . splenektomi tidak dianjurkan karena memudahkan
dari lgM.
terjadinya infeksi yang sampai menimbulkan kematian
Gejala klinik berupa bengkak pada perut karena . tanpa pengobatan prognosis jelek, 50% meninggai
splenomegali, merasa lemah, anoreksia, berat badan
dalam evaluasi.
turun dan anemia. Pembesaran limpa mencapai umbilikus
sampai fossa iliaka (derajat 4-5 Hackett). Anemia biasanya
Sindrom Nefrotik2o
normokromik-normositik dengan peningkatan retikulosit. Sindrom nefrotik (SN) dengan karakteristik berupa
Anemia hemolitik dapat terjadi pada kehamilan dengan albuminuria, hipoalbumin, edema dan hiper-
SST, sedangkan trombositopenia jarang menyebabkan
kolesterolemia, dapat terjadi pada penderita anak-anak
manifestasi perdarahan. Kriteria diagnostik yang dipakai dengan infeksi plasmodium malariae. Gambaran patologl
untuk menegakkan SST yaitu: dapat bervariasi berupa penebalan setempat dari kapiler
. splenomegali (limpa > 10 cm bawah arcus costarum) glomerulus, sklerosis sebagian, dan peningkatan sel-sel
dan anemia. mesangial. Gambaran klinik penderita umurnya < 15
. antibodi terhadap malaria meningkat tahun, edema, proteinuria > 3 g/24 jam, serum albumiim
. lgM meningkat > 2 standar deviasi dari normal < 3 g/dl, dan dijumpai asites. Hipertensi dan urern
setempat
dijumpai pada penderita SN dewasa dan jarang pada anak-
. penurunan besarnya limpa, lgM dan antibodi setelah
anak. Komplikasi berupa infeksi, trombosis yang dapat
3 bulan pengobatan kemoprofilaksis menyebabkan kematian. Pengobatan secara konservai[ffi
. limfositosis pada sinusoid hati
dilakukan dengan pemberian -diuretik, pengaturam
Perkembangan (Jam)
12 24 36 41
ffi@ffimffiffiffi
@ffi@ffiffiffiffi
ffiffiffiffireffiffi@
;10 pm
L.@emisinin.r,,,:rffi
Lo @'euinin,Efl4
Gambar 1. Siklus hidup intraeritrosit dari P. falciparum. Sel darah merah yang
mengandung parasit bersirkulasi pada 1/3 awal siklus 48-jam danseq kemudian
bersekuestrasi pada kapiler dan venula. Arteminsinin menghambat perkembangan
parasit dengan rentang umur yang lebih lebar dibandingkan dengan quinine dan obat
antimalaria lainnya. Efek pada cincin yang masih muda mencegah perkembangan
parasit ke bentuk sekuestrasi matur yang lebih patologis.
ntA.LARlA 647
Suppositoria : 100 I 200 mg/sup 1600 mg/ 3 hari atau 5 mg/kg/ 12 )am
A!'temeter Oral :40mgl 50mg mg/kg dibagi 2 dosis hari l;Zmg/kg/ hari untuk 6 hari
lnjeksi 80 mg/amp 3,2 mg/kg BB pada hari t; 1,6 mglkg selama 3 hari/ bisa minum oral
Artemisinin Oral 250m9 ZOmg/kg dibagi 2 dosis hrl; 10mg/kg untuk 6 hari
dengan kombinasi obat lain,. Dengan demikian juga . Menurunkan biomass parasite dengan cepat
akan memperpendek lama pemakaian obat. Obat ini . Menghilangkan simptom dengan cepat
cepat diubah dalam bentuk aktifnya (dihidroartemisinin) . Efectif terhadap parasit multi-drug resisten, semr,"
dan penyediaan ada yang oral, parenteral/ injeksi dan bentuk/ stadium parasit dari bentuk muda sampai tu:
suppositoria. yang berkuestrasi pada pembuluh kapiler.
. Menurunkan pembawa gamet, menghambat transmis
. Belum ada resistensi terhadap artemisinin
PENGOBATAN ACT (ARTEMIS'N'N BASE . Efek samping yg minimal
COMBINATION THERAPY)
Dari kombinasi di atas yang tersedia di lndones :
Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi saat ini ialah kombinasi artesunate + amodiakuin denga-
mudah mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karenanya nama dagang " Artesdiaquine" atau " Arsuamoon ", tia:
WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin tablet artesunate berisi 50mg dan tiap tablet amodiaku -
dengan mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang berisi 200m9. Didalam kemasan blister terdiri dari 4 tab ::
lain. Hal ini disebut Artemisinin bose Combination Therapy artesunate(warna putih) dan 4 tablet amodiakuin (wai.-.
(ACT). Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis kuning). Pada dosis orang dewasa dengan BB diatas i-
tetap (fixed dose combinotion = FDe atau kombinasi tidak kg diberikan dosis peng-obatan hari lsampai dengan ha-
tetap (non-fixed dose combination). Sampai dengan tahun ketiga masing minum 8 tablet yang terdiri dari 4 tab
=:
2010 WHO telah merekomendasikan jenis ACT yaitu 30
artesunate dan 4 tablet amodiakuin. Pengobatan ACT sa.:
5 :
1. Artemether + Lumefantrine (FDC) ini memakai dosis pemberian selama 3 hari.
2. Artesunate + Mefloquine ACT yang ke-2 ialah kombinasi dihydroartemisi" -
3. Artesunate + Amodiaqine + piperakuin (DHP), dengan nama dagang " Arterek -
4. Artesunate + sulfadoksin-pirimetamine atau "Darplex" atau 'Artekin" atau 'Artep", merupak:-
5. Dihidroartemisinin+ Piperakuine (FDC) kombinasi dosis tetap (FDC) dimana tiap tablet ter: -
dari dihidroartemisinin 40mg dan piperakuin 320mg. pa:.
ACT merupakan kombinasi pengobatan yang unik, orang dewasa diatas 50 Kg diberikan dosis 4 tablet/ r2"
karena artemisinin memiliki kemampuan 3s'36 selama 3 hari. Kedua kombinasi ACT ini tersedia diser -:
Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur dengan Artesunat
- Amodiaquin 37
Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur dengan Dihydro-Aitemisinin + piperaquin (Dhp) .
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenisobat 0-1 Bulan 2-1l bulan 1-4Tahun 5-gtahun 10-l4tahun > 15 tahun
0-5 k9 6-10 k9 11-'7 k9 18_30 kg 31-60 kg >61 kg
DHP l/c 1
1/z
1,5 2 3-4
1
Primakuin % 1Y, 2 2-3
2-3 DHP y4 1
L/z
1,s 2 5-4
Dosis obat : Dihydroartemisinin 2- 4 mg /kgBB
Piperaquin 16 - 32 mg / kgBB
Primakuin 0,75 mglkgBB
M!,J-ARIA 609
: :. .j ,:j::: j rr .i:: :
3?
B. Pengobatan malada Vivaks den$air'Dihydroartemigini'n:,+ :Piperaquin{DHP)
:" ::s kesehatan pemerintah karena merupakan obat selama 3 hari. Kombinasi in! tersedla di lndonesia bukan
: ::-:m pada eliminasi malaria. sebagai obat program tetapi tersedia untuk fasilitas swasta
:lT yang ke-3 ialah kombinasi dosis tetap (FDC) (tersedia di Apotek) dan juga termasuk obat dalam daftar
: *i-a tiap tablet terdiri dari artemeter 20mg dan ASKES.
,-
*,q::ntrine 120m9, nama dagangnya ialah " Coartem".
l:i: :rang dewasa diatas 50 Kg ialah 4tablet,2 x sehari
E1:= Eorly Treotment Foilure) Ada tanda bahaya/malaria berat pada H1,H2,H3 dan parasitemia.
Parasitemia pada H2 > H0.
Parasitemia pada H3 >= 25%HO.
Parasitemia pada H3 dengan Temp. > 37,5 C
fi:gagalan Pengobatan Kasep Bila penderita berkembang dengan salah satu keadaan sbb pada H4-H28 yang
r-=iate Treatment Failure) sebelumnya tidak ada persaratan ETF sbb:
Ada tanda bahaya/ malaria berat setelah H3 dan parasitemia
(jenis parasit =H0).
Parasitemia pada H4 - H 28 (H42)disertai temperatur > 37,5C (disebut Lote clinical
Foilure = LCF )
Parasitemia pada H7 - H28 ( H42) (jenis parasit=H0), tanpa demam disebut lote
PorositoLogicot Foilure ( LPF)
*spon Klinis Memadai Bila penderita sebelumnya tidak berkembang dengan salah satu persaratan ETF dan LTF,
l'Nf,?= Ap p ro p riate C Lin ico I Respo n) dan tidak ada parasitemia selama diikuti sampai H 28 (H 42)
610 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI oleh re-infeksi (digigit kembali oleh nyamuk dan terjadi
M EN U RUT PEDOMAN DEPARTEM EN KESEHATAN infeksi) atau rekrudensi. Keadaan ini hanya dapat
R! :37 d i beda ka n den ga n P CR (P o lym e ro se Ch o in Reo ctio n) y ang
tidak tersedia di laboratorium klinik biasa.
Departemen Kesehatan Rl, melalui komisi ahli malaria
telah merekomendasikan pedoman pengobatan malaria
di lndonesia sebagai berikut : PENCEGAHAN DAN VAKSIN MATARIA
1. Pengobatan Malaria di lndonesia sebagai line pertama
Lebih dari 100 negara di dunia merupakan daerah yang
baik untuk malaria falsiparum dan malaria vivax telah
memberikan transmisi infeksi malaria dan umumnya
menggunakan obat ACT dengan primakuin sesuai
atau sebagian besar adalah daerah dengan resistensi
dengan jenis plasmodiumnya.
2. Untuk penggunaan ACT harus dipastikan bahwa obat malaria. Pencegahan terhadap infeksi malaria
infeksi malaria memang terbukti dengan pemeriksaan
diperlukan untuk melindungi pendatang dalam arti
' mikroskopik malaria atau dengan tes cepat (RDT=Rapid
turis domestik/ international ataupun pelaku bisnis
yang umumnya ialah pendatang yang tinggal dalarn
Diagnosis Test)
waktu pendek. Sebagian lain ialah pendatang sebagai
3. Para dokter diminta untuk tidak menggunakan
pekerja ataupun pendatang yang akan tinggal tetap baik
pengobatan monoterapi untuk mencegah timbulnya
resitensi/ kegagalan pengobatan berupa migrasi spontan maupun program transmigrasl
Tindakan pencegahan umumnya diperlukan karena untuk
4. Untuk malaria berat memakai derivat artemisinin
menghindari infeksi dari kelompok yang rentan terhadap
dan yang disiapkan ialah obat injeksi artesunate dan
infeksi malaria dimana umumnya tidak memiliki kekebal*n
artemeter; apabila tidak tersedia obat tersebut dapat
sehingga manifestasi malaria sangat mungkin berlahr
menggunakan kina HCI injeksi.
berat dan dapat menyebabkan kematian.
Kemungkinan terjangkita,n infeksi malaria pada
pendatang tergantung risiko transmisi di suatu daerah,
MON ITORI NG RESPON PENGOBATAN
dari studi terbaru di dapatkan relative risk diAsia Tenggar-r
(termasuk lndonesia) ialah 1 1.5 (8.3 - 15.8), di Asia Selaffii
Pemakaian obat-obat kombinasi ini juga harus 53.8 (37.4-77.4) dan tertinggi di Afrika 207.6 (1U.7 -
dilakukan monitoring terhadap respon pengobatan 261 .8). Umumnya gejala klinis malaria pada pelancorg
sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria timbul 30 hari setelah kemball dari perjalanan (95%); akam
berlangsung cepat dan meluas. Untuk itu semua tetapi dapat terjadi pada kurun -waktu 12 hari sampd
pengobatan malaria harus dilakukan monitoring sesuai berbulan bulan. ao
dengan pedoman WHO 2001, 2003, dan 2009 sebagai
berikut: Manajemen pencegahan terdiri dari : .
Dalam pedoman WHO 2010, dituliskan bahwa sejak 1. Tingkah laku dan intervensi non-obat : ini meliprr0i
pengetahuan tentang transmisi malaria di daerilr
digunakannya ACT sebagai pengobatan malaria belum
pernah ditemukan kegagalan obat dini (dalam 3 hari kunjungan, pengetahuan tentang infeksi malafrr-
pertama). Majoritas kegagalan pengobatan dengan ACT menghindarkan dari gigitan nyamuk.
terjadi setelah 14 hari. Dari 39 trial pengobatan dengan 2. Pemilihan obat kemoprofilaktis tergantung dari p*
artemisinin, yang melibatkan6124 penderita, pada 32 trial
resistensi daerah kunjungan, usia pelancong, larr
dengan 4917 penderita tidak pernah terjadi kegagalan kunjungan, kehamilan, kondisi penyakit terterffsr
pengobatan sampai hari ke - 14, sisanya pada 7 trial terjadi penderita, tolerensi obat dan faktor ekonomi
kegagalan pada hari ke-14 sekitar 1-7o/o.Kegagalan yang 3. Obat kemoprofilaktis : yang dapat dipakai sebagaioH
terjadi dalam waktu 14 hari harus diobati dengan obat lini pencegahan iala h atovaq uone-progua ni (MalaronflS I
ke -2, yang berdasarkan WHO ada 3 pilihan yaitu : doksisiklirl, kloroquine dan mefloquine. Obat yarry
1. ACT lain yang diketahuilebih efektif ideal ialah Malarone karena berefek pada pard
2. Artesunate dengan kombinasi doksisiklin, terasiklin yang beredar didarah danjuga yang di hati karenaqr
atau klindamisin selama 7 hari boleh dihentikan 1 minggu setelah selesai perjalanag
3. Kina tablet dengan kombinasi doksisiklin, terasiklin Sedang obat yang lain doksisiklin, kloroquine dm
atau klindamisin selama 7 hari. mefloquine harus diteruskan sampai 4 minggn
selesai perjalanan. Malarone dan doksisiklin da$
Apabila terjadi kegagalan sesudah 14 hari dari mulai dimulai 1 - 2 hari sebelum perjalanan sedanglmmr
pengobatan ACT, timbulnya parasit ini dapat disebabkan untuk klorokuin harus mulai 1 minggu sebelum
NAI.ARIA 6lt
perjalanan, sedangkan mefloquine harus mulai 2 - 3 Malaria. Epidemiologi, Patogenesa, Mani-festasi klinik dan
Penanganary EGC 2000 :1 - 16
minggu sebelum perjalanan. Primakuin merupakan
SEQUAMAT: Artesunate versus quinine for treatment of severe
obat yang dapat digunakan untuk profilaksis dengan falciparum malaria : a randomised trial. The Lancet 2005 ;
risiko terjadinya hemolisis karenanya dianjurkan 366:717-25.
pemeriksaan enzim G-6-PD sebelum memakai AQUAMAT : Artesunate versus Quinine in the treatment of severe
falciparum malaria in African Children ( AQUAMAT), Lancet
profilaksis primakuin. Dapat dimulai t hari sebelum 2010 : 13; 376(9753): 1,647 -57 .
oerangkat dan 7 hari setelah selesai perjalanan V\G{O : A global strategy for malaria control, Geneve, World Health
minimal 14 hari). ao Organization : Geneva, 1993
White NJ. : Malaria. Iz : Cook GC (Ed). Marsonls Tropical Disease,
)ada daerah dengan resisten klorokuin dianjurkan 20th ed.,London: W.B. Saunders;1996:1087 - 64
trx,slsiklin 100 mg/hari atau mefloquin250 mg/ minggu Miller LH . The pathogenic basis of Malaria. Nature 2002, 415 :
673 -9
m- klorokuin 2lablel/ minggu ditambah proguanil 200 LangiJ, Harijanto, Richie TL:L Patogenesa Malaria Berat. Dalam
nq rari. Obat lain yang dipakai untuk pencegahan yaitu Harijanto PN (ed). Malaria. Epidemiologi, Patogenesa,
ur *akuin dosis 0,5 mg/kgBB/ hari; Etaquin, Atovaquone/ Manifestasi klinik dan Penanganan, EGC, 2000 : 118 - 27.
rr,:uanil (Malarone) dan Azitromisin. Tambayong, EH : Patobioiogi Malaria. EGC 2000 :54 - 117 -
insiden malaria berat ialah 6% dari kasus yang yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan
di RS dengan mortalitas 10-20o/o. otak.
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya Beberapa keadaan lain yangjuga digolongkan sebagai
sebagai malaria berat yang menurut WHO malaria berat sesuai dengan gambaran klinis daerah
sebagai infeksi P falciporum dengan satu setempat ialah : 1). gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)
613
614 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
di lndonesia sering dalam keadaan delirium;2). kelemahan Seperti pada penyakit-penyakit infeksi lainnya fakto-
otot (tak bisa duduk/ berjalan) tanpa kelainan neurologik; faktor yang berperan dalam terjadinya malaria bera:
3). hiperparasitemia > 2%pada daerah hipoendemikatau antara laln : a). Faktor Parasit antara lain meliputi intensita.-
daearah tak stabil malaria dan parasit >5o/o pada daerah transmisi, dan virulensi parasit. Densitas parasit denga-
hyperendemik;4). ikterik (bilirubin > 3 mg/dl) bila disertai semakin tingginya derajat parasitemia berhubunga-
gagal oragan lain; 5). hiperpireksia (temperatur rektal > dengan semakin tingginya mortalitas, demikian pu :
400 C) pada orang dewasa/anak. halnya dengan virulensi parasit; b). Faktor host melipu:
Pada kriteria WHO 2010 telah direvisi kriteria malaria endemlsitas, genetik, umur, status nutrlsi dan imunoloc
berat dengan menambahkan malaria dengan klinis Pada daerah endemis malaria yang stabil, malar =
joundice/iklorik harus disertai kegagalan organ lain malaria berat terutama terdapat pada anak kecil, sedangkan :
dengan kadar laktat >5 mmol/L daerah endemisitas rendah, malaria berat terjadi tanc:
memandang usia.
PATOGENESIS
MEKANISME PATOGENESIS
Penelitian patogenesis malaria berat terutama malaria
serebral berkembang pesat akhir-akhir ini, meskipun Setelah sporozoit dilepas sewaktu nyamuk anophe ::
demikian penyebab yang pasti masih belum diketahui menggigit manusia selanjutnya akan masuk kedalam s:
dengan jelas. Perhatian utama dalam patogenesis malaria sel hati (hepatosit) dan kemudian teryadi skizogoni eks:-:
berat adalah sekuestrasi eritrosit yang berisi parasit eritrositer. Skizon hati yang matang selanjutnya a.:.-
stadium matang kedalam mikrovaskular organ-organ vital. pecah (ruptur) dan selanjutnya merozoit akan mengrn. =-'
Faktor lain seperti induksi sitokin TNF-a dan sitokin-sitokin sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra eritros:="
lainnya oleh toksin parasit malaria dan produksi nitrik oksid menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit ::
(NO) juga diduga mempunyai peranan penting dalam mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel ur:-,
patogenesa malaria berat. (Gambar 1) mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan terse: -r
Gambar 1. lnteraksi sel-sel utama dalam patogenesis malaria.(Sumber: EIsevier. lnfectious diseases. 2nd
edition. www. idreference.com 2004)
TIAXIA BERAT 615
ll3huti mekanisme transpot membran sel, penurunan normal pada orang dewasa, sedangkan pada anal refleks
ffirmabilitas, perubahan reologi, pembentukan knob, dapat hilang. Refleks abdomen dan kremaster normal,
i varian neoantigen dipermukaan sel, sitoaderen, sedang Babinsky abnormal pada 50o/o penderita. Pada
meling dan sekuestrasi. Skizon yang matang akan pecah, keadaan berat penderita dapat mengalami dekortikasi
ndEpaskan toksin malaria yang akan menstimulasi sistem (lengan flexi dan tungkai extensi), decerebrosi (lengan dan
ffiSdengan dilepaskannya sitokin proinflamasi seperti TNF tungkai extensi), opistotonus, deviasi mata ke atas dan
dan sitokin lainnya dan mengubah aliran darah lokal lateral. Keadaan ini sering disertai dengan hiperventilasi.
endotelium vaskulari mengubah biokimia sistemik, Lama koma pada orang dewasa dapat 2-3 hari, sedang
anemia, hipoksia jaringan dan organ. pada anak satu hari.
Diduga pada malaria serebral terjadi sumbatan
kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia
KuNts otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang
mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler
stasi malaria berat bervariasi, dari kelainan karena proses sitoaderensi dan sekuestrasi parasit. Akan
an sampai gangguan organ-organ tertentu tetapi penelitian Warrell DA menyatakan bahwa tidak
gangguan metabolisme. Manifestasi ini dapat ada perubahan cerebral blood flow, cerebro vasculer
menurut katagori umur pada daerah res'stence, ataupun cerebrol metabolic rate for oxygen pada
berdasarkan endemisitas setempat. Pada daerah penderita koma dibandingkan penderita yang telah pulih
malaria serebral dapat terjadi dari usia anak kesadarannya. Kadar laktat pada cairan serebro-spinal
i dewasa. (CSS) meningkat pada malaria serebral yaitu > 2.2 mmol/l
Faktor predisposisi terjadinya malaria berat: 1). Anak- (19,6 mgldl) dan dapat dijadikan indikator prognosis; yaitu
usia balita;2). Wanita hamil; 3). Penderita dengan daya bila kadar laktat > 6 mmol/l mempunyai prognosa yang
tubuh yang rendah, misalnya penderita penyakit fatal. Pada pengukuran tekanan intrakranial meningkat
HlV, penderita dalam pengobatan kortiko pada anak-anak (80%), sedangkan pada penderita dewasa
4). Penduduk dari daerah endemis malaria yang biasanya normal. Pada pemeriksaan Cf scon biasanya
hma meninggalkan daerah tersebut dan kembali ke normal, adanya edema serebri hanya dijumpai pada kasus-
asalnya; 5). Orang yang belum pernah /tinggal di kasus yang agonal. Pada malaria serebral biasanya dapat
malaria. Gejala-gejala klinis meliputi : disertai gangguan fungsi organ lain seperti ikterik, gagal
ginjal, hipoglikemia dan edema paru. Bila terjadi lebih dari
Serebral 3 komplikasi organ, maka prognosa kematian > 75%.
kira-kira 2o/o pada penderita non-imun, walaupun
ian masih sering dijumpai pula didaerah endemik Gagal Ginjal Akut (GGA)
i di Jepara (Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Maluku, Kelainan fungsi ginjal sering terladi pada penderita malaria
Jaya. Secara sporadikjuga ditemui pada beberapa dewasa. Kelainan fungsi ginjal dapat pre-renal karena
besar di lndonesia umumnya sebagai kasus import. dehidrasi (> 50%) dan hanya 5-10% disebabkan nekrosis
n komplikasi yang paling berbahaya dan tubulus akut. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya
'ikan mortalitas 20-50% dengan pengobatan. anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari
di lndonesia mortalitas berkisar 21,5o/o- 30,5o/o. sumbatan kapiler; sehingga terjadi penurunan filtrasi pada
malaria serebral dapat ditandai dengan koma yang glomerulus. Secara klinis dapat terjadi fase oliguria ataupun
tisa dibangunkan, bila dinilai dengan GCS (Glosgow poliuria. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan yaitu
Scole) ialah di bawah 7 atau equal dengan keadaan urin mikroskopik, berat jenis urin, natrium urin, serum
b soporous. Sebagian penderita terjadi gangguan natrium, kalium, ureum, kreatinin, analisa gas darah
yang lebih ringan seperti apati, somnolen, serta produksi urin. Apabila berat jenis (B.J) urin < 1.010
dan perubahan tingkah laku (penderita tidak mau menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut; sedangkan
Dalam praktek keadaan ini harus ditangani sebagai urin yang pekat B.J. > 1,015, rasio urea urin: darah > 4:1,
ia serebral setelah penyebab lain dapat disingkirkan. natrium urin < 20 mmol/l menunjukkan keadaan dehidrasi.
kesadaran menetap untuk waktu lebih dari 30 Beberapa faktor risiko yang mempermudah terjadinya GGA
tidak sementara panas atau hipoglikemi membantu ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuri.
inkan keadaan malaria serebral. Kejang, kaku kuduk Penanganan penderita dengan kelainan fungsi ginjal di
hemiparese dapat terjadi walaupun cukup jarang. Minahasa memberikan mortalitas 48%. Dialisis merupakan
pemeriksaan neurologik reaksi mata divergen, pupil pilihan pengobatan untuk menurunkan mortalitas.
normal dan reaktif, funduskopi normal atau dapat Dikarenakan gagal ginjal akut yang terjadi pada
perdarahan. Papiledema jarang, refleks kornea penderita malaria berat sering membaik menjadi normal,
616 PENYAKTT TROPIK DAN INFEIGI
maka istilah gagal ginjal akut sudah ditinggalkan dan > 2 mg/dl - 3mg/dl pada 13 penderita (12%) dengan
digantikan dengan istilah Malaria related Acute Kidney mortalitas 29%o serta bilirubin > 3 mgldl dijumpai pada
lnjury (MAKI), yang didefinisikan sebagai perubahan 51 penderita (46%) dan mortalitasnya 33%. Serum SGOT
mendadak (48 jam) dari fungsi ginjal yang mempunyai bervariasi dari 6 -243 u/l sedangkan SGPT bervariasi dari
karakteristik sebagai berikut: 4 - 154 u/1. Alkali fosfatase bervariasi dad 5 - 534 u/l dan
1. Meningkatnya serum kreatinin 0,3 mgldl atau lebih gamma-GT bervariasi4 - 603 u/1. White (1996) memakai
dari hasil sebelumnya. batas bilirubin >2,5 mg/dl, SGOT/ SGPT > 3 x normal
2. Meningkatnya persentase dari serum kreatinin 507o
(o/o) menunjukkan prognosis yang jelek. Penderita malaria
atau lebih dari nilai dasar dengan ikterus termasuk dalam kriteria malaria berat.
3. Penurunan produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam selama Dalam pedoman WHO 2010, adanya ikterik pada
lebih dari6 jam malaria berat harus disertai dengan tanda kegagalan
MAKI dapat terjadi melalui 2 cara yaitu: 1. Sebagai fungsi organ lain.
bagian dari disfungsi multi organ, atau 2. Sebagai dari AKI
'sendiri. Bila MAKI merupakan bagian dari disfungsi multi Hipoglikemia
organ sering terjadi pada saat didiagnosa malaria berat Hipoglikemi dilaporkan sebagai keadaan terminal pada
dan prognosanya jelek. Dipihak lain bila hanya terjadiAKl binatang dengan malaria berat. Hal ini disebabkan karena
mempunyai prognosa lebih baik. Biasanya terjadi pada kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan
penderita malaria berat yang sadar dan terjadi oliguria, cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanp
ensefalopati, hiperkalemia, asidosis tanpa komplikasi organ gejala pada penderita dengan keadaan umum yanll
lain. Oliguria biasanya menetap 5-10 hari kadang-kadang berat ataupun penurunan kesadaran. Pada penderia
produksi urin dapat normal atau bahkan meningkat pada dengan malaria cerebral di Thailand dilaporkan adarrya
beberapa pasien. Karenanya oliguria sendiri sebaiknya hipoglikemi sebanyak 12,5%, sedangkan di Minaham
tidak dipakai untuk mendiagnosa AKl. Oleh karenanya insiden hipoglikemia berkisar 17,4%-21,8%. Penyeb$
diperlukan pemeriksaan uren/ BUN dan kreatinin secara terjadinya hipoglikemi yanE paling sering ialah kareru
serial (setiap hari). Dehidrasi, hipotensi dan syok dapat pemberian terapi kina (dapat terjadi 3 jam setelah infrr
terjadi. Dehidrasi dapat terjadi pada lebih dari separo jumlah kina). Penyebab lainnya ialah kegagalan glukoneogenesB
pasien dan hipotensi dapat terjadi pada sepertiga jumlah pada penderita dengan ikterik, hiperparasitemia oleh karen
pasien. Hipotensi dapat disebabkan karena kekurangan parasit mengkonsumsi karbo-hidrat, dan pada TNF-ayrq1
intake cairan, hilangnya cairan melalui panas dan muntah, meningkat. Hipoglikemi dapat pula terjadi pada primigranidu
vasodilatasi arteri dan efek dari sitokin. Proteinuria biasanya dengan malaria tanpa komplikasi. Hipoglikemia kadagr'
tidak menonjol, tetapi dapat terjadi proteinuria sampai 1 kadang sulit diobati dengan cqlB konvensionil, disebablmr
gram/ 24 jam pada sepertiga pasien dengan MAKI dan hipoglikemia yang persisten karena hiperinsulinemia afu
biasanya menjadi normal setelah penyembuhan dari fungsi kina. Mungkin dengan pemberian diazoksid dimana terjili
ginjal. Adanya proteinuria yang menetap dapat menjadi hambatan sekresi insulin merupakan cara pefigobatan
tanda adanya penyakit glomerular. dapat dipertimbangkan.
Kelainan Hati (Malaria Biliosa) Blo clrwoter F ever (Malaria Haemog lobinuria)
Joundice atau ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria Adalah suatu sindrom dengan gejala karakte
falsiparum. Pada penelitian di Minahasa dari 836 penderita serangan akut, menggigil, demam, hemolisis i
malaria, hepatomegali 1 5,9%, hi perbil i ru bi n emi 1 4,9o/o hemoglobinemi, hemoglobinuri dan gagal ginjal.
dan peningkatan serum transaminase 5,7%.Pada malaria terjadi sebagai komplikasi dari infeksi Pfalciporum
biliosa (malaria dengan ikterus) dijumpai ikterus hemolitik berulang-ulang pada orang non-imun atau
17,2o/o; iklerus obstruktip intra-hepatal 11,4o/o dan tipe pengobatan kina yang tidak adekuat. Akan tetapi
campuran parenkimatosa, hemolitik dan obstrukti p 7 8,6%, hemolisis karena kina ataupun antibodi terhadap
peningkatan SGOT rata-rata 121 mU/ml dan SGPT 80,8 belum pernah dibuktikan. Malaria hemoglobinuria
mU/ml dengan ratio de Ritis'1,5. Peningkatan transaminase terjadi pada penderita tanpa kekurangan ensim
biasanya ringan sampai sedang dan jarang melebihi 200 iu, dan biasanya parasit falsiparum positif, ataupun
ikterus yang berat sering dijumpai walaupun tanpa diikuti penderita dengan kekurangan G-6-PD yang bi
kegagalan hati. Penelitian di Minahasa pada 109 penderita disebabkan karena pemberian primakuin.
malaria berat, kadar bilirubin tertinggi ialah 36,4 mg/dl,
bilirubin normal (< 1,2m9/dl) dijumpai23 penderita (25%) Malaria AIgid
mortalitasnya 1 1%, bilirubin 1,2 mg% - 2 mg/dl dijumpai Yaitu terjadinya syok vaskulari ditandai dengan
pada 17 penderita (16%) mortalitasnya 17%, bilirubin (tekanan sistolik kurang dari 70 mmHg),
TATARIA BERAT 617
t&.3nan perifer dan berkurangnya perfusi jaringan. Adanya edema paru berdasarkan pedoman WHO 2010
iaribaran klinik berupa perasaan dingin dan basah pada juga dapat dideteksi dengan gambaran radiologik. ARDS
ttL +. temperatur rektal tinggi, kulit tidak elastik, pucat. merupakan manifestasi klinik lebih berat dibandingkan
xer-apasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun ALl. Adapun gambaran ARDS ialah sesak napas yang
rar sering tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang tiba-tiba, batuk dan merasa berat di dada yang progresif
r,cr-r,,al. Keadaan ini sering dihubungkan dengan terjadinya dalam beberapa jam dan menyebabkan hipoksia. Terjadi
:elrr:semia gram negatif . Hipotensi biasanya berespon pola gangguan kesadaran berupa disorientasi dan agitasi.
m.gan pemberian NaCl 0,9% dan obat inotropik. Pemeriksaan fisik berupa bernapas dengan menggunakan
mulut, bernapas menggunakan otot-otot tambahan,
I:cenderungan Perdarahan pernapasan dengan retraksi kosta, sianosis sentral dan
eEr:arahan spontan berupa perdarahan gusi, epistaksis, perifer; krepitasi basal dan wheezing ekspiratoar. Pada
fier:arahan di bawah kulit berupa petekie, purpura, pasien ini dapat disertai dengan parasitemia yang tinggi,
rne*atoma dapat terjadi sebagai komplikasi malaria tropika. gagal ginjal akut, hipoglikemia, asidosis metabolik.
rqr:arahan ini dapat terjadi karena trombositopenia, atau koagulasi intravaskular diseminata dan sepsis bakterial.
sarqgusr koagulasi intravaskular ataupun gangguan Diagnosa berdasarkan ditemukannya parasit, analisa gas
fficaculasi karena gangguan fungsi hati. Trombositopenia darah yang menunjukkan hipoksemia dan gambaran
msenabkan karena pengaruh sitokin. Gangguan koagulasi asidosis metabolik serta pemeriksaan foto toraks.
m'nr:",,askularjarang terjadi kecuali pada stadium akhir dari
:rur.rrn infeksi Pfolciporum yang berat. Manifestasi Gastro-intestinal
Manifestasi gastro-intestinal sering dijumpai pada malaria,
Edcma Paru/ARDS gejala-gejalanya ialah : tak enak diperut, flatulensi, mual,
!mrg terjadi pada malaria dewasa dan jarang pada anak. muntah, diare dan konstipasi. Kadang-kadang gejala
Emlr.ra paru merupakan komplikasi yang paling berat menjadi berat berupa sindroma billious remittent fever
ra- "nalaria tropika dan sering menyebabkan kematian. yaitu gejala gastro-intestinbl dengan hepatomegali, ikterik
I
lsrr"ra paru dapat terjadi karena kelebihan cairan atau (hiperbilirubinemia dan peningkatan SGOT/SGPI) dan gagal
ttlc-re respiratory distress syndrome. Beberapa faktor yang ginjal, malaria disenteri menyerupai disenteri basiler, dan
ne*,udahkan timbulnya edema paru ialah kelebihan malaria kolera yang jarang pada P falciporum berupa diare
:ar:n, kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemi, cair yang banyak, muntah, kramp otot dan dehidrasi
rrp(;rensi, asidosis dan uremi . Adanya peningkatan
tmr "asi merupakan gejala awal, bila frekwensi pernapasan Hiponatremia
' il kali/menit prognosanya jelek. Pada otopsi dijumpai Hiponatremia sering dijumpai pada penderita malaria
mi,-;*,ria kombinasi edema yang difus, kongestif paru, falsiparum dan biasanya bersamaan dengan penurunan
uw;anahan, dan pembentukan membran hialin. Oleh osmolaritas plasma. Terjadinya hiponatremia dapat
fllarieranya istilah edema paru mungkin kurang tepat, disebabkan karena kehilangan caifan dan garam
@'r.rrn sering disebut sebagai insuffisiensi paru akut atau melalui muntah dan mencret ataupun terjadinya
ware re s p irato ry d ist res s sy n d ro m e. sindroma abnormalitas hormon anti-diuretik (SAHAD),
Di samping bronkitis, pneumonia dan bronkopneumonia akan tetapi pengukuran hormon diuretik yang pernah
rffia,Jai manifestasi paru pada infeksi malaria, ocute lung dilakukan hanya dijumpai peningkatan pada 1 diantara
lrlflx,-r/ rALl) dan acute respirotory distress syndrome (ARDS) 17 penderita.
"rnpr-oakan manifestasi klinik pada malaria berat. Keadaan Dalam penelitian pengukuran serum copeptin
ilrinr trapat disebabkan baik oleh Plasmodium
falsiporum, dibuktikan bahwa pada hiponatremia kasus malaria terjadi
ri{r'Ihmr rnaupun knowLesi. Baik ALI maupun ARDS termasuk peningkatan AVP (......) baik "....." maupun "......"
wr""'otory disfress yang disebabkan oleh malaria di mana
trtt/i rS hanya mendefinisikan sebagai pernapasan yang Gangguan Metabolik Lainnya
ffiarl dan peningkatan frekuensi respirasi.(tabel 1) Asidosis metabolik ditandai dengan hiperventilasi
}r;**-*il.ti.iii_d*tii.,
Eran Onset PaO{FiO, Tekanan Baji Arteri Pulmonalis
< 18 mmHg atau tidak ada bukti terjadinya hipertensi
ld-I akut < 300 mmHg < 315 lnfiltrat bilateral
atrium kiri
,NMDS akut < 200 mmHg < 235 lnfiltrat bilateral < 18 mmHg atau tidak ada bukti terjadinya hipertensi
atrium kiri
PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI
618
(pernapasan Kussmaul), peningkatan asam laktat, pH 3). kipas dengan kipas angin/kertas 4). baju yang tipis/
turun dan peningkatan bikarbonat. Asidosis biasanya terbuka, 5). cairan cukuP
disertai edema paru, hiperparasitemia, syok, gagal ginjal 8. Pemberian cairan :
dan hipoglikemia. Gangguan metabolik lainnya berupa: - Pemberian cairan merupakan bagian yang
. Hipokalsemia dan hipophosphatemia penting dalam penanganan malaria berat'
. Hipermagnesemia Pemberian cairan yang tidak adekuat (kurang)
. Hiperkalemia (pada gagal ginjal) akan menyebabkan timbulnya tubuler nekrosis
. Hipoalbuminemia ginjal akut. Sebaliknya pemberian cairan yang
. Hiperfosfolipedemia berlebihan dapat menyebabkan edema paru'
. Hipertrigliseremia dan hipokolesterolemia Pada sebagian penderita malaria berat sudah
. f -4 rendah, TSH basal normal (sick euthyroid mengalami sakit beberapa hari lamanya sehinggn
syndrome) mungkin masukan sudah kurang, penderita jugn
sering muntah-muntah, dan bila panas tinggi
akan memperberat keadaan dehidrasi. ldeal
PENANGANAN PENDERITA MALARIA BERAT bila pemberian cairan dapat diperhitungkao
secara lebih tepat, dengan cara : 1). Mointenera
Malaria berat adalah suatu kegawatn darurat karenanya cairan diperhitungkan berdasar BB, misal unt*
perlu penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan BB 50 kg dibutuhkan cairan 1500 cc. (30 df
malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan kg BB). Derajat dehidrasinya: dehidrasi ringm
dalam melakukan diagnosa seawal mungkin. Sebaiknya ditambah 10 %, dehidrasi sedang ditamb*
penderita yang diduga menderita malaria berat dirawat 20% dan dehidrasi berat ditambah 30% dd
pada bilik intensif untuk dapat dilakukan pengawasan kebutuhan mointenence, 2). Setiap kenaikrr
serta tindakan-tindakan yang tepat. suhu 10 ditambah 10% kebutuhan maintenetG^,
Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan 3). Monitoring pemberian cairan yang akuril
penanganan dan pengobatan yang perlu dilakukan dilakukan dengan pemasangan CVP line, ca
adalah: ini tidak selalu dapat dilakukan pada fasiliE
. Tindakan umum/ suportif kesehatan tingkat Puskesmas/RS Kabu
. Pengobatansimptomatik Sering kali pemberian cairan dengan
. Pemberian obat anti malaria misalnya 1500 - 2000 cc/ 24iam dapal
. Pengobatankomplikasi pegangan. Mashaal membatasi cairan
cc / 24 jam untuk mqnghindari edema
Tindakan Umu m/Suportif : Cairan yang sering dipakai ialah 5%
Apabila fasilitas tidak/kurang memungkinkan untuk untuk menghindari hipoglikemi khususnya
merawat penderita malaria berat maka persiapkan pemberian kina. Bila dapat diukur kadar
penderita dirujuk ke rumah sakit/fasilitas pelayanan yang (natrium) dan natrium rendah (<120 meq/L),
lebih tinggi, yang memiliki fasilitas perawatan intensif. dipertimbangan pemberian cairan NaCl.
Tindakan tersebut antara lain : 9. Diet: porsi kecil dan sering, cukup kalori,
1. Pertahankan fungsi vital : sirkulasi, kesadaran, ke dan garam.
butuhan oksigen, cairan dan nutrisi. 10. Perhatikan kebersihan mulut
2. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat 11. Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik ka
tidur 12. Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan
3. Hati-hati komplikasi dari tindakan kateterisasi, infus 13. Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup
yang dapat memberikan infeksi nosokomial dan kain/gaas lembab.
kelebihan cairan yang menyebabkan edema paru 14. Perawatan pasien tidak sadar/ koma meliputi :
ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot. Airway ( jalan napas ). 1). Jaga jalan napas
5. Baringkan/ posisi tidur sesuai dengan kebutuhan selalu bersih/tanpa hambatan, dengan
6. Pertahankan sirkulasi: bila hipotensi, lakukan posisi Bersihkan jalan napas dari saliva, muntahan
Tredenlenburg's; perhatikan warna dan temperatur Pasien posisi lateral, 3). Tempat tidur da
kulit bantal, 4). Mencegah aspirasi cairan
7. Cegah hiperpireksi: 1). tidak pernah memakai botol masuk ke saluran pernapasan, dengan i
panas/ selimut listrik, 2). kompres airlair es/alkohol, posisi lateral dan pemasangan NGT (noso
JNLARIA BERAT
619
Gorrnrulsi/kejang
Pertahankan oksigenasi, pemberian anti-kejang iv/ per rektal diazepam, i.m.
paraldehyde
rtlll{@glikemia (Gl darah < 40 mg%) Beri 50 ml dextrose 40%dan infus dextrose 107o,smapai gula darah stabil, cari
penyebab hipoglikemia
ilmilur!*a berat ( Hb < 5 gro/o atau PCV < 15o/o) Berikan transfusi darah darah segar; cari penyebab anemianya
.
lffibna paru akut, sesak napas, resp > 35 x Tidurkan 450, oksigenasi, berikan Furosemide 40 mg iv, perlambat cairan infus,
intubasi-ventilation PEEP
Kesampingkan gagal gijal pre-renal, bila dehidrasi ) koreksi; bila gagal ginjal
@nl ginjalakut renal segera dialysis
frroarahan spontan/ koagu lopati Berikan vitamin K 10 mgl hari selama 3 hari; transfusi darah segar; pastikan bukan DIC
rffiosis metabolik Kesampingkan/ koreksi bila hipoglikemia, hipovolemia, septichaemia. Bila perlu
dialisis/ hemofiltrasi
qpik Pastikan tidakhipovolemia, cari tanda sepsis, berikan anti-biotika broad-spektum
yang adequat
ffilllfllpperpa rasitem a i Segera anti malaria (artesunate), transfusi ganti (exchonge tronsfusion)
Mstttbukti manfaatnya, sedangkan heparin, dekstran, Tindakan/Pengobatan pada Gagal Ginjal Akut
'sdosoorin, epinefrin dan hiperimunglobulin tidak terbukti Bila terjadi oliguri (dehidrasi) infus 300-500 ml NaCl 0,9
iilmmengaruh menurunkan mortalitas. Kortikosteroid seperti untuk rehidrasi sesuai dengan perhltungan kebutuhan
rffiarnetason baik dengan dosis sedang ataupun dosis cairan , kalau produksi urin kurang dari 60 ml/ jam,
rffmrqqi tidak terbukti menurunkan mortalitas pada malaria diberikan furosemid 40-80 mg i.v. Setelah 2 - 3 jam tak
muhral, karena itu seyogyanya tidak dipergunakan Iagi. ada urin, pertimbangan melakukan dialysis, semakin dini
mumggunaan steroid justru memperpanjang lamanya koma dialisis dilakukan prognosa lebih baik. Bila penderita
rdmm irnenimbulkan banyak efek samping seperti pneumoni
hipotensi, dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5-
rffinn pendara han gastrointestinal.
5,0 ug/kg/menit. Kebutuhan protein dibatasi 20 g/hari
622 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
dan kalori diberikan dengan diet karbohidrat 200 g/hari. infus. Monitor gula darah tiap 4-6 jam, bila gula darah
Hemodialisis lebih baik dari peritoneal-dialisis karena efek masih di bawah 40 mg/dl, diulang pemberian bolus 50
samping perdarahan dan infeksi. lndikasi dialisis antara ml Dextrose 40o/o. Bila perlu obat yang menekan produki
lain ialah gejala uremia, gejala kelebihan cairan seperti insulin seperti diazokside, glukagon atau somatostatin
edema paru atau gagaljantung kongestif, adanya bising analogue.
gesek perikard, hiperkalemia, asidosis HCO3 < 15 meq/|.
Bila terjadi hiperkalemia, diberikan regular insulin 10 unit Penanganan Malaria Algid
per infus.m bersama-sama 500 ml dekstrose 5%, monitor Tujuan dalam penanganan malaria algid/malaria dengan
gula darah dan serum kalium. Sebagai pilihan lain dapat syok yaitu memperbaiki gangguan hemodinamik-
diberikan 10-20 ml kalsium glukonat 10o/oi.v pelan-pelan. Diberikan cairan infus plasma atau NaCl 0,9% untuk
Alternatif lain yaitu resonium A 15 g/8 jam per oral atau mengembalikan volume darah (1 L cairan mengandurg
resonium enema 30 g/8 jam. Bila pemeriksaan kadar dekstran/plasma diberikan dalam l jam). Bila belum ada
kalium darah tak tersedia dapat dilakukan monitoring perbaikan tekanan darah dan denyutjantung, di berikan
dengan pemeriksaan elektrokardiog rafi. lagi 1 L cairan isotonis (NaCl 0,9%). Hipotensi biasanya
Hipokalemi terjadi 40% dari penderita malaria berespon terhadap cairan. Bila tak berhasil dapat dipakai
serebral. Bila kalium 3,0 - 3,5 meq/l diberikan KCI per dopamin dengan dosis 2-4 ampul dopamin (1amp = 2gg
infus 25 meq; kalium 2,0 - 2,9 meq/l diberikan KCI per mg) dalam 500 ml Dekstrose 5%, dengan tetesan infr.rr
infus 50-75 meq. Pemberian KCI tidak melebihi 100 meq/ mulai 1 -2mcg/kg/menit. Tetesan sampai 5 mca/kglmoit
hari dan tidak diberikan i.v bolus. Hiponatremi dapat dopamin menyebabkan vasodilatasi dan memperbaili
memberikan penurunan kesadaran. Kebutuhan Natrium sirkulasi ginjal.
dapat dihitung: BB (kg) x600/ox Na. defisit (meq/l). Satu liter
NaCl 0,9% = 154 meq; 1 g NaCl puyer = 17 meq. Asidosis Penanganan Edema Paru
(pH < 7,15) merupakan komplikasi akhir dari malaria Edema paru merupakan komplikasi yang fatal, padr
berat dan sering bersama-sama dengan kegagalan fungsi malaria berat sebaiknya dilakukan penanganan unt&
ginjal. Pengobatannya dengan pemberian bikarbonat. mencegah terjadinya edema paru. Pemberian caira
Kebutuhan Bikarbonat (meq) = 1/3 B.B(kg) x defisit dibatasi, sebaiknya menggunakan monitoring dengm
bikarbonat dikonfersikan dalam jumlah ml 8,4% NaHCO3. CVP line. Pemberian cairan melebihi 1500 ml
Bila pemberian natrium dikuatirkan terjadinya edema paru, memberikan edema paru. Bila ada anemi, transfusi
dapat diberi kan THAM (tris-hydroxymethyl-aminomethan) diberikan perlahan-lahan. (1 unit darah dalam 4 j
alau pyruvote dehydrogenose octivotor dichloroocetate. Mengurangi bebanjantung kanan dengan tidur
Dialisis merupakan pilihan terbaik. duduk, pada edema paru karepa kelebihan cairan
Garis besar penanganan malaria pada AKI ialah 1. mulai diberikan diuretika, yaitu furosemide 40 mg i.v.
dengan anti malaria yang efektif; 2. perbaiki kebutuhan memperbaiki hipoksia diberikan oksigen k
cairan dan elektrolit; 3. dialisis dini; 4. pengobatan tinggi (6-8 l/menit) dan bila mungkin den$an
terhadap komplikasi yang lain; 5. pengobatan infeksi; 6. respirator mekanik.
hindari obat'metroteksat'
Penanganan Anemi
Tindakan Terhadap Malaria Biliosa Bila anemi kurang dari 5 g/dl atau hematokrit kur
Vitamin K dapat diberikan 10 mg/hari i.v selama 3 hari 15% diberikan tranfusi darah whole blood atau packd
untuk memperbaiki faktor koagulasi yang tergantung Darah segar lebih baik dibanding darah biasa.
vitamin K. Gangguan faktor koagulasi lebih sering dijumpai sebaiknya pelan-pelan, kalau perlu dengan
pada penderita dengan ikterik yang berat. Hati-hati CYP line atau dengan memberikan furosemid 20
dengan obat-obatan yang mengganggu fungsi hati seperti sebelum transfusi.
parasetamol, tetrasikli n.
Penanganan Terhadap Infeksi Sekunder
lnfeksi sekunder yang sering terjadi yaitu
HIPOGLIKEMIA karena aspirasi, sepsis yang berasal dari infeksi
dan infeksi saluran kencing karena pemasangan
Periksa kadar gula darah secara cepat dengan glukometer Antibiotika yang dianjurkan sebelum diperoleh
pada setiap penderita malaria berat (malaria serebral, kultur ialah kombinasi ampisilin dan gentamisin,
malaria dengan kehamilan,malaria biliosa). Bila kadar bila mungkin sefalosporin generasi ke lll (sefti
gula darah kurang dari 40 mgldl, maka diberikan 50 ml seftria kson atau ceftazidi me), atau karba penem
Dekstrose 40o/oi.v di{anjutkan dengan glukosa 10o/o pet
MIARJA BERAT 623
TEERENSI
maka masa prapaten adalah 20-24 hari. Kucing encepholitis, pneumonia, dan miokarditis).
mudah terinfeksi oleh kista jaringan daripada oleh lnfeksi menetap dengan kista yang mengandung
bradizoit biasa ditemukan pada pejamu imunokompeten.
Di berbagaijaringan tubuh kucing juga ditemukan lnfeksi ini biasanya menetap subklinis. Meslii bradizoit
it dan kista jaringan. Pada manusia takizoit menjalani fase metabolik lambat, kista tidak mengalami
pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap degenerasi dan ruptur di dalam SSP. Proses degeneratif
berinti. Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit ini bersamaan dengan perkembangan kista baru yang
satu ujung yang runcing dan ujung lain yang mengandung bradizoit merupakan sumber infeksi
membulat. Panjangnya 4-8 mikron dan mempunyai bagi individu imunokompromais dan merupakan
inti yang letaknya kira-kira di tengah. Takizoit pada stimulus untuk menetapnya titer antibodi pada pejamu
adalah parasit obligat intraselular. imunokompeten.
Takizoit berkembang biak dalam sel secara Pada pasien dengan keadaan imunokompromais
iogeni. Bila sel penuh dengan takizoit, maka seperti pada pasien HIV/AIDS, terjadi suatu keadaan
rnenjadi pecah dan takizoit memasuki sel-sel di adanya defisiensi imun yang disebabkan oleh defisiensi
atau difagositosis oleh sel makrofag. Kista kuantitatif dan kualitatif yang progresif dari subset
dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang limfosit T yaitu T helper. Subset sel T ini digambarkan
h telah membentuk dinding. Kista jaringan secara fenotip oleh ekspresi pada permukaan sel molekul
ii dapat ditemukan di dalam hospes seumur hidup CD4 yang bekerja sebagai reseptor sel primer terhadap
di otak, otot jantung, dan otot lurik. Di otak HlV. Setelah beberapa tahun, jumlah CD4 akan turun di
berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot bawah level yang kritis (< 200/ul) dan pasien menjadi
mengikuti bentuk sel otot. sangat rentan terhadap infeksi oportunistik. Walaupun
626 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
demikian, dengan kontrol viremia plasma dengan terapi gondii. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk bekerja
antiretroviral yang efektif, bahkan pada individu dengan dengan T gondiiyang hidup. lnfeksi dengan T. gondii
CD4 yang sangat rendah, telah dapat meningkatkan juga pernah terjadi waktu mengerjakan autopsi.
survival meskipun jumlah CD4nya tidak meningkat secara . infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari
signifikan. donor yang menderita toksoplasmosis laten.
OIeh karena itu i nfeksi oportu nisti k s eperti Toxop la sm o . transfusi darah lengkap juga dapat menyebabkan
gondiimudah menyerang penderita HIV/AIDS yang tidak infeksi.
mendapatkan terapi antiretroviral yang efektif. lmunitas Walaupun makan daging kurang matang merupakan
selular menjadi sangat penting dalam mengontrol infeksi cara transmisi yang penting untuk f gondii, transmisi
Toksoplasma dengan bantuan dari imunitas humoral. melalui ookista tidak dapat diabaikan. Seekor kucing
lnterferon gamma dan lnterleukin-12 (lL-12) merupakan dapat mengeluarkan sampai 10 juta butir ookista sehari
substansi pertahanan tubuh yang sangat penting untuk selama 2 minggu. Ookista menjadi matang dalam waktu
menghadapi infeksi. 1 -5 hari dan dapat hidup lebih dari setahun di tanah yang
. lnterferon gamma menstimulasi aktivitas anti T.gondii, panas dan lembab. Ookista mati pada suhu 45'-55"C
tidak hanya makrofag tetapijuga sel non fagosit. Produksi juga mati bila dikeringkan atau bila bercampur formalir\
lnterferon gamma dan IL-'l 2 distimulasi oleh CD154 amonia, atau larutan iodium. Transmisi melalui bentut
(diekspresikan pada sel CD4 yang teraktivasi) yang ookista menunjukkan infeksi f gondii pada orang yang
bertindak dengan menstimulasi sel dendritik dan makrofag tidak senang makan daging atau terjadi pada binatang
untuk memproduksi lL-12 dan produksi lnterferon gamma herbivora.
oleh sel T.
menjadi terbuka atau meluas mengancam maut. Karena Pneumonitis akibat Toxoplosmo gondii juga makin
manifestasi klinis toksoplasmosis tidak khas, diagnosis meningkat akibat kurangnya penggunaan obat antiretrovird
banding limfadenopati yang perlu diperhatikan antara lain serta profilaksis pengobatan toksoplasma pada penderita
tuberkulosis, limfoma, mononukleosis infeksiosa, infeksi HIV/AIDS. Pneumonitis ini biasanya'terjadi pada pasien
virus sitomegalo, penyakit gigitan kucing (cat bite fever, dengan gejala AIDS yang sudah lanjut dengan gejala
tularemia), penyakit cakaran kucing (cqt scratch fever), demam yang berkepanjangan dengan batuk dan sesat
sarkoidosis, dan sebagainya. napas. Gejala klinis tersebut kadang susah dibedakan
Toksoplamosis yang melibatkan banyak organ dengan pneumonia akibat Pneumocystis corinii dengut
tubuh dapat menyerupai gambaran penyakit hepatitis, angka kematian sekitar 35% meski sudah diterapi dengan
miokarditis, po!imiositis dengan penyebab lain atau baik.
demam berkepanjangan yang tidak diketahui sebabnya Gejala lain yang juga sering timbul adalah gangguai
(F.U.O). Amat disayangkan bahwa limfadenopati kurang pada mata. Biasanya timbul korioretinitis dengan gejda
banyak diingat sebagai diagnosis banding, padahal seperti penurunan tajam penglihatan, rasa nyeri padl
toksoplasmosis merupakan 7 -10o/o dari Iimfadenopati mata, melihat benda beterbangan, serta fotofobia. Pada
yang klinis jelas. Titer tes serologi untuk diagnosis pemeriksaan funduskopik terdapat daerah nekrosis yarg
toksoplasmosis akut biasanya didapatkan sesudah biopsi multifokal atau bilateral. Keterlibatan n. Optikus terjdi
kelenjar yang dicurigai sebagai toksoplasmosis. pada 10% kasus.
Gejala klinis lain yang jarang timbul pada pasien Hffi
lnfeksi Akut Toksoplasmosis pada Pasien AIDS dengan toksoplasmosis yaitu panhipopituari drr
lmunokompromais diabetes insipidus, gangguan gastrointestinal denglr,
Pasien imunokompromais mempunyai risiko tinggi untuk nyeri perut, asites, serta diare. Gagal hati akut
mengidap toksoplasmosis yang berat dan sering fatal gangguan muskuloskeletal juga dapat timbul.
akibat infeksi baru maupun reaktifitas. Penyakitnya dapat multiorgan dapat terjadi dengan manifestasi
berkembang dalam berbagai bentuk penyakit susunan gagal napas akut serta gangguan hemodinamik
saraf pusat seperti ensefalitis, meningoensefalitis atau menyerupai syok sepsis.
spoce occupiying lesion (SOL). Selanjutnya dapat pula Pada pemeriksaan fisik biasanya dite
miokarditis atau pneumonitis, pada transplantasi jantung pembesaran KGB yang kenyal, tidak nyeri,
toksoplasmosis timbul pada pasien seronegatif yang dan paling sering timbul di daerah servikal.
menerima jantung dari donor yang seropositif, dan fisik lain biasanya menunjukka n low grade
manifestasinya dapat menyerupai rejeksi organ seperti hepato-splenomegali dan timbul rash pada kulit
yang terbukti dengan biopsi endomiokard. Penemuan lain pemeriksaa n fund uskopi k men u nju kkan m u ltip le
ialah bahwa pasien yang menerima jantung dari donor white, bercak menyerupai wol d6ngan batas yang
seropositif menunjukkan titer antibodi lgM dan lgG yang jelas di daerah kutub posterior. Pada ET pem
meningkat sesudah transplantasi. Pada pasien dengan fisik yang mendukung adalah gangguan statts
transplantasi sumsum tulang, toksoplasmosis timbul kejang, kelemahan otot, ganggguan nervus kr
sebagai akibat reaktivitas infeksi yang laten. tanda-tanda gangguan serebelum, meningismus,
Pada pasien HlV, manifestasi klinis terjadi bila jumlah movement disorder.
limfosit CD4 < 100/ml. Manifestasi klinis yang tersering pada Sebenarnya dalam klinik dewasa, toks
pasien HIV/AIDS adalah ensefalitis. Ensefalitis terjadi pada ini sangat underdiagnosed pada pasien-
sekitar 80% kasus. Rabaud et al. menunjukkan bahwa selain imunokompromais. Hal ini terlihat dari banyaknya
otak terdapat beberapa lokasi lain yang sering terkena, yaitu kasus yang terdiagnosis pada beberapa institusi,
mata (50%), paru-paru (260/o), darah tepi (3%), jantung (3o/"), jumlah kasus positif pada laporan-laporan otopsi,
sumsum tulang (3%), dan kandung kemih (1%). persentase toksoplasma yang non spesifik dan
Pada pasien dengan ET, gejala-gejala yang sering ragam ini. lnfeksi akut susunan saraf pusat harus
terjadi adalah gangguan mental (75%), defisit neurologik dengan menin!oensefalitis oleh penyebab lain
(70%), sakit kepala (50%), demam (45%), tubuh terasa helpes simpleks, fungus dan tuberkulosis, abses
lemah serta gangguan nervus kranialis. Gejala lain yang lupus, dan sebagainya. Pada pasien imu
juga sering terdapat yaitu gejala parkins on, focol dystonio, bila ditemukan pleiositosis mononuklear dengan
I tre mor. hemikorea-hemi balismus, dan gan gguan
ru b ro protein tinggi, tidak adanya tanda-tanda
pada batang otak. Medula spinalis juga dapat terkena fungus perlu dipertimbangkan adanya
dengan gejala seperti gangguan motorik dan sensorik di
daerah tungkai, gangguan berkemih dan defekasi. Onset Toksoplasmosis Mata pada Orang Dewasa
dari gejala ini biasanya-subakut. lnfeksi toksoplasma menyebabkan korioretinitir
l
"iIFOPLASMOSIS I
629 I
I
lUrrbesar kasus-kasus korioretinitis ini merupakan adanya infeksi akut, tetapi isolasi dari jaringan hanya
*ibat infeksi kongenital. Pasien-pasien ini biasanya menunjukkan adanya kista dan tidak memastikan adanya
ffidak menunjukkan gejala-gejala sampai usia lanjut. infeksi akut.
llorioretinitis pada infeksi baru bersifat khas unilateral, Tes serologi dapat menunjang diagnosis
sdang korioretinitis yang terdiagnosis waktu lahir toksoplasmosis. Tes yang dapat dipakai adalah tes
ffinsnya bilateral. Gejala-gejala korioretinitis akut adalah warna Sabin Feldman (Sobin-Feldman dye fesf) dan tes
:pcnqlihatan kaburi skotoma, nyeri, fotofobia dan epifora. hemaglutinasi tidak langsung (l HA), untuk deteksi antibodi
Gurrgguan atau kehilangan sentral terjadi bila terkena lgG, tes anli T. gondii fluoresen tidak langsung (lFA), dan
nmakula. Dengan membaiknya peradangan, visus pun tes ELISA untuk deteksi antibodi lgG dan lgM. Tes Sabin-
mmnbaik, namun sering tidak sempurna. Panuveitis Feldman didasarkan oleh rupturnya T. gondii yang hidup
,ffiat menyertai korioretinitis. Papilitis dapat ditemukan dengan antibodi spesifik dan komplemen di dalam serum
ryabila ada kelainan susunan saraf pusat yang jelas. yang diperiksa. Pemeriksaan ini masih merupakan rujukan
0lfiagnosis banding adalah tuberkulosis, sifilis, lepra, atau pemeriksaan serologi. Hasil serologi menjadi positif
illhtoplasmosis. dalam 2 minggu setelah infeksi, dan menurun setelah
1 -2 tahun.
iHsi Kongenital Serologi lgG banyak digunakan untuk infeksi lama.
lffi*soplasmosis yang didapat dalam kehamilan dapat Awalnya lgM muncul terlebih dahulu sebelum lgG,
lhlrsifat asimtomatik atau dapat memberikan gejala kemudian menurun cepat, dan merupakan petanda infeksi
stelah lahir. Risiko toksoplasmosis kongenital bergantung dini. Pada kasus limfadenopati toksoplasmosis, 90% di
Fda saat didapatnya infeksi akut ibu. Transmisi T. gondii antaranya memiliki lgM positif saat diperiksa dalam 4
mmingkat seiring dengan usia kehamilan (1 5-25% dalam bulan setelah onset limfadenopati. 22% di antaranya
tffifunester l, 30-54% dalam trimester ll, 60-65% dalam tetap positif saat diperiksa lebih dari 12 tahun setelah
ltfrimester lll). Sebaliknya, derajat keparahan penyakit onset. Pada beberapa kasus, lgM reaktif tidak dapat
ihrgenital meningkat jika infeksi terjadi pada awal terdeteksi. Anti- I g E im m1t n oso r b e nt a g g luti n otio n a ssoy
hharnilan. Tanda-tanda infeksi saat persalinan ditemukan diduga merupakan pemeriksaan yang lebih akurat untuk
ffi21-28% dari mereka yang terinfeksi pada trimester il, mendeteksi toksoplasmosis akut. Namun, pemeriksaan ini
&r kurang dari 11% pada trimester lll. Ringkasnya, 10o/o masih perlu penelitian lebih lanjut.
nxrgalami infeksi berat. Pemeriksaan Cf
Scan otak pada pasien dengan
Manifestasi klinis toksoplasmosis kongenital termasuk ensefalitis toksoplasma (ET) menunjukkan gambaran
shabismus, korioretinitis, ensefalitis, mikrosefalus, menyerupai cincin yang multipel pada 70-80% kasus.
ll*f,osefalus, retardasi psikomotor; kejang, anemia, ikterus, Pada pasien dengan AlDSyang telah terdeteksi dengan
l|l*rotermia, trombositopenia, diare, dan pneumonitis. lgG Toxoplosmo gondii dan gambaran cincin yang multipel
Thim karakteristik yang terdiri dari hidrosefalus, kalsifikasi pada CT Scan sekitar 80% merupakan TE. Lesi tersebut
mrebral, dan korioretinitis berakibat retardasi mental, terutama berada pada ganglia basal dafi corticomedullory
ffiepsi, dan gangguan penglihatan. Hal ini merupakan junction.
heqtuk ekstrim dan paling berat dari penyakit ini. MRI merupakan prosedur diagnostik yang lebih baik
Korioretinitis pada pasien imunokompeten hampir dari CT Scon dan sering menunjukkan lesi-lesi yang tidak
cEialu akibat sekunder dari infeksi kongenital. Diperkirakan terdeteksi dengan CT Scan. Oleh karena itu MRI merupakan
4d3 individu dengan infeksi kongenital asimtomatik prosedur baku bila memungkinkan terutama bila pada
mngalami korioretinitis dalam hidupnya (biasanya dalam CT Scon menunjukkan gambaran lesi tunggal. Namun
,* dekade). Lebih dari 30% mengalami relaps setelah gambaran yang terdapat pada MRI dan CT Scon tidak
thrapi. patognomonik untuk ET. Salah satu diagnosis banding
yang penting adalah limfoma dengan lesi multipel pada
407o kasus.
DIAGNOSIS Pefiggunaan Polymerose Chain Reaction (PCR) dalam
mendeteksi Toxoplasma gondiitelah digunakan dewasa ini.
@f,agnosis toksoplasmosis akut dapat dipastikan bila Dengan teknik ini dapat dibuat diagnosis dini yang cepat
nmenemukan takizoit dalam biopsi otak atau sumsum dan tepat untuk toksoplasmosis kongenital prenatal dan
..''rang,
cairan serebrospinal dan ventrikel. Tetapi dengan postnatal dan infeksi toksoplasmosis akut pada wanita
wa lapusan yang biasa takizoit sukar ditemukan dalam hamil dan penderita imunokompromais. Spesimen tubuh
qpesimen ini. lsolasi parasit dapat dilakukan dengan yang digunakan adalah cairan tubuh termasuk cairan
ihmkulasi pada mencit, tetapi hal ini memerlukan waktu serebrospinal, cairan amnion, dan darah. iose E Vidal et
lhna. lsolasi parasit dari cairan badan menunjukkan al mendapatkan bahwa PCR memiliki sensitivitas yang
630 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!
tinggiyaitu 100% dengan spesifitas 94,4%. LamorilJ et al keganasan) yang terjangkit toksoplasmosis akut harus
menunjukkan bahwa PCR memiliki spesifitas yang rendah diberi pengobatan.
(16%) bila bahan yang diambil berasal dari darah. PCR juga
menjadi negatif apabila sebelum dilakukan PCR pasien lnfeksi pada Kehamilan dan Kongenital
telah diberikan pengobatan. Pada toksoplasmosis kehamilan, pengobatan dapat
ditujukan untuk ibu, janin, atau bayi baru lahir. Spiramisin
merupakan antibiotik makrolid yang terkonsentrasi di
PENATALAKSANAAN plasenta, sehingga mengurangi infeksi plasenta sebesar
60%. Obat ini tidak secara terus-menerus melalui barier
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh plasenta dan digunakan untuk mengurangi transmisi
bentuk takizoit T. gondii dan tidak membasmi bentuk vertikal. Spiramisin 3 glhari dalam dosis terbagi 3 selama
kistanya, sehingga obat-obat ini dapat memberantas 3 minggu diberikan pada wanita hamil yang mengalami
infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi infeksi akut sejak diagnosis ditegakkan hingga kelahirart
mepahun, yang dapat menjadi aktif kembali. kecuali terbukti terjadi infeksi pada janin. Pada kasus
Pirimetamin dan sulfonamid bekerja secara sinergistik, demikian, regimen terapi diubah ke sulfadiazin 4 g
maka dipakai sebagai kombinasi selama 3 minggu atau dan pirimetamin 25 mg, serta asam folat 15 mglhari
sebulan. Pirimetamin menekan hemopoiesis dan dapat hingga persalinan. Risiko mengidap penyakit serius
menyebabkan trombositopenia dan leukopenia. Untuk pada kehamilan dini membawa risiko efek teratogenk
mencegah efek sampingan ini, dapat ditambahkan asam antifolat. Semua bayi baru lahir yang terinfeksi harus
folinik atau ragi. Pirimetamin bersifat teratogenik, maka mendapat pengobatan anti T gondii (sulfadiazin 50 rngd
obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil. kg 2 kali per hari dan pirimetamin 1 mglkgBB/hari, serb
Pirimetamin diberikan dengan dosis 50-75 mg sehari asam folat 5 mglkgBB/hari selama sedikitnya 6 bulan|.
untuk dewasa selam 3 hari dan kemudian dikurangi Belum ada pengobatan yang menurunkan angka kejadian
menjadi 25 mg sehari (0,5-1 mg/kgBB/hari) selama korioretinitis.
beberapa minggu pada penyakit berat. Karena holf-lifenya U ntuk memastikan terjadinya infeksi janin, diperluka
adalah 4-5 hari, pirimetamin dapat diberikan 2 kali/hari pemeriksaan USG dan cairan amnion untuk pemeriksaa
atau 3-4 kali sekali. Asam folinik diberikan 2-4 mg sehari. PCR dan kullur T. gondii. Pengambilan darah janin denga
Sulfonamide dapat menyebabkan trombositopenia dan kordosentesis telah sering digunakan untuk mendetehi
hematuria, diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari antibodijanin dan kultur T gondii. Pengakhiran kehamih
selama beberapa minggu atau bulan. biasanya ditawarkan pada wanita dengan serokonveri
Spiramisin adalah antibiotika makrolid, yang tidak dalam 8 minggu pertama kehamilan dan mereka yarq
menembus plasenta, tetapi ditemukan dengan konsentrasi mengalami infeksi dalam 22 minlgu pertama jika infeld
tinggi di plasenta. Spiramisin diberikan dengan dosis 100 janin terbukti. Pendekatan yang lebih konservatif untt
mg/kgBB/hari selama 30-45 hari. Obat ini dapat diberikan menganjurkan aborsi adalah hanya jika pada USG dida$
pada wanita hamil yang mendapat infeksi prime1 sebagai hidrosefalus, meski hanya kasus dalam presentasi
obat profilaktik untuk mencegah transmisi T gondii ke janin mengalami gangguan neurologik pada saat lahir.
dalam kandungannya.
Klindamisin efektif untuk pengobatan toksoplasmosis, lnfeksi pada Pasien lmunokompromais
tetapi dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa atau Pasien AIDS harus diterapi untuk to
kolitis ulserativa, maka tidak dianjurkan untuk pengobatan karena pada pasien imunokompromais infeksi
rutin pada bayi dan wanita hamil. Kortikosteroid digunakan menjadi fatal bila tidak diobati. Regimen untuk
untuk mengurangi peradangan pada mata, tetapi tidak dengan ensefalitis adalah pirimetamin (dosis awal 200
dapat diberikan sebagai obat tunggal. lanjutan 50-75 mg/hari) dan sulfadiazin (4-6 g/han
Obat makrolid lain yang efektif terhadap T. gondii terbagi 4) selama 4-6 minggu sampai tampak
adalah klaritromisin dan azitromisin yang diberikan radiologik. Ledcovorin (calcium folinate, 10-15
bersama pirimetamin pada penderita AIDS dengan diberikan untuk pencegahan toksisitas sumsum
ensefalitis toksoplasma. Obat yang baru adalah berkaitan dengan pirimetamin. Baik pirimetamin
hidroksinaftokuinon (atovaquone) yang bila dikombinasi sulfadiazin melewati sawar darah-otak. Komplikasi
dengan sulfadiazin atau obat lain yang aktif terhadap antara lain gangguan hematologik, kristaluria,
T. gondii, dapat membunuh kista jaringan pada mencit. batu ginjal radiolusen, dan nefrotoksisitas.
Tetapi hasil penelitian pada manusia masih ditunggu. Pirimetamin dan sulfadiazin hanya aktif
Toksoplasmosis akuisita yang asimtomatik tidak perlu takizoit, sehingga pada pasien imunokompromais
diberikan pengobatan. fenderita imunokompromais (Al DS, awal harus diberikan selama 4-6 minggu. Mereka
TrcOPLASMOSIS 631
l
ffilarusmendapat terapi supresif seumur hidup dengan yang diturunkan sebelum terjadi konsepsi melindungi
plrimetamin (25-50 mg/hari) dan sulfadiazin (2-4 g/ janin dari infeksi. Pasien imunokompromais yang
[han)- Jika sulfadiazin tidak dapat ditoleransi, kombinasi mendapat kotrimoksazol sebagai profilaksis u ntu k i nfeksi
pirimetamin (75 mglhari) dan klindamisin (450 mg 3 kali pneumosistis juga terlindungi dari toksoplasmosis.
per hari) dapat digunakan. Serologi lgG untuk T gondii harus dilakukan pasien
Dapsone (diaminodiphenylsulfone) merupakan sebelum dilakukannya transplantasi organ. Transplantasi
dlternatif efektif pengganti sulfadiazin karena memiliki organ padat dari donor seropositif ke resipien seronegatif
waktu paruh lebih lama dan berkurangnya toksisitas. harus dihindari. Jika transplantasi seperti itu dilakukan,
Spiramisin diberikan untuk mengurangi transmisi plasenta. maka resipien harus mendapat terapi anti T. gondii
ffiIndamisin diabsorbsi baik oleh saluran cerna dan kadar setidaknya selama 2 bulan.
,prncak dalam serum tercapai 1-2 jam setelah pemberian. lndividu dengan HIV dan yang memiliki seronegatif
ffiombinasi pirimetamin oral (25-75 mglhari) beserta harus dihindari dari pajanan dengan parasit. Skrining
(1 200-4800 mglhari) terbukti efektif
,Wimdamisin intravena maternal masih meru pakan kontroversi. Skri ning serologik
Luurtuk pasien AIDS dengan ensefalitis toksoplasmosis. Efek ditujukan untuk mendeteksi infeksi maternal akut. Namun,
wnping klindamisin termasuk mual, muntah, netropenia, kadang sulit untuk menentukan apakah benar terjadi
mnoam, dan kolitis pseudomembranosa. infeksi maternal akut dan janin. Saat diagnosis infeksi
Penelitian menunjukkan bahwa makrolid tunggal tidak akut ditegakkan pada wanita hamil, terapi anti T. gondii
ffiktif, namun kombinasi pirimetamin dan klaritromisin dan pemeriksaan lanjutan atas kemungkinan infeksi pada
rffinpaknya efektif. Atovaquone (750 mg 3-4 kali per janin diberikan, dan aborsi ditawarkan.
illltrari) merupakan pilihan bagi mereka yang intoleransi
dat lain. Glukokortikoid dapat digunakan untuk terapi
cdema intraserebral. Antikonvulsan kadang diperlukan PROGNOSIS
uumtuk mengatasi kejang, namun harus diperhatikan
lnnreraksi potensial aitara sulfadiazin dan fenitoin. Regimen Toksoplasma akut untuk pasien imunokompeten
korfimoksazol atau dapson beserta pirimetamin dengan mempunyai prognosis yang baik. Toksoplasmosis pada
lhukovorin dapat mencegah perkembangan ensefalitis bayi dan janin dapat berkembang menjadi retinokoroiditis.
@a pasien HIV dengan seropositif T. gondii setelah Toksoplasmosis kronik asimtomatik dengan titer antibodi
purnlah limfosit CD4 berkurang hingga mencapai 100/ul. yang persisten, umumnya mempunyai prognosis yang
baik dan berhubungan erat dengan imunitas seseorang.
Toksoplasmosis pada pasien imunodefisiensi mempunyai
ENCEGAHAN prognosis yang buruk.
DEFINISI
633
634 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
Menurut beberapa peneliti, yang tersering menginfeksi Sementara dengan pemeriksaan sederhana memakai
manusia ialah L. icterohaemorrhagica dengan reservoar mikroskop biasa dapat dideteksi adanya gerakan
tikus, L. conicolo dengan reservoar anjing dan L. pomono leptospira dalam urine. Diagnostik pasti ditegakkan
dengan reservoar sapi dan babi. dengan ditemukannya leptospira pada darah atau urine
atau ditemukannya hasil serologi positip. Untuk dapat
berkemba ng biaknya leptospira memerlu kan ing kungan I
hertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi Jantung. Epikardium, endokardium dan miokardium
tperti di dalam ginjal di mana sebagian mikro organisme dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat fokal atau difus
fur mencapai convoluted tubules, bertahan disana dan berupa intersitital edema dengan infiltrasi sel mononuklear
ofepaskan melalui urin. Leptospira dapat dijumpai dalam dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi
*kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium
ilmfuksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun- dan endokardium
ffirun kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan
frgositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan
Otot rangka.Pada otot rangka, terjadi perubahan-
perubahan berupa lokal nekrotis, vakuolisasi dan
cpat lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin.
kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira
$rtelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme
|hrya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. disebabkan invasi langsung leptospira. Dapat juga
ditemukan antigen leptospira pada otot.
UL:ptospiruria berlangsung 1 -4 minggu
Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese Mata. Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata
l1@spirosis : invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non selama fase leptospiremia dan bertahan beberapa bulan
ryesifik, dan reaksi imunologi. walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini
akan menyebabkan uveitis.
Qiadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada Susunan saraf pusat. Leptospira mudah masuk ke dalam
lhgospirosis terdapat perbedaan antara derajat gangguan cairan serebrospinal (CSS) dan dikaitkan dengan terjadinya
1ftmgsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada
meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya
ffiospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada respon antibodi, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga
qifal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh mekanisme
qnta dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit
ffirrra kerusakan bukan pada strukturorgan. Lesi inflamasi peningkatan sel mononuklear araknoid. Meningitis yang
m:nunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan terjadi adalah meningitis aseptik, biasanya paling sering
sdplasma. Pada kasusyang beratterjadi kerusakan kapiler disebabkan oleh L. canicola,-
dcngan perdarahan yang luas dan disfungsi hepatoselular
furgan retensi bilier. Selain diginjal leptospira juga dapat WeiI Diseose. Weil diseose adalah leptospirosis berat yang
hrtahan pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk ditandai dengan ikterus, biasanya disertai perdarahan,
hdalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe
ilfllfld ini akan menyebabkan meningitis yang merupakan kontinua. Penyakit Weilini biasanya terdapat pada 1-60/o
gilrgguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai kasus dengan leptospirosis. Penyebab Weil disease adalah
hnplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai serotipe icterohaemorroglco pernah juga dilaporkan oleh
ffiospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh darah. serotipe copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis
lHainan spesifik pada organ : bervariasi berupa gangguan renal, hepatik atau disfungsi
vaskular.
ttirt lnterstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear
mwupakan bentuk lesi pada leptospirosis yang dapat
flujaditanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi
GAMBARAN KTINIS
*ibattubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin,
mdsi imunologis, iskemia ginjal, hemolisis dan invasi
Masa inkubas i2-26hari,biasanya 7 -13 hari dan rata-rata
hgsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan
10 hari. Gambaran klinis dapat dilihat pada tabel 2.
{hmsakan ginjal.
Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas
Hi- Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan yaitu fase leptospiremia dan fase imun.
iffitrasi sel limfosit fokal dan proliferasi sel Kupfer dengan
lhlestatis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian Fase Leptospiraemia
flemukan leptospira dalam hepar. Biasanya organisme Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah
lni Erdapat diantara sel-sel parenki m. dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba
636 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI
neuritis, pankreatitis, parotitis, epididimidis, hematemesis, mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal. nyeri
asites, miokarditis otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardia, nyeri
dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa tekan otot, hepatomegali dan lain-lain. Pada pemeriksaan
sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis laboratorium darah rutin bisa dijumpai lekositosis, normai
dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju
dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteir
menggigil, juga didapati mual dengan atau tanpa muntah uria, leukosituria dan torak (cast). Bila organ hati terlibat
disertai mencret, bahkan pada sekitar 25% kasus disertai bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi
berat, bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke komplikasi pada ginjal.Trombositopenia terdapat pada
3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan 50% kasus. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dan
fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rosh yang berbentuk cairan tubuh dan serologi.
makular, makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang
Kultur. Dengan mengambil spesimen dari darah atau CCS
dijumpai splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati.
segera pada awal gejala. Dianjurkan untuk melakukannr
Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien
kultur ganda dan mengambil spesimen pada fas,e
akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan
leptospiremia serta belum dibqri antibiotik. Kultur urine
organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal
diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Pada spesinren'r
3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit yang lebih
yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan,
berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas
demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Serologi. Jenis uji serologi dapat dilihat pada tabet &,
Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun. Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya leptospira dengmr
cepat adalah dengan pemeriksaan PoLymerose Cfum
Fase lmun Reoction (PCR), si/ver stoin atau fluroscent antibody sfum',
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dan mikroskop lapangan gelap.
dapat timbul demam yang mencapai suhu 400 C disertai
menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang
menyeluruh pada leheri perut dan otot-otot kaki terutama M ic roscopic Ag g lutin otio n l{aemscopis,Stlde ,,
otot betis. Terdapat perdarahan berupa epistaksis, gejala Test'(MAT),, .''''rl Aggfifilnafian Test
kerusakan pada glnjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan ': :' ' , Enrymelinked
$icarikcetup, ,
paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, petechioe, :. teito,atilracr,, .: . 'ossolz (ELISA)
epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi ' LiptaTek LaieralFlg
tMtcmeapsute,
'-',
perdarahan yang paling sering. Conjunctivo injection dan
Aglutinasi latek kering Pqtoi: stide
conjungtivoL suffusion dengan ikterus merupakan tanda (LeptoTek Dry-Dot) ,{PSAI) l
patognomosis untuk leptospirosis.
I ndirect fluorescent, aitibody SensitEederythroqte
Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini,
walaupun hanya 50% gejala dan tanda meningitis, tetapi
fest {IFATJ ,,6Er1 .,',,' .,'
I n d ire ct h a erno g g lu f in otio n Counterimmune
pleositosis pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien. Tanda-
tesf (lHA) (crE), ,.
tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu,
Uji aglutinasi [ateks
tetapi biasanya menghilang setelah 1-2hari. Pada fase ini
Co m p Ie m e nt fxat ion test {CFf )
leptospira dapat dijumpai dalam urin.
DIAGNOSIS PENGOBATAN
Pada umumnya diagnosis awal leptosirosis sulit, karena Pengobatan suportif dengan observasi ketat
pasien biasanya datang dengan meningitis, hepatitis, mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, h
IFIOSPIROSTS 637
perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang
@tospirosis. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan telah terkontaminasi dengan air kemih binatang reservoar.
spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan
pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis
lthrdakan hemodialisa temporer. bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi dan terpapar
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika
h*asanya pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup di hutan Panama selama 3 minggu, ternyata dapat
cfrektif. Berbagaijenis antibiotik pilihan dapat dilihat pada mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2% menjadi
hbel 4. Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra 0,2o/o, dan efikasi pencegahan 95o/o.
,uena penisilin G, amoksisliin, ampisilin atau eritromisin Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoar
dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus ringan sudah lama direkomendasikan, tetapi vaksinasi terhadap
dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan
mnpisilin atau amoksisili n mau pu n sefalosforin. penelitian lebih lanjut.
KESIMPULAN
!flqsi ..,,,,,,,,.. ,, ..Regimen,,,
:Doksisiklin,
lcptospir.oiii Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang
,Arnpisilin.:,,
5$iEl :::r,r:':.,::-: ..rtuiioksisilirr disebabkan leptospira. Manusia dapat terinfeksi melalui
kontak dengan leptospira secara insidental. Gejala klinis
lcptispii*:'
Hang ' :. ::':'i
,Petiiiilin G'
*iiipi.silhn..r
yang timbul mulai dari ringan sampai berat bahkan
hcrat ", r::='.ri:'':: :*m6ksisilin kematian, bila terlambat mendapat pengobatan. Diagnosis
hmoprofr{aksis',': '.DdksiSiklirt' dini yang tepat dan penatalaksanaan yang cepat akan
mencegah perjalanan penfakit menjadi berat. Pencegahan
dini terhadap mereka yang terpapar diharapkan dapat
Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika melindungi mereka dari serangan leptospirosis.
p,frlihan utama, namun perlu diingat bahwa anti-
fiictika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase
hpnospiraemia). Pada pemberian penisilin, dapat muncul REFERENSI
meaksi Jarisch-Herxherimer 4 sampai 6 jam setelah
Coleman T], Scott G : Leptospirosis, In : Cook G, Zumla A (eds) :
memberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas Mansonls Tropicd Disease-d, 21 st edition. London: ELST with
mti leptospira. Tindakan suportif diberikan sesuai Saunders; 2003 p. 1165 - 71'
fungan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul. Hickey PW : Leptospirosis. eMed J 2002;3 : S 1-9, .
Speelman P : Leptospirosis. In Harrisonls Pfinciples of Intemal
ffieseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diatur
Medicine, fstfr ea, Braunwald E (Eds). New lork: McGraw-
Sagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara Hill;2001.p. 1055-8.
uulrnum. Kalau terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya Watt G : Leptospirosis. ln Hunter's Tropical Medicine, 7th ed,
rd5lakukan dialisis. Strickland GT (Ed). Philadelphia: WB Saunders Co;1991'.p.
317-',23.
Watt G, Manaloto C, Hayes CG : Central Nervous System
Leptospirosis in the Philippines. SEA) Trop Med Pub Health
,tocNosrs 1989;20:265-8, .
Douglin CP, ]ordan C, Rock R, et al : Risk Factors for Severe
Leptospirosis in the Parish of St. Andrew, Barbados. Availble
Jm tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus lrorn :http:/ / www. cdc. gov/ncidod/ElD/vol3noL/
,dengan ikterus, angka kematian 5o/o pada umur di bawah douglin.htm.
Soetanto T, Soeroso S, Ningsih S (Editor) :Pedoman Tatalaksana
I0tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40o/o.
Kadirs dan Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di
Rumah Sakit, Rumah Sakit Penyakit InJeksi Prof.DR.Sulianti
Saroso, Direktoratlenderal PemberantasanPenyakit Menular
IET{CEGAHAN dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI, 2003
Mubin AtI, Lawrence G : Pengamatan Gerakan LeptosPira dalam
Urine dengan Cara Sederhana. ] Med Nus 1996;17 :72-6, .
MEncegahan leptospirosis khususnyadi daerah tropis lawetz E, Melnick ]L, Adelberg EA. Review of Medical
wrgat sulit. Banyaknya hospes perantara dan jenis Microbiology. Ed. 16 (Terjemahan)' ]akarta : EGC 1992 :
639
640 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI
anaerob yang ditemukan di tanah dan kotoran binatang. patogenesis penyakit. Tetanospasmin, atau secara
Berbentuk batang dan memproduksi spora, memberikan umum disebut toksin tetanus, adalah neurotoksin yang
gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu mengakibatkan manifestasi dari penyakit tersebut.
terlihat.2 C.tetani merupakan bakteri yang motile karena Tetanospasmin adalah protein tunggal dengan berat
memiliki flagella, dimana menurut antigen flagella nya, molekul 150 kDa, yang terbagi menjadi 2 rantai, rantai
dibagi menjadi 1 1 strain. Namun ke sebelas strain tersebut berat (100 kDa) dan rantai ringan (50 kDa), dihubungkan
memproduksi neurotoksin yang sama.s Spora yang oleh ikatan disulfida.Toksin ini ditransportasikan secara
diproduksi oleh bakteri ini tahan terhadap banyak agen intra axonal menuju nuklei motorik dari saraf pusat
desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia. Spora, Sekuensi asam amino dari tetanospasmin ini identik
C.tetoni dapal bertahan dari air mendidih selama beberapa dengan toksin yang dihasilkan Clostridium botulism,
menit (meski hancur dengan autoclove pada suhu 121 'C namun pada C.botulism, toksin tidak ditransportasikan
selama 15-20 menit) a I (Qsmbar 1). ke susunan saraf pusat sehingga memiliki gejala klinb
yang berbeda.'z,3
Tetanospasmin masuk ke susunan saraf melalui otot
dimana terdapat suasana anaerobic yang memungkinkan
C.tetani untuk hidup dan memproduksi toksin. Lalu
setelah masuk ke susunan saraf perifer, toksin akm
ditransportasikan secara retrogrode menuju saraf
presinaptik, dimana toksin tersebut bekerja.2'3
Toksin tersebut akan menghambat pelepasall
transmitter inhibisi dan secara efektif menghambat
inhibisi sinyal interneuron. Tapi khususnya toksin tersebut
menghambat pengeluaran Gommo Amino Butyric Acil
(GABA) yang spesifik menginhibisi neuron motorik. llCl
tersebut akan mengakibatkan aktivitas tidak teregulasi dd
sistem saraf motorik. Selain sistem saraf motorik, sish
saraf otonomik juga terganggu. Peningkatan katekolani:
Gambar 1. Clostridium tetani, dengan bentukan khas"drum- men gaki batka n kom pl i kasi ka rdiovasku la r.2' 3
stick" pada bagian bakteri yang berbentuk bulat tersebut spora
dari C.tetani dibentuk. (dengan pembesaran mikroskop 3000x).
(Sumber: http://www2.ceda rcrest.edu/academic/bio/hale/biot-eid/lec-
tu resltetanus-pathogen.html) GAMBARAN DAN TANDA KLINIS
fiillfienurut derajat keparahannya tetanus dapat dibagi Pengontrolan spasme otot : Benzodiazepin lebih
mrer$adi4 (menurut klasifikasi Ablet), yaitu ringan, sedang, disukai. Diazepam dapat ditingkatkan dititrasi perlahan 5
ihnat dan sangat berat. (tabel 1) mg atau lorazepam 2 mg, sampai tercapafkontrol spasme
tanpa sedasi maupun depresi napas yang be-rlebihan
(maksimal 600 mglhari). Pada anak, dosis dapat dimulai
dari 0,1-0,2 mglkg berat badan, dinaikkan sampai
'E]'IATALAKSANAAN tercapai kontrol spasme yang baik. Magnesium sulfat
ffitk,ajemen penanganan tetanus secara umum adalah bersama dengan benzodiazepin dapat digunakan untuk
suportif. Strategi utamanya adalah menghambat pelepasan mengontrol spasme dan gangguan autonomik dengan
rMksin, untuk menetralkan toksin yang belum terikat, dosis loading 5 gram (75mglkgBB) secara intravena,
mmurninimalkan efek dari toksin dengan mempertahankan dilanjutkan dengan dosis 2-3 gram/1am sampai spasme
ldhn napas yang adekuat.2 terkontrol. Untuk mencegah overdosis diperlukan monitor
Fenanganan umum, sebisa mungkin tempat perawatan reflek patelar. Jika reflek patelar menghilang maka dosis
Wasen tetanus dipisahkan, sebaiknya ditempatkan pada obat harus diturunkan. Obat lain yang dapat digunakan
rflliliirrgan khusus. Ruangan yang tenang serta terlindungi adalah klorpromasin (50-150 mg secara intramuskular
ruihr.r stimulasi taktil dan suara. Luka yang merupakan tiap 4-6 jam pada dewasa , alau 4-12 mg lM , tiap 4-6 jam
ruurmnber infeksi sebaiknya segera dibersihkan.1 pada anak-anak)1
lmunoterapi : jika memungkinkan berikan tetanus Kontrol gangguan autonomik : magnesium sulfat
twwnoglobulin manusia (TlG) 500 unit secara lM atau seperti diatas, penggunaan beta bloker; seperti propranolol,
lW LLlergantung sediaan) sesegera mungkin. 1 Pemberian saat ini kurang direkomendasikan karena berhubungan
@mhe antitoksin juga bisa untuk menginaktifkan toksin. dengan kematian. Penggunaan labetalol (penghambat
fEn.,mherian 10.000-20.000 U equine antitoksin dosis reseptor adrenergik alfa dan beta) secara parenteral,
PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI
642
IENDAHUTUAN mulai dari yang paling ringan seperti gejala influensa biasa
sampai obstruksi saluran napas yang dapat menyebabkan
ffieri
adalah infeksi akut yang terjadi secara lokal pada kematian.l,s
mrembrana mukosa atau kulit yang disebabkan oleh
mak'teri da ri gen u s Co ryn eba cte rio y ang te rd i ri da ri spesi es
,inrynebocterium diphtherioe dan Corynebacterio non- DEFIN!SI
fif:eri . Corynebacterio berasal dari bahasa Yunani yaitu
iiwx"yne yang berarti gada dan bacterion, yang berarti Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi
hat'ang kecil. Corynebocterio adalah bakteri gram positif, secara lokal pada mukosa atau kulit, yang disebabkan
rerobik atau anaerob fakultatif dan pada umumnya oleh basil Gram positif Corynebacterium diphtherioe dan
hersifat nonmotil.l Corynebacteria ulcerans yang ditandai oleh terbentuknya
Peyakit ini pertama kali dilaporkan pada abad ke-5 eksudat berbentuk membran pada tempat infeksi dan
!tuil oleh Hippocrates. Difteri sering bermanifestasi pada diikuti gejala umum yang ditimbulkan eksotoksin yang
lar..!ran pernapasan atas dan kulit. lnfeksi biasanya diproduksi oleh basil ini.6
mqiadi pada musim semi atau musim dingin. Difteri
hrpa pengobatan antibiotik dapat menular selama 2-6
mnim,ggu.1,2 EPIDEMIOLOGI .
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
,eprdemi difteri tetap menjadi ancaman kesehatan di Difteri tetap endemik di beberapa negara pdda tahun
rlllegara berkembang.2 Epidemi terbesar yang terjadi 1970-an, dengan tingkat kejadian yang dilaporkan lebih
qqiak pelaksanaan program-program vaksin secara luas 1,0 per juta penduduk di Alaska, Arizona, Montana, New
d '1990-1995, adalah epidemi difteri di Federasi Rusia, Mexico, South Dakota, dan Washington 1. Sebagian besar
yon,g menyebar ke semua negara yang baru merdeka dan infeksi ini dikaitkan dengan vaksinasi lengkap. Di Amerika
theah baltik. WHO melaporkan epidemi ini menyebabkan Serikat, saat ini terjadi secara sporadis, sebagian besar
dSFr dari 157.000 kasus dengan 5000 kematian (80%) dari terjadi di antara penduduk asli Amerika, tunawisma,
1[as,us yang dilaporkan di seluruh dunia selama periode kelompok sosioekonomi rendah, dan pecandu alkoholT.
T1990-1 995, dengan tingkat kematian tertinggi terjadi pada Di Amerika Serikat sejak pengenalan dan meluasnya
ueia > 40 tahun.3,a penggu'naan toksoid difteri pada tahun 1920, difteri
Populasi yang paling rentan terhadap infeksi adalah pernapasan telah terkontrol dengan baik, dengan kejadian
rmmereka yang tidak diimunisasi, atau memiliki kadar sekitar 1000 kasus setiap tahunnya. Sebelum vaksinasi,
nmlnhbodi antitoksin yang rendah, atau orang yang terpapar terjadi 200.000 kasus terjadi setiap tahun . 8
fuegan individu yang sakit atau carrier. Corrier adalah Sejak tahun 1980 infeksi diphtheria pada orang
w{eorang dengan kultur positif untuk spesies difteri tetapi yang diimunisasi, telah menurun (<5 kasus per 100.000
tudak menunjukkan tanda-tanda dan gejala. Manifestasi penduduk), meskipun pada orang yang diimunisasi, dapat
ldnrb tergantung lokasi infeksi, imunitas penderita dan ada/ terjadi infeksi kejadian penyakitnya menurun demikian juga
mbil<nya toksin yang beredar dalam sirkulasi darah. Gejala keparahan penyakit. Orang yang belum pernah diimunisasi
643
644 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI
atau yang tidak lengkap diimunisasi merupakan kelompok kekebalan yang berasal dari ibu berkurang l3Setelah
yang berisiko infeksi. Di Amerika Serikat, kelompok program vaksinasi, difteri pada anak menurun secarir
ini terutama terdiri dari individu miskin dan kaum dramatis. Saat ini, kejadian, difteri meningkat pada remaja
imigran. lnfeksi yang disebabkan oleh Corynebocteria dan usia 40 atau lebih tua a. Hal ini berhubungan dengan
nondiphtheriol yang dilaporkan umumnya berhubungan status imunisasi yaitu imunisasi yang tidak lengkap, tidak
dengan alat- alat medis seperti kateter intravaskular; katup pernah diimunisasi, vaksin tidak efektif atau tidak respon
buatan, Moozzez et ol (2007) menemukan bahwa 16o/, dari terhadap vaksinasi , dan tidak menerima booster setelah
abses payudara di sebuah rumah sakit daerah perkotaan vaksinasi sebelumnya. Menurut penelitian imunologi
dikarenakan infeksi difteria seseorang harus memiliki tingkat antitoksin lebih besa
Pada epidemi di Latvia tahun 1993-2003, dilaporkan 0,1 lU /1 mL untuk kekebalan yang optimalla
1359 kasus difteri dengan 101 kematian. Jumlah kasus Untuk memenuhi kadar ini dibutuhkan booster pada
menurun dari 3,9 kasus per 100.000 kasus pada 2001 usia 11-1 2 tahu n dan setiap 1 0 tahun sesudahnya. Boostr
menjadi 1,12 kasus per 100.000 penduduk pada tahun toksoid, tanpa tetanus, disetujui untuk wanita hamil jite
2003. Kasus yang terjadi umumnya pada orang dewasa titer antitoksin mereka kurang dari 0,1 lU /rp;- ta'ts
yang tidak divaksinasi. Di lnggris pada tahun 1995-2002,
dilapotkan 17 kasus difteri kulite
Pada awal tahun 1990, Organisasi Kesehatan Dunia PATOGENESIS
(WHO) melaporkan endemik difteri di beberapa bagian
dunia (Brasil, Nigeria, lndia, lndonesia, Filipina, beberapa Kepadatan penduduk, higiene dan sanitasi yang buru\
bagian dari Uni Soviet khususnya St Petersburg dan mobilisasi, imunisasi tidak lengkap, fasilitas kesehatm
Moskow).s Republik Kyrgyz antara 1994-1998 tahun yang kurang dan pasien immunocompromised, merupah
terjadi peningkatan epidemiologi difteri dilaporkan 676 faktor risiko penularan penyakit ini6. Manusia merupakm
pasien difteri pernapasan. lnsiden tertinggi terjadi pada hosf utama dari infeksi ini, namun dilaporkan penyakitil
umur 15-34 tahun, 70% kasus berusia datas 15 tahun. juga dapat menyerang ternakldlT Pasien yang terinfeld
Miokarditisterjadipada 151 pasien (22%),dan 19 pasien dan karier dapat menularkan C. difteri langsung
meninggal (3o/o).10 droplet pernapasan, dan sekret nasofaring dan
Epidemi di Republik Georgia dari 1993-1996, tidak langsung melalui debu, baju, ataupun benda
dilaporkan 659 kasus dengan 68 kasus meninggal (10%). terkontaminasi.l,2 Pada difteri kulit, penyebarannya
Lebih dari 50% kasus kematian pada anak usia kurang kontak dengan eksudat dan sekret saluran pernapasan t
dari 14 tahun (tingkat fatalitas kasus 16%) dan pada Bakteri biasanya memasuki tubuh melalui
orang dewasa berusia 40-49 tahun (tingkat fatalitas kasus pernapasan bagian atas, tapi dapaliuga masuk melalui
19%).11 saluran genital, atau mata. Permukaan sel C difteri
Di .RS. Dr. M.Jamil Padang selama 3 tahun (1990- 3 struktur pilus yang berbeda: poros pilus utama
1992) ditemukan 48 kasus ,sedangkan di RS.Dr.Wahidin dan 2 pili kecil (SpaB, Spac). Kepekaan terhada'p sel
Ujung Pandang didapatkan 39 kasus selama 3 tahun pernapasan dapat sangat berkurang dengan
(1 987-1 9890)1' produksi dari dua pili kecil atau dengan me
Sebelum penggunaan vaksin pada tahun 1920, insiden antibodi yang diarahkan terhadap mereka8
penyakit pernapasan adalah 100-200 kasus per 100.000 C. difteri dalam hidung atau mulut, berkembang
penduduk di Amerika Serikat dan menurun menjadi 0,001 sel epitel mukosa saluran napas atas terutama pada
kasus per 100.000 penduduk8 kadang- kadang ditemukan di kulit dan konjungtiva
Angka kematian karena difteri berkisar antara 5-10o/o, genital. Basil ini kemudian menghasilkan eksotoksio
lebih tinggi sampai 20o/o pada anak-anak dengan usia dilepaskan oleh endosom,sehingga menyebabkan
kurang dari < 5 tahun dan dewasa usia lebih dari 40 inflamasi lokal, selanjutnya terjadi kerusakan j
tahun. lmunisasi berpengaruh besar terhadap angka dan nekrosis. Toksin terdiri dari dua fragmen
kematian. Sebagian besar kematian terjadi pada hari 3-4, pembentuk2 Fragmen B berikatan dengan reseptor
karena asfiksia akibat infeksi membran faring atau karena permukaan sel pejamu yang rentan, dan sifat
miokarditis. Pada keadaan sepsis mortalitas mencapai memotong lapisan membran lipid, sehingga
30-40o/o8 fragmen A masuk ke dalam sel pejamu. Sela
Predileksi ras untuk difteri telah dilaporkan,berdasarkan akan terjadi peradangan dan destluksi sel epitel
jenis kelamin. Tidak ada perbedaan kejadian difteri pada akan diikuti nekrosis. Pada daerah nekrosis ini
laki-laki dan perempuan. Difteri merupakan penyakit pada fibrin, yang kemudian diinfiltrasi oleh sel darah
anak-anak, terutama pada usia kurang dari 12 tahun. Bayi akibatnya terbentuk potchy exudat yang pada
rentan terhadap penyakit ini pada usia 6-12 bulan, setelah dapat terkelupas.l
rTERI 645
Pada keadaan lebih lanjut toksin yang diproduksi Gen fox diatur oleh zat besi yang berikatan dengan
lebih banyak,sehingga daerah nekrosis makin luas dan corynebocteriol represor (DtxR). Dengan adanya besi ferro,
dalam sehingga terbentuk eksudat fibrosa (membran kompleks DtxR-besi menempel pada operon gen tox,
mdzu) yang terdiri atas jaringan nekrotik, fibrin, sel epitel, selanjutnya transkripsi terhambat, molekul DtxR dilepaskan
d lekosit, sel eritrosit yang berwarna abu-abu sampai dan gen fox ditranskripsi. Pengikatan besi ferro menjadi
Itt*tam. Membran ini sulit terkelupas, kalau dipaksa akan molekul DtxR membentuk kompleks yang mengikat
lnlmenimbu lkan perdarahanl operator gen fox dan menghambat transkripsi. 1
Pada umumnya infeksi C diphtheriae tumbuh Toksin adalah polipeptida tunggal yang terdiri dari
ccara lokal dan menghasilkan racun yang menyebar domain (A) yang aktif, domain (B) yang berikatan, dan
scrara homogen. Karakteristik membran difteri tebal, segmen hidrofobik yang dikenal sebagai domain T, yang
*asar, berwarna kelabu-biru atau putih dan terdiri dari membantu melepaskan bagian aktif dari polipeptida ke
hkteri, epitel nekrotik, makrofag, dan fibrin. Membran dalam sitoplasma. Pada sitosol, domain A mengkatalisis
mrclekat pada dasar mukosa. Membran dapat menyebar transfer molekul adenosin difosfat-ribosa sebagai
bbronkial, menyebabkan obstruksi saluran pernapasan faktor elongasi (misalnya, pemanjangan faktor 2 [EF2])
&n dispneul. bertanggung jawab untuk sintesis protein, akibatnya
Kekebalan karena vaksinasi akan berkurang dari terjadi kematian sel karena sintesis semua protein
umaktu ke waktu, hal ini, mengakibatkan peningkatan dalam sel terhambat. Pada tahun 1890;.von Behring dan
ntfuiko tertular penyakit dari karrieL meskipun imunisasi Kitasato menunjukkan bahwa dosis toksin sub-letal dapat
scbelumnya lengkap . Dengan meluasnya cakupan menginduksi terbentuknya antibodi penetralisir terhadap
'uCtsinasi, kasus strain penyakit invasif nontoksikogenik racun, hal ini kemudian digunakan sebagal anti serum
mrneningkat.ls pasif untuk melindungi hewan terhadap kematian setelah
Kerusakan jaringan lokal menyebabkan toksin infeksil
nnmnyebarmelalui aliran limpa dan hematogen ke organ Pada awal 1900-an, penggunaan panas dan formalin
,Hn seperti miokardium, ginjal, dan sistem saraf. Sfroin terbukti dapat membuat'toksin tidak beracun. Ketika
mnntoksi kogen i k cende ru n g menyeba bka n i nfeksi ri n gan, disuntikkan ke penerima, toksin dapat menginduksi
ffihpi dengan berjalannya program imunisasi dilaporkan antibodi. Pada tahun 1930-an, banyak negara Barat mulai
lhats strorn nontoksikogenik difteri C dapat menyebabkan menggunakan program imunisasi toksoid ini.1e
pryakit invasif 1
Toksin dapat menyerang jantung, ginjal, dan
lnfeksi C diphtheriae ditandai peradangan lokal, saraf perifer. Pada jantung terjadi pembesaran karena
ffi saluran pernapasan bagian atas, dan berhubungan miokarditis, ginjal membengkak karena perubahan
&mgan toksin pada jantung dan penyakit saraf. Strain jaringan interstisial. Pada garaf perifer motor dan serat
trdiphtherioe terdiri dari : gravis, intermedius, dan mitis. sensorik terjadi perubahan degeneratif lemak dan
Scmua sfroin menghasilkan toksin yang identik, stroin disintegrasi selubung meduler. Demikian juga sel-sel
grutris lebih virulen karena terbentuk toksin lebih cepat tanduk anterior dan kolom posterior medulla spinalis ,
'dan menguras pasokan besi lokal, sehingga produksi dapat terjadi tanda-tanda perdarahan, meningitis, dan
'tdlksin awal lebih besar. Produksi racun dikodekan pada ensefalitis. Kematian terutama disebabkan obstruksi
qen tox, yang, dilanjutkan oleh fag beta lisogenik. Ketika pernapasan oleh membran atau efek toksik pada sistem
Mi{A fog terintegrasi ke materi genetik bakteri, bakteri jantung atau saraf.2o
*an meningkatkan kemampuan memproduksi toksin
ffipeptida.1
GEJALA DAN TANDA
Pembentukan membran tebal adalah karakteristik irama jantung mendua (pansistolik gallop) dan aritmia
untuk infeksi difteri pada faring posterior. Pelepasan (fibrilasi atrium). Pada pemeriksaan elektrokardiografi
membran akan menyebabkan perdarahan dan edema ditemukan tanda- tanda miokarditis berupa low voltoge"
mukosa. Distribusi membran bervariasi dari daerah depresi segmen ST, gelombang T terbalik dan tanda-tanda
lokal (rnisalnya, tonsil atau, faring) sampai meluas ke blok mulai dari pemanjangan interval PR sampai blok
trakeobronkial. Membran ini sangat menular, sehingga AV total. Penyembuhan miokarditis sampai sempurrxr
tindakan pencegahan harus dilakukan ketika memeriksa membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan.
atau merawat pasien yang terinfeksi. Kombinasi adenopati Kelainan sistem saraf bisa terjadi pada 75% pada
mukosa leher dan pembengkakan limfe menyebabkan penderita difteri yang berat. Saat tlmbulnya kelainan
tampilan seperti "buffolo humps" pada pasien yang ini bervariasi tergantung kepada jumlah toksin yang
terinfeksi. Penyebab kematian yang paling sering adalah diproduksi, dan cepat/lambatnya pemberian anti toksio
obstruksi jalan napas atau sesak napas berikut aspirasi Biasanya terjadi paralisis secara bilateral, motorik leb1
pseudomembran 13 dominan dari sensorik. Daerah yang pertama kali terkene
' Difterl kulit adalah penyakit yang ditandai dengan adalah palatum. Umumnya terjadi pada minggu ke-2
ulkus yang ditutupi membran abu-abu. Ulkus sering sampai dengan ke-8 setelah terinfeksi, ditandai denga
koinfeksi dengan Staphylococcus oureus dan streptokokus gejala-gejala suara (sengau), kesulitan menelan dan
grup A. Bentuk difteri kulit sering ditemukan di daerah regurgitasi cairan ke rongga hidung sewaktu menelan-
dengan populasi miskin dan pecandu alkohol. Lesi Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan palatrmr
kulit difteri menular, dan bakteri dari lesi kulit dapat berkurang, paralisis otot mata yang menimbulkan
menyebabkan infeksi faring sehingga menjadi reservoir penglihatan ganda, kesukaran akomodasi, dan strabisnu,
untuk infeksi. internal,serta paralisis nervus frenikus yang dap{
Pasien dengan difteri pada umumnya datang dengan menimbulkan paralisis diafragma. Selanjutnya dapd
keluhan-keluhan berikut : terjadi paralisis ekstremitas inferior disertai kehilangnr
. Demam (jarang > 103" F) (50-85%) dan kadang- refleks tendon dan peningkatan kadar protein cairnr
kadang menggigil cerebrospinal, sehingga secara klinis sukar dibedakr
. Malaise dengan sindroma Guillain Barre.20,21
. Sakit tenggorokan (85-90%) Organ tubuh lain yang mungkin terlibat adalah:
. Sakit kepala . Mukosa membran saluran urogenital, saluran
. Limfadenopati saluran pernapasan dan pembentukan dan konjungtiva. Perdarahan pada konjungtiva dl
pseudomembran (sekitar 50%) disolusi kornea juga bisa terjadi. i
. Suara serak, disfagia (26-40%) Nekrosis pada ginjal, hati dan kelenjar adrenal.
. Dispnea, stridor pernapasan, mengi, batuk. Pada kasus-kasus berat yang terjadi secara
dapat timbul artritis, osteomielitis dan abses
Difteri pernapasan cepat berlanjut menjadi gagal
yang tidak jarang menimbulkan bakteriemia
pernapasan karena obstruksijalan napas atau aspirasi dari
sepsis.
pseudomembran ke trakeobronkial. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan kesulitan bernapas, takikardi dan pucat. Pada difteri nasal anterior keluhan dan gejala
Pada saluran pernapasan ditemukan pseudomemberan secara perlahan- lahan dan terselubung,dimulai
yang mempunyai karakteristik sebagai berikut 1. Mukosa serangan seperti gejala common cold (demam, lesu
membran edema, hiperemis dengan epitel yang nekrosis, rhinorea), diikuti oleh produksi nasal dischorge,
2. Biasanya berbentuk berkelompok, tebal, fibrinous dan bersifat serosanguineu, kemudian menjadi purulen
berwarna abu- abu kecoklatan yang terdiri dari lekosit, krusta sehingga terjadi ekskoriasi pada lubang hi
eritrosit sel epitel saluran napas yang mati, dan mudah bibir atas. Membran bisa terbentuk pada salah satu
berdarah bila dilepas dari dasarnya.1120,zt kedua rongga hidung. Absorpsi toksin kedalam si
Membran ini biasa ditemukan di palatum, faring, darah terjadi'secara perlahan lahan dalam jumlah
epiglotis, laring, trakea sampai daerah trakeobronkus. ketil, sehingga miokarditis dan paralisisjarang terjad-
Pada pemeriksaan leher ditemukan edema tonsil, uvula, difteri ini sangat berbahaya bagi masyarakat karena
daerah submandibulari dan leher bagian depan, diikuti infektif, sedangkan gejala-gejalanya ringan , sehi
dengan gejala suara parau, stridol dan blsa ditemukan kadang- kadang tidak terdiagnosis.
pembesaran kelenjar getah bening servikalis anterior. Pada keadaan berat (difteri hipertoksik,
Miokarditis bisa terjadi pada65% dari penderita difteri, dan terutama pada difteri fausial, terlihat pasien
10-25% diantaranya mengalami disfungsi miokard dengan gelisah, pucat, mulut terbuka, tidak mau mi
manifestasi klinis berupa takikardi, suara jantung melemah, pembesaran kelenjar getah bening leheri
647
pcrnbengkakan jaringan lunak daerah leher ,sehingga . Elekprecipitin test, telah mulai dilakukan sejak tahun
menyerupai leher sapi jantan (bullneck), nadi cepat, 1949, dan masih dipakai sampai sekarang, walaupun
ltfidkanan darah menurun, reflek tendon melemah, paralisis sudah dimodifikasi
@tum, napas cepat dan dangkal, sianosis, dan berakhir . Polymerose Choin Pig lnocuLotion Iest ( PCR)
fuigan kematian karena sumbatan saluran napas atau . Ropid Enzyme limmunoassay (Rapid EIA), pemeriksaan
llhgagalan jantung. ini hanya membutuhkan waktu 3 jam, lebih singkat
Difteri kulit sering berkembang di tempat trauma dibandingkan dengan cara Elekprecipitin test yang
nbelumnya atau penyakit kulit lain. Biasanya berlangsung membutuhkan waktu 24 iam.
heberapa minggu sampai bulan. Kadang-kadang, dapat
Pada pemeriksaan bakteriologik, basil difteri ini
nneryebabkan difteri pernapasan. 13,20,21
kadang kadang dikacaukan adanya basil difteroid yang
bentuknya mirip dengan basil difteri, misalnya basil
Hoffmon dan Corynebocterium xerosis.20'21
Enotoct
knyebab penyakit difteri adalah Corynebocterium
DIAGNOSIS
fifirth e rio e (K le b s loeffle 0. Basi I n i termasu k ku ma n bata n g
i
pembesaran tonsil, membran mudah lepas dan tidak istirahat total ditempat tidur selama 1 minggu. Mobilisasi
menimbulkan perdarahan; b. Mononukleosis infeksiosa: secara bertahap baru boleh dilakukan bila tanda-tanda
ditemukan limfadenofati generalisata, splenomegali, miokarditis secara klinis dan EKG menghilang.
adanya sel mononuklear yang abnormal pada darah tepi; Bila terjadi paralisis dilakukan fisioterapi pasif dan
c. Kandidiasis mulut; d. Herpes zoster pada palatum.Difteri diikuti fisioterbpi aktif bila keadaan sudah membaik-
Iaring : a. Laringotrakeobronkitis; b. Croup spasmodik/ Paralisis palatum dan faring dapat menimbulkan aspirasi
nonspasmodik; c. Aspirasi benda asing; d. Abses sehingga dianjurkan pemberian makanan cair melalui
retrofaringeal; e.. Papiloma laring.20,21 selang lambung. Bila terjadi obstruksi laring ,secepat
mungkin dilakukan trakeostomi.
&. minggu setelah pengobatan, dilakukan kultur untuk diphtheria, United Kingdom. Emerg Infect Dis. Mar
2004;10(3):s11-3.
mrsnastikan eradikasi C. dyphtherioe.20,2l Dallman T, NealS, GreenJ, Efstratiou A. Development of an online
database for diphtheria molecular epidemiology under the
remit of the DIPNET project. Euro Surveill. May 8 2008;13(19)
B6
PENYAKIT CACING YANG
DITUTARI(AN METALUI TANAH
Herdiman T. Pohan
fur strongiloidiasis dimana telur terlebih dahulu menetas diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.
ff tanah baru kemudian larva yang sudah berkembang
mmenginfeksi melalui kulit. Geiala Klinis
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh
cacing dewasa dan larva. Selama bermigrasi larva dapat
TSKARIASIS menimbulkan gejala bila merusak kapiler atau dinding
alveolus paru. Keadaan tersebut akan menyebabkan
kryakit ini disebabkan oleh infestasi cacing Ascoris terjadinya perdarahan, penggumpalan sel leukosit dan
fiwrbricoides atau cacing gelang. Ascaris lumbricoides
eksudat, yang akan menghasilkan konsolidasi paru
ddah cacing bulat yang besar dan hidup dalam usus halus dengan gejala panas, batuk, batuk darah, sesak napas
Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang
lttmanusia.
dan pneumonitis Askaris. Pada foto toraks tampak infiltrat
peda penduduk di daerah yang beriklim panas dan yang mirip pneumonia viralyang menghilang dalam waktu
ilicmbab dengan sanitasi yang buruk. Di lndonesia
3 minggu. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. pada
punlensi askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya
pemeriksaan darah akan didapatkan eosinifilia.
mernakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran Larva cacing ini dapat menyebar dan menyerang
&lah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah organ lain seperti otak, ginjal, mata, sumsum tulang
ffion, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan belakang dan kulit. Dalam jumlah yang sedikit cacing
srnpah. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur yang dewasa tidak akan menimbulkan gejala. Kadang-kadang
lhemudian akan menjadi matang dan infektil dengan penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti
651
652 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI
mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Bila laksans sebanyak 30 g MgSOo, yang diulangi lagi 3
infestasi tersebut berat dapat menyebabkan cacing-cacing jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila
ini menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi dipedukan pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian
usus (ileus). Kadang-kadang penderita mengalami
Pirantel Pamoat. Obat ini cukup efektif bila diberikan
gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan
dengan dosis 10 mglkg berat badan, maksimum 1 g. Efek
berkurang, diare atau konstipasi. Cacing dewasa dapat
samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam
juga menyebabkan gangguan nutrisi terutama pada
kulit dan demam.
anak-anak. Cacing ini dapat mengadakan sumbatan pada
saluran empedu, saluran pankreas, divertikel dan usus Levamisol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan
buntu. Selain hal tersebut di atas, cacing ini dapat juga dosis tunggal 150 mg.
menim bu lkan gejala alerg i k seperti urtikaria, gatal-gatal
Albendazot. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan
dan eosinofilia. Cacing dewasa dapat keluar melalui mulut
dosis tunggal 400 mg
dengan perantaraan batuk, muntah atau langsung keluar
melalui hidung. Mebendazol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengm
dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
Pemeriksaan Laboratorium
Selama fase pulmonal akan ditemukan eosinofilia. Komplikasi
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur cacing Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkam
pada tinja atau karena cacing dewasa keluar tubuh dan terjadinya reaksi alergik yang berat dan pneumonitis dann
ditemukan dalam tinja. bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.
diperlukan dapat diberikan dalam waktu yang lebih Tripathy K et al : Effect of Ascariasis Infections on Human
lama. Efek samping obat ini adalah rasa mual, nyeri Nutrition. Am J Trop lll{.ed 1971; 20: 212.
Weller PF, Nutman TB. Intestinal Nematodes. In: llarrisons
pada perut dan warna tinja menjadi merah.
Priciples of Internal Medicine 15th edition. New York:
. Heksiresorsinol 0,2o/o.Dapatdiberikan 500 ml dalam McGraw-Hill; 2001, .p . 1'233-37 .
bentuk enema, dalam waktu 1 jam. Woodruff AW, Nelson GS. lntestinal helminths and Filariasis.
. Mebendazole. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 Practitioner 1971,; 207 : 173.
bmplikasi
Mila infeksi berat dapat terjadi perforasi usus atau
prolapsus rekti.
Prrognosis
Dengan pengobatan yang adekuat, prognosis baik.
IEFERENSI
ltunperatur tinggi, kekeringan; juga tahan pada bahan Pada inholotion anthrax (lebih jarang terjadi dibanding
dari binatang atau pada industri bahan dari binatang. tipe lainnya) terjadi inhalasi spora (aerosol dengan ukuran
ffirman ini tumbuh subur pada media biasa pada suhu partikel kurang dari 5 um) dimana spora akan sampai di
35 -370C. Koloni bersifat lengket dan dapat membentuk alveoli, difagosit oleh makrofag dan selanjutnya dibawa ke
Mogmite-like form bila disentuh dan diangkat. Di bawah kelenjar getah bening mediastinum. Spora yang ditanah
mnikoskop kuman tampak membentuk rantai panjang, akan menggumpal dan akan susah menjadi aerosol,
poralel menye ru pa i gerbon g barang(boxco r o pp e a ra n ce). seh n g ga tida k menyeb abkan in h a lotio n a nth ra x.
i
fun (oerobic endospore) berbentuk oval dan terletak Di sini terjadi germination, berkembang biak dan
sntral atau parasentral tetapi tidak menjadikan basil pembentukan toksin, sehingga terjadi limfadenitis dan
mmmbengkak. Dari lesi yang baru,rantai basil akan tampak mediatinitis yang hemoragis. Kapiler paru bisa terkena
pcndek atau tunggal dan terdiri 2 atau 3 basil yang yang menyebabkan trombosis dan gagal napas. Juga bisa
herkapsul dengan ujungnya membulat. terjadi efusi pleura. Pneumonia terjadi oleh karena infeksi
B.anthrocis bisa dibedakan dari spesies Bocillus yang sekunder bukan primer oleh basil antraks. Dari paru basil
ryrofit dengan melihat morfologi koloni dan pewarnaan bisa masuk ke aliran darah menyebabkan bakteremia,
mtibodi fluoresen dan virulensinya pada kelinci, marmot yang bisa masif. Meningitis hemorrhogis bisa terjadi pada
&t tikus dimana inokulasi pada binatang tersebut akan keadaan ini. Penyebab kematian dari inholotion anthrax
mnnnyebabkan kematian dalam 1-3 hari. ini adalah gagal napas, syok dan edema paru.
Bila spora masuk melalui mulut setelah makan daging
terkontaminasi yang mentah atau kurang masak maka akan
MTOGENESIS terjadi yang disebut orophoryngeal alau intestinol onthrox.
Pada oropharyngeol Anthrqx ini terjadi pembengkakan
$pora akan masuk melalui kulit,saluran napas atau saluran farynx, dan bisajuga menyebabkan obstruksi trakea atau
(Ema. didalam makrofag akan bertahan hidup. limfadenopati servikal dengan edema .Pada intestinal
Yang menentukan virulensi B.onthracis adalah 3 anthrox terjadi edema, nekrosis dan perdarahan mukosa
dEotoksin (plasmid pXO1) yaitu protective ontigen (PA), usus besar dan kecil, limfadenopati mesenterika, asites
funo foctor (EF) dan lethql foctor (LF); dan yang disebut hemoragis dan sepsis.
wrtiphogocytic polydiglutamic ocid copsule (plasmid
ffi2). Strain yang hanya mempunyai salah satu saja dari
llbdua plasmid pXO1 dan pX02 bersifat tidak virulen. Tidak MANIFESTASI KLINIS
Etrpun dari 3 eksotoksin di atas bisa menyebabkan efek
tdologis pada binatang percobaan bila diberikan sendiri- Ada beberapa jenis manifestasi Antraks dengan insidensi
Gtdid. PA mempunyai efek mengikat reseptor permukaan berbeda disetiap negarajuga antara negara maju dan
rl" sehingga bisa digunakan oleh EF dan LF untuk masuk berkembang. Ada 3 jenis yaitu iutqneous anthrax,
l1h sitoplasma. inholation onthrax dan gastrointesfinal anthrax, di
Kombinasi PA dan EF akan menyebabkan edema lokal mana semuanya bisa menyebabkan bakteremi, sepsis
dan menghambat fungsi PMN, sedangkan kombinasi dan meningitis, Meningitis terjadi pada 5o/o semua kasus
M dan LF akan menyebabkan syok dan kematian cepat, antraks.
biea dalam waktu 60 menit.Antibiotik akan melenyapkan
lhrnan antraks, tetapi toksin yang telah diproduksi kuman Cutaneous Anthrox
&r tetap berfungsi melanjutkan proses penyakit sampai Jenis ini mencangkup 90 % kasus Antraks pada manusia.
thbin tersebut dimetabolisir. Setelah masa inkubasi 1-7 hari akan timbul lesi berbentuk
Pada cutaneous onthrox, spora kuman tersebut akan papula kecil sedikit gatal pada tempat spora masuk
mesuk melalui kulit yang luka atau melalui luka yang (biasanya di lengan, tangan, kemudian leher dan muka),
dstrebabkan serat dari binatang terinfeksi. Di jaringan yang dalam beberapa hari berubah jadi bentuk vesikel
rrtkutan spora tersebut akan berubah menjadi bentuk yang titak sakit berisi cairan serosonguineous, lidak
rugetatif, bermultiplikasi dan mengeluarkan eksotoksin purulen dan kemudian menjadi ulkus nekrotikyang sering
rdur material kapsul antifagositik (plasmid pX02).Akan dikelilingi vesikel -vesikel kecil.Ukuran lesi sekitar 1-3 cm.
rrjadi edema dan nekrosis jaringan. Khas dalam 2-6 hari akan timbul eschor berwarna hitam
Selanjutnya kuman akan difagosit oleh makrofag dan seperti batu ba ra (b la ck ca rb u n cle) y ang berkembang dala m
mr:4rebar ke kelenjar getah bening setempat, di mana disini beberapa minggu menjadi ukuran beberapa sentimeter
ffiin akan menyebabkan perdarahan, edema dan nekrosis yang kemudian menjadi parut setelah 1-2 minggu.
ffipadenitis).Terakhir basil terasebut akan masuk peredaran Selain itu dasar kulit dari lesi terlihat undurasi, panas,
kah dan menyebabkan pneumonia,meningitis dan sepsis. warna merah,non-pitting edema yang bisa meluas sampai
658 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
demikian luasnya (malignant edema) (Tierno,2002). Perkembangan selanjutnya dari keduanya adalah
sehingga terjadi hipotensi oleh karena perpindahan cairan sepsis,meningitis dan dan kematian. Angka kematian
intravaskular ke subkutan. Walaupun demikian hebatnya berkisar 25 sampai 60%.
lesi tetapi tidak sakit.
Gambaran sistemik berupa demam,mialgia,sakit kepala
lemah badan dan limfadenopati lokal. Bila tidak digunakan DIAGNOSIS
antibiotik maka 20o/o fatal, dimana terjadi penyulit
bakteriemi yang berlanjut ke meningitis, pneumonia atau Riwayat pekerjaan atau kontak dengan binatang yang
sepsis. Pemberian antibiotik tidak mengubah perjalanan terinfeksi atau bahan berasal dari binatang tersebut
alamiah klinis dikulit, tetapi mencegah penyulit di atas dan penting dalam anamnesa. Gambaran klinik dari tipe
menurunkan angka kematian di bawah 1%. Antraks yang khas juga akan berguna dalam penegakar:
diagnosis.
lnhalotion Anthrax Cutaneous onthrax dibedakan dari karbunkel ole.
lnkubasi 1 sampai 5 hari, tetapi dapat sampai 60hari, stafilokokus dari adanya rasa nyeri dan gambarar.
tergantung jumlah spora yang masuk. khas Antraks kulit di atas. Antraks inhalasi sering tida*
Jenis ini terjadi pada kurang dari 5o/o kasus. Setelah terdiagnosa awal, sehingga riwayat paparan dan gambaran
inkubasi 10 hari timbul gambaran klinik akut yang terdiri radiologi paru di atas sangat penting.
dari 2 fase (bifasik), yaitu fase initial yang ringan di mana Laboratorium memberikan hasil lekosit yang norrna
didapatkan demam, lemah, mialgia, batuk kering dan rasa atau sedikit meningkat dengan PMN yang dominar,
tertekan di dada dan perut (fLu like) yang pada pemeriksaan Cairan pleura atau likuor serebrospinal memperlihatkan
fisik mungkin ditemukan ronki, kemudian tiba-tiba disusul gambaran hemoragis, dengan relatif sedikit sel darah ptrtfi:
fase kedua yang berat dan sering fatal setelah terlihat Pemeriksaan gram dan kultur (dengan media standar) dan
seperti ada perbaikan fase pertama. Fase kedua ini cepat lesi kulit, apus tenggorok, cairan pleura, asites, likum
sekali memburuk berupa panas tinggi,sesak napas, hipoksia, serebrospinal dan darah akan memperlihatkan kuman
sianosis, stridor dan akhirnya syok dengan kematian dalam gram positif dengan gambaran khas qnthrqx.
beberapa hari. Pemeriksaan fisik memberikan gambaran Kultur dari lubang hidung tidak bernilai diagnostilt,
infeksi paru, dengan kemungkinan sepsis dan meningitis. hanya untuk epidemiologik.
lnholation Anthrox tidak memberikan gambaran klasik Pemeriksaan serologik indirect hemogglutin, ELISA FA
pneumonia, sehingga tidak didapatkan sputum yang (fluorescent ontibody). Kenaikan titer 4 kali akan lebilil1tn
purulen, sehingga lebih cocok disebut inhqlation antraks bernilai. Pemeriksaan lainnya adalah PCR, biopsi jaringarrn
bukan antraks pneumonia. Edema leher dan dada bisa dengan pewarnaan imunohistokemikal.
ditemukan, dan pada paru juga ditemukan rhonchi basah Pemeriksaan radiologi sanga't penting pada inhototlmt
dan kemungkinan tanda efusi. qnthrox, dimana akan didapatkan gambaran mediastinuqmt
Pada foto toraks selain infiltrat di paru akan didapat yang melebar. '
gambaran khas berupa efusi pleura dan pelebaran
mediastinal oleh karena limfadeopati dan mediastinitis.
Cairan pleura bersifat hemoragik. TERAPI
Kematian dapat terjadi setelah 24 jam setelah onset
akut tersebut,dengan angka kematian bisa mencapai Antraks akan mudah disembuhkan bila cepat dibuil
90%, tergantung fasilitas. lnholotion Anthrax tidak dapat diagnosa pada awal penyakit dan segera diberik;m,
ditularkan antar manusia (Tierno,2002). antibiotik. Pada cutoneous onthrox penisilin G (4x4juta urffir
atau alternatif lainnya seperti tetrasiklin, klorampenii*dlli
Gastrointestinol Anth rax dan eritromisin bisa dipakai, tetapi ada strain yang resisffimr
Setelah kira-kira 2-5 hari memakan daging yang terhadap obat tersebut. Untuk hal ini maka sampai adn
mengandung spora, maka timbul demam, nyeri perut difus, hasil test sensitivitas, dianjurkan dipakai kombinrroriii
muntah, diare.Bisa timbul muntah darah dan berak darah, antibiotik. Beberapa alternatif kombi nasi ya ng dianjurtmrr
berisi darah segar atau melena. Bisa pula terjadi perforasi antara lain adalah :
usus. Selain itu terjadi limadenitis mesenterial dan asites. Siprofloksasin (2x400 mg) atau doksisiklin (2r1,[Mt
Selain bentuk intestinal Antraks di atas ada bentuk lain mg) ditambah dengan klindamisin (3x900 mg) cffi
dari gastrointestinal antraks yaitu bentuk orofaringeal antraks, atau rifampisin (2x300 mg), yang mula mula diberillm
yang berupa Iimfadenopati lokal dan edema pada lehelsusah lV dan selanjutnya ke peroral bila stabil (switch
menelan dan obstruksi saluran napas atas.Terdapat lesi serupa Pemberian golongan penisilin untuk terapi
pada kulit pada mukosa mulut seperti eschor. memi kirkan kemungki nan terjad inya strain
Antrak
I
,1
i:
.XTRAKS 659
I
?ROGNOStS
'ENCEGAHAN
kncegahan dari paparan terhadap spora Antraks bisa
dlhkukan baik dengan mencegah kontak dengan binatang
ffiu bahan dari binatang yang terinfeksi atau makan
dhgingnya.
Vaksin pertamakali dicoba oleh Louis Pasteur pada
ffirn 188'l pada binatang. Pada saat ini yang dianjurkan
umtuk manusia adalah AYA (anthrax voccine odsorbed)
$mng terdiri dari nonencapsulated, ottenuated stroin
1@m strain).Vaksin lain yang masih dilakukan trial saat
m[ (2005) adalah vaksin rekombinan antigen (cellfree
migen) yang antara lain mengandung LE dan EF. Vaksin
dfterikan ulang pada minggu ke-Z,4 dan kemudian pada
ttnrhn ke-6, 12 dan, 18 Vaksin bisa diberikan pada pekerja
imdustri atau peternakan atau siapapun yang punya
mfriko kontak dengan spora. Vaksin AVA saja tidak bisa
dgnrna ka n buat poste xposu re p ro p hylo xis, seh i n g ga u ntu k
nmaksud ini digunakan antibiotik 60 hari, atau dikombinasi
dhngan vaksin. OIeh karena dikuatirkan terjadi resistensi
lhhadap penisilin, maka dianjurkan pemakaian empirik
ohogan salah satu dari siprofloksasin (2x500mg peroral),
Effifloksasin (1x400 mg), levofloksasin (1x500m9) atau
ffilsisiklin (2x100 mg peroral).
BB
BRUSELOSIS
Akmal Sya'roni
Tiap spesies dari brucello mempunyai hewan reservoir B. canis Anjing Seluruh dunia t
yang spesifik yang menyebabkan penyakit kronik persisten.
Organisme ini menyerang organ reproduksi hewan EPIDEMIOLOGI
kemudian menyebar ke urine, susu dan cairan plasenta.
Lokasi bakteri ini memudahkan penyebaran ke manusia Kasus-kasus bruselosis dilaporkan terjadi di Med
terutama pada petani, dokter hewan, tukang potong hewan dan Arab, juga dilaporkan diJndia, Mexico,
dan akhirnya konsumen. Selatan dan Tengah. Di Amerika Serikat, kasus
jarang terjadi karena keberhasilan dari prograryr
Sejak tahun 1980 kurang lebih 200 kasus di
ETIOLOGI lnsiden dan prevalensi bruselosis yang dilaporkan
negara berbeda-beda. Angka insiden bruselosis
Terdapat 4 spesies brucello diketahui menyebabkan 1,2-70 kasus per 100.000 penduduk.
penyakit pada manusia. Brucello melitensis paling virulen Angka mortalitas belum diketahui secara
dan menyebabkan bruselosis yang berat dan akut, tetapi 80% kematian pada kasus bruselosis
menyebabkan kecacatan. Brucella suls menyebabkan komplikasi endokarditis. Di daerah endemik kaum
penyakit yang kronik, sering berupa lesi dekstruksi lebih sering terkena bruselosis dibanding wanita
supuratif. Brucella obortus merupakan penyakit sporadis ratio 5 :2-3. Banyak menyerang usia 30-50 tahun,3-
bersifat ringan-sedang, dan jarang menyebabkan kasus dilaporkan terjadi pada anak-anak, lebih berat
komplikasi. Brucella conrs mempunyai perjalanan penyakit
daerah endemik. Pada usia lanjut ditemukan hanya
yang sulit dibedakan dengan Brucello abortus, perjalanan
kasus yang kronik.
penyakitnya tersembunyi sering kambuh dan umumnya
tidak menyebabkan penyakit kronik.(Tabel 1)
Brucello adalah bakteri aerob gram negatif intraselular
PATOFISIOLOGI
dengan pertumbuhan yang lambat, tidak bergerak, tidak
membentuk spora, dan tidak berkapsul. Bakteri ini dapat Bruselosis adalah penyakit sistemik, dapat
bertahan di tempat kering. Diagnosis ditegakkan dengan banyak organ. Penetrasi bakteri lewat epitel
pemeriksaan kultur dan serologi. ditangkap netrofil dan makrofag jaringan,
IlrsElosls 661
dlbawa ke Iimfonodus. Bakteriemi akan terjadi antara Secara klinis dapat dibagi menjadi subklinik, akut,
.11-3 minggu setelah terpapar bakteri. Bakteri
kemudian subakut dan infeksi kronik. Selain itu lokalisasi infeksi dan
mengambil tempat di jaringan retikuloendotelial sistem kekambuhan juga dideskripsikan lebih lanjut.
ffiS) terutama pada hati, limpa dan sumsum tulang. Di Subklinik : penyakit ini biasanya asimptomatik,
organ ini kemudian membentuk jaringan granuloma. diagnosis biasanya ditemukan secara kebetulan melalui
jJuingan granuloma yang besar dapat menjadi sumber skrining tes serologi pada daerah berisiko tinggi.
hakteriemi menetap. Faktor utama virulensi brucello Akut atau subakut : penyakit dapat ringan sembuh
hrdapat pada dinding sel lipopolisaka rida. B. conis, memiliki dengan sendirinya (8. abortus) atau fulminan dengan
dnding lipopolisakarida yang kasar tetapi kurang virulen komplikasi (8. melitensis), gejala dapat timbul 2-3 bulan
hagi manusia, berbeda dengan dinding lipopolisakarida (akut) dan 3-12 bulan (subakut). Gejala dan tanda klinis
yang licin pada B. melitensis dan B. obortus. Brucella yang paling sering adalah demam, menggigil, berkeringat,
,dnpat bertahan intraselular dalam fagosom sel fagosit moloise, fotique, sakit kepala, arthralgio, anoreksia,
hrena produksi adenin dan guanin monofospat yang limpadenopati dan hepatomegali dan splenomegali.
mmnenghambat fagolisosom, produksi TNF dan aktifitas Kronik : diagnosis ditegakkan dengan gejala yang
dbidatif. Daya tahan dalam intrasel fagosit berbeda-beda telah berlangsung 1 tahun atau lebih. Demam yang tidak
tiry spesies. B. abortus lebih mudah lisis dalam sel fagosit tinggi dengan keluhan neuropsikiatri adalah gejala yang
M B. melitensls. Perbedaan tipe lipopolisakarida, daya sering dijumpai. Pemeriksaan serologi dan kultur sering
ttafian terhadap fagolisosom dapat menjelaskan adanya negatif. Banyak penderita menjadi persisten karena tidak
pe'bedaan patogenesitas tiap spesies pada manusia. adekuatnya terapi sejak awal, dan adanya penyakit yag
terlokalisir.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan ciri spesifik
EUATA KLINIS penyakit ini. Sebagian besar ditemukan hepatomegali,
splenomegali, hepatospleno-megali dan osteoartikular.
@jala bruselosis tidak cukup khas untuk diagnosis. Kelainan osteoartikular berupa bengkak sendi, bursitis,
Scberapa studi besar telah mengumpulkan beberapa berkurangnya ronge of motion (ROM) dan efusi.
qpjala brusel losis. Dema m i nterm iten ditemu kan pada 600/o Gangguan neurologi berupa meningoensefalitis akut,
ilhsus subakut brusellosis dan dengan relatif bradikardi. poliradikuloneuropati perifer; gejala sistem saraf pusat (hiper
,f,danrya gejala anoreksia, astenia,
fotique, kelemahan dan refleksi, klonus, gangguan saraf kranial). Gangguan kulit
nmmlrise. Adanya gejala nyeri sendi tulang berupa atralgia, dijumpai eritema nodosum, abses, erupsi papulonoduler,
rryeri punggung, nyeri spina dan sendi tulang belakang, impetigo, psoriasis, eksim, lesi mirip pitiriasis rosea, erupsi
'fmgkak
sendi, gejala ini dijumpai pada 55% penderita. berupa makular; makulopapular dan skarlantiniformis,
lesi vaskulitis seperti petekie, purpura, tromboplebitis.
ffipi jarang mengenai parenkim paru, nyeri dada timbul Gangguan pada mata berupa uveitis, keratokonjungtivitis,
berupa nyeri pleurltik akibat adanya empiema. Gejala iridosiklitis, keratitis numularis, koroiditi{ neuritis optika,
rmrcuropsikiatri berupa sakit kepala, depresi dan fatique. endophtolmitis metastase dan katarak.
Nfctruhan gastrointestinal dijumpai pada 51% penderita
ftwupa nyeri abdomen, mual, konstipasi dan diare. tabel 2
mrnenjelaskan gejala dan tanda bruselosis. PEM ERI KSAAN TABORATORI U M
Pd 2. Gejala.dan Tanda. Bruselosis Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukopeni dengan
EciElh Yo Tanda % relatif limfositosis, pansitopeni ditemukan pada 20% kasus.
knam 98 Hepatosplenomegali 41
Pada sebagian besar penderita tes fungsi hati dijumpai
S*hue, malaise 94 Hepatomegali 38 peningkatan transaminase menyerupai hepatitis. Diagnosis
Heringat 79 Splenomegali 22 pasti bila pada kultur ditemukannya brucelloe. Dengan
tenggigil 85 Osteoartikular 23 menggrinakan teknik rodio metric blood culturing, lamanya
lrdrralgia 79 Bradikardi relatif 21 isolasi kuman dengan teknik kultur yang standar 30 hari
fuointestinal 51 Adenopati 9 menjadi kurang dari 10 hari.
&{algia 42 Gangguan neurologi 8
Sensitifitas kultur darah berkisar 17-85o/o bergantung
l}eri lumbal 39 Orkitis 6
strain yang terlibat, B. melitensis dan 8. suis sering
$algia 35 Kutaneus 3
!*.rVsesak 19 ditemukan sebagai penyebab bakteriemi. Sensitifitas akan
Liat badan turun 18 menurun sejalan dengan lamanya perjalanan penyakit.
krologi 14 Pemeriksaan kultur sumsum tulang lebih sensitif dari
illrri testikuler . 5 kultur darah, sering memberikan hasil positif walaupun
662 PENYAKIT TROPIK DAN !NFEI(g
pada pemeriksaan kultur darah memberi hasil negatif. PEM ERI KSAAN H ISTOPATOLOG I
Hasil biopsi sumsum tulang memberikan gambaran
granuloma. Pemeriksaan biopsi hati terlihat gambaran proses
Pada pemeriksaan kultur sputum jarang memberikan inflamasi difus menyerupai hepatitis dengan agregasi
hasil positif walaupun telah terjadi komplikasi pada sel-sel mononuklear; kadang-kadang tampak berbentuk
paru. Empiema akibat bruselosis jarang terjadi dan pada granulomatous. Juga telah dilaporkan bentuk abses hepar
pemeriksaan kultur cairan pleura sering memberi hasil yang piogenik.
positif, terutama bila dilakukan kultur sesuai masa inkubasi,
khususnya strain 8. melitensis. Dari analisis cairan pleura
dijumpai proses eksudasi, dijumpai peningkatan enzim DIAGNOSIS BANDING
LDH dan protein, sedangkan untuk glukosa, bervariasi.
Sel-sel yang ditemukan terutama limfosit dan netrofil. Pada keadaan akut, didiagnosis banding dengan penyaHt
Pada cairan serebrospinal isolasi bakteri jarang demam akut, seperti influenza, tularemia, demam Q-
diperoleh, tetapi dijumpai limfositosis, peningkatan mononukleosis dan demam enterik.
protein sedangkan kadar glukosa normal. Bentuk yang kronik, didiagnosis banding dengan
Tes serum aglutinasi berguna untuk brucello dengan penyakit Hodgkin, tuberkulosis, infeksi HIV malaria dan
dinding lipopolisakarida licin (8. melitensis, B. abortus don infeksi jamur seperti histoplasmosis, koksidioi-domikosb-
B. surs), tetapi tidak untuk strain B. canisyang mempunyai
dinding lipopolisakarida kasar. Hasil dianggap positif bila
titer lebih besar atau sama dengan 'l : 160 atau terjadi PENATALAKSANAAN
peningkatan titer 4 kali selama perjalanan penyakit. Di
daerah endemik, peningkatan titer 1 : 160 sering dijumpai Pengobatan bruselosis bertujuan untuk mengurangi
dengan tanpa gejala. Hasil positif palsu dapat terjadi gejala, mencegah secepat mungkin terjadinya kompliH
karena blok antibodi. Reaksi silang terjadi pada strain dan terjadinya kekambuhan. Antibiotika kombind
Vibrio cholero, Francisello tularensis, Solmonello dan lebih dianjurkan karena mengurangi tingginya angle
ia e nte rocolitica.
Ye rsin kekambu han dibandingkan hanya menggunakan regirt
Pemeriksaan enzim imunoossay adalah yang paling obat tunggal. Regimen yang dianjurkan akhir-akhir id
sensitif dari semua tes, khususnya tes ELISA dapat dapat mempersingkat masa terapi.
mendeteksi neu robruselosis.
Doksisiklin merupakan antibiotika yang meng
sintesa protein dengan mengikat ribosom 30S dan
dosis 100 mg per-oral/i.v tiapl2iam atau 2-5
PEMERIKSAAN RADIOLOGI hari dengan dua kali pemberian selama {5 hari,
dianjurkan untuk wanita hamil (kategori D) lan
Foto Toraks usia kurang dari 8 tahun. Efek sampingnya antara
Jarang ditemukan gambaran khas bruselosis bahkan pada
hipersensitivitas terhadap matahari, mual dan
penderita yang mempunyai gejala pernapasan. Dijumpai
Penggunaannya baik untuk neurobruselosis
limfadenopati paratrakeal dan hilus, penebalan pleura tetrasiklin.
dan efusi pleura.
Gentamisin diberikan i.v/i.m dengan dosis 5
obat-obat golongan sulfa. Efek samping penggunaan Efek samping penggunaan ofloksasin dan levofloksasin
obat ini berupa diare, mual, muntah. Dapat menimbulkan antara lain foto sensitivitas, ruptur tendon, reaksi
reaksi alergi atau reaksi hipersensitivitas (sindroma Steven- hipersensitivitas jarang terjadi, dan adanya efek neurologi
golongan sulfonamid lainnya, juga
"l,ohnson), seperti pada terutama pada penderita usia tua. Angka kekambuhannya
sitopenia. Dapat dipakai sebagai obat alternatif pada tinggi bila penggunaannya tidak dikombinasikan dengan
n'anita hamil dimana pemakaian tetrasiklin merupakan obat-obat yang lain. Dapat dikombinasikan dengan
kontra indikasi. Tidak adekuat sebagai monoterapi, rifampin selama 45 hari.
sehingga direkomendasikan penggunaannya bersama- Penderita bruselosis dengan spondilitis direkomen-
sama dengan golongan aminoglikosida. dasikan kombinasi rifampin, doksisiklin dan gentamisin
Ilf,ampin menghambat sintesa DNA bakteri diberikan selama 2-3 minggu. Sedangkan komplikasi meningoen-
dengan dosis 600-900 mglhari per-oral dalam 2 kali sepalitis dianjurkan menggunakan regimen doksisiklin
pemberian, selama 45 hari. WHO merekomendasikan dikombinasikan dengan rifampin dan atau kotrimoksazol.
Pemakaian steroid dapat membantu mengontrol proses
Denggunaan kombinasi dengan doksisiklin, diberikan
selama 6 minggu sebagai terapi lini pertama. Dapat juga inflamasi. Penderita bruselosis dengan endokarditis
dfrlberikan iifampin dengan doksisiklin ditambah dengan dapat dberikan terapi agreslf dengan aminoglikosida
streptomisin atau gentamisin. Absorpsi rifampin berkurang dikombinasikan doksisiklin, rifampin dan kotrimoksazol
!D96 jika diberikan bersamaan dengan makanan.
selama kurang lebih 4 minggu dilanjutkan lagi 8-12
Kontra indikasi pemberian obat ini antara lain wanlta minggu tanpa aminoglikosida.
illlnamil (kategori C), hipersensitivitas terhadap rifampin. Pengobatan bedah diperlukan untuk drainase abses
frtati-hati pada penderita dengan penyakit hati. Efek dan tindakan bedah jantung bila terjadi lesi pada katup
samping penggunaan obat ini adalah urin, keringat jantung
dan air mata berwarna kuning kemerahan, gangguan
tffiungsi
hati, gejala seperti flu, leukopeni, trombositopeni,
anemi dan gagal ginjal. Untuk orang dewasa dan anak KOMPLIKASI
lhbih dari 8 tahun, menggunakan regimen kombinasi
ffimpin dan doksisiklin selama 4-6 minggu, dengan Komplikasi bruselosis dijumpai pada keadaan infeksi akut
angka kekambuhan 5-10%, sedangkan anak kurang dari 8 atau kronik yang tidak diobati. Paling sering terkena adalah
fiahun menggunakan rifampin dan kotrimoksazol selama osteoartikulari sistem genito-urinari, hepar, lien.
6 minggu dengan angka kekambuhan kuran g dari 5%. Komplikasi osteoartikular terjadi pada 20-60%
penderita dan yang paling sering adalah sakroilitis.
ttuasiklin 4 x 500 mg selama 45 hari. pemberiannya Di la po rka n j u g a ada nya sp,o,rrdi iti s, a rtriti s, osteom ie itis,
I I
rdlkombinasikan dengan obat lainnya, seperti bursitis dan tendosinovitis. Piogenik paraspinal terjadi
mitffampin, gentamisin, streptomisin atau trimetoprim- pada usia lanjut. Sendi periferal yang biasanya terkena
nrtfametoksazol. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada adalah lutut, siku, bahu, panggul dan dapit monorartikuler,
anak-anak kurang dari 8 tahun, wanita hamil (kategori juga poliartikular.
@}l dan gangguan ginjal. Efek samping tetrasiklin adalah
thosensitivitas, mual dan diare. Pada anak-anak dapat Pada hepatobilier komplikasi dapat berupa hepatitis,
mnnnyebabkan gangguan pewarnaan gigi yang bersifat abses hepatitis dan akut kolesistitis.
ilmEnetap. Komplikasi gastrointestinal berupa ileitis, kolitis dan
peritonitis spontan jarang terjadi.
&cptomisin 1-2 gram sehari intraintramuskular (1 gram
ntiap 12 atau 24jam) selama 14-21 hari. Tidak boleh Pada genitourinaria : komplikasi yang paling sering
dberikan pada penderita yang hipersensitiv terhadap adalah orkhitis atau epidedimo-orkhitis. Kelainan ginjal
Sreptomisin atau aminoglikosida lainnya juga pada wanita jarang terjadi, pernah dilaporkan adanya glomerulonefritis
illnmril kategori D karena bersifat ototoksik pada janin. Efek dan pielonefritis. lnfeksi pada wanita hamil biasanya terjadi
nnping penggunaan streptomisin antara lain gangguan abortus pada trimester pertama. Komplikasi biasanya
qftnlal, ototoksik, timbul rosh atau urtikaria, demam dan terjadi bila ada infeksi bakteri lainnya.
mueksi hipersensitivitas (anafi la ksis).
Neurobruselosis : komplikasi yang paling sering
iloksasin 400 mg dan levofloksasin 500 mg tablet sekali terjadi pada daerah endemis dan mendekati 5% kasus.
shari selama 45 hari. Kontra indikasi obat ini antara lain Meningoensefalitis akut dapat berkembang Cepat. Dengan
meda wanita hamil (kategori C), riwayat hipersensitivitas terapi agresif, gejala cepat membaik dan jarang terjadi
tUrhadap ofloksasin atau golongan quinolon lainnya, obat- gejala sisa.
'obet inijuga dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang.
664 PENYAKIT TROPIK DAN INFE!(g
Komplikasi kardiovaskular : berupa endokarditis, terjadi Smits HL, Cutier SJ. Contributions of biotechnology to the contol
2% penduduk dunia, pada daerah endemis 7-10o/o. Kelainan and preventions of bruselosis in A{tica. African loumal of
biotechnology, VoI 3 (12).p.631-636, December 2004.
katup aorta terjadi pada 75% penderita. Komplikasi lainnya Straight TM, Martin GJ. Brucellosis. Current treatment options in
adalah perikarditis, miokarditis, mikotik aneurisma dan infectious diseases 2002,4: M7- 56.
endokarditis.
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
REFERENSI
66s
666 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI
putamen, nukleus kaudatus, talamus dan serebelum. asparagin, dan perubahan valin menjadi isoleusin pada
Astrogliosis bukan merupakan gambaran spesifik sCJD posisi 210.
akan tetapi ditemukan pada hampir setiap kasus sCJD. Gejala klinis mirip dengan sCJD, dan diagnosis
Proliferasi jaringa n fibrous astrosit d itemu kan pada daerah ditegakan dengan anamnesa adanya riwayat keluarga
abu-abu dari otak yang terkena sCJD. Plak amiloid juga yang menderita sakit serupa, disertai dengan pemeriksaan
dapat ditemukan pada 10% kasus sCJD. Selain itu juga patologi otak.
dapat dilakukan pemeriksaan western b/of jaringan otak
untuk mendeteksi protein prion yang resisten protease. Vo ria nt C re utfi e ldt- J o ko b D ise o se (vCJ D/nvO D)
Tidak ditemukannya protein ini dalam pemeriksaan tidak Penyakit ini baru ditemukan pada bulan Maret 1996,
menyingkirkan diagnosis CJD oleh karena protein ini tidak umumnya terjadi pada usia lebih muda daripada sCJD
terdistribusi secara merata diseluruh sistem saraf pusat. antara 16-41 tahun (rata-rata usia adalah 29 tahun)-
Pada biopsi jaringan limforetikular seperti tonsil dapat Berbeda dengan sCJD yang tampaknya timbul secara
ditemukan protein prion. spontan dan menyebar di seluruh dunia, transmisi
nvCJD mungkin disebabkan oleh konsumsi daging yarg
I atrog en ic C reutzfetdt- J akob D iseo se (iCJ D) terkontaminasi oleh jaringan sistem saraf pusat yang
Kasus iClD pertama kali dilaporkan pada tahun 1970 dan terinfeksi BSE.
dikaitkan dengan terapi growth hormon dan gonadotropin Selain itu juga terdapat penelitian yang menunjukkan,
dari kelenjar pituitary kadaver. Terdapat 100 pasien yang kemungkinan penyebaran vCJD melalui tranfusi dardm
menderita gangguan serebral fatal disertai demensia yang terkontaminasi. Liewelyn dkk. mengadakan penelitiam
sesudah mendapatkan preparat hormon dari kelenjar pada 48 orang yang teridentifikasi telah menerima transfiril
pituitari manusia itu. Usia pasien berkisar antara 10-14 darah dari 15 donor yang kemudian diketahui menderih
tahun dan masa inkubasi penyakit ini berkisar sekitar 4-30 vCJD. Hasil penelitiannya menunjukkan 1 orang meng&tii
tahun. Penyakit inijarang terjadi, dengan angka kejadian gejala-gejala vCJD 6,5 tahun sesudah menerima tran#ii
kurang dari 1o/o dari seluruh kasus CJD. ilarah dari seseorang yang mendonorkan darahnya ffi
Penularan iCJD pada manusia dapatjuga terjadi lewat tahun sebelum mengalami gejala-gejala vCJD.
transplantasi kornea, transplantasi hepar, penggunaan kemungkinan penularan vCiD lewat tranfusi
elektrode ensefalogram yang terkontaminasi, dan menimbulkan ketakutan akan timbulnya suatu
prosedur bedah saraf. Lebih dari 70 kasus iCJD terjadi vCJQ apalagi sampai saat ini belum dapat ditemukan
sesudah transplantasi du ramater. Banyaknya titer inokulum penyaring penyakit prion pada produk-produk
dan tempat inokulum menentukan waktu inkubasi. Kapan hal tersebut akan terjadi sulit untuk di
Kontaminasi intraserebelar langsung memiliki waktu karena masa inkubasi penyakit ini sangat panjang-
inkubasi 16-28 bulan, groft duramater inkubasi 18 bulan Sampai saat inijumlah pasien vCJD terbanyak di
-18 tahun (median 6 tahun), dan injeksi hormon pituitari dan hanya kasus sporadis di beberapa nelgara Eropa
subkutan memiliki masa inkubasi 5-30 tahun. seperti Perancis. Data terakhir menunjukkan"
Gejala iCJD mirip gejala penyakit Kuru, dengan gejala tajam jumlah kasus baru vCJD di lnggris, mungkin
utama ataksia disertai gangguan koordinasi dan gejala adanya kewaspadaan tinggi dan pengawasan
ekstrapiramidal, sedang demensia hanya minimal bahkan penyakit BSE pada daging sapi.
sering absent pada stadium awal. Sebagian besar kasus vCJD didahului oleh
Diagnosa ditegakkan dengan adanya riwayat psikiatrik seperti depresi dan schizofrenia-like
transplantasi organ atau bedah saraf, atau riwayat baru disusul beberapa bulan kemudian dengan
penyuntikan growth hormone dari kadaver di masa lalu, neurology seperti gangguan keseimbangan,
disertai gejala klinis neurologis mirip Kuru. Diagnosis pasti involunteri dan pada saat menjelang ajal biasanya
dengan biopsi otak. immobile dan mutisme.
Terdapat perbedaan gejala klinis antara sOD dan
Familial Creutzfeldt-Jakob Disease (fCJD ) yaitu pada vC)D gejala awal utama adalah gejala
Tipe ini sangat jarang terjadi (5-10o/o dari CJD) dan seperti gangguan afektif misal disforia, iritabilitas,
bersifat genetik. Telah dilaporkan 24 keluarga di lnggris apatis, insomnia, depresi, dan gangguan fungsi
yang terkena penyakit yang diturunkan secara autosom Sehingga pada awal perjalanan penyakitnya
dominan ini. Pasien fCJD memiliki sekurang-kurangnya vCJD sering dirujuk ke psikiater. Pada vCJDjuga
satu mutasi gen PRNP . Beberapa jenis mutasi yang disertai gangguan sensorik seperti nyeri, par
paling sering terjadi adalah perubahan pada kodon 200 disestesia pada wajah, tangan, dan kaki.
dengan perubahan asam amino asam glutamat menjadi demensia yang merupakan gejala awal utama
lisin, perubahan asam aspartat pada posisi 178 menjadi biasanya baru ditemukan pada fase lanjut vCJD-
,BIYAKIT PRION
669
Gambaran patologis khas vCJD adalah florid plaques Gambaran klinik penyakit ini didahului oleh gejala
berupa inti amiloid protein prion dan dikelilingi vakuola prodromal yaitu nyeri kepala, nyeri tungkai, nyeri
JEng tersusun seperti daun bunga. pada vCJD keterlibatan tulang, dan diplopia. Tanda utama penyakit ini adalah
serebelum ditemukan pada hampir semua kasus. ataksia serebelar progresif, tremor. dan gerakan-gerakan
Pada biopsi protein prion sering dapat terdeteksi involunter seperti koreaatetotik, myoclonic jerks,
diluar jaringan sistem saraf pusat, dan hal ini sangat dan fasikulasi. Gejala lain adalah gangguan gerakan
lhrateristik untuk vCJD. Pada biopsi tonsil, biopsi limfa, dan ekstraokuler dan gangguan ekspresi emosi. Dapat juga
helenjar limfa dapat ditemukan prp* pada hampir semua terjadi strabismus tanpa nistagmus. Hipotonus dan
pasien vCJD, hal
initidak terjadi pada sCJD yang umumnya kelemahan otot dapat ditemukan akan tetapi tidak
ilmanyakadang saja dapat ditemukan dijaringan otot dan terdapat paralisis dan gangguan sensoris. Pada tahap
$rmpa. Perbedaan antara sCJD dengan vCJD ditunjukkan akhir dapat terjadi perburukan demensia dan disfungsi
@da tabel 1. kortikal yang ditandai oleh timbulnya grasp reflexes dan
prim itive snout reflexes.
Sampai saat ini belum ditemukan pemeriksaan
rURU laboratorium dan rekaman elektroensefalogram (EEG)
yang khas untuk penyakit kuru. pemeriksaan histologi
1[unumerupakan penyakit prion pertama yang ditemukan otak menunjukkan hilangnya sel neuron dan astrogliosis
dan diteliti pada manusia. penyakit ini hanya ditemukan dengan akumulasi PrP'.. Pada gambaran patologi dapat
,@a suku Fore (For-oy) yang terisolasi di dataran tinggi juga ditemukan pembentukan plak PrP,. terutama pada
distrik Okapa di Papua Nugini. penyakit ini ditularkan lapisan granular serebelum yang tersusun unisentrik.
brat ritual kanibalisme dengan memakan jaringan otak
Mruarganya yang telah meninggal sebagai bagian dari
uupacara perkabungan. Penyakit ini terutama mengenai
G ERTS M AN N - STRAWS LE RSCH EI N KERSY N D RO M E
mnita dewasa dan anak-anak karena secara adat mereka (GSSS)
tmmernakan bagian otak, medulla spinalis, dan usus halus
yang kaya protein prion , hanya 2o/o yang mengenai pria Gertsmonn Strowsler Scheinker syndrome (GSSS)
denasa. Pada puncak epidemik penyakit ini, insidensinya digolongkan dalam penyakit Prion herediter diturunkan
selKhar 1% dari populasi. Periode inkubasi berkisar antara secara autosom dominan melalui mutasi gen pRpN,
4 sampai 30 tahun, bahkan dapat sampai 50 tahun. sebagian besar disebabkan mutasi p1021 dan A11lV
lli,rnanya masa inkubasi ini berkaitan dengan polimorfisme dimana asam amino prolin pada posisi 102 dan alanin
@a kodon 129 gen PRNp bentuk homozigot metionin/ pada posisi 117 digantikan.gleh lisin dan valin. penyakit
mttffiionin (M/M). Semenjak pelarangan upacara kanibalisme Prion inijarang dijumpai, insidensi sekitar 1-10 kasus per
@da tahun 1958, maka penyakit ini sudah hampir tidak 100.000.000 populasi per tahun. Onset penyakit terjadi
pennah ditemukan lagi. pada usia lebih muda daripada penyak'it CJe rata-rata
pada usia 43 tahun, umumnya terjadi pada usia 24-66 DIAGNOSIS BANDING PENYAKIT PRION
tahun. Sampai saat ini sudah dilaporkan 24 keluarga
yang menderita penyakit ini di seluruh dunia. Penyakit Diagnosis banding utama penyakit prion adalah penyakit
ini dikenal juga sebagai Voriably Proteqse Sensitive neurodegeneratif lainnya terutama penyakit Alzheimer,s
Prionopothy (vPSpr) yang umumnya dibedakan dengan perjalanan klinis yang
Sereberal ataksia dengan progresifitas lambat lebih panjang dan jarang ditemukan disfungsimotorik
merupakan gejala GSSS yang menonjol, dengan demensia dan visual pada penyakit Alzheimers. Diagnosis banding
global terjadi pada fase Ianjut penyakit. Perjalanan lain adalah vaskulitis intracranial, neurosifilis, tumor
penyakit GSSS lebih lambat dari CJD dan kematian intrakranial, intoksikasi litium, intoksikasi bismuth, dan
biasanya terjadi 5 tahun sesudah onset penyakit. Gejala dimensia kompleks pada AIDS. Pemeriksaan penunjang
lain GSSS adalah gangguan serebelar seperti inkoordinasi, seperti CT-scon, MRl, dan analisa cairan serebrospinalb
kesulitan berjalan, dismetria, tremor, nistagmus, dan sangat penting untuk menyingkirkan diagnosis banding
disartria. Berbeda dengan sCJD, gejala mioklonus jarang tersebut.
dijumpai pada GSSS.
Hasil pemeriksaan laboratorium dan EEG tidak
menunjukkan kelainan yang khas. Pemeriksaan Computed PENATALAKSANAAN
Tomography Scan (Cf Scan) dapat memperlihatkan atrofi
serebelar dan batang otak. Pemeriksaan neuropatologik Sampai saat ini belum ditemukan cara yang efektif
jaringan otak menunjukkan pembentukan plak amiloid untuk mengobati penyakit Prion. Beberapa upaya teldn
yang terdiri dari inti putih yang dikelilingi globul- dikembangkan untuk mengobati penyakit Prion. Kina dan
globul kecil. Plak ini dapat terdistribusi di seluruh otak klorpromasin telah diujicobakan pada sel neuroblastom
tapi umumnya ditemukan di serebelum dan bersifat tikus yang terinfeksi PrP". Penelitian ini menunjukkm
multisentrik. pada hari keenam terapi terjadi penurunan konversi Prti
menjadi PrP" secara invitro...Meskipun secara invitn
klorpromasin lebih kurang poten jika dibandingkan
FATAL FAMILIAL INSOMNIA (FFI) dengan kina akan tetapi klorpromasin dapat menjalS
pilihan terapi karena kemampuannya menembus barirr
Fotal fomiliol insomnia juga merupakan penyakit prion darah otak. Manfaat terapi ini masih perlu konfinnu
herediter; diturunkan secara autosom dominan. Penyakit lanjut. Sedang diteliti pengobatan dengan polianiong
yang jarang ini disebabkan oleh mutasi pada gen PRPN s oted dye s, tetro pyro les, a nti bioti k p o lye n e, b ro rM
u lfo n
dimana asam amino asam aspartat pada kodon '178 diganti bat protea,se si ntesis, d e rivot ocrifu"
po lya m in s, pen g ha m
oleh arginin. Selain itu juga dapat disebabkan mutasi pada phenothiazine, suramin, peptida sintetik, dan inter{ulq
kodon 129 yang mengkode metionin. Onset FFI terjadi pada RNA duplexes. Beberapa obat-obatan misalnya oH
usia pertengahan (35-61 tahun), dengan rata-rata durasi antimalaria quinacrine, amphoterisin B,
penyakit adalah 1 3 bulan (bervariasi antara 7 -25 bulan). pentosan polisulfat ternyata tidak bermanfaat .
Karakteristik penyakit ini adalah insomnia yang Beberapa penelitian pada neuroblastoma
progresif (tidak berespon dengan benzodiazepam terinfeksi prion menunjukkan anion congo red
maupun barbiturat), disotonomia/hiperaktivitas si mpatik menunda onset penyakit prion dan dapat
(hipertermia, hiperhidrosis, takikardi, hipertensi), dan akumulasi PrP". Antrasiklin dapat menghambat
gangguan motorik seperti ataksia, mioklonus, spastik, prion pada hamster dan gliserol dapat me
hiper refleksia, dan disartria, disertai demensia pada fase formasi PrP" pada kultur sel.
terminal. Pada FFI juga dapat terjadi gangguan status Saat ini juga sedang diteliti pengaruh pe
mental seperti halusinasi, delirium, konvusi, defisit memori, antibodi untuk terapi penyakit prion. Para
dan gangguan hormonal terutama kadar kortisol yang mengembangkan rekombinan antibodi dari PrP'.
meningkat. ini dipaparl(an selama 7 hari pada sel
Gambaran neuropatologik jaringan otak pada FFI tikus yang terinfeksi PrP". Pada pengamatan han
menunjukkan hilangnya sel-sel saraf dan gliosis di nukleus d itemu ka n peng ham batan konversi PrP' menjadi PrF,
ventral anterior, dan mediodorsal dari nukleus olivari PrP" yang sudah terbentuk sebelumnya tidak
inferiori dan kadang pada serebelar dan korteks serebri. lagi. Antibodi diduga berikatan dengan permukaan
Dengan pemeriksaan immunoblot dapat ditemukan PrP" menghambat pembentukan PrPsc. Beberapa
tersebar difus dalam jumlah sedikit di substansia nigra mungkin timbul adalah singkatnya waktu paruh
subkortikal dan batang otak. Berbeda dengan sCJD, tidak (28 jam sampai 18 hari) dan masalah transport
ditemukan protein 14-3-3 pada cairan serebrospinal. melewati barier darah otak.
HYAKITPRTON 671
Marschall AL. How the cows turned mad? Available trom: http: / /
sdama 5 menit dengan cara direbus atau menggunakan www .whyfiles.org/ 193prion/ html
lkutan hipoklorid konsentrasi tinggi selama Parchi P, Saverioni D, Moletular Phatology, clasificatiorL and
1 jam.
diagnostic of sporadic human prion disease variants. Folia
Mrnelitian terakhir menunjukkan guanidin thiosianat dapat Neurophatol. 2012; 50 (l) : 20 - 45
&rermanfaat sebagai disi nfektan. PieroPruisner S. Old Drugs to treat new variant Creutzfeld ]acob
Usaha pencegahan penyakit Prion dapat ditempuh Disease. The Lancet 2001;358:563
Prusiner SB. Shattuck Lecture- Neurodegenerative disease and
dEnqBn menghindari kontaminasi dengan jaringan otak,
prions. N Engl J Med 2001: 3M:151,6-25
Wrursplantasi organ, penggunaan growth hormon dari Pruisiner SB. Miller P. Prion disease. In : Braunwald E. Fauci
lfiadaveldan tindakan sterilisasi alat-alat bedah saraf yang AS. Kasper DL et al. (Eds) Harrison s Principles of Internal
afukuat. Penelitian menunjukkan kontak klinis secara rutin Medicine 16 thed. McGraw Hill. New York 2005; 2495-2500
Roos RP. Controlling ne# prion diseases. N Eng j Med
{fidak memberikan risiko penularan pada tenaga kesehatan 200L;344:1548-51
mmrpun keluarganya. Akan tetapi yang perlu diwaspadai Senior K. New research highlight prion charac.teristics. The Lancet
&lah jaringan atau cairan tubuh yang berisiko tinggi 1999;353:1502
Tyler KL. Creutzfeld Jakob Disease. N Eng ] Med 2003; 3 48: 681"-82
misalnya jaringan sistem saraf pusat, mata, termasuk
Tyler KL . Prions and prion diseasse of the central nervbus system.
dran serebrospinalis. In: Mandel GL. Bennett JE. Dollin R. et al. (Eds) Mandel,
Douglas, and Bennett Principle & Practice of Infectious
Disease 5 th ed. Churchill Livingstone. Phyladelphia
2000;197'L-85
;tocNosls World Health Organization. WHO manual for surveillance of
human transmissible spongiform encephalopathy including
'Sumua penyakit prion yang sekarang ini dikenal bersifat variant Creutzfeldt-jacob disease. Geneve: WHO; 2003. p.
L-90.
smgat progresif dan fatal. Pada umumnya pasien sCJD Wodsworth ]D. Joiner S. Hill AF. et al. Tissue distribution of
nmrnrdnggal kurang dari 1 tahun sejak gejala pertama kali protease resistant prion protein in variant Creutzfeld |acob
mmrunorl. Akan tetapi pada vCjD perjalanan penyakitnya lebih Disease using a highly sensitive immunoblotting assay. The
Lantet 2001 ;35 8:17 1. -80
ilhrnlbatdan kematian terjadi antara 7-22bulan sejak gejala
Nrtama kali muncul. Beberapa penyakit prion genetik dapat
hlangsung selama 20 tahun atau lebih. Penyakit kuru
ffiinsanya dapat bertahan sampai 3 tahun. Kemajuan dalam
Milrang biologi molekuler diharapkan dapat memberikan
t\lmapan baru dalam terapi penyakit prion.
90
TRYPANOSOMIASIS
Niniek Burhan
PENDAHULUAN
Stadium 1
. Demam terjadi karena terdapat penyebaran parasit
dalam aliran darah dan aliran limphe. Demam ini
Gambar 3 Lalat Tsetse
terjadi karena adanya pirogen eksogen, seperti bahan-
^)
#
&trxs/J
* Bemultifikasi (di midgut)
se€ngga
o
(6)
,A\U
Epimastigotes di usD's
(midgut) s€rangga
A
l = Stadium infeksius tes lalu keluar dari sel.
A = Stadium diagnostik masuk kedalam darah
bahan atau zat toksik dari tripanosoma, sehingga ekstrapiramidal. Kelainan yang terjadi pada CSS berupr
terjadi stimulasi dari proliferasi dari limphosit selama peningkatan tekanan serebro spinal, peningkatan totd
terjadi respon imun. Selain itu akan dihasilkan konsentrasi protein, dan pleositosis. Hal ini disebabkan
beberapa sitokin-sitokin berupa lL1, lL6, TNF. Hal ini adanya tripanosoma perivaskular disertai dengan infittrail
memicu hipotalamus untuk meningkatkan ambang dari sel mononuklear.
batasnya ke ambang febris. lni disebut stadium meningoensefalitis, dimana selaln
Pruritus dan rash makulopapular timbul akibat parasit terjadi gangguan pada saraf sensoris dan motoris, terjd
yang mengikuti aliran darah dan aliran limphe. Hal juga proses demielinisasi otak, hal ini menyebabkam
ini menyebabkan reaksi dari pembuluh darah untuk kelemahan (weokness) akibat gangguan pada sareff
menghasilkan beberapa mediator. Rosh timbul akibat tersebut.
proses vasodilatasi, sedang pruritus timbul akibat Proses demielinisasi akan menyebabkan hantarar
histamin. impuls terganggu (terlambat). Demielinisasi diduga akibfr
Hepatosplenomegali terjadi karena sel-sel fagositik toksin dari trypanosoma tersebut.
. pada hepar dan spleen sebagai sistem RES teraktifasi,
sel-sel tersebut merupakan sistem monosit- Gambaran Klinis
makrophag yang fungsi utamanya adalah menelan Gigitan lalat Tsetse akan menimbulkan reaksi inflanrd
benda asing lain dalam tubuh. Akibat pertahanan di kulit yang disebut tryponosomol choncre, biasarry
dalam melawan benda asing atau zat toksik tersebut berwarna merah dan terasa sakit sekali. Pada stadir.nil
terjadilah hepatomegali dan atau splenomegali. akan timbul reaksi hematogen dan limfogen. Gejala
Tanda winterbottom. Merupakan bentuk reaksi dengan suhu demam, sakit kepala dan nyeri
pembesaran kelenjar limphe (limfadenopati) Suhu yang tinggiterjadi dalam beberapa hari, dan diselqi
sepanjang leher belakang (pada triangle servical periode afebril. Pada tryponosomiasis gombiense
posterior). Hal ini disebabkan karena perjalanan dari timbul limfadenopati. Nodul biasanya single,
tripanosoma yang mengikuti aliran limfe dan pada digerakkan, konsistensi kenyal, dan tidak nyeri.
akhirnya menimbulkan proses keradangan pada servikal sering terlihat, dan pembesaran nodul di
daerah tersebut.(Gambar 5) servikal posterior merupakan temuan klasik, disebut
Winterbottom. Pruritus dan rash makulopapular
muncul. Gejala lain yang jarang timbulantara lain
nyeri kepala, athralgia, penurunan berat badan,
hepatosplenomegali, dan takikardi.
Africon trypanosomiosis stadium ll meli
sistem saraf sentral, terjadi manifestasi ne
dan abnormalitas pada cairan serebro spinal
Perkembangan penyakit ini akan menunjukkan
somnolen yang progesif (oleh sebab itu di
sleeping sickness) pada siang hari, dan diikuti d
gelisah dan insomnia pada malam hari. Pandangan
kosong, bicara jadi tidak jelas dan terputus-putus.
ekstrapiramidal yang timbul berupa gerakan
tremor dan fasikulasi. Ataksia juga sering timbul
bisa timbul gejala yang mirip dengan penyakit Parki
yaitu berjalan dengan terseret-seret. hipertoni
Gambar 5 Tanda winterbottom pembengkakan kelenjar lym- tremor. Pada fase akhia terjadi kerusakan neu
phe di leher belakang pada anak dengan trypanosomiasis
yang dini
progresif, koma dan kematian.
Diagnosis
Stadium ll Diagnosis definitif dari penyakit tripanos
Pada stadium ini parasit yang terdapat dalam aliran adalah deteksi adanya parasit. Jika didapatkan
darah akan menginvasi sistem saraf pusat hal ini harus diperiksa cairannya untuk kemungkinan
terutama ditandai oleh perubahan neurologis yang tryponosoma yang masih motil. Juga bisa di
terjadi perlahan, disertai abnormalitas yang progresif dengan pewarnaan Giemsa. Sediaan basah
dari CSS. Gambaran perubahan neurologisnya dimulai pewarnaan Giemsa dari darah juga sangat berguna
dari munculnya somnolen, serta diikuti oleh tanda-tanda parasit tidak terlihat dalam pemeriksaan darah,
NYPANOSOMIASIS 675
dilakukan cara untuk mengkonsentrasikan parasit, yaitu Alternatif pengobatan lini pertama adalah
dengan tabung mikrohematokrit yang mengandung . melarsoprol 0.6 mg/kg iv pada hari ke pertama; 1.2
rcridine orange. Parasit akan terpisah dari sel darah dan mglkg iv melarsoprol pada hari ke 2, and 1.2 mg/
akan lebih mudah terlihat dengan mikroskop cahaya kglhari iv melarsoprol dikombinasikan dengan 7.5
karena pengecatan. mg/kg nifurtimoks oral dua kali sehari pada hari ke
Diperlukan pemeriksaan CSS pada pasien yang 3 sampai 10; atau
diduga terinfeksi Trypanosomo. Abnormalitas pada . 6 jam selama 14 hari.
eflornithine 50 mg/kg iv setiap
CSS dihubungkan dengan tripanosomiasis stadium ll, Melarsoprol merupakan pilihan utama untuk Eosf
nneliputi peningkatan sel MN, peningkatan total protein Africon Typanosomiosis dengan manifestasi ganguan
dan lgM. sistem saraf sental. Melarsoprol efektif untuk kedua
Pemeriksaan lainnya adalah dengan pemeriksaan stadium, sehingga diindikasikan pada kasus dimana
serologis, yaitu dengan PCR. namun karena spesifisitas gagal dengan suramin atau pentamidine. Namun karena
dan sensitivitasnya yang kurang kuat maka pemeriksaan toksisitas yang tinggi, melarsoprol tidak pernah menjadi
hti tidak dianjurkan. pilihan pertama untuk stadium l. Dosis yang dianjurkan
adalah 2 -3,6 mg/kg perhari, dibagi menjadi 3 dosis,
hnatalaksanaan diberikan intravena untuk 3 hari. Selanjutnya diberikan
(bat-obatan yang sering digunakan unluk Human African setelah 1 minggu, 3,6 mglkg perhari, juga untuk 3 hari,
'[iryponosomiosis adalah suramin, pentamidine, dan arsenik selanjutnya adalah setelah 10 - 21 hari.
organik. Dahulu Eflornitin hanya digunakan sebagai terapi
Trypanosomol choncre merupakan "self limited alternatif untuk s/eeping sickness, tetapi berdasarkan
ffiammotory lesion" dimana reaksi radangan akan hilang Science ond Development Network's Sub-Sohoran Africa
ekitar satu minggu setelah gigitan lalat Tsetse news updates 2008 cukup aman dan efektif sebagai lini
Pengobatan standar yang digunakan untuk stadium pertama. Dosis yang dianjurkan adalah 400m9/kg per
il adalah : hari, diberikan intravena dibagijadi empat dosis, diberikan
- Pentamidine iv digunakan untuk T.b. gombiense selama 2 minggu. Efek sampingnya meliputi diare, anemia,
* Suromin /v digunakan untuk lfb rhodesiense trombositopeni, kejang, dan penurunan pendengaran.
Berdasarkan penelitian, penggunaan eflornitin
Pentamidine efektif untuk jlb. gombiense pada
pada Tryponosoma gambiense penyebab humon Africon
dadium l. Dosis untuk dewasa dan anak-anak adalah 4
tryponosomiosis, menimbulkan efek samping yang lebih
mqg/kg per hari, intramuskular atau intravena, diberikan
ringan dibandingkan melarsoprol.
selama 10 hari. Efek samping yang timbul antara lain
Setiap pasien harus diikuti perkembangannya (follow
rumr.ral, muntah, takikardi dan hipotensi. Selain itu adalah
up) selama dua tahun dari'litakukan pungsi lumbal tiap
rmefrotoksik, gangguan fungsi liver, netropeni, rosh,
enam bulan untuk melihat kekambuhan (relaps)
ffn{ipoglikemi, dan abses.
Suramin digunakan untuk fb rhodesiense stadium l.
"l@i Pencegahan
efek sampingnya cukup serius sehingga perlu diawasi
Humon Africo n Trypo n oso mlosts meru pa kan permasa la ha n
olNengan ketat. Dosisnya adalah 100-200 mg intravena.
yang cukup kompleks di Afrika. Di beberapa daerah sudah
Mosis untuk dewasa adalah 1 gr pada hari 1, 3, 7,14. dan
dilakukan program eradikasi vektor, namun belum ada
fi- Regimen untuk anak-anak adalah 20 mg/kg (maximal
'f,| konsensus dalam memecahkan semua masalah yang
gr) pada hari 1, 3, 7,14, dan 21. Kira-kira 1 pasien dari
ada. Tiap individu dapat menghindari risiko terinfeksi
40"000 mengalami reaksi yang fatal karena obat tersebut,
trypanosomiasis dengan menghindari daerah-daerah
ymitu mual, muntah, syok dan kejang. Reaksi yang lebih
yang diketahui banyak kasus, atau dengan memakai baju
mfrrqgan adalah demam, fotofobi, pruritus, atralgia, dan
pelindung, dan memakai lotion anti serangga. Belum ada
crupsi kulit. Kerusakan ginjal merupakan efek samping
vaksin untuk mencegah transmisi parasit ini.
oihn'suramin yang paling penting. Proteinuria biasanya
rnmuncul pada awal pengobatan. Urinalisis harus dilakukan
Prognosis
sebelum menentukan dosis terapi, dan pengobatan harus
Prognosis penyakit ini pada kebanyakan penderita adalah
ffientikan jika proteinuria meningkat atau jika silinder
rdhn sel darah merah didapatkan pada sedimen. Suramin
baik. Walaupun pendertita sudah memasuki stadium
lanjut. Syaratnya adalah pengobatan yang adekuat dan
ffidak boleh diberikan pada pasien dengan insufiensi
teratur. Kekambuhan jarang terjadi, hanya sekitar 2%.Bila
mmnal.
penyakit ini tidak ditangani, atau terapi yang diberikan
hndar terapi yang digunakan untuk stadium 2 adalah:. terlambat, dapat terjadi kerusakan otak yang ireversibel,
- melarsoprol-Z.2mq/kg ivtiap hari selama 10 hari sehingga diikuti kematian.
676 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI
T RY PAN O SO M A AM E R'CA (PENYAKIT CHAGAS) melalui transfusi darah pada daerah urban. Sebagian
pasien dengan HIV dan infeksi kronik T. cruzi pada proses
Definisi serangan akut pada fase lanjut telah diterangkan. Sebagian
Tryponosomo Americo (penyakit Chagas), adalah besar manifestasi klinis dari pasien-pasien ini adalah
penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoo abses otak T cruzi, dimana manifestasi klinis ini tidak
Tryponosomo cruzi. Penyakit Chagas fase akut biasanya akan muncul pada manusia dengan imunokompeten-
mengalami demam ringan yang disebabkan dari awal Saat ini diperkirakan bahwa 16 sampai 18 juta manusia-
infeksi organisme tersebut. Setelah penyembuhan spontan lebih daritiga orang yang hidup di Brazil, terinfeksi kronil
dari fase akut, sebagian besar penderita mengalami fase T cruzi. Penyakit Chagas kronik adalah penyebab utanra
peralihan (intermediate) dari kronik Penyakit Chagas, yang dari angka kesakitan dan kematian di banyak negacF
memiliki karakteristik terdapatnya parasitemia subpaten, negara di Amerika Latin, termasuk Mexico, karena banyak
pada fase ini antibodi terhadap T. cruzi mudah dideteksi, pasien kronik yang berkembang dan muncul gejala
dan tidak terdapat gejala. Sebagian kecil pasien yang kardiologis dan gastrointestinal.
m.engalami infeksi kronik, lesi gastrointestinal dan kardiak Beberapa tahun terakhir; rata-rata transmisi T Crwn
berkembang dan dapat timbul morbiditas yang serius dan telah menurun di beberapa negara endemik sebagai
bahkan kematian. hasil dari vektor dan program bank darah yang sukser"
Di Negara-negara belahan selatan Amerika Selatm
Epidemiologi (Uruguay, Paraguay, Bolivia, Brazil, Chili, dan Argentirufl,
Tryponosomo America (penyakit Chagas), adalah penyakit telah memulai program kerja sejak tahun 1991.
zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoa Penyakit Chagas akut jarang terdapat di Ameriln
Trypanosomo cruzi. T. cruzi hanya ditemukan di Amerika. Serikat. Empat kasus transmisi melalui transfusi dardi
Mamalia liar maupun hewan peliharaan membawaT uuzi telah dilaporkan. Lebih lanjut lagi. pada 26 tatrum
dan triotomines yang terinfeksi ditemukan pada titik- terakhir, tujuh infeksi yang didukung hasil laboratorium
titik distribusi mulai dari Amerika Serikat bagian selatan dan 9 kasus penting dari Penyakit Chagas akut teldn
sampai bagian selatan Argentina.(Gambar 6) Manusia dilaporkan ke Center for Diseose Control ond prevedin
menjadi bagian dalam siklus transmisinya pada saat vektor (CDC). Sebaliknya, prevalensi kronik T cruzi di
menempati kayu lapuk, atau rumah batu yang banyak Serikat meningkat pada beberapa tahun terakhir:
terdapat di Amerika Latin. Oleh sebab itulah, infeksi li pertengahan tahun '1970, banyak penduduk
cruzi pada manusia menjadi suatu masalah kesehatan, latin berpindah ke Amerika Serikat, 5% dari
terutama pada pemukiman kumuh di daerah pinggiran Penelitian terakhir di bank darah untuk jumlah total
Amerika Tengah maupun Selatan. Sebagian besar infeksi imigran yang terinfeksi saat ini lebih dari 50.000.
T. cruzi yang baru, ditemukan pada daerah pinggiran pembawa (carriers) T. Cruzi riibmbuat sebuah
terutama mengenai anak-anak, tetapi insidennya tidak substansial transmisi dari transfusi darah.
diketahui karena sebagian besar kasus yang berjalan tidak
terdiagnosa. Ratusan orang juga teri nfeksi setiap tahunnya Patogenesis
T. cruzi ditransmisikan oleh mamalia sebagai hostny4
serangga hematopagus triatomin, yang biasanya
serangga reduvidae. Pada gambar 7 dapat dilihat
mengenai siklus hidup dari T cruzi dan transmisinya
-# Serangga terinfeksi dengan cara menghisap
dari hewan atau manusia yang memiliki parasit
sirkulasi. Organisme yang terhisap berlipat ganda di
saluran pencernaan triatomine (gambar 8), dan
infektif yang terdapat pada feses pada saat
darah (subsequent blood meol). Transmisijuga terjad
saat triatomine merusak kulit, membran mukosa
konju ngtiva oleh karena terkontaminasi dengan
serangga yang mengandung parasit infektif. T crw*
dapat ditransmisikan dengan cara transfusi darah
berasal dari donor yang terinfeksi, dari ibu
yang dikandungnya, dan pada kecelakaan Ia
Lesi inflpmasi yang disebut chogomo biasanya
Gambar 6. DistriQusi penyakit Chagas di Amerika pada sisi tempat masuk parasit.
"if,YPANOSOMtASIS
677
/9a
n
Ir\ = Stadium infeksius
t6 lalu keluardari sel,
A = Stadium diagnostik masuk kedalam darah
Perubahan histologi lokal meliputi ada tidaknya parasit dan sel-seljaringan subkutan. Akhirnya terjadi edema lokal
: :-:ara leukosit dan sel pada jaringan subkutaneus dan (interstitial), infiltrasi limfosit, dan hiperplasia reaktif dari
*
--:ulnya edema interstitial, infiltrasi limfositik, dan reaktif kelenjar getah bening.
- ::'clasia pada lymph node yang berdekatan.
Setelah Tanda Romana (Romano's sign). Tanda Romana adalah
::':indahan organlsme melalui saluran limfatik dan tanda klasik pada stadium penyakit Chagas akut. Tanda
:e-:daran darah, otot-otot (termasuk miokardium) akan ini merupakan edema yang terjadi pada palpebra dan
:' :e'ruhi oleh parasit. Pseudosis muncul pada jaringan yang jaringan periokular, unilateral, dan tidak nyeri. Tanda Ini
::--;eksi menjadi tempat parasit berkembang biak. muncul bila tempat masuk (port d'entree) nya adalah
f,atogenesis dari penyakit Chagas kronik tidak terlalu
konjungtiva. Proses yang, _ter..1adi adalah infiltrasi dari
::;hami. Jantung adalah organ yang paling sering sel leukosit dan limphosit yang menginvasi konjungtiva
: ::'ang, dan perubahan pada otot jantung meliputi sehingga terbentuk proses radang.(Gambar 8)
:,:-besaran biventrikular, penipisan dinding ventrikel, Malaise, demam, anoreksia, dan edema wajah dan
; -ai aneurisma, dan trombus mural. lnfiltrasi limfositik ekstrimitas bawah, limfadenopati, rash morbiliform
:::.a luas, fibrosis interstitial yang difuse, dan atropi sel proses ini terjadi karena adanya proses peradangan yang
- :<ardial, tetapi parasit jarang terlihat pada jaringan terutama diperantarai oleh sel leukosit dan limfosit. Pada
- :<ardial. Sistem konduksi sering terkena dan sebagian pembuluh darah terjadi vasodilatasi dan peningkatan
aliran darah ke daerah yang cedera, hal ini mengakibatkan
-: Efek kronik Penyakit Chagas pada saluran gastro- rasa panas dan merah. Seiring dangan peningkatan aliran
''r:stinal (megodisease), esofagus dan kolon dapat muncul darah terjadi pula peningkatan aliran limfatik sehlngga
:t'cagai derajat dilatasi. Pada pemeriksaan mikroskopis, terjadi gangguan dalam proses reabsorbsi cairan di akhir
:: inflamasi fikal disertai infiltrasi limfositlk dapat vena pada kapiler sehingga sistem limfatik membuang
: :eteksi, dan jumlah neuron pada pleksus misenterik kelebihan cairan ke dalam ruang interstitial.
- -'gkin berkurang.
Stadium Akut
-':goma. Chogoma adalah lesi inflamasi yang mengalami
-:..:rasi yang timbul pada tempat masuknya parasit
,::a dbntree). Lesi ini berbentuk seperti furunkel yang
: :ertai proses limfadenopati lokal. Proses ini terjadi
:-ena adanya parasit dalam darah merangsang reaksi
- ::ologis lokal sehingga merangsang kerja dari leukosit
Gambar 8. Triatomine
678 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXST
Hepatosplenomegali terjadi karena sel-sel fagositik masuk dengan cara merusak kulit, dan area yang dirusak
pada hepor dan spleen sebagai sistem RES teraktifasi, tersebut timbul eritema dan bengkak (chogomo), disertari
sel-sel tersebut merupakan sistem monosit-makrofag dengan limfadenopati lokal yang mungkin timbul. Tanda
yang fungsi utamanya adalah menelan benda asing lain Romana temuan klasik pada penyakit Chagas akut, yarg
dalam tubuh. Akibat pertahanan dalam melawan benda terdiri atas edema palpebra unilateral yang tidak disertai
asing atau zat toksik tersebut terjadilah hepatomegali dan dengan nyeri dan edema jaringan periokular dapat
atau splenomegall. timbul bila konjuntiva sebagai tempat masuknya (poru
d'entree). Tanda lokal pertama tersebut diikuti dengan
malaise, demam, anoreksia, dan edema wajah dall
ekstremitas bawah. Rash morbiliform juga mungkin munad-
Li mfadenopati genera lisata dan hepatosplenomegdl
I
Tidakmenuniukan I
Tanda Kla'-sik I Klasik Akut
Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Chagas ini tidak terlalu bagus.
Nifurtimox adalah obat satu-satunya yang secara aktif
melawan T. cruzi dan beredar di Amerika Serikat. Pada
t--T-' Kematian atau
Kerusakan Permanen penyakit Chagas akul, nifurtimox mengurangi durasi gejala
+ +
dan parasitemia dan menurunkan angka kematian. Walaupun
begitu, efikasi obat ini untuk mengeradikasi parasit adalah
rendah. Percobaan terbatas menunjukkan bahwa hanya 7 0o/o
Pada pasien infeksi f cruzi dengan komplikasi ke saraf pusat. Sedangkan prognosis untuk orang dewasa
jantung maupun gastrointestinal harus dirujuk kepada juga buruk bila sudah terjadi penyakit jantung kronik.
subspesialis untuk evaluasi dan terapi lebih lanjut.
Transplantasi jantung adalah pilihan untuk pasien
stadium akhir chogasic kardiopati. Obat profilaksis REFERENSI
postoperatif menggunakan nifurtimoks atau benznidazol
harus dipertimbangkan karena tanpa obat tersebut, "African Sleeping Sickness Breakthrough". http:/ / domino.lancs-
ac.uk Retrieved on April 7.
imunosupresi yang timbul setelah operasi menunjukkan edhead SA, Cushion MT, Frenkel ]K, Stringer JR (2006!-
bahwa terjadi reaktifasi infeksi Il cruzi, dengan gejala yang "Pneumocystis and Trypanosoma cruzi: nomenclature and
lebih serius atau bahkan kematian. typifications". ] Eukaryot Microbiol 53 (1):2-11,.
Adler D (1989). "Darwin's Illness". Isr I Med Sci 25 $):218-Z-
Tidak ada terapi spesifik untuk chagoma. Dengan
Berriman M, Ghedin E, Hertz-Fowler C, et al (2005). "The genm
berakhirnya fase penyakit Chagas akut, lesi chagoma akan of the African trypanosome Trypanosoma brucei". Scierc
menghilang secara spontan, dan pasien akan memasukl 309 (5733): 4L6-22. http: / / www.sciencemag.org
fase asimptomatik dari infeksi ini. Blunt SB, Lane RJ, Turjanski N, PerkincD (1997). "Clinical featurm
and management of two cases of encephalitis lethargica"-
Mov. Disord. 12 (3): 354-9.
Pencegahan Bocchi EA, Bellotti G, Mocelin AO, et al (june 1996). "Hed
Karena pilihan obat sangat sedikit dan tidak ada vaksin untuk transplantation for chronic Chagas' heart disease". Am
Thorac Surg 61 (6): 17 27 -33. http:/ / linkinghub.elsevier.coqrlifl
mencegah, Kontrol T uuzi pada negara endemis tergantung
rctriev e / pii / 0003-4975(96)001,41-57.
pada pengurangan tempat populasi vektor dengan cara Brumpt E (1914). "Le x6nodiagnostic. Application au diagnoffi
semprotan insektisida, pengembangan perumahan, dan de quelques infections parasitaires et en particulier i h
penyuluhan. Pada area endemik, program untuk skrining trypanosomose de Chagas" (PDF). Bull Soc Pathol Emff
(1,0): 706-1,0. http: / / www.pathexo.fr
pada darah donator untuk lf cruzi dibutuhkan untuk Buckner F9 Wilson Aj, \a/hite TC, Van Voorhis WC (Decefu
mencegah transmisi T. cruzi melalui tranfusi. Pendatang 1998). "Induction of resistance to azole drugs inTrypanoffir
tidak dianjurkan tidur di area terbuka khususnya di daerah cruzi". Antimicrob Agents Ghemother a2 Q,2):3245-m.
htrp://aac.asm.org
endemis. Jaring nyamuk dan repellent serangga (krim oles Burri, C (2000). "Efficacy of new, concise schedule for
anti serangga) digunakan sebagai proteksi. in treatment of sleeping sickness caused by T:
Di Amerika Serikat, sulit untuk mencegah transmisi brucei gambiense: a randomised trial". Lancet 355
1419-25.
T. cruzi dengan tranfusi darah. Karena tidak ada
Bisser S, N'Siesi FX, Lejon V, et al (2007). "Equivalence tridl
pemeriksaan ossoy untuk infeksi f cruzi oleh Food and melarsoprol and nifurtimox monotherapy and combi
Drug Administrotion (FDA) dalam penggunaan darah therapy for the treatrnent of second-stage Trypanosoma
di bank darah, maka skrening serologis belum menjadi gambiense sleeping sickness". J. Infect. Dis. 195 (3):322-4"
Chagas C (1909). "Nova tripanozomftibe humana: Estudos
sebuah pilihan. FDA menyarankan menggunakan morfolojia e o ciclo evolutivo do Schizotrypanum cmzin-
kuesioner untuk mengidentifikasi dan menyaring donor n. sp., ajente etiolojico de nova entidade morbida do
pada risiko tinggi infeksi T. cruzi. Cara tersebut bisa efektif [New human trypanosomiasis. Studies about thd
and life-rycle of Schizotripanum cntzi, etiological
dan tidak mengurangi penyediaan darah, tetapi penting
anew morbid entity of man]". Mem Inst Oswaldo
untuk ditanamkan dalam pikiran bahwa pemeriksaan (2):159-218.
berdasarkan kuesioner tidak terlalu berhasil dalam Chappuis F, Udayraj N, Stietenroth K, Meussen A,
mengeliminasi transmisi melalui tranfusi pada penyakit PA (2005). "Eflornithine is safer than melarsoprol fr
treatment of second-stage Trypanosoma brucei
infeksi lainnya. human African trypanosomiasis". CIin. Infect. Dis. 4tr
Pada semua imigran dari daerah endemis harus 748-5] .
dilakukan tes untuk menghindari infeksi kronik T. cruzi. Cherenet I Sani RA, Panandam |M, Nadzr S, Spey
van den Bossche P (2004). "Seasonal prevalence of
Tesjuga sebaiknya dilakukan sebelum implantasi alat pacu
trypanosomosis in a tsetse-infested zone and a
jantung karena gangguan irama jantung. Perlu dilakukan zone of the Amhara Region, north-west Ethiopia--
skrening untuk mencegah transmisi kongenital. Onderstepoort journal of veterinary research 71 (4):
http :/ /www.ncbi.nlm.nih. gov
Petugas laboratorium harus menggunakan sarung
Coutinho M (]une 1999). "Review of Historical
tangan dan pelindung mata saat bekerja dengan T. cruzi American Trypanosomiasis (Chagas' Disease) by
dan vektor yang terinfeksi. Per1eth" (fee required). Isis 90 (2): 397.http:/ /lit*s
Chagas' disease (American trypanosomiasis) in southern
(PDF). CDR Weekly (United Kingdom Health
Agency) 15 (13). April 2005. http://www.hpa.org.uk
PROGNOSIS Carlier Y (27 February 2003). Chagas Disease (
Trypanosomiasis). eMedicine. Retrieved on 11
Bila terjadi infeksi pada bayi dan anak maka biasanya 2008.17. Chagas C (1909). "Neue Try
Vorliiufige Mitteilung Arch Schiff Tropenhyg 13:
berakibat fatal, terutama bila sudah melibatkan sistem Da Silva Valente SA, de Costa Valente V, Neto FIF
9L
INFEKSI NOSOKOMIAL
Djoko Widodo, Ronald Irwanto
';1,8o/o), Asia Tenggara (10o/o), Eropa (7,7%) dan pasifik berisiko tinggi, antara lain :
tsarat (9,0%) dengan pola kuman lokal sesuai dari data 1. Pasien dengan status imun rendah.
-asing-masing regio. 2. Pasien dengan komorbid penyakit kronik.
Data di Ameriksa Serikat menunjukkan , bahwa 37% 3. Penggunaan obat imunosupresan lama.
mejadian infeksi aliran darah (Blood Stream lnfection = BSI) 4. Pasien-pasien usia lanjut.
: r.umah sakit disebabkan oleh pemasangan instrumen 5. Pasien-pasien dengan penggunaan instrumen medik
-edis. 21To kejadian pneumonia nosokomial dan 81% lama.
,*eladian infeksi saluran kemih nosokomial disebabkan 6. Pasien-pasien dengan tatalaksana operasi besar dan
teh pemasangan instrument medis. luka opreasi.
Sementara itu, data dari PPIRS-RSCM. menunjukkan
:anwa angka kejadian infeksi nosokomial pada tahun
ll10 berupa infeksi aliran darah (BLood Streom tnfections PATOGEN ESIS DAN PATOFISIOLOG!
=tsSl) mencapai 7,04 kejadianper 1000 pasien pada 8
pemasangan kateter vena sentral. Untuk infeksi
T,a.il Secara umum mikroorganisme penyebab infeksi pada
,asokomial saluran kemih mencapai 4,60 per'1000 pasien infeksi nosokomial berbeda dengan penyebab infeksi
:ada 5 hari pemasangan kateter urin. Sedangkan infeksi pada komunitas. Mikroorganisme yang dijumpai pada
r,asokomial saluran napas hanya dijumpai 1,24 per 1000 infeksi nosokomial umumnya lebih mengarah kepada
iasien pada 8 hari tirah baring. bakteri-bakteri Gram negatif dengan angka kejadian
Sementara itu, data pola kuman di bangsal perawatan multi atau pan resisten yang tinggi. Hal ini disebabkan
nenyakit dalam RSCM, antara bulan Januari-Juni 2010 oleh karena terjadinya berbagai perubahan karakteristik
n'nenunjukkan bahwa bakteri terbanyak yang dijumpai mikroorganisme di rumah sakit. Perubahan karakteristik
walah Klebsielo pneumonioe ss pneumonioe (160/o), disusul mikroorganisme di rumah sakit, secara garis besar dapat
aeh Acinetobacter sp (11o/o), Pseudomonas sp (8%) dan E. disebabkan oleh :
aru (6%). Untuk bakteri gram positif, jumlah isolat yang 1. Proses Endogenik
uarring banyakdijumpai adalah S. epidermidis (6%). Temuan Pemberian antimikrobial dengan durasi dan adekuasi
Eoiat jamu[ yaitu C. tropicaLis dan C. olbicons, masing- yang kurang tepat diduga menjadi salah satu penyebab
mnasing dijumpai sebanyak 5Yo dan 4o/o. terjadi nya peru ba ha n kara kteristi k m ikroorga rtisme.
Hal ini bisa terjadi melalui perubahan karakter dinding
(ra Penularan !nfeksi Nosokomial sel, perubahan sintesa-sintesa protein mikroorganisme
mhda infeksi nosokomial, penularan dapat terjadi melalui :
dan sebagainya, yang berdampak kepada perubahan
1 Cross-infecfion, penularan ini dapat terjadi secara : pola resistensi mikroorganisme di rumah sakit.
a. Langsung, yaitu penularan yang terjadi akibat 2. Proses Eksogenik
kontak Iangsung antara satu pasien dengan Terjadinya mutasi genetik pada mikroorganisme
pasien lainnya, atau dari tenaga kesehatan kepada di rumah sakit, ternyata dapatrditransfer dari
pasien. mikroorganisme yang satu ke mikroorganisme
b. Tidak langsung, yaitu melalui udara (oirborne), atau yang lain melalui transfer plasmid dan transposon.
melalui berbagai instrumen medik, alau fecal orol Transfer genetik dari mikroorganisme yang telah
(disebut vehicle borne) yang terkontaminasi. mengalami resistensi terhadap antibiotik multipel
c. Auto infection, yaitu infeksi diri sendiri, dimana kepada mikroorganisme lainnya, tentunya juga akan
kuman sudah ada pada pasien menginfeksi pasien mengubah pola resistensi mikroorganisme di rumah
itu sendiri melalui suatu migrasi yang dapat sa kit.
terjadi dengan berbagai cara. Terjadinya berbagai perubahan pola resistensl
I Harus diketahui bahwa, infeksi nosokomial tidak mikroorganisme ini menyebabkan tatalaksana antimikrobial
hanya melibatkan pasien rawat, namun juga seluruh pada infeksi nosokomial berbeda dengan infeksi yang terjadi
tenaga kesehatan di rumah sakit, serta penunggu di masyarakat. lnfeksi oleh berbagai rnikroorganisme yang
dan pengunjung pasien, bahkan juga pegawai sudah mengalami multiresisten atau bahkan panresisten
administratif rumah sakit. lnfeksi ini, kemudian juga di rumah sakit juga kerap menimbulkan kesulitan dalam
dapat terbawa ke tengah-tengah komunitas. tatalaksana dan terapi. Gejala klinis yang tidak kunjung
membaik paska terapi antimikrobial, atau gejala klinis yang
irjamu yang Berisiko Mengalami tnfeksi memberat akibat adanya enzim tertentu yang dihasilkan
iloeokomial oleh mikroorganisme tertentu, misalnya : Phahtom
$r,rtinjau dari segi pejamunya, infeksi nosokomial Valentine Leucocydin yang dihasiikan oleh kuman MRSA,
nnnerupakan hal yang harus diperhitungkan pada pasien dapat memperburuk tanda dan gejala klinis yang timbul.
684 PENYAKIT TROPIK DAN INFETS
tanda-tanda yang harus diperhatikan pada saat kejadian a. Kontak langsung, antara lain :
infeksi nosokomial. Demikian pula dengan demam yang Herpes simplex, varicela
tiba-tiba muncul disertai dengan tanda-tanda radang di b. Air borne, antara lain :
tempat infus seperti flebitis, juga merupakan tanda-tanda Virus influenza, adenovirus, varicela, rubela,
yang harus diwaspadai karena dapat menjadi pertanda mumps
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien. Pasien- c. Vehicle borne , antara lain :
pasien paska operasi yang tidak mengalami penyebuhan - Melalui instrumen medik (kateteI atau alat-
luka secara adekuat, bahkan mengalami demam disertai alat bedah), antara lain :
dengan produksi pus yang banyak pada tempat operasi - Cytomegqlovirus (CMV), Human lmmurn-
juga dapat merupakan tanda terjadinya infeksi nosokomial deficiency Virus (HlV), Hepatitis B dan C
pada luka operasi. - Fecol Orol, antara lain :
Diare akut yang terjadi pada pasien-pasien yang Enterovirus, Hepatitis A, Rotavirus
menjalani perawatan lama di rumah sakit. Gejala klinis yang 3. Parasit dan Jamur
baru muncul di rumah sakit ini harus bukan merupakan a. lnfeksi parasit di rumah sakit, walaupurn
gejala klinis dari infeksi tertentu yang masih berada pada jarang, namun dapat terjadi melalui berbagi
masa inkubasi pada saat pasien masuk ke rumah sakit. peranta ra.
Demam yang tiba-tiba muncul pada terapi antibiotika Kontak langsung, misalnya : skabies
yang sudah adekuat, batuk dengan sputum purulen, serta b. Vehicle borne (fecal-orol), misalnya : Gior&
menurunnya berbagai kondisi lain yang menunjukkan lamblio
adanya infeksi baru di rumah sakit merupakan gambaran Sedang kan infeksi jamur yang tersering adalah inffidi
klinis yang secara umum dapat terlihat pada kejadian Condida sp yang kerap terjadi melalui vehicle
infeksi nosokomial. Munculnya gambaran infiltrat baru yaitu instrumen medik. Angka kejadian terti
kerap menjadi standar yang cukup patognomonis bagi penularan Cqndido sp terjadi melalui pe
kejadian infeksi paru nosokomial, atau yang sekarang Centrol Venous Cotheter (CVC), walaupun
lebih dikenal sebagai Heolth Care-Associoted Pneumonia dapat terjadi pula melalui ,penggunaan i
(HCAP), atau infeksi paru terkait pemasangan ventilator, medik lain, seperti kateter urin, atau bahkan
yang dikenal sebagai Ventilotor Acquired Pneumonio selang-selang infus.
(vAP).
DIAGNOSIS
ETIOtOGt
Diagnosis Kerja
Berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus. jamur dan Diagnosis kerja merupakan hal yang harus
bahkan parasit harus dipikirkan menjadi penyebab pada sebelum dilakukan pemberian antimikrobial
infeksi nosokomial. Berbagai hal yang harus dipertimbangkan
Penyebab : menegakkan diagnosis kerja antara lain :
1. Bakteri, dibedakan menjadi 1. Fokus infeksi
a. Gram negatif, yang tersering antara lain adalah Saat ini terdapat berbagai fokus infeksi yang
Proteus sp, E.coli, Klebsielo sp, Pseudomonos dan terjadi pada infeksi nosokomial, antara lain :
Acinetobocter sp. a. Saluran kemih
b. Gram positif, saat ini bakteri Gram positif juga Hal ini sering terkait dengan pemasangan
mendapat perhatian khusus sebagai penyebab urin yang kurang higienis. atau kateter uri
infeksi nosokomial. Dalam hal ini, bakteri Gram waktu penggunaannya melebihi batas
positif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi penggunaan yang telah ditentukan.
nosokomialadalah bakteri Gram positif yang sering b. Kulit dan jaringan lunak, antara lain
sudah mengalami multiresistensi antibiotika, - Flebitis, terkait dengan pemasangan
sepe rti M eth icillin Resisto nt Stop hy lo cocc u s a u re u s instrumen medis seperti kateter vena
ilFEXSI NOSOKOMIAL
685
KLASIFIKASI BERDASARKAN FOKUS INFEKSI negatlf. Pada bentukan-bentukan abses harus diwaspadai
NOSOKOMIAL pula mikroorganisme anaerob.
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah berupa
Sumber infeksi pada infeksi nosokomial sangat penting pemberian antibiotik brood spectrum Gram positif atau
untuk ditentukan, oleh karena hal ini nantinya akan Gram negatif. Pemberian antibiotika flukloksasiklin,
berkaitan dengan pemilihan antibiotika. Pemberian klindamisin atau klaritromisin dapat dilakukan pada
anti bioti ka tentu nya disesuai ka n dengan farmakodi na mi k sangkaan penyebab mikroorganisme Gram positif.
dan farmakokinetik antibiotika tersebut, dimana harus Sedangkan pemberian antibiotika golongan
dipilih antibiotika yang memiliki penetrasi tinggi pada g li kopeptida (Vankomisin, teikoplani n) atau oxazoli ndinon
organ-organ yang menjadi fokus infeksi. (Linezolid) dapat diberi kan untu k eradikasi mikroorganisme
Gram positif yang multi resisten seperti MRSA dan MRSE
lnfeksi Nosokomial Saluran Kemih bila memang terbukti sebagai penyebab infeksi.
lnfeksi saluran kemih yang didapat di rumah sakit Tatalaksana infeksi luka operasi yang bersifat
umumnya dikaltkan dengan : polimikrobial dan sistemik membutuhkan pemberiar"
1. Penggunaan Kateter Urin yang Lama atau Tidak antibiotika dengan cara de-eskalasi. Antibiotika broaa
Steri I spectrum untuk mikroorganisme Gram positif dan negati{'
Kerap disebut sebagai Cotheter Associoted Urinary yang multi resisten diberikan untuk kemudian disempitkar:"
Troct I nfections (CAUTI). spektrumnya berdasarkan temuan kultur mi kroorganisrne
2. lmobilisasi Lama penyebabnya.
Hal ini sering terjadi pada pasien-pasien lanjut usia. Pencegahan terjadinya luka operasi tentunya hanrs
Diagnosis ditegakkan melalui tampilan klinis, dimana dilakukan dari awal, yaitu dengan cara sterilisasi alat-alatt
terjadi disuria, hematuria, demam, dan tanda-tanda klinis operasi yang baik dan sesuai standari serta meminimalkalm
infeksi lainnya. Secara definitil infeksi ini dibuktikan kontaminasi luka operasi dengan cara perawtan luka yal'rgr
melalui pemeriksaan urin, dimana ditemukan > 100.000 baik dan higienis.
kuman tunggal.
Mayoritas kuman penyebab umumnya adalah Infeksi Aliran Darah (Btood Stream lnfectiots =
lJro-Pothogenic E.coli (UPEC) dan Proteus sp. Antibiotik BSIs) Terkait Kateter Vaskular
empirik yang umumnya diberikan antara lain dapat Pada BSls, saat ini dikenal 2 etiologi, yailu primary Blcdl
.
berupa cepholosporin generasi ketiga, fluoroquinoLon, Streom lnfections (primory BSls) dan secondory BSls. Prinq
trimetoprim-sulfametoksozole atau pemberian antibiotik BSls dikaitkan dengan infeksi mikroorganisme yang terffi
anti betalaktamase bila terdapat kecurigaan Extended dengan penggunaan kateter-kateJer vaskuIar.
Spectrum Beta-Loctomose (ESBL ) Pada primory BSls kerap juga sering dijumpai a.dor
Pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih dapat infeksi S. oureus, dimana terjadi perpindahan 5. oulrufr
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : selaku kuman di kulit ke dalam blood stieom @
. Penggunaan kateter urin yang steril. tempat tusukan kateter. lnfeksi jamur sistemik juga tum
. Penggunaan kateter urin harus sesuai dengan waktu dipikirkan pada pasien-pasien yang menggunakan kaffir
yang ditentukan. vena jugularis lama.
lrigasi cairan kateter urin harus diperhatikan. Sedangkan secondary BS/s terkait dengan suriMrt
Fisioterapi dan mobilisasi bertahap pada pasien- infeksi di tempat [ain, kemudian mikroorg
pasien yang mengalami imobilisasi. tersebut masuk ke dalam aliran darah. Pembeml
Edukasi pekerja rumah sakit dalam mengelola kateter antibiotika pada BSls karena infeksi nosokomial !
urin, dan pasien-pasien dengan imobilisasi. harus meliputi antibiotika-antibiotika spektrum
yang juga mampu mengeliminasi bakteri-bakten
lnfeksi Luka Operasi (Surgicol Site lnfection) dan pan resisten.
lnfeksi luka operasi seringkali terjadi pada pasien-pasien Disamping itu harus pula dipikirkan kem
yang menjalani operasi-operasi besar. lnfeksi Iuka operasi terjadinya infeksi jamur sistemik, terutama pada pasi
umumnya bermanifestasi lokal sebagai infeksi kulit dan pasien yang dipasang Central Venous Cotheter
jaringan lunak (Skin ond Soft Tissue lnfection = SSTI), Angka kejadian kandidiasis sistemik tercatat
infeksi pada organ-organ dalam, atau dapat pula menjadi tinggi pada penggunaan CVC, dimana ka
sistemik. Tanda dan gejala klinis infeksi berupa pus yang sistemik dapat terjadi pada pasien-pasien
produktif pada luka operasi, abses, atau bahkan timbul neutropenik.
tanda-tanda i nfeksi sistemik ng berat. M i kroorgaiisrne
ya Terapi empirik umumnya dapat diberikan
penyebab umumnya berupa gram positif di kulit atau gram pasien-pasien dengan perawatan >96 jam,
EstNosoKoMtAr
687
hfuagai komorbid dan faktor risiko infeksijamur (seperti Heolth Core-Associoted clAl dijumpai di rumah
tmpmasangan CVC lama, atau penggunaan antibiotik lama sakit umumnya sebagai komplikasi pemasangan selang
Selumnya) yang disertai dengan timbulnya gejala klinis intra-abdominal, drainage, peritoneal dialisis, paska
utf,mum seperti demam dan leukositosis. pembedahan dan sebagainya, yang dapat bermanifestasi
Sedangkan terapi pre-emtif anti jamur dapat sebagai abses atau peritonitis umum. pemberian
d&erikan pada pasien-pasien dengan berbagai faktor antibiotika empirik bagi bakteri gram negatif dan positif
mibiko perawatan > 96 jam dengan temuan kolonisasi dengan multi resistensi direkomendasikan pada kasus-
,fprmur multipel. Seringkali BSls karena jamur kurang kasus Heolth Care-Associated clAl.
unmmdapat perhatian yang serius dari para klinisi, sehingga
lliH ini menyebabkan tingginya mortalitas infeksi jamur H os p ito I Ac q u ire d p n e u mon io (H Ap)/ H e o lt h C o re -
drernik. Associdted Pneumonio (HCAP)
Pencegahan terhadap terjadinya BSls dapat dilakukan Pneumomia yang terjadi di rumah sakit saat ini dikenal
&rgan: dengan nama HospitoL Acquired Pneumonio (HAp) atau
lilI" Melakukan pemberian antiseptik pada tempat-tempat Heolth Care-Associoted Pneumonio (HCAP). Angka HAp
yang akan diinsersi oleh jarum kateter. juga terhitung tinggi di lCU, terutama pada pasien-pasien
P. Sedapat mungkin menggunakan akses-akses vena dengan pengunaan ventilator (dikenal dengan Ventilotor
perifer dibandingkan dengan vena-vena sentral. Acquired Pneumonia=YAP). Berdasarkan onsetnya, saat
& Jika harus menggunakan akses sentral, sebaiknya ini dikenal 2 onset terjadinya HAP/VAB yaitu early onset
menggunakan jalur subklavia ketimbang jalur dan lote onset.
jugalaris.
HAP/VAP eorly onset terjadi dalam waktu 4 hari
{i" Tidak menggunakan antibiotika topikal pada tempat- pemasangan ventilatoL dalam hal ini kuman Gram positif
tempat insersi kateter vena. seperti S. oureus sensitif metisilin (Methiciltin Sensitive
5" Pencegahan yang lain, berupa: penerapan prosedur Stophylococcus oureus = MSSA), atau pneumococcus
yang benar dalam pemasangan kateter-kateter di masih harus dipertimbangkan disamping kuman Gram
pembuluh darah, serta melakukan tindakan sterilisasi negatif seperti H. lnfluenzae, dan lain-lain. Oleh karena
yang sesuai standar pada pasien-pasien yang harus itu pada HAP/VAP eorly onset harus dipertimbangkan
menjalani pemasangan kateter-kateter vena atau antibiotika yang memiliki spektrum luas, yaitu yang dapat
pembuluh darah. mengeliminasi bakteri-bakteri gram positif dan negatif,
seperti cephalosporin generasi ketiga, atau respirotory
hfeksi Nosokomial Saluran Cerna dan Health tract q u ino Lo n seperti levofloksasin.
Carc-Associated Complicated I ntraabdominal HAP/VAP late onset adalah HAp/VAp yang terjadi
ffation (H ealth Core-Associated clAl) pada waktu dari 4 hari penggunaan ventilator atau
ffiksi pada saluran cerna yang didapat di rumah sakit penggunaan antibiotika di rumah sakit. pada HAp/
cring dihubungkan dengan hygienis makanan pasien YAP tote onsef penyebab kuman gramt negatif seperti,
ynng kurang baik. Penyebab lain yang sering dijumpai Klebsiela, Pseudomonos sp atau Acinetobocter. sp harus
Fda infeksi saluran cerna didapat di rumah sakit adalah lebih dipikirkan. Pola kuman pada HAp/VAp late onset
&nya infeksi Clostridium dfficite.lnfeksi C. dfficite kerap pun umumnya cenderung lebih resisten terhadap
dlkaitkan dengan penggunaan antibiotika lama, atau juga antibiotika. Oleh karenanya antibiotika yang diberikan
obat-obat kemoterapi lama yang menyebabkan kematian pun harus mampu mencakup kuman-kuman resisten
normal usus.
lffiora seperti Ertended Spectrum Beto-Lactamose (ESBL), mutti/
lnfeksi C. dfficile ditandai dengan diare akut caiL pan resistont Pseudomonos sp dan Acinetobocter sp,
furang berdarah. Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit dan bahkan juga Methicillin Resistont Stophylococcus
olengan penggunaan antibiotika lama dengan keluhan oureus (MRSA) dan Methicillin Resistant Stophylococcus
ll5trnis diare patut dicurigai mengalami infeksi C. difficile. epidermidis (MRSE).
Diagnostik umumnya ditegakkan melalui Pencegahan terjadinya VAp antara lain dapat
pemeriksaan kultur feses, ataupun ditemukannya kolitis dilakukan dengan memposisikan pasien setengah
pseudomembranosa pada pemeriksaan kolonoskopi. berbaring (Semi-Recumbent), mencegah terjadinya
mberian metronidazol oral saat ini masih menjadi akumulasi sputum, ataujuga penggunaan ranjang khusus
pilihan utama terapi C. dfficite. Adanya resistensi C. difficile (oscillotin g bed). Terjadinya peningkatan asa m la mbu n g
thrhadap metronidazol patut dicurigai apabila tidak juga sering dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko
dfijumpai perbaikan klinis paska pemberian metronidazol. terjadinya VAP. Hal ini dikarenakan mampu menyebabkan
Fada kondisi seperti ini vankomisin direkomendasikan terbentuknya kolonisasi kuman atau translokasi kuman
untuk diberikan. - lambung.
688 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!
Tabel 5. Antibiotik Inisial Empirik pada HAP dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Onset Lambat dengan Riih
lnfeksi Patogen Multidrug Resistant dengan Berbagai Derajat Beratnya Penyakit, Rekomendasi ATS 2OO4
Potential Pathogens Terapi Kombinasi Antibiotik.
Pathogens listed in Table 3 and MDR pathogens Antipseudomonal cephalosporin (cefepime, ceftazidime)
Pseudomonas aeruginosa atau
KLe bsie llo p ne u m on io e (ESB L-)t Antipseudomonal carbepenem
Acinetobo cte r speciest (imipenem or meropenem)
atau
u- Lactam/u-lacta mase inhibitor
(pi peraci li n-tazobactam) p/us
I
Antipseudomonal fluoroquinolonet
(ciprofloxacin or levofloxacin)
Atau
Aminoglycoside
(amikacin, gentamicin, or tobramycin)
Plus
M eth i ci I I i n - resislant Sto p hylococc u s o u re us (M RSA) Linezolid or vancomycin.
Leg ioneLlo pneu mophiLot
tPasien dengan tersangka infeksi ESBL, maka pilihan utamanya adalah golongan karbapenem. Bila tersangka penyebab infe.: r;iillrffilil
L. pneumophila, maka regimen kombinasi mencakup makrolid (seperti azitromisin) atau fluorquinolon (seperti ciproflo<::. - lrmmul,
levofloksasin) Iebih direkomendasikan dibandingkan golongan aminoglikosida
* Digunakan bila ada faktor risiko infeksi MRSA
TIFEKS! NOSOKOMIAL 689
PEI{ATATAIGANAAN U MUM IN FEKSI NOSOKOMIAL gejala dan tanda klinis yang relatif stabil. Pemberian
antibiotika dimulai dengan antibiotika yang bersifat
t'lal pertama yang harus diperhatikan pada tatalaksana norrow spectrum, namun apabila pada pemantauan
infeksi nosokomial secara umum adalah sedapat mungkin berikutnya terjadi perburukan keadaan umum pasien,
mengevakuasi faktor risiko penyebab infeksi nya, misalnya maka pemberian antibiotika dinaikkan kepada
pada penggantian kateter vaskular, kateter vena jugular antibiotika yang memiliki spektrum lebih luas.
atau kateter urin yang telah lama digunakan. Sterilisasi 2. Cara De-eskalasi
nnstrumen-instrumen rumah sakit menjadi sesuatu yang Pemberian antibiotika dengan cara de-eskalasi
uital yang harus dilakukan. dilakukan pada pasien-pasien infeksi nosokomial
dengan gejala dan tanda klinis yang tidak stabil dan
lsolasi mengancam. Pada awal segera diberikan antibiotika
Trnrdakan isolasi pasien perlu dilakukan, baik bagi pasien- yang brood spectrum, yang kemudian diturunkan (de-
pien yang dijumpai kolonisasi mikroorganisme multi/pan eskalasi) kepada antibiotika sesuai temuan definitif
mesisten, ataupun yang terinfeksi mikroorganisme multi/ bakteri penyebab, lengkap dengan resistensi dan
pan resisten. Pada pasien-pasien yang dijumpai kolonisasi sensitivitas terhadap anti biotiknya.
mmikroorganisme multi/pan resisten sebenarnya tidak
mnrnerlukan eradikasi antibiotika empirik ataupun definitif. Pemberian Antibiotika Definitif
lllt[amun, pada pasien yang demikian wajib dilakukan Antibiotika definitif adalah antibiotika yang diberikan
tindakan d ekol on i sasi den ga n a ntiseptic both. berdasarkan kepada temuan bakteri kultur, lengkap
dengan sensitifitas dan resistensinya. Pemberian antibiotika
Tetalaksana umum lnfeksi Bakteri Nosokomial definitif merupakan kelanjutkan dari pemberian antibiotika
{finnfeksi bakteri tercatat sebagai penyebab infeksi empirik. Pemberian antibiotika secara definitif dilakukan
mmsokomial tertinggi hingga saat ini. Pemberian antibiotika dengan tujuan mempersempit spektrum antibiotika
Fng tepat guna amat dibutuhkan dalam pengelolaan sesuai temuan bakterihya, sehingga meningkatkan
i:rfieki
ba kteri nosokomia l. efektifitas eradikasi bakteri. Antibiotika Definitif dapat
Secara umum, indikasi tatalaksana antibiotika pada diberikan sampai kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda
psien-pasien yang terpapar infeksi nosokomial di rumah perbaikan klinis
sakit dapat dibedakan menjadi 3 indikasi (sesuai indikasi
ruumum antibiotika), yaitu : Antibiotika pada Bakteri-balrteri Resisten pada
llL- Pemberian Antibiotika Profilaksis. lnfeksi Nosokomial
e- Pemberian Antibiotika Empirik. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bakteri pada
3" Pemberian Antibiotika Definitif. infeksi nosokomial kerap bersifat resisten terhadap
antibiotika-antibiotika golongan betalaktam. Kerap
kmberian Antibiotika Profilaksis dijumpai K. pneumonioe dan E. coli lang berkategor:i
Artibiotika profilaksis umumnya diberikan pada pejamu ESBL atau Multi-Drug Resistont (MDR) Pseudqmanos sp,
ymtg imunokompeten, tanpa gejala klinis infeksi yang MDR Acinetobocter sp serta munculnya strain-strain baru
1ffi, namun berada dalam situasi yang cenderung dapat yang resisten terhadap antibiotika golongan karbapenem,
@rinfeksi, misalnya pada pasien-pasien imunokompeten seperti Klebsielo pneumonia Carbopenemose (KPC)
ymng menjalani operasi besar. Oleh karena itu, pada atau Enteroboctericeoe carbopenemose harus menjadi
psien-pasien demikian ini dimungkinkan untuk diberikan pertimbangan tersendiri dalam pemberian antibiotika
fiahlaksana antibiotika. empirik infeksi nosokomial.
Antibiotika golongan karbapenem atau antibiotika
ftmberian Antibiotika Empirik yang dikombinasi dengan antibetalaktamase, seperti
Fpmberian antibiotika empirik adalah pemberian tazobactam, sulbaktam atau asam klavulanat dapat
rntibiotika pada pejamu yang telah menampakkan gejala diberil6n pada infeksi nosokomial dengan perkiraan
llfir,ris infeksi, namun belum diketahui secara pasti kuman adanya bakteri-bakteri ESBL. Sedangkan antibiotika
penyebab infeksinya. Pemberian antibiotika empirik golongan glikopeptida seperti vankomisin, teikoplanin,
frdasarkan pada studi-studi pola kuman yang berlaku. atau golongan oxazolindinon seperti linezoloid dapat
ffiernberian antibiotika empirik pada infeksi nosokomial dipertimbangkan pada infeksi-infeksi M RSA.
rncrra umum dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Linezolid yang memiliki nqrrow spectrum pada
Ili. Cara Eskalasi kuman gram positif, juga dapat dipertimbangkan
Pemberian antibiotika dengan cara eskalasi dilakukan untuk eradikasi kuman-kuman seperti Voncomycin
pada pasien-pasien infeksi nosokomial dengan Resistont Staphylococcus oureus (VRSA) atau Voncomycin
690 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI
rcrrnponen tersebut harus bekerja sama sesuai dengan Krieger JN et al. Urinary tract etiology of blood in_fections in
[*oangnya masing-masing guna menentukan kebijakan hospitalized patients. I Infect Dis 1986; 153:1075-83. Maki Dg,
et al. Infection control in intravenous therapy. Anl Intern
renEendalian infeksi di rumah sakit sesuai dengan kondisi
Med1973;79:867-87
i apangan. Loho T, Astrawinata DAW, Peta Bakteri dan Kepekaan terhadap
Antibiotik RSUPN Cipto Mangunkusumo |anuari-juni, 2010
Marschall ], Tibbets RJ, Dunne |r WM, Frye JG, Fraser V],
Warren DK, Presence of the KPC carbapenemase gene in
rF<IMPULAN enterobacteriaceae causing bacteremia and its correlation
with in vitro carbapenem susceptibility, J Clin Microbiol. vol.
milexsi nosokomial saat ini menjadi salah satu perhatian 47. no.L.2009 ;239-241
Nelwan RHH, Sosro R, Immanuel S, Soemar-sono. Infeksi rumah
rimarna yang harus mendapat penanganan yang baik.
sakit pada pasien yang dirawat di ruang rawat Bagian IImu
&erdasarka n klasifikasi nya, infeksi nosokomial antara lai n Penyakit Dalam FKUI/RSCM. AMI 1983; 13:14-46
rrr'eksi saluran kemih, infeksi luka operasi, infeksi aliran Niederman, Hospital-Acquired Pneumonia, Health Care-
trarah, infeksi saluran cerna dan intra-abdomen, serta Associated Pneumonia, Ventilator-Associated Pneumonia,
and Ventilator-Associated Tracheobronchitis: Definitions and
mr.ersi paru. Penanganan kejadian infeksi nosokomial
Challenges in Trial Design Clin. Infect Dis, 2010;51,:512 -517
miei puti tindakan isolasi sampai kebijakan pemberian Pappas GP, Kauffman CA, Andes D et al, Clinical Practice
ar'":rmikroba empirik dan definit yang tepat. panitia Guidelines for The Management of Candidiasis : 2009 Update
serEendali lnfeksi Rumah Sakit (PPIRS) harus dibentuk di by the Infectious Disease Society of Ameica,2009
Pedoman Managerial Pengendalian InJeksi di Rumah Sakit
'nrrr.ah sakit untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Departemen
ter<ait guna pengendalian infeksi di rumah sakit. Kesehatan Republik Indonesi4 edisi kedua, 2008
Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, edisi kedua, 2009
TEFERENSI Peter G. Pappas, Carol A. Kauffman, David Andes, Daniel
K. Benjamin, Jr., Thierry F. Calandra, John E. Edwards,
A,mlerican Thoracic Society, Guidelines for the Management of ]r., Scott G. Filler, ]ohn,F. Fisher, Bart-Jan Kullberg, Luis
-{dults with Hosptal acquired, Ventilator associated and Ostrosky Zeichner, Annette C. Reboli, ]ohn H. Rex, Thomas
Healthcare associated pneumonia, 2004 J. Walstr, and Jack D.Sobe, Clinical practice guidelines for the
{rmtslbiotic and Chemotherapy. Anti-Infectious Agents and their management of candidiasis: 2009 update by the infectious
use in therapy. 8,h ed. Roger G Finch, David Greenwood diseases society of America, Clinical Infectious Diseases,
Churchill Livingstone 2003 2009;48:503 - 535
frour,r fR, Navarro MD et al, Epidemiology and clinical features Pramudiyo R. Experience on nosocomial infec-tion control in
of infections caused by extended spectrum betalactamase Hasan Sadikin Hospital-Internation-al Symposia on Tropical
producing escheceria coli in nonhospitalized patients. J Clin Med. And Infectious Diseases, Bandung, September 1993
Ificrobiol. vol. 42. no.3. 2004 ; 1089-94 Pratiwi S. Perubahan pola penyebab infeksi saluran napas, MKI
hukr Saku Quality and Safety, Unit Pelayanan Jaminan Mutu 1994;M (8)
RSUPN Cipto Mangur*usurno, edisi 1,2011 Sakoulas G, Gold HS, Degiloram PC, Eliopoulos GM, Qian e.
,tslurmuritz LG, Infection Control for the Health Care Worker, 3'd Methicillin resistant Staphylococcus aureus : Comparison of
ed,2000 susceptibility testing methods and analysis of mecA positive
h:edmarr C, Newsom G, Basic Concepts of Infection Control, susceptible strains, Am J of Clin Microbiol, vol.39, no.11 :
lntemational Federation of lnfection Contro1,2007 2001, :3946-5L
,*rCiito W, Kolopaking EP. Problems of nosocomial infection Styrt B, Sugarman B. Antipyretic and fever. Ann Intern Med
control in relation with irrational use of antibiotics. 1990;150:1589
lnternational Symposia on Tropical Med and Infectious Wenzel R, Bearman G, Brewer T, Butzler JP, Importance of
Diseases, Bandung,1993 Infections Control, A guide to Infection Control in the
lLr::d & Peraud M, Pruss A et al, Prevention of HospitalAcquired Hospital, lnternational Society for Infectious Disease (ISID),
Infection, A Practical Guide,2nd, WllJ:O,2002 4'h ed,2008
idru],l IM, Antibiotic policies to control hospital-acquired infectiorl Woodford N, Zhang J ,Warner M, Kaufmann ME, Matos |,
I. Antimicrob. Chemother, 2008;61,:763 -265 MacDonald A" Brudney D, Sompolinsky D, Navon-Venezia S,
l;nm,bsen Sl4 Stickler D], Mobley HL, Shirttiff ME, Complicated Livermore DM, Arrival of Klebsiella pneumoniae producing
catheter - associated urinary tract infection due to E.coli and KPC carbapenemase in the United Kingdom, J. Antimicrob.
proteus mirabilis, Clin. Microbiol, 2008; 26-59 Chemother, 2008; 62: 1261 - 1264
ri,meph S. Solomkin, john E. Mazuski, Zulkarnain I, Infeksi Nosokomial, Buku Ajar Ilmu penyakit
John S. Bradley, Keith
-\ Rodvold, Ellie ].C. Goldstein. Ellen |. Barory patrick ]. Dalam |i1id III, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
O>Neill" Anthony W. Chow, E. Patchen Dellinger, Soumitra Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 ; 1771-73
R. Eachempati, Sherwood Gorbaclu Mary Hilfiker, Addison Scott RD. The direct medical costs of healthcare-associated
K. May, Avery B. Nathens, Robert G. Sawyer, and )ohn G. infections in US hospitals and the benefits of preventiory 2008.
tsartlett, Diagnosis and management of complicated intra-
abdominal infection in adults and children: guidelines by the
surgical infection society and the infectious diseases society
of America, Clinical Irrfectious Diseases, 2010; 50: 133 - 1,64
92
SEPSIS
A. Guntur Hermawan
DERAJAT SEPSIS
Gambar 1. Faktor predisposisi, infeksi, respons klinis, dan
Ir disfungsi organ pada sepsis (PIRO) (Dikutip dari Levy MM, et
SIRS,ditandai dengan > 2 gejala sbb:
al. '1256)
- Hipertermia/hipotermia (> 38,3 ocl< 35,6 0C )
- Takipneu (resp > 20/mnt)
- Takikardia( pulse > 100/mnt ) ETIOLOGI SEPSIS
- Leukositosis > 12000/mm atau Leukopenia <
4000/mm Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri Gram
- Sel imatur > 'l 0% (-) dengan prosentase 60% sampai 70% kasus, yang
,: SEPSIS menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi
lnfeksi disertai SIRS sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan
J SEPSIS BERAT mediator inflamasi. Produk yang berperan penting
Sepsis yg d iserta i MO DS/MOF ( M u lti O rg a n Dysfu n ctio n terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS). LPS atau
Syndrome/Multi Orgon Foilure), hipotensi, oligouri endotoksin g ikoprotein kompleks merupa kan komponen
I
yang disebut faktor nekrosis tumor (Tumor necrosis factor/ penderita akan bereaksi dengan makrofag melalui TLRs*
INF) dan interleukin 1 (lL-1), lL-6 dan lL-8 yang merupakan (Toll Like Receptors 4) sebagai reseptor transmembrn
mediator kunci dan sering meningkat sangat tinggi pada dengan perantaraan reseptor CD 14+ dan makrofag
penderita immunocompromise (lC) yang mengalami mengekspresikan imuno modulatorl hal ini hanya dap*
e,2o,a
sepsis.l terjadi pada bakteri Gram negatif yang mempunyai LP!5
dalam dindingnya.","
Pada bakteri Gram positif eksotoksin dapd
PATOGENESIS merangsang langsung terhadap makrofag dengan meldrii
TLRs2 (Ioll Like Receptors 2) tetapi ada juga eksotokrh
Sebagian besar penderita sepsis menunjukkan fokus sebagai superantigen.
infeksi jaringan sebagai sumber bakteriemia, hal ini Padahal sepsis dapat terjadi pada rangsangam
disebut sebagai bakteriaemia sekunder. Sepsis Gram endotoksin, eksotoksin, virus dan parasit, maka mekanigrp
negatif merupakan komensal normal dalam saluran tersebut diatas masih kurang lengkap dan tidak da$
gastrointestinal, yang kemudian menyebar ke struktur menerangkan patogenesis sepsis dalam arti keseluruhil,,
yang berdekatan, seperti pada peritonitis setelah perforasi oleh karena konsep tersebut tidak melibatkan peran lirnffi
appendikal, atau bisa berpindah dari perineum ke uretra T dalam keadaan sepsis dan kejadian syok septik.
atau kandung kemih. Selain itu sepsis Gram negatif fokus Di Indonesia dan negara berkembang sepsis
primernya dapat berasal dari saluran genitourinarium, hanya disebabkan oleh Gram negatif saja, tetapi
saluran empedu dan saluran gastrointestinum. Sepsis disebabkan oleh Gram positif yang mengel
Gram positif biasanya timbul dari infeksi kulit, saluran eksotoksin. Eksotoksin, virus, dan parasit yang
respirasi dan juga bisa berasal dari luka terbuka, misalnya berperan sebagai superantigen setelah di f
pada luka bakar.ls oleh monosit atau makrofag yang berperan
lnflamasi sebagai tanggapan imunitas tubuh Antigen Processing Cell dan kemudian ditampilkan
terhadap berbagai macam stimulasi imunogen dari luar. Antigen Presenting Cell (APC). Antigen ini
lnflamasi sesungguhnya merupakan upaya tubuh untuk muatan polipeptida spesifik yang berasal dari
menghilangkan dan eradikasi organisme penyebab. H ktocompotibtlity Complex (M HC). Antigen yang
Berbagai jenis sel akan teraktivasi dan memproduksi peptida MCH kelas ll akan berikatan dengan CD4t
berbagai jenis mediator inflamasi termasuk berbagai Th1 dan Th2) dengan perantaraan TCR (T Cell
sitokin. Mediator inflamasi sangat komplek karena Sebagai usaha tubuh untuk beraksi terhadap
melibatkan banyak sel dan mediator yang dapat maka limfosit T akan mengeluarkan substansi dad
mempengaruhi satu sama lain. yang berfungsi sebagai imuno mo_dulator yaitu :
Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri lL-2 dan M-CSF (Mocrophoge colony stimuloting
dalam sepsis. Masih banyak faktor lain (non sitokin) 23,34
Limfosit Th2 akan mengekspresikan lL-4, lL-5,
yang sangat berperanan dalam menentukan perjalanan dan lL-10. IFN-y merangsang makrofag m
suatu penyakit. Respon tubuh terhadap suatu patogen lL-1B dan TNF-q. IFN-g, lL-1p dan TNF-o
melibatkan bermacam-macam komponen sistem imun dan sitokin proinflamatori, sehingga pada keadaan
berbagai macam sitokin baik itu yang bersifat proinflamasi terjadi peningkatan kadar lL-1p dan TNF-c
dan antiinflamasi. Termasuk sitokin proinflamasi adalah penderita. Pada beberapa kajian biasanya selama
TNF, lL-1, lnterferon (lFN-g) yang bekerja membantu sel sepsis tingkat lL-1p dan TNF-o berkolerasi
untuk menghancurkan mikroorganisme yang menginfeksi. kepa raha n penyakit da lam kematian,28,2e tetapi
Termasuk sitokin antiinflamasi adalah interleukin 1 sitokin lL-2 dan TNF-q selain merupakan reaksi
reseptor antagonis (lL-1 ra), lL-4, lL-10 yang bertugas untuk sepsis dapat pula merusakkan endotel pembuluh
memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respons yang mekanismenya sampai dengan saat ini
yang berlebihan. Apabila keseimbangan kerja Qntara pro- jelas
(20,30,1e).
lL-1p sebagai imuno-regulator utarna
inflamasi dan anti-inflamasi mediator ini tidak tercapai mempunyai efeii pada sel endotelial termasuk di
dengan sempurna maka dapat memberikan kerugian pembentukan prostaglandin E2 (PG-Er) dan
bagi tubu;'1.",",2: ekspresi intercellular odhesion molecule-1
Penyebab sepsis dan syok septik yang paling banyak Dengan adanya ICAM-1 menyebabkan neutrofl
berasal dari stimulasi toksin, baik dari endotoksin Gram telah tersensitasi oleh gronulocyte-mocrophoge
(-) maupun eksotoksin Gram (+). Endotoksin dapat secara stimuloting foctor (GM-CSF) akan mudah
langsung dengan LPS dan bersama-sama dengan antibodi adhesi. lnteraksi endotel dengan neutrofil terdiri
dalam serum darah penderita membentuk LPSab (Lipo langkah, yaitu :
Poli Sakarida Antibodi).lPSab yang berada dalam darah 1. Bergulirnya neutrofil, P dan E-selektin yang
695
rmenyebabkan kerusakan organ multipel sesuai dengan . sindroma distress pernapasan pada dewasa
pendapat Bone bahwa kelainan organ multipel tidak . koagulasiintravaskular
drirsebabkan oleh infeksi tetapi akibat inflamasi yang . gagal ginjal akut
sistemik dengan sitokin sebagai mediator.2l Pendapat . perdarahan usus
tMrrsebut diperkuat oleh Cohen bahwa kelainan organ . gagal hati
mr,nrultipel disebabkan karena trombosis dan koagulasi . disfungsi sistem saraf pusat
dalam pembuluh darah kecil sehingga terjadi syok septik . gagal jantung
yang berakhir dengan kematian.2o . kematian
Syok septik merupakan diagnosis klinik sesuai dengan
hipotensi (tekanan darah
siundroma sepsis disertai dengan
turun < 90 mmHg) atau terjadi penurunan tekanan darah DIAGNOSIS
s[stolik > 40 mmHg dari tekanan darah sebelumnya. Organ
ymng paling penting adalah hati, paru dan ginjal, angka Diagnosis sepsis memerl.ukan indeks dugaan tinggi,
hernatian sangat tinggi bila terjadi kerusakan lebih dari pengambilan riwayat medis yang cermat, pemeriksaan
1ffiga organ tersebut. Dalam suatu penelitian disebutkan fisik, uji laboratorium yang sesuai, dan tiqdak lanjut status
arqka kematian syok septik adalahT2% dan 50% penderita hemodinamik.
mrmeninggal bila terjadi syok lebih dari 72 jam, 30 - 80%
menderita dengan syok septik menderita ARDS.33
Menurut Dale DC, bahwa pada penderita diabetes RIWAYAT
sirosis hati, gagal ginjal kronik dan usia lanjut
ltm,elitus,
Smrig merupakan kelompok lC lebih mudah menderita Membantu menentukan apakah infeksi didapatkan
sepsis. Pada penderita lC bila mengalami sepsis sering
dari komunitas atau nosokomial dan apakah pasien
m,rjadi komplikasi yang berat yaitu syok septik dan imunokompromis. Rincian yang harus diketahui meliputi
herakhir dengan kematian.3a,3s Untuk mencegah terjadinya
paparan pada hewan, perjalanan, gigitan tungau,
sepsis yang berkelanjutan, Th-2 mengekspresikan lL-10
bahaya di tempat kerja, penggunaan alkohol, seizure,
sebagai sitokin anti inflamasi yang akan menghambat
hilang Resadaran, medikasi dan penyakit dasar yang
ehspresi IFN-y, TNF-q dan fungsi APC. lL-10 juga
mengarahkan pasien kepada agen infeksius tertentu.
mnnemperbaikijaringan yang rusak akibat paradangan.
Es Apabila lL-10 meningkat lebih tinggi, kemungkinan Beberapa tanda terjadinya sepsis meliputi:
kqiadian syok septik pada sepsis dapat dicegah. 1. Demam atau tanda yang tak terjelaskan disertai
Dengan mengetahui konsep patogenesis sepsis dan keganasan atau instrumentasi.
ryok septik, maka kita dapat mengetahui, sitokin yang 2. Hipotensi, oliguria atau anuria.
iherperan dalam syok septik dan dapat diketahui apakah 3. Takiprrea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab
@rdapat perbedaan peran sitokin pada beberapa penyakit
' jelas.
dasar yang berbeda. 4. Perdarahan.
696 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI
Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan i. lnfeksi CNS: vankomisin dan sefalosporin generasi
dalam lCU. Tanda vital pasien (tekanan darah, ketiga atau meropenem
denyut jantung, laju napas, dan suhu badan) harus j. lnfeksi CNS nosokomial: meropenem dan
dipantau. Frekuensinya tergantung pada berat vankomisin
sepsis. Pertahankan curahjantung dan ventilasi yang *Obat berubah sejalan dengan waktu. Pilihan obat
memadai dengan obat. Pertimbangkan dialisis untuk
tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa bahan
membantu fungsi ginjal. Pertahankan tekanan darah
antimikrobial yang berbeda dipilih tergantung pada
arteri pada pasien hipotensi dengan obat vasoaktif,
penyebab sepsis.
misal, dopamin, dobutamin, atau norepinefrin.
Regimen obat tunggal biasanya hanya diindikasikan
: Pemberian antibiotik yang adequat.
bila organisme penyebab sepsis telah diidentifikasi
Agen antimikrobial tertentu dapat memperburuk
dan uji sensitivitas antibiotik menunjukkan macam
keadaan pasien. Diyakini bahwa antimikrobial
antimikrobial yang terhadapnya organisme memiliki
tertentu menyebabkan pelepasan lebih banyak LPS
sensitivitas.
sehingga menimbulkan lebih banyak masalah bagi
pasien. Antimikrobial yang tidak menyebabkan pasien
3. Fokus infeksi awal harus dieliminasi.
Hilangkan benda asing. Salurkan eksudat purulen,
rnemburuk adalah: karbapenem, seftriakson, sefepi m,
khususnya untuk infeksi anaerobik. Angkat organ
glikopeptida, aminoglikosida, dan kuinolon.
yang terinfeksi, hilangkan atau potong jaringan yang
Perlu segera diberikan terapi empirik dengan
gangren.
antimikrobial, artinya bahwa diberikan antibiotika
sebelum hasil kultur dan sensivitas tes terhadap
4. Pemberian Nutrisi yang adekuat
Pemberian nutrisi merupakan terapi tambahan yang
kuman didapatkan. Pemberian antimikrobial secara
sangat penting berupa makro dan mikronutrient.
dini diketahui menurunkan perkembangan syok dan
Makronutrient terdiri dari omega-3 dan golongan
angka mortalitas. Setelah hasil kultur dan sensivitas
nukluetida yaitu glutamin sedangkan mikronutrient
Cidapatkan maka terapi empirik dirubah menjadi
berupa vitamin dan trace element.
terapi rasional sesuai dengan hasil kultur dan
sensivitas, pengobatan tersebut akan mengurangi
5. Terapi suportif
Eli Lilly and Company mengumumkan bahwa hasil uji
,umlah antibiotika yang diberikan sebelumnya klinis Phase lll menunjukkan drotrecogin alfa (protein
,dieskalasi). Diperlukan regimen antimikrobial dengan
C teraktifkan rekombinan, Zovant) menurunkan risiko
spektrum aktivitas luas sesuai dengan hasil kultur.
relatif kematian akibat sepsis dengan disfungsi organ
Hal ini karena terapi antimikrobial hampir selalu
akut terkait (dikenal sebagai sepsis berat) sebesar 1 9,4
diberikan sebelum organisme yang menyebabkan
persen. Zovant merupakan antikoagulan.
sepsis diidentifikasi.
Obat yang digunakan tergantung sumber sepsis*
a. Untuk pneumonia dapatan komunitas biasanya
KORTIKOSTEROID
digunakan 2 regimen obat. Biasanya sefalosporin
generasi ketiga (seftriakson) atau keempat Penggunaan kortikosteroid masih banyak kontroversial, ada
(sefepim) diberikan dengan aminoglikosida yang mengunakan pada awal terjadinya sepsis, ada yang
(biasanya gentamisin).
menggunakan terapi steroid seusai dengan kebutuhan dan
o- Pneumonia nosokomial: Sefepim atau imipenem- kekurangan yang ada di dalam darah dengan memeriksa
silastatin dan aminoglikosida kadar steroid pada saat itu (pengobatan suplementasi).
:- lnfeksi abdomen: imipenem-silastatin atau Penggunaan steroid ada yang menganjurkan setelah
piperasilin-tazobaktam dan aminoglikosida terjadi syok septik. Penggunaan kortikosteroid yang
C- lnfeksiabdomen nosokomial:imipenem-silastatin direkomendasikan adalah dengan Low doses corticosteroid
dan ami nog likosida atau pi perasi li n-tazobakta m < 300 ryg hydrocotisone per hari dalam keadaan septic
dan amfoterisin B.
shock. Penggunaan high dose corticosteroid tidak efektif
e. Kulit/jaringan lunak: vankomisin dan imipenem- sama sekali pada keadaan sepsis dan septic shock.27
silastatin atau piperasilin-tazobaktam.
f- Kulit/jaringan lunak nosokomial: vankomisin dan
sefepim.
GTUKOSA KONTROL
S. lnfeksi traktus urinaris: siprofloksasin dan
aminoglikosida Pada penderita sepsis sering terjadi peningkatan gula
:r. lnfeksi traktus urinaris nosokomial: vankomisin darah yang tidak mengalami dan yang mengalami diabetes
dan sefepim mellitus. Sebaiknya kadar gula darah dipertahankan sampai
698 PENYAKIT TROPIK DAN INFEreI
dengan < 1 50mg/dL. Dengan melakukan monitoring pada 8. Guntur H. 2011. Sepsis in Elderly. Simposium Geriatri
gula darah setiap 1 -2 1am dan dipertahankan minimal Semarang.
9. Guntur H. 2010. Overview Sepsis and Septic ShocL
sampai dengan 4 hari.
Simposium Anestesi Jogja
Mencegah terjadinya stress ulcer dapat diberikan Bone RC. Gram-positive organisme and Sepsis. Arch Interw
profila ksis dengan mengg u na ka n H, blocke r p roto n p u m p Med.1994.54:26-35.
1L. Carrigan SD, Scott G, Tabrizian M. Toward Resolving tle
inhibitor.
Challenges of Sepsis Diagnosis. Clinical Chemistry. 2ffi{-
Apabila terjadi kesulitan pernapasan penderita 50(8):1301-14.
memerlukan ventilator dimana tersedia di lCU. Cohen J. Sepsis Syndrom. lournal of Med Int. Infection. 19%-
31,-4.
13. CotranRS, Kumar V, Collins T. PathologicBasic of Disease.l\a$
Saunders Co. London Toronto. 1999. 6th edition.
PENCEGAHAN 14. Dale DC. Septic Shock. In Horison's Text Book of Internd
Me di cin e. 1995. 232-238.
. Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang 15. Endo YYS, Kikuchi SM, Wakabayashi NG, Tanaka T, Taki K
Inada K. Interleukin 1 Receptor Antagonis and Interleukin ld[}
. biasanya dihuni bakteri Gram-negatif Level Clearly Reflect Hemodynamics during Septic Sho&
. Gunakan trimetoprim-sulfametoksazol secara 1999.
profilaktik pada anak penderita leukemia 16. Hamblin AS. Cytokines in pathology and therapy. Cifdlrm$
And Atokines Rercptor.1993. 65-75.
. Gunakan nitrat perak tipikal, sulfadiazin perak, atau 17. Hoeprich MC, Miyajima A, Coffman R. Cytokines PM
sulfamilon secara profilaktik pada pasien luka bakar. Fundamental lmmunology. 1994. 3th edition. 7 63-90.
. Berikan semprotan (spray) polimiksin pada faring 18. Howard MC, Miyajima A, Coffman R. Cytokines Pmlil
Fundnmental Immunology. 1994. 3th edition. 763-90.
posterior untuk mencegah pneumonia gram-negatif
19. Israel LG, Israel ED. N eutrophil function mechani sm hemnt&rg.rlt.
nosokomial 1997. 2"d edition. 121-3.
. Sterilisasi flora aerobik lambung dengan polimiksin Janeway, Traver. The Immune System InHealthAnd Diseem.
dan gentamisin dengan vankomisin dan nistatin efektif Immunobiology. 1996. 2"d edition. 9-15.
21. ]awetz E, Melnick j, Adelberg E.Reaiew of MedicalMiuobi&w*.
dalam mengurangi sepsis gram-negatif pada pasien 14.1997.
neutropenia. 22, Kelly JL, Sulivan, Riordain M. Is circulating endotoxin
. Lingkungan yang protektif bagi pasien berisiko kurang trigger for systemic Inflammatory respons syndrom
after injury. Ann Surg. 1997. 225 ( 5 ): 53041.
berhasil karena sebagian besar infeksi berasal dari
23. Kremer lP, Janar D, Srckholzer U, Ertel W. lnterleukin-L.
dalam (endogen). and TNF-aIfa release is down regulated in whole blood from
. Untuk melindungi neonatus dari sepsis strep Grup B patients.1996.
ambil apusan (swob) vagina,/rektum pada kehamilan 24 Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, et al-
SCCM/ ESICM/ ACCP/ ATS/SIS International
35 hingga 37 minggu. Biakkan untuk Streptococcus Definitions Conference. Crit Care Med. 2003. 31.:1560-7 -
agalactioe (penyebab utama sepsis pad neonatus). Muraille E and Leo O. Resiviting the Th1/TM P
Jika positif untuk strep Grup B, berikan penisilin S c nnrlinaaian I oumal of Immunology. Instistute of
Beberapa masalah yang berupa dampak negatif pada Beberapa faktor yang perlu diperhitungkan pada
penggunaan antimikroba yang tidak rasional meliputi : 1. pemberian antimikroba dari segi keadaan pasien adalah :
atiara lain kloramfenikol, eritromisin, rifampisin dan rifampisin, kuinolon, nitrofurantoin, nitromidazol, serta
*eiompok penisilin (kecuali tikarsilin). obat anti jamur seperti amfoterisin B, flusitosin dan
Pada pasien dengan dialisis perlu diingat bahwa griseofulvin perlu dihindari.
leberapa antimikroba seperti : amfoterisin B, klindamisin, Dalam trimester kedua dan ketiga, obat antimikroba
-komisin dan teicoplanin tidak dapat dibersihkan seperti tetrasiklin dan kelompok amimoglikosid perlu
melalui dialisis. Penisilin yang stabil terhadap penisilinase dihindari terkecuali pada keadaan di mana jiwa pasien
'nanya sebagian dapat dibersihkan melalui dialisis. terancam.
Dalam minggu terakhir kehamilan, sulfonamid,
Gongguan Faal Hati kotrimoksasol dan nitrofurantoin merupakan kontra
"llati berperan dalam metabolisme dan detoksifikasi obat. indikasi. Pada umumnya penisilin, sefalosporin dan
e':limikroba yang tidak dapat didetoksifikasi karena eritromisin aman diberikan bila tidak terdapat alergi
rerdapat gangguan pada faal hati akan dapat memberikan terhadap obat-obatan ini. Pada masa laktasi obat-obat
ei€r samping yang serius. Kloramfenikol, asam nalidiksik, seperti metronidazol dan tetrasiklin sebaiknya dihindari
aurfonamida dan norfloksasin dikonjungasi dengan asam karena kemungkinan timbulnya efek samping pada bayi.
$nrkuronida dalam hati untuk selanjutnya diekskresi dalam
unr. Jenis antibiotika ini merupakan kontraindikasi pada
reryakit hati yang berat terutama bila terdapat gangguan PARAM ETER M ! KROBIOTOGIS
tecatorenal.
Demikian pula antibiotika yang diekskresi melalui hepar Tiga hal yang pedu dikuasai dari segi mikrobiologis adalah
re cialam saluran cerna seperti siprofloksasin, sefoperason, 1. Pengertian kepekaan, 2. Relevansi hasil pemeriksaan
s#riakson dan eritromisin harus digunakan secara hati-hati laboratorium, 3. Bagaimana cara untuk membatasi dan
peca pasien dengan hepatitis dan sirosis. menghindari penyebaran galur-galur yang resisten.
Dosis tetrasiklin sebanyak 2-4 g/hari dapat
nenyebabkan distrofi hepar dengan akibat fatal. Obat- Pengertian Kepekaan
rbal tuberkulosis oral seperti rifampisin, isoniazid dan Kadar hambat minimal merupakan konsentrasi terendah
mr,qinamid dapat pula menyebabkan gangguan fungsi hati. obat antimikroba.yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman setelah diinkubasi selama satu malam. Karena
krgguan Pembekuan Darah metoda dilusi untuk menetapkan. ini agak rumit untuk
Bliramana pada pasien terdapat dugaan gangguan dikerjakan, yang lebih popular dan lebih mudah untuk
mernbekuan darah, obat-obat antimikroba yang cenderung .dilaksanakan adalah metoda difusi
menyebabkan masalah perdarahan seperti latamoksef, Lempeng (disc) antimikroba yang diletakkan di
i:llxmrsilin sefoperason, aztreonam dan imipenem perlu tengah-tengah pembiakan kuman akan mengakibatkan
di*indari. ketidaktumbuhan kuman di sekitarnya dan tergantung
zona yang tampak sekitarnya yakni jardk antara pinggir
&mgguan Granulositopenia lempeng dan batas kuman yang tumbuh dan tidak tumbuh
i@adnkeadaan granulositopenia daya tahan tubuh sangat dapat diinterpretasikan sebagai sensitif intermediate atau
'nnenurun sehingga perjalanan penyakit selanjutnya resisten.
mnderung untuk didominasi oleh infeksi-infeksi berat
kluit selaput lendir dan organ-organ tubuh. Daya tahan Relevansi Hasil Pemeriksaan Laboratorium
tmr*adap infeksi makin menurun pada penggunaan Situasi di mana pasien ternyata dapat disembuhkan
Mio''npok obat sitostatik untuk keganasan. dengan sebuah antibiotika tertentu walaupun laporan
Setelah diambil spesimen untuk pemeriksaan Iaboratorium menunjukkan kuman tersebut sudah resisten
ttmr k:obiologik, kombinasi obat bakterisidal perlu terhadap antibiotika yang digunakan dapat dijumpai di
,diiiherikan segera dan biasanya sesuai suatu protokol klinik dan sebaliknya tidak asing juga keadaan di mana
litEn'lientu. Penu ru nan demam merupakan petu nju k terbaik kuman yang tidak resisten terhadap antibiotika yang
lhmr,:asilnya pengobatan yang diberikan. Bila belum dipakai tetapi pasien tidak dapat disembuhkan dengan
;da respons dapat diberikan lagi obat antimikroba obat yang sudah tepat tersebut. lnkonsisten seperti lni
l&mrrya dan bila tetap masih belum ada perbaikan harus dapat mengakibatkan polifarmasi dan preskripsi irasional.
,dturer.'ti m ba n g ka
n a pa ka h d i perl u ka n obat a ntija m u r. Perlu selalu diingat bahwa obat yang digunakan in vivo
sangat d ipengaruhi fa ktor-faktor envi ron mental. Kada ng-
Elamilan dan Laktasi kadang hanya diperlukan analisis sederhana untuk
Mr0ianl trimester pertama semua antimikroba yang memiliki dapat menginterprestasi hasil yang inkonsisten tersebut
'uiiien sitotoksik -seperti klora mfenikol, kotrimoksasol, dan kadang-kadang baru dapat dijawab setelah proses
702 PENYAKIT TROP]K DAN INFEI(SI
uarg dapat mengakibatkan kematian pasien setelah Gambar 1. lnteraksi terapi rasional
tpenra kaian klora mfenl kol.
Efek samping alergi lainnya terutama disebabkan disebabkan stafilokok berbeda pemilihan antimikroba
nlen penggunaan penisilin dan sefalosporin. Yang paling dengan infeksi saluran kemih yang sering disebabkan
mrang adalah kejadian renjatan anafilaktik. Lebih sering enterobakteri. Penilaian keadaan klinis yang tepat dan
hr-bul ruam, urtikaria dan sebagainya. Pasien yang alergi kemungkinan kuman penyebab sangat penting dalam
m*nadap sulfonamid dapat mengalami sindrom Steven penerapan terapi antimikroba kalkulatif.
samping biologis disebabkan karena
rm,n,rlson. Efek
Pada infeksi tertentu metoda penggunaan antimikroba
pengaruh antibiotika terhadap flora normal di kulit selalu harus berpedoman pada sebuah protokol
mnrriaupun di selaput-selaput lendir tubuh. Biasanya terjadi
pemberian antimikroba dan dapat menambah kelompok
@a penggunaan obat antimikroba berspektrum luas. obat antimikroba lainnya bilamana tidak berhasil didapat
Cmdido albicons dalam hubungan ini dapat menyebabkan respons yang memuaskan dengan terapi antimikroba
zuper infeksi seperti stomatitis, esofagitis, pneumonia, inisial. Protokol-protokol ini akan menyesuaikan diri
uac;nitis dan sebagainya.
dengan perkembangan-perkembangan dan pengalaman-
Di lingkungan rumah sakit selalu dikhawatirkan pengalaman mutakhir dengan penggunaan berbagai jenis
Fe-yebaran dari jenis kuman MeticilLin Resistont antimikroba yang baru. Misalnya protokol penggunaan
imphylococcus Aureus (MRSA). Enterokolitis yang berat obat antimikroba pada infeksi pasien keganasan yang
di61 yang memerlukan pengobatan intensif dapat mengalami granulositopenia. Cara pengobatan ini
;rurqa disebabkan oleh penggunaan antibiotika seperti juga dikenal sebagai terapi antimikrobial interventif
ut[ rdam isi n, tetrasikli n da n obat anti bioti ka berspektru m
bertahap.
,mhar lainnya. Terapi antimikroba orlnispektrif diberikan bilamana
hendak dijangkau spektrum antimikroba seluas-luasnya
dan dapat diberikan secara empirik. Beberapa keadaan
;iOTA PEM BERIAN ANTI M I KROBA yang memerlukan terapi semacam ini meilputi infeksi pada
leukemia, luka bakari peritonitis dan renjatan septik.
rfurdasarkan parameter yang telah diuraikan di atas, Sebagai profilaksis, obat antimikroba dapat digunakan
,t*wrs1s12p1 antimikrobial dapat diberikan berdasarkan
untuk mencegah infeksi baru pada seseorang atau untuk
hererapa pola tertentu, antara lain: a).direktit b). kalkulatif,
mencegah kekambuhan dan terutama digunakan untuk
C. nterventif d). omnispektrif dan e). profilaktif. mencegah komplikasi-komplikasi serius pada waktu
Pada terapi antimikroba direktif kuman penyebab
dilakukan tindakan pembedahan.
umfmr*si sudah diketahui dan kepekaan terhadap antimikroba
qun:h 6ll1sn1Llkan, sehingga dapat dipilih obat antimikroba
uu{rertif dengan spektrum sempit, misalnya infeksi saluran
KESIMPUTAN
nmpas dengan penyebabnya Streptococcus pneumonioe
utmg sensitif terhadap penisilin diberikan penisilin saja. Keinginan dari segi individual pasien perlu kita hormati
ln*hs bahwa kesulitan yang dihadapi dalam hal ini terletak yakni pemberian obat yang akan menyebabkan dirinya
Wmra tersedianya fasi itas pemeri ksaan mikrobiolog is yang
I
cepat sembuh dari infeksi dalam jangka waktu sependek
'Lryat dan tepat. mungkin dan tanpa menimbulkan reaksi-reaksi yang
Pada terapi antimikroba kalkulatil obat diberikan
tidak diinginkan. Sisi lain dari keinginan ini bermakna
rc.,ra besf guess. Dalam hal ini pemilihan harus didasarkan global. Dari segi pengertian global perlu dirumuskan apa
@a antimikroba yang diduga akan ampuh terhadap yang diartikan dengan pemberian obat rasional. Sesuai
nntiuroba yang sedang menyebabkan infeksi pada organ/ perumusan yang telah disepakati dalam jajaran organisasi
lffinnqan yang dikeluhkan. Misalnya infeksi kulit yang sering kesehatan sedunia pengertian ini meliputi pemilihan tepat
704 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI
REFERENSI
70s
PENYAKIT TROPIK DAN INFEEI
706
mengik*
penisilin binding protein 2' (PBP2'), yang tidak
kali harus mencapai target kedalam sel kuman'
Kuman
pada a-laktam binding protein
sedikit metisilin sebagaimana
gram negatif mempunyai outer membrone yang
"r.ngf,rrrOrt masuk ke dalam sitoplasma' yang normal.
antibiotik
lubang pori outer Resistensi terhadap antibiotik golongan
glikopepfr'
Selan]utnya apabila terjadi mutasi dari
lebih sulit masuk masih belunm
mem-braneberakibat antibiotik menjadi Mekanisme resistensi pada vancomycin
permeabilitas jelas, tetapi nampaknya melibatkarmr
ke dalam sitoplasma atau menurunnya diketahui secara
karena lubang pengkode proteimr
membrane terhadap antibiotika, oleh Z gen lvanR dan vanB) merupakan
pori dari outer membrone tersebut tidak bersifat selektif yu"n g* n D - o lo - D - hy d r oxyb utirote
ng gabu n g ka
UDF-
s"UJgui pengganti D-olo-D-olo kedalam
menghambat "
maka satu mutasi dari pori tersebut dapat
ate tidar-
masuknya lebih dar:i satu jenis antibiotik' . u roi, it-p rto peptido. Be ntu k D - hyd r oxyb uty r
" oleh enzytw
mengikai vankomisin tapi masih dikenal
tro nig lycosytoting dan tronspeptidotion
dari bakteri' .iadlir
lnaktivasi Antibiotika Melalui Jalur Enzimatik
dengan adar4n
sintesls peptidoglikan terus berlangsung
Resistensi terhadap antibiotika golongan
o-Laktam'
terhadap antibiotika.
Salah satu mekanisme timbulnya resistensi
antibiotika golongan u-laktam terutama
pada kuman gram Resistensi terhadap tetrasiklin' Tipe resistensi
perlint
negatif adJah enzim u-laktamase yang dapat memecah penting terhadap tetrasiklin ini adalah
menjadi tidak oleh
cincin o-laktam sehingga antibiotik tersebut ierhuaJp ribosome. Perlindungan ini diberikan
oleh sitoplasma ini muncul
aktif. u-laktamase disekresi ke rongga periplasma sitoplasma, bila protein
kuman gram negatif dan ke cairan ekstra selular oleh sitoplasma bakteri maka tetrasiklin tidak "k': T.:
kuman gram Positif' ke ribosome.Tipe resistensi ini sekarang sudah
patogen'
Berbeda secara luas pada beberapa kuman
Resistensi terhadap golongan aminoglikosida'
i
mikoplasma' dan
memecah kuman-kuman gram positif,
i
dengan u-laktamase yang berkerja dengan Ho.emopt'l
maka aminoglycosido- kuman gram negatif seperti Neisseria'
ikatan C-N pada antibiotik genetik untuk
kan antibioti ka den gan dan Bokieriodes. Tiga jenis pengkode
m od ifyin g e n zyme mengi naktif
ocetyl pada resistensi ini adalah tetM, tetO, dan tetQ'
menamb-ah gioup phosphoryl, odenil atau
antibiotik. Pada kuman gram negatif ominoglycoside- Resistensi terhadap makrolid dan lin
sitoplasma' Mekanisme kerja antibiotika ini adalah
dengan men
modifying enzyme terletak di luar membran
ribosom
rrzroaiiitasi dari antibiotik tersebut akan mengurangi ribosom dengan adanya perubahan pada
fungsi ikatan
transport dari antibiotik ke dalam sel sehingga enzim rRNA methylase maka tidak terjadi
secara aktif dengan ribosome kuman'
antibiotik akan terganggu' Serta pengeluaran
(active efflux)'
antibiotik dari dalam sel kuman Resistensi terhadap kuinolon dan rifampin'
Re:
titik
Resistensi terhadap tetrasiklin' Telah ditemukan
bahwa terhadap quinolon pada umumnya munculdari
tetapi cara gyrose o-subunil
terdapat enzim yang menginaktifkan tetrasiklin' yang merubah afinitas dari DNA
jelas'
kerjanya masih belum diketahui dengan antibiotika.
Resistensi terhadap rifampin oleh karena
Modifikasi pada Target Antibiotik mutasi pada o-subunit dari RNA polymerose
u-Laktam' terhadap and
Resistensi Terhadap Antibiotika Golongan mengurangi afinitas sub unit tersebut
sehingga RNR polimerase tersebut masih tetap
Terjadi perubahan pada target antibiotika t"tr[i
kuman'
antiUiotlt tersebut tidak dapat berikatan dengan
lkatan yang spesifik dari peniciltin-binding protein (PBP) Kuman Mengembangkan Jalur Metabt
telah dirubah pada strain resisten' Mekanisme
resistensi yang Meminlas (Byposs) Reaksi yang
pada kuman-kuman gram oleh Antibiotik
ini yang pada umumnya terjadi
banyak masalah
poritit-a.n saat ini yang menyebabkan
Penyebaran/perpindahan gene resisten'
Ku
di klinik. cara
ditanggulangi menjadi kebal terhadap antibiotik dengan
Resistensi oleh karena u-laktamase dapat sebagian besar kasus
pada yant sudah ada, tetapi
dengan u-laktamase inhibitor, tetapi tidak dapat gen baru yang
ierjadi oleh karena mendapat
resistensiolehkarenaperubahanpadapenisilinbinding gen baru
W.laupun kuman dapat memperoleh
protein. atau mel u i tro ndo,
b o cter: ioph og e, tro n sd u ction
a I
ilang besar ialah adanya perpindahan gene pada genus sekarang sulfonamid telah kehilangan kegunaannya
atau spesies yang berbeda, penyebaran secara luas untuk infeksi meningokukus. Penisilin masih efektif untuk
rnr sangat mungkin diperantarai dengan conjugation terapi, dan rifampin digunakan untuk profilaksis. Namun,
lperpindahan) dari DNA melalui saluran yang dibentuk dari mengingokukus resisten rifampin masih terdapat pada
renggabungan sel membrane dua bakteria. Ada dua jenis sekitar 1% penderita yang telah mendapat rifampin untuk
iranan konjugat yaitu pLosmid dan conjugotif transposons profilaksis.
tlesmid. Plasmid yang dapat berpindah sendiri dari Stafilokokus: pada tahun 1944, sebagian besar stafilokokus
mtu sel ke sel yang lain harus membawa sejumlah gene peka terhadap penisilin, meskipun ditemukan beberapa
pe:qkode protein yang diperlukan untuk konjugasi (fro strain yang resisten. Setelah meluasnya penggunaan
tserrles). Beberapa plasmid yang tidak dapat berpindah penisilin, pada tahun 1948, 65-850/" stafilokokus yang
sendiri masih dapat berpindah melalui konjugasi. Plasmid diisolasi di rumah sakit ternyata menghasilkan b-laktamase
knsebut dapat lebih kecil dari plasmid yang bisa berpindah sehingga resisten terhadap penisilin-G. Ditemukannya
wndiri karena hanya memerlukan satu atau dua gene saja penisilin yang resisten terhadap o-laktamase (misalnya,
M genes). Kedua jenis plasmid tersebut dapat membawa metisilin) dapat mengatasi sementara, tetapi sekarang
Mberapa gene resistensi antibiotika. kadang-kadang timbul wabah infeksi MRSA. Pada tahun
f,rrju g atif 1986, MRSA tidak hanya dijumpai pada bakteri yang
Tra nspo sons. M eru pa ka
n elemen ko nj u g as i
murg biasanya terletak pada kromosom bakteri dan dapat
ditemukan di rumah sakit, tetapi juga pada 80-90o/o
mrcindah sendiri dari kromosom donor ke kromosom stafilokokus yang diisolasi di masyarakat. Organisme ini
@rrerima, dan dapat pula berintegrasi ke dalam plasmid.
juga cenderung resisten terhadap obat lain, misalnya
Wnjugotif transposons ini dapat berpindah dari kuman tetrasiklin. MRSA kadang-kadang menyebabkab wabah
gmam negatif ke kuman gram positif atau sebaliknya. di rumah sakit, tetapi untung masih peka terhadap
vankomisin.
Rifampin
Sintesa asam menghambat DNA- dependent Membuat target menjadi tidak sensitif
nukleat RNA polymerose (mutasi dari gen polymerase)
Metronidazol
Sintesa asam
Merusak DNA sel Tidak dr.1-elaskan
nukleat
membuat target menjadi tidak sensitif
Quinolones Menghambat DNA gyrase (A (mutotion of gyrase genes)
Sintesa DNA
(siprofloksasin) subunit) dan topoisomerose lV pengeluaran antibiotik secara aktif (ocfive
!r!
efflux)
Menghambat DNA gyrase (B
Novobiocin Sintesa DNA Tidak dijelaskan
subunit)
Polymyxins
Membran sel Menurunkan permebialitas sel Tidak dijelaskan
(polymixin B)
I
ne-oerhitungkan efek jangka panjang yaitu munculnya Untuk kuman MRSA, pengendalian infeksi merupakan
ra-311 1's5i5{sn. Jadi faktor penting mencegah terjadinya kunci utama untuk mencegah penyebaran MRSA
(-rr-3n resisten di masyarakat adalah dengan mendidik tersebut. Dari data di Belanda dan Denmark menunjukkan
aa-- okter untuk menggunakan antibiotik secara lebih bahwa pengendalian infeksi yang ketat dapat menekan
rr irsana yaitu menggunakan antibiotik dengan indikasi penyebaran kuman tersebut. Diduga bahwa kolonisasi
,"r: lelas. MRSA pada rongga hidung petugas kesehatan yang sehat
5'trveiLans dari kuman-kuman resisten sangat penting merupakan faktor utama dari MRSA.
Ir :cLlkan dalam upaya mencegah munculnya kuman U ntu k K/ebsle lo p ne u m o n ioe peng g u naa n antibioti ka
'?s s:en. Dan pelaporan hasil surveilans secara teratur secara bijaksana merupakan kunci pengendalian resistensi
uacat dipakai dasar untuk melihat kecenderungan kuman antibiotika pada kuman ini. Penggunaan golongan
,t-: akan menjadi resisten dan kebijakan yang harus sefalosporin spektrum l,uas yang berlebihan akan
il :r,rkan. memunculkan strain Enterobacterioceoe yang resisten
terutama K. pneumoniae yang resisten terhadap extended-
spectru m ce p h o losporin
IEIIIGEN DALIAN RESISTENSI ANTI BIOTI K DI RU. Untuk VRE, pengendalian infeksi dan penggunaan
Edidc PERAWATAN INTENSIF (INTENSIVE CARE antibiotika secara bijaksana keduanya merupakan faktor
,r{,llidrf,) penting untuk mengendalikan kuman ini.
pemisah atau septa, yang secara khas terbentuk pada hidup dalam jaringan ekstraselular maupun dalam fagosit
interval yang teratur selama pertumbuhan hifa. Ragi Kulit yang intak sangat efektif sebagai pertahanan tuh.*l
merupakan sel tunggal, biasanya berbentuk bulat atau terhadap infeksi jamur (kandidiasis, dermatofitosis), kuft
elips, diameternya bervariasi dari 3-15 mm. Kebanyakan yang lesi memudahkan masuknya jamur. Asam lemak di
ragi bereproduksi melalui pertunasan. Spesies yang gagal kul it dapat meng hambat pertu mbu han dermatofit.
melepaskan diri menghasilkan ragi rantai panjang disebut Saluran napas, membran mukosa nasofaring pentirry
pseudohifa. Semua jamur mempunyai dinding sel kaku untuk melindungi tubuh dari pengaruh invasi spora janurn
yang penting untuk menentukan bentuknya. yang terinhalasi, demikian juga makrofag alveolar.
Struktur seljamur terdiri dari dua bagian penting, yaitu: Jamur yang masuk kedalam tubuh akan mendapd
). Dinding sel jamur terdiri dari chitin. Chifin tersusun dari tanggapan melalui respons imun hosf. lgM dan lgG
'1
rangkaian panjang N -ocetylglocosomine. Dinding sel jamur didalam sirkulasi diproduksi sebagai respons terhadry
juga mengandung polisakarida yang merupakan bagian infeksijamur; tetapi peranan didalam proteksi tubuh nraCn
penting yaitu beto-glucan, merupakan polimer D-glukosa. Di belum diketahui. Respons cell-mediated immune (Cffi
bidang medis beto-glucan ini mempunyai arti penting karena adalah protektif karena dapat menekan reaktivasi infekifr
merupakan tempat interaksi obat antifungal caspofungin. jamur asimptomatis dan mencegah terjadinya infetil
2). Membran sel jamur mengandung ergosterol, tidak jamur oportunistik. Respons imun yang terjadi terhadry
seperti membran sel manusia yang mengandung kolesterol. infeksi jamur merupakan kombinasi pola respons i
Aktivitas obat-obatan antijamur seperti amfoterisin B, ozole terhadap mikroorganisme ekstraselular dan respons i
(flukonazol, ketokonazol) terhadapjamur sangat tergantung intraselular fakultatif. Respons imun selular
dari perbedaan sterol membran. mediator utama perlawanan terhadap infeksi jamur-
Beberapa karakter penting dari jamur antara lain T CD4+ dan CD8+ bekerja sama untuk mengelimi
adalah dimorfik termal ; membentuk struktur yang jamur. Dari subset sel T CD4+, respons sel Th1
berbeda-beda pada temperatur yang berbeda. Molds respons protektif sedangkan respons sel Th2
terbentuk pada keadaan saprofit, situasi yang bebas pada host. Oleh karena itu inflamasi granulomatosa
temperatur ombient dan yeosts pada jaringan host pada meru pa kan penyeba b kerusakan jaringan pada host
temperatur tubuh. Kebanyakan jamur adalah obligote terinfeksi jamur intraselular
aerobes; beberapa facultotive onqerobes; tetapi tidak Respons cell-mediqted immune (CMI)
ada yang obligote anaerobes. Semua jamur memerlukan menginduksi terbentuknya granuloma. Gr
karbon organik. Habitat alamiah jamur sebagian besar terutama terbentuk oleh berbagai penyakit
berada bebas di lingkungan, kecuali Condido olbiconsyang sistemik, misalnya koksidioidomikosis, hi
merupakan flora normal pada manusia. dan blastomikosis. Supurasi akut,, ditandai oleh
Beberapa jamur berkembang biak secara seksual neutrofil di dalam eksudat, juga terjadi pada
melalui mating dan membentuk spora seksual yaitu jamur tertentu seperti aspergilosis dan
zygospores, oscospores, dan basidiospores. Zygospore Jamur tidak memiliki endotoksin pada dinding'sd
merupakan spora sederhana dan besar dengan dinding tidak memiliki produk bakterial seperti eksotoksin-
tebal; oscosporo berbentuk semacam kantong yang Aktivasi sistem CMI menghasilkan respons
disebut ascus; dan bosidiospores dibagian luar terdapat hypersensitivity pada tes kulit. Skin tes positif menunj
pedestal yang disebut basidium. adanya paparan antigen jamur di masa lampau
Kebanyakan jamur berkembang biak secara aseksual tes negatif untuk diagnosis menyulitkan bagi
dengan membentuk conidio (osexuol spores). Bentuk, imunokompromis. Karena pada umumnya i
warna, dan susunan conidio membantu di dalam identifikasi membawa kandida sebagai flora normal, tes
jamur: Beberapa conidio penting adalah: 1). orthrospores, dengan menggunakan antigen kandida berguna
yang berkembang melalui fragmentasi melalui ujung menentukan apakah CMI normal.
hyphoe dan cara transmisi pada Coccidioides immitis;2). Kulit yang terinfeksi akan berusaha
chlomydospores, berbentuk bulat, mempunyai dinding tebal, penyebaran infeksi dan sembuh, menimbulkan resi
dan tidak mudah terlepas (bagian terminal chlamydospores terhadap infeksi berikutnya. Resistensi ini di
C.qlbicons); 3). blastospores, berbentuk semacam bintang; berdasarkan reaksi imunitas selular, karena
4). s poro n g iospores, berbentu k ka nton g (spora n g i u m). umumnya menunjukkan reaksi hipersensitivitaq
lV terhadap jamur bersangkutan.Gangguan
reaksi hipersensitivitas tipe lV menyebabkan
PATOGENESIS infeksi kronik atau kepekaan untuk kandid
ini sering terjadi pada penderita yang mendapil
Berbagai jenis jamur dapat menginfeksi manusia dan imunosupresif.
GIJAMUR 713
H isto pla smosis d i seba bka n oleh H istop Io s m o co p s u lotu m. Manifestasi Klinis
Merupakan jamur dimorfik, sebagai mold di tanah Histoplasmosispulmoner akut. Meskipun ada
terutama yang terkontaminasi kotoran burung dan sebagai tetapi sering asimtomatik. lnfeksi pulmoner si
ESI JAMUR 7r5
nata akut. Keluhan dan gejala yang muncul untuk membedakan miselial dan jamur. Pemeriksaan
nata adalah menggigil, panas, nafsu makan immunodiffusion (lD) lebih spesifik dari pada CF tes, tetapi
n, berat badan menurun, hipotensi, sesak CF tes lebih sensitif. Titer antibodi CF sefing memberikan
nepatosplenomegali, lesi pada kulit dan mukosa. hasil positif pada titer rendah jamur setelah -terinfeksi.
ia, infiltrat pulmoner difus pada gambaran Pemeriksaan serologis merupakan sarana dlagnostik
koagulasi intravaskular diseminata, gagal penting guna menentukan diagnosis histoplasmosis
akut sering terjadi.Gejala tersebut sulit .dipisahkan pulmoner akut. Diagnosis ditegakkan bila ada kenaikan
sepsis karena bakteri maupun virus. Pada pasien titer empat kali lipat titer CF. Pemeriksaan serologis kurang
oiferensial diagnosis dengan infeksi sitomegalo, definitif pada pasien limpadenopati mediastinal dan harus
rnikobakterium avium kompleks diseminata, dan selalu dikonfirmasi dengan biopsi jaringan. Hasil positif
palsu CF terjadi pada limfoma, tuberkulosis, sarkoidosis,
r1th1*moplasmosis diseminata progresif kronik merupakan dan infeksijamur lain.
histoplasmosis yang fatal. Ditandai demam, Pemeriksaan enzim immunoassay terhadap antigen
malam, penurunan berat badan, nafsu makan polisakaiida H.copsulotum pada urin dan serum sangat
dan kelemahan. Penderita nampak mengalami membantu penderita diseminata yang dilandasi AIDS.
k'onik, hepatosplenomegaIi, ulserasi mukokutaneus,
adnenal insufisiensi. Peningkatan laju endap darah, Terapi
fosfatase alkali, pansitopenia, dan infiltrat Itrakonazol merupakan obat terpilih bagi infeksi
ler difus pada gambaran foto toraks. Untuk histoplasmosis ringan dan sedang, dan amfoterisin B
disingkirkan tuberkulosis milier, llmfoma, dan bagi infeksi berat. Flukonazol kurang aktif dan perlu
is. Hampir semua organ terdapat kelainan pada dipertimbangkan penggunaan sebagai lini kedua.
Ketokonazol dapat menjadi obat lini kedua karena
I
7t6 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
toksisitasnya yang tinggi daripada itrakonazol. berdiameter 75 mm, berubah menjadi sperula. Pada
Histoplasmosis pulmoner asimtomatis tidak kondisi maturi sperula berdinding tebal, refraktil ganda,
memerlukan pengobatan khusus. Tetapi bila gejala diameter 80 mm. Sperula terbungkus bersama endospora"
muncul dapat diberikan itrakonazol 200 mg per hari bila dindingnya pecah akan melepaskan endospora dan
selama 6-12 minggu. Pada keadaan outbroke atau pada kemudian membentuk sperula baru.
kondisi imunokompromis harus diberikan terapi. Terapi C. lmmitis menghasilkan koloni seperti kapas. Hifa
awal diberikan amfoterisin B 0.7-1 mg/kg perhari diikuti membentuk rantai artrokonidia, yang mudah terpecah
itrakonazol oral. Terapi antifungal perlu diberikan bagi menjadi arthrokonidia individual. Bentuk ini mudah
histoplasmosis pulmoner kronik. ltrakonazol 200 mg satu tersebar di udara, sangat resisten terhadap kondisi
atau dua kali sehari untuk 12-24 bulan. ltrakonazol 6-12 lingkungan yang buruk. Artrokonidia individual, ukuran 3
bulan di rekomendasikan terhadap pasien mediastinitis x 6 mm, dapat bertahan lama bertahun-tahun, dan sangat
granulomatus simtomatls. Bila nodus menyebabkan infeksius.(Gambar 2)
obstruksi pembedahan diindikasikan.
'Semua pasien histoplasmosis diseminata simtomatik Epidemiologi
perlu mendapatkan terapi antifungal. Pasien dengan Koksidioides sp. dapat ditemukan di tanah, ditempam.
infeksi simtomatik ringan-sedang diseminata akut tempat dengan curah hujan yang sedang, suhu udara dingmmr
dan histoplasmosis diseminata progresif kronik dapat dan kelembaban yang rendah. lnfeksi ini bersifat endembdi
diberikan itrakonazol 200 mg dua kali sehari. Terapi daerah terbatas dari Amerika barat daya, Amerika tengdn,
adekuat bila diberikan 12 bulan. Pasien AIDS perlu terus Amerika selatan. Risiko infeksi pada daerah endemik sekiuun
mendapat terapi itrakonazol 200 mg per hari setelah 3%, dengan 150.000 infeksi baru setiap tahunnya. Lebih dmii
sebelumnya mendapat itrakonazol dua kali sehari selama 60% infeksi baru terjadi di Arizona.
12 minggu.
Pasien imunokompromis dengan infeksi sedang Patogenesis
hingga berat harus diberi amfoterisin B 0.7- 1 mg/kg per Rangkaian artrokonidia yang terbentuk dari hifa benffiil
hari. Kebanyakan pasien dapat diteruskan oral itrakonazol mudah terlepas menjadi artrokonidia tunggal. Bentuk nrnil
begitu telah membaik. mudah tersebar di udara, sangat resisten terhadap ko rdhii
lingkungan yang buruk. Artrokonidia tunggal, ukuran tn
6 mm, dapat bertahan lama hingga bertahun-tahun. drn
sangat infeksius.
lnfeksi pada manusia terjadi akibat inhalasi a
yang berasal dari tanah yang.,terbawa oleh
Arthrokonidia yang terhisap tersebut akan
ke bronkioli terminal mengawali terjadinya i
hninfeksi koksidioidomi kosis sistemik. Pada ind ividu ya ng dengan jelas adanya kecurigaan terhadap kemungkinan
thrserang AIDS, manifestasi koksidioidomikosis merupakan koksidioidmikosis karena jenis jamur ini harus ditangani
p,"neumonitis reti ku lonod u ler d ifusa. dengan ekstra hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi
C. immitis memicu reaksi granulomatosa kronik di pada petugas laboratorium. Pada biopsi, sporula berukuran
dallam jaringan tubuh penjamu dengan nekrosis yang kecil, harus dibedakan dengan bentuk tanpa tunas dari
deertai proses kaseasi. Lesi pada paru dan kelenjar limfe BLostomyces dan Cryptococcut namun gambaran sperula
1iffier dapat memperlihatkan kalsifikasinya. Baik antibodi yang matur merupakan petunjuk diagnosis.
@ilil maupun lgG yang bereaksi terhadap C. immitis akan Tes serologi sangat membantu dalam menegakkan
ffimbulkan dengan adanya infeksi. Jumlah antibodi lgG diagnosis koksidioidomikosis. Tes aglutinasi lateks dan
gmg spesifik merupakan patokan kasar untuk mengukur difusi gel agar merupakan pemeriksaan yang berguna
Itmasa antigen, yaitu intensitas infeksi, dan titer antibodi untuk melakukan skrining serum guna menemukan
,@lG yang tinggi merupakan tanda prognostik yang jelek. antibodi terhadap jamur; terutama 2-4 minggu setelah
lllli'nrrnbulnya hipersensitivitas lambat terhadap antigen C. infeksi. Tes fiksasi komplemen (CF) dipakai pada
sering ditemukan diantara bentuk klinis penyakit
mnmrnr'trs pemerlksaan cairan serebrospinal dan untuk memastikan
mr dengan pronosis baik, seperti penyakit pulmoner primer serta mengukur kadar antibodi (lgG) dalam serum yang
ymtg sembuh sendiri. Hasil tes kulit yang negatif terhadap terdeteksi lewat tes skrining. Jumlah kasus dengan hasil
arti3en Coccidioides terdapat pada kurang lebih separuh tes fiksasi komplemen positif akan tergantung pada
pderita dan menunjukkan prognosis yang buruk. beratnya penyakit dan laboratorium yang mengerjakan
Pada pemeriksaan radiologis, infeksi koksidioidomikosis tes tersebut. Hasil tes positif setidaknya sering ditemukan
@at memberikan gambaran adenopati hilus disertai diantara pasien-pasien dengan kavitas pulmoner yang
danya infiltrat pulmoneq gambaran pneumonia, terkadang soliter atau dengan infeksi paru, sementara pemeriksaan
dursi pleura maupun nodul-nodul atau kavitas. serum dari pasien dengan penyakit diseminata pada lebih
Selain paru sebagai organ sasaran, infeksi inijuga bisa dari satu organ tubuh hampir seluruhnya memperlihatkan
mengenai organ lain termasuk tulang, kulit, persendian hasil yang positif. Serokonversi amat membantu dalam
dan selaput otak. menegakkan diagnosis koksidioidomikosis pulmonalis
primer tetapi mungkin baru ditemukan 8 minggu setelah
Ianifestasi Klinis paparan. Hasil tes fiksasi komplemen positif pada cairan
Itmnfreksi pulmoner primer yang simtomik manifestasinya serebrospinal yang tidak dipekatkan merupakan petunjuk
&ilah febris, batuk, nyeri dada, malaise, kadang-kadang diagnostik untuk meningitis. Kadang-kadang fokus para
rmmksi hipersensitivitas. Foto toraks dapat memperlihatkan meningen akan menyebabkan hasil pemeriksaan serologi
adenopati hileq ataupun efusi pleura. Pemeriksaan
r;ffirtrat, cairan serebrospinalyang posjtif. Pada pasien AIDS dengan
ohtrah tepi dapat menunjukkan eosinofilia yang ringan. kokosidioidomikosis, pemeriksaan serologi tersebut sering
flErnbentukan kavitas kronik dengan dinding tipis ditandai memberi hasil negatif.
,ffila batuk atau hemoptisis pada separuh kasus, sebagian Konversi tes kulit dari hasil positif fnenjadi negatif
masien lain tetap asimtomatik. Koksidioidomikosis (indurasi > 5 mm setelah 24 atau 48 jam),. dengan
prulimonalis progresif kronik menyebabkan gejala batuk koksidiodin dan sferulin 2 jenis antigen jamur yang
hrlo'nik, disertai sputum, febris, dan penurunan berat tersedia dipasaran, terjadi pada hari ketiga hingga ke-
ihdan. Pada beberapa kasus akan mengalami reaktivasi, 21 setelah timbulnya gejala pada koksidioidomikosis
dtui penyebarluasa n i nfeksi (d iser,ni nasi) setelah beberapa pulmonalis primer. Tes kulit juga dapat membantu dalam
kemudian. Keadaan tersebut terutama jika terdapat
ilClnun penelitian epidemiologi, seperti penyelidikan terhadap
pemyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, transplantasi kelompok kasus atau penentuan daerah endemik.
,gn[al, penyakit AIDS, atau keadaan imunosupresi lainnya.
fmoses diseminasi tersebut harus dicurigai bila terdapat Terapi
,qEala febris, malaise,
limfadenopati hiler atau paratra keal, Koksidioidomikosis pulmonalis primer biasanya akan
lhnaikan laju endap darah, dan titer fiksasi komplemen sembuh" spontan. Amfoterisin B intravena selama
prg tinggi. beberapa minggu diberikan bila pasien memperlihatkan
kecenderungan ke arah berat atau infeksi primer yang
Urgnosis berlarut-larut, dengan harapan mencegah terjadinya
t*ih ada kecurigaan infeksi koksidioidomikosis, maka penyakit pulmonalis kronik atau diseminata.
upesimen untuk biakan meliputi sputum, eksudat Pasien koksidioidomikosis diseminata yang berat
dari lesi kulit, cairan spinal, urine, biopsi jaringan, atau yang berjalan progesif dengan cepat harus segera
dan pus harus diperiksa untuk menemukan C. lmmiti. dimulai pengobatannya dengan penyuntikan amfoterisin B
flermintaan pemeriksaan la boratorium harus menyebutkan intravena yang dosisnya 0,5 hingga 0,7 mglkg BB per hari.
718 PENYAKIT TROPIK DAN INFHqI
Pasien yang keadaannya membaik setelah penyuntikan sebagai mikroorganisme komensal pada manusia,
amfoterisin B atau memperlihatkan infeksi diseminata khususnya di kulit, dalam mulut, tinja, dan vagina. Spesies
yang tidak aktif dapat dilanjutkan ketokonazol, 400 hingga ini tumbuh dengan cepat pada suhu 250 hingga 370C pada
800 mg/hari, atau itrakonazol, 200 hingga 400 mglhari. media perbenihan sederhana sebagai sel-sel oval dengan
Preparat oral ini berguna untuk tindakan supresi infeksi pembentukan tunas. Pada media perbenihan yang khusrx
jangka panjang dan harus dilanjutkan selama beberapa akan terbentuk hifa atau struktur cabang memanjang yarg
tahun. Untuk pasien meningitis koksidioides, pengobatan dinamakan pseudohifa. C. albicqns dapat dikenali secare
biasanya dapat dimulai dengan flukonazol 400m9 per presumtif dengan kemampuanya untuk membentuk
hari tetapi pasien tersebut mungkin pula memerlukan tabung benih (gemr fubes) dalam serum atau dengm
pemberian amfoterisin B intratekal. Hidrosefalus merupakan terbentuknya spora besar-besar berdinding tebal yaqg
komplikasi yang sering ditemukan pada meningitis yang dinamakan klamidospora. ldentifikasi akhir semua spesie
tidak terkontrol. Tindakan debridemen lesi tulang atau jamur tersebut memerlukan tes blokimiawi.
drainase abses dapat membantu. Reseksi lesi pulmoner
yang progesif kronik merupakan tindakan pelengkap Patogenesis
kemoterapi kalau infeksi hanya terbatas pada paru dan pada Kandidiasis meru paka n i nfeksi jamu r sistemi k yang palirqt
satu lobus. Kavitas berdinding tipis yang tunggal cenderung sering. Respons imun cell-medioted terutama sel CI}t
menutup spontan dan biasanya tidak direseksi. penting dalam mengendalikan kandidiasis mukokutamr
Neutrofil penting terutama dalam resistensi terhadm
lnfeksi Jamur Oportunistik kandidiasis sistemik. Kandidiasis sistemik terjadi bib
Meningkatnya infeksi jamur dapat meningkatkan kandida masuk ke dalam aliran darah terutama pada sd
morbiditas dan mortalitas pasien imunokompromais di ketahanan fagositik host menurun.
rumah sakit. lnfeksijamur oportunistik dapat disebabkan Faktor-faktor lokal atau sistemik dapat
oleh organisme semacam jamur maupun filamen invasi Candido ke dalam jaringan tubuh. Usia mer
jamur. Penyebab tersering infeksi jamur oportunistik faktor penting mengingat kolonisasi neonatal sering
adalah kandidiasis. Spesies kandida merupakan flora menyebabkan kandidiasis oral (oroL thrush).
normal pada manusia terutama pada saluran cerna dengan kehamilan trimester ketiga cenderung
maupun saluran urogenital, serta kulit. lnfeksi terjadi mengalami kandidiasis vulvovaginal. Pasien d
melalui inhalasi atau inokulasi kulit. Kebanyakan non mellitus, keganasan hematologi, pasien yang
kandida patogen adalah filamen jamur termasuk genus antibiotik spektrum luas atau kortikosteroid dosis
AspergiLlus dan klas Zygomycetes serta Cryptococcus rentan terhadap kandidiasis. Kandidiasis oral
neoformons. Kejadian infeksi ini sering akibat berbagai dijumpai kapan saja dalam perjalanan infeksi HlV.
keadaan yang menginduksi imunosupresan. Pada situasi terjad inya penu runan ju m lah sei C O+, esofog itis
imunokompromis terjadi penyebar luasan infeksi secara juga sering ditemukan. Terganggunya keutuhan
angioinvasi jamur terutama Aspergillus, Pseudollescherio, membran mukosa dapat memberikan jalan Re jari
Zyg o mycete s, dan F u so r iu m, C. n eofo r m o ns. Be rba g a i je n is tubuh yang lebih dalam. Contohnya adalah
jamur tersebut dapat menyebabkan meningitis dengan traktus gastrointestinal oleh trauma, pembedahan
atau tanpa melibatkan organ lain. ulserasi peptikum; pemasangan kateter indwelling
pem beriaa n a i mentasi i ntravena (e nte r n o I fee d ing),
I
mg per hari merupakan preparat yang paling efektif untuk Digby Kalbfleisch
J, J, Glen A, Larsen A, Browder W, Willianrs D
mengatasi kandidiasis oral dan esofagus. (2003). Serum Glucan Levels Are Not Specific for presence c&
Kalau gejala esofagus yang terjadi sangat menonjol Fungal Infections in Intensive Care Unit patients. Clinical ani
Diagnostic Lboratory Immunology 1,0, gg2-5.
atau pada kandidiasis sistemik, pemberian amfoterisin B Findik D-. Nosocomial Fungal Infections in a Teaching Hospibl in
intravena dengan dosis 0,3 mglkg BB per hari selama 5 Turkey: Identification of the pathogens and Theii antifrngai
hingga 10 hari dapat bermanfaat. Kandidiasis kandung Susceptibility Patters. Turk ] M ed Sci 2002;32-35
GalgianiJN. Coccidioidomycosis. In: Cecil Textbook of Medicirc.
kemih akan memperlihatkan respons terhadap tindakan
22nd ed. Editors: Goldman L, Ausiello D.philadelphia::
irigasi dengan larutan amfoterisin B, 50 g/mL, selama 2004.p.204647.
5 hari. Jika tidak ada kateter kandung kemih, preparat I etz, Melnick, Adelberg's. Medical Mycology.In: Medic.ail
aw
oral flukonazol dapat digunakan untuk mengendalikan
' Microbiology.Editors: Brooks GF, Butel ]S, Morse S-{-.
McGraw-Hill Companies Inc.2005.p. 3IZ-952.
kandiduria. Ketokozanol dengan dosis dewasa 200 mg Kauffman CA. lntroduction to the Mycosis. In: Cecil Textbo*
per hari kemungkinan gnerupakan obat pilihan untuk of Medicine. 22nd ed. Editors: Goldman L, Ausieiior,
kandidiasis mukokutaneus yang kronik. D.Philadeiphia : 2004.p. 2042-43.
Kau{fman CA . Histoplasmosis. In: Cecil Textbook of Medicire
Amfoterisin B intravena merupakan obat pilihan 22nd ed. Editors: Goldman L, Ausiello D.philadelphi.r
pada kandidiasis diseminata, dosis 0,4 hingga 0,5 mg/ 2004.p.204345.
kg BB per hari. Condidq yang diisolasi dari pemeriksaan Kauffman CA. Candidiasis. In: Cecil Textbook of Medicrm"
kultur darah yang diambil dengan benar harus dianggap 22nd ed. Editors: Goldman L, Ausiello D. philadelphia,,
2004.p.2053-56.
signifikan; hasil positif- palsu yang sejati jarang terdapat. Kresno SB . Respons Imun Terhadap In{eksi Jamur. Dalm
Semua pasien dengan Candida yang dikultur dari darah Imunologi: Diagnosis dan prosedur Laboratorium. FKU[,,
perifer harus mendapatkan amfoterisi B intravena untuk Jakarta:29}.p.181-2.
Levinson W, JawetzE . Mycology. In: Medical Microbiologr d
mengatasi infeksi yang akut dan mencegah sekuele lanjut.
Immunology. Seventh Edition. Editors: Levinson W,
Pada pasien tanpa neutropenia, endokarditis, atau fokus fir+Ur
E. International Edition. Singapore, 2003.p.299-3I3.
infeksi yang dalam Iainnya, pengobatan selama 2 minggu Rex
lH, Walsh T], Sobel JD, Filter SG, pappas pG, Disrrenm
sering sudah memadai. pemeriksaan funduskopi lewat WE, Edwards ]E. Practice Guidelines for the Treatnreru ffi
Candidiasis. Clinl Infectious Diss 1O}1;ZO: 662_7g.
pupil yang dilatasi sangat bermanfaat untuk mendeteksi Sobel JD. Practice Guidelines for the Treatment sf frrnfrdt
endoptalmitis sebelum kehilangan penglihatan permanen InJections. Clin Infectious Dis 2000;30:652.
terjadi. Spicer W|. Fungi. In: Clinical Bacteriology, Mycologr
Parasitology. Melboume:, 2000.p.62-70
Kesulitan sering didapatkan terutama dalam Wheat J, Sarosi G, McKinsey D, Hamill R, Bradsher R,
menentukan diagnosis awal dari kandidiasis sistemik LoydJ, Kauffman C . Practice Guidelines for the
karena gejala klinis kurang spesifik, biakan sering negatif. of Patients with Histoplasmosis. Clin Infectious Dis
0:688-95.
Penelitian terhadap resipien cangkok sumsum tulang,
terapi profilaksis setiap hari dengan flukonazol, 400mg,
akan menurunkan jumlah kasus kandidiasis profundus.
Flukonazol juga dapat digunakan untuk melengkapi
pengobatan kandidiasis diseminata kronik, terutama
bila amfoterisin B diberikan sampai pasien tidak lagi
memperlihatkan neutropenia.
REFERENSI
lnfluenzo Burung
(Avion lnfluenzo) 721
Pencegohonnyo 725,
Severe Acule Respirotory
Syndrome {SARS) 728
trztumps 735
Herpesisimpleks 739
Robies 746
trEiIDAHULUAN lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Di dalam tinja unggas
dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup lama, tetapi
burung, atau ovion influenzo, merupakan
llffirurenza mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C
lpryakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang biasa selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 menit. Virus
lrmngenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin,
ffifri orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu A, B, cairan yang mengandung iodin dan alkoholT0%.
&n C. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan Salah satu ciri yang penting dari virus influenza adalah
panyakit pada manusia dengan gejala yang ringan kemampuannya untuk mengubah antigen permukaannya
du,r tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. (H dan N) baik secara cepat/ mendadak maupun lambat
'rffin'us influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe (bertahun-tahun). Peristiwa terjadinya perubahan besar
fihcrdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara
prrnukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza singkat disebut antigenic shift. Bila perubahan antigen
ffigmftu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut ontigenic
pmfiein neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 'l 5 drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza
mrcrm protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari A sedangkan antigenic drift terjadi pada virus influenza
rumbilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang
ptdn ini bisa menghasilkan banyak sekalivarian subtype mendasari terjadinya antigenic shift,adalah adanya
,ojhi virus influenza tipe A. penyusunan kembali gen-gen pada H dan N diantara
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat human dan ovian influenzo viruses melalui perahtara host
mnnginfeksi burung unggas yang merupakan pejamu ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya
,dhminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga proses ontigenic shift akan memungkinkan terbentuknya
Shagai influenzo burung atau avian influenza. Di lain pihak, virus baru yang lebih ganas, sehingga keadaan ini dapat
lilldak semua subtipe virus influenza tipe A menyerang menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena
mmmursia. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah sistem imun host baik seluler maupun humoral belum
rffii kelompok H1, H2, H3, serta N1 dan N2 dan disebut sempat terbentuk.
uhagai human influenza. Penyebab kehebohan avian Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan
iffirenza atau flu burung ini adalah virus influenza A subtipe terjadinya ontigenic shrff adalah adanya penduduk yang
NfillffiN1 yang secara ringkas disebut virus H5N1. Untuk bermukim di dekat daerah peternakan unggas dan babi.
wlhnjutnya yang dimaksud virus avian influenza adalah Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh
udmrrls A (H5N1) ini. Virus avian influenza ini digolongkan
avian maupun human yirus maka hewan tersebut dapat
Wm Highly Pothogenic Avion lnfluenza (HPAI). berperan sebagai lahan pencam pur (m*ing vessel) untuk
penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua
virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya
*AT-SI FAT VI RUS I N FLU ENZA subtipe virus yang baru. Akhir-akhir ini diketahui adanya
kemungkinan mekanisme sekunder untuk terjadinya
Wmus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat perubahan ini. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa
fr&rtahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan setidak-tidaknya ada beberapa dari 15 subtipe virus
721
722 VIROTO€
influenza yang terdapat pada populasi burung di mana 2,6 sioliloligosokorido yang berasal dari membran sel d
manusia dapat berfungsi sebagai lahan pencampur. Bukti mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan
yang nyata akan peristiwa ini adalah terjadinya pandemi dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage.Yins
pada tahun 1 957 oleh subtipe virus H2N2, dan tahun 1 968 Al dapat berikatan dengan membran sel mukosa melahi
oleh pandemi virus H3N2. ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkoge. Adanya
perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membrm
mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI
PENULARAN KE MANUSIA tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada
manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor iri
Di lndonesia telah ditemukan kasus flu burung pada akan mengikat virus sehingga perlekatan virus denga
manusia, dengan demikian lndonesia merupakan negara sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yaqE
ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan mengandung protein neurominidqse pada permukaannp
Kamboja yang terkena flu burung pada manusia. dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akm
' Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus melekat pada epitel permukaan saluran napas unt*
A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi vinr
mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak terjadi selama 4-6jam sehingga dalam waktu singkatvinr
dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja, dan terakhir dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubai
dari lndonesia. virus18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yiftn
Sebagian.besar kasus konfirmasi WHO di atas, pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfelsi
sebelumnya mempunyai riwayat kontak yang jelas dengan akan membengkak dan intinya mengkerut dan
unggas atau produk unggas. Disimpulkan sementara mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjad
bahwa jalur paling mungkin terjadinya infeksi avion disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan
influenzo pada manusia adalah dari unggas ke manusia. badan inklusi.
Mengenai penularan dari manusia ke manusia masih
mungkin didasarkan adanya laporan 3 kasus konfirmasi
ovion influenzo pada satu keluarga Thailand. Hanya 1 MANIFESTASI KLINIS AVIAN INFLUENZA
kasus yang mempunyai riwayat kontak dengan unggas
yaitu mengubur ayam mati. Dua kasus lainnya sama sekali Masa inkubasi ovian influenzo sangat pendek yaitu 3
tidak mempunyai riwayat kontak dengan unggas, namun dengan rentang 2-4hari. Manifestasi klinis ovion i
hanya berhubungan dengan kasus pertama. pada manusia terutama terjadi di sistem respiratorik
Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati dari yang ringan sampai berat. ,Manisfestasi klinis
akibat ovion influenzo. Sudah terjadi ribuan kontak influenzo secara umum sama deri[an gejala lLl
antar petugas peternak dengan unggas yang terkena Like lllness), yaitu batuk, pilek, dan demam.
wabah. Ternyata kasus ovion influenza pada manusia biasanya cukup tinggi yaitu >380C. Gejala lain
yang terkonfirmasi hanya sedikit di atas seratus. Dengan sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise.
demikian walau terbukti adanya penularan dari unggas ke Adapun keluhan gastro-intestinal berupa diare
manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah. Terlebih keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis
lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik. flu ringan hi
lebih kecil lagi. berat, pneumonia, dan banyakyang berakhir dengan
(ocute respirotory distress syndrome). Perjalanan
avian influenza umumnya berlangsung sangat
PATOGENESIS dan fatal, sehingga sebelum sempat terfikir tentang
influe nza, pasien sudah meninggal. Mortalitas
Penyebaran virus Avion lnfluenzo (Al) terjadi melalui hingga laporan terakhir sekitar 50%.
udara (droplet infection) di mana virus dapat tertanam Kelainan 16boratorium hematologi yang hampir
pada membran mukosa yang melapisi saluran napas dijumpai adalah lekopenia, limfopenia dan
atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran penia. Cukup banyak kasus yang mengalami
droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa ginjal berupa peningkatan ureum dan kreatinin.
akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat gambaran radiologis toraks berlangsung sangat
yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat dan sesuai dengan manifestasi klinisnya namun
berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies gambaran yang khas. Kelainan foto toraks bisa
darimana virus berasal. Virus ovion influenzo manusia infiltrat bilateral luas infiltrat difus, multilokal, atau
(Humon influenzo viruses) dapat berikatan dengan olpho (patchy); atau dapat berupa kolaps lobar.
.{FLUENZA BURUNG (AVIAN I N FLU ENZA)
723
sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji . pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivi
netralisasi. 2x75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yarg
mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika
perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS-
KELOMPOK RISIKO TINGGI Respiratory Core di ICU sesuai indikasi.
imunomodulators.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan
pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun
pilihan obat:
1. penghambat M2; a). Amantadin (symadine), b).
Rimantidin (flu-madine). Dengan dosis 2xlhari 100
mg atau 5 mglkgBB selama 3-5 hari
2. penghambatan neuramidase (WHO): a). Zanamivir
(relenza), b). Oseltamivir (tami-flu). Dengan dosis 2 x
75 mg selama 1 minggu
llENDAHULUAN
llffiuenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran 1. lsolasi lokasi peternakan tertular
2. Dekontaminasi kandang/ peralatan
Nr.napasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit
,ffi( sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok 3. Vaksinasi hewan seiat
,ofihn batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara
4. Depopulasi unggas/pemusnahan
5. Surveillans dan penelusuran
fl-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.
6. Penanganan ketat laluJintas unggas hidup
7. Prosedur disposal di bawah pengawasan
8. Meningkatkan kesadaran masyarakat
FIDEM!OLOGI Sumber: Pedoman Penyuluhan dan Pemberantasan PMH
DEPTAN Rl 2005:42-49
ltimffiuenza merupakan penyakit yang dapat menjalar
dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun
tllfrrqan, penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang media tetesan ak (droplet), pada waktu batuk dan melalui
ilmrusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi partikel yang berasal dari',sekret hidung atau tenggorok
lMiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia yang melayang di udara (oirborne) terutama di ruangan-
hnnlut dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan ruangan yang tertutup dan sesak dipenuhi manusia.
mrmtabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit
'ymng dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Salah satu
frornplikasi yang serius adalah pneumonia bakterial. ETIOLOGI
Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim
dffinrgin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan
Itujan di negara tropik. C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement
Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya fixotion fesf. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit
dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja
lniumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang
@lluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi daripada angka- diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya
mgka pada keadaan non epidemik. menyeb:bkan gangguan ringan saja. Virus penyebab
Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan
Dtiduga bahwa reservoir hewan seperti babi, kuda dan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus
nunggas memegang peran penting sebagai penyebab ini mempunyai afinitas unluk myxo atau musin.
terjadinya strain virus influenza yang baru, karena Struktur antigenik virus influenza meliputi antara
@rjadinya rekombinasi gen dengan stroin-stroin virus lain 3 bagian utama berupa: antigen S (atau soluble
ffiuenza yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini ontigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang
*dah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua serotipe merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
uubma virus influenza A yang total berjumlah 30 buah ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-
serotipe (Tabel 1). Penyebaran penyakit ini adalah melalui masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung
72s
726 vlRoLoGt
virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. bercak-bercak warna coklat. Penyakit umumnya akan
Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus membaik dengan sendirinya tapi kemudian pasien
dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada
Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam Pemeriksaan sinar tembus dapat menunjukkan adanya
dan membran lemak di sebelah luarnya. Berbagai subtipe infiltrat di paru-paru. lnfeksi sekunder ini umumnya akibat
virus influenza A dapat dilihat di tabel 1 beserta hospes Streptoko kus p neu mo n ia atau H e m o p h ilu s influ e n za e.
hmnkopneumonia sekunder memerlukan oksigen. Bila bersihan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltamivir
ffiheumonia stafilokokus sekunder harus diatasi dengan diberikan setiap 2 hari sekali.
yang tahan betalaktamase dan kortikosteroid Pencegahan dengan kemoprofilaksis untuk mereka
dosis tinggi yang tidak dapat diberikan vaksinasi karena menderita
Kematian karena flu burung yang menjangkiti manusia alergi terhadap protein dalam telur dapat diusahakan
di China dan mencapai 80o/o di lndonesia dan dengan pemberian rimantadine 200 mg dua kali sehari
pnyebabnya mirip dengan multiple organ failure yang atau amantadine 100 mg setiap 12 jam masing-masing
;*ort- Sifatvirus ini dapat berintegrasi di beberapa jaringan selama 4-6 minggu. Juga bila tidak tersedia vaksin, cara
iltlluh tanpa dapat dideteksi kecuali pada paru. Kematian pencegahan ini dapat diterapkan. Pemberian amantadin
|llrena terjangkit flu babi rendah terutama meliputi mereka harus hati-hati pada mereka dengan gangguan fungsi
d&ngan penyakit paru ataujantung kronik atau usia yang ginjal atau yang menderita penyakit konvulsif. Pada usia
fiG[tan seperti anak dan lansia. lanjut cukup diberikan amantadin 100 mg sekali sehari
mengingat penurunan fungsi ginjal. Juga pada bersihan
kreatinin antara 40-60 ml/menit berlaku hal yang sama.
ilfNCEGAHAN Pada bersihan kreatinin antar 10-15m|/menit dapat
diberikan 200 mg amantadin sekali seminggu.
'!fithng
paling pokok dalam menghadapi influenza Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat
dlalah pencegahan. lnfeksi dengan virus influenza dapat dicegah dengan meningkatkan tingkah laku higienik
*an memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan perorangan. Khususnya untuk flu burung tindakan serta
u*nrs yang homolog. Karena sering terjadi perubahan surveilens tidak terbatas pada dunia kesehatan saja tetapi
*ibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan memerlukan kerja sama dan integrasi yang erat dengan
ffiubah, sehingga seorang masih mungkin diserang dinas peternakan dan dinas perdagangan. Terdapat
henrlangkali dengan galur (strain) virus influenza yang perbedaan prinsip pencegahan menghadapi flu babi
Mhh mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh yang tidak memerlukan obat antivirus untuk mereka yang
melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksin sebelumnya sehat, cukup diistirahatkan dan mencegah
ffiuenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena kontak dengan masyarakat sekeliling (home confinement)
erbtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan dan obat hanya diberikan kepada mereka yang jelas
tau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah terjadinya bergejala.
wfrxing dengan virus sangat patogen H5N1 yang dikenal
nbagai penyakit avian influenza alau flu burung. Nasol
ryroy flu vaccine (live ottenuoted influenzo voccine) dapat REFERENSI ,,.
;qga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50
lffitun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan W.Wu. Control of Avian Influenza A HSNil in China Lancet In{ec-
tious Disease. 2009 (August).460-1. r
3 sampai 4 minggu sebelum terserang influenza. Karena
Chan M. World now at the shut of 2009 infectious patient. 2009
Uerjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada Cunha BA. Antibiotic Essentials Physician Press. 2009.
permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin Wilschut JC Mc Elhaney ]E, Pelache AM. Influenza. Eidenburgh:
Mosby-Elsevier.2006.
ddam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya
untuk beberapa golongan masyarakat tertentu sehingga
@at mencegah terjadinya infeksi dengan kemungkinan
bmplikasiyang fatal.
Golongan yang memerlukan imunoprofilaksis ini
ilftara lain: 1). Pasien berusia di atas 65 tahun;2). Pasien
dengan penya kit kron ik seperti kardiovasku lar; pu I monal,
rmnal, metabolik (termasuk diabetes melitus), anemia
herat dan pasien imunokompromais. Dianjurkan untuk
diberikan vaksin setiap tahun menjelang musim dingin
atau musim hujan. Pasien yang sedang menderita demam
drut sebaiknya ditunda pemberian vaksin sampai keadaan
mnembaik; 3). Mereka yang melaksanakan fungsi pelayanan
masyarakat yang vital, seperti pegawai yang bertugas
di unit darurat medis di rumah sakit. Mereka mungkin
dapat menularkan penyakit ke pasien yang dirawat. Dosis
oseltamivir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu.
9B
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME
(SARS)
Khie Chen, Cleopas Martin Rumende
mxusi alat yarig digunakan, baik droplet, maupun materi Fase selanjutnya dimulai tepat setelah 10 hari
rlnrfuksius lainnya seperti partikel feses dan urin. Selain itu, perjalanan penyakit dan ditandai dengan perubahan
hrrungkinan penularan virus melalui benda-benda yang pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir.
Iffiryrerap debu dan sulit untuk dibersihkan, seperti karpet, Pada periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa
nuga masih perlu diselidiki lebih lanjut. bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
Peran jalur fekal-oral dalam penularan CoV SARS dinding dan lumen alveolus. Pada fase initampak dominasi
nmro,ih belum diketahui. Saat terjadinya outbreok SARS di pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nukleus, serta
iltrhong Kong, dileiporkan 20o/o-73o/o kasus SARS memberikan nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya, seringkali ditemu kan
qsiala diare. Begitu juga dengan kasus SARS yang terjadi sel raksasa dengan banyak nukleus (multi-nucleoted
dffi Yietnam, Guangzhou, hingga Ontario, diare pada giont cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV
5fiRS telah dilaporkan di masing-masing daerah dengan lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai
prevalensi yang bervariasi. Meskipun demikian, masih akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan
hefum ada laporan yang menguatkan bilamana diare pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasi in situ,
&mebut muncul sebagai akibat dari penularan melalui didapatkan bahwa CoV SARS justru berada di dalam
ffir fekal oral, sehingga rute ini tetap menjadi tanda jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase
ffiq6a besar di dalam penularan CoV SARS. Namun dengan ini berbagai proses patologis yang terjaditidak diakibatkan
dffiEtahuinya jumlah virus yang banyak terdapat di dalam langsung oleh karena replikasi virus yang terus menerus,
frses pasien-pasien SARS, serta dengan kemungkinan melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang
mmmculnya diare, maka kedua hal tersebut tetap harus terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan
mmronjadiperhatian khusus para tenaga medis di dalam penggunaan ventilator.
dfrematif penularan CoV SARS selama belum ada hasil
eMfunce bosed yang menyangkal. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal. SARS memiliki masa inkubasi antara
1 sampai 14 hari dengan rata-rata waktu sekitar 4 hari.
NTOGEN ESIS DAN PATOLOGI Gejala prodromal SARS dimulai dari gejala infeksi sistemik
yang tidak spesifik seperti demam, mialgia, menggigil dan
SiARS secara klinis lebih banyak melibatkan saluran napas
rasa kaku-kaku di tubuh, batuk non-produktif, nyeri kepala
@ian bawah, d ingkan dengan saluran napas dan pusing. Demam dengan suhu tubuh >38 oC termasuk
hgian atas. Pada salui bawah, sel-sel asinus dalam definisi kasus awal (initiol cose definition). Gejala
&lah sasaran yang lebih ba daripada trakea ini tergolong gejala tipikalyang dilaporkan pada hampir
darrpun bronkus. Menurut hasil mortem seluruh pasien SARS. Meskipun demikian, tidak semua
pasien SARS menunjukkan gejala demam. Misalnya pada
ffim patogenesisnya. pasien usia lanjut, demam mungkin menjadi gejala
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, yan9
mda fase ini terjadi proses akut yang mengakibatkan Demam tinggi yang naik turun seringkali berhubungan
ffiase olveolar damoge (DAD) yang eksudatif. Fase ini dengan rasa menggigil dan kaku-kaku di tubuh. Selain itu
,fficirikan dengan adanya infiltrasi dari campuran sel-sel
pasien juga sering merasa sangat lelah disertai dengan
imfiamasi serta edema dan pembentukan membran hialin. nyeri ototyang dirasakan di sekujurtubuh. Pada beberapa
Membran hialin terbentuk dari endapan protein kasus, demam menghilang dengan sendirinya pada hari
nFurcma serta debris nukleus dan sitoplasma sel-sel epitel ke-4 hingga ke-7, tetapi initidak mengindikasikan adanya
p'u (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis perbaikan dari gejala-gejala yang ada. Kenaikan ulang
n*-sel epitel paru maka borrier anlara sirkulasi darah dan suhu tubuh dan perburukan dari gejala-gejala penyakit
;ffi udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal seringkali muncul pada minggu ke-2.
oihi pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk Gejala penyakit yang tidak spesifik lainnya seperti
nrmuk ke dalam ruang alveolus. Namun demikian, karena pusing, nyeri kepala dan malaise juga umum ditemukan
lkrbatasan jumlah pasien SARS yang meninggal untuk pada pasien-pasien SARS. Gejala pusing yang sangat berat
durtopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah telah dilaporkan pada pasien-pasien yang berusia muda,
lhmsakan sel epitel paru tersebut disebabkan oleh efek diantaranya bahkan mengalami pingsan saat mencoba
tln*sik virus secara langsung atau sebagai akibat dari bangun dari tempat tidur. Hal ini mungkin berkaitan
msipon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini, RNA dan dengan munculnya hipotensi pada pasien-pasien tersebut.
mt!;en virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar Banyak pasien mengalami batuk-batuk kering saat fase
dwr sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop awal penyakit. Nyeri tenggorok dan sekresi lendir hidung
dsktron. yang berlebih (coryzo) jarang ditemukan. Pada fase ini,
730 uRoloe
suara napas biasanya akan terdengarjernih saat auskultasi. fungsi multiorgan, infeksi sekunder dan septikemia, serta
Tergantung dari waktu kedatangan, 80% pasien SARS komplikasi tromboembolik.
menunjukkan gambaran radiologis foto dada yang normal Pneumotoraks dan pneumomed iastinum telah banyat
pada saat kunjungan pertama. Namun hal ini tentunya dilaporkan pada kasus-kasus SARS yang berat. Hal ini
tidak dapat digunakan untuk mengeksklusi diagnosis SARS dapat muncul spontan sebanyak 12%o, atau sebagai akibrt
dan foto radiologis ulangan perlu dilakukan. dari penggunaan ventilator di ICU pada 20o/o lainnya.
Manifestasi pernapasan. Penyakit paru adalah mani- Manifestasi pencernaan. Selain keluhan pernapasan, diau
festasi klinis yang utama dari SARS. Gejala berupa batuk- adalah gejala yang penting dan paling sering dikeluhkam-
batuk kering, terdapat pada 60-85% kasus dan biasanya Sebanyak 20o/o dari pasien-pasien SARS mengalami diae
pasien akan merasa sesak ketika batuk. Pada auskultasi pada saat kedatangan pertama dan 70% menunjuklm
sering didapatkan ronki di basal paru. Mengi biasanya gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya. Biasanye
tidak ditemukan. Sekitar akhir minggu pertama dan awal diare yang terjadi ialah cair dengan volume yang barypdt
minggu kedua, gejala-gejala tersebut dapat mengalami tanpa disertai lendir maupun darah. Pada kasus yarry
peiburukan. Pasien akan mengalami sesak napas yang berat banyaknya cairan yang keluar mengakibattann
semakin lama semakin berat, dan pada akhirnya dapat ketidakseimbangan elektrolit dan deplesi cairan tuhrdin
membatasi kemampuan aktivitas fisik mereka. Saturasi yang berlebih. Pada beberapa kasus yang tidak
oksigen darah didapatkan semakin berkurang seiring pneumonia, diare dan demam adalah satu-satunya
dengan perjalanan penyakit. yang tampak. Sementara, pada kasus-kasus yang
Pada pencitraan, terdapat konsolidasi ruang udara diare mulai terjadi pada minggu kedua saklt,
yang fokal dan unilateral pada tahap awal penyakit, dengan gejala demam yang rekurens dan
yang kemudian segera berlanjut menjadi multifokal di paru. Namun demikian, diare pada SARS u
dan semakin meluas pada minggu kedua. Meskipun swasirna (self limiting) sehingga belum pernah
proses ini dapat mengenai seluruh lapang paru, namun kasus SARS yang meninggal karena diare.
ter-dapat kecenderungan predileksi di daerah lobus
Manifestasi hematologis. Berbagai kelainan
bawah. Kadang-kadang didapatkan gambaran infiltrat
ditemukan dari darah pasien SARS penting
paru yang berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain
digunakan di dalam penegakkan diagnosis
dalam satu atau dua hari. Perubahan gambaran radiologis
Limfopenia (< 1000/mm3) ditemukan pada
tersebut, sehubu nga n dengan penuru nan viro I lood, dapat
semua pasien SARS, dan pada kebanyakan kasus
digunakan sebagai dugaan kerusakan paru yang lebih
sering mencapai kadar terendah pada minggu ke
cenderung disebabkan oleh imunitas tubuh dibandingkan
festasi limfopenia ini menjadi sangat
efek sitolisis virus secara langsung. Gambaran
bahkan tanpa disertai limfopeniJ yang progresif,
toraks menunjukkan gambaran 'terons
diagnosis SARS dipertanyakan. Peningkatan kadar
orgonbing pnemunio (BOOP), penyakit yang
umumnya terjadi pada minggu ketiga dan hd ini
diperantarai oleh sistem itas dan bersifat responsif
mencerminkan perbaikan keadaan klinis pasien.
terhadap terapi roid.
demikian 30% pasien SARS tetap mengalami
limfopenik sampai dengan minggu kelima sakit.
ke arah gagal napas berat dan ocute respirotory distress
Leukositosis, yang terutama disebabkan
syndrome (ARDS) sehingga mengharuskan perawatan
neutrofilia, juga sering ditemukan pada pasien
lCU. Ventilasi mekanik dibutuhkan ketika suplementasi
Neutrofilia kemungkinan berhubungan dengan
oksigen dengan aliran tinggitidak mampu lagi mencukupi
kortikosteroid, namun pada pemeriksaan darah
kebutuhan saturasi oksigen tubuh. Pasien-pasien yang
beberapa pasien lainnya, neutrofilia sudah
memerlukan bantuan ventilasi mekanik memiliki angka
kedatangan pertama. Tatalaksana sepsis harus
mortalitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
segera pada pasien-pasien SARS dengan
pasien-pasien yang tidak menggunakan.
pemberian antibiotika spektrum luas secara empn
Kemudian, faktor-faktor lain yang berkaitan dengan
diper-timbangkan. Kerusakan jaringan paru yang
keluaran klinis yang buruk adalah usia lanjut, riwayat
diduga sebagai penyebab lain dari neutrofilia-
penyakit kardio-pulmoneri infiltrat paru bilateral, jumlah
pasien yang datang sudah dengan keadaan
netrofil yang tinggi, peningkatan kreatinin kinase serum
memiliki keluaran klinis yang lebih buruk.
(CPK) dan peningkatan laktat dehidro-genase. Pada saat
Trombositopenia didapatkan pada lebih
terjadinya outbreok SARS, kebanyakan pasien-pasien
kasus-kasus SARS, Tidak seperti demam berdarah
SARS meninggal di tempat perawatan lCU. Penyebab
hemoragik oleh karena rendahnya kadar
dari kematian tersebut adalah ARDS berat, kegagalan
sangat jarang terjadi. Kadar trombosit akan
E/ERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS) 731
ilmeningkat pada fase pemulihan. Trombositopenia ini pada sistem saraf memang berhubungan langsung dengan
dapat disebabkan oleh mekanisme imunologis atau CoV SARS atau oleh karena terapi yang diberikan (misal:
sebagai efek langsung virus pada megakariosit. Kadang- kortikosteroid atau anti biotika).
kadang trombositopenia muncul sebagai akibat dari Namun tenaga medis tetap harus waspada terhadap
W.(D is se m in ated I nt ro vo s k u lo r Co o g u la t ion). Da ri ta m p i a n
I kemungkinan manifestasi SARS pada sistem saraf, sebab
Hfrris, petekie dan ekimosis dapat ditemukan. Meskipun pernah dilaporkan satu kasus SARS yang menunjukkan
rrunanifestasi perdarahan sangat jarang terjadi, sebaliknya status epileptikus selama perjalanan penyakitnya. Pada
frombosis vena ternyata lebih sering ditemukan. Kelainan kasus tersebut CoV SARS ditemukan di dalam CSS(Cerebro
imlpaling banyak bermanifestasi sebagai trombosis Spinol Space) dan serum darah dalam kadar yang cukup
wena dalam pada tungkai, yang semakin diperkuat signifikan. Selanjut-nya menurut hasil pemeriksaan
oleh pemeriksaan postmortem dengan ditemukannya lebih lanjut, CoV SARS diketahui dapat menyebabkan
tuomboemboli. demyelinisasi dari saraf otak.
SARS. Pemeriksaan penunjang yang non spesifik adalah lebih keluhan berikut :
pemeriksaan yang ditujukan untuk menilai kondisi . kontak dekat dengan orang yang didiagnosa suspel
tubuh pasien pada saat itu. Hasil pemeriksaan ini dapat atau probable SARS dalam 10 hari terakhir
digunakan untuk memperkuat kecurigaan ke arah SARS, . riwayat perjalanan ke tempat/negara yang terkene
namun tidak dapat digunakan sebagai diagnosis pasti. wabah SARS dalam 10 hari terakhir
Sedangkan pemeriksaan penunjang yang spesifik adalah . bertempat tinggal/pernah tinggal di tempat/negara
pemeriksaan yang definitif dan dapat digunakan untuk yang terjangkit wabah SARS
mendeteksi langsung penyebab penyakit.
Selanjutnya definisi kasus probable SARS adalah kas.lr
Foto toraks, sebagai suatu pemeriksaan yang non
suspek ditambah dengan gambaran foto toraks yarqg
spesifik, perlu segera dilakukan untuk mengetahui adal
menunjukkan tanda-tanda pneumonia atau respirofrst
tidaknya gambaran infiltrat pneumonia pada paru-paru
pasien. Selanjutnya, pemeriksaan darah perifer lengkap
distress syndrome, atau seseorang yang meninggC
untuk menilai komposisi sel darah dan pemeriksaan SGOT/
karena penyakit saluran pernapasan yang tidak jeltr
SGPT sebagai cerminan dari fungsi hati, dapat berguna
penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemuln
dalam menunjang tegaknya diagnosis. tanda patologis berupa respirotory distress syndromeyq
juga tidak jelas penyebabnya.
Untuk pemeriksaan spesifik CoV SARS, yang dapat
digunakan ialah pemeriksaan RT-PCR pada spesimen
dahak, feses dan darah perifer pasien. Pemeriksaan RT-
PCR ini menggunakan metode klasik yaitu ekstraksi RNA, TATALAKSANA
kemudian dilanjutkan dengan transkripsi terbalik yang
diikuti amplifikasi PCR. Terakhir; dilakukan deteksi hapil Untuk penanggulangan dan penatalaksanaan
PCR dalam elektroforesis gel agarose. Spesimen y Departemen Kesehatan Rl mengeluarkan
baik untuk diambil pada tahap awal penyakit, adalah daii sebagai berikut:
pernapasan (aspirat nasofaringeal atau usap tengg
Penatalaksanaan kasus suipek SARS. a).
kemudian feses dan terakhir serum/plasma. Pemeriksaa dengan gejala SARS melewati triase (petugas
ini memiliki sesitivitas tertinggi bila spesimen diambil memakai masker N95). Untuk segera dikirim ke
minggu kedua sakit. pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkam
Selain RT-PCR, untuk mendeteksi CoV SARS Berikan masker bedah pada penderita; c). Petugas
dilakukan pemeriksaan deteksi antigen serum Itu r
masuk ke ruang pemeriksaan sudah memakai
virus. Deteksi antigen memiliki sensitivitas y alat proteksi perorangan (PAPP); d). Catat dan
pada hari-hari awal penyakit karena jum viroL lood keterangan rinci mengenai tanda llinis, riwayat perj
yang masih sedikit. Pemeriksaan ini i sensitivitas riwayat kontak termasuk riwayat munculnya
yang lebih tinggi bila dilakukan pada hari -10 sakit (71%) pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumrryffi
Sementara untuk kultur virus, medi yang digunakan Pemeriksaan fisik; f). Lakukan pemeriksaan foto'
adalah VeroE6 atau FRhK-4 dan riksaan ini memiliki darah tepi lengkap; g). Bila foto toraks normal lihat i
sensitivitas yang akan sema seiring dengan rawat atau tetap di rumah, anjurkan untuk
waktu perjalanan penyakit. ' kebersihan diri, tidak masuk kantor/sekolah dan
Deteksi antibodi terhadap CoV SARS adalah menggunakan angkutan umum selama belum
pemeriksaan diagnostik yang pertama kali tersedia dan
h). Pengobatan di rumah; simtomatik, antibiotik
tetap menjadi gold standord untuk konfirmasi diagnosis indikasi, vitamin dan makanan bergizi; i). Apabila
SARS. Uji deteksi antibodi ini dapat dilakukan dengan memburuk segera hubungi dokter; j). Bila foto
teknik lndirect immunofluorescent assoy (lFA) dan Enzyme menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua
immunoossoy (ElA).
dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat pena
kasus proboble.
ilrulang sesuai indikasi klinis; f). Pemberian pengobatan harus home isolotion (lihat point tindakan
iliifnrot penatalaksanaan terapi kasus SARS yang harus dilakukan selama isolasi diri/home
isolotion)
lrc':<i rawat. Penderita SARS yang di rawat inap adalah:
' suspek SARS dengan riwayat kontak erat (+)
- tujuh hari setelah pulang ke rumah penderita
diharuskan kontrol ke rumah sakit untuk dilakukan
' suspek SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks dan uji
- sesak napas dengan frekuensi napas 30 kali / lain yang abnormal
menit.
- nadi lebih dari 100 kali/menit.
- minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru
diperbolehkan masuk kerja/sekolah.
- ada gangguan kesadaran
- kondisi umum lemah Ketersediaan obat-obat yang efektif dengan pem-
- indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter berian yang segera, terbukti menjadi kunci keberhasilan di
yang memeriksa penderita dalam pencegahan dan pengobatan SARS. Pada dasarnya
' Proboble SARS. Perlu diperhatikan dalam perawatan di kebijakan dalam pemilihan obat dan pemberian dosis
'umah sakit terhadap SARS adalah : Ruang terhadap SARS didapatkan berbeda di masing-masing
,penderita suspect SARS harus dibedakan dengan sentra pelayanan kesehatan. Hal ini terkait dengan
.uang penderita proboble SARS. Saat meriksa ketersediaan obat serta efektivitas yang diperoleh di
dan merawat penderita SARS, petugas is harus masing-masing sentra tersebut berdasarkan sludi evidence
rnemakai penggunaan alat proteksi angan bosed.
rPAPP). Pedoman penatalaksanaan terapi SARS yang diterbit-
- lsolasi di rumah/home isolotion. rita suspect kan oleh Departemen Kesehatan Rl dapat dilihat pada
SARS dengan riwayat perjalanan f) tetapi tanpa tabel 1.
nwayat kontak dan gejala klinis tidak dirawat
inap di rumah sakit, akan t dirawat di rumah
lhome isolotion). Tindaka nr{ang harus dilakukan PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI
selama home isoLotion ata/isolasi di rumah adalah :
- penderita harus di/mah sampai demam hilang Rumah sakit terbukti menjadi tempat yang paling berisiko
dan selalu meng{unakan masker sampai 14 hari terhadap penyebaran SARS. Secara kasarjumlah tenaga
sesudah jualari bebas panas. kesehatan yang dilaporkan terpapar SARS sejak penyakit
- alat rnu(un dan minumnya dipisahkan dari alat ini muncul hingga sekarang berjumlah 1700. Sehingga,
makan dan minum anggota keluarga yang lain. pengetahuan yang baik mengenai pola penyebaran
- penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 penyakit di rumah sakit melijadi sangat penting di dalam
jam sekali. Bila dalam dua kali pengukuran terjadi program pengendalian infeksi.
kenaikan suhu tubuh mencapai 38"C, maka pen- Center for Disease Control (CDC) metryatakan bahwa
derita harus segera dikirim ke rumah sakit. tindakan mencuci tangan sehabis kontak dengan pasien
- minum obat yang diberikan sesuai petunjuk SARS, menggunakan masker yang sesuai, serta memakai
- anggota keluarga yang merawat penderita dan jubah dan sarung tangan dapat melindungi tenaga medis
tinggal serumah, harus memakai masker. dari terpapar droplet pasien SARS. Tindakan tersebut
- anggota keluarga yang merawat penderita harus terbukti mampu menurunkan angka penularan SARS di
mencuci tangan setelah merawat penderita rumah sakit dengan signifikan.
- apabila ada anggota keluarga lain yang menderita Selain pengendalian infeksi di rumah sakit, komunitas
demam selama penderita masih sakit sampai memegang peranan yang tidak kalah pantingnya di dalam
dengan 10 hari setelah penderita dinyatakan pengendalian infeksi, meskipun dikatakan bahwa SARS
sembuh maka harus segera memeriksakan diri ke adalah penyakit yang terutama terjadi secara nosokomial.
rumah sakit dan selalu menggunakan masker. Seperti yang kita ketahui, ketika terjadi outbreok SARS,
lndikasi ke luar rumah sakit. lndikasi pasien dipulangkan beberapa negara telah mengeluarkan troveL worning
adalah sebagai berikut: a). Tidak panas selama 48 kepada warga negaranya. Namun demikian, sebenarnya
jam, b). Tidak batuk, c). Leukosit kembali normal, d). yang menjadi kunci keberhasilan di dalam pengendalian
Trombosit kembali normal, e). CPK kembali normal, f). infeksi komunitas adalah partisipasi aktif dari masyarakat
Uji fungsi hati kembali normal, g). Elektrolit (natrium) secara langsung. Edukasi yang baik mengenai SARS
plasma kembali normal, h). Perbaikan foto toraks. dapat menjadi bekal pengetahuan bagi masyarakat, agar
Nasehat pada pasien pulang dari rumah sakit mereka memiliki pemahaman yang baik dan diharapkan
- setelah kembali di rumah dinasehatkan tetap mampu melakukan tindakan yang tepat. Penyebaran
734 VlROLr(,Gl
tiap 8jam, topering atau metilprednisolon (intravena) Seto WH, Ching PTY, Ho PL. Inlection control for SARS:
240 - 320 mg tiap hari success and failure. Dalam: Peiris M, Anderson LJ,
4. Ribavirin. 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mglkgBB ADME, Stohr K Yuen KY, editor. Severe Acute
Slmdrome. Massachussets: Blackwell Publishing
intravena tiap 8 jam
176-83.
Keterangan: Sung Jl Yuen KY. Clinical presentation of the disease in
Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini: Dalam: Peiris M, Anderson LJ, Osterhaus ADI\IE
. Frekuensi napas > 30 kali/menit I(, Yuen KY, editor. Severe Acute Respiratory Sr
. PaO2/ FiO2 < 250 mmHg Massachussets: Blackwell Publishing; 2005. p. 21.-9.
. Foto toraks paru kelainan bilateral
. Foto toraks paru melibatkan lebih dari dua lobus
. Tekanan sistolik < 90 mmHg
. Tekanan diastolik < 60 mmHg
Risiko infeksi pseudomonas
. Bronkiektasis
. Penqobatan kortikosteroid lebih dari 10 mo/hari
. Pen!obatan antibiotik spektrum luas le6ih dari 7
hari
. pada bulan terakhir
. Gizi kurang
99
MUMPS
Carta A. Gunawan
MXDAHULUAN vtRoLoGl
,ffiirnps merupakan infeksi virus aku sistemik yang Yirus mumps merupakan famili Poramyxoviridoe. Famili
thtrutama mengenai anak usia se h dan dewasa Paromyxoviridoe mencakup : Rubulavirus (virus mumps,
rmuda dengan manifestasi klinis ma pembesaran virus New Castle diseose, virus parainfluenza lipe 2, 4a,
llulenjar parotis.l Pada kepust aan lama mumps 4b), Poramyxovirus (virus parainfluenza tipe 1 dan 3),
dlsebut sebagai parotitis epid ka. lnfeksi ini umum- Morbilivirus (meosles) dan Fneu mavirus (hu ma n respirotory
u4m bersifat ringan dan dapat mbuh sendiri, sepertiga syncytial virus). Virus mumps berbentuk sferis iregular
,mamg terinfeksi tidak meng.6j an gejala klinis. Pada dengan diameter 90-300 nm. Genom virus mengkode
mang dewasa dan usia manifestasi klinis biasanya 8 protein : hemaglutinin-neuraminidase (HN), fusion
lht*h berat. protein (F), nucleocopsid protein (NP), phosphoprotein (P),
motrix protein (M), hydrophobic protein (SH), L protein.
Protein F dan HN tampaknya merupakan determinan
EIDEMIOLOGI utama imunitas. Terdapat 13 genotipe (A sampai M) virus
diketahui, namun hanya dikihal satu serotipe virus mump*
lilillrrnps endemis di seluruh dunia. Di Skandinavia Pada suhu 40C virus dapat bertahan selama beberapa hari,
pada tahun 1977 - 1979 sebelum ada program namun pada suhu -650C virus dapat hidup berbulan-bulan
ffiinasi, kejadian mumps mencapai 2OO-7OO/ .100.000 sampai bertahun-tahun.1,7
ptduduk pertahun.2 Di Amerika Serikat, kejadian mumps
mmnurun drastis sejak dimulainya vaksinasi tahun 1967
lfuada tahun 1968 dilaporkan 185.691 kasus dan tahun PATOGENESIS
M1 hanya 266 kasus).2 Di Amerika Serikat mumps dapat
,dfifremukan sepanjang tahun, namun insidensi puncak
Transmisi virus terjadi melalui kontak langsung, droplet
hjadi antara bulan Januari sampai Mei. Pada bulan Juni nuclei, muntahan yang masuk melalui hidung atau mulut.
Penularan virus mumps tidak semudah virus measles atau
lilerr York dan New Jersey yang mencapai 1.521 kasus, varisela. Masa puncak penularan terjadi sesaat sebelum
ffirana 91 % pasien berusia > 6 tahun dan 85 Zo pernah atau saat timbul parotitis. Diperkirakan pada masa
mmndapat vaksin MMR (meosles, mumps, rubelto) 2 dosis.3 inkubasi virus berproliferasi pada epitel saluran napas
ffidemi mumps telah dilaporkan pada barak militer, bagian atas dan terjadi viremia, pada tahap selanjutnya
N{ara, asrama, sekolah, kapal.l,a Mumpsjarang terjadi terlokalisasi pada kelenjar dan jaringan saraf.l,2
6da bayi di bawah satu tahun dan di Amerika Serikat
# % infeksi dilaporkan terjadi pada orang ber-usia di
dt< 15 tahun.s,6 Tidak ada perbedaan kejadian parotitis PATOLOGI
antara pria dan wanita. Manusia merupakan satu-
ehtnya hospes alamiah virus ini dan tidak dikenal kondisi Pada pemeriksaan patologi kelenjar parotis yang terinfeksi
wrier. virus mumps, didapatkan edema interstisial dan eksudat
735
736 VIROLOg
m:fritis yang berhubungan dengan mumpsjuga pernah pasien tidak perlu lebih dari 5 hari setelah onset klinis.12
ffiaporkan. Manifestasi lain yang sangatjarang antara lain Virus dapat diisolasi dari cairan serebrospinal pasien
rUimiditis, mastitis, prostatitis, hepatitis, trombositopenia dengan meningitis selama 3 hari pertama onset penyakit
purpura.r,2 dan bertahan paling lama 6 hari.Virus juga dapat diisolasi
dari urine selama 2 minggu pertama onset penyakit (pada
5 hari pertama,T2o/o menunjukkan hasil positif). Viremia
rcMPt!KASI sulit dideteksi dan hanya terjadi pada 2 hari pertama
onset penyakit.
lffieki virus mumps pada wanita hamil trimester pertama
rdapat meningkatkan risiko kematian janin dalam
lhrdungan dan berat badan lahir rendah (7,7o/o), namun DIAGNOSIS BANDING
lfiiidak menyebabkan malformasi fetus. Beberapa kasus
ffiabetes pada usia muda juga dilaporkan berhubungan Beberapa virus seperti virus parainfluenza 3, virus
fungan mumps.1,2 influenza A juga menyebabkan parotitis.
coxsockie, yyls
Pada ini, untuk membedakan dengan mumps
lofdisi
nuNotoct saran kelenjar parotis bilateral pada anak-anak
sering disebabkan oleh virus HlV. Parotitis supuratif
firnntibodi terhadap protein Np dengan pemeriksa biasanya disebabkan Stophylococcus oureus atau
lhomplemen-fiksasi dapat terdeteksi segera bakteri gram negatif. Pembesaran kelenjar parotis yang
fuigan onset klinis, sedangkan antibodi terhadap pfrt"in disebabkan oleh obat-obatan (fenilbutazon, tiourasil,
ilt{ilFl mulai meningkat belakangan dan
t/puncak iodida, fenotiazin) atau kelainan metabolik (diabetes
2-t minggu setelah onset klinis, namun selama melitus, malnutrisi, sirosis, uremia) biasanya bilateral dan
hertahun-tahun. Deteksi lgM anti-Np de n metode asimptomatik. Beberapa penyakit lain yang menyerupai
WIISA merupakan pemeriksaan serologi awal yang mumps antara lain Mikulicz's syndrome, porinoud's
ffing sensitif dan digunakan CDC mendiagnosis syndrome, demam uveoparotid, sarkoidosis, Sjogren's
iffieksi akut mumps.e Neutrolizing- terhadap syndrome. Pembesaran kelenjar parotis unilateral juga
potein HN dan F muncul pada masa konvalesen dan dapat disebabkan oleh obstruksi duktus karena batu atau
hertahan selama beberapa tahun. lmunitas terhadap striktura, kista parotis, tumor parotis.1,2
//il/ilumps bertahan seumur hidup.r,ro,rt
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS
Terapi parotitis mumps adalah simptomitik dan suportif.
M[agnosis mumps umumnya berdasarkan gambaran Diberikan analgesik-antipiretik untuk mengurqngi nyeri
lHfinis yang khasyaitu pembesaran dan nyeri pada karena pembengkakan parotis dan menurunkan demam.
hlenjar parotis disertai gejala konstitusional. pada Pada pasien meningitis atau pankreatitis dengan rnfake
pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit yang kurang atau muntah-muntah diperlukan pemberian
mmrmal atau leukopenia dengan limfositosis relatif. Bila cairan intravena. Sebuah penelitian melaporkan bahwa
ffidapatkan meningitis, pankreatitis atau orkitis, sering pemberian interferon-alfa 2b pada 4 pasien dengan orkitis
oiffiemukan leukositosis dengan shift to the teft. Amilase mumps bilateral menunjukkan perbaikan gejala yang cepat
serum meningkat dan tetap tinggi selama 2-3 minggu. dan tidak terjadi atrofi testis atau oligospermia selama
lJllfinum nya pemeri ksaa n boratoriu m spesifi k u ntu k ka sus
la pemantauan. Gel/rs dkk melaporkan bahwa pemberian
mmlrmps yang khas tidak diperlukan.l,2 Diagnosis definitif 20 ml imunoglobulin mumps pada pasien pria dewasa,
iltnrdasarkan pemeriksaan serologi, isolasi virus atau pCR. mengurfhgi kejadian orkitis dari 27,4o/o menjadi 7,gyo.l,z
ildanya lgM dengan pemeriksaan ELISA atau peningkatan
4kali lipat serum fase akut dan fase konvalesen dengan
]hs CF, HAl, ELISA, neutralisasi memastikan diagnosis.T,e
PENCEGAHAN
ilfietode RT-PCR merupakan teknik pemeriksaan yang
ffiing sensitif dan spesifik. Virus dapat diisolasi dari saliva Untuk mencegah transmisi virus ke orang lain, pasien
,dalam waktu 6 hari sebelum sampai 9 hari setelah timbul dengan mumps sebaiknya diisolasi selama 5 hari setelah
gejala parotitis. Data menunjukkan shedding virus relatif onset parotitis, meskipun upaya ini kurang efektif karena
mndah dalam 5 hari setelah onset parotitis sehingga isolasi virus dapat menyebar ke orang lain beberapa hari sebelum
738 vrRoLoGl
muncul gejala klinis.1a13 Pada masa lalu pernah digunakan Center for Diseases Control and Prevention (CDC). Morbidity
imunoglobulin mumps untuk proteksi pasif, namun and Mortality Weekly Report (MMWR). February 12,201-:U
5e (05);125-9.
pengalaman di Alaska menunjukkan imunoglobulin ini Huang AS, Cortese MM, Cums AT, Bitsko RH, Jordan FIT,
tidak menurunkan kejadian parotitis atau risiko terjadinya Soud F. Risk factors for mumps at a university with a larg;e
meningitis dan orkitis. mumps outbreak. Public Health Rep 2009;124(3): 419-26.
Barskey AE, Glasser IW, LeBaron CW. Mumps resurgenc€f
Dewasa ini digunakan imunisasi aktif dengan virus
in the United States : a historical perspective on unexpected
mumpsyang dilemahkan. Terdapat beberapa strain vaksin elements. Vaccine 2009; 27 : 6186-95.
seperli Jerryl-Lynn (mulai dipakai di Amerika Serikat pada Dayan GFt Quinlisk P, Parker AA, Barskey AE, Harris MI.
tahun 1967), Rubini, Urobe, Leningrad, L-Zogreb. Vaksin Hill Schwartz |M. Recent resurgence of mumps in the Unied
States. N Engl J Med 2008; 358: 1580-9.
ini diberikan secara subkutan dan memberikan proteksi 7. CarboneKM, RubinS. Mumpsvirus. In: KnipeDlvI, Howle-r'
Walaupun virus mumps dianggap monotipik,
95o/o.1,14,1s PM (Eds). Field Virology.Sth ed. Philadelphia : Lippincofi
tidak adanya proteksi silang penuh antara berbagai Williams and Wilkins; 2007. p.1527-50.
Davis NF, McGuire BB, Mahon J& Smyth AE, O'Malley (1.
genotipe diduga menjadi penyebab kegagalan vaksin.16-2j
Fitzpatrick fM. The increasing incidence of mumps orchitis:
Di negara Skandinavia setelah era vaksinasi, kejadian a comprehensive review. BIUI 2010;105: 1060-5.
mumps menurun 99o/o (1-4/100.000 pendu n Krause C[I, Molyneaux P], Ho-Yen DO, Mclntyre R Carnrr
pada tahu n 1 993- 1 995 d ibandingkan deg{an 200 - 7 00 / WF, Templeton KE. Comparison of mumps-IgM ELISAsiT
acute infection. J Clin Virol 2007;38:153-6.
1 00.000 penduduk per tahun pada 1977 -1979).Titer 10. Anderson L|, Seward JF. Mumps epidemiology and immrrrfu"
antibodi yang memadai Pediatr Infect Disl 2008;27:575.
bertahan sedikitnya sepyllf tahun. Pemberian vaksin di- L1,. Date AA" Kyaw MH, Rue AM, Klahn], Obrecht L, IGolmf.
Long term persistence o{ mumps antibody after receipt d8
anjurkan pada anak u;.;512-15 bulan dan diulang pada usia
measles-mumps-rubella (MMR) vaccinations and antftoff
46 tahun dengan vaksin meosles dan rubela response after a third MMR vaccination among
(MMR).1,'1 n di Brazil menunjukkan pada 20,10/" population. J Infect Dis 2008; 197 1.662-8.
L2, Polgreen Plr{, Bohnett LC, Cavanaugh JE. The duratim
anak usia sekolah yang mendapat vaksin MMR pada usia 9
mumps virus shedding #ter the onset of symptoms.
bulan tidak memiliki titer antibodi protektif dan penelitian di Infect Dis 2008; 46: 1M7 .
Yaman pada anak usia 4-14 tahun, hanya 59,8% anak yang 13. Center for Diseases Control and Prevention (CDC). U
divaksinasi memiliki antibodi lgG terhadap mLtmps.22,23 recommendations for isolation of persons with
MMWR 2008; 57:1103.
Orang dewasa dan petugas kesehatan dianjurkan men- 1,4. Cohen C, White JM, Savage E]. Vaccine eI
dapat vaksin MMR satu atau dua dosis. Pada bulan Juni estimates, 20042005 mumps outbreak. England Emerg
2OO9 CDC Advisory Committee on lmmunizotion Practices Dis 2007; 13:12-7 .
(ACIP) merekomendasikan pemberian 2 dosis vaksin 15. Galazka AlvI, Robertson SE, Kraigher A. Mumps and
vaccine : a global review. Bulletin of the World
kuadrivalen meosles, mumps, rubello, voricello (MMRV) Organization 1999; 77(1): 3-L4. ...
pada anak usia 12 bulan - 12 tahun.21'24 Efek samping 16. Conly JM, Johnston BL. Is mumps making a comeback 1
vaksin MMR jarang terjadi, kadang-kadang dapat timbul I Infect Dis Med Microbiol 2007;18 7.
Cui A" Myer Il Xu W. Analysis of the genetic v3ri
kejang demam, meningitis (diJepang dilaporkan 0,05-0,3% the mumps SH gene inviruses circulating inthe UK
dengan strain Urabe), ensefalitis, kemerahan pada kulit, 1996 and2005. Infect Genet Evol2009;9:7L.
pruritus, purpura. Seperti vaksin virus hidup lainnya, vaksin Dayan GH, Rubin S. Mumps outbreak in v
population : are available mumps vaccine effective
mumps tidak boleh diberikan pada wanita hamil, pasien
to prevent outbreaks ? Clin InfecDis2008;47:1458-
dengan terapi imunosupresan, demam tinggi, keganasan, 19. LondonWP, YorkeJA. Recurrent outbreak of
penyakit imunodefisiensi kongenital atau didapat.l Pasien and mumps. Am I Epidemiol20l5;98: 453-68.
20. Echevarria |E, Castellanos A,Sanz JC Martinez de
dengan infeksi HIV stadium awal masih dapat diberikan
MV, Pena Rey I, Mosquera M, de Ory F, RoyuelaE
vaksin mumps. Vaksin MMR yang tersedia di lndonesia saat virus genotyping : basis and known circulating
ini adalah Trimovox Merieux'" (produksi Sonofy Pasteur) The Open Vaccine |oumal 2010;3: 37-4'1..
dan MMR /f" (produksi MSD). 21,. Marin M, Broder KR, Temte JL, Snider D,
National Center for Immunization and Respiratolv
Recommen{ations and Reports. May 7, 2010; 59
22 Santos BA, Stralioto SIvI, Siqueira MNI, Ranieri TS,
REFERENSI Schermann MT. Prevalence of antibodies against
mumps, and rubella before and after vaccination oI
LitmanN, Baum children with three different fypes combined vird
SG. Mumpsvirus. In:Mandell GL, Bennett
Rio Grande do Sul,Brazil,1996. Pan Am] Public
]8, Dolin R (Eds). Principles and Practice of Infectious 20(5):299-306.
Diseases. 7th ed. Philadelphia : Churchill Uvingstone Elsevier;
2010. p.2201-6.
23. Al-Shamahy HA, Alyousefi NA. Prevalence of
antibodies among children in Sana'a Yemen. j
Gershon A. Mumps. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS,
Med 2008;3(2): 108-13.
HauserSL, Longo DL, |amesonll (Eds). Harrisorls Principle
24. Shinefield tI, Black S, Digilio L. Evaluation of a
of Intemal Medicine. 16th ed. New York : McGraw Hill; 2005.
measles, mumps, rubella, and varicella vaccine ir
p.1154-5.
children. Pediah Infect Dis J 2005; 24:665-9.
100
.-I{ERPES SIMPTEKS
Soeharyo Hadisaputro
./
rciadi dan reaktivasi akibat hospes (hosf) mengalami stres sering disebul humon herpes-virus 3. Semua virus herpes
m.r keadaan imuno-kompromais, yang kadang terjadi pada manusia mempunyai karakteristik enveLoped double
,inrrplikasi serius yaitu ensefalitis. HSV-2 biasanya sebagai stranded DNA viruses. HSV merupakan virus bentuk besar
aEen penyebab herpes genital yang termasuk penyakit dengan inti berisi double stronded DNA yang dilapisi oleh
l'nenular seksual. Pada neonatus, infeksi dapat berbahaya icosqhedron dengan 162 copsomeres. Partikel lengkap
diameternya sekitar 120-200 nm, sedangka n naked virion
ukurannya sekitar 100 nm. Virus masuk ke sel melalui fusi
ifilr-l " , virds Herpes Simpleks tipe l (HSV-I) membran sel setelah menempel pada reseptor spesifik
i+lv-2 Virus Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2) yaitu pembungkus glikoprotein. Virus herpes simpleks
tt{V-3 Virus Varicella Zonter (VZV) mempunyai siklus replikasi dalam kurun waktu 18 jam.
Nlllv-4 ,,,,yirUs'.Epstein"gahrlEBv; ,' ',. : ': ,' ,
HSV-1 merupakan penyebab luka di bibir (herpes
llHv-s Virus Cytomegalo (CMV) labiales) dan luka di kornea mata (herpes
lll{1/-6 ' VkusHerpeiHumah-6 '' , ':;::' keratitis),
biasanya dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan
m{Y-7 " Virus:Herpes:Human-7:.'. , '
sekresi dari atau di sekitar mulut. HSV-2 merupakan
11il{V-8 , ': Vir.us Herpes Ftuman:B'((SAH\D '
penyebab herpes genitalis, terutama ditularkan melalui
Sg.nber: Cook GC and Zumla Al (2009)
739
740 VIROU'GI
kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan kebanyakan mendapatkan infeksi sebelum usia 30 tahun
seksual, oleh karena itu herpes tersebut dianggap sebagai Survei serologik menunjukkan bahwa 20% populasi d[
salah satu penyakit menular seksual (PMS). Amerika Serikat memiliki antiboditerhadap HSV-2. Pada
pemeriksaan obstetrik secara rutin dan klinik keluaqgo
berencana, didapatkan 25o/o wanita memiliki antibod[
EPIDEMIOLOGI terhadap HSV-2, walaupun hanya 107o melaporkan
riwayat adanya lesi genital. Sebanyak 509io orang dewasa
lnfeksi herpes simpleks dapat terj nra. heteroseksual yang menghadiri klinik penyakit menula
H a I i n i te I a h te rd o ku m e nta s iy'ar-r stu d i s e roe p id e m io Io g i seksual mempunyai antibodi terhadap HSV-2. Berbagnl
dengan berbagai uji (o;sdy), seperti fiksasi komplemen, survei serolog i telah menu nju kkan seropreva lensi seruF
neutralisasi, i oresensi indirek, hemaglutinasi atau bahkan lebih tinggi dari HSV-2 di sebagian besrr
/,
pasif , ro d io iyufi oo ssoy dan e nzym e d - lin ked im m u n so rbe nt Eropa Tengah, Amerika Serikat dan Afrika. Prevalennii
ossoy-Kapi untuk membedakan infeksi HSV-1 dan antibodi tersebut rata-rata 5% lebih tinggi padh
---gfr-2, dibutuhkan alat tes sendiri dimana yang paling wanita dibandingkan dengan pria, dan beberapa str.lilr
umum digunakan adalah pengukuran antibodi terhadap menunjukkan bahwa banyak dari pasien tersebut tanpr
glikoprotein G HSV-1 (gG1) dan HSV-2 (gG2), dengan gejala atau asimptomatik.
uji Western blot, berbagai protein tipe-spesifik juga
dapat mendeteksi beberapa tipe virus herpes simpleks
(HSV). merupakan infeksi primer tanpa gejala.
Keadaan laten yang lama setelah infeksi primer sangat
mungkin terjadi. lnfeksi HSV terjadi tidak tergantung
musim atau cuaca, dimana virus ini dapat bertahan PATOGENES!S
dalam fase laten dalam tubuh hospes dan kemungkinan
adanya infeksi ulangan. Ekskresi virus tertinggi pada Paparan HSV-1 pada permukadn mukosa atau kulit
pasien dengan lesi aktif, tetapi ekskresi virus juga terluka memungkinkan masuknya virus dan
dapat terjadi pada 'l 5% pasien yang asimptomatik atau dengan inisiasi replikasi dalam sel epidermis dan
keadaan subklinik. Prevalensi antibodi HSV-2 tinggi pada lnfeksi HSV biasanya diperoleh dari keadaan su
seseorang dengan tingkat sosio ekonomi rendah dan di walaupun infeksi yang menimbulkan gejala klinik
antara kelompok orang dengan banyak partner seksual. berhubungan dengan adanya replikasi virus
Penyebab frekuensi kekambuhan pada pasien infeksi HSV memungkinkan masuk ke dalam ujung saraf sensona
menunjukkan variasi secara individual, yang mungkin pun otonom. Pada awal masuknyq.virus ke dalam sel
dipicu oleh karena keadaan atau paparan tertentu, seperti dimana terjadi replikasi di gangtia dan jaringan saraf
infeksi lain, paparan sinar matahari, demam, menstruasi, berdekatan, yang kemudian menyebar ke permukaan
stres fisik atau emosional, penekanan sistem kekebalan, lainnya, dan ke mukosa melalui migrasi viridn
obat-obatan atau makanan tertentu atau bahkan trauma secara sentrifugal melalui saraf sensoris perifer-
secara umum. Reaktivasi infeksi genital HSV-2 lebih penyebaran ini membantu menjelaskan luasnya
banyak dibandingkan HSV-1 dan umumnya karena permukaan yang ikut terkena dan banyaknya lesi
kekambuhan herpes genital. Diperkirakan 30% pasien yang jauh dari infeksi primer berupa vesikel infeksi
mengalami kekambuhan lebih dari 8-9 kali tiap tahun. daerah genital maupun daerah bibir dan mulut,
Herpes neonatal terjadi sekitar 1 dalam 5.000 kelahiran menjelaskan terjadinya penyembuhan pada daerdr
di Amerika, pada beberapa daerah lain bahkan lebih jauh dari pintu masuknya virus.
tinggi. Sebagian besaranak(75%) terinfeksi dalam proses Respons tubuh terhadap infeksi HSV
persalinan selama melewati traktus genitalis. Tingkat terhadap timbulnya penyakit , tingkat beratnya
beratnya penyakit tidak tergantung dari jenis HSV, tetapi resistensi yang nantinya berkembang menjadi
tergantung pada keadaan prematuritas dan persalinan laten maupuri frekuensi rekurensi. Kedua antibod
dengan intervensi instrumen. Banyak penelitian juga mediated dan reaksi cell-medioted memiliki arti
menunjukkan tidak ada hubungan antara HSV dan kanker secara klinis. Pada pasien immunokompromais
pada serviks. defek kekebalan cell medioted ablasi limfosit yang
Pada umumnya infeksi HSV-1 lebih sering dan infeksi HSV akan menjadi berat dan luas,
lebih awal didapatkan dibandingkan dengan infeksi infeksi pada pasien dengan defisit imunitas
HSV-2. Lebih dari 90% orang dewasa memiliki antibodi seperti agamaglobulinemia.
terhadap HSV-1 pada usia 50 tahun, sedangkan Berbagai manifestasi klinis penyakit HSV
pada populasi dengan status sosial ekonomi rendah terkait dengan respons kekebalan hospes.
IIf,FESIMPLEKS 74t
PENGOBATAN
tietoda
;: asi Virus lit / mukosa Laboratorium khusus
n -.tur sel)
lsi vesikel >90o/o baku standar Medium transport
ulkus 950/o -100% Kemudahan sampling Transport cepat,
dingin. proteksi dari
sinar
. scabs 70o/o Virus typing Hasil dalam 2-7 hari
. mukosa tanpa lesi 30o/o Resistan determinasi Tidak cocok untuk
fenotipe cairan serebro spinal
Biopsi Tidak diketahui Diperlukan
Hapusan pengaturan dengan
Konjungtiva/kornea laboratorium
Neonatus
- lgnosts Lesi kulit / mukosa 73-100% 100o/o Mudah, cepat, tidak Lesi optimal baru ;
: :clogik mahal, into ct b listers lamany a
-:anck's smear) 1-3 hari
Biopsi
Hapusan Konjungtiva/
kornea
: Ceteksi sel Hapusan, seksi 41-70o/" >95o/" Cepat (mungkin < 4 Vesikel baru
,:rg terinfeksi) jaringan, hapusan dari jam )
dasar vesikel Kemungkinan lyprng Laboratorium khusus
Tergantung teknikal
Tidak standar
l:teksi antigen Hapusan dari lesi 41-80o/o 80% Mudah sederhana Hanya sesuai untuk
, :.rs oleh EIA/ vesikel. isi vesikel den- vesikel baru
:- SA gan dasar vesikel Tidak diperlukan in-
tegritas sampel cepat
(mungkin <4 jam)
Mungkin Typing
leteksi Virus Cairan serebrospinal 97 -98o/o -100% PCR: Hanya laboratorium
l'rA oleh PCR3o/ Metoda amat sensiti{ khusus
Real-time PCR31 hasilnya antara 24-48
jam
Aqueous atau vitreous Metoda Virus typing Tidak standar
humour dan resistonce geno-
typing
Dipilih untuk LCS
:Spesivit:!],r ',f,egirtungan..;.',::1r
:1r-;,
1;..r,,: ,.X*|q$h!-t g,,',..; 1., .:,'.-.
,;10096:'r:: i;; .M,em beda,ka+, nt ar.a,, Tidak tersedia komersial,
a
HSV,1,
'93.98%,.r::,,,
f.eis*dia,kom mqrsi,al. .r,,, ,.Ku rangl senq,ilif {d i bd,qdirrg-
ern eda*an: an,iare', kan dengan amplified
,H5V-1dan,llglftJ I':,:,". ,fiesff):
,iebih' .Ullrqndi ,.
Tei-Sedia, kotr*,e,fsi :l haaya
':*eiteri,bt}t:, ,... rr
r::.r.:. ,: flntuk,Flsv"2....:. .,.,:,.,
,,,
Detekai,sefokonversi :'.., I
'IDalarnwql,4'r inggq,i Ia
j.::.:t:: .:: :,j:, : .:,:jl il
:',pr€ser,ria,s,i., d aij . 8 07;r
:,, :',
f
pasien dengan' t{SV{- il
Sumber : Anzivino E et al. (2009)
kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencuci Tiga senyawa yang direkomendasikan adaldftn
memakai air sabun dan aiL yang kemudian dikeringkan asiklovirl valasikloviri dan famsiklovir telah terbukti effi
mengingat bahwa kelembaban akan memperburuk dalam memperpendek durasi gejala dan lesi mukokutum
keadaan, memperlambat penyembuhan dan memudahkan infeksi HSV-1 dan juga infeksi penderita dengamr
terjadinya infeksi bakteri. Obat topikal acyclovir dapat imunokompromais dan imunokompeten. Form
dioleskan pada lesi. intravena dan oral mencegah rea]<tivasi HSV pada
Obat antiviral jarang diperlukan pada infeksi primeri imunokompromais seropositif selama kemoterapi i
tetapi dapat diberikan penderita reaktivasi. Pada umumnya atau pada periode segera setelah sumsum tulang
dapat digunakan asiklovir, tetapi dapat juga diberikan transplantasi organ padat. Asiklovir intravena (30
famsiklovir dan valasiklovir. Beberapa antivirus yang kg per hari, diberikan sebagai infus 1O-mg/kg lebih
tersedia untuk digunakan topikal pada infeksi mata HSV: jam pada 8-jam interval) efektif dalam mengurangi
idoxuridine, trifluorothymidine, vidarobine topikal, dan kematian dan morbiditas HSVl ensefalitis. lnisiasi
sidofovir. Untuk HSV ensefalitis dan herpes neonatus, terapi merupakan faktor penting dalam hasil. Efek
asiklovir intravena adalah pengobatan pilihan utama yang terkait dengan asiklovir intravena
Tujuan pemberian asiklovir adalah mencegah dan insufisiensi g injal, sebagai akibat kristalisasi senyawa
mengobati infeksi, menyembuhkan gejala seperti eritema, parenkim ginjal. Reaksi yang merugikan ini dapat dihi
vesikel yang berisi cairan, ulkus atau bekas ulkus, dengan jika obat diberikan perlahan-lahan selama 1 jam.
cara menghambat polimerase DNA. Asiklovir merupakan Dosis pemberian infeksi HSV-1 (60 mg / kg B8
obat yang paling banyak digunakan pada infeksi HSV-I, hari dalam 5 dosis terbagi), tetapi dapat pula ditn
dan HSV-2, yang tersedia dalam bentuk intravena, oral, 200 mg (a00 mg pada pasien yang memiliki responsi
dan topikal imunokompromais) 5 kali selama 5 hari. Tabel 5
Famsiklovir, merupakan obat yang juga secara klinis jenis antiviral infeksi HSV yang direkomendasikan.
mengobati HSV- 1 da n HSV-2.Va lasiklovi ri meru pa k an vo lyl
ester dari asiklovir yang memiliki bioavailabilitas lebih
besar dibandingkan asiklovir. Ganciklovir sebenarnya PENCEGAHAN
memiliki aktivitas baik pada infeksi HSV-1 dan HSV-2,
tetapi toksisitasnya lebih banyak dibandingkan dengan Keberhasilan upaya untuk mengendalikan penyakil
asiklovir, famsiklovir; dan valasiklovir. dalam populasi adalah melalui terapi antivirus
.E infeksi -' Nama obat
lflElf Non:gernital,{awal ataLt.. Asiklovir (200 mg oral 5 kali/hari, selama 5-10 hari) atau
frren) As,iktovir{S7o topikal 5 kali/hari selama 5 hari} {herpes labialiQ atau
:Asiklovir {370 zalf matq.S kdli/ha,ri selama 14 hari) tkeratitis HSV) -
ilElt Genital (awal) Asiklovir (200 mg oral 5 kali/hari selama 5-10 hari) atau
.\ralasjkIovir(500mgoralduakali/harise1ama5-t0hari)
-ffi/ Genitat (episode rekuren) Seperti untuk awal HSV genital'HSV atau ' '
Famsiklovir (125 mg 6i61 Zialilhlri selama 5 hari)
ffll5Y Genital (suppressisn.af re- Asiklovir (200 mg bra'f 3 kali,/hari atiu 400 mg oral d*a'kalilhari selama > 6 bulan) atail-
[lrBnces Valasiklovir (500 mg oral 1-2 kali/hari selama > 6 bulan) atau
'Famsiklovir (250'mg:sffi;6ilakalilhari selania > 6'bu[an] ,': :' : ' . :
'.
Gl/ awal berat; Ensefalitis H,SV Asiklovir (5-10 mg/kg intravena 3 kali/hari selama 7-21 hari)
tr penyebaran VZV , , Asi klovir jangka,panjang mungkin diperlukan untu k
ensefalitis reku r-en.
s-r-ber: Anzivino E et al. (2009)
@no'atau program pendidikan yang terbatas. Folker E, Oranje AP, Dulvenvoorden jN, Veen JP van der,
Penggunaan kontrasepsi (terutama kondom) Rijlaarsdam |U, Emsbrook |A : Tzanck smear in diagnosing
tnnrcngurangi kemungkinan penularan infeksi HSV-1, genital herpes Gentorin Med 1988,64:249-254.
Hanson KE, Alexander BD, Wood C : Validation of laboratory
i[dtn"rsusnya selama periode asimtomatik ekskresi virus. screening criteria for herpes simplex virus testing of
flmika lesi berupa vesikel, infeksi HSV dapat ditransmisikan cerebrospinal fluid. J.Clin.Micrcbiol 2007 ; 45 : 721.
dhn'il kulit-ke-kulit mesklpun menggunakan kondom. Harrison, Herpes Simplex, in Texbook Principle of Internal
Medicine, 15 ed Mc Grehill Omp. Inc. USA" 2009:1857-61
llflhrmun
demikian, data yang tersedia menunjukkan bahwa joong-wook, LEE : Herpes Simplex in Texkbook Control Of
Wsqgunaan kondom yang konsisten adalah cara yang Communicable Diseases, 18 ed World Health Organization,
cihrtif untuk mengurangi risiko penularan infesi HSV-2. 2009:129-31,.
Parker JN and parker FInI, Herpes Simplex : A Medical Dictionary,
Stuudi terbaru menunjukkan bahwa terapi antivirus harian Bibliography and Annotated Research Guide to Internet
pngka lama dengan valasiklovir juga dapat mengurangi Reference,2009.
mlffeksi HSV-2, khususnya di kalangan perempuan Reil H, Bartlime A, Drerup J, Grewing T, Korn K : Clinical
[Man. validation of new triplex real-time polymerase chain reaction
assay for the detection and discrination of Herpes simplex
Pencegahan infeksi HSV neonatal memerlukan virus type l and 2. J Mol Diagn 2008,10:36L-7.
pencegahan terutama pada ibu hamil trimester ketiga Swiss Herpes Management Forum: Swiss recommendations for
lbenamilan. ldentifikasi wanita atau pasangan rentan the management of genital helpes and herpes simplex virus
infection in the neonate, Swiss Med la/klv 2004, 134:.205-1,4.
urhadap akuisisi HSV pada kehamilan melalui pemeriksaan Tjotta E and Hoddevik G : Herpes Simplex'Virus (HSV1 and
mro{ogi adalah hal yang perlu dilakukan. f$YZ),, Texkbook of Virology, John Wiley & Sons Canada
Ltd,2002:127-36.
White DO, Ferme |J : Herpes Viruses, in Medical Virology, 4
ed.Aledin Press, Sandiago, New York,323-9.
IEFERENSI XuF, Sternber MR, Kotiri BJ, McQuilanGM, Lee FK, Nahmias AJ.
Berman SM, Markowitz LE : Trens in herpes simplex virus
&.mzir-ino E, Floriti D, Mischitelli M, Bellizzi A, Barucca V, type 1 and type 2 seroplrvalence in the United States, JAMA
Chiarini F et al. Herpes Simplex Infection in pregnancy and 2006,296 : 964- 73.
in neonate status of art of epidemiology, diagnosis, therapy
and prevention. Virology |ourn al, 2009 . 6 ; 40: 1.-11, .
4si<Ier- RL, Engleton Iv{, Pfiffer N. Ability of a rapid serology
test to detect seroconversion to herpes simplex virus type
2 glycoprotein G soon after infection. I CIin Microbiol 1999;
37:L632-3.
iarter JB and Saunders VA : Herpesviruses, in Texbook of
Virology, Principles and Applications, |ohn Wiley and Sons
Ltd Atrium, England, 2007:122-13.
rCnokGC and Zumla AI : Cutaneous Viral Diseases, in Texbook of
Mansorls Tropical Diseases,2l ed. 2008 : 835-51
:&sini VI, Glislanzoni M : The importance of diagnosing genital
herpes, J Antimicrob Chemother 2001,,47 :9-1,6.
hrrer DE and Cunningham AL : Herpes Simplex and Varicella-
zoster virus infections, Ml A 2002, 177 : 267 -73.
101
RABIES
I Ketut Agus Somia
Ribonukleoprotein PATOGENESIS
{hrbar 1. Struktur virus rabies.6
Patogenesis infeksi virus rabies melewati 4 tahap proses
yaitu: replikasi virus pada lokasi paparan, penyebaran ke
thindi 19 juta kasus gigitan anjing dan sekitar 4 juta susunan syaraf pusat, penyebaran di dalam susunan syaraf
mndapatkan satu atau lebih dosis vaksin. Setiap tahun pusat, dan penyebaran dari susunan saraf pusat. e,10
'ffcrkirakan 21.000 - 24.000 orang meninggal karena Setelah virus diinokulasikan pada tempat gigitan,
nr{fts di Asia Tenggara.2 glikoprotein virus akan berikatan dengan reseptor
Ferkiraan angka absolut jumlah kasus rabies per tahun nikotinik (asetilkolin) pada permukaan sel syaraf dan
dlHonesia (150 - 300 kasus) lebih rendah dibandingkan juga berikatan dengan reseptor lain, molekul adhesi sel
&rgan lndia (18.000 - 20.000 kasus), Bangladesh (2.000 neural, yang terdapat pada membran presinap. Pada
-5In0 kasus) dan Myanmar ('1000 kasus).2 Sampai akhir paparan perinhalasi, virus masuk melaluijalur nasal dan
CIl:ln 2010, kasus rabies di lndonesia sudah menyebar di mencapai otak melalui jalur olfaktorik. Pada paparan
tpovinsi, sehingga hanya 9 provinsi yang bebas rabies per-oral, transmisi terjadi melalui kerusakan integritas
yJur Bangka Belitung, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa mukosa saluran cerna. Pada tempat inokulasi tersebut
thmgah, Yogyakarta, Jawa Timur; Nusa Tenggara Barat, Papua virus kemudian memperbanyak diri.e,10
Luat dan Papua. Dari Januari sampai 31 Desember 2010 Dari tempat inokulasi, virus menyebar secara
thrcatat 78203 kasus gigitan HPR dan 206 kasus kematian retrogrode melalui sel syaraf motorik dan sensorik, menuju
lhrena rabies. Provinsi Bali merupakan daerah yang paling syaraf pusat dengan kecepatan 15 -100 mm/hari dan
lLrnggi kasus gigitan HPR (60.434 kasus) dan kasus rabies menginfeksi batang otak, diensefalon dan hipokampus. 1,s,10
iliflil'lll4 kasus). Di Bali, terjadi peningkatan kasus rabies yang Setelah mencapai syaraf pusat virus kemudian
rytyaitu tahun 2008 terjadi4 kasus, tahun 2009 sebanyak menyebar secara antegrade menuju beberapa organ
&kasus, dan tahun 2010 sebanyak 82 kasus.T melalui susunan syaraf somatik dan otonom terutama
melalui jalur parasimpatiq yang bertanggungjawab
L.ervqil dengan infeksi pada kelenjar ludah, kornea, kulit,jantung,
ilm{ing adalah reservoir rabies yang paling penting. Kasus pankreas, medulla adrenalis dan organ lain. lnfeksi virus
@a manusia dilaporkan juga terjadi karena gigitan a kan menim bu lkan infiltrat dan nekrosis'seluar.s,10
lhrcing dan hewan liar; luwak(Herpestes spp), rubah (Vulpes Kepekaan terhadap infeksi dan lamanya masa inkubasi
,ilmgralensis) dan serigala (Conis lupus). Gigitan anjing bergantung pada strain virus, genetik dan imunitas
'mrupakan sumber utama infeksi pada manusia di seluruh pejamu, jumlah reseptor lokal pada sel pejamu, jumlah
fitrgara endemis rabies dan 960/oterjadi di Asia Tenggara. inervasi pada tempat gigitan, jumlah inokulum, beratnya
l|Mgan demikian eliminasi rabies pada manusia adalah luka gigitan, dan jarak tempat luka gigitan dengan syaraf
hqantung dari eliminasi rabies pada anjing.l'2,a Pusat.s-10
{Gra Penularan
@ara penularan virus rabies ke manusia dapat dibedakan MAN!FESTASI KTINIS
rnnrmnjadi2 yaitu secara alamiah (non-iatrogenik) dan
imrogenik. Penularan secara alamiah, melalui dua cara Manifes&si klinis rabies pada manusia dapat dibedakan
Wilul inokulasi virus oleh gigitan hewan dan melalui kontak menjadi bentuk klasik dan bentuk non klasik atau atipikal.
'dhput mukosa. Sedangkan penularan secara iatrogenik Bentuk non klasik sangat jarang dijumpai dibandingkan
mnah dilaporkan dari manusia ke manusia (resipien yang dengan bentuk klasik, biasanya lebih sering terjadi karena
mnendapat ja ri ngan tra nsplantasi yan g terkontaminasi) gigitan kelelawar. Gambaran klinis bentuk non klasik
fui melalui udara (droplet atau aerosol) pada petugas meliputi nyeri neuropatik, gangguan sensoris dan motoris,
lfi$oratorium.s gerakan koreiform pada ekstremitas tempat gigitan selama
Risiko tertular rabies tergantung pada lokasi gigitan fase prodromal, tanda-tanda gangguan fokal batang otak,
rdtn keparahan gigitan. Dilaporkan risiko terinfeksi rabies gangguan pada syaraf kranial, mioklonus dan kejang.lo
Gambaran kli//bentuk klasik terdiri dari 5 fase yaitu: paresis pada keempat ekstremitas serta gangguan sfingter
masa inkubasy'ase prodromal, fase neurologis akut,
,/.
ani. Beberapa kasus disertai hidrofobia dan pada fase
koma da1kdmatian.lo,l1 Masa inkubasi bervariasi antara lanjut terjadi spasme otot laring.11,1a
2 mingglu sampai 6 tahun (rata-rata: 2-3 bulan).1 Masa Koma dengan paralisis flaksid generalisata dan
./ffiasr sangat tergantung pada jumlah virus dan lokasi respirasi serta kegagalan vaskuler terjadi setelah sindrom
,,.' gigitan. Semakin dekatjarak antara lokasi gigitan dengan neurologis akut. Sebagian besar pasien meninggal setelah
susunan syaraf pusat maka akan semakin pendek masa 2 minggu timbulnya koma. 11,1a(Gambar 3)
inkubasi.10,11
Fase prodromal, berlangsung 2 sampai 10 hari, diawali
dengan gejala rasa baal, nyeri, gatal pada lokasi bekas
luka gigitan. Gejala lainnya adalah lemas, cepat lelah,
mual, muntah, nyeri kepala, nafsu makan menurun dan
demam. 10,1r,14
. Fase neurologis akut. biasanya berlangsung 2 sampai
7 hari, dapat dibedakan menjadi bentuk galak/ furious
(80%) dan bentuk paralitik/ dumb (20o/o), tergantung
dari organ yang dominan terinfeksi di otak atau
medulla spinalis. Bentuk galak menunjukkan episode
hipereksitabilitas, yang terjadi secara spontan atau dipicu
oleh rangsangan sensorik (auditorik, visual, olfaktorik).
Episode hipereksitabilitas berlangsung dalam beberapa
menit, ditandai dengan kebingungan, hiperestesia, Gambar 3. Rabies klasik tipe galak pada fase koma. (fob
halusinasi, agitasi dan tingkah laku agresif, yang Agus Somia)
kemudian diikuti oleh fase tenang. Perubahan tingkah
laku tersebut terjadi karena infeksi pada neuron di area
1imbik.10,11,14 Sekitar 50% - 807o pasien menunjukkan DIAGNOSIS
tanda hidrofobia, yang merupakan manifestasi klinis
khas rabies.la(Gambar 2) Pada awalnya pasien mengalami Diagnosis Klinis
nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan. Pada saat Diagnosis klinis lebih mudah ditegakkan bila telah
menelan terjadi kontraksi diafragma dan otot - otot tanda-tanda hidrofobia atau aerofobia dan
pernafasan lain, yang berlangsung sekitar 5 - 15 detik. riwayat gigitan HPR. WHO mengklasifikasikan kasus
Hidrofobia dapat dirangsang dengan memberikan rabies pada manusia menjadi:a
minum airi melihat air atau mendengarkan kata-kata air. Suspect: bila sesuai dengan definisi klinis kasus,
Hembusan udara pada kulit juga dapat menimbulkan bila dijumpai sindroma neurologis akut
efek yang sama (aerofobia).1a Tanda klinis lain yang yang didominasi oleh bentuk galak (furious
merupakan disfungsi autonomik meliputi hipersalivasi, atau sindrom paralitik (dumb rabies) yang
hiperlakrimasi, berkeringat, piloereksi dan priapismus memburuk menjadi koma dan meninggal,
t'ta sering oleh karena gagal pernafasan, dalam
Pada laki-laki.1o'r
Rabies paralitik ditandai oleh kelumpuhan berupa 7-10 hari setelah gejala awal, jika tidak
terapi yang intensif.
. Proboble: kasus suspekdengan riwayat kontak
hewan terinfeksi rabies
. Confirmed: kasus suspek yang sudah d
dengan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding tergantung pada bentuk kliri
neurologis akut. Pada rabies galak perlu dipikirkan
tremens, botulism, difteri, keracunan obat (am
dan phenothiazine) dan tetanus. Tetanus bisa
setelah gigitan binatang; luka pada kepala da
dapat menyebabkan tetanus cefalik dengan
Gambar 2. Rabies klasik tipe galak pada fase neurologis akut,
hipereksabilitas. (foto oleh Agus Somia) trismus, kekakuan pada wajah. spasme faring
./
Pada t!*aius terdapat spasme otot diantara serangan dan 4. Ribavirin dan amantadine.
ada meningoensefalitis.l2 - Ribavirin bekerja dengan cara menghambat
Diagnosis banding pada rabies paralitik adalah sintesis RNA melalui hambatan pada inosin
smdrom Guillan-Barre, polio, ensefalitis karena herpes 5'-monofosfat dehidrogenase. Sedangkan
mmiae dan ensefalitis karena arbovirus. Pemeriksan cairan Amantadine merupakan antagonis non kompetitif
mrebrospinal pada sindroma Guillan-Barre, ditemukan reseptor N- methyl-D-aspartate (NMDA). Efek
pe,ningkatan protein dan jumlah sel yang normal, anti virus rabies kedua obat tersebut tampak
*tangkan pada rabies dijumpaijumlah protein meningkat pada biakan sel.16
fur sel pleositosis. Pada polio jarang disertai gangguan 5. lnterferon.
snsoris. Ensefalitis herpes simiae ditransmisikan oleh - IFN a dapat menghambat replikasi virus rabies
gryitan kera, masa inkubasinya sangat pendek (3 hari) pada biakan sel dan hewan coba. Tetapi pemberian
,dian tampak vesikel pada luka gigitan. Ensefalitis karena IFN q secara lokal dan sistemik pada kasus rabies
mbovirus bisa menunjukkan gejala mirip dengan rabies pada manusia, belum memberikan manfaatsecara
palitik, tetapi riwayat gigitan binatang merupakan kunci klinis.l6
yrumg dapat membedakan dengan rabies.l2 6. Ketamine.
- Ketamine memiliki efek anti-rabies melalui
kneriksaan Laboratorium interaksi antagonist non kompetitif pada reseptor
Smsimen pemeriksaan laboratorium dapat berupa saliva, NMDA, dan juga efek anastesi disosiatif. Ketamine
mrum, cairan serebrospinal, urine, biopsi kulit leher, epitel dosis tinggi, menghambat transkripsi genome
hrnea dan biopsi otak. Metode pemeriksaan meliputi virus rabies.16
etkbksi antibodi terhadap virus, deteksi antigen melalui
Terapi agresif tersebut dianjurkan pada pasien yang
Mt fluorescent antibody fesf (FAT) atau ELISA, deteksi memiliki faktor-faktor sebagai berikut:1a1s
H!i{Avirus dengan pemeriksaan polymerose choin reaction
1. Pernah mendapat vaksin rabies sebelum awitan gejala
IISCR),isolasi virus, dan pemeriksaan histopatologis untuk
sakit.
mre{ihat negri bodies yang patognomonik pada rabies.l3
2. Usia muda.
pastiditegakkan bila dijumpai hasil rabies positif
fiDhagnosis
rfungan salah satu atau lebih pemeriksaan laboratorium di
3. lmunokompeten dan sehat sebelumnya.
dtr6-1
4. Rabies yang disebabkan oleh gigitan kelelawar.
5. Segera terbentuk antibodi penetral virus rabies pada
serum dan cairan serebrospinal.
6. Gejala neurologis ringan pada saat terapi dimulai.
KilATALAKSANAAN
Hindari pemberian kbrtikosteroid oleh karena
Mlatalaksanaan dilakukan di ruang perawatan isolasi. memperpendek masa inkubasi dan meningkatkan
ffiilrgas kesehatan yang melakukan tindakkan intubasi, mortalitas. Selain itu kortikosteroid menuunkan distribusi
'mrr;op atau tindakan yang berisiko terpapar lainnya harus obat-obat melewati sawar darah otak. Kortikosteroid
nnrnakai alat perlindungan diri (APD) yang sesuai. Pend- hanya diberikan bila terjadi insufisiensi adrenaJ. 10'1s
uaffia yang menunjukkan tanda-tanda fase galak sebaiknya Pada tahun 2005, dilaporkan satu kasus rabies di
,&t pada tempat tidurnya.l Milwaukee yang sembuh dengan induksi koma. Pasien
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk rabies. tersebut mendapat obat kombinasi anti kejang (ketamine
ffiratalaksanaan rabies hanya bersifat suportif. The working 2 mg/kgBB/jam, midazolam 1- 3,5 mglKgBB/jam dan
qlmuip for the monogement of human robies menyarankan fenobarbital) dan antivirus (ketamine, ribavirin: dosis awal
Fstalaksanaan agresif sebagai berikut:141s 33 mg/KgB dilanjutkan dengan dosis rumatan 16 mglKgBB
lItrtr; Pemberian vaksin rabies di beberapa tempat secara setiap 6 jam, dan amantadin: 200 mg/ hari per-enteral),
intradermal. tanpa pemberian vaksin anti rabies.18'1e Namun beberapa
- Pemberian secara intradermal dilaporkan laporan*menyebutkan kegagalan dengan pendekatan
mempercepat terbentuknya respon kekebalan, reg i men tera pi i nd u ksi koma tersebut.l4l s'l 7'20'21
di-bandingkan pemberian secara intramusku lar.
8 Pemberian immunoglobulin rabies.
- lmmunoglobulin rabies diharapkan dapat KOMPLIKASI
menetralisasikan virus.
t Pemberian antibodi monoclonal. Komplikasi yang bisa terjadi meliputi:17
- Antibodi penetral virus rabies secara intravena . Komplikasi pada jantung, kemungkinan karena
dan intratekal. infeksi pada sistem syaraf otonom atau miokardium
VIROLOGI
Hal - hal yang perlu dinilai pada paparan adalah vaksin rabies. Pada kasus dimana terjadi lokasl luka
lpilrns paparan, epidemiologi rabies di daerah terjadinya yang multipel, luas, serta volume SAR tidak cukup
tmaran, status klinis dan riwayat imunisasi rabies HPR disuntikan pada semua luka tersebut, maka bisa dilakukan
gnrrq menggigit, serta pemeriksaan laboratorium untuk pengenceran dengan larutan salin steril sampai volumenya
mengetahui status hewan yang menggigit. Urutan mencukupi untuk disuntikan pada semua tempat, namun
mrnqrah-langkah penatalaksanaan setelah paparan gigitan dosis SAR tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
dilflq adalah. 21-24
Bila oleh karena situasi tertentu SAR tidak tersedia pada
.' Perawatan luka.
saat kunjungan pertama, maka SAR masih bisa diberikan
paling lambat 7 hari dari tanggal injeksi VAR pertama.
- Perawatan luka harus dilakukan sesegera mungkin
Kelemahan pemakaian ERIG dibandingkan HRIG adalah
untuk mengeliminasi dan menginaktifkan virus
risiko terjadinya anafilaksis pada ERIG lebih sering di-
rabies yang diinokulasikan pada luka jaringan.
- bandingkan HRlG.22-24
Perawatan luka meliputi pembersihan luka selama
VAR berperan merangsang respon kekebalan tubuh
paling sedikit 15 menit, memakai air mengalir dan
terhadap rabies. Setelah pemberian VAR, antibodi penetral
sabun atau deterjen. Bila tidak terdapat sabun
rabies mulai tampak di sirkulasi pada hari ke 7 sampai 10
atau deterjen, luka bisa dibersihkan dengan
setelah vaksinasi, mencapai puncaknya pada hari ke 14- 30
menyemprotkan air bersih saja.
- dengan kadar minimal 0.5 lU/mL dan kemudian menurun
Disinfeksi luka dengan etanol (700m1/L) atau
sedikit dan bertahan paling tidak selama setahun.2a VAR
iodine povidon alau zal antiviral lainnya.
- yang dianjurkan oleh WHO dan Departemen Kesehatan
Perawatan non spesifik lainnya adalah tunda
Rl adalahpunfled robiesvoccinesyang berasal dari biakan
penjahitan luka. Jika luka memang harus dijahit
jaringan atau telur yang bertunas (embryonoted eggs).23'2s
maka harus dipastikan sebelumnya sudah
VARyang banyak beredardan dipakai adalah Purified
diberikan imunoglobulin secara lokal bila ada
inactivoted robies voccine yang merupakan vaksin beku
indikasi.
- kering, virus rabies (WISTAR strain MBIES PMAVI 38-
Pemberian antibiotika dan tetanus toksoid jika
1503-3M) yang diproduksi dari VERO cell /ine. Dosis VAR
ada indikasi.
I pada orang dewasa adalah 0,5 ml secara lM atau 0.1 ml
Setelah perawatan luka, selanjutnya pemberian
imunoglobulin (serum anti rabies/SAR) dan vaksinasi intradermal (lD). Lokasi suntikan lM adalah pada otot regio
anti rabies (VAR) sesuai dengan indikasi berdasarkan deltoid. Tidak dianjurkan suntikan pada otot gluteus, oleh
karena pada daerah gluteus terdapat banyak lemak yang
katagori paparan, tabel 2.
dapat memperlambat terbentuknya antibodi penetral
SAR berperan sebagai imunisasi pasif yang bertujuan rabies yang adekuat.2a Lokasi suntikan lD adalah pada 2
rlmrennberikan antibodi penetral yang cepat, sebelum sistim tempat aliran limfe yang b6rbeda, biasanya pada lengan
iie*ebalan tubuh membentuk antibodi sendiri. Terdapat 2 atas kanan dan kiri. Jadwal pemberian VAR pada orang
pnis SAR yaitu: humon robies immune globulin (HRIG) dan dewasa menurut WHO dapat dilihat paclb tabel 3.23
Wine rabies immune globulin (ERIG). Dosis HRIG yang Regimen Essen merupakan baku emas jadwal
rdianjurkan adalah 20 lUlKg BB, sedangkan dosis ERIG pemberian VAR pasca paparan. Regimen Essen banyak
ilblah 40 lUlKgBB. Pemberian dilakukan secara infiltrasi dipakai di Amerika dan Eropa, serta dipakai acuan di
mada luka sebanyak-banyaknya. Sisanya disuntikan secara Amerika Utara.zz Regimen Essen dianjurkan pada pasien
ildl dalam di tempat yang jauh dari tempat penyuntikan dengan imunokompromais dan sedang memakai obat
E:agorl'pEparnn
: l:i: ::: . . '
tratagorl:i',I'..,',, : .
. : :.:.. :1.
fatagori:lll' ,,,:
752 VIROLOG
antimalaria.2a Pada tahun 2010, The American Advisory Profilaksis Pasca Paparan pada Paparan UIang
Committee on lmmunizotion Practice (ACIP) melakukan Jadwal vaksinasi yang dianjurkan pada orang ya-;
revisi pedoman pemberian VAR pasca paparan, dengan sebelumnya telah mendapat vaksinasi rabies tergantu-:
mengurangijumlah vaksinasi dari 5 menjadi 4 dosis yang pada beberapa hal seperti jumlah vaksin sebelumn.,:
diberikan pada hari ke 0,3,7, dan 14.26 Bukti - bukti rentang waktu antara vaksin sebelumnya deng:-
menunjukkan bahwa pemberian 4 dosis, kombinasi paparan terakhir, kondisi klinis pasien, dan jenis va<. -
dengan SAR bila ada indikasi, sudah memberikan respons yang digunakan sebelumnya. Orang yang sudah per-:-
kekebalan yang adekuat.2627 mendapat vaksinasi lengkap sebelumnya tidak dianju r. : -
Depkes Rl memakai regimen Zagreb sebagai acuan mendapat SAR pada saat kembali mendapat papa': -
pedoman penalaksanaan pemberian VAR pasca paparan ulang. The Sao Paulo technicaL report on human ro:.::
gigitan HPR.2s Keuntungan pemakaian regimen Zagreb prophyLoxis menganjurkan jadwal vaksinasi rabies E=:,
dibandingkan regimen Essen adalah jumlah dosis vaksin paparan ulang.lo
yang diperlukan lebih sedikit (dari 5 dosis menjadi 4
dosis) dan frekuensi kunjungan ke poliklinik lebih jarang Profilaksis Pasca Paparan pada Kondisi Khusus
(dari 5 kali menjadi 3 kali), sehingga secara keseluruhan . Pasien yang telah mendapat profilaksis pra-pap:-:'
biaya menjadi lebih murah.22 Regimen Zagreb juga dapat - Penatalaksanaan kasus paparan pada c'. - _:
merangsang pembentukan antibodi lebih cepat, dan yang telah mendapat profilaksis pra-pap'':"
mungkin lebih efektif bila tatalaksana profilaksis pasca meliputi:
pajanan tidak memakai SAR.28 Kelemahan regimen ini - Perawatan luka gigitan yang sama seperti d =:=-
adalah petugas kesehatan tidak dapat menilai tanda awal - Tidak dianjurkan pemberian SAR, oleh k:'=- r
infeksi dari luka gigitan yang sering tampak pada hari sistim kekebalannya telah terbentuk, seh - ; ; i
ke-3.24 pada saat pemberian dosis vaksin lagi atau , :, .
Pemberian secara ID efektif mengurangi volume penguat, sistem kekebalannya akan meno - ' :
dan menekan biaya vaksin sampai 60 - 80%,23 sehingga respons kekebalan anamnestik segera.
metode ini sangat ekonomis untuk negara-negara dengan - VAR diberikan pada hari ke 0 dan 3 s: -.
penghasilan rendah.2e Pemberian secara lD memerlukan |M.22,23
tenaga kesehatan yang terlatih. Vaksin disuntikkan secara - VAR dengan dosis dan jadwal yang 1e- -- ' -
lD, sampai terbentuk "bleb" pada kulit. Jika pemberian seperti pasien yang belum pernah me- :.:,'
tidak benar, maka pemberian vaksin harus diulang.22'23 profilaksis pra-paparan, diberikan bila: :,-." r
KondidiosisT55
... lnfeksiPneumocysfisl63
Patogenesis
PIDEMIOLOGI Condido olbicans yang merupakan flora normal di rongga
mulut, traktus gastrointestinal dan vagina dapat bertahan
Serara komensal kandida merupakan flora di rongga hidup karena beberapa faktor; di antaranya kemampuan
.n'rrrrlut, traktus gastrointestinal dan vagina. Prevalensi karier untuk menempel pada sel mukosa dan berkompetisi
@.variasi, sekitar 15-600/o diidentifikasi pada individu dengan bakteri komensal lainnya. Faktor-faktor yang
,rcrmal di dalam mulutnya. Penelitian yang dilakukan pada
mengganggu keseimbangan tersebut akan meningkatkan
pasien HIV tanpa gejala infeksi kandida memperlihatkan pertumbuhan jamur atau meningkatkan kemampuan
m'gka kejadian kolonisasi sekitar 50% dengan sebaran CD4 invasi bakteri, misalnya penggunaan antibiotik yang
di oawah dan di atas 200 cell/uL.rSebagian kecil individu mengeliminasi flora komensal lain di rongga mulut dan
hsa memiliki kolonisasi di traktus gastrointestin al. Condida usus, sehingga mengakibatkan invasi kandida. Depresi
Mp menduduki peringkat keempat sebagai penyebab limfosit sel T atau neutrofil menyebabkan organisme
755
756 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSTS EKSTERNAI.
tumbuh dan menyerang inhibisi mekanisme kontrol yang kering dan pecah-pecah yang dikaitkan karena
normal. Pengecualian terhadap kandidiasis vagina, di mana infeksi kandida. Hal ini sangat penting dan merupakan
kebanyakan wanita dengan infeksi yang umum ini tidak penanda umum dari kandidiasis.
mempunyai faktor predisposisi yang dapat dideteksi.l Pada kebanyakan pasien, fokus infeksi terdapat
pada mukosa bukal, tetapi pada infeksi berat dapat
Gejala dan Tanda mengenai lidah, faring, dan esofagus. Kandidiasis
Manifestasi utama kandidiasis superfisial adalah kandidiasis esofageal dapat banyak dilihat pada pasien dengan
orofaringeal, kandidiasis vagina, dan kandidiasis kutis. AIDS, leukemia atau kandidiasis mukokutan kronik-
Sebagai tambahan, kandidiasis mukokutaneus kronik Kandidiasis esofageal dapat muncul dengan nyeri
adalah kondisi yang dapat muncul sebagai infeksi kronik retrosternal sewaktu menelan, dan kadang-kadang
yang langka dan hanya ditemukan pada pasien dengan juga tanpa gejala. lnfeksi sekunder pada rongga mulut
faktor predisposisi. yang diakibatkan kandida dapat muncul pada pasien
-T. .- .a4didiasis
--------- OrofaringeaI dengan abnormalitas epitel; seperti hiperkeratosL
"' inflii.olal oleh Candida dapat ditemukan di semua atau ulserasi yang dikaitkan dengan Likenplanus,
negara. nle(!nisering ditemukan pada anak-anak,
f pemfigus, dan fibrosis oral submukosa; yang sering
usia lanjut, dan\sien dengan sistem imun yang ditemukan pada pasien-pasien dari negara lndia-
tidak adekuat; termalu(Eda pasien AIDS. Sebagai Gambaran klinis lesi kandidiasis oral pada pasien
komplikasi pada infeksi TIw|+ilnbulnya infeksi HIV yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan apusam
kandidiasis orofaringeal sangat umum ditemukan rongga mulut dengan identifikasi spesies kandida
dan merupakan manifestasi awal perkembangan menggunakan CHROMAGAR,S ditunjukkan pada
AIDS. Terdapat beberapa perbedaan dari tipe klinis gambar 1-5.
kandidiasis orofaringeal. Hal ini dapat secara
luas dikenali dari kronisitas dan gambaran klinis.
Kandidiasis pseudomembran muncul dengan plak
putih pada epitel yang terinfeksi dan dapat lepas
dengan mudah. Gambaran bercak-bercak putih yang
menyebar ini dinamakan "thrush". Gambaran ini dapat
muncul sebagai infeksi akut pada anak-anak, lansia,
dan pasien dengan sistem imun yang tidak adekuat,
seperti pada AIDS. Pada kelompok terakhir dan pada
pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik sering
persisten dan sulit disembuhkan dengan terapi
(kandidiasis pseudomembran kronik).
Pada beberapa individu, plak tersebut dapat Gambar 1. Kandidiasis Atropik (Nelwan EJ. Medical I
tidak muncul tetapi permukaan mukosa terlihat Acta Med indones J lntern Med. 2010; 42(1):48-49)
sangat kemerahan (kandidiasis eritematus akut),
yang juga dikenal sebagai kandidiasis oral atropik
akut. Hal ini dapat muncul pada pasien AIDS. Pada
pasien dengan perubahan inflamatorik dan dengan
ketidaknyamanan pada rongga mulut akibat gigi
palsu, eritema persisten dikaitkan dengan kandida
yang merupakan penyebab yang umum ditemukan
(kandidiasis eritematous kronik). Pada perokok,
kandidiasis kronik dapat mempunyai gambaran
tambahan seperti plak putih yang ireguleri yang tidak
mudah lepas pada lidah dan area lain di mulut. Secara
histologis, dapat ditemukan epitel yang atipik dan
pada beberapa pasien dapat berkembang menjadi
karsinoma oral. Pada beberapa pasien dengan
infeksi kronik kandidiasis oral, gambarannya dapat
beru ba h menjadi berbenjol-benjol (Kandid iasis kroni k
Gambar 2. Kandidiasis Pseudomembran (Nelwan U.
nodular). Perubahan-perubahan di atas, dapat muncul lllustration. Acta Med indones J lntern Med. 2010;44Xlk
bersa maa n dengan -o n g u la r c h e ilitis,y aitu sud ut bi bi r 49)
XANDIDIASIS 757
Kandidiasis Vaginal
Kandidiasis vagina secara umum disebabkan oleh C.
albicons, walaupun spesies kandida lainnya seperti C.
globrata atau C. tropicolis banyakjuga ditemukan pada
kultur. Walaupun dapat muncul pada wanita hamil dan
orang dengan diabetes, salah satu ciri dari kandidiasis
vagina biasanya tidak disertai kelainan penyerta lain.
Sistem imun tidak mempengaruhi munculnya kondisi
ini, namun ada laporan memperlihatan infeksi vagina
yang persisten pada beberapa wanita dengan AIDS.
Gambaran klinis utama kandidiasis vagina mirip
dengan yang ditemukan pada mukosa rongga
mulut, yang terbanyak ditemukan adalah bentuk
akut (pseudomembranosa atau eritematosa). Namun
demikian, kandidiasis vagina yang persisten dan
relaps atau kandidiasis vagina sekunder dapat pula
ditemukan. Gejala dan tipe akut bervariasi dari cairan
Cambar 3. Kandidiasis Eritematosa (Nelwan EJ. Medical yang kental, rasa gatal, dan dispareunia. Gambaran
l[trustration. Acta Med indones J lnterna Med 2010; 42(1): klinis bervariasi yang didominasi oleh adanya plak
{&49) putih yang lembut (thrush). Kandidiasis sekunder
ditemukan dengan adanya infeksi lain seperti
pemfigoid, Iichen plonus, atau sindrom Behcet.
3. Kandidiasis lntertrigo
Kulit hanya terlibat secara tidak langsung pada
infeksi vagina dimana terdapat penyebaran infeksi ke
daerah vulva dan perineum. Dalam kasus ini, bercak
kemerahan di lipat paha dan pada permukaan atas
daerah paha dapat muncul, bersamaan dengan pustul
dan papul satelit. Hal yang sama dapat muncul di
tempat lain seperti di bawah lipatan payudara dan
di sekeliling umbilikuS,Walaupun kandidiasis di lipat
paha pada laki-laki dan perempuan lebih umum pada
orang dengan diabetes. Pada bebegapa kasus, tidak
bersamaan dengan penyakit penyerta di kulit. Eksim
atau psoriasis yang mempengaruhi kelenturan kulit
dapat disertai dengan kandidiasis sekunder.
ryiffii:" !"ii':'r'i,iire Kandidiasis interdigital
frnbar 4. Kandidiasis Atropik (Nelwan EJ. Medical lllustration. lnfeksi jari atau kaki karena kandida lebih umum
flrta Med indones J lnterna Med. 20'10: a2 ():48-49)
dijumpai di Negara dengan iklim panas. Lesi berupa
bercak putih dengan kulit yang terlihat basah , yang
biasanya terkikis secara superfisial. Kandida dapat
menjadi penyebab sekunder pada dermatofitosis
interdigital. Lesi antara sela jari dapat sering dilihat
padh wanita dan dihubungkan terhadap kegiatan
mencuci dan memasak berulang. Hal ini lebih umum
ditemukan pada orang dengan kegemukan.
5. Kandidiasis pada kuku
Paronikia adalah infeksi akut dan kronis pada lipat kuku
yang disebabkan spesies Kandida seperti C. albicans
atau C. porapsilosis. Hal ini sangat umum ditemukan
Enbar 5. Kandidiasis Atropik (Nelwan EJ. Medical lllustration. di daerah tropis. lnfeksi ini muncul pada pasien yang
fica Med indones J lnterna Med. 2010; 42(l: a8-a9)
sering melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
758 H ELM I NTIASIS, M I KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAT,
Nfandidiasis yang LFAmB 3-5 mslkgbb/ Elukonazol 800'mg Hindari 'golongan azol
dn:rigai diobati dengan hari, kaspofungin 70 (12mglkg) loading pada:: :pagrien, dengan
terapi antifungal mg loading dose, dose , kemudian 400 riwayat .pernakaian obat
cnnpirik pada pasien kemudian 50 mg per mg {6mglkg,/hari); golongan azol
nmrctrtropenia hari atau vorikonazol atau itrakonazol 200
400 mg (6 mg71s; 2 ms (3 mg/*g).2 kati
kali sehari untuk 2 sehari:
dosis kemudian 200 mg
(3ms/ks) 2 kali sehari
diasis diseminata Flukonazol 400 mg Echinocandinq.untuk Beberapa bulan
!k!rnik\ (5 mglkg/hari)'untuk beberapa,,minggu di- sampai resolusi
\\ pasien yang stabil, ikuti flukonazol dari lesi. Terapi
LFAmB 3-5 mg/kgbb/ harus dilanjutkan
\ lewat peri'ode
\ hari; atau AmB 0.5-
\ 0.7 rnE/kg/hari untuk imunosupresi,
, \ pasiendqnganpenyakit
yang parah; setelah
pasien stabil, dirubah
menjadi flukonazol
llhdidiasis SSF LFAmB 3-5 mg/kgbbl Flukonazol , , Sampai resolusi dari
400-800 mg (6.12m91 semua gejala klinis
llllirurffi,",fi:: kglhari/) untuk.pasien terrnasuk cairan LCS
untuk beberapa ya'ng tidak,dapat dan abnormalitas
minggu., Diikuti mentoleransi LfAmB . ddri, gambaran
flukonazol 400-800 radiologi
mg {6:12 mg/kglhari)
llffirndidiasis AmB 0.7.1 m7lkS . LFAmB 3-5 mg/kgl
G'dophtalmitis dengan 5 FC 25 mg/ hari; vorikonazol, 6
kg 4 kali sehari; atau mslkg 4 kali dalam
flukonazol 6-12 mgl 12 jam untuk 2 dosis,
hari; intervensi bedah ,kemudian 3-4m;glkg4
untuk pasien dengan kalidalam tZjam;atau
endoftalmitis.atau echinocondinn
vitreitis :
alau echinocandin'
'i::tinocondin dosisnya pada usia dewasa:200 mg Loading dose, kemudian 100 mgl hari; Caspofungin, T0-mg loading dose, kemudian
5l rglhari; dan micafungin, 100 mglhari.
: <;tip dari ClinicaL Practice GuideLines for the Monogement of Condidiasis:2009 Update by the lnfectious Diseose SocieA of Americo)
762 H ELMINTIASIS. MI KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAL
serta sudah diindikasikan mendapat terapi oral. Penyakit 7. Ghannoum MA, Perfect JR, et al. Antifungal Theraps-
hati sebagai penyakit dasar merupakan kontraindikasi \nI o r m a.201 0.1 6 :27 9 -8 6
Komplikasi
Endoftalmitis, endokarditis, meningitis, artritis septik,
tenosinovitis, sepsis, gagal napas sampai kematian.a
REFERENSI
\
\ \
PENDAHULUAN Hal ini menunjukan bahwa Pneumocystis terjadi di
mana-mana. Penelitian pada binatang menunjukan
Weumocystis sebagai penyebab penyakit pada manusia bahwa pneumocystis terutama ditularkan melalui rute
pertama kali ditemukan oleh Chagas pada tahun 1909, pernapasan. Tidak terdapat bukti bahwa pneumocystis
yang menyatakan bahwa Pneumocystis adalah bagian dari dapat ditularkan melalui air atau cairan tubuh. Terdapat
slrlus hidup Tryponosomo cruzi. Delano pada tahun 1912 sedikit bukti bahwa pneumocysfrs dapat ditularkan melalui
rmenemukan bahwa pneu mocystis sebenarnya meru pakan plasenta. Pneumocystis ditularkan dari orang ke orang,
'organisme tersendiri dan diberi nama Pneumocystis Jamur ini ditularkan dari orang dengan infeksi subklinis
rmrrnii. Pada tahun 1950-an Pneumocysfis menyebabkan dengan sedikit atau tanpa gejala sama sekali. Penemuan
'ryidemi pnemonia interstisialyang terutama terjadi pada PCR pneumocystis pada bayi kurang dari 1 tahun tanpa
ha,i prematur dan malnutrisi. Pada tahun 1960 dan 1970 gejala klinis menunjukkan bahwa transmisi dapat terjadi
orrerumocystis ditemukan pada pasien imunodefisiensi pada usia sangat muda.3
dtbat kemoterapi dan disebut sebagai Pneumocystis Kolonisasi pneumocystis selain terdapat pada bayi
wwii Pneumonia (PCP). PCP mendapat perhatian besar juga ditemukan pada orang dewasa dengan atau tanpa
pada tahun '1 980an ketika epidemi HIV berkembang di HlV. Pada beberapa populasi tertentu kejadian kolonisasi
,45 dan wilayah dunia lainnya. Walaupun saat ini kejadian meningkat seperti pada pasien HlV, wanita hamil dan pasien
FCo di negara-negara maju mulai menurun; PCP tetap penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Tequan ini memberi
rrmerupakan infeksi oportunistik tersering dan paling kemungkinan bahwa pneumocysfrs mempunyai peran dalam
manyak menimbulkan kematian pada pasien HIV di negara patogenesis PPOK walaupun hal ini masih beluml'elas.a
he"kembang di daerah pasien HIV sering ditemukan dalam Walaupu n pneumocysfls tersebar luas pada
[eadaan imu nodefisiensi berat.1,2 berbagai populasi di seluruh dunia, pneumocysfis hanya
menyebabkan penyakit pada pasien dengan gangguan
kekebalan tubuh berat yang memungkinkan kejadian
oEFtNtSt infeksi oportunistik seperti imunodefisiensi kongenital,
hyper-lgM syndrome, pasien HlV, humon T-lymphotrophic
ffi,eksi pneumocystis adalah infeksi yang disebabkan oleh virus-l-ossocioted lymphoma dan pasien yang mendapat
jirovecii. lnfeksi terutama terjadi pada
trwnur Pneumocystis kemoterapi terutama limfoma, pasien cangkok organ
pe.rderita imunodefisiensi dalam bentuk infeksi paru yang mendapat pengobatan imunosupresi; dan pasien
ipfP). yang mendapat steroid jangka lama seperti Wegener's
granulomatosis dan lupus eritrematosis sistemik. Pada
pasien dengan penggunaan steroid lama PCP sering terjadi
]PIDEMIOLOGI setelah toppering steroid. Pada pasien HlY, pneumocystis
terutama teqadi pada CD4 di bawah 200 sel/mms.2,s
Wneumocystis tersebar di seluruh dunia. Penelitian- Dahulu diduga PCP diakibatkan oleh reaktivasi
uenelitian serologis mem perl i hatkan preva lensi a nti bod i infeksi laten yang terjadi pada usia muda, seperti halnya
Mll-pneumocystis yang tinggi pada seluruh populasi. tuberkulosis. Penelitian-penelitian molekular terkini
763
764 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAL
menunjukan bahwa PCP dapat juga disebabkan oleh gangguan respirasi yang ringan. Pneumocystis juga
infeksi baru. Pemeriksaan pada cairan saluran napas ditemukan pada pasien PPOK, tetapi perannya pada PPO(
menemukan lebih dari 1 strain pneumocystis, sehingga tidak jelas.e
PCP dapat disebabkan juga oleh reinfeksi selain rekurensi. PCP meru pakan ma nifestasi uta ma i nfeksi p n eu m oqrsts
Rekurensi PCP terutama terjadi pada pasien HIV sebelum pada pasien dengan imunosupresi. Gejala-gejala PCP
n pengobatan anti-retroviral (ARV) dan profilaksis adalah demam, batuk tidak produktif dan sesak napas
5
pada aktivitas yang bila tidak segera diobati berlanjut
menjadi sesak napas pada saat istirahat. Gejala-gejala
ini dapat timbut perlahan-lahan dalam beberapa mingqru
seperti pada pasien HIV tetapi dapat terjadi lebih cepa
pada pasien non-HlV. Sputum yang purulen jaraqg
a hewan percobaan memperlihatkan ditemukan, begitu juga dengan menggigil dan sakit dxh-
bahwa penula\n dapat terjadi setelah t hari terpapar Pemeriksaan fisik dapat menemukan ronki bilateral, tetapi
hewan lain erinfeksi Pneumocystis. Pada hewan sering pula tidak ditemukan kelainan. Pasien HIV dapfr
sehat, respons im\ adaptif terbentuk dalam waktu dikenali dengan adanya gejala lain seperti kandidiasis ordl
5-6 minggu yang m timbulnya penyakit. Sel dan kehilangan berat badan.lo
CD4 mempunyai peran ting dalam pengendalian Gejala dan landa pneumocystis ekstrapulmonal p&
infeksi pneumocystis beserta sel limfosit B dan makrofag. kulit, mata (koroiditis), susunan saraf pusat, sumsuilltr
Setelah masuk ke dalam alveoli, dengan menggunakan tulang, tirold, limpa, hati, saluran cerna, kelenjar gen&
major surface glycoprotein (MSG) pneumocystis berikatan bening ataupun penyebaran diseminata dapat
dengan makrofag yang memicu proliferasi limfosit T dan tetapi jarang ditemukan. Penyebaran ekstrapu
sekresi tumor necrosis factor alpha (TNFa), interleukin dapat disertai dengan PCP ataupun tidak.
(lL) 1 dan lL-2. Monosit melepaskan lL-8 dan TNFq. aerosol pentamidine sebagai profilaksis berhu
Pneumocystis juga menyebabkan perubahan pada dengan kejadian Pneumocystis ekstrapulmonal
surfaktan; penurunan kadar fosfolipid; sedangkan kadar pasien HlV. Gejala dan tanda ekstrapulmonal
kolesterol, fosfatidilgliserol dan fosfolipase A akan samar sehingga diagnosis kebanyakan hanya d
meningkat.6,7 setelah otopsi. 1o
Pada hewan yang dibuat imunodefisiensi, PCP
muncul setelah 2-3 bulan semenjak penularan. Respons
peradangan pada inang berperan dalam beratnya gejala ETIOLOGI
pada paru-paru. Hal ini dapat menjelaskan perburukan
respirasi yang sering terjadi pada pasien PCP bila Pneumocystisyang dulu pernah didilga sebagai
dilakukan toppering kortikosteroid, seperti juga hipoksia sekarang digolongkan sebagai jamur oscom
yang terjadi setelah pemberian obat PCP tanpa disertai berdasarkan kemiripan genetik yang lebih
kortikosteroid.T,B dengan genetik jamur daripada protozoa.
Pemeriksaan patologi anatomi pada paru-paru genetik juga menemukan bahwa Genus Pn
pasien PCP dengan pewarnaan hematoksilin-eosin terdiri dari berbagai organisme yang khas karena
menunjukan eksudat aselular kemerahan pada rongga memiliki spesies inang (hosf) tunggal, sehingga
intra-alveolar disertai dengan gambaran inflamasi disebut host-specific. Hal ini juga menyebabkan
interstisial yang ringan. Dengan bertambah beratnya perubahan penamaan. Saat ini nama Pne
penyakit, terjadi pembentukan membran hialin dan corinii digunakan oleh spesies yang menginfeksi
fibrosis intraluminal. Pewarnaan methomine silver atau sedangkan spesies yang menginfeksi manusia
Giemsa dapat memperlihatkan kista pneumocystis di nama Pneumocystis jiroveci. Tetapi akronim PCP
antara eksudat. Gambaran yang tidak khas seperti d ig u na ka n.r,to
granuloma non-coseating atau kista intrapulmonal juga Siklus hidup Pneumocystis tidak banyak
dapat ditemukan.l karena jamur ini tidak dapat tumbuh pada berbagai
kultur yang tersedia. Berdasarkan bentuknya,
diketahui mempunyai 2 fase bentuk yaitu bentuk
GEJALA DAN TANDA dan cystic. Bentuk trophic yang tidak beraturan
ukuran antara2-6 um berjumlah lebih banyakdari
Pada pasien yang tidak mengalami imunosupresi, tidak cystic yang bulat dengan ukuran 6-8 um. p-1,
ada sindrom klinis jelas yang disebabkan oleh infeksi sebagai bahan utama dinding sel hanya di
pneumocystis. Pneumocysfis pada bayi menyebabkan bentuk trophic.l,to
765
mmvarnaan kolorimetrik atau imunologik. Pewarnaan Pilihan utama pengobatan PCP adalah Trimethoprim-
hlorimetrik seperti Gomori methamine silven toluidine s u lfa m et h oxozole (TM P -S MX) ya n g meru pa ka n ko m bi nasi
dflruredan Gram-Weigert dapat mewarnai dinding 2 inhibitor enzim pada sintesis folal pneumocystis.
Meumocystis bentuk cysfs sedangkan pewarnaan Pemberian TMP-SMX secara oral merupakan pilihan
iffiemsa dapat mewarnaijuga bentuk trophic. Pewarnaan pada PCP ringan, sedangkan PCP sedang sampai berat
i:mrnunof Iuoresensi den ga n meng g u na ka n a nti bod i atau penderita dengan gangguan absorpsi saluran
nrnonoklonal memberi keuntungan karena tidak ada reaksi cerna sebaiknya mendapat TMP-SMX secara intravena.
dang dengan jamur lainnya. Pemeriksaan inipun lebih Efek samping TMP-SMX terutama adalah demam,
MsDat dan mempunyai sensitivitas yang tinggi.1,7,10 ruam, netropenia, trombositopenia, mual, muntah dan
Pemeriksaan PCR 10 hingga 100 kali lebih sensitif peningkatan enzim hati. Hiperkalemia pernah dilaporkan
rffihandingkan dengan metoda pewarnaan. pCR juga dan hiponatremia terutama berhubungan dengan
@pat digunakan pada bahan pemeriksaan dengan pemberian cairan intravena. Toksisitas terutama terjadi
organisme yang lebih sedikit seperti yang berasal pada minggu-minggu pertama dan lebih sering terjadi
kumuran rongga mulut. PCR dapat juga digunakan pada pasien HIV (50-60%0) daripada pasien non-H1V.1,t10
umrturk menemukan kolonisasi atau pasien dengan infeksi Pilihan lain terapi PCP adalah trimetoprim-dapson,
mnr\K]in is.1,s,6 klindamisin-primakuin dan atovaquon. Efek samping
766 HETMINTIASIS, MtKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNIU
trimetoprim-dapson meliputi ruam, demam, mual, ada di mana,mana. lsolasi pasien pCp tidak dianjurkaa
muntah, peningkatan transaminase, methemoglobinemia, tetapi menghindari tempat perawatan bersama-sama
anemia dan hiperkalemia. pasien yang mengalami efek dengan penderita yang mempunyai faktor risiko dapil
samping pada pengobatan trimetoprim-sulfametoksazol; dilakukan.s,lo
sebanyak 20-30% juga mengalami efek samping pada Pemberian trimetopri m -su lfametoksazol sebagai
pengobatan trimetoprim-dapson. Efek samping pada pencegahan PCP pada pasien HIV sangat efektif, ter-utarna
penggunaan klindamisin-primakuin adalah demam, ruam, pada penderita dengan CD4 kurang dari 200 sel/mnrs-
diare, anemia, neutropenia, peningkatan transaminase Panduan WHO menganjurkan pemberian profilaksis bih
dan methemoglobinemia. penderita dengan defisiensi CD4 kurang dari 350 sel/mm3 atau HIV stadium 3 atau4
glukosa-6-fosfat (G6PD) memiliki risiko anemia hemolitik dengan asumsi bahwa TMP-SMX juga dapat mencegdlrn
dan methemoglobinemia pada penggunaan dapson dan diare dan malaria yang banyak menimbulkan kematiann
primakuin. Atovaquon mempunyai aktivitas terhadap pada pasien HlV. Pemberiannya bila dibarengi deng rlr
malaria dan toksoplasma selain pneumocystis.l,s,lo pemberian obat ARV dapat dihentikan bila CD4 te&dhr
. Pemberian pengobatan onti-pneumocystis dapat mencapai paling tidak 200 sel/mm3 selama paling tid*
disertai dengan perburukan respirasi setelah 3-4 hari yang 3 bulan berturut-turut. Penelitian lain menentukan tarp
disebabkan oleh reaksi inflamasi terhadap organisme yang pemeriksaan CD4, profilaksis TMp-SMX juga dihentilurr
rusak akibat pemberian obat. penambahan kortikosteroid dengan aman bila telah mencapai jangka waktu lll
pada pengobatan pneumocysfis terbukti memperbaiki ta hu n.1,s,10
angka harapan hidup dan mencegah perburukan. Pada pasien non-HlV CD4 tidak secara rutindiperiLn
Penelitian menemukan penurunan angka kematian dapat sehingga panduan profilaksis dengan menggu
mencapai 50% dengan penambahan kortikosteroid pada CD4 tidak terlalu jelas. profilaksis pada pasien
pengobatan PCf tetapi manfaatnya hanya terjadi pada berdasarkan penilaian berat dan lamanya i
PCP sedang hingga berat. pada pasien HlV, pemberian yang terjadi. Komorbiditas yang diperhitungkan
kortikosteroid diberikan bersamaan dengan onti- pasien non HIV adalah penggu'naan obat
pneumocystis, dan tidak lagi bermanfaat bila diberikan radiasi, groft-versus-host disease dan ko-infeksi
setelah 72 jam. Pada pasien non-HlV yang telah mendapat
kortikosteroid sebelumnya, dosis kortikosteroid dapat
Pada penerim a ollogenic stem cell transplant mulai s{
transplantasi hingga 6 bulan atau lebih panjang
ditingkatkan hingga sama dengan dosis pada penderita penderita mendapat pengobatan immunosupresi
H1v.1,6,10
penderita yang mengalami groft-versus-host
Serupa dengan pasien HIV dengan tuberkulosis, Penerima autologus stem cell transplont
pasien HIV dengan PCP perlu mendapat pengobatan risiko PCP yang lebih rendah sehjngga profilaksis
anti-retroviral (ARV) paling tidak 2 minggu setelah diberikan dalam 3-6 bulan. Bagi penerima so/id
mendapat pengobatan pneumocystis. pemberian ARV tro nsp lo nt, lamanya profila ksis bervariasi, 3- 1 2 bulan
dini berisiko menimbulkan immune reconstitutions transplantasi ginjal dan lebih panjang pada tri
inflammotorysyndrome (lRlS) atau overtopping efek jantung. paru-paru, hati dan usus.12
samping yang menyulitkan pengobatan.s,6,8 Profilaksis PCP dapat juga diberikan pada
inflommotory bowel diseose (lBD) yang
pengobatan triple imunomodulator yang me
KOMPLIKASI colcineurin inhibitor alau onti-tumor necrosis
Hingga saat ini profilaksis belum direkomendasikm
Selain gagal napas yang memerlukan bantuan ventilasi pasien penyakitjaringan ikat atau vaskulitis. pasien
mekanik, komplikasi infeksi pneumocystis adalah pengobatan kortikosteroid setara dengan 20 mg
pneumotoraks. Pneumotoraks terutama terjadi pada perhari selama lebih dari 1 bulan juga dianjurkan
pasien yang pernah menggunakan pentamidin aerosol mendapat profilaksis PCP 1,
sebagai pencegahan pCp, dan perokok. penggunaan Pilihan lain profilaksis PCP selain TMP-SMX
steroid sebelumnya juga akan menyulitkan penanganan adalah dapson tunggal atau kombinasi dengan pi
komplikasi.l's,10
dan leukovorin, atovaquon dan pentamidin
semua pilihan tersebut TMP-SMX tetap
utama karena angka kegagalan profilaksis yang
PENCEGAHAN Pada penderita yang pernah mengalami reaksi
ringan terhadap sulfa, TMP-SMX dapat diberikan
Walaupun pneu mocystis ditularkan melalui sistem per- cara pemberian dosis ekskalasi dalam 6 hingga
napasan, sulit menghin{ari penularan karena pneumocystis hingga mencapal dosis penuh.1,2,6
L
IIN|llF::Il(s I PNEUM OCYST I S
767
;:r-::oraks Normal atau infiltrat perihilar lnfiltrat interstitial difus lnfiltrat interstitial difus luas,
minimal oLveolar shadowing (white
out)
bd 2. Pengobatan PCFtl i
::l' , :r,
-],1 ]i.r:].:]-::
r: t,: :ii:.
i,.r
:r :,:rii,rill
r
bd 3. Penregahan,P€F 11
,qoGNOStS
adalah beratnya hipoksia, umur tua, PCP rekuren, kadar
hemoglobin yang rendah dan adanya penyakit komorbid
r.-::ian pada PCP yang tidak diobati dapat mencapai lainnya. Pada pasien HIV faktor prognostik lainnya adalah
.': Dengan pengobatan yang adekuat kematian pada luasnya infiltrat pada foto toraks, peningkatan neutrofil
,,:^ HIV dengan PCP adalah 10% lebih rendah dari dan lL-8 pada cairan BAL, peningkatan LDH, penurunan
:. .r non HIVyang mencapai 40o/o.Faktor risiko mortalitas albumin dan jumlah sel CD4.1,6,e
768 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTER"T
l
I
REFERENSI
il',/ Carmorn EI\[, Limper AH. Update on the diagnosis and treat-
i/ ment of Pneumocystis pneumonia. Ther Adv Respir Dis
i/
(
2011,,5:41,-59.
D>Avigrron LC, Schofield CIvI, Hospenthal DR. Pneumocystis
pneumonia. Semin Respir Crit Care Med 2008,29:13240.
i
Morris A, Lundgren jD, Masur H, Walzer PD, Hanson DL,
I
Frederick T, et aI. Current epidemiology of Pneumorystis
pneumonia. Emerg Infect Dis 2004,10:1713-24.
I
Morris A, Sciurba FC Noris KA. Pneumocystis: a novel pathogen
in chronic obstructive pulmonary disease? COPD 200&5:43-
51.
Davis ]L, Fei IvI, Huang L. Respiratory infection complicating HIV
infecfion. Curr Opin InIect Dis 2008,2L:1M-90.
Huang L, Crothers K. HlV-associated opportunistic pneumonias.
. Respirolo gy 2009,14:47 4-85.
Huang L, Morris A, Limper AH, Beck JM. An Official ATS
Workshop Summary: Recent advances and fufure directions
in pneumocystis pneumonia (PCP). Proc Am Thorac Soc
2006,3:655-64.
Morris A. Is there anything new in Pneumocystis jirovecii
pneumonia? Changes in P. jirovecii pneumonia over the
course of the AIDS epidemic. Clin Infect Dis2008,46:634-6.
Reid AB, Chen SC Worth Lj. Pneumocystis iirovecii pneumonia
in non-HlV-infected patients: new risks and diagnostic tools.
Curr Opin Infe cl Dis 201L,24:5M44.
Miller RI. Pneumocystis jiroveci infection. In: Cook GC Zumla AI
(Eds). Manson>s Tropical Disease 22"d ed.2008. Saunders.
Philadelphia: 1191-9.
Kovacs JA. Pneumocystis Pneumonia. ln Goldman L, Schafer
AI (Eds). Goldman>s Cecil Medicine 24n ed.2012. Elsevier
Saunders, Philadelphia. e349-L-9
Green fI, Paul IvI, Vidai L, Leibovici L. Prophylaxis of Pneumo-
rystis pneumonia in immunocompromised non-HlV-infected
patients: systematic review and meta-analysis of randomized
controlled trials. Mayo Clin Proc 2007,82:1052-9.
LO4
FITARIASIS
Herdiman T. Pohan
I
HETMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNA
lnfiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan FILARIASIS DENGAN PERADANGAN
sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi
bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan Manifestasi terakhir yang biasanya terlihat di awal infeksi
penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik pada penderita dengan infeksi primer adalah limfangitis.
dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah Limfangitis terjadi di sekitar larva dan cacing dewasa
bening. muda yang sedang berkembang, mengakibatkan inflamasi
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis eosinofil akut. Gejala ini disebabkan oleh fenomena
bersama dengan edema keras terjadi pada kulit yang alergik terhadap metabolisme cacing dewasa yang hidup
mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat atau mati, atau akibat infeksi sekunder oleh streptokokts
filariasis ini disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan jamur. Demam, menggigil, sakit kepala, muntailln
dan oleh respons imun pejamu terhadap parasit. Respons dan kelemahan menyertai serangan tadi. Gejala-gejah
imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberagru
dan proliferasi yang menyebabkan obstruksi total minggu, dan saluran limfe yang terutama terkena adaldlm
pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh- saluran limfe ketiak, tungkai, epitroklear serta alat genitdl
pembuluh tersebut tetap paten selama cacing tetap hidup Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertdi
dan bahwa kematian cacing tersebut menyebabkan reaksi dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis den
granulomatosa dan fibrosis. Dengan demikian terjadilah pembengkakan skrotum.
obstruksi limfatik dan penurunan fungsi limfatik. Demam pada filaria terjadi karena adanya i
yang berawal dari kelenjar getah bening (bi
Gejala KIinis inguinal) dengan perluasan retrograd ke bawah
Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, getah bening dan disertai edema. Di sini, i
sedangkan bila sudah lanjut akan menimbulkan gejala tampaknya diperantarai oleh imun dan kadang
obstruksi. Mikrofilaria yang tampak dalam darah pada kasus) beberapa episode inflamasi diawali dengan
stadium akut akan menimbulkan peradangan yang nyata, kulit.
seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis, epididimitis dan Salah satu kepustakaan menyebutkan bahwa
orkitis. Namun adakalanya peradangan tidak menimbulkan yang murni ditimbulkan oleh filaria jarang terjadi.
gejala sama sekali terutama bagi penduduk yang sejak yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh
kecil sudah berdiam di daerah endemik. Gejala peradangan infeksi sekunder bakteri. Gejalanya yang timbul bi
tersebut sering timbul setelah bekerja berat dan dapat demam tinggi, menggigil, mialgia, dan sakit kepala
berlangsung antara beberapa hari hingga beberapa juga timbul plak edematosa yang mudah di
minggu (2-3 minggu). Gejala dari limfadenitis adalah dengan jaringan sehat disekitatnya, biasanya
nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe yang terkena dengan vesikel, ulkus dan hiperpigmentasi. Pada
dan biasanya disertai demam, sakit kepala dan badan, juga dapat timbul ulkus yang steril dan
muntah-muntah, lesu, dan tidak nafsu makan. Stadium cairan serosanguineous. Kadang disertai dengan
akut ini lambat laun akan beralih ke stadium menahun trauma, terkena api, radiasi, digigit serangga, dm
dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan terkena bahan kimia.
elephontiosis. Serangan akut ini dapat berlangsung selarna
Karena filariasis boncrofti dapat berlangsung selama bulan atau lebih. Pengobatan dengan berbagai
beberapa tahun, maka ia dapat mempunyai perputaran tidak memberikan hasil. Bila keadaannya beral
klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap menyebabkan abses pelvis ginjal, pembengkakan epr
infeksi filaria berbeda-beda sehingga mung kin stadiu mnya jaringan retroperitoneal, kelenjar ari-ari dan otot
tidak dapat dibatasi dengan pasti. Oleh karena itu Hal ini dapat terjadi karena cacing yang mati
seringkali kita membaginya berdasarkan gejala infeksi degenerasi. Abses ini steril, tetapi dapat
filaria yaitu : 1). Bentuk tanpa gejala; 2). Filariasis dengan piogen. Reaksi ini bersifat setempat dan
peradangan; 3). Filariasis dengan penyumbatan. pertumbuhan jaringan pengikat yang berlebihan
yang menahun akan menimbulkan penyumbatrt
Bentuk Tanpa Gejala limfe disertai serangan limfangitis yang berulang
Umumnya bentuk ini didapatkandi daerah endemik. Pada kadang-kadang disertai dengan elefantiasis.
pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar darah pada proses menahun itu biasanya menqf
limfe terutama di daerah inguinal. Pada pemeriksaan darah leu kositosis den ga n eosi nof iI ia sebesar 6-26o/".
ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya Salah satu gejala lain yang kadang timhd
eosinofilia. Pada saat cacing dewasa mati, mikrofilaria filariasis adalah hematuria. Sekitar 40o/o pasiert
menghilang tanpa pasien menyadari adanya infeksi. mikrofilaremia mengalami hematuria dan
nARIASIS 771
nnenunjukkan adanya kerusakan ginjal derajat rendah. Hubungan antara adanya mikrofilaria di dalam darah
lli'lematuria yang terjadi dapat makroskopik, namun lebih dan elefantiasis sangat kecil, karena mikrofilaria menghil-
sring mikroskopik dan ditemukan pada saat dilakukan ang setelah cacing mati. Bila saluran limfe kandung kenc-
Eemeriksaan urin rutin. Kelainan ginjal ini lebih mungkin ing dan ginjal pecah akan timbul kiluria, sedangkan bila
db-sebabkan oleh adanya mikrofilaria yang beredar dalam terjadi episode berulang adenolimfangitis pada saluran
,darah dibandingkan dengan oleh adanya cacing dewasa. limfe testis yang mengakibatkan pecahnya tunika vaginalis
ldal ini ditunjukkan dengan perbaikan fungsi ginjal bila akan terjadi hidrokel atau kolakel. Bila yang pecah saluran
nrnikrofilaria hilang dari peredaran darah. limfe peritoneum dapat terjadi asites kilus. Gambaran
Fenomena lain yang dapat terjadi pada filariasis adalah yang sering tampak adalah hidrokel (40-50o/o kasus) dan
suatu keadaan yang disebut sebagai tropicol pulmonary limfangitis alat kelamin. Pemeriksaan transiluminasi bi-
wsinophilio. Hal ini disebabkan oleh respon imunologik asanya positif. Cairan hidrokel ini biasanya jernih namun
yang berlebihan terhadap infeksi filaria. Sindrom ini pada beberapa kasus bisa keruh,juga dapat menyebabkan
ointandai dengan: hidrokel. Limfangitis dan elefantiasis ini dapat diperberat
' kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi dengan infeksi sekunder oleh streptokokus.
. gejala mirip asma
. penyakit paru restriktif (dan kadang obstruktif) Diagnosis
' kadar antibodi spesifik antifilaria sangat tinggi Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan
' respons pengobatan yang baik dengan terapi parasit dan hal ini cukup sulit. Cacing dewasa yang hidup
antifilaria (DEC) di pembuluh getah bening atau kelenjar getah bening sulit
Angka kejadian sindrom ini rendah (< 1% dari seluruh dijangkau sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Itaws filaria), namun sindrom ini merupakan keadaan berat parasit. Mikrofilaria dapat ditemukan di dalam darah,
pang dapat mengakibatkan fibrosis interstisial kronik dan cairan hidrokel, atau kadang-kadang cairan tubuh lainnya.
q6Eal napas. Cairan-cairan tersebut dapat diperiksa secara mikroskopik.
Banyak individu terinfekii yang tidak mengandung
mikrofilaria dalam darahnya sehingga diagnosis pasti
RIARIASIS DENGAN PENYUM BATAN sulit ditegakkan.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis
Pada stadium yang menahun ini terjadijaringan granulasi dengan eosinofilia sampai 10-30o/o. Di sebagian besar
pmo proliferatif serta terbentuknya varises saluran limfe belahan dunia, mikrofilaria aktif pada malam hari terutama
lmrg luas. Kadar protein yang tinggi dalam saluran limfe darijam 10 malam sampaijam 2pagi. Namun di beberapa
flilterangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen. daerah Asia dan Pasifik tinrbulnya subperiodik, yaitu
L,rrn-kelamaan bagian yang membesar menjadi luas dan timbul hampir sepanjang hari dengan puncak beberapa
frrmbul e/ephonfiosis menahun. kali sehari. Pada kasus dengan periodisitas subperiodik
Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe diurnal (lnfeksi Bancrofti di daerah Pasifik Selatan,
6trt bagian tengah turut mempengaruhi skrotum dan Kepulauan Andaman, dan Pulau Nikobar) puncaknya
pnis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin pada pada pagi hari dan sore hari. Oleh karena itu pengambilan
mrnha. lnfeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi spesimen darah untuk pemeriksaan mikrofilaria harus
tiutngkai dan bagian luar alat kelamin. Elefontiosis pada sesuai dengan puncaknya mikrofilaria aktif didalam darah.
urlrlumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pengambilan darah
nrmnyebabkan pembesaran. tebal atau tipis yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa
Limfedema pada filariasis boncrofti biasanya mengenai otou Wright.
sturuh tungkai. Limfedema tungkai ini dapat dibagi dalam Spesimen darah yang diambil lebih baik diambil dari
4tinnEkat, yaitu : darah kapiler dibanding dengan darah vena. Terdapat
beberapa bukti yang menyebutkan bahwa konsentrasi
Egkat l.Edema pitting pada tungkaiyang dapat kembali mikrofilaria di darah kapiler lebih tinggi dibandingkan
nrmmal (reversibel) bila tungkai diangkat.
dengan darah vena. Volume darah yang digunakan
thgkat 2. Edema pitting/non-pitting yang tidak dapat untuk pulasan sekitar 50pl dan jumlah mikrofilaria 2Omf/
krnrbali normal (ireversibet) bila tungkai diangkat. ml atau lebih merupakan petunjuk adanya mikrofilaria
dalam darah.
nhgfrat 3. Edema non-pitting,tidak dapat kembali normal
Akhir-akhir ini penggunaan mikroskopik untuk
@ tungkai diangkat, kulit menjadi tebal. mendeteksi mikrofilaria sudah mulai tergantikan oleh
fhgftat 4. Edema non-pitting dengan jaringan fibrosis penggunaan membran filtrasi yang ditemukan oleh Bell
rfu verukosa pads kulit (elefontiasis). tahun 1967. Keuntungan dari alat ini adalah sampel yang
772 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAL
dapat disimpan dalam waktu lama. Selain itu karena dalam pembuluh getah bening yang mengalami dilatasi.
menggunakan formalin maka dapat dilakukan fiksasi Cacing dapat dilihat di pembuluh getah bening korda
mikrofilaria dalam darah dan pembuangan mikroorganisme spermatika hampir pada 80% pria. Cacing dewasa hidup
yang tidak diinginkan seperti HIV hepatitis B dan hepatitis memberikan gambaran khas di dalam pembuluh darah.
C. Pada episode akut, filariasis limfatik harus dibedakan dikenal dengan filaria donce sign. Pemeriksaan PCR untuk
dengan tromboflebitis, infeksi, dan trauma. Limfangitis mendeteksi DNA W. bancrofti sudah mulai dikembangkan
retrograd merupakan gambaran khas yang membantu Beberapa studi menyebutkan bahwa metode ini hamplr
membedakannya dari limfangitis bakterial yang bersifat sama bahkan lebih tinggi sensitivitasnya dibanding
asendens. metode parasitologik.
Pemeriksaan terhadap antigen W. boncrofti yang
bersirkulasi dapat membantu penegakan diagnosis. Dua
tes yang tersedia antara lain ELISA dan lCT. Sensitivitas PENGOBATAN
keduanya berkisar antara 96-100% dan spesifisitas
mendekati 100%. Teknik pemeriksaannya menggunakan Perawatan Umum
antibodi monoklonal, yaitu AD12 dan Og4C3. Studi di
. lstirahat di tempat tidur, pindah tempat tinggrdl
Australia menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan ke daerah yang dingin akan mengurangi derajail
antibodi Og4C3 sensitivitasnya 100o/o pada pasien dengan serangan akut.
jumlah mikrofilaria yang tinggi namun sensitivitasnya . Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekundsr
menurun menjadi 72-75% pada pasien dengan jumlah dan abses.
mikrofilaria yang rendah. Spesifisitasnya juga tinggi yaitu
. Pengikatan didaerah pembendungan akan mengurrqfl
edema.
99-100%. Penggunaan AD12 juga memiliki sensitivitas
dan spesif isitas yang tinggi yaitu 96-100% untuk
sensitivitasnya dan 100% untuk spesifisitasnya. Sampai Pengobatan Spesifik
saat ini pemeriksaan untuk mendeteksi antigen Brugia Pengobatan lnfeksi. Fokus pengobatan yang
saat ini belum tersedia. efektif adalah pengobatan di komunitas. Hal ini
Pemeriksaan serologi antibodi juga telah digunakan melalui penurunan angka mikrofilaremia
untuk mendeteksi W bancrofti, namun spesifisitasnya pemberian dosis satu kali per tahun. Pengo
yang rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi peroran gan d ituj ukan u ntu k meng hancurkan parasit
silang dengan parasit yang lain. Selain itu hasil yang mengeliminasi, mengurangi, atau mencegah
didapatkan juga tidak dapat membedakan antara infeksi Hingga saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia
saat ini dan infeksi lampau. Saat ini telah dikembangkan menetapkan Dietilcarbamazine (DEC) sebagai satu
pemeriksaan serologi yang spesifik untuk W. bancrofti obat yang efektif, aman, dan relatif murah.
yaitu menggunakan antibodi subklas lgG4. Namun dilakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kgBB/han
sensitivitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan 12hari. Pengobatan ini dapat diulang t hinggi 5
pemeriksaan secara parasitologi lain yaitu sekitar 90- kemudian bila perlu, atau DEC selama 2 hari per
95o/o. (6-8 mglkgBB/hari).
Pencitraan limfoskintigrafi dengan radionuklir pada Obat lain yang dapat digunakan adalah
ekstremitas menunjukkan abnormalitas sistem limfatik, baik Meski lvermektin sangat efektif menurunkan kada
pada penderita yang asimtomatik mikrofilaremik maupun filaremia, tampaknya tidak dapat membunuh
pada penderita dengan manifestasi klinis. Kegunaan dari dewasa (non-makrofilarisidal), sehingga terapi
limfoskintigrafi ini adalah : 1) Dapat menunjukkan alur tidak dapat diharapkan menyembuhkan infeksi
aliran limfe; 2). Evaluasi kecepatan aliran limfe, kecepatan menyeluruh. Albendazol bersifat makrofilarisidd
absorpsi. dari tempat injeksi, mengukur waktu akumulasi W bancrofti dengan pemberian setiap hari
trocer di daerah kelenjar limfe; 3). menunjukkan kelenjar minggu. Namun, dari penelitian dikatakan obat
limfe; 4). menunjukkan pusat inflamasi dengan jaringan belum optimal. Jadi untuk mengobati individu,
lunak dan kelenjar yang baru terbentuk pada proses digunakan.
inflamasi menahun; 5). Menemukan kerusakan trauma Efek samping DEC dibagi dalam 2 jenis. Yarg
saluran limfe; 6). Membedakan edema tungkai limfe, bersifat fa rma kolog is, terga ntu n g dosisnya, angla
trauma mekanik tungkai bawah; 7). Mengikuti proses sama baik pada yang terinfeksi filariasis
perubahan obliterasi limfe. Yang kedua adalah respons dari hospes yang
Pada kasus filariasis limfatik, pemeriksaan USG Dopler terhadap kematian parasit; sifatnya tidak
skrotum pada pria dan payudara pada wanita memper- pada dosis obatnya tapi pada jumlah parasit
lihatkan adanya cacing dewasa yang bergerak aktif di hospes.
filtltAsls 773
Ada 2 jenis reaksi : 'l). Reaksi sistemik dengan atau Hal-hal di atas dapat menurunkan angka kekambuhan
Etqm dsrn6rn, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai elefantiasis ekstremitas dan skrotum. H.L Pincei dari
uaqi,an tubuh, sendi-sendi, pusing, anoreksia, lemah, Argentina mengusulkan suatu bentuk penanganan
trernaturia transien, reaksi alergi, muntah, dan serangan limfedema yang multidisipliner dengan tujuan untuk
mtra. Reaksi ini terjadi karena kematian filaria dengan cepat memperbaiki kualitas hidup pasien sebagai manusia
@at menginduksi banyak antigen sehingga merangsang seutuhnya. Tergantung dari berat atau ringannya
mffim imun dan dengan demikian menginduksi berbagai gambaran klinik pasien dapat dirawat jalan atau rawat
:mdrsi Reaksi ini terjadi beberapa jam setelah pemberian inap. Bantuan psikoterapi diperlukan untuk memberikan
ffi[ dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari. Demam pengertian dan menerima keadaan penyakit dan kelainan
'tur jarang terjadi dan tidak terlalu hebat
neaksi sistemik fisik yang dirasakan pasien. Kemudian disusul dengan
@a dosis kedua dan seterusnya. Reaksi ini akan hilang pemeriksaan dermatologik serta kemungkinan infeksi,
'tuqan sendirinya; 2). Reaksi lokal dengan atau tanpa fisioterapi ditetapkan berdasarkan teknik kompresi untuk
dlrr'm66, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, transien drainase limfe pada kedua tungkai, yang mungkin perlu
hidrokel, funikulitis, dan epididimitis. Reaksi
iihrm'+fudsrn6, dipertahankan selama bertahun-tahun.
mrrenderung terjadi kemudian dan berlangsung lebih Terapi bedah dipertimbangkan apabila terapi non
hm'ma sampai beberapa bulan, tetapi akan menghilang bedah tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hampir
dnmgan spontan. semua usaha untuk membuat saluran limfe baru mencapai
Reaksi lokal cenderung terjadi pada pasien dengan keberhasilan yang terbatas. Beberapa terapi bedah yang
'ltrilrryat adenolimfangitis; berhubungan dengan dapat dilakukan antara lain : 1). Limfangioplasti; 2).
i{fuadaan cacing dewasa atau larva stadium lV dalam Prosedurjembatan limfe; 3). Transposisi flop omentum; 4).
tutnrh hospes. Efek samping pada pemberian ivermektin, Eksisi radikal dan tandur kulit; 5). Anastomosis pembuluh
@Dgenesisnya sama dengan pada pemberian DEC, hanya limfe tepi ke dalam; 6). Bedah mikrolimfatik.
iEfr*h ringan pada pasien filariasis malayi dibandingkan Untuk kiluria, diberikan terapi nutrisi rendah lemak,
lffi|h"asis bankrofti. tinggi protein, dengan asirpan cairan tinggi dan dapat
diberikan suplemen tambahan dengan trigliserida rantai
f@obatan penyakit. Hidrokel besar yang tidak sedang (med iu m -cha in trig lycerides).
mungalami regresl spontan sesudah terapi adekuat harus
,dmper-asi dengan tujuan drainase cairan dan pembebasan
frurr'mx,a vaginalis yang terjebak untuk melancarkan aliran
PENCEGAHAN
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah
li|iitmnnie,
l&rqan aspirasi dan operasi. Aspirasi calran hidrokel tidak Pencegahan massal. Kontrol penyakit pada populasi
dim"""""'Uurkan ka rena sela in a n g ka keka m bu ha n nya ti ng g i, adalah melalui kontrol vektor (nyamuk). Namun hal ini
tr*rcng kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. terbukti tidak efektif mengingat panjangnya masa hidup
parasit (4-8 tahun). Baru-baru ini, khususnya dengan
&herapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel dikenalnya pengobatan dosis tunggal, (satu kali pertahun),
dCah: dua regimen obat yaitu Albendazol 400 mg dan lvermectin
* hiidrokel yang besar sehingga dapat menekan 200 mglkgBB cukup efektif. Hal ini merupakan pendekatan
pembuluh darah. alternatif dalam menurunkan jumlah mikrofilaria dalam
'- llrndikasikosmetik. populasi.
* hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan Pada pengobatan massal (program pengendalian
mlengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya filariasis) pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan
sehari-hari. Pada ekstremitas yang terkena, lagi mengingat efek sampingnya. Untuk itu, DEC diberikan
cilakukan: dengan dosis lebih rendah (6 mglkgBB), dengan jangka
- pencucian dengan sabun dan air dua kali per waktu pemberian yang lebih lama untuk mencapai dosis
hari total yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2-
- menaikkan tungkai yang terkena pada malam 0,4o/o selama 9-12 bulan. Atau pemberian obat dilakukan
hari seminggu sekali, atau dosis tunggal setiap 6 bulan atau
- ekstremitas digerakkan teratur untuk melancarkan 1 tahun.
aliran
- menjaga kebersihan kuku Pencegahan !ndividu
- memakai alas kaki Kontak dengan nyamuk terinfeksi dapat dikurangi melalui
- mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau penggunaan obat oles anti nyamuk, kelambu, atau
antibiotik insektisida.
H ELM I NTIASIS, M I KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERI'T.
Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, retrograd, yang bersifat khas untuk filariasis.
prognosis lebih buruk. Peradangan pada saluran limfe ini dapat
daerah sekitarnya dan menimbulkan infiltrasi pada
paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah bi
, FITARIASIS MALAYI ikut membengkak dan menimbulkan gejala li
Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul,
I Penyebab adalah filariasis Brugio molayi. dan menjadi ulkus. Ulkus pada-pangkal paha id
sembuh meninggalkan bekas sebagaijaringan
' Lingkungan Hidup tanda ini merupakan salah satu gejala obyektif filar
, Manusia merupakan hospes definitif. Periodisitas limfatik. Selain itu pembesaran kelenjar limfe ini dapatj
, ,ikrofilaria B. malayi adalah periodik nokturna, subperiodik dilihat sebagaitali yang memanjang yang
; nokturna, atau nonperiodik. Periodisitas mikrofilaria satu tanda lain yang penting untuk filariasis malay-
I Vang bersarung dan berbentuk khas ini, tidak senyata Hal lain yang penting dari filariasis malayi ini
: periodisitas W.bancrofti. Sebagai hospes perantara adalah sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena,
i nyamuk Monsonio, AnopheLes, dan Amigeres. Dalam tubuh dengan filariasis bankrofti. Kecuali kelenjar limfe i
' nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dalam kelenjar limfe lain di bagian medialtungkai, di
: waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada
masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang lebih brugia, elefantiasis hanya mengenai tungkai
10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam bawah lutut, atau kadang-kadang lengan bawah di
, tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit inijuga siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah
sama dengan perkembangan W. boncrofti. kecuali bila filariasis brugia terjadi yang bersamaan
filariasis bankrofti.
Epidemiologi
Penyebaran geografis parasit ini luas meliputi Srilangka, Diagnosis
lndonesia, Filipina, lndia Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, Diagnosis pada filariasis malayi sama seperti
dan sebagian kecil di jepang. Daerah penyebarannya W. bancrofti. Namun pada filarialis malayi,
terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup imunologis tidak dapat dilakukan untuk
i nyamuk Mansonia. Nyamuk terdapat di daerah rendah adanya mikrofilaria. Selain itu pemeriksaan r
; aengan banyak kolarn yang bertanaman pisfio (suatu jarang dilakukan pada filariasis malayi.
FI.ARIASIS
775
P-lnsip pengobatan pada filariasis malayi hampir sama Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2000.p. 35-9.
,dengan pengobatan pada W. boncrofti. pada filariasis
Felix Partono, Agnes Kurniawan. Brugia malayi danbrugia timori.
m,alayi diberikan DEC dengan dosis 6 mg/K1BB/hari Dalam: Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. ]akarta: Balai
seiarna 6 hari. Ada kepustakaan lain yang menyebutkan Penerbit FKUI; 2000.p.40-1.
hahwa DEC diberikan dengan dosis 5 mg/KgBB/hari Grove ID. Serum microfilaria e antibody titres before and after
treatment of bancroftian microfilaremia with diethylcar-
Eeama 10 hari. Untuk pengobatan masal, pemberian bamazine. The South East Asian Trop Med Health 1980;
u;siis standar dan dosis tunggal tidak dianjurkan. yang 12(4):487-91,.
ui'arjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka James ]P. Filariasis. In : Flarrison, ed. Principles of Internal
Medicine. 7 th ed.1045-7 .
roanjang (100 mg/minggu selama 40 minggu) atau garam Kumaraswami V. The Clinical manifestations of lymphatic filari-
nW.0,2-0,4% selama 9-12 bulan. Pencegahan terhadap asis. ln: Lyrnphatic Filariasis. London: Imperial College Press;
u,eKor ini dengan cara memberantas vektor nyamuk 2000. p.103-25.
Maizels RM, Partono F, Oemiyati S, Ogilvie BM. Antigenic analysis
lmrsebut dan menyingkir-kan tanaman Pistio stratiotes
characterization by surface radioiodination and evaluation of
'fui'qan Fenoxoilen 30 gram merupakan obat murah dan diagnostic potential. Clin Exp Immunol 1983;51 :269-277.
mT,e."nuaskan terhadap tumbuhan air ini. Manson-Bahr, Wilcoks. Manson's hopical disea ses. 17th ed. 197 6;
192-217.
Mcharty f. Diagnosis of lympatic filarial infection. ln: Lymphatic
Filariasis. Imperial College Press. London. 2000; p127-150.
IILARIAStS TtMORI Partono F, Borahma. Pelat study on the control of malayanfilariasis
in South Sulawesi, Indonesia. Health Studies in Indonesia.
ftmrebab adalah filaria tipe timori. Bull Penel Kese 1974; 2:17.
Partono F, Cross |Ff Clarke MD, Bokarima, Sri Oemiyati. Obser-
vation on the duodenal diagnosis of filariasis #ter a single
Qddemiologi dose of htrazan. South East Asian I Trop Med Pub Health
tipe ini terdapat di Timor; pulau Rote, Flores, dan
fifl,hria 1972;3:366.
Partono F : Elephantiasis and i/s relation to filarial immunify.
lbeberapa pulau di sekitarnya. Cacing dewasa hidup South East Asian I Trop Med Pub F{ealthl9SZ 13: 2.
ff mlam saluran dan kelenjar limfe. Vektornya adalah Partono F, Purnomo, Oemiyati S, Suwarta S. The longterm effects
,tfiuor,c,oheles barbirostis. Mikrofilarianya menyerupai of repeated diethycarbamazine administration with special
reference to microfilaremia and elephantiasis. Acta Tropica
nnllmofilaria Brugio maloyi, yaitu lekuk badannya patah-
198L;38:217-25.
pamh dan susunan intinya tidak teratur, perbedaannya Partono F. Beberapa aspek Wucheria Bancrofti di ]akarta. Tesis.
tu/rmak dalam : 1). Panjang kepala sama dengan 3 x Jakarta;FKUI.1976.
rln*r,a1 last.;r' 2). Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, Piessens WF, Hoffman SF, Ratiwayanto, Piessens PW, Partono
F, Kurniawan L, Marr.rroto HA. Opposing effects of filariasis
'wrunq ukurannya lebih kecil daripada inti-inti lainnya dan and chronic malaria on ifnrrunoregulatory T lymphocytes.
ilutfrailk"'rya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak Diagnostic Immunol 1983; 257 -60.
trtmtr hrnbahan B. moloyi;3). Sarungnya tidak mengambil Purnomo, Dennis TD, Partono F. The microfilaria of brugia timori :
Morphologic description with comparison*o brugia malayi in
ror-a pulasa n Giemso; 4). Ukurannya lebih panjang Indonesia. ] Parasitol 1977;63:6
ilfun'pada mikrofilaria Brugio moloyi. Mikrofilaria bersifat Ramachandran. Humanfilariasis and its control in west Malaysia.
lpn'sdik nokturnal. Bull Publ Health 1970, 4 112
Raesaeni ST, Djelantik AAG, Patono F. Lymphangioadenophaty in
filariasis. Madrid : International Congress of Radiology,
f*la Klinis, Diagnosis dan Pengobatan 1979.
{@1aia klinis, diagnosis dan pengobatan filariasis timori Sando 9 HamAA, ZamanW. Proceedings of parasite in{ection and
rmrmn'nerupai B. moloyi. laboratory meeting. The Third SEA Regional Meeting on
Parasitology and Tropical Medicine. 1968.
Spicer IAJ. Tissue nematodes. In: Clinical Bacteriology, Mycology
and Parasitology.London: Churchill Livingstone; 2000.p.
IITERENSI 80.
Sri Oemijati, Agnes Kumiawan. Epidemiologi filariasis. Dalam :
Paraqitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUL
mMm,T !!TlO. Dasar Parasitologi Klinis. 1969. Diterjemahkan
Pribadi dkk. 1983. Jakarta. 2000; h35-39.
Thomas b Nutman, Peter F Waller. Filariasis and related infection.
mmm'rrc HL, Edison jFB. Filariasis in Portugese Timor with obser-
In: Braurrwald, et.al (Eds). Harrison's Principles of Internal
ration on a new microfilaria found in man. An Trop Med
Medicine 15s ed. New York: McGraw-H1ll;2001:1237-40.
F:rasit 1965;59:193.
World Health Organization Expert Committee on Filariasis. Fifth
flllumuil .\ddis, Gerusa Dreyer. Treatment of lymphatic filariasis. In :
Report. Lymphatic filariasis : the disease and its control. \AtrIIO
tr-tmphatic Filariasis.London: Imperial College Press; 2000.
Tech rep Ser 1992;82L:L-71.
p,151-99.
World Health Organization Expert Comrnitte on Filariasis, 3rd
Mmr A Ottesen. Filariasis. In: Paul WE, ed. Fundamental Immunol-
Report. WHO Techn Rep Ser 1974;542.
rer-. Philadelphia:Lippincott-Raven, 1999. Section 6.Chapter
&-)p.1-6.
105
SOru TRANSMITTED HELMINTHS
Cafta A. Gunawan
776
TRANSMITTED HELMINTHS
h ospes satu -satu nya. Transmisi terjad i mela lu i prolaps rektum. Kerusakan mukosa karena Trichuris
; paling umum adalah transmisi langsung dari anus/ dapat memudahkan infeksi oleh organisme lain seperti
m ke mulut melalui kuku yang terkontaminasi. shigelosis dan Entamoebo histolytico. lnfeksi juga
lain adalah paparan dengan telur cacing pada tanah, dapat mengakseserbasi kolitis yang disebabkan oleh
debu yang terkontaminasi masuk ke mulut atau Campylobacter jejuni. lndividu yang tinggal di daerah
#hmuing, retroinfeksi (telur menetas di mukosa anus dan endemis memiliki respons imun yang tinggi yang
lihnra bermigrasi ke usus besar). melibatkan lgA, lgM, lgG, lgE, berbagai sitokin, namun
Cacing dewasa hidup di kolon, terutama sekum dan tidak menghasilkan imunitas protektif yang lengkap.
rllihalulrn terminal, dapat menyebabkan ulserasi kecil pada lnfeksi ringan biasanya tanpa gejala, infeksi sedang
fitmpat cacing menempel. Cacing dapat hidup selama 2 menyebabkan anemia dan gangguan pertumbuhan. Pada
hrdm'n dan memproduksi 2000 telur per hari. lnfeksi dapat infeksi berat (lebih dari 500 cacing dalam usus), terjadi
riuryaterjadi pada organ genitalia wanita maupun pria, dan trichuris dysentry syndrome (TDS), dan prolaps rektum.
rilffiksi yang tidak lazim pernah dilaporkan terjadi pada Diagnosis berdasarkan ditemukannya telur yang khas
ilhffir ovarium, ginjal, limpa, paru, apendiks. Masa inkubasi pada feses dengan metode Kato-Katz. Kriteria WHO
ffi-45 hari.3 Manifestasi klinis utama adalah gatal pada untuk infeksi berat adalah ditemukannya >10.000 telur/
,tmrds" terutama pada malam hari. Selain itu juga dapat di- gram feses.
gatal pada vulva. Keluhan umum adalah insomnia, Terapi pilihan adalah albendazol 400 mg atau
qpbah, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, mebendazol 500 mg dosis tunggal. Alternatif lain yang
inmmmabilitas, emosi labil, atau enuresis. Biasanya tidak sama efektifnya adalah kombinasi albendazol400 mg dan
ddapatkan eosinofilia atau anemia. ivermectin 200 1tg/k9.1'z Pengendalian infeksi cacing ini
Diag nosis ditegakkan berdasarkan ditemu kannya telur adalah dengan menghindari kontak dengan tanah yang
,@mE yang khas pada feses, hapusan perianal/kuku, atau terkontaminasi dan kemoterapi masal secara periodik.l3
mmg dewasa pada anus.lObat pilihan adalah albendazol
dW mg dosis tunggal. Dapat pula diberikan mebendazol
mg atau pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan dosis
l1l1t0tr& ASCAR'S LUMBRICOIDES
frmnggal.1,e Terapi dapat diulang setiap 6 minggu sampai
iliimqrirungan bersih dan semua anggota keluarga sebaiknya A. lumbricoides merupakan salah satu infeksi yang paling
dlmrapi untuk mencegah reinfeksi. umum dan paling luas penyebarannya pada manusia.
Diperkirakan 1,2 miliar penduduk dunia terinfeksi cacing ini
dengan kematian sekitar 10.000 per tahun.3'141s Di Ethiopia,
m,!CHUR'S TRICHIURA 37% penduduk diperkirakan terinfeksi A, lumbricoides.T
Suatu penelitian di Jakarta Utara pada tahun 2003 pada
@rcing initersebar luas di dunia, terutama di daerah tropis anak sekolah dasar di daerah kumuh menunjukkan 49,02o/o
ymg hangat dan lembab (terbanyak di daerah tropis dari 102 spesimen feses, mengandung telur cacing dan
*frfnnka dan Asia Tenggara). Diperkirakan 900 juta orang 80% merupakan telur A. lumbricoides.l6
ffinirnfeksi di seluruh dunia dengan prevalensi tertinggi Askaris berukuran panjang 20 - 25 cm (betina) dan
@a anak <5 tahun.1,3 Di Etiopia, diperkirakan prevalensi 15-40 cm (jantan). Telurdidapatkan pada usus halus dan
llmrfuksi T. trichiurq pada populasi mencapai 300/0.10'11 dikeluarkan dapat bentuk ovum imatur. Pada tanah yang
lffiibhuriosrs sering kali berhubungan dengan infeksi Ascaris lembab, embrio berkembang dalam waktu 2 - 4 bulan.
lrllur.mbricoid es d an Toxoc o ro sp p. T. t ric h iu ra berwa rna puti h Bila telur tertelan, larva rhobditiform akan menetas dalam
lhnbuan atau merah muda dengan panjang 30 - 45 mm usus halus, menembus mukosa dan mencapai aliran darah,
lffigtan) dan 30 - 35 mm (betina). Cacing hidup di sekum mencapai paru melaluijantung kanan, menembus dinding
idhn apendiks. Penularan terjadi melalui tertelannya alveoli dan masuk ke saluran napas. Selanjutnya larva
[d1ur matang pada jari yang terkontaminasi tanah. Larva menuju trakea dan laring, melewati epiglotis dan masuk
nnuncul di usus halus, menembus vili, berkembang selama ke esofagus, tertelan untuk kedua kalinya dan mencapai
:mu minggu dan masuk ke sekum dan kolorektal untuk usus halus. Seluruh proses ini memerlukan waktu 10 -14
rmnjadi cacing dewasa. Diperlukan waktu 60 - 90 hari hari. Penu laran u mu m nya terjadi mela lu i tertela nnya telu r
'qrak telur tertelan sampai telur muncul di feses. Cacing cacing dari tanah yang terkontaminasi. Masa inkubasi 60
fuurasa dapat hidup selama 5 tahun dan memproduksi - 75 hari. Cacing dewasa dapat hidup sampai i - 2 tahun
ilmO - 7000 telur perhari. dan menghasilkan 240.000 telur perhari.
Patologi trichuriosis tergantung banyaknya cacing Banyak individu terinfeksi menunjukkan sensitivitas
daiam usus. Pada kondisi berat dapat terjadi perdarahan terhadap antigen ascaris dengan gejala konjungtivitis,
ildlron, gejala disentri (trichuris dysentry syndrome) dan urtikaria, asma. Perjalanan cacing dewasa dalam tubuh
778 H ELM I NTIASIS, M I KOSI S. DAN PARASITOSIS EKSTER"IIIAI
individu yang sensitif dapat menyebabkan gatal hebat Manifestasi klinis utama adalah viscerol lorvo migrorc
pada anus, dimuntahkannya cacing, edema glotis. lmunitas (VLM) dan ocu lo r toxocq riosis
(g ron ulomotous ophtholmitisl
terhadap infeksi A. lumbricoides hanya bersifat parsial. Pada VLM, larva terutama didapatkan pada hati dengan
Manifestasi klinis askariasis beragam sesuai dengan lesi berbentuk granuloma, dan juga bisa ditemukan pada
siklus hidupnya dalam tubuh manusia.l Migrasi larva paru, ginjal. jantung, otot bergaris, otak, mata. VLll
pada paru dapat menyebabkan kerusakan pada paru terutama terjadi pada anak-anak, ditandai oleh adarle
(Loffler's syndrome), terjadi 4 - 6 hari setelah infeksi dan demam, pembesaran hati, asma, hipereosinofilia, gej*
dapat berlangsung sampai 3 minggu, ditandai dengan paru, disfungsijantung, nefrosis. Kebanyakan kasus Vlfil
demam, batuk berdahak, asma, skin rash, eosinofilia, sembuh sendiri dalam waktu 2 tahun, namun beberry
infiltrat paru. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian. kasus berakhir dengan kematian. Pada oculor toxocaricdr
Larva yang mencapai otak, mata atau retina dapat didapatkan granuloma besar pada subretina disertii
menimbulkan granuloma. Gejala neurologi antara lain koroiditis yang menyerupai retinoblastoma. Gejala ocrdr
kejang, meningismus, epilepsi, insomnia, tooth grinding. toxocoriosis meliputi strabismus, endoftalmitis, ablasl
Pada saluran cerna dapat terjadi ileus obstruksi, perforasi retina. Covert toxocoriosis terjadi karena paparan jangb
usus, apendisitis akut, divertikulitis, nekrosis pankreas, panjang terhadap larva yang bermigrasi, ditandai oldln
ikterus obstruktif, kolangitis supuratif, kolesistis akut, abses batuk, gangguan tidur; sakit kepala, nyeri perut, asnra.
hati, perforasi esofagus. Selain manifestasi klinis di atas, Dia g nosis toxoco r io sis berdasa rka n d itemu kanrq:
pada anak-anak sering disertai defisiensi nutrisi, defisiensi larva pada granuloma, namun kondisi ini sangat rffi
vitamin A, hambatan pertumbuhan karena malabsorbsi dan jarang berhasil. Pemeriksaan serologi me
di usus halus. Sejumlah penelitian juga menunjukkan antigen larva dengan metode ELISA (sensitivitas >
pengaruh ascariasis dalam gangguan kognitif. spesivisitas > 90o/o). Pada pemeriksaan labor
Komplikasi askariasis yang paling sering adalah didapatkan eosinofilia persisten, leukositosis, men
obstruksi usus halus. Pada pemeriksaan foto polos usus rasio albumin : globulin, peningkatan lgG, peni
dan ultrasonografi biasanya terlihat gambaran khas yaitu titer anti-A atau anti-B isohemaglutinin. Pada pemeri
railway trock sign dan bull's eye oppeoronce. ultrasonografi dengan resolusi tinggi didapatkan
Diagnosis berdasarkan ditemukannya cacing atau hipoekoik pada hati. Diagnosis banding VLM antara
telur cacing pada feses. Beratnya infeksi dapat dinilai larva askariasis (durasi lebih singkat), larva
berdasarkan jumlah telur dalam feses dengan metode (durasi lebih lama), TPE (tropical pulmonory
Kato-Katz. WHO mendefinisikan infeksi berat bila gejala pulmonal lebih hebat dan ditemukan pada
ditemukan > 50.000 telur/gram feses. Pada stadium larva, dewasa). Diagnosis banding ocular toxocoriosis a
didapatkan kadar eosinofil yang tinggi. reti no blasto m a, ko ro id itis ka rena toxop lo sm o sis.
Obat pilihan adalah albendazol 400 mg atau Obat pilihan adalah alb"rjndazol 400 mg
mebendazol 500 mg dosis tunggal. Obat alternatif adalah mebendazol 500 mg dengan dosis 2 kali sehari
levamisol 2,5 mg/kg atau pirantel pamoat 10 mglkg dosis hari. Tiabendazol 50 mglkg dua kali sehari sdama 7
tunggal. Penanganan komplikasi meliputi pemberian hari, juga efektif. Pada oculor toxocoriosis berat
prednisolon pada Loffler s syndrome; pada obstruksi intestinal diberikan kortikosteroid.l
dilakukan pemasangan nosogastric tube, cairan intravena,
analgesik, dan bila gagal diperlukan intervensi bedah.l
ANCYLOSTOMIASIS
pantai Peru, Chile dan Paraguay, Australia Barat, lndia submukosa usus halus menyebabkan pecahnya kapiler
Selatan, Malaysia, lndonesia, Filipina, Polinesia, Mikronesia, dan arteriol usus. Selain itu cacing ini menyedot darah
sebagian Afrika Barat. N. omericanus predominan di sub secara aktif dengan frekuensi 120 - 20O kali per menit
Sahara Afrika, Asia Selatan, Melanesia, Polinesia, Karibia, dan memproduksi inhibitor faktor Xa, faktor Vlla, zat
&rnerika Tengah, Amerika Selatan bagian utara, dan anti-platelet. Darah yang hilang diperkirakan 0,03 ml/
nadang-kadang ditemukan di Amerika Serikat bagian hari per ekor N. omericonus dan 0,15 ml/hari per ekor
selatan. A. duodenole. Pada infeksi berat bisa didapatkan 500 -
A. duodenale memiliki ukuran 0,7-1 ,1 x 0,4-0,5 cm 1000 cacing dalam usus. Pada pasien dapat dijumpai Hb
i Entan) dan 1-1,3 x 0,6 cm (betina), berbentuk silinden yang sangat rendah hingga 2 g/ly.t'tt'zo
tuerwarna putih, abu-abu atau coklat kemerahan. Cacing Diagnosis berdasarkan ditemukannya telur yang khas
hetina memproduksi 25.000-35.000 telur perhari. Bentuk pada feses. Dengan metode Kato-Katz atau McMaste[
frll. omericonus mirip dengan A. duodenole, namun dapat diperkirakan beratnya infeksi dengan menghitung
rnbih pendek dan ramping (0.9-1,1 x 0,4 cm). Cacing banyaknya telur per gram feses pada sampel yang diambil
ihetina memproduksi 6000-20.000 telur perhari. Cacing selama beberapa hari. lnfeksi berat bila didapatkan >
derasa hidup dalam usus halus manusia 1 - 10 tahun. 4000 telur/gram feses. Dalam penelitian, metode RT-PCR
'i[e{ur dapat menunjukkan jumlah masing-masing spesies cacing
dikeluarkan melalui feses, menetas menjadi larva
tn bditiform pada tanah yang lembab, berkembang dengan lebih akurat.21
rmrerjadi larva filariform dan di tanah yang lembab larva Penatalaksanaan ditujukan untuk eliminasi parasit
dhpat bertahan selama 2 tahun. Cacing ini menginfeksi dan mengatasi anemia.lAlbendazol 400 mg dosis tunggal
manusia melalui penetrasi larva melalui kulit. Larva tahap menghasilkan kesembuhan 80% dan dosis 200 mg/hari
I rtnenembus pembuluh darah, mencapai paru pada hari selama 3 hari memberi kesembuhan 100%. Alternatif
hetiga, menembus alveoli masuk ke bronkioli, naik ke lain adalah mebendazol 500 mg dosis tunggal pirantel
lffirakea, masuk ke esofagus, selanjutnya melalui lambung pamoat 10 mglkg selama .3 hari. Penanganan anemia
fur mencapai usus halus pada hari ketujuh. Dalam waktu adalah dengan pemberian ferous sulfat atau ferous
n nninggu, cacing menjadi dewasa dbn cacing betina glukonat per oral 200 mg tiga kali sehari dan dilanjutkan
rnm,ulai memproduksi telur. Siklus hidup kedua cacing sampai 3 bulan setelah kadar hemoglobin normal dicapai
untuk mempertahankan cadangan besi. Pada kebanyakan
ttunrun, N. americanus 3 - 10 tahun; (2) A. duodenale dapat kasus, kadar Hb meningkat 1 gram per minggu' Perlu
mrrcnginfeksi manusia melalui tertelannya larva cacing selain juga diberikan asam folat 5 mg per hari selama 1 bulan.
nmenembus kulit, N. americonus hanya melalui penetrasi Pilihan lain adalah besi parenteral (iron-dertron alau iron-
huililE (3) Larva N. omericonusyang bermigrasi mengalami poly sorbitol gluconic ocid) pada pasien yang tidak dapat
perkembangan di paru sedangkan larva A. duodenole mentoleransi besi per oral.
ffibk; (a) A. duodenole mampu bertahan dalam bentuk
lhna dalam tubuh hospes selama berbulan-bulan sebelum
lheirkembang menjadi cacing dewasa sehingga men- S LARVAM I G RANS
CUTAN EOU
Jrumrnbatani musim dimana kondisi tidak memungkinkan
umtuk transmisi. Secara umum transmisi terjadi secara Cutoneous lorvo migrans (CLM) atau creeping eruption/
Wkutaneus atau tertelan makanan yang terkontaminasi. plumber's itch/sondworm merupakan erupsi kulit yang
S&agian kecil kasus terjadi karena memakan daging disebabkan paparan kulit terhadap larva filariform infektif
mnntah yang mengandung larva A. duodenole dan melalui cacing tambang pada hewan (Ancylostomo broziliense,
nrsrsu ibu. Masa inkubasi 40 - 100 hari. Ancylostoma coninum) dan Strongyloides myopotomi,
lnfeksi cacing tambang pada manusia ditandai oleh S. procyornis. Larva tidak dapat menyelesaikan siklus
mmsinofilia dan peningkatan lgE. Penelitian menunjukkan hidupnya pada manusia dan bertahan di kulit. CLM
yry te4adi peningkatan lgG, lgA dan lgM, produksi sitokin ditemukap di daerah tropis dan subtropis di Amerika
ffiO dan sitokin Th1. lmunitas terhadap infeksi cacing ini Serikat bagian selatan, sub Sahara Afrika, Asia Selatan dan
hsifat parsial protektif. Manifestasi klinis sesuai siklus Asia Tenggara, Amerika Latin.l's
lllM,rp cacing sejak larva menembus kulit hingga menjadi A. broziliense merupakan cacing tambang pada anjing
dewasa. Pada tempat masuknya larva, terjadi
tnlmcfrng dan kucing sedangkan A. caninum biasanya hidup pada
wfutlor rash dan rasa gatal. Setelah 2 minggu timbulgejala anjing. Transmisi terjadi melalui masuknya larva di tanah
pnru yaitu batuk kering, asma, demam, hipereosinofilia. melalui kulit yang kontak dengan tanah (kaki, tangan,
lfilurifestasi klinis utama adalah nyeri abdomen, gambaran perut, bokong). Larva ini tidak dapat menembus stratum
mrnrnia defisiensi besi dan hipoproteinemia {protein-losing germinativum kulit sehingga membentuk terowongan
fhy). Menempelnya cacing pada mukosa dan antara strotum corium dan strotum granulosum. Larva
I
/
/
7gt HELMtNlASts. MIKOSTS, DAN PAMsrrosls EKSTER'{AI
//
/ dapathidup beberapa bulan di kulit sebelum mati. Larva infektif. lnfeksi selanjutnya terjadi karena masuknya lana
bergerak beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter parasitik dari kolon atau kulit anus.
setiap hari dan meninggalkan terowongan yang menjadi Masa pre-paten sejak infeksi sampai munculnya lanm
i/
V
kering dan berkerak. Terowongan berbentuk lurus, rhabditiform di feses adalah 1 bulan. Pada infeksl prirner
melingkar atau berputar. Timbul rasa gatal pada kulit dan didapatkan erupsi eritematus dan rasa gatal pada temoffi
i
garukan bisa menyebabkan infeksi sekunder. Lesi bisa satu masuknya larva yang berlangsung sekitar 3 minggu- Padm
atau multipel, tempat tersering adalah tangan dan bokong. hari ke-6 sampai ke-9 muncul keluhan batuk kering, rryenm
CLM yang disebabkan oleh strongyloides tidak sejelas CLM tenggorok dan rasa penuh pada perut, diare, bergan*-,am
yang disebabkan ancylostomq,larva bergerak sangat cepat dengan konstipasi. Pada infeksi kronis didapatkan nlemr
dan berlangsung hanya beberapa jam. pada kuadran kanan atas abdomen, mual, diare kro'nm
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis' CLM karena dan penurunan berat badan. Migrasi larva pada kuffif
Ancylostoma biasanya didapatkan pada kaki atau jari berlangsung sangat cepat (2 - 10 cm per jam) menghilarqg
kaki, bergerak sangat lambat dan berlangsung berbulan- dalam beberapa jam. Pada pasien dengan malnutrisi atrul
penya kit berat/i m u nos upresi/ im m u n oco m p ro m ised, inwl
birlan. CLM karena strongyloides biasanya didapatkan
pada bokong atau badan, bergerak sangat cepat dan masif S. stercorolis dapat berakibat fatal. lnfeksi bsrfi
berlangsung hanya beberaPa jam. Strongyloides pada usus dapat menyebabkan protmt-
Pemberian 400 mg albendazol dosis tunggal meng- Iosing enteropothy, demam, nyeri perut, ileus paralffi'
hasilkan kesembuhan 46 -90%, sedangkan dosis tunggal
jejunitis necrotizing. Pada paru timbul pneumon@,
ivermectin 12 mg memberikan kesembuhan 81 - 100o/o. efusi pleura, abses paru, sampai gagal napas. Komplilkru
Tiabendazol oral dan topikaIjuga efektif.l'" neurologis meliputi sakit kepala, kejang, kebingunqE66
stupor, meningitis, gejala neurologis fokal. Pada f,t0fib
pasien imunocompromised, didapatkan meninEittfrb
karena E coli. Komplikasi lain di antaranya
STRONGYLOIDIASIS
syok, multipel petekie pada dada dan abdomen,
periumbilikal. Pada pemeriksaan laboratorium
Strongyloides steicoralis memiliki distribusi yang luas,
terutama di Amerika Selatan, Cina, Asia Tenggara. peningkatan kadar lgE, leukositosis, eosinofilia-
Diperkirakan 50 juta orang di dunia terinfeksi cacing infeksi berat, eosinofilia menghilang dan
prognosis buruk.
ini.1'3 S. stercorolis memiliki dua bentuk: parasit dan hidup
Diagnosis berdasarkan ditemukannya cacing
bebas. Siklus hidupnya kompleks : internol sexuol life
(cacing parasit, berukuran 2,5 x 0,034 mm) dan externol atau larva rhobditiform pada feses. Pemeriksaan
adalah dengan modified ogar plote dan teknik
sexuol life (cacing yang hidup bebas). lnternol sexuol life '.
r absorpsi di saluran cerna dan segera diubah menjadi rash. Pirantel dan piperazin bersifat antagonis sehingga
-etabolit aktif sulfoksid dan sulfon. Sulfoksid menempel tidak boleh diberikan bersamaan.
::da tubulin intraselular sehingga menghambat fungsi
Levamisol. Obat ini memiliki cara kerja mirip pirantel yang
=:sorpsi parasit. Berdasarkan rekomendasi WHO, obat ini menyebabkan paralisis spastik. Leva misol efektif terhadap
::pat dipakai untuk wanita hamil mulai trimester dua dan
A. lumbricoides dan A. duodenole. Tidak dianjurkan
,ranita menyusui serta anak-anak 12 bulan ke atas. Efek
diberikan pada kehamilan trimester pertama.
.:rrping antara lain nyeri epigastrium, sakit kepala, mual,
-rntah, pusing, konstipasi, gatal, mulut kering.l2 Piperazin. Piperazin digunakan untuk terapi A lumbricoides,
khususnya bila terjadi obstruksi usus atau bilier. Dosis yang
ilrtebendazol. Obat ini efektlf untuk cacing dewasa maupun
dianjurkan adalah 75 mg/kg. Pada E. vermiculoris dosis
:'va. Mebendazol menempel pada tubulin nematoda,
yang direkomendasikan adalah 50 mglkg per hari selama
- eng hambat pembentukan mikrotubulus, menghambat 7 hari. Obat ini bekerja sebagai agonis reseptor GABA
-:'nbelahan sel dan uptake glukosa. Kadang-kadang ekstra-sinaptik yang menyebabkan masuknya klorida ke
-ebendazol menstimulasi askaris keluar dari mulut atau dalam otot cacing dan kelumpuhan cacing. Keamanan
-:ang hidung. pada kehamilan belum diketahui.
Tiabendazol. Tiabendazol sama efektifnya dengan
lvermectin. Suatu a ntiparasitik spektru m luas. lvermectin
. cendazol dan mebendazol, namun pemakaiannya sangat
merupakan antibiotik semisintetis yang berasal dari
::rkurang karena banyaknya efek samping (mual 33 %,
Streptomyces overmitilis. Obat ini bekerja pada saluran
::jala neuropsikiatri 25 %). Tiabendazol oral maupun
klorida invertebrata yang menyebabkan paralisis otot,
:: cikal efektif untuk terapi cutoneous lorvo migrans (CLM)
merupakan obat pilihan untuk strongyloidiosis, CLM,
:at viscerol lorvo migrons (VLM). Dosis untuk CLM adalah
onchocerclasis/river blin d ness (O nchocerco volvu lu s). Tidak
-: mg/kg/hari selama 2 hari dan untuk VLM 25 mglkg/ diberikan pada wanita hamil, laktasi, anak < 15 kg.rz'zt
--ri selama 7 hari.
Nitazoxanid. Merupakan obat anti-protozoa yang juga
Firantel pamoat. Obat ini terikat pada reseptor
efektif terhadap STH. Obat ini bekerja dengan menghambat
::etilkolin parasit yang menyebabkan kelumpuhan pyruvote-ferredoxin oxidoreductose (PFOR) enzyme-
-:cing. Penggunaan pada wanita hamil tidak dianjurkan. dependent, yang penting untuk metabolisme anaerobik.
:'ek samping bersifat ringan dan sementara, antara lain
Dosis yang direkomendasikan adalah 100 - 400 mg per
: soepsia, sakit kepala, pusing, mengantuk, insomnia, skin
hari dalam dosis terbagi selama 3 hari atau leb1h.12'26'27
-ckasi GIT lumen jejunum mukosa jejunum mukosa usus halus mukosa sekum, sekum, apendiks
kolon
jkuran cacing 15-40 cm l-tzmm 2mm 30-50 mm 8-13 mm (betina)
dewasa
783
784 H ELM I NTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAI
Lokalisasi Otot otak, kulit, mata, lidah Viseia terutama hati {atat Otot visera,
dalam).
Ukuran (mm) Skoleks 5-8 x 3-6 Rostelum dengan 2x2 Rostelurn dengan pengait 7-fix4-6 Tak ada
pengait rudimenter dan pengait
Cacing dewasa
Skoleks Rostelum dengan pengait Tanpa rostelum dan
Cabang uterus pada proglotid 7 - 12 Terutama dalam grup 16 - 21 Tunggal dan aktif 1B-32 Tunggal dan aktif
gravid Keluarnya proglotid dan pasif
TAENIASIS 785
subkutan. Dalam waktu 'l 2-15 minggu menjadi kista, yang sistiserkus dijumpai pada alat dalam terutama pada hati
oada sapi disebut cysticercus bovis dan pada babi disebut sehingga dikenal sebagai cysticercus viscerotropico. Di
rysriieEalc J ka da g n g ya n g men ga nd u n g
e llu lo sa e. i i duga bahwa sebagian besar Taenia saginata yang secara
sistiserkus t\t<an oleh manusia, larva akan keluar morfologik dijumpai di Sumatera Utara dan Bali dapat
Cari kista dan tulrbu\ menjadi cacing dewasa dalam digolongkan sebagai Toenio osiotico sp.
-,eyunum dalam waktu Sleminggu. Cacing pita dewasa
Capat tahan hidup sampai 20 tahun dalam usus. Gambar Biologi Molekular
2 menunjukkan siklus hidup Taenia. Penelitian biologi molekular mengenai taenia sudah mulai
Sejak awal tahun 'l 980-an, di Taiwan dijumpai cacing banyak dilakukan. Nunes dan kawan-kawan memakai cara
aita yang secara morfologik tidak dapat dibedakan PCR {polymerose chain reoction) dan restriction fragment
Cengan Toenio soginoto, tetapi mempunyai binatang Length polymorphism untuk membedakan f soginota dan
Derantara bukan sapi. Cacing pita ini diberi nama Toenio T solium, di mana T soginota menunjukkan Z-band pottern
saginoto toiwonensis. Hal serupa juga dijumpai di Korea (421 dan 100 bp) sedangkan T. solium menunjukkan
Pulau Cheju), strain ini dikenal sebagai Toenio soginoto 3-band pottern (234,188, dan 99bp). Telur dari kedua jenis
roreanensis. Keadaan yang sama dijumpai oleh Kosin cacing pita ini juga menunjukkan perbedaan tersebut.
dkk di Pulau Samosir (Sumatera Utara). Sebagian besar Jeon dkk telah menguraikan sekuen lengkap genom
cenduduk memakan daging babi, tetapi Taenia yang mitokondrial T. osiotico. T. osiotico mempunyai genom
dijumpai hampir semua tidak dapat dibedakan dengan mitokondrial dengan panjang '1 3703 bp, mengandung 12
- soginoto. Beberapa ahli kemudian menyebut strain protein-encoding,2 ribosomol RNA,22 tronsfer RNA genes
baru ini sebagai Taenio soginato osionensis. Eom dan dan suatu regio non-coding yang pendek. Rangkaian
Rim dalam penelitian lebih lanjut dapat membuktikan cox 1 genes T asiotico berbeda 4,6%o dengan T.saginata,
adanya perbedaan morfologik T. soginato osionensis dan sedangkan rangkaian genes cox b berbeda 4,1o/o dengan
\ soginota klasik, yaitu adanya skoleks telanjang pada T saginato dan 12,9'/, dengan T. solium.
:acing dewasa, ranting percabangan lateral uterus lebih
Sanyak dan adanya protuberansi posterior pada proglotid
Cewasa. Penelitian DNA menunjukkan adanya perbedaan IMUNOLOGI
struktur DNA f soginoto osionensis dansaginofa klasik,
T.
rrneskipun masih menunjukkan hubungan evolusioner Aspek imunologi infeksi cacing pita belum banyak diungkap.
-;ang dekat baik dengan T soginoto maupun T. solium. Apakah infeksi cacing dewasa di usus disertai respons imun
Cleh karena itu sebagian besar ahli menganggap cacing adekuat dari hospes, belum diketahui dengan baik. Penelitian
i:ri sebagai spesies ketiga Taenia pada manusia dan diberi imunologi lebih banyak dilakukan pada kasus sistiserkosis,
nama Toenio osiotica sp. terutama neurosistiserkosis. Suatu teknik serodiagnosis
Pada percobaan Fan dkk di Pulau Samosir dan baik dengan immunoblot ossoy ataupun dengan teknik
Jharmawan dan kawan-kawan di Bali, dibuktikan bahwa ELISA (enzyme-link immuno ossoy) telah dikembangkan.
sabi dapat merupakan binatang perantara cacing pita Theis dalam suatu penelitian di Bali mendapatkan antibodi
-enis ini. Berbeda dengan Toenio solium di mana sistiserkus anti sistiserkosis dengan teknik ELISA ataupun imunoblot
:erutama dijumpai pada otot babi, pada Toenio osiotico pada 13o/o dari 94 penduduk yang diperiksa, dan 14o/o dari
*-
pasien epilepsiyang di-periksa. Apakah antibodi ini bersifat
protektif, masih belum jelas. Penentuan antigen yang tepat
Taenia solium
Taenia,sbginata restellurn dengan sangat penting untuk serodiagnosis.
Pada neurosistiserkosis di manusia dijumpai respons
wffi
Skoleks
Proglotid Ovarium dengan2 ' Ovariurri dengarl 2 menunjukkan serologi positif. Sedangkan Sutisna di
mafgfi:, :: l l+bus,saja , r1 : ::: r::: :: ,:iir lotus,dpR,l,.to:bus.,",' Bali, dengan teknik imunoblot, mendapatkan prevalerui
:r,,:' ::-., r,:rr ,..: - 1,', ..,1.:tatllbA,h5n-::,,:,,.'.: . ',, sistiserkosis sebesar 1,65%.
Sfingter vagina Sfingter vagina Sistiserkosis timbul jika seseorang memakan teft.ur
positif,.,,,: .:.,Ilegf,tif :.: .. ',,: T solium yang kemudian menetas dqlam usus dan larm
hexacanth menembus dinding usus, melalui peredaramr
darah menuju ke jaringan tubuh :jaringan subkutan, o6
GAMBARAN KLINIS susunan saraf pusat, serta bola mata. jaringan sekiffi-
nya memberikan reaksi dalam bentuk reaksi radan4
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak ringan yang bertambah jika larva mengalami kematiam
patognomonik. Sebagian besar karier bersifat asimtomatik, Neurosistiserkosis aktif apabila dijumpai kista dengram
hanya mengetahui dirinya menderita infeksi setelah parasit yang masih hidup, sedangkan neurosistiserkosk
keluarnya proglotid dalam tinja. Pada sebagian pasien tak aktif jika dijumpai kista dengan parasit yang maffii"
timbul keluhan gastrointestinal ringan seperti nausea Perbedaan ini ternyata ada hubungan dengan respolm
atau nyeri perut. Berdasarkan analisis 3110 kasus, Pawloski imun hospes. Neurosistiserkosis aktif menunjukkam
dan Schultz mendapatkan urutan gejala sebagai berikut: respons imun sel T helper 2 lebih tinggi, sedangkan p&l
keluarnya proglotid dalam tinja, rasa tidak enak pada neurosistiserkosis tak aktif respons sel T helper 1 leffi
lambung, mual, badan lemah, berat badan menurun, dominan. Gejala timbul karena reaksi radang, pendesah
nafsu makan meningkat, sakit kepala, konstipasi, pusing, atau penutupannsaluran. Larva l! soginota tidak da#
diare dan pruritus ani. Bakta dkkyang meneliti 35 kasus hidup dalam jaringan tubuh manusia sehingga tidak da$
mendapatkan gejala sebagai berikut: keluarnya proglotid menimbulkan sistiserkosis. T. asiatica juga diperkirfu
dalam tinja (91%), perut berbunyi (9'1%), sering mengantuk tidak dapat menimbulkan sistiserkosis pada manudr"
(57%), badan lemah (17o/o), mual (17%), sakit perut (1 1%) Telur masuk ke dalam usus oleh karena makanan
dan diare (3%). Eosinofilia dijumpai pada 26Yo kasus. terkontaminasi telur cacing, dan secara langsung
Sedangkan Sutisnayang meneliti 33 kasus mendapatkan oral) karena kebersihan tangan yang kurang. Secara
urutan gejala: mengeluarkan proglotid dalam tinja (100o/o), dapat juga melalui autoinfeksi internal akibat
rasa mual (84o/"), rasa gatal di anus (78o/o), sakit kepala antiperista ltik.
IAENIASIS
787
TENATALAKSANAAN PROGNOSIS
frerbagai macam obat dapat dipakai sebagai terapi lnfeksi T soginoto mempunyai prognosis baik, jarang
@niasis. Obat pilihan untuk infeksi cacing pita saat ini sekali menimbulkan komplikasi. lnfeksi oleh f sofium
dah prazikuantel dan niklosamid. dapat memberi komplikasi serius terutama sistiserkosis
H ETMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASTTOSIS EKSTERNAL
pada susunan saraf pusat yang dapat memberi prognosis assay of antibodies to Taenia solium rysticerci in sera from
residents of rural communities and from epileptic patients in
kurang baik.
Bali, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health
1994;25:4648-.
Vohra & Nissen MD. Taenia infection. E-Medicine, last updated
Ill{.ay 26,2004.
PENCEGAHAN
Wallin MT, Kurtzke fF. Neurocysticercosis in the United States:
review of an important emerging infection. Neurologv
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai tindakan: 1 ). 2004;63:155964-.
Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati pasien
taeniasis; 2). Pendidikan kesehatan untuk mengubah
kebiasaan penduduk dalam : a). pembuangan kotoran
(tinja) yang sembarangan; b). kebiasaan memakan daging
yang tidak dimasak dengan sempurna; 3). Pengawasan
rumah potong yang baik.
REFERENSI
789
790 H ELM I NTIASI S, M I KOSIS. DAN PARASITOSIS EKSTERNAI.
mempu ua alat isap (sucker) dan sebuah mulut Sistosoma mansoni bermigrasi ke vena mesenterika
yang terletak di\gah alat isap dan berujung buntu. inferior usus besaI S. joponicum bermigr:asi baik ke vena
lntegumentum sistos\r mirip dengan banyak cacing mesenterika inferior maupun ke vena mesenterika superior
darah (btood f/uke) yang)ail-lerdiri dari dua lapisan pada usus kecil dan besaq namun lebih sering pada vena
lemak dengan masing-masing-kCtebalannya 7 nm, mesenterika superior usus besar. Pada dinding usus
keseluruhan tebalnya 18 nm. Ukuran S. mansoni dewasa tersebut membentu k ja rin ga n fi brosis da n g ranu lomatoso
6-13 mm. Morfologi sistem alat reproduksi jantan (A) lalu terbentuk ulkus dan polip. Sistosoma hematobiunrnm
dan betina (B) sistosoma dapat,dilihat pada gambar di paling sering bermigrasi ke pleksus vesikalis, narnLlirflr
bawah ini. dapat juga ditemukan dalam vena-vena dalam rektumru.
Telur-telur sistosoma dapat keluar bersama tinja atauur
urin lalu masuk ke dalam air tawaL larvanya (mirasidiu@)
keluar dari telur dan selanjutnya menginfeksi siput sebagru
penjamu perantara (intermediote hosf). Sistosoma harrynr
mempunyai satu jenis hospes perantara yaitu semacanrnr
keong air tawar untuk 5. hemotobium adalah genus Bolirg*
S. monsoni genus Biompholorio, dan S. joponicum gewn
OncomoLonia.
Dalam siput, sistosoma berkembang (men
sporokista l, sporokista ll), dan selanjutnya
menjadi ribuan serkaria. Serkaria yang infektif ini
meninggalkan siput masuk berenang dalam air tawar
hanya dapat bertahan hidup selama 48 jam. Manusia
terpajan dengan serkaria melalui kulit atau mukosa
Gambar 1. A. Sistem reproduksi sistosoma jantan dewasa
dan saluran cerna bila berada dalam air sewaktu
B. Sistem reproduksi sistosoma betina
berenang, menyeberangi sungai atau mencuci
Dalam tubuh serkaria segera menjadi larva
yang akan sampai pada sirkulasi portal dalam
dan di sinilah segera menjadi ticing dewasa.
beberapa minggu cacing dewasa berpasangan dan
dan selanjutnya bermigrasi ke venula terminalk usus,
betina meletakkan telurnya. Setiap betina dapat
200-2000 butir perhari selama 20 tahun. Dengan
Telur S. jopanicum Telur S. monsoni fefur S- hoematobium semacam sekresi zat lisis, beberapa telur dapat
Gambar 2. Telur sistosoma dan spinanya lumen usus atau buli-buli, dan dengan demikian
dapat masuk tinja atau urin.
akan pecah menurut a_ksis memanjang. ditentukan menurut jumlah telur dalam urin at*u
/
,/
/ ///
srsrosoMtAsts 7gl
/'
fdrgiyang terjadi akibat dari hasil metabolik sistosomula, fagosit, sel T spesifik dan eosinofil. Sel-sel fibroblas, sel-sel
/cacing dewasa, dan protein asing yang disebabkan adanya raksasa, sel-sel limfosit B akan dominan kemudian hari-
cacing yang mati. Manifestasi klinisnya dapat berupa Sekali diaktifkan, sel-sel T akan menghasilkan berbagai
urtikaria atau edema angioneurotik, dapat disertai demam sitokin misalnya tumor necrosis foktor a (TNF-u), inter-
10 hari kemudian. Gejala batuk produktif dan hemoptisis leukin 2 (lL-z), lL-4, dan lL-5, yang selanjutnya meng-
sering ditemukan pada pasien yang sangat sensitif dan aktifkan sel-sel endotel untuk mengeluarkan sekresinlra
dapat timbul serangan asma. Keadaan toksik dapat (kemokin) yang spesifik seperti monosites chemotactic
muncul antara minggu kedua sampai minggu kedelapan protein 1 (MCP-1). Akibat rekruitmen elemen sel-seN
pasca-infeksi. akan mendorong pembentukan jaringan granulomatosa
di sekitar telur-telur. Lesi ini berlipat-lipat kali besarrya
Stadium Akut (Demam Katayama) dari telur-telur, dan menyebabkan organomegali dan
Demam Katayama dianggap mempunyai kaitan dengan obstruksi. Peningkatan atau penurunan respons kekebah
ransangan telur dan antigen cacing yang diakibatkan hospes terhadap telur-telur sistosoma memegang
oleh.terbentuknya kompleks imun, 4-6 minggu setelah peranan penting dalam membatasi meluasnya jaringn
terinfeksi yaitu ketika terjadi pelepasan telur. Sindrom granulomatosa. Akibat lanjut dari respons granulomatm
sistosomiasis akut berkaitan dengan reaksi imunologis telur terjadi pembentukan jaringan fibrosis. Hati yang tadinp
sistosoma yang terjerat di jaringan. Antigen yang lepas membesar (hepatomegali) karena peradangan da
dari telur meransang suatu reaksi granulomatosa terdiri pembentukan lesi granulomatosis, kemudian mengred
atas sel T, makrofag, dan eosinofil yang mengakibatkan karena terjadi fibrosis (sirosis hepatis). Pada sirosis ahH
manifestasi klinis. Tanda dan gejala tergantung dari sistosomiasis yang terjadi adalah sirosis periportal yq
banyaknya dan lokasi telur pada jaringan pada awal berakibat terjadinya hipertensi portal karena adanln
terjadinya reaksi inflamasi yang reversibel, mirip "serum bendungan dalam jaringan hati. Tanda yang timbul benp
sickness" yang disertai demam, keringat banyak, menggigil splenomegali, edema pada tungkai bawah atau fl
dan batuk-batuk, limfadenopati generalisata, dan kelamin, asites dan ikterus. Manifestasi klinis sistosomi*
hepatosplenomegali. Demam Katayama jarang ditemu kan kronis umumnya ringan atau sedang saja, sehingga til*
pada sistosomiasis hematobium. Keluhan ini mulai ringan perlu dirawat inap, lain halnya dengan
sampai berat, jarang menimbulkan kematian. akut dapat fatal, hal ini tergantung dari spesies
Sindrom disentri biasanya ditemukan pada infeksi Mulanya disangka S. joponicum dapat meni
berat, sedangkan pada infeksi ringan hanya diare. penyakit yang lebih berat karena dapat
Hepatomegali timbul lebih dini disusul dengan telur 10 kali lebih banyak dari pada S. monsoni,
splenomegali. Hal ini dapat terjadi dalam waktu 6-8 bulan kenyataan di lapangan tidak demikian. Pada stadium
setelah infeksi. Selanjutnya pasien memasuki periode sangat lanjut pada infeksi 5. monsoni dan S. j,
asimptomatis 2-8 minggu, namun demikian secara umum dapat terjadi hematemesis melena karena
gejalanya bersifat ringan. Pada pemeriksaan laboratorium varises esofagus, dan dapat ditemukan tumor
mungkin didapatkan leukositosis dan eosinofilia berat. intestinalis. Beratnya sistosomiasis intestinalis
Karena hasil pemeriksaan tinja pada awal infeksi sering berhubungan dengan beratnya infeksi. Dengan
hasilnya negatif, maka dianjurkan pemeriksaan diulangi infeksi tambahan hepatitis B, hepatitis C atau
sedikitnya enam kali, sedangkan pemeriksaan serologis malnutrisi dapat mempercepat terjadinya pen
positif beberapa minggu setelah telur ditemukan dalam fungsi hepar. Pada infeksi S. hemotobium, gejala dini
tinja. traktus urinarius berupa disuri, lalu hematruria
dan proteinuria. Gross hematuri dapat berulang.
Stadium Kronik dapat berupa polip buli-buli, sistitis, infeksi
Stadium ini mulai enam bulan sampai beberapa tahun kronis, pielitis, pielonefritis, u rolitiasis, hidronefrosis
setelah infeksi. Pada infeksi S. monsoni dan S. japonicum obstruksi uretra, dan gagal ginjal.
ditemukan diare, nyeri perut, berak darah. Pada Pada pemeiiksaan laboratorium, telur-telur
stad iu mini kebanyakan manifestasi klinis disebabka n oleh ditemukan dalam sedimen urine, biopsi atau
penumpukan telur-telur dalam jaringan. Respons jaringan mukosa rektum atau buli-buli.
granulomatosa di sekitar telur berupa sel-sel yang diatur
oleh ada atau tidak adanya suatu kaskade respons sitokin,
selular dan humoral. Pembentukan granulomatosa dimulai KOMPLIKASI
dengan pengerahan sel-sel radang sebagai respons
atas sekresi antigen oleh organisme hidup dalam telur. Hanya sebagian kecil penduduk di daerah endemis
Respons ini dimulai dengan pengerahan sel-sel termasuk pengidap berat sistosoma yang kemudian hari
srsTosoMIASlS 793
.ttemberi komplikasi
seperti: . lndirect immunofluorescence test (IFN)
' Hipertensi portal . Gel precipitotion techniques (GPT)
. Splenomegali . lndirect hoemogghttinotion test (IHA)
. Varises esofagus . Latex ogglutinotion fest (LAT)
. Gangguan fungsi hati: ikterus, asites, koma . Circumovol precipitin tesf (COPT)
hepatikum. . Cercorienhullen reoctions (CHR)
' Hipertensi pulmonal dengan korpulmonale, gagal . Complement fixation fesf (CFT)
jantung kanan . Tes Western b/of untuk kepastian diagnosis
. Gangguan usus besar berupa striktur, granuloma . Foscon ossoy screening fest (FAST)
besar, infeksi salmonela yang menetap, poliposis . lmmunoblot
kolon yang mengakibatkan berak darah, anemia,
Hasil tes tidak ada korelasi dengan beratnya infeksi .Tes
hipoalbuminemia dan clubbing fingers (jari tabuh).
. antigen dari darah dan urin sensitif dapat membedakan
Kontraktur leher buli-buli sering disertai kerusakan
infeksi baru atau lama. Hilangnya antigen yang beredar
M. detrusor.
5-10 hari pascaterapi menandakan kesembuhan.
" Batu buli-buli.
" Obstruksi ren dan buli-buli
Tes Lain
" Gagal ginjal kronik
Pada infeksi S. monsoni dan S.joponicum esofagoskopi atau
Kanker buli-buli, mielitis transversa, epilepsi, atau kolonoskopi, foto dada atau EKG dapat dilakukan. Gambaran
-euritis optika akibat dari telur-telur yang tertimbun USG pada hati memberi gambaran patognomonis berupa
"lelalui sirkulasi kolateral atau cacing ektopik (ectopic fibrosis periportal, sehingga tidak perlu dilakukan biopsi.
worms). Pada umumnya sistosoma SSP disebabkan oleh Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena 1). dapat menilai
l-4% infeksi S. joponicum, sedangkan mielitis transversa hipertensi portal, 2). dapat membedakan sistosomiasis dari
-*..utama oleh 5. monsoni.
sirosis hepatis, 3). serta dapat menilai kemajuan hasil
terapi pada infeksi dini. Pada infeksi S. hematobium dapal
dideteksi adanya hematuria tersamar secara mikroskopik
I.ABORATORIUM atau tes celup terutama pada urine porsi pertama. Pada
infeksi lanjut dengan pemeriksaan sistoskopi dapat
Telur-telur d item u ka n ulkus sa n dy p otch e s dan ada nya daera h -daera h
),!temukannya telur-telur dalam ekskreta (tinja dan urin) yang mengalami metaplasia. Pada foto polos abdomen
;tau biopsi mukosa merupakan suatu diagnosis pasti. Pada bagian bawah dapat ditemukan perkapuran dinding buli-
S" hematobium lebih sering ditemukan dalam sedimen buli atau ureter. Dengan CT'dapat menemukan gambaran
"dne, kurang dalam tinja. Urin dikumpulkan 24 jam atau patognomonis kalsifikasi turtlebock.
arntara jam 09.00 pagi hingga jam 14.00 siang. Telur-telur
aapat juga ditemukan dengan biopsi mukosa buli-buli
dan hati. Pada infeksi S. monsoni dan S. joponicum telur- DIAGNOSIS BANDING
etur dapat ditemukan dengan pemeriksaan tinja secara
Engsung atau dengan cara konsentrasi atau kuantitatif Pada keadaan akut dapat dikacaukan dengan: amebiasis,
kto-Katz. Dikatakan infeksi berat bila ditemukan telur disentri basilen malaria, leptospirosis, dan sebab lain dari
ebih 400 butir dalam 1 gram tinja. Bila hasilnya negatif diare. Pada keadaan lebih lanjut perlu dibedakan dari
Capat diupayakan dengan biopsi mukosa rektum pada berbagai sebab hipertensi portal atau poliposis usus. Di
esi peradangan atau granulasi atau secara acak pada 2-3 daerah endemis sistosomiasis vesikalis harus dibedakan
oxasi mukosa normal. dari penyebab keluhan-keluhan traktus urinarius lain
seperti kanker traktus genitourinarius, infeksi saluran
Ufi Serologis kemih (lSK), dan nefrolitiasis, atau tuberkulosis ginjal.
'es-tes imunodiagnosis dapat digunakan bila hasil Bila ada keluhan-keluhan saluran cerna dapat dikacaukan
:emeriksaan urin atau tinja negatif atau diperkirakan dengan ulkus peptikum, pankreatitis atau penyakit traktus
aCanya infeksi ektopik. Hasil yang akurat diperoleh biliaris.
rtelah terpajan 6-8 minggu dengan air yang tercemar
lengan serkaria. Di sini diperiksa antibodi terhadap cacing
iewasa, sistosomula dan serkaria dengan tes-tes sebagai PENCEGAHAN
:erikut:
. Enzyme linked immuno sorbent ossoy (ELISA). Jangan berenang atau menyeberangi air tawar di negeri-
. Rodioimmuioassoy (RlA) negeri di mana terjadi sistosomiasis.
HELMI NTIASIS, MIKOSIS, DAN PAMSITOS]S EKSTERNAT
PENGOBATAN
PROGNOSIS
Pada tahun 1970-an pengobatan sistosomiasis hampir
sama hasilnya dengan bahaya obat itu sendiri. ltulah Dengan terapi pada infeksi dini hasilnya sangat bailc
sebabnya kini tinggal beberapa jenis obat yang dapat Kelainan patologi dari hepar; ginjal dan usus memba}
diberikan pada sistomiasis yaitu: dengan pengobatan. Pengidap (karier) sistosomiasir
hepatosplenik relatif baik karena fungsi hepar tetap b*
Praziquantel. Daya sembuh obat ini untukS. hemotobium,
sampai akhir dari penyakit (jika tidak ada perdarahan)
S. monsoni dan S. joponicum, 63-85o/o dan dapat
menurunkan telur-telur lebih 90% setelah 6 bulan terapi.
Korpulmonale tidak membaik secara bermakrm
dengan terapi. Tergantung dari lokasi dan luasnya lerir
Obat ini tidak sensitif terhadap sistosoma muda (2-5
blasanya membaik dengan terapi. Karier sistosomiasrx
minggu). Dosis 2 x 20 mg/kg berat badan/hari untuk 5.
medula spinalis harus diwaspadai. Pemberian praziquard
hoematobium dan S. mansoni, dan 3 x perhari untuk S.
japonicum. harus diberikan secepatnya. Dalam keadaan lanj$
prognosisnya jelek.
Efek samping berupa malese, sakit kepala, pusing,
anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus,
urtikaria, artralgia, dan mialgia. Gejala ini mulai dari
ringan sampai sedang, berlangsung beberapa jam sampai REFERENSI
satu hari. Menurut WHO obat ini bisa diberikan pada ibu
Bell fC, Palmer SR" Payne JM: Skistosomiasis, in
hamil. In{eksi yangDitularkan dari Hewan ke Manusia
ZOONOSES Infections transmitted from Animals to
Oxamniquine. Obat ini sangat efektif hanya untuk S. Saragih I(, Anugrah PI, Hartanto (alih bahasa). Jakarta:
monsoni. Dosis sekali 12-15 mg/kglhari. Ada juga yang 1995.p. 2s6 - 9.
memberikan 40-60 mg/kglhari dosis terbagi 2 atau 3 Clarke SC: Trematodes, in Modern Medical Microbiolop,
fundamentals, ARNOLD, Londory 2002.p. 290-292.
selama 2-3 hari, diberikan bersama makanan. Angka Davis A: Schistosomiasis, in Mansonls Tropical Diseases,2l"
kesembuhan 70-95%. London: EIST with Saunders; 2003.p. 1431.-L469.
Efek samping terjadi dalam beberapa jam berupa Gandahusada 9 Ilahude HD, Pribadi W: Trematoda Daratu
pusing, vertigo, mual-muntah, diare, sakit perut dan sakit Parasitologi Kedokteran, Edisi ketiga. ]akarta:
Kedokteran UI; 2001.p. 67 -80.
kepala. Walaupun jarang terjadi dapat terjadi perubahan Helminthic infections, Trematode (Fluke) Inf
tingkah Iaku, halusinasi, kejang-kejang setelah 2 jam Schistosomiasis (Bilharziasis), in Current Medical
obat ditelan. Obat ini mempunyai efek mutagenik dan & Treatment Tiemey LI\4 McPhee SJ, Papadakis MA
New York:McGraw-Hi1| 2005.p.1451.4.
teratogenik, sehingga tidak boleh diberikan pada ibu Kogulan P, Lucey DR, Emmons WW. Schistosomiasis.
hamil. emedicine.com. Accessed on 30 April 2005.
Mahmoud AAF: Schistosmiasis and other trematode
Artemisinin. Obat ini yang digunakan untuk terapi in Harrisonn's Principles of lnternal Medicine, Vol L
malaria, kini sementara dalam penelitian. , Kasper D et al (eds), New York: McGraw-Hill;
1266-72.
Obat ini efektif terhadap sistosomula dan mungkin
Mahmoud AAF, Wahab MFA: Schistosomiasis, in Tropi:{
bermanfaat untuk profilaksis. Pada terapi terhadap S. Geographical Medicine, Mahmoud AAF, Warren I(S
hoemotobium, efektifitaSnya jauh di bawah praziquantel. 2"d ed, New York: McGraw-Hill Inlormation seryirg.
c 190.p.458473.
ns PW and Wardrop SM: Schistosoma sp. (schistosomes or
blood flukes; schistosomiasis). www.biosci.ohio-state.edu.
com. Accessed on 30 April 2005.
h ]F Medical Library. Schistosomiasis. iarww.chclibrary.org.
Accesed on 30 April 2005.
v.medicalecology.org Schistosomiasis, Accessed on 1 May
2005.
.tulane.edu, Schistosomiasis, Accessed on 30 April 2005.
t M: Infection-schistosomiasis. www.bui.ac.uk.com.
Accessed on 30 April 2005.
.nlm.nih.gov, Schistosomiasis, Accessed on 1 May 2005t: .
.path.cam.ac.uk, The adult schistosome, Accesbed on 30
April 2005.
.sguI.ac.uk, Schistosomiasis, Accessed on 30 Aril 2005.
.healthlink.mcw.edu, Healthlink, CDC: Schistosomiasis
(bilharzia), Accessed on 30 Aril 2005.
.dpd.cdc.gov, Parasites ang Health, CDC: Schistosomiasis,
Accessed on 1 May 2005.
t'
i. *!
d,
?
ri-
108
CACING HATI
Yosia Ginting
796
CACING HATI
797
Diagnosis
Diagnosa infeksi cacing hati ditegakkan dengan menemu-
kan telur pada tinja. Sangat sulit membedakan telur O.
felineus, O.viverrini dan C. sinensrs. Kadang-kadang telur
tidak terdapat di tinja, tetapi ditemukan pada cairan
empedu atau pada batu empedu setelah dilakukan
Telur dimakan keong air kolesistektomi.
Jmenetas menjadi mirasidia
Pemeriksaan serologis dapat membantu diagnosis
JMultiplikasi menjadi spoDsist
rredia *rkaria bila tidak didapatkan telur pada pemeriksaan tinja.
Pemeri ksaa n deng a n e nzym e - lin ked im m u n oso rbe nt ossay
Gambar 1. Siklus hidup O. viverrini,/ O. felineus (ELISA) dengan menggunbkan ekstrak somatik dapat
dipergunakan untuk menegakkan diagnosis. Bila terjadi
obstruksi saluran empedu akan didapati peningkatan
kadar billirubin.
Ultrasonogra{i, endoscopic retrogrode cholangio-
pqncreotogrophy (ERCP) dan kolangiografi dapat
dipergunakan untuk melihat adanya obstruksi saluran
empedu.
Penatalaksanaan
Praziquontel sangat efektif untuk"pengobatan
opisthorchiosis. Dosis pada pasien asimtomatik atau
pada kasus ringan sampai sedang adalah 25 mg/kgBB
tiga kali sehari dengan keberhasilan pengobatan 100o/o
atau 40 mglkgBB dosis tunggal dengan keberhasilan
90%. Pada infeksi berat dosis yang diberikan adalah 50
mg/kgBB dosis tunggal dengan keberhasilan 97%o.fefur
akan menghilang dalam 1 minggu tetapi perbaikan klinis
Gambar 2. Opisthorchis viverrini dewasa terlihat di dalam dapat hilang setelah beberapa bulan.
-ren saluran empedu Mebendazol merupakan obat alternatif. Dengan
dosis 30 mg/kgBB/hari selama 3 minggu, keberhasilan
Cacing dewasa yang hidup pada saluran empedu akan pengobatan adalah 89% sedangkan bila dosis di atas
,rtngakibatkan lesi mekanik dan produk metaboliknya diberikan selama 4 minggu, keberhasilannya adalah
nergakibatkan iritasi pada sel epitel bilier sehingga terjadi 94%.
leskuamasi, hiperplasia, displasia, fibrosis dan dapat Albendazol 400 mg dua kali sehari selama 3 minggu
l*r<embang menjadi kanker. Akibat keadaan ini terjadi menyembuhkan 40%" pasien sedangkan bila diberikan
ir';truksi dan dilatasi saluran empedu dan pembentukan selama 7 minggu, keberhasilannya 65%. Bila terjadi
tllls:e. Kandung empedu mengalami dilatasi, mengandung kolangitis yang berulang diberikan antibiotika.
a -an empedu yang keruh dan kehilangan fungsi.
HELM I NTIASIS, MIKOSIS. DAN PARASITOSIS EKSTERNAL
cLoNoRcHtAsts
Definisi
Clonorchiosis adalah infeksi saluran empedu oleh
Clonorchis sinensis yang juga dikenal sebagai Chinese liver
ini terdapat 0,5% populasi terinfeksi O. felineus dengan fluke atau Orientol liver fluke.
4,4 per 100.000 populasi menderita kolangiokarsinoma
sedangkan penduduk yang berada didaerah sentral Epidemiologi
dimana prevalensi O. felineus mencapai 45% terdapat C. sinensis tersebar di Korea, Cina, Taiwan dan Vietnarn
rasio kolangiokarsinoma 10 kali lipat (49,8 per 100.000 Dengan adanya emigrasi maka cacing ini terdapat pula
populasi). pada negara-negara tujuan emigrasi. Sebagai contoh d
Montreal, Kanada, 15,5o/o dari 400 imigran Cina terinfeksi
C. sinensis. Sejak tahun 'l 975, penyakit ini merupakan
masalah utama pada imigran Asia Tenggara di Amerika
Serikat. Sebesar 26% dari 150 imigran tersebut di Ns
York terinfeksi oleh C. sinensis.
Etiologi
C.sinensis adalah mikroorganisme dari subklas Trematoda
klas Cercomeridea filum Plothelminthes, berukuran l0'
25 x 3 - 5 mm dengan ukuran telur terkecil dari selundin
trematoda yaitu 20 - 30 um x 15-17 um. Selain manusia
parasit inijuga menginfeksi dan hidup di saluran empeilu
anjing, kucing, babi, tikus dan unta.
Siklus Hidup
Siklus hidupnya sama dengan O. viverrini dan O. felinu,
Gambar 3. Kolangiokarsinoma intrahepatik pada seorang Perbedaannya adalah dalam hal hospes perantiml
penderita dari daerah endemis cacing hati.
Hospes perantara pertama cacing ini adalah keong
Porafossarulus monchousicus dan Bulimus fus
Studi kasus kontrol di Thailand mendapatkan bahwa sedangkan hospes perantara pertima O.viverrini
insidens kolangokarsinoma di daerah endemis adalah 8-10 Bithynia S. goniompholos, B.S. siomensis, B.funiculoto
kali lipat dibanding daerah non endemis. unluk O.felineus adalah B. leachei. Hospes perantara
Batu kandung empedu dan saluran empedu sering C. sinensis adalah ikan air tawar Pseudorasbiro
dijumpai pada pasien opithorchiosis. Jenis batu yang Gnathopogon sp, Carossius corossius,
berhubungan dengan infeksi ini adalah batu pigmen. sedangkan hospes perantara kedua O. viverrini
Dari beberapa penelitian, termasuk yang dilaporkan di Puntius orphoides, P leiacanthus, Cycloheilichthys si,
Thailand dapat diambil kesimpulan bahwa telur cacing opogon dan Osteochilus sp dan hospes perantara
ini berperan sebagai inti pada pembentukan batu O.felineus adalah Borbus barbus, Cyprinus corpio,
tersebut. Dari semua batu yang didapatkan pada tindakan meLonotus dan Tinco tinco.
kolesistektomi didaerah endemik opisthorchiosis ini
terdapat telur cacing ini di dalam intinya. Pembentukan Patogenesis
batu juga dipengaruhi oleh terjadinya kolestasis pada Patogenesis cLonorchiosis sama dengan
pasien opisfhorchiosis yang diakibatkan oleh sumbatan
oleh cacing dewasa maupun oleh karena terjadinya Gambaran Klinis
fibrosis. lnfeksi akut C. sinensis umumnya tanpa gejala,
sebagian pasien mengalami demam, malaise, rasa
Pencegahan enak di kuadran kanan atas abdomen. Pada
Kebiasaan memasak ikan air tawar sebelum dimakan gejala dan tanda penyakit ini sama dengan
sangat penting dalam pencegahan penyakit ini.
Pengobatan massal dengan prizaquantel 40 - 50 mg/ Diagnosis
kgBB dosis tunggal pada malam hari dapat memutus Pada keadaan kepadatan telur cukup tinggi, bisa
rantai transmisi. telur di tinja, tetapi hal ini tidak terjadi pada
GXING HATI
799
,)
Fase kronikterjadi sewaktu cacing ini berada di saluran Bila terdapat foscioliasis ektopik di paru, pada
empedu mengakibatkan kolangitis, fibrosis, perdarahan pemeriksaan radiologi paru dapat terlihat pneumotoraks
saluran empedu dan obstruksi saluran empedu dengan atau efusi pleura. Bila cacing dewasa berada di distal dukttts
manifestasi ikterus, mual, pruritus, dan sakit perut. Tanda koledokus dan menyumbat ampula Vater maka pada
dan gejala obstruksi serta infeksi saluran empedu akibat pemeriksaan ERCP dapat terlihat defek berbentuk daun
cacing ini tidak berbeda dengan tanda dan gejala pada pada daerah yang ditempati cacing ini serta penebalan
infeksi lain. sehingga penyakit ini sering terdiagnosa dinding duktus billiaris. Selain itu pada waktu dilakukan
setelah dilakukan operasi atau ERCP. spingterotomi pada prosedur ERCP dapat terlihat cacing
yang keluar dan memasuki duodenum dan bila cairanrye
Diagnosis diperiksa dapat juga terlihat telur cacing.
Pada pemeriksaan darah terdapat gangguan fungsi hati,
pemanjangan laju endap darah, leukositosts, dan eosinofilia
tetapi ini tidak spesifik untuk /osciollosis.
.Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telun Telur
cacing ini bisa ditemukan di tinja, atau cairan empedu yang
diperoleh sewaktu melakukan ERCP. Untuk meningkatkan
sekresi cairan empedu dapat dipergunakan kolesistokinin
agar kemungkinan untuk mendapat telur lebih tinggi. Hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis Fascloliosrs. Untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan telur yang lebih akurat
dapat dipakai cara Kato-Katz. Pemeriksaan dengan mem-
buat 3 slide akan mendapatkan hasilyang jauh lebih akurat
daripada hanya dengan membuat 1 slide (98,57o:73,6o/o)
Pada keadaan tidak ditemukan telur perlu dilakukan
pemeriksaan serologis dengan tes ELISA. Tes serologis
sensitif untuk menegakkan diagnosis tetapi dapat Gambar 4. Gambaran ultrasonografi dari seorang
mengalami reaksi silang dengan Schisostomo. Pada fa scio lio sis. Terda pat nod u I mu lti pel hi poekoi k.
bersama makanan. Bila penyakitnya berat atau persisten Ar#a MS, Abaza SM, El-Shewy KA, Mohareb EW, El-Moamly
dhpat ditambahkan 10 mglkgBB pada jam ke-12 dan AA. Detection of Fasciola-specific excretory/ secretory
&*- Kontraindikasi adalah riwayat hipersensitif terhadap (E/S) protein fraction band (a9.5 kDa) and its utilization in
diagnosis of early fascioliasis using different diagnostic
tffidabendazol atau benzimidazol lain. Efek samping yang techniques. ] Egypt Soc Par asitol. 1999;29(3):91L-26.
mring adalah kolik billier akibat terdorongnya parasit B#andeh Y Daghestani D. Biliary tract obstruction due to Fasciola
;ilau parasit di sepanjang duktus koledokus. Keadaan ini hepatica managed by ERCP. I I M S 2003;28 (1): 43 -5
Bunnag D, Cross ] [ Bunnag T. Liver fluke infections . In :
hFdi 2 sampai 7 hari setelah pengobatan dan biasanya Strickland GT (Ed). Huntels Tropical Medicine and Emerging
dapat diatasi dengan spasmolitik. Nyeri epigastrium lnfectious Diseases,8th edition. Philadelphia: W B Saunders
dwr berkeringat banyak dijumpai. Efek samping yang Company; 2000.p. 840 - 7.
Choi M H, Ryu I9 Lee M et aI . Specific and common antigens
lfang adalah mual, muntah, mengantuk, batuk, demam, of Clonorchis sinensis and Opisthorchis viverrini
urtikaria, pruritus akibat lepasnya antigen sewaktu parasit (Opisthorchidae, Trematoda) . The Corean Journal of
mnti. Walaupun pada hewan percobaan tidak terdapat Parasitology 2003 ;4L (3) : 155-63.
ihukti gangguan pada janin, tetapi perlu pertimbangan Echenique-Elizondo M, Amondarain f, Lir6n de Robles C.
Fascioliasis: An Exceptional Cause of Acute Pancreatitis. ]OP.
dhn manfaat dan kerugiannya apabila hendak diberikan jPancreas (Online) 2Cfr5; 6(1):36-9.
mnda wanita hamil. Untuk ibu menyusui dapat diberikan, El-Morshedy II, Shehab A.Y, Zaki3 A , Farag H.F . lrtra-specimen
{ffipi harus menunda menyusui selama 12 jam setelah and day-to-day variations of Fasciola egg counts in human
stools. Eastem Mediterranean Health ]oumal 2002 ;8 : 4-5.
Hans ] K, Han D, Choi BI, Han MC. M R findings in human
Bithionoljuga dapat diberikan dengan dosis 30-50 fasfioliasis. Tropical Medicine and International Health 1996
lltrlg&g BB per hari dengan dosis terbagi tiga selama 10- ;1 (3):367 -72.
1fi15 hari. Haswell-Elkins, Levri E. Food-bome Trematodes. In : Cook G,
Zumla A (Eds). Mansonls Tropical Diseases, 21st edition.
Dehidroemetin dengan dosis 1 mg/kg/hari selama 10 London: ELST with Saunders; 2003 :1,471, - 86.
ilki intramuskular atau sub kutan. Kabaalioglu A, Ceken K Saba R, Artan & Cevicol C, Yilmaz S.
Selain fasiolisid di atas juga dapat diberikan anti- Pediatric fascioliasis : report of tluee cases. The Turkis Joumal
of Pediatrics 2003;a5 (1) L,
bila terjadi kolangitis akut akibat infeksi sekunder Kim TY, Kang SY, Park SH et al. Cystatin Capture Enzyme-
bakteri. Prednisolon juga dapat diberikan untuk Linked Immunosorbent Assay for Serodiagnosis of Human
angi keluhan akibat toksemia. Clonorchiasis and Profile of Captured Antigenic Protein
Bila terdapat cacing dewasa yang hidup atau mati di
of Clonorchis sinensis .Clinical and Diagnostic Laboratory
Immunology, 2001 ;8 (6):1076-80.
empedu dilakukan tindakan operasi sedangkan Mas-Coma M S, Esteban J G, Bargues M D. Epidemiology of human
terdapat di duktus koledokus dilakukan pengeluaran fascioliasis: a review and proposed new classification. Bull.
dengan ERCP. \NHO1999;n @).
Richter J, I Knipper M, Gdbels I(, H?iussinger D. Fascioliasis
. Current Treatment Optigns in Infectious Diseases 200;,
4:313 -7
rahan saluran empedu merupakan komplikasi yang Southgate R, Bray R A. Medical Helminthology, Trematodes . In
: Cook G, ZwnTa A (Eds). Manson's Tropical Diseases, 21st
serius. Pada keadaan kronis bisa terjadi pem- edition. London: ELST with Saunders;2003.p.1,649 - 71.6.
batu pada saluran empedu. Echnique dan kawan Sripa B, Kanla P, SinawatP, Haswell-Elkins MR. Opisthorchiasis-
melaporkan terjadinya pankreatitis akibat infeksi associated biliary stones: Light and scanning electron
microscopic study World I Gastroenterol 2004 November
cacing ini.
1.5;10(22):3318-21
Waikagul J, Thairungroj M, Nontasut PA et al . Medical
Helminthology. Departement of Helminthology, Faculty of
daerah endemik tumbuhan air harus dimasak Tropical Medicine, Mahidol University Bangkok, Thailand
2002.
m dimakan sebab proses pencucian tidak merusak Yoseppowitch O, Gotesman T, Assous ]d, Marva E, Zimlichman
ia. Air untuk mencuci juga kadang-kadang & Dan M. Opisthorchiasis from Imported Raw Fish. CDC
ndung metaserkaria, oleh sebab itu air minum Emerging Inlectious Diseases 200a;N Q2).
harus dimasak. Pengobatan hewan terinfeksi
pembasmian keong air sangat bermanfaat untuk
terjadinya.infeksi pada manusia.
ERENSI
Sifitis 803
Gonore 812
Ulkus Mole (Choncroid)
819
.,...Trikomohiasis 822
Gronulomo lnguinole
{Donovonosis) 828
Humon Papillomo Vkus
(HPV) 834
Uretritis N on-Gonokokol
840
Vulvovoginitis 844
,,
Pelvic tnflammotory
Diseose (PlD) 855 , '
PATOGENESIS
DEFINIS!
Sifilis terutama menular melalui kontak seksual baik
knyakit sifilis adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh melaluivaginal, anal, atau oral. Metode penularan lainnya
-rrynemo pollidu m (T pa llidum), yangterutama ditularkan yang lebih jarang adalah berciuman, berbagijarum suntik
mrelalui hubungan seksual. Sifilis secara khas ditandai yang tidak aman, transfusi darah, needle stick injury, dan
dengan periode aktif yang disela oleh periode infeksi cangkok organ. Secara klasik sifilis menyebabkan penyakit
hten. Tidak seperti penyakit infeksi lainnya, sifilis jarang yang terbagi dalam beberapa stadium: (1) Masa inkubasi
dldiagnosis berdasarkan penemuan kuman penyebab dari tanpa gejala; (2) Sifilis primer yaitu timbulnya lesi primer
prneriksaan langsung. Diagnosis sifi lis terutama didasarkan pada tempat inokulasi pertama; (3) Sifilis sekunder yang
oada reaksi serologis terhadap treponemo. terjadiakibat penyebaran kuman ke seluruh tubuh dengan
berbagai manifestasi klinik; (4) Stadium subklinis atau
laten yang dapat berlangsung hingga bertahun-tahun
EPIDEMIOLOGI dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan serologis;
(5) Sifilis tersie[ stadium akhir dari sifilis berupa penyakit
Di seluruh belahan dunia hingga saat ini sifilis tetap progresif yang melibatkan susunan saraf pusat, pembuluh
mnerupakan masalah kesehatan utama. Angka kejadian darah besar; dan atau pembentukan gumma yang dapat
mtuksi baru (insldensi) diperkirakan 12 juta per tahun di terjadi pada semua organ.3,7
803
PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT
Sifilis primeri sekundeq dan laten awal merupakan Hepatitis dan glomerulonefritis dapat terjadi pada
stadium yang sangat menular; dengan risiko penularan sifilis sekunder walaupun jarang. Gangguan fungsi hati
sebesar 60%. Kontak langsung dengan lesi kulit sifilis ditemukan hingga 25o/o pada penderita sifilis primer.
primer atau sekunder merupakan penularan terbanyak. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) generalisata
Pada stadium laten awal, kemungkinan penularan menurun terjadi pada 85o/o penderita sifilis sekunder. Lesi sifilis
hingga sekitar 25%. Bayi baru lahir tertular sifilis akibat sekunder biasanya hilang sendiri dalam 2-6 minggu dan
infeksi dalam rahim, tetapi bayi dapat juga tertular akibat sifilis memasuki stadium laten yang hanya dapat dikenaill
kontak dengan lesi genital ibu pada saat persalinan. Risiko dengan mengunakan tes serologis. Stadium laten dapa(
penularan dari wanita dengan sifilis primer atau sekunder diselang-seling oleh beberapa episode kekambuhalrn
yang tidak mendapat pengobatan adalah sekitar 70-100%. mukokutan pada tahun-tahun pertama. Sekitar satu darri
Risiko ini menurun hingga 40o/obila ibu hamil berada pada tiga penderita sifilis yang tidak diobati dan melewati m:qa
stadium laten awal dan 10o/" pada stadium laten lanjut laten akan memasuki stadium sifilis tersier. Pada stadiunrnnrr
atau sifilis tersier. Empat puluh persen kehamilan pada akhir ini manifestasi yang sering ditemukan adal,allin
wanita dengan sifilis menyebabkan kematian janin. Secara gumma, sifilis pada sistim kardiovaskulari dan neurosifiilh
teoritis, sifilis dapat menular melalui air susu ibu (ASl) dari la njut. Faktor-fa ktor ya ng menyeba bka n terjad i nya sifi llio
ibu dengan sifilis primer atau sekunder walaupun hal ini tersier hingga saat ini belum banyak diketahui. Kematlam
jarang ditemukan.lT akibat sifilis terutama terjadi sifilis tersier.T
Saat penularanT pollidum dapat menembus membran
mukosa utuh atau kulit dengan mikroabrasi. Dalam
beberapa jam pertama akan memasuki jaringan limfatik GEJATA DAN TANDA
dan aliran darah yang akan menimbulkan gejala infeksi
sistemik dan fokus metastatik sebelum timbulnya lesi Setelah masa inkubasi antara 2-6 mnggu lesi
primer. T.pollidum membelah diri setiap 30 hingga 33 muncul, sering disertai dengan limfadenopati regi
jam. Darah dari penderita dalam masa inkubasi dan sifilis Pada sifilis sekunder, dapat ditbmukan lesi mu
stadium awal sangat menular. Lamanya masa inkubasi dan limfadenopati generalisata yang diikuti
berbanding terbalik dengan jumlah inokulum treponema. periode laten infeksi subklinis yang berl
Semakin banyak jumlah treponema yang terinokulasi, bertahun-tahun. Keterlibatan susu nan saraf pusat
maka semakin pendek masa inkubasinya. Masa inkubasi dapat terjadi pada saat awal dan dapat asi
rata-rata berlangsung 3 minggu sejak inokulasi pertama atau simtomatik. Pada kurang lebih 1/3 kasus
dan jarang berlangsung sampai lebih dari 6 minggu.3,7 tidak diobati, berlanjut menjadi stadium 3, yang
Menandai stadium sifilis prime4 muncul lesi primer dengan gejala destruktif mukokutan, musku
pada tempat inokulasi yang disebut conchre. Canchre atau lesi parenkimal, aortitis atau manifestasi SSP
biasanya bertahan dalam waktu 4-6 minggu dan Pada penderita HlV, gejala dan tanda-tanda di
kemudian sembuh sendiri. Pemeriksaan histopatologis menjadi tidak jelas.3,8
pada Canchre menemukan infiltrasi masif perivaskular
terutama oleh sel limfosit CD4 dan CD8, sel plasma, serta Sifilis Primer
makrofag. Ditemukan juga proliferasi endotel kapiler dan Munculnya choncre menandai stadium sifilis
obl iterasi pembu I u h-pembu I u h da rah kecil. Geja la -gejala Choncre timbul pada tempat inokulasi pertama I
konstitusi dan mukokutan sifilis sekunder muncul antara Pada pria LSL, choncre dapat ditemukan pada
6-8 minggu setelah lesi primer menyembuh. Lima belas rektum atau mulut. Pada wanita chancrebiasa
persen penderita mengalami sifilis sekunder pada saat pada labia dan serviks. Hal ini menyebabkan sifilb
lesi primer masih ada. Tetapi pada beberapa penderita pada wanita dan pria LSL lebih sulit ditemukan
pasca lesi prime1 sifilis sekunder tidak ditemukan dan pada pria heteroksesual (Gambar 1). Chancre
penderita langsung masuk dalam stadium sifilis laten. berupa papula tunggal yang tidak nyeri, cepat
Gambaran histopatologis lesi sifllis sekunder meliputi berindurasi. Dasar chancre biasanya halus,
hiperkeratosis epidermis, proliferasi kapiler disertai tinggi dari teraba kenyal. Tanpa infeksi sekunder,
dengan pembengkakan endotel dan infiltrasi perivaskular tampak bersih tanpa eksudat.s
oleh limfosit CD4 dan CD8, sel plasma, serta makrofag. Variasi bentuk lesi tergantung dari status i
Treponema dapat ditemukan pada jaringan termasuk penderita terhadap treponema dan jumlah
cairan cerebrospinalis dan humor oques pada mata. lnvasi yang berinokulasi. lnokulum berjumlah besamr
treponema pada susunan saraf pusat (SSP) terjadi pada menyebabkan lesi ulseratif pada penderita yang
minggu pertama infeksi dan kelainan pada SSP ditemukan tetapi dapat menyebabkan lesi papula as
pada 40o/o penderita sifilis sekunder.3,7 penderita yang telah berada pada stadium
805
lnokulum kecil dapat hanya menimbulkan lesi berbentuk ringan kadang tidak disadari penderita dapat ditemukan
papula pada penderita yang nonimun. Oleh karena itu, hingga 25%. Makula muncul pertama kali pada tubuh dan
sifilis tetap harus dipertimbangkan pada lesi genital yang extremitas proksimal, berwarna merah atau merah muda
tidak khas. Diagnosis banding lesi primer sifilis meliputi lesi yang tidak terasa gatal. Makula ini kemudian berubah
yang disebabkan infeksi virus herper simpleks, choncroid, menjadi papula yang tersebar keseluruh tubuh termasuk
dan donovoniosis. Pembesaran kelenjar getah bening telapak tangan dan kaki (Gambar 2). Lesi nekrotik yang
regional (inguinal) biasa terjadi dalam 1 minggu pertama dikenal sebagai lues maligna sering juga ditemukan pada
timbulnya chancre. Chancre hilang sendiri dalam waktu penderita HlV. Penyebaran lesi sekunder pada folikel
4-6 minggu (rentang 2-12 minggu) tetapi limfadenopati rambut menyebabkan kebotakan pada rambut, alis
dapat bertahan hingga beberapa bulan.3,8 ataupun jengggot pada 5% kasus.3,8
Pada daerah lipatan kulit yang lembab dan hangat
seperti daerah perianal. vulva dan skrotum, papula dapat
membesar hingga berbentuk papula lebar yang lembab
berwarna merah muda atau putih keabu-abuan yang
disebut condylomo lato. Condylomo loto sangat menular
dan terjadi pada 10o/o penderita sifilis sekunder. Erosi
mukosa superfisial atau mucous potches lerjadi pada 10-
15% kasus dan terutama terjadi pada mukosa oral dan
Sifilis Sekunder
Manifestasi sifilis sekunder adalah lesi mukokutan dan
timfadenopati generalisata yang tidak terasa nyeri.
Pada 15% kasus, kejadian sifilis sekunder overlopping
dengan sifilis primel terutama pada penderita HlV. Lesi Gambar 2. Sifilis Sekunder pada perineum dan telapak kaki
mukokutaneus dapat berupa ruam yang berbentuk
Gambar milik Departement llmu Penyakit Kulit dan Kelamin
maku la, pa pu Ia, papulaskua mosa atau pu stu lo r syph itides.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Dr.
Beberapa bentu-k dapat terjadi bersamaan. Ruam yang Hasan Sadikin, Bandung.
806 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI.
genital. Mucous potches berwarna abu-abu dan pinggir halusinasi), intelektual (penurunan memori dan kapasitas
yang kemerahan dan tidak terasa nyeri.18 untuk orientasi, kalkulasi , judgement dan insight), dan
Gejala-gejala konstitusional dapat mendahului atau kemampuan berbicara. Tobes dorsalis adalah manifestasi
) menyertai sifilis sekunder, di antaranya adalah nyeri lanjut akibat demielinisasi kolumna posterior; dorsol root
menelan (15-30o/o), demam (5-8o/o), penurunan berat dan ganglia dorsol root. Gejalanya berupa gait lebar dan
badan (2-20o/o), lemah badan (25%), anoreksia (2-10%), foot drop, paresthesia, gangguan miksi, impotensi, areflexia
nyeri kepala (10%), dan meningismus (5%). Meningitis dan kehilangan sensasi posisi, nyeri dalam dan suhu,
akut ditemukan pada 1-2o/o kasus, tetapi kelainan cairan Degenerasi sendi (Charcoot'sjoint) dan ulkus pada tungkai
susunan syaraf pusat dapat ditemukan hingga 407o. dapat terjadi akibat kehilangan sensasi nyeri.8,s
T. pollidum dapat ditemukan pada cairan SSP penderita
sifilis primer dan sekunder hingga 30%. Gejala dan tanda Sifilis pada Sistim Kardiovaskular
yang lebih jarang ditemukan pada sifilis sekunder meliputi Sifilis kardiovaskular yang terjadi 10-40 tahun setelah
hepatitis, nefropati, keterlibatan gastro intestinal, artritis, infeksi, diakibatkan oleh endarteritis obliterans pada
dan periostitis. Gangguan mata yang dapat ditemukan voso vasorum yang memberi aliran darah pada pembuhil
adalah kelainan pupil dan neuritis optik selain iritis dan darah besar. Keterlibatan kardiovaskular dapat berbentl
uveitis. Uveitis anteriors ditemukan pada 5-10% kasus aortitis, a o rtic re g u rg itotio n, sa ccu lor a neu risma pada aorle
dengan sifilis sekunder dan f pollidum dapat ditemukan ascendens, atau stenosis arteri koroner.3,8
pada cairan oqueos. Hepatitis biasanya asimptomatik,
glomerulonefritis terjadi akibat deposit kompleks imun Gummo
dan menyebabkan proteiuria yang dapat berujung Gumma adalah lesi tunggal dengan ukuran bervariasi mr*i
pada sindroma nefrotik. Seperti juga sifilis primer, dari mikroskopik hingga beberapa centimeter. Guntn
manifestasi sifilis sekunder menghilang sendiri dalam dapat ditemukan pada semua organ tubuh, terutam
waktu 1-6 bulan.3,8 pada kulit dan tulang. Gummo pada kulit berbentuk ki
indolen, nodul yang berindurasi"atau ulserasi yang tid*
Neurosifilis nyeri. Pemeriksaan histologis memperlihatkan inflard
Neurosifilis mempunyai 3 bentuk simtomatik yaitu granulomatosa dengan daerah sentral nekrosis akM
meningeal, meningovaskular dan sifilis parenkimal. endateritis obl iterans.8
Paraplegia (Erb's porolysrs) dan tabes dorsalis termasuk
kelompok yang terakhir. Sifilis meningeal biasanya Sifilis Kongenital
terjadi kurang dari setahun setelah terinfeksi. Sifilis Sifilis kongenital yang terjadi akibat transmisi f
meningovaskular terjadi setelah 10 tahun, dan tabes pada saat kehamilan dapat rpempunyai
dorsalis terjadi setelah 25 tahun. Dengan kemajuan manifestasi yaitu: (1) manifestasi dini pada 2
pengobatan, gambaran neurosfilis tidak lagi khas.e pertama yang menular dan menyerupai sifilis
Sifilis meningeal mempunyai manifestasi sakit kepala, pada orang dewasa; (2) manifestasi lanjut setelih 2
mual dan muntah, kaku kuduk, kelumpuhan syaraf kranial, yang tidak menular; (3) stigmata residual yang
kejang dan perubahan status mental. Sifilis meningeal klasik seperti Hutchinson's teeth, mulberry mollorc,
dapat terjadi berbarengan dengan sifilis sekunder. nose, dan saber shin.8
Penderita sifilis dengan uveitis, iritis atau gangguan
pendengaran sering juga mengalami sifilis meningeal.
Sifilis meningovaskular adalah meningitis yang disertai ETIOLOGI
dengan vaskulitis pada pembuluh darah otak kecil'sampai
besar. Gambaran klinis yang paling sering ditemukan T. paLlidum merupakan anggota genus Spir
adalah strokeyang melibatkan pembuluh darah otak pada memiliki 4 spesies yang patogen terhadap manusb
dewasa muda. Berbeda dengan stroke akibat trombus hewan. Spesies Leptospira menyebabkan leptospi
atau emboli yang berlangsung mendadak, stroke akibat Spesies Borella menyebabkan relopsing fever dao
sifilis meningovaskular sering didahului oleh keluhan sakit disease. Spesies Brochyspiro yang menyebabkan
kepala, vertigo, insomnia dan gangguan psikologis yang usus, serta species Treponemo yang secara
diikuti oleh gejala vaskular yang progresif.8,e menyebabkan segolongan penyakit yang
Kerusakan parenkim yang luas akibat neurosfilis treponematoses. Spesies treponema terdiri lagfi
lanjut akan menyebabkan gejala kelumpuhan umum beberapa sub-spesies yang dapat menyebabkan
dan termasuk di dalamnya adalah paresis mnemonik: pada manusia, diantaranya: (1) Treponemo pollidwn
perilaku, afektif, refleks hiperaktif, mata (Argyll Robertson pallidum yang menyebabkan sifilis; (2) Treponemo
pupil's, pupil kecil dan-iregular), sensorium (delusi, ilusi, subsp. pertenue yang menyebabkan yaws; (3)
807
mnsiko kontak seksual dengan penderita sifilis, termasuk yang tidak mendapat pengobatan, tes non-treponemal-
lHompok risiko tinggi (LSL, PSK, waria) yang termasukjuga nya menjadi negatif. Perbandingan respons positif tes non-
oft antaranya gelandangan dan pengguna narkoba suntik
treponemal dan treponemal dapat dilihat pada tabel 1.
rlpenasun); penderita dengan partner seksual multipel; Fenomena Prozone, yaitg-reaksi serologis yang negatif
penderita dengan infeksi HlV, dan penyakit menular walaupun kadar antibodi tinggi, dapat terjadi pada 2%
relsual lainnya. Yang juga termasuk kelompok risiko kasus terutama pada sifilis sekunder dan wanita hamil.
frmggi adalah semua pasangan seksual dari kelompok di Pengenceran bertahap pada bahan pef;reriksaan yang
ilhs.r-3 sama dapat menujukkan peningkatan titer 4 kali.8
Tes spesifik treponemal seperti FTA-abs (Flouresence
hrneriksaan Sediaan Langsung treponemal ontibody -obsorbed) dan TPHA (Treponemo
kda sifilis primeri sekunder, dan tersier; pemeriksaan pollidum hemoglutinotion test) mendeteksi antibodi
lLangsung apusan dari lesi mukokutan dengan terhadap antigen spesifik T. pollidum. Tes ini memerlukan
nrenggunakan mikroskop lapangan gelap atau pewarnaan standarisasi dalam pengerjaannya, sehingga lebih sulit
lmmunoflerensi adalah pemeriksaan yang tercepat untuk dan interpretasinya dapat bersifat subyektif. Test ini
dapat menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pada chancre, harganya mahal sehingga tidak dapat digunakan sebagai
wtdylamo loto dan mucous patches memberikan angka alat skrining masal dan memiliki nilai positif semu yang
positif yang tinggi karena lesi-lesi ini mengandung banyak
lffieponema. Walaupun demikian.pemeriksaan langsung
dari kulit kering ataupun aspirasi kelenjar getah bening : :."
StadiErir.
;pega dapat memberikan hasil positif.slo Sifi lis,p?lnr€r:' :.,,,.
Tidak dianjurkan membersihkan lesi dengan Sifilis'sekundrirr:,
nmenggunakan larutan antiseptik, sabun atau larutan Sifllis.laten iita*::,
hahersidal sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, . ;
lanji4 ': :.. '.;
karena Treponema yang mati sulit diidentifikasi; kecuali *FTA-abs: Flourescent treponemal antibody
absorption; IPPA:
hi'la menggu nakan pewarnaan im mu nofloresensi.s,lo Treponemo pollidum-porticle agglutinotion; VDRL: Venereol
d iseose research lo boratory.
808 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT
i
rendah, sehingga tes ini berguna untuk tes konfirmasi pada Pemberian obat yang lama dapat memengaruhi kepatuhan
penderita dengan tes non-treponemal yang positif. Tes pengobatan. Seftriakson 500 mg hingga 1 g sehari dapat
/
spesifik positif akan berlangsung seumur hidup, tetapi 10% diberikan secara intramuskular selama 10 hari. Kuinolon
l dapat menjadi negatif setelah mendapat terapi dini.3'8 tidak mempunyai efek pengobatan sifilis.3'8'11'12
Tes lain untuk mendiagnosa sifilis adalah tes PCR Sifilis yang telah berlangsung lebih dari 'l tahun
yang menggunakan antigen sifilis dan isolasi bakteri. diobati dengan injeksi 2.4 juta unit Benzathin Penisilin
PCR spesifik tetapi tidak dapat membedakan Treponema G selama 3 minggu. Pengobatan ini merupakan pilihan
mati dan yang hidup, sedangkan isolasi f pol/idum hanya pada penderita sifilis laten atau sifilis dengan durasi yang
dapat dilakukan pada hewan percobaan karena T pollidum tidak diketahui. Karena Bemzathin penisilin G tidak dapat
tidak dapat tumbuh pada media buatan. Keterlibatan SSP menembus sawar darah otak, maka pemeriksaan cairan
dapat didiagnosis dengan pleositosis (>5 sel darah putih/ SSP perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
uL), peningkatan protein (>45m9ldl) dan VDRL positif. neurosifilis terutama penderita dengan HIV positif-
Semua penderita sifilis dengan gejala neurologi harus Pemeriksaan pungsi lumbal juga dapat dikerjakan
menjalani pemeriksaan cairan SSP tanpa melihat stadium setelah pengobatan 2 minggu untuk menjamin tidak
sifilisnya. Karena penderita sifilis mempunyai risiko tinggi ada kemungkinan neurosifilis. Dosis Penisilin yang lebih
untuk terkena HIV maka semua penderita sifilis harus dites tinggi diperlukan untuk penderita neurosifilis. Penderia
HIV dan juga sebaliknya. Penderita HIV dan sifilis harus dengan kelumpuhan umum membaik dengan pengobatan
dieva usi u ntu k kemu ng kinan adanya neu rosifilis.3'8
I Penisilin, walaupun perburukan terjadi kemudian pada
sepertiga kasus. Karbamazepin dengan dosis 400-800 nq
dilaporkan dapat mengurangi nyeri pada tobes dorsolis,
KLASIFIKASI Penelitian-penelitian menemukan dosis total Penisilin G
hingga 6 atau 9 juta unit memberikan respons yang bafrk
Klasifikasi Sifilis berdasarkan manifestasi klinisnya seperti pada 90o/o penderita neurosifilis. Terdapat beberapa laporar
yang telah disebutkan di atas, dapat dirangkum pada kegagalan terapi pada penderita HIV positif dan terda@
tabel 2. panduan yang menganjurkan peningkatan dosis hinggn
20 juta unit perhari selama 20 hari pada penderita H[td'
denga n neu rosifi lis. Walau pu n tidak terda pat bu kti-br.r*fr
PENATALAKSANAAN bahwa antibiotika bermanfaat pada sifilis kardiovaskuh
pengobatan diberikan untuk mnecegah progresivitro
T.pallidum dapat dihambat oleh pencillin G dengan penyakit dan karena 15% penderita sifilis kardiovaskulur
dosis 0,01 uglml. Karena treponema lambat membelah juga memiliki neurosifilis.3'12'13
diri dan Penisilin bekerja saat Treponema membelah lbu hamil dengan tes serologis sifilis positif ha,ruun
diri, maka Penisilin perlu diberikan selama beberapa mendapat Penisilin dangan dosis serupa dengann
hari (Tabel 3). Sifilis dini (kurang dari 1 tahun) diobati wanita tidak hamil. Penderita alergi terhadap penisiflim
dengan injeksi PenisilinG2,4 juta unit dosis tunggal, yang direkomendasikan untuk dilakukan desensitisasi penisft,
memberikan kadar serum yang efektif selama 2 minggu dan karena pengobatan alternatif dengan tetrasiklin memllliil
menyem bu h kan 95o/o penderita sif ilis d i ni. Pada penderita risiko toksisitas dan eritromisin memberikan efikasi
yang alergiterhadap penisilin, doxycycline 2x10O mg yang rendah. Pada ibu hamil dengan VDRL positif dan TPHA
diberikan selama 2 minggu dapat menggantikan Penisilin. FTA-abs negatif, pengobatan dapat ditunda dan tes
: ulang setelah 4 minggu. Bila tes ulangan memperlihatkan 2 tahun setelah sifilis sekunder yang diobati dan 5 tahun
:engikat titer VDRL hingga 4 kali dengan gejala klinis yang pada penderita sifiilis laten atau sifilis tersier. Waktu yang
eras, maka pengobatan harus diberikan.l2 1a diperlukan untuk tes menjadi negatif tergantung pada
Sifilis kongenital harus segera diobati. Pemeriksaan beratnya stadium dan efektivitas pengobatan. Karena
:airan SSP diperlukan sebelum pengobatan dimulai. Bila banyak laporan kegagalan pengobatan sifilis dengan
:;a< ada kelainan cairan serebrospinalis, injeksi Benzathine menggunakan benzathine Penisilin pdda penderita HIV
renisilin G 50.000 unit/kg diberikan dalam dosis tunggal, yang dapat mencapai 3%, maka dianjurkan pengobatan
sedangkan bila terdapat kelainan cairan SSP maka penisilin sifilis pada penderita HIV diberikan dalam waktu yang
G diberikan dengan dosis 50.000 unit/kg selama minimum lebih lama seperti halnya pengobatan sifilis laten atau
" - hari.12.14 neu rosifilis.l2-16
Sebanyak 60% penderita sifilis dini dan sebagian Semua penderita sifilis awal harus diperiksa VDRL
sf lis stadium lanjut mengalami reaksi Jorish-Herxheimer, ulangan dan pemeriksaan fisik pada bulan ke-6 dan
uatu demam setelah pengobatan sifilis. Reaksi ini dapat ke-l2 setelah pengobatan. Pada penderita dengan HIV
re.,ladi dalam beberapa jam dan menghilang setelah pemeriksaan diulang pada bulan 1,2,3,6,9 dan 12.
ti hingga 24 jam pengobatan. Kadang-kadang reaksi Penderita sifilis laten diperiksa ulang setelah 24 bulan
.iwrsch-Herxheimer sulit dibedakan karena reaksi alergi pengobatan. Pada 85% penderita sifilis dini (primer,
ar. bat pengobatan sifilis. Demam yang tidak terlalu tinggi sekunder atau laten dini) VDRL kuantitaif menurun 2 kali
sldsanya disertai mialgia, sakit kepala, dan lemah badan. atau lebih pada bulan ke-6 dan ke-12 bulan. Titer VDRL
"esi kulit sifilis sekunder dapat mengalami eksaserbasi. yang tetap tinggi setelah pengobatan berhubungan
fieaksi terjadi akibat reaksi tubuh terhadap lipoprotein dengan tingginya titer pada awal pengobatan, periode
rrang dilepaskan oleh Treponema yang mati. Pada sebagian infeksi yang lama, dan stadium lanjut. Peningkatan
Msar kasus reaksi ini dapat membaik dengan pemberian titer VDRL 4 kali setelah pengobatan dapat dijadikan
misilat. Pemberian steroid tidak terbukti bermanfaat.s pertimbangan untuk melakukan pengobatan ulangan.
Sebagai indikator keberhasilan terapi, VDRL diharapkan Penderita sifilis dini yang diobati dapat mengalami infeksi
rer''ubah menjadi negatif setelah 1 tahun pada sifilis primer, ulang, dan menimbulkan gambaran klinis dan serologis
810 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI.
yang serupa dengan kegagalan pengobatan.l2-1a saat pemeriksaan karena sifilis dapat terjadi pada 30%
Penderita neurosiflis perlu diulang tes serologisnya kontak seksual yang tes serologisnya negatif. Pengobatan
paling tidak selama 3 tahun dengan pemeriksaan cairan kontak dianjurkan dilakukan pada semua kasus yang
SSP ulangan setiap 6 bulan. Jumlah sel akan menjadi kontak seksual dengan penderita sifilis dini dalam 90 hari
normal dalam waktu 2-3 tahun. Kadar protein cairan SSP terakhir.l8
akan menurun perlahan, seperti juga VDRL cairan SSP
yang menjadi negatif setelah bertahun-tahun. Peningkatan
jumlah sel, kadar protein dan titer VDRL merupakan PROGNOSIS
petunjuk perlunya pengobatan Ulang.s,tz-t+
Pengobatan pada sifilis primer dan sekunder memberikan
hasil yang sangat baik. Kegagalan terapi hanya masih
KOMPLIKASI ditemukan pada penderita HlV. Penderita tobes dorsolis
tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit
Selain berbagai manifestasi yang muncul akibat kerusakan akan berkurang dengan pengobatan sifilis. Sifilis
pada seluruh organ tubuh, terutama pada sffilis tersieri kardiovaskular juga memberikan respons yang baik
Sifilis juga menyebabkan peningkatan kemungkinan dengan pengobatan sifilis walaupun infark iskemik masih
penularan HIV hingga 2-5 kali. Lesi sifilis mudah berdarah dapat ditemukan.lle
sehingga memudahkan penularan virus HIV saat
melakukan hubungan seksual.ls-17
Penularan sifilis dari ibu ke bayi pada saat kehamilan REFERENSI
juga akan meningkatan risiko keguguran dan kematian
bayi beberapa hari setelah melahirkan.3 1. French P. Syphilis. BI|{I 2007;334:L43-7.
2. Goh BT. Syphilis in adults. Sex Transm Infect 2005; 81:il{.&
52.
3. RichensJ, Mabey DCW. Sexually Transmitted Infections. Im
PENCEGAHAN Cook GC, Zumla AI (Eds). Manson's Tropical Disease 2kd
ed. 2008. Saunders. Philadelphia: 403-34.
PENDAHULUAN ETIOLOGI
lnfeksi Gonokokal, disebut juga "The Clop" dan Neisseria gonorrhoeoe (N.gonorhoeae) adalah bakteni
"The Drip", disebabkan oleh Neisserio gonorrhoeoe, Gram negatif, nonmotile, tidak membentuk spora, yang
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, tumbuh tunggal dan berpasangan (sebagai monokokur
dan merupakan infeksi menular seksual yang paling dan diplokokus). Merupakan patogen yang eksklusif pade
sering terjadi di negara tropik,l serta terbanyak kedua manusia, secara umum memiliki tiga salinan genom pelr
yang terlaporkan di Amerika Serikat setelah infeksi unit kokus; dimana poliploidi ini'memungkinkan tingtil
Klamidia.2 lnfeksi gonokokal paling banyak ditularkan variasi antigenik yang tinggi dan kelangsungan hidr4pr
melalui kontak seksual. Pada bayi juga dapat ditularkan di dalam inangnya. Gonokokus, seperti semua spesb,
dari jalan lahir ibu saat melahirkan, menyebabkan Neisseria lainnya, merupakan oksidase positif. Mereln
ophthalmio neonatorum dan systemi.c neonotal infection. dibedakan dari Nelsserioe lain dengan kemampuaml
Masa inkubasi rata-rata adalah 2-8 hari. Pada wanita, mereka untuk tumbuh pada media selektif dan unu*
serviks adalah tempat infeksi tersering, menyebabkan memanfaatkan glukosa tapi tidak maltosa, sukrosa, ffiur
endoservisitis dan uretritis, jika tidak tertangani dapat laktosa.l 3
DEFINISI
812
GONORE
813
dalam meningkatkan penularan HlV. Dilaporkan terdapat bakteri dari respon imun lgA mukosa individu.3 Antibodi
hingga 301.174 kasus baru pada tahun 2009 di Amerika terhadap Rmp (sebelumnya dikenal sebagai protein lll,
Serikat.2 Plll) mencegah ikatan terhadap komplemen sehingga
Di Amerika Serikat, insiden tertinggi terutama pada dapat memblokade efek bakterisidal terhadap Porin dan
wanita usia 15 - 19 tahun dan 20 -24 tahun pada pria. lipo o lig oso cc h o rid e.1, 3
Berdasarkan etnis, terbanyak pada etnis Afrika-Amerika Antigen pili memegang peranan penting pada
dan terendah pada etnis Asia atau keturunan pulau kompetensi dan transformasi genetik, yang memungkinkan
Pasifik.3 transfer material genetik antar bakteri in rzivo.3Antigen pili,
lnsiden infeksi gonokokal lebih tinggi di negara bersama Porin dan lipooligosocchoride bertanggungjawab
berkembang daripada di negara maju. Namun, insiden terhadap variasi antigenik, yang menyebabkan infeksi
oasti dari IMS sulit untuk dipastikan di negara-negara berulang dalam periode waktu yang singkat.l
berkembang karena masalah pengawasan dan kriteria Go n o cocco I Lipoo lig oso cc h o ride (LOS), berpera n da la m
diagnostik yang bervariasi. Studi di Afrika telah aktifitas endotoksik dan berkontribusi pada efek sitotoksik
menunjukkan bahwa IMS nonulseratif seperti gonore lokal pada tuba Fallopi. LOS juga memodulasi respon
lsebagai tambahan IMS ulseratif) merupakan faktor risiko sistem imun, dimana modulasi ke arah respons Th2 akan
ndependen untuk penularan HlV.3 mengurangi kemampuan bersihan infeksi gonokokal.t
Penularan terjadi lebih efisien dari laki-laki ke Selain itu faktor individu inang juga berperan penting
oerempuan daripada sebaliknya. Tlngkat penularan pada dalam memediasi masuknya bakterl ke dalam sel. pelepasan
wanita dari sekali berhubungan seksual tanpa pelindung diocylglycerol dan ceramide dibutuhkan untuk masuk
dengan partner terinfeksi adalah t4O-60%. lnfeksi ke dalam sel epitel. Akumulasi ceramide dalam sel akan
gonokokal orofaringeal terjadi pada +20% wanita yang menginduksi apoptosis dimana akan mengganggu integritas
rnem pra ktekk an fe llotio de n g a n pa rtner teri nfeks i.3 epitel dan memfasilitasi masuknya bakteri ke jaringan
subepitelial. Dilepaskannya faktor kemotaksis hasil dari
aktivasi komplemen juga akan menyebabkan inflamasi.3
PATOGENESIS Strain yang menyebabkan penyakit infeksi gonokokal
diseminata (strain PorB.7A) telah dibuktikan lebih sulit
rr/irulensi dari N. gonorrhoeoe ditentukan dari keberadaan dimatikan oleh serum manusia, dimana lebih tidak
ciliyang memediasi penempelan, serta kemampuan untuk kemotaksis
oertahan dari kekuatan aliran hidrodinamik pada uretra,
Klasifikasi
dlmana hal inijuga menghambat pengambilan oleh fagosit.
Spektrum penyakit dari infeksi gonokokal ini terdiri dari:3,a
mrvasi dan multiplikasi terjadi pada sel kolumnar non-silia
penghasil mucus pada epitel tuba Fallopi.l Strain dengan
. lnfeksi genital
pfli lebih banyak menempel pada permukaan sel mukosa
. lnfeksi rektal
. lnfeksi faringeal
nnanusia, dan lebih virulen dibandingkan dengan strain
pang tidak ber-pili. Penempelan ini merupakan awal dari
. lnfeksi okular
. Komplikasi lokal
endositosis dan transpor melewati sel mukosa kedalam
Itruang interselular dekat membran basal atau langsung
. lnfeksi gonokokal diseminata
. lnfeksi pada bayi dan anak
te jaringan subepitelial.3 Tidak terdapat toksin khusus
yang dihasilkan oleh N. gonorrhoeoe namun komponen
:i@oligosocchqride dan peptidogtycan berperan
dalam
nunenghambat fungsi silia dan menyebabkan inflamasi.l
MANIFESTASI KLINIS
Komponen peptidoglycan selain antigen pili, termasuk
Risiko tertular infeksi gonokokal setelah terpapar satu kali
l,ga, Porin, Opacity-associoted protein serta protein lain. sekitar 20o/o pada pria dan mungkin lebih besar daripada
'Porln (sebelumnya dikenal sebagai protein l) protein wanita. Pada semua pasien dengan kemungkinan infeksi
mrbanyak pada permukaan N. gonorrhoeoe, menginisiasi
menular seksual (lMS), riwayat penyakit yang ditanyakan
proses en dositosi s d a n inv asi. O p a c ity - o sso c iate d p rote in
termasuk adanya IMS sebelumnya (termasuk infeksi HIV
itrDp4 sebelumnya dikenal sebagai protein ll) berperan
dan hepatitis viral), riwayat pengobatan IMS sebelumnya,
menting pada penempelan ke sel epitel, dan sel pMN serta gejala dari IMS pada pasangan seksual saat ini atau
menekan proliferasi sel T limfosit CD4+. protein
yrang akan
sebelumnya, jenis kontrasepsi yang dipakai (kondom),
hinnya termasuk H.8, suatu lipoprotein yang terdapat
dan adanya riwayat dari kekerasan seksual. Gejala juga
pada semua strain N. gonorrhoeoe, berguna sebagai
dapat berupa faringitis. Pada wanita, riwayat yang perlu
ltuget untuk diagnostik yang berdasar antibodi. Bakteri ini
ditanyakan termasuk juga periode menstruasiterakhir dan
yuqa memproduks-i suatu lgA, protease, yang melindungi paritas, termasuk riwayat dari kehamilan ektopik.s
814 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
- Nyeri gerakan serviks saat pemeriksaan palpasi diagnosis terbaru antara lain tes DNA probe, Polymerose
bimanual Chain Reoction (PCR) dan Ligond Chain Reoction (LCR),
' Rasa penuh dan/ tenderness pada adneksa, unilateral Transcription-Medioted Amplificotion (TMA), serta DNA
maupun bilateral strand displocement (SDA).:,+ o
- Nyeri/tenderness pada abdominal bawah, dengan atau
lanpa rebound tenderness Pewarnaan Gram
- Kemungkinan nyeri punggung (terutama bila plD)
- Diagnosis cepat infeksi gonokokal melalui pewarnaan
Tenderness kuadran kanan atas (bila perihepatitis)
Gram dari eksudat uretra telah diterima secara Iuas. Pada
ffieksi Gonokokal Diseminata (DlG)s pria dengan gejala uretritis, tes ini disebutkan sangat
' Demam (biasanya < 39"C saat pemeriksaan) spesifik (>99o/") dan sensitif (>95), sehingga hasil yang
' Kulit: rosh makulopapular, pustula4 nekrotik atau positif dapat dianggap diagnostik.T Dikatakan positif
vesikular, terutama pada daerah badan, anggota bila ditemukan adanya diplokokus Gram negatif dengan
gerak, telapak tangan dan kaki. Rosh biasanya morfologi tipikal yang ditemukan berhubungan dengan
tidak mengenai wajah, kulit kepala dan mulut. Lesi neutrofil. Namun, hasil negatif pada pewarnaan Gram tidak
hemoragis, eritema nodosum, urtikaria, dan eritema dianjurkan untuk menyingkirkan diagnosis pada pria yang
multiformejarang terjadi. Lesi kulit biasanya berbeda asimptomatis.l 7
stadium pada saat presentasi. Pada wanita, pewarnaan Gram dari hapusan endoservik
' Sendi: pada umumnya penderita mengalami poli- tidak sensitive (30-60%), namun mendukung diagnosis
artralgia dengan joint tenderness penurunan lingkup cepat bila ditemukan bersama dengan gejala klinis PlD,
gerak sendi, dan eritema; lebih jarang ditemukan endoservisitis dengan discharge purulen atau riwayat
artritis purulenta yang mengenai sendi tunggal pajanan infeksi gonokokal. Hapusan dari faring dan rekal
dengan nyeri hebat, tenderness, edema, eritema dan tidak membantu diagnosis, dimana spesies Neisserio
penurunan lingkup gerak sendi. lainnya adalah komponen.dari flora normal.la
' Tenosinovitis: eritema dan tenderness lokal sepanjang
tendon sheath, dengan nyeri pada gerakan aktif maupun Kultur
pasif. Tenosinovitis sering terjadi pada tangan, namun Kultur diambil menggunakan swab Dacron atau Rayon,
dapat ditemukan juga pada ekstremitas bawah. kemudian sampel diinokulasi ke plote modifikasi Thayer-
* Sistem saraf pusat; dapat ditemukan meningismus Martin atau media selektif gonokokal lainnya. Penting
dan penurunan kesadaran. untuk memproses sampel segera karena gonokokus
- Jantung (endokarditis): dapat ditemukan murmur tidak toleran kondisi kering. Jika tidak dapat diinkubasi
baru, takikardia, dan demam; lesi emboli dapat juga segera, spesimen dapat disimpan selama beberapa
ditemukan jam pada suhu kamar dalam stoples berisi lilin sebelum
' Otot pembentukan abses pada jaringan lunak berupa inkubasi. Transpor spesimen dapat dilakukan dengan
tenderness lokal, edema, dan nyeri saat bergerak sistem transport nonnutritive seperti media Sfuorf atau
Amies dalam waktu kurang dari 6 jam, atau media kultur
frgnosis Banding dengan sistem penghasil CO, mandiri bila lebih lama
lllldlurritis dan servisitis gonokokal harus dibedakan dengan (seperti sistem JEMBEC atau Gono-Pak). Sensitivitas kultur
uetritis non-gonokokal, servisitis atau vaginitis akibat endoserviks tunggal t 80-90%.3
Wfumydio trachomotis, Go rd nerello vagino lis, Trichomonas, Pada pria, kultur dari eksudat mendukung diagnosis
Ewdida, dan patogen lainnya yang berhubungan dengan bila spesimen pewarnaan gram tidak ditemukan bakteri
mmfeki menular seksual; penyakit inflamasi pelvis, artritis, untuk N. gonorrhoeae. Pengambilan spesimen sebaiknya
pnoktitis, dan lesi kulit. Seringkali beberapa patogen dar uretra dengan insersi dan rotasi swab pada uretra
mrdapat bersamaan pada seorang penderita. Artritis selama 5 detik. Pada wanita, ektoservik harus diseka bersih
nna,lrtif (u
retriti s, konju n gtivitis, a rtriti s) d a pat menyeru pa i dan swab harus dimasukkan ke servik dan rotasi selama
p,rnorrhea atau terjadi bersamaan. 10 detik. Swab rektal paling baik diambil menggunakan
proktoskop. Pada wanita, spesimen yang didapat dari
beberapa lokasi meningkatkan kemungkinan ditemukan-
I.IBORATORIUM nya bakteri. ldealnya, kultur diambil dari endoservik,
uretra, rektum dan faring.:,+
&ndekatan umum pada penderita dengan kecurigaan Kultur darah sering positif pada awal (24-48 jam)
nmfeksi gonokokal terdiri atas pengambilan spesimen penyakit diseminata dan dari cairan sinovial sendi pada
drsudat untuk diperiksa hapusan dengan pewarnaan artritis gonokokal. Pada infeksi gonokokal diseminata,
Gram, kultur, dan penentuan sensitivitas antibiotik. Metode kultur pada lesi kulit biasanya negatif, meskipun pewarnaan
816 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
gram dan les antibody fluorescent dari hapusan pustul plasmid, berkembang secara cepat ke seluruh dunia
sering ditemukan bakteri. Hal ini disebabkan karena kultur pada awal tahun 1980. Strain N. gonorrhoeae dengan
memerlukan organisme yang vioble, sedangkan hapusan pLosmid-borne tetrocycline resistqnce (TRNG) dapat
dan testing antibodi tidak demikian.@ mengaktifkan p-loctamose plosmids, sehingga PPNG
Cairan sendi diinokulasikan pada media broth dan dan TRNG terjadi bersamaan, kadang bersama dengan
dibiakkan pada chocolote ogor, karena cairan ini tidak strain yang menunjukkan chromosomolly medioted
terkontaminasi bakteri komensal. Gonococci jarang resistance (CMRNG). Penisilin, ampisilin, dan tetrasiklin
didapatkan pada efusi sendi awal yang mengandung telah menunjukkan kegagalan terapi dan tidak dianjurkan
<20,000 leukocytes/pL namun mungkin didapatkan pada penggunaannya untuk terapi infeksi gonokokal.la
cairan sendi yang mengandung >80,000 leukosit/UL. Regimen yang mengandung kuinolon selama 7
Organisme jarang didapatkan bersamaan dari darah dan hari, telah direkomendasikan sebelumnya dimana jugn
cairan sendi pada seorang penderita.3 memiliki efek antikamidial. Namun Quinolone-resisfanf
N. gonorrhoeae (QRNG) timbul segera setelah regimen
Diagnostik Lain ini digunakan. Sefalosporin generasi ketiga terbulli
N u c le ic o c id hyb r id iz atio n fesf da n N u c le ic o c id a m p liftc o tio n sangat efektif sebagai terapi dosis tunggal bila diberikam
fesf (NAATS) dapat digunakan untuk deteksi infeksi sesuai rekomendasi, meskipun disebutkan bahwa mininrCl
gonokokal pada sitem genitourinarius. Spesimen inhibitory concentrations (MlCs) terhadap strain of ft{.
untuk Nuc/eic ocid hybridizotion fesf berasal dari swab gonorrhoeoe semakin meningkat.
endoservikal pada wanita dan swab uretra pada pria.
Spesimen untuk pemeriksaan NAATs dapat berasal dari lnfeksi Gonokoka! pada Serviks, Uretra, Rekhl
swab endoserviks, vaginal, uretra (pria saja), atau urine tanpa Komplikasiz
(pria dan wanita). Dikatakan sensitivitas dari pemeriksaan
NAATs untuk deteksi N. gonorrhoeoe pada lokasi genital Ceftriaxone 250 mg lM dosis tunggal
maupun nongenital lebih superior daripada kultur; namun ATAU, BILA BUKAN PILIHAN
disebutkan bergantung pada tipe NAATs, serta spesifisitas Cefixime 400 mg oral dosis tunggal
nya dimana terdapat reaksi silang dengan spesies Nersserio ATAU
nongonokokal. Kerugian prosedur diagnostik non kultur Dosis tunggal injeksi regimen cephalosporin
adalah bahwa tidak dapat menguji kepekaan antibiotik.l? DITAMBAH
Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal
ATAU
DIAGNOSIS Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari
Kecurigaan Kegagalan Terapi Sefalosporin atau Harrison's Principles of Internal Medicine 18,h ed: The
Resistensi McGraw-Hill Companies; p. 1220 - T.
2012.
Benson Paul M MD. Sexually Transmitted Diseases. Militan,
Adanya kegagalan terapi sefalosforin telah dilaporkan.
Dermatology: Department of The Army, Borden Institute;
Pada penderita dengan kecurigaan kegagalan terapi atau 1994.
penderita dengan strain yang ditemukan resisten pada in Wong B. Gonococcal In{ection. medscape; 2011 [cited
vitro, dia njurkan dikonsu ltasikan kepada spesial is penyakit 2011 Novemberl; http:/ / emedicine.medscape.com
ar ticle / 218059 -overview# a01 99.
infeksi, dilakukan kultur dan tes kepekaan antibiotik, Golden MR, Handsfield HH. Neisseria Gonorrhoeae
dilakukan terapi ulang dengan ceftriaxone 250 mg, lM Infections. In: Goldman L, Schafer AI, editors. Goldman's
atau lV, memastikan terapi dari pasangan seksual dan Cecil Textbook. 24e ed: Elsevier Saund erc;2012.
7. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines:
melaporkan ke divisi terkait.
Department of Health and Human Services Centers for
Disease Control and Prevention 2010 Contract No.: RR-12
REFERENSI
PIDEMIOLOGI
819
820 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI-
1. Pemeriksaan Iangsung bahan ulkus yang diambil dari 1. Herpes genitalis; kelainan kulitnya berupa vesi&dil
kerokan tepi ulkus yang diberi pewarnaan Gram. pada berkelompok dan jika memecah menjadi erosi.,2l
sediaan yang positif ditemukan kelompok basil yang 2. Sifilis stadium l; ulkusnya bersih, indolen, terda@
tersusun seperti barisan ikan.a indurasi, dan tanda-tanda radang akut tidak ada.1ls
2. Kultur pada media agar coklat, agar Muller Hinton. 3. Limfogranuloma venerium; afek primer tidak spesiffik,
Positif bila kuman tumbuh dalam waktu 2-4 hari (dapat Terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguin{lfi
sampai 7 hari). perlunakannya tidak serentak.l,2
3. Tes serologi ito-Reenstierna. Caranya 0,1 ml antigen 4. Granuloma inguinal; ulkus dengan granuloma.':
disuntikkan intradermal pada kulit lengan bawah.
Positif bila setelah 24 jam atau lebih timbul indurasi
yang berdiameter 5 mm. Hasil positif setelah infeksi KLAS!FIKASI
berlangsung 2 minggu, dan akan terus positif seumur
hidup.l Berdasarkan variasi bentuk klinis dapat diklasifi
4. Tes ELISA dengan menggunakan whole lysed H. menjadil :
ducreyi.l 1. Giont choncroid: ulkus hanya satu dan meluas
5. Tes lain yang dapat digunakan adalah tes fiksasi cepat serta bersifat destruktif.
komplemen, presipitin, dan agglutinin.l 2. Transient choncroid: ulkus kecil s_embuh sendiri
4-6 hari, disusul perlunakan kelenjar llmfe i
10-20 hari kemudian.
ETIOLOGI 3. Ulkus mole serpiginosum: teiadi inokulasi
penyebaran dari lesi yang konfluen pada
Kuman penyebabnya ialah Hemophilus ducreyi, merupakan skrotum, dan paha. UIkus dapat berla
bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek dalam bertahun-tahun.
susunan berbaris, termasuk dalam famili posteurellaceo 1,2
4. Ulkus mole gangrenosum.
5. Ulkus mole folikularis (folliculoris choncroid)-.
pada folikel rambut, terdiri atas ulkus kecil
Lesi ini dapat terjadi di vulva atau pada
genitalia yang berambut. Lesi ini sangat
6. Ulkus mole papular (ulkus mole elevatum): terdirfr
papula yang berulserasi dan granulomatosa.
PENATALAKSANAAN
cDC)
b. Ceftriaxon 250 mg dosis tunggal, lM (
Gambar 2. Foto mikrograf dari H ducreyi 6 WHO, CDC)
l]l[n s MoLE (CHANROID) 82r
: Siprofloksasin 2 X 500 mg selama 3 hari oral Lewis DA. Chancroid: clinical manifestatiorL diagnosis, and
(rekomendasi CDC) management. Sex. Transm Infecl. 2003; 79(1): 68-71,.
3. Chancroid. From Wikipedia The Free Encyclopedia (cited
d Eritromisin 4 X 500 selama 7 hari (CDC) 2011 December 10).
e Eritromisin 3 X 300 selama 7 hari (WHO) 4. Morse SA, Trees DL, Htun Y, et al. Comparison of clinical
li. Amoksisilin + asam klavulanat 3 X 125 selama 7 hari diagnosis and standard laboratory and molecular methods
for the diagnosis of genital ulcer disease in Lesotho: associa-
$ Streptomisin 1 g per hari selama 10 hari
tion with human immunodeficiency virus infection. J Infect
rr' Kombinasi ceftriaxon dan azitromisin pada penderita Dis.1997;175:583-9.
yang disertai infeksi HlV. 5. Janowicz DM, Fortney K& Katz BP, et al. Expression of
the LspA1, and LspM protein by Haemophylus ducreyi is
lfur.api lokal required for virulence in humanVolunteers Infect Immun
a Kompres dengan larutan normal salin (NaCl 0,9%) 2 2004;72 (8):4s28-33.
Late Chancroid symptoms. (image on the internet). c2010
kali sehari selama'l 5 menit.1,2 (updated 201O luly 06; cited 2011, December 10). Available
m Aspirasi abses transkutan dianjurkan untuk bubo frorn:hp: / / std.about.com/.../Late-Chancroid-Symptoms.
yang berukuran 5 cm atau lebih dengan fluktuasi htm
ditengahnya.2
IETIANTAUAN TERAPI
Bf,IPLIKASI
Wilrrnosisatau parafimosis.l
lffimmeluretra.l
ffirr@l rektovagina.l
TET{CEGAHAN
EFERENSI.
822
rn[oMoNtAsls 823
dengan pasangan yang terinfeksi, 3) memiliki 4 atau lebih sangat imunogenik. Pelepasan antigen tersebut dapat
sasangan seksual, 3) tidak memakai pengaman seksual menetralkan antibodi atau T limfosit sitotoksik. Selain itu,
seperti kondom 4) pekerja seks komersial 5) kadar pH TV dapat melapisi permukaannya dengan protein plasma
uaoina yang tinggi (pH 4 sampai 7).s pejamu sehingga sistem kekebalan tubuh pejamu tidak
lnfeksi bersama-sama dengan organisme penyakit mengenali parasit sebagai benda asing.1,2
renular seksual lainnya sering terjadi (15-28o/o koinfeksi
Ie'rgan klamidia dan 10% koinfeksi dengan gonore). Respons Kekebalan Pejamu
Iteh karena itu, pada individu dengan infeksi TV perlu Pemahaman tentang imunitas terhadap TV berasal dari
n :kukan penapisan terhadap adanya infeksi menular observasi respons klinis pasien dan penelitian eksprimen in
rcrsual lainnya.3 vitro dan binatang coba. lnfeksi alamiah akan memberikan
kekebalan protektif parsial. Hal ini terbukti dari terjadinya
reinfeksi sekitar 30%padafollow up.lnfeksi pada manusia
PIATOGENESIS menyebabkan terbentuknya antibodi spesifik terhadap
parasit pada saluran reproduksl dan serum. Di samping
iasaran infeksi TV adalah sel epitel gepeng saluran itu terdapat juga peran limfosit yang terdeteksi melalui
- ^italia. lnfeksi umumnya multifokal tetapi tidak terjadi proliferasi antigen spesifik dari sel-sel mononuklear darah
flr'i,asi parasit ke dalam jaringan ikat. Pada laki-laki infeksi tepi. Peran kekebalan alamiah yang melibatkan kemotaksis
msa terjadi pada genital eksterna, prostat, dan epididimis. dan influks neutrofil lebih penting dalam mengendalikan
$cil,ekanisme patogenesis sampai saat ini belum jelas infeksi daripada kekebalan yang didapat.l
di Ketahui.1,2,10 Secara umum terdapat interaksi antara
renyebab dalam hal ini TV dengan respons pejamu.
MAN!FESTASI KLINIS
F:ranan Trichomonas Vaginalis
reiriekatan pada sel-sel epitel saluran urogenital merupakan
Pada Wanita
'm"gkah penting pada patogenesis. Peristiwa perlekatan Spektrum klinis trikomoniasis pada wanita sangat
rBrEantung pada waktu, suhu dan pH. Sel permukaan TV bervariasi dari corrier asimtomatik sampai vaginitis yang
merupakan sebuah odhesin mosoic, reseptor-reseptor berat. Masa inkubasi antara 4 sampai 28, rala-rata 7
reradap matriks protein dan karbohidrat ekstraselulaL hari.lr Berdasarkan beratnya, trikomoniasis diklasifikasikan
ua'g merupakan basis untuk ikatan reseptor ligan. menjadi akut, kronis, dan asimtomatik. Pada infeksi akut
ae'ekatan parasit pada sel permukaan diperantarai oleh
dijumpai vulvitis difus yang mengakibatkan timbulnya
4 :notein adhesi yaitu AP65, AP51, AP33, dan AP23, serta duh tubuh vagina yang be1at. Duh tubuh vagina biasanya
rsine proteinose (CP). Ligan untuk perlekatan adalah berwarna kuning kehijauan, mukopurulen, dan berbusa.
ianriinin dan fibronektin. 1,2 Terdapat bercak-bercak hemoragik pad.a mukosa vagina
Selain mekanisme kontak dependent, diperkirakan dan serviks yang menyerupai buah strawberi. Tanda dan
rLuga terjadi mekanisme kontak independent. Cetl free gejala tersebut bersifat siklik dan memburuk sekitar waktu
mrrduct dari TV bersifat sitotoksik dan menyebabkan menstru asi.1,2,s,7
renrsakan sel sasaran. Faktor sitotoksik itu disebut dengan Gejala-gejala infeksi kronis, umumnya ringan,
mfuq6 is\qlhment foctor (CDF), yang merupakan protein gatal-gatal, dan dispareunia. Sekresi vagina sedikit dan
'dergan berat 200 kD, labil dengan pemanasan dan asam,
bercampur dengan mukus. Secara epidemiologis individu
ilrrvitas optimal pada pH 6.5 dan tidak aktif pada pH 4.5. dengan infeksi kronis merupakan sumber utama penularan
t{adar CDF berkaitan dengan derajat berat manifestasi pa rasit.1,2
uti nrs. Semakin tinggi kadar CDF maka semakin berat Lebih dari 25%o sampai 50% wanita yang terinfeksi
marnifestasi klinis yang timbul. 1,2,10 adalah asimtomatik dan memiliki pH vagina normal
Aspek lain yang berperan pada patogenesis adalah antara 3.8 sampai 4.2 dan flora normal vagina. Walaupun
{enlampuan TV menghindari sistem kekebalan pejamu. demikian, bentuk cqrrier ini dapat menjadi simtomatik
r;r'chomonos vaginolis
dilaporkan dapat mengaktifkan dalam waktu 6 bulan.l,2
imur alternatif komplemen untuk menghindari sistem
urcrrplemen. Di samping itu TV juga memiliki variasi Pada Laki-laki
botip sebagai mekanisme untuk menghindari sistem Trikomoniasis pada laki-laki dapat dikelompokkan menjad i
mnmunitas. CPs yang disekresikan oleh TV dapat menurunkan
3 kelompok yaitu karier asimtomatik, akut, dan simtomatik
ircnsentrasi lgG, lgM, dan lgA sehingga memungkinkan ringan. Kelompok karier asimtomatik dapat diidentifikasi
rmcanisme bertahan dari respons antibodi. Trichomonas secara tidak langsung melalui pemeriksaan pasangan
umqrno/rsjuga mengeluarkan banyak antigen terlarut yang seksual yang terinfeksi, sedangkan infeksi akut ditandai
824 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT
dengan uretritis purulen yang berat. Pada kelompok yang kemungkinan terjadi salpingitis atau kondisi patologis
asimtomatik ringan sangat sulit dibedakan dengan uretritis intraabdomen lainnya yang terjadi secara bersama-
nongonokokus yang disebabkan oleh penyebab lain.1,2,s sama.
. Koinfeksi dengan infeksi gonore, kandidiasis, dan
vaginosis bakteri sering terjadi dan memberikan
DIAGNOSIS gambaran klinis campuran
Pada laki-laki
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan berdasarkan
Tanda klinis pada laki-laki jarang tampak, kecuali
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan didukung oleh
bila terjadi komplikasi. Tanda klinis yang tampak
pemeriksaan laboratorium.
berkaitan dengan inflamasi lokal seperti balanitis dan
balanopostitis.l,2,e
Anamnesis
lnfeksi TV pada wanita sering menimbulkan keluhan
Laboratorium
duh tubuh vagina yang berwarna hijau kekuningan yang
Spesimen klinis yang representatif untuk pemeriksaan
berbuih, berbau, gatal-gatal, terasa nyeri, dispareunia,
laboratorium meliputi urin, cairan vaginal, endoserviks
dan disuria, sedangkan keluhan infeksi TV pada cairan semen, dan usapan uretra.3 Sensitivitas dam
laki-laki bervariasi mulai keluhan yang sangat ringan
spesifisitas berbagai metode pemeriksaan laboratorium
sampai dengan keluhan urteritis dengan komplikasi
dapat dilihat pada tabel 1.11,13'18
prostatitis.1,2,3,t7 Keluhan yang paling sering pada laki-laki
adalah uretritis non-gonokokus non-klamidia. Keluhan Pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopb
urtritis meliputi duh tubuh uretra, disuria, dan gatal-gatal dapat menggunakan preparat basah, dan pewarnaamr
pada uretra. Duh tubuh uretra bisa purulen sampai mukoid. meng gu naka n pengecatan G ra m, giemsa, pa panicolaor"u
Kebanyakan infeksi simtomatik adalah intermiten dan periodic acid-schiff, ocridine orange, fluorescein dam
sembuh tanpa pengobatan 1,2,e immunoperoksidase.2,3 Pengecatan dengan pewarnaamnr
papanicolaou dapat digunakan secara rutin untuk nsr-
Pemeriksaan Fisik deteksi TV pada wanita yang asimtomatik. Sensitivitas danrn
spesifisitas dideteksi dengan pewarnaan papanicolaou
Pada wanita o/o.1 1'13'18
di laporka n 65% dan 95-97
Pada pemeriksaan fisik dapat dijump ai' 1,2,3,s,7
. Tampak duh tubuh vagina yang purulen Biakan. Biakan merupakan baku emas untuk diagnosb
. Eritema pada vulva atau vagina. infeksi TV. Biakan mikroorganisme dilakukan dalammr
medium diomond.23
. Colpitis macularis atau strowberry cervkyang tampak
berupa lesi bercak-bercak makula eritema yang difus Pemeriksaan diagnostik cepal (ropid test). Saat ldi
atau terlokalisir pada serviks. Tanpa kolposkopi tanda tersedia ropid test untuk mendeteksi TV pata waniq
yang spesifik tersebut terlihat hanya sekitar 1-2% namun belum ada untuk laki-laki. Terdapat 2 jemh
kasus. Dengan kolposkopi , colpitis macularis tampak pemeriksaan ropid test yaitu The Affirm VPlll MicM
lebih dari 45% kasus. yang menggunakan probe oligonukleotida dan Th
. Nyeri abdomen bagian bawah (<10% kasus). Bila OSOM trichomonos Ropid test yang merupakan tes ffii
terjadi nyeri abdomen bagian bawah, perlu dipikirkan i m mu nokromatografi.l 1,17
tcleic acid amplification fest (NAAT). Metode NAAT, diperlukan bila asimtomatik setelah pengobatan atau
ryfti polymerose chain reaction (PCR) menjadi alternatif sejak awal asimtomatik dan telah mendapat pengobatan
,dailam mendiagnosis infeksi TV karena rendahnya yang adekuat.lT-le Kegagalan pengobatan didefinisikan
mnsitivitas preparat basah dan terbatasnya ketersediaan bila dengan pengobatan baku tidak memberikan respons
rmmdium biakan.ll,lTSpesimen usapan vagina lebih sensitif yaitu masih ada gejala dan tanda klinis serta ditemukan
umntuk pemeriksaan PCR dibandingkan dengan urin.11 TV pada pemeriksaan mikroskopis dan/atau biakan.2o
Seoangkan pada laki-laki, spesimen urin lebih sensitif Beberapa kemungkinan penyebab kegagalan adalah
'dibandingkan usapan uretra.l2 ketidakpatuhan minum obat, reinfeksi, dan resistansi
terhadap metronidazol. Ketidakpatuhan minum obat
disingkirkan bila pengobatan memakai regimen dosis
,EHATALAKSANAAN tunggal, sedangkan reinfeksi disingkirkan bila pasangan
seksualjuga sudah diobati secara bersamaan. Bila kedua
lkrapi pilihan untuk trikomoniasis adalah obat golon- penyebab diatas telah disingkirkan, maka kemungkinan
qan nitroimidazole (metronidazol, tinidazol, ornidazole, terjadi resistansi terhadap metronidazol sehingga perlu
wnidazole, dan nimorazole). Centre for Disease Control dilakukan uji resistansi dan kepekaan. Resistansi TV
,M prevention (CDC) merekomendasikan metronidazol terhadap metronidazol diperkirakan terjadi antara 2,5-
dan tinidazol untuk pengobatan trikomoniasis. Algoritme 5o/o.17{s
pengobatan trikomoniasis dapat dilihat pada gambar 1. Trikomoniasis refrakter didefinisikan bila terjadi
Efektivitas terapi metronidazol dilaporkan sekitar kegagalan pengobatan dengan pengobatan baku 2
ffi5-95%, sedangkan tinidazol 86-'100%.18 FoLLow up tidak kali berturut-turut. Pada infeksi refrakter diperlukan
Metronidazole 500 mg PO
2 kali sehari selama 7 hari
peningkatan dosis metronidazol (dua kali lipat dosis lengkap karena tingginya angka proporsi rekuren dan
biasa) dan lama pemberian yang lebih panjang. Efektivitas infeksi persisten. 18 Dilaporkan angka infeksi berulang
pengobatan dengan dosis lebih tinggi dan lama dilaporkan setelah 1 bulan pengobatan lengkap dengan metronidazol
sekitar 80yo.1s Pemberian metronidazol dosis tinggi 2 gram dosis tunggal per oral adalah 18.3o/o, yang
dan lama akan meningkatkan risiko efek samping yang disebabkan oleh kemungkinan reinfeksi (27%), infeksi
meliputi mual, muntah, nyeri kepala, rash, mulut kering, dari pasangan seks yang baru (18%), dan kegagalan
dan rasa kecap metalik. Efek samping yang berat dapat pengobatan (55o/o).21
Kehamilan PENCEGAHAN
Trikomoniasis sangat berkaitan dengan keluaran kehamilan,
seperti ketuban pecah dini, persalinan prematul dan Pencegahan yang efektif adalah menghindari ltontak
bayi berat badan lahir rendah. Manfaat pengobatan yang tidak sehat dan pemakaian kondom secara benar
trikomoniasis pada kehamilan dapat mengurangi keluhan konsisten. Aktivitas seksual dihentikan sementara
duh tubuh vagina pada wanita hamil, mencegah infeksi orang dengan trikomoniasis mendapat peng-
saluran nafas dan genital pada bayi baru lahi[ serta lengkap dan menjadi asimtomatik. Reinfeksi dapat
mencegah penyakit menular seksual lainnya. dengan memberikan pengobatan yang lengkap pada
Obat pilihan adalah metronidazol2 gram dosis tunggal yang sama pada pasangan seksualnya.ls
yang dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan,
sedangkan keamanan tinidazol untukwanita hamil sampai
saat ini belum dievaluasi. Pada wanita menyusui yang PROGNOSIS
mendapat metronidazol, aktivitas menyusui sementara
dihentikan selama terapi sampai 12-24 jam setelah dosis Prognosis baik. Angka kesembuhan dengan
terakhir. Pada pemakaian tinidazol, aktivitas menyusui adalah 90-95% dan tinidazol 86-100%. 18
sementara dihentikan selama terapi sampai 3 hari setelah dilaporkan sekitar 30%.1
dosis terakhir. ls
828
I cnANULoMA TNGUTNALE (DoNovANosrs)
829
I
I secara sporadik di negara-negara berkembang, di papua,
TRANSMISI
lebih agresif. Keterlibatan aliran limfe dapat menyebabkan Terakhir yaitu tipe sklerotik atau tipe sikatrik, merupa(:-
limfedema dan elefantiasis dapat terjadi pada stadium tipe donovanosis yang jarang ditemukan ditandai deng:-
akhir. Komplikasi lainnya termasuk stenosis uretra, anal dan pembentukan jaringan fibrotik yang berlebihan. Pada r :e
vagina, sedang donovanosis oral dapat terjadi perlekatan ini badan donovanosis jarang ditemukan.
antara gusi dan pipi dan menyebabkan mikrostomia dan Tidak ditemukan gejala sistemik pada infeks :
kesulitan membuka mulut. Poliartritis dan osteomielitis granulomotosrs ini. Tanda yang mungkin dapat ditemr,*:'
merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. adalah perdarahan atau adanya discharge dari vag -,a
Terdapat empat tipe lesi yang pernah dilaporkan yaitu hematoskezia, hematuria, penyakit inflamasi pelvis, :-"
tipe ulserogranulomatosa, merupakan lesi yang sering massa di daerah pelvis. lnfeksi sekunder oleh kr,-:"
ditemukan, Iesi berupa ulkus tunggal atau multipel yang anaerob akan menyebabkan nyeri dan dischorge '"2-t:
berwarna merah seperti warna daging, dengan batas berbau busuk.
tegas, tidak nyeri dengan jaringan granulasi yang profus
sehingga mudah berdarah bila dipegang. Tipe berikutnya
yaitu tipe hipertrofik atau tipe verukosa dengan tipe ulkus DIAGNOSIS
yang agak meninggi dan ireguleq kadang-kadang kering,
tipe nekrotik {phodegenic) merupakan lesi yang sering Meskipun penampakan Donovanosis di genital sa-,r
ditemukan pada penderita donovanosis yang sudah tipikal, Donovanosis seringkali tidak terdiagnosis. rr;a
Ianjut. Tipe ketiga yaitu lesi berupa ulkus dengan bau daerah endemik, diagnosis donovanosis genita , r.;
yang menusuk disebabkan karena jaringan yang rusak hanya didasarkan pada pengalaman akan membe'r.a'n
dan diperkirakan terjadi akibat adanya infeksi sekunderi positif palsu yang tinggi. Jika memungkinkan, diao-,rsru
sangat sulit mendeteksi badan Donovan pada tipe lesi ini. harus dibuat sebelum diberikan antibiotika. Jika s=:iri
Gambar 1. Donovanosis tipe ulserogranulomatosis (sumber: O' Gambar 2. Donovanosis tipe hipertrofik dengan te: ,,a18
Farrell, N., Donovanosis, Sex Transm lnfect 2002;78:452457) reguler (sumber: O' Farrell, N., Donovanosis, SexTrans* ruf,ll
2002;78:452457)
Gambar 3. Donovanosis bentuk verukcosa/hipertrofik di Gambar 4. Donovanosis tipe nekrotik yang menr=:.iisrlrttllml
daerah inguinal (sumber: Nigel O' Farrell, Donovanosis dalam destruksi jaringan(su mber: N igel O' Farrell, Donovancs : :arimt[ml
King K. Holmes, P. Frederick Sparli, Peter Piot, Judith N,W., King K. Holmes, P. Frederick Sparli, Peter Piot, Juc:- 'rr[r,fiIl,,
Lawrence Corey, Myron S. Cohen (editors). Sexual Transmitted Lawrence Corey, Myron S. Cohen (editors). SexualTra-.nMr
Disease,4th edition. 2008. Mc Graw Hill Company) Disease, 4th edition. 2008. Mc Graw Hill Company)
lCrl$uloMA TNGU tNALE (DONOVANOSTS) 83r
l{ldirnrn,is diduga donovanosis, maka harus dikonfirmasi Biopsi dan pemeriksaan histologis mungkin dibutuhkan
*:r-a laboratorium. Multipel swob harus dilakukan untuk untuk lesi yang kecil, kering, sklerotik atau nekrotik dengan
mmndeteksi organisme lain. Pemeriksaan mikroskopis secara superinfeksi yang berat. Pemeriksaan histologis ini akan
thmqsung merupakan pemeriksaan yang paling cepat dan memberikan hasil terbaik bila dilakukan dengan pengecatan
dilakukan. Pengecatan Giemsa dapat digunakan
tltlluudah Giemsa atau perak. Gambaran histologis memperlihatkan
urmm.k mengecat apusan jaringan yang diambil dengan adanya peradangan menahun dengan infiltrasi sel
ffiurE menggulingkan swab secara ringan sepanjang lesi plasma dan leukosit polimorfonuklir; sedangkan dermis
lM <emudian di atas kaca deck gloss. Pengecatan lain yang menunjukkan infiltrat selular yang padat dengan sejumlah
@at digunakan adalah Leishman atau Wright. Diagnosis besar sel plasma, dengan sedikit sel neutrofil polimorfonuklir
'fur'ovanosis ditegakkan dengan ditemukannya badan dan sangat sedikit sel limfosit, sel endotel membengkak,
,fomovan intraselular di dalam sel mononuklear yang besar dengan fibrosis dan edema dapat prominen pada beberapa
Fnmrta spesimen, baik dari jaringan maupun sampel biopsi pasien. Epidermis pada tepi ulkus seringkali menunjukkan
'pnrng diambil dari tempat lesi (Gambar 5). Pengecatan lain berbagai tingkatan hiperplasia, dari akanthosis ringan
'puttnE da pat d g u n a ka n adal ah D e lofie ld's h e m otoxy lin - e o s in,
i hingga hiperplasia pseudoepiteliomatosis.
ryyanole, dan RopiDiff (modifikasi Giemsa). Tidak ada pemeriksaan serologi yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis donovanosis saat ini. Teknik
immunofluoresen tidak langsung memiliki sensitivitas yang
tinggi untuk lesi yang sudah lanjut, tidak bisa digunakan
pada lesi awal, sedangkan PCR (polymerose choin reoction)
hanya digunakan untuk tujuan penelitian. lsolasi kuman C.
granulomatis sangat rumit, dan tidak rutin dikerjakan.
DIAGNOSIS BANDING
Granuloma
ftrtrre Ctancroid : lymphograrlltloma
r
:
PrlmarySyphllis GenitalHerpes
lnguinale , , Venereum "l ,',,.'
hrubation period 3-7 days 2-4 weeks 2-7 days 1-4 weeks, 10-,14days , ' ,
lthmber of'lesions Usually 1-3' Usually1 Multiptre :. Single or multiple, Usuallyl: ' "'
furhal lesion Deep, defined or Defined ulcer Superficiai, Defined or irregular Papule,:postule;
lppearance , irregular ulcer grouped vesicles ulcer;hypertrophic . vesicle, or ulcer
or ulcerations or verrucous (transient)
Ease ,"11o11,r.9ray, Red, smooth; Red, smooth Red. beefy,rough,
'rough shiny usually friable
induration Soft Finn Finn None
ffiin Cornmon None Common* R.are Variable
. : ,:. r, :
lymph: Unilateral or
frqguinal Unilateral or Bilateral; tender* None; inguinal Unitateral
adenopathy bilateral; bilateral; swelling orbilateral; tender;
tender; may nontender; no may,suppurate
suppuration
Gonstitutional Rare Rare Common Rare 'Frequent'
symptoms
'Occurs more commonly in primary episodes of genital herpes than in recurrences.
s-lber : Sena et al., Sexually Transmitted and Urinary Tract lnfections in Richard L Guerrant, David H Walker; Peter F Weller. Tropical
r"rectious Diseases. Principlei, Pathogens & Practice.2nd ed., Vol.. 1. pp 1625)
832 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
834
mAn PAPIIOMA VIRUS (HPV) 835
hambatan terhadap downregulation E6 dan E7 yang Cutaneous warts. Cutaneous worfs mencakup deep plontor
berinteraksi dengan gen p53. Proses patologis lain yang worts (verruco plontoris), common worts (verruco vulgoris)
disebabkan HPV adalah hipermetilasi virus dan DNA sel, dan flot warts (verruco plonae). Biasanya cutaneous worB
hambatan apoptosis dan aktivasi telomerase, instabilitas asimptomatik, namun dapat berdarah dan nyeri. Commut
kromosom, dan delesi (6p, 3p, 4p, 6q, 1p, 1 1q).1 warts biasanya didapatkan pada tangan, telapak tangar\
Respons imun hospes terhadap infeksi HPV tidak dan telapak kaki, sebagai papula hiperkeratotik, eksofitik
sepenuhnya dipahami. lnfeksi HPV lebih sering dijumpai dan kecoklatan. Plontar worts dapat disertai rasa nyeri
dan lebih berat pada pasien dengan imunodefisiensi yang hebat dan berdarah. Flat worts sering dijumpd
primer maupun sekunder.2l lnfeksi HIV meningkatkan pada anak-anak dengan lokasi pada wajah, leher; dada,
insidensi dan prevalensi genital worts dan CIN 4-40 kali permukaan fleksor lengan atas, dan tungkai. Pada anak-
lipat. Penelitian di Uganda pada 1.275 wanita berusia anak umumnya terjadi resolusi spontan dalam wakB
12-24 tahun, menunjukkan bahwa wanita dengan HIV 1-5 tahun dan jarang mengalami perubahan degeneraa'fi
memili ki prevalensi tinggi infeksi HPY (87,8o/o) da n infeksi menjadi ve r rucous co rcin oma.4
multipel HPV (64,6 ).22 Penelitian ini juga menunjukkan
Epide rmodysplasia verruciformis. S uatu kela i na n yang
bahwa wanita dengan infeksi HPV tipe 16 dan atau 18 juga
diturunkan secara autosomal resesif dan berhubungann
terinfeksi oleh HPV tipe risiko tinggi lain. Pasien dengan
dengan banyak tipe HPV (3,8,9,12,14,15,17). Lesi umumnp
terapi imunosupresan juga berisiko terkena infeksi HPV
menyeru pa ip ityr ia s is ve rsico lo r y ang menutu pi badan dem
yang berat. Pada wanita hamil (suatu keadaan dengan
ekstremitas superior. Lesi ini muncul pada dewasa mudh
imunosupresi relatif) risiko terinfeksi HPV meningkat dan
dan pada sepertiga pasien mengalami transfomasi menjd
dengan derajat yang berat.l
karsinoma sel skuamosa invasif, terutama pada area yaqg
Proliferasi sel yang diinduksi HPV berhubungan
terpapar sinar matahari.
dengan peningkatan migrasi leukosit dan angiogenesis
Anogenital razarfs. Lesi dapat berukuran dari beber"S-
sebagai akibat produksi berbagai sitokin dan kemokin,
milimeter sampai beberapa sentimeter. Pada pria lokasi &ii
termasuk TNF-cr, MCP-1, kemokin CCL27, VEGE IFN-o,
adalah kavitas preputium, batang penis, meatus urEilqi
IFN-8, IFN-y, CXCL10, dan TGF-B. Respons molekuler
anus, kadang-kadang didapatkan pada skrotum,
ini menunjukkan pentingnya sistem imun alamiah dan
dan pubis. Pada wanita, lesi didapatkan pada intrcxUe
adaptif dalam mengeliminasi virus.23 Pada tingkat histologi
posteriori labia mayora, labia minora, dan klitoris, j
didapatkan perubahan dalam kuantitas dan fungsi sel NK,
didapatkan pada perineum, vagina, anus, servik,
sel T helperi dan sel Langerhans. Respons imun humoral
uretra. Pada kehamilan, penyebaran HPV meningkat
dan selular terjadi setelah infeksi HPV namun korelasinya
kondiloma menjadi sangat besar sehingga
dengan pemeriksaan laboratorium tidak jelas. Antigen
persalinan pervaginam. Tiga pefempat kasus
virus yang terkuat adalah protein E7 dan 11. Antibodi anti-
warts tidak disertai keluhan. Keluhan yang sering
HPV cenderung menghilang bersamaan dengan resolusi
rasa gatal, nyeri seperti terbakar. Pada 10-20%
penyakit, namun dapat bertahan beberapa tahun pada
dapat terjadi remisi spontan tanpa peng-obatan
pasien asimptomatik.l,2'r
3 - 4 bulan. lnfeksi HPV pada genital dapat
Kemampuan infeksi HPV tetap bertahan dan ber-
spektrum neoplasia intraepitelial pada serviks, penil
kembang disebabkan oleh kemampuan protein E5, E6, dan
vulva, dan vagina (ClN, PlN, AlN, VlN, VAIN).
E7 menekan sistem imun pada berbagai level. Terdapat
CIN mengalami progresivitas menjadi kanker
hubungan antara HLA dengan risiko kanker serviks yang
adalah: CIN derajat 1: 1%, CIN derajat 2: 5o/o, dan
diinduksi HPV. Sebagai contoh, HLA kelas I alel A*0301 derajat 3: 12%. Pada wanita dengan HIV prevalensi
meningkatkan risiko, sedangkan B*1501 menurunkan pada anus 79% dan pada serviks 53%. Pada
risiko. HLA kelas ll alel DQBl*0310 merupakan faktor umum, riwayat onol warts meningkatkan risiko
risiko, sebaliknya DRBl*1 302 faktor protektif. Kombinasi
anus 10 kali lipat.l,2a
alel B* 4402-DRB1 *1 1 01 - DQB 1 *1 302 meni ngkatkan risi ko
10 kali lipat. Hasil ini membuktikan peran penting sel T Recurrent respiratory papillomotosis. Pada
helper dan sel T sitotoksik dalam perkembangan kanker berat, penyakit ini dapat menyebar ke trakea dan
genital yang berhubungan dengan HPV.1 menyebabkan obstruksi, infeksi, dan gagal napas
orang dewasa perjalanan penyakit umumnya lebih
daripada anak-anak. Lesi dapat mengalami tr
GAMBARAN KLINIS menjadi keganasan, terutama pada pasien yang
radioterapl atau lesi yang melibatkan paru.
Manifestasi klinis infeksi HPV tergantung lokasi lesi dan tn(eksi HPV lain<tr1a. Ora( squamo(s ce(
tipe virus.t,a,z+ dan orol condylomoto ocuminato merupakml
rllrirAN PAPTLOMA VTRUS (HPV)
837
uang berhubungan dengan HPV-6, HpV-11, dan HpV- HPV saat ini belum tersedia. Terapiyang dilakukan lebih
15. Lesi lain adalah verruca vulgaris oral. Lesi lain yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala
nerkaitan dengan HPV adalah focol epitheliol hyperplosio klinis. Modalitas terapi dewasa ini kebanyakan berdasarkan
pada rongga mulut (Heck3 disease), conjunctival HpV- pengalaman empiris dengan tujuan menghancurkan
teloted papillomo, periungal squomous cell corcinomo, lesi secara fisik atau kimia. Di masa akan datang
hsta dermoidt squomous cell corcinomo, dan bosal cell pendekatan terapi ditujukan pada target molekul virus
rsrcinomo pada kulit. dan imunomodulator.l
Cutoneous warts
Terapi yang paling banyak digunakan adalah asam salisilat
knyakit topikal, suatu bahan keratolitik yang efektif mengatasi
Tipa HPV :
common u/orfs (respons komplit mencapai 75o/o). Terapi
funtor warts 7iZ"' lain yang sama efektifnya dengan asam salisilat adalah
Colttmon wgrtS '12,4;7',
FWwarts 3,10 .'
krioterapi dengan nitrogen cair. lmikuimod, suatu
@td e r m odys p lq sis ve rr ucifq m is 3,8,9,12,14,15,17
imunomodulator yang disetujui FDA untuk terapi topikal
(ondiloma akuminata 6,11
(krim 5%), menghasilkan respons komplit dalam waktu
ltleopla sia intraepitel 16 minggu.26
Lowgrade , , :
FDA untuk lriase Pap smeor dan skrining primer kanker Pemberian highly active antiretrovirol theropy (HAART)
senviks bersamaan dengan pemeriksaan sitologi.2s Kultur pada winita dengan HlV, menunjukkan penurunan
u'rus tidak dilakukan sebagai metode diagnosis HpV. bermakna prevalensi dan insidensi infeksi HpV onkogenik,
Iemikian pula sampai saat ini pemeriksaan serologi untuk penurunan prevalensi, dan klirens yang lebih cepat HpV
mendiagnosis HPV tidak tersedia secara komersial. onkogenik pada squamous intraepitheliol lesion (SlL1.:0,:t
PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN
Ebat yang efektif dan aman untuk penanganan infeksi Pada bulan Juni 2006 FDA menyetujui penggunaan vaksin
838 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUA
HPV untuk mencegah infeksi HPV dan kanker serviks.l'32 W. A longitudinal study cf genital human papillomavirus
infection in a cohort of closely followed adolescent womeru
Vaksin ini (Gordosil*, produksi MSD) dikembangkan j Infect Dis 2005;19L:182-92.
melalui teknologi rekombinan, berisi virus-like particle Shin HR, Franceschi I Vaccarella I Roh JW, ju YH, Oh
(VLP) yang dikloning dari L1 (gen virol capsid) dan jK. Prevalence and determinant of genital infection with
ditujukan terhadap HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 yang papillomavirus in female and male university students in
Busan, South Korea. J Infect Dis2004;190:468-76.
merupakan penyebab 80-90%genitalwarts(lipe 6, 11) dan Vet |N, de Boer MA, van den Akker BE, Siregar B, Lisnan'ati
70o/o kanker serviks (tipe 16, 181.r:-az Vaksin ini diberikan Budiningsih S. Prevalence of human papillomavirus in
secara intramuskular pada regio deltoid, pada bulan 0, 2, Indonesia: a population-based study in three regions. BrJ
Cancer 2008; 99:214-8.
6. Pada suatu penelitian yang melibatkan 17.000 wanita 11. Howie HL, Katzenellenbogen RA, Galloway Dr{
berusia 16-26 tahun, vaksin ini menunjukkan efektivitas Papillomavirus E6 protein. Virology 2009; 3M:32LM.
100% dalam mencegah CIN pada derajat apapun dalam 12. Woodman CB, Collins SI, Young LS. The natural historr d
pemantauan selama 3 tahun.38 Penelitianjuga menunjukkan human FIPV infection: rmresolved issue. Nature Rev Cars
2007;7:1-1,-22.
vaksin ini efektif untuk wanita 2445 tahun maupun pria 13. Hemandez BY Wilkens L& Zhu X. Transmission of humm
untuk mencegah genital warts. Advisory Committee papillomavirus in heterosexual couples. Emerg Infect Dlm
on lmmunizotion Proctice (ACIP) merekomendasikan 2008;14:888-94.
14. MunozN; Castellsaque X, deGonzales AB, Gissmannl lfll
pemberian vaksin HPV dimulai pada gadis berusia 11-12
in the etiology of human cancer. Vaccine 2006; 24: L-1O.
tahun. Tidak diperlukan pemeriksaan DNA HPV servikal, 15. Moscicki AB, Ellenberg jH, Vermund SH, Holland C,{*
sitologi, serta antibodi HPV sebelum vaksinasi dan tidak Darragh T, Nowick PA. Prevalence of and risk for cerri:{
human papillomavirus infection and squamous intraepithelil
diperlukan booster. Efek samping vaksinasi yang pernah
lesions in adolescent girls. Arch Pediatr Adolesc Med 2re
dilaporkan nyeri dan kemerahan pada tempat suntikan, 154:127-34.
sakit kepala, pusing, mual, muntah, diare, pruritus dan 16. Parkin DM, Bray F. Chapter 2 : the burden of FIPV-reid
rosh, mialgia, artralgia, demam. Vaksin HPV tidak boleh cancer. Vaccine 2006; 24: 31-1,25.
17. Bosch FX, Lorincz A, Munoz N. The causal relation behrsa
diberikan pada wanita hamil, namun boleh diberikan pada human papillomavirus and cervical cancer. J CIin PariMIfl
wa n ita me nyusu i. P asien im m u n o co m p ro m ised, term asu k 2002;55:2M-65.
pasien dengan infeksi HIV dapat diberikan vaksin HPV.3e 18. Dursun R Senger SS, Arslan H, Kuscu E, Ayhan A. Htm
papillomavirus (F{PV) prevalence and types amongTu*ihh
Saat ini di lndonesia tersedia 2 macam vaksin HPV yaitu
women at a gynecology outpatient unit. BMC Infrtllln
Gardosil'" (HPV tipe 6,11,16,18) dan Cervorix'" (HPY Diseases 2009;9: 191. Open access.
tipe 16,18, produksi GSK). Cervorx" diberikan secara L9, Sowjanya AP, Jain M, Poli UR, Padma S, Das IvL S{,
intramuskular dengan jadwal bulan 0,1,6.40 Karena 30% KV. Prevalence and distribution of high-risk humL
papillornavirus (HPV) types in invasive squamous onlf,l
kanker serviks tidak dapat dicegah dengan vaksin HPV, carcinoma of the cervix and in normal women in AnfuL
pemeriksaan Pop smear rutin tetap dianjurkan.l Pradeslu India. BMC Infectious Diseases 2005;5: 116. Opil
Pemakaian kondom dilaporkan dapat mengurangi access.
20. Hebner CIr{, Laimins LA. Human papillomaviruses : hiir
risiko infeksi HPV pada vulvovagina dan serviks.al
mechanism of pathogenesis and oncogenicity" Rev MedlM
2006;-16:83-97.
21,. Stanley M. knmune responses to human
Vaccine 2006; 24: 5L6-22.
REFERENSI
22. Banura C Francheschi I van Doorn LJ, Arsian A,
FW, Mbidde EK. Infection with human papillomavirm
L. Bonnez W, Reichman RC. Papillomaviruses. Mandell GL, HIV amongyoungwomen in Kampala, Uganda. ] Infto
Bennett |E, Dolin & Ed. Principles and Practice of Infectious 2008;197:555-62.
Diseases. 7th ed. Philadelphia : Churchill Livingstone Elsevier;
Einstein MH, Schiller JT, Viscidi RP. Clinician's
2010. p.2035-49. human papillomavirus immunology : knowns and
2. Bonnez W. Papillomavirus. In: Richman RD, Whitley Rj, Lancet Infect Dis 2009;9:347-56.
Hayden FG, Ed. Clinical Virology. 3rd ed. Washington DC : 24. Buck FIW Jr. Warts (genital). BMJ Clin Evid 2002 12 1-J@1,
American Society of Microbiology;2009. p. 603-M. 25. Gravitt PE, Coutlee F, Iftner T. New technologies in
J. Reichman RC. Human papillomavirus inJections. In : Kasper
cancer screening. Vaccine 2008; 26: K42-52.
DL, Braunwald E, Fauci A9 Hauser SL, Longo DL, |ameson 26. Gibbs 9 Harvey I, Sterling J. Local treatment for
IL, Ed. Harrisonls Principles of Intemal Medicine. 16th ed. warts : sydtematic review. BNII2002;325:461.
New York : McGraw-Hill;2005. p.1055-8. 27. Moore RA, Edwards JE, Hopwood ). Imiquimod for
4. Luk NM, Tang YM. Warts (non-genital). BM Clin Evid 2002 treatment of genital warts : a quantitative systematk
12:L-18. BMJ In{ect Dis 2001;L:3.
q
Dunne EF, Unger ER, Sternberg M. Prevalence of HPV 28. Snoeck R, Bossen M, Parent D. Phase II double blind
infection among females in the United States. JAMA 2007; controlled study of the safety and efficacy of cidovoft
297:813-9.
gel for the treatment of patients with human
6. Center for Disease Control and Prevention. Genital HPV infection. Clin Infect Dis 201L; 33: 597 -602.
infection-CDC fact sheet. CDC.2004. 29. Snoeck R. Papillomavirus and treatment. Antiviral
7. Trottier I{, Franco EL. The epidemiology of genital human 71:18L-9-1,.
papillomavirus infection. Vaccine 2006; 24: 3L-15, 30. Minkoff tI, Zhong,Y, Burk RD, Palefsky ]IvI, Xue )C\,,
8. Brown DR, Shew ML, Qadadri B, Neptune N, Vargas IvI, Tu
NAN PAPILOMA VIRUS (HPV)
839
PENDAHUTUAN ETIOLOGI
Uretritis merupakan inflamasi pada uretra, yang dapat Beberapa organisme dapat menyebabkan uretritb
disebabkan oleh infeksi maupun non-infeksi.l lnfeksi karena infeksi. Uretritis non-gonokokal terbanldh
yang menyebabkan uretritis terutama ditularkan melalui disebabkan oleh C. trochomatis (15-55% kasudfl[
hubungan seksual. Uretritis disebut non-gonokokal bila lJreoplasma ureolyticum dan Mycoplasmo genitolw
o/"
(1 0 -2Oo/o ka su s), Tr ich o m o n o s v a g in a lis (1 - 1 7
tidak didapatkan Nesserioe gonorrhoeoe.2
Gejala yang timbul dapat berupa duh yang mukopurulen virus Herpes Simpleks (2-3% kasus), Adenovirus (2
maupun purulen, disuria atau gatal pada uretra. lnfeksi kasus), selain itu N. meningitides, Candida sp. (<
bakteri yang asimtomatis sering pula terjadi. Diagnosis kasus).2, 3 Bakteri enterik juga diidentifikasi
uretritis dikonfirmasi dengan ditemukannya leukosit penyebab yang jarang dari uretritis non
polimorfonuklearyang dalam jumlah besar pada spesimen yang mungkin berhubungan dengan adanya
uretra, biasanya dengan apusan uretra maupun spesimen seksual melalui dubur.6
urin porsi awal (first poss urine specimen, FPU).
2'3 C. trochomotis adalah bakteri Gram negatif
Penyebab uretritis bermacam-macam. Selain C' intraselular, dengan bagiarr, infeksius yang
trochomatis, lJreoplasma urealyticum dan Mycoplasma dinding sel keras, dan dapat beradaptasi dengan
genitalium juga merupakan organisme yang sering ekstraselular. Bakteri ini menginfeksi terutama sel
menyebabkan uretritis. Bila peralatan diagnostik tidak kolumnar, yang secara aktif mengambil organl
memadai, penderita sebaiknya diterapi dengan regimen ini. Didalam sel inang, C. trochomotis kemudiryr
yang efektif untuk infeksi gonokokal maupun Chlomydio'1 deferensiasi hingga terbentuk inclusion body i
lnfeksi C. trachomafis pada pria dapat menimbulkan selular yang berisi ribuan organisme baru. Siklus
uretritis, epididimitis, dan prostatitis, sedangkan pada lengkap saat sel inang lisis dan melepaskan i
wanita dapat menyebabkan uretritis, servisitis dan body keluar. Beberapa serovar telah teride
salfingitis. Servisitis mukopurulen pada wanita sekitar 40 Serovar D - K berhubungan dengan infeksi u
% disebabkan oleh infeksi Chtomydio trochomatis. Pria dan sedangkan serovar L1-3 dihubungkan juga dengan
terutama wanita dengan infeksi C. trachomatis dapat tanpa Chlamydia lebih sering ditemukan pada
gejala, sehingga wanita lebih rentan terhadap komplikasi dengan usia lebih muda daripada M. genitolimn',
termasuk Petvic tnftommotory Diseose (PlD), kehamilan kedua organisme ini jarang ditemukan bersamaarn
ektopik, dan infertilitas.4 satu individu.3
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
lnflamasi pada uretra yang disebabkan oleh infeksi, lnfeksi genital C. trochomafts tersebar di seluruft
ditandai dengan duh mukopurulen atau purulen dan rasa Wortd Heotth Organizotion (WHO) memperki
terbakar saat berkemih, serta tidak ditemukan adanya dari 89 juta kasus terjaditiap tahunnya' Di Amerika
gonokokus.s infeksi ini adalah kasus terbanyak dari semua
GTruTIS NON-GONOKOKAL PADA PRIA 841
imfeksi. Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 1,24 juta mukopurulen atau purulen, 2) ditemukan leukosit dari
hmrs oleh U.S. Centers for Diseose Control ond Prevention pemeriksaan mikroskopis urin, 3) hasil positif terhadap
ffiEDC1.t,7 lnsiden infeksi meningkat tiap tahun, dengan tes lekosit esterase pada urine fase awal.
mnita lebih banyak daripada pria, dimana wanita usia Bila tidak didapatkan duh dari meatus uretra, apusan
mrda adalah yang terbanyak. Kelompok usia terbanyak dengan kalsium alginate dapat dimasukkan 5 mm ke-
@a wanita adalah 15-24 tahun, sedangkan pada pria dalam uretra.e
&lah 20-24 tahun. Etnis American lndian/Alaska Natives Diagnosis uretritis harus dikonfirmasi dengan
&r Latin serta Afro-American lebih banyak daripada kulit ditemukannya lekosit PMN pada uretra dengan cara'.z'3,s
pfiih.1,6 a. Hapusan uretral dengan pewarnaan Gram atau
methylene-blue, mengandung > 5 leukosit PMN per
lapangan pandang besar (x1000)
iITOGENESIS
dan/atau
hogenesis penting dari infeksi C. trochomotk adalah (1) b. Spesimen porsi awal urin setelah sentrifugasi dengan
fiol[kel limfoid subepitelial dan, (2) Fibrosis dan jaringan pewarnaan Gram, mengandung >l0lekosit PMN per
marut dari membran mukosa. Fibrosis dan jaringan lapangan pandang besar (xl000)
Mut ini dapat berkembang dalam waktu bulan hingga Sensitivitas dari pemeriksaan tersebutjuga dipengaruhi
hertahun-tahu n, bahkan tanpa ditemu kannya organisme
oleh lama berkemih terakhir. Secara konvensional
Cfumydio dengan cara konvensional. Sistem imun inang
disebutkan 4jam adalah masa optimal untuk mendukung
&erperan penting dalam pathogenesis infeksi Chtomydia,
diagnosis pada pria dengan gejala, pada pria yang tidak
rta adanya Chlamydial heot shock protein (57kDa)yang menu nju kkan gejala awa I u retritis, d ianjurkan pemeriksaan
dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada hewan
ulang dengan urine tampung semalam.2,6
Smng pernah terinfeksi, yang mungkin juga terjadi pada
Chlomydio tidak tampak dengan pengecatan Gram.7
nnnanusia.7,8
NAATs, biakan sel, direct immunofluorescence, ElA, dan
lnfeksi genital terutama disebabkan oleh C. trochomotis
nucleic acid hybridizotion tests dapat digunakan untuk
eerovar D-K, dengan serovar yang tersering adalah D, E,
mendeteksi C. trochomotis dari spesimen apusan uretral
dan F. Adanya gen outer-membrone protein (ompl)
pada pria. lnfeksi C. trochomotis rektal dapat diperiksa
yrtg berasal dari serovar berbeda menunjukkan bahwa
melalui spesimen apusan rektal. Pemeriksaan NAATs
molimorfisme timbul pada penderita yang mengalami merupakan metode yang paling sensitif saat ini dibanding-
rnieki beberapa kali, dimana hal ini dapat menyebabkan
kan dengan deteksi antigen atau isolasi organisme dalam
danya variasi antigenik.s
kultur sel (sensitivitas 7}Yg-serta dapat digunakan untuk
spesimen urin,1, 7 di mana kultur dan deteksi antigen
penting untuk mengambil spesimen dari intra-uretra.
IANTFESTASI KTINIS Saat ini pemeriksaan NAATs merupakan baku emas
pemeriksaan infeksi genital Ch tomydio.s
&ramnesis 2,3
Pasien yang baru terdiagnosis infeksi menular seksual
. Duh uretra
sebaiknya diperiksa juga untuk infeksi lain, termasuk sifilis
. Krustasi pada meatus atau noda celana dalam dan HlV.
. Disuria
- Gatal/lritasi pada penis/uretra
. Asimptomatis
PENGOBATAN
Regimen Rekomendasi menetap setelah terapi tanpa tanda objektif dari uretrirs
. Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal tidak ada keuntungan dari memperpanjang masa terapi,
Atau Penderita dengan uretritis menetap atau berulang da@
. Doxycycline 100 mg oral dua kali sehari selama 7 diterapi dengan regimen awal bila sebelumnya tidak paur
hari atau terekspos ulang pasangan yang tidak diterapi. UretriG
menetap setelah terapi regimen rekomendasi selama 3G-$
Regimen Alternatif hari (10-20% kasus) dapat disebabkan oleh strain resismm
. Erythromycin basa 500 mg oral empat kali sehari dari U. ureolyticum atau M. genitolium. T vaginalb itqa
selama 7 hari diketahui menyebabkan uretritis menetap pada pria.l,l
Atau Bila sebelumnya patuh pada regimen awal dam
. Eryrthromycin ethylsuccinate 800 mg oral empat kali kemungkinan paparan ulang dapat disingkirkan, regimeo
sehari selama 7 hari berikut dapat diberikan sambil menunggu hasil dari G
ATAU diagnostikl
.. Levofloxacin 500 mg oral sekali sehari selama 7
hari Regimen Rekomendasi
Atau . Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal
. Ofloxacin 300 mg oral dua kali sehari selama 7 hari Atau
. Tinidazol 2 gram oral dosis tunggal
Untuk menimimalisasi transmisi, pria yang mendapat DITAMBAH
terapi dianjurkan untuk menEhindari hubungan seksual . Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal (bila tid*
selama 7 hari setelah terapi dosis tunggal atau hingga digunakan pada terapi awal)
selesai regimen 7 hari, dengan gejala yang telah hilang.l
Beberapa studi kecil menunjukkan hasil yang efuflilffi
Monitoring terhadap M. Genitolium dengan Moxifloxacin 400 rmq
Penderita disarankan untuk menjalani evaluasi ulang bila oral sekali sehari yang mengalami kegagalan terapi"ls
gejala menetap atau timbul kembali setelah menyelesai- Pria dengan probabilitas rendah terhadap T. vogiffi
(contohnya MSM) tidak menunjukkan keuntungan denEumr
kan terapi. Hanya gejala saja tanpa ada tanda atau bukti
penambahan terapi metronidazol atau tinidazol.l
laboratoris akan inflamasi uretral, tidak cukup untuk
memulai terapi ulang. Perlu dipikirkan kemungkinan akan
adanya prostatitis kronis/ sindroma nyeri pelvis kronis
pada penderita pria yang mengalami nyeri menetap, PERTIMBANGAN KHUSUS
tidak nyaman, gejala iritasi saat berkemih, nyeri saat atau
setelah ejakulasi, atau onset baru ejakulasi dini selama lnfeksi HIV
lebih dari 3 bulan.1,3 Uretritis dapat memfasilitasi transmisi HlV. Pendqrita derlgil
Kecuali bila gejala menetap atau tidak patuh uretritis non gonokokal yang juga terinfeksi HIV sebailmn;rr
terhadap terapi atau dicurigai terjadi infeksi ulang, mendapat terapi standar seperti penderita lain.1
pemeriksaan ulang (3-4 minggu setelah terapi selesai)
tidak direkomendasikan pada penderita yang telah
diterapi sesuai regimen rekomendasi atau alternatifnya. KOMPLIKASI
Pemeriksaan ulang direkomendasikan pada 3-6 bulan
setelah terapi pada pria, karena kejadian infeksi ulang
. Epididymo-orchitis
dalam waktu 6 bulan setelah terapi cukup sering.l
. Reoctive qrthritis/Reiter s syndrome (dengan
klinis konjungtivitis, uretritis, arthritis, serta ma
Terlebih karena validitas dari tes diagnostik chlamidial
pada waktu < 3 minggu setelah terapi belum ada. Hasil kulit). Kejadiannya pada sekitar 1-2o/o kasus
non gonokokal.3,a
negatif palsu dapat timbul pada infeksi menetap dengan
sedikit organisme Chlomidio. Sebaliknya, pemeriksaan
NAATs pada waktu < 3 minggu setelah terapi yang berhasil,
dapat memberikan hasil positif palsu karena organisme PROGNOSIS
non-viabel yang masih ada.6
Kegagalan terapi dengan regimen rekomendasi
jarang. Relops dapal terjadi dengan regimen
Uretritis Menetap dan Berulang
Reinfection cukup sering dan berhubungan
Tanda objektif dari uretritis harus didapatkan sebelum
pasangan seksual yang tidak diterapi atau didapatkan
memulaiterapi antimikroba. Pada penderita dengan gejala
pasangan seksual yang baru.
IIEIRITIS NON-GONOKOKAL PADA PRIA
843
PENCEGAHAN
;EFERENSI
hnar ini sering dikarenakan hanya didiagnosis sendiri dan normal pada daerah vulvovaginal adalah menstruasi,
*ernudian diterapi sendiri oleh pasien. Vulvovaginitis aktivitas seksual, penggunaan spermisida, hubungan
seoagian besar asimtomatik, penyebabnya lebih dari seksual melalui vagina dan tidak menggunakan kondom
1ll, dan berhubungan dengan faktor seksual. Di lndia (Nyirjesy, 2008).
dperkirakan 5o/o dari 40 juta infeksi menular seksual baru
mertahun (Thulkan 2008). Di Amerika Serikat, bakterial
uogrnosis adalah penyebab utama vuvovaginitis, sebesar GEJALA KTINIS
4ffi - 50% mengenai wanita pada usia pertumbuhan dan
nnasanya asi m ptomati k (Eckert, 2006). Pada beberapa penelitian, gejala seperti pruritus dan
karakteristik cairan vagina tidak dapat secara tepat
memprediksi penyebab vaginitis akut, Jumlah dan warna
dari cairan vagina merupakan alat yang paling mungkin
'[TOGENESIS memprediksi penyebab vulvovaginitis. Gejala yang
Daerah vulvovagina memiliki flora normal yang akan 'gatal,
dikeluhkan secara umum adalah rasa rasa panas,
nmenjaga agar pH vagina normal tetap terjaga antara 3,8 pruritus, nyeri, disuria, dispareunia, malodorous dan
-4,5. Flora normal yang predominan adalah laktobasilus perubahan sekret vagina (Eckert, 2006).
6mng menjaga kestabilan pH dengan memproduksi asam
6ffiat dan menghambat penempelan bakteri pada sel
eprtel vagina. Sekitar 60% golongan laktobasilus pada PEMERIKSAAN FISIS
umEina memproduksi hidrogen peroksida yang dapat
nmenghambat pertu m buhan bakteria dan meng hancu rkan Pemeriksaan fisis harus dilakukan secara seksama dengan
um.rs HIV secara in vitro. Estrogen memperbaiki kolonisasi inspeksi pada genitalia eksterna, dinding vagina dan serviks.
hrtobasilus dengan meningkatkan glikogen yang Ada beberapa keterbatasan jika hanya dari pemeriksaan
dproduksi sel epithelial vaginal, yang memecah menjadi fisik untuk menegakkan diagnosis, namun perlu diingat
gfrtukosa dan bertindak sebagai substrat untuk bakteri. jika adanya fisura dan ekskoriasi pada genitalia eksterna
ffiarteri lain yang juga flora normaldi daerah vulvovaginal terjadi pada seperempat lebih kasus vulvovaginitis akibat
d,alah golongan Streptokokus, bakteri Gram negatif, candida tapi biasanya tidak didapatkan pada bakterial
furdnerella voginolis, dan bakteri Anaerobs. Condidq vaginosis atau trikomoniasis. Tanda kemerahan pada cervix,
,dhicons juga ditemukan sebagai flora normal komensal yang sering disebut strowberry cervix, berhubungan
denEan jumlah 10 - 25o/o pada wanita yang asimptomatik dengan trikomoniasis, namun jarang terjadi (2 - 5o/o dari
Eckert,2006). kasus) (Eckert,2006). Tabel 1 menunjukkan beberapa gejala
Variabel yang dapat mengganggu kestabilan flora dan pemeriksaan yang ditemukan pada vulvovaginitis akut.
hrdisi €ejala dar Tanda Temr.ranpada, ,, ':Fll ', Pemefiksaan. Wet, K5tcr€ngan '..i.: , ,
rnginosis dan tipis) vagina yang berwarna .Pergesera*flora . berkurang . ,.:,:::i,' ::r: : :
Semakin berbau putih keabuan homo- 'Bau ,a,mis setelah' lumlah, kokus,,b,asihls dalr
gen dan tipis , ditarnbahkan kalium kuman 'batahg deflgan
. hidrOksjda:,pAda l,ifef leku kan, ltecil meninE_kbt.1
'' moufit ' :::, :: ,
landidiasis ' Duh ,vag:ina banyak. (eputihan tebal dan < 4,5 Hifa atau spora i: : oapaiuiicamluioengun
tebal)t ,.. . . .' , seperti keju : ",
' :: . ,r ::(putih, infeksi baktelial vag inosis.
1,,:
. .:!:.
i
Kriteria positif
Ya
- Kultur untuk soesies Neisserio . Pertimbanokan
atau servisitis gonorrhoeae cian Chlomydia - terapr emptns
L'o,o -
Makroskopik
I abonormal Y, (Jlkus fistulo
, Pertimbangkan
Physicol examinotion? foreign body? biopsi vagina
I
L,n,o
I
Duh vagina Abnormal? Trichomonas pada oemeriksaan Ya Penooba=-
mrKroskoprl(sedtaanwetmount/ -lnkomono\a:..-d[".
I
| ,,0,0 I riart
i
Jaringan fokal abnormal
Ya
Bropsr
V
I
tI ria"t
I
+
ya Geiala :ar
Pertimbangkan
uji diagnostik tambahan ts- ke'put -ar
mene-r::
t_*an
I
?
Sen b,-r
Gambar 1. Alur diagnosis pada pasien vulvovaginitis. (Sumber: http://www.a afp.org/afp/ZOOOOgO1 1095/.html)
i,. TVOVAGINITIS 847
+dl
:: ,';., : : : ,l 't...r.
Tabel 2. Gambaran Pewarnaan Gram untuk Diagnosis Bacterial Vaginosis
Skor Morfotipe Laktobasilus Morfotipe Gardnerela dan Bakteroides Variasi Batang Gram Bertekuk
0+4 0 U
1 +3 +l +1 atau +2
2 +2 +2 +3 atau +4
3 +1 +3
4 0 +4
848 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
Peptostreptoccus spp, Fusobacterium spp, pretoveLLo spp, Terapi untuk bakterial vaginosis ditujukan un:-.
dan Mobiluncus spp, memegang peranan penting (Ness, bakteri anaerob. T hari pengobatan dengan metronidc::
2002). Pada beberapa tahun terakhir, dengan teknik oral sama efektifnya dengan 5 hari pemberian per vag -:
molekular mikrobiologi, seperti 165 rDNA pCR, diketahui dengan angka kesembuhan simptomatik sekitar g, .,
bahwa terdapat variasi yang luas bakteri yang tidak ter- dan angka kesembuhan mikrobiologis 7Oo/o pada 1 bu .-
kulturi seperti BV-ossociated bocterio (BVAB) 1, BVAB 2, pengobatan. Metronidazol oral dosis tunggal sudah t,::*
BVAB 3, Megosphera spp, Eggerthello spp, and Leptotrichio lagi digunakan sebagai terapi alternatif untuk bakte-:
spp (Fredricks,2007). vaginosis disebabkan karena angka kegagalan han-: -
Tabel 3 menunjukkan perbandingan sensitivitas dan 50% (Eckert, 2005). Tabel 4 menunjukkan rekomen::.
spesifisitas beberapa macam pemeriksaan yang dilakukan terapi menurut Centers for Diseose Control ond prever:. _ -
pada bakterial vaginosis, vuvovaginal candidiasis, dan (CDC) tahun 2006.
trikomoniasis.
Obat Dosis
Metronidazol (Flagyll, 500 mg oral dua kali sehari selama 7 hari
Gel metronida zol 0,75% (Metrogel) Aplikasi intravaginal 5 g setiap kalinya setiap hari
selama 5 hari
Aplikasi intravaglnal 5 g setiap kalinya setlap harl
Setelah terapi, angka rekurensi bakterial vaginosis da- atau terbukti bukan disebabkan oleh C. olbicans, atau
mat muncul pada 30% wanita dalam 3 bulan (Wilson, 2004). pada pasien yang tidak normal (diabetes, sakit berat,
.lLlmilrk kasus bakterial vaginosis yang berulang (3 atau imu nosu presi, kond isi vu lvovagi na I yang lain, kehamilan)
meiiih episode pada setahun terakhir), setelah 10 hari terapi (Workowski KA, 2006).Penyakit ini bukan merupakan
ndruksi dengan metronidazol vaginal dilanjutkan dengan penyakit menular seksual, sehingga pasangan laki -
metronidazol gel0,75o/o 2 kali seminggu selama 16 minggu laki dari wanita yang terkena penyakit ini tidak rutin
mernghasilkan kesembuhan klinis sebesar 75o/o pada 16 memerlukan pengobatan (Watson, 2003). Vulvovagina
lnnqgu dan 50% pada 28 minggu (Eckert, 2006). candidiasis sering mengenai pasien dengan imunosupresi
seperti pada leucosis, infeksi HlV, mendapat kemoterapi
dengan leukosit dibawah 1.0 nl-1 (Mendling, 2003).
}1I I.VOVAG! N ITIS KAN DI DIASIS Candida olbicons merupakan penyebab utama pada
80 - 90 % kasus, dimana 2 - 10% adalah C. glabrota, dan
rilUanita
yang terkena vulvovagina candidiasis biasanya 1-3o/o adalah C. krusei, diikuti C. tropicolis, C. kefyn C.
hermanifestasi dari yang asimptomatik sampai munculnya poropsilosis, C. guilliermondii dan lain - lain (Mendling,
mreki akut yang berat (Sobel, '1 998). Walau kebanyakan 2003).
umanita dengan vulvovaginitis akut beranggapan bahwa Gejala klinis vulvovagina kandidiasis tidak spesifik,
ureryebabnya adalah kandida, yang dinyatakan positif pasien sering tidak tahu adanya perubahan pada cairan
tanya 1 5 - 30% kasus. Sekitar 75%o wanila akan pernah vaginanya. Gejala yang paling sering adalah rasa gatal,
ciriiagnosis vulvovagina kandidiasis paling tidak 1 kali, dan iritasi, nyeri, panas, atau dysporeunio. Kadang vulvovagina
50\6 akan berulang. Kebanyakan vulvovagina kandidiasis kandidiasis juga menyebabkan disurio karena rasa panas
disebabkan oleh C. olbicons (Eckert, 2006). yang muncul ketika urin mengenai bagian vulva yang
Faktor risiko termasuk kehamilan, berada pada saat fase inflamasi. Pada pemeriksaan vulva akart tampak adanya
tirrteal pada siklus menstruasi, multiparitas, penggunaan kemerahan, bengkak, fisura atau ekskoriasi, dan pada
suermisida (namun bukan kontrasepsi oral dosis rendah), vagina akan nampak eritemo atau cairan yang kental
dan usia muda (risiko meningkat pada 'l 5 - 19 tahun (Nyirjesy, 2008).
nernudian akan menurun). Penggunaan terapi antibiotik Wanita dengan gejala harus menjalani pemeriksaan
spehrum luas sebelumnya juga merupakan faktor risiko, standar; yaitu pemeriksaan pH, les Whiffomine, soline,
hal ini mungkin dikarenakan karena menurunkan proteksi dan mikroskopik dengan 10o/o hydroxide potossium. pH
erhadap flora normal, terutama laktobasilus. Walaupun biasanya tidak berubah, kecuali ada komorbiditas dengan
i olbicons merupakan komensal pada banyak kasus infeksi yang lain yaitu misalnya bakterial vaginosis atau
asrmtomatik, pada kasus yang simtomatik akan terjadi trikomoniasis.
rnfr ltrasi vag ina oleh karena neutrophil poli morfonu klear Pemeriksaan mikroskopik soline akan ditemukan
uan fungal yang banyak di vagina (Eckert, 2006). blostosporo atau pseudohifo. Gambaran flora vagina
Vulvovaginal candidiasis tanpa komplikasi didefinisi- bisa normal atau menurun, dengan sel darah putih yang
[an menurut CDC sebagai gejala yang jarang (3 atau menghilang. Penambahan 10o/o hydroxide potossium akan
kirrang episode per tahun) dangan gejala ringan sampai mempermudah visualisasi fungal (Nyirjesy, 2008). Kultur
sedang, kemungkinan disebabkan oleh C. olbicons jamur diperlukan terutama jika gambaran mikroskopik
dan muncul pada orang yang imunokompeten. Untuk tidak ditemukan namun pasien memberi gejala yang
uulvovagina candidiasis dengan komplikasi didefinisikan mengarah. Kulturjamurjuga berguna untuk kasus rekuren
sebagai terdapat episode ulangan lebih atau sama dengan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain diluar
r kali per tahun,-atau dengan gejala berat, atau dicurigai C. olbicons. Kultur untuk bakteria tidak diperlukan (Eckert,
850 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT
Gambar 3. Alur diaEnosis untuk vulvovagina candidiasis (Sumber: Watson MC, 2003, Evidence-based guidelines for non-
treatment of vulvovaginal candidiasis (WC), Pharm World Sci; 25(4):129-34
..;OVAGINITIS 85r
, : . Gambar 4 menujukkan bLastosporo atau pseuciohifo (Watson, 2003). lnfeksi yang disebabkan candido spp
, ' : litemukan pada vulvovaginal kandidiasis. selain C. oLbicans sering resisten terhadap golongan azole.
-erapi u ntu k vulvovaginal kandidiasis tanpa komplikasi Didapatka n penel itian men g g u na ka n tercon azole denga n
:= :r
antifungal topikal untuk 1 - 3 hari, dan obat oral hasil angka kesembuhan 560/o, dan dengan kapsulvaginol
" .:".ozoLe 150 mg dosis tunggal. Pemakaian kedua obat boric acid 600 mg setiap hari minimal 14 hari menghasilkan
' :an topikal mengurangi keluhan dan kultur menjadi kesembuhan gejaia sebesar 75?i' untuk infeksi non-C'.
.:::if pada 80 - 90o/o pasien. Pada pasien dengan olbicons (Eckert, 2006). Tabel 5 menunjukkan terapi
:':1ilan, anjuran terapi adalah dengan loprkal ozole yang direkomendasikan pada vulvovaginitls kandidiasis
:-'a 7 - 14 hari dan obat oral harus dihindari (Eckert, menurut CDC.
. . a Fluconazole juga tidak diberikan pada pasien yang Vulvovaginitis kandidiasis sering ditemu kan berulang
.-.. -rsui. CLotrimazoLe dapat diberikan sebagai terapi pada pasien dengan diabetes melitus terutama dengan
!,e n bar 4. Gambaran blostosporo atau pseudohifa yang ditemukan pada vu lvovaginal kandidiasis.(Sumber: Nyirjesy P,2OO1 , Ch ronic
. :.'aginal Kandidiasis, American Family Physician, Volume 63, Number 4, p697-702
gula darah yang tidak terkontrol. Keadaan hiperglikemia dengan gejala. Dari pemeriksaan fisik ditemukan eriten''a
pada jaringan genital menyebabkan peningkatan adhesi pada mukosa vulva dan vagina, gejala klasik sekret hi.iau
dan pertumbuhan jamur. Pada suatu penelitian disebutkan kekuningan yang berbusa ditemukan pada 10 - 30% pasier
bahwa tidak seperti biasanya, jenis kuman terbanyak pada yang terinfeksi. Tanda perdarahan pada cervix dan vagira
wanita diabetes yang menderita vulvovaginitis adalah yang disebut sebagai strowberry cervx ditemukan Paoa
2%o kasus (Sobel, 2011).
C. globorto (507o), diikuti C. olbicans (36,1yo). Penemuan
ini penting untuk pengelolaan pasien, harus dipikirkan Seperti penyebab vulvovaginitis yang lain, geja'a
pengobatan untuk infeksi non-C. olbicans pada pasien klinis saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosrs
dengan diabetes (Bohannon, 1998). trikomoniasis. Adanya gambaran trikomonas yan'G
motil pada wet mount merupakan cara diagnosis unti"lk
trikomoniasis, hal ini hanya muncul pada 60 - 70Y" dw
kasus yang ter-konfirmasi kultur. Trikomonas tetap rmm[
TRIKOMONIASIS
pada '10 - 20 menit setelah pengambilan sampel' Pada
Trikomonas meru pakan parasit intraselular yang ditularkan pemeriksaan kertas pH ditemukan peningkatan pH >
melalui hubungan seksual. Trikomoniasis disebabkan oleh 4,5 dan peningkatan leukosit polimorfonuklear pada
triko mo n o s va g in a lis.Tri ko mo n i asi s me ru pa ka n penyeba b mikroskopik sa/ine. Kultur menggunakan media Diamond
vulvovaginitis akut pada sekita 5 - 50% kasus, tergantung memiliki sensitivitas 95o/o dan spesifisitas > 95%' Kutum
dari populasi yang diteliti. Trikomonas merupakan infeksi ini harus dipertimbangkan jika didapat peningkatan plt
menular seksual paling sering di Amerika Serikat dengan peningkatan leukosit polimorfonuklear dengan tanpl
perkiraan sekitar 5 juta kasus baru tiap tahunnya (Soper ditemukan trikomonas yang motil. Kultur memerlukamn
D,2004). waktu sekitar 7 hari. Trikomonas sering ditemukan tidal
Trikomonas voginolis merupakan protozoa berfagel sengaja pada Pop smeors, namun Pap smears tidak adekr'rd
yang dapat ditemui di vagina, uretra, dan glandula untuk diagnosis trikomoniasis karena hanya mempunya
paraurethral wanita yang terinfeksi. Masa inkubasi tidak sesitivitas sekitar 51 -630/o (Sobel,2011).
diketahui namun dari penelitian invitro dikatakan masa Terapi nitroimidazole direkomendasikan untuh
inkubasi selama 4 - 28 hari (Hesseltine H, 1942). infeksi f
voginalis. Direkomendasikan metronidazol atalur
Faktor risiko terjadinya trikomonas adalah berganti tinidazol 2 gram sebagai terapi. Pada penelitian yang
pasangan seksual, berhubungan seksual dua kali per membandingkan metronidazol (2g) dan tinidazol (29
minggu atau lebih, mempunyai pasangan seksual 3 menunjukkan bahwa tinidazol sama atau superior dengam
orang atau lebih pada 1 bulan terakhir; dan faktor lain
yang berhubungan dengan penyakit menular seksual'
Wanita dapat menularkan kepada wanita lain, namun
laki - laki biasanya tidak menularkan ke laki - laki lain'
Trikomonisasis berhubungan dengan infeksi genital
bagian atas seperti halnya pada bakterial vaginosis,
termasuk infeksi setelah melahirkan, pembedahan, aborsi,
petvic inftommatory disease, dan kelahiran prematur
(Eckert, 2006). Trikomoniasis merupakan faktor risiko
terjadinya selulitis post histerektomi, infertilitas tuba,
dan keganasan cervix. Hal penting lain adalah infeksi ini
memudahkan terjadinya penularan infeksi HIV (Soper D
2004). Pencegahan infeksi trikomonas dilakukan dengan
pemakaian kondom, menghindari berganti - ganti
pasangan, dan menjaga kebersihan daerah vulvovagina
(Sobel, 2011).
Gejala klinis yang didapat bisa dari asimptomatik
sampai berat. Gejala klasik adalah cairan vagina yang
purulen, molodorus, encer (pada 707o kasus) yang
berhubungan dengan rasa panas, pruritus, dysuri'o,
frekuensi, dan dyspareunio. Perdarahan post koitus dapat
terjadi. Gejala dapat memberat pada saat menstruasi'
Gambaran cairan vagina kehijauan, berbusa, berbau Gambar 5. Gambaran T. Vaginalis dengan flogelo (SumD*lr:'
'l
busuk, hanya ditemukan pada kurang dari 0% pasien Sobel JD 2011, Trichomonas vaginalis, Up To Date 19'1
[fYovAGtNtTls
853
CDC merekomendasikan terapi untuk trikomoniasis 1. ACOG Committee on Practice Bulletins. ACOG practice
bulletin: clinicalmanagement guidelines for obstetrician-
$milng berulang setelah gagal dengan metronidazol 2 gram
gynecologists, number 72, Obstet Gynecol. 2006; 102 :1'I9S-
*qalah dengan metronidazol 500 mg 2 kali sehari (total
206.
r g'am). Jika terapi gagal di berikan tinidazol 2 gram per 2. Bohannon NJV. Treatment of Vulvovaginal Candidiasis in
linan selama 5 hari (total l0 gram) (Sobel, Patients With Diabetes, Diabetes Care. 1998; Volume 21,
2011).
Number 3, p 45L-6
3. Eckert LO, et al. Vulvovaginal candidiasis: clinical manifesta-
tions, risk factors, management algorithm. Obstet Gynecol.
1998;92:,757-65.
4. EckertLO et al. Acute Vulvovaginitis, NEnglJ Med 355.2006;
tilomoniasls Metronidazol Dosis tunggal 12:12M-52
2
(Flagylt gram oral
Eschenbach DA, et al, Dihgnosis and clinical manifestations
ofbacterialvaginosis. Am J Obstet Gynecol. 1988; 158:819-
::
500 mg oral dua.kali 28.
' sehari'selamaT hari Fredricks DN et aI. Targeted PCR for detection of vaginal
Iinidazol ,Dosis tlu;nggaf 2 bacteria associated with bacterial vaginosis. J Clin Micro-
Cfindamax) grarn oral biol. 2007 ; 45 (10) :327 0 - 6.
Hesseltine H, 1942, Experimental human vaginal trichomo-
krert LO, et al., 2006, Acute Vulvovaginitis, N Engl J Med 355;
niasis. J Infect Dis. 2007;71,:127.
"2"124452-
8. Mendling W. Guideline vulvovaginal candidosis: Guideline
of the German Dermatological Society, the German Speaking
Mycological Society and the Working Group for lnfections
and lnfectimmunology of the German Society for Gynecol-
pnocNOStS ogy and Obstetrics, Mycoses.2003; 46,365-9.
9. Ness RB, et al. Douching in relation to bacterial vaginosis,
lepEnosis vulvovaginitis secara umum bagus bila diobati lactobacilli, and facultative bacteria in the vagina. Obstet
Gynecol. 2002; 100 :7 65 -7 2.
uenrgan baik sehingga rekurensi dapat dicegah. pada 10. Nugent RP. Reliability of diagnosing bacterial vaginosis is
ouarita dengan Humon lmmunodeficiency Virus (Hly), imprpved by a standardized method of Gram stain inter-
rlrsr(o
terkena bakterial vaginosis dan trikomoniasis akan pretation. J Clin Microbiol. 1991,; 29:297-30-1,.
11. Nyirjesy P. Chronic Vulvovaginal Candidiasis, American
nneningkat dikarenakan karena derajat proteksi dari Family Physician.200-L; Volume 63, Number 4, p697-702
;amobasilus akan berkurang dan adanya inflamasi (Eckert, L2. Sheiness D. High levels of Gardnerella vaginalis detected
JJS6). Jika tidak diobati dengan benar vulvovaginitis akan with an oligonucleotide probe combined with elevated
pH as a diagnostic indicator of bacterial vaginosis, I Clin
m€rulang. Gejala yang berhubungan dengan. vaginitis
Microbiol. 1992; 30 (3) 642.:
0apat menyebabkan stres pada penderitanya, akibat 13. Sobel |D.Trichomonas vaginalis, Up To Date19.1.2011,.
uttartu untuk pekerjaan yang terbuang, rasa tidak nyaman, 1.4. Sobel JD, et al. Vulvovaginal candidiasis: epidemiologic,
genurunan kepuasan seksual, dan rasa rendah diri. diagnostic, and therapeutic considerations. AmJ Obstet
G1mecol. 1998; 17 8 :203 -11.
LL7
PELVIC INFLAMMATORY DISEASE (PID)
Niniek Budiarti Burhan, Leny Puspitasari
Tabung Fatlopi
lndung telur
SeMks
Vagina
855
856 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT
'CR pada swab uretra, . Gonorrhea 9. Peran dari Cytomegollovirus masih dalam penelitians
vagina dengan meng- '10. Salpingitis tuberkulosa jalang terjadi
diAmerika tetapi
gunakan medium transporv hal ini lebih sering terjadi di negara berkembang.
tultur endoserviks
Karakteristik dari salpingitis tuberkulosa adalah ada-
Swab vagina atas . Vaginosis bakterial nya nyeri pelvis dan adanya benjolah iregular (tidak
USG pelvis .Menunjukkan
beraturan) yang tidak berespon terhadap pemberian
pyosalphinx dan abses
Kultur darah perifer . Bermakna pada antibiotik. Salpingitis tuberkulosa bukan merupakan
septicemia penyakit menular seksual.e
\
+f
ii::i;
:if, +
Gi
. .+..@, ffi,
(a) (b)
Gambar 2. Pewarnaan gram a) Neisseria gonorrhoea; b) Chlamydia trachomatisl5
858 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
Pada beberapa studi mengenai PlD, terdapat 30-50% KRITERIA DIAGNOSIS MINIMAL
wanita dengan PID akut yang tidak ditemukan bakteri
patogen. Hal ini menimbulkan dugaan adanya bakteri lain Wanita dengan nyeri pada pergerakan adnexa uterus da-
yang tidak teridentifikasi dengan teknik standar maupun nyeri pada pergerakan servik pada pemeriksaan bimanu.
adanya penyebab PID lain selain bakteri.l0 harus dipertimbangkan menderita PID dan diobati denga-
I m m u n opath o logy re - infectio n:8 antibiotik kecuali terdapat dugaan yang lain sepe':
1. Peran dari heat-shock protein chlamydias kehamilan ektopik dan apendisitis.3'e
2. Perubahan imun lokal dan defek imun lokal, Kriteria tambahan berikut ini dapat digunakan unr-,
meningkatkan spesifisitas diag nosis:l e
1. Suhu oral lebih dari 38,3'C
DIAGNOSIS 2. Sekret serviks atau vagina yang tidak normal deng.-
sel darah putih pada pemeriksaan mikroskopik
PID sulit didiagnosis karena gejalanya seringkalitidakjelas 3. Peningkatan laju endap darah
dan ringan. Banyak kejadian PID tetap tidak terdeteksi 4. Peningkatan C-reactive protein
karena wanita maupun tenaga kesehatan tidak dapat 5. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan infeks "
mengenali gejala PID yang ringan dan tidak spesifik.l6 gonorrhoeo atau C trochomotis.
Pada praktek sehari-hari, diagnosis PID dibuat secara Kultur endoserviks harus dilakukan dengan rutin, te-:a
klinis karena tidak ada tes yang spesifik untuk mendeteksi pengobatan tidak boleh ditunda saat menunggu hasi
PlD.l0' 16, 17 Pada masa lalu, digunakan kombinasi yang Pada kasus-kasus tertentu saat diagnosis dengan r -rs
spesifik antara pemeriksaan dan pemeriksaan tambahan dan laboratoris masih tidak pasti, kriteria berikut ini da:a
(kriteria Hagar) untuk menentukan diagnosis, akan tetapi digunakan:3,e
kriteria ini kurang sensitif dengan satu dari lima kasus 1. Bukti histopatologis adanya endometritis pada b ::s
akan terlewatkan.lo endometrium
Rekomendasi terbaru adalah segera memulai terapi 2. USG transvagina atau MRI rnenunjukkan adanya:-i,a
empiris pada wanita usia muda yang aktif secara seksual yang menebal dan berisi cairan dengan atau i=-rrc
dengan keluhan nyeri perut bawah dan nyeri tekan lokal cairan bebas pada pelvis atau adanya kompleks :-Lre
pada pemeriksaan vagina.lo' 17 ovarium
Gambar 4. Algoritmen PID (digunakan bila peralatan diagnostik yang lengkap tidak tersedia)(18)
860 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI.
Wanita dengan HlVyang menderita PID memberikan regimen oral dindikasikan untuk wanita dengan PID akut
gejala yang lebih berat akan tetapi biasanya berespon yang ringan hingga sedang, karena terapi dengan oral
baik terhadap terapi yang diberikan, meskipun dan parenteral memberikan outcomeyang sama. Regimen
kadang-kadang diperlukan pengobatan intravena.l8 yang digunakan berikut ini dapat digunakan untuk bakten
Tidak ada bukti bahwa satu regimen lebih baik ddari yang sering menyebabkan PlD. Pasien yang tidak respon
regimen yang lain. Sehingga pasien yang diketahui dengan terapi oral selama 72 jam harus dievaluasi ulanE
alergi terhadap salah satu regimen dapat diterapi untuk menentukan diagnosis dan sebaiknya diberikan
menggunakan regimen yang lainnya.ls terapi parenteral baik rawat jalan maupun rawat inap.le
h. Follow-up:8 Regimen yang direkomendasikan:1e
1. Pasien harus dievaluasi dalam 72 jam setelah . Ceftriaxone 250 mg intramuskular (lM) dosis tunggal
memulai pengobatan untuk menunjukkan adanya ditambah doxycycline 100 mg oral dua kali seharil
perbaikan secara klinis. Bila tidak ada perbaikan selama 14hari. Dengan atau tanpa metronidazol 500
pertimbangkan untuk melakkan pemeriksaan mg oral dua kali sehari selama 14 hari
' mengenai penyebab atau merubah pengobatan atau
menjadi regimen parenteral. . Cefoxitin 2 g lM dosis tunggal dan probenecid 1 g
2. Beberapa ahli merekomendasikan untuk melaku- oral diberikan bersama-sama dalam dosis tunggCl
kan screening ulang untuk C.frochomotis dan ditambah doxycycline 100 mg oral dua kali seham
N.gonorrhoea setelah pengobatan selesai, bila selama 14hari. Dengan atau tanpa metronidazol 5{X0
pada awal pemeriksaan kedua bekteri tersebut mg oral dua kali sehari selama 14 hari
positif. Waktu yang optimal untuk pemeriksaan atau
ulang masih kontroversial dan dapat dilakukan . Cephalosporin oral generasi ketiga yang lain (misalntrn,
antara 4-6 minggu hingga 3-6 bulan. ceftizoxime atau cefotaxime) ditambah doxyrycfim
3. Berikan konseling kepada pasien mengenai risiko 100 mg oral dua kali sehari selama 14 hari. Derglrmr
reinfeksi dan sekuele jangka panjang. atau tanpa metronidazol 500 mg oral dua kali setsiii
4. Hindari douching selama 14 hari
Tatalaksana pasangan seksual :8
1. Pasangan seksual (dalam 60 hari onset sakit)
wanita dengan PID harus menjalani pemeriksaan TERAPI PARENTERAL
dan pengobatan. Evaluasi dan pengobatan harus
segera dilakukan karena risiko reinfeksi dan Untuk pasien dengan PID ringan dan sedang, terapi
i nfeksi C. otis dan N. g o n o r rhoeo seri n g ka i
froch o m I dan parenteral memiliki efikasi,yang sama.
terjadi pada pasangan seksua!. klinis dapat digunakan untuk iienentukan
2. Partner laki-laki pada wanita dengan PID karena terapi dari parenteral menjadi terapi oral, yang
C.trochomotis dan N.gonorrhoeo seringkali tidak dapat dimulai24-48 jam setelah terjadi perbaiktn
menunjukkan gejala. Pasangan seksual harus klinis. Pada wanita dengan TOA, direkomendasikan
mendapat terapi empiris dengan regimen yang tidak dilakukan observasi selama 24 jam.le
efektif untuk kedua bakteri tersebut. Regimen yang direkomendasikan:le
. Regimen A: Cefotetan 2 g intravena (lV) setim
jam atau Cefoxitin 2 g lY setiap 6 jam.D
ANTIBIOTIK UNTUK PID doxycycline 100 mg oral atau lV setiap 12 jam
. Regimen B: Clindamycin 900 mg lV setiap 8
PID dapat diobati dengan beberapa macam antibiotik. Ditambah gentamicin loading dose lV atau lM p
Akan tetapi pengobatan dengan antibiotik ini tetap tidak kgBB), diikuti dengan dosis pemeliharaan ('lJ
dapat mengatasi kerusakan yang sudah terjadi pada kg) setiap 8 jam. Dapat juga digunakan dosb
organ reproduksi. Pengobatan dengan antibiotik yang sehri (3-5 mglkg)
tepat dapat mencegah kerusakan berat yang terjadi pada
organ reproduksi.l6
Alternatif regimen parenteral yang
digunakan:1e
. Ampicillin/Sulbactam 3 9 lV setiap 6
doxycycline 100 mg oral atau lV setiap 12 jam
TERAPI PER ORAL
Terapi parenteral dapat dihentikan 24 jam
Untuk pasien rawat jalan dengan PlD, terdapat tiga regimen terjadi perbaikan secara klinis; dan terapi lanjutan
yang dapat digunakan:3,sPengobatan rawat jalan dengan harus disertai dengan doxycycline 100 mg dua kaili
N FLAM M ATORY
'aYrc
D'SEASE (PI D)
86r
trau clindamycin 450 mg oral empat kali sehari sehingga . Nyeri pelvis kronisyang berhubungan dengan adanya
Mrgobatan total selama 14hari terlaksana. Bila terdapat perlekatan pada pelvis.l
lllDA, maka clindamycin harus diteruskan dari pada
\ycycl i ne, ka rena cl i nda mycin mem beri kan perl ind u ngan
prg lebih efektif terhadap bakteri anaerob.le
,lMkasi rawat inap pada wanita dengan plD.r6, 18
1ll- Sakit berat (misalnya mual, muntah, dan demam
tinggi)
2" Hamil
$- Tidak berespon dengan antibiotik oral dan mem-
butuhkan antibiotik intravena
4 Terdapat abses pada tuba falopii atau ovarium (fubo-
ovorion obcess)
5. Perlu monitor untuk meyakinkan bahwa gejala
yang dialami bukan merupakan gejala penyakit
yang memerlukan tindakan bedah segera (misalnya
apendisitis). Bila gejala menetap atau bila abses tidak
segera sembuh maka mungkin dibutuhkan tindakan
bedah. Gambar 4 PID dengan TOA bilateral2o
6. Komplikasi PID seperti nyeri panggul kronis dan
timbulnya bekas luka sulit diobati tetapi kadang-kadang
hal ini dapat membaik dengan pembedahan.to, ta
IDMPLIKASI PID
segera dan tidak ada komplikasi akut Management of Pelvic Inflammatory Disease 2008.
t9. Sexually Transmitted Diseases Treatrnent Guidelines, 201t1
Satu kaliepisode PID akan meningkatkan kemungkinan
: Pelvic Inflammatory Disease [database on the InternetJ-
terjadinya kehamilan ektopik hingga sepuluh kali Centers for Disease Control and Prevention. 2011 [cited
lipat 8 ]uni 20111. Available fuom: lrrtlp:/ /www.cdc.gov/stdi'
treatment/2010/ pid.htm.
Sekuele jangka panjang terjadi pada wanita
25o/o
20. Sonographic Assessment of The Adnexa [database on tle
yang menderita PID dengan presentase lebih tinggi Intemetl. Online CME Courses. 2010 [cited 11 Mei 2011].
pada remaja dengan gambaran klinis yang lanjut, Fitz-Hugh Curtis Syndrome [database on the Internet[.
keterlambatan diagnosis, dan pengobatan yang tidak eMedicine. 2011 [cited 11 Mei 2011].
Proffitt B, Catalano L. STDs: A Hidden Epidemic. Healirqr
adekuat.l3 Hands: A Publication of the High Clinicians Networl-
2011;15(1).
REFERENSI
Pengoboton Tu berkulosis
Mutokhir 873
Tuberkulssls Peritoneol
882
863
864 TUBERKULOSGi
Robert Koch mengidentifikasi basil tahan asam perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3)
M.tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada
penyebab TB ini. la mendemontrasikan bahwa basil ini penduduk di kelompok yang rentan terutama dinegeri-
bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan, yang negeri miskin. 4).Tidak memadainya pendidikan mengenal
akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan TB di antara para dokter. 5).Terlantar dan kurangnya
prinsip utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan
menggambarkan suatu percobaan yang memakai guinea kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus
pig, untuk mernastikan observasinya yang pertama yang yang tidak adekuat. 6). Adanya epidemi HIV terutama dl
menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti Afrika dan Asia.
infeksi primer sebagai suatu fenomena Koch. Konsep
dari pada imunitas yang didapal (ocquired immunity)
diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB, satu EP!DEMIOLOGI TB DI INDONESIA
vaksin yang sangat sukses, yaitu vaksin Bacillus Colmette
Guerin (BCG) dibuat dari suatu strain Mikobakterium Bovis, lndonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-f,
vaksin ini ditemukan oleh Albert Calmette dan Camille tertinggi di dunia setelah China dan lndia. Pada tahun
Guerin di lnstitut Pasteur Perancis dan diberikan pertama 1998 diperkirakan TB di China, lndia dan lndonesia
kali kemanusia pada tahun 1921. berturut turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000
Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif
pada tahun 1944 ketika seorang perempuan umur 21 di lndonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkam
tahun dengan penyakit TB paru lanjut menerima injeksi survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survai
pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh kesehatan nasional2001, TB menempati ranking norxrr
Selman Waksman. Segera disusul dengan penemuan asam 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di lndonesia"
para amino salisilik(PAS) .Kemudian dilanjutkan dengan Pr.evalensi nasionaI terakhir TB paru diperkirakan 0,24 %"
penemuan lsoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Sampai sekarang angka kejadiari TB di lndonesia relaffi'
Robitzek dan Selikoff '1 952. Kemudian diikuti penemuan terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena mastr
berturut-turut pirazinamid tahun 1954 dan Etambutol relatif rendahnya infeksi HlV, tapi hal ini mungkin akam
1952, Rifampisin 1963 yang menjadi obat utama TB berubah dimasa datang melihat semakin meningkatrry
sampai saat ini. laporan infeksi HIV dari tahun ketahun. Suatu sundi
mengenai prevalensi TB yang dilaksanakan di lS
propinsi lndonesia tahun 1979-1982 diperlihatkan padr
EPIDEMIOLOGI GLOBAL tabel '1.
Modifikasi dari Aditama: Rata - rata prevalensi TB pada 15 propinsi :0.29o/o, prevalensi tertinggi ada di NTT 0,74o/o
,ang terendah di Bali 0,08o/o. Pada tahun 1990 prevalensi di Jakarta 0,16o/o.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran granuloma berkembang menghancurkan jaringan
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalamr
juga diikuti pembesaran kelenjaf getah bening hilus nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan kejr.r.
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah
limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Semua kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama'
proses ini memakan waktu 3-8 minggu.Kompleks primer lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
ini selanjut-nya dapat menjadi: fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi
. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. lni kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan
yang banyak terjadi. kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam
. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa nukleat oleh ensim yang diproduksi oleh makrofag,
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-np"
terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah c6k
dan t 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi disseminqte TB yang terjadi pada imunodefisienei
. karena kuman yang dormant. dan usia lanjut.
. Berkomplikasi dan menyebar secara : a). per kontinui-
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangd
tatum, yakni menyebar ke sekitarnya, b). secara
banyak. Kavitas dapat a).Meluas kembali dan menimh,d.
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
kan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini mag*
paru di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan
dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi 'XtB
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
milier. Dapatjuga masuk ke paru sebelahnya atau tertelam
usus, c).secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya,
masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usum'
d). secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti farry
Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan
disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobron@ll
tuberkulosis primer.
dan TB endotrakeal atau emp.iema bila ruptur ke plerm4
b). memadat dan membungkus diri sehingga men-@ii
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur clamr
Sekunder)
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair danldii
Kuman yang dormonf pada tuberkulosis primer akan
kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonkdi
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian menldii
endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis posf
mycetoma; c. bersih dan menyembuh, disebut open ffi
primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas
covity. Dapat juga menyembu h dengan membungkus ffi
reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi
menjadi kecil. Kadang-kadang terakhir sebagai
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol,
yang terbungkus, meniiut dan berbentuk seperti bi
penyakit maligna, diabetes, Al DS, gagal ginjal. Tu berkulosis
disebut stellate shoped.
pasca-primer ini dimulai dengan sarang diniyang berlokasi
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam
di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior
yakni: 1). Sarang yang sudah sembuh. Sarang bent"tl I
atau inferior). lnvasinya adalah ke daerah parenkim paru-
tidak perlu pengobatan lagi; 2). Sarang aktif
paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang
sempurna; 3). Sarang yang berada antara aktif
pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi
sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan,
tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak
sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga-
inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi
KLAS! FI KASI TU BERKU TOSIS
eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuber-
cu losis). Tergantu ng dari jumlah ku man, virulensi-nya dan
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara
imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi:
klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi
. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggal-
kesehatan masyarakat tentang keseragaman
kan cacat.
. tuberkulosis. Dari sistem lama diketahui
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera
klasifikasi seperti:
menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada
yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan . Pembagian secara patologis
per-kapuran. Sarang dini yang meluas sebagai - Tuberkulosis primer (childhood tuberculq;&y
N,BERKULOSIS PARU
867
malam dll. Gejala molo'se ini makin lama makin berat dan PEM ERt KSAAN RADIOLOGIS
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan
cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkuiosir
PEMERIKSAAN FISIS Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien beberapa hal ia memberikan keuntungan seperti pada
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier. Pada kedua
pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan
kurus atau berat badan menurun. radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan selalu negatif.
suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apels
yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lohs
juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit bawah), tetapi dapatjuga mengenai lobus bawah (bagia.n
menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru
hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sararg-
anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa berc*
dengan pneumonia biasa. bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang titi*
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai tegas. Bila lesi sudah diliputijaringan ikat maka bayargnm
adalah bagian apeks (puncak) paru. Bila dicurigai terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi hff
adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi dikenal sebagai tuberkuloma.
yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mr"tler'
didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki mula berdinding tipis. Lama-lama dinding jadi
basah, kasa[ dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikular yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya
melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar; perkusi sebagai bercak-bercak padat dengan densitas ti
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas
memberikan suara amforik. penciutan yang dapat terjadi pdda sebagian atau
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis lobus maupun pada satu bagian paru.
yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot Gambaran tuberkuiosis milier terlihat berupa
inter-kostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan bercak halus yang umumnya teriiebar merata pada
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang lapangan paru.
sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotik Garnbaran radiologis lain yang sering
amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan tuberkulosis paru adalah penebalan pieura
paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah massa cairan di bagian bawah paru (efusi
paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri empiema), bayangan hitam radiolusen di pinggir
pleura (pneumotoraks).
pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor
Pada satu foto dada sering didapatkan
pulmonal dan gagaljantung kanan. Di sini akan didapatkan
macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosis yang
tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan
lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik,
seperti takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular
kavitas (non sklerotik/sklerotik) maLlpun atelektasb
lift, right atrial gallop, murmur Grohom-Steel, bunyi P2 emfisema.
yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, Tuberkulosis sering memberikan gambaran
hepatomegali, asites, dan edema. aneh, terutama gambaran radiologis, sehingga
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk tuberculosis is the greatest imitator. Gambaran i
efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal tuberku loma sering diarti kan sebagai pneumonia,
dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. paru, karsinoma bronkus atau karsinoma
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai Gambaran kavitas sering diartikan sebagai abses
tidak terdengar sama sekali. Di samping itu perlu diingat juga faktor
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik membaca foto. Faktor kesalahan ini dapat
dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya Oleh sebab itu untuk diagnostik radiologi sering
kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji juga foto lateral, top lordotik, oblik, tomografi
tuberkulin yang positif. dengan proyeksi densitas keras.
!;CR"KULOSIS PARU
869
Adanya bayangan (lesi) pada foto dada, bukanlah mendapatkan angka-angka yang lebih rendah. Sungguh-
m.nenunjukkan adanya aktivitas penyakit, kecuali suatu pun begitu PAP-TB ini masih dapat dipakai, tetapi kurang
lffihrat yang betul-betul nyata. Lesi penyakit yang sudah bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal
mron-akiif, sering menetap selarna hidup pasien. Lesi untuk diagnosis TB. Prinsip dasar uji pAp-TB ini adalah
prg berupa fibrotik, kalsifikasi, kavitas, schwarte, sering menentukan adanya antibodi lgG yang spesifik terhadap
djumpai pa<Ja orang-orang yang sudah tua. antigen M.tuberculosoe. Sebagai antigen dipakai polimer
Pemeriksaan khusus yang kadang.kadang juga sitoplasma M.tuberculin var bovis BCG yang dihancurkan
diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk meiihat secara ultrasonik dan dipisahkan secara ultrasentrifus.
hrusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh Hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis bila pada titer
ruuberkulosis. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan
bila 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif. Hasit positif
mosien akan menjalani pembedahan paru. palsu kadang-kadang masih didapatkan pada pasien
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan reumatik, kehamilan dan masa 3 buian revaksinasi BCG.
mt ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujr.rkan adalah Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama cara
Ewrputed Tomogrophy Scanning (CT Scon). pemeriksaan dan nilainya dengan uji PAP-TB adalah uji Mycodot. Di sini
rmr lebih superior dibandinE radiologis
biasa. perbedaan dipakai antigen LAM (Lipoarabinomannan) yang diiekatkan
&nshas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir ini dicelupkan
dixrat transversal. ke dalam serum pasien. Antibodi spesifik anti LAM dalam
Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir
rt@nefic Resononce imoging (MRl). pemeriksaan MRI ini yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibodi.
ffak sebaik CT Scon, tetapi dapat mengevaiuasi proses-
:poses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan
Sputum
dhda-perut. Sayatan bisa dibuat transversal, sagital dan Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
||hunal.
ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah
dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
MMERIKSAAN I.ABORATORIUM yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah
sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).
bah Tetapi kadarrg-kadang tidak mudah untuk mendapat
ffianneriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena sputum, terutarna pasien yang tidak batuk atau batuk
Eoilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif yang non proCuktif. Daiam hal ini dianjurkan satu hari
drljuga tidak spesifik. pada saat tuberkulosis baru mulai sebelum pemeriksaan sputunn, pasien dianjurkan minum
iffikeif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks
,rmringgi denEan hitung jenis perEeseran ke kiri.
Jumlah batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-
llNmmfiosit masih di bawah normal. Laju
endap darah mulai obat mukolitik eks-pektoran atau dengan-inhaiasi larutan
mmr:inEkat. Biia penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit,
ltirunnbali normal dan jumlah limfosit masih tinggi.
Laju sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil
marmlap darah muiai turun ke arah normal lagi.
dengan brushing atau bronchiol washlng atau BAL (broncho
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga: 1). aLveolor lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan
ffiumemia ringan dengan garnbaran normokrom dan
cara bilasan larnbung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-
inw,rnositer; 2). Gama globulin meningkat; 3). Kadar
anak karena mereka suiit mengeluarkan dahaknya. Sputum
mMrium darah menurun. pemeriksaan tersebut di atas
yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
umfldnrya juga tidak spesifik.
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-
Pemeriksaan serclogis yang pernah dipakai adalah
kadang sulii ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila
rmxsi Takahashi. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luari
mmees tuberkulosis masilr aktif atau tidak. Kriteria positif sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah
dipakai di lndonesia adalah titer 1/12g. perneriksaan
ke luar. Diperkirakan di Indonesia terdapat 50% pasien
,guga kurang mendapat perhatian karena angka-anEka BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ciitemukan dalam
palsu dan negatif palsunya masih besar. sputum mereka.
Beiakangan ini terdapat pemeriksaan serologis yang Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-
juga dipakai yakni Peroksidase Anti peroksida kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
TB) yang oieh beberapa peneliti mendapatkan nilai sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
itivitas dan spesifisitasnya cukup tinggi (B1-g5o/o), 1 mL sputum.
i beberapa -peneliti lain meragukannya karena Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara
870 TUBERKULOSrs
Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi gabungan cara Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang
pulasan Kinyoun dan Gabbet. individu sedang atau pemah mengalami infeksi lrl-
Cara pemerikaan sediaan sputum yang dilakukan adalah : tuberculosae, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacterio
. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi
biasa. alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman
. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen baik yang virulen ataupun lidak (Mycobocteriwtt
fluoresens (pewarnaan khusus) tuberculosoe atau BCG) tubuh manusia akan mengadakar
. Pemeriksaan dengan biakan (kultur) reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi seluh
. Pemeriksaan terhadap resistensi obat. pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukm
Pemeriksaan dengan mikroskop fluoresens dengan antibodi humoralyang dalam perannya akan menekantrnr
sinar ultra violet walaupun sensitivitasnya tinggi sangat antibodi selular.
jarang dilakukan, karena pewarnaan yang dipakai Bila pembentukan antibodi selular cukup misalnp
(auramin-rho-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. pada penularan dengan kuman yang sangat virulen drn
- Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 jumlah kuman sangat besar atau pada keadaan di rnan
minggu penanaman sputum dalam medium biakan, pembentukan antibodi humoral amat berkurang (pe
koloni kuman tuberkuiosis mulai tampak. Bila setelah 8 hipogama-globulinemia), maka akan mudah terjafii
minggu penanaman koloni tidak juga tampak, biakan penyakit sesudah penularan.
dinyatakan negatif. Medium biakan yang sering dipakai Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan,
yaitu Lowenstein Jensen, Kudoh atau Ogawa. timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri
Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara
sputum BTA dengan cara Bactec (Bactec 400 Rodiometric selular dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya
System), di mana kuman sudah dapat dideteksi dalam persenyawaan antibodi selular dan antigen tu
7-10hari. Di samping itu dengan teknikPolymerose Chain amat dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin
Reaction (PCR) dapat dideteksi DNA kuman TB dalam pengaruh antibodi humoral,,.makin kecil indurasi
waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M.tuberculosoe ditimbulkan.
yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Dari hasil biakan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes
biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi ini dibagi dalam : 1). lndurasi 0-5 mm (dia
Montoux negatif = golongan no sensitivity. Di srnr
obat dan identifikasi kuman.
antibodi humoral paling menonjol; 2). lndurasi 6-9
Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis
hasil meragukan- golongan low grode sensitivitlT. Dfr
biasa terdapat kuman BTA (positif), tetapi pada biakan
peran antibodi humoral masih menonjol; 3). lnduras
hasilnya negatif. lni terjadi pada fenomen dead bocilli
mm'. Mantoux positif = golongan normal sensitivity.
alau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan
peran kedua antibodi seimbang;4). lndurasi lebih
panduan obat antituberkulosisjangka pendek yang cepat
mm'. Mantoux positif kuat = golongan hypersensiti
mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.
sini peran antibodi selular paling menonjol.
Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa
Biasanya hampir seluruh pasien
dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum dapat
memberikan reaksi Montoux yang positif
juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura,
Kelemahan tes inijuga terdapat positif palsu yalni
cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjaq cairan pemberian BCG atau terinfeksi dengan
serebrospinal, urin, dan tinja. lain. Negatif palsu lebih banyak ditemui daripada
palsu.
Tes Tuberkulin Hal-hal yang memberikan reaksi tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu (negatif palsu) yakni:
menegakkan diagnosis tuberkuiosis terutama pada anak- . Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan
anak (balita). Biasanya dipakai tes Montouxyakni dengan . Anergi,.penyakitsistemik berat(Sarkoidosi5
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purified Protein . Penyakit eksantematous dengan panas yans
De rivotive) i ntra kuta n berkekuata n5 morbili, cacar airi poliomielitis.
T.U. (intermediofe strength). Bila ditakutkan reaksi . Reaksi hipersensitivitas menurun pada
hebat dengan 5 T.U. dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U retikular (Hodgkin)
(first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih . Pemberian kortikosteroid yang lama,
memberikan hasil negatif dapat diulangi dengan 250 T.U. obat imunosupresi lainnya.
(second strength). Bila dengan 250 T.U. masih memberikan . Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit
hasil negatif berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya
Untuk pasien dengan HIV positif, test
tes Mantouks dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti. mm, dinilai positif.
IIiERKULOSIS PARU
87t
873
874 TUBERKUTOSIS
@rjadi mutasi 1 basil resisten dari 10 basil yang ada. awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan). Obat yang
{,emungkinan terjadinya resistensi spontan terhadap dua bersifat bakterisidal aktif belum tentu merupakan obat
:Inacam obat merupakan hasil probabilitas masing-masing sterilisator terbaik dan obat yang efektif pada fase
rbat, sehingga penggunaan dua macam obat yang aktif sterilisasi belum tentu obat bakterisidal yang paling aktif.
unrnumnya dapat mencegah perkembangan resistensi Telah diketahui bahwa obat H merupakan bakterisidal
serunder. Obat antitu berkulosis mempu nyai kemampuan yang paling poten, sedangkan obat R dan Z merupakan
nang berbeda dalam mencegah terjadinya resistensi sterilisator yang paling efektif. Pada binatang percobaan,
rcrhadap obat lainnya. Obat H dan R merupakan obat yang obat H dapat menghambat aktivitas sterilisasi dari obat
maling efektif, E dan S dengan kemampuan menengah, R dan Z.
sedangkan Z adalah yang efektivitasnya terkecil. Daftar efek obat yang digunakan untuk terapijangka
pendek berdasarkan data dari laboratorium dan penetian
f,cdua. Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan
klinis. Populasi basil yang terbesar terdiri dari: a). basil
uengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya,
yang metabolismenya aktif yang cepat terbunuh oleh
perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk meng-
obat berkemampuan bakterisidal terutama H, b). obat R
eiirninasi basil yang persisten. Basil persisten ini merupakan
terutama efektif terhadap basil yang dorman dan yang
uatu populasi kecil yang metabolismenya inaktif.
muncul berlipat ganda secara perlodik, c). populasi lain,
Pengobatan yang tidak memadai akan mengakibatkan
yang terdiri dari basil yang terdapat di lingkungan asam
hertambahnya kemungkinan kekambuhan, beberapa
(basil intrasel dan basil yang terdapat di dalam lokasi
m-lan-tahun mendatang setelah seolah tampak sembuh.
Tesimen pada pengobatan sekitar tahun 1950-1960 perkijuan), yang terutama peka terhadap efek obat Z,
d). mungkin suatu populasi basil yang metabolismenya
rennerlukan waktu 18-24 bulan untuk jaminan menjadi
inaktif yang tidak dapat dipengaruhi oleh obat apapun,
ie"nbuh. Dengan adanya cara pengobatan pada masa kini
dan banya dapat dieliminasi oleh respons imun pejamu.
retode DOTS) yang menggunakan paduan beberapa
(Gambar 1).
obat, pada umumnya pasien tuberkulosis berhasil di-
se"nbuhkan secara baik dalam waktu 6 bulan. Kegagalan
.,menyelesaikan program masa pengobatan suatu kategori
Kemoterapi Bertujuan:
mnerupakan penyebab dari kekambuhan.
. Mengobati pasien dengan sesedikit mungkin
mengganggu aktivitas hariannya, dalam periode
Berdasarkan prinsip tersebut, program pengobatan
tuuberkulosis dibagi menjadi 2 fase, yaitu: fase bakterisidal pendek, tidak memandang apakah dia peka atau
resisten terhadap obat yang ada.
Tinggi
H (R,S'M)
A
1 ./
Tumbuh aktif
Kecepatan
Pertumbuhan /* ,/=
Kuman
C
I
Metabolisme
I D Kadang-kadang Hambatan
aktif asam
I Dorman
Rendah
Gambar 1. Hipotesis populasi M. Tuberctttosis. Bagian-bagian populasi basil yang dibunuh oleh
obat tertentu (Mitchison, 1998. Mycobacteria ll, 1* ed.; p. 34)
Keterangan :
. Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat mempu nyai efek bakteriostatis, tetapi bila dikombinasikan
penyakitnya. dengan lNl-l dan Rifampisin terbukti bisa mencegah
. Mencegah kambuh terjadinya resisten obat. Streptomisin merupakan salah
. Mencegah munculnya resistensi obat satu obat antituberkulos pertama yang ditemukan. Strepto-
. Mencegah lingkungannya dari penularan misin ini suatu antibiotik golongan aminoglikosida yang
harus diberikan secara parenteral dan bekerja mencegah
Obat-obatan TB dapat diklasifikasi menjadi dua jenis
pertumbuhan organisme ekstraselular. Kekurangan
resimen,yaitu obat- lapis pertama dan lapis kedua. Kedua
lapisan obat ini diarahkan ke penghentian pertumbuhan
obat ini adalah efek samping toksik pada saraf kranial
kedelapan yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular
basil, pengurangan basil dormon dan pencegahan
dan/atau hilangnya pendengaran. Obat tuberkulosis yarg
ter-jadinya resistensi. Obat-obatan lapis pertama terdiri
aman diberikan pada perempuan hamil adalah isoniazid"
dari I so n iozid (l N H), R ifa m pic in, Pyrozin a m ide, Eth a m b uto I
rifampisin dan etambutol. Obat lapisan kedua dicadangkam
don Streptomycin. Obat-obatan iapis kedua mencakup
untuk pengobatan kasus-kasus resistan multi-obat.
R ifa b u tin, Eth ia n o m id e, Cyc lo se rin e, P a ro - Am in o So Licylic
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-
ocid, Clofozimine, Aminoglycosides di luor Streptomycin
kurangnya 6 bulan agar dapat mencegah perkembang,an
dan Quinolones.
resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah menerapkar,l
lsoniazid (l N l-.1) nnempu nyai kemampuan bakterisidal
strategi DOTS dimana terdapat petugas kesehatamr
TB yang terkuat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi pasierrn
ce ll-w a ll b iosynth esis pot hwoy. N H d ia n g ga p sejen is obat
I
minum obat untuk rnemastikan kepatuhannya. WHO
yang aman; efek sampinE utamanya antara lain hepatitis
juga telah menetapkan resimen pengobatan standanr
dan neuropati perifer karena interferensi funqsi biologi
yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda
vitamin 86 atau piridoksin. Rifampisin juga merupakan
menurut definisi kasus tersebut (Tabel 2).
obat anti TB yang ampuh, dia menghambat polimerase
DNA-dependent ribonucleic ocid (RNA) M. tuberculosis. Efek
samping yang sering diakibatkannya antara lain hepatitis,
Resimen Pengobatan Saat lni (metode DOTS)
'Reslrnen Pangobatan*,.,,
Kategori Pasien TB
,., FaseAwal Fase Lanjgil
1 TBP sputum BTA positif baru Bentuk TBP berat, TB ekstra-paru ::2 ,SHRZ (Et1fiZ) . 6 HE
r (berbt), TBP:BTA.negatif ' " 2 :sHFU(EHRZ}. ..4 HR
. ,, ,, ,2 ,, SHRZ{EHR!) , .4 ,H.R.
2 Relaps
.',, . 2 SHZEI:1, H82E.,,,.5,,,H,R=t
Kegagalan peng-obatan : 2 SHZE/:l HRZE ,' 5 t{RE
, . Kernbalike default
atau E. Sputum BTA awal yang positif setelah dua bulan Pengobatan tuberkulosis pada anak-anak tidak meng-
diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke ikutsertakan etambutol (kecuali terjadi resistensi iNH atau
fase lanjutan 4HR atau 4HrR3 atau 6HE. Apabila sputum anak tersebut menunjukkan gejala tuberkulosis dewasa
firA masih tetap positif setelah dua bulan, fase intensif seperti infiltrat pada lobus atas dan kavitas).
diperpanjang dengan 4 rningEu lagi, tanpa melihat apakah Pemberian obat pada fase lanjutan akan diperpanjang
sputum sudah negatif atau tidak. menjadi 7 bulan (total pengobatan 9 bulan) jika tidak
diberikan pirazinamid pada fase inisial.
Xategori 2. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan
Salah satu masalah utama pengobatan TB ini
sputum BTA positif. Pengobatan fese insial terdiri dan
adalah munculnya strain M. tuberculosis yang bersifat
IHRZES/1HME, yaitu R dengan H, Z, E setiap hariselama 3
resistensi ganda terhadap obat primer. Resistensi ganda
bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila
dapat berkembang dengan salah satu dari dua cara
sputum BTA menjadi negatifl fase lanjutan bisa segera
berikut ini yaitu resisten obat primer dan resistensi
dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu
obat sekunder. Resistensi obat prirner berkembang
ke-12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi.
pada seseorang yang belum menerima pengobatan
Brla akhir bulan ke-4 sputum BTA. masih positif, semua obat
TB sebelumnya, yaitu mereka yang terinfeksi dengan
dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum
strain resistan, sedangkan resistensi sekunder atau yang
urntuk uji kepekaan. obat dilanjutkan memakai resimen
diperoleh (ocquired resistonce) merujuk ke resistensi
fuse lanjutan, yaitu SHrRrE, atau 5HRE.
yang berkembang selama periode pengobatan. Jenis
Iategori 3. Pasien TBP dengan sputum BTA negatiftetapi resistensi sekunder khususnya merupakan akibat
kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra-pulmonal (selain resimen atau lama pengobatan yang kurang mernadai.
dari kategori l). Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HM Agar dapat dicegah, penemuan atau penambahan modus
atau 2 H.RrE3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan pengobatan lain yang lebih ampuh sangat dibutuhkan
2HR atau HrRr. dengan salah satu tujuannya dapat mengurangijangka
waktu pengobatan. Pada akhirnya, mungkin beberapa
fategori 4. Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin
obat yang berperan sebagai imunomodulator berpotensi
mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur
untuk memperbaiki hal ini. Tujuan jenis terapi ini adalah
dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja
meningkatkan respons imun pejarnu menuju proteksi
WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan
optimal.
TB resistensi ganda (multidrugs resistant tuberculosis
{MDR-TB).
Kortikosteroid diberikan untuk tuberkulosis yang
PANDUAN OBAT
mengenai sistem saraf pusat (meningitis) dan perikarditis
namun tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai tambahan
Dalam riwayat kemoterapi terhadap tuberkulosis dahulu
terapi pada tuberkulosis jenis Iainnya. Pengobatan
dipakai satu macam obat saja. Kenfataannya dengan
tr.rberkulosis pada pasien dengan HIV positif pada dasarnya
pemakaian obat tunggal ini banyak terjad.i resistensi
tidak berbeda dengan pengobatan pada pasien dengan
karena sebagian besar kuman tuberkulosis memang
HIV negatif. Halyang perlu diperhatikan adalah Rifampin
dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak. Kelompok
ridak diberikan pada pasien HIV positif yang menggunakan
kecil yang resisten ini malah berkembang biak dengan
obat protease inhibitor (kecuali obat ritonavir) atau obat
leluasa. LJntuk mencegah terjadinya resistensi ini,
non nucleoside reverse transcriptase inhibitorlNNRTI
terapi tuberkulosis dilakukan dengan memakai paduan
{kecuali obat efavirenz). Untuk mengatasinya dengan
obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat
menggunakan rifabutin sebagai pengganti rifampin.
bakterisid.
PJfabutin dapat diberikan bersamaan dengan protease
inhibitor (kecuali obat saquinavir) dan NNRTI (kecuali Dengan memakai paduan obat ini, kemungkinan resistensi
obat delavirdin) dengan penyesuaian dosis. Sebaiknya awal dapat diabaikan karena :
tatalaksana tuberkulosis pada pasien HIV dilakukan oleh . Jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat
ahlinya. Pasien HIV yang mendapat obat tuberkulosis atau lebih.
dan antiretroviral dapat menunjukkan gejala dan tanda . Pola resistensi yang terbanyak diternukan ialah
eksaserbasi tuberkulosis (reaksi paradoks). Keadaan terhadap lNH.
ini disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas lambat di beberapa negara
Tetapi belakangan ini banyak
dan meningkatnya antigen kuman setelah pemberian
terdapat resistensi terhadap lebih dari satu obat (mulfi
antituberkulosis bakterisidal. Pasien HIV dengan CD4 <
drug resistance) terutama terhadap INH dan rifampisin.
100 tidak boleh diberikan pengobatan dengan resimen
Jenis obat yang dipakai:
2 kali seminggju:
878 TUBERKULOSIS
bu lan).
Di negara-negara yang sedang berkembang, peng- Ternyata sebagian besar obat-obat anti
obatan jangka pendek ini banyak yang gagal mencapai yang banyak dipakai adalah hepatotoksik. Kelainan
kesembuhan yang ditargetkan (cure rote) yakni 85% ditimbulkan mulai dari peningkatan kadar trangni
karena program pengobatan yang kurang baik, kepatuhan darah (SGOT/ SGPT) yang ringan saja sampai pada
berobat pasien yang buruk, sehingga menimbulkan fulminan. Hepatitis karena obat antituberkulosis
populasi tuberkulosis makin meluas, resistensi obat makin terjadi karena pemakaian INH + rifampisin
banyak. hipotesis yang menyatakan bahwa INH
TUBERKULOSIS MUTAKHIR 879
'ETIGOBATAN
lliqid razi n ya kn i suatu meta bol ik ya n g hepatotoksi k. H id razi n sputum BTA dilakukan sekali sebulan. WHO (1991)
ni lebih banyak lagi diproduksi bila pemberian INH di- menganjurkan kontrol sputum BTA langsung dilakukan
kombinasikan dengan rifampisin. pada akhir bulan ke-2,4, dan 6. Pada yang memakai
lnsidensi hepatitis ini tidak banyak, penelitian di paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada
RS Dr.Cipto Mangunkusumo (1 987) mendapatkan 2,3% akhir buian ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada
dan kebanyakan terjadi pada usia tua. Biasanya bila permulaan, akhir bulan ke 2 dan akhir pengobatan.
kadar SGOT/SGPT meningkat tetapi angkanya tidak Pemeriksaan resistensi dilakukan pada pasien baru yang
ebih dari 2 x nilai normal, INH-rifampisin masih dapat BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan pada
diteruskan. Bila kadarnya meningkat terus, I NH+ rifampisin awal terapi bagi pasien yang mendapatkan pengobatan
h,arus dihentikan pemberiannya. Bila memungkinkan ulang (retreotment). Bila sudah negatif, sputum BTA tetap
lhendaknya diperiksakan antibodi terhadap rifampisin. diperiksakan sedikitnya sampai 3 kali berturut-turut.
llika ternyata antibodi ini positif, pemberian INH masih Sputum BTA sebaiknya tetap diperiksa untuk kontrol pada
dapat dipertimbangkan kelanjutannya. Untuk mencegah kasus-kasus yang dianggap selesai pengobatan/sembuh.
terjadinya hepatitis karena obat anti tuberkulosis, Sewa ktu -wa ktu m u n g ki n terjadi sile nt b o cte r ia I s h ed d in g,
dianjurkan agar memilih paduan obat yang tidak terlalu yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
herat efek hepatotoksiknya, dan diperlukan evaluasi keluhan tuberkulosis yang relevan pada kasus-kasus yang
yang cermat secara klinis dan laboratoris terhadap memperoleh kesembuhan. Bila ini terjadi yakni BTA positif
pasien pada minggu-minggu pertama pengobatan. pada 3 kali pemeriksaan biakan (3 bulan), berarti pasien
Bila sudah terjadi hepatitis karena obat ini, biasanya mulai kambuh lagi.
ilhepatitis ini sembuh sendiri jika obat-obat hepatotoksik
Radiologis. Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk
tadi dihentikan pemberiannya, dan diganti dengan obat-
melihat kemajuan terapi. Beberapa ahli kedokteran
obat yang tidak hepatotoksik. Pemberian steroid pada
menyatakan evaluasi radiologis ini sebenarnya kurang
hepatitis karena OAT dapat dipertimbangkan. Rifampisin
begitu berperan dalam evaluasi penyakitnya. Bila fasilitas
atau INH kemudian dapat diberikan kembali sendiri-
mernungkinkan foto k6ntrol dapat dibuat pada akhir
sendiri secara desensitisasi (dosis obat dimulai dari
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan
yang paling kecil dan dinaikkan perlahan-lahan sambil
bila nanti timbul kasus kambuh. Jika keluhan pasien tetap
rrenilai adakah kelainan toksik /alergi terjadi. Desentisasi
tidak berkurang (misainya tetap batuk-batuk), dengan
dengan lNH, dimulai dengan 25 mg dan dinaikkan 2 kali
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan tuberkuiosis
dosis sebelumnya setiap 3 hari (25-50-100-200-300-400
parunya atau adakah penyakit lain yang menyertainya.
rng). Untuk rifampisin sama seperti INH dan dimulai
Karena perubahan gambaran radiologis tidak secepat
dengan dosis 75 mg (hari pertama 75 mg, hari ke-4 75
perubahan bakteriologis,,.evaluasi foto dada dilakukan
nng, hari ke-7 150 mg, hari ke-10 150 mg, hari ke-13
setiap 3 bulan sekali.
450 mg, hari ke-16 450 mg, hari ke-19 600 mg). Untuk
Bila secara bakteriologis ada perbaikan tetapi klinis
rnencegah terjadinya efek samping OAT perlu dilakukan
dan radiologis tidak, harus dicurigai penyakit lain di
pemeriksaan kontrol seperti:
samping tuberkuiosis paru.
. Tes warna untuk mata, bagi pasien yang memakai
Bila secara klinis, bakteriologis dan radiologis tetap
obat etambutol
tidak ada perbaikan padahal pasien sudah diobati dehgan
. Tes audiometri bagi yang memakai obat Streptomisin
dosis yang adekuat serta teratuI perlu dipikirkan adanya
. Pemeriksaan darah terhadap enzim hati, bilirubin,
gangguan imunologis pada pasien tersebut, antara lain
ureum/kreatinin, darah perifer dan asam urat (untuk
AIDS.
pemakai pirazinamid)
Pasien yang gagal pengobatan dapat diberikan resimen
pengobatan yang dimodifikasi dengan menambahkan
sedikitnya 3 obat baru (dimana kuman masih sensitif
EVALUASI PENGOBATAN
terha{gp obat tersebut). Aturan utama untuk terapi gagal
pengobatan adalah tidak pernah memberikan hanya satu
fninis. Biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama,
obat tambahan pada resimen yang telah ada.
selanjutnya setiap 2 minggu selama tahap intensif dan
Pasien dengan MDR diterapi dengan 4-6 obat (dimana
seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara
kuman masih sensitive) selama 18-24 bulan (jika terdapat
klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan-keluhan
resistensi terhadap etambutol dan pirazinamid maka
pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang,
pengobatan diberikan selama 24 bulan).
nafsu makan bertambah, berat badan meningkat, dll.
Semua pasien tuberkulosis harus diperiksa terhadap
Bakteriologis. Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan kemungkinan menderita HlV. Pasien dengan faktor risiko
sputum BTA mulai menjadi negatif. Pemeriksaan kontrol terkena hepatitis B atau C juga harus diperiksa.
880 TUBERKULOSTS
Sebab-sebab kegagalan pengobatan, antara lain : Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani peng-
Obat : 1). Paduan obat tidak adekuat. 2). Dosis obat tidak obatan secara teratur dan adekuat sesuai dengan rencana
cukup. 3).Minum obat tidak teratur/tidak sesuai dengan tetapi cialam kontrol ulangan ternyata sputum BTA kemball
petunjuk yang diberikan. 4). Jangka waktu pengobatan positif baik secara mikroskopik !angsung ataupun secara
kurang dari semestinya. 5). Terjadi resistensi obat. 6). biakan. Frekuensi kekambuhan ini adalah antara 2-10*6
Resistensi obat sudah harus diwaspadai yakni bila dalam tergantung padajenis obat yang dipakai.
1-2 bulan pengobatan tahap intensif, tidak terlihat Umumnya kekambuhan terjadi pada tahun pertarna
perbaikan. setelah pengobatan selesai, dan sebagian besar kumannya
Di Amerika Serikat prevalensi pasien yang resisten masih sensitif terhadap obat-obat yang dipergunakan
terhadap OAT makin meningkat dan suciah mencapai semula. Penanggulangan terhadap pasien kambuh lru
9o/o.Di negara yang sedang berkembang seperti di Afrika, adalah:
diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA-yang sudah resisten berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan
terhadap OAT saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara pertama,
PCR-SSCP (Polymerose Chain Reoctian-Single Stranded lakukan perneriksaan bakterioloEis optimal yakni
Confirmotion Polymorphism) dalam waktu t hari. periksa sputum BTA mikroskopis langsung 3 kaf,l,
biakan, dan resistensi,
Drop out: 1. Kekurangan biaya pengobatan. 2. Merasa
evaluasi secara radiologis luasnya kelainan paru,
sudah sembuh. 3. Malas berobat/kurang motivasi.
identifikasi adakah penyakit lain yang memberatkan
Penyakit : 1). Lesi paru yang sakit terlalu luas/sakit berat. tuberkulosis seperti diabetes melitr.rs, alkohoiisnre
2). Penyakit lain yang menyertai tuberkuiosis seperti atau pemberian kortikosteroid yang lama,
diabetes melitus, alkoholisrae. 3). Adanya ganggLian sesuaikan obat-obat dengan hasil tes kepekaafu
imunoiogis. resistensi,
Sebab-sebab keEagalan pengobatan yang terbanyak nilai kembali secara ketat hasil pengobatan ser-ard
adalah karena kekurangan biaya pengobatan atau merasa klinis, radiologis, cian bakteriologis tiap-tiap bulan-
sudah sembuh. Kegagalan pengobatan ini dapat mencapai
50% pada terapi jangka panjang, karena sebagian besar
pasien tuberkuiosis adaiah goiongan yang tidak mampu PENGOBATAN PEMBEDAHAN
sedangkarr pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu
larna dan biaya banyak. Pasien karnbuh aciaiah pasien yang teiah menjaiani terapr
Untuk mencegah kegagalan pengobatan ini perlu TB adekuat dan sudah dinyatak6n sembuh oieh dok"lrr
kerjasarna yang baik dari dokter dan paramedis lainnya secara klinis, mikrobiolog is maupu n radioiogis, kemudiam
serta rnotivasi pengobatan tersebut terhadap pasien. pada evaluasi berikutnya terdapat gejaia klinis iub*
Fenanggulangan terhadap kasus-kasus yang gagai ini kulosis positif (nrikrobioiogi positif). Terapi bedah, banya&.
acialah: dilakukan dalam upaya penyembuhan pasien tuberkulscfo
. Terhadap pasien yang sudah berobat secara teratur. paru yang kambuh. Fada saat ini dengan banyaknya ob#
- Menilai kembali apakah paduan obat sudah obat yang bersifat bakterisid, terapi bedah jarang seH
adekuat mengenai dosis dan cara pemberiannya. dilakukan terhadap pasien tuberkulosis paru.
- Lakukarr pemeriksaan uji kepekaan/tes resistensi lndikasi terapi bedah saat ini adalah :a. pasien dengom
kuman terhadap obat. sputum BTA tetap positif (persisten) setelah pengobaunrn
- Bila sudah dicoba dengan obat-obat yang diulang; b. pasien dengan batuk darah masif atau ber-
masih peka, tetapi ternyata gagal juga, maka ulang; c. Terapi fistula bronkopleura, d. Drainase empienc
pertimbangkan terapi dengan pembedahan tuberkuiosis; d. Untuk mengatasi gangguan mekanikyang
terutama pada pasien dengan kavitas atau timbul pada tuberkulosis tulang (seperti stabilisasi tularg
destroyed lung, vertebra pada penyakit pott).
" Terhadap pasien dengan riwayat pengobatan tidak Di samping syarat toleransi operasi (spiromeu[,,
te ratu r. analisis gas darah dll) diperlukan juga syarat adanva
- Teruskan pengobatan lama selama + 3 bulan obat-obat antituberku losis ya ng nrasi h sensitif. Obat-oba
dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan. antituberkulosis ini tetap diberikan sampai 6 bulan seteialn
- Nilai kembali tes resistensi kuman terhadap obat. operasi. Hasil operasi pasien dengan sputum BTA tetap
- Bila ternyata terdapat resistensi terhadap obat, positil sebagian besar BTA menjadi negatif di samping
ganti dengan paduan obat yang masih sensitif. perbaikan keluhan-keluhannya, sehingga dapat dikatakanm
FBIGOBATAI\I TUBER,KULOSIS MUTAKHIR
881
lilmr56[31 bedah sangat berarti dalam penyembuhan Chan ED, Laurel \', Strand MJ, et al. Treatment and outcome
pas, en. analysis of 205 patients with multidrug-resistant tuberculosis.
Am I Respir Cri: Care Med.2004;1.69:1103 - 1X09.
Centers for Disease Control and Prevention. Prevention and
Treatment of Tuberculosis among patients inJected with
IISAHA PREVENTI F TERHADAP TU BER.Kt,, LOSIS human immunodeficier,cy virus: principles of therapy and
revised recomrrrendations.
Fishman AP. Puimonary disease and disorder. New York: 1"t ed.
h&sinasi BCG McGrawHill; 1990, 1229323 -.
D,i'i beberapa peneliti diketahui bahwa vaksinasi Havlir DV, Barnes PF. Tuberculosis in patients with human
tslG yang telah dilakukan pada anak-anak selama ini immunodeficiency virus infection. N Engl J Med. 1999;
340:367.
t'crrya memberikan cJaya proteksi sebagian saja, yakni Hinshaw HC Murray |F. Disease of the chest. 46 ed" Igaku-Shoin/
[i0%. Tetapi BCG masih tetap dipakai karena ia dapat Saunders International Edition; 198O298355-.
nengurangi kemungkinan terhadap tuberkulosis berat Holland, S.M. 2000. Cytokine therapy of mycobacterial infections.
Itrneningitis, tuberkulosis milier dll) dan tuberkulosis ekstra Acta. Intern. Me d. 200A;45 : 431452-.
Home N. Tuberculosis, Respiratory Disorders.
rparu iainnya. Medicinelnterna tional. 19 86 ; 2(12) : 1. 4901498-.
Iseman MD. Treatmer.,t of multidrug-resistant tuberculosis. N.
Irmoprofilaksis Engi J Med 1993; 329:78491.-.
Kanai K. Introduction to tuberculosis arrd mycobacteria. Tokyo;
l$,emoprofilaksis terhadap tuberkulosis merupakan
SEAMC Publicaiion no.50; 1990. 10559-.
lmasalah tersendiri dalam penanggulangan tuberkulosis Lobue PA.Tuberculosis treatment of disease. In: Manual of Ciinical
mar,.r di samping diagnosis yang cepat dan pengobatan Problems in Pulmonary' Medicine. 6m ed, Bordow RA,Ries
AL and Morris TA eds.Lippincott Williams & Wilkins,
,uang adekuat. lsoniazid banyak dipakai selama ini karena
Philladelphia 2005; 195200-
lliil:ganya murah dan efek sampingnya sedikit (terbanyak Manaf A. Kebijaksanaanbaru pemerintah daiam pe-nanggulangan
nepatitis dengan frekuensi 1o/o, sedangkan yang berusia tuberkulosis paru. Simposium Tuberku-losis Paru Kembali,
jakarta, 231993-10-.
mcih dari 50 tahun adalah 2o/o).
Manaf A. National Pulmonary Tuberculosis eradication Program.
Obat alternatif lain setelah lsoniazid adalah Rifampisin. Proceeding of the Intdgrated Tuberculosis Symposium.
Secerapa peneliti pada I DAT (internotionol Union Agoinst Faculty of Medicine University of Indonesia . |akarta, 1998.
'l,wrculosis) menyatakan bahwa profilaksis dengan INH MitchisonDA. Basic Conceptsinthe Chemotherapyof Tubercutosis.
ln (Gangadh.aram PR] and ]errkns PA, eds) Mycobacteria II
mcerikan seiama 1 tahun, dapat menurunkan insidens Chemotherapv, Chapman & Hall, 1998. 1550-.
t"perkulosis sarnpai 55-83%, dan yang kepatuhan minurn Narita M, Ashkin D, Hollender ES, et al. Paradoxical -worsening of
lcetnya cukup baik dapat mencapai penurunan 9\o/r.yang tuberculosis following antirekoviral therapy in patients with
AIDS. Am i Respair Crit Care Med. 1998; 158:157.
:rllr n u rn o batnya tida k teratu r (inte r m itte nt), efe ktivitas nya
Ormerod LP. Respiratory tubercuiosis. Clinical Tuber-culosis,
nmasih cukup baik. Davies PDO, Ed. London:_Chapman and Hall; 1994.7392-.
Lama profilaksis yang optimal belum diketahui, tetapi Patterson PE, Kimerling ME, tsailey WC, anci Dunlap NE.
uenyak peneliti menganjurkan waktu antara G-12 buian, Chemotherapy of tuberculosis Ini Schiossberg, D ed.
Tuberculosis and non fuberculosis mycobacterial inl'ections.
utara lain dari Americon Thoracic Saciety dan US Centers 4th ed. W.B. Saunder Co. USA. 2000, 7182-.
W Diseoses ControL terhadap tersangka dengan hasil uji Prihatini S . D.O.T.S. Directly Observed Treatment Shortcourse.
ln"nerkulin yang diarneternya lebih dari 5-10 mm. Yang Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
Facrrlty of Medicine, Universiy Of Indonesia |akarta,1998.
mendapat profilaksis 'l 2 bulan adaiah pasien HiV positif
Snider DE. Tuberculosis: The world situation. Histoiy of the
danr pasiendengan kelainan radiologis dada. Yang lainnya diseases and efforts to combat it. Tuberculosis back to the
rperti kontak tuberkulosis dan sebagainya cukup 6 bulan future. Porter ]DH and Me Adam PWl, Ed. Chichester
q4a. Pada negara-negara dengan populasi tuberkulosis England: John Wiley & Sons, 1994.1331.-.
World Health Orgzrrization. Guirielines for tubercuiosis treahnent
nnggi sebaiknya profilaksis diberikan terhadap semua in adult and children in National Tuberculosis Programmes
nasien HIV positif dan pasien yang mendapat terapi "1991,.123-.
INSIDENSI
1. Melalui penyebaran hematogen terutama dad
pa ru.
882
TTBERKULOSIS PERITONEAL 883
peritoneal. Menurut Gupta dkk nilaiADA 30 u,/l mempunyai sonografi tuberkulosis peritoneal yang sering antara
I
se n s it if ita s 1 00o/o d a n s pes if i s ita s 9 4,1 o/o, serta m e n g u ra n g i lain, cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga
positip palsu dari sirosis hati atau keganasan karena nilai abdomen, abses dalam abdomen, massa di daerah
ii ADA nya 14 t 10,6 u/|. ileosekal dan pembesaran kelenjar Iimfe retroperitoneal.
il
Hafta A dkk melakukan penelitian untuk Adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen
membandingkan konsentrasi ADA pada pasien tuberkulosis usus dan penebalan omentum, dapat dilihat dan harus
peritoneal, tuberkulosis peritoneal dan sirosis hati. diperiksa dengan seksama.
Didapatkan hasilnya 131,1 t 38,1 u/1, 29 t 18,6 u/1, dan
CT Scon. Pemeriksaan CT Scon untuk tuberkulosis
12,9 x 7 u/|. Pada asites yang konsentrasi proteinnya
peritoneal tidak ada suatu gambaran yang khas, secara
rendah nilai ADA nya akan rendah sehingga dapat
umum ditemukan gambaran peritoneum yang berpasir.
menyebabkan negatif palsu. Oleh sebab itu pada kasus
Rodriguez dkk melakukan suatu penelitian yang
seperti ini dapat dilakukan pemeriksaan lFNy.
membandingkan tuberkulosis peritoneal dengan karsinorna
Fathy ME melaporkan angka sensitivitas lFNy 90,9%,
peritoneal. Didapatkan penemuan yang paling baik untr.&
ADA 81,87o dan PCR 36,3% dengan masing-masing
membedakannya dengan melihat gambaran CT scon
spesivisitas 100% untuk mendiagnosis tuberkulosis
terhadap peritoneum parietalis. Bila peritoneumnya lici*
peritoneal. Bhargava dkk melakukan penelitian terhadap
dengan penebalan yang minimal dan pembesaran yarrtg
konsentrasi ADA pada cairan asites dan serum pasien
jelas menunjukkan gambaran tuberkulosis peritoneafl"
tuberkulosis peritoneal. Konsentrasi ADA 36 u/l pada
seda n g ka n ka rsinoma peritonea I terlihat ada nya nodul yary
cairan asites dan 54 u/l pada serum dan perbandingan
tertanam dan penebalan peritoneum yang tak teratur.
konsentrasi ADA pada asites dan serum > 0,984
mendukung diagnosis tuberkulosis peritoneal. Peritoneoskopi. Peritoneoskopi cara yang terbaik un*
Pemeriksaan yang lain adalah mengukur konsentrasi mendiagnosis tuberkulosis peritoneal. Tuberkel padlr
CA-125 (concer ontigen 125). CA-125 merupakan antigen peritoneum yang khas akan terlihat pada lebih dadii
yang terkait karsinoma ovarium, antigen ini tidak 90% pasien dan biopsi dapat dilakukan dengan terarCm
ditemukan pada ovarium orang dewasa normal namun selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologi. Pada tubeildl
dilaporkan juga meningkat pada kista ovarium, gagal peritoneal ini dapat ditemui BTA hampir 75% pasiem
ginjal kronis, penyakit autoimun, pankreas, sirosis hati dan tuberkulosis peritoneal. Hasil histologi yang pentinry
tuberkulosis peritoneal. adalah didapatnya granuloma. Yang lebih spesifik
Zain LH di medan menemukan pada 8 kasus adalah jika didapati granuloma dengan perkejuan.
tuberkulosis peritoneal dijumpai konsentrasi CA-125 Gambaran yang dapat dilihat pada tuber
meninggi dengan konsentrasi rata-rata 370,7 u/ml (66,2- peritoneal :1). Tuberkel kecil ataupun besar
907 u/ml). Dengan demikian disimpulkan bahwa bila dinding peritoneum atau pada organ lain dalam
dijumpai peninggian serum CA-125 disertai dengan cairan peritoneum seperti hati, omerilum, ligamentum atau
asites yang eksudat, jumlah sel > 350/m3, limfosit dominan 2). Perlengketan di antara usus, omentum, hati,
maka tuberkulosis peritoneal dapat dipertimbangkan empedu dan peritoneum; 3). Penebalan peritonzulq
sebagai diagnosa. Adanya cairan eksudat atau purulen, mungkin ca
Beberapa peneliti menggunakan CA-125 untuk bercampur darah.
melihat respon pengobatan seperti yang dilakukan Walaupun dengan cara peritoneoskopi tu
Mas MR dkk yang menemukan CA-125 sama tingginya peritoneal dapat dikenal dengan mudah
dengan kanker ovarium 475,80 t 106,19 u/ml dan setelah gambarannya dapat menyerupai penyakit lain
pemberian obat antituberkulosis konsentrasi serum CA 125 peritonitis karsinomatosis. Karena itu pengobatan
menjadi 20,80 t 5,18 u/ml (normal < 35 u/ml) setelah 4 diberikan bila hasil pemeriksaan histologi
bulan pengobatan antituberkulosis. tuberkulosis peritoneal. Kadang-kadang pe
Teruya dkk pada tahun 2000 di Jepang menemukan tidak dapat dilakukan pada kasus dengan
peningkatan konsentrasi CA 19-9 pada serum dan cairan jaringan yang luas, sehingga trokar sulit di
asites pasien tuberkulosis peritoneal, setelah diobati Pada keaddan seperti itu sebaiknya dilakukan
selama 6 minggu dijumpai penurunan menjadi normal. diagnostik.
Laparatomi. Dahulu laparatomi eksplorasi
Pemeriksaan Penunjang tindakan diagnosis yang sering dilakukan, narrl
Ultrasonografi. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) ini banyak penulis menganggap pembedahan
dapat dilihat adanya cairan dalam rongga peritoneum dilakukan jika cara lain yang lebih sederhane
yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk kantong- memberikan kepastian diagnosis atau jika
kantong). Menurut Ramaiya dan Walter gambaran indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus.
TUBERKULOSIS PERITONEAL 885
''.::F:|V./AIDS di lndonesio
86i"t''t" ; .,
:
Virolog_LXtV 898
Gejotadon Diognosis,.r
,. )'. .
' ,
fewosp:Odoon . ' I
887
888 INFEKSI HIV DAN AItrs
dan hasil tes Elisa tiga kali diulang, menyatakan positif. narkotika. Padahal sebagian besar odha yang merupakan
Hanya, hasil tes Western Blot, yang saat itu dilakukan di pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa mr.rda
Amerika Serikat, hasilnya negatif sehingga tidak dilaporkan yang merupakan kelompok usia produktif. Anggapan bahn
sebagai kasus AIDS. Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pengguna narkotika hanya berasal dari keluarga broken hont
pada bulan Maret 1986 di RS Cipto Mangunkusumo, pada dan kaya juga tampaknya semakin luntur. Pengaruh tenralrl
pasien hemofilia dan termasukjeni s non-progessor, artinya sebaya (peer group) tampaknya lebih menonjol.
kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama Pengguna narkotika suntik mempunyai risiko tinggi
17 tahun tanpa pengobatan, dan sudah dikonfirmasi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit-bibit penyakit laimr
dengan Western Blot, serta masih berobatjalan di RSUPN yang dapat menular melalui darah. Penyebabnya adatdn
Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002. penggunaan jarum suntik secara bersama dan berularqg
yang lazim dilakukan oleh sebagian besar penggum
narkotika. Satu jarum suntik dipakai bersama antara 2
EP.IDEMIOTOGI sampai lebih dari 15 orang pengguna narkotika. Surrqr
sentinel yang dilakukan di RS Ketergantungan Obat dii
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh Jakarta menunjukkan peningkatan kasus infeksi HIV p
yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan pengguna narkotika yang sedang menjalani rehabiliHi
seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum yaitu15o/o pada tahun 1999, meningkat cepat merid
suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen 40,8% pada tahun 2000, dan 47,9o/o pada tahun 2(Ufi-
darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang Bahkan suatu survei di sebuah kelurahan di Jakarta
dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi yang dilakukan oleh Yayasan Pelita llmu menunjukkan
terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja pengguna narkotika terinfeksi HlV.
seks komersil dan pelanggannya, serta narapidana. Surveilens pada donor darah dan ibu hamil
Namun, infeksi HIV/AIDS saat inijuga telah mengenai digunakan sebagai indikator untuk me
semua golongan masyarakat, baik kelompok risiko tinggi infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum. Jika pada
maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian 1990 belum ditemukan darah donor di Palang
besar odha berasal dari kelompok homoseksual maka kini lndonesia (PMl) yang tercemar HlV, maka pada
telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang jumlahnya
secara heteroseksual dan pengguna narkotika semakin lama makin meningkat. Persentase kantung darah
meningkat. Beberapa bayi yang terbukti tertular HIV dari dinyatakan tercemar HIV adalah 0,002o/o pada
ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari tahap 1 992/ 1993, 0,003% pada periode 1994/1995, 0,004%
trasplantasi
mempunyai jumlah virus dalam darah (virol lood) yang
melebihi 55.000 kopi/ml, artinya penyakit infeksi HIV nya
Surveillance >1A% I
AIDS
TES HIV <30o/o II
Tanpa
>10o/o lt
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti gejala
<10o/o ill
apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena
pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru terlihat setelah Strategi ll menggunakan 2 kali pemeriksaanjika serumm
bertahun-tahun lamanya. pada pemeriksaan pertama memberikan hasil reaktif. itrc
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada pemeriksaan pertama hasilnya non-reakti{, mam
untuk memastikan diagnosis infeksi HlV. Secara garis dilaporkan hasil tesnya negatif. Pemeriksaan pertama
besar dapat dibagi menjadi pemeriksan serologik menggunakan reagensia dengan sensitivitas tertingql:
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan dan pada pemeriksaan kedua dipakai reagensia yang
pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. lebih spesifik serta berbeda jenis antigen atau teknikrym
Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dari yang dipakai pada pemeriksaan pertama. Bila hasd
dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan pemeriksaan kedua juga reaktif'maka disimpulkan se@ru
deteksi materi genetik dalam darah pasien. terinfeksi HlV. Namun jika hasil pemeriksaan yang keduro
Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah non-reaktif, maka pemeriksaan harus diulang
adalah pemeriksaan terhadap antibodi HlV. Sebagai dengan ke-2 metode. Bila hasil tetap tidak sama, rnab
penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (enzyme- dilaporkan sebagai indeterminote.
linked immunosorbent ossay), aglutinasi atau dot-blot Strategi lll menggunakan 3 kali pemeriksaan. tsifir
immunobinding assoy. Metode yang biasanya digunakan hasil pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga rearilrffi,
di lndonesia adalah dengan ELISA. maka dapat dlsimpulkan bahwa,pasien tersebut memarm
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes terinfeksi HlV. Bila hasil pemeriksaan tidak sama, misa&r,i$n
terhadap antibodi HIV ini yaitu adanya masa jendela. hasil tes pertama reaktif, kedua reaktif dan ketiga nom-
Masa jendela adalah waktu sejak tubuh terinfeksi HIV reaktif atau pertama reaktif, kedua dan fetiga no,m-
sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi reakti{ maka keadaan ini disebut sebagai equivocol.@t
dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk pada 4-8 indeterminote bila pasien yang diperiksa memiliki rhr4d
minggu setelah infeksi. Jadi jika pada masa ini hasil tes pemaparan terhadap HIV atau bedsiko tinggl tertulardHMl
HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi Sedangkan bila hasil seperti yang disebut sebelurnrir'il1,
HIV dapat memberikan hasil yang negatif. Untuk itu terjadi pada orang tanpa riwayat pemaparan terhadap +,rIU,
jika kecurigaan akan adanya risiko terinfeksi cukup atau tidak berisiko tertular HlV, maka hasil pemerirsmrr
tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan dilaporkan sebagai non-reaktif. Perlu diperhatikan _
kemudian. bahwa pada pemeriksaan ketiga dipakai reagensia
World Health Orgonizotion (WHO) menganjurkan berbeda asal antigen atau tekniknya, serta m
pemakaian salah satu dari 3 strategi pemeriksaan antibodi spesifisitas yang lebih tinggi.
terhadap HIV di bawah ini, tergantung pada tujuan Jika pemeriksaan penyaring menyatakan
penyaringan keadaan populasi dan keadaan pasien yang reaktif, pemeriksaan dapat dilanjutkan
(Tabel 1).
pemeriksaan konfirmasi untuk memastikan adanya i
Pada keadaan yang memenuhi dilakukannya Strategi l, oleh HIV yang paling sering dipakai saat ini adalah
hanya dilakukan 1 kali pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan Western Blof (WB).
reakti{ maka dianggap sebagai kasus terinfeksi HIV dan bila Seseorang yang ingin menjalani tes HIV u
hasil pemeriksaan non-reaktif dianggap tidak terinfeksi HlV. keperluan diagnosis harus mendapatkan konseling
Reagensia yang dipakai untuk pemeriksaan pada strategi tes. Hal ini harus dilakukan agar ia dapat
ini harus memiliki sensitivitas yang tinggi (> 99%). informasi yang sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV
ilV/AIDS DI INDONESIA 891
jr j::!iri:l
rnri.and .l,rl].llii.:, : : "r:::;: rjji : :,i r:
Golongan Sediaan *
Dosis (per hari)
Tablet, kandungan: zidovudin 300 mg, 2 x 1 tablet
lamivudin 150 mg
Stavir Stavudin (d4T) NsRTI
Zerit
Kapsu l: >60kg:2x40mg
30 mg,40 mg <60k9:2x30mg
Hiviral Lamivudin (3TC) NsRTI Tablet 150 mg Larutan.oral 10 mglml
3TC
2x150mg
< 50 kg: 2 mg/kg,2xlha'i
Viramune Nevirapin (NVP) NsRTI Tablet 200 mg x 200 mg selama 14 hari,
Neviral
2x20A mg
Retrovir Zidovudin NsRTI Kapsul 100 mg
Adovi (ZDV AZT)
2 x 300 mg, atau 2 x250 rq
(dosis alternatif)
Avirzid
Videx Didanosin (ddt) NsRTI Tablet kunyah: 100 mg >60 kg:2x200 mg atau I x
<60 kg: 2x 125 mg, atau 1 x
Stocrin, Efavirenz (EFVEF4 NNRTI Kapsul 200 mg 1 x 600 mg, malam
Nelvex Nelfinavir (NFV) PI Tablet 250 mg
Viracept 2 x 1250 mg
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan ARV yang dianjurkan digunakan pada odha dengan TB
frHO adalah kombinasi dari 3 obat ARV. Terdapat beberapa pada kolom B (Tabel 4) adalah evafirenz. Rifampisin dapat
'egimen yang dapat dipergunakan (Tabel 4), dengan menurunkan kadar nelfinavir sampai 82o/o dan dapat
rcunggulan dan kerugiannya masing-masing. Kombinasi menurunkan kadar nevirapin sampai 37%. Namun, jika
:,bat antiretroviral lini pertama yang umumnya digunakan evafirenz tidak memungkinkan diberikan, pada pemberian
di lndonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/|amivudin bersama rifampisin dan nevirapin, dosis nevirapin tidak
3TC), nevirapin (NVP), stavudin (d4T), dan Efavirenz (EFV). perlu dinaikkan.
aenggunaan d4T (stavudin) dlm waktu tidak terlalu lama
rarena efek samping jangka panjang yaitu lipodisatropi
dan efek metabolik. Pada pengobatan ARV ini 2 digunakan EVALUASI PENGOBATAN
ll,enofovir, Lopi/Ritonavir. Efek samping tenofovir yaitu
3angguan fungsi ginjal, osteoporosis, sedangkan efek Pemantauan jumlah sel CD4 di dalam darah merupakan
sannping Pl adalah gangguan metabolik. indikator yang dapat dipercaya untuk memantau beratnya
kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV dan memudahkan
kita untuk mengambil keputusan memberikan pengobatan
ARV. Jika tidak terdapat sarana pemeriksaan CD4, maka
Kolom A Kolom B jumlah CD4 dapat diperkirakan darijumlah limfosit total
lamivudin + zidovudin Evafirenz* yang sudah dapat dikerjakan di banyak laboratorium pada
tamivudin + didanosin umumnya.
Sebelum tahun 1996, para klinisi mengobati,
lamivudin + stavudin
menentukan prognosis dan.menduga staging pasien,
lamivudin + zidovudin Nevirapin
berdasarkan gambaran klinik pasien dan jumlah limfosit
lamivudin + stavudin CD4. Sekarang ini sudah ada tambahan parameter baru
lamlvudin + didanosin yaitu hitung virus HIV dalam darah (viral lood) sehingga
lamivudin + zidovudin Nellfinavir upaya tersebut menjadi lebih tepat.
lamivudin + stavudin Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
dengan pemeriksaan virol lood, kita dapat memperkirakan
lamivudin + didanosin
' risiko kecepatan perjalanan penyakit dan kematian akibat
Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau
wanita yang berpotensi tinggi untuk hamil H lV. Pemeriks aan viral lood memudah kan untu k memantau
Catatan.: kombinasi yang sama sekali tidak boleh adalah
zidovudin + stavudin
Cirekomendasikan adalah AZT atau TDF atau d4T + 3TC pada tabel 8.
- EFV atau NVP. Berbagai upaya pencegahan ini harus diikuti dengan
kepatuhan berobat yang tinggi. Seperti yang pernah diteliti
sebelumnya, terdapat nilai keberhasilan pengobatan
PENCEGAHAN PENULARAN HIVDARI IBU HAMIL yang tinggi sesuai dengan tingginya tingkat kepatuhan
XE BAYI berobat pasien. Pada pasien dengan tingkat kepatuhan
berobat 95%, maka tingkat keberhasilan pengobatannya
Cbat ARV juga diberikan pada beberapa kondisi khusus sebesar 80%, sedangkan pada pasien dengan tingkat
seperti pengobatan profilaksis pada orang yang terpapar kepatuhan berobat kurang dari70% akan didapatkan nilai
dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV (post- keberhasilan pengobatan sebesar 5%.
?xposure prophyloxis) dan pencegahan penularan dari
'bu ke bayi. Menurut Pedoman Nasionan Pelayanan
(edokteran 2012, regim,en yang direkomendasikan adalah
Keberhasilan
AZT + 3TC + EFV AZT + 3TC + NVP, TDF + 3TC atau FTC Studi (es%ct)
- EFV, dan TDF + 3TC atau FTC + NVP. Evafirenz (EFV)
ARV sebagai pencegahan; Africa, Asia, s6 (73-99)
sebaiknya tidak diberikan pada kehamilan trimester 1.
America
lemberian ARV pada bayi yang lahir dari ibu HIV adalah
AZf Zx/hari sejak lahir hingga usia 4-6 minggu, dosis 4 HIV vaccine; Thailand 31 (1-s1)
rglkgBB/kali Sexually transmitted diseases treatmenU 42 (21-s8)
Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak Mwanza, Tanzania
Cengan pemberian obat ARV penting untuk mendapat
:erhatian lebih besar mengingat sudah ada beberapa
:ayi di lndonesia yang tertular HIV dari ibunya. Efektivitas KESIMPULAN
:enularan HIV dari ibu ke bayi adalah sebesar 10-30o/o.
Artinya dari 100 ibu hamil yang terinfeksi HIV ada 1. Jumlah orang dengan HIV AIDS di lndonesia masih
'0 sampai 30 bayi yang akan tertular. Sebagian besar akan meningkat terutama bila cakupan tes HIV dapat
ditingkatkan.
;enularan terjadi sewaktu proses melahirkan, dan sebagian
txil melalui plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi
2. Cakupan tes HIV yang tinggl akan dapat menemukan
relalui air susu ibu. orang dengan HIV AIDS sehingga orang tersebut
dapat diobati dengan antiretroviral sehingga risiko
Kendala yang dikhawatirkan adalah biaya untuk
i'nembeli obat ARV. Obat ARV yang dianjurkan untuk dia menularkan HIV pada orang lain menjadi amat
trl'MCT adalah zidovudin (AZT) atau nevirapin. Pemberian rendah.
-evirapin dosls tunggal untuk ibu dan anak dinilai sangat 3. lnfeksi HIV acap kalidisertai dengan infeksi oportunistik
TBC, koinfeksi hepatitis C dan B, dan berbagai infeksi
nudah untuk diterapkan dan ekonomis. Sebetulnya
pilihan yang terbaik adalah pemberian ARV yang oportunistik lain. Pengobatan infeksi HIV perlu
memperhatikan infeksi oportunistik dan koinfeksi
l kombinasikan dengan operasi coesar, karena dapat
.renekan penularan sampai 1%. Namun sayangnya di tersebut.
r,egara berkembang seperti lndonesia tidak mudah untuk
4. Terbuka kesempatan untuk mencegah penularan HIV
r,elakukan operasi sectio coesariq yang murah dan aman.
baik melalui perubahan perilaku maupun intervensi
(emudian pemberian ASI oleh wanita dengan HIV tidak biomedik.
airekomendasikan karena memiliki risiko transmisi sebesar
5. Upaya penanggulangan HIV pada tingkat global
telah memberikan hasil yang cukup nyata karena itu
5-20%. Alternatif pemberian susu pada bayi adalah dengan
kita juga harus berusaha meningkatkan keberhasilan
:usu formula. Namun, kendala pemberian susu formula
penanggulangan HIV di lndonesia.
tr,asih dialami oleh Negara berkembang dikarenakan
actor kultur dan ekonomi.
REFERENSI
PENGOBATAN SEBAGAI PENCEGAHAN Borrow R Lewicki H, Hahn BH, Shaw GlvI, Oldstone MB. Virus-
specific CD8+ cytotoxic T-lymphocyte activity associated with
Serbagai upaya pencegahan dapat dilakukan untuk control of viremia in primary human immunodeficiency virus
rrengendalikan infeksi HlV. Berdasarkan beberapa studi type 1 infection. j Virol 1994;68:6103-10.
CDC. 1993 revised classification system for HIV infection and
,eng dilakukan, didapatkan bahwa peran pengobatan expanded surveillance case definition for AIDS among
iebagai pecegahan amat besar seperti yang ditunjukkan adolescents and adults. MMWR 1992;41(no. RR-17).
896 INFEKSI HIV DAN A16
Chakrabarti L, Isola P, Cumont M-C, et aI. Early stages of simian inlected macaques. J Exp Med 1999; 189:99L-8.
immunodeficiency virus inJection in lymph nodes. Am j Kementrian Kesehatan RI. Tatalaksana HIV/AIDS. Pedoma
P athol 199 4 ;1. M:1226 -3 4. Nasional Pelayanan Kedokteran.]akarta 2012. h. 47 -67.
Collier AC, Coombs RW Schoenfeld DA, Bassett RL, Timpone Krown SE. AIDS-Related Kaposi's Sarcoma: Biology aod
], Baruch A. Treatment of Human Immunodeficiency Virus novel therapeutic strategies. Dalam: Perry MC, Chr:ng !4
Infection with Saquinavir, Zidovudine, and Zalcitabine. N Spatilinger M, editor. Proceeding of 38th Annual Meetirgd
Engl j Med 1996;334:1011-8. ASCO; 18- 21 May 2002; Orlando,FL.Alexandria:ASCO2IIU.
DjoerbanZ. Membidik AIDS: Ikhtiar memahami HIV dan odha. h.249-59.
Ed 1. Yogyakarta:Penerbit Galang1999 Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Ancaman HIV/AIffi
Ditjen PPM & PL Depkes RI. Pedoman Nasional - Perawatan, di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan l.effi
dukungan dan pengobatan bagi odha.Jakarta:Departemen Nyata. ]akarta: Depkes Rl;2002.
Kesehatan RI,2003. Kovacs JA" Masur H. Prophylaxis against opportunistic infectim
Djoerban Z, Wydialna, Solehudin U, Sri Wahyuningsih. KAP in patients with human immunodeficiency pati"r,,r. 1r1prl ilI
STUDY on Narcotics and HIV/AIDS among Teenagers Me d 2000;3 42(19) :L416 -29.
in South Jakarta. Proceeding of the XIII International Lederman MId, Valdez H. Immune restorationwith antirehmiril
AIDS Conference . 9-14 ]uli 2000; Durbaru South Africa. therapies. JAMA 2000;284 (2):223-8.
Bolo gna :Mond uzzi E d;2000. Lathey JL, Hughes MD,Fiscus Sa Pi.T, Jacson B, Rasheed Sa
Ditjen PPM & PL Depkes RI. Rencana strategis penanggulangan al. Variability and Prognostic Values of Virologic and @
HIV/ AIDS di Indonesia 2003 -2007 .J akarta Departemen
: Cell Measures in Human Immunodeficiency Virus T,yFfl-
Kesehatan RI,2003 Infected Patients with 200-500 CD4 cells/mm3 (ACIG14.
Djauzi S, Djoerban Z,EkaB,Djoko P, Sulaiman,A, Rifayani A,dkk. J Infect Dis 1998;177:617-24.
Profile of drug abusers in ]akarta's urban poor community. Lydia A. Hitung Limfosit Total sebagai Prediktor Hihmg
Med J Ind 2003;Kustin, Djauzi,dkk. Hasil survey pada wanita CD4 pada Pasien AIDS. Tesis Program Pendidikan
. hamil di Jakarfa 7999-2000. Yayasan Pelita Ilmu, 2000.
Djauzi S. Penatalaksanaan indeksi HIV. Pendidikan Kedokteran
Spesialis 1. Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. 1996
Intemal error: Invalid file format. I In-line.WMF "]Garrr
Berkelanjutan Uji Diri. Jakarta: Yayasan Penerbit 1D1,1997. Witte MH, Gottlieb AA, Elvin-Lewis I\4 Gottlieb M5,
UNAIDS/WHO. AIDS epidemic update 2004. [accessed ]an CL, Alexander SS, Cole \A/R, Drake \AtrLlr.
20 20051. Available at .url:htiry / / www.unaids.org/ w ad2004/ an AIDS virus infection in the United States in 1968.
report.html !988 O ct 14;260 (-1 4) :2085 -7 .
DjoerbanZ. Viral Load Profiles inDrug Users with Asymptomatic Montagnier L, Chermarm JC, Barre-Sinoussi F, Klatzrrm
HIV Infection with Normal CD4 Cell Counts. Med J Ind Wain-Hobson9 Alizonl{, et al.Lymphadenopathy
2002;11(3). virus and its etiological role in AIDS. Princess
Depkes RI. Protap TB Symp. 1984;15:319-31.
Panel on Clinical Practices for Treatment of
HIV Infection. Monitoring the AIDS Pandemic (MAP). The Status and
Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV- of HIV/AIDS/STI Epidemics in Asia and the
Infected Adults and Adolescents.October 29 2004. [access 10 Washington DC:;2001.
Jan 20051, available aturlthtp:/ / aidsinfo.nih.gov/ Mercader IvI, Nickoloff BJ, Foreman K E. Induction of
Farley T, Buyse D, Gaillard R Perriens |. Efficacy of Antiretroviral Immunodeficiency Virus 1 Replication by Human
Regimens for the Prevention of Mother to Child Transmission 8. Arch Pathol Lab2007;125:785-9.
of HIV and Some Programmatic Issue. Background Palella FJ,DelaneyKM, MoormanAC^Loveless MO,
documents for lAiHO Technical Consultation October 2000. GA"et al. Declining Morbidity and Mortality among
[accessed 20 Feb 2003], available at url:http://www.who. with Advanced Human Immunodeficiency Virus
int/ reproductive-health/ rtis/ MTCT/ mtct_consultation_ N Eng I Med 1998,38(13):853-60
october_2000/ consultation_documents/ ef ficacy_of_arv_ PantaleoG, Graziosi I Demarestp, et al. Role of lymphoid
re gimens/ ef fi cacy_of_antiretroviral_re gimens. en.htrnl in the pathogenesis of human immunodeficiency vi
Gotlieb MS. AIDSPast and Future. N Engl J Med 2001 ;3MQ3):1788- infection. Immunol Rev 199 4;140:105 -30.
90. Reimarm KA, Termer-Racz K, Racz R et al. I
Goldie SJ, Kaplan fE, Losina E, Weinstein MC, Paltiel AD, Seage events in acute infection of Rhesus monkevs with
GR 3rd, et al.Prophylaxis for human immunodeficiency virus- immunodeficiency virus of Macaques. I Virol 1
related Pneumocystis cadnii pneumonia: using simulation 70.
modeling to inform clinical guidelines. Arch Intern Med Samgadharan MG, DeVico AL, Bruch L, Schupbachl,
2002;L62(8):921,-8. HTLV-III: the etiologic agent of AIDS. Princess T,
Gortmaker SL, Hughes I\1, Cervia f, Brady IvI, Johnson GIvI, Seage Symp. 1984;15:301-8.
GR. Effect of Combination Therapy including Protease Subdit PMS & AIDS Ditjen PPM & PLP Depkes RI.
Inhibitors on Mortality among Children and Adolescents HIV/AIDS di Indonesia: s.d Maret 2005. Majalah
lnfected with HIV-I. N Engl J Med 2001; M5:L522-28 Jakarta: Yayasan Pelita l1mu.2005.
Huminer D, Rosen{e1d JB, Pitlik SD. AIDS in the pre-AIDS era. Suryamin M. Hitung limfosit total sebagai indikasi
Rev Infect Dis. 1987 Nov-Dec;9(6):1102-8. terapi antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Tesis
]ones ]L, Hanson DL, Dworkin MS, et al. Surveillance for AIDS Pendidikan Dokter Spesialis L llmu Penyakit
defining opportunistic illnesses, 1992-1997. MMWR CDC FKUI.2OO2-
Surveill Summ 1999 ;48 (592) :1. -22. UNAIDS-\ IHO. Revised recommendations for the
Jones )L,Hanson DL, Dworkin MDet al. Incidence and trends in use of HIV antibody tests. Weekly Epidemiologicd
Kaposfs sarcoma in the era of effective antiretroviral therapy. 1997;72:87-8.
J Acquir Immune Defic Syndr 2000;24:270-4. CtBrien WA, Hartigan PA, Martin D, Esinhart J, Hill A"
]inX, Bauer DE, TuttletonSE, Lewing Gettie A" BlanchardJ,Irr,rrin et al. Changes in Plasma HIV-1 RNA and CD4+ L
CE, S#rit JT, Mittler ], Weinberger L, Kostriki s LG, ZhangL, Counts and the Risk o{ Progression to AIDS, }'tr
Perelson AS, Ho DD. Dramatic rise in plasma viremia a{ter Med1996;334:42643.
CD8(+) T cell deplelion in simian immunodeficiency virus- Vaccher E, Spina M, Talamini & Zanetti IvI, di Gennaro
L22
VIROLOGI HIV
Nasronudin
ialam sel dan berikatan pada daerah peningkatan juga dapat membantu menjelaskan distribusi geografi,
sekuen konsensus HlV. Sitokin proinflamasi seperti TNF-a serta epidemiologi infeksi HlV. Tinjauan diagnostik,
:enderung mempercepat peningkatan replikasi HlV. variasi rangkaian nukleotida sangat berpengaruh nyata
terhadap implikasi reaktivitas dan reaktivitas silang pada
tes diagnostik guna mendeteksi protein maupun peptida
spesifik virus.
hrameter HIV HTIV
(renus Retrovirus Lentivirus HTLV/BLV
HIV-1
Ukuran genome (kb) 9,8 8.5
vif
ZZ sos
tsentuk inti Kerucut Kubus LrR %vnr
Gen tambahan 6 2
ilnfeksi limfosit CD4+ ++ ++ pol
hfeksi limfosit CD8+ ++
Tropisme jaringan + +
Formasi sinsisium ++ +
Sitotoksik ++
Sel Transformasi ++
[-aju replikasi ++
{eterkaitan sel ++ Gambar 1. Pemetaan Genomik HIV-1 dan HIV-2 (levy,2007)
ftmampuan hidup laten + +
(eterkaitan defisiensi imun ++ +
Uensi kelainan neurologist ++ ++ MORFOLOGI HIV
Su.nber: Levy, 2007 dengan modifikasi
HIV termasuk golongan virus yang menggunakan RNA
sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV memiliki
TLASIFIKASI HIV sifat khusus yaitu memiliki enzim unik reverse tronscriptose
(RNA-dependent DNA poLymeras$. Melalui peran enzim
{ asifikasi virus HIV didasarkan pada keterkaitan reverse tronscriptose ini HIV mampu mengubah informasi
igenetik rangkaian nukleotida. Akhi r-akhir ini klasifikasi
,rc,J genetik dari RNA ke DNA sehingga terbentuk provirus.
didasarkan pada kelompok, tipe, subtipe, sub-subtipe, dan Perubahan informasi genetik tersebut di integrasikan ke
hentuk rekombinan. Hingga kini dikenal dua tipe HIV yaitu dalam inti sel target. Kelihaian HlVjuga memiliki kemampuan
+1itr,t-1 6"n 1-r,U-r. untuk memanfaatkan mekaflsme yang sudah ada di dalam
HIV-1 selanjutnya dibagi menjadi : kelompok major seltarget untuk membuat kopi diri sehingga terbentuk virus
Nf : kelompok outlier (O); dan kelompok non-M, non-O baru dan maturyang memiliki karakter HlV.
" Kebanyakan infeksi HIV terjadi pada kelompok M
llltti HIV pada hakekatnya dibagi dua iipe virus, yaitu
kelompok M HIV-1
'1ll\t-1. Melalui analisis sekuens genetik HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan virus klasi.k pemicu
dinagi lagi menjadi 9 subtipe atau varian dari kelompok AIDS, didapatkan pada sebagian besar populasi di dunia.
Ur llv-1 subtipe A,B, C,DF, G,H, J, dan K. Subtipe A dan HIV-2 merupakan virus yang di isolasi pada binatang dan
! selanjutnya di klasifikasi dalam sub-subtipe A1, A2, A3, beberapa pasien di Afrika Barat, meskipun dalam jumlah
rr dan F2. keciljuga ditemukan diAmerika. Organisasi genetik HIV-1
Subtipe ini penting guna mengetahui distribusi di pada dasarnya mempunyai persamaan dengan HIV-2,
il.nia serta untuk menilai sifat dan perilaku virus. Sehingga perbedaan terutama pada glikoprotein kapsul. Potensi
daoat diketahui potensi menimbulkan resistensi obat dan infeksi oleh HIV-2 diAfrika Barat kebanyakan asimptomatik.
{ernampuan deteksi reagens tes antibodi HlV. Beberapa pasien di Amerika juga terinfeksi HIV-2, tetapi
HIV-2 mempunyai dua subtipe utama yaitu A dan umumnya kurang patogenik serta memerlukan waktu lebih
t. Bila virus dari kedua kelompok atau lebih HIV-1 lama untuk memunculkan gejala dan tanda penyakit.
menginfeksi seseorang serta merubah material genetik, HIV termasuk virus dengan genom relatif kompleks.
mera keadaan ini disebut virus rekombinan. Jika transmisi Kebanyakan virion protein berasal dari pemisahan RNA
,it,in:s rekombinan didokumentasi sebagai rangkaian dan protease virus. HIV merupakan virus RNA, berdiameter
qenum virus seutuhnya pada tiga atau lebih individu, 100-120 nm, terdapat dua komponen penting yaitu kapsul
nraka hal ini dikenal sebagai circulating recombinontform dan inti. HIV mengandung untaian tunggal genom RNA
Hingga kini dikenal CRFO1 hingga CRF34. Variasi
trF.F). dengan muatan polar positif.
mrgkaian nukleotida mempunyai berbagai implikasi Kapsul tersusun dari dua lapis lipid dan glikopeptida
nrc ogis dan transmisi virus, ketahanan hidup pasien, dan tunggal, terselip dalam lekukan protein transmembran
900 INFEKSI HIV DAN AIDS
non kovalen, terikat pada protein permukaan (SU). HIV Gen lain adalah vil tat, rev, vpr, vpu, dan nef
termasuk heterodimer yang terangkai secara trimer. mempunyai keterkaitan erat dengan inti. Tat sebagai
lnti, secara umum mengandung genom virus terkait promotor perubahan yang memicu ekspresi gen virur
dengan protein nukleokapsid (NC), protein kapsid (PK), Erat kaitannya dengan aktivitas transkripsional poten-
protein matrik (MA) dan protein posporilasi (p12). Rev, merupakan gen yang bertanggung jawab terhadap
HIV memiliki prototipe tiga domain genetik. Gen ekspresi struktur protein. Gen vif, berperan sebagai
atau protein spesifik tersebut mempunyai peran sebagai pengontrol daya infeksi virus yang pada posisi bebas
regulator. Regulator enzimatik virus dan juga struktur tanpa terikat sel. Pada setiap vif dari setiap virion terdap*
protein. sekitar 7 hingga 20 molekul. Pada virion, diluar inti terdapd
Ketiga gen tersebut adalah: gag, berperan sebagai produk gen vpr (vpx pada HIV-2). Gen vpr; merupakarn
pengkode kelompok protein antigen atau protein kapsid. aktivator transkripsi. Gen vpu, mempunyai peran untlk
Gen gag (kelompok antigen spesifik), mengkode empat budding yang efisien. serta penyiapan dan proses pada
protein penyangga inti virus, termasuk matrik (MA, p17), amplop. Gen nef, pleiotropik, mempengaruhi peningkaamr
dan nukleokapsid (NC, p7). Lokasi protein Gag pada atau penurunan replikasi. LTR= long terminol repm
prekursor p55, juga mengkode: p1/p2/p6/p7 /p13/p17 / berhubungan dengan regulasi ekspresi virus, mengandurry
p18/p24. Gag p55 memiliki 3 domain utama terkait target region yang bereaksi dengan produk tat dan gen nd
membran (M), interaksi (l), dan domain lambat (L). M Berbagai protein virus dalam partikel virion mempurryo*
terletak di dalam regio MA. Target protein Gag adalah peran penting pada awal infeksi HlV.
protein pada membran. I, mencerminkan interaksi monomer Beberapa protein pada sitoskleletal (misal, adhllfi
Gag yang terdapat dalam nukleokapsid (NC). Domain L, juga ezrin, emerin, moesin, dan coflin) mempunyai per-anr
ditemukan pada NC, berperan untuk memidiasi budding beraneka ragam dalam berbagai aktivitas termasult
retroviral, tepatnya pada regio p6 dari poliprotein Gag. Di mem pe rta ha n ka n keh id u pa n nya serta u ntu k kepentingarmr
dalam Gag atau nukleoid, dapat di identifikasi dua RNA, replikasi. Emerin mempunyai peran penting, terutammr
berperan RNA-dependent polimerose DNA Pol, juga disebut pada replikasi, dan juga membantu dalam hal intera*il
RT (p66, p51) dan protein NC (p9, dan p6). Namun dalam cDNA virus dengan kromatin, serta dalam pengaturandh
perjalanan proses pengendalian peran tersebut seringkali penetapan rangkaian nukleotida selama proses intqmriii,.
disertai berbagai variasi strain. Variasi strain HIV sebagian Emerin juga berperan menjembatani hubungan
besar ditemukan pada kapsul virus. permukaan dalam kapsul dengan kromatin.
Gen pol (polimerase), sebagai pengkode polimerase
dan mengendalikan enzim yaitu protease, reverse
p7 (Nc)
tronscriptose dan intergrase serta polimerase. Protease yang
terlipat pada poliprotein gag, tersusun dari empat unsur
pokok peptida. Enzim reverse tronscriptase yang mengkopi
genom RNA ke DNA dan terbentuk provirus. Enzim integase
yang mengkatalisir proses integrasi untaian ganda DNA
atau provirus terhadap inti pada genom manusia.
Gene env, pengkode protein kapsul dan bertugas
mengendalikan dua protein kapsul, terutama selubung
protein 9p120 (mengikat CD4) dan gp41 (transmembran).
Gen env, juga mempunyai tugas khusus lain terutama pada
situasi kritis sebagai penginisiasi reverse tronscriptose,
inkorporasi genom ke virion, serta menyiapkan posisi dan
saat tepat 3' poliadenilasi molekul mRNA untuk menyusun (can contain cellular
komponen HlV. Guna menyusun rangkaian komponen protein, e.g. HLA)
lengkap HIV diperlukan protein, terutama interaksi asam
nukleat pada partikel utama. Pada situasi ini MA perlu Gambar 2. Struktur HIV (Levy, 2007)
melakukan inkorporasi pada protein Env dalam virion
matur. Pada membran inti HIV-1juga terdapat
HIV sebagai retrovirus mempunyai model unik shock (hsp70). Hsp 70 bersifat sitoprotektif,
dalam replikasi, salah satunya ditandai oleh peran reverse dalam penentuan saat yang tepat pada proses
tra nscripto se g u na menyiapkan terbentu knya intermed iet protein, mengatur kelenturan, menghindari
DNA atau provirus agar berintegrasi ke genom host di kekusutan protein, serta membantu menjaga i
L23
IMUNOPATOGENESIS INFEKSI HIV
Tuti Parwati Merati
PENDAHULUAN mulai dari efek sitopatik HIV secara langsung pada sdl
limfosit T CD4+ sampai terjadinya aktivasi imun oleh F{ntb{
Setelah lebih dari25 tahun ditemukannya AIDS dan HIV telah
yang menimbulkan kematian sel. Dalam imunopatogenesis
banyak dicapai kemajuan dalam pengetahuan mengenai
infeksi HIV secara bersamaan terjadi baik aktivasi maupullrll
mekanisme replikasi HIV dan strategi pengobatan yang
supresi sistem imun.s-8
berhasil menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien
AIDS. Seiring dengan kemajuan dibidang imunologi dan
biologi molekuler; imunopatogenesis infeksi HlVjuga terus
PERJALANAN PENYAKIT
berkembang. Karakteristik AIDS berupa adanya infeksi
HIV pada sel limfosit T CD4+ dan menurunnya jumlah
Perjalanan infeksi HIV dapat dibagi menjadi tiga @
dan fungsi sel limfosit T CD4+ bersama perjalanan infeksi
yaitu 1) infeksi akut, 2) infeksi kronik (asimptomatik drnn
HIV merupakan hal yang sudah baku. Tetapi bagaimana
simptomatik) dan 3) AlDSs. Enam puluh sampaitujuh puiudh
patogenesis terjadinya penurunan jumlah dan fungsi
persen infeksi HIV akan mencapai stadium AIDS dahm
sel limfosit CD4+ tersebut selama perjalanan infeksi
waktu rata-rata 10-1 1 tahun (typicol progressor),10-Amffi
telah mengalami kemajuan dan semakin jelas diketahui.
sangat progresif dan berkembang menjadi AIDS dakn
HIV mempengaruhi hampir semua aspek dalam sistem
waktu kurang dari 5 tahun (ropid progressor). Sebagrlil
imun manusia, baik imunitas bawaan, maupun imunitas
kecil lainnya antara 5-15% infeksi HIV berjalan
adaptif yang spesifik baik selular maupun humoral,
lambat, masih belum mencapai AIDS dalam waktu
sehingga terjadi disfungsi imun. Respons imun untuk
dari 15 tahun (s/ow progressor) dan sekitar 1% i
mengeliminir dan menekan replikasi HIV ternyata HIV dikenal sebagai bagian dari slow progressor
mengakibatkan aktivasi sistem imun yang berkepanjangan
disebut Long-term non progressor (LTNP).te Pe
karena kegagalan untuk menghilangkan HIV sama sekali
progresivitas penyakit ditentukan oleh titer virus
dari sel maupun organ dan aktivasi sistem imun yang kronik
plasma, jumlah limfosit T CD4 dan respons imun
ini berdampak patologi pada tubuh manusia. penelitian
baik selular maupun humoral. Tingginya titer RNA
menunjukkan replikasi HIV sendiri merupakan penyebab
setelah menurun dari puncaknya saat sero
utama keadaan chronic inflamotory state pada penderita
yang disebut virologic set point, menentukan
HlV, dimana penderita menunjukkan peningkatan penanda
kecepatan progresivitas penyakit. Perbedaan
inflamasi dan aktivasi imun. 1-a
alamiah ini membuktikan adanya variasi beberapa
Berbagai hipotesis telah diajukan untuk menerangkan
yang mendorong terjadinya proses patologik, antar-o
bagaimana patogenesis terjadinya defisiensi imun pada
variasi genetik, imunologik dan faktor virologik.
infeksi HlV. Tapi dari sekian banyak hipotesis, yang
banyak disitir belakangan ini adalah hipotesis peranan
aktivasi imun kronik dan inflamasi konik, karena berbagai TROPISME VIRUS
penelitian menunjukkan bukti keterkaitan langsung antara
tingginya aktivasi imun kronik dengan progresifitas Mekanisme infeksi HIV diketahui lebih jelas
penyakit. Beberapa mekanisme yang bertanggung jawab ditemukan kemokin dan reseptornya. Kemokin
atas hilangnya sel T CD4+ ini selama fase infeksi kronik, suatu polpeptide yang disekresikan oleh sel-sel
IUNOPATOGEN ESIS INFEKSI I{IV 903
yang terikat dengan reseptor permukaan spesifik dengan dan mempresentasikan HIV kepada sel limfosit T spesifik
U-ansmisi signal melalui protein G. Ada dua kelas kemokin yang teraktivasi. Setelah diteliti, ternyata pada infeksi
png berkaitan dengan infeksi HlV, yaitu kemokin o(CXC primer/infeksi akut ini HIV yang ditularkan adalah stroin
M-tropik dan hampir 95o/o stroin HIV yang ditemukan
fihin (X), dan reseptornya diberi nomor yang sesuai, pada infeksi primer/akut adalah strain M-tropik atau R5
yaitu CXCR4. Kelas kemokin lainnya adalah kemokin B HIV-1. Tapi walaupun sel dendritik dapat membawa strqin
(CC kemokin), kedua cystein letaknya berdekatan, dan virus R5 dan X4 ke kelenjar limfe terdekat, namun hanya
irEseptornya disebut CCR5. e,l0 Reseptor kemokin pada sel envelope strain R5 saja yang mempunyai kemampuan
&ilget merupakan koreseptol dan makrofag mempunyai untuk mentransmisikan sinyal yang mengaktifkan limfosit
horeseptor CCR5 sedangkan limfosit CD4 mempunyai CD4 dan merekrutnya dengan mekanisme kemotaksis.
keduanya, baik reseptor CCR5 maupun CXCR4 (Th-1 Keadaan adanya perbedaan ekspresi koreseptor antara
mnempunyai CCR5, sedangkan sel 1 naive mempunyai virus R5 dan X4 dan kemampuan unik dari envelope
C(CR4). lnfeksi oleh stroin NSI memerlukan koreseptor virus R5 inilah yang dapat menjelaskan mengapa stroin
CCRS sehing ga stroin ini disebut R5 strain, dapat yang ditransmisikan terutama virus R5. Beberapa alasan
mnenginfeksi makrofag maupun sel limfosit T, sedangkan lain yang menjelaskan terdapatnya virus R5 pada infeksi
fl stroin menggunakan koreseptor CXCR4 (disebut X4 akut atau infeksi primer adalah sebagai berikut : virus R5
stoin), karena itu stroin ini tidak dapat menginfeksi mempunyai banyak sel target yang suseptibel selama
ilEkrofag.s-tr Karena virus X4 adalah virus Sl, maka virus X4 aktivasi imun, virus R5 juga dapat menginfeksi sel yang
umumnya lebih sitopatik dibanding virus R5 yang bersifat tidak teraktivasi, dapat menginfeksi sel makrofag dan
NSl. Terdapat banyak koreseptor kemokin lain yang sel dendritik, produksi progenitor virus R5 lebih tinggi
dapat sebagai tempat ottochment primer atau sekunder pada sel yang terinfeksi, virus R5 juga menginfeksi
untuk HIV-1 atau HIV-2, tapi umumnya tidak terlibat sel CCR5+CD4+ dari saluran cerna, dan virus R5 juga
dalam proses infeksi. Sebagai tambahan, selain reseptor kurang dikenal oleh sel imun seperti sel T sitotoksik
CDt,galactosyl ceramid (GalC) merupakan binding site (CTq.to'tz
utama bagi HIV-1 dimukosa vagina, saluran pencernaan Dua hari setelah infeksi (pada rhesus), HIV dapat
dan sel otak. Di samping itu kompleks HIV dengan ditemukan didalam jaringan limfoid dan dengan cepat
antibodi dapat masuk kedalam sel T, makrofag dan menyebar keseluruh sistem limfatik. Akhirnya HIV
sel lain melalui ikatan reseptor Fc dan reseptor komplemen mencapai sirkulasi darah dan replikasinya dapat dideteksi
dalam plasma lima hari setelah infeksi. Pada manusia
terdapat variasi waktu antara infeksi mukosa sampai
terjadi viremia, berkisar flrtara 4-11 hari. Hal ini juga
tr{TERAKSt HIV DAN SEL PEJAMU PADA INFEKSI tergantung dari apakah ada hal-hal lain yang merusak
AIruT barier mukosayang memudahkan masuknya HlV, seperti
adanya inflamasi dan infeksi (cervisitr's, uretritis, ulkus
Eara penularan utama HIV adalah melalui mukosa genital. genitalis, dsb). Segera setelah infeksi, akan terjadi replikasi
l,Intuk meneliti urutan perubahan selular yang terjadi HIV yang sangat tinggi, dimana ditemukan sejumlah 106
pada fase dini segera setelah penularan seksual, dipakai kopi/ml RNA HIV puncaknya tercapai dalam 4-8 minggu,
rnodel rhesus monkey dan simian immunodeficiency virus lalu akan menurun secara drastis, bahkan sampai kadar
6lV). Pada model ini, sel dendritikjaringan (sel langerhan) tidak terdeteksi, walaupun tanpa terapi ARV, dan kadar
yang ada di lamina propria mukosa vagina menjadi target yang dicapai ini disebut virologic set point.el1 Secara
pertama. Sebagai telah diketahui, sel dendritik dapat klinis timbul gejala menyerupai infeksi mononukleosis
bertindak sebagai antigen presenting cel/ (ApC) yang atau flu like syndrome, berupa demam sakit kepala, mual,
dapat merangsang limfosilT noive, karena sel d'endritik letargi dan anoreksia.l3 Gejala ini hanya bisa dikenali atau
mnengekspresikan molekul major histocompotibitity diingat oleh sebagian kecil orang, yaitu sekitar 30% saja,
arnplex(MHC) klas l, MHC klas lldan molekul kostimulator lainnyaitidak mengenali atau tidak dapat mengingat,
pada permukaannya.lo Dengan adanya kemokin yang karena gejala dapat sembuh sendiri tanpa diobati.
spesifik, maka sel dendritik dapat menarik limfosit Secara imunologik, dalam beberapa jam akan terjadi
T noive. Jadi sel dendritik dapat berfungsi memberi dasar respons mobilisasi sistem imun bawaan berupa aktivasi
sl T naive untuk memulai respons imun spesifik, dan non spesifik sel makrofag, sel noturol kil/er, komplemen
mengangkut HIV ke kelenjar limfe terdekat. Sekali sel dan pelepasan sitokin proinflamasi. Perangsangan pada
langerhan bertemu dengan HIV pada epitel vagina, maka sistem imun adaptif berupa respons antibodi humoral
dfia akan terinfeksi atau menangkap HIV untuk dibawa ke dengan terbentuknya antibodi netralisasi dan respons
helenjar limfe iliaka interna, menuju daerah sel limfosit T imun selular berupa meningkatnya sel limfosit T CD8+
904 INFEKSI HIV DAN AIDIS
sitotoksik yang melisiskan sel-sel yang terinfeksi dan merupakan keseimbangan yang dinamis antara pejarnu
1i
pelepasan kemokin oleh sel T dan makrofag yang sudah dan HIV dimana respons imun selular dan humoral tetap
ii
teraktivasi. Kemokin termasuk RANTES, MIP 1 alfa, MIP 1 aktif, sehingga sel limfosit CD4 jumlahnya masih tinggr
beta dapat mencegah infeksi dengan memblok reseptor RNA HIV masih tetap rendah. HIV dapat menghindar
kemokin untuk masuknya HIV kedalam sel. Dalam 2-4 dari survailan imun karena sudah terjadi integrasi DliA
minggu akan terjadi peningkatan jumlah sel limfosit total provirus ke gen sel pejamu, mutasi virus sangat cepa't"
yang disebabkan karena tingginya subset limfosit CD8+ adanya protein virus yang bersifat menekan imun, seperh
sebagai bagian dari respons imunitas selular terhadap gp 120 yang menyebabkan limfosit CD4 menjadi energr
HIV (Gambar 1: Dinamika kadar berbagai tipe dan fungsi dan TAT ekstraselular dapat bersifat seperti toksin yanq
sel imun selama infeksi HIV.14). Pada infeksi akut replikasi merangsang apoptosis sel limfosit CD4 dan menekam
virus sangat cepat, infeksi menyebar luas, terutama ke sistem imun. Jadi pada fase ini terjadi aktivasi sistennrm
sel-sel limfosit T. Saat ini dikatakan paling bagus untuk imun yang berkelanjutan.
memulai pengobatan dipandang dari kemungkinan bisa Setelah infeksi selama 10 tahun, sekitar 507o daml
menekan replikasi virus ketingkat undetectoble, karena HIV orang yang terinfeksi dan tidak mendapat ARV akanrn
masih sangat sensitif terhadap highly active ontretroviral menunjukkan gejala penyakit, penurunan sel limfosfril
therapy (HAART). Karena itu banyak peneliti sepakat CD4 dibawah 200-350 sel/uL dan hilangnya respons irnrumr
bahwa pemberian HAART harus dilakukan secara agresif spesifik sel limfosit T CD4+ dan CD8+. Terjadinya desruur
pada stadium infeksi akut ini. Masalahnya adalah tidak jaringan limfoid oleh virus mencerminkan infeksi HIV yanq
mudah bagi pasien atau dokter untuk mengenal stadium progresif. Pada fase ini strain H lV bisa berupa fenotip virnruun
infeksi akut ini, mungkin ditemukan secara kebetulan X4 atau R5 yang mempunyai sifat virulen. Pada fase krm,*
saja. Disamping itu bila diberi HAART, pasien seterusnya simptomatik ini atau disebut stadium AIDS, kemokin yarq
harus diikuti selama bertahun-tahun untuk menilai efek diproduksi oleh sel limfosit yang teraktivasi tidak daS
lanjutan jangka panjang, karena belum bisa diberijaminan memblok tempat masuk virus X4 kedalam sel. Ter"idli
bahwa pengobatan pada infeksi akut dapat memberikan peningkatan produksi HlV, penurunan sel limfosit CB*ilF'
kesembuhan total. sehingga secara umum terjadi defisiensi sistem imunyrangr
mengakibatkan timbulnya infeksi opportunistik, turmun
ganas dan akhirnya kematian.e-11,14
INFEKSI HIV KRONIK DAN FASE TANJUT
Sekitar 6 bulan setelah fase infeksi akut, sebagian besar INFEKSI LATEN
pasien akan masuk ke fase asimptomatik, dimana kadar
virus mencapai set point, seringkali RNA <20.000 kopi/ lnfeksi HIV dapat bersifat latentinpa menunjukkan
ml. lni menunjukkan adanya respons antiviral baik bukti adanya produksi progenitor virus. Keadaan in
dari imun bawaan maupun imun adaptif. Dari imun meliputi site integrasi dan keadaan dimarla tidak
bawaan ada foctor mannose binding lecfins (MBLs) dan ekspresi TAT atau Rev. Di samping itu berbagai
komplemen. Disamping itu anti HIV antibodi, sel Noturql sel seperti histone deacetylase (HDAC), YY1 dan
Killer (NK), dan sel T memegang peranan. Sel limfosit T antiviral CD8+ (CAF) dapat menekan virus pada sel
sitotoksik CD8+ sebagai sel efektor dapat mengontrol terinfeksi. 10,16
infeksi akut oleh virus, karena dia bisa mengenal dan
menghancurkan sel yang terinfeksi.l0 Pada infeksi HIV
sejak awal ditemukan tingginya jumlah sel limfosit T
CD8 sitotoksik. Limfosit CD8 sitotoksik yang teraktivasi
oleh HIV ini akan mengeluarkan sejumlah solubel sitokin
(termasuk CAF), yang dapat menghambat replikasi HIV
dalam limfosit CD4 (invitro) tanpa menyebabkan sel
lisis.10 Keadaan seperti inijuga terjadi pada infeksi HIV
akut, bahkan sebelum serokonversi.l3 Pada sekelompok
kecil individu yang terinfeksi HIV tidak dapat ditemukan
viremia, dan grup ini sangat jarang terdapat, dan disebut
elite controllers.ls Dalam periode infeksi persisten, dapat
terjadi replikasi virus yang rendah didalam kelenjar limfe
dan jaringan lain yang mencerminkan respons imun Gambar 1. Kadar dari berbagai jenis dan fungsi se*
antiviral yang kuat.-Selama fase kronik asimptomatik, selama infeksi
ITTOPATOGENESIS INFEKSI HIV
905
reKANISM E PENURU NAN JU MLAH SELLI M FOSIT berupa molekul HLA (Human Leucocyte Antigen) kelas
(D4+ ll dan CD38, yaitu molekul 5'-diphosphafe (ADp) ribosyl
cyclose yang terikat pada membran sel. Semakin aktif
Lcrbagai faktor berperan dalam penurunan jumlah replikasi HIV semakin meningkat pula ekspresi penanda
nl limfosit CD4+. Faktor-faktor tersebut adalah efek fenotip tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan
frbpatik langsung HIV terhadap sel limfosit CD4+ dan bahwa meningkatnya CD38 dapat memprediksi perjalanan
pogenitornya, induksi apoptosis melalui aktivasi imun, penyakit HIV lebih akurat dari pada kadar HIV dalam
destruksi stem sel dan sel stroma sumsum tulang, plasma.22 Aktivasi fenotip sel limfosit T CD8+ ini sering
sitotoksisitas sitokin, destru ksi jaringan imfoid termasu k
I ditemukan lebih dari 807o10, jumlah yang benar-benar
hlenjar thymus sehingga produksi sel baru tidak terjadi. jauh melebihi proporsi sel yang dapat ditunjukkan untuk
ffiIsamping itu juga berperan fahor aktivitas anti sel CD4+ mengenal peptide HlV.23
rfrbtoksik (sel CD4+, CD8+ dan sel NK) dan autoontibody Kadar plasma dari berbagai sitokin seperti TNF-alfa,
anti sel CD4+. Disamping itu adanya efek indirek dari lL-1. dan lL-6 akan meningkat pada tahap kemudian dari
a*tivasi imun akan menimbulkan hilangnya sel limfosit infeksi HlV. TNF dan lL-6 secara langsung berhubungan
ill CD4 dengan lebih cepat karena adanya apoptosis by
dengan tingginya kadar HIV RNA. yang menarik adalah,
sMnder pada sel limfosit T CD4 yang tidak terinfeksi HlV. pada jaringan limfoid yang merupakan tempat utama
m'r Pada fase infeksi akut, dampak
utama yang terjadi replikasi HIV kadar TNF alfa tidak meningkat, walaupun
dalah destruksi hebat sel memori limfosit T CD4 pada ekspresi lL-1, lL-2, lL-6, lL-12, dan interferon gamma
srluran cerna. 6,18 Sel T yang termasuk mucosal ossociated meningkat. Dengan terapi ARV, indikator aktivasi imun
funphoid tissue (MALT) ini dapat menginduksi keseluruhan tersebut diatas cenderung menurun, yang menunjukkan
rrEspons imun pejamu. Lagi pula dengan rusaknya integritas
bahwa replikasi HIV merangsang keadaan tingginya
cpitel mukosa saluran ierna akan memudahkan translokasi aktivasi imun.24,2s Pada keadaan ini harus dicatat bahwa
hkteri kedalam darah dan menimbulkan inflamasi dan ekspresi CD38 mungkin menghambat suseptibilitas sel
*tivasi sehingga menimbulkan matinya sel. Sekarang untuk terjadinya replikasi'HlV yang produktif .2126
sdang diteliti seberapa jauh proses ini berperan dalam Hubungan antara aktivasi imun dan defisiensi imun
ptogenesis penyakit. selular yang progresif didukung oleh percobaan binatang
sebagai berikut. Pejamu alamidari SlVyaitu sooflz mangabey
menunjukkan tingginya replikasi SIV namun muncul sedikit
TI(TIVAST IMUN PADA INFEKSI HIV gejala penyakit. Secara jelas, patogenitas yang rendah ini
disertai oleh tidak terjadinya aktivasi imun dan proliferasi
Infeksi HIV mempunyai karakteristik adanya defisiensi sel yang membedakan infeksi SIV pada primata yang lain
innrn yang terjadi secara kronik progresif dan pada saat
seperti rhesus mocoque, dimana aktivasi imunnya mirip
yang sama juga terjadi aktivasi imun. Aktivasi imun pada
seperti terjadinya aktivasi infeksi HIV pada manusia.2T
infeksi HIV terjadi karena adanya disregulasi antara Lebih jauh, pada sooty mongobey fungsi kelenjar Thymus
Lnunitas bawaan dan imunitas adaptif sebagai respons dan sumsum tulangnya tetap baik dan tidak menunjukkan
nrhadap HlV, produk mikroba, koinfeksi dan kompensasi bystander, lymphocyte opoptosis, dimana sel-sel yang tidak
lpmeostasis.6,7 Berbagai bukti telah menunjukkan bahwa
terinfeksi disekitar sel yang terinfeksi akan terangsang untuk
aktivasi imun inilah yang terutama menjadi mediator terjadi apoptosis (kematian sel yang terprogram). Akhirnya,
lErjadinya disfungsi imun dan defisiensi imun.20,21 Stimulasi
study pada manusia dengan memblok aktivasi imun dengan
irmun yang berkelanjutan t'ersebut memungkinkan pemberian supresan cyclosporine A, bersama dengan
brjadinya lingkungan homeostasis yang permisif untuk pemberian kombinasi ARV akan menghasilkan restorasi sel
Erus terjadi replikasi virus, walaupun sementara mungkin limfosit CD4+ lebih lama dan berkelanjutan dibandingkan
ada perbaikan sediaan sel T. pada penelitian akhir-akhir dengan"pemberian terapi ARV saja. 27,2s
hi ditemukan peranan dari IFN alfa, translokasi mikroba,
aktivasi sel T CD8+ yang inefektif respons sel Treg yang
fidak menentu, sel Th17 yang inadekuat, dan kematian sel
PERANAN KOFAKTOR PADA I MU NOPATOGENESIS
Tyang mengakibatkan terjadinya defisiensi imun.
INFEKSI HtV
Aktivasi imu n mengakibatkan meni ng katnya ekspresi
marker fenotip pada permukaan sel T dan sel B, dan Infeksi mikrobial dapat mempengaruhi patogenesis infeksi
rneningkatnya kadar sitokin inflamasi pada plasma; HIV melalui aktivasi imun akibat pelepasan sitokin yang
disamping itu, sel limfosit pada Odha lebih sering dapat menginduksi sel-sel APC dan sel T spesifik. Koinfeksi
ditemukan pada fase aktivasi dari proses siklus sel.Sel antara lain dapat berupa infeksivirus CMV HSV EBV HBV
l[mfosit T akan -mengekspresikan penanda permukaan HCV dan mikobakterium TB,
906 INFEKSI HIV DAN A16
Faktor genetik pejamu yang berbeda dan faktor mortalitasnya juga sebanding. Tetapi Garcia de la Hera
virusnya sendiri juga akan mempengaruhi progresifitas dan kawan-kawan, melaporkan penemuannya tentang
penyakit, antara lain adanya mutasi reseptor kemokin, tipe risiko progresifitas penyakit dan kematian penasun lakr-
HLA dan strain HIV seperti tampak dalari tabel 1.1a laki dan perempuan Spanyol yang diketahui mempunya
lama infeksi yang sama.1a,32 Ternyata risiko progresivitas
menjadiAlDS dan kematian lebih rendah pada perempuan
sEL T REGULATOR (TREG) daripada Iaki-laki, meski masih perlu dilakukan koreksi
untuk perbedaan faktor perancu lain yang umumnya lebiir
Satu subset CD4+ sel T yang menunjukkan efek reg ulotor/ tinggi pada laki-laki. Laporan Lisgaris dan kawan-kawam
inhibitor baru-baru ini telah ditemukan baik pada menemukan bahwa, secara keseluruhan perempuam
mencit maupun manusia. Regulator sel T (Treg) CD4+ ini mengalami infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yarq
mengeksprsikan rantai alfa dari reseptor interleukin (lL)-2 lebih rendah dan pada kadar HIV RNA plasma yang leb,in
(CD25). Pada keadaan sehat, sel Treg berperan kunci dalam tinggi dari pada laki-laki.33
pencegahan qutoreoctivitos; dan pada sejumlah penyakit
infeksi, Treg akan menekan/mengatur besaran respons
imun.Penelitian melaporkan meningkatnyajumlah sel T reg FAKTOR VIRUS
pada orang yang terinfeksi HlV. Dengan menekan sel Treg,
baik respons sitokin maupun respons proliferasi sel CD4+ HIV dapat bertahan dalam tubuh karena HIV mempunyo
dan CD8+ terhadap antigen HIV akan meningkat. Dan kemampuan untuk membenluk pooling yang stahill
peningkatan ini nampaknya bersifat spesifik untuk respons dalam limfosit T CD4+, mempunyai kemampuan unfi.*
terhadap HIV dan tidak terhadap respons candida.10,2e-31 replikasi, adanya variasi genetik HIV dan tropping !{,ffN
Penemuan ini memastikan dan menambah penemuan pada permukaan sel folikuler dendritik. Pooling daffi
oleh kelompok penelitl-peneliti lain yang telah meneliti limfosit CD4 terjadi sangat dini sekali, sebelum terjadr
populasi sel ini pada pasien HlV. Terbentuknya sel-sel T reg respons imun spesifik terhadap HlY. Pooling tersehd
ini dan peranannya dalam penyakit HIV belum diketahui mengandung DNA provirus dengan daya replikasi. Sebagni
dengan jelas. Apakah sel ini berperan pada defisiensi imun catatan, tipe inijuga dapat dijumpai pada seseorang )arg
dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan HIV telah memakai HAART dalam jangka waktu lama setii'ffir
atau apakah sel Treg muncul untuk menekan tingginya 2 tahun, sehingga bila HAART dihentikan, maka plasmrrn
reaksi aktivasi imun yang berlebihan yang merupakan inti HIV akan meningkat lagi yang berarti gejala penyakit atl
patogenesis hilangnya sel limfosit T CD4+ pada infeksi muncul lagi. Perusakan sel limfosit CD4 yang mengandunrrry
HlV. Pada infeksi HIV kemungkinan munculnya sel CD8+ provirus ini terjadi sangat lambat sekali, dan prosesniulr
Treg juga perlu dipikirkan. tidak dapat dipengaruhi oleh HARRT
Pertanyaan yang tidak mudah dijawab dan masih Dengan mengubah struktur gen, merupakan
diperdebatkan adalah mengenai imu nopatogenesis pada efektif untuk menghindarkan diri dari survailah imun-
laki-laki dan perempuan. Apakah imunopatogenesis infeksi ini dapat terjadi karena secara intrinsik, HIV
HIV berbeda pada laki-laki dan perempuan? Meningkatnya kemampuan untuk mutasi secara cepat pada
bukti-bukti dari penelitian terdahulu dan penelitian yang yang dikenal oleh CTLs spesifik HlV. Oleh karena itu
disajikan belakangan ini mendukung kemungkinan ada respons imun selular maupun humoral dengan cepat
perbedaan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kehilangan fungsi kontrol terhadap HIV karena tidak
perempuan cenderung datang ke klinik dengan kadar mengenali lagi.
HIV RNA plasma lebih rendah, namun progresivitas Trapping oleh sel folikuler dendritik. Se
penyakit nampaknya sama dengan laki-laki, demikian pula ini merupakan fungsi fisiologis untuk melakukan
erhadap patogen. Tetapi pada HIV justru akan menjadi monoklonal terhadap gp41 dapat menetralkan beberapa
rxervoir kronik yang stabil (karena HIV terbebas dari varian isolat HlY. Domain loop Y3 dari gp120 bersifat
serangan CTLs spesifik HIV) sehingga merupakan sumber isoLate-specific karena cepatnya replikasi HIV dengan
iurfeksi bagi limfosit T CD4, terjadi inflamasi kronik dan kecenderungan terjadi kesalahan tinggi dari ensim reverse
akhirnya terjadi destruksi jaringan limfoid. 14,34 transcriptase, sehingga terjadi mutasi virus. Domain lokasi
Disamping karena sifat virus tersebut di atas, dikenal tempat terikatnya CD4 relatif stabil dan dapat menetralkan
beberapa keadaan yang menyebabkan HIV terhindar beberapa varian isolat, namun efek netralisasi antibodi
dari respons imunitas tubuh, antara lain: menghilangnya monoklonalnya sangat lemah.3,10 Secara umum dapat
clone sel limfosit CD4+ yang spesifik, menghilangnya dikatakan respons antibodi terhadap HIV sangat lemah,
sel sitotoksik limfosit CD8+, terjadi mutasi virus yang dan hanya sebagian kecil saja dari fraksi antibodi ini yang
diperantarai oleh CTLs, gangguan fungsi ApCs, dan adanya dapat menetralisasi HlV. Karena itu HIV dapat terhindar
respons antibodi netralisasi. dari respons antibodi ini sehingga dapat bertahan hidup,
bereplikasi dan menginfeksi sel lainnya
Banyak yang belum diketahui tentang antibodi terhadap lnteraksi antara HIV dan respons imun pejamu berlangsung
FllV. Apakah bisa antibodi mencegah meluasnya infeksi HIV sangat kompleks, dan dari berbagai penelitian dapat
diialam tubuh, atau sedikitnya berperan untuk menetralkan disimpulkan, bahwa jaringan limfoid merupakan lokasi
t"llV. Pada berbagai infeksi virus, respons antibodi utama terjadinya proses imunopatologi. Organ limfoid
nnempunyai peran sentral untuk klirens virus, namun adalah reservoir utama HIV dan monosit serta makrofag
tnntuk HIV hal ini nampaknya tidak berlaku. Seperti halnya merupakan target pertama dan berperan penting dalam
respons imun selula; sistem imun humoral ditandai oleh proses imunopatogenesis infeksi HlV.
paradox hiperaktivasi dan hiporesponsif. 7,3s H iperaktivasi lnfeksi HIV dapat berlangsung kronik persisten
dilihat dari adanya hiperglobulinemia poliklonal, adanya sebagai akibat gabungan dari sifat karakteristik HIV dan
plasmasitosis pada sumsum tulang,peningkatan ekspresi respons sistem imun yang tidak efektif, dimana HIV dapat
aktivasi sel Iimfosit B, adanya antibodi autoreaktif berintegrasi dengan genom sel pejamu, HIV mempunyai
didalam plasma dan adanya autoimun-like disease kemampuan untuk mengubah struktur sehingga tidak
pada penderita HIV. Hiperreaktif sel limfosit B mungkin dikenal oleh respons imun dan kegagalan respons imun
irerperan dalam meningkatnya kejadian limfoma sel B pada selluler intrinsic dari penyalitnya sendiri. Setelah terjadi
infeksi HlV.Tetapi hubungannya belum jelas, walaupun infeksi, virus baru yang diproduksi akan berinteraksi
didapatkan meningkatnya kadar stimulator sel limfosit B. dengan sel-sel tertentu yang mengekspresikan reseptor
Sebaliknya,secara invitro didapatkan rendahnya respons sel CD4, termasuk sel dendritik plasmasitoid (pDC). Hipotesis
Nfrmfosit B terhadap stimulasi antigen, dimana keadaan ini stimulasi kronik sel T yang meningkatkan aktiva.si respons
sesuai dengan sering terjadinya kegagalan pembentukan imun akan berakhir pada malfungsi. ekshausi dan kematian
antibodi protektif pasca imunisasi dengan vaksin berbahan se1.7,30,31
protein atau polisakarida. Bila dibandingkan antara kasus Adanya aktivasi imun kronik menyebabkan
AIDS stadium lanjut (dimana hitung limfosit CD4 < ZOO/ berkurangnya sel limfosit T CD4+ sehingga terjadi
ut) dengan orang tanpa l-{lV, ternyata produksi antibodi gangguan respons imun dan progresivitas penyakit.
dan terutama antibodi netralisasinya sangat berbeda, Peningkatan ekspresi Eerbagai penanda inflamasi seperti
r"alaupun pada awalnya dimana hitung sel limfosit CD4 HLA-DR, CD38 dan Ki67 pada sel limfosit T CD4 dan T CD8
masih diatas 2OO-5OO/ uL, produksinya tidak begitu menunjukkan bahwa subset sel limfosit ini secara kronik
berbeda. terangsang oleh virus HlV. Terjadi pula produksi interferon
Antibodi spesifik baru mulai muncul pada minggu (lFN)-q ijan IFN-B oleh ptosmacytoid dendritic cel/s (pDC)
kedua atau ketiga, bahkan bisa mundur beberapa bulan melalui induksi Toll-like receptor (TLR), yang mempunyai
-telah infeksi, terutama antibodiyang dapat menetralkan efek stimulasi imun dan efek anti virus, termasuk terhadap
*1N (neutrolizing ontibody). Ada tiga domain dari HIV HlV.7 Pada stadium awal infeksi HIV terjadi stimulasi imun
tlmana antibodi netralisasi dapat efektif, yaitu pada loop bawaan melaluiaktivasi pDC sehingga dapat meningkatkan
tB dari amplop glikoprotein, pada lokasi terikatnya CD4, respons imun adaptif. lnfeksi HIV yang berlangsung kronik
dan protein, transmembran gp41.3 Dari ketiga domain akan menyebabkan terjadinya respons aktivasi imun kronik
brsebut yang paling baik adalah protein transmembran yang menimbulkan gangguan fungsi sel limfosit T. Respons
gp41 karena sekuensnya relatif stabil, dan antibodi yang tidak seimbang ini mempunyai dua konsekuensi
908 INFEKSI HIV DAN AII'S
berupa deplesijumlah sel T yang progresif karena terjadi two side o{ the same coin. N Engl J Med 2000; 34j :IIZG}L.
disregulasi produksi sitokin pro-apoptosis dan hilangnya Kawamura T, Gulden FO, Sugaya IvI, et al. R5 HIV productivelr
infects Langerhans cells, and infection levels are regulated bn'
fungsi sel T secara progresif karena mekanisme supresi
compound CCR5 polymorphisms. Proc Natl Acad Sci LrSA
imun yang berkaitan dengan imunitas bawaan. 2003;100:8401-6
Model ini menunjukkan bahwa paparan berkelanjutan Ruxrungtham K. HIV pathogenesis and clinical implications-
terhadap replikasi virus akan menimbulkan gangguan Paper presented at Symposium on HIV Medicine, BangkcL
Thailand, Janu ary 12-14, 2000.
imunologis yang tidak reversible sehingga, strategi French RF, Stewart G|, Permy R, Levy JA. How HIV producr*
menekan respons imun mungkin memberikan nilaitambah immune deficiency. In: Stewart GJ. Editor. Managing HII:-
disamping terapi antivirus. Data awal menunjukkan Sydney: Australasian Medical Publishing Co.Ltd.1997 :224-
Saeg-Cirion A, Pancino G,Sinet IvI, Venet A, Lambotte O. HI'tr"
kemungkinan ini memang benar demikian adanya. Sejalan
controllers: how do they tame the virus?Trends Immurd
dengan itu kita juga melihat respons klinis terhadap terapi 2007;28:532-540
antivirus sering kurang efektif apabila pengobatan dimulai Sagot-Lerolle N, Lamine A" Chaix ML, et al.Prolong Valproic md
pada penyakit stadium lanjut. treatment does not reduce the size of latent HIV resen-cm
A[DS2008;22:1125 -9
. Peranan sel Tregulator dalam progresifitas penyakit Espertl, Denizot IvI, Grimaldi M,et al. Autophagy is involved inT
masih sukar dipahami dimana hasil penelitian belum cell death after binding of HIV-1 envelope protein to C(CR[
konsisten. Karena dapat menekan aktivasi sel T, mungkin ] Clin Invest 2006;11.6:2761,-72
Guadalope M, Reay E, Sankaran S, et al. Severe CD4+T cd![
sel T reg bermanfaat untuk menekan aktivasi imun yang
depletion in gut lymphoid tissue during primary Htr\--lfl
berlebihan sehingga menurunkan bystonder apoptosis; infection and substantial delay in restoration follon-in6
atau mungkin sel Treg merupakan kerugian karena HAART. J Virol 2003; 77:11708-17
Brenctrley |lvl, Price DA" Shecker TW, et al. Microbial translocaiumr
menekan respons imun adaptif sel T dan menghalangi
is a cause of systemic immune activation in cfuonic F{M
klirens virus.2s-31 Dengan pengetahuan yang lebih rinci infection. Nat Med 2006; 12 1365-71
mengenai imunopatogenesis terjadinya defisiensi imun HazenbergMD, Stuart}W, OttoSA et al. T-cell divisioninhrm
pada infeksi HIV akan dapat membantu upaya pencarian immunodeficiency virus (HIV)-l infection is mainly d* &r
immune activation: a longitudinal analysis in patients befrm
obat dan vaksin HIV. and during highly active antiretroviral therapy (I{A{n$Til
Blood 2000; 95:249-55.
Sousa AE, Carneiro ], Meier-Schellersheim M, Grossmm.S*
Victorino RM. CD4 T cell depletion is linked dtue@x
REFERENSI
to immune activation in the pathogenesis of Hn'-1 d,
HIV-2 but only indirectly to the viral load. I Immr:nol3@
Brenchley |lr,I, Price DA"Douek DC. HIV disease: {allout from 1,69:3400-6.
a mucosal catastrophe? Nat Immunol 2006;7:235-229 Giorgi JV, Lyles RH, Matud fL et al. Predictive va-trae udl
[PubMed:16482171] immunologic and virologic markers after long or *slnnrtt
Picker L]. Immunopathogenesis of Acute AIDS virus Infection. duration of HIV-1 infection. ) A,cquir Immune Defic I
Curr Opin Immunol 2006;\8:399-405.[PubMed:16753288] 2002;29:346-55.
Letvin NL and Walker BD.Immunopathogenesis and Betts MR, Casazza JP, Koup RA. Monitoring HlV-specific
immunotherapy in AIDS virus lnfections.Nat Me d 2003;9 :86L- cell responses by intracellular cytokine production
866 [PubMed:128357061 Lett200L;79:117-25.
Paiardini M. Cervasi B, Dunham R,Sumpter B,Radziewicz Brazille P, Dereuddre-Bosquet N, Leport C, Clayette R Bo
H, Silvestri G. Cel Cycle dysregulation in the immune Vilde lL, Dormont D, Benveniste O. Decreases in
pathogenesis of AIDS. Immunol Res 2004;29:252-268. TNF-alpha level and IFN-gamma mRNA level in
[PubMed:15L81287] blood mononuclear cells (PBMC) and an increase :m
Stanley SK and Fauci AS. Acquired Immunodeficiency Syndrome. mRNA level in PBMC are associated with effectire
In: Rich RR. Editor. Clinical Immunology, principles and active antiretroviral therapy in HlV-infected patitrrn
practice. St. Louis, Wiesbaden: Mosby Co.1999;7:707-38. Exp Immunol 2003 ; 131:3M-11..
Ford ES,Puronen CE, and Sereti I. Immunopathogenesis of Tilling R, Kinloch I Goh LE, et al. Parallel decline or
Asymptomatic Chronic HIV Infection: The Calm before the CD38++ T cells and viraemia in response to quadruple
Storm.Curr Opin HIV AIDS 2009;4(3):206-2L4.doi:10.1097 / active antiretroviral therapy in prima4r HIV infectim.
COH. 0b013e328 329 c68c. 2002;16:589-96.
Boasso A and Shearer GM. Chronic Innate Immune Savarino A" Bensi T, Chiocchetti A, et al.Human CD38 i
activation as a cause of HIV-1 immunopathogenesis. with HIV-1 fusion through a sequence homologous loi
Cl in Immun o1.2008 ;1, 26 (3) : 235 -242. d.o i :1.0.7 01, 6 / j. loop of the viral envelop glycoprotein gp120. Fasebl
cIim.2007.08.015. 17:461,-3.
Herbeuval ]P and Shearer GM. HIV-1 Immunopathogenesis : How Chakrabarti LA, LewinS& Zhangl, et al. Normal T-cell
Good lnterferon Tums bad. Clin Immunol.2007;1?je):121,- sooty mangabeys harboring active simian immunod
128 virus infection. I Virol 2000; 74:1209-23.
Rizzardi GP and Pataleo G.The Immunopathogenesis of HIV-1 Rizzardi GR Harari A, Capiluppi B, et al, Treatment of
Infection. In: Amstrong D, Cohen J.Editors. Infectious HIV-1 infectionwith cyclosporin A coupled withhighs
Diseases. London:Mosby Co.1999 ; 601-12 antiretroviral therapy. ] Clin Invest 2002;109:681€-
Levy ]A. HIV pathogenesis: 25 years of progress and persistent Kinter A, Hennessey M, Bell A, et al. CD4+CD25+
challenges. AIDS 2009; 23:147 -1,60 Tlike cells suppress HlV-specific CD4+ and CD8+
Von Adrian UH and Mac\ay CR. T-Cell Function and Migratiory
L24
GEIALA DAN DIAGNOSIS HIV
Erni J Nelwan, Rudi Wisaksana
Tabel' l.rGeiala,ttlinis',tn*kst:rr,
' .' ,,, i,
910
€EJALA DAN DIAGNOSIS HIV 911
{arena infeksi oportunistik. Pengenalan gejala dan Kelompok penyakit di atas, pada penelitian ini
temeriksaan yang teliti perlu dilakukan supaya upaya dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang cukup sering
-ntuk melakukan konseling dari hasil temuan pemeriksaan dalam lima tahun sebelum pasien didiagnosis HlV.
*linis ini dapat dilakukan secara tepat dan segera. Hasil penelitian ini menjadi hal penting terutama
Pengenalan gejala HIV tersebut di atas, sangat erat pada dokter dilayanan primer atau untuk dokter yang
-uga kaitannya dengan program untuk memulai pemberian tidak khusus menangani kasus HIV menjadi lebih
ooat antiretrovirus (ART), selalin pemeriksaan kadar CD4 waspada.
:alam darah.
DIAGNOSIS H!V
IIIID!KATOR PENYAKIT UNTUK HIV
Diagnosis HIV ditegakkan dengan kombinasi antara
Selain memahami tentang gejala yang tidak khas yang gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.Seperti juga
nerkaitan dengan infeksi HIV saat ini salah satu tujuan halnya penyakit infeksi lainnya, diagnosis laboratorium
Fenanganan kasus HIV adalah mendeteksi kasus dengan HIV dapat dengan cara deteksi langsung virus HIV
segera untuk dapat mencapai angka NOL terhadap infeksi atau bagian-bagian dari virus HIV misalnya dengan
uaru, kematian dan diskriminasi. Salah satu pendekatan pemeriksaan antigen p24, PCR HIV-RNA atau kultur
Jenting yang dapat dilakukan adalah dengan memahami virus; atau dengan cara tidak langsung yaitu adalah
renyakit-penyakit yang bisa menjadi indikator untuk HIV dengan deteksi respon imun terhadap infeksi HIV atau
dri waktu yang akan datang. Keterlambatan diagnosis HIV konsekuensi klinis dari infeksi HIV. Pemeriksaan tidak
toak hanya terjadi dinegara berkembang namun juga di langsung lebih sering dipergunakan karena lebih mudah
regara maju, seperti yang baru ini di sampaikan pada dan murah daripada pemeriksaan langsung, tetapi
E;uropeon Centre
for Disease Control ond Prevention's mempunyai kerugian terutama karena respon imun
D,ublin Declaration Progress Report 2010. memerlukan jangka waktu tertentu sejak mulai infeksi
Penelitian yang dilakukan di Denmark memperlihatkan HIV hingga timbul reaksi tubuh. Pada waktu yang sering
rahwa dari lebih 2000 orang pasien yang didiagnosis HIV disebut masa jendela atau 'window period'ini tubuh
memiliki catatan kunjungan ke rumah sakit untuk berbagai telah terinfeksi tetapi pemeriksaan antibodi memberikan
r,acam penyakit dalam lima tahun sebelumnya.3 hasil negatif.Masa jendela dapat berlangsung hingga 6
bulan, tetapi sebagian besar berlangsung kurang dari
Bd 2. Kategori renya$t
ry,1g,Iflenjadi
lndrkatgr 3 bulan.
Htv
Penyakit Odds Ratio
llnfeksi menular seksual dan 12,3 (9,60-15,7)
PEMERIKSAAN ANTIGEN P24 .
fircpatitis virus
Salah satu cara pemeriksaan langsung terhadap virus HIV
llnfeksi saluran napasbawah 3,98 (3,14-5,04)
untuk mendiagnosis HIV adalah pemeriksaan antigen
lnfeksi intrakranial 3,44 (1,74-6,80)
p24 yang ditemukan pada serum, plasma, dan cairan
Itnfeksi kulit 3,05 (2,47-3,75) serebrospinal. Kadarnya meningkat saat awal infeksi dan
Fenyakit hematologi 4,28 (3,13-5,85) beberapa saat sebelum penderita memasuki stadium
Kanker tidak terkait HIV 1,72 (1,24-2,40) AIDS. Oleh karena itu pemeriksaan ini dapat digunakan
Penyakit THT 1,84 (1,53-2,21) sebagai alat monitoring terapi ARV. Sensitivitas
Penyakit kulit lain pemeriksaan ini mencapai 99% dan spesifitasnya lebih
1,52 (1,16-2,01)
tinggi hingga 99.9o/o. Pada penderita yang baru terinfeksi,
Penyakit gastroentritis 1,39 (1,20-1,60)
antigen p24 dapat positif hingga 45 hari setelah infeksi,
Fenyakit mata 1,27 (0,98-1,64)
sehingga pemeriksaan antigen p24 hanya dianjurkan
Fenyakit paru 1,17 (0,85-1,60) sebagai pemeriksaan tanbahan pada penderita risiko
Fenyakit ginjal 1,16 (0,80-1,69) tinggi tertular HIV dengan hasil pemeriksaan serologis
Penyakit neurologis O,g3 (0,71-1 ,22) negatif, dan tidak dianjutkan sebagai pemeriksaan awal
Irauma yang berdiri sendiri.Pemeriksaan antigen p24 juga dapat
0,87(0,78-0,97)
digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV pada bayi
Fenyakit reumatologi 0,72 (0,62-0,85)
yang lahir dari ibu HIV positif. Sensitifitas-nya bervariasi
Penyakitendokrinnon-diabetes O,60(0,42-0,86)
sesuai umur dan stabil pada bayi berumur lebih dari 1
Diabetes 0,40 (0,23-0,69) bulan.
9t2 INFEKSI HIV DAN AtE
S['RVEILANS
Fada su rveilans, sensitivitas pemeriksaan kurang penting Gambar 1. Algoritme pemeriksaan dengan strategi I
A1 positif A1 negatif
Al nos,,A2
A1 pos, A2 pos
+
Al positif -T
L{ - Al negatif- -*-1
--;;;>-
={:::z
AL pos, A2 neg
?ndah, akan memiliki nilai duga positif rendah, walaupun kedua dan ketiga dianggap "indeterminate" pada individu
-enggunakan pemeriksaan dengan spesifisitas yang yang mungkin pernah terekspos HIV sedikitnya pada 3
:.ggi. Karenanya, pemeriksaan tambahan dibutuhkan bulan terakhir dan dianggap "negatif" pada individu yang
aEar tidak terjadi overestimasi prevalensi HIV pada daerah tidak mempunyai risiko infeksi HlV.
rersebut. Hasil pemeriksaan yang memiliki hasil berbeda
rcsudah pengulangan dengan dua pemeriksaan dianggap
ndeterminate, tetapi tidak seperti pada tujuan diagnosis, REFERENS!
rasil indeterminate pada surveilans tidak memerlukan
Femeriksaan lebih lanjut. Hasil indeterminate dilaporkan 1,. WHO 2010. Antiretroviral therapy for HIV infection in adults
and adolescents: recommendations for a public health ap-
aan dianalisis secara terpisah. proach.
2. PedomanNasionalPelayananKedokteran. TatalaksanaHlV/
AIDS 2011. (in press)
DIAGNOSIS
3. Sogard OS, Lohse N, Ostergaard L, Kronborg G, Roge Birgit,
Gersto{t J, Sorenson HT, Obel Niels. Morbidity and Risk of
Subsequent Diagnosis of HfV: a population based case control
5:.ategi pemeriksaan untuk kepentingan dapat study identifying indicator diseases for HIV infection. Plos
m'enggunakan strategi ll atau lll tergantung prevalensi ane,7(3),2012
-'t' pada kelompok tersebut. Pada kedua strategi serum 4. HIVASSAYS:OPERANONALC}IARACTERISTICS(PFIASE
1) WHO Library Cataloguing-in-Publication Data World
arau plasma diperiksa menggunakan ELISA/ uji cepat Health Organization. HIV Assays: Operational Characteristics
aada pemeriksaan pertama. Pada strategi ll (Gambar Report 14 / Simple/Rapid tests. World Health Organiza-
tioru 20(X
A setiap spesimen dengan hasil positif diperiksa ulang 5. Owen SIvI, Yang C Spira T, Ou CY, Pau CP, Parekh BS dkk.
rmnenggunakan metode ELISA/ uji cepat kedua yang Alternative Algorithms for Human Immunodeficiency Virus
n emiliki preparasi antigen yang berbeda dan atau prinsip Infection Diagnosis Using Tests That Are Licensed in the
Ee.neriksaan yang berbeda (misalnya pemeriksaan indirek
United States. Journal of Clinical Microbiology, 46:5,2008,
1588-95
rarr kompetitif). Serum dengan hasil "reaktif" pada dua 6. PlateDK. Evaluation and Implementationof Rapid HlVTests:
pemeriksaan dianggap "positif" memiliki antibodi HlV. The Experience in 11 African Countries, AIDS research and
lerum dengan hasil pemeriksaan "non- reaktif" pada Human Retroviruses. 2002 2; 12, 7497-8.
perneriksaan pertama dianggap "negatif" dan tidak 7. Departemen Kesehatan Direktorat ]enderal Bina Pelayanaa
Medik, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik. Hasil
memiliki antibodi HlV.1,2 Serum dengan hasil reaktif pada Evaluasi Reagensia HIV di lndonesia. Jakarla.2006
Ee"neriksaan pertama, tetapi non reaktif pada pemeriksaan 8. World Health Organization. Rapid HIV Tests: Guidelines for
nedua, harus diperiksa ulang dengan kedua pemeriksaan. Use in HIV Testing and Counselling Services in Resource-
constrained Settings. France. 2004.
nesil yang sama dari kedua pemeriksaan mengindikasikan
9. Wright RJ, Stringer JS. Rapid Testing Strategies for HIV-1
irasil "positif" atau "negatif". Bila hasil pemeriksaan dari Serodiagnosis in High-Prevalence African Settings. American
ouu,a pemeriksaan tetap berbeda, hasil pemeriksaan ]ournal of Preventive Medicine. 2004;27 (1):42-8
10. Indrati AR. Metode dan Algoritme Pertreriksaan HIV. Su-
t,anggap "indeterminate".
mantri & Wisaksana & Hariantri Y (Eds). Buku Panduan
Sedangkan pada strategi lll untuk diagnosis (Gambar Dukungan Perawatan dan Pengobatan Komprehensif HIV-
Jrr setiap sampel dengan hasil reaktif harus diperiksa AIDS. Bandung. 2010. 45-55.
ruEng menggunakan 2 pemeriksaan yang berbeda. Serum
11. Weiss SH, Cowan EP. Laboratory Detection of Human Retro-
virus Infection. In Wormser GP (Ed). AIDS and other manifes-
dengan hasil "non- reaktif" pada pemeriksaan pertama, tations of HIV infection. 4th ed. New York. 2003. 143-80.
lienggap "negatif"/ tidak memiliki antibodi HlV. Serum
dengan hasil reaktif pada pada pemeriksaan pertama,
le,:api non- reaktif pada pemeriksaan kedua, harus diulang
iecgan kedua pemeriksaan. Pada strategi lll, dibutuhkan
Ere--neriksaan ketiga pada serum dengan hasil reaktif pada
merneriksaan kedua. Ketiga pemeriksaan pada strategi
ll harus merupakan 3 pemeriksaan dengan preparasi
urtigen yang berbeda dan/atau prinsip pemeriksaan
6ng berbeda. Serum dengan hasil "reaktif" pada ketiga
perneriksaan dianggap "positif" atau memiliki antibodi
*iliid Serum dengan hasil yang berbeda pada pemeriksaan
iiedua atau yang reaktlf pada pemeriksaan pertama
lar kedua, tetapi non reaktif pada pemeriksaan ketiga,
rdi anggap "indeterminate". Serum yang reaktif pada
Kewaspadaan universal berarti kewaspadaan secara apakah HIV/AIDS atau tidak. Kontak dengan kulit yaqg
menyeluruh dalam mengurangi risiko penularan patogen tidak utuh dan kontak dengan membrana mukosa jugn
HIV/AIDS melalui darah atau cairan tubuh. Cairan tubuh harus dihindari.
yang dimaksud adalah:
. air mani Perlengkapan Pencegahan
. cairan ketuban 1. Sarung tangan.
. cairan vagina Harus memakai sarung tangan bila kontak langruq
. cairan plasenta dengan darah atau cairan tubuh dan kontak langrunq
. cairan otak dengan kulit yang tidak utuh atau membram
. cairan rongga perut mukosa.
. cairan luka Sarung tangan harus terbuat dari latex i6n 5cqu{
. air susu dengan ukuran tangan. Sardhg tangan harus selt
. cairan jaringan pakai.
. cairan sendi Disinfeksi sarung tangan dengan alkshol
. cairan perikardial dianjurkan karena virus bisa menetap di latex.
. cairan tubuh sekresi dan ekskresi 2. Apron plastik
. cairan pleura Harus dipakai untuk cegah kena darah atau
. cairan yang mengandung darah di air liur tubuh.
Cairan tubuh yang mengandung mikro-organisme Dapat didisinfeksi untuk dipakai sekali lagi.
patogen adalah :
3. Alat Pelindung mata.
. tinja Kaca mata pelindung atau visor untuk
. muntah percikan darah atau cairan tubuh ke konjungtirra_
. kencing 4. Masker.
. dahak Dipakai untuk melindungi mulut dan hidung.
5. Luka kulit.,'
Cairan tubuh yang tidak mengandung kuman patogen Luka atau abrasi kulit tangan dan lengan bawah
adalah:
ditutupi dengan pembalut tahan air.
. air mata 6. Cuci tangan atau penggunaan antiseptik.
. keringat Harus segera dilakukan dengan memakai air
. ingus sabun setelah kontak dengan cairan tubuh
. air liur memakai sarung tangan. Cuci tangan penting
Kewaspadaan universal berarti juga bahwa semua menghindari penyebaran infeksi di Rumah SakiL
darah dan cairan tubuh harus ditangani sebagai penularan Ada 2 tipe cuci tangan
penyakit yang berbahaya walaupun belum diketahui
fiEWASPADAAN UNIVERSAL PADA PETUGAS KESEHATAN HIV/AIDS
917
6.1 Cuci tangan sosial. dan tidak mudah rusak. Buka dan tutup
- sebelum dan sesudah kontak dengan segera tempat penyimpanan agar tidak
penderita. terkontaminasi bakteri. Bila telah kosong
- mulai dan setelah kerja atau dinas. tempat penyimpanan segera dikirim ke
- bila menyentuh barang-barang kotor. farmasi untuk dicuci dan diisi ulang.
- bila ada kontak dengan cairan tubuh atau Sabun dan air.
barang organik. - Sabun dan air dapat menghilangkan
setelah dari toilet kontaminasi organik pada pencucian tangan
setelah membuka sarung tangan. secara sosial. Basil gram negatif yang resisten
setelah melakukan tindakan tak steril dapat terkontaminasi di batang sabun dan
setelah kontak dengan penderita waktu dapat menular ke staf dan penderita. Sabun
ronde atau tindakan rutin seperti bereskan harus tersimpan dalam keadaan kering dan
tempat tidur. alkohol 70 % harus tersedia untuk dipakai
5.2 Cuci tangan aseptik. setelah mencuci tangan.
- persiapan untuk tindakan aseptik seperti - Disinfektan.
pemasangan jalur vena sentralis, kanula - Chlorhexidine dan povidine iodine dapat
kanula periferal, atau kateter kencing menghilangkan kontaminasi organik. Bila
- cuci tangan dan pakai disinfektan dan juga alergi terhadap chlorhexidine maka dapat
pakai sarung tangan steril. dipakai povidone iodine.
7. Fasilitas isolasi.
Cara mencuci tangan.
- lepaskan cincin, perhiasan, arloji dan gulung Kamar isolasi tersendiri harus disediakan untuk
penderita dengan ketergantungan yang tinggi. Bila
lengan baju,
basahi tangan dengan air yang mengalir dirawat dalam ruangan penderita harus dianggap
juga telapak tangan dan pakai sabun yang berisiko tinggi dan isolasi tidak diperlukan.
berbusa. Perlengkapan pencegahan seperti baju, sarung
gosok kedua tangan serta sela-selajari satu tangan, apron dan masker harus disediakan.
persatu sampai seluruh tangan bersih. Tumpahan darah dan cairan tubuh.
Harus ditangani secepat mungkin.
cuci pergelangan tangan dan bagian belakang
tangan, - pakai sarung tangan dari latex.
bilas dengan air yang mengalir. - tutupi tumpahan dengan granula hypochlorite
keringkan tangan dengan anduk sekali atau dengan re4daman kertas anduk cairan
pakai. hypochlorite (1000 p.p.m chloride atau 10.000
p.p.m. untuk tanah yang padat.)
Cuci tangan aseptik - biarkan 2 menit untuk waktu kerja desinfektan
- selesai jangan menyentuh barang-barang - bersihkan tumpahan seperti pembersihan klinis.
tidak steril. - bersihkan permukaan dengan air dan detergen
- pakai sarung tangan steril. 9. Sterilisasi dan disinfeksi.
- lepas sarung tangan setelah tindakan dan Semua penyebab kuman patogen melalui darah akan
segera cuci tangan. mati dengan sterilisasi pemanasan.
Disinfektan tangan. Rekomendasi suhu minimal :
- Alkohol 70 %" harus dipakai untuk bilas - 1 15" C x 30 menit atau
tangan. - 121" C x 15 menit atau
- bila berpindah kelain penderita - 126'C x 10 menit atau
- setelah tindakan non-steril tapi bukan kontak - 134'Cx3menit.
dengan cairan tubuh. Sinar ultraviolet dengan dosis kurang dari 5 x 1031/m2
- Setelah kontak dengan permukaan barang atau radiasi gamma dibawah
yang terkontaminasi. - 2x 10 rad tidak dapat membunuh virus ini.
- Sebelum kontak dengan penderita yang AIat-alat yang peka panas seperti gelas serat
neutropeni atau yang tergantungan tinggi. didisinfeksi dengan 2 % glutaraldehyde selama 10
- 30 menit kemudian dicuci dengan bersih sebelum
Semua disinfektan tangan termasuk sabun dipakai. Disinfeksi dengan pemanasan 85" C x 3 menit
harus disimpan di tempat yang steril, cukup efektif.
Tempat menyimpan harus bebas kontaminasi
Disinfektan
918 INFEKSI HIV DAN A16
- Hypochlorit dipakai untuk permukaan dan 2 11. Pembuangan sampah alat sekali pakai.
% gluteraldehyde untuk alat-alat yang peka - Sampah dari klinik, nonklinik dan dari dapur.
pemanasan.
Barang-barang tajam.
PENCAIRAN CHLORINE - harus sekali pakai kemudian dibuang.
- jarum alat suntik tak boleh dipakai ulang.
Barang pecah gelas.
- ini termasuk katagori benda-benda tajam.
- pakai sarung tangan yang tebal
- pakai surat kabar atau kertas yang tebal untJr
mengumpulkan gelas yang pecah.
Chlorine perlu 0,5 o/o (51/liler, 0,05-0,1 o/o ( 19/
diencerkan 5000 p.p.m.) literr 500-1000
- masukan pecahan gelas kedalam kantorq
p'p'm') kertas.
Cairan sodium 100 ml/liter 10 - 20 mllliter - kemudian masukan dalam boks dengan tulisamr
hlpochlorite ( 5 % pecahan gelas.
chiorine ) - beri tau petugas mengenai pecahan gelas ini-
Calcium hypochlorite 7.0 g/liter 0.7 * 1.4 g/liter
70 7o tersedia Kotoran dan limbah cair.
sebagai chlorine - harus segera dibuang di toilet dan dibersihxalrrn
Sodium 8.5 g/liter 0.9 = 1.7 g/liter yang benar.
dichloroisocyanurate
(NaDCC) ( chlorine
- darah dan cairan tubuh harus ditempatrarnm
60 "/" ) dikantong yang berwarna kuning untuk di bauun
NaDCC berupa tablet 4 tablet/liter % - 1 tableV liter ke incinerator atau tempat pembakaran.
( 1.5 g chlorine - bila tempat pembakaran tak ada dapat dimasu*anm
tablet ) dalam tanah dihalaman rumah sakit sedalanr 4's
Chloramine 20 glliter 10 - 20 g/liter meter.
(tosylchloramide
12. Tertusuk jarum suntik.
sodium, chloramines T
( tersedia sebagai 25 - beri gammaglobulin hiperimun untukyang beilllnrn
% chlorine) divaksinasi hepatitis B dalam waktu 48jam pailmrry
#Chloramine melepaskan chlorine secara lambat dibandingkan lambat dari waktu yang tertusuk. Kemuciilrn
dengan dohypochlorite vaksinasi hepatitis B bila hepatitis BleAg +.
Cairan chloramine dapat mengaktifasi material biologis seperti
protein dan darah sehingga baik untuk pembersihan barang
- Bila Hepatitis BleAg - cqkup Hepatitis B remm
yang bersih maupun yang kotor. Chlorine sangat tak stabil. saja.
Gunakan botol coklat dengan lama penyimpanan maksimal 30 - Bllatertusukjarum dari penderita HIV/AIDS
hari dan jauh dari sinar matahari. harus diberi Zidovudine segera dalam 24 jarnn
13. Binatu atau Loundry.
10. Tindakan intravena. Harus ada prosedur untuk mendistribusikan
Harus dilakukan oleh yang telah berpengalaman. selimut bersih dan mengumpulkan, mena
Harus memakai, sarung tangan, apron plastik, masker menyimpan, mengangkut dan membersihkan
serta kaca mata. selimut yang telah dipakai. Semua seprei,/
Perlu vacutainerjarum suntik, serta tempatnya. Jangan yang telah dipakai harus diperlakukan
masukan jarum ketempatnya potensial infeksius dan ditempatkan dalam
Pengambilan darah serta pengangkutannya. standar untuk seprei. Bila ada risiko
- batasi tes yang perlu untuk mengurangi resiko akibat cairan tubuh maka kantong untuk seprei
penularan. ditempatkan dalam kantong plastik yang tahan
- kumpul sampel darah secara tertutup beri nama Kantong untuk seprei/selimut harus diisi harya
dan keterangan yang jelas. perempatnya dan harus diamankan sebelum
- punksi vena hanya dari petugas yang Sarung tangan dari kulit atau bahan tahan
berpengalaman. Sarung tangan ganda 2 serta harus dipakai karena mungkin ada benda-
anduk kertas diletakkan di bawah tempat tajam yang tertinggal didalam seprei/selimut
pengambilan darah. Hindari kontaminasi serta untuk benda tajam harus tersedia untuk
percikan darah. benda tajam yang ditemukan dan harus dicatat
- pengiriman darah dengan contoiner khusus. dilaporkan.
- tangani jarum suntik yang besar. Semua seprei/selimut harus dicuci dengan
BASPADAAN UNIVERSAL PADA PETUGAS KESEHATAN HIV/AIDS 919
- penyimpanan, pengolahan dan pembuangan ILO: Guidelines on occupafidnal safety and health management
akhir limbah sebagaimana dituntut oleh peraturan /
system: ILO-OSH 2001, Geneva 2001. http:/ www.ilo.
dan pedoman teknis yang relevan org/ public/ english/ protection/ saf ework/ cops/ english/
fl5- Penanganan mayat. download/e000913.pdf
Jere DL, MScN RN, Kaponda CPN. Improving Universal
Penularan HIV/AIDS melalui kontak seksual, darah Precautions and Client Teaching for Rural Health Workers:
dan produk darah. Walaupun demikian penanganan A Peer-group Intervention.
mayat HIV/AIDS atau yang dicurigai harus berhati-hati Malawi.2010.h al.'1.-14.
Parmeggiani C, Abbate & Marinelli P. Healthcare workers and
dengan darah, produk darah dan cairan tubuh dari health care-associated lnfections: knowledge, attitudes
mayat tersebut. Semua pedengkapan harus dipakai and behavior in emergency departments in Italy. Naples.
oleh mereka yang menangani mayat seperti sarung Parmeggiani et al. BMC Infectious Diseases.2010. hal. 1-9.
Public Hospital Sector Occupational lrpalth and Safety
tangan, maske4 apron plastik yang kedap airi kaca
Management
mata dan sepatu boot. Orang dengan luka terpotong, Framework Model, Department of Human Services.
terbakaI terbuka dan penderita yang defisiensi imun Melboume, Stae of Victoria, Australia. 2003. http: www.
kesehatan.vic. gov.au/ ohs.
dilarang menangani mayat. Semua petugas kesehatan
Rahman MZA, Doraisamy G, Yusof AR. Kementerian Kesihatan
harus menghormati agama mayat walaupun ada Malaysia AIDS series Universal Infection Control Precaution.
perbedaan. Sarung tangan kalau pedu ganda dan cuci Kuala Lumpur Malaysia. Ministry of Hea1th Malaysia. 2005.
tangan dengan sabun setelah tindakan. Keluarga tak hal 2-45.
Uti OG, Agbelusi GA, Jeboda SO. In-fection control knowledge
boleh memeluk atau mencium mayat. and practices related to HIV among Nigerian dentists. Lagos.
Meninggal di rumah sakit. J Infect Dev Ctries 2009;3(8): 604-10.
- penderita yang meninggal di rumah sakit harus IiVHO: Guidelines on prevention and control of hospital associated
infections, Regional Office for South-East Asia (New Delhi,
dilaporkan sesuai peraturan dan diberitahu ke
keluarga serta pemakaman dalam waktu 24jam.
200)), http: / / whglibdoc.who.int.searo/2002lsEA HLM
343.pdt.
- Mayat ditempatkan dalam kantong mayat yang Yanri Zulrniar. Pedoman Bersama ILO/IAIHO tentang Pelayanan
tembus pandang. Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta. Direktorat Pengawasan
Kesehatan Kerja.
- Pakai trolley yang mudah didisinfeksi dengan Direktorat fenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
sodium hypochlorite. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI September
- Sprei dan pembalut mayat harus direndam 2f,05.hal25-52.
dengan sodium hypochlorite paling sedikit
setengah jam.
126
KOINFEKSI HIV DAN VIRUS HEPATITIS B (VHB)
Agus K. Somia, Erni J. Nelwan, Rudi Wisaksana
PENDAHUTUAN kadar SGOT persisten > 2 kali dari nilai batas atas nonrarCl
selama 1 bulan pemantauan. Apabila didapatkamm
lnfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat meningkatkan kecenderungan peningkatan kadar SGOT atau kadhr
morbiditas dan risiko mortalitas 4x lipat lebih tinggi pada SGOT > 5 kali nilai batas atas normal dapat terlaflil
pasien HIV pada pasien yang belum dan sudah memulai hepatitis berat/dekompensasi hati; selain itu apahflh
ARV. Peningkatan risiko kematian lebih banyak pada pasien serum HBV-DNA > 108 kopi/ml atau bila telah didapatrm
HBsAg positif dibandingkan dengan pasien HBsAg negatif fibrosis berat pada pemeriksaan fibroscan. Pada kondfidii
atau pada pasien dengan kadar CD4 yang rendah. Bila diatas inisiasi pengobatan perlu segera dilakukan
koinfeksi VHB/HlV tidak diobati, proses sirosis hati terjadi mencegah terjadinya dekompensasi hati. Apabila
lebih cepat serta karsinoma hepatoselular dapat muncul didapatkan tanda dekompensasi hati, contohnya
pada usia lebih awal dan agresif. Perlu diketahui juga pasien dengan kadar HBV DNA < 106kopi/ml,
bahwa pada pasien yang telah mengalami serokonversi HBeAg spontan dapat mendahului turunnya kadar
HbsAg, reaktivasi replikasi virus Hepatitis B dapat terjadi yang kemudian baru diikuti remisi penyakit. Pada
akibat defisiensi imunitas selular.l Telah terbukti bahwa terakhir ini, pengobatan dapat $,itunda selama 3 buhmn#
pengobatan VHB dapat mengurangi morbiditas dan Obat yang dapat digunakan pada pasien
mortalitas pada pasien HlV, pemilihan obat dan waktu untuk dekompensasi hati yaitu interferon konvensional
memulai terapi perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan Pegl FN-a2a, lamivudin, adefovir; entecavir; dan
terapi. Pada pasien viremia (tanpa melihat status HBeAg)
SGOT >5 kali nilai batas atas normal direko
menggunakan entecavir, telbivudin, atau I
HBV DNA < 20,000 IU/mL HBV DNA > 20,000 iU/mL
(<10'kopi/mL) (> 10'kopi/mL)
Tidak diterapi Tidak diterapi Tidak diterapi . Obatijika persisten (3-6 . Indikasi dilakukan
Monitor HBV DNA, Monitor HBV DNA, Monitor HBV bulan) atau memiliki pengobatan
HBeAg, ALT/3-6 HBeAg, ALT/3 DNA, HBeAg, kecenderungan . Jika HBV-DNA <2
lan bulan ALT/1-3 bulan terjadinya x103lU/mL, obsevasi
dekompensasi hati selama 3 bulan untuk
. Biopsi hatijika pasien > 40 . Terapi berbasis serokonversi jika tidak
tahun interferon, entecavit memiliki kecenderungan
. Obatijika inflamasi moderat telbivudine, adefovir dekompensasi hati
atau fibrosis pada biopsi merupakan opsi lini . Terapi berbasis interferon,
pertama entecavir; telbivudine,
lamivudine
direkomendasikan,
terutama bila terdapat
kecenderungan
dekompensasi hati
HBV DNA < 20,000 IU/mL HBV DNA > 20,000 IUlmL
(<104 kopi/mL) P l-0'kopi/mL)
Tidak diterapi Tidak dlterapi Tidak diterapi Obati jika persisten (3-6 bulan)/memiliki
Monitor HBV DNA, Monitor HBV DNA, Monitor HBV kecenderungan terjadinya dekompensasi hati
dan ALT, 6-12 dan ALT/3 bulan DNA dan interferon, entecaviI adefovir; telbivudine
bulan ALT/I--3 bulan Umumnya pengobatan antiviral jangka lama
diperlukan
Gambar 2
DiNFEKS| Htv DAN VIRUS HEPAT|TIS B (VHB)
923
Koinfeksi VHB/HIV
Gambar 3. Alur pengobatan untuk terapi VHB pada pasien koinfeksi Hlv (EAcs 2009).1
lfffierangan gambar:
a Pasien sirosis harus dirujuk untuk penilaian varises, monitor HCC reguler dan harus dirujuk awal untukpenilaiantransplantas. Pasien
dengan sirosis hati danjumlah.CD4 rendah memerlukan pengawasan hati-hati dalam bulin-bulan pertama setelah dimulainyaHAART
agarterhindardari immune-reconstitution syndrome dan dekompensasi hati akibat peningkatanen zimhati
& Lihat gambar 1 untuk penilaian indikasi terapi VHB. Beberapa pakar percaya bahwa semua pasien terinfeksi VHB yang memerlukan
HMRT harus mendapat TDF+3TC atau FTC kecualiterdapat intoleransi TDE terutama pada pasien koinfeksi vHaTHiv dengan fibrosis
hati lanjut.
'c Jika pasien tidak bersedia untuk memakai ART dini,adefovir dan telbivudine dapat digunakan sebagai iikbrnatif untuk mengendalikanVHB
saja. Data in vitro menunjukkan tidak adanya pengaruh telbivudine terhadap kapasitas replikisi HIV.
'd" Lamanyapengobatan: 48 mingguuntuk PEG-lNF; penentuan kuantitas HBsAg selama pengobatan pada pasien hepatitis B kronik
dengan HBeAg (-) yang diobati dengan PEG-INF dapat membantu identifikasi pasien yang dapat sembuh derlgan terapi ini dan
mengoptimalisasi strategi penobatan
(r Pada kasus intoleransi tenofovir (yaitu penyakit ginjal), maka dapat dipertimbangkan pemakaian entecavir + adefovirata! tenofovir
dalam dosis yang disesuaikan dengan klirens ginjal. Substitusi NRTI hanya boleh dilakukan jika dinilai layak dan tepatdari perspektif
mempertahankan penekanan HlV. Hati-hati pada peralihanjenis obat yaitu dari regime tenofovirkeobat dengan penghalang genetik
yang lebih rendah, misalnya FfCnfC, khususnya padapasiensirosis yang diberi lamivudine karena perkembangan virus akibit mutasi
YMDD telah diamati.
Sel limfosit CD4 merupakan target utama pada infeksi diameter 1000 angstrom yang termasuk retrovirus dsliiil
HlV. Sel ini berfungsi sentral dalam sistem imun. Pada famili Lentivirus.l2 Strukturnya terdiri dari lapisan luar ffi
mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi envelop yang terdiri atas glikoprotein 9p120 yang
HIV namun dengan perjalanan dari waktu ke waktu pada glikoprotein gp 4. Dibagian dalamnya
HIV akan menimbulkan penurunan jumlah sel limfosit lapisan kedua yang terdiri dari protein p17. Setelafi
CD4, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel terdapat inti HIV yang dibentuk oleh protein p24.
lainnya dalam sistem imun tersebut. Keadaan ini akan inti terdapat komponen penting berupa dua buah
menimbulkan berbagai gejala penyakit dengan spektrum RNA dan enzim reverse tronsuiptase (Gambar 1).
yang luas. Gejala penyakit tersebut terutama merupakan Dikenal dua tipe HlV, yaitu HIV-1 yang di
akibat terganggunya fungsi imunitas selular; di samping pada tahun 1983. dan HIV-2 yang ditemukan pada
imunitas humoral karena gangguan sel T helper (TH) 1986 pada pasien AIDS diAfrika Barat. Epidemi HIV
untuk mengaktivasi sel limfosit B. HIV menimbulkan global terutama disebabkan oleh HIV-1, sedangkan
patologi penyakit melalui beberapa mekanisme, antara HIV-2 tidak terlalu luas penyebarannya, hanya
lain: terjadinya defisiensi imun yang menimbulkan Afrika Barat dan beberapa negara Eropa yang
infeksi oportunistik, terjadinya reaksi autoimun, reaksi hubungan erat dengan Afrika Barat.
hipersensitivitas dan kecenderungan terjadinya malignansi HIV-'l maupun HIV-2 mempunyai strukturyang
atau keganasan pada stadium lanjut. sama, HIV-1 mempunyai gen vpu tetapi tidak"
lnfeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama, vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2 mempunyai vpr
yaitu transmisi melalui mukosa genital, transmisi langsung tidak mempunyai vpu. Perbedaan struktur g
ke peredaran darah melalui jarum suntik, dan transmisi
vertikal dari ibu ke janin. Untuk bisa menginfeksi sel, HIV
ViruS,Struetufb
memerlukan reseptor dan reseptor utama untuk HIV adalah
:: ,gp 120 ,Virdl r
{s/RNA
STRUKTUR H!V Reverse transcriptage.(RT)
HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis dengan Gambar 1. Struktur HIV
IESPONS ]MUN INFEKSI HIV 925
tralaupun sedikit, diperkirakan mempunyai peranan Th mengekspresikan reseptor lL-2 dan produksi lL-2
dalam menentukan patogenitas dan perbedaan perjalanan dan sitokin lain yang dapat mengaktivasi makrofag,
oenyakit diantara kedua tipe HIV tersebut. Karena HIV-1 CTLs (sitotoksik T limfosit atau TC) dan sel limfosit B.
rcng lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian lL-2 juga akan berfungsi autoaktivasi terhadap sel Th
ttrnis dan laboratoris lebih sering dilakukan terhadap semula dan sel Th lainnya yang belum memproduksi lL-2
lriV-1. untuk berproliferasi. Jadi dengan demikian akan terjadi
amplifikasi respons yang diawali oleh kontak APCs dengan
sel Th semula.
Aktivasi sel Tc yang berfungsi untuk membunuh
benda asing atau nonself-antigen, dan Tc dapat dibedakan
dengan Th karena Tc mempunyai molekul CD8 dan akan
mengenal antigen asing melalui molekul MHC class I.
Seperti sel Th, sel Tc juga teraktivasi melalui dua sinyal,
yaitu sinyal pertama adalah interaksi reseptor Ag-TCR
dengan kompleks epitop benda asing dan molekul MHC
Class l. Sel tersebut bisa berupa sel tumor atau jaringan
asing. Sinyal kedua adalah rangsangan dari sitokin lL-2
Gembar 2. Perbedaan struktur gen HIV-1 dan HIV-2
yang diproduksi oleh sel Th tersebut.
Tangan ke tiga dari imunitas selular di lakukan oleh sel
SEL TARGET NK (natural kiLLer), yailu sel limfosit dengan granula kasar
dengan petanda CD16 dan CD56. Fungsinya secara non
Sel yang merupakan target utama HIV adalah sel yang spesifik menghancurkan langsung sel-sel asing, sel tumor
rempunyai reseptor CD4, yaitu limfosit CD4+ (sel T helper atau sel terinfeksi virus. Atau juga dengan cara spesifik
aEau Th) dan monosit/makrofag. Beberapa sel lainnya yang untuk sel-sel yang di lapisi oleh ontibody dependent cell
dapat terinfeksi yang ditemukan secara in vivo atau in m e d iate d cytotoxicity (ADCC).
rq'ro adala h megakariosit, epidermal langerhans, periferal Aktivasi sel limfosit B memerlukan paling sedikit
dendritik, folikular dendritik, mukosa rektal, mukosa tiga sinyal, yaitu pertama oleh imunogen yang terikat
saluran cerna, sel serviks, mikroglia, astrosit, sel trofoblast, pada reseptor antigen, dan dua sinyal lainnya adalah
linnfosit CD8, sel retina dan epitel ginjal. Beberapa sel yang limfokin BCDF (B cell differentioton foctor ) dan BCGF
(B cell growth factor) yang di produksi oleh sel TH yang
@a mulanya dianggap CD4 negatif, ternyata juga dapat
mn-nfeksi HIV namun kemudian diketahui bahwa sel-sel teraktivasi. Dengan aktivasi gel limfosit B, maka akan terjadi
mnsebut mempunyai CD4 kadar rendah. Sel tersebut pertumbuhan dan differensiasi sel limfosit B menjadi sel
antara lain adalah sel mieloid progenitor CD34+ dan sel plasma sebagai sel yang akan memproduksi antibodi.
trnosit tri pel negatif.
Di samping itu memang ada sel yang benar-benar
ED4 negatif tetapi dapat terinfeksi HlV. Untuk hal ini PENGARUH HIV TERHADAP SISTEM IMUN
diiperkirakan ada reseptor lain untuk HlV, yaitu Fc reseptor
untuk virion yang diliputi antibodi, atau galaktosil seramid. HIV terutama menginfeksi limfosit CD4 atau T helper (Th),
Terakhir ditemukan molekul CD26 yang diperkirakan sehingga dari waktu ke waktu jumlahnya akan menurun,
rmerupakan koreseptor untuk terjadinya fusi sel dan demikian juga fungsinya akan semakin menurun. Th
mnasuknya virion setelah terjadi binding. mempunyai peranan sentral dalam mengatur sistem
imunitas tubuh. Bila teraktivasi oleh antigen, Th akan
merangsang baik respons imun selular maupun respons
ME(AN ISM E I MUN ITAS PADA KEADAAN NORMAL imun humoral, sehingga seluruh sistem imun akan
terpengaruh. Namun yang terutama sekali mengalami
Aktivasi sel Th dalam keadaan normal terjadi pada awal kerusakan adalah sistem imun selular. Jadi akibat HIV
terjadinya respons imunitas. Th dapat teraktivasi melalui akan terjadi gangguan jumlah maupun fungsi Th yang
fua sinyal, yaitu: pertama terikatnya reseptor Ag -TCR (f menyebabkan hampir keseluruhan respons imunitas tubuh
, dl Receptor) dengan kompleks Antigen-molekul MHC tidak berlangsung normal.
fias llyang dipresentasikan oleh makrofag sebagai ontigen
puenting cel/s (APCs) yang teraktivasi oleh antigen. Sinyal Abnormalitas pada lmunitas Selular
,rcdua berasal dari Sitokin lL-1 yang dihasilkan oleh APC Untuk mengatasi organisme intraselular seperti parasit,
gang teraktivasi tadi. Kedua sinyal tadi akan merangsang jamur dan bakteri intraselular yang paling diperlukan
926 INFEKSI HIV DAN AE
adalah respons imunitas selular yang disebut Cell Mediated dan lain-lain. Fungsi neutrofil juga terganggu, karene
lmmunity (CMl). Fungsi ini dilakukan oleh sel makrofag itu sering terjadi infeksi oleh stafilokokus aureus yang
dan CTLs (cytotoxic T Lymphocyte atou TQ, yang teraktivasi menyebabkan infeksi kulit dan pneumonia. Apalagr
oleh sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4. Demikian pemakaian obat antiretrovirus (ARV) seperti zidovudin atar
juga sel NK (Nofurol Killer), yang berfungsi membunuh anti virus sitomegalo yaitu gansiklovir dapat menimbulkrn
sel yang terinfeksi virus atau sel ganas secara direk non terjadinya neutropenia.
spesifik, di samplng secara spesifik membunuh sel yang Banyak yang belum dlketahui tentang antibodi
di bungkus oleh antibodi melalui mekanisme antibody terhadap HlV. Apakah antibodi bisa mencegah meluasrqn
dependent cell mediqted cytotoxicity (ADCC). Mekanisme infeksi HIV di dalam tubuh, atau paling tidak berperar
ini tidak berjalan seperti biasa akibat HlV. untuk menetralkan HlV. Produksi antibodi terutaom
Sel Th: Jumlah dan fungsinya akan menurun. Pada neutrolizing antibodi kasus AIDS stadium lanjut (di mm
umumnya penyakit indikator AIDS tidak terjadi sebelum limfosit CD4 <200/uL) bila dibandingkan dengan orq
jumlah CD4 mencapai 200/uL bahkan sebagian besar tanpa HlV, ternyata sangat berbeda. Sedangkan padl
setelah CD4 mencapai 100/uL. stadium sebelumnya di mana sel Th masih di atas Z[i.'
Makrofag: Fungsi fagositosis dan kemotaksisnya 500/u L, produksi anitibodi tidak beg itu berbeda. Antibd
menurun, termasukjuga kemampuannya menghancurkan spesifik terutama neutralbing antibodybaru mulai mrxmfl
organisme intra selular, misalnya kandida albikans dan pada minggu kedua atau ketiga, bahkan bisa mundiun
.toksoplasma gondii beberapa bulan setelah infeksi.
Sel Tc: Kemampuan sel T sitotoksik untuk meng- Secara umum dapat dikatakan respons antibodi
hancurkan sel yang terinfeksi virus menurun, terutama terhadap HIV sangat lemah, dan hanya sebagian kecil
pada infeksi stadium lanjut, sehingga terjadi reaktivasi dari fraksi antibodi ini yang dapat menetralisasi HlV.
virus yang tadinya laten, seperti herpes zoster dan retinitis itu HIV dapat melewati respons antibodi sehingga
sitomegalo. Demikian juga sering terjadi diferensiasi sel bertahan hidup dan menginfeksi sel lainnya.
ke arah keganasan atau malignansi.
Fase lnfeksi Akut. Setelah transmisi HIV melalui
Sel NK: Kemampuan sel NK untuk menghancurkan
genital yang merupakan transmisi utama, sel dendritit
secara langsung antigen asing dan sel yang terinfeksi
yang ada di lamina propria mukosa vagina akan
virus juga menurun. Belum diketahui dengan jelas
HlV. DC bertindak sebagai ontigen presenting cell
apa penyebabnya, diperkirakan kemungkinan karena
dan mempresentasikan HIV ke sel limfosit CD4
kurangnya lL-2 atau efek langsung HlV.
dapat merangsang limfosit T naive. Hal ini terjadi
DC mengekpresikan molekul major hi
Abnormalitas pada lmunitas Humoral
complex (MHC) klas l, MHC klas ll dan molekul
Imunitas humoral adalah imunitas dengan pembentukan
lain pada permukaannya. Setelah HIV tertangkap
antibodi oleh sel plasma yang berasal dari limfosit B,
akan menuju kelenjar limfoid dan mempresen
sebagai akibat sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4
kepada sel limfosit T naive. Di samping mengangkil
yang teraktivasi. Sitokin lL-2, BCGF (B cell growth foctors)
kekelenjar limfe, DC juga mengaktivasi sel limfosil
dan BCDF (B cell differentiotion factors) akan merangsang
dengan demikian akan meningkatkan infeksi dan
limfosit B tumbuh dan berdiferensiasi menjadi sel plasma.
HIV pada sel limfosit Th.
Dengan adanya antibodi diharapkan akan meningkatkan
Perlu diketahui terikatnya HIV ke DC
daya fagositosis dan daya bunuh sel makrofag dan
pengikatan protein envelop gp 120 pada
neutrofil melalui proses opsonisasi.
molekul yang disebut C-Wpe lectin receptor
HIV menyebabkan terjadi stimulasi limfosit B
dalam C-type lectin receptor adalah dendritik
secara poliklonal dan non-spesifik, sehingga terjadi
bbing no n-infegrin (DC-SIGN),
ICAM - 3 -g ro
hipergammaglobulinaemia terutama lgA dan lgG. Di
receptor dan Longerin Masing-masing molekul iri
samping memproduksi lebih banyak imunoglobulin,
mengikat Sp J20 dan ini lalu dipresentasikan pada
limfosit B pada odha (orang dengan infeksi HIV/AIDS)
yang berbeda. DC sel mengekspresikan molekul
tidak memberi respons yang tepat.,Terjadi perubahan dari
molekul CCR5 tapi tidak mempunyai CXCR4. Murgf,i
pembentukbn.antibodi lgM ke antibodi lgA dan lgG. lnfeksi
berpengaruh dan dapat menjelaskan mengapa
bakteri dan parasit intrasel menjadi masalah berat karena
95% strain HIV yang ditemukan pada infeksi primer
respons yang tidak tepat, misalnya reaktivasi Toksoplasma
strain M-tropik atau-R5 HIY strain. Sama seperti
gondii atau CMV-tidak direspons dengan pembentukan
mukosa, transmisi HIV secara vertikaljuga
imunoglobulin M (lgM). Respons antibodi pasca vaksinasi
R5. Pada manusia waktu lama dari infeksi mukosa
dengan antigen protein atau polisakarida sangat lemah,
terjadi viremia, berkisar antara 4-11 hari. Hal infr
misalnya vaksinasi Hepatitis B, lnfluenza, pneumokokus,
tergantung dari apakah ada hal-hal lain yang
IESPONS IMUN INFEKSI HIV 927
barier mukosa, seperti misalnya inflamasi dan infeksi Peranan kelenjar limfe pada infeksi primer. Penelitian
uretritis, ulkus genitalis, dsb).
Xservisitis, tentang peranan kelenjar limfe dalam infeksi akut HlV,
HIV baik sebagai virus bebas ataupun yang berada dilakukan secara histopatologik biopsi kelenjar yang
dalam sel yang terinfeksi akan menuju kelenjar limfe diikuti baik secara longitudinal, maupun cross sectionol,
regional dan merangsang respons imun selular maupun pada percobaan rhesus monkey dengan SIV dan orang
humoral. Mobilisasi limfosit ke kelenjar ini justru yang terinfeksi HlV. Didapatkan HIV telah berada dalam
rrnenyebabkan makin banyak sel limfosit yang terinfeksi. kelenjar limfe kera 5 hari setelah infeksi SIV dan bila
Dalam beberapa hari akan terjadi limfopenia dan dilakukan analisis hibrida terhadap RNA HIV/SIV pada
rlrrcnurunnya limfosit CD4 dalam sirkulasi. Dalam fase ini fase itu, ternyata HIV kebanyakan terdapat sebagai sel-
dii dalam darah akan ditemukan HIV bebas titer tinggi sel individual yang mengekspresikan RNA, dan mencapai
dan komponen inti p24, yang menunjukkan tingginya puncak pada hari ke 7 setelah inokulasi. Analisis biopsi
replikasi HIV yang tidak dapat dikontrol oleh sistem imun. kelenjar secara cross sectional pada orang yang terinfeksi
hlam 2-4 minggu akan terjadi peningkatan jumlah sel HIV bersifat konsisten dengan model rhesus monkey.
ilnfosit total yang disebabkan karena tingginya subset Dengan bukti itu, maka kelenjar limfe merupakan organ
lmfosit CD8 sebagai bagian dari respons imunitas selular anatomi yang pertama yang terinfeksi HlV.
Urhadap HlV. Diperkirakan paling sedikit 10 milyard HIV Pada fase transisi ke fase kronik, terjadi switch dari
oi[produksi dan dihancurkan setiap harinya, karena waktu ekspresi sel-secara individual ke bentuk tropping HIY
paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam. Tapi ada oleh jaringan sel dendritik folikuler didalam germinal
yang men gatakan tu r n ove r H lV ada la h 2x1 0 m i lyar perhari, senter kelenjar limfe. Bentuk ini mendominasi keberadaan
sedangkan sebagai bandingan, estimasi penurunan CD4 HIV dan pada saat ini terjadi penurunan secara drastis
lffirnfosit adalah 20-200 x 1 juta per hari dengan klirens jumlah sel-sel individual yang mengekspresikan HlV.
rektu paruhnya sekitar dua hari. Jadi pada fase akut ini dapat dilihat adanya upaya sel-
Setelah fase akut, akan terjadi penurunan jumlah sel limfosit T sitotoksik untuk mengurangi jumlah HlV.
111{lVbebas dalam plasma maupun dalam sel. Masih akan membentuk kompleks dengan imunoglobulin dan
helum jelas, mengapa bisa demikian, akan tetapi analogi komplemen. Kompleks ini akan terikat pada reseptor
dengan infeksi virus pada u.mumnya. Sel limfosit T komplemen pada permukaan sel dendritik. Secara klinik
sitotoksik CD8 yang sebagai efektor sel dapat mengontrol akan terjadi penurunan jumlah RNA HIV dalam plasma
rnfeksi akut oleh virus, karena dia bisa mengenal dan dan menghilangnya sindrom infeksi akut
nroenghancurkan sel yang telah terinfeksi (ini kadang- Terjadinya gejala-gejala Al DS umumnya didahului oleh
kadang dapat merugikan juga), sehingga dapat percepatan penurunan jumlah limfosit CD4, sering terjadi
mmencegah replikasi din pembentukan virus baru. Pada pada keadaan di mana sebelumnya jumlah limfosit CD4
HIV sejak awal ditemukan tingginya jumlah selT
ur:nfeksi di atas 300/uL. Pada umurinya perubahan ini berkorelasi
lrnfosit sitotoksik (TCLs atau Tc). Sel limfosit sitotoksik dengan munculnya strain HIV yang lebih virulen, yaitu
Ji6ng mempunyai petanda CD8, akan teraktivasi oleh strain Sl (Syncitiol lnducing), diikuti oteh gejala klinis
llrllfV dan akan mengeluarkan sejumlah solubel sitokin menghilangnya gejala limfadenopati generalisata yang
lflmrmasuk CAF ), yang dapat menghambat replikasi HIV merupakan prognosis yang buruk. Hal ini terjadi akibat
dalam limfosit CD4. Keadaan seperti ini juga terjadi hilangnya kemampuan respons imun selular untuk
pada infeksi HIV akut, bahkan sebelum serokonversi. Di melawan turnover HIV dalam kelenjar limfe, ditandai oleh
samping jumlahnya menurun, maka fungsi limfosit CD4 membanjirnya HIV kedalam sirkulasi karena rusaknya
16ugaterganggu, ba.hkan pada stadium di mana jumlahnya struktur kelenjar limfe.
mmasih di atas 500/ml. Ternyata kemampuannya untuk
poliferasi karena rangs,angan berbagai macam antigen Reaksi Autoantibodi
dan kemampuannya untuk memproduksi sitokin untuk Reaksi autoantibodi cenderung terjadi pada fase awal
fungsi helper juga meriurun.Terjadi penurunan respons infeksi HIV pada saat sistem imunitas masih relatif bagus.
pengenalannya terhadap antigen bakteri, virus atau Karena limfosit B tidak memberi respons yang tepat,
toksin yang pernah dikenal, lalu hilangnya respons terbentuk autoantibodi terhadap beberapa protein tubuh,
tturhadap sel asing (ollogeneic response), terakhir juga antara lain antibodi terhadap platelet, neutrofil, limfosit
hehilangan kemamp,uan untuk respons mitogen non- dan mielin. Mekanismenya tidak begitu jelas, ada dua jalur.
spesifi k seperti fitohaemaglutinin. Pertama akibat aktivasi sel B yang disregulasi sehingga
Risiko infeksi cjportunistik dipengaruhi oleh jumlah terjadi poliklonal hipergammaglobulinemia. Kedua karena
i@tl. Pada jumlah CD4 di bawah '100 dapat terjadi infeksi adanya molecular mimicry antara antigen HIV dengan
rhtsoplasma sedangkan pada jumlah CD4 di bawah 50 beberapa protein tubuh. Keadaan ini menimbulkan
@at terjadi infeksi Sitomegal. sindrom autoimun, antara lain Autoimun trombositopenik
928 INFEKSI HIV DAN AItrs
purpura (AITP), antifosfolipid antibodi (APLA), autoimun menunjukkan kelainan yang sama, tidak tergantung
gastropati dengan hipoklorhidria, autoimun hemolitik obat pencetus, sehingga d iperkirakan patogenesisnya
anemia (AIHA), pruritic populovesicular eruption (PPVE). bersifat umum.
Proses autoimun juga mempercepat penurunan jumlah b. Koinfeksi virus-virus lain, seperti virus Epstein-
T CD4. Pada stadium awal infeksi HIV juga dapat terjadi Barr (EBV), Sitomegalo (CMV) dan beberapa vinrs
Sindrom yang dimediasi oleh limfosit T-CD8, seperti saluran napas dikatakan berhubungan dengan
sindrom Sjogren's, Lymphocytic lnterstitial Pneumonitis terjadinya kemerahan pada kulit akibat Ampisilirr
(LlP), Autoimun Polimiositis, Autoimun chronic octive Tidak ditemukan timbulnya kemerahan pada kuli(
hepatitis dan Cardiac miositis. bila fase infeksi akut oleh virus-virus tersebut sudJr
Sindrom demielinisasi, seperti sindrom Guillain Barre, lewat.
kronik idiopatik demielinating polineuropati dan sindrom c. Besar dosis dan lama pemakaian obat. Misalqc
kompleks imun seperti polyorteritis nodoso-like orteritk ditemukan reaksi hipersensitivitas pada pemakaim
dan hipersensitivitas vaskulitis bisa timbuljuga pada awal dosis tinggi trimetoprim-sulfametoksazol biln
penyakit Gambar 5 menunjukkan gejala klinik dihubungkan dibandingkan dengan pemakaian dosis rendCl
dengan lama infeksi dan jumlah Th (CD4). Jumlah CD4 sebagai profilaksis. Dan semakin lama obat dikonsunns
menentukan manifestasi gejala klinik yang timbul melalui semakin tinggi kemungkinan terjadinya reatd
patogenesis yang berbeda. Pada awal merupakan respons hipersensitivitas.
tubuh yang sama seperti infeksi oleh virus lain, setelah d. Faktor lain misalnya imunoglobulin yang spesifik urm*
itu, pada saat jumlah CD4 masih cukup tinggi (500-700) obat tertentu dan struktur obat dan metabolismerqn
dapat timbul gejala akibat reaksi autoantibodi. Gejala klinik dalam tubuh.
pada waktu CD4 sudah rendah (<500) merupakan infeksi
oportunistik atau kanker oportunistik. Timbulnya Malignansi atau Tumor Sekunder p*
lnfeksi HIV
Reaksi Hipersensitivitas pada Infeksi HIV Telah diketahui bahwa degenerasi maligna akan disebabkilr
Reaksi hipersensitivitas pada infeksi HIV tidak jarang oleh adanya diferensiasi dan proliferasi sel yang abnord.
terjadi, dan umumnya berkaitan dengan obat-obatan. Kerusakan genetik sel dapat berakibat kematian sel,
Daftar obat-obatan yang diketahui menimbulkan reaksi beberapa sel dengan struktur genetik yang
hipersensitivitas pada infeksi HIV semakin lama semakin tersebut masih dapat hidup dan menunjukkan
bertambah. Kejadian hipersensitivitas terhadap obat jauh yang berbeda. Fenotip yang berbeda bisa
lebih tinggi pada infeksi HIV dibandingkan pada non kearah malignansi atau keganasan.
HlV. Misalnya hipersensitivitas terhadap trimetoprim- Di sinilah peran sistem imun, terutama
sulfametoksazol dosis tinggi untuk mengobati PCP imun selular berfungsi untuk menghancurkan a
terjadi antara 27-64%, dibandingkan 3% pada orang asing. Sebab bila tidak terjadi klirens, maka antigen
imunokompeten atau imunodefisiensi karena non HlV. tersebut merupakan stimuli kronis terhadap
Kejadian hipersensitivitas terhadap obat ini akan lebih sel imun yang cenderung berlebihan. Misalnya
buruk lagi karena selalu diperlukan obat pengganti, poliklonal dari sel limfosit B dengan berbagai a
di mana obat ini mempunyai efektivitas kurang atau dan terjadinya limfadenopati generalisata. Di
mempunyai efek yang lebih toksik. sistem imun berfungsi untuk menghancurkan sel
Patogenesis terjadinya reaksi hipersensitivitas ini fenotip yang berubah kearah keganasan akibat
diperkirakan melalui jalur reaksi alergi, (jadi bersifat virus yang bersifat onkogenik.
immune mediated) atau karena toksik yang penyebabnya Pada infeksi HIV dengan adanya defisiensi imun
belum diketahui. Namun reaksi hipersensitivitas yang memungkinkan aktivasi virus-virus laten dalam
ditemukan pada infeksi HIV ini tidak dapat dimasukkan sehingga terjadi keganasan sekunder, misalnya
pada salah satu dari 4 tipe reaksi hipersensitivitas menurut berkaitan de4gan timbulnya Limfoma Non
klasifikasi Gell and Coombs.s Memang bertentangan sekali HPV (human papiloma virus) berkaitan dengan
ti
terjadi reaksi hipersensitivitas pada orang yang 'anergi' karsinoma leher rahim, dan Human herpes
terhadap beberapa stimulan lain, misalnya vaksinasi berkaitan dengan sarkoma Kaposi's.
Hepatitis B atau tes tuberkulin.
Beberapa keadaan yang diduga berperan adalah: Faktor Pejamu dan Virus yang Mempengaruhi
a. Disregulasi pada sistem imun. Reaksi terhadap HlV. Respons imun spesifik terhadap HIV tidak
amoksisilin, trimetoprim-sulfametoksazol dan mengontrol atau menghambat infeksi kearah
obat anti TB (OAT) sering terjadi pada CD4 rendah Fa ktor-fa ktor ya n g menentu ka n ha I tersebut adalah
diri dari imun survailan dan faktor virusnya sendiri. Organisme penyebab lO adalah organisme yang
merupakan flora normal, maupun organisme patogen
Faktor Pejamu: Genetik dengan HLA c/oss/ hoplotype
yang terdapat secara laten dalam tubuh yang kemudian
sering menunjukkan penyakit yang tidak progresif
mengalami reaktivasi. Spektrum lO pada defisiensi imun
dibanding HLA lainnya. Di samping itu ditemukan adanya
akibat HIV secara umum mempunyai pola tertentu
mutasi genetik homozigot pada reseptor kemokin CCR5,
dibandingkan lO pada defisiensi imun lainnya. Namun
seperti '32CCR5-"32CCR5 akan relatif resisten terhadap
ada gambaran lO yang spesifik untuk beberapa daerah
,nfeksi HlV. Akan tetapi mutasi heterozigot seperti
tertentu. Semakin menurun jumlah limfosit CD4 semakin
aCR5-'32CCR5 tidak dapat mencegah infeksi, namun
berat manifestasi lO dan semakin sulit mengobati, bahkan
secara bermakna berhubungan dengan progresifitas
sering mengakibatkan kematian. Pengobatan dengan
penyakit yang lambat. Faktor imunologik yang dapat
antiretroviral (ARV) dapat menekan replikasi HlV, sehingga
nlempengaruhi, antara lain: tingginya RNA HIV plasma
jumlah limfosit CD4 relatif stabil dalam jangka waktu
yang terjadi setelah infeksi akut yang disebut set point,
panjang, dan keadaan ini mencegah timbulnya infeksi
dapat dipakai untuk menduga kecepatan progresifitas
oportunistik. Organisme yang sering menyebabkan lO
penyakit. Virologic set point pada orang yang terinfeksi
terdapat dilingkungan hidup kita yang terdekat, seperti
{tV akan berbeda-beda, tapi cenderung tetap stabil pada
aiI tanah, atau organisme tersebut memang berada dalam
orang yang sama pada fase kronik. Menghilangnya clone
tubuh kita pada keadaan normal, atau tinggal secara laten
sel sitotoksik limfosit CD8 yang spesifik, gangguan fungsi
lalu mengalami reaktivasi.
APCs, dan adanya respons antibodi humoral.
Penyebab lO pada AIDS, sumber dan cara transmisinya
faklor Virus: HIV dapat bertahan dalam tubuh karena HIV dapat dilihat dalam tabel 1.
mempunyai kemampuan untuktetap berada dalam limfosit
Gambaran lnfeksi Oportunistik di POKDISUS AIDS
CDzt dan mempunyai kemampuan untuk replikasi, adanya
RSCM. Pola infeksi oportunistik diberbagai negara
'rariabilitas genetik HIV dan tropping HIV pada permukaan dapat berbeda. Di Amerika Serikat infeksi oportunistik
sel folikuler dendritik. Pooling tersebut mengandung DNA
yang sering dijumpai adalah PCP (Pneumocystic Corinii
provirus dengan daya replikasi. Sebagai catatan, tipe ini
Peneumonia) namun di lndonesia infeksi oportunistikyang
luga dapat dijumpai pada seseorang yang telah memakai sering dijumpai adalah infeksi jamur saluran vcerna dan
TIAART selama 2 tahun, sehingga bila HAART dihentikan,
tbc. Pola infeksi oportunistik di RS Ciptomangunkusumo
rmaka HIV plasma akan meningkat lagi yang berarti gejala
dapat dilihat pada tabel 2.
penyakit akan muncul lagi. Perusakan sel limfosit CD4 yang
rnembawa provirus ini terjadi sangat lambat sekali, dan Sindrom imun rekonstitusi dan disfungsi imun.
prosesnya tidak dapat dipengaruhi oleh HAARI sehingga Pemberian obat antiretroviral akan menekan jumlah HIV
n'renghambat eradikasi HlY. Tropping oleh sel folikuler dalam darah sehingga penghancuran CD4 dapat dikurangi.
aendritik sebenarnya merupakan fungsi fisiologis untuk Akibatnya jumlah CD4 akan meningkat. Peningkatan CD4
nrelakukan klirens terhadap patogen, akan tetapi pada HIV bermanfaat untuk mengurangi risiko infeksi oportunistik.
.tru.rstru akan menjadi reservoir kronik yang stabil (karena Pasien yang berhasil meningkatkan CD4 di atas 200 risiko
lr:lV terbebas dari serangan CTLs spesifik) dan merupakan infeksi oportunistiknya akan rendah. Namun demikian
siimber infeksi bagi limfosit CD4, sehingga terjadi pemulihan kekebalan tubuh juga dapat menimbulkan
nflamasi kronik yang mengakibatkan terjadi destruksi sindrom imun rekonstitusi yaitu sindrom yang timbul
la,ringan limfosit pada stadium lanjut. HIV dapat bertahan akibat terjadinya proses radang setelah kekebalan
oan berada dalam organ atau sel tertentu pada manusia, tubuh pulih kembali. Sindrom ini dapat berupa demam,
sehingga merupakan sumber HIV secara kronik. pembengkakkan kelenjar limfe, batuk serta perburukan
foto toraks. Sindrom ini sering terjadi pada pasien yang
Patogen penyebab infeksi oportunistik pada AIDS.
mengalami infeksi oprtunistik TBC namun juga dapat
lrnfeksi oportunistik (lO) adalah infeksi akibat adanya
timbul pada infeksi oportnunistik lain. Sindrom ini biasanya
|kesempatan untuktimbul pada kondisi-kondisi tertentu
timbul"6-8 minggu penggunaan obat antiretroviral,
lang memungkinkan, karena itu lO bisa disebabkan namun dapat juga muncul beberapa bulan sesudahnya.
oleh organisme non patogen. Pada infeksi oleh humqn
Pada sindrom ini gejala klinis lain seperti berat badan
wmunodeficiency virus (HlV), tubuh secara gradual akan
membaik, jumlah CD4 meningkat namun gejala karena
rnnengalami penurunan imunitas akibat penurunan jumlah
infeksi oportunistik timbul kembali sebagai akibat gejala
'dan fungsi limfosit CD4. Pada
keadaan dimana jumlah
inflamasi. Selain infeksi oportunistik, sindrom inijuga bisa
fiimrfosit CD4 <200/ml atau kurang, sering terjadi gejala
bermanifestasi sebagai penyakit autoimun (lupus, penyakit
penyakit indikator AIDS. Spektrum infeksi yang terjadi
Graves), perburukan hepatitis B atau C yang sudah ada,
pada keadaan imunitas tubuh menurun pada infeksi HIV
atau penyakit inflamasi lainnya (sarko'idosis). Terapi obat
rnni disebut sebdgai infeksi oportunistik.
Tabel 1. Penyebab lnfeksi Oportunistik pada AIDS, Sumber dan Transmisinya
Penularan Orang
Organisme Sumber Cara Transmisi
ke Orang
Bakteria:
1. MTB Reaktivasi endogen, org sakit lnhalasi Ya
2. MAC Air; tanah lnhalasi, ingestion Tidak
3. Salmonella Ain tanah lngestion Tidak
Virus:
1. Herpes simpleks Reaktivasi endogen, org sakit Seksual Ya
2. Herpes Zoster Reaktivasi endogen, org sakit Tidak tentu Tidak tentu
3. CMV Reaktivasi endogen, org sakit Seksual, darah Ya
4. EBV Reaktivasi endogen, org sakit lnhalasi/ingestion? Ya
Parasit:
1. Pneumocystiscarinii Reaktivasi endogen, org sakit lnhalasi Mungkin
2. Toksoplasma Gondii Reaktivasi endogen, kotoran kucing, lngestion Tidak
daging mentah
3. Mikrosporidia Ai4 orang/bint terinfeksi lngestion/inha lasi? Ya
4. Cryptosporidia Air, orang/bint terinfeksi lngestion Ya
Jamur
1. Kandida Air,tanah, Tidak tentu Tidak
2. Kriptokokkus Neoforman Tanah, kotoran burung/ binatang lnhalasi Tidak
3. Aspergilus Tanah lnhalasi Tidak
4. Histoplasma Capsulatum Ain tanah lnhalasi/ingestion Tidak
5. Coccidioido lmmitis Air; tanah lnhalasi/ingestion Tidak
Tabel 2. Pola Infeksi Oportunistik di RS Cipto Mangun oleh sel makrofag dan CTLs (sitotoksik T Limfosit atar.r
kusumo (n=698) yang teraktivasi oleh sitokin yang dilepaskan oleh
CD4. Demikian juga sel NK (Nofurol Killer),yang
lnfeksi oportunistik %
membunuh sel yang terinfeksi virus atau sel ganas
Kandidiasis(oroparing,esofagus) 40
direk non spesifik, di samping secpra spesifik membu
TBC paru 37,1
Diare kronik 27,1
sel yang di bungkus oleh antibodi melalui mekar*i
Pneumonia bakteri 16,7 antibody dependent cell medioted cytotoxicity
Toksoplasma ensefalitis 12 Mekanisme ini tidak berjalan seperti biasa akibat HI\("
TBC luar paru 11,8 Di samping itu penurunan jumlah dan fungsi sel T
Herpes zoster 6,3 inl mengakibatkan terganggunya homeostasis dan
sel lainnya dalam sistem imun humoral, yaitu sel
B yang berperan dalam imunitas humoral.
antiretroviral perlu diteruskan dan untuk menekan gejala fungsi limfosit B karena disregulasi oleh sel limfosit CBfi
radang diberikan obat kortikosteroid. Pada sisi lain dapat menimbulkan respons imun humoral yang tidak rela,,m
terjadi disfungsi imun, yaitu perbaikan klinis nyata namun terbentuknya poliklonal hipergamma-globulinemia
CD4 tidak atau meningkat dengan lambat. Dapat dirangkumkan, defisiensi imun akibat HIV
menga ki batkan terjad i nya infeksi oportu n isti k, ti
reaksi autoimun, mudah terjadi reaksi hi
KESIMPULAN terhadap obat-obat yang sering dipakai dan
tumor ganas sekundel seperti Limfoma Non
Telah dibahas berbagai aspek imunodefisiensi pada infeksi Sarkoma Kaposi's dan karsinoma serviks.
HlV. lnfeksi HIV mempunyai target utama sel limfosit Pemberian obat antiretroviral dapat meni
CD4 yang berfungsi sentral dalam sistem imun. Pada CD4 sehingga risiko infeksi oportunistik menurun.
mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi HlV, pemulihan sistem imun juga dapat menimbulkan
namun dengan perjalanan dari waktu ke waktu HIV akan rekonstitusi imun. Sedangkan pada disfungsl
menimbulkan penurunan jumlah sel Iimfosit CD4, sehingga perbaikan klinik tidak disertai dengan peningkatanrn
fungsi imunitas selular terganggu. Fungsi in! dilakukan secara nyata.
TESPONS IMUN INFEKSI HIV 931
NISASI SEBAGA! UPAYA PENCEGAHAN internasional lainnya, telah mencanangkan bahwa tahun
2011-2020 sebagai "The Decodes of Vaccines (DOV)".
lni menunjukkan besarnya harapan internasional
angka penyakit infeksi menjadikannya sebagai terhadap program imunisasi sebagai upaya pencegahan
satu beban utama dalam bidang kesehatan primer.
lmunisasi merupakan salah satu cara utama lmunisasi dan vaksinasi merupakan istilah yang sering
mencegah penularan penyakit infeksi dalam dipertukarkan. Secara teknis, imunisasi didefinisikan
rakat. Peran dari pemerintah serta inisiatif dari sebagai induksi agar terjadi pembentukan imunitas
berhasil meningkatkan kesuksesan program dengan berbagai cara, baik aktif maupun pasif. Sementara
isasi untuk anak. Sedangkan program imunisasi vaksinasi merupakan tindakan pemberian suatu vaksin.
sampai saat ini masih harus dikembangkan lebih Vaksinasi belum tentu sebuah tindakan imunisasi, dan
imunisasi tidak selalu melibatkan vaksin.
lmunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan lmunitas manusia terdiri dari dua tipe: imunitas pasif
paling sukses dan efektif bagi masyarakat. Hal itu dan aktif. lmunitas pasif terbentuk melalui pemberian
jukkan dengan berbagai laporan yang menunjukkan antibodi dalam bentuk imunoglobulin, baik spesifik mau-
ilannya dalam menurunkan angka insidens, pun nonspesifik. lmunoglobulin diberikan dalam jumlah
iditas, kecacatan, serta mortalitas akibat penyakit besar dengan tujuan untuk mencegah se;ta menghilang-
difteri, tetanus, pertusis, dan campak, pada berbagai kan efek dari infeksi atau toksin penyebab. Misalnya,
a yang mencanangkan program imunisasi secara pemberian tetqnus immunoglobulin (TlG) dan hepatitis B
dengan cakupan yang luas. immunoglobulin (HBIG). lmunitas pasif hanya bertahan
Pada dasarnya, imunisasi dewasa di negara Asia beberapa bulan saja.
ra dan lndonesia kurang terpublikasi luas di lmunitas aktif ditimbulkan dengan pemaparan antigen
kat, karena kebijakan imunisasi masih secara dari suatu patogen terhadap sistem imunitas pejamu,
diutamakan pada imunisasi bayi dan anak-anak. sehingga terbentuk suatu antibodi. Misalnya, hepatitis,
I, bermacam penyakit dapat dicegah melalui tetanus, atau BCG (sel imun spesifik). lmunisasi aktif dapat
pada orang dewasa. dipicu oleh vaksin hidup (contoh: campak), vaksin virus
Untuk mencapai keberhasilan program imunisasi yang dimatikan (contoh: influenza), atau vaksin subunit
sebagaimana program imunisasi anak, diperlukan yang belasal dari bagian organisme patogen (contoh:
berbagai macam pihak, mulai dari pemahaman pneumokokus, yang berasal dari komponen kapsul poli-
kesehatan dan masyarakat tentang imunisasi sakarida bakteri).
hingga pemerataan pelayanan imunisasi yang Pada vaksinasi, dilakukan tindakan yang dengan
au serta dukungan program pembiayaan dan sengaja memberikan paparan suatu antigen yang berasal
inransi. Pada tahun 2003, Perhimpunan Dokter Spesialis dari suatu mikroorganisme. Antigen sudah meng-
lfilhnyakit Dalam lndonesia (PAPDI) telah menghasilkan alami penyesuaian sehingga tidak menimbulkan sakit,
llhlsensus imunisasi pada orang dewasa yang diharapkan melainkan memiliki fungsi untuk memproduksi limfosit
ffiat menjaditumpuan agar imunisasi dewasa di lndonesia yang peka, antibodi, serta sel memori yang dapat memberi
llhhh digalakkan. WHO dan UNICEF, bersama komunitas kekebalan.
933
934 !MUNISASI
Vaksin sendiri merupakan didefinisikan sebagai sediaan Sedangkan berdasarkan pendekatan baru dalam pen -
biologis yang menimbulkan suatu kekebalan terhadap buatannya, vaksin terdiri dari vaksin rekombinan dan vaksim
penyakit. Di dalam sebuah vaksin, umumnya terkandung DNA. Vaksin rekombinan berprinsip pada penyisipam
sejumlah kecil bahan yang menyerupai organisme pato- satu lebih gen yang mengkode determinan imunitas
gen yang mampu menginduksi sistem imun. Sistem imun yang penting pada mikroorganisme. Vektor yang sen,rq
akan mengenalnya sebagai benda asing, menghancurkan- digunakan adalah virus (poxvirus vaccinio, canoryp,@t,
nya, kemudian menyimpannya dalam memori sel imun adenovirus) dan bakteri (Solmonello). Contoh vaksin iilrrnl
sehingga sistem imun tubuh dapat mengenalinya dan adalah vaksin hepatitis B. Vaksin DNA berasal dari asamrnn
menghancurkannya jika terpapar kembali oleh patogen nukleat yang mengkode antigen penting. Vaksin in imasilinl
yang sama. dalam penelitian dan dikembangkan untuk memprodukni
Vaksin untuk imunisasi terdiri dari berbagai tipe vaksin influenza, HlY, dan herpes simpleks.
(Tabel 1). Pada dasarnya, vaksin terbagi menjadi vaksin
yang dilemahkan (live ottenuqted vaccine) dan vaksin yang
tela h d i mati k an (k illed vo ccin e/i no ctivote d va cc in e). Va ks i n MANFAAT IMUNISASI PADA ORANG DEWAIiI
inaktif dibagi lebih lanjut menjadi vaksin subunit (berasal
dari bagian organisme, misalnya komponen kapsul Secara umum, imunisasi bertujuan untuk meningka!*mi
bakteri), vaksin toksoid (berasal dari bahan toksik bakteri), derajat kekebalan serta memberikan perlindungan keket'&m
dan vaksin konjugat (berasal dari polisakarida murni, yang dengan menginduksi respons memori terhadap patogu1
dikonjugasikan dengan protein karier). Tiap jenis vaksin atau toksin tertentu dengan menggunakan preparat
memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri, yang dapat gen nonvirulen atau nontoksik. Antibodi yang
dilihat pada tabel 2. haruslah efektif dalam mencegah adherensi atau efek
merusak sel dengan menetralisasi toksin.
Aman karena tidak ada risiko menjadi virulen Memerlukan booster atau pemberian
Mudah diproduksi dan disimpan untuk mempertahankan proteksi
Vaksin lnaktif Dapat digunakan pada bayi tanpa interferensi Rangsangan imunitas seluler dan mukosa
dengan antibodi yang berasal dari ibu Dapat menyebabkan penyakit karena
Toleransi lebih baik respons imun pada kondisi tertentu
EAR-DASAR IMUNISASI 935
American Society of lnternol Medicine, dalam per- menyebabkan orang dewasa diindikasikan imunisasi
@muan tahunannya di Atlanta, menyatakan bahwa tertentu. Misalnya, wisatawan yang akan mengunjungi
rnrmunisasi dewasa dapat mencegah kematian sepuluh kali negara dengan bahaya infeksi tertentu, terutama negara
ffi dibandingkan dengan anak. Namun, program pem- berkembang dengan angka penyakit polimielitis, difteri,
herian imunisasi dewasa belum mencapai keberhasilan dan tetanus, tifoid, hepatitis A, dan tuberkuloid yang masih
ll@opu leran sebagai mana prog ram pem berian imunisasi tinggi. Juga peserta ibadah haji/umroh, yang dianjurkan
emak. Pierce dan Schaffner melaporkan bahwa kurangnya mendapat vaksinasi meningitis dan influenza.
ffiatian dan minat pada imunisasi dewasa dikarena- lmunisasi dewasa juga mencakup golongan usia lanjut
kr adanya keraguan dari masyarakat maupun petugas (di atas 60 tahun). Walau mengalami penurunan sistem
ffiayanan kesehatan terhadap keamanan dari vaksinasi, imun nonspesifik, data penelitian menunjukkan bahwa
qnnti rugi yang tidak memadai, serta sistem imunisasi golongan lanjut usia masih memberikan respon yang
dhrasa yang belum berkembang. baik terhadap polisakarida bakteri. Berdasarkan itu, pem-
Terdapat beberapa alasan mengapa orang dewasa berian vaksin polisakarida pneumokokus tetap mampu
ffitap membutuhkan imunisasi. Pertama, pemberian meningkatkan antibodi secara efektif. Vaksin influenza juga
rrnnunisasi sewaktu kecil tidak menjamin pembentukan dianjurkan bagi golongan ini karena membantu mencegah
hekebalan yang tetap untuk seumur hidup. Kedua, penyakit influenza yang dapat merusak epitel saluran
nmunisasiterbukti berperan sama pentingnya dengan diet napas serta memudahkan infeksi pneumonia bakteriat.
rd*r olahraga dalam menjaga kesehatan. Ketiga, pencegahan
penyakit tertentu dengan imunisasi akan mencegah
pnyakit tersebut menjangkit keluarga dan lingkungan FENOM ENA " RESPO N DERANDNONRESPO N D EF'
sukitar; sehingga biaya perawatan penyakit lebih murah. PADA VAKS!NASI
Dengan tingkat keamanan dan keefektivitasan yang
Uimggi, imunisasi mampu mencegah beberapa penyakit Pada dasarnya, vaksin pada individu yang sehat akan
png dapat menyebabkan kematian dan b.erbagai menginduksi respons imun humoral dan seluleL sehingga
[omplikasi berat. Di Amerika Serikat, sekitar 50.000 orang tercapai respons imun yang mampu memproteksi dari
ntnneninggal tiap tahunnya akibat dari penyakit yang dapat infeksi atau penyakit spesifik lainnya. Untuk memastikan
dcegah dengan pemberian imunisasi. Beberapa contoh agar respons imun optimaltercapai, kadang vaksinasi tidak
menyakit tersebut, misalnya: influenza yang menyebabkan hanya diberikan 1 dosis namun dibutuhkan 2-3 dosis, bahkan
ddtar 36.000 kematian diAmerika Serikat, penyakit akibat dosis ulangan (booster). Respons imun juga bersifat
.preumokokus yang menyumbang 4.500 kematian, dua individual karena dipengaruhi oleh faktor internal dan
sain HPV penyebab sekitar 70o/okanker serviks, hepatitis eksternal. Kadang, ditemukan bahwa respons imun yang
0png menyebabkan 5.000 kematian tiap tahunnya, serta diharapkan tidak terjadi. Chiaramonte et al mencetuskan
ornpak dan varicella dengan berbagai komplikasinya. bahwa fenomena "responder qnd nonrgsponder" terjadi
Walau data di lndonesia masih sangat terbatas, akibat hanya tercetusnya respons imun seluler tanpa di'
ffia-data di luar negeri menunjukkan bukti dari manfaat ikuti oleh respons imun humoral. Mekanisme irnunologis
Fmgram imunisasi dewasa. Vaksin influenza pada orang yang menyebabkan terjadinya fenomen a "responder ond
rfunsa < 65 tahun berhasil menurunkan insidens influenza nonresponder" ini belum diketahui secara rinci.
sbesar 70-90%. Pada orang usia lanjut yang dirawat Fenomena " responder ond nonrespondel' ini difokus-
,dI rumah jompo, vaksin tersebut menurunkan insidens kan pada vaksin hepatitis B karena pemakaiannya yang
uffinrenza sebesar 30-40%, 50-60% kasus influenza yang luas dan perannya sebagai bagian dari Program lmunisasi
mmnrbutuhkan bantuan alat, serta mortalitas sebesar 70- Nasional.
llfltr)96. Va ksi n pneu mokok men u nj u kka n efektivitas sekita r Antibodi serum anti-HBs yang protektif tercapai pada
W4%, sedangkan vaksin MMR sebesar 90-95%. Vaksinasi 907o orang dewasa sehat dan 95% bayi, anak, dan remaja
ilhpatitis B memberikan efektivitas urnum sekitar 80-95% sehat, petelah pemberian 3 dosis vaksin hepatitis B.
ffidD96 pada usia > 50-59 tahun; dan 50% pada kelompok Mereka yang mencapai titer antibodi spesifik > 10 mlU/
rusa > 60 tahun), dan perlindungan selama kurang lebih mL akan terproteksi dari penyakit hepatitis B. Efikasi
il tahun. vaksin ini mencapai hampir 100% pada orang sehat
lmunisasi dewasa dianjurkan bagi mereka yang berusia yang mencapai angka titer antibodi tersebut. Namun
dI atas 12 tahun dan ingin mendapatkan kekebalan begitu, 1s1d3pat 10o/o pada populasi dewasa dan 5o/o
hrhadap berbagai penyakit, misalnya influenza, pneu- pada populasi anak yang tidak mencapai respons imun
mokokus, hepatitis A dan B, MMR (Meosles, Mamps, protektif terhadap infeksi hepatitis B setelah pemberian
ftrtibel/o), DPT (Difteri, Pertusis, Tetonus), atau DT (Difteri, suntikan 3 dosis.
,ilktonus). Selaiir itu, terdapat beberapa kondisi yang Beberapa faktor mempengaruhi imunogenisitas
936 IMUNISAg
vaksin hepatitis B. Angka kejadian responsif lebih rendah tunggal yang kemudian dinilai 4-12 minggu setelah-
pada populasi yang tidak sehat daripada yang sehat. nya. Pada waning immunity, titer akan melonjak tinggi
Selain itu, respons imun terhadap vaksinasi ini berbanding kembali (> 10 mlU/ml), sedangkan pada true non-
terbalik dengan pertambahan usia dan berat badan. Re- responderlilerantibodi akan tetap < 10 mlU, atau bahkan
spons imun akan semakin baik pada golongan usia muda tidak terdeteksi.
dibandingkan lanjut usia. Sedangkan golongan obesitas
akan memiliki respons imun yang lebih buruk dibanding- Tata laksana untuk Nonresponder
kan berat badan normal. Kondisi lain yang mempengaruhi Diperlukan tata laksana lanjut untuk memicu respotE
kurangnya respons imun terhadap vaksin hepatitis B imun optimal pada nonresponder. Kelompok non-
adalah predisposisi genetik, infeksi kronik hepatitis B, responder harus dianggap belum pernah mendapatkm
infeksi kronik hepatitis C, penyakit ginjal kronik, penyakit vaksinasi bila terpapar oleh infeksi virus hepatitis !,
hati akibat alkoholisme, HIV/AIDS, transplantasi organ, sehingga sangat dianjurkan untuk mendapatkan imuno.
dan keadaan imunodefisiensi lainnya. globulin dan vaksinasi. Gambar 1 menunjukkan cafir
untuk membedakan kelompok woning immunity M
Kekebalan yang Menghilang (Woning lmmunity kelompok nonresponder.
vs Nonresponder) Saat ini sedang dikembangkan beberapa kandidil
Untuk mengetahui apakah penerima vaksin berespons vaksin hepatitis B dengan pendekatan berbeda. Kandifi
dengan baik atau tidak, dilakukan pemeriksaan respons vaksin in imengandung protein pre-S1, pre-S2,
antibodi 1-3 bulan pascapemberian suntikan vaksin partikel subunit S. Kandidat lainnya mengandung
hepatitis ketiga. Pemeriksaan yang dilakukan lebih dari rekombinan pre-S2 dan antigen S yang
6 bulan seringkali meninnbulkan interpretasi yang mem- dengan ajuvan MF059. Beberapa penelitian pend
bingungkan. Respons imun terhadap vaksin hepatitis B menunjukkan bahwa kandidat-kandidat vaksin
tergolong nonresponsif bila titer antibodi anti-HbsAg memberikan respons imun yang lebih baik pada
setelah suntikan ketiga hanya mencapai < 10 mlU/mL, dan nonresponder. Strategi lainnya"adalah mengg
tergolong hiporesponsif bila titer > 10 hingga < 99 mlU/ vaksin khusus yang mengandung 40 pg antigen
mL. Kelompok hiporesponsif akan mengalami penurunan B pada kelompok nonresponder.
titer antibodi lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
dengan titer yang lebih tinggi. Namun, The CDC US Kepentingan Dosis Penguat (Booster)
Advisory Committee on lmmunizotion Proctices (ACIP) Dosis pengual alau booster adalah dosis tambahan
tidak merekomendasikan pemeriksaan titer antibodi perlu diberikan setelah pemberian dosis primer
pascavaksinasi secara rutin, karena tingginya angka menjamin proteksi dengan keperl,uqn yang berbeda
efektivitas vaksin hepatitis B. Sebuah studi menunjukkan setiap vaksin. Beberapa vaksin memerlukan dosis
bahwa mayoritas populasi akan menunjukkan titer > 100 sedangkan lainnya tidak. Kondisi ini berd
mlU/mL pascavaksinasi ketiga. Sehingga pemeriksaan apakah respons imunologis vaksin tersebut
lebih dianjurkan untuk kelompok risiko tinggi (tenaga proteksi jangka panjang atau tidak. Penilaian
medis, pasien imunosupresif, pasien hemodialisis, vaksin dilakukan dengan 4 cara'. 1) respons
penerima transfusi darah rutin, orang yang berkontak yang timbul dari memori imunologis sel B; 2)jumlah
dengan pengidap virus hepatitis B, homoseksual, hetero- penyakit spesifik pada populasi yang divaksinasi; 3l
seksual dengan pasangan seksjamak, pengguna narkoba in vitro sel B dan sel T; serta 4) studi
jarum suntik, dan pengidap HIV/AIDS). Pada vaksin hepatitis B, tiga dosis primer
Beberapa tahun pascavaksinasi, titer antibodi 0-1-6) sudah cukup untuk memicu respons imun
anti-HBsAg diperkirakan tidak terdeteksi pada 13-60o/, yang bertahan selama 15-20 tahun. Dua dosis
populasi. Hal tersebut dikenal sebagai waning immunity. sudah mampu mencetuskan produksi antibodi
Woning immunity merupakan penurunan titer antibodi protektil sedangkan dosis ketiga berfungsi untuk
seiring waktu pada seseorang yang awalnya berespons perkuat. Pemeiiksaan akan menunjukkan titer
dengan baik dan tetap protektif terhadap infeksi kronis. mencapai > 10 mlU/mL, walau seiring waktu
Kondisi ini harus dibedakan dengan true nonresponder waning immunity. Angka titer tersebut tidak
karena:implikasi klinis keduanya sangat berbeda. Pada tahankan dengan alasan kemampuan memori i
kondisi true nonresponder, sejak awal respons imun tidak dari sel limfosit B mampu mencetuskan
ditunjukkan, sehingga sama sekalitak protektif terhadap anamnestik saat terpapar virus hepatitis B
penyakit kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Pada paparan selanjutnya, dalam hitungan hari
Woning immunity dan true nonresponder dapat di- jadi proses proliferasi, diferensiasi, dan produksi
bedakan dengan cara rnemberikan suntikan vaksin dosis anti-HBs yang kuat.
MAR.DASAR IMUNISAST
937
,A,nti-Hbs measured > 3 months after. of last vaccine dose Anti-Hbs measured 1 - 3 months after. of last vaccine dose
See pragmatic or
modern approach
True non-responder
2 m. later <10 lu/l
Kualitas respons yang terjadi pada kondisi waning 5. Gardner R fth#fner W. Immunization of adults. N Engl J
nnrrtunity (antibodi anti-HBs tidak lagi terdeteksi atau Med. 1993;328:1252-8.
6. GfV Nossal. Classification of Vaccines. Dalam: William E, MD,
@r:rila! < 10 mlU/mL) ternyata tetap serupa dengan PauI Editors. Fundamental Immunology 5h edition. Philadel-
orang dengan titer antibodi tinggi. pada dasarnya, sel phia: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2003.
imr'ernori B terus bersikulasi walau antibodi tidak terdeteksi 7. Isahak I. Adult Immunization - Neglected Issue in South
,@. Dengan begitu, pemberian dosis penguat vaksin East Asia. South East Asian ] Trop Med Pub1ic Health
2000:31,:173-184.
[lreratitis B pada orang yang sehat atau imunokompeten
8. Satgas imunisasi dewasa PB PAPDI. Website: hltp:/ /imt-
ttdak dibutuhkan. Sedangkan pada kelompok imunokom- nisasidewasa.com
prornais, pemeriksaan antibodi-HBs Ag harus dilakukan 9. US Department of Health and Home Service, CDC. CDC
m,rara berkala, dan dosis penguat dianjurkan untuk Global Immunization Strategic Framework 201l-201.5.
CDC;2011.
dliherikan bila titer antibodi s '10 mlU/mL. WHO. Global Immunization Vision and Strategy (GIVS)
2006-2015. Geneva: Department of Immunization Vaccines
and Biologicals WHO; 2005.
11. 10 reasons for adults to get vaccinated. National Foundation
IEFERENSI of Infectious Disease. July 2009. Available trom: http:/ /
www.NFID.org
1l- Qauzi S, Koesnoe S, Putra BA dalam Konsensus Imunisasi 12. Ann R Fingar MD. MPH and Byron J Grancis MD. MpH
Dewasa, cetakan ketiga. Jakarta. Balai penerbit Fakultas in Adult Immunization: American College of preventive
Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Medicine Practice Policy Statement.. http:/ /www.acpm.
I" Erwanto BW,DjauziS. Imunisasi Dewasa. Dalam: Sudoyo org
AW dkk (Editor). 2006. Buku Aiar Ilmu penyakit Dalam. 13. IGN Ranuh. Imunisasi upaya pencegahan primer. Dalam:
fakarta:Pusat Penerbitan Dept IPD FK UI Kartasasmita C, Hadinegoro SRS, Soeyitno H, Ranuh
}i Xsaha, Iliana, et al. Adult Immunization-Neglected Issue in IGN (Ed). Buku Imunisasi di Indonesia. Edisi pertama.
South East Asia. South East Asia I Trop Med public Health. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia;
3l:173-184,2000. 2001,;h. 13-.
4. Fauci AS, Kasper Dl Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, '1,4.
Europen consensus group on hepatitis B immunity. Lancet
lameson IL, dkk (Editor). Harrisort's principles of intemal 2000;355:561.65-.
medicine, edisi ke-17. New York: The McGraw-Hill Com- 15. Poland GA. Hepatitis B immunization in health care work-
panies.2008. ers. Am T Prev Med, 1998; 15: 73-77.
L29
PROSEDUR IMUNISASI
Sukamto Koesnoe, Teguh H. Karyadi, Iris Rengganis
meletakkan alat suntik pada rak-rak berlabel yang Pertimbangkan adanya kemungkinan tercampur-
terpisah, menggunakan label berwarna atau label nya produk saat penyimpanan. Sebaiknya vaksin
yang telah dicetak nama vaksin. dengan nama atau kemasan yang serupa tidak
disimpan berdekatan.
5 Strategi Mencegah Kesalahan dalam Pemberian
Pengecekan ulang pekerjaan sebelum menyuntik-
lmunisasi
kan vaksin.
- Pelatihan staf mengenai penggunaan dan pem-
berian vaksin.
Teknik Penyuntikan
- Penyediaan materi referensi terbaru untuk setiap Teknik pemberian imunisasi yang tidak tepat dapat
vaksin. Referensi dapat berupa lembar petunjuk
menyebabkan kegagalan imunisasi. Jenis vaksin, dosis,
berisi waktu dan jeda pemberian vaksin, cara
rute, lokasi, dan ukuran jarum yang digunakan untuk
pemberian, atau tempat penyuntikan, panjang
vaksinasi dewasa dapat dilihat pada tabel 2. Pada orang
jarum suntik yang diperlukan, serta petunjuk
dewasa, penyuntikan umumnya dilakukan pada lengan
lainnya.
bagian atas. Penyuntikan dapat dilakukan dengan rute
- Penyusunan vaksin dengan cara vaksin yang
lM atau subkutan (SK). Bila vaksin mengandung adjuvan,
mendekati tanggal kadaluwarsa terletak di bagian
maka dilakukan penyuntikan intramuskular sebab
depan unit penyimpanan. Vaksin tersebut di-
penyuntikan subkutan atau intradermis dapat menyebab-
gunakan terlebih dahulu, atau segera dibuang
kan iritasi lokal, indurasi, perubahan warna kulit, inflamasi,
bila telah mencapai kadaluwarsa.
PENCATATAN IMUNISASI
(CDC.
SK
4. Dosis vaksin
Appendix D: Vaccine administration. 2009)
5. Merek vaksin
6. Nomor lot vaksin
7. Tanggal pemberian vaksin
dau tungkai yang sama, maka diberikan jarak terpisah 8. Tanggal kembali bila perlu imunisasi ulangan
mmdnimal 1-2 inci agar dapat membedakan penyebab reaksi 9. Nama dan tanda tangan dokter
lhkal. Vaksin subkutan dapatdiberikan bersamaan dengan
mksin intramuskular pada lengan atau tungkai yang sama.
Scdangkan bila suatu vaksin diberikan bersamaan dengan PEAI\fl M PANAN,TRANS PORTASI, DAN PEM BUANGAN
ruatu imunoglobulin (misal: Tdfidap dantetanus immune VAKSIN
gfut lin [lG], atau vaksi n hepatitis B dan hepotitis B im m u ne
'gffiulin tHBlGl), maka penyuntikan harus dilakukan pada Vaksin rentan mengalami kerusakan bil terpapar otefr
lh*asi anatomi yang berbeda. Lokasi penyuntikan harus faktor fisik berupa suhu dan cahaya. Kerusakan bersifat
ddokumentasikan dalam rekam medis pasien. irreversible dan menyebabkan berkurang hingga hilangnya
Bila dua vaksin hidup akan diberikan secara ter- potensi vaksin. Untuk menjaga agar vaksin tetap be-
m*sah, sebaiknya pemberian pertama dan kedua berjarak rada dalam kondisi optimal, maka dilakukan metode
hbih dari 28 hari. Apabila pemberian vaksin hidup (MMR, penyimpanan dan transportasi yang baik, yang disebut
f*f;lfu,tRv varicella zoster, yellow fever) atau vaksin influenza dengan cold choin. Cold choin terdiri dar:Lrangkaian
lfidup intranasal dilakukan kurang dari 28 hari, pemberian penyimpanan dan transportasi dimana suhu vaksin diper-
'lhCua
perlu diulang. Pada vaksin yellow fever, terdapat tahankan dalam rentang yang optimal (Gambar 5).
pngecualian dimana dapat dilakukan kurang dari empat
mfrnggu setelah pemberian vaksin campak. Karalrteristik Vaksin
Vaksin tidak boleh diberikan lebih cepat daripada Vaksin secara umum terbagi menjadi live attenuated dan
lmrerval minimum yang telah ditentukan karena dapat inactivated. Vaksin /ive ottenuated berisi virus hidup yang
m;nernpengaruhi proteksi dan respons antibodi. Namun, dilemahkan, misalnya vaksin varicella, zoster, mumps,
,Mvisory Committee on lmmunbation Procticest (ACIP) measles, rubello (MMR), live ottenuoted influenzo voccine
rnnrerekomendasikan pemberian vaksin empat hari sebelum (LAIV), tifoid oral(Ty21a), yellowfever (YF), dan Joponese
ilmterval dan usia minimum diperbolehkan. Sedangkan encepholitis (JE). Vaksin varicella dan zoster harus disimpan
fimemperpanjang interval pemberian vaksin tidak di freezer (-150 s.d. -250q, vaksin MMR dapat disimpan
ntmengurangi efektivitas vaksin, sehingga dosis tidak perlu di freezer maupun kulkas, sedangkan vaksin tifoid oral
dhrlang atau ditahbah. (Iy21a), LAIV YF, dan JE dapat disimpan di kulkas.
944 IMUNTSE
Alamat : Pekerjaan :
@
1.
2.
3.
ilwavarAlerci
Obat: Yaflidak
Bila ya, nama obat:
reaksi alergi berupa
reaksi alergi berupa
reaksi alergi berupa
Telu r/Protein : YalTida k
Bila ya, reaksi alergi berupa
Reaksi imunisasi : YalTidak
Bila ya, reaksi alergi berupa
Riwayat lmunisasi
No Jenis Vaksin Tanggal Pemberian Dilakukan di Klimik/RS
1
2.
3.
4.
5.
Vaksin inoctivoted mengandung keseluruhan atau Selain paparan suhu, cahayajuga dapat
komponen virus/bakter yang tidak aktif, misalnya vaksin kan kerusakan vaksin yang bersifat irreversifu
tetanus, difteri, pertusis (Tdfidap), humon papilloma virus kumulatif. Vaksin yang peka terhadap cahaya
(HPY), trivolent inoctivated influenza vaccine (IlV), hepatitis MMR, varicella, zoste[ HPV JE, rabies, serta
A, hepatitis B, Hoemophillus influenzoe tipe B (Hib), (Ty21a). Tingkat stabilitas vaksin berbeda pada
pneumococcol polisakarida, meningococcol polisakarida, tingkat suhu, ditunjukkan pada tabel 3.
dan tifoid Vi polisakarida. Umurnnya vaksin inactivoted lidak
dapat disimpan difreezer sehingga harus disimpan di kulkas Penyimpanan Vaksin
(20 s.d. 80C). Vaksin inactivated juga sering terabsorbsi Karakteristik vaksin menentukan cara
adjuvan tertentu, misalnya aluminium. Pembekuan meng- Beberapa vaksin dapat bertahan cukup lama @a
akibatkan koagulasi aluminium sehingga ukuran partikel yang lebih panas, walau masa hidupnya akan
vaksin menjadi lebih besar dan mudah mengendap. signifikan. Efek panas pada vaksin tidak dapat dinild
Untuk mengetahui apakah suatu vaksin rusak setelah visual karena bersifat kumulatif. Untuk membantr
mengalami perubahan struktur dan morfologi akibat adanya kerusakan vaksin akibat panas, digunakan
pembekuan, digunakan shoke test (Gambar 6). Shoke test viol monitor I'lY M). Sebaliknya, suhu beku juga
membandingkan laju pengendapan vial yang diperiksa percepat kerusakan pada beberapa vaksin, mi
dengan vial kontrol yang dibekukan. Bila laju pengendapan titits B dan Td. Paparan suhu beku dapat didetelsi
sama atau lebih cepat daripada kontrol, maka isi vial gunakan freeze-tag, yang digerakkan dengan
tersebut telah rusak. volt dan bertahan selama 5 tahun. Bilafreeze-tog
GEDUR IMUNISASI 945
Ito. Jenis Vaksin Cara Dosis Merek No. Lot Tanggal Tanggal Tanda Tangan
Pemberian Kembali Doklter
I Hepatitis A IM
? Hepatitis B IM
3 Hepatitis A & B IM
I Human Popilloma IM
VrTus (HPV)
5 lnfluenza IM
3 Meningits IM
I Pneumonia IM/SC a
I Tetanus, Difteri IM
Pertussis (Tdap.Td)
n0 Varicella SC
T1 Zoster SC
mnda suhu <00 C selama 1 jam, maka terjadi perubahan meningkatkan risiko kontaminasi dan menyebabkan suhu
hrda rumput (V) menjadi tanda silang (Gambar 7). pendingin tidak stabil karena sering dibuka-tutup. Vaksin
Kulkas dan freezer pada unit pendingin vaksin sebaiknyib diletakkan di rak tengah lemari es. Peletakkan di
chaiknya terpisah, karena suhu beku yang dibutuhkan pintu kulkas akan meningkatkan paparan terhadap panas
lffierapa vaksin live attenuoted biasanya tidak tercapai ketika pintu kulkas dibuka. Sebaliknyti, meletakkan vaksin
lhila keduanya menyatu sehingga b6rpotensi merusak di dekat evaporator meningkatkan risiko beku sehingga
tt*sin. Suhu kulkas dijaga antara 20 s.d. 8oC, sedangkan harus dihindari. Menyisakan ruang kosong t50% volume
n*ttfreezer dijaga -150 s.d. -250C. Pintu unit pendingin kulkas dilakukan agar udara dapat bersikulasi. Vaksin di-
dhpat berupa pintu buka depan (Gambar 8) maupun tata sesuai dengan tanggal kadaluwarsa, yang lebih awal
hruka ke atas (Gambar 9). Tidak disarankan menyimpan sebaiknya di simpan di barisan depan sehingga dapat
hrang lain selain vaksin di dalam unit pendingin karena digunakan lebih dahulu. Sedangkan vaksin yang sudah
946 IMUNISAI9
Transpor Internasional
q,
\tr
U
A)
Kamar dingin (20 s.d. 80C) dan kamar beku (-150
't
U Penyimpanan vaksin primer
s.d. -250c)
s
.g
or
.g
!
C
o)
Penyimpanan vaksin intermediet Kamar dingin (20 s.d. 8oC) dan kamar beku (-150
_!/
(! s.d. -250c)
vo
o
(o
C Penyimpanan vaksin intermediet Kulkas (2o s.d. 8oC) danfreezer (-150 s.d. -25oC)
G
!
.E
o)
.E
ro
c
o
o
o Pusat kesehatan daerah Kulkas (20 s.d. 80C) danfreezer (-15o s.d. -250C)
-o
.:Z
cG
O)
o
Pos/fasilitas kesehatan Kulkas (20 s.d. 8oC) danfreezer (-150 s.d. -250C)
'6
o
o
c
l!
F
Pasien
Gambar 5. Cold choin. (World Health Organizotion. lmmunization in practice. WHO: Geneva, 2006.
WHO document WHOIVB/04.06)
Keterangan:
1. Kocokvial selama 30 detik
tffi usur#Gr& 2. Tempatkan vaksin pada
$S$fr€df?s:e
datar
;hlhG5E'*SH Y+al
*W,t*lffi*Snfr 3. Amati ada atau tidaknya
&e*{E*ffi8#+# 4_ Bandingkan dengan vial behu
Ekfieffi ,ftB-fie1#.
**l rt
oorHTlHt
er{* r} rlE1ilscffi
{e**#irt&:e
&e{krftGd
$?lh*e*$€#Y#
Mh#e*r
rx*rilr.8tr
*.sfidt#*e*
r*syi#f b*tM,
:::
Sensitif
Data Stabilitas yang Tersedia Terhadap
Produk TipeVaksin Formulasi Beku
20-90 20o-25oc 37oc >370c
,:<sintunggal
-xmophiLus HibTITER: Wyeth Konjugat Liquid 2th ,5mg >5mg Ya
rT.uenza b (Hib) Hiberix: GSK Konjugat Lyophilized 3 th 2 th 1 bln C)
(55" Tidak
-epatitis A .Vaqta: Merck lnactivoted Liquid 2th 't th Ya
At adjuvant
Havrix:GSK lnoctivated Liquid 2th 1mg Ya
At adjuvant
-:patitis B Engerix B:GSK Protein Liquid >4th 3bln lbln 1mg Ya
sub unit At odjuvant (45"C)
'uman papillo- Gardasil: Merck tnoctivated Liquid >3 th 130 bln 18 bln 3 bln Ya
-a-virus (HPV) At adjuvont (4s'c)
'Xuenza seo' Fluerix: GSK lnactivoted Liquid >69mg >12 mg Ya
-;nol
lnflexal V: Berna lnoctivated Li.quid 18 bln 3 bln 28 hr Ya
Biotech vffosome
odiuvon
Flumist: Live Nosol spray 18 mg ?
Medlmmuno ottenuated
",lponese SA14-14 2: Live Lyophilized 18 bln 4 bln 7-10 hr Tidak
zncephalitis Chengdu lnstitute attenuated
of Biological
Products
lnactivoted 1 th 28 mg 4 mg Tidak Tidak
stabil
rteningococcol Mencevax ACWY Polisakarida Lyophilized > 2 th 6 mg Tidak
k,ogroupACWY GSK (600c)
tteumococcoL; Prevnar: Wyeth Konjugat Liquid >3th Ya
--voLent At odjuvant
:.eumococcoL; Pneumovax ll; Polisakarida Liquid 30 bln Ya
3-volent Sanofi Pasteur
:.abies Rabipur: Novartis Inoctivoted Lyophilized > 3,5 th 3-4 bln 24 jm Tidak
virus (560C)
-:tonus toxoid Tetanus toxoid Inactivoted Liquid 3-7 th 6-12 bln 2-6 bln * Y,
adsorbed: Sanofi At odjuvant
Pasteu r
-'oid Vl- Typherbix: Polisakarida Liquid >2th 2th 6bln Ya
GSK
TY21a-Vivotif: Live Lyophilized > 1 th 14hr > 12jam Ya
Berna Biotech Attenuated atou kopsul gel
ra.icella Varivax: Merck Live LyophiLlzed > 30 bln 3 bln 7 hr Tidak
Attenuated otau kopsul gel
'zllow fever Stamaril: Sanofi Live Lyophilized >3th >6 bln >2bln Tidak
Pasteu r Attenuated
. aksinkombinasi
)'phteria tetanus dTlld adsorbed: lnoctivated Liquid >3 tfir 6-12 bln 2-6 bln 3-5jam Ya
crlrd) Serum lnstitute At odjuvont (600c)
of lndia
ItaP Adacel: Sanofi lnactivated Liquid >3th Beberapa Beberapa . 1 mg Ya
Pasteur At adjuvont bln m9 (450C)
T,'MR M-M-RvaxPro: Live Lyophilized >2th 1 bln 1 mg Tidak
Merck Attenuoted
I rodifikasidari: PATH Vaccine Stabilization Team. Summary of stability date for commonly used vaccines and novel vaccine
::ttulations.2008. Diunduh dari http://www.path.org/files/TS vaccine stability table.pdf)
948
Lemeri er RCW 50 EK
lingkal Purkerma=.
ThenmmrGr
*an.
ffi
ffi
ffigffiffi€
#ffiffire
gTH€
##-€
e:B@
mffim
lume uilutr
[tin = Z{ LL
lhrat kadaluwarsa harus dibuang. Voccine corrier yang digunakan sebagai transportasi
Termometer dan buku log hendaknya disediakan vaksin sebaiknya berkualitas baik dengan desain khusus
luiltuk memantau suhu pendingin. Pencatatan sebaiknya agar suhu di dalamnya dapat bertahan optimal selama
diiilakukan setiap dua hari sekali. Bila pendingin mati mungkin. WHO mensyaratkan voccine corrier memiliki
,ddam waktu yang cukup lama, dapat digunakan cold cold life, yaitu durasi mulai vaccine corrier berisi ice pock
foratau voccine carrier. Selain itu, bila kulkas mati dapat ditutup sampai suhu mencapai 100C, dengan minimal
pula digunakan cadangan buffer berupa ice-pock yang 15jam untuk transportasijarak dekat, dan 30jam untuk
ffidak dibekukan, atau botol berisi air yang diletakkan di jarak jauh. Untuk alternatif, dapat pula digunakan kotak
hagian bawah atau di pintu kulkas. Sedangkan ice-pock styrofoom setebal 2 inci (5 cm). Termometer harus selalu
ywrg dibekukan di freezer digunakan saat transpor atau disediakan berdampingan dengan vaksin untuk memantau
penyimpanan. suhu selama transportasi.
Beberapa vaksin freeze-dried atau lyophilized harus di- WHO memperbolehkan vaksin yang relatif tahan panas
mrnpur dengan pengencef misalnya MMR, meningococcol dikeluarkan dari cold chain, terutama jika risiko kerusakan
plisakarida, voricello, zoster; rabies, JE, dan YF. Pengencer akibat pembekuan lebih besar daripada akibat panas, dan
,d[*irnpan di kulkas atau suhu rungan karena berisiko pecah juga pada beberapa kondisi tertentu. Misalnya pada kondisi
hilfra dibeku ka n di freeze r. Pengencer yang disi mpan pada hari vaksinasi masal pada hari imunisasi nasional, atau vaksin
nutxr ruang didinginkan dulu di kulkas sebelum digunakan, di daerah yang sulit dijangkau. Voccine Viol Monitor (YVM)
'dhr hanya dicampur dengan vaksin bila sesaat lagi akan sebaiknya digunakan pada vaksin yang dikeluarkan dari
digr,rna.kan. Vaksin yang telah dicampur tidak boleh di- cold choin, untuk memantau paparan panas. WM adalah
ffinrginkan atau dibekukan kembali. Masa kadaluwarsa label yang dapat berubah warna bila terpapar panas secara
,udrsin yang telah diencerkan dapat dilihat pada tabel 4. kumulatif dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan reaksi
WM berbeda sesuaijenisnya. Misal: untuk vaksin polio oral
untuk anak-anak, salah satu vaksin paling peka terhadap
panas, digunakan WM2 ydng berubah warna dalam 2 hari
Kadaluwarsa setelah,pengenceran pada suhu 370 C. Sementara untuk vaksin hepatitis B yang
jam sangat stabil pada suhu ruangan, digunakan WM30 yang
;,5rtR :
8
berubah warna dalam 30 hari. Gambar 10 menunjukkan
fieningicoccal 30 menit (single-dose viol), 35 hari cara pembacaan WM.
1 Polisakarida (multi-dose vio[)
ilIbies Digunakan segera
Kotak dalam lebih terang daripada lingkaran luar.
;ibkella : 30 menit GUNAKAN VAKSIId jika belum kadaluwarsa.
tlow fever l jam
*
-&uter. Kotak dalam lebih terang daripada lingkaran luar.
30 menit
cine_stability_table. pdf .
14. Phillips KL, Hayney MS. Vaccine storage and handling:
maximizing effectiveness while reducing cost. I Am Pharm
Assoc 2007 ; 47 (a) :536-8.
15. The Public Health Agency of Canada. National vaccine
storage and handling guidelines for immunization provid-
ers. 2007 . Diunduh dari http: / / www.phac-aspc. gc.ca/
prblicat / 2007/ nvshglp-ldemv/pdflnvshglp-ldemv-eng.
130
IMUNISASI DEWASA
Erwanto Budi Winulyo
mihrk pencegahan penularan penyakit infeksi termasuk Sel CD4+ berperan membantu sel B membentuk
@a orang dewasa. Pada tahun 2003 Perhimpunan antibodi sehingga disebut juga sebagai Cell T helper
M*ter Spesialis Penyakit Dalam lndonesia (PAPDI) telah (Th). Sebaliknya sel CD8+ berfungsi untuk mengenal
mnnghasilkan konsensus imunisasi pada orang dewasa, dan menghancurkan sel yang terinfeksi, disebut sebagai
udmingga diharapkan imunisasi pada orang dewasa di Cytotoxic T Lymphocytes (CTLs).
llllhndonesia akan lebih d igalakk66.t,+,s,e
Vaksin berperan penting menginduksi memori imunologis
pada sel I sel B dan APC. Perkembangan memori pada sel
T belum banyak diketahui. Satu penanda selulari isoform
EPONS IMUN PADA VAKSINASI molukel CD45+ meningkat pada memori sel T. Salah satu
halyang penting pada memori sel T adalah antigen yang
lfiiurmponen penting dalam menimbulkan respons imun diperlukan untuk menstimulasi respons imun kedua dan
951
952 IMUNISASI
C8
NTP
+
I
-\ Membantu sel B,
termasuk pertukaran (swithcing)
isotipe imunoglobulin
@ mensekresi lL-3,4,5,6,10,13,TNF q
Antigen polimerik
1
ooco
Antigen
polimerik
L"
]I,TIISASI DEWASA 953
selektif. Biasanya vaksin ini memberikan imunitas warna kulit, peradangan, dan pembentukan granuloma.
.jangka panjang. Pemberian suntikan secara subkutan mempunyai risiko
m Vaksin dimatikan (Killed Vaccine/lnoctivoted Vaccine). komplikasi pada jaringan neurovaskular yang lebih jarang,
Vaksin ini mengandung organisme yang tidak aktif non-reaktogenik dan cukup imunogenik.
setelah melalui proses pemanasan atau penambahan
bahan kimiawi (misanya aseton, formalin, timerosal,
fenol). Biasanya pemberian vaksin ini perlu beberapa VAKSIN UNTUK ORANG DEWASA
dosis dan diperlukan bahan ajuvan untuk meningkatkan
respons imunologis. lmunisasi untuk orang dewasa dapat diberikan sebagai
r Vaksin Rekombinan. Susunan vaksin ini (misalnya imunisasi ulangan atau imunisasi pertama. Dewasa ini
hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang vaksin yang tersedia untuk orang dewasa cukup banyak,
patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui seperti terlihat pada tabel 1.3,8,s
isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel Dewasa ini sedang dikembangkan vaksin malaria,
penerima vaksin. dengue, HIV dan H.pylori.
,d" Vaksin Plasma DNA (Plosmid DNA Voccines) Vaksin
ini dibuat berdasarkan isolasi DNA mikroba yang INDIKASI
mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini
lndikasi penggunaan vaksin adalah didapatkannya riwayat
sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir
pajanan, risi ko penu la ra n, usia lanjut, im u nokom proma is,
penelitian pada binatang percobaan menunjukan
pekerjaan, gaya hidup dan rencana bepergian.lo
bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang
. Riwayat pajanan : tetanus toksoid, rabies
respons humoral dan selular yang cukup kuat.
. Risiko penularan: influenza, hepatitis A., tifoid,
Sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
MMR
sedang dilakukan.
. Usia lanjut : pneumokok, influenza
Pemilihan berbagai macam cara pemberian vaksin . Risiko pekerjaan : hepatitis B, rabies
llirrmramuskulari subkutan, intradermal, intranasal atau oral) . lmunkompromais : pneumokok, influenza, hepatitis
Mngantung pada komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. B, hemofilus lnfluenza tipe B
Seuaiknya vaksin diberikan pada tempat di mana respons . Rencana bepergian : loponese B ensefalitis, lifoid,
mnrunyang diharapkan tercapai dan risiko terjadinya hepatitis A, Yellow Fever,
krusakan jaringan saraf dan vaskular minimal. . Jemaah haji: meningokok ACYW 135, influenza
Penyuntikan intramuskular dianjurkan pada kasus Vaksin kolera yang dulu digunakan untuk perlindungan
dirmana bila dilakukan penyuntikan subkutan atau penularan ke daerah enderhls sekarang tidak dianjurkan
tltnnh.-ade rm a I da pa t m e i m b u I ka n i rita s i, i n d u ra s i, pe ru ba h a n lagi.
a
wccine-stroin pada resipien non imunodefisiensi atau sedangkan vaksinasi pneumokok meningkat dari 15o/o
nesipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio) menjadi 28%, sedangkan untuk kelompok kulit putih
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat non Hispanik sasaran vaksinasi untuk influenza berhasil
mnerupakan reaksi sampin g (odverse evenfs), atau kejadian dicapai pada tahun 1997. Sasaran pencapaian vaksinasi
ttiln yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi pada Heolthy People 2010 sebesar 90%. Upaya untuk
irnpang vaksin antara lain bisa berupa efek farmakologi, meningkatkan jumlah orang yang dapat divaksinasi antara
eiek samping (side-effects), interaksi obat intoleransi, reaksi lain dengan cara : 1). Meningkatkan kepedulian petugas
idiosinkrasi, dan reaksi alergiyang umumnya secara klinis kesehatan; 2). Meningkatkan kemampuan pelayanan
srlh dibedakan dengan yang lainnya. Efek farmakologis, kesehatan dalam menyediakan vaksin; 3). Menyediakan
efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi vaksin yang murah dan mudah dijangkau; 4). Menyediakan
ftarena vaksin sendiri, dimana reaksi alergi merupakan pendanaan baik oleh pemerintah maupun asuransi
hpekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar (Medicare membiayai vaksin influenza dan pneumokok
helakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap sejak '1993); 5). Menyelenggarakan acara khusus seperti
protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan Pekan Peduli lmunisasi Dewasa (di Amerika Serikat setiap
demam kuning) atau unsur lain yang terkandung dalam bulan Oktobe$; 6). Memantau kinerja program imunisasi
eksin. nasiona[; 7). Meningkatkan penelitian dalam bidang
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung pelaksanaan vaksinasi.
mtsin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, Dokter mempunyai peran penting dalam memberikan
pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, informasi kepada pasien tentang manfaat imunisasi.
hsalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau Sekitar sepertiga responden yang termasuk indikasi untuk
srnata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan vaksinasi ternyata tidak mendapat anjuran imunisasi,
Pasien dan keluarganya juga harus diberitahu agar walaupun telah mengunjungidokter lebih dari 5 kali dalam
melaporkan ke tempat imunisasi diberikan bila terjadi setahun terakhir. Padahal anjuran dokter untuk menjalani
nuaksi pasca imunisasi yang serius. Petugas imunisasi imunisasi mempunyai pengaruh kuat dalam pengambilan
ilhanrs melaporkan kejadian pasca imunisasi yang serius keputusan pasien untuk menjalani vaksinasi.s,14,16
rmi ke instansi yang berwenang di daerah tersebut dengan
indikasi :
Rute suntikan : Sub kutan
. Divaksinasi terdahulu diberikan pada umur < 65 tahun Varisela. Vaksin diberikan pada individu yang
dan sekarang sudah berusia >65 tahun dekat dengan pasien yang berisiko tinggi terj
. lndividu berisiko tinggi terjadinya infeksi pnemokok komplikasi (misalnya: petugas kesehatan dan
yang serius sesuai deskripsi the advisory committee yang kontak dengan individu imunoko
on lmunizotion Proctices (ACIP) Pertimbangkan vaksinasi bagi mereka yang peke{
. lndividu mempunyai tingkat antibodi yang cepat berisiko (misalnya guru yang mengajar anak-anak
turun kesehatan dan residen serta staf di lingkungan r
TUNISASI DEWASA 957
kesehatan), mahasiswa, penghuni serta staf rehabilitas Gardner R Schafner W. Immunization of adult. N Engl ] of Med.
militer; perempuan usia subur yang belum hamil, dan 1993;29:1252-8.
Goodman jW. The immune responssse. In: Sites DR Terr AI,
mereka yang sering melakukan perjalanan wisata. editors. Basic clinical immunology. 5th edition. New Jersey:
ly'aksinasi terdiri dari 2 dosis yang diberikan dengan jarak Prentice-Hall International; 1991,. p .34-M.
4-8 minggu. Hyde Rm. Immunization. lmmunology. 3rd edition. Philadelphia:
William & wilkins; 1995. p .137-45.
Jenis vaksin : Virus hidup dilemahkan
Johnson AG, Immunization. High yield immunology. Philadelphia:
Efuktivitas :86o/o Lippincort William & Willkin; 1995. p .137-45.
Rute suntikan : Sub kutan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia(PAPDI).
Konsensus imunisasi dewasa. ]akarta: Balai penerbit FKUI;
Demam tifoid. Penggunaan vaksin ini dianjurkan pada 2003.
pekerja jasa boga, wisatawan yang berkunjung ke daerah Qureshi H, Gessner DB, Lebon Heux et al. The incidence of
vaccine preventable influenza like illness and medization use
endemis. Pemberian vaksin tifoid perlu di ulang setiap 3
among Pakistan pilgrim to the Haj in Saudi Arabia, Vaccine.
tahun. 2000;18:2956-62.
vaksin
Jenis : Antigen Vi inaktif Ramkisson A" ]ugnundan. Reactogenicity and immunogenicity
Efuktivitas of a single dose of a typhoid VI polysaccharide vaccine in
:50 - 80o/o
adolescent. Biodrugs. 200L; L5 ( Suppl.): 21-6.
Rute suntikan : Sub kutan Roitt I, Brostoff J, Male D. Vaccination. Immunology. 4th edition.
Mosby. London;1996. p .19;L-9.
H,low Fever. Vaksin ini diwajibkan oleh WHO bagi Ryan ET, Kain KC. Health advice and immunization for travelers.
uisatawan yang berkunjung ke Afrika Selatan. Pemberian N Engl J of Med. 2000;8:171.6-24.
uhng dianjurkan setiap 10 tahun. Sundaru H. Rekomendasi jadwal imunisasi pada orang dewasa
dalam. Imunisasi dewasa in: Djauzi S, Sundaru H, editor.
vaksin
Jenis : Virus hidup dilemahkan
|akarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. p . 145-50.
Efiektivitas : tinggi Zimmerman RK, Ahwesh ER. Vaccines for persons at high risk
Rute suntikan : Sub kutan teaching immunization for medical education (TIME) project
(abstract). j Farm Pract. 2000;49:551.-63.
@nese ensefalitk. Pemberian vaksin dianjurkan bagi Djauzi S dk* (ed). Pedoman Imunisasi Dewasa. Balai Penerbit
'risatawan yang akan bepergian ke daerah endemis FKUI.2O12
i
IEFERENSI
VAKSINASI PADA tBU HAMIL DAN MENYUSUI Pemberian vaksin rutin umumnya aman
pada kehamilan. Yang direkomendasikan adalah
Pemberian vaksinasi pada ibu hamil seringkali menimbul- tetanus, influenza, dan hepatitis B.1'2'4's Vaksin
kan pertanyaan dan keraguan pada dokter dan ibu hamil dan rabies dapat diberikan sesuai indikasi.
akan keamanannya, terutama tentang kemungkinan vaksin yang tidak boleh diberikan adalah MMR
transmisi virus kepada bayi dalam kandungan. Acapkali mumps, rubella), varisela, serta BCG (bacille
seorang wanita mendapatkan vaksin saat belum Guerin). Pengaruh berbagai jenis vaksinasi
diketahui hamil atau kehamilan terjadi tidak lama setelah kehamilan diuraikan pada tabel 1.
vaksinasi.Walaupun pemberian vaksin hidup secara Hampir semua vaksin hidup atau mati dapat
umum dianggap kontraindikasi pada ibu hamil, risiko pada ibu menyusui dengan aman, sehingga
penularan virus pada janin akibat pemberian vaksin bukan merupakan kontraindikasi untuk di
hidup ini sebenarnya masih berupa teori. Pada situasi vaksinasi. Pemberian vaksin juga bukan merupakan
seperti ini, keuntungan dan risiko pemberian vaksinasi untuk menunda menyusui, kecuali vaksin
tentu harus dipertimbangkan. Pemberian vaksin pada ibu Sebagian vaksin dari virus hidup seperti vaksin
hamil umumnya dipertimbangkan apabila kemungkinan dan rubela sebenarnya dapat'dideteksi pada arr
paparan besar; infeksi ibu dapat membahayakan kehamilan ibu, namun tidak menyebabkan infeksi simtomatik
dan janin, dan vaksin tersebut kemungkinan besar bayi.a
tidak berbahaya. Sampai saat ini pun tidak didapatkan
peningkatan komplikasi kehamilan dan belum ada laporan
bayi yang lahir dengan rubela kongenital atau sindrom VAKSINASI PADA PASIEN HIV
varisela setelah pemberian vaksin rubela atau varisela
pada ibu hamil. Pada kondisi seperti ini, ibu hamil perlu Pasien HIV berisiko lebih tinggi untuk
diberikan konseling, bahwa kemungkinan peningkatan berbagai macam infeksi, tidak hanya karena
risiko secara teori dan vaksinasi virus hidup bukan imunokompromaisnya, tapi juga dari perilah
merupakan indikasi mengakhiri kehamilan.l'2 berisiko lebih tinggi tertular infeksi tertentu.
Vaksin bermanfaat menjaga kesehatan wanita sebelum, contoh, infeksi hepatitis A yang lebih tinggi
selama dan setelah kehamilan. Selain itu, vaksinasi pada pada kelompok lelaki homoseksual dan
saat kehamilan juga berpotensi melindungi bayi yang suntik, serta.risiko infeksi Human Popilloma
sedang dikandungnya dari penyakit pada bulan pertama pada anus pada kelompok lelaki homoseksual
8
kehidupan sampai bayi tersebut mendapatkan vaksin.l HPV pada serviks pada wanita.6
Sebagai contoh, vaksin influenza yang diberikan pada
' Di sisi lain, akibat kondisi im
ibu hamil sangat efektif mencegah komplikasi influenza efektivitas vaksin pada pasien HIV menjadi leblr
yang mengakibatkan perawatan rumah sakit pada 6 dan efek samping dari penggunaan vaksin hi
bulan pertama kehidupan bayi (91.5o/o efektivitas).3 Akan mungkin terjadi. Berbagai penelitian
lebih baik lagijika seorang wanita sudah mempersiapkan respons vaksin pada pasien HIV sangat
diri dengan mendapatkan berbagai vaksinasi sebelum jumlah CD4. Makin rendah jumlah CD4 nya,
merencanakan kehamilan.l'a rendah respons vaksinasi yang dihasilkan.s
ilUNISASI PADA KELOMPOK KHUSUS 959
fiabies Tidak kontraindikasi, dapat diberikan Risiko kegagalan terapi jika terinfeksi tinggi, kehamilan
jika terindikasi bukan melupakan kontraindikasi profilaksis pasca paparan
rabies
Utus/bakteri non hidup
lliepatitis B Direkomendasikan Tidak berisiko menyeb'abkan efek samping bagijanin
0lifte rilteta n u s Direkomendasikan Tidak teratogenik
Fneumokokus lndikasi pada pasien risiko tinggi Belum ada data keamanan, namun tidak ada laporan efek
samping
lillieningokokus Aman dan efektif
Slepatitis A
---
- Risiko kecil
liffill Tidak ada data keamanan Vaksin kuadripel tidak dianjurkan digunakan pada kehamilan,
Jika vaksin dimulai sebelum hamil, jadwal selanjutnya
ditunda hingga melahirkan
.mtroid Tidak ada data keamanan Dapat dipertimbangkan pada keadaan risiko tinggi
!ryonese encepholitis Tidak ada data keamanan Tidak diberikan rutin pada kehamilan, dapat dipertimbangkan
jika perjalanan ke daerah endemik tidak dapat dihindarkan
nespons vaksinasi hepatitis B yang diberikan pada pasien dan terlihat dengan peningkatan jumlalrCD4. Walaupun
dengan CD4 <200 sel/pl hanya 36% dibandingkan
lrlrllll/ data masih terbatas, pada kasus HIV yang terkontrol baik
pada kelompok pasien dengan CD4 >200 sel/pl sebesar dengan terapi ARV kombinasi dan jumlah CD4 sudah
ffi%.10 Nadir CD4 atau jumlah CD4 terendah dan jumlah meningkat di atas 200 sel/mm3, vaksin hidup yang
rmrus H lV (vira I lood) yang masih bereplikasi juga d iketahui sebelumnya ditunda dapat diberikan.Vaksin mati yang
rmremengaruhi respons vaksinasi.l 1
diberikan saat sistem imun masih terganggu perlu diulang
Pasien HIV dalam kondisi kekebalan tubuh yang saat sistem imun membaik.6'7 Setelah pemberian terapi
reldah (CD4 < 200 sel/mm3) merupakan kontraindikasi ARV kombinasi pun, respons imun vaksin akan lebih baik
per"nberian vaksin hidup seperti polio oral, varisela, jika diberikan pada jumlah CD4 yang lebih tinggi.s
Mlow fevet dan MMR. Sebagai contoh laporan kasus Dosis vaksin dan jadwal pemberian vaksin pada pasien
Meumonitis dan ensefalitis meosles terkait vaksin pada HIV dewasa umumnya sama dengan orang dewasa sehat,
ruasien HlV. Sedangkan vaksin mati aman diberikan seperti terlihat pada tabel 3.26'7 Khusus untuk vaksinasi
pmca CD4 berapapun, namun dengan efektivitas lebih hepatitis B, mengingat respons yang lebih rendah, jadwal
mrndah.6-8 yang dianjurkan adalah sesuai standar pada bulan 0, 1,
Peningkatan sementara jumlah HIV RNA (virol dan 6. Tidak dianjurkan penggunaan jadwal cepat pada
atau virol blips pernah dilaporkan terjadi setelah
ntumr,C) bulan 0, 1, dan2. Pemeriksaan anti-HBs sangat dianjurkan
pmrberian beberapa jenis vaksin, namun dianggap tidak dilaksanakan 1 bulan setelah vaksin terakhir untuk
herrnakna secara klinis.12 memastikan serokonversi, dan diulang tiap tahun untuk
Setelah pemberian terapi antiretroviral (ARV) menentukan kebutuhan vaksin boosfer (penguat)' Vaksinasi
ilmrrbinasi, pemulihan respons imun diharapkan terjadi ulangan juga acapkali diperlukan pada pasien HIV jika
960 IMUNISASI
pada seri pertama tidak terjadi serokonversi.6-8 Strategi lain setelah pasien menjalani dialisis.l3
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan respons vaksin Berbagai studi awal mengemukakan bahwa
hepatitis B pada pasien HIV adalah dengan meningkatkan vaksin hepatitis B pada pasien penyakit ginjal kronikf
dosis vaksin menjadi dua kali lipatnya (40 prg).to-rr lebih rendah daripada populasi umum.Seringkali
menun