Anda di halaman 1dari 1395

BABI

FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM

Pengembongon llmu Toto Hubungon Dokter


don Profesi Penyokit dengon Posien 18
Prokiik llmu Penyokit
Perkembongon llmu Dolom :Rontoi Kokoh
Penyokii Dolom Sebogoi Cost-Effectiveness 22
Suoiu Disiplin llmu 4
Proktik Kedokteron
Moso bepon ttmu Berbosis Bukti di Bidong
Penyokit Dolom don llmu Penyokit Dolom 25
Spesiolis Penyokit Dolom 7
Cototon Medik
Pendekoton Holistikdi Berdosorkon Mosoloh
Bidong llmu Penyokit (Cmbm=P omr) 29

Empoti Dolom
Komunikosi Dokter-
Posien l6

lltUlu PHIYAKIT llAlAt[l Edisi v,2014


PENGEMBANGAN ILMU DAN
PROFESI PENYAKIT DALAM
Samsuridjal Djauzi

PENDAHULUAN ILMU PENYAKIT DALAM

Ilmu kedokteran terus berkembang. Salah satu Sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran, ilmu penyakit
perkembangan yang terjadi adalah terbentuknya dalam mempunyai nilai dan ciri yang merupakan jati dirinya.
percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran Sudah tentu ilmu penyakit dalam memiliki nilai bersama
semula merupakan seni menyembuhkan penyakit (the art yang merupakan nilai inti ilmu kedokteran yang sarat
of heoling) yang dilaksanakan oleh dokter yang mampu dengan nilai-nilai kemanusiaan, bebas dari diskriminasi
melayani pasien yang menderita berbagai penyakit, maka serta melaksanakan praktik kedokteran dengan penuh
kemudian sesuai dengan kebutuhan, ilmu kedokteran rasa tanggung jawab. Nilai tersebut diamalkan dalam
bercabang menjadi cabang bedah dan medis. Percabangan melaksanakan profesi penyakit dalam. Namun karena ilmu
ini sudah terjadi cukup lama yaitu sejak abad kedelapan penyakit dalam mendukung layanan spesialis penyakit
sebelum masehi. Percabangan bedah memungkinkan dalam yang menyediakan layanan spesialis untuk orang
pendalaman ilmu untuk mendukung layanan bedah dewasa secara berkesinambungan, maka salah satu
sedangkan medis melayani ilmu yang mendukung nilai penting yang dijunjung dalam layanan spesialis
layanan non-bedah. Selanjutnya terjadi percabangan penyakit dalam adalah nilai yang mewa5nai layanan yang
lagi, medis bercabang menjadi ilmu penyakit dalam dan komprehensif berupa penyuluhan, pencegahan, diagnosis,
ilmu kesehatan anak. Istilah penyakit dalam pertama kali terapi dan rehabilitasi. Layanan yang komprehensif ini
digunakan oleh Paracelsus pada tahun 1528. Percabangan memungkinkan seorang dokter spesialis penyakit dalam
ilmu kedokteran ternyata tidak hanya sampai disitu, untuk menatalaksana baik penyakit akut maupun penyakit
namun terus terjadi percabangan baru sesuai dengan kronik. Selain itu pendekatan dalam penatalaksanaan
kebutuhan pelayanan di masyarakat. Percabangan ilmu penyakit adalah pendekatan holistik yang berarti
memungkinkan terjadinya pendalaman yang amat memandang pasien secara utuh dari segi fisik, psikologis
bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan keterampilan dan sosial. Pendekatan ini memungkinkan dokter untuk
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan memandang pasien sebagai manusia dengan berbagai
mutu pelayanan. Namun selain manfaat yang dipetik dari persoalan tidak hanya terbatas pada'persoalan biologik
percabangan ilmu kedokteran, kita juga menghadapi semata. Nilai lain yang dimiliki oleh ilmu penyakit dalam
tantangan bahwa percabangan ilmu dapat memecah ilmu adalah keinginan untuk mengikuti perkembangan
kedokteran menjadi kotak-kotak yang kurang mendukung ilmu dan kebutuhan masyarakat. Keterampilan kognitif
ilmu kedokteran sebagai kesatuan. Untuk itu, perlu merupakan kemampuan yang penting dalam ilmu penyakit
disadari bahwa percabangan ilmu kedokteran haruslah dalam. Berbagai penemuan baru dalam ilmu kedokteran
mendukung kesatuan ilmu kedokteran sendiri. Selain itu, merupakan masukan yang berharga dalam mengamalkan
juga harus disadari bahwa layanan yang terkotak akan keterampilan kognitif ini. Selain itu, ilmu penyakit dalam
meningkatkan biaya kesehatan dan menjadikan pasien tanggap pada masalah kesehatan baik masalah kesehatan
kurang diperlakukan sebagai manusia yang utuh. individu maupun masyarakat. Meningkatnya populasi
2 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM

usia tua misalnya merupakan contoh yang memerlukan Pemahaman mengenai latar belakang sosial pasien
tanggapan ilmu penyakit dalam. Dalam pelayanan memungkinkan seorang dokter spesialis penyakit dalam
spesialis penyakit dalam diperlukan kemampuan untuk untuk memilih tindakan diagnostik dan terapi yang
mengkoordinasi agar pasien dapat dilayani secara tepat sesuai dengan kemampuan pasien dan keluarga. Dalam
guna dan berhasil guna. Keterampilan ini menghendaki berbagai kesempatan kuliah Prof. Dr. Supartondo, salah
kemampuan memimpin (teadership). Dengan demikian, seorang spesialis penyakit dalam senior di Jakarta,
nilai-nilai yang diamalkan oleh dokter spesialis penyakit mengungkapkan layanan kesehatan yang diberikan
dalam adalah nilai untuk mendukung layanan yang tanpa mempertimbangka n cost effectiveness merupakan
komprehensif dan berkesinambu ngan dengan pendekatan layanan yang kurang etis.
holistik, nilai untuktanggap terhadap persoalan kesehatan
masyarakat serta nilai kepemimpinan dan profesionalisme.
Nilai-nilai ini bukanlah nilai yang baru, namun perlu MASA DEPAN SPESIALIS PENYAKIT DALAM
dimiliki oleh dokter spesialis penyakit dalam agar dapat
melaksanakan perannya sebagai dokter spesialis penyakit Di tingkat global dewasa ini tumbuh kesadaran untuk
dalam yang baik. menggalakkan kembali layanan yang komprehensif dan
pendekatan holistik. Pengalaman Amerika Serikat yang
menghabiskan dana amat banyak dalam memberikan
PROFESI SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI layanan kesehatannya, ternyata menghasilkan indikator
INDONESIA kesehatan masyarakat yang lebih buruk daripada Jepang
dan Swedia, sehingga menyadarkan para pakar kesehatan
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia di sana bahwa layanan terkotak harus dikembalikan pada
(PAPDI) merupakan salah satu perhimpunan profesi layanan komprehensif. Spesialisasi penyakit dalam yang
yang tertua di Indonesia. Perhimpunan ini lahir pada sernula dianggap berada pada masa redup sekarang
L6 Nopember L957 di Jakarta. Dalam perkembangan menjadi bersinar kembali karena nilai yang dianut oleh
keprofesian, PAPDI berusaha secara aktif untuk spesialis penyakit dalam jika diamalkan dengan baik akan
mengembangkan layanan kesehatan yang dibutuhkan mendukung layanan yang lebih manusiawi, lebih hemat,
oleh masyarakat Indonesia. Sumbangan tersebut dapat dan lebih tepat guna.
berupa pendidikan dokter spesialis penyakit dalam serta Slamet Sujono mengemukakan perlunya reorientasi
pemikiran-pemikiran untuk dapat mewujudkan layanan layanan kesehatan di Indonesia agar Indonesia tidak
kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. pApDI mengulangi kembali pengalaman Amerika Serikat.
bersama perhimpunan profesi lain berusaha juga untuk
meningkatkan mutu layanan kesehatan di Indonesia.
Dalam mewujudkan layanan kesehatan yang dapat PERSYARATAN MENJADI DOKTER SPESIATIS
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia, PENYAKIT DALAM
PAPDI menerapkan nilai-nilai yang dianut dan berlaku
dalam pengembangan ilmu penyakit dalam. Ini berarti Indonesia membutuhkan banyak dokter spesialis
PAPDI menerapkan layanan yang bersifat komprehensif penyakit dalam. Dokter spesialis penyakit dalam
dengan pendekatan holistik serta merupakan layanan berperan penting dalam meningkatkan taraf kesehatan
yang berkesinambungan. Adakalanya seorang dokter masyarakat. Mahasiswa kedokteran yang senang
spesialis penyakit dalam melayani pasiennya sejak mengikuti perkembangan ilmu kedokteran, yang
pasien masih berusia muda sampai pasien tersebut menonjol dalam keterampilan kognitif, bersedia menjadi
berusia lanjut, layanan yang lamanya puluhan tahun sahabat pasien, yang mau menyediakan waktu untuk
dan berkesinambungan. Dalam mengamati masalah penyuluhan serta bersedia melakukan layanan yang
kesehatan di Indonesia, PAPDI memandang perlunya komprehensi( bersifat holistik dan berkesinambungan,
ditumbuhkan perilaku sehat dalam kehidupan sehari- serta mampu niengkoordinasikan layanan kesehatan
hari. Upaya pencegahan penyakit menular akan lebih untuk pasiennya, merupakan calon spesialis penyakit
murah dan lebih mudah dilaksanakan daripada terapi. dalam yang baik. Bersama dengan profesi lain, dokter
Karena itu, meski sebagian besar waktu dokter spesialis spesialis penyakit dalam mudah-mudahan akan dapat
penyakit dalam digunakan dalam penatalaksanaan pasien mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku
secara individu, namun dokter spesialis penyakit dalam sehat dan mencapai taraf kesehatan yang baik. Untuk itu
perlu menyediakan waktu cukup untuk penyuluhan Indonesia memerlukan banyak dokter spesialis penyakit
penyakit, baik untuk individu maupun masyarakat luas. dalam.
PERKEMBANGAN ILMU DAN PROFESI PENYAItrI DALAM 3

REFERENSI

Abdurrachman N. |ati diri dokter spesialis penyakit dalam


Indonesia. 2000 (tidak dipublikasikan).
Bryan CS. Association of professors of medicine: general intemal
medicine as a 2l"tcentury specialty: perspective of community-
based chairs of medicine. Am j Med. 1995;99:-l-3.
Kucharz JE. Intemal medicine: yesterday, today, and tomorow
Part L origin and development: the historical perspective. Eur
j Intern Med. 2003;14:205-8.
Lindgren S, Kjellskom. Future development of general intemal
medicine: a Swedish perspective. Eur J Intern Med.
200L;12:464-9.
Myerburg R|. Departments on medical specialties: a solution for
the divergent mission of internal medicine? N Engl J Med.
L994;330:1,453-6.
SGIM task force. The future of general intemal medicine. J Gen
Intem Med. 2004;19 (1):69-77.
Suyono S. Pidato wisuda guru besar: Quo vadis penyakit dalam
suatu renungan di awal abad ke 21,.2003.
PERKEMBANGAN ILMU PENYAKIT DALAM
SEBAGAI SUATU DISIPLIN ILMU
Nurhay Abdurrahman

PENDAHULUAN fisiologi manusia adalah ilmu yang memelajari fungsi


organ-organ manusia. Kedua macam ilmu itu mempunyai
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan, namun tida'k objek materi yang sama. akan tetapi berbeda dalam objek
semua kumpulan pengetahuan adalah ilmu. Kumpulan formanya. Jadi sebuah disiplin ilmu harus memiliki objek
pengetahuan untuk dapat dinamakan ilmu dengan disiplin forma dan objek materi sehinggidapat dipelajaridengan
tersendiri harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu. seksama.
Syarat yang dimaksud adalah harus adanya objek materi Objek materi bersama dengan objek forma menjadi
dan objek forma dari kumpulan pengetahuan itu yang bagian mutlak dari keberadaan atau dikenal sebagai ,,roison
tersusun secara sistematis. detre" dari suatu ilmu pengetahuan. Dapatjuga dikatakan
Objek materi adalah sesuatu hal yang dijadikan dalam bahasa yang lebih sederhana: bahwa sesuatu yang
sasaran pemikiran. yaitu sesuatu yang dipelajari, dianalisis secara ontologis dapat diakui keberadaannya karena
dan diselidiki menurut metode yang berlaku dan disepakati dikenal eksistensinya secara substantif atas pengetahuan
dalam keilmuan, sehingga dapat tersusun secara sistematis dan pengalaman; bersamaan dengan esensinya sebagai
dengan arah dan tujuan tertentu secara khusus memenuhi ciri-ciri yang bersifat unik (unique) dan universal yang
persyaratan epistemiolog i. dapat disebut sebagaijati diri disiplin keilmuannya. Jadi
Objek materi mencakup segala sesuatu baik hal-hal dapat dipahami bahwa secara fenomonologis keberadaen
yang kongkrit (misalnya manusia, hewan, tanaman atau ilmu pengetahuan seperti uraian di atas adalah suatu
benda-benda lain di alam raya sekitar kita), ataupun hal- kenyataan.
hal yang abstrak (misalnya: ide-ide, nilai-nilai, atau hal Dari segi keilmuan, ilmu penyakit dalam mempunyai
kerohanian atau fenomena-fenomena yang substantif dasar metodologi yang khusus, dengan paradigma yang
lainnya). bersifat holistik, integratif dan komprehensif, sedemikian
Objek forma dibentuk oleh cara dan sudut pandang rupa mampu untuk menjamin dalam memberikan
atau peninjauan yang dilakukan oleh seseorang yang penyelesaian yang lebih tuntas mengenai pelayanan medis
memelajari atau peneliti terhadap objek materi dengan pada kasus pasien dewasa seutuhnya.
prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan untuk mdndapatkan Pada kenyataannya semua sistem organ tubuh
esensi dari penelitiannya, secara sistematis sehingga (menjadi objek ilmu penyakit dalam), karena fungsinya
mendekati hakikat sesuatu kebenaran mengenai objek terkait, saling berpengaruh satu sama lain, dan pandangan
materinya. ini adalah tumpuan pokok profesi ilmu penyakit dalam
Objek forma dari sesuatu ilmu, tidak hanya memberi untuk memberikan pelayanan medis yang optimal pada
keutuhan tertentu yang substantif dan sistematis pasien dewasa.
(body of knowledge), tetapi pada saat yang sama juga Profesi dalam pelayanan ilmu penyakit dalam bermula
membedakannya dari berbagai ilmu dalam bidang-bidang dari pelayanan klinis yang paling sederhana secara
lain. Sebagai contoh: anatomi manusia adalah ilmu yang holistik, lambat laun pelayanan medis klinis tersebut
memelajari struktur organ-organ manusia, sedangkan berkembang secara intregratif dengan tetap berdasar pada

4
PERKEMBANGAN ILMU PENYAKIT DALAM SEBAGAI SUATU DISIPUN ILMU 5

keterkaitannya secara holistik dalam penanggulangan menggambarkan bahwa IPD adalah induk atau pokok
pasien dewasa. batang (sc ie n ce tree) dari semua ca ba ng su bspesial isasi nya
Adapun pengelolaan tiap sistem organ, masing- yang mencakup: pulmonologi. kardiologi, endokrinologi,
masing menjadi pendukung pada pelayanan yang holistik hematologi, nefrologi, alergi-imunologi, reumatologi,
yang harus dikuasai oleh seorang ahli ilmu penyakit hepato-gastroenterologi, ilmu penyakit tropik, geriatri,
dalam, agar pelayanan medisnya tetap komprehensif dan ilmu psikosomatik. Pada dasarnya setiap cabang
dan optimal. subspesialisasi tersebut lahir dari pelayanan internistis,
sehingga wajar seorang internis tidak dapat melepaskan
salah satu cabang dari keilmuannya secara integral.
INTERNAL MEDICINE Di samping kemampuan seperti tersebut di atas IPD
merupakan perpaduan yang harmonis antara science
lnternol Medicine is a scientific discipline encompossing the ond ort dalam bidang kedokteran, sehingga senantiasa
study of diognosis ond treotment of non-surgicol diseases of bermanfaat bagi kesejahteraan manusia seutuhnya.
odolescent ond odult potients. lntrinsic to the discipline are Kedudukan manusia dalam ikatan dengan ilmu
the tenets of profesionolism ond humonistic values. pengetahuan adalah sebagai subjek, yaitu manusia
Mostery of internol medicine requires not only dengan segenap akal-budi dan nalurinya menjadi
comprehensive knowledge of the pothophysiology, pengolah atau peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan,
epidemiology, and notural history of diseose processes but sedangkan objek ilmu pengetahuan harus tetap terbuka,
also ocquisition of skills in medicol interviewing, physicoL baik objek materi maupun objek formanya, sehingga
examinotion, humonistic relotion with potients ond ilmu pengetahuan tetap berkembang secara wajar dan
procedural competency Milliom N Kelly and Joel D.Howell. diolah secara sistematis dan metodologis dalam mencapai
in Kelly's Text Book of lnternal Medicine). sasarannya yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
The core poradigm of lnternal Medicine ore the Sewajarnya bagi suatu ilmu pengetahuan selalu
presenting symptoms ond signs then proceeds in o logical menuntut perkembangbn yang berkesinambungan dan
foshion using pothophysiology os the basis for the developing pendalaman ilmunya serta teknologinya yang terkait yang
symptoms ond signs complex holistically, supported by menghasilkan diversifikasi ilmu pengetahuan tersebut
opropriote competencies of diognostic ond therapeutical secara wajar. Akan tetapi dalam perkembangannya
procedures into a known diseose entity, which, ofter oll os senantiasa harus tetap dicegah terjadinya fragmentasi dari
way of clinical thinking is the very bosis of lnternol Mediclne. IPD tersebut, agar misi keilmuannya tidak hilang-lenyap.
(Horrison's: Principles of I nternol Medicine). Hal ini sangat penting bagi ilmu kedokteran, khususnya
Ilmu penyakit dalam (lPD) keberadaannya sebagai IPD karena berkenaan (engan kemaslahatan manusia
disiplin ilmu yang unik memelajari ilmu kedokteran secana keseluruhan.
dengan sudut pandang klinis (clinicol thinking) dan Selain itu, ahlilPD tetap diperlukan untuk kelangsungan
holistik yang bersifat humanistis sebagai objek forma, pendidikan dokter umum (S1), sedang pendidikan ilrnu
sedangkan objek materinya adalah manusia dewasa secara penyakit dalam (Sp1) tetap memerlukan ahli-ahli ilmu
utuh dengan keterkaitan seluruh sistem organ tubuh penyakit dalam yang telah memperdalam keahliannya
yang mengalami gangguan. Atas dasar pandangan ini secara khusus dalam bidang subspesialisasi dari ilmu
dapatlah dikatakan bahwa keunikan atas dasar klinis dan penyakit dalam (Sp2).
humanistis merupakan karakteristik IPD. Ilmu penyakit Kejelasan tentang objek forma dan objek materi dari
dalam mempunyai sasaran sebagai objek materi yaitu kumpulan pengetahuan mengenai penyakit dalam (internol
"si pasien dewasa" dan bertujuan untuk penyembuhan diseoses) sebagaimana uraian di atas, membuktikan suatu
yang optimal penyakit secara utuh. Hal ini menjadi salah kenyataan bahwa eksistensi ilmu penyakit dalam adalah
satu dasar profesionalisme bagi para penyandang ahli suatu disiplin ilmu yang memenuhi kriteria keberadaan
penyakit dalam sebagai misi IPD terhadap pasien dewasa ilmu pengetahuan itu dengan objek materi dan qbjek
seutuhnya. formanya tersendiri. Selain hal tersebut ini, baik secara
Yang dibutuhkan dari seseorang yang profesional empiris maupun teoritis telah memperkuat pandangan
dalam bidang pekerjaannya adalah pertama-tama bahwa IPD telah benar-benar senantiasa membuktikan
kemampuan (kompetensi) untuk melihat masalah secara kemanfaatannya bagi kemaslahatan manusia atas dasar
utuh, kemudian dapat merinci masalahnya secara terkait misi dan visi yang harus dipelihara pengembangannya.
untuk dapat diatasi secara optimal. Dari tinjauan ini IPD Dalam memelihara keberadaan serta integritas dan
nyata atas dasar jati dirinya telah memenuhi kriteria pengembangan disiplin ilmu penyakit dalam (lPD) terutama
keilmuannya dalam bidang kedokteran. visi dan misi harus dijaga dan dipelihara keutuhannya.
Sejarah'i lmu kedokteran klinik, sejak awal Semua subspesialitas dari IPD menjadi komponen atau
6 FII.SAFAT IIMU PENYAKIT DALAM

unsur cabang ilmu penyakit dalam, yang satu sama lain


terkait dan tidak dapat dipisahkan baik dalam disiplin
keilmuan, pendidikan maupun dalam praktik pelayanan
medis/klinis pada orang dewasa dengan penekanan
pada pandangan holistik dan sikap humanistis (termasuk
medicol ethics) yangjuga menjadi esensi dari IPD.
Untuk hal ini dapat diambil contoh dari ketentuan dan
langkah Americon Boord of lnternal Medicine yang berlaku
hingga kini diAmerika. Demikianlah jati diri dari IPD yang
senantiasa harus dipertahankan keutuhannya dengan misi
dan visi seperti uraia,n di atas.
Menjadi tanggung jawab dan tantangan di masa
datang bagi para ahli ilmu penyakit dalam untuk
'memertahankan integritas ilmu penyakit dalam sebagai
suatu disiplin Ilmu yang utuh untuk selamanya.
Para ahli ilmu penyakit dalam harus tetap berusaha
mengembangkan secara wajar ilmu kedokteran dengan
bertitik tolak pada science tree ilmu kedokteran dengan
percabangannya dari ilmu kedokteran, yaitu bahwa semua
kemajuan setiap subspesialitasnya dari ilmu penyakit dalam
adalah continuum dari Ilmu Penyakit Dalam, dengan kata
lain adalah kelanjutan dari perkembangan ilmu penyakit
dalam. Dari perkembangan ini dapat dipahami bahwa
pendidikan kelanjutan dari IPD adalah tingkat konsulen
dari salah satu subspesialitas ilmu penyakit dalam (Sp2),
yang dalam pelayanan atau profesinya di bidang medis
tetap memelihara integritas ilmu penyakit dalam.
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN
SPESIATIS PENYAKIT DALAM
Wiguno Prodjosudjadi

Perkembangan ilmu penyakit dalam tidak terlepas ditujukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
dari pengaruh perubahan yang terjadi di berbagai negara pelayanan. Keadaan ini sejalan dengan pesan Francis
maju. Seperempat akhir abad ke-20, kesemrawutan Peabody bahwa "The secret of the care of the potient is in
dan disfungsi pelayanan kedokteran yang terjadi di coring for the patient". Dengan memperbaiki pelayanan
Amerika berdampak menurunnya keinginan mengikuti akan dapat mengarahkdn perkembangan ilmu penyakit
pendidikan ilmu penyakit dalam. Pada periode yang sama dalam dan menuntun upaya terbaik untuk kepentingan
perkembangan spesialisasi pendukung misalnya anestesi, pasien dan masyarakat.
radiologi dan patologi serta kecenderungan pendidikan Pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam, sub-
sub-spesialisasi semakin meningkat. Perkembangan spesialisasi, tantangan kedokteran yang berkelanjutan
tersebut akan berpengaruh pada pelayanan, pendidikan dan pelayanan pasien berpengaruh pada perkembangan
dan penelitian ilmu penyakit dalam. ilmu penyakit dalam dan spesialis penyakit dalam. Kualitas
Disfungsi pelayanan dapat dilihat sebagai tantangan pelayanan spesialis peny,qkit dalam juga rnencerminkan
dan pemacu untuk mengadakan inovasi ilmu penyakit tingkat perkembangan ilmu penyakit dalam.
dalam. Diskusi masa depan ilmu penyakit dalam
mempunyai rentang waktu yang relatif pendek hanya Pendidikan Spesialisasi Penyakit Dalam
dalam beberapa tahun. Perubahan jangka panjang yang Pendidikan spesialisasi penyakit dalam me,nghasilkan
terkait dengan demografi, teknologi dan lingkungan dokter spesialis penyakit dalam atau internis yang
sosial ikut menentukan perkembangan dan pelayanan mempunyai kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
kedokteran. orang dewasa (doctors for adults). Membedakan internis
Berbagai hal yang terkait dengan masa depan ilmu dengan spesialis lain dapat dilihat dari nilai inti (core
penyakit dalam mulai dipertanyakan. Praktisi ilmu penyakit volue)yang dikuasainya. Nilai inti terdiri atas kompetensi
dalam sepakat untuk memberikan pelayanan dengan untuk mendapatkan dan membagi pengetahuan
kualitas tinggi dalam hubungannya dengan pasien. (acquiring ond shoring knowledge), serta kepemimpinan
Masalah yang membuat ketidakpuasan dokter dan pasien dan profesionalisme. Nilai inti merupakan kekuatan dari
merupakan beban yang tidak pernah ada akhirnya. ilmu penyakit dalam yang diuraikan dalam berbagai
kompetensi.
Perubahan waktu rawat inap, peningkatan pelayanan
MASA DEPAN ILMU PENYAKTT DALAM unit intensif, pelpyanan diagnostik di lirar rumah sakit
dan pergeseran populasi pasien akan memengaruhi
Di Amerika, Society of General lnternol Medicine (SIGM) pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam. Keterlibatan
bertanggung jawab memperbaiki pelayanan, pendidikan residen penyakit dalam pada kegiatan diagnostik dan
dan penelitian ilmu penyakit dalam. Perbaikan pelayanan pengobatan akan berkurang dengan pemendekan
dilakukan dengan mempertegas ranah dan mengubah waktu rawat inap akibat pembatasan pihak asuransi atau
paradigma ilmu penyakit dalam. Perubahan paradigma pihak ketiga sebagai pembayar. Keadaan ini juga dapat
8 FITSAFAT IIMU PENYAKIT DALAM

1. Nilai-nilai Utama Dalam llmu Penyakit Dalam Umum


Nilai-nilai utama Nilai Utama Terkait dan Kompetensi
Keahlian tinggi dotom
merawat posien dewoso*
Mencari don membogi Menyediakon perowaton longitudinol, komprehensif don M empro ktekko n kedokteran
pengetohuon berpusat podo posien (pengetahuon) berbosis bukti
Mengoboti penyokit kompleks don kronik Tontongan intelektuol
Melokukon koordinosi perowoton dolam system kesehotan Monojemen informosi
Berkomitmen terhodop hasil yong berkuolitos Edukosi
Berkomitmen untuk melakukan perawaton preventif Kom itm e n te rh o d o p pe m be toj o ro n
Keohlian tinggi dolom kedokteron geriotri sepanjang hidup
Proktek pencegahon penyakit yong berbosis bukti don Memberikan edukasi kepoda
m e lo ku ka n pro mosi kese h ato n posien, koum professionol lain
Menggunakan keahlian komunikasi yang baik don onak magang (trainee).
Membina hubungan dokter-pasien yang bersifat personal Kemompuan adoptosi
dan berkelanjutan Pengetohuon baru, penyokit boru,
Kepekaan dan kompetensi budaya pe n g obato n, te k n o log i, teknolog i
Pengetahuan yang luas dan dalam informosi, kerogamon budoya
dan komunikasi
Kepemimpinan Memahami konteks
Komitmen terhadap kualitas, perbaikan kualitas dan
kebaikan untuk masyarakat
Profesionalisme Altruisme Tugas dan layanan
Akuntabilitas Kemuliaan dan Integritas
Aksesbilitas Menghagai orang lain
Komitmen terhadap kesempurnaan Kesetaraan
*Huruf yang dicetak miring menandakan nilai utama dan kompetensi yang secara khusus membedakan ilmu penyakit dalam umum

menghalangi kesempatan peserta didik untuk mengenal dapat dicapai sebagai tambahan untuk kepentingan
pasien, kebiasaan dan keluarganya dengan lebih baik. pelayanan. Latihan pengelolaan praktik dan kepemimpinan
Pergeseran populasi pasien usia lanjut mengubah kurang didapat selama pendidikan sehingga keterampilan
sarana pendidikan. Residen penyakit dalam akan lebih berkembang tidak sesuai harapan. Pelayanan berorientasi
sering mengelola kasus geriatri disertai penyakit kronis, kom u nitas (co m m u n ity- o rie nted) da n, berdasa r ru ma h
melibatkan multi organ dan kondisi kecacatan. Pengetahuan sakit (hospita lbased) juga berpengaruh pada pendidikan
patofisiologi dan perubahan siklus kehidupan dewasa spesialisasi ilmu penyakit dalam. Keberhasilan pendidikan
harus dikuasai di samping keterampilan pengelolaan spesialisasi ilmu penyakit dalam bergantung" pada
pasien. Penyebaran humon immunodeficiency virus (HIY) penguasaan keterampilan rawatjalan. Untuk mendapatkan
yang mulai marak juga berpengaruh pada komposisi pengalaman yang nyata dan luas diperlukan latihan di
pasien sebagai sarana pendidikan. Pengetahuan infeksi berbagai rumah sakit. Perawatan di rumah sakit akan
HIV serta keterampilan diagnostik dan pengobatan memberikan kesempatan residen penyakit dalam terpajan
merupakan kompetensi yang diperlukan. dengan kemajuan teknologi, sumber pengelolaan dan
Ilmu penyakit dalam yang luas dan mendalam pengalaman konsultasi medik.
dibutuhkan bagi internis umum yang akan melakukan
pelayanan primer. Keterampilan dasar sub-spesialis ilmu Sub-spesialisasi Penyakit Dalam
penyakit dalam dan keterampilan umum lainnya perlu ikut
Persepsi dan sikap masyarakat serta pandangan profesi
juga untuk dikuasai. Internis umum diharapkan dapat menentukan perkembangan ilmu pengetahuan. Keahlian
memberikan pelayanan bernilai tinggi, menyeluruh, satu area bidang kedokteran secara mendalam, misalnya
jangka panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang hematologi atau onkologi-medik mendapat perhatian
kompleks. Keterampilan melaku kan pelayanan rawat jalan dan pengakuan lebih dibanding keahlian yang bersifat
dan rawat inap kedua-duanya harus dikuasai selama dalam umum. Keadaan ini dapat merupakan pemicu muncul dan
pendidikan. berkembangnya pendidikan sub-spesialiasi ilmu penyakit
Pencapaian ilmu penyakit dalam secara luas dan dalam. Sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam Indonesia
mendalam sulit dilaksanakan apalagi bersifat penguasaan mulai berkembang tahun 1970-an, diawali pendidikan
(mostery). Penguasa-an satu bidang ilmu dengan mendalam hematologi pada 1963. Kurikulum sub-spesialisasi ilmu
MASA DEPAN ILMU PENYAKIT DALAM DAN SPESI,AUS PENYAKIT DATAM I

penyakit dalam disusun oleh PAPDI (Perhimpunan Dokter Tantangan Berkelanjutan


Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) pada tahun 2002 dan Pengobatan pasien keadaan terminal, penghentian
direvisi 2005. Sub-spesialisasi di lingkungan Kolegium resusitasi, transplantasi organ, terapi gen, penelitian
Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) meliputi alergi-imunologi, sel punca (stem cells), perkembangan human genome
gastro-enterologi, geriatri, ginjal-hipertensi, hepatologi, dan teknologi cloning masih merupakan masalah yang
hematolog i-onkologi med i k, kard iovaskular; metabol ik- belum terselesaikan. Masalah tersebut akan merupakan
endokrin, psikosomatik, pulmunologi, rematologi dan tantangan berkelanjutan dan akan berpengaruh terhadap
tropik-infeksi. perkembangan ilmu penyakit dalam.
Munculnya spesialisasi dan sub-spesialisasi didorong Internis umum memiliki kisaran pelayanan yang luas
oleh perkembangan ilmu atau dari berbagai penemuan pada populasi dewasa dan beberapa isu belum dapat
dan penelitian biomedik. Pandangan praktik klinik yang dipraktikkan. Pelayanan menggunakan teknologi canggih
menggantungkan pada keahlian sub-spesialistikjuga akan dapat memperluas kisaran pelayanan dan memunculkan
berpengaruh. Kapasitas internis umum dalam pengelolaan masalah baru, misalnya etika.
penyakit serius dan kompleks yang berkurang akibat Keahlian menghadapi masalah kesehatan dan sosial,
pengetahuan dasar kllnikyang semakin berkembang, juga misalnya penyalahgunaan obat, kesehatan kerja dan
berpengaruh pada perkembangan sub-spesialisasi. lingkungan kesehatan, dan penyebaran HIV dibutuhkan
Sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam menyebabkan oleh internis umum. Kerjasama dengan berbagai sumber
kecenderungan fragmentasi pelayanan dan difusi komunitas diperlukan untuk meyakinkan bahwa pasien
tanggung jawab pasien. Penggunaan alat dan teknologi akan mendapat pelayanan dan dimonitor dengan baik.
canggih pada diagnosis dan pengobatan membuat
pelayanan mahal, sulit terjangkau bagi yang kurang Pelayanan Penyakit Dalam
beruntung, membosankan dan kurang manusiawi. Pelayanan internis umum dapat mecerminkan tingkat
Ketergantungan kemajuan teknologi akan mendorong perkembangan ilmu penyakit dalam dan spesialis penyakit
terjadinya rujukan tambahan ke sub-spesialis lain sehingga dalam. Faktor yang terkaitUengan sumber daya, kompetisi
biaya semakin melonjak. Hubungan dokter pasien menjadi dalam pelayanan, pembiayaan dan pembayaran kembali
renggang dan keterampilan anamnesis, pemeriksaan fisik pelayanan serta pengaturan praktik akan berpengaruh
dan pemikiran analitis secara bertahap makin terasa tidak pada kualitas pelayanan.
akurat, tidak efisien dan menyita banyak waktu.
Kebutuhan pelayanan bergeser ke populasi usia lanjut Sumber Dayo Pelayanan
dengan penyakit kronik, yang melibatkan multi organ Sumber daya atau tenaga berhubungan erat dengan
atau kombinasi berbagai penyakit. Untuk melakukan jumlah waktu yang dimanfa.qtkan pada pelayanan. Spesialis
pendekatan menyeluruh, dibutuhkan pengetahuan dan penyakit dalam perempuan cenderung menggunakan
keterampilan yang luas dan mendalam, tidak terbatas waktu yang terbatas untuk praktik dan merawat pasien.
pada sub-spesialisasi tertentu. Internis umum telah Keadaan ini berakibat keterlaksanaan dan kualitas
dididik dan dilatih keterampilan dasar sub-spesialisasi dan pelayanan menjadi berkurang terutama pa{a. daerah
terbiasa menghadapi pasien dengan masalah kompleks. dengan keterbatasan tenaga. Data Kolegium Ilmu
Pelayanan internis sub-spesialis faktanya belu m terbukti Penyakit Dalam (KIPD) menunjukkan bahwa peserta
secara meyakinkan selalu menghasilkan luaran lebih baik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) perempuan
dibanding pelayanan internis umum. dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya.
Peran dan tanggung jawab internis umum pada Dengan demikian prediksi ketersediaan spesialis penyakit
pelayanan dipertanyakan di era perkembangan sub- dalam perempuan akan semakin bertambah. Mengingat
spesialis. Internis umum diharapkan berperan sebagai kebutuhan pelayanan spesialis penyakit dalam masih akan
pengelola sumber daya yang terbiasa dengan epidemiologi terus berlanjut dan distribusi yang belum merata masalah
klinik dan membuat keputusan serta evaluasi dan ketenagaaan ini perlu menjadi pertimbangan.
pengelolaan yang bijaksana. Sebagai pengelola informasi
klinik, internis diharapkan dapat memanfaatkan data Kompetisi Peloyanon
elektronik dan berkomunikasi dengan teknik modern. Internis umum yang melakukan pelayanan primer akan
Di sisi lain, internis sub-spesialis diperlukan untuk berkompetisi dengan sesama internis dan dokter keluarga
memberikan nasehat formal dan informal, konsultasi medik yang saat ini belum banyak tersedia. Internis umum yang
dan menerima pelimpahan tanggung jawab perawatan melakukan pelayanan di perkotaan akan berkompetensi
atau pelayanan. Selain sebagai praktisi klinis, internis sub- dengan internis sub-spesialis. Jumlah internis sub-
spesialis diharapkan berperan sebagai ilmuwan kedokteran spesialis tidak lebih dari 25o/o seluruh internis umum
dasar dan peneliti untuk mengembangkan ilmu. dan sebagian melakukan praktik penyakit dalam umum.
10 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DATAM

Kompetisi tersebut dapat mendorong internis umum wajib diperbaharui kembali setiap 5 tahun sekali oleh KKI.
untuk mempersempit keahliannya dengan menyediakan Pendidikan sub-spesialisasi ilmu penyakit dalam belum
pelayanan khusus dan terbatas. Kenyataan menunjukkan disahkan secara institusional. Konsil Kedokteran Indonesia
sebagian besar masyarakat masih membutuhkan belum memberikan STR sesuai kualifikasi internis sub-
pelayanan internis umum. Pengembangan internis sub- spesialis. Keadaan ini menguntungkan bagi internis sub-
spesialis masa depan perlu diatur dan disesuaikan dengan spesialis karena dapat melakukan praktik penyakit dalam
kebutuhan pelayanan agar tidak terjadi tumpang tindih umum dan sebaliknya dirasakan meningkatkan kompetisi
tanggung jawab dengan internis umum. pelayanan internis umum.

Pembioyaan dan Pembayaran Kembali


Pembiayaan dan pembayaran kembali akan terkait dengan MASA DEPAN SPESIALIS PENYAKIT DALAM
masalah pada pelayanan spesialis penyakit dalam . Managed
core mengontrol pembiayaan dengan menggunakan Perkembangan ilmu penyakit dalam dan perubahan
rhanajer kasus (cose monoger) yang dapat menilai dengan pendidikan spesialisasi berpengaruh pada spesialis
tepat kebutuhan dan akses pelayanan rumah sakit. Dengan penyakit dalam. Pendidikan spesialisasi penyakit dalam
keterampilan diagnostik dan konsultan, internis umum diarahkan untuk mengikuti perkembangan ilmu penyakit
cocok bertindak sebagai manajer kasus. dalam. Pergeseran lingkungan kedokteran akan mengubah
Pembayaran kembali pelayanan menggunakan alat komposisi pasien sebagai sarana pendidikan ,se.hingga
akan mendapat penghargaan lebih, dibanding pelayanan memengaruhi mutu lulusannya. Pelayanan internis umum
non-prosedural seperti yang dilakukan internis umum. harus disesuaikan dengan harapan masyarakat, baikjenis
I
Pelayanan internis sub-spesialis pada umumnya dengan maupun kualitasnya.
menggunakan alat sehingga mendapat penghargaan Internis umum yang melakukan pelayanan primer
t
lebih tinggi. Keadaan ini sesuai dengan survei yang perlu mendapat apresiasi karena mempunyai kemampuan
r dilakukan pada 100 internis umum dan 89% menyatakan menganalisis dan mengatasi masalah sulit dan komplek
ll
berminat melanjutkan pendidikan sub-spesialisasi. yang melibatkan berbagai organ. Kebutuhan pelayanan
I Pembayaran kembali pelayanan prosedural yang penyakit dalam meningkat dan bergeser kejangka panjang
I Iebih tinggi menimbulkan keinginan internis umum dan rawatjalan. Pelayanan akan didominasi penyakit kronik
I untuk menguasai keterampilan tindakan sub-spesialistik termasukjantung, diabetes, artritis, paru, gangguan neuro-
I
tertentu. Hal ini mengakibatkan kecenderungan untuk degeneratif dan pengobatan farmakologik. Kompetensi
i mempersempit kisaran pelayanan penyakit dalam. Untuk pengelolaan geriatri menjadi relevan dan penting dikuasai
I mencukupi pelayanan pada sebagian besar masyarakat untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan pelayanan.
masih dibutuhkan internis umum. Perlu dipikirkan bahwa Pengelolaan pasien telah bergeser ke pelayanan yang
pembayaran kembali dapat diberikan lebih tinggi kepada dapat memonitor perkembangan dan meningkatkan luaran
internis yang bersedia melakukan pelayanan penyakit (outcomes). Pelayanan internis umum ditujukan untuk
dalam umum. meningkatkan pencapaian luaran, selain kontribusinya
Perlindungan kesehatan yang dilakukan oleh JpKM, pada kesehatan masyarakat. Pelayanan diharapkan dapat
ASKES dan ASTEK menggunaka n managed core walaupun menyeluruh dan efisien dengan luaran yang dapat dimonitor
masih dalam jumlah kecil. Sebagai payung jaminan secara rutin dan teratur. Keterampilan komunikasi harus
kesehatan masyarakat diperlukan pengem ban ga n Sistem dikuasai internis umum selain penguasaan ilmu penyakit
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sampai sekarang dalam yang luas dan mendalam. Pada pengelolaan
masih bermasalah. pasien dengan penyakit yang kompleks, kemampuan
berkomunikasi dengan internis sub-spesialis atau spesialis
Pengaturon Proktik lain diperlukan. Keterampilan mengintegrasikan berbagai
Pengaturan praktik dilakukan oleh Konsil Kedokteran rekomendasi ke dalam rencana pelayanan dan kemampuan
Indonesia (KKI) untuk dapat memberikan kepastian hukum be rpera n seba ga i ba ro meter ku a itas (q u o lity o cco u nta b le
I

bagi pasien dan dokter. SuratTanda Registrasi (STR) harus physician) perlu pula dikuasai.
dimiliki setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran. Internis umum diharapkan mempunyai sifat seperti
Surat Tanda Registrasi mengatur kewenangan sesuai internis sub-spesialis yang berkeinginan mengelola
kompetensi yang dimiliki seperti tercantum pada Sertifikat pasien dengan masalah sulit dan praktik berdasar ilmiah.
Kompetensi (SK). Keahlian pengelolaan pasien baik di praktik maupun
Spesialis penyakit dalam dapat melakukan praktik rumah sakit harus sama efektifnya dikuasai termasuk
sesuai dengan kompetensi internis umum. Resertifikasi keadaan emergensi, kronik dan tahap pemulihan. Internis
kompetensi penyaht dalam dilakukan KIPD dan STR umum perlu menguasai keterampilan konsultasi medik
MASA DEPAN II.MU PENYAICT DALAM DAN SPESIAUS PENYAKIT DATAM ll

dan merujuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan. internis umum karena diagnosis dan pengobatan menjadi
Sistem rujukan antara internis umum dan internis sub- kurang invasif.
spesialis dapat terjadi secara timbal balik. Internis umum
dapat diminta mengelola pasien dengan masalah yang Pendidikan Spesialisasi
melibatkan berbagai organ atau konsultan pasien dengan Pendidikan spesialisasi ilmu penyakit dalam bertujuan
diagnosis yang belum jelas. memproduksi internis umum yang'berpotensi majemuk
dan siap melakukan pelayanan dimanapun. Kemampuan
internis umum merupakan gabungan pengetahuan dasar
IMPTIKASI PERKEMBANGAN ItMU PENYAKIT kedokteran dan aspek humanisme disamping keterampilan
DALAM pengelolaan pasien. Pengetahuan dasar seperti biologi,
epidemiologi, farmakologi klinik dan teknologi kedokteran
Perkembangan ilmu penyakit dalam berpengaruh pada harus selalu diperbaharui karena perkembangannya begitu
pelayanan, pendidikan dan penelitian ilmu penyakit dalam. cepat.
Standar pendidikan dan kompetensi harus secara
Pengaruh pada Pelayanan konsisten dan sistematik dievaluasi. Program residensi
Pelayanan di negara maju telah bergeser dari autonomi perlu diperbaharui dan disusun kembali agar dimungkinkan
menjadi pelayanan dalam tim. Di kota besar dan perawatan pencapaian penguasaan ilmu pengetahuan yang luas dan
rumah sakit pada pasien dengan penyakit sulit dan mendalam. Keterampilan tambahan misalnya informasi,
kompleks dibutuhkan pelayanan tim. Keadaan ini didorong tata kelola dan kepemimpinan tim juga diperlukan.
oleh. harapan pasien terhadap pelayanan sub-spesialistik Dalam melakukan inovasi perlu dipertimbangkan
dan tersedianya tenaga sub-spesialis dan spesialis lain. transisi epidemiologi, munculnya emerging dan re-
Pendapat yang menyatakan bahwa internis umum dapat emerging diseases serta terjadinya perubahan lingkungan
melakukan pelayanan semua pasien tanpa atau sedikit kedokteran.
sekali merujuk agaknya mulai bergeser. Pelayanan sulit Latihan keterampilin pelayanan jangka panjang
dilakukan dengan sempurna pada semua pasien karena dan rawat jalan harus diutamakan dalam rancangan
spektrum penyakit yang semakin luas. Untuk mendapatkan pengajaran. Rancangan pengajaran harus memerl i hatkan
pelayanan terbaik diperlukan kerjasama antara internis kompetensi diagnostik dan pengobatan yang berkembang
umum, internis sub-spesialis dan spesialis lain. secara dramatis dan perubahan organisasi dan pelayanan
Kebutuhan pelayanan sebagian besar masyarakat kesehatan yang harus dikuasai. Area kompetensi ditentukan
ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan serta sesuai peran dan tanggung jawab internis umum di tempat
mengurangi penderitaan jasmani dan rohani. Agar tugasnya. Kompetensi umgm yang harus dikuasai meliputi
pelayanan dapat berkualitas, menyeluruh, jangka pelayanan pasien, pengetahuan kedokteran, pembelajaran
panjang dan mengkoordinasi pengobatan yang berdasar praktik, keterampilan komunikasi efektif dan
kompleks dibutuhkan internis umum dengan penguasaan interpersonal, profesionalisme dan praktik berdasarkan
keterampilan teknik, ilmu pengetahuan yang luas sistem. Kompetensi yang belum dikuasai dapat dilatihkan
dan mendalam. Kemampuan aplikasi ilmu kedokteran pada perkembangan profesional berkelanj utan (continuing
berdasar bukti (evidence-bqsed medicine) mutlak bagi p rofe ss io n o I d eve lo p m e nt).
internis umum. Keterampilan dalam bidang informasi,
tata kelola dan kepemimpinan juga dibutuhkan. Internis Penelitian Ilmu Penyakit Dalam
umum harus bersikap pro-aktif dan terbuka terhadap Penelitian nasional perlu ditinjau kembali sehingga hasilnya
keterlibatan pasien pada pelayanan kesehatan dirinya agar bermanfaat untuk memperbaiki sebagian besar kesehatan
lebih bertanggung jawab. Keterampilan interpersonal dan masyarakat. Penelitian biologi molekular yang semakin
komunikasi efektif kepada pasien dan tenaga kesehatan berkembang belum dapat memberikan keuntungan
lain sangat dibutuhkan dan dihar.gai. langsung dalam meningkatkan kesehatan. Penelitian
Kemajuan teknologi genetika dan biologi molekular diarahkan untuk membantu mengaplikasikan kemajuan
dapat mempermudah dan memperkuat diagnosis dan teknologi demi keuntungan pelayanan. Pertimbangan ini
pengobatan. Genetic mapping dan computer-ossisted didasarkan pada kebutuhan pelayanan yang didominasi
imaging mendiagnosis secara lebih rinci dan akurat. oleh penyakit kronik yang melibatkan berbagai organ.
Penyakit yang semula dengan pengobatan paliatif Penelitian harus dikembangkan dengan topik yang
memungkinkan untuk disembuhkan dengan transplantasi meliputi pelayanan praktik, tata kelola, transparansi
gen, imunoterapi target tepat (precisely torgeted catatan medik dan meningkatkan hubungan dokter pasien.
immunotheropy) atau obat yang terancang (toilored Metode penelitian harus lebih bervariasi termasuk friol
d ru gs). Perkembangan teknologi lanjut men guntu ngkan randomisasi dan non-randomisasi, quosi-experimental
t2 FITSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM

dan studi deskriptif masing-masing disesuaikan dengan


masalahnya. Penelitian harusjuga mengikuti perkembangan
ilmu penyakit dalam misalnya model pelayanan terbaru
atau meningkatkan perbaikan praktik penyakit dalam.
Penelitian untuk dapat memperbaiki citra internis umum,
memberikan pelayanan menyeluruh dan berkelanjutan
harus terus dilakukan.

REFERENSI

Fletcher RH, Fletcher SW. Editorials. 1 /hat is the future of intemal


medicine? Ann Intem Me d. 1993; 119: 1LM45
HemmerPA, Costa ST, DeMarco DIvI, Linas SL, GlazierDC, Schus-
' ter BL. APM perspective. Predicting preparing for creating
the future: whatwill happento intemal medicine? Am j Med.
v007 ; 120(-12): 1,091 -96
KalraSR Anand AC, Shahi BN. The relevance of general medicine
today: role of super-specialist vis-i-vis internist. JIACM.
2003;4(1):1,4e7
Langdon LO, Toskes PB Kimball HR and the American Board
of Intemal Medicine Task Force on Subspecialty Intemal
medicine. Position Paper. Future role and training of intenal
medicine subspecialist. Ann Intem Med,. 1996; 124: 686-9'1,
Larson EB, Fihn SD, Kfuk LM, et al. Health policy. The future of
general intemal medicine. Report and recommendations from
the Society of General Intemal Medicine (SGIM) Task Force
on the domain of general internal medicine. f Gen Intern
Med.2004;19:69-77
Meyers Fl, Weinberger SE, Fitzgibbons JP, Glassroth J, DuIfy FD,
Clayton CP and the Alliancefor Academic Intemal Medicine
Education Redesign Task Force. Redesigning residency train-
ing in intemal medicine: The consensus report of the Alliance
for Academic Internal Medicine Education Redesign Tak
Force. Acad Med. 2007 ; 82:1211. -19
Rudijanto A. Special Article. The competency of internists in ho-
listic globa1 care to support healthy Indonesia 2010. Acta Med
Indones-lndones J Intem Med 2006;328: 22630
Sox HC, ]r., Scott HD, Ginsburg ]A. Position Paper. The role of
the future general internist defined. American College of
Physicxians. Ann Intem Me d. 1994; 121.: 616-22
Stone RS, Bateman KA, Clementi A], et al. Council Report. The
Future of general intemal medicine. Council on long range
planning and development in cooperation with the Ameri-
can College Physicians, the American Society of Intemal
Medicine and Society of General Intemal Medicine. JAMA.
1989;262:2119-24
Sudoyo AW. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Halo
Intemis. Intemis Umum vs Subspesialis. Higtilight Juni 2011.
lsufl,pbpapdiars-
Undang Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004, ten-
tang Praktik Kedokteran. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
PENDEKATAN HOLISTIK
DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
H.M.S. Markum, E. Mudjaddid

PENDAHULUAN the humon body, it is necessory to have a knowledge of the


whole of things".
Pendekatan holistik dalam menangani be.rbagai penyakit Dalam perkembangan, konsep kedokteran dasar
di bidang kedokteran konsep dasarnya sudah diterapkan tersebut mengalami pasang-surut sesuai dengan
sejak perkembangan ilmu kedokteran itu sendiri. pengaruh alam pikiran para ahli pada zamannya. Pada
Konsep dasar ini bertumpu pada anggapan bahwa abad pertengahan konsep dan cara berpikir para ahli
manusia adalah suatu kesatuan yang utuh, terdiri atas kedokteran banyak dipengaruhi oleh alam pikiran fisika
badan dan jiwa, yang satu sama lainnya tidak bisa dan biologi semata. Pendekatan pada orang sakit semata-
dipisahkan. Selain itu, manusia adalah makhluk sosial mata adalah pendekatan somatis saja.
yang setiap saat berinteraksi dengan manusia lain dan Pada saat itu, pengetahuan tentang sel menonjol dan
lingkungannya di mana dia berada. mengalami perkembqngan pesat, karenanya pandangan
Adanya dikotomi antara badan dan jiwa dalam para ahli hanya ditujukar,r*pada bidang selular semata
menangani pasien agaknya lebih merupakan akibat dari tanpa mengindahkan faktor-faktcr lain seperti faktor
perkembangan ilmu kedokteran yang tidak seimbang psikis, sehingga pada zaman ini seolah-olah dokter
antara kemajuan yang dicapai di bidang fisik seperti bertindak sebagai "mekanik" yang memerbaiki bagian'
patologi-anatomi, biokimiawi, biologi dan sebagainya
dibandingkan dengan kemajuan di bidang non-fisik. Pada masa ini kita mengenal sarjana Virchow (1812-
Oleh karena itu, kita harus mundur dulu jauh ke belakang 1902) seorang ahli patologi anatomi yang memperkenalkan
mengingat kembali beberapa ratus tahun sebelum masehi teori patologi selular dengan dogmanya omnis cellulo et
pada saat Sokrates dan Hipokrates meletakkan dasar cellulo. Dengan sendirinya pada masa ini yang menonjol
pendekatan holistik yang menyatakan bahwa selain faktor adalah anggapan bahwa manusia sakit disebabkan oleh
fisik, faktor psikis sangat penting pada kejadian dan karena selnya yang sakit. Manusia hanya dipandang
perjalanan penyakit seorang pasien. sebagai kumpulan sel belaka.
Ucapan Socrates (400BC) yang sangat populer adalah: Kemajuan di bidang patologi-anatomi serta pato-
"As it is not proper to cure the eyes without the heod; nor fisiologi berikutnya, mendorong para ahli untuk berpikir
the heod without the body; so neither it is the proper to cure menurut organ tubuh dan sistem. Masa inipun agaknya
the body without the soul". belum memandang manusia secara utuh. Timbulnya
Tidaklah etis seorang dokter mengobati mata tanpa beberapa macam cabang ilmu spesialistis menurut sistem
melihat kepala dan tidak etis bila mengobati kepala tanpa yang ada dalam tubuh seperti kardiovaskula[ paru-paru,
mengindahkan badannya, lebih-lebih sangatlah tidak urogenital, gastrointestinal dan sebagainya, walaupun
etis bila mengobati badannya tanpa mempertimbangkan memang pada gilirannya nanti pendekatan secara sistem
jiwanya. di atas bermanfaat pada peningkatan mutu pelayanan.
Sedangkan Hipocrates menekankan pentingnya Pendekatan menurut organ dan sistem kenyataannya
pendekatan holistik dengan mengatakan: " in order to cure tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan. Banyak

13
DATAM
FISAFAT IIMU PENYAKT

t4
yang tidak
kesehatan atau dokter
setelah oleh oknum tenaga
adanya kesembuhan
pasien yang tidak merasakan organ tubuh
t".il3:;ltYil[*oununnva densan p'1.9":':" horistik
uf'ti dengan
mendatangi beberapa '"'uui fisik tetap saja tidak masa"lah "etika"'
moral dan
yang dideritanya' fetunln-keluhan tersebut para
tadi perlunya aip"'f'utifui serta
kenyataan *"nggunuLun. alat :119Sih
berkurang' Sejalan dengan agama. Kemampuan
iu'bo"to'ium. yang memadai
kedokteran mulai *""n"ngok-t"mr3ll'sisl]aintJ11t1 kepandaian pemantaatJn
ahli
;;;;i ll,;:-llUf "J:[:lffl ;[:l
kehidupan manusla
semua aspek yang
memengarufri segi moaa oi1r
termasuk asPek Psikis' cukuP untuk men1ao
intuisi dan'pertimbangan-
Di pihak lain' dalam
perkembangal
I'l::"OoOt"tun antarapengetahuan medik' bidang
adalah "seni" dalam
0,,"",[i' o"l":::ll':"::::l:[il,-?:[J]:l:"5i: oertimbangan yang ';;;"; modal dalam praktik'
kedokteran yang aipertLtlan"'"uugui scie'nce ond art'
ffiifl l;::i:lH"ff ffi ;;;i""'n'u'* penvakit Memang benar sekali
U'n*u
'"di'i'"
yuiin buh*u-putolosi .:11Y mas1l1h, etika^kedokteran'
kemudian pu* lnfi Dalam kaitannyu J"ngun
,Bahkan
sala d3" kewajiban
penyakit tidak hanya terletal
pada sel atau'jaringan
maka yang t''u'u'
aip"ii'tlkan adalah l'\
dan kehidu pan dan kewajiban
y":9
lilil a""ai titi Li" adalah hak
tetapi terletak puau o'guni"n: dokter di satu sisi' hukum kedokteran
semata' tetapi erat
;ffiI';;i"*tun or"r"itut'ior biolosis pasien. Hak-hak p"t'"" dalam manusta'
J"ng'n faktor-faktor lingkungan atas dua hak azasi
hubungannya bertumpu dan berdasarkan to
sekali
Ja"n Uuf't'n agama'
Inilah konsep kesehatan''(fhe right
yaitu bio-sosio-tuttural utuh dan vaitu: 1). Hak atas p""i"i'nu'uun sendiri (Ihe
sakit secara
heolth core)t2) H'k
;;;k-menentukan nasib
yang memanaung *Jnu'ii'u/o'ung
paripurna (holistik) ,^- r:^^1,,nr right to self determinotion)
menolak tindakan
Pasien berhak uniuk'*"nu'ima atau yang
Faktor-faktorfisik'psikisdanlingkunganmasrn9- yang
inter-relasi dan interaksi ia memperoleh keterangan
masing
'"*punyui dalam'keadaan normal 0"";;;;"; '"'udur' uaalah persetuju^an
pasien atas
dinamis d'n t"'u'-*";;;;' seimbang' Jika ada
lnformea
ielas.
'on''"'l't
diinformasikan terlebih
""n
atau sehat rt"tigunyu'dli"*'ftuuauun pula iindutun setelah'"0"'u*n'u
a"" U"f"" f'tnya sekedar memperoleh
maka akln'm:r'nenSaruhi dahulu secara jelas
gangguan autu* '"gi bahwa setiap nasib
"tu
;;;:*"t"' Jadijelaslah o"''"""iJ''n hak untut menentukan
segi yang lain dan bio- tanda tangan
f';'io' psikii dan^lingkungan
penyakit memiliki "'tfo demikian' konsep sendiri' holistik yang men-
a'n lgu*u' Dengan Bagaimanakah pendekatan
sosio-kulturaf tidakdianut lagi' yang akan datang dengan
monokausal
p"iyufit sudah junjung tinggi etik in'l'ai masa dan juga
'uutu semakin' dirasa
perlu' yung selirln pesat
Pendekatan ylng'a"mitian kemajuan ifmu rtuaoti'un tentu
halya'dari sudut fisik u'u' ifoultituti ? Jawabannya
karena puna"rutun '""*"i"-*"t fisiologis semakin
'""Uurtniu o"'"u' yung harus dihadapi secara
t"ti:o"''"t'nit' biokimia dan
saja baik pasten merupakan tun'unlln di bidans medik'
'"tu'u tidak banyak menolong arif dan bijaksana;;;;;" ['urtiti
ternyata dirasakan semakin yang
den gan'"'nuu'tulnl
i"'utu*u
dengan
Pada Pasien-Pasien Sebagai ilustrasi'
i"'a'p"t beberapa pertanyaan
dirnasa yang
gangguan merupakan tantangan
penyakit yunn t"'gotong -t::n:'"""' sebagat belum terjawuU' V'ng
iuin' dokter
Dengan o"''l*uun "otungpengetahuan yan9 kelebihan frozen
manusia yung
aengan
-balik
'u'ui
segala
pasien' pasren
:*"^i:til:t akan dilakukan terhadap
Jitupoitun tersimpan
di
dimilikinya ti*iut mengobati embrvo,';';#;;;;u"
'"tu'u aspeknva vang harus
juga sebagai *"";;; ;;;an
segala laboratorium ?
memandan g keabadian benda-benda
di pertimban got"'
a*iia'irah sJmata hanya ' Bagaimana menyikapi sudah bisa
"'#;t;;;; vang tidak'berdava' tersolek
bioloeis vans saat ini
pasien sebaga' "penvakit"nva '";;';o;;;a'
di tempat tid"' ;;ilt' hunv' melihat dilakukan ?
tentang
";;; . Bagaimana segi-seoi
hukum yang mengatur
saJa' di bidang ilmu kedokteran serta bagaimanaakibat yang
Kemajuan Yang P€rsat rekayasa
inseminasi buatan'
*""r0'" terjadi di masa datang
?
tentang biomolekular'
termasuk pengetahuan kepada sejumlah
pasren
oenetik,dankemajuandibidangteknologikedokteran
yang semakin
. ;";;1;"na'pendekatan *"|.1'.|:" aktivitas
masir' na'us
ioaik untuk diagnostik
te-rapeutik)
'rn"lou*u hepatitis a karier yanf
';';"" dunia kedok:":il,:: anggapan lingkungan
ffi;ffiera baru
,,t"" o*'n
vans semakin.maju,''j]l::]:'"'
serrrns
kerjanya dan uagJimana
sekelilingnYa ? HIV
dalam
globalisasi' kemajuan-kemajuan . terhadap pasien dengan
dengan merebaknya Bagaimana perlakuan

,, " J o'.,0.,,:l' ::::il::rum:ili:,Iiffi::i yang akan datang masih


n*'l''t' k-
l[i-"rt pada masadan
i,t"t
[i:l"|lff i0* *'oi'
prakti ba-nvaknva
o,;;;;; ;'oaut i''t'u'
perundane-undansan

praktik yang tergolo"n


il"'" praktik" 'yang dilakukan
PENDE!(ATAN HOUSflK DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
15

dengan tetap bersumber dan mengindahkan segi-segi perlu juga akan berkurang. Untuk kelainan yang bersifat
hukum dan sendi agama. fungsional misalnya dengan pendekatan holistik tidak lagi
Perkembangan di bidang biologi molekular telah harus menjalani pemeriksaan penunjang yang berlebihan.
membawa dunia kedokteran maju dengan pesat, baik Pemakaian obat-obat yang bersifat "multi farmasi" yang
dalam segi diagnostik maupun terapi. Belakangan biasanya didapatkan pasien dari beberapa spesialisasi
misalnya telah dikembangkan terapi gen. pada bulan yang terkait dengan penyakitnya akan bisa dikurangi
September 1990 yang lalu Michael Bleese dan kawan- sedikit mungkin.
kawan, telah memulai melakukan terapi gen terhadap
pasien Ashanti berusia 4 tahun, yang menderita Severol
Dalam bidang pendidikan jelas pendekatan holistik
harus sudah ditekankan sejak awal sebagai bekal, baik
Combined lmmunodeficienry (SCID) dan berhasil membuat
selama menempuh pendidikan maupun pada saat sang
pasien lebih kebal dari serangan infeksi hingga pasien
dokter terjun ke masyarakat. Dengan bekal pendekatan
berumur 9 tahun saat dilaporkan oleh Scientific Americon.
holistik bagi dokteryang sedang menempuh pendidikan
Beberapa penyakit lain yang mungkin dapat diperbaiki
maka jalan pikirannya tidak menjadi terkotak-kotak,
oleh terapi gen ini misalnya leukemia, limfoma malignum,
misalnya hanya berpikir menurut cabang ilmu yang sedang
fibrosis kistik, artritis reumatoid, AIDS, dan sebagainya. ini
ditekuni.
merupakan harapan baru. namun yang harus tetap diingat
adalah bahwa yang dihadapi dalam hal ini bukanlah sel,
tetapi manusia sebagai kumpulan sel yang segi-segi
lainnya tetap harus dipertimbangkan. REFERENSI

Anderson WP. Gene therapy. Scientific American.1995;September.


p.96-9.
MAN FAAT PEN DEKATAN HOLISTIK Horton R. What to do with spare embryos. Lancet.1996;347:|1,-2.
Isselbacher Kj, Braunwald E. The practice o{ medicine. In:
Isselbacher K|, editor. Harrison's principles of internal
Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa pendekatan secara medicine. 13th ed. New York: McGraw-Hill Inc; 1995. p.
-t
holistik dalam penanganan berbagai kasus harus senantiasa -6.
dilakukan. Pendekatan holistik yang dimaksud sekali lagi ]onsen AR, Siegler Il{, Winslade W}. Clinical ethics. 2nd ed. New
York: Macmillan Publishing; 1996.
ditekankan ialah, pendekatan yang memerhatikan semua Kaplan HI. History of psychosomatic medicine. In: Kaplan Hf ed.
aspek yang memengaruhi segi kehidupan pasien. Tidak Comprehensive textbook of psychiatry. Sth ed.Baltimore:
hbnya memandang segi fisik-biologi saja, tetapi juga William and Wilkins;1989. p. 1155-60.
Lo B. Ethical issues in clinical medicine. In: Isselbacher KJ, editor.
mempertimbangkan segi-segi psikis, sosial, ekonomi.
Harrison's principles of internal medicine. 13th edition. New
budaya dan lingkungan yang memengaruhi pasien serta York: McGraw-Hill lnc;JQ95. p. 6-8.
menjunjung tinggi norma-norma, etika dan agama. Maranto G. Embryo overpopulation. Scientific
Dengan berdasarkan pengertian seperti di atas, maka American. 1 996.p.12-6.
Oken D. Current theoretical concepts in psychosomatic medicine.
pendekatan holistik akan memberikan banyak manfaat, In: Kaplan HI, editor. Comprehensive textbook of psychiatry.
antara lain: 5th ed. Baltimore: William and Wilkins; 1989. p:)1,60-9.
Samil RS. Hak serta kewajiban dokter dan pasien. In: Tjokronegoro
Pendekatan hubungan antara dokter dengan pasien. A, ed. Etika kedokteraan Indonesia. ]akarta: Balai Penerbit
Dengan demikian, persoalan penyakit atau pasien menjadi FKUI;1994. p.42-9.
transparan. Hal ini berarti menjunjung tinggi hak dan
kewajiban pasien. Akibat yang menguntungkan adalah
mempermudah rencana tindakan atau penanganan
selanjutnya. Hubungan yang baik antara dokter dengan
pasien akan mengurangi ketidakpuasan pasien. Selanjutnya
tentu akan mengurangi tuntutan-tuntutan hukum pada
seorang dokter.

Pendekatan holistik yang menjunjung tinggi norma,


etika dan agama membuahkan pelayanan yang lebih
manusiawi serta menempatkan hak pasien pada porsi
yang lebih baik.

Dari segi pembiayaan akan tercapai cost-effectiveness,


hemat dan mencapai sasaran. Dalam kaitan ini, maka
konsultasi yang tidak dianggap perlu akan berkembang.
Pemakaian alat canggih yang berlebihan dan tidak
rl
EMPATI DALAM KOMUNIKASI
DOKTER.PASIEN
Samsuridja I Djauzi, Supa rtondo

PENDAHULUAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN EMPATI

Komunikasi dokter pasien merupakan landasan utama Manusia sudah berlatih berkomunikasi sejak lahir bahkan
dalam proses diagnosis, terapi, rehabilitasi, dan pencegahan sekarang ini banyak pendapat yang mengemukakanjanin
penyakit. Agar komunikasi dapat berjalan baik, maka kedua dalam kandungan juga sudah mampu berkomunikasi.
belah pihak baik dokter maupun pasien perlu memelihara Dengan demikian, mahasiswa kedokteran diharapkan
agar saluran komunikasi dapat terbuka lebar. Dari pihak sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Keterampilan
dokter saluran komunikasi akan terbuka jika dokter yang sudah dipunyai mahasiswa kedokteran tersebut
bersedia mendengarkan secara aktif dan mempunyai akan merupakan modal utama dalam meningkatkan
empati, sedangkan dari segi pasien, saluran komunikasi keterampilan berkomunikasi dengan pasien. Namun
akan terbuka lebarjika pasien mempunyai motivasi untuk setiap individu mengalami perjalanan hidup yang berbeda
sembuh (atau diringankan penderitaannya) serta percaya mulai masa kecil, masa sekolah dan pergaulan di luar
kepada dokternya. Unsur kepercayaan pasien terhadap sekolah. Pengalaman hidup terselirt ukun memengaruhi
dokter tidak hanya akan terpelihara jika pasien yakin atas keterampilan komunikasi seseorang. Jadi keterampilan
kemampuan dokter dalam mengobatinya, namun tak komunikasi mahasiswa kedokteran dapat berbeda-beda.
kalah pentingnya pasien juga perlu yakin dokter akan Padahal dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai
memegang rahasia yang diungkapkannya kepada dokter. dokter kelak, keterampilan komunikasi merupakan salah
Rahasia pribadi pasien diungkapkan kepada dokter dengan satu syarat yang penting untuk dikuasai. Karena itulah
harapan akan membantu dokter mencapai diagnosis dalam pendidikan kedokteran, keterampilan komunikasi
penyakit secara tepat atau memilih tindakan terapi yang perlu dilatih. Keterampilan ini dapat dilatih dalam bentuk
sesuai. Begitu besar kepercayaan pasien kepada dokter; kegiatan kurikuler. Namun peningkatan keterampilan
rahasia pribadinya itu hanya diungkapkan kepada dokter ini dapat didukung melalui kegiatan mahasiswa di luar
saja, bahkan seringkali tidak diungkapkan kepada keluarga kampus. Pengalaman dalam mengikuti kegiatan organisasi
dekat atau sahabat sekalipun. Karena itulah dokter perlu mahasiswa, organisasi sosial di masyarakat secara
menjaga kepercayaan pasien dengan menyimpan rahasia berkesinambungan dapat mempercepat penumbuhan
tersebut dengan baik. Kewajiban dokter untuk menjaga empati pada mahasiswa kedokteran.
rahasia telah dilaksanakan sejak zaman Hipocrates dan Di negeri Timuri termasuk Indonesia, keterampilan
sampai sekarang masih terpelihara baik. Namun dalam komunikasi non verbal amat penting. Bahkan sering lebih
era informasi dewasa ini, sering kali dokter didesak penting daripada komunikasi verbal. Dokter di Indonesia
oleh berbagai pihak untuk membuka rahasia dokter perlu melatih diri untuk dapat membaca bahasa tubuh
dengan alasan untuk kepentingan umum. Hendaknya pasiennya agar dapat memahami pesan yang disampaikan
dokter dapat berpegang teguh pada sumpahnya untuk pasien melalui bahasa tubuh tersebut. Dalam masyarakat
menjaga kerahasiaan pasien agar kepercayaan pasien majemuk di Indonesia, terdapat berbagai suku yang
tetap terjaga. mempunyai aneka ragam budaya. Keanekaragaman

t6
H,lPArI DAIII XilT'T{IXASI DO]CTER - PASIEN t7

budaya suku di Indonesia ini perlu dipahami terutama dalam, diharapkan dapat menurunkan tuntutan terhadap
bagi dokter yang akan bertugas di daerah. dokter.
Perkembangan teknologi dapat mempermudah Dalam era berlakunya Undang-Undang Praktik
komunikasi. Namun dalam konteks dokter-pasien, Kedokteran di Indonesia (2004) yang memungkinkan
hubungan tatap muka tak dapat digantikan begitu saja dokter dituntut baik secara perdata maupun pidana oleh
dengan teknologi canggih yang ada. Hubungan dokter- pasien, maka keterampilan komunikasi serta rasa empati
pasien secara pribadi masih tetap cara terbaik untuk diharapkan akan dapat meningkatkan mutu hubungan
komunikasi pasien-dokter. dokter-pasien di Indonesia. Hubungan dokter-pasien yang
baik akan menimbulkan suasana saling membantu dan
bersahabat menuju keberhasilan pengobatan. Kita harus
EMPATI menghindari hubungan dokter-pasien menjadi hubungan
produsen dan konsumen. Profesi kedokteran perlu
Seperti juga keterampilan komunikasi, maka kemampuan mengembangkan terus kemampuan anggotanya untuk
empati seseorang tumbuh sejak kecil. Beruntunglah berkomunikasi dan mempunyai empati. Dengan demikian
mereka yang tumbuh dalam keluarga yang menumbuhkan kita tak akan terperangkap pada praktik kedokteran
empati pada anak-anak. Namun tidak semua orang defensif yang amat mahal dan tak akan dapat dijangkau
memperoleh pendidikan untuk berempati pada orang oleh sebagian besar masyarakat kita.
lain. Empati diperlukan untuk meningkatkan komunikasi
dengan pasien. Dokteryang mampu merasakan perasaan
pasiennya serta mampu pula menanggapinya akan lebih REFERENSI
berhasil berkomunikasi dengan baik dengan pasien. Empati
juga dapat dilatih dan ditingkatkan. Masyarakat tidak hanya Mc Manus IC. Teaching communication sills to clinical students.
mengharapkan dokter mampu mengobati pasien dengan BM|.1993;306:1322-7 .

Guwandi |. Tindakan medik-dan tanggung jawab produk medik.


cara mutakhir, teliti, dan terampil, tapi juga berharap
|akarta: Balai Penerbit FKUI; 1993.
dokter mampu mendengarkan, menghormati pendapat Samil RS. Etika kedokteran Indonesia, edisi kedua. |akarta:
pasien, berlaku santun dan penuh pertimbangan. Dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharja; 2001.
demikian, dokter diharapkan mampu berkomunikasi Supartondo. Pidato Ilmiah. Dokter Indonesia menghadapi
dengan baik serta memberi nasehat tanpa menggurui. tuntutan pasca 2000. Disampaikan pada peringatan ulang
tahun ke-70 Prof Supartondo. Ruang Kuliah Bagian Ilmu
Kesediaan untuk menghargai pendapat orang
Penyakit Dalam FKUI, 22 Mei 2000.
lain dan menghormati nilai-nilai yang dianut pasien Supartondo. Menghadapi milenium ketiga, siapkan dokter
perlu ditumbuhkan. Kesediaan ini amat penting dalam Indonesia? Acta Med lndgnes. 2000;32:200.
masyarakat Indonesia yang mempunyai banyak suku Szasc T, Hollender M. The basic models of the doctor-patients
dan beraneka ragam budaya. Dokter hendaknya tidak relationship. Arch Intern Med. 1956;97 :585-92.
memaksakan nilai yang dianutnya kepada pasien. Meski
dokter berkewajiban menumbuhkan perilaku sehat, namun
kewajiban tersebut disertai dengan menghargai pendapat
orang lain dan penuh pertimbangan.
Penggunaan teknologi canggih berdampak pada biaya
kesehatan yang meningkat tajam. Padahal sebagian besar
masyarakat Indonesia belum mampu untuk membiayai
biaya kesehatan yang mahal tersebut. Rasa empati dokter
akan menyebabkan dia berhati-hati memilih pemeriksaan
diagnostik maupun terapi yang dapat dipikul oleh pasien
atau keluarganya.

KOMUNIKASI, EMPATI, DAN ETIKA KEDOKTERAN

Sebagian besar pelanggaran etika yang terjadi adalah


akibat dokter tidak terampil berkomunikasi dan kurang
mempunyai empati. Bahkan di Amerika Serikat, latihan
keterampilan komunikasi yang diadakan secara rutin
pada pertemuan tahunan dokter spesialis ilmu penyakit
TATA HUBUNGAN DOKTER DENGAN PASIEN
Achmad Rudijanto

PENDAHULUAN yang bukan hanya mengalami masalah fisiologis semata,


tetapi sekaligus juga mempunyai keyakinan, kehendak
Profesi kedokteran memiliki tempat yang khusus di dan kemauan untuk memilih bagi dirinya sendiri (aspek
masyarakat. Kepercayaan terhadap kemampuan dokter kualitatif) dan sangat tErkait dengan humanisme, etik dan
dalam pemecahan masalah kesehatan telah diterima ilmu pengetahuan sosial.
dengan baik. Meskipun demikian, seiring dengan Masyarakat umum dan kelompok profesi kedokteran
pengetahuan dan kemampuan ekonomi pasien serta pada umumnya menghenddki penerapan profesionalisme
akses informasi yang semakin baik, seringkali pasien atau dan etika kedokteran dengan standar tinggi, yang
keluarga berupaya mendalatkan opini kedua bagi masalah merupakan dasar tata hubungan dokter dengan pasien'
kesehatan yang terjirdi. Tata hubungan dokter dengan pasien, termasuk
.llmu kedokteran merupakan salah satu cabang ilmu keluarga dan lingkungan yang lebih luas telah mengalami
pengetahuan tersendiri. Ilmu pengetahuan sangat terkait perubahan yang cukup besar. Disamping keharusan setiap
dengan data hasil pengamatan dan berbagai pengukuran dokter untuk selalu meningkatkan profesionalisme pada
yang dilakukan. Berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran dirinya, sekaligus juga tetapmenghormati otonomi pasien
yang dimiliknya, seorang dokter yang kompeten, untuk menetapkan pilihannya dalam. program diagnosis
memahami betul tentang tanda dan gejala penyakit, dan terapi yang akan dilaksanakah. Dokter dituntut
menyimpulkan mbsalah kesehatan atau diagnosis penyakit untuk menghormati setiap kehidupan manusia mulai dari .

yang terjadi, serta menangani masalah atau penyakit


dengan tuntas. Data tentang tanda dan gejala, diperoleh Pasien telah memercayakan pemecahan masalah
dari hasil pengamatan dan pengukuran. Ilmu kedokteran kesehatan yang dihadapinya kepada dokter' Sebagai
meskipun merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan jawabannya dokter harus selalu berupaya menyelesaikan
yang menerapkan metode ilmiah dalam penyelesaian masalah kesehatan pasien yang ditanganinya dengan
masalah pasien yang dihadapi, tetap saja memiliki sepenuh hati dan dengan segala kemampuan yang
keterbatasan. Khususnya dalam menangani pasien yang dimilikinya dengan dilandasi etika yang baik sehingga
mempunyai keinginan pribadi, budaya, kepercayaan, kepercayaan pada dokter akan muncul dengan
kebebasan memilih, dan rasa tanggung jawab, termasuk sendirinya.
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, yang lebih
merupakan masalah kualitatil dan terkadang sangat
subjektif. Dengan demikian, dalam upaya penanganan DEFINISI TATA HUBUNGAN DOKTER DENGAN
masalah kesehatan atau penyakit yang ada, berbagai PASIEN
aspek temuan pada pasien harus mendapatkan perhatian
yang baik, tidak hanya pada aspek kuantitatif namun juga Tata hubungan dokter-pasien merupakan suatu hubungan
aspek kualitatif. Penerapan ilmu kedokteran merupakan yang spesifik antara dokter dengan pasien terkait masalah
gabungan antara penerapan ilmu pengetahuan sekaligus kesehatan yang ada pada pasien dan memerlukan bantuan
seni (orf), yang berarti penerapan ilmu dan teknolgi dokter guna memecahkan dan menyelesaikan masalah
kedokteran (aspek kuantitatif) pada subjek manusia tersebut.

18
TATA HI'BT']'GAN DOKTER DENGAN PASIEN 19

Hubungan dokter dengan pasien yang baik, dan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Komunikasi dilakukan
didasari oleh etika kedokteran merupakan landasan dengan cara yang baik, sopan, terbuka, dalam suasana
utama dari praktik kedokteran. Deklarasi Genewa yang menyenangkan, menghargai pendapat pasien
mengatakan bahwa kesehatan pasien merupakan sehingga menciptakan rasa percaya, nyaman dan aman
pertimbangan utama bagi seorang dokter, sedangkan bagi pasien. Hal ini merupakan kewajiban etik penting
di dalam etik kedokteran internasional dikatakan bahwa yang perlu dipahami seorang dokter.
seorang dokter harus memerhatikan penuh kepentingan Pemberian otonomi kepada pasien untuk memilih
pasien dengan menerapkan seluruh kemampuan yang program pengobatan sudah menjadi hal yang seharus-
dimiliknya. nya dilakukan. American Medical Associotion menyatakan
Dokter harus selalu sadar bahwa pasien merupakan bahwa dasar utama tata hubungan dokter dengan
seorang manusia utuh, meskipun masalah kesehatan pasien adalah pemberian kebebasan kepada pasien
yang ada dapat saja muncul sebagai kelainan fisik. Pasien untuk menentukan pilihan terkait program kesehatan
bukanlah kasus mati atau hanya merupakan penyakit yang direkomendasikan oleh dokter. Mungkin pasien
yang perlu ditangani. Seorang pasien merupakan akan menerima atau bahkan menolak anjuran program
seorang manusia yang memerlukan perhatian dan pengobatan yang ditawarkan. Pasien merupakan orang
mempunyai kehendak. Tata hubungan pasien-dokter dewasa yang telah mampu menetapkan pilihan atau
yang ideal didasari pada pemahaman terhadap pasien, keputusan secara mandiri. Mempunyai kebebasan untuk
saling percaya dan berkomunikasi dengan cara yang menentukan prioritas yang perlu didahulukan untuk
baik dirinya dan mungkin saja prioritas utamanya bukan
pemecahan masalah medis yang sedang dihadapi.
Di sisi lain, seorang dokter harus memahami tentang
PRINSIP DASAR TATA HUBUNGAN DOKTER rahasia kedokteran, tentang hal-hal yang diketahuinya dari
DENGAN PASIEN seorang pasien dan merupakan rahasia yang tidak dapat
dibuka untuk setiap ora*ng. Hanya orang yang berhak
Inti pelayanan kesehatan terdapat pada tata hubugan secara hukum yang boleh mengetahui rahasia kedokteran
yang baik dan sehat antara dokter dengan pasien seorang pasien.
dengan tetap menjaga martabat pasien. Tata hubungan
ini termasuk saling memberi, jujur, menjaga rahasia dan
saling percaya. Kepentingan pasien untuk mendapat PERUBAHAN PARADIGMA TATA HUBUNGAN
pelayanan yang prima seharusnya merupakan tanggung DOKTER DENGAN PASIEN
jawab utama seorang dokter, dengan memberikan
perawatan, membantu mengurangi gejala, membantu Meskipun telah terjadi berbagai kemajuan dan perubahan,
mendapatkan kesembuhan dan menghindari kecacatan hubungan yang sangat khusus antara dokter dengan
sebaik mungkin. pasien sebagian masih tetap berlangsung seperti semula,
suatu hubungan dari atasan kepada bawahandan dokter
dianggap selalu tahu tentang segalanya. Dalam hal ini
OTONOMI DAN RAHASI,A KEDOKTERAN PASIEN dokter mengambil suatu keputusan dan pasien harus
mengikuti apa yang telah ditetapkan. Dokter seolah
Pada sebagian besar pertemuan antara seorang dokter hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, kolega
dengan pasien untuk kepentingan konsultasi atau seprofesi dan Tuhan. Pola hubungan yang demikian
memeriksakan diri, pada umumnya pasien datang dengan semakin lama semakin berubah.
kesadaran yang baik dan tanpa paksaan. Namun demikian, Pada masa kini, dengan semakin bertambah luasnya
dokter harus menyadari bahwa pasien mempunyai hak pengetahuan pasien, serta adanya tuntutan etik dan
otonomi dalam mengambil keputusan untuk program peraturan yang berlaku, model tata hubungan dokter-
penatalaksanaan bagi dirinya. pasien yang paternalistik tersebut semakin banyak
Konsultasi yang efektif didasari oleh komunikasi dipermasalahkan. Tuntutan tanggung jawab bukan hanya
yang baik untuk memberikan informasi terkait dengan datang dari diri dokter sendiri dan kolega, akan tetapi
kesehatan pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti. juga dari pasien, pihak ketiga seperti rumah sakit atau
Informasi yang diberikan sesuai status kesehatan pasien organisasi yang terlibat dalam penanganan kesehatan
termasuk perjalanan serta keadaan penyakit yang pasien seperti asuransi. Tuntutan tanggung jawab juga
diderita, pilihan rencana pemeriksaan dan terapi yang terhadap hukum atau peraturan yang berlaku. Dengan
akan dilakukan serta untung rugi masing-masihg pilihan. banyaknya tanggung jawab tersebut, sering menjadi
Dengan demikian, pasien mampu mengambil keputusan permasalahan yang kompleks.
20 FIISAFAT IIMU PENYAXIT DAI.AM

Sesungguhnya, tidak ada pemisahan yang mutlak KONFLIK KEPENTINGAN


antara paternalisme dan otonomi terkait tata hubungan
dokter dengan pasien. yang terpenting adalah motivasi Pada saat tertentu, seorang dokter yang harus ber-
untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien sesuai tanggung jawab kepada pasien, sekaligus juga bertangung
kompetensi yang dimitiki. jawab kepada pihak ketrga (rumah sakrt dan \nstans\
Pemahaman otonomi pasien didasari kesadaran kesehatan, asuransi, pejabat kepolisian, pejabat lembaga
bahwa pasien sendirilah yang bertanggung jawab atas permasyarakatan maupun keluarga). pada saat tersebut,
pilihan bagi kehidupan pribadinya. Apabila seorang sering dokter berada pada situasi ganda dan menimbulkan
dokter telah menetapkan program penatalaksanaan konflik kepentingan.
masalah kesehatan bagi seorang pasien, selanjutnya Keadaan lain yang sering menimbulkan konflik
perlu menjelaskan secara terperinci tentang berbagai kepentingan yakni bila terdapat benturan antara
alternatif penanganan termasuk untung dan rugi kepentingan organisasi komersial (perusahaan farmasi)
masing-masing pendekatan serta besar biaya yang pada satu sisi dengan kepentingan pasien dan/atau
harus ditanggung. Pendekatan yang mengedepankan masyarakat pada sisi yang lainnya.
pemberian pelayanan terbaik bagi pasien dengan Kode Etik Kedokteran Internasional menyatakan
memberikan penjelasan yang lengkap tentang program bahwa seorang dokter terutama harus mengutamakan
yang akan dijalankan bagi kepentingan pasien akan kepentingan dan rahasia pasiennya. Tantangan terutama
memberikan keuntungan dalam menerapkan otonomi, terkait dengan cara melindungi kepentingan pasien dari
memberi kesempatan kepada pasien untuk memilih yang tekanan pihak ketiga.
terbaik bagi dirinya sesuai keadaan atau kemampuan
pasien
Pendekatan yang lebih etis dan efektif yakni dengan PEMUTUSAN HUBUNGAN DOKTER DENGAN
meningkatkan kemampuan pasien untuk memilih yang PASIEN
tepat bagi dirinya dengan memerhatikan pandangan dan
i
keyakinan pasien. Terkadang rasa saling p"r.ui. yang seharusnya terjadi
i antara dokter dengan pasien mengalami masalah sehingga
hubungan profesional antara dokter dengan pasien tidak
KONSULTASI MEDIK DAN RUJUKAN dapat diteruskan. Menurunnya kualitas hubungan dapat
terjadi secara bertahap atau terjadi mendadak dengan
Seringkali dokter menghadapi kesulitan dalam berbagai alasan. Alasan dapat berupa diskriminasi,
memecahkan masalah kesehatan pasien yang kompleks. hubungan emosional yang kurang harmonis, terkait
Dalam hal ini dokter tidak perlu ragu untuk melakukan tindakan kriminal seperti pernrintaan narkoba, dan lain-
konsultasi atau merujuk pasien kepada kolega lain yang lain. Namun demikian, terdapat beberapa masalah yang
lebih berkompeten demi kepentingan pasien. Konsultasi tidak boleh dipergunakan sebagai alasan untuk pemutusan
kepada sejawat yang tidak kompeten akan merugikan hubungan. Masalah-masalah tersebut antara lain keluhan
bahkan membahayakan pasien. Dalam keadaan tertentu pasien terhadap pelayanan kesehatan atau pengdbatan
konsultasi perlu dilakukan kepada beberapa kolega lain yang sebelumnya telah disetujui bersama kemudian pasien
dari bidang yang berbeda. Konsultasi merupakan tindakan menolak untuk dilanjutkan.
untuk meminta kolega lain memberikan pendapat tentang Pemutusan hubungan sebaiknya dihindari, dan hanya
identifikasi serta penanganan masalah kesehatan bagi dilakukan apabila setelah diberikan penjelasan yang
kepentingan pasien. memadai, tetap tidak dapat dipertahankan. Diperlukan
Ruj u kan bera rti menyerahkan penata
la ksanaa n pasien pengetahuan yang baik dari dokter tentang cara dan kapan
kepada kolega lain secara penuh. penanganan selanjutnya waktu yang tepat untuk pemutusan hubungan, sehingga
bagi pasien menjadi tangung jawab kolega yang diserahi pemutusan hubungan dapat berlangsung dengan baik
dan dokter yang merujuk melepaskan diri dari penanganan dan tidak saling merugikan.
pasien selanjutnya. Sebelum menghentikan hubungan dengan pasien,
Baik dalam hal berkonsultasi maupun melakukan dokter harus yakin bahwa apa yang dilakukan adalah hal
rujukan dokter harus tahu benar tentang keterbatasan yang terbaik bagi kedua belah pihak dengan alasan yang
kompetensi yang dimilikiya, dan melakukan konsultasi benar; dilakukan secara adil, terbuka serta dipersiapkan
atau rujukan pada waktu yang tepat. Sebelum melakukan dengan baik. Perlu memberikan penjelasan yang cukup
konsultasi atau rujukan, perlu berkomunikasi dengan tentang keputusan yang diambil serta alasan pemutusan
pasien dan meminta persetujuannya untuk tindakan rujuk hubungan profesional tersebut. Satu hal yang sangat
atau konsultasi tersebut. penting dan perlu dijaga adalah penanganan masalah
TATA HUBUNGAN DOKTER DENGAN PASIEN 2t

kesehatan pasien tidak boleh terputus sehingga merugikan apabila terlihat adanya kemungkinan timbul
pasien. Pastikan sebelum pemutusan hubungan, pasien risiko
tersebut telah mendapatkan penanganan yang memadai Jangan melakukan diskriminasi baik terhadap
dari dokter lainnya. Sertakan catatan medik yang telah pasien maupun kolega
dibuat, selengkap mungkin kepada dokter baru yang Jangan abaikan kepercayaan pasien atau
melanjutkan penanganan pasien. masyarakat pada profesi dokter

KESIMPUTAN REFERENSI

Chin |J. Doctor-patient relationship: from medical paternalism


Tata hubungan dokter dengan pasien merupakan hal yang
to enhanced autonomy. Singapore Med.J 2002 Vol 43(3) :
sangat penting dalam mencapai pemecahan masalah 152-155
kesehatan pasien. Tata hubungan yang berjalan dengan Council on ethical and judicial affairs (CEJA). Current opinions'
baik akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi dari Chicago: American Medical Associatioru l'990.
Devettere RJ. Practical decision making in health care ethics:
seorang pasien kepada dokter yang merawatnya, serta cases and concepts. 2nd Ed. Washington DC: Georgetown
sangat membantu dalam pemecahan masalah kesehatan University Press, 2000.
pasien. Dalam hal ini dokter dituntut untuk mampu: Gross R], Kammere WS. General medical consultation service:
. the role of the intemist. In: Medical Consultation - Role of
Menjadikan penanganan pasien menjadi perhatian
Intemist on Surgical, Obstetric, and Psychiatric Services.
utama Williah and Mkins - LondorL 1985. p.: 1-5
. Selalu berupaya melindungi dan meningkatkan status General Medical Council. Good Medical Practice,2009
kesehatan pasien dan masyarakat Hin CC. Medical Ethics and Doctor-Patient Relationship. SMA
News 2002, Vol 34: 6-8
. Memberikan pelayanan praktik kedokteran dengan Koh D. Good medical practice for occupational physician. Occup
standar yang tinggi, melalui: Environ Med. 2003: 60:1'-2
- Peningkatan keilmuan dan keterampilan secara The Editors. The practice of medicine. In: The Harrison Principles
of Internal Medicine,lsth ed, New YorkMc GrawHt1l.2012.
berkelanjutan
p.2-9
- Mengenal secara baik keterbatasan kemampuan Tor PC. New challenges facing the doctor-patient relationship in
yang dimiliki dan bekerja dalam batas kemampuan the next millennium. Singapore Medl.2001; 42(12) :572-5.
terbaiknya World Medical Association (WMA). Medical Ethic Manual,2nd
Editioo 2009
- Bekerjasama dengan kolega dengan kemampuan
yang terbaik untuk kepentingan pasien
. Menangani pasien sebagai manusia seutuhnya serta
menghormati keputusan pasien
- Menangani pasien dengan sopan dan penuh
perhatian
- Menghormati hak pasien dan menjaga rahasia
pasien
. Selalu berupaya bekerjasama dengan pasien
- Dengarkan pendapat pasien dan tanggapilah apa
yang menjadi perhatian dan pilihan pasien secara
proporsional
- Berikan informasi yang cukup kepada pasien
tentang sesuatu yang ditanyakan dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh pasien
- Hormati hak pasien untuk memilih keputusan
yang akan diambil setelah dokter memberikan
penjelasan yang cukup tentang berbagai pilihan
untuk pengobatan
- Bantulah pasien dalam menjalani program
pengobatan, selalu menjaga dan memperbaiki
- tingkat kesehatan pasien.
. Jujur; terbuka dan bekerja sepenuh hati
- Menangani tepat waktu dengan cara yang benar
PRAKTIK ILMU PENYAKIT DALAM :
RANTAI KOKOH COST-EFFECTIVENESS
Supartondo

PENDAHULUAN Pemilihan jenis pemeriksaan penunjang perlu


dilakukan dengan cermat, supaya tidak ada tindakan
Umur harapan hidup di berbagai kawasan dunia bertambah, yang berlebihan atau membahayakan, juga pada tahap
karena turunnya angka kematian anak dan ibu. pengobatan kemudian.
Penduduk makin berubah, artinya jumlah golongan Inilah yang disebut cost-effectiveness, yaitu:
usia lanjut bertambah, juga karena jumlah golongan usia menetapkan pilihan cerdas (segi teknik diagnosis dan
muda berkurang akibat turunnya angka kelahiran. Ini terapi) yang paling tepat untuk pasien dan keadaan klinik
terjadi di Barat. tertentu.
Meskipun kondisi lingkungan hidup berbeda, di Perkembangan teknologi medik sarigat pesat sehingga
Indonesia jumlah penduduk usia lanjut juga bertambah. dokter memang dituntut memilih sesuatu yang berguna
Sekarang jumlah penduduk yang berumur 60 tahun, lebih dalam penetapan masalah pasien yang dihadapi. Berbagai
dari juta orang.
1-9 panduan telah dikemba ngkarr oleh perhim pu nan profesi
Mereka ini, daya cadangan tubuhnya memang dan institusi pelayanan kesehatan untuk memberikan
berkurang, rawan sakit dan mungkin menggunakan pengarahan.
biaya kesehatan yang sangat besar. Biaya ini, yang harus Panduan seperti ini merupakan kerangka untuk: 1-).
digunakan secara adil dan merata untuk semua golongan mengelola pasien dengan masalah kesehatan (termasuk
umur masyarakat, harus dipertimbangkan oleh petugas diagnosis dan gejala) tertentu, 2). melindungi pasien,
kesehatan (terutama dokte$ bila mereka melayani pasien. khususnya mereka yang tidak dapat memanfaatkan
Gagasan ini sama dengan pendapat Kwik Kian Gie tentang kemudahan pelayanan kesehatan, supaya tidak mendapat
PDB (produk domestik bruto). pelayanan di bawah tingkat baku, 3). membela pemberi
layanan yang teliti terhadap tuntutan hukum yang tak
berdasar; 4). mencegah penggunaan fasilitas kesehatan
PEMERIKSAAN, PENETAPAN MASALAH secara berlebihan sehingga merugikan masyarakat.
KESEHATAN DAN PENGELOLAAN NYA Pengelolaan masalah kesehatan kemudian harus
dinilai hasilnya. Tentu saja keberhasilan dipastikan secara
Pada seorang pasien, cara pemeriksaan baku berpangkal objektif.
dari keluhan yang ditelusuri, penyebabnya sesuai Demam tifoid, hipertensi, diabetes dapat ditegaskan
dengan hipotesis yang dipikirkan. Tanya jawab mungkin tanda-tanda kesembuhan atau pengendaliannya. Tetapi
menghasilkan perubahan hipotesis sehingga akhirnya kita tidak boleh lupa bahwa pasien merupakan kesatuan
ditemukan penyebab yang tepat. bio (logi) - psiko (logi) - sosial sehingga segi subjektif
Dalam proses ini akan terungkap perjalanan penyakit yang menyertai kelainan di atas juga perlu diperhatikan.
sejak awal. Biasanya pemeriksaan laboratorium atau Inilah cara pendekatan terpadu yang didambakan
pencitraan (radiologi, MRI, dan sebagainya) diperlukan seorang pasien. Cara pendekatan ini digunakan oleh setiap
untuk mendukunj hipotesis ini. dokter; supaya pasien mendapat layanan yang bermutu.

22
PRAKTIK IIMU PENYAKIT DALAM: RANTAI KOKOH COST-EFFECTIVENESS 23

Pada masalah kesehatan yang tidak sederhana (keganasan sistem pelayanan kesehatan diperlukan untuk mencapai
misalnya) suatu tim dokter akan bekerja sama, setidaknya taraf kesehatan yang direncanakan.
untuk memberikan asuhan yang mengutamakan kualitas
hidup.
DOKTER DAN TARAF KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN Bahwa dokter dengan kemampuannya dan nalurinya


tetap merupakan unsur dari suatu kesatuan, tampak dari
Dokter yang dibekali dengan panduan yang telah dibahas Laporan Pembangunan Manusia 2003 yang dikeluarkan
tadi, tentu saja bekerja dalam suatu sistem yang biasanya oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-
terdiri dari sistem pelayanan primer (puskesmas, praktik Bangsa.
mandiri)-sekunder (rumah sakit pemerintah, swasta)-tersier Sangat mencemaskan bahwa Indeks Pembangunan
(rumah sakit khusus, menggunakan teknologi tinggi). Manusia Indonesia turun dari 0,684 ke 0,682 dan peringkat
Sistem pelayanan ini tentu berjalan baik dengan turun dari urutan 110 ke L12 dari 1-75 negara. Walaupun

tersedianya sumber daya manusia dan dana cukup. Indonesia mencapai kemajuan dalam upaya mengurangi
Komunikasi di abad 21 menambah pengetahuan kita jumlah orang miskin sejak L3 tahun lalu, indikator
tentang berbagai cara pengobatan baru. lain seperti kekurangan gizi, kematian ibu melahirkan,
Dianjurkan menjawab tiga pertanyaan lebih dahulu pelayanan imunisasi, persalinan, sanitasi belum banyak
untuk menanggapi cara pengobatan baru: L). Apakah cara berubah.
baru ini lebih unggul secara bermakna dibanding cara Ketidakberdayaan dokter tergambar dari komentar
yang dipakai sekarang;2). Berapa biayanya dan apakah Kwik Kian Gie: "Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak
ekonomis; 3). Berapa jumlah pasien yang memerlukannya berarti jika tidak dinikmati secara merata" dan Chatib
serta siapa yang menanggung biaya. Basri: " Manusia miskin, kelaparan dan sakit bukan karena
Dokter di klinik harus memerhatikan pertanyaan tidak ada makanan, tetapi karena tidak ada akses (hak
pertama, namun sebaiknya tidak terlibat di segi perolehan) untuk mendapat makanan. Dan ini tugas
ekonominya. negara (daerah)".
Jika hasil cara pengobatan baru lebih baik, tetapi Sejak 1 Maret 2005 pemerintah RI menetapkan
biayanya lebih tinggi, diperlukan cost-effectiveness onolysis, kenaikan harga BBM yang diperkirakan menghasilkan Rp
yang menghitung jumlah dana untuk mendapatkan 20 triliun untuk alokasi program pendidikan dan kesehatan
manfaat lebih, dibanding cara lama. Manfaat ini dapat 36 juta orang miskin.
berupa penambahan jumlah pasien yang terselamatkan Informasl non medik lain seperti pencapaian
dengan cara diagnosis baru atau peningkatan jumlah pendidikan dasa6 pelestari'dh lingkungan dan sebagainya
tahun umur dengan cara pengobatan baru. Hasil analisis mungkin menambah pemberdayaan dokter.
ini dapat mendukung usul dari dokter di klinik. Pertanyaan
ketiga perlu dljawab oleh penyangga dana dan ahli
analisis kebijakan kesehatan. KESIMPULAN

Berangkat dari himbauan menggunakan konsep cosf-


ETIK PROFESI DAN KURIKULUM PENDIDIKAN effectiveness dalam tugas dokter; rantai berikut bertambah
DOKTER panjang dan sangat berguna dalam pengembangan diri
dokter sebagai intelektual : kurikulum (pelatihan intensif
Pembahasan tentang pemeriksaan pasien, penetapan dan bermutu) - etik profesi (pemantauan bermakna) -
masalah kesehatan, pilihan pemeriksaan penunjang dan layanan medik (penataran berkala dan penyuluhan sesuai
pengobatan ternyata membentuk rantai kokoh, sehingga masalah di lapangan seperti DBD) - informasi non medik
penerapan konsep cost-effectiveness berkaitan dengan nasional (gambaran utuh tentang warga).
penerapan etik profesi, bukan semata-mata keterampilan
teknik.
Kedua butir ini jelas harus ada dalam kurikulum REFERENSI
pendidikan dokter kita. Kalau memang sudah ada,
Indeks Pembangunan Manusia memburuk. Kompas, 1'0 juli
pelatihannya harus ditingkatkan. Tetapi bila belum
2003.
tercantum, diperlukan reformasi kurikulum. Kadarisman (2003) Interaksi gaya hidup sehat dan perlindungan
Akan semakin nyata, bahwa keterpaduan antara tiga ekonomi. (tidak diterbi&an)
u nsur: perhimpunan profesi-institusi pendidi kan dokter-
Kwik Kian Gie. Apakah resep IMF mesti baik ? Kompas, 12 Juli
PRAKTIK KEDOKTERAN BERBASIS BUKTI
DI BIDANG ILMU PENYAKIT DALAM
Indah S. Widvahening, Esthika Dewiastv. Kuntjoro Harimurti

PENDAHULUAN praktik kedokteran berbasis bukti dan pelatihan praktik


kedokteran berbasis bukti sudah dimasukkan dalam
Tuntutan agar profesi kesehatan mengambil keputusan kurikulum pendidikan seorang ahli penyakit dalam 2
klinis berdasarkan bukti terbaik saat ini semakin maupun kurikulum pendidikan kedokteran di seluruh
meningkat. Praktik kedokteran berbasis bukti (evidence dunia.3
based proctice) didefinisikan sebagai penyelesaian masalah
klinis dengan menggabungkan antara hasil penelitian
(evidence) terbaik yang tersedia dan pengalaman klinis LANGKAH - LANGKAFI PRAKTIK KEDOKTERAN
seorang dokter dengan tetap mempertimbangkan nilai- BERBASIS BUKTI
nilai pasien.l Melalui pendekatan ini, upaya seorang dokter
untuk menyelesaikan masalah pasiennya menimbulkan Terdapat lima langkah dalam praktik kedokteran berbasis
kebutuhan akan informasi terkait masalah klinis maupun bukti,l yaitu:
kesehatan lainnya. Hal ini akhirnya akan mendorong
pembelajaran mandiri sepanjang hayat. Langkah Pertama: Menyusun Pertanyaan Klinis
Penelitian di bidang kedokteran berkembang dengan Saat berhadapan denga4".pasien dengan kondisi klinis
sangat cepat. Hal yang saat ini dianggap sebagai tindakan tertentu, bisa saja timbul beberapa pertanyaan terkait
terbaik dalam praktik bisa saja berubah satu tahun bahkan masalah yang dihadapi oleh pasien saat ini. Pertanyaan
satu bulan kemudian. Pendekatan kedokteran berbasis klinis merupakan formulasi masalah dalam bentuk
bukti memudahkan seorang dokter untuk melakukan pertanyaan yang terstruktu r yang bisa dicari jqwabannya'
praktiknya sesuai dengan perkembangan terkini di bidang Hal ini merupakan langkah pertama yang sangat penting
kedokteran.2 untuk dikuasai dalam praktik kedokteran berbasis bukti.
Dalam berhubungan dengan pasien maupun Pertanyaan klinis yang baik harus terformulasi secara
keluarganya, seorang ahli penyakit dalam seringkali jelas, fokus pada masalah dan bisa dicari jawabannya
dihadapkan pada pertanyaan terkait masalah diagnosis, dengan penelusu ran literatu r. Pertanyaan kli nis yang bai k
prognosis maupun terapi. Agar bisa memberikan harus terdiri atas empat (atau setidaknya tiga) komponen
penatalaksanaan yang optimal bagi pasien, praktik penting di bawah ini:a
kedokteran berbasis bukti mengharuskan agar keputusan a. Pasien atau problem yang dihadapi;
klinis yang diambil tidak hanya didasarkan pada b. Intervensi atau paj.anan yang dipikirkan;
bukti yang diperoleh dari hasil penelitian namun juga c. Pembanding atas intervensi maupun pajanan (jika
pengalaman klinis yang dimiliki oleh seorang dokter ada);
dengan mempertimbangkan nilai-nilai maupun pilihan d. Outcome atau hasil yang diharapkan atau ingin di-
pasien. Pengalaman klinis yang mencakup keterampilan capai.
dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisiS Keempat komponen tersebut dikenal sebagai PICO
memegang peranan yang penting dalam penatalaksanan (pasien atau problem, intervensi atau pajanan, comporison/
pasien. Namun demikian, saat ini seorang ahli penyakit
pembanding dan outcome) atau PIO (pasien atau problem,
dalam juga dituntut terampil melakukan langkah-langkah intervensi atau pajanan, dan outcome).

25
26 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DATAM

Ilustrasi kasus di bawah ini disajikan sebagai contoh yang sangat luas, pencarian literatur melalui internet
agar dapat lebih mudah memahami pengunaan keempat merupakan upaya yang lebih praktis untuk mengikuti
komponen tersebut. perkembangan informasi dibanding mengikuti pertemuan
Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun dengan ilmiah yang membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
diabetes melitus. Pasien juga mengalami hipertensi, sedikit. Namun demikian diperlukan keterampilan agar
sehingga bila ditambah dengan faktor usianya saat dapat memperoleh artikel yang berguna untuk menjawab
ini, anda menganggap pasien tersebut memiliki pertanyaan dalam waktu singkat. Keterampilan ini bisa
risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. didapat melalui pelatihan.
Anda mempertimbangkan untuk meresepkan aspirin Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, dihasilkan beberapa
sebagai upaya pencegahan primer terhadap penyakit kata kunci yaitu:
kardiovaskular. Diabetes, aspirin, pencegahan primer, penyakit
Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, komponen utama kardiovaskular (beserta sinonimnya seperti penyakit
pertanyaan klinis adalah sebagai berikut, jantung koroner atau stroke).
a.. Pasien atau problem: pasien laki-laki berusia 55 tahun Penting diingat bahwa sebagian besar informasi
dengan diabetes melitus dan hipertensi. yang tersedia di internet menggunakan bahasa Inggris
b. Intervensi: aspirin. sehingga untuk melakukan pencarian literatur kata kunci
c. Pembanding: tanpa aspirin. di atas perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
d. Outcome: pencegahan primer terhadap kejadian sebagai berikut:
penya kit kard iovasku lar. Diabetes, aspirin, primary prevention, cardiovascular
Dengan demikian, pertanyaan klinis yang timbul diseases (sinonim: coronory diseoses, coronary orterial
adalah sebagai berikut: diseoses, stroke)
"Pada pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular Langkah selanjutnya dalam pencarian literatur
yang tinggi, apakah pemberian aspirin dapat mencegah adalah memilih database online yang tepat. Walaupun
timbulnya penyakit kardiovaskular?" cukup banyak database yang 'tersedia, namun sebagai
langkah awal Cochrane library dan MEDLINE sudah
Langkah Kedua: Mencari Bukti yang Relevan cukup memadai untuk digunakan. Cochrane library (www
Setelah pertanyaan klinis diformulasikan, langkah thecochranelibrary.com) adalah database yang dikelola
selanjutnya adalah mencari bukti pada literatur yang oleh Cochrane collaboration dan terdiri atas database
dapat menjawab pertanyaan tersebut. Bukti tersebut review sistem atis (Cochrane Dotobase of Systemotic Review
dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi. Buku - CDSR), database abstrak review mengenai efektivitas
teks yang biasa digunakan sebagai sumber informasi suatu intervensi (Dotobase of',abstrocts of reviews of
seringkali tidak memuat informasi yang terbaru sedangkan effectiveness- DARE) dan database register uji klinis
jurnal kedokteran tradisional (dalam bentuk cetak) juga (Coch ro ne controlled trio ls regrsfer). Cochrane collaboration
tidak disusun secara teratur sehingga memudahkan adalah suatu lembaga internasional yang berupaya untuk
pencarian informasi.a Strategi lain dalam memperoleh menyusun, memelihara dan menyebarluaskan review
informasi adalah bertanya pada sejawat maupun ahli. sistematis mengenai intervensi kedokteran maupun
Namun jawaban yang kita peroleh dari mereka seringkali kesehatan. Walaupun tidak seluruh artikel penuh (full
bervariasi. paper) pada Cochrane library bisa diakses secara gratis,
Database literatur yang tersedia secara online saat inl namun seringkall abstrak yang tersedia sudah cukup
merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam memadai untuk menjawab pertanyaan klinis.
praktik kedokteran berbasis bukti karena memungkinkan MEDLINE merupakan database yang dikelola oleh
pencarian terhadap ribuan artikel dalam banyak jurnal National Library of Medicine Amerika Serikat dan saat
secara cepat. Keterampilan untuk melakukan pencarian ini merupakan database yang paling sering digunakan
literatur secara efektif melalui database tersebut sangat di seluruh dunia untuk melakukan pencarian literatur.
penting dalam praktik kedokteran berbasls bukti. Saat MEDLINE dapat diakses secara gratis melalui pUBMED
ini, dapat dipastikan bahwa hampir semua ahli penyakit (www.ncbi.nlm.nih.govlpubmed) walaupun tidak seluruh
daiam di Indonesia memiliki akses internet. Walaupun artikel penuh (full paper) bisa diperoleh secara gratis.
ketersediaan akses terhadap literatur melalui internet Untuk bisa melakukan pencarian literaturpada Cochrane
masih dianggap sebagai kendala dalam praktik kedokteran library maupun MEDLINE, perlu pemahaman mengenai
berbasis bukti di Indonesia dan negara berkembang prinsip penggabungan kata kunci. Penggabungan kata
lainnya,s sesungguhnya saat ini sudah cukup banyak kunci dilakukan dengan menggunakan 'AND" dan ,,OR,,
tersedia database literatur kedokteran yang bisa diakses sebagai perintah penggabungan. Dalam penggabungan
tanpa biaya. Mengingat negara Indonesia memiliki wilayah dua kata kunci, AND digunakan untuk memperoleh
EyrDEt cE BAsEDiritr*ffEimtsis :: r : i
27

artikel yang mengandung kedua kata kunci tersebut, nilai yang dimiliki seorang pasien. Agar bisa mengambil
sedangkan OR digunakan untuk memperoleh artikel yang keputusan dengan tepat, informasi mengenai efektivitas
mengandung salah satu kata kunci tersebut. dan risiko suatu tindakan perlu didiskusikan dengan pasien
Contoh sederhana penggabungan kata kunci untuk maupun keluarganya. Dengan demikian penatalaksanaan
melakukan pencarian literatur terhadap pertanyaan klinis benar-benar mencerminkan penggabungan ketiga
di atas adalah sebagai berikut: komponen praktik kedokteran berbasis bukti. Selain itu,
(1). diabetes pengambilan keputusan klinisjuga harus memperhatikan
(2). aspirin faktor biaya dan ketersediaan intervensi yang direncanakan
(3). primary prevention di rumah sakit atau tempat praktik.
(4). cordiovosculor OR coronory OR coronory-orteriol OR
stroke Langkah 5: Evaluasi kinerja dalam penerapan
(s). (1) AND (2) AND (3) AND (4). praktik kedokteran berbasis bukti
Pencarian melalui PUBMED pada 27 November Masing-masing langkah dalam praktik kedokteran
2012 menghasilkan sitasi cukup banyak (690 sitasi). berbasis bukti (menyusurl pertanyaan yang bisa dicari
Hasil pencarian pada PUBMED tesebut dapat dikurangi jawabannya, mencari bukti yang relevan secara cepat,
dengan menggunakan pembatasan (limit). Contohnya menilai buktl secara kritis, menerapkan bukti yang
adalah membatasi agar hanya artikel berbentuk review diperoleh dengan keterampilan klinis dan nilai-nilai pasien)
sistematis yang diperoleh, mengingat review sistematis yang sudah dijalankan perlu dievaluasi secara teratur agar
saat ini dianggap sebagai artikel yang memiliki tingkat dapat dicapai efektivitas yang optimal. Upaya ini perlu
kebenaran tertinggi. Contoh yang lain adalah membatasi direncanakan dengan baik sehingga peningkatan kualitas
agar hanya artikel yang diterbitkan dalam 5 tahun terakhir penatalaksanaan pasien dapat tercapai.
yang diperoleh.

Langkah Ketiga: Menilai BuktiSecara Kritis KESIMPULAN


Setelah bukti/literatur yang relevan diperoleh, langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap validitas Praktik kedokteran berbasis bukti merupakan tuntutan
(tingkat kebenaran) dan manfaat klinis literatur tersebut. yang tidak bisa dihindari oleh seorang ahli penyakit dalam
Walaupun artikel penelitian sangat banyak dihasilkan, saat ini. Keterampilan untuk menerapkan hal tersebut
namun kualitasnya bervariasi. penggunaan bukti yang perlu diperoleh melalui pelatihan baik pada masa residensi
tidak benar dalam praktik tidak saja dapat membahayakan maupun dengan mengikuti pendidikan kedokteran
pasien namun juga menyia-nyiakan sumber daya yang berkelanjutan.
terbatas. Tingkat validitas, besarnya manfaat dan sejauh
mana dapat diterapkan merupakan tiga hal penting yang
harus dinilai dari suatu artikel penelitian. Tingkat validitas REFERENSI
menunjukkan seberapa besar penelitian tersebut bebas
L. Dawes M, Summerskill W, Glasziou R Cartalbellotta A,
dari bias.6 Martin |, Hopayian K et al. Sicily statement of evidence-
Keterampilan untuk melakukan penilaian kritis based practice. BMC Medical Education. 2005;5(1). Epub 5
terhadap artikel penelitian juga perlu dipelajari secara January 2005.
khusus melalui pelatihan. Penilaian kritis bisa dilakukan
2. Holmboe ES, Bowen JL, Green ML, Gregg ], DiFrancesco L,
Rel,nolds E, et al. Reforming Intemal Medicine Residenry
dengan menggunakan berbagai alat yang mudah Training; A Report from the Society of General Internal
diperoleh melalui internet, salah satu contohnya adalah Medicine's Task Force for Residency Reform. J Gen Intern
lll4.ed2005;20:1165-72.
yang dikembangkan oleh Oxford Center for Evidence
3. Crilly Ir{, Glasziou R Heneghan C Meats E, Burls A. Does the
Based Medicine.T Penilaian kritis terhadap artikel penelitian current version of 'Tomorror,r/s Doctors' adequately support
mengenai diagnosis, prognosis, terapi atau review the role of evidence-based medicine in the undergraduate
sistematis memerlukan alat yang berbeda. curriculum? Medical Teachet. 2009;3L:938-44.
4. Straus SE, Glasziou P, Richardson WS. Evidence-Based
Medicine: How to Practice and Teach It. 4 ed. Oxford: Elsevier
Langkah 4: Menerapkan bukti Limited;2010.
Setelah kita meyakini bahwa bukti yang kita miliki valid 5. Zaidi Z, Iqbal M, Hashim J, Quadri M. Making Evide_nce-
based Medicine (EBM) doable in developing countries: A
dan bermanfaat, langkah berikutnya adalah menggunakan
locally-tailored workshop for EBM in a Pakistani institufion.
bukti tersebut dalam penatalaksanaan pasien. penerapan Education f or H ealttr. 2009;22(1).
bukti harus disertai dengan keterampilan klinis yang 6. Health information research unit McMaster University. The
Hedges Project 2004 [updated September 9, 2005; cited 2011
memadai dan memperhatikan kondisi maupun nilai-
May 3L, 2011); Available from: http://hiru.mcmaster.ca/
28 FILSAFAT ILMU PENYAIGT DALAM

hiru/ hedges/ indexHlRU.htm.


University of Oxford Centre for Evidence Based Medicine.
Critical Appraisal. [updated 29 March 2012; clted 2011 6
May 20121; Available from: hftp://www.cebm.net/index.
aspx?o=11 57.
CATATAN MEDIK BERDASARKAN MASALAH
(CftAnM=POMR)
Parlindungan Siregar

Catatan Medik (Medicol Record), sesuai dengan nama-


nya, merupakan catatan tertulis semua data pasien yang
diperoleh dari wawancara (anamnesis), pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang beserta data yang
diperoleh selama pemantauan (progress nofes) dalam
harian, mingguan, atau bulanan. Dalam dunia kedokteran,
catatan medik menyangkut beberapa kepentingan seperti: Rencana
a) Fungsi komunikasi bagi dokternya sendiri; b) Fungsi Diagnosis
komunikasi bagi petugas kesehatan lainnya; c) Kepentingan Rencana pengobatan
kualitas pelayanan (quality ossurance); d) Kepentingan Rencana edukasi
penelitian; e) Kepentingan bagi pasien; f) Kepentingan
hukum. Berdasarkan kepentingan-kepentingan ini, maka
catatan medik yang baik adalah catatan yang dilakukan Gambar X.. Langkah-langkah penyusuran CMBM berdasarkan
the four boxes of Dr. Weed j
sebaik dan selengkap mungkin.

masuk ke kotak keempat Dr. Weed, dituliskan simpulan


PROBLEM ORIENTED MEDTCAL RECORD (POMR) dan kemudian prognosis kasus yang dihadapi. Kotak
keempat Dr. Weed ini adalah membuat catatan tertulis
POMR atau CMBM (Catatan Medik Berdasarkan Masalah), (Progress Notes) selama masa tindak laniul(follow up)yang
merupakan sistem catatan medik yang dipelopori oleh Dr. dituliskan dalam bentuk laporan SOAP (subl'ective symptom,
obj ective symptom, o sse s m e nt, p la n n in g).
Larry Weed yang terkenal dengan The Four Boxes of Dr.
Weed seperti terlihat pada gambar 1.
CMBM atau POMR ini merupakan catatan medik
yang dilakukan dokter terhadap seorang pasien baru. DATA DASAR
Berdasarkan empat kotak Dr. Weed di atas, CMBM
dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diperoleh Anamnesis
dari wawancara (anamnesis). pemeriksaan fisis, dan Keluhan utama : keluhan yang membuat pasien merasa
pemeriksaan penunjang serta kemudian dirangkum
perlu untuk meminta pertolongan.
dalam resume singkat. Data dasar tersebut kemudian
didefinisikan dalam bentuk Daftar Masalah (Problem Riwayat penyakit sekarang : riwayat penyakit yang
I-isf). Daftar masalah memiliki satu atau lebih masalah, dimulai dari akhir masa sehat hingga saat datang meminta
yang kemudian pada tiap masalah dilakukan pengkajian. pertolongan. Pada keadaan penyakit-penyakit kronik
Berdasarkan pengkajian ini kemudian ditetapkan rencana (misalnya diabetes melitus/DM, hipertensi, sirosis hati),
(Plon) berupa-rencana diagnostik, rencana pengobatan, riwayat penyakit dimulai dari episode terakhir masa
dan rencana edukasi setiap daftar masalah. Sebelum merasa sehat.

29
30 FILSAFAT ILMU PENYAKIT DALAM

Hal hal lain yang dituliskan setelah alinea 'akhir masa Dalam menuliskan sintesis tidak dibutuhkan seluruh
sehat' di atas, adalah : gejala dan tanda yang lengkap sempurna, akan tetapi
1. Episode-episode yang terjadi sebelum episode ter- cukup dengan gejala dan tanda utama yang khas pada
akhir. penyakit atau sindroma tersebut.
2. Riwayat penyakit kronik lain yang juga diderita Pada dasarnya dalam membentuk daftar masalah
pasien, namun tidak berkaitan dengan keluhan utama. langkah pertama yang dianjurkan adalah mencoba
Misalnya selain keluhan utama berkaitan dengan menuliskan hasil sintesis terlebih dahulu, baru pada
DM, pasien juga mengidap penyakit asma bronkial langkah selanjutnya menuliskan gejala atau tanda yang
kronik. tidak dapat disintesis lagi, menjadi masuk di dalam daftar
masalah.
Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit yang pernah
Bila ada satu gejala atau tanda yang bersifat darurat
diderita pasien, akan tetapi saat ini sudah sembuh.
atau memerlukan perhatian khusus untuk dievaluasi lebih
Contoh: hepatitis akut, malaria, gastroenteritis dan lain- lanjut, gejala dan tanda tersebut dapat kita keluarkan dari
lain. penyakit atau sindroma yang bersangkutan untuk menjadi
nomor masalah tersendiri. Misalnya daftar masalah no. l-
Riwayat penyakit dalam keluarga : Riwayat penyakit
adalah Hematemesis-Melena dan no.2 adalah Sirosis Hati.
yang pernah atau masih ada di dalam keluarga baik segaris
Hematemesis melena merupakan bagian dari sirosis hati,
maupun di luar garis turunan.
akan tetapi karena bersifat darurat serta membutuhkan
perhatian khusus, maka dapat menjadi daftar masalah
Pemeriksaan Fisis
tersendiri.
Tandei klinis yang diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan
Penting diketahui bahwa tidak boleh satupun gejala
jasmani.
atau tanda yang ada, tidak dimasukkan dalam daftar
masalah. Seluruh gejala dan tanda harus masuk di dalam
Pemeriksaan Penunjang
daftar masalah, apakah itu masuk dalam nama penyakit
Hasil pemeriksaan yang ada, pada saat CMBM dibuat.
atau nama sindroma atau berdiri sendiri di dalam daftar
masalah.
Resume
Perlu juga menjadi perhatian bahwa sebaiknya tidak
Ringkasan dari anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
menuliskan penyebab (et causa) dari masalah di dalam
penunjang yang dituliskan dalam bentuk berita singkat
daftar masalah karena hal ini akan dibahas di dalam
dengan jumlah baris kurang dari 6 baris.
pengkajian.

Daftar Masalah
Bagaimana membentuk daftar masalah? PENG KAJTAN (ASSESMENT)

Daftar masalah dapat bersifat: Setiap nomor dalam daftar masalah harus kita kaji
. Biologik dengan baik dan sempurna. Tujuan kita untuk menuliskan
. Psikologik pengkajian yang baik dan sempurna adalah agar kita
. Sosial mampu menuliskan rencana (diagnostik, pengobatan,
. Demografik edukasi) yang baik dan sempurna pula.
Dari hasil pengkajian inilah kita dapat menilai,
Daftar masalah dibentuk dari atau dapat terdiri atas;
. Gejala (anamnesis) apakah dokter yang membuatnya mumpuni, baik dalam
. pengetahuan maupun pengalaman ilmu kedokteran yang
Tanda (pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan
dimiliki.
penunjang)
. Seorang dokter seharusnya berpikir sebagaimana
Sintesis gejala dan tanda sehingga membentuk
seorang Grond Moster Catur melakukan pengkajian dalam
diagnosis berupa penyakit atau sindroma.
permainan caturnya. Seorang Grond Moster Catur dituntut
Daftar masalah yang dibentuk seorang dokter sangat untuk memikirkan baik langkah-langkah catur lawan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ilmu kedokteran maupun dirinya sendiri 10, 20, 30 langkah ke depan bahkan
dan pengalaman dalam dunia kedokteran. Pada tingkat lebih, agar ia dapat mengalahkan lawannya.
yang rendah mungkin hanya mampu menuliskan Langkah yang dapat kita lakukan dalam menuliskan
gejala atau tanda saja. Pada tingkat yang tinggi sudah pengkajian antara lain :
mampu menuliskan sintesis dalam bentuk penyakit atau . Tuliskan alasan-alasan mengapa kita menetapkan
sindroma. masalah yang tertulis dalam daftar masalah tersebut.
CATATAN MEDIK BERDASARKAN MASATAH (CMBM = POMR) 31

. Tuliskan etiologi masalah yang ditetapkan beserta . Apakah indikasi pemeriksaan kuat atau tidak
alasan ilmiah mengapa etiologi tersebut dipikirkan, (berdasarkan urutan dari 10 rencana kita).
dari yang paling mungkin sampai kepada yang paling . Apakah fasilitas pemeriksaan ada atau tidak
sedikit kemu ngkinannya. . Apakah dana yang dimiliki pasien mencukupi atau
. Tuliskan diagnosis banding dari masalah yang tidak.
ditetapkan beserta alasan ilmiah mengapa diagnosis
banding tersebut dipikirkan, dari yang paling
mungkin sampai kepada yang paling sedikit RENCANA PENGOBATAN
kemungkinannya.
. Tuliskan komplikasi-komplikasi dari masalah yang Sama halnya dengan rencana diagnostik, dalam rencana
ditetapkan yang kita ketahui dari literatur atau buku pengobatan kita menuliskan urutan rencana pengobatan
teks. yang akan kita laksanakan berkaitan dengan kajian
. Hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menyempurna- kita, mulai dari yang paling penting sampai kepada
kan pengkajian. yang kurang penting. Dalam pelaksanaannya kita juga
harus memerhatikan faktor-faktor kekuatan indikasi,
keterdesakan, fasilitas pengobatan dan kemampuan dana
RENCANA DIAGNOSTIK yang dimiliki pasien.

Bila kita telah menuliskan pengkajian dengan sebaik-


baiknya, pastilah kita juga mampu menuliskan rencana RENCANA EDUKASI
diagnostik yang baik. Salah satu cara untuk menilai
apakah pengkajian kita sudah baik atau tidak adalah Tujuan edukasi adalah :

dengan melihat apakah dalam rencana diagnostik kita' . Agar pasien dan keluarga mengetahui gambaran
tertulis rencana yang tidak memiliki kaitan dengan apa penyakit yang diderita.
yang kita tuliskan dalam kajian kita. Bila ada, sudah dapat . Agar pasien dan keluarga mengerti tindakan diagnostik
dipastikan bahwa pengkajian yang kita lakukan belum yang kita lakukan dan risiko serta keuntungan yang
begitu baik. Sebagai contoh, misalnya daftar masalah yang diperoleh bila pemeriksaan dilakukan.
kita tetapkan adalah : . Agar pasien dan keluarga mengerti tindakan
. Melena pengobatan serta risiko atau keuntungan pengobatan
. Sirosis hati yang dilakukan.
. Agar pasien dan keluarga mengetahui komplikasi dan
Dalam pengkajian yang kita lakukan kita hanya
prognosis penyakit ying diderita.
menuliskan bahwa penyebab melena adalah pecahnya 1

varises esofagus atau disebabkan oleh gastropati


hipertensi portal. Kemudian dalam rencana diagnostik
tertulis: KESIMPULAN
. Endoskopi
. Hemostasis lengkap Menyimp.ulkan secara singkat permasalahan kasus yang
dihadapi. Misalnya: pria, 45 tahun dengan permasalahan
Dalam pengkajian kita tidak menyinggung soal sirosis hati dan komplikasi hematemesis melena.
kelainan hemostasis sebagai penyebab, sedang dalam
rencana diagnostik kita meminta pemeriksaan untuk
kelainan hemostasis. Ini yang dimaksudkan bahwa
PROGNOSIS
pengkajian yang kita lakukan belum begitu baik.
Dalam rencana diagnostik kita tuliskan seluruh rencana
Akhir dari catatan ini kita harus menuliskan prognosis dari
pemeriksaan yang ada kaitannya dengan kajian masalah
kasus baru yang kita periksa.
mulai dari yang paling kuat indikasinya sampai dengan Prognosis dipengaruhi oleh :
yang paling lemah indikasinya. Dalam pelaksanaannya . Berat ringan kasus
kita harus mempertimbangkan beberapa hal. Misalnya . Sosial ekonomi pasien
untuk satu masalah kita telah rencanakan 10 macam
pemeriksaan. Apakah kesepuluh rencana tersebut kita Prognosis dapat dibagi lagi atas :

kerjakan? Jawabannya bisa ya, bisa tidak.


. Ad Vitam
Dalam melaksanakan pemeriksaan tersebut ada tiga
. Ad Sanationam
hal yang harus kita perhatikan :
. Ad Functionam
32 FITSAFAT ILMU PENYAKIT DATAM

TINDAK LANJUT (PROGRESS NOTES) Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap tanda
klinik baru tidak berkaitan dengan daftar masalah yang
Soap telah ditetapkan, apakah kemungkinan-kemungkinan
Sesuai dengan kotak keempat Dr. Weed, dibuat tindak masalah baru yang akan ditetapkan, apakah kemungkinan-
lanjut secara tertulis yang dilakukan selama pasien dalam kemungkinan penyebabnya, dan apakah kemungkinan-
pengawasan, baik rawat inap maupun rawat jalan. Setiap kemungkinan komplikasi yang akan'ditimbulkan oleh
butir dari daftar masalah, dibuat tindak lanjut secara masalah baru ini.
tertulis misalnya:
Plonning:
Daftar masalah no. l-: Berdasarkan pengkajian yang dilakukan, maka ditetapkan
S: urutan rencana pemeriksaan yang perlu dilakukan lagi
o: dalam rangka pembuktian kebenaran ilmiah dari butir
A: daftar masalah yang ditetapkan, serta pengobatan yang
P: belum dan perlu dilaksanakan.
Menetapkan rencana diagnostik dan rencana
Daftar masalah no. 2:
pengobatan bagi masalah baru, etiologi dan komplikasi
S;
yang mungkin timbul.
o:
A:
P:
RESUME DAFTAR MASALAH
Daftar'masalah no. 3 dan seterusnya.
S: Bagian ini merupakan tabel yang berisikan semua masalah,
o: baik aktif maupun inaktif. Masalah aktif adalah masalah
A: yang diagnostiknya belum selesai dan masih dalam
P: pengawasan/pengobatan baik saat ini maupun pada
saat yang akan datang. Masalah inaktif adalah masalah
Subjective symptom:
. Temuan klinik (dari anamnesis) yang ada pada pasien yang diagnostiknya sudah terselesaikan dan tidak perlu
pengawasan atau pengobatan lagi saat ini. Contoh tabel
berkaitan dengan butir daftar masalah yang telah
seperti di bawah ini:
ditetapkan serta berkaitan dengan hal-hal yang
telah dibahas dalam pengkajian (etiologi, diagnosis
banding, komplikasi).
. Temuan klinik baru yang timbul tetapi tidak berkaitan
dengan butir-butir daftar masalah yang telah
ditetapkan. i "' ' Asma Bfonkial : i 2005:''-'' ' ..1 l
2 Diabetes Melitus 2000
Objective symptom: 3 Ulkus Pedis Sinistra 1 Nopem6er 2011
. Temuan klinik (dari pemeriksaan fisik dan penunjang)
yang ditemukan berkaitan dengan tiap butir dari
daftar masalah yang ditetapkan serta berkaitan
dengan hal hal yang telah dibahas dalam pengkajian REFERENSI
setiap butir dari daftar masalah (etiologi, diagnosis
Bowen )L. Educational Strategies to Promote Clinical Diagnostic
banding, komplikasi). Reasoning. N Engl ] Med. 2006;355:2217-25.
. Temuan klinik baru yang ditemukan tetapi tidak Salmon P, Rappaport A, Bainbridge M, Hayes G, Williams
berkaitan dengan butir-butir daftar masalah yang |. Primary Health Care Specialist Group of the British
Computer Society. Taking the problem oriented medical
telah ditetapkan. record forward. Proc AMIA Annu Fall Symp. 1996:463-7.
Weed LL.-The Importance of Medical Records. Canadian Fam
Assesment:
Physician. 19 69 ; 15 (12) :'23 -25
Pengkajian terhadap data yang ada pada subjective dan Weed LL. Medical Records That Guide and Teach. N Engl ] Med
objective symptom yang diperoleh pada saat itu, kemudian 1968;278:593-600.
menyimpulkannya apakah ada perbaikan atau perburukan, Weed LL. Medical Records That Guide and Teach. N Engl I Med.
1968;278:652-657
apakah masalah yang ditetapkan sudah dapat dibuktikan
kebenaran ilmiahnya, atau butir masalah tersebut sudah
dapat diselesaikan atau tidak.
BAB 2
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Geneiiko Medik don


Biologi Molekulor 33
Dqsar-Doso r Fo rmo,kologi

Neurosoins don Penyokit


Alzheimer 66
Psikoneuroimuno-
endokrinologi 80
lmunologi Dosor 83
lnflomosi 93

Apoptosis 109
Kedokteron Regeneroiif :
Pengenolon don Konsep
Dosor I20

1r

t,

llillu PHlYilflT ll[lNll Edisi Yt2o'


h
r
ir

i',
li
i:
ii

10
GENETII(A MEDIK DAN
BIOLOGI MOTEKULAR
Bambang Setiyohadi, Nyoman Gde Suryadhana

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sebab, sedangkan alel resesif ditandai oleh huruf kecil; 5). Pada
perkembangan dan pewarisan perbedaan sifat individu; waktu gametogenesis, pasangan gen yang mengendalikan
sedangkan genetika medik adalah cabang genetika yang suatu sifat tertentu akan berpisah, sehingga setiap gamet
mempelajari pewarisan dan efek gen pada berbagai hanya mengandung hanya mengandung salah satu gen
penyakit. Di dalam genetika, susunan gen pada individu dari pasangan alel ter-sebut. Pada proses fertilisasi, faktor-
disebutgenotip sedangkan apa yang tampak pada individu faktor tersebut akan berpasangan secara acak.
disebut fenotip. Fenotip merupakan interaksi antara Pada penelitian selanjutnya Morgan mendapatkan
genotip dan lingkungan. Prinsip pewarisan sifat mahluk bahwa gen-gen menempati lokus tertentu yang khas
hidup pertama kali diterangkan oleh Gregor Mendel didalam kromosom. Kromosom adalah benang-benang
pada tahun 1865. Dengan latar belakang matematika dan pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel
biologi yang dimilikinya, Mendel melakukan percobaan- yang pertama kali diidentifikasi oleh Flemming pada tahun
percobaan yang sangat berbeda dengan yang dilakukan L877. Pada tahun 1956, Tjio dan Levan mendapatkan bahwa
oleh orang lain sebelumnya. Mendel berusaha menyelidiki manusia memiliki 46 kroinosom, 23 kromosom berasal
semua sifat menurun secara serentak tetapi hanya dari ayah dan 23 berasal dari ibu.=Sepasang kromosom
dibatasi oleh satu sifat saja. Mendel juga melakukan merupakan homolog sesamanya, yaitu mengandung lokus
penelitian dengan sampel yang besar sehingga ia mampu gen-gen yang bersesuaian yang disebut alel. Bila pada
menafsirkan hasil penelitiannya secara matematika. lokus yang sama terdapat lebih dari satu alel, mbka disebut
Berdasarkan hasil penelitiannya, Mendel membuat alel gondo, misalnya golongan darah manusia sistem ABO.
beberapa postulat sebagai berikut: l"). Setiap sifat Gen merupakan satuan informasi genetik yang berfungsi
organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan mengatur perkembangan dan metabolisme pada individu
yang disebut gen, satu berasal dari indukjantan dan satu serta menyampaikan informasi genetik kepada generasi
berasal dari induk betina. Setiap pasang gen mungkin berikutnya.
terdiri dari 2 gen yang sama yang disebut homozigot atau Pada tahun 1903, Sutton mendapatkan kesesuaian
2 gen yang berbeda yang disebut heterozigot;2). Tiap antara perilaku kromosom pada proses mitosis dan
pasangan gen menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, meiosis dengan hipotesis Mendel. Mitosis adalah
misalnya bulat dengan kisut, tinggi dengan pendek, botak pembelahan sel somatik (sel badan) yang berlangsung
dan berambut dan sebagainya. Kedua bentuk alternatif dalam 4 tahap, yaitu profase, metafase, anapase
tersebut disebut olel; 3). Bila alel yang mengendalikan dan telofase. Fase antara 2 mitosis disebut interfase.
suatu sifat tertentu pada individu terdiri dari gen-gen Sedangkan meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi
yang berbeda, maka pengaruh 1 gen akan terlihat lebih pada gametogenesis. Beberapa hasil pemikiran Sutton
menonjol (dominon) sedangkan pengaruh gen yang adalah:1). Pada akhir meiosis, jumlah kromosom yang
lain akan tersembunyi (resesif); 4). Individu murni akan masuk kedalam sel sperma maupun ovum tepat separuh
memiliki 2 alel yang sama, dominan semua atau resesif dari jumlah kromosom yang ada didalam sel-sel tubuh;
semua. Alel dominan akan ditandai oleh huruf besar, 2). Pada fertilisasi, sel sperma dan ovum yang masing-

33
34 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

masing memiliki seperangkat kromosom (hoptoid) akan dituangkan dalam bentuk pedigre (silsilah) sehingga dapat
mengembalikan jumlah kromosom dalam individu baru diketahui interaksi suatu gen dalam keluarga; 2). Studi
menjadi dua perangkat (dipbiA; 3). Setiap kromosom pada anak kembar; 3). Percobaan pada binatang dan
tetap memiliki bentuk dan identitas yang sama walaupun proses pengembangbiakan (breeding). Model hewan coba
telah melalui berbagai proses mitosis dan meiosis yang sangat penting untuk menunjukkan model pewarisan dan
tak terhingga banyaknya;4). Selama meiosis, tiap pasang kadang-kadang dapat menerangkan patogenesis penyakit
kromosom memisah secara bebas terhadap kromosom yang sedang diteliti.
pasangannya.
Pada tahun 1944, Oswald Avery, Colin Mcleod dan
Mc Lyn McCarty menunjukkan bahwa asam nukleat POLA PENURUNAN SIFAT DALAM KELUARGA
merupakan agen pembawa informasi herediter dan pada
tahun 1953 James Watson, ahli Biokimia Amerika Serikat, Ciri Bawaan yang Menurun pada Anak
dan Francis Crick, ahli biofisika Inggris, mendapatkan
bentuk tangga terpilin (doubte hetix) dari asam deoksiribo- Karakter dominan, yaitu ciri yang diturunkan dari salah
nukleat (DNA). satu orang tua secara utuh.
Selain inti sel, ternyata mitokondria juga memiliki Karakter semi-dominan (campuran), yaitu ciri bentuk
kromosom sendiri yang diturunkan dari ibu ke anak- tengah yang diwariskan dari kedua orang tuanya. Misalnya
anaknya. Struktur DNA mitokondria yang terdiri dari rambut ikal pada anak berasal dari rambut lurus dan
untai ganda berbentuk lingkaran tertutup dengan keriting kedua orang tuanya.
urutan nekleotidanya secara lengkap telah didskripsikan
oleh Anderson pada tahun 1981. Mutasi kromosom Karakter kodominan (mozaik), yaitu ciri yang tampil utuh
mitokondria pertama kali dilaporkan pada tahun sendiri-sendiri (dominan) berupa gabungan kedua sifat
1988 pada neuropati optik Leber (maternally type of orang tuanya, misalnya mewarisi gigi besar dari pihak ibu
blindness). dan rahang kecil dari pihak ayah, sehingga menghasilkan
Pada tahun 1_989, penelitian besar-besaran mengenai bentuk gigi berjejal. Bila kualitas karakter yang diwariskan
genom manusia dilaksanakan melalui Human Genom persis sama dengan kedua orang tuanya, maka disebut
Project (HUGO project) dipimpin oleh James Watson, korokter parental.
penerima hadiah Nobel dan salah satu penemu struktur Perkembangan berlebihan, yaitu bila sifat yang di-
DNA. Melalui proyek ini, diharapkan manusia dapat turunkan jauh lebih buruk atau jauh lebih baik daripada
memahami dirinya, melalui pemetaan urutan pasangan karakter yang dimiliki kedua orang tuanya. Keadaan ini
basa pembawa sifat yang terdapat didalam 46 kromosom biasanya berhu bun gan dengan_potensi faktor ling kungan
manusia. Hal ini sangat penting untuk mengetahui dan biasanya bersifat potigen.
keterlibatan gen sebagai faktor predisposisi yang
menentukan kerentanan atau ketahanan terhadap suatu
Mutasi spontan, yaitu perubahan sifat yang sama
penyakit.
sekali tidak ditemukan pada orang tuanya atau nenek
moyangnya dan tidak secara langsung dipengaruhioleh
Dalam menyikapi kelainan herediter, beberapa hal
faktor lingkungan. Biasanya mutasi disebabkan oleh faktor
sering disalahartikan, misalnya: 1). Tidak ditemukannya
yang langsung mempengaruhi gen, misalnya radiasi
kelainan bawaan pada anggota keluarga yang lain
sinar-X, radioaktif atau infeksi virus.
dianggap bahwa kelainan bawaan tersebut bukan
kelainan genetik, atau sebaliknya;2). Setiap keadaan yang
terdapat pada bayi baru lahir selalu dianggap kelainan Ciri yang Tidak Selalu Menurun pada Anak
bawaan; 3). Keadaan fisik dan mental ibu hamil akan Karakter resesif, yaitu ciri yang hanya muncul bila
menyebabkan malformasi janin yang dikandungnya; 4). kedua orang tuanya memiliki gen resesif tersebut.
Penyakit genetik tidak dapat diobati; 5). Bila hanya laki- Sifat ini akan tetap laten dari generasi ke generasi
laki atau perempuan saja yang terkena suatu penyakit, berikutnya.
maka penyakit tersebut dianggap terpaut-seks (sex-
finkeA;6). Pada risiko l_:4, dianggap 3 anak berikutnya Karakter yang didapat, merupakan ciri yang ber-
akan terbebas dari kelainan. kembang pada anak akibat pengaruh lingkungan dan
Studi Genetika Kedokteran, dikembangkan melalui tidak melibatkan faktor gen, sehingga tidak diwariskan
ke generasi berikutnya.
berbagai pendekatan, yaitu: 1). Studi gineotogik, yaitu
studi kejadian (prevalensi) suatu keadaan variasi dari Gen terpaut (linkoge), yaitu sifat tertentu yang
situasi normal (rata-rata) pada suatu keluarga yang berhubungan dekat satu sama lain akan diwariskan
dibandingkan dengan-populasi umumnya yang kemudian sebagai satu kesatuan.
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKUTAR 35

Variasi Ekspresi Gen kopi kromosom, yaitu 1 kopi dari ayah dan 1 kopi dari ibu,
maka setiap individu hanya memiliki 2 alel pada satu lokus,
Penetrasi, yaitu bila ekspresi suatu gen tidak sepenuhnya
walaupun di dalam populasi dapat ditemukan bermacam-
muncul pada seorang individu seperti yang diharapkan.
macam alel untuk lokus tersebut. Misalnya terdapat 3 alel
Ekspresifitas, yaitu perbedaan fenotip yang muncul pada untuk apolipoprotein E (Apo-E), yaitu APOE2, APOE3 dan
setiap individu dari suatu gen tunggal tertentu. APOE4, sehingga seorang individ.u hanya akan memiliki
genotip APOE3/4 atau APOE4/4 atau varian lainnya. Alel
yang normal atau umum didapatkan di dalam populasi
GENOTIP DAN FENOTIP disebut wild type. Bila alel pada L lokus bersifat identik,
maka disebut homozigot, sedangkan bila berbeda disebut
Genotip adalah informasi genetik yang dimiliki oleh heterozigot. Laki-laki yang mengalami mutasi gen pada
individu, sedangkan fenotip adalah bentuk struktural atau kromosom X atau perempuan yang kehilangan salah satu
biokimia atau fisiologik yang terlihat yang dipengaruhi lokus gen pada kromosom X disebut hemizigot. Kelompok
oleh genotip dan faktor lingkungan. Himpunan gen alel yang terangkai bersama pada L lokus gen disebut
yang lengkap pada suatu individu yang berperan haplotip, misalnya bermacam-macam alel pada lokus
mengendalikan seluruh metabolisme sehingga individu antigen HLA. Beberapa mutasi yang berbeda pada 1 lokus
tersebut dapat hidup dengan sempurna disebut genom. gen dapat menghasilkan fenotip yang sama; hal ini disebut
Genom manusia terdiri dari 38.000 gen yang tersusun heterogenitos alelik, misalnya beberapa mutasi yang
dalam lokus-lokus gen di kromosom. Gen merupakan berbeda pada lokus gen b-globin akan menyebabkan 1
unit hereditas individu yang sangat berperan pada proses kelainan yang sama, yaitu talasemia-b. Sedangkan mutasi
penurunan sifat. Sel somatik (badan) memiliki 2 kopi gen pada alel yang menghasilkan lebih dari l" macam fenotip,
yang lengkap (2N) yang disebut diploid, yang berasal dari disebut hefero genitas fenotipi( misalnya mutasi pada gen
ayah dan ibu, sedangkan sel germinal (spermatozoa dan miosin VlllA, akan menghasilkan 4 kelainan yang berbeda,
ovum) hanya memiliki 1 kopi gen yang komplit (N) dan yaitu autosomol recessive deafness DFNB2, autosomol
disebut hoploid. Bentuk pasangan alternatif dari gen yang dominont nonsyndromic deafness DFNA 11, Usher L8
menempati satu lokus pada kromosom disebut o/e/. Alel syndome (conge nito I deafness, retin itis pig m entoso), dan
dapat bersifat polimorfik. Karena individu hanya memiliki 2 on atypicol voriont of Usher's syndrome. Contoh lain adalah

tr Laki-laki/perempuan Perkawinan

Perkawinan keluarga dekat


\2 Jenis Kelamin?

Perkawinan tidak sah


Petunjuk Propositus/Probandi
/
I Penderita Laki/perempuan Perkawinan tanpa anak

I Abortus
Keluarga monozigot
C Pengidap sehat

Kehamilan
Kembar Dizigot

(D Anak angkat

2 lelaki dan 3 perempuan Zigositas tak jelas

Nomor urut kelahiran

Gambar 1. Simbol dalam pedigre


i
DASAR-DASAR ILMU PENYAKTT DALAM
36

mutasi pada gen FGFR2 yang akan menghasilkan fenotip merupakan unit struktural dan fisiologik semua mahluk
sindrom Crouzon (sinosfosis krqniofasiol) atau sindrom hidup; 3). Sifat-sifat organisme tergantung pada sifat
Pfeiffer (okrosefolopotisindoktiti). Keadaan lain adalah individual selnya;4). Sel berasal dari sel pula (omnis celluLa
bila mutasi pada beberapa lokus genetik menghasilkan e cellulo) dan kesinambungan sifatnya diturunkan melalui
materi genetik yang dikandungnya.
fenotip yang sama, yang disebut heferogeneitos lokus atau
Dalam garis besarnya, sel dapat dibagi kedalam
heterogeneitos nonolelik, misal nya osteoge nesis imperfekto
yang dapat dihasilkan oleh mutasi 2 gen prokolagen yang
2 kelompok, yaitu sel prokariotik dan eukariotik' Sel
prokaryotik tidak memiliki membran inti, sehingga material
t"rUeau yaitu COL1A1 dan COL1A2 yang juga terletak
pada'2 kromosom Yang berbeda. inti termasuk DNA menempati ruang di dalam sitoplasma
yang disebut nukteoid. Mahluk hidup yang bersifat
prokariotik adalah bakteri, ganggang biru dan mikoplasma'
PEDIGRE Sedangkan mahluk hidup lain, seperti protozoa, ganggang
lain, metafita maupun metozoa memiliki sel yang bersifat
Pedigre adalah diagram silsilah keluarga dan hubungan eukariotik, yaitu memiliki membran inti yang jelas'
antar anggota keluarga yang menggambarkan anggota- Sel eukariotik memiliki struktur yang lebih kompleks
anggota keluarga yang terserang penyakit atau kondisi dibandingkan dengan sel prokariotik' Sel eukariotik
medik tertentu. Untuk mengevaluasi individu dengan memiliki pembungkus yang disebut membran sel yang
kelainan genetik, maka harus dibuat pedigre minimal tersusun atas 2 lapisan lipid dengan protein pada beberapa
dari 3 generasi. Individu yang pertama kali diketahui tempat dan berfungsi untuk menyaring keluar masuknya
menderita kelainan genetik disebut propositus (probonfl' zat-zat keluar dan ke dalam sel. Di dalam membran
Anggota keluarga yang memiliki setengah dari material plasma, terdapat sitoplasma, yaitu cairan sel yang berperan
genetik yang dimil ki oleh proband dan disebut fi rst degree sebagi media semua aktivitas fisiologis dan biokimia sel'
ielotives, misalnya saudara laki-laki atau perempuan, anak- Di dalam sel terdapat struktur penguat yang disebut
anak dan orang tua. Sedangkan anggota keluarga yang mikrotubulus yang tersusr-in atas protein tubulin, aktin
memiliki seperempat material genetik yang dimilki oleh dan miosin yang berperan pada perubahan bentuk sel'
proband, disebut second degree relotives, misalnya kakek' pemisahan kromosom ke kutub sel pada waktu mitosis dan
nenek, cucu, paman, bibi, kemenakan. kontraksi otot. Selain itu di dalam seljuga terdapat struktur
Dalam pedigre, laki-laki selalu diletakkan di kiri endomembran yang terdiri dari membran inti, retikulum
perempuan dan anggota keluarga yang satu generasi endoplasma dan kompleks Golgi. Struktur ini berperan
diletakkan pada tingkat horizontal yang sama' Masing- pada sintesis, transportasi dan ekskresi berbagai substansi
masing generasi akan diberikan nomor Romawi mulai dari didalam sel. Organel sel yanglain adalah mitokondria dan
generasi yang tertua yang tertera dalam pedigre tersebut' kloroplas yang berfungsi pada produksi energi intrasel;
sedangkan anggota keluarga dalam satu generasi diberi serta lisosom yang berfungsi pada pencernaan intrasel'
nomor Arab dengan penomoran mulai dari anggota Organel sel yang berperan pada biosintesis protein '
keluarga yang tertera paling kiri. Pada waktu membuat adalah ribosom. Ribosom tersusun atas sejumJah besar
pedigre, dianjurkan mulai dari generasi yang terakhir protein dan molekul panjang RNA yang disebut RNA
kemudian diurut ke generasi sebelumnya' rtbosomol (rRNA)' Ribosom eukariotik memiliki koefisien
sedimentasi 80 Svedberg (80 S) dan terdiri dari 2 sub unit
yang masing-masing memiliki koefisien sedimentasi 40 S
dan 60 S. Subunit 40 S yang lebih kecil tersusun atas L8
S-rRNA dan 30-40 molekul protein, sedangkan subunit 60
S terdiri dari 5 S-rRNA, 5,8 S-rRNA, 28 S-rRNA
dan 40-50
molekul protein. Di dalam sel yang menjalankan biosintesis
protein secara intensii ribosom-ribosom tersusun saling
berderetan membentuk Polisom.

Gambar 2. Contoh Pedigre keluarga PEMBELAHAN SEL

Mahluk hidup multiselular berkembang dari pembelahan


TEORI SEL
sel telur yang telah dibuahi spermatozoa yang disebut
zigot. Semua sel memiliki siklus hidup yang terdiri dari
Dalam biologi moderen, teori sel terdiri dari 4 pernyataan'
fase pembelahan (mifosis) dan fase diantara 2 mitosis
yaitu: 1"). Sel merupakan unit terkecil kehidupan; 2)' Sel
GENETIKA MEDIK DAN BIOTOGI MOLEKULAR
37

yang disebut interfose. Pada interfase, terdapat fase karena gagal bergerak cepat ke salah satu kutub sel pada
sintesis DNA yang disebut fase S. Pada fase ini, struktur anafase, sehingga akan menghasil 1 sel anak dengan 1_
inti sel akan terlihat jelas yang terdiri dari membran inti, kopi kromosom dan l- sel anak tanpa kopi kromosom.
plasma inti (nukleoplasmo, karyoplosma), kromotin dan
anak inti (nukleolus), sedangkan kromosom tidak terlihat
strukturnya. Duplikasi kromosom terjadijuga pada fase S, ASAM NUKLEAT
sehingga pada waktu mitosis, masing-masing kromosom
anak akan terbagi sama rata pada kedua sel anak, sehingga Bahan dasar inti sel adalah nuleoprotein yang dibangun
jumlah kromosom sel anak hasil mitosis akan sama dengan oleh senyawa protein dan asam nukleat. Ada 2 macam
jumlah kromosom sel induk sebelum mitosis. Mitosis asam nukleat yang berperan pada hereditas yaitu Asam
terbagi atas beberapa fase, yaiti profase, metafase, anafase deoksiribonuleat (DNA) dan Asom ribo-nukleot (RNA).
dan telofase. Pada profase, kromosom akan terpilin seperti Keduanya bertanggung jawab terhadap biosintesis protein
spiral dan mulai tampak secara mikroskopik, sedangkan dan mengontrol sifat-sifat keturunan.
membran inti dan nukleolus menghilang. Pada metafase, Struktur molekular DNA pertama kali ditemukan oleh
struktur kromosom mulai tampak jelas bentuknya dan Watson dan rick yang digambarkan sebagai tangga yang
tersusun pada bidang ekuatorial sel. Sentromer kromosom, berpilin (double helix) yang sangat panjang dimana dua
akan melekat pada mikrotubulus yang akan menarik tiang tangganya merupakan gugusan gula ribosa dan
benang-kromatid ke kutub sel pada fase berikutnya. pada fosfat, sedangkan anak tangganya merupakan pasangan
anafase, kromosom akan mem-belah secara longitudinal basa nitrogen yaitu purin dan pirimidin. Basa purin yang
pada aksisnya membentuk 2 benang kromatid, kemudian membentuk DNA adalah adenin (A) dan guanin (G),
masing-masing kromatid akan tertarik ke kutub sel. pada sedangkan basa pirimidin yang membentuk DNA adalah
telofase, membran inti dan nukleolus akan terbentuk sitosin (C) dan timin (T). Pasangan basa nitrogen pada
kembali mengelilingi kromatid yang telah terpisah di kutub molekul DNA selalu sama, yaitu A melekat pada T atau
sel, dilanjutkan dengan duplikasi sentriol dan pembagian
sitoplasma, sehingga terbentuk 2 sel anak dengan jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya
(diploid,2N).
Pada gametogenesis, terjadi pembelahan sel yang
disebut meiosis. Pada meiosis akan terjadi 2 pembelahan
(tu
sel yang berturutan dan hasil akhir dari meiosis adalah
4 sel anak dengan jumlah kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel induk sebelum meiosis. pada
spermatogenesis, hasil dari meiosis adalah 4 spermatozoa
haploid, sedangkan pada oogenesis akan dihasilkan L
ovum haploid dan3 polor bodyyang haploid. Pada meiosis Gambar 3. Mitosis
terjadi peristiwa penting, yaitu pindah silang (crossing
over) antar pasangan kromosom homolog sehingga akan
menghasilkan kombinasi gen yang baru pada kromosom
tersebut. Pada peristiwa pindah silang, 2 kromatid yang
homolog akan saling bersilangan, membentuk kiasmoto,
kemudian akan terjadi pemisahan longitudinal kedua
ffiffiffiffiffiffi
Homologous Chromatids
chromosomes
kromatid tersebut pada titik kias matanya dan terbentuk
kromatid baru dengan susunan gen yang baru. Seringkali.
gen-gen yang letak lokusnya berdekatan dalam 1
kromosom, cenderung selalu memisah bersama-sama
pada waktu meiosis, keadaan ini disebut pa utan (linkoge).
ffiffiffiffi
No cross-over
ffiffiffi
Cross-over
ffiffiffi
Double Cross-ove

Ada 2 kelainan yang berhubungan dengan meiosis, yaitu


gagol berpisoh (nondisjunciion) dan onophose log. Non-
disjunction adalah kegagalan berpisah dari kromosom
pada anafase, sehingga kedua kromatid hanya ber-
ffiffiffiffi
lO recombination
ffiffiffiffi ffiffiffiffi
recombination recombination
gerak ke l- kutub dan menghasilkan 1 sel anak dengan in gametes in gametes in gametes

2 kopi kromosom dan l- sel anak tanpa kopi kromosom. Gambar 4. Pindah silang (crossing over) dan rekombinasi
Sedangkan anophose log adalah hilangnya l_ kromatid genetik
DASAR-DASAR ILMU PENYAKTT DALAM
38
dalam nukleolus
satu rantai akan RibosomolRNA (rRNA) disintesis di
G melekat pada C. Basa nitrogen dari kemudian dilepas kedalam sitoplasma dan menetap di
ratai yang lain
U"rfurungun dengan basa nitrogen dari ribosom, berfungsi membantu biosintesis
protein'
pengulangan basa-
dengan i[atan hidrogen' Urutan dan Heterogenous RNA (hnRNA) merupakan prekursor
tidak tetap dan sangat spesifik
basa yang berpasangan itu tinggi'
dan basa mRNA yant memiliki berat molekul
irgi ,"tiup gen. Struktur yang dibangun 3l1h Oula
Small-nukleor RNA (smRNA) terdapat di dalam
nukleosido'
nitiogen yang terikat pada gulanya disebut nukleus, terdiri dari 6 tipe yaitu U, -
Uu dan berperan
pada gula dari
,"Jrngf.un p-enambahan gugus fosfat dari hnRNP dan penyatuan ekson
k n u kl eotida' fada pemutusan intron
nu tt"o"ri aa tersebut aka n membentu
dengan DNA' sehingga terbentuk RNAyang matang'
Struktur molekular RNA hampir sama
tidak panjang' Selain
tetapi hanya terdiri dari 1 rantai yang
basa T digantikan
1," grf, pua, nNn adalah ribosa dan DAN TRANSLASI
5 macam RNA' yaitu messenger REPLIKASI DNA, TRANSKRIPSI
oleli basa Urasil (U). Ada
' ribosomalRNA (rRNA)' istirahat (interfose)'
RNA (mRNA),tansfer RNA(IRNA)' Fase antara 2 mitosis disebut
fase
heterogenous RNA (hnRNA) dan
smoll nucleor RNA fisiologik normalnya'
Pada fase ini, sel melakukan aktivitas
(snRNA). berikut-nya' Interfase
di dalam nukleus termasuk mempesiapkan mitosis
Messenger RNA (mRNA) disintesis Pada fase
aapat aiUagi atas fase-fase Go, G, 9:i :,
S
satu rantai DNA dan
dan meruplkan duplikat dari salah i.,t"f ,"futukan fungsi-fungsi yan-g tidak berhubungan
dari DNA pada
berfungsi membawa informasi genetik alngun mitosis. Persiapan mitosis dilakukan
pada fase S'
Pada mRNA' tersusun basa
fror"r-biorlntesis protein' Ji *lrn, terjadi duplikasi kromosom' replikasi
DNA dan
nitrogen yang merupakan duplikasi dari basa nitrogen
kode
puar-runt.i Orun. fiap 3 basa nitrogen merupakan
amino tertentu yang
genetik yang menentukan jenis asam
suatu protein' Ketiga
il"rw dirr*n membentuk
untuk Basa

basa nitrogen tersebut disebut kodon' *trtatna U. c A ,G (qs?


Tronsler RNA (tRNA) juga disintesis
secara langsung UUU Phe UCU Ser: UAU TYr CYs U
UGU
'UnC rYr UGC CYs C
melekat asam amino U Ser'
dengan cetakan DNA' Pada tiap IRNA UUC Phe UCC
3 basa nitrogen uiASer UMStoP UGAStoP ' 'A
tertlntu. Pada sisi lain dari IRNA tersusun UUA Leu
UCG Ser UAG StbP UGG TrP'
'G
yang diangkut
sesuai dengan jenis asam amino
UUG Leu
;;;i; '
CCU'Pro CAU His
: 'CGU Arg ' U'
CUU Leu
oleh IRNA tersebut yang disebut ontikodon' '
CCCPro CAC His CGCAT9 rC
c ' CUc:Leu
CUA Lsu CCA?,re CAA'Gln CGAArg :' A
CUG Leu CCG Pro CAG Gln QGG Arg
.
'' G
AUU Ile ACUThre MU Aqn; AGU ser U

A AUC lle ACC Thr MA Asn AGC Ser


AUA lle ACA Thr AM Lys AGA 419,, , .A
'AAG
AUGMetl ACGThT LYs AGGArg" G

I GCU Ala GAU AsP CCU Gti'


U
' c' GUUVaI
lcucval GCC Ala GIY
GAC'AsP" GGC C

; ' GUAVaI GCA:Ala GAA Olu GGA Gly A

GUG Val GCG AIb] CRC CIU GGG


GIY G

Keterangan:
Ala Alanin (A) Leu Leusin (L)

Arg Arginin (R) LYs Lisin (K)

A; ArParagin (N) Met Metionin (M)


Asam ispartat (D) Phe Fenilalanin (F)

^;;
CV, Sistein (C) Pro Prolin (P)

Cin Glutamin (Q) Ser Serin (S)

(E) Thr Treonin (I)


Glu Asam Glutamat
Gly Glisin (G) TrP riPtofan (W)

His Histidin (H) TYr Tirosin (Y)

Ile Isoleusin (I) Val Valin M


(stop codon)untuk sintesis protein pada
iiop' kodon pengakh ir
rantai DNA/mRNA
* ' protein pada
kodon awal (stor codont) untuk sintesis
dan rantai ganda
Gambar 5. Stiuktur kromatin, kromosom rantai DNA/mRNA
DNA
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKULAR 39

sintesis protein histon. Histon merupakan protein inti sel di atas berulang kembali. Nukleotida DNA tersebut saling
tempat perlekatan gulungan rantai DNA yang membentuk bersambung sehingga terbentuk rantai DNA yang baru
kromosom. yang sama dengan rantai DNA yang lama. Dari mekanisme
Replikasi DNA terjadi menjelang mitosis dan meiosis, di atas jelas bahwa DNA cetakan dibaca dari arah 3' -- 5'.
tujuannya adalah membuat salinan informasi genetik Setelah replikasi DNA selesai, maka sel memasuki fase G,
didalam inti sel sehingga hasil dari mitosis dan meiosis dan siap melaksanakan mitosis atau meiosis.
adalah sel-sel yang memiliki informasi genetikyang sama Proses tronskripsi adalah proses sintesis mRNA yang
dengan sel induknya. merupakan transfer informasi genetik dari DNA ke mRNA.
Untuk replikasi DNA, dibutuhkan 4 macam nukleotida, Proses ini dikatalisis enzim polimerose RNA yang bekerja
yaitu : 1). Deoksiadenosin trifosfat (gula deoksiribosa serupa dengan polimerase DNA pada replikasi DNA'
+ adenin + trifosfat); 2). Deoksiguanosin trifosfat (gula Berbeda dengan replikasi DNA, pada proses transkripsi,
kleotidanya merupa k an ribo- n u kleotida, bu ka n
deoksiribosa + guanin + trifosfat); 3). Deoksisitidin trifosfat nu
(dula deoksiribosa + sitosin + trifosfat);4). Deoksitimidin deoksiribonukleotida. Selain itu basa Timin (T) digantikan
trifosfat (gula deoksiribosa + timin + trifosfat). oleh Urasil (U). Saat ini diketahui ada 3 macam enzim
Selain itu juga dibutuhkan berbagaienzim, yaitu : 1-). polimerase RNA, yaitu Polimerase RNA l, yang berfungsi
Helikase, berfungsi membuka rantai ganda DNA menjadi mensintesis RNA dengan koefisien sedimentasi sebesar 45
rantai tunggal DNA; 2). Single strand binding-protein S yang berperan sebagai prekursor 3 RNA ribosom (rRNA);

(SSB), berfungsi mencegah terurainya rantai tunggal Polimerase RNA ll, yang berfungsi mensintesis hnRNA
DNA yang akan berfungsi sebagai cetakan DNA baru; yang berubah menjadi mRNA danjuga sebagai prekursor
3). Topoisomerase, berfungsi mengendorkan tegangan snRNA; dan Polimerose RNA lll, yang mentranskripsikan
yang ada pada lilitan rantai ganda DNA; 4). Polimerase gen yang mengandung kode genetik untukIRNA, 55-RNA
DNA, berfungsi untuk mengikat dan menggabungkan dan snRNAtertentu. Dari prekursor RNA ini, akan terbentuk
nukleotida; 5). Ligase DNA, berfungsi menutup bagian- RNA yang berfungsi setelah melalui pematangan RNA.
bagian rantai tunggal DNA yang baru terbentuk. Setiap rantai DNA terdiri dari beribu-ribu gen yang
Replikasi DNA dimulai dengan lepasnya ikatan tergulung padat dan terikat pada protein histon untuk
hidrogen lemah antara pasagan basa nitrogen pada mencegah aktifasinya. Sebelum gen tersebut teraktifasi,
masing-masing rantai DNA, sehingga kedua rantai DNA maka gulungannya harus dilepas dari histon dan ikatan
tersebut terpisah. Kemudian molekul polimerase DNA hidrogen diantara basa nitrogennya juga harus dilepas'
melekat pada basa nitrogen yang terlepas dan memulai Kemudian enzim polimerasi RNA akan melekat pada
pengikatan basa nitrogen tersebut dengan nukleotida segmen awal dari gen tersebut yang merupakan daerah
DNAyang larut didalam nukleoplasma sesuai dengan basa promotor (elemen kontrol) yang disebul kotqk TATA,
nitrogen pada rantai tunggal DNA lama yang berfungsi yaitu suatu potongan ran{ikaian basa pendek yang kaya
sebagai cetakan, yaitu A akan melekat pada I G pada akan basa A dan T. Pada daerah teisebut melekat faktor
C, T pada A dan C pada G. Kemudian gugus 3'-OH dari transkripsi yang dapat mengatur proses transkripsi, antara
nukleotida dari DNAyang baru terbentuk bereaksi secara lain protein-protein yang disebut foktor tronskripsi bosal
nukleofilik dengan residu a-fosfat dari nukleotida baru yang akan melekat pada elemen kontrol bersama enzim
yang ditambahkan membentuk ikatan diester fosfat. poli-merase RNA. Setelah proses inisiosi maka polimerase
Setelah itu enzim polimerase DNA akan bergeser ke RNA akan bergerak dengan arah 5'@3'dan dimulai proses
bagian berikutnya dari DNA cetakan dan proses seperti tronskripsi. Enzim polimerase RNA akan memisahkan
bagian pendek rantai ganda menjadi rantai tunggal DNA
kemudian memulai ikatan hidrogen antar basa nitrogen
pada rantai DNA dengan nukleotida komplemen didalam
nukleoplasma, yaitu A dengan U, C dengan G, U dengan
A dan G dengan C. Nukleotida yang dilekatkan oleh
polimerase RNA adalah nukleotida yang spesifik untuk
rantai RNA, sehingga terhadap Adenin (A) pada rantai DNA,
polimerase RNA tidak akan melekatkan Timin (T) tetapi
melekatkan Urasil (U). Proses pembentukan rantai RNA
akan berhenti pada segmen stop commond pada rantai
DNA, dimana baik enzim polimerase RNA maupun rantai
mRNA yang telah terbentuk akan terlepas dari rantai DNA
dan proses transkripsi berakhir. Kemudian kedua rantai DNA
Gambar 6. Replikasi DNA yang semula berpisah akan menyatu kembali.
40 DASAR.DASAR IIMU PENYAKIT DALAM

. :Langkah3

Gambar 7. Transkripsi

RNA yang disintesis masih besifat imatur (disebut UAC yang membawa asam amino metionin. Metionin ini
hnRNA), karena juga mengandung segmen noncoding kemudian akan dilepas setelah protein yang utuh terbentuk.
yang tidak dibutuhkan untuk biosintesis protein, oleh Setelah ikatan ini terbentuk, maka subuni terbesar ribosom
sebab itu harus dilakukan editing dulu sehingga menjadi akan bergabung sehingga rantai mRNA akan terletak pada
mRNA yang siap untuk sintesis suatu protein. Segmen celah antara subunit besar dan kecil dari ribosom.
noncoding yang disebut intron akan diputus, kemudian Pada fase elongasi, tRNA kedua dengan antikodon
sisanya yaitu segmen yang diperlukan untuk sintesis dan asam amino yang sesqai dengan kodon pada mRNA
protein yang disebut ekson akan disatukan kembali dan di sebelah kodon awal akan melekat dilanjutkan dengan
keluar dari inti sel masuk kedalam sitoplasma. Proses penglepasan IRNA dengan asam amino yang dibawanya
pemutusan intron dan penyatuan kembali ekson disebut oleh enzim yang dikeluarkan oleh subunit besar ribosom
splicing RNA yang dikatalisis oleh kompleks RNA-protein dan pengikatan asam amino tersebut dengan asam
smoll nucleor ribonucleoprotein porticles (snRNP). Ada amino yang dibawa oleh tRNA sebelumnya dengan ikatan
5 macam snRNP, yailu Ul, U2, U4, U5 dan U6, yang peptida. Kemudian ribosom akan bergerak ke kodon
masing-masing terdiri dari L molekul snRNA dan beberapa berikutnya untuk melanjutkan proses elongasi. Asam
protein. amino yang dibawa oleh IRNA berikutnya juga akan saling
Proses trqnslasi adalah biosintesis protein melalui berikatan sehingga membentuk polipeptida yang utuh.
konstruksi berbagai asam amino menjadi polipeptida Pada fase terminosi dimana ribosom mencapai
fungsional sesuai dengann informasi genetik yang dibawa kodon stop (UAA, UAG atau UGA), yaitu pada akhir rantai
oleh mRNA. Pada biosintesis protein, terlibat mRNA, IRNA, mRNA, maka ribosom akan terlepas dari rantai mRNA dan
rRNA dan ribosom. TRNA adalah molekul RNA kecil yang meninggalkan polipeptida yang telah sempurna disintesis,
mampu mengenali kodon mRNA tertentu melalui basa sedangkan mRNA akan dipecah menjadi nukleotida yang
komplementernya yang disebut antikodon. Pada ujung akan mengalami daur ulang.
3' IRNA terikat asam amino tertentu yang sesuai dengan Dari penjelasan pada gambar 8, jelas bahwa gen
kodon mRNA yang merupakan kode genetik untuk sangat penting untuk menentukan jenis protein yang
biosintesis protein tertentu. Proses translasi terdiri dari harus disintesis. Bila terjadi mutosi (perubahan gen)
beberapa fase, yaitu inisiosi, eLongasi dan terminosi. sehingga terjadi perubahan basa nitrogen pada rantai
Faseinisiosi dimulai ketika rantai mRNA melekat pada DNA maka protein yang disintesis juga dapat salah
subunit kecil ribosom. Kodon awal (stort codon) pada mRNA sehingga akan terjadi kelainan metabolisme, karena
selalu AUG yang akan mengikat tRNA dengan antikodon protein yang disintesis pada umumnya adalah enzim
6E {EUKA MEDIK DAN BIOTOGI MOLEKULAR 4l

l--lonsation_l

I )
Langkahsepertidiro","il *
berlaniut sampai kodon stop

6ffiffi*o,
ffi-&
.W
ffi&!,-- !:*ffir
--d
!'l

Gambar 8. Biosintesis protein

yang sangat penting untuk proses metabolisme. Substansi terjadi perubahan susunan basa yang bersifat permanen.
yang dapat menyebabkan mutasi disebulmutogen. Mutasi Untuk mengatasi kerusakan DNA akibat mutasi,
merupakan salah satu faktor yang menentukan proses maka sel memiliki mekanisme reparasi. Salah satu
evolusi biologik Bila tingkat mutasi suatu sel sangat tinggi, mekanisme itu adalah dengan melakukan eksisi pada
seringkali menyebabkan kematian sel tersebut, sehingga kedua sisi bagian DNAyang berubah oleh enzim nukleose,
sel memiliki mekanisme reparasi yang dapat memperbaiki kemudian dengan bantuan urutan basa pada untai DNA
perubahan-perubahan DNA akibat mutasi. yang berlawanan, bagian yang dipotong tadi akan diisi
Mutasi dapat terjadi secara spontan atau akibat kembali oleh polimerase DNA kemudian celah potongan
mutagen eksternal, yaitu mutogen fisik dan mutagen pada kedua sisi tersebut akan ditutup oleh ligose DNA.
kimio. Yang termasuk mutagen f,sik adalah radiasi, baik Mekanisme lain adalah melalui reoktifosi cahoya, di mana
radiasi oleh sinor pengion maupun sinar ultro violet. dimer timin sebagai hasil mutasi oleh sinar ultraviolet akan
Sedangkan yang termasuk mutagen kimio adalah osom diikat oleh fotoliose yang dapat memecah dimer timin
nitrit, metilnitrosamin, zot karsinogenik (penyebab kanke), menjadi timin tunggal bila terkena cahaya. Mekanisme
dan sebagainya. Asam nitrit akan menyebabkan deaminasi reparasi yang lain adalah melalui rekombinasi, dimana
basa sehingga mengubah sitosin menjadi urasil dan adenin DNA yang berubah tidak direplikasikan dan diisi oleh
menjadi inosin,-akibatnya pada replikasi selanjutnya akan untaian DNA yang direplikasikan secara tepat.
42 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

KROMOSOM dari 2 lengan pendek atau 2 lengan panjang, sehingga


kedua lengannya memiliki gen-gen yang sama.
Kromosom adalah benang-benang pembawa sifat Untuk identifikasi kromosom, dapat dilakukan
keturunan yang berada didalam inti sel. Kromosom pewarnaan Giemsa (G-banding) sehingga kromosom akan
pertama kali ditemukan oleh Flemming pada tahun 1877. menunjukkan gambaran pita-pita horizontal spesifik yang
Gen yang merupakan materi pembawa sifat keturunan menetap, sehingga dapat ditetapkan nomenklaturnya.
terletak di dalam lokus-lokus didalam kromosom. Selain itu, kromosom pada metafase dapat disusun dalam
Kromosom tersusun atas rantai DNA yang panjang format baku mulai dari kromosom yang terpanjang sampai
yang terpilin rapat pada protein inti yan disebut histon. yang terpendek dan diakhiri dengan kromosom seks.
Bagian rantai DNA yang mengelilingi histon membentuk Format ini disebut karyotip.
kompleks bersama histon yang disebut nukleosom. Histon Pada tahun 1956, Tjio dan Levan mendapatkan bahwa
merupakan protein kecil yang bersifat alkalis yang banyak jumlah kromosom manusia adalah 46 buah (23 pasang)
mengandung arginin dan lisin. Karena bersifat alkalis, yang terbagi atas 2 tipe kromosom, yaitu: o). Autosom,
'histon akan terikat erat pada DNA yang bersifat asam. berjumlah 44 kromosom (22 pasang); b). Kromosom seks,
Ada 5 macam protein histon, yaitu HL, H2A, H2B, H3 dan berjumlah 2 kromosom (1- pasang) yang menentukan jenis
H4. Histon H2A,H2B, H3 dan H4 merupakan histon utama kelamin seseorang. Kromosom seks pada laki-laki adalah
yang dibalut 200 pasangan basa DNA dalam1-3/q putaran XY, sedangkan pada perempuan adalah XX.
membentuk kompleks nukleosom; sedangkan histon H1, Penulisan jumlah kromosom menggunakan sistem
terletak di atas nukleosom dan berfungsi mengikat L tertentu yang dimulai dengan jumlah kromosom,
nukleosom dengan nukleosom lain. Di dalam nukleosom, karakteristik kromosom seks, diikuti dengan kode
histon H2A, H2B, H3 dan H4 membentuk oktome4 yang kelainan kromosom bila ada. Lengan pendek kromosom
terdiri dari tetramer H3 dan H4 di intinya dan 2 dimer diberi kode p, sedangkan lengan panjang diberi kode
H2A-H2B pada kedua permukaannya. q. Kode +/- dimuka nomor kromosom menunjukkan
Selain histon, didalam inti sel juga terdapat protein bertambah/berkurangnya kiomosom pada nomor yang
inti yang lain yang disebut protein nonhiston, misalnya bersangkutan, sedangkan kode +/- setelah nomor
protein struktural, enzim dan faktor transkripsi. kromosom menunjukkan bertambah/berkurangnya
Kromosom terdiri dari 2bagian yang sama dan paralel bagian kromosom nomor tersebut. Kromosom pada laki-
satu sama lain yang disebut kromotid. Di dalam kromatid laki normal ditulis 46,XY; sedangkan pada perempuan
terdapat 2 pita berbentuk spiral yang disebut kromonemo. normal menjadi 46,XX. Bila karena satu dan lain hal terjadi
Bagian ujung-ujung dari kromosom disebut telomer kelebihan atau kekurangan kromosom seks maka dapat
yang berfungsi menjaga agar ujung-ujung kromosom dituliskan seperti 45,XO; a7,IXX; 47, XXY; 47,XW. Pada
tidak saling melekat. Kedua kromatid dihubungkan satu Penderita sindrom down didapatkan jumlah 3 kromosom
sama lain oleh sentromer. Menurut letak sentromernya,
kromosom dapat dibagi atas: o). Metosentris, yaitu bila
letak sentromer tepat ditengah-tengah kromosom; b).
Submetasentris, bila letak sentromer kearah salah satu
ujung kromosom, sehingga kromosom terbagi 2 tidak
sama panjang; c). Akrosenris, bila letak sentromer hampir
di salah satu ujung kromosom; d). Telosentris, bila letak
kromosom di salah satu ujung kromosom.
Adanya perbedaan letak sentromer, akan membagi
kromosom menjadi 2 lengan, yaitu lengan pendek yang
disebut lengan p dan lengan panjang yang disebut
lengan q. Pada waktu proses mitosis dan meiosis, maka
sentromer akan membelah sehingga masing-masing
kromatid dapat ditarik ke kutub sel pada anafase.
Dalam keadaan normal, sentromer akan membelah
secara longitudinal, sehingga tiap anak kromosom
akan terdiri dari kromatid yang memiliki gen yang sama
dengan kromosom induknya. Tetapi pada sel-sel yang
mengalami radiasi, pembelahan sentromer dapat terjadi
secara transversal, sehingga akan dihasilkan bentuk
isokromosom, yaitu kromosom anak yang hanya terdiri Gambar 9. Nukleosom
GEIEIIXA TIEDII( DAN ENOLOGI MOLEKULAR 43

no 21 (trisomi), ditulis 47,XX,+21,, sedangkan pasien tampak pada sediaan hapus darah tepi.
dengan 1 kromosom no 21- (monosomi) ditulis 45,XX,-2L. Kromatin Y merupakan bagian dari lengan panjang
Individu dengan karyotip 46,XY18q- menunjukkan laki- kromosm Y yang tampak lebih terang berfluoresensi
laki dengan kromosom no 1-8 yang kehilangan lengan dibandingkan bagian lain dari kromosom Y atau kromosom
panjangnya. yang lain. Pemeriksaan kromatin Y dapat dilakukan pada
semua sel, tetapi biasanya diambil dari sediaan hapus pipi
atau sedian hapus darah tepi.
DETERMINASI SEKS Determinasi seks, kadang-kadang tidak sempurna,
seperti pada keadaan lnterseks atau Hermofroditisme
Ada beberapa beberapa hal yang harus diperhatikan (Yunani: Hermes'. dewa pencipta atletik; Aphroditus'. dewi
pada determinasi seks (penentuan jenis kelamin), yaitu percintaan). Ada 2 macam hermafrodit, yaitu:
kromosom ssk5,l gonad, morfologi genitalia eksterna. . Hermafroditisme sejoti, yailu bila individu tersebut
morfologi genitalia interna, hormon seks, asuhan seks memiliki baik jaringan testes maupun ovum. Pada
(peran orang tua yang akan menentukan perilaku keadaan ini, sulit menentukan jenis kelamin secara
seseorang tergantung pada jenis kelaminnya) dan anatomis, sehingga harus dilakukan pemeriksaan
perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya. Kromosom seks kromosom seks dan kromatin seks.
menentukan jenis kelamin secara genetis dan sampai saat . Pseudohermafroditisme yaitu bila individu tersebut
inri dikenal beberapa tipe penentuan jenis kelamin menurut hanya memiliki testes atau ovum saja, tetapi
lnomosom seks, yaitu tipe XY, XO, ZW ZO dan ploidi. rudimenter. Ada 2 macam:
Tipe XY, didapatkan pada manusia danlalal Drosophilo - Pseudohermofroditisme loki-loki, genotip 46 XY,

melonogosten Pada tipe XY individu betina akan memiliki memiliki testes, tetapi genitalia eksternal tidak
kromosom seks XX, sedangkan individu jantan memiliki berkembanQ. Contoh: mosaikisme sindrom Turner
kromosom sex XY. (4s,xo/46,xY
Tipe XO, ditemukan pada banyak serangga, dimana Pseudohermofroditisme perempuan, genotip
serangga betina akan memiliki kromosom XX, sedangkan 46,XX, memiliki ovarium, genitalia eksternal
serangga jantan memiliki kromosom XO. mengalami virilisasi. Contoh: hiperplasia adrenal
Tipe ZW ditemukan pada beberapa burung, kupu- kongenital (defsiensi 11-hidroksilase atau
kupu dan beberapa jenis ikan. Disini, individu jantan 2l--hidroksilase), androgen atau progesteron
akan bersifat homozigot, yaitu memiliki kromosom maternal, kelainan lokal.
ZZ, sedangkan individu betina memiliki kromosom
heterozigot, yaitu ZW.
Tipe ZO dimiliki oleh unggas, yaitu ayam dan itik, KETAINAN"MONOGEN.
dimana unggas betina akan memiliki kromosom ZO,
sedangkan unggas jantan memiliki kromosom ZW. Kelainan monogen adalah kelainan pada L gen sehingga
Tipe ploidi dimiliki oleh serangga yang dapat melakukan menimbulkan perubahn pada hanya L fenotip. Kelainan ini
portenogenesrs, yaitu sel telur yang dapat membentuk relatif lebih mudah dikenali dibandingkan kelaiqan poligen.
makhluk hidup baru tanpa dibuahi spermatozoa. Pada Ada beberapa kelainan monogen, yaitu kelainan yang
keadaan ini, individu haploid akan berjenis kelamin jantan, diturunkan secara outosom dominon, outosom resesif,
sedangkan individu diploid akan berjenis kelamin betina. rangkai-X dominon, rongkoi-X resesif dan rongkoi-Y
Selain dengan menentukan kromosom seks, Pada kelainan monogen yang diturunkan secara
determinasi seksjuga dapat dilakukan dengan memeriksa outosom dominon, kelainan akan bermanifestasi baik
kromotin seks. Ada 2 macam kromatin seks, yaitu kromatin dalam keadaan gen tersebut dominan homozigot maupun
X dan kromotin Y. heterozigot, sedangkan individu yang memiliki gen resesif
Kromatin X, merupakan pemunculan kromosom X yang homozigot akan normal. Contoh kelainan yang diturunkan
tidak aktif. Pada perempuan yang memiliki 2 kromosom secara autosom dominan adalah okondroplasio, yang
X, akan memiliki l- kromatin X yang menunjukkan bahwa bersifat letal bila dalam keadaan homozigot; otosklerosis
L kromosom X adalah kromosom yang aktif, sedangkan 1- dominan, hiperkolesterolemia fomiliol, penyokit giniol
kromosom X yang lain tidak aktif. Bila seseorang memiliki polikistik podo dewasa, penyokit Huntington, neuro-
2 kromatin X, maka berarti individu tersebut memiliki 3 fibromotosis tipe l, distrofi miotonik, poliposis koli dan
komosom X yang terdiri dari l- kromosom X yang aktif dan sebagainya.
2 kromosom X yang tidak aktif. Kromatin X akan tampak Ciri-ciri kelainan yang diturunkan secara autosom
sebagai badan Borr pada sediaan hapus mukosa pipi atau dominan: a). Kelainan terlihat pada setiap generasi dan
pemukul genderang pada lekosit polimorfonuklear yang diturunkan secara vertikal; b). Pada 1 generasi, jumlah
DASAR-DASAR ILMU PENYAIGT DATAM
44

$tH H
normal heterozigot menikah, rnaka 25o/o anaknya akan
IE
i# *! j4 56
tt= menjadi pasien homozigol,25'/o homozigot normal dan
50% heterozigot normal'

&T
*5
** %fi $#
I
fr$
10
qr qF
Kelainan monogen yang diturunkan secara rongkai-X
dominon, jarang ditemukan dan disebabkan oleh gen
dominan yang terletak di kromosom-X' Kelainan ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: a). Perempuan akan terserang
** #* k*
,l ,4 15
ffiffi
t6
$$ s$ lebih banyak 2 kali dibandingkan laki-laki; b)' Perempuan
heterozigot akan menurunkan gen tersebut pada kedua
exi #H ** r*
,,p'd t
jenis kelamin anak-anaknya dengan perbandingan 1:1; c)'
19 tli 2r iaki-laki hemizigot hanya akan menurunkan gen tersebut
ke anak perempuannya dan tidak ke anak laki-lakinya;
d)'
Ekspresi klinisnya bervariasi, biasanya laki-laki hemizigot
$ambar 10. Karyotipe laki-laki normal akan menunjukkan gambaran klinis yang lebih berat
dibandingkan perempuan heterozigot'
Contoh kelainan yang diturunkan secara rangkai-X

4rlm ##
ftm # #
dominan adalah vitamin D-resistant rickefs' Pada beberapa
*p *{.
t6
keadaan, kelainan yang diturunkan secara rangkai-X
dominan dapat menyebabkan letal pada laki-laki
hemizigot, sehingga tidak ada pasiennya yang laki-laki'
#B ## h$ Hp k,#r &$ Kelainan monogen yang diturunkan secara rongkoi-X
resesif, disebabkan oleh gen resesif yang terletak
di
ff* *#
$$ffi &p tp "e&
,i
t** tit xr
'u
kromosom-X. Pada perempuan, bila didapatkan
resesif pada salah satu kromosom-X nya, maka secara
gen

FF ffi# +* #* ##
r{ :l{ }! 1:
klinis dapat dalam keadaan normal, karena ekspresi gen
tersebut tertutup oleh gen dominan pada kromosom-X
x?
yang satunya lagi, tetapi bila gen resesif ini terdapat
Gambar 11. Karyotip perempuan normal pada kromosom-X pada laki-laki, maka ekspresinya
akan muncul. Contoh kelainan yang di-turunkan secara
rangkai-X resesif adalah butowq rna mero h - h ii o u, he m ofilio'
pasien dan jumlah individu yang normal sama jumlahnya;
defisiensi G6PD dan distrofi \tltskulor Duchene'
c). Perbandingan pasien laki-laki dan perqnpuan sama
jumlahnya. Ciri-ciri kelainan yang diturunkan secara rangkai-X
resesif adalah: a). Kelainan ini akan diekspresikan secara
Pada kelainan monogen yang diturunkan secara
penuh pada laki-laki hemizigot; b)'Perempuan heterozigot
outosom resesif, manifestasinya hanya akan tampak bila
biasanya normal, kadang-kadang dapat menunjukkan
gen tersebut dalam keadaan homozigot' Dalam keadaan
kelainan yang ringan; c). Perempuan heterozigot akan
heterozigot, kelainan ini tidak akan tampak karena tertutup
menurunkan gen tersebut ke separuh anak laki-lakinya'
oleh gen yang dominan. Oleh sebab itu kelainan ini dapat d)'
sedangkan separuh anak laki-lakinya yang lain normal;
tersembunyi sampai beberapa generasi sampai terjadi separuhnya
Anak perempuan dari perempuan heterozigot'
perkawinan dengan sesama pengemban gen resesif
bersifat pembawa heterozigot, sedangkan separuhnya
iersebut. Ekspresi 9en ini akan dipercepat bila terjadi
bersifat normal; e). Seluruh anak perempuan dari pasien
perkawinan sepupu. Contoh helainan yang diturunkan
laki-laki yang menikah dengan perempuan normal adalah
secara autosom resesif adal ah olbinisme, hemokromotosis'
pembawa, sedangkan anak laki-lakinya normal (no fother-
fibrosk kistik, fenitketonurio dan lain sebagainya'
to-son tronsmission); f). Pernikahan antara pasien laki-laki
Ciri-ciri kelainan yang diturunkan secara autosom
dan perempuan heterozigot akan memberikan separuh
resesif: a). Kelainan tidak terlihat pada setiap generasi; b)'
pasien perempuan homozigot, separuh anak perempuan
Orang tua secara klinik normal; c)' Pasien dapat laki-laki
pembawa heterozigot, separuh pasien laki-laki dan
atau perempuan; d). Bila pasien menikah dengan orang
separuh anak laki-laki normal.
normal homozigot, maka semua anaknya akan menjadi
Kelainan monogen yang diturunkan secara rongkoi-\'
pembawa heterozigot, tetapi secara klinis normal; e)' Bila
akan diturunkan dari ayah kepada semua anak Iaki-lakinya'
pasien menikah dengan orang normal heterozigot, maka
sedangkan anak perempuannya dalam keadaan normal'
separuh anak-anaknya akan menjadi pasien, dan separuh
Contoh kelainan ini adalah hipertrikosis, yaitu tumbuhnya
lagi normal; f). Bila 2 pasien homozigot menikah' maka
rambut yang panjang pada daun telinga'
semua anaknya'akan menjadi pasien; g)' Bila 2 orang
€ENENXA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKULAR 45

Penyakit Gaucher

Hemofilia Kanker kolon turunan I herediter


Neurofibromatosis tipe 2, \ Retinitis pigmentosa
\ \./
Sindrom Down '\1 Penyakit Huntington
Srrerosis lateral amiotrofik (ALQ

Deflsiensi ADA --
Polip kolon turunan / herediter

Hiperkolesterolemia

Ataksia spinoserebelar
Distrofi miotonik '.--
Cystic Fibrosis

Amiloidosis.--

Kanker Payudara -
..-....
Penyakit Ginjal Polikistik-
--/ Melanoma maligna
(kanker Kulit)

Penyakit Tay-Sach(

penyakit Alzheimer' Neoplasma Endokrin Multipel tipe 2

Retinoblastoma

Gambar 12. Peta kromosom manusia

tl

ilt

IV
45678
A. 56p'p6rnetrant individual

II

ilt

IV
45 2 3 4, 5 6

C.

Gambar 13. (a) Pedigre autosomal-dominan; (b) Pedigre autosomal-resesif; (c) Pedigre X-linked-dominan; (d) Pedigre X-linked-resesif
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
46

KELAINAN POLIGEN (MULTIFAKTORIAL) Aberasi numerik kromosom adalah penyimpangan


jumlah kromosom sehingga jumlah kromosom seseorang
Pada umunya beberapa kelainan kongenital (seperti defek tidak 46. Aberasi numerik kromosom dapat merupakan
neurol tube, labioskiziz, palatoskizis, labiopalatoskizis, defek kelipatan dari keadaan haploid (N), disebut euploidi
dindingjantung) dan beberapa kelainan pada orang dewasa sedangkan yang bukan merupakan kelipatan haploid
(diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, (N) disebut oneuploidi. Euploidi yang pernah ditemukan
pada jaringan abortus adalah triploidi, contoh 69, XXX;
skizofrenia) diturunkan melalui banyak gen maupun faktor
lingkungan. Kelainan ini disebut kelainon poligen' Faklor 69, XXY Pada aneuploidi, jumlah kromosom pada salah
predisposisi genetik kelainan ini sangat luas dan heterogen satu nomor dapat hanya 1, disebut monosomi, atau
dan sebagian besar belum diketahui. Sebagai contoh, pada lebih dari 2, disebut polisomi. Polisomi dapat dibagi atas
DM tipe 2, diketahui melibatkan banyak gen yang berperan,
trisomi (jumlah kromosom pada salah satu nomor ada 3)'
seperti gen-gen yang mempengaruhi perkembangan tetrosomi alau pentasomi. Sampai saat ini, hanya dikenal L
atau fungsi pulau Langerhans pankreas; gen-gen yang macam monosomi, yaitu monosomi kromosom X (Sindrom
berperan pada glucose sensing; gen-gen yang berperan Turner; 45, XO). Polisomi yang banyak dikenal adalah
pada sensitivitas insulin dan sebagainya. trisomi. misalnya trisomi 2L {sindrom Down; 47, XX+21
Ciri-ciri kelainan poligen: 1). Terdapat kesamaan angka alau 47, XY, +2L), trisomi 18 (Sindrom Edwords; 47, XX,
kejadian (sekitar 3-5%) diantara first degree relotives' L8 atau 47 , XY, +L8), trisomi L3 (Sindrom Potau; 47 , XX,
+
+13 atau 47, XY, +!3), Sindrom Klinefelter (47, XXY atau
Walaupun demikian tidak didapatkan peningkatan risiko
pada anggota keluarga yang lebih dari second degree 47, XYY, Sindrom triPlo'X (47, XXX)'
relat:ives; 2). Risiko kejadian tergantung pada insidens Aberasi bentuk kromosom, adalah perubahan pada
penyakit; 3). Beberapa penyakit memiliki kecenderungan bentuk kromosom sehingga salah satu atau kedua lengan
predileksi jenis kelamin tertentu, misalnya artritis reumatoid kromosom memendek atau memanjang. Ada beberapa
lebih banyak ditemukan pada perempuan, penyakit macam aberasi bentuk kromosom, yaitu L)' Delesi (del),
Hirschsprung lebih banyak pada laki-laki, ulkus peptikum yaitu pemendekan lengan kromosom, misalnya 46, XY del
lebih banyak pada laki-laki, stenosis pilorus banyak pada (5) (p25) (cri du chot syndrome), artinya pada kromosom
laki-laki, sedangkan dislokasi sendi panggung kongenital nomor 5 telah terjadi kehilangan bagian pada lokasi
juga banyak ditemukan pada perempuan. Risiko anak- pita p25; del (13) (q14), yaitu delesi kromosom 13 pada
laki-laki yang ibunya menderita stenosis pilorus infantil lokasi pita q14 yang menyebabkan retinoblastoma; 2)'
adalah 18%, sedangkan bila hanya ayahnya yang menderita Adisi, yailu bertambah panjangnya lengan kromosom,
kelainan yang sama, risiko anak laki-lakinya hanya 5 %; baik karena pemindahan materi genetik dari kromosom
4). Risiko saudara kembar identik untuk mendapatkan lain (tronslokosi), atau diiplikasi materi genetik yang
kelainan yang sama adalah kurang dari100%, tetapi jauh ada pada kromosom tersebut. 3). Kromosom cincin (ring
lebih banyak dibandingkan risiko yang dimilki oleh saudara chromosome, r), yaitu adanya delesi pada ujung lengan
kembar non-identik atau saudara lainnya;5). Risiko kejadian pendek dan lengan panjang kromosom, kemudiah
akan makin meningkat bila didapatkan kejadian yang kedua ujung tersebut bersatu. Contoh: 46, XY r(3)
menyerang lebih banyak anggota keluarga. Misalnya risiko (p26@q29); 4). lsokromosom(i), yaitu kromosom yang
kejadian labioskizis maupun palatoskizis hanya 4% untuk kedua lengannya sama-sama panjang atau sama-sama
pasangan yang memiliki l- anak yang terserang labioskizis pendek. Contoh : 46, XX, i(Xq); 5). Duplikasi (dup), yaitu
atau palatoskizis; tetapi risiko tersebut akan menjadi 9% bagian dari kromosom memiliki gen-gen yang berulang'
bila ada 2 anak yang terserang; 6). Risiko kejadian akan Kromosom yang mengalami duplikasi akan berakibat
makin tinggi bila kelainan semakin berat. Seorang anak letal pada manusia, walaupun berada dalam keadaan
yang menderita penyakit Hirschsprung yang panjang akan heterozigot. Duplikasi pada bagian kecil dari kromosom
memiliki saudara yang berisiko lebih tinggi dibandingkan disebut mikroduptikasi, yang dalam keadaan heterozigot
dengan anak yang menderita penyakit Hisrchsprung lebih dapat menyebabkan kelainan tertentu, misalnya Sindrom
pendek. Beckwith-Wiedermann yang terjadi akibat duplikasi
kromosom 11 pada lokasi pita p15 [dup(11)(p15)] dan
sindrom Charcot-Marie-Tooth tipe 1-A (CMTIA) yang
ABERASI KROMOSOM terjadi akibat duplikasi kromosom t7 pada lokasi pita p11'2
dari
Idup(17Xp11.2)1; 6). lnversi (inv), yaitu bila sebagian
Aberasi kromosom adalah penyimpangan keadaan normal kromosom mengalami rotasi 180o sehingga urutan gennya
kromosom. Ada beberapa jenis aberasi kromosom, yaitu terbalik. Ada 2 macam inversi,.yaitu inversi porasentris,bila
oberasi numerik kromosom, oberasi bentuk kromosom dan sentromer berada di luar bagian yang mengalami inversi;
oberasi mosoik kromosom.
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKUTAR 47

dan inversi perisentris, bila sentromer berada di dalam sehingga membentuk L kromosom yang utuh; translokasi
bagian yang mengalami inversi. Contoh : 46,XYinv(3) i n i d isebut tro n sloka si Ro b e rtson atau f u si se ntrik Co nto h:

(q26q29), yaitu inversi parasentris pada kromosom 3 46,XY,t(9 ;22) (q 3a, q 1 1), ya i t u t ra n s I o ka s i se ba g i a n se g m e n

pada lokasi antara pita q26 dengan q29; dan 46,XYinv(11) kromosom 9 ke kromosom 22, yang dikenal sebagai
(p15q1a), yaitu invesi perisentris kromosom 1L pada kromosom Philadelphia (kromosom Ph), yang didapatkan
lokasi antara pita p15 dengan qL4;7).Tronslokosi (t), yaitu pada pasien lekemia granulositik kronik; dan 46, XX,
bila sebagian dari suatu kromosom pindah ke kromosom t(13;14) (p11,q11), yaitu fusi sentrik kromosom 13 dan
lain. Perpindahan ini dapat besifat resiprokal (berpindah 1,4; 8). lnsersi (ins), yaitu salah satu bentuk translokasi,
tempat) atau tidak resprokal. Translokasi juga dapat dimana potongan kromosom berpindah menyelip diantara
terjadi dengan penggabungan 2 kromosom akrosentrik pita-pita kromosom yang ada atau kromosom lainnya.

B e rt.,t
HE
1214
E& nd 6€ #*
Hg
ffi#
trl@
56

Fd p s"t, .

;:; ffir*
'
6B f& r+m itB *j*:
r*
, E l0 t
'

ffi* 5& e* && e# e. .3,

: t{+ : +i i4-
1, ,e s+. .*
' E"r
19 ?ii ii ?:
T

Gambar 14. Trisomi 21: (a). Wajah dan lipatan palmar tunggal; (b) Karyotip

,,ii
!+
P.l

J:1
!.i
i
i
stl i
a
lU;i

o,l
ili,
i
. ji -..,
5,;1 i
iq.
,t
-H_
(a) (b)

Gambat X5. (a) Sindrom Klinefelter; (b) Sindrom Turner; (c)Trisomi 13


48 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

+**
el-
* Irr
rG*
I
***;f* tlf Iffi E*l
E#e3*f
ITt.
t13 *€$ *r# IB lt
1F#
i:

lrt tg itt
.t
ir$, #sG $&#
t: i4 t3 ln i:

a** *HS r*- {# +


5&lt
rtt{-!1:: stu *
(b)

Gambar 16. Triploidi (a) Disproporsi kepala dan badan, sindaktili; (b) Kariotip

Contoh: 46, XY, ins (1;5) (q31;q13), artinya delesi pada Kelainan kromosom yang lain adalah genomic
pita q13 kromosom 1 yang mengalami insersi pada pita imprinting, dimana fenotip sangat tergantung pada orang
q13 kromosom 5. tua yang membawa gen atau segmen kromosom tersebut.
Keadaan ini didapatkan pada Prader-Willi Syndrome (PWS)
Aberasi mosaik kromosom adalah keadaan dimana
dan Angelmon Syndrome (AS). Pada PWS, 60% kasus
sel-sel pada satu tubuh memiliki pola kromosom yang
"mengalami disomi uniparental maternal pada kromosom
berlainan. Contoh: 46,XX/45,XO, berarti pada tubuh
15 (kehilangan kromosom 1} paternal), sedangkan 5%
individu tersebut terdapat 2 jenis sel yang berbeda
kasus AS mengalami disomi uniparental paternal pada
kromosomnya, yaitu 46,XX dan 45,XO. Seseorang dengan
genotip 45,XO/46,XX/47,XXY, berarti memiliki jenis
kromosom 15 (kehilangan kromosom 1-5 maternal).
3 sel
Dengan demikian kelainan ini hanya diturunkan dari
yang berbeda kromosomnya.
salah satu orang tua yang kebetulan memiliki gen pada
Kelainan kromosom yang lain adalah fragile site,
kromosom 15 yang mengekspresikan kelainan. Walaupun
disomi uniporentol dan genomic imprinting.
kromosom tempat lokus gen tersebut sama, tetapi
Fragile sife adalah bagian kromosom yang cenderung fenotipnya berbeda. Bila diturunkan dari maternal, maka
terlepas dari kromosom induknya. Contoh yang spesifik akan timbul fenotip eWS, yanlj"ditandai oleh obesitas,
adalah Fragile X syndrome dimana frogile sife terletak hipogonadisme, dan retardasi mental daii ringan sampai
pada kromosom X pada lokasi pita q27.3. Kelainan ini sedang; sedangkan bila diturunkan dari. paternal akan
akan memiliki fenotip laki-laki dengan retardasi mental. menimbulkan fenotip AS, yang ditandai oleh mikrosefali,
Gejala klinik yang lain adalah mokroorkidisrne, dan wajah gaya berjalan taksik, kejang dan retardasi mental berat.
yang khas yang menunjukkan muka yang panjang, rahang Kedua jenis kelamin dapat terserang dengan frekuensi
yang prominen dan telinga yang besar. Pada perempuan yang sama.
heterozigot, akan mengakibatkan retardasi mental pada
berbagai tingkatan.

Disomi uniparenfol terjad i bi la pasangan kromosom pada GENETIKA MITOKONDRIA


f. individu dengan jumlah kromosom yang sama berasal
dari 1 induk. Bila kedua kromosom tersebut identik, maka Ada 2 organel sel yang memiliki DNA sendiri selain
disebut isodisomi uniparentol, sedangkan bila kedua inti sel, yaitu plostida, pada sel tumbuh-tumbuhan dan
pasangan komosom tersebut berbeda, tetapi berasal dari mitokondria pada semua sel eukariotik.
1 induk, maka disebut heterodisomi uniporental. Fenotip Mitokondria diduga merupakan hasil endosimbiosrs sel
akibat kelainan ini tergantung dari banyak hal, misalnya prokariotik (bakteri) dengan sel eukaryot yang merupakan
kromosom yang terlibat, keadaan kedua orang tua dan sel hospes. Ukuran mitokondria hanya sebesar bakteri dan
apakah bentuknya isodisomi atau heterodisomi. Disomi merupakan 25% dari volume sel, karena pada setiap sel
uniparental maternal pada kromosom 2,7, L4, 15 dan eukaryot ditemukan sekitar 2000 mitokondria.
disomi uniparental paternal pada kromosom 6, 11, 15,20 Mitokondria merupakan organel penghasil energi
berhubungan dengan fenotip gangguan pertumbuhan secara biokimiawi dalam bentuk ATP melalui fosforilosi
dan tingkah laku. oksidotif yang sangat efisien, dimana pada orang dewasa,
GENMKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKULAR 49

dihasilkan 1 kg ATP/kgBB/hari. Di dalam mitokondria total protein mitokondria, sedangkan kandungan protein
terjadi perubahan asam piruvat menjadi asetil-KoA, membran luar hanya 6%. Berdasarkan fungsinya, protein
daur asam sitrat, rantai pernapasan, penghancuran membran dalam mitokondria dalapat dibagi dalam 3

asam lemak melalui oksidasi-b, dan sebagian daur urea. kelompok, yaitu enzim dan komponen rantai pernapasan,
Selain itu, mitokondria juga berperan pada apoptosis sel pengemban spesifik yang mengatur transpor metabolit
yang bersangkutan melalui penglepasan sitokrom-c dan keluar masuk matriks mitokondria melalui membran
homeostasis ion Ca2*. dalam; dan ATP sintase yang berperan pada produksi ATP
Mitokondria memiliki 2 membran, yaitu membran di dalam matriks mitokondria. Rantai respirasi terdiri dari
luar dan membran dalam. Ruang diantara membran 4 kompleks multipeptida dan 2 pengangkut elektron yang
luar dan membran dalam disebut ruang antar membran. bebas bergerak, yaitu ubikuinon (Koenzim Q CoQ) dan
Membran bagian dalam berlipat-lipat mengelilingi sitokrom c. Keempat kompleks enzim rantai pernapasan
ruang matriks yang disebut krista. Adanya krista adalah KompLeks I (NADH-ubikuinon oksidoreduktose);
membuat permukaannya menjadi luas dan meningkatkan Kompleks ll (suksinqt-ubikuinon reduktase); Kompleks lll
kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran (ubikuinol-sitokrom c oksidoreduktose); dan Kompleks lV
luar mitokondria mengandung sejumlah protein yang (sitokrom oksidqse). Kompleks enzim rantai pernapasan
dis'ebut porin yang berperan membentuk pori-pori kecil bersama dengan pengangkut elektron dan ATP sintase
yang memungkinkan molekul-molekul berukuran < be rsa ma -sa ma menyusu n sistem fosfo rilo si oksid atif. Bahan
5kDa lolos dan masuk ke dalam ruang antar membran. makanan (karbohidrat, lemak, protein) akan diuraikan
Sebaliknya membran dalam bersifat impermeabel, melalui asetil-KoA untuk menghasilkan molekul berenergi
sehingga molekul-molekul tersebut tidak dapat masuk tinggi NADH dan suksinat. Keduanya akan mengalami
ke dalam matriks mitokondria. Kandungan protein serangkaian reaksi oksidasi dan melepaskan energi yang
rnembran dalam mitokondria sangat tinggi, sekitar 21% akan dimanfaatkan oleh ATP sintase utntuk membentuk

coilr
ATP ase 6
coil K

ase 3

Gambar X7. DNA Mitokondria. A=Alanin; R=Arginin; N=Asparagin; D=Asam Aspartat; C=Sistein; Q=Glutamin; E=Asam Glutamat;
G=Glisin; H=Histidin; I=lsoleusin; L=Leusin; K=Lisin; M=Metionin; F=Fenilalanin; S=Serin; T=Treonin; W=Triptofan; Y=Tirosin;
V=Valin
_-"=:==i.

DASAR-DASAR IIMU PENYAKIT DALAM


50

1 molekul ATP dari 1 molekul ADP dan fosfat inorganik. f-Met-tRNA, Ala-IRNA, Asn-tRNA, Cys-tRNA, Tyr-tRNA,
Oksidasi tiap molekul NADH akan menghasil 3 molekul Trp-tRNA, Ser-tRNA, Asp-tRNA, Lys-tRNA, Gly-tRNA,
ATP, sedangkan oksidasi tiap molekul suksinat hanya akan Arg-tRNA, His-tRNA, Glu-IRNA, Thr-tRNA dan Pro-tRNA.
menghasilkan 2 molekul ATP. Pada mtDNA terdapat daerah yang tidak menyandi protein
Seperti dijelaskan di muka, mitokondria memiliki yang disebut D-loop (displacement loop) sepanjang LL22
DNA sendiri yang diwariskan secara maternal. Di dalam pb, yang dibatasi oleh gen Phe-tRNA dan Pro-tRNA, dan
ovum terdapat ratusan ribu DNA mitokondria (mtDNA), berperan pada regulasi replikasi dan transkripsi genom
sedangkan didalam spermatozoa hanya terdapat kurang mitokondria. Pada pembelahan sel, mitokondria juga akan
dari 100. Pada fertilisasi, hampir tidak ada mtDNA membelah dan mendistribusikan genomnya secara merata
spermaotozoa yang masuk ke dalam ovum, sehingga kepada kedua anak organel yang baru terbentuk.
seorang ibu akan,mewariskan mtDNA ke seluruh Kelainan pada mitokondria akan mempengaruhi
keturunannya dan anak perempuannya akan mewariskan biosintesis enzim yang dibutuhkan untuk fosforilasi
mtDNA tersebut ke generasi ber-ikutnya. Dengan oksidatif sehingga cadangan ATP menurun, peningkatan
'demikian mtDNA bersifat haploid karena tidak terjadi radikal bebas dan induksi apoptosis. Sebagian besar
rekombinasi DNA. Berbeda dengan DNA inti, ekspresi sindrom klinik akibat kelainan mitokondria akan
mtDNA berlbngsung di dalam mitokondria dan mRNA menyebabkan miopati, kardiomiopati dan ensefalopati
mitokondria tidak mengandung intron. karena jaringan-jaringan tersebut membutuhkan ATP yang
Mitokondria memiliki kemampuan untuk men-sintesis tinggi. Beberapazatkimia juga dapat berrpengaruh pada
beberapa proteinnya sendiri karena memiliki mtDNA fungsi mitokondria, misalnya antiretroviral azidotimidin
dan ribesom mitokondria sendiri. Walaupun demikian, (AZT) akan menyebabkan deplesi mtDNA otot sehingga
sebagian besar protein mitokondria disandi oleh DNA inti menimbulkan miopati mitokondrial didapat KCN di dalam
dan disintesis di dalam ribosom bebas di dalam sitoplasma singkong dapat menghambat sitokrom c oksidase, asam
dan diimpor ke dalam mitokondria. Sebaliknya, tidak ada bongkrek di dalam tempe bongkrek dapat menghambat
protein yang disandi di dalam mitokondria diekspor untuk Adenin Nucleotide Tronsporter (ANT), kloramfenikol
berfungsi di luar mitokondria. Mekanisme impor protein dapat menghambat rantai respirasi dan sintesis protein
dari luar mitokondria ke dalam mitokondria merupakan mitokondria.
proses yang kompleks. Protein tersebut harus dikenal dulu Mutasi pada mtDNA juga akan menyebabkan
oleh reseptor di membran luar mitokondria, kemudian beberapa kelainan, terutama kelainan neuromuskular
dalam keadaan tidak melipat dituntun oleh peptida sinyal, yang disebut sitopoti atau miopoti mitokondrial, misalnya
melintasi kedua membran mitokondria. Di dalam matriks MELAS syndrome (Mitochondrial Encepholomyopothy,
mitokondria, peptida sinyal akan di-putus oleh suatu Loctic Acidosis, Stroke-like.episodes), LHON (Lebers
peptidase, kemudian protein tersebut melipat menjadi Hereditory Optic Neuropothi), CPEO (Chronic Progressive
bentuk yang siap berfungsi. Exte r n o I O p hth o lm o p le g ia), Ke r n - S oyrei Sy n d ro m e (C P EO,

Pada sel yang sama seringkali ditemukan campuran retinitis pigmentoso, blok otrioventrikulor), MERRF
antara mtDNA yang normal dan yang termutasi syndrome (Myoclonic Epilepsy Rogged Red Fibres), MMC
(heteroplosmik). Laju mutasi mtDNA jauh lebih tin99i (Moternatty inherited Myopathy and Cordiomyopothy),
dibandingkan dengan DNA inti sel karena mekanisme NARP (Neurogenic musculor weokness with Atoxio qnd
reparasi mtDNA terbatas, mtDNA tidak memiliki histon Retinitis Pigmentoso), Peorson Syndrome (kegagalan
yang berfungsi sebagai pelindung dan mitokondria sumsum tulang dan pankreas), ADMIMY (Autosomol
memiliki kandungan radikal bebas yang tinggi. Dominont lnherited Mitochondriol Myopothy with
MTDNA memiliki rantai ganda (rantai H dan rantai L) M itochond rio I d eletio n).
yang berbentuk lingkaran tertutup berukuran 16'569 pb
yang menyandi 13 polipeptida sistem rantai pernapasan,2
rRNA (12 S dan 16 S) dan 22 tRNA yang diperlukan untuk IMUNOGENENKA
biosintesis protein mitokondria. Ketigabelas polipeptida
sistem pernapasan terdiri dari 7 polipeptida kompleks Sistem irRun berfungsi untuk melindungi tubuh dari
I (ND1 TNADH dehidrogenase 1, ubikuinon 11, ND2, antigen asing, baik protein, polisakarida atau asam nukleat
ND3, ND4, ND4L, ND5 dan ND6); 1 protein kompleks III yang masuk ke dalam tubuh. Ada 2 sistem imun, yaitu
(sitokrom b); 3 polipeptida kompleks lV (sitokrom c oksidase sistem imun selular dan sistem imun humoral. Sistem imun
1 tCOIl, sitokrom c oksidose 2 [COU, sitokrom c oksidose j selular dilakukan oleh limfosit T, baik limfosif f-penolong
(T-hetper CD4), timfosit T-supresor (CD8), maupun limfosit
ICOUI) dan 2 ATP sintase (ATP6 dan ATP8).
Sedangkan tRNA yang disandi oleh mtDNA adalah T-sitotoksik (CD8); sedangkan sistem imun humoral
Phe-tRNA, Val-IRNA, Leu-tRNA, Ile-tRNA, Gln-tRNA, dilakukan oleh berbagai antibodi (imunoglobulin, lg) yang
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOLEKULAR 51

dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap masuknya Aspek imunogenetik lain didalam tubuh adalah
antigen ke dalam tubuh. golongan darah. Sampai saat ini dikenal sekitar 400
lmunoglcibulin (lg) merupakan protein yang terdiri golongan darah, tetapi yang penting adalah sistem
dari 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identik yang ABO dan Rhesus (Rh). Sistem ABO mengenal 4 fenotip
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Ada 5 kelas Ig, yaitu golongan darah tergantung kandungan antigen pada sel
IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE. Pada umunya kelima kelas darah merah individu, yaitu A, B, O dan AB. Golongan
Ig memiliki rantai ringan yang sama, yaitu rantai kappo darah A memiliki antigen A pada per-mukaan sel darah
(k) dan lombda (l), tetapi rantai beratnya berbeda-beda, merahnya dan IgM anti B didalam serumnya; golongan
yaitu rantai g untuk IgG, rantai m untuk IgM, rantai a darah B memiliki antigen B pada permukaan sel dar"ah
untak IgA, rantai d untuk IgD dan rantai e untuk IgE. Tiap merahnya dan IgM anti A di dalam serumnya; golongan
rantai Ig memiliki 3 daerah, yaitu daerah V pada ujung N, darah AB memiliki antigen A dan B pada permukaan sel
daerah J (junctionot) dan daerah C (constont). Pada rantai darah merahnya, tetapi tidak memiliki baik anti A maupun
berat juga terdapat daerah D (diversity) yang terletak anti B didalam serumnya; sedangkan golongan darah O
diantara daerah V dan J. Gen-gen untuk rantai k terletak tidak memilki antigen, tetapi memilikilgM anti A dan anti
didalam lengan pendek kromosom 2, sedangkan gen B di dalam serumnya. Gen sistem ABO terletak dekat ujung
rantai I terletak di kromosom 22 dan gen untuk rantai lengan panjang kromosom 9 dan dikenal 3 al'el, yaitu IA,
berat terletak di kromosom 14. Gen-gen tersebut pada IB dan i, sehingga terdapat kemungkinan 6 genotip, yaitu
umumnya merupakan kelompok gen (cluster). Kelompok IAIA dan IAi untuk golongan darah A; IBIB dan IBi untuk
gen rantai berat terdiri dari 200 gen V, 50 gen D, 6 gen golongan darah B; IAIB untuk golongan darah AB; dan ii
J dan l- atau lebih gen C untuk setiap kelas Ig. Berbagai untuk golongan darah O. Gen IA dan IB bersifat kodominan,
kombinasi dari gen-gen tersebut dapat terjadi, sehingga sedangkan gen i bersifat resesif terhadap IA dan IB.
terdapat lebih dari 12.000 kemungkinan kombinasi VDJ. Pada sistem ABO, juga dikenal adanya antigen H
Kelompok gen untuk rantai k dan I terdiri dari 200 gen yang dikendalikan oleh gen H dominan dan alelnya h
V, 4 gen J, L gen C dan tidak terdapat gen D. Setiap sel resesif. Individu dengan golongan darah A, B, AB dan O
plasma hanya memproduksi L kombinasi VJC, baik untuk selalu memiliki gen H, sehingga dengan demikian akan
rantai k atau l, tetapi tidak keduanya. memproduksi antigen H. Individu yang memiliki genotip
Sistem imun selular (limfosit T), mengenal antigen hh homozigot, tidak akan memproduksi antigen A, B dan H,
melalui reseptor pada permukaan limfosit T yang disebut sehingga darahnya tidak akan bereaksi dengan anti A, anti
reseptor sel f OCR). Sebagaimana Ig, terdapat 2 rantai pada B maupun anti H, sebaliknya di dalam tubuhnya ditemukan
masing-masing TCR, yaitu rantai a dan b. Gen untuk rantai ketiga antibodi tersebut. Hal ini akan menyulitkan bila
a terdapat pada kromosom 1-4, sedangkan gen untuk rantai individu tersebut memerlukan transfusi darah, karena
b terdapat pada kromosom 7. Sama halnya dengan Ig, harus dicarikan darah dari individu.dengan genotip hh.
gen-gen untuk rantai a dan b juga merupakan kelompok, Genotip hh ini disebut golongan darah Bombqy yang
yaitu 50 gen V dan 50 gen J untuk rantai a dan 80 gen V, sangat jarang ditemukan.
l- atau 2 gen D dan 13 gen J untuk rantai b. Aspek genetik golongan darah sistem Rhesus lebih
Sistem imun lainyang berperan pada presentasi antigen kompleks daripada sistem ABO, karena walaupun hanya
yang juga diturunkan adalah Major Histocompotibility didapatkan 2 fenotip, yaitu Rh + dan Rh-, ternyata
Complex (MHC) yang merupakan kelompok gen didapatkan banyak alel yang menentukan sistem Rh.
yang polimorfik pada lengan pendek kromosom 6. Wiener mengemukakan minimal ada L0 alel yang
Kelompok gen MHC dibagi atas 3 kelas, yaitu kelas I menentukan golongan Rh yang menempati L lokus di
yang mengekspresikan Humon Leucocyte Antigen (HLA) kromosom 1, yaitu alel R', R1, R2 dan R0 yang menentukan
A, B dan C; kelas II yang mengekspresikan HLA DR, Rh +; dan alel rv, r'; r" dan ryang menentukan Rh -. Peneliti
DQ dan DP; dan kelas III yang mengekspresikan sistem lain, yaitu Fisher mengemukakan minimal ada 3 pseudoalel
komplemen termasuk C2, C4A, C4B dan properdin (Bf). yang berangkai amat berdekatan yang menentukan
Selain itu lokus untuk gen defisiensi 2L-hidroksilase golongan Rh, yaitu D d, C, c, E dan e. Individu yang
yang berperan pada hiperplasia adrenal kongenital juga memiliki gen dominan D akan memiliki Rh +, sedangkan
terdapat pada kelompok ini. Beberapa antigen HLA, bila tidak ada gen D, akan memiliki Rh -, walaupun memiliki
ternyata berhubungan erat dengan timbulnya penyakit gen dominan C dan E. Di dalam populasi, golongan Rh +
tertentu, misalnya HLAB27 dengan ankilosing spondilitis menunjukkan persentase yang lebih tinggi di-bandingkan
dan sindrom Reiter; HLA DR4 dengan artritis reumatoid, Rh -. Saat ini dikenal 3 antibodi untuk golongan Rh, yaitu
HLA DR2 dengan sklerosis multipel, HLA DR3 dan 88 anti-D, anti-C dan anti-E.
dengan miastenia gravis, HLA DR7 dengan psoriais dan Di dalam klinik, sitem Rh akan menimbulkan
sebagainya. problem bila terjadi perkawinan antara laki-laki Rh +
52 DASAR-DASAR ILMU PENYAIOT DATAM

homozigot dengan perempuan Rh -. Bila si perempuan faktor genetik berasal dari observasi bahwa karsinogen
mengandung, maka anaknya akan memiliki golongan menyebabkan mutasi DNA; pasien kanker menunjukkan
darah Rh + heterozigot. Dalam hal ini, eritrosit anak yang abnormalitas kromosom; dan pada beberapa kanker yang
mengandung antigen Rh akan merangsang pembentukan jarang, ditemukan faktor-faktor herediter. Ada 2 tipe gen
anti Rh didalam tubuh ibu. Pada kehamilan berikutnya, yang berperan pada timbulnya kanket yaitu gen supresor
akan terulang kembali janin di dalam kandungannya tumor dan onkogen.
memiliki Rh +. Anti Rh dari tubuh ibu akan masuk ke Gen supresor tumor berfungsi menyandi protein yang
tubuhjanin dan bereaksi dengan antigen Rh di permukaan penting untuk mengatur siklus sel. Bila protein ini tidak
eritrosit janin, sehingga timbul hemolisis dan di dalam diproduksi, maka akan terjadi proliferasi selular yang
tubuh janin akan ditemukan banyak eritroblas. Keadaan ini tidak terkontrol. Contoh klasik kanker yang timbul akibat
disebut in kompatibilitas siste m Rhesus atau e ritrob lo stosis hilangnya gen supresor tumor adalah retinoblastoma. Pada
foetolis. retinoblastoma, gen supresor tumornya terdapat pada
Pada transplantasijaringan atau organ, aspek imuno- lengan panjang kromosom 13 (13q1a) dan diturunkan
'genetik harus diperhatikan dengan baik. Jaringan atau secara autosomal dominan. Contoh lain adalah poliposis
organ transplan yang berasal dari tubuh resipien sendiri koli adenomatosa yang terjadi akibat mutasi gen p53 pada
disebut outogrof; bila berasal dari saudara kembar yang kromosom L7p.
identik disebut isograf; bila berasal dari individu lain yang Onkogen adalah gen yang berperan atas timbulnya
satu spesies disebut alograf; dan bila berasal dari spesies kanker. Misalnya onkogen ros yang berasal dari virus
lain disebut xenograf. Penolakan jaringan atau organ sarkoma Rous yang menyebabkan sarkoma pada ayam.
transplan pada transplantasi dengan autograf atau isograf Pada umumnya setiap onkogen virus (v-onc) berasal
tidak menjadi problem yang terlalu serius karena secara dari rekombinasi gen (DNA) normal hospes dengan
genetik baik donor maupun resipien (penerima) identik, genom (RNA) virus (retrovirus). Saat ini telah diketahui
tetapi bila transplantasi dilakukan dengan xenograf maka banyak onkogen selular (c-onc) yang bersifat normal
penolakan terhadap jaringan atau organ transplan selalu yang dapat diaktifkan oleh"mutasi gen maupun mutasi
terjadi. Pada transplantasi dengan alograf, rejeksi akan kromosom sehingga menyebabkan timbulnya kanker.
terjadi bila jaringan donor dan resipien lidak motching Hasil mutasi kromosom yang khas ditemukan pada
dan tidak diberikan imunosupresan. kromosom Philodelphia (Ph') yang menyebabkan lekemia
Iransfusi darah adalah salah satu bentuktransplantasi gronulositik kronik LGK). Kromosom Philadelphia adalah
jaringan. Sebelum dilakukan transfusi darah, maka tipe kromosom 22 yang lebih pendek dari kromosom 22
golongan ABO dan Rhesus baik dari donor maupun yang normal yang terjadi akibat translokasi sebagian
resipien harus diperiksa. Sebaiknya transfusi darah segmen kromosom 9 ke kroD'tosom 22lt(9;22)(q3a,q11)1,
dilakukan pada golongan darah yang sama, tetapi dalam sehingga onkogen ABL (c-ob\ yang seharusnya terletak
keadaan darurat, dapat dipertimbangkan pemberian dari pada lengan panjang kromosom 9 (9q3a) berpindah ke
golongan darah lain selama dipertimbangkan kesesuaian lengan panjang kromosom 22 (22qL7) yang merupakan
jenis antigen donor dan antibodi resipien. Golongan darah tempat gen BCR. Protein yang dihasilkan oleh hibrid gen
A, hanya dapat menerima darah dari golongan darah A dan BCR/ABL pada sel-sel LGK ternyata bertanggungjawab
O; golongan darah B hanyak dapat menerima darah dari terhadap transformasi neoplastik sel-sel tersebut. Contoh
golongan B dan O; golongan darah AB dapat menerima lain adalah limfomo Burkityangjuga berhubungan dengan
darah dari semua golongan; sedangkan golongan darah translokasi kromosom, sehingga onkogen MYC (c-myc)
O hanya dapat menerima darah dari golongan O. Karena yang seharusnya terletak pada lengan panjang kromosom
golongan darah AB dapat menerima darah dari semua 8 $q2q berpindah ke lengan panjang kromosom 14
golongan tetapi tidak dapat menjadi donor untuk gag) dan diaktifkan oleh gen rantai berat Ig yang
golongan darah lain selain AB, maka disebut resipien berlokasi sama di L4q32.Pada leukemia mieloblostik okut,
universol; sebaliknya golongan darah O dapat menjadi onkogen MOS (c-mos) yang seharusnya terletak pada
donor untuk semua golongan darah, tetapi hanya dapat lengan panjang kromosom 8 (8q22) mengalami translokasi
menerima darah dari golongan O saja, maka disebut ke lengan panjang kromosom 21(2Lq22).
donor universal.

EVALUASI KLINIK
GENETIKA KANKER
Anamnesis yang baik sangat penting untuk mendiagnosis
Timbulnya kanker dipengaruhi oleh faktor genetik penyakit genetik, terutama anamnesis penyakit dalam
maupun karsinogen dari luar. Bukti bahwa kanker memiliki keluarga yang berhubungan dengan kelainan yang
GINETIKA MEDIx DA}I BTOLOGI MOLEKULAR 53

satu triradius, sehingga dinyatakan sebagai 1 angka dan


l- nol, misalnya 16-0; sedangkan bentuk razhorl memiliki
Tarminologi Pengertian 2 triradius, sehingga penghitungan riginya dinyatakan
,
'' larak antar-pupil lebih dari normal
Hipertelorisme ,
dalam 2 angka, misalnya 14-10, Untuk mendapatkan
Hipotelorisme , Jarak antar-pupil kurang dari normal. jumlah penghitungan rigi, maka rigi dari semua jari harus
Telekantus I Jarak kantus,medial lebih dari normal, dijumlahkan. Perempuan rata-rata memiliki rigi 127,
tetapi jarak :antar-pu pil norma I
sedangkan laki-laki 144.
Lqvseteors , Batas'atas perlekatan daun telinga di
' 'bawah gar"is antar-kantus pada posisi
kepala tegak
Mongoloid slant Kantus lateral lebih tinggi dari kantus ANALISIS KROMOSOM
medial
Antimongoloid Kantus medial [ebih tinggi dari kantus Secara teoritis, pemeriksaan kromosom dapat dilakukan
dont lateral dari sel-sel yang berasal dari semuajaringan yang sedang
Brushfietd spots Bercak-bercak pada iris (2}%pada,bayi mengalami mitosis dan dihentikan proses mitosisnya
, normal)
pada stadium metafase. Tetapi pada kenyataannya hanya
Simian crelase Garis melintang tunggal pada telapak
beberapa jaringan yang dapat digunakan untuk analisis
ta.ngan
krotaltongue Lidah besar; kasar dan bercelah-celah kromosom, yaitu amniosit, vili korionik, sel-sel darah,
fotd
Epicanthic Lipatan kulit pada kantus medial sumsum tulang dan fibroblas kulit. Sampel yang berasal
Brakisefali Panjang anteroposterior'kepala lebih dari vili korionik, sel darah dan sumsum tulang hanya
pendek r . , memerlukan pemrosesan selama 1-3 hari, sedangkan
Dolikosefoli Pqnjanganteroposteriorkepalalebih sel-sel dari jaringan lain membutuhkan waktu lebih lama
panjang yang mencapai 1"-3 minggu. Sel yang akan dianalisis
Webbed neck Lipatan kulit berbentuk segitiga yang
kromosomnya dibiak kemudian dihentikan mitosisnya
terlientang dari telinga sampai ke
pada stadium metafase atau prometafase dengan
akromion
Shited tike chest Dada berbentuk perisai dengan puting menggunakan vinblostin, kolkisin atau kolsemid (analog
susu yang letaknya, berjauhan kolkisin). Kemudian dilakukan pewarnaan (bonding)
sehingga dapat dianalisis jumlah kromosom dan kelainan
struktural kromosom pada individu tersebut. Setiap
ditemu ka n pada p ro b a n d. Sil si la h kel ua rga (pe d ig re) harus kromosom terdiri dari sentromer dan telomer. Sentromer
dapat dibuat sebaik-baiknya sehingga dapat ditentukan adalah konstriksi primer kromosom yang membagi
apakah kelainan tersebut memilki aspek genetik atau tidak.
Setelah anamnesis, maka pemeriksaan fisik yang
lengkap juga harus dilakukan, terutama untuk mencari
gambaran dismorfik yang spesifik untuk suatu kelainan
genetik (tabel 2). Tinggi badan saat berdiri dan duduk,
berat badan dan panjang tangan harus diukur. Demikian
juga jarak antar-pupil, jarak antar-kantus medial dan jarak
antar-kantus lateral, lingkar kepala (oksipitofrontal) dan
panjang telinga juga harus diukur. Volume testes harus
diukur dengan orkidometer Prader.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan sidik
jari (dermotoglifik) karena pasien dengan kelainan genetik
memiliki pola sidik jari tertentu. Menurut sistem Galton,
dikenal 3 pola dasar sidik jari, yaitu lengkung (arch), sosok Gambar 18. Dismorfologi wajah
(loop) dan lingkaron (whorl). Pada bentuk loop jika bagian
yang terbuka menuju ke arah ujung jari, maka disebut

@
rodiol loop, sedangkan bila bagian yang terbuka menuju
ke arah pangkal jari, disebut ulnor loop. Penghitungan
banyaknya rigi dilakukan dari trirodius sampai ke pusat
pola sidik jari. Triradius adalah titik-titik dimana rigi-rigi
menuju ketiga arah dengan sudut l-20o. Karena bentuk arch
Whorl
tidak memilikitriradius, maka riginya tidak dapat dihitung
dan dinyatakan-sebagai 0-0. Bentuk loop hanya memiliki Gambar 19. Pola dermatoglifi
54 DASAR.DASAR IIMU PENYAKIT DALAM

kromosom atas lengan p (lengan pendek) dan lengan q


(lengan panjang), sedangkan telomer adalah bagian ujung
dari masing-masing lengan kromosom.
Kelainan Pola Dermatoglifik
Pewarnaan kromosom (banding) mulai berkembang
Trisomi L8 Arches, Simion creose
sejak 1969 yang sangat membantu identifikasi kromosom.
Sindrom Turner Whorl predorninon
Teknik banding yang pertama kali berkembang adalah 4:7,XKY. Arches
Q-bonding yang menggunakan pewarnaan Quinacrine 5p- Arches, Simiqn creose (90%)
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan mikroskop Trisomi13 Arches, Simian crease (60%) ,

fluoresensi. Kemudian berkembang G-bonding yang Trisomi2L lJlnar loop, Simian crease (50%)
menggunakan pewarnaan Giemsa dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya.
plasmid yang resisten terhadap antibiotika tertentu,
Hasil dari teknik bonding adalah pita-pita melintang
sehingga dengan pemberian antibiotika tersebut, bakteri
@anA yang berselang-seling gelap dan terang pada yang lain akan mati dan yang tertinggal hanyalah bakteri
benang-benang kromosom. Q-bond biasanya sama
yang mengandung rekombinasi gen yang akan dikloning.
dengan G-band; yang banyak dan rutin dilakukan adalah
Setelah perbanyakan cukup, plasmid akan diisolasi dari
G-banding.
sel bakteri inang, kemudian dilakukan pemotongan
Dengan berkembangnya sitogenetika mlolekular,
dengan enzim endonuklease restriksi sehingga didapatkan
maka pada akhir l-980 dikembangkan teknik fluorescence
fragmen DNA dimaksud dalam jumlah yang banyak.
in situ hybridbotion (FISH) yang hampir sama dengan
teknik hibridisasi DNA. Disini digunakan probe yang Hibridisasi asam nukleat. Hibridisasi asam nukleat adalah
dilabel dengan hapten kemudian dilakukan pewarnaan penggabungan antara 2 rantai tunggal asam nukleat
dan diperiksa di bawah mikroskop fluoresensi. Teknik FISH komplementer yang dapat terdiri dari 2 rantai tunggal
memungkinkan deteksi kelainan struktural kromosom DNA atau 2 rantai tunggal RNA atau rantai tunggal DNA
secara lebih tepat, seperti delesi, duplikasi, rekombinasi dengan rantai tunggal RNA. Teknik ini digunakan untuk
bahkan mikrodelesi. Berbeda dengan teknik analisis mendeteksi urutan nukleotida yang spesifik dari molekul
kromosom secara konvensional, FISH dapat dilakukan baik DNA atau RNA dengan menggunakan suatu pelacak DNA.
pada stadium metafase maupun interfase. Bahkan berbagai Untuk mendeteksi suatu molekul asam nukleat dalam
teknik tambahan juga dapat dilakukan, seperti multicoLor suatu campuran yang mempunyai urutan komplementer
F/SH (m-FISH), comporative genomic hybridization (CGH) dengan pelacaknya, maka dilakukan dulu elektroforesis
dan fiber FISH. Pada fiber FISH, kromosom diregangkan gel untuk memisahkan molekul DNA atau RNA yang akan
dengan berbagai teknik sehingga resolusinya lebih baik dilacak dari larutannya. Setelah itu dilakukan pemindahan
di-bandingkan dengan FISH yang konvensional. molekul DNA dari gel ke kertas nitro-selulosa dengan
teknik Soufhern blot atau molekul RNA dari gel ke kertas
nitroselulosa dengan teknik Norfhern blot. Teknik b/of
TEKNIK GEN merupakan teknik pemindahan molekul atau fragmen
DNA atau RNA atau protein dari gel ke kertas nitroselulosa,
Kloning gen (DNA). Kloning gen (DNA) adalah suatu karena gel mudah rusak dan sulit diproses lebih lanjut.
usaha untuk membuat salinan fragmen DNA sehingga Teknik Southern blot pertama kali ditemukan oleh Prof.
jumlahnya cukup banyak untuk keperluan penelitian di Ed Southern. Selain Southern blot dan Northern blot, juga
laboratorium. Di laboratorium kloning gen dilakukan dikenal teknikWestern blot, dimanayang dipindahkan dari
dengan bantuan bakteri yang mempunyai kemampuan gel ke kertas nitroselulosa adalah protein.
untuk memperbanyak fragmen DNA pendek yang Polymerase chain readion (PCR). PCR merupakan
berbentuk cincin yang disebut plosmid. Fragmen gen suatu teknik penggandaan fragmen DNA secara eksponensial
yang akan dikloning, dipotong dari DNA asalnya dengan secara in vitro, sehingga tidak dibutuhkan enzim restriksi,
menggunakan enzim endonukleose restriksi, kemudian vektor maupun sel inang seperti halnya pada kloning
disisipkan pada cincin plasmid yang juga telah dipotong DNA. Pada reaksi ini dibutuhkan target DNA, sepasang
dan tempat pemotongan akan ditutup oleh enzim ligose primer, keempat deoksinukleosida trifosfat dalam jumlah
DNA sehingga terbentuk plasmid dengan kombinasi gen yang banyak, polimerase DNA yang termostabil, larutan
yang baru (rekombinon). Kemudian bakteri akan dibiak penyangga (bufer) dan alat thermo cycler DNA target
sehingga terjadi perbanyakan bakteri bersama dengan adalah DNA yang akan diamplifikasi yang ukurannya
plasmidnya. Untuk memastikan bahwa hanya bakteri kurang dari 700-1000 pasangan basa (bp), tetapi yang
yang mengandung rekombinasi DNA yang melakukan efisien adalah antara 100-400 bp. DNA primer adalah
perbanyakan, m'aka digunakan bakteri yang memiliki oligonukleotida yang masing-masing akan terhibridisasi
GENETIKA MEDIK DAN BIOLOGI MOTEKULAR 55

dengan salah satu rantai DNA yang akan diamplifikasi REFERENSI


pada sisi yang berbeda. Proses PCR berlangsung beberapa
siklus, tergantung jumlah amplifikasi DNA yang diinginkan. Coruror JId, Ferguson-Smith MA. Essential Medical Genetic. 4th
ed. Blackwell Science, Londoo L995.
Fertama-tama, DNA rantai ganda akan didenaturasi dengan Cox TM, Sinclair ]. Molecular Biology in Medicine. Lst ed. Blackrarell
pemanasan kemudian dilanjutkan dengan hibridisasi primer Science, London,1997
pada sekuens DNA yang telah dikenal oleh primer tersebut MartiniFH, OberWC Garrison CW Development and lnheritance,
In:MartiniFH, OberWC, GarrisonCW (eds). Fundamental of
yaitu dari ujung 5'ke 3'dan ujung 3'ke 5'dari masing-
Anatomy and Physiology. 3rd ed. Prentice-Hall Intemational
masing primer akan berhadapan. Kemudian Polimerase Inc, New lersey, 199 5 :113 441.
DNA akan mulai melakukan sintesis DNA komplementer Marzuki S, Artika I M, Sudoyo H et al. Eijkman Lecture Serries
dari ujung 3' masing-masing primer tersebut sehingga I: Mitochondrial Medcine. Lembaga Eijkman, ]akarta 2003:
1-90.
pada akhir siklus I, akan dihasilkan 4 rantai tunggal DNA.
Pada siklus II, keempat rantai tunggal DNA tadi akan
melakukan hibridisasi dengan primer lagi dan sintesis
DNA komplementer kembali terjadi sehingga pada akhir
siklus II akan dihasilkan 8 rantai tunggal DNA, dimana 2
rantai DNA produk akan berukuran pendek yang dibatasi
oleh jarak antara pasangan primer yang digunakan.
Demikianlah siklus ini berulang dan pada setiap siklus akan
dihasilkan rantai DNA yang 2 kali lipat rantai DNA pada
siklus sebelumnya sehingga akhirnya didapatkan fragmen
DNA yang diinginkan dalam jumlah yang banyak. Proses
pemanasan dan pendinginan yang berulang secara siklik
berlangsung otomatis di bawah pengawasan komputer
dengan menggunaka n alal thermo cycler

Restriction fragment length polymorphism (RFLP).


Meskipun lebih dari 50.000-l-00.000 gen manusia telah
berhasil ditentukan lokasinya pada kromosom, tetapi masih
banyak kecacatan gen belum dapat dipetakan karena tidak
adanya penanda yang spesifik. Pada kebanyakan kasus,
produk gen mutan yang bertanggungjawab atas terjadinya
penyakit genetik tidak dapat dilakukan melalui cara klasik
yang mengandalkan ciri keterkaitan gen (linkoge). Tetapi
dengan berkembangnya teknologi DNA rekombinan telah
didapatkan cara baru pemetaan keragaman alel tanpa
memperhitungkan lagi produk gennya. Cara ini akan dapat
mengungkapkan teryadinya mutasi satu basa saja yang
dapat mengubah fungsi pengenalan enzim restriksinya.
Hal ini memungkinkan pendeteksian keanekaan panjang
fragmen DNA yang diwariskan secara kodominan. Bentuk
variasi alel (polimorfisme) yang dapat dimunculkan
disebut Restriction Fragment Length Polimorphrsm (RFLP).
Pemetaan kelainan genetik menggunakan teknik RFLP
tergantung pada kedekatan keterkaitan RFLP dengan gen
acat yang hendak dipetakan. Begitu ditetapkan adanya
faktor gen dari suatu penyakit, maka dilanjutkan dengan
analisis RFLP untuk menentukan kemungkinan adanya
variasi alel dari lokus pengemban gen tersebut.
Penggunaan teknik RFLP dalam upaya pemetaan gen
merupakan terobosan dan mengantisipasi munculnya
gen-gen baru.
LL
DASAKDASAR FARMAKO LO GI KLINIK
Nafrialdi

Proses utama pada absorpsi adalah transport obat


PENDAHULUAN
melintasi membran biologik yang dapat berupa membran
Farmakologi klinik merupakan cabang ilmu farmakologi epitel saluran cerna, saluran napas, endotel pembuluh
yang mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan darah, mukosa, bahkan melalui permukaan kulit' Transport
penggunaan obat pada manusia. Kajian ini penting obat melintasi membran sebagian besar terjadi secara
sebagai dasar ilmiah penggunaan obat demi mendapatkan difusi pasil namun dapat juga terjadi secara transport
efektivitas optimal dengan efek samping seminimal aktif.
mungkin. Difusi pasif. Kecepatan dan kelengkapan absorpsi
Setiap individu memberi respons yang bervariasi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sifat
terhadap pemberian obat, baik respons terapeutik maupun fisikokimia obat (kelarutan dalam air dan dalam lemak,
efek samping. Hal ini berkaitan dengan adanya variasi pH obat, ukuran molekul), pH lingkungan, luas permukaan
pada profil farmakokinetik dan farmakodinamik pada absorpsi, waktu transit usus, sirkulasi darah di mukosa usus,
seseorang. Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang dan ada atau tidaknya bahan lain (makanan atau obat)
optimal dengan efek samping sekecil mungkin, seorang yang mempengaruhi kelarutgp obat dan mempengaruhi
dokter perlu memahami prinsip-prinsip farmakokinetik kecepatan absorPsi.
dan farmakodinamik obat dalam keadaan normal maupun
dalam kondisi patologi, serta perlu memahami interaksi
obat. Farmakokinetik menekankan bahasan pada proses Sifot Fisikokimio Obat
yang dialami obat mulai masuk ke dalam tubuh sampai Kelarutan obat
dieliminasi/diekskresi, sedangkan farmakodinamik Sebelum obat diabsorpsi di saluran cerna, terlebih
menekankan bahasan pada pengaruh obat terhadap dahulu obat mengalami desintegrasi. Obat bentuk tablet
tubuh, mencakup efek terapi dan efek samping obat' yang terlalu keras akan sulit mengalami desintegrasi
dan absorpsinya akan tertunda. Sebaliknya obat tablet
yang rapuh akan cepat mengalami desintegrasi' Setelah
PRINSIP FARMAKOKIN ETIK mengalami desintegrasi, obat akan dilarutkan dalam lemak
atau dalam air, atau keduanya' Umumnya suatu obat
Pada umumnya obat yang masuk ke dalam tubuh akan memiliki derajad kelarutan air dan lemak yang berbeda-
menjalani empat proses farmakokinetik, yaitu absorpsi. beda. Obat yang larut lemak (lipofilik) akan mudah
distribusi, metabolisme dan eliminasi/ekekresi. melintasi membran mukosa saluran cerna, sedangkan obat
yang larut air (hidrofilik) akan sulit melintasi membrane
Absorpsi mukosa saluran cerna.
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam sirkulasi sistemik untuk selanjutnya Pengaruh pH terhadaP absorPsi2
didistribusikan ke tempat kerja obat. Hampir semua Obat umumnya bersifat asam atau basa lemah yang dalam
cara pemberian obat akan melibatkan proses absorpsi, air akan mengalami ionisasi dengan derajad ionisasi yang
kecuali beberapa cara seperti intravena, intraarterial, bervariasi. Bentuk non ion lebih mudah larut dalam lemak
antraartikuler, dan intrateka[. (lipofilik) dan mudah melintasi membran biologik (mudah

56
DASAR-DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 57

didiabsorpsi). Sebaliknya bentuk ion akan lebih mudah Transport aktif.r'2'a

larut dalam air (hidrofilik), dan lebih sulit menembus Selain transport obat lintas membran secara difusi pasif,
membran biologik. Derajad ionisasi obat ditentukan pada membrane sel di berbagai organ terdapat system
oleh konstanta ionisasi (pKa obat) dan pH lingkungan. transport aktif. Dikenal dua jenis transporter yang penting,
pKa adalah nilai pH dimana terjadi keseimbangan antara yaitu transporter effluks yang mencegah masuknya obat
bentuk ion dan bentuk non ion. Bila pH dalam saluran ke dalam sel, dan transporter uptoke, yang membantu
cema sama dengan pKa suatu obat, maka 50% obat masuknya obat ke dalam sel.
tersebut akan berada dalam bentuk ion dan 50o/o lagi 1. Transporter effluks disebut juga dengan ABC-
bentuk non ion. Sedangkan bila pH saluran cerna tidak transporter (ATP-Binding Cassette) yang menggunakan
sama dengan pKa obat, maka keseimbangan bergeser ATP sebagai sumber energi untuk mendorong obat ke
rnengikuti ru mus Handerson-Hasselbalch. luar sel. Ada 2 macam ABC-transporter:
Obat basa dalam lingkungan asam (lambung) akan - P-glikoprotein (P-gp), yang disandi oleh gen
mengalami ionisasi, sehingga absorpsi dalam lambung human multidrug resistonce 1(MDR 1) dan bekerja
sangat terbatas. Obat ini selanjutnya akan terus ke usus ter-utama untuk kation organik dan zat netral
halus dengan pH yang lebih tinggi (+ 6), sehingga derajad hidrofobik dengan BM 200 - 1800 Dalton.
'rrnisasi
akan berkurang dan absorpsi terjadi lebih cepat - Multidrug Resistance Proteins (MRP) 1-7 : untuk
dan lebih lengkap. anion organik yang hidrofobik, dan konyugat.
Obat bentuk asam dalam lambung hampir tidak 2. Transporter untuk uptake obat, membantu masuknya
nrengalami ionisasi, sehingga absorpsi dalam lambung obat ke dalam sel. Sistem ini tidak menggunakan ATP,
hrjadi dengan cepat. Namun karena permukaan lambung tapi bekerja berdasarkan gaya elektrokemikal:
relatif kecil, absorpsi biasanya tidak lengkap. Obat akan - OATP (Orgonic anion tronsporting polypeptide):
Erbawa oleh gerakan peristalsis ke arah distal (duodenum bersifat polispesifik dan bekerja untuk anion
dan usus halus), dimana obat asam akan mengalami organik, kation organik besaI dan zat netral, yang
innisasi lebih banyak sehingga absorpsinya sebenarnya hidrofobik, serta konYugat.
htrih lambat. Namun karena permukaan usus halus sangat - OAT (Orgonic onion tronsporter) L-4: untuk anion
lhns (+ 200 m2) maka akhirnya absorpsi lengkap terjadi organik yang liPofilik.
cffi usus halus.1,3 - OCT (Orgonic cotion tronsporter) L-2 : untuk
kation kecil yang hidrofilik.
@likasi klinis peranon pH: Tronsporter efflux dan uptoke umumnya berada
&eberapa obat dapat meningkatkan pH lambung seperti bersama-sama di mukosa usus, di bagian basolateral sel
antasida, antagonis histamin 2 seperti simetidin, ranitidin, hati dan kanalikuli biliaris, dimembrane sisi lumen tubulus
famotidin, dan penghambat pompa proton seperti ginjal (P-gp dan MRP) dan membrane basolateral (OATP,
orneprazol, lansoprazol, pantoprazol, esomeprazol, dll. OAT, OCT). Hasil akhir dari system yang berlawanan ini
Obat-obat tersebut akan meningkatkan derajad ionisasi ditentukan oleh jenis substrat dan dominasi system yang'
obat bentuk asam sehingga mengurangi kecepatan ada.
*sorpsinya di lambung. Sedangkan absorpsi obat bentuk Sedangkan di organ tertentu hanya terdapat
hasa dalam lambung akan meningkat. transporter efluks (P-gp dan MRP di sawar darah otak,
.Selain melalui perubahan pH, minum dua jenis obat p-gp di sawar uri dan sawar testis).
ffiu lebih secara bersamaan dapat menimbulkan interaksi
herupa ikatan langsung dan mempengaruhi kecepatan Implikasi Klinis:
absorpsi salah satu atau kedua obat tersebut. Misalnya, Obat tertentu merupakan substrat dari sistem transporteL
mtasid dan sukralfat akan berikatan dengan kuinolon sebagian merupakan inhibitor, dan sebagian lagi
,dan menghambat absorpsinya; preparat besi membentuk merupakan inducer. Pemberian dua atau lebih obat secara
hlat dengan tetrasiklin sehingga absorpsi keduanya akan bersamaan potensil menimbulkan interaksi absorpsi
rcrhambat. melalui system transporter ini. Contoh:
Keberadaan makanan pada umumnya memperlambat 1. Digoksin adalah substrat P-gp, sedangkan Kuinidin
alxorpsi obat, namun untuk obat tertentu yang larut atau verapamil adalah substrat dan sekaligus
kvnak, dapat terjadi peningkatan absorpsi, dan untuk penghambat P-gp, maka pemberian bersama digoksin
sebagian lain tidak terjadi perbedaan. Untuk beberapa dengan kuinidin atau verapamil akan meningkatkan
antijamur golongan azol dan griseofulvin, serta beberapa kadar plasma digoksin, karena hambatan P-gp di
p.bloker (propranolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol), usus dan ginjal.
keberadaan makanan justru akan mempercepat 2. Loperamid merupakan substrat P-gp, sedangkan
ahorpsi.2.a kuinidin adalah substrat dan penghambat P-gp, jika
58 DASAR-DASAR ILMU PENYA]trT DATAM

diberikan bersama maka kadar loperamid dalam otak pada protein plasma, atau terlarut bebas dalam air. Hanya
meningkat, karena hambatan P-gp di sawar darah obat bebas yang dapat berdifusi ke ke tempat kerjanya
otak, sehingga terjadi depresi pernapasan. di jaringan/ sel. Sedangkan obat yang terikat protein
3. Jus grapefruit, jeruk, apel adalah penghambat OATP, plasma untuk sementara akan tetap berada dalam sirkulasi.
jika diberikan bersama feksofenadin yang merupakan Dikenal beberapa jenis protein pengikat obat: Albumin
substrat OATB maka bioavailabilitas feksofenadin akan yang terutama mengikat sebagian besarobat-obatan yang
menurun karena hambatan OATP di usus. bersifat asam dan netral, olglikoprotein yang terutama
mengikat obat basa, dan globulin yang mengikat hormon
Metabolisme lintos pertamo (first poss effect, khusus (CBG, corticosteroid binding globulin, SSBG, seks
syste m ic e lim in otio n)
p re steroid binding globulin). Derajat ikatan obat pada protein
Obat yang diberikan per oral akan melintasi epitelium plasma dipengaruhi berbagai faktor antara lain bentuk
saluran cerna, sistem portal, dan hepar; sebelum memasuki molekul, muatan, pH, dan lain-lain.
sirkulasi sitemik. Pada setiap tahap tersebut dapat terjadi Ikatan obat pada protein plasma bersifat reversibel,
'metabilisme yang mengurangijumlah obat yang memasuki artinya setiap saat terdapat molekul obat yang terikat
sirkulasi sitemik. Hal ini disebut sebagai metabolisme lintas dan terlepas dari protein plasma, namun perbandingan
pertama. Tergantung dari jenis obat, metabolisme lintas bentuk terikat dan bentuk bebas akan dipertahankan
pertama dapat terjadi di mukosa usus dan di hepar.L, relatif konstan. Bila dosis obat ditambah sampai tercapai
Lidokain merupakan contoh obat yang diabsorpsi titik jenuh, maka porsi obat bebas akan meningkat tajam.
lengkap di mukosa usus, tapi mengalami metabolisme Sebaliknya, bila kadar protein plasma rendah sehingga
lintas pertama yang sangat ekstensif di hepari sehingga tidak mampu menampung obat yang ada, maka porsi
obat ini harus diberikan secara intravena. Nitrat organik obat bebasjuga akan meningkat.
dan antagonis'kalsium juga merupakan obat yang
mengalami metabolisme lintas pertama yang cukup Obat pado Keadaan Hipoolbuminemio
ekstensif sehingga bioavailabilitas setelah pemberian per Keadaan hipoalbuminemia- berat dapat berpengaruh
oral sangat berkurang. terhadap kinetika dan dinamika serta efek samping
Pemberian obat secara sublingual merupakan salah obat. Hal ini berlaku untuk obat dengan derajad ikatan
satu cara menghindari metabolism lintas pertama karena protein yang tinggi dan obat dengan batas keamanan
obat,akan masuk ke Vena cava dan terus ke jantung (margin of safety) yang sempit. Untuk obat dengan ikatan
sebelum melewati hepar. Dalam keadaan darurat nitrat protein yang tinggi (>85%), misalnya seftriakson, NSAID
organik dan antagonis kalsium sering diberikan secara sulfonilurean, warfarin, dll, penurunan kadar protein
sublingual untuk mendapatkan efek yang segera. Hanya plasma akan meningkatkarl"porsi obat bebas secara
obat-obat yang sangat larut lemak yang efektif pada signifikan dengan konsekuensi peningkatan efek obat
pemberian sublingual. Untuk obat tertentu yang tidak dan sekaligus risiko efek samping. Namun dari sisi lain,
mengalami metabolisme lintas pertama seperti kaptopril, terjadi perubahan farmakokinetik yang dapat mengurangi
tidak terdapat bukti yang jelas keunggulan pemberian risiko toksisitas. Peningkatan porsi obat bebas akan
secara sublingual. mempercepat metabolisme dan eliminasi, sehingga waktu
paruh obat menjadi lebih pendek.2'a'
Distribusil3,s Sedangkan untuk obat dengan ikatan protein yang
Distribusi obat dari kompartemen sentral ke jaringan atau rendah, maka penurunan kadar protein plasma tidik
dari ekstra- ke intra-sel dapat terjadi secar difusi pasif terlalu banyak mempengaruhi kadar obat bebas. Selain
atau dengan mekanisme transport aktif. Sebagian obat itu, bila batas keamanan lebat, maka penigkatan kadar
terdistribusi secara cepat ke tempat kerjaya sehingga obat bebas biasanya tidak menimbulkan efek samping
ekuilibrasi antara kadar dalam plasma dan di jaringan yang bermakna secara klinis.
terjadi dengan cepat. Model kinetik ini disebut sebagai Mengingat proses eliminasi obat dalam keadaan
model satu kompartemen. Untuk obat tertentu dengan hipoalbuminemia berat juga lebih cepat, maka diperlu-
model dua atau tiga kompartemen, seperti digoksin, kan frekuensi pemberian yang lebih sering, dengan dosis
amiodaron, distribusi terjadi secara lambat dan kadar di yang lebih rendah.
jaringan target meningkat pelan-pelan bersamaan dengan
penurunan kadar dalam plasma. Keseimbangan terjadi lnteraksi poda lkaton Protein
setelah beberapa jam. Beberapa obat dapat berkompetisi dalam ikatan pada
protein. Obat yang bersifat lipofilik umumnya terikat
lkoton Protein Plosma lebih kuat dan dapat menggeser obat yang hidrofilik yang
Obat berada dalarir sirkulasi darah dalam bentuk terikat ikatannya pada albumin relatif lebih lemah. Penggeseran
DASAR-DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 59

akan bermakna secara klinis bila obat yang digeser sitosol hati yang berperan penting pada metabolism fase
memenuhi syarat berikut: II, misalnya sulfotransferase (SULT), glutation-S-transferase
. Ikatan protein tinggi (> 85%). Bila ikatan protein (GST), metilftransferase (MT), dan N-asetiltransferase
tinggi, maka kadar obat bebas rendah, akibatnya (NAT1 dan NAT2). NAT2 berperan penting pada asetilasi
pergeseran sedikit saja sudah meningkatkan jumlah berbagai obat seperti INH, dapson, hidralaln, prokainamid,
obat bebas secara bermakna. sulfadimidin, dan sulfapiridin.
. Volume distribusi kecil (< 0.15 L/kg), yaitu untuk
obat yang terutama terakumulasi dalam sirkulasi.
Penggeseran obat ini akan memberikan peningkatan CYP2E1
kadar plasma yang cukup bermakna.
. Morgin of sofety (batas keamanan) sempit, sehingga
peningkatan kadar plasma yang relatif kecil sudah
bermakna secara klinik.
Sebagai contoh: NSAID (terutama fenilbutazon) adalah
obat asam yang pada dosis terapi telah menjenuhkan
ikatan pada site I albumin plasma. Jika diberikan bersama
warfarin, yang juga obat asam dan juga terikat pada site I
albumin plasma (99%), maka fenilbutazon akan menggeser
warfarin dari ikatannya dengan albumin, dan warfarin
Gambar 1. Proporsi obat yang dimetabolisme oleh enzim
bebas yang meningkat akan menimbulkan perdarahan. sitokrom P-450.
Fenilbutazon juga akan menggeser sulfonilurea dari
ikatannya dengan albumin plasma, dan kadar bebas
sulfonilurea akan meningkat dan dapat menimbulkan Obat atau makanan tertentu dapat menghambat atau
hipoglikemia.l,a,i merangsang aktivitas enzirn sitokrom. Penghambat enzim
akan menurunkan metabolisme obat substrat enzim yang
Hetabolisme bersangkutan sehingga kadarnya meningkat dan potensil
Sebagian besar metabolisme obat terjadi di hepari dan terjadi toksisitas. Sebaliknya penginduksi enzim akan
sebagian lain dapat terjadi di ginjal, epitel saluran cerna, mempercepat metabolism dan menurunkan kadar obat
paru, dan plasma. Metabolisme obat di hepar terjadi dalam yang menjadi substrat enzim tersebut dengan konsekwensi
dua tahap. Tahap I mengubah obat menjadi bentuk yang kegagalan terapi. Gambar 1- menampilkan beberapa obat
hbih polar dan mudah diekskresi melalui urin, sedangkan yang mempengaruhi enzim.sitokrom P-450.
rnetabolisme tahap II berfungsi merangkaikan metabolit
dengan gugus tertentu seperti glucoronil, asetil, sulfat, Polimorfisme Genetik
dan lain-lain yang menambah polaritas obat dan lebih Aktivitas CYP3A4 sangat bervariasi antar individu, tapi
nremper-mudah eliminasi. Hal ini terutama terjadi bila distribusinya bersifat unimodal (tidak mer'lunjukkan
rmetabolit I belum bisa diekskresi. polimorfisme) yang menunjukkan bahwa variasi ini tidak
Pada umumnya metabolisme mengubah obat menjadi berkaitan dengan gen CYP3A4. CYP2D6 merupakan enzim
nidak aktif. Namun sebagian obat menghasilkan metabolit terpenting kedua. Polimorfisme genetik ditemukan pada
yang masih aktif seperti N-asetil prokainamid (NAPA) enzim CYP2D6, CYP2C9, CYP2CL9 dan NAT2.
FflB merupakan metabolit aktif prokainamid. Untuk obat Populasi terbagi dalam dua atau lebih subpopulasi
yrrary bersifat prodrug, metabolisme ini mengubah bentuk dengan aktivitas enzim yang berbeda. Dalam hal
inaktif menjadi bentuk aktif misalnya perubahan enalapril enzim CYP, genotip populasi terbagi menjadi ertensive
mmenjadi enalaprilat, hormon steroid, vitamin D dll. metobolizers (EM) dan poor metobol'zers (PM), sedangkan
Proses utama selama metabolisme fase I adalah untuk enzim NAT2, rapid acetylators (RA) dan s/ow
olsidasi yang dikatalisis oleh superfamili enzim sitokrom acetylotors (SA). Sebagian populasi Asia merupakan
p450 (CYP) monooksigenase, atau disebut juga mixed ekxtensive metabolizer. Frekuensi PM pada keturunan
ffi,rrction oxidase (MFO). Dikenal berbagai isoenzim ini Asia Tenggara untuk enzim CYP2D6 hanya sekilar L-2Yo,
annatara lain CYP3A4, CYP3A5, CYP2D6, CYP2C9/L0, untuk enzim CYP2CL9 sekitar L5-25o/o, sedangkan untuk
CYP2C19, CYPLA2, dan CYP2E1. CYP3A4 merupakan enzim NAT2 antara 5-10%. Frekuensi PM pada populasi
siltokrom yang terbanyak di hepar dan usus dan merupakan dunia untuk enzim CYP2C9 antara 2-L0%. Kelompok poor
enzim yang memetabolisme sebagian besar obat.r2't7 metobolber membutuhkan dosis obat yang jauh lebih
Di samping enzim-enzim mikrosomal tersebut di rendah untuk obat-obat yang merupakan substrat dari
affis. ada beberapa enzim penting yang terdapat dalam enzim yang bersangkutan. Penghambat enzim yang poten
60 DASAR.DASAR IIMU PENYAKIT DATAM

dapat mengubah seseorang dengan genotip EM menjadi probenesid, glukuronat, sulfat dan konyugat glutation),
fenotip PM.1-5 dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (mis.
kuinidin, digoksin). Pada terapi gonore dengan golongan
Ekskresi dan Eliminasil-3'6 penisilin sering ditambahkan probenesid yang berfungsi
Ginjal merupakan organ terpenting dalam ekskresi obat menghambat sekresi aktif golongan penisilin di tubulus
dan xenobiotik lain. Selain itu, eliminasijuga dapat terjadi ginjal karena ber-kompetisi untuk transporter MRP.
melalui hepar; sistem bilier dan saluran cerna, melalui kulit, Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk
saluran napas, dan ASI. bentuk nonion obat yang larut lemak. Oleh karena
Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni derajat ionisasi bergantung pada pH larutan, maka hal
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal ini dimanfaatkan untuk mempercepat ekskresi ginjal pada
dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus. Fungsi ginjal keracunan suatu obat asam atau obat basa. Pada keracunan
mengalami kematangan pada usia 6-L2 bulan, dan setelah obat asam seperti fenobarbital atau salisilat diberikan
dewasa menurun L% per tahun. NaHCO3 untuk membasakan urin agar ionisasi meningkat
Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat, yakni sehingga bentuk nonion yang akan direabsorpsi akan
plasma minus protein, jadi semua obat bebas akan keluar berkurang dan bentuk ion yang akan diekskresi meningkat.
dalam ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein tetap Pada keracunan obat basa seperti amfetamin diberikan
tinggal dalam darah. NH4CI untuk meningkatkan ekskresinya. Ekskresi melalui
Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus ginjal akan berkurang pada gangguan fungsi ginjal.
proksimal terjadi dengan bantuan transporter membran Selain ekskresi melalui ginjal, jalur ekskresi obat yang
P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan
protein) yang terdapat di membran sel epitel tubulus. MRP keluar bersama feses. Transporter membran P-gp dan MRP
untuk anion organik dan konyugat (misalnya. penisilin, terdapat di membran kanalikulus sel hati dan mensekresi

+.1a+++..1=1rit+==:

Penginduksi

CYP344 terfenadin, astemizo[, lidokain, uinidin,diltiazem, ketokonazol,itrakonazol .fenobarbital,fenitoin


verapamil, simvastatin, atorvastatin, siklosporin, eritromisin,klaritromisin r i f a m p i n ,
eritromisin, claritromisin, kortisol, eksametason ritonavi[ nelfinavir deksametason,'St.
estrogen, tamoksifen, ritonavir, nelfinaviri cisaprid,
dapson, sildenafil, finasterid simetidin ,4
a_
CYP2D6 amitriptilin, impiramin, fluoksetin, paroksetin, kuinidin, simetidin
fluvoksamin, sertralin, trazodon, nefazodon paroksetin, fluoksetin (ieIatif resisien terhadaP'
haloperidoi, flufenazin, morfin, kodein, tramado[, haloperidol, fl ufenazin
d ekstrometorfan, metoprolol, karvedilol
cYP2C8 amodiakuin, klorokuin, paklitaksel, amiodaron trimetoprim,gemfibrozil 'r i'f 'a ni'p in
ibuprofen; diklofenak, repaglinid, rosiglitazon ketokonazol deksametason
fenobarbital
cYP2C9 S-warfarin, fenitoin, tolbutamid, glipizid, losartan, fluvoksamin, fluoksetin barbiturat, fenitoin '

irbesartan, diklofenak, ibuprofen, fluvastatin flukonazol, fluvastatin


simetidin, fenilbutazon
cYP2C19 S-mefenitoin, proguanil, omeprazol, lansoprazol fluvoksamin, fl uoksetin rifampin, prednison ,

moklobemid, barbiturat omeprazol, lansoprazol barbiturat, fenitoin


simetidin. ketokonazol

CYP1A2 teofilin, kafein, parasetamol. antipirin, fluvoksamin asap r-okok, daging


R-warfarin, takrin, klozapin, haloperidol siprof lokasin, oflokasin panggang arang
fluvoksamin simetidin, ketokonazol kubis,
eritromisin, klaritromisin rifampin, omeprazol
fenobarbital, fenitoin
CYP2E1 parasetamol, etanol disulfiram etanol (kronik), INH
halotan, enfluran
NAT2 INH, dapson, hidralazin, prokainamid, sulfadimidin,
sulfapiridin
I

DASAR.DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 61


F
F

aktif obat-obat dan metabolit ke dalam empedu. MRP sehingga kadar plasmanya rendah memiliki Vd yang besar
t" sekali (mis. Digoksin, amiodaron), sedangkan obat yang
berperan untuk anion organik dan konyugat (glukuronat
F
dan konyugat lain), dan P-gp untuk kation organik, steroid, terikat kuat pada protein plasma akan memiliki Vd yang
F
kolesterol dan garam empedu. kecil (mis. Warfarin, salisi lat, tol butamid).
P
F
Waktu paruh eliminasi (TLl2)
PARAM ETER FARMAKOKIN ETIK Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk turunnya
L kadar obat dalam plasma atau serum menjadi separuh dari
F kadar sebelumnya. Untuk obat dengan kinetika linear (firsf
Beberapa faktor fisiologi dan patologi mempengaruhi
Fr
h keberadaan dan farmakokinetik obat dalam tubuh. Tiga order),waktu paruh merupakan bilangan konstan dan tidak
faktor utama adalah bioavailabilitas, volume distribusi, terpengaruh oleh besarnya dosis, interval pemberian, dan
t waktu paruh {L/2),dan klirens. Waktu paruh eliminasi
O1/2) ditentukan oleh hubungan antara klirens dan
kadar plasma maupun cara pemberian.

F,
volume distribusi. Bersihan Total (Iotal Body Cleorance= CI)I-A
F Klirens total adalah volume plasma yang dibersihkan dari
F Bioavailabilitasl-3 obat per satuan waktu oleh seluruh tubuh, sedangkan
F
Bioavailabilitas menunjukkan fraksi dari dosi obat yang klirens organ adalah volume plasma yang dibersihkan
!i mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk aktif. Bila obat dari obat per satuan waktu oleh suatu organ. Parameter
I' dalam bentuk aktif diberikan secara intravena, maka ini menunjukkan kemampuan tubuh untuk mengeliminasi
bioavailabilitas adalah 100%. Tapi bila obat yang diberikan obat. Untuk obat dengan kinetika first ordeL Cl merupakan
H
adalah bentukyang belum aktif, maka bioavailabilitasnya bilangan konstan pada kadar obat yang biasa ditemukan
F adalah fraksi dari obat yang dikonversi menjadi bentuk dalam klinik.
Fi
aktif. Bila obat diberikan per oral, maka bioavailabilitsnya
F
ditentukan oleh jumlah obat yang dapat menembus
laju gliminasi oleh seluruh tubuh
dinding saluran cerna (diabsorpsi), dikurangi jumlah
adar obat dalam Plasma
yang mengalami eliminasi presistemik di mukosa usus
dan hepar. Bersihan total merupakan hasil penjumlahan bersihan
Biovailabilitas obat digambarkan dalam bentuk AUC dari berbagai organ dan jaringa tubuh, terutana ginjal
(area under the curve), yaitu luas area di bawah kurva dan hepar.
kadar plasma obat terhadap waktu, dibanding-kan dengan Cl = Clrenal + Clhepar + CIlain-lain
AUC obat tersebut bila diberikan secara intravena. Ini
disebut sebagai bioavailabilitas absolut. Sedangkan Bersihan hepar: adalah riotume plasma yang dibersihkan
bioavailabilitas relatif merupakan perbandingan AUC suatu dari obat persatuan waktu oleh h-epar (ml/menit). Pada
obat dibandingkan dengan AUC produk original, yang orang normal, bersihan hepar paling banyak dipengaruhi
diberikan dengan cara yang sama. oleh enzim hepar yang sangat bervariasi antar individu
Biaoavailabilitas absolut = AUC orallAUC iv akibat variasi genetik. Di samping itu, ada juga'pengaruh
Bioavailabilitas relatif = AUC oral produk x / AUC oral induksi dan hambatan enzim oleh obat lain. Selain itu,
obat standar afinitas (kuatnya ikatan) dan aviditas (besarnya ikatan)
Bioavailabilitas ditentukan oleh kadar obat dan lamanya obat pada protein plasma juga mempengaruhi berihan
obat berada dalam darah. hepan karena hanya obat yang berhasil lepas dari ikatan
proteinlah yang akan mengalami metabolisme. Pada
rjohme Distribusi (Vd; t.z.+ keadaan sirosis terjadi penurunan bersihan hepar akibat
Parameter ini menggambarkan luasnya distribusi obat berkurangnya enzim metabolisme. Selain itu, berkurangnya
di luar sirkulasi sistemik. Vd merupakan volume teoritis/ aliran darah ke hepar akibat aliran pintas juga mengurangi
irmajinatif bila obat terdistribusi ke jaringan dengan kadar bersihan hepar untuk suatu obat.
plasma. Jadi Vd tidak identik dengan volume penyebaran
Bersihan ginjal: adalah volume plasma yang dibersihkan
sesungguhnya atau volume anatomik. Untuk obat yang
dari obat persatuan waktu oleh ginjal (ml/menit).
berada dalam darah dan tidak terdistribusi, maka Vd-nya
Laju ekskresi obat oleh ginjal merupakan resultante
mendekati volume plasma, sedangkan untuk obat yang
dari ekskresi ditambah sekresi, dikurangi reabsorpsi:
didistribusikan secara luas, Vd-nya bisa sangat besar.
Yd = jumlah obat / kadar plasma Laju eliminasi oleh ginjal Laju filtrasi + sekresi -
reabsorpsi
Untuk obat yang didistribusi secara luas di jaringan CI ginjal= = k;t;;-pr;l;;
Kadar obat dalam plasma
62 DASAR-DASAR ILMU PENYAIOT DATAM

Laju filtrasi obat ditentukan oleh aliran darah ginjal, . dari brosur obat yang disediakan oleh pihak industri
fungsi ginjal dan ikatan obat pada protein plasma. Laju farmasi. Tabel berikut mencantumkan beberapa
sekresi ditentukan oleh aliran darah ginjal dan ada atau contoh penyesuaian dosis obat yang didasarkan
tidaknya kompetisi dengan zat lain. Sedangkan ikatan pada nilai klirens kratinin, atau informasi yang sejenis
protein plasma tidak banyak mempengaruhi sekresi yang tersedia pada brosur obat. Dengan semakin
karena proses ini bersifat aktif. Sedangkan laju reabsorpsi banyaknya obat baru tidak mungkin menyediakan
ditentukan oleh kelarutan bentuk nonion dalam lemak, pH tabel yang memuat semua obat. Untuk penyesuaian
urin, dan lajualiran urin. dosis biasanya dapat dilihat data dalam brosur
Untuk obat dengan sekresi tinggi (mis. Penisilin masing-masing obat. Cara ini merupakan cara yang
G), maka klirens ginjal terutama ditentukan oleh aliran paling mudah dan praktis.8'e
darah ginal, dan tidak banyak dipengaruhi oleh ikatan
2. Menghitung berdasarkan klirens obat di ginjal
protein plasma maupun insufisiensi ginjal yang ringan.
Tergantung dari nilai CCT ukur; maka penyesuaian
Sebaliknya, untuk obat yang terutama dieliminasi dengan
dosis dapat dilakukan menggunakan perhitungan
' cara filtrasi (digoksin, gentamisin), maka besihan ginjal
berikut:
banyak dipengaruhi oleh ikatan protein plasma dan fungsi
Dosis rf = Cl rf I Cl total x Dosis normal
filtrasi, tapi tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh aliran
Di mana Dosis rf merupakan dosis obat pada gagal
darh ginjal. Pada orang normal, bersihan ginjal banyak qinjal, Clrf = klirens obat pada gagal ginjal, Cl total
dipengaruhi oleh pH urin, terutam untuk obat-obat yang
= klirens renal + klirens non renal dalam keadaan
bersifat asam atau basa lemah.
normal (Cl total = Cl renal + Cl nonrenal). Cl renal
= klirens obat melalui ginjal dalam keadaan normal,
dan Cl nonrenal adalah klirens obat melaui jalan
PENYESUAIAN DOSIS PADA GAGAT GINJAL selain ginjal.
Untuk parameter Cl renal dan Cl nonrenal dapat dilihat
Untuk menghindari terjadinya intoksikasi akibat akumulasi
dalam tabel
obat pada gagal ginjal, diperlukan pertimbangan yang
sangat hati-hati sebelum memberikan obat. Beberapa hal Cl rf = (CCT ukur X Cl ,"n",) * Cl non,"n",
yang perlu diperhatikan antara lain: 100
. Berikanlah obat sesedikit mungkin dan dengan Misal untuk gentamisisn dengan Cl renal 78 mllmin
indikasi yang kuat. dan Cl nonrenal 3 ml/min, maka Cl total = 8L ml/min.
. Hindarkan pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik.
Bila CCT ukur 12 ml/min., maka Cl rf = 78 x (121100)
. Pilihlah obat yang ekskkresinya bukan melalui ginjal.
Maka dalam keadaan gagal ginjal dengan CCT ukur
Dosis Awal L2 ml/min, maka penyesuaia dosis adalah sebagai
Dosis awal pada umumnya dapat diberikan dengan berikut:
dosis biasa, agar dicapai kadar terapi dengan cepat. Hal
ini tertama diperlukan pada penyakit yang perlu segera Dosi rf = L2,4/8Lx dosis normal = QL5 x dosis iazim
diatasi, misalnya pada keadaan asma, gagal jantung, Dapat juga diberikan dosis lazim dengan interval
atau pada infeksi berat. Dosis awal umumnya tidak perlu pemberian 6,66 x intervel normal.
diturunkan, kecuali untuk obat dengan indeks terapi yang Cara ini lebih rumit dan memerlukan menghitung
sempit. setiap kali, sehingga jarang digunakan.

Dosis Penunjang
Penyesuaian dosis penunjang secara garis besar dilakukan INTERAKSI OBAT
dengan berbagai cara yaitu:
. Dosis diturunkan, tapi interval pemberian tetap. Pemberian dua obat atau lebih dapat menimbulkan
. Dosis tetap dengan interval pemberian diperpanjang interaksi. Walaupun dalam kenyataannya sangat sulit untuk
. Pemberian infus kontinyu. menghindari kombinasi obat, tapi harus disadari bahwa
Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan tiga cara; semakin banyak jumlah obat yang dikonsumsi semakin
1. Menggunakan tabel. besar risiko interaksi. Interaksi dapat menyebabkan
Dalam praktek sehari-hari, sering digunakan tabel meningkatnya efek suatu obat atau meningkatkan efek
yang mencantumkan penyesuaian besarnya dosis samping, tapi dapat juga mengurangi efek terapi sehingga
atau penyesuaian intervel pemberian bila dosis awal menyebabkan kegagalan terapi. Oleh sebab itu, interaksi
tidak berubah. Table ini diambil dari literature atau obat harus menjadi perhatian setiap dokter.
t DASAR-DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 63

ki
Tabel 2. Penycsuaian Dosis Obat Berdasarkan Derajat Kerusakan Ginial
la
m Laju Filtrasi Glomerulus mUmin
is Obat >50 t0-50 <10
in
Alopurinol Tidak berubah 50o/o 30%
]n 48-72 jam
24 jam 24-36 jam
lrl
Siprofloksasin Tiddk berubah 50-75olo 50,/o
,r Simetidin Tidak berubah 75% s0%
rg 'l.o-250/o
Digoksin Tidak berubah 25-75%
Flukonazol 24 jam 24-48 jam 48-72 jam
Gentamisin 60-9OYo 3A-70olo 20-30o/o
8-12jam t2 jam 24 jam
Litium Tidak berubah 50-75o/o 25-50o/a
Penisillln G Tidak berubah 75% 25-50%
6-8 jam 8-L2 jam 12-66jam
Primidon 8 8-12 jam 12-24 jam
bt
Prokainamid 4-6 jam 6-12 jam 8.24 jam
a!
Tobramisin 60-90% 30-70% 20-30Yo
n 12 jam 24 jam
8-12 jam
rl 24 jam
Vankomisin 24-72 jam 12 jam
N,

n
Interaksi dapat terjadi di luar tubuh, yang disebut absorpsi lebih banyak pada obat lain seperti
sebagai interaksi farmaseutik. Contohnya adalah interaksi digoksln, sehingga bioavailabilitas digoksin
antara dua preparat injeksi yang dicampur dalam satu meningkat. Sebaliknya untuk obat yang diabsorpsi
spuit, yang menimbulkan presipitasi atau perubahan terutama di usus halus seperti parasetamol,
warna. Misanya antara penisilin dengan vitamin C, antara diazepam, propranolol, fenilbutazon, levodopa,
gentamisin dengan karbenisilin. Selain itu, yang lebih perlambatan transit usus memperlambat absorpsi,
n sering adalah interaksi antara obat dengan pelarut, seprti sehingga bioavailabilitas obat-obat ini akan
L amfoterisin yang mengalami presipitasi dalam larutan menurun.
fisiologis dan dalam ringer laktat.l's
D
Metoktopramid yang mempercepat transit
Interaksi yang lebih sering adalah yang terjadi
usus akan meniri$katkan absorpsi parasetamol,
: dalam tubuh. Interaksi dalam tubuh dapat dibagi dalam
diazepam, levodopa, dan propranolol. Sebaliknya
T dua kelompok besar yaitu interaksi farmakokinetik dan
i
absorpsi digoksin jadi lebih lambat.Las
interaksi farmakodi namik.
- Perubahan flora usus.
:
Antibiotika spektrum luas dapat menibasmi flora
I
I nte ro ksi Farmoko kinetik
normal sehingga sintesis vitamin K berkurang,
i 1,. Interaksi dalam absorpsi
dan dapat meningkatkan toksistas warfarin.
Interaksi dalam absorpsi dapat terjadi akibat beberapa
Selain itu, pemecahan sulfasalazin oleh flora
mekanisme, antara lain:
normal jga berkurang sehingga efektivitas
- Interaksi akibat ikatan duajenis obat. sulfasalazin berkurang. Metabolisme levodopa
Misalnya antara antasida dengan obat lain seperti
yang sebagiannya dilakukan oleh flora normal
tetrasiklin, aspirin, kuinolon, eritromisin, Fe,
juga terpengaruh sehingga bioavailabilitas
dll, sehingga mengganggu absorpsi obat yang
levodpa meningka.
kedua.
- Interaksi akibat perubahan pH lambung. Inter aksi dalam distribusi
Misalnya NaHCO3 yang meningkatkan pH - Interaksi ini umumya terjadi karena satu obat
lambung dan mangakibatkan peningkatan disolusi menggeser obat lain dari ikatan protein plasma.
salisilat sehingga kecepatan absorpsi salisilat Hal ini terutama berlaku untuk obat dengan ikatan
meningkat. Sebaliknya vitamin C menurunkan pH protein plasma yang tinggi. Misalnya warfarin
lambung dan meningkatkan absorpsi Fe. yang terikat luas tapi lemah pada albumin
- Perubahan waktu pengosongan lambung. akan mudah digeser oleh AINS yang terikat
Misalnya antikolinergik memperlambat waktu kuat pada albumin. Interaksi ini mengakibatkan
pengosongan lambung dan memberi kesempatan kadar warfarin bebas akan meningkat, sehingga
64 DASAR-DASAR IIMU PENYAIGT DALAM

meningkatkan risiko perdarahan. Penggeseran meningkatkan risiko tosisitas.


oleh AINS inijuga berlaku untuk obat lain seperti - Alkohol dan fenobarbital mengalami autoinduksi
antidiabetik oral, walaupun secara klinis interaksi sehingga bahan ini akan dimetaolisme dengan
ini jarang menimbulkan hipoglikemia yang kecepatan yang makin meningkat. Hal ini me-
signifikan. Interaksi ini lebih nyata pada penderita nerangkan fenomena toleransi yang terjadi pada
dengan hipoalbuminemia. alkoholisme dan pada penderita yang mendapat
- Antara digoksin dan kuinidin terjadi kompetisi terapi fenobarbital jangka panjang.
untuk ikatan dijaringan dengan akibat meningkat-
4. Interaksi dalam eliminasi
nya kadar plasma digoksin.
- Probenesid menghambat sekresi penisilin,
- Dalam keadaan hiperbilirubinemia, pemberian
melalui tubuli ginjal sehingga sering digunakan
obat seperti AINS dapat meningkatkan kadar
untuk memperpanjang efek terapi penisilin.
bilirubin bebas dan meningkatkan risiko terjadinya
Probenesid juga menghambat eliminasi rifampisin
kern ikterus. Pemberian seftriakson yang memiliki
dan indometasin melalui empedu sehingga
ikatan protein plasma yang tinggi juga berisiko
dapat meningkatkan bioavailabilitas rifampisin
menggeser ikatan bilirubin, sehingga seftriakson
dan indometasin. Selain itu, probenesid juga
tidak dianjurkan dalam keadaan ini. Sebaliknya,
menghambat sekresi metotreksat, furosemid,
sefotaksim dan seftazid'im yang sedikit terikat
indometasin, dapson melalui ginjal.
pada protein plasma lebih aman dalam keadaan
hperbilirubinemia.
- Pirazinamid bersifat menghambat ekskresi
asam urat di ginjal sehingga obat ini dapat
3. Interaksi dalam metabolisme menyebabkan eksaserbasi artritis gout.
- Obat-obat tertentu bersifat merangsang dan - Bikarbonat menyebabkan alkalinisasi urin dan
yang lain menghambat aktivitas enzim sitokrom mempercepat ekskresi obat asam seperti salisilat
P-450 di hepar. Rifampisin, fenobarbital, fenitoin, dan fenobarbital melalui ginjal. Sebaliknya,
merupakan perangsang kuat enzim sitokrom alkalinisasi urin akan memperlambat bersihan
P450 dan pemberiannya akan mempercepat obat basa seperti amfetamin, efedrin, kuinidin,
metabolisme obat lain yang dimetablisme oleh dil.
sitokrom P-450.
- Eritromisin, simetidin, ketokonazol merupakan I ntero ksi Fo rmo kodin o milC'7
menghambat sitokrom P450 dan dapat 1. Interaksi di tingkat reseptor. Interaksi farmakodinamik
meningkatkan bioavailabilitas obat lain dan dapat terjadi di tingkat reseptor dan di luar reseptor.

Obat A obat B Mekanisme Efek


Antasid Tetrasiklin, kolestiramin, Hambatan absorpsi obat B Bioavailabilitas B I'
digoksin
PPI, antihistamin 2 Ketokonazo! Perubahan pH lambung Absorpsi obat A J
Rifampisin, karbamazepin, Warfarin, kuinidin, Induksi CYP Bioavailailitas B J
barbiturat, fenitoin siklosporin, losartan
Antidepresan trisiklik, b-bloker; kodein Hambatan CYP2D6 Efek p-bloker t, efek
fluoksetin, kuinidin kodein J
Simetidin Warfarin, teofilin, fenition Hambatan CYP Efek B t
Ketokonazol, itrakonazol, Statin, siklosporin, sisaprid, Hambatan CYP3A Efek/toksisitas Bt
eritromisin, klaritromisin, Ca- terfenadin, indinavir
antagonis, ritonavir
Alupurinol Azatioprin,6-MP Hambatan Xantin oksidase Efek/ toksisitas Bt
Amiodaron Warfarin, digoksin, kuinidin Hambatan CYPs Tosiitas B t
Gemfibrozil, fibrat Statin Hambatan CYP3A Rabdomiolisis
Kuinidin, amiodaron, Digoksin Hambatan glikoprotein-P Toksisitas B t
verapamil, siklosporin,
itrakonazol, eritromisin
Fenilbutazon, probenesid, Penisilin, metotreksat Hambtan sekresi tubulus Bioavailabilitas penisilin t
salisilat
DASAR- DASAR FARMAKOLOGI KUNIK 65

Interaksi di tingkat reseptor dapat bersifat antagonistik


seperti yang terjadi antara propranolol dengan
epinefrin, prazosin dengan epinefrin, antara morfin
dengan nalokson, dan lain-lain.
2. Interaksi fisiologik dapat terjadi tanpa interaksi
langsung di tingkat reseptor. Misalnya interaksi
antara p-bloker dengan digoksin, B-bloker dengan
verapamil yang dapat menyebabkan blok AV dan
bradikardi berat. Antara analgesik dengan hipnotik-
sedatif atau opiat dapat terjadi reaksi sinergistik yang
saling memperkuat efek. Amfoterisin dan furosemid
dapat menyebabkan hipokalemia dan meningkatkan
risiko tosisitas digoksin, antara antihipertensi dengan
obat-obat simpatomimetik, dan lain-lain.

REFERENSI

1. Setiawati A. Farmakokinetik klinik. Dalam: Ganiswama SG,


Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, editors.
Farmakologi dan Terapi. 4th ed. ]akarta: Fakultas Kedokteran
W;1D5. p.811-9.
2. Holford NHG. Pharmacokinetics & Pahrmacodynamic,
Rational dosing and the time course of drug action. 14:
Katzung BG.Basic and Clinical Pharmacology. Tth ed.
Boston:McGraw-Hill; 2004. p.34-50
Wilkinson GR. Pharmacokinetics. The dynamic of drug
absorptiory distribution, and elimination. In: Hardman
|G, Limbird LE, 6ditors. Goodman and Gilman's The
Pharmacological basis of therapeutics. 10th ed. New York:
McGraw-llill 2001. p.3-30.
4. RodenDM. Principles of Clinical Pharmacology. In: Kasper,
Braunwal{ Fauci, Hauser, longo Jamesorl editors. Harrisonls
Principles of lntemal Medicine. 16ed. hrternational, edition:
McGrw-HilL 2005. p.13-25.
Setiawati A. Interaksi obat. Dalam: Ganiswarna SG,
Setiabudy & Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, editors.
Farmakologi dan Terapi. 4th ed. ]akarta: Fakultas Kedokteran
Ul;1995. p.800-10
Sitar DS. Clinical Pharmacokinetics and Pharmacodynamic.
In: Carmthers SG, Hoffman BB, MelmonKl, Nierenberg DW,
editors. Melmon and Morelli's Clinical Pharmacology. 4th ed.
New York: McGraw-HilL 2000. p.1207 -22.
Oates JA, Wilkinson GR. Principle of drug therapy. tr: Fauci,
Braunwald, Isselbacher, Bemett \AIM. Guide to drug dosage
in renal failure. In. Speight TM, Holford NHG. Avery's drug
treatrnent. 4th ed. Adis IntemationaL 1997. P. 17'25-56.
8. Detti L. Nomogram method of dose estimationinrenal failure.
In. Speight TM, Holford NHG. Avery's drug treatment. 4th
ed. Adis Intemational; 1997. p. 1757-60.
9. Matzke GR, Frye RF. Drug therapy individualization for
patients with renal insufficiency. In: Dipiro JT, Talbert
RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM, editors.
Pharmacotherapy. A pathophysiologic approach. 7th ed.
MacGraw Hill;2008. p. 83344.
L2
NEUROSAINS DAN PENYAKIT ALZHEIMER
lan S. Purba

PENDAHULUAN Dendrit
Neurosains adalah ilmu yang mempelajari fisiologi dan
patologi dalam hal struktur, fungsi, pertumbuhan dan ll
t
degenerasi dari sistem susunan saraf yang kesemuanya
ini berhubungan dengan pembentukan perilaku dan Nodus Ranvier
proses belajar. Komponen perilaku dan proses belajar
baik itu dalam keadaan sehat dan patologi berhubungan
erat dengan kondisi biokimiawi yang ada di otak yang
disebut dengan neurotransmiter. Neurotransmiter Badan sel
terdidi dari 2 kelompok yakni yang termasuk ke dalam
kelompok inhibitorik dan eksitatorik. Neurotransmiter Gambar 2. Komunikasi antar neuron
ini dihasilkan oleh sekelompok neuron yang berada di
nukleus tertentu.
ruang sinapsis oleh ujung akson di presinapsis. Neuro-
Dalam tahap awal perkembangan fungsi otak masih transmiter ini akan berganbung dengan reseptornya
yang ditemukan di pos-sinapsis di dendrite dari neuron
terbatas dalam peran kontrol motorik dan sensorik.
U ntu k selanjutnya pertu mbu han beri kutnya menya ng kut
berikutnya mengakibatkan terjadinya metabolisme dar!
perkembangan kelompok limbik yang berperan dalam neuron penerima mneurotransmiter tersebut r
kontrol emosi, memori dan bioritmis. Perkembangan ini Otak terdiri dari sekitar 10 milliar neuron dan dari
seluruh neuron ini mempunyai sekitar 1 trillion kontak.
diakhiri dengan berperannya neokorteks atau juga yang
Kesemuanya ini akan berperan dalam melakukan fungsi
disebut dengan otak yang berperan dalam fungsi kognitif,
otak. Jika kontak satu dengan lainnya akibat beberapa
bahasa serta inteligensia.l Otak mengalami perubahan
baik struktur maupun fungsional sesuai penggunaannya.
penyebab misalnya stroke, epilepsi akibat fokus,
Sel otak yang disebut dengan neuron berhubungan satu
autoimun seperti multipel sklerosis yang ditemuka di
dengan yang lain melalui dendrit.
otak ataupun akibat degenerasi otak maka fungsi otak
baik motorik maupun sensorik atau fungsi kognisi akan
menjadi terganggu. Hidup dalam keadaan sehat berarti
konektivitas antar neuron tidak terganggu.

NEUROSAINS DAN DEMENSIA ALZHEIMER


(b) (c)

a. baru lahir; b. umur 7 tahun; c. umur 15 tahun Jumlah penderita demensia di negara yang sedang
berkembang saat ini semakin meningkat sejalan dengan
Gambar 1. Kepadatan sinaptik dari neuron
peningkatan angka harapan hidup. Penyakit Alzheimer
Gambar 2 menjelaskan komunikasi antar neuron adalah penyakit degenerativ yang progresif, merupakan
terdapat di sinapsis. Komunikasi neuron ini bisa penyebab sindroma demensia. Untuk pertamakalinya
berlangsung melalui neurotransmitter yang di sekresi ke ditemukan oleh Alois Alzheimer tahun 1906, seorang

66
NEUROSAINS DAN PENYAKIT ATZHEIMER
67

\eurolog dan Psikiater Jerman pada pasien berusia 5L NEUROPATOLOGI


:ahun dengan keluhan, paranoid, kehilangan ingatan,
disorientasi dan halusinasi. pada penelitian postmortem Secara makro-anatomi otak penderita Alzheimer
Citemukan seniLe ploques (Sp) dan neurofibriLloty tongLes memperlihatkan atrofi berupa pelebaran dari sulkus dan
N FT) serta hiperfosforialse tau di korteks serebral. ventrikel serta penipisan dari girus yang mengakibatkan
Patogenesis penyakit ini sangat kompleks dalam penurunan berat otak. Penurunan berat otak ini bisa
<eterkaitan fisiopatologi dengan melekular; serta selular. mencapai leblh dari 35%.s
Neuron di neokorteks, hipokampus, amigdala dan basal
forebrain sistem kholinergik adalah bagian yang berperan
di region otak dalam menjalankan fungsi memori.
Penderita ini biasanya ditemukan pada usia lanjut,
akan tetapi bisa juga pada umur yang muda. Tanda klinis
yang utama adalah kehilangan memori, penurunan fungsi
kognltif yang pada akhirnya menyebabkan kehilangan
kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Keadaan ini
berdampak pada ketergantungan hidup sehari-hari baik
dari keluarga maupun pendamping.

Gambar 4. Atas : otak penderita penyakit Alzheimer, bawah:


otak sehat

Pemeriksaan histopatologis ditemukan deposisi


ekstraselular Ap, neurofibrillory tangLes (NFT) penyebab
disfungsi dari sinapsis yang bisa berlanjut pada kematian
neuron terutama di hipokampus.r 6, 7

Gambar 3. Alois Alzheimer (1864-1915), Auguste Deter; 51


tahun

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi penderita penyakit Alzheimer di dunia tahun


2006 ditemukan sekitar 26.6 juta. Sejalan dengan
peningkatan angka harapan hidup di berbagai negara
jumlah ini diperkirakan menjadi empat kali lipat tahun Neuron normal Penyakit Alzheimer
pada 2050 2. Penderita demensia di negara yang
sedang berkembang saat ini juga cenderung semakin
meningkat. Dari studi epidemiologi di sejumlah Negara
di Asia dan sekitarnya dltemuka n 24.3 juta penduduk
penderita demensia dan akan mencapai 65 juta pada
2050 2'3. Wanita berisiko yang lebih tinggi untuk
mengidap penyakit Alzheimer dibanding pria. penelitian . Subunit mikrotubulus terurai
"; .i
N,4ikrotubutLs ^
secara prospektif yang dilakukan pada145g kasus di Neuron abnormaiS .. ".,T,:n,"S f l
,, .60',38f"'il[
Kabupaten dan Kotamadya Bogor pada tahun !996 4, ,#&4 &a 'ffi*i
d itemu kan penderita demensia sebanyak 0.94o/o.An gka
ini menunjukan jumlah penderita demensia didaerah
=o -"ffi"t*-:""I'
L% -*l,o,,or,r" '^ffi *'
t
Terdisintegrasi

tersebut yang berpenduduk 4.2 juta diperkirakan Formasi dari NFT


mencapai 40.000 orang. Gambar 5.
68 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Selain NFI ditemukan juga penumpukan plaks AB. Alzheimer.la Penumpukan AB di otak dapat memicu
Penumpukan plaks Ap bisa diakibatkan oleh disfungsi kerusakan neuron lain karena bersifat toksik. plaks
reseptor vaskular sauar darah otak. Akibat disfungsi amiloid ini juga bisa merusak neuron kolinergik di bosal
vaskular ini maka pelepasan AB ke sirkulasi darah akan forebroin yakni di nukleus basalis Meynert (nbM) lokasi
terganggu. Reseptor di sauar darah otak bertanggung neuron penghasil neurotransmiter asetilkholin sehingga
jawab terhadap keluar masuknya Ap dari cairan interstisial mengakibatkan gangguan memori.ls Gangguan kognitif
ke pembuluh darah dan sebaliknya adalah lipoprotein diakibatkan menurunnya asetilkholin ke jaras kolinergik
re ce pto r- re lo ted p rote in (LRP) m dan rece pto r fo r a d vo n ce d menuju regio kortikolimbik akibat penumpukan AB
glycotion end product (RAGE). LPP adalah protein yang dilokasi tersebut.16
mempunyal densitas rendah akan memediasi Ap dari otak
ke pembuluh darah sementara RAGE berfungsi sebaliknya. Amiloid beta (Ap)
Interaksi antara Ap dengan LRP dan RAGE akan menentukan Amiloid-beta merupakan kelompok protein endogen
komunikasi kapiler dengan AB, endositosis dan transitosis dan disekresi sebagai produksi metabolisme neuron.
sepanjang sauar darah otak menuju pembuluh darah dan Secara fisiologik Ap sebagaimana kelompok protein
sebaliknya.ae Selain gangguan reseptor di sauar darah otak neuromodulator lainnya berperan untuk menjamin fungsi
penumpukan Ap bisa juga diakibatkan pembentukan AB otak dalam mentransfer informasi antar neuron di sinaptik
yang berlebihan akibat gangguan mutasi secara genetik misalnya dalam proses belajar dan memori. 1? Ini dibuktikan
dari peptida amiloid yang berasal dari App.10,11 Kalsium dari data penelitian yang menunjukkan bahwa sekresi
merupakan mediator aktivitas elektrik dari neuron melalui Ap mengakibatkan peningkatan aktivitas sinapsis. Jika
reseptor N-methyl D-aspartate (NMDA). perubahan produksi Ap di inhibisi atau ditiadakan misalnya akibat
keseimbangan kalsium akan mempengaruhi metabollsme pemberian obat anti AB maka komunikasi neuron akan
APP yang berperan dalam pembentukan Ap. Hubungan terganggu.lT
antara reseptor glutamate dan kalsium dengan reseptor Pembentukan plaks ini akan mengganggu kerja
NMDA melalui sekresi neuronal Ap akan mengambil neuron terutama di hipokampus dan kortkes serebral
bagian dalam proses plastisitas sinapsis, regulasi gen serta Pada orang sehat kadar sekresi AB diatur melalui
kematian neuron. Plastisitas sinapsis diartikan penyesuaian proses umpan balik. Pada penyakit Alzheimer kemungkinan
kapasitas sinapsis untuk merespons aktivitas neuron dalam adalah tidak adanya reaksi umpan balik sehingga produksi
tujuan proses pembelajaran ataupun memori dalam hal AB diproduksi tanpa adanya inhibisi. Hal ini menimbulkan
ini metabolisme neuron itu sendiri. Keberadaan Ap akan penumpukan sebagai plaks amiloid. Sekitar 90% dari AB
menurunkan kapasitas plastisitas sinapsis. Hal ini terjadi yang disekresi dari neuron berasal dari APP adalah dalam
karena AB menurunkan transmisi dari signal sepanjang kelompok AB-40 dan sisanya sebanyak.l0% dalam bentuk
sinapsis. 12, 13 larutan protein Ag-42 dan AB-43. Kelompok AB -42 dan AB-
Peningkatan aktivitas reseptor NMDA melalui aktivasi 43 sangat fibrilogenik, dalam bentuk penumpukan agregat
ekstra sina ptik a kan mening katkan sekresi alfa-sekretase dan neurotoksis. Jika terjadi penumpukan AB menjadi plaks
serta memodifikasi APP untuk memicu peningkatan amiloid maka sistem imun mendefinisikannya sebagai zat,
produksi Ap.13 Peningkatan produksi Ap juga merupakan toksik mengaki batka n aktivasi dari m ikrogl ia.18,1e
faktor stimulus terhadap proses inflamasi pada penyakit
/
I
[[

ltl

fi

[]ll

ffi

h
AB iilu

Amyloid precursor protein (APP) adalah prekursor menjadi plaks amiloid


a. APP menerobos sel membran keluar neuron
b. Enzim memotong molekul APP menjadi fragmen protein dan amiloid-beta
c. Fragmen amiloid-beta yang terpotong berkumpul besama dan membentuk plaks e
Gambar 5. Plaks Ap
M
d
NEUROSAINS DAN PENYAKIT ALZHEIMER 69

Peran Sistem Imun ingat (memori), penurunan fungsi intelektual yang


Proses inflamasi berperan utama dalam patologi menyebabkan perubahan perilaku (American Psychiatric
penyakit Alzheimer. Peningkatan produksi AB protein Association, 1994).3s Gangguan fungsi kognitif sebenarnya
akan mengaktivasi sistem imun bawaan. Aktivasi sistem merupakan bagian dari proses penuaan. Petersen et
imun pada penyakit ini merupakan reaksi tubuh untuk al. (1999)36 dalam penelitiannya menemukan adanya
memproteksi otak secara utuh .1a Pembentukan plaks stadium transisi antara usia lanjut sehat dengan penyakit
amiloid yang terusmenerus dan dipihak lain adanya demensia yang disebut dengan mild cognitive impairment
gangguan reseptor di sauar darah otak maka penumpukan (MCI). Gangguan kognitlf pada proses penuaan yang
amiloid berupa plaks tidak bisa dihindarkan. Keberadaan sehat dapat dibedakan dengan yang patologis dengan
plaks amiloid di otak dianggap sebagai proinflamasi yang menggunakan test neuropsikologis dengan menggunakan
menstimulasi mikroglia dan asrosit menjadi aktif seperti The Consortium to Estoblish a Registry for Alzheimer's
interleukin-l-B (lL-18), tumor necrosis foctor-a (TNF-cr), Diseose (CERAD)' atau dengan menggunaan test skrining
dan interferon- B, disekitar plaks amiloid. Peningkatan untuk kognitif The Montreol Cognitive Assessment Bottery
ini diduga mempercepat pembentukan TNF.20'21 Pada (MoCA) yang hampir mirip dengan MMSE.3 Pada penderita
tikus percobaan proinflamasi sitokin dapat mentriger dan MCI ditemukan penurunan fungsi kognitif yang tidak
mempercepat proses neurodegenerasi.22 Peneliti Forlenza ditemukan pada penuaan normal dengan umur yang
et al. (2009) 23
menemukan peningkatan IL-1p pada MCI sama. Aktivitas sehari-hari dalam stadium MCI masih
yang berarti petanda proses neurodegeneratif menuju normal walaupun keluhan memori sudah mulai muncul.
proses terjadinya penyakit Alzheimer. Sekitar 10-75o/o pederita MCI terutama tipe amnestik bisa
berkembang ke stadia prodromal penyakit Alzheimer
Alrtivasi Mikroglia sementara pada proses penuaan normal diperkirakan
Mikroglia adalah bagian dari sistem imun dalam susunan hany a L-2% (Nassreddi ne et al., 2005)36' 3''3e. Di perkiraka n
saraf pusat 2a. Dalam keadaan normal, mikroglia berada sekitar L2o/o penderita MCI akan berkembang ke stadia
dalam keadaan istirahat dan menjadi aktif jika ada infeksi prodromal penyakit Alzheimer dalam jangka waktu 1
n sar af .2a,2s M i krog ia berkesa n g g u pa n u ntu k
ata u ke rusa ka I tahun. Angka ini akan meningkat menjadi 20o/o dalam
mensekresi reoctive oxygen species (ROS), nifric oxide (NO), jangka waktu 3 tahuna0 untuk selanjutnya bisa mencapai
interleukin-L-beta (lL-LP), dan tumor necrosis foctor-aLpho sekitar 50% pada 5 tahun berikutnya.3s Gangguan
(TNFo) yang digunakan dalam menghadapi masuknya neuropsikiatrik yang muncul pada MCI berkisar antara 43-
benda patogen di otak. Di sisi lain zat-zat tersebutjuga bisa 59Yoat dan simptom yang sama ditemukan pada penderita
bersifat neurotoksik penyebab kerusakan neuron seperti stadium awal dari penyakit Alzheimer.a2'a3
pembentukan plaks yang juga berperan sebagi trigger Menyikapi stadium M(1. beberapa faktor risiko perlu
immunologik yang selanjutnya kembali mengaktifkan ditelusuri termasuk penyakit kardiovaskular seperti
mikroglia 2a. Aktivasi mikroglia ini dibutuhkan untuk tujuan hipertensi, penyakit serebrovaskular, fibrilasi atrium,
pembersihan penumpukan Ap melalui proses fagositosis perokok berat serta diabetes filsl11Lr5.++'+s \4engenali faktor
dengan menggunakan Toll-like receptor 4 (TLR4).'z6 risiko dan stadium transisi ini penting karena menyangkut
strategi penanggulangan terhadap demensia penyakit
Aktivasi Astrosit Alzheimer.a6 Penanggulangan secara dini diharapkan
Astrosit bagian dari sel yang berperan dalam dapat memperlambat proses penyakit dan ataupun bisa
mempertahankan homeostasis di otak dalam hal memproteksi kematian neuron.
memfungsikan reseptor yang berhubungan dengan sistem
imun bawaan termasuk reseptor T limfosit.27,28,2e Pada otak
penderita penyakit Alzheimer ditemukan astrosit yang ETIOLOGI
reaktif dan terintegrasi dengan komponen plaks neuritik
begitu juga dengan plaks Ap serta disekitar pembuluh Etiologi penyakit Alzheimer sampai sekarang belum
darah di otak.3o, 31, 32 Astrosit berreaksi melalui kontak diketahu dengan pasti. Namun dari sejumlah penelitian
langsung dengan zat imunogen seperti lipopalisakharida baik secara epidemiologik maupun neurobiologik
(LPS) melalui imunomediator seperti TNF-cr.33, 34 ditemukan berbagai faktoryang berkaitan dengan proses
penuaan, pengaruh zat toksik seperti aluminium, logam
berat, hiper - hipotiroid, diabetes, autoimun dan proses
GEJALA DAN TANDA PENYAKIT ATZHEIMER inflamasi. Proses inflamasi ini distimulasi oleh penumpukan
Ap protein.a7,a8 Selain itu radikal bebas, trauma kapitis serta
Demensia merupakan suatu sindroma klinis ditandai stres dan depresi beratyang berkepanjanganjuga diduga
oleh gangguan lungsi kognitif berupa penurunan daya berperan sebagai faktor penyebab penyakit Alzheimer.ae'so
70 DASAR-DASAR ILMU PENYAItrT DATAM

Setain itu faktor pendidikan juga berperan dalam kejadian


AREN).s6 NINDS-AREN in kecuali untuk demensia penyakit
ini. Hal ini ditemukan oleh beberapa peneliti bahwa orang
Alzheimer juga sangat sensitif untuk demensia vaskular.s6
yang berpendidikan tinggi mempunyai kapasitas otak
Gejala MCI sangat perlu diperhatikan karena
yang jauh lebih besar (misalnya dendrite dengan demikian
penyandang MCI mempunyai risiko untuk demensia
sinapsis di korteks lebih banyak) dibanding dengan yang Alzheimer. Gejala awal ini dimulai dari permasalahan
berpendidikan rendah yang berarti lebih resisten terhadap belajari gangguan berbahasa dan gangguan intelektual.
kematian sel-sel. penemuan ini didukung juga oleh peneliti Pada stadium terminal bisa ditemukan mutismus,
Graves dkk. (1994).s1 inkontinensia urin dan fekal.sT pada stadium ini kehidupan
Faktor genetik dikaitkan dengan kelainan pada sehari-hari sudah mulai bergantung pada bantuan orang
kromosom L, !4, !9, 2L penyebab penyakit Alzheimer. lain. Dari hasil penelitian ternyata adanya kebersaman
i: s3 Kelainan pada kromosom
2L menyangkut aktlvitas antara gangguan visual berupa Gangguan visual sering
produksi amyloid precurson protein (App) yang bisa ditemukan pada penderita penyakit Alzheimer berupa
mencapai antara 50-100% ditemukan pada penderita penurunan ketajaman visus dan gangguan persepsi benda
rnuda.dibawah 65 tahun. Selain produksi App yang tiga dimensi serta persepsi gerak.ss,se Demikian juga
berlebihan bisa juga diakibatkan kerusakan pada proses gangguan berbahasa termasuk afasia, apraksia disertai
pembentukann App yang sering ditemukan pada kelainan
demensia.60 Kematian pada umumnya terjadi dalam batas
autosomal akibat mutasi dari gen App dan presenil t dan 2 waktu 6 sampai 7 tahun sesudah menderita penyakit
yang berperan dalam aktivitas sekretase pada kromosom tersebut. Delapanpuluh persen (80%) darijumlah kematian
l dan kromosom 14.s2,s3 pada penderita penyakit Alzheimer disebabkan oleh
pneumonia dan gangguan sirkulasi seperti dehidrasi.6l
Pemeriksan penunjang dengan computer tomography
DIAGNOSIS (CT), electroencephalogrophy (EEG) bertujuan untuk
membedakan etiologi diakibatkan oleh gangguan
Seperti disebut di atas demensia merupakan sindroma vaskular seperti multi infark demensia (MID) atau
yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor dan jenis degenerasijaringan otakyang nantinya berkaitan dengan
penyakit. Dalam menegakkan diagnosis klinik dibutuhkan
terapi dan prognosis dari sindroma tersebut.s6,62
tahapan seperti di bawah ini: Penggunaan metode imaging seperti positron Emission
a. Diagnosis diferensial dengan penuaan normal Tomogrophy (PET) bertujuan untuk melihat metabolisme
b. Diagnosis diferensial dengan beberapa faktor dan glukose di regional serebral (rCMRGlu) dengan memberi
i
penyakit penyebab demensia. suntikan 1-8F-2-fluoro-2-deoxyglucose (FDG). Reduksi
)
Dalam menentukan diagnosis perlu pemeriksaan rCMRGlu pada umumnya ditemukan.di daerah parietal,
neurologis, internistis dan pemeriksaan neuropsikologis temporal dan frontal. Demikian juga halnya dengan
pemeriksaan melalui Single photon Emission Cor\puted
;
terrnasuk depresi dengan menggunakan CERAD atau
MoCA. Pemeriksaan penunjang seperti MRI, darah lengkap, Tomogrphy (SPECT) dan pemeriksaan laboratorium lainnya.
I
1
defiensi vitamin B12, hipotiroid juga perlu dilakukan. Selain Menegakkan diagnosa klinik yang tepat sangat penting .
p
itu .!uga yang perlu mendapat perhatian adalah faktor untuk membedakan jenis demensia yang reversibel
p
genetis dan sosial serta penggunaan obat-obatan.sa ataupun ireversibel.
Gangguan neurologis yang sering ditemukan antara Pemeriksaan laboratorium untuk AB42 di CSF
E
iain meningkatnya tonus otot, mioklonus, gangguan menunjukkan keakuratan sebanyak 55% dengan
il
rnotorik demikian juga munculnya refleks primitif dalam sensivitas yang mencapai 85% dan spesifitas sebanyak
dlt
cnterlo proboble Alzheimer,s Diseose (the Notionol lnstitute 86%. Sedangkan pemeriksaan tau protein bisa mencapai
$@
of NeuroLogicol ond Communicative Disorders and Stroke 65%. Kombinasi kedua pemeriksaan ini bisa mencapai
llgr
and Abheimer's Diseose ond Related Disorder Associotion g5-90%.63
h
,NINCDS-ADRDA).55 Gangguan ini bisa disebabkan oleh Diagnosa klinik hanyalah menyebutkan probable
degenerasi dan kerusakan neuron di beberapa nukleus Alzheimer's diseose yang bisa mencapai gS-gO%.64
d
seperti di substansia nigra, neuron aminergi di batang Sementara diagnose penyakit Alzheimer yang definitif N
mm
otak seperti LC, rafe dorsalis dan neuron di korteks dan harus didasari oleh hasil pemeriksaan jaringan otak
fllh
hipokampus serta korteks lobus frontalis. Berat ringannya (Postmortum).6s'66
gangguan klinis ini bergantung pada tingkat kerusakan
ffi
neuron-neuron di areal tersebut. Selain NINCDS_ADRDA
lhrllt
dapat juga digunakan NationaL lnstitute of NeuroLogicol PEMERIKSAAN BIOMARKER imlm
Disorders ond Stroke ond the Associotion lnternotionoLe pour
NilI
lo Recherche et l'EnseignetmQnt en Neurosciences (NINDS_ Sejauh ini diketahui bahwa elemen yang ditemukan di ifiilItE
NEUROSAINS DAN PENYAKIT ALZHEIMER 7t

CSF pada penyakit Alzheimer adalah kelainan dalam IMPLIKASI DETEKSI DINI SEBAGAI STRATEGI
komposisi total tau (T-tau), phospho-lau (P-tau), dan PENANGANAN PENYAKIT ALZH EIM ER
fragmen 42-asam amino dariAB (AP-42).' T-Tau adalah
petanda aktivitas degenerasi akson di korteks 68'6e'70. Strategi penanganan penyakit Alzheimer dimulai
P-Tau memberi gambaran patologiterbentuknya NFT 71'72, dari pengenalan proses patologi seperti formasi dan
sementara 49-42 meru pakan petanda patolog i plaks,. 2'7 3'7 4 penumpukan protein Ap sebagai plaks amiloid. Plaks
Kesemuanya petanda bisa digunakan utuk mendiagnosis amiloid di hipokampus dan korteks akan mengakibatkan
penyakitAlzheimer secara laboratorium mulai dari prediksi kematian neuron sehingga jaras sekresi asetilkholin (ACh)
AD pada MCI dengan tingkat sensivitas mencapai 75%- yang berasal dari nukleus basalis Meynert (nbM) menuju
95o/o 67. Kekuatan pemeriksaan ini di prediksi sangat korteks akan terreduksi. Reduksi ini bisa mencapai 30-90%
84,8s. Pemberian ACh atau ACh-esterase inhibitor tujuan
optimal dalam populasi umum dan MCI secara kohort. 7s
terapi adalah untuk meningkatkan kembali kadar ACh di
si na psis.
PENYAKIT ALZHEIMER DAN KATARAK Akumulasi Ap di otak terjadi selain peningkatan
produksi Ap juga akibat adanya kerusakan reseptor
Penelitian epidemiologik dan pemeriksaan klinik serta pada sauer darah otak sehingga Ap tidak dapat di
biokimiawi menunjukan adanya persamaan proses sekresi atau sangat terbatas ke sirkulasi umum. Kelainan
terjadinya katarak dengan penyakit Alzheimer dalam hal ini mengakibatkan kadar Ap di sirkulasi menurun
etiologi dan mekanisme perjalanan penyakit. Gangguan sementara di likuor meningkat. Gangguan di sauar
visual sering ditemukan pada penderita penyakit Alzheimer darah otak mungkin diakibatkan proses inflamasi Ap
berupa penurunan ketajaman visus dan gangguan persepsi pada epitel vaskular darah di otak yang berdampak
benda tiga dimensi serta persepsi gerak.s8'ss Penderita terhadap kerusakan reseptor NMDA. Kejadian patologi
penyakit Alzheimer selain menderita glaukoma juga sering ini mengakibatkan akumulasi Ap berupa formasi plaks
menunjukan degenerasl n.optikus serta kehilangan sel di berdampak pada gangguan sistem imun di otak. Dari
ganglia retinalis.T6rT Selain itu ditemukan kehilangan bentuk berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa pasien
dan karakter dari lapisan jaringan saraf retinal, penyempitan yang menggu nakan nonsteroidol anti-inflammotory drugs
dari vena untuk selanjutnya penurunan dari aliran darah (NSAID) berisiko rendah untuk mendapatkan penyakit
dari retina ke vena pada fase awal dari penyakit Alzheimer.T6 Alzheimer.86,87 Pengguna NSAID dengan target enzim
Dari pemeriksaan neuro-optalmologi penderita penyakit cyclooxygenase (COX) menurunkan prevalensi kejadian
Alzheimer oleh Rizzo et al., (1992) 78 ditemukan bahwa penderita Alzheimer. 88'8e's0 Penurunan prevalensi ini bisa
gangguan visual pada penyakit Alzheimer didominasi diakibatkan oleh efek NS$ID terhadap proses inflamasi
oleh patologi pada kortek asosiasi dibandingkan dengan di vaskular serta peran nitrik oksida pada mikroglia
gangguan pada retina atau n. optikus. Amstrong, (1996) untuk memfagositosis AB dalam penanggulangan demensia
7e menemukan Alzheimersl. Dari teori ini muncul bahwa femberian NSAID
densitas plaks dan tangles secara spesifik
pada penderita penyakit Alzheimer di areal korteks visual juga berperan dalam menginhibisi proses kelanjutan
primer (girus lingualis dan kunealis). Selanjutnya ditemukan patologi penyakit Alzheimer.
bahwa densitas plaks dan NFT di girus kunealis lebih Strategi lain menyangkut menghambat formasi plaks
padat dibandingkan di girus lingualis. Pembentukan plaks amiloid adalah dengan menginhibisi pembentukan Ap dari
amiloid di otak diduga dimulai sebelum onset demensia, APP melalui pemberian gamma-secretase inhibitor. Enzim
dan prosesnya melibatkan profil lipid LDL, APOEe4, Ap gamma-secretase berperan untuk memecah APP menjadi
yang dapat diperiksa di plasma darah, cairan mata dan AB. Pemberian inhibitor gamma sekretase diharapkan dapat
lensa mata. Komorbiditas katarak dan penyakit Alzheimer menekan reseptor NMDA untuk selanjutnya mencegah
dalam hal pembentukan APB AB, presenilin juga terekspresi pembentukan plaks amiloid. Strategi ini juga masih dalam
di lensa mata. Goldstein et al. (2003) 80 mengidentifikasi penelitian lanjut. Penemuan memantine sebagai antagonist
penumpukan Ap pada katarak lensa supranuklear yang glutamat didasari atas proses patologi terhadap reseptor
merupakan tanda awal terjadinya proses patologi penyakit NMDA.s2,e3

Alzheimer 81,82,83. Penggunaan terapi imunologikjuga bermanfaat untuk


Wostyn et al. (2009) 77
menemukan tekanan cairan meningkatkan proses fagositosis mikroglai terhadap
otak (cerebrospinal fluid, CSF) yang menurun di trans- Ap 1e. Lesi yang spesifik pada otak penderita penyakit
laminar kribrosa pada penderita penyakit Alzheimer Alzheimer adalah NTF dalam bentuk fosforilase dari
mencapai sekitar 33% lebih rendah dari normal. Diduga mikrotubuler tau.ea Ekspresi tou sangat tinggi di jaringan
penurunan tekanan CSF ini pada penyakit Alzheimer yang non-mielinase akson kortikal terutama diregio
memberi peluarrg terjadinya glaukoma.TT korteks limbik termasuk hipokampus yang berperan
72 DASAR-DASAR ITMU PENYAKIT DALAM

dalam konsolidasi memori.es Hiperfosforilase dari tau termasuk terapi Psikososial yang melibatkan anggota
menyebabkan kerusakan protein di mikrotubuli sehingga keluarga. Tujuan utama adalah memperbaiki secara
menyebabkan kerusakan akson.s6 Atas dasar ini salah satu keseluruhan fungsi metabolisme neuron, mencegah
strategi penanggulangan adalah obat yang bekerja dalam kerusakan atau juga menghambat proses kematian dari
menginhibisi proses hiperfosforilase misalnya inhibisi neuron yang masih sehat. Untuk tujuan memperbaiki
enzimatis taukinase atau tqu agregasi.ls metabolisme neuron dapat dilakukan dengan terapi
Sel glia berperan untuk membebaskan agregasi farmaka berupa obat-obat neurotrofik. Sementara untuk
protein termasuk penumpukan Ap melalui reseptor Fc menghindarkana kerusakan neuron dapat dilakukan
dengan cara fagositosis. Selain itu kesanggupan sel glia dengan menghindarkan zat-zat yang sifatnye toksik
sebagai sistem imun bawaan (innate immunity) untuk ataupun juga menghindarkan stimulasi eksitatorik
memfagosit serta menyingkirkan keberadaan Ap, juga sel yang berlebihan dan berkepanjangan dan menekan
glia berperan untuk memproteksi kematian neuron pada serta menetralisir radikal bebas. Dengan demikian
penderita Alzheimer.eT'e8'ee diharapkan mitokhondria dapat terhindar dari gangguan
' Strategi lain yang masih dalam penelitian adalah toksik. Selain itu dalam mengoptimalkan kondisi si
penggunaan faksin bertujuan untuk mengaktifkan penderita penanggulangan penyakit lain seperti diabetes,
humoral dan selular imunitas. Aktivasi imunitas humoral kardiovaskular; dan infeksi perlu di garisbawahi. Masalah
dan selular diharapkan dapat menstimulasi proses yang menyangkut simptoma nonkognitif seperti agitasi,
i'
t: fagositosis terhadap Ap ataupun imunoglobulin melalui paranoid depresi juga tentunya harus tidak diabaikan
reseptor Fc. Dengan melakukan imunisasi imunogen- AB karena penyakit ini bisa menyesatkan penilayan terhadap
i sebagai tindakan imunisasi aktif diharapkan otak dapat fungsi kognitif.
' menghasilkan antibody untuk menurunkan kadar AB di Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam
I
otak. Pada hewan percobaan dan percobaan klink(clinicol pemberian terapi farmaka pada kelompok usia lanjut
frials) dengan vaksin Ap menunjukan terjadinya penurunan adalah yang menyangkut fungsi organ seperti ginjal.
jumlah atau kadar amiloid yang diduga lewat peningkatan Demikian juga halnya dengan munurunnya fungsi
proses fagositosis AB oleh mikroglia.100 Tindakan ini metabolisme hati. Oleh sebab itu pemberian obat-
ternyata mengurangi plaks di otak pada hewan percobaan. obat yang dapat mengganggu fungsi kognitif seperti
Pada percobaan di klinikternyata pada beberapa penderita antihistaminika, antidepresi, benzodiazepin, penggunaan
muncul aktivasi dari sel T terhadap imunogen-AB. opioid dalam pengobatan nyeri harus ekstra hati-hati.

STRATEGI TERAPI DEMENSIA ALZHEIMER TERAPI FARMAKOLOGIK

Beberapa diantaranya adalah Terapi Inhibitorik Kolinesterase


1. Strategi untuk menginhibisi enzim protease sehingga Beberapa penelitian menemukan reduksi ACh pada
tidak terbentuknya amiloid-beta dari APP penderita Alzheimer bisa mencapai 30-90% di"otak
2. Mencegah proses oligomerisasi dari amiloid-beta di terutama di areal prefrontal korteks dan hipokampus.
korteks serebral 101,102
Dengan demikian tujuan utama terapi inhibitorik
3. Penggunaan anti-inflamasi seperti NSAID untuk kholinesterase adalah meningkatkan kembali kadar
menghindarkan reaksi inflamasi terhadap plaks asetilkholin di sinapsis dengan mencegah pemecahan
amiloid di korteks serebral asetilkholin di sinapsis. Degenerasi neuron kolinergik di
4. Menjaga keseimbangan kolesterol. Penggunaan obat NBM beserta rcseptor baik muskarinik maupun nikotinik
menurunkan kadar kolesterol ternyata menurunkan menyebabkan menurunnya aktivitas metabolisme neuron
insidensi penderita Alzheimer misalnya dengan di hipokampus dan korteks pada penderita penyakit
penggunaan statin Alzheimer. ACh yang berasal dari NBM (lihat gambar di
5. Pemberian obat-obat seperti nerve growth foctor bawah) ditransportasikan sepanjang akson ke korteks
(NGF) neurotrofik untuk menjaga dan memper- frontalis, parietal, oksipital dan ke lobus temporal di
tahankan kondisi sehat dari neuron hipokampus.lo:,ro+
6. Penggunaan antioksidan (vitamin) untuk a. ACh yang berasal d ari NBM ditransportasikan ke
mempertahankan kehidupan dari mitochondria. korteks frontalis, parietal, oksipital dan lobus temporal
Penanganan penyakit Alzheimer membutuhkan paket hipokampus
secara komprehensif mencakup terapi farmakologik dan b. ACh dari presinaptik masuk ke sinapsis dan akan
non-farmakologik. Ke dalam terapi non-farmakologik berikatan dengan reseptornya di post sinapsis
NEUROSAINS DAN PENYAKTT ALZHEIMER 73

Asetilkolin

/\
-^-Yr
r: "t'ii.s"-.j t

Gambar 7.

Donepezil di sirkulasi tercapai setelah 3-4 jam. Pemberian donepezil


Donepezil hidroklorida yang berformula CroHrrNOrHCl pada penderita ringan sampai moderat (MMSE l-0
dengan berat molekul 415.96 merupakan generasi kedua sampai 26) selama 15 minggu membuktikan perbaikan
dari kelompok inhibitorik kholin esterase termasuk dalam kemampuan kognitif dan perbaikan kondisi umum 10s,106.
golongan selektif piperidine-based ChE inhibitor dengan Hal ini juga ditemukan dengan pemberian donepezil
waktu paroh sekitar 70 jam yang berarti juga ikatan pada demensia vaskular.107 Di samping itu dikatakan
protein tinggi di plasma yang bisa mencapai sekitar 96%. juga bahwa donepezil kemungkinan besar berperanjuga
Presentasi ikatan yang tinggi dengan protein di plasma sebagai neuroprotektor. Sifat neuroprotektor ini telah
tentu juga berdampak pada interaksi dengan obat lain. dibuktikan oleh peneliti Hasimoto et al. (2005) 108 dalam
Donepezil mempunyai efek yang minimal terhadap penelitiannya (prospective cohort study) yang menemukan
BuChE. Pemberian donepezil akan meningkatkan kadar efek perlambatan atrofi hipokampus.
ACh dengan demikian memperbaiki fungsi kolinergik.
Dalam pemberiannya tidak membutuhkan penyesuaian Rivastigmine
dosis pada penderita ginjal dan hepar walaupun obat ini Rivastigmine juga merupakan generasi kedua dan
dieliminasi lewat ginjal dan proses biotransformasi melalui termasuk dalam kelompok karbamat ChEI. Dalam
sistem sitokrom 450. Dosis 5 mg / hari dapat ditingkatkan pemberian singel dosis, konsentrasi maksimum di
menjadi L0 mg / hari setelah 4 minggu. Dalam uji klinik plasama sudah tercapai antara 1- sampai 2 jam dan dapat
ditemukan perbaikan fungsi kognitif tergantungdosis. bertahan sampai 10 jam. Rivastigmine m.enginhibisi AChE
Dosis L0 mg membuktikan perbaikan yang signifikant dan BuChE. Rivastigmine menghambat AChE di kortek
dibanding dengan pemberian 5 mg diamati pada minggu dan hipokampus jauh lebih banyak dibanding AChE di
ke 1,2, L6 dan minggu ke 18. Konsentrasi yang maksimal jaras kortikoserebelaris yang bersinapsis di pons dan

Tahe[:TCrapi,:r,.: ", ,, ,

MOA Cholinesterase Inhibitors NMDA-Receptor


Antagonist
Drug Donepezil Galantamine Rivastigmine Memantine
M i I d - mod erate Mild-moderate AD Mild-moderate AD Moderate-severe AD
AD;severe AD
Initial dose Tablet:S mg qd Tablet,/oral solution:4 mg bid Capsule/oral solution: Tablet/oral solution: 5 mg
ER capsure:8 ms qd qd
l;lJll*luln oo
Maximal dose Tablet:L0 mg qd Tablet/oral solution:l2 mg bid Capsule/oral solution: Tablet/oral solution: 10
ER capsule: 24 mg qd 6 mg bid mg bid
Patch: 9.5 mg qd
ER = extended-release; MOA = mechanism of action; NMDA = N-methyl-D-aspartate
Dikutip dari National Institute on Aging. Alzheimer's disease medications. November 2008. NIH Publication No. 08-3431
Available at:http://rruww.nia.nih.gov/Alzheimers/Publications/medicationsfs.htm. Accessed luly 24,2009.
4

74 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

jaras striatum yang berkaitan dengan sistem respiratorik di sinapsis .11s Inhibisi terhadap AChE merupakan salah
serta ektrapiramidal.los AChE pada manusia terdiri dari satu strategi untuk meningkatkan kadar ACh di sinapsis.
beberapa bentuk. Di antaranya jenis monometrik (G1) Sifat sebagai modulator alosterik ini hanya dimiliki oleh
ditemukan sekitar 90% di intraseluler/plasmasel dan galantamine yang tidak dimiliki oleh obat yang tergolong
dalam fraksi tetrametrik (G4) sekitar 60-90% fraksi yang pada AChEstrase lainnya.
ditemukan di ektraseluler dan membran sel. AChE dalam
bentuk G4 ini akan menurun sejalan proses penuaan dan Efek Samping Inhibitorik Kolinesterase
sangat drastis pada penyakit Alzheimer. Sebaliknya G1 Beberapa efek samping yang sering ditemukan antara
hampir tidak menurun dalam proses penuaan. Diduga lain rasa mual, muntah, diare, anoreksia, agitasi, insomnia,
ikatan dengan G1 inilah merupakan penyebab efek dbziness dan dispepsia.
samping terapi AChEl.llo
Rivastigmine berikatan dengan AChE inhibitor dalam Memantine
bentuk G4 (di plasma sel).lkatan ini sangat penting karena Memantine adalah antagonist NMDA yang digunakan
dalam proses penuaan dan pada penyakit Alzheimer untuk terapi penyakit Alzheimer. Pada penderita penyakit
bentuk GL AChE hampir tidak menurun sementara Alzheimer ditemukan peningkatan glutamat di sinapsis.
dalam bentuk G4 terus menurun. Oleh sebab itu proses Peningkatan ini bisa diakibatkan oleh penurunan
pengikatan terhadap enzim ini menentukan efisiensi dari pengambilan kembali (re-uptoke) ataupun akibat sekresi
AChE inhibitor. Pemberian rivastigmine tidak ditemukan yang bertambah ataujuga keberadaan reseptor endogen
gangguan pencernaan dan jantung. Selain itu tidak glutamat di sekitar neuron.120 Glutamat merupakan
berinteraksi dengan metabolit dari obat-obat lain, cepat neurotransmiter yang secara fisiologis dibutuhkan sebagai
dan komplit di eleminasi melalui ginjal.111 Dosis dimulai mediator komunikasi antar neuron melalui reseptor
1.5 mg 2 b.i.d dan dapat ditingkatkan menjadi 3-6 mg NMDA. Namun dengan stimulasi yang berlebihan dapat
/ b.i.d. Pemberian sekitar 15 minggu pada penderita merusak neuron melalui penumpukan kalsium di neuron.
Alzheimer ringan sampai moderat (MMSE 10-26) ternyata Penumpukan ini mengakibatkan kematian neuron yang
sudah memperbaiki fungsi kognitif dan kondisi umum disebut excitotoxicity termasuk juga neuron penghasil
dalam kehidupan sehari-hari 10s' 112. Jika dianggap perlu asetil-kolin (ACh) di NBM.121 Pengobatan dengan glutamat
maka dosis ini tentunya bisa ditingkatkan menjadi 6-12 antagonist ternyata dapat mengurangi perburukan secara
mg b.i.d: klinis penderita AD pada stadium ringan dan moderat.122
Dari hasil beberapa trials ternyata memantine secara klinis
Galamtamine mempunyai kemampuan dalam hal memperbaiki fungsi
Hasil dari beberapa penelitian menemukan bahwa baik kognitif maupun intelektual dalam jangka pengobatan
reseptor nikotinik asetilkholin (nAChRs) berperan dalam selama 12 minggu. Pengobatan yang berlangsung satu
menentukan fungsi kognitif, perilaku, fungsi motorik tahun menyimpulkan perbaikan kondisi (quotity of life).
begitu juga terhadap fungsi sirkulasi dan pembuluh darah Perbaikan kondisi ini diukur atas dasar perbaikan fungsi
di otak. 1r'3.11411s Selain untuk mengatur sekresi ACh juga kognitif, ketidak tergantungan dengan pihak pasangan
berperan dalam mengatur sekresi neurotransmiter lainnya ataupun keluarga.123
seperti glutamat, GABA, serotonin dan dopamin lewat
masuknya ion kalsium kedalam neuron.116'117 Pada penyakit Antilnflamasi
neurodegenerative seperti penyakit Alzheimer ditemukan Strategi lain yang menarik perhatian adalah dengan
juga penurunan sekresi beberapa neurotransmiter menekan proses inflamasi misalnya pemberian obat-
seperti noradrenalin dan defisiensi enzim untuk sintesa obat non-sf eroid anti-inflommotory (NSAD) seperti
noradrenalin di LC, 5-HT, somatostatin. indomethocin, jenis-jenis salisilat seperti aspirin bisa
Penelitian posmortem pada penderita Alzheimer mengkoreksi B-amiloid sebelum terjadi proses kerusakan
ditemukan penurunanjumlah reseptor nACh di hipokampus di neuron.l2a'l2s Kerugiannya bahwa obat-obat ini bisa
yang merupakan karakteristik gangguan fungsi memori menimbulkan ulserasi lambung.
111u8.
serta proses belajar pada penderita Alzheimer
Galantamine termasuk pada generasi kedua dari Antio ksidan
kelompok inhibitorik kholin esterase yang sifatnya selektif Gangguan pada jaras oksidatif diperkirakan merupakan
dan reversibel. Galantamine berpotensi meningkatkan fungsi bagian yang berperan dalam etiologi penyakit Alzheimer
kholinergik melalui 2 mekanisme yakni: a) inhibisi terhadap dan demensia vaskular. Ini disebabkan karena zat oksidatif
AChE, b) modulasi reseptor nikotinik. Memodulasi reseptor yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan antara
nACh secara alosterik akan menstimulasi pembentukan ACh generasi reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan
serta perbaikan kualitas dan fungsi dari reseptor tersebut dalam sel. Pada hakekatnya fungsi normal dari neuron
NEUROSAINS DAN PENVAKIT ALZHEIMER 75

tergantung pada kandungan respirasi aerobikyang tinggi neurotransmiter tanpa melalui reseptor.lal Diketahui
yang dapat menghindarkan efek dari oksidatif yang bahwa piracetam memperbaiki fluiditas dari dinding
berlebihan seperti hidrogen peroksida dan zat radikal mitochondria di otak mengakibatkan perbaikan fungsi
superoksida terhadap kerusakan neuron. Radika bebas, bisa mitochondria tersebut termasuk meningkatkan sintese
mengakibatkan modifikasi oksidatif asam nuklein, protein ATP. Perbaikan fungsi dari mitochondria mengakibatkan
dan lipid, meningkatkan sensibilitas sampai disfungsi perbaikan kognitif. Hl ini sudah disebut oleh peneliti
mengakibatkan kematian sel. Mekanisme protektif sebelumnya dimana penggunaan pirasetam sangat luas
antioksidan seperti vitamin C, vitamin E dan glutation pada penderita stroke, trauma kapitis dan demensia pasca
terletak pada kesanggupan untuk mereduksi kerusakan stroke. Penelitian Croisile et al. (1993)1a2 membuktikan
neuron tersebut.126 Kegiatan metabolisme yang tinggi bahwa pemberian pirasetam dalam jangka waktu panjang
dari neuron menyebabkan meningkatnya konsentrasi dengan dosis tinggi akan memperlambat progresivitas
polyunsoturoted fotty ocid dan relatif menurunnya kapasitas gangguan kognisi pada penyakit Alzheimer
antioksidan sehingga kerentanan neuron terhadap zat
oksidati semakin meningkat. Kerusakan oksidatif termasuk
peroksidasi lipid mengakibatkan perobahan struktur dan TERAPI NON-FARMAKOLOGIK
fungsi dari membrana beserta organela yang ada dalam sel
itu sendiri. Hal inilah yang terjadi pada penyakit Alzheimer Pada penyakit Alzheimer ditemukan penurunan kegiatan
dimana ditemukan meningkatnya pertanda kerusakan metabolisme neuron. Dengan restorasi kegiatan neuron
oksidatiF.127,128 Atas dasar ini beberapa tindakan alternatif diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi beberapa
dalam memperlambat progresivitas penyakit Alzheimer jenis neurotransmiter lainnya. Atas dasar ini diharapkan
adalah dengan pencegahan kerusakan neuron yang neuron terstimulasi dan menjadi aktif kembali dalam
diakibatkan oleh zat-zat yang bersifat sebagai oksidan. proses metabolisme. Kalau dikatakan bahwa proses
Ada kemungkinan bahwa neuron penderita penyakit pengaktifan kembali kegiatan metabolisme yang menurun
Alzheimer lebih sensitif terhadap perubahan kadar maka diharapkan tanda-tdnda seperti gangguan ingatan
monoamine oksidase (MAO). Pemberian inhibitor (MAOI) dapat diperbaiki kembali. Beberapa hasil penelitian yang
dapat menekan pembentukan osidativ yang berlebihan mendukung hipotese ini antara lain dengan penggunaan
dengan demikian menghindarkan pembentukan radikal Tro ns-cutq ne us Electric N e rve Stim u lofion (TENS).143,744.14s
bebas 12e. Dengan pemberian antioksidan kerusakan sel Penggunaan terapi cahaya berkaitan dengan
atau endotel bisa dihindarkan. 130,131,132 gangguan fungsi dari nucleus suprakhiasmatikus (SCN).
Pemberian vitamin seperti vitamin C, vitamin E dan Dengan terapi cahaya (light theropy) diharapkan dapat
glutation seperti yang disebut diatas bisa menghentikan menstimulasi neuron di SCN 146,147. SCN menerima input
pembentukan peroksidase lipid (Behl et al., 1992) dan ini cahaya melalui retina. Terapi cahaya ini memungkinkan
dianggap bermanfaat terhadap demensia dan penyakit aktivasi kembali sel-sel di SCN yang bertanggungjawab
Alzhei me r.133,134,13s terhadap irama sirkadian yang sangat terganggu pada.
ldebenone yang mempunyai struktur hampir sama penyakit Alzheimer.
dengan coenzyme-Q, bukan hanya bekerja secara long
acting ChEl juga bekerja sebagai anti oksidan.136ldebenone
bisa menekan peroksidase lipid melalui kerjanya sebagai REFERENSI
anti aoksidan. Idebenone juga bekerja untuk memproteksi
sifat toksik akibat glutamat begitu juga pengaruh toksik 1 . Kandel, Eric, James Schwartz, and Thomas Jess el. Pinciples of
Neural Science.4th ed. New York: McGraw-Hill;2000.
dari B-amiloid di neuron hipokampus serta meningkatkan
2. Brookmeyer R, Johnson D, Ziegler-Graham K, Arrigh HM. Fore-
kadar dari hormon pertumbuhan (NGF) di otak 137,138.
casting the global burden of Alzheimer's disease. Alz Demmtia
Coenzyme-Qr, (ubiquinone) berguna memperbaiki fungsi 2007;3:186-91.'
mitokondria yang menurun akibat zal-zat radikal bebas.l3e 3. Gao I Hendrie HC Hall KS, Hui S. The relationships between
age, sex, and the incidence of dementia and Alzheimer disease:
a meta-analysis. Arch Gen Psychiatry 1998; 55: 809-15.
Piracetam 4. Purba |.S. D emensia dan penyakit Alzheimer, Etiopatologi
Obat-obat piracetam bisa memproteksi neuron dari dan Terapi. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006.

hipoksia serta menstimulasi metabolisme kegiatan sel-


5. Braak H, Braak E, Botrl f . Staging of Alzheimer-related cortical
destruction. Eur Neurol. 1993; 33: 403-8.
sel otak 1a0. Piracetam adalah salah satu dari kelompok 6. Koffie RM, Meyer-Luehmarur M, Hashimoto T, et al. Oligo-
nootropik. Piracetam dan obat lain yang berasal dari meric amyloid beta associates with postsynaptic densities and
correlates with excitatory synapse loss near senile plaques.
grup ini seperti oksirasetam dan paramirasetam adalah
Proc Nat Acad 9ci.2009;106:4012-7
derivat dari GABA, yang tidak menunjukkan kegiatan 7. Heinonen O, Soininen H, Sorvari H, et al. Loss of synapto-
yang sama dengan GABA dan berinteraksi dengan sistem physinJike immuroreactivity in the hippocampal formation
13
PSI KO NEURO I MUN OEN D O KRI N O LO GI
E. Mudjaddid, Hamzah Shatri, R. Putranto

Sistem saraf otonom-vegetatif memiliki fungsi mengatur menemukan bahwa imunosupresi dapat terjadi akibat
dan mempertahankan homeostasis terhadap gangguan perubahan tingkah laku. Sejak itu diperkenalkan istilah
yang mungkin timbul baik akibat faktor lingkungan, psikis psikoneuroimunologi.
atau terhadap penyakit. Sistem saraf otonom-vegetatif Baik psikoneuroendokrinologi maupun psiko-
terdiri atas sentra-sentra vegetatif di korteks serebri, neuroimunologi merupakan suatu rangkaian proses yang
mesensefalon dan diensefalon, nuklei vegetatif di medula terkait satu sama lain sehingga kemudian dikenal istilah
oblongata, medula spinalis dan ganglia parasimpatik psikoneuroimunoendokronologi.
di saraf perifer. Serat saraf simpatik dan parasimpatik
memasuki sistem organ perifer. Sistem limbik yang
berperan dalam integrasi emosi berhubungan dengan PSIKON EU ROEN DOKRINOLOGI
hipotalamus sebagai pusat sistem saraf otonom-vegetatif
dan ber.hubungan dengan sistem lain seperti korteks Neurosekresi sebagai dasar neuroendokrinologi ialah
serebri sebagai pusat intelektualitas, formasio retikularis kemampuan sel-sel neuron tertentu yang berada di
yang mengatur kesadaran dan irama tidur serta hipofisis hipotalamus dan hipofisis untuk mengeluarkan zal-zat
sebagai pusat endokrin. Jadi terdapat hubungan antara sekresi yang memiliki sifat-sifat hormon, kemudian
pusat vegetatif, kesadaran dan endokrin yang saat ini mengalirkan zat-zal tersebut ke organ-organ sasaran
dikenal sebagai psikoneuroendokrinologi. melalui darah. Sel-sel peptidergis di hipotalamus
Psikoneuroendokrinologi meneliti perubahan sistem dipengaruhi oleh sel-sel otak yang lain, sebagai lazimnya,
endokrin yang disebabkan oleh stres psikis. Beberapa melalui berbagai jenis transmiter di sinaps. Sis'tem
penelitian baik pada binatang maupun pada manusia neurosekresi terpenting berada di neuro-hipofisis (lobus
membuktikan bahwa stres psikis ataupun perubahan emosi posterior) dan adenohipofisis (lobus anterior).
dapat mempengaruhi fungsi sistem hormonal misalnya Hipofisis posterior berisi vasopresin dan oksitosin,
peningkatan produksi katekolamin, bertambahnya yang dibuat di hipotalamus kemudian dialirkan melalui
sekresi Adrenocorticotropin hormone (ACTH) yang neuro-sekresi ke hipofisis posterior.
mengakibatkan bertambahnya sekresi steroid dari korteks Hipofisis anterior menyimpan ACTH, STH, TSH, LH
anak ginjal, kenaikan produksi hormon pertumbuhan, dan prolaktin. Sekresi hormon-hormon ini dikontrol
prolaktin dan sebagainya, ataupun sebaliknya produksi oleh hipotalamus dengan mengalirkan hormon-hormon
hormon bukan meningkat tetapi menurun. Dikenal hipofisiotrop dari hipotalamus ke hipofisis anterior.
juga istilah somatopsikis psikosomatik, yaitu terjadinya Hormon-hormon hipofisiotrop ialah TRH, luteotrop
perubahan-perubahan fungsi psikis pada hampir semua releasing hormone, growth hormone releasing hormone,
penyakit endokrin seperti terjadinya kecemasan pada GNRH, dan sebagainya.
hipertiroidisme atau sebaliknya terdapat gejala-gejala Stres psikis mempengaruhi fungsi endokrin,
depresi pada pasien hipotiroid. telah dikemukakan oleh Cannon. Stimulasi emosional
Dalam ilmu kedokteran psikosomatik, paradigma baru menimbulkan perubahan fisiologis melalui sistem endokrin,
mengenai mind-body connection (hubungan psikis dan yaitu kelenjar adrenal. Dalam keadaan stimulasi yang hebat,
fisik), berkembang sejak Cohen dan Adler pada tahun l-975 pada aktivitas fisis (latihan), keadaan demam atau infeksi,

80
PSIKONEURO IMUNOENDOKRINOLOGI 81

pola reaksi tersebut mulai bekerja. Akibatnya tercapailah hubungan antara sistem stres, sistem saraf (otonom),
kompleks penyesuaian yang luas dan terintegrasi, yang sistem imun serta sistem endokrin, sehingga lebih tepat
menggerakkan sumber energi badan dengan melibatkan disebut sebagai psikoneuroimunoendokrinologi. Respons
sistem saraf otonom dan sistem endokrin. imun dipengaruhi secara kimiawi oleh sistem saraf dan
Pola yang dilukiskan Cannon ini, bersifat adaptif, karena endokrin. Sebaliknya sistem endokrin dapat dipengaruhi
seringkali timbul dalam keadaan darurat, keadaan luka-luka oleh sistem imun secara kimiawi melalui zat kimia yang
dan sebagainya untuk menyiapkan organisme mengatasi disekresikan oleh sistem imun. Hubungan antara stres,
situasi-situasi tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi sistem adrenergik dan neuron di otak adalah suatu jaringan
sebagian besar mengenai sistem kardiovaskular; respirasi, yang terjadi melalui komunikasi psikologis dan neurologis
kelenjar-kelenjar dan sistem-sistem lain. Dasar pola adaptif (gambar L). Telah lama diketahui bahwa perubahan pada
ini ialah sekresi kelenjar adrenal (suatu hormon), yang sistem adrenergik berperan dalam terjadinya depresi
memperkuat dan mempertahankan reaksi emergensi, bkibat stres. Hubungan antara sistem saraf pusat (SSP),
yang biasanya digerakkan terutama oleh sistem saraf endokrin dan imun sangat kompleks.
simpatik. Kelenjar adrenal bekerja sama dengan sistem Hubungan SSP dengan locus ceruleus (LC) dalam
saraf simpatik melaksanakan pola respons fisiologis yang berkomunikasi terjadi lewat 40.000 neuron melalui
adaptif tersebut sehingga terjadi keadaan simpatikotoni. hipokampus, amigdala dan lobus limbik yang berperan
Pola adaptif yang merupakan reaksi darurat sistem dalam afek perasaan dan emosi serta berhubungan
saraf simpatis ialah: 1).Produksi epinefrin (adrenalin) oleh dengan korteks serebral yang mempengaruhi kognisi. LC
kelenjar adrenal yang kemudian masuk aliran darah; 2). terletak bilateral pada dorsal pons didekat dasar ventrikel
Epinefrin melepaskan glikogen di hati, kemudian berubah keempat, dan merupakan sumber utama norepinefrin (NE).
menjadi karbohidrat, masuk ke dalam aliran darah hingga LCjuga mempengaruhi dopamin, asetilkolin dan serotonin'
meningkatkan kadar glukosa darah. Hal itu dibutuhkan Jaringan LC mempengaruhi hormon lewat hipotalamus.
untuk metabolisme energi; 3). Bronkioli paru melebar, Sistem limbik (emosi), hipotalamus (hormon)
hingga pernapasan dan ambilan oksigen lebih sempuma; dan frontal korteks (pikiran abstrak dan afek) saling
4). Irama jantung dan curah jantung naik, hingga sirkulasi berhubungan. Neuropeptida yang mempengaruhi emosi
darah meningkat. Hal itu dibutuhkan untuk suatu kerja (enkafalin dan b-endorphin) dilepas dari hipotalamus
fisik. 5). Vasodilatasi perifer, hingga darah dialirkan lebih sedangkan hipofisis dan kelenjar adrenal mengawasi
banyak ke otot-otot perifer dan fungsi motorik menjadi migrasi monosit sel imun. Monosit ini akan berubah
optimal. menjadi makrofag bila meninggalkan sirkulasi menuju
Pengetahuan kita mengenai faktor-faktor psikis yang jaringan target untuk fagositosis.
menimbulkan penyakit endokrin masih sangat sedikit. Sel sekretoris di hipotalamus dimodulasi oleh persepsi
Gangguan psikis yang sangat berat sekalipun. misalnya stres, kemudian melepaska'n neuropeptida ke hipofisis dan
psikosis akut, belum diketahui menimbulkan reaksi bagian lain di otak. Pesan ini memodulasi pengeluaran
endokrin yang jelas walaupun anatomis sel-sel peptidergis beberapa hormon seperti adrenocortlcotropin (ACTH),
dapat dipengaruhi oleh rangsang-rangsang psikis melalui yang mengaktifkan kortikosteroid di korteks adrenal.
sel-sel neuron bagian otak yang lain. Beberapa penyakit Secara bersamaan, neuron di hipotalamus membangkitkan
endokrin yang sangat dipengaruhi faktor psikis memegang sistem saraf simpatis pada saat stres dan dilepasnya
peranan penting antara lain adalah hipertiroidisme, katekolamin dari medula adrenal. Reseptor neuropeptida
diabetes melitus, anoreksia nervosa dengan amenorea juga ditemukan pada sel imun. Sel imun mempunyai
fungsional, sindrom Cushing dan obesitas. kemampuan belajar; mengingat kembali dan memproduksi
Sebaliknya, bermacam-macam hormon perifer neuropeptida lebih lanjut. Selain itu astrosit dapat
mempengaruhi pusat saraf seperti hipotalamus dan menjadi perantara suatu respons imun di otak. Sitokin
sistem limbik, yang merupakan pusat sistem saraf otonom, suatu protein yang mempengaruhi proliferasi limfosit
sehingga dapat dimengerti mengapa setiap penyakit juga mempengaruhi otak melalui kompleks reseptor.
endokrin dapat menimbulkan gejala-gejala psikopatologis. Jadi adanya gangguan satu sistem akan mempengaruhi
Tidak jarang gejala-gejala psikis pada suatu penyakit sistem yang lain.
endokrin lebih berat dari pada manifestasi gangguan
keseimbangan hormonalnya sendiri.
EFEK STRES TERHADAP SISTEM IMUN DAN
PROSES INFLAMASI
PSIKONEUROIMUNOLOGI
Aktifasi aksis H y p oth o la m ic-p it u ito ry - a d re n o I (H PA) ol eh
Konsep utama psikoneuroimunologi adalah konsep stres akan menyebabkan penghambatan pada respons
82 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Fungsi
Neuroendokrin
Kortisol androgen-estrogen)

Gambar 1. Hubungan fungsi psikoneuroimunoendokrin dengan stresor psikososial

imun inflamasi, karena seluruh komponen sistem imun sirkulasi sistemik. Aktivitas IL-6 dihambat oleh sekresi
dihambat oleh kortisol. Pada tingkat selular, terjadi glukokortikoid dan meialui penekanan sekresi TNF-o, dan
gangguan pada fungsi dan lalu lintas lekosit, penurunan IL-1 yang berperan penting dalam kontrol inflamasi.
produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya. Hambatan Gambaran umum konsep psiko-neuro-imuno-
tersebut terhadap organ target terjadi melalui efek endokrinologi ini lebih memudahkan dalam memahami
antiinflamasi dan imunosupresi sebagai akibat efek gangguan psikosomatik pada pqnyakit endokrin maupun
hormon glukokortikoid. Efek ini terjadi saat istirahat (basal) pada penyakit-penyakit inflamasi.
dan selama stres inflamasi, saat konsentrasi glukokortikoid
meningkat.
Hubungan yang luas antara anatomi, kimiawi dan REFERENSI
molekular menyebabkan terjadinya komunikasi tidak
hanya diantara mereka, tetapi juga antara sistem imun Ader & Cohen N. Behaviorally conditioned immunosupression.
Psychosom Me d. 197 5 ;37 :333 40.
dan endokrin. Sistem adreno-medular atau eferen
Assaad G. Psychosomatic disorder, theoritical and clinical aspect.
simpatis berperan penting dalam interaksi aksis HPA dan
Brunner/ Mazel, lnc. 199 6 :p29.
stres imun atau stres inflamasi, seperti hubungan antara Budihalim S, Sukatman D. Ketidakseimbangan vegetatif , in Buku
sistem Corficotropin ReLeosing Hormon (CRH), transmisi ajar Ilmu Penyakit Dalam II edisi 3, Suyono S et al (eds). BP
humoral, sinyal saraf, dan organ limfoid melalui tempat FKUI, Jakarta,2001.
inflamasi pada neuron simpatis postganglion. Sel imun Chrousos GR Gold PW. The concept of stress and stress system
disorders : overview of physical and behavioral homeostasis.
dan asesori sel imun memiliki reseptor untuk merespons
IAMA1992;9:12M-152.
neurotransmiteI neuropeptida dan neuro-hormon yang Herbert TB, Cohen S. Stress and immunity in humans : A meta-
disekresikan oleh neuron simpatis pascaganglion atau analytic review. Psychosom Med. 1993; 55:364-79.
medula. Sel masf diaktifasi oleh produk neurohormon Kaye et al. Stress, Depression, and Psychoneuroimmunology. I
seperi CRH. Hal ini menjelaskan stres akut menginduksi Neurosc Nurs 32:93-100 2000.
keadaan alergi seperti asma dan dermatitis atau penyakit O'Connor TM, Hlloran D|, Shanahan F. The stress response and
HPA-axis: from molecule to melancholia. Q J Med. 2000;
vaskular fungsional seperti sakit kepala migrain.
93:32i-33 .

Sistem otonom dapat diaktifasi saat stres juga Watkins A. Mind-Body Medicine: A Clinician's Guide to
secara sistemik dapat terjadi pada imun humoral Psychoneuro immunology. Churchill Livingstone, 1997.
dengan menginduksi sekresi interleukin6 (lL-6) ke dalam
L4
IMUNOLOGI DASAR
Karnen Garna Baratawidjaja, Iris Rengganis

PENDAHULUAN waktu sebelum memberikan responsnya. Sistem tersebut


disebut nonspesifik, karena tidak ditujukan terhadap
Imunologi dasar pada tulisan berikut ini diuraikan dalam 3 mikroorganisme tertentu.
bab, yaitu sistem ilmun, antigen dan antibodi, dan reaksi
h ipersensitivitas. Pertahanan Fisik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin
dapat mencegah berbagai kuman patogen masuk ke
SISTEM IMUN dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar
dan selaput lendir yang rusak oleh karena asap rokok akan
Keutuhan tubuh dipertahankan oleh sistem pertahanan meningkatkan risiko infeksi.
yang terd iri atas sistem i mu n nonspe sifik (n atu ra l/in n ote)
dan spesifik (odoptive/ocquired). Komponen-komponen
Pertahanan Larut
sistem imun nonspesifik dan spesifik terlihat dalam
gambar 1. Pertahanan Biokimia. Bahan yang disekresi mukosa
saluran napas, kelenjar sebaseus kulit, kelenjar kulit,
telinga, spermin dalam semen merupakan bahan yang
SISTEM IMUN NONSPESIFIK berperan dalam pertahanan tubuh. flsam hidroklorik
dalam cairan lambung, lisosim dalam keringat, ludah,
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap
tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai kuman Gram positif dengan jalan menghancurkan dindlng
mikroorganisme, karena sistem imun spesifik memerlukan kuman tersebut. Air susu ibu mengandung pula laktoferin

Non Spesifik

-Sel T
- Th1
-Th2
- Ts/TrlTh3
- Tdth
- GTL/Tc

Gambar 1. Sistem Imun. NK= Notural Killer; fdth = T deloyed type hypersensitivity; CfL/Tc = Cytotoxic T Lymphocyte/
T cytotoxic,/T cytolytic;fs = T supresor; Tr = T regulator
84 DASAR-DASAR ILMU PENYA]trT DALAM

dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial


terhadap E. coli dan stafilokok.
Lisozim yang dilepas makrofag dapat menghancurkan
kuman negatif-Gram dengan bantuan komplemen.
Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zat
besi yang dibutuhkan untuk hidup kuman pseudomonas
(Gambar 2).

Organisme penyebab infeksi pertahanan

Udara
Virus
Bakteri Mala dan Darah
Jamur Lisozim Gambar 3. Fungsi Komplemen
lsA
Makanan dan air
Virus
' BaKeri
Jamur
Saluran napas
Interferon. Interferon adalah suatu glikoprotein yang
Protozoa
Cacing mukus
silia
dihasilkan berbagai sel manusia yang mengandung
Kulit
nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi
Bakteri
Jamur
Kulit
Asam Lemak
virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan
Protozoa
Cacing
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah
Lambung terserang virus tersebut. Di samping itu, interferon
pH asam
dapat pula mengaktifkan notural killer cell/ sel
Usus Usus NK untuk membunuh virus dan sel neoplasma
Virus Peptida
Bakteri antibakterial
(Gambar 4).
Protozoa
Cacing Urine
pH asam

Gambar 2. Pertahanan eksternal tubuh


Sel jaringan

Udara yang kita hirup, kulit dan saluran cerna,


mengandung banyak mikroba, biasanya berupa bakteri
dan virus, kadang jamur atau parasit. Sekresi kulit yang
bakterisidal, asam lambung, mukus dan silia di saluran
napas membantu menurunkan jumlah mikroba yang
masuk tubuh, sedang epitel yang sehat biasanya dapat
mencegah mikroba masuk ke dalam tubuh. Dalam darah
dan sekresi tubuh, enzim lisosom membunuh banyak
bakteri dengan mengubah dinding selnya. IgA juga
merupakan pertahanan permukaan mukosa.

Pertahanan Humoral

Komplemen. Komplemen mengaktifkan fagosit dan


membantu destruksi bakteri dan parasit dengan jalan
opsonisasi (Gambar 3). Gambar 4. Fungsi sel NK

L. Komplemen dapat menghancurkan sel membran


banyak bakteri (C8-9)
Sel NK membunuh sel terinfeksi virus intraselular,
2. Komplemen dapat berfungsi sebagai faktor kemo-
sehing ga dapat menyingki rkan reservoir i nfeksi.
taktik yang mengerahkan makrofag ke tempat bakteri
Sel NK memberikan respons terhadap IL-12 yang
(cs-6-7)
diproduksi makrofag dan melepas IFN-y yang meng-
3. Komplemen dapat diikat pada permukaan bakteri
aktifkan makrofag untuk membunuh mikroba yang sudah
yang memudahkan makrofag untuk mengenal
dimakannya.
(opsonisasi) dan memakannya (C3b, C4b).
Kejadian-kejadian tersebut di atas adalah fungsi C-Reactive Protein (CRP). CRP dibentuk tubuh pada
sistem imun nonspesifik, tetapi dapat pula terjadi atas infeksi. Peranannya ialah sebagai opsonin dan dapat
pengaruh respons imun spesifik. mengaktifkan komplemen (Gambar 5).
IMUNOLOGI DASAR 85

spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda


yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang
pertama timbul dalam badan yang segera dikenal sistem
imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel sistem imun
tersebut. Bila sel sistem tersebut terpajan ulang dengan
benda asing yang sama, yang akhir akan dikenal lebih
cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu sistem tersebut
disebut spesifik.
Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan,
tetapi pada umumnya terjalin kerja sama yang baik antara
antibodi, komplemen, fagosit dan antara sel T-makrofag.
Komplemen turut diaktifkan dan ikut berperan dalam
menimbulkan inflamasi yang terjadi pada respons imun.

Sistem Imun Spesifik Humoral


Gambar 5. C-Reoctive Protein (CRP) l-. Sistem imun spesifik humoral. Berperan dalam
sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau
Pertahanan Selular sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten
Fagosit/makrofag, sel NK dan sel mast berperan dalam dalam sumsum tulang. Pada unggas sel asal tersebut
sistem imun nonspesifik selular. berdiferensiasi menjadi sel B di dalam alat yang
Fagosit. Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat disebut Bursa Fabricius yang letaknya dekat clooco.
melakukan fagositosis, sel utama yang berperan pada Bila sel B dirangsang benda asing, sel tersebut akan
pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit berproliferasi dan beidiferensiasi menjadi sel plasma
dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang
Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi
yang sama. utama antibodi ialah mempertahankan tubuh terhadap

Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman, akan infeksi bakteri, virus dan menetralisasi toksin.
dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis 2. Sistem imun spesifik selular. Berperan dalam sistem
terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut kemotaksis, imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T. Fungsi
menangkap, membunuh dan mencerna. sel T umumnya ialah: ,,.
- membantu sel B dalam memproduksi antibodi
Notural Killer ceL (sel NK). Sel NK adalah sel limfosit tanpa - mengenal dan menghancurkan sel yang ter-
ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan infeksi virus '
dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebutjuga sel non B non - mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
T atau sel populasi ke tiga atau null cel/. Morfologis, sel - mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
NK merupakan limfosit dengan granul besa; oleh karena
itu disebut juga Large Gronular Lymphocyte/LGL. Sel NK Sel T juga dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi
dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau diferensiasi dan proliferasinya terjadi dalam kelenjar
sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan dan timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. Sembilan
puluh sampai sembilan puluh lima persen semua sel timus
meningkatkan efek sitolitik sel NK.
tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan
Sel masf. Sel mosf berperan dalam reaksi alergi dan juga meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi dan
dalam pertahanan pejamu yang jumlahnya menurun kelenjar getah bening. Fungsi utama sistem imun selular
pada sindrom imunodefisiensi. Sel mast juga berperan ialah pertahanan terhadap mikroorganisme yang hidup
pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap intraselular seperti virus, jamur; parasit dan keganasan.
invasi bakteri. Berbagai faktor nonimun seperti latihan Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset
jasmani, tekanan, trauma, panas dan dingin dapat pula seperti sel T naif, Th1, Th2, T Deloyed Type Hypersensitivity
mengaktifkan dan menimbulkan degranulasi sel mosf. (Tdth), Cytotoxic T Lymphocyte (CTL) alau T cytot*ic atau f
cytolytic Oc) dan T supresor (Ts) atau T regulator (Tr).

Sel T Naif (virgin). Sel T naif adalah sel limfosit yang


SISTEM IMUN SPESIFIK
meninggalkan timus, namun belum berdiferensiasi,
Berbeda dengdn sistem imun nonspesifik, sistem imun belum pernah terpajan dengan antigen dan menunjukkan
86 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

molekul permukaan CD45RA. Sel ditemukan dalam organ makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya
limfoid perifer. Sel T naif yang terpajan dengan antigen reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
akan berkembang menjadi sel ThO yang selanjutnya Atas pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-1-0, IL-13 yang
dapat berkembang menjadi sel efektor ThL dan Th2 dilepas sel mosf yang terpajan dengan antigen atau cacing,
yang dapat dibedakan atas dasar jenis-jenis sitokin yang ThO berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B
diproduksinya. SelThO memproduksisitokin dari ke 2 jenis untuk meningkatkan produksi antibodi. Kebanyakan sel Th
sel tersebut seperti IL-2, IFN dan IL-4. adalah CD4* yang mengenal antigen yang dipresentasikan
di permukaan sel APC yang berhubungan dengan molekul
SelT CD4. (Thl dan Th2). Sel T naif CD4* masuk sirkulasi
MHC-IL
dan menetap di dalam organ limfoid seperti kelenjar getah
bening untuk bertahun-tahun sebelum terpajan dengan Sel T CD8. (Cytotoxic T Lymphocyte / CTL / Tcytotoxic
antigen atau mati. Sel tersebut mengenal antigen yang /Tcytolytic/ Tc). Sel T CD8* naif yang keluar dari timus
dipresentasikan bersama molekul MHC-ll oleh APC dan disebutjuga CTL/Ic. Sel tersebut mengenal antigen yang
berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth (Delayed dipresentasikan bersama molekul MHCJ yang ditemukan
Type Hypersensitivity) atau Th2 yang tergantung dari pada semua sel tubuh yang bernukleus. Fungsi utamanya
sitokin lingkungan. Dalam kondisi yang berbeda dapat ialah menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan
dibentuk dua subset yang berlawanan (Gambar 6). menghancurkan sel yang mengandung virus tersebut.
IFN-y dan IL-12 yang diproduksi APC seperti makrofag Sel CTLAc akan juga menghancurkan sel ganas dan sel
dan sel dendritik yang diaktifkan mikroba merangsang histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada
diferensiasi sel CD4* menjadi Thl/Tdth yang berperan transplantasi. Dalam keadaan tertentu, CTL/Tc dapatjuga
dalam reaksi hipersensitivitas lambat (reaksi tipe 4 Gell meng-hancurkan sel yang terinfeksi bakteri intraselular.
dan Coombs). Sel Tdth berperan untuk mengerahkan Istilah sel I inducer digunakan untuk menunjukkan
aktivitas sel Th dalam mengaktifkan sel subset T lainnya.

Sel Ts (T supresor) atau sel Tr (T regulator). Sel Ts


(supresor) yang juga disebut sel Tr (regulator) atau Th3

?rF'ry berperan menekan aktivitas sel efektor T yang lain dan

ffi'
sel B. Menurut fungsinya, sel Ts dapat dibagi menjadi sel
untuk antigen tertentu dan sel Ts nonspesifik.
Ts spesifik
Tidak ada petanda unik pada sel ini, tetapi penelitian
w menemukan adanya petanda molekul CDS.. Molekul CD4*
-
Makrofag Sel T diaktifkan kadang dapat pula supresif.
^1---_
diaktifkan, i?thlp\ Kerja sel T regulator diduga dapat mencegah respons
serdendritik
}ff@) sel Th1. APC yang mempresentasikan antigen ke sel T naif
kan melepas sito ki n lL-L2 y ang mera n gsa n g 3 iferensiasi
W ,@ Asar
a

sel T naif menjadi sel efektor Thl". Sel Thl- memproduksi

h
lrlEl ff/N;ip:"?
H @
IFN-y yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor.
Sel T regulator dapat mencegah aktivasi sel T melalui
mekanisme yang belum jelas (kontak yang diperlukan

4o
w ffi H4s
ff \\w
antara sel regulator dan sel T atau APC). Beberapa sel T
regulator melepas sitokin imunosupresif seperti IL-L0 yang

f.ry
\a* P\ \G_/,
mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGF-B
yang mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag.

ANTIGEN ORN NNNEOOI


$$
@,@
Antigen
Antigen poten alamiah terbanyak adalah protein besar
dengan berat molekul lebih dari 40.000 dalton dan
kompleks polisakarida mikrobial. Glikolipid dan lipoprotein
Sel Th1 Sel Th2 dapat juga bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian
halnya dengan lipid yang dimurnikan. Asam nukleat dapat
Gambar 6. Diferensiasi Sel Naif CD4 Menjadi Th1 dan Th2 bertindak sebagai imunogen dalam penyakit autoimun
IMUNOLOGI DASAR 87

tertentu, tetapi tidak dalam keadaan normal. 4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi

Pembagian Antigen
- Hidrat arang (polisakarida). Hidrat arang pada
umumnya imunogenik. Glikoprotein yang
1. Pembagian antigen menurut epitop merupakan bagian permukaan sel banyak
- Unideterminan, univalen. Hanya satu jenis
mikroorganisme dapat menimbulkan respons
determinan/epitop pada satu molekul.
imun terutama pembentukan antibodi. Contoh Iain
- Unideterminan, multivalen. Hanya satu jenis
adalah respons imun yang ditimbulkan golongan
determinan tetapi dua atau lebih determinan
darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya
tersebut ditemukan pada satu molekul.
berasal dari polisakarida pada permukaan sel
:- Multideterminan, univalen. Banyak epitop yang
darah merah
bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap
macamnya (kebanyakan protein).
- Lipid. Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi
menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa.
- Multideterminan, multivalen. Banyak macam
Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah
determinan dan banyak dari setiap macam pada
sfingolipid
satu molekul (antigen dengan berat molekul yang
tinggi dan kompleks secara kimiawi). (Gambar 7).
- Asam nukleat. Asam nukleat tidak imunogenik,
tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat
protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk
Jenis antiqen Contoh heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons
imun terhadap DNA terjadi pada pasien dengan

lL \-,-t\
Unideterminan
univelan

Unideterminan
Hapten

Polisakarida
-
Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
Protein. Kebanyakan protein adalah imunogenik
dan pada umumnya multideterminan dan
univalen.
multivalen
Imunogen dan Hapten. Antigen yang juga disebut
Multideterminan Protein imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respons
univalen
imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi
yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya
Multideterminan Kimia kompleks
_92-ri-ar-A multivalen
untuk merangsang produksi antibodi. Secara fungsional
antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Bahan
Gambar 7. Berbagai antigen dan epitop kimia ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat
antibodi, tetapi bahan t6isebut sendiri tidak dapat
mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk memacu
2. Pembagian antigen menurut spesifisitas
respons antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh
- Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
molekul besar. Kompleks yang terdiri atas molekul kecil
- Xenoontigen, yang hanya dimiliki spesies (disebut hapten) dan molekul besar (disebut cdrrier atau
tetentu
molekul pembawa) dapat berperan sebagai imunogen.
- Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk
Contoh hapten ialah berbagai golongan antibiotik dan
individu dalam satu spesies
obat lainnya dengan berat molekul kecil. Hapten biasanya
- Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ
dikenal oleh sel B, sedangkan molekul pembawa oleh sel T.
tertentu
Molekul pembawa sering digabung dengan hapten dalam
- Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri usaha memperbaiki imunisasi. Hapten membentuk epitop
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan ter-
pada molekul pembawa yang dikenal sistem imun dan
hadap sel T
merangsang pembentukan antibodi (Gambar 8).
- T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh
Respons sel B terhadap hapten yang memerlukan
sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan
protein pembawa (corrier) untuk dapat dipresentasikan
respons antibodi. Kebanyakan antigen protein
ke sel Th.
termasuk dalam golongan ini
- T independen, yang dapat merangsang sel B Epitop. Epitop atau determinan antigen adalah
tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik
Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan
besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh antibodi; dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari
secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, antibodi atau oleh reseptor antibodi. Makromolekul
ficoll, dekstran, levan, flagelin polimerik bakteri dapat memiliki berbagai epitop yang masing-masing
88 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Hapten \ -\ Protein
/z
Pembawa

* *d&F
_!

Antigen
kompleks Superantigen seperti enterotoksin
stafilokok diikat TCRo dan MHC-ll.
MHC-II lkatan dengan MHC tidak melalui
alur/lekuk biasa
Peptide dari protein
pembawa yang
dipresentasikan
dalam MHC-ll

Gambar 8. Respons sel B terhadap hapten Gambar 10. Superantigen

merangsang produksi antibodi spesifik yang berbeda. ANTIBODI


Paratop ialah bagian dari antibodi yang mengikat epitop.
Respons imun dapat terjadi terhadap semua golongan Antibodi atau imunoglobulin (g) adalah golongan protein
bahan kimia seperti hidrat arang, protein dan asam yang dibentuk sel plasma (proliferasi sel B) setelah terjadi
nukleat (Gambar 9). kontak dengan antigen. Antibodi ditemukan dalam serum
Lokasi epitop dan paratop (bagian dari antibodi) dalam dan jaringan dan mengikat antigen secara spesifik. Bila
interaksi antara antigen dan TCR dan reseptor sel B. serum protein dipisahkan secara elektroforetik, Ig ditemukan
Epitop adalah bagian dari antigen yang membuat terbanyak dalam fraksi globulin g meskipun ada beberapa
kontak fisik dengan reseptor Ab = antibodi; Ag = yang ditemukan juga dalam fraksi globulin a dan b.
antigen. Semua molekul Ig mempunyai 4 polipeptid dasar
yang teridiri atas 2 rantai berat (heavy choin) dan 2 rantai
ringan (light choin) yang identik, dihubungkan satu dengan
lainnya oleh ikatan disulfida (Gambar 1"1).

. TCR

Gambar 9. Epitop
Gambar 11. Unit dasar antibodi

Superantigen. Superantigen (Gambar 10) adalah molekul Unit dasar antibodi yang terdiri atas 2 rantai berat
yang sangat poten terhadap mitogen sel T. Mungkin dan 2 rantai ringan yang identik, diikat menjadi satu oleh
ikatan disulfida yang dapat dipisah-pisah dalam berbagai
lebih baik bila disebut supermitogen, oleh karena dapat
fragmen.
memacu mitosis sel CD4*tanpa bantuanAPC. Superantigen
berikatan dengan berbagai regio dari rantai B reseptor sel
. A = rantai berat (berat molekul: 50.000-77.000)
T. Ikatan tersebut merupakan sinyal poten untuk mitosis,
. B = rantai ringan (berat molekul:25.000)

dapat mengaktifkan sejumlah besar populasi sel T. Sampai


. C=ikatandisulfida
20% dari semua sel T dalam darah dapat diaktifkan oleh Ada 2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) yang
satu molekul superantigen. Contoh superantigen adalah terdiri atas 230 asam amino serta 5 jenis rantai berat yang
enterotoksin dan toksin yang menimbulkan sindrom tergantung pada kelima jenis imunoglobulin, yaitu IgM,
syok toksin yang diproduksi stafilokokus aureus. Molekul IgG, IgE. IgA dan IgD (Gambar 12).
tersebut dapat memacu penglepasan sejumlah besar
sitokin seperti IL-1 dan TNF dari sel T yang berperan IgG
dalam patologi jaringan lokal pada syok anafilaktik oleh IgG merupakan komponen utama (terbanyak) imuno-
stafilokokus. globulin serum, dengan berat molekul L60.000. Kadarnya
IMUNOLOGI DASAR 89 -I

respons imun primer tetapi tidak berlangsung lama,


karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan tanda adanya
infeksi dini.
'l Bayi yang baru dilahirkan hanya mempunyai lgM1.0%
negio rau dari kadar IgM dewasa oleh karena IgM tidak menembus
I mengenal plasenta. Fetus umur 12 minggu sudah dapat membentuk
antisen
Kelas lg pada f J IgM bila sel B nya dirangsang oleh infeksi intrauterin
manusra t seperti sifilis kongenital, rubela, toksoplasmosis dan virus
I Regio
n"sio r" sitomegalo. Kadar IgM anak mencapai kadar IgM dewasa
) efektor
biolosis pada usia satu tahun. Kebanyakan antibodi alamiah seperti
J isoaglutinin, golongan darah AB, antibodi heterofil adalah
IgM. IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme
Gambar 12. Berbagai kelas antibodi patogen, memudahkan fagosltosis dan merupakan
aglutinator kuat terhadap butir antigen. IgM juga
dalam serum yang sekitar 1,3 mglml merupakan 75% dari merupakan antibodi yang dapat mengikat komplemen
semua Ig. IgG ditemukan juga dalam berbagai cairan dengan kuat dan tidak menembus plasenta.
lain antaranya cairan saraf sentral (CSF) dan juga urin.
IgG dapat menembus plasenta dan masuk ke janin dan IgD
berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam
IgG dapat mengaktifkan komplemen, meningkatkan darah (Lo/o dari total imunoglobulin dalam serum). IgD
pertahanan badan melalui opsonisasi dan reaksi inflamasi. tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi
IgG mempunyai sifat opsonin yang efektif oleh karena terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen
monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk fraksi seperti komponen nukleus. Selanjutnya IgD ditemukan
Fc dari IgG yang dapat mempererat hubungan antara bersama IgM pada permukaan sel B sebagai reseptor
fagosit dengan sel sasaran. Selanjutnya opsonisasi dibantu antigen pada aktivasi sel B.
reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit. IgG
terdiri atas 4 subkelas yaitu lg1,,lg2,Ig3 dan Ig4. Ig4 dapat IgE
diikat oleh sel rnost dan basofil. IgE ditemukan dalam serum dalam jumlah yang sangat
sedikit. IgE mudah diikat mastosit, basofil, eosinofil,
IgA makrofag dan trombosit yang pada permukaannya
IgA ditemukan dalam jumlah sedikit dalam serum, tetapi memiliki reseptor untuk f16ksi Fc dari IgE. IgE dibentuk
kadarnya dalam cairan sekresi saluran napas, saluran cerna, juga setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir saluran
saluran kemih, air mata, keringat, ludah dan kolostrum napas dan cerna. Kadar IgE serum yang tinggi ditemukan
lebih tinggi sebagai IgA sekretori (slgA). Baik IgA dalam pada alergi, infeksi cacing, skistosomiasid, penyakit hidatid,
serum maupun dalam sekresi dapat menetralisir toksin trikinosis. Kecuali pada alergi, IgE diduga jugA berperan
atau virus dan atau mencegah kontak antara toksin/ pada imunitas parasit. IgE pada alergi dikenal sebagai
virus dengan alat sasaran. slgA diproduksi lebih dulu dari antibodi reagin.
pada IgA dalam serum dan tidak menembus plasenta.
slgA melindungi tubuh dari patogen oleh karena dapat
bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen potensial REAKSI HIPERSENSITIVITAS
sehingga mencegah adherens dan kolonisasi patogen
tersebut dalam sel pejamu. Hipersensitivitas adalah respons imun yang berlebihan
IgA juga bekerja sebagai opsonin, oleh karena dan yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan
neutrofil, monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk kerusakan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan
Fca (Fca-R) sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi menurut kecepatannya
komplemen dan menetralisir toksin. IgA juga diduga dan mekanisme imun yang terjadi. Reaksi ini dapat terjadi
berperan pada imunitas cacing pita. sendiri-sendiri, tetapi di dalam klinik dua atau lebih jenis
reaksi tersebut sering terjadi bersamaan.
IgM
IgM (M berasal dari makroglobulin) mempunyai rumus Reaksi Tipe I atau Reaksi Cepat
bangun pentamer dan merupakan Ig terbesar. Kebanyakan Reaksi Tipe I yang disebut juga reaksi cepat, reaksi
sel B mengandung IgM pada per-mukaannya sebagai anfilaksis atau reaksi alergi dikenal sebagai reaksi yang
reseptor antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada segera timbul sesudah alergen masuk ke dalam tubuh.
90 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Istilah alergi yang pertama kali digunakan Von Pirquet


pada tahun 1"906 diartikan sebagai "reaksi pejamu yang
berubah" bila terjadi kontak dengan bahan yang sama
untuk kedua kali atau lebih.
Antigen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh
fagosit, diprosesnya lalu dipresentasikan ke sel Th2. Sel
yang akhir melepas sitokin yang merangsang sel B untuk
membentuk IgE. IgE akan diikat oleh sel yang memiliki Gambar 14. Tipe II: IgM, IgG terhadap permukaan sel atau
reseptor untuk IgE (Fce-R) seperti sei mast, basofil dan antigen matriks ekstraselular
eosinofil. Bila tubuh terpajan ulang dengan alergen yang
sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat IgE (spesifik)
pada permukaan sel mastyang menimbulkan degranulasi ReaksiTipe IlI atau Reaksi Kompleks Imun
sel mast. Degranulasi tersebut mengeluarkan berbagai Reaksi tipe III yang juga disebut reaksi kompleks imun
mediator antara lain histamin yang didapat dalam terjadi akibat endapan kompleks antigen-antibodi dalam
granul-granul sel dan menimbulkan gejala pada reaksi jaringan atau pembuluh darah. Antibodi di sini biasanya
hipersensitivitas tipe I (Gambar 13). jenis IgG atau igM. Kompleks tersebut mengaktifkan
komplemen yang kemudian melepas berbagai mediator
terutama mocrophoge chemotoctic factor. I'Aakrofag yang
Selmast dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak jaringan
sekitar tempat tersebut. Antigen dapat berasal dari
infeksi kuman patogen yang persisten (malaria), bahan
yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis
ekstrinsik alergi) atau dari jaringan sendiri (penyakit
autoimun). Infeksi tersebut disertai dengan antigen dalam
jumlah yang berlebihan, tetapi tidak disertai dengan
respons antlbodi efektif. Pembentukan kompleks imun
yang terbetuk dalam pembuluh darah terlihat pada
Gambar 13. Tipe I: Alergen, IgE, sel mast, mediator Gambar 15.

Penyakit-penyakit yang timbul segera sesudah tubuh


Dinding
terpajan dengan alergen adalah asma bronkial, rinitis, pembuluh/*--/ "/-
urtikaria dan dermatitis atopik. Di samping histamin, darah //

mediator lain seperti prostagladin dan leukotrin (SRS-A)


yang dihasilkan metabolisme asam arakidonat, berperan
pada fase lambat dari reaksi tipe I yang sering timbul
beberapa jam sesudah kontak dengan alergen.

Reaksi Tipe II atau Reaksi Sitotoksik


Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi sitotoksik terjadi
Gambar 15. Reaksi Tipe III: Kompleks imun yang terdiri atas
oleh karena dibentuk antibodijenls IgG atau IgM terhadap
antigen dalam sirkulasi dan IgM atau IgG3 yang diendapkan
antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Ikatan dalam membran basal vaskular
antibodi dengan antigen yang merupakan bagian dari
sel pejamu tersebut dapat mengaktifkan komplemen
dan menimbulkan lisis (Gambar 14). Lisis sel dapat pula Antigen (Ag) dan antibodi (Ab) bersatu membentuk
terjadi melalui sensitasi sel NK sebagai efektor Antibody kompleks imun. Selanjutnya kompleks imun mengaktifkan
Dependent Cell Cytotoxicify (ADCC). Contoh reaksi tipe II C yang melepas Cru dan Cr, dan merangsang basofil dan
adalah destruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi dan trombosit melepas berbagai mediator antara lain histamin
penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru dilahirkan yang meningkatkan permeabilitas vaskular. Sebab-sebab
dan dewasa. Sebagian kerusakan jaringan pada penyakit reaksl tipe III dan alat tubuh yang sering merupakan
autoimun seperti miastenia gravis dan tirotoksikosis juga sasaran penyakit kompleks imun terlihat pada Tabel 1.
ditimbulkan melalui mekanisme reaksi tlpe II. Anemia Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan
hemolltik dapat ditimbulkan oleh obat seperti penisilin, oleh sel fagosit mononuklear terutama dalam hati, limpa
kinin dan sulfonamid. dan paru tanpa bantuan komplemen. Dalam proses
IMUNOLOGI DASAR 9l

Reaksi tuberkulin. Reaksi tuberkulin adalah reaksi dermal


yang berbeda dengan reaksi dermatitis kontak dan terjadi
20 jam setelah terpajan dengan antigen. Reaksi terdiri
Sebab Antigen Tempat kompleks
atas infiltrasi sel mononuklear (50% adalah limfosit dan
rnengendap
Infeksi Antigen Or-gan yrang '
sisanya monosit). Setelah 48 jam, timbul infiltrasi limfosit
persisten mikroba ' diinfeksi, ginjal dalam jumlah besar sekitar pembuluh darah yang merusak
Autoimunitas Antigen sendiri hubungan serat-serat kolagen kulit. Bila reaksi menetap,
pembuluh darah, reaksi tuberkulin dapat berlanjut menimbulkan kavitas atau
kulit ' granuloma. 2). Dermatitis kontak. Reaksi DTH dapat terjadi
Ekstrinsik Antigen Faru sebagai respons terhadap bahan yang tidak berbahaya
lingkungan dalam lingkungan seperti nikel yang menimbulkan
dermatitis kontak. Dermatitis kontak dikenal dalam klinik
tersebut, ukuran kompleks imun merupakan faktor sebagai dermatitis yang timbul pada kulit tempat kontak
penting. Pada umumnya kompleks yang besar; mudah dengan alergen. Reaksi maksimal terjadi setelah 48 jam
dan cepat dimusnahkan dalam hati. Kompleks yang larut dan merupakan reaksi epidermal. Sel Langerhans sebagai
terjadi bila antigen ditemukan jauh lebih banyak dari pada ontigen presenting cel/ (APC), sel Th1 dan makrofag
antibodi yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu memegang peranan pada reaksi tersebut. 3). Reaksi
dapat lebih lama ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang granuloma. Pada keadaan yang paling menguntungkan
ada dalam sirkulasi meskipun untuk jangka waktu lama, DTH berakhir dengan hancurnya mikrooorganisme oleh
biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila enzim lisosom dan produk makrofag lainnya seperti
kompleks imun menembus dinding pembuluh darah dan peroksid radikal dan superoksid. Pada beberapa keadaan
mengendap dijaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga terjadi hal sebaliknya, antigen bahkan terlindung, misalnya
dapat merupakan sebab mengapa kompleks imun sulit telur skistosoma dan mikobakterium yang ditutupi kapsul
dimusnahkan. lipid. DTH kronis sering m,i:nimbulkan fibrosis sebagai hasil
sekresi sitokin dan growth factor oleh makrofag yang dapat
Reaksi Tipe IV atau Reaksi Hipersensitivitas menimbulkan granuloma.
Lambat Reaksi granuloma merupakan reaksi tipe IV yang
Reaksi tipe IV yang juga disebut reaksi hipersensitivitas dianggap paling penting oleh karena menimbulkan banyak
lambat, timbul lebih dari 24jam setelah tubuh terpajan efek patologis. Hal tersebut terjadi oleh karena adanya
dengan antigen. Dewasa ini, reaksi Tipe 4 dibagi dalam antigen yang persisten di dalam makrofag yang biasanya
Deloyed Type Hyper-sensitivity yang terjadi melalui sel berupa mikroorganisrn€ yang tidak dapat dihancurkan
CD4. dan T cell Medioted Cytolysis yang terjadi melalui atau kompleks lmun yang menetap misalnya pada
sel CD8. (Gambar 16). alveolitis alergik.
Reaksi granuloma terjadi sebagai ulaha badan untuk
Delayed Type Hypersensitivity (DTH). Pada DTH, membatasi kehadiran antigen yang persisten dalam tubuh,
sel CD4.Th1 yang mengaktifkan makrofag berperan sedangkan reaksi tuberkulin merupakan respons imun
sebagai sel efektor. CD4.Th1 melepas sitokin (lFN-y) selular yang terbatas. Kedua reaksi tersebut dapat terjadi
yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi.
akibat sensitasi terhadap antigen mikroorganisme yang
Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk
sama misalnya M tuberkulosis dan M lepra. Granuloma
makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen
terjadi pula pada hiper-sensitivitas terhadap zerkonium
reaktif intermediet, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi.
sarkoidosis dan rangsangan bahan non-antigenik seperti
Sel efektor yang berperan pada DTH adalah makrofag. bedak (talcum). Dalam hal ini makrofag tidak dapat
Contoh-contoh reaksi DTH adalah sebagai berikut: 1"). memusnahkan benda inorganik tersebut. Granuloma
nonimunologis dapat dibedakan dari yang imunologis
oleh karena yang pertama tidak mengandung limfosit.
Dalam reaksi granuloma ditemukan sel epiteloid yang
diduga berasal dari sel-sel makrofag. Sel-sel raksasa yang
memiliki banyak nukleus disebut sel raksasa Langhans. Sel
tersebut mempunyai beberapa nukleus yang tersebar di
bagian perifer sel dan oleh karena itu diduga sel tersebut
merupakan hasil diferensiasi terminal sel monosit/
makrofag.
Gambar 16. Reaksi hipersensitivitas lambat Granuloma imunologik ditandai oleh inti yang terdiri
92 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Gambar 17. Pembentukan granuloma

atas sel epiteloid dan makrofag, kadang-kadang ditemukan Sel CD8. spesifik untuk antigen atau sel autologus
sel raksasa yang dikelilingi oleh ikatan limfosit. Di samping dapat membunuh sel dengan langsung. Pada banyak
itu dapat ditemukan fibrosis (endapan serat kolagen) yang penyakit autoimun yang terjadi melalui mekanisme selular;
terjadi akibat proliferasi fibroblas dan peningkatan sintesis biasanya ditemukan baik sel CD4* maupun CD8. spesifik
kolagen. Pada beberapa penyakit seperti tuberkolusis, di untuk self antigen dan kedua jenis sel tersebut dapat
bagian sentral dapat ditemukan nekrosis dengan hilangnya menimbulkan kerusakan.
struktur jaringan (Gambar 17).
Sel THl" berhubungan dengan tuberkulosis bentuk
ringan oleh karena sitokin TH1 mengerahkan dan REFERENSI
mengaktifkan makrofag (A), menimbulkan terbentuk-
nya granuloma (B) yang mengandung kuman. Sel TH1 Abbas AK, Lichtman AH. Basic immunology. 2nd edition.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2004.
spesifik diaktifkan oleh kompleks peptida MHC dan
Abbas AK, Lichtman AH, Pober )S. Cellular and molecular
melepas sitokin yang bersifat kemotaktik untuk berbagai immunology. Philadelphia: WB Saunders Company; 2003.
sel, termasuk monosit/makrofag. Sitokin TH1- yang lain Altman LC, Becker JW, Williams PV. Allergy in plimary care.
terutama IFN-y, mengaktifkan makrofag di jaringan (A). Phiiadelphia: WB Saunders Company; 2000.
Anderson WL. Immunology. Madison: Fence Creek Publishing;
Dalam bentuk kronik atau hipersensitivitas lambat, terjadi 1999.
susunan sel-sel terorganisasi, yang spesifik dengan sel T Austen KF, Burakoff SJ, Rosen FS, Strom TB. Therapeutic
di perifer dan mengaktifkan makrofag yang ada di dalam immunology. 2nd edition. Oxford: Blackwell Science; 2001.
Baratawidjaja KB. Sistem imun. Imunologi dasar. Edisi ke-6.
granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan (B).
]akarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 1-31.
Beberapa makrofag berfusi menjadi sel datia dengan Baratawidjaja KB. Sistem imunnonspesifik. Imunologi dasar. Edisi
banyak nukleus atau berupa sel epiteloid. ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p. 32-50.
Baratawidjaja KB. Sistem imun spesifik. Imunologi dasar. Edisi
T CeIl Mediated Cytotysis. Dalam T cell medioted cytolysis, ke-6. ]akarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p.51-72.
kerusakan terjadi melalui sel CD8./ Cytotoxic T Lymphocyte Baratawidjaja KB. Antigen dan antibodi. Imunologi dasar. Edisi
ke-6. ]akarta: Balai Penerbit FKUI;2004. p.73-9L.
(CTLlIc) yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit
Baratawidjaja KB. Reaksi hipersensitivitas. Imunologi dasar. Edisi
hipersensitivitas selular diduga merupakan sebab ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2004. p.171.-90.
autoimunitas. Oleh karena itu, penyakit yang ditimbulkan Decker JM. Introduction to immunology. Oxford: Blackwell
Science;2000.
hipersensltivitas selular cenderung terbatas kepada
Kreier, JP. Infection/ resistance and immunity. Edisi ke-2. An Arbor:
beberapa organ saja dan biasanya tidak sistemik. Pada Taylor and Francis; 2002.
penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, Male D. Immunology, anillustrated outline.3rd edition. London:
tetapi kerusakan ditimbulkan oleh respons CTL terhadap M Mosby;1998.
Playfair lkll, Lydyud PM. Medical immunology. 2nd Edition.
hepatosit yang terinfeksi. Edinburgh: Churchill Livingstone; 2000.
Roitt I, Rabson A. Really essential medical immunoiogy. Oxford:
Blackwell Science; 2000.
15
INFLAMASI
Soenafto

Istilah inflamasi yang berasal dari kata inflammationyang komponen imunologik, dan ini difokuskan pada
artinya radang, peradangan. Sedang istilah inflamasi kaskade inflamasi pada target khusus, apakah waktunya
sendiri asalnya dari bahasa latin yaitu: lnflamotion'. diperpendek atau diperpanjang, dan mengurangi atau
lnflommore yang artinya membakar. Inflamasi adalah meniadakan intensitasnya.
respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera Inflamasi secara normal adalah proses yang self-
atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, limiting, bila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat
mengurangi atau mengurung suatu agen pencedera dilenyapkan, maka inflamasi dapat hilang. Keadaan
maupun jaringan yang cedera itu. Pada bentuk akut demikian merupakan rangkaian yang umum tampak pada
ditandai oleh tanda klasik yaitu: nyeri (dolor), panas peristiwa inflamasi akut. Inflamasi yang umum tampak
(kalor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan pada peristiwa inflamasi akut. Inflamasi kronis tidak
hilangnya fungsi (fungsiolesa). dapat dipungkiri karena faktor yang mula-mula ada tidak
Secara histologis, menyangkut rangkaian kejadian dapat dilenyapkan, karena mereka melengkapi lagi atau
yang rumit, yaitu mencakup dilatasi arteri, kapileri dan mengekalkan diri, atau melalui kegagalan dari mekanisme
venula, dan disertai peningkatan permeabilitas dari aliran diri yang gagal dalam proses inflamasi. Kemudian proses
darah, eksudasi cairan, termasuk protein plasma, dan inflamasi akan berubah bentuk dari mekanisme protektif,
migrasi leukosit ke dalam fokus peradangan. dan pada kebanyakan kasus menjadi kerusakan yang
jadi dengan kata lain, inflamasi atau radang merupakan ireversibel dari jaringan normal. .
proses sentral dalam patogenesis dan juga merupakan
suatu fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya
organisme maupun gangguan lain. Peristiwa timbulnya RESPONS BAWAAN (ALAMD DAN PENYESUAIAN
inflamasi kini lebih dapat difahami dengan penemuan- (DTDAPAT)
penemuan berbagai macam zatyang merupakan mediator
dalam peran sertanya mengatuI mengaktifkan sel-sel, baik Terdapat dua bagian fungsi pertahan tubuh, yaitu sistem
dari darah maupun jaringan dan kemudian dapat timbul imun bawaan (tidak spesifik), dan penyesuaian (spesifik).
gejala dari jaringan yang menderita. Gejala akut yang tabel 1.
klasik seperti tertera di atas. Dikenal adanya inflamasi Masing-masing terdiri dari bermacam-macam sel
akut, subakut dan kronis; dan bila dilihat dari proses dan faktor-faktor yang larut. Sel-sel dari respons bawaan
timbulnya, maka ada yang disebabkan karena infeksi dan adalah neutrofil fagositosis, dan makrofag, bersama-sama
yang non infeksi. dengan basofil, sel-sel rnosf, eosinofil, trombosit, monosit
Inflamasi, merupakan keadaan perubahan dinamik dan sel-sel pembunuh alami lNatural Killer (NK) cellsl.
yang konstan, yaitu suatu reaksi darijaringan hidup guna Sel-sel yang termasuk dalam fungsi penyesuaian
melawan berbagai macam rangsang. Peristiwa tersebut adalah antibodi, imunoglobulin IgG, IgM, IgA, IgE dan
bercirikan adanya pancaran ke bawah (kaskade) dari sel- IgQ yang dihasilkan oleh limfosit B dan sel plasma, dan
sel dan fenomena humoral. limfokin-limfokin yang kebanyakan diproduksi oleh limfosit
Hampir semua kejadian inflamasi, termasuk yang T. Sedangkan faktor yang bawaan yang larut adalah lisosim,
dipengaruhi rangsang "non-antigenik", mempunyai interferon, sitokin, komplemen protein fase akut.

93
94 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Tabel 1.'Radang (Inflamasi)' dan Respons Tubuh


Alami (tak spesifik) Didapat (Penyesuaian Spesifik)
Sel-sel Netrofil Sel B dan T
Eosinofil APC
Basofil Sel - sel dendritik
Trombosit Sel - sel Langerhans
Makrofag
Monosit
Sel Mast
Sel NK
Faktor-faktor yang larut Lisozim sitokin ANTIBODI
INF ANTIBODI
komplemen IgG dan subklas, Ig M
Protein fase akut IgA,lgE,lgD
Limfokin

KULIT JARINGAN PEMBULUH DARAH

INFEKSI
ffi-*i
*
Antioen
"-
LPS
(Presented)
TNF+
*\"

TRAUMA

Sinar UV

Sel Endotelial

Keratinoc tes

Gambar 1.

Respons bawaan merupakan garis pertahanan selanjutnya.


terhadap invasi ke jaringan oleh mikroorganisme dan Bila faktor-faktor pemrakarsa telah menyingkirkan
berguna dalam pengenalan oleh antigen spesifik atau kasus-kasus inflamasi akut, dan jika respons bawaan
kemahiran dalam mengingat. Sedangkan sistem imun gagal menyi ng kirkan faktor-faktor tersebut, baru respons
penyesuaian menggunakan ingatan untuk menjelaskan penyesuaian diaktifkan. Hal ini akan menghasilkan
ke tingkat limfosit T dan B. pengeluaran dari pencetus inflamasi, dan kaskade
dihilangkan. Inflamasi kronis terjadi bila faktor-faktor
yang memprakarsai kaskade tersebut masih ada, atau
INFLAMASI AKUT DAN KRONIS bila kemampuan memadamkan tidak ada, maka akan
terjadi kegagalan mekanisme guna melaksanakan tugas
iika kaskade inflamasi teraktifkan maka sistem bawaan dan tersebut, hingga inflamasi berlanjut. Keadaan tersebut
penyesuaian berinteraksi guna mengatur perkembangan dapat digambarkan sebagai berikut;
INFLAMASI 95

Rangsang

Sistem imun bawaan


(alami) diaktifkan

Rangsang
Dihilangkan

Amplifikasi/ JARINGAN
Pengerasan RUSAK

Gambar 2.

INFLAMASI DAN FAGOSITOSIS patogenesis mikroba. Dari studi yang telah dilakukan
menyangkut interaksi Lipopolisakarid (LPS) dari bakteri
Fagositosis dari mikroorganisme merupakan pertahanan g ra m n e gatif dan g lycosy lp h os p h at id ylinositol (G PI) ya n g
alami tubuh yang utama guna membatasi pertumbuhan menonjol di membran protein CD14 yang terdapat di
dan penyebaran dari bahan-bahan patogen. Sel-sel permu kaan fagosit-fagosit profesional, termasuk makrofag
pemangsa dengan cepat menyerbu ke tempat infeksi yang beredar dan yang terikat dijaringan dan PMN.
yang bersamaan dengan permulaan dari inflamasi. Bentuk cair CD14 terdapat pula dalam plasma dan
Dengan memangsa mikroorganisme baik yang dilakukan permukaan. Suatu protein plasma, "lPS binding protein"
oleh makrofag jaringan dan fagosit-fagosit yang sering (LBP),mengirimkan LPS ke ikatan membran CD14 yang cair.
berpindah memungkinkan guna membatasi kemampuan Bentuk cairan CDL4/ LPS/ LBP kompleks terikat pada banyak
mikroba untuk menimbulkan penyakit. Famili dari molekul- tipe sel dan dapat berada di dalam sel untuk mengawali
molekul yang berkaitan, dinamakan "collectins", "Soluble respons selular terhadap mikroba yang patogen. Telah
d efe nse co lla g e n s ", atau " p atte r n - reco g n it io n m o le c u le s ", diketahui bahwa peptidoglikan dan isam Lipoteichoic
dijumpai dalam darah ("monnose-binding Lectins'), dalam dari bakteri gram positif dan produk sel permskaan dari
paru ("surfaktan protein A dan D"), dan demikian pula di mikobacteria dan spiroseta dapat berinteraksi dengan
lain-lain jaringan dan juga yang terikat pada karbohidrat CD14. Tonjolan reseptor GPI tidak mempunyai daerah
di permukaan mikroba guna meningkatkan pembersihan sandi di dalam sel, dan "Toll-like receptors" (TLRs) dari
oleh fagosit. Bakteri yang patogen tampaknya dimangsa mamalia yang melangsungkan sandi guna mengaktifkan
terutama oleh neutrofil polimorfonuklear (PM N), sedangkan sel-sel akibat ikatan LPS. TLRs mengawali aktivitas selular
eosinofil sering dijumpai di tempat infeksi oleh protozoa lewat rangkaian molekul pembawa sandi, yang berperan
atau parasit multiselular. Patogen yang mampu bertahan, pada translokasi inti dari faktor transkripsi NF-kB, suatu
akan dapat menghindari pembersihan oleh fagosit yang tombol induk guna menghasilkan sitokin-sitokin inflamasi
profesional, dan mampu membuat di permukaannya suatu yang penting seperti Tumor necrosis Factor o (TNFo) dan
molekul dengan berat molekulyang besar sebagai antigen interleukin (lL)1-.
polisakarid dipermukaannya. Kebanyakan bakteri yang Permulaan dari inflamasi dapat timbul tidak hanya
patogen dapat membuat kapsul antifagositik. dengan LPS dan peptidoglikan tapijuga oleh partikelvirus
Selain aktivasi dari fagosit-fagosit lokal di jaringan dan lain-lain hasil mikroba seperti polisakarida, enzim-
yang merupakan kunci tahap awal dari inflamasi dan enzim, dan toksin. Bakteri flagela mengaktif-kan inflamasi
migrasi dari fagosit-fagosit menuju tempat infeksi, dengan mengikatkan pada TLRs. Bakterijuga menghasilkan
namun kini banyak perhatian yang diarahkan pada faktor proporsi yang tinggi dari molekul DNA dengan residu
mikroba yang mengawali inflamasi. Dalam kaitan ini telah GpG yang tak mengalami metilasi, yang mengaktifkan
pula diteliti tentang struktur, mekanisme molekuler dan inflamasi melalui TLR9. TLR3 pengenal double stranded
96 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DATAM

RNA, suatu bentuk pengenal molekul yang dihasilkan oleh Interleukin (lL) - l-a, -3, -4, -5, -6, -8, -13, -16,GM-CSF
banyak virus selama siklus pembelahan. TLRL dan TLR6 (Gronulocyte Mocrophage Colony Stimuloting Factor),
bersekutu dengan TLR2 guna meningkatkan pengenalan TNF-cr (Tumor Necroting Factor-a), INF-y (lnterferon y)
dari protein-protein mikroba yang mengalami asetilasi termasuk " immunomoduloting" bersama IL-10, IL-13
dan peptida-peptida.
Kemokin-kemokin yang diturunkan/dihasilkan oleh
Molekul mieloid diferensiasifaktor 88 (MyD88) adalah
sel Mosf: RANTES (Regulated upon Activation Normal
protein adaptor yang umum, yang terikat pada daerah
Tcell Expressed and T-cell Secreted), MCP-1 (Monocyte-
sitoplasma dari semua TLRs yang dikenal dan juga pada
ott r o cta nt P r ote i n), MIP -b (M o c r o p h o g e I n h i b ito ry
Ch e m o
reseptor-reseptor yang merupakan bagian dari IL-1 (IL-1-
Protein), MIP-1a, IL-16
Rc) famili. Sejumlah studi menunjukkan bahwa "MyD88-
mediated tronsduction" dari sandi dari TLRs dan IL-]-Rc Faktor penumbuh yang diturunkan oleh sel mosf VEGF,

adalah keadaan yang kritis untuk resistensi bawaan FGF, NGF, FGF-8, SCF
terhadap infeksi.

KEGIATAN PRODUK DARI SEt MAST


FUNGSI BERBAGAI SEt
Seperti yang telah diungkap dalam proses inflamasi
Fungsi dan kegiqtan Makrofag, sel mast, neutrofil, limfosit berbagai fungsi mediator pilihan yang memacu kegiatan
dan Antigen-Precenting cel/s dalam proses inflamasi yaitu yaitu: H istamin, Heparin, Triptase, Kimase, Prostaglandin,
menangkap, menghalau, memangsa, membersihkan macam-macam Leukotrien (LTC' LTD4, LTE4), Platelet
dan usaha menyingkirkan dari tempat di mana antigen Activoting Foctor (PAF), Enzim semacam kalikrein, dan
tersebut ada dalam jaringan tubuh. Usaha tersebut dapat berbagai sitokin. Berbagai fungsi akan dibahas.
dilaksanakan karena sel-sel yang berfungsi melawan Histamin, kegiatannya menampilkan tiga respons dari
antigen atau patogen telah memilikizat-zalyang ada dalam Lewis yaitu: Vasodilatasi, kontraksi sel-sel endotel, dan
sel yang telah siap dibentuk sebelum ada rangsang atau meningkatkan permeabilitas.
pacu. Kemudian dapat dikeluarkan dan berfungsi dalam . Aksiyang lain meliputi Refleks akson (Hr), Pruritus (Hr),
pertahanan tubuh guna mengatasi inflamasi, dengan zat aktivasi kondrosit (Hr), Regulasi dari mikro-sirkulasi
atau bahan yang berfungsi sebagai mediator. sinovial, induksi dari P-selektin pada sel-sel endotel,
Sel-sel pemangsa (fagosit) merupakan per-tahanan dan pengeluaran Interleukin-11 (IL -11)
dalam lini pertama guna membinasakan zat-zal patogen,
dan yang berfungsi dalam hal ini termasuk makrofag dan Heparin, Zat ini mempunya,i, efek: antikoagulasi;
neutrofil. antikomplemen (C1q: Co, C, C, aktivasi, C3b & b
convertase); memacu angiogenesis; meningkatkan aktivitas
Sel-sel yang ada dalam tubuh dilengkapi dengan
reseptor-reseptoryang ada di permukaan sel. Di samping elastase; memodulasi hormon paratiroid kalsitbnin guna
itu dari sel-sel dilengkapi pula zatyang dapat dikeluarkan mempengaruhi osteoporosis; memacu sintesis kolagenase;
dengan fungsi untuk pengaktifan atau pemicu terhadap menghambat kolagenase yang diaktifkan; potensiasi
sel lain agar menjadi aktif. Zat-zat tersebut merupakan ikatan fibronektin pada kolagen; proliferasi fibroblas, dan
mediator.
potensiasi dari Fibroblost Growth Foctor (FGF)

Suatu contoh dari mediator sel mosf manusia adalah; Triptase. Zat ini merupakan pecahan dari substrat tripsin,
dan berperan dalam inaktivasi fibrinogen dan kininogen
Yang telah dibentuk sebelumnya dan mudah dikeluarkan dengan berat molekul tinggi, aktivasi dari urinory-tipe
yaitu: Histamin, faktor kemotaktik eosinofil, super oksida, plosminogen octivator, aktivasi dari "Latent Synovial
alkil sulfatase A, elastase,b-heksosamidase, b-gluko- Co llage n osse" lewat konversi dari prostromelisin, degradasi

samidase, b-galaktosid, enzim sebangsa kalikrein. dari Va soa ctive I nte stin a I Pe ptid e (VIP), bron koko nstri ksi,
memacu kemotaksis dari fibroblas, proliferasi sintesis
Yang dibentuk sebelumnya dan berkaitan dengan butir- kolagen, menginduksi proliferasi sel epitel, memacu
butir yang ada yaitu: Heparin/Kondroitin sulfat E, Triptase pengeluaran IL-8, peningkatan ICAM-1, meningkatkan
(1, P/lI, m, dan cr), Cymase, Karboksipeptidase, Katepsin G,
kemajuan migrasi dari sel endotel, dan pembentukan
Superoksidase dismutase, Katalase saluran vaskular.
Yang baru terbentuk yaitu:Leukotrienes (LTCr, LTD4, LTE), Kimase, Zatini bekerja memecah substrat kemotripsin,
Plotelet Activating factor (PAF), Prostaglandin (PGDr) pengubahan dari angiotensin I ke II, memecah substansi
Sitokin-sitokin yang diturunkan/dihasilkan oleh sel mosf: membran basalis (Lasminin, kolagen tipe II, fibronektin,
INFLAMASI 97

dan elastin), pemecahan dari pertemuan dermal- Berbagai penggerak sel mosf dapat dikelompokkan
epidermal, mengadakan degradasi dari neuropeptide VIP dalam dua bagian yaitu: respons imun alami/bawaan, dan
dan substansi-f; memperbanyak pengaruh histamin dalam respons imun didapat/penyesuaian.
pengembangan jentera, mengubah endotelin-1- yang
Respons imun alami terdiri dari:
besar menjadi "vasooctive endothelin-1-", membebaskan . Jalur yang tergantung pada IgE yaitu: alergen-alergen
aktivasi "Laten TGF-B" dari progelatinase b, meningkatkan
multivalen, lgE Complexes, lgE Rheumatoid Foctor, Anli
sekresi dari kelenjar mukosa, memecah "membrone-
Fc, R, antibodies, lgE-dependent HRF.
ossociated SCF"
. Jalur yang bebas dari IgE yaitu:
Prostaglandin Prostaglandin (PGDr). Zat zat ini berfungsi - Macam-macam kemokin seperti Monocyte
sebagai: bronkonkonstriktor: kemoatraktan. penghambat Chemoatroctont Protein (MCP), MCP-I, MCP-2,
agregasi trombosit, vasodilatasi, pontensiator dari LTC. MCP-3, Regulated upon T-cell Activation Normol
pada vasa darah. T-cell Expressed and Secreted (RANTES), Mocro-
phoge lnhibitory Protein (MIP-1cr, MIP-18)
Berbagai Leukotrien (LTC4, LTD4, LTE4). Berbagai
zat ini berfungsi sebagail. "Slow-Reocting Substance of
- Endotelin-1
anaphyloxis", pemacu kontraksi otot polos, vasodilatoI
- Complement-derived peptides" Cra, Cra, Cra

pengaktifan sel endotel


- Macam-macamProtease:"tripsin","kemotripsin"
- Stem cell Foctor (SCF)
PAF (PlateletActivating Foctor), Zat ini berfungsi untuk - Kinin
mengaktifkan: neutrofil, trombosit, kontraksi otot polos, - Paratormon
permiabilitas vaskulat kemotaksis untuk neutrofil dan - Produk-produk degradasi kolagen
eosinofil, guna menginduksi immune complex-medioted - Eosinophil-derived major basic protein
vosculitis. - Substansi P
Enzim sebangsa kalikrein, merupakan keturunan Respons imun penyesuaian/didapat, terdiri dari zat-zat
bradikinin yang dibentuk guna melawan:
Sitokin Mempunyai Efek Imunologik dan Efek pada
. Produk bakteri seperti lipopolisakarida, Fimbriae,
Jaringan Ikat Hemolisinis, Toksin.
Pada keadaan tertentu sekresi sitokin tergantung pada
. Parasit-parasitseperti Schistosoma mansoni
pengeluaran histamin. "Nucleor foctor of Activoted T-cells"
. Virus-virus seperti influenza-A
(NFAT-1), dan keluarga protein tersebut dalam mengatur
. TNF-cr,lL-12
peningkatan "tronscriptionol cytokine" dalam menanggapi Lebih lanjut tentang keluarga sitokin dan keluarga
terhadap "lgE cross-Linking" atau SCF. Stimulasi sel Most reseptor sitokin dapat disimak pada tabel.
pada orgon explant atau in vivo, meng-akibatkan aktivasi I
sel endotelmikrovaskular, yang mengalami refleksi
dengan adanya peningkatan E-selektin dan ICAM-1. SITOKIN-SITOKIN DAN RESEPTOR-RESEPTOR
Peningkatan aktivasi sel endotel dapat ditekan dengan cara SITOKIN
menambahkan sebelumnya antibodi yang menetralisir
terhadap TNF-cr. IL-1cr, B, memiliki reseptor tipe 1 IL-IR dan tipe 2 IL-IR.
Seperti tertera di atas, sel mosf juga mensintesis, Sitokin IL-1a,b dihasilkan oleh: monosit/makrofag, sel-sel
menyimpan dan mengeluarkan VEGF dan BFGF, hal ini B, fibroblas, sebagian besar sel-sel epitel termasuk epitel

menambah pandangan bagaimana sel ini mempunyai timus dan sel-sel endotil. Target sel yang dipengaruhi
kontribusi dalam "Remodelling" jaringan ikat. Di samping ialah semua sel. Dan aktivitas biologiknya meningkatkan
itu mempunyai implikasi pada penyakit-penyakit yang pengaturan penampilan molekul adhesi.
sering berhubungan dengan neovas-kularisasi. Sel most, IL-2, memiliki reseptor IL-2Rcr,B, dan y yang umum.
mampu menampilkan MHC II antigen pada permukaan Sitokin ini dihasilkan oleh sel-sel T. Target dari zat ini
selnya dan juga molekul tambahan seperti ICAM-1. adalah sel-sel I sel-sel B, dan sel-sel NK, monosit/
Molekul permukaan ini memungkinkan interaksi yang makrofag. Dan aktivitas biologiknya ialah aktivasi sel T
produktif antara Limfosit dengan sel mosf. dan proliferasi, pertumbuhan sel B, proliferasi sel NK dan
Jadi dengan menghasilkan macam-macam sitokin, aktivasi, peningkatan aktivitas monosit/makrofag.
akan mempunyai fungsi bermacam-macam terhadap IL-3, memiliki reseptor IL-3R, dan F yang umum.
respons biologis yang berkaitan dengan pertumbuhan, Dihasilkan oleh sel-sel T, sel-sel NK, dan sel-sel mosf.
perbaikan dan inflamasi, serta mempunyai dampak pada Sasaran targetnya ialah: monosit/makrofag, sel-sel
-penyakit rzosf, eosinofil, sel-sel pendahulu sumsum tulang. Dan
macam-macam dari manusia.
98 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

aktivitas biologiknya yaitu memacu sel-sel pendahulu


hematopoietik.
IL-4, memiliki reseptor IL-4 R o, dan B yang umum. Keluarga Anggota Gambaran
Reseptor Umum
Sitokin ini dihasilkan oleh: sel-sel T, sel-sel most dan basofil.
IL-1"R IL:IR1, IL{R II, Daerah seperti lg
Sasaran target selnya adalah: sel-sel T, sel-sel B, sel-sel NK, ILIRAcP IL-]"8Rq IL- ekstraselular
monosit/makrofag, neutrofil, eosinofil, sel-sel endotel dan r-8Rp, TVST, TL{Rrp2
fibroblas. Sitokin ini berfungsi memacu " T 12 helper T-cell Toll-Like R TLRl-10 Daerah kaya
differentotion '1 dan proliferasi, memacu sel B klas Ig yang leucine extrasel
TNFR TNFR1,]'NFR II, FAS Daerah kaya
berubah ke IgG 1 dan IgE; bekerja anti-inflamasi terhadap
CD 27, CD3O, LTBR; sistein ekstra-.
sel-sel T dan monosit. NGFR, RANK,BAFFR, selular
IL-5, memiliki reseptor IL-5Ro, dan B yang umum. BCMA, TAC 1, TRAIL
Dihasilkan oleh sel-sel I sel-sel most dan eosinofil. Target R1,2,3
selnya adalah eosinofil, basofil, dan murin sel-sel B. Sitokin Hemato* IL-2& IL-3R. IL-4R, C-terminal W-S-
ini mengatur migrasi eosinofil dan mengaktifkan.
poietin R IL-5& IL.6R, IL-7R, X W-5 motifs
IL-gR IL-13R, IL-15R,
G-CSFR, GM-CSFR,
EPOR, TPOR
IFNR IFR-c/B R, IFN-y R, "Clustered four
Anggota Keluarga Anggota IL-10RIL-19&IL-20& Cysteine"
IL.22R, IL-24R
TNF TNF-q, LT-d, LT-p, CD4oL, FasL,
Chemokine R CXCR1-4, CCRL-8 CR, "Seven trans-
BAFE TRAII-MNKL. NGF, CD27-1,
cD30t" ox-401,4-1 BBl, APRIL
C3XCR. membrane span-
ning domains"
IL-1 IL-1q; IL-iF, IL-IRa, IL-18, tL-rFS TGF-B R TGF-p R1, TGF-P RII, Serine-threonlne
BMPR, Activin R kinase
IL-6 IL-6, UF, OsM,IL-11, CNTF, CT-1, Growth EGFR,PDGF& FGFR, Tyrosine kinase
cLc Factor R M-CSFR (C-fms),
Ikatan sitokin sitokin IL-2,1L-4, IL-7, IL-g, IL-15, IL-21 scFR (c-kit)
adalah ikatan y yang BAFF, BcellActivating foctor; BCMA, Bcell Moturotion Antigen;
serrng BMP, Bone Morphologic Protein; EGF, Epidermol Growth Focton FGF,
IL-10 IL-10, IL-19, [L:ZA, lL-22, tL-24, Fibroblost Growth Foctor; G-CSF, Gronulocyte Colony Stimuloting
IL-26, IL-28, IL-29 Factor; GM-CSF, Granulocyte-Macrophoge Colony-Stimuloting
tL-!2 Facton lL, Interleukin; IL-LRacB Interleukin-Accessory Protein; lL-
L-t2,IL-23,1L-27
1-Rrp2, IL-1R Related Protein; M-CSF, Monocyte Colony Stimuloting
tL-17 IL-17A, sampai IL-17F, IL-25 Focfor; NGF, Nerve Growth Focton PDGF, Plotelet Derive Growth
Sitokin sitokin SCF, It-3, TPO, EPO, GM-CSF, Focfor RANK Re ceptor Activotor of Nuc[dir Foctor K B; SCF, Stem Cell
Hematopoietik G-CSF, M-CSF Foctof fACl,Tronsmembrone Activator and Calcium modulotor ond
Interferon (IFN) IFN-q SUBFAMILY, IFN-B, IFN-y Cycloph ilin Ligo nd I nterocton f GF, Tro n sfo rming G rowth-Facton I LR,
ToLt- Like Recepton fNF, Tumor Necrosis Factor, fPO, Trdmbopoietin;
CXC Kemokines CXCL1 sampai CXCL16
TRAIL, TNF-Reloted Inducing Ligand
CC Kemokines CCL1 sampai CCL 28
C Kemokines XCL1, XCL2
CX3C Kemokines cxc3cu IL-6, memiliki reseptor IL-6R, gp 130. Dihasilkan
TGF-B Superfamity TGF-8, BMP family, activin, oleh; monosit/makrofag, sel-sel B, fibroblas kebanyakan
inhibin, MIS, noctal, leftys epitelium termasuk epitel timus, dan sel-sel endotel. Target
Faktor-faktor penumbuh PDGF, EGF, PGE IGF, VEGF selnya adalah: sel-sel T, sel-sel B, sel-sel epitel, sel-sel
hati, monosit/makrofag. Aktivitasnya ialah menginduksi
APRIL, A Proliferation -I nd ucing Ligo nd; BAFF, B-cell Activating Foctor, untuk pertumbuhan dan diferensiasi sel T dan sel B,
BMP, Bone Morphogenitic Protein; CLC, Cordiotrophin-Like Cytokine;
pertumbuhan sel myeloma, dan pertumbuhan serta
CNTF, Ciliory Neutrophic Focton Cf , Cordiotrophin; EGF, EpidermaL
Growth Foctor, ENA, Epithelial Neutrophil Activoting peptide; EPO, aktivasi osteoklas.
E ryt h ro p o iet in ; F GF, F ib ro b Lo st G rov,tth F a cto r,, G - CSF, G r o n u Lo cyte IL-2, memlliki reseptor lL-7 a, dan y yang umum.
Co lo ny St im u lotin g F acto r; G M -CS F, G ro n u locyte - M a uo p h o g e Sitokin ini dihasilkan dari sumsum tulang, sel-sel epitel
Colony-Stimulating Foctor,lFN, Interferon; IGF, I nsuLin - Like Growth
timus. Sasaran target selnya adalah: sel-sel I sel-sel B,
facton lL, Interleukin; IL-1Ra, Interleukin-]- Receptor Antogonist,
L, Ligond; llF, Leukemia lnhitory Foctor, Lf, Lymphotoxin; M-CSF, sel-sel sumsum tulang. Aktivitasnya untuk diferensiasi
Monocyte Colony StimuLoting Foctor; MlS, MiLlerion lnhibiting sel-sel pendahulu B, T dan NK serta mengaktifkan sel-sel
Substance; NGF, Nerve Growth Facton OSM, Oncosfotln-M; PDGF,
T dan NK.
Plotelet Derive Grov,tth Foctor, RAN K, Receptor Activotor of NucLear
Factor kB; SCE Sfem Cell Focton fGF, Tronsforming Growth Foctor, IL-8, reseptornya ialah CXCRI, CXCR2. Sebagai sumber
f NF, Tumor Necrosis FoctonTPO, Trombopoietin;TRAII TNF-Re/oted penghasil adalah monosit/makrofag, sel-sel T, neutrofil,
I nducing Ligond; YEGF, Vasculor EndothelioL Growth Foctor
fibroblas, sel-sel endotel dan sel-sel epitel. Sebagai target
nlFTAMASI 99

selnya adalah: neutrofil, sel-sel I monosit/makrofag, sel- IFN-8, dengan reseptor tipe-1- interferon. Dihasilkan
sel endotel dan basofil. oleh semua sel. Sel targetnya adalah semua sel. Aktivitas
Aktivitas biologiknya yaitu menyebabkan migrasi biologiknya sama dengan IFN-o.
neutrofil, monosit, dan sel T, menyebabkan neutrofil IFN-y, dengan reseptor tipe II. Dihasilkan oleh sel-
melekat pada sel-sel endotel dan mengeluarkan histamin sel T dan NK. Sel targetnya adalah semua sel. Aktivitas
dari basofil; memacu angiogenesis; menekan proliferasi biologiknya adalah: mengatur aktivasi marofag dan sel NK;
dari sel-sel pendahulu hati. memacu sekresi imunoglobulin oleh sel-sel B; menginduksi
IL-1.0, memiliki reseptor IL-10R. Sebagai penghasil a nti gen " h istoco m patib ility! klas II; men gatu r d iferensiasi

adalah: monosit/makrofag, sel-sel T dan B, keratinosit "f cell".


rL
dan sel-sel mo*.fatget sel sasarannya adalah: monosit/ TNF-cr, dengan reseptornya TNF-RI, TNF-RII. Sumber
makrofag, sel-sel T dan B, sel-sel NK dan sel-sel most. penghasilnya ialah: monosit/makrofag, sel-sel masf, basofil,
Aktivitas biologiknya ialah: meng hambat produ ksi sitokin eosinofil, sel-sel NK, sel-sel B, sel-sel T, Keratinosit, fibroblas,
proinflamasi dari makrofag; mengurangi pemakaian sel-sel epitel timus. Sel targetnya ialah: semua sel kecuali
sitokin klas II antigen, dan mengurangi peningkatan 87-1 sel darah merah. Aktivitas biologiknya ialah: demam,
dan 87-2, menghambat diferensiasi "TrL helper T-cells"; anoreksia, syok, sindrom kebocoran kapilel meningkatkan
menghambat fungsi sel N( memacu proliferasi dan fungsi sitotoksisitas leukosit, meningkatkan fungsi sel NK, sintesis
sel mast dan aktivasi sel B dan diferensiasi. protein fase akut, induksi sitokin proinflamasi.
IL-11, dengan reseptor IL-11R, gp 1"30. Berasal dari G-CSF, dengan reseptornya G-CSFR, dan gp 130. Sel-sel
sel-sel stroma sumsum tulang. Target selnya adalah penghasil nya adalah: monosit/makrofag, fibroblas, sel-sel
megakariosit sel-sel B dan sel-sel hati. Aktivitas biologiknya endotel, sel-sel epitel timus, sel-sel stroma. Sel targetnya
ialah mempengaruhi pembentukan koloni, megakariosit adalah: sel-sel mielsid dan sel-sel endotel. Sedangkan
dan pendewasaan; meningkatkan respons antibodi, aktivitas biologiknya ialah mengatur mielopoiesis;
memacu produksi protein fase akut. meningkatkan survival dan fungsi neutrofil; digunakan
IL-12, terdapat dua sub unit yaitu dengan berat 35-k di klinik guna mengatasi +reutropeni setelah kemoterapi
Da dan 40-k Da. Reseptornya ialah IL-12R. Dihasilkan dari dengan obat sitotoksik.
makrofag; sel-sel dendrit dan neutrofil yang diaktifkan. GM-CSF, dengan reseptornya GM-CSFR; dan B yang

Sebagai target selnya adalah sel-sel T dan NK. Sedang


umum. Dihasilkan oleh: sel-sel T, monosit/makrofag,
fibroblas dan sel-sel endotel. Tentang aktivitas biologisnya
aktivitas biologiknya mempengaruhi pembentukan Tr1-
yaitu: mengatur mielopoiesis; meningkatkan aktivitas
helpe r T-cell dan pembentukan " lyphokine-octivoted killer
bakterisidal dan tumorisidal dari makrofag; mediator dari
cel/"; meningkatkan aktivitas CD, + CTL.
maturasi dan fungsi sel dendrit.
IL-1-3, reseptornya adalah IL-1-3lL-4R. Dihasilkan oleh
M-CSF, dengan reselior M-CSFR (C-fims protoon-
sel-sel T (THr). Sasaran targetnya ialah: monosit/makrofag,
kogen). Dihasilkan oleh: fibroblas, sel:sel endotel, monosit/
sel-sel B, sel-sel endotel dan keratinosit. Aktivitas
makrofag, sel-sel T, sel-sel B, sel-sel epitgl termasuk epitel
biologiknya ialah: meningkatkan regulasi VCAM-1 dan
timus. Sel targetnya adalah monositi/makrofag. Aktivitad
ekspresi kemokin C-C pada sel-sel endotel; meningkatkan
biologiknya mengatur produksi dan fungsi"monosit/
pengaturan aktivasi dan diferensiasi sel B; menghambat
makrofag.
produksi sitokin proinflamasi dari makrofag.
Fraktalkin, dengan reseptornya CX3CRI. Dihasilkan
IL-17, reseptornya ialah IL-17R. Dihasilkan oleh CD,
oleh sel-sel endotel yang diaktifkan. Sel targetnya
+ sel-sel T. Target selnya adalah: fibroblas, endotel dan
adalah: sel-sel NK, sel-sel T, monosit/makrofag. Aktivitas
epitel. Aktivitas biologiknya ialah meningkatkan sekresi
biologiknya adalah: " Ce ll su rfoce chemokine/m u cin hybrid
sitokin yang memperkembangkan respons Tr1 yang
m o lec u le" ya ng berf u n gsi sebagai kemo-atra ktan, a ktivator
predominan.
leukosit, dan cell adhesion molecule.
IL-L8, dengan reseptor IL18 (ll-1R-Re/ofed Protein).
Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa mediator-
Dihasilkan oleh keratinosit dan makrofag. Sebagai target
mediator bioaktif pada sel mosf hewan coba (tikus) yang
selnya adalah sel-sel T, B, dan NK. Aktivitas biologiknya
diaktifkan akan menghasilkan:
adalah meningkatkan pengaturan produksi IFN-y,
meningkatkan sitotoksisitas sel NK. . Mediator-mediator lipid yaitu: Leukotrien M, Leukotrien
IFN-y, dengan reseptor tipe-L interferon. Dihasilkan C4, Ploteled-Activoting Factor, dan prostaglandin D2
oleh semua sel. Sebagai sel targetnya adalah semua sel. . Mediator-mediator yang dibentuk sebelumnya dari
Dan aktivitas biologiknya yaitu: aktivitas antivirus; memacu sekresi granula yaitu: histamin, proteoglikans, Triptase
sel T, makrofag dan aktivitas pengaturan ekspresi MHC dan Kimase, Karbopeptidase A.
klas I; digunakan untuk terapi terhadap virus dan kondisi . Sitokin sitokin yaitu : IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM.CSF,
autoimun. rL-13, rL-1, rNF-B, TNF-cr
100 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Dari ketiga kelompok mediator tersebut akan meningkatkan molekul-molekul adhesi limfosit dan
menimbulkan respons pada Leukosit, fibroblas, substrat kemokin untuk menarik "ontigen-spesific" limfosit-
dan mikrovaskular. limfosit; menghasilkan IL-12 guna menarik TrL helper
Dari respons leukosit, dapat mengadakan perlekatan, T-cell Responses; meningkatkan pengaturan ikut memacu
kemotaksis, produksi Ig E, proliferasi sel masf, aktivitas bersama molekul-molekul MHC guna memfasilitasi limfosit
Eosinofil. T dan B guna mengenali dan aktivasi ; sel-sel makrofag dan
Dari respons Fibroblas, dapat mengadakan proliferasi, dendrit, setelah adanya isyarat dari LPS, dan meningkatkan
vakuolisasi, produksi Globopentaosyl-ceromide, produksi pengaturan pacuan bersama molekul-molekul 87-1 (CD80)
kolagen. danBT-2 (CD86) yang diperlukan guna menggiatkan dari
Dari respons substrat dapat mengadakan aktivasi sel-sel T antigen-specific antipathogen, dan selanjutnya
matriks metaloprotease, aktivasi dari kaskade koagulasi. juga protein-protein Toll-like pada sel-sel B dan sel-sel
Sedang dari respons mikrovaskular, dapat timbul dendrit yang setelah terikat LPS menyebabkan CD80 dan
permeabilitas venuler terganggu. perlekatan leukosit, CD86 pada sel-sel tersebut menyampaikan kepada sel T
konstriksi dan dilatasi. ontigenpresenting.
Berikut ini akan disajikan bagaimana rangsang
Sel-sel dendritik plasmasitoid (DCs) dari garis keturunan
inflamasi memicu kegiatan leukosit, serta tabel interaksi
Limfoid, peran utamanya ialah: menghasilkan sejumlah
molekul adhesi dari leukosit/sel endotel. Dan berikutnya
besar interferon (lNF)a yang mempunyai aktivitas anti
adalah gambar neutrofil dan proses inflamasi.
tumor dan anti virus, dan didapatkan dalam zona sel
T dari organ-organ Limfoid; Sel-sel tersebut beredar
dalam darah. IFN-a merupakan aktivator yang poten pada
KOM PON EN UTAMA DARI SISTEM IM U N BAWAAN
makrofag dan DSs yang dewasa guna memangsa patogen-
DALAM MEMICU IMUNITAS ADAPTIF patogen yang masuk dan menyampaikan antigen-antigen
patogen kepada sel T dan sel B.
Sel-sel sistem imun bawaan dengan peran utamanya
dalam memicu imunitas adaptif tergantung pada tipe Terdapat dua tipe sel-sel dendritik mieloid, yaitu: yang
sel-sel yang berperan. Berikut ini akan dipaparkan macam- diturunkan dari sel intersisial dan Langerhans.
macam sel yang terlibat. DCs intersisial adalah penghasil kuat IL-2 dan IL-L0 dan
terletak di zone-zone sel T dari organ-organ Limfoid; dan
Sel-se! makrofag, peran utamanya dalam imunitas bawaan
sel-sel tersebut ada dalam darah, dan ada dalam sela-sela
ialah: mengadakan fagositose dan membunuh bakteri,
dari paru, jantung, dan ginjal; DCs Langerhans adalah
di samping itu menghasilkan peptide anti mikrobial;
penghasil kuat dari IL-12; daq letaknya di zone-zone
mengikat lipopolisakarida (LPS); dan menghasilkan sitokin
sel T dari Limfonodi, epitel kulit, dan medula timus; dan
sitokin inflamator.
beredar dalam darah. Peran utama dalam imunitas adaptif
Peran dalam imunitas adaptif yaitu menghasilkan
dari DCs interstiel adalah APC yang poten ufituk sel-sel T
interleukin (IL)L tumor necrosis /ocfor GNF)o guna
dan yang pertama-tama mampu mengaktifkan sel B- guna

Gamber 3.
INFLAMASI 101

menghasilkan antibodi; sedangkan DCs langerhans adalah


Tabel 4. Interaksi Molekul Adhesi dari Leukosit / Sel
Endotelial APC yang poten untuk "T cell priming".

Interaksi Molekul Molekul Sel-sel pembunuh alamil natural killer (NK)cells.


Adhesi Adhesi Tugasnya membunuh sel-sel asing dan penjamu (hosf)
Endotil Lekosit yang memiliki kadar rendah dari "MHC + self petides".
Menggelinding E-selectin ESL-1" Menampilkan reseptor-reseptor yang menghambat fungsi
P-selectin PSGL-1 NK dengan adanya penampilan yang banyak dari "self-
HA cD44 MHC". Dalam peran utamanya sebagai imunitas adaptif,
Tak diketahui L-selectin
sel ini menghasilkan TNF-o dan IFN-y yang merekrut TH,
VCAM-1 VLA-4
helper f cells responses.
Melekat ICAM-1 LFA-1, MaC-1
menyatu ICAM-2 LFA.1 Sel-sel NK-T, peran utamanya dalam imunitas bawaan
VCAM.1 VLA-4 merupakan limfosit-limfosit baik dari kedua sel T dan
HA cD44 petanda permukaan NK yang dapat mengenali antigen
Emigrasi ICAM-1 LFA-1, Mac-]- Lipid yang ada dalam sel bakteri, misalnya M.TubercuLosis
ICAM-2 LFA-1 oleh molekul-molekul CDI dan kemudian membinasakan
VCAM-1 VLA-4 sel-sel hosf yang terinfeksi dengan bakteria intraselular
PECAM-1 PECAM-1, Lain-lain?
tersebut. Peran utama dalam imunitas adaptif. sel-sel
JAM Pengikat (Ligand)
NK-T menghasilkan IL-4 guna merekrut "TH, helper T-cell
multipel
responses", dan memproduksi IgGl dan IgE.

Neutrofil dan proses inflamasi


Membunuh mikroba
Kerusakan jaringan
Aktivasi dari lain anggota badan
atau pertahanan
Sumsum
Tulang Rubor
/, (merah)
Sel lnduk

ol
Tumor
Histamin Y?.'991?l?'i-
KeDOCOran Catran
iia",,r
Bradykinin Dolor c,'H,o,,oH
Serotonirt---* .-\-a luyeri; HOCI (pemutih)
calor
(Hangat)

,,'^i
+l I
Chemokin,Lain
chemoatractant
-----)

@-:
G-CSF
Steroid
I
I

Endotoxin I

Meningkatkan
melengket ke
Endotel
t
Selectin Demam
R a Sekresi Sitokin
\ l'.-r.rrr-o rL-8,TNFrh-12
\ l-"- J
ENDOTEL
makrofag a.--
Limfosit

Skema kejadian dalam hasil neutrofil, perekrutan dan inflamasi


Tanda Kardinal (rubor, tumor, calor, dolo0
PMN (polimorfonuclear)
SkeG-CSF (Granulocyte Colony Stimulating Factor)

Gambar 4.
t02 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Neutrofil, peran utamanya dalam imunitas bawaan ialah


memangsa dan membunuh bakteri, dan memproduksi
peptida-peptida antimikrobial. Sedang peran utama
dalam imunitas adaptif ialah menghasilkan "Nitric Oxide
Synthose" dan "Nitric Oxide" yang menghambat apoptosis
dan Limfosit-limfosit dan dapat memperpanjang respons
imunitas adaptif.

Eosinofil, peran utamanya dalam imunitas bawaan ialah


membunuh parasit-parasit yang masuk. Sedang peran
utamanya dalam imunitas adaptif ialah menghasilkan IL-5
yan g merekrut "lg- spe ciftc o nt ib ody res p o n se s".

Sel-sel most dan basofil, peran utamanya dalam imunitas


bawaan ialah mengeluarkan TNF-o, IL-6, IFN-y dalam
merespons pada macam-macam dari "bocteriol PAMPs"
(Pathoge n -Associoted Molecu ler atterns).
Dalam kaitannya dengan peran utama sebagai
imunitas adaptif sel-sel tersebut menghasilkan IL-4 yang
f-l r,.,n"po,-t merekrut "TH, helper cell Responses" dan merekrut IgGl
\Z dan " lg E-spesific antibody Responses".
ILTB/"*pil] Sel-sel epitelial, peran utamanya dalam imunitas bawaan
PG: Prostaglandin
ialah memproduksi peptida-peptida anti-mikrobial;
Gambar 5 dan jaringan epitel spesifik menghasilkan mediator

Vasodilatation
inhibit aggregation
Cyclooxygenase
- Smooth muscle
@
#
contraction
- inhibit agregation
'"@.
Prostacyclin
Synthase Peroxidase
Hydrorisis
I lsomerase
Endotelium
J Brain,
Mast Cells
l-s-lrrtofcFlal
I lnactive I

TX
synthases
Vasocontriction PGF2a
IPGEI
(
v1 fp ) Platelet activation reductase

TXA2
-/ I
@
- Smooth muscle
contraction .

Vasodilatation - Bronchoconstrictor
Hyperalgesia - Abortifactant
TXB2 Fever
inactive Diuresis
lmmunomodulations

Gambar 6
INFLAMASI
103

dari imunitas bawaan lokal, misalnya sel-sel epitel . 8,1L,L4-Eicosotrienoice ocid (dihomo-g-tinoLenic ocid)
paru memproduksi protein-protein surfaktan (protein_ . 5,8,LL,1,4-Eicosotetroenoic acid (= asam arakidonat)
protein dalam keluarga collectin) yang mengikat dan . 5,8,1L,1_4,17-Eicosapentoenoic acid
memperkembangkan/ meningkatkan pembersihan dari
mikroba yang masuk dalam paru. Asal asam arakidonat dari derivat makanan yang
Dalam aktivitas peran utama dalam imunitas adaptif, mengandung linolic acid (9,L2-oktodecadienoic ocid) atau
menghasilkan TGF-B yang memicu "IgA-spesific ontibody dari konstituen makanan yang mengan dung S,g,L1_,14,L7-
responses". Eicosopentoenoic acid yang terdapat banyak dalam minyak
ikan.
Arakidonat di esterifikasia fosfolipid dari membran
sel atau lain kompleks lipids. Kadar arakidonat dalam sel
PRODUK YANG DISEKRESI DARI EOSINOFIT
sangat rendah, dari biosintesis dari eikosanoid terutama
. Protein-protein dari granule terdiri atas ,,mojor basic tergantung adanya arakidonat terhadap enzim-enzim
protein" eosinofil peroxidase, protein eosinofil cotionic, eichosonoid-synthese, ini sebagai hasil dari pengeluaran
ne u rotoxinyang berasal dari eosinofil, B- G lucu ro n id ose, dari simpanan sel-sel dari lipid oleh ocythydiolases, yang
asam fosfatase dan arilsulfatase B. kebanyakan adalah fosfol ipid Ar. peningkatan biosintesis
. Sitokin-sitokin, yaitu IL-1, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-8,11-10, dari eikosanoid diatur dengan cermat dan tampaknya
IL-16, GM-CSF, MNTES, TNF-o, TGF-o, TGF-B, dan MIp merupakan respons terhadap pengaruh yang sangat luas
. Mediator-mediator Lipid, yaitu leukotrien Bo (jumlahnya dari rangsangan fjsik, kimiawi dan hormonal.
sedikit), leukotrien Co, leukotrien Cu, 5 hidroksi 6,g,15_
di HETE, 5-okso-l_5-hidroksi 6,8,1 1,13-ETE (eicosate-
traenoic acid), Prostaglandin E, dan prostaglandin E, MACAM - MACAM POSTAGLAN DIN
6-keto-prostaglandin F, Troboksane pAF
,, @latetet-
octivating foctor). PGA, PGB, PGB adalah .{<eton yang tak jenuh yang
. Enzim-enzim: elastase, protein kristal Charcot-Leyden, dihasilkan dari bentuk non enzimatik pGE selama prosedur
kolagenase, 92-kd radikal. ekstraksi; tampaknya zat tersebut ada secara biologik.
. Reoctive oxygen intermediotes : superoxide rodical Seri PGE dan D adalah hidroksiketones, sedangkan
anion, HrOrdan Hydroxy Rodicols. Fa prostaglandin adalah i.,3-diols. Zat-zat ini adalah
produk dari prostaglandin G (pGG) dan H (pGH), cyclic
endoperoxides. PGJ, dan komponen sekeluarga adalah hasil
EOSINOFIL KEMOATMKTAN dari dehidrasi prostasiklin (p_GIr) memiliki struktur cincin
ganda; termasuk cincin siklcipentan, cincin kedua dibentuk
Ini terdiri atas: oleh jembatan oksigen antara karbon 6 dan 9. Tromboksan
Kemokin-kemokin yaitu Eotaksin, Eotaksin 2, Eotaksin (TXr) terdiri atas 6 anggota cincin oksan dl samping cincin
.
3, MCP2, MCP3, MCP4, RANTES, MIpIa, tL-8. siklopentan dari prostaglandin. Baik pGlrdan TX, adalah
Sitokin-sitokin yaitu: IL-16, IL-12 hasil dari metabolisme PGG dan pGH.
Primers yaitu:IL-3, IL-5, GM-CSF
Mediator-mediator hormonal yaitu: pAF, Cra, Cra, LTB*
LTD4, DlHETES dan Histamin. TROMBOSTT (?LATEr.ET) DAN MEDIATOR_
Molekul-molekul adhesi adalah protein permukaan sel MEDTATOR INFLAMASI
berfungsi ganda yang bertindak sebagai penengah interaksi
baik antara sel dengan sel dan sel dengan matriks. Trombosit diturunkan dari megakariosit dalam sumsum
Di samping itu peranannya dalam pemeliharaan dari
strukturjaringan dan keutuhan protein tersebut ikut serta COX isoforms
dalam proses kegiatan selular seperti motilitas, member.i ^ AMCHIDONICACID
isyarat dan pengaktifan. 1-
cox-1 il-z would healin-g
1cory#rruve)
. --;'- -! E Resolution of
inftamation
l-.---, I
lPs"
.tlr"
PROSTAGLANDIN PADA INFLAMASI KELUARGA leg.F- C)X-2,inhibitor
PROSTAGLAN DIN, LEU KOTRIEN DAN KOM PON EN .!
Stomach ni.666^T^,^^+-.
r"o"t"
YANG BERHUBUNGAN Kidney f;1"".3t" '
lntestine pain
Eikosanoid-2}-carbon essential fatty acid yang berisi 3,4 Platelet Cancer

atau 5 double boind: Gambar 7


104 DASAR-DASAR IIMU PENYAICT DALAM

Konsep Baru
dihasilkan yaitu: PDGE FGF, TGF-p dan RANTES. Lain-
EICOSANOID lain mediator yang ada ialah: PGE, LTC4, T,A2, 12.HETE,
PAE Faktor-faktor koagulasi, fibrinogen, fibronektin dan
adenosin (periksa tabel dan gambar)
Dalam keadaan normal perlekatan trombosit ke
protein matriks ekstraselular memerlukan faktor Von
Willebrant (v WF) yang terikat pada glikoprotein trombosit
Ibl1X dan menyampaikan sebagai jembatan molekuler
antara trombosit dan kolagen subendotelial. Trombosit
P450
dapat pu la diaktifkan melalu i reseptor-reseptornya untu k
I I
t-ipoiins f-Y-----------f l
IgG, IgE, PAF, C-reoctive protein dan substansi P dan
EETS
id)
(Eicosatetraenoic acid) ,I 15 - eoi-Liooxines II
melalui komponen-komponen yang diaktifkan. Dengan
']
lnflamation Resolution diaktifkannya trombosit, akan mengeluarkan isi granuler
j' P 450: 1
yang memperkembangkan pembekuan dan lebih lanjut
Epoxygenases
l (Epoxyeicosatetraenoic acid)
terjadi pengumpulan trombosit.
I Berbagai macam dari protein dan mediator yang
i-..
diturunkan dari lipid mempunyai aktivitas kemotaktik,
proliferatif, trombogenik, dan proteolitik. Pacuan yang
mengaktifkan trombosit guna mengadakan perlekatan dan
degranulasijuga merupakan pemicu pengeluaran AA dari
membran melalui PLA, yang memprakarsai sintesis dari
TXA, lewat COX-I- dan produk dari Lipoxygenose L2-HETE
Gejala Utama Mediator Lipid
Inhibitor yang kemudian dimetaboliser menjadi lipoksin.
Endogen
Nyeri dan PGE, LTB4, PAF
hiperalgesia ,Ilabal'6. Furgsi Golongan,Pr:qstaglandin.
Kemerahan PGE2, PGL2, LTB4,
'
vasodilatasi) L,Ar; PAF Meningkatkan Proses Meredam Proses
Proses Radang Radang
Panas (lokan dan PGE2, PGI1, LTA4, PAF
sistemik) Pengaturan aliran <- -+ PGE1, PGE2 meng-
Edema PGE, LTB4, LTC4, Lipoksin, darah dan pefusi hambat produksi dari
LTD4,LTE4, PAF ATL organ -macrophoge migrotion
'"' inibiting factor (MIF)
ATL : Aspirin - Triggered - Lipoxi
LT: Leukotrien oleh sel,* sel T
LX: Lipoksin Vasodilatasi (PGE2, <- -+ PGE2 menghambat
PAF : P lote let Activoting F a ctor, pGI2, pgd2, PGII) proliferasi limfosit T
PG: Prostaglandin -+ Menekan proliferasi sel
sinovial
tulang dan berfungsi untuk hemostatis, penyembuhan Menekan pem-
bentukan plasminogen
luka, dan respons selular terhadap jejas/trauma.
Trombosit juga merupakan sel-sel efektor inflamasi. Baik
Meningkatkan <- -) Menghambat produksi
permeabilitas vaskular dari radikal oksigen dan
PAF (Plotelet Activating Foctor) dan fragmen-fragmen
(interaksi dengan Ca5, pengeluaran enzim oleh
kolagen menyebabkan kemotaksis trombosit ke daerah LTB4, dan Histamin) neutrofil.
aktivasi endotelium atau daerah jejas/trauma dan hasil- Potensiasi nyeri
hasil yang dikeluarkan setelah aktivasi, merekrut lain-lain (interaksi Bradikinin)
sel dan mempunyai andil untuk meningkatkan reaksi Mengaktifkan limfosit
inflamasi. dan produksi dari
Trombosit akan menghasilkan zat yang bersifat limfokin PGI
kemoatraktan yaitu PAF dan kolagen. Di samping itu Agregasi trombosit.
zat-zat yang berfungsi mengaktifkan seperti PAF, MBB Pengeluaran PAF dan
PGI2.
fibrinogen, trombin, CRP, Substansi P, IhgG, FceR II,
komponen-komponen komplemen.
Desuppressor T
suppressor cells dan
Mediator-mediator dalam granula trombosit meningkatkan RF
menghasilkan ADP, serotonin, PF-4, V.WF, PLA, Resopsi dari tulang
trombospodin dan tromboglobulin. Sitokin-sitokin yang
INFLAMASI 105

Produk-produk dan granula-granula trombosit juga antigen T8 dan membentuk T8s. terdapat pula klas sel-
memprakarsai reaksi inflamasi lokal. Granula-granula sel T sitotoksik yang juga T8 positif. Dan kebanyakan
padat berisi ADB suatu agonis yang mengaktifkan ikatan respons antibodi pada antigen-antigen adalah sel T

fibrinogen dari trombosit pada sisi dari b, integrin yang dependen, dan fungsi utama sel-sel T helper untuk
glikoprotein II b/IIIa, dan serotonin, suatu vasokonstriktor menyediakan faktor yang diperlukan oleh sel B menjadi
yang poten yang mengaktifkan neutrofil dan sel-sel dewasa dan mensintesis antibodi.
endotelial. Sel-sel penolong juga diperlukan guna mempengaruhi
Alfa:granul berisi PF4 dan b-troboglobulin, yang sel-sel T sitotoksik guna mengikat dan membunuh sel-sel
mengaktifkan leukosit-leukosit mononuklir dan PMN yang terinfeksi dengan virus dan menyerang sel-sel tumor.
dan juga tempat dihasilkan PDGF dan TGF-B, yang Di samping itu sel-sel penolong mengaktifkan sel-sel
keduanya memacu proliferasi sel-sel otot polos dan supresor T dan sebaliknya menekan atau mengurangi
fibroblas dan sangat penting dalam perbaikan jaringan regulasi oleh sel-sel tersebut. Sel-sel T yang merespons
dan angiogenesis. Di samping itu granul trombosit terhadap adanya antigen, akan mensekresi zat-zat yang
menghasilkan trombospodin yang memprakarsai neutrofil, menyampaikan pesan yang ada dalam sel dan ini disebut
faktor koagulasi F V VII, vWF, fibrinogen dan fibronektin. Limfokin yang berbeda dengan antibodi-antibodi yang
dihasilkan oleh sel-sel B yang telah diaktifkan. "
Limfoki n-limfokin yang penting termasuk interle u kin
RESPONS PENYESUAIAN (ADAPTIF) 2 (lL-2), Gammo lnterferon (lFN y), dan Macrophoge
lnhibitor Factor (MIt). MIF merangsang makrofag untuk
Limfosit bertanggung jawab untuk respons imun melaksanakan fagositosis aktif dan sekaligus menghambat
penyesuaian (adaptif). Limfosit pendahulu beredar migrasi dari sel-sel teirsebut dari daerah di mana sel-sel
dalam darah. Limfosit ini akan berkembang menjadi sel Th tertumpuk.
B dan sel T. Sel B yang awal melanjutkan pertumbuhan-
nya dalam sumsum tulang. Sedang sel T yang awal
berpindah ke timus. Pendahulu kedua tipe sel tersebut SEI,SEL T SUPPRESSOR DAN PENOTONG (HEI,PER)
mengalami penyusunan ulang dari gen untuk membentuk
reseptor-reseptor antigen. Reseptor-reseptor sel B dan IL-2 yang disekresi oleh sel-sel Th adalah faktor penumbuh
sel T, keduanya heterodimer,yang terdiri dari dua ikatan yang memacu proliferasi dari sel-sel T sehingga mereka
yang berbeda, yaitu rantai ikatan disulfid, di mana sifat memproduksi clone-clone sel-sel antigen spesifik yang
ikatannya dapat dikenal dari rangkaian protein sebagai akan menjadi sel-sel sitoksik, penolong (helper), atau
hasil dari kombinasi yang tampak pada tingkat genetik. suppressor. Sel-sel T suppre;Sor mengurangi pengaturan
Bagian dari reseptor antigen yang akan meningkat pada respons dari lain-lain sel-sel T dan B.
antigen diturunkan dari dua atau tiga fragmen gen yaitu Ada pula anggapan bahwa prostaglandin-
segmen yang berubah-ubah, yang aneka ragam dan prostaglandin diturunkan sebagai baglan dari proses
pengikat. inflamasi dari fosfolipid-fosfolipid mempran sel
Sel B dan T memiliki reseptor antigen yang spesifik. yang dapat mengurangi regulasi sel-sel T suppressor.
Pengenalan molekul untuk antigen pada sel-sel B adalah Selanjutnya priksa tentang keluarga prostoglondin dan
membrone associoted-immunoglobulin, sedangkan bagan tentang asam arakidonat. Sel-sel B, mempunyai
reseptor antigen pada sel-sel T adalah molekul yang petanda permukaan pada awal stadium akan menjadi
berbeda, yang bukan imunoglobulin. Bila diaktifkan oleh dewasa. Langkah awal adalah pengaturan kembali gen-
adanya antigen, maka sel-sel B berkembang menjadi gen dari imunoglobulin rantai berat. Proses ini meliputi
antibodi yang menghasilkan sel-sel plasma, dan sel-sel pecahan "germline chromosome" dan penggabungan
yang memelihara ingatan pada antigen. dari V* D, dan JH, yang kemudian menjadi bentuk VDJH'
Sel-sel T juga berkembang menjadi sel-sel effector Terakhil terminal deoksitransferase (TdT) banyak terdapat
dan pengingat. Awal dari reaksi ini disebut respons primer. dalam iet yang mengalami pengaturan ulang, dan
Berikutnya terdapat periode laten kurang lebih tujuh hari menambah bahan dasar ekstra pada fragmen-fragmen
sebelum perkembangan lebih lanjut. sebelum diadakan rekombinasi. Hasilnya akan terbentuk
Sel T mempunyai beberapa sub-set. Ada beberapa banyak macam gen imunoglobulin dari macam-macam
sub-set sel T yang penting yang berpengaruh pada sel- sel pelopor dari B.
sel T dan B terhadap antigen dan termasuk mengaktifkan Kemudian sel-sel yang berhasil membentuk protein
makrofag. Ini adalah sel-sel f helper (penolong) yang ikatan-berat yang ditampilkan di permukaan sel, akan
memproses antigen T4 pada permukaannya dan juga membentuk kompleks rantai-ringan. Kompleks
membentuk T4H dan sel-sel f suppressor guna memiliki ikatan berat dan ikatan ringan pada sel-sel B dan molekul
106 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DATAM

Mitokondria Platelet surface Phospolipids :


GP lib llla lmportant role in coagulation

Membrane plasma

GP lb : Platelet Surface
glycoprotein lb
Fungsi adhesi & agregasi

Lysosomes : acid hydrolases

Dense granules :
M g,Seroton n
AD P,ATP, Ca, i

Alpha granule :
- Bthromboglobulin Albumin
- PF4 Thrombospodi n,fi bronectin
- PDGF ADP
- TGF- beta VEGF (vascular endotelin groMh F)
- Chemotactic factor Serotonin
- Fibrinogen
.V.WF

Gambar 9. Platelet/trombosit

Faktor yang Diturunkan, dari Trombosit Respons Inflamasi


. Thromboxane A, (Cyclooxgenase dependent) . Vasokonstriksi, agregasi trombosit
. 12-L-hydroperoxyeicosatetraenoid. acid (Lypoxygenase . Vasokonstriksi, stimulasi daii leucocyte leukotrien-e Bo syn.
dependent) thesis, inh ibisi cyclooxygenase
. 12-L-Hydroxyeicosatetraenoic, acid (lypoxygenasedepen- . Kemotaxis, stimulasi aktivasi monosit procoagutant ,'
dent)
. Glycoprotein'adhesif : Thrombospodin.. : . Adhesi sel
. Faktorfaktor penumbuh : PDG[VEGF, TGF.p (c-granules) . Kemotaxis, fjbrinogenesis, chondrogenesis. angiogenesis
., Platelet-spesific' protein : p-Thrombo-modulin, PFo . Aggregasi trombosit, kemotaxis
(o-granules)
. Cationic protein : chemotactic factor, permeability . Kemotaxis, permeabilitas vaskular, release histamin.
factor (o-granules)
. Acid hydrolases (lysosomes) . Memangsa jaringan
. Serotonin (dense granule) . Vasokonstriksi, permeabilitas vaskular, fibrinogenesis
INFLAMASI t07

imunoglobulin yang lengkap pada sel B yang belum dewasa dijumpai CDl"9 dan CD21. Di samping itu terdapat pula
bersamaan dengan pasangan protein transmembran yang CD32 (Fc. Reseptor).
disebut Ig5 dan 196. Ini adalah molekul pembawa signal
yang diperlukan guna seleksi yang positif dari sel-sel B
guna dapat melewati titik-titik pemeriksaan. RESPONS INFLAMASI PADA SYOK
Setelah diferensiasi sel B berlangsung, dan sel-sel
yang bertahan hidup dalam proses seleksi akan keluar Aktivasi dari jaringan sistem mediator inflamasi yang
dari sumsum tulang sebagai sel yang terbentuk baru, sangat luas berperan dengan nyata dalam perkembangan
kemudian sel B yang dewasa melakukan perjalanan ke syok dan mempunyai saham dalam menghasilkan jejas
limpa, dan masuk ke daerah PALS (Periorteriolar lymphoid dan gangguan dari organ-organ.
Sheath), di mana sel-sel B. Antigen yang ada diangkut Mediator-mediator humoral yang multipel di-
masuk dalam PALS, di mana telah ada kerja sama antara aktifkan selama syok dan kerusakan jaringan. Kaskade
sel T dan sel B. komplemen, diaktifkan melalui kedua jalur klasik dan
Sel B yang ada di daerah perbatasan kemudian masuk alternatif, menghasilkan anafilaktoksin C3a dan C5a. Fiksasi
ke dalam pulpa merah lalu mengadakan diferensiasi komplemen secara langsung pada jaringan yang rusak
menjadi plasmablas, yang dengan cepat mempunyai dapat berkembang guna menyerang secara rumit C5-C9,
respons awal terhadap zat yang patogen. Disini terjadi selanjutnya mengakibatkan kerusakan sel. Pengaktifan
kerja sama yang unik antara sel-sel T, B dan folikular kaskade koa gu lasi menyeba bka n trombosis mi krovasku la ri
dendritik. Sel B menyajikan pada sel T lewat MHC klas dengan akibat selanjutnya terjadi lisis utama pada
II yang ada pada sel B.Sel-sel B yang diaktifkan dapat peristiwa yang berulang dari iskemik dan reperfusi.
menampilkan CD80 atau CD86 (B7.1 atau B7.2). Sel B Komponen-komponen dari sistem koagu lasi, seperti
yang demikian kini dapat menyampai-kan dua isyarat trombin, merupakan mediator proinflamasi yang poten.
kepada sel T yaitu satu ikatan dari reseptor antigen sel T Yang mengakibatkan peningkatan dari molekul-molekul
ke MHC klas Il-peptid kompleks pada sel B, dan yang lain adhesi pada sel-sel endot6l dan mengaktifkan neutrofil,
dengan mengikat CD28 pada sel T oleh CD80 dan CD86 utamanya pada kerusakan pada mikrovaskular. Koagulasi
pada sel B. Aktivasi dua isyarat demikian itu bermanfaat yang mengaktifkan kaskade kalikrein-kininogen, yang
untuk meningkatkan kadr dari sekresi IL-2 dan proliferasi mempunyai andil pada kejadian hipotensi.
dari sel T.
Setelah cukup stimulasi, sel - sel B membelah dirijadi
sel-sel plasma dan menghasilkan imunoglobulin yaitu
IgG dengan subklas L, 2, 3,4; IgA dengan dua subklas;
IgM, IgD, serta IgE. Pengatur molekul dari fungsi limfosit,
dilakukan oleh reseptor-reseptor permukaan sel dan
adanya interaksi antar sel.
Dengan adanya rangsangan awal, sel T menerima
bantuan dalam menetapkan tipe sel efektor apa dari sel
tersebut yang timbul. Pada tiap kasus, sel T menadi aktif
dan menampilkan molekul permukaan yang baru, CD154
yang juga dikenal sebagai Pg39 atau CD40L. Ini adalah
lawan reseptor untuk CD40, suatu keluarga dari reseptor Penampilan
fNFu superfamily, yang ada pada sel-sel B. Ikatan dari /expresi
CD40 memungkinkan isyarat sehingga sel B dilindungi P-selection

dari program kematian. Molekul baru CD80 dihasilkan


dari ikatan CD154 pada CD40. CD80 merupakan lawan
reseptor untuk CD28 pada sel T.
Ikatan CD40 pada sel B mempengaruhi peningkatan
lain molekul pada sel B yaitu ikatan CD95 (CD154, Fas
Ligand). Secara normal ikatan CD95 Ligand mempengaruhi
kematian sel. Namun sel-sel B yang telah menerima
isyarat dari reseptor seperti lewat CD40 akan dilindungi, PDGF : Platelet Derive Growth Factor
bila tidak ia akan mati. Pada stadium akhir dalam aktivasi, PF4: Platelet Factor 4
LTBA : Platelet Factor 4
ikatan dengan CD28 akan mengirim pesan ke sel T guna
menampilkan CD1,52 (CTLA-4). Pada permukaan sel B Gambar 10. Partisipasi trombosit pada awal kejadian radang
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
108

Gabay C.Cytokines and cytokine recePtors In' ibid: 423'Weaver


Sejumlah Ekosanoid suatu vasoaktif dan merupakan
CT
hasil dari imunomodulator dari metabolisme asam Haynes BF, Fauci AS.Introductionto the immune sistemIn'p'1907-
arakidonat yang termasuk pula turunan asal dari 30

siklooksigenase juga prostaglandin dan tromboksan Maier RV. Approach to the patient with shock.inflammatory
."rporr"riltt Harrisonls principles of intemal medicine' Mc
A2, yang merupakan vasokonstriktor yang poten dan Griw-Hill 166. Vol II 2005:1601-2'
mlmpunyai andil pada hipertensi pulmonal dan nekrosis Morrow
- --- |D, Roberts II LJ' Lipid derived autacoids'-eicosanoids
tubuler akut Pada sYok. *a'piut.let-activating fictor 'In: Goodman &. Gilman's'
the pharmacological bisis of theurapeutics 10 th' editiory
2001..p.669-731
fnifipt-Vfr. C.onstein B.N.Structure and function of neutrophils'
KESIMPULAN in. p.351-73
pier isiMolucular mechanisms of microbial pathogenesis' In:
Harrisoris principles of internal medicine'16s Edition' Mc
Inflamasi adalah respons protektif setempat yang di-
GrawHill;2005.P'70U6
timbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang Saleh MN Lobuglio AF'Platelets In: Rheumatic diseasesin : 'p'
berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung 41L-22.
suatu agen pencedera maupunjaringan yang cedera itu'
Pada bentuk akut ditandai adanya tanda klasik yaitu: dolor;
kalor, rubor; tumor dan fungsiolesa.
Dikenal adanya inflamasi akut, subakut dan kronis'
Inflamsi merupakan keadaan dinamik yang konstan yaitu
suatu reaksi dari jaringan hidup guna melawan berbagai
rangsangan. Dalam melawan inflamasi, dari tubuh memiliki
respons alami dan penyesuaian. Yang alami (tidak spesifik)
terdiri dari sel-sel: neutrofil, eosinofil, basofil, trombosit'
makrofog, monosit, sel mast dan sel NK, serta faktor-faktor
yang larut yang terdiri dari lisozim, sitokin, interferon'
komplemen, dan Protein fase akut.
Sedang yang penyesuaian yang bersifat spesifik terdiri
dari sel B, selT, antigen presenting cell (APC), sel-sel dendrit
dan sel Langerhans, serta faktor-faktor yang larut seperti
antibodi, imunoglobulin G (lgG) dengan subklasnya I9 M'
I9 A,lg E,Ig D dan limfokin.
Selain itu sel-sel yang ada memiliki pula reseptor di
permukaan sel. Dengan demikian memudahkan cara kerja
sel-sel tersebut.
Mediator inflamasi terdiri dari: komplemen, vasoaktif
amin, nifric oxide, histamin, serotonin, adenosin, sistem
pembekuan, bentuk 02 yang diaktifkan, metabolisme
asam arakidonat, prostaglandin,trornboksan A, dan
leukotrien.

REFERENSI

Austen KF. Allergic, anaphylaxis, and systemic mastocytosis In:


Harrisort's piinciplei oi intemal medicine'Mc Graw Hill' 16ft
Ed. Vol. ll2h5:1947-56
Bullard CD.Cell adhesion molecules in the rheumatic diseases
Ln.P.477-8
Crow MK.Structure and function of macrophages and other
antigen-presenting cells. tn Arthritis and allud conditions
Koolmen, Moreland. A Textbook of rheumatology' Lippincott
Williams & Wilkins 15m Ed Vol' II, 2005: 305-26'
Carter RH Weaver CT.Structure and function of lymphocytes
in.p.327-50.
Gruber B.L Kaplan AP.Mast cells, eosinophilis,and rheumatic
diseases.in: ibid 37 5 409.
L6
APOPTOSIS
Kusworini Handono, Beny Ghufron

PENDAHUTUAN dan inti ke dalam lingkungan interseluler sehingga


merangsang timbulnya keradangan. Walaupun nekrosis
Rudolf Virchow seorang ahli patologi pada akhir tahun merupakan suatu respon yang penting pada kerusakan
1800 membahas tentang kematian sel dan jaringan akut atau inflamasi jaringan tertentu, namun nekrosis
sebagai sebuah proses pasif. Ketika seorang penderita bukan mekanisme kematian sel secara normal. Sampai
infark miokard akut dilakukan otopsi maka daerah otbt awal tahun 1970-an, nekrosis merupakan satu-satunya
jantung yang terkena infark mengalami perubahan cara kematian sel yang diketahui dengan jelas, sehingga
warna, kecerahan, dan tekstur. Sel dan mitokondrianya menjadikan kematian sel nampak sebagai kejadian yang
membengkak dan kehilangan integritas membran non fisiologis dan merugikan.l.2
yang akhirnya melepaskan isi sel dan mencetuskan Apoptosis merupakan proses kematian sel yang
proses inflamasi. Andrew Wyllie. pada awal tahun fisiologis dan terprogram. Berbeda dengan nekrosis
L9V2 berdasarkan studi pada perkembangan embrio yang merupakan proses patologis akibat jejas yang kuat
(embriogenesis) mendapatkan bahwa morfogenesis atau zat toksik pada sel. apoptosis dimulai dari proses
bukan merupakan proses proliferasi saja tetapi beberapa interaksi antara ligan-reseptor yang teregulasi dengan
sel menghancurkan dirinya sendiri dan membatasi tepat dan dirangkai dengAn proses fagositosis yang
pertumbuhannya. Mereka mendapati bahwa sel menjadi bertujuan mengeliminasi sel yang rusak atau sel normal
mengkerut, sitoplasma dan kromatin terkondensasi tanpa yang tidak diperlukan lagi. Proses awal apoptosis ditandai
ada perubahan pada mitokondria dan tidak ada proses dengan berkurangnya volume sel beserta intinya. Dengan
inflamasi. Membran sel tidak mengalami disintegrasi (lisis) menggunakan mikroskop cahaya akan tampak p'erubahan
tetapi membentuk badan-badan kecil yang akan di fagosit pada membran sel berupa pembentukan bula (blebbing),
dan dihancurkan oleh makrofag atau sel tetangganya. Para kondensasi dan fragmentasi DNA. Walaupun secara in
ahli selanjutnya menyebut perubahan tersebut sebagai vitro apoptosis ditandai dengan fragmentasi sel akan
proses apoptosis yang dalam bahasa Yunani kuno berarti tetapi secara in vivo sel-sel yang mengalami apoptosis
"daun gugur".1 biasanya hanya terlihat di dalam makrofag. Gambaran
Organisma multiselular hidup memerlukan khas apoptosis berupa degradasi DNA kromosom oleh
keseimbangan antara proses proliferasi sel dan kematian enzim endonuklease menjadi beberapa oligomer yang
sel. Ketidak seimbangan kedua proses tersebut berdampak mengandung 1-80 pasang basa yang pada analisis gel
pada timbulnya atau progresivitas berbagai penyakit. tampak sebagai "loddef' DNA (tabel 1).as
Secara umum sel-sel mengalami kematian melalui salah
satu dari dua cara yang telah diketahui tergantung dari
konteks dan penyebab kematiannya, yaitu nekrosis dan APOPTOSIS PADA CAENORHABDITIS ELEGANS
apoptosis. Nekrosis merupakan proses kematian sel DAN MAMALI,A
yang terjadi secara akut akibat perubahan non fisiologis
(misalnya infark jaringan pada stroke iskhemik atau Pemahaman proses apoptosis diperoleh dari penelitian
karena efek toksin). Sel yang mengalami nekrosis akan pada cacing nematoda Caenorhabditis elegans. Selama
membengkak dan lisis, mengeluarkan isi sitoplasma perkembangan hidupnya, cacing C elegans memproduksi

109
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
110

Apoptosis
Toksin, hiPoksia, gangguan masif Kondisi Fisiologis dan Patologis
Rangsangan
Sel membengkak Kondensasi kromatin
Histologi
Kerusakan organel, Benda-benda aPoPtotik
Tanda-tanda kematian jaringan Kematian sel
Fragmen tidak beraturan Potongan fragmen 180
Pola kerusakah DNA
pasangan basa
Lisis Utuh, menggelembung,
Membran plasma
Perubahan molekular
Makrofag imigran Sel sekitar
Fagositosis dari sel
Keradangan Tidak ada keradangan
Reaksi jaringan

Gambar 1: Pada sel hidup, ced-4 dan ced-3 menjadi


sebanyak 1.090 sel di mana 131 sel akan mati' Sejumlah Apabila
satu dalam bentuk monomer inaktif dengan ced-9'
gen yang mengaktivasi dan meregulasi proses kematian
proses sel akan mengalami apoptosis domain BH3 dari egl-L
sel ini telah di identifikasi. Menariknya, sebagian
tersebut sama dengan yang ada di mamalia' Pada menyebabkan lepasnya ikatan ced-3 sehingga ced-3
mengalami oligomerisasi dan menjadi aktif'
dasarnya C. elegans memiliki 4 macam gen yang menyandi
Penelitian selanjutnya pada mamalia menunjukkan
apoptosis: ced-9, egl-1, ced-4, dan ced-3' Gen ced-9 dengan
bahwa ced-9 secara struktur dan fungsi homolog
bersifat mencegah apoptosis sedangkan egl-l' ced-4 homolog dengan
protein anti-apoptosis Bcl-2, egl-1
dan ced-3 menyebabkan apoptosis' Ced-9 terikat pada
membran luar mitokondria dan mengikat ced-4 dan ced-3'
protein pro-apoptotic Bcl-2, ced-4 homolog dengan
protein Apaf-1 sedangkan ced-3 homolog dengan famili
Ikatan ini menyebabkan ced-3 tidak aktif sehingga sel
caspase (Gambar 2)'a
tetap hidup. Dengan adanya egl-1 maka komplek ikatan
Gambar 2: Persamaan antar proses apoptosls
ced-4/ced-3 dengan ced-9 akan terlepas dan komplek
pada C elegans dan mamalia. ced-9 homolog dengan
ced-4lced-3 mengalami oligomerisasi menjadi aktif
protein Bcl-2, ced-4 homolog dengan Apaf-1 sedangkan
dengan akibat kematian sel (Gambar 1)'

ll EGL, cED3

o,isomerisasi + cED3 aktif

+ #--
Mitokondria

pada sel hidup, ced-4 dan ced-3 menjadi satu dalam bentuk monomer inaktif
dengan ced-9' Apabila sel akan menga-
Gambar 1. oligomerisasi dan menjadi
m6ngalami
lami apoptosis domain eiE dari egl-1 menyeb.Uf.* f"p*.V. ik.tun ceO-: sefringga ced-3
aktif.
APOPTOSIS 111

EGL,l CED9
Bcl2 BAD

I
CED4
I
Apaf-1

I
CED3
I
Caspase

Menghambat
-l
-+ Menginduksi

Gambar 2: Persamaan antar proses apoptosis pada C elegans dan mamalia. ced-9 homolog dengan protein Bcl-2, ced-4 homolog
dengan Apaf-1 sedangkan ced-3 homolog dengan caspase dengan hasil akhir sel mengalami apoptosis.

ced-3 homolog dengan caspase dengan hasil akhir sel


mengalami apoptosis.
:
Reseptor l(ern6ffu1 iiil - ,L$an Kematian

APOPTOSIS ATAS RANGSANGAN DARI LUAR . TNFRl/p55/CD120a . TNF dan limfotoksin-c


., DR3/Apo3 atau:TRAMt, :,.r,r- Apo3!,atau TWEAK
Apoptosis dapat dipicu melalui dua jalur molekuler yang c DR4 DRS/Apo!. ,, .,.1'., ,:';':Apo2l.atau TREALI
berbeda yaitu melalui jalur reseptor kematian (jalur
ekstrinsik) dan jalur mitokondria (jalur intrinsik). Tahap
akhir dari kedua jalur tersebut adalah aktivasi berbagai . Keluarga Bcl-2
protease intraselu ler (terutama kelompok enzim proteolitik
disebut caspases) dan endonuklease. Sebuah sel akan setelah mengikat tigan kematian. Reseptor Fas dan
mengalami apoptosis atau tidak tergantung pada 2 macam reseptor TNF merupakan bagian integtral dari membran
sinyal yaitu (i) sinyal yang diperlukan untuk bertahan protein dengan domains reseptor terletak dipermukaan
hidup (sinyal positif) dan (ii) sinyal yang menyebabkan sel. Ikatan reseptor tersebut dengan ligan kenratian FasL
kematian (sinyal negatif). Contoh sinyal positif antara lain dan TNF maka dalam beberapa detik akan mengaktivasi
faktor pertumbuhan (growth foctor) pada neuron atau sistem caspase yang mengakibatkan kematian sel dalam
interleukin-2 (lL-2) pada limfosit. Sinyal negatif antara lain beberapa jam. FasL merupakan protein yang diekspresikan
peningkatan kadar oksidan bebas dalam sel, kerusakan oleh sel T sitotoksik untuk membunuh virus atau antigen
DNA. serta aktivator kematian seperti TNF-alfa, limfotoksin yang berbahaya. Pada domain reseptor kematian yang
dan ligan Fas (FasL). berada di sitoplasma (cytoplosmic domoin) terdapat
Proses menuju apoptosis atas rangsangan dari luar struktur homolog yang disebut domain kematian (deoth
(jalur ekstrinsik) dapat dibagi menjadi lima langkah yaitu domoin), yang mampu menggerakkan mesin apoptosis.s
: (i) interaksi reseptor oleh ligannya (ii) keluarnya sitokrom
c dari mitokondria (iii) aktivasi protease (caspase) (iv)
pemecahan protein dan DNA (v) proses fagosit oleh APOPTOSIS MELALUI INTERAKSI RESEPTOR FAS
makrofag atau sel teta ngganya. Apoptosis diawal i dengan (cDgs) DAN LrGAN FAS (FASL).
interaksi ligan-reseptor yang memerlukan energi dan
menghasilkan perubahan morfologi dalam sel. Terdapat FaslCD95 dan FasL secara fisiologis berperan dalam
beberapa macam reseptor kematian beserta ligannya apoptosis berbagai macam sel antara lain delesisel limfosit
(tabel 2). T matur di perifer; apoptosis sel yang terinfeksi virus atau
Reseptor kematian adalah suatu reseptor pada sel kanker yang dilakukan oleh limfosit T sitoksik dan
permukaan sel'yang mentransmisikan sinyal apoptosis notural killer cell (sel NK) dan mematikan sel imun pada
tt2 DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

tempat tertentu seperti pada mata. Reseptor FaslCD95 dengan reseptor TNF (TNFR1), TNF meng-aktifkan NF-KB
merupakan suatu molekul homotrimerik seperti anggota dan AP-1 sehingga terjadi induksi gen proinflamasi dan
famili TNF yang lain. imunomodulator. Pada beberapa sel, TNF menyebabkan
Pada reseptor Fas terdapat suatu segmen yang terdiri apoptosis apabila protein yang menekan proses apoptosis
dari 90 asam amino yang disebut domain kematian dihambat. Ekspresi protein supresor ini dikendalikan oleh
yang mengawali proses apoptosis. Pada saat trimerisasi NF-KB dan c-jun NH2 terminal kinase JNK,/AP 1' Pada
dengan FasL, domain kematian sitoplasma reseptor Fas TNFR-1juga terdapat protein yang mirip dengan domain
membentuk deoth inducing signol complex (DISC). DISC kematian. Perbedaannya dengan Fas adalah adanya
bekerja pada fos-associoted death domain (FADD atau protein adaptor TRADD (TNFR-I ossociated death domoin)
MORTD yang berfungsi sebagai protein adaptor dan yang berinteraksi dengan FADD (Gambar 4).8 lkatan TRAIL
meneruskan sinyal apoptosis dengan menarik FADD- dengan reseptornya yaitu TRAIL-R1 dan TRAIL-R2 yang
like i nt e r le u k i n - co nv e rti n g e n zy m (FLlCEfl C E/ca s pa se 8)' tidak mempunyai protein adaptor langsung mengaktivasi
Selanjutnya caspase 8 akan mengaktifkan sistem caspase caspase.
sampai terjadi apoptosis (Gambar 3)'6'7

Mitochondrio

Gambar 3. Ligan Fas merupakan suatu molekul trimer yang


bila berhubungan dengan reseptor Fas akan menyebabkan
trimerisasi reseptor yang mengakibatkan pengelompokan
Gambar 4. Terikatnya TNF pada TNFRl menyebabkan
deoth domoin (DD) yang ada di dalam sel. Hal ini akan
trimerisasi reseptor dan pengumpulan domain kematian intra
menyebabkan protein adaptor (FADD) berinteraksi lewat
sel. Selanjutnya akan tejadi ikatan dengan molekul adaptor
strulitur yang homolog pada death domain. FADD memiliki
TRADD (iNFil-associated death domain) melalui domain
deoth offector domoin (DED) yang mampu mengikat pro-
kematian. TRADD mempunyai kemampuan untuk mengikat
caspase 8 sehingga menjadi caspase 8 aktif.T
berbagai macam protein termasuk FADD yang selanjutnya
akan menarik dan mengaktifkan pro-caspase 8 (kiri). TRAIL
(TNF-related influcing ligand) terikat pada reseptor TMIL-R1/2
APOPTOSIS MELALUI INTERAKSI TNF DAN TNFRI, 8'
selanjutnya mengaktivasi caspase sehingga terjadi apoptosis
TRAIL DAN TRAIL- RLI2

Seperti telah dijelaskan di atas, jalur ekstrinsik diawali


dengan interaksi famili reseptor kematian seperti reseptor Ikatan ligan-reseptor menginduksi beberapa
Tumor Necrosis Factor 1 (TNF-R1), FaslCD95 dan reseptor proenzymes (yaitu, procaspase-8 dan -10) pada domain
TNF related inducing ligan L dan 2 (TRAIL-R1 dan TRAIL- intraselular untuk membentuk kompleks disebut
R2) dengan ligannya (TNF-cx, Fas ligan (FasL)/ CD95L, sebagai DISC (deoth inducing signolling complex).Sinyal
TRAIL). TNF terutama di produksi oleh makrofag dan yang dihasilkan oleh DISC dan caspases aktif akan
limfosit T sebagai respon adanya infeksi. Setelah berikatan menyebabkan kematian sel, dan tergantung pada jenis
APOPTOSIS 113

sel, apakah memerlukan keterlibatan mitokondria atau PERAN FAMILI PROTEIN BCL- 2 PADA REGULASI
tidak. Jalur intrinsik (jalur mitokondria) dipicu oleh sinyal APOPTOSIS
ekstra-intraseluler yang berbeda, seperti iradiasi y, stres
oksidatif, bahan racun, intermediet reaktif metabolisme Penelitian tentang aktivasi dan supresi apoptosis ternyata
xenobiotik, berkurangnya faktor pertumbuhan, atau telah diidentifikasi adanya famili protein lain yang
beberapa obat-obat kemoterapi yang menyebabkan mempengaruhi jalur sinyal kematian (deoth signoling
disfungsi mitokondria. Akibatnya, arsitektur organel pothwol). Bcl-2 merupakan famili protein yang pertama
dan permeabilitas membran mitokondria mengalami kali ditemu kan. Identifikasi selanjutnya dida patkan bahwa
perubahan, dan protein-protein mitokond ria dilepaskan protein anti apoptosis Bcl-2 (subfamili Bcl-2) secara
ke sitosol, termasuk sitokrom c, SMAC/ DIABLO (kedua struktur dan fungsinya homolog dengan ced-9, sedangkan
aktivator berasal dari caspase mitokondria), faktor induksi pro-apoptosis Bcl-2 (subfamili Bax dan BH3) homolog
apoptosis, dan endonuklease G, yang berkontribusi dengan egl-1 pada C elegan. Tampak pada gambar 6
terhadap aktivasi protease dan degradasi kromatin. bahwa Bcl-2 dan Bcl-XL mempunyai 4 domain BH1, BH2,
lalur ekstrinsik dan intrinsik tidak bekerja sendiri- BH3, dan BH4, Bax mempunyai domain BH1, BH2, BH3
sendiri, karena beberapa sel, termasuk sel hepatosit dan tanpa BH4, sedangkan Bad dan Bid merupakan anggota
cholangiosit, telah terbukti memerlukan keterlibatan subfamili BH3 hanya mempunyai domain BH3 saja. Pada
mitokondria untuk memperkuat sinyal apoptosis dari Bcl-2 juga terdapat lokasi fosforilasi, dimerization domain
reseptor kematian (gambar 5).8 dan domain pore-forming e.

JALUR INTRINSIK JALUR EKSTRI NSIK

Stres, virus, dll

-l
f-r.-.. PTP

@'
I
F;t

Gambar 5. Kerjasama jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik dalam memicu apoptosis. Interaksi ligan-reseptor menginduksi beberapa
procaspase-8 dan -10 pada domain intraseluler untuk membentuk kompleks DISC (death inducing signalling complex) akan
menyebabkan kematian sel. Jalur intrinsik dipicu oleh sinyal seperti stres oksidatil virus dsb menyebabkan disfungsi mitokondria.
Akibatnya, protein-protein mitokondria dilepaskan ke sitosol, termasuk sitokrom c, SMAC / DIABLO dan endonuklease G, yang
berkontribusi terhadap aktivasi protease dan degradasi kromatin. Keterlibatan mitokondria diperlukan untuk memperkuat sinyal
apoptosis dari reseptor kematian.
tt4 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

Anti Apoptosas
Subfamili Bcl-2

Bcl-z

Bcl-xl

Bcl-w

Mcl-l

AI

NR.t3

BHRFI

LMW5-HL

ORFI6

KS-BCl-2

EIB{9X

CEtl'g

Pro Apoptosis
Subfamili Bax

Bax

Bak

Bok

Subfamili BH3

Bik

Btk

Hrk

BNIP3

BimL

Bad

Bid

EGL-1

Gambar 6: Famlli Bcl-2, terdiri dari subfamili Bcl-2, subfamili Bax dan subfamili BH3. Subfamili Bcl-2 bersifat anti-apoptosis sedangkan
subfamili Bax dan BH3 bersifat pro-apoptosis.

Struktur kristal famili Bcl-2 memudahkan pemahaman dari anggota famili lain, bak (Gambar 7). Dengan demikian
akan fungsi yang dimiliki famili ini. Domain BH1,BH2 dan maka protein-protein ini dapat membentuk homodimer
BH 3 mem bentu k ka nto ng (" pocket") y ang meng i kat domai n atau heterodimer.a
BH3 dari anggota famili lainnya. Tampak bahwa kantong Rasio antara subfamili anti-apoptosis Bcl-2 dengan
yang dibentuk BH1,BH2, dan BH3 mengikat domain BH3 subfamili pro-apoptosis Bcl-2 menentukan apakah sel
APOPTOSIS 115

@ffi@
r*--l ,r r__11
Bct-2 Bax
1T
Bax Bcl2

Gambar 8. Model hubungan antara Bcl-2 dan Bax dalam


proses apoptosis. (A) Bcl-2 menghambat apoptosis dan Bax
menghilangkan hambatan tersebut. (B) Bax menginduksi
apoptosis dan Bcl-2 menghambat Bax. (C) Bcl-2 meng-hambat
apoptosis dan Bax menginduksi apoptosis s.

transkripsi, p53, suatu protein pengikat DNA akan


mengaktifkan gen-gen terkait apoptosis Bax sehingga
terjadi kelebihan Bax. Akibat kelebihan Bax maka terjadi
Gambar 7: Struktur kristal Bcl-2 yang terdiri dari domain BH1, homodimer Bax yang menyebabkan keluarnya sitokrom
BH2, BH3 yang membentuk kantong dan mengikat domain
c dari mitokondria dan aktivasi pro-opoptitic proteose
BH3 dari Bak a.
a ctivotin g fo cto r- 1 (Apaf- 1).
Mekanisme lain terjadi pada tingkat post-translasi di
akan mengalami apoptosis atau tidak. Studi dengan mana protein pro-apoptosis Bcl-2 (subfamili BH3) seperti
menggunakan X-ray kristalografi menunjukkan bahwa pada Bad hanya mempunyai gugus BH3 saja. Oleh karena
struktur kristal protein Bcl-2 sangat mirip dengan protein bentuk kantong dari protein Bcl-2 mengikat domain BH3,
pore-forming dari bakteri. Dengan demikian dapat maka Bad dan Bcl-2 membentuk dimer melalui domain
diartikan bahwa protein Bcl-2 bisa membuat lubang BH3 sehingga Bcl-2 tidak dapat mengikat Bax yang
pada membran luar mitokondria sehingga sitokrom c dari akhirnya terjadi Bax-Bax homodimer. Contoh lain untuk
dalam mitokondria terlepas ke sitoplasma. Kesimpulan modifikasi pada tingkat post-translasi terjadi pada anggota
ini didukung oleh bukti bahwa anggota protein Bcl-2 subfamili BH3: Bid. Mekanisme yang terjadi diawali dengan
mempunyai membrone anchors pada C-terminus. Jadi terikatnya ligan Fas (FasL) pada reseptor kematian Fas

protein anti-apoptosis Bcl-2 mencegah terlepasnya yang mengakibatkan aktivasi caspase 8 pada plasma
sitokrom c dari dalam membran mitokondria dengan membran. Caspase-8 memecah bentuk tidak aktif Bid
membentuk ikatan homodimer dan dengan membentuk menjadi 2yangsalah satunya merupakan bentuk Bid aktif
ikatan heterodimer dengan kelompok protein pro- yang mempunyal BH3 domain. Rktif Bidbertranslokasi ke
apoptosis Bcl-2. Apabila terjadi perubahan keseimbangan mitokondria dan menginduksi apoptosis. Bid aktif terikat
antara pro-apoptosis dan anti-apoptosis maka Bax akan pada Bax sehingga terjadi perubahan konformasi pada Bax
membentuk homodimer dan membuat lubang pada sehingga sitokrom c terlepas dari mitokondria.s
membran luar mitokondria sehingga sitokrom c terlepas
ke dalam sitoplasma.
Rasio protein anti-apoptosis (contoh: Bcl-2) dan pro- PERAN MITOKONDRIA DATAM MEKANISME
apoptosis (contoh: Bax) memegang peran penting dalam APOPTOSIS
mengawali atau menghambat apoptosis. Berbagai model
yang ada tampak pada gambar 8.s Mitokondria berperan penting didalam regulasi apoptosis.
Model pertama mengatakan bahwa Bcl-2 menghambat Beberapa mekanisme yang diketahui antara lain melalui
apoptosis dan Bax menghilangkan hambatan apoptosis. lepasnya sitokrom c, hilangnya potensial transmembran
Model kedua mengatakan bahwa Bax menginduksi mitokondria, gangguan oksidasi-reduksi (redoks) sel,
apoptosis dan Bcl-2 menghambat proses ini sedangkan dan peran protein bcl-2 pro dan anti apoptosis. Sitokrom
model ketiga mengatakan bahwa secara indipenden Bcl-2 c merupakan bagian integral dari rantai respirasi yang
menghambat apoptosis dan Bax menginduksi apoptosis. berada dan larut di antara membran luar dan membran
Tampaknya dari ketiga model yang ada, gabungan dari dalam mitokondria.
ketiga nya merupakan model yang lebih tepat.s Gangguan transport elektron dan metabolisme
Rasio protein anti-apoptosis dan pro-apoptosis energi telah lama diketahui mempunyai peran di dalam
dikendalikan pada berbagai tingkat. Pada tingkat apoptosis. Mitokondria adalah sumber utama anion
116 DASAR.DASAR ILMU PENYAKIT DALAM

superoksid dalam sel. Selama transfer electron kepada pore yang besar sehingga sitokrom c lepas ke dalam
molekul oksigen sebanyak 1 sampai 5 o/o dari elektron sitoplasma dan menyebabkan apoptosis. Berbagai macam
tersesat dari rantai respirasi sehingga terbentuk O2-. Dalam stimulus untuk keluarnya sitokrom c dari mitokondria
keadaan normal reactive oxygen species (ROS) mampu antara lain Bax, oksidan, kalsium yang berlebihan, ceramid
diatasi oleh mongonous superoxide dismutose. Pada sel dan caspase s.

yang mengalami apoptosis terjadi produksi ROS yang


berlebihan, sehingga mengakibat-kan kerusakan membran
mitokondria yang berakhir dengan terlepasnya sitokrom AKTIVASI SISTEM CASPASE SEBAGAI EFEKTOR
c. Keadaan seperti ini terutama terjadi pada fase akhir APOPTOSIS
apoptosis disertai dengan peningkatan kadar superoksid
dan lipid peroksida.lo Caspase merupakan kelompok protein yang berfungsi
Famili protein anti-apoptosis Bcl-2 seperti Bcl-2, Bcl- sebagai efektor utama apoptosis. Caspase adalah suatu
XL terletak di membran luar mitokondria dan menghalangi cysteine protease yang bekerja secara unik dengan cara
apoptosls. Anggota pro-apoptosis Bcl-2 seperti Bad dan memecah protein setelah residu asam aspartat. Secara
Bax juga bekerja melalui membran mitokondria dengan alamiah enzim ini ada di dalam sel dalam bentuk zymogen.
cara berinteraksi dengan Bcl-2 dan Bcl-XL atau secara Zymogen dipecah menjadi bentuk enzim aktif dimana
langsung berinteraksi dengan membran mitokondria. subunit besar dan subunit kecil bersama-sama membentuk
Mitokondria berperan dalam apoptosis dengan cara heterodimer (gambar L0).
melepaskan sitokrom c yang bersama-sama dengan
Apaf-1, ATP dan pro-caspase 9 membentuk komplek
apoptosome sehingga caspase 9 menjadi aktif yang
selanjutnya mengaktifkan jalur caspase (Gambar 9).
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Bax dan
anggota protein Bcl-2 mempunyai kemiripan dengan
protein pore-forming dari bakteri yang menyebabkan Subunit besar
lubang pada membran luar mitokondria, akibatnya
sitokrom c dan (AIF) terlepas dari dalam mitokondria ke
sitosol. Bcl-2 dan dan Bcl-XL menghambat pembentukan
ru Subunit kecil
lubang pada mitokondria. Protein Bax dan Bad juga dapat Tf
m e nye ba bka n pem bentu ka n p e r m eo b ility tr o n sitio n (PT )
ffi!ffiI
Gambar 10: Pada precursor proiiipase terdapat tiga domain
dasar yaitu : prodomain, subunit besar (p2O) dan subunit kecil
(p1o). r

Sampai saat ini dapat diidentifikasi tiga belas anggota


caspase, yang pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua
kelompok dasar yaitu caspase inisiator dan caspase efektor:
Perbedaan pada caspase inisiator akan memberikan
sinyal yang berbeda pula dalam menginduksi apoptosis.
Yang termasuk caspase inisiator adalah caspase 8 yang
berhubungan dengan apoptosis yang dicetuskan oleh
reseptor kematian sedangkan caspase 9 berperan dalam
apoptosis akibat agen sitotoksik.
Sinyal apoptosis melalui reseptor kematian akan
mengaktivasi caspase inisiator seperti caspase 8 dan 9.
Procaspase 9 berinteraksi dengan CARD domain (cospase
recruited domoin) pada Apaf-L dan membutuhkan
sitokrom c dan deoksiadenosin trlfosfat. Aktivasi caspase
Gambar 9. Peran mitokondra dalam apoptosis adalah melalui 8 membutuhkan hubungan dengan kofaktor FADD
keluarnya sitokrom c dari dalam mitokondria ke sitosol, yang melalui DED pada reseptor kematian Fas. Interaksi ini
bersama-sama dengan Apaf-L dan ATP membentuk komplek
dengan procaspase 9 yang menghasilkan aktivasi caspase 9 menyebabkan pemecahan dan aktivasi dari caspase
dan kaskade caspase {1. inisiator. Caspase initiator selanjutnya akan mengaktifkan
APOPTOSIS tt7

mitokondria

Gambar 11. Caspase-9 matur akan memecah dan mengaktifasi caspase efektor seperti caspase 3 dan_caspase 7. Selanjutnya cas-
pase 3 akan memecah dan mengaktifkan caspase 6, casfiase 2 dan memecahcaspase inisiator caspase 9' Caspase6 akan memecah
dan mengaktifkan caspase 8 dai caspase 10. ektivasi siitem caspase seperti ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa kematian
sel

bersifat irreversibel.

kaskade caspase yang akhirnya mengaktifkan efektor Pemecahan protein Penyusuninti


caspase seperti caspase 3 dan caspase 6. Caspase-caspase Lamin merupakan protein intra nuklear yang
ini selain dapat dihidrolisis oleh caspase lainnya, juga mempertahankan kerangka nukleus dan berfungsi sebagai
mampu melakukan autokatalisasi. Sebagai akibat dari mediator interaksi antara kromatin dan membran inti.
aktifnya caspase efektor, maka akan terjadi pemecahan Caspase 6 akan menyebabkan degradasi lamin sehingga
substrat inti sel seperti yang terlihat pada gambaran terjadi kondensasi kromatin dan fragmentasi inti sel seperti
morfologis apoptosis (gambar 11). yang tampak pada sel yang mengalami apoptosis.

Pemecahan DNA
KERUSAKAN INTI SEL SEBAGAI AKIBAT DARI Fragmentasi DNA menjadi unit-unit nukleosom disebabkan
AKTMTAS CASPASE oleh enzim cospase octivated DNose (CAD). Enzim ini tidak
aktif apabila berikatan dengan ICAD $nhibitor of CAD atau
Salah satu tanda penting apoptosis adalah dipecahnya DNA frogmentotion foctor45). Selama apoptosis ICAD
DNA kromosom sepanjang 180 pasang basa menjadi unit- dipecah oleh caspase 3 sehingga CAD terlepas dan DNA
unit nukleosom. Degradasi DNA setelah terjadi aktivasi inti mengalami pemecahan yang cepat.
caspase pada apoptosis te$adi melalui berbagai macam
cara antara lain:
APOPTOSIS AKIBAT KEKURANGAN FAKTOR
Inaktivasi enzim untuk perbaikan DNA PERTUMBUHAN
Poly ADP-ribosa polymerase (PARP) merupakan enzim
yang berperan dalam perbaikan DNA yang rusak dengan Untuk mempertahankan hidup, beberapa sel tergantung
cara mengkatalisasi sintesa poly ADP-ribose' Kemampuan pada sitokin atau faktor pertumbuhan' Apabila suatu
PARP untuk memperbaiki DNA yang rusak di hambat oleh limfosit tidak mendapatkan rangsangan dari faktor
caspase dengan cara memecah PARP. pertumbuhan maka protein pro-apoptosis Bcl-2 (subfamili
Bax dan BH3) akan berpindah dari sitosol ke permukaan
Inaktivasi enzim untuk replikasi sel luar membran mitokondria dan merubah rasio anggota
DNA topoisomerase II merupakan enzim inti sel yang famili Bcl-2 yang pro-apoptosis dan anti-apoptosis.
penting untuk replikasi dan perbaikan DNA. Caspase Akibatnya akan terjadi peningkatan permiabilitas membran
dapat menginaktivasi enzim ini sehingga terjadi kerusakan mitokondria sehingga sitokrom c terlepas ke dalam sitosol
DNA. dan akan mengaktivasi sistem caspase'l0
rl

ll8 DASAR-DASAR IIMU PENYAKIT DALAM

Seperti yang terjadi pada protei n pro-apoptoti c Bcl2 terjadi aktivasi gen yang mencetuskan proses apoptosis.
subfamili BH3, Bad. Suatu protein yang disebut Akt atau Bax dan IGF-BP3 merupakan gen responsif p53 yang
PKB akan diaktivasi oleh Pl-3-K. Selanjutnya Akt akan membawa pesan kematian untuk sel. Aktivasi Bax akan
memfosforilasi Bad. Ketika Bad sudah difosforilasi maka mengakibatkan apoptosis sedangkan IGF-BP3 akan terikat
Bad akan terikat pada protein yang disebut 14-3-3 dan Bad pada insulin-tike growth foctor (IGF) dan menyebabkan
berada tersebar di sitoplasma. Akibatnya Bad tidak dapat apoptosis akibat hambatan \GF-medioted introceLlular
terikat pada Bcl-2 dan tidak terjadi apoptosis. Proses yang signoling Lo'r2.
terjadi di atas dipengaruhi oleh survivalfoctor interleukin-3
(lL-3). Apabila Bad mengalami defosforilasi oleh suatu
colcium-dependent phosphafose (calcineurin) maka akan PROSES FAGOSITOSIS OLEH MAKROFAG PADA
terjadi disosiasi Bad dari 14-3-3 dan Bad akan terikat pada APOPTOSIS
Bcl-2 sehingga terjadi Bax-Bax homodimer. Perubahan ini
akan meningkatkan permiabilitas membran mitokondria Sel yang mengalami apoptosis mengekspresikan
uniuk sitokrom c dan selanjutnya akan mengaktivasi sistem fosfatidilserin, trombospondin pada bagian luar membran
kaspase seperti yang telah dijelaskan. sel. Pada sel normal distribusi fosfolipid asimetri pada
membran sel dipertahankan oleh adenosin triphosphat (ATP)
depe n de nt tro n slo kose, yang secara spesifik mentransport

APOPTOSIS KARENA KERUSAKAN LANGSUNG aminofosfolipid dari luar ke dalam membran sel. Selama
PADA DNA apoptosis, enzim tersebut mengalami downregulosi
dan enzim scramblase teraktivasi, akibatnya fosfolipid
Selyang terpapar bahan kemoterapi dan radiasi termasuk berpindah dari dalam ke'permukaan luar membran sel'
sinar ultraviolet akan mengalami kerusakan DNA dan Beberapa reseptor makrofag termasuk reseptor untuk
dengan melibatkan tumor supresor gene (p53), maka sel fosfatidilserine, trombospondin dan glikoprotein yang
akan mengalami apoptosis. Protein p53 adalah fosfoprotein telah kehilangan terminal siblic residues mengenali
inti yang penting untuk integritas DNA dan kendali ligannya yang terdapat pada badan-badan apoptosis
pembelahan sel. Protein ini terikat pada rantai DNA yang selanjutnya makrofag melakukan proses fagositosis tanpa
spesifik dan meregulasi ekspresi berbagai gen pengatur mengeluarkan mediator keradangan ataupun menganggu
pertumbuhan. Dalam keadaan normal gen p53 tidak jaringan sekitarnya.
aktif. Apabila ada kerusakan DNA, ekspresi protein p53 Apoptosis mempunyai peran penting didalam
akan meningkat yang akan menyebabkan pertumbuhan mengatur jumlah cadangan sel T dan B. Pada individu
sel terhenti dalam fase GL untuk memberikan waktu muda hanya sekitar 2% dari sel induk T dan sel induk B
bagi perbaikan DNA. Mekanisme untuk mengaktifkan yang berkembang secara normal, lainnya sebesar 98%
sistem efektor kematian (caspase) sangat kompleks dan dimusnahkan melalui mekanisme apoptosis selama
tampaknya diregulasi pada tingkat transkripsi. perkembangannya.13
Dalam keadaan normal, sel mempunyai kandungan
protein p53 intrasel yang rendah. Apabila ada rangsangan
seperti radiasi, sinar ultraviolet, hipoksia dan bahan IMPLIKASI TERAPI PADA APOPTOSIS
mutagenik, maka konsentrasi protein ini akan meningkat
secara cepat dengan waktu paruh yang makin panjang. Setelah 30 tahun ilmu apoptosis berkembang maka
Akumulasi protein p53 akan terikat pada DNA dan segi paling menarik adalah terdapatnya implikasi klinis
merangsang transkripsi beberapa gen yang menyandi tentang pentingnya kendali jumlah dan fungsi sel
berhentinya siklus sel dan apoptosis. Berhentinya siklus melalui keseimbangan antara sel yang mati dan sel
sel akibat pengaruh p53 terjadi pada saat akhir fase GL yang hidup. Aktivasi proses apoptosis yang berlebihan
akibat mening katnya cyclin-dependent kinose inhibitor p21. akan menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan
Akibat peningkatan protein p53 juga terjadi peningkatan berkurangnya sel seperti pada kelainan pertahanan tubuh
transkripsi GADD45 (growth Arrest ond DNA Damage) (immune defecf) pada AIDS dan penyakit neurodegeneratif.
yaitu suatu protein untuk perbaikan DNA. GADD45 juga Sebaliknya, apoptosis yang kurang akan menimbulkan
menghambat siklus sel pada fase G1 dengan rnekanisme penyakit yang berhubungan dengan adanya akumulasi
yang belum diketahui. sel seperti pada kanker, penyakit inflamasi kronis dan
Apabila perbaikan DNA berhasil maka akan terjadi autoimun. Kelainan imunitas pada AIDS adalah akibat
peningkatan protein mdm2 yang akan terikat dan menurunnya jumlah populasi sel T CD4+ secara drastis
memberikan umpan balik negatif pada p53 sehingga p53 akibat apoptosis. Penyakit neurodegeneratif seperti
menjadi tidak aktif. Jika perbaikan DNA tidak berhasil, akan Alzheimer's, Hutington's chorea, penyakit Parkinsons,
APOPTOSIS 119

dan amyotrophic loterol sclerosis yang ditandai dengan REFERENSI


hilangnya sel sarafjuga dapat diterangkan melalui proses
apoptosis.la 1 . John AR, Jock KF, Karla JH and |eff BK. Apoptosis in the germ
line. Reproduction. 2011;141:139-50.
Berbagai macam pendekatan terapi untuk meng- 2. Andrea V and Carlo CM. Apoptosis: small molecules have
hentikan proses apoptosis yang berlebihan saat ini gained the Iicense to kill. Endocrine-Related Cancer. 2010;
mulai banyak dibicarakan. Seperti yang telah dibahas 17:F37-F50.
sebelumnya bahwa enzim proteolitik caspase memegang
3. Susan E. Apoptosis: A Review of Programmed CelI Death.
Toxicol P athol. 2007 ;35 :495 -51.6.
peran penting pada apoptosis. Beberapa perusahaan 4. Joslyrr KB and Anthony L. Control of mitochondrial apoptosis
farmasi sedang mengembangkan suatu caspase inhibitor by the Bcl-2 family. J Cell Science.2009;122:437-4L.
yang kuat dan spesifik walaupun pemahamannya pada 5. Grant D and Ruth KM. Mechanisms by which Bak and Bax
permeabilise mitochondria during apoptosis. I Cell Science.
manusia masih dalam penelitian. Suatu caspase inhibitor 2009;122:2801,-8.
nonspesifik yang diberikan secara invitro pada hewan 6. Kohlhaas SL, Craxton A" Surr XM, Pirkoski Mj, Cohen GM.
coba (murine) tampaknya memberikan harapan yang Receptor mediated endocytocis is not required for tumor
necrosis factor related apoptosis inducing ligand (TRAIL)
menjanjikan. Pada penyakit limfoma tertentu pengobatan
induced apoptosis. ] Biol Chem. )007;282(17):12831-41,.
dengan mengunakan antisense oligonucleotide (yang 7. Watson AlM. Apoptosis and colorecatal cancer. GUT.
menghambat transkripsi gen) ke Bcl-2 cukup mempunyai .|.Gaskoenterol and Hepatol. 2004; 53:170L-9.
masa depan. Suatu sitokin yang menginduksi apoptosis 8. Guicciardi ME, Gores Gj. Apoptosis: a mechanism of acute
arrd chronic liver injury. GUT. J.Gastroenterol and Hepatol.
dari famili TNF seperti TRAIL memberikan harapan untuk 2005;54:1024-1033.
dipakai pada kanker kolon. Bukti-bukti baru menunjukkan 9. Richard fY & Andreas S. The Bc1-2 protein family: opposing
bahwa sel normal dan sel kanker mempunyai kepekaan yang activities that mediate cell deat. Nature Reviews Molecular
Cell Biology. 2008;9 :47 -59.
berbeda untuk mengalami apoptosis setelah dirangsang
10. Lee HC and Wei YH. Oxidative Stress, Mitochondrial
oleh TRAIL. Jadi apoptosis tidak lagi hanya sebagai suatu DNA Mutation, and Apoptosis in Aging. Exp Biol Med.
fenomena patologi tetapi mekanisme apoptosis sedang 2007;232:592-606.
dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan berbagai 11. Anonimus. Death Receptor In: Reproductive and Cardio-
vascular Disease Research Group. St George's Hospital
macam obat.ls Medical School, University of London. http://-www.sgims.
ac.uk/ depts./ immunology I-dash/ apoptosis/ signaling.htrn|
2Lt}l.muet2012.
12. Boris Z and Sten O. Carcinogenesis and apoptosis: paradigms
KESIMPULAN and paradoxes. Carcinogenesis. 2006;27 :1939-45.
13. Rahul K and Jim H. Dendritic Cell Apoptosis: Regulation of
Apoptosis merupakan proses kematian sel terprogram Tolerance versus Immunity. J Immunol. 2010;185:795-802.
yang tergantung energi, ditandai oleh gambaran 14. Ghavami S, Hashemi )nl, Ande S & Yeganeh B, et all. Apop-
tosis and cancer: mutafidns within caspase Genes. J Med
morfologi dan biokimia yang spesifik di mana aktivasi Genet. 2009;46 :497 -51,0.
caspase memainkan peran utama. Meskipun berbagai 15. Ghafourifar R Mousavizadeh K Parihar M9 Nazarewicz RR,
protein apoptotic kunci yang diaktivasi atau yang Parihar A, Zenebe W]. Mitochondria ih multiple sclerosis.
Frontiers in Bioscience. 2008;13:311,6-26.
disupresi pada jalur apoptosis telah teridentifikasi,
namun mekanisme molekuler bagaimana protein-protein
tersebut bekerja tidak sepenuhnya dimengerti dan
masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Kepentingan
memahami mekanisme mesin apoptosis sangatlah
penting mengingat program kematian sel merupakan
komponen sehat atau sakit, yang dipicu oleh berbagai
stimuli fisiologik atau patologik. Lebih lanjut keterlibatan
secara luas apoptosis dalam patofiologi berbagai penyakit
memungkinkan dilakukannya intervensi terapeutik pada
beberapa tempat-tempat tertentu. Memahami mekanisme
apoptosis dan beberapa variasi program kematian
sel pada tingkat molekuler menghasilkan pengertian
yang mendalam pada berbagai proses penyakit dan
memungklnkan pengembangan strategi pengobatan
yang lebih baik.
L7
KED O KTERAN REGENERATIF:
PENGENALAN DAN KONSEP DASAR
Ketut Suastika

PENDAHULUAN Selama lebih dari 140 tahun penelitian sel punca (sfern
cell)yang menjadi bagian dari biologi per-kembangan dan
Kedokteran regeratif (regerotive medicine) merupakan reproduktif telah dilakukan, namun masih sedikit perhatian
bidang keilmuan yang relatif baru; dikembangkan oleh terhadap hal ini dari komunitas kedokteran.Dengan
peneliti dari berbagai keilmuan, dengan tujuan sama yaitu makin berkembangnya ketertarikan dalam terapi selular
memperbaiki kehidupan manusia dengan penyembuhan untuk penyakit degeneratif dan kedokteran regeneratifl
penyakit. Tubuh, kenyataannya ada bagian yang mati penelitian tentang biologi sel punca berkembang
atau rusak dan perlu diperbaiki atau diganti. Perhatian dengan pesat.Perkembangan selanjutnya ditandai oleh
utama kedokteran regeneratif ini adalah bahwa pada kejadian yang bermakna pada tahun 2007. Hadiah Nobel
manusia suatu sel tunggal mempunyai potensi menjadi dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun
suatu badan dewasa. Masing-masing sel kita mempunyai 2007 diberikan kepada Mario Capecchi, Martin Evans,
potensi luarbiasa dalam bentuk laten. Para peneliti telah dan Oliver Smithies atas temubnnya "dasar pengenalan
berusaha untuk mempelajari bagaimana mengidentifikasi modifikasi gen spesifik pada tikus dengan menggunakan
molekul yang digunakan tubuh untuk terus tumbuh ber- sel punca embrionik". Hadiah tersebut mepjadi tanda
kesinambungan. Dan kini telah dapat disolasi, dipelajari, penting yang menandai pengembangan sel punca sebagai
dan dihasilkan bahan-bahan tersebut dalam jumlah tidak bahan penelitian dalam kedokteran modern.Arah .baru
terbatas dan digunakannya untuk meregenerasi jaringan utama biologi sel punca kini terbuka dan memungkinkan
atau organ tubuh manusia. pengembangan sel "seperti-punca (stem-like)" pluripoten
Kedokteran regeneratif merupakan cara baru dalam dan multipoten yang berasal dari sel bukan embryonik
pengobatan penyakit dengan menggunakan jaringan untuk berbagai aplikasi.Pentingnya sel punca di bidang
atau sel yang tumbuh secara khusus (termasuk sel kedokteran juga ditangkap oleh perkembangan yang
punca), bahan yang dibuat di laboratorium, dan organ cepat dalam bidang kedokteran regeneratif dan rekayasa
artifisial. Bidang ini merupakan keilmuan baru yang jaringan fungsional.
melibatkan berbagai keahlian seperti biologi, kimia, ilmu
komputer; rekayasa, genetik, kedokteran, robotik, dan
bidang lainnya untuk menemukan solusi dari masalah SEL PUNCA:,
kedokteran yang dihadapi oleh manusia. Jadi, kedokteran
regeneratif dapat didefinisikan sebagai berikut: "bidang Fokus kedokteran regeneratif adalah sel manusia.Sel
interdisipliner baru dalam hal penelitian dan penerapan punca mempunyai potensi untuk berkembang menjadi
klini k yang terfokus pada perbaik an (repo ir), penggantian tipe sel yang berbeda pada tubuh sepanjang kehidupan
(replacement) atau regenerasi sel, jaringan atau organ dan pertumbuhan dini. Jika sel punca membelah, masing-
untuk mengembalikan fungsinya yang terganggu akibat masing sel baru mempunyai potensi untuk tetap sebagai
berbagai penyebab, termasuk kelainan kongenital, sel punca dan menjadi sel tipe lain yang mempunyai fungsi
trauma dan penuaan". khusus, seperti sel otot, sel darah merah atau sel otak

120
KEDOKTERAN REGENERATIF: PENGENATAN DAN KONSEP DASAR tzt
(gambar L). Para peneliti kini banyak bekerja dengan dua merujuk suatu asal uniseluler dari organisme multiseluler.
macam sel punca, yaitu sel punca embryonik dan sel punca Belakangan juga diterapkan untuk sel yang telah
dewasa atau somatik.Dan belakangan dikembangkan sel difertilisasi karena sel ini merupakan langkah pertama
punca pluripotent terinduksi.Pengembangan sel pluripotent dalam menggenerasi sel totipotent dan pluripotent
ini menjadi menarik karena: adanya keterbatasan dalam dan selanjutnya berkembang menjadi seluruh jaringan
pengembangan sel somatik dan penggunaan sel punca organisme.
dari embryo manusia bukan sumber ideal dari segi teknik, Sel punca mempunyai kemampuan untuk
dan menyisakan masalah etika dan moral. memperbaharui diri dengan membelah diri asimetrik
Sel punca dapat digolongkan berdasarkan plastisitas dan simetrik secara berulang, dan menjadi sel khusus
dan sumbernya. Berdasarkan sumber atau tipenya sel yang berbeda yang akan membentuk aneka jaringan.
punca dapat digolongkan menjadi: (1) sel punca embryonik Kemampuan diferensiasi menjadi berbagai jalur sel ini
(berasal dari bagian dalam blastosis); (2) sel punca disebut sebagai pluripotensi dalam sel punca embryonik
dewasa (dari endodermal seperti sel punca epitel paru, yang berasal dari blastosis. Sel ini dapat berdiferensiasi
mesodermal seperti sel punca hemato-poetik, ectodermal menjadi berbagai sel di dalam tubuh, sehingga mempunyai
seperti sel punca saraf); (3) sel punca kanker (contohnya kemampuan untuk meregenerasi berbagai jaringan
sel punca leukemia myeloid akut, sel punca tumor otak dan tubuh.
kanker payudara); dan (4) sel punca pluripotent terinduksi. Para ahli sekarang bisa mengisolasi masa sel bagian
Kalau melihat potensinya, sel punca digolongkan atas: dalam dari blastosit dan menumbuhkannya pada media
sel totipoten (zigot, spora, morula; mempunyai potensi khusus dan mereplikasi sel tersebut dalam suatu keadaan
berkembang menjadi semua sel manusia, seperti sel tidak berdeferensiasi.Dengan penambahan faktor
otak, hati, darah atau jantung; dan dapat berkembang pertumbuhan khusus, sel ini dapat dirangsang untuk
menjadi organisme fungsional keseluru han); sel pluripoten berdeferensiasi menjadi berbagai tipe sel.Dari pertama
(sel punca embryonik, kalus; sel ini dapat berkembang kali dilakukan pada sel punca tikus dan kemudian pada
menjadi semua jaringan, tetapi tidak bisa berkembang manusia oleh Thompson dkk pada tahun L998, telah
menjadi organisme keseluruhan); sel multipoten (sel menjadi daya tarik penggunaan sel punca embryonik
progenitor, seperti sel punca hematopoetik dan sel punca manusia untuk terapi selular dalam regenerasi organ
rnesensimal; sel ini dapat berkembang menjadi rentang sel dan perbaikan jaringan dengan menyuntikkan sel secara
yang terbatas di dalam satu tipe jaringan); sel unipoten langsung ke dalam organ ataujaringan yang rusak. Usaha
(sel prekursor). ini mendapat tantangan dalam membuat sediaan sel
punca yang aman secara klinik. Efikasi klinik transplantasi
Apakah yang dimaksud dengan sel punca? sel punca juga belum tgrwujud karena pemahaman
yang belum baik tentang perilaku sel punca dalam
mengendalikan regenerasi organ, kecuali pada keganasan
hematologik.

SEL PUNCA DEWASA

Sel punca dewasa adalah sel tidak terdiferensiasi


macam
(undifferentiated cetl) yang ditemukan diantara sel

Gambar 1. Sel punca.


ii l!:f
,if'h;
.*-g&e;f;
&ffi
::

ffi terdiferensiasi pada suatujaringan atau organ yang dapat


memperbaharui diri sendiri dan dapat berdiferensiasi
menjadi beberapa atau keseluruhan tipe sel khusus dari
jaringan atau organ. Peran utama sel punca dewasa pada
Dikutip dari Katie PhD. http://www.katiephd.com/spray-on-some- organisme hidup adalah untuk mempertahankan atau
stem-cells-and-grow-your-own-skin/.Diakses pada tanggal 23
November 201L.
memperbaikijaringan. Sel punca dewasa juga disebut sel
punca somatik atau nonembryonik, hal ini mengacu pada
sel dari tubuh bukan sel germ, sperma atau telur.
Pemanfaatan sel punca dewasa ini menarik perhatian
SEL PUNCA EMBRYONIK peneliti, karena ternyata sel ini banyak ditemukan pada
jaringan dewasa, seperti otak, sumsum tulang, darah
Sel punca pertama kali disebutkan di dalam literatur oleh tepi, pembuluh darah, otot skeletal, kulit, gigi, jantung,
biologis jerman Ernst Haeckel pada tahun 1868 untuk usus, hati, epitelium ovarium, dan testis. Suatu fakta, sel
DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT DALAM
122

hematopoetik dewasa atau sel punca pembentuk darah kesempatan yang baik untuk mengetahui pembentukan
(btood-forming stem cell) dari sumsum tulang telah jaringan baik pada orang normal maupun patologik,
digunakan untuk transplantasi selama 40 tahun. yang selanjutnya bisa mendiagosis penyakitnya dan
Hanya sejumlah kecil sel punca dewasa ditemukan mengembangkan pengobatannya. Bagaimana sel punca
pada masing-masing jaringan, dan sekali dikeluarkan dari pluripotent terinduksi dikembangkan dari sel fibroblast
tubuh kapasitasnya untuk membelah adalah terbatas; hal kulit, secara skematik dapat dilihat pada gambar 2.
ini menyulitkan dalam pengembangannya dalam jumlah
besar. Para peneliti berusaha menemukan cara yang lebih
baik untuk menumbuhkan sel punca dewasa dalam jumlah Pasien

yang lebih banyak pada biakan sel dan memanipulasinya


menjadi tipe sel khusus, sehingga dapat digunakan
h\ I era pt
berbasis
untuk mengobati injuri dan penyakit. Beberapa contoh :, Sel

penggunaannya adalah untuk meregenerasi tulang dari sel


yang berasal dari stroma sumsum tulang, pengembangan %tre,
sel penghasil insulin untuk penderita diabetes melitus tipe
4..
I difereisiosi in
vttro otou tn vtvo
L, dan perbaikan ototjantung yang rusak akibat serangan I
jantung dengan sel ototjantung.

SEL PUNCA PLURIPOTEN TERINDUKSI Fibrobiasts


Pemilihan sel ios
'
5€l Punca
Plurlpoten
terinduksi
Adanya implikasi etik, sosial dan politis penggunaan sel
punca embrionik, maka dikembangkan alternatif sel punca sel yang terdiferensiasi, seperti fibroblast pada kulit, ter
(dipr6grah/dirancang) ulang menjadi ipscs metalui introduksi dari beberapa gen,
lain yang berasal dari sel somatik. Takahashi dan Yamanaka i"i"rtiporifr dun naiilg. Selanjutnya, ipscs bisa diterima dan terdifierensiasi ulang
menjadi sel dan jaringan regeneratif yang bersifat terapeutikal.
pada tahun 2006 telah berhasil membuat sel seperti-punca
embrionik dari fibroblast tikus, dengan menransfeksi 4 Gambar 2. Sel punca pluripotent terinduki dari fibroblast kulit.
(Dikutip dari Tsao, 2008).
gen kritis retrovirus ke dalam sel fibroblast; yaitu Oct3/4,
Klf4, Sox2, dan c-Myc. Sel tersebut kini disebut sel punca
pl u ri potent teri nd u ksi (in d u ce d p lu r ipote nt ste m [i PS] cells),
secara sistematik didentifikasi dari satu set 24 gen yang SEL PUNCA KANKER
telah diketahui untuk mengatur siklus sel pada sel punca
dan garis seluler lainnya. Dengan cara yang sama dalam Kanker terjadi karena pembelahan sel. yang cepat,
waktu singkat sel iPS dapat dibuat dari fibroblast manusia. abnormal dan tidak terkendali pada berbagai organ
Temuan ini menjadi terobosan penting, mengingat sel di dalam tubuh yang menyebabkan keganasan dan
iPS identik dengan sel punca embrionik yang kini dapat metastasis. Kelompok John Dick dari Universitas Toronto
dibuat dari sel somatik tanpa menggunakan jaringan pertama kali mengusulkan keberadaan sel "seperti-punca"
embryo atau fetal. (stem-like) pada leukemia myeloid akut. Sel punca kanker
Tantangan berikutnya adalah bagimana membuat sel adalah sel punca yang ada pada masa tumor, yang bisa
iPS dari sel matur yang berasal dari individu yang sakit berkembang menjadi berbagai tipe sel kanker. Berdasarkan
untuk memahami lebih besar biologi dan jalur signaling hipotesis, asal tumor adalah sel punca kanker yang
yang berkontribusi terhadap patologi penyakit.Generasi berkembang dengan proliferasi dan diferensiasi menjadi
sel iPS spesifik-penyakit telah menjadi kenyataan dan berbagai tipe sel. Jumlah sel punca kanker hanya bagian
telah dilaporkan oleh kelompok dari Harvard.Di dalam kecil dari masa tumor (sekitar 0.L-70/o dari masa total) dan
publikasinya, Park dkk. Menemukan generasi sel iPS dari dapat dibedakan dari sel lain di dalam masa tumor dengan
penderita dengan berbagai penyakit genetik dengan antigen permukaan khusus seperti CD34.' Keunikan dari
penurunan Mendelian atau kompleks; penyakit ini sel punca kanker dibandingkan dengan sel punca normal
termasuk odenosine deominose deficiency-reloted severe adalah bertumbuh diluar kendali.
combined immunodeficiency, sindrom Shwachman- Dengan kemoterapi kanker konvensional atau
Bodian-Diamond, penyakit Gaucher tipe III, distrofi terapi radiasi, sel yang mengalami diferensiasi akan
muskulorum Duchenne dan Beckei penyakit Parkinson, terbunuh, namun sel punca kanker karena kepuncaan-
penyakit Huntington, diabetes mellitus tipe L, sindrom nya dan tidak aktif, tidak tersentuh dan bisa menghindar
Down /trisomi 21, dan-pembawa keadaan sindrom Lesch- atau resitensi. Dan dipercaya bahwa sel punca kanker
Nyhan. Sel iPS spesifik-penyakit seperti ini memberikan ini menjadi sumber benih kanker yang menyebabkan
KEDOKTERAN REGENERAIF: PENGENALAN DAN KONSEP DASAR 123

kekambuhan dan metastasis kanker. Berdasarkan konsep


ini, induksi sel punca kanker agar berdiferensiasi akan
menguntungkan dalam pengobatan kemoterapi; dengan
demikian diharapkan adanya perbaikan angka harapan
hidup penderita kanker.

JARINGAN BIOARTIFISIAL

Jaringan bioartifisial atau rekayasa jaringan meliputi


rancangan, modifikasi, pertumbuhan, dan pemeliharaan
jaringan hidup yang ditanam di dalam perancah (scoffolA
alamiah atau sintetik untuk mampu melaksanakan Gambar 3. Gambar skematik pankreas bioartifisial (PBA)
fungsi biokimia kompleks, termasuk kendali adaptif dan (Dikutip dari Sumi S. J hepatobiliary Pancreat Sci 2011; 18:6-12).
penggantian jaringan hidup normal. Keilmuan ini awalnya
karena adanya usaha untuk mencari terapi alternatif berasal darijaringan binatang dengan teknik khusus atau
pada penderita dengan gagal organ terminal yang dari komponen buatan. Di dalam laboratorium, sel tumbuh
membutuhkan donor organ untuk pembedahan cangkok pada matriks dan keseluruhannya mengawali jaringan
organ.Beberapa keadaan yang mendorong mengapa bioartifisial autologus; (3) akhirnya, setelah tercapainya
rekayasa jaringan ini menjadi tantangan dan penting: tingkat kematangan tertentu di laboratorium, jaringan
(1) keterbatasan fungsi biologis jaringan atau organ bioartifisial ini ditanam sebagai jaringan pengganti ke
artifisial yang dibuat dari material buatan manusia saja; tubuh penderita.Kini teknologi dasar untuk meningkatkan
(2) kekuranganjaringan atau organ donor untuk cangkok mutu dan ketersedian jaringan bioartifisial sudah sangat
organ; (3) perkembangan yang pesat dalam mekanisme berkembang.Secara rinci'dapat dibaca pada artikel yang
regenerasi yang dibuat oleh ahli biologi molekuler; dan (4) ditulis oleh Kagami dan kawan2 pada buku Regenerative
pencapaian dalam bioteknologi modern untuk pembiakan Medicine and iissue Engineering-Cells ond Biomaterials
jaringan dan produksi faktor pertumbuhan skala besar. (2011).
Arah ke depan area ini adalah bagaimana meng-
optimalkan inplan dan menghasilkan alat nanobiologis
yang akurat. Hal ini akan dicapai bila dibantu oleh 3 REFERENSI
hal: (1) menggunakan material biomimetik nanostruktur
yang dimanipulasi secara molekuler; (2) penerapan 1. Haseltine WA. The emtigence of regenerative medicine:
a new field and a new society. httpt/ /www.scienceboard.
mikroelektronik dan nanoelektronikuntuk penginderaan net/community/perspectives.5.htlm. Diakses pada tanggal
(sensing) dan kendali;(3) penerapan pengantaran obat dan 28 November 2011. '
nanosistem medis untuk menginduksi, memelihara, dan 2. Hui If Tang Y, Hu M, ZhaoX. Stem cells: general featurei
and charateristics. ln Stem cells in clinic and research. Gho-
mengganti fungsi yang hilang yang tidak dapat diganti
lamrezanezhad A (Editor). Published by InTech, Rijeka,
dengan sel hidup dan untuk mempercepat regenerasi Croatia. 201L. P p. 3-20.
jaringan. Kini telah banyak diteliti dan dimanfaatkan 3. Kagami H, Agata tI, kato & Matsuoka F, Tojo A. Fr:ndamental
,technological developments required for increased avaibility
kegunaan jaringan bioartifisial ini untuk menggantikan
of tissue engineering. In Regenrative medicine and tissue
berbagai kelainan menetap organ-organ tubuh.Beberapa engineering-cells and biomaterials. Eberli D (Editor). Publish
keuntungan dari jaringan bioartifisial ini adalah: tidak by In Tec[ Rijeka, Croatia. 2011.Pp.3-20.
ditemukan penolakan, karena berasal dari jaringan 4. Katie PhD. http:/ /www.katiephd.com/spray-on-some-
stem-cells-and-grow-your-own-skin/.Diakses pada tanggal
autologous; potensi regenerasi dari jaringan hidup yang
23 November 2011.
ditanam pada kasus injuri, operasi atau infeksi di kemudian 5. Manson C and Dunhill P. A brief definition bf regenerative
harinya; dan potensi tumbuh dari implan jika ditanamkan meflicine.Regen Med 2008; 3: 1-5.
pada anak-anak.Salah satu model skematik dari organ 6. National Institute of Health.Stem cell basic.h*p://stemcells.
ntf:..gov/io:,to/ basics /basics10.asp. Accessed on November
bioartifisial adalah pankreas bioartifisial seperti yang 23,201'1 .
terlihat pada gambar 3. 7 . Nirmalanandhan VS and Sittampalam GS. Stem cells in drugs
Pengembangan jaringan bioartifisial ini secara discovery, tissue engeneering and regenerative medicine:
Emerging opportunities and challenges. ] Biomol Screen
prinsipnya melalui 3 langkah:(1) sel penderita (autologus)
2009;14:755-768.
diambil dengan prosedur biopsy, kemudian sel diisolasi 8. Park IH, Arora N Huo E Maherali N Ahfeldt T, Shimamura
dan ditingkatkan jumlahnya di dalam laboratorium; (2) sel A, et al: Disease-specific induced pluripotent stem cells. Cell
2N8;134:877-86.
ditransfer ke dalam suatu struktur pembawa (matriks) yang
BIB I
ILMU DIAG NOSTIK FISIS

Anomnesis 125
Pemeriksoon Fisis Umum
Oon (utit 129
Pemer{ksqon Toroks don
Poru I54
Pemeriksuon fisis
Jontung 166
Pemeriksoon Abdomen
191

Pemeriksoon Fisis
lnguinol, Anorektol don
Genitolio 197
Anomnesis don
Pemeriksoon Fisis
Penyokit Muskuloskeletql
201

ItilU PtllmffiI DALIil] Edisi vt2ot4


1B
ANAMNESIS
Supartondo, Bambang Setiyohadi

llllliHlak seperti dokter hewan, maka seorang dokter onamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan
I[mrusi.a' harus mela ku ka n wawa ncara seksa ma terhada p untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawat-darurat,
mien atau keh.rarga dekatnya mengenai masalah yang afasia akibat strok dan lain sebagainya.
mmlyrebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan Dalam melakukan anamnesis, tanyakanlah hal-hal
hsehatan. Wawancara yang baik seringkali dapat yang logik mengenai penyakit pasien, dengarkan dengan
mmnngarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit baik apa yang dikatakan pasien, jangan memotong
ffitkntu. Di dalam Ilmu Kedokteran, wawancara terhadap pembicaraan pasien bila tidak perlu. Bila ada hal-hal
mien disebut onomnesis. Tehnik anamnesis yang baik yang tidak jelas atau pasien menceriterakan suatu hal
ilEertai dengan empati merupakan seni tersendiri dalam secara tidak runut, maka tanyakanlah dengan baik agar
nmpkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam pasien menjelaskan kembali. Selain melakukan wawancara
unclhs u6luk membuka saluran komunikasi antara dokter (verbat), pada anamnesis juga harus diperhatikan sikap
@ pasien. Empati mendorong keinginan pasien agar non verbol yang secara tidak sadar ditunjukkan oleh
srrbuh karena rasa percaya kepada dokter. Penting pasien. Sikap non-verbal seringkali mengungkapkan
diiperhatikan bahwa fakta yang terungkap selama arti terpendam saat ekspresi wajah dan gerak tangan
anarnnesis harus dirahasiakan (Mc Kellar: Provacy Laws, yang secara tidak sadar n'u,+ncul, misalnya gelisah, mimik
2flI2) meskipun di zaman yang modern ada beberapa kesakitan, sedih, marah dan lain sebagainya. Anamnesis
@ian yang dapat dikecualikan. yang baik akan berhasil bila kita membangun hubungan
Perpaduan keahlian mewowo nco rqi dan pengetahuan yang baik dengan pasien, sehingga pasien merasa aman
nmrndalam tentang gejala (symptorzr) dan tanda (sgrn) dari dan nyaman untuk menceritakan masalah penyakitnya
ruatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dengan dokter.
dalam menentukan diagnosis banding sehingga Dalam melakukan wawancara, harus diperhatikan
dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan bahwa pengertian sakit (l//ness) sangat berbeda dengan
selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisis dan pemeriksaan pengertian penyakit (diseose). Sakit (i/lness) adalah
penunjang. Anamnesis harus dilakukan secara tenang, penilaian seseorang terhadap penyakit yang dideritanya,
ramah dan sabar, dalam suasana yang nyaman dan berhubungan dengan pengalaman yang dialaminya,
nnenggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh bersifat subyektif yang ditandai oleh perasaan tidak enak.
pasien. Sebelum melakukan anamnesis, perkenalkan Sedangkan penyakit (diseose) adalah suatu bentuk reaksi
diri dulu kepada pasien, dan tanyakan juga nama pasien biologik terhadap suatu trauma, mikroorganisme, benda
secara baik; harap jangan salah menyebutkan nama asing sehingga menyebabkan perubahan fungsi tubuh
pasien. Buatlah catatan penting selama melakukan atau organ tubuh; yang bersifat obyektif Tidak seluruh
anamnesis sebelum dituliskan secara lebih baik di dalam rasa sakit yang dialami oleh pasien merupakan tanda
rekam medik pasien. Rekam medik adalah catatan medik dari suatu penyakit, sebaliknya seringkali suatu penyakit
pasien yang memuat semua catatan mengenai penyakit juga dapat tidak memberikan rasa sakit pada pasien,
pasien dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis dapat sehingga seringkali diabaikan oleh pasien dan ditemukan
langsung dilakukan terhadap pasien (aufo-onomnesis) secara kebetulan, misalnya pada waktu pasien melakukan
atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo- generol check up.

125
126 IIMU DIAGNOSNK FISIS

Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan Keluhan utama ditelusuri untuk menentukan penyebab;
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit tanyajawab diarahkan sesuai dengan hipotesis (dugaan)
dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), yang dapat berubah bila jawaban pasien tidak cocok.
riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis berdasarkan Diharapkan bahwa hipotesis akhir dapat dipastikan
sistem organ dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan secepatnya. Perubahan hipotesis selama wawancara
sosiai ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, dan akan menghindari timbulnya diagnosis sementara dan
lingkungan). Pada pasien usia lanjut perlu dievaluasi diagnosis banding, yang dimasa lalu dibahas pada
juga status fungsionalnya, seperti ADL (octivities of doity penetapan masalah, yaitu pada akhir pemeriksaan,
living),LADL (lnstrumentol octivities of daily living) (lihal sebelum pengobatan. Hipotesis akan memberikan
bab Geriatri). Pasien dengan sakit menahun, perlu dicatat pengarahan yang diperkuat dengan hasil pemeriksaan
pasang-surut kesehatannya, termasuk obat-obatannya dan jasmani. Ketelitian seluruh pemeriksaan memberikan
aktivitas sehari-harinya. gambaran lengkap mengenai masalah pasien. Berdasarkan
anamnesis yang baik, dapat diputuskan dengan cermat
jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan oleh pasien
IDENTITAS untuk menambah kepastian diagnosis.
Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam bahasa
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan
lahir; jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri oleh pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran,
atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, apalagi melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan
suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan oleh pasien. Dalam mewawancarai pasien gunakanlah
untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah kata tanya apa, mengapa, bogaimono, bilamona, bukan
memang benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas pertanyaan tertutup sehingga pasien hanya dapat
ini juga perlu untuk data penelitian, asuransi dan lain menjawab yo dan tidok, kecuali bila akan memperjelas
sebagainya. sesuatu yang kurang jelbs. Pasien harus dibiarkan
bercerita sendiri dan jangan terlalu banyak disela
pembicaraannya.
KELUHAN UTAMA (CH|EF COMPLATNT) Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan
mendapatkan data-data sebagai berikut :
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien 1. Waktu dan lamanya keluhan berlangsung,
sehingga membawa pasien pergi ke dokter atau mencari 2. Sifat dan beratnya serangan; misalnya mendadak,
pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus perlahan-lahan, terus.-penerus, hilang timbul,
disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien cenderung bertambah berat atau berkurang dan
mengalami hal tersebut. Contoh: Buang air besar encer sebagainya,
seperti cucian beras sejak 5 jam yang lalu. 3. Lokasi dan penyebarannya; menetap, menjalar,
Bila pasien mengatakan "Sayo sokit jontung" alau berpindah-pindah, .
"Saya sakit maag", maka ini bukan keluhan utama. 4. Hubungannya dengan waktu; misalnya pagi lebih sakit
Seringkali keluhan utama bukan merupakan kalimat yang dari pada siang dan sore, atau sebaliknya, atau terus
pertama kali diucapkan oleh pasien, sehingga dokter harus menerus tidak mengenal waktu,
pandai menentukan mana keluhan utama pasien dari 5. Hubungannya dengan aktivitas; misalnya bertambah
sekian banyak cerita yang diungkapkan. Hal lain yang juga berat bila melakukan aktivitas atau bertambah ringan
harus diperhatikan adalah pasien seringkali mengeluhkan bila beristirahat,
hal-hal yang sebenarnya bukan masalah pokok atau 6. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan; misalnya
keluhan utama pasien tersebut, misalnya mengeluh lemas keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan lain
dan tidak nafsu makan sejak beberapa hari yang lalu, tetapi yang bersamaan dengan serangan,
sesungguhnya ia menderita demam yang tidak diceritakan 7. Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah
segera pada waktu ditanyakan oleh dokter. berulang kali,
8. Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk
faktor-faktor yang memperberat atau meringankan
RIWAYAT PENYAKIT SEKAMNG seran9an,
9. Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang menderita keluhan yang sama,
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan L0. Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk
pasien sejak sebelqm sakit sampai pasien datang berobat. penyakit tertentu,
ANAMNESIS t27

LL. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi 6: Tenggorok: nyeri menelan, susah menelan, tonsilitis,
komplikasi atau gejala sisa, kelainan suara
L2. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, 7. Leher: pembesaran gondok, kelenjar getah bening
jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; 8. Jantung: sesak napas, ortopneu, palpitasi, hipertensi
juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan 9. Paru: batuk, dahah, hemoptisis, asma
penyakit yang saat ini diderita. 10. Gastrointestinal: nafsu makan, defekasi, mual,
muntah, diare, konstipasi, hematemesis, melena,
Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk
hematoskezia, hemoroid,
membuat diagnosis sementara dan diagnosis banding.
11. Saluran kemih: nokturia, disuria, polakisuria, oliguria,
Bila mungkin, singkirkan diagnosis banding, dengan
poliuria, retensi urin, anuria, hematuria,
menanyakan tanda-tanda positif dan tanda-tanda negatif
12. Alat kelamin: fungsi seksual, menstruasi, kelainan
dari diagnosis yang paling mungkin.
ginekologik, good morn ing discha rge
13. Payudara: perdarahan, discharge, benjolan
RIWAYAT PENYAKIT DAHU LU
14. Neurologis : kesadaran, gangguan saraf otak,
paralisis, kejang, anestesi, parestesi, ataksia, gangguan
fungsi luhur;
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan
15. Psikologis: perangai, orientasi, ansietas, depresi,
psikosis
penyakitnya sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah
mengalami kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan
16. Kulit gatal, ruam, kelainan kuku, infeksi kulit
menjalani perawatan di rumah sakit, operasi tertentu, 17. Endokrin: struma, tremor, diabetes, akromegali,
kelemahan umum
riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah
18. Muskuloskeletal: nyeri sendi, bengkak sendi, nyeri
sembuh sempurna atau tidak. Obat-obat yang pernah
diminum oleh pasien juga harus ditanyakan; termasuk otot, kejang otot, kelemahan otot, nyeri tulang,
riwayat gout
steroid, dan kontrasepsi. Riwayat transfusi, kemoterapi,
dan riwayat imunisasi juga perlu ditanyakan. Bila pasien
pemah melakukan berbagai pemeriksaan, maka harus
dflcatat dengan seksama, termasuk hasilnya, misalnya RIWAYAT PENYAKIT DATAM KELUARGA
gastroskopi, Poponicolaou's smeoL mamografi, foto paru-
Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter;
paru dan sebagainya.
familial atau penyakit infeksi. Pada penyakit yang bersifat
kongenital, perlu juga ditanyakan riwayat kehamilan dan
kelahiran.
WAYAT OBSTETRI

lnarnnesis terha(ap riwayat obstetri harus ditanyakan pada


setiap pasien wanita. Tanyakan mengenai menstruasinya, RIWAYAT PRIBADI
kapan menars, apakah menstruasi teratur atau tidak,
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi,
epkah disertai rasa nyeri atau tidak. Juga harus ditanyakan
pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga
nhreyat kehamilan, persalinan dan keguguran.
dilakukan anamnesis gizi yang seksama, meliputi jenis
makanan, kuantitas, dan kualitasnya. Perlu ditanyakan
pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan
ITAIINESIS SISTEM ORGAN (SWTEMS RH/I EW
sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan
sebagainya. Kebiasaan pasien yangjuga harus ditanyakan
f,marnnesis sistem organ bertujuan mengumpulkan
dat+data positif dan negatif yang berhubungan dengan adalah kebiasan merokok, minum alkohol, termasuk
penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba). Pasien-
msryakit yang diderita pasien berdasarkan sistem organ
ymrg terkena. Anamnesis inijuga dapat menjaring masalah
pasien yang sering melakukan perjalanan juga harus
puren yang terlewat pada waktu pasien menceritakan ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan
rn@at penya kit sekara ng. untuk mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi
tertentu di tempat tujuan perjalanannya. Bila ada indikasi,
L lhpala: sefalgia, vertigo, nyeri sinus, trauma kapitis
riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya juga harus
e lata: visus, diplopia, fotofobia, lakrimasi
ditanyakan. Yang tidak kalah penting adalah anamnesis
L Hfuqa: pendengaran, tinitus, sekret, nyeri
{j Hidrmg: pilek, obstruksi, epistaksis, bersin, mengenai lingkungan tempat tinggal, termasuk keadaan
rumah, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat
t lulut geligii, stomatitis, salivasi
ILMU DIAGNOSTIK FISIS
t28

pembuangan sampah dan sebagainya. Pada pasien-


pasien dengan.kecenderungan ansietas dan depresi, harus
dilaku-kan anamnesis psikologik secara khusus'

REFERENSI

1. Supartondo. rekam medik berorientasi masalah (RMOMI


Dalam Ikut berperan dalam perubahan kurikulum FKUI'
pemikiran dan pandangan dalam bidang. pendidikan
tedokteraru Pusit Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta 2006: 33-63.
2. Epstein O, Perkin GD; Cookson ], de Bono DP' Clinical
eiamination. 3rd ed. Mosby, Edinburg, 2003'
3. Delph MH, Manning RT. Majols,physig{d^iagngsis' An
Intrtduction to Clinical Process. 9th ed' \AIB Saunders Co'
Philadelphia 1981.
4. Talley N, OrConnor S. Pocket Clinical Examination' 2nd ed'
Elsevier Australia, NSW, 2004.
5. Lamsey fSP, Bouloux PMG. Clinical examination of the
patient. Lst ed. Buttorsworstu London,1994'
6. but", B, Bikcley I,S, Hoekelman RA. A Guide to Physical
examination and History Taking. 6th ed' fB Lippincott'
'
Philadelphia, 1995:173 -30.
7. Wahidiiat L Matondang C Sastroasmoro S' Dia-gnosis Fisis
pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta'
1989.
L9
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KULIT
. Bambang Setiyohadi, Imam Subekti

knerikaan fisis mempunyai nilai yang sangat penting atletikus;pasien yang kurus memiliki habitus astenikus; dan
umhrk memperkuat temuan-temuan dalam anamnesis. pasien yang gemuk memiliki habitus piknikus. Keadaan
lkrik pemeriksaan fisis meliputi*pemeriksaan secara gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang, cukup atau
uhml atau pemeriksaan pandang (tnspeksi), pemeriksaan berlebih.
mmelalui perabaan (Palpos\, pemeriksaan dengan ketokan Berat badan dan tinggi badan juga harus diukur
ffiFerkus0 dan pemeriksaan secara auditorik dengan sebelum pemeriksaan fisik dilanjutkan. Dengan menilai
nrmnggunakan stetoskop (Auskultasi). Sikap sopan santun berat badan dan tinggi badan, maka dapat diukur Indeks
dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien Massa Tubuh (lMT), yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat
yutg sedang diperiksa harus diperhatikan dengan baik tinggi badan (cm).lMT 18,5-25 menunjukkan berat badan
oilt*l pemeriksa. Hindarkan segala tindakan yang dapat yang ideal, bila IMT < 18,5 berarti berat badan kurang,
mengakibatkan rasa malu atau rasa tidak nyaman pada IMT > 25 menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30
dfiipasien. Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap menunjukkan adanya obesitas.
fChrdan canggung, karena akan mengurangi kepercayaan
Fien terhadap pemeriksa. Hindarkan membuka pakaian
ffien yang tidak diperlukan. Periksalah pasien secara KESADARAN
qfuErnatik dan senyaman mungkin, mulai melihat keadaan
utrnum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan

Fru, abdomen dan ekstremitas. Pemeriksaan pada daerah melihat reaksi pasien yang wajar terhadap stimulus visual,
snsitit, misalnya payudara, anorektal dan urogenital auditorik maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertiduri
sbaiknya dilakukan atas indikasi. tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat
kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan rangsang
nyeri.
reADAAN UMUM

Sebelum melakukan pemeriksaan fisis, dapat diperhatikan TINGKAT KESADARAN


@aimana keadaan umum pasien melalui ekspresi wajahnya,
gaya berjalannya dan tanda-tanda spesifik lain yang segera Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap
brnpak begitu kita melihat pasien, (eksoftalmus, cusingoid, dirinya maupun terhadap lingkungannya. Pasien dapat
parkinsonisme dan sebagainya). Keadaan umum pasien menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
@atdibagi menjadi tampak sakit ringan, sakit sedang, atau
sakit berat. Keadaan umum pasien seringkali dapat menilai
Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan
acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
+akah keadaan pasien dalam keadaan darurat medis atau
tidak. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan
Hal lain yang segera dapat dilihat pada pasien adalah motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien
badaan gizi dan habitus. Pasien dengan berat badan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-
dan bentuk badan yang ideal disebut memiliki habitus ronta.

129
130 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu SKALA KOMA GLASGOW


keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan Skala koma Glasgow merupakan ukuran perkembangan
tertidur kembali. tingkat kesadaran yang menilai 3 komponen, yaitu
membuka mata, respons verbal (bicara) dan respons
Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam.
motorik (gerakan). Secara lengkap, skala tersebut
Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang
tercantum pada tabel 1.
yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan
jawaban verbal yang baik.

Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran


yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal,
't'1:4::
dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapl refleks 11,;,$1:

(kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang


nyeri tidak adekuat. ,,,,,.].,2

Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, i,,i.:l,j'


tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap
rangsang nyeri.

SINKOP

Sinkop adalah penurunan kesadaran sementara (transient)


yang biasanya berhubungan dengan penurunan aliran
darah di otak. Sinkop dapat berhubungan dengan
kolaps postural dan dapat membaik sendiri tanpa
gejala sisa. Sinkop dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala
yang mendahului, atau dapat juga didahului oleh
gejala presinkop seperti nyeri kepala, pusing, kelemahan
umum, muntah, penglihatan kabur, tinitus atau
berkeringat.
Sinkop harus dibedakan dengan serangan epileptik.
Serangan epileptik biasanya timbul tanpa penyebab yang
khas dan tidak dipengaruhi oleh posisi pasien, tetapi
pasien akan merasakan sensasi abnormal sebelumnya
yang disebut aura, misalnya halusinasi, mencium bau
yang aneh dan sebagainya; sedangkan sinkop seringkali
didahului oleh penyebab tertentu, misalnya nyeri akut, i: 't"'
tidak, tr1+ mbe r| k$n:r,''- 11' 1r;..r
ansietas, bangun dari posisi berbaring atau duduk. ii':n:rn5.!i,l;',.i.L i:.ji| i:rj;.-tii:
Pasien sinkop biasanya menunjukkan gejala perifer nilai minimal adalah
pucat (palor) sedang serangan epileptik seringkali
disertai sionosis. Penurunan kesadaran akibat epilepsi
biasanya lebih lama dibandingkan penurunan kesadaran MATI BATANG OTAK
akibat sinkop.
Penyebab sinkop dalam garis besarnya dapat dibagi Akhir dari berbagai kelainan struktural dan metabolik yang
3, yaitu kelainan tonus vaskular atau volume darah menyerang otak adalah kerusakan otak yang permanen
(termasuk sinkop vasovogol dan hipotensi ortostatik), yang menghasilkan koma yang dalam sehingga fungsi
kelainan kardiovaskular (aritmia, infark miokardial) respi rasi harus dibantu dengan. alat. Terdapat bukti-bukti
dan kelainan serebrovaskular. Kelainan lain yang juga yang menguatkan bahwa bila fungsi batang otak telah
dapat menyebabkan sinkop adalah hipoksia, anemia, berhenti maka kemungkinan pasien akan pulih sangat kecil
hipoglikemia, ansietas atau reaksi histeris. sekali. Oleh sebab itu penilaian terhadap kemungkinan telah
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 131

terjadi mati batang otak sangat penting untuk menentukan rodiasi atau konveksi; sedangkan bila suhu sekitar tinggi,
apakah dukungan alat penyambung hidup masih akan maka suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui evoporosi
diberikan atau tidak. Penilaian mati batang otak harus (berkeringot). Tubuh dapat mengatur pengeluaran suhu
dilakukan secermat mungkin untuk menghindari berbagai dari tubuh melalui peningkatan aliran darah ke permukaan
penyebab koma yang bersifat reversibel, misalnya koma tubuh (kulit) sehingga suhu dapat diangkut ke perifer oleh
akibat obat-obatan atau metabolik. Biasanya penentuan darah dan dikeluarkan. Cara lain adalah dengan evoporosi
mati batang otak dilakukan setelah 24 jam keadaan (berkeringat yang diatur oleh saraf simpatik dan sistem
pasien dipertahankan dan tidak menunjukkan gejala vagus).
perbaikan. Kematian batang otak harus dilakukan oleh Suhu diatur oleh pusat suhu di otak, yaitu hipotalamus,
beberapa dokter dan dilakukan evaluasi beberapa kali, di tuber senereum melalui proses fisik dan kimiawi. Pada
misalnya setiap 2, 3, 6 atau 12 jam, di mana pasien tidak binatang percobaan yang dipotong hipotalamusnya, maka
mendapatkan obat penekan saraf pusat atau pelemas otot suhu tubuhnya akan berubah-ubah sesuai dengan suhu
atau obatyang menyebabkan hipotermia. Adapun tanda- lingkungannya; keadaan ini disebutpoikilotermis. Bila suhu
tanda mati batang otak adalah: 1). Refleks pupil. Gunakan tubuh tidak dapat dipengaruhi oeh suhu lingkungan, maka
lampu senter untuk mengonfirmasikan bahwa refleks pupil disebut homoeotermis.
terhadap cahaya negatif; 2). Refleks kornea. Gunakan kapas Untuk mengukur suhu tubuh, digunakan termometer
yang halus dan secara hati-hati usap pada bagian lateral demam. Tempat pengukuran suhu meliputi rektum (2-5
kornea, pada mati batang otak tidak didapatkan refleks menit), mulut (L0 menit) dan aksila (15 menit). Di rumah
kornea; 3). Refleks vestibulo-okuler. Dilakukan hanya bila sakit, suhu tubuh diukur berulang kali dalam waktu 24
memblan timpani utuh dan tidak ada serumen. Dengan jam, kemudian dibuat grafik. Stadium peningkatan suhu
menggunakan katete4 masukkan 50 ml air es ke dalam dari suatu penyakit disebut stadiu m prodromol, sedangkan
liang telinga luar, pada mati batang otak tidak akan stadium penurunan suhu disebut stadium rekonvolesensi.
ditemukan deviasi okuler. Ulangi tes pada telinga yang lain; Selain membuat grafik suhu, maka frekuensi nadi juga
4). Respons motorik pada saraf otak. Dilakukan dengan harus diukur. Pada demam^tifoid didapatkan brodikordio
cara memberikan respons nyeri pada glabela dan pasien relotif, di mana kenaikan suhu tidak diikuti kenaikan
tidak menunjukkan respons; 5). Respons trakeal. Rangsang frekuensi nadi yang sesuai. Biasanya, setiap kenaikan
palatum atau trakea dengan kateter isap dan pasien tidak suhu LoC akan diikuti kenaikan frekuensi nadi 10 kali
menunjukkan respons apapun; 6). Reaksi pernapasan per-menit. Pada keadaan syok, frekuensi nadi meningkat,
te rhada p h i pe rka p n i a. Be ri ka n 95o/o O, d an 5o/o CO, me I a Iu i tapi suhu tubuh menurun; keadaan ini disebut sebagai
respirator sehingga PCO, mencapai 6,0 kPa (40 mmHg), crux mortis.
kemudian lepaskan respiratori tapi berikan oksigen 1"00% Bila dinilai lebih lanjut, grafik suhu dapat dibagi atas
lewat kateter trakea 6 L/menit, perhatikan apakah timbul 3 stadium, yaitu stadium inkrementi,.stodium fastigium
respons pernapasan pada waktu PCO, mencapai 6,7 kPa dan stodium dekrementi. Stodium inkrementi adalah
(50 mmHg). stadium di mana suhu tubuh mulai..meningkat, dapat
perlahan-lahan atau mendadak; biasanya akan diikuti
oleh rasa letih, lemah, muntah dan anoreksi a. Stadium
TANDA.TANDA VITAT fostigium adalah puncak dari demam. Ada beberapa
macam demam berdasarkan stadium fostigiumnya, yaitu:
Suhu yaitu bila variasi suhu kurang dari LoC,
a). Febris kontinuo,
Suhu tubuh yang normal adalah 36.-37.C. Pada pagi hari terdapat pada pneumonia dan demam tifoid; b). Febris
suhu mendekati 36oC, sedangkan pada sore hari mendekati remiten, bila variasi suhu LoC; c). Febris intermiten, yaitu
37oC. Pengukuran suhu di rektum lebih tinggi 0,5o-Loc bila variasi suhu lebih dari Loc, sehingga kadang-kadang
dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut 0,5"C lebih suhu terendah dapat mencapai suhu normal, Keadaan
tinggi dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan demam, ini dapat ditemukan pada malaria, tuberkulosis milier
suhu akan meningkat, sehingga suhu dapat dianggap dan endokarditis bakterialis; d). Tipus inversus, yaitu bila
sebagai termostat keadaan pasien. Suhu merupakan didapatkan suhu pagi meningkat, sedangkan suhu siang
indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam dan sore menurun. Keadaan ini dapat ditemukan pada
tidak cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus tuberkulosis paru dengan prognosis yang buruk.
dicari apa etiologinya dan bagaimana menghilangkan Stadium dekrementi adalah stadium turunnya suhu
etiologi tersebut. tubuh yang tinggi. Bila suhu turun secara mendadak
Selain diproduksi, suhu juga dikeluarkan dari tubuh, disebut krisrs, sedangkan bila suhu turun perlahan disebut
tergantung pada suhu disekitarnya. Bila suhu sekitar /rsrs. Bila suhu yang sudah mencapai normal meningkat
rendah, maka suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui kembali, maka disebut residif, sedangkan bila suhu
t32 IIMU DI,AGNOSTIK FISIS

meningkat sebelum turun sampai batas normal disebut Frekuensi nadiyang normal adalah sekitar 80 kali permenit.
rekrudensi. Bila grafik suhu bergelombang sedemikian Bila frekuensi nadi lebih dari 100 kali per menit, disebut
rupa sehingga didapatkan 2 puncak gelombang dengan . to k iko rd io (p u ls u s f re q u enf); seda n g ka n bi a f rekuen si nad i
I

variasi diantara 1--3 minggu, maka disebulfebris undulons, kurang dari 60 kali per-menit, disebut brodikardiq (pulsus
misalnya didapatkan pada limfoma Hodgkin, kolesistitis rarus). Bila terjadi demam, maka frekuensi nadi akan
dan pielonefritis. meningkat, kecuali pada demam tifoid, frekuensi nadi
justru menurun dan disebut bradikordio relotif.
Tekanan Darah
Irama denyut nadi harus ditentukan apakah teratur
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter
(reguler) atau tidak teratur (ireguler). Dalam keadaan
(sfigmomanometer), yaitu dengan cara melingkarkan
normal, denyut nadi akan lebih lambat pada waktu ekspirasi
manset pada lengan kanan Ll/z cm di atas fossa kubiti
dibandingkan pada waktu inspirasi; keadaan ini disebut
anteriori kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil
sinus aritimia. Pada keadaa n fibrilosi otrium, denyut nadi
meraba denyut A. Radialis sampai kira-kira 20 mmHg
sangat ireguler; frekuensinya juga lebih kecil dibandingkan
di'atas tekanan sistolik, kemudian tekanan diturunkan
dengan frekuensi denyut jantung; keadaan ini disebut
perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa
pulsus defisit. Pada gangguan hantaran jantung (aritmia),
kubiti anterior di atas A. Brakialis atau sambil melakukan
dapat terjadi 2 denyut nadi dipisahkan oleh interval yang
palpasi pada A. Brakialis atau A. Radialis. Dengan cara
panjang, keadaan ini disebut pu lsus bigeminus. Bila tiap 3
palpasi, hanya akan didapatkan tekanan sistolik saja.
denyut nadi dipisahkan oleh interval yang panjang, maka
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut
disebut pulsus trigemrnus. Kadang-kadang, dapat teraba
nadi Korotkov, yaitu'.
. ekstrosistole, yaitu denyut nadi datang lebih dulu dari
Korotkov l, suara denyut mulai terdengar, tapi
seharusnya yang kemudian juga diikuti oleh interval yang
masih lemah dan akan mengeras setelah tekanan
panjang. Pada keadaan demam, misalnya demam tifoid,
diturunkan 10-L5 mmHg; fase ini sesuai dengan
dapat ditemukan nadi dengalr 2 puncak yang disebut
tekanon sistolik,
. dicrotic pulse (bisferiens); sedangkan pada stenosis aorta,
Korotkov ll, suara terdengar seperti bising jantung
akan didapatkan qnocrotic pulse, yaitu puncak nadi yang
(murmur) selama 15-20 mmHg berikutnya,
. rendah dan tumpul. Pada kelainan jantung korone; dapat
Korotkov lll, suara menjadi kecil kualitasnya dan
ditemukan pulsus alternons, yaitu denyut nadi yang kuat
menjadi lebih jelas dan lebih keras selama 5-7 mmHg
dan lemah terjadi secara bergantian.
berikutnya,
. Isi nadi dinilai apakah cukup, kecil (pulsusparvus) atau
Korotkov lV, suara akan meredup sampai kemudian
besar (pulsus magnus). Pulsus parvus didapatkan pada
menghilang setelah 5-6 mmHg berikutnya,
. keadaan perdarahan, i nfark miirkb rdial, efusi peri-kardial
Korotkov U titik di mana suara menghilang; fase ini
dan stenosis aorta, sedangkan pulsus magnus didapatkan
sesuai dengan tekanan diostolik.
pada keadaan demam atau pada keadaan sedang bekerja
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik
keras. Pengisian nadijuga harus dinilai apakah selalu sama
disebut tekanan nadi.Bila terdapat kelainanjantung atau
(ekuo\ atau tidak sama (onekuol). Pada inspirasi, ddnyut
kelainan pembuluh darah, maka tekanan darah harus
nadi akan lebih lemah dibandingkan dengan pada waktu
diukur baik pada lengan kanan maupun lengan kiri, bahkan
ekspirasi, karena pada waktu inspirasi darah akan ditarik ke
bila perlu tekanan darah tungkaijuga diukur. Faktor-faktor
rongga toraks; keadaan ini disebutpulsus porodoksus. Bila
yang turut mempengaruhi hasil pengukuran tekanan
denyut nadi melemah hanya pada waktu inspirasi dalam
darah adalah lebar manset, posisi pasien dan emosi
dan kembali normal pada akhir inspirasi, maka disebut
pasien. Dalam keadaan normal, tekanan sistolik akan turun
pulsus paradoksus dinomikus. Bila denyut nadi melemah
sampai 10 mmHg pada waktu inspirasi. Padatomponade
pada seluruh fase inspirasi dan baru kembali normal pada
perikordiol atau asma berat, penurunan tekanan sistolik
awal ekspirasi, misalnya pada perikarditis konstriktif maka
selama inspirasi akan lebih dari 10 mmHg.
keadaan ini disebut pulsus porodoksus mekanikus.

Nadi Kualitas nadi. tergantung pada tekanan nadi. Bila tekanan


Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan nadi besar maka pengisian dan pengosongan nadi
palpasi A. Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga akan berlangsung mendadak, dan disebut pulsus celer
dilakukan ditempat lain, misalnya A. Brakialis di fosa kubiti, (obrupt pulse), sedangkan sebaliknya bila pengisian dan
A Femoralis di fosa inguinalis, A. Poplitea di fosa poplitea pengosongan berlangsung lambat, disebut pulsus tordus
atau A. Dorsalis pedis di dorsum pedis. Pada pemeriksaan (pLateou pulse), misalnya pada stenosis aorta.
nadi, perlu diperhatikan frekuensi denyut nadi, irama nadi,
Kualitas dinding arteri. juga harus dinilai dengan
isi nadi, kualitas nadi dan dinding arteri.
seksama. Pada keadaan aterosklerosis, biasanya dinding
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 133

arteri akan mengeras. Demikian juga pada arteritis TANDA RANGSANG MENINGEAL
temporalis.
Perangsangan meningeal (selaput otak) dapat terjadi
Frekuensi Pernapasan bila selaput otak meradang (meningitis) atau terdapat
Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah benda asing di ruang subaraknoid (misalnya perdarahan
1,6-24 kali per menit. Bila frekuensi pernapasan kurang subaraknoid). Seringkali perangsangan meningeal juga
dari 16 kali per menit, disebut brodipneu, sedangkan bila disertai dengan kekakuan punggung sehingga kepala
lebih dari 24 kali permenit, disebut takipneu. Pernapasan dan punggung melekuk ke belakang (ekstensi) dan
yang dalam disebut hiperpneu, terdapat pada pasien disebut opistotonus. Tanda-tanda spesifik perangsangan
asidosis atau anoksia; sedangkan pernapasan yang meningeal meliputi Koku kuduk, Tando Losegue, Tonda
dangkal disebut hipopneu, terdapat pada gangguan Kernig, Tando Brudzinski l, Tanda Brudzinski ll.
susunan saraf pusat. Kesulitan bernapas atau sesak
Kaku Kuduk (nuchal rigidity), merupakan gejala yang
napas disebut dispneu, ditandai oleh pernapasan cuping
sering didapatkan. Tangan pemeriksa diletakkan di bawah
hidung, retraksi suprasternal, dapat disertai sianosis dan
kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian fleksikan
takipneu. Pada pasien gagal jantung, akan didapatkan
kepala pasien semaksimal mungkin agar dagu menyentuh
sesak napas setelah pasien tidur beberapa jam, biasanya
dada; bila terdapat tahanan, maka kaku kuduk positif.
pada malam hari, disebut poroxysmol nocturnal dyspneu.
Pada pasien yang koma, kadang-kadang kaku kuduk
Pada pasien gagaljantung atau asma bronkiale, seringkali
menghilang atau berkurang. Kaku kuduk juga dapat
pasien akan mengalami sesak napas bila berbaring dan
positif pada keadaan miositis otot paraservikal, abses
akan lebih nyaman bila dalam posisi tegak (berdiri atau
retrofaringeal atau artritis servikal.
duduk); keadaan ini disebut ortopneu. Sifat pernapasan
pada perempuan biasanya obdomino-torokal, yaitu Tanda Lasegue, diperiksa dengan cara pasien berbaring
pernapasan torakal lebih dominan, sedangkan pada dengan kedua tungkai ekstensi; kemudian satu tungkai
laki-laki toroko-abdominol, yailu pernapasan abdominal difleksikan pada sendi panggul (koksa), sementara tungkai
lebih dominan. Pada keadaan asidosis metabolik, akan yang satu lagi tetap ekstensi. Pada keadaan normal,
didapatkan pernapasan yang dalam dan cepat, keadaan tungkai yang difleksikan dapat mencapai sudut 70"; bila
ini disebut pernapasan Kussmaul. Pada kerusakan otak, pasien sudah merasa nyeri sebelum mencapai sudut 70',
dapat ditemukan irama pernapasan Biof atau pernapasan maka menunjukkan tanda Lasegue positif. Selain sebagai
Cheyne-Stokes. Pernapasan Biot adalah pernapasan yang tanda perangsangan meningeal, tanda Laseguejuga dapat
tidak teratur irama dan amplitudonya dengan diselingi positif pada iskialgia, hernia nucleus pulposus (HNP)
periode henti napas (opneu), sedangkan pernapasan lumbal dan kelainan sendi panggul.
Cheyne-Stokes, adalah irama pernapasan dengan Tanda Kering, diperiksa dengan cara pasien berbaring
amplitudo yang mula-mula kecil, kemudian membesar dengan fleksi panggul 90', kemudian sendi lutut
dan mengecil kembali dengan diselingi periode apneu. diekstensikan sampai sudut antara tungkai bawah dart
Pada pleuritis siko (Schwarte) akan didapatkan osimetri
tungkai atas mencapai 135'. Bila sudut tersebut tidak
pernapasan, di mana dinding toraks kiri dan kanan tercapai menunjukkan tanda Kernig positif yaitu terdapat
tidak bergerak secara bersamaan selama inspirasi dan perangsangan meningeal atau iritasi radiks lumbal. Pada
ekspirasi. rangsang meningeal, tanda Kernig akan positif bilateral,
sedangkan pada iritasi radiks lumbal biasanya unilateral.

Tanda Brudzinskil (Brudzinski's neck sign), dilakukan


Pemapasan normal
dengan cara pasien berbaring dengan tungkai ekstensi,
kemudian leher difleksikan sampai dagu menyentuh dada
Pemapasan lfussmaul
seperti memeriksa kaku kuduk; bila tanda Brudzinski I
positif, inaka pasien akan memfleksikan kedua lututnya.
Sebelum pemeriksaan harus diperhatikan bahwa pasien
tidak lumpuh.
Pemapasan Biot

Tanda Brudzinski II (Brudzinski's contralateral leg sign),


diperiksa dengan cara membaringkan pasien dengan
PemapaEan Chbyen $iokes
kedua tungkai ekstensi, kemudian salah satu tungkai
diekstensikan pada sendi panggulnya, bila kemudian
tungkai kontralateral ikut terfleksi, menunjukkan tanda
Gambar 1. Tipe-tipe pernapasan Brudzinski II positif.
134 IIMU DIAGNOSTIK FISIS

KULIT Palor, yaitu warna kulit kepucatan, yang dapat terjadi


karena gangguan vaskularisasi (sinkop, syok) atau akibat
Kualitas Kulit vasospasme.

Kelembaban kulit. Dapat dibagi atas hiperhidrosis dan Ikterus, yaitu warna kekuningan; biasanya mudah dilihat di
hipohid rosis.Hiperhidrosis didapatkan pada hipertiroidisme, sklera. Ikterus akan mudah terlihat di bawah sinar matahari.
setelah serangan malaria, tuberkulosis (keringot molam) Ada bermacam-macam ikterus, misalnya kuning seperti
atau efek obat-obatan (salisilat); sedangkan hipohidrosis jerami (pada ikterus hemolitik, anemia pernisiosa); kuning
didapatkan pada miksedema, lepra (onhidrosb lokal, tanda kehijauan (pada ikterus obstruktif), kuning keabu-abuan
Gu n awo n) dan obat-obatan (atropin).
(pada sirosis hepatis); kuning agak jingga (pada penyakit
Weil).
Elastisitas kulit (turgor), diperiksa pada kulit dinding perut
di kulit lengan atau kulit punggung tangan, yaitu dengan Pseudoikterus (karotenosis), yaitu kulit bewarna kekuningan,
cara mencubitnya. Turgor yang menurun didapatkan pada tetapi sklera tetap normal; disebabkan oleh hiperkarotenemia,
k6adaan dehidrasi, kaheksia atau senilitas. Bila kehilangan misalnya banyak makan wortel atau pepaya. Gejala ini akan
elastisitas kulit hanya sebagian tanpa disertai perubahan hilang sendiri dengan memperbaiki dietnya.
berarti pada bagian kulit yang lain disebut onetoderma, Klorosil yaitu warna kulit hijau kekuningan, biasanya terdapat
misalnya pada striae gravidarum. pada orang yang tidak pernah terpapar sinar matahari (green
Atrofi kulit, yaitu penipisan kulit karena berkurangnya sickness). Pada perempuan juga sering diakibatkan dilatasi

satu lapisan kulit atau lebih, sehingga kulit tampak pucat, pembuluh darah (chlorosk cum rubro).
turgornyd menurun dan dalam keadaan yang berat, Eritema, yaitu warna kemerahan pada kulit akibat
kulit teraba seperti kertas. Dapat disertai meningkatnya vasodilatasi kapiler. Bila ditekan, warna merah akan
tegangan kulit, misalnya pada skleroderma (sklerosis hilang (dioskopi positifl. Didapatkan pada berbagai
sistemik) atau tanpa tegangan kulit, misalnya pada infeksi sistemik, penyakit kulit dan alergi. Bila bersifat
gangguan sirkulasi. Pada sindrom Ehler'Danlos, didapatkan tem porel disebut f/ushi n g. Bila eritema ha nya d ida patkan
atrofi kulit dengan turgor yang meninggi. di muka, maka disebul eritemo faciei, misalnya pada
Hipertrofi kulit, yaitu penebalan kulit karena ber- demam tinggi, stenosis mitral, hipertensi, intoksikasi
tambafinya jumlah sel atau ukuran sel pada satu lapisan karbonmonoksida, plumbum. Pada perempuan yang
kulit atau lebih. Bila penebalan tersebut disertai dengan berusia 40-60 tahun, dapat timbul eritema faciei yang
relief kulit yang bertambah jelas, maka disebut likenifikosi, disebut rosoceo. Pada pasien sirosis hepatis, dapat
misalnya pada neurodermatitis. Bila penebalan kulit terjadi didapatkan eritema pada permulaan tenar dan hipotenar
pada lapisan korneum, maka disebut hiperkeratosis, telapak tangan yang disebut'eritemo polmoris (polmor
sedangkan bila penebalan terdapat pada lapisan spinosum, erythem). Eritema dengan bentuk yang beragam, timbul
maka disebut o ko ntosis. serentak dengan kecenderungan melebar ke perifer dan
menipis ditengahnya disebut eritema multiforma. Bila
Warna Kutit eritema disertai nodus di bawah kulit, berukuran 2-+ cm
Melanosis, yaitu kelainan warna kulit akibat berkurang dan nyeri, maka disebut eritema nodosum. Kedua jenis
atau bertambahnya pembentukan pigmen melanin pada eritema tersebut dapat ditemukan pada sindrom Stevens-
kulit. Bila produksi pigmen bertambah, maka disebut Johnson, lupus eritematosus, artritis reumatoid dan juga
h ipe rm e la n osis (m e lo n od e rmo) seda n g ka n bi la prod u ksi
tuberkulosis. Pada penyakit jantung reumatik, dapat
pigmen berkurang disebut hipomelonosis (leukodermo). ditemukan eritema berbentuk cincin yang tidak menimbul
dan tidak nyeri, disebut eritema marginotum.
Albinisme (akromia kongenital), yaitu tidak adanya
pigmen melanin di kulit, rambut dan mata. dapat bersifat Sianosis, yaitu warna biru pada kulit, karena darah
banyak mehgandu ng red uced - Hb (red-H b). Penyebabnya
parsial atau generalisata. Pasien biasanya sensitif terhadap
cahaya. bermacam-macam. Sianosis dapat bersifat umum
(sionosis sentrol), misalnya sionosis pulmonol (akibat
Vitiligo, yaitu hipomelanosis yang berbatas jelas gangguan ventilasi alveoli, misalnya pada Penyakit
tepi yang hiperpigmentasi.
(sirku mskripto), biasanya disertai
Paru Obstruktif Menahun/ PPOK) dan sionosis kardiol
Rambut di daerah vitiligo dapat tidak bewarna (okromik), (misalnya pada penyakit jantung kongenital). Sianosis
dapat pula bewarna seperti biasa. juga dapat bersifat lokal (sionosis perifer), biasanya
Piebaldisme (albinisme partial), yaitu bercak kulit yang disebabkan oleh sirkulasi perifer yang buruk. Sianosis
tidak mengandung -pigmen yang ditemukan sejak lahir yang disebabkan meningkatnya kadar red-Hb disebut
dan menetap seumur hidup. sianosis vero, sedangkan bila penyebabnya adalah
i
I
i

PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 135

peningkatan kadar sulf-Hb atau met-Hb, disebut sionosis Kista, yaitu rongga berkapsul berisi cairan atau massa
spurio (palsu). lunak.

Kulit coklat, disebabkan peningkatan pigmen dalam kulit,


B. Efloresensi Sekunder
misalnya akibat terlalu sering terpapar sinar matahari, atau
ht
t. pada penyakit Addison. Pada intoksikasi Arsen (melonosis Skuama, yaitu pengelupasan lapisan lapisan korneum. Bila
ln.
Arsen) atau intoksikasi perak (orgirosis), kulit akan bewarna pengelupasannya lebar seperti daun disebut eksfoliosi.
Fti
coklat keabu-abuan. Skuama yang berbentuk lingkaran (circiner) disebut
las
colorette.
[r"n Melasma (kloasma), yaitu pigmentasi kulit yang tak
berbatas tegas, umumnya pada muka dan simetrik, disertai Krusta, yaitu cairan tubuh yang mengering di atas kulit.
hnn
I hiperpigmentasi areola payudara dan genitalia eksterna. Bila berasal dari serum, maka warnanya kuning muda; bila
I Dapat bersifat idiopatik atau akibat kehamilan (kLoasmo berasal dari darah, warnanya merah tua atau hitam; bila
Ean, berasal dari pus bewarna kuning tua atau coklat; dan bila
grovidorum).
Lmia, berasal dari jaringan nekrotik bewarna hijau.
r
Fakan Poikiloderma of civatte, yaitu pigmentasi retikuler pada
i: Erosi, yaitu hilangnya jaringan kulit yang tidak melampaui
F muka, leher, bagian atas dada dan bersifat simetrik.
lapisan basal; pada permukaannya biasanya akan tampak
I Terdapat pada keadaan menopause akibat gangguan
ldaPat serum,
endokrin.
F.\sr""n
Ekskoriasi, yaitu kehilangan jaringan kulit yang telah
hflatasi Dermatografia, yaitu warna kemerahan yang menimbul
r melewati lapisan basal; pada permukaannya tampak
! akibat suatu iritasi, misalnya goresan benda tumpul.
darah,
Gambaran ini akan hilang dalam 3-4 menit.
akibat
Ulkus, yaitu kehilangan jaringan kulit yang dalam sehingga
akan Cofd au fiait patches, yaitu bercak-bercak bewarna
tampak tepi, dinding, dasar dan isi,
seperti kopi dengan permukaan rata, dapat berukuran
"belahan
beberapa sentimeter; misalnya terdapat pada penyakit Fisura (rhagade), yailu kulit tanpa kehilangan
ron Recklinghausen. jaringan kulitnya,
pada
Sikatriks, yaitu jaringan parut dengan relief tidak normal,
Efioresensi (Ruam)
permukaan licin mengkilat, adneksa kulit tidak ada. Bila
yan9
:iei Yang
L Efloresensi Primer tampak cekung disebut sikatriks atrofik, sedangkan bila
menonjol disebut sikotriks h ipertrofik,
daPat Iekula, yaitu perubahan warna semata-mata yang
hiPotenar h.rbatas tegas (s ir k u m s k ript o),
Keloid, yaitu sikatriks hip.ertrofik yang pertumbuhannya
@ofior melampaui batas luka.
r.timbul l$la, yaitu benjolan padat berbatas tegas yang menonjol
,ffi permukaan kulit dengan ukuran milier (seujung jarum
oerifer dan Lesi Lain pada Kulit
pnltrr{), lentikuler (sebesar biji jagung) atau kurang dari
itorma' B\la
lUl om Bila ukurannya lebih dari L cm (numuler) disebut Edema, adalah akumulasi eksesif dari cairan di dalam
2-4 cm
mdtw- Bila ukurannya lebih dari L cm dan permukaannya rongga-rongga jaringan yang jarang. Kulit yang edema,
Kedua ienis permukaannya akan mengkilat dan bila ditekan akan
Stevens-
ffiaq disebut plokat (plqque),
melekuk (pittin@. Pada limfedema, misalnya'filariasis,
id dan iuga frfi+ yaitu benjolan padat berbatas tegas pada edemanya tidak melekuk bila ditekan (non-pitting), oleh
, daPat Futmban kulit yang letaknya lebih dalam dari papula, sebab itu bukan merupakan edema sejati. Penyebab
menimbul ffiggatidak menonjol. Bila ukurannya lebih kecil, maka
edema bermacam-macam, misalnya ekstravasosi (akibat
tekanan intravaskular yang meningkat), voskulitis, alergi
karena dar ffh, I,E*hr edema setempat yang timbul mendadak dan (peningkatan permeabilitas kapiler akibat histamin),
mmg perlahan-lahan, tekanon koloid menurun (misalnya akibat hipoproteinemia).
i{at umu yaitu gelembung berisi cairan serosa yang Awal edema, seringkali tampak di daerah palpebra, disebut
nol la atap dan dasari dengan ukuran kurang dari edem palpebro; biasanya didapatkan pada kelainan ginjal,
pada PenYa Oh terisi pus disebut pustula dan bila berisi darah seperti sindrom nefrotik. Bila edema bersifat merata di
sionosts rcikd hemorogik, seluruh tubuh, disertai efusi pleural, asites dan kadang-
). kadang efusi perikardial, disebut edema anasarka.
ffii gnlembung berisi cairan serosa, mempunyai
dengan ukuran lebih dari 1 cm. Bila berisi Emfisema subkutis, adalah akumulasi udara atau gas pada
buruk' htto purulen, dan bila berisi darah disebut jaringan kulit. Keadaan ini dapat menyertai pneumotoraks,
red-Hb pneumomediastinum atau tindakan yang mengenai kulit
bnYa
136 ILMU DIAGNOSTK FISIS

dan jaringan subkutis yang lama, misalnya trakeostomi, hidung, kelopak mata atas atau leher. Hemangioma yang
pemasangan WSD (woterseoled drainoge); atau dapatjuga lebih besar disebut hemongioma kovernoso, terdapat di
ditemukan pada gas gongren. kulit atau di bawah kulit, bersifat merata dan luas.
Pruritus, adalah rasa gatal tanpa kelainan kulit yang Teleangiektasis, adalah pelebaran pembuluh darah
nyata. Dapat disebabkan oleh ikterus hemolitik, diabetes kapiler yang menetap di kulit.
melitus yang tidak terkontrol, usia tua (pruritus senilis,
Nevus pigmentosus, yaitu daerah hiperpigmentasi yang
terutama di daerah anogenital), penyakit kulit atau
menetap, kadang-kadang disertai pertumbuhan rambut,
psikogenik. Kelainan kulit yang ditandai oleh rasa gatal
nyeri dan ulserasi.
dengan efloresensi papula dan bersifat kronik dan rekurens
disebut prurigo. Spider naevi, adalah arteriol yang menonjol dan
kemerahan serta bercabang-cabang dengan diameter
Purpura, adalah ekstravasasi darah ke dalam kulit atau
3-l-0 mm. Banyak didapatkan pada orang hamil, sirosis
mukosa, sehingga bila ditekan maka warna kemerahannya
hepatis. Bila pusatnya ditekan dengan ujung yang runcing,
tidak akan hilang (dioskopi negatifl. Bila ukurannya sejarum
maka cabang-cabangnya akan menghilang
pentul disebut petekie; bila ukurannya 2-5 mm, disebut
purpuric spot, bila lebih besar lagi disebut ekimoses; dan Striae, adalah garis putih kemerahan dari daerah kulit
bila lebih besar lagi sehingga menonjol di permukaan yang atrofik yang dikelilingi oleh kulit yang normal. Banyak
kulit, maka disebut hemotomo. Purpura dapat disebabkan didapatkan pada perempuan hamil (striae gravidarum),
oleh trombositopenia (purpuro trombositopenik), misalnya orang gemuk dan sindrom Cushing.
pada trombositopenia idiopatik (lTP), Lupus eritematosus
Eksantema, adalah kelainan kulit yang timbul dalam
sistemik (SLE), sepsis, leukemia dan sebagainya. purpura
waktu yang singkat yang biasanya didahului oleh demam,
dapat juga terjadi tanpa disertai oleh trombositopenia
misalnya morbili. Eksantema yang berbentuk lentikuler
(purpuro non-trombositopenik), misalnya pada purpura
disebut eksantema morbiliformis; bila berbentuk difus,
Henoch-Schonlein.
berupa eritema numuler, dapat generalisata atau
Xanthoma, adalah deposit lipid yang sirkumskripta dengan terlokalisil disebut eksantema skarlatiniformis. Bila
ukuran 1 mm-2 cm dengan warna merah kekuningan, kelainan tersebut timbul pada mukosa, maka disebut
berhubungan dengan gangguan metabolisme lipid, yang enantema-
dapat ditemukan di kulit, sarung tendon, dinding arteri,
kelenjar getah bening dan kadang-kadang pada organ Gumma, adalah infiltrat lunak, berbatas tegas, kronik
lain. Biasanya ditemukan di kelopak mata (xanthomo dan destruktif yang dikemudian hari dapat mengalami
palpebrorum) atau telapak tangan (xonthoma planum) ulserasi dan membentuk ulkus, gummosum. Kelainan ini
atau siku atau bokong (xonthoma tuberosum), atau pada hanya terdapatpada4 penyakit [rilit, yaitu sifilis, frambusia
sarung tendon Achiles (xonthomo ten dinosu m).Xanthoma tropika, tuberkulosis kulit dan mikosis dalam.
dapat hilang timbultergantung pada kadar lipid di dalam
darah dan disebutxonfhomo eruptif. Pada sindrom Hans-
Schuller-Christian, xanthoma dapat ditemukan pada KEPALA DAN WAJAH
kornea dan mukosa, jarang ditemukdn di kulit.

Komedon, yaitu gumpalan bahan sebasea dan keratin Kepala


yang bewarna putih kehitaman yang menyumbat folikel Untuk pemeriksaan kepala, pasien disuruh duduk
pilosebasea. Penyakit kulit yang disebabkan penyumbatan dihadapan pemeriksa dengan mata pasien sama tinggi
folikel pilosebasea disebut okne (jerowot). Bila akne timbul dengan mata pemeriksa. Bentuk dan ukuran kepala
pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri disebut okne harus diperhatikan dengan seksama. Bila diameter
vulgaris. kepala fronto-oksipital lebih besar daripada diameter
bitemporal, maka disebut dolikosefolus (kepalo ponjong),
Miliada, yaitu kelainan kulit akibat retensi keringat ditandai
sedangkan bila diameter fronto-oksipital kurang lebih
adanya vesikel milier, berukuran L-2 mm pada bagian badan
sama dengan diameter bitemporal disebut brakisefolus
yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat dapat
(kepala bulat). Pada hidrosefolus, ukuran kepaia sangat
tirnbul papul merah atau papul putih.
besar dibandingkan dengan ukuran muka dengan dahi
Angioma adalah tumor yang berasal dari sistem menonjol sedangkan mata tampak tenggelam; sutura
pembuluh darah (hemongiomo) atau dari pembuluh limfe mudah teraba karena hubungan antara tulang-tulang
(limfongiomo). Hemangioma yang berasal dari kapiler kepala longgar; bila dilakukan perkusi akan terdengar
disebut hemongiomo kopiloris, biasanya terdapat pada seperti suara kendi yang retak (crock pot srgn). Ukuran
anak-anak, berwarnq kemerahan, di daerah pangkal kepala yang kecil dengan dahi dan kalvaria kecil dan
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT r37

muka tampak seperti orang yang terbelakang mental Kelebatan rambutjuga dapat bertambah. Bila rambut
disebut mikrosefalus. Penutupan sutura yang prematur bertambah pada tempat-tempat yang biasa ditumbuhi
seringkali menyebabkan kelainan bentuk kepala yang rambut disebut hipertrikosis. Bila pertumbuhan rambut
khas. Secara kolektif kelainan ini disebut kraniosinostosis yang merupakan tanda seks sekunderi seperti kumis,
alau kroniostenosis. Bila penutupan prematur terjadi pada janggul atau jambang tumbuh berlebihan pada perempuan
sutura sagitalis maka akan timbul penonjolan di frontal dan anak-anak, maka disebut hirsutisme. Pada pasien
dan oksipital dan kepala menjadi panjang dan sempit, miksedemo akibat hipotiroidisme akan didapatkan rambut
disebut skafosefali. Bila penutupan prematur terjadi yang jarang, kasar; kering dan tampak tidak bercahaya.
pada sutura koronal sehingga kepala menjadi tinggi dan Pigmen rambutjuga dapat berkurang atau menghilang,
kecil, disebut akrosefoli (kepolo menaro). Bila penutupan sehingga akan timbul uban dan disebut kanitis. Kanitis
prematur hanya terjadi pada sutura koronal dan lambdoid dapat bersifat bawaan (misalnya pada pasien albino), atau
pada satu sisi, maka akan terjadi kraniostenosis asimetrik akibat usia menua (kanitis senilis). Uban juga dapat timbul
yang disebut plogiosefoli. Bila akrosefali disertai sindoktili pada usia yang lebih muda, disebut kanitis prematur.
(jari-jari melekat) yang berat, hipertelorisme (jarak kedua Kadang-kadang didapatkan uban hanya pada jambul di
mata yang melebar), hipoplasi maksila, maka akan timbul dahi, disebut white forelock. Pada Sindrom Warrdenburg,
akrosefolosindaktili (sind rom Apert).Pada sind rom Crouzon, didapatkan white forelock, tuli, alis mata lebat dan pangkal
terjadi penutupan sutura sagital dan koronal sejak lahir hidung yang lebar.
disertai penutupan fontanel dan sutura frontalis yang
prematuI hipertelorisme, hipoplasi maksila dan letak daun Wajah
telinga yang rendah. Pucat, ikterus dan sianosis akan segera terlihat pada wajah
Pada kelainan vertebra servikalis, seringkali didapatkan pasien. Sianosis akan ditemukan pada pasien kelainan
posisi kepala yang terdorong ke depan, misalnya pada jantung bawaan dengan shuntdari kanan ke kiri, penyakit
Sindrom Klippel-Feil. Pada pasien dengan insufisiensi aorto paru ostruktif menahun a'tau keadaan hipoksia lainnya.
akan didapatkan gerak kepala menganggukdan menengadah Pasien lupus eritematosus akan menunjukkan
berulang-ulang (to ond fro bobbing) seirama dengan gambaran eritema pada kedua pipinya yang disebut
denyutjantung; keadaan ini disebut tondo Musset. ruam molor atau butterfly rosh. Pasien lepra juga akan
Kemungkinan adanya benjolan di kepala juga harus menunjukkan wajah yang khas akibat infiltrasi subkutan
dicari, yang sering didapatkan adalah kista aterom pada pada dahi, pipi dan dagu disertai dengan pendataran dan
kulit kepala. Penonjolan pada glabela atau pertengahan pelebaran pada hidung sehingga wajah mirip dengan
dahi bawah yang berdenyut bila ditekan, dengan lubang wajah singa dan disebut fosies leonino.
didasarnya akibat cacat bawaan pada tulang, merupakan Ekspresi wajahjuga seringkali menunjukkan tanda yang
tanda dari ensefolokel. khas. Pembesaran kelenjar adenoid akan menyebabkan
Pada kelainan pembuluh darah, seringkali dapat ekspresi wajah dengan mulut tergantung menganga dap
didengar bising kranial pada auskultasi kepala, dagu sedikit ke belakang. Pasien yang dehidrasi akan
misalnya pada fistula arteriovenosa pembuluh darah menunjukkan ekspresi wajah seperti orang susah, mata
serebral, aneurisma sakuler intrakranial, tumor otak dan cekung, kulit kering, telinga dingin yang disebut /osies
sebagainya. Hipocrotic. Pada pasien Parkinsonisme, tampak wajah
tanpa ekspresi yang disebut muka topeng. Pada pasien
Rambut skleroderma, akan tampak kulit yang menipis dan tegang
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang dapat sehingga pasien tidak dapat menutup mulut dan tidak
ditemukan pada seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, dapat tersenyum. Pasien tetanus akan mengalami spasme
telapak kaki, kuku dan bibir. Kerontokan rambut disertai tonik pada otot-otot wajah, sehingga alis terangkat, sudut
tidak tumbuhnya rambut (kebotakan) disebut olopesia. mata luar tertarik ke atas dan sudut mulut tertarik ke
Bila alopesia mengenai seluruh tubuh, disebut olopesia sampirig membentuk wajah yang disebut risus sordonikus
universalis; bila hanya mengenai seluruh rambut kepala (muka setan)
disebut olopesio totolis dan bila kebotakan timbul hanya Beberapa penyakit genetik, seperti sindrom Down,
setempat dan berbatas tegas disebut olopesio oreoto.Pada juga menunjukkan wajah yang tidak normal (dismorfik),
laki -laki sering dida patkan o lopesia a n d rog e nika, ditandai misalnya hipertelorisme (jarak antara kedua pupil lebih
oleh kerontokan rambut kepala secara bertahap mulai dari dari normal, normal 3,5-5,5 cm),telekantus (kantus medial
bagian verteks dan frontal pada awal umur 30 sehingga tertarik ke lateral) dan sebagainya.
dahi menjadi terlihat lebar. Kerontokan rambut dapat juga Asimetri muka dapat ditemukan pada paralisis N.
tanpa disertai kebotakan, misalnya setelah pengobatan VII, misalnya pada Bell's palsy Otot wajah yang terserang
sit6statika; keadaan ini disebut efluvium. . ;, akan mengalami paralisis dan pasien tidak dapat bersiul.
138 ILMU DI,AGNOSTIK FISIS

Bila pasien diminta mengerutkan dahinya, maka dahi


pada sisi yang lumpuh akan tetap rata. Mata pada sisi
yang lumpuh juga tidak dapat menutup, sehingga kornea
akan mengering yang bila didiamkan akan menyebabkan
keratitis dan ulkus kornea.
Pada pasien sposmofilio akan didapatkan tondo
Chovstek, yaitu kontraksi pada sudut mulut atau di sekitar
mata bila dilakukan ketokan pada garis antara sudut mulut
Gambar 2. Tanda Chovstek dan tanda Trosseau
dengan telinga. Pada fic fosialis, didapatkan otot-otot
wajah yang bergerak secara spontan tak terkendali. Gerak Bola Mata. Motilitas okuler perlu diperiksa untuk
Sensibilitas wajah juga harus diperika untuk mencari kelainan pada N. III (okulopmotorius), N.lV
mengetahui fungsi sensorik N. Trigeminus (N. V). Bagian (troklearis) dan N.M (abdusen). Gerak bola mata yang normal
sensorik N V terdiri dari romus oftolmik, yang mengurus adalah gerok terkonjugosi yaitu gerak bola mata kiri dan
sensibilitas dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus kanan yang selalu bersama-sama. Lirikan yang terkonjugasi
paranasal dan sebagian mukosa hidung; romus moksilaris, dapat berlangsung cepat sebagai suatu respons terhadap
mengurus sensibilitas rahang atas, bibir atas, pipi, palatum stimulus visual di perifer yang mendadak disebut soccade.
durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung; dan romus Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan menyuruh
mandibuloris, yang mengurus sensibilitas rahang bawah, pasien mengikutijari pemeriksa yang digerakkan ke lateral,
gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi,r/, bagian depan medial, atas, bawah, atas lateral, medial bawah, atas medial
lidah, sebagian telinga luar dan selaput otak. Gangguan dan bawah lateral sehingga terjadi lirikan mata yang mulus
refleks kornea, seringkali juga merupakan gejala dini yang disebut pursuit. Perhatikan apakah bola mata pasien
gangguan N.V. dapat mengikuti gerak jari pemeriksa dan apakah gerak
bola matanya mulus atau kaku. Bila respons stimulus
Mata saccade dan pursuittidak dapat dilakukan, dapat dilakukan
Pemeriksaan mata dapat dimulai dengan mengamati refleks okulosefolik (Dollb heod manoevre), yaitu dengan
pasien waktu masuk ke ruang periksa, misalnya apakah menyuruh pasien memfiksasi penglihatannya pada mata
pasien dibimbing oleh keluarganya. atau memegang satu pemeriksa, kemudian pemeriksa memegang kepala pasien
sisi kepalanya (yang menunjukkan adanya nyeri kepala dan memutarnya pada bidang horizontal dan vertikal;
yang hebat), mata merah, atau mata berdarah. bila pandangan pasien tidak berubah, tetap ke arah mata
pemeriksa, maka respons pasien dikatakan baik. pada waktu
Eksoftalmus, yaitu bola mata keluar karena fisura palpebra memeriksa gerak bola mata, tanyakan apakah pasien melihat
melebar; dapat dijumpai pada tirotoksikosis, trombosis kemba r (d ip lo p io) ya ng biasa nya'disebabkan kel u m puhan
sinus kavernosus atau tumor orbita. pada aneurisma otot penggerak mata. juga harus diperhatikan apakah ada
intrakranial atau fistula arteriovenosa kadang-kadang deviotion conjugee, yaitu mata selalu dilirikkan ke satu arah,
didapatkan eksoftolmus yong berdenyut, sedangkan pada tidak dapat dilirikkan ke arah lain; kadang-kadang kepala juga
trom bosis sin us kavernosus,selain didapatkan eksoftalmus berdeviasi ke arah yang sama. Deviation conjugee biasdnya
juga didapatkan edema di mata dan kelumpuhan otot disebabkan oleh lesi otak kortikal.
mata. Ada beberapa pemeriksaan yang menyokong
Strabismus, yaitu keadaan di mana mata tidak dapat
keberadaan eksoftalmus, yaitu L).Tando Stellwog, yaitu
digerakkan ke suatu arah, biasanya terjadiakibat kelumpuhan
mata jarang berkedip; 2). Tondo von Graefe, yaitu bila
salah satu otot penggerak bola mata sehingga pasien akan
melihat ke bawah, palpebra superior tidak ikut turun
mengalami diplopia. Berdasarkan penyebabnya, strabismus
sehingga sklera atas tampak seluruhnya; 3). Tando Moebius,
dapat dibagi 2, yaitu strabismus konkomitans (non-parotitik),
laitu sukar melakukan atau menahan konvergensi; 4).
disebabkan oleh kerusakan saraf penggerak mata dan
Tonda Joffroy, yaitu jika melihat ke atas, dahitidak berkerut;
sudut deviasi menetap pada semua lapang pandang; dan
5). Tondo Rosenboch, yaitu tremor pada palpebra bila
stro b is m u s in kom ito ns (po ra litik), aki bat kel u m pu ha n sa raf
mata ditutup.
penggerak bola mata dengan sudut deviasi yang tidak
Enoftalmus, yaitu bola mata tertarik ke dalam, biasanya sama pada semua lapang pandang. Berdasarkan arah bola
didapatkan pada dehidrasi atau sindrom Horner. Sindrom mata, strabismus juga dapat dibagi 2, yaitu strabismus
Horner disebabkan oleh kerusakan saraf simpatis pada divergens (eksotrofia), bila mata cenderung untuk melihat
mata sehingga menimbulkan gejala enoftalmus, ptosis ke lateral; strabismus konvergens (esotrofia), bila mata
ringan, miosrs (pupil mengecil), vosodilotasi pernbuluh cenderung melihat ke medial; strobismus hipertrofio, bila
dorah kepola don konjungtivo sisi ipsiloterat, onhidrosis mata cenderung deviasi ke atas; dan hipotrofio, bila mata
kepolo don muka sisi ipsilaterol. cenderung deviasi ke bawah.
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 139

Nistagmus, yaitu gerak bolak-balik bola mata yang 30 mm, di mana ujung yang satu diselipkan di forniks
involunter dan ritmik, dapat horizontal, vertikal atau konjungtiva bulbi inferior dan ujung yang lain dibiarkan
rotatoir. Bila gerak bolak-balik bola mata tersebut sama menggantung; bila setelah 5 menit kertas tidak basah
cepatnya, disebut nrsfag mus penduler, dapat dijumpai pada menunjukkan sekresi air mata kurang. Bila bagian kertas
pasien dengan visus buruk sejak bayi, kelainan makula, yang basah kurang dari 10 mm, menunjukkan sekresi
korioretinitis, albinisme dan lain sebagainya. Bila gerak air mata terganggu, sedangkan bila lebih dari L0 mm
bola mata memiliki komponen gerak cepat dan lambat, menunjukkan hipersekresi air mata. Bila kertas yang basah
maka disebut jerk nystogmus. Arah nistagmus ditentukan kurang dari L0 mm, maka harus dilakukan tes Schirmer
oleh komponen gerak cepatnya, misalnya nistagmus II, yaitu pada satu mata diteteskan anestesi lokal dan
horizontal kanan, maka komponen gerak cepatnya ke arah diletakkan kertas filter, kemudian hidung dirangsang
horizontal kanan. Untuk memeriksa adanya nistagmus, dengan kapas selama 2 menit. Bila setelah 5 menit kertas
pasien disuruh melirik ke satu arah dan dipertahankan filter tidak basah menunjukkan refleks sekresi gagal total,
selama 5 detik, tetapi lirikannya jangan terlalu jauh, karena sedangkan bila setelah 5 menit kertas filter basah sampai
dalam keadaan normaljuga dapat timbul nistagmus yang 15 mm menunjukkan keadaan yang normal.
disebut end position nystogmus. Nistagmus akibat kelainan
Konjungtiva. Konjungtiva adalah selaput mata yang
labirin atau N MII akan disertai dengan vertigo dan disebut
melapisi palpebra (konjungtivo torsal superior don inferior)
nistogmus vestibuler atau nistogmus perifer. Bila kelainan
dan bola mala (konjungtivo bulbiy. Pada keadaan anemia,
terletak di otak, maka akan timbul nrsfog mus sentrol, yang
konjungtiva akan tampak pucat (onemik). Pada radang
dapat bersifat horizontal, vertikal atau rotatoat tergantung
konj un gtiva (ko nj u n gtivitis). ta m pa k ko nj u n gtiva bewa rna
letak lesinya. Bila nistagmus terjadi atau bertambah berat
merah, mengeluarkan.air mata dan kadang-kadang sekret
pada posisi kepala tertentu, maka disebut nistogmus
mukopurulen. Trokomo merupakan konjungtivitis yang
posisional.
disebabkan oleh Chlomydio trochomotis. Peradangan
Palpebra. Kelainan palpebra harus diperhatikan dengan konjungtiva yang disertai.neovaskularisasi disekitarnya,
seksama. Edema palpebro, biasanya didapatkan pada disebut f/ikfen. Kadang-kadang didapatkan pelebaran arteri
sindrom nefrotik, penyakit jantung atau dakrioadenitis. konjungtiva posterior yang disebut injeksi koniungtivol.
Edema palpebra dapat juga berbatas tegas, biasanya Bila pelebaran pembuluh darah terjadi pada pembuluh
akibat peradangan, misal ny a blefo ritis (radang pal pebra), perikorneal atau arteri siliaris anterio[ maka disebut
dokriosistitis (radang kelenjar air mata), kolozion (radang injeksi silior; sedangkan bila pelebaran pembuluh darah
pada tarsus), iridosiklitis (uveitis). Bila tepi palpebra terjadi pada pembuluh episklera dan arteri siliaris
melipat ke arah luar, misalnya akibat senilitas, sikatriks longus disebut injeksi episklero. Peradangan konjungtiva
atau tumor palpebra, maka disebut ektropion; sedangkan seringkali disertai dengan p'eilekatan konjungtiva dengan
bila melipat ke dalam, terutama pada palpebra inferiori kornea atau palpebra yang disebut simbleforon. Pada
disebut entropion. Pada trakoma, entropion didapatkan avitaminosis A (xeroftolmio) akan didapatkan bercak
pada palpebra superior. Bila palpebra tidak dapat menutup Bitot, yaitu bercak segitiga bewarna perak di kedua sisi
sempurna, disebut logoftolmus. Bila palpebra superior kornea yang berisi epitel yang keras dan kering. Kadang-
tidak dapat diangkat. sehingga fisura palpebra menyempit, kadang didapatkan bercak degenerasi pada konjungtiva
disebut pfosrs, misalnya didapatkan pada kelumpuhan N di daerah fisura palpebra yang berbentuk segitiga di
III, miastenia gravis dan sindrom Horner. Bila palpebra bagian nasal dan temporal yang disebut pinguekulo.
superior tidak dapat diangkat karena bebannya, misalnya Lesi lain pada konjungtiva adalah pterigium, yaitu proses
pada edema palpebra, enoftalmus atau ftisis bulbi, maka proliferasi dengan vaskularisasi pada konjungtiva yang
disebut pseudoptosis. Bila bulu mata tumbuh salah arah berbentuk segitiga yang meluas ke arah kornea. Selain
sehingga dapat melukai kornea, disebut trikiosis. Pada itu juga terdapat lesi yang disebut pseudopterigium,
pasien dislipidemia, seringkali didapatkan deposit bewarna yaitu perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat
kekuningan pada palpebra yang disebutxantelosma. Pada yang biasanya terjadi pada penyembuhan ulkus kornea,
radang palpebra (blefaritis), hipertiroidisme dan sindrom sehingga letaknya tidak selalu pada fisura palpebra.
Vogt-Koyonogi-Harodo, bulu mata dapat rontok dan Kerapuhan pembuluh darah konjungtiva, misalnya akibat
disebut modarosis. u mu r, hipertensi, aterosklerosis atau aki bat konju ngtivitis

hemoragik, atau akibat trauma atau batuk rejan, dapat


Sekresi Air Mata. Sekresi air mata dapat diuji dengan
terjad i perda rahan (h e m atorno) su bko nj u n gtiva l.
melakukan tes Schirmer I dan II. Tes Schirmer I bertujuan
untuk memeriksa berkurangnya produksi air mata, Sklera. Perhatikan warna sklera dengan baik. Pada pasien
misalnya pada Sindrom Schogren (kerotokonjungtivitis kelainan metabolisme bilirubin, akan didapatkan sklera
siko). Disini diguhakan sepotong kertas filter sepanjang yang ikterik yaitu sklera yang bewarna kekuningan.
140 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

Sedangkan pada pasien osteogenesis imperfekta, akan Bila cahaya diarahkan pada pupil dan didapatkan miosis
didapatkan sklera yang bewarna biru (blue scleroe). pada pupil kontralateral, disebut refleks pupil tidok longsung.
reaksi hipersensitivitas atau penyakit autoimun (Artritis Bila konyungtiva, kornea dan palpebra dirangsang, maka
Reumatoid, Lupus Eritematosus), dapat ditemukan akan didapatkan miosis, keadaan ini disebut refteks
episkteritis atau sk/erifrs. Episkteritis adalah reaksi radang okulopupil. Bila pasien diminta melihat jauh, lalu disuruh
jaringan ikat vasku lar yang terletak antara konjungtiva dan melihat tangannya sendiri pada jarak 30 cm dari matanya,
permukaan sklera, umumnya unilateral dengan rasa nyeri maka akan timbul miosis; disebut refleks akomodosi-
ya ng ri ngan. Seda n g ka n skle ritis adalah radang sklera ya n g konvergensi (refleks dekot). Bila reaktivitas pupil terhadap
bersifat bilateral, ditandai mata merah berair; fotofobia dan cahaya langsung dikalahkan oleh rangsang cahaya tidak
penurunan visus, serta nyeri yang hebatyang menjalar ke langsung yang dapat diuji dengan menyinari mata kanan
dahi, alis dan dagu. dan kiri berganti-ganti, disebut pup il Morcus-Gunn, yang
Kornea. Diameter kornea yang normal adalah l-2 mm; didapatkan pada pasien neuritis optika, ablasi retina, atrofi
papil saraf optik dan oklusi arteri retina sentralis. Reaksi
bila ukurannya lebih disebut makrokorneo, sedangkan
pupil akan negatif pada keadaan ruptur sfingteri sinekua
bila ukurannya kurang disebut mikrokorneq. Pada usia
posteriol pangguan parasimpatis, atau akibat obat miotika
lanjut, seringkali didapatkan cincin putih kelabu yang
dan midriatika atau pada kebutaan total. Pada pupilArgyl
melingkari bagian luar kornea yang disebut orkus senilis.
Robeertson, didapatkan refleks cahaya negatif, sedangkan
Pada penyokit Wilson (degenerosi hepotolentikuler) akan
didapatkan cincin lengkung hijau yang mengelilingi refleks dekat positif kuat. Pada sindrom Holmes-Ardy
kornea yang disebut cincin Koyser-Fleischer. pada akan didapatkan anisokori pupil, refleks pupil negatif,
penglihatan kabur dan refleks tendon menurun.
trakoma; dapat ditemukan ponnus, yaitu sel radang
dengan pembuluh darah yang membentuk tabir pada Bilik mata depan (komera okuli anterior). Diperiksa
kornea. Peradangan pada kornea (kerotitis) seringkali apakah dalam atau dangkal. Bilik mata yang dalam
mengakibatkan timbulnya infiltrot dan ulkus korneo. didapatkan pada keadaan ofakio (tonpa lenso); miopia dan
Infiltrat akan memberikan uji plosido positif, sedangkan gloukoma kongenitol. Bilik mata depan dangkal didapatkan
ulkus kornea akan memberikan uji fluoresein positif. pada dislokasi lensa, sinekia onterior atau glaukomo
Pada xeroftalmia atau keratokonjungtivitis sika, dapat subokut. Penimbunan sel radang pada bagian bawah bilik
ditemukan keringnya permukaan kornea yang disebut mata depan disebut hrpopion, yang biasanya berhubungan
xerosis korneo. Penyembuhan ulkus atau radang kornea dengan ulkus korneo, uveitis berat, endoftalmitis aiau
akan meninggalkan sikatriks pada kornea sehingga kornea tumor introokuler. Bila bilik mata depan berisi sel darah,
menjadi ireguler dan memberikan fes plosido positif. Bila maka disebut hifemo, biasanya berhubungan dengan
sikatriks hanya berbentuk kabut halus disebul nebulo; trauma mata atau hemofilia. """
bila lebih jelas dan berbatas tegas disebut mokula; dan
Lensa. Dalam keadaan normal lensa tidak'bewarna (jernih).
bila bewarna putih padat disebut leukomo. Bila leukoma
Kekeruhan lensa disebut kotorok. Katarak kongenital dapat
disertai penempelan iris pada permukaan belakang kornea.
ditemukan pada infeksi rubela kongenital, toksoplasmosis,
disebut leukomo oderens. Untuk menilai sensibilitas kornea
herpes simpleks dan sitomegalovirus. Untuk menilai
yang merupakan fungsi dari N.V (trigeminus), dapat
derajat kekeruhan lensa, dapat dilakukan tes boyongan
dilakukan tes refleks korneo, yaitu dengan cara menyuruh
iris, yaitu dengan cara mengarahkan lampu senter ke
pasien melihat jauh ke depan, kemudian bagian lateral
arah pupil dengan sudut 45" dan dilihat bayangan iris
kornea diusap dengan kapas kering dan dilihat refleks
pada lensa yang keruh; letak bayangan jauh dan besa;
mengedip, rasa nyeri dan mata berair. Bila tes ini positif
berarti katorok imotur; seangkan bila bayangan kecil dan
menunjukkan fungsi N.V baik.
dekat pupil, berarti kotarak matur: Bila katarak mengalami
Pupil. Bentuk pupil normal adalah bulat dengan ukuran degenerasi lanjut menjadi keras atau lembek dan mencair
normal adalah 4-5 mm pada penerangan sedang. Bila disebut kata ro k h ipe rmatu r.
ukuran pupil lebih dari 5 mm disebut midriosig sedangkan Bila lensa mata diangkat, maka keadaan ini disebut
bila ukuran pupil kurang dari 2 mm disebut miosis; bila afokio dan mata akan mengalami hipermetropio tinggi.
ukuran pupil sangat kecil disebut pin point pupil. Bila
Tajam penglihatan (acies uisus). Diperiksa dengan
ukuran pupil kiri dan kanan sama disebut rsoko4 sedangkan
menggunakan tabel Snellen (untuk melihat jauh), atau
bila tidak sama disebut anrsokor. Posisi pupil normal adalah
tabelJogger (untuk melihat dekat). Tajam penglihatan juga
di tengah, bila letak pupil agak eksentrik, disebut ektopia.
dapat diperiksa dengan menyuruh pasien menghitung
Refleks pupil dapat dilakukan dengan memberikan cahaya
jari pemeriksa pada jarak tertentu (normaljari pemeriksa
pada mata..Bila cahaya diarahkan langsung pada pupil dan
masih terlihat sampaijarak 60 m) atau menyuruh pasien
memberikan hasil rniosis, disebut refleks pupil langsung.
membaca huruf-huruf dalam buku. Bila penglihatan
EIS PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KU1IT t4t
psis sempurna, maka proyeksi benda yang dilihat akan jatuh yong lain Qetinitis pigmentoso, oblasio retino). Pada retinopati
brs. pada retina; keadaan ini disebut moto emetropio. Pada diabetik akan didapatkan mikroaneurisma, perdarahan retina,
raka pefihat jauh (mota hipermetropio), proyeksi bayangan dilatasi pembuluh darah retina, eksudat, neovaskularisasi dan
dari benda yang dilihat akan jatuh di belakang retina; edema retina. Retinitis pigmentosa adalah kelainan genetik
Fk'
pru h sedangkan pada pelihat dekat (moto miopia), bayangan yang mengakibatkan degenerasi epitel retina terutama sel
h,,, benda yang dilihat akanjatuh di depan retina. Pada orang batang dan atrofi saraf optik dengan gambaran klinis yang
h'i- tua akan terjadi gangguan akomodasi sehingga proyeksi khas tidak dapat melihat di malam hari dengan lapang
ldup bayangan dari benda yang dilihat akanjatuh di belakang pandang yang makin menyempit. Ablasio retino adalah
lidak retina; keadaan ini disebut moto presbiopio. Bila berkas lepasnya retina dari koroid yang biasanya berhubungan
Fnan sinar tidak difokuskan pada 1 titik di retina, tetapi pada dengan trauma atau miopia atau degenerasi retina. Pasien
Iang 2 garis titik api yang saling tegak lurus, maka disebut ablasio retina akan mengeluh lapang pandang yang
ttrofi digmotisme;keadaan ini terjadi akibat kelainan lengkung terganggu seperti melihat adanya tabir yang mengganggu
Faksi permukaan kornea. lapang pandangnya dan pada funduskopi akan terlihat retina
fekua bewarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat
Itnglihatan warna. Penglihatan warna diperankan oleh sel
plika terangkat dan berkelok-kelok.
ilenrcut retina. Warna primer utama pada pigmen sel kerucut
Argyt
adalah merah, hijau dan biru. Orang yang memiliki ketiga
It<an p*3men sel kerucut, disebut trikromot;bila hanya 2 pigmen Telinga
Vrdy sl kerucut, disebut dikromot; dan bila hanya memiliki Untuk memeriksa telinga pasien, suruh pasien duduk
1
lgatif, dengan posisi badan agak condong sedikit ke depan dan
trgrnen sel kerucut dis ebut monokromot atau akromatopsio.
i
Fengfihatan warna-warna yang tidak sempurna disebut bufa kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa sehingga
I
murno, yang dapat bersifat kongenital atau didapat akibat
pemeriksa dapat melihat liang telinga luar dan membran
eriksa
peryrakit tertentu, misalnya buta warna meroh-hijau dapat timpani.
latam
pa dan dsebabkan oleh kelainan saraf optik, sedangrkan buta warna Pertama-tama, perhatikan daun telinga, kemudian
fifrw*uning dapat disebabkan oleh glaukoma atau kelainan bagian belakang telinga, daerah mastoid, adakah tanda
fatkan peradangan atau sikatriks. Pada pasien yang diduga gout,
ftomo mctitna Untuk mengetahui defek penglihatan warna dapat
,fldnrkan tes lshihoro. daun telinga harus diperiksa dengan cermat untuk mencari
lh birik
kemungkinan adanya tofus, yaitu benjolan keras akibat
bngan
lrymg pandang (kampus visus), yaitu kemampuan penimbunan kristal monosodium urat. Untuk melihat liang
b atau ,flm$a yang yang difiksasi pandangannya ke satu titik telinga dan membran timpani, tarik daun telinga ke atas-
ldarah, unfruk melihat benda- benda d isekita rnya. La pang pa ndan g belakang sehingga liang telinga lebih lurus. Bila terdapat
igngan
t
ffiat diperiksa dengan tes konfrontasi, kompimetri, serumen di dalam liang telinga, maka harus dibersihkan
ipfimetn atau loyor Byerrum. Lapang pandang normal dulu dengan kapas, pengait atau pinset, tergantung
ffit9(Ptemporal, 50. kranial, 50o nasal dan 65o kaudal. konsistensinya. Setelah liang telinga bersih, perhatikan
dapat kuqpnrpitan lapang pandang sehingga tinggal separuh membran timpani, apakah masih utuh atau tidak, apakah
rdfirr*r:r1 hemianopsia. Pada waktu memeriksa lapang sifat tembus sinar normal, adakah retraksi "membran
pnfug, juga harus dicari adanya skotoma, yaitu daerah timpani yang menunjukkan perlekatan di telinga tengah.
Sru hercak yang tidak terlihat pada lapang pandang Adanya otitis media dengan supurasi akan menyebabkan
ke il rang. Dalam keadaan normal, kita memiliki bercak membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga
i ris frrooyang disebut skofo ma fisiologik yaitu bercak dimana luar. Bila didiamkan saja, maka membran timpani dapat
besar, Qrlgan benda yang dilihatjatuh pada bintik buta retina mengalami ruptur. Sekret yang keluar dari liang telinga
dan ffimh nervi optici). disebut ofore. Perhatikan apakah otore tersebut jernih,
lh-rstopi, yaitu pemeriksaan retina dengan meng- mukoid atau berbau. Bila otore bercampur darah harus
gtalnoskop. Pada waktu melakukan funduskopi, dicurigai kemungkinan infeksi akut yang berat atau tumoI
ryumr*an
sedangkan bila jernih harus dicurigai kemungkinan likuor
ffidtcan warna retina yang kemerahan dengan pembuluh
dbdrq1a yang dapat menggambarkan keadaan pembuluh serebrospinal. Bila didapatkan nyeri telinga (otalgia),
ffindseluruh tubuh. Perhatikan pulafoveo sentralis, daeroh harus diperhatikan apakah nyeri berasal dari telinga atau
lffi& hn popila nervi optici. Papila n. Optici berbentuk merupakah nyeri pindah (referred poin) dari jaringan
atau fuIt, barama merah muda, berbatasjelas dengan cupping sekitarnya. Nyeri pada tarikan daun telinga menunjukkan
juga lltroumrndberukuran 2/, diameter papil. perlu pula diperhatikan tanda-tanda adanya otitis eksterno; sedangkan nyeri pada
itung ffirmlp ppil edema (papil berbatas kabut, terdapat pada prosesus mastoideus menunjukkan adanya mastoiditis,
punnqggian tekanan intra-kranial), otrofi popil (papil tampak yang seringkali merupakan komplikasi otitis media.
paslen P,n"r( rrtngecil- dengan batas bertambah jelas), keloinan Untuk menilai fungsi pendengaran, dapat dilakukan
hatan um&uuqr {akibat hipertensi, DM, trombosis), keloinan retino tes pendengaran dengan cara tes berbisik dan tes
142 IIMU DIAGNOSTIK FISIS

garpu tala. Untuk pemeriksaan yang lebih khusus


dapat dilakukan pemeriksaan audiometri. Gangguan
pendengaran (tulr), dapat dibagi 2, yaitu tuli konduktif,
akibat kelainan pada telinga luar dan telinga tengah; fuli
soraf (sensorineural), akibat kelainan pada koklea, N.VIII
atau pusat pendengaran; dan tuli compuron. Pada pasien
usia lanjut, seringkali didapatkan tuli saraf frekuensi tinggi
yang dapat menyerang kedua telinga dan dapat dimulai
Gambar 3. Tes Weber dan tes Rinne
pada usia 65 tahun; keadaan ini disebut presbiokusis.

Tes berbisik, merupakan pemeriksaan semi-kuantitatil


menentukan derajat ketulian secara kasar. Pemeriksaan
harus dilakukan di ruangan yang tenang dengan panjang
minimal 6 meter.
Tes penala merupakan tes kualitatif. Ada bermacam-
macam tes penala, diantaranya tes Rinne, tes Weber dan tes
Schwaboch. Tes Rinne bertujuan untuk membandingkan Gambar 4. Rinoskopi posterior dan laringoskopi indirek
hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada
telinga yang diperiksa. Garpu tala digetarkan, kemudian resonansi suara; turut membantu proses bicara; dan
tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus; setelah refleks nasal. Pemeriksaan hidung meliputi pemeriksaan
tidak terdenga[ garpu tala dipegang di depan telinga hidung bagian luar; rinoskopi anterior; rinoskopi posterio4
pada jarak 2,5 cm; bila masih terdengari disebut Rrnne
dan bila diperlukan dilakukan nasoendoskopi. Lakukan
(+),menunjukkan pendengaran yang normal atau adanya
pemeriksaan hidung kiri dan kanan. Pada pemeriksaan
tuli saraf; dan bila tidak terdengar disebut Rinne (-),
hidung luari perhatikan bentuk luar hidung, apakah ada
menunjukkan adanya tuli konduktif. Tes Weber bertujuan
deviasi atau depresi septum, serta pembengkakan hidung.
untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan
Pada pasien sifilis, sering terjadi erosi tulang hidung
kanan. Garpu tala digetarkan, kemudian tangkai garpu
sehingga akan terbentuk hidung pelana yang khas. Pada
tala diletakkan di garis tengah kepala (verteks, dahi, di
rinofima hidung kelihatan berwarna merah, besar dan
tengah-tengah gigi seri, dagu). Bila bunyi garpu tala
berbentuk seperti umbi. Pada pasien Lupus Eritematosus,
terdengar lebih keras pada salah satu telinga, maka disebut
khas tampak gambaran ruam kupu-kupu pada hidung yang
Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila bunyi garpu
sayapnya membentang sarnpai ke kedua pipi. Pemeriksaan
tala tidak dapat dibedakan apakah lebih keras ke arah
satu telinga atau tidak, maka disebut Weber tidok ada
rongga hidung disebut rinoskopi anteriol yaitu dengan
loteralisosi. Pada tuli konduktif, akan terjadi lqterolisosi menggunakan spekulum hidung. Pada pemeriksaan rongga
ke telingo yang sokit; sedangkan pada tuli saraf akan hidung, perhatikan vestibulum nasi, septum bagian anterioi,
terjadi laterolisosi ke telingo yong baik. Tes Schwabach konka dan mukosa hidung. Perhatikan kemungkinan
bertujuan membandingkan fungsi pendengaran pasien adanya polip nasi, yaitu kelainan mukosa hidung berupa
dengan fungsi pendengaran pemeriksaan yang normal. massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau
Garpu tala digetarkan kemudian tangkainya diletakkan di lonjong, bewarna putih kelabu dengan permukaan licin
prosesus masteoideus pasien sampai tidak terdengar lagi yang bening karena banyak mengandung cairan. Untuk
suaranya, kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus melihat hidung bagian belakang, termasuk nasofaring,
pemeriksa; bila pemeriksa masih dapat mendengal maka dilakukan pemeriksaan rinoskopi posterior, yaitu dengan
disebut Schwoboch memendek. Bila pemeriksa juga tidak menggunakan kaca nasofaring yang dilihat melalui rongga
mendenga4 maka pemeriksaan dibalik, mula-mula garpu mulut. Pada rinoskopi posterior akan dapat terlihat koana,
tala yang telah digetarkan, tangkainya diletakkan di ujung posterior septum, ujung posterior konka, sekret yang
prosesus mastoideus pemeriksa, setelah tidak terdengar keluar dari hidung ke nasofaring (post nasal drip), torus
kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pasien. Bila tubarius, osteium tuba dan /ossa Rosenmuller. Hidung yang
pasien masih dapat mendengar maka disebut Schwoboch mengalami perdarahan disebut eprsfoksis. Epistaksis bukan
memanjang;bila pasien juga tidakjuga mendengari maka merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala suatu
dikatakan Schwabach sama dengon pemeriksa. penyakit misalnya hipertensi, infeksi, neoplasma, kelainan
darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfer dan
Hidung sebagainya.
Hidung berfungsi sebagai jalan napas; pengatur kondisi Fungsi menghidu juga harus diperiksa, satu persatu
udara pernapaian; penyaring udara; indra penghidu; untuk masing-masing lubang hidung dengan cara
PEMERIIGAAN ESIS UMUM DAN KUUT 143

menutup 1 lubang hidung secara bergantian. Sebelum menunjukkan kemungkinan sinus maksilaris terisi pus atau
memeriksa fungsi menghidu, pastikan bahwa lubang mukosa sinus maksilaris menebal atau terdapat neoplasma
hidung tidak meradang dan tidak tersumbat. Gunakan zat di dalam sinus maksila. Transluminasi sinus frontalis
pengetes yang dikenal sehari-hari, misalnya kopi, jeruk, seringkali memberikan hasil yang meragukan, karena
tembakau. Jangan menggunakan zat pengetes yang dapat seringkali sinus frontalis tidak berkembang dengan baik.
merangsang mukosa hidung, seperti alkohol, mentol, Bila dicurigai adanya kelainan pada sinus paranasal, dapat
cuka atau amoniak. Kemampuan menghidu secara normal dilakukan pemeriksaan radiologi dengan posisi Waters, PA
disebut norm osm ia; bila kemampua n meng hidu meni ng kat dan lateral. Bila hasil pemeriksaan radiologis meragukan
disebut hiperosmio; bila kemampuan menghidu menurun dapat dilakukan pemeriksaan CT-scan sinus paranasal.
disebut hiposmio; dan bila kemampuan menghidu hilang
disebut anosmia. Bila dapat menghidu, tetapi tidak dapat Mulut
mengenal atau salah menghidu, maka disebut porosmia.
Bibir dan mukosa mulut. Perhatikan warnanya, apakah
Sinus paranasal. Sinus paranasal adalah rongga-rongga di pucat, merah atau sianosis. Bibir yang tebal terdapat pada
sekitar hidung dengan bentuk bervariasi yang merupakan pasien akromegali dan miksedema. Bibir yang retak-retak
hasil pneumatisasi tulang kepala. Ada 4 pasang sinus, terdapat pada pasien demam dan avitaminosis. Luka pada
yaitu sinus moksiloris, sinus frontolis, sinus etmoidalis sudut mulut menandakan adanya oriboflavinosis. Radang
dan sinus sfenoidolis. Semua sinus mempunyai muara pada bibir disebut keilitis. Pada pasien morbili, dapat
(ostium) ke dalam rongga hidung. Muara sinus maksilaris, ditemukan bercok Koplik, yaitu bercak kecil, bewarna
frontalis dan etmoidalis anterior terletak pada sepertiga biru keputihan, dikelilingi oleh tepi yang merah, terdapat
tengah dinding lateral hidung yang memiliki struktur pada mukosa pipi yang letaknya berhadapan dengan gigi
yang rumit yang disebut kompleks osteo-meatal. Fungsi molar dekat muara kelenjar parotis. Pada pasien Stomotitis
sinus paranasal adalah sebagai pengatur kondisi udara oftoso akan didapatkan 1-3 ulkus yang dangkal, berbentuk
pernapasan; penahan suhu; membantu keseimbangan bundari terasa nyeri dan tidak mengalami indurasi. Orol
suara; membantu resonansi suara; peredam perubahan thrush akibat infeksi Candida albicans ditandai oleh
tekanan udara; dan membantu produksi mukus untuk bercak-bercak membran putih, menimbul, seperti sisa-sisa
membersihkan rongga hidung. Untuk pemeriksaan sinus susu di mukosa mulut, bila dipaksa angkat akan timbul
paranasal dilakukan inspeksi, palpasi dan transluminasi. perdarahan. Pada sindrom Peutz-Jeghers, akan didapatkan
Pada inspeksi, perhatikan adanya pembengkakan pipi bercak pigmentasi berbatas tegas bewarna kebiruan atau
dan kelopak mata bawah yang menggambarkan adanya coklat pada mukosa bibir; mulut, hidung dan kadang-
sinusitis maksilaris akut; sedangkan pembengkakan pada kadang di sekitar mata.
kelopak mata atas menunjukkan sinusitis frontalis akut.
Gigigeligi. Perhatikan jumilh gigi, oklusi gigi dan adanya
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketok pada gigi
gigi berlubang (kories). Oklusi normal gigi terjadi bila
menunjukkan adanya sinusitis maksilaris; sedangkan
barisan gigi pada rahang atas dan rahang bawah dapa!
nyeri tekan pada bagian medial atap orbita menunjukkan
saling menangkap secara tepat. Anomali konggnital atau
adanya sinusitis frontalis; dan nyeri tekan daerah kantus
fraktur rahang akan menyebabkan timbulnya moloklusi.
medius menunjukkan adanya sinusitis etmoidalis. gigi seperti
Pada pasien sifilis kongenital, dapat ditemukan
Pemeriksaan transluminasi digunakan untuk melihat adanya
gergaji yang disebut gigi Hutchinson. Bila air minum
sinusitis maksilaris atau frontalis. Bila pada pemeriksaan
banyak mengandung fluorida, maka gigi akan berlubang
transluminasi didapatkan gelap pada daerah infra-orbita
keci - keci I dan berwa rna ku n i n g, d isebut fluoro sis (mottle d
I

enomel). Pada intoksikasi timah hitam, akan tampakgoni


timoh bewarna kebiruan pada batas antara gusi dan gigi.
Pada pemeriksaan gigi, juga harus diperhatikan keadaan
gusi. Radang gusi disebut ginggivitis. Pada pyorrhoeo, akan
tampak gusi membengkak dan bila ditekan akan keluar
nanah. Pada pasien leukemia monoblastik akut atau pasien
yang mendapatkan pengobatan fenitoin akan didapatkan
hiperplosi g usi. Kadang-kadang didapatkan neoplasia jinak
gusi yang disebut epulrs.

Lidah. Perhatikan ukuran lidah, apakah normal, lebih


besar (makroglosus), atau lebih kecil (mikroglosus).
Kadang-kadang terdapat kelainan kongenital dimana
Gambar'5. Sinus paranasal lidah bercabang yang disebut linguo bifido. Pada parese N
t44 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

XII, lidah akan membelok bila dikeluarkan. Pada kelainan ' fenilketonurio akan memberikan bau napas seperti rumput
pseudobulbor, pasien akan sukar menggerakkan dan kering yang baru disabit. Pasien kanker rongga mulut
mengeluarkan lidahnya. Lidah yang pucat menunjukkan akan memberikan bau napas yang busuk yang sangat
adanya onemio, sedangkan lidah yang merah tua dan spesifik.
nyeri menunj u kkan adanya defisie n si a sa m n ikotin at. P ada
Angina plaut vincent (stomatitis ulseromembranosa),
keadaan dehidrasi,lidah akan tampak kering, sedangkan
merupakan infeksi spirilum dan basil fusiformis di
pada uremia lidah akan kering dan berwarna kecoklatan.
rongga mulut akibat kurangnya higiene mulut. Kelainan
Lidah yang kering dan kotor, dalam keadaan normal
ini ditandai oleh demam yang tinggi dengan nyeri di
ditemukan pada perokok atau orang yang bernapas
mulut; bau mulut (/efor ex ore); mukosa mulut dan faring
lewat mulut. Pada pasien demam tifoid akan didapatkan
hiperemis dilapisi oleh membran putih keabuan di atas
lidah yang kering dan kotor, tepi yang hiperemis dan
tonsil, uvula, faring dan gusi.
tremor bila dikeluarkan perlahan-lahan. Lidah yang
merah, berselaput tipis dengan papil yang besar-besar
' didapatkan Faring dan Laring
pada pasien demam skorlotina, yang disebut
Faring dan laring diperiksa bersama-sama dengan
strawbe'rry tongue. Lidah yang licin karena atrofi papil
pemeriksaan mulut. Untuk memeriksa faring, tekan lidah
disebut lingua grobio, didapatkan pada pasien anemia
ke bawah dengan penekan lidah, sehingga faring akan
pernisiosa, tropicol sprue, pelagra. Pada leukoplakio, lidah
tampak. Perhatikan dinding belakang faring, apakah
diselubungi oleh lesi-lesi yang keras, berwarna putih
terdapat hiperemi yang biasanya berhubungan dengan
dan mengalami indurasi yang kelihatan seperti kerak
infeksi saluran napas atas. Pada sinusitis, biasanya akan
dan suljt diangkat. Lidah pasien angina Ludovici, tampak
tampak posf nosol drips. Pada anak-anak yang menderita
meradang merah dan bengkak sehingga menonjol keluar
difteria, akan didapatkan selaput putih pada dinding faring
dari mulut. Kadang-kadang pada lidah dapat ditemukan
yang sulit diangkat, bila dipaksa diangkat akan timbul
bercak-bercak seperti peta yang disebut geogrophic
perdarahan; selaput ini disebut pseudomembron.
tongue; keadaan ini sering didapatkan pada pasien
Selanjutnya, periksa nasofaring dengan cara
depresi dan tidak berbahaya. Lidah yang kelihatan aneh
menggunakan cermin laring yang menghadap ke atas
adalah lidoh skrotum, yang memiliki alur-alur seperti
yang ditempatkan di belakang palatum mole setelah lidah
skrotum. Kadang-kadang di bawah lidah di sisi frenulum
ditekan. Batas nasofaring adalah dasar tengkorak sampai
didqpatkan kista retensi yang transparan bewarna
palatum mole. Di anterior nasofaring adalah rongga
kebiruan yang disebut ranulo.
hidung. Pada nasofaring bermuara saluran dari telinga
Pada waktu memeriksa lidah, jangan lupa memeriksa
tengah yang disebut tuba Eustachius.
fungsi pengecapan, dengan cara menaruh berbagai
Selanjutnya perhatikan.{bnsil. Tonsil adalah massa
zat secara bergantian pada permukaan lidah, misalnya
jaringan limfoid yang terdiri atas 3 macam, yaitu tonsil
garam, gula, bubuk kopi dan sebagainya. Hilangnya fungsi
laringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingua yang
pengecapan disebut ageusio.
ketiganya membentuk Iingkaran yang disebul cincin
langit-langit (palatum). Pertama-tama, perhatikan apakah Waldeyer. Adenoid merupakan massa jaringan'timfoid
terdapat celah lang it- la ngit (p a lotos kizis). Kadang- kada n g yang terletak pada dinding posterior nasofaring. Pada
pada garis tengah palatum didapatkan benjolan yang anak-anak yang sering mengalami infeksi saluran napas
membesar seperti tumor yang disebut torus palotinus). atas, seringkali terjadi hiperplosi adenoid sehingga koana
Perhatikan juga lengkungan palatum durum, apakah simetris serta tuba Eustachius tertutup dan pasien bernapas melalui
atau tidak. Kelumpuhon polatum mole seringkali merupakan mulut. Pasien hiperplasi adenoid akan menunjukkan muka
gejala sisa dari difteri. Palatum dengan lengkung tinggi yang khas (fosies odenoid) yang ditandai oleh hidung
didapatkan pada pasien sindrom Ehlers-Donlos, Morfon, yang kecil, gigi seri prominen, ,?rkus faring menonjol,
Ru be nstein -Toybi dan Trec h e r-Collins. sehingga memberi kesan lampak seperti orang bodoh.
Tonsil palatina yang biasa disebut tonsil saja terletak di
Bau pernapasan (Halitosis, foetor ex ore). Bau napas dalam /osa tonsilyang dibatasi oleh arfius faring anterior
oseton ditemukan pada pasien ketoasidosis diabetik atau
dan posterior. Permukaan tonsil biasanya mempunyai
pasien kelaparan (storvation). Pada pasien uremia, napas
banyak celah yang disebut kriptus. Perhatikan ukuran
akan berbau amoniak. Pasien dengan abses paru-paru tonsil. Bila fosa tonsil kosong, disebut To; tonsil yang
atau higiene mulut yang buruk akan memberikan bau normal berukuran Tr; bila ukuran tonsil lebih besar dari
napas yang busuk lgongren). Pasien ensefalopati hepatik fosa tonsil, maka disebut Tr; dan bila ukuran tonsil sangat
akan menunjukkan bau napas yang apek yang disebut besar hampir mencapai uvula, disebut Tr.
fetor hepotikum. Bau napas alkohol akan didapatkan Kemudian periksalah laring. Batas atas laring
pada pasien alkotrolisme. Anak-anak yang menderita adalah epiglotis. Untuk memeriksa laring, pegang lidah
PEMERIKSAAN HSIS UMUM DAN KUUT r45

hati-hati dengan menggunakan kasa, kemudian tarik Kelenjar getah bening leher. Hampir semua bentuk
keluar perlahan-lahan, kemudian tempatkan cermin radang dan keganasan kepala dan leher akan melibatkan
yang sebelumnya telah dipanaskan sedikit, menghadap kelenjar getah bening leher. Bila ditemukan pembesaran
ke bawah, di palatum mole, di depan uvula, gerakkan kelenjar getak bening di leher, perhatikan ukurannya;
cermin hati-hati untuk melihat pita suara. Suruh pasien apakah nyeri atau tidak; bagaimana konsistensinya, apakah
mengucapkan huruf "EEE", perhatikan gerak pita suara lunak, kenyal atau keras; apakah melekat pada dasar atau
apakah simetris atau tidak. pada kulit. Menurut Sloan Kattering Memoriol Concer
infeksi pada rongga mulut maupun saluran napas atas Center Clossification, kelenjar getah bening leher dibagi
seringkali menyebabkan komplkasi obses leher dalom,yang atas 5 daerah penyebaran, yaitu :

terdiri dari obses peritonsil (Quinfl, abses retroforing, obses I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan
paroforing, obses submondibulo dan ongino Ludovici. submandibula,
Abses peritonsil (Quinsy), merupakan komplikasi [. Kelenjar yang terletak di 7/ ratas dan termasuk kelenjar
tonsilitis akut, ditandai oleh demam yang tinggi, odinofogio getah bening jugularis superiol kelenjar digastrik dan
(nyeri menel an), otolgio (nyeri telinga) pada sisi yang kelenjar servikal posteriori
sama, fetor ex ore (mulut berbau), muntoh, rinololio (suara il. Kelenjar getah bening jugularis di antara bifurkasio
sengau), hipersolivosi (banyak meludah) dan frismus (sukar karotis dan persilangan m. Omohioid dengan m.
rnembuka mulut). Pada pemeriksaan akan tampak tonsil Sternokleidomastoideus dan batas posterior m.
membengkak dan uvula terdorong ke sisi yang sehat. Sternokleidomasteoideus,
Ab ses retrofa rin g, bany ak d ida patka n pada anak-a nak IV. Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior
di bawah 5 tahun. dan supraklavikula,
Abses submandibulo, ditandai oleh nyeri leher dan V. Kelenjar getah bening yang berada di segitiga
pembengkakan di bawah mandibula yang berfluktuasi posterior servikal.
bila ditekan.
Angino Ludovici merupakan infeksi ruang submandibula Kelenjar tiroid. Tiroid diperiksa dengan cara inspeksi
yang ditandai oleh pembengkakan submandibula tanpa dan palpasi. Palpasi tiroid dilakukan dari belakang
pembentukan abses, sehingga teraba keras. pasien, kemudian pasien disuruh menelan, bila yang
teraba tiroid, maka benjolan tersebut akan ikut bergerak
sesuai dengan gerak menelan.Pembesaran tiroid disebut
TEHER strumo. Perhatikan ukuran tiroid, konsistensinya, apakah
noduler atau difus, adanya nyeri tekan. Kemudian lakukan
Bentuk Leher auskultasi, bila terdengan bising (bruit), menunjukkan
Leher yang panjang terdapat pada orang-orang dengan struma tersebut banyak vaskularisasinya. Struma yang
bentuk badan ektomorf, kahektis, atau pasien tuberkulosis noduler disebut strumo nodoso;. sedangkan struma
paru yang lama. Leher yang pendek dan gemuk terdapat yang difus disebut strumo difusa. Berdasarkan fungsi
pada orang dengan bentuk badan endomorf, obesitas, tiroidnya, maka struma dengan gambaran tirotoksikosiS
sindrom Cushing, miksedema, kretinisme. Leher bersayap disebut strumo toksik; sedang struma yang tidak disertai
(webed neck) terdapat pada pasien sindrom Turner. tirotoksikosis, disebut strumo non-toksik. Pada waktu
melakukan auskultasi, dengarkan juga bising napas akibat
Otot-otot leher. Dengan menyuruh pasien menengok ke
sumbatan laring/trakea yang disebut stridor. Selain itu,
kiri dan ke kanan, kita dapat memeriksa m. Sternokleido- lakukan juga perkusi sternum atas, bila terdengar suara
mastoideus. Bila pasien tidak dapat menengok, mungkin
terdapat kelumpuhan otot ini.
Otot lain yang juga harus diperiksa adalah m.
Trapezius. Perhatikan keadaan otot ini dalam keadaan
istirahat, perhatikan posisi bahu, apakah sama tinggi. Bila
terdapat kelumpuhan m. Trapezius, maka bahu sisi yang
lumpuh akan lebih rendah daripada bahu sisi yang sehat.
Kemudian letakkan kedua tangan kita masing-masing
pada bahu kiri dan kanan pasien; suruh pasien mengangkat
bahunya dan kita tahan dengan tangan; bandingkan
kekuatan otot itu kiri dan kanan.
Kontraksi otot leher yang berlebihan, akan
mengakibatkan kepala dan leher berdeviasi dan berputar;
keadaan ini disbbut tortikolis.
146 IIMU DIAGNOSTK FISIS

redup mungkin didapatkan struma retrosternol. Kemudian PAYUDARA


suruh pasien mengangkat tangan ke atas kepala setinggi
mungkin, bila timbul kemerahan atau sianosis pada muka, Payudara adalah organ khas hewan kelas Mammalia,
menujukkan adanya sumbatan akibat struma retrosternal, termasuk manusia. Bentuk payudara pada perempuan
keadaan ini disebut tonda Penberfon. Kadang-kadang seperti kuncup terletak pada hemitoraks kanan dan kiri
di atas atau di bawah pertengahan korpus hioid terlihat mulai dari iga II-III di superior sampai iga VI-MII di inferior;
benjolan di garis tengah yang ikut bergerak pada waktu dan dari tepi sternum di medial sampai garis aksilaris
proses menelan; benjolan ini merupakan sisa saluran turun anterior di lateral. Walaupun demikian, jaringan payudara
tiroid dari pangkal lidah yang disebut kisfo atau sinus dapat mencapai klavikula di superior dan m. Latisimus
duktus tiroglosus. dorsi di lateral. Adakalanya kelenjar payudara sampai ke
ketiak dan berhubungan dengan payudara unilateral dan
Tekanan vena jugularis. Tekanan venajugularis diperiksa
disebut mommo oberons. Adakalanya terbentuk payudara
pada posisi pasien berbaring telentang dengan kepala
tambahan ditempat lain, dapat lengkap, dapat pula hanya
rpembentuk sudut 30o dengan bidang datar. Aturlah posisi
areola dan puting, dan selalu tumbuh pada goris susu
kepala sedemikian rupa sehingga aliran vena jugularis
embrionikyang berjalan dari aksila ke lipat paha unilateral.
tampak jelas. Tekanlah bagian distal vena jugularis (di
Parenkim payudara dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus
bawah mandibula), tandai batas bagian vena yang kolaps.
yang masing-masing mempunyai saluran tersendiri yang
Kemudian buat bidang datar melalui angulus Ludovici, ukur
bermuara di puting susu. Tiap lobus terdiri dari lobulus-
jarak antara bidang tersebut dengan batas bagian vena
lobulus yang masing-masing terdiri dari L0-100 kelompok
yang kolaps. Bila jaraknya 2 cm, maka hal ini menunjukkan
asini. Payudara dibungkus oleh fasia pektoralis superfisialis
tekanan v€na jugularis adalah 5-2 cm HrO yang merupakan
dan permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh
ukuran normal tekanan vena jugularis. Bidang dataryang
ligomentum Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
dibuat melalui angulus Ludovici, merupakan bidang yang
berjarak 5 cm di atas atrium kanan dan dianggap titik 5 + Pemeriksaan payudara. Perneriksaan payudara harus
0 cmHrO. Pada pasien gagaljantung atau efusi perikardial, dilakukan secara baik dan halus, tidak boleh keras
maka tekanan vena jugularis akan meningkat di atas 5 dan kasar, apalagi bila ada dugaan keganasan karena
-2 cmHrO. kemungkinan akan menyebabkan penyebaran.
Arteri karotis. Denyut nadi karotis menunjukkan Inspeksi. Pasien duduk di muka pemeriksa dengan posisi
gambaran denyut jantung yang lebih baik dibandingkan sama tinggi dengan pemeriksa. Pertama kali posisi tangan
denyut arteri brakialis. Denyut arteri karotis kanan dapat pasien bebas di samping tubuhnya, kemudian tangan
diraba dengan menggunakan ibu jari tangan kiri yang pasien diangkat ke atas kepala flEn terakhir tangan pasien
diletakkan di samping laring dekat m. Sternokleido- pada posisi di pinggang. Perhatikan simetri payudara kiri
mastoideus. Selain itu juga dapat diraba dari belakang dan kanan, kelainan puting susu, letak dan bentuk puting
dengan menggunakan empatjari pemeriksa pada tempat
susu, adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda-
yang sama. Pada stenosis aorta, denyut arteri karotis akan
tanda radang, edem kulit sehingga memberi'gamlaran
teraba lebih lemah daripada keadaan normal; sedangkan
seperti kulit jeruk (peau dbronges) yang berhubungan
pada insufisiensi aorta, denyut arteri karotis akan teraba
dengan adanya kanker payudara.
kuat dan keras.
Palpasi. Dilakukan pada posisi pasien berbaring dan
Trakea. Perhatikan letak trakea, apakah di tengah atau
diusahakan agar payudara jatuh merata di atas bidang
bergeser atau tertarik ke samping. Untuk melakukan
dada, bila perlu bahu atau punggung dapat diganjal
palpasi trakea, letakkan jari tengah tangan pemeriksa
dengan bantal kecil. Palpasi dilakukan dengan falang
pad a supras te r nq l,.'n,otc h, ke m u d,i an- seca ra, hati.-h ati
distal dan falang tengah jari II, H dan IV pemeriksa dan
geserjari tersebut ke atas dan agak ke belakang sampai
dilakukan secara sistematis mulai dari iga II sampai ke
trakea,rteraba. Bila trakea bergeser ke salah satU Sisi,
inferior di iga M atau secara sentrifugal dari tepi ke sentral.
maka ruang di sisi kontralateral trakea akan lebih
Jangan lupa memeriksa puting susu dengan memegang
luas dibandingkan dengan ruang yang searah dengan
puting susu di antara ibu jari dan jari telunjuk pemeriksa,
pergeseran trakea. Lakukan pemeriksaan ini secara
perhatikan adakah cairan yang keluar dari puting susu
1',l.1;:frati, karena tidak menyenangkan bagi pasien.
(nipple dischorge). Dalam keadaan normal cairan dapat
Pada oneurist.no oorto, akan tampak adanya tracheol
keluar dari puting susu pada perempuan pada masa
tug, yaila tarikan-tarikan yang teraba sesuai dengan
laktasi, perempuan hamil atau perempuan yang lama
sistole'jantung dengan sedikit dorongan keatas pada
menggunakan pil kontrasepsi. Bila cairan yang keluar
os krikoid; tampak jelas pada posisi duduk atau berdiri
dari puting susu berdarah, harus dicurigai kemungkinan
dengan sedikit menengadah.
ada nya p a pilo m a int ro d u kto I alau p a p iloko rs in o m o.
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 147

\ Ekor payudara
,''""':)"""'7
t^t^ *^7fl f'u^"'^"
Dalam atas

i"-"t$Luarbawah
I
CI
Gambar 8. Segmen payudara 11. Palpasi payudara

Pembukaan duktus
Otot puting susu
pektoralis mayor

Jaringan lemak

Puting susu
Poripori
puting susu
Ligamentum
suspensorium
cooper

Gambar 9. Struktur payudara

Gambar 12. Palpasi puting susu


l-/-
Pemeriksaan massa pada payudara. Bila ditemukan
massa pada payudara, perhatikan letaknya, ukurannya,
bentuknya, konsistensinya adakah nyeri tekan atau tidak,
apakah bebas atau terfiksir baik pada kulit maupun pada
i\ dasar, dan yang sangat penting adalah pembesaran
kelenjar getah bening regional. Untuk menemukan adanya
o kanker payudara secara dini, Haagenson mengemukakan
bahwa ada 5 kelompok perempuan yang memiliki
risiko tinggi yang harus diperiksa secara rutin, yaitu:
1).Perempuan yang memiliki anggota keluarga menderita
kanker payudara; 2).Perempuan yang menderita kista
di kedua payudaranya; 3). Perempuan yang menderita
Gambar 10. Garis susu kanker payudara pada L sisi; 4). Perempuan yang
menderita perubahan-perubahan lobuler pada kedua
payudaranya; S).Perempuan yang mempunyai banyak
papiloma di kedua payudaranya.

sentral dalam
Kelenjar getah bening regional. Ada 3 kelompok
po$terior. '. kelenjar getah bening regional yang berhubungan dengan
Nodus anterior .. , .
payudara, yaitu kelenjar getah bening aksila, kelenjar
getah bening prepektoral dan kelenjar getah bening
Nodus mamaria inte!md,,:
mamaria interna. Kelenjar getah bening aksila, terdiri dari
6 kelompok, yaitu : 1). Kelenjar getah bening mamaria
eksterna, yang terletak pada tepi lateral m. pektoralis
Gambar 11. Kelenjar getah bening aksila mayor sepanjang tepi medial aksila. Kelompok kelenjar
148 ILMU. DIAGNOSTIK FISIS

ini dibagi 2, yaitu kelompok superior, yang terletak PUNGGUNG DAN PINGGANG
setinggi inte*ostal II-tlI; dan kelompok inferior, yang
terletak setinggi intdrkostal IV V dan VI; 2). Kelenjar getah Pemeriksaan punggung dan pinggang harus dilakukan
bening skapula, terletak sepanjang vena subskapularis bila ditemukan adanya nyeri radikuler; deformitas tengkuk,
dan torakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris punggung dan pinggang, nyeri di sekitar vertebra,
menjadi v subskapularis, sampai ke tempat masuknya v. gangguan miksi dan defekasi, serta kelemahan lengan
torakodorsalis ke dalam m. latisimus dorsi; 3). Kelenjar dan tungkai.
getah bening sentral, terletak di dalam jaringan lemak Pemeriksaan punggung dan pinggang terdiri dari
di pusat aksila, merupakan kelenjar yang terbanyak dan inspeksi, palpasi, gerakan dan refleks-refleks ekstremitas.
terbesar ukurannya dan paling mudah dipalpasi;4). Kelenjar Pada inspeksi, perhatikan sikap pasien, cara berjalan, posisi
getah bening interpektoral (Rotter's nodes), terletak di bahu, punggung, pinggang, lipatan gluteal dan lengkung
antara m. pektoralis mayor dan minori sepanjang rami vertebra. Pada palpasi, rabalah otot-otot paraspinal,
pektoralis v.torakoakromialis; 5). Kelenjar getah bening prosesus spinosus, sudut ileo-lumbal, sendi sakro-iliakal
v..aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral dan cekungan pangkal paha. Pada pasien dengan dugaan
mulai dari tendon m,latisimus dorsi ke arah medial sampai peradangan ginjal, dapat dilakukan pukulan yang hati-hati
percabangan v- aksilaris menjadi v. torakoakromialis; 6). di sudut kostovertebral, bila pasien merasa nyeri (nyeri
Kelenjar getah bening subklavikula; terletak sepanjang v. ketok ko stove rte b ro l) men u nj u kka n ada nya perada n g a n
aksilaris, mulai dari sedikit medial percabangan v. aksilaris ginjal. Kemudian lakukan gerak aktif dan pasif tulang
menjadi v. torakoakromialis sampai v aksilaris menghilang belakang yang meliputi fleksi ke anterio[ ekstensi dan
di bawah tendon m. subklavius. laterofleksi. Pada pasien Ankilosing spondilitis, akan
didapatkan kekakuan tulang belakang yang dapat
Kelenjor getoh beni'ng prepektorol, merupakan kelenjar
dinilai dengan melakukan tes Schober, yaitu dengan cara
tunggalyang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan
menentukan 2 titik yang berjarak 10 cm pada pinggang
payudara, di atas fasia pektoralis pada payudara kuadran
pasien di garis tengah (di atas vertebra lumbal), kemudian
lateral. Kelenjor getoh bening mamoria lnterno, tersebar
pasien disuruh membungkuk semaksimal mungkin, dalam
di sepanjang trunkus limfatikus mamaria interna, kira- keadaan normal kedua titik tersebut akan menjauh 5 cm
kira 3 cm dari tepi sternum, di dalam lemak di atas fasia
sehingga jaraknya menjadi 15 cm. Bila terdapat kekakuan
endotorasika pada sela iga.
tulang belakang, maka pasien tidak dapat membungkuk
Pemeriksaan kelenjar getah bening aksila. Dilakukan secara maksimal dan jarak kedua titik tersebut tidak akan
pada posisi pasien duduk, karena pada posisi ini fosa mencapai perpanjangan 5 cm; dikatakan tes Schober
aksildris menghadap ke bawah sehingga mudah diperiksa positif.
dan akan lebih banyak kelenjar yang dapat dicapai. Lengan Sendi sakroiliakaljuga harG diperiksa, karena pada
pasien pada sisi aksila yang akan diperiksa diletakkan pada ankilosing spondilitis sering disertai adanya sokroiliitis.
lengan pemeriksa sisi yang sama, kemudian pemeriksa Pemeriksaan sendi ini adalah dengan cara menekan
melakukan palpasi aksila tersebut dengan tangan kedua sisi pelvis ke bawah dalam posisi pasien berbaring
kontralateral. Pada posisi iniyang dipalpasi adalah kelenjar telentang, bila timbul nyeri di bokong menunjukkan
getah bening mamaria eksterna di bagian anterior dan adanya sakroiliitis.
di tepi bawah m. pektoralis mayo[ kelenjar getah bening Selanjutnya, untuk mempelajari pemeriksaan tulang
subskapularis di posterior aksila, kelenjar getah bening belakang secara rinci, silahkan membaca bab pemeriksaan
sentral di pusat aksila, dan kelenjar getah bening apikal reumatologi.
di ujung atas fossa aksilaris. Pada palpasi dinilai jumlah
kelenja4 ukuran, konsistensi, terfiksir atau tidak, adakah Beberapa Kelainan Tulang Belakang
nyeri tekan atau tidak. Selain kelenjar getah bening aksila, Tortikolis, yaitu kepala dan leher berdeviasi dan berputar
juga harus diperiksa kelenjar getah bening supra dan ke satu sisi secara menetap,
infraklavikula.
Kaku kuduk yaitu leher kaku, tidak dapat ditekuk ke
Ginekomastia. Ginekomastia adalah pembesaran depan, ke belakang maupun ke samping, didapatkan
payudara pada laki-laki, biasanya berhubungan dengan pada pasien dengan perangsangan meningeal, misalnya
hipogonadisme, sirosis hati, obat-obatan (spironolakton, meningitis, perdarahan subaraknoid,
digoksin, estrogen), tirotoksikosis, keganasan (bronkogenik,
adrenal, testis). Pada palpasi, ginekomastia teraba Kifosis, yaitu lengkung tulang belakang ke arah belakang;
sebagai massa jaringan di bawah puting dan areola lordosis, yaitu lengkung tulang belakang ke arah depan;
payudara. dan skoliosis, yaitu lengkung tulang belakang ke arah
samping,
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 149

Gibbus, yaitu penonjolan tulang belakang karena korpus (m em besa r), atau h ip otrofi/ofrofi (me n geci l). Tonus otot
vertebra hancur, didapatkan pada pasien spondiLitis juga harus diperiksa secara pasif, yaitu dengan cara
tuberkulosis. Bila penonjolan tersebut runcing disebut mengangkat lengan atau tungkai pasien, kemudian
gibbus anguloris, sedangkan bila tidak bersudut disebut dijatuhkan. Pada keadaan hipotonus, anggota gerak tadi
gibbus orkuatus. akan jatuh dengan cepat sekali, seolah tanpa tahanan.
Tonus otot yang tinggi disebut hipertonus (spastisitos).
Opistotonus, yaitu kontraksi otot-otot erektor trunci
Spastisitas dapat diperiksa dengan cara memfleksikan
sehingga vertebra mengalami hiperlordosis (melekuk ke
atau mengekstensikan lengan atau tungkai, akan terasa
depan); keadaan ini didapatkan pada pasien tetanus,
suatu tahanan yang bila dilawan terus akan menghilang
Spina bifida, yaitu kelainan kongenital yang mengakibatkan dan disebut fenomena pisau lipat. Selain spastisitas, juga
arkus vertebra tidak terbentuk. Bila disertai penonjolan terdapat rigiditos dimana pada pemeriksaan seperti
lunak (berisi meningen dan likuor serebrospinal), maka spastisitas akan terasa tersendat-sendat dan disebut
disebut spina bifido sistiko, sedangkan bila tidak disertai fenomena roda bergerigi.
penonjolan disebut spina bifido okulta. Pemeriksaan otot yang lain adalah pemeriksaan
kekuatan otot. Ada 5 tingkatan kekuatan otot, yaitu :
Derajat 5 : kekuatan normal, dapat melawan tahanan
yang diberikan pemeriksa berulang-ulang,
Derajat 4 masih dapat melawan tahanan yang ringan,
Derajat 3 hanya dapat melawan gaya berat,
Derajat 2 otot hanya dapat digerakkan bila tidak ada gaya
berat,
Derajat L kontraksi minimal, hanya dapat dirasakan
dengan palpasi,tidak menimbulkan gerakan,
Derajat 0 tidak ada kontraksi sama sekali

Sendi
Semua sendi pada ekstremitas harus diperiksa secara
inspeksi, palpasi dan lingkup geraknya, termasuk sendi
bahu, siku, pergelangan tangan, metakarpofalangeal,
interfalang proksimal, interfalang distal, panggul, lutut,
pergelangan kaki, metatarsg falangeal. Untuk mempelajari
pemeriksaan sendi secara rinci, silahkan membaca Bab
Gambar 14. Deformitas tulang belakang
Pemeriksaan Reumatologi.

Cara berdiri. Perhatikan cara berdiri pasien secard


keseluruhan, adakah kelainan bentuk badan, asimetri atau
deformitas. Pada posisi berdiri juga dapat dilakukan tes
keseimbangan, yaitu tes Romberg, dengan cara pasien
disuruh berdiri dengan kedua kaki rapat, kemudian disuruh
menutup mata; bila pasien jatuh, maka dikatakan fes
Romberg positif.

Cara berjalan. Pasien disuruh berjalan pada garis lurus,


mula-mula dengan mata terbuka. kemudian dengan mata
tertutup.
Longkoh oyam,yaitu berjalan dengan mengangkat kaki
setinggi mungkin supaya jari-jari kakiyang masih tertinggal
menyentuh tanah dapat terangkat, kemudian pada waktu kaki
d'rjatuhkan ke tanah, jari-jari kaki akan lebih dulu menyentuh
tanah; kelainan ini terdapat pada pasien polineuritis.
EKSTREMITAS Langkoh mobuk, yaitu pasien berjalan dengan kedua
kakiyang terpisah jauh (wide based gaif), dan bila disuruh
Otot berjalan lurus, pasien akan terhuyung jatuh ke satu sisi;
Perhatikan bentuk otot, apakah eutrofi (normal), hipertrofi keadaan ini terdapat pada pasien otoksio serebelor.
ILMU DIAGNOSrIK FISIS
150

Longkoh menggeser, yaitu pasien berjalan dengan


langkah pendek dan kaki menyeret tanah, hampir-hampir
tak pernah terangkat; bila langkah makin cepat dan
pendek, pasien cenderung terjatuh ke depan (propulsion)
atau ke belakang (retropulsion); keadaan ini terdapat pada
pasien Porkinsonisme.
Longkah spostik, yaitu pasien berjalan dengan cara
melempar tungkainya keluar sehingga membentuk
setengah lingkaran dan jari tetap menyentuh tanah
dengan lengan serta tangan dan jari-jari ipsilateral dalam
keadaan fleksi; keadaan ini terdapat pada pasien porolisis
spastik, biasanya akibat strok
- Berjalan dengan mengangkat pinggul, terdapat pada Gambar X6. Tes jari-hidung-jari
pasien poliomielitis.

Gerakan spontan abnormal. Tremor, yaitu gerak


involunter bolak-balik pada anggota tubuh, sehingga
tampak seperti gemetar. Pada pasien Parkinsonisme,
tremor ini kasar sehingga ibu jari bergerak-gerak seperti
gerakan menghitung uang. Biasanya tremor tampak waktu
istirahat dan hilang waktu bekerja.
Atetosis, yaitu gerakan involunter pada otot lurik yang
terjadi pada bagian distal dan terjadi secara perlahan-
lahan.
Khoreo, yaitu gerakan involunter yang tidak teratur,
tanpa tujuan, asimetrik, sekonyong-konyong, cepat dan
sebentar.
Bolismus, yaitu gerakan involunteryang sangat kasari
sebentaL berulang-ulang, dan kuat sehingga anggota Gambar 17. Tes tumit-lutut
tu bu h seakan-akan berputar-putar tidak teratu r.
Spasme, yaitu ketegangan otot yang menyebabkan
pergerakan yang terbatas. duduk, lengan bawah pronasi rilEks di atas paha, kemudian
ibu jari pemeriksa menekan tendon biseps di atas fosa
Tes koordinasi gerak. Tes iari-hidung-iari, yaitu pasien
kubiti dan diketok, bila positif akan timbul fleksi lengan
dengan lengan dan tangan ekstensi penuh, kemudian bawah.
diminta minunjuk hidungnya sendiri dan jari pemeriksa Refteks brakiorodiolis, pasien dalam posisi sama
secara bergantian; kemudian pemeriksa memindahkankan dengan di atas, lengan bawah pada posisi di antara
posisi jarinya ke berbagai tempat dan pasien diminta pronasi dan supinasi, kemudian ujung distal radius, 5 cm
melakukan gerakan menunjuk jari-hidung-jari berulang- proksimal pergelangan tangan diketok sambil mengamati
ulang dengan cepat, dan merasakan adanya kontraksi yang mengakibatkan
Tes jori hidung, yaitu pasien pada posisi lengan dan fleksi dan supinasi lengan bawah'
tangan ekstensi diminta menunjuk hidungnya berulang- yang sama dengan
Refteks triseps, pasien pada posisi
ulang, mula-mula lambat kemudian makin cepat. di atas, kemudian dilakukan ketokan pada tendon triseps
Tes pronosi-supinosi, yaitu pasien dalam posisi duduk, dari belakang, 5 cm di atas siku, amati adanya kontraksi
diminta meletakkan tangannya pada posisi pronasi di triseps.
bagian distal pahanya; kemudian disuruh melakukan Refleks tutut (refteks potelo; Kniepessreflex, KPR) pasien
gerakan supinasi dan pronasi berulang-ulang dengan dalam posisi duduk, tungkai'bawah tergantung, atau
cepat. pasien pada posisi tidur dengan posisi tungkai bawah
Tes tumit-lutut, yaitu pasien dalam posisi berbaring rileks rileks difleksikan; kemudian dilakukan ketokan pada
diminta meletakkan tumit kanan di lutut kiri, kemudian tendon patela, bila positif akan tampak ekstensi tungkai
disuruh menggeser tumit kanannya sepanjang tibia kiri ke bawah atau kontraksi kuadriseps femoris.
arah dorsum pedis kiri berulang-ulang bergantian untuk Refleks Achites (Achillespeesreflex), pasien dalam
kedua tungkai. posisi duduk dengan kaki dorsifleksi maksimal secara
Refleks fisiologis. Refleks biseps, pasien dalam posisi pasif, kemudian dilakukan ketokan pada lendon Achiles,
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 151

bila positif akan tampak kontraksi m. gastroknemius dan Sensibilitas


gerakan plantarfleksi. Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui
Refleks kremaster, dilakukan pada posisi pasien reseptor sensorik, yaitu : L). Reseptor eksteroseptif, yang
telentang dengan paha sedikit abduksi, kemudian merespons rangsang visual, pendengaran dan taktil;
permukaan dalam paha di gores dengan benda tajam, 2). Reseptor proprioseptil yang menerima informasi
bila posistif akan tarnpak kontraksi m. kremaster dan mengenai posisi bagian tubuh atau tubuh di dalam
penarikan testis ke atas. ruangan; 3). Reseptor interoseptif, mendeteksi kejadian
di dalam tubuh.
Refleks patologis. Refleks Bobinsky, dilakukan dengan
Pemeriksaan sensibilitas merupakan pemeriksaan yang
cara menggoreskan telapak kaki dengan benda runcing
tidak mudah dan sangat subyektif, bahkan kadang-kadang
mulai dari tumit menuju ke pangkal ibu jari kaki, bila
pasien meng-iya-kan apa yang disugestikan dokternya.
positif akan terjadi dorsofleksi kaki dengan pemekaran
Pada pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif, diperiksa
jari-jari kaki.
rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu. Untuk memeriksa
Refleks Choddock, bila bagian bawah maleolus lateralis
rasa raba, digunakan sepotong kapas atau kain dengan
digoreskan kearah depan, akan timbul tanda Babinsky.
ujung sekecil mungkin yang diusapkan pada seluruh tubuh
Refleks Oppenheim, tanda Babinsky akan ditimbulkan
pasien. Rasa nyeri, diperiksa dengan cara menusukkan
dengan cara mengurut permukan kulit di atas tibia dari
jarum pada permukaan tubuh pasien. Pemeriksaan rasa
lutut ke bawah.
suhu dilakukan dengan memeriksa roso ponos dan rosa
Refleks Gordon, tanda Babinsky ditimbulkan dengan
dingin, yaitu dengan menggunakan tabung reaksi yang
cara menekan m. gastroknemius.
diisi air panas atau air dingin dan diusapkan ke seluruh
Refleks Schaeffe4 tanda Babinsky ditimbulkan dengan
tubuh pasien.
cara memijit tendon Achiles.
Pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap dilakukan
Refleks Rossolimo, yaitu bila bagian basis telapak
dengan menggerak-gerakkan jari pasien secara pasif dan
jari-lari kaki diketok, maka bila positif akan timbul fleksi
menanyakan apakah pasien merasakan gerakan tersebut
jari-jari kaki.
dan kemana arahnya.
Refleks Mendel-Bechterew, sama dengan refleks
Pemeriksaan rasa getar dilakukan dengan cara
Rossolimo, tapi ditimbulkan dengan cara mengetok bagian
menempelkan garpu tala yang telah digetarkan pada
dorsal basis jari-jari kaki.
ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial, tibia, spina
Refleks Hoffmann-Tromnenbila kuku jari telunjuk atau
iliaka anterior superior (SIAS), sakrum, prosesus spinosus
jari tengah dipetik, maka bila positif akan terlihat gerakan
vertebra, sternum. klavikula, prosesus stiloideus radius
mencengkeram.
dan ulna serta jari-jari tang_an.
Refleks [en, pergelangan tangan difleksikan maksimal,
Pemeriksaan rasa tekan (rasa raba kasar), dilakukan
dalam keadaan normal siku akan fleksi, tetapi bila refleks
dengan cara menekan tendon atau kulit denganjari atau
ini positif, maka fleksi siku tidak akan terjadi.
benda tumpul. Tekanan tidak boleh terlalu kuat, karena
Refleks Moyer, seperli refleks Leri, tetapi ditimbulkan
akan menimbulkan nyeri.
dengan cara melakukan hiperhiperfleksi maksimal sendi
Pemeriksaan rasa nyeri dalam, dilakukan dengan cara
metakarpofalangeal jari tengah.
menekan otot atau tendon dengan keras, atau menekan
Klonus, diperiksa dalam posisi tungkai pasien rileks,
bola mata atau menekan testis.
kemudian pemeriksa menyentak kaki ke arah dorsofleksi tiba-
tiba, bila positif akan timbul gerakan plantarfleksi kaki tersebut
Nyeri
berulang-ulang. Selain itu dapat juga dilakukan dengan
Nyeri adalah rasa dan pengalaman emosional yang tidak
mendorong patela secara tiba-tiba ke bawah, bila positif akan
nyaman yang berhubungan atau potensial berhubungan
timbul gerakan patela ke atas yang berulang-ulang.
dengan kerusakan jaringan seperti kerusakan jaringan.
Nyeri merupakan sensasi dan reaksi terhadap sensasi
tersebut. Nyeri dapat mengakibatkan impoirment
dan disabilitas. lmpoirmenf adalah abnormalitas atau
hilang-nya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik
maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil
dari impoirment, yaitu keterbatasan atau gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal.
Persepsi yang diakibatkan oleh rangsangan yang
potensial dapat menyebabkan kerusakan jaringan
Gambar 18. Tes rasa getar Gambar 19. Tes rasa nyeri disebut nosisepsi, yang merupakan tahap awal proses
t52 ILMU DI,AGNOSTIK FISIS

timbulnya nyeri. Reseptor yang dapat membedakan atau radiks 51, disebut Skiotiko. Neuralgia yang tersering
rangsang noksius dan non-noksius disebut nosiseptor. adalah neuralgia trigeminal.
Pada manusia, nosiseptor merupakan terminal yang
Nyeri tabetik, yaitu salah satu bentuk nyeri neuropatik
tidak terdiferensiasi serabut a-delta dan serabut c.
yang timbul sebagai komplikasi dari sifilis.
Serabut a-delta merupakan serabut saraf yang dilapisi
oleh mielin yang tipis dan berperan menerima rangsang Nyeri sentral, yaitu nyeri yang diduga berasal dari otak
mekanik dengan intensitas menyakitkan, dan disebutjuga atau medula spinalis, misalnya pada pasien stroke atau
high-threshold mechonoreceptors. Sedangkan serabut c pasca trauma spinal. Nyeri terasa seperti terbakar dan
merupakan serabut yang tidak dilapisi mielin. lokasinya sulit dideskripsikan.
Intensitas rangsang terendah yang menimbulkan
Nyeri pindah (referred poin) adalah nyeri yang dirasakan
persepsi nyeri, disebut ornbong nyeri. Ambang nyeri biasanya
di tempat lain, bukan di tempat kerusakan jaringan yang
bersifat tetap, misalnya rangsang panas lebih dari 50oC akan
menyebabkan nyeri. Misalnya nyeri pada infark miokard
menyebabkan nyeri. Berbeda dengan amba ng nyeri, toleransi
yang dirasakan di bahu kiri atau nyeri akibat kolesistitis
nyeri adalah tingkat nyeri tertinggi yang dapat diterima
yang dirasakan di bahu kanan.
oleh seseorang. Toleransi nyeri berbeda-beda antara satu
individu dengan individu lain dan dapat dipengjaruhi oleh Nyeri fantom yaitu nyeri yang dirasakan pada bagian
pengobatan. Dalam praktek sehari-hari, toleransi nyeri tubuh yang baru diamputasi; pasien merasakan seolah-
lebih penting dibandingkan dengan ambang nyeri. olah bagian yang diamputasi itu masih ada.

Alodinia adalah nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat Substansi algogenik adalah substansi yang dilepaskan
rangsang non-noksius yang pada orang normal, tidak oleh jaringan yang rusak atau dapat juga diinjeksi
menimbulkan nyeri. Nyeri ini biasanya didapatkan pada subkutaneus dari luar, yang dapat mengaktifkan
pasien dengan berbagai nyeri neuropatik, misalnya nosiseptor, misalnya histamin, serotonin. bradikinin,
neuralgia pasca herpetik, sindrom nyeri regional kronik substansi-f K*, Prostaglandin. Serotonin, histamin, K*,
dan neuropati perifer lainnya. H*, dan prostaglandin terdapbt dijaringan; kinin berada
di plasma; substansi-P berada di terminal saraf aferen
Disestesi adalah adalah parestesi yang nyeri. Keadaan ini
primer; histamin berada di dalam granul-granul sel mast,
dapat ditemukan pada neuropati perifer alkoholik, atau
basofil dan trombosit
neuropati diabetik di tungkai. Disestesi akibat kompresi
nervus femoralis lateralis akan dirasakan pada sisi lateral Nyeri akut, yaitu nyeri yang timbul segera setelah
tungkai dan disebut neurolgia porestetika. rangsangan dan hilang setelah penyembuhan.

Parestesi adalah rasa seperti tertusukjarum atau titik-titik Nyeri kronilg yaitu nyeri yang rylenetap selama lebih dari 3
yang dapat timbul spontan atau dicetuskan, misalnya bulan walaupun proses penyembuhan sudah selesai.
ketika saraftungkai tertekan. Parestesi tidak selalu disertai
nyeri; bila disertai nyeri maka disebut disestesi Rasa Somestesia Luhur
Rasa Somestesia luhur adalah perasaan yang mempunyai
Hiperpatia adalah nyeriyang berlebihan, yang ditimbul-
sifat diskriminatif dan bersifat tiga dimensi. Termasuk
kan oleh rangsang berulang. Kulit pada area hiperpatia
kelompok ini adalah raso diskriminasi, borognosia,
biasanya tidak sensitif terhadap rangsang yang ringan,
ste re og n os ia, to pog n o s ia, frofe stes io.
tetapi memberikan respons yang berlebihan pada
rangsang multipel. Kadang-kadang, hiperpatia disebut Rasa diskriminasi, adalah kemampuan untuk membedakan
juga disestesi sumosi. 2 titik yang berbeda pada tubuh. Borognosio adalah
kemampuan untuk mengenal berat suatu benda yang
Hipoestesia adalah turunnya sensitivitas terhadap
dipegang dan membedakan berat suatu benda dengan
rangsang nyeri. Area hipoestesia dapat ditimbulkan
benda yang lain. Stereognosia adalah kemempuan
dengan infiltrasi anestesi lokal.
untuk mengenal bentuk benda dengan jalan meraba
Analgesia adalah hilangnya sensasi nyeri pada rangsangan tanpa melihal. Topognosia adalah kemampuan untuk
nyeri yang normal. Secara konsep, analgesia merupakan melokalisasi tempat dengan cara meraba . Grofestesia
kebalikan dari alodinia. adalah kemampuan untuk mengenal huruf atau angka
yang dituliskan pada kulit dengan mata tertutup.
Anestesia doloros4 yaitu nyeri yang timbul di daerah
yang hipoestesi atau daerah yang didesensitisasi.
Kelainan Kuku
Neuralgia yaitu nyeriyang timbul di sepanjang distribusi
ri to b u h (clu b bin g fin g e rs, H ip poc ratic fin g e rs), uj u n g ja ri
Ja
suatu persarafan. Neuralgia yang timbul di saraf skiatika
mengembung termasuk kuku yang berbentuk konveks;
PEMERIKSAAN FISIS UMUM DAN KUUT 153

REFERENSI

Bates B, Bikcley LS, Hoekelman RA. A Guide to Physical


examination and History Taking. 6th ed. Philadelphia: jB
Lippincott ;1.995.p.123-30.
Budimulja U. Morfologi dan cara membuat diagnosis. Dalam :
Djuanda A, Hamzah 1r{, AisahS (editors). Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. 4th ed. ]akarta: Balai Penerbit FKUI:2005.p.34-
42.P.
Delph MH, Manning RT. Major's physical diagnosis. An
Introduction to Clinical Process. 9th ed. Philadelphia: \AIB
Saunders Co;1981.
Djuanda S. Hubungan kelainan kulit dan penyakit sistemik.
Dalam : Djuanda A, Hamzal:. M, Aisah S (editors). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2005.p. 318-26
Gambar 20. Tes rasa diskriminasi EpsteinO, PerkinGD Cookson], de BonoDP. Clinical examination.
3rd ed. Edinbur g, Mosby, 2003.
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3 cet 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2005.p.1t1-54.
terdapat pada penyakit paru kronik, kelainan jantung
Lamsey JSR Bouloux PMG. Clinical examination of the patient.
kongenital. 1st ed. London: Buttorsworsh; 1994.
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Pemeriksaan fisis dan
Koilonikia (spoon noits),kuku tipis dan cembung dengan mental. Cet 7. Jakarta: Balai Penerbit FKLJI;2005.
tepi yang mininggi; terdapat pada gangguan metabolisme Talley N, OrCormor S. Pocket Clinical Examination. 2nd ed. NSW,
besi, sindrom Plummer Vinsen. Elsevier Australia 20M.
Ramli M. Kanker Payudara. Dalam: Reksoprodjo S et aI (eds).
Onikauksig kuku menebal tanpa kelainan bentuk; terdapat Kumpulan kuliah ilmu bedah. jakarta: Bagian Bedah FKUI/
pada akromegali, psoriasis. RSCIvI, Jakarta; 1995.p.342-63.
Soepardiman L. Kelainan rambut. Dalam: Djuanda A,Harl:.zah
Onikogrifosit kuku berubah bentuk, menebal seperti M, Aisah S (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 4th ed.
]akarta: Balai Penerbit FKUI;2005p.301-11.
cakar; biasanya disebabkan pemotongan kuku yang tidak
Soepardiman L. Kelainan kuku. Dalam : Djuanda A" Hamzah M,
teratu r. Aisah S (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 4th ed. Jakarta
:Balai Penerbit FKIII; 2005.p.312-7.
Anonikia, yaitu tidak tumbuhnya kuku, biasanya Supardi EA. Pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorok. Dalam:
berhubungan dengan kelainan kongenital, iktiosis, infeksi Soepardi EAu Iskandar N (eds). Buku ajar ilmu kesehatan
berat dan fenomena Raynaud. telinga, hidung, tenggorok, kepala, leher. 5th ed. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 2004.p.1-8.
Onikoatrofi, yaitu kuku menjadi tipis dan lebih kecil; Supartondo, Sulaiman ,{1'Abdurrachman N, Hadiarto,
Hendarwanto. Perut. Dalam: Sukaton U editor. Petunjuk
biasanya berhubungan dengan kelainan vaskular,
tentang riwayat penyakit dan pemeriksaan jasmani. ]akarta.
epidermolisis bulosa dan liken planus. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Cetakan ke 2.1985.
Wahidilat I, Matondang C, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada
Onikolisis, yaitu terpisahnya kuku dari dasarnya, terutama anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, ]akarta,1989.
bagian distal dan lateral; biasanya berhubungan dengan
infeksijamur; trauma atau zat kimia. Bila disebabkan oleh
infeksi Pseudomonos aeruginosa, maka warna kuku akan
berubah menjadi hijau.
Pakionikia, yaitu penebalan lempeng kuku; biasanya
berhubungan dengan hiperkeratosis dasar kuku.
Kuku psoriasig yaitu kelainan kuku pada pasien psoriasis
yang ditandai oleh warna kuku yang menjadi putih
(leukonikio) dan adanya terowongan dan cekungan
transversal (Beau's line) yang berjalan dari lunula ke arah
distal sesuai dengan pertumbuhan kuku.

Paronikia, yaitu reaksi inflamasi yang meliputi lipatan kulit


di sekitar kuku; biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
atau jamur.

Onikomikosis, yaitu infeksi jamur pada kuku.


20
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU
Cleopas Maftin Rumende

PENDAHULUAN abnormal. Dalam keadaan abnormal penyebab tersering


adalah infeksi virus yang umumnya bersifat akut dan
Walaupun teknologi kedokteran sudah sangat maju, namun setf-limiting. Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret
anamnesisyang baik dan pemeriksaan fisis yang sistematis dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas. Batuk
masih sangat diperlukan dalam mendiagnosis kelainan biasanya merupakan suatu refleks sehingga bersifat
sistem respirasi. Banyak gangguan sistem pernapasan yang involunteri namun dapat juga bersifat volunter. Batuk yang
dapat ditegakkan diagnosisnya berdasarkan anamnesis involunter merupakan gerakan refleks yang dicetuskan
dan pemeriksaan fisik yang baik serta pemeriksaan foto karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik mulai
toraks dan pemeriksaan fungsi ventilasi yang sederhana. dari farings hingga alveoli.
Keluhan yang sering didapatkan pada penyakit paru Bunyi suara batuk dan keadaan-keadaan yang
dan saluran napas antara lain: batuk, banyak dahak, batuk menyertainya dapat membantu dalam menegakkan
darah, sakit dada, sesak napas, napas berbunyi, serta diagnosis. Batuk ringan yang bersifat non-explosive
keluhan umum lainnya seperti demam, keringat malam, disertai dengan suara parau dapat terjadi pada pasien
dan berat badan menurun. dengan kelemahan otot-otot pernapasan, kanker paru
Semua keluhan tersebut dapat juga terjadi walaupun dan aneurisma aorta torakalis,ilang mengenai nervus
tidak ada gangguan pada sistem pernapasan misalnya rekuren laringeus kiri sehingga terjadi paralisis pita suara.
pada infark miokard akut dengan komplikasi edema paru Pasien dengan obstruksi saluran napas yang berat (asma
didapatkan keluhan sakit dada, sesak napas dan napas dan PPOK) sering mengalami batukyang berkepanjangan
berbunyi. Pada diabetes dengan komplikasi ketoasidosis disertai dengan napas berbunyi, dan kadang-kadang
didapatkan adanya sesak napas dan berat badan yang bisa sampai sinkope akibat adanya peningkatan tekanan
menurun. Beberapa penyakit saluran napas (misalnya intratorakal yang menetap sehingga menyebabkan
pneumonia, asma, PPOK dan bronkiektasis) dapat gangguan aliran balik vena dan penurunan curahjantung.
menimbulkan gejala yang hampir sama yaitu batuk, Batuk akibat adanya inflamasi, infeksi dan tumor pada
berdahak dan sesak napas, namun masing-masing keluhan laring umumnya bersifat keras, membentak dan nyeri
tersebut menunjukkan karakterisitik yang berbeda. serta dapat disertai dengan suara parau dan stridor. Batuk
Karena itu tidaklah cukup bila hanya menanyakan ada yang disetai dengan dahakyang banyak namun sulit untuk
atau tidak adanya keluhan, dan setiap keluhan tersebut dikeluarkan umumnya didapatkan pada bronkiektasis.
perlu diuraikan secara rinci mengenai awal mula keluhan, Batuk dengan dahak yang persisten tiap pagi hari pada
lamanya, progresivitas, faktor yang memperberat atau seorang perokok merupakan keluhan khas bronkitis
memperingan serta hubungannya dengan keluhan- kronik. Batuk kering (non-produktif) disertai nyeri dada
keluhan lain. daerah sternum dapat terjadi akibat trakeitis. Batuk pada
malam hari yang menyebabkan gangguan tidur dapat
terjadi akibat asma. Batuk dapat disebabkan oleh adanya
BATUK occult gostro-oesophogeal reflux dan sinusitis kronik yang
disertai dengan posf- nosol drip dan umumnya timbul pada
Batuk bisa merupakan suatu keadaan yang normal atau siang hari. Penggunaan ACE inhibitor untuk pengobatan

ts4
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU r55

hipertensi dan gagal jantung dapat menyebabkan e nzym e ve rd op e roxidose. Pada p n eu m ococco I p n eu m o n io
batuk kering khususnya pada perempuan. Keadaan ini stadium awal dapat dite4ukan sputum yang berwarna
disebabkan karena adanya bradikinin dan substonce-P coklat kemerahan akibat adanya inflamasi parenkim paru
ya n g normal nya d ideg rada si oleh a n g iote n s in - co nve rtin g yang melalui fase hepatisasi merah. Rusty (Blood-stained
enzyme. Batuk yang timbul pada saat dan setelah menelan sputum) menunjukan adanya hemoglobin/sel eritrosit.
cairan menunjukkan adanya gangguan neuromuskular Sputum yang berbusa dengan bercak darah yang difus
orofaring. Paparan dengan debu dan asap di lingkungan dapat terjadi pada edema paru akut (gambar L).
kerja dapat menyebabkan batuk kronik yang berkurang Bau sputum. Sputum yang berbau busuk menunjukkan
selama hari libur dan akhir pekan.

SPUTUM (DAHAK)

Ada 4 jenis sputum yang mempunyai karakteristik yang


berbeda :
Serous : - Jernih dan encer; pada edema paru
akut.
- Berbusa, kemerahan, pada olveolor
cell concer.
Mukoid : - Jernih keabu-abuan, pada bronkitis
kronik.
- Putih kental, pada asma.
Purulen :- Kuning, pada pneumonia,
- Kehijauan, pada bronkiektasis, abses
paru. Gambar 1. Berbagai matam warna sputum. (A) Putih.(B)
Kuning.(C) HUau.(D) Rusty (merah kecoklatan).
Rusty (Blood-stained): Kuning tua/coklat/merah-kecokla-
tan seperti warna karat pada Pneumococcal pneumonio
dan edema paru. adanya infeksi oleh kuman-kuman anaerob dan dapat
terjadi pada bronkiektasis dengan infeksi sekundei abses
Hal-hal yang perlu ditanyakan lebih lanjut mengenai
paru dan empiema.
sputum adalah:
Solid material. Pada asma dan ollergic broncho
Jumlah. Produksi sputum purulen yang banyak dan pulmonory ospergillosis dgRat terjadi akumulasi sekret
dipengaruhi posisi tubuh khas untuk bronkiektasis. Produksi yang kental pada saluran napas. Bila sekret ini dibatukkan
sputum purulen dalam jumlah besar yang mendadak pada keluar akan tampak strukturyang menyerupai cacing yang
suatu episode menunjukan adanya ruptur abses paru atau merupakan cetakan bronkus.
empiema ke dalam bronkus. Sputum encer dan banyak yang
disertai dengan bercak kemerahan pada pasien dengan
sesak napas mendadak menunjukan adanya edema paru. BATUK DARAH
Sputum yang encer dan banyak bisajuga didapatkan pada
olveolor cell concer. Batuk darah (hemoptisis) terjadi karena adanya darah
yang dikeluarkan pada saat batuk yang berasal dari
Warna. Warna sputum dapat membantu dalam
saluran napas bagian bawah. Batuk darah dapat bervariasi
menentukan kemungkinan penyebab penyakit. Sputum
jumlahnya mulai dari blood-streaked sputum hingga batuk
yang jernih atau mukoid selain didapatkan pada PPOK
darah masif. Hemoptisis dengan sputum purulen dapat
(tanpa infeksi) bisa juga ditemukan akibat adanya inhalasi
terjadi pada bronkiektasis terinfeksi. Batuk darah masif
zat iritan. Sputum kekuningan bisa didapatkan pada
yang potensial fatal sering didapatkan pada bronkiektasis,
infeksi saluran napas bawah akut (karena adanya neutrofil
tuberkulosis dan kanker paru.
aktif), danjuga pada asma (karena mengandung eosinofil).
Sputum kehijauan yang mengandung neutrofil yang mati
didapatkan pada bronkiektasis din dapat membentuk 3
SAKIT DADA
lapisan yang khas yaitu lapisan atas yang mukoid, lapisan
tengah yang encer dan lapisan bawah yang purulen
Sakit dada dapat berasal dari dinding dada, pleura dan
Sputum purulen biasanya berwarna kehijauan karena
organ-organ mediastinum. Paru mendapatkan persarafan
adanya sel-sel neutrofil yang lisis serta produk hasil
otonom secara eksklusif sehingga tidak dapat menjadi
katabolismenya akibat adanya enzim green-pigmented
I
,i,
lt
r56
ILMU DIAGNOSTIK FISIS
[i
I sumber nyeri dada. Nyeri dada harus
diuraikan secara rinci menyebabkan nyeri sentral yang menyerupai
I

i
yang mencakup lokasi nyeri serta penyebarannya, iskemik
awal miokard.
mula keluhan, derajat nyeri, faktor yung
il ,"rp" rberat/
j meringankan misalnya efek terhadap pernapasan
dan
pergerakan.
SESAK NAPAS
Sakit dada dapat berasal dari nyeri dinding
dada, nyeri
pleura dan nyeri mediastinum.
Orang yang sehat dalam keadaan normal
tidak menyadari
akan pernapasannya. Sesak napas (dispnea)
Nyeri Pleura merupakan
keluhan subyektif yang timbul bila ada perasaan
Karakteristik nyeri pleura yaitu bersifat tidak
tajam, menusuk dan nyaman maupun gangguan atau kesulitan
semakin berat bila menaiik napas atau lainnya saat
batuk. Iritasi pleura bernapas yang tidak sebanding dengan
parietal pada daerah 6 iga bagian atas tingkat aktivitas.
dirasakan sebagai nyeri Rasa sesak napas ini kadang_kadang
yang terlokalisi[ sedangkan iritasi pada pleura diutarakan pasien
parietal ying sebagai kesulitan untuk mendapatkan udara
meliputi diafragma yang dipersarafi oleh sega4 rasa
nervus prenikus terengah-engah atau kelelahan.
dirasakan sebagai nyeri yang menjalar
ke leher atau puncak Saat anamnesis mengenai sesak napas ini
bahu. Enam nervus interkostalis bagian harus
bawah mempersarafi ditanyakan mengenai awal mula keluhan,
pleura parietal bagian bawah dan lamanya,
lapisan luar diafragama progresivitas,
sehingga nyeri pada daerah ini dapat menjalar
va ria bilitas, derajat beratnya, faktor_fa ktor
ke abdomen yang memperberat/memperingan dan
bagian atas. keluhan yang
berkaitan lainnya. Tentukan apakah sesak
napas terjadi
secara mendadak dan semakin memberat
Nyeri Dinding Dada dalam waktu
beberapa menit (misalnya akibat pneumotoraks
Nyeri pada dinding dada dapat terjadi ventil,
akibat adanya emboli paru masif, asma, aspirasi benda asing),
gangguan pada saluran n.p", ,urprn atau
kelainan pada terjadi secara bertahap dan semakin memberat
muskuloskeletal. Tidak jarang puri"n dengan secara
batuk progresif dalam waktu beberapa jam
atau sesak napas yang kronik (pasien atau hari (akibat
asma dan ppOK) pneumonia, asma, ppOK eksaserbasi
mengalami rasa nyeri yang difus. Ada akut) atau bahkan
beberapa gejala memberat dalam waktu beberapa minggu,
yang dapat membedakan antara nyeri pleura bulan atau
dan nyeri tahun (akibat efusi pleura, peOf, fA paru
dada. Nyeri yang timbul mendadak Jan ,anemia,
terlokalisir setelah gangguan otot-otot pernapasan). Sesak
mengalami batuk-batuk yang hebat atau napas akibat
trauma langsung 9angguan psikis seringkali timbul mendadak dimana
menunjukan adanya injuri pada otot-otot interkostar pasien mengeluh tidak dapat menghirup
ataupun fraktur iga. Herpes zoster dan cukup udara,
kompresi pada sehingga harus menarik napas
radiks nervus interkostalis dapat menyebabkan .9plam. Keluhan sesak
nyeri dada ini dapat disertai dengan keluhan lainnya seperti
pada daerah yang sesuai dengan
distribusi dermatom. pusing, kesemutan pada jari_jari dan
Nyeri dada akibat kanker paru, mesotelioma sekitar mulut,
dan metastase dada rasa penuh dan walaupun jarang dapat
pada tulang umumnya bersifat tumpul, disertai
iritatif, tidak sinkop.
berhubungan dengan pernapasan dan
semakin memberat Keadaan atau aktivitas apa yang dapat
secara progresif. Nyeri akibat poncoosf menimbulkan
tumor pada apeks sesak perlu diketahui, karena dapat memberi
paru akibat erosi pada iga 1- sering petunjuk
kali menjalar ke lengan akan kemungkinan penyebabnya. Sesak
bagian medial akibat adanya invasi pada saat berbaring
radiks pleksus (ortopnea) seringkali didapatkan pada pasien
brakhialis bagian bawah. dengan
gagal jantung kiri dan pasien dengan
kelelahan otot_
otot pernapasan akibat keterlibatan diafragma.
Namun
Nyeri Mediastinum demikian ortopnea ini dapat juga terjadi
Nyeri mediastinum mempunyai ciri_ciri yaitu peyakit paru yang berat. Sesakyang
iada semua
bersifat menyeOabkan pasien
sentral atau retrostrenal serta tidak berklitan terbangun pada malam hari merupakan
dengan lejala khas asma
pernapasan ataupun batuk. Namun dan gagal jantung kiri. pasien urru u*Jrya
demikian nyeri yang terbangun
berasal dari trakea dan bronkus akibat
infeksi maupun di antara jam 03.00-05.00 dan disertai aengan
mengi.
iritasi oleh debu-debu iritan dapat dirasakan Sesak napas yang berkurang pada
setiap akhiipekan atau
sebagai
rasa panas pada daerah retrosternal, pada saat hari libur menunjukan kemungkinan
yang semakin berat adanya
bila. pasien batuk. Nyeri tumpul yang asma akibat kerja. pada asma perlu ditanyakan
Olrsifat progresif adanya
sehingga mengganggu tidur dapat terjadi pa.paran dengan alergen atau iritan yang
akibat adanya kemungkinan
keganasan pada kelenjar getah Uening sebagai pencetus sesak napas. Derajat
mediastinum beratnya sesak
atau akibat timoma. Tromboemboli paru napas harus ditentukan berdasarkan taitannnya
masif yang dengan
menyebabkan peningkatan tekanan ventrikel aktivitas sehari-hari.
kanan dapat
PilBIEAAI' IORAre OAI{ PARU
157

NAPAS BERBUNYI (WHEEZING, MENGI)

Wheezing otou mengi adalah adalah bunyi siulan yang


bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara yang melalui
saluran napas yang sempit. Umumnya wheezingterjadi pada
saat ekspirasi, namun pada keadaan yang berat dapat ter-
dengar baik pada ekspirasi maupun inspirasi. pasien sering
menggambarkan wheezing sebagai bunyi yang mendesir
akibat adanya sekret pada saluran napas atas. Wheezingyang
timbul pada saat melakukan aktivitas merupakan gejala yang
sering didapatkan pada pasien asma dan ppOK. Wheezing
yang menyebabkan pasien terbangun pada malam hari
didapatkan pada asma sedangkan wheezing yang timbul
pada saat bangun pagi didapatkan pada ppOK.
Processus

PEMERIKSAAN FISIK PARU

Agar dapat melakukan pemeriksaan fisik paru dengan


baik perlu dipelajari mengenai anatomi dinding dada dan Angulus
paru (gambar 2). inferior scapula
lgaT

Lekuk supra strenal


Angulus sternalis Ludovici
lga2

Gambar 3. Dinding dada bagian anterior (A) dan


posterior (B)
iga2
iga 2

iga maka payudara harus disingkirkan kearah lateral.


Co stoch o n d ra I j u n ct io n Perhatikan bahwa tujuh ralyan iga pertama melekat pada
sternum sedangkan rawan iga ke- 8, 9 dan 10 melekat
Angulus costae pada rawan iga yang berada di atashya. Iga ke 11 dan 1,2
yang merupakan iga melayang bagian anteriornya tidak
Gambar 2. Anatomi dinding dada dan paru mengadakan perlekatan. Ujung rawan iga L1_ biasanya
dapat di raba pada daerah lateral, sedangkan ujung iga
Menentukan Lokasi pada Dinding Dada 12 pada daerah posterior.
Lokasi kelainan pada dada dapat ditentukan dalam 2 Untuk menentukan lokasi kelainan pada dada bagian
dimensi yaitu sepanjang aksis vertikal dan sepanjang posterior dapat dilakukan beberapa cara yaitu: 1). Cara yang
lingkar dada. umum dilakukan yaitu dengan menggunakan pedoman
Penentuan lokasi bedasarkan aksis vertikal dilakukan processus vertebrae prominens (penonjolan process us spinosus
dengan menghitung sela iga. Angulus sternalis Ludovici vertebrae cervicol Z). Dengan melakukan palpasi dapat
dapat digunakan sebagai pedoman dalam menghitung dihitung processus yang ada di bawahnya khususnya pada
sela iga. Untuk mengidentifikasi angulus sternalis ini tulang belakang yang lentur; 2). Untuk menentukan lokasi
pertama-tama letakkan jari pada suprasternal notch, pada dada bagian posterior yaitu dengan menggunakan
kemudian gerakan jari ke kaudal kira-kira 5 cm untuk pedoman iga ke-L2 sebagai titik awal penghitungan. Letakkan
mendapatkan angulus tersebut yang merupakan jari salah satu tangan pada tepi bawah iga 12, kemudian ke
penonjolan (sudut) yang dibentuk oleh manubrium sterni arah kranial dihitung sela iga seperti tampak pada gambar
dan corpus sterni. Dengan menggerakan jari ke arah lateral 3. Cara ini khususnya dapat membantu menentukan lokasi
akan didapatkan perlengketan iga ke 2 pada sternum. kelainan pada daerah dada posterior bagian bawah;3). Cara
Selanjutnya dengan menggunaka n 2 jari dapat dihitung lain yaitu dengan menggunakan angulus inferior skapula
sela iga satu persatu dengan arah oblique seperti tampak (yang biasanya terletak pada igalsela iga 7) sebagai pedoman
pada gambar 3. fada perempuan untuk menghitung sela dalam penghitungan.
r58 ILMU DIAGNOSrIK FISIS

Untuk menetukan lokasi di sekitar lingkar dada . Garis aksilaris posterior: Garis vertikal yang melalui
digunakan beberapa garis vertikal seperti tampak pada lipat aksila posterior.
Gambar 4 dan Gambar 5 yaitu: . Garis skapularis: Garis vertikal yang melalui angulus
. Garis midsternal: Garis vertikal yang melalui inferior skapula.
pertengahan sternum. . Garis vertebralis (Midspinalis): Garis vertikal yang
. Garis midklavikula: Garis vertikal yang melalui melalui processus spina lis vertebroe.
pertengahan klavikula
. Garis aksilaris anterior: Garis vertikal yang melalui Teknik Pemeriksaan
lipat aksila anterior. Pemeriksaan dada dan paru bagian depan dilakukan pada
. Garis midaksilaris: Garis vertikal yang melalui puncak pasien dengan posisi berbaring terlentang, sedangkan
aksila. pemeriksaan dada dan paru belakang pada pasien dengan
posisi duduk. Pada saat pasien duduk kedua lengannya
menyilang pada dada sehingga kedua tangan dapat
diletakkan pada masing-masing bahu secara kontralateral.
Dengan cara ini kedua skapula akan bergeser ke arah
lateral sehingga dapat memperluas lapangan paru yang
diperiksa. Pakaian pasien diatur sedemikian rupa sehingga
seluruh dada dapat diperiksa. Pada perempuan pada saat
memeriksa dada dan paru belakang maka dada bagian
depan ditutup. Pada pasien dengan keadaan umum yang
lemah bila perlu dibantu agar bisa didudukkan sehingga
dada bagian posterior dapat diperiksa. Bila hal ini tidak
memungkinkan maka pasien dimiringkan ke salah satu
sisi, kemudian ke sisi yang liinnya.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik paru maka
dilakukan pengamatan awal untuk mengetahui adanya
kelainan di luar dada yang mungkin berkaitan dengan
penyakit paru. Selain itu juga diamati apakah ada suara-
suara abnormal yang langsung terdengar tanpa bantuan
stetoskop.

Kelainan pada ekstremitasyang berhubungan dengan


penyakit paru seperti;
. Jari tabuh atau clubbing pada penyakit paru supuratif
dan kanker paru (Gambar 6)
. Sianosis perifer (pada kuku jari tangan )menunjukkan
Gambar 4. Garis-garis vertikal di sepanjang dinding dada hipoksemia
bagian anterior (A) dan lateral (B) . Karat nikotin, pada perokok berat,
. Otot-otot tangan dan lengan yang mengecil karena
penekanan nervus torakalis I oleh tumor di apeks paru
(sindrom Poncoast).

H
fl
Gambar 5. Einding dada bagian posterior Gambar 6. Jari tabuh
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU 159

Kelainan pada daerah kepala yang berkaitan dengan - Sela iga sempit, iga lebih miring, Angulus
kelainan pada paru yaitu: costoe <900
. Sindrom Horner: Ptosis, miosis, enoftalmus dan - Terdapat pada pasien dengan malnutrisi
anhidrosis hemifasialis - Dada emfisema (Borrel-shope):
. Sianosis pada ujung lidah akibat hipoksemia. - Dada mengembang, diameter anteroposterior
lebih besar dari diameter latero-lateral.
Di samping melihat keadaan-keadaan pada gambar
- Tulang punggung melengkung (kifosis),
5, pemeriksaan hendaknya juga mendengar kelainan yang
Angulus costqe >900
langsung dapat didengar tanpa bantuan alat pemeriksa,
- Terdapat pada pasien dengan bronkitis
seperti:
kronis, PPOK.
. Suara mengi (wheezing), suara napas seperti musik
yang terdengar selarna fase inspirasi dan ekspirasi
- Kifosis: Kurvatura vertebra melengkung secara
' berlebihan ke arah anterior. Kelainan ini akan
karena terjadinya penyempitan jalan udara,
terlihatjelas bila pemeriksaan dilakukan dari arah
. Stridor; suara napas yang mendengkur secara teratur.
lateral pasien (gambar 8 A).
Terjadi karena adanya penyumbatan daerah laring.
Stridor dapat berupa inspiratoar atau ekspiratoar.
- Skoliosis: Kurvatura vertebra melengkung secara
berlebihan ke arah lateral. Kelainan ini terlihat
Yang terbanyak adalah stridor inspiratoari misalnya
jelas pada pemeriksaan dari posterior (gambar
pada tumori peradangan pada trakea, atau benda
8 B).
asing di trakea,
. Suara serak (hoorseness), terjadi karena kelumpuhan
- Pectus excovotum: dada dengan tulang sternum
yang mencekung ke dalam (gambar 9 A).
pada saraf laring atau peradangan pita suara.
- Pectuscorinqtum (pigeon chestatau dada burung);
Setelah melakukan pengamatan awal dilakukan dada dengan tulang sternum menonjol ke depan
pemeriksaan fisik paru yang terdiri dari inspeksi, palpasi, (gambar 9 B).
perkusi dan auskultasi. 3. Frekuensi pernapashn. Frekuensi pernapasan normal
Inspeksi. Inspeksi dilakukan untuk mengetahui 1,4-20kali per menit. Pernapasan kurang dari 14 kali per
adanya lesi pada dinding dada, kelainan bentuk dada,
menilai frekuensi, sifat dan pola pernapasan.
1. Kelainan dinding dada. Kelainan-kelainan yang bisa
didapatkan pada dinding dada yaitu parut bekas
operasi, pelebaran vena-vena superfisial akibat
bendungan vena, spider naevi, ginekomastia tumor,
luka operasi, retraksi otot-otot interkostal dan lain-
lain (Gambar 7).

Gambar 8. Kelainan dinding dada berupa kifosis (A) dan


skoliosis (B)

Gambar 7. Lesi pada dinding dada berupa parut bekas operasi


(A) dan pelebaran vena-vena superfisial (B).

2. Kelainan bentukdada. Dada yang normal mempunyai


diameter latero-lateral yang lebih besar dari diameter
a nteroposterior.
Kelainan bentuk dada yang bisa didapatkan yaitu:
- Dada paralitikum dengan ciri-ciri:
- D-ada kecil, diameter sagital pendek. Gambar 9. Pectus excovotum (A) dan Pectus corinotum (B)
160 IIMU DIAGNOSTIK FISIS

menit disebut bradipnea, misalnya akibat pemakaian


obat-obat narkotik, dan kelainan serebral. pernapasan
lebih dari20 kali per menit disebut takipnea, misalnya
pada pneumonia, ansietas, dan asidosis.
4. Jenis pernapasan:
- Torakal, misalnya pada pasien sakit tumor
abdomen, peritonitis umum.
- Abdominal misalnya pasien PPOK lanjut,
- Kombinasi (jenis pernapasan ini yang terbanyak).
Pada perempuan sehat umumnya pernapasan
torakal lebih dominan dan disebut torako- nnffuunnnMfimnn
abdominal Sedangkan pada laki-laki sehat,
pernapasan abdominal lebih dominan dan disebut
- abdomino-torakal. Keadaan ini disebabkan
flJIIIJlJlJIIiA
bentuk anatomi dada dan perut perempuan
berbeda dari laki-laki. Perhatikan juga apakah
terdapat pemakaian otot-otot bantu pernapasan
misalnya pada pasien tuberkulosis paru lanjut
atau PPOK. Di samping itu adakah terlihat bagian
dada yang tertinggal dalam pernapasan dan bila Gambar 10. Gambaran irama pernapasan yang normal dan
abnormal
ada, keadaan ini menunjukkan adanya gangguan
pada daerah tersebut.
- Jenis pernapasan lain yaitu pursed lips breothing Sig h in g respirotio n: pola perna pasa n norma I yan g
(pernapasan seperti menghembus sesuatu diselingi oleh tarikan na-pas yang dalam.
melalui mulut, didapatkan pada pasien ppOK)
Palpasi. Palpasi dinding dada dapat dilakukan pada
dan pernapasan cuping hidung, misalnya pada
keadaan statis dan dinamis.
pasien pneumonia.
5. Pola Pernapasan
L. Palpasi dalam keadaan statis. Pemeriksaan palpasi
yang dilakukan pada keadaan ini adalah sebagai
Pernapasan normal: Irama pernapasan yang
berikut:
berlangsung secara teratur ditandai dengan
adanya fase-fase inspirasi dan ekspirasi yang silih
- Pemeriksaan kelenjar getah bening. Kelenjar getah
bening yang membesar di"daerah supraklavikula
berganti. Pada gambar 10 dapat dilihat gambaran
dapat memberikan petunjuk adanya proses di
irama pernapasan yang normal dan abnormal.
daerah paru seperti kanker paru. Pemeriksaan
Takipnea: napas cepat dan dangkal.
kelenjar getah bening ini dapat diteruskan ke
Hiperpnea/hiperventilasi: napas cepat dan dalam.
daerah submandibula dan kedua aksila.
Bradipnea: napas yang lambat.
Pernapasan Cheyne Stokes: irama pernapasan
- Pemeriksaan untuk menentukan posisi
mediastinum. Posisi mediastinum dapat ditentukan
yang ditandai dengan adanya periode apnea
dengan melakukan pemeriksaan trakea dan apeks
(berhentinya gerakan pernapasan) kemudian
jantung.
disusul periode hiperpnea (pernapasan mula-
mula kecil amplitudonya kemudian cepat
- Pergeseran mediastinum bagian atas dapat
menyebabkan deviasi trakea. Pemeriksa
membesar dan kemudian mengecil lagi). Siklus
berada di depan pasien kemudian ujung
ini terjadi berulang-ulang. Terdapat pada pasien
jari telunjuk tangan kanan diletakkan pada
dengan kerusakan otak, hipoksia kronik. Hal ini
suprosternal notch lalu ditekan ke arah
terjadi karena terlambatnya respons reseptor
trakea secara perlahan-lahan (gambar 1_L
klinis medula otak terhadap pertukaran gas.
A). Adanya deviasi trakea dapat di.ketahui
Pernapasan Biot (Ataxic breothing) :jenis pernapasan
dengan cara meraba dan melihat. Pergeseran
yang tidak teratur baik dalam hal frekuensi maupun
ringan trakea ke arah kanan bisa didapatkan
amplitudonya. Terdapat pada cedera otak. Bentuk
pada orang normal. Pergeseran trakea dapat
kelainan, irama pernapasan tersebut, kadang-
juga terjadi pada kelainan paru yaitu akibat
kadang dapat ditemukan pada orang normal tapi
scwarte afau fibrosis pada apeks paru.
gemuk (obesitas) atau pada waktu tidur. Keadaan ini
biasanya merupakan pertanda yang kurang baik.
- Jarak antara suprosternal notch dengan
kartilago krikoid normal selebar 3-4 jari.
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU 161

(gambar 1-1 B). Berkurangnya jarak ini pasien menarik napas dalam kedua ibu jari
menunjukkan adanya hiperinflasi paru. Pada akan bergerak secara simetris (gambar 12).
keadaan hiperinflasi yang berat dapatterjadi Berkurangnya ekspansi dada pada salah satu
trocheal tug yaitu pergerakan jari-jari (yang sisi akan menyebabkan gerakan kedua ibu jari
ada pada trakea) ke arah inferior pada setiap menjadi tidak simetris dan ini memberikan
kali inspirasi. petunjuk adanya kelainan.pada sisi tersebut.
Pemeriksaan vokal fremitus. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak
tangan pada permukaan dinding dada, kemudian
pasien diminta menyebutkan angka 77 atau 99,
sehingga getaran suara akan lebihjelas. Rasakan
dengan teliti getaran suara yang ditimbulkannya
(gambar 12 A dan B).

- Deviasi pulsasi apeksjantung menunjukkan


adanya pergeseran mediastinum bagian
bawah. Perpindahan pulsasi apeks jantung
tanpa disertai deviasi trakea biasanya di-
sebabkan oleh pembesaran ventrikel kiri.dan
walaupun lebih jarang bisa juga didapatkan
pada skoliosis, kifoskoliosis atau pada pectus
Gambar 12. Pemeriksaan palpasi paru bagian anterior (A) dan
excavatum yang berat. posterior (B).
- Pemeriksaan palpasi selanjutnya diteruskan ke
daerah dada depan dengan jari tangan untuk
mengetahui adanya kelainan dinding dada Pemeriksaan ini disebut toctile fremitus. Bandingkan
misalnya tumori nyeri tekan pada dinding dada, toctile fremitus secara berrtahap dari atas ke tengah dan
krepitasi akibat emfisema subkutis, dan lain- seterusnya ke bawah baikpida paru bagian depan maupun
lain. belakang (Gambar 13 A dan B). Pada saat pemeriksaan kedua
2. Palpasi dalam keadaan dinamis. telapak tangan harus selalu disilang secara bergantian. Hasil
Pada keadaan ini dapat dilakukan pemeriksaan pemeriksaan fremitus ini dilaporkan sebagai normal, melemah
untuk menilai ekspansi paru serta pemeriksaan vokal atau mengeras. Fremitus yang melemah didapatkan pada
fremitus. penyakit empiema, hidrotoraks, atelektasis. Fremitus yang
- Pemeriksaan ekspansi paru. Dalam keadaan mengeras terjadi karena adanya infiltrat pada parenkim paru
normal kedua sisi dada harus sama-sama (misalnya pada pneumonia, tuberkulosis paru aktif).
mengembang selama inspirasi biasa maupun
inspirasi maksimal. Pengembangan paru bagian
atas dilakukan dengan mengamati pergerakan
kedua klavikula. Berkurangnya gerakan pada salah
satu sisi menunjukkan adanya kelainan pada sisi
tersebut. Untuk menilai pengembangan paru
bagian bawah dilakukan pemeriksaan dengan
meletakkan kedua telapak tangan dan ibu jari
secara simetris pada masing-masing tepi iga,
sedangkan jari-jari lainnya menjulur sepanjang
sisi lateral lengkung iga. Kedua ibu jari harus
saling berdekatan atau hampir bertemu di garis
tengah dan sedikit diangkat ke atas sehingga Gambar 13. Lokasi untuk pemeriksaan vocal fremitus pada
dapat-bergerak bebas saat bernapas. Pada saat dada anterior (A) dan posterior (B)
162 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

Perkusi. Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak


tangan kiri pada dinding dada dengan jari-jari sedikit
meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut ditekan ke dinding
dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi.
Bagian tengah falang medial tangan kiri tersebut kemudian
diketuk dengan menggunakan ujung jari tengah tangan
kanan, dengan sendi pergelangan tangan sebagai penggerak
(Gambar 14). Jangan menggunakan poros siku, karena akan
memberikan ketokan yang tidak seragam. Sifat ketokan selain
didengar; juga harus dirasakan oleh jari-jari.

Gambar 15. Lokasi untuk melakukan perkusi perbandingan


dan auskultasi paru depan

sela iga ke 6. Setelah batas paru hati diketahui selanjutnya


dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi.
Pertama-tama pasien dijelaskan mengenai apa yang akan
dilakukan, kemudian letakkan 2 jari tangan kiri tepat di
bawah batas tersebut. Pasien diminta untuk menarik napas
dalam dan kemudian ditahan, sementara itu dilakukan
Gambar 14. Cara melakukan perkusi perkusi pada ke 2 jari tersebut. Dalam keadaan normal
akan terjadi perubahan bunyi yaitu dari yang tadinya redup
kemudian menjadi sonor kembali. Dalam keadaan normal
Berdasarkan patogenesisnya bunyi ketukan yang didapatkan peranjakan sebesar 2 jari. (Gambar L6)
terdengar dapat bermacam-macam yaitu: a). Sonor Untuk menentukan batas paru lambung dilakukan
(resonant): terjadi bila udara dalam paru (alveoli) cukup perkusi sepanjang garis aksilaris anterior kiri sampai
banyak, terdapat pada paru yang normal; b). Hipersonor didapatkan perubahan bunyi dari sonor ke timpani.
(Hiperresonanf): terjadi bila udara di dalam paru/dada Biasanya didapatkan setinggi sela iga ke-8. Batas ini sangat
menjadijauh lebih banyak, misalnya pada emfisema paru, dipengaruhi oleh isi lambung.
,._
kavitas besar yang letaknya superfisial, pneumotoraks dan Pada paru belakang dilakukan juga pemeriksaan
bula yang besar; c). Redup (dull), bila bagian yang padat perkusi perbandingan secara zigzag seperti tampak
lebih banyak daripada udara misalnya : adanya infiltrat/ pada gambar 17. Selanjutnya untuk menentukan batas
konsolidasi akibat pneumonia, efusi pleura yang sedang. paru belakang bawah kanan dan kiri dilakukan derlgan
d). Pekak (flat / stony dull ) : terdapat pada jaringan pemeriksaan perkusi sepanjang garis skapularis kanan
yang tidak mengandung udara di dalamnya, misalnya dan kiri. Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi
pada tumor paru, efusi pleura masif; e). Bunyi timpani: yang sonor pada kedua paru.
terdengar pada perkusi lambung akibat getaran udara di
dalam lambung.
Pada paru bagian depan dilakukan pemeriksaan perkusi
perbandingan secara bergantian kiri dan kanan (zigzag).
(Gambar L5). Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi
yang sonor pada kedua paru.
Pemeriksaan lain yang dilakukan pada paru depan
adalah perkusi untuk menentukan batas paru hati dan
paru lambung.
Untuk menentikan batas paru hati dilakukan perkusi
sepanjang garis midklavikula kanan sampai didapatkan
adanya perubahan bunyi dari sonor menjadi redup.
Perubahan ini menunjukan batas antara paru dan hati.
Tentukan batas tersebut dengan menghitung mulai dari
sela iga ke 2 kanan, dan umumnya didapatkan setinggi Gambar 16. Pemeriksaan peranjakan paruh hati
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU
r63

sistem trakeobronkial. Pemeriksaan auskultasi ini meliputi


pemeriksaan suara napas pokok, pemeriksaan suara napas
tambahan dan jika didapatkan adanya kelainan dilakukan
pemeriksaan untuk mendengarkan suara ucapan atau
bisikan pasien yang dihantarkan melalui dinding dada. Pola
suara napas diuraikan berdasarkan intensitas, frekuensi
serta lamanya fase inspirasi dan ekspirasi. Auskultasi
dilakukan secara berurutan dan selang seling baik pada
paru bagian depan maupun belakang (gambar 15 dan
t7).

Suara napas pokokyang normal terdiri dari:


. Vesikular: suara napas pokok yang lembut dengan
Gambar 17. Lokasi untuk melakukan perkusi perbandingan frekuensi rendah dimana fase inspirasi langsung
dan auskultasi paru belakang diikuti dengan fase ekspirasi tanpa diselingi jeda,
dengan perbandingan 3: 1 (Gambar 19). Dapat di-
Skapula sebaiknya dikesampingkan dengan cara dengarkan pada hampir kedua lapangan paru.
meminta pasien menyilang kedua lengannya di dada.
. Bronkovesikular: suara napas pokokdengan intensitas
Biasanya batasnya adalah setinggi vertebrae torakalis 1"0 dan frekuensi yang sedang, di mana fase ekspirasi
untuk paru kiri sedangkan paru kanan l jari lebih tinggi. menjadi lebih panjang sehingga hampir menyamai
Daerah aksila dapat diperkusi dengan cara meminta fase inspirasi dan diantaranya kadang - kadang dapat

pasien mengangkat tangannya ke atas kepala. Pemeriksa diselingijeda. Dalam keadaan normal bisa didapatkan
menaruh jari-jari tangan setinggi mungkin di aksila pasien pada dinding anterior setinggi sela iga l- dan 2 serta
untuk diperkusi. Perkusi pada daerah Kronig yaitu daerah daerah interskapula.
supraskapula seluas 3 sampai 4iari di pundak. Perkusi di
daerah ini sonor. Hilangnya bunyi sonor pada daerah ini lnspirasi Ekspirasi
menunjukkan adanya kelainan pada apeks paru, misalnya
tumor paru, tuberkulosis paru.
Bila ada cairan pleura yang cukup banyak akan
didapatkan Garis Ellrs Domoiseau yoitu garis lengkung
konveks dengan puncak pada garis aksilaris media.
Selain itu bisa didapatkan adanya segitiga Gorlond dan
segitiga Grocco. Segitiga Gorlond: daerah timpani yang
dibatasi oleh ver-tebra torakalis, garis E/lis Domoiseau
dan garis horizontal yang melalui puncak cairan. Segitiga
Grocco'. daerah redup kontralateral yang dibatasi oleh
garis vertebra, perpanjangan garis Ellis Damoiseou ke
kontralateral dan batas paru belakang bawah. gambar \
18).
Auskultasi. Auskultasi merupakan pemeriksaan Gambar L9. Gambaran skematis suara napas vesikular (A) dan
yang paling penting dalam menilai aliran udara melalui bronkial (B). perhatikan adanyajeda antara fase inspirasi dan
fase ekspirasi.

Bronkial: suara napas pokok yang keras dan


berfrekuensi tinggi, dimana fase ekspirasi menjadi
lebih panjang dari fase inspirasi dan diantaranya
diselingi jeda. Terjadi perubahan kualitas suara
sehingga terdengar seperti tiupan dalam tabung
(Gambar 19). Dalam keadaan normal dapat didengar
pada daerah manubrium sterni.
(A) (B) Trakeal: suara napas yang sangat keras dan kasar,
dapat didengarkan pada daerah trakea.
Gambar 18. Segitiga Garlond don Grocco (A) serta garis Ellts
Domoiseou (B) -
Amforik: suara napas yang didapatkan bila terdapat
164 ILMU DI,AGNOSTIK FISIS

kavitas besaryang letaknya perifer dan berhubungan . Bunyi gesekan pleura (Pleurol friction rub): Terjadi
dengan bronkus, terdengar seperti tiupan dalam karena pleura parietal dan viseral yang meradang
botol kosong, saling bergesekan satu dengan yang lainnya. Pleura
yang meradang akan menebal atau menjadi kasar.
Dalam keadaan normal suara napas vesikular yang
Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir inspirasi dan
berasal dari alveoli dapat didengar pada hampir seluruh
awal ekspirasi.
lapangan paru. Sebaliknya suara napas bronkial tidak akan
. Hippocrotes succussion: suara cairan pada rongga dada
terdengar karena getaran suara yang berasal dari bronkus
yang terdengar bila pasien digoyang-goyangkan.
tersebut tidak dapat dihantarkan ke dinding dada karena
Biasanya didapatkan pada pasien dengan hidro-
dihambat oleh udara yang terdapat di dalam alveoli. Dalam
pneumotoraks.
keadaan abnormal misalnya pneumonia dimana alveoli
. Pneumothorox click: Bunyi yang bersifat ritmik dan
terisi infiltrat maka.udara di dalamnya akan berkurang atau
sinkron dengan saat kontraksi jantung, terjadi bila
menghilang. Infiltrat yang merupakan penghantar getaran
didapatkan adanya udara di antara kedua lapisan
suara yang baik akan menghantarkan suara bronkial
pleura yang menyelimuti jantung.
sampai ke dinding dada sehingga dapat terdengar sebagai
suara napas bronkovesikuler (bila hanya sebagian alveoli
yang terisi infiltrat) atau bronkial (bila seluruh alveoli terisi
Bunyi Hantaran Suara
Bila pada pemeriksaan auskultasi didapatkan adanya
infiltrat) (Gambar 20).
bising napas bronkovesikuler atau bronkial, maka
pemeriksaan dilanjutkan untuk menilai hantaran bunyi
suara. Stetoskop diletakkan pada dinding dada secara
simetris, kemudian pasi6n diminta untuk mengucapkan
sembilan puluh sembilan. Dalam keadaan normal suara
yang dihantarkan ke dinding dada tersebut akan menjadi
tidak jelas. Bila suara yang teidengar menjadi lebih jela
dan keras disebut bronkoponi. Pemeriksaan dengan cara
ini disebut pemeriksaan ouditory fremitus.
Pasien diminta juga untuk mengucapkan "ee", dimarn
dalam keadaan normal akan terdengar suara E panjang
Gambar 20. Suara napas pokok dalam keadaan normal dan yang halus. Bila suara "ee" terdengar sebagai "oy'' maka
abnormal perubahan "E" menjadi 'A" ini disebut egofoni, misalnya
pada pneumonia. Pasien kemu{lan diminta untuk berbisik
Suara napas tambahan terdiri dari: dengan mengucapkan kata sembilan puluh sembilan-
. Ronki basah (crockles atau roles): Suara napas yang Dalam keadaan normal suara berbisik itu terdengar
terputus-putus, bersifat nonmusicol, dan biasanya halus dan tidakjelas. Bila suara berbisik tersebut menjadi
terdengar pada saat inspirasi akibat udara yang semakin jelas dan keras disebut whispered pectoriloquy
melewati cairan dalam saluran napas. Ronki basah (Gambar 21).
lebih lanjut dibagi menjadi ronki basah halus dan
kasar tergantung besarnya bronkus yang terkena.
Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada
bronkiolus, sedangkan yang lebih halus lagi berasal
dari alveoli yang sering disebut krepitasi, akibat
terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi
terutama dapat didengar fibrosis paru. Sifat ronki
basah ini dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrat
misalnya pada pneumonia) ataupun tidak nyaring
(pada edema paru).
. Ronki kering: Suara napas kontinyu, yang bersifat
musical, dengan frekuensi yang relatif rendah, terjadi
karena udara mengalir melalui saluran napas yang (A) (B)

menyempit, misalnya akibat adanya sekret yang kental. Gambar 21. A. Paru yang normal. B. Paru yang mengalan{
pneumonia di mana seluruh udara dalam alveoli pada paru
Wheezing adalah ronki kering yang frekuensinya tinggi
bagian atas menghilang akibat terisi oleh inflitrat sehingga
dan panjang yang biasanya terdengar pada serangan bisa didapatkan adanya bronkofoni, egofoni dan whisperd
asma. pectoriloquy.
PEMERIKSAAN TORAKS DAN PARU 165

REFERENSI

Bahar A, Suwondo A. Pemeriksaan fisis paru. Dalam: Markum


HMS, ed. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Ja-
karta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI;2005.p.103-23.
Bickley L, Szilagyi P. Bates B. Guide to Physical Examination and
History Taking; 86 ed. Tokyo : Lippincott Willams & Willkins;
2A03.p.2@43.
Devereux G Douglas G. The Respiratory System. ln: Douglas G,
Nicol F, Robertson C ed. Macleod's ClinicaLExamfuntion; 11h
ed. Toronto: Elsevier Churchill Livingstone; 2005. 124'52.p.
Hanley ME. The History & Physical Examination in Pulmonary
Medicine. Daldm: Hanley ME, Welsh CH, ed. Current
Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine;.Toronto:
Lange Medical Books/ McGraw -Hill; 2003.p. LG'25.
Irwin RS. Symptoms of respiratory disease. ACCP Pulmonary
Bord Review 2003; Northbrook: 2003.p. 327 -54.
2L
PEMERIKSAAN JANTUNG
Simon Salim, Lukman H. Makmun

penilaian 1-L0?
PENDAHULUAN
. Apakah rasa nyeri menjalar ke leher, bahu, punggung'
Pemeriksaan kardiovaskular biasanya dilakukan karena atau turun ke tangan?
berbagai alasan, antara lainl:
. Apakah ada gejala penyerta seperti sesak napas'
1. Untuk mengonfirmasi dan menilai adanya kecurigaan berkeringat, PalPitasi, atau mual?
penyakit atau lesi Padajantung.
. Apakah rasa nyerinya sampai membangunkan waktu
malam?
2. Adanya penemuan abnormal dijantung dalam pemer- .
iksaan fisik (seperti murmur) atau hasil laboratorium Apakah yang biasanya dilakukan untuk membuat rasa
(seperti hasil EKG, rontgen toraks, atau ekokardiogram nyerinya berkurang?
yang abnormal).
3. Adanya gejala pada jantung (seperti dispneu, nyeri Berdebar-Debar
dada, atau sinkop).
. Apakah anda menyadari detakjantung anda? Seperti
apa? (minta pasien untuk mengetuk-ngetuk sesuai
irama dengan jarinYa)

ANAMNESIS
. Apakah detakjantung anda cepat atau lambat? Teratur
atau tidak? BeraPa lama?
Anamnesis memiliki peranan penting dalam mendiagnosis
. Jika terdapat episode detak jantung yang terasa
penyakit kardiovaskular. Banyak gejala dapat bersumber cepat, apakah mulai dan berhenti secara tiba-tiba
dari kelainan kardiovaskular; seperti nyeri dada, berdebar- atau bertahaP?
debar, sesak napas yang dipicu oleh aktivitas fisik'
orthopneu, paroxysmal nocturnol dyspnea (PND), dan Sesak napas
kaki bengkak (edema).2 Keluhan lain yang biasanya
. Adakah anda merasa sesak saat beraktivitas? Seberapa
juga dirasakan oleh pasien antara lain sinkop, fatigue berat aktivitas yang menimbulkan rasa sesak?
(kelelahan), kebiruan, dan sianosis.3 (dyspneo on effort)
Pertanyaan pada anamnesis sebaiknya membantu
. Apakah anda dapat tidur telentang tanpa merasa
mengarahkan kepada diagnosis tertentu, sehingga sesak? Jika tidak, biasanya berapa bantal yang anda
gejala yang ditanyakan sebaiknya bersifat spesifik' gunakan saat tidur? (orthoPneu)
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk sistem
. Apakah anda pernah terbangun di malam hari karena
kardiovaskular antara lain:2'
a sesak? Apakah disertai mengi atau batuk? (PND)

Nyeri Dada Edema


. Apakah anda merasa nyeri atau perasaan tidak nyaman
. Apakah anda pernah mengalami bengkak di perge-
di bagian dada? langan kaki? Kapan terjadinya? Apakah memburuk
. Apakah nyerinya berhubungan dengan aktivitas? saat pagi atau malam? Apakah anda memakai sepatu
. Aktivitas seperti apa yang memicu nyeri? terlalu semPit?
. Seberapa intens nyeri yang dirasakan jika diberikan
. Apakah anda bengkak di bagian tubuh lainnya?

166
PEMERIKSAAN JANTUNG r67

Keluhan Lainnya
. Apakah anda pernah mengalami pingsan/gelap mata Arteri
pulmonalis
tanpa ada gejala pendahulu (tiba-tiba)? (serangan kanan
stokes adam)
. Apakah anda pernah mengalami pingsan/gelap mata
saat aktivitas? (AS berat/kardiomiopati hipertropi)
. Apakah ada rasa nyeri di daerah tungkai bawah saat
aktivitas? (klaudi kasio)
. Apakah tangan atau kaki anda terasa dingin atau
biru? (sianosis)
. Apakah anda pernah dikatakan menderita demam
rematik, serangan jantung, atau tekanan darah
tinggi?
Gambar 1. Posisi jantung8

PEMERIKSAAN FTSIS
Garis midklavikula
Pada saat melakukan pemeriksaan fisis kardiovaskular;
Batas atas
pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi jantung
serta sistem pembuluh darah harus diketahui dengan baik.
Bagian-bagian jantung beserta posisi dari semua katup Batas kanan
Batas kiri
jantung harus diingat dengan benar.
Dua pertiga bagian jantung terletak di rongga dada
kiri dan sepertiga sisanya terletak di sebelah kanan. Di Batas bawah
bagian bawah berbatasan langsung dengan diafragma
dan di bagian atas terdapat vena kava superior, aorta
ascendens, dan arteri pulmonalis dengan percabangan
Gambar 2. Batas-batas jantung secara skematis
kiri dan kanan. Sisi kanan jantung dibentuk oleh atrium
kanan, sedangkan sisi kiri dibentuk oleh sebagian besar
ventrikel kiri dan sisanya oleh atrium kiri. Atrium kiri Suprasternol notch, terletak di puncak sternum dan
dan ventrikel kiri dibatasi oleh pinggang jantung. Basis dapat dirasakan sebpgai bagian terendah di dasar
jantung mengarah ke superior dan posterior, setinggi iga leher.
ke 3 sebelah kanan. Sedangkan apeksjantung terletak di Sternomanubriot ongle, merupakan tulang yang
bagian anterior setinggi sela iga ke-5 bagian medial dari menonjol yang terletak kira=kira 5 cm di bawah
garis midklavikular sebelah kiri (Gambar 1).16 Batas-batas suprosternolnotch. Titik ini disebutjuga ongle of Louis.
jantung dijelaskan sebagai berikuts-7 (Gambar 2): Jika pemeriksa menggerakkan jarinya ke arah lateral,
. Batas atas jantung: dimulai dari batas bawah tulang maka iga terdekat adalah iga ke 2 dan di bawahnya
rawan iga ke-2 sebelah kiri ke batas atas tulang rawan terdapat sela iga ke 2.
iga ke-2 sebelah kanan. Garis midsternol merupakan garis yang precise,
. Batas bawah jantung: dimulai dari tulang rawan iga dibentuk oleh garis tengah yang ditarik mulai dari
ke 6 kanan hingga ke apeksjantung di sela iga ke-5 manubrium sternum hingga processus xyphoideus.
garis midklavikula kiri. Garis midcloviculor merupakan garis yang ditarik
. Batas kanan dan kiri jantung: mengikuti garis yang secara vertikal dari titik tengah klavikula dan ter-
menghubungkan ujung kiri dan kanan batas atas dan diri atas garis midclaviculor kiri dan kanan. Untuk
bawahjantung. Batas kanan dan kirijantung disebut menentukannya adalah dengan meraba keseluruhan
juga batas pulmonal. tulang klavikula, kemudian tentukan titik tengahnya.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik jantung secara Dari titik tengah ini ditarik garis lurus ke kaudal.
akurat, pemeriksa harus memahami topografi dinding Biasanya pada pria normal garis midclovicula ini
jantung dengan menggunakan patokan berupa garis-garis melewati papila mammae.
dan titik-titik tertentu. Patokan yang digunakan adalah Garis aksila anterior adalah garis yang ditarik secara
sebagai berikut2, 3(Gambar 3): vertikal dari lipatan aksila anterior (massa otot yang
. Sternum membatasi aksila).
. Klavikula Garis aksila posterior adalah garis yang ditarik secara
168 IIMU DIAGNOSTIK FISIS

vertikal dari lipatan aksila anterior (massa otot yang atau hipertensi sistemik bisa mengalami sleep opnea
membatasi aksila). syndrome yang ditandai dengan sering tidurnya pasien
. Garis midaksila adalah garis yang ditarik dari puncak saat dianamnesis. 1
aksila, paralel dengan garis midsternal, dan berada
di tengah antara garis aksila anterior dan garis aksila Tinggi badan
posterior. Pasien dengan sindrom Marfan biasanya memiliki
Secara umum, pemeriksaan jantung meliputil,3: regurgitasi aorta, aneurisma diseksi aorta, dan prolaps
. Keadaan umum: kesadaran, tinggi badan, berat badan, katup mitral. Ciri-ciri pasien dengan sindrom Marfan
dan inspeksi pasien. adalah: postur tinggi kurus, dengan panjang rentangan
. Tanda-tanda vital: tekanan darah dan denyut arteri. tangannya meiebi hi ting g inya, ectopio /enfis (pergeseran
. Penilaian jugular venous pulse atau malposisi lensa mata), jari tangan yang panjang
. Pemeriksaan jantung: inspeksi, palpasi (meraba), (Gambar 4A), sendi yang hiperekstensi, dan palatum yang
perkusi (mengetuk-ngetuk dinding dada), dan auskultasi tinggi.l
(mendengarkan bunyi-bunyi jantung). Pasien dengan sindrom Turner memiliki kecenderungan
. Pemeriksaan edema untuk mengalami coarctotion of oorta. Ciri-ciri pasien
dengan sindrom turner adalah: pasien perempuan, tinggi
<5 kaki atau <L52,4 cm, dengan webbing di leher; puting
yang lebar, dan jari keempat yang panjang (Gambar
4B).'

Berat Badan
Menurut World Health Orgonizotion (WHO) expert
consultotion, orang Asia memiliki faktor risiko diabetes tipe
2 dan penyakit kardiovaskular pada orang yang memiliki
indeks massa tubuh (lMT) dengan cut-off poinl yang lebih
rendah dibandingkan standar IMT WHO. Cut-off point
IMT untuk risiko yang diamati untuk populasi orang Asia
bervariasi dari 22 kglm'z hingga 25 kg/m2. Sedangkan
untuk yang berisiko tinggi memiliki IMT bervariasi dari
26 kg / m2 hi ngg a 31 kg / m2 .10 O b e s i ta s ya n g te rl o ka I i sa s id i

Gambar 3 Garis dan titik patokan dalam pemeriksaan fisis


jantung2

KEADAAN UMUM

Hal yang pertama kali harus dilakukan pemeriksa sebelum


memeriksa jantung pasien adalah melakukan observasi
keadaan umum pasien, misalnya apakah pasien tampak
sesak, lemah atau pucat. Pemeriksaan keadaan umum ini
juga dilakukan dengan memperhatikan kesadaran pasien,
tinggi badan, berat badan, dan inspeksi pasien.

Kesadaran Gambar 4 (A) Pasien dengan sindrom Marfan (B) Pasien dengan
Pasien dengan-obesitas, polisitemia, cor pulmonaLe, sindrom Turnere
PEMERIKSAAN JANTUT.IG 169

abdomen (tipe sentral) memiliki insidensi yang tinggi untuk Xanthomata. Xanthomata tendon merupakan sebuah
terkena hipertensi dan diabetes. Pasien dengan asitesjuga massa yang keras dan berwarna kekuningan yang berisi
harus dipikirkan kemungkinan memiliki penyakit hati, Ca sel lipid-loden foom dan biasanya ditemukan di tendon
ovarium pada wanita, atau gagal jantung kanan, namun ekstensor dari jari. Xanthomata tendon merupakan
gagaljantung kanan lebih jarang terjadi.l pathognomonic untuk hiperkolestrolemia familial. Selain
ditemukan di tendon, xanthomata juga bisa ditemukan
Inspeksi Pasien di wajah dan perut dalam bentuk xanthomata eruptif
Inspeksi pasien dilakukan dengan memperhatikan kulit, (Gambar 5).3

jari dan kuku, dan kepala pasien.

Inspeksi Kulit
Inspeksi pada kulit dilakukan. dengan memperhatikan
warna kulit, merasakan suhu tubuh melalui kulit pasien,
bda atau tidaknya xonthomoto dan/atau rosh.
Warna kulit. Perhatikan warna kulit pasien, apakah
terdapat sianosis, anemia, periodic focial flushing, iaundice, Gambar 5. Xanthomata tendon dan xanthomata eruptif pada
abdomen3
atau b ro n zed pig m e ntotio n.1' 3
Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi
kebiruan saat terjadi peningkatan konsentrasi Rash. Adanya eritema maginatum pada pasien demam
deoksihemoglobin (2,38 g/dL) yang terakumulasi di darah dapat mengarah ke diagnosis demam rematik akut.3
arteri.L3 Sianosis sentral biasanya berhubungan denEan
clubbing dan polisitemia, dan biasanya terlihat saat Inspeksi Jari dan Kuku
saturasi arteri kurang dari 80%. Sianosis sentral paling Nyeri pada jari. Nodus osler adalah lesi yang nyeri yang
baik terlihat di bawah lidah. Sianosis sentral dapat terlihat muncul di lempeng jari pada pasien dengan endokarditis
pada pasien dengan shunt kanan-ke-kiri intrakardiak infektif.3
(misalnya pada Tetralogy of Follot), fistula arterivena
pulmonaiis, atau shunt intrapulmonalis (misalnya pada Clubbing finger. Clubbing finger adalah pembengkakan
jaringan lunak pada bagian distal dari jari tangan atau
COPD, infark pulmonaiis). Sedangkan sianosis perifer
terjadi karena redahnya output atau adanya obstruksi kaki, di dasar kuku (gambar 6A).'zClubbing finger ditandai

vena terlokalisasi. Sianosis perifer biasanya terlihat dengan hilangnya sudut normal antara kuku dengan
pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penyakit
Raynaud, atau obstruksi vena kava.1
Anemia ditandai dengan pucat, paling baik dilihat dari
korrjungtiva. Anemia dapat terjadi pada aliran murmur
pulmonalis, bruit de dioble, venous hum, dan kegagalan
high-output.l
Periodic flushing biasanya terlihat di kulit wajah, leher,
dan dada dan dapat ditemukan pada pasien dengan
sindrom karsinoid. Pasien dengan sindrom karsinoid
memiliki insidensi tinggi terhadap regurgitasi trikuspid
dan stenosis pulrnonal.l
Joundice terlihat kekuningan pada kulit, mukosa
subglukosa, atau sklera. Biasanya dapat ditemukan pada
pasien dengan 1) kongesti hati karena gagal jantung
kanan, regurgitasi trikuspid, atau perikarditis konstriktif
atau 2) hemolisis yang berhubungan dengan disfungsi
katup prostetik.l Gambar 5. (A) Hilangnya sudut normal antara kuku dengan
Suhu. Anemia berat, beriberi, dan tirotoksikosis cenderung
lipatan kuku proksimal pada c.lubbing finger- Sudutnya
meningkat hingga lebih dari 1800. (B) & (C) Schomroth sign.
membuat kulit terasa lebih hangat. Sedangkan pada Pada kuku normal (B), saat didekatkan satu sama lain, akan
klaudikasio intermiten biasanya kulit di ekstremitas bawah terbentuk Jendela' berbentuk diamond. Pada clubbing finger
terasa lebih dingin jika dibandingkan dengan kulit di hilangnya sudut antara kuku dengan lipatan kuku proksimal
(C),
8' 11
ekstremitas atas.3 ' menyebabkan hilangnya Jendela' tersebut.
170 IIMU DIAGNOSTIK HSIS

lipatan kuku proksimal dan hilangnya Jendela' yang


terbentuk antara 2 jari yang didempetkan (Gambar 68
dan 6C).1 Terdapat beberapa teori yang menjelaskan
tentang terjadinya clubbing finger, antara lain vasodilatasi
dengan peningkatan aliran darah ke bagian distal jari
dan perubahan jaringan ikat akibat hipoksia, perubahan
inervasi, genetik, atau plotelet derived growth focfor (PDGF)
dari megakariosit dan kumpulan trombosit berukuran
besar yang tidak dapat mencapai sirkulasi arteri perifer
pada ujung jari.'z Clubbing finger dapat ditemukan pada
pasien dengan penyakitjantung kongenital sianotik dan
endokarditis infektif.l
Sptinter hemorrhage. Splinter hemorrhoge terlihat
sebagai garis tipis berwarna coklat kemerahan, di bawah Gambar 8. Karaheristik pasien dengan stenosis aorta supra-
kuku yang biasanya ditemukan pada pasien endokarditis valvularl2
infektif (Gambar 7).3
kelopak mata yang bengkak dan hilangnya sepertiga
luar alis terlihat pada pasien dengan hipotiroidisme yang
biasanya juga menderita kardiomiopati. Ea rlobe/d io gonat
crease atau Lichtstein's srgrn (lipatan oblik dan biasanya
bilateral) sering ditemukan pada pasien di atas 50 tahun
yang menderita CHD signifikan (Gambar 9). 3

3
Gambar 7. Splinter Hemorrhage

Inspeksi Kepala
Saat melakukan inspeksi kepala pasien, hal yang perlu
dilakukan pemeriksa adalah memerhatikan wajah, telinga,
mata, dan mulut pasien. Kelainan pada kepala yang Gambar 9. EorLobe creeses3
berhubungan dengan kelainan jantung akan dijelaskan
sebagai berikut. Tipe facies lainnya yang berhubungan dengan kelaian
kardiovaskular dijelaskan dalam tabel 1.
Wajah
Beberapa focies dikenal memiliki korelasi kuat dengan Mata
kelainan kardiovaskular. Pasien dengan widely set eyes, Beberapa kelainan di mata yang berhubungan dengan
strabismus, low-set eors, upturned nose, dan hipoplasia kelainan pada jantung, antara lain3:
mandibula berhubungan dengan terjadinya stenosis aorta . Xanthelasma (plak kekuningan di kelopak mata)
supravalvular (Gambar 8). meningkatkan kecurigaan terhadap adanya hiper-
Moon facies dengan jarak mata yang lebar mengarah lipoproteinemia.
ke stenosis pulmonal. Wajah tanpa ekspresi dengan . Arcus senilis (garis lengkung kelabu berada di sekeliling
PEMERIKSAAN JANTUNG t7t

mata) meningkatkan kecurigaan terhadap adanya langsung den gan sphyg momo nometer. Sphygm oma nometer
hiperkolesterolemia. terdiri atas sebuah manset terbuat dari karet yang bisa
. Perdarahan konjungtiva dan Roth's spot sering terlihat digembungkan, sebuah bulb lerbual dari karet unutk
pada endoka rditis i nfektif. menggembungkan manset, dan sebuah manometer untuk
. Hipertelorism berhubungandenganpenyakitjantung mengukur tekanan di dalam manset.3 Saat ini terdapat
kongenital, terutama pada stenosis pulmonal dan 3 jenis manometer yang banyak digunakan: merkuri,
stenosis aorta suPravalvular. aneroid, dan hybrid.la Prinsip pengukuran menggunakan
. Blue sclero pada osteogenesis imperfecta berhubungan sphygmomanometer adalah mendeteksi muncul dan
dengan regurgitasi aorta. hilangnya suara korotkoff di itas arteri yang terkompres
. Perpindahan lensa (displacement of lens) sering terlihat dengan menggunakan stetoskop. Suara korotkoff adalah
pada sindrom marfan, yang merupakan penyebab suara bernada rendah yang berasal dari pembuluh darah
regurgitasi aorta. yang berhubungan dengan turbulensi yang dihasilkan oleh
arteri yang tersumbat sebagian oleh cuff.3
Mulut Pengukuran tekanan darah dimulai dengan pasien
Kelainan di mulut yang biasanya berhubungan dengan yang diminta beristirahat selama 5 menit, kemudian
kelainan pada jantung antara lainL3: pemeriksa memilih ukuran m'anset yang tepat. Americon
. Sianosis sentral paling jelas terlihat di bibir, mukosa Heart Associotion (AHA) mengeluarkan rekomendasi
mulut, dan lidah. Sianosis bisa menjadi tanda-tanda ukuran manset agar mendapatkan hasil tekanan darah
adanya penyakit jantung pada seseorang, terutama yang tepat.ls Rekomendasi dari AHA untuk ukuran manset
penyakitjantung kongenital dengan shunting kanan- dijelaskan dalam tabel 2.
ke kiri.
. Lengkung arkus palatum yang tinggi biasanya ber-
hubungan dengan penyakit jantung kongenital seperti
pada prolaps katup mitral. . tlkuroalnan*e! ing'.ri',, r,:...,:,-,,: .,
. Ptechiae di palatum juga sering dihubungkan dengan
direkomendasikan
endokarditis infektif. ,,. x,12 c$"{d,et*asE*etil},,,',:-,1,,'.,.r
16 x 30 cm (dewasa)
16 x 36 cm (dewasa besar)

TANDA.TANDA VITAL L6x42cm (paha orang dewasa)


4x8cm
Penilaian tanda vital yang penting pada pasien dengan prrematurl
kecurigaan penyakit jantung atau yang memang sudah
memiliki riwayat penyakit jantung adalah pengukuran
tekanan darah dan denyut arteri. Kemudian setelah pasien diistirahatkan, pasien
diposisikan sedemikian rupa agar pemeriksa bisa
Tekanan darah mendapatkan hasil tekanan darah yang optimal.
-ekanan darah dapat diukur secara langsung dengan Rekomendasi AHA mengenai pengu.kuran tekanan darah
nrrrenggunakan kateter intra-arterial atau secara tidak dijelaskan dalam tabel 3.4'14'ls
t72 IIMU DIAGNOSTIK FISIS

Pasien haru*',duduk dengan'nyaman' dj kursi .dengan Tekanan d'iastolik lebih tingglil padaIposiii duduk, sedangkan
sandaran;'kaki menapak lantai (jangan disilang), dan lengan tekanan sistolik lebih tinggi pada posisi supinasi.
atas diperlihatkan. Pungg'ung, yang tidak' bersandar'dapat,nteninglatkan tekanan
diastolik. sedangkan kaki'yang ilisilangkan ilapat,merring*atkan
tekanan sistolik.
Lengan'pisien haius ditopang s4alai Oengan jantung Jika lengan atas di bawah batas atrium kanan, maka hasil
pembaca'an
.tekanan darah akan menjadi tertalu tinEgi; jika
lengan atas di atas batas jantung, maka frasit pemUaca;;;;.'ri;;
menjadi terlalu rendah.
Jika .fen$an:1idak ditopang dan dipegang/ditahan oleh pasien
sendjri tekanbn akaO'Jehih tinggi.,,. r l

Bagian bladder dari manse-t harus melingkupi paling tidak Manset yang di bawah ukuran meningkatkan kesalahan dalam
80% lingkar lengan pada orang dewasa, Bagian tengah pengukuran
manset diposjsikan ,pada ar.teri .brakialis, ikatan manset
jangan terlalu kencang, dan batas bawah manset
berada 2
cm di a-tas fossa cubiti. untuk memberi rualg petetakkan
stetoskop.
Letakkan kepala stetoskop (sebaiknya menggunakan bagian
bel/) di atas fos iq qubiti.dae,rah medial diatas arteri brakialis
(gambar L0), Kepala stetoskop sebaiknya tidak diselipkan
di manset karbna dapat'mengacaukan b.urryi. '
Manset dikembangkan secapatnya sampai 70 mmHg, lalu
naik'pelan-pelan sebanyak 10 mmHg hingga rnencapai ,

20* 30 mmHg diataS denyur nadi.radialis hilang.


Kemudian tekanan diturunkan perlahan dengan kecepatan Penurunan tekanan yang lebih cepat dari 2,mmlig:per detik akan
mHgldetik sarnpai terden gar bunyi tcorJttoft
2 l rn
mengakibatkan tekanan sistolik tertihat tebih:fendah dan tekanan
diastolik terlihat lebih tinggi
Pada saat menurunkan tekanan sphygmomonometer, Tekanan darah sistolik:adalah tekanan darad tertinggi yang
terdapat5fasesuara,yaitu:. : ' ,, pada pembuluh darah arteri,segera, setelah ventrikel
timb,ul
berksntraksi
1.. Fase 1: suara detakyangjelas,,yang:muncuI seiring atau mengalami fase sistolik. . ;rl . ,,
dengan murlculnya denyut radiatis Tekanan.darah dlastolik adatah tekanan darah terendah saat
2. Fase 2; suara menjadi lebih,,halus dan panjang i tekanan menurun selama fase diastolik ventrikel.
3. Fase 3:'suara meliadi lebih nyaiing dan keras
4.' Fase 4; suara mCnjadi rendah dan lebih halus Tekanan darah normal menurut JNC VII adalah sistolik < 120
5, Fase 5: suara hilang sempurna. Merupakan fase mmHg dan diastolik <80 mmHg.
terakhir terdengarnya suara.
Bl nyl,.li,arrg, pertama
rkp! i,.leideng:a r haru.q dicatat seba gai
tekanail sistolik,' #angkan : o'iinyir :ring teia:kh ir harus
dicatat sebagai tekanan.diastolik. r,, .i . , .

Setelah bunyi L6rotk6ff ,,men g hi la n g, manset dikempiskan


perlahan-[ahan sebanyak 1Q mmFig lagi, uniuk mendeteki
kernu n gki nan .kesalahan penden garan, kemudian, baru
dikempiskan secara: eepat pasien kemudian dipersilahkan
istirahat selama 30 detik.
Baik pasien maupqn pemeriksa,tidak boleh bica.ra selama
Berbicara selama pengukuran dapat mengakibatkan hasil yang
pengukuran.
menyfmpang
Sumber: AHA
PEMERIKSAAN JANTUNG
173

pengukuran tekanan darah di paha, manset diletakkan di


sekeliling bagian posterior tengah paha dan stetoskop
diletakkan di arteri fossa popliteal. Jika tidak terdapat
manset paha, maka pengukuran dilakukan di bagian
kaki dengan batas distal manset diletakkan di maleolus
dan stetoskop diletakkan di arteri tibialis posterior atau
dorsalis pedis.

Tamponade Jantung
Tamponade jantung dapat dicurigai pada pasien yang
memiliki tekanan darah arteri rendah dan pulse yang cepat
dan lemah. Ciri khas tamponadejantung adalah terjadinya
pulsus paradoksus, yaitu turunnya tekanan darah secara
Gambar 10. Cara pengukuran tekanan darah meng_ berlebihan > L0 mmHg saat inspirasi. 11
gunakan sphygmomanomete12 Untuk mengukur pulsus paradoksus, pasien diminta
bernapas seperti biasanya. Naikan tekanan hingga tidak
Tekanan darah sebaiknya diperiksa di kedua tangan, ada suara yang terdengar. Kemudian turunkan tekanan
baik secara berurutan maupun bersama-sama. pada hingga terdengar suara yang muncul saat pasien ekspirasi.
keadaan normal, perbedaan pengukuran kurang dari Catat tekanan tersebut. Kemudian tekanan diturunkan
10 mmHg. Pada beberapa keadaan, terdapat hasil lagi secara perlahan hingga terdengar suara yang muncul
pengukuran tekanan darah yang abnormal. Berikut adalah saat pasien inspirasi. Catat tekanan tersebut. Seseorang
beberapa kelainan pada jantung yang mempengaruhi hasil dicurigai mengalami tamponade jantung jika perbedaan
pengukuran tekanan darah. di antara kedua tekanan tersebut > 1_0 mmHg. 3

Hipotensi Ortostatik Denyut Arteri


Untuk mengetahui adanya hipotensi ortostatik pada Pada saat pemeriksaan denyut arteri, ada 3 hal yang harus
seseorang, harus dilakukan pengukuran tekanan darah diperhatikan: L) kecepatan dan irama jantung; 2) kontur
dengan posisi yang berbeda: berbaring dan duduk/berdiri. denyut; 3) amplitudo denyut.3
Seseorang dikatakan memiliki hipotensi ortostatik jika
terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 20 Kecepatan dan lrama Jantung
mmHg danlatau diastolik lebih dari 10 mmHg, terhadap Denyutjantung per menit dapat ditentukan secara cepat
respons perubahan posisi dari berbaring ke berdiri dalam 3 dengan menghitung denyut arteri perifer dari berbagai
menit disertai munculnya gejala pusing atau pingsan.l11 pada tempat. Tempat yang paling sering digunakan untuk
sebagian besar pasien hipotensi ortostatik juga disertai menilai denyut arteri adalah arteri radialis.2,3 pemeriksa
peningkatan denyut jantung. meraba arteri radialis pasien dengan menggunakan
jari kedua, ketiga, dan keempat. Jika iramanya regular
Su prava lvulo r Aortic Sfenosis dan kecepatannya normal, hitung denyut dalam 30
Untuk mengetahui adanya supravalvular aortic stenosis, detik kemudian dikali 2 untuk mendapatkan jumlah
pemeriksa harus membandingkan tekanan darah kiri dan denyut per menit.2,3 Frekuensi denyut jantung normal
kanan tanpa membandingkan perubahan posisi. pada 60-100 denyut per menit. Namun, jika irama denyut
pasien dengan stenosis aorta supravalvulari biasanya tidak reguleri maka irama jantung harus dihitung selama
didapatkan lengan kanan hipertensi dan lengan kiri 60 detik. Tentukan apakah ketidakteraturan denyutnya
hipotensi dengan perbedaan lebih dari 10 mmHg di antara regular (regularly irregular) atau tidak regular (irregularly
keduanya.ll irregular). Irama yang regularly irregular merupakan
denyut yang tidak regular namun memiliki pola tertentu.
Coorctation of Aorta Sedangkan irregularly irregular tidak memiliki pola. pada
Kecurigaan adanya coarctotion of oorta muncul jika saat ketidakteraturan denyut terjadi, keberadaan aritmia
didapatkan perbedaan tekanan darah di kaki dan di patut dicurigai. Pada keadaan ini, denyut arteri mungkin
Iengan, dimana tekanan darah sistolik di kaki lebih rendah tidak menggambarkan denyut jantung secara tepat.
dari tekanan darah sistolik di lengan dengan perbedaan Pengukuran denyut jantung dan arteri harus dilakukan
minimal 20 mmHg.3 secara simultan dengan meletakkan stetoskop ke bagian
Pengukuran tekanan darah di paha/kaki prinsipnya apeksjantung dan meraba denyut arteri secara bersamaan.
sama dengan pengukuran tekanan darah di lengan. Untuk Jika ternyata kecepatan denyutjantung di apex lebih cepat
174 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

dari denyut arteri, hal itu dinamakan pulsus defisit. Pada


keadaan seperti itu, denyutjantung yang didengarkan di
apeks jantunglah yang lebih akurat.

Gambar 12. Pengukuran denyut arteri karotid


Sumber: Video pemeriksaan fisik jantung IPD RSCM-
FKUI

tekanan darah dan denyutjantung. Masing-masing arteri


karotid harus dinilai secara terpisah dan tidak boleh diukur
secara bersamaan.
Gambar 11. Teknik pengukuran denyut arteri Untuk menilai kontur dan amplitudo, tangan pemeriksa
radialis3 menekan karotid arteri dengan cukup kuat sedemikian
rupa sehingga terasa dorongan maksimal. Pada saat ini,
Kontur dan Amplitudo Denyut gelombang biasanya bisa terlihat. Denyut nadi dapat
Kontur adalah bentuk dari gelombang. Biasanya digambarkan dengan normal, kurang, meningkat, atau
digambarkan dengan kecepatan upslope, downslope, double-peoked. Gelombang karotid normal biasanya
dan durasi dari gelombang. Pemeriksaan kontur dan memiliki gambaran yang halus, dengan upstrokeyanglebih
amplitudo biasanya dilakukan di arteri karotid. Sebelum tajam dan lebih cepat dibandingkan dengan downstroke.
melakukan palpasi, sebaiknya pemeriksa mendengarkan Sedangkan denyutyang kurang biasanya kecil dan lemah.
ada atau tidaknya bruit. Jika ternyata terdengar bruit, maka Denyut yang meningkat digambarkan dengan denyut
jangan memalpasi arteri. Untuk memalpasi arteri karotid, yang besari kuat, dan hiperkinetik. Denyut double-peaked
letakkan jari telunjuk dan jari tengah di tiroid kartilago memiliki perkusi yang mencolok dan gelombang tidal
dan kemudian geser ke arah laterah antara trakea dan dengan atau tanpa gelombang dikrotik.3
otot sternokleidomastoid. Palpasi sebaiknya dilakukan Macam-macam istilah pulsus abnormal yang
di leher bawah untuk menghindari penekanan terhadap menggambarkan kelainan pada jantung dijelaskan dalam
sinus karotid yang dapat mengakibatkan refleks turunnya tabel 4.2,3,tl,16,17

Definisi Keterangan
Pulsus paradoksus Penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg Pulsus paradoksus dapat terpalpasi saat
saat inspirasi. perbedaan tekanan melebihi 15=20 mmHg.
Pulsus paradoksus tidak spesifik'untuk
Deteksi optimal pulsus ini biasanya membutuhkan tamponade perikardial dan bisa ditemukan
sphygmomanameter, meskipun dapat pula hanya pada keadaan lainnya seperti emboli paru; syok
menggunakan palpasi (denyut menguat saat ekspirasi, hemorrhagik, penyakit par:u .obstruktif berat,
dan melemah atau hilang saat inspirasi). Paling baik
dideteksi pada arteri perifen
Pulsus alternans Variabititas dari beot-to.beof amplitudo pulse. Denyut Pulsus alternans biasanya ditemukan pada
teraba kuat dan lemah bergantian dengan irama yang pasien dengan gagai jantung kongestif dan
Ar.*Arl regular. kardiomiopati.
Pulsus bigemini Pulsus ini mir,ip dengan pulsus alternans, muncul dalam Penyebabnya adalah denyut normal yang diikuti
bentuk yang berpasangan, dengan kekuatan yang kontraksi prematur.
n n /\
r]*##*1:N
berbeda (denyut normal dan denyut akibat kontraksi
prematur). Karena berhubungan dengan ekstrasistole
maka iramanya ireguler.
PEMERIKSAAN JANTUNG 175

Pulsus bisferiens Peningkatan pulsus arteri dengan double systolic peok. Bisa ditemukan pada regurgitasi aorta,
Puncak pulsus pada sistolik teraba dua buah dengan kombinasi stenosis dan regurgitasi aorta, pada

t\ kekuatan yang serupa, amplitudo yang tinggi dan kondisi high output.

J\
Pulsus bifid
kecepatan naik/turun yang cepat

Pulsus dengan 2 puncak. Pulsus ini dikarakteristikan


dengan kontur spike dan dome. Spike terbentuk
Pulsus klasikyang ditemukan pada kardiomiopati
hi pertropik obstruktif.
dari pengosongan ventrikel saat early sysfo/ic yang
A

Jllr\
berlangsung dengan sangat cepat kemudian diikuti fase
pengosongan sistolik yang lebih lambat, membentuk
gambaran dome. Perbedaannya dengan pulsus
bisferiens adalah biasanya pulsus ini tidak terdeteksi saat
pemeriksaan fisik di bedside, kecuali terdapat obstruksi
outflow yang berat.
Pulsus hipokinetik Pulsus dengan amplitudo yang menghilang, dapat Biasanya ditemukan pada keadaan yang
meliputi pulsus tardus dan pulsus parvus. membuat penurunan stroke volume, seperti
Pulsus parvus: Pulsus dengan amplitudo yang rendah hipovolemia, stenosis aorta, gagal ventrikel kiri,

.-) /\ \_...- tanpa disertai perlambatan peningkatan puncak.


Pulsus tardus: Pulsus dengan peningkatan (upstroke)
dan stenosis mitral.

puncak yang lambat.


Pulsus hiperkinetik/ Pulsus dengan amplitudo besar dan peningkatan yang Amplitudo besar menunjukkan stroke
celer cepat. volume yang besar, peningkatan yang cepat
menggambarkan kecepatan kontraksi.
A
t\
\\
t\
Pulsus dikrotik Pulsus dengan dua puncak, puncak pertama sistolik dan Pulsus dikrotik dapat ditemukan pada pasien
n puncak kedua diastolik. Biasanya dapat
palpasi arteri karotid.
dideteksi dari muda dengan disfungsi miokardial berat, stroke
volume yang rendah, dan resistensi sistemik
--l.7il
anakrotik
Pulsus
yang tinggi.
Pulsus yang memiliki gambaran amplitudo yang kecil Biasanya ditemukan pada stenosis aorta.
(parvus), upstrake yang lambat atau s/ow rising pulse
\- {tardus) dengan nofch ditermukan pada ascending limb
-/ (qnacrotic nofch). Pulsus ini disebutjuga pulvusporvus
et tordus.
Pulsus Corrigan Merupakanjenispulsusyangmengembangsaatsistolik Ditemukanpadaregurgitasi aorta.Berhubungan
(waterhommer) dengan cepat dan tiba-tiba. Pulsus yang "melompat" dengan tanda De Musset atau Lincoln.
(bounding) dan kolaps secara cepat.

A
J \._
Pulsus durus Pulsus yang sangat keras sehingga sulit dikompresi. Ditemukan pada aterosklerosis dan dapat
berhubungan dengan tanda Osler..

PENILAIAN TEKANAN VENA JUGULARIS vena kava atau atrium kanan, yang dimana, saat tidak ada
stenosis trikuspid nilainya sama dengan tekanan ventrikel
::meriksa, dalam hal ini dokter, harus memeriksa vena di kanan saat end -d iostolic.3
:rer untuk mendeteksi peningkatan tekanan vena sentral/ Pemeriksaan tekanan vena paling baik dilihat
:e"troL venous pressure (CVP) dan mendeteksi kelainan dari pulsasi di vena jugularis interna, karena selain
.:esifik dari bentuk gelombang vena, yang merupakan menggambarkan tekanan di atrium kanan, vena jugularis
,:rakteristik dari aritmia dan beberapa kelainan katup, interna juga memberikan informasi mengenai bentuk
:arikardium, dan miokardium.l8 CVP merupakan tekanan gelombang. Pulsasi vena jugularis interna berada di bawah
176 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

otot sternokleidomastoid. Pemeriksaan juga sebaiknya tekanan vena menurun secara tiba-tiba.18 Berikut adalah
dilakukan dari sisi kanan pasien, karena vena di sebelak gambaran karakter normal pulsasi denyut vena jugularis
kanan memiliki rute langsung ke jantung, berbeda dari (Gambar L4).
sebelah kiri yang harus melewati mediastinum terlebih
dahulu sebelum mencapai jantung.
Jika pulsasi di vena jugularis interna tidak terlihat,
maka pemeriksa dapat mencari vena jugularis eksterna.2
Posisi vena jugularis eksterna menurun dari sudut
mandibula hingga ke medial klavikula pada batas posterior
otot sternokleidomastoid.le Meskipun vena jugularis
eksterna lebih mudah untuk ditemukan, namun hasil yang
digambarkannya kurang akurat.3

Menentukan Bentuk Gelombang Jugularis Interna


Untuk melihat bentuk gelombang jugula4 pasien harus
berbaring pada meja pemeriksaan yang datar tanpa
bantal, sehingga leher pasien tidak fleksi dan mengganggu
pulsasi.3 Kemudian posisi pasien dielevasi sedemikian
rupa sehingga pemeriksa dapat melihat ujung vena.I8
Namun. pada beberapa literaturi dinyatakan posisi pasien
dielevasi 30 derajat2 atau 45 derajat.l Semakin tinggi
tekanan vena, semakin besar elevasi yang dibutuhkan;
dan semakin rendah tekanan, semakin kecil elevasi yang
dibutuhkan. Kepala pasien sebaiknya sedikit menengok ke
arah kanan dan sedikit diturunkan untuk merelaksasikan
otot sternokleidomastoid.3
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, dengan
tangan kanan memegang senter, diletakkan di atas
sternum pasien dan senter menyinari sisi kanan leher
pasien secara tangensial (Gambar L3). Dengan teknik
seperti ini diharapkan bayangan dari pulsasi terbentuk di
belakang pasien. Jika tidak terbentuk bayangan, pemeriksa
sebaiknya menurunkan sudut kepala tempat tidur. Sebagai
catatan, denyut jugular harus dibedakan dari denyut
arteri karotid (tabel). Perbedaan yang paling mencolok Gambar 13. Teknis untuk melihat bentuk ge-lombang
jugula13
di antara keduanya adalah karakter dari pergerakannya.
Pulsasi vena memiliki pergerakan ke arah dalam atau
menurun. Sebaliknya, pulsasi arteri memiliki pergerakan
ke arah luar atau naik. Teknik tersebut ditampilkan dalam
gambar berikut ini.3
Karakteristik denyut atau pulsasi vena jugularis
cukup sulit bahkan bagi yang sudah berpengalaman
sekalipun. Terdapat 3 gelombang positif (A, C, dan V) dan
3 gelombang negatif (turunan x, x', dan y). Gelombang
A menggambarkan kontraksi atrium kanan; turunan x
menggambarkan relaksasi atrium kanan; gelombang C Gambar 14 Gelombang pulsasi vena18
menggambarkan kontraksi ventrikel kanan dan penutupan
katup trikuspidl turunan x' terjadi karena lantai dari
atrium kanan bergerak ke bawah. menjauh dari vena Menilai Tekanan Vena Jugula rI J u g u la r Vein Prcssu rc
jugular saat kontraksi ventrikel kanan; gelombang V (JVP)
menggambarkan pengisian atrium kanan; dan turunan y Atrium kanan normal berfungsi sebagai ruang kapasitansi.
muncul saat pembukaan katup trikuspid di awal diastol, Tekanan atrium kanan rata-rata cukup rendah, yaitu
mengakibatkan- atrium mengosongkan ke ventrikel dan kurang dari 5 mmHg.1 Untuk menilai tekanan di sisi kanan
,ilCRII(SAAN JANTUNG 177

raritung, pemeriksa harus terlebih dahulu menentukan Untuk menentukan JVP, pertama-tama pemeriksa
xternal reference level, yaitu level titik nol. Hingga saat harus menentukan tinggi distensi vena dengan menandai
'ni
terdapat 2 titik referensi yang umum digunakan: sudut puncak gelombang di pulsasi vena jugularis interna.
sfiernal/ manubriosternal dan sumbu phlebostatic. Pada Pemeriksa harus membuat garis horizontal imajiner ke arah
r'r'retode sudut sternal, JVP sama dengan jarak vertikal sudut sternal. Kemudian pemeriksa mengukurjarak antara
arrtara titik vena leher paling atas ditambah 5 cm. Metode sudut sternal ke garis imajiner tersebut. Sudut elevasi
r',i biasanya disebut "method of Lewis" (Gambar L5).18 kepala tempat tidur juga harus diperkirakan. McGeel8
Lma sentimeter merupakan jarak dari sudut sternal dalam bukunya menyatakan bahwa pemeriksa dapat
r*e tjitik tengah atrium pada manusia dengan ukuran mengatur posisi pasien hingga vena di leher terlihat.
rlarn bentuk dada normal dan dalam segala posisi.2, 18 Pada beberapa keadaan, visualisasi ini dapat dibantu
Sedangkan titik sumbu phlebostatic adalah titik tengah dengan membendung bagian bawah vena jugularis interna
amtara permukaan anterior dan posterior dada pada sehingga vena terisi penuh (Gambar l-7A), kemudian
,ere{ ICS keempat (gambar 16). Sudut sternal merupakan dilanjutkan dengan membendung bagian atas vena jugularis
-ffirik referensi yang lebih baik untuk pemeriksaan di interna di bawah mandibula (Gambar 17B), lalu lepaskan
:iarmping tempat tiduI karena dokter dapat menentukan bendungan di bagian bawah (Gambar L7C). Vena akan kolaps
mtlrasi sudut sternal lebih mudah dibandingkan sumbu setelah dilepaskan bendungan di bagian bawalh, dan biasanya
lprtmbbostatic.18 titik kolaps teratas akan lebih mudah tervisualisasi.

Gambar 15. Pengukuran tekanan vena menggunakan method of Lewiss

Phlebostatic axis crosses


the right atrium of heart
t
I
I
I

Gambar 16. Pengukuran CVP menggunakan metode sumbu phlebostatic


Sumber: https://my.methodistcollege.edulCSFileServer/cp/pd/onl777ONLL77_print.html
t78 ILMU DIAGNOSNK FISIS

Gambar 17. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi titik kolaps (Sumber: Video pemeriksaan fisik umum IpD RSCM-
FKUD

Berdasarkan penjelasan di atas, CVp dikatakan Sebelumnya pemeriksaan ini dinamakan refluks
meningkat apabila: L) JVP melebihi 8 cm H20 menggunakan hepatojugular yang dikenalkan oleh Pasteur tahun
,L885
"method of Lewis" (>3 cm di atas sudut sternal + 5 cm), sebagai tanda pathognomonic dari regurgitasi trikutpid.
atau 2) lebih dari L2 cm H2O dengan menggunakan Namun, pada tahun 1925, dokter menyadari bahwa
metode sumbu ph lebostotic.ls penekanan yang dilakukan di bagian abdomen manapun,
Peningkatan JVP menggambarkan peningkatan tidak hanya hepal akan memunculkan refluks ini.ls
tekanan end-diastolic ventrikel kanan dan penurunan
ejection fraction ventrikel kanan, dan hal ini meningkatkan
risiko kematian dari gagal jantung. PEMERIKSAAN JANTUNG

Evaluasi Refluks Abdominojugular Dalam melakukan pemeriksaan jantung, pasien sebaiknya


Tes inidilakukan untuk menilai fungsi ventrikel kanan dan berada dalam posisi telentang (supinasi), dengan bagian
mendeteksi adanya gagal jantung ventrikel kanan subklinis, atas tubuh dinaikan sekitar 300. Terdapat 2 posisi lainnya
tricuspid regurgitasi, atau gagal jantung kiri simtomatik. yang juga dibutuhkan dalam melakukan pemer"iksaan
Tes ini dilakukan dengan cara menekan abdomen jantung: L) menghadap ke arah kni (left lateral decubitus)
untuk melihat distensi pada vena jugular. prosedur dan 2) duduk dan menjorok ke depan. Pemeriksa berdiri
pelaksanaannya adalah dengan pasien dibaringkan di di sisi kanan pasien.2 Pemeriksaan jantung terdiri atas
tempat tidur dengan mulut terbuka dan diminta bernapas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
seperti biasa. Hal ini dilakukan untuk mencegah valsava
maneuver yang nantinya membuat hasil pemeriksaan tidak Inspeksi 1

akurat. Penekanan dilakukan pada perut bagian tengah Sebelum menilai kondisi jantung pasien, pemeriksa
selama L0-30 detik ke arah dalam dengan tekanan sebesar sebaiknya memerhatikan beberapa hal yang dapat dilihat
8 kg.r,r.+ra Penekanan dapat dibantu dengan meletakkan dari dinding dada pasien, seperti pernapasan pasien,
manset sphygmomonometer yang dikembangkan sebagian kelainan kulit atau tanda bekas operasi jantung, bentuk
antara tangan pemeriksa dan abdomen pasien hingga tulang punggung yang tidak normal (seperti kifoskoliosis)
mencapai tekanan 35 mmHg, setara dengan beban 8 kg.a yang dapat mengubah posisi jantung, deformitas tulang
Penekanan harus dilakukan dengan gentle untuk beratyang dapat mengganggu fungsi paru, dan benjolan
menghindari rasa nyeri dan tidak nyaman kerena jika alat pacu jantung yang biasanya terletak di bawah
pasien merasakan nyeri, hasil pemeriksaan bisa menjadi muskulus pectoris kanan atau kiri. Selanjutnya pemeriksa
false positive. Respon normal pada proses ini adalah harus memperhatikan lokasi apeks jantung atau point
terjadinya peningkatan distensi (sebanyak 4 cm Hr0), of maximol impulse (PMI)., Posisi apeks normal adalah
baik pada vena jugular interna maupun eksterna, yang sekitar L cm medial dari garis mid klavikula pada sela iga
bersifat sementara (satu atau dua denyut) sebelum ke 5 sebelah kiri. Dalam melakukan inspeksi, sebaiknya
kembali menjadi normal atau di bawah normal. Hal ini pemeriksa menggunakan penerangan. Gunakan palpasi
terjadi karena adanya peningkatan aliran darah dari vena untuk mengonfirmasi karakteristik impuls apeks.2
splanchnic menuju jantung akibat peningkatan tekanan
abdomen.l, 18 Pemeriksaan ini dianggap positif (misalnya Palpasi
pada gagal ventrikel kanan atau peningkatan tekanan Palpasi dilakukan untuk mengonfirmasi impuls apeks yang
pulmonary arterywedge) jika ditemukan peningkatan JVp sebelumnya sudah dilihat saat inspeksi, dan mengevaluasi
sepanjang penekanan abdomen dan turun secara cepat ventrikel kanan, arteri pulmonal, serta pergerakan ventrikel
(minimal 4 cm) setelah penekanan di abdomen dilepas. kiri.2,3
PEMERIKSAAN JANTUNG 179

Pal pasi di la ku kan denga n meng gunakan uj ung -uj un g Pemeriksaan palpasi yang dilakukan meliputi:
jari atau telapak tangan, tergantung sensitivitasnya. Area . lctus cordis atau point of moximul impuls (PMI)
yang digunakan untuk meraba pulsasi prekordial adalah lctus cordis merupakan pulsasi di apeks. Denyut
area apeks. parasternal bawah, basis kiri (parasternal apeks jantung harus dipalpasi dan ditentukan letak
ICS kedua sebelah kiri, "area pulmonal"), basis kanan posisinya. Posisi denyut apeksjantung dapat bergeser
(parasternal ICS kedua sebelah kanan, "area aorta"), dan dari normaljika terjadi pembesaran jantung, penyakit
area sternoklavikular (Gambar 1"8). paru, aneurisma aorta, atau kelainan tulang. Luas
daerah ictus cordis biasanya adalah sebesar koin.
Untuk memeriksa icfus cordis, pemeriksa sebaiknya
sternoclavicular
berdiri di sisi kanan pasien, dengan ukuran tempat
tidur dibuat senyaman mungkin bagi pemeriksa.
Pasien diposisikan supinasi atau left laterql decubitus
Right base Left base
("aortiC) ("pulmoniC') (LLD). Dari literatur dinyatakan bahwa denyut apeks
Lower pada2040o/o orang dewasa teraba di posisi supinasi,
Apical
parasternal sedangkan 50% teraba pada posisi LLQ terutama pada
mereka yang kurus.2 Gunakan ujung jari di daerah
dada sela iga ke lima, garis midklavikula, karena
Epigastric
daerah tersebut merupakan daerah yang paling
Gambar 18. Lokasi pergerakan prekordiall8 sensitif (gambar 20). Jika impuls apeks tidakterasa,

. dt
Gambar 19. Letak palpasi pada pemeriksaan jantung. A) palpasl apeks; B) palpasi trikuspid; C) palpasi septal;
D) palpasi pulmonal; E) palpasi aorta. (Sumber: Video pemeriksaan fisikjantung IPD RSCM-FKUD
PEMERIKSAAN JANTUNG 181

Ferkusi diastol, serta murmur sistolik dan diastolik.2


Perkusi merupakan metode pemeriksaan dengan cara Lokasi titik pemeriksaan auskultasi adalah (Gambar
mengetuk-ngetuk permukaan, dalam hal ini dinding 24yz'rz
dada, untuk menentukan struktur yang ada di bawahnya.3 . Apeks, bagian paling lateral dari impuls jantung yang
Dalam melakukan perkusi dada, pemeriksa meletakkanjari teraba atau disebutjuga area mitral, untuk mendengar
tengah tangan kiri di dinding dada pasien paralel dengan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
ruangan di antara tulang iga, sedangkan telapak dan . Sela iga ke 4-5 parasternal kiri dan kanan, disebut
keempat jari lainnya diangkat.3 Tujuannya adalah supaya juga area trikuspid atau left lower sternol border, untuk
tidak meredam suara ketukan. Jari yang digunakan untuk mendengarkan bunyijantung yang berasal dari katup
mengetuk adalahjari tengah kanan dengan menggunakan trikuspid
ujungnya. Pada waktu pengetukan, sebaiknya pemeriksa . Sela iga ke-3 kiri untuk mendengarkan bunyi patologis
menggerakkan sendi pergelangan tangannya, bukan sendi yang berasal dari septal bila ada kelainan seperti ASD
siku, untuk menghasilkan gerakan yang cepat dan tajam atau VSD.
'mengarah ke terminal phalanx (Gambar 23).3 . Sela iga ke-2 kiri di samping sternum, disebut juga
area pulmonal atau left bose, untuk mendengarkan
bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.
. Sela iga ke-2 kanan di samping sternum, disebutjuga
area aorta atau right bose, untuk mendengarkan bunyi
jantung yang berasal dari katup.
. Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila
ada penjalaran murmur dari katup aorta ataupun kalau
ada stenosis di arteri karotis sendiri.
Gambar 23. Teknik perkusi jantung (Sumber: Video
pemeriksaan fisik jantung IPD RSCM-FKUD

Perkusi jantung dilakukan di sela iga ke-3, 4, dan


5 (hingga sela iga ke 6 pada beberapa keadaan) dari
garis aksila anterior kiri mengarah ke medial. Secara
normal, akan terjadi perubahan nada dari resononce ke
dullness di sekitar 6 cm lateral dari sisi kiri sternum. Nada
dullness menandakan daerah jantung. Dalam menentukan
kardiomegali, nada perkusi dullness lebih dari L0,5
cm pada sela iga ke-5 memiliki sensitivitas 94,4o/o dan
spesifisitas 67,2o/o .

Teknik perkusi sebenarnya sudah digantikan oleh


teknik palpasi dalam menentukan ukuran jantung.2 Dalam
sebuah literaturjuga dinyatakan bahwa perkusi jantung
hanya memiliki hubungan yang moderat dengan batas
jantung yang sebenarnya.ls Rata-rata kesalahan dalam
Gambar 24. Lokasi titik pemeriksaan auskultasijantung2
menentukan batasjantung, baik batasjantung kiri maupun
kanan, adalah sekitar 7-2 cm (standar deviasi - 1cm1. te
Pada pemeriksaan auskultasi, masing-masing sisi
Auskultasi stetoskop memiliki fungsi yang berbeda. Bagian bell dari
Pemeriksaan auskultasi merupakan pemeriksaan fisik stetoskop berfungsi untuk amplikasi gelombang suara
terpenting pada jantung.2 Dengan auskultasi, pemeriksa dan efektif untuk mendengarkan suara memiliki frekuensi
dapat mendengarkan bunyi jantung, baik yang normal rendah, seperti murmur diastolik jantung atau gallop.
maupun tidak normal, serta bising jantung (murmug bila Sedangkan bagian diafrafma dari stetoskop lebih cocok
ada kelainan di jantung. Pemeriksaan jantung dilakukan untuk mendengarkan suara yang memiliki frekuensi tinggi,
dengan alat stetoskop. seperti murmur sistolik atau bunyi jantung IV.18
Untuk mendapatkan hasil auskultasi yang baik, Selain posisi supinasi atau berbaring, terdapat
pemeriksa harus melakukan pemeriksaan dalam ruangan beberapa manuver posisi lainnya yang dilakukan untuk
yang tenang.z 18 Auskultasi dilakukan untuk mengidentifikasi mendapatkan hasil pemeriksaan auskultasi yang lebih
bunyijantung SL dan 52, suara tambahan pada sistol dan baik pada beberapa keadaan. Posisi dekubitus lateral
182 IIMU DIAGNOSTIK FISIS

Gambar 25. Lokasi auskultasi pada pemeriksaan fisik jantung. A) Apeks; B) Katup trikuspid kiri; C) Katup trikuspid kanan; D)
Septal; E) Katup pulmonal; F) Katup aorta (Sumber: Video pemeriksaan fisik jantung IPD RSCM-FKUD

kiri, yaitu dengan meminta pasien berbaring menghadap meraba arteri radialis atau arteri karotis alau ictus cordis,
kiri, membuat ventrikel kiri lebih dekat ke dinding dada dimana Sl- sinkron dengan denyut arteri-arteri tersebut
(gambar 264). Posisi ini akan menonjolkan suara 53 dan atau dengan cienyut ictus cordis.
54 di sisi kiri dan suara murmLlr dari katup mitral. terutama Fase antara Sl- dan 52 disebut fase sistolik, seciangkan
stenosis mitral. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan fase antara 52 dan SL disebut fase diastolik. Fase sistoiik
menggunakan bagian bell dari stetoskop. Posisi lainnya lebih pendek daripada fase diastolik.
yaitu posisi tegak condong ke depan, dengan meminta
pasien duduk agak condong ke depan, ekshalasi Bunyi Jantung 51
penuh dan kemudian berhenti saat ekshalasi (gambar 51- tedengar baik dengan bel/ ataupun diafragma dari
26B). Posisi ini akan menonjolkan suara murmur dari stetoskop. Frekuensi 51 lebih rendah dibandingkan 52,
katup aorta, terutama murmur akibat regurgitasi katup karena itulah biasanya S1- dideskripsikan dengan suara
aorta.2,3 "lub" dan 52 dengan suara "dup".18 51 merupakan bunyi
yang timbul bersamaan dengan denyutan arteri karotis.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Si
merupakan suara yang dihasilkan dari penutupan katup
mitral dan trikuspid.ls Katup mitral menutup lebih
cepat daripada katup trikuspid, namun biasanya hanya
bisa terdengar satu bunyi jantung yang menandakan
dimulainya fase sistoiik ventrikel jantung.

Gambar 26. Manuver posisi lain pada pemeriksaan auskuitasi.


Bunyi jantung 52
(A) Posisi dekubitus lateral kiri. (B) Posisi tegak condong ke Pada orang muda normal, terdapat splitting normal
depan2 bunyi jantung 52. Komponen pertama dari 52 adalah
menutupnya katup aorta (A2), sedangkan komponen
Bunyi Jantung Normal kedua adalah menutupnya katup puimonal (P2). Saai
Bunyijantung normal terdiri atas bunyijantung S1 dan 52. inspirasi, interval A2 dan P2 terpisah sekitar 20-30
Di area apeks dan trikuspid, bunyijantung S1 lebih keras milidetik. Saat ekspirasi, pendengaran manusia hanya
daripada 52, sedangkan di area basal (pulmonal dan aorta), menangkap satu suara pada kebih darigO% orang normal.
bunyijantung Sl lebih lemah daripada 52. Bunyijantung Sedangkan pada saat inspirasi, pendengaran rnanusia
S1 merupakan suara yang dihasilkan dari penutupan dapat menangkap kedua komponen tersebut (splitting
katup mitral dan trikuspidal, sedangkan bunyijantung 52 fisiologis pada 65-75% orang dewasa normal) atau tetap
merupakan suara yang dihasilkan dari menutupnya katup hanya menangkap satu suara. Semakin tua seseorang, 52
aorta dan pulmbnal. Untuk menentukan S1 adalah dengan hanya terdengar sebagai satu suara.18
PEMERIKSAAN JANTUNG 183

Bunyi Jantung Tambahan karena komponen 52 terbalik: A2 mengikuti P2 dan


seiring P2 melambat saat inspirasi, suaranya muncul
Split
bersama. Sedangkan pada saat ekspirasi, penutupan
Splitting 51 katup pulmonal bertambah cepat sehingga semakin
Splitting 5L kadang bisa terdengar di batas kiri bawah menjauh dari aorta.
sternum, ketika penutupan katup trikuspid tertunda
karena RBBB. Bunyi Jantung 53
Bunyi jantung 53 yaitu bunyi jantung yang terdengar
Splitting 52 saat fase awal diastolik (eorly diostole), sekitar 0,L2-0,18
Splitting merupakan karakteristik dari 52 karena katup setelah 52.18 Bunyi 53 memiliki nada rendah dan tumpul
aorta dan pulmonal menutup di saat yang bervariasi (dull) alau halus.2'17 53 dihasilkan akibat pengisian darah
mengikuti siklus respirasi. Splitting 52 dapat dibagi di ventrikel kiri dari atrium kiri yang berlangsung dengan
menjadi splitting fisiologis, wide physiologic splitting, cepat dan mendadak berhenti pada fase awal diastolik. 53
wide fixed splitting,dan paradoxicol splitting atou reversed dianggap fisiologis jika ditemukan pada anak dan dewasa
splitting (Gambar 27). muda hingga usia 35-40.2 53 juga sering ditemukan pada
. Splitting fisiologis kehamilan trimester akhir. Bunyi 53 patologis, atau disebut
Pada splitting fisiologis, 42 dan P2 terpisah saat jugaventricutor gattop, menyerupai 53 fisiologis. Jika bunyi
i nspi rasi karena i nspirasi memperlamb at P2. Splittin g 53 ditemukan pada pasien berusia di atas 40, maka hal
ini disebabkan karena pada saat inspirasi, aliran itu hampir dipastikan patologis.2 Bunyi 53 juga dianggap
venous return ke ventrikel kanan bertambah sehingga patologis jika disertai gejala.17 Penyebab terjadinya 53
penutupan katup pulmonal melambat, sedangkan patologis antara lain penurunan kontraktilitas miokardium,
aliran venous return ke jantung kiri, sehingga gagal jantung kongesti, dan overlood volume ventrikel,
penutupan katup aorta bertambah cepat. seperti pada kasus regurgitasi mitral atau trikuspid.2
. Wide physiologic splitting Bunyi 53 yang berasal da?i ventrikel kiri (/eff-sided53)
Wide physiologic sptitting berarti splitting yang terjadi paling jelas terdengar di apeks dengan posisi dekubitus
selama inspirasi dan ekspirasi meskipun interval 42 lateral kiri, sementara itu bunyi 53 dari ventrikel kanan
dan P2 bertambah lebar saat inspirasi. (right-sided 53) paling jelas terdengar di left lower sternol
, Wide Fixed Splitting border.2, 17 Auskultasi bunyi 53 paling baik dilakukan
Wide fixed splitting berarti splitting yang terjadi selama dengan menggunakan bagian betl dari stetoskop.2' 17
inspirasi dan ekspirasi, namnun interval A2 dan P2
tetap konstan. Bunyi Jantung 54
. Parodoxicol splitting atau reversed splitting Bunyi jantung 54 yaitu bunyi jantung yang terdengar
Porodoxicol splitting berarti splitting yang terjadi saat sesaat sebelum SL, pada fase akhir diastolik (lote diostolic)
ekspirasi dan menghilang saat inspirasi. Hal ini terjadi atau presistolik.2, 17 Bunyi 54 memiliki nada rendah dan
tumpul (dull) atau halus. 54 dihasilkan akibat kqntraksi
atrium yang lebih kuat dari biasanya untuk memompakan
darah ke ventrikel yang mengalami peningkatan resistensi.
Peningkatan resistensi di ventrikel mungkin terjadi karena
adanya hipertropi atau fibrosis di ventrikel. Oleh karena
itu, bunyi 54 dapat disebut juga atriol gollop. Bunyi 54
dapat ditemukan pada orang normal, terutama pada
atlet profesional dan orang tua.2 Beberapa keadaan
lainnya yang dapat menyebabkan terbentuknya 54
antara lain hipertensi, stenosis aorta, coorctation of oorta,
kardiomiopati hipertropi, penyakit arteri koroner, dan
pemanjangan interval P-R.17
Mirip seperti bunyi 53, bunyi 54 yang berasal dari sisi
kiri (left-sided 54) paling jelas terdengar di apeks dengan
posisi dekubitus lateral kiri.2 Sementara itu, bunyi 54
dari sisi kanan lebih jarang ditemukan, meskipun dapat
ditemukan pada keadaan hipertensi pulmonal dan stenosis
pulmonalis.2 Auskultasi bunyi 53 paling baik dilakukan
Gambar 27. Splitting il lP9 dengan menggunakan bagian bell dari stetoskop.2
184
52' namun
murmur late systolic menyamarkan bunyi
Opening snaP mulai
mempertahankan Sf' Murmur holosystolic
bunyi patologis yang keras' tanpa adanya gap
$"rin{ trop merupkan tinggi dan biasanya ditemukan
dengan 51 dan berhenti saat 52'
karena itu
,nrppiig,pendek, bernada
opening snop terjadi akibat
,ntJu ,rr*ur dan bunyi jantung' oleh
;ri'" i""t; awal diastolik'17 kaku dengan mendadak'
menyamarkan baik 51 maupun S2'2'18
i,oir4staic
ierbukanya katup mitral yang
ditemukan pada kasus
oleh karena itu paling sering
stenosis trikuspid
stenosis mitral. Pada pasien dengan
pasien
juga dapat te rdengar opening snop' namun seluruh
mitral'18 Makin
ieiseUut biasanya juga memiliki stenosis
makin berat derajat
dekatjarak openingsnop dengan 52'
stenosis mitral.
left
Op"rfng snop paling jelas terdengar di.lower
jika menggunakan bagian
sternol borier dan paling baik
diafragma dari stetoskoP'

Aortic click
karena katup
Aortic click adalah bunyi yang dihasilkan
aorta yang membuka cepat dan didapat pada
'"tu'u
kelainan stenosis aorta.

Pericordial Rub
perikarditis konstriktiva'
Pericardial rub didapat pada kasus
dan lapis sistolik2
terjadi gesekan antara perikard lapis viseral CamUa.28. Ilustrasi waktu murmur
puri"t.t. Bunyi ini tidak dipengaruhi oleh.pernapasan'
irnylnyu kasar dan dapat didengar di area.trikuspidal
dan Murmur diastolik diklasifikasikan menjadi
diostolic
arn bisa terdengar pada fase sistolik atau
diastolik eorly diastolic, mid diostolic' dan lofe
"pi["f (Gambar 291'z't' Murmur early diostolic
atau keduanYa. $tresystotkl
adanya 9ap'
rnrlui ,"g"t, setelah bunyi 52, tanpa
51 selanjutnya'
Bising Jantung atau Murmur iun f"r-uairn menghilang sebelum
setelah bunyi
eada f,ap kali melakutan auskultasi
pada titik-titik area' Murmur mid diostolic mulai tidak lama
atau menyatu
pemeriksa harus memperhatikan apakah
terdapat bising 52. Bunyi murmul,bisa menghilang
karakteristik ,ur*ur late diastolic' Murmur late diastolic
jantung (murmur). Bila ada murmur' beberapa i"ngun
l"priystolic) mulai di akhir diastolik dan
bentuk' lokasi biasanya
antara lain waktu'
Vrrg h"t"t diperhatikan 18
inte-nsitas maksi mal, penja la ra n' da n
i ntensitas'2 berlangsung hin99a S1'2'

1. Waktu
menjadi
Berdasarkan waktu, murmur diklasifikasikan
sistolik,diastolik,danberkelanjulan(continuous)'2'
1s Murmur sistolik terjadi kapanpun dari S1-S2;
52 hingga
Murmur diastolik terjadi kapanpun dari
mulai saat
51 setelahnya; Murmur berkelanjutan
diastol'18
sistol namun memanjang hingga melewati
karotid untuk
Pemeriksa dapat memalpasi denyut
r yan g bertepatan
menentuka n waktu mu rmu r' M u rmu
sistolik'2
dengan upstroke denyut karotid adalah
Murmursistolikdiklasifikasikanmenjadirnidsystolic,
dan holosystolic (ponsystotic)
(gambar 28)''z
lote systolic,
murmur
McGeel8 dalam bukunya juga menyertakan
menyamarkan
eorly systolic. Murmur eorly systolic
bunyi 5L, namun mempertahankan
52' Murmur
dan berhenti
midsystotic mulai setelah bunyi S1
tidak disamarkan'
sebeium 52, sehingga suarajantung
Murmur lote sysalic biasanya mulai saat mid atau Gambar 29. Ilustrasi waktu murmur
diastolik2
52' sehingga
tate systote dan berlangsung hingga
PTERXIGAAilJANruNG r85

Murmur berkelanjutan (continuous) merupakan aksilari.


murmur yang dimulai saat sistol dan berlanjut tanpa Bila pada apeks kurang keras, misal karena obesitas,
jeda melewati S2 hingga melewati diastol. Murmur pasien dapat dimiringkan ke kiri, sehingga murmur
jenis ini biasanya terjadi pada pasien dengan potent dapat terdengar lebih jelas. Untuk trikuspid, supaya
ductus orteriosus (PDA), fistula arteriovena, venous hum, lebih jelas, pasien disuruh bernapas dalam (inspirasi)
rvmmqry souffle, dan coorctotion of aorto kemudian tahan. Murmur jantung akan terdengar
Khusus untuk murmur sistolik perlu diperhatikan lebih keras pada inspirasi dan pada ekspirasi murmur
bahwa tidak semuanya terjadi akibat dari kelainan organik akan melemah. Untuk mendengar murmur di katup
kah.rp jantung. Ada kemungkinan karena volume yang aorta dan pulmonal, pasien disuruh duduk dengan
berlebihan, misalnya pada anemia berat dan perempuan stetoskop tetap di lokasi.
hamil. Biasanya murmur sistolik ini halus dan terdengar
4. Penjalaran atau transmisi dari titik intensitas mak-
pada semua ostia. Pembesaran ventrikel, biasanya pada
simal
rcnuikel kanan akibat dilatasi sekunder karena stenosis
Penjalaran tidak hanya menggambarkan tempat
-rnitral, terjadi pelebaran annulus trikuspidal sehingga
murmur berasal namun juga intensitas dari murmur
akan terdengar arus regurgitasi pada katup trikuspidal.
dan arah aliran darah. Periksa daerah di sekitar
Pada tumor miksoma yang menutupi katup mitral akan
murmur dan tentukan lokasi dimana pemeriksa
mstyebabkan terbentuknya murmu r diastolik.
juga dapat mendengar murmur.2 Misal pada kasus
L Bentuk insufisiensi mitral akan terjadi penjalaran ke lateral dan
Bentuk atau konfigurasi murmur ditentukan oleh ke aksila, sedangkan pada kasus mitrol volve prolopse
intensitasnya. Bentuk murmur diklasifikasi menjadi (MVP) tidak terjadi penjalaran murmur. Pada kasus
murmur crescendo (semakin keras), decrescendo dengan kelainan katup aorta, murmur akan menjalar
(sema kin lem b ut/pe I a n), c resce ndo-dec resce n d o ke arteri karotid, sehingga perlu dilakukan auskultasi
@ntensitasnya meningkat di awal kemudian menurun), pada karotis.
dan ploteou (memiliki intensitas yang sama di
5. Intensitas
sepanjang murmur) (Gambar 30).
Derajat intensitas murmur biasanya digambarkan
dengan skala 6 poin, yaitu:2.3, 18
- Derajat L (intensitas paling rendah) terdengar
samar-samar. Biasanya susah terdengar oleh
pemeriksa yang tidak berpengalaman. Tidak
disertai fhril/.
- Derajat2(intensitas i*Orf,) terdengar halus, tapi
la n gsu n g terden ga r setela h steitoskop d i leta kka n

di dada oleh pemeriksa yang tidak berpengalaman.


Tidak disertai thrill.
- Derajat 3(intensitas medium) terdengar agak
keras. Tidak disertai thrill.
- Derajat 4 (intensitas medium) terdengar keras.
Namun, stetoskop harus kontak sempurna den-
gan kulit. Biasanya diserlai thrill.
- Derajat 5 (intensitas keras) terdengar sangat keras.
Dapat terdengar dengan stetoskop sebagian
dilepas dari dada. Biasanya disertai thrill.
- Derajat 6 (inten5itas paling keras) terdengar
sangat keras; Dapat terdengar meskipun steto-
b. !F. Ilustrasi bentuk murmur2 skop tidak diletakkan di dinding dada. Biasanya
diserlai thrill.
3" Lokasi intensitas maksimal Perubahan murmur akibat maneuver hemodinamik
l-okasi ini merupakan tempat dimana murmur - Inspirasi
ber6al. Cari lokasi dengan mengeksplor area dimana Saat inspirasi, suara murmur yang berasal dari
pcmerika mendengar murmur, misal pada sela iga jantung kanan (baik stenosis maupun regurgitasi
atau posisi yang berhubungan dengan sternum, katup trikuspid dan pulmonalis) terdengar semakin
+ek$ atau pada garis midsternal, midclaviculaI atau keras karena pada saat inspirasi aliran balik vena
186 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

ke jantung kanan meningkat. Sebaliknya, suara Pemeriksaan Lainnya


murmur dari jantung kiri terdengar lebih pelan
karena aliran darah ke jantung kiri menurun.a20
Abdomen
Pada abdomen, pemeriksaan fisis yang perlu dicari adalah
- Manuver valsava
ada atau tidaknya asites dan pembesaran hati. Kedua hal
Manuver ini menurunkan ukuran ventrikel kiri
dan menurunkan aliran darah balik vena ke tersebut dapat terjadi akibat kongesti pada gagaljantung.
jantung kanan kemudian diikuti penurunan Splenomegali kadang juga bisa ditemukan pada pasien
dengan endokarditis infektif.
ke jantung kiri. Oleh karena itu. murmur yang
berasal baikdarijantung kanan dan kiri (stenosis
aorta, regurgitasi mitral, dan stenosis trikuspid) Ekstremitos
terdengar lebih pelan. Sementara itu, murmur Edemo
akibat kardiomiopati obstruktif hipertropi, prolaps Saat tekanan vena perifer tinggi, seperti yang terjadi pada
katup mitral, dan murmur diastolik stenosis mitral gagaljantung kongestif tekanan di vena terdistribusi secara
akan terdengar lebih keras.2o berkebalikan ke pembuluh darah kecil. Terjadi transudasi
Saat manuver valsava dilepaskan, aliran darah ke cairan ke jaringan sehingga volume cairan meningkat dan
ventrikel kiri meningkat sehingga suara murmur mengakibatkan edema yang pitting. Edema pitting dapat
akibat stenosis aorta, regurgitasi aorta (setelah 4 ditemukan dengan melakukan penekanan dengan jari ke
atau 5 denyut) dan regurgitasi ataupun stenosis daerah pretibial, kemudian ketika jari diangkat, angkat
pulmonal terdengar lebih keras. Sebaliknya, pada terlihat atau teraba lekukan bekas penekananjari di daerah
murmur akibat stenosis trikuspid, suara murmur tersebut (Gambar 31). Jika pemeriksa menemukan edema
terdengar lebih pelan.2o pitting, sebaiknya pemeriksa juga membedakan antara
- Latihan isometrik pitting lambat dan cepat, karena masing-masing memiliki
Salah satu bentuk latihan isometrik adalah sit penyebab yang berbeda.
up dalam waktu 20 detik.a Latihan isometrik Edema pitting lambat (>40 detik) berhubungan
akan meningkatkan ofterload dan resistensi dengan kadar albumin yang normal, sebaliknya edema
arteri perifer sehingga membuat murmur akibat pitting cepat (<40 detik) berhubungan dengan kadar
regurgitasi mitral, regurgitasi aorta, dan murmur albumin yang rendah.a Edema dengan kadar albumin
diastolik stenosis mitral terdengar lebih keras.2o yang normal terjadi karena adanya hipertensi sistem
Sedangkan, pada stenosis aorta, kardiomiopati vena. Hipertensi sistem vena dapat disebabkan karena
obstruktif hipertropi, dan prolaps katup mitral, kelainan sistemik (gagal jantung kongestif, penyakit
suara murmur akan terdengar lebih pelan. 20 perikardial, regurgitasi trikuspid) atau kelainan regional
Pada stenosis aorta, suara murmur terdengar (sindrom vena kava inferior; trombosis vena, insufisiensi
lebih pelan karena adanya gradien tekanan vena tungkai bawah)
yang menurun. Sedangkan pada kardiomiopati
obstruktif hipertropi dan prolaps katup mitral
murmur terdengar lebih pelan karena volume
ventrikel yang meningkat.a
- Posisi berjongkok (squatting)
Posisi ini membuat aliran balik vena ke jantung
kanan menurun seiring dengan meningkatnya
afterload dan resistensi perifer. Hal itu
menyebabkan suara murmur akibat regurgitasi
mitral, stenosis aorta, prolaps katup mitral,
dan regurgitasi mitral, serta murmur diastolik Gambar 31. Tes untuk edema pitting3
stenosis mitral terdengar lebih keras. Sementara
itu, murmur akibat kardiomiopati obstruktif
hipertropik, prolaps katup mitral, atau disfungsi
otot papilari akan terdengar lebih pelan.
PEMERIKSAAN JANTUNG 187

o .-_ _' ,^' c


E.:6 o 66:
gof.=-o Ai
tIo6PP
q'; o.--s g _Efl b;
6 :l r6 E,S.; E
G
h...;i;\!=:o I
PpCOE.; Er g 6
tooc\.- a= \.. - c
*3,; P P:
LO
o>
cg E I6EF
E -o o.=
LE
3! E
FJt
+39=*
5 6 O E

u
8r.96

iEigiiili ii EEEEEEiiEEI EEEiiEiBiEE EE

gEgEEffiEIffi
E iiiIiiiEEErI=iiEgiEiEii€
L
r$Ei
os 6- N c.,fEoC
!.-
o'-o
cI,
q E.:.E 3 ! q
-; L!;
-E : oEiEg
jJ
I E E H-
-
: o 6- o) .= o) '6 o
{-q.6 C-CpO!' o
-.1 oJ .-'"aaEtriE .g
ct trD! c:o g
o - c= >: tr o
- -PP>
>;€E< 3,8
c
BQ 6
tr
6
.s o
C
=c
==
-i -q
i= s-
== 6 a
Gi
c :!E! 6D
--trE #c
=A =@6
. e -!
>=: Ex
r,U=v >s
-
=
e J:cod
= >F 6
o\
a(

c
.9
c
6 s= o

r!
L
o \
o
e
C o
6
ts

I o c f
ot E o
l= 'a' o
,g
4,2 o
=c
c
6
EE "q ; EEC
3: r EEgq
f, :s
G
=q
I
(u
C
o D 'E L 0 * I -.6
J
ri
Eb
.I 9.s .sb3E
c E E c.-
:€ tr
:=; =:'.- 9'o

I 6
s6AA
co
o=
bo
E"l,
GE
o-;
::.'
o=c
9.;Esot.JF
=E
=*i!9
-t!o
sv

f o't' c6
c oa
ids
=>.:

E3
-o
id> =E3$[:-a:-
c o aD.t,
ot or
c -c a?u! o
=
-L:= E* €EE,EStX;i
t rP
f-
a
!
qt_--t
r :.=
.-::a !
G'6
a-O
.E-I-EAFg
o'-=;=c c o
,- ^
ru rw.-

#f gEgE:#t
d 6: _
IO-!r': =
o ri5; 6E dE
E

rt
6 E
'5 :
f
E j
,i
.!
6 o
aa rll -!2 p
og 6
o
il 8: Ol
0
q
o o
d
=
188 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

E :' :':
ttl
5

: :o:' : 1:r:
,.i'.4?, : ::';:

qr.-=
$EEg
EgG.

ffiiiE
t er._
*146.ct
E-EEH
E
q G
E:t
-- C F#
EL{; =o
rtbIE :

3i ="i -E
; 9,;
E;S :i
E3 iE n
:.= 6o - oc
c c .. EE E'i og
s €:5 = 5eEEEE -E
Es.fqEes:*
; olE E-
e6-P
-Od

=H<e
i* EFs"ig:+
€ Hs5
>\,9
=F q:
o16
Er;*
g i't -E
E 4Er
.9 -ii c
x --o
E!*9f, oE gi gii
iu oE
d;fG:OG
>,,1: ro ! EgEEigiEiEiiE
i eiF € c-9 c-rz
.XE o
iEiEEEfu iiiii
eoE
E$ I EBgE. : aE r*; -:l+6 i6c-T c
sse*'s flaEE ;BE
Ee$t$R=-* F
El E*sEE.g I
E.E$ :;r E.E*" r
6-crq
6=
E;E€o*Er: rP i'F,
SEElEE*gE #{-# H5EE3 oEE9
>.4 E ts:
5 EE
g;- PEE q.GC

EBE
y! qrE r ;#
o o
;c

-
.:g
E;EEIi i3
c,- b=

EEEE gt,

i e+:ii s;r
gEE*E
IEIaE
IEfrEAg*gEH Eiii$ii
:.G
G
L : :O:'.
::6
o . ...t{
o
'a ,. : ] :cD
o
o
=-.
gl
o
d
PEMERIKSAAN JANTUNG

: .:j l.

r'l::1.:.:
(Jo
E#
oa,
ts
:$
{>:
, rt.. :
i;(il:;:
i 1$..id'r,1 \F
:i5r:iAi:
ic.ilS-
\o
',8,:
.ti-l/.l: ::ttl
c-
6;!:
'8,
::'ti
;*qr' IU
o
i
b
8..:

,,i',',
:,,.,1:

tli:i,
,l]:

:::i :

:r: i_l i

ir,':
',.1;:':::

r:,:t: l

:.::1,,
190 ILMU DTAGNOSNK FISIS

REFERENSI

1. Ranganathan N, Sivaciyan V Saksena FB. The Art and Sci-


ence of Cardiac Physical Examination. New Jersey: Humana
Press;20A7.
2. Bickley LS, Szilagyl PG. Bates' Guide to physical Examina-
tion and History Taking. 11th ed. philadelphia: Lippincotr
Williams & Wilkins; 2013.
3. Swartz MH. Textbook of Physical Diagnosis. 6th ed. phila-
delphia: Saunders Elseviers; 2010.
4. Ranitya & Salim S, Alwi I. Anamnesis dan pemeriksaan Fisis
Kardiovaskular. In: Setiati S, Nafrialdi, Alwi I, Syam AF,
Simadibrata IyI, editors. Anamnesis dan pemeriksaan Fisis
Komprehensif. Jakarta: Intema Publishin g; 2013.
5. Roberts KP, Weinhaus AJ. Anatomy of the Thoracic Wall,
Pulmonary Cavities, and Mediastinum. In: Iaizzo pA, editor.
Handbook of Cardiac Anatomy, physiology, and Devices.
New York: Humana Press;2005.
6. Weinhaus A], Roberts KP. Anatomy of the Human Heart. In:
laizzo P A, edltor. Handbook of Cardiac Anatomy, physiology,
and Devices. New York: Humana press;2005.
7. TortoraGl, DerricksonB. Principles of Anatomy and physiol-
ogy. 11th ed. Hoboken: Wiey;2006.
8. Bickley I-S,Szilagyl PG. Bates'Guide to physical Examina-
tion and History Taking. 10th ed. philadelphia: Lippincott
. Williams & Wilkins;2009.
9. Vulliamy DG. Tumer's syndrome with coarctation of the
aorta. Proc R Soc Med. 1953 Apr;46(4):279-80.
L0. Appropriate body-mass index for Asian populations and its
implications for policy and intervention strategies. Lancet.
20M I m 10 ;3 63 (9 403) :157 -63.
11. Fang JC, O'Gara PT. The History and physical Examination:
An Evidence-Based Approach. ln: Braunwald E, Bonow RO
Mann DL, Zipes DP, Libby p, editors. Braunwald,s Heart
A Textbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed.
Disease
Philadelphia: Elsevier Saunderc; 2012.
12. Williams ]C, Barratt-Boyes BG, Lowe lB. Supravalvular aortic
stenosis. Circulation. 1961, Dec;24:1211.-8.
13. Murthy PRK. Heart in Fours Cardiology for Residents and
Practitioners. 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Plb;2013.
14. Pickering TG, Hall fE, Appel L], Falkner BE, Graves J, Hill
MN, et a1. Recommendations forblood pressure measu-rement
in humans and experimental animals: part 1: blood pressure
measurement in humans: a statement for professionals from
the Subcommittee of Professional and Public Education of the
American Heart Association Council onHigh Blood pressure
Research. Circulation. 2005 Feb 8;111(5):697 -Z-1.6.
15. Smith L. New AHA Recommendations for Blood pressure
Measurement20O5 [cited 2014 Jan23]: Available from:http:
www.aafp.org / atp / 2005 / 100L / p1191,.html.
/ /
16. Morris DC. The Carotid Pulse. In: Walker HK, Hall l /D, Hurst
JW, editors. Clinical Methods: The History, physical, and
Laboratory Examinations. Boston: Butterworths; i990.
17. Mangione S. Physical Diagnosis Secrets. 2nd ed. philadelphia:
Elsevier Inc.;2008.
18. McGee S. Evidence-Based physical Diagnosis.3rd ed. phila-
delphia: Elsevier Saund ers; 2012.
19. Applefeld MM. The Jugular Venous pressure and pulse
Contour. In: Walker HK, Hall WD, HurstIW, editors. Clinical
Methods: The History, Physical, and Laboratory Examina-
tions. 3rd ed. Boston: Butterworths; 190.
20. Shea MJ. Cardiovascular Examination20l3 [cited 2013 Feb
L1l: Available from: http://www.merckmanuals.com/pro-
f essional/ cardiovascular_disorders/ approach_to_the_car-
diac_patient/ cardiovascular_examination.html.
22
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN

Femeriksaan fisik abdomen atau perut merupakan


bagian dari pemeriksaan fisik umum secara keseluruhan.
Secara umum tujuan pemeriksaan abdomen yaitu untuk
mencari atau mengidentifikasi kelainan pada sistem
Eastrointestinal, atau sistem organ lain yang terdapat
di abdomen seperti sistem ginjal dan saluran kemih,
atau genitalia/perineum (jarang). Sebelum melakukan
oemeriksan fisik abdomen, sangat diperlukan anamnesis Gambar 1. Pembagian daerah abdomen (4 kuadran)
y'ang cermat untuk mendeteksi adanya kelainan sistem
saluran cerna atau sistem lainnya di abdomen.

DEFINISI

Abdomen didefinisikan sebagai suatu rongga dalam badan


Ci bawah diafragma sampai dasar pelvis. Sedangkan
1,ang dimaksud dengan pemeriksaan fisik abdomen yaitu
p,emeriksaan daerah abdomen atau perut di bawah arkus
kosta kanan-kiri sampai garis lipat paha atau daerah
inguinal. Gambar 2. Pembagian daerah abdomen (9 regio)
Fembagian regional abdomen
Ada beberapa cara untuk membagi permukaan
dengan menarik dua garis sejajar dengan garis median
Cinding perut dalam beberapa regio
dan dua garis transversal yaitu yang menghubungkan
i. Dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis
dua titik paling bawah dari arkus kosta dan satu garis
median melalui umbilikus. Dengan cara ini dinding
lagi yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior
depan abdomen terbagi atas 4 kuadran atau lazim
superior(SlAS). Berdasarkan pembagian yang lebih
disebut sebagai berikut: a). Kuadran kanan atas,
rinci tersebut permukaan depan abdomen terbagi atas
b).Kuadran kiri atas, c).Kuadran kiri bawah d). Kuadran
9 regio: 1. Regio epigastrium 2. Regio hipokondrium
kanan bawah
kanan 3. Regio hipokondrium kiri 4. Regio umbilikus
Kepentingan pembagian ini yaitu untuk
5. Regio lumbal kanan 6. Regio lumbal kiri 7. Regio
menyederhanakan penulisan laporan misal untuk
hipogastrium atau regio suprapubik 8. Regio iliaka
kepentingan konsultasi atau pemeriksaan kelainan
kanan 9. Regio iliaka kiri
yang mencakup daerah yang cukup luas.l
i. Pembagian yang lebih rinci atau lebih spesifik yaitu Kepentingan pembagian ini yaitu bila kita meminta

191
T92 ILMU DlAGNOSTIK FISIS

pasien untuk menunjukkan dengan tepat lokasi rasa nyeri merupakkan titik Vlll. Garis ini digunakan untuk
serta melakukan deskripsi penjalaran rasa nyeri tersebut. menyatakan pembesaran limpa.
Dalam kondisi ini sangat penting untuk membuat peta
lokasi rasa nyeri beserta penjalarannya, sebab sudah
diketahui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan
masing-masing organ intraabdominal berdasarkan
hubungan persarafan viseral dan somatik.
Secara garis besar organ-organ di dalam abdomen
dapat diproyeksikan pada permukaan abdomen walaupun
tidak setepat dada antara lain:
a. hati atau hepar berada di daerah epigastrium dan di
daerah hipokondrium kanan
b. lambung berada di daerah epigastrium
c limpa berada di daerah hipokondrium i<iri
d. kandung empedu atau vesika felea seringkali berada _g&s
pada perbatasan daerah hipokondrium kanan dan Gambar 4. Penentuan titik Mc Burney(a) penentuan garis
epigastrium Schuffner(b)
e. kandung kencing yang penuh dan uterus pada orang
hamil dapat teraba di daerah hipogastrium PEMERIKSAAN ABDOMEN
f. apendiks berada di daerah antara daerah iliaka kanan,
lumbal kanan dan bagian bawah daerah umbilikal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang,
kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua tangan
disisi kanan-kirinya. Usahakan semua bagian abdomen
dapat diperiksa termasuk xiphisternum dan mulut hernia.
Sebaiknya kandung kencing dikosongkan dulu sebelum
pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri
4 tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pemeriksaan lnspeksi
NYERI BILIER NYERI KOLON Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat abdomen baik
bagian depan ataupun belakang (pinggang). lnspeksi
ini dilakukan dengan penerangan cahaya yang cukup
sehingga dapat dicermati keadaan abdoryen seperti
simetris atau tidak, bentuk atau kontuI uku'ran, kondisi
dinding perut (kulit, vena, umbilikus, striae alba}dan
pergerakan dinding abdomen.
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara
visual kelainan-kelainan yang terlihat pada abdomen
seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetri
abdomen yang menunjukkan adanya masa tumo1 striae,
NYERI ULKUS NYERI PANKREAS vena yang berdilatasi, coput medusoe atau obstruksi vena
Gambar 3. Proyeksi nyeri organ pada dinding depan abdomen kava inferiol peristalsis usus, distensi dan hernia.
Pada keadaan normal terlentang, dinding abdomen
Selain peta regional tersebut terdapat beberapa titik terlihat sirnetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran
dan garis yang sudah disepakati: setempat lumen usus membuat abdomen terlihat tidak
1. fifik Mc Burney. yaitu titik pada dinding perut kuadran simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan
kanan bawah yang terletak pada 1/3lateral dari garis dinding usus akibat peristaltik usus tidak terlihat. Bila
yang menghubungkan SIAS dengan umbilicus. Titik terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan
Mc Burney tersebut dianggap lokasi apendiks yang adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat
akan terasa nyeri tekan bila terdapat apendisitis. obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat
2. Garis Schuffner: yaitu garis yang menghubungkan disebabkan macam-macam kelainan antara lain tumoL
titik pada arkus kosta kiri dengan umbilikus (dibagi perlengketan, strangulasi dan skibala.
4) dan garis ini djteruskan sampai SIAS kanan yang Bentuk dan ukuran abdomen dalam keadaan normal
PEMERIKSAAN ABDOMEN 193

bervariasi tergantung habitus, jaringan lemak subkutan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan
atau intraabdomen dan kondisi otot dinding abdomen. lapar. Dalam keadaan normal bising usus terdengar lebih
Pada keadaan starvasi bentuk dinding abdomen cekung kurang 3 kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus, suara
dan tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini peristaltik usus ini akan meningkat, lebih lagi pada saat
dapat terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara
membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada usus ini disebut borborigmi. Pada keadaan kelumpuhan
pasien gemuk. Pada keadaan patologis, abdomen usus (paralisis) misal pada pasien pasca-operasi atau pada
membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus obstruktif, keadaan peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan
meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan kehamilan. jarang bahkan kadang-kadang menghilang. Keadaan
Tonjolan setempat menunjukkan adanya kelainan organ di ini juga bisa terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi
bawahnya, misal tonjolan regio suprapubis terjadi karena usus dimana usus sangat melebar dan atoni. Pada ileus
pembesaran uterus pada wanita atau terjadi karena retensi obstruksi kadang terdengar suara peristaltik dengan nada
urin pada pria tua dengan hipertrofi prostat atau wanita yang tinggi dan suara logam (metollic sound).
dengan kehamilan muda. Pada stenosis pilorus, lambung Suara sistolik atau diastolik atau murmur mungkin
dapat menjadi besar sekali sehingga pada abdomen dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik
terlihat pembesaran setempat. dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pem-
Pada kulit abdomen perlu diperhatikan adanya besaran hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum)
sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau akibat operasi yang kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran
atau luka tusuk. (thrill), dapal didengar di antara umbilikus dan epigastrium.
Adanya garis-garis putih sering disebut strioe albo Pada keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal
yang dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien kadang-kadang dapat didengar suara murmur.
yang mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan
dapat terlihat pada sindrom Cushing. Pulsasi arteri pada
dinding abdomen terlihat pada pasien aneurisma aorta
atau kadang-kadang pada pasien yang kurus, dan dapat
terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien insufisiensi
katup trikuspidalis.
Kulit abdomen menjadi kuning pada berbagai macam
ikterus. Adakah ditemukan garis-garis bekas garukan
yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes
melitus.
Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal.
Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput medusae
yang terdapat pada sindrom Banti. Pelebaran vena akibat Gambar 5. Jaringan parut ahdomen
obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran
vena dari daerah inguinal ke umbilikus, sedang akibat Pemeriksaan Palpasi
obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal. Palpasi dinding abdomen sangat penting untuk menentukan
ada tidaknya kelainan dalam rongga abdomen.
Pemeriksaan Auskultasi Palpasi dilakukan secara sistematis dengan seksama,
Pemeriksaan ini sekarang lebih banyak dilakukan para pertama kali tanyakan apakah ada daerah-daerah yang
dokter setelah pemeriksaan inspeksi, sehingga gerakan nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah pasien selama
dan bunyi usus tidak dipengaruhi pemeriksaan palpasi pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh dinding
dan perkusi. perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran
massa tumo[ apakah hati, limpa dan kandung empedu
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa:
. suara/bunyi usus: frekuensi dan pitch meningkat pada membesar atau teraba. Pada pemeriksaan ginjal,
d ! I a ku ka n peme ri ksaa n bo llote me nt (peri ksa a pa ka h g i nja l,
obstruksi, menghilang pada ileus paralitik
bollottement positif atau negatif). Palpasi dilakukan dalam
. Succussion splosh - untuk mendeteksi obstruksi 2tahap yaitu palpasi permukaan (superficiol) dan palpasi
lambung.
dalam (deep palpation). Palpasi dapat dilakukan dengan
. Bruit arterial
satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual) terutama
. Venous hum pada kaput medusa.
pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan seksama
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang- meskipun tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan
kadang dapat didengar walaupun tanpa menggunakan penyakit traktus gastrointesti nal. Pasien diusahakan dalam
194 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

posisi terlentang dengan bantal secukupnya, kecuali bila Pemeriksaan Perkusi


pasien sesak napas. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung,
pasien, kecuali pada dokter yang kidal. sama seperti pada perkusi di rongga toraks tetapi dengan
penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih
Palpasi permukaan perlahan.
Posisi tangan menempel pada dinding perut. Umumnya
Pemeriksaan ini digunakan untuk:
penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas tengah . mendeteksi kandung empedu atau vesika urinaria,
jari-jari, bukan dengan ujung jari. Sistematika palpasi
dimana suaranya redup/pekak
dilakukan dengan hati-hati pada daerah nyeri yang . menentukan ukuran hati dan limpa secara kasar
dikeluhkan oleh pasien. Palpasi superfisial tersebut . menentukan penyebab distensi abdomen: penuh gas
bisa juga disebut palpasi awal untuk orientasi sekaligus
(timpani), massa tumor (redup-pekak) dan asites.
memperkenalkan prosedur palpasi pada pasien.
Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan
Palpasi dalam apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau
Palpasi dalam dipakai untuk identifikasi kelainan/rasa nyeri udara. Dalam keadaan normal suara perkusi abdomen
yang tidak didapatkan pada palpasi permukaan dan untuk adalah timpani, kecuali di daerah hati suara perkusjnya
lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati
permukaan dan yang terpenting yaitu untuk palpasi organ dan bertambahnya bunyi timpani di seluruh abdomen
secara spesifik misalnya palpasi hati, limpa, dan ginjal. harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara bebas
Palpasi dalam juga penting pada pasien yang gemuk atau didalam rongga perut, misal pada perforasi usus.
pasien dengan otot dinding yang tebal. Dalam keadaan adanya asites/ cairan bebas di
Perinci nyeri tekan abdomen antara lain, berat dalam rongga abdomen, perkusi di atas dinding perut
ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada tahanan mungkin timpani dan di sampingnya pekak. Dengan
(peritonitis), apakah ada nyeri "rebound" bila tak ada memiringkan pasien ke satu si5i, suara pekak ini akan
tahanan. Perinci massa tumor yang ditemukan antara lain, berpindah-pi ndah (shifting dullness). Pemeriksaan shifting
lokasi, dan ukuran (diukur dalam cm), bentuk, permukaan dullness sangat patognomonis dan lebih dapat dipercaya
(rata atau ireguler), konsistensi (lunak atau keras), pinggir dari pada memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu
(halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada kulit atau keadaan yang disebut fenomena papan catur (chessboard
tidak, melekat pada jaringan dasar atau tidak, dapat phenomen) dimana pada perkusi dinding perut ditemukan
di"indent"(tinja "indentable")?, berpulsasi (misal aneurisma bunyi timpani dan redup yang berpindah-pindah, sering
aorta), terdapat lesi-lesi satelit yang berhubungan (misal ditemukan pada peritonitis tuberk_ulosa.
metastasis), transiluminasi (misal kista berisi cairan) dan
adanya bruit. Pada palpasi hati, mulai dari fosa iliaka Beberapa Cara Pemeriksaan Asites:
kanan dan bergerak ke atas pada tiap respirasi, jari-jari a. Cara pemeriksaan gelombang cairan. '
harus mengarah pada dada pasien. Pada palpasi kandung Cara ini dilakukan pada pasien dengan asites yang
empedu, kandung empedu yang teraba biasanya selalu cukup banyak dan perut yang agak tegang. Pasien
abnormal. Pada keadaan ikterus, kandung empedu yang dalam keadaan berbaring terlentang dan tangan
teraba berarti bahwa penyebabnya bukan hanya batu pemeriksa diletakkan pada satu sisi sedangkan
kandung empedu tapi juga harus dipikirkan karsinoma tangan lainnya mengetuk-ngetuk dinding perut pada
pankreas. Pada palpasi limpa, mulai dekat umbilikus, raba sisi lainnya. Sementara untuk mencegah gerakan
limpa pada tiap inspirasi, bergerak secara bertahap ke atas yang diteruskan melalui dinding abdomen sendiri,
dan kiri setelah tiap inspirasi dan jika tidak teraba, ulangi maka tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan
pemeriksaan pasien dengan posisi menyamping ke kiri, pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan di
dengan pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk. Pada palpasi tengah-tengah perut dengan sedikit tekanan.
ginjal, palpasi bimanual dan pastikan dengan pemeriksaan b. Pemeriksaan menentukan adanya redup yang
bollottement. berpindah (sh iftin g du lln ess)
Usahakan dapat membedakan limpa dengan ginjal. c. Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan
Bila limpa, tak dapat mencapai bagian atasnya, bergerak dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi pasien
dengan respirasi, redup-pekak pada perkusi, ada notch tengkurap dan menung ging (knee-chest position).
atau incisura limpa, negatif pada bollottement. Bila ginjal, Setelah beberapa saat, pada daerah perut yang
dapat mencapai bagian atasnya, tidak dapat digerakkan terendahjika pada saat diperkusi terdapat cairan akan
(atau bergerak lambat), beresonansi pada perkusi, tidak terdengar bunyi redup.
ada notch atau incisura dan positif pada ballottement. d. Pemeriksaan Puddle sign
PEMERIKSAAN ABDOMEN 195

Seperti pada posisi knee-chest dan dengan permukaa nnya teraba berbenjol
menggunakan stetoskop yang diletakkan pada - Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi
bagian perut terbawah didengar perbedaan suara pada kelainan antara lain, abses hati, tumor hati.
yang ditimbulkan karena ketukan jari-jari pada sisi Selain itu pada abses hati dapat dirasakan adanya
perut pada saat stetoskop digeserkan dari satu sisi fluktuasi.
ke sisi lainnya. Pada keadan normal, hati tidak akan teraba pada
e. Pada pasien pada posisi tegak maka suara perkusi palpasi kecuali pada beberapa kasus dengan tubuh
redup didengar di bagian bawah. yang kurus (sekitar 1 jari). Terabanya hati 1-2 jari
di bawah lengkung iga harus dikonfirmasi apakah
hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau
PEMERIKSAAN JASMANI ORGAN ABDOMEN karena adanya perubahan bentuk diafragma (misal
emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran
Hati lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi pada daerah
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Batas atas
penonjolan pada regio hipokondrium kanan. Pada keadaan hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi batas paru
pembesaran hati yang ekstrim (misal pada tumor hati) hati (normal pada sela iga 6). Pada beberapa keadaan
akan terlihat permukaan abdomen yang asimetris antara patologis misal emfisema paru, batas ini akan lebih
daerah hipokondrium kanan dan kiri. rendah sehingga besar hati yang normal dapat teraba
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan hati: tepinya pada waktu palpasi. Perkusi batas atas dan
a. Posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua bawah hati (perubahan suara dari redup ke timpani)
tungkai kanan dilipat agar dinding abdomen lebih berguna untuk menilai adanya pengecilan hati (misal
lentur. Dinding abdomen dilemaskan ciengan cara sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara
menekuk kaki sehingga membentuk sudut 45-60". bebas di bawah diafragma karena perforasi. Suara
b. Pasien diminta untuk menarik napas panjang bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat
c Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan ke bawah, tumor hati yang besar.
kemudian pada awal inspirasijari bergerak ke kranial
dalam arah parabolik. Limpa
d" Diharapkan, bila hati membesar akan terjadi sentuhan Teknik palpasi limpa tidak berbeda. dengan palpasi hati.
antara jari pemeriksa dengan hati pada saat inspirasi Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar
maksrmal. muiai dari bawah lengkung iga kiri, melewati umbilikus
Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar sampai regio iliaka kan![: Seperti halnya hati, limpa
' radial jari tangan kanan (bukan ujung jari) dengan juga bergerak pada saat inspirasi. Palpasi dimulai dari
posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus. Lebih regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah
tegas iagi bila arah jari membentuk sudut 45"dengan abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Fembesaran limpg
garis median. Ujung jari terletak pada bagian lateral diukur dengan menggunakan garis Schuffneqyaitu garis
muskulus rektus abdominalis dan kemudian pada garis yang dimulai dari titik di lengkung iga kiri menuju ke
median untuk memeriksa hati lobus kiri. umbilikus dan diteruskan sampai di spina iliaka anterior
Palpasi dimulai dari regio iiiaka kanan menuju ke superior(SlAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8
tepi lengkung iga kanan. Dinding abdomen ditekan bagian yang sama.
ke bawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga Paipasi limpa juga dapat dipermudah dengan
akan dapat menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini memiringkan pasien 45 derajat ke arah kanan (ke arah
dilakukan berulang dan posisinya digeser L-2 jari ke pemeriksa). Seteiah tepi bawah limpa teraba, maka
arah lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat dilakukan deskripsi sebagai berikut:
pasien sedang inspirasi. Bila pada palpasi kita dapat . Berapajauh dari lengkung iga kiri pada garis Schuffner
meraba adanya pembesaran hati, maka harus dilakukan (S-f sampai dengan S-UD?
deskripsi sebagai berikut: . Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal
- Berapa lebar jari tangan di bawah lengkung iga (splenomegali karena hipertensi portal) atau keras
kanan? seperti pada malaria?
- Bagaimaan keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada . Untuk meyakinkan bahwa yang teraba itu adalah
hepatitis akut atau tumpul pada tumor hati? limpa, harus diusahakan meraba incisuranya.
Bagaimana konsistensinya? Apakah kenyal
(konsistensi normal) atau keras (pada tumor hati)? Ginjal
- Bagairnana permukaannya? Pada tumor hati Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga
196 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

pemeriksaan harus dengan cara bimanual. Tangan kiri Pemeriksaan Anorektal


diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan Pemeriksaan ini terdiri dari inspeksi dan palpasi, serta
kanan pada dinding abdomen bagian depan. pembesaran pasien dalam posisi miring lateral dekubitus kiri.pada
ginjal(akibat tumor atau hidronefrosis) akan teraba pemeriksaan inspeksi diperhatikan kelainan anus misal
di antara kedua tangan tersebut, dan bila salah satu adanya hemoroid eksterna, keganasan dan lain-lain.
tangan digerakkan akan teraba benturannya di tangan Pada palpasi dilakukan pemeriksaan colok dubur (digiti
lain. Fenomena ini dinamakan bollotemenf positif. pada manual atau rectol toucher). Oleskan jari telunjuk tangan
keadaan normal pemeriksaan ballottement negatif. kanan yang telah memakai sarung tangan dengan jeli
atau vaselin dan juga oleskan pada anus pasien. Beritahu
Pemeriksaan Sudut Kostovertebral pinggang pasien bahwa kita akan memasukkan jari ke dalam anus.
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan telapak Letakkan bagian palmar ujungjari telunjuk kanan pada tepi
tangan kiri di sudut kostovertebral kanan atau kiri, lalu anus dan secara perlahan tekan agak memutar sehingga
tangan kanan yang telah dikepalkan dipukulkan pada jari tangan masuk kedalam lumen anus. Masukkan lebih
pulggung tangan kiri. Bila pada pemeriksaan tersebut dalam secara perlahan-lahan sambil menilai apakah
pasien mengeluh nyeri menunjukkan adanya infeksi terdapat spasme anus (misalnya pada fisura ani), hemoroid
pielonefritis akut. interna beserta derajatnya, masa tumo[ rasa nyeri, mukosa
yang teraba ireguler; pembesaran prostat pada laki-laki
Pemeriksaan Inguinal atau penekanan dinding anterior oleh vagina/rahim pada
Pada daerah inguinal kanan dan kiri dilakukan inspeksi, dan wanita.Pada waktu jari telunjuk sudah dikeluarkan dari
palpasi untuk menentukan adanya pembesaran kelenjar anus, perhatikan pada sarung tangan apakah terdapat
getah bening. Ditentukan ukuran pembesaran kelenjar darah (merah atau hitam), lendir ataupun feses yang
getah bening serta diperiksa apakah terfiksir dengan menempel. Pada akhir pemeriksaan colok dubur jangan
dasarnya atau tidak. Diperiksa juga pemeriksaan untuk lupa membersihkan dubur pasien dari sisa jelilkotoran
mendeteksi adanya hernia inguinal, dengan meletakkan dengan menggunakan kertas toilet.
telunjuk jari di inguinal media, kemudian pasien disuruh
menarik napas dan mengedan. Bila teraba benjolan atau
usus yang keluar di inguinal media, dapat dipastikan REFERENSI
bahwa pasien mengalami hernia inguinal.
L. DjojoningratD, Rani HAA, Daldiyono H. Pemeriksaan fisis
Perineum abdomen. Dalam: Markum HMS editor. Anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat penerbitan bagian ilmu
Pemeriksaan abdomen akan lengkap dengan pemeriksan penyakit dalam FKUI.Jakarta; 20W.p. 102 -26.
perineum dan colok dubur. 2. t eung W-C. Clinical examinadon passing your medical finals.
Untuk pemeriksaan ini penting dijelaskan terlebih London Oxford University Press. 1995
dahulu pada pasien tentang tujuan dan manfaatnya.
3. Sidharta P. Pemeriksaan klinis umum. Cetalan ketiga.
]akarta. PT Dian Rakyat.1983.
Pasien berbaring dalam posisi lateral dekubitus kiri 4. Delp MH, Manning RT. Major's physical diagnosis.-8th
dengan kedua lutut terlipat kearah dada. pemeriksa edition Asian edition. WB Saunders Co. Tokyo Japan.1975.
memakai sarung tangan. Dengan penerangan cahaya 5. Supartondo, Sulaiman A. Abdurrachman N, Hadiarto,
Hendarwanto. Perut. Dalam: Sukaton U editor. Petunjuk
yang adekuat, bokong kanan pasien ditarik ke atas dengan tentang riwayat penyakit dan pemeriksaan jasmani. Jakarta.
menggunakan tangan kiri pemeriksa sehingga kita dapat Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Cetakan k e 2. 1986 .p .55-
melakukan inspeksi perineum dengan baik. Adanya 63.

hemoroid eksterna atau interna yang prolaps, fisura ani,


6. Lumley jSP, Bouloux PMG. Clinical examination of the
patient. 1st edition. London. Butterworth. 1994.p. 110-30.
jaringan parul, perional togs, dermatitis, keganasan, ulkus, 7. Bates B, Bickley LS, Hoekelman RA. A guide to physical
ataupun tumor dapat dinilai dengan baik. examination and history taking 5th edition. philadelphia. JB
Lippincott. 1995.p. 331.-60.
8. Examination of the Abdomen. Available from url: http,/ /
Pemeriksaan Urogenital Eksterna medinfo.uflied t/ y earL/ bcs/ clist/abdomen.html . Accessed
Pemeriksaan ini merupakan hal yang penting, walaupun 4 December 2011.
agak sensitif karena harus mendapat ijin dari pasien apalagi 9. Abdominal Exam. Available from wl: http:/ /www.
prohealthsys.co m / physical/ abdominal_exam.php. Accessed
bila dokter dan pasien berbeda kelamin. Bila ditemukan 5 december 2011.
kelainan genital dapat dikonsulkan ke dokter kulit kelamin 10. PCMI: Abdominal Exam. Available from wl http:/ /
atau dokter kandungan pada penderita wanita. yang perlu ohsubooks.com/ objectives/ index.php?title=pCM1 :_
Abdominal_Exam. Accessed 5 December 2011
diperhatikan tentu semua kelainan bawaan, penyakit
seksual dan lainnya dari genital eksterna.
23
PEMERIKSAAN FISIS INGUINAL,
ANOREKTAL DAN GENITALIA
Rudi Hidayat

PENDAHULUAN kurang 'J.2 cm. Bagian pangkalnya bersambung dengan


kolon sigmoid, sedangkan bagian distalnya berbatasan
Anatomi inguinal dengan anus di onorectol junction yang mempunyai
inguinal atau daerah pangkal paha dikenali dari batas bentuk anatomi seperti gigi gergaji (sowtooth-like). Pada
anatomisnya yaitu di antara spina iliaka superior anterior laki-laki, dinding posterior kelenjar prostat dapat dipalpasi
(SIAS), dan tuberositas pubis, serta adanya ligamen dengan jari (pemeriksan dalam), dengan permukaan yang
inguinal di antara keduanya. Kanalis inguinalis adalah konveks, dan terdapat cekungan yang memisahkan lobus
saluran tempat berjalannya vas deferens dari skrotum ke kiri dan kanan.2
rongga abdomen, dan terletak paralel dengan ligamen
inguinal. Kejadian hernia banyak yang berkaitan dengan Anatomi Genitalia Laki-Laki
kanalis inguinalis ini. Selain itu banyak kelenjar limfe Organ genitalia laki-laki tersusun dari penis, testis,
yang didapatkan di sekitar ligamen inguinal yang sering epididimis, skrotum, kelenjar prostat dan vesikula
kali membesar dan nyeri jika didapatkan inflamasi dari seminalis. Penis terdiri daii dua korpus kavernosa di sisi
ekstremitas bawah.l dorsal dan satu korpus spongiosum di ventral yang berisi
saluran uretra dan membentuk glans pEnis di distal. Kulit
Anatomi Anorektal penis tipis dan longgar sehingga memungkinkan untuk
Rektum dan anus membentuk bagian paling akhir dari ereksi, dengan warna yang lebih gelap dibandingkan warna
sistim saluran cerna/gastrointestinal. Saluran anus kulit di tempat lain. Kulit penis yang menutupi glans penis
mempunyai panjang kira-kira 2,5-4 cm dan berujung di disebut preputium (akan dipotong pada saat sirkumsisi). Di
bagian posterior perineum. Ujung saluran anus tertutup bagian preputium (jika tidak disirkumsisi) dapat ditemukan
oleh otot konsentrik yang melingkar; berupa sfingter smegma, berupa bahan lemakyang padat berwarna putih
internal dan eksternal. Sfingter internal adalah otot polos yang merupakan hasil sekresi kelenjar sebaseus dan
yang berada di bawah kendali saraf otonom involunter. deskuamasi sel epitel glans penis. Skrotum juga ditutupi
Keinginan untuk defekasi muncul ketika rektum terisi feses kulit yang lebih gelap. Organ ini terdiri dari dua ruangan
yang menimbulkan rangsangan berupa relaksasi sfingter yang dipisahkan oleh septum/sekat, dan masing-masing
internal. Defekasi akhirnya dikendalikan oleh sfingter ruang ierdiri dari testis, epididimis, korda spermatikus
eksternal yang merupakan otot lurik di bawah kendali dan otot kremaster. Testis bentuk-nya oval dengan ukuran
saraf volunter.1,2 + 4x3x2 cm, mempunyai fungsi untuk memproduksi
Bagian dalam saluran anus terdapat jaringan mukosa spermatozoa dan hormon testosteron. Epididimis adalah
yang kaya anastomosis vena dan dapat ditemukan saluran sperma dari testis, konsistensinya lunak dengan
melebar pada kondisi hemoroid interna. Sedangkan bentuk seperti tanda koma, berlokasi di slsi postero-lateral
pada bagian bawah anus didapatkan pleksus vena yang sedikit superior dari testis. Organ ini berfungsi sebagai
dapat melebar pada kelainan hemoroid eksterna.2 Rektum tempat penyimpanan, pematangan dan transit sperma.
terletak superior dari anus dengan panjang saluran lebih Vas deferens (saluran sperma lanjutan epididimis) dimulai

197
ILMU DIAGNOSTIK FISIS

dari ekor epididimis, naik ke korda spermatikus melalui dan/atau mengedan, menunjukkan hernia reponibilis.
kanalis inguinalis dan menyatu dengan vesikula seminalis Adanya benjolan yang menetap dengan perubahan
untuk membentuk duktus ejakulatorius. Kelenjar prostat posisi harus dicurigai hernia irreponibilis, danjika disertai
terdapat di sekitar pangkal uretra pada leher kandung nyeri maka menunjukkan adanya hernia inkarserata yang
kemih, dengan ukuran kira-kira sebesar testis. Kelenjar ini memerlukan tindakan segera. Pemeriksaan kelenjar limfe
memproduksi sebagian besarcairan yang akan membentuk sepanjang inguinal harus dilakukan, dan jika ada maka harus
cairan ejakulat bersama-sama dengan sperma yang akan diidentifikasi jumlah, ukuran, konsistensi, dapat digerakkan
diekskresikan lewat duktus ejakulatorius ke uretra. Selain atau ada perlekatan, nyeri tekan dan tanda radang yang
itu juga didapatkan pertumbuhan rambut pubis di pangkal lain.1
penis sebagai salah satu tanda seks sekunde4 dengan
ciri rambut yang berombak, kasar dan membentuk pola
seperti diamond dari umbilikus ke anus.1,2 PEMERIKSAAN ANOREKTAT

ArTatomi Genitalia Perempuan Anamnesis


Organ genitalia perempuan dibedakan menjadi organ Anamnesis yang penting meliputi perubahan kebiasaan
eksternal dan internal. Organ eksternal terdiri dari vulva defekasi yang dapat menunjukkan adanya gangguan ftrngsi
yang meliputi mons pubis (area berambut dan berlemak dari saluran cerna, khususnya anorektal. Harus ditanyakan
di atas simfisis pubis), labia mayora dan labia minora. Area frekuensi defekasi. konsistensi dan adanya darah/lendir
yang dibatasi labia minora disebut vestibule yang bagian pada feses, perdarahan di anus, ada tidaknya g;qala lain
posteriornya terdapat pintu masuk vagina (introitus vagina) seperti inkontinensia, flatus, nyeri, mual, muntah dan
yang biasa ditutupi himen (umumnya pada virgrn). Perineum kram perut. Selain itu perlu dijelaskan tentang onset dan
adalah area di antara introitus vagina dan anus. Saluran uretra durasi gejala serta hubungannya dengan makanan atau
terdapat di vestibule bagian anterior dengan dua kelenjar kondisi stres psikis, maupun hubungannya dengan obat-
parauretral (Skene's gland) di kanan kirinya. Sedangkan obatan yang dikonsumsi. Pada iaki-laki ditanyakan juga
kelenjar Bortholini terletak di kanan kiri dan posterior dari gejala-gejala gangguan pada prostat seperti inkontinensia
introitus vagina. Vagina menyerupai tabung berujung pada urin, urgensi, nokturia, gangguan aliran kencing, serta
fornk anlerio4 posterioq dan lateral yang dipisahkan oleh adanya riwayat pembesaran prostat atau prostatitis
serviks yaitu bagian bawah uterus yang menonjol ke vagina. sebelumnya.Gejala-gejala sistemik yang menyertai
Uterus adalah struktur fibromuskuler yang berbentuk seperti harus juga dapat diidentifikasi, baik akibat penyakit
buah pear terbalik, terdiri dari korpus dan serviks. Tuba falopii akut seperti demam dan nyeri, maupun penyakit kronik
yang terdapat di kanan kiri uterus menjadi saluran sel telur seperti penurunan berat badan dan nafsu makan, maupun
dari ovarium ke uterus.l demam berkepanjangan. Riwayat penyakit sebelumnya
maupun keluarga difokuskan pada riwayat penyakit infeksi,
autoimun maupun keganasan di saluran cerna maupun
PEMERIKSAAN INGUINAL di sistim organ lain. Berbagai faktor risiko untuk berbagai
penyakit akut maupun kronik juga ditanyakan sepeiti
Anamnesis kebiasaan diet, merokok, alkohol, aktivitas dan olahraga,
Pada anamnesis ditanyakan adakah benjolan yang raslsuku, gangguan hormon, dan lain-lain.1,2
membesar hilang timbul di daerah inguinal lateral maupun
medial, yang menandakan kemungkinan adanya hernia Pemeriksaan Fisik
inguinalis reponibilis, atau benjolan yang menetap dan Pemeriksaan anorektal secara umum dirasakan pasien
disertai nyeri, yang menandakan adanya hernia inguinalis sebagai pemeriksaan yang tidak menyenangkan, sehingga
irreponibilis atau inkarserata. Benjolan-benjolan kecil yang pemeriksaan initidak rutin dilakukan, kecuali ada indikasi.
menetap dengan atau tanpa nyeri, sering didapatkan Pemeriksaan ipi dapat dilakukan pada berbagai posisi
sebagai limfadenopati inguinal akut atau kronik, akibat pasien seperli knee chest position, berbaring miring ke
proses inflamasi/infeksi maupun keganasan.l kiri dengan fleksi pada persendian panggul dan lutut,
atau posisi litotomiterutama pada wanita. Diawali dengan
Pemeriksaan Fisik pemeriksaan daerah sacrococcigeol dan perianal. Diperiksa
Pemeriksaan kemungkinan adanya hernia inguinalis dengan adakah kelainan kulit,jaringan parut, dan bengkak, nyeri
inspeksi dan palpasi daerah inguinal, yang perlu dikonfirmasi tekan. Waspadai adanya kelainan seperti manifestasi jamuri
adanya bising usus pada benjolan tersebut. Benjolan yang cacing, abses perianal maupun fistula/fisura perianal.
bisa menghilang atau mengecil dengan posisi pasien yang Pemeriksaan dilanjutkan ke daerah anus, dengan cara
terlentang, kemudian'membesar dengan posisi berdiri membuka celah di antara kedua pantat pasien, lalu dicari
PEMERIKSAAN FISIS INGUINAL, ANOREKTAL, DAN GENTTA1IA 199

adanya fistula, fisura, prolaps rekti, hemoroid eksterna kecuali ada indikasi, baik berupa keluhan atau ada kaitan
ataupun hemoroid interna yang sudah keluar. Pemeriksaan dengan keluhan di tempat lain. Pemeriksaan inspeksi
dalam dilakukan dengan jari telunjuk (bersarung tangan) dan palpasi dilakukan mulai dari rambut pubis, dengan
yang sudah diberikan lubrikan/pelicin. Pasien diminta memperhatikan distribusi dan kelainan lainnya. Selanjutnya
untuk rileks, kemudian jari pemeriksa masuk ke anus. pemeriksaan penis mulai dari pangkal, batang dan glans
Pasien diminta untuk mengkontraksikan sfingter anal penis, untuk mendapatkan tanda-tanda radang, ulkus atau
eksterna, sehingga bisa dinilai tonusnya. Selanjutnya dinilai nyeri tekan. Pada pasien yang tidak dilakukan sirkumsisi,
mukosa anus, adakah nyeri, benjolan yang teraba atau diusahakan membuka preputium untuk mengevaluasi
feses yang tertahan, dan harus didiskripsikan ukuran dan glans penis (inflamasi/balanitis, atau ulkus), serta ada
lokasinya. Palpasi dinding mukosa anterior dapat sekaligus tidaknya smegma. Selanjutnya diperhatikan meatus
menilai kelenjar prostat (pada laki-laki), baik ukuran, kontuL uretra eksterna dan mukosanya, adakah stenosis, ulkus,
mobilisasi dan konsistensinya, juga adakah pembesaran dan adakah dischorge Uika perlu lakukan penekanan di
atau nyeri tekan di lokasi tertentu. Prostat yang normal glans penis).123
berdiameter lebih kurang 4 cm dengan konsistensi yang Pemeriksaan skrotum dimulai dari inspeksi dan
kenyal, halus, dan bisa sedikit digerakkan. Terdapat celah palpasi kulit dan kelenjar sebaseus, serta rambut pubis.
i,sulcus) yang memisahkan kedua lobus yang simetris. Dicari adakah pembengkakan, dan tanda radang yang
Pembesaran prostat pertama kali bisa dideteksi dengan lain termasuk nyeri tekan. Testis bisa diraba dengan
hilangnya celah ini, baik yang bersifat jinak maupun menggunakan ibu jari dan dua jari lain kiri dan kanan,
maligna. Pada pembesaran yang jinak biasanya konsistensi sehingga bisa merasakan bentuk dan ukuran testis,
masih lunak, sedangkan konsitensi yang lebih keras bisa serta ada tidaknya pembengkakan dan nyeri tekan.
didapatkan pada keganasan, prostotic colculi ataupun Pembengkakan di skrotum selain testis dapat dibedakan
fibrosis kronik.Sedangkan konsistensi yang lunak dengan dengan pemeriksaan transiluminasi, yaitu menyorotkan
fluktuasi harus dicurigai adanya abses prostat. Terakhir sinar dari floshlight dari belakang skrotum, pada ruangan
saat mengeluarkan jari (selesai pemeriksaan), feses yang yang gelap. Sinar kemerahan yang terlihat dari depan
menempel dijari pemeriksa dinilai warna dan konsistensi dianggap sebagai transiluminasi positif yang berarti
feses, dan apakah disertai darah.L2 adanya cairan serosa seperti hidrokel. Sedangkan pada
jaringan padat seperti testis yang normal, tumor ataupun
hernia, dan juga adanya cairan berupa darah akan
PEMERIKSAAN GENITALIA LAKI- LAKI memberikan hasil transiluminasi negatif.L2'3
Kemungkinan adanya hernia diperiksa dengan cara
Anamnesis inspeksi adakah benjolan- di daerah kanalis inguinalis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk sistim genitalia jika pasien berdiri dan diminta mengedan. Pemeriksaan
laki-laki sangat berhubungan dengan sistim saluran selanjutnya dilaku kan dengan pal pasi jari yang dimasukkan
kemih. Pertanyaan yang diajukan antara lain tentang ada lewat skrotum ke arah lateral atast menuju kanalis
tidaknya kelainan anatomi seperti luka/ulkus, bengkak/ inguinalis. Pasien diminta mengedan atau batuk, jika
edema, eritema dan kelainan kulit lainnya, sudahkah terdapat hernia indirek maka ujung jari pemeriksa akan
dilakukan sirkumsisi, ada tidaknya dischorge dari uretra' menyentuh jaringan yang viskus. Jika jaringan viskus
Selanjutnya fungsi ereksi juga dievaluasi, baik lamanya, tersebut dirasakan di sisi medialjari, maka kemungkinan
adakah kesulitan mempertahankan, dan kaitannya dengan terdapat hernia inguinalis direk. Jika hernia yang timbul
hubungan seks, adanya nyeri (di penis atau skrotum), adalah hernia skrotalis maka pembesaran di salah satu/
atau adanya perubahan bentuk penis saat ereksi. Fungsi kedua ruang skrotum akan nyata pada inspeksi.l2
seksual lain seperti ejakulasi dan orgasme, serta fertilitas
juga menjadi data yang perlu digali. Selanjutnya fungsi
berkemih juga ditanyakan apakah ada hambatan, retensi PEM ERIKSAAN GENITALIA PEREM PUAN
urin, disuria, polakisuria, dan hematuria serta adakah
riwayat kencing disertai keluarnya batu. Beberapa Anamnesis
pertanyaan yang berkaitan dengan faktor risiko infeksi Anamnesis yang terkait genitalia perempuan meliputi
organ urogenitalia seperti riwayat hubungan seks siklus menstruasi, kehamilan, persalinan dan kontrasepsi,
berganti-ganti pasangan, masturbasi, serta riwayat gejala vulvovaginal, dan fungsi seksual. Siklus menstruasi
kesehatan pasangan seksualnya. L2 yang harus ditanyakan adalah usia awal menstruasi
(menorche), pola dan keteraturannya, adakah gejala
Pemeriksaan Fisik semacam nyeri atau rasa tidak nyaman saat menstruasi,
Pemeriksaan daerah urogenitalia tidak rutin dilakukan dan periode menopause. Berbagai istilah yang berkaitan
20a ILMU DIAGNOSTIK FISIS

dengan siklus menstruasi antara lain amenorea primer REFERENSI


dan sekunde4 oligomenorea, polimenorea, dismenorea,
maupun menoragia dan metroragia. Menopause biasanya 1. Bickley IS. Bate's guide to physical examination and history
taking. Lippincott : Williams & Wilkins;2007.p. 367 -437.
terjadi pada akhir dekade keempat, dengan batasan tidak 2. Seidel HM, Ba11JW, Dains |E, Benedict GW. Mosby's guide to
mendapatkan menstruasi rninimal 12 bulan berturut- physical examination. 6s ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;
turut. Perdarahan pasca-menopause dan gejala-gejala 2006.p.641-78.
lain seperti hot flush, banyak berkeringat dan gangguan 3. Talley NJ, O'Connor S. Clinical examination : A systemic
guide to physical examination. Sydney : Churchill Livingstone
tidurl harus ditanyakan. Keluhan lain yang harus juga Elsevier;2010.p . 21521.-.p.
mendapat perhatian adalah premenstrual syndrome
(PMS), meliputi berbagai gejala ketegangan, kebingungan,
iritabilitas, depresi, gangguan mood, penambahan berat
badan, edema, dan sakit kepala. P.iwayat kehamilan dan
persalinan, termasuk abortus atau proses patologis
yang lain (seperti gangguan metabolisme glukosa, atau
gangguan pembekuan darah) harus ditanyakan. Gejala
vulvovaginal yang umum adalah gatal dan vaginal
dischorge, yang harus dicari deskripsi tentang jumlah,
warna, konsistensi dan bau. Ditanya pula apakah disertai
gejala lain divulva seperti nyeri dan gatal. Aktivitas seksual
harus ditanyakan dengan hati-hati baik tentang kuantitas
maupun kualitas, gejala yang rnengganggu seperti nyeri
(disparineu) maupun vaginismus yang mengganggu
kualitas. Terakhir tentang riwayat atau aCa tidaknya risiko
penyakit menular seksual.l

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan daerah pelvis tidak rutin dilakukan, kecuali
pada beberapa indikasi seperti gangguan nrenstruasi
(amenorea, perdarahan berlebihan atau dismenorea,
nyeri perut yang sulit dijelaskan, voginol dischorge).
Dimulai dengan pemeriksaan eksterna, meliputi inspeksi
dan palpasi mons pubis, labia mayora dan labia minora,
vestibule, introitus vagina dan saluran uretra, serta kelenjar
parauretral (Skene's) dan kelenjar Bartholini. Beberapa
kelainan yang dapat ditemukan seperti edema, ekskoriasi,
maupun tanda peradangan terutama di kelenjar-kelenjar.
Dischorge dari introitus vagina maupun saluran uretra
eksterna mungkin bisa ditemukan. Pemeriksaan untuk
organ genitalia internal bisa dilakukan dengan jari maupun
dengan bantuan spekulum. Pemeriksaan dengan jari
telunjuk dan jari tengah yang dimasukkan ke vagina,
dan tangan yang lain di dinding abdomen, disebut juga
sebagai pemeriksaan bimanual. Pada tehnik ini dapat
dilakukan pemeriksaan palpasi dinding vagina, serviks,
porsio, maupun uterus (bimanual) dan ovarium, berupa
bentuk dan ukuran, maupun adanya nyeri atau benjolan/
massa yang dapat teraba. Pada pemeriksaan dengan
spekulum, kita dapat melihat dinding vagina, serviks serta
portio, sekaligus dapat melakukan pengambilan sampel
untuk berbagai pemeriksaan termasuk sitologi seperti
pada pemeri k saan pa po n icu lou smeo r.7,3
24
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
PE NYAKIT M USKULO SKE LETAT
Harry Isbagioo Bambang Setiyohadi

TERMINOLOGI melekatnya ligamen, tendon, atau kapsul sendi ke


periosteum tulang).
Sebelum melangkah lebih lanjut sebaiknya terlebih dahulu
dikenali berbagai terminologi yang sering digunakan
daiam bidang penyakit muskuloskeletal. Hal ini diperlukan RIWAYAT PENYAKIT .

untuk kesamaan pengertian agar kita tidak rancu dalam


menggunakannya. Riwayat penyakit sangat penting dalam langkah awal
Berbagai istilah yang perlu diketahui adaiah : diagnosis semua penyakit, termasuk pula penyakit
. Artralgia: merupakan keluhan subyektif berupa rasa nruskuloskeietal. Sebagaimana biasanya diperlukan riwayat
nyeri di sekitar sendi, pada pemeriksaan fisik tidak penyakit yang deskriptif dan kronologis; ditanyakan pula
didapatkan kelainan. faktoryang meniperberat penyakit dan hasil pengobatan
. Artritis: kelainan sendi obyektif berupa inflamasi sendi untuk mengurangi keluhqn pasien.
disertai tanda inflamasi yang lengkap (tumo1 rubor,
kalor; dolori gangguan fungsi) Umur
. Monoartritis: artritis yang harrya mengenai satu sendi Penyakit muskuloskeletal dapat menyelang semua umur,
saja. tetapi frekuensi setiap penyakit terdapat pada kelompok
. Oligoartritis/pausi-artikular:artritisyang merryerang umur tertentu. Misalnya osteoartritis lebih sering
2 sampai 4 sendi atau kelompok sendi kecil. Dalam ditemukan pada pasien usia lanjut dibandingkan dengan
hal ini sendi interfalang distal = DIB sendi interfalang usia muda. Sebaliknya lupus eritematosus sistemik lebih
proksimai = PIP sendi metakarpofalangeal = MCP, sering di temukan pada wanita usia muda dibandingkan
sencii karpalis, sendi metatarsofalangeal = MTP dan dengan kelompok usia lainnya.
sendi tarsalis merupakan kelompok sendi yang kecil
yang dihitung sebagai satu sendi walaupun yang Jenis Kelamin
terserang beberapa sendi. Contoh bila yang diserang Pada penyakit muskuloskeletalperbandinganjenis kelamin
sendi PIP [, PIP ilI, PIP iV dan PIP V baik secara berbeda pada L'eberapa kelompok penyakit. Pada tabel 2
serentakatau berurutan maka di hitung hanya sebagai dapat dilihat perbedaan tersebut.
satu sendi yang terserang.
. Poliartritis: artritis yang menyerang lebih dari 4 sendi Nyeri Sendi
atau kelompok sendi kecil. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien reumatik.
. Sinovotis: inflamasi sinovia sendi yang klinis nyata Pasien sebaiknya diminta menjelaskan Iokasi nyeri serta
. Tenosinovitis: inflamasi sarung tendon punctum maximumnyo, karena mungkin sekali bila nyeri
. Tendinitis: inflamasi tendon tersebut menjalar ke ternpat jauh merupakan gejala
. Bursitis : inflamasi bursa yang disebabkan oleh penekanan radiks saraf. Penting
. Entesopati:-inflamasi atau kelainan entesis (tempat untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan

201
202 ILMU DTAGNOSTIK FISIS

mekanik dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri


yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat
serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri
Artritis reumatoid Piia'< wanita,(1,; 3)
mekanik. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah lupuS, eritematqsus sistemik .Pria *,wanita . ,

berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai Spondilitis ankilosis Pria > wanitp ,

kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan Penyakit Reiter Pria > wanita
berkurang setelah melakukan aktivitas. Pada artritis Artritis psoriatik Pria<wanita. ,

reumatoid, nyeri yang paling berat biasanya pada pagi


Artropati intestinal Pria
=.wanita,,
. ,

Artropati reaktif Pria = wanita''


hari, membaik pada siang hari dan sedikit lebih berat Artritis gout Pria,>.wanita :

pada malam hari. Sebaliknya pada osteoartritis nyeri Osteoartritis koksae Frfu;rry3611" ', ,

paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih Osteoartritis lutut dan tangan Pria < wanita
ringan dan membaik pada siang hari. Pada artritis gout
nyeri yang terjadi biasanya berupa serangan yang hebat Kaku Sendi
pada waktu bangun pagi hari, sedangkan pada malam Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, pasien merasa
hari sebelumnya pasien tidak merasakan apa-apa, rasa sukar untuk menggerakan sendi (worn offl. Keadaan ini
nyeri ini biasanya self limiting dan sangat responsif biasanya akibat desakan cairan yang berada di sekitar
dengan pengobatan. Nyeri malam hari terutama bila jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi, sinovia,
dirasakan seperti suatu regangan merupakan nyeri akibat atau bursa). Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau
peninggian tekanan intra-artikular akibat suatu nekrosis
setelah istirahat. Setelah digerak-gerakkan, cairan akan
avaskular atau kolaps tulang akibat artritis yang berat. menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi dan
Nyeri yang menetap sepanjang hari (siang dan malam) pasien merasa terlepas dari ikatan (wears offl. Lama dan
pada tulang merupakan tanda proses keganasan.
beratnya kaku sendi pada pagi hari atau setelah istirahat
biasanya sebanding dengan beratnya inflamasi sendi (kaku
sendi pada artritis reumatoid lebih lama dari osteoartritis;
kaku sendi pada artritis reumatoid berat lebih lama
daripada artritis reumatoid ringan).
I' , ', ,Usll
,,,,"iUsia : '.,, , Uiia'
Muda pertengahan lanjut
: (2:25th), , {30-s0rh} (55+rh) Bengkak Sendi dan Deformitas
Pasien yang sering mengalami bengkak sendi, ada
Penv.akit.Sti.ll,. ., .
' ''i-'t : : *y'1..,:.
: ,
perubahan warna, perubahan bentuk atau perubahan
Spondilitis ankilosis
.Penyakitfteiter' : :
.r. ,;
:++
**. '
:",,*
:
+, posisi struktur ekstremitas. Biasahya yang dimaksud pasien
Dernam reumatik,r , : :,++::i : :+ :
dengan deformitas ialah posisi yang salal.r, dislokasi atau
Afirilfspada kothis.. + ,++ +l-, sublukasi.
Ulseratif ::,:, ,, , r: r
Artlitisseplik,l l,.-: , ,,,,
:.
., Gonokok " ,' ++. :+ ,. +l: ',
Disabilitas dan Handicap
',.,'starLkokdan' '' r+ ++: +++ : Disabilitas terjadi apabila suatu jaringan, organ atau
I,, infelisilain : ,, '
. sistem tidak dapat berfungsi secara adekuat. Handicop
Artfitis,gout ',: : :, , r',. +l:., '. ..+;r: ' '.++.
,"+*,r., terjadi bila disabilitas mengganggu aktivitas sehari-hari,
Lupqs:erite.matosus .' ,:;:*f t, ..
aktivitas sosial atau mengganggu pekerjaan/jabatan
sistemik
Artritis,reumatoid':': '++ ':' **:. *:* pasien. Disabilitas yang nyata belum tentu menyebabkan
+.. :,'**.' ++' hondicop (seorang yang amputasi kakinya di atas lutut
: *-., . ++:, ' ' +* ',, mungkin tidak akan mengalami kesukaran bila pekerjaan
St-Elakibat obat, , ,,.'r.:' .
','- ] ''" .1 , ,'+, r' '' ::F** , r

yang bersangkutan dapat dilakukan sambil duduk saja).


.:; :
Penyakit paget, : +.,,, . .,*.* ,:.
Osteoartritis :
:
', ,+., ,
,*t* ,,
Sebaliknya disabilitas ringan justru dapat mengakibatkan
Polimialgia reurnatikl, .++ , hondicop.
Penyakitdeposit,, ,

kalsiu rn,'pirofosfat, .,t :.: :' ,,.t,.r r, +,+,+',' Gejala Sistemik


,
Osteopenia. ,,::,,.. ,:..
:. +I-: : :
Mestastasis :, .' + Penyakit sendi inflamatoir baik yang disertai maupun
,.+++
',karsinoma'at6u: ' ,:
: +, , ,' +++ tidak disertai keterlibatan multisistem lainnya akan
:':
',mieloma nliliipsl ; mengakibatkan peningkatan reaktan fase akut seperti
: hampir tak pernah terjadi; +/-: sangatjarang; peninggian LED (laju endap darah) atau CRP (C-reactive
+ : Jaran9; ++ :sering terjadi; +++ :sering terjadi protein). Selain itu akan disertai gejala sistemik seperti
panas, penurunan berat badan, kelelahan, lesu dan
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS PENYAKIT MUSKULOSKELETAL 203

rnudah terangsang. Kadang-kadang pasien mengeluh Gaya berjalan paraparetik spastik, kedua tungkai
,ral yang tidak spesifik, seperti merasa tidak enak badan. melakukan gerakan fleksi dan ekstensi secara kaku
Pada orang usia lanjut sering disertai gejala kekacauan dan jari-jari kaki mencengkeram kuat sebagai usaha
,"nental. agar tidak jatuh.
Gaya berjalan paraparetik flaksid (high stepping
Gangguan Tidur dan Depresi gait=steppoge goit), yaitu gaya berjalan seperti ayam
:aktor yang berperan dalam gangguan pola tidur antara jantan, tungkai diangkat vertikal terlalu tinggi karena
ain: nyeri kronik, terbentuknya reaktan fase akut, serta terdapat foot drop akibat kelemahan otot tibialis
renggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (indometasin). anterior.
rada artropati berat terutama pada koksoe dan lutut Gaya berjalan hemiparetik, tungkai yang parese akan
a<an berakibat gangguan aktivitas seksual yang akhirnya digerakkan ke samping dulu baru diayun ke depan
akan menimbulkan problem perkawinan dan sosial. Perlu karena koksoe dan lutui tidak dapat difleksikan.
:iperhatikan pula adanya gejala depresi terselubung Gaya berjalan ataktik/serebelar (brood bose gait),
seperti reta rdasi psi komotori konstipasi, mudah menan gis kedua tungkai dilangkahkan secara bergoyang-
Jan sebagainya. goyang ke depan dan ditapakkan secara ceroboh di
atas lantai secara berjauhan satu sama lain.
Gaya berjalan parkinson (stopping, festinont goit),
PEMERIKSAAN JASMANI gerak berjalan dilakukan perlahan, setengah dlseret,
tertatih-tatih dengan jangkauan yang pendek-pendek.
)emeriksaan jasmani khusus pada sistem muskuloskeletal Tubuh bagian atas fleksi ke depan dan selama gerak
neliputi : berjalan, lengan tidak diayun.
. Inspeksi pada saat diam / istirahat Scissor goit, yaitu gaya berjalan dengan kedua
. Inspeksi pada saat gerak tungkai bersikap genu velgum sehingga iutut
. Palpasi yang satu berada di depan lutut yang lain secara
bergantian.
Gaya Berja!an
Saya berjalan yang normal terdiri dari 4 fase, yailu heel
strike phose, looding/stonce phose, toe off phose dan
;wing phose. Pada heei strike phase,lengan diayun diikuti
3erakan tungkai yang berlawanan yang terdiri dari fleksi
sendi koksae dan ekstensi sendi lutut. Pada loading/
stonce phose, pelvis bergerak secara simetris dan teratur
nrelakukan rotasi ke depan bersamaan dengan akhir
gerakan tungkai pada heel strike phase. Pada foe off phose,
sendl koksae ekstensi dan tumit mulai terangkat dari lantai.
?ada swing phose sendi lutut fleksi diikuti dorsofleksi sendi
talokruralis.

Gaya berjalan yang abnormal:


. Gaya berjalan antalgik, yaitu gaya berjalan pada pasien Gambar 1. Gaya berjalan
artritis di mana pasien akan segera mengangkat 1. heel strike phose; 2. loading/stonce phose;j. toe off phose;
4. swing phase
tungkai yang nyeri atau deformitas sementara pada
tungkai yang sehat akan iebih lama diletakkan di
lantai; biasanya akan diikuti oleh gerakan lengan Sikap/Postur Badan
yang asimetri. Perlu diperhatikan bagaimana cara pasien mengatur posisi
. Gaya berjalan Trendelenburg, disebabkan oleh bagian badan yang sakit. Sendi yang meradang biasanya
abduksi koksoe yang tidak efektif sehingga panggul mempunyai tekanan intraartikular yang tinggi, oleh
kontra-lateral akan jatuh pada swing phose. karena itu pasien akan berusaha menguranginya dengan
. Woddle goit, yaitu gaya berjalan Trendelenburg mengatur posisi sendi tersebut seenak mungkin, biasanya
bilateral sehingga pasien akan berjalan dengan pantat dalam posisi setengah fleksi. Pada sendi lutut sering
bergoyang. diganjal dengan bantal. Pada sendi bahu (glenuhomeral)
. Gaya berjalan histerikal/psikogenik, tidak memiliki dengan cara iengan diaduksi dan endorotasi, mirip dengan
pola tertentu. waktu menggendong tangan dengan kain pada fraktur
t,

204 ILMU DIAGNOSTIK FISIS


-
lengan. Sebaliknya bila dilakukan abduksi dan eksorotasi segitiga di antara klavikula dan otot deltoid di atas
maka pasien akan merasa sangat kesakitan karena terjadi otot pektoralis.
peningkata n tekanan intraarti kular. Ditemuka nnya postur . Pada efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi
badan yang membengkok ke depan disertai pergerakan pembengkakan pada sisi anterior.
vertebra yang terbatas merupakan gambaran khas Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan
spondilitis ankilosa. jumlah cairan yang sedikit dalam rongga yang terbatas.
Misalnya pada efusi sendi lutut bila dilakukan pijatan pada
Deformitas cekungan medial maka cairan akan berpindah sendiri ke
Walaupun deformitas sudah tampak jelas pada keadaan sisi medial. Baloon sign ditemukan pada keadaan efusi
diam, tetapi akan lebih nyata pada keadaan gerak. Perlu dengan jumlah cairan yang banyak. Bila dilakukan tekanan
dibedakan apakah deformitas tersebut dapat dikoreksi pada satu titik akan menyebabkan penggelembungan di
(misalnya disebabkan gangguan jaringan lunak) atau tempat lain. Keadaan ini sangat spesifik pada efusi sendi.
tidak dapat dikoreksi (misalnya restriksi kapsul sendi Pembengkakan kapsul sendi merupakan tanda spesifik
at'au kerusakan sendi). Berbagai deformitas di lutut sinovitis. Pada pembengkakan tergambar batas kapsul
dapat terjadi antara lain genu varus, genu valgus, genu sendi, yang makin nyata pada pergerakan dan teraba pada
rekurvatum, subluksasi tibia posterior dan deformitas pergerakan pasif.
fleksi. Demikian pula deformitas fleksi di siku. Pada
jaringan tangan antara lain boutonniere finger, swan neck Nyeri Raba
fingel ulnar deviation, subluksasi sendi metakarpal dan Menentukan Iokasi nyeri raba yang tepat merupakan
pergelangan tangan. Pada ibu jari tangan ditemukan hal yang penting untuk menentukan penyebab keluhan
unstoble-Z-shaped thumbs. Pada kaki ditemukan telapak pasien. Nyeri raba kapsu larlartikular terbatas pada daerah
kaki bagian depan melebar dan miring ke samping sendi merupakan tanda artropati atau penyakit kapsular.
disertai subluksasi ibujari kaki ke atas. Pada pergelangan Nyeri raba periartikular agakjauh dari batas daerah sendi
kaki terjadi volgue onkle. merupakan tanda bursitis atau entesopati.

Perubahan Kulit Pergerakan


Kelainan kulit sering menyertai penyakit muskuloskeletal Pada pemeriksaan perlu dinilai luas gerak sendi pada
atau penyakit kulit sering pula disertai penyakit keadaan pasif dan aktif dan dibandingkan kiri dan
muskuloskeletal. Kelainan kulit yang sering ditemukan kanan.
antar,a lain psoriasis dan eritema nodosum. Kemerahan Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas
disertai deskuamasi pada kulit di sekitar sendi menunjukkan gerak sendi pada semua arah.'"Tenosinovitis atau lesi
adanya inflamasi periartikulari yang sering pula merupakan periartikular hanya menyebabkan berkurangnya gerak
tanda artritis septik atau artritis kristal. sendi pada satu arah saja. Artropati akan rnemberikan
gangguan yang sama dengan sinovitis. Bila gerakan
Kenaikan Suhu Sekitar Sendi pasif lebih luas dibandingkan dengan gerakan aktif
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan maka kemungkinan ada gangguan pula pada otot atau
akan dirasakan adanya kenaikan suhu di sekitar sendi yang tendon. Nyeri gerak merupakan tanda diagnostik yang
mengalami inflamasi. bermakna, nyeri ringan hingga sedang yang meningkat
tajam bila dilakukan gerakan semaksimal mungkin
Bengkak Sendi sampai terasa tahanan disebut sebagai stress poin. Bila
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan didapatkan stress poin pada semua arah gerak, maka
lunak atau tulang. Cairan sendi yang terbentuk biasanya maka keadaan tersebut merupakan tanda khas untuk
akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang gangguan yang berasal dari luar sendi (tenositlovitis).
resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk Nyeri yang dirasakan sama kualitasnya pada semua arah
yang khas pada tempat tersebut, misalnya :
gerak sendi, lebih menunjukkan gangguan mekanik dari
. Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan nyeri inflamasi. Resisfed octive movemenf merupakan
medial dan kantung suprapatelar mengakibatkan suatu cara pemeriksaan untuk menemukan adanya
pembengkakan di atas dan sekitar patela yang gangguan periartikular. Pemeriksaan tersebut dilakukan
berbentuk seperti ladam kuda. dengan cara pasien melawan gerakan yang dilakukan
. Pad,a sendi interfalang pembengkakan terjadi pada oleh tangan pemeriksa, akibatnya terjadi kontraksi otot
sisi posterolateral di antara tendon ekstensor dan tanpa disertai gerakan sendi. Bila timbul rasa nyeri maka
ligamen kolateral bagian lateral. hal tersebut berasal dari otot, tendon, atau insersi tendon.
. Efusi sendi glenohumeral akan mengisi cekungan misalnya pada:
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS PENYAIGT MUSKUTOSKELETAL 205

. Tahanan pada aduksi sendi koksaeyang mengakibatkan trauma atau radang pada ligamen atau kapsul sendi.
timbulnya rasa nyeri pangkal paha merupakan tanda Pada artropati dapat terjadi sendi goyah sebagai akibat
tendinitis aduktor. kerusakan rawan sendi atau inflamasi kapsul atau ruptur
. Tahanan pada aduksi glenohumeral yang meng- ligamen/ perlu dibandingkan sendi yang goyah dengan
akibatkan timbulnya rasa nyeri pada lengan atas sendi sisi lainnya.
merupakan tanda gangguan otot suprasinatus dan
lesi pada tendon. Gangguan Fungsi
. Tahanan pada ekstensi siku yang menyebabkan nyeri Fungsi sendi dinilai dengan observasi pada penggunaan
pada epikondilus lateralis merupakan tanda tennis normal; seperti bangkit dari kursi dan berjalan dapat
elbow. digunakan untuk menilai sendi koksoe, lutut dan kaki.
Kekuatan genggam dan ketepatan menjepit benda halus
Sama halnya dengan di atas, pada passive stress test,
bila pasien mengikuti gerakan tangan pemeriksa akan untuk menilai tangan. Sedangkan aktivitas hidup sehari-
timbul rasa nyeri sebagai akibat regangan ligamen atau hari (octivities of doily living = ADL) seperti menggosok
tendon, misalnya uji Finkelstein pada tenosinovitis De gigi, buang air besal memasak dan sebagainya lebih
tepat ditanyakan dengan kuesioner daripada diperiksa
Quervain (possive stress otot abduktor polisis longus dan
langsung.
ekstensor polisis brevis menimbulkan rasa nyeri).

Nodul
Krepitus
Nodulsering ditemukan pada berbagai artropati, umumnya
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba
ditemukan pada permukaan ekstensor (punggung tangan,
sepanjang gerakan struktur yang terserang. Krepitus
siku. tumit belakang, sakrum). Nodul sering ditemukan
halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan
pada artritis gout (tofi) dan artritis reumatoid (nodul
menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang
reumatoid).
di sekitarnya. Keadaan ini ditemukan pada radang sarung
tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya
Perubahan Kuku
dapat terdengar dari jauh tanpa bantuan stetoskop dan
Perubahan kuku sering ditemukan pada penyakit
dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini disebabkan
muskuloskeletal, antara lain:
kerusakan rawan sendi atau tulang.
. Jari tabuh (clubbing finge) berhubungan dengan
osteoartropati hipertrofik pulmoner dan fibrotik
Bunyi Lainnya
alveolitis.
Ligamentous snops merupakan suara tersendiri yang keras . Thimble pitting onycholysis (lisis kuku berbentuk
tanpa rasa nyeri. Keadaan ini merupakan hal yang biasa ' lubang) dan distrofi kuku be.rhubungan dengan
terdengar di sekitar femur bagian atas sebagai clicking
artropati psoriatik dan penyakit Reiler kronik.
hips. Crocking merupakan bunyi yang diakibatkan tarikan . Serpihan berdarah (splinter haemorhoges) padd
pada sendi, biasanya pada sendijari tangan, keadaan ini
vaskulitis pembuluh darah kecil.
disebabkan terbentuknya gelembung gas intraartikular.
Cracking tidak dapat diulang selama beberapa menit
Lesi Membran Mukosa
sebelum gas tersebut habis diserap . Cloncking merupakan
Keadaan ini sering tanpa gejala (pada penyakit Reiter atau
suara yang ditimbulkan oleh permukaan yang tidak teratur
artropati reaktif) atau dengan gejala (lupus eritematosus
(ireguler), suara ini ditemukan misalnya pada gesekan
sistemik, vaskulitis, sindrom Behcet). Perlu diperhatikan
antara skapula dengan iga.
adanya ulkus pada oral, genital dan mukosa hidung,
telangiektasia.
Atrofi dan Penurunan Kekuatan Otot
Atrofi otot merupakan tanda yang sering ditemukan. Gangguan Mata
Pada sinovitis segera terjadi hambatan refleks spinal lokal Gangguan mata meliputi :
terhadap otot yang bekerja untuk sendi tersebut. Pada . Episkleritis dan skleritis pada artritis reumatoid,
artropati berat dapat terjadi atrofi periartikular yang luas.
vaskulitis dan polikondritis.
Sedangkan padajepitan saraf gangguan tendon atau otot . Iritis pada spondilitis ankilosis dan penyakit Reiter
terjadi atrofi lokal. Perlu dinilai kekuatan otot, karena ini
kronik.
lebih penting dari besar otot. . Iridosklitis pada artritis juvenil kronik jenis pausi-
artikular.
Ketidaksta bila n/Goya h . Konjungtivitis pada penyakit Reuter akut dan sindrom
Sendi yang tidak stabil/goyah dapat terjadi karena proses si ka.
206 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

EVATUASI SENDI SATU PERSATU dengan pemeriksaan lingkup gerak sendi. Pertama kali,
pemeriksa harus memeriksa kemungkinan cedera dan
Sendi Temporomandibu lar (temporomondibu la r rotator cuff. Tendon yang membentuk rototor cuff terdiri
joint = TMtl dari ligamen supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan
TMJ terletak di anterior liang telinga, dibentuk oleh subskapularis. Untuk mencari adanya lesi pada tendon-
kondilus mandibula dan fossa temporalis. Sendi ini tendon bahu, dilakukan resisted octive movemenfs sendi
dapat di palpasi dengan meletakkan jari di anterior bahu. yaitu tes Speed dan tes Yergasson untuk mencari lesi
liang-telinga dan menyuruh pasien untuk membuka pada tendon bisep, resisted active obduction untuk mencari
dan menutup mulut dan menggerakan mandibula ke lesi pada tendon supraspinatus, resisted octive external
lateral kiri dan kanan bergantian. Gerak vertikal TMJ rototion untuk mencari lesi pada tendon infraspinatus
dapat diukur dengan mengukurjarak gigi seri atas dan dan teres minor dan resisted octive internol rototion untuk
bawah pada pada waktu pasien membuka mulut secara mencari lesi pada tendon suskapularis.
maksimal, normal sekitar 3-6 cm. Berbagai artritis dapat Tes Speed dilakukan pada posisi siku ekstensi,
rhengenai TMJ, seperti artritis kronik juvenilis yang dapat kemudian pasien melakukan fleksi sendi bahu sementara
menyebabkan pertumbuhan tulang mandibula terhenti pemeriksa menahannya. Tes ini positif bila pasien merasa
dan mengakibatkan mikrognatia. Pada artritis yang berat, nyeri pada bahunya. Pada tes Yergasson, siku pasien
dapat dipalpasi dan pada auskultasi didapatkan bunyi difleksikan 90o, kemudian pasien melakukan supinasi,
krepitus atau clicking. sementara pemeriksa berusaha menahan agar supinasi
tidak terjadi. Tes positif bila pasien kesakitan. Pada resisted
Sendi Sternoklavikular, Manubriosternal dan octive obduction pasien melakukan abduksi sendi bahu dan
Sternokosta! pemeriksa menahannya. Tes positif bila pasien kesakitan.
Sendi sternoklavikular dibentuk oleh ujung medial Bila pasien nyeri pada lateral sendi bahu tetapi resisted
klavikula dan kedua sisi batas atas sternum. Di keduanya octived obduction pasien tidak menimbulkan nyeri, maka
terdapat sendi sternokostal I. Sendi manubriosternal nyeri berasal dari bursa subakromnion. Pada resisted active
terletak setinggi sendi sternokostal II. Sendi sternokostal external roiotion pasien melakukan rotasi eksternal sendi
III sampai dengan VII terletak sepanjang kedua sisi sternum bahu dan pemeriksa menahannya. Tes positif bila pasien
di distal sendi sternokostal II. Dari ketiga sendi tersebut, kesakitan, sedangkan resisted octive internol rotation
hanya sendi sternoklavikular yang bersifat diartrosis, pasien melakukan rotasi internal sendi bahu dan pemeriksa
sedangkan sendi yang lain merupakan amfiartrosis atau menahannya. Tes positif bila pasien kesakitan. Selain
sinkondrosis. Sendi sternoklavikulal berada tepat di bawah kelainan di atas, juga harus dicari kemungkinan robekan
kulit, sehingga sinovitis pada sendi ini akan mudah dilihat rotator cuff yang dapat diperiksa dengan drop-orm sign,
dan dipalpasi. Sendi ini juga sering terserang spondilitis yaitu pasien tidak mampu menahan abduksi pasif 90"
ankilosa, artritis reumatoid dan osteoartritis. Pada sendi sendi bahu.
sternokostal, sering didapatkan nyeri pada sendi tersebut
atau rawan iga, keadaan ini disebut osteokondritis. Sendi Siku
Sendi siku dibentuk oleh 3 sendi, yaitu sendi humeroulnar
Sendi Akrom ioklaviku !ar (ocrom ioclovicu lo r joint yang merupakan sendi engsel serta sendi rodiohumerol
= ACJ) dan radioulnor proksimal yang memungkinkan rotasi
ACJ dibentuk oleh ujung lateral klavikula dan tepi medial lengan bawah. Untuk memeriksa sendi siku, jempol
prosesus akromion skapula. Pada orang tua sering pemeriksa diletakkan di antara epikondilus lateral dan
didapatkan penebalan tulang pada sendi ini. Nyeri lokal lateral sulkus paraolekranon, sedangkan L atau 2 jari
pada bahu bersamaan dengan aduksi lengan melewati lainnya pada medial olekranon. Siku harus dalam keadaan
depan dinding dada, menunjukkan adanya kelainan pada santai, digerakkan fleksi, ekstensi dan rotasi secara pasif,
ACJ. dicari keterb.atasan gerak dan krepitus. Bursitis olekranon,
akan tampak dan teraba di atas olekranon, biasanya timbul
Sendi Bahu setelah trauma atau akibat artritis. Pada siku pasien gout
Sendi bahu merupakan sendi peluru yang dibentuk juga dapat timbul tofus. Nyeri pada epikondilus lateral dan
oleh kaput humeri dan fossa glenoid skapula. Nyeri medial menandakan adanya epikondilitis lateral (fennrs
pada bagian lateral sendi ini mungkin berasal dari bursa elbow) dan epikondilitis medial (golfer elbow).
subdeltoid, sedangkan nyeri sepanjang kaput longus Dalam keadaan normal, sendi siku dapat difleksikan
bisep biasanya berasal dari tendinitis bisipitalis. Efusi, bila 150' - 160'dan ekstensi 0'. Gangguan ekstensi penuh
terlihat, akan menggembung ke anterior. Palpasi sendi menunjukkan tanda awal sinovitis. Hiperekstensi lebih
bahu dan struktur-struktur di sekitarnya harus di ikuti dari 5' menunjukkan hipermobilitas.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS PENYAKIT MUSKULOSKETETAT 207

PERGELANGAN TANGAN
t4
150
t&
130
ii-"k"1 -;i;i;H"'-"''.0,e'l 1',0,
120
it0 ,10
t@ 60
70.
&
70
60-
eo.E
s
4
jlj
L
szo &30
PERGELANGAN TANGAN
20
deviasi radio-unlar
I Denoan rotasiI 1S
iio
130
1N
st<aduta lX
,30
,fi,, t ,$
f ]
tr0
i00
]L tlo
100

BAHU
abduksi- adduksi
Gambar 3. Gerak pergelangan tangan
Sendi metakarpopalangeal, interfalang proksimal dan distal
rj:'il
:l (M eta co rpo p h o lo n g e o l, p roxim o L o n d d ista I inte rp h a lo n g eo I
BAHU joints = McB PIP DIP)
Rotasi internal - eksternal

lui
tumpang tindih. Dalam keadaan normal, pergelangan
1$
o7o@ R tangan dapat difleksikan 80'-90", ekstensi 70', deviasi
SIKU ulnar 50'dan deviasi radial 30'.
fleksi-ekstensi Jepitan nervus medianus pada terowongan karpal,
akan menyebabkan corpol tunnel syndrome, yang dapal
diketahui dengan melakukan perkusi nervus medianus
pada retinakulum fleksor yang akan menyebabkan
parestesia pada daerah yang dipersarafi nervus medianus,
yaitu jempol, telunjuk dan jaritengah (tanda tinel). Palmar
fleksi sendi pergelangan tangan selama 30-60 detik juga
akan mencetuskan parestesi (Phallen's wrist flexion sign).
Pada tenosinovitis otot abduktor polisis longus
dan ekstensor polisis brevis (de quervoin's stenosing
Gambar 2. Gerak sendi siku
tenosynovitis), deviasi ulnar secara pasif dengan posisijari-
jari dalam keadaan fleksi akan menimbulkan nyeri pada
Pergelangan Tangan daerah radial pergelangan tangan (tes Finkelstein).
Dergelangan tangan merupakan sendi yang kompleks.
Berbagai deformitas yang dapat terjadi antara lain
Tulang-tulang karpal, terdiri dari 8 tulang pendek skafoid, adalah squaring pada tangan, akibat osteofitosis pada
unatum, trikuetrum, pisiform, trapezium, trapezoid, sendl karpometakarpal.
Gpitatum dan hamatum. Kedelapan tulang tersebut, di Sendi MCB PIP dan DIP merupakan sendi engsel. Pada
croksimal bersendi dengan radius dan ulna. sedangkan di waktu jari-jari fleksi, dasar proksimal falang akan bergeser
distal bersendi dengan tulang-tulang metakarpal. Tendon ke depan kaput metakarpal. Kulit pada permukaan
ctot-otot fleksor longus tangan melewati bagian folar palmar tangan cukup tebal yang menutupi lemak dan
cergelangan tangan di dalam sarung tendon di bawah tulang metakarpal di bawahnya sehingga palpasi pada
leksor retinakulum (ligamen transversum karpal). Fleksor permukaan palmar tangan lebih sukar dibandingkan
'etinakulum dan dasar tulang-tulang karpal membentuk permukaan dorsal tangan.
:erowongan karpal. Nervus medianus melalui terowongan Artritis reumatoid merupakan kelainan yang sering
ni superfisial terhadap tendon fleksor. Aponeurosis palmar
terjadi pada pergelangan tangan dan tangan yang di tandai
-uga menyebar keluar ke daerah palma manus dari fleksor oleh pembengkakan pada sendi interfalang proksimal
.etinakulum. Pada kontraktur Dupuytren, aponeurosis
menyebabkan jari berbentuk fusiformis; deviasi ulnar;
aalmar menebal dan kontraktur sehingga jari-jari terfleksi deformitas swon neck yang merupakan fleksi kontraktur
cada sendi metakarpal. Yang sering terkena adalah jari sendi MCf, hiperekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP; dan
<etiga, disusuljari keempat dan kelima. Jari pertama dan deform ita s b o uto n n ie re ya n g me ru pa ka n kontra ktu r f leksi
<eduajarang terkena. Pada sisi dorsal pergelangan tangan, sendi PIP dan hiper-ekstensi sendi. Selain itu dapat juga
sering timbul pembesaran kistik yang disebut ganglion. di temukan deformitas Zjarilyang merupakan kombinasi
Sinrovitis pada pergelangan tangan, lebih mudah terlihat fleksi sendi metakarpofalangeal I dan hiperekstensi
sari sisi dorsal, kbrena banyak tendon pada sisi polar yang interfalang I. Pada osteoartritis tangan sering didapatkan
208 ILMU DIAGNOSTIK FISIS

adanya nodus Herberden pada sendi interfalang distal dan


nodus Bouchard pada sendi interfalang proksimal.
Kelainan lain adalah jari teleskopik akibat resorpsi
falang pada artritis psoriatik sehingga menimbulkan
Iipatan kulit yang konsentrik (opero-gloss hond atau la
moin en lorgnette).
Selain kelainan sendi. kelainan pada kulit dan kuku
KOKSAE
juga harus diperhatikan, misalnya fenomena Reynaud, Fleksi - {lutut ditekuk)

sklerodaktili pada sklerosis sistemik, onikolisis dan


hiperkeratosis subungual yang khas untuk artritis
psoriatik dan jari tabuh (clubbing finger) yang khas untuk
osteoartritis hipertrofik.

KOKSAE 80$
Sendi Koksae 70
,60 adukasi -adukasi 6q 1
,s
y''
Sendi koksae dibentuk oleh kaput femoris dan asetabulum. /Ml
Lingkup geraknya cukup luas, tapi tidak seluas sendi :iwir
10<_--
bahu. Stabilitas sendi dijaga oleh kapsul sendi yang kuat 0--
dan dikelilingi oleh berbagai ligamen seperti ligamen
iliofemoral Bertini, ligamen pubofemoral dan ligamen
iskiokapsular. Sendi koksae juga dikelilingi oleh otot-otot
yang kuat. Otot fleksor yang utama adalah otot iliopsoas
yang dibantu oleh otot sartorius dan rektus femoris. Aduksi ROTASI
KOKSAE
koksae, dilakukan oleh otot-otot aduktor longus, brevis
dan magnus dan dibantu oleh otot grasilis dan pektineus. L EXT. INT EXT R,

Otot gluteus maksimus merupakan otot abduktor utama,


Gambar 4. Gerak sendi koksae
sedangkan gluteus maksimus dan hormstring muscle
merupakan otot ekstensor koksae.
Pemeriksaan koksae dimulai dengan mengamati dari SIAS ke maleolus medialis dengan perbedaan yang
pasien dalam keadaan berdiri di muka pemeriksa. Bila dapat di toleransi adalah L cm atau kurang. Bila pelvis
panggul terlihat miring, maka mungkin terdapat skoliosis, miring atau terdapat kontraktur abduksi atau aduksi, maka
anotomic leg-length discrepancy atau kelainan koksae. pengukuran dilakukan dari mal.eolus medial ke titik tubuh
Kontraktur koksae akan ditandai oleh deformitas abduksi yang tetap, misalnya xifisternum dan hasilnya disebut
dan aduksi. Pada kontraktur aduksi, pelvis akan miring opparent leg-length discreponcy. Lokasi nyeri pada sendi
ke atas pada sisi yang sehat, dan kedua tungkai ekstensi. koksae sangat penting untuk menilai sumber nyeri. Nyeri
Pasien dengan kelainan sendi koksae, akan memiliki 2 gaya pada daerah lateral, biasanya diakibatkan oleh bursitis
berjalan yang abnormal yaitu gaya berjalan antalgik akibat trokanterik. Nyeri pada daerah anterior atau inguinal
nyeri pada koksae dan/atau gaya berjalan Trendelenburg biasanya berasal dari bursitis iliopsoas, atau kelainan
pada kelemahan otot abduktor. Untuk menilai kelemahan lain seperti hernia, aneurisma femoral atau abses psoas.
otot abduktor gluteus medius, dapat dilakukan tes Sedangkan nyeri di daerah posterior biasanya berasal dari
Trendelenburg, yaitu dengan menyuruh pasien berdiri sendi sakroiliaka, vertebra lumbal atau bursa iskial. Nyeri
pada sisi tungkai yang sakit; pada keadaan normal, otot akibat kelainan sendi koksae biasanya terasa di daerah
abduktor akan menjaga agar pelvis tetap mendatar; bila anterior atau inguinal.
pelvis pada sisi yang sehatjatuh, maka dikatakan tes positif Untuk menilai secara cepat gerak sendi koksae, dapat
dan terdapat kelemahan otot gluteus medius. dilakukan teg Patrick, yaitu dengan meletakkan tumit pada
Pada posisi terlentang, kontraktur fleksi koksae dapat bagian medial lutut kontralateral, kemudian menekan lutut
dilihat dari adanya lordosis lumbal dan pelvis yang miring ke lateral menuju permukaan meja. Bila kedua lutut dalam
sehingga tungkai tetap lurus pada meja pemeriksaan. keadaan fleksi 90" dan dilakukan prosedur yang sama,
Untuk menilai adanya kontraktur fleksi, dapat dilakukan maka disebut tes Fabere.
tes Thomas, yaitu dengan memfleksikan tungkai yang
sehat sehingga lordosis lumbal hilang, akibatnya tungkai Sendi Lutut
yang sakit akan ikut fleksi. Pada posisi terlentang, juga Sendi lutut merupakan gabungan dari 3 sendi, yaitu
dapat diukur leg-length discrepancy, yaitu pada posisi patelofemoral, tibiofemoral medial dan tiblofemoral
kedua tungkai ekstensi. True leg-length discrepancy diukur lateral. Pada sendi tibiofemoral, terdapat meniskus lateral
ANAM N ESIS DAN PEM ERIKSAAN FISIS PENYAKIT MUSKU LOSKELETAL 209

dan medial. Sendi lutut diperkuat oleh kapsul sendi yang tungkai diekstensikan secara penuh, kemudian tangan
kuat, ligamen kolateral lateral dan medial yang menjaga pemeriksa yang satu menggenggam lutut pasien dengan
kestabilan lutut agar tidak bergerak ke lateral dan medial; posisijempol pada 1- sisi dan jari-jari yang lain pada sisi
dan ligamen krusiatum anterior dan posterior yang yang satu lagi, kemudian tangan pemeriksa yang satu
menjaga agar tidak terjadi hiperfleksi dan hiperekstensi lagi memegang pergelangan kaki pasien. Pada posisi
sendi lutut. Fleksi lutut, akan diikuti rotasi internal tibia, tungkai bawah rotasi eksterna L5', bunyi snap yang
sedangkan ekstensi lutut akan diikuti rotasi eksternal teraba atau terdengar pada waktu tungkai bawah pasien
femur. Patela mempunyai fungsi untuk memperbesar di gerakkan dari posisi ekstensi ke fleksi 90' menunjukkan
momen gaya pada waktu lutut ekstensi sehingga kerja otot adanya robekan meniskus medial. Bunyi yang sama yang
quadriseps femoris tidak terlalu berat. Pada inspeksi lutut, terdengar pada waktu tungkai bawah dirotasi internal
harus diperhati-kan kemungkinan adanya genu varus, 30' dan digerakkan dari fleksi ke ekstensi, menunjukkan
genu valgus dan genu rekurvatum. Pembengkakan di atas robekan pada meniskus lateral.
patela, biasanya berasal dari bursitis prepatelar; sedangkan
sinovitis lutut biasanya lebih difus. Pembengkakan Pergelangan Kaki
posterior di fossa poplitea, biasanya berasal dari kista Pergelangan kaki terdiri dari 2 sendi, yaitu sendi tibiotalar
baker. Nyeri pada sisi medial tibia di bawah sendi lutut, (true ankle joint) yang merupakan sendi engsel dengan
biasanya berasal dari bursitis anserin. Nyeri pada bagian pergerakan dorsofleksi dan plantar-fleksi, sedangkan sendi
bawah patela pada usia muda biasanya berasal dari subtalar memungkinkan gerak inversi dan eversi dari kaki.
sindrom Sinding-Larsen-Johansson, sedangkan pada usia Maleoli tibia dan fibula memanjang ke bawah, menutupi
yang lebih tua biasanya berasal dari tendinitis patelar talus dari medial dan lateral dan memberikan kestabilan
:jumper's knee). Nyeri pada tuberositas tibia pada anak sendi pergelangan kaki. Kapsul sendi pergelangan kaki
rnuda, biasanya disebabkan oleh epifisiolisis (Osgood- sangat kuat pada bagian posterior dan memungkinkan
SchLatter's diseose) untuk pergerakan dorso dan plantar-fleksi.
Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba krepitus Pada bagian belakang sendi ini terdapat tendon
oada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan. Hal ini achiles yang merupakan tendon otot gastroknemius dan
rtenunjukkan kerusakan rawan sendi, misalnya pada soleus yang memanjang ke bawah dan berinsersi pada
osteoartritis. Selain itu, pada waktu palpasi juga dapat permukaan posterior os kalkaneus. Radang pada tendon
diperiksa adanya efusi sendi. Stabilitas ligamen kolateral ini, menyebabkan rasa nyeri bila banyak berjalan atau
Capat diperiksa dengan memfleksikan lutut l-00"; kondilus bila tendon itu di tekan atau penekanan pada insersinya
temoral dipegang dengan tangan pemeriksa yang satu di kalkaneus. Gerak plantar-fleksi dilakukan oleh otot
sementara tangan yang lain menggerakan tungkai gastroknemius dan soleus;.dorso-fleksi oleh otot tibialis
cawah ke depan dan kebelakang. Untuk menilai stabilitas anterior; sedangkan inversi oleh otot tibialis posterior dan
iEamen krusiatum, lutut di fleksikan 90', kemudian eversi oleh otot peroneus longus dan b"revis.
:ungkai bergerak (drower sign positifl, berarti sudah
ada kelemahan ligamen krusiatum. Kerusakan meniskus
PERGELANGAN KAKI
dapat diperiksa dengan melakukan tes Mc-Murray, yaitu Fleksi plantar- dorsat

Gambar 6. Gerak pergelangan kaki

Kaki
Doformitas Lutut : Yang dimaksud dengan kaki adalah mid foot yang terdiri
A, Genu Varus; B. Genu Valgus; C. Geno
D.Subluksasi tibia posterior; E Flaksi dari 5 tulang-tulang tarsal selain talus dan kalkaneus dan
fore foot yang terdiri dari tulang-tulang metatarsal dan
LUTUT
(Fleksi ) iari-jari kaki. Kaki mempunyai struktur melengkung ke
dorsal yang memungkinkan penyebaran berat badan ke
kalkaneus di posterior dan ke-2 tulang sesamoid pada
tulang metatarsal I dan kaput metatarsal II-V di anterior.
Gernbar 5. Defoimitas sendi lutut dan gerak sendi lutut Fungsi lengkung kaki adalah untuk menjaga fleksibilitas
2to ILMU DI,AGNOSTIK FISIS

menyebabkan nyeri radikular atau parestesia. Tes Valsava


digunakan untuk menilai adanya tumor intra tekal atau
hernia nukleus pulposus. Pasien disuruh ekspirasi dalam
keadaan glotis tertutup, adanya kelainan di atas akan
menyebabkan nyeri yang menjalar ke dermatom yang
sesuai. Tes Adson, digunakan untuk menilai adanya jepitan
Gambar 7. Kaki pada arteri subklavia. Pemeriksa melakukan palpasi pada
denyut arteri radialis, kemudian pasien melakukan inspirasi
kaki pada waktu berjalan dan berlari. Lengkung ini dapat maksimal sambil melakukan rotasi maksimal kepala ke sisi
betambah akibat kelainan neurologik dan disebut pes yang diperiksa, jepitan arteri subklavia akan menyebabkan
cavus atau berkurang dan disebut pes plonus. Deformitas denyut arteri radialis melemah atau menghilang.
lain pada kaki adalah hallux volgus, hommertoe deformity, Pada pemeriksaan vertebra lumbal, pasien sebaik-
molLet toe dan cock-up foe. Hallux valgus adalah deviasi nya disuruh melepaskan pakaiannya, sehingga dapat
medial metatarsal sehingga kaki menjadi lebar dan dinilai berbagai deformitas seperti lordosis lumbal, kifosis
kadang-kadang timbul bunion. Hammertoe deformity torak dan skoliosis. Gaya berjalan dan gerakan pinggul
adalah hiperekstensi sendi metatarsofalangeal (MTP) juga harus diperhatikan. Lingkup gerak tulang-tulang
diikuti fleksi sendi PIP. Deformitas fleksi sendi DIp spinal, dapat dinilai dengan melakukan tes Schober, yaitu
manghasilkan mallet toe, sedangkan fleksi sendi plp dan dengan menyuruh pasien melakukan antefleksi maksimal,
DIP yang diikuti ekstensi dan subluksasi plantar sendi MTp kemudian ditentukan 4 titik mulai dari prominentia
disebut cock-up toe deformity. spinosus sakralis superior ke arah atas dengan jarak
Nyeri pada tumit, sering disebabkan oleh plantari spur; antara satu titik dengan titik lainnya masing-masing 10
sedangkan peradangan pada MTP I, sering disebabkan cm. Kemudian pasien disuruh berdiri tegak dan jarak
oleh artritis gout. titik-titik tersebut diukur lagi, dalam keadaan normal akan
terjadi pemendekan jarak titik-titik tersebut berturut-tu rut
Vertebra dari bawah ke atas adalah 50Yo,40o/o dan 30%. Cara lain
Vertebra harus diperiksa dalam posisi duduk atau adalah dengan mengukurjarakCT-Th12 dan T12-SL dalam
berbaring telungkup, tetapi untuk menilai kesegarisan keadaan berdiri tegak, kemudian pasien disuruh antefleksi
vertebra, pemeriksaan harus dilakukan dalam posisi maksimal, maka jarak C7-TL2 akan memanjang 2-3 cm,
berdiri. Kemiringan pelvis dan bahu mencurigakan ke arah sedangkan jarakh2 - 51 akan memanjang 7-8cm.
kelainan kurvatura vertebra alau leg-length discrepancy. Untuk menilai iritasi radiks, dapat dilakukan tes
Otot-otot paraspinal harus selalu di palpasi untuk mencari Lasegue dan Femorql nerve stretchfest Tes Lasegue (SLR
adanya nyeri dan spasmus. = sraight leg rorsing) merupakan tes yang sering dilakukan.
Gerak vertebra servikal, meliputi antefleksi 45', Pasien disuruh berbaring telentang dalam keadaan santai,
ekstensi 50'-60', laterofleksi 45" dan rotasi 60"-80'. kemudian tungkai bawah difleksikan perlahan-lahan
Separuh dari fleksi dan ekstensi total servikal terjadi sampai 70' dengan lutut dalam keadaan ekstensi, catat
pada ketinggian oksiput C1-, sedangkan sisanya terbagi sudut yang dicapai pada waktu pasien merasakan nyeri.
rata pada C2-C7. Selain itu, separuh dari rotasi servikal Kemudian pasien disuruh memfleksikan lehernya sampai
terjadi pada sendi atlantoaksial (odontoid) sedangkan dagunya menyentuh dinding dada, atau secara pasif
sisanya terbagi rata pada C2-C6. Pada laterofleksi, semua kakinya didorsofleksi-kan, nyeri yang timbul menandakan
vertebra servikal mempunyai andil yang sama besar. regangan dura, misalnya pada HNP sentral; bila nyeri
Pemeriksaan khusus yang harus dilakukan vertebra tidak timbul, maka nyeri SLR diakibatkan oleh kelainan
servikalis adalah foraminol compression fest, tes Valsava olot harmstring, atau nyeri dari daerah lumbal atau
dan tes Adson. Tiga tes yang pertama digunakan untuk sakroiliakal. Bila pada waktu SLR dilakukan, timbul nyeri
menilai adanya jepitan saraf. Pada foraminal compression pada tungkai kqntra lateral (cross over srgn atau well leg
fesf, leher dirotasi dan dilaterofleksi ke sisi yang sakit, roises test), menandakan adanya kompresi intratekal oleh
kemudian kepala ditekan kebawah, bila ada jepitan saraf
akan menimbulkan nyeri yang menjalar ke lengan atau
sekitar skapula. Bila kepala distraksi ke atas (distraction
test), nyeri akan berkurang. Pada shoulder depression test,
L tangan pemeriksa diletakkan pada bahu dan tangan
pemeriksa yang lain diletakkan pada kepala kemudian
Ekstensi - Fleksi Fleksi Lateral
bahu di tekan ke bawah sedangkan kepala dilaterofleksi
ke arah yang berlawanari, jepitan pada saraf servikal akan Gambar 8. Gerak servikal
ANAM N ESIS DAN PEM ERIKSAAN FISIS PENYAKIT MUSKUTOSKETETAT 2tt

lesi yang besar. Bila kedua tungkai difleksikan bersama REFERENSI


(SLR bilateral), nyeri yang timbul sebelum sudut mencapai
Doherty M, Doherty]. Clinical examination rheumatology. London
70" mungkin berasal dari sendi sakroiliaka, sedangkan
:Wolfe Publishing;1992.
bila nyeri timbul pada sudut 70' mungkin berasal dari Gattler RA, Scumacher HR. A practical handbook of joint fluid
daerah lumbal. analysis.2"d ed. Philadelphia: Lea & Febiger;1991.
Pada femoral nerve stretch fesf, pasien disuruh Michet CJ, Hunder GC. Evaluation of the joint. In: Kelly WN,
Haris fED. Ruddy S et al eds. Textbook of Rheumatology. 4s
berbaring pada sisi yang tidak sakit dengan koksae dan ed. Philadelphia :WB Saunders;1993.p.351'47..
lutut sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus dan Shmerling RH, Liang MH. Laboratory evaluation of rheumatic
kepala difleksikan. Kemudian secara perlahan, fleksi lutut disease. ln: Scumacher HR, Klippel ]FI, Koopman Wj,eds.
Primer on the rheumatic diseases. 10'h ed. Arthritis
ditambah dan koksae diekstensikan. Bila timbul nyeri pada
Foundation. 1993.p.64:.6.
tungkai bagian anterior, menandakan adanya iritasi pada
12, L3 dan 14.
Sendisakroiliaka juga harus diperiksa dengan seksama,
karena pada spondiloartropati seronegatif, seri ng disertai
sakroilitis. Pemeriksaan khusus untuk sendi ini adalah tes
distraksi dan tes lutut ke bahu. Pada tes distraksi, kedua
sisi pelvis ditekan ke bawah pada pasien dalam keadaan
berbaring terlentang atau pada satu sisi, tes positif bila
timbul nyeri. Pada tes lutut ke bahu, pasien dalam posisi
berbaring terlentang, koksae difleksikan dan diaduksi,
kemudian lutut difleksikan ke arah bahu kontralateral.
Tes ini hanya bermakna bila lumbal dan koksae dalam
keadaan normal.

Modified SchoberTest

Femoral neNe Stretch Test

Gambar 9. Schober test Loseque test, Femorol Nerve Strech Test


BAB 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG DI BIDANG IPD i;

Pemeriksqqn Eleklrokordiogrofi Rodiodiognoslik


Loborotorium Elektrokordiogrofi 295
Penyokit Dqlom
Biokimio Glukoso Rodiologi Jontung 321
Elektrokordiogrofi podo
Doroh, Lemok, Protein,
Uji Lotih Jontung 312 Pemeriksoon Rodiogrofi
Enzim don Non-Protein
Nitrogen 213 Pemontouon lromo Abdomen Polos, OMD,
Usus Holus don Enemo
Jontung (Holter
Pemeriksoon Borium 326
Loborotorium podo Monitoring) 317
Keloinon Ponkreas 227 Uroflowmetri don
Pielogrofi lntroveno 334
Urinolisis 231
Dosor-dosor CTlMSCT,
Pemeriksoon Tinjo 243 MRl, don MRCP 343

Tes FungsiGinjol 250 Kedokteron Nuklir otou


Rodio Nuklir don PET-CT
TesPenondo Diognostik 947
Jontung 255
Rodiogrofi
Tes Fungsi Penyokit
Muskuloskeletol 356
Hipofisis 263
Pemeriksoon
Tes Fungsi Penyokit
Densitometri Tulong 363
Kelenjor Adrenol 266

Anolisis Coiron 270

Penondo Tumor don


Aplikosi Klinik 282

ll.mu PEllml0TllfilffI] Edisi vt2014


25
BIOKIMIA GLUKOSA DARAH, LEMAK PROTEIN,
ENZIM DAN NON.PROTEIN NITROGEN
Suzanna Imanuel

Biokimia berupaya memberikan kajian tentang proses fosfat melalui hexose monophosphot shunt (HMP shunf)
kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Biokimia begitu penting untuk menanggulangi stress oksidatif pada
luas sehingga dapat juga menyentuh aspek biologi sel, eritrosit. Metabolisme 1,2 difosfogliserat (1,3-DPG) melalui
biologi molekulari genetika molekulal fisiologi, patologi Luebering-Rapoport shunt juga penting untuk proses
dan ilmu klinik.l Glukosa, lemak, protein, enzim dan tronsport oksigen tubuh.s "
non-protein nitrogen yang akan dibahas secara ringkas Didalam mulut, ketika makanan dikunyah, makanan
dalam tulisan ini, merupakan analit yang memiliki arti akan bercampur dengan enzim saliva yang menghidrolisis
klinik yang penting. Status metabolisme glukosa, lemak, tepung menjadi disakarida maltosa, sukrosa dan laktosa.
protein, enzim dan non-protein nitrogen menunjukkan Enterosit pada vili usus halus mengandung empat enzim:
keadaan sistemik tubuh. Pemahaman tentang biokimia, laktase, sukrase, maltase dan cx,-dekstri nase. Enzim-enzim
fisiologi dan patofisiologi penting dalam upaya penyaring, ini akan memecahkan disakarida lqktosa, sukrosa dan
penegakan diagnosis, penatalaksanaan, pemantauan dan maltosa termasuk juga polimer glukosa lainnya menjadi
prognosis penyakit. monosakarida. Laktosa dipecah menjadi satu molekul
galaktosa, dan satu molekul glukoSa. Sukrosa dipecah
menjadi satu molekul fruktosa, dan satu lnolekul glukosa.
IiETABOLISME GTUKOSA Maltosa dan polimer glukosa lainnya diubah menjadi
molekul-molekul glukosa. Hasil pencernaan karbohidrat
Karbohidrat adalah derivat aldehid atau derivat keton dari berupa monosakarida diabsorpsi masuk sirkulasi portal.6
alkohol polihidroksi atau senyawa yang menghasilkan Di dalim hepatosit, glukosa akan mengalami
derivat ini pada hidrolisis. lstilah karbohidrat berhubungan serangkaian proses metabolisme yaitu glikogenesis,
dengan rumus kimia senyawa ini yang mengandung satu glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glikogenesis
molekul air per satu atom karbon (rumus umum Cx(H20) adalah konversi glukosa menjadi glikogen sedangkan
y).2'3 Karbohidrat sederhana seperti glukosa disebut glikogenolisis adalah pemecahan glikogen menjadi glukosa.
monosakarida. Dua monosakarida yang dihubungkan Pembentukan glukosa dari zat non-karbohidrat seperti
dengan ikatan glikosidik membentuk disakarida. Lebih asam amino, gliserol dan laktat disebut glukoneogenesis.
dari dua monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan Kemudifn hati melepaskan monosakarida ke sirkulasi
glikosidik membentuk polisakarida.a darah, hampir seluruhnya berupa glukosa. Glukosa
Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam di degradasi di dalam sel melalui proses glikolisis
metabolisme tubuh. Oksidasi glukosa melalui jalur glikolitik seba'gai sumber energi utama untuk proses metabolisme
dan siklus asam trikarboksilat menghasilkan adenosin (Gambar 1).6
tifosfot (ATP) yang adalah sumber energi universal untuk Hati, pankreas dan kelenjar endokrin lain ikut serta
rcaksi biologik.a Gula ribosa dbn deoksiribosa adalah dalam pengaturan konsentrasi glukosa pada rentang
ftomponen struktur utama asam deoksiribonukleat (DNA) tertentu. Pengaturan kadar glukosa darah terutama
dan asam ribonukleat (RNA)., Metabolisme glukosa-6- dilakukan oleh insulin dan glukagon yang diproduksioleh

213
214 LABORATORIUM KLINIK

pemecahan protein. Glukagon, diproduksi sel alfa


pankreas merangsang glikogenolisis. glukoneogenesis dan
lipolisis di hati. Epinefrin disekresi oleh medulla adrenal,
menyebabkan glikogenolisis otot dan merangsang
pengeluaran glukosa dari hati yang mengandung glikogen.
Glukokortikoid meningkatkan glukoneogenesis. Growth
hormone dan ACTH mengurangi ambilan glukosa oleh
jaringan dan meningkatkan pengeluaran glukosa hati dan
lipolisis. Hormon tiroid meningkatkan absorbsi glukosa,
merangsang glikogenolisis dan meningkatkan degradasi
insulin. 2

Tronsport glukosa ke dalam sel dibantu oleh


protein tronsporter. Pada saluran usus halus dan ginjal
Garnbar 1. Homeostasis glukosa6 cotronsporter glukosa dan natrium berperan untuk ambilan
glukosa dan galaktosa dari lumen. Pada permukaan sel
pankreas. Kontroljuga dilaksanakan oleh hormon adrenal terdapat glucose tronsporters (GLUTs). Distribusi GLUTs
(epinefrin dan kortisol), hipofisis anterior (GH dan ACTH), dan fungsi disajikan pada tabel 1.7
tiroid (tiroksin) dan somatostatin (Gambar /). z: GLUTs berdasarkan kemiripan urutan asam amino
lnsulin, diproduksi oleh sel beta pankreas, dapat dibagi menjadi kelas I (GLUT 1-4), kelas ll (cLUT
menyebabkan penurunan kadar glukosa darah dengan 5,7,9,11), dan kelas lll (cLUT 6,8,10,12). cLUT4 diketahui
cara meningkatkan ambilan glukosa oleh jaringan memiliki peran penting karena bergantung pada regulasi/
otot dan lemak, meningkatkan glikogenesis dan stimulasi insulin sehingga bersifat rote Limiting. lnsulin
lipogenesis, menghambat glukoneogenesis di hati, akan menyebabkan translokasi GLUT4 ke membran plasma
merangsang pembentukan protein dan menghambat untuk transport glukosa kedalam otot dan sel lemak.T

METABOLISME TEMAK

Lemak adalah substansi yang esensial bagi kehidupan


manusia. Secara kimia, lemak (lipid) adalah senyawa yang
menghasilkan asam lemak setelah hidrolisis atau suatu
kompleks alkohol yang bergabung dengan asam lemak
untuk membentuk ester.s
Beberapa fungsi lemak antara lain adilah untuk
penyimpanan energi dan sumber bahan bakar metabolik,
membantu pencernaan, sebagai hormon atau prekursor
hormon, sebagai komponen fungsional dan struktural
pada membran sel, membentuk insulasi untuk konduksi
elektrik pada sel saraf, serta untuk mencegah kehilangan
Gambar 2. Pengaruh hormon pada metabolisme karbohidrat 2 pa nas.8

Nama Jaringan Fungsi


GLUTl Tersebar luas, terutama pada otak, g'injal, usus besar, Transpor glukosa basal
jaringan fetal '
GLUT2 Hati, sel beta pankreas, usus halus, ginjal Transpor glukosa non-rate limiting
GLUT3 Tersebar luas, terutama neuron, plasenta, testis Transpor glukosa di neuron
GLUT4 Otot skeletal, ototjantung, jaringan lemak Transpor glukosa distimulasi insulin
GLUT5 Usus halus, ginjal, otot, otak, jaringan lemak ,
Transpor fruktosa
GLUT6 Leukosit, otak Transpor glukosa
GLUTT Hati Pelepasan glukosa dari retikulum
endoplasma
GLUTS Testis, blastokista, otak,,otot, jaringan lemak Tr:anspo; glukbsa
GLUT11 Jantung, otot Transpor glukosa
GLUT12 Otot, otot jantung, jaringan [emak dan payudara Transpor glukosa
BIOKIMIA GLKOSA DARAH. LEMAK, PROTEIN, ENZIM DAN NITROGEN 215

Karena lipid bersifat tidak larut pada lingkungan airi menyebabkan partikel ini lebih mudah masuk kebawah
maka transport lipid dalam plasma terjadi melalui suatu tunika intima pembuluh darah. Adanya faktor cedera
bentuk kompleks makromolekul yang disebut lipoprotein. endotel dibarengi dengan kolesterol LDL yang tinggi
Sekitar 60% kolesterol total dalam plasma dari subjek mempermudah terbentuknya aterosklerosis. Sfress
berpuasa dibawa oleh LDL.e Partikel lipoprotein berbentuk oksidatif bisa memodifikasi LDL menjadi LDl-teroksidasi
sferis dan terdiri dari banyak molekul lemak dan protein dan/atau LDL-glikat. Bentuk-bentuk LDL termodifikasi ini
'0, yang diikat oleh ikatan nonkovalen.ll Lemak utama mempunyai afinitas yang lebih rendah kepada reseptor
dari lipoprotein adalah kolesterol, trigliserida (TG) dan LDL (LDL-R) dan dapat dikenali oleh makrofag sebagai
fosfolipid (PL). Struktur lipoprotein dikatakan terdiri benda asing sehingga mempermudah terbentuknya
dari lapisan luar hidrofilik dengan PL, kolesterol tak foom cell.
teresterifi kasi, da n protei n (apolipoprotein, apo), dengan LDL beredar dalam sirkulasi selama +3 hari.12
inti lipid netral hidrofobikyang didominasi kolesterol ester Kemudian LDL diambil oleh hepar dan sel perifer melalui
(CE) dan TG. 11 LDL-R dimana protein LDL kemudian didegradasi dan
Lipoprotein mempunyai ciri fisika dan biokimiawi kolesterol yang ada digunakan dalam metabolisme sel.
yang berbeda-beda karena mengandung proporsi lipid Sekitar 33-66% LDL didegradasi melalui sistem LDL-R,
dan protein yang berbeda. Lipoprotein dapat dibedakan sedangkan sisanya melalui sistem sel scovenger.e
sesuai dengan mobi itas elektroforetik mereka (contohnya
I

mobilitas q untuk HDL, dan p untuk LDL;.rz' ts Lipoprotein HDL


juga dikategorikan berdasarkan pada densitas mereka Persentasi lipid dan protein pada HDL "dewasa" adalah
setelah ultrasentrifugasi, yaitu chylomicrons (CM), very low- sekitar 1:1 dan waktu paruh dalam plasma bervariasi 3,3
density lipoprotein (VLDL), intermediote-de nsity lipop rotein - 5,8 hari.16 Fungsi HDL penting dalam transpor kolesterol
IDL), low - d e n s ity lipo p rote in (LD L), h ig h - d e n sity lip o p r ote in balik darijaringan perifer ke hepar. ApoA-l adalah protein
(HDL), dan lipoprotein(a) [Lp(a)]. 'o struktural utama. Kadar HDL-C yang tinggi diasosiasikan
dengan penurunan risikd penyakit kardiovaskular.
CM (chylomicron)
CM adalah esensial dalam transport lipid eksogen. CM Lipoprotein (a)
terutama terdiri dari trigliserida sedangkan komponen lain Lipoprotein (a) secara struktural berhubungan dengan
adalah kolesterol, fosfolipid dan apolipoprotein spesifik. LDL. Pada satu partikel Lp(a) terdapat satu apo(a), suatu
Mantel permukaan CM terdiri dari PL, free cholesterol(FC), protein yang kaya karbohidrat, dan satu apoB-100. Apo(a)
apoB-48, apoAl, apoA-ll, and apoA-lV. Dalam keadaan terikat secara kovalen dengan apoB-100.8
puasa 10-12 jam, tidak ada CM yang ditemukan dalam
darah orang normal. Adanya CM membuat serum terlihat Jalur Metabolisme Lipoprotein
keruh atau seperti susu.lo Terdapat tiga jalur metabolisme lipoprotein yaitu jalur
eksogen (diet), jalur endogen (hepatikf dan jalur transpor
VLDL HDL (reverse cholesterol tronsport). Ketiga jalur ini saling
Partikel VLDL terdiri dari trigliserid a (55o/o), fosfolipid (1 2%), berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain
kolesterol (25o/o) dan protein (8%).1s Bersama-sama CM, (Gambar 3). Melalui jalur eksogen, lemak dari makanan
VLDL disebut sebagai triglyceride-rich lipoprotein. Pada ditranspor oleh kilomikron menuju hati. Melalui jalur
dinding endotel, lipoprotein lipase (LPL) menghidrolisis endogen, dari hati, lemak disekresikan dalam bentuk VLDL.
VLDL sehingga mengeluarkan isi trigliseridanya dan Lipoprotein lipose (LPL) menghidrolisis lemak dari partikel
nnenghasilkan lDL. e
VLDL sehingga partikelnya semakin menyusut menjadi
IDL dan kemudian LDL. LDL kemudian kembali diambil
IDL oleh hati. Dalam sirkulasi sebagian kolesterol ditransfer
Disebutjuga YLDLremnanf yaitu merupakan bentuk lanjut oleh cholesterol ester tronsfer protein (CETP) dari LDL ke
setelah VLDL dihidrolisis oleh LPL. Hidrolisis selanjutnya HDL. Selain itu kolesterol dari sel di transfer oleh lecithin
oleh lipase hepatik (LH) membuat partikel lipoprotein ini cholesterol ocyl tronsferase (LCAT) ke H DL yang kemudian
menjadi semakin kecil dan menjadi LDL. diambil oleh hati.8

LDL Dislipidemia
LDL adalah produk hasil hidrolisis lDL, dimana 80% Abnormalitas kadar lipid plasma disebut dislipidemia.ls
partikel terdiri dari lipid dan 207o protein. Kadar LDL Peningkatan kolesterol total atau kolesterol
dalam darah dikenal sebagai faktor penting dalam LDL tanpa peningkatan trigliserida disebut hiper-
penyakit aterosklerotik. Ukuran partikel yang lebih kecil kolesterolemia sedangkan peningkatan trigliserida
216 LABORATORIUM KLINIK

Klasifikasi hiperlipidemia berdasarkan fenotip berguna


sebagai pedoman untuk terapi tetapi tidak menentukan
apakah hiperlipidemia yang terjadi adalah primer atau
sekunder. Klasifikasi Fredrickson yang dikembangkan
pada Notional lnstitutes of Health (NlH) Ameriksa Serikat
dan kemudian diadopsi oleh WHO, disajikan pada tabel
2. Kadar K-HDL tidak disertakan dalam sistem klasifikasi
ini.18
Hiperlipidemia sekunder adalah kelainan metabolisme
lipid yang ditemukan bersamaan dengan penyakit
metabolik atau organik yang mendasarinya. Keadaan
yang sering ditemui dengan hiperlipidemia sekunder
adalah diabetes melitus, peny-akit tiroid, penyakit hati dan
penyakit ginjal (Tabel 3).8 Hiperlipidemia sekunder dapat
diklasifikasikan juga menurut lipid yang dominan (Tabel
4) serta menurut fenotip (Tabel 5).1e
Penilaian pola lipid untuk penyaring umumnya
Gambar 3. Jalur transport lipoproteinlT menggunakan kadar kolesterol total dan kadar trigliserida.
Untuk pola lipid yang lebih lengkap memeriksa K-total,
trigliserida, K-HDL dan K-LDL. Pemeriksaan lainnya dapat
disebut hipertrigliseridemia. Peningkatan kolesterol dan di la kukan seperti pemeriksaan elektroforesis li pid, apoB,
trigliserida disebut hiperlipidemia kombinasi. Kolesterol apo(a), dan lain-lain.
HDL yang rendah juga termasuk dislipidemia, baik K-HDL Banyak faktor dapat mempengaruhi pemeriksaan
saja ataupun bersama-sama dengan abnormalitas lipid profil lipid. Sumber variasi preanalitik dapat berasal dari
lainnya. Karena hubungan metabolik yang erat dengan faktor biologik, gaya hidup, keadaan klinik serta teknik
trigliserida, peningkatan trigliserida seringkali disertai sampling (Tabel 6).8 Faktor lingkungan/musim juga
dengan K-HDL yang rendah. Hiperlipidemia dapat dilaporkan mempengaruhi hasil pemeriksaan terutama
diklasifikasikan menurut fenotip menurut Fredrickson. pada daerah dengan 4 musim.
Menurut etiologinya dapat diklasifikasikan dislipidemia
primer (genetik) dan dislipidemia sekunder yaitu yang KolesterolTota!
disebabkan oleh penyakit lain, obat-obatan atau faktor Nilai kolesterol lebih tinggi 8% pada musim dingin
gaya hidup.18 dibanding musim panas. Nilai kolesterol lebih rendah 5%

Tipe Feningkatan Kolesterol Trigliserida Serum puasa Elektroforesis Yo


Fredrickson lipoprotein setelah 12 jam lipoprotein relatif
Normal <220 mgldL <150 mgldl Jernih Normal
Tipe I Kilomikron <260 mg/dL >1000 mg/dl Supernatan ter- Kilomikron pada <1o/o
dapat lapisan orrglrn, penurunan pita
mengambang p, pre-p dan c.
seperti susu (milky).
lnfranatan jernih
Tipe tla LDL >300 mg/dl <150 mg/dl Jernih Peningkatan pita p 1Oo/o

Tipe tlb LDL & VLDL >300 mg/dL '150.300 mg/dL Jernih atag keruh Peningkatan pita p 4A%
dan pre-p
Tipe lll IDL 350 - 500 mgl 350 - 500 mg/dl Keruh Peningkatan pita B, <1o/o
dL pre-B, penurunan
pita cr.
Tipe lV VLDL <2oo mgldt 200-1000 mg/dL Keruh atau seperti Feningkatan pre-p, 45o/o
suSu penurunan q
Tipe V VLDL & >300 mgldL > 1000 mg/dL Lapisan Kilomikron pada 5'/o
Kilomikron mengambang asal, peningkatan
seperti susu, pre-p
infranatan keruh
BIOKIMIA GLKOSA DARAH, LEMAK, PROTEIN. ENZIM DAN NITROGEN 217

Gangguan Penyebab Tipe Tipe Tipe


Eksogen Obat: kortikosteroid, isotretinoin, lla/llb ilt v
tiazid, antikonvulsan, B-bloker, steroid DM+ + + +
anabolik, beberapa kontrasepsi oral Obesitas + +
Alkohol +
Penyakit hati
Obesitas
obstruktif
Endokrin dan Porfiria intermiten akut
lnsufisiensi renal + +
metabolik
DM Konsumsi alkohol +
Iipopituitarisme Hipotiroidisme + +
Hipotiroidisme Disproteinemia + + + +
Lipodistrofi Lupus + + +
Kehamilan
eritematosus
Storage diseoses Penyakit penimbunan cystine
Mieloma +
Penyakit Gaucher
Porfiria +
Penyakit penimbunan glikogen
Penyakit Tay -Sach j u ve n ile Sindrom Werner
Penyakit Niemann-Pick
Penyakit Tay-Sach
Ginjal Gagal ginjal kronik
HUS (he m olytic-u re m ic synd ro m e)
Sindrom nefrotik TG K-LDI KHDL
Hati Kolestasis intrahepatik benigna rekuren Variasi biologik 6,50/o 23,7% 8,2o/o 7,5a/o
Atresia biliar kongenitat intraindividual
Akut dan transien Luka bakar Sampling
Hepatitis Tidak puasa TetaP ++
Trauma akut (pembedahan) Puasa terlalu ++ +
lnfark miokard panjang
Infeksi bakteri dan viral Postur dari berdiri
Sebab lain Anoreksia nervosa menjadi
Starvasi Tidur
Hiperkalsemia idiopatik Duduk
Sindrom Klinefelter Antikoagulan
Progeria (Sindrom Hutchinson Gaya hidup
-Gitford) Diet
Lupus eritematosus sistemik Asam lemak jenuh + + + Tetap
Sindrom Werner MUFA Tetap
T
PUFA letap
Asupan kolesterol + Telap + Tetap
Minyak ikan Tetap Tetap Tetap
Kegemukan + ++ +
Hiperkolesterolemia Hipertrigliseridemia Merokok + ++ +
Hipotiroidisme Diabetes melitus Latihan (berat) +

Sindroma nefrotik Obesitas Keadaan klinik


lnfark miokard
Disgammaglobulinemia Pankreatitis
2Ajam Tetap Tetap Tetap Tetap
Porfiria Gagat ginjal kronik Tetap -
6 minggu :
Penyakit hati Disgammaglobulinemia Stroke Tetap - Tetap
Penyakit penimbunan glikogen diuretik
Hipertensi + ++
Nefrosis ++ ++ ++ Tetap
pada pasien duduk dibanding pasien berdiri, dan berbeda Diabetes (resistensi + ++ ++
insulin)
10-15o/opada pasien tidur dibanding pasien berdiri. Bila ++
lnfeksi
memakai sampel plasma, maka nilai kolesterol dari EDTA Kehamilan trirnester ++ + Tetap
plasma harus dikali 1.03 nilai untuk mendapatkan nilai kedua
kolesterol serum yang ekuivalen.l6 Transplantasi
Peningkatan nilai kolesterol total serum dapat Siklosporin
Prednison
terjadi akibat hiperkolesterolemia idiopatik, hiper-
Keterangan: +, peningkatan minimal sampai moderat, ++,
lipoproteinemia, obstruksi bilier, penyakit von Gierke, peningkatan moderat sampai tinggi, -, penurunan minimal sampai
hipotiroidisme,- nefrosis, penyakit pankreas (DM, total moderat, - -, penurunan moderat sampai berat.
218 LABORATORIUM KLINIK

pankreatektomi, pankreatitis kronik), kehamilan, dan deLong dimana T9,/6. Karena banyak ketidaktepatan
obat-obatan.20 dalam menentukan nilai K-LDL dengan rumus maupun
metode tidak langsung, maka sekarang dianjurkan metode
Trigliserida la n g su n g homog en (d ire ct h o m og e n o u s o ssoys).21
Beberapa penyebab peningkatan trigliserida serum yaitu Penyebab peningkatan K-LDL antara lain adalah
hiperlipidemia genetik, penyakit hati, sindrom nefrotik, hiperkolesterolemia familial, hiperlipidemia kombinasi
hipotiroidisme, diabetes mellitus, alkoholisme, gout, familial, diabetes mellitus, hipotiroidisme, sindroma
pankreatitis, penyakit von Gierke, infark miokard akut, nefrotik, gagal ginjal kronik, diet tinggi kolesterol total
obat-obatan misalnya kontrasepsi oral, estrogen dosis dan lemakjenuh, kehamilan, mieloma multipel, disgamma-
tinggi, beta-bloker; hidroklorotiazid, steroid anabolik, globulinemia, porfiria, anorexia nervosa, serta obat-obatan
kortikosteroid, serta gestasi.2o seperti steroid anabolik, beta-bloker antihipertensi,
Trigliserida serum yang rendah dapat disebabkan oleh progestin, karbamazepin. Penurunan K-LDL dapat terjadi
keadaan abetalipoproteinemia, mal nutrisi, perubahan diet karena penyakit berat, abetalipoproteinemia dan terapi
dalam 3 minggu, kehilangan berat badan, latihan fisik, estrogen oral. 20
obat-obatan e.g. bloker alfa-1 reseptor.2o

Kolestirol HDL PROTEIN


Penyebab peningkatan K-HDL serum adalah latihan
fisik, peningkatan bersihan trigliserida, konsumsi alkohol Protein adalah senyawa organik yang terbanyak pada
sedang, terapi insulin, terapi estrogen oral, penyakit tubuh orang sehat. Lebih dari setengah berat kering
lipid familial, hiperalfalipoproteinemia (kelebihan HDL), sel tubuh manusia terdiri dari protein.22 protein adalah
hipobetalipoproteinemia. polimer asam amino yang diikat oleh ikatan peptida.
Penurunan K-HDL dapat terjadi karena stress dan Terdapat lebih dari 50.000 jenis protein manusia dengan
penyakit seperti infark miokard akut, stroke, bedah, 3000-4000 protein berbeda dalaln satu sel dan 1400jenis
trauma; starvasi, obesitas, kurang latihan fisik, merokok, protein dalam serum.23 Asam amino diikat dengan ikatan
diabetes melitus, hipotiroid dan hipertiroid, penyakit kovalen membentuk peptida. Sebanyak 2-5 residu disebut
hepar akut dan kronik, nefrosis, uremia, anemia kronik dan oligopeptida, > 6 residu disebut polipeptida. Bila jumlah
penyakit mieloproliferatif, obat-obatan misalnya steroid asam amino melebihi 40 residu (BM - 5 kDa), rantai telah
anabolik, progestin, beta-bloker antihipertensi, tiazida, membentuk protein. Tipikal protein terdiri dari 200-300
neomisin, fenotiazin. Kadar HDL yang rendah dapat juga asam amino.
karena penyakit genetik seperti pada hipertrigliseridemia
familial, hipoalfalipoproteinemia familial. penyakit Ta ngier Klasifikasi
homozigot, defisiensi LCAT dan penyakit 'fish eye,, penyakit Protein dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok utama
Niemann-Pick nonneuropatik, defisiensi HDL dengan yaitu kelompok protein sederhana (simple dan tertonjugasi.
xantoma planar, defisiensi Apo A-l dan apo C-lll varian Termasuk dalam protein sederhana adalah protein globular
I dan ll.2o (albumin, globulin, histon, protamin) dan protein fibrosa
(kolagen, elastin, keratin). Protein terkonjugasi terdiri
Kolesterol LDL dari dua komponen yaitu protein (disebut apoprotein)
Seperti pengukuran kadar K-HDL, beberapa metode dan gugus prostetik nonprotein. Termasuk protein
juga tersedia untuk penentuan K-LDL seperti metode terkonjugasi/senyawa adalah nukleoprotein (DNA, RNA),
ultrasentrifugasi (metode rujukan), elektroforesis mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein, metaloprotein dan
lipoprotein, presipitasi, kalkulasi (rumus Friedewald) dan fosfoprotein.e
metode homogen direk.
Menurut Friedewald, dari nilai kolesterol total, K-HDL Struktur
dan trigliserida dapat diperoleh nilai K-LDL dengan Struktur protein dapat diuraikan dalam empat tingkat
rumus: yaitu struktur prime; sekunde[ tersier dan kuarterner.s
Struktur primer dibentuk sesuai urutan asam amino pada
K- LD L= tota I kot estero I - (K- H D L) - (tri g I ise rida/ 5).
rantai polipeptida (Gambar 4). Struktur sekunder berupa
Kadar K-VLDL diperkirakan dari trigliserida yaitu konformasi segmen rantai polipeptida dapat berupa
trigliserida/5. Terdapat keterbatasan pada rumus ini cr-heliks, pita-B, gulungan (coils) dan lekukan (turns).
sehingga iumus ini tidak akurat bila kadar trigliserida Struktur ini tergantung pada jumlah ikatan hidrogen dan
>400 mg/dL atau terdapat dislipoproteinemia, kelainan disulfida pada molekul protein. Struktur tersier terbentuk
tipe I atau tipe lll. Pada keadaan ini, diusulkan rumus berdasarkan susunan elemen sekunder dan interaksi antar
BIOKIMIA GTKOSA DAMH, LEMAK. PROTEIN, ENZIM DAN NITROGEN 2t9

elemen sehingga terbentuk struktur tiga dimensi yang Protein dari sirkulasi akan mengalaini endositosis untuk
karakteristik. Konformasi ini terbentuk oleh adanya ikatan didegradasi dalam sel. Degradasi protein dilaksanakan
elektrovalen, ikatan hidrogen, ikatan disulfida, gaya van oleh protease. Protease lisosom (katepsin) mendegradasi
der Waals dan interaksi hidrofobik. Struktur kuarterner protein yang masuk lisosom. Protein sitoplasmik yang
adalah struktur molekul yang terdiri dari beberapa subunit akan diurai, diikat oleh ubiquitin yang berinteraksi dengan
sehingga terbentuk molekul protein yang lengkap.,3 proteasom untuk mendegradasi protein. Produk degradasi
berupa asam amino akan dimetabolisme untuk sintesis
Sintesis, Metabolisme dan Degradasi protein baru atau untuk menjadi sumber energi.2s
Proses sintesis protein dimulai dari transkripsi DNA di
nukleus membentuk mRNA kemudian proses translasi Fungsi
mRNA menjadi rantai asam amino (polipeptida) oleh Protein memiliki banyak fungsi dalam tubuh yaitu untuk
ribosom di sitosol (Gambar 5). Selama atau setelah proses fungsi katalisis, transpor molekul, struktural, kontraktil,
translasi rantai polipeptida mengalami proses lipatan nutrititif, imu nologi k, hormona l, koagu lasi, keseim banga n
dan modifikasi menjadi protein matang dengan bantuan asam basa, tekanan onkotik dan sebagai reseptor. Fungsi
protein yang disebut chaperone. Protein pada ribosom dan contoh protein disajikan pada tabel 7.26
dengan menempel pada retikulum endoplasma kasar
yang kemudian digunakan atau dipindah dalam badan Protein Plasma
golgi untuk kemudian disekresikan melalui eksositosls Sebagian besar protein plasma disintesis di hati kecuali
keluar sel.2s imunoglobulin yang disintesis oleh sel B dan hormon
Dalam keseimbangan, sintesis dan degradasi protein oleh organ endokrin. Protein plasma tersebut disekresi
berkisar 300-400 g/hari. Di dalam sel, protein terus oleh hepatosit ke ruang Disse dan masuk sirkulasi melalui
menerus mengalami pergantian (sintesis dan degradasi). sinusoid hati. Setelah bersirkulasi, kebanyakan protein
plasma kehilangan asam sialat yang menjadi tanda
bersihan dan degradasinya oleh hati.
Berdasarkan sifat elektroforetiknya protein plasma
terdiri dari fraksi albumin dan prealbumin (RBP,
transthyreti n), alfa- 1 -antitripsin, o1 -acid glycoprotein,
(cr,1

cr1 -fetoprotei n), alfa-2 (haptog lobin, o2- ma kroglobu li n,

seruloplasmin), beta-1 (transferrin, C4), beta-Z (C3, B2-


mikroglobulin) dan gamma (lgG, lgA, IgM, CRP). Fungsi
dan korelasi klinik beberapa,protein plasma secara ringkas
disajikan pada tabel 8.27

Gambar 4. Struktur molekul protein2a


ENZIMOLOGI KLINIK

Enzim adalah polimer biologik yang mampu mengkatalisis


reaksi kimia. Umumnya enzim adalah protein kecuali
beberapa molekul RNA yang memiliki kapasitas
katalitik.2s

Struktur Molekular
Molekul enzim memiliki struktur primer, sekunder dan
tersier s.esuai karakterist[k protein. Kebanyakan enzim
juga memiliki struktur kuarterner. Struktur primer dibentuk
sesuai urutan asam amino. Struktur sekunder berupa
konformasi segmen rantai polipeptida apakah berupa
cr-heliks, pita-B, gulungan (coils) dan belokan-P (F-furns).
Struktur tersier terbentuk berdasarkan susunan elemen
sekunder dan interaksi antar elemen sehingga terbentuk
struktur tiga dimensi yang karakteristik. Struktur kuarterner
adalah struktur molekul yang terdiri dari beberapa sub'unit
Gambar 5. Sintesis dan degradasi protein2s sehingga terbentuk molekul enzim yang lengkap dan
220 LABORATORIUM KLINIK

fungsional. Enzim dengan struktur homomultimer terdiri disandi oleh gen yang berbeda namun mengkatalisis reaksi
dari beberapa subunit yang sama (misalnya LDH H4), karakteristik yang sama.2e
sedangkan struktur heteromultimer terdiri dari subunit
yang berbeda (misalnya CK-MB). Enzim dengan variasi Spesifitas dan Nomenklatur
struktur yang disebut isoenzim (misalnya CK-MM, CK- Enzim hanya berikatan dengan substrat pada bagian
MB). lsoenzim memiliki struktur yang berbeda karena spesifik (octive site) sehingga reaksi yang terjadi adalah

Tabel 7. Fungsi dan Contoh Prdtei.i..:Tubuht'?t'


Fungsi Contoh
Katalisis Enzrm
Transport molekul Transkortin (Cortisol), thyroxin-binding-globulin (tiroksin), albumin (asam lemak, bilirubin tak
terkonjugasi, kalsium, hemoglobin (O, COr), lipoprotein (kolesterol, triasilgliserol).
Struktural Kolagen pada tulang dan jaringan ikat, keratin pada kulit, rambut Oan kuku. Protein juga
membentuk struktur endoskelet selular. Kromosom mengandung histon untuk stabilisasi
gulungan DNA.
Kontraktil Aktin, miosin untuk kontraksi otot
Nutrisi Albumin
lmunologik Antibodi, interleukin
Regulasi/hormonal Neurotransmitel hormon: insulin, dll.
Koagulasi Fibrinogen
Keseimbangan asam basa Protein: komponen penyangga keasaman darah
Tekanan onkotik Albumin
Reseptor Reseptor estriol

Tabel' 8. :: Fungsi dan ,Koralatt.Kllnile .Frskiin, Plaqma27

Protein Fungsi Meningkat Menurun


Albumin Protein transport, Dehidrasi Malnutrisi, malabsorpsi, sirosis hati,
menjaga tekanan infeksi,eklampsia, sindrom nefrotik
osmotik
a,-antitripsin Inhibitor protease lnflamasi, stres, infeksi, infeksi Defisiensi herediter, emfisema awal,
tiroid neonotoL respiratory distress syndrome,
hipoproteinemia.
Haptoglobin Mengikat hemoglobin Penyakit kolagen, infeksi, Hemolisis, reaksi transfusi, katup prostetik,
bebas kerusakan jaringan, nefritis, penyakit hati, hematoma, perdarahan
kolitis ulseratif, neoplasia, jaringan.
obstruksi bilier
Seruloplasmin TransportCu,reaktan Kehamilan, tirotoksikosis, Penyakit Wilson, fisiologi bayi <6 bln,
fase akut. keganasan, reaksi radang akut, sindroma nefrotik, kelaparan, sindrom
sirosis bilier; intoksikasi Cu. Menkes.
Transferrin Transport ion, reaktan Anemia defisiensi besi Sirosis hepatis
fase akut
c3&c4 Faktor komplemen Reaksi fase akut Penurunan C3 dengan C4 normal: aktivasi
jalur alternatif (sepsis, endotoksin).
Penurunan C4 dengan atau tanpa C3:
aktivasijalur klasik (LES, penyakit kompleks
imun).
Br-mikroglobulin Permukaanleukosit Limfoma, leukemia, mieloma, Hipoproteinemia
penyakit ginjal, rejeksi transplan
ginjal, infeksi viral, radang kronik
lmunoglobulin Antibodi Hipergamma globulin poliklonal: Agamaglobulinemia kongenital,
infeksi, penyakit hatl, penyakit hipogammaglobulinemia transien, prime;
kolagen. Monoklonal: mieloma, sekunder (Hodgkin, limfosarkoma).
makroglobulinemia Waldenstrom,
leukemia
CRP Pertahanan non
spesifik
BIOKIMIA GTKOSA DARAH, LEMAK, PROTEIN, ENZIM DAN NITROGEN 221

reaksi yang spesifik. Enzim juga bersifat stereoselektif yang membangun struktur molekul enzim.2e
karena asimetrisitas bagian aktifnya. Enzim hanya Beberapa enzim membutuhkan senyawa non-
mengenali satu bentuk enantiomerik dari suatu substrat. protein dengan berat molekul rendah untuk aktivitasnya.
Protease misalnya, hanya berikatan dengan polipeptida Senyawa yang berikatan lemah dengan enzim disebut
yang terdiri dari asam amino-L (tidak dengan asam koenzim, sedangkan yang berikatan kuat disebut gugus
amino-D). Enzim juga dapat menunjukkan spesifitas prostetik. Bentuk inaktif enzim (apoenzim) akan menjadi
geometrik, misalnya fumarase, hanya bereaksi dengan bentuk aktif (holoenzim) setelah berikatan dengan gugus
fumarat (isomer trons) dan tidak dengan maleat (isomer prostetiknya.2e
cls).30 Laju reaksi enzimatik juga dapat dipengaruhi oleh
Enzim (E) bekerja melalui pembentukan kompleks suhu, keasaman dan adanya substansi lain yaitu inhibitor
enzim-substrat (ES). Substrat akan terikat di situs aktif pada atau aktivator. lnhibitor dibagi atas tipe ireversibel dan
enzim (gambar 5). Setelah itu terjadi transformasi substrat reversibel. I n hi bitor i reversibel beri katan kova len dengan
menjadi produk (P) dan enzim terlepas kembali: enzim sehingga metode fisik seperti dialisis, filtrasi gel,
E+S e ES+P+E kromatografi tidak dapat memisahkannya. lnhibitor
reversibel dapat berupa inhibitor kompetitif yang memiliki
Berdasarkan tipe reaksinya, enzim diklasifikasikan
Calam enam kelas yaitu oksidoreduktase, transferase,
kemiripan struktural dengan substrat atau berupa
ridrolase, liase, isomerase dan ligase. Penamaan dan kode inhibitor nonkompetitif yang berikatan dengan enzim
pada lokasi yang berbeda dengan tempat ikatan enzim-
sistematik oleh the lnternational Union of Biochemistry
substrat. Contoh inhibitor misalnya aspirin menginhibisi
UB) menetapkan Enzyme Commission (EC) yaitu kode
lomor enzim yang terdiri dari, kelas, sub kelas, sub- siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) yang memproduksi
prostaglandin dan tromboksan, sehingga dapat menekan
subkelas, dan nomor enzim dalam sub-subkelas. Misalnya
peradangan dan rasa sakit. Sianida yang merupakan
<reatin kinase (kelas transferase, su bkelas fosfotransferase,
sub-subkelas grup nitrogenik atau akseptor) memiliki
inhibitor enzim ireversibel, yang bergabung dengan
-ama sistematik ATP: creatine N-phosphotransferase tembaga dan besi pada bagian aktif enzim sitokrom c
oksidase dan menghambat respirasi sel.2e
:engan nomor EC 2.7.3.2 1' 2s
Aktivator enzim dapat meningkatkan laju reaksi
dengan mendukung pembentukan konformasi paling
aktif pada enzim atau pada substrat. Banyak enzim
membutuhkan ion metal untuk stabilisasi struktur tersier

h," dan kuarternernya untuk berfungsi lebih aktif. Aktivitas


amilase akan meningkat tiga kali lipat dengan adanya
aktivator yaitu Cl-. Kreatinin kinase membutuhkan M92.,
-- sedangkan ALP membutuhkan Mg2. danZnZ..2s
Active site

Regulasi dan Kinetika Enzim


Regulasi enzim dapat terjadi melalui beberapa mekanisme
yaitu pengaturan senyawa yang berikatan dengan bagian
aktif enzim, perubahan konformasi enzim, perubahan
Gambar 6. Kompleks enzim substrat3o jumlah enzim dan regulasi jalur metabolik.2s
Pengaturan senyawa yang berikatan dengan enzim
terkait dengan pengaturan konsentrasi substrat. Pada
Alrtivitas Enzim konsentrasi enzim konstan, penambahan kadar substrat
.tegritas struktur molekul enzim penting untuk aktivitas akan meningkatkan terbentuknya produk sesuai laju reaksi
: ologiknya. Kerusakan pada struktur (denaturasi) akan orde satu (first order kinefic) pada kurva Michaelis-Menten
-enyebabkan enzim kehilangan kemampuan biologiknya. (Gambar 7). Pada kadar substrat yang maksimal maka
ienaturasi dapat terjadi reversibel ataupun ireversibel. terjadi laju reaksi orde nol sehingga jumlah produk yang
3eberapa keadaan dapat menyebabkan denaturasi enzim terbentuk menjadi konstan (zero order kinetic).31
'=itu perubahan suhu, pH dan penambahan zat kimia Perubahan konformasi enzim termasuk regulasi
:3tentu. lnaktivasi oleh pemanasan terjadi umumnya pada alosterik, modifikasi kovalen, interaksi protein-protein
:-ru diatas 60"C. Lingkungan pH ekstrem menyebabkan dan pemecahan zimogen. lnhibitor atau aktivator
:erubahan konformasi molekul enzim. Penambahan zat tertentu menyebabkan perubahan konformasi alosterik
:stentu seperti urea menyebabkan inaktivasi enzim karena enzim sehingga mempengaruhi bagian aktif enzim.
-engganggu ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik Modifikasi kovalen seperti fosforilasi oleh protein kinase
222 TABORATORTUM KLINIK

Y(,
E
c
(E
(E
a.
o
o
o
Y Gambar 8. Pola Regulasijalur metabolik2s

lSl-+ Faktor produksi enzim juga mempengaruhi kadar


enzim dalam darah. Karena adanya pergantian sel menua
Gambar 7. Kurva reaksi Michaelis-Menten31 maka secara normal terdapat enzim dengan kadar rendah
dalam darah. Enzim yang diproduksi oleh lebih banyak
atau defosforilasi oleh protein fosfatase menyebabkan sel (misalnya ALT oleh hepatosit) akan lebih cepat naik
perubahan konformasi pada bagian katalitik sehingga bila terjadi kerusakan organ itu dibandingkan enzim yang
mempengaruhi aktivitas enzim.2s berasal dari organ dengan massa kecil seperti prostat.
Perubahan konsentrasi enzim dapat melalui pengaturan lnduksi produksi enzim dapat meningkatkan kadarnya
sintesis enzim dengan induksi atau represi transkripsi gen dalam darah. Peningkatan GGT dalam serum dapat terjadi
atau melalui degradasi oleh proteosome dan caspose.2s karena induksi oleh barbiturat, fenitoin atau asupan
Regulasi enzim dapat juga terjadi melalui regulasi etanol. Obstruksi bilier menyebabkan induksi sintesis ALP
jalur metabolik. Pola yang umum ditemukan adalah oleh hepatosit.2s Peningkatan enzim mempunyai korelasi
adanya satu enzim (rote limiting enzyme) yang diregulasi klinik dengan organ yang memproduksi enzim tersebut
sintesisnya sehingga kadar enzim ini akan menentukan (Tabel 9).'ze
pembentukan produk akhir dari suatu jalur metabolik. Waktu paruh enzim dalam plasma bervariasi dari
Mekanisme lain adalah adanya melalui inhibisi umpan beberapa jam sampai beberapa hari. Rerata waktu paruh
balik, regulasi balik oleh jalur metabolik oponen, atau enzim adalah 6 - 48 jam. Bersihan enzim dari darah
kompartementasi enzim sehingga terjadi pembatasan umumnya melalui endositosis yang dimediasi reseptor
akses enzim atau substrat.2s pada sistem retikuloendoteliat (hati, .limpa, sumsum
tulang) walaupun bersihan amilase dapat melalui ginjal.
Enzim Dalam Darah Perubahan struktur pada enzim, seperti sialytation pada
Secara klinis, perubahan aktivitas atau kadar enzim dalam ALP dari sel maligna menyebabkan penurunan bersihan
darah dapat menjadi tanda status fisiologi atau patologi ALP oleh reseptor galaktosil hepatosit sehingga kadarnya
tubuh. Faktor yang mempengaruhi kadar enzim dalam meningkat dalam darah.2e
darah adalah faktor masuknya enzim dari sel asal kedarah
serta bagaimana enzim itu hilang dari darah.
Tiga mekanisme utama masuknya enzim kedalam NON.PROTEIN NITROGEN
darah yaitu bocornya membran sel, effluks enzim oleh
sel yang rusak, dan perubahan produksi enzim. Kerusakan lstilah substansi nonprotein nitrogen (NPN) berasal
atau kematian sel menyebabkan kebocoran membran sel dari masa lalu ketika penentuan kadar kelompok analit
sehingga enzim intrasel keluar ke ekstrasel. Kecepatan ini menggunakan metode yang mengharuskan protein
effluks enzim setelah bocornya membran sel tergantung disingkirkan pari serum sebelum dilakukan analisis. Dari
pada perbedaan kadar enzim intrasel dan ekstrasel, setelah presipitasi dan filtrasi protein, konsentrasi total
ukuran molekul, serta jalur pelepasan enzim kedalam NPN filtrat diukur dengan fotometer setelah reaksi dengan
darah. Lokasi intrasel enzim mempengaruhi kadarnya reagen Nessler. Pemeriksaan total NPN telah diganti
dalam darah. Enzim sitosolik lebih cepat masuk dalam pemeriksaan komponen-komponennya. Terdapat sekitar
darah dibanding enzim dalam struktur subselular seperti 15 senyawa NPN namun yang memiliki arti klinik adalah
mitokondria. Enzim pada eksterior sel seperti y-glutamil ureum (45-50o/o dari NPN plasma), asam amino (25o/o),
transferase (GGT) meningkat dalam darah karena adanya asam urat (10%), kreatinin (5%), kreatin (1-2o/o) serta
akumulasi garam empedu yang melepaskannya dari amonia (0,2%).32 Berikut akan diuraikan tentang ureum,
dinding hepatosit. kreatinin dan asam urat.
BIOKIMIA GLKOSA DARAH, LEMAK, PROTEIN, ENZIM DAN NITROGEN 223

Crrzi6f''
: . ,: I,i
.....', ' i;':1''':'
r:.:.tjr.:r:i """ :
a:61::l
i: ra-r

*+gnllrdFifir#ar.llF
AIkrli. fdgfta{ilsC',iALFj',:,

Ureum Formula Cockroft-Gault tidak memasukkan ureum dalam


Ureum CO[NH2]2, dalam bahasa Belanda: ureum, lnggris: perhitungan laju filtrasi glomerulus, tetapi ureum/BUN
urea, BM 60 Da adalah produk katabolisme protein utama masuk dalam formula Levey otou the Modificotion of Diet
yang diekskresi tubuh (Gambar 9). Protein mengalami
proteolisis menjadi asam amino yang selanjutnya
mengalami transaminasi dan deaminasi oksidatif
menghasilkan amonia. Di hati amonia dikonversi menjadi
ureum melalui aktivitas enzim-enzim pada jalur siklus
urea.
Lebih dari 90% ureum diekskresi melalui ginjal,
selebihnya melalui saluran cerna dan kulit. Konsep lama
menyatakan bahwa tidak ada sekresi atau absoprsi aktif
urea pada tubulus ginjal, hanya ada difusi pasif. Namun
penelitian mutakhir menemukan adanya transporter urea
(UT-A1, UT-A3) pada tubulus kolligentes medulla bagian
dalam (inner medullory collecting ducf, IMCD) (Gambar Gambar 9. Struktur ureum32
a
10). Transporter ureum dipengaruhi oleh antidiuretik
hormon (ADH). ADH meningkatkan fosforilasi UT sehingga
meningkatkan permeabilitas terhadap ureum. 33'35 Adanya
transporter jelas menjelaskan akumulasi urea pada
interstitium medula ginjal.36 )\ \ Korteks
A( 3
Ureum serum sering digunakan untuk penilaian t' NaCl H20
fungsi ginjal namun perlu diperhatikan bahwa konsentrasi Urea
ureum serum tidak hanya tergantung pada fungsi ginjal
namun juga oleh produksi urea yang tergantung terutama
pada asupan protein. Karena adanya reabsorpsi ureum,
pemeriksaan klirens ureum kurang sesuai dengan laju filtrasi
glomerulus. Jumlah ureum yang direabsorbsi tergantung
!-l
I.JTl M
It20
f(-+ ^}}
NKCC2

NaCl
I
Urea
I
Medulla
luar

pada volume vaskular efektif. Pada deplesi volume, terjadi ctc-K1r


Urea
P1
^:
peningkatan reabsorpsi ureum di tubulus proksimalis. Pada
keadaan ginjal normal tanpa deplesi volume sirkulasi renal,
-t > H20
uT-
Urea
I Medulla
UT. 6alam
klirens ureum sekitar 50% klirens kreatinin. Namun pada
NaCl/
deplesi volume yang berat, klirens ureum menjadi lebih -
kecil sampai 10% klirens kreatinin. Namun, pada penyakit
ginjal tahap akhir; klirens ureum menjadi prediktor laju Gambar 10. Transport urea oleh transporter urea
fittrasi glomerulus yang lebih baik dari klirens kreatinin.33 UT: urea transportet AQP: aquaporin, NKCC2: transporter Na,K Cl.
224 TABORATORIUM KLINIK

in Renal Peningkatan kadar urea darah disebut azotemia.


Pada kadar yang sangat tinggi dapat menyebabkan
sindroma uremik. Peningkatan kadar ureum dapat terjadi
' ,'.'t r
H\^/.NH-P-d
prerenal, renal dan post renal. penyebab prerenal dapat '\^r*',
Yr
Creatline kluase -Y ll
r v
*./*),r, --^7 )fr
karena penu ru nan perfusi ginjal (gagal jantung kongestif,
syok, perdarahan, dehidrasi), peningkatan katabolisme ,./*t-,r.
protein atau diettinggi protein. Peningkatan renal karena
penyakit ginjalseperti gagal ginjal, nefritis glomerular dan o?c\e {"te
tubular nekrosis. Peningkatan kadar ureum postrenal dapat Creatine Phospocreatine
karena obstruksi saluran kemih misalnya oleh urolitiasis.
Soont"n"or" /
Penurunan konsentrasi ureum dapatterjadi karena asupan
protein rendah, muntah dan diare berat, penyakit hati dan CH" /
kehamilan.32
.Perlu diperhatikan bahwa laporan pemeriksaan HrO
[,/\,
laboratorium ureum bervariasi. Beberapa pihak melaporkan
dalam blood urea nitrogen (BUN). BUN dikonversi menjadi
ureum dengan faktor perkalian 2,14 (Ureum[mgldL] = Gambar 11. lnterkonversi kreatin, kreatin fosfat dan kreatinin3T
BUN[mgldl] . 2,14).
Rasio ureum/kreatinin (normal 40-100:1) atau ataupun substrat eksogen (inulin, 12sl-iothalomote,
rasio BUN/kreatinin (normal 10-20:1) dapat membantu metostable technetiumee-labeled diethyle triomine
membedakan azotemia prerenal. Gangguan prerenal akan pentaocetid acid lss^Tc-DTPAl, chromiumsl -lobeled
menyebabkan rasio yang tinggi karena peningkatan ureum ethyle ned io minetetroacetic ocid [s1Cr-EDTA]).33 Klirens suatu
tanpa peningkatan kreatinin. Peningkatan rasio dengan zalyang diukur dapat ditentukan dengan rumus:
peningkatan kreatinin umumnya ditemui pada gangguan Klirens=UlBxVxf
postrenal. Rasio yang rendah ditemui pada penurunan U= kadar zat dalam urin
produksi ureum misalnya karena asupan protein rendah, B= kadar zat dalam darah
nekrosis tubular akut dan penyakit hati berat.32 V= diuresis dalam mL/menit
f= faktor luas permukaan tubuh
Kreatinin
Untuk menghitung perkiraan/estimasi GFR berdasarkan
Kreatinin (BM 11 3 Da) terbentuk spontan dari kreatin dan
kadar kreatinin, telah diajukan beberapa rumus berikut:
kreatin fosfat di otot dan dieksreksikan ke plasma secara
konstan (1%-2%/hari) sesuai massa otot. Konversi menjadi Formula Cockroft dan Gault (197b)'masih disukai karena
kreatinin lebih tinggi pada suhu tinggi dan pH rendah.33 cara perhitungan yang mudah:
Kreatin disintesis di hati, ginjal dan pankreas dari arginin, eGFR = ([140 - umur [thn]l x [berat badarl [kg]l) /
glisin dan metionin. Dalam otot kreatin dikonversi menjadi (72 x Kreatinin Serum) I
kreatin fosfat (Gambar 11). Dehidrasi nonenzimatik (x 0,85 bila wanita) t
ireversibel kreatin dan fosfokreatin menghasilkan kreatinin I
yang kemudian masuk sirkulasi dan diekskresl oleh ginjal. 37 Formula Levey (formula MDRD dengan 6 variabel),
laju filtrasi glomerulus (GFR):
I
Kreatinin ditemukan pada semua cairan tubuh dan il
dibersihkan dari sirkulasi dengan filtrasi glomerulus. eGFR = 170 x Kreatinin serum-o,see lmSldL]
.d
Hanya sedikit kreatinin direabsorpsi dan sejumlah kecil X UmUf-0'176
il
disekresi oleh tubulus proximalis. Terdapat variasi diurnal x wanital
10,762 bila
iil
kadar kreatinin yaitu terendah pada jam 07.00 dan x [1,180 bila kulit hitam]
tertinggi pada jam 19.00 (20-40o/o lebih tinggi dari pagi x BUN-0,170 [mgldL]
hari) dengan variasi harian kadar kreatinin kurang dari xAlbumin "0318 [g/dl]
10% pada jam yang sama.38,3e Formula MDRD sederhana (4 variabel)33 untuk
Bersihan (klirens) suatu substansi dari ginjal adalah metode selain metode isotope dilution moss spectrometry
jumlah substansi itu dibersihkan dari plasma oleh ginjal (rDMS):
dalam unit waktu.4o Pemeriksaan bersihan kreatinin
merupakan cara sederhana dan cukup reliabel untuk eGFR = 186 x Kreatinin-1,1s4 x Umur-0,203 x 1212 (kulit hitam)
menilai laju filtrasi glomerulus lglomerulor filtrotion rote, x 0,742 (wanita)
GFR). Penentuan GFR dapat menggunakan substrat Formula MDRD sederhana (4 variabel)33 untuk metode
endogen (cystatin C, kr-eatinin. ureum, B-trace protein) IDMS atau dikalibrasi ke IDMS:
BIOKIMIA GLKOSA DARAH, LEMAK, PROTEIN, ENZIM DAN NITROGEN 225

1,1s4x
eGFR = 175 x Kreatinin Umur-0,203x1212 (kulit hitam)
x.0,742 (wanita)
trormula Chronic Kidney Dkeose Epidemiology ColLaborotion
CKD-EPr)41:

eGFR= 14'l x min(Kreatinin/k,1)a x max(Kreatinin/k,1)a,20e


x 0,993Umur

x (1,018 wanita) x (1,159 (kulit hitam))


Reabsorpasi
Dimana k=0,7 pada wanita, k=0,9 pada pria, a=-0,329 pada
tubular proksinal
99o/o
a=-0,411 pria, min=minimum kreatinin/k atau 1,
'vanita, Sekresi
max=maksimum kreatinin/ atau 1. tubular
50%
Formula Schwartz untuk anak33:
Reabsorpasi
eGFR = 0,55 x tinggi (cm) / kreatinin serum (mgldL) tubular
40Yo
Modifikasi MDRD untuk formula Schwartz 33:

eGFR (mL/min/1.73m2)=
39,1 (tinggi Ekskresi????/
[m]l/ Kreatinin0,sl6 [mg/dL]) x
1lYo
;1,8 / cystatin 6ozso 1mg/LJ)
i30 / BUNo,tog [mg/dL]) [1,099 pria] Gambar 12. Ekskresi asam urat di ginjal a'z

itinggi [m]/1,4)o'188

Kreatinin kurang dipengaruhi oleh diet dibanding


overproduksi purin, 25% pasien dengan peningkatan
ureum, namun kreatinin dapat meningkat pada asupan
aktivitas fosforibosilpirofosfat (PRPP)-amidotransferase
daging yang cukup besar. Peningkatan kreatinin umumnya (E.C.2.4.2.14), penurunan ekskresi urat oleh ginjal, dan
bila telah penurunan 50% fungsi ginjal. Peningkatan peningkatan asupan purin. Peningkatan primer lain
kreatinin ditemukan pada penyakit ginjal, obstruksi
relatifjarang ditemui seperti pada sindroma Lesch-Nyhan
saluran kemih, rabdomiolisis, akromegali dan gigantisme.
(defisiensi hi poxanti n- g uanin fosfori bosi I tra nsferase
Setiap penurunan laju filtrasi glomerulus 50%, terjadi (HGPRI E.C.2.4.2.8), mutasi PRPP sintase dan defisiensi
peningkatan kadar kreatinin serum sekitar dua kali lipat.
glukosa-6-fosftase. Penyebab peningkatan sekunder
Penurunan kreatinin ditemukan pada debilitasi dan
misalnya asupan purin tinggi, peningkatan pergantian sel
penurunan massa otot misalnya pada distrofi muskular
(misalnya leukemia), penyakit ginjal, obat diuretik. 37

dan miastenia gravis. 27


Hipourisemia dapat terjadi pada penyakit hati berat
karena penurunan sintesis purin dantaktivitas xantin
Asam Urat oksidase misalnya karena allopurinol dosis tinggi;
Asam urat adalah senyawa nitrogenik (C5H4N4O/2,6,8-
gangguan reabsorpsi asam urat di tubuli ginjal misalnya
trihidroksipuri n) yang merupakan produ k akhir katabolisme pada sindroma Fanconi. Defisiensi xantin oksidase
purin nukleosida adenosin dan guanosin. Asam urat
selain menyebabkan hipourisemia juga disertai dengan
terutama dihasilkan oleh hati, 400 mglhari dan 300 mg
xantinuria.3T
dari diet. Pada pria dengan diet bebas purin, total pool
asam urat diperkirakan sekitar 1200 mg (wanita 600 mg),
pada penderita artritis gout. pool asam urat diperkirakan
REFERENSI
>18.000 mg. Sekitar 75%o asam urat diekskresi di ginjal
dan 25% melalui saluran cerna. Dalam ginjal, asam 1,. Murray RK. Biochemistry and medicine. In: Murray RK,
urat seluruhnya melewati glomerulus, selanjutnya 98% Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, editors. Harper's
illustrated biochemistry. 26thed. New York: Lange Medical
mengalami reabsorpsi tubuli proksimal, sekresi tubuli
Books/McGraw-Hill; 2003. p. 1-4.
distal dan reabsorpsi lagi pada tubuli distal. Total ekskresi 2. Sacks DB. Carbohydrates. In: BurtisCA,AshwoodER, Bruns
asam urat adalah sekitar 10% dari jumlah yang difiltrasi DE, editors. Tietz textbook of clinical chemishy and molecular
(Gambar 121.zt,tz Asam urat memiliki pKa 5,57 sehingga diagnostics. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.
p.837-901,.
pada pH lebih rendah asam urat bersifat insolubel. Pada
3. Freeman VS. Carbohydrates. In: Bishop ML, Duben-
pH lebih tinggi, asam urat lebih mudah larut. Engelkirkll, Fody EP, editors. Clinical chemistry: principles,
Hiperurisemia dapat terjadi primer atau sekunder. procedures, correlations. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2000. p. 2153L
Hiperurisemia primer ditemukan dapat karena kombinasi
4. Dods RF. Diabetes mellitus. In: Kaplan LA, Pesce AJ,
26
PEMERIKSAAN LABORATO RIUM
PADA KELAINAN PANKREAS
Ina S. Timan

PENDAHULUAN duodenum terjadi sekresi melalui stimulan intraluminal


melalui mekanisme rieural dan humoral. Fase intestinal
Pankreas adalah suatu organ berukuran antara 12-20 cm mulai saat khimus masuk ke duodenum, dimediasi
pada orang dewasa, dengan berat 70-110 g. pankreas oleh hormon dan reflek vagovagal. Sekretin akan
adalah organ endokrin dan eksokrin. Sebagai organ mengakibatkan sekresi aii dan bikarbonat serta enzim
eksokrin pankreas tersusun dari asinus dengan duktus pankreas, jumlah yang deskresikan berbanding langsung
intralobular yang akhirnya menjadi duktus pankreatik dan dengan jumlah asam yang masuk ke duodenum. Sekretin
bermuara ke duodenum. Sekresi pankreas sebagai organ akan bersinergi memperkuat kerja kolesistokinin dan
eksokrin adalah enzim digestif, cairan dan elektrolit serta asetilkolin. Asam lemak dengan rantai karbon lebih
bikarbonat. Sekresi pankreas ini dipengaruhi rangsangan dari 8 dan asam empedu juga meningkatkan sekretin
hormon gastrin, sekretin dan kolesistokinin yang dan menambah sekresi getah pankreas. Bikarbonat
diproduksi oleh gaster dan duodenum. Sekresi pankreas bersifat alkali dan berfungsi menetralkan khimus yang
sebagai kelenjar eksokrin terjadi baik dalam keadaan asam dari lambung. Kolesistokinin adalah mediator
puasa (status interdigestif) hingga setelah makan humoral utama yang dipengarui makanan untuk
(digestif). Sekresi sebelum makan dimulai segera setelah mensekresi enzim digestif. Pankreas a8alah produsen
sistem gastrointestinal selesai mencerna makanannya. utama prekursor enzim pencernaan (zimoge.n) untuk
Sekresi interdigestif bersifat siklik mengikuti pola makan lipid dan protein sedangkan enzim yang mencerna
seseorang, dipengaruhi oleh migroting myoelectric polisakarida terutama diproduksi oleh enterosit. protease
complex (MMC), terdapat pola pengeluaran sekresi utarna yang diproduksi pankreas adalah tripsinogen dan
pankreas secara periodik tiap 60-120 menit disertai kemotripsinogen, enzim untuk mencerna lemak adalah
peningkatan aktivitas motorik di gaster dan duodenum. lipase pankreas dan untuk mencerna karbohidrat adalah
Pengeluaran sekretjuga disertai sekresi bikarbonat dan amilase pankreas. Pankreas juga mensekresi fosfolipase
garam empedu ke duodenum. Hal ini dipengaruhi oleh A2, lisofosfolipase dan kolesterol esterase. Bila zimogen
aktivasi sistim kolinergik dan dapat dihambat dengan berada di duodenum maka enzim enteropeptidase dari
pemberian antikolinergik. poncreotic potypeptide dan mukosa usus akan mengaktivasi tripsinogen menjadi
motilin berperan dalam proses sekresi tersebut melalui tripsin, tiipsin akan mengaktivasi tripsinogen kembali
pengaturan MMC.1 serta khemotripsinogen menjadi kemotripsin. Bila terjadi
Sekresi pankreas terjadi melalui 3 fase yaitu aktivasi zimogen di pankreas maka akan terjadi autodigesti
sefalik, gastrik dan intestinal. Fase sefalik dipengaruhi dan autodegradasi jaringan pankreas dan mengakibatkan
oleh nervus vagus. Fase gastrik dimulai saat terdapat terjadinya pankreatitis. Sistim regulasi sekresi pankreas
makanan yang masuk, pada saat ini terutama terjadi terjadi melalui inhibisi kolesistokinin yang dilakukan
sekresi enzim dengan sedikit air dan bikarbonat. melalui glukagon, somatostatin, peptida yy. Regulasi juga
Pada waktu makanan dan getah Iambung masuk ke terjadi melalui polipeptida pankreas (pp).1,2
228 LABORATOR!UM KLINIK

PEM ERI KSAAN FUNGSI SEKRETORIK PAN KREAS dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serta
keadaan yang gawat darurat dengan mortalitas yang
Beberapa jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk cukup tinggi. Terjadi aktivasi berbagai enzim pankreas
mengetahui fungsi pankreas, baik secara direk maupun yang akan mengakibatkan kerusakan fokal, menyeluruh
dengan indirek. Pemerisaan direk meliputi pengukuran dan nekrosis. Aktivitas lipase akan menyebabkan nekrosis
aktivitas sekretin dan atau kolesistokinin dengan jaringan lemak interstisium, peripankreas dan pembuluh
mengukur terbentuknya bikarbonat dan enzim yang darah. Kerusakan vaskuler pankreas akan menyebabkan
disekresi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan bantuan terjadinya trombosis dan perdarahan disertai infiltrasi
intubasi atau endoskopi untuk mendeteksi disfungsi netrofil. Reaksi inflamasi dan nekrosis dapat meluas
pankreas. Pemeriksaan indirek meliputi Lundh test meal ke daerah sekitar pankreas. Baberapa sistem skoring
dengan mengukur akitivitas tripsin setelah konsumsi digunakan untuk mengetahui keadaan pankreatitis akut
makanan tertentu, pemeriksaan ini juga memerlukan dan prognosanya, seperti kriteria Ranson, Glasgow dan
intubasi atau endoskopi dan digunakan utuk mendeteksi APACHE. 3,4

di'sfungsi pankreas. 1
Diagnosis pankreatitis diketahui dari pemeriksaan
Pemeriksaan yang tidak memerlukan intubasi atau fisik, laboratorik serta radiologik. Peningkatan enzim
endoskopi adalah dengan mengukur jumlah lemak amilase dan lipase yang tinggi merupakan petanda
tinja, pemeriksaan kemotripsin dan fekal elastase 1 adanya pankreatitis akut. Untuk menilai pankreatitis
(Elastase- 1 ). Pemeri ksaan N BT-PABA (benti rom ida) serta sesuai kriteria di atas dibutuhkan berbagai parameter
fluoresein-dilaural, breqth test. Pemeriksaan lemak di laboratorium. Pada penggunaan kriteria Glasgow kasus
tinja dilakukan dengan mengukur lemak tinja setelah dianggap berat bila terdapat miniml 3 dari kriteria
mengkonsumsi sejumlah tertentu makanan, tes ini sebagai berikut : usia > 55 tahun, PO2 < 60 mmHg,
dianggap kurang spesifik untuk pankreas dan sudah leukosit > 15.000/uL, kalsium < 2 mmol/L, urea > 16
tak digunakan lagi. Pengukuran pankreatik Elastase-1 mmol/1, lakktat dehidrogenase. (LDH) > 600 lUl1, aspartat
tinja merupakan pemeriksaan yang dianggap baik untuk transaminase (AST) > 200 IUl1, albumin < 3,2 g/dL,
mendeteksi penurunan fungsi pankreas. Pemeriksaan glukosa > 10 mmol/l. t6
NBT-PABA (bentiromida) serta fluoresein-dilaurat Pada kriteria Ranson diperlukan data laboratorium
dianggap baik untuk mendeteksi keadaan gangguan setelah 48 jam seperti tertera pada tabel 1. Bila dijumpai
pankreas yang sudah lanjut dan kurang sensitif pada > 3 kriteria pada Ranson maka dianggap prognosis
disfungsi ringan.1,2 kurang baik. Ranson > 8 dianggap terdapat nekrosis
pankreas. Peningkatan nilai dianggap juga akan
meningkatkan persentase kemungkinan mortalitas
PANKREATITIS penderitanya. t7
Penilaian menurut APACHE ll (Acute Phyrsiology and
Pankreatitis adalah inflamasi dari pankreas keadaan ini Chronic Heolth Evoluotion) meliputi penilaian adanya efusi
terjadi bila proenzim pankreas mengalami aktivasi bukan pleura hemoragik, obesitas, hipotensi (sistolik < 90 mrnHg)
di duodenum tetapi di pankreas sendiri, terutama enzim atau takikardia (> 130/menit), PO, < 60 mmHg, oliguria (<
tripsin yang dapat mengaktivasi enzim lain. Prosesnya 50 mLljam) atau peningkatan ureum/kreatinin, penurunan
dapat akut, berlangsung tiba-tiba atau bersifat kronik kalsium serum (<1.9 mmol/L) atau serum albumin (<3.2g/
berlangsung tahunan. Penyebab pankreatitis beragam dL). Nilai dengan skor > 8 dianggap mempunyai prognosis
dengan berbagai gejala yang menyertainya. yang kurang baik. +6

Sebagian besar pankreatitis dihubungkan dengan


adanya batu empedu dan alkohol, terutama di negara
barat. Penyebab lain adalah peningkatan trigliserida
plasma, penggunaan beberapa jenis obat, hiperkalsemia
serta adanya infeksi bakterial maupun viral dan toksin,
adanya trauma, pasca tindakan dan operasi serta berbagai
kelainan bawaan.l

PANKREATITIS AKUT

Pankreatitis akut adalah suatu keadaan yang ditandai


dengan terjadinya inflamasi akut dari parenkim pankreas
PEMERI KSAAN TABORATORI U M PADA KELAI NAN PAN KREAS 229

PEM ERI KSAAN LABORATORIU M dengan baik di usus, akan terjadi maldigesti serta
malabsorpsi pada penderitanya. Keluhan pada penderita
Pemeriksaan laboratorium awal yang diperlukan adalah adalah adanya penurunan berat badan, tirnbulnya diabetes
pemeriksaan amilase dan lipase darah, dapat juga melitus serta steatorea. Prognosis dari pankreatitis
dideteksi dalam urin. Amilase akan meningkat dalam kronis sangat bervariasi tergantung dari penanganan
waktu 2-12 jam setelah onset, mencapai puncaknya penyebabnya. Seringkali pada pemeriksaan dijumpai
setelah 48 jam dan akan kembali normal setelah 3-5 aktivitas amilase dan Iipase yang normal, pada keadaan
hari. Dalam waktu yang lebih lambat amilase juga akan eksaserbasi dapat diju mpai sedikit pening katan. Diagnosis
dijumpai peningkatannya di urin. Amilase yang meningkat ditegakkan berdasar pemeriksaan fisik, radiologik dan
hingga 3 kali batas atas normal disertai kelainan fisik adanya sedikit intoleransi terhadap glukosa karena juga
yang mendukung dianggap sebagai pemeriksaan yang ada disfungsi dari fungsi endokrin pankreas. Pada keadaan
memastikan adanya pankreatitis akut dengan nilai positive maldigesti yang berlanjut maka akan dijumpai penurunan
predictive yolue mendekati 100%. Pemeriksaan amilase albumin serum.2,8
lebih banyak tersedia dibandingkan lipase, pemeriksaan
lipase tidak mudah dilakukan dan distandarisasi, bila
pemerksaan lipase memungkinkan untuk diperiksa maka PEMERI KSAAN LABORATORI U M
lipase dianggap Iebih spesifik. Lipase akan meningkat
4-8 jam setelah onset dan mencapai puncaknya pada Dapat dilakukan pemeriksaan amylase dan lipase serum,
24 jam, dan bertahan lebih lama dibandingkan amilase tetapi umumnya tidak dijumpai adanya peningkatan.
yaitu 8-14 hari. Terdapat beberapa keadaan yang dapat Adanya maldigesti dapat diketahui dari penurunan
mengakibatkan peningkatan amilase darah antara lain protein dan albumin serum, adanya malabsorpsi dar:i
kolesistitis akut, obstruksi duktus bilier; perforasi gaster pemeriksaan tinja lengkap. Untuk pemeriksaan yang
dan intestin, apendisitis akut, kehamilan ektopik, mu m ps, dianggap lebih spesifik dapat dilakukan pemeriksaan
keganasan paru, insufisiensi ginjal, makroamilasemia fekal elastase-1, kadarnya akan menurun bila terdapat
ketoasidosis diabetik, dan berbagai keadaan lainnya. 2i insufisiensi pankreas sejalan dengan derajat kerusakan
Pemeriksaan lain yang diperlukan untuk memperkirakan yang ada. Dapat pula dilakukan pemeriksaan tripsinogen
berat ringannya pankreatitis, perjalanan penyakit atau di serum. Untuk kerusakan pada endokrin pankreas dapat
prognosisnya yaitu : pemeriksaan hematologi lengkap, dilakukan pemeriksaan gula darah puasa/ 2 jam post
ureum, kreatinin, AST, ALT, fosfatase alkali, gama glutamil prandial, tes toleransi glukosa atau HbA1c. Bila diduga
transferase (GGT), bilirubin, protein total - albumin, penyebabnya adalah autoimun maka dapat dilakukan
glukosa, kalsium, pemeriksaan gas darah, elektrolit, LDH. pemeriksaan komplemen, immunoglobulin, ANA, CRP dan
Untuk mengetahui derajat inflamasi-infeksi dilakukan faktor rheumatoid.2,8,s
pemeriksaan C-reaktif protein (CRP), prokalsitonin (PCT),
"a
interleukin-6, TNF-alfa dan komplemen. Pemeriksaan CRP
dan PCT merupakan parameter yang peningkatannya FIBROKISTIK PANKREAS ,
,
digunakan untuk memonitor apakah penderita mengalami
infesi berat sistemik, akan terjadi kegagalan organ dan Kelainan fibrokistik pankreas adalah suatu kelainan
jatuh ke systemic inflammatory response syndrome (SIRS). herediter resesif autosomal yang lebih sering diumpai
Feningkatan hematokrit dan CRP dihubungkan dengan di etnik Eropa. Kelainan ini ditandai dengan sekresi
terjadinya nekrosis. Bila dicurigai ti mbu lnya disse m inated abnormal berbagai organ eksokrin seperti pankreas,
introvoscular coagulation (DlC) maka perlu dilakukan kelenjar liur, peritrakheal dan peribronkial, kelenjar
pemeriksaan hemostasis lengkap dan D-Dimer. Untuk lakrimalis, kelenjar di intestin dan duktus biliaris serta
mencari penyebab infeksi dapat dilakukan pemeriksaan berbagai organ lain. Gangguan pada kelenjar di intestin
mikrobiologik. s,7 menga[ibatkan terjadinya ileus mekonium pada bayi
saat baru lahir. Pada masa kanak-kanak dijumpai adanya
gangguan pertumbuhan akibat malabsorpsi sedangkan
PANKREATITIS KRONIK pada masa yang lebih dewasa dijumpai adanya penyakit
paru kronis.2,1o,11
Pankreatitis kronis ditandai dengan terjadinya destruksi Gangguan yang terjadi adalah gangguan transpor
progresif ireversibel dari pulau-pulau dan jaringan asinar sodium dan klorida melalui epitelium sehingga terbentuk
pankreas dan akhirnya menimbulkan inflamasi menahun sekret dan mukus yang kental sekali. Fibrokistik pankreas
dan fibrosis. Pada keadaan ini terjadi penurunan produksi disebabkan oleh mutasi gen untuk protein cystic fibrosis
enzim pankreas sehingga digesti nutrien tidak berjalan transmembrane conductance regulotor (CFTR). Gen ini
230 LABORATORIUM KLINIK

berperan pada regulasi komponen sekret dari berbagai organ pancreas, including cystic fibrosis. In Feldman MF, Friedman
tubuh. Pada keadaan tertentu akibat malabsorpsi mungkin IS, Sleisinger MH. Gastrointestinal and Liver Disease. Eds.
terjadi gangguan malabsorpsi vitamin K dan berakibat pada 7th ed. Saunders, Philadelphi a 2002:pp.881,-906.
L1,. Rowe SM, Miller S, Sorcher E]. Cystic fibrosis. N Engl ] Med
gangguan hemostasis terutama pada anak.li 2005;352:1992-2001..
L2, Wangl, Freedman SD. Laboratory test for the diagnostic of
cystic fibrosis. Am J Clin Pathol 2002;117 (supp11):S109-115.
PEM ER! KSAAN LABORATORI U M

Pemeriksaan gen membutuhkan fasilitas laboratorium yang


canggih untuk mencari mutasi pada gen CFTR. Cara yang
lebih umum untuk mengetahui adanya kelainan ini dapat
dilakukan pemeriksaan kadar Na dan Cl dalam keringat.
Dengan adanya kemajuan tekhnologi pemeriksaan pada
ker'rngat dapat dilakukan dengan alat otomatik sama
seperti pemeriksaan elektrolit dari serum.
Pada anak bila ditemukan kadar klorida > 60 meq/L
sebanyak 2 kali berturut-turut dianggap terdapat fibrokistik
pankreas. Kadar antara 40-60 meq/L dianggap borderline
dan kadar < 40 meq/L dianggap negative. Kadar pada
wanita dewasa bervariasi, puncaknya adalah 5-10 hari
sebelum haid, yaitu sedikit di bawah 65 meq/l. pada laki-
laki dewasa kadarnya berfluktuasi sekitar 70 meq/1. Bila di
suatu negara dijumpai cukup banyak fibrosis kistik maka
dapat dilakukan pemeriksaan penapisan pada bayi baru
lahir (newborn screening) dengan menggunakan kertas
saring. Bila dicurigai infeksi berulang dapat dilakukan
pemeriksaan biakan dan resistensi.2,l2

REFERENSI

1. Pandol SJ. Pancretic physiology and secretory testing. In


Feldman MF, Friedman Lg Sleisinger MH. Gaitrointestinal
and Liver Disease. Eds. 7th ed. Saunders, phitadelphia
2002:pp.871.-80.
2. Bluth MH, hardin RE, Tenner S, Zenilman ME, Theattre
G_A. Taboratory diagnosis of gastrointestinal and pancreatic
disorders. Lr McPherson & Pincus: Henry's Clinical Diagnosis
and Management by Laboratory Methods. Eds 21st. W B
Saunders Companp Philadelphia 2006:pp14Zl-9.
3. Dimagno ER Chari S. Acute pancreatitis. In Feldman MF,
Friedman LS, Sleisinger MH. Gastrointestinal and Liver
Disease. Eds. 7th ed. Saunders, philadelphia 2002:pp.913-
41.
4t Blamey SL, Imrie CW, C/Neil J, Gilmour IAIH, Carter DC.
Prognostic factors in acute pancreatitis. Crtt \9M;25:1340-6.
5. UK Working Party on Acute Pancreatitis. UK Guidelines for
the management of acute pancreatitis. Gut 2005;54(suppl
III):iii1-9.
6. Moore EM. A useful mnemonic for severity stratification in
acute pancreatitis. Ann R Coll Surg Engl 2000 ;92:1.6_2.
7. Banks PA, Freeman ML. practice guidelines in acute
pancreatitis. Am I gashoente rcl 2006;10'L :237 9 400.
8. FrosmarkCE. Chronicpancreatitis. LrFeldmanMF,Friedman
I5, Sleisinger MH. Gastrointestinal and Liver Disease. Eds.
7th ed. Saunders, Philadelphia 2002:pp.943-b9.
9. Steer ML, Waxman ! Freedman S. Chronic pancreatitis. N
Engl J Med 1995;332:L482-90.
10. Vr'hitcomb DC. Hereditary and childhood disorders of the
27
URINALISIS
Diana Aulia, Aida Lydia

PENDAHUTUAN SPESIMEN

Pemeriksaan urin dapat memberikan banyak informasi Untuk mendapatkan spesimen yang benar-benar
tentang keadaan fisiologi dan patologi tubuh. Pemeriksaan menunjukkan kead.aan pasien, perlu diperhatikan
urin memberikan informasi tentang keadaan sistemik beberapa aspek yaitu waktu dan periode pengumpulan,
secara umum maupun lebih khusus pada keadaan ginjal makanan dan obat-obatan yang dimakan pasien, serta
dan saluran kemih. cara pengambilan.
Sejarah pemeriksaan urin telah ada sejak Hippocrates, Spesimen yang didapat harus ditampung dalam
Aristoteles dan Mesir kuno. Namun, uroskopi menggunakan wadah yang bersih dan kering. Tutup wadah tidak mudah
labu urin pertama kali dipublikasikan oleh Johannes de boco4 dengan bukaan minimal 5 cm. Wadah urin harus
Ketham (Fasciculus Medicinoe) pada tahun 1491, terutama dilabel dengan baik. Spesimen harus dikirim segera
melihat warna urin.1 ke laboratorium dan dilakukan pemeriksaan sebelum
Pemeriksaan urinalisis saat ini terdiri dari pemeriksaan 2 jam, jika terjadi keadaan-keadaan dimana urin tidak
makroskopik, mikroskopik/ sedimen dan kimia urin. dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2 jam, maka
Pemeriksaan kimia urin dapat dikerjakan menggunakan perlu pengawetan urin. Tatibl 2 menunjukkan beberapa
carik celup, yang terdiri dari pemeriksaan pH, berat jenis, keuntungan dan kerugian pengawet'urin.
protein, glukosa, keton, eritrosit, bilirubin, urobilinogen,
nitrit, dan leukosit. Pemeriksaan sedimen urin dikerjakan
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi partikel yang PEM ERI KSAAN MAKROSKOPI K
tidak larut dalam urin secara mikroskopik. Cara baru
menggunakan alat otomatis untuk pemeriksaan partikel Pemeriksaan makroskopik terutama melihat warna dan
urin berdasa rkan flowcyto m etry. partikel yang terlihat dalam urin. Tabel 3 menunjukkan
penyebab perubahan warna urin. Kekeruhan urin dapat
disebabkan oleh keadaan patologik misalnya karena
PERSIAPAN PASIEN adanya eritrosit, leukosit, bakteri, jamur; sel epitel, kristal
abnormal, cairan limfa maupun lemak. Penyebab kekeruhan
Pasien perlu diinformasikan tentang jenis pemeriksaan non patologik dapat berupa sel epitel skuamosa, mukus,
dan syarat spesimen yang diinginkan. Untuk menghindari semen,*ontaminasi fekal, kontras media radiografik,
kontaminasi urin, perlu dilakukan pembersihan sekitar bedak ataupun krim vaginal.a
uretra sebelum urin dikumpulkan. Tabel 1 menyajikan Urin normal beraroma khas akibat adanya asam volatil'
tipe spesimen urin dan cara pengambilannya. Hubungan Urin tanpa bau dapat dijumpai pada nekrosis tubular. Bau
seksual perlu dihindari satu hari sebelum pengambilan pada urin dapat disebabkan oleh keadaan patologik atau
urin untuk menghindari peningkatan protein, sel masalah pengelolaan spesimen urin. Bau busuk dapat
atau kontaminasi oleh semen. Menstruasi dapat dijumpai pada infeksi saluran kemih. Bau seperti buah
mengkontaminasi urin. Kehamilan dapat menyebabkan dapat dijumpai pada ketonuria. Penyakit asam amino dapat
pyuria fisiologik.'z memberikan bau spesifik seperti bau tikus (fenilketonuria),

231
232 LABORATORIUM KLINIK

:::1 1.:i:'i:,!ir:':r

Cara Pengambilan Spesimen


Sewaktu Urin diambil ketika akan dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan rutin
Pagi Sebelum tidur berkemih, kemudian urin pagi pertama Pemeriksaan rutin
ditampung (sehingga urin telah berada di kandung Pemeriksaan kehamilan
kemih selama 8 jam) Pemeriksaan prote;n ortostatik
Puasa Urin pagi pertama ditampung setelah puasa dalam Pemantauan diabetes
jangka waktu tertentu
2 jam postprandial Urin diambil setelah 2 jam puasa Pemantauan diabetes
Tes glukosa
Tes toleransi glukosa Urin dikumpulkan bersamaan dengan pengambilan Tes toleransi glukosa
(GTr) sampel darah selama GTT. Jumlah spesimen tergantung Keton
lamanya tes, biasanya terdiri dari urin puasa, L/2,1,2,3 (Dilaporkan bersama dengan hasil tes
jam atau ditambah 4,5,6 jam. darah)
24 jam Hari l, jam 7 pagi pasien berkemih, urin dibuang. Pemeriksaan kimia kuantitatif (misal:
Setelah itu semua urin ditampung sampai jam 7 pagi kreatinin urin)
hari ll, pasien berkemih dan urin ditampung.
Kateterisasi Urin dalam keadaan steril dikumpulkan dengan kateter Kultur bakteri
melalui uretra ke kandung kemih
Midsterom clean-cotch Meatus uretra dan sekitarnya dibersihkan dengan Skr.ining rutin ,

antiseptik ringan,misal: heksaklorofen/betadin untuk Kultur bakteri


wanita dan benzalkonium/alkohol untuk laki-laki. (lebih tidak invasif daripada kateterisasi)
Pasien disuruh membuang urin pertama, kemudian urin
selanjutnya ditampung pada wadah steril
Aspirasi suprapubik Urin didapatkan langsung dari kandung kemih melalui Sitologi
aspirasi Kultur bakteri
3 Gelas (3 porsi) Pasien diminta untuk menampung urin pagi pertama lnfeksi prostat
dengan cara:
Urin pertama 20-30 ml
Urin kedua ditampung pada saat tengah berkemih
Urin ketiga ditampung menjelang akhir berkemih
Spesimen pediatrik Urin didapatkan dengan cara menempelkan Pemeriksaan rutin
kantong plastik khusus (urinol bog) pada alat genital, Kultur bakteri
kateterisasi, supra pubik aspirasi

tengik/anyi r (tiroslnuria), sirup maple, kubis (malabsorpsi epltel transisional, epitel gepeng dan epitel tubuli ginjal.
metionin), keringat (asam isovalerik/glutarik), ikan busuk Epitel transisional melapisi pelvis ginjal hingga uretra
(trimetilam in u ria).s bagian proksimal. Epitel ini berukuran 2-4 kali leukosit,
bentuk bulat seperti buah pir. Epitel gepeng melapisi
uretra bagian distal dan vagina, berbentuk gepeng,
PEM ERI KSAAN MI KROSKOPI K besar, tepi tidak beraturan dengan inti kecil. Epitel
tubuli ginjal berukuran sedikit lebih besar dari limfosit,
Evaluasi mikroskopik urin dilakukan melalui evaluasi inti bulat dan besar; dapat bentuk gepeng, kubus atau
sedimen dari hasil sentrifugasi 12 mL urin. Tabel 4 dan lonjong. Peningkatan jumlah epitel tubuli dapat dijumpai
Tabel 5 memberikan ringkasan dan gambaran unsur-unsur pada kerusakan tubulus ginjal seperti pada pielonefritis,
pada pemeriksaan sedimen urin. nekrosis tubulus akut, intoksikasi salisilat, reaksi penolakan
transplantasi ginjal.

UNSUR ORGANIK Eritrosit


Eritrosit normal pada sedimen urin hanya 0-1lLPB. Pada
Epitel urin yang encer (hipotonik) eritrosit akan menggembung I

Epitel normal hanya sedikit dijumpai pada sedimen urin, sedangkan urin yang pekat (hipertonik) eritrosit akan
r
jumlahnya dapat meningkat pada keadaan radang. Jenis mengkerut. Eritrosit yang menggembung dapat sulit
Nll

epitel yang dapat dijumpai pada sedimen urin adalah dibedakan dengan leukosit. Untuk membedakannya
t
URINATISIS 233

il,:iii'l

Pengawet Keuntungan Xerugian lnformasi tambahan


Pendinginan Tidak mengganggu tes Peningkatan berat jenis Dapat mencegah pertumbuhan
kimia Presipitat fosfat dan urat bakteri selama 24 jam
amorf
Timol Baik menyimpan glukosa dan Menganggu tes presipitasi asam
(1 butir untuk sedimen untuk protein
urin 24 jam)' Kadar tinggi dapat menggangu
tes O-toluidin.
Asam borat Menyimpan protein dan Jumlah banyak dapat Menjaga pH berkisar 6.0
elemen ya ng terbentu k menyebabkan presipitat kristal Bakteriostatik (tidak bakterisidal)
dengan baik pada 189/l; dapat digunakan
Tidak menganggu dengan untuk transpor kultur
analisis rutin selain pH Menganggu analisis obat dan
hormon
Formalin atau Sangat baik untuk Menganggu pemeriksaan Penampung untuk hitung sel dapat
formaldehid 40% pemeriksaan sedimen reduksi cuprum dinaikkan dengan formalin untuk
(1-2 ml untuk urin Menyebabkan clumping penyimpanan sel dan costs lebih
24 jam) sedimen baik
:
Kloroform Tidak ada '
Tenggelam pada dasar Dapat menyebabkan perubahan sel
speslmen, mengganggu analisis
sedimen
Toluen Tidak menganggu tes Mengambang pada permukaan
(2-5 ml untuk ur,in rutin spesimen dan berikatan pada
24 jam) pipet dan bahan tes
Sodium fluorida Mencegah glikolisis Menghambat strip reagen Tidak akan menganggu tes
Baik untuk menyimpan untuk pemeriksaan glukosa, heksokinase untuk glukosa
analisis obat darah, dan leukosit Sodium benzoat lebih baik
digunakan dibanding fl uorida
Fenol Tidak mempengaruhi tes Menyebabkan perubahan bau
{1 tetes/ons rutin
spesimen)
CommerciaL Nyaman digunakan Dapat mengandung satu atau Teliti komposisi tablet untuk
preservative tablet ketika pendinginan tidak lebih pengawet diatas termasuk menentukan kemungkinan efek
memungkinkan sodium fluorida pada pemeriksaan
Konsentrasi dikontrol
untuk meminimalkan
9angguan a

UrinC+S Urinalisis dan kultur dapat Menurunkan pH Pengawet: asam Borat


Transporkit dilakukan pada saat
(Becton Dikinson) bersamaan

::mbahkan beberapa larutan asam asetat 2%. eritrosit akan Leukosit


:ecah sedangkan leukosit tidak. Eritrosit perlu dibedakan Pada keadaan normal ditemukan leukosit O-SILPB. Pada
:engan sel ragi dan tetesan lemak. Sel ragi berbentuk oval urin yang hipotonik dan basa, leukosit akan membengkak
ran mempunyai tunas (budding), dinding selnya tampak dan pecah. Pada urin yang hipertonik, leukosit akan
:ecerti 2 lapis. mengkerut. Peningkatan jumlah ieukosit dapat ditemukan
Morfologi eritrosit dapat memberikan petunjuk pada keadaan infeksi seperti pielonefritis, sistitis, uretritis,
:cakah hematuria glomerular atau ekstraglomerular. maupun pada keadaan lain seperti: glomerulonefritis,
:ada hematuria glomerular ditemukan eritrosit dehidrasi, demam, SLE.
: smorfik >70%. Eritrosit berbentuk akantosit >5%
* ungkin disebabkan oleh glomerulonefritis. Hematuria
Silinder
; omerular juga sering ditandai dengan ditemukannya Terbentuk di tubulus distalis dan tubulus kontortus. Silinder
: lnder eritrosit dan proteinuria. Hematuria dengan ini memberikan gambaran mikroskopik mengenai keadaan
:'itrosit eumorfik terutama berasal dari saluran nefron. Faktor-faktor penunjang untuk terbentuknya
,:mih bawah dapat disebabkan oleh tumor, batu atau silinder antara lain berkurangnya aliran urin, suasana asam,
- 'e ks i.6
urin yang pekat, dan proteinuria.
LABORATORIUM KLINIK
234

Warna urin Penyehab Korelasi klinik


Tidak berwarna Konsumsi cairan Biasanya diamati dengan spesimen sewaktu
Kuning/Strow Poliuria atau diabetes insiPidus Peningkatan votume urin 24 jam
Peningkatan berat jenis dan tes glukosa positif '
'
Kuning pucat Diabetes melitus
Urin terkonsentrasi Normal setelah b-erolahraga dan spesimen paEi hari
Kuning Gelap
Amber
Oranye Dehidrasi dari demam atau luka bakar
Bilirubin Busa kuning waktu dikocok dan tes kimia bilir:ubin positif
Tes bilirubin negatif dan kemungkinan floresensi h'tjau
Akriflavin Larut dalam petroleum eter :

Wortel /vitamin A Obat untuk infeksi saluran kemih


Piridium Dapat mempunyai busa oranye dan pignren oranye yang dapat
menganggu pembacaan strip reagen
Antibiotik diberikan untuk infeksi saluran kemih
Nitrofurantoin
Kuning hijau Bilirubin teroksidasi menjadi Busa berwarna dalam urin asam dan false negatif pada tes kimia
Kuning coklat biliverdin untuk bilirubin
Hijau lnfeksi pseudomonas Kultur urin positif
Biru-hijau Ami$iptilin Antidepresan
Metokarbamol Relaksan otot
KloretS
lndikan Infeksi bakteri
Biru metilen
Fenol Ketika teroksidasi
Merah muda Sel darah merah Spesimen keruh dengan tes kimia positif untuk darah dan sel darah
Merah terlihat pada mikroskoP
Spesimen jernih dengan tes kimia positif; plasma mungkin
Hemoglobin merah
Urin jernih dengan tes kimia positif; plgi"ma tidak berwarna
Mioglobin Tersedia tes identifikasi yang spesifik
Tes kimia darah negatif
Dideteksi dengan tes skrining Watson-Schwartz atat floresensi
Porfirin dibawah sinar ultraviolet
Urin alkali pada orang yang dicuriga! dengan kelainan genetik
Spesimen keruh dengan sel darah merah, mukus, dan bekuan
Antikoagulan
Beets

Kontaminasi menstruasi
Fenomendione
Coklat Sel darah merah teroksidasi menjadi Terlihat pada urin asam setelah berdiri; tes kimia untuk darah
Hitam methemoglobin positif
Methemoglobin Hemoglobin denatirrasi
Asam homogen (alkaptonuria) Tampak urin basa setelah berdiri; terdapat tes spesifik
Melanin atau melanogen Urin menggelap setelah berdiri dan bereaksi terhadap nitropruside
dan ferri clorida
Derivat feno[ Menganggu pemeriksaan reduki cuprum
Argirol (antiseptik) Warna menghilang dengan ferri klorida
Metildopa atau levodoPa Antihipertensi
Metronidazol Flagyl, menggelap pada saat dibiarkan
U RINALISIS 235

Tabel 4. Unsur Organik pada Pemeriksaan Mikroskopik

Unsur Keterangan Gambar Sumber


Eritrosit Tanpa inti, bulat, bikonkaf Departemen Patologi Klinik
FKUI/RSUPNCM

Leu kosit Ukuran sekitar 2 kali Departemen Patologi Klinik


eritrosit, dengan inti/sitoplasma FKUI/RSUPNCM
granular

Epitel
Skuamosa Ukuran besar; 5-7x eritrosit, Departemen Patologi Klinik
sitoplasma tipis, inti kecil FKUI/RSUPNCM

Transisional Ukuran 4-6x eritrosit, bentuk Departemen Patologi Klinik


sferis, inti bulat, kadang terdapat FKUI/RSUPNCM
dua inti.

Renal Ukuran 3-5x eritrosit, bentuk Departemen Patologi KIinik


pol ihed rallmemanjang, FKUI/RSUPNCM
sitoplasma granular, inti
bulat, sukar terlihat tanpa
pewarnaan.

Silinder Seperti silinder dengan sisi


paralel, batas jelas.
Hialin Tidak berwarna, homogen, Departemen Patologi Klinik
semitra nspa ran i!: FKUI/RSUPNCM
+'

Eritrosit Berisi eritrosit FogoT

+rst:r-
*:l.l$lsr-+J:
i,i:ff;..
.EB::
:tSi--
236 LABORATORIUM KLINIK

Unsur l(eterangan Gambar Sumber


Leukosit Berisi leukosit Departemen Fatologi KIinik
FKUI/RSUPNCM

Epitel Berisi epitel


Granular lsi granular; dapat tedihat sel McPherson 3

sisa

Mikroba
Bakteri Bentukcocci, batang Mundt 8

Jamuflragi Mirip eritrosit, dengan' budding, De'partemen Patotogi Klinik


pseudohifa. FKUI/RSUPNCM

Jenis-jenis silinder urin adalah sebagai berikut- Ditemukannya silinder leukosit di urin menandakan
infeksi atau inflamasi pada nefron. Leukosityang paling
a. Silinder hialin
sering dijumpai membentuk silinder ialah netrofil. Bila
Silinderyang paling sering terbentuk, sebagian besar
terdiri dari protein Tomm-Horsfol1 tidak berwarna, terjadi degenerasi sel terbentuklah silinder berbutir
yang dapat dijumpai pada pielonefritis kronik dan
homogen, transparan. Normal 0-2/lPK, dan dapat
glomerulonefritis kronik.
dijumpai pada urin normal.
b. d. Silinder berbutir/granula halus
Silinder eritrosit
Berasal dari degenerasi silinder leukosit dan agregasi
Menandakan adanya hematuria. Dijumpai pada
keadaan-keadaan yang menyebabkan kerusakan
protein serum ke dalam mukoprotein. Bila stasis
glomerulus, atau kapiler ginjal seperti pada berlangsung lama maka butir kasar akan berubah
glomerulonefritis akut, trauma ginjal, infark ginjal, menjadi butir halus. Dijumpai pada penyakit ginjal
sindrom Goodposture yang terdiri dari perdarahan tahap lanjut.
paru, glomerulonefritis dan adanya antibodi e. Silinder lilin
Berasal dari silinder berbutir halus yang mengalami
membrana basalis. Silinder eritrosit mudah dikenali
karena refraktil dan warnanya bervariasi dari kuning
degenerasi lebih lanjut. Bersifat refraktil dengan
hingga coklat.
tekstur yang kaku sehingga mudah mengalami
fragmentasi ketika melewati tubulus. Bentuknya tidak
c. Silinder leukosit
teratuI dan kadang-kadang terlihat sebagai "cork-
URINALISIS
237

screw" oppearonce. Dijumpai pada keadaan gagal Unsur Anorganik


ginjal kronik, nefropati diabetik, amiloidosis ginjal. Dalam keadaan normal dapat ditemukan unsur anorganik
Silinder epitel berupa kristal kalsium oksalat, kristal tripel fosfat, urat
Terbentuk dari deskuamasi sel-sel epitel tubuli ginjal. amorf dan fosfat amorf. Dalam keadaan patologis dapat
Dijumpai pada degenerasi dan nekrosis tubulus ginjal ditemukan kristal kolesterol, kristal sistin atau kristal
misalnya pada infeksl virus (hepatitis, sitomegalo), leusin.
reaksi penolakan transplantasi ginjal.
Silinder lemak
Mengandung butir-butir lemak bebas yang merupakan PEMERIKSAAN KIMIA URIN
degenerasi lemak dari epitel tubuli dan ovolfot bodies.
Dijumpai pada sindrom nefrotik, glomerulonefritis Pemeriksaan kimia urin dilakukan dengan menggunakan
kronik, dan LES. uji carik celup, biasanya terdiri dari 10 parameter yaitu
berat jenis, pH, darah, protein, glukosa, keton, bilirubin,
Mikroba urobilinogen, leukosit esterase dan nitrit. Tabel 6 secara
3akteri, parasit dan jamur dapat ditemukan dan membantu ringkas menunjukkan makna klinis pemeriksaan kimia
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih. pada uji carik celup urin.

Urin asam
Urat amorf Granulasi kuning kemerahan, Strasinger a

seperti debu bata

Asam urat Bentuk oval dengan ujung , Eepartemen Patologi Klinik


tajam, seperti lemon atau FKUI/RSUPNCM
tong.Patologik pada bahan
segar.

Kalsium oksalat Bentuk seperti amplop Departemen Patologi Klinik


FKUI/RSUPNCM

Urin basa
Fosfat amorf Bentuk bulat halus Simervillee
238 LABORATORIUM KLINIK

Tabel 5. Unsur Anorganik pada Pemeriksaan Mikroskopik


Unsur Keterangan Gambar Sumber
Tripel fosfat Bentuk seperti tutup peti Departemen Patologi Klinik
FKUI/RSUPNCM

.i#*-Yr
, ,pdt"-
t
I
I
I

Kalsium karbonat Granul halus seperti barbel/ Strasinger a

dumbbell

Sistin Heksagon, tipis, berlaminasi Siegenthaler 6

Tirosin Seperti jarum halus, tanpa Strasinger a

warna

:W'
':..#*
."qts*

Leusin Sferis, kuning, seperti minyak, Siegenthaler 6

pada urin asam

Kolesterol Seperti lembar heksagonal Departemen Patologi Klinik


rata dengan tepi bertakik FKUI/RSUPNCM

l:
It
t !
x
*
URINALISIS 239

Berat Jenis perubahan warna pada indikator pH tertentu berbeda


Pemeriksaan berat jenis pada carik celup didasarkan pada antara urin yang mengandung protein dengan urin yang
perubahan konstanta disosiasi (pKa) dari polielektrolit tidak mengandung protein.lanpa adanya daparjika tidak
(methylvinyl ether maleic anhydride). Polielektrolit yang terdapat protein, indikator seperti tetrabromphenolblue
terdapat pada carik celup akan mengalami ionisasi, akan berwarna biru pada pH 4, tetapi jika terdapat
menghasilkan ion hidrogen (H+). lon H+ yang dihasilkan protein, akan terjadi perubahan warna nlenjadi biru pada.
tergantung pada jumlah ion yang terdapat dalam urin. pH 3. Dengan adanya dapar asam yang mempertahankan
Pada urin dengan berat jenis yang tinggi, ion H+ yang pH 3, indikator tetrabromphenol blue akan berwarna
dihasilkan lebih banyak, sehingga pH pada pad carik kuning jika tidak ter-dapat protein dan akan berubah
celup menjadi asam dan menyebabkan perubahan warna menjadi hijau sampai biru sesuai dengan
warna indikator bromthymol blue. Bromthymol blue akan konsentrasi protein dalam spesimen. Hasilnya dilaporkan
berwarna biru tua hingga hijau pada urin dengan berat sebagai negatif, troce,l+ (30 mgldL), 2+ (100 mg/dL),
jenis rendah dan berwarna hijau kekuning-kuningan jika 3+ (300 mgldL) atau 4+ (2000 mgldL). Pemeriksaan ini
berat jenis urin tinggi.a dipengaruhi oleh pH urin yang sangat basa (pH 9),yang
tidak dapat diatasi sistem dapar; sehingga pH pada uji
pH carik celup berubah dan mempengaruhi hasil pembacaan
Pemeriksaan pH menggunakan indikator ganda (methyl protein.?enting diketahui bahwa uji carik celup terutama
red dan bromthymol blue), akan terjadi perubahan warna untuk rhendeteksi albumin urin. Sensitivitas reagen
sesuai pH yang berkisar dari jingga hingga kuning uji carik celup untuk deteksi protein bervariasi pada
keh'tjauan dan biru. Kisaran pemeriksaan pH meliputi pH 5-30 mgldL.8 Adanya protein Bence Jones dicurigai
5.0 sampai 8.5 dengan interval 0,5.8 apabila pada tes dipstik negatif (terutama mendeteksi
albumin), akan tetapi pada pemeriksaan proteinuria
Protein kuantitatif ditemukan protein dalam jumlah berlebihan.
Prinsip pemeriksaan protein dengan carik celup adalah Untuk mendeteksi adanya lmmunoglobulin light choin
"protein error ofindicofors". Fenomena ini berarti bahwa diperlukan tes imunofiksasi.s
240 LABORATORIUM KLINIK

, Ma[<*a trdinls,

Berat,i.enis.
FH,,, ..,,.

:,1::l
Da.Ah
.:
'l, ::t :'.
: l:
:::.,: ,:t..,::,:..

Prstein.':':.'

Glt;.kgrggl1'.. ,, .' ,'

Kettin-,::.,,,:, :: ,, .

B-ilifiJbin., 'r,.,,:::,, , .
U1pb11nggen..., .-
L+lkosit:$teraae'
frlitsill;':: , :'

Glukosa dari kuning hingga biru gelap. Hasilnya dilaporkan sebagai


Glukosa oksidase pada uji carik ce!up akan mengkatalisis negatif, non-hemolyzed troce (1 0 eritrosit/pL, hemolyzed
reaksi oksidasi glukosa sehingga terbentuk asam glukonat troce, 1+ (25 eritrosit/ttL), 2+ (80 eritrosit/UL) atau 3+
dan hidrogen peroksida. Enzim kedua pada uji carik celup (200 eritrosit/pL). Sensitivitas carik celup bervariasi pada
adalah peroksidase yang mengkatalisis reaksi antara 5-20 eritrosit/pL atau 0,05-0,3 mg/dL hemoglobin.s
hidrogen peroksida dengan kalium iodida. Kalium iodida Penting untuk diingat hasil positif juga bisa ditemukan
akan teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna dari pada keadaan dimana tidak ada eritrosit, seperti
biru muda, hijau sampai coklat tua. Hasilnya dilaporkan pada hemoglobinuria akibat hemolisis intravaskular,
sebagai negatif troce (100 mgtdl), 1+ (250 mg/dL), 2+ mioglobinuria.e
(500 mgldl), 3+ (1000 mgldl) atau 4+ (>2000'mg/
dL). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh zat yang Bilirubin
mengganggu reaksi enzimatik atau zat reduktor; seperti Rea ksi bi I i ru bi n denga n seny awb d iazotized d ich lo roq n iline
asam askorbat, asam homogentisat, aspirin dan levodopa. dalam suasana asam kuat akan menghasilkan suatu
Sensitivitas reagen uji carik celup untuk deteksi glukosa kompleks yang berwarna coklat muda hingga merah
bervariasi pada 50 - 150 mgldL.s coklat. Hasilnya dilaporkan sebagai negatif, 1+ (0,5 mgl
dL), 2+ (1 mgldL) atau 3+ (3 mgldl). Sensitivitas reagen
Keton uji carik celup untuk deteksi bilirubin bervariasi pada 0,2
Uji ini didasarkan pada reaksi antara asam asetoasetat - 1 mgld1.8
dalam urin dengan senyawa nitroprusida. Warna yang
dihasilkan adalah coklat muda jika tidak terjadi reaksi Nitrit
dan ungu untuk hasil yang positif. Hasilnya dilaporkan Nitrat yang terdapat dalam urin akan mengalami
sebagai negatif, trace (5 mgldL), 1+ (15 mg/dL), 2+ (40 reduksi oleh bakteri yang mempunyai reduktase
mg/dL),3+ (80 mgldL) atau 4+ (160 mgldL). Sensitivitas menghasilkan nitrit. Perubahan menjadi nitrit ini
reagen uji carik celup untuk deteksi keton bervariasi pada memerlukan waktu sekurangnya 4 jam. Nitrit yang
5 - 10 mgld1.8 terbentuk akan bereaksi dengan asam p-arsanilat,
membentuk senyawa diazonium yang bergabung dengan
Darah senyawa 1,2,3,4 - t et ro hy d ro b e n zo (h) q u in o/in d a a m su a sa n a
I

Reagen pada uji carik celup urin dapat mendeteksi eritrosit, asam, sehingga pita yangberwarna putih akan berubah
hemoglobin bebas dan mioglobin. Eritrosit intak akan menjadi merah muda. Derajat warna merah muda yang
lisis pada test pod. Hemoglobin dan mioglobin memiliki bagaimanapun dapat diartikan sebagai reaksi yang positif.
aktivitas pseudoperoksidase yang akan bereaksi dengan Hasilnya dilaporkan sebagai negatif atau positif. Faktor
HrO, menghasilkan O" On akan mengoksidasi substrat yang mempengaruhi adalah diet yang tidak mengandung
kromogen sehingga terjadi perubahan warna kromogen nitrat, antibiotika yang menghambat metabolisme bakteri
URINATISIS
241

dan reduksi nitrit menjadi nitrogen. Bakteri penyebab PENYEBAB POSITIF PATSU DAN NEGATIF PATSU
infeksi saluran kemih yang menghasilkan nitrit adalah E.
coli, Enterobacter; Citrobacter: Klebsiella dan proteus sp. Faktor tertentu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
Untuk reduksi nitrat menjadi nitrit, urin harus terpapar urinalisis sehingga perlu evaluasi teliti untuk interpretasi
bakteri saluran kemih selama minimal 4 jam. Sensitivitas urinalisis. Tabel 7 menyajikan faktor yang dapat
reagen uji carik celup untuk deteksi nitrit bervariasi pada menyebabkan hasil palsu pada pemeriksaan uji carik
0,05 - 0,1 mgld1.8 celup urin.

Urobilinogen
Uji ini didasarkan pada modifikasi uji reaksi Ehrlich, POLA HAS!L URINATISIS PADA BEBERAPA
p - d iethylo mino be nza lde hyd e berea ksi dengan u robilinogen KEADAAN
urin dalam suasana asam kuat menghasilkan warna
berkisar darijingga sampai merah tua. Sensitivitas reagen Pada infeksi saluran kemih sering ditemukan nitrit positif
uji carik celup untuk deteksi urobilinogen umumnya pada jumlah leukosit meningka! bakteri positif. Pada pielonefritis
0,2 EU.s Hasilnya dilaporkan dalam Ehrlich Units (EU), dapat ditemukan silinder leukosit. Mikrohematuria sering
yaitu 0,2 EU, 1 EU,2EU,4 EU atau 8 EU. 1 EU sebanding dijumpai dengan proteinuria ringan, eritrosit eumorfik atau
dengan 16 pmol/1. sebagian dismorfik dan tanpa peningkatan leukosit. pada
sindrom nefrotik ditemukan proteinuria masif, silinder hialin,
Leukosit Esterase silinder lilin, droplet lemak, oval fat bodies dan silinder
Pemeriksaan ini menunjukkan adanya reaksi esterase lemak. Pada sindrom nefritik ditemukan protein (++) sampai
granulosit yang menghidrolisis derivat ester naftil. Naftil (+++), hemoglobin positif, eritrosit dismorfik, akantosit
yang dihasilkan, bersama dengan garam diazonium akan dan silinder eritrosit. Pada nekrosis tubular akut ditemukan
menghasilkan warna ungu. Hasilnya dilaporkan sebagai glukosuria ringan, silinder kasar dan silinder epitel. pada
negatif troce (l5leukosit/UL), 1 + (70 leukosit/ttL), 2+ (125 nefritis tubulointerstisial akut ditemukan proteinuria ringan,
leukosit/pL) atau 3+ (500 leukosit/pL). Sensitivitas reagen leukosituria, silinder leukosit, eritrosituria, eosinofiluria.
uji carik celup untuk deteksi leukosit bervariasi pada 5 - Tabel 8 menunjuk-kan perbandingan tanda pada beberapa
20 leukosit/p1.8 keadaan glomerulopati.6

iipl r t
!:il=.il.r=
242 TABORATORIUM KLINIK

REFERENSI

Turgeon ML. Linne & Ringsrud>s Clinical LaboratoryScience.


6th ed. Maryland Heights: Elsevier Mosby; 2012.p.358-436.
2. European Confederation of Laboratory Medicine. European
urinalysis guidelines. Scand J Lab Invest. 2000;60:1-96.
.)- McPherson RA, Ben-Ezra J. Basic examination of urine.
In: McPherson RA, Pincus MR" editors. Henry>s clinical
diagnosis and management by laboratory methods. 22e ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 201.1. p. 445-79.
Strasinger SI(, Di Lorenzo MS. Urinalysis and body fluids. 5e
ed. Philadelphia: F.A. Davis Company;2008.
5. Sawyer B. Urinalysis and body fluid analysis. In: Hubbard
JD, editor. A concise review of clinical laboratory science.
2"d ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.
p.313-59.
Siegenthaler W. Siegenthaler's differential diagnosis in
internal medicine. Stuftgart: Georg Thieme Yerlag;2007. p.
83]4L.
7. Fogo AB, Neilson EG. Atlas of uinary sediments and renal
biopsies. Lr: Fauci AS, Kasper Dl Longo DL, Braunwald E,
Hauser SL, |ameson jL, et a1., editors. Harrison>s principles
of intemal medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill 2008.
p. e53-60.
8. Mundt LA, Shanahan K. Graff>s textbook of urinalysis and
body fluids. 2.'d ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins;2011.
Simerville JA, Maxted WC Pahira |J. Urinalysis: a comprehen-
sive review. Am Fam Physician. 2005;71.(6):1153-62.
2B
PEMERIKSAAN TINIA
Diana Aulia

Pemeriksaan tinja biasanya terdiri dari pemeriksaan obstruktif atau pada pemakaian garam barium pada
makroskopik dan mikroskopik ditambah pemeriksaan pemeriksaan radiologik. Warna merah muda biasanya
kimia, hematologi, imunologi, dan mikrobiologi. oleh perdarahan yang segar di bagian distal, mungkin
Pemeriksaan kimia dapat terdiri dari pemeriksaan pH, pula oleh makanan seperti bit. Warna coklat dihubungkan
lemak, karbohidrat, tripsin, elastase, serta osmolalitas. dengan perdarahan proksimal atau dengan makanan,
Pemeriksaan hematologi berupa pemeriksaan darah samar seperti coklat atau kopi. Warna hitam disebabkan oleh
dan uji Apt. Pemeriksdan imunologik misalnya deteksi karbomedisinalis, obat-o$atan yang mengandung besi,
toksin Clostridium dan alfa-1 antitripsin. Pemeriksaan atau melena.l
mikrobiologik dan parasitologi untuk deteksi mikroba dan
Bau. Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol, dan
parasit dalam tinja.
asam butirat. Tinja menjadi lindi oleh karena pembusukan
protein yang tidak dicerna dan kemudian dirombak oleh
flora usus. Tinja dapat berbau asam karena peragian zat
PEMERIKSAAN TINJA RUT!N
gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Tinja dapat
berbau tengik karena pQr-ombakan zat lemak dengan
Fersiapan dan Pengumpulan Bahan
pelepasan asam lemak.
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari
defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan, Konsistensi. Tinja normal agak lunak darl berbentuk. Pada
boleh juga sampel tinja diambil dengan jari bersarung dari diare, konsistensi tinja menjadi sahgat lunak atau caiL
rektum. Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; sedangkan pada konstipasi didapat tinja keras Peragian
kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan
menjadi rusak. Wadah sebaiknya yang terbuat dari kaca bercampur gas. Tinja lengket dapat disebabkan karena
atau dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti banyak mengandung lemak (sfeofo rrheo).1, 2
plastik. Wadah harus bermulut lebar. Jika akan memeriksa
Lendir. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang
tinja, pilihlah bagian dengan kemungkinan terbesar dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar
terdapat kelainan misalnya bagian yang bercampur darah tinja. lokasi iritasi mungkin di usus besar. Apabila lendir
atau lendir.l
bercampur dengan tinja, lokasi iritasi mungkin sekali
di usus kecil. Pada disentri, intususepsi, dan ileokolitis
Makroskopik mungkifi didapat lendir saja tanpa tinja. Kalau lendir berisi
Warna. Warna tinja yang dibiarkan di udara menjadi banyak leukosit, terdapat nanah pada feses.l
lebih tua karena terbentuk lebih banyak urobilin dari Darah. Perhatikan apa darah segar (merah terang), coklat
urobilinogen yang diekskresikan lewat usus. Urobili nogen atau hitam, serta apakah bercampur baur atau hanya
tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna coklat di bagian luar tinja saja. Makin proksimal terjadinya
tua. Warna kuning bertalian dengan susu, jagung, obat perdarahan, makin bercampur darah dengan tinja dan
santonin, atau bilirubin yang belum berubah. Warna abu- makin hitam warnanya. Jumlah darah yang besar mungkin
abu mungkin disebabkan oleh karena tidak ada urobilin disebabkan oleh ulkus, varises dalam esofagus, karsinoma,
dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus atau hemoroid.

243
244 LABORATORIUM KTINIX

Parasit. Parasit bentuk dewasa seperti cacing ascaris, Se! epitel. Sel epitel dari dinding usus bagian distal
oncylostomo, mu ngkin terlihat. dapat ditemukan dalam keadaan normal. Jumlah epitel
bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
Mikroskopik peradangan dinding usus itu.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan cara Kristal. Kristal-kristal umumnya tidak bermakna. Pada tinja
memeriksa sejumlah kecil suspensi tinja. Secara kualitatif
normal dapat ditemukan kristal tripelfosfa! kalsiumoksalat,
dapat dinilai adanya leukosit serta sisa makanan yang
dan asam lemak. Kelainan mungkin d'ljumpai kristalCharcot-
tidak tercerna derigan baik seperti lemak, serat daging,
Leyden dan kristal hematoidin.
dan serat tumbuhan.2
Untuk mencari protozoa dan telur cacing, dapat Telur dan jentik cacing. Ascoris lumbricoides, Necotor
dipakai larutan eosin 1-2%o sebagai bahan pengencer omericanus, Enterobius vermiculoris, Trichiuris trichiuro,
tinja atau juga larutan lugol 1-2o/o. Selain itu, larutan asam Strongyloides stercorolis, termasuk genus cestoda dan
asetat 10% dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, trematoda mungkin didapatkan pada pemeriksaan tinja.
sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam
0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.
Sediaan hendaknya tipis agar unsur-unsur jelas terlihat PEMERIKSAAN K!MIA TINJA
dan dapat dikenal.l
Keasaman Tinja (pH)
Leukosit. Leukosit lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur
Pemeriksaan pH tinja berhubungan dengan konsumsi serat,
dengan beberapa tetes larutan asam asetat 10%. Ka!au
produksi asam lemak rantai pendek dan rantai panjang,
hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada
serta dikaitkan kepentingannya dengan kanker kolon.
artinya.l Adanya leukosit lebih dari 1-3llapangan pandang
Telah dilaporkan hubungan antara pH alkali tinja dengan
besar (lpb) menunjukkan suatu keadaan inflamasi. Untuk
penurunan asam lemak rantai pendek terutama asam
meningkatkan kemampuan identifikasi leukosit pada
butirat. Peningkatan pH tinja disertai berkurangnya asam
sediaan basah, dapat dilakukan pewarnaan dengan Wright
lemak rantai pendek (shorf choin fotty ocid/SCFA) menunjang
atau biru metilen.2
adanya proses pencernaan yang tidak sempurna.2
Eritrosit. Pada tinja normal tidak terlihat eritrosit.3 Eritrosit
hanya terlihat kalau terdapat lesi abnormal pada kolon, Pemeriksaan Lemak TiniaT2 Jam (Kuantitatif)
rekturn atau anus. Bahan pemeriksaan berupa kumpulan tinj a72 jam (minimal
Lemak. Adanya peningkatan lemak dalam tinja secara 1509 tinja). Pasien harus mendapat asupan 70-100 g lemak
makroskopik, dapat dipastikan dengan pemeriksaan per hari selama 4 hari sebelurndan selama pemeriksaan.
mikroskopik menggunakan zat warna Sudan lll, Sudan lV Dapat dilakukan metode gravimetrik atau titrimetrik. 5
atau Oil Red O. Lemak tampak sebagai globul berwarna Metode titrasi Van de Kamer sering digunakan. 6
oranye sampai merah.2
lnterpretasi. Rentang rujukan total lipid normal <20
Pada keadaan normal dijumpai <100 globul/lpb mmol/Z4 jamT atau <6 g/24 jam. Dikatakan steatorea
dengan ukuran globul <4 pm atau sekitar separuh ukuran
bila kadar lemak >6 g/24 jam.5,8 Bila berdasarkan asupan
eritrosit. Peningkatan jumlah dan ukuran globulyang besar
lemak, kadar normal lemak tinja berkisar pada 4-60/, dari
mencapai 40-80 pm, menandakan suatu steatorrhea.2,a
lemak yang dimakan. s
Penilaian terhadap hasil pemeriksaan lemak tinja Pemeriksaan ini baik untuk mendeteksi steatorea
pada kedua kaca obyek bermanfaat dalam membeda-
namun nonspesifik karena tidak dapat memberi informasi
kan maldigesti dengan malabsorpsi. Jumlah lemak netral penyebab steatorea.s Steatorea dapat disebabkan oleh
pada kaca obyek pertama disertai peningkatan jumlah penyakit pankreas, bilier; atau intestinal. Pengumpulan
lemak total pada kaca obyek kedua menunjukkan suatu
bahan yang inadekuat dapat menyebabkan kegagalan
malabsorpsi. Sebaliknya, peningkatan jumlah lemak netral,
dalam mendeteksi steatorea.T
menandakan suatu maldigesti.a a

Serat sisa makanan. Untuk melihat adanya serat sisa -


Pemeriksan Karbohidrat (Uji Reduksi Ctinitest)
makanan, baik serat daging atau serat tumbuhan, Peningkatan konsentrasi karbohidrat dapat dideteksi
dilakukan pemeriksaan suspensi tinja dengan larutan eosin dengan uji reduksi cuprum. Uji reduksi cuprum dapat
10% dalam alkohol. Beberapa penelitian menunjukkan dilaksanakan dengan menggunakan tablet Clinitest
korelasi yang baik antara ditemukannya peningkatan (Miles Diognosfics). Bahan berupa satu bagian tinja yang
jumlah serat daging dengan maldigesti. Pada keadaan diemulsikan dalam 2 bagian air.
normal tidak ditemukan serat daging dalam tinja dan bisa Hasil berupa adanya zat pereduksi 0,5 g/dL
dijumpai 1-4 serat tLmbuhan/lpb., mengindikasikan adanya intoleransi karbohidrat.6 Pada
ANALISIS TINJA 245

anak dianjurkan disertai dengan pemeriksaan pH. pH osmotik, dapatjuga dilihat perbedaan osmolalitas hitung
normal tinja berkisar pada 7-8. Peningkatan peng-gunaan dan osmolalitas ukur. Osmolalitas hitung didapatkan dari
karbohidrat oleh flora usus akan menurunkan pH menjadi rumus:
<5,5 pada intoleransl karbohidrat. 6
Osmolalitas hitung = 2 x ( Na+,,n,u * K*,,n;u )

Pemeriksaan Tripsin Bila perbed,aan antara osmolalitas ukur dengan


Tidak adanya enzim tripsin untuk pencernaan protein osmolalitas hitung lebih dari20 mOsm per kg, kemungkinan
dapat dideteksi dengan uji penyaring menggunakan kertas adalah diare osmotik.2' a
film. Adanya tripsin akan menyebabkan digesti gelatin
pada kertas film dan meninggalkan daerah bening.
Bahan harus diperiksa dalam 30 menit karena PEM ERI KSAAN H EMATOLOG I K
aktivitas tripsin menurun dengan cepat. Selain itu,
aktivitas proteolitik oleh bakteri dari tinja lama dapat Pemeriksaan Darah Samar Tinja
juga menyebabkan positif palsu.6 Tidak adanya digesti Pada keadaan normal, kurang dari2,5 mLdarah/hari keluar
gelatin mengindikasikan defisiensi tripsin yang dapat bersama tinja, yang setara dengan 2 mg hemoglobin per
dihubungkan dengan adanya insufisiensi pankreas.6 gram tinja. Pemeriksaan darah samar tinja berdasarkan
atas aktivitas pseudoperoksidase hemoglobin yang
Pemeriksaan Elastase Tinja bereaksi dengan hidrogen peroksida untuk mengoksidasi
Elastase-1 pankreas merupakan enzim pankreasyang dapat suatu indikator tidak berwarna menjadi komponen yang
dijumpai utuh di tinja sehingga dapat menggambarkan berwarna. Sebagai indikator, dapat digunakan benzidin,
fungsi eksokrin pankreas. Pemeriksaan ini dianggap orthotoluidin, dan guaiac. Saat ini benzidine sudah jarang
mempunyai korelasi yang baik dengan uji bentiromida digunakan karena bersifat karsinogenik.2
dan mempunyai sensitivitas lebih baik dari pemeriksaan Prinsip pemeriksaan darah samar tinja berdasarkan
amilase dan lipase dalam darah untuk mendeteksi pseudoperoksidase-peroksidase adalah:11
penurunan fungsi eksokrin pankreas. s

Pemeriksaan elastase tinja dapat membantu H,O + Indikator Pseudoperoksida- Oksidase indikator + H,O
membedakan fibrosis kistik dan insufisiensi pankreas (tidak berwarnal xau perots (berwarna)
pada anak. Elastase-1 yang amat rendah ditemukan
pada berbagai genotip CFTR dengan kadar enzim
tidak terdeteksi (<15 pm/g tinja) pada genotip AF508 Reaksi oksidasi ini sensitif untuk mendeteksi adanya
homozigot. Elastase tinja yang rendah (<200 p,g/g darah. Namun demikian, aflanya zat lain dalam tinja seperti
tinja) setelah umur 4 minggu mengindikasikan adanya mioglobin, klorofil yang beiiisal dari sayuran, serat hewan,
insufisiensi pankreas. Pemeriksaan elastase-1 tinja juga dan beberapa bakteri usus dapat menyebabkan reaksi
memiliki sensitivitas tinggi dalam deteksi pankreatitis positif palsu. Oleh sebab itu, interpretasi hasil pemeriksaan
kronik berat dan sedang pada orang dewasa, walaupun darah samar harus dilakukan dengan hati-hati pada orang
kurang spesifik.lo tanpa pembatasan diet tertentu.2

Fecal osmotic (osmolal) gap


Osmolalitas air tinja normal adalah seperti serum
(290 mOsm/kg). Fecol osmolol gop (FOG) menyatakan
perbedaan antara osmolalitas tinja normal teoritis dengan
kontribusi ion Na dan K. Kadar Na dan K diperiksa dari
supernatan emulsi tinja setelah sentrifugasi. FOG dihitung
dengan rumus: 10

FOG = 290 - [2 (Na+ + Ka+tinja)]


Nilai FOG >50 mOsm/kg konsisten dengan diare
osmotik seperti pada malabsorpsi karbohidrat atau diare
yang diinduksi magnesium. Sebaliknya, FOG <50 mOsm/
kg menunjukkan diare sekretorik. 10

Osmolalitas Ukur dan Osmolalitas Hitung


Untuk membedakan diare sekretorik dengan diare
246 LABORATORIUM KLINIK

Uji Apt dengan sensitivitas hanya 50%. Bersihan AT dihitung


Uji Apt berdasarkan sifat hemoglobin fetal yang tahan dengan rumus sebagai berikut:10
terhadap alkali sehingga bahan pemeriksaan yang
Bersihan AT (mL/hari) =
mengandung darah neonatus dengan penambahan
larutan NaOH 0,25 mol/L akan berwarna pink, sedang- (berat tinja [g/hari] x konsentrasi AT tinja [mglkgj)
kan HbA yang didapat dari darah ibu tidak tahan larutan Konsentrasi AT serum [mg/L]
alkali akan berubah menjadi warna kuning kecoklatan.
Sebelum rnelakukan pemeriksaan Apt, perlu dilakukan
uji saring darah samar dari bahan pemeriksaan. Bila PEMER!KSAAN MIKROBTOLOGI BAHAN TINJA 14

bahan pemeriksaan menunjukkan darah samar positif,


berarti bahan pemeriksaan tersebut mengandung darah Gambaran Umum
dan pemeriksaan Apt diteruskan. Pemeriksaan darah Pemeriksaan mikrobiologik tinja dilakukan untuk mencari
samar negatif berarti bahan pemeriksaan tersebut tidak bakteri penyebab diare, infeksi parasit, dan penyakit lain
mengandung darah sehingga pemeriksaan Apt tidak perlu yang menyebabkan perubahan pada tinja. Bahan tinja yang
dilakukan. diperiksa sebaiknya dalam keadaan segar.

Pengumpulan Spesimen Tinja


PEMERIKSAAN IMUNOLOGI Tinja dikumpulkan dalam wadah yang bersih (steril),
dengan mulut yang lebar, dan penutup yang kuat.
Deteksi Antigen Toksin Clostridium dfficile Wadah ini dapat pula digunakan untuk pemeriksaan
Tes ini diindikasikan pada pasien dengan diare dan langsung beberapa virus seperti Norwolk, rotavirus,
telah menggunakan antibiotik lebih 5 hari. pada pasien dan adenovirus. Wadah ini tidak boleh mengandung
imunokompromais pemeriksaan ini dapat dilakukan pengawet, detergen, atau ion logam. Kontaminasi
walaupun pasien tidak menerima antibiotika. dengan urin harus dihindarkan. Jika dicurigai adanya
lnfeksi C/osfridium dfficile dapat terjadi pada penderita parasit intestinal seperti Entamoebo histolytica, Giqrdio
imunokompromais atau yang sedang menggunakan lomblio atau spesies Cryptosporidium, sebagian dari
antibiotik spektrum luas seperti klindamisin, ampisilin, spesimen tinja ini dapat ditambahkan pengawel seperti
dan sefalosporin. Infeksi terjadi karena penurunan jumlah polyvinyl alcohol dan formalin 10%. Spesimen tinja harus
flora normal usus sehingga terjadi pertumbuhan C. diffrcile segera diperiksa dalam waktu kurang dari 2 jam. Bila
yang berlebihan. Diare karena C. difficile biasanya bersifat tidak memungkinkan, dapat digunakan media transport.
cair dan volume banyak. Gejala biasanya muncul 4-10 hari Media tronsport Cory-Bloir coc-ok untuk semua kuman
setelah dimulainya terapi antibiotika. enterik patogen (Salmonella, Shigella, Yersinio spp dan
Clostridium difficile melepaskan toksin yang Compylobacfer), sedangkan media cair pepton alkali
menyebabkan nekrosis epitel kolon. Deteksi toksin cocok untuk Vibrio spp (1 mL spesimen dalam 10 mL
pada tinja menegakkan diagnosis enterokolitis oleh cairan alkali pepton steril).
Clostridium. Toksin Closfridio dapat dideteksi dengan Pada beberapa keadaan diperlukan pengumpulan
teknik imunoossoy. 12
spesimen dengan cara usap rektal, terutama pada bayi
baru lahir. Dikarenakan beberapa strain dari spesies
Alfa-1 antitripsin Shigella rentan terhadap pendinginan dan pemanasan,
Protein alfa-1 antitripsin (c1AT) adalah glikoprotein maka usap rektal lebih efektif untuk kuman ini. Pada usap
dengan berat molekul 54.000 yang disintesis di hati dan rektal ini harus dihindarkan kontak langsung dengan
akan keluar melalui tinja bila terdapat enteropati hilang material tinja dalam rektum. Usap rektal ini harus segera
protein (EHP).10 Protein qlAT stabil dan tidak rusak oleh diinokulasikan pada media kultur atau dimasukkan ke
enzim pankreas sehingga dianggap mencerminkan dalam media transport untuk mencegah pengeringan.
kehilangan protein endogen melalui saluran cerna. Usap rektaljuga digunakan untuk diagnosa infeksi
Alfa-1 antitripsin dapat diperiksa kadarnya dengan gonococcal pada rektal dan deteksi Clostridium difficile
menggunakan metode imunologlk seperti radial pada penderita yang dirawat di rumah sakit.
immunodiffusion atau ELISA. Kadar normalnya yaitu <54 Tinja harus segera diperiksa dan dikultur setelah
mgldl. e
pengambilan. Tinja yang masih hangat sangat baik untuk
Beberapa peneliti menggunakan bersihan AT sebagai melihat tropozoit motil pada penderita yang dicurigai
penanda relaps klinik penderita penyakit Crohn. pada cuf- amebiasis. Tinja yang sudah dingin akan menurunkan pH
off 120 mL/hari dikatakan ditemukan nilai prediktif negatif tinja sehingga dapat menghambat pertumbuhan beberapa
94% untuk terjadinyarelaps dalam 6 bulan kedepan, tetapi spesies Shigello dan Salmonello.
ANALISIS TINJA 247

Pemeriksaan mikroskopik langsung atau dengan coklat dengan konsistensi berbentuk atau semiformed.
pewarnaan dari emulsi tinja untuk menilai adanya leukosit, Tinja bayi kuning kehijauan dan semiformed.
ragi atau parasit, dan komponen atipikal lainnya (darah, Z. Pemeriksaan mikroskoPik:
mukus, lemak). Adanya leukosit tidak dapat dinilai dari Rutin :
spesimen tinja pada media transport, yang dibekukan atau - Sediaan salin dan eosin untuk mencari parasit.
disimpan dalam lemari es atau dari usap rektal. Emulsi Sediaan eosin jangan terlalu tebal supaya
tinja dapat dibuat dengan media cair untuk kultur; larutan tampak amuba atau kista. Amuba dan kista dapat
garam fisiologis, atau air: 1 atau 2 tetes diletakkan di atas dideteksi dengan sediaan eosin: latar belakang
gelas objek dan dipakai kaca penutup. warna merah, sedangkan kista dan amuba tidak
Jika pemeriksaan tidak dapat segera dilakukan, maka berwarna. Jika kista tampak, konfirmasi dengan
narus digunakan pengawet. Buffer natrium fosfat atau satu tetes larutan iodin pada sediaan salin. lodin
<alium fosfat dan gliserol dapat digunakan untuk bakteri akan mewarnai inti dan vakuola glikogen kista,
patogen. Polyvinytalcohol dapat digunakan untuk parasit tapi tidak mewarnai badan kromatoid kista E
Can telurnya. histolytico.
Tambahan :
Media untuk Kultur Tinja - Sediaan biru metilen untuk mencari leukosit tinja
Vedia kultur tinja yang biasa digunakan adalah agar Mac jika tinja tidak berbentuk. Leukosit tinja: cari sel
Conkey atau agar EMB, agar Xylose-lysine-deoxychoLote MN dan PMN (sel pus). Sel pus berhubungan
XLD) atau agar Hektoen Enteric (HE), GN enricment dengan bakteri yang menyebabkan inflamasi
broth, dan Compy-Bop untuk menumbuhkan spesies usus besar, seperti Shigello, Salmonello (kecuali
Compylobocter. S. typhi), dan Compylobacter. Banyak sel pus
Kombinasi agar Mac Conkey, agar HE, dan GN juga ditemukan pada kolitis ulseratif. Sel pus
enrichment broth paling sering digunakan untuk kultur yang sedikit pada disentri amuba dan infeksi
tinja. Sebagai tambahan, dapat digunakan media agar yang disebabkan stroin invasive E coli (EIEA).
chenytethyl olcohol (PEA) atau agar colistin-nolidixic Tidak ada atau sedikit pada infeksi toxigenic E.
rcld (CAN) untuk menumbuhkan stophylococci alau coli (ETEC), diare rotavirus dan kolera. SeIMN
ragi dari spesimen tinja neonatus atau penderita yang terutama ditemukan pada tifoid dan beberapa
'nemakai antibiotika jangka panjang. Media selektif infeksi parasit termasuk disentri amuba.
seperti agar Wilson-Blair bismuth sulfite digunakan untuk - Hapusan bosic fuchsin untuk mencari
rrenumbuhka n Sqlmonello typhi. Agar sorbitol MacConkey Compylobocter bila tinja tidak berbentuk dan atau
canyak digunakan untuk identifikasi strain E. coli terdapat darah, pus, atau mukus. Campylobacter
e nte rohoemorrh o gic 01 57'.H7 (sorbitol negatif dan terlihat tampak sebagai bakteri yang kecil licin, berbentuk
.roloni yang tidak berpigmen). Untuk menumbuhkan C. spiral, sering seperti sayap burung cama1 bentuk
Difficile, dapat digunakan agar cycloserine cefoxitin egg S, atau bentuk sPirochaeta Pefraet.
_,, o Lk f ructose (CCFA). - Motilitas dan tes imobilisasi slide jika dicurigai
remeriksaan mikrobiologi membutuhkan waktu sekitar kolera. Periksa kullut vibrio dalam larutan alkali
empat hari. Pemeriksaan mikrobiologi tinja hari ke-1;14 pepton. Sediaan terbaik diperiksa dengan
'. Makroskopik: warna, konsistensi tinja, ada tidaknya mikroskop lapangan gelap. Jika motilitas
mukus, darah, pus, cacing. Tinja normal berwarna khas tampak pada pemeriksaan kultur vibrio

,rKuman Patogen, :Kuman Komensal

Gram positif ' Gram negatif Gram positif Gram negatif : ,

Ctostridiam pe rf r in g e n s Shigella'sp Enteracacfti eali


Escherichia ., r ,

(tipe A dan C) An no e robjc streptococc i Proteus ,

Clostrid'tum difficile ,Sohnone$a sp Lactobacitli Enterobacter"


Bocillus cereus(toksin) Escherichio cali Clostridia Hafnia l
. (ETEC,EIEC,EPEC) Citrobacter
aureus (toksin) ,Vibr[o'cholerqe O1
Mdrgonelta : : ':
S.
Vibrio sp l*in
Ye rs in ia ente ro co litieo Serrgtio:. r:::i ::
Klebsiello
Bacteroides'sp
P seudom onos aeroginoso
248 LABORATORIUM KLINIK

dalam larutan alkali pepton, berikan 1 tetes Pemeriksaan hari ke-2, dan seterusnya: la
antisera polivalen V. choLerqe O group l. Bila
Kultur:
menjadi tidak bergerak dalam 5 menit, kuman
Rutin:
tersebut kemungkinan V choleroe O7. Tapi jika
tidak,diagnosis kolera belum dapat disingkirkan
- Kultur agar XLD dan larutan selenite. ShigeLlae dan
Solmonellq typhi menghasilkan koloni merah 1-2
karena kadang-kadang V. cholerae O1 tidak
mm pada agarXLD,juga beberapa strain Proteus,
menggumpal dengan antisera polivalen ll
Edwordsiello, Arizono. E. coli, Serrotio, Citrobocten
cholerae O group 7 menggunakan cara tersebut.
Klebsiello dan beberapa strain Proteus berwarna
3. Kultur
kuning.
Jika tinja berbentuk alau semiformed, buat suspensi
tebal dalam 1 mL larutan pepton steril. Tambahan :

Rutin: - Kultur media Compylobocter. C. jejuni dan C.


- Agar XyLose lysine deoxycholate (XLD) dan coli menghasilkan koloni nonhemolitik. Jika ada
. kaldu selenite, diinkubasi 24 jam, 37 "C. Agar pertumbuhan, lanjutkan dengan melakukan tes
XLD merupakan media selektif untuk yang oksidase dan katalase. CompyLobocter kedua tes
direkomendasikan untuk isolasi Solmonelloe tersebut positif. Kemudian periksa hapusan bosic
dan Shigelloe dari spesimen tinja, mengandung fuchsin dan sediaan salin. Jika mikroaerofilik, oksi-
indikator merah fenol. Basa warna merah, asam dase dan katalase positif bentuk spiral dan aktif
warna kuning, pH media 7,4.Shigelloe membentuk bergera k di identifikasi sebagai Ca m pylo bocte r.
koloni merah karena tidak memfermentasi laktosa, - Kultur agar TCBS. V. choleroe memfermentasi
sukrosa, atau xylosa. Solmonella juqa membentuk sukrosa dan menghasilkan koloni kuning 2-3
koloni merah, walaupun memfermentasi xylosa mm dan media warna kuning. Dengan inkubasi
karena memecah lisin yang menghasilkan basa. diperpanjang (48 jam atau lebih) koloni menjadi
H2S dihasilkan dengan tengah koloniwarna hitam. hijau. V parohaemolytiius tidak memfermentasi
Beberapa slrain Proteus, Arbona, dan EdwqrdsielLo sukrosa dan menghasilkan koloni hijau biru,
membentuk koloni merah dengan bagian tengah 2-3 mm pada agar ICBS. Vmimicus juga tidak
hltam. Spesies E. coli, Enterobacter, dan beberapa memfermentasi sukrosa. Spesies Aeromonas
Enterobacter Iain menghasilkan koloni kuning dan enterococci menghasilkan koloni kuning
karena mem-fermentasi karbohidrat. kecil. Strain Proteus menghasilkan koloni kuning
Selenite F broth merupakan media selektif dan atau kehijauan dengan bagian tengah hitam.
e n rich me nt untuk so lmo ne llo e. Beberapa strain Pseu,fl.omonas membentuk
Tambahan:
koloni hijau kecil. lsolasi dicurigai V. cholerae
- Media Compylobocter: jika pasien di bawah 2
Ol bila fermentasi sukrosa, oksidase positil
Gram negatif, dan aglutinasi antiseri polivalen
tahun atau dicurigai Campylobocter enteritis.
V. cholerae O7. V. parohoemolyticus dicurigai bila
lnkubasi dalam candle jor 42.C24 jam atau 37.C
48 jam.
tidak memfermentasi sukrosa, oksidase positif
Gram negatif, tidak tumbuh pada larutan pepton
- Larutan alkali pepton dan agar TCBS: jika kolera
tanpa NaCl atau NaCl 10%,tapi tumbuh di NaCl
atau keracunan makanan V. porohoemolyticus
8%. Bila tumbuh di larutan pepton tanpa NaCl,
dicurigai. lnokulasi dalam larutan pepton alkali,
tapi tidak tumbuh di NaCl 8% dan 10% dicurigai
inkubasi 35-37.C 5-8jam. Subkultur ke agar TCBS
( tiosulfat sitrat bile salt sukrosa), inkubasi 35- V mimicus.
jam. choleroe juga dapat tumbuh pada
- Kultur agar Mac Conkey atau SS pada suhu kamar.
,37'C 24 V.
Setela h i n ku ba si 24 -48 jam 20 -28"C, ke ba nya ka n
suhu kamar.
- strain Y enterocolitica menghasilkan koloni kecil
Agar Mac Conkey atau SS jika dicurigai yersinio
0,5-1 inm tidak memfermentasi laktosa. lsolasi
enterocoLiticq. lnkubasi secara aerob suhu kamar
48 jam.
dicurigai Y enterocolitico jika motil pada suhu
20-28"C tapi non motil pada suhu 35-37.C, urease
- lnvestigasi enteritis yang disebabkan patogenik
positif fenilalanin deaminase negatif, oxidase
E.coli
negatif, pada KIA basa asam tanpa gas dan tanpa
- lnvestigasi keracunan makanan yang disebabkan
HrS. Kebanyakan strain menunjukkan pewarnaan
clostridio, S. oureus, B. cereus.
bipolar.
ANALISIS TINJA 249

REFERENSI

Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. ]akarta:


Dian Rakyat. 1984. p.180-5.
Sukartini N. Update analisis tinja [Naskah Lokakarya
Bl. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2005.
]akarta: Departemen Patologi Klinik FKUI / RSLIPN Cipto
Mangunkusumo. 2005.
Wallach ]8. Interpretation of diagnostic tests. 8th ed. New
York: Lippincott Williams & Wilkins. 2007.
Brunzel NA. Fundamentals of urine body fluid analysis. 2nd
ed. Philadelphia : Saunders. 2004.
Jacobs DS, Kasten BL, DeMott I\rR, Wolfson WL. Laboratory
test handbook. 2nd ed. Baltimore: Lexi-Comp Inc. Williams
& Wilkins. 1990.
StrasingerSK. Urinalysis and body fluids.3rd ed. Philadelphia:
F.A.Davis CompNry ; 1994.
McPherson ], editor. Manual of use and interpretation
of pathology tests. 2nd ed. Sydney: The Royal College of
Pathologists of Australasia. 1997.
Tietz NW. Pancreatic function and intestinal absorption.
In: Tietz NW, editor. Fundamentals of clinical chemistry.
Philadelphia: W. B. Saunders co. 197 0. p. 806-32.
Timan IS. Malabsorpsi dan diare [Naskah Lokakarya
Bl. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2005.
Jakarta: Departemen Patologi Klinik FKUI / RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
10. Hill PG. Gastric, pancreatic and intestinal function. In: Burtis
CA, Ashwood E& Bruns DE, editors. Tietz textbook of clinical
chemistry and molecular diagnostics. 4th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2006. p. 7849-89.
11. Wirawan R. Pemeriksaan darah dalam tinja [Naskah
Lokakarya Bl. Pendidikan Berkesinambt.urgan Patologi Klinik
2005; Jakarta: Departemen Patologi Klinik FKUI / RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
72 Pagana KD, Pagana TJ. Mosby's manual of diagnostic and
laboratory tests. 2nd ed. St. Louis: Mosby Inc.. 2002.
13 C. difficile toxin A+B antigen detection microwell ELISA
[package insert]. Calabasas: Diagnostic Automation, Inc.
2004.
14. Cheesbrough M. Medical laboratory manual of tropical
countries. Oxford: Butterworth Heinemarm. 1984.
15. Frankel S, Reitman 9 Sonnenwirth AC. Gradwotrl's clinical
laboratory methods and diagnosis. 7th ed ed. St. Louis: CV
Mosby. 1970.
76. Mac Faddin JF. Biochemical test for identification of medical
bacteria. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins. 1999.
77. Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines
and Biological WHO. Background document: the diagnosis,
teatment and prevention of typhoid fever. Ceneva: tr\rHO.
2003.
29
TES FUNGSI GINIAL
Aida Lydia, Pringgodigdo Nugroho

Sebelum membahas tes fungsi ginjal, sebaiknya kita bahas gangguan ginjal dan untuk mengikuti perjalanan penyakit
sedikit mengenai fisiologi normal ginjal. Ginjal melakukan ginjal, tetapi LFG tidak memberikan informasi mengenai
beberapa proses penting: penyebab penyakit ginjal. Bab ini akan membahas perihal
. Ginjal mempunyai peranan dalam memelihara penilaian LFG.
lingkungan ekstraseluler yang dibutuhkan sel untuk
berfungsi secara adekuat. Hal tersebut dicapai LAJU FILTRASI GLOMERUTUS
dengan ekskresi sisa produk metabolisme (seperti Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan produk dari rata-
urea, kreatinin, dan asam urat) dan dengan mengatur rata laju filtrasi setiap nefron, unit filtrasi ginjal, dikalikan
ekskresi air dan elektrolit agar sesuai dengan asupan dengan jumlah nefron di kedua ginjal. pemeriksaan ini
dan produksi endogen. Ginjal dapat mengatur secara masih merupakan indikator fungsi ginjal yang terbaik.
mandiri ekskresi air dan solut seperti natrium, kalium Untuk setiap nefron, filtrasi dipengaruhi oleh aliran
dan hidrogen, dengan cara mengubah reabsorpsi dan plasma, perbedaan tekanan, luas permukaan kapiler dan
sekresi di tubulus. permeabilitas kapiler.
. Ginjal mempunyai fungsi sekresi hormon yang Nilai laju filtrasi glomerulus bergantung pada jenis
berperan dalam mengatur hemodinamik renal dan kelamin, usia, ukuran tubuh, aktiVitas fisik, diet, terapi
sistemik (renin, prostaglandin, dan bradikinin), farmakologi dan keadaan fisiologis tertentu seperti
produksi sel darah merah (eritropoietin), dan kehamilan. Untuk wanita, nilai laju filtrasi domerulus
metabolisme kalsium, fosfor dan tulang (1,25- yang normal adalah 120 ml/menit per 1,73 m2,
dihydroxy-vitamin D3 atau kalsitriol). sedangkan untuk pria nilai normalnya adalah 130 hl/
Pada pasien dengan penyakit ginjal, beberapa atau menit per 1,73 m2. Laju filtrasi glomerulus bervariasi
semua fungsi tersebut dapat menurun atau sama sekali sesuai dengan ukuran tubuh, sehingga perlu disesuaikan
tidak berfungsi. Sebagai contoh, pasien dengan Diabetes dengan area permukaan tubuh, yaitu 1,73 m2. Walaupun
lnsipidus Nefrogenik mempunyai penurunan kemampuan telah disesuaikan dengan area permukaan tubuh, LFG
untuk mengkonsentrasikan urin, tetapi fungsi lainnya diperkirakan 8% lebih tinggi pada pria dibandingkan
normal. Sedangkan pada pasien dengan penyakit Ginjal wanita. Setelah usia 40 tahun, LFG menurun sebanyak
Tahap Akhia semua fungsi ginjal dapat terganggu secara 0,75 ml/menit tiap tahunnya. Selama kehamilan, LFG
signifikan, sehingga menyebabkan retensi toksin uremia, meningkat sebanyak 50o/o pada trimester pertama dan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang nyata, kembali normal setelah melahirkan. LFG memiliki variasi
anemia, dan gangguan mineral dan tulang. diurnal dan 10o/o lebih rendah pada tengah malam
Pada saat penyakit ginjal didiagnosis, adanya disfungsi dibandingkan sore hari.
atau derajat gangguan fungsi dan kecepatan progresi il
perlu dinilai, dan penyakit yang mendasarinya didiagnosis. PENGUKURAN LAJU FILTRASI GTOMERULUS
d

,1

Walaupun anamnesis dan pemeriksaan fisik penting, Laju filtrasi glomerulus tidak dapat diukur secara langsung,
{
tetapi informasi yang berguna didapat dari estimasi Laju oleh karena itu unt!k menentukan nilai LFG dilakukan
Filtrasi Glomerulus (LFG) dan pemeriksaan sedimen urin. pengukuran terhadap klirens urin dari suatu petanda
I
Estimasi LFG digunaka-n di klinik untuk menilai derajat filtrasi tertentu.

250
TES FUNGSI GINJAL 251

Konsep Klirens mengukur laju filtrasi glomerulus. Nilai klirens inulin pada
Klirens suatu zat didefinisikan sebagai volume plasma dewasa muda yang sehat sekitar 127 ml/menitper 1,73 m2
yang dibersihkan dari suatu petanda filtrasi dengan cara untuk pria dan 118 mllmenit per '1,73 m2 untuk wanita.
ekskresi per satuan waktu. Klirens suatu zat x (Cx) dapat Metode yang digunakan untuk menilai klirens inulin
dihitung dengan rumus Cx = AxlPx dimana Ax adalah memerlukan infus inulin secara lV yang terus menerus
jumlah x yang dibersihkan dari plasma, Px adalah rerata serta pengumpulan urin yang membutuhkan waktu cukup
konsentrasi plasma, dan Cx disebutkan dalam satuan lama. Karena sulitnya teknik ini, dan juga pengukuran
volume per waktu. Klirens suatu zat x adalah junrlah klirens inulin membutuhkan pemeriksaan kimia yang cukup
urin dan klirens ekstrarenal. Untuk zat yang dieliminasi rumit, maka klirens inulin tidak digunakan secara umum
melalui ginjal dan jalur ekstrarenal, klirens plasma lebih pada praktek klinis untuk menilai fungsi ginjal. Teknik ini
tinggi dari klirens urin. biasanya digunakan sebagai suatu alat penelitian. Selain
itu, inulin juga mahal dan sulit untuk didapatkan.
Klirens Urin Selain inulin, petanda eksogen lainyang dapatdigunakan
Klirens urin adalah istilah yang diperkenalkan oleh antara lain iothalamate, iohexol, ethylenediaminetetraacetic
Homer Smith untuk menilai LFG. Jumlah suatu zat x yang acid, and diethylenetriaminepentaacetic acid. Pengukuran
diekskresikan di urin dapat dihitung sebagai produk laju klirens menggunakan petanda eksogen maSih sangat
aliran urin (V) dan konsentrasi urin (Ux). Sehingga, klirens mahal, kompleks dan sulit untuk dilakukan di praktek
urin didefinisikan sebagai berikut: klinis.

ft =(tJx.V)/px
Petanda Filtrasi Endogen
Ekskresi suatu zat dalam urin bergantung pada filtrasi Terdapat beberapa jenis petanda endogen yang dapat
di glomerulus, sekresi tubulus dan reabsorbsi tubulus. digunakan untuk menilai laju filtasi glomerulus antara lain
Suatu zat yang dapat difiltrasi namun tidak disekresi atau urea, kreatinin dan sistatin C. Urea dan kreatinin paling
direabsorbsi oleh tubulus adalah petanda filtrasi yang ideal sering digunakan karena mudah didapatkan. Sistatin C
karena klirens zat tersebut di urin dapat digunakan untuk merupakan petanda baru yang cukup menjanjikan untuk
mengukur LFG. Untuk zat-zat tertentu yang dapat difiltrasi menilai laju filtrasi glomerulus.
dan juga disekresikan oleh tubulus, klirens lebih tinggi dari
LFG, sedangkan untuk zat yang terfiltrasi dan direabsorbsi
Kreatinin. Kreatinin merupakan suatu asam amino
endogen yang memiliki berat molekul 113 dalton dan
kembali, nilai klirens Iebih rendah dibandingkan LFG.
Pengukuran klirens urin memerlukan pengumpulan urin
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. Zat ini adalah
hasil katabolisme otot dari kreatinin dan kreatinin
dalam waktu tertentu untuk mengukur volume urin, dan
konsentrasi urin dan plasma dari petanda filtrasi. Perhatian
fosfat melalui proses ari'tiOrasi nonenzimatik. Laju
produksi kreatinin sesuai dengan ju'mlah massa otot di
khusus diperlukan untuk mencegah pengumpulan urin
yang tidak komplit, yang akan mempengaruhi akurasi tubuh yang dapat diperkirakan dari ush, jenis kelamin,.
penghitungan klirens.
ras dan ukuran tubuh. Sumber lain kreatinin adalah
kreatinin yang berasal dari daging yang dimakan dan
suplemen kreatinin. Kreatinin juga terdapat dalam
Klirens Plasma
sekresi intestin, dan dapat didegradasi oleh bakteri
Klirens plasma menghindari perlunya pengumpulan urin
usus.,Pada keadaan laju filtrasi glomerulus yang turun,
dalam waktu tertentu pada pengukuran klirens urin. LFG
rute eliminasi kreatinin ekstrarenal ini turut meningkat.
dihitung dari klirens plasma (Cx) setelah injeksi intravena
Antibiotik dapat meningkatkan kadar serum kreatinin
bolus petanda filtrasi eksogen. Klirens (Cx) dihitung
dengan cara menghancurkan flora normal usus, sehingga
dari jumlah petanda yang diberikan (Ax) dibagi dengan
mengganggu eliminasi kreatinin ekstrarenal.
konsentrasi plasma (Px). Sama seperti klirens urin, klirens
plasma dari suatu zat bergantung pada filtrasi glomerulus,
Penggunaan kreatinin sebagai petanda untuk
menguktr laju filtrasi glomerulus memiliki beberapa
sekresi dan reabsorpsi tubulus serta eliminasi ekstrarenal.
keuntungan seperti pemeriksaannya murah dan mudah
Laju filtrasi glomerulus diukur dari klirens plasma dengan
rumus sebagai berikut
didapatkan. Kreatinin dilepaskan ke sirkulasi secara
:
konstan, zat ini tidak terikat pada protein dan secara
Cx = Ax/Px bebas difiltrasi melewati membran glomerulus. Zat ini
tidak direabsorbsi di tubulus dan hanya sebagian kecil
Petanda Filtrasi Eksogen yang disekresikan lewat tubulus.
lnulin merupakan suatu polimer fruktosa berukuran 5200 Beberapa obat seperti trimetophrim dan cimetidine
dalton dan klirensnya merupakan standar baku emas untuk merupakan penghambat kompetitif sekresi kreatinin
252 LABORATORIUM KLINIK

dan menurunkan klirens kreatinin. Obat-obatan ini akan Rumus Cockcroft-Gault


menyebabkan peningkatan kadar kreatinin serum tanpa Rumus ini pertama kali dikembangkan pada tahun
mempengaruhi laju filtrasi glomerulus. 1973 dari data 249 laki-laki dengan klirens kreatinin
Klirens kreatinin dapat diukur dengan pengukuran berkisar antara 30-130 ml/menit. Rumus Cockcroft-
ekskresi kreatinin dalam urin 24 jam dan pengukuran Gault mengestimasi klirens kreatinin berdasarkan usia,
tunggal kadar kreatinin serum. Pada pengukuran seperti jenis kelamin, berat badan dan kadar serum kreatinin.
ini, ekskresi kreatinin sekitar 20-25 mg/kg BB per hari Untuk wanita, formulasi ini disesuaikan dengan asumsi
untuk laki-laki dan '15-20 mglkgBB per hari untuk wanita. kadar kreatinin pada wanita 15% lebih rendah karena
Klirens kreatinin secara sistem atis overestimofe laju filtrasi jumlah massa otot.
glomerulus karena adanya sekresi kreatinin dari tubulus.
Ccr(ml/min)=
Dahulu, jumlah kreatinin yang diekskresikan dari tubulus
{[(140-usia (thn)) x berat badan (kg)] x 0.85 (ika perempuan))
relatif kecil yaitu sekitar 10o/o-15o/o, namun dengan adanya
pemeriksaan yang lebih akurat diperkirakan nilai yang
Keterbatasan yang dimiliki oleh rumus ini adalah 1).
diekskresikan tersebut lebih besar. Pada keadaan nilai
Rumus ini kurang akurat untuk LFG di atas 60 ml/
laju filtrasi glomerulus yang rendah, jumlah kreatinin
menit. 2). Rumus ini lebih memperhitungkan klirens
yang diekskresikan oleh sekresi tubulus melebihi jumlah
kreatinin daripada laju filtrasi glomerulus, sehingga
kreatinin yang difiltrasi.
dapat terjadi overestimasi LFG. 3). Pemeriksaan yang
. PemeriksaanKreatinin digunakan untuk mengukur kadar kreatinin saat
Metode yang paling banyak digunakan untuk membuat rumus ini adalah dengan pemeriksaan lama,
pemeriksaan kreatinin adalah metode Jaffe (metode sehingga tidak dapat dikalibrasikan dengan metode
alkalin pikrat) yang didasarkan pada reaksi dari pemeriksaan kreatinin terbaru.
kreatinin dan alkalin pikrat. Berbagai kromogen Berbagai obat diekskresikan oleh ginjal dan
selain kreatinin dapat menganggu pemeriksaan, dan harus dilakukan penyesuaian dosis saat laju filtrasi
menyebabkan kesalahan pada sekitar 20% subjek. glomerulus menurun. Rumus Cockcroft-Gault telah
Keton, glukosa, fruktosa, protein, urea dan asam digunakan secara luas untuk penyesuaian dosis obat
askorbat dapat beraksi pula dengan pikrat, sehingga tersebut.
menyebabkan peningkatan kadar kreatinin palsu.
Rumus Studi Modification of Diet in Renal Diseose
Tanpa menghilangkan kromogen non-kreatinin,
(MDRD)
nilai normal kreatinin dengan metode Jaffe adalah
Rumus MDRD dikembangkan pada tahun 1999
1;6-1,9 mgldl untuk orang dewasa. Sedangkan, saat
dengan menggunakan data dari 1628 pasien
kromogen non-kreatinin dihilangkan, maka nilai
dengan penyakit ginjal kronik. Rumus ini awalnya
normal kreatinin sekitar 1,2-1 ,4 mg/dl. Kadar untuk
menggunakan enam variabel yang kemudian direvisi
wanita 0,1-0,2 mgldL lebih rendah.
menjadi empat varibel yaitu kadar seruri kreatinin,
Kreatinin dapat pula diukur secara enzimatik
usia, jenis kelamin dan ras. Rumus ini telah dival[dasi
menggunakan creotinine omidohydrolase alau
Untuk pasien dengan penyakit ginjal diabetik, resipien
creatinine iminohydrolose. Pengukuran secara
transplan ginjal serta untuk pasien dengan ras Afrika-
enzimatik ini tidak mendeteksi kromogen selain
Amerika. Validitas rumus ini independen terhadap
kreatinin, sehingga nilai kreatinin yang ditujukan lebih
etiologi penyakit ginjal kronik. Pada tahun 2004, The
rendah dibandingkan dengan metode Jaffe.
Nqtional Kidney Disease Educotion Progrom of the
Rumus untuk Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus Nationol lnstitute of Diabetes and Digestive ond Kidney
Menggunakan Kreatinin Plasma Diseases merekomendasikan penggunaan rumus ini
Laju filtrasi glomerulus dapat diprediksi dari kadar untuk memprediksi nilai laju filtrasi glomerulus.
serum kreatinin menggunakan rumus yang memiliki
variabel antara lain usia, jenis kelamin, ras, ukuran
LFG (ml/rnin/1.73 m2) = 186 x Scr (mgldl)-1i,lSq ,
Umur-0,2.03 x 0,742 (jika perempuan) x 1,210 (jika
tubuh. Berbagai rumus telah dibuat untuk mengukur
ras Afrika-Amerika)
laju filtrasi glomerulus seakurat mungkin, namun
masih saja ditemui berbagai keterbatasan terutama Rumus ini memiliki beberapa keunggulan, antara
untuk pasien-pasien yang diamputasi, memiliki ukuran lain tidak membutuhkan tinggi atau berat badan dan
tubuh yang lebih besar atau lebih.kecil dari rata-rata, telah divalidasi untuk resipien transplan ginjal maupun
pasien dengan muscle wosting syndrome ataupun ras Afrika Amerika.
pasien dengan diet daging yang lebih tinggi atau Rumus Chronic Kidney Disease Epidemiology
lebih rendah dari rata-rata. Collaboration (CKD-EPl)
TES FUNGSI GINJAT 253

Rumus baru CKD-EPl dibuat berdasarkan data sebagai penanda kerusakan dari sel epitel tubulus dalam
subyek yang banyak dari studi dengan karakteristik hal ini sel tubulus proksimal ginjal. Pembentukan sistatin
populasi yang beragam, pasien dengan atau C tidak terlalu bervariasi antara satu individu ke individu
tanpa penyakit ginjal kronik, diabetes dan pasien yang lainnya bila dibandingkan dengan kreatinin. Laju
transplantasi. Rumus ini masih menggunakan empat produksi sistatin C tidak dipengaruhi oleh faktor massa
variabel rumus MDRD tetapi menggunakan model otot, jenis kelamin dan juga ras. Dari'beberapa penelitian
hubungan.antara LFG dan kreatinin serum yang didapatkan inflamasi, jaringan lemak, penyakit tiroid,
berbeda. Model yang berbeda ini secara sebagian keganasan tertentu dan penggunaan kortikosteroid dapat
memperbaiki underestimasi LFG pada nilai yang lebih meningkatkan kadar sistatin C.

tinggi yang didapatkan pada rumus MDRD. Sehingga Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dapat diguna-
rumus CKD-EPl sama akuratnya dengan rumus MDRD kan untuk menilai sistatin C yaitu particle enhanced
pada LFG dibawah 60 mllmin per 1,73 m2 dan lebih turbidimetric immu noassoy (PETIA) dan particle-enhonced
akurat pada nilai LFG yang lebih tinggi. etric im m u n oo ssoy (PEN lA). Bebera pa penel itia n
n e p he lo m

terakhir membandingkan kadar serum kreatinin dan


LFG (mllmin/1.73 mz) = 141 x min(Scr/r,1) x max(Scr/
sistatin C sebagai prediktor fungsi ginjal. Dari penelitian
r,1)1,209 x 0,993umur x 1,018 (jika perempuan) x
tersebut disimpulkan bahwa Sistatin C jauh.lebih baik
1,157 (jika ras Afrika-Amerika)
dibandingkan kreatinin. Walaupun demikian, sistatin C
Rumus ini dapat membeiikan estimasi LFG pada masih mahal dan belum terlalu banyak digunakan.
seluruh kisaran nilai LFG tanpa bias yang bermakna. Pada populasi tertentu seperti pada anak-anak,
Beberapa penulis berpendapat bahwa rumus CKD-EPl orang tua, pasien transplantasi, pasien dengan penyakit
sebaiknya digunakan di klinik untuk menggantikan neuromuskular atau'liver serta individu dengan nilai LFG
rumus MDRD. yang tinggi, sistatin C dapat memprediksi fungsi ginjal
Urea. Urea adalah suatu molekul dengan berat molekul dengan lebih baik. Pasien dengan gagal ginjal akut, kadar
60 d, dihasilkan dari katabolisme protein oleh hati. serum sistatin C meningikat lebih cepat dibandingkan
Beberapa faktor yang meningkatkan produksi urea serum kreatinin. Walaupun demikian, masih dibutuhkan
meliputi peningkatan jumlah protein dalam tubuh lebih banyak data untuk menyatakan bahwa sistatin C lebih
akibat hiperalimentasi ataupun reabsorbsi darah akurat dalam mendeteksi perubahan fungsi ginjal.
setelah terjadinya perdarahan gastrointestinal. lnfeksi,
penggunaan kortikosteroid atau kemoterapi juga
meningkatkan produksi urea. Penurunan produksi urea APLIKASI KLINIS ESTIMASI LAJU FILTRASI
terjadi pada keadaan malnutrisi berat dan penyakit GTOMERULUS
liver. Kadar urea serum mempunyai peran yang terbatas
untuk menilai LFG disebabkan banyaknya variabel non- Estimasi laju filtrasi glomerulu3 diperlukan untuk
LFG yang berpengaruh, terutama pembentukannya dan
mendeteksi, evaluasi dan penatalakSanaan penyakit
reabsorpsinya di tubulus.
ginjal kronik. Penggunaan kadar serum kreatinin saja
Urea difilrasi secara bebas oleh glomerulus dan untuk menilai laju filtrasi glomerulus tidak menunjukkan
direabsorbsi kembali secara pasif di nefron proksimal hasil yang memuaskan, dan dapat menyebabkan
keterlambatan dalam mendeteksi penyakit ginjal kronik
dan distal. Penurunan perfusi ginjal seperti pada
serta pengklasifikasian derajat penyakit ginjal kronik.
keadaan kekurangan cairan dan keadaaan antidiuresis,
meningkatkan reabsorpsi urea. Akibat reabsorpsi tubulus Rumus yang digunakan untuk mengestimasi laju
ini, klirens urin urea menunjukkan nilai estimasi LFG yang
filtrasi ginjal menggunakan kadar serum kreatinin masih
lebih rendah. mempunyai kekurangan, terutama untuk pasien yang
memiliki permasalahan dengan jumlah massa otot. Pada
Sistatin C. Sistatin C adalah suatu asam amino dengan keadaan seperti ini, pengukuran laju filtrasi glomerulus
berat molekul 13kD inhibitor cysteine proteinase yang menggtnakan petanda eksogen atau klirens urin lebih
dapat difiltrasi secara bebas di glomerulus. Seluruh sel a ku rat.
berinii memproduksi substansi ini dan laju produksi- Pada gangguan ginjal akut terdapat keterlambatan
nya relatif konstan dari usia 4 bulan hingga 70 tahun. sebelum terjadi peningkatan kadar serum petanda filtrasi
Zat ini sedang dikembangkan sebagai pengganti serum endogen akibat perlunya waktu untuk retensi. Sebaliknya,
kreatinin untuk memprediksi laju filtrasi glomerulus. setelah terjadi perbaikan LFG, terdapat keterlambatan
Setelah difiltrasi, sistatin C direabsorbsi seluruhnya dan penurunan kadar serum petanda akibat perlunya waktu
dikatabolisme oleh sel epitel tubulus. Oleh karena itu, untuk ekskresi petanda yang tadinya teretensi. Walaupun
ditemukannya sistatin C di dalam urin dapat digunakan begitu, perubahan estimasi LFG pada keadaan akut dapat
254 LABORATORIUM KLINIK

berguna sebagai indikator besar dan arah perubahan


LFG.

REFERENSI

Inker LA" Perrone RD. Assessment of kidney function: Serum


creatinine; BUN; and GFR. In: UpToDate, Basow, DS (Ed),
UpToDate, Waltham, MAv 2011.
Stevens LA" Shastri S, Levey AS. Assesment of Renal Function.
In:Floege J, Johnson R, Feehally J (Ed), Comprehensive
Clinical Nepfuology 4th edition. Philadelphia: WB Saunders;
2010.
McPherson RA, Pincus MR. Henry's Clinical Diagnosis
and Management by Laboratory Methods 21st edition.
. Philadelphia: WB Saunders;2007.
Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. Assesing Kidney
Function: Measured and Estimated Glomerular Filtration
Rate. N Engl ] Med 2006. 354:2473-83.
Levey A" Coresh J, Balk E, Kausz AT, Levin A, Steffes MW, et. Al.
National Kidney Foundation Practice Guidelines for Chronic
Kidney Disease: Evaluatioo Classification, and Stratification.
Ann Intem Med. 2003: 139; 137 47.
Stevens L, Levey A. Measured GFR as a Confirmatory Test for
Estimated GFR. I Am Soc Nephrol 2009 . 20: 2g0S-12 .
30
TES PENANDA DIAGNOSTIK IANTUNG
Marzuki Suryaatmadja

PENDAHULUAN dianjurkan adalah peningkatan CK dan CKMB (sebagai


baku emas) pada 2 hari pertama sakit dan juga LDH dan
Penemuan peningkatan kadar serum glutamate oxoloocetate HBDH bila pasien datang lambat, lewat 2 hari setelah
tronsferose (SGOT) alau osportote tronsominose (AST) serangan, sesuai dengan pola perubahan keaktifan (kadar)
dalam darah yang berasal dari 2 orang pasien dengan enzim-enzim tersebut. Sebagai penanda biokimia jantung,
infark miokard akut (lMA) oleh Wroblewski dan La Due kemudian dari penanda enzim diperluas dengan berbagai
pada tahun 1954 yang dilaporkan dalam jurnal Science protein seperti myoglobin, troponin (TnT dan Tnl), heart
telah membuka era baru yaitu enzimologi diagnostik fotty ocid binding protein (HFABP), dan lain-lain. Pada tahun
dimana peningkatan kadar/aktivitas enzim dalam darah 2000 para cordiologist telah memilih troponin sebagai
menunjukkan adanya kerusakan sel/organ tertentu. baku emas baru penanda IMA dan ditegaskan kembali
Penemuan AST dilanjutkan dengan enzim loctote pada tahun 2007.1 4
fuhyd ro g e n o se (LD H) dan hyd roxyb uty rote d e hyd ro g e n a se Selain sebagai penanda'nekrosis miokard, ada banyak
(HBDH), kemudian creatine kinase (CK) total dengan penanda biokimia lain yang berkaitan dengan berbagai
isoenzim creatine kinase-MB (CKMB) sebagai penanda proses penyakit kardiovasku lar (PKV) seperti disli pidemia
enzim untuk infark miokard akut. Pada kriteria WHO untuk sebagai penanda pembentukan aterosklerosis, c-reoctive
diagnosis IMA pada tahun 1978, penandajantung yang protein (CRP) sebagai penanda inflamasi cian risiko,
ketidakstabilan plak, iskemia, ruptur plak, fungsi trombosit
dan hemostasis, dan B-notriuretic peptide (BNP) dan
N-terminol B-notriuretic peptide (NT-BNP) sebagai

Gnrbar 1. Triage diagnosis sindrom koroner akut berdasarkan


EC (2001) Gambar 2. Perubahan kadar penandajantung pada lMA.

255
256 LABORATORIUM KLINIK

METODE PEMERIKSAAN PENAN DA JANTUNG

Pada awalnya pemeriksaan keaktifan CK dan CK-MB


dilakukan dengan cara fotometris. Kemudian CK-MB juga
di peri ksa de nga n metoda i mu nolog is (im m u n oo ssoy), y ang

berdasarkan reaksi antigen-antibodi, sebagai CK-MB mass.


Dengan pengembangan penanda-penanda dari enzim
ke protein/peptida maka umumnya dipergunakan cara
imunologis, misalnya imunoturbidimetri, imunonefelometri,
e nzym e- Lin k-im m u n o - so rbe nt- o ssoy (ELl SA), e nzym e -

im m u noo ssay (El A), m ic ro - pa rticle -e nzyme- im m u noossay


(M E lA), el e ktroke m
i u m i nese n (e lectroc h e m ilu m in e sce nt -
I

immunoassay = ECLIA), dll. Oleh karena diperlukan


'Gambar 3. Grafik Perubahan Kadar penanda kecepatan hasil pemeriksaan penandajantung pada SKA
Jantung pada
STEMI. maka dikembangkan uji cepat yang dikenal sebagai point-
of-core-testinq (POCT). Uji ini dapat dikerjakan di tempat
penanda stres hemodinamik. Pendekatan ini dikenal pasien, kebanyakan dengan metoda imunokromatografi,
sebagai penanda ganda (multi morkers). Kini penanda yang menggunakan reagen kering. Pada permulaan cara
biokimia kardiovaskular telah manjadi bagian dari penata- ini memberikan hasil kualitatif (positif atau negatif) karena
laksanaan pasien dengan penyakit kardiovaskular untuk dibaca ada-tidaknya garis pada daerah uji. Kemudian cara
pencegahan primer, diagnosis dini dan pencegahan ini dikembangkan menjadi kuantitatif (hasil berupa angka
sekunder penyakit kardiovaskular; juga untuk prognosis kadar) dengan bantuan alat pembaca.
dan stratifikasi risiko.s Bahan untuk pemeriksaan dengan cara imuno-
Oleh karena penanda untuk diagnosis IMA pada kromatografi biasanya dengan darah utuh, sedangkan
pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat (lGD) atau untuk fotometris dan immunoossay biasanya dengan
emergency room (ER) dengan sindrom koroner akut (SKA) serum atau plasma heparin, atau EDTA atau sitrat.
amat penting dan diperiukan hasilnya secepatnya maka Dengan demikian terdapat pilihan pemeriksaan
pemeriksaan penanda jantung khususnya untuk deteksi dikerjakan di Laboratorium pusat atau di laboratorium satelit
nekrosis miokard dapat dikerjakan di laboratorium pusat atau setempat, dan dikerjakan dengan cara immunoossoy
atau di laboratorium satelit atau di tempat dengan atau uji cepat POCT. Keterbatasan pemeriksaan POCT adalah
men g g u na ka n al at po int- of- co re te st in g (POCT). kinerja analitiknya (ketelitian,,kepekaan dan batas deteksi)
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat yang umumnya kurang baik diijindingkan dengan metoda
beberapa penandajantung seperti hsCRB CK dan CK-MB, di laboratorium pusat yang menggunakan immunoossoy
troponin, hs-troponin, HFABP, dan BNp/ NT-BNp. Juga dengan reagen kimia basah. Keunggulan penGriksaan pOCT
akan dibahas metoda pemeriksaan penanda-penanda adalah terutama faktor kecepatan (waktu periksa sampai
tersebut. hasil = turn-oround-time) dan kemudahan pengerjaannya.

#kk&*
.sm ?lsrsh6l, Br&ffiir
'PfL1 :ffi,
:iffi'^ .1."1
,lff.^ .s / r.:'.
r.ck
-M(t
.?trffi\
..n!
^d.B
)r
'LV
BE*r]

Gambar 4. Pendekatan Kelainan Jantung lskemik dengan Gambar 5. Pemeriksaan Penandajantung dengan cara kualitatif
Banyak Penanda Jantung pada berbagai tahap perubahan. dan ku a ntitatif m en g g u na ka n al at P o int- of- c o r e Te st in g d an Alat
otomatis di Laboratorium Pusat.
TES PENANDA DIANOSTIK JANTUNG
257

H|GH SENSITIVE C-REACTIVE PROTE N (HSCRP) mendapat infark miokard dan penyakit vaskular perifer
berat. Namun kadar hsCRP > 10 mg/L perlu diulang dalam
CRP berupa molekul 105 kilo Dalton (kD), yang terdiri jangka waktu 2 minggu untuk menyingkirkan pengaruh
dari 5 rantai polipeptida yang identikyang membentuk inflamasi akut.6'10

suatu cincin. Sebagai protein fase akut (PFA) klasik,


CRP diproduksi di hati, yang paling pertama kadarnya
meningkat dengan cepat selama proses inflamasi.
Kompleks CRP mengaktifkan sistem komplemen, dimulai
dengan C1q, kemudian CRP mengawali opsonisasi
dan fagositosis sel penyerang tetapi fungsi utamanya
adalah mengikat dan mendetoksifikasi bahan toksik
endogen yang diproduksi sebagai hasil dari kerusakan
jaringa n.6
Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa
CRP pada kadar rendah, yang diperiksa dengan metoda
khusus, (high sensitive CRP) merupakan penanda yang
memprediksi risiko penyakit jantung koroner pada
seseorang yang tampak sehat dan sebagai indikator
prognosis kekambuhan. Peningkatan kadar CRP tidak
Gambar 6. Penafsiran kadar high sensitivity-C Reactive Protein
spesifik dan penafsirannya harus dilakukan bersama sebagai prediktor risiko kardiovaskular.
riwayat klinis lengkap Beberapa pedoman telah di-
terbitkan oleh the Americqn Heart Asssociofion (AHA)
dan Centers for Diseases Control ond Prevention (CDC) di
Amerika Serikat mengenai penggunaan tes hsCRP pada cREATtNE (TNASE (CK)
penilaian risiko kardiovaskular. Pengujian risiko tidak boleh
dilakukan bila terdapat indikasi infeksi, inflamasi sistemik, Dahulu enzim ini dinamakan creatine phospho-kinase
dan trauma. Hasil pemeriksaan hsCRP >10 mg/L yang (CPK) namun sekarang dikenal sebagai creatine kinase
menetap dan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (CK). Enzim ini ditemukan pada awal tahun 1960-an,
harus dinilai untuk penyebab bukan kardiovaskular. terdapat di ototjantung, otot rangka, otak dan beberapa
Pengukuran harus dilakukan pada pasien dengan organ lain. Pada tahun 1970-an dengan penemuan
keadaan metabolik stabil dan dibandingkan dengan data isoenzim maka CK sebagai,enzim dimerik dapat dibedakan
sebelumnya. Secara optimal, diambil rerata kadar hsCRP dalam 4 bentuk, yaitu isd6nzim sitosolik CK-MM (tipe
dari 2 nilai yang diukur terpisah dalam jangka waktu 2 otol / muscle type), CK-BB (tipe olak/ broin type), CK-MB,
minggu. Parameter hsCRP ini tidak disarankan untuk dan isoenzim mitokondrial. Oleh karenaritu CK total tidak
menggantikan faktor risiko kardiovaskular tradisional. spesifik sebagai penanda miokard. Pada pemeriksaan
Fenapisan pada populasi orang dewasa tidak dianjurkan. keaktifan CK total dengan cara fotometris, nilbi rujukan
Penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut (SKA) tidak boleh (tergantung metodik) umumnya <190 U/L untuk laki-laki
tergantung semata pada hasil hsCRP danjuga penerapan dan <167 untuk peremPuan.
cara pencegahan sekunder tidak boleh hanya berdasarkan
kadar hsCRP tetapi harus berdasarkan penilaian risiko
global. Pemantauan pengobatan tidak boleh didasarkan 0REATINE KTNASE- |SOENZ|M MB (CK-MB)
pada pengukuran hsCRP secara serial.
CK-MB adalah isoenzim CK yang terdapat terutama (1 5-
Pengukuran kadar hsCRP dapat dilakukan dengan
banyak metoda, umumnya secara immunoossoy misalnya 2Oo/o)di miokard dan sedikit di otot rangka (terutama
nefelometri, turbidimetri dan aglutinasi. Nilai rujukan CRP pada atlit). Pada lMA, CK-MB dideteksi dalam darah
yang dianut ada beberapa versi satuan, yaitu <0,5 mgl 3-8 jam setelah timbulnya gejala jantung dan masih
dL menurut IFCC/CRM 4780, atau <5,0 mgll atau <47,6 dapat dideteksi selama beberapa waktu tergantung dari
nmol/L; sekarang ini umumnya dipakai <5,0 mg/1. Untuk perjalanan kelainan. CK-MB juga dapat dideteksi pada
hsCRf berdasarkan rekomendasi CDC/AHA untuk penilaian kelainan di luarjantung misalnya pada rhabdomiolisis dan
msiko penyakit kardiovaskular, kadar berturut-turut < strok. Dalam lingkup diagnostik laboratorium, penetapan
1,0; 1.0-3.0; dan 3.0-10.0 mglL ditafsirkan memberikan CK total dan troponin dapat membantu membedakan
risiko relatif berturut-turut rendah, sedang, dan tinggi. gambaran klinis tersebut. Kepekaan (sensitivity) penetapan
Kadar hsCRP yang lebih tinggi lebih besar kemungkinan CK-MB tergantung dari waktu pengambilan sampel darah.
258 LABORATORIUM KLINIK

Karena itu penting pemantauan dengan pemeriksaan dibedakan antarajenis I I , dan C; yang penting untuk
ulang/ serial. Diagnosis IMA didasarkan pada 3 temuan, diagnostikjantung adalah Troponin T (TnT) dan Troponin
yaitu cKtotal >190u/L, CK-MB >24U/Ldan rasio cK-MB/ I (Tnl). Meskipun fungsi Troponin sama pada semua
CK total >6% (umumnya 6-250/o). otot lurik, TnT dan Tnl yang berasal dari ototjantung/
Pemeriksaan CK-MB dapat dilakukan dengan beberapa miokardium dapat dibedakan dari yang berasal dari
cara. Ada yang berdasarkan keaktifannya sebagai enzim otot skelet dengan menggunakan antibodi monoklonal,
(CK-MB oct), ada pula sebagai massa (CK-MB moss). dikenal sebagai cTnT dan cTnl. Berat molekul cTnT, 39,7
Pengu kuran CK-M B. berdasarkan keaktifannya dilaku kan kD sedangkan cTnl 23,9 kD. Keduanya bersifat spesifik
den gan fotomete4 biasanya dengan cara im m u noin hibitio n, dan sensitif untuk kerusakan miokardium. Pada lMA,
dan hasilnya dinyatakan secara kuantitatif dengan kadar cTnT serum meningkat sekitar 3-4 jan setelah
nilai rujukan <25 U/L. Pengukuran CK-MB berdasarkan gejala jantung dan dapat tetap tinggi sampai 14 hari,
massanya, dengan uji cepat kualitatif atau kuantitatif dan sedangkan kadar cTnl mulai meningkat sekitar 3-6
den gan cara e le ktro ke m ilu m in e se n im m u n oa ssoy, denga n jam setelah timbul gejala, mencapai puncaknya pada
n'rJairujukan <72 ng/mL untuk laki-laki dan <58 nglmL 12-16 jam, dan dapat menetap selama 4-9 hari. cTnT
untuk perempuan. Untuk diagnosis penafsiran hasil harus merupakan penanda prognosis bebas (independent)
selalu dilakukan dengan mempertimbangkan riwayat sakit, yang dapat memprediksi akibatjangka dekat, seQang,
pemeriksaan klinis dan temuan lain.11 dan lama pasien dengan SKA, juga berguna untuk
mengenal pasien yang mendapat manfaat dari terapi
antitrombotik.
MToGLOBIN (MG) Komisi bersama dari the Europeon Society of
Cardiology (ESC), dan the Americon CoLlege of Cardiotogy
Mioglobin merupakan protein sitoplasmik dalam otot lurik (ACC) telah mendefinisi ulang IMA yaitu IMA didiagnosis
jantung dan skelet, ikut berperan pada angkutan oksigen bila kadar cardiac Troponin di atas 99 %-hil batas rujukan
di dalam miosit dan juga sebagai penampung oksigen. (dari populasi sehat) pada *eadaan klinis iskemia
Berat molekul mioglobin 17,8 kD, cukup kecil, yang akut. Pada kadar tersebut ketidaktelitian (imprecision),
memungkinkannya untuk lewat dengan cepat ke sirkulasi dinyatakan dengan koefisien variasi (CV), untuk tiap
setelah adanya kerusakan miosit. Penetapan mioglobin tes harus <10 o/o.13 Oleh karena itu pasien dengan SKA
dalam serum penting untuk diagnosis lMA, reinfark dini, didiagnosis IMA (STEMI atau NSTEMT) bila cTn dan /
dan reperfusi yang berhasil pasca terapi lisis. Kadarnya atau CK-MB meningkat dan angina tidak stabil (unstable
sudah meningkat sekitar 2 jam setelah timbul gejala. Oleh angina = UA) bila cTn dan CK-MB masih dalam batas
karena itu mioglobin digolongkan sebagai penanda dini rujukan. Berdasarkan definisi,ulang tersebut telah
untuk lMA. Tergantung dari tindakan reperfusi pengobatan diterbitkan beberapa pedoman.la
yang dilakukan, kadar mioglobin serum mencapai puncak Perlu diketahui bahwa kenaikan Tn o['eh karena jejas
4-12 jam setelah mulainya infark dan turun ke tingkat miokard juga dijumpai pada gagal jantun{ kongestif.
normal setelah kira-kira 24 jam. Kadar mioglobin juga kardiomiopati, miokarditis, kontusio jantung, transplantasi
meningkat pada kerusakan otot skelet dan gangguan jantung, disfungsi ventrikel kiri pada renjatan septik,
berat fungsi ginjal. terapi intervensi seperti bedah jantung, PTCA, dan
Pemeriksaan mioglobin dapat dilakukan dengan cara kardiotoksisitas oleh karena obat. Tn dapat mendeteksi
cepat kualitatif atau kuantitatif dengan cara immunoossoy. infark mikro miokard. Oleh karena itu kadar Troponin
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah utuh untuk cara yang meningkat mengindikasikan jejas miokardial tetapi
imunokromatografi, dan serum atau plasma heparin, EDTA tidak sinonim dengan mekanisme iskemik dari jejas.
atau sitrat untuk im m u n oa ssay. N i Ia i ruj u ka n sekilar 28 -7 2 Peningkatan kadar cTnT dilaporkan pula pada pasien
nglmL pada laki-laki dan 25-58 nglmLpada perempuan, dengan gagal ginjal, emboli paru, strok, bedah bukan
menggunakan cara kemiluminesen. Nilai rujukan jantung, juga pada rhabdomiolisis, dan polimiositis.
mungkin berbeda berdasarkan metoda dan populasi. Bahan pe?neriksaan dapat berupa darah utuh, serum
Tiap laboratorium disarankan untuk menetapkan nilai atau plasma'heparin, EDTA, atau sitrat. pemeriksaan
rujukannya sendiri dengan populasi setempat.l2 dapat dilakukan dengan uji cepat dan dapat pula dengan
metoda immunoossoy. Nilai rujukan dengan metoda
elektrokemiluminesen untuk cTnT < 0,010 ;-rgl1, sedangkan
TROPONIN (TN) untuk cTnl <0,160 prgl1. Karena kinetik pelepasan cTn maka
hasil rendah pada pemeriksaan padajam-jam pertama dari
Troponin merupakan komponen aparatus kontraktil otot awitan gejala belum dapat menyingkirkan diagnosis IMA
lurik, sebagai protein pengatur kunci. Troponin dapat dan perlu dipantau secara serial.1s,16
TES PENANDA DIANOSTIK JANTUNG 259

rRoPoNrN H IGH SENSITIVE (HSTROPONI N) Troponin generasi sebelumnya maka diagnosis IMA dapat
ditegakkan lebih dini.2'z'"
rada diagnosis NSTEMI penting sekali pemeriksaan
cenanda nekrosis jantung. Menurut definisi universal yang
caru, IMA didiagnosis bila didapatkan peningkatan kadar HEART FATTY ACID BINDING PROTEIN (HFABP)
:Tnr di atas 99%-til batas rujukan (dari populasi sehat)
sersama dengan adanya bukti iskemia miokardium (gejala, Protein pengikat asam lemak kardiak ini ditemukan pada
:erubahan EKG, atau pencitraan). Definisi ini memerlukan tahun 1988, merupakan protein sitoplasma terdiri dari
:emeriksaan troponin dengan ketidaktelitian, dinyatakan 132 residu asam amino dengan berat molekul 15kD,
:engan CV, yang <10 % pada kadar di nilai batas rujukan berikatan dengan asam lemak rantai panjang dan berperan
::rsebut. Pada pedoman yang baru cTn juga merupakan penting intraseluler sebagai pembawa asam lemak masuk
:enanda jejas miokardium yang disukai untuk diagnosis ke mitokhondria. Selain di jantung FABP juga dapat
:an pengobatan NSTEMl.l7'18 ditemukan di jaringan lain seperti usus dan hati. FABP
Kadar rendah cTnT dapat dideteksi pada pasien yang berasal dari jantung, HFABB dapat dibedakan dari
sengan keadaan klinis stabil seperti pasien dengan gagal yang lain dan diukur tersendiri menggunakan antibodi
..ntung baik yang iskemik maupun yang tidak iskemik, monoklonal.24
:erbagai bentuk kardiomiopati, gagal ginjal, sepsis, dan Setelah serangan iskemia miokard, kadar asam lemak
:'abetes. Peningkatan kadar cTnT berhubungan dengan intraseluler mulai meningkat secara bermakna dalam 20-
:eratnya penyakit arteri koroner dan hasil buruk tidak 45 menit, terakumulasi di jaringan miokardium dan hal
:."gantung pada kadar natriuretic peptide. Kadar rendah ini dihubungkan dengan terjadinya aritmia, peningkatan
:'cponin T merupakan prediktor bebas (independent) dari ukuran infark miokardium dan penurunan kontraktilitas
iejadian kardiovaskular termasuk timbul dan kekambuhan miokardium. Pada keadaan iskemia, HFABP penting
': r'ilasi atrium.le untuk mencegah kerusakan jaringan. Pada lMA, HFABP
Pemeriksaan hsTnT menggunakan cara immunoossay dilepaskan ke aliran darah oleh miosit yang rusak dan
.remiluminesen dengan 2 jenis antibodi monoklonal secara cepat dibersihkan dari darah oleh filtrasi ginjal.
..ang khusus ditujukan pada jantung Troponin T manusia, Kadar HFABP plasma/ serum dilaporkan meningkat di atas
-engenali 2 epitop di bagian tengah, yaitu asam amino nilai rujukan dalam 1,5-3 jam pertama dari permulaan
'25-131 dan 136-147. Selain pengembangan cTnTjuga infark, dan kembali normal dalam 24 jam. McCann dkk
..:a pengembangan hsTnl dengan nilai rujukan tersendiri. mendapatkan bahwa pengukuran HFABP dalam serum
3ahan pemeriksaan dapat serum atau plasma EDTA, atau penderita dengan nyeri dada iskemik akut pada waktu
-eparin. Nilai rujukan menggunakan cara kemiluminesen awal akan membantu diagnosis dini IMA dan melengkapi
eada nilai batas 9 %-til adalah hsTnT 14 nglL (atau pglmL) pengukuran Troponin T kardiak (cTrop-T). Untuk
:engan 95 o/o confidence intervql 12,7 -24,9 ngll (pglml). penderita yang datang dalam 4 jam dari mulainya gejala,

tadarterendah dengan CV 10%, sebagaimana persyaratan kepekaan (se lebih ti nggi teca ra bermakna
n sitivity) H FAB P

- riversal definition, adalah 13 ng/L (pg/mL).20-21 Dengan dibandingkan cTrop-T tetapi spesifisitasnya (71%) lebih
i:pekaan hsTroponin yang jauh lebih baik daripada rendah dari pada cTrop-T (95o/o).2s

ffr Ar it llh
,- H.FASP
ffi frrl * M)t(}
I iliif
- Jantung Infark Miokard:
Penanda
HFABP, Mioglobin lebih cepat daripada CK-MB, cTnI, cTnT

Gambar 7. Perubahan kadar hs-Troponin T dan cTroponin T Gambar 8. Penanda jantung infark miokard
:,:ca pasien denjan Non-STEMl.
260 LABORATORIUM KLINIK

Pemeriksaan HFABP dapat dilakukan dengan uji cepat menunjukkan NT-proBNP merupakan prediktor bebas
baik kualitatif maupun kuantitatif. Bahan pemeriksaan terkuat untuk kematian dalam 1 tahun bagi pasien dengan
berupa darah utuh ataupun serum atau plasma heparin. SKA.30 Parameter ini juga berguna untuk membedakan
Nilai rujukan pada individu yang sehat kadar HFABP relatif penyebab kardiak dari non-kardiak dan membantu
rendah, yaitu < 6 n91m1.,u,,, mengenali subyek dengan disfungsi ventrikel kiri. Task
Force dari ESC untuk diagnosis dan pengobatan gagal
jantung kronis menganjurkan dalam pedoman yang
B-NATRIURETIC PEPTIDE diterbitkannya bahwa BNP dan NT-proBNP mungkin
paling bermanfaat secara klinis untuk menyingkirkan
Kelompok peptida natriuretik terdiri dari natriuretik A diagnosis gagaljantung berdasarkan nilai prediktif negatif
(A-type natriuretic peptide atau dahulu dikenal sebagai yang amat tinggi dan konsisten.3l Perubahan kadar NT-
atrial natriuretic peptide = ANP), natriuretik B (B-type proBNP dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan
natriuretic peptide atau dahulu dikenal sebagai brain pengobatan pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, juga
natriuretic peptide = BNP) dan C-type natriuretic peptide baik untuk menilai remodeling vaskular dan membantu
(CNP). ANP dan BNP merupakan antagonis pengaruh prosedur rehabilitasi perorangan. Kadar NT-proBNP juga
sistem renin-angiotensin-aldosteron dengan kerjanya mewakili fungsi jantung dan mengindikasikan peningkatan
sebagai diuretik/ natriuretik dan vasodilator terhadap risiko retensi cairan pada pasien yang direncanakan untuk
keseimbangan elektrolit dan cairan.2B diberikan obat yang potensial kardiotoksik atau intervensi
Disfungsijantung terjadi dan berkembang mulai dari yang menyebabkan retensi cairan alau volume overlood,
tanpa gejala sampai yang berat. Klasifikasi yang dianut misalnya penghambat COX-Z, dan NSAID.
umumnya mengacu kepada New York Heort Asociation Pemeriksaan BNP d'apat ditujukan kepada fragmen
(NYHA) yang membagi dalam kelas 1-4 berdasarkan aktif BNP atau fragmen tidak aktif NT-proBNP. Penggunaan
beratnya gangguan. Pada subyek dengan disfungsi
ventrikel kiri, terjadi peningkatan kadar proBNP yang
terdiri dari 108 asam amino, yang disekresi terutama
dari ventrikel. PToBNP tersebut kemudian dibelah secara
enzimatik menjadi fragmen aktif BNP (asam amino 77-
108) dan fragmen tidak aktif NT-proBNP (asam amino
1-t61.ia
Berdasarkan banyak penelitian dinyatakan bahwa
NT-proBNP dapat dipergunakan untuk diagnostik
dan prognostik kelainan disfungsi ventrikel kiri. Fisher
dkk menyimpulkan bahwa pada pasien gagal jantung
kongestif, nilai NT-proBNP di atas median menunjukkan
53% kematian dalam 1 tahun dibandingka n 11%
bila nilainya di bawah median.2e Penelitian GUSTO lV Gambar 10. Algoritme Diagnosis Gagal Jantung dengan BNP
dan NT-proBNP

Gambar 9. Penglepasan B-Natriuretic Peptide (BNP dan NT-


Gambar 11. Nilai Potong NT-proBNP berdasarkan Usia
proBN P) pada Rangsangan Ventrikel.
pasien.
TgS PENANDA DIANOSTIK JANTUNG 26r

keduanya sebagai penanda jantung sejajar hanya nilai Danesh J, Wheeler |G, Hirschfield GM, et al. C-Reactive
rujukannya berbeda dengan beberapa perbedaan sifat. Protein and other circulating markers of inflammation in
the prediction of coronary heart disease. N Eng J Med 2004;
Pemeriksaan menggunakan cara immunoassoy. Bahan 3s0 (1a):1387-97.
pemeriksaan berupa serum atau plasma heparin dan 10. Cobas. CRPHS Tina-quant a Cardiac C-reactive Protein
EDTA.32 (ll-atex) high sensitive. 2009-02 V 16 English, Roche
Diagnostics, 2009.
Nilai rujukan untuk BNP dan NT-proBNP berbeda, 11. Cobas. CK-MB. CK-MB - the MB isoenz),rne of creatine kinase.
berdasarkan metodik dan pabrik pembuat reagen serta Ref 11821598 322,2010-08, V 12 English, Roche Diagnostics,
populasi yang diteliti. Selalu dianjurkan agar tiap pusat/ 2010.
12. Cobas. Myoglobin. Ref 12178214122,2010-07, V 13 English.
RS menetapkan nilai rujukannya sendiri. Beberapa
Roche Diagnostics, 2010.
penelitian dengan cara kemiluminesen mendapatkan nilai 13. Alpert JS, Thygessen K. Myocardial infarction redefined
batas 125 pglmL untuk NT-proBNP; kadar <125 pg/ml - A consensus document of the joint European Society of
rnenyingkirkan disfungsi jantung dengan tingkat kepastian Cardiology / American College of Cardiology committee
for the redefinition of myocardial infarction. JACC 2000; 36:
tinggi pada pasien tersangka gagaljantung dengan sesak, 959-69.
sedangkan kadar >125 pglmL mungkin mengindikasikan 14. Braunwald E, Antman EM, Beasley JW, et al. ACC/AHA
disfungsijantung dan berkaitan dengan peningkatan risiko guidelines for the management of patients with unstable
angina and non-ST-elevation myocardial infarction: Executive
penyulit jantung seperti infark miokard, gagal jantung dan
summary and recommendation. Circulation 2000;102: 1193-
kematian. Gustafsson dkk mendapatkan pada 721 pasien 1209.
dengan gagal jantung stabil dibandingkan dengan 2264 15. Cobas. Troponin T. Troponin T, cardiac T. Ref 04491815 19O
orang kelompok rujukan bahwa nilai batas 125 pglmL 2010-11, V 6 English. Roche Diagnostics,2010.
1,6. Cobas. Troponin I. Ref 05094810 190,2010-02, V 3 English.
memberikan kepekaan (sensitivity) 88% dan kekhasan Roche Diagnostics, 2010.
{rycificity) 92o/o, nilai prediktif positif (NPP) 80,60/o dan 17. The Task Force for the diagnosis and treatment of Non-
nilai prediktif negatif (NPP) 96,7%.x,34 ST Segment Elevation Acute Coronary Syndrome of the
European Society of Cardiology. Guidelines for the diagnosi
and treatment of non-ST-elevation acute coronary syndrome.
Eur Heart ] 2007;28i1598-1660.
TEFERENSI 18. Thygessen li Alpert |S, White HD on behalf of the loint
ESC/ACCF/AHA/HWHF Task Force for the Redefinition
L Panteghini M, Apple FS, Christenson RH, Dati F, Mair J, Wu of Myocardial Infarction: universal definition of myocardial
infarction. Eur Heart | 2007 ; 28: 25'25-38 .
AH. Proposals from IFCC Committee on Standardization of
Markers of Cardiac Damage (C-SMCD): recommendations 19. Rossing R Jorsal A, Tamow L, Parving HH. Plasna hs-
on use of biochemical markers of cardiac damage in acute Troponin T predicts cardiovascular and all cause mortality
as well as deterioration in kidney function in type 1 diabetic
coronary syndromes. Scan] Clinlab Invest, Supplementum,
1999;230:1,03-12.
patients with nepfuopathy. Abstract EASD 2008.
!. 20. Cobas. TroponinT trs.050p2744190,201L-02, V 4 English.
Joint European Society of Cardiology/American College of
Roche Diagrrostics, 2011.
Cardiology Committee. Myocardial infarction redefined - a
consensus document of the joint European Society of 2]-. White HD. Higher sensitivity troponin levels in the
Cardiology/American College of Cardiology Committee commr:nity: what do they mean and horg will the diagnosis
for the Redefinition of Myocardial Infarction. Eur Heart J of myocardial infarction be made? Am Heart I 2010;159i
933-6.
?000;A:1502-13.
}. Apple FS, Wu AHB. Myocardial infarction redefined: Role of 22. HochholzerW, Morrow DA, Giugliano RP. NoveL'biomarkers
in cardiovascular disease: Update 2010. Am Heart J
cardiac troponin testing. Clin Chem200L; 47:377-9.
d. Thygesen K Alpert |S, White HD; JointESC/ ACCF / AHA/ 160(4):583-94
23. Giannitsis E, Kurz tri Hallermayer li Jarausch l, Iatfe AS,
WHF Task Force for the Redefinition of Myocardial lnfarction.
Universal definition of myocardial infarction. Eur Heart I Katus HA. Analytical validation of a high-sensitivity cardiac
N7;28:2525-38. troponin T assay. Clin Chem 2010; 56:'254-6L.
24. Kilcullen N Viswanathan K Das & et al, for the EMMACE-2
5" de Lemos|. Cardiovascular biomarkers for acute coronary
Investigators. Heart-type fatty acid-binding protein predicts
syndromes Using a multi-marker strategy. Emerg Med
Critical Rev 2006; 20 -22. long-term mortality after acute coronary syndrome and
6" Ridker PM, Hennekens CH, Buring ]E, Rifai N. et al. identifies high-risk patients across the range of troponin
C-Reactive Protein and other markers of inflammation in the values. ]. Am. Coll. Cardiol 200250:2061-7.
prediction of cardiovascular disease in women. N Eng J Med McQann CJ, GloverBM, MenownIBA, etal. Novel biomarker
2ffi0;342 (112);836a3. in early diagnosis of acute myocardial infarction compared
Y. Ridker PM. Clinical application of C-Reactive Protein for with cardiac Troponin T. Eur Heart ]. 2008;29:2843-50.
26. Cavus U, Coskun F, Yavrz B et al. Heart type fatty acid
cardiovascular disease detection and prevention. Circulation
20[.3;107:363-9. binding protein can be a diagnostic marker in acute coronary
t" Pearson TA" Mensah GA, Alexander RW, et aI. Markers of syndromes. J Nat Med Ass. 2006;98:1067-70.
27. AzzazyllNl, Pelsers MMAL, Cristenson RH. Unbound free
inflammation and cardiovascular disease. Application to
dinical and public health practice. a statement for healthcare fatty acid and heart type fatty acid binding protein: diagnostic
professionals from the Centers for Disease Control and assay and clinical application. Clin Chem.2006;52:19-29.
Prevention and the American Heart Association. Circulation 28. Valli N, Gobinet A, Bordenave L. Review of 10 years of the
20[,3;107:499-51L. clinical use of brain nakiuretic peptide in cardiology. J Lab
Clin Med \999 ; 134: 437 -M.
31
TES FUNGSI PENYAKIT HIPOFISIS
John MF. Adam

PENDAHULUAN tes supresi glukosa.l Pada orang normal kadar hormon


tumbuh sekitar 1,5 nglmL. Pada akromegali kadar hormon
Kelenjar hipofisis terdiri atas tiga bagian yaitu hipofisis tumbuh pada keadaan puasa meningkat sampai >10 ng/
bagian depan (onterior), hipofisis bagian tengah mL. Oleh karena sekresi hormon tumbuh pada akromegali
linterm ed iate), da n hi pofi si s ba g ia n bela ka n g (po ste rio r). terjadi episodik, maka pemeriksaan hormon tumbuh perlu
Hipofisis bagian depan mengeluarkan lima jenis hormon dilakukan beberapa kali.
yaitu somatotro pi n, corticotro pi n ata u a d re n o co rticotropic Pemeriksaan tes supresi glukosa disebut juga tes
lprmo n e (ACTH), ti rotropi n, gonadotropi n y aitu fo llic le - toleransi glukosa menggunakan beban glukosa 100 mg. Tes
stimuLoting hormone dan luteinizing hormone, serta supresi glukosa merupakan tes yang mudah dilakukan dan
prolaktin. Hipofisis posterior menghasilkan dua hormon spesifik untuk diagnosis akromegali. Dalam keadaan puasa
yaitu vasopresin dan oksitosin. Oleh karena banyaknya penderita diberikan minum giukosa 100 gram, kemudian
hormon dengan fungsi yang berbeda yang dihasikan oleh setelah satu jam diperiksa kadar hormon tumbuh. Pada
kelenjar hipofisis, maka tes fungsi penyakit hipofisis akan orang sehat kadar hormon tumbuh akan menurun dan
berbeda untuk tiap penyakit. meningkat kembali seiring.dengan meningkatnya kadar
Perlu diingat bahwa sebagian besar dari penyakit glukosa plasma. Tes supresi glukosa pada orang sehat akan
hipofisis adalah suatu tumoryang menghasilkan hormon. menurunkan kadar hormon tumbuh > 1 nglmL. Sebaliknya
Oleh karena itu, selain tes fungsi hormon, sangat pada akromegali penurun hormon tulnbuh tidak lebih
dibutuhkan pemeriksaan pencitraan seperti CT-scon dan dari 1 nglmL
MRl. Pada makalah ini hanya akan dibahas mengenai tes
fungsi endokrin penyakit akromegali, prolaktinoma, dan Pemeriksaan ! G F- 1 (in su lin - like g rowth fa cto r)
diabetes insipidus. Kadar IGF-1 berkaitan dengan sekresi hormon tumbuh dan
meningkat pada akromegali. Oleh karena itu, pemeriksaan
ini spesifik untuk diagnosis akromegali.2 Seperti sudah
AKROMEGALI disebutkan sebelumnya, pemeriksaan pencitraan
penting sekali selain menentukan besarnya tumoq juga
Fenyakit akromegali adalah suatu tumoryang menghasilkan menentukan lokalisasi tumor untuk menentukan tindakan
hormon tumbuh yang berlebihan pada usia dewasa. Secara bedah.
-
klinis akromegali dapat didiagnosis dengan mudah.
kmeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis akromegali
tidak hanya sekadar mendiagnosis penyakit tersebut tetapi PROLAKTINOMA
juga dibutuhkan untuk menentukan apakah penyakit
tersebut masih aktif atau tidak. Prolaktinoma adalah tumor hipofisis yang menghasilkan
hormon prolaktin. Prolaktinoma merupakan tumor
Femeriksaan Hormon Tumbuh hipofisis yang paling sering ditemukan. Dari semua tumor
Hormon tumbuh dapat diperiksa dengan dua cara yaitu hipofisis, prolaktinoma diperkirakan sekitar 40% dari
kadar homon pada keadaan puasa dan dengan melakukan semua tumor hipofisis.3 Gambaran klinis yang khas adalah

263
264 LABOMTORIUM KLINIK

adanya galaktore yang disertai dengan disfungsi seksual . Apabila jumlah air seni mencapai 1 Iiter maka perlu
seperti amenorea pada wanita dan impotensi pada pria. ditimbang berat badan. Apabila air seni tampung
Kadar hormon prolaktin yang normal, pada wanita < 25 mempunyai osmolalitas <10%o dan berat badan
ugll dan pria < 20 ug/L1. menurun >2%o dari awalnya, maka perlu diperiksa
Meningkatnya kadar hormon prolaktin dapat kadar sodium dan osmolalitas plasma. Tes dehidrasi
disebabkan oleh beberapa halyaitu pada wanita hamil dan dihentikan apabila berat badan penderita menurun
beberapa obat seperti obat antidepresi (tricyclic inhibitor sampai 3 kg.
MAO) dan antihipertensi seperti verapamil. Oleh karena
itu, diagnosis prolaktinoma berdasarkan meningkatnya Tes desmopresin
kadar hormon prolaktin hanya dapat ditegakkan setelah . Tes dehidrasi dilanjutkan dengan tes desmopresin
menyingkirkan semua penyebab sekunder. Hal yang yaitu penderita diberikan suntikan 2 pg desmopressin,
paling penting untuk mendiagnosis prolaktinoma adalah dan setelah 2 jam diukur kembalijumlah air seni dan
gambaran klinis, khususnya galaktore, hiperprolaktinemi, pemeriksaan osmolalitas.
d6n hasil pencitraan adanya tumor hipofisis.3
Pemeriksaan kadar vasopresin plasma
Bagaimana menginterpretasi hasil tes di atas.

DlABETES INSIPIDUS
1. Polidipsi primer
Jumlah air seni menurun dan osmolalitas urin
Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai oleh meningkat, serta tidak bereaksi dengan pemberian
jumlah air seni yang berlebihan yang bersifat hipotonik desmopresln
dan disebabkan oleh kurang/ tidak adanya hormon 2. Diabetes insipidus hipotalamik
vasopressin atau respons terhadap hormon vasopressin Konsentrasi air seni tidak berubah atau sedikit sekali.
yang tidak adekuat. Jumlah air seni >4 liter sehari patut Osmolalitas air seni meningkat setelah pemberian
dicurigai adanya diabetes insipidus.a Dikenal empat bentuk desmopresin. Selain itu, yahg paling penting adalah
diabetes insipidus yaitu.s pemeriksaan kadar vasopresin darah rendah, bahkan
1. Diabetes insipidus hipotalamik (diabetes insipidus tidak terdeteksi
sentral) sebagai akibat berkurangnya atau tidak 3. Diabetes insipidus nefrogenik
adanya hormon vasopresin Sama halnya dengan diabetes insipidr.rs hipo-talamik,
2. Diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh konsentrasi air seni tidak berubah. Berbeda dengan
respons ginjal terhadap hormon vasopresin yang diabetes insipidus hipotalamik, pada diabetes insipidus
menurun. nefrogenik osmolalitas ai,r."seni tidak meningkat
3. Diabetes insipidus pada kehamilan yang disebabkan setelah pemberian desmopresin. Penting sekali untuk
oleh metabolisme hormon vasopresin yang berlebihan mendiagnosis diabetes insipidus nefrogenik adalah
dan bersifat sementara. pemeriksaan kadar vasopresin darah y6ng sangat
4. Diabetes insipidus dikenal dengan polidipsia primer meningkat.
sebagai akibat minum yang bedebihan.
Mendiagnosis diabetes insipdus tidak terlalu sulit,
cukup dengan mengukur jumlah urin selama 24 jam.
Yang sulit adalah membedakan jenis diabetes insipidus,
terutama untuk membedakan antara polidipsi primer dan
penyebab diabetes insipidus lainnya. Untuk itu, pada saat
ini yang dianggap sebagai tes diagnostik terbaik adalah
tes dehidrasi, pemeriksaan kadarvasopressin plasma, dan
respons terhadap suntikkan desmopresin.6
Urutan tes yang dibutuhkan untuk mendiagnosis
diabetes insipidus adalah sebagai berikut:

Tes dehidrasi.s.T
. Penderita ditimbang dan sekaligus diambil contoh
darah untuk pemeriksaan kadar sodium dan
osmolalitas plasma
Gambar 1. Perubahan osmolalitas air seni pada diabetes
. Penderita dipuasakan dan kemudian jumlah air seni insipidus yang berbeda selama tes dehidrasi dan pemberian
ditakar setiap jam untuk pemeriksaan osmolalitas. desmopresin.s
rT R'NGSI PENYAKIT HIPOFISIS 265

N.EFERENSI

|avorsky BR, AronDC, FindinglW, TyrrelllB. Hypothalamus


and pituitary gland. In Gardner DG, Shoback D, eds.
Greenspan's: Basic and Clinical Endocrinology. 9th ed.
McGraw-HilL 2011,. p. 65 - 1L4.
z Melmed S, Kleinberg D, Ho K. Pituitary physiology and
diagnostic evaluation. In: Melmed S, Polonsky KS, Larsen P&
Kronenberg HM, eds. William Textbook of Endocrinology.
12th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p.175 - 228.
Mancini T, Casanueva FF, Giustina A. Hyperprolactinemia
and prolactinomas. Acta Endcrinol Metab N Arl:.2008; 37:
67 -9.
Loh ]A, Verbalis ]G. Disorders of and salt metabolism
associated with pituitary disease. In: Barkan AL, ed.
Endocrinol and Metab Clin of North America. Philadelphia:
Saunders Company.; 2008;37. p. 213-34.
Robinson AG, Verbalis ]G. Posterior pituitary. In: Melmed
S, Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg HM, eds. Williams
Textbook of Endocrinolo gy, 12lh ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders.; 2011.. p. 29L-323.
Robinson AG. The Posterior Pituitary (Neurohypophysis). In
C'ardnerDG, ShobackD, eds. Greenspan's: Basic and Clinical
Endocrinology. 9th ed. McGraw-Hill.; 2011..p.115 -128.
Victorina WlvI, Rydstedt LL, Sowers JR. Clinical disorders of
vasopressin. In: Lavin N, ed. Manual of Endocrinology and
Metabolism, 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.; 2002. p. 68-82.
Miller M, Dalakos T, Moses AM, Fellerman H, Streeten
D. Recognition of partial defects in antidiuretic hormone
secretion. Ann Int Med 1970;73:72L - 9.
32
TES FUNGSI PENYAKIT KELENIAR ADRENAL
John MF Adam

PENDAHULUAN liur; pemeriksaan kadar kortisol air seni 24 jam, dan tes
supresi deksametason. Menurut Nieman dan kawan-
Kelenjar adrenal atau suprarenal terdiri atas dua bagian kawan3, untuk membuktikan adanya sindrom skrining
yaitu bagian korteks dan medula yang masing-masing sebaiknya menggunakan dua tes skrining yang berlainan
mengeluarkan hormon yang berbeda. Sama halnya dengan (lihat gambar 1).
penyakit kelenjar hipofisis, pemeriksaan pencitraan sangat
Cara skrining untuk mendiagnosis adanya sindrom
berperan untuk diagnosis penyakit kelenjar adrenal.
Cushing
Pembahasan mengenai tes fungsi kelenjar adrenal hanya
1. Pemeriksaan kadar kortisol cairan liur
akan dibatasi pada sindrom Cushing, penyakit Addison,
Kadar kortisol cairan liur yang diambil pada jam
aldosteronisme primer, dan feokromositoma.
23.00. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dua hari
bertu rut-turut.4
2. Pemeriksaan kadar kortisol bebas di air seni 24 jam
SINDROM CUSHING Kadar kortisol diperiksa dari air seni 24 jam. Pada
orang sehat kadar kortisol'air seni 24 jam .50 ltg/
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan dimana terjadi
24 jam. Apabila ditemukan angka ygng lebih tinggi,
peningkatan hormon glukokortikoid. Sindrom Cushing
kemungkinan besar orang tersebu[ menderita
dibagi atas dua jenis yaitu, a) sindrom Cushing akibat
sindrom Cushingl
ACTH yang meningkat (ACTH dependent)yang terdiriatas
penyakit Cushing akibat adenoma hipofisis (sekitar 80%
3. Pemeriksaan tes supresi deksametason "

Penderita diberikan deksametason 1 mg pada jam


dari semua sindrom Cushing) dan akibat neoplasma bukan
23.00, kemudian pada pagi harinya diperiksa kadar
dari kelenjar hipofisis (ectopic ACTI-I), b) sindrom Cushing
kortisol plasma. Pada orang sehat kadar kortisol
bukan akibat kadar hormon ACTH yang meningkat (ACIH
plasma pagi hari setelah pemberian dexametason
independent), termasuk disini adenoma neoplasma/
akan menurun tetapi tidak lebih dari 1,8 pg/dl.1
karsinoma adrenal, hiperplasi noduler, dan iatrogenik
aki batkorti kosteroid berlebi han.1 Tes untuk membedakan penyebab sindrom Cushing
Mendiagnosis sindrom Cushing secara klinik
mudah karena tidak tergantung dari penyebabnya dan Pemeriksaan kadar ACTH plasma
mempunyai gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan Pemeriksaf,n kadar ACTH plasma pagi hari penting
untuk mendiagnosis sindrom Cushing harus dilakukan sekali untuk membedakan antara sindrom Cushing yang
secara bertahap yaitu tergantung pada kadar ACTH (ACIH dependent Cushing)
a) skrining untuk menentukan apakah betul sindrom dan sindrom Cushing yang tidak tergantung pada ACTH
Cushing, disebut juga tes skrining, dan b) apabila tes (ACTH independent Cushing). Kadar ACTH plasma normal
skrining positi{ maka dilanjutkan dengan tes untuk <5 pglmL. Pada umumnya apabila ditemukan kadarACTH
menentukan penyebab sindrom Cushing.2 Skrining untuk yang tinggi >10 pglml menunjukkan sindrom Cushing
menentukan sindrom Cushing dapat dilakukan dengan tergantung ACTH. Walaupun bukti klinis memperlihatkan
beberapa cara yaitu peneriksaan kadar kortisol dari air kadar ACTH plasma jauh lebih tinggi pada tumor ektopik

266
TEs FUNGSI PENYAKIT KELEN'AR ANDRENAT 267

Curiga sindrom Cushing

I
Periksa apakah ada penggunaan kortikosteroid
I

Lakukan salah situ tes di bawah ini

24 jam KB * air seni (> 2 tes) Tes DXM** 1-mg Kortisol cairan air liur (> tes)

Apabila ada hasil yang tidak normal Normal (Tidak mungkin SC)

sinoJ, Cushins

*KB
= kortisol bebas
**DXM deksametason
=
Gambar 1. Alur cara skrining untuk menentukan ada tidaknya sindrom Cushing (modifikasi). 1.3

dfundingkan adenoma hipofisis, masih perlu tes lain lnferior petrosol sinus sompling (IPPS) 'z
yang membedakan antara keduanya. Dalam hal demikian Manfaat tes ini untuk membedakan antara penyakit
pemeriksaan pencitraan sangat berperan. Cushing dan tumor ektopik apabila dengan pemeriksaan di
atas dan pencitraan MRI b€lum dapat membedakan antara
k Corticotropin- Releosing Hormone (CRH -test)2 keduanya. Darah vena dari kedua bagian hipofisis mengalir
hmeriksaan ini dilakukan untuk membedakan antara melalui inferior petrosol sinus. Denga;r menggunakan
trmor ektopik dan tumor hipofisis. Tes dilakukan dengan kateter diambil contoh darah dari inferior petrosal sinus:
rremberikan suntikkan intravena CRH sebanyak 1 pg/kg Pada ektopik tumor maka rasio ACTH antara kadar dari
berat badan pada pagi hari. Sebelum tes dilaksanakan, IPPS dan kadar plasma vena kurang dari 1,4:1,O sedang
dperiksa terlebih dahulu kadar ACTH dan kortisol plasma pada penyakit Cushing rasio tersebut lebih tinggi yaitu
puasa, kemudian diambil kadar ACTH dan kortisol setiap 15 lebih tinggi dari 2:1.
npnit selama satu atau dua jam. Pada orang sehat setelah
srntikan CRH, kadar ACTH dan kortisol akan meningkat
masing-masin g 1 5% dan 20o/o. Pada penyakit Cushing kadar PENYAKIT ADDISON
ICTH plasma akan meningkat >505 pglml dan kortisol
>20%, sedang pada tumor ektopik tidak ada perubahan. Penyakit Addison dikenal juga dengan nama insufisiensi
adreno(ortikal primer; disebabkan oleh berbagai penyebab
Tc metyrapon2 antara lain penyakit autoimun, perdarahan adrenal, dan
liletyro po n men gha mbat enzi m 1 1 b - hyd roxylose y ang infeksi seperti tuberkulosis. Pemeriksaan yang penting
berperan padajalur pembentukkan kortisol sehingga kadar untuk menegakkan diagnosis penyakit Addison adalahl:
kortisol plasma menurun. Sebagai akibat dari menurunnya 1. Pemeriksan elektrolit yaitu kadar sodium rendah (90%)
lortisol plasma, maka akan terjadi mekanisme balik sedang kadar potassium meningkat (65%).
rnerangsang hipofisis melepaskan ACfH. Metyropon secara 2. Tes stimulasiACTHl
srntikkan intravena setiap 4 jam selama 24 jam. Pada Tes ini digunakan sebagai tes skrining untuk
penyakit Cushing kadar ACTH plasma akan meningkat, membuktikan apakah ada insufisiensi adrenal.
sedangkan padi tumor ektopik tidak. Pada orang sehat pemberian suntikkan ACTH akan
268 LABORATORIUM KLINIK

meningkatkan kadar kortisol, sedangkan pada <30 tahun, dan hipertensi berat. Walaupun tidak semua
penyakit Addison tidak. Tes ini untuk membuktikan aldosteronisme primer ditemukan hipokalemia, tetapi
adanya insufisiensi adrekortikal, tetapi tidak untuk adanya hipokalemi harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
membedakan sebab primer atau sekunder. kadar konsentrasi aldosteron plasma (KAP) dan aktivitas
3. Kadar ACTH plasmal renin plasma (ARP), biasanya diambil pada pagi hari antara
Setelah tes stimulasi ACTH perlu dibedakan antara jam 8.00 - 10.00.
penyebab primer/ penyakit Addison dan penyebab Adanya kadar KAP yang tinggi biasanya >15 ng/
sekunder maka dilakukan pengukuran kadar ACTH dL, dan ARP rendah yaitu <1,0 nglmL menunjang
puasa. Pada penyebab primer kadar ACTH plasma puasa aldosteronisme primer. Bila dilakukan rasio KAP-ARP maka
sangat meningkat mencapai >52p9/mL, sedangkan pada rasio >20 ngldL per nglmL dianggap sangat mencurigakan
penyebab sekunder kadar ACTH plasma puasa tetap adanya aldoteronisme primer (gambar 2). Pada keadaan
normal yaitu 10 pglmL bahkan dapat lebih rendah. demikian perlu dilanjutkan dengan tes konfirmasi .

Tes Konfirmasi
ALDOSTERONISME PRIMER Dikenal dua jenis tes konfirmasi yaitu tes dengan sodium
oral dan tes infus salin intravena. Pada prinsipnya kedua
Sindrom aldosteronisme primer ditandai oleh tes itu untuk mengukur kadar aldosteron di urin dan
adanya hipertensi, supresi aktivitas plasma renin, dan plasma. Pada orang normal pemberian sodium akan
meningkatnya kadar aldosteron plasma. Dikenal dua menurunkan kadar aldosteron air seni atau plasma sedang
bentuk aldosteronisme primer yaitu akibat suatu adenoma pada hiperaldosteronisme primer tidak terjadi supresi
(sindrom Conn) dan hiperaldosteronisme idiopatik aldosteron
bilateral. Pendekatan diagnosis aldosteronisme primer
terdiri atas tiga tahap yaitu tes skrining, tes konfirmasi, Tes Mencari Penyebab
dan tes untuk mendeteksi penyebab.t6 Untuk mencari penyebab penting sekali pemeriksaan
pencitraan untuk mengetahui adanya adenoma. Tes
Tes Skrining yang lebih sulit adalah dengan mengambil contoh darah
Adanya aldosteronisme primer harus dipikirkan pada dari masing-masing vena adrenal kanan dan kiri. Tes ini
keadaan-keadaan: hipertensi disertai hipokalemia, dimaksud untuk membedakan apakah penyakit bersifat
hipertensi yang resistan terhadap pengobatan dua atau unilateral atau bilateral.
tiga jenis obat, penderita hipertensi usia muda yaitu

Dipertimbangkan aldosteron primer bila ditemukan hal-hal sebagi berikut


- Hipertensi/hipokalemi
- Hipertensi resisten terhadap obat (dua atau tiga jenis obat)
- Hipertensi umur muda (< 30 tahun)
- Hipertensi berat (> 160 mmHg sistolik atau > 100 mmHg diastolik)

Tes skrining
Pemeriksaan darah untuk:
- Kadar konsentrasi aldosteron plasma (KAP)
- Aktivitas renin plasma (ARP)
I
t^
Y
KAP(>15 ngldl; > 416 pmol/L) '
ARP (<1.0 ng/mL/h)
dan

Gambar 2. Tes skrining untuk mendeteksi aldosteronisme primer's


rE FUNGSI PENYAKIT KELENJAR ANDRENAI- 269

FEOKROMOSITOMA

Feokromositoma adalah tumor yang berasal dari medula


adrenal. Sama halnya dengan penyakit endokrin lainnya
pada feokromositoma didahului dengan tes skrining
barulah dengan tes konfirmasi, selain pemeriksaan
pencitraan.

Tes skrining
Tes skrining yang paling banyak dan yang paling baik
adalah pemeriksaan metanefrin di air seni 24 jam ataupun
ladar dalam plasms.z,a
Tes lama yailu vonilylmondilic ocid (VMA) di air seni
saat ini jarang digunakan lagi.

ts Konfirmasi
Tes supresi dengan menggunakan klonidin. Klonidin
adalah suatu obat antihipertensi yang menekan sekresi
norepinefrin dari saraf simpatik. Dengan demikian, kadar
norepinefrin dan normetanefrin akan menurun dalam
plasma. Pada penderita feokro mositoma, normeta nefri n
berasal dari tumor dengan demikian pemberian klonidin
tidak akan memengaruhi kadai normetanefrin dalam
darah

IEFERENSI

Carroll TB, Aron DC, Finding JW, Tyrrell |8. Glucocorticoids


and adrenal androgens. In Gardner DG, Shoback D, eds.
Greenspan's : Basic and Clinical Endocrinology. 9th ed.
McGraw-Hill. 201L. p.285-327 .
Stewart PM, Krone NP. The Adrenal Cortex. In: Melmed
S, Polonsky KS, Larsen P& Kronenberg HM, eds. Williams
Textbook of Endocrinolo gy, 12lh ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders. 201L. p. 479-543.
NiemanlK. The diagnosis of Cushing synfrome: anEndocrine
Society Clinical Practice Guide line. ] CIin Endocrinol Metab
2ffi8;93:1526.
4- Raff ff Finding JW. A physiological approach to diagnosis of
Cushing's syndrome. Ann Intem Med 2003; 138:980-91.
5_ Young William F, fr. Endocrine hypertension. In Gardner
DG, Shoback D, eds. Greenspan's : Basic and Clinical
Endocrinology. 9th ed. McGraw-Hill. 201L. p.329-44.
Young William F, |r. Endocrine hypertension. In: Melmed
S, Polonsky KS, Larsen P& Kronenberg HM, eds. Williams
Textbook of Endocrinolo gy, 12th ed. Philadelphia: Elsevier
Sannders. 2011. p. 545-77.
Sowers KM, Sowers fR. Pheocromocytomas. In: Lavin N,
ed. Manual of Endocrinology and Metabolism, 3rd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins .2002. p. 68-82.
Fitzgerald PA. Adrenal Medulla and paraganglia. In Gardner
DG, Shoback D, eds. Greenspan's: Basic and Clinical
Endocrinology. 9th ed. McGraw-Hill. 201L. p.345-93.
33
ANALISIS CAIRAN
Ina S. Timan

Dalam berbagai rongga tubuh seperti rongga peritoneal, adaldh infeksi hepatitis, steatohepatitis alkoholik dan non
pleura serta perikardial, terdapat sejumlah kecil cairan yang alkoholik. Sebagian kecil asites disebabkan oleh proses
terletak di antara2 membran, yaitu membran viseralis dan nonhepatik dengan retensi cairan. 1'2
parietalis. Membran viseralis melapisi organ terkait yang Terdapat beberapa teori terjadinya asites, terutama
ada dalam rongga sedangkan membran parietalis melapisi pada penderita sirosis hati. Teori yang digunakan saat ini
rongga tersebut. Cairan yang terletak dalam rongga umumnya adalah gabungan dari berbagai teori sebelumnya,
tersebut disebut sebagai cairan serosa yang berfungsi yaitu adanya dilatasi arterial perifer. Sebelumnya dikenal
sebagai pelumas anlar 2 permukaan membran untuk adanya teori underfill dan overflow. Prosesnya dimulai
mempermudah pergerakan organ dalam rongga tersebut. dengan terjadinya hipertensi portal, pening katan tekanan
Dalam keadaan normal hanya terdapat sejumlah kecil portal di atas criticol threshold akan menyebabkan
cairan karena produksi cairan dan reabsorpsinya berjalan peningkatan local splanchnic vosodilotors, terutama nitrit
dengan seimbang. Bila terjadi ketidakseimbangan maka oksida, yang berakibat terjadinya vasodilatasi arteriolar
akan terdapat peningkatan jumlah cairan tersebut, efusi splanchnic. Hal itu akan menyebabkan peningkatan
cairan yang berlebih itu dapat berupa cairan transudat tekanan di kapiler, peningkatan permeabilitas, dan
atau eksudat.l penurunan volume arteri efelitif. Akibatnya akan te$adi
peningkatan produksi cairan limf dan kompensasi berupa
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS),
ASITES susunan saraf simpatis dan hipersekresi dari hormone
"
antidiuretik sehingga akhirnya terbentuk asites.l'3
Asites berasal dari kata Yunani "askos" yang berarti Asites ringan mungkin tidak terlihat, tetapi asites berat
kantong, asites diartikan sebagai terkumpulnya cairan akan tampak sebagai distensi abdomen dan penderitanya
bebas secara patologik di rongga peritoneum. Asites mengeluh adanya rasa pertambahan beban di perut
menandakan suatu proses yang serius dan sebagian besar dan sesak. Pada pemeriksaan fisik asites dapat dideteksi
diakibatkan oleh proses kronis pada hati dan merupakan dengan terlihatnya pembesaran abdomen, adanya shifting
tanda adanya kerusakan hati lanjut. Asites seringkali dullness, dan ftuid thrill daerah abdominal. Terdapat 3
dijumpai pada sirosis hati mengikuti terjadinya hipertensi gradasi asites, yaitu tahap t hanya dapat dideteksi dengan
portal. Selain itu, asites juga dijumpai pada penderita pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan computerized
tumor atau keganasan seperi karsinomatosis peritoneal, tomographi sconning (CT-scan), tahap 2 dideteksi dengan
keganasan hati, limfoma yang dapat mengakibatkan adanya perhbesaran abdomen pada saat berbaring dan
terjadinya asites khilus, gagal jantung atau kelainan shifting dullness, dan tahap 3 jelas terlihat pembesaran
ginjal. Asites juga dapat disebabkan oleh kelainan bilier dan adanya fluid thrill.l
atau pankreas, pascapembedahan abdomen serta infeksi. Cairan asites diperoleh dengan melakukan pungsi
Peritonitis bakterialis spontan merupakan suatu keadaan parasentesis. Parasentesis dilakukan untuk mencari
yang dapat menyertai asites yang telah ada. Sebagian penyebab asites, melakukan analisis terhadap cairan yang
besar penderita dengan asites juga menderita sirosis. diperoleh, mendeteksi adanya infeksi dini, serta sebagai
Di Amerika penyebab sirosis tersering yang dilaporkan bagian dari terapi. Parasentesis sebaiknya dilakukan pada

270
IIIALISIS CAIRAN 271

semua penderita pada saat awitan asites serta semua sedangkan bila akibat trauma pungsi maka pada tabung
penderita asites yang di rawat inap. Parasentesis juga perlu yang awal akan mengandung lebih banyak darah. Trauma
diulang bila diduga terjadi infeksi dengan berbagai gejala pungsi dapat mengakibakan timbulnya bekuan bila tidak
yang timbul (rasa sakit di abdomen, peningkatan suhu digunakan penampung dengan antikoagulan. Warna
tubuh, ensefalopati, hipotensi, gagal ginjal, leukositosis, merah muda dapat disebabkan oleh jumlah eritrosit
dan lainnya). Kontraindikasi parasentesis antara lain > 1 0.000/uL, sedangkan ju mlah eritrosit yang lebih sedi kit

adalah koagulopati berat, terdapatnya fibrinolisis atau DIC sering tidak menimbulkan warna, kadang dapat sedikit
(dissem in ated introvoscu la r coa g u lotion).1 memberi kekeruhan. Bila jumlah eritrosit >20.000/uL
Cairan asites dapat digolongkan menjadi cairan maka cairan akan tampak kemerahan. Bila dijumpai
Eansudat dan eksudat. Umumnya untuk membedakannya cairan dengan warna kemerahan umumnya dicurigai
dilakukan pemeriksaan SAAG (serurn asites olbumin adanya riwayat perdarahan sebelumnya, trauma, atau
gradient). Bila SAAG tinggi (>1,1 g/dL) dianggap asites keganasan.l'2
adalah transudat, disebabkan oleh hipertensi portal Kekeruhan disebabkan oleh jumlah sel yang
Jika SAAG rendah (<1,1 g/dL) dianggap eksudat dan meningkat (>1.000/uL), warna dapat menjadi sangat
penyebabnya bukan hipertensi portal. Penyebab dari keruh bila jumlah sel >5.000/uL. Cairan asites dengan
transudasi (SAAG tinggi) terutama adalah sirosis, gagal warna keruh juga dapat diakibatkan oleh adpnya lipid,
jantung, oklusi vena, perikarditis serta malnutrisi. bervariasi dari kekeruhan ringan hingga keruh seperti susu.
Fenyebab dari adanya cairan eksudat (SAAG rendah) Kekeruhan biasa disebabkan oleh peningkatan trigliserida
rftara lain adalah keganasan (primer atau metastasis), antara 200-1.000 mgldL. Pada sebagian besar penderita
hfeksi (tuberkulosis, spontaneous bacterial peritonitis/ sirosis umumnya cairan hanya mempunyai kekeruhan yang
SBP), pankreatitis, sindrom nefrotik serta berbagai kelainan sangat ringan. Warna kuning tua-kecoklatan pada cairan
bin.1,3 asites dapat diakibatkan peningkatan bilirubin, umumnya
bila terdapat perlukaan pada saluran bilier.l'as

PEi'ERIKSAAN CAIRAN ASITES Pemeriksaan Mikroskopik


Pemeriksaan mikroskopik meliputi hitung sel dan hitung
lahan Pemeriksaan jenis sel. Sel yang dilaporkan adalah jumlah leukosit,
Bahan pemeriksaan yang diperlukan adalah minimal sekitar bila jumlah eritrosit cukup banyak maka jumlahnya juga
I0 -20 mL untuk pemeriksaan hitung sel, kimiawi, serta dilaporkan. Sebaiknya cairan diperiksa sebelum 1 jam
tiakan mikrobiologi. Bila akan meiakukan pemeriksaan sejak pungsi, sebelum terjadi perubahan sel. Pemeriksaan
sitologi untuk mendeteksi adanya keganasan, maka hitung sel dan hitung jenis- sel dapat dilakukan dengan
ditambah dengan minimal sejumlah sama. Sebaiknya alat hitung otomatik atau dilakukan secara manual
s{ak awal cairan sudah terbagi menjadi 4 penampung, menggunakan kamar hitung. Bila dalam cairan terdapat
untuk hitung sel sebaiknya digunakan tabung steril bekuan maka jumlah sel yang dihitun$ jumlahnya aka4
dengan antikoagulan cair (tabung qEDTA, Na-sitrat atau berkurang dan tidak mengggambarkan jumlah yang
heparin) untuk menghindari terjadinya bekuan. Untuk sebenarnya karena sebagian terperangkap dalarn bekuan
pemeriksaan kimia dapat dikirim tanpa antikoagulan tersebut. Pada pemeriksaan cairan asites sebaiknya juga
sdangkan untuk biakan dilakukan pengiriman dengan disertai dengan contoh darah dengan antikoagulan
penampung steril atau menggunakan botol biakan darah (EDTA untuk melakukan perbandingan bila terjadi pungsi
Factec). Pemeriksaan cairan asites meliputi pemeriksaan traumatik atau bila dijumpai adanya sel abnormal seperti
makroskopik, mikroskopik, kimiawi, enzim, serologi, blas. Pemeriksaan hitung jenis sebaiknya menggunakan
irrunologi, mikrobiologi serta pemeriksaan khusus sediaan yang dibuat dengan sitospin sehingga penyebaran
lainnya.1,2 dan morfologi sel tetap baik. Sediaan hitung sel dipulas
dengan pewarnaan Wright dan dilakukan hitung sel
hmeriksaan Makroskopik dengari membedakan sel PMN (polimorfonuklear) dan
knilaian meliputi warna cairan, kejernihan, adanya bekuan MN (mbnonuklear). Bila terdapat banyak variasi sel lain
serta hal lain yang mungkin ada. Pada cairan transudat maka dilakukan hitung jenis leukosit sama seperti hitung
cairan tampak kekuningan, jernih tanpa adanya bekuan jenis sel darah. 2'a
fru darah. Warna menjadi lebih tua pada eksudat dan Pada cairan transudat akibat sirosis umunya dijumpai
trila terdapat netrofilia. Warna kemerahan disebabkan jumlah sel <500/uL, jumlahnya dapat agak meningkat
adanya darah, dapat berupa asites hemoragik attau akibat bila penderita sedang mendapat diuretik. Dominasi sel
prcsedur parasentesis. Bila disebabkan asites hemoragik terutama adalah limfosit, jumlah PMN biasa <250/uL
rnaka warna cairan di semua tabung penampung sama. dan jumlah ini dianggap sebagai batas cuf off dalam
272 LABORATORIUM KLINIK

menentukan adanya infeksi. Pada proses inflamasi U/1. Bila dicurigai adanya perforasi kandung empedu atau
dan infeksi akan terjadi peningkatan jumlah sel. SBP salurannya, maka dapat ditemukan kadar bilirubin cairan
merupakan penyebab tersering kenaikan jumlah sel total yang lebih besar dibanding kadar bilirubin serum. Pada
maupun PMN. Jumlah PMN pada SBP dapat mencapai dugaan adanya khilus dilakukan pemeriksaan kolesterol
70% jumlah total sel. Pada tuberkulosis dan karsinomatosis dan trigliserida cairan dibandingkan terhadap serum.
peningkatan sel umumnya didominasi sel limfosit atau Bila terdapat kontaminasi dengan khilus maka kadarnya
MN. Pada pemeriksaan hitung jenis dapat dijumpai sel meningkat melebihi kadar dalam serum. Pemeriksaan pH
lain seperti mesotel, makrofag, sel plasma, eosinofil serta cairan < 7,3 lebih mengarah pada eksudat.l
sel atau kelompok sel yang berbentuk tidak beraturan dan Pemeriksaan lain yang juga sering dilakukan pada
dicurigai ganas.2,a's penderita dengan asites adalah pemeriksaan hematologi
lengkap, hemostasis termasuk D-Dimer dan elektrolit.
Pemeriksaan Kimiawi Beberapa peneliti juga memeriksa penanda tumor dari
Dahulu penentuan transudat dan eksudat dilakukan cairan asites, yaitu AFP dan CEA, atau ADA untuk deteksi
de'ngan pemeriksaan Rivalta, yaitu meneteskan 1 tetes M. tuberculosis.l'3,6
cairan ke dalam larutan akuadestilata yang diasamkan.
Bila pada tes Rivalta terbentuk kekeruhan maka dianggap Pemeriksaan Mikrobiologi
cairan mengandung banyak protein dan merupakan Pemeriksaan mikrobiologi meliputi pemeriksaan terhadap
eksudat. Selain itu, dilakukan juga dengan pemeriksaan sediaan langsung dan biakan resistensi. Sediaan langsung
kadar protein cairan. Bila kadar protein total < 2.5 g/dL dipulas dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk
maka cairan tersebut dianggap transudat. Kedua cara bakteri tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR
ini sudah jarang digunakan. Untuk menentuan pakah untuk M. tuberculosis.l
cairan asites tergolong transudat dan eksudat digunakan
modifikasi dari kriteria Light. Untuk itu dilakukan Pemeriksaan Sitologi
pemeriksaan kadar protein, glukosa, dan LDH dari cairan Pemeriksaan sitologi cairan' asites dipulas dengan
dan serum kemudian dihitung rasionya. Kriteria Light yang Hematoksilin eosin atau pulasan Papanicolaou. Pemeriksaan
dimodifikasi menggunakan kriteria yang sama dengan terutama digunakan untuk mencari adanya keganasan baik
cairan pleura, yaitu cairan dianggap eksudat bila rasio primer atau metastases.l'2
protein cairan/serum >0,5, rasio glukosa cairan/serum
>0,6, dan LDH cairan/serum >0.6. Atau kadar LDH cairan
>200 U/L. Terdapat modifikasi dari beberapa peneliti REFERENS!
yang menambahkan pemeriksaan rasio kolesterol cairan/
serum >0,3 agar pemeriksaan lebih sensitif dan spesifik 1. RunyonBA. Ascites and spontaneousbacterialperitonitis. In
Feldman MF, Friedman lS, Sleisinger MII: Gastrointestinal
untuk membedakan antara transudat dan eksudat. Cairan and Liver Disease. Eds. 7th ed. Saunders, fhiladelphia
berupa eksudat bila kadar kolesterol cairan > 60 mgldL. 2402:pp.1517-41..
Bila digunakan gabungan antara rasio protein dan LDH 2. Thrall MJ, Giampoli EJ. Routine review of ascites fluid.from
patients with cirrhosis or hepatocellular carcinoma is a low-
maka pemeriksaan dianggap mempunyai sensitivitas 100%
yield procedure: An observational study. Cytoloumal 2009,
dan spesifisitas 71o/o. Bila cairan hemoragik maka harus 6:L6-8.
hati-hati dalam menggunakan pemeriksaan LDH sebagai 3. Glickman RM. Abdominal swelling and ascites. In Kasper
salah satu criteria menentukan eksudat.a'5'6'7 DL, Braunwald E, Fauci A, Hauser SL, Longo DL, Jameson
|L. Harrisons principles of internal medicine. 16fr ed New
Pemeriksaan lain yang digunakan untuk membedakan York, McGraw t{tll, 2005;pp.243 - 6.
transudat dan eksudat adalah perhitungan SAAG. SAAG 4. More KP, Wong F, Gines R bemardi M, Ochs A, Salemo F,
dihitung dengan rumus sebagai berikut: kadar albumin Angeli P, et all. The Management of Ascites in Cirrhosis:
Report on the Consensus Conference of the International
serum - kadar albumin cairan asites. Bila SAAG tinggi
Ascites Club. Hepatologi 2003;38:258-66.
(> 1,1 g/dL ) dianggap transudat dan bila SAAG rendah 5. Kuiper JJ, De Man RA, Buuren HR. Review articie:
(<1,1 g/dL ) dianggap eksudat. Pemeriksaan SAAG management of ascites and associated complications in
mempunyai ketepatan hingga 97Yo unluk mendeteksi patients with cirrhosis. Aliment Pharmacol Ther 26 (Suppl
2),183-1,93.
adanya hipertensi portal.1,3,a 6. Light RW. Pleural effusion. N Engl ] Med,2002346:197L-7.
Beberapa pemeriksaan tambahan dapat dilakukan 7. ParamothayanNS, Barron|. Newcriteriaforthe differentiation
pada keadaan tertentu. Bila dicurigai adanya proses pada between transudates and exudates. J Clin Pathol2002;55:69-
71,.
pankreas maka dilakukan pemeriksaan amilase. Pada
transudat karena sirosis tanpa komplikasi, kadar amilase
sekitar 50 U/L, tetapi dalam keadaan pankreatitis akut
atau perforasi intestinal, amilase akan meningkat >2000
ANATISIS CAIRAN 273

CAIRAN PLEURA agak putih kekuningan kental, berisi sisa sel yang rusak
serta fibrin. t6
Cairan pleura terletak dalam rongga pleura yang dibatasi
oleh lapisan mesotelium pleura viseralis dan parietalis.
Rongga pleura dalam keadaan normal mengandung PEMERIKSAAN CAIRAN PTEURA
sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas pergesekan
ke dua membran tersebut. Cairan pleura berasal dari Bahan Pemeriksaan
filtrasi kapiler dari pleura parietalis, diproduksi secara Bahan pemeriksaan berupa caian pleura diperoleh dengan
terus menerus sesuai dengan tekanan hidrostatik, tekanan melakukan thorakosentesis. Pungsi dilakukan di bagian
onkotik plasma, serta permeabilitas kapiler. Cairan ini akan belakang rongga pleura di daerah interkostal 6,7, atau
diabsorpsi kembali melalui saluran limf dan venula dari 8 pada garis midaksila. Akhir-akhir ini dianjurkan untuk
pleura viseralis. Bila terjadi ketidakseimbangan antara melakukan torakosentesis selain atas dasar pemeriksaan
produksi cairan yang berlebih terhadap kemampuan fisikjuga dengan bantuan ultrasonografi (USG), terutama
reabsorpsinya maka akan terjadi akumulasi cairan dan pada efusi yang tidak terlalu banyak untuk menghindari
disebut sebagai efusi pleura. Umumnya cairan ini akan terjadinya komplikasi serta kegagalan. Penggunaan
dibedakan menjadi cairan transudat dan eksudat. 1'2 USG juga dianggap sebagai standard dalam pelakukan
Transudat biasanya terjadi bilateral karena gangguan torakosentesis pada efusi parapneumonik serta pada
sistemik yang mengakibatkan peningkatan tekanan pemasangan drainase. 1'3
hidrostatik atau adanya penurunan tekanan onkotik Sama seperti pada pengambilan bahan pemeriksaan
plasma. Penyebab efusi pleura dengan cairan transudat, untuk cairan lain, sebaiknya digunakan 3 buah penampung,
antara lain: gagaljantung, sirosis hepatis, sindrom nefrotik yaitu untuk pemeriksaan kimiawi dan imunologi, tabung
dan hipoproteinemia. Eksudat lebih sering terjadi unilateral dengan antikoagulan (EDTA atau heparin untuk hitung
dihubungkan dengan gangguan lokal atau setempatyang dan analisis sel serta tabung steril atau tang biakan
mengakibatkan peni ngkatan permeabilitas vasku ler atau (misalnya botol Bactec, atau media aerob dan anaerob lain)
gangguan resorpsi limfatik. Penyebab cairan eksudat, untuk pemeriksaan mikrobiologi. Seringkali antikoagulan
antara lain: infeksi (pneumonia, tuberkulosis, virus), mutlak diperlukan karena terdapat kemungkinan
neoplasma, limfoma, metastasis keganasan, mesotelioma, terbentuknya bekuan setelah pungsi cairan pleura karena
infark pulmoner dan berbagai proses inflamasi, lupus kadar fibrinogen atau proteinnya yang tinggi.Hal itu
eritematosus sistemik dan kelainan reumatoid. Cairan akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung jenisnya
juga bisa berasal dari luar rongga pleura, antara lain pada tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan pleura juga
pankreatitis, ruptur esophagus dan urinothoraks.l'l diperlukan contoh sampel.Qarah K3EDTA dan darah beku
Kelainan pada pleura seringkali sukar ditentukan untuk perhitungan rasio dalam menentukan jenis cairan
penyebabnya, begitu pula efusi pleura kadang sukar transudat atau eksudat. Biasanya pada thorakosentesis
diketahui penyebabnya. Pemeriksaan cairan pleura akan dapat diperoleh cukup banyak cairan. Sebaiknya cairan
membantu mengetahui penyebabnya, membedakan tersebut dikirim cukup banyakjumlahnya ke laboratorium
adanya inflamasi, infeksi, serta keganasan yang untuk dianalisis baik sitologi maupun mikrobiologi.2':
menyebabkan efusi pleura atau efusi parapneumonik. Pemeriksaan analisis cairan pleura yang dilakukan
Terdapat beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan meliputi protein total, laktat dehidrogenase (LDH),
efusi pleura seperti amiodaron, nitrofurantoin, fenitoin, albumin, amilase, pH dan glukosa, hitung sel dan
metotreksat, penisilinamin, siklofosfamid. Efusi pleura diferensiasinya serta sitologi. Selain itu juga dilakukan
dapat berlanjut menjadi empiema, patogen yang sering pemeriksaan mikrobiologi termasuk pewarnaan Gram,
berperan adalah tuberkulosis, kuman anaerob, dan jamur. ADA, dan PCR untuk mengetahui adanya tuberkulosis.
Empiema juga dapat menyertai keganasan paru, limfoma, Kriteria yang digunakan untuk membedakan antara
atau metastasis endobronkhial dan dapat berlanjut transudat dan eksudat menggunakan kriteria Light yang
menjadi piothoraks. Untuk deteksi kecurigaan ini perlu dimodifikasi, yaitu dianggap eksudat bila rasio protein
dilakukan pemeriksaan radiologik.la cairan/serum >0,5, rasio LDH cairan dan darah >0,6, dan
Efusi parapneumonik adalah suatu efusi pleura yang kadar LDH cairan 2/3 jumlahnya di nilai batas atas LDH
disebabkan oleh pneumonia (baik community ocquired serum atau dianalisis pula kadar kolesterol hasilnya >45
pneumonio hingga nosocomiol pneumonia) atau abses mg/dL.2,3
paru, dan biasanya menyebabkan efusi pleura eksudatif. Kriteria Light dianggap relatif baik untuk menentukan
Efusi parapneumonik dibedakan menjadi 3 bentuk, transudat dan eksudat, meskipun dari beberapa laporan
yaitu bentuk parapneumonik tanpa komplikasi, dengan terdapat ketidaksesuaian. Pada keadaan tersebut perlu
komplikasi, dan empiema. Pada empiema cairan keruh dilakukan pemeriksaan albumin cairan dan serum. Bila
LABORATORIUM KLINIK

perbedaan antara albumin cairan dan serum >1.2 g/dL diakibatkan adanya khilus akibat per:lukaan pada duktus
maka dianggap cairan tersebut transudat. Bila dianggap thoraksikus atau merupakan pseudokhilus yang dijumpai
perlu dapat dilakukan pemeriksaan bilirubin cairan, lalu pada proses inflamasi kronis. Untuk membedakan adanya
dibandingkan dengan kadarnya di serum. Dianggap khilus dilakukan ekstraksi dengan eter; bila terbentuk
transudasi bila perbandingannya <0,6.r,+,s cairan yang jernih maka cairan tersebut adalah khilus. Bila
cairan yang mengandung khilus diwarnai dengan Sudan

Tabel I . Perbedaan Tiansudat dan Eksudat


lll akan tampak positif sedangkan pada pseudokhilus
akan negatif. Cairan pada khilothoraks mengandung
Parameter Transudat Eksudat
trigliserida yang meningkat tertapi tidak mengandung
Warna jernih keruh
kristal kolesterol.2,3
Berat jenis < 1.015 > 1.O l5
Protein total < 3.0 g/dl < 3.0 g/dl
Pemeriksaan Mikroskopik
Rasio protein cairan/serum < 0.5 > 0.5
Pada pemeriksaan mikroskopik dilakukan hitung sel. Jumlah
LDH (Laktat Dehidrogenase) < 200 tu > 200 tu
sel >1000/uLdianggap meningkat. Dilakukan hitung jenis
Rasio LDH cairan/serum < 0.6 > 0.6
Jumlah sel < 1000 uL > 1000 uL untuk melihat adanya sel mononuklear (MN) yang terdiri
Bekuan spontan Tak ada Kemungkinan
dari Iimfosit dan monosit, serta sel polimorfonuklear
ada (PMN) yang berupa neutrofil. Pada infeksi tuberkulosis
Kolesterol cairan < 55 mgldl > 55 mg/dl akan dijumpai dominasi limfosit dan disertai adanya sel
plasma, sedangkan dominasi neutrofil dijumpai pada
infeksi bakteri lain. Limfositosis juga dapat dijumpai pada
Umumnya perbandingan protein dan LDH cairan keganasan, limfoma, sarkoidosis, khilothoraks dan penyakit
terhadap serum merupakan parameter yang cukup rheumatoid. Eosinofil dapat meningkat pada keganasan,
baik untuk membedakan antara transudat dan eksudat. efusi parapenumonik, asbestosis, infark pneumonik, serta
Parameter yang digunakan untuk criteria Light adalah rasio infeksi parasit. Eosinofil perlu dilaporkan bila jumlahnya
protein cairan/serum >0,5, LDH cairan/serum 0,6 dan LDH mencolok. Pada parapneumonik dan empiema dapat
cairan > 2/3batas atas nilai normal LDH serum. Beberapa dijumpai peningkatan jumlah sel dengan morfologi sel
peneliti juga menambahkan parameter kolesterol, gradien yang degeneratit dan seringkali sudah sukar dikenali.1,3
albumin dan pH untuk memperbaiki sensitivitas dan Pada cairan pleura juga dapat d'rjumpai sel lain
spesifisitasnya terutama pada penderita yang mendapat seperti mesotel, makrofag, serta sel ganas. Mesotel
diuretika.as berasal dari lapisan membran pleura. Mesotel yang
ieaktif berwarna lebih tua, dapafl mempunyai inti lebih
Pemeriksaan Makroskopik dari satu dan biasanya dijumpai pada inflamasi. Mesotel
Sama seperti pada cairan serosa lain dilakukan penilaian yang berkelompok perlu dibedakan dengan sel ganas.
terhadap warna cairan, kejernihan, adanya bekuan serta Pada penyakit lupus eritematosus sistemik dapit dijumpai
kelainan lain yang mungkin tampak. Pada cairan pleura adanya sel LE di cairan pleura. Selain sel pada cairan
jenis transudat, cairan akan tampak kekuningan, jernih yang dicurigaijuga perlu dilakukan pemeriksaan sitologi
tanpa adanya bekuan atau darah. Warna menjadi lebih untuk mencari sel abnormal seperti adanya keganasan
tua pada eksudat dan bila terdapat peningkatan jumlah atau metastasis sel ganas. Sel ganas umumnya memiliki
sel, misalnya pada infeksi. Warna kemerahan disebabkan membran sel yang iregular, sitolpasma dan inti yang
hemothoraks atau trauma pada saat pungsi cairan. mengalami moulding. Perlu dibedakan antara mesotelioma
Trauma pungsi dapat mengakibatkan timbulnya bekuan dengan adenokarsinoma. Dijumpainya sel mesotelioma
bila mengandung cukup banyak fibrinogen sehingga yang tak beraturan atau menampakkan morfologi yang
sebaiknya digunakan penampung dengan antikoagulan. abnormal perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi
Untuk membedakan antara hemothoraks pada perdarahan untuk kecurigaan mesotelioma maligna. 2,3
dengan trauma maka dilakukan pemeriksaan hematokrit
cairan dan darah, bila hematokrit cairan menyerupai Pemeriksaan Kimiawi
hematokrit darah maka dianggap terdapat hemothoraks Cairan pleura berasal dari hasil ultrafiltrasi plasma oleh
karena cairan yang terkumpul berasal dari perdarahan. karena itu komposisinya menyerupai plasma. Selain
Pada perdarahan kronik akan terjadi efusi juga secara parameter protein dan LDH untuk membedakan transudat
kronik sehingga hematokrit akan menjadi lebih rendah. dan eksudat,parameter lain yang diperiksa adalah glukosa,
Cairan pleura yang keruh hingga berbentuk pus dapat pH dan amilase. Penurunan kadar glukosa dijumpai pada
disebabkan oleh adanya infeksi atau empiema. Cairan infeksi, tuberkulosis, serta inflamasi akibat rheumatoid
pleura yang sangat'keruh seperti susu umumnya arthritis. Bila terdapat penurunan pH menjadi <7,2
ANATISIS CAIRAN 275

dicurigai adanya pneumonia sedangkan pH >7.4 sering REFERENSI


dijumpai pada keganasan. Bila pH sangat rendah perlu
dicurigai adanya perforasi pada esofagus sehingga 1. Knight A], Kjeldsberg CR. Cerebrospinal, Synovial, and
Serous Body Fluids. In McPherson & Pincus: Henry>s Clinical
terjadi percampuran dengan getah lambung yang asam. Diagnosis and Managementby Laboratory Methods- Eds 21"t.
Peningkatan amilase dihubungkan dengan adanya proses W B Saunders Company, Philadelphia 2006:pp1393-9.
kelainan pada pankreas, umumnya dilakukan pemeriksaan 2. Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3'd ed FA Davis
Co, Philadelphi a 199 4:pp.17L-8.
amilase bila penyebab efusi pleura belum diketahui. Bila 3. Brunzel NA. Urine and body fluid analysis. 2"d ed. Saunders
dijumpai pU <i,ZA dianjurkan untuk melakukan drainase, Philadelphia 2004:pp.361"-9.
begitu pula pada hasil glukosa cairan <40 md/dL atau rasio 4. Heffner |E, Highland K, Brown LK. A meta-analysis
derivation ofcontinous likehood ratios for diagnosing pleural
cairan/serum glukosa < 0,4 dengan LDH >1000 lU/1.15
fluid exudates. AmI respire Crit Care med2003;L67:1591-9.
5. Orts D, Femandez C, candeira CIvIS& Hemandez L, Brufao
hmeriksaan serologi SR. Is it meaningful to use biochemical parameters to
hmeriksaan serologi dilakukan untuk membedakan adanya discriminate between transudative and exudative pleural
ef tusion? Chest 2002122:1524-9.
keganasan, membedakan inflamasi dan infeksi. Dapat 6. Sahn SA. Diagnosis and management of parapneumonic
dilakukan pemeriksaan co rcinoembyonic o ntige n (CEA), effusion and empyema. CID 2007;45:'1480-6.
komplemen, o ntin u cle o r ontibody (ANA), i m mu nog lobu in
I

serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan


denosine deominose octivity (ADA) dengan hasil > 30
U/L dianggap menyokong adanya infeksi Mycobokterium
tuberkulosis. 1,'z

krneriksaan Mikrobiologi
Sama seperti pada cairan serosa lain, pemeriksaan
mikrobiologi meliputi pemeriksaan terhadap sediaan
langsung dan biakan resistensi mikroorganisme dan
terhadap kuman tuberkulosis. Sediaan langsung dipulas
dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk bakteri
tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR untuk
ll tuberculosrs. Aspirasi yang berupa pus menandakan
Errdapatnya empiema, bila penderita telah mendapat
Erapi antibiotika sebelumnya maka mungkin saja hasil
hrltur tidak tum bu h mi kroorganisme. U ntu k meni n gkatkan
hcil biakan sebaiknya cairan harus segera dimasukkan ke
dalam botol inokulasi untuk biakan dengan segera.l'6
276 LABOMTORIUM KLINIK

CAIRAN PERIKARDIAL perikardia jenis transudat cairan akan tampak kekuningan,


jernih tanpa adanya bekuan atau darah. Warna menjadi
Cairan perikardial adalah cairan yang berada dalam lebih tua pada eksudat dan bila terdapat peningkatan
rongga perikardium, yaitu rongga yang dibatasi oleh jumlah sel, misalnya pada infeksi atau keganasan. Warna
membran perikardial viseralis dan parietalis. Dalam yang bercampur agak kemerahan disebabkan kerusakan
keadaan normal hanya terdapat sejumlah kecil cairan, membran pada trauma pungsi, infeksi tuberkulosis atau
yaitu antara 10-50 mL. Efusi perikardial sebagian besar keganasan. Trauma pungsijuga mengandung cukup banyak
diakibatkan oleh gangguan permeabilitas membran akibat fibrinogen sehingga sebaiknya digunakan penampung
infeksi, keganasan atau gangguan metabolik yang akan dengan antikoagulan agar tak terbentuk bekuan yang
mengakibatkan ketidakseimbangan antara produksi dan akan mengganggu hitung sel dan hitung jenis sel. Warna
reabsorpsi. Peningkatan jumlah cairan atau efusi tersebut yang sangat merah dapat diakibatkkan adanya trauma
akan mengakibatkan peningkatan tekanan i ntraperikardial berat, luka tusukjantung serta penggunaan antikoagulan
dan akan mengganggu kerja jantung karena terjadi yang tak terkontrol. Cairan yang keruh seperti susu dapat
kompresi. Bila jumlah cairan cukup banyak akan terjadi disebabkan tercemar dengan khilus.l'2
tamponade jantung. Jenis efusi perikardial dapat berupa
transudat, eksudat dan hemoragik.l'2 Pemeriksaan Kimiawi
Cairan transudat dapat disebabkan oleh gagal Pemeriksaan yang dilakukan adalah melihat perbandingan
jantung, sindrom nefrotik, myxedema atau kelainan antara kadar cairan terhadap serum (rasio) antara protein,
metabolik. Cairan eksudat dapat disebabkan infeksi antara albumin, glukosa, LDH, kolesterol serta berat jenis dan
lain tuberkulosis dan empiema. Cairan sangat keruh atau SAAG. Pada efusi perikardialjuga digunakan kriteria Light,
hemoragik dapat dijumpai pada keganasan, trauma, dianggap terdapat transudat bila rasio protein <0,5 dengan
aneurisma, pasca operasi dan akibat obat antikoagulan). rasio LDH <0,6 atau LDH <200 lUlL dan SAAG <1.2 g/dl,
Adanya efusi perikardial dapat dideteksi dengan kolesterol < 60 mgldl. Penurunan glukosa berhubungan
mendeteksi keluhan sakit dada, rasa tekanan, pemeriksaan dengan adanya infeksi bakterial. Berat jenis < 1.015
rafi serta radiologi k. 1'3
fisi k, elektrokardiog dianggap transudat, pH pada kelainan non-inflamasi adalah
7.42 + 0.06 dan pada inflamasi pH sekitar 7 .06.4'5

PEMERIKSAAN CAIRAN PERKARDIAL Pemeriksaan Mikroskopik


Pemeriksaan mikroskopik meliputi hitung sel dan hitung
Bahan Pemeriksaan jenis sel. Sel yang dilaporkan adalah jumlah leukosit,
Bahan pemeriksaan berasal dari pungsi daerah perikardial, bila jumlah eritrosit cukup banyak,.maka jumlahnya juga
perikardiosentesis. Dianju rkan u ntu k melaku ka n ti ndakan dilaporkan. Bila jumlah leukosit > 1000/uL maka dianggap
ini dengan bantuan radiologik dan setelah itu memasang terdapat infeksi. Bila pada hitung jenis dijump.ai banyak
drain untuk beberapa saat. Sama seperti pada pengambilan neutrofil dianggap infeksi kemungkinan endokarditis
bahan pemeriksaan untuk cairan lain. sebaiknya digunakan bakterial. Perlu diamati juga adanya sel ganas serta sel
3 buah penampung, yaitu untuk pemeriksaan kimiawi abnormal lainnya. Jumlah eritrosit yang sangat banyak >
dan imunologi, tabung dengan antikoagulan KTEDTA atau 10.000/uL dianggap terdapat kemungkinan trauma atau I
aa
heparin untuk hitung dan analisis sel, serta tabung steril keganasan. (

atau media biakan (misalnya botol Bactec, atau media ,i

aaerob dan anaerob lain) untuk pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan Serologi I


Seringkali antikoagulan mutlak di perlu kan karena terdapat Pemeriksaan serologi dilakukan untuk membedakan adanya ili

kemungkinan terbentuknya bekuan setelah pungsi caran infeksi dan keganasan. Pemeriksaan Adenosine deaminose u
perikardia karena kadar fibrinogen atau proteinnya yang octivity (ADA) dengan hasil >30 U/L dianggap menyokong ilt

tinggi. Hal itu akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung ad a nya inf eksi Myco b q cte riu m t u b e rc u lo s is. Da pat d i I a ku ka n
m
jenisnya tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan juga pemeri ksaa n ca rcinoem byo n ic o ntig e n (CEA), serologi u ntu k d
diperlukan contoh sampel darah KTEDTA dan darah beku infeksijamur; PCR untuk M. tuberculosrs serta pemeriksaan iill

untuk perhitungan rasio dalam menentukan jenis cairan lain yang dianggap perlu. 1'a's tr
transudat atau eksudat.1,3 m
rfll

Pemeriksaan Makroskopik REFERENSI I


Sama seperti pada cairan serosa lain dilakukan penilaian nllit

terhadap warna cairan, kejernihan, adanya bekuan serta 1. Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3'd ed FA Davis
fi
Co, Philadelphia 1994:pp.17"1-8.
kelainan lain yang mungkin tampak. Pada cairan cairan d
ANATISIS CAIRAN 277

Z Brunzel NA. Urine and body fluid analysis. 2d ed. Saunders Penurunan tekanan secara cepat dapat mengakibatkan
Philadelphia 2004:pp.3 61.-9.
herniasi. Umumnya dapat dikeluarkan sekitar 10-20 mL
3. Knight A], Kjeldsberg CR. Cerebrospinal, Synovial, and
Serous Body Fluids.InMcPherson & Pincus: Henry>s Clinical cairan pada dewasa. Sebaiknya klinisi mengetahuijumlah
Diagnosis and Managementby LaboratoryMethods. Eds 21"1. minimalyang diperlukan untuk melakukan seluruh analisis
W B Saunders Company, Philadelphia 2006:pp1393-1. yang diperlukan. Pada analisis cairan otak diperlukan
4. Burgess L|, Reuter H, taljaard JJF, Doubell AF. Role oI sampel darah KTEDTA dan darah beku yang diambil sekitar
biochemical test in the diagnosis of large perikardial effusiors.
2 jam sebelumnya untuk pembanding serta perhitungan
Chest2002;12L:495-9.
5. Seferovic PIvI, Ristic AD, Erbel M, Reinmuller
& Adler Y rasio berbagai parameter.l.3
Tomkowski WZ, et all. Guidelines on the diagnosis and Spesimen biasa ditampung dalam 3 tabung sesuai
management of perikardial diseases. Executive summary.
Eur Heart
urutan pengambilan. Tabung pertama digunakan
J 2004;25:587-610.
untuk pemeriksaan kimiawi dan serologi, tabung ke-2
digunakan untuk biakan mikrobiologi, dan tabung ke-3
untuk hitung sel. Cairan otak harus segera dibawa ke
CAIRAN OTAK
laboratorium karena sel yang terkandung di dalamnya
Cairan otak diproduksi di pleksus koroideus dan diabsorpsi mudah mengalami degradasi setelah 30 meniti,'z
di vilus arakhmoid. Setiap hari akan diproduksi sejumlah
20 mL cairan serebrospinalis dan total volume cairan Pemeriksaan Cairan Otak
di ruang tersebut pada orang dewasa berkisar antara Pemeriksaan cairan otak meliputi pemeriksaan
140-170 mL dan 10-60 mL pada neonatus. Produksi makroskopik, mikroskopik, kimiawi, serologi, imunologi,
cairan terjadi melalui proses ultrafiltrasi akibat tekanan mikrobiologi serta pemeriksaan khusus lainnya.
hidrostatik sepanjang kapiler koroidal serta transpor aktif
sel epitelnya. Cairan otak berfungsi sebagai pembawa Pemeriksaan Makroskopik
nutrisi ke jaringan saraf membawa sisa hasil metabolisme Pada pemeriksaan makroskopik dilaporkan warna,
sel, membentuk bantalan untuk menjaga otak serta kejernihan serta kelainan lain yang tampak seperti adanya
medulla spinalis dari trauma. Lapisan sel yang melapisi bekuan, endapan, serta keadaan lainnya. Cairan otak
rongga cairan terdiri dari endotel kapiler dan pleksus normaltak berwarna dan jernih seperti air. Cairan berwarna
koroid. Antar sel terdapat sualu tight junction yang akan kemerahan dan sedikit keruh bila terdapat perdarahan,
menghambat makromolekul seperti protein, lipid dan kekeruhan dapat disebabkan juga oleh peningkatan jumlah
molekul lain untuk masuk ke dalamnya. Hal ini dikenal leukosit. Cairan sangat keruh atau seperti susu dapat
sebagai blood broin barrier atau sawar otak. Komposisi disebabkan peningkatan protein atau lipid di dalamnya.
cairan otak tidak sama seperti plasma karena adanya Warna xantokhrom dapat'disebabkan oleh perdarahan
transpor aktif dari beberapa substansi.l,2 dan kemudian terjadi degradasi eritrosit. Warnanya
bervariasi dari agak merah muda (olqihemoglobin),
agak jingga akibat hemolisis atau kekuningan akibat
PEMERIKSAAN CATRAN OTAK perubahan oksihemoglobin mejadi bilirubin. Fenyebab
warna xantokhrom lain adalah peningkatan kadar bilirubin,
Bahan Pemeriksaan pigmen karoten, peningkatan protein yang tinggi, pigmen
Cairan otak biasa diperoleh dengan pungsi lumbal, sisternal melanoma serta juga dapat dijumpai pada fungsi hati yang
atau lateral servikal. Untuk pungsi lumbal dilakukan antara kurang baik pada neonatus.l-3
t ertebra lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Tindakan harus hati- Warna kemerahan pada cairan otak harus dibedakan
hati dan memperhatikan tekanan intrakranial serta tak apakah berasal dari trauma pungsi atau niemang terdapat
boleh mencederai jaringan saraf. Sebaiknya digunakan perdarahan otak. Pada perdarahan akibat trauma pungsi
manometer utuk mengukur tekanan sebelum dilakukan maka jumlah darah tidak homogen pada ketiga tabung.
pengambilan cairan otak. Dalam keadaan normal pada Tabung Bertama akan mengandung lebih banyak darah
dewasa tekanan berkisar antara 90-180 mm, dapat dibandingkan tabung ke tiga3. Cairan dengan trauma
mencapai 250 mm pada pasien obese. Peningkatan pungsi cenderung lebih sering membentuk bekuan. Warna
bkanan >250 mm air dapat disebabkan oleh meningitis, xantokhrom seringkali disebabkan adanya perdarahan
perdarahan intrakranial dan tumor. Bila tekanan >200 mm yang telah berlangsung lebih dari 2 jam sebelumnya.
maka sebaiknya maksimal hanya dikeluarkan 2 mL cairan Kontaminasi dengan darah hingga 200-300 uL darah
saja. Pengambilan cairan harus dihentikan bila tekanan seringkali masih menampakkan cairan yang jernih.la
menurun sebesar 50o/o dari tekanan awal. Penurunan
tekanan dapat dijumpai pada blok spinal-subarakhnoid, Pemeriksaan Mikroskopik
dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan kebocoran cairan otak. Pemeriksaan mikroskopik meliputi hitung sel dan hitung
278 LABORATORIUM KLINIX

jenis sel. Sel yang dilaporkan adalah jumlah leukosit, elektroforesis protein untuk melihat fraksinya. Dalam
bila jumlah eritrosit cukup banyak maka jumlahnya juga keadaan normal cairan otak hanya sedikit sekali
dilaporkan. Sebaiknya cairan diperiksa sebelum 30 menit mengandung protein karena cairan tersebut merupakan
dari sejak pungsi, sebelum terjadi lisis dari sel. Pada ultrafiltrasi selektif dari plasma. Jumlah protein normal
pemeriksaan cairan otak sebaiknya juga disertai contoh berkisar antara 15-45 mg/dL, jumlah yang sedikit lebih
darah dengan antikoagulan KTEDTA untuk melakukan tinggi dijumpai pada bayi dan orang tua. Umumnya
perbandingan bila terjadi trauma pungsi atau bila dijumpai fraksi protein yang dapat dijumpai sama dengan fraksi
adanya sel abnormal seperti blas. Cairan otak dewasa protein plasma, kekhususan pada cairan otak adalah
normal mengandung 0-5 sel/ uL, pada anak jumlahnya adanya protein tau. pada analisis pemeriksaan cairan otak
lebih tinggi, pada neonatus dapat mencapai 30 sel/uL. sebaiknya disertakanjuga sampel dari serum agar dapat
Pemeriksaan jumlah sel umumnya tak dapat mengunakan dilakukan perbandingan.2
alat hitung otomatik dan untuk menghitungnya digunakan Pemeriksaan protein total cairan otak dilakukan
kamar hitung konvensional.a3 dengan reaksi warna atau dengan metode turbidimetri.
' Pemeriksaan hitung jenis sebaiknya menggunakan Hasil pemeriksaan protein yang sedikit meningkat dapat
sediaan yang dibuat dengan alat sitospin sehingga disebabkan oleh rembesan protein susunan saraf pusat
penyebaran dan morfologi se! tetap baik. Sediaan hitung tetapi peningkatan protein yang nyata menandakan adanya
sel dipulas dengan pewarnaan Wright dan dilakukan hitung kerusakan pada sawarotak, produksi imunoglobulin pada
sel dengan membedakan sel PMN (polimorfonuklear) sistem saraf pusat, berkurangnya bersihan protein, serta
dan MN (mononuklear). Bila terdapat banyak variasi sel degenerasi dari susunan saraf pusat. Penyebab tersering
lain maka dilakukan hitung jenis leukosit sama seperti dari kerusakan sawar otak adalah karena meningitis
hitung jenis sel darah. Sel yang sering dijumpai adalah dan perlukaan yang mengakibatkan perdarahan.
sel limfosit dan monosit (MN) dan kadang dapat dijumpai Beberapa kelainan neurologis juga dapat mengakibatkan
netrofil (PMN). Pada anak lebih sering dijumpai limfosit peningkatan protein. Pungsi cairan otak traumatik juga
sedang pada orang dewasa monosit. Pada inflamasi dan akan menyebabkan peningkatin protein cairan disertai
infeksi akan terjadi peningkatan jumlah leukosit dan bila adanya peningkatan jumlah komponen selnya. Dapat
jumlahnya sangat meningkat disebut sebagai pleositosis. dilakukan koreksi hasil pada pungsi traumatik bila
Dapat dijumpai adanya eosinofil, sel plasma, dan makrofag. pengiriman cairan otak disertai dengan pengiriman sampel
Sel abnormal yang dapat dijumpai, antara lain sel ganas, darah dengan antiakoagulan dan serum.l
sel granulosit imatur hingga sel blas pada leukemia. Bila Selain pemeriksaan protein total cairan otak, juga
peningkatan sel didominasi oleh PMN maka dicurigai dapat dilakukan pemeriksaan fraksi protein seperti
adanya meningitis yang disebabkan oleh bakterial dan pemeriksaan albumin, lgG serta pemeriksaan elektroforesis
bila dominasinya MN maka dugaannya meningitis protein untuk melihat fraksi lainnya. Pemeriksaan ini
viral, tuberkulosa atau parasitik. Pada sklerosis multipel dilaporkan dalam bentuk rasio terhadap kadarnya dalam
dijumpai dominasi limfosit dengan jumlah sel kurang serum. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menunjang
dari 25 sel/ul. Adanya makrofag yang memfagositosis diagnosis adanya berbagai kelainan neurologis. .Pada
eritrosit menandakan kemungkinan riwayat perdarahan penderita slerosis multipel akan dijumpai peningkatan
sebelumnya atau adanya sepsis. Peningkatan eosinofil fraksi lgG. Untuk membedakan apakah peningkatan
sering dijumpai sebagai reaksi terhadap adanya parasit tersebut merupakan produksi dari susunan saraf pusat
serla introcroniol shunt malformotion. Adanya limfosit maka dihitung rasio antara lgGlalbumin dan lgG indeks.
reaktif dan limfosit berbentuk plasmositoid dijumpai lgG indeks= (lgG cairan/serum)/(albumin cairan/
pada infeksi viral serta sklerosis multipel. Pada hitung albumin serum)
jenis juga perlu dilaporkan pula benda lain seperti Dalam keadaan normal lgG indeks lebih kecil dari 0,6
adanya bakteri intraseluler, jamur; ragi, dan Cryptococcus. sedangakan pada multiple sclerosis lgG indeks > 0,77.
Untuk konfirmasi adanya Cryptococcus dapat dilakukan Selain itu pada elektroforesis dapat dijumpai adanya
pembuatan sediaan basah dengan pulasan tinta lndia, band oligoklonal yang tidak dijumpai dalam serum
terlihat gambaran yang khas berupa lingkaran halo tak penderitanya. Band oligoklonal dapat pula dijumpai pada
berwarna dari kapsulnya.2-a beberapa kelainan lain seperti AIDS, tetapi band ini dapat
dijumpai juga di serum. Pada penderita sklerosis dapat
Pemeriksaan Kimiawi Cairan Otak dilakukan monitoring kadar myelin bosic protein (MBP)
Pemeriksaan kimiawi yang sering dilakukan adalah yang ada dalam cairan otak. Protein ini juga dilaporkan
pemeriksaan protein total, glukosa, dan elektrolit. meningkat pada sindrom Guillian-Barre.1'2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Fraksi protein lain yang dapat dianalisis adalah o-r-
al bu min, fra ksi protein seperti transferi n, i munog lobu in,
I makroglobulin (A2M) yang meningkat pada kerusakan
A'IIALISIS CAIRAN 279

:::::rl--:r :;l:-:-
sawar otak dan meningitis, Br-mikroglobulin (B2M) yang -
ji:-: i: !; !:!: i= r1:r !
r.::r i l t ri: :i t" :.!,ri:i::r: : ji:r:
j
i :.:;.=i : ::,ii:: + 1il: +i: ;::i ii:: :
meningkat pada leukemia leptomeningeal, C reaktif protein
(CRP) untuk membedakan meningitis bakterial dan viral, Satuan
Fibronektin yang peningkatannya digunakan sebagai Natrium 1 35-1 50 mEqlL
petanda prognosis buruk pada leukemia limfositik akut Kalium 2.G3.0 mEq/L
anak, beta amiloid protein 42 - atau protein sebagai petanda Khlorida 1 15-130 *'.
mEq/L
pada Alzheimer dan protein 14-3-3 sebagai petanda Kalsium 2.W2.8 mEq/L
ensefalopati spongiform seperti penyakit Creutzfeldt-Jacob. Magnesium 2..4-3.0 mEq/L
Beta 1 transferin suatu isoform transferin sering digunakan Fosfor 1.2-2.0 mg/dL
sebagai petanda rinorea dan otorea.2,a Laktat 1o-zz mg/dL
co2 20.25 m,Eqll
Osmolalitas 280-300 mOsm/L
Femeriksaan Glukosa Cairan
Glukosa masuk dalam cairan otak melalui transpor selektif
dengan kadar sekitar 60-70% kadar glukosa serum, yaitu peningkatan LDH dengan perdarahan intrakranial. LDH
sekitar 50-80 mgldl. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan juga digunakan utuk membedakan meningitis bakterial
kadar glukosa serum secara bersamaan, dengan dan viral. Kadarnya pada meningitis bakterial > 40U151e
pengambilan bahan darah 2jam sebelum dilakukan pungsi
cairan otak. Pemeriksaan glukosa harus segera dilakukan Pemeriksaan Mikrobiologi Cairan Otak
setelah pungsi agar tidak terjadi penurunan kadarnya. Pemeriksaan digunakan untuk mencari penyebab infeksi.
Hasil pemeriksaan kadar galukosa yang tinggi hampir Bahan pemeriksaan harus ditampung dalam botol
selalu diakibatkan karena kadarnya dalam serum yang penampung steril serta dikirim secepatnya ke laboratorium.
meningkat. Kadar glukosa yang lebih rendah berguna Tidak diperkenankan untuk menyimpan bahan tersebut
untuk menentukan penyebab meningitis. Penurunan yang di lemari es karena akan mengganggu pertumbuhan
lebih nyata dijumpai pada meningitis bakterial terutama kuman tersebut. Dapat iilakukan pemeriksaan sedian
bila disertai dengan peningkatan PMN. Bila penurunan langsung yang dipulas dengan pewarnaan Gram atau
disertai peningkatan limfosit maka lebih dicurigai adanya BTA serta pemeriksaan dengan tinta lndia. Untuk deteksi
meningitis tuberku losa.1,3 mikroorganisme dan jamur juga dapat menggunakan
pemeriksaan imunologi. Pemberian antibiotik sebelum
Femeriksaan Kimiawi Lain dilakukan kultur akan mengurangi kemungkinan
Selain protein dan glukosa dapat puta dilakukan tumbuhnya mikroorganisme.3
pemeriksaan kadar laktat, elektrolit, enzim, dan glutamat.
Laktat dalam cairan otak berkisar antara 10-22 mg/dl,
kadar di cairan otak sering tidak berhubungan dengan REFERENSI
kadarnya di plasma. Peningkatan laktat cairan dikaitkan
dengan adanya hipoksiajaringan otak serta hal lain yang 1. Knight Aj, Kjeldsberg Cn. C"r"U.orp1nal, Synovial, and
Serous Body Fluids. In McPherson & Pincus: Henry>s Clinical
rnenyebabkan gangguan sirkulasi darah dan transpor
Diagnosis and ManagementbyLaboratory Methods. Eds 21st.
oksigen ke otak, hidrosefalus, perdarahan, edema otak W B Saunders Company, Philadelphia 2006:pp1393-9.
serta meningitis. Peningkatan laktat yang berkepanjangan 2. Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3rd ed FA Davis
Co, Philadelphia 1994:pp.135-51.
menandakan prognosis yang buruk. 1,3
Kadar elektrolit cairan otak yang sering diminta adalah
3. Brunzel NA. Urine and body fluid analysis. 2nd ed. Saunders
Philadelphia 2004:pp.325 - 41.
Na, K dan Cl, tetapi selain itu dapat dilakukan analisis 4. Deisenhammer F, Bartosb A, Egga & Gilhusc NE, Giovannonid
terhadap Ca, Mg, CO2 dan osmolalitasnya. Kadar substansi G, Rauere I Sellebjerg F. Guidelines onroutine cerebrospinal
fluid analysis. Report from an EFNS task Force. European
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
|ournal of Neurology 2006, 13: 913-?2.
Berbagai enzim dapat diperiksa di cairan otak 5. Lo[i F, Franchiotta D. Standardization of procedures and
seperti adenosin deaminase (ADA) yang peningkatannya methods in neuroimmunology from the Italian Association
of Neuroimmunology.hrtp: / / www.aini.it/fi1es/pd{ / 48094.
dikaitkan dengan infeksi tuberkulosis. Enzim kreatinin
pdf. Retrieved March 2012.
kinase (CK) yang peningkatannya sering dijumpai pada 6. Seehusen DA, Reeves MM, Fomin DA. Cerebral Fluid
infark otak, hidrosefalus, perdarahan serta tumor. CK- Analysis. Am fam Physician 2003:68;1103-8.
BB isoenzimnya yang khas untuk otak meningkat 6 jam
setelah terjadinya infark otak. Enzim laktat dehidrogenase
(LDH) terutama isoenzim LDH 1 dan 2 mempunyai aktivitas CAIRAN SENDI
tinggi dijaringan otak. Pemeriksaan ini digunakan untuk
membedakan trauma pungsi yang tak menampakkan Cairan sendi atau cairan sinovial adalah cairan kental
280 LABORATORIUM KLINIK

yang terdapat di rongga sendi. Cairan sendi berasal dari meningkat. Cairan pleura yang sangat keruh seperti susu
ultrafiltrasi plasma melalui membran sinovial ditambah umumnya diakibatkan adanya kristal.'zr
dengan sekresi sel sinovial berupa suatu mukopolisakarida
yang mengandung asam hialuronat dan protein. Pemeriksaan Viskositas
Ultrafiltrasi tidak bersifat selektif, kecuali untuk protein Cairan sendi lebih kental karena adanya polimerisasi
bermolekul besar, sehingga dalam keadaan normal asam hialuronat. Arthritis akan menyebabkan viskositas
komposisi cairan sendi menyerupai komposisi plasma. berkurang. Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan cara,
Cairan sinovial membawa nutrisi bagi sendi, terutama di antara lain melihat kemampuan cairan sendi meregang
permukaan yang bergerak. Dalam keadaan normal cairan bila diteteskan. Dalam keadaan normal panjangnya dapat
sinovial berjumlah < 3.5 mL, jumlahnya akan meningkat mencapai 4-6 cm. Dapat juga dinilai dengan mucin clot
bila terjadi inflamasi dan infeksi serta proses lain di fesf kemampuan cairan untuk membentuk bekuan yang
sendi. Cairan synovial berada di setiap sendi tetapi untuk baik pada pH asam. Dilaporkan sebagai bekuan yang baik,
mengambil sampel cairan biasa dilakukan pungsi dari sedang, buruk serta tidak membentuk bekuan. 23
sen'di lutut. Analisis cairan sendi dilakukan untuk mencari
penyebab kelainan yang ada.1,2 Pemeriksaan Mikroskopik 2,4
Cairan sendi kadang terlalu kental sehingga terdapat
kesulitan untuk melakukan hitung sel serta hitung jenis
PEMERIKSAAN CAIRAN SEN DI selnya. Dilakukan hitung leukosit dan eritrosit serta sel lain
yang banyak dijumpai. Hitung sel harus segera dilakukan
Bahan Pemeriksaan <1 jam pasca aspirasi karena setelah itu netrofil akan
Bahan pemeriksaan berupa caian sinovial diperoleh mengalami degenerasi dan menyebabkan jumlahnya
dengan melakukan arthrosentesis, aspirasi dengan jarum berkurang. Dalam keadaan normal dapat dijumpai hitung
di rongga sendi. Arthrosentesis dilakukan paling sering sel leukosit <200 sel/uL. Jumlah leukosit akan sangat
di sendi lutut. Sebaiknya bahan aspirasi ditampung meningkat hingga 100.00 sel/uL pada infeksi berat.
dalam 3 buah tabung, yaitu untuk pemeriksaan kimiawi Pada hitung jenis cairan sendi normal dijumpai
dan imunologi, tabung dengan antikoagulan K3EDTA predominasi sel mononuklir seperti limfosit, monosit
cair atau heparin untuk hitung dan analisis sel serta makrofag, dan sel sinovial. Jumlah netrofil < 25o/o jumlah
tabung steril atau media inokulasi (misalnya botol Bactec, sel total. Peningkatan jumlah netrofil menandakan adanya
atau media aerob dan anaerob lain) untuk pemeriksaan arthritis septik, sedangkan peningkatan sel mononuklear
mikrobiologi. Seringkali mutlak diperlukan antikoagulan menandakan adanya proses non-inflamasi. Perlu
karena terdapat kemungkinan terbentuknya bekuan dilaporkan adanya eosinofil, sel LE (Lupus eritematosus),
setelah aspirasi karena kadar fibrinogen yang tinggi. Hal sel Reiter dan sel RA (rheumatoid arthritis) atau adanya
ini akan mengakibatkan jumlah sel atau hitung jenisnya Ragosit. Untuk memperoleh gambaran dan penyebaran
tak dapat dilakukan. Untuk analisis cairan sinovial juga yang baik, maka pembuatan sediaan hitung jenis dilakukan
diperlukan contoh sampel darah beku dan kadang darah dengan mengunakan sitosentrifugasi. Pada trauma juga
dengan K3EDTA. 12 dapat dijumpai adanya butir lemak.
Pemeriksaan cairan sendi meliputi pemeriksaan Pada pemeriksaan mikroskopik juga diperlukan
makroskopik, mikroskopik, viskositas, identifikasi kristal, identifikasi kistal untuk mendiagnosis adanya crystal
kimiawi, sero-imunologi dan mikrobiologi. induced orthritis. Pemeriksaan kristal harus dilakukan
sesegera mungkin karena kristal mudah berubah dengan
Pemeriksaan Makroskopik adanya perubahan suhu atau pH. Bila cairan sendi
Pada cairan sinovia dilakukan penilaian terhadap warna disimpan di lemari es akan terjadi peningkatan kristal
cairan, kejernihan, adanya bekuan serta kelainan lain monosodium uratnya. Kristal yang umum dijumpai
yang mungkin tampak. Pada keadaan normal, cairan akan dalam cairan sendi adalah monosodium urat (asam urat)
tampak kuning muda, jernih tanpa adanya bekuan atau yang dijumpai pada gout, sedangkan kristal kalsium
darah. Warna menjadi lebih tua bila terdapat inflamasi, pirofosfat dijumpai pada pseudogouf. Selain itu juga dapat
infeksi dengan peningkatan jumlah sel. Warna kemerahan dijumpai kristal kolesterol, apatit, kalsium oksalat serta
disebabkan trauma pada saat pungsi cairan atau gangguan kristal kortikosteroid pada penderita yang diberi injeksi
koagulasi. Trauma pungsi dapat mengakibakan timbulnya kortikosteroid. Bila pada aspirasi menggunakan sarung
bekuan bila mengandung cukup banyak fibrinogen tangan yang mengandung bedak kadang dapat dijumpai
sehingga sebaiknya digunakan penampung dengan artefak kristal talkum. Bila kristal didiamkan lama dalam
antikoagulan. Cairan sendi yang keruh hingga berbentuk udara terbuka dapat terbentuk tambahan kistal kalsium
pus dapat disebabkdn oleh adanya leukosit yang fosfat.
ANALISIS CAIRAN 281

Pemeriksaan Kimiawi
fairan sendi berasal dari hasil ultrafiltrasi plasma oleh
(arena itu komposisinya menyerupai plasma. Dilakukan
glukosa cairan, laktat, protein dan asam urat. Kadar
=nalisis
glukosa cairan menurun pada arthritis septik atau adanya
nfeksi. Dalam keadaan normal perbedaan glukosa cairan
Can plasma tidak lebih dari 10 mgldL. Pemeriksaan laktat
.engan hasil <7,5 mmol/L dianggap dapat menyingkirkan
adanya arthritis septik, sedangkan kadar >7,5 mmol/L
capat dijumpai pada arthritis septik atau arthritis
rheumatoid. Pada keadaan normal, protein molekul besar
rldak difiltrasi sehingga kadar protein normal <3 g/dl.
reningkatan protein dijumpai pada inflamasi atau keadaan
remoragik. Pemeriksaan asam urat cairan dilakukan untuk
nengetahui peningkatannya terutama bila kristal urat tak
oapat ditemukan secara mikroskopik.l'3

Pemeriksaan Serologi
remeriksaan serologi dilakukan untuk mengetahui adanya
croses imunologik dan inflamasi. Pemeriksaan terhadap
faktor rheumatoid dapat dilakukan di cairan maupun
olasma, begitu juga pemeriksaan untuk serologi terhadap
upus eritematosus. Pemeriksaan CRP, prokalsitonin,
xomplemen cairan serta berbagai sitokin dilakukan untuk
rnengetahui adanya proses septik dan imunologik. a's

Pemeriksaan Mikrobiologi
remeriksaan mikrobiologi meliputi pemeriksaan tuntuk
nencari penyebab inflamasi dan infeksi. Pemeriksaan
dilakukan terhadap sediaan langsung dan biakan resistensi
nikroorganisme, baik terhadap kuman tuberkulosis,
.amuri viral maupun bakteri lain. Sediaan langsung dipulas
Cengan pewarnaan Gram atau pewarnaan untuk bakteri
tahan asam (Ziehl Neelsen) atau pemeriksaan PCR untuk M.
tuberculosis. Untuk meningkatkan hasil biakan sebaiknya
:airan harus segera dimasukkan ke dalam botol inokulasi
untuk biakan dengan segera. Kadang dilakukan inokulasi
untuk mencari Neisserio dan HemophihJs.2'4's

REFERENSI

Knight A], Kjeldsberg CR. Cerebrospinaf Synovial, and Se-


rous Body Fluids. In McPherson & Pincus: Henry>s Clinical
Diagnosis and ManagementbyLaboratory Methods. Eds 21"'.
W B Saunders Company, Philadelphia 2006:pp1393-9.
Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3'd ed FA Davis
Co, Philadelphia 199 4:pp.17L -8.
Brunzel NA. Urine and body fluid analysis. 2"d ed. Saunders
Philadelphia 2004:pp.361,-9.
Li SF, Cassidy C, Chang C, Gharib S, Torres J. Diagnostic
utility of laboratory test in septic arthritis. Emerg Med ]
2007;24:75-7.
Carpenter C& Schuur JD, Everett WW, Pines jM. Evidence
based diagnostics: Adult Septic arthritis. Acad Emerg med
2017;781,-96.
f

34
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK
Ketut Suega

PENDAHULUAN Jenis Pemeriksaan


Banyak jenis pemeriksaan (assoys) yang dapat dipakai
Deteksi tumor fase awal merupakan masalah yang penting untuk mendeteksi PT (seperti pada tabel 1), akan tetapi
bagi para klinisi (oncologist) oleh karena pada fase inilah immunoossoy merupakan teknik pemeriksaan yang paling
terapi diharapkan memberikan hasil maksimal. Seperti sering digunakan oleh karena menghasilkan akurasi dan
diketahui penyebab primer dan faktor yang mengawali presisi yang baik (sensitivity dan specivity). lnterpretasi
proses karsinogenesis adalah adanya defek pada proto- hasil akhir pemeriksaan PT lebih. disukai yang memakai
onkogen, gen supresor dan beberapa gen esensial sistem otomatis dibandingkan dengan identifikasi visual.
lainnya. Defek tersebut tidak saja dianggap sebagai Sebagian besar laboratorium klinik pemeriksaan PT
faktor patogenetik tapi juga sebagai penanda tumor memakai sistem otomatis. Banyak jenis immunoassoys
oleh karena faktor yang terdeteksi pada cairan biologis yang ada sehingga pemilihan sistem yang terbaik
tubuh merupakan petunjuk adanya pertumbuhan tumor. menjadi pekerjaan yang cukup sulit. Demikian halnya
1,2
Penanda tumor (PT) adalah suatu molekul,substansi belum ada standardisasi hasil sehingga tak jarang hasil
atau proses yang dapat diukur dengan suatu pemeriksaan pemeriksaan dengan sistem yang,sama pada satu jenis PT
(assay) baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada bisa berbeda. Tergantung dari jenfS'molekul PT diperiksa,
kondisi pra-kanker dan kanker. Penanda tumor sendiri apakah DNA, RNA, protein atau molekul lainnya. PT yang
dapat berupa DNA, mRNA; protein, atau bagian dari sama misalnya; HER2/neu apakah yang diperiksa ekspresi
protein (seperti proses dari proliferasi, angiogenesis, gennya, RNA ataukah proteinnya, akan memberikan
apoptosis, dan lainnya ). Penanda tumor dapat ditemukan interpretasi klinik yang berbeda walaupun dikerjaltan
dalam darah dan urin penderita. Disamping itu jaringan, air dengan sistem yang sama. Oleh karena itu setiap ossay
ludah, cairan tubuh dan sel sendiri dapat dipakai sebagai yang dipakai harus dievaluasi performannya baik aspek
bahan untuk pemeriksaan PT.3-6 teknis, klinis, operasional dan aspek ekonomi-nya. Dari
Ada banyak jenis Pl beberapa diantaranya hanya aspek teknis yang perlu diperhatikan adalah sensitifitas,
diproduksi oleh satu jenis tumor sedang ada PT yang sama spesifisitas, akurasi, kualitas, stabilitas kalibrasi dan lain-
dibuat oleh beberapa jenis tumor. Perkembangan dibidang lain. Aspek klinik yang paling perlu diperhatikan adalah
$emeriksaan PT sangat pesat dan beberapa pemeriksaan akurasi diagnostik dari alat tersebut sudah dievaluasi
yang canggih dan baru seperti DNA microarroys, serial dengan nilai referensi dan oleh hasil penelitian tentang
onolysis of gene expression (SAGE) dan mass spectrometry, penyakit dimana PT tersebut terbukti. Oleh karenanya
sludi proteomics untuk mengetahui susunan protein kualitas (quolity assuronce) dari pemeriksaan tersebut
dari setiap sel, terus dikembangkan walupun beberapa harus sudah terpenuhi (baik preonalytic, onolytic dan
diantaranya hanya digunakan untuk keperluan riset saja.lze post analytic). Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
Namun demikian sampai saat ini belum ditemukan suatu performa ossay anlara lain: preparasi sampel dan bahan,
PT yang betul-betul ideal untuk satu jenis kanker. Di klinik fiksasi, antigen yang digunakan, spesifisitas antibodi, reaksi
PT digunakan tidak saja sebagai proses.skrining diagnosis immunohistokimia dan aspek visualisasinya, referensi dan
dan monitoring, akhir-akhir ini PT juga digunakan untuk kontrol, presisi, interpretasi dan pelaporan.la-15
meramalkan toksisitas terhadap pengobatan. e-13 Beberapa tehnik prosedur yang berbeda akan bisa

282
?E{ANDA TUMOR DAN APIIKASI KLINIK 283

menyebabkan seberapa baik hasil pemeriksaan tersebut IDENTIFIKASI PENANDA TUMOR


sesuai dengan kondisi biologis dan klinis dari pasien
tersebut. Oleh karenanya aspektehnik ini harus dimengerti Sejarah perkembangan PT dimulai sejak ditemukannya
untuk masing - masing jenis PT dan penggunaan pertama kali oleh Henry Bence-Jones pada tahun 1846
kliniknya. Sebagai contoh: mutasi p53 bisa terdeteksi endapan protein dalam kencing yang diasamkan dari
dengan analisis sekuensial, bisa dengan single-strond seorang penderita mieloma multipel dan sampai saat
conformotionol polymorphism screening of DNA, atau ini masih digunakan sebagai salah satu tanda adanya
dengan immunohistochemicol onolyisis of tissue for p53 imunoglobulin rantai ringan, dan sejak saat itu telah
yotein. Masing-masing jenis analisis ini akan memberikan ditemukan makin banyak PT yang potensial.3'4
hasil yang berbeda tergantung dari penggunaan klinis dan Tidak seperti penemuan obat-obat baru sampai pada
p53 tersebut sebagai faktor prognostik. Demikian pula, pengesahannya sebagai obat standaI sudah ditentukan
satujenis reagen yang dipakai untuk berbagaijenis ossoy tata cara penangannya, prosedur untuk pemeriksaan PT
yang berbeda akan memberikan hasilyang berbeda pula. mulai dari penelitian laboratorium sampai aplikasi klinik
fuatu jenis antibodi monoklonal yang diperiksa dengan belum ditentukan dengan jelas. Untuk mengatasi hal ini
etrnik imunohistokimia untuk memeriksa ekspresi antigen, Notional Concer I nstitute merekomendasikan suatu strategi
atau diperiksa dengan teknik ELISA untuk mengukur secara untuk menentukan suatu PT. Penanda biologis dengan
kuantitatif antigen yang sama. Kedua tehnik ini akan potensi diagnostik dan prediktif tersebut mula-mula akan
rnemberikan hasil analisis yang berbeda dan berbeda pula diperiksa pada fase lyang terdiri dari pilot study. Pada fase
nrterpretasi klinisnys.t+-tz ini metode yang dipakai tersebut akan dites menggunakan
Oleh karena itu jaminan kualitas suatu alat pemeriksaan material baik yang berasal dari jaringan normal maupun
FT adalah mendeteksi PT dengan reliabilitas, validitas, dan jaringan tumor untuk mengetahui perubahan kadar
efikasi yang baik di dalam perannya dalam setiap aspek molekul yang bersangkutan. Apabila pemeriksaan cukup
penatalaksanaan peng-obatan pasien. Hal ini meliputi meyakinkan baik secara kualitatif maupun kuantitatil
ropek preanalitik dan post analitik, yaitu mulai dan kemudian dilakukan studi"fase ll yang merupakan studi
rmempersiapkan bahan yang memiliki standar pemeriksaan retrospektif dengan menggunakan sampel klinik yang
mrmasuk mencatat beberapa kondisi klinis seperti penyakit sudah ditentukan untuk mendapatkan nilai klinik PT yang
lirati dan ginjal yang akan mempengaruhi hasi, metode potensial. Setelah itu akan diikuti dengan fase lll dengan
dan standardisasi dari alat yang bersangkutan, sampai studi komfirmasi menggunakan sekelompok pasien dan
prosentase dalam interpretasi hasil serta penggunaannya fase lV yang merupakan fase validasi kadar PT dengan
didalam penatalaksanaan pasien.e,l s.16 melakukan studi terbuka pada banyak institusi seperti
pada trial klinik.14,1e-21

nEel.,1-
-hEi
Iolekul atau Kelainanapayang Bagaimanabentuk Apareagenyang Bagaimana Apa Jang
Iros€s apa yang dapat dideteksi pengukuran? digunakan? persyaratannya? dipertimbangkan
trtr.rr? dalampengukuran? sebagai hasil
positif?
Gert Amplifikasi, delesi, Southern, CDGE, Probe(panjang Stringency, dll Tergantung tes,
mutasi. dll SSCPE, PCR/ penuh, pasrial, kemu,ngkinan
sekuens, dll sekuens primer, beragam
dlr)
Ekspresi berlebihan, Nothern, reverse Sama dengan di Sama dengan di Sama dengan di
mutasi, dll PCR, hibridisasi in
atas atas atas
situ
Froduk ( protein, Ekspresi berlebihan, ELISA,ElA,RlA,IRMA, Antibodi poli- Konsehtrasi dari Sama dengan di
tarbo rat, glikosilasi abnormal,
hid imunohisto-kimia klonal, antibody reagen, langsung atas
dernak,dll) lokasi seluler (imunoperoksidase, m o n oclon a l-, vs tidak langsung,
abnormal, dll fluoresensi, dll) ligan, dll dil
Proses (per- Munculnya lmunopatologi, Kemungkinan Sama dengan di Sama dengan di
tum b u h a n pembuluh darah pengukuruan beragam atas atas
penrbuluh darah, baru, peningkatan seluler in vitro, dll
espon seluler; dll) respon seluler; dll
IDGE =continues denaturation gel electrophoresis; SSCPE=single-strand conformational polymorphism electrophoresis;
Pffi= polymerase chain reaction; ELISA= enzyme-linked immunosorbent assay; EIA= enzyme-linked immunoassay; RIA=
ltdioim mu noassay; RMA= i m m u ne- rad iom metic assay.
I i
t

LABORATORIUM KTINIK
?,84

Salah satu langkah penting untuk identifikasi dan fosfatase, alkali fosfatase, amilase; kreatin kinase,
memastikan manfaat suatu PT adalah merancang suatu gamma glutamyl transferase, laktat dehidrogenase,
bentuk tersendiri yang layak dan sesuai. Salah satu dan deoksinukleotidil transferase.
format yang baik untuk tersebut adalah yang dirancang 2. Reseptor jaringan. Reseptor jaringan merupakan
oleh ASCO yang disebut TMUGS (The Tumor Marker protein yang berkaitan dengan membran sel. Reseptor
tltitity Groding System). Masing-masing PT ditentukan ini berikatan dengan hormon dan faktor pertumbuhan
pen g gu naa n kli ni knya berdasarkan LOE (Leve t of evidence), serta mempengaru hi kecepatan pertu mbuhan tumor'
dimana LOE I merupakan PT yang didukung oleh desain Beberapa reseptor petanda tumor yang penting
yang terbaik; sedangkan LOE V merupakan PT yang adalah reseptor estrogen reseptor progesteron,
dukungan buktinya paling minimal. Sesuai dengan sistem reseptor interleukin-2, dan epidermol growth factor
ini, PT ideal seharusnya didukung oleh rancangan disain receptor (EGFR).
studi yang prospektif, dengan kekuatan (power) yang 3. Antigen. Antigen onkofetal adalah protein yang
mgmadai, terandomisasi dan secara spesifik menilai aspek terbuat dari gen yang memiliki aktivitas tinggi saat
penggunaan dari PT yang diperiksa, apakah sebagai masa pertumbuhan fetal, namun berfungsi sangat
penanda prognosis, prediktif atau lainnya.la'17'21 minimal saat masa setelah kelahiran. Petanda tumor
Demikian halnya dalam melaporkan hasil studi perlu yang penting dalam kelompok ini adalah alfa'feto
dilakukan strandardisasi mengenai elemen yang penting protein (AFP), antigen karsinoembrionik (CEA), antigen
dari sebuah PT yaitu: kegunaan kliniknya, kekuatan dari spesifik prostat (PSA), cathespin D, HER-2/neu, CA-
PT yang bersangkutan dan reliabilitasnya. tJntuk ini 125, CA-19-9, CA-15-3, dan lainnYa.
telah dikembangkan suatu format laporan yang disebut 4. Onkogen. Beberapa petanda tumor adalah produk
REMARK (reporting recommendotion for tumor morker dari onkogen, yang merupakan gen yang berperan
prognostic studies) oleh NCI-EORTC. Dalam guidelinesini aktif dalam masa fetal dan mencetuskan pertumbuhan
perlu di tetapkan tujuan dari studi, identifikasi dengan tumor saat gen ini teraktivasi pada sel matur. Beberapa
jelas populasi pasien dan kontrol, end-point dari studi dan onkogen penting contohnya adalah BRAC-1, myc,
faktor - faktor pengganggu yang potensial yang mungkin p53, gen RB (retinoblastoma), dan kromosom
ada (3,22). Philadelphia.
Penanda tumor yang ideal adalah PT yang sangat 5. Hormon. Kelompok terakhir dari petanda tumor ini,
spesifik artinya dia hanya ada pada tumor tersebut termasuk kelompok hormon yang'secara normal
dan juga perlu sensitifitas
'yang tinggi ar:tinya dapat disekresi oleh jaringan yang mengalami perubahan
mendeteksi tumor pada kondisi pra-kanker. Akan tetapi malignansi, di mana hormon inijuga diproduksi oleh
sampai saat ini belum ada satupun PT yang ideal dan jaringan yang secara nofrr+al tidak menghasilkan
pemeriksaan hanya satu jenis PT tidak dapat dipakai hormon (produksi ektopik). Beberapa hormon yang
sebagai pegangan untuk diagnosis suatu tumor oleh terkait dengan proses malignansi adalah adrenol
co rtico tro pic h o r mon (ACTH), ka sitonin, katekolamin,
karena: 1. kadar PT dapat meningkat pada penderita tanpa
I

kanker; 2.kadar PT tidak meningkat pada setiap penderita gastrin, humon chorionic gonadotropin (hCG) dan
kanken lebih-lebih pada kanker stadium dini; 3. banyak prolaktin. :

PT meningkat kadarnya pada berbagaijenis tumor. Akan Keuntungan dari penggunaan petanda tumor:
a'2s

tetapi kadar PT akan sangat berguna apabila digunakan . Memberikan lebih banyak informasi tentang penyakit
bersama-sama dengan pemeriksaan rontgen dan tes darah dan memungkinkan untuk penyesuaian pengobatan
lainnya untuk menegakkan diagnosis kanker pada individu yang digunakan, termasuk dalam mencapai
yang diketahui mempunyai risiko tinggi untuk kanker'a23 peningkatan efikasi dan survivol.
. Mencegah efek samping dari pemberian terapi yang

JENTS PETANDA TUMOR . ilT:*'tx'l5lJ;,"r"",tik yans kurans invasif.


. Meningkatkan kualitas hiduP
Banyak macam penggolongan yang dapat ditemukan . Mengurangi biaYa
mengenai jenis dan macam PT, tapi pada dasarnya ada
5 jenis PT yaitu :
Kelemahan yang potensial dari menggunakan petanda
1. Enzim. Beberapa enzim yang terdapat di beberapa tumod'2e
.
jari.ngan kadarnya akan meningkat dalam plasma Variasi hasil dan juga interpretasinya dari berbagai
bila terjadi keganasan yang melibatkan jaringan metode pemeriksaan
tersebut. Beberapa contoh enzim yang kadarnya
. Rendahnyareliabilitas
meningkat pada kasus keganasan adalah asam
. Protein dan atau protein yang dimodifikasi sangat
?E{ANDATUMOR DAN APLIKASI KLINIK 285

bervariasi pada tiap individu, diantara beberapa tipe kanker hepatoseluler. Kadar normal AFP tidak lebih dari 20
sel, dan bahkan pada sel yang sama sekalipun yang nglml, kadarnya meningkat sesuai dengan peningkatan
mengalami stimulus yang berbeda atau stadium ukuran tumor.
penyakit yang berbeda. Jadi sangat sulit untuk
mengetahui apakah nilai/ kadar yang diperoleh dari Corcino Embryonic Antigen (CEA)
individu adalah sesuatu yang akurat dan nilai/ kadar CEA diproduksi selama perkembangan bayi dan setelah
pada tiap pasien yang menunjukkan adanya suatu lahir produksi CEA akan berhenti dan tak terdeteksi
abnormalitas. pada orang dewasa normal. CEA ditemukan pertama
. Sel normal seperti sel kanker memproduksi banyak kali pada adenokarsinoma kolon pada tahun 1965.
petanda tumor. CEA dimetabolisme di hepar dengan hqlf-life sekitar
" Petanda tumor tidak selalu muncul pada kanker 1-8 hari. Beberapa penyakit hati dan obstruksi biliaris
stadium awal. akan menghambat klirensnya sehingga akan terjadi
. Petanda tumor dapat muncul pada kondisi non peningkatan kadar CEA.27 CEA adalah PT yang digunakan
malignansi. untuk penderita dengan kanker kolorektal. Kadar diatas
. Pasien dengan kanker biasa saja tidak mengalami 5 u/ml sudah dianggap abnormal. Kadar yang tinggijuga
peningkatan petanda tumor pada sampel darahnya. dijumpai pada kanker paru, payudara, pankreas; tiroid, hati,
. Bahkan pada petanda tumor kadarnya tinggi, serviks dan kandung kemih. Dalam kondisi normal kadar
petanda tumor belum tentu cukup spesifik untuk CEA meningkat pada perokok. Kadar CEA akan meningkat
mengkonfirmasi keberadaan suatu kanker. setelah kankernya sendiri terdeteksi sehingga CEA tidak
digunakan sebagai alat diagnostik.

PENANDA TUMOR SPESTFIK Concer Antigen 15-3 (CA 15-3)


CA 15-3 pertama kali digunakan pada kanker payudara.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Kadarnya hanya meningkat kurang lebih 10% pada kasus
HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan yang dini tapi akan meningkat sampai 75% pada kanker
trlasenta dan mencapai kadar tertinggi pada umur yang sudah lanjut. Kadar normal CA 15-3 adalah sekitar
kehamilan 60 hari. Hormon ini terdiri dari 2 subunit yaitu 25 U/ml, dan kadar setinggi 100 U/ml bisa dideteksi
alpho subunit dan beta subunit, dengan holf-life sekitar pada wanita yang tidak menderita kanker. CA 15-3 juga
\2-24 jam. Kadar normal HCG adalah 1-5 nglml dan meningkat pada kanker lainnya seperti kanker pankreas,
sedikit meningkat pada wanita post menopause (sampai paru, ovarium dan hati. Pada hepatitis dan sirosis juga
10 nglml). Kadar yang tinggi dari HCG dapat ditemukan ditemukan kadar CA 15-3.yang meningkat 28.
pada kehamilan mola, korio karsinoma. Peningkatan kadar
HCG dapatjuga dijumpai pada adenokarsinoma pankreas, Cancer Antigen 125 (CA 125) .
lrmor sel islet, kanker usus kecil dan besaL hepatoma, CA 125 adalah PT standar untuk kanker epitelial ovarium.
ihmbung, paru, ovarium, payudara dan kanker ginjal. Untuk Kadar referensi yang banyak dianut adalah 0-35 ku/1,
pemeriksaan penanda tumor biasanya diperiksakan HCG namun hampir 99% wanita normal post-menopquse
rntak dan beto subunit HCG karena ada jenis tumor yang mempunyai kadar < 20 kU/L. Kadar antara 100 kU/L dan
hanya memproduksi subunit beta saja (25,30,31). lebih dapat dijumpai pada wanita premenopause pada saat
menstruasi.lT Lebih dari 90% penderita mempunyai kadar
Alpho fetoprotein (AFP) CAl25lebih dari 30 u/ml apabila kanker sudah lanjut. Akan
AFP akhir-akhir ini diperiksa dengan immunometric assoy tetapi masalahnya banyak wanita dengan kadar > 30 u/
dengan menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal ml tidak didapatkan dengan kanker ovarium. Kadar yang
dan hasilnya dikalibrasi dengan standar internasional (lS) tinggijuga ditemukan pada wanita dengan endometriosis,
74225. AFP biasanya didapatkan pada fetus yang sedang pada kqnker paru dan individu yang mempunyai kanker
tumbuh, bayi baru lahir dan wanita hamil, mempunyai sebelumnya.a Kadar CA 125 yang meningkat juga
kadar tertinggi sekitar 15 ugll setelah tahun pertama ditemukan pada kondisi non malignan seperti penyakit
dari kehidupan dan akan meningkat pada kelainan hati hati, fibroid, kista ovarium, dan peritonitis.430,3l
dan keganasan lainnya. Protein ini diproduksi oleh hati
bayi dan yolk sac. Peningkatan kadar AFP lebih dari 100 Cancer Antigen 19-9 (CA 19-9)
ng/ml paling sering dijumpai pada kanker sel germinal CA 19-9 dijumpai pada epitel lambung bayi, saluran usus
dan kanker hati primeri akan tetapi juga meningkat pada halus dan hati serta pankreas bayi serta pada serum
tanker lambung, kolon, pankreas dan paru yaitu sekitar penderita dengan keganasan. Kadar abnormal CA 19-9
20%26. Kadar AFP dijumpai lebih tinggi pada 2/3 penderita adalah diatas 37 u/ml. CA 19-9 juga dapat meningkat pada
286 LABORATORIUM KLINIK

kanker saluran cerna jenis lainnya seperti kanker duktus menentukan prognosis. Penderita dengan kadar > 3 nglml
biliaris. Kadar yang meningkat juga dapat dilihat pada akan mempunyai prognosis yang lebih jelek.a,30,31
hepatitis, sirosis, pankreatitis dan kelainan saluran cerna
lainnya. Keadaan ikterus akan mempengaruhi spesifisitas' Cancer Antigen 27.29 (CA27.29)
CA 19-9, karena pada kondisi dengan ikterus didapatkan CA inijuga dipakai untuk kanker payudara, akan tetapi dia
kadar CA 19-9 yang meningkat sehingga CA 19-9 kurang tidak lebih baik dari pada CA 15-3. Akan tetapi dia lebih
sensitif dalam mendeteksi kanker pankreas fase awal dan jarang positif pada individu yang sehat. Kadar normal
hanya 55% penderita kanker pankreas dengan kadar CA biasanya kurang dari 38-40 u/ml. Penanda ini ternyata
19-9 yang tinggi apabila masa tumor < 3 cm.32 juga dapat meningkat pada kanker yang lain.a

Prostate Spesific Antigen (PSA) HER-2/ neu (c-erbB-2)


Dalam kondisi normal kadar PSA < 3 nglml pada laki HER-2/neu merupakan penanda yang ditemukan pertama
dewasa. Prostote Spesific Antigen diproduksi di sel prostat kali pada sel kanker payudara dan dapat dilepaskan ke
dan kadar diatas 4 nglml ditemukan pada penyakit prostat sirkulasi darah. Protein ini dijumpai pada permukaan
baik kasus malignan maupun kasus jinak seperti prostat sel epitel dan berfungsi sebagai reseptor untuk faktor
hiperplasia. Prostote Spesific Antigen satu-satunya PT pertumbuhan sel. Pada sel kanker protein ini akan
yang sudah diakui sebagai alat skrining untuk kanker kehilangan respon normalnya untuk faktor regulator
prostat. Pemeriksaan PSA terdiri dari PSA free dan PSA act lainnya sehingga akan menyebabkan kontrol regulasi
yang merupakan kompleks antara PSA dengan olpho-| terhadap suatu sel hilang dan timbulah kanker. HER-2/neu
antichymotrypsin. PSA oct merupakan rasio antara total juga dapat dijumpai pada kanker lain. Umumnya penanda
PSA dengan PSAfree, dan digunakan untuk membedakan ini tidak diperiksa melalui darah tapi memeriksa sel
antara kasusjinak seperti prostat hipertrofi dengan kanker ka n kernya de n men g g u na ka n im m u n o h istoch e m istry
n g a

prostat. Kadar dibawah 4 ng/ml menunjukan tidak adanya atau pewarnaan khusus pada jaringan kankernya. Kadar
Iesi malignan sedang kadar diatas 10 nglml menandakan normal dalam darah adalah dib'awah 450 fmol/ml. 3+:s
lesi kanker; sedang nilai antara 4-10 nglml merupakan
area abu-abu yang masih memerlukan pemeriksaan Lipid Associated Sialic Acid in Plasma (LASA'P)
tambahan atau PSA serial. Kadar PSA free yang meningkat LASA-P telah diteliti sebagai penanda pada kanker
jarang diikuti oleh adanya kankeri dan kadar PSA free ovarium dan kanker lainnya. Namun belum menunjukkan
lebih besar 25% dari total PSA umumnya merupakan lesi mafaat yang besar sehingga penggunaannya sudah mulai
jinak. Dibawah 15% kemungkinan suatu kanker meningkat ditinggalkan.
diatas20% dan apabila < 10% maka kemungkinan kanker
meningkat menjadi sekitar 30-60%.4 Umumnya kadar NMP22
diatas 4 nglml mengharuskan tindakan biopsi prostat dan NMP22 merupakan protein yang ditemukan pada urin
kadar > 20 ng/ml menunjukkan kanker sudah menyebar penderita kanker kandung kemih. Awalnya digunakan
dan biasanya tidak bisa disembuhkan.asr+z untuk follow-up pasien dengan kanker kandung kemih
Banyak faktor lain yang mempengaruhi kadar PSA untuk menghindari pemeriksaan sistoskopi yang berulang.
yaitu umur tua akan cenderung mempunyai kadar yang Pemeriksaan ini sudah mulai ditinggalkan karena tidak
lebih tinggi. Demikian pula pada penderita BPH (benign se nsitif.4,30,31
prostate hypertrophy). Kadar PSA berkorelasi linier dengan
pertumbuhan tumo[ makin besar jaringan tumor makin Neuron Spesific Enolase (NSE)
tinggi peningkatan kadar PSA. NSE disekresi oleh sel sarafdan sel neuroendokrin susunan
saraf pusat dan tepi. Peningkatan kadar NSE > 12 ng/ml
Beto 2- icroglobulin (p2M)
M biasanya dianggap abnormal. NSE kadang dipakai untuk
B2M merupakan protein yang berhubungan dengan kanker paru khususnya pada kanker sel kecil. Protein
membran luar dari banyak sel termasuk sel limfosit. Dia ini didapatkan lebih baik dari pada CEA untuk follow-
merupakan unit kecil dari molekul MHC klas I dan dia up pasien kanker sel kecil. Penanda ini juga ditemukan
diperlukan untuk transport rantai berat klas I dari retikulum pada beberapa tumor neuroendokrin yaitu karsinoid,
endoplasmik ke permukaan sel. Pada kadar yang kecil neuroblastoma, kanker medula tiroid, tumor Wilm's dan
B2M dapat ditemukan pada serum, urin dan cairan spinal p h eoc h ro m o cyto m e.36'37
orang normal. B2M meningkat pada lekemia limfoblastik
akut, lekemia kronik, mieloma multipel dan beberapa Thyroglobufin (hTG)
limfoma. Pada pakreatitisjuga didapatkan kadar B2M yang tiroid dan kadarnya
Thyrog lobu lin diprodu ksi oleh kelenjar
meningkat. Pada mieloma multipel B2M sangat baik untuk meningkat pada kelainan tiroid. Apabila kanker tiroid telah
PENANDA TUMOR DAN APTIKASI KLINIK 287

diangkat dan kadar thyroglobulin meningkat diatas 10 Penanda Skrining


nglml maka dapat diduga terjadi kekambuhan. Kadar ini Penanda ini merupakan bagian dari penanda diagnosis.
uga dapat diikuti untuk mengevaluasi hasil terapi pada Hal yang penting diperhatikan pada penanda ini adalah
<anker tiroid yang metastase. Kadar hTG yang meningkat sensitivitas dan spesifisitas dari PT dalam menunjang
ruga dapat d'rjumpai pada tumor Wilm's.a diagnosis. Untuk dapat berfungsi sebagai penanda
yang dapat mengenal tumor pada fase awal maka PT
s-100 yang bersangkutan harus mempunyai sensitivitas dan
5-100 berhubungan dengan melanoma malignan. Pada spesifisitas yang tinggi. Namun demikian, tergantung dari
studi awal diketahui terjadi peningkatan pada hampir jenis tumor tingkat sensitivitas dan spesifisitasnya dapat
semua penderita dengan melanoma malignan. Hal bervariasi. Sebagai contoh skrining untuk tumor kolon
'ni sedang diteliti dan tes pemeriksaan S-700 masih memerlukan spesifisitas yang tinggi oleh karena semua
selajari.a penderita dengan tes positif akan menjalani pemeriksaan
kolonoskopi suatu prosedur invasif dan mahal. Sebaliknya
Concer Antigen 72-4 (CA72-4) pada kanker payudara walaupun dengan spesifisitas yang
A 72-4 merupakan tes yang relatif baru untuk kanker tidak terlalu tinggi asalkan disertai dengan sensitivitas
ovarium dan kankeryang berasal dari saluran cerna. Tidak tinggi tetap dapat diterima karena akan dilanjutkan
iebih baik dari CA 125 tapi dapat menambahkan nilai dengan pemeriksaan mammography yang dianggap
Ciagnosis dan hal ini masih dalam penelitian lanjutan.a murah dan lebih mudah. Hal ini akan mengurangi
jumlah penderita yang menjalani pemeriksaan sekaligus
Squomous Cell Carcinomo Antigen (SCC) memastikan mereka yang dengan tes positif (sensitivitas)
SCC pertama kali di identifikasi pada kanker serviks. lni harus menjalani pemeriksaan lanjutan. Di samping hal
..nerupakan penanda dari kanker sel squmous yang dapat itu, prevalensi kanker yang bersangkutan juga dapat
terjadi pada serviks, kepala dan leher; paru dan kulit. Kadar menyebabkan tingkat spesifisitas suatu tes dapat diterima
Cari SCC dapat dipakai membantu menetapkan stadium sebagai tes skrining. Seperti misalnya penelitian pada
Cari karsinoma dan menentukan respon terapi. 4'36'37 kelompok penderita dengan risiko tinggi maka hasil nilai
Beberapa pemeriksaan penanda lainnya dapat prediksi positif akan tinggi, oleh karena hasil positif palsu
Cigunakan sebagai petunjuk adanya lesi kanker, seperti lebih banyak pada populasi yang tidak diteliti. Akan tetapi
rnisalnya pemeriksaan metabolit katekolamin pada kasus perlu diingat bahwa disini sensitivitas tidak mempunyai
neuroblastoma, hormon adrenokortikotropik dan anti- pengaruh yang besar dan hal ini dapat diatasi misalnya
diuretik hormon pada kasus kanker paru sel kecil. Alpho 2 dengan melakukan pemeriksaan PT lain yang tidak ada
mocroglobulin dapat berikatan dengan PSA dan kompleks hubungannya dengan PT,trrang pertama.3
ni dapat digunakan pada kanker prostat. Kadarferitin yang Sampai saat ini hanya ada 2 jenis PT yang diterima
ringgi juga dihubungkan dengan beberapa jenis kanker sebagai tes skrining yaitu PSA, yaitu suatu PT untuk
seperti kanker testis, neuroblastoma, limfoma Burkitt's, mendiagnosis kanker prostat dan pemeriksaan hemoglobin
eukemia dan kanker laring. Pada kanker nasofaring pada feses untuk skrining kanker kolon. PSA mempunyai
didapatkan bahwa DNA EBV (Epstein Barr Virus) dalam sensitivitas yang tinggi tapi spesifisitas yang kurang. Hal ini
olasma dapat digunakan sebagai PT baik sebelum , selama dapat diterima karena pemeriksaan biopsi prostat dianggap
'naupun sesudah terapi diberikan.38 prosedur yang relatif mudah. Namun demikian banyak
usaha baru yang dilakukan dalam rangka menemukan
suatu bahan lain yang dapat dikombinasikan dengan PSA
APLIKASI KLINIK PENANDA TUMOR untuk meningkatkan spesifisitas. Suatu kit pemeriksaan
darah tersamar pada feses dengan spesifisitas yang tinggi
Denggunaan PT di klinik ditujukan terutama untuk telah dipasarkan walaupun sensitivitasnya masih belum
mendapat informasi tambahan yang dapat mempengaruhi maksimal.1a,13
oenatalaksanaan suatu penyakit. Penanda tumor akan Salah satu kesulitan tes skrining ini adalah tingkat
sangat berguna dalam evaluasi dan penatalaksanaan kepatuhan pasien. Untuk meningkatkan kepatuhan
oeberapa kondisi klinik seperti penentuan risiko suatu penderita syarat tes skrining haruslah tidak terlalu invasif
tumol skrining tumo[ diferensial diagnosis, menentukan dan prosedur yang tidak rumit sehingga bisa mudah
orognosis dan monitoring perjalanan suatu tumor. dikerjakan. Di samping tentu saja hasil pemeriksaan PT
Serdasarkan aspek klinik penggunaan PT dibedakan yang bersangkutan akan membawa keuntungan yang lebih
"nenjadi penanda untuk skrening dan diagnosis, prognosis, pada penderita yaitu tingkat kesembuhan yang tinggi.
orediktif, monitori ng, dan penanda toksisitas.3,13'17'3e
288 LABORATORIUM KTINIK

Penanda Prognostik respon sekitar 20-25% saja. Oleh karena itu banyak para
Penanda ini akan memberikan informasi mengenai hasil sarjana masih meneliti biological predictive marker yang
pengobatan dan juga tentang tingkat keganasan dari lainya sebagai target potensial di masa depan seiring
tumornya. Umumnya penanda ini dievaluasi pada saat dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan yang
pemberian terapi pertama pada masing individu. Salah satu makin canggih.3ao
contoh PTyang dapat memberikan informasi prognosis
yang banyak digunakan di klinik adalah upA (urokinose- Penanda Monitoring
type plasminog.en activotor) dan PAI-1 (plasminogen Penanda ini dapat digunakan pada beberapa keadaan.
octivotor inhibitor type-l) pada kanker payudara. pT ini Pertama, PT yang sudah baku dapat dipakai untuk
merupakan yang pertama dilakukan validasi dengan level memonitor manfaat atau respon terapi yang diberikan.
of evidence yang tinggi. Kombinasi kedua pT ini dapat Artinya perubahan dari status penyakitnya juga diikuti
menggambarkan prognosis penderita dengan kanker dengan perubahan dad kadar PT. Juga dapat digunakan
payudara berdasarkan risk-group nya khususnya pada sebagai alat follow-up setelah pemberian terapi awal
kasus yang node-negotive. Penanda lainnya yang juga dengan tujuan melihat onset timbulnya dan beratnya
mendapat validasi dan evaluasi yang konsisten sebagai recurrent diseose. Pengukuran kadar PT untuk evaluasi
penanda prognosis adalah proliferotion marker thymidine terapi sering dipakai sebagai surrogate end point
lobelling index juga untuk kanker paludara. t:3s dari manfaat terapi tersebut. PT jenis ini jelas sangat
Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan sebelum bermanfaat untuk pergantian dan pemilihan terapi lainnya
menetapkan suatu PT sebagai penanda prognosis adalah apabila tidak dijumpai adanya respon terhadap terapi yang
PT ini sebaiknya hanya dievaluasi pada pasien yang tidak diberikan atau adanya toksisitas obat sehingga penderita
menerima terapi sistemik setelah pemberian terapi loko- terhindar dari paparan obat terlalu lama.a
regional, oleh karena pemberian terapi sistemik akan Pada penderita kanker sel germinal, alpha fetoprotein
mempengaruhi perjalanan penyakit secara signifikan. Hal dan HCG dipakai sebagai alat monitor dari keberhasilan
yang kedua adalah PT yang berkaitan langsung dengan terapi. Sedang pada pasien dehgan kanker saluran
perjalanan dari suatu tumor tidak akan memberi manfaat cerna CEA dan CA 19-9 digunakan sebagai alat untuk
klinik. Manfaat dari penanda prognosis dan juga lainnya mengetahui kekambuhan penyakit setelah terapi awal. Hal
tergantung dari apakah hasilnya akan mempengaruhi yang sama pada kanker ovarium, CA 125 umumnya dipakai xr{
penatalaksanaan selanjutnya. Misalnya pada pasien dengan untuk mengetahui adanya proses kekambuhan. Namun flr
kemampuan yang sangat terbatas tentunya penentuan perlu untuk diingat, agar PT klas ini mempunyai manfaat
ii,
prognosis tidak akan memberikan manfaat maksimal.113 klinik yang jelas, harus dapat dibuktikan bahwa dengan Ir
dilakukannya deteksi dini akan menin,gkatkan kemampuan [' t
Penanda Prediktif hidup penderita. Pada kanker payudara ternyata tidak
Penanda prediktif memprediksi respon terapi sedang- didapatkan manfaat dengan mengukur kadar PT secara
;,
id
kan penanda prognostik memprediksi terjadinya reguler pada follow-up setelah terapi primer. ,8nlngg, il
kekambuhan atau progresi dari penyakitnya. Akan tetapi pemeriksaan PT pada fase ini tidak direkomendasikan It

!,r
banyak penanda mempunyai kedua sifat tersebut. pada
kanker payudara, penanda yang banyak diteliti sebagai
walaupun hasil yang didapatkan dapat merupakan alat
monitor yang berguna selama terapi sistemik pada kanker
lru
i'
penanda prediktif adalah reseptor hormon steroid. ER
(estrogen receptor) dan PgR Qtrogesterone receptor) dapal
payudara yang mengalami kekambuhan.4,13
ifi
memprediksi respon terapi hormonal. penderita yang Penanda Toksisitas
in
i:,;
berespon dengan dengan terapi hormonal mempunyai
korelasl positif dengan kadar ER pada tumor primer dan
Kemoterapi adalah obat yang dikenal toksik terhadap
tubuh. Seperti halnya dengan penanda lainnya,pada
ir
i{
pada kasus yang lanjut. Keberhasilan terapi lebih banyak pasien yang mendapatkan kemoterapi tentunya akan ;fr
dijumpai pada kasus dengan tumor dengan kadar ER dan lebih menguntungkan apabila ditemukan penanda khusus
lu
PgR yang tinggi.13 yang bisa menentukan efek toksik dari kemoterapi yang til
Selama hampir 20 tahun keberadaan dari ER dan pgR diberikan. Sampai saat ini hanya ditemukan 2jenis penanda .

pada tumor primer merupakan petunjuk utama bagi para to ksisitas ya itu TM PT (T h io p u rin e M et hy lt ra sfrose) u ntu k il
klinisi untuk mengobati kanker yang recurrenf dengan memprediksi toksisitas thiopurine dan tJ DP -G lucoru nosyl IF
terapi hormonal. Akan tetapi status reseptor hormonal ini tronsferose lAl (UGT 1A1) yang memprediksi adanya &
tidak sepenuhnya dapat memprediksi mana pasien yang toksisitas dari pemakaian irinotecan. Beberapa penanda ffi
akan memberi respon ataukah resisten dengan terapi lainnya seperti DPD (dehydropyrimidine dehydrogenase) fi
hormonal. Pada pemberian terapi hormonal odjuvant sedang dalam evaluasi untuk memprediksi toksisitas 5 L
pada kanker payudara dengan ER positif hanya memberi FU, namun belum dipakai dalam klinik.13 fi
PEiIANDATUMOR DAN API]KASI KLINIK 289

PENANDA TUMOR DAN KAITAN DENGAN ls0-yGTP CK18,CK19 ,Alpha Fucosyl transferase, plasma
TANKER proteosome dan lainnya masih dalam proses evaluasi.a3

Banyakjenis PT yang tersedia secara komersial akan tetapi Penanda tumor pada Kanker Kandung Kemih
tidak semuanya bermanfaat secara klinik. Ada juga PT Sampai saat ini belum ada PT yang direkomendasikan
yang hanya digunakan oleh para peneliti di dalam riset penggunaan klinik secara regular'pada kasus dengan
saja sehingga tidak tersedia di laboratorium komersial kanker kandung kemih, termasuk apakah dipakai untuk
dan hanya apabila diketahui mempunyai nilai klinik maka diferensial diagnosis, prognosis stadium penyakit maupun
PT yang bersangkutan akan dapat diperiksakan pada untuk monitoring. Belum ada studi prospektif yang
laboratorium klinik. Untuk idealnya, nilai referensi untuk mendapatkan validasi penggunaan PT yang diajukan
masing-masing jenis TM dengan tehnik pemeriksaan yang walaupun sudah disetujui oleh FDA seperti BTA-STAT dan
dipakai harus dicantumkan oleh karena adanya variasi TRAK, NMP22, lmmunocyt fesf, maupun Urovysion test.
hasil diantara beberapa metode assayyang ada (betvveen Namun demikian BfA @lodder tumor ontigen) banyak
nrethod voriotion). dijumpai pada urin penderita dengan kanker kandung
kemih. Dan bersama dengan NMP 22 digunakan sebagai
Fenanda Tumor pada Kanker Hati tes untuk memonitor rekurensi kanker. Hal ini belum
Banya kasus kanker hati stadium awal adalah asimtomatik, banyak digunakan ,masih dilakukan studi lanjutan. Akan
dan kanker hati lebih sering terlambat terdiagnosis tetapi banyak ahli masih menganggap sitoskopi lebih
sehingga kesembuhan sukar didapatkan. Oleh karena baik dari pada penanda ini.a Tes BTA hanya disetujui oleh
sangat raional pemeriksaan reguler dengan USG hati FDA apabila dikombinasikan dengan sistoskopi untuk
ditambah pemeriksaan PT untuk mendeteksi fase awal monitoring keberadaan kanker a3'a
dari suatu kanker hati. Pada kanker hati AFP merupakan PT
yang paling banyak digunakan di klinik. Direkomendasikan Penanda Tumor pada Kanker Servik
perneriksaan AFP dan USG abdominal setiap 6 bulan pada Pada kankerserviktipe skua-mus PTyang terbaikadalah SCC

mereka yang dengan risiko tinggi seperti penderita sirosis (squomous cell corcinoma) antigen, dimana konsentrasinya
hati olehkarena hepatitis Bdan C. Kadar > 20ug/L dan dalam serum berkorelasi dengan stadium tumor, ukuran
dengan tendensi meningkat mengharuskan pemeriksaan tumoL residual tumon progresivitas tumor dan survival .
lanjutan walaupun hasil USG negatif (LOE lll). Pasien Pada tipe adenokarsinoma servik, dapat dipergunakan
dengan risiko tinggi dengan kadar AFP yang tetap CEA dan CA 125 walaupun masih memerlukan studi
meningkat dan adanya nodul < 1cm maka dilakukan lanjutan untuk komfirmasi penggunaannya. Penggunaan
monitoring dengan interval 3 bulan. Apabila nodul 1-2 cm TM sebagai penanda skreping atau diagnosis kanker
maka pemeriksaan seperti MRI dan CT scan diperlukan, servik tidak dianjurkan (LOE lll) berdasarkan guideline
dan kalau nodul tersebut sesuai dengan kanker hati maka NACB. Akan tetapi kadar SCC sebelum pengobatan
masih dibutuhkan biopsijaringan hati. Akan tetapi bila dapat memberikan informasi tambah6n karena kadar.
nodul > 2cm dan AFP > 200 ugll dengan gambaran nodul yang tinggi mencerminkan adanya keterlibatan kelenjar
yang sesuai maka diagnosis kanker hati dapat ditegakkan getah bening dan membutuhkan pengobatan ajuvan (LOE
tanpa harus biopsi (LOE lll). AFP juga bisa dipakai sebagai lVlV). Demikian pula kadar SCC yang tinggi merupakan
faltor prognosis dimana kadar yang tinggi mencerminkan faktor prognosis yang independen, namun pengaruhnya
prognosis yang jelek (LOE lV). pemeriksaan AFP untuk tehadap rencana pengobatan belum konsisten, sehingga
monitoring setelah terapi reseksi atau transpantasi, terapi belum direkomendasikan sebagai tindakan yang rutin
ablatif dan terapi paliatif untuk monitoring rekurensi pada wanita dengan kanker servik (LOE lll). Kadar SCC
dtakukan dengan interval 3 bulan dalam 2 tahun pertama setelah pengobatan berkorelasi kuat dengan perjalanan
kemudian selanjutnya tiap 6 bulan (LOE lV).Menurut klinik pasien dengan kanker servik tipe skuamosa akan
guideline NACB , AFP merupakan satu-satunya PT yang tetapi tidak ada bukti kuat bahwa penangan awal akan
rfrekomendasikan secara klinik untuk kanker hati, baik ,"rp"ibuiki hasil terapi sehingga penggunaan TM ini
sebagai skrening dan awal diagnosis pada group pasien untuk monitoring belum direkomendasikan dalam praktik
dengan risiko tinggi, prognosis, dan monitoring setelah sehari-hari (LOE lll). Beberapa TM yang lain seperti baik
pengobatan dengan LOE lll-lv. CA 125, CEA dan Cytokerotins masih memerlukan studi
PT yang baru seperti DCP (Des-y-Carboxy- tambahan sebelum bisa dipakai dalam klinik (LOE lll-
Prrothombin) danGPC-3 (Glypican-3) cukup menjaj njikan tv)."
tapi sumbangannya untuk pengobatan yang ada masih
belum diketahui sehingga diperlukan studi lanjutan. Penanda Tumor pada Kanker Lambung
Beberapa PT yang lain seperti soluble NH2 fragment, Beberapa jenis PT pada kanker lambung seperti CEA, Ca
290 TABORATORIUM KLINIK

19-9, CA 72.4, Cytokerofrns tidak direkomendasikan untuk Penanda Tumor pada Kanker Prostat
skrining dan diagnosis kanker lambung (LOE Ill). Faktor Pengobatan yang optimal pada kanker prostat memerlukan
prognosis yang paling penting yang mempengaruhi pemeriksaan PSA pada semua kondisi kelianan prostat.
survival penderita kanker Iambung adalah luasnya Pemeriksaan isoform dari PSAjuga diperlukan pada kondisi
dan stadium kliniknya. Akan tetapi belum ada PT yang tertentu. Sampai saat ini hanya pemeriksaan PSA dan
mempunyai nilai prognosis yang independen pada isoform nya yang direkomendasikan pada kanker prostat
kanker lambung sehingga penggunaan klinik PT pada dan diperlukan pada semua kondisi kelainan prostat (LOE
kanker lambung tidak direkomendasikan (LOE lll-lv). lll). Oleh karena adanya kontroversi tentang penggunaan
Demikian halnya pada proses monitoring terhadap respon PSA untuk mendeteksi tumor yang kecil, menurunkan
pengobatan tidak direkomendasikan pemeriksaan rutin batas PSA dibawah 4 ug/Lakan meningkatkan sensitivitas
CEA dan CA 19-9, walaupun beberapa studi mendapatkan akan tetapi menurunkan spesifisitas kecuali disertai
pemeriksaan CEA dan CA 19-9 pada penderita yang di dengan pemeriksaan lain yang dapat meningkatkan
foLLow-up mampu memberikan manfaat dalam hal deteksi spesifisitasnya. Sebaliknya meni ngkatkan batas PSA diatas
awal rekurensi dari tumornya.a3 4 ug/L akan menurunkan sensitivitas sehingga banyak
kasus yangjustru akan mendapatkan manfaat dari terapi
Penanda Tumor pada Kanker Testis awal akan terlewatkan. Oleh karenanya nilai referensi dari
PT pada kanker testis mempunyai peran penting dalam PSA sebaiknya berdasarkan kelompok umur penderita
penatalaksanaannya yaitu dalam hal diagnosis, penentuan (LOE: expert opinion). Kadar total dari PSA dalam serum
stadium dan penilaian risiko, evaluasi respon terapi mempunyai korelasi dengan kadar PSA bebas (free PSA)
dan deteksi dini dari proses kekambuhannya. Bahkan dan PSA-ACT, dimana kadar fPSA berkisar antara 5-40o/o
peningkatan kadar PT cukup kuat untuk memulai terapi. dari total PSA. Beberapa pemeriksaan komposit PSA
AFB BhCG dan LDH merupakan beberapa PT pada ditujukan untuk meningkatkan spesifisitas PSA untuk
kanker testis yang cukup penting peranannya di klinik. mendeteksi fase awal dari kanker prostat, seperti PSA
Pada sebagian kanker testis yang seminoma, LDH dan density, PSA velocity, PSA doubliig time, percent free PSA
BhCG merupakan PT yang penting, sedang pada yang (%fPSA). Pemakaian o/ofPSA direkomendasikan sebagai
non seminoma sering dijumpai peningkatan dari ketiga bagian dari usaha untuk membedakan antara pasien
PT tersebut. Beberapa PT yang lain pada kanker testis kanker prostat dengan kelainan yang jinak. Keputusan
hanya mempunyai nilai yang terbatas seperti NSE, PLAB klinik sebaiknya divalidasi untuk setiap kombinasi antara
CD 30, cKlT dan lainnya. Apabila dicurigai keberadaan fPSA dan PSA total. Penggunaan PSA sebagai alat skrining
dari kanker testis pemeriksaan BhCG, LDH dan AFP pada populasi masih belum bisa direkomendasikan sampai
sebelum tindakan merupakan sesuatu yang diwajibkan hasil dari studi ERSPC di Eropa 'yang merupakan studi
(LOE ll). Menurut the lnternational Germ Cell Consenssus prospektif randomisasi mendukung hal tersebut. PSA
Clossification pemeriksaan BhCG, LDH dan AFP diharuskan direkomendasikan sebagai alat monitoring status penyakit
pada penetuan stadium klinik dan penilaian risiko dari setelah pengobatan (LOE lll). Pemeriksaan pSRlilakukan
kanker testis ( LOE l). Apabila kadar PT ini meningkat sebelum dilakukan manipulasi pada prostat dan beberapa
sebelum terapi maka dilakukan pemeriksaan mingguan minggu setelah prostattitis. Beberapa PT lainnya seperti
sampai kadar PT tersebut normal. Kadar yang tinggi PCA-3, AMACR ,hK2, P27, PTEN, Ki67, PSCA dan lainnya
setelah terapi menandakan adanya sisa dari tumornya dan masih dilakukan eksplorasi kegunaannya di klinik.3las I
dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan I
keberadaannya (LOE ll). Pemeriksaan serial ketiga PT ini Penanda Tumor pada Kanker Kolorektal t
direkomendasikan walaupun kadarnya tidak meningkat Walaupun pembedahan merupakan terapi kuratif fr

sebelum terapi oleh karena adanya perubahan ekspresi pilihan, tidak jarang sekitar 40-50o/o penderita kanker n
dari PT selama pengobatan. Oleh karena kadar basal kolorektal akan mengalami relaps atau metastasis. Dalam ffi

dari PT ini bervariasi, sangat individual, maka adanya rangka deteksi awal ini pemeriksaaan PT (misalnya CEA) fi
peningkatan lebih bermakna kllnik dibanding kadar merupakan salah satu PT yang dianggap cukup penting d
absolut. Mengingat adanya pengaruh yang non spesifik dalam penatalaksanaan kanker ini. Pemeriksaan CEA il
(hipogonadism iatrogenik) maka peningkatan kadar tidak bisa digunakan sebagai skrining untuk mendeteksi il
yang sekali harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan fase awal kanker kolorektal pada populasi sehat (LOE
ulang (LOE ll). Peningkatan kadar AFe BhCG dan LDH lVlV), akan tetapi kadar CEA preoperatif dapat digunakan d
dapat ditemukan pada kondisi non kanker maupun pada bersama sama dengan faktor lainnya untuk perencanaan il
kanker non testis sehingga hal ini harus tetap menjadikan tindakan pembedahan, namun tidak untuk menentukan d
pertimbangan dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan perlunya pemberian kemoterapi ajuvan. Kadar > 5 m
PT tersebut.33 ugll menandakan adanya kemungkinan metastasis m
EIANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 291

iauh (LOE lll). CEA diperiksa setiap 3 bulan selama 3 dengan terapi hormonal (LOE I). Kalau dikombinasikan
bhun sejak diagnosis kanker kolorektal stadium ll dan dengan beberapa prognostik faktor seperti stadium tumol
lll ditegakkan, kalau pasien yang bersangkutan akan derajat tumo[ keterlibatan kelenjar getah bening, maka .

rnenjalani pembedahan atau mendapat terapi sistemik penggunaan reseptor estrogen dan progesteron dapat
untuk kasus metastasis (LOE l). Pada kasus yang berat dipakai untuk menentukan prognosisjangka pendek pada
lnng mendapatkan terapi kemoterapi sistemik, kadar CEA pasien kanker payudara yang baru terdiagnosis (LOE lll).
harus diperiksa rutin, dan peningkatan > 30% menandakan Disamping itu HER-2 juga harus diperiksa terutama
adanya progresivisitas penyakit (LOE lll ). Sedang untuk PT pada pasien dengan kanker payudara yang invasif, dimana
png lain sepertiCA 19-9, Ca242,TlMP-1(fissue inhibitor tujuannya adalah untuk menseleksi pasien yang akan
of metalloproteinases type 1) tidak direkomendasi untuk mendapat terapi trastuzumab (LOE l). Pemeriksaan HER-2
pemeriksaan rutin pada kanker kolorektal (LOE lllllv). inijuga menetukan pasien yang akan mendapat manfaat
Eeberapa PT yang berasal dari jaringan seperti TS, MSl, dari kemoterapi ajuvan yang mengandung regimen
DCC. uPA, PAI-1, p53 tidak dianjurkan untuk kanker ini. antrasiklin (LOE llllll ).
Akan tetapi PT K-Ras mutation memberikan manfaat Penanda uPA dan PAI-1 digunakan di klinik untuk
tambahan untu,k memprediksi respon terapi dengan memilah pasien yang tidak akan mendapat kemo terapi
ANti-EFGR. ajuvan atau hanya mendapat manfaat minimal dari
NACB juga merekomendasikan, pasien dengan umur kemoterapi ajuvan. PT ini harus diperiksa dengan standar
5{)tahun atau lebih melakukan skrining test untuk kanker ELISA, menggunakan bahan dari jaringan tumor yang
blorektal. Oleh karena metode yang paling efektif belum segar atau sedian beku yang segar (LOE l).
dketahui maka pilihannya tergantung pada risiko terkena Untuk PT yang lain seperti CEA, CA 15-3 dan BR
lanker; ketersediaan alat, dan pengalaman personal 27.29 tidak rutin digunakan untuk deteksi dini rekurensi
dai klinisi. FOBT (fecal occult blood fesf) merupakan test atau metastasis pada kasus asimtomatik, namun demikian
plg telah teruji baik untuk skrining kanker kolorektal masih diijinkan sepanjang ada persetujuan dari pasien yang
&OE l) akan tetapi pemeriksaan DNA pada fekal juga bersangkutan (LOE lll). Apabila dikombinasikan dengan
merupakan pilihan yang baik. Disamping itu sekrining pemeriksaan radiologi dan klinik kedua, PT dan CEA
genetik untuk kanker kolorektal harus disertai dengan mungkin bisa digunakan untuk monitoring kemoterapi
anamnesis keluarga yang lengkap. Sebelum dilakukan pada pasien yang odvonce. Dan kadar meningkat pada
pemeriksaan genetik, keluarga harus mendapatkan pasien - pasien yang non-assessoble menunjukan adanya
brseling yang memadai. Untuk mereka yang dicurigai progresifuitas penyakit (LOE lll ).
dengan poliposis adenoma familial, pemeriksaan genetic Pemeriksaan mutasi gen BRCA1 dan BRCA.2 mungkin
tisa untuk konfirmasi diagnosis dan untuk menilai risiko berguna untuk menentukaq wanita yang berisiko tinggi
pda anggota keluarga yang lain (LOE : Expert opinion). untuk menderita kanker payudara atau kanker ovarium pada
hda individu yang ditemukan dengan MSI (microsatellite kelompok keluarga dengan risko tinggi. Mereka-mereka ini
irstability) yang tinggi uji genetik untuk mengetahui harus di lakukan skrining sejak umur 25-30 tahun, namun"
nrutasi MLH1, MSH2, MSH6, atau PMS2, harus dikerjakan strategi pemeriksaannya dan surveilans nya belum bisa
ffioE ilt7|y;.:a,az,ae ditentukan karena kekurangan data. Pada mereka yang
melakukan pemeriksaaan BRCA diperlukan konseling
hnanda Tumor pada Kanker Payudara genetik yang baik. (LOE ;expert opinion). Pemeriksaan
krapi utama pada kanker payudara yang lokal adalah Oncotype DX merupakan faktor prediktoryang meramalkan
pembedahan atau radiasi. Setelah terapi primer, rekurensi pada kasus yang kelenjar getah beningnya negatif
tumpir semua pasien dengan tumor yang invasif akan dan reseptor estrogennya positif dan sedang mendapatkan
membutuhkan terapi ajuvan baik kemoterapi maupun terapi tamoksifen. Pasien dengan prediksi hasil yang baik
hmonal ataupun kombinasi hormonal dan kemoterapi. tentu bisa dihindarkan dari pemberian ajuvan kemoterapi
iknun demikian tidak semua pasien ini akan sembuh (LOE llllll). Pasien dengan oncotype DXjuga bisa diramalkan
dengan terapi tersebut sehingga diperlukan beberapa PT mendafat manfaat dari ajuvan kemoterapi (CMF) pada
yu1greliable baik untuk prognosis maupun prediktif yang kasus dengan node-negative dan reseptor estrogen positif
menuntun pemilihan pengobatan yang lebih baik. (LOE ilr ) (33,42,47).
Pemeriksaan yang rutin untuk reseptor estrogen
dan progesteron pada kasus kanker payudara yang baru Penanda Tumor pada Kanker Ovarium
merupakan suatu keharusan sesuai dengan rekomendasi Karsinoma ovarium menurut FIGO dan WHO dibagi
dtri NACB, EGTM, ESMO dan St.Gallen Consenssus Panel. menjadi 5 jenis: serous, musinus, endometroid, cleor cell,
tfrcn utama pemeriksaan ini adalah untuk menentukan transisional. Untuk mencari PT yang efektif diperlukan
prien-pasien kanker payudara yang mungkin berespon pemahaman tentang kejadian molekular dari kanker
292 LABORATORIUM KLINIK

ovarium. Dari beberapa PT yang ada pada kanker ovarium, Sampai saat ini masing-masing PT seperti NSE,SCCA,
CA 125 merupakan PT yang paling banyak dipelajari. Untuk CYFRA, CEA maupun PToGRP belum direkomendasikan
pemeriksaan CA 125 analisanya harus dikerjakan segera penggunaannya sebagai alat skrining untuk kanker paru
setelah bahan disentrifugasi dan bahan tersebut disimpan baik pada populasi sehat maupun mereka yang berisiko
pada suhu 4"C (1 - 5 hari) atau -zO"C (2 minggu - 3 bulan) seperti perokok. Pada kasus-kasus yang tidak operabel
atau -70'C untuk penyimpanan jangka panjang. Akan tapi tidak ada hasil histologi maka peningkatan kadar
tetapi CA 125 ini tidak direkomendasikan untuk skrining NSE dan PToGRP menunjukkan lebih kearah kanker paru
pada wanita yang tidak mempunyai gejala. CA 125 ini sel kecil, sedang peningkatan kadar SCCA lebih kearah
direkomendasikan bersama-sama dengan sonografi kanker paru bukan sel kecil. CEA dan CYFRA 21-1 dapat
transvagina untuk deteksi awal dari kanker ovarium diukur kadarnya selama terapi sistemik pada kanker paru
pada wanita dengan riwayat keluarga (LOE lll). CA 125 bukan sel kecil dan kadar NSE dan PToGRP selama terapi
inijuga direkomendasikan sebagai data tambahan untuk sistemik pada kanker paru sel kecil, untuk melihat respon
membedakan apakah masa serviks itu ganas ataupun jinak terapi dan progresifitas penyakit. Yang lebih penting
teiutama pada wanita-wanita postmenopause (LOE lll/lV). pemeriksaan serial dari PT yang sesuai akan banyak
Demikian pula pemeriksaan kadar CA 125 bisa dipakai membantu menilai keberhasilan pengangkatan tumor
untuk memonitor respon kemoterapi. Sampel pertama dan mendeteksi rekurensi awal. Pemeriksaan serial ini
diambil 2 minggu sebelum terapi dan selanjutnya pada 2 mengharuskan setiap PT yang diperiksa memakai satu jenis
atau 4 minggu selama pengobatan dan dengan interval metode pemeriksaan yang sama. NSE direkomendasikan
2 - 3 minggu selama follow-up. Metode pemeriksaannya penggunaannya untuk diferensiasi tumor paru dimana
harus sama dan pasien yang mendapat terapi anti CA 125 kadar yang tinggi menunjukkan tumor yang kita hadapi
tidak bisa dievaluasi (LOE l/ll). Khususnya pemeriksaan adalah kanker paru sel kecil. Pada kadar yang tinggi
CA 125 pada saat follow-up untuk kasus-kasus dimana juga membantu meramalkan prognosis yang jelek baik
kadar awal CA 125nya meningkat. Evaluasi bisa dilakukan pada SCLC maupun NSCLC (LOE lll). NSE juga dipakai
setiap 2 - 4 bulan selama 2 tahun dan kemudian dikurangi untuk monitoring hasil terapi pada SCLC. CYFRA banyak
(LOE lll). Untuk menentukan prognosis kanker ovarium dipakai untuk menilai prognosis dimana kadar yang
pemeriksaan CA125 bisa dilakukan oleh karena baik kadar tinggi meramalkan prognosis yang jelek pada NSCLC
preoperatif dan postoperatif akan menentukan dimana stadium awal maupun lanjut (LOE l-ll), disamping juga
peningkatan yang menetap menunjukan prognosis yang dipergunakan untuk monitoring terapi pada kasus NSCLC
jelek (LOE lll). yang lanjut (LOE lll). PToGRP juga dipakai untuk prediksi
Beberapa PT yang potensial juga dilaporkan pada prognosis dan monitoring hasil terapi pada SCLC (LOE lll)
penderita kanker ovarium baik yang ditemukan pada Kadar SCCA yang tinggi menuqiukkan probabilitas yang
cairan tubuh maupun jaringan walaupun PT ini menjanjikan lebih besar pada kanker paru bukan sel kecil terutama sel
sebagai PT yang baru untuk skrining, diagnosis, skuamosa (LOE lll).'
monitoring, masih belum jelas apakah PT ini mempunyai
manfaat klinik. PT ini anatara lain : the kqllikrein fomily,
osteopontin prostasin, TPA (fissue polypeptide ontigen), KESIMPUTAN
LP A (lyso p h o s p ot id ic o c iA, T AI I (tu m o r o sso c ia t e d t ry p s i n

inhibitor), CEA, CASA, hCG, HER-2, dan lainnya.33 PT adalah alat yang penting bagi para klinisi untuk
membantu memberikan informasi mengenai deteksi awal
Penanda Tumor pada Kanker Paru suatu tumor, estimasi prognosis pasien, memprediksi
Berdasarkan perilaku klinik dan sensitivitas yang berbeda respon terapi dan monitoring penyakit. Namun sebuah
terhadap kemoterapi dan radioterapi kanker paru PT sebelum diakui bermanfaat secara klinik harus
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kanker paru melalui suatu studi validasi dan penilaian kualitas pada
sel kecil (smoll cell lung corcinoma SCLC) dan kanker paru beberapa tingkatan. Suatu penanda harus terbukti
bukan sel kecil (non-small cell lung corcinomo NSCLC). memberi manfaat lebih pada penderita, meningkatkan
Untuk mendiagnosis kanker paru disamping pemeriksaan kualitas dan menurunkan biaya perawatan penderita
fisik dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi sebelum di aplikasikan dalam praktek klinik sehari-hari.
penunjang lainnya, pemeriksaan PT juga mempunyai Ada banyak jenis penanda dan manfaatnya akan lebih
peran yang cukup potensial baik untuk diagnosis maupun baik apabila dilakukan pemeriksaan serial dan kombinasi
stadium kanker. Beberapa PTyang sering didapatkan pada dibandingkan hanya dengan pemeriksaan tunggal. Yang
kanker paru seperti NSE (neuron specific enolose), CEA, perlu juga diperhatikan adalah kualitas dan prosedur dari
cytokerati n - 1 9 (CYFRA 2 1 - 1 ), ProG RB SCC A (sq u o m o u s ce lL pemeriksaan, karena pemeriksaan dengan metode yang
carcinomo ontigen).' lain akan mendapatkan hasil yang beda sehingga perlu
PENANDA TUMOR DAN APLIKASI KLINIK 293

: akukan standarisasi. Dengan perkembangan teknologi 20 Kyzas PA, Denaxa-Kyza D,IoannidisIPA. Quality of reporting
i:dokteran yang pesat diharapkan di masa depan suatu of cancer prognostic marker sfudies: associationwith reported
prognostic effect. j Natl Cancer Inst2007;99:236-43.
:e randa yang ideal bisa ditemukan yaitu penanda yang B{
21 Saegent Dj, Conley Allegra C, Collette L. Clinical trial
:€ngan sensitivitas dan spesifitas tinggi, mudah dan designs for predictive marker validation in cancer treatment
- -rah pemeriksaannya. trials. J Clin Onco12005;23:2020-7 .
22, McShane LM, Altman DG, Sanuerbrei W, Taube SE, GionM,
Clark GM. Reporting Recommendations for Tumor Marker
Prognostic Studies (REMARK). Joumal of the National Cancer
R,EFERENSI In s ti tu te 2005 ;97 (7o) :7780-4.
za. Phillips L. Tumor Markers. Available athttp: / / www.google.
- Lichtenstein AV, Potapova GI. Genetic Defects as Tumor com. Accessed 31 / 0L/ 05.
Kobayashi T, Kawakubo T. Prospective Investigation of
\ {arkers. Moleculer Biol o gy 2003;37 :159 -69.
l. Bartels CL, Tsongalis GJ. MicroRNAs: Novel biomarkers for Tumor markers and Risk Assessment in Early Cancer
human cancer. Clinical Chemistry 2009;55(4):623-3L. Screening. Available at: hltp: / / wv'rw. google.com. Accessed
: Schrohl AS, Holten-Andersen M, Sweep F, Schmitt M, 04/02/05.
European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
Harbeck N, Foekens J, et al. Tumor Markers from Laboratory
to Clinical Utility. Review. Molecular & celiular proteomics Germ Cell Cancer-EGTM Recommendations. Available at:
).62003:378-87. http: / / www.googie.com. Accessed 04/ 02/ 05.
26. Smith JF. Tumor Markers. Available at: http://w'ww.google.
= ,\merican Cancer Society. Tumor Markers. Available at:
com. Accessed 15/ 01./ 05.
http://www.cancer.org.. Accessed 15 / 10 / 1L.
: Lindblom A, Liljegren A. Tumour Markers in Malignancies. 27. Norderson N|. Tumor Markers. Available at: hltp:/ /www.
Clinical Review. BMI 2000;320:424-7. google.com. Accessed 04 / 02 / 05.
: Sturgeon CM, Hoffman BR, Chan DW, Ching SL, Hammond 28. Sidransky D. Emerging molekuklar markers of cancer. Nature
E, Hayes DF, et al. National Academy clinical biochemistry Rev. Cancer 2002; 2: 21,0-19
laboratory medicine practice guidelines for use of tumor 29. CISN. How do tumor markers work ? Available at:http:/ /
markers in clinical practice: quality requirements. Clinical cisncancer. org/ research/ new_treatment/ tumor_markers
chemistry 2008;54(8):e1-10. .Accessed at 10 / 23 / 201.
- HermekingH. SerialAnalysis of GeneExpressionand Cancer. 30. Cigna Healthcare Coverage Position. Tumor markers
Current Opinion in Oncology 2003;15:44-49. for diagnosis and management of cancer. Available at :
: Srinivas P& Verma M, Zhao Y, Srivastava. Proteomics for http: / / www.slideshow.net.section_index.html. Accessed
Caacer Biomarker Discovery. Clin Chem 2002;48:7760-9. ar 11/28/2077.
- Sturgeon C. Practice Guidelines for Tumor Marker Use 31. AETNA. Clinical Policy Bulletin : Tumor markers. Availbel at :
in the Clinic. Cancer Diagnostic: Review. Clin Chem / / C: / U sers/ INTERNA/ Documents/ TM/ TM policy.html.
7002;48:115L-9. 52. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
- - D"if"v IW. Predictive markers in breast and other cancer: a Gastrointestinal Cancers-EGTM Recommendations. Available
review. Clinical Chemisiry 2005;51(3): 9 -503. at: http: / / www. goo gle.com. Accessed 04 / 02 / 05.
33. Sturgeon CM, Diamandis EP. Laboratory Medicine Practice
, - DuJfy MJ. Serum tumor markers in breast cancer: are they of
Guidelines . Use of tumor markers in testicular, prostate,
ilinical value? Clinical Chemistry 2006;52(3):345-57.
colorectal, breast, and ovarian cancers. National Academy
-- \{cShane LM, Altman DG, Sauerbrei W. Identification of
of Clinical Biochemistry
clinically useful cancer prognostic factors: what are we
missing? Journal of The Cancer Institute 2005;97(1.4):1023-4. Varsney D, Zhort YY, Giller SA, Alsabel R. Determination
, : Duffy M], Crown J. A personal approach to cancer heatment of HER-2 status and Chromosome 17 Bolysomy in Breast
: how biomarkers can help . Clinical chemistry 2008;541774-
Carcinoma Comparing Hercep test and Pathvysion. Am.J
;8 Clin Pathol. 2004; 121: 70-77
Baselga j. Is Circulating HER-2 More Than Just a Tumor
- - Hayes DF, Bast RC, Desch CE, Fritsche H, Kemeny NE, lessup
Marker? Editorial. Clin Cancer Res 200L;7 :2605-7.
M, et al. Tumor Marker Utility Grading System: a Framework
to Evaluate Clinical Utility of Tumor Markers. Special Article. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
T Natl Cancer Inst 1996;88:1,456-66.
Lung Cancer-EGTM Recommendations. Available at:htp: / /
,: Sturgeon CM. Limitation of assay techniques for tumor www. google.com. Accessed 04 / 02 / 05.
markers. In : Diamandis EP, Fritsche HA, Lilja H, Chan Stieber P, Hatz & Holdenreider S, Molina & Nap I\4 vanPawel
DW, Schwartz MK, eds. Tumor markers : physiology, |, et.al. Guideline for the use of tumor marker in lung cancer.
I

pathobiology, technology and clinical applications. AACC availble at : www. google.com. Accesse d al 11 / 25 / 2011
i
press, USA, 2002 p. 65-80 38. Shoterlersuk K, Khorpraset C, Sakdikul S, Pomthanakasem
t -: Hammond EH. Quality control and standardizalion for W, Voravud N, Mutirangura A. Epstein-Barr Virus DNA
tumor markers. In : Diamandis ER Fritsche HA, Lilja H, in Serum/Plasma as a Tumor Marker for Nasopharyngeal
i
Chan DW, Schwartz MI(, eds. Tumor markers : physiology, Cancer. Clin Cancer Res 2000;6:1046-51..
I 39. Harbech N, Kates RE, Schmit HM. Clinical relevance
pathobiology, technology and clinical applications. AACC
I press, USA, 2002 p. 25-32 invasion {actors Urokinase type Plasminogen Activator and
i_
Plaminogen Activator Inhibitor type-l for individualized
in the diagnosis, monitoring and ileatment of primary and therapy decision in primary breast cancer is greatest when
I used in combination. I Clin.Onco1.2002;19: 1000-07
metastatis breast cancer. The oncologist 2006; 11.: 54L-52.
i -: Buckhaults P, Rago C, StCroix B. Secreted and Cell Surface 40. European Group on Tumor Markers . Tumour Markers in
Cenes Expressed in Benign and Malignant Colorectal Tumors. Breasl Cancer-EGTM Recommendations. Avail able at:hftp:/ /
s
Cancer Res. 200L; 6L : 699 6-0L www. google.com. Accessed 04 / 02 / 05.
n
' : Cordon-Cordo C. p53 and RB: Simple Interesting Correlates
g
or Tumor Markers of Critical Predictive Nature? J Clin Oncol
U 2004;22:975-7.
35
ELEKTROKARDIOGRAFI
Sunoto Pratanu, M. Yamin, Sjaharuddin Harun

PENDAHULUAN jantung dirangsang, sifat permeabel membran berubah


sehingga ion Na* masuk ke dalam sel, yang menyebabkan
Sejak Einthoven pada tahun 1903 berhasil mencatat potensial membran berubah dari -90 mV menjadi +20
potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung mV (potensial diu kur' intraselular terhadap ekstraselular).
berkontraksi, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) Perubahan potensial membran karena stimulus ini disebut
menjadi pemeriksaan diagnostik yang penting. Saat ini depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka
pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap potensial membran kemb-ali mencapai keadaan semula,
kurang lengkap. Beberapa kelainanjantung sering hanya yang disebut proses repolarisasi.
diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga,
jangan memberikan penilaian yang berlebihan pada Potensial Aksi
hasil pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam
pemeriksaan fisik. Keadaan pasien harus diperhatikan sel otot jantung dibandingkan dengan potensial di luar
secara keseluruhan, misalnya umun jenis kelamin, berat sel, pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan
badan, tekanan darah, obat-obat yang diminum, dan potensial yang terjadi sebqgai fungsi dari waktu, disebut
sebagainya. EKG adalah pencatatan grafis potensial listrik potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukkan
yang ditimbulkan oleh jantung pada waktu berkontraksi. karakteristik yang khas dan dibagi menj.adi 4 fase yaitu:

Fase 0: awal potensial aksi yang berupa garis vertikal ke


atas yang merupakan lonjakan potensial hinggaf mencapai
TONSEP DASAR ETEKTROKARDIOGRAFI +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraselular ini
disebabkan oleh masuknya ion Na+ dari luar ke dalam sel.
Sifat-sifat Listrik Sel Jantung
Sel-sel ototjantung mempunyai susunan ion yang berbeda Fase 1: masa repolarisasi awal yang pendek, di mana
antara ruang dalam sel (intraselular) dan ruang luar sel potensial kembali dari +20 mV mendekati 0 mV.
(ekstraselular). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion
Fase 2: fase datar di mana potensial berkisar pada 0 mV.
Natrium (Na') dan ion Kalium (K.). Kadar K* intraselular Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca** untuk
sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular mengimbangi gerak keluar dari ion K*.
daripada dalam ruang intraselular.
Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel Fase 3: masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali
untuk ion negatif daripada untuk ion Na*. Dalam keadan secara tajam pada tingkat awal yaitu fase 4'
istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial
membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama' Sistem Konduksi Jantung
Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada Pada umumnya, sel ototjantung yang mendapat stimulus
keadaan polarisasi,dengan bagian luar berpotensial dari luari akan menjawab dengan timbulnya potensial aksi,
lebih positif diban dingkan dengan bagian dalam. Selisih yang disertai dengan kontraksi, dan kemudian repolarisasi
potensial ini disebut potensia! membran, yang dalam yang disertai dengan relaksasi. Potensial aksi dari satu sel
keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot ototjantung akan diteruskan ke arah sekitarnya, sehingga

295
t-
I

296 ETEKTROKARDIOGRAFI

sel-sel otot jantung di sekitarnya akan mengalami juga


proses eksitasi, kontraksi, dan relaksasi. Penjalaran SA

Jalur Bachman
peristiwa listrik ini disebut konduksi.
Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jalur internodal
jantung terdapat kumpulan sel-sel jantung khusus yang
Simpul AV
mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi sendiri
Berkas HIS
tanpa adanya stimulus dari luar. Sifat sel-sel ini disebut sifat
Cabang berkas kiri
automatisitas. Sel-sel ini terkumpul dalam suatu sistem berkas kanan
yang disebut sistem konduksi jantung.
kiri posterior
Sistem konduksi jantung terdiri atas : kiri Anterior

Simpul Sinoatrial (sering disebut nodus sinus, disingkat abut Purkinje


sinus). Simpul ini terletak pada batas antara vena kava
supierior dan atrium kanan. Simpul ini mempunyai sifat Gambar 4. Sistem konduksi jantung
automatisitas yang tertinggi dalam sistem konduksi
jantung. Simpul ario-ventrikular (sering disebut nodus
Sistem konduksi intraatrial. Akhir-akhir ini dianggap atrioventrikular disingkat nodus). Simpul ini terletak di
bahwa dalam atrium terdapat jalur-jalur khusus sistem bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius dan
konduksijantung yang terdiri dari 3jalur internodal yang daun katup trikuspid bagian septal.
menghubungkan simpul sino-atrial dan simpul atrio- Berkas His. Berkas His adalah sebuah berkas pendek
ventrikular, dan jalur Bachman yang menghubungkan yang merupakan kelanjutan bagian bawah simpul
atrium kanan dan atrium kiri. atrioventrikular yang menembus anulus fibrosus dan
septum bagian membran. Simpul atrioventrikular bersama
berkas His disebut penghubung atrio-ventrikular.

Cabang berkas. Ke arah distal, berkas His bercabang


menjadi dua bagian, yaitu cabang berkas kiri dan cabang
berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-
cabang ke ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas kanan
bercabang-cabang ke arah ventrikel kanan.

Fasikel. Cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian,


Gambar 1. Sel ototjantung dalam keadaan istirahat, membran yaltu fasikel kiri anterior dan fasikel kiri posterior.
sel dalam keadaan polarisasi
Serabut purkinje. Baglan terakhir dari sistenl konduksi
jantung ialah serabut-serabut Purkinje, yang merupakan
anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel
otot jantung.

Pengendalian Siklus Jantung


Pengendali utama siklus jantung ialah simpul sinus yang
mengawali timbulnya potensial aksi yang diteruskan
Gambar 2. Sel otot jantung mengalami aktivasi, membran sel melalui atrium kanan dan kiri menuju simpul AV terus
dalam keadaan depolarisasi
ke berkas His, selanjutnya ke cabang berkas kanan
dan kiri, dan akhirnya mencapai serabut-serabut
Purkinje.
l++ttt++++ r
lti
++++++++++
lmpuls listrik yang diteruskan melalui atrium
menyebabkan depolarisasi atrium, sehingga terjadi sistol
atrium. lmpuls yang kemudian mencapai simpul AV,
Istirahat Aktivasi Repolarisasi)
mengalami perlambatan konduksi, sesuai dengan sifat
(Polarisasi) (Depolarisasi)
fisiologis simpul AV. Selanjutnya, impuls yang mencapai
Gambar 3. Proses aktivasi otot jantung. Suatu stimulus listrik serabut-serabut Purkinje akan menyebabkan kontraksi
menyebabkan aktivasi yang disusul dengan repolarisasi otot-otot ventrikel secara bersamaan sehingga terjadi
sistol ventrikel.
EI EKTROKARDIOGMFI 297

Karena merupakan pengendali utama siklus jantung, Sandapan-sandapan pada Elektrokardiografi


simpul sinus disebut pemacu jantung utama. Untuk membuat rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan
elektroda-elektroda yang dapat meneruskan potensial
Gambaran Siklus Jantung pada Elektrokardiogram listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial
Elektroka rdiogram (EKG) adala h rekama n potensia I listri k yang disebut elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang
1,ang timbul sebagai akibat aktivitas jantung. Yang dapat konvensional dipakai 10 buah elektroda, yaitu 4 buah
Cirekam adalah aktivitas listrik yang timbul pada waktu elektroda ekstremitas dan 6 buah elektroda prekordial'
atot-otot jantu ng berkontraksi. Sedang ka n potensia I aksi Elektroda-elektroda ekstremitas masing-masing dilekatkan
pada sistem konduksi jantung tak terukur dari luar karena pada: lengan kanan (LKa), lengan kiri (LKi), tungkai kanan
:erlalu kecil. (TKa), tungkai kiri (TKi).
Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang Elektroda TKa selalu dihubungkan dengan bumi untuk
cerjalan dengan kecepatan baku 25 mm/detik dan defleksi menjamin potensial nol yang stabil.
10 mm sesuai dengan potensiall mV. Gambaran EKG yang
normal menunjukkan bentuk dasar sbb:

Gelombang P. Gelombang ini pada umumnya berukuran kecil


dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri.

Segmen PR. Segmen ini merupakan garis isoelektrikyang


renghubungkan gelombang P dan gelombang QRS.

Gelombang Kompleks QRS. Gelombang kompleks


lRS ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan
rasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang
tompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombang
Q yang merupakan gelombang ke bawah yang pertama,
3elombang R yang merupakan gelombang ke atas yang
Dertama, dan gelombang S yang merupakan gelombang
lte bawah pertama setelah gelombang R. Gambar 6. Elektroda-elektroda ekstremitas

Segmen ST. Segmen ini merupakan garis isoelektrikyang


Elektroda-elektroda prekordia I di beri nama-nama V1
-renghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.
sampai V6, dengan lokalisasi sebagai berikut :
Gelombang T. Gelombang T merupakan potensial V1 garis parasternal kanan pada interkostal lV
'epolarisasi ventrikel kanan dan kiri. v2 garis parasternal kiri, pada inter,kostal lV,
V3 titik tengah antara V2 dan V4, r
Gelombang U. Gelombang ini berukuran kecil dan sering
:dak ada. Asal gelombang ini masih belum jelas. v4 garis klavikula tengah, pada interkostal V,
V5 garis aksila depan, sama tinggi dengan V4,
Gelombang yang merupakan hasil repolarisasi atrium V6 garis aksila tengah. sama tinggi dengan V4 dan VS.
sering tak dapat dikenali karena berukuran kecil dan
:iasanya terbenam dalam gelombang QRS. Kadang-
*adang gelombang repolarisasi atrium ini bisa terlihat jelas
rada segmen PR atau ST, dan disebut gelombang Ta.

Gambar 5. Berituk dasar EKG dan nama-nama interva Gambar 7. Elektroda-elektroda prekordial
298 ELEKTROKARDlOGRAFI

Kadang- kadang diperlukan elektroda-elektroda Selanjutnya vektor-vektor yang proyeksinya pada


prekordial sebelah kanan, yang disebut V3R, V4R, VSR bidang F dan H dapat diproyeksikan lagi pada garis-garis
dan V6R yang letaknya berseberangan dengan V3, V4, sumbu yang dibuat pada bidang F dan bidang H.
V5 dan V6. Dari sandapan-sandapan konvensional, ternyata
sandapan-sandapan yang diperoleh itu terletak dalam
Sandapan Standard Ekstremltas bidang frontal dan bidang horizontal sebagai berikut :
Dari elektroda-elektroda ekstremitas didapatkan 3 l. Pada bidang frontal: l, ll, lll, aVR, aVL, aVF
sandapan dengan rekaman potensial bipolar yaitu : ll. Pada bidang horisontal :Y1,Y2,Y3,Y4, V5, V6
. | = Potensial LKi -Potensial LKa
. ll = Potensial LKa -Potensial TKi
. lll = Potensial TKi -Potensial LKi SISTEM SUMBU PADA BIDANG FRONTAL
Untuk mendapatkan sandapan unipolar; gabungan
Sesuai dengan nama sandapan, maka sumbu-sumbu pada
dari sandapan l, ll dan lll disebut Terminal Sentral dan
bidang frontal disebut sumbu l, ll, lll, aVR, aVL, dan aVF.
dianggap berpotensial nol. Bila potensial dari suatu

m
elektroda dibandingkan dengan terminal sentral, maka
didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan
sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
Sandapan-sandapan berikut ini semuanya adalah
sandapan unipolar yaitu:

Sandapan prekordial. Sesuai dengan nama-nama


elektrodanya, sandapan prekordial disebut V1 ,V2,V3,
V4, V5, dan V6.

Sandapan ekstremitas unipolar. Sandapan ini


menunjukkan potensial mutlak dari masing-masing
"l-nN] I

Gambar 9. Sistem sumbu pada bidang frontal


ekstremitas, yaitu :
. aVR = Potensial LKa
. aVL = Potensial LKi Penelitian menu njukkan bahwa letak sumbu-sumbu
. aVF = Potensial Tungkai itu ialah sebagai berikut :
0 - pusatjantung
I - garis mendatar 0p "
KONSEP VEKTOR PADA ELEKTROKARDIOGRAFI ll = membuatsudut 600 dengan l,'searah jarum
jam,yaitu +600 .
Karena gaya listrik mempunyai besar dan arah, maka ia lll - +1200
adalah sebuah vektor. Suatu vektor dapat dinyatakan aVR = -1500
dengan sebuah anak panah dengan arah anak panah aVL = - 300
menunjukkan arah vektor dan panjang anak panah aVF = +900
menyatakan besarnya vektor.
Dalam satu siklus jantung, terjadi gaya listrik pada saat
depolarisasi atrium, ventrikel, dan repolarisasi ventrikel.
Pada rekaman disebut sebagai gelombang B eRS dan
T. Yang sebenarnya gelombang B QRS, dan T ini adalah
vektor-vektor ruang yang selalu berubah-ubah besar
dan arahnya sehingga disebut vektor p vektor eRS, dan
vektor T.

Untuk mempelajari vektor pada umumnya dipakai


suatu sistem sumbu. Untuk vektor ruang. dipakai sistem t
sumbu ruang yang terdiri dari tiga buah bidang yang r
saling tegak lurus. Untuk mempelajari vektor-vektor listrik
pada jantung, ketiga bidang berikur ini dipilih : bidang
I
m
Horisontal. (H), bidang Frontal (F) dan bidang Sagital (S). fi
Untuk keperluan elektrokar.diografi yang konvensional,
cukup dipakai dua bidang saja yaitu bidang H dan bidang F. Gambar 9. Sistem sumbu pada bidang frontal
E..EKTROKARDIOGRAFI 299

SISTEM SUMBU PADA BIDANG HORISONTAL

Sesuai dengan nama sandapan, maka sumbu- sumbu pada


tidang horisontal disebut sebagai berikut:
V6 - garis mendatar 0o
Y5 = +220
V4 = +470
Y3 = +580
YZ = +940
V1 = +1 150

Gambar 11. Bulatan vektor QRS pada bidang F. 1,2,3, dan


4 adalah beberapa kedudukan vektor dalam perjalanannya
membentuk bulatan QRS. M adalah vektor rata-rata atau
sumbu listrik

SUMBU LISTRIK VEKTOR QRS

Sumbu listrik vektor QRS dapat disingkat dengan sumbu


QRS saja. Sumbu QRS dapat ditentukan dari hasil rekaman
EKG konvensional.

Gambar 10. Sistem sumbu pada bidang horisontal Menentukan Sumbu QRS pada Bidang Frontal
Dari 6 sandapan yang ada pada bidang F, 2 sandapan
sudah cukup untuk menentukan sumbu QRS. Untuk
Bila selama siklus jantung kita tinjau vekltor-vektor praktisnya penentuan sumbu QRS dapat dilakukan
ifrstrik yang timbul, maka selama depolarisasi atrium, dengan beberapa cara, antara lain : 1). Pilih 2 sandapan
Erjadivektor dalam ruang yang dimulai dari nol, muncul
P yang termudah yaitu saling tegak [urus misalnya I dan
dengan besar dan arah yang berubah-ubah dan akhirnya aVF. Tentukan jumlah aljabar defleksi pada masing-
nmenjadi nol lagi. Bila vektor P ini diproyeksikan pada masing sandapan dan gambarkan sebagai vektor pada
hidang H dan bidang F, maka terdapat garis tertutup yang masing-masing sumbu. Dari kedua vektor ini dapat dibuat
m,nulai dari titik awal 0 dan kembali lagi pada titik 0. Garis resultante yang menggambarkan sumbu QRS; 2). Pilihlah
tertutup yang menggambarkan perjalanan dari vektor P (bila ada) satu sandapan yang mempunyaijumlah aljabar
ni disebut bulatan P. defleksi nol (defleksi positif sama dengan defleksi negatif).
Jadi depolarisasi atrium menghasilkan bulatan P pada Maka sumbu QRS adalah tegak lurus pada sandapan ini.
hidang F dan juga pada bidang H. Demikian juga selama
depolarisasi ventrikel, timbul bulatan QRS pada bidang
F dan bidang H. Pada repolarisasi dari ventrikel timbul

"iur.rya
bulatan T.
Dari ketiga bulatan vektor itu, bulatan vektor QRS ialah
$€ing terpenting dan terbesar ukurannya.
Suatu vektor yang menjalani bulatan vektor,
hesar dan arahnya selalu berubah-ubah. Tetapi
selama perubahan itu, dapat ditentukan satu vektor R= +12mm
yang merupakan rata-rata atau sumbu listrik. Secara S= - smm
Jumlah= +7mm
pendekatan, sumbu listrik ialah vektor yang membagi
hulatan vektor menjadi dua yang sama. Sumbu listrik
Gambar 12. Menentukan sumbu listrik QRS pada bidang
rmerupakan sifat penting dari masing-masing ruang frontal dengan menggunakan sandapan I dan aVF. V adalah
Jantung. sumbu QRS
300 ELEKTROKARDIOGRAFI

Dalam menentukan arah sumbu eRS, dapat ditinjau salah


satu dari sandapan lainnya, untuk memilih satu dari dua
arah.
Untuk lebih tepatnya, yang diukur bukan tingginya
defleksin, tetapi dari luas area yang berada di bawah
defleksi itu.

Kelainan Sumbu QRS pada Bidang Frontal


Sumbu QRS pada bidang frontal yang dianggap normal Gambar 14. Menentukan sumbu listrik eRS pada bidang
bervariasi antara -300 hingga +900. frontal dengn mencari sandapan yang jumlah defleksinya nol,
1. Sumbu QRS antara -30' hingga -900 disebut deviasi dalam contoh ini aVL. Maka sumbu listrik ialah tegak lurus
pada aVL. Selanjutnya untuk menentukan arah ke atas atau ke
sumbu ke kiri (DSKi)
bawah, diperhatikan jumlah defleksi pada l; karena defleksinya
2. Sumbu QRS antara +900 hingga -1800 disebut deviasi positif, maka arah sumbu ialah ke kanan
. sumbu ke kanan (DSKa)
3. Sumbu QRS antara + 1800 hingga -900 disebut sumbu
superior.

Menentukan Sumbu QRS pada Bldang Horisontal


Pada'dasarnya menentukan sumbu eRS pada bidang
horisontal adalah sama dengan sumbu eRS pada bidang
frontal. Yang umum dipakai ialah cara ll, yaitu mencari
sandapan yang jumlah aljabar defleksinya nol. Dari sini
didapatkan arah vektor yaitu tegak lurus pada sadapan
ini. Suatu kebiasaan, bahwa sumbu eRS pada bidang
horisontal tidak dinyatakan dalam derajat, tetapi cukup
Gambar 15. Kelainan sumbu QRS pada bidang frontal. Sumbu
ditentukan sadapan yang tegak lurus pada sumbu itu.
listrik yang mendekati 00 sering disebut 'Jantung horisontal"
Jadi cukup ditentukan sadapan yang mempunyaijumlah yang mendekati 900 disebut Jantung vertikal"
aljabar defleksi nol. Sadapan ini disebut daerah transisi
pada bidang prekordial.
Dianggap bahwa daerah transisi yang normal ialah T
V3 dan V4. Bila daerah transisi berpindah ke arah jarum
jam (dilihat dari arah tungkai), misalnya di V5 atau V6,
, Fr'-,"
maka dikatakan bahwa sumbu QRS mengalami rotasi /\
searah jarum jam. Bila daerah transisi berpindah ke
arahY2, maka dikatakan terjadi rotasi lawan arah jarum
I V2
V1
tJ,-o+.,r-
V3 V4 V5 V6
l\'
'V'! V3=T

jam. Gambar 16. Sumbu listrik QRS pada bidang horisontal yang
normal. Dari sandapan-sandapan prekordial ditentukan
sandapan yang jumlah defleksinya nol, dalam hal ini didapatkan
V3. Maka sumbu listrik QRS ialah tegak lurus pada V3. V3
disebut daerah transisi (T)

TTi.tin$"
V1 V2 V3 V4 V5 V6

Gambar 13. Seperti pada gambar 1 2, tetapi lebar defleksi tidak


sama, yaitu di sandapan l. Di sini dipakai perhitungan luas.
Karena bentuk segitiga, maka luas defleksi ialah 12/ xtinggi x
lebar. Faktor 1 2/ dapat dihllangkan karena yang dipakai adaiah
perbandingan Gambar 17. Sumbu listrik QRS pada bidang horisontal. Daerah
transisi di V5, yang menunjukkan rotasi searah jarum jam
El ETTROKARD]OGMFI 301

SUMBU LISTRIK VEKTOR P

Cara menentukan sumbu P pada dasarnya sama dengan


penentuan sumbu QRS. Karena defleksi gelombang P kecil,
rnaka cara menentukan sumbu P sering tak bisa terlalu
Epat, dan biasanya dipakai cara ll.
aVF II

Sumbu P pada Bidang Frontal Gambar 20. Vektor P sinus. Pada bidang frontal: antara 00-750'
Gelombang P yang berasal dari simpul sinus mempunyai Pada bidang horisontal: antara V1 dan V6
sunnbu yang bervariasi antara 0 hingga +750. Gelombang
P yang berasal dari penghubung AV mempunyai sumbu
antara 1800 dan -90%. Dikatakan sumbu P ini mempunyai
ry-ah lawan-arus. Gelombang P yang berasal dari atrium,
arahnya tergantung dari letak pemacu ektopik di atrium.
Sering sumbunya mempunyai arah antara +900 dan 1800.

Sumbu P pada Bidang Horisontal aVF


Gelombang P yang berasal dari simpul sinus mempunyai
sumbu yang arahnya sekitar di tengah-tengah antara V1 Gambar 21. Sumbu P bukan dari sinus, pada bidang frontal'
Sumbu P dari penghubung AV (Pp), mempunyai arah lawan
dan V6. Sumbu P yang bukan berasal dari simpul sinus
arus, yaitu berlawanan dengan arah sumbu P dari sinus' Sumbu
'nempunyai arah yang tergantunq dari letak pemacu P dari atrium (Pa), sering mempunyai arah antara 900-1800
ektopik dari gelombang P.

QRS
AVF

Gambar 22. Sumbu T yang normal mempunyai arah yang


hampir sama dengan sumbu QRS. Bila ada gangguan konduksi
intraventrikular:, maka sumbu T juga berubah, yang disebut
perubahan T yang sekunder. Dalam hal ini sumbu T dan sumbu
QRS berlawanan arah

Gembar 18. Menentukan vektor P pada bidang frontal' Karena Sumbu Listrik Gelombang T
na'.aldefleksi nol terdapat pada sandapan lll, maka vektor P vektorTjarang diperhatikan karena
Pada umumnya sumbu
rrarus tegak lurus pada sandapan lll dan arahnya ke kanan,
karena total defleksi di sandapan I iaalah positif morfologi gelombang T mempunyai ciri-ciri khas di luar
sumbu vektornya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sumbu T yang normal lebih kurang mempunyai arah yang
sama dengan sumbu QRS.
Bila ada kelainan depolarisasi ventrikel, gelombang
T mengalami kelainan juga, yang disebut kelainan
gelombang T yang sekunder. Dalam hal ini T adalah
terbalik dibanding defleksi QRS, atau vektor T dan vektor
QRS berlawanan arah.

I NTERPRETASI ELEKTROKARDIOG RAM

knbar 19. Menentukan vektor P pada bidang horisontal. Bila kita membuat rekaman sebuah elektrokardiogram,
{anena total defleksi nol terdapat pada V2, maka vektor P harus
tsrgak lutus pada V2 dan arahnya searah dengan V6, karena
pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi,'yaitu
rfleksi P pada V6 positif satu atau lebih defleksi yang sesuai dengan 1 milivolt
302
ELEKTROKARDIOGRAFI

(mV). Secara baku, defleksi 10 mm sesuai dengan


1 mV. Gelombang Kompleks eRS
Kecepatan kertas perekam secara baku adalail 25 mm/
Kompleks ini menunjukkan depolarisasi ventrikel. lstilah_
dt.
istilah tentang bagian-bagian kompleks eRS ialah :
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik
1). Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama; 2).
disebut garis lsoelektrik. Defleksi yang arahnya ke atas
Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defleksi
disebut defleksi positif dan yang ke bawah disebut defleksi
berikutnya disebut gelombang R,, R,,dan seterusnya; 3).
negatif.
Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R.
Gelombang S berikutnya disebut S,, S,, dan seterusnya.

rlll

ftlf
Gambar 27. lstilah-istilah untuk berbagai bentuk gelombang
kompleks QRS il
Gambar 23. Kalibrasl standard: Defleksi 10 mm 1mV
=
le_cgPatan kertas 25 mm/detik. 1 mm = 0,04 detik, 5 mm= ffi
0,20 detik, 10 mm =0,40 detik
QRS yang monofasik terdiri dari satu defleksi saja yaitu W
R atau defleksi tunggal negatif yang disebut eS. Untuk ,tltr

Gelombang P defleksi yang lebih dari 5 mm, dipakai huruf_huruf besar W


Gelombang P ialah defleksi pertama siklus jantung yang Q R dan S. Sedangkan untuk defleksi yang kurang dari 5 m
menunjukkan aktivasi atrium. Gelombang p bisa positif, mm dipakai huruf kecil q,ri dan s.
negatif bifasik, atau bentuk lain yang khas. W
Gelombang T flm
Gelombang ini menunjukkan repolarisasi ventrikel. rffi
Gelombang T bisa positif negatif atau bifasik. dE
d
)
I il
__l Iil
Gelombang U m
'ffi
Gelombang U adalah gelombang kecil yang mengikuti
Gambar 24. Gelombang p sinus. dengan sumbu +300 gelombang T yang asalnya tidak jelas. ffii
,rfiltm

Pengukuran Waktu tu
'rulll]]r
Penentuan frekuensi. Frekuensi jantung (atrial atau
rmd
ventrikular) dapat dihitung berdasarkan kecepatan dUmi
kertas. Karena kecepatan kertas ialah 25 mm/detik, MXrili
maka kertas menempuh 60 x 25 mm = 1500 mm dalam
1 menit. Jadi frekuensi jantung adalah1500 yaitu sama
dengan jarak siklus dalam mm (yaitu jarak R_R atau
H
M
Gambar 25. Gelombang
sumbu -1000
p dari penghubung AV, dengan P-P).
dn
Penentuan interval-interval. Untuk pengukuran suatu
interval, maka dengan kecepatan baku 25 mm/detik ft
terdapat 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik, atau 5 mm rffih
=
0,20 detik. ,u(p
e
lnterval interval pR diukur dari awal gelombang p
PR : dEmg
hingga awal kompleks eRS. lnterval eRS: interval ini diukur
dari awal kompleks eRS hingga akhir dari kompleks eRS. ni
lnterval QT : lnterval ini diukur dari awal eRS hingga akhir flilhirry
Gambar 26. Gelombang p dari atrium dengan sumbu + 1500
dari gelombang T. 1llffi;rur
lffimu
E.^CKTROXARD!OGRAFI 303

ELEKTROKARDIOGRAM NORMAL lnterval QT


lnterval ini tergantung dari frekuensi jantung, yang
Gelombang P dapat ditentukan dengan suatu rumus atau tabel. Untuk
Bentuk gelombang P pada sandapan konvensional dapat praktisnya, diberikan 3 nilai sebagai berikut frekuensi 60/
d.iperoleh dengan l,ll dan aVF dan negatif di aVR. Sedangkan menit : 0,33-0,43 detik, 80 kali/menit: 0.29-0,38 detik, dan
di aVL dan lll bisa positif negatif, atau bifasik. 1 00 kali/menit :0,27-0,35 detik.

Pada bidang horisontal biasanya bifasik atau negatif


di V1 dan V2, dan positif di V3 hingga V6.
Gelombang P dari sinus yang normal tidak lebih lebar ABNORMAL!TAS ATRIUM
dari 0,11 detik dan tingginya tak melebihi 2,5 mm.
Akhir-akhir ini dianggap bahwa konduksi impuls dari
fompleks QRS simpul sinus ke arah simpul AV melibatkan jalur-jalur
iirnpuls listrik yang datang dari simpul AV melanjutkan khusus yaitu jalur-jalur internodal. Sedangkan atrium
diri melalui berkas His. Dari berkas His ini keluar cabang kiri dicapai melaluijalur Bachman. Bila terjadi gangguan
awal yang mengaktivasi septum dari kiri ke kanan. lni konduksi intra-atrial, maka bentuk gelombang P
mengawali vektor QRS yang menimbulkan gelombang mengalami kelainan yang disebut abnormalitas
Q di l, ll, lll, aVL, V5 dan V6, tergantung dari arah vektor gelombang P. Abnormalitas gelombang P tidak selalu
awal tersebut. disebabkan pembesaran atau hipertrofi atrium seperti
Selanjutnya impuls berlanjut melalui cabang berkas yang dianggap di masa lalu. Aktivasi atrium kanan
kiri (CBKi), cabang berkas kanan (CBKa), dan mengaktivasi terjadi lebih dulu daripada atrium kiri sehingga suatu
rcntrikel kiri dan kanan. Karena dinding ventrikel kanan abnormalitas gelombang P dapat menunjukkan suatu
lauh lebih tipis daripada ventrikel kiri, maka gaya listrik abnormalitas atrium kiri atau abnormalitas atrium
yang ditimbulkan ventrikel kirijauh lebih kuat dari pada kanan. Dalam hal ini "abnormalitas" merupakan
uentrikel kanan. kelainan konduksi dengan atau tanpa pembesaran atau
Gambaran kompleks QRS pada bidang horisontal hipertrofi.
y,ang normal mempunyai corak khas. Sandapan V1 dan
ld2 terletak paling dekat dengan ventrikel kanan sehingga Abnormalitas Atrium Kanan (AAKa)
disebut kompleks ventrikel kanan. Di sini gaya listrik
Tinjauan vektor :
d-ari ventrikel kanan menimbulkan gelombang R yang
selanjutnya diikuti gelombang S yang menggambarkan
1. Pada bidang frontal: sumbu P bergeser ke arah kanan
gaya listrik dari ventrikel kiri. Sebaliknya, sandapan V5 dan
2. Pada bidang horisontal : sumbu P bergeser ke arah
lawan jarum jam.
V6 paling dekat dengan ventrikel kiri sehingga sandapan
iini disebut kompleks ventrikel kiri. Di sini gelombang Q Kriteria EKG untuk AAKa :
rnenggambarkan aktivasi ventrikel kanan atau septum, 1. P tinggidan lancip di ll, llldan aVF':tinggi > 2,5 mm
sedangkan gelombang R menggambarkan aktivasi dan interval > 0,11 detik
rrrentrikel
kiri. Dengan demikian gambaran kompleks QRS 2. Defleksi awal di V1 >1,5 mm. Bentuk gelombang P

pada bidang horisontal ialah gelombang R meningkat pada AAKa sering disebul P pulmonal
dari V'l ke V6, sedangkan gelombang S mengecil dari
!'1 ke V6.

Gelombang T
Fada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak
di semua sandapan kecuali di aVR dan V1.

Gelombang U Gambar 28. Abnormalitas atrium kanan


Ge{ombang U biasanya tegak dan paling besar terdapat di
rr'2 dan V3. Sering gelombang U tak jelas karena bersatu
dengan gelombang T.
Abnormalltas Atrium Kiri (AAKi)
]lElai Normal untuk lnterval-lnterval Tinjauan vektor :

imterval PR (durasi) : kurang dari 0,12 detik 1. Pada bidang frontal: sumbu P bergeser ke arah kiri
lmterval PA : 0, 12 -0,20detik 2. Pada bidang horisontal : sumbu P bergeser ke'arah
lnterval eRS (durasi) :0,07 -0, 10 detik jarum jam.
ELEKTROKARDIOGRAFI
304

Kriteria EKG untuk AAKi : 1. R atau S di sandapan ekstremitas > 20 mm, atauS
lnterval P di ll melebar (;O,12 detik). Sering gelombang di kompleks VKa > 25 mm. atau R di kompleks VKi
P berlekuk, karena mempunyai2 puncak. Defleksi terminal > 25 mm, atau S di VKa + R di VKi > 35 mm.
V1 negatif dengan lebar > 0,04 detik dan dalam > 'l 2. Depresi ST dan invesi T di kompleks VKi lni sering
mm. disebut stroin pattern
Kriteria ini disebut kriteria Morris. Bentuk P pada AAK| 3. AAKi
sering disebul p mitraL. 4. Sumbu QRS pada bidang frontal > -150
5. lntervalQRS atau WAV di komplekVKi memanjang:
* lnterval QRS > 0,09 detik
* WAV > 0,04 detik'1

Beberapa catatan tentang HVK| antara lain:


1). Gambaran HVKi pada EKG terutama berkorelasi
dengan masa otot ventrikel kiri, dan kurang berkorelasi
il V1 dengan tebal otot atau volumenya;2). Pada HVKi yang
disebabkan karena beban volume, gambaran EKG
Gambar 29. Abnormalitas atrium kiri
terutama menunjukkan aktivasi septal awalyang menonjol,
yaitu adanya gelombang Q di l, aVL,V5 dan V6, dan
gelombang R yang menonjol di V1 dan V2; 3)' Pada HVK|
HIPERTROFI VENTRIKEL
yang disebabkan karena beban tekanan, gambaran EKG
terutama menunjukkan R yang tinggi disertai depresi ST
Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVKi)
dan inversi T pada sandapan ventrikel kiri (V5 dan V6).
Hipertrofi ventrikel kiri memberikan tanda-tanda yang
cukup jelas pada EKG. Meskipun demikian, akurasinya tak
dapat dianggap mutlak. B

j[rI
Berbagai kriteria telah disusun untuk mempertinggi I
sensitivitas dan spesifisitas diagnosis HVKi pada EKG. ti
Tinjauan vektor pada HVKi : ti
.
.
Pada umumnya vektor QRS membesar dalam
ukurannya.
{r {r v5v6
]L il
JL

Penebalan septum menyebabkan vektor QRS awal 11


membesaL sehingga terlihat gelombang Qyang lebih
dalam di l,ll,lll, aVL, V5 dan V6, dan gelombang R yang
\l
lebih besar di V1.
. Pada sumbu QRS terjadi pergeseran sebagai berikut :
Gambar 30. Hipertrofi ventrikel kiri, beberapa kriteria:
1). Pada bidang frontal; sumbu QRS bergeser ke arah
kni; 2). Pada bidang horisontal: sumbu QRS bergeser A. Kriteria voltase: S diV1, Y2,yang dalam dan R diV5,
ke arah lawan jarum jam. V6 yangtinggi
B. Depresi ST dan inversi T di V6 (V5)
Walrtu Aktivasi Ventri ke! C. Waktu aktivasi ventrikel memanjang di V6 (V5)
Waktu yang berlangsung antara awal QRS hingga puncak
gelombang R disebut Waktu Aktivasi Ventrikel (WAV). Hipertrofi Ventrikel Kanan (HVKa)
Defleksi tajam ke bawah yang mulai dari puncak R disebut Karena dinding ventrikel kanan jauh lebih tipis dari
defleksi intrinsikoid. WAV menggambarkan waktu yang pada dinding ventrikel kiri, maka HVKa baru nampak
diperlukan untuk depolarisasi masa otot jantung yang pada EKG bild'HVKa sudah cukup menonjol untuk dapat
ada di bawah elektroda prekordial. Jadi makin tebal otot
mempengaruhi gaya-gaya listrik ventrikel kiri yang
jantung (ventrikel), makin panjang waktu yang diperlukan
besar.
untuk depolarisasi. Dengan demikian WAV memanjang
pada HVKi. Tinjauan vektor:
1. Pada bidang frontal: sumbu QRS bergeser ke kanan
Kriteria EKG untuk HVKi 2. Pada bidang horisontal : sumbu QRS bergeser searah
1. Kriteria Voltase : Voltase ventrikel kiri meninggi jarum jam.
Ada macam-macam kriteria dan dapat dipilih salah Kriteria EKG untuk HVKa :
satu yaitu :
1. Rasio R/S yang terbalik :
ETXTROKARDIOGRAFI 305

- R/S divl
>1 fase yang terakhir, vektor berasal dari ventrikel kanan,
- R/S div6 < ',l yang mengarah ke depan (pada bidang H) dan ke kanan
L Sumbu QRS pada bidang frontal yang bergeser ke (pada bidang F).
kanan, meskipun belum mencapai DSKa. Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKa : 1).
3. Beberapa kriteria tambahan yang tidak begitu kuat, lnterval QRS memanjang > 0,10 detik;2). S yang lebar di
misalnya: WAV di Vl > 0,035 detik, depresi ST dan I dan V6;3). R'yang lebar di V1.
inversiT diV1, S, dil,ll, dan lll. Bila intervalQRS 0, 10-0,12 detik, maka disebut BCBKa
inkomplit.
tcberapa catatan tentang HVKa :
Bila interval QRS > 0, 12 detik, maka disebut BCBKa
1. Diagnosis HVKa pada EKG mempunyai sensitivitas

I
komplit.
yang rendah tapi spesifisitas yang tinggi.
e Kriteria EKG untuk HVKa yang paling kuat ialah rasio
R/S divl.
Berdasarkan konfigurasi QRS diV1, maka HVKa dibagi
mmenjadi 3 tipe: 1). Tipe A: di sini terdapat R yang tinggi.
Sering disertai depresi ST dan inversiT di V1 dan V2. Tipe
irni menunjukkan beban tekanan yang tinggi; 2). Tipe B:
d[ sini terdapat bentuk RS, yang menunjukkan HVKa + JL
yang sedang; 3). Tipe C: di sini terdapat bentuk rsR', yang
I V1
mrerupakan blok cabang berkas kanan yang inkomplit.
tsentuk ini biasanya menunjukkan adanya hipertrofi jalur
lieluar dari ventrikel kanan. Gambar 32. Blok cabang berkas kanan. QRS meleba4 S yang
lebar dan dalam di I dan V6 (V5), dan berbentuk RR' di V1
(v2)

Blok Cabang Berkas Kirl (BCBKi)


Bila CBKi mengalami blok, maka depolarisasi ventrikel kiri
mengalami kelambatan. Pada awal depolarisasi ventrikel,
QRS inisial menggambarkan depolarisasi ventrikel kanan
dan septum, kemudian mepyusul depolarisasi ventrikel
Srnbar 31. Hipertrofi ventrikel kanan. Kriteria terpenting: rasio
kiri. Jadi pada BCBKi vektor terminal berasal dari ventrikel
frlS terbalik di Vl (V2) dan V6 (V5)
kiri yang kuat, yang bergeser ke arah kiri (pada bidang F)
dan ke arah belakang (pada bidang H). t
Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKi :
DEFEK KONDUKSI INTRA VENTRIKULAR
1. lnterval QRS melebar > 0,10 detik
Gangguan penghantaran impuls melalui suatu jalur
2. Gelombang R yang lebar; sering berlekuk di l, V5 dan
V6, dengan WAV > 0,08 detik
d[sebut blok. Yang dimaksudkan dengan konduksi
rintraventrikular ialah konduksi melalui cabang berkas
3. rS atau QS di V1, disertai rotasi searah jarum jam.
Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka disebut BCBKi
hnan (CBKa), cabang berkas kiri (CBKi), fasikel-fasikel dan
inkomplit
serabut-serabut Purkinje.
Bila interval QRS > 0,12 detik, maka disebut BCBKi
Menurut tempatnya, blok intraventrikular dapat
komplit.
dhbagi:
. Blok Cabang Berkas Kanan (BCBKa)
. Blok Cabang Berkas Kiri (BCBKi) Blok lritraventrikular Nonspesifik
. lstilah ini dipakai bila interval QRS melebar (> 0,10 detik)
BloklntraventrikularNonspesifik
. tetapi tidak khas untuk BCBKa atau BCBKi.
Blok Fasikular : 1). Blok fasikular kiri anterior; 2). Blok
fasikular kiri posterior.
Blok Fasikular
Blok Fasikular sering disebut juga hemiblok.
ilok Cabang Berkas Kanan'(BCBKa)
Bila CBKa mengalami blok, maka depolarisasi ventrikel BIok fasikular kiri anterior. Fasikel kiri anterior
lanan mengalami kelambatan, dan septum mengalami menghantarkan impuls dari puncak septum ke muskulus
epolarisasi disusul oleh ventrikel kiri lebih dulu. Pada papilaris anterior. Bila terjadi blok pada jalur ini, maka
306 ELEKTROKARDIOGRAFI

JL l dan superio; sehingga terbentuk r kecil di I dan aVL, dan


1 kecil di ll,lll, dan aVF. Vektor QRS awal selama 0,06 detik
mengarah ke bawah, sehingga terbentuk R tinggi di ll,
lll, dan aVF dan S di I dan aVL.Sumbu QRS bergeser ke
kanan > +1100.
Sebagai ringkasan, gambaran EKG pada blok fasikular
kiri posterior ialah :
. lnterval QRS memanjang 0,09 -0,11 detik
. Sumbu QRS bergeser ke kanan > + 1 10'
.
.
rS di 1 dan aVL
R di ll, lll dan aVF. Blok Fasikular Kiri Posterior jauh
Gambar 33. Blok cabang berkas kiri. QRS yang melebar; bentuk lebih jarang dari pada blok fasikular kiri anterior.
R di I dan V6 (V5), dan S yang dalam di V1 (V2, V3)

bagian posterior-inferior mengalami depolarisasi lebih


dulu dari pada bagian anterior-superior.
Vektor QRS awal selama 0,02 detik mengarah ke
bawah dan ke kanan, sehingga terbentuk r kecil di ll, lll,
dan aVl dan q kecil di 1, aVL dan kadang-kadang di V5
dan V6. Vektor QRS awal selama 0,04 detik mengarah ke
kiri dan ke atas, sehingga terbentuk R tinggi menyusul q
di 1, dan aVL, dan S dalam menyusul r di ll,lll, dan aVF
"h
Gambar 35. Blok fasikular kiri posterior. Tanda terpenting
(bentuk Ql-Slll). Sumbu QRS mengalami deviasi ke kiri ialah sumbu QRS pada bidang frontal: deviasi ke kanan lebih
dari +1100, tanpa adanya penyebab lain dari deviasi sumbu
hingga > -450
ke kanan
Sebagai ringkasan, gambaran EKG pada 81ok Fasikular
Kiri anterior ialah : 1).lnterval QRS sedikit memanjang
0,09- 0,11 detik; 2). Sumbu QRS deviasi ke kiri > -450. lni Sindrom Pre-eksitasi
disebut kriteria yang paling kuat; 3). Di I dan aVL terdapat Sindrom pre-eksitasi ialah suatu sindrom EKG di mana
R tinggi, dengan atau tanpa q;4). Di ll,lll dan aVF terdapat ventrikel mengalami depolarisasi lebih awal dari biasa. Hal
rS, dengan S yang dalam. ini disebabkan karena adanya jalur-jalur lain di samping
jalur-jalur pada sistem konduksi jantung. Jalur-jalur ini
disebut jalur-jalur aksesori.
Ada 3 macam jalur aksesori, yaitu : 1). Jaluri Kent. Jalur
ini ialah yang terpenting di antara jalur-jalur aksesori. Jalur
ini menghubungkan atrium langsung dengan ventrikel,
tanpa melalui simpul -AV. Jalur ini menembus cincin AV
di tempat-tempat yang berbeda. 2). Jalur James. Jalur ini
berawal dari atrium dan berakhir di berkas His. 3). Jalur
Mahaim. Jalur ini berawal di berkas His dan berakhir di
ventrikel.
Jalur-jalur aksesori dianggap sebagai kelainan
Gambar 34. Blok fasikular kiri anterior. Tanda terpenting kongenital dan terdapat pada 1-2 permil dari populasi
ialah sumbu QRS pada bidang frontal: deviasi ke kiri lebih
dari -450 umum. Jalur aksesori bisa bersifat non fungsional pada
waktu lahir dan manifes pada masa kanak atau dewasa.

Blok fasikular kiri posterior. Fasikel kiri posterior


menghantarkan impuls dan CBK| ke muskulus papilaris GAMBARAN EKG PADA S!NDROM PRE-EKSITASI
posterior dari ventrikel kiri. Suatu blok pada jalur ini
mengakibatkan bagian anterior-superior dari ventrikel Pre-eksitasi pada Jalur Kent
kiri mengalami depolarisasi lebih dahulu dari pada bagian Pre-eksitasi pada jalur Kent disebut juga sindrom Wolff
posterior-inferior. Parkinson White (WP\M.
Vektor QRS awal s-elama 0,02 detik mengarah ke kiri Gambaran EKG pada sindrom WPW menggambarkan
E.qTROKARDIOGRAFI 307

kompleks fusi antara aktivasi ventrikel melaluijalur normal Sindrom WPW tipe B. Di sinijalur Kent terletak di sebelah
danr melaluijalur aksesori. lmpuls dari atrium yang melalui kanan, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kanan.
Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBK|, dengan defleksi
"jalur Kent lebih cepat sampai di ventrikel karena tidak
nnelewati simpul AV yang mempunyai sifat memperlambat QRS yang negatif di V'l dan V2.
iinr.npuls. Impuls yang melalui jalur Kent ini mengawali
depolarisasi ventrikel di suatu tempat di ventrikel, yang Pre-eksitasl pada Jalur James
rnenyebabkan timbulnya suatu gelombang khas pada awal Pre-eksitasi pada jalur James disebut juga sindrom lown-
kornpleks QRS, yang disebut gelombang delta. Ganong-Levine (L-G-L). Gambaran EKG pada sindrom
Gelombang delta merupakan bagian landai pada L-G-L menggambarkan interval PR yang memendek
awal kompleks QRS. Adanya gelombang delta ini karena impuls yang melalui jalur ini mencapai ventrikel
nnrenyebabkan kompleks QRS melebar. Waktu konduksi lebih cepat karena tidak diperlambat oleh simpul-AV.
idtrio-ventrikular yang memendek menyebabkan interval Tetapi aktivasi ventrikel ini berpangkal dari berkas His
FR yang memendek. Dengan demikian gambaran EKG sehingga jalur aktivasi ini tidak berbeda dari aktivasi
pada sindrom W-P-W ialah: 1). lnterval PR memendek < normal. lni menghasilkan kompleks QRS yang normal,
0-12 detik;2). Adanya gelombang delta; 3). Kompleks QRS tanpa gelombang delta.
nnraelebar (karena gelombang delta). Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom L-G-L
ialah: 1). lnterval PR memendek (0,12 det); 2)' Tak ada
gelombang delta, kompleks QRS normal.

Pre-eksitasi pada Jalur Mahaim


Karena jalur Mahaim dimulai dari berkas His, maka interval
PR tidak terpengaruh. Jalur Mahaim mengawali aktivasi
pada sebagian ventrikel, sehingga terjadi gelombang
delta.
Dengan demikian gambaran EKG pada sindrom pre-
eksitasi melalui ialur Mahaim ialah: 1). lnterval PR normal;
fulbar 36. Jalur-jalur aksesori 2). Terdapat gelombang delta, kompleks QRS melebar'

&nbar 37. Pre-eksitasi pada jalur Kent: sindrom WPW. lmpuls Gambar 38. Pre-eksitasi jalur James: Sindrom Lown Ganong
dri sinus menempuh dua jalur:jalur 1 ialah jalur normal, jalur Levine. lmpuls dari sinus menempuh dua jalur: jalur 1 ialah
I rnelalul jalur Kent. lmpuls yang melalui jalur 2 mencapai
jalur normal, jalur 2 melalui jalur James. lmpuls melalui jalur
'uentrikel lebih awal dan mengaktivasi suatu daerah D di 2 mencapai berkas His lebih awal karena tidak mengalami
perlambatan di simpul AV, sehingga interval PR memendek,
'ucntrikel, yang pada EKG menggambarkan gelombang delta
1@rAktivasi ventrikel melalui jalur 2 menyusul sehingga bentuk sedangkan bentuk kompleks QRS normal. Aktivasi melalui
a*fiir EKG ialah fusi antara aktivasi melaluijalur 1 dan jalur 2
jalur 2 tak mempunyai efek karena ventrikel dalam periode
refakter'mutlak

Meskipun letakjalur Kent sangat bervariasi, pada garis PENYAKIT JANTUNG KORONER
limamya dapat dibedakan 2 tipe, yaitu :

Elektrokardiografi ialah sarana diagnostik yang penting


lSlrdrom W-P-W tipe A. Di sini jalur Kent terletak di
untuk penyakit jantung koroner.Yang dapat ditangkap
sebelah kiri, sehingga aktivasi dini terjadi di ventrikel kiri.
oleh EKG ialah kelainan miokard yang disebabkan oleh
r6ambaran EKG menyerupai bentuk BCBKa, dengan Ryang
terganggunya aliran koroner.
uimggidiV'l dan V2.
308 ELEKTROKARDIOGRAFI

miokard, tetapi tanda ini tidak terlalu spesifik. yang lebih


spesifik ialah bila gelombang T ini simetris dan berujung
fl

'\ \
11
!l
lancip.

Inversi U. Gelombang U yang negatif (terhadap 1) cukup


\i I //t
-v\PJ f spesifik untuk iskemia miokard.
- interval PR normal
- ada gelombang delta
QRS melebar
lnjuri
Ciri dasar injuri ialah elevasi ST dan yang khas ialah
konveks ke atas. Pada umumnya dianggap bahwa elevasi
Gambar 39. Pre-eksitasijalur Mahaim. Impuls dari sinus hingga ST menunjukkan injuri di daerah subepikardial, sedangkan
simpul AV berl'alan biasa, sehingga tak ada pengaruh terhaOip
interval PR. lmpuls melali jalur 2 yang berawal dari berkas His,
injuri di daerah subendokordial menunjukkan depresi ST
mencapai suatu daerah D di ventrikel (sedikit) lebih awal dari yang dalam.
pada aktivsi ventrikel melaluijalur biasa (1), sehingga pada EKG
teidapat gelombang delta. Selanjutnya terjadi fuiitari aktivasi Nekrosis
melalui kedua jalur tersebut
Ciri dasar nekrosis miokard ialah adanya gelombang
Q patologis yaitu Q yang lebar dan daJam, dengan
Terganggu nya aliran koroner menyebabkan kerusakan
syarat-syarat: lebar > 0.04 detik dalam :4 mm atau > 25%
tinggiR
miokard yang dapat dibagi menjadi 3 tingkat : 1). lskemia,
kelainan yang paling ringan dan maslh reversibel; 2). lnjuri,
yaitu kelainan yang lebih berat, tetapi masih reversibel; Lokalisasi Dinding Ventrikel pada EKG
Karena iskemia miokard sebagian besar mengenai
3). Nekrosis, yaitu kelainan yang sudah ireversibel, karena
ventrikel kiri, maka adalah penting untuk menentukan
kerusakan sel-sel miokard sudah permanen.
lokalisasi bagian-bagian dinding ventrikel kiri pada
Masing-masing kelainan ini mempunyai ciri-ciri
EKG.
yang khas pada EKG. Pada umumnya iskemia dan injuri
menunjukkan kelainan pada proses repolarisasi miokard,
Pada umumnya dipakai istilah-istilah sebagai
yaitu segmen ST dan gelombang T. berikut:
Nekrosis miokard menyebabkan gangguan pada
1. Daerah anteroseptal : V1 -V4
proses depolarisasi, yaitu gelombang eRS.
2. Daerah anterior ekstensif : V1-V6, I dan aVL
3. Daerah anterolateral: V4-V6,1 dan aVL
4. Daerah anterior terbatas : V3-V5
5. Daerah inferior: ll, lll dan aVF
6. Daerah lateral tinggi : I dan aVL
Daerah lskemia 7. Daerah posterior murni memberikan bayangan cermin
Daerah injuri dari V1, V2 dan V3 terhadap garis horisontal.
Daerah nekrosis Proyeksi dinding-dinding ventrikel kanan pada
umumnya terlihat pada V4R-V6R. Sering bersamaan
dengan ll,lll, dan aVF.
Endokard
Epikard

Gambar 40. Berbagai derajat iskemia pada infar miokard

lskemia
Depresi ST. lni ialah ciri dasar iskemia miokard. Ada 3
macam jenis depresi ST, yaitu : a). Horisontal, b). Landai
ke bawah, c). Landai ke atas
Yang dianggap spesifik ialah a dan b. Depresi ST
Gambar 41. Depresi ST pada iskemia miokard
dianggap bermakna bila lebih dari 1 mm, makin dalam
makin spesifik.
a. Depresi ST horisontal, spesifik untuk iskemia
lnversi T. Gelombangyang negatif (vektor T berlawanan
T b. Depresi ST landai ke bawah, speslfik untuk iskemia
(
arah dengan vektor QRS) bisa terdapat pada iskemia c. Depresi ST landai ke atat kurang spesifik untuk iskemia
itrill

Ufl
ETEKTROKARDIOGRAFI 309

Bentuk qR: nekrosis dengan sisa miokard sehat yang


5
I cukup
ii ii
tt ii b. Bentuk Qr: nekrosis tebal dengan sisa miokard sehat
1]
ii !'!
!; yang tipis
ri lr c. Bentuk QS: nekrosis seluruh tebal miokard, yaitu
\ .-:'
___- \.J !__, 'i
.i-
transmura
))
l.
1-
x,
.l

Gambar 42. Depresi T pada iskemia miokard

lnversi T pada umumnya kurang spesifik untuk iskemia


lnversi T yang berujung lancip dan simetris (seperti
ujung anak panah), spesifik untuk iskemia

A Gambar 46. Lokalisasi dinding ventrikel pada EKG


ji
ii
ii
{1
ilI
!il
i
It i ./
l*""i
*\,i**

Gambar 43. lnversi U, cukup spesifik untuk iskemia

Gambar 47. Gambaran EKG pada infark miokard akut


i evolusi
A g
1
jLrr il
ii a. Fase hiperakut
1
t t*.: ._ li
-.""J :.r't.-r't- b. Fase ovulasi lengkap

!.,
c. Fase infark lama
B c

Gambar 44. lnjuri miokard GAM BARAN EKG PADA IN FARK M IOKARD AKUT
Elevasi ST cembung ke atas, spesifik untuk injuri
" (epikard) Umumnya pada infark miokard akut terdapat gambaran
: Elevasi ST cekung ke atas, tidak spesifik iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan
: Depresi ST yang dalam, menunjukkan injuri sub- tertentu sesuai dengan perubahan-perubahan pada
endokardial miokard yang disebut evolusi EKG. Evolusi terdiri dari
fase-fase sebagai berikut:
c Fase awal atau fase hiperakut: 1). Elevasi ST yang

..
F
itii
i
i1

;r
8'_
.^ftli
! F nonspesifik, 2).T yang tinggi dan melebar.

Faseevolusi Iengkap: 1). Elevasi STyang spesifik, konveks


ke atas, 2). T yang negatif dan simetris, 3). Q patologis.

Fase infark lama: 'l). Q patologis, bisa QS atau Qr. 2). ST


yang kembali iso-elektrik, 3). T bisa normal atau negatif
t il! Beberapa catatan tentang EKG pada infark miokard :
1). Timbulnya kelainan-kelainan EKG pada infark miokard
Gambar 45. Nekrosis miokard. Pada umumnya dianggap: Q
I *enunjukkan tebalnya nekrosis, R menunjukkan sisa miokard akut bisa terlambat, sehingga untuk menyingkirkan
da n:19 masih hidLlp diagnosis infark miokard akut, diperlukan rekaman EKG
310 ETEKTROKARDIOGRAFI

serial; 2). Fase evolusi berlangsung sangat bervariasi, Sering U yang prominen dikira T sehingga seolah-olah
bisa beberapa jam hingga 2 minggu. Bila elevasi ST interval QT memanjang.
bertahan hingga 3 bulan, maka dianggap telah ter.jadi
aneurisma ventrikel; 3). Selama evolusi atau sesudahnya, Hiperkalsemia
gelombang Q bisa hilang sehingga disebut infark Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang
miokard non-Q. lni terjadi 20-30o/o kasus infark miokard; memendek.
4). Gambaran infark miokard subendokardial pada EKG
tidak begitu jelas dan memerlukan konfirmasi klinis dan Hipokalsemia
laboratoris. Pada umumnya terdapat depresi ST yang Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen
disertai inversi T yang dalam yang bertahan beberapa ST, sehingga interval QT memanjang.
hari; 5). Pada infark miokard pada umumnya dianggap
bahwa Q menunjukkan nekrosis miokard, sedangkan Digitalis
R menunjukkan miokard yang masih hidup, sehingga Digitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut
bentuk Qr menunjukkan infark non-transmural sedangkan efek digitalis: 1). Memperpendek interval QT, 2). Depresi
bentuk QS menunjukkan infark transmural. Pada infark ST, mulai dengan menurun landai disusul bagian akhir
miokard non-Q berkurangnya tinggi R menunjukkan yang naik dengan curam. 3). Sering menjadi rendah. Selain
nekrosis miokard; 6). Pada infark miokard dinding itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan penghantar
posterior murni. gambaran EKG menunjukkan bayangan impuls.
cermin dari infark miokard anteroseptal terhadap garis
horisontal, jaditerdapat Ryang tinggidiVl,V2, V3 dan
disertai T yang simetris.

^,tl^;14 r\A_.rA
K.= normal meningkat

Gambar 49. Gambaran EKG pada hiperkalemia. Bila kadar K,


makin meningkat:
a. T meninggi dan lancip, R menjadi pendek
b. QRS melebar dan bersatu dengan T
c. P merendah dan hilang

A B

Gambar 48. Contoh lokasi infark miokard


a.
b.
lnfark akut anteroseptal
lnfark akut posterior murni
J^ J# ^lt^
K+ normal K+ menurun

Gambar 50. Gambaran EKG pada hipokalemia. Bila K- makin


menurun:

AN EKA KELAINAN ELEKTROKARDIOGRAF! a. U prominen,Tmendatar


b. Depresi ST, T terbalik, PR memanjang I

il
Hiperkalemia !
Bila kadar kalium darah meningkat, berturut-turut akan f,

nampak kelainan: 1).T menjadi tinggi dan lancip, 2). R


menjadi lebih pendek, 3). QRS menjadi lebar, 4). QRS
bersatu dengan T, sehingga segmen ST hilang, 5). P
mengecil dan akhirnya menghilang.
J^llJ_^
Normal ll Hipokalsemia Hiperkalsemia
Hipokalemia
Gambar 51. Gambaran EKG pada hipo dan hiperkalsemia
Bila kadar kalium darah menurun, berturut-turut akan
tampak kelainan-kelainan: 1). U menjadi prominen, 2).7
Hipokalsemia: QT memanjang terutama karena
perpanjangan ST
makin mendatar dan akhirnya terbalik, 3). Depresi ST, 4).
Hiperkalsemia : QT memendek, terutama karena
lnterval PR memanjang. pemendekan ST
E.HIROKARDIOGRAFI 311

Castellanos A, Kessler KM, Meyerburg R|. The resting electrocar-


diograrn. In: Hurst, The Heart, Eight Editioo McGraw-Hilll
rrc.1994,321-52,
Fish C. Electrocardiography and vectocardiog- raphy. In: Braun-
wal{ Heart Disease, Fourth Editioru \ trB Saunders Company.
1992:,1-16-60.
Hein J.J. Wellens, Mary B. Conover. The ECG in Emergency
Ded-
Efek dioitalis sion Making WB. Saunders Com- pany.1992.
Mark Silverman E. Myerburg R]. Willis HurstlW. Electrocardiog-
&nbar 52. Efek digitalis. QT yang memendek, depresi ST raphy, Basic Concepts and Clinical Application. McGtaw-Hill
menurun landai dan kemudian naik dengan curam dan Book Company,1983.
!,rn!,
Tpng rendah Thomas Bigger,l.lr. The electrical activity of the heart. In :Hurst
.The Heart,, Eight Edition, \994:645-57.
Waldo AL, Wit AL. Mechanism of cardiac arrhythmias and con-
duction disturbances. In: Hurst, The Heart, Eight Editiotl
McGraw-Hilllnc. 1994: 656-97.
WHO ISFC Task Force. Classification of cardiac arrhytmias and
conduction disturbances. Am Heart J, 1979;98(2):263-7 .
WHO/ISFCTaskForce. Definition of terms related to cardiac
rhytm. Am He artl, 1978; 95(6): 796-806.

Snbar 53. Perikarditis akut. Elevasi ST kurang dari 5 mm,


krtuk cekung ke atas, tidak timbul Q

DCRIKARDITIS

Rrda perikarditis, biasanya teriadi peradangan pada


qrikard, sehingga gambaran EKG menyerupai gambaran
iirri pada epikard berupa elevasi ST. Pada perikarditis
lrrg hanya sedikit menimbulkan peradangan pada
cpikard maka EKG bisa normal.
Kelainan EKG yang khas untuk perikarditis ialah
nlngaiberikut
l- Elevasi segmen ST : a). Biasanya luas kecuali V1 dan
aVR, b).Bentuk konkaf ke atas, c). Kurang dari 5 mm
L T menjadi terbalik, terutama setelah segmen ST
kembali ke garis isoelektrik.
t Tidak timbul Q.

Pada efusi perikardial, tanpa adanya peradangan


:pikardial, tidak terdapat elevasi ST. Dalam hal ini
grnbaran EKG hanya menunjukkan voltase yang rendah
tda QRS dan T.
Mengenai gambaran EKG pada kelainan irama jantung
Fitmia) dibahas khusus pada topik khusus di bagian lain
h*u ini.

IGFERENSI

norfrytmia -a Guide to Clinical Electrocardiology Erik Sandoe,


Bjame Sigurd. PuA[shing Partrers Verlags GnibFI.., 1991'-
,ffiytmia. Diagnosis and Management. Erit Sandoe, Bjame Sigurd
Fachmed AG-Verlag fur Fach-medieo 1984.
36
ELEKTROKARDIOGRAFI
PADA UII TATIH IANTUNG
Ika Prasetya Wijaya

PENDAHULUAN

Uji latih jantung dengan menggunakan treadmil sering


lnfark miokard akut dalam 2 hari
dikenal dengan tes treadmil. Uji latih ini sudah sering
Angina tak stabil yang risiko tinggi
dilakukan sebagai cara untuk mengetahui adanya
Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan
gangguan pada pembuluh darah korone[ gangguan irama
gangguan
serta menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan lanjutan
hemodinamik
untuk mengetahui adanya kelainanjantung. Ada dua cara
Stenosis aorta berat dengan gejala
yang dikenal sebagai uji latih yakni dengan treadmil atau
lnfark paru atau emboli paru akut
dengan sepeda ergometri. Perikarditis atau miokarditis akut :

Sebelum pelaksanaan tes semua alat dan perlengkapan Diseksi aorta akut I
.,
guna tindakan kedaruratan harus tersedia dalam Relatif t"a
jangkauan tenaga pelaksana. Defibrilator, oksigen dan Stenosis di pembuluh koroner left'rnain
obat-obat untuk mengatasi terjadinya gangguan pada Penyakitjantung katup stenosis yang sedang .
jantung merupakan hal yang wajib tersedia. Tenaga Gangguan elektrolit
yang melaksanakan harus mengerti tatalaksana tindakan Hipertensi berat
kedaruratan kardiak dan sudah menjalani pelatihan Takiaritmia dan bradiaritmia
sebelumnya. Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran
Alat treadmil sebaiknya mempunyai jalur aman ke luarjantung
di sisinya untuk menjaga keamanan pasien. Lengan Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pasien juga harus bebas dari alat agar mudah dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan tekanan darah oleh pemeriksa. Blok atrioventrikular deraiat tinqqi

Pelaksana tes wajib pula mengetahui obat-obat


PERSIAPAN SEBELUM TES yang' dikonsumsi pasien sebelum melaksanankan
tes. Penggunaan obat penghambat B sebaiknya tidak
Pasien disarankan untuk tidak makan, minum dan merokok dihentikan bila memang sangat dipedukan pasien walau
dua jam sebelum tes. Lakukan anamnesis tentang riwayat dapat mempengaruhi hasil tes. Persiapan juga dilakukan
penyakit pasien dan kemampuan aktivitas fisik pasien terhadap kebersihan kulit agar tidak menimbulkan banyak
terakhir untuk melengkapi status. Laksanakan pemeriksaan artefak pada rekaman EKG.
awal dalam keadaan istirahat pada pasien dalam posisi Pemeriksaan EKG 12 lead wajib dilakukan sebelum
yang nyaman. Semua ini untuk mengetahui apakah pasien tes baik pada poslsi berbaring dan berdiri. Pemasangan
memiliki gejala yang menjadi kontraindikasi mutlak maupun elektroda sebaiknya menghindari daerah lengan agar tidak
relatif tes ini. ffabel 1). - menimbulkan gangguan rekaman. Jadi elektrode lengan

312
E TROXARDIOGRAFI PADA UJI LATIH JANTUNG 313

sebaiknya diletakkan di bahu, elektroda hijau (ground) di Untuk mengetahui kemampuan pasien sesungguhnya,
ryfna pinggang dan untuk kaki kanan di bawah umbilikus, dapat digunakan skala Borg.
atan modifikasi lainnya.

FASE PEMULIHAN SETELAH TES


TES
'ELAKSANAAN
Setelah mencapai kemampuan maksimal, maka pasien
lfiornplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap melakukan
diminta untuk berhenti secara teratur. Setelah alat teadmil
psrqawasan pada tekanan darah, mengawasi hasil rekaman
berhenti sempurna, pasien tetap menggerakkan kakinya
lHtG, bertanya pada pasien tentang gejala yang dialami
seperti jalan di tempat dengan santai. Hal ini untuk
dan gejala keletihan dan melakukan penilaian terhadap
mengurangi terjadinya perubahan gambaran EKG. Setelah
sernua gejala atau tanda yang muncul saat tes. Selama tes
dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula berbaring
herlangsung sebaiknya lengan pasien tidak memegang
sambil tetap dilakukan pengawasan dan rekaman 10
engan kencang pada tempat pegangan agar tidak
detik pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan pasca
nnnnrenlmbulkan hasil yang tidak sesuai dengan kemampuan
tes dilakukan selama 5 menit walau terkadang dilakukan
msien-
lebih lama sampai gejala atau gambaran perubahan EKG
Target frekuensi nadi sebaiknya tidak terlalu bergantung
berkurang atau hilang.
@da umur agar tidak mengacaukan kemampuan yang dimiliki
pnsien, karena kemampuan yang ada bersifat individual.
$$ilar demikian sebagai patokan pencapaian keqla fisik dapat x + r+1 1t:1ijir1r;+;ffi=iry,i'
@unakan. Kapan kita melakukan penghentian tes dapat l5-Grade Scale l,lt-Grade Scale
ffihat di tabel 2. 6 0 Nothing
7 Very, very tight 0.5 Very, very weok (iust ..

8 I Very weak

Hdt 9 Very light 2 Weok (light)


knan darah sistolik turun drastis > 10 mmHg dari hasil 10 3
pneriksan sebelum uji latih disertai bukti lain adanya
11 Foirly light 4 Somewhot strong
giala iskemia
hgina sedang ke berat
12 5 Strong (..)

Gejala sistem saraf meningkat (seperti ataksia, mengantuk 13 Soniewhot hord 6


drr gejala sinkop) 14 7,*" Very strong
krda rendahnya perfusi (sianosis dan pucat) 15 Hord 8 ;
Sf,tuntuk evaluasi EKG dan tekanan darah
khn meminta berhenti
169r
Hikardia ventrikel menetap 17 10 Very, very strong (hampir
Eeuasi ST (>1.0 mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q maKstmumJ

@lain lead Vlatau aV)


flrtT 19 Very, very hord Maksimum
Ecanan darah sistolik turun drastis > 10 mmHg dari hasil 20
merneriksaan sebelumnya namun tanpa disertai gejala * From berg GA. Med Sport. 1982;14:377-381. Reproduced
-funia
with permission
kubahan ST dan QRS seperti menurunnya ST (>3 mm
fiFr.runan segmen ST baik horisontal maupun downsloping)
&r perubahan akis tetap
PROTOKOL YANG DIGU NAKAN
^lrifnia selain aritmia ventrikel sustained t
'lfrertensi berat Ada beberapa macam protokol. Yang sering digunakan
Eiaritmia dan bradiaritmia
adalah protokol Bruce dan Naughton. Pada metode Bruce,
llrrnas, sesak napas, timbul mengi, kram kaki atau gejala
hdikasio selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan
beban dari alat dengan menaikkan ban berjalan
@i bundle branch block pada konduksi intraventrikular
tidak dapat dibedakan dengan takikardia ventrikel beberapa derajat disertai penambahan kecepatan
trrrg
ilpi dada yang meningkat setiap peningkatan stage. Metode Naughton hanya ada
peningkatan kecepatan perlahan saja.
&ertensi yang meningkat
314 ELEKTROKARDIOGRAFI

FREKUENSI NADI

Target denyutjantung yang akan dicapai sebaiknya bukan


menjadi masalah untuk tidak memastkan bahwa hasil tes
tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai
dengan gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama
pelaksanaan tes.

PEMULIHAN DENYUT JANTUNG

DenyutJantung atau frekuensi nadi akan berkurang dengan


cepat setelah tes dihentikan. Apabila berkurangnya denyut
jantung kurang dari 20 kali/menit pada menit pertama
dan kedua, maka ini menjadi prediktor meningkatnya
risiko kematian.

TEKANAN DARAH

Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat tes berlangsung.


Bila terjadi penurunan tekanan darah di bawah tekanan
darah sebelum tes, bisa menjadi kriteria yang diwaspadai.
Bila terjadi aktivitas yang menyebabkan terjadinya
hipotensi, maka dianggap terjadi disfungsi ventrikel kiri,
iskemia atau obstruksi aliran keluar. Peningkatan tekanan
darah yang cepat saat tes berlangsung menjadi penilaian
adanya kemungkinan timbulnya iskemia.

KAPASITAS FUNGSIONAL

Kemampuan mencapai kapasitas maksimal saat aktivitas


menjadi salah satu penilaian. Untuk mengetahui dapat
disesuaikan dengan skala MET. (Tabel 4).

1 MET , ,:' , istirahat,' ., ',

2 METs Setara berjalan dqngibriikdcepatan I mlil Gambar 1. Berbagai profil/ depresi segmen ST yang sesuai
jam dengan iskemia dan non iskemia
ri ,

4 METs Setara berialan dengan kecepatan a mil/


Jam, ,.,: t.,, ,
, ,:,,t INTERPRETASI EKG
<5 METs Prognosis buruk puncakkebutuhan untuk
:,. ', aktivitas.dasai:sehari-hari-,...1 ..,,i. ,-- .. , .
Depresi ST segmen menunjukkan iskemia subendokardial.
Digunakan gambaran pada lead V5, serta ll dan aVF-
10 METs prognosis dengan terapi medis sama baiknya
Gambaran EKG pada kemampuan maksimal (excercke
dengan operasi pintas arteri koroner
maximo[) dan masa 3 menit saal recovery menjadi waktu
13 METs progn'osis baik terlipas' daril'r+ :latihan yang perlu diwaspadai.
lain
- Aktivitas tes yang menimbulkan elevasi atau depresi
18 METs . Attet'Gtafiananlebifr'''' segmen ST menunjukkan adanya iskemia. Elevasi
: ::' I i:: :il
20 METs, :Atlet telas.dunia menggambarkan terjadinya iskemia transmural yang
B-EKTROKARDIOGRAFI PADA UJI TATIH JANTUNG 315

bersifat aritmogenik, biasa berhubungan dengan spasme


EXERCISE CAPACITY
dan lesi yang jelas pada arteri. Elevasi juga bisa menjadi (%of normal in referral males)
patokan lokasi lesi. Depresi biasanya berhubungan dengan
iskemia subendokardial yang tidak aritmogenik dan tidah
berhubungan dengan spasme maupun lokasi lesi.
Uji latih jantung juga dapat menimbulkan timbulnya
aritmia. Yang sering terjadi adalah kontraksi ventrikular
prematur (PVC). Biasa terjadi pada orang usia lanjut
dengan penyakit kardiovaskular; PVC saat istirahat maupun
akibat iskemia. Baik akibat aktivitas maupun istirahat, PVC
menjadi prediktor timbulnya perburukan.

SKOR TES AKTIVITAS

ACC/AHA menganjurkan untuk menggunakan skor guna


rneningkatkan kemampuan tes untuk mencapai hasil yang
sesuai denga keadaan penyakit pasien. Dapat digunakan
nomogram berikut. (Gambar 2).
Skor yang sering digunakan adalah skor Duke's
Skor treadmil= lama excercise (5 kali deviasi ST (4 kali Gambar 2. Normogram kapasitas latihan pada pria dewasa
irrdeks angina TM) normal
Lama excercise dalam menit, deviasi ST dalam mm
dan indeks angina TM (treadmil) adalah: 0 untuk tidak Sebelum melakukan "tes aktivitas sebaiknya kita
ada angina, 1 untuk angina yang tidak mempengaruhi mengetahui kira-kira pasien perlu menjalani pemeriksaan
utercise,2 untuk angina yang menyebabkan hambatan angiografi atau tidak. Untuk menilainya dapat digunakan
qrercise. Bila skor kurang atau sama dengan -11 maka tabel berikut. Bila pasien telah menjalani uji latih jantung
risiko meningkat. Sedangkan skor lebih atau sama dengan maka untuk tindakan lanjut yang diperlukan pasien dapat
+5 risiko rendah. diprediksi melalui tabel-tabel di bawah ini:

Tes Pendahuluan

<$=
Kemungkinan
rendah

9-15 =
Kemungkinan
menengah

>15 =
Kemungkinan
Tinggi
316 ETEKTROKARDIOGR,AFI

Variabel [ingkari Jawaban Jumlah Wanita

<37 =
Kemungkinan
Deprsi segmen ST 1-2mm=6 rendah
setelah aktivitas
>2 mm =10
37-57 =
Kemungkinan
Riwayat anqina Pasti/tipikal =10 menengah
Munokin/atipikal --6
Nyeri non iantunq =2
>57 =
Diabetes? Ya =10
Kemungkinan
Tinggi

Status Estroqen Positif =-5, Neqatif=5


*
Total skor:
6

ifr
d
m
t
ffi
ia
<40 =
dl
Kemungkinan-,.. rflt
1 -2 mm =15 rendah
d
>2 mm =25 40-60 =
Kemungkinan
menengah
*
]F
>60 =
Lt
rtr
Kemungkinan
Tinggi

REFERENSI

Chaitman BR. Exercise stress testing. Dalam Braunwald,s et al


editor. Heart disease, a textbook of cardivascular medicine.
Edisi 7. New York.2005. 153-85
Engel G et al. ECG exercise testing. Dalam: Fuster V et al editor.
Hurst's the heart. Edisi 11. New york, McGraw-Hill. 2004:
M7-80.
37
PEMANTAUAN IRAMA IANTUNG
(HOLTER MONITORING)
M. Yamin, Daulat Manurung

PfNDAHULUAN kembali. Bila pasien mengalami gejala maka dapat


dilakukan interogasi dengan alat khusus yang disebut
&'ca tiga hal penting yang harus diketahui oleh seorang progrommer.lLR dapat dipakai selama satu tahun. Alat ini
lnc(ter yang dihadapkan pada kasus gangguan irama bermanfaat untuk diagnosis aritmia yang sangat jarang
eriung (aritmia) yaitu jenis aritmia, gejala yang berkaitan muncul yang biasanya disertai sinkop.
tengan aritmia tersebut, dan penyebab atau penyakit yang
-endasarinya. Rekaman EKG permukaan 12 sandapan
;e-'ng tidak dapat memberikan informasi tersebut secara INDIKASI
e'rgkap. Untuk tujuan ini pemantauan irama jantung
ar,roulatori yang non-invasif (Holter Monitoring) lelah lndikasi penggunaan HM adalah:
3ir?urnakan secara luas. Selain untuk mendeteksi aritmia . Menilai gejala yang mungkin berkaitan dengan
-i.! kerap dipakai untuk membantu diagnosis penyebab aritmia:
5,r(op. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Holter - Pasien dengan sinkop atau neor-syncope yang
:aCa tahun 'l 950-an. tidak dapat diterangkan atau gejala pusing
Komponen pada Holter Monitoring (HM) terdiri dari dengan penyebab yang tidakjelas
aial perekam (recorder) 24 jam yang berbentuk kaset, - Pasien dengan palpitasi berulang dan tidak dapat
renanda waktu internal, catatan aktivitas dan gejala, dan diterangkan
inrn bo I pe n a n da gejala (sy m pto m - in d ic ato r buffon). S i ste m . Menilai Terapi antiaritmia
r Cihubungkan dengan elektrode dua sadapan untuk . Menilai fungsi alat pacu jantung dan implontoble
rrendapatkan gambaran EKG yang optimal. co rd iove rte r d efib r illoto r (ICD)

l-1M biasanya digunakan pada pasien dengan gejala


an'.-t'nia yang muncul setiap hari karena hanya dipasang
5€rarna 24 jam. Untuk pasien dengan aritmia yang jarang INTERPRETASI
'r'.'.rncul dalam dua atau tiga hari sekali), digunakan
modifikasi HM yaitu alat perekam kejadian (event recorder) Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
mnE merekam EKG secara terus-menerus pada pita dan interpretasi hasil HM adalah aritmia muncul intermiten,
renya kejadian 30 sampai 90 detik terakhir yang dapat variasi diurnal terhadap irama jantung, adanya pengaruh
d cutar ulang. Saat pasien merasakan gejala aritmia aktivitas fisik dan tekanan emosi (sfress emotionql)
maka ia dapat mengaktifkan tombol dan menghentikan terhadap aritmia.
lertaman serta mengirim data melalui telepon ke pusat Hasil rekaman data dianalisis secara otomatis oleh
:enerima data. Modifikasi HM yang tercanggih adalah komputer. Teknisi akan membantu pelacakan (scanning)
i-.t' iimplonttoble loop recorder) yang ditanam di bawah dan menyunting data. Sistem komputer akan menghitung
,ru t seperti pacu jantung. Alat ini merekam EKG secara laju jantung, premoture atrial dan ventricular beat, dan
:e"kesinambungan selama 24 jam dan menghapusnya takikardia lainnya.

317
318 ELEKTROKARDIOGRAFI

Dokter yang melakukan penafsiran harus mengaitkan - Disfungsi sinus node


data rekaman dengan gambaran klinis dan gejala yang - Takikardia supraventrikel
dirasakan pasien. Sering didapatkan kelainan irama pada - Blok AV derajat 1
pasien dengan jantung normal dan tidak bergejala seperti - PVC kompleks tanpa kelainan jantung
sinus bradikardia berat (laju nadi kurang dari 40 x/menit),
Setelah menentukan jenis aritmia yang didapat,
sinus pouse, premoture atrial dan ventriculor beof, bahkan
langkah selanjutnya adalah mencari gejala yang berkaitan
blok atrioventrikular tipe Wenckebach (terutama saat
dengan aritmia tersebut. Secara umum gejala yang
tidur). Adanya sinus aritmia dan sinus bradikardia berat
dikeluhkan pasien adalah palpitasi, pusing, hampir pingsan,
dalam keadaan istirahat pada atlit terlatih adalah normal.
dan kehilangan kesadaran (sinkop). Aritmia yang disertai
Sebaliknya bila didapatkan irama sinus normal pada saat
kehilangan kesadaran menandakan adanya gangguan
pasien merasakan gejala yang berat maka harus dipikirkan
hemodinamik. Bradiaritmia atau takiaritmia seperti ini
penyebab non-aritmia.
berisiko tinggi untuk terjadinya kematian mendadak.
Jenis aritmia yang ditemukan dapat dikelompokkan
Gejala tersebut dikelompokkan menjadi:
ke'dalam tiga kategori berikut ini:
. Risiko tinggi: 1. Risiko tinggi: hampir pingsan, pingsan, dan aborted
sudden deoth
- Takikardia ventrikel 2. Risiko sedang: pusing, palpitasi berat, perburukan
- Fibrilasi ventrikel gejala gagaljantung
- Blok AV total dengan escope beot yang tidak 3. Risiko rendah: pusing ringan, palpitasi.
memadai
- Wolf-Parkinson-White dengan konduksi cepat Gambar 1 memperlihatkan rekaman HM pada pasien
saat fibrillasi atrial (AF) dengan keluhan utama berdebar dan hampir pingsan.
. Risiko sedang: Data berikutnya yang harus dicari adalah penyakit
- Premature Ventricular Controction (PVC) kompleks yang mendasari aritmia tersebut. Ditemukannya PVC
yang disertai penyakit jantung kompleks pada pasien dengan jantung normal tidak
- Blok AV derajat 2 memberikan nilai prognostik yang bermakna. Sebaliknya
- Blok AV derajat 3 dengan escape beat yang PVC kompleks pada pasien dengan penurunan fungsi
memadai ventrikel kiri memberikan implikasi yang bermakna untuk
. Risiko rendah terjadinya kematian mendadak.
- Premoture otrial complex Dengan semua informasi di atas maka dapat ditentukan
- PVC strategi penanganan yang tepat: menghilangkan gejala
atau mencegah kematian menda{ak.

Gambar 1. Rekaman Holter monitoring pada pasien dengan keluhan utama palpitasi dan hampir pingsan. Terekam aritmia berupa
fibrilasi atrial dan henti Sinus (sinus arrest).
,ilANTAUAN IRAMA JANTUNG (HOLTER MONTTCTR N6) 3r9

IESIMPUTAN

Diagnosis aritmia tidak selalu dapat ditegakkan


dengan rekaman EKG permukaan sesaat. Apalagi untuk
menghubungkan antara aritmia dengan gejala yang
drasakan pasien. Holter Monitoring (HM) merupakan
alat sederhana yang bersifat noninvasif yang dapat
mmberikan jalan keluar atas kesulitan tersebut.
lnterpretasi hasil HM harus dilakukan secara
holistik dengan mengintegrasikan gejala, jenis aritmia
yutg ditemukan, dan penyakit/kelainan jantung yang
mndasarinya. Berdasarkan itu di lakukan stratifikasi risiko
srdah, sedang, dan tinggi. Penanganan aritmia secara
unum diarahkan untuk mengurangi gejala dan mencegah
hmatian mendadak akibat aritmia fatal.

IEFERENSI

Ihogherty AH and Naccarelli GV. Noninvasive evaluation in


patient with cardiac arrhythmias. In: May SC. A practical
approach to cardiac arrhythmias. 2nd Ed, Liitle, Brown and
C-ompany, 1996
frgor,os RN. Electrophysiologic testing. 3rd Ed, Blackwell Science,
1:999
X,:e tt Ambulatory electrocardiography and electrophysiology
testing. In: Zipes DP, Libby R Bonow RO et al. Heart diease:
a textbook of cardiovascular medicine.Tth Ed, Elsevier
Sauders,2005.
mhought RA and Wagrrer GS. Electrocardiographic monitoring.
. In:Waught RA, Ramo BW, Wagner GS (Eds). Cardiac
arrhythmias: a practical guide for clinician. 2nd E4 FA Davis
Company,1994.
3B
RADIOLOGI IANTUNG
Idrus Alwi

TADIOLOGI DADA NORMAL Jantung mudah dibedakan dari paru-paru karena


jantung lebih mengandung darah dengan densitas air
Plrda pembacaan foto rontgen dada, pendekatan secara lebih besar dibandingkan dengan udara. Karena darah
sttmatis penting untuk dilakukan, dimulai dari penilaian melemahkan x-roy lebih kuat dibandingkan dengan
rratomi dan selanjutnya fisiologi. Pendekatan ini tentu udara, jantung relatif tampak berwarna putih (namun
ia didasarkan pada pemahaman mengenai apa yang kurang putih dibandingkan dengan tulang) dan paru-
frnakud dengan normal. paru relatif hitam (kurang hitam dibandingkan dengan
Pada pemeriksaan rontgen dada posterio-arterior (PA) ujung-ujung film di mana tidak ada jaringan yang
lrrg baku, diameter keseluruhan jantung yang normal menghalangi). Bantalan lemak dengan ketebalan yang
dalah kurang dari setengah diameter tranversal toraks. berbeda mengelilingi apeks jantung. Lemak memiliki
Ihnrng pada daerah toraks kisarannya tiga perempat ke kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan udara
hi dan seperempat ke kanan dari tulang belakang. Area dan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan darah.
n-diastinum lebih sempit. Biasanya aorta descendens Kantong perikardium tidak dapat didefinisikan secara
d+at didefinisikan dari arkus ke kubah diafragma di sisi normal. Pinggiran dari siluet jantung biasanya cukup
ftirt Di bawah arkus aorta, dapat dilihat hilus pulmonal, tajam namun konturnya tidak tajam secara keseluruhan.
Edikit lebih tinggi pada bagian kiri dibandingkan dengan Meskipun waktu pajanan terhadap sinar x sangat singkat
Itog'ran kanan. Pada foto lateral, arteri pulmonalis utama (kurang dari 100 milidetik), biasanya lerdapat gerakan
ififi dapat terlihat superior dan posterior dibandingkan jantung yang cukup mengakibatkan agak buramnya siluet
fuigan yang kanan. Pada penampakan frontal sekaligus tersebut. Jika sebagian pinggiran jantung tidak bergerak,
rflhtoral, aorta asendens (akar aorta) biasanya terhalang
seperti dalam kasus aneurisma ventrikel kiri. pinggirannya
,*lr arteri pulmonalis utama dan kedua atrium. Lokasi nampak tajam. Arkus aorta biasanya terlihat, karena aorta
pfunonory outflow frocf biasanya jelas pada foto lateral. mengalirkan darah secara posterior dan dikelilingi oleh
udara. Sebagian besar aorta desendensjuga dapatterlihat.
Posisi dan ukuran masing-masing dapat dievaluasi dengan
TIIANG JANTUNG DAN AORTA mudah pada pandangan frontal dan lateral.

hda pandangan PA, kontur bagian kanan mediastinum


bcrisi atrium kanan, aorta asendens dan vena kava. PARUDAN VASKU LARISASI PARU
rftntrikel kanan, setengahnya menutupi ventrikel kiri
pda penampakan frontal sekaligus lateral. Atrium kiri Ukuran paru-paru bervariasi sesuai dengan fungsi
thrdapat inferior dari hilus pulmonal kiri. Pada kondisi inspirasi, usia, bentuk tubuh, kandungan air, dan proses-
mnrmal, terdapat cekungan pada tingkat ini, yaitu pada proses patologis intrinsik. Dengan adanya peningkatan
W otriol oppendage. Atrium membentuk sebagian atas disfungsi ventrikular kiri, cairan interstisial dalam paru-
ilurtr.rr osterior jantung pada foto lateral namun tak dapat paru meningkat dan ekspansi paru-paru menurun. Di sisi
,ilpisahkan dari ventrikel kiri. Ventrikel kiri membentuk lain, paru-paru nampak lebih besar dan lebih gelap jika
,+els jantung pada pandangan frontal seperti halnya disertai penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan
*ping bagian inferior mediastinum pada foto lateral. pembentukan bula. Jika ekspansi paru-paru menurun,

321
322 RADIOD]AGNOSTIK PENYAKIT DALAM

jantung nampak sedikit lebih besar meskipun jantung paru-paru maksimal, sehingga mungkin akan membuat
sebenarnya tidak berubah ukurannya. Namun, ukuran jantung normal nampak sedikit lebih besar. Pasien dengan
jantung tersebut tidak melebihi setengah diameter pektus ekskavatum memiliki diameter AP jantung yang
transversal dada pada foto PA yang berkualitas baik kecuali menyempit, sedangkan diameter transversal mening kat,
jika benar-benar ada kardiomegali. Penting untuk diingat sehingga jantung mungkin nampak membesar pada
bahwa pembesaran yang nyata kemungkinan disebabkan penampakan frontal, namun diameter AP yang sempit
oleh pembesaran jantung secara keseluruhan, pelebaran yang terlihat pada penampakan lateral dapat menjelaskan
satu ruang jantung atau lebih, atau cairan perikardial. Pada hal ini. Kifosis atau skoliosis juga dapat menyebabkan
pasien-pasien dengan PPOK, jantung seringkali nampak jantung atau mediastinum nampak abnormal. Oleh karena
berukuran kecil atau normal pada kondisi disfungsi itu, penting untuk memeriksa tulang belakang dan struktur
jantung. tulang lainnya secara sistematis saat memerhatikan
Pada subjek normal, arteri pulmonalis biasanya radiografi dada.
dapat terlihat dengan mudah pada hilus dan secara
bertahap berkurang pada daerah yang lebih perifer.
Arteri-arteri pulmonalis kanan dan kiri utama biasanya EVATUASI FOTORONTGEN DADA PADA PENYAKIT
tak dapat diidentifikasi secara terpisah, karena mereka JANTUNG
terletak dalam mediastinum. Jika paru-paru diandaikan
terbagi menjadi tiga bagian, arteri utama berada di Penyakit kardiovaskular menyebabkan perubahan yang
bagian sentral, arteri-arteri kecil yang mudah dibedakan beragam dan kompleks pada gambar foto rontgen dada.
dengan jelas di zona tengah, dan arteri-arteri kecil dan Kardiomegali secara keseluruhan dapat ditentukan dengan
arteriol yang biasanya di bawah batas resolusi pada akurat pada pandangan frontal dengan mencatat apakah
zona luar. Pada kondisi baku, pandangan frontal berdiri, diameter jantung melebihi setengah diameter toraks
arteri-arteri pada zona yang lebih rendah terlihat lebih atau tidak. Kardiomegali paling sering terlihat karena
besar dibandingkan dengan yang berada di zona yang kardiomiopati iskemia yang mengikuti infark miokard.
lebih tinggi, pada jarak yang sama dari hilus. Tampilan Dalam penilaian foto rontgen dada secara sistematis,
tersebut berhubungan dengan efek gravitasi pada langkah pertama adalah menetapkan tipe film apa yang
sirkulasi paru-paru bertekanan rendah yang normal. Hal akan dievaluasi-PA dan lateral, PA saja, atau AP (entah
tersebut terjadi demikian, jika gravitasi mengarah pada portabel atau satu diambil dalam pandangan AP karena
volume intravaskular yang sedikit lebih besar pada dasar pasien tidak mampu berdiri). Langkah berikutnya adalah
paru-paru dibandingkan dengan pada zona-zona yang menentukan apakah foto-foto sebelumnya tersedia untuk
lebih tinggi. Sudut yang dibuat oleh paru-paru dengan perbandingan
diafragma biasanya sangat tajam dan dapat ditandai
dari dua sisi pada -penampakan frontal dan lateral.
I
Kontur yang dibentuk oleh vena kava inferior dengan PARU DAN VASKUTARISASI PARU
jantung terlihat jelas pada foto lateral. Jika posisi pasien
diletakkan pada sisinya dengan sisi kiri menghadap film, Pemeriksaan terhadap pola vaskularisasi paru merupakan
bagian kanan relatif sedikit diperbesar dibandingkan hal yang sulit namun sangat penting. Pemeriksaan
dengan yang kiri. tersebut bervariasi tergantung posisi pasien (berdiri versus
berbaring) dan berubah secara mendasar sesuai dengan
penyakit paru yang mendasarinya. Cara terbaik untuk
VARIASI NORMAL menilai vaskularisasi paru adalah dengan memerhatikan
zona tengah paru-paru (misalnya sepertiga dari paru-parq
Variabel anatomis dan penuaan yang menyebabkan di antara daerah hilus dan daerah perifer lateral) dan
penurunan complionce paru merupakan tantangan dalam membandingkan daerah pada lapangan paru atas dengan
evaluasi foto rontgen dada. Aorta dan pembuluh darah daerah yang lebih rendah padajarakyang sebanding dari
besar biasanya menyempit serta menjadi lebih berliku hilus. Pembuluh darah harus lebih besar pada paru-paru
(tourtuous) dan lebih jelas seiring bertambahnya usia, bagian bawah namun berbeda dengan jelas pada zona-
mengarah pada pelebaran mediastinum superior. Jantung zona atas dan bawah. Pada kondisi normal, pembuluh-
nampak lebih besar karena penurunan complionce paru. pembuluh menyempit dan bercabang-cabang dan sulit
Namun, kecuali jika memang ada penyakit jantung, ditemukan pada sepertiga luar dari paru-paru. Dalam
jantung ukurannya kurang dari setengah diameter kondisi normal tak terlihat di dekat pleura.
transversal dada pada pandangan PA. Pasien yang obes Pada pasien dengan high-output sfafe (misalnya
lebih mungkin memiliki derajat hambatan ekspansi kehamilan, anemia berat seperti pada penyakit sickle
IADIOLOGI JANTUNG 323

menjadi tidak jelas, pembuluh-pembuluh pada zona


rendah menyempit dan yang berada pada zona lebih tinggi
membesa[ serta pembuluh-pembuluh menjadi lebih jelas
ke arah pleura, pada sepertiga luar paru-paru. Dengan
tekanan akhir diastolik ventrikel kni (left ventriculor end-
diostolic pressure =LVEDP) atau left otrial pressure yang
meningkat, edema interstisial meningkat dan akhirnya
muncul edema paru. Biasanya terdapat korelasi pola
vaskular paru dan pulmonory copillory wedge pressure
(PCWP). Pada PCWP yang lebih kecil dari 8 mm Hg, pola
vaskular adalah normal. Sementara PCWP meningkat
':i:;!#ffi+tr.;i!.,,, F. r4::r:-::':' menjadi 10 sampai 12 mm Hg, diameter pembuluh-
€arnbar 1. A). Proyeksi frontaljantung dan pembuluh darah; pembuluh pada zona lebih rendah nampak sebanding atau
ts)- Gambar garis pada proyeksi frontal menunjukkan hubungan
lebih kecil dari pembuluh-pembuluh pada zona yang lebih
katup jantung, cincin, dan sulci ke garis mediastinal. A=
wending oorta; N\- oortic arch; Az= ozygous vein; LA= left tinggi. Pada tekanan 12 sampai 18 mmHg, batas-batas
offiol oppendage; LB= Ieft lower border of pulmonory artery, LV = pembuluh menjadi lebih buram secara bertahap karena
ffi ventricle; PA= moin pulmonqry ortery, RA= right otrium; S= meningkatnya ekstravasasi cairan ke dalam interstisium.
wryrior veno covo; SC= subcLavion ortery Efek ini terkadang mudah dikenali sebagai Kerley B lines,
yang horizontal, basis pada pleura, dan densitas linier
perifer. Bersamaan dengan meningkatnya PCWP melebihi
18 sampai 20 mmHg, muncul edema paru dengan adanya
cairan interstisial dalam jumlah cukup untuk mengakibatkan
gambaran batwing perihilar. Gambaran khas tersebut dapat
berubah untuk beberapa hal. Pada pasien fibrosis paru
luas atau bula multipel, terdapat pola vaskular abnormal
pada boseline dan jika terdapat peningkatan PCWP, tak ada
perubahan yang dapat diprediksi. Pada pasien gagaljantung
kronis, terdapat perubahan-perubahan kronis pada pola
vbskular paru yang tidak berhubungan dengan perubahan
yang muncul pada pasien dengan tekanan ventrikel kiri
yang normal pada boseline-,.

-ii r@l€qi**g#.
*'+.it@iff &iei*S{i4i ;:'
]ws]wj!w.-{t RUANG-RUANG JANTUNG DAN PEMBULUH BESAR

€@ffi
Evaluasi terhadap jantung harus dilakukan secara
.:.
sistematis. Setelah menilai ukuran keseluruhan dan pola
r
'*r@&i*'i!:, vaskular paru sebagai cerminan dari status fisiologis
*ddls
jantung bagian kiri, selanjutnya ruang jantung harus
diperiksa. Seperti telah disebutkan, tidak mungkin
aq# ?5iB qj!*. untuk menunjukkan ruang jantung dengan jelas pada
sebuah foto rontgen dada normal. Pada penyakit valvular
yang didapat dan pada banyak jenis penyakit jantung
kongenilal, ditemukan pembesaran ruang jantung.
Grnbar 2. A). Radiografi dada lateral; B). Gambaran anatomis
:'uang jantung dan pembuluh darah; C). Diagram proyeksi
llkteral pada ruang jantung, cincin katup dan sulci
ATRIUM KANAN

cell, hipertiroidisme) alau shunt kiri ke kanan, karena Perbesaran atrium kanan biasanya tak pernah berdiri sendiri,
a5ran arteri pulmonalis meningkat, pembuluh-pembuluh (isolatefi kecuali bila terdapat atresia trikuspid kongenital
g'r{monalis dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan atau kelainan Ebstein, namun keduanya jarang terjadi
biasanya pada paru-paru perifer. Pada keadaan tekanan meskipun pada kelompok usia anak. Atrium kanan dapat
rteri pulmonaliS yang meningkat, batas-batas pembuluh melebar pada kasus hipertensi pulmonal atau regurgitasi
324 RADIODIAGNOST]K PENYAKIT DAI.AM

trikuspid, namun pelebaran ventrikel kanan biasanya dan dikelilingi oleh paru-paru. Yang terakhir; pada foto
melebihi atau menghalangi atrium. Kontur atrium kanan lateral, pembesaran atrium kiri nampak sebagai tonjolan
bergabung dengan vena kava superior; arteri pulmonalis khas yang mengarah ke posterior.
utama kanan dan ventrikel kiri. Pembesaran atrium kiri yang terbatas pada orang
dewasa paling sering terlihat pada stenosis mitral, dan
pembesaran atrium kiri merupakan ciri penyakit katup
VENTRIKEI. KANAN mitral. Pada stenosis mitral, atrium kiri membesar,
terdapat bukti redistribusi vaskular paru (seringkali dengan
Tanda klasik pembesaran ventrikel kanan adalah jantung Kerley B /ines), dan pada akhirnya terdapat pembesaran
"boot-shoped" dan pemenuhan (filLing in) ruang udara ventrikel kanan. Ventrikel kiri tetap berukuran normal.
retrosternal. Pemenuhan tersebut disebabkan oleh Pada regurgitasi mitral, atrium dan ventrikel kiri keduanya
pergeseran letak tranversal apeks ventrikel kanan saat bertam bah besar karena meningkatnya aliran. Redistri busi
ventrikel kanan melebar. Karena pada orang dewasa vaskular paru lebih bervariasi pada regurgitasi mitral
ver'ltrikel kanan jarang melebar tanpa pelebaran ventrikel dibandingkan dengan stenosis mitral, seperti halnya
kiri secara bersamaan, bentuk boot ini seringkali tidak pelebaran ventrikel kanan.
jelas. Bentuk tersebut paling sering terlihat pada penyakit
jantung kongenital, biasanya pada tetralogi Fottot.
Bersamaan dengan melebarnya ventrikel kanan, ventrikel VENTRIKET KIRI
tersebut meluas secara superior juga secara lateral dan
posterior; memenuhi ruang udara retrosternal. Ajaran yang Pembesaran ventrikel kiri dicirikan dengan kontur apeks
klasik adalah pada foto rontgen dada lateral, pada pasien yangjelas dan mengarah ke bawah, yang dibedakan dari
normal densitas jaringan Iunak terbatas pada kurang dari pergeseran letak transversal seperti yang terlihat pada
sepertiga jarak dari suprasternol notch sampai ke ujung pembesaran ventri kel kanan. Kontu r keseluruhan ja ntu ng
xyphoid. Jika jaringan lunak tersebut memenuhi lebih biasanya juga membesal meskipun hal ini tidak spesifik.
iil
dari setengah jarak ini, hal tersebut merupakan indikasi Selain itu, penting mengevaluasi ventrikel kiri pada posisi I
l' ,[
pembesaran bilik kanan yang dapat dipercaya. lateral, di mana tampak sebagai tonjolan posteriori di
im
Pembesaran ventrikel kanan paling sering ditemukan bawah anulus mitral. Pembesaran ventrikel kiri fokal pada ,il
pada penyakit katup mitral, setelah terjadi hipertensi orang dewasa paling sering terlihat pada insufisiensi aorta
pulmonal. Yang lebih jarang adalah karena hipertensi
tm
atau regurgitasi mitral (dengan pelebaran atrium kiri).
,ffi
pulmonal primer. Pelebaran ventrikel kiri lebih jarang pada stenosis aorta,
w
meskipun hal tersebut dapat terjadi, bersamaan dengan id
gagal jantung kongestif. m
ATRIUM KIRI
. m
hr
Terdapat beberapa tanda klasik yang menunjukkan ARTERI PUTMONALIS frr
pembesaran atrium kiri. Yang pertama adalah pelebaran
left otrial oppendage di mana biasanya tampak sebagai
h
Arteri pulmonalis utama dapat terlihat abnormal pada
cembungan fokal. Dalam keadaan normal, terdapat banyak keadaan. Pada stenosis pulmonal, arteri pulmonalis
cekungan di antara arteri pulmonalis utama kiri dan batas utama dan arteri pulmonalis kiri melebar. Pelebaran ini
kiri ventrikel kiri pada penampakan frontal. Yang kedua, dianggap disebabkan oleh efekjet melalui katup stenotik.
dikarenakan lokasinya, bersamaan dengan membesarnya Pembesaran ini dapat terlihat dengan hilus kiri yang jelas
atrium kiri, hal tersebut akan mengangkal Left moin stem pada penampakan frontal dan prominent puLmonory
bronchus sehingga akan melebarkan sudut karina. yang outflow troct pada penampakan lateral. Penting untuk
ketiga bersamaan dengan membesarnya atrium kiri diingat bahwa katup pulmonal berada lebih tinggi dan
secara posterior, hal tersebut mungkin menyebabkan perifer daripada outflow tract dibandingkan dengan katup
membengkoknya aorta torakalis tengah sampai yang aorta. Katup tersebutjuga terletak di depan katup aorta
rendah ke arah kiri. Pembengkokan ini dapat dibedakan pada pandangan lateral.
dari liku (tourtuous) yang terlihat pada aterosklerosis, yang
melibatkan aorta torasik desendens pada bagian atasnya
atau keseluruhan. Selanjutnya, dengan pembesaran AORTA
atrium kiri yang khas, densitas ganda dapat dilihat
pada pandangan frontal, karena atrium kiri memberikan Pada foto dada frontal, pelebaran aorta terlihat sebagai
proyeksi secara lateral ke arah kananjuga secara posterior tonjolan mediastinum tengah ke arah kanan. Juga
IADIOLOGI JANTUNG 325

Erdapat sebuah tonjolan pada anterior mediastinum pada siluetjantung tersebut memiliki bentuk "water bottle" jika
pandangan lateral, di belakang dan superior terhadap terdapat efusi perikard berat, namun bentuk seperti itu
pulmonory outflow tract. Pelebaran oortic root paling sendiri tidak memastikan diagnostik.
sering terlihat pada hipertensi sistemik lama yang tak Kalsifikasi pleura sekaligus perikard dapat muncul,
terkontrol. Pembesaran oortic root juga ditemukan pada namun seringkali tidak jelas. Kalsifikasi perikardial
penyakit katup aorta. berhubungan dengan riwayat perikarditis dan paling
Pada stenosis aorta, biasanya terdapat pelebaran sering berhubungan dengan tuberkulosis dan juga
fiokal oortic roof yang serin gkali jelas, dan seri ng kali tanpa karena etiologi lainnya, seperti infeksi viral, biasanya tipis
dlsertai pembesaran ventrikel kiri. Ventrikel kiri biasanya dan linear serta mengikuti kontur perikardium. Karena
nrenjadi hipertrofi sebagai respons terhadap peningkatan kalsifikasi tersebut tipis, hal tersebut seringkali hanya
nesistensi outflow dibandingkan dengan melebar seperti terlihat pada satu sisi.
Irarg terjadi sebagai respons terhadap peningkatan volume
diran yang terjadi karena insufisiensi aorta. Penebalan
diinding ventrikel pada hipertrofi dapat dilihat dengan REFERENSI
pemeriksaan ekokardiografi, CT atau MRl, namun ventrikel
Bettmann MA. The chest radiograph in cardiovascular disease'
rmnungkin tampak normal pada pemeriksaan foto rontgen
In: Braunwald E, Zipes DP, Libby P, eds. Heart disease: a
dada walaupun terdapat stenosis katup aorta berat. Pada textbook of cardiovascular medicine. 7th ed. Philadelphia:
l*eadaan di mana sudah terjadi dekompensasi ventrikel kiri, WB Saunders;2Ol5.p.271,-86.
@rdapat pembesaran oortic root dan ventrikel kiri. Boxt LM. Radiology of the right ventricle. Radiol Clin North Am.
1999;37:379.
Pada regurgitasi aorta, keterlibatan aorta biasanya Lipton MJ, Coulden R. Valvular heart disease. Radiol Clin North
liehih difus dibandingkan dengan stenosis aorta dan lebih Am.1999i37:31,.
mrmudah terlihat. Pada regurgitasi aorta murni, atrium kiri Murray ]G, Brown AL, Anagnostou EA, et al. Widening of the
tracheal bifurcation of chest radiographs:value as a sign of
hiasanya tidak membesar. Namun, seiring dengan waktu,
left atrial enlargement.AlR. 1995;164:1089.
nrnungkin muncul pelebaran anulus mitral sekunder Thomas J-I, Kelly RF, Thomas S] et aL Utility of history, physical
@rhadap pelebaran ventrikel kiri dengan hasil regurgitasi examination, electrocardiogram, and chest radiograph for
mnitral dan pelebaran atrium kiri. Meskipun regurgitasi differentiating normal from decreased systolic function in
patients with heart failure. Am I Med. 2002112:437 -
mrta secara klasik muncul pada demam reumatik (dengan
penyakit katup mitral yang terkait), defek kongenital, atau
penyakit katup degeneratif, mungkin juga disebabkan oleh
penyakit pada oortic roof, termasuk cystic medial necrosis,
dengan atau tanpa sindrom Marfan. Pada cystic medial
rmmcrosrs,keterlibatannya difus, dan biasanya terdapat
ptlebaran aorta pada tingkatan katup setidaknya melalui
rlkus. Pada sifilis tersier; (kasusnya sudah sangat jarang),
mnemuan khasnya adalah pelebaran khas aorta dari akar
rnpai ke arkusnya, namun mendadak menjadi normal
dffiameternya pada tingkatan ini. Pelebaran aneurisma
mrta asendens juga terjadi pada cystic mediol necrosis.
ifclainan aorta lainnya, seperti diseksi akut atau kronis
'dan ruptur traumatik atau pseudoaneurisma, lebih baik
offiihat dengan CT.

PI.^EURA DAN PERIKARDIUM

krikardium jarang dapat dibedakan pada pemeriksaan foto


wttgen dada. Terdapat dua keadaan di mana perikardium
dapat dilihat. Pada efusi berat, perikardium viseral dan
fr-etal akan terpisah. Karena terdapat bantalan lemak
5urg berhubungan dengan masing-masing, terkadang
mnrrgkin untuk membedakan dua garis lucentyang paralel
pda foto lateral, biasanya pada daerah puncak (apeks)
.,igrtung, dengan kepadatan (cairan) di antaranya. Biasanya,
39
PEMERIKSAAN RADIO GRAFI
ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN
ENEMA BARIUM
I Wayan Murna Y.

PENDAHULUAN . Batu radiopak pada traktus urinarius, saluran empedu


dan pankreas
Sejak ditemukan sinar X oleh Prof. W.C. Roentgen . Benda asing radiopak pada saluran pencernaan atau
pada tahun 'l 895, ilmu radiologi telah berkembang intrabdomen
pesat dan diterima sebagai metode pencitraan untuk . Massa tumor yang berdensitas jaringan lunak atau
mengidentifikasi berbagai jenis penyakit. Saat ini kemajuan yang berkalsifikasi
teknologi telah membawa ilmu radiologi berkembang . lleus
lebih jauh, bukan hanya menggunakan sinar pengion dan . Meteorismus
energi foton, tetapijuga menggunakan gelombang suara, . Asites
energi magnetik, dan zat radioaktif.l . Pneumoperitoneum,danl6in-lainnya.
Walaupun terdapat perkembangan dan kemajuan foto polos abdomen memberikan
Pada beberapa kasus
yang sangat canggih dari alat-alat radiologi yang ada
gambaran spesifik yang bisa dipakai sebalai petunjuk
saat ini, pemeriksaan radiologi konvensional sederhana
untuk menegakkan diagnosis. Tetapi sering, pula
masih memegang peranan penting untuk mengetahui
didapatkan gambaran radiologiyang tidak spesifik bahkan
dan menggambarkan struktur anatomi dan fungsi dari
dapat "menyesatkan", sehingga pada kasus tersebut
saluran pencernaan.
diperlukan pemeriksaan radiologi dengan modalitas lain
seperti pemeriksaan dengan menggunakan kontras media"
ultrasonografi (USG), computed tomogrophy (CT-scan),
RADIOGRAFI ABDOM EN POLOS mognetic resononce imaging (MRl), radiologi intervensi,
ataupun kedokteran nuklir.l'2'3
Radiografi abdomen atau foto polos abdomen (sering
disebut sebagai BNO) merupakan pemeriksaan radiologi
Teknik Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
awal yang sangat sederhana, namun sangat berperanan
Sebaiknya foto polos abdomen dilakukan dalam beberapa
untuk pemeriksaan radiologi berikutnya, seperti posisi, agar interpretasi foto dapat dilakukan dengan lebih
pemeriksaan traktus digestivus atau traktus urinarius
tepat.r'2,:
dengan kontras media. Pemeriksaan foto polos abdomen
Sebagai foto standar adalah foto abdomen polos
juga merupakan pemeriksaan yang sangat penting
posisi tidur terlentang (supine) dengan arah sinar vertikal
pada kasus-kasus kegawatdaruratan seperti kasus akut
dan foto toraks posisi tegak (erect) dengan arah sinr
abdomen.l'43
horisontal. Tetapi, pada kasus akut abdomen oraog
Foto polos abdomen sering memberikan informasi
dewasa, harus dilakukan pemeriksaan dalam 3 posisi
penting sebelum pemeriksaan berikutnya dilakukan,
sebagai berikut:
seperti:

326
IflERIXSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POIOS, OMD, USUS HATUS DAN ENEMA BARIUM 327

'l- Posisi pasien tidur terlentang dengan arah sinar disingkat menjadi OMD (oesofagomaagduodenografi).
roentgen vertikal dari anterior (AP), Pemeriksaan ini sebaiknya menggunakan fluoroskopi yaitu
t Posisi pasien tegak, atau apabila kondisi pasien tidak alat roentgen yang mengeluarkan sinar x terus menerus
rnem u n g ki n ka n da pat di la ku kan posi si sernirec u m be nt dan reol fime untuk dapat mengamati pergerakan organ
[setengah duduk), dengan arah sinar roentgen di layar monitor.
l-rorlsontal dari anterior (AP), Pemeriksaan OMD ini umumnya menggunakan media
I tidur miring keklri (left loterol decubitus/
Posisi pasien kontras positif seperti barium sulfat yang dicampur dengan
[[D), dengan arah sinar roentgen horizontal dari air sehingga membentuk suspensi, dapat dilakukan
anterior (AP). dengan teknik kontras tunggal (single controst) alau
kontras ganda (d o u b le co ntr a st).4'5
Batas-batas foto, harus mencakup seluruh abdomen
gaitu dinding abdomen lateral kanan-kiri, diafragma
nan,an-kiri, dan simfisis pubis.

Eraluasi Foto Polos Abdomen


Seaaiknya penilaian foto dilakukan secara sistematis
seningga tidak ada bagian yang terlewatkan. Hal-hal yang
ririiiai pada foto polos abdomen, adalah:
a Posisi terlentang:
. Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak
preperitoneal kanan dan kiri apakah baik atau
menghilang.
. Gambar l Foto polos Gambar 2. Tumor berdensitas
Garis psoas kanan dan kiri: apakah baik, menghilang jaringan lunak di abdomen
abdomen normal
atau adanya perlembunga n (bu lging). sisi kanan
. Batu radiopak, kalsifikasi atau benda asing yang
radiopak.
. Kontur ginjal kanan-kiri.
. Gambaran udara usus :
normal
- pelebaran lambung, usus halus, kolon
- distribusi dari usus-usus yang melebar
- keadaan dinding usus
- jarak antara 2 dinding usus yang berdampingan
. Kesuraman yang dapat disebabkan oleh cairan di
luar usus atau massa tumor.
ir. Fosisi duduk/setengah duduk (semlrecumbent)'.
. Gambaran udara-cairan (air-fluid level) di lumen
usus atau di luar usus, misalnya abses Gambar 3. Foto polos abdo- Gambar 4. Udara usus di
. Gambaran udara bebas di bawah diafragma men normal skrotum, pasien dengan hernia
skrotalis
. Gambaran cairan di rongga pelvis atau
abdomen
: Posisi tidur miring ke kiri (LLD):
. Hampir sama seperti pada posisi duduk, hanya
saja udara bebas letaknya antara hati dengan
dinding abdomen atau antara pelvis dengan
dinding abdomen.

PEMERIKSAAN OMD

lhda saluran pencernaan atas yang meliputi esofagus,


Gambar 5. Udara bebas di Gambar 6. RigLer sign pada
iarnbung dan duodenum, pemeriksaan konvensional pneumoperitoneum
bawah diafragma menunjukkan
aa^E dilakukan_ adalah esofagografi (borium swollow) adanya pneumoperitoneum
$an maagduodenografi (borium meo[) atau yang biasa (perforasi usus)
328 RADIODIAGNOSTI K PENYAKIT DALAM

lndikasi dan kontra-indikasi pemeriksaan OM D.


Pemeriksaan OMD dapat membantu mendeteksi adanya
kelainan-kelainan anatomi dan fungsi organ seperti;s,6
. Akalasia
. Barret's esofagus
. Refluks gastroesofageal (GERD)
. Hypertrophyc pyloric sfenosrs (HPS)
. Ulkus
. Skar atau striktur yang menyebabkan
. penyempitan lumen
. Hernia hiatal
. Divertikula
. Varises esofagus
.Gambar 7. Tumor Gambar 8. Batu radiopak ginjal
.
berkalsifikasi intrabdomen kanan Gastritis
. Tumor (jinak/ ganas)
. Bezoar
. Benda asing
Pemeriksaan OMD dilakukan pada pasien dengan
keluhan dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
kesulitan menelan, refluks gastroesofagus, penurunan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, dan lain-
lain yang berhubungan dengan saluran cerna atas.
Kontraindikasi pemeriksaan OMD yaitu apabila
terdapat sensitivitas terhadap media kontras, adanya
aspirasi pulmonal dan kerusakan integritas dinding saluran
cerna.4,s,6,7

Gambar 9. Sin gLe bubble sign Gambar lo.Double bubble


pada atresia pilorus sign pada atresia duodenum

Esofagus

Lambung

Duodenum

Gambar 12. Anatomi esofagus, lambung dan duodenum

Gambar 11 .Obstruksi usus besor oLeh tumor di kolon


desende ns d istal. (to nd a pa na h
PCilERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM 329

hrsiapan Pemeriksaan OMD (double controsf). Teknik kontras tunggal merupakan teknik
Pasien diberikan penjelasan singkat tentang tujuan yang relatif mudah dikerjakan, karena pasien hanya minum
pemeriksaan, prosedur pemeriksaan dan lamanya waktu suspensi barium, kemudian gambar-gambar diambil saat
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan OMD ini. Pasien saluran cerna atas sudah terisi oleh barium.T
diharuskan puasa karena saluran cerna bagian atas harus Sedangkan teknik kontras ganda adalah kombinasi
losong sama sekali dari makanan atau sisa makanan pada antara cairan barium dan udara yang menyebabkan
saat pemeriksaan dilakukan. Umumnya puasa dilakukan mukosa dapat terlihat lebih rinci. Teknik ini relatif lebih
selama 8 jam sebelum pelaksanaan pemeriksaan, yaitu sulit dilakukan karena selain minum barium, pasien juga
m<ien tidak diijinkan makan atau minum. Selama waktu diberikan udara melalui granul effervescent pembentuk
*i pasien juga dilarang merokok dan mengunyah permen gas. Kristal effervescent ini diminum bersamaan dengan
karet karena dapat meningkatkan sekresi asam lambung cairan barium dan akan aktif membentuk gas ketika
dm air liur yang dapat menghambat penempelan barium bercampur dengan cairan barium. Gas menyebabkan
h mukosa lambung. lambung distensi dan memperluas permukaan lambung
Apabila pernah mengalami alergi terhadap obat- yang dilapisi barium sehingga akan memperlihatkan
obatan atau terhadap makanan tertentu, maka pasien detil-detil lapisan lambung tersebut. Beberapa gambar
ll\arus memberitahukan kepada dokter radiologi, karena dalam posisiyang berbeda diambil untuk dianalisis lebih
harium dapat menyebabkan alergi walaupun kejadiannya la nj ut.?

sangat jarang. Perempuan yang sedang hamil harus


omemberitahukan kepada dokter radiologi karena fetus Komplikasi Pemeriksaan OM D
dalam perkembangannya sangat sensitif terhadap Komplikasi yang paling sering terjadi setelah pemeriksaan
;-adiasi sinar x. Obat-obatan anti alergi dan alat-alat OMD ini adalah konstipasi ringan karena dalam beberapa
urtuk tindakan emergensi juga harus tersedia di ruang jam setelah pemeriksaan OMD barium akan keluar lewat
pemeriksaan OMD ini untuk mengatasi apabila terjadi feses. Akibat pemberian gas yang cukup banyak maka
rcaksi hi persensitivitas.a,t6 pasien akan merasa kembirng.
Cairan barium sangat jarang menyebabkan obstruksi
thik pemeriksaan OMD usus. Untuk mencegah terjadinya konstipasi atau obstruksi
ftrneriksaan OMD dilakukan oleh spesialis radiologi atau usus, maka setelah pemeriksaan OMD ini, pasien harus
mdiografer di rumah sakit atau pusat pelayanan rawat minum banyak air untuk membantu mengeluarkan barium
fm. dari saluran cerna.
Posisi pasien duduk atau berdiri di depan sebuah Meskipun jarang terjadi, barium juga dapat
mcsin sinar x kemudian diberikan minum cairan warna menyebabkan reaksi alergiryang dapat diobati dengan
ffih yaitu suspensi barium. Barium ini akan melapisi antihistamin. Beberapa cairan barium mengandung
permukaan dalam (mukosa) saluran pencernaan bagian perasa, yang juga dapat menyebabkan reaksi alergi.
atas sehingga menyebabkan kelainan yang ada di Risiko kerusakan jaringan akibat radiasi sinar x setelah
permukaan saluran cerna terlihat lebih jelas pada sinar x. pemeriksaan OMD ini adalah rendah.
Hiroroskopi atau video sinar x digunakan untuk melihat
pergerakan cairan barium melalui esofagus, lambung dan
duodenum.
Selanjutnya, posisi pasien diubah menjadi posisi
herbaring di atas meja sinar x, bila perlu perut pasien
dtitekan-tekan atau meminta pasien untuk mengubah
posisi menjadi posisi miring kanan atau kiri dan
Engkurap, agar seluruh mukosa saluran cerna atas
dapat dilapisi oleh barium. Beberapa gambar tambahan
ffiambil pada posisi ini untuk mendapatkan gambar
dhn- sudut pandang yang berbeda, karena sering lesi
l5ecil yang saling tumpang tindih dengan organ lainnya
mmnjadi tidak terdeteksi. Setelah pemeriksaan selesai,
fub radiografi yang didapat akan dianalisis oleh spesialis
madiologi untuk menentukan kelainan-kelainan yang ada
pada organ tersebut.a,t6
Ada 2 teknik pemeriksaan OMD ini, yaitu teknik Gambar 13. Esofago- Gambar 14. Radiografi gaster normal
'l*mrtras
tunggal (single controsf) dan teknik kontras ganda gram normal
330 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

.:

Gambar 15. Radiografi duodenum normal Gambar 1 6. Divertikulosis duodenum Gambar 17. Akalasia esofagus.
Esofagus distal menyerupai ekor
tikus

Gambar 20. Ulkus gaster benigna, tampak


gambaran seperti bintang di mukosa lambung
(tanda panah).

Gambar 18. Tumor esofaqus Gambar 19. Tumor oesophog o-gostric j unction

PEMERIKSAAN RADIOLOGI USUS HATUS

Barium FollowThrough
Pemeriksaan ini sangat mudah dan sederhana. Setelah
pasien menelan suspensi barium sekitar 200-500 cc, pasien
terlentang di atas meja pemeriksaan kemudian perjalanar
barium diawasi dengan pesawat fluoroskopi sampa
kontras memasuki sekum. Radiografi serial diambil untuk
dokumentasi, seperti foto 5 menit setelah minum bariurn
10 menit,20 menit, dan seterusnya sampai barium mengis
sekum. Waktu pengisian usus halus sampai mencapa
seku md i h itu n g (t ro n sit time) da n foto -foto seri a I d ieva u as'
I

Gambar 21. Tumor duodenum apakah terdapat kelainan sepanjang usus halus. Di samping
PWERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM 331

Tnengetahui kelainan secara anatomis, pemeriksaan ini juga PEMERIKSAAN RADIOLOGIK KOLON: ENEMA
daoat mengetahui pergerakan (peristaltik) usus halus di BARIUM
Mmmh fluoroskopi. Persiapan sebelum pemeriksaan sama
sCpmrui OMD, yaitu pasien puasa agar usus halus bersih Pemeriksaan enema barium yang dikenal juga dengan
dnfin sisa makanan. Pemeriksaan borium follow through ini istilah colon in loop adalah pemeriksaan radiografi dari
diimtur,utjuga seba ga i pemeri ksaa n enema kontras tu n g ga I usus besar (kolon dan rektum) menggunakan suspensi
lmiiqdg cortrosf) usus halus.2,8 barium sulfat sebagai media kontras.le

htaysrs Persiapan Pasien


Blrh $um dilakukan pemeriksaan enteroclysrs maka terlebih Keberhasilan pemeriksaan ini sangat tergantung pada
'ffilruuliur- Crpasang kateter dari hidung sampai duodenum kebersihan saluran cerna. Banyak cara yang dilakukan
,ilffnmrmflugFrrinc tube)yang panjangnya sekitar 135 cm. Ujung untuk mencapai kebersihan saluran cerna. Pola makan
;[k*mr oiternpatkan di duodenum distal atau di duodenum diubah menjadi makanan dengan konsistensi lunak,
i@lur, re-3. Selanjutnya kontras barium dimasukkan rendah serat, dan rendah lemak. Di samping itu, pasien
ltffihlinlur {ateter ini untuk mengisi usus halus. Untuk harus minum sebanyak-banyaknya agar tinja tetap
filtililmrqwmoangkan usus halus maka dipompakan udara lembek. Pencahar yang digunakan biasanya bertindak
ft$ mrqnd dengan cairan metil selulosa ke dalam usus, meningkatkan ekskresi fekal dan air dengan merangsang
tercapai distensi usus halus. Pemeriksaan inijuga peristaltik usus. Pencahar hanyalah sebagai pelengkap saja
sehaEai enema usus halus kontras ganda. Kelebihan dan biasanya diberikan pada beberapa keadaan pasien
n ini dibandingkan dengan barium follow seperti orang tua, pasien rawat baring yang lama, dan
adalah terlihatnya mukosa usus dengan lebih detil sembelit kronis.
nmmrnnungkinkan mendeteksi lesi lesi kecil intralumen. Lamanya persiapan berkisar antara 1 sampai 2 hari,
:'adiologi yang diperoleh dari pemeriksaan tergantung pada keadaan dan klinis pasien. Di samping itu,
ini diperiksa oleh dokter spesialis radiologi dapat pula dilakukan tindakan untuk membersihkan feses
ada tidaknya kelainan.2,8 dari kolon dan rektum dengan cara enema air (klisma) atau
pemberian supositoria per rektal.

lndikasi Enema Barium 3,s


. ldentifikasi dan evaluasi inflamasi usus pada
inflammotory bowel diseoses (lBD), seperti kolitis
ulseratif atau penyakit Crohn.
. Mencari penyebab kelainan struktur kolon seperti
daerah penyempitan (striktur) atau kantongan
(divertikel) pada dinding usus.
. Untuk terapi intususepsi ileokolik yang ser:ing terjadi
pada anak-anak berupa protrusi usus halus ke kolon.
. Evaluasi keluhan yang berhubungan dengan saluran
cerna, seperti nyeri, darah dalam feses, atau perubahan
hnbar 22. Borium follow Gambar 23. Enteroclysis, kebiasaan buang air besar.
M@,gh, gambaran usus halus gambaran usus halus normal
ffi iilErmal
. Evaluasi masalah anemia atau penurunan berat badan
L
L' yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
q . Adanya riwayat keganasan pada pasien ataupun
keluarga pasien.

Kontraindikasi
. Pemeriksaan initidak boleh dilakukan pada perempuan
hamil, bila terdapat kecurigaan adanya perforasi usus,
megakolon toksik, pasca pemeriksaan kolonoskopi
atau setelah dilakukan biopsi kolon dalam waktu
dekat, atau pasien diketahui alergi terhadap kontras
barium.
funbar 24. Divertikel besar Gambar 25. Polip usus halus
dkr. lsus halus
332 RADIODIAGNOSTI K PENYAKIT DALAM

Komplikasi Selesai pemeriksaan, tuba enema dilepaskan.


. Ujung kateter enema atau distensi kolon yang Pasien kemudian buang air besar agar barium keluar
berlebihan dapat menyebabkan perforasi rektum atau sebanyak-banyaknya. Apabila diperlukan, dapat dilaku kan
kolon sehingga dapat terjadinya infeksi lokal (abses) pengambilan gambar pasca-evakuasi.
atau infeksi luas (peritonitis). Hal tersebut biasanya
terjadi karena tekanan yang tinggi saat memasukkan Evaluasi Hasil Pemeriksaan Enema Barium
barium atau memang ada kelemahan dinding kolon Hasil normal adalah kalau kontras barium mengisi kolon
seperti pada penyakit ulcerative colifrs atau Crohn's secara merata mulai dari rektum sampai sekum dan
diseose. menunjukkan gambaran mukosa, bentuk serta posisi kolon
. Kadang-kadang barium yang tersisa mengeras yang normal, dan tidak ada hambatan aliran kontras.le
menyebabkan konstipasi berat (impaksi) atau Gambaran kolon yang abnormal dapat merupakan
obstruksi akibat terjadinya borium stone (boriocolith). tanda-tanda penyakit seperti:
Barium juga dapat menyebabkan inflamasi yang . Apendisitis akut
' disebut barium granuloma. . Kolitis karena penyakit Crohn atau kolitis ulseratif
. Karsinoma kolorektal
Teknik Pemeriksaan3,T,e . Polip kolorektal
Pemeriksaan enema barium ada dua tipe: . Divertikulitis
. Enema barium kontras tunggal (single controsf), yaitu . Volvulus
hanya menggunakan bahan kontras barium saja . PenyakitHirschsprung
sebagai media kontras positif. . Obstruksi usus
. Enema barium kontras ganda (double controst),yaitu . lntususepsi, dll
menggunakan kontras barium dan gas (udara) sebagai
kontras negatif. Udara akan menyebabkan kolon
dilatasi sehingga dapat memberikan gambaran lebih
baik yang memungkinkan lesi-lesi berukuran kecil
dapat terlihat (seperti polip, striktur; inflamasi dan
karsinoma yang berukuran kecil).

Prosedur pemeriksaan adalah seperti berikut:


setelah persiapan pasien dianggap cukup baik dengan
mengevaluasi foto polos abdomen yang telah dibuat
sebelumnya, pasien dalam posisi tidur miring klri di
atas meja pemeriksaan, kemudian dimasukkan tuba
enema ke dalam rektum. Balon kecil pada tuba enema
dikembangkan untuk menahan supaya tuba tidak
keluar dari anus dan mencegah kontras mengalir keluar Gambar26.Enemabariumyang Gambar 27. Multipel
dari anus saat pemeriksaan berlangsung. Selanjutnya menunjukkan kolon normal poliposis kolon
dimasukkan suspensi kontras barium berbentuk cair
sampai mengisi seluruh kolon. Aliran barium diamati di
monitor di bawah tuntunan pesawat roentgen fluoroskopi.
Selama pemeriksaan, posisi pasien dan meja pemeriksaan
diubah-ubah agar kontras barium dapat mengisi seluruh
kolon sampai sekum. Setelah kontras barium mengisi
seluruh kolon sampai sekum, udara sebagai kontras
negatif dimasukkan untuk mengembangkan usus
sehingga didapatkan gambar double controst. Radiografi
diambil dalam beberapa posisi untuk mendapatkan Gambar 29. Fistula rekto-
gambar yang terbaik dan terjelas. Foto-foto tersebut vagina
dievaluasi lebih lanjut apakah ada kelainan pada kolon
dan rektum.
T

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN POLOS, OMD, USUS HALUS DAN ENEMA BARIUM
333

G,ambar 30. Penyakit Chron's


re Gambar 31. Kolitis radiasi Gambar35.Kolitistuberkulosis. Gambar 3T Metastasis
Tampak keterlibatan sekum karsinoma mammae ke kolon
dan ileum terminal.

#&.+, ji REFERENSI
{
Davis N4 HoustonJD. Fundamentals of Gastrointestinal Radiology
,ild W.B. Saunders ComPanY 2002'

qfl HalliganS. The small bowel and peritoneal cavity.In: SuttonD,eds'


iextbook of Radiology and Imaging. Td'ed. Elsevier Churchill
'1 Livingstone, 2006.P.61,5-34.
:lj:
t Halligan 5. The large-bowel. In: Sutton D,eds. Text book of
iadiotogy and Imaging, 7'hedition, Elsevier Churchill
Livingstone 2006; chap 21, pp 635-62.
Chapman-AHA. The salivary glands, pharynx and oesophagus'
ilm In: Sutton D,eds.Textbook of Radiology and Imaging' Thed'
Elsevier Churchill Livin gstone, 2006.p 533-74'
G,ambar 32. Pankolitis, pada Gambar33. lntususepsi CoiLed
Sugino Y. Diseases of the oesophagus, stomach and duodenum ln:
:*- , akit colitis ulseratif. spring oppeoronce dt kolon Peh WCG, Hiramatsu Y,eds. The Asian-Oceanian Textbook
asendens.
of Radiology. Singapore: TTG Asia Media Pte Ltd, 2003 p
677-92.
Chapman AHA. The stomach and duodenum ln: Sutton D,eds'
Textbook of Radiology and Imaging. Teed' Elsevier Churchill

r Livingstone. 2006.P 575-67?


Levin MS,-Rubesin SE, Laufer Il Double Contrast Gastrointestinal
Radiology. 3"1ed. W.B. Saunders Company, 2000'
Corr PD. Diseises of the Small Bowel. In: Peh WCG, Hiramatsu Y
(ed). The Asian-Oceanian Textbook of Radiology Singapore:
TTG Asia Media Pte Ltd, 2003.p 693-701'
Abdullah BlJ, Kumar G. Diseases of the colon and rectum' In: Peh
WCG, Hiramatsu Y,eds. The Asian-Oceanian Textbook of
Radiology. Singapore: TTG Asia Media Pte Ltd,2003 p'703-
32.

Gambar 34. Polip bertangkai Gambar 35 Tumor rektum.


.-; tampak pada posisi en Tampak gambaran oPPle
: :' e. core pada foto lateral
rektosigmoid.
40
UROFLOWMETRI DAN PIELOGRAFI INTRAVENA
Chaidir Arif Mochtar, Harrina E. Rahardjo, Widi Atmoko

PENDAHULUAN Prinsip Kerja Pemeriksaan


Uroflowmetri dilakukan dengan meminta pasien untut
Keluhan di bidang urologi, khususnya keluhan seputar berkemih ke dalam suatu cerobong yang terhubung
proses berkemih, merupakan hal yang sering ditemukan dengan instrumen pengukur elektronik. Alat penguku
di klinik. Lower Urinory Troct Symptoms (LUTS) merupakan ini akan mengkalkulasijumlah urin yang diproduksi sej*
kumpulan keluhan yang terdiri dari keluhan iritatif mulainya berkemih sampai selesai. Hasil pengukura
(frekuensi, urgensi, disuria, nokturia) dan keluhan ini akan diplot ke grafik aksis'x dan aksis y dimana lir
obstruktif (berkemih yang tidak lampias, mengedan, pancaran (ml/s) sebagai ordinat dan waktu
terminal dribbling, hesitoncy, pancaran urin yang lemah, absis.a
dan pancaran urin yang terputus-putus). Pada tahun Laporan u roflowmetri dideskripsikan dengan pola
2008, darijumlah populasididunia (4,3 miliar penduduk) pancaran. Pola dapat bersifat kontinyu atau intermi
ditemukan 45,ZYo mengalami salah satu gangguan LUTS. Kurva pancaran kontinyu adalah ketika keseluruhan
Dan pada tahun 2018, diperkirakan angka ini akan naik berkemih selesai saat laju pancaran mencapai angka
menjadi 63,6%. Kondisi ini paling tinggi dialami diAsia.l untuk yang pertama kali setelah mulai berkemih. Pola
Dengan semakin meningkatnya jumlah manusia lanjut dideskripsikan sebagai kurva atdu dapat berfluktuasi
usia (lansia) di lndonesia maka jumlah kasus urologipun terdapat puncak pancaran yang multipel Selama
akan meningkat, sehingga diperlukan pemeriksaan- berkemih yang kontinyu. Kurva pancaran intertniten
pemeriksaan diagnostik yang tepat. Pemeriksaan ketika kurva dua kali atau lebih mencapai angka 0
uroflowmetri dan Pyelografi lntraven a (lntrovenous proses berkemih selesai.a
Pyelogrophy = IVP) merupakan sebagian pemeriksaan di Beberapa terminologi pancaran yang digunakan
bidang urologi yang sering dikerjakan. Pada artikel ini akan pemeriksaan uroflowmetri antara lain:14
dijelaskan detail dari kedua pemeriksaan tersebut. a. Laju pancaran(flow rate):volume urin yang
kan melalui uretra per satuan waktu. Laju
dinyatakan dalam satuan milliliter per detik
UROFTOWMETRI lnformasi dasar yang dapat berpengaruh
laju pancaran antara lain jumlah total urin
Pendahuluan dikeluarkan, kondisi lingkungan serta posisi
Uroflowmetri merupakan salah satu metode dalam saat bdrkemih. Perlu diperhatikan juga
pemeriksaan urodinamik. Uroflowmetri menggunakan pengisian kandung kemih berjalan secara
alat yang sederhana dan non-invasifyang berguna untuk atau pasien menggunakan diuretik, atau
mengukur laju pancaran berkemih. Pemeriksaan ini pada kandung kemih sedang terpasang kateter
merupakan pemeriksaan lini pertama ketika menjumpai melalui uretra maupun suprapubik).
pasien dengan dugaan disfungsi saluran kemih bawah. b. Laju pancaran maksimum (maximum flow
Dengan pemeriksaan yang sederhana ini, tenaga medis Qmax) : laju pancaran yang paling maksimum
dapat memperoleh informasi yang bersifat obyektif dan artefak terkoreksi.
kuantitatif dalam usaha untuk mengerti keluhan pada fase G. Volume berkemih (voided volume /YY): jumlah
pengisian dan fase berkemih pasien.2-4 urin yang keluar melalui uretra
UROFLOWMETRY DAN PLEOGMFI INTAVENA 335

d. Lama pancaran (flow time/ TQ) : lama pancaran yang seperti pada infeksi saluran kemih yang rekuren, dan juga
diukur secara aktual. Ketika pancaran terpotong atau pada pria dengan LUTS.3
bersifat intermiten, selang interval antar pancaran
tidak diukur Kelebihan dan Kekurangan
e. Laju pancaran rata-rata (overoge flow rote/ Qave)'. Pemeriksaan uroflowmetri mempunyai beberapa
volume berkemih (voided volume) dibagi dengan Iama keterbatasan. Pancaran berkemih yang rendah dapat
pancaran (flow time) disebabkan tidak hanya obstruksi outlet, akan tetapijuga
f" Lama berkemih (voiding firne) : total durasi berkemih, bisa disebabkan karena adanya gangguan kontraktilitas
termasuk ketika terjadi interupsi. Ketika berkemih detrusor ataupun rendahnya volume berkemih. Hanya
tidak terganggu oleh interupsi, lama berkemih sama dengan membaca kurva uroflowmetri, tenaga medis tidak
dengan lama pancaran. dapat membedakan antara obstruksi outlet kandung kemih
g. Lama waktu mencapai pancaran maksimum (fime dan gangguan kontraktilitas detrusor. Selain itu, obstruksi
to moximum flow/ TQmox): lama waktu dari awal outlet kandung kemih dan gangguan kontraktilitas
berkemih sampai pancaran maksimum tercapai. Pada detrusor terdapat pada keadaan yang dinamakan high
pasien dengan pancaran yang kontinyu atau tidak ada flow urethrol obstruction dimana sebenarnya tekanan
interupsi, TQinax biasanya terletak di sepertiga awal, detrusor tinggi sekali walaupun pada uroflowmetrinya
baik pada pasien yang normal maupun pada pasien tidak ditemukan kelainan.la
dengan obstruksi berkemih, karena pemanjangan lama Akan tetapi, uroflowmetri masih menjadi modalitas
I berkemih pada pasien dengan obstruksi saluran kemih sangat berguna untuk menilai kualitas berkemih
I terjadi karena pemanjangan dari penurunan grafik seseorang. Dengan volume berkemih yang cukup (>150
r
pancaran berkemih (setelah pancaran maksimum ml), uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining yang
t
tercapai). sangat bermanfaat. Pada pria dengan gangguan LUTS,
]
pancaran berkemih yang rendah dapat disebabkan
I Laporan uroflowmetri minimal harus terdiri dari
oleh obstruksi uretra pada 650/o kasus dan gangguan
T aju pancaran maksimum, volume berkemih, dan residu
kontraktilitas detrusor pada 35o/o kasus.6
-rin.s
t
Teknik/Persia pa n Pemeri ksaa n
L lndikasi dan Kontraindikasi
Pasien diinstruksikan untuk datang ke tempat pemeriksaan
E !roflowmetri merupakan pemeriksaan skrining yang baik
pada pasien dengan LUTS. Pemeriksaan ini dapat digunakan
uroflowmetri dengan kondisi kandung kemih yang
penuh secara normal dan menunggu sampai timbul
untuk memeriksa adanya kemungkinan obstruksi ouflef
keinginan untuk berkemih-sebelum mulai berkemih pada
mndung kemih dan dapat memberikan bantuan dalam
remberikan petunjuk mengenai kontraktilitas otot alat uroflowmetri. Akan tetapi, biasanya pasien tidak
melakukan hal ini, sehingga ketika palien datang (dan
f,etrusor. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua
berkemih di kamar mandi karena mereka tidak dapat
-sia dan kedua jenis kelamin pasien.3
menahannya), pasien diinstruksikan untuk minum sampai
Anak. Uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining satu liter air sampai mereka merasakan sensasi seperti
iada semua anak dengan kondisi neurologi normal yang mereka alami ketika ingin berkemih secara normal
iengan adanya kemungkinan gangguan obstruksi ouflef kemudian dilakukan pemeriksaan USG kandung kemih
rF
I

*endung kemih.3 untuk mengetahuijumlah urin di dalamnya. Bila sudah >


I
150 ml pasien boleh berkemih di alat uroflowmetri bila rasa
i[ Ferempuan. Ketika diperlukan pembedahan pada kasus
ingin berkemihnya sudah kuat. Setelah selesai berkemih,
h rkontinensia stress, uroflowmetri menunjukkan fungsi
dilakukan pemeriksaan USG kandung kemih kembali
p :Etrusor yang normal bila laju pancaran urinnya normal.
untuk mengukur volume residu urin pasca berkemih (post
h -aju pancaran urin yang menurun dapat menjadi suatu
t :rda adanya masalah berkemih pasca operasi. Pada void residual urine volume) (gambar 1). Contoh klinik
uroflowmetri dapat dilihat dari gambar 2.3
il :erempuan tua, uroflowmetri dapat digunakan untuk
f, ''.engeksklusi residu urin, yang dapat menjadi penyebab
it nfeksi saluran kemih rekuren.3 Gambaran Normal
Pada gambaran yang normal, kurva laju pancaran urin
Fria. Uroflowmetri merupakan pemeriksaan skrining berbentuk genta (Gambar 3). Laju pancaran urin maksimum
,l -ntuk pria pada semua usia dengan keluhan yang
* dicapai pada sepertiga awal dan 5 detik setelah pancaran
nrrengarah ke obstruksi outlet kandung kemih (Blqdder berkemih dimulai. Laju pancaran urin dipengaruhi oleh
)rtlet Obstruction = BOO). Pemeriksaan ini juga dapat volume berkemih. Otot detrusor ketika meregang ke titik
td diEunakan pada pria dengan keluhan klasik yang minim, tertentu akan memberikan performa yang optimal, akan
cJ e-9 1,-,
RADIODIAGNOSTIK PENYAK|T DALAM

AB
6antbar'l . A. Pemeriksaan USG kandung kemih sebelum berkemih. B. Pemeriksaan USG kandung kemih setelah berkemih

ry*n

,4ib
Y'

Gambar 2. Klinik uroflowmetri

tetapi apabila meregang terlalu banyak akan menjadi tidak 200 ml sampai 400 ml. Pada kisaran ini, iaju panca :
efisierr. Pada volume berkemih lebih dari 400 ml, efisiensi cenderung konstan. Pada kenyataannya, definisi nor^-,
otot detrusor akan m€nurun dan Qmax akan rnenurun.2,3 pemeriksaan uroflowmetri dapat dengan beberapa c: !fl
Laju pancaran urin mencapai angka tertinggi cian termudah adalah dengan menggunakan nilai min
dapat dipercaya paCa kisaran volume berkemih antara pancaran sesuai dengan jenis kelamin dan u,sia (ta:-
U ROFLOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 337

20

15

10

Gambar 4. Kurva pancaran berkemih "supranormal" pada


overaktivitas detruso13

6ambar 3. Gambaran normal uroflowmetri Kurva Pancaran Kontinyu

Overaktivitas Detrusor
T*d MaksimumTerendah Berdasarkan
1. Laju Pancaran Laju pancaran maksimum yang sangat tinggi dapat
llsia, Jenis Kelamin, dan Volume Berkemih Minimum3 terjadi pada pasien dengan overaktivitas detrusor. Terjadi
Usia Volume berkemih Pria Perempuan peningkatan yang cepat pada laju pancaran dalam waktu
{tahun) minimum (m!) (mlls) (ml/s) yang singkat (1 sampai 3 detik) (gambar 4). Peningkatan
4-7 100 10 10
yang cepat pada laju pancaran terjadi karena kontraksi
8-13 100 12 15 detrusor sudah membuka lebar leher kandung kemih
'' 4-45 ZOO 21 18 terlebih dahulu sehingga menurunkan resistensi uretra.2-s
.46-65 200 12 15
56-80 200 9 10 Obstruksi Outlet Kandung Kemih
Kurva pancaran pada pasien obstruksi dicirikan dengan
rendahnya laju pancaran maksimum dan rendahnya laju
Gambaran Kelainan yang Dapat Ditemui pancaran rata-rata, dengan laju pancaran urin rata-rata
:_..: pancaran tergantung dari interaksi antara dorongan lebih tinggi dibandingkan setengah nilai laju pancaran
-engeluarkan urin (kontraksi detrusor ditambah adanya maksimum. Laju pancaran urin maksimum dicapai lumayan
:r(anan dari abdomen) dan resistensi uretra.2-4 cepat (3-10 detik), akan tetapi laju pancaran menurun
secara perlahan (Gambar 5).2-s

Results of UROFLOWMETRY
Voiding Time T100 72 s
Flow Time TQ60S
Time to max Flow Tqmax I s
max Flow Rate emax 8.3 ml/s
Average Flow Rate eave 5.2 ml/s
Voided volume Vcomp 312 ml
;'irt
6 Gambar 5. Kurva pancaran berkemih pada obstruksi outlet kandung kemih
ila
4!
l
338 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

Gambar 6. Kurva pancaran pada pasien 50 tahun dengan riwayat strihur uretra (Qmax = 5 ml/s)

Obstruksi dapat bersifat "kompresif", contohnya pada


hiperplasia prostat jinak, atau "konstriktif" pada striktur
uretra. Kedua tipe ini memberikan gambaran yang berbeda
pada kurva. Tipe obstruksi "konstriktif" memberikan
gambaran "plateau" dengan sedikit perubahan pada laju
pancaran urin dan perbedaan yang tidak terlalu besar
antara Qmax dan Qave (Gambar 6).2*
Pada obstruksi "kompresif", sepertiga awal kurva akan
terlihat seperti normal, walaupun Qmax akan menurun.
Bagian akhir dari kurva akan memanjang dan terlihat
seperti ekor (Gambar 5).2i

Detrusor U ndera ctivityr


Diagnosis ini dapat dicurigai jika pada kurva pancaran Gambar 7. Kurva pancaran berkemih pada detrusor
underoctivity
terdapat gambaran simetris dengan laju pancaran
maksimum yang rendah (Gambar 7). Karakteristik detrusor
Kurva Pancaran lntermiten
underactivity adalah waktu mencapai laju pancaran
maksimum yang sangat bervariasi, dan laju pancaran
Mengedan
maksimum biasanya dapat tercapai pada pertengahan
Beberapa pasien memiliki kebiasaan meqggunakam
kurva. Karena variasi kurva yang cukup luas, kelainan
otot diafragma dan abdomennya untuk meningkatkan
bisa tumpang tindih dengan kelainan obstruksi, sehingga
pancaran urin. Kebiasaan ini akan membentuk kurva yarg
diagnosis kelainan detrusor u nderoctivity hanyabisa bersifat
intermiten (Gambar 8). Gambaran kurva pada keadaan ii
sebagai diagnosis dugaan. Diagnosis pasti dapat ditentukan
sangat bervariasi dan dapat terjadi bersamaan denga
mela u i pemeri ksaa n u rodi nami k p ressu re -flow.z-s
I

3i et#*e*r
'i
I
I
-a
:
a

I
ri
t
.:
t
i!
+'-\5-.*-";iP**\".,i
ti*:* =- €
-- '{i
Gambar 8. Mengedan membentuk gambaran kurva yang intermiten
UROFTOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 339

oleh tenaga medis.3

PIELOGRAFI INTRAVENA INTRAVENA (rNrRA-


VENOUS PYELOGRAPHY = lYPl

Pendahuluan
Sejak dulu pielografi intravena (lVP) merupakan modalitas
pencitraan primer untuk mengevaluasi saluran kemih.
Saat ini, berbagai modalitas pencitraan lainnya seperti
ultrasonografi (USG), CT-Scan, dan MRI sudah mulai
banyak digunakan untuk mengatasi keterbatasan IVP
dalam mengevaluasi penyakit saluran kemih. Sama
halnya seperti IVB modalitas-modalitas tersebut juga
Gambar 9. Perubahan kurva pancaran yang disebabkan memiliki kekurangan. Kemampuan dalam menganalisis
karena artefak "cruising". Perubahan laju pancarannya cepat
pemeriksaan IVP dengan mengkombinasikannya dengan
dan bersifat bifasik
modalitas pemeriksaan lainnya merupakan kemampuan
adanya obstruksi dan/ atau kelainan kontraksi detrusor. yang penting dalam mendiagnosis kelainan pada saluran
Pemeriksaan lebih lanjut dengan urodinamikp ressure-flow kemih.7.8

dapat di lakukan untuk memastikan diagnosis.2'3


Prinsip Kerja
Artefak IVP merupakan pemeriksaan yang menggunakan X-ray
untuk melihat kelainan pada ginjal, ureter, kandung
'Cruising" kemih, dan uretra. Saluran kemih tidak dapat diperlihatkan
Keadaan ini biasanya dilakukan oleh pasien pria dimana dengan jelas oleh folo X-roy yang biasa. Dengan lVP,
pasien menggerakkan arah jatuhnya urin di dalam bahan kontras dimasukkan melalui vena. Kontras akan
cerobong uroflowmetri. "Puncak" pancaran terjadi ketika mengalir melalui pembuluh darah dan terkonsentrasi di
pasien menggerakkan arah jatuhnya ke urin mendekati ginjal, setelah itu kontras akan turun ke ureter dengan urin
Empat keluarnya di dalam cerobong tersebut (Gambar 9). yang dihasilkan oleh ginjal. Bahan kontras akan terdeteksi
Gambaran "lembah" terjadi ketika pasien menggerakkan oleh X-roy sehingga struktur ginjal, ureter; dan kandung
lagi arah jatuhnya urin menjauhi tempat keluarnya urin.3 kemih dapat terlihat dengan jelas (berwarna putih) pada
foto X-ray (Gambar 'l 1).8
'$ueezing" I
Beberapa pria memiliki kebiasaan menekan ujung penisnya lndikasi dan Kontraindikasi
ketika berkemih (Gambar 10). Kebiasaan ini menimbulkan Pemeriksaan IVP diindikasikan pada keadaan untuk:e
gombaran dengan banyak puncak pada kurva pancaran a. Melihat sistem pelviokalises ginjal dan ureter
herkemih. Artefak ini tidak dapat dideteksi oleh mesin b. Menginvestigasi lokasi obstruksi ureter
uroflowmetri sehingga harus diperiksa secara manual c. Memberikan gambaran opaksistem pelviokalises ketika

.J:Hrr$

Gambar 10. Ganibaran artefak "squeezing" pada kurva pancaran


340 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

jam sebelum pemeriksaan serta pemberian enema 2 jam


sebelum pemeriksaan.T,lo
Sebelum diberikan zat kontras, pemeriksaan foto
BNO atau KUB (kidney, ureten blodder) dilakukan untuk
memperlihatkan regio dari ginjal, keseluruhan pelvis,
sampai simfisis pubis. Foto ini dapat memeriksa apakah
persiapan pembersihan saluran cerna cukup atau tidak,
mengkonfirmasi apakah posisi pasien sudah benar, serta
dapat melihat batu ginjal atau batu kandung kemih.7,13.14
Kontras diinjeksi secara bolus atau drip sebanyak
50 sampai 100 mL. Bahan kontras yang dipakai biasanya
adalah low osmolality controst medio (LOCM) dengan dosis
300 mglkg berat badan atau 1 ml/kg. Beberapa menit
setelah injeksi, fase nefrografik memperlihatkan gambaran
parenkim ginjal. Beberapa tomogram ginjal dapat
dilakukan untuk memperjelas visualisasi parenkim ginjal
Gambar 11. Gambaran normal lVp Foto berikutnya diambil 5 menit setelah injeksi kontras
dan dilakukan pengambilan foto tambahan berikutnya
dilakukan extrocorporeol shock wave lithotripsy atau
dengan interval 5 menit. Pada menit ke-5 setelah injeksi
saat akses perkutan ke dalam sistem pelviokalises
sistem pelviokalises dapat terlihat dan fase pielografik
d. Menilai fungsl ginjal pada evaluasi pasien tidak stabil
dapat terlihat.lo Kompresi abdomen dapat dilakukan untr*
(di atas meja operasi)
memvisualisasi ureter lebih baik. Kompresi cukup pentirg
e. Melihat anatomi ginjal dan ureter pada keadaan khusus
dilakukan jika kontras yang digunakan memiliki nilai
(contoh: ptosis ginjal, setelah transureteroureterostomi,
osmolar yang rendah kareria diuresis osmosis dan disteni
setelah diversi urin)
sistem pelviokalises tidak sebaikjika menggunakan kontrc
Kontraindikasi IVP menurut Americon College of yang tinggi nilai osmolarnya. Kontraindikasi dilakukannp
Rodiology tahun 2009 antara lain:10 kompresi abdomen antara lain adanya bukti obstruksi pada
a. Terdapat kontraindikasi relatif pada penggunaaan foto menit ke-5, aneurisma aorta atau massa abdomern
high-osmotolity iodinoted controst media (HOCM) lainnya, riwayat operasi abdomen, nyeri abdomen yang
pada pasien dengan mieloma multipel, sickle cell berat, dugaan adanya trauma saluran kemih, dan adanyn,
d iseose, dan feokromositoma diversi urin atau transplantgpi ginjal. Lima menit setel*
b. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang mem- kompresi abdomen dilakukan, foto dapat diambil untr*
butuhkan terapi medikasi spesial dan regimen hidrasi melihat sistem pelviokalises lebih jelas lagi.z,ro
c. Hamil Lima belas menit setelah pemberiatn kontras,
diambil untuk memperlihatkan saluran ureter k
Kelebihan dan Kekurangan kemih. Flouroskopi dapat digunakan untuk
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap seluruh lumen ureter dapat terlihat. Jika flouroskopi
pemeriksaan memiliki keterbatasannya, lVp memiliki tersedia, posisi oblik dapat dilakukan.ls Manuver gr
keunggulan tersendiri. Saluran kemih tidak divisualisasikan seperti posisi tengkurap atau oblik dapat mem
secara luas dengan pemeriksaan USG. CT-scan tidak dapat memvisualisasi ureter yang tidak terlihat karena
memberikan gambaran anatomi yang cukup detail untuk akan "tergantung" dalam posisi ini. Pada kasus
mengevaluasi kelainan neoplasma uroepitelial yang kecil/ demikian, folo delayed juga dapat dilakukan s
halus atau penyakit sistem pelviokalises lainnya.11,i2 MRI opasifikasi obstruksi terjadi atau sampai ditentukan
tidak dapat memperlihatkan kalsifikasi atau tidak dapat ekskresi ginjal terganggu yang dapat menyebabkan
memperlihatkan keadaan urotelial dengan resolusi yang terjad i nya o pasifi kasi.7,1 0,1 3,14
baik untuk melihat kelainan yang halus.T Jika ada kemungkinan mengarah ke kelai
kandung kemih, foto delayed dapat membantu di
Teknik/Persiapan kandung kemih. Selain itu foto oblik, tengkurap,
Sebelum dilakukan pemeriksaan lVp ada beberapa pasca berkemih dapat digunakan untuk meng
tahapan yang harus dilakukan. Persiapan saluran cerna filling defect pada kandung kemih. Foto pasca
diperlukan agar dapat membantu memvisualisasi seluruh dilakukan untuk mengevaluasi adanya obstruksi
ureter dan sistem pelviokalises. Pembersihan saluran cerna pembesaran prostat, divertikel, dan bladder filling
dilakukan dengan memberikan cal ran bersih 12 sampai 24 termasuk batu dan kanker urotelial.7,10
IMOFTOWMETRY DAN PLEOGRAFI INTAVENA 341

Secara singkat prosedur pemeriksaan IVP dapat dilihat


Ci tabel 2.

rai"ra:ni;ffiit#,ftrfi."aqnlyp,r1:1,'i:],:i:'..=i
Langkah Deskripsi
1 Pencitraan awal: foto BNO
Tambahan: foto oblik, tomogram ginjal
2 Pemberian bahan kontras dengan injeksi bolus
atau drip
3 Fase nefrografik (didapatkan 1 sampai 3 menit
setelah pemberian bahan kontras)
Tambahan: foto nefrografi k oblik;
nefrotomogram oblik
Gambar 12. Hidronefrosis. Terdapat gambaran parenkim yang
Radiografi KUB (didapatkan 5 menit setelah tipis dengan gambaran "clubbing" pada kaliks
pemberian bahan kontras)
Kompresi abdomen (dilakukan segera setelah
foto menit ke-5) juga dapat membentuk "double contour" pada foto. Tidak
Fase pielografik (5 menit setelah kompresi, 10 adanya fase nefrografik dapat mengarah ke kista ginjal.
menit setelah pemberian bahan kontras) Ditemukannya gambaran massa pada pemeriksaan IVP
Tambahan: foto oblik, tomogram ulangan memerlukan konfirmasi dengan pemeriksaan lainnya. USG
Fase ureter-kandung kemih (didapatkan 15 digunakan saat dugaan mengarah ke kista, sedangkan
menit setelah pemberian bahan kontras dan CT-scan digunakan saat dugaan mengarah ke massa yang
segera setelah kompresi abdomen dllepas) so1id.7,13,14
Tambahan: flouroskopi ureter, foto posisi
i Posisi ginjal juga harus diperhatikan saat membaca
tengkurap, foto oblik, foto delayed
hasil lVP. Perubahan pada aksis dan posisi dapat merupakan
t Fase kandung kemih
Ii Tambahan: foto delayed, oblik, tengkurap, atau
tanda adanya massa abdomen atau retroperitoneal,
t
!
pasca berkemih perubahan ukuran viseral, atau kelainan ginjal kongenital.
t Pada kondisi horseshoe kidney terdapat perubahan aksis

l lrterpretasi Pemeriksaa n
dan posisi ginjal.?
Pada pengisian ureter, adanya gambaran stonding
panenkim ginjal dapat dilihat pada fase nefrografik column bahan kontras pada ureter menunjukkan adanya
r"rdD. Kontur keseluruhan ginjal harus diperiksa, dan obstruksi (Gambar 13) atiu ileus ureter (dilatasi non-
nefrotomografi dapat dilakukan untuk melihat parenkim
gnjal lebih jelas. Kontur ginjal harus halus dan simetris.
:rr Fase nefrografik yang baik memerlukan pancaran
.'i"
:ernbuluh darah ke ginjal yang cukup, fungsi ekskresi
,lll
!!i: mrenkim ginjal yang baik tanpa obstruksi, dan pancaran
*:r uena yang normal. Ukuran ginjaljuga dapat diperiksa saat
F i,ir
T nefrografik. Ginjal yang normal berukuran 9 sampai
lrase
llr 13cm pada panjang sefalokaudal, dengan ginjal kiri lebih
hesar 0,5 cm dibandingkan ginjal kanan dan ginjal pada
E
I pfa lebih besar dibandingkan ginjal perempuan. Banyak
5 nnetoda dalam pengukuran ginjal, akan tetapi kesimetrisan
t ukuran ginjal harus diperhatikan. Ukuran ginjal kanan lebih
besar > 1,5 cm dibandingkan ginjal kiriatau ginjal kiri >
iI:
: ,l: 2 cm lebih besar dibandingkan ginjal kanan merupakan
i s.ratu tanda adanya kelainan.7,13,14
I.t: Obstruksi ringan dan sedang diindikasikan dengan
- -iri':! gembaran halus pada margin forniks (Gambar 12). Obstruksi
llt:..,
fr'.' !,ang lama dan yang lebih berat akan menimbulkan
Gambar 13. Dilatasi sistem pelviokalises. Gambaran foto menit
ttrr, ilangnya impresi papiler dan kaliks yang clubbing.Tt3
ke-15 memperlihatkan stonding column bahan kontras dari
ti'',;'' Penebalan parenkim ginjal disertai dengan distorsi u rete rope lvic j uncfion sam pai u rete rovesico I i uncfion ki ri. Batu

t'*,' da sistem kaliks mengarah ke adanya suatu massa. Massa terdapat di u rete roves ico I j u n ctio n
342 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

obstruktif berkaitan dengan inflamasi, tingginya pancaran Multidetector computerized tomography urography is more
accurate than excretory urography for diagnosing hansitional
urin (diuresis, diabetes insipidus), atau reflux). Diameter
cell carcinoma of the upper urinary tract in adults with
ureter > I mm merupakan kriteria dilatasi yang pasti hematuria. J Urol. 2010;183(1):a8-55.
menurut beberapa penulis.T 12. Becker |A, Pollack HIvI, McClennan BL. Urography survives
Pada foto menit ke-15 sampai menit ke-30, kandung (letter). Radiolo gy 2001,; 218:299-300.
13. Friedenberg RM, Harris RD. Excretory urography in the
kemih biasanya sudah terisi penuh. Ketika kandung kemih adult. In: Pollack HM, McClennan BL, Dyer R, Kenney P|,
terisi penuh, kontras intralumen akan berbentuk bulat dan editors. Clinical urography. 2"d ed. Philadelphia: Saunders;
dengan batas yang'halus dan dinding kandung kemih 2000. p.1,47-'257.
yang tidak terlalu terlihat. Posisi dan bentuk bulijuga perlu
14. Dunnick NR, Sandler CM, Newhouse |H, Amis ES Jr.
Textbook of uroradiology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott
diperhatikan apakah terdapat distorsi atau tidak karena Williams & Witkins, 2001.
penekanan dari massa.T 15. Katzberg RW. Iodinated contrast media for urological imag-
Penebalan dinding kandung kemih dan gambaran ing. In: Pollack HM, McClennan, Dyer R, Kenney P], editors.
Clinical urography. 2"d ed. Philadelphia: Saunders;2000. p.
bahan kontras lumen yang iregular berkaitan dengan 19-66.
filling defect yang merupakan tanda obstruksi outlet
kandung kemih karena penyakit prostat. Kontur abnormal
karena divertikulum juga dapat terlihat. Foto pengisian
kandung kemih disertai foto pasca berkemih merupakan
pemeriksaan yang paling sensitive untuk mengevaluasi
filling defecfs. Foto oblik dapat digunakan untuk
memastikan bahwa gambaran filling defecfs tidak
disebabkan karena gas enterik. Foto pasca berkemih
juga berguna untuk mengevaluasi pasien dengan dilatasi
saluran kemih bagian atas. Adanya gambaran dilatasi yang
persisten menu nj u kkan obstruksi yang menetap.7,13,1a

REFERENSI

1. Irwin DE, Kopp ZS, AgalepB,Mtlsom I, Abrams P. Worldwide


prevalence estimates of lower urinary tract symptoms,
overactive bladder, urinary incontinence and bladder outlet
obstruction. BIU Intemational . 2011;108 :1132-8.
Schafer W, Abrams P, Liao L, Mattiasson A, Pesce F,
SpangbergA, et al. Good urodynamic practices: uroflowmetry,
filling cystometry, and pressure-flow studies. Neurourol.
Urodynam. 2002;2'L :26L -7 4.
Abrams P. Uroflowmetry. In: Abrams P. Urodynamics Third
Edition. London: Springer;2006. p. 20-38.
Blaivas J, Chancellor MB, Weiss |, Verhaaren M. Uroflowmetry.
In: Blaivas f, Chancellor MB, Weiss |, Verhaaren M. Atlas
of Urodynamics Second Edition. New York: Blackwell
Publishing; 2007. p. 3745.
5. Kelly CE, IGane R|. Current concepts and controversies in
urodynamics. Current Urology Reports 2000;L:217 -226.
6. Fusco F, Grorlz A, Blaivas jG, Chaikin DC, Weiss fP.
Videourodynamic sfudies in men with lower urinary tract
symptoms: a comparison of community based versus referral
urological practices. j Urol. 200'1.;166:910-913.
7. Amis ES Jr. Epitaph for the urogram (editorial). Radiology
1999;213:639-40.
Dyer RB, Chen MY, Zagoria RF. Intravenous urography:
technique and interpretation. RadioGraphics 200L;21.:799-
824.
9. Fulgham PF, Bishoff ]T. Urinary Tract Imaging: Basic
Principles. In: Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW,
Peters CA, editors. Campbell-Walsh Urology 10s Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 201,2. p. L05.
10. [Guideline] ACR Practice Guideline for the Performance of
Excretory Urography, Accessed December 14 2010.
1L. Wang L|, Wong YC,Huang CC, Wu CH, Hung SC Chen FIW.
4L
DASAR-DASAR CTINISCT, MRI, DAN MRCP
Sawitri Darmiati

,ENDAHULUAN memperlihatkan organ atau kelainan dari berbagai


sudut sesuai dengan kebutuhan.2
krkembangan ilmu teknologi dan komputer yang pesat Keuntungan lain MSCT dibandingkan dengan CT
berdampak luas terhadap perkembangan ilmu radiologi. ialah mampu mengurangi artefak akibat gerakan pasien,
krkembangan ini juga mencakup peranti keras, peranti terutama pada pasien trauma, nyeri hebat atau pada
hmak, pesawat serta post processing, sehingga dihasilkan pasien anak. Kelebihan lain ialah meningkatkan manfaat
pcncitraan multidimensi yang berperan penting dalam penggunaan kontras media2, seperti pada pencitraan
mnnegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pasien hepar bifasik, karena padaTSo/o kasus tumor hepar tampak
Ernasuk evaluasi hasil terapi. Computed_ Tomogrophy pada fase arteri, sedangkan25% baru tampak pada portol
W, Multislice Computed Tomography (MSCT), Mognetic phose.Oleh karena itu, untuk mengetahui kelainan di hepar
ksonance lmaging (MRl) serta Mognetic Resonance dianjurkan untuk menggunakan pemeriksaan bifasik.3
@nlo ng io pa n c reotog ro p hy (M RC P) termasu k moda itas
I Selain itu, pencitraan pankreas bifasikjuga dapat dilakukan
r:adiologi yang menggunakan instrumen-instrumen di dengan MSCT.
atas. Perkembangan kemampuan dalam rekonstruksi Kerugian MSCT terletak pada lebih banyaknya radiasi
pencitraan secara komputerisasi menghasilkan gambar yang diterima pasien2, karifra itu perlu dipertimbangkan
lE{l mempermudah proses analisis dan interpretasi. Bab pemakaian CT untuk penapisan. Prinsip ALARA (os low
ffi membahas modalitas tersebut di atas sebagai dasar os reosonoble ochievoble) yaitu men$gunakan radiasi
diabm penerapan klinis. serendah mungkin tetapi dengan kualitas gambar yang
optimal harus selalu diperhatikan.
Americon College of Radiology (ACR)4 menyarankan
@1,1 PUTED TO M OG RAP HY (CT)I M 1,, LTISLI CE indikasi pemeriksaan CT abdomen dan pelvis untuk
(lD'/' P UT ED TO M O G RAPHY (MSCT) antara lain :
. Evaluasi nyeri abdomen, pinggang dan pelvis, massa
Contputed Tomography (CT) merupakan pemeriksaan ginjal dan adrenal, massa abdomen atau pelvis
mdiologi yang non invasil tetapi dengan meningkatnya termasuk massa ginekologis, serta kelainan traktus
f,ualitas pencitraan (imoging) yang dihasilkan, urinarius dengan CT urografi.
penggunaan CT juga semakin meningkat. Pemeriksaan . Evaluasi keganasan primer atau sekunder, penyakit
fuii menggunakan meja pemeriksaan yang bergerak heSar difus dan sistem bilier; termasuk CT kolangio-
melalui sconner berbentuk bulat. Di dalam scanner, grafi.
qnitter sinar x akan berputar di sekitar pasien pada . Evaluasi tumor setelah operasi, mendeteksi kelainan
potongan aksial dan sinar ini akan dideteksi oleh setelah operasi abdomen dan pelvis.
detektor yang terletak dalam sconner tersebut juga. . Evaluasi proses inflamasi di abdomen dan pelvis
ilISCT men g g u naka n mu ltidetektor sehi ng ga dihasil kan termasuk penyakit inflamasi usus, infeksi usus serta
potongan gambar lebih banyik pada saat yang sama, komplikasinya, dengan atau tanpa CT enterografi.
potongan gambar yang lebih tipis,lserta waktu . Evaluasi kelainan vaskular abdomen dan pelvis, CT
pemeriksaan dan rekonstruksi yang lebih singkat. angiografi non- invasif untuk melihat kelainan aorta
DilSCT menghasilkan gambar 3 dimensi yang dapat dan cabang-cabangnya, serta venografi.

343
344 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

. Evaluasi trauma abdomen dan pelvis, obstruksi usus sebagai informasi dasar dalam menganalisis dan
halus dan usus besar, kelainan kongenital organ menginterpretasi gambar yang diperoleh.a'6
abdomen atau pelvis, pre atau post-transplantasi.
. Konfirmasi kelainan modalitas radiologis lain atau
hasil laboratorium. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
. Pedoman pemeriksaan atau terapi intervensional pada
abdomen atau pelvis. Mognetic Resononce lmaging merupakan pemeriksaan
. Deteksi kanker dan polip kolon dengan CT kolonografi, radiologi yang menggunakan medan magnet
Cf plonning untuk radiasi dan kemoterapi, serta untuk mendeteksi nukleus hidrogen. Kelebihan MRI
evaluasi respons tumor terhadap terapi. dibandingkan dengan CT adalah pemeriksaan MRI dapat
dilakukan terhadap 3 potongan, yaitu aksial, koronal, dan
CTIMSCT dengan Kontras :
sagital, sedangkan pada CT untuk memperoleh potongan
. Kontras intraluminal gastrointestinal dapat diberikan
koronal dan sagital dilakukan rekonstruksi pada posf
. secara oral, per rektal atau melalui nosogrostric tube
processing.
bila tidak ada kontraindikasi.
Americon College of Radiology (ACR)8 menganjurkan
. Kontras intravena pada pemeriksaan CT diberikan bila
pemeriksaan MRI abdomen dengan indikasi tersebut di
tidak ada kontraindikasi.a Pemberian kontras harus
bawah ini:
selalu mempertim bangkan kemu ngkina n terjadi nya . Tumor atau infeksi pankreas, kelainan pankreas yang
co ntra st- m e d iu m - in d u ce d n e p h ro pothy (Cl N), karena
tidak dapat diidentifikasi oleh pemeriksaan radiologis
itu harus selalu dicantumkan hasil kreatinin pasien
lain, obstruksi atau dilatasi serta kelainan duktus
untuk penghitungan laju filtrasi glomerulus (LFG).5
pankreatikus, follow up lerapi.
Thomsen dkks menyatakan risiko terjadinya CIN . Kelainan lien yang tidak dapat diidentifikasi oleh
ditemukan pada 0,6o/, pasien dengan LFG > 40 ml/
pemeriksaan radiologis lain, evaluasi lien asesorius
menit dan 4,6% pada pasien dengan LFG < 40 ml/
serta kelainan lien yang difus.
menit tetapi > 30 ml/menit, serta 7,8% pada pasien . Kelainan ginjal yang tidak dapat diidentifikasi ole*t
dengan GFR < 30 mllmenit.
pemeriksaan radiologis lain, deteksi tumor ginjd
Americon College of Rodiology (ACR)6 menyarankan termasuk vena renalis dan vena kava inferior, evaluasi
indikasi pemeriksaan CT toraks termasuk : traktus urinarius (MR urografi) dan retroperitoneal,
. Evaluasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan follow up terapi.
toraks foto atau secara klinis diduga ada kelainan. . Deteksi pheochromocytoma dan adenoma adrend
. Staging dan follow up keganasan paru atau organ fungsional.
toraks lainnya, serta deteksi metastasis. . Evaluasi kelainan vaskular intraabdominal.
. Evaluasi kecurigaan kelainan dinding toraks, kelainan . Deteksi dan evaluasi tumori batu kandupg empedg
vaskular toraks, penyakit pleura, kelainan kongenital kelainan kongenital dan duktus biliaris, dilatasi dukhrs
toraks, dan trauma. biliaris, stoging cholongiocarcinomo.
. Evaluasi dan follow up penyakit traktus respiratorius . Evaluasi tumor traktus gastrointestinal, stogbq
dan pasien pasca-operasi. karsinoma rektum, proses inflamasi usus dm
. CT planning untuk radioterapi. mesenterium, nyeri abdomen misalnya apendisfrh,
. Evaluasi emboli paru6. pada pasien hamil.
. Cordioc CT untuk melihat kelainan di pericardium, . Deteksi dan evaluasi tumor primer atau metastasis
ruang jantung, pembuluh darah besari fungsijantung peritoneum atau mesenterial.
dan katupjantung, evaluasi arteri dan vena koronaria, . Deteksi cairan intraabdominal dan kelai
miokardium ventrikel, serta kalsifikasi.T ekstraperitoneal.
Sebagai pemeriksaan alternatif CT untuk
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan
dampak radiasi pada evaluasi abdomen
CT scan abdomen dan pelvis, namun pemeriksaan ini
hamil atau anak-anak atau terdapat kontr
harus dipertimbangkan pada pasien hamil atau diduga
kontras media yang mengandung yodium.8
hamil.a,6 Demikian pula tidak ada kontraindikasi absolut
Deteksi dan evaluasi lesi fokal di hepar; untuk
untuk pemeriksaan CT toraks, risiko dan keuntungan
spesifikasi lesi hepar seperti kista, lemak,
harus dipertimbangkan pada saat pemberian kontras
karsinoma hepa4 metastasis, focal nodulor
intravena.6
dan adenoma hepatik.
Data pasien, gejala atau riwayat penyakit serta
. Evaluasi kelainan kongenital, infeksi, kelainan lah
diagnosis kerja sangat penting dicantumkan dalam
hepar dan vaskular termasuk Budd-Chiori.
permintaan pemeriksaan, sehingga dapat digunakan
MAR,-DASAR CTIMSCI, MRI, M RCP

Evaluasi kelainan di hepar pada pasien dengan lndikasi MRCP antara lain :

kelainan hasil pemeriksaan radiologis lain atau . Batu kandung empedu dengan pankreatitis, nyeri
laboratorium kandung empedu dengan kemungkinan kecil batu
Evaluasi donor hepar potensial.e duktus biliel pseudokista pankreas, trauma prankeas,
Evaluasi penyakitjantung didapat seperti kardiomiopati, pankreatitis berulang.
fibrosis dan infark miokard, iskemia miokard kronis, . Evaluasi pankreatikobilier daerah proksimal obstruksi
sindrom koroner akut, massa kardiak, penyaki! yang tidak dapat dicapai oleh ERCP, atau pada pasien
perikardium, kelainan katup jantung, penyakit arteri dengan kontraindikasi ERCP.
korone4 dan kelainan vena pulmonalis. . Kelainan anatomi atau kongenital traktus pankreatiko-
Kelainan jantung kongenital seperti con genita I shu nts, bilier
kelainan perikardium, kelainan jantung kongenital . Pasien dengan riwayat ERCP dan masih membutuhkan
yang kompleks, kelainan katup kongenital, kelainan pemeriksaan lebih lanjut.la
vasku lar ekstrakard iak.1o

Kontras yang digunakan pada pemeriksaan MRI


tumumnya merupakan turunan gadolinium dan biasanya
KESIMPULAN
digunakan untuk kasus inflamasi/infeksi atau tumsr.
CTIMSCTjelas mempunyai keunggulan dalam menegakkan
Femberian kontras harus selalu mempertimbangkan
diagnosis dan penatalaksanaan pasien, tetapi tetap harus
kanungkinan terjadinya nephrogenic systemic fibrosis
dipertimbangkan pajanan radiasi yang diterima pasien,
ffiF), karena itu harus selalu dicantumkan hasil kreatinin
sehingga bila diagnosis telah dapat ditegakkan dengan
prien untuk penghitungan laju filtrasi glomerulus (LFG).
pemeriksaan yang menggunakan radiasi pada pasien
ACR menganjurkan untuk dapat mendeteksi risiko tinggi
lebih rendah seperti radiografi, USG, MRl, atau Kedokteran
tcfadinya NSF pada pasien dengan LFG < 30 ml/min atau
lfirauma ginjal akut.l1
Nuklil maka CT tidak perlu dilakukan.
Data pasien, gejala-atau. riwayat penyakit serta
Kontraindikasi pemeriksaan ini antara lain : peralatan
diagnosis kerja sangat penting dicantumkan dalam
e*ektronik ferromagnetik yang ditanam di dalam tubuh
permintaan pemeriksaan, sehingga dapat digunakan
rti pacemaken defibrillotors, cochleor implants1 , clips12
sebagai informasi dasar dalam menganalisis dan
il' serta klaustrofobia yang berat.l Sampai saat ini belum
menginterpretasi gambar yang diperoleh.
d*etahui efek negatif terhadap fetus.l2

REFERENSI
NAGNETIC RESONANCE CHOLANGIO,
ANCREATOGRAPHY (MRCP) 1. Pretorius E9 Solomon ]A. Introduchon to ultrasound, CT,
and MRI. In Radiology Secrets. 2"d ed. Mosby E1sevier. 2006.
Wgnetic reson o n ce chola ng io pa ncreotog ro phy (M RCP) p.15-22
mnerupakan pemeriksaan yang tidak invasifl3 untuk 2. Cahir lG, Freeman AH, Courtney HM. Multislice CT of the
abdomen. BJR. 20&l; 77 : 564-73.
mnengevaluasi sistem bilier dan duktus pankreatikus.la 3. Gibson ]. Spiral CT of the liver : is biphasic or triphasic
Bila pemeriksaan klinis, ultrasonografi atau scannirig the routine in your department ? 24 Desember
hboratorlum tidak menunjukkan kelainan yang spesifik 2011. Diunduh dari: http://imaging-radiation-oncology.
advanceweb.com/ article.
untuk melihat obstruksi sistem bilier, umumnya 4. ACR-SPRpractice guidelinefortheperformanceof computed
dilakukan pemeriksaa n Endoscopic Retrogrode tomography (CT) of the abdomen and Computed Tomogra-
Clrclongiopancreatog raphy (ERCP). Pemeriksaan ini selain phy (gf) of the pelvis. Practice Guideline (Resolution 32).
2011. 25 Desember 2011. Diunduh dNi:http: / / www.acr.org/
mnembutu hkan sedasi, dapat mengakibatkan pankreathis
SecondaryMainMenu Categories/ quallly _salety / guidelines/
akut.I3 Meskipun demikian, ERCP tetap merupakan pediatric/ CT_Abdomen_pelvis.pd{.
pilihan utama untuk terapi intervensi.la Keunggulan lain 5. Thomsen H9 Morcos SK. Risk of contrast-medium-induced
ilIRCP ialah tidak menggunakan radiasi, tidak tergantung nephropathy in high-risk patients undergoing MDCT-a
pooled analysis of two randomized trials. Abstr acl. Eur Radiol
kepada operato4 serta dapat mendeteksi kelainan ekstra 2009;19 (4):89L-7 .
duktal. Kerugian MRCP adalah tidak dapat mendeteksi 6. ACR practice guideline Ior the performance of pediatric and
kelainan duktus intrahepatik perifer, pankreatitis, dan adult thoracic computed tomography (CT). Practice Guide-
line (Resolution 23). 2008.25 Desember 2011. Diunduh dari:
rcndahnya deteksi kelainan duktus kecil, karena itu masih
hltp / / www.acr.org/secondarymainmenucategories/qual-
Etap dianjurkan dilakukan ERCP pada pasien dengan ity_safety/ guidelines,/ pediahic/CT-thoracic.aspx.
obstruksi bilier dan pada pasien yang membutuhkan 7. ACR-NASCI-SPRpractice guidelinefortheperformanceand
tindakan intervensi.ls interpretation of cardiac computed tomography (CT). Practice
Guideline (Resolution 38). 2011. 25 Desember 2011. Diunduh
42
KEDOKTERAN NUKLIRATAU
RADIO NUKLIR DAN PET.CT
Kahar Kusumawidjaja

PENDAHULUAN Beberapa pemeriksaan pencitraan radionuklid sering


dilakukan seperti tiroid, paru, ginjal, tulang, jantung,
f,adio nuklir merupakan salah satu bagian dari disiplin dan lain-lain. Meskipun saat ini sudah ada pemeriksaan
lnu radiologi yang memanfaatkan radio nuklid buatan radiologi yang canggih seperti CT scan, MRI dan USG,
@io-isotop buatan) untuk keperluan diagnostik, terapi, tetapi semua ini merupakbn pencitraan anatomik, dimana
dan penelitian. Radio farmaka adalah gabungan antara kelainan dapat dideteksi setelah ada perubahan morfologi-
rdio nuklid dengan senyawaan yang dapat membawa anatomi, sedangkan pemeriksaan radionuklid lebih banyak
mdiofarmaka tersebut menuju ke organ yang ingin dilakukan menilai fungsi suatu organ dan dapat mendeteksi lebih
pemeriksaan. Beberapa radio nuklid dapat digunakan untuk awal bila sudah terjadi kelainan metabolisme sel, sebelum
trapi, baik untuk tujuan terapi kuratif maupun untuk terjadi perubahan morfologi-anatomi. Hal ini penting
trapi paliatif suatu keganasan. Selain itu, radio nuklid untuk mendeteksi suatu keganasan baik primer maupun
tadang-kadang digunakan untuk terapi kasus yang bukan sekunder lebih dini. ,-
leganasan seperti penyakit hipertiroidi dan artritis. Radio
i
farmaka dapat diberikan pada pasien melalui parenteral
ilV; intra-arteri), intra-tekal, intra-dermal/subkutis, perfusi, TIROIDl
dan ventilasi/inhalasi. Syarat suatu radiofarmaka perlu
dperhatikan. Harus dipilih radio farmaka yang memberikan Kelenjar tiroid terdiri atas 2 lobus kanan dan kiri yang
radiasi sekecil mungkin, dengan memilih radio nuklid yang dihubungkan oleh isthmus. Besar kedua lobus antara 3-4
memiliki waktu paruh yang singkat, makin singkat waktu cm kali 1,5-2 cm. Pemeriksaan tiroid dilakukan dengan
paruh makin kecil radiasinya. Syarat lain adalah tidak tiroid scon dan uji penangkapan radio nuklid. Umumnya
loksik, tidak memengaruhi metabolisme tubuh yang pemeriksaan tiroid menggunakan radio nuklid 99mTc-
fisiologis, serta mudah dan cepat diekskresikan. perteknetat intravena anlara 1-2 mCi, selanjutnya 10-15
Pesawatyang dipakai adalah gamma kamera (plonnar), menit pasca-injeksi dilakukan pemindaian. Pemeriksaan
9ECT-CT dan PET-CT. Sinar gamma yang dipancarkan tiroid dapat pula dengan pemberian Na-|131 per-oral
dari organ yang telah banyak mengandung radiofarmaka sebanyak 50 uCi, kemudian dilakukan perheriksaan 24
direkam oleh kollimator pesawat berupa denyutan jam setelah pemberian. Uji penangkapan radio nuklid
dektrik. Makin besar pancaran radiasi, makin tinggi dilakukbn untuk mengetahui daya tangkap kelenjar tiroid,
denyutan elektrik. Denyutan elektrik tersebut diperkuat namun tidak dapat mengetahui kadar hormon hasil sintesis
oleh perangkat elektronik yang kemudian dijelmakan dalam tiroid. Tiroid scon dapat menilai besar dan bentuk
*bagai pencitraan atau dalam grafik atau besaran kedua lobus, (Gambar 1), lokasi kelenjar tiroid (termasuk
aktivitas dalam countslmenit.. Dengan perkembangan tiroid ektopik), penyebaran aktivitas kedua lobus, struma
lecanggihan pesawat seperti SPECT-CT dan PET-CT maka difusa (Gambar 3; Gambar 4), serta menentukan sifat
lnsil pemeriksaan kedokteran nuklir menjadi lebih sensitif, nodul apakah suatu "cold nodule" (Gambar. 4), atau "hot
lebih spesifik, dan akurat. nodule" (Gambar 5). Selain itu, tiroid scan juga dapat

347
348 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

untuk menilai hasil operasi tota! pada karsinoma tiroid j

jenis papiliforum dan folikular berdiferensiasi baik, serta


r..1.o."
mencari lesi metastasis. l-'r-r 'i . ,,- .!
*"i.
Pengobatan karsinoma tiroid dapat berupa pengobatan 7at-,,
tambahan dan pengobatan pada lesi metastasis contoh ht*n:
pengobatan non-keganasan adalah kasus hipertiroid yang
Itl*;
itir'
,J ii v

Gambar.4. Nodul dingin /cotd nodule di lobus kanan bawah

Gambar 1. Sidik tiroid normal {

t'i:i !{;:{;:8
:F",i;*l* $f*}{
.::?

** Gambar 5. nodul panas/hot nodule'di lobus kanan

gagal dengan pengobatan medikamentosa dan menola-


.,P..-ar-i- '.i
untuk dilakukan operasi.
Gbr 2. Struma difusa pada sidik tiroid

PARU'

Pemeriksaan radionuklir pada penyakit paru terdiri at=:


sidik perfusi dan sidik ventilasi (inhalasi) (Gambar i
Pemeriksaan tersebut bermanfaat untuk menilai kas-:
emboli paru dan gangguan fungsi pernapasan (emfise-t
paru atau penyakit paru obstruksi menahun/PPOK/COPI
Kasus emboli paru akan menunjukkan suatu luput aktivi:::
secara segmental atau lobaris pada sidik perfusi, narr_-
sidik ventilasi biasanya normal (Gambar 7), sedang<:-
kasus emfisema atau PPOK memberikan gamba.a-
penyebaran aktivitas inhomogen atau berbercak pa::
sidik perfusi atau ventilasi (Gambar 8).
Pada kasus keganasan, penggunaan sidik per;-,
atau ventilasi kurang bermanfaat, tetapi pemeriksa:-
Gambar. 3. Struma difusa yang menjalar ke retro-sternal hibrid atau gabungan pemeriksaan sidik PEf dan l-
KEDOKTERAN NUKLIR ATAU RADIO NUKLIR DAN PET-CT 349

Pbtuetm ififiml Fsdtsion trnffi7


hx %
lm .:-3,IW-ryY

,:1-x

Gambar 6. Sidik perfusi (baris l, Ill) dan sidik ventilasi (baris ll, lV)normal.

Gambar.7. Emboli paru multipel terlihat pada sidik perfusi, sedangkan sidik ventilasi normal
350 RADIODIAGNOSTI K PENYAKIT DALAM

Gambar 8. PPOK tampak inhomogen baik pada sidik perfusi maupun sidik ventilasi.

dapat membedakan proses keganasan dari proses jinak


atau jaringan parut, selain itu dapat ditentukan staging
lebih tepat dan mencari lesi metastasis lebih akurat, serta
menilai hasil terapi (operasi, radiasi, dan kemoterapi). o
(!
x.
c
=
o
GINJAL3
o

Fungsi tiap ginjal dapat dinilai secara kualitatif dan


kuantitatif. Penilaian kualitatif' melalui kurva renogram
yang terdiri atas 3 fase, fase l: fase vaskular/perfusi, lime (Minute)
fase ll: fase sekresi/akumulasi dan fase lll: fase ekskresi Gambar. 9. Kurva renogram normal, terdiri atas 3 fase
(Gambar 9). Fase vaskular menilai vaskularisasi ke area
kedua ginjal, fase sekresi menilai fungsi parenkim ginjal
atau fungsi nefron, sedangkan fase ekskresi menilai
kelancaran ekskresi apakah ada obstruksi masing masing
o
ginjal (Gambar 10). Penilaian kuantitatif dapat menentukan
to
fungsi absolut nilai GFR (glomularfiltrotion rote) dan ERPF a
a
o
(effective renol plasmo f/ow) kedua ginjal secara terpisah. (-)

Sidik renal bermanfaat menilai bentuk dan besar kedua


ginjal (Gambar 11), kerusakan parenkim ginjal (pyelo-
nefritis kronis, gambar. 12), lokasi ginjal (ektopik, gambar
Time (Minute)
14), kelainan kongenital (horse kidney). Radionuklir dapat
pula menilai hasil ginjal pencangkokan mengenai hasil 'he regnogram paftern in
Patien with unilateral obstructiv(
LT side) showing an absent third phase
vaskularisasi ke ginjal transplan (Gambar 15), atau terjadi
Gambar 10. Kurva renogram ginjal kiri menunjukkan obstn*i
penolakan (rejection).
, :DOKTERAN NUKLIR ATAU RADIO NUKLIR DAN PET-CT
351

xE&" H{.tr{LI* X**#


REHOERRH TC_g3I.I DTPfl
REHSL StrHH TC-99T1 DIISff
6g-', Pl
w *w *w
RT
#. *'* rt,
ryi
t/ n8* .ls "

., ''ffi.'.;,
,:::l B,.ry
{n
U til
?g' *=" *&,
p l€t
* * ?

::.lbar. Gambar 14. Sidik ginjal transplantasi yang berhasil


.: 11. Gambaran normal sidik ginjal dengan 99mTc-

Radiofarmaka untuk kurva renogram menggunakan


t{€& t*EXLr* E*Gn 131 l-hippuran atau 99mTc-MAG3, radiofarmaka untuk GFR
dengan 99mTc-DTPA, dan ERPF dengan 99mTc-MAG3,
Bf;*tsL €s*il T**s31t sH*s sedangkan untuk sidik renal dengan 2-5 mCi 99mTc-
EJfrF{ P I DMSA. Evaluasi pencangkokan ginjal dapat menggunakan
fungsi GFR atau ERPF.

I
{r. 4,, n

t_k
*,bar 12. Sidik ginjal menunjukkan kerusakan parenkim
. <ir-r (pielo-nefritis kronis)

y a-a 7ta.Ti::_j-r::_ :- - ::-r- -''-- ='_


- . :.-,:::i.i:t!,i!i;!r.il?::\;.:::i':.:i;'tt.'::',':'.;..': .'

*u.-**;W-.*:# 3?4,,**i- r.:


-l.-a
Gambar 15. Kurva renogram kiri menunjukkan kurva obstruksi
,,,,,,ffi,,,,,:, ,,.
* (kurva merah)

* **
I ,ri {* *1 l* il$ 1}*

I t ! +i
* **

&
& * Gambar. 16. Setelah pemberian diuretika intravena. tampak
kurva renogram kiri menurun taJam, berarti suatu obstruksi
-. - bar. 1 3. Ektopik ginjal kanan yang berada di rongga pelvis fungsional, bukan obstruksi mekanik (batu/stenosis)
352 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

a
Renografi Diuretik
Pemeriksaan gabungan antara renografi dengan pemberian
obat diuretika (biasanya diberikan furosemid intravena)
untuk membedakan antara suatu kurva renogram obstruksi
fungsional dengan obstruksi mekanik (batu; stenosis
ureter).

Uji Kaptopril Renografi s


Pemeriksaan ini untuk membedakan suatu hipertensi
renalis dari hipertensi non-renal dengan menilai efek
pemberian kaptopril (25-50 mg kaptopril per-oral 1 jam
rg'#
sebelum dilakukan pemeriksaan) terhadap fungsi ginjal
(GFR/ERPF). Bila setelah pemberian kaptopril terjadi
p6nurunan fungsi (GFVERPF), maka hipertensi disebabkan
+t
oleh ginjal"
Gambar 18. Sidik tulang dengan tanda metastasis tulang
torakal dan tulang pelvis
TULANG6
sangat mungkin lesi tersebut merupakan lesi ganas
Pemeriksaan radionuklir tulang terutama untuk primer di tulang, sedangkan bila fase perfusi dan fase
mendeteksi lesi metastasis dengan 99mTc-MDP (methylene blood pool tinggi, tetapi fase bone scan tidak ada aktivitas
d iphosp h onate). Sidik tu lang normal memberi kan gam bara n maka dapat dikatakan lesi tersebut merupakan lesi primer
aktivitas merata pada tulang (Gambar 17), hasil positif lesi jaringan lunak yang ganas. Tiga fase bone scon dapal
metastasis tulang hanya berguna untuk metastasis tulang pula digunakan untuk membedakan suatu lesi ganas dari
jenis osteoblastik (Gambar 18), sedangkan osteolitik tidak suatu proses inflamasi, yaitu bila aktivitas ketiga fase tidak
akan menangkap radiofarmaka tersebut. Pendeteksi begitu tinggi, keadaan tersebut kemungkinan merupakan
metastasis tulang jauh lebih sensitif bila dibandingkan proses inflamasi.
foto konvensional. Selain mendeteksi lesi metastasis
tulang, kadang-kadang dengan pemeriksaan 3 fase bone
scon dapat membedakkan suatu lesi ganas atau jinak di JANTUNG?
jaringan lunak atau tulang. Tiga fase tersebut terdiri atas
fase perfusi, fase blood pool dan fase bone scon atau late Pemeri ksaan radionu klir jantun g' iapat menentu kan stroh
scon. Bila ketiga fase menunjukkan aktivitas yang tinggi, volume (ventrikulografi) dengan perhitungan penentuan
aktivitas saat sistol dan diastol, tetapi lebih pehting adalah
sintigram miokard dengan 201T1 atau 99mTc-sesta.miti
Pemeriksaan ini dapat menentukan bagian miokard yang
mengalami area injuri atau iskemi dan infark. Saat ini
penting dilakukan untuk pengobatan penanaman sel
punca (sfem cell) dimana area injuri dan iskemi memberi
kemungkinan keberhasilan dengan penanaman sd
punca.

SEREBRAL8

Pencitraan fungsional otak merupakan refleksi


S* +*
#e .s* gambaran fungsi biokimiawi, fisiologis atau keinam
elektrik dari sel neuron otak. Kemajuan pencitraan
saat ini dengan teknik sPECI-cr dan PET-CT.
serebral normal menggambarkan penyebaran
yang simetris, dimana bagian aktivitas korteks
tinggi dibandingkan daerah white matter (Gambar. I
Gambar 17. Sidik tulang yang normal Radiofarmaka untuk SPECf yang sering dipakai
XEDOKTEMN NUKL]R ATAU RADIO NUKLIR DAN PET-CT 353

99mTc-DTPA dan 99mTc-HMPAq sedangkan PET dipakai pemeriksaan radio nuklir untuk mendeteksi keganasan
18F-FDG. Peran klinik pemeriksaan pencitraan ini meliputi payudara dengan radio farmaka 99mTc-Sestamibi
kelainan serebro-vaskular (infark), demensia, kejang (methoxyisobtylisonitrile) intravena. (Gambar. 21).
(epilepsi), psikiatri, sedangkan pada kasus trauma CT Hasil pemeriksaan ini lebih sensitif, spesifik, dan
lebih berperan karena mudah, lebih cepat, lebih sensitil akurat dibandingkan modalitas radiologi konvensional.
dan spesifik. SPECT terutama berperan untuk kasus Sensitivitas 86-95o/o untuk tumor payudara yang teraba
infark, tumo1 demensia, dan mencari fokus epileptikus. dan 60-91o/o untuk tumor payudara yang tidak teraba,
PETterutama untuk kasus onkologi, membedakan tumor dengan spesivitas 62-93o/o.
jinak dari ganas mencari lesi metastasis, residu, dan residif.
Fokus epileptikus lebih sensitif, akurat dan spesifik dengan
PEI-CT.
Hasil pencitraan SPECT pada kasus infark, demensia,
dan tumor memberikan gambaran lesi hipo-non
aktif (Gambar 20), sedangkan kasus epilepsi saat iktal
memberikan gambaran lesi hiperaktif. Hasil PEI pada lesi
ganas mem berikan gambaran hipermetabolik, sedangkan
infark, demensia dan fokus epileptikus (inter-iktal)
memberikan iesi hipo-non hipermetabolik. Gambar. 21. Sintimammogram, tampak lesi keganasan di
payudara kanan

PET DAN pff-(f to;tt

Positron emission tomogrophy (PET scan) memanfaatkan


radio nuklid yang memancarkan elektron positron yang
akan mengalami suatu proses annihilisasi dengan elektron
negatif menghasilkan pancaran foton dengan energi yang
cukup tinggi (5 1 1 kev di bandi ng kan-dengan 99mTc hanya
140 kev). Radionuklid positron merupakan hasil siklotron.
Pada umumnya radionuklid positron mempunyai waktu
paruh yang singkat. Radionqklid yang sering dipakaiadalah
Gambar. 19. Pada sidik cerebral norrhal, penyebaran aktivitas 18F dengan waktu paruh 110 menit. Selain itu, dipakai
&anan kiri simetris juga C, N, O. Farmaka yang dipakii adalah FDG (fluor-
dextro-glucose) dan diikat dengan 18F!Radiofarmaka ini
mempunyai sifat kimia yang sama dengan glukosa yang
dipakai untuk metabolisme fisiologis, hanya FDG akan
terikat oleh sel ganas lebih banyak dan retensi FDG sel
ganas lebih lama dibandingkan dengan sel normal. Sifat-
sifat ini karena sel ganas mempunyai reseptor khusus dan
terjadi neo-angiogenesis.
Keunggulan PET adalah dapat mendeteksi sel ganas
lebih sensitif tetapi kurang spesifik dan lokalisasi secara
anatomik. Dengan kemajuan teknologi, gabungan PEf
dan CT scon menjadi selain lebih sensitif, lebih spesifik dan
akuratTnenentukan lokasi terjadi lesi patologis (Gambar
22, 23,'24,25,26). Keunggulan lain dari PET-CT adalah
Grmbar 20. Pada demensia berat, penyebaran rendah dan
membedakan antara keganasan dan jinak, membedakan
hhomogen
jaringan ikat dari residif atau residu, menenlukan stoging
lebih tepat dan restaging, mencari lesi metastasis yang sulit
ditemukan dengan pemeriksaan pencitraan lain (Gambar
SINTIMAMMOGRAFI 9 27), menilai kemajuan pengobatan (Gambar 28) pasca
operasi atau radiasi dan kemoterapi, serta dapat pula
Sintimammografi merupakan saiah satu metoda memantau residif suatu keganasan (Gambar 29).
354 R.&DIOSIAGh!OSTI K PEI.IVAKIT DALAM

Garnbar 24. Nodul soliier qanas paru yang sudah melibatkar-


keienjar getah bening

Gambar.22. Ca.serviks clini, apusan PAP neqatif

Garnbar" 25" Keganasan kelenjar saliva parotis kiri

Gamhar. 26. Keganasan pankreas yang tidak terdete


denqan CT

6armhar. 2?. Lesi metastasis supra-renal kanan klri de


nrudalr terdeteksi denrian PET-CT

Gambar 23. Metastasis medula spir.ralis l,rang sulit dideteksi


dengan perneriksaan iain
XEDOKTERAN NUKLIR ATAU RADIO NUKLIR DAN PET.CT 355

REFERENSI

Martin P.Sandler, Willian H.Martio Tana A. Power. Thyroid


imaging. In: M.P. Sandler, R.E.Colemary F.j. Th.Wacker et.al.
3th ed. Diagnostic Nuclear Medicine. Baltimore: Williams &
Williams. 199 6.p. 917-36.
H.Dirk Sosman, Ronald D.Neuman, Alexander Gott Schath
in, M.P.Sandler, R.E. Co1eman, F.J.Th.Wacker et.al. 3th ed.
Diagnostic Nuclear medicine. Baltimore: Willians & Williams.
1996. p585-99.
Michelle G.Campbell, Thomas A. Power. In: M.P.SandIer,
R.E.Coleman, F.J.Th.Wacker et.al. 3th ed. Diagnostic Nuclear
Medicine. Baltimore: Williams & Williams, 1996.p.477-88
4. E.Edmund Kim, Bruce ].Barron, Lamk M.Lamki et.al.
Genitourinary Nuclear Medicine L In: M.P.Sandler,
R.E.Coleman, F.J.Th.Wacker et.al. 3th ed. Diagnostic Nuclear
Medicine. Baltimore: Williams & Williams, 1966. p.1196-98.
Bruce].Barron, Lamk M.Lamki, E.Edmund Kim, Genitourinary
Nuclear Medicine II. In: M.P. Sandler, R.E.Coleman,
F.J.Th.Wacker et.al. 3th ed. Diagnostic Nuclear Medicine.
Baltimore:Williams & Williams, 1966. p. 1209 -17 .
Martin Charsoru Manuel L.Brown, Primary and metastic bone
disease. In: M.P.Sandler, R.E.Colemao F.].Th.Wacker et.al.
Garnbar 28. Menilai hasilterapi pada Iimfoma maligna dimana 3th ed. Diagnostic Nuclear Medicine, Baltimore: Williams &
,renyakit tidak aktif lagi Williams, 1966.p. 649 -64.
Marvin W.Kronenberg, Lewis C.Becker, General concepts
of ventricular functioru myocardial perfusion and exercise
physiology relevant to nuclear cardiology. In: M.P.Sandler,
R.E.Colemeo F.j.Th.Wacker et.al. 3th.ed. Diagnostic Nuclear
Medicine. Baltimore: Wr'lliams & Williams, 1966. p.396-99.
Chales R.Noback, David L., Daniels, et.al. Normal and
correlative anatomy. In: Ronald L.van Heertum, Ronald
S.Tikofsky, Cerebral SPECT imaging 2"d.ed.New York: Raven
press, 1995.p.3140.
9. John Buscomge, jonathan Hill, Santilal Parbhoo,
Scintimammography. A Guide to good practice.Birmingham:
Gibbs Associates limited, 1998.
10 Todd M.Blodgett, Alex Ryan, Marios Papachristou.
Introduction to Pet/CT imaging. In: Blodgett, Ryan Almusa,
Papachristou et.aI. Specialty Imaging Pet/CT, 1"'.ed. Canada:
Amirsys, 2009. p.1-6.
11. Stefano Fanti, Mohsan Farsad, Lunigi Mansi. Contrast
enhanced CT in PET-CT (PET-CECT). I}: Atlas of PET-CT,
A guide qiucke to image interpretation. Berlin: Heidelberg,
Springer, 2009 .p. 25-39.

6ambar. 29. Kekambuhan pada limfoma maligna, aktivitas


(GB para-aorta timbul lagi

Kekurangan pemeriksaan PET-CT adalah bila lesi tidak


ada aktivitas (hipermetaboli k), meskipu n suatu keganasan
ian organ yang aktif sering memberikan gambaran
ripermetabolik yang dapat keliru suatu proses ganas
seperti korteks otak, miokard, dinding usus terutama
ragian sekum dan rekto-sigmoid. Pada pasien dengan
rcdar glukosa darah tinggi sering memberikan hasil
rcgatif. Demikian pula pada pasien pasca-radiasi, pasca-
i*i *emoterapi, serta pasca operasi. Dalam keadaan tersebut,
*
i:* cerlu diberikan jeda waktu cukup untuk dapat dilakukan
rii:,,r

oemeriksaan PET-CT, agar hasil pemeriksaan PET-CT dapat


'nemberikan haiil yang tepat.
43
RAD IO GRAFI MUSKULOSKETETAL
ZuljasriAlbar

PENDAHULUAN pembesaran. Resolusi kontrasnya memang tidak sebaik


CT-scon atau MRl. Keterbatasan ini terutama dirasakan
Teknik pencitraan dapat membantu penegakkan diagnosis, jika kita ingin mengevaluasi jaringan lunak.
memungkinkan penilaian aktivitas/beratnya penyakit, Sensitivitasnya yang rendah terhadap kontras
distribusi penyakit, respons terhadap pengobatan secara jaringan lunak tidak memungkinkan kita melihat secara
objektif, menilai komplikasi dan kelainan ekstra-artikule; langsung jaringan sinovium yang meradang, rawan
serta meningkatkan pemahaman baru tentang proses sendi, edema sumsum tulang,-meniskus, ligamen dan
penyakit. Beberapa pemeriksaan pencitraan yang penting tendon periartikular. Radiografi konvensional hanya
dalam bidang reumatologi ialah foto polos, tomografi, dapat menunjukkan erosi tulang dan penyempitan celah
computerized tomography (CT-scan), mognetic resononce sendi yang merupakan akibat lanjut yang ireversibel dad
imog ing (M Rl), u/froso und, radionuclide imaging, artrografi, sinovitis. Peranannya dalam menilai aktivitas penyakit
pengukuran densitas tulang, dan angiografi. sangat terbatas.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dasar Pemeriksaan radiografi konvensional atau sering
tentang keuntungan dan keterbatasan pemeriksaan di juga disebut foto polos merupakan titik tolak sebagian
atas, sehingga dapat diketahui pemeriksaan mana yang besar pemeriksaan pencitraan peh'iakit-penyakit reumati&
paling tepat dan paling cost-effective. Di bawah ini akan walaupun mungkin setelah itu akan dilakukan pemerikaan
dibicarakan teknik pencitraan dasar dengan melihat aspek MRl. Meskipun foto polos merupakan sarana yang
spasial dan resolusi (yang menentukan struktur mana yang berguna untuk menilai pengaruh massa jaringan lun*
dapat dilihat dengan baik), dosis radiasi terhadap pasien, terhadap tulang yang berdekatan atau untuk mendetLki
kemudahan didapat, tingkat keahlian yang diperlukan kalsifikasi dalam jaringan lunak, teknik ini tidak coc*
untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan, serta untuk mengevaluasi jaringan lunak.
pemakaian spesifik dalam menilai keluhan dan gejala Dosis radiasi yang dihasilkan pada pemeriksaa
musku loskeletal. struktur perifer seperti tangan dan kaki relatif renddl
sehingga pemeriksaan serial dapat dilakukan tanpa harur
kuatir terhadap radiasi yang berlebihan. Di lain pihalq,
RADIOGRAFI KONVENSIONAL pemeriksaan terhadap struktur sentral seperti vertebn
lumbal dan bagian lain tubuh mengakibatkan radiasi do*
Secara tradisional, pemeriksaan radiografi konvensional tinggi terhadap pasien. Kedekatan dengan kelenjar kelan-
merupakan langkah pertama dalam evaluasi radiologik dan sumsum tulang meningkatkan potensi timbulnya eE
pasien dengan kecurigaan artritis. Selain peranannya dalam yang merugikan terhadap penderita. Sedapat mungli
penegakkan diagnosis dan memastikan adanya artritis, daerah panggul perempuan hamil atau yang masih
radiologi konvensional juga digunakan dalam memantau hamil tidak terkena radiasi. Demikian juga radiasi
progresivitas penyakit serta efikasi pengobatan. anak-anak hendaklah diusahakan seminimal m
Resolusi spasialnya tinggi, sehingga detil trabekula Jika pada pasien ini memang diperlukan pemer
dan erosi kecil tulang dapat dilihat dengan baik. Jika radiologik, ahli fisika radiasi dapat menghitung
diperlukan, resolusi dapat ditingkatkan dengan teknik radiasi minimum yang diperlukan untuk
IADIOGRAFI MUSKULOSKETETAL s57

pencitraan. Prinsip dasar ini berlaku untuk semua jenis CT dalam pencitraan di bidang reumatologi ialah evaluasi
pemeriksaan pencitraan. preoperatif pasien dengan kelainan sendi yang akan
Kelebihan radiografi konvensional ialah tidak mahal, menjalani operasi.
mudah diperoleh sehingga tetap merupakan andalan Meskipun relatif mahal, CT-scon lebih murah
dalam pemeriksaan radiologi dasar pada artritis. Di daripada MRl. Resolusi spasial lebih baik daripada MRl,
samping itu, pengetahuan tentang kelainan radiologi tetapi lebih buruk daripada foto konvensional . CT-scan
(konvensional) pada bermacam-macam penyakit reumatik dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak lebih baik
srdah banyak diketahui dan sudah tersebar luas. daripada foto konvensional, walaupun tidak sebaik MRl.
CT tersebar luas dan banyak dokter dapat membaca hasil
fotonya.
TOMOGRAFI CT-scon merupakan teknik yang sangat baik untuk
mengevaluasi penyakit degeneratif diskus intervertebralis
Teknik ini sangat berguna untuk pemeriksaan daerah dan kemungkinan herniasi diskus pada orang tua.
dengan anatomi yang kompleks, dimana struktur yang Penekanan tulang pada kanalis spinalis dan foramen
berhimpitan akan mengaburkan gambaran anatomi. intervertebralis lebih mudah dievaluasi daripada MRl.
Biayanya hampir sama dengan CT-scon. Resolusi struktur Mielografi CT dan CT-scan dengan bahan kontras intravena
trlang sedikit lebih baik, sedangkan visualisasi jaringan merupakan teknik tomografi lain yang digunakan untuk
lunakjauh lebih buruk. Dosis radiasi lebih tinggi daripada mengevaluasi penyakit diskus intervertebralis dan kelainan
Cf-scon. Dalam praktek, teknik ini telah digantikan oleh vertebra lain. MRI tebih disukai sebagai pilihan kedua -
CT-scon. setelah foto polos -untuk menyelidiki penyakit diskus
intervertebralis, tetapi CT-scon merupakan alternatif
yang baik dan mungkin bermanfaat pada situasi dimana
COM P UT E D TO M O G RAP HY (CT) keterangan Iebih lanjut tentang osteofit sangat diperlukan.
CT-scan juga bermanfaat untuk mengevaluasi struktur di
Sejak perkembangannya pada awal 1970-an, CT telah daerah dengan anatomi yang kompleks dimana struktur
dlterapkan secara luas pada hampirsemua cabang radiologi yang saling berhimpitan menyulitkan pandangan pada foto
dan efektif menggantikan tomografi konvensional. konvensional. Misalnya koalisi talokalkaneus yang tidak
Keunggulan utama CT-scon dibandingkan dengan dapat dilihat pada foto konvensionaf, sakroiliitis (terutama
r:adiografi konvensional ialah resolusi kontras yang lebih yang disebabkan infeksi) dan kolaps kaput femoris akibat
besa; penampakan bayangan yang secara potong lintang osteonekrosis yang memerlukan penggantian sendi atau
serta kesanggupan membentuk bayangan pada bidang (joint replocemenf). Sendi-sternoklavikula yang sangat
yang berbeda-beda. Sifat dasarnya yang tomografik sulit dilihat dengan foto konvensional, cukup jelas terlihat
memungkinkan visualisasi lebih baik pada sendi yang dengan CT-scon. .
struktur anatominya kompleks atau yang disamarkan Dosis radiasi CT-scon relatif lebih tinggi dibandingkan
oleh struktur lain seperti sendi sakroiliaka, subtalar, dan dengan satu foto konvensional pada daerah yang sama.
sternoklavikular. Dosis radiasi ini sebanding jika diperlukan beberapa foto
Peranan CT dalam evaluasi kelainan sendi sakroiliaka konvensional pada satu daerah. Akibatnya, dosis radiasi
telah diselidiki dalam berbagai penelitian. Gambaran lebih rendah daripada tomografi konvensional pada
CT sendi sakroiliaka biasanya dianggap lebih konsisten banyak keadaan.
dan sensitif untuk melihat perubahan patologik awal Berhubung sejumlah penyakit reumatik berkaitan
dibandingkan dengan radiografi konvensional. CT juga dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa
dapat membantu dalam aspirasi sendi sakroiliaka dan pemeriksaan CT-scon dengan resolusi tinggi pada paru-
grntikan korti kosteroid intra-arti kular. paru dapat memperlihatkan detil penyakit yang tidak
Walaupun CT menawarkan kontras yang jelas antara dapat dilihat dengan CT-scon irisan tebal. Terlihatnya
trlang dengan jaringan lunak di sekitarnya dan sangat infiltrat <ground g/oss> menunjukkan proses aktif yang
hik untuk mengevaluasi struktur tulang dan kalsifikasi, mungkin memberikan respon terhadap pengobatan.
sensitivitasnya terhadap kontras jaringan lunak relatif
lurang baik dan tidak cukup untuk melihat struktur
intra-artikular. Sampai batas tertentu, keterbatasan CT MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
dalam mengevaluasi rawan sendi, jaringan sinovium,
dan ligamen dapat diatasi dengan menyuntikkan kontras MRI menghasilkan pencitraan tomografi tubuh dengan
mengandung yodium, udara, atau kedua-duanya ke kualitas tinggi pada setiap bidang. MRI merupakan'satu-
dalam sendi (aitr.ografi CT). Penerapan lain penggunaan satunya modalitas pencitraan yang secara langsung dapat
358 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

memperlihatkan komponen tulang, rawan sendi, dan dapat dinilai. MRI makin populer untuk mengevaluasi
jaringan lunak pada sendi sekaligus. Keunikan MRI berasal ligamen antara tulang-tulang karpal dan fibrokartilago
dari kontras jaringan lunaknya yang sangat baik. pada trianguler.
dekade yang lalu, penerapan MRI dalam penilaian artritis Kalsifikasijaringan ikat terlihat tidak sebaik foto biasa
meningkat dengan pesat baik dalam praktik klinik maupun karena pancaran sinyal yang rendah. Mula-mula diduga
dalam penelitian. Berbagai faktor berperan dalam hal ini, bahwa tulang yang juga mempunyai pancaran sinyal
termasuk diantaranya ketersediaan alat, perbaikan resolusi yang rendah akan menimbulkan masalah. Tetapi karena
dan perkembangan baru sekuens MRI untuk mengevaluasi sumsum tulang mempunyai sinyal tinggi, MRI menjadi
jaringan yang berbeda-beda. sangat sensitif untuk mendeteksi kelainan tulang. Dalam
MRI membawa keuntungan besar bagi pencitraan praktik, mikrofraktur akibat trauma atau stres yang sering
muskuloskeletal karena kesanggupannya untuk disebut bone bruises, tidak dikenal sebelum MRl. Sekarang,
memperlihatkan struktur jaringan lunak yang tidak dapat keberadaan mikrofraktur ini penting untuk diketahui.
diperlihatkan oleh pemeriksaan radiologi konvensional. Sebagai contoh, kebanyakan nyeri yang menyertai robekan
Teknik ini memperoleh informasi struktur berdasarkan meniskus akut mungkin disebabkan oleh mikrofrakturyang
densitas proton dalam jaringan dan hubungan proton ditemukan bersama-sama. Ketika m ikrofraktu r menyembu h,
ini dengan lingkungan terdekatnya. MRI dapat memberi nyeri hilang walaupun robekan meniskus masih ada.
penekanan pada jaringan atau status metabolik yang Penemuan ini mempunyai pengaruh penting dalam
berbeda-beda. Dengan perkataan lain, pencitraan yang pengobatan. lni juga membantu menerangkan mengapa
berbeda dapat diperoleh dari tempat anatomi yang sama MRI lutut pada usia tua sering menunjukkan robekan
dengan mengubah parameter tertentu. meniskus yang asimtomatik. Mikrofrakturjuga mempunyai
MRI relatif lebih mahal daripada pemeriksaan hubungan erat dengan cedera ligamen.
pencitraan lain, terutama karena harga peralatan dan Setelah foto polos, MRI merupakan cara yang bagus
waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan. untuk memelajari tulang belakang dan isinya, seperti pada
Di masa depan, perlu dipertimbangkan pengurangan kasus tersangka herniasi diskus intervertebralis, terutama
sekuens pencitraan sehingga dapat menurunkan pada pasien muda karena tidak menimbulkan ionisasi.
biaya pemeriksaan. Juga perlu dikembangkan sekuens MRI merupakan sarana terbaik untuk mendiagnosis
pencitraan yang lebih cepat, yang dapat mengurangi osteonekrosis. Osteonekrosis dapat menyerupai penyebab
waktu dan biaya MRl, di samping memungkinkan studi lain nyeri sendi, terutama sendi panggul. pada masa
dinamika gerakan sendi. awal penyakit, foto polos tidak menunjukkan kelainaru
MRI bebas dari bahaya ionisasi akibat radiasi, suatu MRI juga merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi
keuntungan besar dalam memeriksa bagian sentral luasnya neoplasma jaringan lunak dan tulang, dan telah
tubuh dimana pemeriksaan radiologi menimbulkan menggantikan CT-scon dalam hal ini, meskipun foto
dosis radiasi yang tinggi. Meskipun demikian, ada juga polos tetap merupakan cara terbaik untuk meqdiagnosb
beberapa bahayanya. Medan magnet yang kuat dapat tumor tulang. CT-scan mungkin juga bermanfaat dalam
menggerakkan obyek metal seperti logam asing dalam mengidentifikasi karakteristik kalsifikasi matriks yang aka
mata, menyebabkan gangguan alat pacu jantung, membantu diagnosis jenis tumor.
memanaskan bahan logam sehingga menimbulkan luka MRI sensitif terhadap adanya infeksi tulang karene
bakal dan menarik bahan logam ke dalam magnet. Bahan perubahan sinyal sumsum tulang. lni merupakan pilihan
Iogam yang berdekatan dengan medan magnet juga yang baik untuk mengevaluasi daerah tertentu yang
dapat memengaruhi kualitas pencitraan MRl. Karena itu, diduga terkena osteomielitis, meskipun rodionuclide bor-
operator MRI harus menyaring pasien dan pengunjung scon lebih disukai untuk penilaian proses hematogerft
lain dengan teliti. Kadang-kadang penderita kurang cocok yang multifokal. MRI juga dapat mengidentifikasi abser
dengan gadolinium, suatu bahan kontras yang digunakan jaringan lunak.
pada pemeriksaan MRl. Selain itu, pasien perlu dilengkapi Kelainan gtot seperti robekan dan memar dapt
dengan proteksi telinga karena pengaktifan medan diidentifikasi dengan MRl. Aktivitas masing-masing obt
magnet menimbulkan bising. selama gerakan sendi dapat dipelajari dengan
Struktur jaringan lunak sendi seperti meniskus dan perubahan sinyal yang terjadi selama aktivitas otot.
ligamen krusiatum lutut dapat diperlihatkan dengan jelas. merupakan pemeriksaan terpilih untuk
Jaringan sinovium juga dapat dilihat, terutama dengan osteokondritis disekans, jika kita ingin mengetahui
menggunakan bahan kontras paramagnetik intravena sebuah fragmen tulang terlepas atau tidak.
seperti gadolinium. Demikian juga kelainan lain seperti Perubahan rawan sendi dapat dilihat dengan
efusi sendi, kista poplitea, ganglioma, kista meniskus dan Tetapi harus diingat bahwa penemuan kelainan
bursitis dapat dilihat dengan jelas dan intergritas tendon hanya bermanfaat secara klinis jika hal inl
RADIOGRAFI MUSKULOSKELETAL 359

pengobatan yang diberikan. Pengobatan medi kamentosa seperti 99m technisium metilen difosfot (99mTc MDP)
biasanya diteruskan sampai diperlukan penggantian sendi, untuk pemindaian tulang, 99mTc sulphur col/oid untuk
yang dapat didiagnosis dengan foto polos biasa. pemindaian sumsum tulang, galium silral (67Go citrate)
MRI menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dan lekosit yang diberi Iabel dengan lndium (1111n-lobeled
dengan radiografi konvensional dan pemeriksaan klinis WBCs) berguna untuk mengevaluasi berbagai macam
dalam mengevaluasi AR awal. MRI sanggup memerlihatkan kelainan muskuloskeletal. Biaya pemeriksaannya hampir
sinovitis inflamatif dengan atau tanpa kontras. MRI dapat sama dengan CT-scan dan dosis radiasinya sebanding
menemukan erosi tulang pada AR awal sebelum erosi ini dengan pemeriksaan CT-sco n abdomen.
terlihat pada radiografi konvensional. Edema sumsum Sintigrafi tulang yang negatif dapat mengeksklusi
tulang merupakan penemuan penting lain dari MRI yang artritis aktif pada penderita dengan poliartralgia persisten.
berkaitan dengan artritis inflamatif dan diduga merupakan Di samping itu, sintigrafi merupakan cara yang nyaman
pendahulu erosi tulang. lnformasi berharga yang diberikan untuk menelisik seluruh tulang dalam hal luas serta
MRI ini dapat digunakan untuk memperbaiki ketepatan distribusi penyakit sendi. Kekurangan utamanya ialah
diagnosis, memperkirakan prognosis dan memantau bahwa bone scon dengan 99mTc-MDP tetap positip dalam
efektivitas pengobatan dalam praktik klinik. jangka waktu lama setelah sinovitis mereda dan hasilnya
Dalam waktu dekat diperkirakan MRI akan berperan tidak spesifik
penting sebagai petanda prognosis danjuga sebagai alat Beberapa teknik baru sintigrafi seperti rodiolobeled cell
pengukur luaran dalam penanganan AR. Tetapi, untuk determinant 4 (CD4), E-selectin ontibodies, cytokines, and
rnencapai keadaan ini diperlukan pengembangan lebih somotostatin receptor imaging, a nd 99mTc-im m u noglobu lin
lanjut dalam hal studi longitudinal dan standardisasi G (lgG) scintigrophy sedang diteliti kegunaannya
protokol scanning MRl, nomenklatur dan sistem skor agar untuk menilai aktivitas penyakit. Laporan sementara
rryroducible dan dapat dipercaya. menunjukkan bahwa dibandingkan dengan bone scan
Penerapan klinis lain MRI pada artritis inflamatif yang konvensional, sintigrafi 99mTc-lgG lebih spesifik dalam
telah digunakan secara luas ialah untuk mengevaluasi mendeteksi aktivitas sinovitis dan dapat membedakan
berbagai komplikasiyang mungkin timbul akibat penyakit berbagai derajat aktivitas penyakit pada AR.
atau pengobatannya, seperti robekan tendon, fraktur Sintigrafi cukup sensitif untuk menemukan banyak
rninimal, osteonekrosis, dan kompresi batang otak atau proses penyakit, dan seluruh tubuh dapat diperiksa
sumsum tulang belakang. sekaligus. Tetapi teknik ini tidak spesifik karena sejumlah
Pada saat ini kekurangan utama MRI ialah biayanya proses penyakit dapat menyebabkan akumulasi
yang tinggi dan ketersediaannya yang masih terbatas. radionuklid. Jika terdapat daerah dengan ambilan
frt{Rl memerlukan waktu pemeriksaan yang lebih lama (uptoke) yang meningkat, Sering diperlukan pemeriksaan
dibandingkan dengan sebagian besar modalitas pencitraan tambahan seperti pemeriksaan. radiologik untuk
ilain Pasien harustidak bergerak selama prosedur pemindaian meningkatkan spesivisitas guna mengidentifikasi jenis
lkarena gerakan akan membuat kualitas gambaran yang kelainan. Pada situasi klinis dimana kelainan tulang
dperoleh kurang baik. MRI dikontraindikasikan pada pasien tidak jelas, pemindaian tulang mungkin berguna untuk
dengan alat pacu jantung, implan koklear; dan benda asing menyingkirkan penyakit.
(trlfaokular atau ditempat lain. Sendi yang mengalami proses inflamasi atau
Pada keadaan tertentu, MRI merupakan pilihan pertama degeneratif menunjukkan uptoke yang meningkat
yg cost effecfive dalam menilai sendi lutut dimana diduga dan dapat memetakan luas penyakit dalam 1 kali
hrdapat kerusakan internal, karena artroskopi terbukti tidak pemeriksaan. Secara umum hal ini tidak selalu berguna,
ffiu pada sebagian besar kasus. tetapi mungkin bermanfaat pada keadaan tertentu.
Misalnya pada pasien dengan artritis inflamasi dan
kelainan yang luas pada pemeriksaan radiologik. sintigrafi
SIilTIGRAFI dapat rqembantu menentukan daerah dimana terdapat
inflamasi aktif. Pemindaian tulang merupakan pilihan
Feranan sintigrafi dalam evaluasi berbagai macam yang masuk akal untuk penemuan dini osteonekrosis jika
hlainan sendi masih terbatas. Sintigrafi dengan 99m tidak ada MRl. Pemindaian tulang juga dapat mendeteksi
k4iphosphonofes merupakan cara yang lebih sensitif cedera akibat stres, seperti avulsi tendon, fraktur akibat
unhrk menemukan penyakit sendi inflamatif dibandingkan stres, dan shin splints yang kadang-kadang menyerupai
dengan radiog rafi konvensional. keluhan artritis.
Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk melihat Dalam hal penilaian fraktur minimal tulang dan
@ keterlibatan sendi dan keadaan aktivitas penyakit. nekrosis avaskular tulang terkait penyakit sendi, MRI l"ebih
Sh,ntigrafi setelah pemberian intravena beberapa bahan sensitif dan spesifik dibandingkan dengan bone scon.
360 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

UTTRASONOGRAFI USG tidak memiliki gambaran potong lintang yang


lengkap untuk menentukan orientasi, sulit bagi orang
Perkembangan mutakhir teknologi US telah memperluas yang tidak hadir pada waktu pemeriksaan dilakukan
penera pan US muskuloskeletal. Ditemukannya tro nsd ucer menginterpretasikan hasil pemeriksaan orang lain.
lineor resolusi tinggi telah memungkinkan pencitraan Pada beberapa pusat pemeriksaan telah terbukti
panorama tendon, otot, dan pembuluh darah. Pencitraan bahwa USG dapat mendeteksi robekan rototor cuff
3 dimensi memungkinkan multiplonor reformotting, dengan tepat. Hasilnya juga baik dalam mengevaluasi
memungkinkan visualisasi optimal pada bidang tertentu penumpukan cairan seperti efusi sendi, kista poplitea
yang mungkin tidak dapat dicapai secara langsung. dan ganglioma, sehingga dapat dipakai untuk menuntun
Keuntungan US adalah sifatnya yang noninvasif, aspirasi cairan sendi maupun ditempat lain. Tendon yang
mudah dibawa, relatif murah dan tidak ada radiasi. terletak superfisial seperti tendon Achiles dan patela dapat
Kelemahan utamanya ialah bahwa gelombang US tidak diperiksa untuk kemungkinan adannya robekan.
dapat menembus tulang; atas dasar alas an ini,tulang dan USG sangat baik untuk membedakan tromboflebitis
siruktur dibawah tulang tidak dapat dilihat. Disamping dengan pseudotromboflebitis. Dengan teknik reol-time
itu, evaluasi struktur intraartikular menjadi terbatas, dan penekanan, trombosis vena dan kista poplitea dapat
bergantung kepada tercapai tidaknya struktur tersebut diidentifikasi.
oleh berkas sonografi. Hanya sebagian rawan sendi, USG tampak menjanjikan untuk evaluasi osteoporosis.
jaringan sinovium dan ligament intraartikular yang dapat Hantaran gelombang melalui tulang memberikan informasi
diperiksa. tentang struktur mikrotrabekula yang berkaitan dengan
Salah satu penerapan US muskuloskeletal yang telah kekuatan tulang, tetapi tidak dapat dinilai langsung
digunakan secara luas ialah dalam evaluasi robekan rototor dengan teknik radiografi. lnformasi ini saling melengkapi
cuff. Setiap tendon yang terletak pada tempat yang dapat dengan informasi tentang komposisi mineral tulang dalam
diakses oleh berkas US dapat diperiksa terhadap robekan, mengevaluasi risiko fraktur pada penderita. USG juga telah
tenosinovitis dan subluksasi atau dislokasi. Kesanggupan US dipakai untuk menilai sifat permukaan rawan sendi-
untuk memeriksa secara reol-time memungkinkan evaluasi
dinamika tendo.
Karena cairan merupakan penghantar baik untuk ARTROGRAFI
suara/gelombang, penumpukan cairan seperti kista Baker;
bursitis dan ganglion dapat dilihat dengan mudah melalui Pada artrografi, materi kontras yang radioopak disuntikkan
US. US juga dapat memberikan panduan untuk melakukan kedalam sendi, kadang-kadang disertai udara (double-
aspirasi, biopsi dan suntikan intraartikular obat anestetik controst arthrogrophy) untuk,melihat batas-batas/tegi
atau steroid. struktur intraartikular dan kapsul sendi. Dahulu, artrografi
Potensi penerapan US dalam evaluasi AR telah mulai sering digunakan untuk mengevaluasi jejas rawan
dimanfaatkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa sistem sendi, meniskus, ligamen dan rototor cuff, serta sebagai
skoring dalam penilaian sinovitis penderita AR berdasarkan pemeriksaan penunjang pada monoartritis. Pada.masa
suatu reference atlos mempunyai nilai intra dan interroter sekarang. prosedur ini telah digantikan oleh modalita
reliobility yang tinggi. pencitraan lain lain, terutama MRl.
US Doppler dengan atau tanpa kontras merupakan Biaya pemeriksaan lebih mudah daripada CT-scu
metode yang potensial untuk menilai aktifitas sinovitis atau MRI dan dapat dilakukan jika tersedia fluoroskoli
pada AR dengan jalan mengukur perubahan vaskularisasi Tetapi kemungkinan masuknya bakteri ke dalam send
membran sinovium. Juga telah diperlihatkan efikasi US atau adanya reaksi terhadap bahan kontras atau anesterl
resolusi tinggi dalam menemukan erosi tulang pada sendi lokal harus dipertimbangkan, meskipun komplikasi infr
kecil penderita AR awal. sangat jarang.
USG memberikan informasi unik dengan menimbulkan Salah sgtu alasan utama melakukan artrografi ial*
, gambaran berdasarkan lokasi interface akustik dalam untuk memeriksa struktur dalam sendi seperti menishc
jaringan. Relatif murah, mudah didapat dan bebas dari sendi lutut yang tak dapat dilihat dengan pemeriksam
bahaya radiasi. Resolusi spatial sama dengan CT-scon radiologi konvensional. Sekarang struktur ini sudah dapfl
dan MRl, bergantung kepada transducer. Tetapi resolusi dilihat secara non-invasif dengan MRl. Meskipun
dibatasi oleh dalamnya jaringan yang diperiksa. Resolusi masih ada hal tertentu yang memerlukan artrografi.
jauh lebih baik pada jaringan superfisial. Artrografi konvensional - menggunakan
Salah satu kekurangan USG ialah ketergantungannya kontras yang mengandung yodium, baik sendiri
kepada operator. Seorang peneliti tidak selalu dapat dikombinasikan dengan udara - dapat dengan
mengulang hasil pemeriksaan peneliti lain. Karena mendeteksi robekan lotal rotator cuff. CT-scon
RADIOGRAFI MUSKULOSKETETAL 361

ditambahkan pada artrogram udara-kontras (artrografi beda. Dari nilai konsentrasi materi dan pengaruhnya
CT), memberikan hasilyang sangat baik untuk memelajari terhadap pengurangan CT dibuat sebuah kurva standa[
labrum glenoidalis yang sebanding dengan - atau niungkin dan kemudian densitas tulang pada setiap lokasi yang
lebih baik daripada - MRl. disidik ditentukan dengan merujuk ke kurva standar. Biaya
Artrogram lutut dapat memastikan diagnosis kista pemeriksaannya sedang dan dosis radiasi cukup rendah,
poplitea dan memungkinkan dilakukannya suntikan meskipun tidak serendah DEXA. Keuntungan teknik ini
steroid pada waktu yang sama. Teknik ini merupakan ialah dapat mengevaluasi bagian tengah vertebra karena
pengganti yang tepat untuk mengevaluasi meniskus korteks dan bagian posterior vertebra tidak diukur. Bagian
pada penderita klaustrofobia atau penderita yang ukuran trabekular lebih cepat terpengaruh dibandingkan dengan
badannya menyebabkan pemeriksaan MRI tidak mungkin korteks pada waktu terjadi kehilangan massa tulang.
dilakukan.
Artrografi pergelangan tangan sangat baik untuk
mengevaluasi integritas fibrokartilago trianguler; ligamen ANGIOGRAFI
'antara os skafoid dan os lunatum serta ligamen antara os
lunatum dan os trikuetrum. Dalam keadaan ini, sebagian Angiografi berguna dalam mendiagnosis penyakit
besar klinikus lebih menyukai artrografi daripada MRl. reumatik dimana terdapat komponen vaskular. Pada
Artrografi MRI dilakukan dengan mengembangkan sendi poliarteritis nodosa, adanya aneurisma kecil yang multipel
bahu memakai bahan kontras larutan encer Gadolinium. pada arteri viseral yang berukuran sedang merupakan
Teknik ini telah dipelajari dengan mendalam dan mungkin gambaran yang penting. Pada lupus eritematosus sistemik,
meningkatkan ketepatan diagnosis robekan labrum angiografi mungkin bermanfaat dalam mendiagnosis
glenoidalis dan rotator cuff. keterlibatan susunan saraf pusat.
Artrografi dengan kontras digunakan untuk Biaya angiografi lebih tinggi daripada MRI dan
memastikan lokasi jarum intraartikuler setelah aspirasi merupakan prosedur invasif. Sebaiknya hanya dilakukan
cairan sendi dari sendi yang diduga terinfeksi. Artrografi pada situasi tertentu dim"ana cara lain tidak dapat
rnerupakan satu-satunya cara yang dapat diandalkan memberikan data diagnostik yang diperlukan.
untuk memastikan asal spesimen.
Teknik pencitraan lain yang kadang-kadang dipakai
misalnya :

1. Sialografi : untuk memerlihatkan pengaruh sindrom


DENSITOMETRI TULANG sika terhadap kelenjar ludah dan membedakannya
dengan sumbatan mekanlk akibat batu kelenjar
Densitometri tulang digunakan terutama untuk
ludah.
mengevaluasi osteoporosis. Dua teknik yang akurat
2. Tenografi : untuk memerlihatkan ruptur tendon atau
dan telah dipergunakan secara luas ialah duoL-energy
massa akibat hipertrofi sinovium. .
x-roy obsorptiometry (DEXA) dan quontitotive computed
3. M ielog rafi, radi ku log rafi, os ce nd ing lu m ba r ve no g ro p hy,
tomogrophy (QCI).
dan diskografi: untuk menilai nyeri pinggang atau
DEXA menggunakan berkas sempit sinar-X yang
penyakit reumatik pada vertebra serfikal.
rnengubah energi. Sebuah reseptor yang sensitif
4. Termografi : dasarnya ialah pancaran panas infra-
rnendeteksi fraksi sinar-X yang melintasi tubuh, yang
merah dari kulit di atas tulang dan sendi. Aktivitas
anenghasilkan profil jumlah radiasi yang didefleksi kan oleh
sinovitis dan respons terhadap pengobatan dapat
llrbuh. Karena karakteristik absorpsi tulang dan jaringan
dilihat dan diukur.
unak tidak sama pada tingkat energi sinar x yang berbeda-
heda, jumlah radiasi yang diabsorpsi oleh tulang dapat Teknik ini juga dapat digunakan untuk menyelidiki
dihitung. Dari hasil ini, jumlah tulang pada jalur sinar x aliran darah perifer yang berkurang misalnya pada
pada setiap titik sepanjang penyidik dapat ditentukan. fenomena Raynaud dan peningkatan aliran darah pada
DEXA relatif murah dan radiasinya rendah. Jadi tulang, miialnya pada penyakit Paget.
ltnnerupakan pilihan yang baik untuk pemeriksaan yang
lharus diulang-ulang. Setiap bagian tubuh dapat diperiksa.
lblah dibuat nilai standar untuk vertebra lumbal dan PEMI LIHAN PEMERI KSAAN PENCITRAAN
oegian proksimal femur, yang merupakan bagian yang
oaling banyak dipelajari. Hampir semua pemeriksaan pencitraan sebaiknya dimulai
QCT menyidik beberapa vertebra lumbal bersama- dengan foto polos. Sering pemeriksaan foto polos ini
sarna dengan sebuah fantom yang berisi materi yang saja sudah cukup. Jika diperlukan informasi diagnostik
Mane-equivalenf dengan konsentrasi yang berbeda- lain yang mungkin akan mengubah tindakan klinis, MRI
362 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

sering merupakan pilihan kedua. Dalam banyak kasus, REFERENSI


hasil pemeriksaan MRI harus dikorelasikan dengan foto
polos karena MRI tidak dapat memerlihatkan kalsifikasi Bellamy N, Buchanan IArW : Clinical evaluation in the rheumatic
diseases.In Koopman WJ (Ed.) Arthritis and allied conditions
atau erosi ringan pada korteks.
A textbook of Rheumatology. 13n ed., Williams and Wilkins,
Penelitian MRI akhir-akhir inl menunjukkan bahwa Baltimore, 1997,Yo1.I, Ch. 3, p 47-70.
sering terdapat kelainan anatomi yang tidak berkaitan Katthagen B-D: Ultrasonography of the shoulder. Thieme Med
dengan keluhan. Karena itu gejala klinis dan kelainan Publ Inc., New York, 1990.
Marcelis 9 Daenen B, Ferrara MA: Peripheral Musculoskeletal
pencitraan harus dinilai bersama-sama. Pemeriksaan Ultrasound Atlas. (Edited by Dondelinger RF), Thieme Med
pencitraan sebaiknya tidak di laku kan, kecuali jika mereka Publ Inc., New York, 1996.
mempunyai potensi untuk menjawab pertanyaan klinis. Peterfy CG, Genant HK : Magnetic resonance imaging in arthritis.
DalamKooprnanwl (Ed.) Arthritis and allied conditions - A
Pada kebanyakan kasus, pemeriksaan pencitraan yang
textbook of Rheumatology. 13" ed., Williams and Wilkins,
biayanya murah sudah dapat memberikan informasi yang 1997,Baltimore, Vol. I, Ch. 6,p115-1.49.
diperlukan untuk mengambil keputusan klinis. Jika foto Resnic D, Yu IS, Sartoris D : Diagnostic tests arrd procedures in
polos bahu memerlihatkan subluksasi kaput humeri ke atas rheumatic diseases - Imaging. DalamKelley WN et al (Eds.)
Textbook of rheumatology. 5n ed., WB Saunders Co., 1997,
dan menyentuh bagian inferior akromion, klinikus dapat Vol. 1, Sec. V, C!l.. 42, p 626-86.
memastikan - tanpa pemeriksaan MRI - bahwa rototor Scott Jr VVW : Imaging techniqtes. DalamKlippel |H (Ed.) Primer
cuff lelah robek dan atrofi. Foto lutut anteroposterior on the Rheumatic Diseases. Arthritis FoundatiorL Atlanta
GA" 11s ed, 1997, p "106-15.
dan posteroanterior (fleksi) dalam keadaan berdiri baru Van Holsbeeck M, Introcaso lH : Musculoskeletal Ultrasound.
dapat memerlihatkan kelainan jika rawan sendi sudah Mosby-Year Book, Inc., St. Louis, 1991.
habis, tetapi tidak dapat memerlihatkan erosi minimal Hammer HB, Bolton-King R Bakkeheim P, et al. Examination o{
yang tampak pada MRl. intra and interrater reliability with a new ultrasonographic
reference atlas for scoring of synovitis in patients with
Akhirnya, sangat penting bagi klinikus untuk bekerja rheumatoid artfuitis. Arur Rheum Dis 2011,;70(11\:1995-8.
sama dengan ahli radiologi untuk memutuskan dengan
tepat apa yang diharapkan dari pemeriksaan pencitraan,
lalu menetapkan pemeriksaan apa yang dipilih untuk
memperoleh informasi tersebut. MRI dapat memberikan
banyak informasi dari beragam struktur, sehingga
pemeriksaan MRI secara mendalam mungkin tepat pada
penyakit sendi yang membingungkan. Pada situasi lain,
pemeriksaan MRI standar atau pemeriksaan pencitraan
lain yang lebih sederhana mungkin dapat memberikan
informasi diagnostik yang spesifik dalam waktu yang lebih
singkat dengan biaya yang lebih murah.
44
PEMERIKSAAN DENSITOMETRI TUTANG
Bambang Setiyohadi

(Isteoporosis adalah kelainan skeletal sistemik yang lebih gelap. Pada tulang yang mengalami demineralisasi,
ftandai dengan compromised bone strength sehingga gambarannya akan lebih gelap mendekati gambaran
tdang mudah fraktur. Osteoporosis merupakan keadaan jaringan lunak. Walaupun demikian, dibutuhkan kehilangan
lmrg sering didapatkan karena setelah menopause, massa tulang minimal 3Oo/o agar didapatkan gambaran
tGorang wanita akan kehilangan hormon estrogen di yang jelas pada pemeriksaan radiologik konvensional.
drlam tubuhnya dan proses resorpsi tulang menjadi tidak Karena metode ini tidak sensitil maka dikembangkan
Eftendali dan tidak dapat diimbangi oleh proses formasi metode pengukuran secFra radiologik, yaitu dengan
tulang. Di Amerika, 44 juta penduduknya mengalami cara o bso rpsio metri ro diog rofik (fotode nsito metri) dan
@oporosis atau densitas massa tulang yang rendah. rodiogrometri. Pada teknik absorpsiometri radiografik,
(lsteoporosis merupakan keadaan yang serius karena keabu-abuan gambaran radiografik dikalibrasi dengan
*an mengakibatkan fraktur dan meningkatkan angka menggunakan potongan alu munium atau hidroksiapatit
nprbiditas dan mortalitas. Diagnosis osteoporosis yang berbentuk baji yang diletakkan di permukaan film
tmgat mudah dilakukan, yaitu dengan cara mengukur dan difoto bersama dengan objeknya. Sedangkan teknik
frrsitas massa tulang (Bone Minerot Density, BMD) dan radiogrametri mengukur ketebalan korteks tulang pada
iosteoporosis akan dapat dideteksi lebih dini sebelum film, biasanya diambil tulang-tulang tangan, humerus
lftaktur terjadi. Pengobatan osteoporosis juga tersedia atau radius. Yang tersering diambil adalah pada mid-
hgkap saat ini yang dapat menurunkan risiko fraktur metakarpal ll.
rnpai50%. Single Energy Densitometry. Teknik ini menggunakan
Densitometri tulang merupakan teknik non-invasif
gelombang radiasi yang melalui lengan bawah distal
1rg dapat mengukur kepadatan tulang. Ada bermacam- dan dibandingkan antara radiasi yang dipancarkan
Itrrcam teknik densitometri mulai dari yang sederhana
oleh alat (radiasi insidens) dengan radiasi yang keluar
rnpai yang canggih. Saat ini yang banyak digunakan setelah melalui objek (disebut radiasi tarnsmisi) sehingga
dalah teknik Duol X-ray Absorptiometry (DXA).
didapatkan penipisan radiasi (atenuasi) karena diserap oleh
obyek tersebut. Makin tinggi mineralisasi tulang, makin
besar atenuasinya. Densitas massa tulang diukur dengan
TEXNIK DENSITOMETRI
cara membagi bone content (sesuai dengan atenuasi)
dengan area tulang yang diukur. Walaupun demikian, cara
$cbelum membicarakan DXA secara lebih detil, ada
ini memiliki beberapa kelemahan, misalnya :
lidknya dibicarakan dulu berbagai teknik densitometri
scara garis besar yang meliputi teknik radiografik, single
1. Teknik ini membutuhkan isotop radioaktif sebagai
sumber radiasi yang harganya mahal dan dapat
swgy densitometry, du ol energy densitometry, quantitative
menghasilkan eror pada pengukuran bila sumber
wnp ute d t o m o g ra p hy, d an q u o n t itotive u lt r a so u n d.
tersebut diganti. Karena itu, teknik ini disebut juga
tfodk radiografik. Berkembang sebelum densitometer Sing le P hoto n Ab so rptio m etry (SP A).
hantitatif berkembang seperti saat ini. Teknik ini 2. Teknik ini tidak praktis, karena objek yang akan diukur
mmbandingkan gambaran tulang pada film radiografik harus direndam dalam air dengan tujuan untuk
1mg lebih terang dibandingkan dengan sekitarnya yang menghilangkan absorpsi radiasi pada jaringan lunak

363
364 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DATAM

yang akan mengganggu pengukuran densitas tulang. yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
OIeh sebab itu, teknik ini hanya dapat mengukur densitas Balikpapan, dan Makassar. DXA merupakan baku emas
tulang perifer; seperti lengan bawah distal atau tumit untuk pengukuran BMD yang dapat mengukur tulang-
dan tidak dapat digunakan untuk mengukur densitas tulang sentral (aksial) yang meliputi tulang belakang dan
tulang aksial. femur proksimal; serta tulang-tulang perifer seperti lengan
Dengan berkembangnya teknik radiologik, maka bawah, bahkan dapat mengukur BMD seluruh tubuh
penggunaan isotop sebagai sumber radiasi akhirnya
(total body). Data epidemiologik osteoporosis dengan
diganti dengan sinar-X dan teknik ini disebut Sin gle X-ray menggunakan DXA juga sudah banyak dipublikasikan
Absorptiometry (SXA). dan secara in vitro diketahui berkorelasi baik dengan
kekuatan tulang. Tujuan pengukuran BMD adalah untuk
Dual Energy Absorptiometry. Menggunakan 2 energi mendiagnosis osteoporosis, memprediksi risiko fraktur
radiasi sehingga pengaruh jaringan lunak dapat dieliminir. dan memonitor terapi.
Semula sumber energi yang digunakan adalah isotop Pada pengukuran BMD dengan DXA, akan didapatkan
sehingga teknik ini disebut Dua Photon Absorptiometry nilai BMD areal (dalam satuan gr/cm2), T-score dan Z-score.
(DPA), kemudian sumber energinya diubah menjadi sinar-X T-score adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan
dan teknik ini disebut Duol X-roy Absorptiometry (DXA). rerata BMD orang muda normal dan dinyatakan dalam
Teknik DXA inilah yang saat ini banyak digunakan, karena skor simbang baku; sedang Z-score membandingkan nilai
dapat mengukur densitas tulang di daerah lumbal, femur BMD pasien dengan rerata BMD orang seusia pasien, juga
proksimal, lengan bawah, dan bahkan seluruh tubuh (fofal dinyatakan dalam skor simpang baku.
body). D engan perkem ba ngan teknolog i, d i gu nakan tekni k Pada pengukuran BMD spinal (tulang belakang).
fan beom geometry yang dapat meningkatkan waktu maka semua L1 -14 harus diukur rerata BMDnya, kecuali
sconning. bila terdapat perubahan struktur atau artefak pada ruas
ntitative Com p uted To m og ro p hy (QCT), m e ru pa ka n vertebra yang bersangkutan. Dalam hal ini, gunakan 3
Qu a
satu-satunya teknik non-invasif yang dapat mengukur ruas vertebra bila 4 ruas tidak nlungkin, atau 2 ruas bila 3
densitas tulang secara 3 dimensi. Hasil dari teknik QCT ruas tidak mungkin, tetapi tidak dapat diukur bila hanya
adalah densitas volumetrik (dalam gram/cm3). QCT digunakan 1 ruas vertebra. Selain itu, pengukuran spind
sangat baik digunakan untuk mengukur densitas tulang lateraljuga tidak dapat digunakan untuk diagnosis, kecuafi
belakang dan sementara ini belum dapat digunakan untuk pemantauan, karena memiliki presisi yang lebih
untuk mengukur area yang lain. Walaupun demikian, QCT buruk dibandingkan dengan BMD spinal PA, tetapi memiliki
membutuhkan radiasi yang besar dibandingkan dengan respons yang baik terhadap pengobatan. Pada penyakit
DXA, karena DXA hanya membutuhkan radiasi 1-5 mSV degeneratif (osteoartritis) lumbal.atau adanya fraktur pada
sedangkan QCT membutuhkan radiasi sampai 60 mSv. ruas-ruas tulang lumbal, akan menyebabkan BMDnya
lebih tinggi, sehingga dalam hal ini ruas-ruas lumbal yang
Qu a ntitotive U ltro sound (QU S). Den ga n me n g g u na kan mengalami penyakit degeneratif atau mengalami fraktrr
teknik ultrasonografik, dapat diukur densitas tulang, tetapi tidak dapat ikut dinilai untuk mendiagnosis osteoporosb.
terbatas pada tulang-tulang perife; misalnya tumit, jari Beberapa artefak lain yang juga dapat mengganggu
atau lengan bawah. Walaupun demikian, sampai saat penilaian BMD spinal adalah kalsifikasi aorta, laminekton{,
ini tidak jelas, struktur tulang yang mana yang diukur fusi spinal, kontras gastrointestinal, tablet kalsium, batr
dengan teknik ini, mungkin ukuran trabekula atau ukuran ginjal atau kandung empedu, kalsifikasi pankreas, alat-
kristal atau struktur lainnya. Walaupun teknik ini sangat alat metal yang diimplan ke dalam tubuh, kancing ba!1
menjanjikan karena ukurannya yang kecil, waklu scanning dompet, perhiasan, dan lain sebagainya.
yang relatif cepat dan tidak ada radiasi, tetapi presisinya Pada BMD panggul, dapat dipilih apakah akan diular
buruk dan akurasinya juga diragukan bila dibandingkan sisi kiri atau kanan, karena tidak ada perbedaan Blr,fil
dengan teknik sinar-X, sehingga sementara ini hanya yang bermakna. Dari ROI ini yang dapat digunakan untt
digunakan untuk penapisan massal dan belum digunakan diagnosis adalah BMD yang terendah dari femorot ng,
untuk patokan terapi. totol proximol femur, atau trokanter. Ward's area lid*.
boleh digunakan untuk diagnosis osteoporosis karenr
akan didapatkan hasil positif palsu, karena area Wari
DXA pada hasil DXA hanya menunjukan area kecil di
femur yang terendah BMDnya dan tidak sesuai
DXA merupakan teknik BMD yang banyak dipakai secara
area Ward secara anatomis. Selain itu, BMD pada
luas. Di Amerika sendiri saat ini terdapat sekitar 10.000 oreo memiliki presisi dan akurasi yang buruk dan
alat DXA. Di lndonesia terdapat sekitar 15 alat DXA termasuk dalam kriteria WHO. Pengukuran rata-rata
DEM ERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG 365

:e-ggul kiri dan kanan juga tidak perlu dilakukan, karena


Tabel 3. Region of lnferesf (ROl)
":,k ada data yang menggambarkan rerata nilai tersebut
:: r baik untuk diagnosis osteoporosis. Bagian-bagian tulang yang diukur (Region of lnterest, ROI):
Secara rutin, untuk diagnosis osteoporosis cukup
1. Tulang belakang (11-14)

: :kukan BMD pada ROI spinal dan femur proksimal. 2. Panggul

i\= aupun demikian, bila kedua ROI tersebut tidak dapat


- FemoraL neck
- Totol femorol neck
: - ai atau pada keadaan sangat obes atau pada pasien - Trokanter
- :erparatiroidisme, dapat dilakukan pengukuran BMD 3. Lengan bawah (33% radius), bila :
:a:a lengan bawah. Berbeda dengan lumbal maupun - Tulang belakang dan/atau panggul tak dapat
':- rr proksimal, BMD lengan bawah merupakan prediktor diukur
,.": baik untuk menilai densitas tulang kortikal. Pada - Hiperparatiroidisme
;l rni, pilihlah ROI 33% radius (kadang-kadang disebut - Sangat obes
" : radius) pada lengan bawah non-dominan. Kriteria Dari ketiga lokasi tersebut, maka nilai l-score yang
,'--C tidak boleh digunakan untuk menilai BMD perifer; terendah yang digunakan untuk diagnosis osteoporosis
r
=:..;ali pada ROI 33% radius. BMD perifer juga tidak dapat

Tabel 4. Klasifikasi Diagnostik Osteoporosis (WHO study


Lbel 1. tndikasi Pemeriksaan BMD
group 1994)
" Perempuan berusia di atas 65 tahun
Klasifikasi T-score
' Perempuan pasca menopause berusia < 65 tahun
dengan faktor risiko Normal -1 atau lebih besar
. Laki-laki berumur 70 tahun atau lebih Osteopenia Antara -1 dan -2,5
. Orang dewasa dengan fraktur fragilitas
Osteoporosis -2,5 alau kurang
' Orang dewasa dengan risiko fraktur panggul,
misalnya tinggi badan > 5 ft 7 in, berat badan Osteoporosis berat -2,5 atau kurang dan fraktur fragilitas
< 127 lb, riwayat merokok, riwayat maternal dengan
fraktur panggul
' Orang dewasa dengan penyakit atau kondisi yang Tabel 5. Tindakan Berdasarkan Hasil I-score
berhubungan dengan densitas massa tulang yang
rendah atau kehilangan massa tulang, misalnya T-score Risikofraktur Tindakan
hiperparatiroidisme, sindrom malabsorpsi, > +1 Sangat rendah . Tidak ada terapi
hemigastrektomi, hipertiroidisme, dan sebagainya Ulang densitometri
. Orang dewasa yang minum obat-obatan yang potensial tulang bila ada indikasi.
menyebabkan densitas massa tulang rendah atau 0 s/d +1 Rendah Tidak ada terapi
kehilangan massa tulang, misalnya glukokortikoid, anti Ulang densitometri
konvulsan, heparinisasi kronik, dan sebagainya tulang retelah 5 tahun
' Setiap orang yang dipertimbangkan memerlukan terapi -1 s/d O Rendah Tidak ada terapi
farmakologik untuk osteoporosis Ulang densitometri
' Seseorang dalam terapi osteoporosis, untuk memantau tulang setelah 2 tahun
efek pengobatan -1 s/d -2,5 Sedang Tindakan pencegahan
' Seseorang yang terbukti mengalami kehilangan osteoporosis
massa tulang yang karena satu dan lain hal sehingga Ulang densitometri
tidak mendapatkan terapi, walaupun sesungguhnya tulang setelah 1 tahun
membutuhkan terapi <-2,5 Tinggi Tindakan pengobatan
tanpa osteoporosis
fraktur Tindakan pencegahan
Irbcl 2. T-score dan Z-score
dilanjutkan
BMD pasien - rerata BMD orang dewasa muda Ulang densitometri
1 SD rerata BMD orang dewasa muda tulang dalam 1-2 tahun
l,
<-2,5 Sangat tinggi Tindakan pengobatan
BMD pasien - rerata BMD orang seusia pasien dengan osteoporosis
-' xore =-------:------
1 SD rerata BMD orang seusia pasien
fraktur Tindakan pencegahan
r dilanjutkan
fir
'-score yang rendah (< -2,0) mencurigakan ke arah Tindakan bedah atas
*e.rungkinan osteoporosis sekunder, walaupun tidak ada indikasi
* t- pendukung. Selain itu, setiap pasien harus dianggap Ulang densitometri
-enderita osteop_orosis sekunder sampai terbukti tidak ada tulang dalam6 bulan -1
ll
:eryebab osteoporosis sekunder. tahun
366 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DATAM

digunakan untuk memantau hasil terapi, kecuali untuk fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
menilai risiko fraktur. berumur 50 tahun dengan T-score yang sama. Data risiko
ROI lain yang dapat dinilai pada pemeriksaan BMD fraktur pada orang berusia lanjut ternyata hampir sama
adalah total body. BMD fofol body sangat baik untuk pada semua lokasi tulang walaupun lokasi yang diukur
menilai tulang kortikal, karena 80% rangka manusia terdiri dan mesin yang digunakan berbeda. Oleh sebab itu,
atas tulang kortikal. Kadang-kadang BMD totol body juga hasil BMD yang rendah pada satu lokasi tulang sudah
digunakan untuk menilai komposisi tubuh, misalnya lean menunjukkan penurunan BMD pada tulang-tulang yang
body mass, persentase lemaktubuh. Dalam hal yang terakhir lain. Kekecualian hanyalah pada prediksi risiko fraktur
ini diperlukan piranti lunak yang khusus dan standardisasi panggul, karena yang nilai prediksinya paling tinggi hanya
tersendiri yang biasanya sudah disediakan oleh pabrik yang BMD pada femoral neck.
memproduksi mesin BMD yang bersangkutan. BMD totol Saat ini diketahui bahwa faklor kekuotan tulang
body juga menjadi pilihan ROI untuk menilai densitas tulang memegang peran yang sangat penting sebagai faktor
anak-anak di bawah umur 20 tahun, selain BMD lumbal. risiko fraktur akibat osteoporosis. Ada 2 variabel yang
' Nilai T-score -2,5 atau kurang, tidak selalu menunjukkan harus diperhitungkan yang menentukan kekuatan tulang,
osteoporosis, karena pada osteomalasia juga akan yaitu kuontitas tulang dan kuolitas tulong. Kuantitas tulang
memberikan hasil f-score yang rendah. Selain itu, meliputi ukurqn tulong dan densitas tulong, sedangkan
diagnosis osteoporosis juga dapat ditegakkan walaupun kualitas tulang meliputi bone turnover, arsitektur tulang,
T-score lebih besar dari -2,5, misalnya bila didapatkan akumulosi kerusakon tulong, derojot minerolisasi dan
fraktur vertebra atraumatik. Pada pengguna glukokortikoid kuolitos kolagen pada jaringan tulang tersebut.
jangka panjang (>6 minggu) atau dosis tinggi (dosis
prednison >7,5 mg/hari), maka terapi dapat dimulai bila
nilai l-score -1,5 atau lebih rendah. Selain itu nilai f-score DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS PADA PEREM PUAII
yang rendah juga tidak berhubungan dengan penyebab PRA.MENOPAUSAL, LAK!-IAKI, DAN ANAK-
osteoporosis, sehingga harus dilakukan evaluasi terhadap ANAK
kemungkinan adanya faktor risiko osteoporosis yang
mungkin membutu hkan penatalaksanaan tersendi ri. Setio p Kriteria klasifikasi diagnosis osteoporosis tidak dapd
pasien osteoporosis ho rus d io nggap mende rito osteoporosis digunakan untuk kelompok perempuan pramenopausC
sekunder sompoi dapat disingkirkon semuo kemungkinan sehat (umur 20 tahun sampai usia menopause), laki-lali,
penyebob osteoporosis yong diderita pasien, apologi bilo dan anak-anak.
didapatkon Z-score -2 otou lebih rendoh. Pada perempuan pra-menopausal, tidak ada daE
Mengapa untuk diagnosis osteoporosis digunakan hubungan BMD dengan risiko fraktur sebagaimaru
T-score dan bukan Z-score? didapat pada perempuan pasca menopause. Oleh seb$
Nilai f-score berhubungan dengan kekuatan tulang itu, adanya fraktur pada perempuan pramenopausd
dan risiko fraktur. Bila digunakan nilai Z-score untuk yang disertai BMD yang rendah sudah €ukup untr*
diagnosis osteoporosis maka akan didapatkan banyak mendiagnosis osteoporosis. Dalam hal ini, nilai Z,-sm
hasil negatif palsu walaupun terdapat fraktur fragilitas lebih memiliki nilai diagnostik daripada T-score. Selain'ru1
dan osteoporosis tidak akan makin meningkat dengan osteoporosis pada perempuan premenopausal juga dap{
bertambahnya umur. didiagnosis bila didapatkan BMD yang rendah dengn,
penyebab osteoporosis sekunder, misalnya penggun
steroid jangka panjang, pengguna anti konvulsail-
PREDIKSI RISIKO FRAKTUR hipogonadisme, hiperparatiroidisme, dan sebagainya-
Pada laki-laki yang berumur 65 tahun atau lebih atru
Sampai saat ini masih diperdebatkan, apakah BMD yang laki-laki yang berumur 50-64 tahun dengan faktor
rendah merupakan prediktor fraktur fragilitas yang osteoporosis, maka nilai f-score dapat digunakan
penting. Beberapa faktor risiko frakturyang lain yangjuga mendiagnosis osteoporosis dan osteoporosis
harus diperhatikan adalah tinggi badan >5 ft 7 in, berat bila didapatkan nilai T-score -2,5 atau lebih
badan <127 lb, merokok dan riwayat maternal dengan Pada laki-laki yang berumur 20-50 tahun atau
fraktur panggul. Setiap penurunan BMD 1 SD identik yang berumur 50-64 tahun tetapi tidak memiliki
dengan peningkatan risiko fraktur relatif sebesar 1,9-3,0. risiko osteoporosis, maka tidak dapat digunakan I.
Tetapi hal ini juga ditentukan oleh umur pasien, karena untuk mendiagnosis osteoporosis. Dalam hal ini,
ternyata umur di atas 60 tahun merupakan faktor risiko halnya dengan diagnosis osteoporosis pada
fraktur tersendirl yang tidak tergantung pada BMD. Pasien pramenopausal, dimana nilai Z-score lebih
berumur 80 tahun dengan T-score -1,9 akan memiliki risiko dengan risiko fraktur daripada nilai T-score.
EEM ERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG 367

:.Tikian, nilai-nilai ini masih memerlukan standardisasi risiko kehilangan massa tulang yang bermakna atau
::rh lanjut. Diagnosis osteoporosis pada laki-laki yang terdapat indikasi untuk terapi osteoporosis. Selain itu,
::'umur <50 tahun tidak dapat hanya didasarkan pada BMD serial juga dapat menilai respons terhadap terapi
- a; BMD. Bila didapatkan risiko osteoporosis sekunder osteoporosis. Dalam hal ini, pada pasien-pasien yang tidak
:::a laki-laki pada setiap umur, maka diagnosis memberikan respons yang baik terhadap pengobatan,
:::eoporosis dapat ditegakkan secara klinis. dapat dilakukan re-evaluasi terhadap terapi yang diberikan
Pada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan atau evaluasi terhadap kemungkinan adanya penyebab
=rg berumur <20 tahun, nilai f-score tidak dapat osteoporosis sekunder ya ng harus diterapi seca ra terpisah.
: :unakan untuk diagnosis osteoporosis, sebagai gantinya lnterval BMD serial tergantung pada keadaan klinik pasien.
: :.lnakan nilai Z-score. Selain itu, diagnosis osteoporosis Pada pasien yang baru mendapatkan terapi atau baru
:::a anak-anak tidak boleh hanya didasarkan pada nilai diubah terapinya, maka BMD ulangan dapat dilakukan
I'.'). Terminologi BMD rendah pada anak-anak ditetapkan setiap tahun dan bila hasilnya sudah menetap, maka dapat
: Z-score <-2,0. Selain itu ROI yang dianjurkan pada
a nilai dilakukan BMD serial tiap 2 tahun. Pada pasien-pasien
. -:k-anak adalah lumbal dantotal body. Penggunaan nilai dengan risiko kehilangan massa tulang yang besar; seperti
:'.') untuk prediksi fraktur pada anak-anak sampai saat pada pengguna steroid, maka BMD serial dapat dilakukan
- rrasih belum ditentukan. lebih cepat, misalnya setiap 6 bulan.
Untuk melakukan BMD serial, setiap Pusat BMD harus
menentukan Leost Significant Chonge (LSC). Selain itu,
tsMD SERIAL setiap pergantian sistem DXA atau perubahan operator
BMD, juga harus dihitung presisinya. Bila perubahan
i','-r- serial dilakukan untuk menentukan bilamana terapi BMD serial sama atau lebih dari LSC yang telah dihitung,
::::cporosis dapat dimulai pada pasien-pasien dengan maka perubahan tersebut dianggap bermakna. Pada BMD

ii

c
ii

tr
m

T,

IJ

,*
ns

tlu
Err
ile
rTri&
Gambar 1. Macam-macam alat densitometri
Ollri.

ad,
368 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

serial, yang dibandingkan adalah nilai BMD areal, bukan BMD yang meliputi ROl, BMD areal dalam gr/cmz,T-score,
nilai T-score. Selain itu, BMD yang dilakukan dengan alat Z-score, kriteria diagnostik WHO, risiko fraktur; anjuran
yang berbeda tidak dapat dibandingkan, karena mungkin evaluasi medik untuk mencari kemungkinan penyebab
berbeda sumber energinya, berbeda kalibrasinya, berbeda osteoporosis sekunder, anjuran untuk BMD ulangan
detektornya, dan berbeda ROlnya. berikutnya.
Pada pelaporan BMD glangan (serial) harus
dicantumkan ROI yang sebelumnya dan berikutnya yang
PELAPORAN BMD dibandingkan, nilai LSC di Pusat BMD tersebut, pelaporan
adanya perubahan yang bermakna atau tidak, baik dalam
Pelaporan hasil pemeriksaan BMD awal dan BMD ulangan g/cm2 maupun dalamTo, dan anjuran untuk pemeriksaan
berbeda dan harus diperhatikan baik oleh operato; analis BMD berikutnya.
yang mengevaluasi hasil BMD maupun dokter yang Selain itu, pada pelaporan BMDjuga dapat dicantumkan
membaca hasil BMD tersebut. rekomendasi untuk menyingkirkan kemungkinan etiologi
' Pelaporan BMD awal harus meliputi data demografik osteoporosis seku nder; evaluasi laboratorium, identifikasi
(umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan, berat badan), faktor risiko fraktur dan kehilangan massa tulang yang
dokter yang meminta pemeriksaan BMD dokter yang cepat, evaluasi radiologik, tindakan pencegahan umum
membaca hasil pemeriksaan BMD indikasi pemeriksaan, dan anjuran terapi.
status menopause pasien, alat BMD yang digunakan, hasil

Refuroxm: Lt-L;t
srs*&ffi Y* T-$core
1.SS *
1"e* l
1"1 t!
*!
a*r -2.
{*, -&
i
&.stt F*t
,& g* tffi'
z,* S *lS st* Gs &
*ffi&rffis}
:r ?'f
#-
qFEt'I
ufrrt** arFx**t.
(x} *€ffi
*.*r t.*1
"-tH*
Er &&*! s *3J & *3S
Ll &6t9 *.? -96 61 -3.{
*.3 &Sffi 5l -15 6i -3.6
L4 &S* 6f, -34 6S -3.8
r*-!-8 em* * "[,6 @ ,' 'Lr
ri+"3 *ffi s! -&s *r "*.*
Lr{4 *.6* 60 -t.7 @ +7
134.3 &SSE € -}'6 63 -3"6
r!-L* *,fie* $ _&6 S* *q7
6r -46 6r -L7

Gambar 2. Densitometri lumbal


}qETKSAAN DENSITOMETRI TULANG 369

l**Fer{ErffitEBffiy
R&rsxa: lht
Fin0 {$ffi YAT*Smra

20 ffi ,[8 f0 SS 7& & S0 i{!tr


Afi€(yedrB)

1T
lffi tf}'r*trfi|
!ryn! _ (|r#l t*I [ri] tFfr**
s&. *.xs fi$ "*0rE
-rs s6 -r"s
ffi EJ43 6' ,1"S ffi .Lg
Trodr 0-ffi6 7E -r-7 F6 "tr.?
ffirt t"st
Iioh, {L79r ffi -r'I 8? -rS

Crnbar 3. Densitometri panggul

ftdar*rtct: Radfuel'r$
8*iS furnmT YAT*Sficrs
T,
1
s
*I
-2
-B
*4
"s
4
:7
*
w 30 40 $0 $tI 7s ffi s.1*0
age [Yearu]

,
ti& ?sslr.{d[fr fip*lleH
frdEa tn Gk* S}L, Ttnr.c (q*! I"fo,r
*a*$ u0 a.n2 61 -3,8 63 -t5
t nNtt 0.165
f,a&E33qe S,& ?t a-7 v4 .2.4
tlfrlr 339G 0"556
rnfi$D 6.210 :...
ro& 3BS& 0,5It
*il&*T# 0,3S 68 -3"4 m -3.1
{.*rsTffi O"{}5
EetllYffia $syt ::::
Embar 4. Densitometri lengan bawah
370 RADIODIAGNOSTIK PENYAKIT DALAM

REFERENSI

Bonnick SL. Bone Densitometry in Clinical Practice: Application


and Interpretation. New Jersey,Humana Press ,1998, .
Bonnick SL, Faulkner KG, Miller PD, McClung MR. ISCD
Certification Course Clinical Track: Learning o$ectives, Core
teachingpoints andsuggested readings. Intemational society
of Clinical Densitometry, 2000.
Faulkner KG. Clinical Use of Bone Densitometri. In: Marcus &
Feldmari D, Kelsey ] (eds). Osteoporosis, vol Z 2nd edition.
San Diego, Academic Press, 2001.p.433-58.
Kanis ]A. Assessment of fracture risk: who should be screened ?
In: Favus MJ et a1 (eds). Primer on the Metabolic one Diseases
and Disorders of Mineral Metabolism. 5th ed. Washington
DC ,American Society of Bone and mineral Research,
2003.p.31,6-22.
Miller PD, Bonnick SL. Clinical application of bone densitometry.
In: Favus M et al (eds). Primer on the Metabolic one Diseases
and Disorders of Mineral Metabolism. 4th ed. Washington
DC,American Society of Bone and mineral Research,
1999.p.152-9.
BIB 5
ENDOSKOPI
l

Esofogogostroduo-

Pemeriksoon Endoskopi
Soluron Cerno 374
Ekokordiogrofi
Tronsesofogeol (ETE) 380
' Bronkoskopi3S3

Ev ol u ofion of Swo/lowing
(FEES) 39I
Artroskopi3gT
"':Ultrosonogrofi
Endoskopik 402

llmu PHlYAltlrllAmm Edisi Yt2014


45
ESO FAGO GASTRO DU O D EN O SKO PI
Ari Fahrial Syam

PENDAHULUAN sejak saat itu berbagai penelitian melaporkan efektivitas


penggunaan endoskopi melalui transnasal tersebut.
Femeriksaan esofagogastroduodenoskopi (EGD) Berbagai kelemahan dari skup yang kecil ini diupayakan
merupa[an pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk untuk diperbaiki terutama mengenai kemampuan untuk
mengevaluasi saluran cerna atas. Dengan pemeriksaan melakukan biopsi dengan skup yang diameternya lebih
EGD kita dapat melihat secara detail struktur mukosa kecil. Sampai pada akhirnya alat EGD yang saat ini ada
saluran cerna khususnya saluran cerna atas. dipasaran mempunyai kualitas lebih baik dan mampu
Berbagai kelainan yang dapat ditemukan pada mengambil hasil biopsi walaupun menggunakan skup
pemeriksaan EGD antara lain adanya mukosa yang yang kecil dengan cukup adekuat.2
hiperemis, erosi, ulserasi; dan berbagai bentuk tumor dari
polip kecil, polip sesil, polip bertangkai sampai kanker.
Besar kecilnya varises dapat dinilai baik pada esofagus TEKNIK MELAKUKAN EGD
dan gaster. Adanya perubahan anatomi berupa stenosis
atau penyempitan juga dapat dinilai. Tujuan pemeriksaan EGD adalah untuk melihat lumen
Tindakan esofagogastroduodenoskopi (EGD) saluran cerna atas dan d36rah sekitarnya melalui skup
merupakan tindakan yang aman walaupun pernah endoskopi. Pemeriksa harus melihat dengan jelas dan
dilaporkan komplikasi serius pada tindakan tersebut mengetahui arah dari skup tersebut. Posisi pasien pada
antara lain aspirasi pada saat terjadinya perdarahan waktu dilakukan endoskopi adalah pada posisi miring
saluran cerna atas, perforasi pada esofagus, gaster serta sudah terpasang mouthpiece dan penydngga gigi
atau duodenum pada endoskopi terapeutik. Selain itu sehingga skup tidak tergesek dengan gigi saat masuk.
perlu juga menjadi perhatian adanya efek samping Pada saat sudah melalui lidah dan menuju hipofaring
penggunaan sedasi berupa gangguan kardiovaskuler posisi ujung skup tetap berada di tengah menuju sfingter
selama tindakan EGD.1 krikofaringeal. Kemudian pasien diminta untuk menelan
Saat ini ada 2 macam pendekatan pemeriksaan dan diharapkan ujung skup akan meluncur ke esofagus
EGD yaitu melalui transnasal atau melalui transoral. proksimal. Biasanya para endoskopis akan memilih untuk
9erbedaan mendasar dari kedua pemeriksaan ini adalah mengontrol endoskopi (antara lain tombol udara, air
pemeriksaan EGD pada teknik transoral skup masuk dan penghisap) dalam satu tangan yaitu tangan kiri.
rnelalui rongga mulut sedangkan pada teknik transnasal Sedangkan tangan kanan akan mengarahkan masuknya
skup masuk melalui lubang hidung. Oleh karena itu skup dan mengendalikan arah skup ke kanan dan ke kiri
rnaka skup untuk transnasal mempunyai diameter jauh atau ke atas dan ke bawah.3
lebih kecil dibandingkan skup yang dari mulut. Dengan Setelah skup melewati esofagus (biasanya esofagus
dnameter yang lebih kecil maka skup transnasal ini leblh berada 20-40 cm dari gigi insisivus) selanjutnya skup
nyaman dibandingkan skup yang biasanya digunakan menuju gaster. Pada saat masuk gastel udara diinsuflamasi
untuk EGD. ke dalam gaster sehingga struktur dapat terlihat dengan
Pendekatan pemeriksaan endoskopi melalui transnasal jelas. Skup kemudian diarahkan menuju korpus, antrum
pertama kali diperkenalkan oleh Shaker tahun 1994, dan kita dapat mengamati pilorus. Pilorus diperhaiikan

37t
372 ENDOSKOPI

apakah membuka dan menutup atau tetap terbuka KONTRA!NDIKASI ESOFAGOGASTRO DUO-
(pyloric gopping). Setelah itu skup diarahkan menuju DENOSKOPI
duodenum, bulbus, post bulber dan duodenum pors
desendens. Kemudian skup ditarik kembali menuju gaster Kontraindikasi tindakan EGD antara lain infark miokard
dan dilakukan posisi U turn yaitu ujung skup diputar akut, serangan asma bronkial akut, gagaljantung kongestif
180 derajat. Posisi retrofleksi ini bertujuan untuk melihat berat serta keadaan hemodinamik tidak stabil.
fundus dan kardia gaster. Salah satu kelebihan dari Secara umum kontraindikasi pemeriksaan EGD
endoskopi adalah kita bisa melakukan biopsi, dimana transnasal lebih sedikit. Pasien dengan gagal jantung
forsep biopsi akan masuk melalui chonnel biopsi. relatif dapat dilakukan EGD transnasal. Pasien juga
tidak terlalu traumatik saat dilakukan pemeriksaan EGD
tra nsnasa l.
I NDI KASI ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI Esofagogastroduodenoskopi transnasal tidak diindikasi
untuk evaluasi perdarahan saluran cerna atas. Seperti yang
BeLierapa indikasi pemeriksaan EGD yaitu dispepsia (baik telah disebutkan di atas karena diameter yang kecil maka
berupa nyeri ulu hati maupun gejala mual dan muntah), otomatis saluran untuk penghisap (suction)juga kecil
disfagia, refluks esofagus/GERD, evaluasi adanya tumor sehingga tidak dapat digunakan untuk evakuasi darah.
baik yang ditemukan saat pemeriksaan fisik maupun
berdasarkan hasil evaluasi radiologi, evaluasi drug
induced injury, evaluasi benda asing, evaluasi ulkus
Dispepsla :atzu r-efluk'ebofagus yarig t'rdiildrespons dengan
peptikum serta evaluasi hematemesis melena. (lihat
Obat, ::,r, ..,:::.a1., .: ,i :. :..,1;.' ::.:: ::::r:':: :':: ,:'
tabel l)a Mual dan muntah yang persisten.
Selain untuk pemeriksaan diagnostik, EGD Disfagia dan odinofagia.
juga dapat digunakan untuk tindakan terapeutik; Hematemesis atau melena.
antara lain ligasi varises esofagus, sklerosing varises Cep;t (enya ng, ata!, qnorelsla dengaq, pgn*r.q,na:I
.berat
esofagus/fundus/kardia. Dengan EGD kita juga dapat badan.
melakukan penyuntikan adrenalin, kliping, koagulasi Nyeri dada tanpa kelainanjantung.
Defisiaiisi, heii engan'fi asil trif6nsf kOpi :ntirinb l.'r
baik dengan heot probe maupun dengan argon plasma, "
Riwayat Menelan zat kaustik.
esofagogastroduodenoskopi juga dapat digunakan untuk
Curiga malabsorbsi (untuk biopsi usus halus).
melakukan tindakan bedah minimal seperti polipektomi, Gagal terjadinya penurunan berat badan atau kenaikan berat
endoscopic mucosol resection (EMR) dan ju ga endoscopic badan kembali setelah operasi obesitas.
submucosql disection (ESD). Selain itu EGD juga dapat Evaluasi abnormalitas dari pemeriftsaan barium meoL
digunakan untuk melakukan dilatasi esofagus (baik Lesi berbentuk massa.
dengan balon maupun dengan businasi), dilatasi stenosis Fold atau lekukan yang abnormal.
pilorus dan juga pemasangan stent baik pada esofagus Ulkus besar pada esofagus dan gaster.
maupun duodenum. Deformitas atau jaringan parut pada
Berbeda dengan pemeriksaan EGD transoral, EGD
transnasal mempunyai indikasi yang lebih terbatas. Hal
ini disebabkan karena skup yang digunakan lebih kecil
sehingga terdapat keterbatasan untuk melakukan evakuasi
darah atau sisa makanan.
Beberapa indikasi pemeriksaan endoskopi transnasal
yaitu dispepsia (baik berupa nyeri ulu hati maupun
gejala mual dan muntah), disfagia, refluks esofagus/
:j' *
GERD, evaluasi adanyatumor baik yang ditemukan saat
pemeriksaan fisik maupun berdasarkan hasil evaluasi
radiologi.
.,.,'*3
Selain untuk pemeriksaan diagnostik, endoskopi
,:,,,td
transnasal ini dapat digunakan untuk pemasangan noso
gostric fube (NGT) melalui endoskopi dengan diameter
Ii
,,, {
skup yang lebih kecil. Adanya stenosis atau penyempitan '{
rI

lumen yang tidak dapat dilalui oleh skup dengan diameter -t


10 mm yang biasa terdapat pada EGD transoral dapat .{I
dijangkau dengan skup transnasal.
i
EOFAGOGASTRODUODENOSKOPI 373

Jika dipaksakan tentu akan terjadi penyumbatan. Efek samping yang dapat terjadi melalui pemeriksaan
Adanya masalah pada rongga hidung seperti polip transnasal ini adalah timbulnya epistaksis walaupun efek
yang besar atau mukosa hidung yang rapuh dan mudah samping yang terjadi ini ringan. Dengan mengistirahatkan
berdarah merupakan hal yang tidak memungkinkan pasien maka epistaksis dapat berhenti spontan.
untuk dilakukan tindakan endoskopi melalui transnasal
ini. Kegagalan yang sering terjadi dalam melakukan
pemeriksaan endoskopi transnasal ini antara lain kesulitan PENUTUP
saat skup ini melalui rongga hidung karena adanya
perubahan anatomi dari rongga hidung tersebut. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas
(esofagogastroduodenoskopi/EGD) merupakan
pemeriksaan utama untuk mengevaluasi adanya kelainan
PENGALAMAN TEKN I K TRANSNASAL pada mukosa saluran cerna atas. Selain untuk tujuan
diagnostik, EGD dapat digunakan juga untuk terapeutik
Saat ini alat EGD sudah tersedia di beberapa RS di Jakarta. dan tindak lanjut pengobatan.
Sampai saat ini sudah puluhan kasus saluran cerna atas
kami evaluasi dengan pemeriksaan transnasal.
Dibandingkan dengan EGD transoral, pemeriksaan REFERENSI
EGD transnasal ini tetap dapat mengevaluasi mukosa
dan struktur saluran cerna atas, serta mengidentifikasi 1. Thompson AM, Wright DJ, Murray W, Ritchie GL, Burton
HD, Stonebridge PA: Analysis of 153 deaths a{ter upper
nrises esofagus, erosi, hiperemis dan ulkus peptikum gastrointestinal endoscopy: room for improvement? Surg
dengan jelas. Endosc.2004;18;22:5
Kelebihan EGD transoral dibandingkan dengan 2. Shaker R. Unsedated transnasal pharhyng-
ooesophagogastroduodenoscopy (T-EGD): technique.
EGD transnasal, pasien biasanya merasa lebih nyaman
Gastrintest End osc. 1994;40:346-8.
selama dilakukanya pemeriksaan. Bahkan karena skup Tytgat G]. Upper Gastrbintestinal Endoscopy. In: Yamada
ini melalui lubang hidung, pasien dapat berbicara dan T, Alpers DH, Kaplowitz N, et a1., eds. Textbook of
berkomunikasi dengan pemeriksa selama tindakan Gastroenterology. 4th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams and Wilkins; 2003
dilakukan. Hal ini tidak mungkin dilakukan jika kita 4. Morrissey JF, Reichelder{en M. Gastrointestinal endoscopy.
rnenggunakan EGD transoral. Selama tindakan pasien juga N Engl I Med. 199L;3'25:1'143.
fidak memerlukan sedasi sehingga efek samping yang 5. Al-Karawi MA,SanaiFM, Al-Madani A, KfoqyH, Yasawy M,
Sandokji A. Comparison of peroral versus ultrathin transnasal
lisa timbul akibat penggunaan sedasi tidak terjadi karena errdoscopy in the diagnosis of upper gastrointestinal pathology.
selama pemeriksaan endoskopi transnasal ini pasien tetap Annals S Medic ne 2W PQ:32A3O.
dalam keadaan sadar. MurataA, AkahoshiK StimidaY, Yamamoto H. Nakamura K
Nawata H. Prospective randomized trial of transnasal versus
Penelitian yang dilakukan oleh Murata dkk, melibatkan
'!24 pasien dimana 64 pasien dilakukan EGD transoral dan peroral endoscopy using an ultrathin-videoendoscope in
unsedated patients. I Gairoenterol FIep'atol. 2007;24:482-5..
50 pasien sisanya dilakukan EGD transnasal membuktikan 7. Campo & Monsterrat A" Brullet E. Transrrasal gastroscoPy
bahwa pasien yang menjalani teknik transnasal merasa compared to converrtional gastroscopy: a randomi2ed study of
feasibfity, safety and tolerance. Endoscopy . 1998;N:44&52.
hbih nyaman dibandingkan dengan teknik transoral. 6
Kelebihan lain EGD transnasal selain kenyamanan bagi
gasien, risiko tersedak dan kerusakan alat akibat tergigit
irga dapat dihindari. T
Biopsi merupakan hal penting yang perlu dilakukan
selama tindakan EGD jika memang ada indikasi. Tindakan
ttiopsi terutama ditujukan untuk mengambil sampel
t*rpsi untuk pemeriksaan kuman H.pylori. Sampai sejauh
iri sampel yang diambil melalui saluran (chonnel) biopsi
fiaskup EGD transnasal cukup adekuat untuk dinilai oleh
*dipatologi. Halinijuga dibuktikan oleh penelitian yang
dlakukan oleh Al Karawi dkk, yang membandingkan hasil
hiopsi pasien yang dilakukan melalui transnasal dengan
mlalui oral. Ternyata pemeriksaan dengan EGD transnasal
dapat dilakukan secara sukses baik untuk pemeriksaan
fiagnostik maupun untuk pengambilan sampel untuk
ryaluasi histopatologi.
46
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
SALURAN CERNA
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN DEFINISI

Pemeriksaan endoskopi pada awalnya merupakan Endoskop yaitu suatu alat yang digunakan untuk
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis memeriksa organ di dalam tubuh manusia visual dengat
kelainan-kelainan organ di dalam tubuh. Bidang ilmu cara mengintip melalui alat tersebut (rigid/fiber-scopQ
gastroenterologi dan hepatologi berkembang sangat atau langsung melihat pada layar monitor (skop Evis).
pesat dengan ditemukannya alat endoskopi, terlebih sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapil
dengan ditemukannya alat endoskop lentur (flexible dilihat dengan jelas.
endoscope/fiberscope) dan video endoscope (skop Evis). Pemeriksaan endokopi adalah pemeri ksaa n penu njarg
Dengan ditemukannya skop lentur pandang samping yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosir
(side view) dapat dilakukan pemeriksaan endoscopic kelainan-kelainan organ di dalam tubuh antara lain salun
retrogrode cholongioponcreotography (ERCP) untuk cerna, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdome4
mendiagnosis kelainan bilier, dan pankreas. Untuk
mendiagnosis kelainan hati, peritoneum, dan rongga Esofagoskopi yaitu pemeriksaan endoskogi
abdomen dikembangkan pemeriksaan peritoneoskopi. untuk mendiagnosis kelainan di esofagus.
Perkembangan mutakhir terbaru, untuk memeriksa yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendi
kelainan di usus halus telah ditemukan dan dikembangkan kelainan di gaster/lambung. Duodenoskopi
pemeriksan endoskopi yang tidak menggunakan selang pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis
endoskop tetapi dengan kapsul, sehingga disebut di duodenum. Enteroskopi yaitu pemeriksaan e
endoskopi kapsul. untuk mendiagnosis kelainan di usus halus.
Dengan pemeriksaan endoskopi ini kelainan-kelainan yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendi
di saluran antara lain esofagus, gaster, duodenum, kelainan di kolon/usus besar. Endoskopi kapsul
jejunum, ileum, kolon, saluran bilier, pankreas, dan pemeriksaan endoskopi menggunakan en
hati dapat dideteksi lebih mudah dan tepat. Dalam berbentuk kapsul untuk mendiagnosis kelainan di
perkembangannya, selain digunakan untuk diagnostik, halus.
alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik t
antara lain skleroterapi/ ligasi varises, hemostatik
perendoskopik pada perdarahan akut, terapi laser, JENIS ENDOSKOPI
polipektomi perendoskopik pada perdarahan akut,
skleroterapi atau ligasi hemoroid, sfingterotomi papila . Endoskopi kaku ( rigid scope)
vateri, ekstraksi batu bilier perendoskopik waktu ERCp, . Endoskopi lentur (fiber cope)
pemasangan stenf bilier/pankreas waktu ERCB dilatasi . Video endoscope (Evis scope)
stenosis saluran cerna dan lain sebagainya. . Endoskop kapsul (capsule endoscope)

374
HERIKSAAN ENDOSKOPI SATURAN CERNA 375

SEJARAH ILMU ENDOSKOPI SALURAN CERNA diagnostik dan terapeutik dilaporkan pertama kali oleh
Lesmana L dkk. Terapi Laser parendoskopi dikembangkan
Seiarah di Luar Negeri pertama kali oleh Daldiyono H. Ligasi varises esofagus
. Periode l, yaitu periode endoskop kaku atau straight dilaporkan oleh Hermono H dan dan Rani AA. Ligasi
rigid tubes, antara tahun 1795-1932. ganda varises esofagus dilaporkan oleh Hermono H
. Periode ll, yaitu periode setengah lentur atau dan Simadibrata M. Tindakan Percutoneus Endoscopic
semiflexible tube endoscopy, anlara tahun 1932- Gastrostomy (PEG) dilakukan oleh Hermono H dan
'1958. Chudahman Manan.
. Periode lll , yaitu periode endoskop lentur atau flexible Pemeriksaan usus halus proksimal dan ileum terminal
endoscope, yang diawali pada tahun 1958. Sejak itu dengan kolonoskop pediatrik yang dimodifikasi dan
perkembangan endoskopi maupun gastroenterologi kolonoskopi panjang dikembangkan Simadibrata M sejak
terasa sekali sangat pesat. tahun 1997.
Sejak ditemukannya endoskop serat optik, diproduksi Sesudah itu pemeriksaan enteroskopi (push
enteroskop serat optik yang panjang yang dapat enteroscopy) untuk pemeriksaan usus halus secara lengkap
llga
rnemeriksa kelainan-kelainan di usus halus. Beberapa mulai dilakukan dan dikembangkan Bambang Handana
senter di Jepang mengawali pemeriksaan push enteroscopy dkk di Jakarta
nnenggunakan enteroskop tersebut untuk memeriksa usus Endoskopi kapsul mulai diperkenalkan dan dilakukan
halug yang lalu diikuti oleh beberapa negara maju lainnya. di Jakarta lndonesia sejak tahun 2004, yang digunakan
Setelah era video endoskopi, enteroskopi diproduksi untuk memeriksa kelainan-kelainan di usus halus.
ssuai sistem video endoskopi. Akhir-akhir ini di Jepang
dibuat lagi enteroskop memakai balon yang disebut l

fuuble bolloon enteroscope untuk memeriksa kelainan JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SATURAN'
usrs halus. CERNA BAGIAN ATAS
Sejak tahun 2000 ditemukan dan dikembangkan
pemeriksaan endoskopi kapsul tanpa selang dan tanpa Diagnostik
kabel, menggunakan kapsui endoskop yang digunakan . Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsi.
nrrtuk memeriksa kelainan usus halus. . Jejunoskopi dan biopsi
. Enteroskopi dan biopsi
teiarah di Dalam Negeri . Endoskopi kapsul
gerkembangan endoskop di lndonesia hampir mirip
dengan perkembangan di luar negeri, yaitu juga diawali Terapeutik
dengan endoskop kaku. . skleroterapi dan ligasi varises esofagus
Endoskop kaku yang pernah dipakai yaitu . skleroterapi histroakril varises limbung
rektosigmoidoskop yang semula banyak dipakai di bidang . hemostatik endoskopik perdarallan non varises.:
bedah. Pang pada tahun 1958 memelopori penggunaan adrenalin + etoksisklerol, berryplost, koagulasi elektrik
@raskop kaku di lndonesia. Endoskop setengah lentur bipolor probe, endosclips dan lain-lain.
pertama kali pada tahun 1967 digunakan di lndonesia oleh . polipektomi polipesofagus-gaster-duodenum
Srmadibrata. Selanjutnya dilaporkan hasil pemeriksaan . endoscopic mucosol resection (EMR)
gastroskop lentur (Olympus GTFA) oleh Supandiman d . terapi laser untuk tumor, perdarahan dan lain-lain.
Bandung (tahun 1971). Sejak itu makin banyak laporan . dilatasi esofagus: dengan busi Hursf atau Sovory-
hasil pemakaian endoskop lentur di lndonesia, apalagi Guillard
setelah didirikan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal . pemasangan stent esofagus
flndonesia (PEGI) pada tahun 1974 yang diketuai oleh . pemasangan percutaneus endoscopic gostrostomy
Fang. (PEG)
Kolonoskopi lentur digunakan pertama kali sejak . pe?nasangan selang makanan/NGT-flocore per-
Oktober 1973 oleh Hilmy dkk. Tindakan polipektomi endoskopik
endoskopk juga dilaporkan Hilmy dkk tahun 1978.
Skleroterapi endoskopik juga sudah dikembangkan di
lndonesia dilaporkan pertama kali oleh Hilmy dkk (1984). JEN!S PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Femasangan prostesis esofagus pertama kali dilaporkan CERNA BAGIAN BAWAH
Smadibrata R. Tindakan dilatasi esofagus dengan Savary
dilaporkan oleh Rani AA dan Chudahman Manan dkk. Diagnostik
Endoscop ic Retrog ra d e Ch olo n g io Pa n ue atog ra phy (E RCP) . Enteroskopi dan biopsi
376 ENDOSKOPI

. Kapsul endoskopi Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri


. lleo-kolonoskopi & biopsi epigastrium, muntah-muntah) yang pada pemeriksaan
. Rektosigmoidoskopi & biopsi radiologis tidak didapatkan kelainan.
. Anoskopi Bila pemeriksaan radiologis mencurigai suatu kelainan
misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada
Terapeutik esofagus; indikasi endoskopi untuk memastikan
. skleroterapi dan ligasi hemoroid lebih lanjut lesi tersebut dan membuat pemeriksaan
. hemostatik endoskopik perdarahan non varises: fotografi, biopsi, atau sitologi.
adrenalin + aethoxyscerol, berryplost, electric Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan
coogulation, bipolar probe, endosclips dll. pemeriksaan endoskopi secepatnya dalam waktu 24
. polipektomi polip kolon jam untuk mendapatkan diagnosis sumber perdarahan
. endoscopic mucosol resection (EMR) yang paling tepat.
. terapi laser untuk tumo1 perdarahan dll. Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang
. . dilatasi striktur/ stenosis kolon diperlukan juga untuk memantau penyembuhan tukak
. pemasangan sfent kolon yangjinak dan pada pasien-pasien dengan tukak yang
dicurigai kemungkinan adanya keganasan (deteksi dini
karsinoma lambung)
ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIO Pada pasien pasca gastrektom i den gan gejala/kel u ha n
PA N C R EATO G RA P H Y (E RC P) saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan
endoskopi karena interpretasi radiologis biasanya
Diagnostik sulit; iregularitas dari lambung dapat dievaluasi paling
Melihat duktus bilier, sistikus, kandung empedu dan baik dengan visualisasi langsung melalui endoskopi.
duktus pankreatikus Pasien sindrom dispepsia dengan usia lebih dari 45
tahun atau di bawah 45 tahun dengan "tanda bahaya",
Terapeutik pemakaian obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)
. pemasan gan stent bilier dan sfenf pankreas dan riwayat kanker pada keluarga. yang dimaksud
. sfingterotomi atau papilotomi endoskopik dengan tanda bahaya yaitu muntah-muntah hebat
. ekstraksi batu atau cacing dari saluran empedu. demam, hematemesis, anemia, ikterus dan penurunan
. pemasan gan nosol bitiory drainoge (NBD) berat badan.
. Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan
selang makanan (nasogost,ric fube), dilatasi pada
PERITONEOSKOPI stenosis esofagus atau akala3ib, dan sebagainya.

Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBA:


Diagnostik 1. Kontraindikasi absolut : '
. melihat kelainan peritoneum dan hati - pasien tidak kooperatif atau menolak prosedr
pemeriksaan tersebut setelah indikasinya
Terapeutik dijelaskan secara penuh.
. untuk mengambil batu kandung empedu dan - Renjatan berat karena perdarahan dan sebab
kolesisektomi dikembangkan tindakan laparaskopik lain.
kolesisektomi yang memakai peralatan peritoneoskopi - Oklusi koroner akut
tersebut. - Gagaljantung berat
- Koma
- Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat
INDIKASI DAN KONTRAINDIKAST ENDOSKOPI . Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan
SALURAN CERNA endoskopf harus ditunda dulu sampai keadaan
penyakitnya membaik.
lndikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian 2. Kontraindikasi relatif :
atas (SCBA): - Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aore,
. Untuk melihat langsung abnormalitas yang didapatkan aritmia jantung berat.
pada pemeriksaan radiologis yang meragukan atau - Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osfeqft
tidak jelas, atau untuk menentukan dengan lebih beor pada tulang servikal, struma besar. pade
pasti/ tepat kelainan radiologis yang didapatkan pada keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi fuanrr
esofagus, lambung -atau duodenum dilakukan dengan hati-hati dan "halus,,.
]ETERIKSAAN ENDOSKOPI SATURAN CERNA 377

- Pasien gagaljantung . Kehamilan trisemester pertama, penyakit peradangan


- Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis, panggul.
kolesistitis). . Penyakit anal atau perianal akut.
- Pasien anemia berat misal karena perdarahan, . Dugaan perforasi kolon atau belum lama menjalani
harus diberi transfusi daiah terlebih dulu sampai operasi kolon.
Hb sedikitnya 10 gldl. . Aneurisma aorta abdominal atau aneurisma iliakal.
- Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai . Nyeri perut, demam, distensi perut dan adanya
hipertdnsi berat atau kejang-kejang. penurunan tekanan darah sewaktu pembersihan
- Pasien pascabedah abdomen yang baru. kolon.
- Gangguan kesadaran.
lndikasi pemeriksaan ERCP :
- Tumor mediastinum. . lkterus dengan penyebab tidakjelas.
ftdikasi pemeriksaan endoskopi kapsul: . Batu saluran empedu.
. Perdarahan saluran cerna atas dan bawah yang . Keganasan pada sistem hepatobilier dan pankreas.
disebabkan kelainan usus halus . Pankreatitis kronik.
. Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus . Tumor pankreas, termasuk kista.
fontra indikasi pemeriksaan endoskopi kapsul:
. Diabetes mellitus, dengan nyeri perut dtau berat
. Obstruksi saluran cerna
badan menurun, untuk menyingkirkan pankreatitis
. Stenosis/ striktur saluran cerna
atau karsinoma.
. Divertikel duodenum sekitar papil.
lndikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian . Metastasis tumor ke sistem bilier atau pankreas.
hrah (SCBB): . Nyeri perut bagian atas, tanpa kelainan pada pankreas,
. Mengevaluasi kelainan yang didapat pada hasil lambung, duodenum dan hati.
pemeriksaan enemd barium misal striktur, gangguan . Gallstoneponkreotitisn
pengisian (filling defect) menetap.
. Perdarahan rektum yang tidak dapat diterangkan
Kontraindikasi pemeriksaan ERCP :

penyebabnya. Selain itu bila darah samar positif atau


. Sesuai dengan kontraindikasi pemeriksaan endoskopi
SCBA.
perdarahan nyata, indikasi mutlak kolonoskopi.
- Penyakit radang usus besar (Crohn, kolitis ulserosa,
. Keadaan umum lemah atau buruk.
. Alergi kontras yodium.
kolitis mikroskopik)
. Keganasan dan polip dalam kolon (ditegakkan dengan lndikasi pemeriksaan laparaskopi/ peritoneoskopi:
biopsi histopatologi) . Memeriksa hati dan melakukan biopsi terpimpin pada
. Evaluasi diagnosis keganasan rektum atau kolon yang penyakit yang diduga setempat.atau difus, termasuk
ditegakkan sebelu mnya. evaluasi filling defect pada pemeril5saan pencitraan
. Kolonoskopipascabedah;evaluasianastomosis. hati dan limpa.
. Surveilens, pada kelompok resiko tinggi (misal . Memeriksa kandung empedu untuk kernungkinan
pada kolitis ulseratif) dan pemanlauan sesudah penyakit atau pembesaran yang disebabkan oleh
pembuangan polip atau kanker. penyumbatan pada duktus koledokus.
. Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pengambilan . Menetapkan etiologi tumor abdomen.
benda asing, dan lain-lain . Menilai kemungkinan operasi pasien tumor ganas dan
. Penelitian evaluasi penyakit kolon pada pasien dengan menentukan adanya metastasis.
anemia yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, . Menetapkan etiologi asites, terutama yang resisten
penurunan berat badan, adenokarsinoma metastatik terhadap pengobatan.
dengan lesi primer yang kecil. . Evaluasi nyeri abdomen yang gambaran klinisnya tidak
bfiraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBB:
jela; termasuk nyeri daerah pelvis yang mungkin
. Setiap proses peradangan akut dan berat seperti disebabkan radang. Atau penyakit lain atau adhesi
dengan peritoneum atau organ iain.
kolitis ulseratif penyakit Crohn atau kolitis iskemik,
kolitis radiasi. Pada keadaan akut dan berat dapat
. Evaluasi organ dalam pelvis.
timbul perforasi.
. Menentukan stadium penyakit Hodgkin dan limfoma
. Divertikulitis akut dengan gejala-gejala sistemik. Nyeri
lain.

hebat pada abdomen, peritonitis (bahaya perforasi). Kontraindikasi pemeriksaan peritoneoskopi:


- lnfark jantung baru dan gangguan kardiopulmoner . Kelainan pembekuan darah
berat. . Pasien tidak kooperatif
378 ENDOSKOPI

. Penyakit kardiopulmoner berat HASIT PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN


. Asites yang amat besar CERNA DI RSUPN-CIPTO MANGUNKUSUMO
. Hernia diafragmatika atau dinding abdomen
. Obstruksi usus Dari kasus-kasus dispepsia yang dilakukan pemeriksaan
. Keadaan obesitas berat endoskopi SCBA didapatkan kelainan yang sering yaitu
. Pemeriksa yang belum memiliki pengalaman gastritis diikuti gastritis erosil duodenitis. Dari kasus-
kasus perdarahan SCBAyang dilakukan pemeriksaan EGD
Penyulit Komplikasi didapatkan penyebab yang sering yaitu pecah varises
esofagus diikuti kombinasi kelainan SCBA, gastritis erosif,
1. Pemeriksaan endoskopi SCBA :
gastropati hipertensi portal.
- Reaksi terhadap obat-obatan: koma karena Kelainan yang sering ditemukan pada pemeriksaan
diazepam, gangguan pernapasan. kolonoskopi yaitu hemoroid diikuti, polip, kolorektal, kolitis
- Pneumonia aspirasi i nfektif, kanker kolorektal.

- Perforasi Hasil pemeriksaan endoskopi tersebut dapat dilihat


Perdarahan pada tabel 1,2, dan3.
- Gangguankardiopulmoner
- Penularan infeksi
- lnstrumentoLimpoction.
2. Pemeriksaan endoskopi SCBB:
- Gangguan kardiovaskuler dan pernapasan
Persentase(%)
- Perforasi kolon
,28
Normal
- Perdarahan
Gastritis 29
- Reaksi vasovagal
Gastritis erosive 15,67
- Distensipascakolonoskopi Duodenitis 7,,67
- Flebitis Esofagitis s,83 ,

- lnfeksi Gastritis refluks empedu 4,5


- Volvulus Tukak duodenum 3,5
- Efek samping biopsi : perforasi, perdarahan, Tukak lambung 2,2 '

infeksi dll. Gastropati hipertensi portal 1',2


Tumor gaster 1

3. Pemeriksaan ERCP : Sliding hernia 0;66


- perdarahan Kandidiasis esofagus 0,5 ,

- perforasi Tumor esofagus t'l


Atrofi gaster "1
- pembentukan kista submukosa duodenum a
Dikutip dari Daldiyono H
- infeksi : kolangitis supuratif akut, kista pankreas
terinfeksi, sepsis, pankreatitis akut.
- Sepsis dan kematian.

La paraskopi/peritoneoskopi :
- Yang berhubungan dengan pneumoperitoneum Jenis Penyakit Persentase (%)
(emfisema subkutan-mediastinum, perdarahan Pecah varises esofagus 27,2
tempat sayatan, pneumotoraks, renjatan, henti Kombinasi kelainan-kelainan 22,1
jantung, tertusuknya organ dalam abdomen, Gastritis erosif 19,0
Gastropati hipertensi portal 11,7
emboli udara, nyeri abdomen dan bahu, hernia
Ulkus duodenum 5,7
diafragmatika atau dinding abdomen).
Ulkus oaster 5,5
- Yang berhubungan dengan laparaskopi (nyeri Pecah varises lambung 1,8
waktu menggerakkan trokar, nyeri waktu skup Karsinoma duodenum - 1,1
mengenai peritoneum parietal, perdarahan organ Karsinoma gaster 0,9
atau tumor yang terkena skup, perforasi usus, Esofagitis erosive 0,7
emboli udara, merembesnya cairan asites dari Ulkus esofagus Q,4

sayatan dinding abdomen). Duodenitis erosif 0,2


Polip gaster 0,2
- Yang berhubungan dengan tindakan biopsi
Angiodisplasia/hemangioma 0,2
(perdarahan, nyeri, peritonitis empedu).
Tak ditemukan kelainan 3,3
Dikutip dari Simadibrata M, Rani AA
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN CERNA 379

hepatologi. Perhimpunan endoskopi gastrointestinal


Indonesia. |akarta. Balai Penerbit FKUI. 1987.p. 243-55.
Nurman A. Persiapan dan perawatan pasien sebelum dan
sesudah endoskopi. Dalam: Hadi 9 Thahir G, Daldiyono,
Jeais penyakit Persentase(%)
Rani A, Akbar N eds. Endoskopi dalambidang gastroentero-
Normal 1?,70 hepatologi. Perhimpunan endoskopi gastrointestinal
Hemoroid 2s,7s hrdonesia. ]akarta. Balai Penerbit FKUI. 1987.p. 2945.
tulip kolorektal 11,70 Rani AA, Manan C, Djojoningrat D, Simadibrata M. Sindrom
Kolitis infektif 10,70 dispepsia- Diagnosis dan penatalaksanaan dalam praktek
sehari-hari(buku panduan diskusi). Pusat Informasi dan
Kanker kolorektal 9,03
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSLIPNCM.
lblitis ulser,atif . r , , 6,02', April 1999.
Kolitis nonspesifik- 5,68 " Rani AA. Kolangio-pankreatografi retrograd endoskopik
Divertikel kolon 4,68 (KPRE=ERCP). Dalam Hadi S, Thahir G, Daldiyono, Rani
Trikuriasis 3,67 A, Akbar N eds. Endoskopi dalam bidang Sastroentero-
[eitis infektif 2,67 hepatologi. Perhimpuan Endoskopi Gastrointestinal
Tuberculosis koton 2 Indonesia. Jakarta. Balai Penerbit FKUI 1987 .p. L69-77
Rastogi A, Schoen RE, Slivka A. Diagnostik yield and clinical
Xolitis iskemik 1,67
outcomes of capsul endoscopy(Abstract). Gastrointes Endosc
knyakit Crohn 1,33 200a; 60(6). http: / / www2.us.elsevierhealth.com/ scripts/
Xolitis amebic 1,33 om.dll/serve?action=searchDB& searchDB {or: l.-2.
(olitis radiasi ,1l Sears DM, Avots-Avotins A, Culp K Gavin MW. Frequency and
Clinical outcome of capsule retention during capsule endoscopy
Dikutip dari Daldiyono
for GI bleeding of obscure origin(Abstract). Gastrointes
Endosc 200a; 60(5). http: / / www2.us.elsevierhealth.com/
scripts/ om.d11/serve?action= searchDB&serachDB tot: L-2
XESIMPULAN Simadibrata M, Rani AA. Upper gashointestinal bleeding. Abstracts
for the 11s Asian Pacific Congress of Gastroenterology and
the 8s Asian Pacific Congress of Digestive Endoscopy,
Femeriksaan endoskopi merupakan pemeriksaan Hongkong-China. March 10-14, 2000.p. Be(1.2-12).
penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis
penyakit gastrointestinal, bilier dan hati. Pemeriksaan
endoskopi harus selalu dipandang sebagai cabang ilmu
iedokteran yang akan berkembang terus.

TEFERENSI

Auller DG, Knipschield M, Gostout C. A Prospective comparison


of capsule endoscopy and push enteroscopy in patients with
GI bleeding of obscure origin(Abstract). Gaskointes Endosc
2C0a; 59 @). }:rtlp / / www2.us.elsevierhealth.com/ scripts/
om.d1l/ serve?action=searchDB& searchDB for: 1-2.
[hmgAIGI, TaylorA, MillerA" HennessyO ConnellW Desmond
P. Capsule endoscopy vs push enteroscopy and enteroclysis in
suspected small-bowel Crohn's disease(Abstract). Gastrointes
Endosc 2005; 61(2). hltp: / / www3.us.elsevierhealth.com/
rripts/om.dll/ serve?action= searchDB&searchDB for: 1-2.
lDarldiyono H. Aplikasi dan teknologi endoskopi dalam bidang
gastroenterologi ilmu penyakit dalam. Pidato pada upacara
pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam ilmu penyakit
dalam pada fakultas kedokteran universitas Indonesia.
Jakarta. 20 September 1997.
GutgF,SwainR Mills T. Wireless endoscopy. Gastrointest Endosc
ffi;51:7?5-9.
eiitoti S. Sejarah perkembangan endoskopi di luar negeri dan
di Indonesia. Dalam: Hadi S, Thahir G, Daldiyono, Rani
A, Akbara N eds. Endoskopi dalam bidan gastroentero-
hepatoogi. Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal
Indonesia.]akarta. Balai Penerbit FKUI. 1987 .p.1,-7 .
triddan G, Meron G, glukhovsky A et.al. Wireless capsule
errdoscopy. Nature 2000; 25: 405-17.
Kf,srgai T. Endoscopic diagnosis in gastroenterology. 1"'edition.
Tokyo-NewYork. Igaku Shoin . 1982.p. 1,-2.
$em HMS. Laparoskopi. Dalam: Hadi A, Thahir G, Daldiyono,
Rani A" Akbar-N eds. Endoskopi dalambidang gastroentero-
47
EKOKARDIOGRAFI TRANS ESOFAGEAL (ETE)
Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN TEKNIK PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE) Persiapan Alat


merupakan pemeriksaan lanjutan Ekokardiografi Trans Alat transduser Trans Esofageal (probe) sebelumnya
Torakal (ETT). Letak perbedaan antara kedua cara dibersihkan lebih dahulu dengan air kemudian disterilkan
pemeriksaan ini adalah pada ETE transduser diletakkan dalam cairan kimia (misal:Cidex) selama 20 menit-
di belakang organjantung dengan cara memasukkannya Seterusnya dibilas dengan air (biasanya dengan cairan
melalui esofagus seperti melakukan pemeriksaan infus dekstrosa) dan dikeringkan.
esofagogastroduodenoskopi. Hasil yang didapat adalah Disiapkan lelly xylocoin dan dengan kain kasa
gambaran (imoging) struktur jantung yang lebih jelas dioleskan pada probe mulai dari ujung sampai sepanjang
dibandingkan dengan hasil ekokardiografi trans torakal 30-40 cm. Atau kalau memungkinkan dibuatkan sarung
dengan transduser berukuran 5 MHz. karet (seperti kondom panjang) untuk menyarungi probq
Transduser terletak pada ujung pipa fiber yang dapat jelly dimasukkan ke dalam ujung sarung karet supaya
diputar-putar dengan modus biplane atau multiplone. terdapat kontak yang baik antara transduser dengan
BipLone berarti transduser hanya dapat digerakkan untuk sarung karet dan pada bagian.luar sarung karet diolesi
mendapatkan horizontal dan vertikal view saja yang juga jelly tadi untuk memudahkan masuknya probe b
berbeda 90'. Sedangka n pada multiplane dapatdigerakkan dalam esofagus. .
secara bebas dalam perubahan setiap derajat sehingga Elektroda EKG dipasang untuk melihat EKG di monito
didapat gambaran yang diinginkan oleh pemeriksa artinya mesin eko. Probe dihubungkan dengan mesin eko dan fi
dapat melihat yieuz semua arah. set untuk pemeriksaan ETE.
Dengan ETE ini sesuai dengan standar pemeriksaan
ekokardiografi, dapat dilakukan Eko color dan Dopler untuk Persiapan Pasien:
melihat dan mengukur f/ow. . Dilakukan pemeriksaan HBsAg bila alat TEE harp
ada satu, karena takut bahaya penularan. Kah
memungkinkan untuk pasien HBsAg digunakr
sarung karet untuk probe.
. Pasien dipuasakan terlebih dahulu selama 6
supaya tidak muntah

Cara Kerja
Pasien dibaringkan dengan posisi miring ke kiri,
atas badan agak tinggi, tanpa bantal dan leher
dengan pengganjal. Gigi palsu dilepas dahulu.
disemprot dengan Xylocoin sproybeberapa kali. Bila
agak takut dapat disuntikkan midazolam (Dormir
0.07 - 0.1 mglkgBB iv. Hati-hati pada pasien usia
Gambar 1 Gambar alat probe transduser karena dapat terjadi depresi napas.
SOXARDIOG RAFITRANSESO FA6US 381

Pasien diminta menggigit Mouth piece disuruh gigit. . Foromen ovale persistent
Badan pasien bagian distal agak melengkung ke dalam . Mitrol volve prolops (MYP)
dan kepala agak menekuk sehingga dapat melihat kakinya . Gambaran vegetasi pada katuP.
sendiri. . Fungsi protese katuP
Probe dialur sehingga ujungnya agak fleksi (melekuk . Kelainan katup mitral, aorta, trikuspid
ke dalam) sesuai dengan bentuk faring dan ditahan. . Penonjolan foramen ovale pada strok non hemoragik
Gerakan menyamping probe supaya dikunci. . Kelainan pada aorta torakalis, misal plak atau
Probe dimasukkan secara perlahan ke dalam aneurisma.
mulut, lidah pasien di dalam dan kalau perlu ditekan. Pada pasien obesitas, emfisema paru dan deformitas
Sesampainya probe di faring, kondisi fleksi probe yang
dada kadang-kadang sulit untuk mendapatkan gambaran
tadi ditahan dengan tangan supaya dilepaskan sehingga strukturjantung dengan TTE biasa, karena itu diperlukan
probe tadi bebas dan menyesuaikan diri dengan bentuk
pemeriksaan dengan ETE ini untuk mendapatkan
keadaan esofagus. Pasien disuruh mengambil napas gambaran yang lebih jelas.
dalam supaya tenang dan disuruh menelan. Sambil pasien
rnenelan, probe didorongkan perlahan dengan lembut
Kontraindikasi:
ke dalam. Bila ada tahanan jangan dipaksakan, tetapi
Kontraindikasi pemeriksaan ETE ini adalah sebagai
cabut sedikit, kemudian arah disesuaikan lagi. Biasanya
berikut:
kalau sudah melewati laring, probe dengan mudah dapat . kelainan esofagus
d[xlorongkan ke distal esofagus. Kemudian dilihat melalui . aritmia berat
rmonitor posisi transduser. . trombo tes yang sangat rendah, takut bahaya
Biasanya setelah melewati 30 cm, transduser sudah perdarahan
herada di belakang jantung. Bila lebih dalam lagi akan . hipertensi maligna.
n'nasuk ke dalam lambung dan akan terlihat ventrikel kanan
dan kiri. Kemudian probe ditarik lagi sampai terlihat semua
ruang jantung.
Dengan memanipulasi tombol pengarah, pemeriksa
dapat mengamati bagian-bagian struktur jantung
lErmasuk LAA (Left Atrial Appendoge).
Setelah selesai pemeriksaan, probe ditarik pelan-pelan
sambil melihat kembali struktur aorta. Kemudian pasien
dfirpuasakan tidak makan dan minum selama 3 jam, karena
&k xylocain spray tadi.

Gambar 3. Gambaran ETE dengan struktur jantung yang


normal, di mana dimensi ruang-ruang jantungnya normal.

Gambar 2. Cara memasukkan alat probe

Uikasi:
llndikasi pemeriksaan ETE ini adalah untuk melihat struktur
jantung dengan lebih jelas, yaitu:
. dugaan trombus di LAA misal pada kasus strok non
Gambar 4. Gambaran trombus di LAA, di mana di lokasi
hemoragik ini tidak bisa di deteksi dengan pemeriksaan TTE biasa.
. dugaan trombus di ventrikel. Keadaan patologis ini merupakan penyebab utama strok non
" ASD dan VSD dengan melihat aliran shunt. hemoragik.
382 ENDOSKOPI

Gambar 5. Gambaran septum inter atrial. tampak intak dengan Gambar 8. Tampak vegetasi pada daun katup trikuspid dan
tidak ada defek. septum ventrikel.

Perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya refleks


vagal, sehingga perlu disiapkan juga sulfas atropin
ampul.
Pemeriksaan ETE ini kurang nyaman bagi pasien
karena harus menelan probe, meskipun sudah diberikan
anestesi lokal.

REFERENSI

Hatle L, Angelsen B.Doppler Ultrasound in Cardiologr-.


Philadelphia : Lea & Fabiger. 2nd ed.1985.
Oka Y., Konstadt SN.Clinical Transesophageal Ekokardiograi
cardio graphy. Philadelphia Lippincott-Rav en. 1996.
Siglow V.,Schofer ], Mathey.D. Transoesophageale
Ekocardiographie. Thieme Verlag Stuttgart.1993.

Gambar 6. VSD. Tampak celah pada septum ventrikel. Kondisi


seperti ini saat ini dapat dilakukan penutupan dengan teknik
kateterisasi.

Gambar 7. MVP {Mitrol volve prolaps) Di sini terlihat dengan


jelas katup mitral tidak menutup dengan rapat.
48
BRONKOSKOPI
Bambang Sigit Riyanto, Ika Trisnawati M

PENDAHULUAN IN DI KASI DAN KONTRA-I NDI KASI BRON KOSKOPI


(DIAGNOSTI K DAN TERAPEUTI K;I'Z,I
Qiarah Bronkoskopi
Mrorkoskopi pertama kali dilakukan pada tahun 1867 lndikasi bronkoskopi diagnostik adalah sebagai
ofieh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Gustav berikutl,a:
Killian. Jenis bronkoskopi yang dilakukan oleh 1. Riwayat penyakit pasien. Gejala-gejala penyakit
dir Killian pada saat itu adalah tipe bronkoskopi yang dialami pasien dengan riwayat penyakit pasien
ndgid/ kaku. Bronkoskopi serat optik fleksibel pertama sangatlah penting. Seorang dokter haru5 siap
kali dilakukan oleh Profesor lkeda pada tahun untuk memutuskan melakukan bronkoskopi hanya
fl950. Selama beberapa tahun setelahnya, berbagai berdasarkan riwayat anamnesis pasien saja.
l@lmologi baru telah dikembangkan dan diperkenalkan, 2. Hemoptisis yang sering atau berulang-ulang (namun
seperti kamera video berwarna oleh lkeda dan Ono sedikit) dengan atau tanpa tanda-tanda fisik atau
@a tahun 1971; bronchoolveolor lovoge (BAL) oleh penemuan radiologis yang abnormal.
@nolds pada tahun 1974, endoskopi video oleh lkeda 3. Batuk yang baru dialami, tidak dapat dijelaskan
pada tahun 1987, stent oleh Dumon pada tahun 1989 penyebabnya dan p'6?sisten, dengan atau tanpa
Mr Endobronchial Ultrosound (EBUS) oleh Becker pada dahak. Yang jarang dikenali, nanun penting, adalah
tHrun 1999.1 perubahan dalam kebiasaan batukyang sering tidak
terlewatkan pada bronkitis kronis, dengan riwayat
Dtfinisi Bronkoskopi pasien sudah lama mengalami batuk dan"berdahak.
Mironkoskopi adalah teknik visualisasi untuk melihat Karsinoma bronkial sering ditemukan dalam bentuk
@ian dalam saluran napas untuk tujuan diagnostik semacam ini.
dm terapeutik. Sebuah alat (bronkoskop) dimasukkan 4. Bersin yang onsetnya baru saja terjadi dan terus-menerus,
h dalam saluran napas, biasanya melalui hidung atau secara khusus, yaitu adanya mengi unilateral yang tidak
mm,rlut, atau kadang-kadang melalui trakeostomi. Hal ini hilang dengan batuk atau, jika hilang, selalu muncul
mnmungkinkan praktisi medis untuk memeriksa dan atau kembali di tempat yang sama.
mmelakukan terapi untuk berbagai kelainan pada saluran 5. Dispneu
mmapas pasien seperti masuknya benda asing, perdarahan, 6. Aspirasi. Kemungkinan teiadinya aspirasi benda asing,
ttumori atau peradangan. Spesimen dapat diambil dari mLmtahan atau darah, terutama pada anak, tidak boleh
dalam paru-paru. Konstruksl bronkoskop beragam dilupakan saat melakukan anamnesis.
dari tabung logam yang kaku hingga jenis perangkat 7. Adanya perubahan radiologis.
pencahayaan melekat pada instrumen fleksibel serat optik - Pneumonia persisten atau berulang
&rgan peralatan video untuk melihat langsung ke dalam - Kolaps pulmoner
saluran napas pada saat yang sama (real fime). Area kerja - Pembesaran bayangan hilus yang khas
somng bronkoskopis meliputi daerah saluran pernapasan - Lebih banyak bayangan periferal, terutama jika
d[ bawah pita suara.l,2 terus-menerus, dan mengalami pembesaran.

383
384 ENDOSKOPI

- Banyak informasi tentang segmen atau bronkus 3. Toilet pulmoner


yang terlibat dapat diperoleh tanpa pemandangan Membersihkan saluran bronkial dari sekresi yang
langsung tumor itu sendiri. disebut dengan toileting, merupakan aplikasi yang
8. Bermacam-macamindikasilainnya paling sering dari bronkoskopi terapeutik. Bronkoskop
- Efusi pleura (untuk mengetahui penyebabnya) yang digunakan adalah yang memiliki pengisap
- Pleuritik nyeri tanpa efusi berukuran besar; dan biasanya hal ini diperlukan di
- Bonkiektasis Unit Perawatan lntensif (lntensive Core tJnitl ICU).
- Trauma dada berat 4. Bronchoolveolar lavage (BAL)
- Menemukan sel ganas pada dahak, bahkan Lavage seluruh paru pada pasien yang menderita
dalam ketiadaan gejala, tanda-tanda fisik atau Pulmonory Alveolor Proteinosrs (pAp) memiliki peranan
perubahan radiologis. diagnostik maupun terapeutik.
9. lndikasi ekstra toraks. 5. Kolaps lobus
Jika terdapat manifestasi ekstra toraks yang tidakjelas 6. lntubasi
' penyebabnya, bronkoskopi harus dilakukan. lndikasi_ 7. Pemeliharaan jalan napas
indikasi tersebut diantaranya : 8. Tatalaksana jaringan endobronkial yang jinak maupun
- Limfadenopati pada leher atau ketiak ganas
- Eritema nodosum yang tidak dapat dijelaskan - Kauter elektrik (electrocautery) dan koagulasi
- Obstruksi vena kava superior plasma argon
- Osteoartropati paru hipertrofik dan/ atau jari_jari Kauter elektrik dapat digunakan melalui saluran
tabuh bronkoskop dalam mode kontak maupun
- Berbagaineuromiopati non-kontak. Tindakan ini memiliki kelebihan
- Ganggguan endokrin dibandingkan laser karena waktu yang diperlukan
- Ginekomastia untuk melakukan prosedur ini lebih singkat dan
- Perubahan suara karena keterlibatan nervus biayanya lebih murah. lndikasi untuk kauter
laringeus kiri berulang akibat adanya penyakit elektrik meliputi terapi lesi jinak dan ganas,
intratorakal. debulking tumor dan pengambilan jaringan
10. Trauma inhalasi granulasi, tatalaksana hemoptisis, kontrol
hemostatik segera, dan koagulasi.
Beberapa indikasi bronkoskopi terapeutik:1.4,6.r3 - Fotoreseksi dengan laser
1. Aspirasi dan pengambilan benda asing Teknik fotoreseksi dengan laser digunakar
Bronkoskopi memainkan peranan yang sangat pada lesi-lesi endobionkial obstruktif yang
penting dalam pengambilan benda asing. Biasanya, memungkinkan patensi jalan napas dan
bronkoskopi rigid menjadi instrumen pilihan untuk selanjutnya memu ng ki nka n venti lasi t€rjadi pada
pengambilan benda asing, namun kini penggunaan paru bagian distal serta untuk drainase pada
bronkoskopi serat optik fleksibel juga meningkat. pneumonia pasca-obstruksi. Lesi lainnya yarry
Bronksokopi fleksibel memungkinkan akses yang lebih ditatalaksana den ga n fotoreseksi laser meliputil
. besar ke perifer dan dapat digunakan dengan mudah g ra n u loma tra kea
l, stenosis tra kea l, ami loidos-r
pada pasien dengan ventilator mekanik dan mereka endobron kia I dan tra c h eo poth ia osteop lo stico-
yang lehernya tidak stabil. Berbagai instrumen yang - Terapi fotodinamik
digunakan untuk mengambil benda asing meliputi P hotosensitizers d iguna kan u ntu k meni mbulkar
snores (semacam jerat operatif), kateter balon, nekrosis jaringan. lndikasi untuk tatalaksana irfr
keranjang pengambilan, dan forsep penggenggam. meliputi tatalaksana kanker paru tahap awal atau
2. Kontrol perdarahan paliatif dari karsinoma bronkogenik yang tid*
Bronkoskopi berguna baik untuk diagnosis maupun dapaldiopdrasi yang menyebabkan obstruki
tatalaksana gawat darurat pada hemoptisis. Diperlukan trakeobronkial.
suatu instrumen dengan suatu saluran yang lebih besari - CryotheropyBrochytherapy
penggunaan bronkoskopi rigid lebih direkomendasikan.
Cryotheropy merupakan salah satu modalitas
Beberapa perasat seperti penggunaan larutan salin es digunakan untuk tatalaksana lesi-lesi
dan epinefrin, dapat dicoba. Kateter untuk tamponade di endobronkial. Prinsip tatalaksana ini
pada tempat perdarahan, termasuk kateter balon menciptakan pendinginan secepat mungkin
Fogaity dapat dicoba. Visualisasi sumber perdarahan jaringan target untuk memprovokasi
dan penggunaan fotokoagulasi laser juga dapat pembekuan intraselular. Agen pembekuan
diusahakan. digunakan adalah nitrogen cail nitrous
taoKosKoPl
385

dan karbondioksida. 3. Status kardiovaskuler yang tidak stabil


9. Penempatan katup endobronkial 4. Asma berat akut
Reduksi volume paru dengan bronkoskopi 5. Hipoksemia berat
menggunakan katup endobronkial untuk pasien- 6. Bronkoskopis atau tim bronkoskopis yang tidak cukup
pasien dengan paru yang mengalami hiperinflasi terlatih
pada emfisema heterogenik telah dicoba. penggunaan 7. lnstrumen yang tidak memadai untuk melakukan
katup endobronkial untuk tatalaksana kebocoran prosedur
pulmoner persisten telah menunjukkan hasil yang 8. Aritmia yang mengancam jiwa yang tidak dapat
efektif dan merupakan prosedur invasif minimal. diobati
10. Termoplasti bronkial 9. Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi pada
11. Trauma dada pasien secara memadai selama prosedur dilakukan
'lZ Pneumotoraks 10. Kegagalan pernapasan akut dengan hiperkapnia
13- Pemasangan stent (kecuali pasien diintubasi dan dipasang ventilator)
Sfenf dipasang melalui bronkoskopi untuk melegakan
obstruksi endoluminal. Baik bronkoskop fleksibel Kontraindikasi relatif meliputi;t,2,s,0
maupun rigid dapal digunakan untuk penempatan 1. Batuk yang tidak terkontrol selama prosedur
sfenf. Pasien dengan tumor saluran napas primer dapat
2. Diatesis perdarahan yang tidak ditatalaksana
memperoleh manfaat dari tatalaksana endoluminal 3. Gagal ginjaltahap lanjut
dan pemasangan stent, jika operasi tidak diindikasikan
4. Hipoksemia yang signifikan pada seorang pasien
pada pasien yang bersangkutan. Tumor lainnya dengan paru tunggal
yang muncul berdekatan dengan saluran napas dan 5. Perubahan bulosa yang ekstensif pada area yang
akan dibiopsi
menghasilkan obstruksi dengan cara invasi langsung
atau kompresi ekstrinsik, juga dapat ditatalaksana 6. Ditemukannya tanda-tanda radiologis adanya
paliatif dengan sukses dengan terapi endoluminal malformasi vaskuler yang berdekatan dengan area
yang akan dibiopsi
dikombinasikan dengan pemasangan sfenf. pasien
dengan stenosis trakeal pasca intubasi seringkali 7. Pasien yang tidak kooperatif
merupakan kandidat yang baik untuk dilatasi jalan 8. lnfark miokard baru (recent miocardiql inforct)
napas dan pemasangan sfenf. 9. Obstruksi trakea letak tinggi
14, Dilatasi dengan balon 10. Koagulopati yang tidak dapat dikoreksi
Teknik ini digunakan untuk memastikan patensijalan 11. Biopsi transbronkial harus dilakukan dengan hati-
napas pada pasien-pasien dengan pneumonia retensi, hati pada pasien den,gan uremia, obstruksi vena
atelektasis, abses paru atau stenosis simptomatis dari kava superior, atau hi[ertensi pulmonal karena
saluran bronkial.
peningkatan risiko pendarahan.' Namun demikian,
!5. Penutupan fistula inspeksi saluran napas pada pasien-pasien semacam
ldentifikasi fistula yang sulit dijangkau dengan ini tergolong aman.
menggunakan bronkoskop serat optik fleksibel
dilakukan dengan insersi serial termasuk balon
oklusif dan memeriksa apakah ada kebocoran udara. JENIS-JENIS BRONKOSKOPI
Berbagai pelapis/penutup seperti busa jel (gel foam),
Bronkoskopi fleksibel dan rigid adalah dua metode yang
tambalan darah autolog us (outologous blood potches),
berbeda untuk mendapatkan akses dan memvisualisasikan
kriopresipitat dan nitrat perak dapat digunakan untuk
menutup fistula. Hampir 83% dari fistula esofageal
saluran napas. Banyak terdapat pendapat bahwa
dapat dideteksi dengan bronkoskopi, tatalaksana bronkoskopi serat optik fleksibel telah menggantikan
selanjutnya dapat di rencana kan den gan esofagoskopi
bronkoskopi kaku untuk hampir semua kepentingan
konkomitan.
diagnostit dan pada kebanyakan indikasi terapi.

trontraindikasi Bronkoskopi Fleksibel1,6,7.8.e


Bronkoskopi serat optik fleksibel memiliki berbagai
trontraindikasi absolut meliputi;t.z,s,e kelebihan dibandingkan dengan teknik bronkoskopi rigid,
'!- Ketidakmampuan pasien untuk kooperatif dengan karena bronkoskopi fleksibel lebih mudah dimanipulasi,
prosedur penggunaaannya sederhana, tidak memerlukan anestesi
L Ketidakmampuan untuk menjalani anestesi umum umum dan dapat dilakukan sebagai suatu prosedur di luar
(bila diperlukan) untuk memperoleh BLB ruangan (outdoo). Berbagai ukuran bronkoskop tersedia,
386 ENDOSKOPI

yang mencakup bronkoskop ultra-tipis (untuk visualisasi saluran napas dan striktur (misalnya, stenting).
saluran napas neonatus dan saluran napas berukuran kecil), Bronkoskopi kaku sekarang digunakan hanya bila
bronkoskop pediatrik (diameter luar 2,8 mm dan saluran diperlukan peneropongan yang lebih lebar dan saluran
kerja 1,2 mm), bronkoskop dewasa (diameter luar berkisar untuk visualisasi yang lebih baik, serta instrumentasi
antara 4,9 hingga 6,0 mm dan ukuran saluran setidaknya seperti pada:
2,0 mm) dan bronkoskop terapeutik (diameter luar 6,0 mm . lnvestigasi perdarahan paru berat (dimana bronkoskop
dan saluran kerja 2,8 mm). Bronkoskop video membantu kaku dapat mengidentifikasi sumber perdarahan dan,
dalam hal visualisasi lesi dan penyimpanan data.' dengan saluran penghisapnya yang lebih besan bisa
Sebuah bronkoskop serat optik fleksibel digunakan lebih baik dalam mengaspirasi darah dan mencegah
untu k memeriksa bronkus dan percabangan-percabangan sesak napas)
bronkial dan pita suara (kecuali adanya kelumpuhan . Melihat dan mengeluarkan benda asing yang ter-
nervus laringeus berulang) sebelum operasi. Hal ini juga aspirasi pada anak kecil
digunakan untuk diagnosis lesi endobronkial. Teknik . Melihat lesi endobronkial obstruktif (membutuhkan
tarnbahan seperti biopsi endobronkial dapat dilakukan debulking laser. atau penempatan sfent)
untuk memperoleh spesimen dari tumor memperoleh
paru endobronkial atau untuk mengambil sampel epitel
saluran pernapasan yang abnormal. Penyikatan (brushing) EVALUASI PRA.TI N DAKANs
bronkial dapat meningkatkan hasil diagnostik.
Pencucian bronkial dapat digunakan untuk memperoleh Sebelum prosedur, riwayat penyakit pasien yang
sitologi pada kasus-kasus yang dicurigai sebagai suatu menyeluruh dan pemeriksaan fisik yang teliti harus
keganasan dan juga berguna untuk diagnosis infeksi dilakukan. Untuk menentukan indikasi yang tepal
yang dicurigai, terutama TBC dan Pneumonia corinii. dokter harus memperoleh informasi mengenai terapi
Bilasan bronkial dan jumlah sel mungkin berguna untuk sebelumnya dan status kinerja saat ini. Tes laboratorium
mendapatkan diagnosis banding dari penyakit parenkim (misalnya hitung darah lengkapielektrolit, profil koagulasi,
paru-paru (biopsi transbronkial dapat dilakukan untuk elektrokardiogram, radiografik toraks) dianjurkan. Stud
mendiagnosa penyakit parenkim paru-paru). Selain tambahan seperti computed tomogrophy (CI), tes fungi
itu, aspirasi cairan getah bening transbronkial dapat paru, dan penilaian gas darah arteri mungkin diperlukan
dilakukan untuk menentukan stadium kanker paru-paru. tergantung pada sifat prosedur yang akan dilakukan.
Bronkoskopi serat optik fleksibel juga memungkinkan
untuk dilakukannya aspirasi nanah dan sekret serta
pengambilan benda asing. PROSEDUR3
Bronkoskop fleksibel yang tersedia saat ini hampir
semua dilengkapi video berwarna yang kompatibel, dapat Bronkoskopi harus dilakukan hanya oleh pulmonologb
memfasilitasi visualisasi jalan napas dan mendokumen- atau ahli bedah yang terlatih dalam suatu pengatura
tasikan temuan. Dalam kerangka diagnosa dan tatalaksana, (setting) yang terpantau/dapat dimonitor; biasanya padr
bronkoskopi serat optik fleksibel memungkinkan untuk : suatu ruangan yang memang disediakan khusus unt*.
. Visualisasi jalan napas, termasuk bronkus bronkoskopi, ruang operasi, atau ICU (untuk pasien
subsegmental dengan ventilator). Pasien harus puasa per oral selanre
. Pengambilan sampel sekresi pernapasan dan sel minimal 4 jam sebelum bronkoskopi dan memiliki akses
melalui pencucian bronkial, penyikatan, dan bilasan intravena, pemantauan tekanan darah intermitten, pu&a
saluran napas perifer dan alveoli oxyi.metry yang terpasang kontinu, dan pemantauar
. Biopsi struktur endobronkial, parenkim, dan jantung. Bantuan oksigen harus tersedia. Premedikacii
mediastinum dengan 0,01 mg/ kg lM atau lV untuk mengurangi
. Kegunaan terapeutik meliputi penyedotan sekret sekresi dan tonus vagal umum dilakukan, meskifrn
yang sulit untuk dikeluarkan oleh pasien sendiri, praktik ini misih dipertanyakan dalam beberapa stuil
penempatan sfent endobronkial, pelebaran dan terbaru. Benzodiazepin kerja cepat, opioid, atau keduan;nr
pemasangan balon pada stenosis jalan napas. biasanya diberikan kepada pasien sebelum
untuk mengurangi kecemasan, ketidaknyamanan,
Bronkoskopi kaku (rigif,1t,z,s batuk. Faring dan pita suara dibius dengan
Berbagai prosedur terapi yang lebih luas dapat dilakukan atau aerosol (1 atau 2%, maksimum 250 sampai 300
dengan bronkoskopi kaku, namun diperlukan anestesi untuk pasien dengan berat badan 70 kg).
umum. lndikasinya meliputi hemoptisis masil obstruksi ini dilumasi dengan jeli dan melewati lubang
jalan napas, dan terapl lokal untuk tumor yang menyerang atau melalui mulut dengan penggunaan jalan napas
lnoKosr(oPr 387

atau gudel. Setelah memeriksa nasofaring dan laring, PENGAMBILAN SPESIMEN


dokter melewatkan bronkoskop melalui pita suara selama
inspirasi, ke dalam trakea dan kemudian lebih lanjut distal Mendapatkan spesimen dari bronkus dan percabangan
ke dalam saluran pernapasan. bronkial selama endoskopi adalah bagian penting dari
diagnosis.

Spesimen dapat diambil sebagai berikuta:


PROSEDU R BRON KOSKOP! FLEKSI BEL2.3,C7
1. Sekresi. Sekresi diambil dengan penghisapan secara
lnformed consent harus dilakukan dan pasien harus lembut oleh alat bronkoskopi dan dikirim untuk
berpuasa selama 4 jam sebelum prosedur (mengingat uji mikroskopik rutin, kultur/ sensitivitas antibiotik,
berbagai komplikasi yang mungkin timbul pada prosedur sitologi dan pemeriksaan spesifik lainnya. Cuci
yang membutuhkan anestesi umum).Pemantauan bronkial: larutan garam fisiologis (normal soline)
saturasi oksigen dan fasilitas anestesi sangat penting. disuntikkan melalui bronkoskop dan kemudian
Sedasi intravena biasanya dilakukan. Pemilihan obat disedot dari saluran napas.
bervariasi tergantung operator, yang biasa digunakan
2. Bilasan bronkial. iika kuantitas sekresi tidak memadai
misalnya midazolam. Lidokain topikal disemprotkan ke
atau sangat tebal untuk diisap langsung, daerah tersebut
dalam rongga hidung dan dibiarkan dalam waktu yang
dapat dilakukan bilasan dengan larutan garam fisiologis
cukup memungkinkan untuk anestesi. Skup serat optik
dan penghisapan dapat dilakukan. Sebanyak 50 sampai
dflmasukkan ke dalam hidung dan selanjutnya lidokain
200 mL larutan garam fisiologis steril dimasukkan ke
diberikan melalui lengan dari sisi skup untuk membius
dalam percabangan bronkoalveolar distal dan kemudian
sRcara progresif area hipofaring, laring dan pita suara. Saat
disedot keluar. Tindakan ini bertujuan untuk mengambil
xrye melewati trakea, seluruh percabangan trakeobronkial sel, protein, dan mikroorganisme yang terletak pada
dapat divisualisasikan.
tingkat alveolar. Timbulnya area yang mengalami
edema paru selama prosedur bilasan dilakukan dapat
menyebabkan hipoksemia sementara.
PROSEDU R BRON KOSKOPI RIGI D2,3,8
3. Sikatan bronkial (Scoppingsl bronchiotbrushing): sebuah
turformed consent diperlukan sebelum prosedur. Pasien sikat digerakkan maju melalui bronkoskop dan
harus berpuasa semalam karena diperlukan anestesi digunakan untuk mengikis lesi mencurigakan untuk
urnum untuk melakukan prosedur ini. Setelah anestesi mendapatkan sampel sel. Spesimen diperoleh dengan
ulmum diberikan, pasien berventilasi dengan inspirasi menggunakan penyeka, spons, kuas atau kuret dari
oksigen konsentrasi tinggi. Kedua mata ditutup dan daerah yang mencurigakan, terutama ketika tidak ada
htrer diekstensikan. Alat bronkoskop kaku dimasukkan pertumbuhan yang terlihat. '
hngsung melalui mulut dengan pengawasan langsung 4. Biopsi endobronkial. Forsep yarig ma.lu melalui
harus dilakukan hati-hati supaya tidak melukai gusi atau bronkoskop dan saluran napas untuk mendapatkan
g@i), melewati epiglotis dan pita suara dan masuk ke
sampel dari satu atau lebih tempat dalam parenkim
trakea. Jet ventilasi intermiten (melalui alat bronkoskop paru.
tersebut) di perlukan u ntu k mempertahankan pertukaran
gas selama prosedur. Seluruh percabangan trakeobronkial 5. Aspirasijarum transbronkial. Sebuah jarum yang dapat
dapat dilihat dan berbagai prosedur diagnostik dan terapi ditarik dimasukkan melalui bronkoskop dan digunakan
dapat dilakukan. untuk pengambilan sampel untuk pembesaran
kelenjar getah bening mediastinum atau massa. Pasien
biasanya diberikan oksigenasi tambahan dan diamati
PEMANTAUAN2,6 selama 2 sampai 4 jam setelah prosedur. Pulihnya
refteks muntah dan pemeliharaan saturasi oksigen
C.ontinuous pulse oxymetry dan prosedur pemantauan tanpa bantuan oksigen dari luar adalah dua indeks
lainnya harus dilakukan sesuai dengan pedoman lokal utama pemulihan. Praktek standar adalah untuk men-
mrengenai sedasi dalam keadaan sadar. Meskipun dapatkan foto rontgen dada posteroanterior paru
anestesi lokal dan sedasi dalam keadaan sadar dapat setelah transbronkial biopsi untuk menyingkirkan
dilakukan pada bronkoskopi fleksibel, ahli bronkoskopi pneumotoraks.
intervensi harus siap untuk mengalihkan ke anestesi 6. Biopsi paru transbronkial. lni adalah salah satu cara
tmum, jika keadaan mendesak dan memerlukan anestesi paling aman untuk mendapatkan biopsi pada parenkim
umum_ paru. Prosedur ini sangat membantu menjelaskan
388 ENDOSKOPI

penyakit yang telah menyebar dan menegakkan Reaksi Umum


diagnosis lain, misalnya untuk kemungkinan infeksi Peningkatan suhu setelah bronkoskopi singkat yang
pneumocystis carinii pada pasien imunosupresi. dilakukan untuk menghilangkan benda asing metalik
Pneumotoraks dan perdarahan adalah kemungkinan yang baru saja masuk biasanya tidak terjadi. Namun,
komplikasi yang bisa terjadi. Pneumotoraks mungkin jika sudah terdapat kondisi peradangan pada bronkus
memerlukan drainase. Perdarahan biasanya tidak sebelum bronkoskopi, seperti misalnya penyebaran
parah dan berhenti dengan cara penyumbatan laryngotrocheobronchitis purulen yang berhubungan
bronkus oleh alat bronkoskopi. Biopsi transbronkial dengan aspirasi biji kacang, atau dengan adanya abses
biopsi dapat dilakukan tanpa panduan rontgen, tapi paru dari benda asing yang telah lama masuk, maka
bukti mendukung adanya peningkatan hasil diagnostik peningkatan suhu skala sedang dapat terjadi.
dan insiden pneumotoraks yang lebih rendah ketika Syok biasanya jarang terjadi. Pada anak-anak dapat
panduan fluoroskopik digunakan. Lesi harus didekati dijumpai reaksi berupa tertidur nyenyak akibat kelelahan
dengan ujung bronkoskop dan dapat tervisualisasi selama prosedur yang dikerjakan cukup lama.
' dengan baik. Biopsi dapat diambil dengan forsep
pemukul (punch) atau forsep pemotong. Reaksi lokal
Reaksi lokal biasanya menyebabkan suara sedikit serak
7. Biopsi lesi perifer. Prosedur ini dilakukan dengan
anestesi umum. Dengan adanya fibrescope dan dan akan menghilang dalam beberapa hari. Jika dispnea
instrumen yang lembut, prosedur ini menjadi lebih terjadi biasanya karena :
nyaman dan aman. 1. Drowning(terbenamnya) pasien dalam sekresi sendiri
Pasien yang terbenam dalam sekresinya sendiri
karena akumulasi cairan di dalam bronkus terlihat
KOMPLIKASI DAN EFEK PASCA BRONKOSKOPI1O,I1,12 paling sering pada anak-anak, dan dengan cepat
dapat pulih.
Semua kasus benda asing harus diawasi siang dan 2. Edema subglotis. Edema supraglotis jarang
malam oleh perawat khusus sampai semua bahaya menyebabkan dispnea kecuali bila dikaitkan dengam
komplikasi disingkirkan. Komplikasi jarang terjadi jika nefritis tahap lanjut.
prosedur dikerjakan dengan hati-hati, tetapijika sampai 3. Edema laring. Edema subglotis merupakan komplikasi
komplikasi terjadi, mungkin memerlukan penanganan yang jarang terlihat kecuali pada anak di bawah 3
segera. tahun. Edema subglotis yang terjadi dalam laring yarrg
Komplikasi yang serius jarang terjadi, perdarahan sebelumnya normal dapat merupakan akibat dari:
kecil dari sebuah tempat biopsi dan demam terjadi pada - Penggunaan ukuran tube (scope) yang besar
10 sampai 1 5% pasien. Premedikasi dapat menyebabkan - Bronkoskopi yang lama.
sedasi berlebihan dengan depresi pernapasan, hipotensi, - Kesalahan posisi pasien, misalnya po;os fube tid*,
dan aritmia jantung. Komplikasi yang jarang terjadi pas pada trakea.
karena anestesi topikal dapat menyebabkan spasme - Trauma dari kekuatan yang tidak semestinya at*
laring, bronkospasme, kejang, methemoglobinemia arah yang tidak benar saat insersi bronkoskq
dengan sianosis refraktorik, aritmia jantung atau henti tersebut.
jantung (cardioc arrest).Bronkoskopi sendiri mungkin - Manipulasiinstrumen.
menyebabkan edema laring atau cedera kecil dengan - Trauma yang diderita saat dilakukan proser
suara serak, hipoksemia pada pasien dengan pertukaran ekstraksi benda asing.
gas terganggu, aritmia (paling sering kontraksi prematur
atrium, denyut ventrikel prematur, atau bradikardia), Komplikasi Bronkoskopi Fleksibel3
dan, sangat jarang, penularan infeksi dari peralatan Komplikasi mayor relatif jarang, terjadi pada 1,7*,
yang disterilkan secara sub-optimal. Kematian adalah kasus, meliputi kematian (0,1%), gangguan pernapaEilrtir
1 sampai 4 per 10.000 pasien. Orang tua dan pasien pneumonia dan obstruksi jalan napas. Komplikasi
dengan komorbiditas serius (PPOK berat, penyakit arteri termasuk reaksi vasovagal, demam, aritmia jan
koronei pneumonia dengan hipoksemia, kanker stadium perdarahan, mual dan muntah. dan afonia yaitu
lanjut, disfungsi mental) mempunyai risiko lebih besar. 6,5%. Prosedur tambahan seperti biopsi transb
Biopsi transbronkial dapat menyebabkan pneumotoraks membawa risiko tambahan pneumotoraks (10%).
(2 sampai 5%) dan perdarahan yang signifikan (1 sampai
1,5%); kematian meningkat menjadil2 per 10.000 pasien, Komplikasi Bronkoskopi Rigitr
tetapi melakukan bronkoskopi sesuai prosedur dapat Cedera pada gusi, bibir, dan gigi dapat terjadi
menghindari kebutuhan untuk torakotomi.2 luka faring jarang terjadi. Perdarahan dapat
lnoKosKoPr 389

akibat trauma pada jalan napas selama prosedur ini,


tetapi perdarahan mayor jarang terjadi dan biasanya
cerhubungan dengan biopsi tumor vaskular. Barotrauma
cari ventilasi jet dapat menghasilkan emfisema pasca
:edah dan atau pneumotoraks.

Diagnosis Komplikasi
3iagnosis harus ditegakkan tanpa menunggu terjadi-
-'1,a sianosis yang mungkin tidak pernah muncul. Pucat,
relisah, bangkit setelah tidur beberapa menit, biasanya
-e{adi pada anak-anak dengan batuk beratyang ditandai
Cengan batuk, suara serak dan kesulitan bernapas. Kasus-
rasus semacam ini tidak boleh lepas dari pengawasan dan
ti amana diperlukan dapat dilakukan trakeostomi. Anak
a,<an menjadi lelah dalam berjuang untuk mendapatkan
,Cara dan akan menyerah dan dapat meninggal dunia. Gambar 2. Perubahan inflamatorik pada bronkltis kronis'a
:enlngkatan laju pernapasan karena "kelaparan" akan
pengumpulan cairan yang tidak dapat dikeluarkan
'rdara,
(zrena gangguan motilitas glotis, sering disalahartikan
sebagai suatu pneumonia. Banyak anak yang hidupnya
: sa diselamatkan oleh trakeostomi telah meninggal dunia
ad,bat diagnosis yang salah tersebut.

Terapi Apabila Terjadi Komplikasi3


ntubasi merupakan prosedur terapi yang tidak begitu
arnan karena sekresi tidak dapat dengan mudah
:ikeluarkan melalui tube dan stenosis karena intubasi
;aoat terjadi. Trakeostomi yang rendah, yaitu sayatan
di bawah cincin kedua, adalah metode tatalaksana
-kea
,rarg paling aman dan terbaik.

POSTERIOR

*\[ ANTERIOR BASAL


SASAL

iW]TH I\,1EDIAL BRANCH) Gambar 3.Perubahan inflamatorik pada tuperkulosis dengan


--+ v suatu benang (sfnng) sekretyang terlihat pada bronkus utama
kanan.a
nASq! APICAL
LOWER

**\

POSTERIOR

&rrbar 1. Percabangan bronkial pada bronchiol free seperti


Sang tervisualisasi oleh seorang bronchoscopist yang Gambar 4. Tampak tumor yang terdapat pada bronkus utama
lrriengoperasikan_alat bronkoskop dari atas kepala seorang a
kiri.
rasien yang terlentang.4
390 ENDOSKOPI

7. Nickalls RWD. Fibreoptic bronchoscopy. Department of


Anaesthesia" Nottingham University Hospitals, City Hospital
Campus,Nottingham, UK 2009.
Du Rand IA" Barber PV, Goldring |, Lewis RA, Mandal S,
Munawar M, Rintoul RC, Shah PL, Singh S, Slade MG,
Woolley A. British Thoracic Society guideline for advanced
diagnostic and therapeutic flexible bronchoscopy in adults.
Thorax Joumal , November 2011.
Haas AR, Vachani A, and Sterman DH. Advances in
Diagnostic Bronchoscopy. AmJ Respir Crit Care Med. 2010;
182:589-97.
L0. jinF, Mu D, Chu D, Fu E, Xie Y, Liu T. Severe Complications
of Bronchoscopy. Respiration 2008;76:429-33.
11. Kaparianos A, Argyropoulou E,Sampsonas F,Zania A,
Efremidis G, Tsiamita lvl, Spiropoulos K. Indications, results
and complications of flexible fiberoptic bronchoscopy: a
S-year experience in a referral population in Greece. European
Gambar 5. Tampak pemasangan sfenf silikon Dumon secara
Review for Medical and Pharmacological Sciences. 2008;lL
bronkoskopik, dimana sfenf tersebut diinsersikan pada bronkus
355-63.
utama kiri13. 12. Suleman Au Ikramullah Q, Ahmed F, Khan MY. Indications
and Complications of Bronchoscopy : An Experience of 100
Cases in A Tertiary Care Hospital. fPMI 2008;22:2J0--1,4
13 Madkour A. Principles of Interventional Therapeutic
KESIMPULAN Bronchoscopy. Egyp J Bronchol. 2008 Vol Z No 1,

Bronkoskopi memiliki berbagai manfaat baik untuk


diagnostik maupun terapeutik. Meskipun terkait dengan
beberapa komplikasi (bahkan komplikasi mayor), namun
prosedur ini termasuk prosedur yang relatif cukup aman
jika dilakukan oleh tangan ahli. Terkadang terdapat
klaim bahwa bronkoskopi fleksibel dapat sepenuhnya
menggantikan bronkoskopi rigid, namun pendapat ini
masih diperdebatkan. Kedua instrumen saling melengkapi:
kelemahan dari satu alat mencerminkan keuntungan dari
yang lain.

REFERENSI

1. Narashiman R, Gayathri AR. Bronchoscopy. Textbook of


Pulmonary and Critical Care Medicine Vol.1, Chandigarh,
India: Jaypee Brothers Medical publishers (P) LTD,2011.
Lechtzin N. Bronchoscopy. Bronchoscopy: Diagnostic
Pulmonary Procedures. Merck Manual Professional, June,
2009 at http / / w ww.merckmanuals. com/ prof essional/
:

pulmonary_disorders/ dia gnostic_pulmonary_procedures/


bronchoscopy/htrnl
Sparsha. Bronchoscopy - Lrdications, Types, Procedure and
Complications. India Study Charmel, 2009 ath@t/ /www.
indiastudychannel.com/resources/ 59512-Bronchoscopy-In
dications,Types,ProcedureandComplications
Dalal DD, Vyas J]. Diagnostic Bronchoscopy. Bombay Hospital
]oumal at http / / www.bhj.or g / journal / 1999_4103
-jttly99 /
:

reviews_S37.htm
Bolliger CT, Mathur PN, Beamis fF, Becker HD, Cavaliere S,
Colt H, Diaz-limenez fP, Dumon fF, Edell E, Kovitz KL, Macha
HN, Mehta AC, Marel IvI, Noppen Iv{, Strausz J, Sutedja TG.
ERS/ATS statement on interventional pulmonology. Eur
Respir J 2002; 19 356-73
British Thoracic Society Bronchoscopy Guidelines Cominittee,
a Subcommittee of the Standards of Care Committee of the
British Thoracic Society. British Thoracic Society guidelines
on diagnostic flexible bronchoscopy. Thorax 2001;56(suppl
l): iL-r21,.
49
FLEXIBLE ENDOSCOPrc EVALUATION OF
SWALLOWING (FEES)
Susyana Tamin

TEIDAHUTUAN Pada fase esofagus terdapat kelainan dinding esofagus


atau kelainan struktur eksterna yang menghambat gerak
flfidagia merupakan keluhan pasien yang harus ditanggapi makanan dalam esofagus dan kelemahan peristaltik
&ngan cermat. Kelainan kongenital, inflamasi, infeksi, esofagus.l,s
ffifip, kelainan endokrin, tumor; kelainan kardiovaskuleri Berbagai kelainan ne'urologik dapat menyebabkan
Hainan neurologik dan penyebab iatrogenik seperti akibat disfagia neurogenik, seperti penyakit Parkinson dimana
uperasi. kemoterapi, dan radiasi dapat menyebabkan dengan adanya degenerasi substansia nigra yang
hfuhan disfagia.2,:,4 menimbulkan kekakuan dan tremor otot-otot. Hal ini
Kelainan yang tampak pada disfagia berbeda pada dapat menyebabkan terjadi gangguan pada fase oral dan
rUiry fase menelan. Pada fase oral dapat ditemukan faring berupa penurunan kemampuan pergerakan lidah
iHainan berupa 1) terkumpulnya makanan dalam rongga dan pangkal lidah. Sering pula ditemukan gangguan pada
f,nttrt, 2) kebocoran dari bibir; 3) kebocoran/ masuknya elevasi laring dan penutupan pita suara.T
nrnkanan ke faring sebelum refleks menelan timbul yang Gangguan menelan pada pasien strok dibedakan
drebabkan oleh kelemahan dan buruknya koordinasi berdasarkan lokasi lesi yang terjadi. Pasien strok dengan
&i bibir; pi pi, da n pa ng ka I lidah (p re swo llow in g leo ko g e). lesi pada korteks serebri kiri dapat menjalami gangguan.
fl aspirasi makanan pada saat inspirasi, berkaitan menelan fase oral dengan keterlambatan wal(u transit
fugan kebocoran makanan ke faring sebelum menelan. oral dan keterlambatan dalam memulai refleks menelan
ffrcruollowing aspiration).5) gangguan fungsi lidah oleh fase faring yang sering kali menimbulkan aspirasi. Strok
hena kelemahan bagian posteriol 6) gangguan inisiasi korteks serebri kanan menimbulkan gambaran proses
lrorelan oleh perubahan status mental dan kognitif yang menelan yang berbeda, terlihat dengan berkurangnya
mmningkatkan risiko menumpuknya makanan dalam tenaga dorongan otot-otot rongga mulut dan lambatnya
rqrgga mulut dan risiko aspirasi. refleks penutupanjalan napas, sering juga adanya disfagia
Pada fase faring terdapat 1) disfungsi palatum mole dan apraksia. Disfagia apraksia berupa keterlambatan dalam
fuing superior yang menyebabkan refluks ke nasofaring, memulai fase oral dengan tidak adanya pergerakan lidah
4 gangguan fungsi muskulus palatofaring, tirohioid
drt elevasi os hioid menyebabkan berkurangnya elevasi Padi strok dengan lesi batang otak terlihat fase oral
lbhg dan faring, sehingga meningkatkan risiko aspirasi berjalan normal, tetapi terdapat gangguan memulai dan
l5rena terganggunya pembukaan sfingter esofagus atas, mengontrol neuromotor fase faring berupa gangguan
$ &elemahan muskulus konstriktor faring menyebabkan pada pembukaan sfingter esofagus bagian atas dan
pumpukan sisa makanan (residu) di valekula dan sinus gangguan proteksi jalan napas.2,i
gf,riformis yang juga berisiko terjadi aspirasi saat menelan Penelitian di Klinik Disfagia Terpadu Departemen THT
drr setelah proses menelan selesai.4) gangguan relaksasi, FKUI RSCM pada 48 pasien strok, baik iskemik maupun
rrQnsibilitas, fibrosis, hiperplasia, atau hipertrofi muskulus hemoragik yang dilakukan pemeriksaan FEES, menemukan
itilofaring menyebabkan gangguan koordi nasi menelan. nya sto n d i n g s e c r et io n (56,3%), p re sw o llow i n g le a ko g e
a da

391
392 ENDOSKOPI

(91,7%), residu (81,3%), penetrasi (72,9%), aspirasi (39, mempermudah saat dimasukkan melalui hidung.q
6%) dan73,7o/o diantaranya terjadi silent ospiration. Pasien Survei yang dilakukan oleh Langmore pada tahun
dengan strok iskemik dan strok berulang mempunyai risiko 1995 menemukan hanya 27 kasus dari 6000 prosedur FEES
aspirasi dan silent ospirotion yang lebih tinggi. yang mengalami komplikasi. Adapun komplikasi yang bisa
Disfagia juga merupakan salah satu gejala yang timbul pada pemeriksaan FEES adalah rasa tidak nyaman
ditimbulkan akibat kanker di daerah kepala dan leher. yang biasanya ringan dan sangatjarang ditemukan adanya
Gejala ini tergantung dari ukuran dan lokasi lesi, derajat epistaksis, respons vasovagal, alergi terhadap anestesi
dan perluasan dari tumor yang direseksi, rekonstruksi atau topikal dan laringospasme.r'o
efek samping dari pengobatan. Pasien yang mendapat Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
terapi radiasi mempunyai risiko gangguan menelan. Efek tindakan ialah melakukan insersi endoskop secara hati-
jangka pendek radiasi meliputi xerostomia, perdarahan, hati, membatasi penggunaan obat anestesi pada mukosa
nyeri dan mukositis. Efekjangka panjang meliputi fibrosis, hidung dan menghindari penyemprotan pada laring atau
osteoradionekrosis, trismus, gangguan aliran darah, karies melakukan tindakan tanpa penggunaan anestesi sama
dentis dan gangguan sensasi pengecap.a sekali.rP
Wu8 dalam penelitiannya menggunakan FEES untuk
evaluasi perubahan fungsi menelan pada 31 pasien
Karsinoma Nasofaring (KNF) setelah terapi radiasi. Kelainan !NDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
yang paling banyak ditemukan adalah retensi faring
(93,5%) yang berakibat tingginya insiden aspirasi pasca Pemeriksaan FEES tidak mempunyai kontraindikasi mutlak
menelan (77,4%). Kelainan lain berupa atrofi lidah (54,8o/o), Beberapa keadaan yang dapat dipertimbangkan untuk
paralisis pita suara (29%), inkompeten velofaring (58%), tidak melakukan pemeriksaan FEES ialah adanya gangguan
prematur leokoge (41,9o/o), hilang atau terlambatnya refleks hemostasis, penurunan kesadaran, dan tanda vital yang
menelan (87,1o/o), konstriksi faring yang buruk (80,67o), dan tidak stabil.6,e,1o
s ile nt o s p i ro s i (4 1,9o/o). lndikasi FEES disesuaikan dehgan informasi yang didapat
Penelitian lainnya di Klinik Disfagia Terpadu Departemen dari pemeriksaan ini antara lain melihat adanya: 1) perubaha
THT FKUI RSCM pada 39 pasien KNF pasca kemoradiasi pada anatomi nasofaring, orofaring atau laring yang
yang dilakukan pemeriksaan FEES menemukan adanya mempunyai pengaruh terhadap fungsi menelan 2) perubahm
standing secretion (92,4%), residu pada keseluruhan pasien, integritas sensorik dari struktur faring dan laring yang
penetrasi (35,9%), aspirasi (10,3%), tetapi tidak ditemukan menyebabkan berku rangnya kemampuan ref leks menela
adanya silent ospirotion. Terjadi pemanjangan pada fase dan refleks batuk 3) kemampuan pasien dalam memu&i
oral dan fase faring dan pemberian makanan cair akan dan mempertahankan proteksi jalan napas dalam saL
mempercepat proses menelan. waktu tertentu yang bila menurun akan meningkatkan risiilo
terjadinya aspirasi 4) perbedaan kekuatan kontraksi dindLg
faring kiri dan kanan 5) kelelahan pada saat melaRukan pros
PR!NSIP KERJA ALAT menelan berulang 6) rekaman pemeriksaan dapat dijadih
umpan balik bagi pasien dan keluarganya untuk mengeffi
Pemeriksaan FEES membutuhkan pemeriksa yang mahir kelainan yang terjadi 7) pengaruh berbagai strategi
dalam menggunakan endoskopi serat optik lentul dan usaha untuk meningkatkan kemampuan menelan
mempunyai pengetahuan yang baik mengenai anatomi langsung dinilai pengaruhnya terhadap kemampuan
kepala dan leher serta fisiologi proses menelan. pasien.a6
AIat yang digunakan berupa satu set alat
nasofaringolaringoskop serat optik lentur teknologi
videoskop ukuran 1",[ mm berikut dengan sumber cahaya KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
xenon (/ighf source) dan kamera video CCD juga video
monitor berwarna beserta alat perekam VCD ataupun DVD. Pemeriksaan"rFEES merupakan pemeriksaan yang
Leonardl menggunakan I atau l" semprot anestesia topikal mahal dan dapat dilakukan dalam waktu singkat
seperti tidokain /.L dan sejumlah kecil neosynephrine segera memberi hasil, bersifat tidak invasif dan
(2.,1-o) pada salah satu lubang hidung. Di Klinik Disfagia iritatif, menggunakan makanan normal dan dapat
Terpadu Departemen THT FKUI RSCM, pemeriksaan FEES sesering mungkin bila dibutuhkan.'z
dilakukan tanpa menggunakan anestesi topikal untuk FEES mempunyai keterbatasan diban
tetap mempertahankan sensasi di daerah orofaring, videofluoroscopy Pemeriksaan ini tidak dapat
sehingga tidak akan mempengaruhi proses menelan. evaluasi pembentukan bolus pada rongga mulut, a
Endoskop yang digunakan hanya diberijeli pelumas untuk tidak dapat melihat kemampuan pasien untuk mem
REXTBLE ENDOSCOPTC EVALUATTON OF SWALLOWTNG (FEES) 393

dan menahan bolus di mulut, memindahkannya dari konsistensi makanan yang paling aman bagi pasien, 3).
bagian anterior ke posterior rongga mulut dan pengiriman Pemeriksaan terapi (therapeutic ossessment) dengan
bolus ke faring. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengaplikasikan berbagai perasat (nonuver) dan posisi
melihat tingkatan konstriksi faring, pembukaan sfingter kepala. dinilai apakah terdapat peningkatan dalam
esofagus atas dan elevasi hioid/laring saat menelan.6 kemampuan menelan.s,6,s
Kekurangan lain dari FEES, pada saat terjadi refleks Pada tahap pertama. awalnya difakukan evaluasi gerak
menelan, secara bersamaan terjadi aproksimasi pangkal lidah, elevasi palatum mole dan kemampuan otot bukal dan
lidah dan faring yang mengaburkan visualisasi saat bibir untuk mengetahui kemampuan fungsi oromotor dari
pemeriksaan (white spot). Penetrasi dan aspirasi bolus fase oral. Kemudian endoskop dimasukkan melalui kavum
saat terjadi proses menelan tidak tervisualisasi, penilaian nasi sampai ke nasofaring dan pasien diminta menelan tanpa
penetrasi dan aspirasi dilakukan sesaat setelah terjadi makanan (dry swollow) untuk menilai kerapatan penutupan
refleks menelan. Perhitungan waktu secara tepat seperti velofaring (velopharyngeol competence) dan juga dinilai
png bisa diperoleh pada pemeriksaan radiologi, juga tidak penutupan velofaring saat fonasi. Selanjutnya endoskop
ddapat pada pemeriksaan FEES.6 dimasukkan lagi sampai hipofaring agar dapat memvisualisasi
struktur di bawah palatum mole. Pada posisi ini, dilakukan
evaluasi pangkal lidah, valekula, sinus piriformis, dinding
TEKNIK DAN PERSIAPAN PEMERIKSAAN posterior faring, dan postkrikoid. Untuk evaluasi struktur
laring, endoskop dimasukkan lagi lebih dalam, sehingga
Frosedur ini pertama kali diperkenalkan oleh Langmore pada ujungnya berada setinggi epiglotis. Evaluasi dilakukan
dtun 2001. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan terhadap gerakan pllka vokalis saat fonasi dan inspirasi,
msofaringolaringoskop serat optik lentur melalui rongga serta adanya akumuladi saliva atau sekret(stonding secretion)
l*lung, melewati velum dan posisinya dipertahankan di atas pada daerah valekula, sinus piriformis kanan dan kiri dan
qliglotis. Pemeriksaan FEES dapat memvisualisasi secara juga postkrikoid. Kemudian dinilai pula adanya penetrasi
ktgsung faring dan laring setinggi plika vokalis. Makanan dan aspirasi juga kemamptian refleks batuk.7,1 Pemeriksaan
dan cairan dengan konsistensi dan jumlah tertentu dilihat tersebut merupakan pemeriksaan awal Qtreswollowing
mt melewati faring. Pada pemeriksaan ini dinilai segmen ossessment) sebelum pemeriksaan in1i.16s
hringofaring pada saat sebelum dan sesudah proses Pemeriksaan inti FEES berupa tes menelan dengan
mnelan dan dapat mendeteksi adanya aspirasi dan silent 6 konsistensi makanan seperti uraian di atas. Dimulai
qfuotion. FEES menjadi pemeriksaan pilihan yang tepat dengan memberikan 1 sendok bubur saring, pasien
untuk disfagia orofaring dimana sering terjadi gangguan diminta menahannya dalam mulut kira-kira 10 detik
ffi,mgsi pada fase oral dan fase faring.ro,s untuk menilai adanya kebo'coran fase oral (premoture oral
Protokol pemeriksaan saat ini merupakan modifikasi leakoge) atau aspirasi sebelum menelan (preswolllowing
dari protokol awal oleh Bastian. Pemeriksaan dilakukan aspiration). Kemudian pasien diminta menelan dan pada
oleh ahli THT dan penilaian dilakukan bersama-sama saat bersamaan gambaran visualisasi.akln hilang sesaat,'
&ngan ahli Rehabilitasi Medik dan ahli Gizi. Pemeriksaan kurang dari satu detik (whife spot/blind spof) karena
dapat dilaksanakan di sisi tempat tidul dilakukan tanpa kontraksi velofaring dan elevasi laring. Penilaian dilakukan
lhdakan pembiusan dan dalam posisi pasien duduk tegak sesaat sebelum dan sesudah momen ini. Penting dicatat
dau duduk miring 45'. Pemeriksaan FEES membutuhkan adanya lateralisasi aliran makanan, penetrasi atau aspirasi,
hrjasama pasien dalam mengikuti instruksi yang diberikan dan residu,/sisa makanan pada valekula, sinus piriformis,
slama pemeriksaan. Proses menelan dievaluasi dengan pangkal lidah, dan postkrikoid. Bila terdapat residu, maka
mmberikan 6 konsistensi makanan berupa cairan encer pasien diminta menelan lagi dan dinilai apakah dengan
ffirin liquid), cairan kental (thick liquid), bubur saring menelan berulang efektif untuk membersihkan residu.
Ftee), bubur nasi lgastric rice/softfood),bubur tepung Apabila pasien mengeluh adanya regurgitasi, endoskop
ffimtermouth), dan biskuit. Semua konsistensi makanan dapat d[pertahankan lebih lama untuk melihat adanya
hn'ali biskuit diberi warna hijau atau biru untuk visualisasi regurgitasi setelah proses menelan berulang.re.s
Xptg lebih baik saat pemeriksaan.le,s Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemberian bubur
Tahap pemeriksaan pada modalitas ini dibagi menjadi nasi dan dihentikan bila terdapat aspirasi. Respons
I tahap: 'l ). Pemeriksaan sebelum pasien menelan terhadap aspirasi dan efektivitas refleks batuk dinilai. Bila
fuwollowing ossessment) untuk menilai fungsi muskular terdapat aspirasi tanpa disertai refleks batuk menunjuk-
dri oromotor dan mengetahui kelainan fase oral dan fase kan adanya silent ospirotionyang menyebabkan tingginya
[$ng 2). Pemeriksaan berlangsung dengan memberikan komplikasi terjadi infeksi paru (pneumonia). Bila tidak
teberapa konsistensi ma ka na n (swo llow in g o ssess m e nt), terdapat aspirasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan 4
ffinilai kemampuan menelan pasien dan mengetahui konsistensi makanan lainnya.
394 ENDOSKOPI

Terdapat 5 parameter FEES yang harus dinilai yang diambil pada sekelompok pasien dengan gangguan
saat pemeriksaan seperti; 1) preswallowing leokoge, 2) menelan akibat kelainan neurologis, neuromuskular dan
sensitivitas, 3) residu, 4) penetrasi dan 5) aspirasi.10,11 pasien keganasan kepala dan leher. Pasien-pasien tersebut
Preswollowtng leokoge, didefinisikan sebagai bolus dapat meningkatkan kecepatan menelan, mengurangi
makanan yang masuk ke daerah hipofaring sebelum residu dan mengontrol terjadinya aspirasi. Penentuan sikap
timbulnya refleks menel an. Adanya preswollowing leakoge tubuh mana yang harus digunakan, (teknik mana dan kapan
menyebabkan mudahnya terjadi aspirasi sebelum proses harus digunakan). 12,13 merupakan keputusan bersama yang
menelan. ditunjang juga oleh hasil pemeriksaan,
Sensitivitas merupakan kemampuan sensori daerah Rehabilitasi perasat menelan dilakukan berdasarkan
hipofaring dilihat dari timbulnya refleks batuk atau pun penggunaan konsistensi makanan dan cairan tertentu
mekanisme menahan bolus supaya tidak masuk laring untuk melatih teknik menelan dan perasat (monuverl
yang merupakan kemampuan proteksi jalan napas.lott yang baik. Pasien diajarkan suatu perasat menelan yang
Residu merupakan bolus makanan yang tertinggal di bertujuan untuk meningkatkan kecepatan transportasi
hipofaring setelah terjadinya proses menelan. Hasil ukur bolus melalui orofaring ke esofagus. Keuntungan teknik ini
residu berupa ringan bila terdapat sedikit sisa makanan pada ialah dapat dilakukan tanpa makanan atau minuman dan
satu/ beberapa lokasi seperti pangkal lidah, valekula, sinus efeknya dapat dilihat langsung melalui pemeriksaan FEES.
piriformis, post-krikoid, sedang bila sedikit pada seluruh lokasi Penggunaan perasat (manuver) berbeda-beda pada setiap
/ banyak pada 1 lokasi, dan berat bila banyak pada beberapa individu tergantung dari penyebab gangguan menelan
lokasi/ seluruh lokasi.l011 Beberapa cara dapat dilakukan, seperti :

Penetrasi merupakan bolus makanan yang masuk ke


dalam vestibulum laring saat atau setelah proses menelan Ferasat Supra glofik $upmglottk Strolla nD
terjadi dan dibagi dalam empat tingkatan yaitu 0 (tidak Pasien diminta menelan makanan sambil menahan napas
ada penetrasi), 1 (bolus di atas pita suara/ vestibulum dan batuk segera setelah menelan sebelum inspirasi yang
laring, pasien merasakan dan dapat mengeluarkan bolus), kemudian dilanjutkan menelbn lagi. Tujuannya untut
2 (bolus di atas pita suara/ vestibulum laring, pasien tidak menutup plika vokalis dan membersihkan residu yarg
merasakan), 3 (bolus di pita suara, pasien merasakan dan mungkin masuk ke laring. Perasat ini digunakan pade
mengeluarkan bolus), 4 (bolus di pita suara, pasien tidak pasien dengan kelemahan pergerakan pita suara dan
merasa kan).10,11 kelumpuhan pita suara, gangguan sensoris pada lariry
Aspirasi bila bolus makanan masuk ke dalam subglotis pada pasien pasca-intubasi lama dan pasca-operasi
saat atau setelah proses menelan terjadi. Terdapat empat laringektomi supraglotis.latr
tingkatan yaitu 0 (tidak ada aspirasi), 1 (ada aspirasi dan
pasien mengeluarkan bolus secara spontan), 2 (ada aspirasi Perasat Su per- Su p ra g loti k (Su p e r- S up ra g lol{fo-
dan pasien berusaha mengeluarkan bolus akan tetapi Swollow)
tidak berhasil), 3 (ada aspirasi namun tidak ada usaha Sama dengan perasat supraglotik dengan ptenambatra
mengeluarkan bolus).10,1' instruksi untuk menahan napas sedikit lebih lama dr
Perubahan posisi kepala dan teknik lain yang lebih dalam (monuver volsavo). Tindakan ini bertujua
membantu memperbaiki proses menelan dilakukan saat untuk menambah penutupan plika vokalis atau membarl
pemeriksaan tahap tiga. Hasil pemeriksaan direkam penutupan plika ariepiglotis dan bagian posterior pb
dalam komputer perekam data untuk bahan analisa vokalis. Donzeli dan Brodi seperti dikutip oleh Murry dr
selanj utnya.le's Carrauls menyatakan pada perasat initerjadi penutupan lal;
Tahap ke tiga merupakan pemeriksaan terapeutik, yang lebih maksimal dan waktu menelan yang lebih
pasien diminta untuk menelan dengan posisi kepala dibandingkan perasat supraglotis.12,13
tertentu atau melakukan perasat tertentu dalam usaha
meningkatkan kemampuan menelan. Beberapa orang Effortful Swallow
telah memperlihatkan bahwa dengan menolehkan Pasien diminta menelan sambil menekan (squeeze)
kepala ke satu sisi, menundukkan dagu ke bawah atau dengan kuat menggunakan kekuatan otot pangkal
memiringkan kepala ke belakang pada saat menelan dapat dan faring. Perasat ini lebih mudah untuk dii
mencegah atau mengurangi terjadinya aspirasi. Sikap terutama pada pasien dengan gangguan k
tubuh saat latihan menelan dapat mengurangi terjadinya anak-anak dan gangguan sensoris berat. Pen
aspirasi, mengurangi waktu transit oral dan faring dan juga ini membantu pendorongan bolus ke hipofaring
mengurangi jumlah residu setelah menelan dibandingkan kelemahan pergerakan lidah. Perasat ini harus hati
tanpa penyesuaian sikap tubuh. Beberapa penelitian apabila digunakan pada pasien dengan
membuktikan kegunaan sikap tubuh ini dilihat dari data penutupan pita suara.12,13
FLE:XiBLE ENDOSCOPTC EVALUATION OF SWALTOWTNG (FEES) 395

:r;i:i:'li:r : :,:"i

l(elainan Aplikasi postural Tujuan,aplikasi postural


Pemanjangan waktu transit oral kepala defleksi Menggunakan gr,avitasi untuk membersihkan rongga mulut
(berkurangnya propulsi bolus ke
posterior oleh lidah)
Terlambatnya stimulasi fase faring Dagu ke bawah (chin Melebarkan valekula untuk cegah bolus masuk ke jalan napas;
(bolus melewati ramus mandibula down) menyempitkan jalan masuk ke saluran napas, mengurangi risiko
tetapi fase faring tidak terpicu) asprrasr
Berkurangnya gerak pangkal lidah Dagu ke bawah Menekan pangkal lidah ke posterior ke arah dinding faring
ke posterior (residu di valekula)
Paralisis plika vokalis unilateral Rotasi kepala ke sisi lesi Menempatkan tekanan ekstrinsik pada kartitago tiroid, memperbaiki
(aspirasi selama menelan) adduksi (penutupan) plika vokalis, dan mengarahkan bolus ke sisi
lebih kuat
Berkurangnya penutupan bagian Dagu ke bawah. rotasi Menempatkan epiglotis pad-a posisi [ebih protektif; menyempitkan
zuperior laring dan plika vokalis kepala ke sisi lesi aliran masuk ke laring; memperbaiki penutupan plika vokalis dengan
(aspirasi selama menelan) menggunakan tekanan ekstrinsik
Berkurangnya kontraksi faring Baring pada satu sisi Eliminasi efek gravitasi terhadap residu di faring
(residu tersebar di faring)
Paresis faring unilateral (residu Rotasi kepala ke sisi lesi Eliminasi sisi paresis faring terhadap aliran bolus
pada satu sisi faring)
(elemahan unilateral oral dan Kepala miring ke sisi Mengar.ahkan bolu's ke ba.wah pada sisi lebih' sehat dengan
&ring pada sisi yang sama (residu lebih kuat gravitasi
di rongga mulut dan faring pada
sisi sama
Disfungsi krikofaring (residu di Rotasi kepala Menarik kartilago krikoid menjauhkan dari dinding faring posterio;
sinus piriformis) mengurangi sisa tekanan pada sfingter krikofar:ing

Ferasat Mendelsohn
Ferasat ini digunakan untuk mempermudah terbukanya
otot sfingter esofagus atas. Pasien melakukan beberapa
kali gerakan menelan sambil merasakan tonjolan tiroid
terangkat. Kemudian pasien diminta menahan beberapa
detik saat posisi tiroid terangkat (laring terelevasi). Laring
yang dipertahankan saat elevasi akan mempermudah
relaksasi sfingter esofagus atas sehingga dapat dilalui
rnakanan. 12,13

krasat Menahan Lidah Gambar 3. Daerah hipofaring Gambar 4. Retrofleki epiglotis


Pasien diminta untuk mengeluarkan lidah dan menahannya bebas dari residu saat menelan

Gambar 5. Standing secretion Gambar 6. Residu makanan di


Gambar 1. Penutupan sfingter Gambar 2. Penutupan sfingter di hipofaring valekula, sinus piriformis kanan/
uelofaring saat menelan velofaring saat fonasi kiri, dan postkrikoid
ENDOSKOPI
396

di antara kedua gigi (atas dan bawah) pada saat menelan.


Tujuan perasat ini untuk meningkatkan tekanan pada saat
terjadi kontak pangkal lidah dengan dinding faring. Perasat
ini digunakan pada kelemahan lidah, pada pasien pasca-
operasi regio mulut atau keganasan lidah.12'13

REFERENSI

1. Murry T, Carrau RL. Anatomy and Fuction of the Swallowing


Mechanism. In: Murry T, Carrau RL, editors. Clinical
Management of Swallowing Disorders. Second Edition. San
Diego: Singular Publishing. 2006 p.1943
2. Aviv ]E, Murry T. FEESST Safety. In: Aviv )E, Murry T.
' editors. Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing with
Sensory Testing. San Diego, Oxfrod: Plural Publishing Inc,
2005:p.88-95.
3. Mark L, Rainbow D. Subjective Assessment. In: Mark L,
Rainbows D, editors. Working with Dysphagia' A Speech-
mark Practical Therapy Manual. 1st ed. Oxon: Speechmark
Publishing Ltd . 2001. p.35-72.
4. Murry T, Carrau RL. The abnormal Swallow : Conditions
and Diseases In: Murry T, Carrau RL, editors. Clinical
Management of Swallowing Disorders. Second Edition. Sarr
Diego: Singular Publishing. 2006. p.37-80
5. Langmore SE, Aviv ]N. Endoscopic Procedure to Evaluate
Oropharyngeal Swallowing. In: Langmore SE, ed. Endoscopic
Evaluation and Treatment of Swallowing Disorders. 1st ed.
New York, Stuttgart: Thieme; 2001.p73-100.
6. LeonardR.swallowEvalutionwithFlexibleVideoendsocopy.
In: Leonard& Kendall K editors. Dysphagia Assessment and
Treatment Planning - A Team Approach. Second Edition. San
Diego: Plural Publishing. 2008 p.161-80.
7 . Aviv JE, Murry T. Cases. In: Aviv ]E, Murry T. editors. Flexible
Endoscopic Evaluation of Swallowing with Sensory Testing.
San Diego, Oxfrod: Plural Publishin glnc, 2005:p.109-22.
8. Wu CH, Hsiao TY, Ko fY. Dysphagia after Radiotherapy:
Endoscopic Examination of Swallowing in Patients with
Nasopharyngeal Carcinoma. Ann Otol Rhinol Laryngol
2000;109:320-5
9. Tamin I Ku PK Cheung D. Assessment and management
of dysphagia with fiberoptic endoscopic examination
of swallowing (FEES) and its future implementation in
Indonesia. Otorhinolaringol.Indon.2004; 34 (4): 26-33
10. Tamin S. Disfagia orofaring. ln: Iskandar N, Soepardi EA"
BashiruddinJ, Restuti RD, editors: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam.
Jakarta: Balai Penerbit FKA;2007 p.281"-4
11. Langmore SE. Scoring a FEES Examination.In: Langmore
SE, ed. Endoscopic Evaluation and Treatment of Swallowing
Disorders. 1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001.p101-
43.
12. Mttrry T, Carrau RL. Non surgical Treatment of Swallowing
Disorders. In: Murry T, Carrau RL, editors. Clinical
Management of Swallowing Disorders. Second Edition. San
Diego: Singular Publishing. 2006 p.139-67.
13. Mark L, Rainbow D. Pharyngeal State Management. In:
Mark L, Rainbows D, editors. Working with Dysphagia'
A Speechmark Practical Therapy Manual. 1st ed. Oxon:
Speechmark Publishing Ltd. 2001. p.130-8.
50
ARTROSKOPI
Andri M T Lubis

PENDAHULUAN Sementara sudut inklinasi lensa artroskopi bagian distal


bervariasi dari 10-120 derajat, namun yang terbanyak di
Seiring dengan perkembangan teknik endoskopi maka pasaran adalah lensa dengan sudut 30 dan 70 derajat.
-at ini banyak prosedur pembedahan yang sebelumnya Akan tetapi pada saat ini lebih dari 90% prosedur
memerlukan insisi atau luka yang besar menjadi jauh artroskopi dikerjakan dengan menggunakan artroskop 30
lebih minimal invasif. Endoskopi yang dipergunakan untuk derajat. Alat-alat lain yang diperlukan dalam prosedur ini
daerah persendian disebut artroskopi. Profesor Kenji Takaji adalah sumber cahaya, layar monitor, motor unit untuk
l'1888-19663) dari Universitas Tokyo dianggap sebagai shover, pompa air dan alat perekam. Selain itu terdapat
crang yang pertama kali mengaplikasikan prinsip-prinsip pula instrumentasi khusus yang diperlukan untuk masing-
endoskopi pada sendi lutut, begitu pula dengan Severin masing indikasi pada prosedur artroskopi.
Nordentoft. Sementara perintis bidang artroskopi lainnya
adalah Eugen Bircher dan Michael Purman. Setelah Perang
Dunia kedua, pengembangan teknik ini diteruskan oleh
Vasaki Watanabe dari Universitas Tokyo dan Robert W.
Jackson dari Rumah Sakit Umum Toronto. Kemudian pada
ahun 1 974 didirikan lnternotionol Arthroscopy Association
IAA) di Philadelphia dengan Profesor Watanabe sebagai
rctua pertamanya. Saat ini organisasi tingkat dunia yang
canyak berhubungan dengan artroskopi telah bertambah
E -umlahnya dan salah satu di antaranya adalah lnternotionol
Its fuciety of Arthroscopy, Knee Surgery, and Orthopoedic
l furts Medicine (ISAKOS). Di samping itu, lnternational
t-: lortiloge Repoir Society (ICRS) juga merupakan suatu

; radah yang seringkali berkaitan dengan perkembangan


artroskopi di dunia. Sedangkan di Asia telah berdiri
:rganisasi Asion Pocific Orthopaedic Society for Sport Gambar 1. Tindakan artroskopi pada sendi lutut. Luka
v'ledicine (APOSSM), dan Asion Arthroscopy Congress (AAC). yang diperlukan sangat kecil. Umumnya dibutuhkan
furkembangan teknik dan alat artroskopi yang sangat sekitar 2 sampai 3 insisi kecil sebagai portal. Operator
:esat dalam dekade terakhir ini mengakibatkan semakin dapat melihat keadaan dalam sendi lutut melalui
monitor.
mnyak prosedur yang dapat dilakukan dengan tindakan
niinimal invasif menggunakan bantuan artroskopi.

INDIKASI-INDIKASI PROSEDU R ARTROSKOPI


II{STRU M ENTASI PADA ARTROSKOPI
Artroskopi saat ini dapat membantu tindakan pada
Secara garis besar tindakan artroskopi memerlukan berbagai sendi, dan prosedur ini sangat sering digunakan
antroskop dengan diameter antara 2,7 sampai 7,5 mm. terutama pada sendi besar seperti sendi lutut dan sendi

397
398 ENDOSKOPI

bahu. Artroskopi juga dapat digunakan pada sendi yang ligamentum tersebut harus dilakukan dengan teknik
lebih kecil seperti sendi pergelangan kaki (onkle), sendi operasi terbuka. Pada umumnya, luka operasi pun
siku, sendi pergelangan tangan (wrist), dan kadang kala besar karena beberapa ligamentum sulit dicapai, seperti
juga digunakan pada sendi panggul. Endoskopijuga dapat misalnya ligamentum cruciatum, sehingga patella perlu
dipakai untuk membantu operasi tulang belakang, tetapi didislokasikan untuk mencapai ligamentum tersebut.
tidak akan dibahas pada bab ini. Sebagai akibatnya nyeri pasca operasi cukup hebat, luka
Saat ini indikasi utama penggunaan alat artroskopi insisi besar, dan fase pemulihan menjadi lebih lama.
adalah untuk membantu penanganan operasi akibat Dengan bantuan artroskopi maka insisi menjadijauh lebih
cedera olah raga dan kecelakaan di samping penanganan kecil, patella tidak perlu didislokasikan sehingga nyeri
masalah penyakit degeneratif. Oleh karena itu, di banyak pasca operasi tidak terlalu berat dan rehabilitasi menjadi
negara, ahli ortopedi yang memfokuskan diri pada lebih cepat. Agar operasi menggunakan artroskopi ini
prosedur artroskopi disebut sports surgeon. dapat berjalan optimal maka penentuan portal menjadi
sangat penting.

OSTEOARTRITIS

Pada awalnya tindakan debridement arthroscopy


terutama pada sendi lutut sangat banyak dikerjakan
dan merupakan salah satu prosedur yang paling sering
dilakukan dalam bidang orthopaedi. Debridement
arthroscopy pada mulanya dianggap mampu mengurangi
keluhan pada osteoartritis khususnya pada sendi lutut
dan mengurangi sel-sel peradangan, sitokin pro-inflamasi Gambar 2. Contoh groft tendon semitendinosus dan gracft
yang dapat dipakai sebagai tendon groft untuk rekonstrulci
yang terdapat pada sendi lutut. Akan tetapi banyak ligamentum krusiatum anterior maupun ligamentum krusiatrn
penelitian terkini menunjukkan bahwa hasil debridement posterior
orthroscopy kurang lebih sama dengan placebo bahkan
pada beberapa kasus lebih buruk daripada placebo.
America.n Academy of Orthopoedic Surgeon (AAOS)
maupun lnternational Society of Cortiloge Repoir (ICRS)
saat ini merekomendasikan debridement orthroscopy
untuk osteoartritis hanya dilakukan apabila terdapat
dua kelainan, yaitu ruptur meniskus atau terdapat loose
bodies sehingga tindakan artroskopi dapat dipergunakan
untuk melakukan menisektomi ataupun pengeluaran
Loose bodies. Akan tetapi osteoartritis perlu dibedakan
dengan suatu keadaan berupa cedera kartilago. Cedera
pada kartilago dapat berupa defek yang cukup dalam dan
besar tetapi tidak meluas pada keseluruhan sendi lutut.
Pada jenis masalah ini. dapat dilakukan penatalaksanaan
mikrofraktur dengan bantuan artroskopi. Selain itu dapat
pula dilakukan mozoicplasty, autologous chondrocyte
Gambar 3. Contoh luka insisi pada rekonstruksi
transplantation maupun penatalaksanaan dengan sel krusiatum anterior. Sekalipun pada pasien ini di
punca, yang dalam pelaksanaannya dapat memanfaatkan rekonstruksi kedua bundle ligamentum krusiatum
artroskopi. yaitu bundle anteromedial dan bundle posterolateraf,
tetapi hanya diperlukan tiga luka insisi untuk portal dan
luka kecil untuk mengambil groft.

REKONSTRUKSI LIGAMENTUM PADA SENDI LUTUT


MENTSEKTOMI DAN PERBATKAN (
Pada sendi Iutut terdapat empat ligamentum utama, yaitu
MENISKUS
ligamentum cruciatum anteriori ligamentum cruciatum
posteriori ligamentum kolateral medial dan ligamentum Pada sendi lutut terdapat dua menisci, yaitu
kolateral lateral. Sebelum masuk dalam era artroskopi, medial yang lebih besar dan meniskus lateral
apabila terjadi cedera maka rekonstruksi ligamentum- lebih kecil. Meniskus tidak mempunyai perdarahan
ITTROSKOPI 399

baik, sehingga sangat sulit sembuh bila terjadi robekan. akan mengalami robekan pada labrum glenoid yang
Sebelum era artroskopi, apabila terjadi robekan pada disertai dengan mengendurnya kapsul bahu. Hal ini akan
nneniskus hingga menimbulkan nyeri yang mengganggu, mengakibatkan dislokasi pada sendi bahu menjadi semakin
maka terpaksa dilakukan operasi terbuka dengan mudah dan cenderung berulang. Dislokasi yang berulang ini
rnelakukan menisektomi total. Bahkan sekalipun robekan akan mengakibatkan terdapatnya lesi Bankart, yang ditandai
cuma sedikit, akan tetapi sering kali seluruh meniskus dengan robekan labrum dari glenoid di sisi anteroinferior
harus diangkat/ dibuang. Dengan bantuan artroskopi, terhadap glenoid sehingga kapsul sendi bahu pun menjadi
ddi bedah orthopaedi dapat memilih bagian yang rusak semakin kendur. Pasien seperti ini memerlukan perbaikan
dan membuang bagian tersebut saja. Dengan demikian melalui operasi yang dikenal sebagai Bonkart repoir.leknik
pada cedera meniskus saat ini telah dapat dilakukan Bankartjauh lebih baik daripada teknik Bristow, karena teknik
rrnenisektomi su btota I ba h kan men isektomi parsia l. Bankart lebih fisiologis dan anatomis, sedangkan teknik
Dilihat dari segi perdarahannya, meniskus dibagi Bristow dapat mengakibatkan berkurangnya gerakan rotasi
dalam tiga zona, mulai dari perifer yailu red-red zone, red- eksterna sendi bahu pasca operasi. Dengan bantuan artroskopi
udtite zone dan white-white zone. Red-red zone merupakan maka operasi perbaikan lesi Bankart menjadi lebih mudah.
arca yang paling baik perdarahannya, sehingga apabila Umumnya pada Bonkort repoir diperlukan tiga portal atau
robekan terjadi pada zona ini maka dengan bantuan insisi saja, tanpa perlu memotong otot sama sekali. Dengan
antroskopi dimungkinkan perbaikan dan penjahitan demikian alat teropong sendi dapat langsung mempunyai
nmeniskus yang robek. Banyak penelitian membuktikan akses pada sendi bahu dan membantu operasi perbaikan.
hahwa bila seseorang tidak mempunyai meniskus lagi, Otot subskapularis tidak perlu dibuka, seperti umumnya pada
nmisalnya akibat menisektomi total, maka risiko terjadinya operasi konvensional tanpa bantuan artroskopi. Sementara
osteoartritis menjadi lebih besar. Bahkan pada penelitian ilu, onchor screw dan benangjuga dapat dengan lebih mudah
osteoartritis pada hewan coba ditemukan bahwa apabila diimplantasikan. Sebagai konsekuensinya, rehabilitasi akan
rmeniskus hewan coba tersebut diambil maka hewan lebih cepat dan baik. Oleh karena insisi tidak besar maka
@rsebut akan mengalami osteoartritis. nyeri jauh lebih ringan dah secara kosmetik menjadi jauh
lebih baik.

MANFAAT LAIN PROSEDUR ARTROSKOPI PADA Penanganan Sindrom lmpingement


SENDI LUTUT Saat ini masalah degeneratif semakin banyak ditemukan
di pelbagai negara dan akan menjadi masalah yang
Se{ain hal-hal yang telah dikemukakan di atas, artroskopi semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya
firya bermanfaat dalam mengeluarkan loose bodies (benda populasi usia lanjut. Pada populasi lanjut usia pada
hpc) di dalam sendi lutut melakukan biopsi, terutama biopsi umumnya terjadi perubahan bentuk pada akromion
sirodum pada sendi lutut. Biopsi sinovium ini sering kali skapula. Bigliani membagi bentuk akomion menjadi
@erlukan untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. tiga tipe, yaitu datar, curved (melengkung) dan hooked
(menyudut). Hal tersebut terjadi karena adanya
pembentukan osteofit pada ujung akromion. Akromion
PITIAN FAATAN ARTROSKO PI PADA SEN DI BAH U yang berben luk cu rved atau pu n h ooked men gaki batka n
ruang subskromial menyempit. Sebagai akibatnya, otot-
lrtroskopi Diagnostik dan Debridement olot rotator cuff yang bergerak di bawahnya menjadi
diagnostik
trtadang kala diperlukan pemeriksaan artroskopi terjepit, terutama otot supraspinatus saat gerakan
urntuk menunjang suatu diagnosis penyakit. Namun abduksi bahu. Hal tersebut dapat mengakibatkan rasa
'dhrgan adanya pemeriksaan mognetic resononce imaging sakit, yang dikenal sebagai poin arch syndrome, yang
(fiiRl) maka pemanfaatan artroskopi untuk tujuan ditandai oleh nyeri abduksi bahu, terutama pada 60
dagnostik semakin berkurang walaupun pencitraan MRI sampai.120 derajat.
ffia bahu lebih baik apabila menggunakan artrogram Apabila penanganan konservatif, baik dengan
sehingga gambaran kelainan sendi bahu menjadi lebih pemberian antiinflamasi maupun fisioterapi, tidak
1e*as. Artroskopi mempunyai peran didalam melakukan menolong maka diperlukan tindakan pembedahan berupa
pembersihan atau debridement pada sendi bahu, seperti ocromioplasty atau dekompresi ruang subakromial.
poda kasus artritis sepsis, adanya loose body maupun Walaupun prosedur tersebut dapat dilakukan dengan
uurtuk tindakan biopsi. teknik operasi konvensional, akan tetapi tentunya akan
lebih baik bila menggunakan bantuan artroskopi, karena
kranganan Dislokasi Bahu Berulang luka yang jauh lebih kecil dan tidak banyak jaringan'yang
Seseorang yang mengalami dislokasi pada bahunya, rusak.
400
ENDOSKOPI

Perbaikan Robekan Otot Rofofor Cuff robekan Iabral, peradangan sinovium dan cedera
Otot-otot rotqtor cuff merupakan otot-otot yang kartilago.
melakukan gerakan perputaran pada sendi bahu. Otot_otot
tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, subskapularis
dan teres minor. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, PEMANFAATAN ARTROSKOPI PADA SENDI KECIL
sejalan dengan pertambahan usia, seseorang berisiko
menderita impingement pada sendi bahunya. Akromion Pemanfaatan artroskopi pada sendi kecil memerlukan
yang menjadi curved ataupun hooked dapat menjadi teropong (scope)yang lebih kecil. Begitu pula instrumentasi
sangat tajam dan mengakibatkan iritasi terus menerus yang dipergunakan, semuanya berbeda dan menggunakan
terhadap rotator cuff pada saat gerakan perputaran sendi instrumen yang jauh lebih kecil dibandingkan prosedur
bahu. Sebagai akibatnya. lama kelamaan otot-otot rotqtor pada sendi besar. Apabila menggunakan instrumen seperti
cufftersebut dapat putus. pasien akan mengeluh nyeri dan pada sendi besar untuk penanganan sendi kecil, justru
terbatas gerakan pada sendi bahu. dapat mengakibatkan cedera pada sendi yang lebih kecil
' Teknik operasi u ntu k perbaik an otot rotqtor cuff dapat tersebut.
dilakukan dengan operasi terbuka yang konvensional. Ada
pula teknik yang disebut perbaikan terbuka mini (mini
open repoir), dimana dilakukan dekompresi subacromial SENDI SIKU
atau acromioplasty dengan bantuan artroskopi dan
selanjutnya perbaikan otot yang robek secara terbuka. lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendi siku antara lain
Dengan kemajuan artroskopi yang sangat pesat maka saat untuk debridement sendi siku, pembersihan /oose bodies,
ini telah dapat dilakukan pebaikan robekan otot rototor penanganan kekakuan sendi siku, penanganan fer?n6
cuff sepenuhnya dengan bantuan artroskopi. Dengan e Lb ow, penanga na n osteokond ritis d iseka
ns, si novektomi
demikian maka rehabilitasi pasca operasi menjadi lebih partial, penanganan pembebasan kontraktu[ penanganan
cepat dan nyeri lebih ringan. instabilitas ligamen serta membantu evaluasi patah tulang

Lesi Patologis lain pada Sendi Bahu


Terdapat beberapa jenis lesi patologis lain yang dapat SENDI PERGELANGAN TANGAN
diperbaiki dengan bantuan artroskopi, yaitu antara lain:
lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendi per-gelangan
lesi SLAP (Superior Lobrum Anterior posterior Lesion),yang
tangan antara lain untuk indikasi membantu diagnosb
merupakan keadaan patologis dimana terjadi robekan
yang sulit dengan pemeriksaan'..radiologi, penanganan
labrum pada bagian superior glenoid, di sekitar lokasi
sindroma corpol tunnel penanganan robekan kartilago
origo kaput longus otot biceps brachii. Lesi inijauh lebih
triang u lal pena nganan robekan scop ho lu note,si4ovektoni
mudah diperbaiki dengan bantuan artroskopi.
pembersihan artritis septik, pengeluaran loose bodia,
Bony Bankart yang merupakan variasi dari lesi Bankart, penanganan cedera kartilago sendi dan reseksi artroplasti
dimana terjadi robekan labrum pada sisi anterior inferior
glenoid, akan tetapi terdapat pula fragmen tulang glenoid
kecil yang pecah dan mengikuti labrum yang robek. SENDI PERGELANGAN KAKI
Dengan bantuan artroskopi perbaikan cedera ini tidak
memerlukan sayatan besar ataupun perobekan otot. lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendi per-gelanga
kaki antara lain untuk indikasi pembersihan loose bodies atn
ATPSA (Anterior Lobrum periosteaL Sleeve AvuLsion). Lesi
fragmen osteokondral, kondroplasti, sinovektomi, reselsi
ini juga merupakan variasi lesi Bankart dimana terjadi
jaringan lunak pada sindroma impingement, pembersiha
robekan labrum di sisi anterior inferior glenoid, akan
jaringan parut {an penanganan osteochondritis dissecaa_
tetapi periosteum pada tulang glenoid juga tercabik dan
(OCD). Artroskopi juga dapat membantu prosedur
mengikuti labrum yang robek.
artrodesis pergelangan kaki, sebagai alternatif prosedr
artrodesis terbuka.
PEMAN FAATAN ARTROSKOPI PADA SEN DI PANGGU t
Beberapa masalah pada sendi panggul dapat diatasi REFERENSI
dengan bantuan artroskopi, antara Iain pada pembersihan
1. Burkhart SS, Lo IKY, Brady p. A cowboy,s guide to advarrc
loose bodies, pembersihan osteofit yang mengganggu, shoulder artfuoscopy. Philadelphia: Lippincot Willianrs
Wilkins;2006.
51
UUTRASONO GRAFI END OSKOPIK
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN incontinence; mempelajari lesi submukosa seperti nodul


atau bumps yang bersembunyi di dalam dinding usus
Pemeriksaan ultrasonografi endoskopik (Endoscopic yang tertutup mukosa usus normal misal Gostrointestind.
ultrosonography, EUS) digunakan untuk memeriksa stromql tumor(GIST); mempelajari aliran darah di dalam
mukosa/dinding saluran cerna bagian atas dan bawah pembuluh darah menggunakan ultrasonografi Dopple4
serta organ-organ sekitarnya.l Pemeriksaan ini dapat dan mendapatkan contoh jaringan (aspirasi jarum
mendiagnosis beberapa penyakit misal kelainan pankreas, halus/ FNA) dengan memasukkan jarum khusus, dalam
saluran empedu, dan kandung empedu, pembesaran bimbingan ultrasonografi ke dalam kelenjar limfe yarg
kelenjar getah bening karena berbagai penyebab misalnya membesar atau curiga tumor untuk pemeriksaan patologi
metastase kanker .1-3 anatomi.s,6,7

DEFINISI KOMPLIKASI

Ultrasonografi endoskopik didefinisikan sebagai sebuah Komplikasi EUS terjadi pada sBkitar 1 diantara 20(3
prosedur tindakan medik yang menggabungkan endoskopi tindakan. Kompllkasi yang timbul antara lain hives, rua
dan ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran dan kulit atau mual akibat obat-obat yang dipakai selam
informasi mengenai dinding saluran cerna, organ-organ pemeriksaan EUS. Komplikasi serius yang dapat terjd
dan jaringan di sekitarnya. Gelombang suara dikirim ke tetapi jarang yaitu perforasi.s
dinding saluran cerna melalui probe ultrasonografi yang
melekat pada ujung endoskop. Kemudian pola ekho
yang dibentuk oleh gelombang suara yang terefleksi PERSIAPAN EUS
diterjemahkan ke dalam gambar dinding saluran cerna
oleh komputer.a,s Untuk pemeriksaan EUS saluran gastrointestinal
pasien harus puasa makan dan minum minimal 6 j
sebelumnya.l,s
INDIKAS! Untuk pemeriksaan EUS saluran gastroin
bawah (rektun dan kolon), pasien mengonsumsi cai
lndikasi EUS antara lain: menentukan stadium kanker pembersih kolon atau diet cairan jernih di
esofagus-lambung-pankreas-rektum dan paru; dengan laksatif atau enema sebelum pemeriksaan.l
mengevaluasi pankreatitis kronik dan tumor atau Kebanyakan obat yang dikonsumsi dapat
kista pankreas; memastikan kelainan saluran empedu sampai hari pemeriksaan EUS. Tanyakan pada
termasuk batu pada saluran empedu atau kandung obat-obat yang telah dikonsumsi. Obat-obat
empedu; memastikan tumor saluran empedu, kandung (warfarin atau heparin) dan klopidogrel harus
empedu, atau hati; mempelajari otot-otot rektum bawah sebelum prosedur. lnsulin juga harus distop pada
dan onal canol dala.m mengevaluasi penyebab fecol pemerlksaan EUS. Secara umum, obat aspirin dan
T'LTRASONOGRAFI EN DOSKOPIK 403

rbuprofen, naproxen, dan lain-lain) masih dapat dikonsumsi


sebelum pemeriksaan EUS. Jika ada alergi terhadap lateks,
rarus hati-hati kemungkinan syok anafilaktik.l Harus
rrirtanyakan apakah ada alergi obat atau bahan lain misal
atau shellfish pada anamnesis. Penyakit serius juga
*c,Cine

"urus ditanyakan antara lain penyakit jantung, penyakit


raru, diabetes melitus sebelum tindakan. iika akan
ii uakukan aspirasi jarum halus, harus dilakukan pemeriksaan
:rrnbekuan darah. Harus ditanyakan apakah pasien memiliki
eenyakit gangguan perdarahan atau minum obat-obatan
larlg mengganggu pembekuan darah (seperti Coumadin)
ama{u gangguan fungsi trombosit (seperti aspirin, Motrin,

ih.rprofen, Aleve dan OAINS lainnya). Antibiotik biasanya


tdak diperlukan sehabis tindakan EUS. kecuali bila pasien
reirniliki penyakit katup jantung.
EUS dilakukan dengan bantuan sedasi, jadi pasien
irCak dapat bekerja atau mengendarai mobil selama 24 Gambar 1 . EUS radial mendiagnosis tumor saluran cerna dan
metastase kelenjar getah bening.
"arn. Setelah tindakan pasien harus ditemani orang lain
-ntuk mengantarnya ke rumah.

f,OMPLIKASI EUS

i{lornplikasi pemeriksaanEUS jarang didapatkan. Komplikasi

oanE didapatkan antara lain perdarahan akibat biopsi, sakit


rwl.ggorokan, efek samping terhadap obat sedatil aspirasi
s liambung ke dalam paru, infeksi, komplikasi penyakit
iiar:tung/paru, dan perforasi (jarang). 1

MACAM/TIPE EUS
D
i lufienurut tujuan pemeriksaan, EUS dibagi 2 yaitu diagnostik
f lian terapeutik. Menurut jenisnya alat EUS dibagi menjadi
x E!'S radial dan EUS linear. EUS radial lebih banyak dipakai Gambar 2. Punksi pseudokista pankreas memakai.EUS linear
urruk dlagnostik kelainan saluran cerna, sedangkan EUS
lnrear selain diagnostik dapat dipakai sebagai modalitas
i,e.api untuk punksi cairan kista dan biopsi jarum
ra r.s(FNAB).3(lihat gambar 1,2,3) REFERENSI

1. UnderstandingEUS (Endoscopic lIltrasonography). Available


from url: http://www.asge.org/patients/patients.aspx?id:380.
FNEKUENSI EUS Accessed 4 )anuty 2012.
2. Skordilis P, Mouzas IA, Dimoulios PD, Alexandrakis G,
resuensi probe EUS bervariasi dari7,5 sampai dengan Moschandrea J, Kouroumalis E. Is endosonography an
i L tvllHz.e effective method for detection and local staging of the
ampullary carcinoma? A prospective study. BMC Surg.
2002;2:1.
3. Saftoiu A, Cazacu SM. Linear Endoscopic Ultrasound Atlas.
IGSIMPULAN Accessed 5 ]anuary 2011Available from url: hltp:/ /www.
eusatlas.ro/..
4. Endoscopic ultrasonography (EUS). Accessed 19 |anuary
Jllt]:.asonografi endoskopik (EUS) merupakan salah satu 2012. Av ailable f rom url :http / / medic al-dictionary.
:

ueneriksaan penunjang yang berguna untuk menegakkan thefreedictionary.com/ EUS


tiiaEnosis dan terapi kelainan saluran cerna dan organ-
5. Endoscopic Ultrasound. Accessed 19 ]anu ari 2012. Available
from url: http: / / www.medicinenet.com/endoscopic-
;ngian disekitarnya. ultrasound/ page2.htm.
BIB 6
NUTRISI KLINIK

Dosor-Dosor Nutrisi Klinik


podo Proses
Penyembuhon Penyrokit
405
Metobolisme Nutrisi 41 0

Peniloion Stotus Gizi 420

Nutrisi Eiterol42T

Nutrisi Porenterol:
Coro Pemilihon, Kopon,
don Bogcimono 432
Gongguon Nutrisi podo
Usio Lonjut 441

Dukungon Nutrisi podo


Posien Kritis 448
Teropi Nutrisi podo
Posien Konker 455

trztolnutrisi 461

Molnutrisi di Rumoh Sokit

llillu PEIIYAKIT llAlfitll Edisi vt2014


52
DASAR.DASAR NUTRISI KLINIK PADA PROSES
PENYEMBUHAN PENYAKIT
Daldiyono, Ari Fahrial Syam

EFINISI Pada suatu proses penyembuhan dibutuhkan berba-


gai rangkaian reaksi .kimiawi dan enzimatik. Agar proses
hisi Klinik merupakan bidang ilmu kombinasi (lnte- penyembuhan tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa
gpasi) antara ilmu gizi dan ilmu tentang penyakit, terutama yang diharapkan tergantung pula pada asupan makan
l5tg bersangkutan dengan proses penyembuhan. termasuk asupan mineral,vitamin dan air. l Oleh karena itu
apabila asupan makan dan minum tidak terpenuhi maka
hr Gizi adalah ilmu yang mempelajari zat makanan
proses penyembuhan yang diharapkan tidak berjalan
rffirtsisi) dalam kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan,
optimal seperti yang diharapkan (Gambar 2).
prcegahan dan penyembuhan penyakit, beserta proses
;pngolahan dan penyajian makanan. Berbagai terminologi
{enis. PROSES METABOLISME ZAT GIZI

Metabolisme zal gizi seiira garis besar dapat dibagi


menjadi 3 bagian besar yaitu pemecahan zat gizi untuk
utilisasi, proses pembentukan energi drn regenerasi sel.
(Gambar 3)
Untuk memahami metabolisme produksi jaiingan dan
proses regenerasi dapat disimak perubahan dari telur ke
anak ayam. Dalam proses perubahan telur menjadi ayam
dibutuhkan energi CO, dan O. dan proses pengeraman.
Melalui proses metabolisme dalam telur putih dan kuning
telur serta faktor genetik membentuk bagian-bagian dari
organ tubuh dari anak ayam.
E*ar 1. Kaitan antara ilmu gizi, gizi medik dan nutrisi klinik
Karbohidrat. Metabolisme karbohidrat meliputi: 1). Pem-
bentukan ATP melalui glukosa, galaktosa, dah fruktosa; 2).
Membentuk Karboprotein; 3). Glukosa membentuk ribosa
N'TRISI KLINIK DATAM BIDANG PENYAKIT untuk sintesis asam nukleat; 4). Konservasi karbohidrat
DITAM glikogen.2

Protein, terdiri dari molekul-molekul besar dengan berat


lffirtrisi klinik dalam bidang penyakit dalam adalah
rnrtrisi untuk orang sakit khususnya dalam bidang ilmu molekul yang bervariasi dari 1000 sampai lebih dari
1.000.000. Protein dapat dipecah melalui proses hidrolisis
pdyakit yang berkaitan dengan proses penyembuhan,
ke dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana yang kita
htrih tegasnya nutrisi berperan sebagai dasar proses
-
kenal sebagai asam amino. Protein dipecah menjadi asam
lm:rtrembuhan.

405
406 NUTRISI KLINIX

Metabolisme
nutrisi
I

I
Digesti
absorbsi
t
I

Makan
Minum =*
dan lain- lain
Penyembuhan
Psikis
endogen dari
Tuhan
_ Rekonstruksi
jaringan
Reoenerasi
Proses defensi Proses Proses'eliminasi
Proses Imun Enzimatik
Vitamin
Kardiovaskular
Respirasi
Eritrosit

Gambar 2. Kesatuan ilmu nutrisi klinik (scienfrf c entity of ctinical nutrition)

Metabolisme Nutrisi dari satu asam amino berikatan dengan gugus karboksil
I
dari asam amino yang lain. Dipeptida saling berikatan
i membentuk polipeptida dan selanjutnya menjadi strukh.r
-lSisa +Eliminasi
protein.3

si dan tipid. Lipid selain berperan sebagai sumber energi


regenerasr enztm juga mempunyai peran sebagai regulator metabolik
dan jaringan Metabolisme lipid untuk ene;gj dari makanan. Trigliserida
terdiri dari gliserol dan asam lfiak. Gliserol akan dipecah
Gambar 3. Garis besar metabolisme zat gizi = nutrlsi
menjadi gliserophosfat kemudian piiuvat dan bentuk
akhirnya asetil CoA yang masuk proses.metabolisme
melalui Siklus Krebs. Sedang asam lemak sendiri terdiri dad
asam lemak esensial (Omega3, omega 6 dan Arakhidonatt
+Cor+O, YOng" dipecah menjadi Asetil CoA untuk memprodukd
kolesterol.a Kolesterol sendiri mempunyai peran untut
pembentukan membran sel, sebagai bagian dari garam
Embrio rival empedu untuk proses digesti lemak (emulsi lemak) dan
(gen) peran kolesterol lain untuk membentuk berbagai hormon
+ yang dibutuhkan oleh tubuh seperti kortisol, aldosterorl
Putih Telur testosterone serta estrogen dan progesteron.
+
Kuning Telur
Air = Pemhentuktubuh terpenting dalam bentuk cair, 6ffi
berat badan terdiri dari air: Air yang ada didalam tubuh
terdapat pada i ntravasku lal intraselu lar; cairan interstitid-
Gambar 4. Problematik keilmuan produksi jaringan dan re- Airjuga berperan sebagai pelarut untuk eliminasi zat sisd
generasi dari zat gizi
yang tak berguna (end product).
amino dan sebaliknya asam amino bergabung membentuk Mineral. Kalium dalam sel berperan untuk menjaga
protein. Ada 20 asam amino yang ditemukan dialam. Asam homeostasis keseimbangan elektorlit dan asam basq
amino berikatan satu: sama lain dalam molekul protein Posfat berperan dalam pembentukan membran fosfo-
melalui ikatan Peptida (dipeptida), dimana gugus amino lipid, sulfat untuk membentuk protein. Natrium sendiri
IITT-DASAR NUTRISI PADA PROSES PENYEMBUHAN PENYAKIT 407

mr+akan salah satu elektrolit utama dalam tubuh berperan karboksilase menjadiAcetyl COA + CO2.
dagai kation dan agen osmotik dari cairan ekstra- Apabila persediaan piruvat (dari glukosa = 1 glukosa
drhr- g 2 piruvat) atau kekurangan glukosa misalnya waktu
puasa, starvesi/kelaparan), terjadilah apa yang disebut
b Element Sejumlah elemen dengan jumlah sangat
glukoneogenesis. Sebenarnya glukoneogenesis kurang
hcil dapat sangat dibutuhkan oleh tubuh karena sangat
pnting untuk proses tumbuh kembang dan menjaga tepat karena lipid dan asam amino untuk di rubah ke
proses energi melalui berbagai jalur.
hehatan secara umum. Beberapa zat elemen penting
Keterkaitan ketiga unsur gizi utama ini yaitu karbo-
cmtara lain Fe, Sulfur; Mn,Zn, Se dan l. Fe dibutuhkan untuk
pnbentukan hemoglobin. Troce element lain mempunyai hidrat, lemak dan protein tampak lebih jelas pada proses
p-an pada reaksi enzimatik, sebagai antioksidan dan glukoneogenesis dan siklus Krebs. Penjabaran peristiwa
tersebut adalah sebagai berikut;
dagai donor dan reseptor elektron.
hnin. Vitamin bekerja dalam proses enzimatik dalam
Urua metabolisme dan tiap vitamin berperan secara
mEsifik.
Enzim adalah katalisator dalam semua proses meta-
bof,srne yang terpenting adalah donor dan/ atau reseptor
Clliron.
h. Terdapat 2 jenis serat yang berperan dalam tubuh
mmusia, yaitu:

W Serat kasar, panjang dan kuat (Rough Fiber). Tidak Gambar 5. lnteraksi dan interrelasi
hrubah selama pencernaan hanya hancur dalam proses
prgunyahan, berguna untuk: a). Menahan air; b). Mem-
hi volume feses agar berbentuk padat dan lunak,
m:tyebabkan peregangan usus dan merangsang peristalsis,
@ontoh: selulose pada sayur dan buah; tD*'I!s!i'e1ql
air (fine fibre woter soluble).
40l Serat halus larut dalam
'lkrdapat pada
tGli-se?ofl+ Triose Fosfat
sayur dan buah yang lunak. Macam-
rilrrcamnya: pektin, lignin dan laktulosa.
Berfungsi sebagai prebiotik memberi makanan
H*ieri yang baik dalam intestin dan kolon. Bakteri tersebut Asetil
tebut probiotik yaitu Laktobasilus spp, Bifidobakteria
p. Enterobactericae spp. Oksaloasetat
Probiotik tersebut membentuk vitamin K, Biotin
'dilr merangsang terbentuk zat imun. Selain itu serat
llHrs dalam kolon difermentasi oleh probiotik menjadi
CO,
mn lemak rantai pendek (short choin fatty acid) yaitu x/.ztL
AL 2HL s Ketoolutoral
tffi, propionat dan butirat. Asam lemak rantai pendek
&onsumsi kolonosit sebagai substrat energiyang utama. \io,
;H, hidupnya kolonosit tergantung pada prebiotik dan CoA
Fobiotik.

ilTERAKSI DAN INTERRELAS! ATP + CO,+ H,O

Gambar 6. Siklus Krebs + oksidatif fosforilasi perhatikan


ihfrraksi dan interrelasi terjadi antara karbohidrat, lemak
produksi CO, dan masuknya Oksigen
&r protein. Ada 2 jenis lnteraksi dan lnterrelasi : a). Saling
nmenjadi; b). Konversi membentuk energi (Glukoneo-
gsnesis). Karbohidrat
Metabolisme energi berpusat pada siklus Krebs atau Molekul karbohidrat awal adalah amilum yang di dalam
ffrs asam Sitrat. Sebagai awal metabolisme adalah usus dipecah menjadi glukosa-fruktosa- galaktosa.
mn*knya piruvat kedalam mitokondria oleh enzim piruvat Fruktosa menjadi fruktosa 6 fosfat masuk dalam rantai
408 NUTRISI KtIN!X

2. Degradasi menjadi karbohidrat. Ada 3 Jurusan, yaitu:


l= upid l glukogenik, lipogenik, ketogenik
3. Masuk kedalam salah satu rantai glukolisis atau ke
Gliserol dalam siklus Krebs.
Asam lemak bebas (Free Fotty
Actd (FAA) & oksidasi Asam
Lemak
KONSERVASI ENERGI

Acetyl COA Konservasi energi dalam badan hanya ada 2jenis, yaitu:

+
1. Glikogen. Disimpan dalam sel hati dan otot, karena
Siklus Krebbs itu ada gerakan glikogen hati dan glikogen rantai
otot, yang merupakan rantai glukosa. Dalam keadaan
Gambar 8. Garis besar interaksi karbohidrat --- protein---lipid puasa dimana tidak ada asupan karbohidrat, maka
dqlam metabolisme energi glikogen dimobilisasi. Peristiwa ini disebut Gluneo
glikogeneoisis atau glukoneogenesis. 6
glukolisis. Galaktosa dalam hati diubah menjadi glukosa.
2. Jaringan adiposa yang tidak lain adalah molekul
trigliserid.
Sehingga akhirnya dapat dipahami bahwa subtrat energi
yang terpenting adalah glukosa.2 Glikogen dalam keadaan normal mampu mencukupi
kebutuhan kalori selama 13 jam, sedangkan jaringan
Lipid adiposa bisa sampai 40 hari baru habis. Tetapi bila berat
Lipid berasal dari kilomikron yang terdiri atas Trigliserid, badan turun sebanyak 20% akan terjadi banyak perubahan
fosfolipid dan apoprotein sebagai pembawa dalam plasma.
Trigliseride yang berasal dari kilomikron oleh enzim lipo-
protein lipase dari endothel di pecah menjadi gliserol
dan asam lemak bebas. Gliserol masuk ke rantai glukolisis Hidroksiprolin
Serin
menjadi glisero fosfat kemudian menjadi piruvat. a
Sistein
Asam Lemak Bebas lFree Fatty Acid =FFA) masuk ke sel Threoninil
Glisin
setelah diaktifkan menjadi Asil CoA, kemudian masuk ke
mitokondira dengan pembawanya carnitine. Dalam mito-
kondria asam lemak yang telah aktif berkat Co enzim A
(Co A) dipotong secara berturut-turut dengan melepaskan
asetil Co A lalu masuk ke dalam siklus Krebs. Jadi ada 2
jalur lipid menjadi energi, yang pertama melalui gliserol
masuk ke rantai glukolisis dan kedua melalui oksidasi asam
lemak membentuk Asetil Co A. Oksaloasetat
Asam sitrat

Protein Malat
Protein disusun dari asam amino. Ada 2jenis asam amino
yaitu esensial (10 Asam Amino) yang harus di dapat dari Fumarat
makanan dan asam amino non esensial yang dapat di buat Suksinat \
oleh tubuh dari asam amino yang lain (1 2 asam amino).s
Masuknya asam amino ke dalam metabolisme energi 1
melalui 3 tahap, yaitu: I lrrosrne
1. Deaminasi I Phenilalanin
]

-
n-c-c(f +*1- o(3* +R-i-c<:H
NH, NH, Molekul
Asam Amino Asam Lemak
Gambar 9. Masuknya asam amino dalam metabolisme
USAR-DASAR NUTRISI PADA PROSES PENYEMBUHAN PENYAKIT
409

stuktur jaringan dan membran sel. Jadi batasan starvasi


1rg masih dapat ditolerir oleh badan adalah berkurang_
mya berat badan dalam waktu singkat sebanyak 20o/o dari
[rat badan.

ESIMPULAN

llrtsisi merupakan dasar bagi proses penyembuhan. Dalam


trmses penyembuhan tersebut berbagai reaksi enzimatik
&rjadi dan hal ini membutuhkan asupan nutrisi yang baik.
kksi biokimiawi zat-zat nutrisi utama yaitu karbohidrat,
Ptein dan asam amino dan lipid berlangsung sangat
ilLnit Ketiga unsur gizi utama tersebut dalam tubuh saling
frerinteraksi dan berinterelasi dalam rangka menghasilkan
cnrgiyang dibutuhkan oleh tubuh.

IIFERENSI

Carpe*ier. Energy. In: Sobotka ! Allison SR Furst Meier


R
& Pertkiewicz IvI, Soeters pB et al, eds. Basics in clinical nutri_
!on. 2nd ed. Prague: Galen;Z}Cf.. p. 37-9.
C-alpentier. C-arbohydrate. In: Sobotka I-, alison Sp, Furst
R
Meier & Pertkiewicz IvI, Soeters pB et al, eds. Basics in clinical
nutrition. 2nd ed. Prague: Galen;2000. p.394L.
Furst P. Protein and amino acids. hr: $botka L, Allison
SR
Furst R Meier & Pertkiewicz IvI, Soeters pB et al, eds.
Basics
in clinical nutrition. 2nd ed. prague: Galen; 2000. p.44|50.
!a139ntier Lipids. In: Sobotka L, AllisonSR Fursti,, Meier &
Pertkiewicz IvI, Soeters PB et af eds. Basics in clinical nutrition.
39 Galen;2000. p.414.
"d.Prague:
Fukagawa NK, Yu YM. Nutrition and Metabolism of pro-
teins and Amino Acids. In: Gibney
M, New SAL, Cassidy
A"Vorster HH. Introduction to Fiuman Nutrition. 2"d ed.
Oxford:Wiley Blackwell;2O09. p. 49-23.
Mathers L Wolever TMS. Digestion and Metabolism of
C-arbohydrate._In: Gibney MJ, New SAI_ Cassidy A,Vorster
HH. lntroduction to Human Nutrition. ?d ed. Oxford:Wiley
Blackwell2O09 . p. 7 4-BS
53
METABOTISME NUTRISI
Nanny NM Soetedjo

PENDAHUTUAN

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan


organisme yang berperan pada fungsi normal sistem
tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan.
Nutrisi didapat dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh.l
Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang atau organisme tertentu. Jenis diet sangat
Gambar 1. Proses metabolisme2
dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau
keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun
manusia pada dasarnya adalah omnivora, suatu kelompok pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Air; protein dan
masyarakat biasanya memiliki preferensi atau pantangan vitamin diperlukan untuk mengatur metabolisme.2
terhadap beberapa makanan l Zalgizi pembentuk energi seperti karbohidrat, lemak
Giziyang baik merupakan hal penting untuk kesehatan, dan protein, dapat saling menggdntikan fungsinya dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta membentuk energijika salah satu zat gizi tersebut tidak ada
pencegahan penyakit. Selama bertahun-tahun, orang- Vitamin, mineral dan troce elemenfs tidak dapat digantikan
orang sudah menghargai pentingnya makanan yang fungsinya dengan yang lain sehingga kekurangan saldr
baik untuk penyembuhan. Dengan perkembangan ilmu satu dari zat gizi tersebut akan menimbulkan kelainan
pengetahuan gizi, kita sekarang dapat memahami bahwa yang spesifik. Kekurangan salah satu darizat gizi ini akan
zatgizi dan bahan makanan lainnya yang diperoleh ketika mengganggu proses pertumbuhan pada manusia.2
makan dapat kesehatan, mempertahankan keseimbangan Sebelum semua zat gizi ini dapat digunakan, tubuh
metabolisme, dan memenuhi kebutuhan energi.2 memulai proses metabolisme dari proses digesti (pen-,
cernaan). Pada gambar 2, proses digesti dimulai dari
kavitas bukal. Makronutrien (karbohidrat, protein dan
METABOL!SME NUTRISI lemak) memulai proses digesti di sini, enzim amilase
yang dihasilkan kelenjar parotis memulai proses hidrolisb
Metabolisme, secara singkat, adalah proses pengolahan polisakarida dari karbohidrat menjadi disakarida. pada
(pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan bayi di kavitas bukal ini dihasilkan enzim Iipase lingud
oleh tubuh agar dapat menjalankan fungsinya.l yang memulai proses hidrolisis lemak. Pada orang dewasa
Makanan manusia yang esensial terdiri dari 6 proses ini terjadi di pankreas, sehingga proses hidrolisb
komponen utama yaitu 5 zat gizi (nutrien) utama dan airi lemak menjadi mutlak tugas pankreas. Semakin lama kitr
dimana masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri mengunyah di dalam kavitas bukal ini, semakin banyak
seperti dapat dilihat pada gambar 1. Karbohidrat dan enzim yang dihasilkan untuk menghldrolisis polisakaridq,
lemak merupakan sumber energi utama. Pr,otein, vitamin, selain itu enzim ini berguna untuk memecah partikel
mineral dan troce elements sangat diperlukan untuk trigliserida sehingga jumlah partikelnya berkurang (hd

410
HETABOIISME NUTRISI 4tl
ini sering digunakan untuk orang-orang obesitas, pada fruktosa) yang masuk ke dalam pembuluh darah akan
obesitas dianjurkan mengunyah makanan lebih lama).ar dikenali oleh reseptor pankreas sehingga merangsang
Seperti kita lihat pada gambar 2, setelah kavitas bukal. sekresi insulin dari sel beta pankreas dan mengurangi
di dalam lambung partikel trigliserida yang telah berkurang sekresi glukagon. Perubahan hormon ini merangsang
jumlahnya berubah menjadi digliserida, lalu menjadi absorpsi glukosa ke dalam hepar, otot dan jaringan lemak
monogliserida dan asam lemak. Protein mengalami proses untuk dirubah menjadi glikogen (Gambar 3).a
denaturasi. Polisakarida menjadi fragmen yang lebih Di dalam hepari glukosa mengalami fosforilasi menjadi
besar. Oleh karena lemak dan protein mengalami proses glucose-i-phosphate (G6P), oleh karena G6P tidak dapat
pemecahan di dalam lambung, maka konsep ini sering dimetabolisme langsung menjadi energi, maka G6P
digunakan untuk membuat perut lebih kenyang dengan dimetabolisme menjadi asam lemak dan trigliserida
cara memperbanyak konsumsi protein dan lemak. Sedang- serta glikogen. Glikogen merupakan cadangan energi
kan karbohidrat tidak mengalami proses apapun di dalam dan membutuhkan banyak kapasitas, hepar hanya dapat
lambung sehingga karbohidrat cepat menimbulkan rasa menampung 1009 glikogen. Otot dapat menyimpan 0,5k9
lapar; terutama karbohidrat simpleks.2s glikogen, akan tetapi glikogen otot tidak dapat dipecah
Setelah melewati lambung, makronutrien ini masuk menjadi glukosa yang masuk ke dalam pembuluh darah,
ke dalam usus halus proksimal, dan disini enzim pankreas glikogen otot hanya bisa dirubah menjadi glukosa yang
memegang peranan penting. Enzim pankreas menghidro- digunakan oleh otot itu sendiri sebagai energi.a,s
lisis semua komponen makronutrien menjadi partikel yang Oleh karena tempat untuk menyimpan glikogen baik
bisa diabsorpsi oleh usus kecil.2,3 di hepar dan otot hanya sedikit maka semua karbohidrat
Setelah melewati proses digesti (Gambar 2) maka yang dikonsumsi akan dikonversi dan disimpan dalam
mrtikel zat gizi yang diabsorpsi usus kecil selanjutnya jaringan lemak.a,s
mengalami proses metabolisme. Karbohidrat dalam Protein merupakan komponen yang selalu seimbang
bentuk monosakarida (glukosa, galaktosa maupun antara pemecahan dan pembentukan. Untuk 100 g
protein dari makanan yang diabsorpsi usus kecil, akan
ditambahkan 70 g protein yang berasal dari endogen
laihirltsrd teruk Proiciti
(tubuh sendiri) seperti sekresi lambung dan usus, enzim-
isida
*5qpflffi' TrE
-{ffi-
Xavlla*
Bufta{ I {;.. t-, li::,i,rrr

$:ix,i,iffi,;

NLil@-
"Deme* _r

tif{q{*
Ftri$fEn ,BBth te6iF
1.:1,1'
{
i
I
U!|rs }l.lu*. i,i#ui L$t . Im{ill
I
Itdrsifiml r +

€rtzint Jar*n$ar:Ler*ak -rngeBi*a

Fnkr6-as *ffi.*-
Bffi
nalss I P6i*dn -p*Pii&
Gambar 3. Distribusi dan regulasi karbohidrat setelah
Ine absorpsia
I :.
l'
l-J l, *,@ enzim pencernaan dan sel-sel mati (gambar 4). Proses
Hr.lwda,
** digesti dan absorpsi protein sangat efisien, hampir 95%
lelshrfrt* "€jj"'"
diabsorpsi, hanya 10 g perhari yang keluar lewat feses.
:.ffiiosal€rlda
J
Setelah melalui proses hidrolisis sebanyak 150 g asam
I
*,
I amino bebas dapat digunakan tubuh setiap harinya.a
i.,
GstfiI l
l
Asam amino bebas ini akan dihidrolisis ke dalam omrno
{B#dI* ocid pool untuk membentuk berbagai macam asam amino
@mbar 2. Prinsip digesti makronutrien2 (gambar 4). Asam amino ini sebanyak 70-80o/o ditemukan
NUTRISI KLINIX
412

dalam otot, sedikit yang ada di dalam darah. Akumulasi proses degradasinya bertambah, sehingga menimbulkan'
intrasel asam amino bebas ini terjadi terus menerus keseimbangan nitrogen negatif.a'6'7
secara konstan. Dari 90g protein berasal dari makanan, Pada gambar 2 lemak diabsorpsi di usus kecil, dislni
menghasilkan turnover protein sebanyak 3009 perhari. makanan yang mengandung lemak seperti trigliserida
Pada gambar 4, dari 75g protein yang didegradasi dan fosfolipid, ester kolesterol mengalami hidrolisis sehingga
disintesis di otot, hanya 10% yang mengalami pertukaran yang dapat diserap dalam bentuk monogliserida, asarn
antara otot dan plasma darah dalam pool asam amino lemak dan fosfat (Gambar 5). Pada gambar 5 setelah lemak
bebas. Sisa mukosa usus, hasil sintesis dan degradasi mengalami proses hidrolisis menjadi asam lemak rantai
protein plasma dan sel darah juga mempunyai kontribusi pendek dan medium, trigliserida, fosfolipid dan kolesterot
turnover protein.a (Gambar 5 no.1). Asam lemak rantai pendek dan mediunr
Kecepatan turnover protein dapat diukur dengan di dalam darah akan diikat oleh albumin, sedangkan
mengukur kecepatan turnover protein yang pendek trigliserida, fosfolipid dan kolesterol akan dirubah
hidupnya seperti prealbumin, di mana berguna untuk menjadi klomikron pada sistem limfatik (Gambar 5 no.2''
mendeteksi malnutrisi yang laten. Keseimbangan nitrogen Kilomikron dapat ditemukan dalam darah setelah 1-2ian
(nitrogen bolonce) banyak digunakan untuk mengukur kita makan. Kilomikron mempunyai paruh hidup hanya 4-5
kecepatan turnover protein. Keseimbangan nitrogen menit, tetapi apabila makanan yang kita makan sangat
merupakan homeostasis antara suplai dari makanan tinggi lemak maka kilomikron bisa bertahan berjam-
dengan yang dikeluarkan lewat urin dan feses, serta jam.ou
sebagian kecil melalui keringat, rambut, menstruasi atau Setelah kilomikron mengalami modifikasi oleh
cairan sperma (lihat gambar 4). Asupan energi sangat Lipoprotein Lipase (LPL) menjadi kilomikron remnant
mempengaruhi keseimbangan nitrogen ini, pada kondisi maka kilomikron remnant akan diabsorpsi ke dalarr
kekurangan energi, penyakit berat, malnutrisi protein hepar secara endositosis melalui reseptor ApoE (Gamba'
dan energi, proses sintesis protein berkurang sebaliknya 5 no.3) dan mengalami metabolisme. Pada proses

Ot**

rli rrl
60l;,fu;!
ffi' ,:::,
y--,ii;iiir , j, ,,,, . ftnlal qlukosa
1'
I
ti
I
I I
lfl
l:
I
AsBltr
!9-... 1+; ffiddairyi
I
l
I
1 Y :*ryFr*" ;,ir I I

asftLed
(,1-CFal-I
KoGed
l ,' orot

r
I
a I tuM L€Dsk blurcs
PM:
8M , @ Nrrogentlnne
--. -- q!% lat \
'"4 al,lmr
\
lls
wlii : I , I jffi*6ts,ni)
q- I rrb{sddgs Gnkqun xehilarqan mn i0-:? g
gscrcr
Fdg \ .. i : 1 ii!i
I I ts;rah Es g.t
rFtevaM68nri
:jl tl
L :
NffoggnYEnshdang
Atqr , i sehlrikuit,!6rins€l {ilyigrrlcqF k.a.d
j i I i{e!tut}e{o's3-3s)
II ii i! o****
trm,me Baf$ ,M6ssuas, td Fnd_rtql
1' I I caim4tp€rfra t
ililE,tI
I\ I; \1r."
-' i
lrum, I

11
iI
i- l**'
l.Mrtr,
AIflqfdp8fu
rui{edi
llEll*ridni
liut aa
I s-B i.'::! -d6 Fg6io[!ld,
i 4i: .i ,#&11*9trw!
! !iil rtq6s l '- **"urehur ---,
MUkOSa k?rets6l

.!t ,)
i. riufii ' ';n; @ldui
|\iakaan .-^ ... .. : U5US halU8 rE dm tsnra i.rtlgtr $n[ r' 6k*slffi
ffIer0tiEdmg
trd8s100$ . ,,6Fq NrryBtus
*arryo,i,X1ad"qir6,
f68hu,
* lipu
loial ffiffi-""" 6n asm qll
tmurram,Em
^*Mffi ' o*o*'a -- {dursh lcg' i*iriti+i&t*Il f6nfat. drl

-
Gambar 4. Metabolisme protein pada kondisi stabila Gambar 5. Metabolisme lemak postpandriala
ETABOLISME NUTR]SI 413

metabolisme ini asam lemak,cr-glycerol-B dan kolesterol endocytosis dan merupakan suplai kebutuhan kolesterol
dhidrolisis menjadi komponen trigliserida (TG), fosfolipid untuk sel. Kecepatan turnover LDL lebih rendah daripada
'lPL), kolesterol ester (CE) yang tetap akan berada dalam VLDL, dimana hanya 45o/o LDL dieliminasi setiap harinya.
darah. Ketiga komponen ini juga dapat berasal dari HDL mengambil kelebihan kolesterol ester dan fosfolipid
glukosa kecuali jika ada kolesterol dari luar maka akan dari sel tersebut (gambar 5 no.6) untuk dibawa kembali
nrnnghambat pem-bentukan glukosa menjadi asam lemak. ke dalam hepar (gambar 5 no.7). HDL merupakan kunci
Komponen lemak yang tidak dibutuhkan oleh hepar akan utama untuk sistem transportasi lemak.a's
dikeluarkan dalam bentuk apoprotein dan dikeluarkan Pada gambar 6, kita dapat melihat bahwa semua
dalam darah sebagai Very Low Density Lipoprotein (VLDL) makronutrien dapat menghasilkan energi melalui siklus
{gambar 5 no.4). VLDL ini dihidrolisis oleh LPL. VLDL sitrat, penghasil energi utama adalah karbohidrat dan
rnempunyai paruh hidup 1-3 jam, lebih lama daripada lemak. Pada tabel 1 kita dapat melihat secara ringkas
kilomikron.a,s makronutrien dan peranannya e
Asam lemak yang dibentuk oleh VLDL hasil hidrolisis Pada gambar 7 kita dapat melihat peranan vitamin B
LPI disimpan sebagai trigliserida pada jaringan lemak dalam proses metabolisme. NAD dan NADP (niacin), TPP
atau sebagai sumber energi untuk otot. Sebagian asam (th io m in), Co A rp a nth othe n ic a cid), B1 2 (vitami n B 1 2), FM N

lemak ini dirubah menjadi lntermediote Density Lipoprotein dan FAD (riboflavin), THF (asam folat) dan biotin berperan
XIDL),lalu IDL ini oleh Lecithin CholesterolAcylTronsferose dalam membantu metabolisme baik melalui asetil-CoA dan
I|[CAT) menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) (gambar 5 siklus sitrat (citrate cycle). Hal ini membuktikan perlunya
no.5) melalui proses esterifikasi kolesterol. LDL ditangkap integrasi antara makronutrien dan mikronutrien (vitamin
o[eh hampir semua jaringan melalui receptor-medioted dan mineral) dalam mengatur proses metabolisme.T'lo

Eahan Da*nr JalurBarFaBla

,bs,a *ry @4 Urea

Gambar 6. Produksi energi dari makronutriene

Menghasilkan Menghasilkan Menghasilkan Asam Amino dan Menghasilkan


Energi Glukosa Protein Tubuh Cadangan Lemak

Xarbohidrat Ya Ya Ya" ketika ada nitrogen, dapat meng- Ya


@lukosa)
lemak Ya Tidak Tidak Ya
(asam lemak)
temak Ya Ya, ketika karbohidrat Ya, ketika ada nitrogen, dapat meng- Ya
(9liserol) tidak ada hasilkan asam amino esensial
Protein 'Ya Ya, ketika karbohidrat Ya Ya
(asam amino) tidak ada
*semLla
komponen makronutrien apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih, maka akan berkontribusi ke jaringan lemak
414 NUTRISI KLINK

Otak merupakan organ yang sangat sensitif dan melaluijalur glikolitik, akan tetapi tidak dapat masuk ke
sangat tergantung dengan glukosa untuk energinya. pembuluh darah sebagai glukosa, karena glukosa ini hanya
Oleh karena otak tidak dapat menyimpan cadangan dipakai otot itu sendiri.2
energi untuk proses oksidasi maka otak merupakan Trigliserida yang disimpan dalam jaringan lemak
organ yang harus disuplai glukosa secara konstan baik merupakan sumber cadangan energi dalam tubuh
pada keadaan puasa atau starvasi, sehingga kadar gula manusia. Untuk mengesterifikasi asam lemak, jaringan
darah harus dipertahankan pada kadar tertentu supaya lemak memerlukan pengaktifan gliserol. Enzim glisero-
otak mendapatkan suplai glukosa dan masih berfungsi. kinase digunakan untuk mengaktifkan gliserol. Gliserol
Otak menggunakan 120 gram glukosa setiap hari, yang dihasilkan selama proses hidrolisis trigliserida tidak
selama keadaan puasa atau starvasi otak menggunakan dapat digunakan untuk membuat lemak yang baru. Untuk
benda keton sebagai penggantinya tetapi dalam jumlah membuat lemak baru, gliserol yang aktif harus disediakan
tertentu.aT melalui proses glikolisis. Sintesis lemak di dalam sel hanya
Otot menyimpan banyak cadangan glikogen, saat terjadi apabila tidak tersedia cukup glukosa, prinsip
diperlukan seperti kondisi anaerob yaitu adanya aktivitas ini yang banyak digunakan diet-diet tertentu untuk
mendadak, maka cadangan glikogen ini akan dirubah menurunkan berat badan.11
menjadi glucose-6-phosphote yang akan dimetabolisme Hepar merupakan organ yang mengontrol proses

slihryWr
{i
iiit
ffirrktr**
,:
il.*ffi
1i'
-F.BIct#

ffi:l''tr:itmm..,,.:':,
L&H
": ...:- ::-::'----*
;,1::iii4 m! #ffi
wT*

ffi
?fi**?*

ffiEt
f
ffi
rfii& ..,
-".".j.I''"'',ilEffi
H,Hil tlfuvJfis$fid{r

frAaqJraalkan
ffil/ +
i Msnghsrithan
Hnof*i \ [ Enutgr

Gambar 7. Jalur metabolisme yang melibatkan vitaminlo


STABOLISME NUTRISI 415

Tabel 2. Jumlah Kalori yang Dihasilkan Makronutrien pada Organ Tubuh2

Darah Liver Otak Otot Jaringan Lemak


Glukosa atau Glikogen 60 Kkal 390 Kkal 8 Kkal 1200 Kkal 90 Kkal
Trigliserida 45 Kkal 450 Kkal 0 Kkal 450 Kkal 135.000 Kkal
Protein 0 Kkal 390 Kkal 0 Kkal 24.000 Kkal 37 Kkal
*kkal yang dihasilkan berdasarkan
Iaki-laki dengan berat badan 70kg

nnmetabolisme. Organ ini dapat mengambil sebanyak yang digunakan sebagai sumber energi untuk otot
momungkinglukosa untuk disimpan dalam bentuk glikogen tersebut. Katekolamin (adrenalin) yang dihasilkan saat
sehingga kadar gula darah stabil. Selama masih cukup aktivitas atau stres juga mempunyai efek yang sama.
ruptai energi dan zat gizi, hepar dapat mensintesis asam Peningkatan hormon glukagon juga membuat hidrolisis
snak, dan mengesterifikasi ke dalam lipid lalu mengirim trigliserida menjadi asam lemak. Selain hormon glukagon,
he.]aringan perifer sebagai lipoprotein.T ocetyl-CoA, adrenalin dan sistem saraf simpatis juga
meran gsang proses hid rol isis tri gliserida (Gam bar 8).4,s,r t
Pada gambar 9, selama masa starvasi atau puasa lama,
IETABOTISME NUTRISI PADA KONDISI PUASA hepar memecah protein menjadi asam amino (Gambar
ATAU STARVASI 9 no.1) yang digunakan untuk proses glukoneogenesis
melalui siklus sitrat (citrate cycle) (Gambar 9 no.3) untuk
Dalam kondisi puasa atau starvasi lama, kadar glukosa mempertahankan kebutuhan glukosa dalam darah (Gambar
dia,arn darah turun, sehingga regulasi hormon menjadi 9 no.4). Sisa dari proses glukoneogenesis ini adalah urea
leoalikan daripada saat absorpsi, yaitu sekresi hormon yang dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama
qtlrukagon akan naik dan sekresi hormon insulin akan urin (Gambar 9 no.2). Hepar juga memecah asam lemak
mlanurun. Glukagon menstimulasi pemecahan glikogen menjadi acetylCoA (Gambar 9 no.5), tetapi acetyl-CoA
iltnepar (glikogenolisis) dan meningkatkan aktivitas ini tidak dapat masuk ke dalam siklus sitrat (Gambar 9
erzim untuk proses glukoneogenesis dari asam amino no.6) selama oksaloasetat yang dihasilkan asam amino
fGambar 8). Semakin rendah kadar insulin plasma akan masih tercukupi, sehingga ocetylCoAyang dihasilkan dari
rttmenyebabka n
pemecahan glikogen otot menjad i g u kosa I pemecahan asam lemak ini digunakan untuk membentuk

,r ,. ,. j, ,1"".
, rr '. !.,,i.; Glirkag*ri

, I
| /
/ 'alff I
l'
I
,..";::, " ,.,
€J''Hd"d"'
.*rsrinflanrarn
| / l' I
Kadarlfsr$k{t*a*
Guradarahl / I -,'
/ NA,FH*---'-'ll-* ,*-/- Ghko{en f'l
T,dAkadsasp{n
ftdAk ada asD{n /I Rl80$e
HIA0$8 II \"',
;;;,"J"- / dtt I
kondr$i o;atlmga / I
/ dl:lriljJ'il i:i& & ** ;1" - 3 r+ :&i${} {it6qL
:/
,+i
,\{ 41}\*
'ryi: HePar *:-';,i;l'"'
| /'
Srro6en /,. " '
\J 6Lhagor

t,{:;+*i'::'*q;
I
I
I
.,+,il
,P\
1\ r*rg, , :. Lemak
l(\J /- \:;' Otot
lqoradrs$lin
si*t6f1'r €aiqf eifntraltsi

Gdmbar 8. Distribusi dan regulasi karbohidrat selama puasa atau starvasi4


416 NUTRISI KLINIK

benda keton (Gambar 9 no.7), lalu oleh darah benda keton Pada gambar 11 dan tabel 3 merupakan ringkasar
ini dibawa ke otak dan digunakan sebagai sumber energi proses metabolisme pada keadaan setelah makan da'
oleh otak (Gambar 9 no.8).4 pada keadaan puasa atau starvasi.e'11
Cadangan lemak pada tubuh manusia cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi selama 2 bulan. Sedang-
kan protein hanya 3kg yang dapat digunakan dan hanya PENGARUH GENETIKTERHADAP METABOLISUE
mencukupi kebutuhan glukosa susunan saraf pusat selama NUTRISI
15 hari. Setelah itu maka sumber energi utama yang
digunakan adalah benda keton dari lemak. Protein yang N ut ritio n o I geno m ics (" n ut rig eno mics ") meru pa kan suatL!

dirubah menjadi asam amino sangat sedikit dikarenakan perkembangan ilmu multidisiplinyang baru dalam bidary
mekanisme ini merupakan proteksi tubuh untuk meng* kedokteran dan penelitian. Pengetahuan tentang
hindari pemecahan protein lebih lanjut dari otot. Sehingga genomics terus meningkat sehingga menjadi suatr,
r.nekanisme ini membuat manusia dapat bertahan sampai yang tangguh untuk para tenaga medis yang profesiona{
beberapa minggu pada keadaan puasa atau starvasi.a dalam memelihara kesehatan manusia dan mencegah
Pada gambar 10, dapat dilihat perbedaan antara penyakit-penya kit kronis.12
hari ke-3 dan hari ke-40 di mana pada hari ke-3 glukosa Nutrigenomics muncul dan sedang berkembang
merupakan sumber energi yang digunakan otak berdasarkan kemajuan teknologi biomedikal da'r
dibandingkan benda keton, terjadi pemecahan protein pengetahuan kita terus meningkat dalam dasar molekuh
dalam otot dan pembentukan glukosa di hepar; sedangkan dari interaksi-interaksi antara lingkungan dan genotm
pada hari ke-40 benda keton merupakan sumber energi manusia. Nutrigenomics adalah lahan pengetahuan yanqi
utama yang digunakan oleh otak, pemecahan protein dihasilkan oleh aplikasi tingkat tinggi dari genomics tffi
dan pembentukan glukosa di hepar berkurang. Prinsip dalam penelitian nutrisi. Apabila dapat dimanfaatkamml
ini sering digunakan untuk jenis diet tertentu dalam dengan bijaksana, maka hal tersebut akan meningkatkanm
menurunkan berat badan seperti diet atkins atau tiger diet, pemahaman bagaimana nutrisi mempengaruhi jatrur
dimana pada fase pertama (kurang lebih 2 minggu) hanya metabolisme dan pengontrolan homeostatis tubudhq
mengkonsumsi protein dan lemak tanpa karbohidrat.a bagaimana pengaturan initerganggu pada awal tahap dailii

*lt*FEr *',
ili{c.Ea*

Gambar 9. Proses Metabolisme di Hepar Selama Puasa atau Starvasia


f,NAOUSME NUTRISI 417

hf;Hwlil 6ktMr.drtr&*ri
;;dgrffi!!EFB mdrhdefu*gg#r

ffi
ffi
C
b
,o
:

ffiffi
ffiffiffii
a
=
5
t

L ##%
E

ffiffiffi
Ch
%% ffiffi
Ftrrceerg'r,
E.'t.}lXAOn FfnalcJt*rrFrffir
&!r{sl
Fri6d*r'**st
ft ?f

I*m ffir**r*
Sr trl$ffirlr* *f, 4rs!*ar eutr tril F t &fi
frnbar 10. Proses metabolisme selama puasa atau starvasia

,i:r.ffi+
,;1.i,.. ,-:ll

\i; F-.1:!. L
I

h".'**trry@d r.*"-rd-."..@l
Brsri - I
a?'/tr I

G*doca + Cftdrgg ffisd * A.ffnlsr* +',

.+

I
&r' ncarr lgrneilc,

bry=M N L=,,
ffir,rdr*"*, sl filmghdt*t
t emtg * E,,,,ifr

Cernbar 1 1. Proses anabolik dan kataboliks

sratu penyakit yang terkait dengan diet dan genotipe- mempengaruhi proses metabolisme nutrisi baik dari tahap
genotipe mana yang peka terhadap penyakit-penyakit digesti, metabolisme, hidrolisis dan sel.13
Eperti itu.13 Apabila kita dapat melakukan pemetaan (mopping)
Pada akhirnya, nutrigenomics akan menghasilkan gen pada seseorang maka kita bisa mengetahui makanan
qratu strategi dalam melakukan intervensi yang efektif mana yang baik dan buruk untuk metabolisme, sehingga
unfuk mempertahankan homeostasis normal dan untuk suatu saat kita dapat mencegah timbulnya penyakit
rnencegah penyakit-penyakit terkait dengan diet. Sebagai dengan mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan
ringkasan nutrigenomik adalah bagaimana peranan gen gen kita.]3
418 NUTRISI KLINIX

Kondisi Komponen yang Hasil pemecahan di


dipecah tubuh
A. Feasting otou Overeat
Suatu kondisi dimana Karbohidrat Glukosa Disimpan dalam
seseorang mengalami bentuk gtikogen di
kelebihan energi dari yang ,hepar dan otot'
---->'
diperlukan, sehingga tubuh
menyimpan kelebihan energi Lemak ----+ Asam Lemak Disimpan dalam ,,

dalam bentuk glikogen (dalam jaringan lemak


jumlah kecil) dan lemak (dalam
. jumlah besar).
-+ Nitrogen dikeluarkan
di urin (urea)
Protein Asam Amino
Protein tubuh

B. Fasting
Saat nutrient (zat gizi) tidak Cadangan glikogen o, .-4 Glukosa r--* Energi untuk-otak,
mencukupi kebutuhan energi hepar din ottt* susunan;i:'#'*'
(2-3 jam setelah makan), \ ,"tir,rr,."rur,
tubuh mulai memecah gliko-
gen dan cadangan lemak
\
sebagai sumber energi. Cadangan jaringan Asam Lemak -------* Energi untuk sel-sel lain -
lemak ----3' nya

C. Apabila kondisi Fosting


berlanjut terus Nitrogen dikeluarkan di
Setelah 24 jam starvasi, tubuh urin (urea)
mulai memecah protein yang
ada di otot dan jaringan lain- .r',n

nya menjadi asam amino Protein tubuh - Asam


untuk membentuk glukosa Amino
-->
bagi otak dan SSP. Selain itu
hepar mengkonversi lemak
menjadi benda keton yang
digunakan sebagai energi
Asam
alternatif untuk otak sehingga Jaringan lemak 4, Lemak
pemecahan protein tubuh
diperlambat.
Glikogen dalam otot hanya menyediakan glukosa untuk otot dimana glikogen tersebut disimpan

KESIMPULAN akan mengalami metabolisme sesuai jenis komponennya


lntinya semua proses ini tujuan untuk menghasilkan
llmu gizi merupakan hal yang wajib dipahami semua energi dan menyimpan cadangan dalam tubuh (proses
dokter, karena gizi yang baik merupakan hal penting anabolik).
untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang Pada keadaan puasa atau starvasi maka terjadi proses
optimal, dan pencegahan penyakit. katabolik, di mana cadangan yang ada akan digunakan
Proses metabolisme nutrisi dimulai dari digesti di melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, untuh
mana semua makanan mengalami hidrolisis menjadi menghasilkan glukosa yang digunakan sebagai sumber
partikel yang bisa diserap oleh tubuh. Setelah itu pada energi. Selain itu pada kondisi tertentu benda keton akan
saat setelah kita makan, maka semua komponen makanan digunakan sebagai sumber energi. Protein yang ada di dalam
ETABOLISME NUTRISI 419

REFERENSI
, *-.".rr*s I [---*-r- I
I tersedia 1. Sardesai VM. Introduction: fundamentals of nutrition. In:
I
Introduction to clinical nutrition. 2nd ed. New York: Marcel
Dekker;2003. p. 1-15.
Kecenderungan pola makan Biesalski HK Grimm P. Introduction. In: Pocket atlas of
(Kultural sosial dan ekonomi genetik) nutrition. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2006. p.1,-54.
Beyer PL. Digestior; absorption, transport, and excretion of
nutrients. In: Mahan LK, Escott-stump I eds. Krause's food,
nutrition, and diet therapy. 11th ed. Philadelphia: Saunders;
2004. p.2-20.
Biesalski HK Grimm P. The nutrients. In: Pocket atlas of
nutrition. 2nd ed. Stuttgart Thieme; 2006. p.56-302.
Tappy L. Carbohydrate metabolism. In: Sobotka L, Allison
SP, Furst P, Meier & Pertkiewicz \4 Soeters R eds. Basics in
clinical nukition. 3rd ed. Prague: Galen;2004. p.66-71,.
Deutz NEP. Protein and amino acid metabolism. ln: Sobotka
L, Allison SR Furst P, Meier & Pertkiewicz M, Soeters P,
eds. Basics in clinical nutrition. 3rd ed. Prague: Galen; 2004.
p.78-82.
7. Berdaner CD. Nutritional biochemistry. In: Berdanier CD,
Dwyer J, Feldman EB, eds. Handbook of nutrition and food.
2nd ed. Boca Raton: CRC Press;2008. p. 12L-158.
Carpentier Y Sobotka L. Lipid metabolism. In: Sobotka L,
Allison SR Furst R Meier & Pertkiewicz M, Soeters R eds.
Basics in clinical nutrition. 3rd ed. Prague: Galen; 2004. p.
72-8.
9. Rolfes S& Pinna K, Whitney E. Metabolism: transformations
and interactions. Inl Understanding normal and clinical
nutrition. Sth ed. Belmont: Wadsworth; 2009. p.213-247.
Sintesis protein
10. Rolfes S& Pinna K Whitney E. The water soluble vitamins:
B vitamins and vitamin C. In: Understanding normal and
clinical nutrition. 8th ed. Belmont: Wadsworth;2009. p.
323-366.
11 Ettinger S. Macronutrients: carbohydrates, proteins and
Iipids. In: Mahan LK Escott-stump S, eds. Krause's food,
nutritioru and diet therapy. 11th ed. Philadelphia: Saunders;
2004. p.37-74.
DeBusk RM. Introduction to nutritional genomics. In: Mahan
LI( Escott-stump 9 eds.'Klause's food, nutritioru and diet
therapy. 11th ed. Philadelphia: Saunders; 200a. p.390-406.
Lucock M. Molecular mechanisms of genetic variation linked
to diet. In: Molecular nutrition and genohics, nutrition and
the ascent of humankind. 1st ed. New |ersey: John Wiley and
€rnbar 12. Peranan genetik terhadap metabolisme nutrien14 Sons;2007. p.19-39.
14. Eastwood M. Factors influencing how an individual
otot tidak dapat digunakan untuk sumber energi pada saat metabolises nutrients. In: Principles of human nutrition. Lst
ed. Edinburgh: Blackwelf 2003. p. 102-8.
starvasi, oleh karena apabila terjadi starvasi maka glikogen
dalam otot akan dipecah, dan energi yang dihasilkannya
iiranya dapat digunakan oleh otot itu sendiri.
Proses metabolisme nutrisi pada tubuh manusia saat
imi menjadi hal yang menarik dalam ilmu gizi, oleh karena
munculnya ilmu nutrigenomik, yaitu suatu disiplin ilmu
fdng mempelajari bagaimana pengaruh gen terhadap
rnetabolisme nutrisi pada tubuh manusia, baik dari pros6s
d(lesti sampai dengan pembentukan energi. Sehingga
saat ini banyak para ilmuwan meneliti gen-gen yang
herperan pada proses ini dan apakah bisa dilakukan
mopping gen pada seseorang, apabila hal ini dapat
dilakukan maka dapat dilakukan pencegahan terhadap
suatu penyakit dengan mengkonsumsi makanan yang
sesuai dengan gen kita.
54
PENILAIAN STATUS GIZI
TriJuli Edi Tarigan, Yaldiera Utami

PENDAHUTUAN METODE PENILAIAN STATUS GIZI

Status gizi tiap individu sangat dipengaruhi oleh asupan Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dilakukanr
dan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuhnya. Adanya melalui dua metode, yaitu:a,s
ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan 1. Metode langsung
zat gizi tersebut dapat menyebabkan suatu kondisi - Penilaian klinis
yang disebut sebagai malnutrisi.l Kondisi malnutrisi - Pengukuranantropometri
didefinisikan sebagai suatu gangguan status gizi akut, - Pemeriksaan biokimia
subakut atau kronik, dimana terjadi defisiensi asupan - Pemeriksaan biofisik
gizi, gangguan metabolisme gizi, atau kelebihan zatgizi 2. Metode tidak langsung
yang dapat atau tanpa disertai inflamasi yang berakibat - Survei konsumsi makanan
terjadinya perubahan komposisi tubuh dan terganggunya - Statistik vital
fungsi. Hal ini dapat meningkatkan morbiditas dan - Faktor ekologi
mortalitas pada pasien.2 Oleh karena itu pencegahan
terjadinya malnutrisi melalui penilaian status gizi sedini
mungkin dianggap lebih efektif daripada bertindak METODE TANGSUNG
setelah pasien mengalami kondisi malnutrisi.l
Menu rut Arne rico n Society for Po re nte ro I a n d Ente ro I Penilaian Klinis
Nutrition (ASPEN), penilaian status gizi merupakan Pemeriksaan klinis atau pemeriksaan fisik st
suatu proses komprehensif dan teliti dalam menentukan merupakan salah satu metode penting dalam
status gizi melalui pengambilan data nutrisi dan medis, status gizi suatu individu. Adapun keuntungan
pemeriksaan fisik, pengukuran antropometri. status pemeriksaan ini adalah sangat mudah dan praktis
fungsional dan ekonomi, data laboratorium, mengestimasi dilakukan terutama untuk mendeteksi secara
kebutuhan nutrisi, dan rencana penatalaksanaan.3 Hal tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
ini bertujuan untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang lebih zat gizi. Selain itu, tidak mahal dan dapat d
memiliki risiko malnutrisi terutama pasien dengan oleh petugas kesehatan manapun yang telah
penyakit sistemik, untuk mencegah terjadinya kekurangan sebelumnya melalui pengawasan supervisor.a
atau kelebihan nutrisi, yang mungkin akan berpengaruh Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai
terhadap prognosis.l Melalui adanya penilaian status perubahan yang dianggap berkaitan dengan
gizi ini, akan dihasilkan suatu rekomendasi-rekomendasi malnutrisi dan dapat terlihat pada jaringan
untuk meningkatkan status gizi seperti misalnya perubahan permukaan tubuh terutama kulit, mata, rambut
diet, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, penilaian mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
medis lanjutan, atau saran untuk penapisan ulang.3 permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. a,5
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa Berikut adalah beberapa gambaran dari
penilaian status gizi sebaiknya dilakukan oleh tim yang gangguan gizi pada organ-organ superfisial yang
terkait. disebutkan di atas:a
MTTAN STATUS GIZI 421

Femeriksaan klinis tersebut dapat memberikan Pengukuran Antropometri


rrmffinrrnasiberharga kepada petugas kesehatan terutama Penguku ran antropometri meliputi penguku ran berbagai
dldaerah-daerah yang memiliki angka kejadian malnutrisi macam dimensi dan komposisi tubuh untuk melihat
,mur*rup tinggi. Namun terdapat beberapa hal yang perlu apakah terdapat ketidakseimbangan asupan protein dan
@er-hatikan dalam melakukan pemeriksaan klinis, yaitu energi. Adanya ketidakseimbangan dapat dilihat melalui
dannya kesalahan prosedur pemeriksaan dan bias dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
ptffirgas pemeriksa. Hal ini menjadikan pemeriksaan klinis seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.5 Hasil
hurang akurat bila dibandingkan dengan pemeriksaan pengukuran menggambarkan status gizi saat ini dan tidak
nmeng-gunakan metode lain nya. dapat membedakan apakah kondisi tersebut bersifat akut
Selain itu, terdapat beberapa kondisi fisik yang tidak atau kronik.a
spesifik untuk suatu defisiensi nutrisi tertentu, melainkan Antropometri sebagai indikator status gizi dapat
mqradi karena adanya pengaruh faktor lingkungan. Sebagai dilakukan dengan mengukur beberapa paramete; yaitu
@sintoh, stomatitis angular yang merupakan gejala dari berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
mfuoflavinosis dapat ditemukan pada populasi lndia akibat lingkar pinggang, dan tebal lemak di bawah kulit.s
'mrlrungkonsumsi sejenis kacang yang banyak mengandung a. Berat badan6
ffiiritan. Contoh lain yaitu kondisi kulit kering yang identik Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan
fuirryan keadaan xerosis dapat ditemukan pada daerah timbangan beom-bolonce yang diletakkan pada
&mEan iklim panas, kering, berangin.a permukaan datar dan keras serta dikalibrasi secara
Dalam praktek sehari-hari terdapat bermacam- teratur (Gambar 1).
rilrrlrrcminstrumen yang dapat dipakai sebagai alat untuk Apabila akan dilakukan pemantauan terhadap
rtmdakukan penilaian gizi, di antaranya seperti yang tertera perubahan berat badan, maka sebaiknya penimbangan
ffi tabel 2. dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya karena

ffis r- *."i*i#ii'o1
lL Jaringan/Organ
il. Rambut Jarang, tipis Defisiensi protein, zinc. biotin
Mudah dicabut Defisiensi protein
Bercabang, keriting Defisiensi vitamin A dan C
Mulut Glositis Defisiensi Riboflavin, Niasin
Asam folat, 812
Gusi mudah berdarah Defisiensi vitamin A, C, K, asam
folat, niasin .
Stomatitis, angular Defisiensi 82, 86, niasin !
cheilosis, fisura pada lidah
Leukoplakia Defisiensi vitamin A, 812, B kompleks. asam folat,
ntastn

Mulut dan lidah kering Defisiensi vitamin 812, 86, vit C, niasin, asam folat
dan besi
Rabun senja, eksoftalmia Defisiensi vitamin A
Silau, kabur; radang konjungtiva Defisiensi vitamin 82, vitamin A
Bentuk kuku sendok Defisiensi besi
Garis transversal pada kuku Defisiensi protein
Kulit Pucat Defisiensi asam folat, besi, vitamin b12
Hiperkeratosis folikuler Defisiensi vitamin B dan vitamin C
Floking dermatitis Defisiensi vitamin 82, vitamin A, zink, niasin
Pigmentasi, deskuamasi Defisiensi niasin
Hematom, purpura Defisiensi vitamin K, vitamin C, asam folat
& Kelenjar tiroid Pembesaran kelenjar
? Sendi dan tulang Defisiensi vitamin D
422 NUTRISI KLINIX

Tabel 2. Beberapa lnstrumen Penilaian Status Gizi dan Parameter yang Dinilai

lnstrumen Lain-lain (Gejala fisik atau


Antropometri atau Asupan Keparahan Penyakit
psikis)
Birminghom Nutrition Risk Penurunan berat badan, lMl nafsu Faktor stres, (keparahan
Score. makan, kemampuan makan diagnosis)
M o ln utrition Scree n ing Tool Nafsu makan, berat badan
turun tanpa disadari
Mo lnutrition U niversol Sqeen- lMT, perubahan berat badan Adanya penyakit akut
ing Tool
Maostricht lndex. Persentase berat badan ideal Albumin, prealbumin, hitung
limfosit
Nutrition Risk Berat badan turun, Fungsi gastrointestinal
Clossification persentase berat badan
ideal, asupan nutrisi
'Nutrition
Risk tndex Berat badan sekarang dan Albumin
sebelumnya
Nutrition Risk Screening Berat badan turun, lMl asupan Diagnosis
2002 gizi Albumin, prealbumin, C-reactive
P rog nostic I nfLo mm otory protein, a1 -ocid glycoprotein
and NutritionoL lndex
Prog nostic N utritiono L Lipatan lengan trisep Albumin, transferin,
lndex sensitivitas kulit
SimpLe Screening Tool. lMT, persentase Albumin
kehilangan berat badan
Short Nutritional Riwayat berat badan,
Assessme nt Q uestion naire nafsu makan,
penggunaan suplemen
ora atau NGT
N ut ritio n o I Asse s s m e nt Too l.
Mini Nutritionol Tinggi, berat, lingkar Albumin, prealbumin, persepsi diri mengenai
Assessment lengan atas, lingkar betis, kolesterol, hitung limfosit nutrisi dan kesehatan
riwayat diet, nafsu makan,
cara pemberian makanan
Subjective GLobaL Riwayat berat badan, Diagnosis utama, tingkat stres _Gejala fisik (lemak subhr
Assessment riwayat diet tan, ankle edemo, socrd
ed e m o, o sc ites), kapasitar,
fungsional, .
gejala gastrointestinal
lMT, lndeks Massa Tubuh

makanan, minuman, kondisi kandung kemih, bahkan Setelah dilakukan pengukuran berat badan, pediu
gerakan usus dapat mempengaruhi hasil pembacaan. dinilai apakah individu tersebut termasuk dalam batas berd
Apabila seseorang ditimbang berulang kali setiap badan normal atau apakah terlalu kurus/gemuk. Unht
hari, maka dapat terjadi fluktuasi berat badan sebesar mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pembandingm
+1,0 kg. antara berat badan dengan tinggi badan.
Seorang klinisi sangat tertarik untuk mengetahui
interpretasi hasil pengukuran berat badan, apakah
b. Tinggi badan6
Pengukuran tinggi badan lebih sulit di
seseorang yang ditimbang tersebut mengalami kekurangan
pengukuran berat badan. Untuk anak-anak
atau kelebihan berat badan, atau apakah seseorang
dewasa harus berdiri pada lantai yang datar
tersebut mengalami kenaikan atau penurunan berat badan.
dibutuhkan dinding yang rata. Subjek harus
Selain itu mereka juga tertarik untuk memperkirakan
tegak dengan bagian belakang kepala, bahu,
komponen tubuh mana yang mempengaruhi berat badan
bokong menyentuh dinding; tumit datar dan di
dan perubahan-perubahannya. Gambaran mengenai
kan; bahu rileks; lengan di samping tubuh.
komposisi kompartemen tubuh orang dewasa sehat
dalam posisi tegak dan pandangan lurus ke
dapat dilihat pada gambar 2. Terdapat hubungan antara
serta batas mata sebelah bawah dalam posisi
antropometri (bagian abu-abu), komposisi tubuh, dan
dengan meatus akustikus eksterna (fhe F,
cadangan energi.
HI^IAN STATUS GIZI
423

Tatapan lurus sesuai


dengan bidang frankfurt Bidang frankfurt
Horizontal

Bahu relaks

Bahu sejajar bokong


dan tumit menempel
Papan pengukur

Tungkai lurus
dan lutut menempel

Telapak kaki datar


(a)
dan tumit hampir
Bersentuhan

Gambar 3. Posisi yang benar saat melakukan pengukuran


tinggi badan
flrrbar 1. Timbangan bayi (a) dan timbangan anak-anak dan
tumasa (b)
subjek. Metode ini iianggap paling praktis dalam
menentukan apakah seseorang mengalami kekurangan
Berat badan atau kelebihan berat badan karena hanya memerlukan
dua parameter yaitu berat badan (satuan kg) dan
l\4assa bebas lemak Lemak
tinggi badan (satuan meter) serta perhitungan yang
Otor Otot non skeletal tidak rumit. Adapun cara menghitungnya adalah
II
E€ Lemak
lannqan lunak
sebagai berikut:1
lffi|1EE'
Protein Trisilgliserol
IMT = BBf(TB),
krnbar 2. Komposisi Kompartemen Tubuh
WHO mengklasifikasikan hasil pengukuran IMT ter-
sebut ke dalam beberapa kategori, yaitu:
flone). Posisi pengukuran dapat dilihat pada gambar 3. IMT < 18,5 (BB kurang)
Pembacaan hasil sebaiknya dilakukan oleh dua orang
IMT 18,5-22,9 (BB Normal)
uliflttloik memperoleh hasil yang akurat. Terdapat variasi
IMT 23-24,9 (BB lebih)
srtadian pada tinggi badan seseorang di mana pada pagi
lMf 25-29,9 (Obese l)
lnrtrr biasanya lebih tinggi 1-2 cm sedangkan pada siang
IMT > 30 (Obese ll)
llmi diskus i ntervertebra men ga lami kom presi.
Untuk bayi atau balita yang belum dapat berdiri Hasil IMT tersebut tetap perlu disesuaikan untuk berbagai
uerlrpurna, pengukuran tinggi' badan dilakukan dengan kelompok etnik karena terdapat perbedaan komposisi
fuerbaring dalam posisi supinasi pada suatu papan tubuh.
@lrrgukur. Hal ini membutuhkan dua orang pemeriksa d. Lingkar pinggangs
JlnntBjrkmempertahankan bayi atau balita tersebut dalam
Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada level
posisi yang tepat dan nyaman.
umbilikus saat akhir ekspirasi normal. Subjek berdiri
Pada orang dewasa yang mengalami deformitas
tegak lurus dengan otot perut rileks, lengan di
irmrisalnya skoliosis) atau tidak dapat bangun dari tempat
samping tubuh dan kaki dirapatkan. Pengukuran
tclur; maka perkiraan tinggi badan ditentukan dengan jaringan lemak abdomen ini dianggap berhubungan
mengukur knee height, orm spon, alau demispan.
dengan kelebihan berat badan atau komplikasi
'c lnterpretasi lndeks Massa Tubuh (lMT)6 metabolik lainnya. Hasil identifikasi risiko melalui
Fengukuran IMT dilakukan dengan cara metode ini sangat berbeda-beda untuk tiap populasi
membandinQkan berat badan dengan tinggi badan dan tergantung pada tingkat obesitas serta adanya
424 NUTRTSa KUNil(

metabolisme tubuh meskipun belum ditemukan gejala


klinis pada seseorang.a Beberapa serum protein yang bisa
dipakai untuk penilaian status glzi di antaranya adalah
Wanita
al bumin, transferin, preal bu min, retinol-bindi ng protein,
Level 1 >90cm 280cm IGF-1, dan fibronektin.
level 2 > 120 cm i88cm
Pemeriksaan Biofisik
faktor kardiovaskular lainnya. Rekomendasi WHO Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat kemampuan
untuk lingkar pinggang populasi Asia Selatan dan fungsi suatu jaringan dan melihat perubahan struktur
Cina dapat dilihat pada tabel 3.6 dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
Angka pada level 1 menunjukkan lingkar pinggang tertentu seperti misalnya kejadian buta senja epidemik.
maksimum pada dewasa sedangkan angka pada Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.s
level 2 menunjukkan adanya obesitas dan perlunya
' pengaturan berat badan untuk menurunkan risiko
DM tipe 2 dan komplikasi kardiovaskular. METODE TIDAK LANGSUNG
Pengukuran antropometri bersifat objektif
dengan spesifitas dan sensitivitas tinggi, tidak Survei Konsumsi Makanan
mahal, dan mudah untuk dilakukan. Namun terdapat Metode ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah
beberapa kelemahan yaitu dapat terjadi kesalahan dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Beberapa cara yang
pengukuran serta adanya kesulitan penentuan nilai dapat dilakukan yaitu:4r
standar (standar lokal versus standar internasional).a o. 24 hours dietory recoll
- Petugas kesehatan mengajukan pertanyaao
Pemeriksaan Biokimia mengenai makanan dan minuman apa saja yang
Pemeriksaan biokimia merupakan pemeriksaan spesimen dikonsumsi oleh subjek selama 24 jam terakhir
berupa darah, urin, tinja atau jaringan tubuh lainnya seperti - Metode ini sangat cepat, mudah, dan tergantung
rambut dan kuku secara laboratoris untuk menilai status pada ingatan subjek serta tidak dapat
mikronutrien suatu individu.t6Berbeda dengan pegukurap menggambarkan pola konsumsi subjek.
antropometri, pemeriksaan ini terdiri atas berbagai macam
jenis pemeriksaan yang memerlukan biaya cukup mahal b. Food frequency questionnoire
untuk pengumpulan sampel dan penggunaan peralatan - Melalui metode ini, subjek diberikan suatu daftr
laboraturium serta reagen kimiawi. Selain itu juga di- jenis-jenis makanan besefia porsinya dan dimirfi
butuhkan tenaga terlatih untuk mengerjakan pemeriksaan untuk menandai jenis makanan yang biase
serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Oleh karena dikonsumsi per hari/minggu/bulan sekaligrr
itu, pemeriksaan biokimia perlu dilakukan berdasarkan berapa porsi yang biasa dikonsumsi.f
kebutuhan klinis subjek sehingga dapat diperoleh hasil - Metode ini cukup praktis, mudah digunakan, drr
yang mendukung diagnosis.6 tidak mahal.
Beberapa kelemahannya adalah daftar k
Beberapa tujuan pemeriksaan biokimia yaitu sebagai cukup panjang, terdapat kemungkinan
berikut:s perkiraan porsi yang dikonsumsi, serta
a. Untuk mengetahai adanya malnutrisi dengan tanda adanya pembaharuan daftar makanan
klinis yang tidak spesifik dengan perubahan pola makan subjek
b. Untuk memastikan diagnosis suatu penyakit adanya produk-produk makanan baru.
c. Untuk memantau pengaturanzatgizi pada perawatan
intensif dengan nutrisi parenteral c. Dietory history since eorly life
d. Untuk diagnosis hematologi - Metode ini bersifat cukup akurat karena
e. Untuk mendeteksi adanya defisiensi mikronutrisi yang dikumpulkan oleh petugas kes
subklinis pada survei komunitas mencakup detail mengenai pola, asupan
f. Untuk pengukuran validitas asupan makanan berupa jenis, jumlah, frekuensi, dan waktu
subjek.
S. Untuk melihat hasil program edukasi nutrisi secara
objektif
h. Untuk mendiagnosis kelebihan suplemen nutrisi
d. Food dairy technique
Melalui metode ini, subjek diminta untuk
Pemeriksaan biokimia bersifat tepat dan akurat jenis dan jumlah makanan yang dikonsu
serta dapat mendeteksi adanya perubahan dini pada secara langsung saat waktu makan.
H.AIAN STATUS GIZI 425

- Waktu pencatatan biasanya selama 1-7 hari. statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
- Data yang diperoleh cukup detail, namun sulit umur; angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
untuk memastikan subjek benar-benar mengisi tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
lembaran data setiap harinya. gizi.
Beberapa masalah yang muncul dalam penggunaan
e Observed food consumption
metode ini di antaranya adalah kesulitan pengumpulan
- Metode ini jarang digunakan namun sangat
data akibat tidak lengkapnya informasi yang tersedia di
dianjurkan untuk penelitian karena melihat
sarana kesehatan setempat serta masalah interpretasi
langsung apa yang dikonsumsi oleh subjek
data yang sering dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio-
- Jenis makanan yang dikonsumsi subjek ditimbang
ekonomi. Oleh karena itu. pengumpulan data statistik
dan porsinya dihitung sedemikian rupa
hanya dapat digunakan sebagai sumber rujukan mengenai
- Sangat akurat namun cukup mahal dan memerlu-
status gizi suatu masyarakat dan tidak dapat dijadikan
kan waktu serta tenaga.
indikator dalam menentukan perencanaan program gizi
- lnterpretasi data yang diperoleh dapat dilakukan
suatu komunitas.s
secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode
kualitatif menggunakan piramida makanan dan
Faktor Ekologi
membagi makanan ke dalam 5 kelompok seperti
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
dalam gambar4. Tentukan jumlah porsi konsumsi
interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan
dari tiap grup dan bandingkan dengan jumlah
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
minimal yang dibutu'hkan oleh tubuh.a
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,
Sedangkan pada metode kuantitatif, jumlah energi penyimpanan dan transportasi bahan pangan serta kondisi
jenis zat nutrisi yang terkandung dalam tiap makanan
othnr ekonomi suatu populasi. Oleh karena itu, pengukuran faktor
gmmg dikonsumsi dihitung menggunakan tabel komposisi ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
rmmrialanan dan dibandingkan dengan kebutuhan harian penyebab malnutrisi di su"atu masyarakat sebagai dasar
lsudu.rh- Metode ini cukup mahal dan memerlukan waktu untuk melakukan program intervensi gizi.s
ywno cukup lama, kecuali menggunakan komputerisasi. Adapun faktor ekologi yang dianggap berpengaruh
terhadap status gizi dibagi menjadi beberapa kelompok.
Setistik Vital yaitu:s
ilfuilietode ini dilakukan dengan cara menganalisis data

ttitmfn
+ ldrlsium, O,
Utilnh e-12
*Sswpn

mmmmmmffiil
Alr put{h
Gambar 4. Piramida makanan
426 NUTRISI KLINIl(

a. Penyakit lnfeksi f. Pelayananan pendidikan dan kesehatan


Terdapat hubungan antara infeksi bakteri, virus, Meskipun tidak berkaitan secara langsung dengan
maupun parasit dengan keadaan malnutris. Hal ini kondisi malnutrisi, namun data mengenai pelayanan
berhubungan dengan salah satu atau beberapa pendidikan dan kesehatan mungkin diperlukan dalam
mekanisme patologi sebagai berikut: mensukseskan program perbaikan gizi di suatu
- Kurang asupan gizi akibat hilangnya selera makan, daerah.
gangguan penyerapan makanan, atau larangan
konsumsi suatu jenis makanan pada penyakit
tertentu. REFERENSI
- Hilangnnya zat gizi akibat muntah, diare, atau
perdarahan ringan kronik. 1. Seres, DS. Nutritional assessment: current concepts and
gu.idelines for the busy physician. Practical gastroenterology
- Meningkatnya kebutuhan zat gizi baik 2003,8:30-39.
oleh host maupun organisme/parasit yang 2. A.S.P.E.N. Board of directors and clinical gu-idelines task force.
bertanggungjawab terhadap suatu penyakit Guidelines for the use of parenteral and enteral nutrition in
tertentu. adult and pediatric patients. IPEN, 2002;26(1 Supp).
3. Mueller, C., Compher, C., Ellen, D.M., et al., ,,A.S.P.E.N.
b. Konsumsi makanan Clinical guidelines for nutrition screening, assessmen! and
intervention in adults", JPEN 201I:35,1,6-24
Penilaian dilakukan oleh tim survei gizi yang 4. Elamin, Abdelaziz. Assessment of nutritional status. College
mendatangi ,tiap rumah dan mencatat kuantitas of Medicine. Sultan Qaboos University, Oman. Powerpoint
seluruh makanan yang dikonsumsi dalam periode presentation.
waktu tertentu serta mengukur jumlah porsi yang 5. Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar-
Penilaian status gizi. EGC. |akarta.2001.
dihidangkan berdasarkan tabel komposisi makanan. 6. Truswell, Stewart. Assessment of nutritional status and
Kemudian nilai yang diperoleh di-bandingkan dengan biomarkers. In: Essential of human nutrition 2nd Edition-
jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh dan disesuaikan Oxford Universify Press. 2002.
dengan umu; usia, berat badan, dan kondisi-kondisi
lainnya seperti misalnya hamil atau menyusui. Hasil
yang diperoleh secara keseluruhan pada suatu
komunitas dapat dijadikan data pendukung untuk
menentukan rencana program gizi selanjutnya.

Pengaruh budaya
Pengetahuan mengenai budaya setempat sangat
penting untuk memahami etiologi dari suatu keadaan
malnutrisi. Pola budaya ini meliputi food attitude,
disease cousation, child rearing, dan food production.

d. Faktor sosio-ekonomi
Kondisi sosio-ekonomi cukup sulit untuk dinilai karena
kebanyakan orang tidak bersedia memberikan detail
mengenai pendapatan dan kekayaan lainnya. Penilaian
terhadap fa ktor sosio-ekonomi sebai knya di la kukan
secara terpisah dengan daftar sebagai berikut:
- Data sosial: populasi komunitas, susunan keluarga,
pendidikan, perumahan, dapur; penyimpanan bahan
makanan, persediaan air bersih, dan jamban
- Data ekonomi: pekerjaan, penghasilan keluarga,
kekayaan materi, pengeluaran, dan harga pangan

e. Produksi pangan
Penilaian terhadap produksi pangan sangat penting
untuk mengetahui bagaimana ketersediaan suatu
bahan makanan dalam keluarga. Adapun aspek
penting yang berkaitan dengan status gizi adalah
persediaan pangan, metode pertanian, lahan pangan,
ternak dan perikanan. keuangan, dan distribusi.
55
NUTRISI ENTERAL
Marcellus simadibrata K

MDAHULUAN 2. Polimerik (Purpose/intoct). Nutrisi ini memiliki


kekenta Ia n pe nu h (/u// strengfh): viskositasnya renda h,
S*,ran cerna berfungsi sebagai tempat masuknya makanan, osmolaritas 300-500 mOsm/kg, 1 -1,2 kkal/ml, bebas
ItmmfrEerna makanan, dan mengabsorpsi sari makanan, laktosa, protein 30-40 g/L, tidak mahal, dikenaljuga
CldLtolit serta air. Nutrisi enteral merupakan makanan sebagai makanan umum atau pengganti makanan.
ynq ditujukan m6suk ke dalam saluran cerna melalui Contoh: entrasol/entramix, ensure, nutrison, parenteral.
ffitg nasogastrik atau selang gastrostomi/jejunostomi Mo n o m e ri k (d ef i n e d/byd r o lyz e d). N ulri si i n i d i g u n a ka n
ffiu langsung per oral bila pasien menginginkannya.l,2 untuk pasien dengan gangguan saluran cerna
lilUurEisi enteral atau per oral sangat penting untuk saluran yang membutuhkan nutrisi yang terhidrolisa untuk
mmta karena dapat mencegah atrofi villi usus, menjaga memperbaiki pencernaan, osmolaritas bergantung
Hangsungan fungsi usus, enterosit, dan kolonosit. Levine pada proses hidrolisisnya, 1-1,2kkal/ml, bebas laktosa,
ltilddr mendemonstrasikan dalam penelitiannya pada tikus, protein 30-45 g/1, lebih mahal dibanding generol
frdmra nutrisi enteral lebih unggul dibandingkan parenteral purposeformulo, disebut sebagai chemically defined,
,dHam mem perta ha n ka n f u n gsi gastroi ntesti n61.2-4 peptide base, elemenfol formula. Contoh: peptamen.
Beberapa penelitian melaporkan peran nutrisi enteral 4. Semi elemental, digundkan untuk pasien dengan fungsi
mhagai nutrisi pokok atau suplemen dalam memperbaiki saluran cerna terbatas, mengandung asam amino
sfratus nutrisi pasien yang dirawat di bidang ilmu penyakit bebas, sedikit lemak, sedikit residu, hiperosmolari
dilam atau perawatan intensif. viskositas rendah 1 kkal/ml, protein 40 g/L, mahai,
juga disebut sebagai formula asam amino bebas ffree
aminoocid formulo). Contoh: Pepti-2000
DEFINISI Khusus penyakit tertentu, dibuat untuk keadaan
disfungsi organ tertentu atau gangguan metabolik
lilrrtrisi enteral merupakan metoda pemenuhan zat tertentu, kandungan nutrisinya biasa saja tidak
ffi menggunakan saluran cerna, melalui bantuan alat lengkap, sebagian besar hiperosmolar. Produknya
slmg makanan (nasogastrik, nasojejunal, gastrostomi, spesifik misal untuk gangguan hati, ginjal dan paru,
ffinostomi), bila pasien tak dapat makan atau asupan intoleransi glukosa, gangguan fungsi imun, dan
mmc*alui mulut tidak mencukupi.la trauma, harganya mahal. Contoh untuk penyakit hati
(mengandung BCAA): aminoleban EN, Falkamin; untuk
penyakit ginjal: nephrisol; untuk penyakit diabetes
[-ASIFIKASI melitus: diabetasol, dianeral; untuk konstipasi kronik:
susu sereal energen dan lain-lain.
ffTrfisi enteral dapat dibagi atas nutrisi enteral komersial Rehidrasi, untuk pasien yang membutuhkan rasio yang
d*r nutrisi enteral formula rumah sakit.3,as Nutrisi enteral optimal dari karbohidrat sederhana sampai elektrolit,
h,mersial dapat dibagi atas: untuk keperluan absorpsi karbohidrat dan elektrolit
yang optimal dan juga rehidrasi diberikan: oralit,
dengan gangguan protein utuh. Contoh susu sapi ful/ pharolit, poco ri-sweot dan lain-lain.
creamt susu soya kacang kedelai. 7. Modular: formula yang mengandung komposisi zat

427
428 NUTRISI KLINIK

nutrisi yang terdapat pada formula komersil atau KONTRAIN DIKASI NUTRISI ENTERAL
makanan. Formula ini berperan terhadap kadar
elektrolit dan meningkatkan osmolaritas alau renol Kontraindikasi nutrisi enteral yaitu bila ada gangguan fungsi
solute rood, biaya mahal, membutuhkan teknik saluran cerna (misal perdarahan saluran gastrointestinal
pencampuran yang aman, disebut formula modular. berat, vomitus persisten, ileus obstruktif, diare berat,
8. Prebiotik dan probiotik: Susu/makanan cair yang enterokolitis berat).6,7,8
mengandung serat untuk memacu pertumbuhan
bakteri normal usus (misal vegeta dll.) atau yang Keuntungan Nutrisi Enteral
mengandung bakteri normal usus antara lain Keuntungan nutrisi enteral yaitu : ekonomis, memacu
loctobacillus (yakult mengandun g loctobacillus sekresi hormon pencernaan, mencegah atrofi villi,
cosel menghambat pertumbuhan bakteri dan translokasi bakteri
9. ran rehidrasi,elektrolit, karbohid rat
Kom bi nasi cai serta tidak memiliki risiko sepsis dan flebitis seperti pada
dan BCAA: aminofluid oral. Digunakan untuk nutrisi parenteral
suplemen meningkatkan protein otot, memperbaiki
keseimbangan nitrogen pasien ataupun orang normal. Komplikasi Nutrisi Enteral
10. Kombinasi nutrisi polimerik dan serat (FOS), misal Komplikasi yang ditemukan pada pemberian nutrisi entera
Nutrensol antara lain : diare, hidrasi berlebih, muntah, hiperglikemia
konstipasi dan aspirasi.

!NDIKASI NUTRISI ENTERAL


PENILAIAN STATUS GIZI
lndikasi nutrisi enteral yaitu pada pasien dengan gangguan
asupan melalui oral atau asupan oral tidak mencukupi Penilian status gizi pasien merupakan hal yang penting
antara lain poda':,+,s dalam menentukan kebutuhan nutrisi yang diperlukan"
1. Penyakit neurologi dan psikiatri; slrok(cerebrovoscuLar Penilaian status gizi antara lain, anamnesis riwayat diet
accidents), neoplasma, trauma, inflamasi, penyakit pengukuran antropometrik dan pemeriksaan laboratoriurr
demielinisasi, depresi berat, anoreksia nervosa, gagal (biokimia).1,'z
untuk hidup. Pada anamnesis perlu dilakukan food recoll dalam 24
2. Penyakit orofarings dan esofagus: neoplasma, jam, pola makan yang lazim dan frekuensi makan pasier"
inflamasi, trauma apa ada alergi. kegemaran makan, adanya intolerans
3. Penyakit gastrointestinal: pankreatitis, penyakit usus terhadap makanan, riwayat berat.badan.
inflamatorik, sindrom usus pendek, penyakit usus Pada pengukuran antropometrik diukur berat bada.
neonatus, malasbsorpsi, persiapan usus preoperatif (kg), tinggi badan (cm), indeks masa tubuh (tMT), lingkr
fistula lengan atas (LLA), lipatan kulit triseps(LlT), rasio pinggang
4. Lain-lain: luka bakari kemoterapi, terapi radiasi, AIDS, panggul. Rumus IMT= berat badan(kg): tinggi badan (rn j
transplantasi organ. nilai standar: < 20 underweight, 20-25 berat normal, 25-3I

::: ri r:r:f :i! i+ni: " rrtr i!_::i!. ii;iiii,i:ii:;::


Nutrisi Enteral Formula Rumah Sakit Nutrisi Enteral Formula Komersial
Kandungan Nutrien
. Terbatas untuk pemenuhan kalori sedikit vitamin . Lebih Lengkap dalam kalori, karbohidrat, vitamir1,
dan mineral tambahan vitamin mudah disesuaikan
. Bentuk kandungan nutriennya tertentu . Nutriennya mudah disesuaikan dengan kebutuhan
Rasa
-(urang
. disukai . Lebih disukai karena banyak rasa
Osmolaritas
. Tidak terukur . Terukur
. Hanya via bolus . Bisa bolus, intermiten, kontinyu
Higienitas {
. Kurang terjamin . Lebih terjamin 1
Kepraktisan i
Tidak dapat diberikan sewaktu-waktu
Lain-lain
Dapat disajikan setiap saat fI
. Biaya operasi tinggi . Biaya operasi rendah
f;
IllIS! ENTERAL
429

wa'weight, >30 obes/gemuk. Rumus berat badan ideal dapat masuk ke dalam saluran cerna atau memang
1ffiatfl = 90Yo x (tinggi badan-100). nilai standar < 907o harus dipuasakan per orallenteral (misal pada disfagia,
Mweight,90-110o/o berat normal , > 110% overweight, ileus, pankreatitis akut, operasi usus), nutrisi diberikan
> lM obes/gemuk. melalui parenteral. Sedangkan pada penyakit saluran
Femeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan yaitu cerna di mana nutrisi per orallenteral masih dapat
ffiada elektrolit serum, indikator status cairan, indikator diberikan (misal dispepsia, sindrom usus iritabel, diare)
Sfirs mineral (zat besi dll), kadar vitamin/rhikronutrien, sebaiknya diberikan per oral atau enteral atau dapat
#hseimbangan nitrogen, prealbumin, albumin, transferin diberikan kombinasi orall enteral dengan parenteral pada
d*l lain-lain. tahap awal. Nutrisi enteral diberikan bila makanan tak
Ferhitungan Kebutuhan Kalori, Protein, Lemak dan dapat diberikan melalui mulut dan esofagus, jadi nutrisi
6l*-an - elektrolit diberikan melalui selang nasogastrik (pada stenosis/
Ferkiraan kebutuhan kalori basal: 25-35 kkal/kgBB/ striktur esofagus) atau melalui gastrostomi (pada
frlrri" wanita 25-30 kcal/kgBB/hari, pria 30- 35 kkat/kbBB/ stenosis/ striktur esofagus, kanker esofagus distal atau
[iimi" Kebutuhan ini ditambah lagibila ada kegiatan fisik, tumor lambung, obstruksi/stenosis pilorus, pankreatitis
dtes, infeksi dan lain-lain. Beberapa pusat penelitian akut). (Gambar 1) e

lttmnernakai rumus Harris Benedict untuk mengukur


llhbutuhan kalori.
TEE = BEE x AF x SF (TEE= fotol energy expenditure; BEE PENGALAMAN PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL
= fusol energy expenditure; AF = activity factor; SF=stress PADA PASI EN DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM
furtu). Laki-laki: BEE= 66,47+ 113,75 x berat (kgl + [5,0
utinggi (cm)l - 16,76 x usia (tahun)1. Wanita :BEE=655,1 Enam belas pasien malnutrisi dengan penyakit dasar infeksi
+ [9,56 x berat(kg)] + [1,85 x tinggi(cm)] - [4,68 x usia tuberkulosis paru, diberikan nutrisi enteral suplemen yang
ffiun)1. mengandung susu kedelai (Proten) 40 gram hari selama 2
Kebutu ha n protei n dewasa: 1 g/kgBB/ hari. Kebutu han minggu. Pasien-pasien tersebut tetap mendapat makanan
lhrnak = 20o/o dari total kalori, sebaiknya lemak tidakjenuh standard rumah sakit. Dari penelitian ini didapatkan hasil
lliirnh = 2:1; dosis 1-3 g/kgBB/hari bahwa susu kedelai sebagai suplemen dapat meningkatkan
Kebutuhan cairan: 25-40 ml/kgBB/hari; dewasa muda indeks masa tubuh (Body Mass lndex=BMl) pada hari ke-7
'ffit16-30 tahun) kebutuhan 40 ml/kgBB/hari; dewasa rerata dibanding hari ke-1: 14,6 + 2,6 vs 14,1 + 2,6 (p=0,010),
ffi5-55 tahun) kebutuhan 35 ml/kgBB/hari; usia tua (55- tetapi tak bermakna pada hari ke 14 dibanding hari ke- 7:
ffi tahun) 30 ml/kgBB/hari; manula (>65 tahun) 25 ml/ 14,9 + 3,0 vs '14,6+ 2,6 (p=Q,961. Pemberian suplemen
[BB/hari. susu kedelai tersebutjuga {apat meningkatkan kadar pre-
Kebutuhan elektrolit: 1). Kebutuhan natrium: pada albumin darah hari ke-7 dibanding hari ke-1, yaitu 0,130 +
mrrsien muda (16-25 tahun)dan dewasa (25-55 tahun) 0,078 vs 0,108 + 0,057(p=6,919), tapitak bermakna pada
Umitu 60-100 mmol/hari, pada pasien tua (56-65 tahun) hari ke-14 dibandingkan hari ke-7, yaitu 0,121 + 0,068
> 60 mmol/hari dan pasien geriatri (> 65 tahun) > 50 vs 0,130 + 0,078 (p=0,534). Yang jelas terlihat bahwa
mmmol/hari. 2). Kebutuhan kalium: pada pasien muda (16- pemberian suplemen susu kedelai ini dapat memperbaiki
2Stahun) , dewasa (25-55 tahun) dan pasien tua (56-65 keseimbangan nitrogen pasien-pasien malnutrisi pada hari
ilahun) yaitu > 60 mmol/hari, sedangkan pada pasien ke-l4 dibandingkan hari ke- 1: + 2,546 + 4,976vs-4,062
geriatri (> 65 tahun) yaitu > 50 mmol/hari. 3). Kebutuhan + 8,371. Tidak ditemukan efek samping pemberian susu
Hsium: pada pasien muda (16-25 tahun), dewasa (25- tersebut.8
Stahun) dan pasien tua (56-65 tahun) yaitu 15 mEq/ Sembilan puluh enam pasien sirosis hati dekompensata
fui. sedangkan pada pasien geriatri (> 65 tahtin) yaitu dengan ensefalopati hepatik diberikan nutrisi enteral
ilO mEq/hari. 4). Kebutuhan fosfat: pada pasien muda mengandung Bronched-Choin Amino Acid (BCAA)
('i6-25 tahun), dewasa(25-55 tahun pasien tua (56-65 (Aminoleban EN) 1sochet (50 gr) tiga kali sehari selama 6
ffiiun) dan geriatri(>65 tahun) yaitu 20-50 mmol/hari.4. bulan atau lebih. Dari penelitian ini didapatkan perbaikan
lfcbutuhan magnesium: pada pasien muda(16-25 tahun), rasio Fischer; perbaikan performance Karnofsky setelah
pasien dewasa(25-55 tahun), pasien tua(56-65 tahun) pemberian susu BCAA. Perbaikan rasio Fischer adalah
dan geriatri(> 65 tahun) yaitu 8-20 mEq/hari. terjadinya peningkatan BCAA dan penurunan asam amino
aromatik (AAA). Protein total serum pasien menunjukkan
peningkatan sejak minggu kedua sampai bulan 3
,TIINSIP DAN JALUR PEMBERIAN NUTRISI pemberian susu BCAA tersebut. Efek samping didapat
pada 20% kasus antara lain, distensi abdomen, diare,
Fada penyakit saluran cerna di mana makanan tidak berkurangnya nafsu makan.1o,11,12
430 NUTRISI KLINIK

Penilaian Nutrisi
I

+ Peritonitis difus
Saluran cerna berfungsi Obstruksi usus
Muntah intractable, ileus
Diare intractable
Iskemi gastrointestinal
Nutrisi enteral Nutrisi parenteral
I
Jangka panjang Jangka pendek
I
Gastrostomi Nasogastrik
jejunostomi Nasoduodenal
I
{
Nasojejunal
Fungsi GI Jangka pendek
atau
Normal I Teroanoou
restriksi cairan
I

Nutrien standar Formula khusus t I


NP perifer NP sentral

Adekuat Tak adekuat Adekuat


maju ke makanan oral Suplementasi NP maju ke diet lebih kompleks
O.n makanan oral yang dapat
tI di toleransi
Maju ke makanan enteral total
ASPEN.J Parenteral and Enteral Nutrjtion 2002;26('l ) suppl.)

Gambar 1. Jalur pemberian nutrisi suportif khusus


(dikutip dari the ASPEN. Ctinicol Pathwoys and Algorithms for Delivery of Porenteral ond enterol nutition support in adults)s

IMUNONUTRISI

Beberapa studi mendapatkan hasil yang masih kontroverli


dari pemberian imunonutrisi yang mengandung nutriemr
glutamin, arginin, omega-3 fotty ocids dan nukleotida
pada pasien-pasien infeksi dan berat. Banyak studi yaqg
melaporkan efek baik dari imunonutrisi tersebut tapi adr
studi-studi yang melaporkan tidak ada efeknya terutann
pada pasien sangat berat dan kritis. Hal ini memerlukan
penelitian atau studi lebih lanjut dan lebih dalam serh
pasien yang lebih banyak.11

Gastronostomi
KESIMPULAN

Nutrisi enteral merupakan salah satu peme


jejunostomi kebutuhan gizi pasien yang berguna untuk meni
satus nutrisi dan mempercepat penyembu
penyakit.

Gambar 2.
I''XISI ENTERAL 431

TEfERENSI

Daldiyono, Dharmika Simadibratalvl, Syadra B. Nutrisi pada


pmvfit gastrointestinal(1). Dalam: Daldiyono-Thaha AH,
editors. Kapita Selekta Nutrisi Klinik. 1998.p.117-'23.
Simadibrata M, Daldiyono. Nutrisi pada penyakit
gastrointestinal(2). Dalam: Daldiyono-Thaha A[I, editors.
Kapita Selekta Nurrisi Klinik. 1998.p.124-35.
Rombeau fl.-Rolandelli RH. Eds. Clinical Nutrition Enteral
and Tube Feeding.Philadelphia-London: WB Saunders Co;
19,7.
Betzhold ], Howard L, Enteral nutrition and gastrointestinal
disesases. In: Rombeau fl-Caldwell MD(eds). Enteral and
Tube Feeding. Clinical Nutrition volume 1. Philadelphia-
["ondon-Toronto: WB Saunders; 1984.p. 338-61.
Ihrshall A, West S. Nutritional intake.in the critically ill:
improving practice through research. Aust Crit Care 2004
l7:G8,10-5.
SvamAF, Simadibrata M, Manan C, Daldiyono, Wirawan&
Ftrelsi. A Randomized trial comparing the effect of soy protein
diet supplement versus hospital standard supplement on
dinical and laboratory parameters in malnutrition patients.
Indones I Gastroenterol hepatol dig Endosc 2003;4:704.
Dewenis C. Enteral nutrition in severe acute pancreatitis:
future development. |OP.Jpancreas(online) 2004:5(2): 6G3.
s PT. Otsuka Indonesia. Buku saku nutrisi klinik. Edisi 2.
Im.
ASPEN Board of Directors and The Clinical Guidelines
Task Force. Guidelines for the use of parenteral and enteral
nutrition in adult and pediatric. ASPEN. J Parenteral and
Enteral Nutriti on 200126 $) suppl: 85A
UID. ldrida T, Shibasaki K Muto Y, Satoh S, Watanabe A" Ichida
F. Clinical study of an enteral branched-chain amino acid
solution in decompensated liver cirrhosis with hepatic
encephalopathy. Nutrition 1995;1L: 238-M.
lil!" AmericanSociety for Parenteral and Enteral Nutrition(ASPENI).
lVhat is Enteral Nutrition. Available from .clil:}:rttp / /www.
nutritioncare.org/wcontent.aspx?id=266. Accessed 4 De-
r-errtrer 2011.
m. Choudry HA, Pan Iv{, Karinch AM, Souba \tVW. Branched-
Chain Amino Acid-eruiched Nutritional Support in Surgical
and Cancer patients. J. Nutri 2006;136:314985.
56
NUTRISI PARENTERAL:
CARA PEMILIHAN, KAPAN, DAN BAGAIMANA
Imam Subekti

PENDAHULUAN mengingat teknik NE kurang invasif dan lebih murah, maka


bila masih memungkinkan teknik yang dipilih adalah NL
Diperkirakan sekitar 50% pasien yang dirawat di rumah
Tetapi dalam kondisi tertentu, di mana teknik NE tidak
sakit berisiko menjadi malnutrisi karena tidak mampu
memungkinkan, NpE menjadi piJihan.
memenuhi kebutuhan kalori dan protein. Kondisi dengan
Namun demikian, perlu dipahami bahwa pemberian
penyakit tersebut menyebabkan pasien tidak mampu
nutrisi dengan cara parenteral tidak dapat menggantikan
memetabolisasi nutrien secara efektif pasien tidak mau
fungsi alamiah usus, karena NpE merupakan jalan
makan (selera makan kurang) dan dapat menyebabkan
pintas sementara sampai usus dapat berfungsi normal
berbagai komplikasi seperti lama rawatyang lebih panjang,
kembali. Disadari bahwa harga NpE relatif mahal, tetali
dan sering kembali masuk ke rumah sakit. Salah satu aspek jika digunakan dengan benar pada pasien yang tepat
pengelolaan yang penting untuk proses pemeliharaan
pada akhirnya akan dapat dihemat banyak biaya yarg
dan penyembuhan penyakit adalah nutrisi pasien. OIeh
semestinya keluar untuk obat-obatan dan waktu tinggal
karena itu program nutrisi perlu disiapkan sejak pra_rawat,
di rumah sakit.
evaluasi selama rawat, dan program pasca rawat.1,2
Mengingat banyak hal yang perlu dipertinrbangkan
Tubuh manusia membutuhkan makanan untuk hidup
dalam pemberian NpE, makalah iniakan membahas tentarg
dan aktivitas. Zat kimia yang menyusun makanan manusia
cara pemilihan, kapan dan bagaimana NpE itu diberikah.
dalam jumlah besar adalah karbohidrat, lemak, dan
protein, dikenal dengan istilah makronutrien. Makronutrien
dibutuhkan tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi dan
PENGERT!AN
pembentukan serta perbaikan struhurtubuh hingga dapat
berfungsi semestinya. Kebutuhan energi tubuh dapat Yang dimaksud dengan terapi nutrisi parenteral ialdr
dibagi menjadi kebutuhan untuk memenuhi metabolisme
semua upaya pemberianzat nutrien melalui infus.Tujuan
basal; untuk aktivitas dan specific dynamic effect.
NPE tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basC
Kebutuhan nutrisi untuk orang sakit sering lebih besar;
dan pemeliharaan kerja organ, tetapi juga menambdr
karena pada saat sakit terdapat peningkatan hormon
konsumsi nutrisi untuk kondisi tertentu, seperti keadaan
stres yang memerlukan tambahan energi, misalnya
stres (sakit berat, trauma, operasi), untuk perkembangan
pada keadaan infeksi atau keadaan yang memerlukan
dan pertumbuhan. Dengan pengertian tersebut, make
pengaturan makanan secara khusus. pada keadaan_
terapi NPE dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
keadaan tersebut, untuk dapat memenuhi kebutuhan
1. Terapi nutrisi parenteral parsial (suportif atau
nutrisi, pasien harus tetap mendapat makanan baik
suplemen), diberikan bila:
secara enteral, disebut nutrisi enteral (NE) yaitu melalui
- Dalam waktu 5-7 hari pasien diharapkan mamp
selang nasogastrik atau secara parenteral, disebut nutrisi
menerima nutrisi enteral kembali
parenteral (NPE). Walaupun manfaat klinik yang didapat
- Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasiea
baik melalui NE maupun NpE boleh dikatakan setara, tetapi
NPE parsial ini diberikan dengan indikasi relatif

432
T]ltSI PARENTEML: CARA PEMITIHAN, KAPAN, DAN BAGAIMANA 433

P" Terapi nutrisi parenteral total, diberikan jika batasan akses enteral diletakkan di distal fistula atau volume
frrnlah kalori ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. output<200 mL/hari), peritonitis difus, obstruksi
NPE total ini diberikan atas indikasi absolut. intestinal, diare, dan iskemi saluran cerna.
4. Pemberian nutrisi tambahan dimulai pada pasien yang
diperkirakan tidak dapat memenuhi kebutuhan secara
nDlXAST oral selama 7-14hari.
Nutrisi parenteral tidak dapat langsung diberikan pada
Mdasarnya pemberian makan secara NE lebih dianjurkan
keadaan:
ffianding NPE. Oleh karena itu, yang perlu ditentukan . Pasien 24 jam pascabedah yang masih dalam Ebb
Urhbih dulu ialah apakah memang ada atau tidak ada
phase, masa di mana kadar hormon stres masih
irdfitasi NPE.Nutrisi enteral berperan menjaga fungsi
tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar
dran cerna dan merangsang sistem imun saluran cerna.
gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan
Mtgnn alasan tersebut, NE boleh diberikan pada pasien
cairan elektrolit dan dekstrosa 5%. Jika keadaan
ill. Sedangkan PNE dapat bersifat imunosupresif
@nilidcol
sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal
dhanding NE karena tidak mempertahankan mukosa
napas sudah dapat diatasi, krisis metabolisme sudah
d,ran cerna dan gut-ossociated lymphoid frssue. Namun,
lewat. maka NPE dapat diberikan dengan lancar
flifffi merupakan alternatif pemberian makan bagi pasien
dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien, makin
ymg tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi melalui oral
lambat dosis NPE total (dosis penuh) dapat dimulai.
flnr [rlf
Sebelum keadaan tenang (flow phose) tercapai, NPE
Secara umum, NPE diindikasikan pada pasien yang
total hanya menambah stres bagi tubuh pasien.
mmnngalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk
Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar
nmktu tertentu. Tanpa bantuan nutrisi, tubuh memenuhi
kortisol, katekolamin, dan glukagon.
l$"rErhan energi basal rata-rata 25-30 kkal/kgBB/hari. Jika . Pasien gagal napas (pp2 <80 dan pCO2 >50) kecuali
dangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi
dengan respirator. Pada pemberian NPE penuh,
ntmeialui proses glukoneogenesis, antara lain dengan
metabolisme karbohidrat akan meningkatkan produksi
Spolisis dan proteolisis 125-150 g/hari. Puasa lebih dari
CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan . Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstra-
qililkogen di hati (70 9) dan otot (400 g). Sedangkan
selu la r
cadangan energi lainnya, lemak (12.000 g), dan prote:n . Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan
ffi"* n) habis dalam waktu kira-kira 60 hari. cost-benefit
fiondisi pasien yang memerlukan NPE adalah sebagai
herikut: Pasien Kritis
- Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pen- Sebuah penelitian multisenter membandipgkan pemberian
NE saja, NE dengan penambahan NPE dini, dan NE dengan
cernaan seperti striktur atau keganasan esofagus, atau
gangguan absorbsi makanan) penambahan NPE akhir. Pada pasien kritis, pemberian
- Pasien tidak boleh makan atau pasien post operasi
dini NE dan NPE memberikan hasil yang baik. Pemberian
(seperti fistula intestinal dan pankreatitis) diniNE dalam24-48 jam dilCU dapat meng-optimalisasi
. Pasien tidak mau makan (seperti akibat pemberian
fungsi saluran intestinal, meningkatkan sistem imun dan
kemoterapi)
mengurangi stresoksidatif. Tetapi NE saja tidak cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi. Diperlukan NPE pada fase
&erdasarkan ASPEN Guidelines (Americon Society of awal paslen kritis, terutama pasien yang tergolong risiko
Wenterol &. Enterol Nutrition) 2002.terdapat beberapa tinggi yaitu pasien dengan IMT <20, disfungsi saluran
irdikasi pemberian nutrisi tambahan: intestinal persisten sebaiknya NPE mulai diberikan
1- Nutrisi tambahan harus diberikan pada pasien yang setelah !2 jam menggunakan NE. Pada kelompok yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi melalui mendapat NE dan penambahan NPE dini, didapatkan
oral angka mortalitas yang lebih rendah, massa otot yang lebih
e Jika dibutuhkan pemberian nutrisi tambahan, NE lebih baik, dan proses penyembuhan lebih cepat.
diutamakan dibanding NPE
3" Jika pemberian nutrisi tambahan diindikasikan, NpE
digunakan pada pasien dengan gangguan saluran STRATEGI PEMBERIAN NPE
cerna atau tidak dapat memenuhi kebutuhan secara
oral dan NE, seperti ileus paralitik, iskemi mesenterik, Sebelum memulai NPE, tahapan yang perlu dilakukan
obstruksi usus, fistula saluran cerna (kecuali jika ialah:
434 NUTRISI KLINIK

1. ldentifikasi status gizi nyeri daerah epigastrium, sehingga memerlukan


2. Menentukan problem nutrisi nutrisi parenteral.l Pada saat awal di mana pasien
3. Menghubungkan tujuan NPE dengan penyakit menampakkan tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya
primernya diberikan infus kristaloid, selanjutnya diberikan infus
4. Menghitung kebutuhan nutrien per hari dekstrose 5-10o/o. Bila perlu dapat diselingi dengan
5. Menyusun kebutuhan nutrien dengan preparat cairan cairan infus yang mengandung asam amino esensial
yang tersedia yang cukup.
6. Menentukan cara pemasangan infus Pada gangguan hati kronik, seperti sirosis
hati, umumnya nutrisi parenteral baru diberikan
ldentifikasi Status Gizi bila disertai komplikasi, misalnya asites masif.
ldentifikasi status gizi harus dilakukan sebelum memulai hematemesis melena, ensefalopati, dan formula cairan
terapi NPE. Dengan mengetahui status gizi pasien, lebih- yang diberikan disesuaikan dengan masalah klinik
cukup atau kurang, dapat diputuskan saat mulai dan yang dihadapi. Pada ensefalopati hepatik misalnya.
kbmposisi nutrisi yang akan diberikan. Pada pasien dengan langkah pertama yang penting ialah pemberian
gizi cukup, NPE baru dimulai pada hari ketiga, setelah Ebb dekstrosa 10%o atau maltosa 10% sebagai sumber
phase dilewati.Bila gizi pasien kurang, NPE dimulai lebih kalori, koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, dan
awal yaitu setelah 24-48 jam. langkah berikutnya ialah pemberian cairan kaya MRC
Tujuan pemberian AARC ialah mencegah masuknya
Menentukan Problem Nutrisi AAA ke dalam jaringan otak, di samping untuk
Pada tahap ini ditentukan sifat dukungan NPE yang akan menurunkan katabolisme protein dan menguralgi
diberikan, apakah untuk suportif (parsial) dan berapa konsentrasi amonia darah.
lama, atau NPE total. Keputusan ini bergantung pada b. Gangguan ginjal
kondisi pasien: Pada pasien gagal ginjal,.kekurangan air (dehidras}
. apakah bisa menerima makanan per oral penuh, dan kekurangan garam adalah 2 kelainan yang sering
sebagian atau sama sekali tidak bisa/ tidak diper- ditemukan. Kelainan ini bersifat reversibel dan apabila
bolehkan,
koreksi tidak segera dilaksanakan, akan merupakan
. berapa lama kondisi tersebut diperkirakan akan tahap pertama dari rangkaian kelainan yang akan
berlangsung.
menurunkan faal ginjal. Di samping itu, pada pasien
gagal ginjal terdapat gangguan ekskresi nitrogeq
Menghubu ngkan Tujuan Nutrisi Parenteral dengan sehingga pengurangan masukan protein akan
Penyakit Primer memperbaiki keadaan. Yang harus diperhatikan iah
Keadaan seperti status gizi, proses katabolisme dan bagaimana caranya memberikan kalori yang cukry
penyakit pasien mempengaruhi tujuan, saat mulai, dosis, dengan diet rendah protein tanpa merabuat pasiea
jenis dan susunan nutrisi yang akan digunakan. Pasien
mengalami malnutrisi kalori-protein.
dengan masalah khusus (gizi kurang, diabetes melitus, Pemberian nutrisi parenteral yang mengandung'asm
gangguan ginjal dan hati), maka NPE dapat diberikan lebih
amino esensial dan glukosa pada gagal ginjal aht
dini, yaitu setelah 24-48 jam. Juga, jenis penyakit, seperti memberikan angka kelangsungan hidup lebih baA
gangguan hati atau ginjal misalnya, akan menentukan dibanding glukosa saja.
pilihan jenis formula maupun dosis yang akan dipakai.
Beberapa pertimbangan NPE pada pasien dengan c. Diabetes melitus
gangguan khusus, seperti tersebut di bawah ini: Pada orang normal, NPE biasanya diberikan pada hd
a. Gangguan hati ketiga.Sedang pada pasien DM, karena u
Pasien dengan gangguan hati akut atau kronik mudah jatuh dalam keadaan hipokalorik, maka
mengalami penurunan kadar asam amino rantai pada pasien DM dimulai lebih dini. Syarat NPE
cabang (AARC) dan peningkatan asam amino DM ialah setelah kadar glukosa darah kurang
aromatik (AAA) di plasma dan otak. Laporan penelitian 250 mg/dl. Bila kadar glukosa darah masih di
menyebutkan bahwa NPE dengan formula tinggi AARC angka tersebut dan harus segera mulai NPE,
dan rendah AAA memberikan imbangan nitrogen menurunkan kadar glukosa dapat dilakukan
yang lebih baik, mengurangi risiko ensefalopati dan cepat dengan insulin.
memperbaiki angka kelangsungan hidup pasien.
Peradangan hati akut dengan sebab apapun, akan Menghitung Kebutuhan Nutrien Per hari
didahului stadium preikterik yang ditandai dengan Dalam menghitung kebutuhan nutrien, di s
rasa mual yang'sangat, nafsu makan menurun dan kebutuhan untuk keadaan sehat,juga perlu
I rRlSl PARENTEML: CARA PEMILIHAN, KAPAN. DAN BAGAIMANA 435

londisi penyakit yang mendasarinya.Kalori adalah unsur - 25 kkal/kgBB, untuk kondisi tanpa stres
yang mutlak harus diberikan cukup.Sumber kalori yang - 30 kkal/kgBB, untuk stres ringan
ubma dan harus selalu ada adalah glukosa. Otak dan - 35 kkal/kgBB, untuk stres sedang
eritrosit mutlak memerlukan glukosa ini setiap saat. Jika - 40 kkal/kgBB, untuk stres berat
fidak tersedia cukup, tubuh melakukan glukoneogenesis
2.1. Sumber Kalori
deri substrat lain. Selain karbohidrat, sumber kalori yang
Dua sumber utama kalori adalah karbohidrat dan lemak.
lf,n ialah lipid. Untuk keperluan regenerasi sel, sintesis N PE hanya dipenuhi oleh karbohidrat,
Tetapi bila kebutuhan
snzim dan protein diperlukan sumber protein, yaitu asam
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama bila
rnino. Komponen nutrisi penting lainnya ialah vitamin cairan dekstrosenya bersifat hipertonis, yaitu:
ymng larut lemak dan larut air; elektrolit, trace element. . trombosis
.Ahlmin, insulin, dan obat-obatan lain mungkin diperlukan . meningkatkan kebutuhan insulin
ssuai kondisi tertentu. Jenis nutrient yang dibutuhkan . bahaya hipoglikemia bila infus dekstrose hipertonis
fidatr sebagai berikut:
dihentikan mendadak
'1|l- Cairan . meningkatkan BMR
Pemenuhan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh adanya . meningkatkan produksi CO2
penyakit yang mendasarinya, seperti gagal jantung,
Untuk mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori
gangguan respirasi, ginjal dan hati. Kebutuhan cairan nonprotein dapat digantikan dengan emulsi lemak karena
pasien dewasa pada umumnya berkisar 1-2,2 mL/ produksi CO2 akan ditekan. Jangan menggunakan protein
kkal atau 20-50 mL/kgBB/hari, atau rata-rata 35 ml/ sebagai sumber energi, karena protein penting untuk
kgBB. Bila terdapat kehilangan cairan yang abnormal, regenerasi sel dan sintesis protein viseral seperti enzim,
seperti diare atau muntah, cairan perlu ditambahkan albumin, imunoglobulin.
sejumlah yang hilang tersebut.Bila terdapat demam,
cairan ditambah sebanyak 150 mL/peningkatan 1"C. 2.2. Karbohidrat
Dalam hal hilangnya cairan lambung, berarti juga . Glukosa
hilangnya komponen mineral/elektrolit, maka perlu Glukosa adalah karbohidrat pilihan untuk nutrisi
diperhitungkan dalam menentukan formula NPE. parenteral, karena glukosa merupakan substrat
paling fisiologis, secara natural ada dalam darah,
Z Kalori banyak persediaan, murah, dapat diberikan dalam
Kebutuhan kalori secara sederhana dapat diperkirakan berbagai konsentrasi, dengan nilai kalori 4 kkal/9.
dari berat badan. Untuk menghitung resting metabolic Untuk dapat memberikan pengaruh maksimum ter-
expenditure (RME), rumus yang biasa digunakan ialah hadap keseimbangan hitrogen, minimal diperlukan
rumus Harris-Benedict: 100-150 g glukosa. Kebutuhan tersebut juga
laki-laki: RME (kkal/hari) = 66,5*1r,8xBB (kg)+5xTB digunakan untuk memenuhi energi yang diperlukan
(cm) -6,8xUmur(th) oleh susunan saraf pusat dan perifer, eritrosit,
Perempuan: RME (kkal/hari) = 655+9,6xBB (kg)+1,8xTB leukosit, fibroblas yang aktif dan fagosif tertentu
(cm) - 4,7xUmur (th) yang menggunakan glukosa sebagai satu-satunya
Di samping kebutuhan basal tersebut, tambahan kalori sumber energi.
diperhitungkan bila menghadapi stres atau aktivitas, Untuk menghindari hiperglikemi yang tiba-tiba,
sebagai berikut: peningkatan konsentrasi glukosa, misalnya dari 5%
- 1,2 x RME, untuk kondisi tanpa stres menuju 2Oo/o harus bertahap, (start slow @ go slow).
- '1,5 x RME, untuk kondisi stres sedang seperti Kecepatan infus yang dianjurkan ialah 6-7 mg/kgBB/
trauma dan operasi menit. Beban glukosa akan merangsang pankreas
- 2,0 x RME, untuk kondisi stres berat seperti sepsis mengeluarkan insulin. Pada keadaan produksi insulin
dan luka bakar > 40% permukaan tubuh menurun, seperti pada sepsis, infus glukosa yang
Dalam pemberian NPE, tambahan kalori yang berlebihan atau kecepatan infus lebih dari yang
diperlukan untuk aktivitas (energy expenditure of dianjurkan berakibat meningkatnya konsumsi oksigen,
octivitylEEA) tidak perlu lagi, karena dalam RME produksi dan konsumsi energi akibat lipogenesis, yang
kebutuhan untuk spesifik dinomic ocfion sudah akan memperburuk keadaan. Blla terjadi hiperglikemia,
diperhitungkan. untuk selanjut-nya lebih baik mengurangi kecepatan
Untuk kepentingan praktis, mengingat rumus infus glukosa dibanding dengan pemberian insulin.
Haris Benedict rumit, Howard Lyn menyederhanakan Jika larutan glukosa diselingi cairan lain, besar
perhitungan menjadi: kemungkinan kadar glukosa darah berfluktuasi kaiena
436 NUTRISI KLINIK

overshoot insulin dari waktu ke waktu. Agar fluktuasi lemak, karena hati dapat menggunakan asam lemak
seminimal mungkin, larutan karbohidrat dibaqi rata sebagai sumber energi, sekaligus mensintesis asam
sepanjang 24 jam. lemak untuk penyimpanan energi. Lemak penting
untuk integritas dinding sel, sintesis prostaglandin
Fruktosa
dan sebagai pelarut vitamin yang larut lemak. Nutrisi
Fruktosa merupakan sumber kalori yang potensial
parenteral dengan kemasan bebas lemak untuk
karena tidak memerlukan insulin untuk masuk ke
jangka lama menyebabkan defisiensi asam lemak
dalam sel, lebih sedikit iritasi vena, dimetabolisasi
esensial yang terlihat sebagai alopesia, dermatitis,
Iebih cepat di hati dan mempunyai efek hemat
perlemakan hati dan gangguan fungsi imunitas.
nitrogen lebih baik.Tetapi kebanyakan jaringan tidak
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian
menggunakan fruktosa secara langsung. perubahan
emulsi lemak sebesar 30-40o/o dari kalori total
menjadi glukosa terutama terjadi dalam hati, dan
merupakan jumlah yang optimal. Untuk mencegah
jaringan hanya dapat menggunakan glukosa sebagai
defisiensi asam lemak esensial, perlu diberikan
sumber energi. Kerugian lain penggunaan fruktosa
asam lemak esensial sebanyak 4-8o/o dari kalori total
ialah bila infus terlalu cepat atau berlebihan dapat
sehari.
menyebabkan asidosis laktat, hipofosfatemia,
Emulsi lemak 10% dan 20o/o tidak hipertonis,
penurunan nukleotida adenin hati, peningkatan
dapat diberikan melalui vena perifer. Kecepatan
bilirubin dan asam urat.
infus emulsi lemak tidak melebihi 0,5 g/kgBB/jam,
Gula alkohol (sorbitol dan xylitol) sesuai dengan batas maksimal kemampuan ambilan
Jenis karbohidrat ini juga tidak memerlukan insulin lemak. Tiap 500 mL diberikan dalam waktu 6-8 jam,
untuk menembus dinding sel. Keduanya tidak dapat dapat diteteskan bersama karbohidrat dan asam
digunakan Iangsung sebelum diubah menjadi glukosa amino.Sebagai sumber kalori, lemak perlu dikombinasi
di hati.Mengingat adanya risiko asidosis laktat, dengan kalori karbohidrat dalam perbandingan 1:,l.
peningkatan asam urat darah dan diuresis osmotik, Misalnya untuk 1200 kkal; diberikan 150g glukosa
gula alkohol ini tidak mempunyai keunggulan dan 709 lemak. Keuntungan kombinasi sumber kalori
dibanding glukosa. Untuk mendapatkan efek positif, ini adalah dihindarkannya penyulit hiperosmolar dan
xylitol diberikan dalam kemasan kombinasi dengan hiper-glikemia. Mengingat harga emulsi lemak mahal
g lu kosa dan fruktosa (GFX=Glukosa-Fru ktosa-Xyl itol) untuk digunakan secara rutin, emulsi cukup diberikan
dengan perbandingan 4:2:1 yang dianggap ideal sekalitiap minggu.
secara metabolik. 2.4. Protein
Maltosa Asam amino yang menyusun protein hampir
Maltosa memiliki beberapa keuntungan sebagai seluruhnya tergolong asam amino-a. Asam amino
karbohidrat alternatii terutama pada pasien DM, yang tidak disintesis tubuh disebut alam amino
karena: esensial.Asam amino diperlukan untuk regeneras
- mengandung 2 molekul glukosa sel, pembentukan enzim dan sintesis protein somatik
- tidak memerlukan insulin saat menembus dinding dan viseral, serta sintesis hormon peptida (insulin
sel dan glukagon). Pemberiannya harus dilindungi kalori
- lsotonis, sehingga dapat diberikan melalui agar asam amino tersebut tidak dibakar menjadF
vena perifer, dan dapat dicampur dengan energi (glukoneo-genesis). Jangan memberikan asam
cairan lain yang hipertonis (untuk menurunkan amino bila kebutuhan energi dasar belum dipenuhl
osmolaritas) Untuk melindungi tiap gram nitrogen diperlukan
Meskipun tidak memerlukan insulin untuk 80-150 kkal karbohidrat (25 kkal per gram asaml
masuk sel, tetapi proses intraselular mutlak masih amino). Kalori yang berasal dari asam amino tid*
memerlukannya. Pemberian dosis yang aman dan ikut diperhitungkan sebagai sumber protein untuk
efisien adalah 1,5 g/kgBB/hari. lnfus yang berlebihan kalori.Kebutuhan nitrogen berkisar 0,Zg/kgBB/han,
menyebabkan pemborosan melalui urin, bisa sampai setara dengan protein 1,259/kgBB/hari, atau 1,5g[
ekskresi melebihi 25o/o dari maltosa yang diinfuskan. kgBB/hari asam amino. Kebutuhan ini akan berkurang
pada keadaan gangguan fungsi ginjal dan hati dan
2.3. Lemak
meningkat pada keadaan katabolik. Kebutuham
Selain karbohidrat, lemak juga berfungsi sebagai protein pada keadaan katabolik bisa sampai 1,5gd
sumber energi dengan nilai 9 kkal/g,lebih tinggi nilai B/ha ri ntu k men
kg B u g indu ksi keseim ba n gan n itrogam
energinya per unit volume dibanding karbohidrat. positif dan membangun kembali massa tubuh yarlg
Hati merupakan organ terpenting dalam metabolisme normal.
UIIISI PARENTERAL: CARA PEMILIHAN, KAPAN, DAN BAGAIMANA 437

Kebutuhan asam amino pada keadaan sepsis hipoprotrombinemi. Kebutuhan vitamin yang
lebih tinggi lagi, 2-39/kgBB/hari. Jika pasien sepsis diberikan melalui intravena lebih besar dibanding
tidak mendapat kalori eksogen, akan terjadi destruksi melalui oral, diduga akibat ekskresi melalui ginjal
iringan otot 750-1000 gram sehari' Namun pemberian yang lebih besar. Sedangkan kelebihan vitamin A
protein yang dianjurkan cukup 1-1,5 g/kgBB/hari. dan D dapat menyebabkan berturut-turut dermatitis
Proteolisis akan mengganggu dan inenghambat eksfoliativa dan hiperkalsemia. .

sintesis protein viseral 'waktu paruh pendek', terutama


Kebutuhan vitamin yang direkomendasikan:
enzim-enzim di hati.
Vitamin A 1mg (33001U)
25. Elektrolit Vitamin D 5ug (200 lU)
Elektrolit merupakan komponen esensial pada NPE. Vitamin E 1Oug (10 lU)
Vitamin '100 mg
Kebutuhan elektrolit pada NPE bervariasi, tergantung C
keadaan klinik. Umumnya kebutuhan dasar elektrolit Asam Folat 400 ug
per kgBB/hari pada dewasa adalah: Nikotinamid 40 mg
Riboflavin 3,6 mg
- Natrium (Na) : 1,0-2,0 mmolatau 100-200
Tiamin 3mg
mEq/hari
Piridoksin 4mg
- Kalium (K) : 0,7-1 mmol atau 50-100
Sianokobalamin 5ug
mEq/hari
Asam Pantotenat 15 mg
- Kalsium (Ca) : 0,1 mmolatau 7,5-10 mEq/
Biotin 60 ug
hari
- Magnesium (Mg) : 0,1 mmolatau 10-12 mEq/ 2.6. Trace Element
hari Seng (Zn) merupakan unsur esensial dari berbagai
- Fosfor (P) : 0,4 mmol atau 12-16 mEq/ enzim.Defisiensi Zn menyebabkan dermatitis dan
hari penyembuhan luka lambat yang dapat terjadi dalam
beberapa minggu. Defisiensi ini dapat dicegah
Kalium merupakan elektrolit esensial untuk
dengan pemberian 3 mg Zn perhari, dan ada diare
sintesis protein. Kebutuhan K biasanya lebih banyak
perlu tambahan 12 mg per hari setiap 1 liter cairan
pada awal-awal NPE(total), diduga karena disimpan
yang keluar.
dalam hati dan masuk ke dalam sel. Kebutuhan K
Besi (Fe) penting untuk sintesis hemoglobin (Hb),
meningkat pada saat terjadi masukan glukosa.
sedang cadangan dalam tubuh sedikit.Tembaga (Cu)
Kalsium diperlukan pada NPE jangka lama, di
diperlukan untuk maturasi eritrosit dan metabolisme
mana biasanya terdapat kehilangan Ca endogen
lipid.
akibat imobilisasi.Kalsium juga diperlukan lebih
Mangan (Mg) penting untuk metabolisme
banyak pada pankreatitis.
kalsium/ posfor; proses reproduksi darl pertumbuhan.
Fosfor diperlukan untuk metabolisme tulang,
Kobalt (Co) merupakan unsur penting" vitamin
sintesis jaringan dan fosforilasi ATP. Hipopospatemia
B-12.
dapat terjadi segera pada kemasan NPE tanpa P. Akibat
Trace element yang direkomendasikan (uglhiri):
yang berbahaya ialah menurunnya kadar eritrosityang
Seng 2500-6000
berakibat berkurangnya suplai 02 ke jaringan, otot
Tembaga 500-1 500
menjadi lemah dan berpengaruh pada respirasi.
lodine 1 30-91 0
Magnesium penting dalam anabolisme dan
pada sistem enzim, khususnya enzim yang berkaitan
Mangan 150-800

dengan aktivitas metabolik di otak dan hati. Kebutuhan


Florid 950
Kromium 10-15
meningkat pada keadaan diare, poliuria, pankreatitis
Selenium 200
dan keadaan hiperkatabolik. Kehilangan Mg paling
Moli6denum 20
banyak melalui cairan gastrintestinal.

26. Vitamin Menyusun Kebutuhan Nutrien dengan Kemasan


Vitamin diperlukan untuk penggunaan komponen- yang Tersedia
komponen nutrisi. Defisiensi vitamin yang sering Setelah berhasil menentukan kebutuhan nutrien per hari,
dilaporkan pada NPE total 1-2 minggu sampai 3 kita dapat memilih kemasan infus yang sesuai dengan
bulan ialah defisiensi asam folat dengan gambaran kebutuhan tersebut.
pansitopenia, defisiensi tiamin dengan gambaran Nutrisi parenteral komersial yang dapat dipakai antara
ensefalopati,-defisiensi vitamin K dengan gambaran lain:
438 NUTRISI KTINIK

Mengandung kalori karbohidrat saja, kurang mendapat monitoring yang adekual,dan 49%
Dekstrose 5%; Dekstrose 10o/o; Dekstrose 407o pasien diantaranya memiliki komplikasi metabolik yang
Mengandung karbohidrat dan elektrolit, dapat dihind ari (ovoidoble metobolic complications).
Triparen 1; Triparen 2; Triofusin E 1000; Komplikasi yang dimaksud adalah hipofosfatemia,
KA-EN 1B; KA-EN 3A/B hipomagnesemia, hiperglikemi, aritmia, gagal jantung
Mengandung karbohidrat dan asam amino dan henti jantung mendadak. Penting untuk memahami
Aminovel 600; Aminofusin 1000; Pan Amin G; Kabiven potensi komplikasi metabolik yang dapat timbul pada
Peripheral; Clinimix pasien dengan NPE dan melakukan monitoring yang
Mengandung lemak adekuat. ldentifikasi dini dan penanganan komplikasi
lntralipid 10%; lntralipid 20%; tvelip 20% dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

Menentukan Cara Pemasangan lnfus


Program nutrisi parenteral parsial untukjangka pendek Tabel l. Komplikasi Nutrisl Pendqk*ng,' ,: : r :,': ,

dapat diberikan melalui vena perifer; karena sebagian besar Metabolik HepatobilierdanGastrointestinal
larutannya bersifat isotonis (osmolaritas <800 mOsm/ Steatosis, kolestasis, stasis kandung
kgBB).Vena perifer dapat menerima osmolaritas cairan empedu dan kolelitiasis
sampai maksimal 900 mOsm. Makin tinggi osmolaritas Atrofi gastrointestinal
(makin hipertonis) makin mudah terjadi kerusakan dinding Hipersekresi asam lambung dan
vena perifer seperti tromboflebitis atau tromboemboli. hiperasiditas
Sedangkan NPE total yang diprogram untuk jangka Nutrisi
panjang, harus diberikan melalui vena sentral kare_na
Overfeeding atau u nderfeed ing; gangguan
larutannya bersifat hipertonis dengan osmolaritas >900 keseimbangan energi
mOsm. Melalui vena sentral, aliran darah menjadi lebih Gangguan keseimbangan glikemik
cepat sehingga tidak sampai merusak dinding vena. Gangguan stati.rs hidrasi
Ketidakseimbangan pH
Ketidakseimbangan asam amino/amonia
KOMPTIKASI Gangguan vitamin, mineral, elektrolit
Komplikasi pemberian nutrisi pendukung dapat Sindrom refeeding
dikelompokkan menjadi 3, yaitu (tabel 1): Jangka panjang
1. Metabolik Metobolic bone diseose
2. Mekanik Mekanik Oklusi trombotik d""1n nontrombotik
3. lnfeksi Flebitis

Komplikasi mekanik yang sering terjadi ialah akibat I nfiltrasi


I
pemasangan kateter vena sentral. Oleh karena itu pleura
Efusi
Emboli kateter
pemasangan vena sentral harus dikerjakan oleh dokter .

Malposisi kateter
yang terampil untuk itu. Untuk mengatasi masalah
Pneumotoraks dan hematoraks
ganguan keseimbangan cairan dan nutrisi, terapi NpE
Hidromediastinum
harus dimulai dengan dosis rendah (start low) dan
dinaikkan secara perlahan (go slow), dengan pemantauan Infeksi lnfeksi karena kateter
Bakteri
yang ketat.
Jamur
lnfeksi melalui kateter pada NpE jarang terjadi pada
Translokasi bakteri intestinal dan per-
72 1am pertama. Bila ada panas selama 72 jam pertama,
tumbuhan bakteri berlebihan
harus dicari kemungkinan penyebab dari sumber lain.
5epsrs
Untuk memastikan adanya infeksi melalui kateter harus
dilakukan ku ltu r mikroorganisme ujung kateter.

KESIMPULAN
MONITORING
Nutrisi pasien merupakan salah satu aspek penting dalarn
Peningkatan jumlah komplikasi metabolik pada pasien pengelolaan penyakit.Namun disadari bahwa kondisi
dengan NPE dapat terjadi karena monitoring NpE yang sakit menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalann
tidak adekuat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di memenuhi kebutuhan nutrisi yang sering lebih banyak
lnggris pada tahun 201 1, sebanyak 46 o/o dari 211 pasien dari kebutuhan dalam keadaan biasa.
;II'9 PARENTERAL: CARA PEMILIHAN. KAPAN, DAN BAGAIMANA 439

Keputusan untuk memulai (Obstruksi,


nutrisi khususdukungan peritonitis, ileus,
pankreatitis,
Fungsi saluran pencernaan
short bowel
syndrome,
munrah refrakter)

Jangka panjang
atau pembatasan
cairan

Gastrostomi,
jejunostomi

Adekuat
lanjut ke
diet lebih
kompleks dan
mekanan
sesuai
penerimaan

Dilanjutkan ke nutrisi
enteral total

Gambar 1. Algoritme pemberian dukungan nutrisi

Pada keadaan pasien tidak bisa makan, tidak boleh REFERENSI


mmakan atau tidak mau makan, maka terapi nutrisi
parenteral menjadi pilihan. Mengingat teknik NPE yang 1. ASPEN Board of Directors: Guidelines for the use of paren-
teral and enteral nutrition in adult and paediatric patients.
tildak mudah, komplikasi yang bisa terjadi, dan harga
IPEN.1993;17.
relatif mahal, perlu dipahami betul pemilihan pasien (tepat 2. Daldiyono, Darmawanl, Kadarsyah.Pencegahanmalnutrisi
pa<ien), bagaimana menghitung kebutuhan nutrisi, kapan di rumah sakit. Dalam Kapita Selekta Nutrisi Klinik. Seri 1.
Daldiyono, Abd Razak Thaha (editor). PERNEPARI (Perhim-
dlmulai, berapa lama, dan bagaimana cara pemberiannya.
punan Nutrisi Enteral dan Parenteral Indonesia) .1998:1'-22.
'tlhng tidak kalah penting ialah pemantauan timbulnya 3. Daldiyono.Terapi nutrisi parenteral dalam bidang iLmu pe-
bmplikasi, sehingga secara keseluruhan akan memberikan nyakit dalam. Dalam: Daldiyono, Abd Razak Thaha (editor).
Ithiasil terapi nutrisi_yang maksimal.
Kapita Selekta Nutrisi Klinik. Seri I.PERNEPARI (Perhimpu-
nan Nutrisi Enteral dan Parenteral Indonesia). 1998:107-13.
57
GANGGUAN NUTRISI PADA USIA LANIUT
Nina Kemala Sari

?ENDAHULUAN meningkatkan risiko timbulnya penyakit kronik. Hal ini


disebut transisi nutrisi yang terjadi demikian cepat di
Sepanjang kehidupan, nutrisi merupakan penentu seluruh dunia. Ringkasan transisi nutrisi dari diet tinggi
lang sangat penting terhadap kesehatan, fungsi fisis serat rendah lemak menjadi tinggi lemak hewani, gula,
dan kognitif, vitalitas, kualitas hidup keseluruhan, dan dan produk olahan pada masyarakattradisional pedesaan
ptjangnya usia. Status nutrisi memiliki dampak utama yang bergeser menjadi seperti pola lingkungan perkotaan
pda timbulnya penyakit dan hendaya pada usia lanjut. dapat dilihat pada bagan berikut.
Krenderungan pola diet saat ini di negara-negara yang
sedang berkembang adalah menuju diet tinggi lemak
dan semakin halus yang ikut menambah risiko penyakit KELEMAHAN NUTRISI (NUTRiTrONAL FRAiLTn
konik. Pada saat yang sama, perubahan dan demografi
mnenempatkan usia lanjut pada risiko ketidakamanan Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada
makanan dan malnutrisi. usia lanjut karena kehilangan berat badan fisiologis dan
Prevalensi malnutrisi meningkat seiring dengan patologis yang tidak disengaja dan sarkopenia. Sarkopenia
ltinbulnya kelemahan dan ketergantungan fisis. Tentunya merupakan penurunan massa dan kekuatan otot yang
hiaya kesehatan yang dikeluarkan akan bertambah mungkin terjadi pada usia lanjut sehat. Anoreksia pada
dengan adanya problem malnutrisi. Pasien dengan usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan
penyakit gastrointestinal, respirasi, dan neurologis dengan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat
rnal-nutrisi perlu peningkatan konsultasi sejumlah 6%, badan yang tidak diinginkan.
mendapat lebih banyak obat sejumlah 9%o, dan 26o/o Pada gambar 2 dapat dilihat bagan kelemahan nutrisi
mengalami perawatan lebih sering daripada mereka yang pada usia lanjut yang disebabkan oleh faktor-faktor
bergizi baik. Selain malnutrisi, obesitas dan defisiensi fisiologis dan nonfisiologis yang membentuk lingkaran
mikronutrien juga kerap terjadi pada populasi usia lanjut spiral yang kian memperburuk status nutrisi dan berakhir
yang kemudian akan mencetuskan berbagai penyakit pada kematian.
konik.

JENIS GANGGUAN NUTRISI PADA USIA LANJUT


TRANSIS! NUTRISI
Malnutrisi Energi Protein
knyebab kematian utama pada usia lanjut di seluruh Malnutrisi energi protein adalah kondisi di mana energi
dunia adalah penyakit vaskular dan penyakit kronik dan atau protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan
yang menyertai nya. U paya -u paya pencegahan penya kit- metabolik. Malnutrisi energi protein dapat terjadi karena
penyakit ini dilakukan melalui pola hidup sehat yang buruknya asupan protein atau kalori, meningkatnya
mencakup aktivitas fisis, diet bergizi, dan tidak merokok kebutuhan metabolik bila terdapat penyakit atau trauma,
atau salah guna obat. Sayangnya, bersamaan dengan atau meningkatnya kehilan gan zat gizi.
pesatnya peningkatan populasi usia lanjut,juga terdapat Usia lanjut merupakan kelompok yang rentan'ter-
hukti perubahari perilaku dan pola aktivitas fisis yang hadap malnutrisi. Banyaknya penyakit serta meningkatnya

441
442 NUTRISI KTINIK

Urbanisasi, pertumbuhan ekonomi


Progresivitas+ Ketersediaan makanan olahan
Diet tradisional pedesaan ---') Diet barat modern
I
Kurangnya variasi I It_.Beraneka ragam
Kurangnya lemak I I ltnggt lemak
Tinggi serat
I I Rendah serat
'l
Tidak adekuat Adekuat dan hati-hati Tidak hati-hati

I
Gizi kurang
I +
Obesitas
Nutrisi optimal
Penyakit infeksi Penyakit kronik

Gambar l.Transisi nutrisi. Diadaptasi dari lnformasi pada Studi Popkin, dkkdan Vorster; dkk.

Gangguan sintesis proteir+-- t Berkurangnya cadangan

Jatuh penyakit
+- Meningkatnyakelemahan
hospitalisasi I

t
I

Kematian

Gambar 2. Spiral menurun kelemahan nutrisi

hendaya berkaitan dengan indikator-indikator risiko dan sebanyak 14,7o/o memiliki indeks masa tubuh <17 kgl
nutrisi. Status nutrisi pasien usia lanjut yang dirawat atau m2. Selain itu, kadar hemoglobin pada kelompok inijuga
baru keluar dari perawatan biasanya masih tetap buruk relatif rendah, sebanyak 25% pria dan 32% perempuam
dan membutuhkan perhatian khusus di rumah. penilaian menderita anemia (sesuai kriteria WHO 1994, anemia bih
status nutrisi sangat menentukan pada populasi ini karena kadar hemoglobin pada pria <13 mgldl dan perempuan
terjadi kondisi kurang gizi progresif dan sering tidak <12 mg/dl). Di ruang rawat akut ditemukan 40-55% usia
terdiagnosis. lanjut menderita malnutrisi dan 23% menderita malnutrisfi
Data dari Poliklinik Geriatri Departemen llmu penyakit berat. Tingginya prevalensi malnutrisi pada usia lanjtrt
Dalam FKUI/RS-Cipto Mangunkumo menunjukkan 9,4% mengingatkan perlunya penilaian status nutrisi secara
pasien memiliki indeks masa tubuh < 18,5 kg/m2 dan 3,5o/o rutin.
dengan indeks masa tubuh < 17 kg/m2. Bila menggunakan Status nutrisi memengaruhi berbagai sistem pada rrcie
penapisan malnutrisi secara dini dengan penilaian Nutrisi lanjut seperti imunitas, cara berjalan dan keseimbangaq,
Mini (Mini Nutritionol Assessment) ditemukan sebesar fungsi kognitif, serta merupakan faktor risiko untuk
29o/opasien berisiko mengalami malnutrisi. Studi Lukito timbulnya infeksi, jatuh, delirium, serta mengurangr
pada masyarakat ekonomi lemah diJakarta mendapatkan manfaat pengobatan. Terdapat hubungan antara marl-
sebanyak 26,6% memiliki indeks masa tubuh <18,5 kg/mz, nutrisi dengan mortalitas, lama rawat, banyaknyo
Mf,,AN NUTRISI PADA USIA LANJUT 443

lbnplikasi, dan perawatan kembali. transferin serum kurang dari 80 U/ul, biasanya telah terjadi
Pada usia lanjut, stres ringan jangka pendek sudah malnutrisi berat.
drpat rnenyeba bka n ti m bu nya ma n utrisi energi protei n.
I I

f,rena itu, malnutrisi energi protein sering terjadi pada Obesitas


Fbn usia lanjut yang menderita infeksi paru dan saluran Berat badan lebih per definisi adalah indeks massa tubuh
btih ringan dan sering ditemukan segera setelah > 25kg/m2. Pasien disebut menderita obesitas bila indeks
@ur operasi elektif. massa tubuh > 30 kglm2. Terdapat kontroversi apakah
pedoman ini bisa menjadi acuan pada usia lanjut juga.
Hofisiologi. Malnutrisi energi protein dapat terjadi
Data morbiditas memperlihatkan konsistensi antara risiko
mbagai akibat dari asupan yang tidak adekuat, atau
penyakit dan berat badan lebih namun data mortalitas
hcrhubungan dengan mekanisme fisiologis penyakit yang
kurang konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
mtnrnengaruhi metabolisme tubuh, komposisi tubuh, dan
pengaruh kondisi kesehatan masing-masing individu. Pada
sdera makan (contoh: kakeksia). Pada keadaan defisiensi
individu yang lebih aktif, pedoman ini lebih sesuai namun
ildori primer; tubuh beradaptasi dengan menggunakan
pada usia lanjut yang lemah diperlukan pertimbangan
dangan lemak sambil menghemat protein dan otot.
berbeda.
Ftsnrbahan fisiologis yang terjadi sering reversibel dengan
Paralel dengan perubahan diet, terdapat peningkatan
llcmbalinya asupan dan aktivitas seperti biasa. Kakeksia
pesat prevalensi obesitas di seluruh dunia. Faktor-fdktor
&irikan dengan tingginya respons fase akutyang berkaitan
yang berkaitan dengan obesitas di negara-negara yang
furgan peningkatan mediator-mediator i nflamasi (seperti
'II[ilF-cr dan interleukin-1) serta meningkatnya degradasi sedang berkembang adalah urbanisasi, mortalitas bayi
yang lebih rendah dan meningkatnya umur harapan
pmtein dan otot yang dapat pulih dengan membaiknya
hidup, mekanisasi dan tenaga kerja yang menggunakan
imrpan. Meskipun kakeksia biasanya berhubungan dengan
lebih sedikit tenaga, televisi dan gaya hidup kurang gerak
bndisi penyakit kronik spesifik (Contoh: kanker, infeksi,
lainnya, serta pertumbuhan makanan cepat saji dengan
artitis inflamasi), keadaan ini dapat timbul pada usia lanjut
diet padat energi.
fimpa penyakit yang jelas.
Data dari Poliklinik Geriatri Departemen llmu Penyakit
tlcsentasi klinis. Penilaian status nutrisi dengan Dalam FKUI/RS. Cipto Mangunkusumo memperlihatkan
mtropometri standar, biokimia, dan pengukuran sebanyak 54% pasien usia lanjut yang berobat jalan
hnmologis sangat kompleks. memiliki indeks massa tubuh > 25kglm'?. Sebanyak 10%
Monitor ketat berat badan yang mencerminkan pasien rawat jalan tersebut memiliki indeks massa tubuh
hidakseimbangan antara asupan kalori dan kebutuhan lebih dari 30 kglm'z. Bahkan di wilayah Jakarta dengan
mgi, merupakan cara yang paling sederhana dan paling mayoritas penduduk berslatus sosioekonomi rendah,
dapat dipercaya untuk menilai malnutrisi. Perubahan dalam studi Lukito, sebanyak 12,3o/o populasi usia lanjut
trat badan dinyatakan dalam persentase perubahan memiliki indeks massa tubuh lebih dari 25.
dbandingkan saat sebelum sakit. Kehilangan > 5% dari Dengan meningkatnya usia, blasanya terjadi
llcrat badan biasanya berkaitan dengan meningkatnya peningkatan massa lemak total serta berkurangnya
mnrbiditas dan mortalitas. Bila kehilangan berat badan massa tubuh kering dan massa tulang. Lemak terdistribusi
>lO% biasanya berkaitan dengan penurunan status secara sentral dengan pertambahan lemak viseral yang
frrngsional dan hasil pengobatan. Kehilangan berat dicerminkan oleh lingkar pinggang. Bertambahnya berat
hadan 15-20% atau lebih biasanya secara tidak langsung badan dan massa lemak berkaitan dengan perubahan-
mnunjukkan terdapatnya malnutrisi berat. Pengukuran perubahan metabolik dan fisiologis yang memengaruhi
iltropometri cadangan lemak (lipatan kulit) dan massa kesehatan dan fungsi fisis. Terdapatnya faktor-faktor
o[ot (lingkar lengan atas) dapat membantu penilaian risiko kardiovaskular berupa hipertensi, dislipidemia dan
nral-nutrisi namun variabilitas antar pemeriksa cukup diabetes mencerminkan adanya peningkatan berat badan
hesar. Meskipun kurang sensitif, evaluasi klinis kehilangan dan lemak tubuh. Pada tingkat yang lebih tinggi, lemak
orgor kulit, adanya atrofi otot interosseus tangan dan intraabtominal berhubungan dengan resistensi insulin
obt temporalis kepala dapat menilai hilangnya lemak yang dapat menimbulkan abnormalitas metabolik meski-
sbkutan dan massa otot. Karena parameter-parameter ini pun tidak terdapat kelebihan berat badan yangjelas.
dhpat dipengaruhi oleh faktor-faktor nonnutrisi, penilaian Lemak juga berperan penting dalam promosi
datus nutrisi yang efektif membutuhkan data lengkap dari inflamasi. Lemak merupakan jaringan penyimpan energi
marnnesis, pemeriksaan fisis, dan biokimia. Meskipun tak aktif utama untuk produksi steroid seks dan metabolisme
eda kriteria definitif untuk klasifikasi derajat malnutrisi glukokortikoid. Saat ini diketahui bahwa jaringan lemak
cnergi protein, bila berat badan turun >20% berat badan secara aktif memproduksi dan mensekresi sejumlah
ebelum sakit, albumin serum kurang dari 2,1 mgldl, dan hormon dan protein, yang disebut adipokin yang memiliki
444 NUTRISI KTINIK

efek lokal dan sistemik. Faktor-faktor ini mencakup leptin, ini (usia 70-79 tahun), pengguna vitamin C dan E atau
angiotensin, resistin, adiponektin. plasminogen-activator vitamin E saja memiliki nilai skor kognitif global yang
inhibitor 1, dan sitokin lL-6 dan TNF-o. Banyak zat-zat lebih baik daripada yang tidak meminum vitamin atau
ini berhubungan dengan morbiditas kardiovaskular, yang hanya meminum vitamin C saja. pada studi lain juga
hendaya, atau risiko mortalitas. Keseimbangan antara ditemukan bahwa penggunaan vitamin E dari makanan
kalori dan aktivitas tidak cukup lengkap untuk menjelaskan mungkin berkaitan dengan berkurangnya risiko penyakit
timbulnya perubahan komposisi tubuh pada usia lanjut. Alzheimer. Juga terdapat bukti bahwa suplemen vitamin
Di sisi lain, latihan daya tahan dapat meningkatkan C dan zink pada usia lanjut dengan ulkus dekubitus akan
kekuatan dan massa otot bahkan pada usia yang sangat mempercepat penyembuhan luka.
lanjut, menunjukkan bahwa kehilangan massa otot untuk Kalsium dan vitamin D juga merupakan zat gizi
sebagian reversibel dan diperantarai oleh faktor-faktor yang sangat perlu mendapat perhatian pada usia lanjut.
biomekanik atau neurohumoral. Dengan bertambahnya usia, penurunan fungsi ginjal
Berat badan lebih merupakan penyebab utama menyebabkan malabsorpsi kalsium dan meningkatnya
osteoartritis lutut dan panggul. pada perempuan kehilangan massa tulang. Kebutuhan akan vitamin D juga
pasca menopause, kegemukan berkaitan dengan risiko meningkat pada usia lanjut. Meskipun tinggal di negara
kanker payudara dan kanker kolon. Kegemukan juga tropis, seringkali para usia lanjut kurang terpajan sinar
meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung matahari daripada orang dewasa muda. Selain itu, pada
koroner. Risiko timbulnya hendaya juga berkaitan dengan proses menua, kemampuan kulit membentuk previtamin
kegemukan, terutama pada perempuan. D-3 dari sinar ultraviolet berkurang. Rendahnya kadar
kalsium dan vitamin D dalam diet mayoritas penduduk
Defisiensi Vitamin dan Mineral negara berkembang, bersama dengan perubahan pola
Tidak memadainya asupan mikronutrien sering terjadi makan dan aktivitas akan membuat osteoporosis sebagai
pada usia lanjut, bahkan pada negara yang telah sangat masalah besar yang kian meningkat pada usia lanjut.
maju, yang berkaitan dengan meningkatnya risiko penyakit Dengan transisi nutrisi menuju diet tinggi lemak dan
kronik. Sebagai contoh, vitamin 8-6, B-12, dan asam folat rendah serat, perlu dijaga dan ditingkatkan asupan buah
dibutuhkan untuk mencegah akumulasi homosistein, sayuran, dan biji-bijian utuh yang akan sangat membantu
suatu asam amino yang secara konsisten berhubungan mengontrol peningkatan insidensi penyakit kronik.
dengan risiko penyakit vaskular. Juga terdapat hubungan Menariknya, kebutuhan terhadap zat besi dan vitamin
antara rendahnya konsentrasi vitamin B dan menurunnya A pada usia lanjut, lebih rendah daripada dewasa muda
fungsi kognitif. Data dari beberapa studi memperlihatkan Pada usia lanjut terdapat penurunan klirens vitamin A
bahwa kadar vitamin B yang rendah sering terjadi pada lewat hepar dan jaringan perifer lailnya. Cadangan zat besi
usia lanjut. Untuk lndonesia, studi Lukito pada 204 orang pada usia lanjut terakumulasi dan tingginya kadar feritin
usia lanjut di kota Jakarta memperlihatkan sebanyak serum berkaitan dengan makin besarnya risiko penyakit
36,6% subyek memiliki kadar tiamin (vitamin B1) rendah jantung koroner. I
dan sebanyak 32,4o/o mengalami defisiensi vitamin B-12
(bila memakai cut-off point untuk usia lanjut, yang lebih
tinggi, 258 pmol/l, sesuai saran Allen dan Casterline 1994 PENDEKATAN PRAKTIS PENILAIAN STATUS
dan Lindenbaum 1994). Selain itu juga diperoleh data NUTRISI
rendahnya status biokimia vitamin A dan asam folat.
Data ini terkait dengan rendahnya asupan zat gizi Pertimbangan Umum Anamnesis dan pemeriksaa
tertentu dalam pola makan sehari-hari. Asupan tiamin Fisis
kurang dari setengah asupan harian yang dianjurkan yaitu Perlu dicurigai adanya problem nutrisi bila terdap*
1,2 mg. Demikian pula asupan asam folat. penyakit-penyakit yang sering terkait dengan timbulnyn
Terdapat beberapa bukti manfaat suplementasi malnutrisi seperti gangguan kognitif gangguan miokard
vitamin pada fungsi kognitif dan penyembuhan ulkus. kronik, gangguan ginjal kronik, atau masalah panq_
Pada sebuah studi, suplementasi mikronutrien oral dalam sindrom malabsorpsi, dan polifarmasi. Selain itu, bilr
jumlah sedang (vitamin, coppeL selenium, iodine, zink, terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat kenyang, mual,
dsb) memperbaiki skor tes fungsi kognitif sementara perubahan pola defekasi, fatigue, apatis, atau hilangnp
plasebo tidak memberikan efek pada kelompok sukarela daya ingat, harus mendapat perhatian penuh. Temuan fish
usia lanjut sehat (usia 66-86 tahun). pada Studi Kesehatan yang menandakan adanya defisit nutrisi adalah kondui
Perawat Longitudinal, informasi tentang penggunaan gigi geligi yang buruk, keilosis, stomatitis angularis, dul
vitamin C dan E diperoleh tahun 1980 dan juga foLlow-up glositis. Ulkus dekubitus atau lambatnya penyembuhm
fungsi kognitif antara,tahun 1995 dan 2000. pada studi luka, edema, dan dehidrasi merupakan temuan fidr
EillGGUAN NUTRIS] PADA USIA TANJUT 445

dang sering pada penderita malnutrisi berat. Umumnya,


Tabel 1 : pCrryehib,'Tiiiunniii Berat Badan pada Usia
lhktor-faktor risiko malnutrisi dapat dikategorikan menjadi hnjut :' ''.:-t:',:t,t,tl ':ll: 1.'ii
qangguan yang menimbulkan anoreksia, asupan yang Anoreksia
mdak adekuat, dan masalah sosial atau ekonomi. Faktor- . Depresi
haktor risiko malnutrisi tersebut dapat dilihat dalam . Obat-obatan: digoksin, SSRI
mbel 1. . Penyakit kanker, gagal organ kronik (jantung, ginjal,
Seringkali kombinasi faktor-faktor risiko ini paru)
menyebabkan kehilangan berat badan pada usia lanjut,
. lnfeksi kronik: tuberkulosis
. Polimialgia reumatika dan penyakit vaskular kolagen
@rutama mereka yang berusia 75 tahun lebih dan lemah.
lainnya
Perryebab-penyebab kehilangan berat badan yang sering . Defisisiensi nutrisi spesifik yang mempengaruhi cita
mladidan dapat diatasi bisa diingat dengan istilah"Meols rasa
w,a lYheels" seperti terlihat dalam tabel 2. . dan selera: vitamin A, zink
Malabsorpsi
.lskemi intestinal
IIITATAKSANA PROBLEM NUTRISI PADA USIA
.Penyakit seliak
Gangguan menelan
I.tilJUT . Neurologis
. Kandidiasis esofagus
nuunnya Berat Badan dan Berat Badan Kurang .Strikturjaringan
ua,ngkah awal adalah mengidentifikasi penyebab .Penyakit rongga mulut
ilenliangan berat badan yang dapat dikoreksi seperti Metabolik
penggunaan obat (digoksin, fluoksetin), tirotoksikosis, . Penyakit tiroid
. Diabetes
dhn depresi. Bila penyebabnya adalah kurangnya asupan . Penyakit hati
dapat diatasi dengan pemberian diet yang lebih
hatrroni, . lskemi intestinal
enok bagi pasien, seringkali berupa diet tinggi lemak . lskemi intestinal
dhn protein. Pada pasien-pasien ini risiko hiperkolesterol . Sosial
nendah. Makanan porsi kecil dan sering harus dianjurkan. . lsolasi
frudi terbaru menunjukkan bahwa peningkatan asupan . Kemiskinan
lidori dapat dicapai bila terapi nutrisi dibarengi dengan
. Kelelahan pramurawat
. Terabaikan
Wogram olah ragal aktivitas yang agresif dan proaktif. . Kekerasan fisis
. Makanan tidak sesuai keinginan
Elnutrisi Energi Protein . Pilihan makanan tidak rpemadai
Pada penderita dengan penyakit akut, perhatian pertama l-rsts

ffiturjukan untuk mengatasi problem akut tersebut seperti .Keterbatasan fisis sehingga tidak sanggup pergi
mnengatasi infeksi, kontrol tekanan darah, dan menjaga
.berbelanja makanan atau buku masaK
rcrdisi keseimbangan metabolik, elektrolit, dan cairan.
.Berkurangnya aktivitas
Tanpa sebab
Setelah masalah akut teratasi, pasien diminta untuk
mcara sadar mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan.
liirruju.rannya adalah memberikan asupan kalori kira-kira 35 Tabel 2. Penyebab Kehilangan Berat Badan
Mal/kgBg ideal. Karena biasanya hanya sekitar 10o/o orang M Medicotion effects
tt',a yang mengkonsumsi cukup makanan untuk meng- E Emotional problems, terutama depresi
masi defisiensinya maka perlu dilakukan upaya intervensi A Anorexio tordive (nervosa), olcoholism
mutrisi yang lebih agresif. Sebagai patokan umum, dalam L Lote-tife poranoio

4S jam pertama perawatan sudah diberikan asupan gizi


S Swollowing disorders

dekuat. Pendekatan yang diambil tergantung kondisi


O Orolfoctors (contoh: gigi palsu yang tidak pas, gigi
berhbang)
ldirnis pasien, apakah memerlukan dukungan nutrisi jangka
pendek atau jangka panjang. Bagi yang membutuhkan
N No money
W Wondering ond other dementio-related behoviours
dtukunganjangka pendek (kurang dari 10 hari), diberikan
H Hyperthyroidiim, hypothyroidism, hyperporo-thyroidism,
h\ttreralimentasi melalui vena perifer berupa larutan asam hypoodrenolism
urm,ino, dekstrosa 10o/o, dan intralipid. E Enteric problems (contoh: malabsorpsi)
Pemberian diet per NGT harus dihindari pada pasien E Eoting problems (contoh: tidak mampu makan sendiri)
uul,a lanjut dengan delirium mengingat risiko aspirasi L Low-solt, low cholesterol diets
dan tarikan selang oleh pasien. Bila pasien tidak delirium .J," Sociol problems (contoh: isolasi, tidak memperoleh
ilnep€t diberikan diet per flowcore. Selang ini tidak meng- makanan yang disukai), batu empedu.
NUTRISI KLINIX
446

iritasi dan tidak terlalu mengganggu mobilitas atau memperbaiki massa otot sangatlah penting. Latihan fisis
kemampuan menelan makanan. Sangat penting untuk yang sesuai dapat dilakukan untuk tujuan ini. Sangatlah
meyakini bahwa selang benar-benar telah masuk ke penting memahami perlunya pendekatan terpadu
dalam lambung sebelum diet cair diberikan. Untuk pasien dalam tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut. lntervensi
yang membutuhkan terapi nutrisi selama 6 minggu atau nutrisi agresif hanya merupakan bagian dari strategi
lebih dianjurkan pemberian melalui gastrostomi atau keseluruhan.
yeyunostomi. Diet cair harus mengandung tidak lebih
dari 1 kkal/ml agar tidak terlalu kental dan dapat masuk Obesitas
ke selang dengan mudah. Diet cair vio flowcore maupun Tujuan program penurunan berat badan haruslah
gastrostomi diberikan dengan kecepatan 25 ml/jam' untuk mencapai penurunan berat badan sedang yang
Kecepatan dapat ditingkatkan secara bertahap sehingga menyebabkan membaiknya status kesehatan. Upaya-
dalam waktu 48 jam kebutuhan kalori dan protein total upaya meningkatkan aktivitas fisis dan mengurangi asupan
harian dapat dipenuhi. Diet enteral memiliki efek samping kalori lebih diutamakan daripada penggunaan obat' Terapi
uiama yang harus diwapadai' Salah satu akibat tersering farmakologis harus dipertimbangkan bila tampaknya sulit
adalah retensi cairan berlebihan. Bila terapi nutrisi telah untuk mengontrol akibat metabolik obesitas (contok
diberikan, akan diperoleh peningkatan berat badan dalam hipertensi sulit terkontrol atau kontrol diabetes tidak
waktu 2-3 hari pertama yang mencerminkan adanya adekuat untukjangka lama) atau berada dalam keadaan
retensi cairan bila pertambahan berat badan berkaitan dimana obesitas akan menimbulkan gangguan dalam
dengan penurunan bermakna kadar hemoglobin dan mengatasi masalah kesehatan yang lain seperti operci
albumin serum. Bila hal ini terjadi pada pasien dengan penggantian lutut.
gangguan fungsi ginjal dapat terjadi edema perifer atau Bila program penurunan berat badan diambil, penting
bahkan gagaljantung. Pada kondisi ini diet dimodifikasi diingat bahwa tulang dan otot akan turut berkurang
dalam bentuk yang lebih padat. Bila terjadi hiponatremia selama periode penurunan berat badan. Orang tua
dan hipokalsemia, hipofosfatemia, dan berkurangnya mengalami kehilangan berat badan dalam proporsi sarna
kadar magnesium serum, waspadai timbulnya atau dengan lemak dan otot seperti pada dewasa muda namtn
perburukan delirium. Masalah lain yang mungkin timbul demikian karena mereka mulai dengan massa tubuh kerirg
dengan diet enteral ini adalah diare berat. Risiko diare lebih sedikit, berlanjutnya penurunan berat badan aka
dapat diminimalkan bila diet diberikan dalam infus lambat. menyebabkan penurunan berat di bawah ambang risib
Pemberian diet cair secara bolus melalui NGT pada usia fraktur serta hilangnya kekuatan otot. Perlu dilakukan
lanjut akan meningkatkan risiko diare, muntah, serta upaya guna mencegah kehilangan massa tulang dan
pneumonia aspirasi. otot seperti latihan aerobik dqp daya tahan atau terEi
Target utama rehabilitasi pada pasien geriatri adalah antiosteoporotik lainnya. Selain itu, restriksi kalori peth
memperbaiki kemandirian fungsional dan meningkatkan ditambahkan guna memastikan asupan adekuat zat gia
kekuatan otot sehingga strategi yang bertujuan untuk dan vitamin selama Periode diet. '

Prognosis dan kualitas


Identifikasi dan atasi PenYebab
hidup membaik

Tak ada sebab/tak ada BB meningkat


Tak ada peningkatan BB
yang dikoreksi
I

I
1. Dukungan nutrisi
- Diet porsi kecil dan sering
- Tinggi lemak dan Protein Berat badan
:+
suplemen sebagai Pengganti tidak bertambah t\
diet Pertimbangkan diet enteral
I
- Snock tengah malam Tak ada penyakit terminal
2. Terapi fisis: olahraga enteral t
I
Informasi pada pasien dan keluarga
3. Terapi okupasi terminal
Prognosis buruk
4. Agen anabolik? Keluarga

Ganibar 3. Bagan tatalaksana rasional kehilangan berat badan pada usia lanjut
SEIEUAN NUTRISI PADA USIA LANJUT 447

Perawatan usia lanjut juga membutuhkan identifikasi dari protein dibandingkan yang hanya menerima 16o/okalori
n*u-waktu yang paling mungkin menimbulkan risiko yang berasal dari protein. Perbaikan terjadi pada T6Yopasien
ttlmggi kehilangan berat badan, terutama massa tubuh dengan diet tinggi protein sedangkan pada pasien dengan
hitg. Hal ini mencakup saat terserang penyakit akut yang diet protein lebih rendah, perbaikan hanya pada 36%.
mmnyebabkan imobilisasi dan masa penyembuhan yang
thma, perubahan pola aktivitas harian seperti memasuki Dukungan Nutrisi Enteral Jangka Panjang
mnasa pensiun, merawat pasangan atau teman yang sakit, Pada pasien imobilisasi, kebutuhan energi ditentukan secara
ililr trauma ringan seperti regangan atau keseleo yang eksklusif melalui laju metabolik istirahat. Pertambahan
mrpnrbatasi aktivltas biasanya, atau obat-obat baru yang berat badan biasanya dicapai dengan pemberian 25 kkal/
mmnghalangi aktivitas penuh akibat pengaruh sensoris kgBB/hari. Jumlah ini harus ditambah bila terdapat penyakit
ffiu kognitif seperti sedasi ringan atau instabilitas. akut seperti infeksi atau ulkus dekubitus. Diet protein
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang berhubungan diberikan sebanyak 20o/" dari total kalori. Kebutuhan
dongan berat badan harus mencakup pengamatan cairan rata-rata 35 ml/kgBB/hari. Jika asupan cairan tidak
'hondisi-kondisi kesehatan yang berhubungan dengan terpenuhi, dehidrasi mudah terjadi yang selanjutnya akan
herat badan, terutama yang dapat diatasi dengan menimbulkan keadaan kebingungan akut, dan cepat
qrenurunan berat badan seperti hipertensi, hiperlipidemia, berkembangnya penyakit serius yang mengancam nyawa.
dabetes tipe 2, artritis lutut dan panggul, serta penyakit Pasien dan keluarga harus diedukasi tentang pentingnya
,ueskular perifer. Riwayat berat badan terperinci harus memelihara cairan yang adekuat setiap saat dan secara
mnenjadi evaluasi awal pada semua pasien geriatri dan hati-hati memonitor asupan bila timbul gejala penyakit
it\narus mencakup berat badan masa dewasa muda, usia ringan atau jika kebutuhan cairan meningkat seperti pada
pertengahan, berat badan maksimum dan minimum, serta keadaan demam. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit,
merubahan berat akhir-akhir ini. Bila tak ada gangguan kemu ngki nan adanya kondisi kebingungan akut/delirium
hognitif berat, riwayat berat badan yang dilaporkan akan yang disebabkan oleh dehidrasi harus menjadi prioritas
,onkup akurat. Bahkan pada pasien berat badan lebih, dalam daftar diagnosis bandihg. Dokter harus memastikan
lmenurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan harus bahwa pasien mendapat akses adekuat terhadap cairan.
nmnenjadi perhatian khusus dan evaluasi seksama terhadap Selain itu, asupan cairan total perlu secara hati-hati
ffitor-faktor yang mempengaruhi seperti kondisi medis, dimonitor dengan cara sering menimbang berat badan
ffikologis, atau fungsional. Pencegahan pertambahan dan mengukur asupan dan keluaran.
herat badan juga menjadi pertimbangan lain, terutama
@a yang mengalami imobilisasi. Pasien harus didukung
untuk melakukan aktivitas fisis teratur seperti latihan daya REFERENSI
Hran dan peregangan. Aktivitas ini dapat dirancang sesuai
Alibhai Smh, Greenwood C, Payette H. An approach to the
ffigkat latihan dan fungsi. management of unintentional weight loss in elderly people.
Kegemukan, bersamaan dengan abnormalitas CMAI2005;172:6.
mengontrol gejala penyakit atau
nmetabolik atau kesulitan Azad N, Murphy J, Amos Ss, Tophan J. Nutrition Survpy in an
polifarmasi, membutuhkan program penurunan berat Elderly Population. CMA] 1999; L6'L:5.
Bohmer T, Mowe M. The association between atrophic glossitis
hadan. Apakah program penurunan berat badan ber- and protein-calorie malnutrition in old age. Age and Age-
manfaat pada usia lanjut? Uji klinik memperlihatkan bahwa ng2000;29.
penurunan berat badan dapat dicapai dan menyebabkan ]uguan Ja, Lukito W, Schultink W. Thiamin deficienry is prevalent
in a selected group of urban Indonesian elderly people. ].
iperbaikan hipertensi, diabetes, serta gejala-gejala osteo- Nutr 1999;129.
iltritis lutut. Lipschitz Da. Nutrition. In Geriatric Medicine, An Evidence-Based
Approach, Cassel CK, Leipzig RM, Cohen HJ, Larson EB,
Meier DE (eds). Springes 2003. p. 1009-2'L.
Dukungan Nutrisi pada Pasien dengan Ulkus Soini II, Routasalo P, Lagstrom H. Characteristics of the Mni-
Dekubitus Nutritip_nal Assessment in elderly home-care patients. Eur
Sanyak hasil penelitian yang mempedihatkan bahwa terapi J Clin Nut 20&; 58.
dan pencegahan defisiensi nutrisi dapat menurunkan Sullivan Dlu Iohnson Le. In Principles of geriatric medicine &
gerontology, HazzardWKBlass JR Halter JB, Ouslander ]G,
risiko ulkus dekubitus dan membantu penyembuhan Tinetti ME (eds). McGraw-HilL 2003. p.1587-91..
hka. Juga terdapat hasil studi yang menunjukkan bahwa Tucker Kl, Buranapin S. Nutrition and aging in developing coun-
penyembuhan ulkus dekubitus dapat dipercepat dengan tries. American'Society for Nutritional Sciences 200L.
Vanes M-c, Hermarm Fr, Gold G Michel f-p, Rizzoli R. Does the
pemberian zink dan vitamin C dosis besar. Selain itu asupan
Mini Nutritional Assessment predict hospitalisation out-
protein totaljuga berpengaruh. Pada studi terbaru terlihat comes in older people? Age and Ageing 2001; 30.
peningkatan penyembuhan luka tekan pada pasien yang Visvanathan & Newbury Jw, Chapman I. Malnutrition in older
people, screening and management shategies. Australian
menerima formula tinggi protein di mana 25%kalori berasal
Family Physici an. 2004; 33:10.
5B
DUKUNGAN NUTRISI PADA PASIEN KRITIS
Arif Mansjoer

PENDAHULUAN Pada fase selanjutnya, fase flow terjadi hipermeta-


bolisme, katabolisme, dan peningkatan penggunaan 02.
Kondisi pasien kritis dapat terjadi pada berbagai kasus Hal ini terjadi akibat pelepasan sitokin dan sinyal saraf
atau penyakit akut seperti trauma, luka bakar; operasi, atau aferen dan jaringan yang rusak. Fase ini merupakan fase
infeksi berat. Proses terjadinya sangat cepat, berfluktuasi respons metabolik yang mengubah penggunaan energi
dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Keadaan dan protein untuk menyelamatkan fungsi organ penting
ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta dan memperbaiki kerusakan jaringan. Substrat endogen
pengawasan yang ketat. secara aktif dilepas seperti glukosa dari glikogen, asam
Kegagalan multiorgan sering terjadi pada keadaan amino dari otot rangka, asam lemak darijaringan adiposa
ini dan tidak jarang membutuhkan dukungan sementara Pada fase inilah dukungan nutrisi diberikan.
sebelum organ yang terganggu pulih seperti penggunaan
ventilator sebagai alat bantu napas pada kasus gagal napas
atau alat hemodialisis sebagai alat pengganti fungsi ginjal
pada kasus gagal ginjal akut. Dukungan lainnya yang tak
kalah pentingnya adalah dukungan nutrisi. Pada tulisan
berikut ini akan dibahas tentang respons metabolik pada Glukosa darah Meningkat ' Norrnal atau sedikit
penyakit kritis dan tahapan-tahapan pemberian nutrisi ' meningl5,at
pada pasien dengan penyakit kritis, yaitu: status nutrisi, Asamlemak bebas. Meningkat Normal atau sedikit
masalah nutrisi, kebutuhan nutrisi, saat dan dosis pem- meningkat
berian, nutrisi enteral, dan nutrisi parenteral.
lnsulin Menurun Normalataumeningk*
Katekolamin. , Meningkat Meningkat
Curah jantung Menurun Meningkat
Konsurnsi oksigen Menurun Meningkat
RESPONS METABOLIK PADA PENYAKIT KRITIS
Suhu tubuh Menurun Meningkat

Trauma, luka bakarl operasi, infeksi berat merupakan stres


bagi tubuh. Tubuh akan memberikan respons metabolik
yang menyebabkan hipermetabolisme, hiperkatabolisme. PENGKAJIAN STATUS NUTRISI
Pada awal adanya stres terjadi fase ebb (fase syok, fase
resusitasi) dan diikuti fase flow (fase akut). Pengkajian status nutrisi merupakan hal yang penting
Pada fase ebb terjadi ketidakstabilan hemodinamik, selain pengkajian kondisi medis pasien. Tujuan darrii

tekanan darah menurun. curah jantung menurun, pengkajian nutrisi adalah mengindentifikasi pasien yang
penggunaan 02 menurun, suhu tubuh rendah, serta terjadi mengalami atau memiliki risiko terjadinya malnutd,
peningkatan kadar glukagon, katekolamin, asam lemak menentukan derajat malnutrisi pasien, dan memantau
bebas. Fase ini dapat terjadi hingga 12-24jam dan terapi hasil dukungan nutrisi yang diberikan. Langkah audl
ditujukan untuk resusitasi cairan hingga hemodinamik pengkajian nutrisi adalah anamnesis, pemeriksaan fisk,
stabil. dan pemeriksaan penunjang.

448
ifiilTTru$ PADA PASIEN KRITIS 449

:ada pasien kritis sering kali perlu dilakukan allo-


rCuit 2.. stitus,,Nutris.; Pemeriksaan
.t";-resis pada keluarga atau kerabat dekat. Hal LabAmtorium
I i '.::.'j : .. :

ia-€ oerlu digali adalah riwayat penyakit saat ini dan


;*r,= -!"nnya, lama sakit, asupan nutrisi, dan adanya gejala Pemeriksaan Waktu
(satuan) paruh Status nutrisi
ua;:c-lntestinal seperti mual, muntah, atau diare. Perlu G 1t2)
ur=-_;akan pula adanya riwayat penurunan berat badan Normal Deplesi Sedang Berat
,,4-; sering menjadi penyebab malnutrisi. Malnutrlsi ringan
.ila3 ax gangguan status nutrisi akibat kurangnya asupan Albumin 2O hari > 3,5 2,8 - 3,5 2,2 - 2,8 < 2,2
'rL-i:'s terganggunya metabolisme nutrien, atau nutrisi (s/dL)
r{e-:sii-I. Faktor yang mengarahkan adanya malnutrisi Transferin t hari > 200 1 50 100 - <100
(mgldL) 200 150
a4rE a- penurunan 10% atau lebih berat badan selama
:i :,- an, penurunan 5%o atau lebih berat badan selama 1
Prealbumin 1-2 hari > !8 10-18 5-10 <5
(mgldL)
'x'rr.r;1 61u, berat badan lebih atau kurang 20o/o dari beral
:+:,:- ideal.
:emeriksaan fisik yang penting adalah berat badan akut dari suatu penyakit kronik seperti keganasan. Apakah
lla :inggi badan (TB), dan pemeriksaan antropometrik keadaan akut tersebut dapat menyebabkan gangguan
ar. Serdasarkan BB dan TB dapat ditentukan indeks massa proses pencernaan yang permanen.
r"Lr-- (lMT), yaitu :

Ilr.-= 3B (dalam kilogram) / TB'? (dalam meter)


^r=rretasi <18,5 kg/m2
PENENTUAN KEBUTUHAN NUTRIS!
BB kurang
18,5 - 22,9 kg/mZ BB normal
Pada pasien kritis, pemberian nutrisi hendaknya diberikan
> 23,0 kg/mZ BB lebih
dalam 24-48 jam pertama namun hendaknya tidak saat
23,0 - 24,9 kg/m2 + dengan risiko
pasien masih berada dalam fase ebb, syok, atau resusitasi.
25,0 - 29,9 kg/mZ + obesitas I
Kebutuhan kalori diberikan bertahap untuk menjaga
> 30 kglm2 + obesitas ll
toleransi penerimaan usus pada pemberian nutrisi enteral
Pada pasien kritis sukar untuk melakukan pemeriksaan dan untuk menjaga agar keseimbangan nitrogen tidak
Ii:-8, atau pemeriksaaan antopometrik sehingga data BB terlalu negatif pada pemberlan nutrisi parenteral. Pada
ru- -B sering didapatkan dari menaksir atau menanyakan hari pertama dapat diberikan 1/3 kebutuhan kalori, hari
:';:a keluarga atau kerabat dekat. Kadar albumin, kedua % - 2/3 kalori, dan pada hari ketiga dapat diberikan
::-'-sferin, dan prealbumin yang diproduksi oleh hati dukungan nutrisi penuh.
rre-upakan penanda cadangan protein viseral dan juga
r.e-upakan indikator status gizi. Kebutuhan Kalori
Kebutuhan energi basal (bosol energy expenditure, BEE)
dapat dihitung dengan berbagai cara, salah satunya
PENGKAJIAN MASATAH NUTRISI adalah dengan rumus Harris Bennedict yang ditentukan
berdasarkan jenis kelamin, umur (U), berat badan (BB), dan
:::a setiap pasien ditentukan dahulu permasalahan tinggi badan (TB), yaitu
is;-pan nutrisi. Apakah pasien tidak dapat makan, tidak
Laki-laki: BEE = 66,47 + (13,75 x BB) + (5,00 x T8)-(6,76 x U)
:,: eh makan, atau makan tidak adekuat sehingga tidak
Perempuan : BEE = 655,2 + (9,56x BB) + (1,7xTB)-(4,77x U)
rencukupi kebutuhan. Apakah terdapat indikasi atau
i:rCapat kontraindikasi pemberian nutrisi oral, enteral, atau
:;'enteral. Kesadaran menurun pada pasien dengan Tabel 3. Nilai Faktor Aktivitai dan Stvgj': :
:: r''

:enyakit kritis merupakan indikasi pemberian terapi


--:risi. Metoda yang dipilih adalah pemberian nutrisi Faktor aktivitas Faktor stres
*'::eral bila fungsi absorpsi saluran gastrointestinal baik. Tirah baring. : 1,2 Bedah Minor : 1,1 - 1,3
'ri"r'tr1un
bila saluran gastrointestinal tidak berfungsi, atau Aktivitas : 1,3
i:'da pat peritonitis difus, obstru ksi usus, muntah-mu ntah, Demam : 1,13 tiap derajat Bedah mayor : 1,5
e-s paralitik, dan iskemia gastrointestinal maka dipilih di atas 37" C
*etode pemberian nutrisi parenteral. . lnfeksi '. 1,2 - 1,6
Perlu pula ditentukan perkiraan lamanya pasien akan Trauma :1,1 -1,8
*embutuhkan dukungan nutrisi. Apakah keadaan kritis ini
-erupakan keadaan akut saja atau merupakan keadaan
il; bakar
Luka
,,0
: 1,9 - 2,1
i,,
450 NUTRISI KLINIK

Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan malnutrisi berat atau keadaan hiperkatabolik kebutuhan
energi total (totol energy expenditure, TEE). Faktor-faktor protein meningkat menjadi 1,5 - 1,8 g/kgBB/hari
seperti bedah, infeksi, trauma, atau stres lain menambah Pada pasien sirosis hati terkompensasi dapat diberikan
kebutuhan energi. Untuk menghitungnya digunakan protein 1,0-1,2 g/kgBB/hari, sedangkan bila disertai
rumus TEE = BEE x faktor stres x faktor aktivitas. malrlutrisi dengan asupan tidak adekuat diberikan 1,5 g/
Rumus Harris Benedict dan faktor-faktornya pada kgBB/hari. Pada keadaan kronis tersebut tidak dilakukan
literatur sangat bervariasi dan tidak praktis. Secara praktis, pembatasan pemberian protein. Sedangkan pada keadaan
pada pasien kritis (hipermetabolisme) untuk mencari akut yaitu ensefalopati hepatik pemberian protein dibatasi.
kebutuhan kalori total dapat digunakan rumus 20-25 Ensefalopati hepatik derajat l-ll diberikan 0,5 g/kgBB/
kkal/kgBB/hari saat fase akut atau awal dari penyakit hari, selanjutnya dinaikkan menjadi 1,0-1,5 g/kgBB/hari.
kritis. Sedangkan pada fase penyembuhan atau anabolik, Jika terdapat intoleransi, pada pasien dapat diberikan
kebutuhan kalori 25 - 30 kkal/kgBB/hari. protein nabati atau suplemen asam amino rantai cabang
Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber (branch choin omino ocid, BCAA) yaitu isoleusin, leusin,
k6lori. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 valin. Pada ensefalopati hepatik derajat lll-lV diberikan
gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9 kkal. Pada terapi protein 0,5 - 1,2 glkgBB/hari berupa asam amino yang
nutrisi kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat dan terutama BCAA. Pada keadaan ensefalopati hepatik terjadi
lemak. Karbohidrat diberikan 60 - 70 % dari kebutuhan ketidakseimbangan BCAA dan asam amino aromatik dalam
kalori total sedangkan lemak 30 - 40 o/o dari kebutuhan plasma maupun sistem saraf pusat yang bermanifestasi
kalori total. gangguan kesadaran.
Pemberian ka rbohidrat a kan menin gkatkan produksi Pada pasien kritis ada penelitian yang memberikan
CO2. Hal ini dinilai dengan respirotory quofienf (RQ) yaitu tambahan asam amino tertentu seperti glutamin, arginin
rasio produksi karbohidrat (VCO2) dan penggunaan 02 dll untuk meningkatkan imun. Pemberian imunonutrisi ini
(VO2). Nilai ini bermanfaat dalam perencanaan pemberian dapat dipertimbangkan. Pemberian asam amino seimbang
nutrisi. Nilai normal RQ(0,7-1,2) dipengaruhi asupan lemak, untuk mencegah katabolisme pasien kritis juga telah
protein, dan karbohidrat. Nilai RQ lemak 0,7, protein, 0,8, dilaporkan.
dan karbohidrat 1,0. Nilai RQ > 1,0 menggambarkan
pemberian karbohidrat atau kalori yang berlebih sehingga Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
produksi CO2 meningkat dan menyebabkan kesulitan Pasien kritis membutuhkan cairan yang berbeda-beda
penyapihan (weoning) dari ventilator. Berdasarkan hal baik jumlah maupun kandungannya. Secara umurn
tersebut maka pada kelainan paru persentase pemberian kebutuhan cairan adalah 30-40 ml/kgBB/hari atau 'l-1,5
karbohidrat dikurangi sedangkan persentase lemak mllkkal dari kalori yang diberlkan. Kebutuhan elektrolit
dinaikkan hingga 50%. bervariasi tergantung keadaan klinis. Natrium, dalarm
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dapat tubuh manusia, merupakan kation utama pada cairam
menyebabkan tidak tercapainya estimasi kebutuhan ekstraselular dan berperan dalam osmolalitas cairan-
kalori adalah restriksi asupan cairan, intoleransi glukosa, Kalium dibutuhkan dalam sintesis protein, yaitu 6 seban).ak
gangguan fungsi ginjal, pengosongan lambung melambat mmol/g nitrogen dibutuhkan untuk metabolisme asamr
atau berkurangnya absorpsi makanan di lambung, diare, amino secara optimal. Kebutuhan kalium meningkat pada
atau puasa untuk persiapan tindakan. Kebutuhan minimal hari-hari pertama pemberian nutrisi parenteral total. Hal ini
karbohidrat sejumlah 2 g/kg glukosa perhari. Kondisi terjadi diduga karena penyimpanan awal dalam hati danr
hiperglikemia pun, kadar gula darah di atas 180 mgldL, perpindahan ke dalam sel. Kebutuhan kalium meningH
meningkatkan risiko mortalitas pada pasien kritis dan saat terjadi masukan glukosa, sehingga perlu dilakukant
harus dicegah untuk mencegah komplikasi infeksi. pemantauan kalium pada peningkatan jumlah glukosa
yang masuk agar tidak terjadi hipokalemia.
Kebutuhan Protein Suplemen kalsium diperlukan pada nutrisi parenterC
Pada keadaan kritis kebutuhan protein berkisar 1,2-2,0 jangka panjang karena kalsium endogen sering hilarq
g/kgBB/hari. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik akibat imobilisasi. Kalsium dibutuhkan pula pada kondb
(chronic kidney disease, CKD) yang tidak dilakukan dialisis lain seperti pankreatitis. Fosfat dibutuhkan untuk
kebutuhan protein 0,6-0,8 9/kgBB/hari, sedangkan bila metabolisme tulang, sintesis jaringan, dan fosforilad
dila kuka n hemodia isis 1,2 g/kgBB/hari, peritoneal dialisis
I ikatan ATP. Hipofosfatemia terjadi pada awal pemberiarn
1,2-1,3 g/kg9B/hari, atau hemofiltrasi kontinu 1,0 g/kgBB/ nutrisi parenteral yang tidak mengandung fosfat. Halyarry
hari. Sedangkan pada pasien cedera ginjal akut (ocute berbahaya adalah penurunan kadar eritrosit sehingry
kidney injury, AKI) pemberian asam amino esensial dan terjadi penurunan suplai oksigen ke jaringan, kelemaham"
non-esensial harus seimbang. Pada pasien AKI dengan otot, dan dapat mengganggu respirasi.
IITRISI PADA PASIEN KRITIS 451

3c.
&kolit Pemberian Trace
PemberianParenteral
Pemberian Enteral
Parenteral Element ::[fit'"
triletsium (Na). 500 mg (22 mEq/kg) 1 - 2 mEqlkg Kromium (Cr) 30 ug 10-15u9
lXdhrm (K) 2 s (51mEq/kg) 1 - 2 mEq/kg Tembaga (Cu) 0,9 mg 0,3 - 0;5 mg
lfrdda (Cl) 750 mg (21 mEq/kg) Diberikan sesuai Fluoride (F) 4mg Belum diketahui benar
kebutuhan untuk lodin (l) 150 ug Belum diketahui benar
mempertahankan Besi (Fe) 18 mg Tidak rutin diberikan
keseimbangan Mangan (Mg) 2,3 mg 60 - 100 ug
asam basa bersama Molybdenum 45 ug Tidak rutin diberikan
dengan asetat Selenium 55 ug 20-60u9
lfi*ium (Ca) 1200 mg (30 mEq/kg] 5 -7.5 mEqlkg Zink (Zn) 11 mg 2,5-5mg
llrynesium (Mg) a20 mg (17 mEq/kg) 4 - 10 mEq/kg
ffiocbr (P) 700 mg (23 mEq/kg) Z0 - 40 mEq/kg
hemoglobin. Mangan (Mg) digunakan pada metabolisme
Magnesium penting pada proses anabolisme kalsium/fosfor. proses reproduksi dan pertumbuhan.
,darri'r pada sistem enzim, khususnya yang melibatkan Molibdenum merupakan komponen pada oksidasi,
metabolik otak dan hati. Kebutuhan magnesium
,dr[ir'.itas sedangkan selenium pada glutation peroksidase. Zink
poliuria, pankreatitis, dan
nrlneningkat pada keadaan diare, merupakan bahan yang penting dalam pembuatan enzim.
readaan hipermetabolik. Defisiensi Zn dapat terjadi dalam beberapa minggu dengan
manifestasi dermatitis dan luka yang lama sembuh.
trcbutuhan Vitamin dan Mineral Contoh: Pada pasien kritis laki-laki 30 tahun dengan
ru'iiixbmin dan mineral merupakan nutrien esensial yang berat badan 50 kg diberikan dukungan nutrisi dasar,
menperan sebagai koenzim dan kofaktor dalam proses yaitu:
mnetabolisme. Defisiensi vitamin yang larut dalam air Kalori total = 30 kkal/kg x 50 kg = 1500 kkal
rcrat terjadi. Pada pemberian nutrisi parenteral total Glukosa = 60 o/o x 1500 kkal = 900 kkal
se{ama beberapa minggu hingga 3 bulan sering terjadi Lemak = 40%x 1500 kkal = 600 kkal
ohfisiensi asam folat berupa pansitopenia, defisiensi Protein = 1,2 g/kgBB x 50 kg = 60 gram
tuarrnin berupa ensefalopati, dan defisiensi vitamin K Pada perhitungan di atas protein tidak diperhitungkan
herrupa hipoprotrombinemia. Kebutuhan vitamin yang sebagai sumber kalori. Ada pula pendapat yang masih
d[beri secara intravena lebih besar dibanding dengan kontroversi untuk memasukkan protein dalam perhitungan
pennberian enteral. jumlah total kalori.
Kromium (Cr) diperlukan untuk metabolisme glukosa
nmrrrnal. Tembaga (Cu) sangat penting untuk pematangan
,mirtrosit dan metabolisme lemak. lodin (l) dibutuhkan NUTRISI ENTERAL
uunmrtlk sintesis tiroksin. Besi (Fe) penting untuk sintesis Nutrisi enteral adalah metode pemberian nutrien ke dalam
saluran cerna (gastrointestinal) melalui pipa. Metode ini
digunakan sebagai dukungan nutrisi pada pasien yang
frmin Pemberian Pemberian tidak mau, tidak boleh, atau tidak dapat makan sehingga
Enteral Parenteral makanan tidak dapat masuk secara adekuat, namun fungsi
1,2mg 3mg saluran gastrointestinal masih,baik.
ffiflboflavin 1.3 mg 3,6 mg Keuntungan nutrisi enteral : 1) Nutrisi enteral bersifat
ffisin 16 mg 40 mg fisiologis karena makanan dimasukkan ke dalam tubuh
*knfolat 400 ug 400 ug melalui saluran cerna yang normal sehingga fungsi dan
freanr pantotenat 5mg 15 mg struktur ilat cerna tetap dipertahankan; 2) Nutrisi enteral
tffifiamin 8-6 1,7 mg 4mg lebih efektif menaikkan berat badan, keseimbangan
flttamin B-12 ?,4 ug 5ug nitrogen cepat menjadi positil dan imunitas tubuh
fidin 30 ug 60 ug
cepat meningkat; 3) Komplikasi pada nutrisi enteral
ffiofin 550 mg Belum diketahui benar
Iebih sedikit dibanding nutrisi parenteral; 4) Pada nutrisi
askorbat
,{leam 90 mg ' 100 mg
' enteral kebutuhan kalori tinggi lebih mudah dicapai; 5)
Wamin A 900 ug 1000 ug
Pemasangan NGT lebih mudah dilakukan baik oleh dokter
ffitamin D 15 ug 5ug
maupun perawat; 6) Biaya nutrisi enteral lebih murah 10
knin E 15 mg 10mg '
- 20 kali dibanding nutrisi parenteral.
ffilarnin K 120 ug 1 rng
452 NUTRISI KLIN!X

Syarat nutrisi enteral : 1) Cairan nutrisi enteral memiliki jangka panjang (lebih dari 30 hari) atau diberikan bila
kepadatan kalori tinggi. ldealnya 1 kkal/ml, namun bila terjadi obstruksi yang tidak memungkinkan masuknya
cairan perlu dibatasi maka dapat diberikan 1,5 - 2kkal/ml; pipa melalui nasal (hidung). Pemasangan pipa enterostomi
2) Kandungan nutrisi harus seimbang, yaitu mengandung dapat secara bedah (laparotomi, laparoskopi), radiologi,
kebutuhan harian kalori, protein, elektrolit; 3) Cairan nutrisi atau endoskopi. Cara terakhir inilah yang sering dipakai
enteral harus memiliki osmolalitas yang sama dengan yaitu percutoneous endoscopic aastrostomy (PEG) dan
osmolalitas cairan tubuh. ldealnya 350 - 400 mOsm; 4) percuto n eous e ndoscop ic j ej u nosto my (Pil).
Komponen bahan baku hendaknya mudah diresorpsi; 5) Pada pasien gawat darurat atau kritis, pipa yang sering
Nutrisi enteral tidak atau sedikit mengandung serat dan digu naka n adala h pi pa nasogast rik (n o sog a stric fube, NGT)-
laktosa; 6) Nutrisi enteral yang bebas dari bahan-bahan Pipa enterik memiliki ukuran yang bervariasi 8 - 16 French-
yang mengandung purin dan kolesterol. Pipa yang kecil untuk jalur nasogastrik sedangkan pipa
lndikasi nutrisi enteral adalah pasien tidak dapat yang besar untukjalur nasoduodenum dan nasoyeyununt.
makan secara adekuat namun fungsi gastrointestinal Prosedur pemasangan pipa nasogastrik
bdik sehingga masih dapat mencerna dan mengabsorpsi . Surat ijin tindakan (inform consent)
makanan cair yang diberikan melalui pipa ke saluran . Persiapan alat dan bahan
gastrointestinal. lndikasi khususnya adalah: 1) Disfagia - Pipa nasogastrik (NGT)
berat akibat obstruksi atau disfungsi orafaring atau - Pompa Syringe 50 ml
esofagus; 2) koma atau delirium; 3) anoreksia persisten;4) - Jeli xilokain
nausea atau muntah; 5) obstruksi gaster atau usus halus; - Sarung tangan
6) fistula pada usus halus distal atau kolon; 7) malabsorpsi . Prosedur pemasangan
berat; 8) aspirasi berulang;9) penyakit atau kelainan yang - Tentukan batas panjang pipa yang akan
membutuhkan cairan khusus; 10) peningkatan kebutuhan dimasukan
nutrisi yang tidak tercapat dengan nutrisi oral; 'l 1) induksi - Berikan jelixilokain pada ujung pipa
pertumbuhan pada anak dengan penyakit Chron. - Masukan pipa melalui"hidung
lndikasi lainnya adalah mempertahankan mukosa - Bila pasien sadar, saat pipa akan memasu5
saluran gastrointestinal agar tetap baik dan mencegah esofagus minta pasien agar menelan agar pip
atrofinya. Sedangkan kontraindikasi nutrisi enteral adalah dapat masuk ke esofagus
pasien dengan obstruksi intestinal total, ileus paralitik, - Masukkan hingga mencapat batas yang td*
obstruksi pseudointestinal berat, diare berat, atau ' ditentukan sebelumnya
malabsorpsi berat. - Konfirmasi letak ujung pipa dengan meto*
auskultasi. Beberapa', penulis menganjurka
Formula Makanan Enteral konfirmasi secara radiologi.
Macam formula makanan enteral dapat berupa formula
t
komersial atau formula rumah sakit. Formula komersial Pemberian Nutrisi Enteral
berupa bubuk atau cair dan dapat diberikan langsung Pada pasien kritis pemberian nutrisi enteral dini dilakuhr
melalui pipa ukuran kecil dengan risiko kontaminasi bakteri dalam24-72 jam. Pemberian ini ditujukan untuk membefi
minimal. Sedangkan formula rumah sakit berupa makanan nutrisi untuk usus agar mukosa saluran cerna tetap
cair atau blender. Berdasarkan zat yang dikandungnya (intak). Kebutuhan nutrisi dapat diberikan bertahap
formula makanan enteral dapat dibedakan menjadi kebutuhan kalori total dapattercapai pada hari ketiga.
makanan blender (alami), cairan polime[ cairan monome[ memberikan nutrisi enteral hendaknya pasien pada
dan cairan untuk kebutuhan metabolik khusus. 1/z duduk (elevasi 30-45 derajat).

Pipa Nutrisi Enteral Metode Pemberian


Pipa nutrisi enteral berdasarkan cara masuknya terbagi Ada dua melode pemberian nutrisi enteral, yaitu
menjadi dua. yaitu pipa nasoenterik dan pipa enterostomi. dan kontinu. Metode bolus lebih singkat waktu
Pipa nasoenterik adalah pipa yang dimasukan melalui lebih nyaman bagi pasien, lebih mudah digunakan
hidung (pipa nasogastrik, nasoenteral). Pipa ini digunakan dibandingkan dengan metode kontinu. Metode bolus
untuk jangka pendek (kurang dari 4 minggu) karena membutuhkan pompa pengatur serta dapat
komplikasi sedikit, relatif tidak mahal, dan mudah melalui pipa suntik (syringe) dengan sedikit tekanan
dipasang. Pipa ini juga digunakan sementara sebelum mema nfaatkan gaya gravitasi.
pipa enterostomi dipasang. Pipa enterostomi adalah pipa Metode bolus digunakan bila ujung pipa ber
yang dimasukan melalui dinding abdomen (gastrostomi, lambung (menggunakan pipa nasogastrik). Setelah
duodenostomi, yeyunostomi). Pipa ini digunakan untuk nutrisi di bolus ke dalam lambung, masuknya cairan
flTfil$ PADA PASIEN KR]TIS 453

dalhm duodenum diatur oleh lambung dan sfinkter pilorus. tahankan dan memperbaiki status nutrisi dan metabolik
ffii a rujung pipa berada di duodenum atau yeyunum, pada pasien kritis yang dalam 3 (tiga) hari tidak akan dapat
aurianr nutrisi harus diberikan secara kontinu baik dengan diatasi dengan nutrisi oral atau nutrisi enteral. lndikasi
oilnro atau pompa pengontrol untuk menghindari distensi khusus lain nutrisi parenteral:
rrm@Ctinal. . Sindrom malabsorpsi (intestinal, tubulus renal, atau
metode bolus, kebutuhan nutrisi dibagi menjadi
Pada kombinasi) dengan banyak kehilangan cairan dan
pemberian 250 - 350 ml (tiap 3 - 5 jam). Pemberian
rfr 1taili elektrolit yang tidak dapat diatasi dengan nutrisi oral
qrmakanan cair ini dilakukan selama 15 menit. Sebelum dan atau enteral" Sindrom ini dapat terjadi pada:
sesnrdah pemberian makanan, pipa nasogastrik dibilas - Short bowel syndrome berat
funEan air 20 - 30 ml. Pemberian air setelah pemberian - Keadaan yang diinduksi infeksi, inflamasi, kelainan
@ntujuan mencegah dehidrasi hipertonik dan mencegah imunologi, obat, atau radiasi
rnmragulasi protein pada pipa nasogastrik. Pada metode - Fistula gastrointestinal high output yang tidak
iurorntinu kecepatan pemberian dapat mencapai 150 ml/jam. dapat dilewati pipa enteral
,Obat prokinetik seperti metoklopramid 4 x 10 mg intravena - Kelainan tubulus renal berat dengan banyak
dmeat diberikan bila terjadi intoleransi pemberian makanan kehilangan cairan dan elektrolit.
ualrtr.r, banyak residu di lambung atau muntah. Pemberian . Gangguan motilitas
gimur'arnin enteral dapat dipertimbangkan pada pasien luka - lleus persisten (akibat pasca-operasi atau
hulkar atau trauma. penyakit)
- Pseudo-obstruksi intestinal berat
- Muntah yang menetap dan berat akibat obat,
tumor otak, atau penyakit lain (misalnya
ffi makanan
hi peremesis g ravidarum)
- Komplikasi akibat memasukkim pipa'.,. -, . Obstruksi mekanik saluran cerna yang tidak segera
. Faringeal:.trauma,, perd€rahan,, perforasi
diatasi secara bedah
daerah retrofaring, abses
- Dada: perforasiesofagus, pneumornediastinum,
. Masa perioperatif dengan malnutrisi berat
pn.eum.otoraks. perdarahan pulmonal, . Pasien kritis khususnya yang hipermetabolisme saat
pneumonitis, efusi pleura, empiema nutrisi enteral merupakan kontraindikasi atau telah
-, Abdorneu,perforasi'gaster,,perf,orasi: usus gagal
- Gagal:memasukkan Pipi,;pipa, salah 'le-tak, atau
Nutrisi parenteral dapat diberikan melalui vena perifer
pipa tersumbat
atau vena sentral. Pertimbangan pemilihan jalur pem-
- Sinusitis
beriannya adalah:
- Aerofagia
. Vena perifer
iftanan enteral
- lnfeksi nosokornial dari
'makanan
yang ter-kon- - Asupan enteral terputus dan diharapkan dapat
taminasi bakteri dilanjutkan kembalidalam 5-7 hari
- Nausea, distensi abdomen, dan rasa tidak nyaman - Sebagai tambahan pada nutrisi enteral dtau pada
di perut fase transisional hingga nutrisi enteral dapat
- Regurgitasi atau muntah memenuhi kebutuhan
- Aspirasi makanan,ke dalam paru-faru - Malnutrisi ringan hingga sedang, keperluan
- Diare ' ., l intervensi untuk mencegah deplesi
- Pseudoobstrukiintestinal - Keadaan metabolik normal atau sedikit
- lnteraksi dengan obat enteral meningkat
Erdungan makanan - Tidak ada kegagalan organ yang memerlukan
- Hiperglikemia restriksi cairan
- Azotemia
- Osmolalitas cairan yang dapat diberikan kurang
- Hiperkarbia
dari900 mOsm
- Gangguan elektrolit . Vena sentral
- Kelainan defisiensi spesifik pada pemakaian jangka
- Tidak dapat mentoleransi asupan enteral lebih
panjang
dari 7 hari
- Keadaan metabolik sedang atau sangat
ilUTRISI PARENTERAL meningkat
parenteral adalah metode pemberian nutrien ke
$lh-rtrisi - Malnutrisi sedang hingga berat dan tidak dapat
dalam pembuluh darah. lndikasinya adalah memper- diatasi dengan nutrisi enteral
454 NUTRISI KLINIK

Gagaljantung, ginjal, hati, atau kondisi lain yang Mustafa I, Sutanto LB, Lukito W, Moenadjat Y, Oetoro S, George
YWH, et al. Konsensus nutrisi enteral. Jakarta: Working
memerlukan restriksi cairan
Group on Metabolism and Clinical Nutritioru 2004.
Akses vena perifer terbatas Phillips GD. Parenteral nutrition. In: Oh TE, ed. Intensive care
Memiliki akses vena sentral manual. 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1998.p.
Osmolalitas cairan dapat lebih dari 900 mOsm 724-32.
Shike M. EnteralFeeding.In:Shils ME, OlsonJE, Shike IvI, Ross RC
eds. Modem nutrition in health and disease. 9th ed. Philadel-
rTabel, 8;' Komilikasi' I*l utrisi faienteral Total phia: Lippincott William & Wilkins, 1999.p.1,643-56.
Shikora SA" Ogawa AM. Enteral nutrition and the critically i1I.
Komplikasi pemasangan kateter vena sentral Postgrad Med J. 1996 ;72:395-402.
. Segera terjadi: trauma (kerusakan arteri, vena, duktus Smith MK, Lowry SF. The hypercatabolic state. In: Shils ME, Olson
torasikus, pleura, mediastinum, jantung, saraf), gagal jE, Shike \4 Ross RC, eds. Modern nutrition in health a:rd
atau salah posisi, emboli kateter atau guide wire, aritmia, disease. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Willian & Wilkins,
1999.p.1555-68.
emboli udara
Susla GM. Nutritional support in the critically ill patient. ACCP
. Terjadi kemudian: infeksi (septikemia, endokarditis), critical care board review-course syllabus 2005. Illinois:
' trombosis vena, tromboflebitis, emboli paru. oklusi American College of Chest Physicians,2005.p. 205-17.
kateter Tanra A. Dasar-dasar nutrisi enteral. In: Daldiyono, Thaha A.
Komplikasi in{eksi dan sepsis: tempat masuknya kateter; eds. Kapita selekta nutrisi klinik. Jakarta: PERNEPARI,
1998.p.79-93.
kontaminasi cairan
KreymannKG, Berger MM, Deutz NE, HiesmayrM,lolliet P, Ka-
Komplikasi metabolik: dehidrasi akibat diuresis, osmotik,koma
zandjiev G, et al; European Society for Parenteral and Enteral
hiperglikemik, hiperosmolar non-ketotik, hipoglikemia akibat Nutrition. ESPEN Guidelines on enteral nutrition: intensire
pemberhentian nutrisi secara tiba-tiba, hipomagnesemia care. Clin Nutr . 200 6 ;'25 (2) :210 -23
atau hipokalsemia atau hiperkalsemia, hiperfosfatemia atau Singer P, Berger MM, Van den Berghe G, Biolo G, Calder P, Forbes
hipofosfatemia, asidosis metabolik hiperkloremik, uremia, A, et al; EuropeanSociety for Parenteral and Enteral Nutrition-
hiperamonemia, gangguan elektrolit, defisiensi mineral, ESPEN Guidelines on parenteral nukition: intensive care. CIin
Nutr. 2009;28(4) :387-400.
defisiensi asam lemak esensial, hiperlipidemia
Cano N], Aparicio M, Brunori G, Carrero [, Cianciaruso B, Fi-
accadori E, et al; European Society for Parenteral and Enteral
Nutrition. ESPEN Guidelines on Parenteral Nutrition: adult
renal failure. Clin Nutr. 2009 ;'28(4):401-14.
KESIMPULAN Ziegler TR. Parenteral nutrition in the critically ill patient. N E tS
J Med. 2009;36L (11) :1088-97 .
Dukungan nutrisi pada pasien kritis diperlukan untuk Casaer MP, Mesotten D, Hermans G, Wouters PJ, Schetz \{"
menekan morbiditas dan mortalitas. Pengkajian status Meyfroidt G, et al. Early versus late parenteral nutrition in
critically ill adults. N Engl ] Med. 2011,;365(6):506-17.
nutrisi dan kondisi pasien akan menentukan kebutuhan Brown RO, Compher C; American Society for Parenteral and
nutrisi pada pasien. Pilihan waktu pemberian dan jumlah Enteral Nutrition Board of Directors. A.S.P.E.N. clinicaL
nutrisi serta cara pemberian sangat tergantung pada guidelines: nutrition support in adult acute and chronic renai
failure. I Parenter Enteral Nutr. 2010;34(4\:366-77.
kondisi pasien. Evaluasi pemberian nutrisi setiap hari Mueller C, Compher C, Ellen Dl'! Americaa Societydor Parenterai
sangat penting untuk menghindari terjadinya kekurangan and Enteral Nutrition Board of Directors. ASPEN clinicall
pemberian makanan (underfeeding) atau kelebihan guidelines: Nutrition screenin& assessment, and interventim
in adults. J Parenter Enteral Nutr. 2011;35(1):16-24.
pemberian makanan (overfeeding).
McClave SA, Martindale RG, Vanek VW, McCarthy M, Roberfr
P, Taylor B, et al; ASPEN Board of Directors; Americm
College of Critical Care Medicine; Society of Critical Care
REFERENSI Medicine. Guidelines for the Provision and Assessment ct
Nutrition Support Therapy in the Adult Cdtically Ill Patiert
Society of Critical Care Medicine and American Socieh fm
AugustD, TeitelbaumD, Albina], Bothe A, Guenter P, Heitkemper Parenteral and Enteral Nutrition. T Parenter Enteral Nur,
Ivl, et al. Guidelines for the use of parenteral and enteral
nutrition in adult and pediatric patients. JPEN. 2002;26 2009;33(3\:277-316.
(suppl):51-S138.
Berger R, Adams L. Nutritional support in the critical care setting
(part 1). Chest. 1989;96:139-50.
Chan S, McCowen KC, Blackburn GL. Nutrition Management in
the ICU. Chest. 1999;115:5145-58.
Daldiyono, Darmawan I, Kadarsyah. Pencegahan malhutrisi di
rumah sakit. In: Daldiyono, Thaha A& eds. Kapita selekta
nutrisi klinik. )akarta: PERNEPARI, 1998.p. 1-22.
Heyland DK, Dhaliwal R, Drover JW, Gramlich L, Dodek P.
Canadian clinical practice guidelines for nutrition support
in mechanically ventilated, critically ill adult patients. JPEN.
2003;27:355-73.
Malone AM. Methods of assessing energy expenditure in the
intensive care unit. Nutr Clin Prac. 2002;17:2L-8.
59
TERAPI NUTRISI PADA PASIEN I(ANKER
Noorwati Sutandyo

FET'IDAHULUAN yang optimal untuk mengatasi kakesia kanker terdiri


dari auspan nutrisi yang adekuat, nutraceuticol dan
ftrtsisi merupakan bagian yang penting pada pelaksanaan obat-obatan. Pemberian nutrisi yang asekuat dapat
ftrrker, baik pada pasien yang sedang menjalani terapi, membantu mengatasi kakesia dan oleh karenanya terapi
pemulihan dari terapi, pada keadaan remisi maupun untuk nutrisi yang adekuat baikjumlah, komposisi maupun cara
mnncegah kekambuhan. Status nutrisi pada pasien kanker pemberian yang tepat harus dimulai sejak dini (sejak awal
&tahui berhubungan dengan respons terapi, prognosis terdiagnosis)
drr kualitas hidup. Kurang lebih 30-87o/o pasien kanker
mnngalami malnutrisi yang berhubungan dengan kanker
sbelum menjalani terapi. lnsiden malnutrisi tersebut KAKESIA KANKER
fterrrariasi tergantung pada asal kanker; misalnya pada
l- -ien dengan kanker pankreas dan gaster mengalami Kakesia secara umum dapat didefinisikan sebagai sindrom
mnlnutrisi sampai 85%io, 66o/o pada kanker paru, dan 35% multifaktorial yang ditandai dengan penurunan berat
da kanker payudara. Selain itu diperkirakan bahwa2Oo/o badan yang berat, kehilangan massa otot dan lemak,
mmsien kanker meninggal tiap tahunnya akibat malnutrisi dan peningkatan katabolisme protein akibat penyakit
dan kakesia yang berhubungan dengan kanker atau tertentu (underlying disease). Jadi kakesia merupakan
rlsebut kakesia kanker. akibat dari gabungan yang kompleksrantara penyakit
Kanker merupakan masalah klinik yang paling sering penyerta, perubahan metabolisme dan, pada beberapa
Srmpai terutama pada pasien kanker stadium lanjut, dan kasus, pengurangan ketersedian nutrisi (karena kurangnya
;unrnberi dampak negatif terhadap prognosis. Malnutrisi asupan makan, gangguan absorbsim dan kombinasi dari
Dada pasien kanker bukan hanya disebabkan oleh keadaan ini). lstilah kakesia berbeda dengan malnutrisi atau
metrurunan asupan makan saja tetapi juga karena tidak starvasi. Malnutrisi adalah keadaan status nutrisi dimana
dnya respons adaptasi terhadap starvasi seperti pada terdapat keku rangan atau kelebihan (ketidaksei mbangan)
qang normal, sehingga terjadi perubahan metabolisme. energi, protein dan nutrient lainnya dan menyebabkan efek
Penyebab kakesia kanker belum dapat dipastikan, yang dapat diukur pada bentukjaringan/tubuh (bentuk
diperkirakan multifaktorial. Di samping anoreksia, tubuh, ukuran dan komposisi) dan fungsi dan keluaran
Ftingkatan keluaran energi, perubahan metabolisme, klinis. Meskipun masalah malnutrisi yaitu asupan yang
rtnis dan lokasi tumor yang menganggu saluran pen- tidak adekuat juga dijumpai pada kakesia dan berperan
@maan dan jenis terapi kanker diperkirakan mempunyai dalam patogenesis kakesia, namun penting untuk diingat
pran dalam terjadinya kakesia kanker. Selain itu saat ini tidak semua pasien malnutrisi adalah kakesia, dan semua
Hah ditemukan adanya peranan berbagai sitokin terhadap pasien kakesia tanpa kecuali pasti malnutrisi
fiiadian anoreksia dan berbagai gangguan metabolisme Diagnosis kakesia dapat ditegakkan jika ditemukan 3
png kemudian mendasari kejadian kakesia kanker. dari 5 kondisi berikut penurunan berat badan sedikitnya
Kakesia kanker juga merupakan yang berpengaruh 5% selama 12 bulan terakhir (atau BMI < 20 kg/m2),
Fda keberhasilan terapi medik termasuk radiasi dan penurunan kekuatan otot, fatigue, anoreksia, indeks massa
hmoterapi. Selain mempengaruhi hasil pengobatan, bebas lemak rendah. pemeriksaan laboratorium biokimia
Hesia tida k jaring menyeba bkan kematian. Manajemen abnormal (peningkatan penanda inflamasi seperti CRP,

455
456 NUTRISI KLINIK

lL-6; anemia; albumin rendah ) mempunyai efek dalam terjadinya anoreksia pada kanker.
Berbagai faktor kakesia kanker telah lama dilaporkan, Peningkatan level triptofan (prekursor serotonin) di plasma
namun belum dapat dipastikan dan diduga penyebabnya dan otak serta peningkatan lL-1 dapat meningkatkan
multifaktorial yaitu menurunnya asupan nutrisi dan aktivitas serotonerg i k.
perubahan metabolisme di dalam tubuh. Menurunnya
asupan nutrisi terjadi akibat menurunnya asupan makanan
per oral (karena anoreksia, mual-muntah, perubahan PERUBAHAN METABOLISME
persepsi rasa dan bau), efek lokal dari tumor (odinofagi,
disfagia, obstruksi gasler/ intestinal, malabsorbsi, early Metabolisme berkaitan erat dengan metabolisme
sotiety), faktor psikologis (depresi, ansietas), dan efek karbohidrat, protein dan lemak. Pada pasien kanker
samping terapi. metabolisme zat tersebut mengalami perubahan dan
Dahulu, pandangan klasik menyatakan bahwa kakesia berpengaruh pada terjadinya penurunan berat badan.
kanker terjadi akibat ketidakseimbagnan. energi, yaitu Hipermetabolisme sering terjadi pada pasien kanker,
merrurunnya asupan makanan dan meningkatnya konsumsi peningkatan metabolisme ini sampai 50% lebih tinggi
energi. Namun kini pandangan yang lebih modern dibanding pasien bukan kanker. Tetapi peningkatan
menitikberatkan pada peran sitokin yang menyebabkan metabolisme tersebut tidak terjadi pada semua pasien
terjadinya anoreksia dan perubahan metabolisme lemak, kanker. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan
protein, dan karbohidrat. Sitokin yang berperan dapat metabolisme ini berhubungan dengan penurunan status
diproduksi dari tubuh (lL-1, lL-6, TNFcr, lFNy) dan dapat gizi dan jenis serta besar tumor. Peningkatan metabolisme
berasal dari sel kanker (PIF/ proteolysis-inducing factor, pada kanker kemungkinan akibat tubuh tidak mampu
LMF/ Lipid mobilizing fqcto). berdaptasi dengan asupan makan yang rendah. Pada
orang normal kecepatan metabolisme menurun selama
starvasi sebagai proses adaptasi normal tetapi pada pasien
ANOREKSIA kanker proses tersebut tidak terjadi. Perbedaan antara
gangguan metabolisme akibat starvasi dan kakesia kanker
Anoreksia adalah menurunnya keinginan untuk makanan dapat dilihat pada tabel 1. Dan perubahan metabolisme
dan merupakan salah satu gejala paling sering pada karbohidrat, protein, dan lemak pada pasien kanker secara
kakesia kanker. Penyebab dan mekanisme anoreksia pada singkat dapat dilihat pada tabel 2.
kanker sangat kompleks dan multifaktorial, bisa terjadi
terjadi karena perubahan rasa kecap yang menyebabkan
pasien menolak makanan tertentu, stres psikologis, efek
samping terapi kanker maupun terjadi karena peran
sitokin dalam regulasi makan di hipotalamus melaluijaras
anoreksigenik dan oroksigenik yang melibatkan leptin dan Metabolisme basal N/t/J I
neuropeptida Y.
Peran mediator +++
Leptin adalah hormon yang disekresikan oleh jaringan Ureagenesis hati +++
Balans nitrogen negatif + +++
adiposa yang berperan menstimulasi respons starvasi. Jika
kadar leptin di otak rendah, maka akan meningkatkan Glukoneogenesis + +++
aktivitas sinyal oroksigenik di hipotalamus yang akan
Proteolisis + +++
Sintesis protein hati + +++
menstimulasi keinginan untuk makan dan mensupresi
energy expendifure serta menurunkan sinyal anoreksigenik.
Sedangkan neuropeptida Y adalah peptida yang paling
poten dalam menstimulasi keinginan makan dan terkait
rTatel,!,',Eenrbahan Metibolidmdlpida,. aalet.*nif =-=

dengan jaras oroksigenlk lainnya (seperti galanin. peptida


Protein Karbohidrat Lemak

opioid, melonin-concentroting hormone/MCH, oreksin, dan Iturn-over " lntoleransi glukosa llipolisis
agouti-related peptida/ AGRP). Ssintesis di otot Resistensi insulin ILipogenesis
Pada kakesia kanker; peran sitokin dapat menstimulasi f Proteolisis di otot Gangguan sekresi Hiperlipidemia
jaras anoreksigenik dalam jangka panjang. lnterleukin-1, insulin
lL-6 dan TNFcr dapat menstimulasi pelepasan leptin tSintesis di hati f Produksi glukosa tAsam lema
sehingga meningkatkan aktivitas jaras anoreksigenik. bebas
Selain itu beberapa sitokin dapat menembus blood Asam amino tidak t Aktivitas siklus lAktivitas
brain barrier dan menginhibisi neuropeptida Y yang normal kori lipoprotein
akan menginhibisi pula jaras oroksigenik. Serotonin juga lipase
T'IIST PADA PASIEN KANKER 457

hnrbahan Metabolisme Karbohidrat


krubahan metabolisme karbohidrat yang sering terjadi
dah intoleransi glukosa, diduga akibat dari peningkatan
nnsLtensi insulin dan pelepasan insulin yang tidak adekuat.
kringkatan resistensi insulin sepertinya dimediasi oleh Ub
sit kin seperti TNFo melalui fosforilasi reseptor insulin
drr substrat reseptor insulin serta menurunkan ekspresi
lMsporter glukosa (GLUT-4). Gangguan metabolisme ^1\
Peptides

@
ffiohidrat yang lain yaitu terdapat peningkatan asam
l&t Sel kanker sangat membutuhkan glukosa sebagai
srnrber energi. geibeda dengan sel normal, sel tumor
mmnndapatkan energi dari metabolisme anaerob melalui 265 proteasome
sHus kori dan asam laktat sebagai produk akhir. Siklus
rlbri merupakan siklus tidak efisien, karena untuk sintesis Gambar 1. Jaras ATP-ubiquitin-dependent.
'lU rnolekul glukosa dibutuhkan 6 molekul ATP dan hanya
P nmlekul ATP yang dihasilkan. atau penurunan lipogenesis. Perubahan metabolisme
lemak terjadi melalui peningkatan mobilisasi lipid,
knrbahan Metabalisme Protein penurunan lipogenesis, dan penurunan aktivitas liprotein
ffistabolisme protein pada pasien kanker yaitu terjadi lipase (LPL).7 Beberapa penelitian menemukan adanya
pcningkatan protein turn-over, peningkatan sintesis penurunan level LPL yang penting untuk sintesis
mubin di hati, penurunan sintesis protein di otot skelet trigeliserid, namun penelitian yang lain menemukan tidak
drt peningkatan pemecahan protein otot yang berakibat ada perubahan pada total enzim LPL. Pada penelitian
ffiriadinya wasting. Deplesi massa otot skelet merupakan selanjutnya menemukan adanya peningkatan relatif level
Wcnrbahan yang paling penting pada kakesia kanker. mRNA untuk hormone-seniitive lipase yang terlibat pada
fifirsa otot dapat berkurang sekitar 757o ketika terjadi siklus kaskade lipolitik dependen AMP.
lHflangan berat badan sebesar 30% dan keadaan tersebut Pasien kanker mengalami turn-over gliserol dan asam
sryat dekat dengan kematian. Iemakyang tinggi, dan peningkatan mobilisasi lipid sering
Degradasi protein pada otot akan melepaskan terjadi bahkan sebelum terjadi penurunan berat badan.
i[hberapa asam amino, khususnya alanin dan glutamin. Terdapat beberapa bukti bahwa peningkatan mobilisasi
@kmamin merupakan asam amino yang paling besar asam lemak merupakan bagian dari peningkatan aktivitas
hnya dan mbmpunyai beberapa fungsi. Salah satu reseptor adrenergik-8. Pasien kanker yang mengalami
penting glutamin adalah dipergunkan sel untuk
llhrmgsi kehilangan berat badan juga mengalami peningkatan
nnmmbelah diri. Sel tumor banyak mempergunakan level katekolamin di urin dan plasma, peningkatan denyut
@[rtamin dan berkompetisi dengan sel normal. Dari jantung dan peningkatan oksidasi lemak.'
ffirapa penelitian pada kanker, terjadi penurunan Peran dari sitokin TNF-o, lL-6, lL-1o, IFN-y adalah
qfuhmin baik pada sirkulasi maupun pada otot. Penurunan menghambat enzim LPL, sehingga lipogenesis juga
qlutamin akan mempengaruhi fungsi organ terutama terhambat. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa
peningkatan permeabilitas di usus. TNF-o dapat secara langsung menstimulasi lipolisis dengan
Mekanisme yang mendasari terjadinya degradasi cara me n g a ktiv asi m ito g e n - o ct iv a t e d p rote i n k in a se (MEK)
mtein ada 4 jaras yaitu lisosomal, caspases, CaZ+ dan extrocellulor signol-reloted kinase (ERK) serta dengan
@endent, dan ATP-ubiquitin-dependent. Semua jaras peningkatan AMP siklik intraselular. Sedangkan LMF (lipid
t rsebut mungkin terlibat dalam patogenesis degrasasi mobil'zing foctor) yang ditemukan pada urin penderita
mnrutein otot pada kakesia kanker, namun jaras ATP- kakesia kanker, secara Iangsung menstimulasi lipolisis
utriquhin-dependent yang diketahui paling berperan. Pada melalui interaksi dengan adenilat siklase pada proses
Uras ini, protein akan berikatan dengan sebuah protein dependen GTP (Gambar 2).
hril, ubiquitin, dan terdegradasi di proteosom serta
m:rnbutuhkan sedikitnya 6 ATP sebagai energi (Gambar
Proses ini juga dimediasi oleh sitokin seperti TNFcr,
Xf,l)fitr- TERAPI NUTR!SI
lilL{ dan IFN y.
Tujuan terapi nutrisi:
hahan Metabolisme Lemak . Mempertahankan atau memperbaiki status gizi
Ma kakesia kalrker terjadi deplesijaringan lemak paling . Mengurangi gejala sindrom kakesia kanker
ilnsarryaitu sekitar 85% baik melalui peningkatan lipolisis . Mencegah komplikasi lebih lanjut yaitu deplesi sistem
458 NUTRISI KLINIK

kehilangan berat badan yang tidak dikehendaki sebanyak


10% menunjukkan adanya malnutrisi berat dan sindrom
kakesia-anoreksia mulai ditegakkan.
Penilaian terhadap pola diet berupa asupan makanan
dan minuman terakhir, asupan sebelumnya. dan segala
perubahan yang terjadi. lnformasi ini bisa didapatkan
dengan pertanyaan mengenai hilangnya nafsu makan
secara subyektif dan penurunan asupan makanan. Untuk
mendapatkan data ini secara kuantitatif dapat dengan cara
menanyakan nafsu makan mereka berdasarkan skor 0-7
(0= tidak ada nafsu makan, 1=nafsu makan sangat kecil,
2=nafsu makan kecil, 3=nafsu makan cukup, 4=nafsu
makan baik, 5=nafsu makan sangat baik, 6=nafsu makan
{r r 9Jr
luar biasa, 7=selalu lapar).
Gambar 2. Proses sintesis dan pemecahan lipid di jaringan
lemak. Pemeriksoon Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum dan pemeriksaan
imun, infeksi, atau sepsis akibat malnutrisi antropometri dilaku kan keselu ruhan meliputi berat badan,
. Memenuhi kecukupan mikronutrien tinggi badan, tebal lemak subkutis, wasting jaringan.
edema atau asites, tanda-tanda defisiensi vitamin dan
Penilaian Status Nutrisi mineral, serta status fungsional pasien. Harus diperhatikan
Penilaian status nutrisi pada pasien kanker bertujuan apabila ditemukan adanya muscle wosting dan hilangnya
untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko untuk jaringan lemak merupakan tanda lanjut dari malnutrisi.
terjadinya komplikasi akibat malnutrisi dan menyusun
pilihan intervensi nutrisi yang adekuat agar dapat Laboratorium
menurunkan morbiditas dan mortalitas. Sebuah penelitian Pemeriksaan laboratorium meliputi albumin, prealbumin.
menjunjukkan hampir 52% pasien malnutrisi tidak transferin, imbang nitrogen 24 jam, kadar Fe, pemeriksaan
teridentifikasi dalam berdasarkan dokumentasi di rekam sistem imun yaitr.r limfosit total, fungsi hati dan ginjat,
medis, yang menandakan bahwa masalah nutrisi sering kadar elektrolit, dan mineral serum. Pemeriksaan C
terlewati oleh klinisi. Oleh karenanya strategi pertama reoctive protein (CRP) serum sebagai data dasar dapat
yang dapat dilakukan adalah melakukan skrining status men gidentifikasikan pasien yan g'-6nengalami penu runan
nutrisi secara rutin pada semua pasien kanker yang status nutrisi. Hal ini berhubungan dengan adanya
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko respons inflamasi aktif dan dikenali sebagai prekurso
mengalami mal-nutrisi. Skrining status nutrisi dapat kakesia.13,14
berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan
pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk penilaian
status nutrisi lebih lanjut. Untuk memudahkan klinisi, KEBUTUHAN NUTRISI
terdapat beberapa perangkatyang dapat digunakan untuk
melakukan skrining dan penilaian status gizi khusus untuk Nutrisi yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan nufki
pasien kanker yailu molnutrition sueening tool (MST) dan secara individual baik jumlah maupun komposisinya
potie nt ge n e rated - su bj ective g lo bo I a ssess ment. Kebutuhan nutrisi pasien kanker sangat individual dm
berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalananr
Anamnesis penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan.
Kehilangan berat badan yang tidak dikehendaki merupakan
indikator kunci adanya malnutrisi pada pasien kanker. Laju Kebutuhan Energi
kehilangan berat badanjuga sangat penting. Pasien harus Kebutuhan energi dapat ditentukan dengan menghituqg
selalu ditanyakan berat badannya biasanya sebelum sakit, keluaran energi basal atau laju metabolisme basd,
jika ditemukan adanya kehilangan berat badan yang tidak menggunakan formula Harris-Benedict yang dimultiplikasL
dikehendaki atau jika ada penurunan nafsu makan dari kan dengan faktor aktivitas dan faktor stres. Secara umunm
biasanya. Jika terjadi kehilangan berat badan lebih dari dianjurkan kebutuhan energi dan protein sama dengmr
5% dari berat badan biasanya (sebelum sakit) dalam 6 stres sedang, untuk tumor solid sekitar 0-20%. Metode ltr
bulan, maka harus selalu dicurigai adanya kakesia ter- untuk menghitung energi dengan cara yang lebih muddn
utama jika disertai dengdn muscle wosting. Sedangkan jika dan praktis untuk digunakan di klinik adalah sebagd
r,llsl PADA PASIEN KANKER 459

herikut untuk mempertahankan status gizi, asupan kalori pemberian nutrisi ini perlu dipertimbangkan. Nutrisi
dan urk3n 25-35kal/kgBB sedangkan untuk menggantikan parenteral dipertimbangkan bila fungsi saluran cerna
cadangan tubuh dianjurkan 40-50 kal/kgBB. tidak dapat digunakan atau jika terapi nutrisi enteral tidak
dapat mencapai nutrisi yang adekuat. Nutrisi parenteral
Hutuhan Protein juga diperlukan untuk pasien yang tidak dapat mentolerir
Seb,agian besar pasien kanker mempunyai imbang penggunaan saluran cerna akibat mual, muntah, obstruksi
nmtrogen yang negatif. Oleh karena itu dukungan nutrisi dan malabsorbsi. Pasien kanker yang mendapat nutrisi
iltttrarus dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan parenteral perlu dipantau dengan ketat untuk mencegah
tmnenqrrunkan degradasi protein. Kebutuhan protein untuk komplikasi.
paeien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau
psrien dengan hipermetabolisme atau wosting yang berat
ffian1-urkan 1,5 -2 g/kgBB. KESIMPULAN

butuhan Lemak Hubungan antara kanker, asupan makan dan status


Sedangkan kebutuhan lemak dapat diberikan antara 30- nutrisi sangat kompleks. Status nutrisi pasien kanker
504h dari kebutuhan kalori total. diketahui berhubungan dengan respons terapi, prognosis
dan kualitas hidup. Malnutrisi pada kakesia kanker
merupakan keadaan yang paling sering ditemui dan
CARA PEMBERIAN NUTRISI memberi dampak yang negatif terhadap perjalanan
penyakit, terapi dan prognosis. Penyebab kakesia kanker
"lhrapi multifaktorial dan peranan sitokin sangat penting dalam
nutrisi teragantung dari kondisi pasien, status
tumor serta insikasi terapi untuk pasien.
nrutrisi, dan lokasi menyebabkananoreksia dan peru bahan metabolisme pada
Srategi dukungan nutrisi tergantung dari masalah nutrisi kanker. Skrining adanya malnutrisi secara dini dan terapi
ymng dihadapi dan derajat deplesi. nutrisi yang adekuat dapat"memberikan manfaat yang baik
terhadap pasien yang menjalani terapi anti kanker. Terapi
Lrtrisi Oral nutrisi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
Mfilla memungkinkan nutrisi secara oral merupakan pilihan pasien baik jumlah, komposisi dan cara pemberiannya
uutarna untuk dukungan nutrisi. Namun pada pasien kanker
yang mengalami anoreksia, mual perubahan rasa kecap
dan disfagia pemberian makanan per oral dapat menjadi REFERENSI
mlltasalah dan perlu perhatian khusus. Sebagian besar
p,ien dapat mentoleransi makanan dengan porsi kecil Barrera R. Nutritional support'in cancer patients. JPEN 2002.
Doyle C, Kushi Lt{, Byers T, Coumeya KS, Wa}rne{ried \AiD, Grant
dan sering. Untuk dapat meningkatkan asupan makanan B, dkk. Nutrition and Physical Activity.During and After
pasien dianjurkan mengkonsumsi makanan atau minuman Cancer Treatment: An American Cancer Society Guide for.
herkalori tinggi. Pada pasien dengan gangguan menelan Informed Choices. CA Cancer ] Cln 2006;56;323-53.
Heber D, Bowerman S. Nutritional and cancer treatment. Dalam:
mmrcnelan,makanan dapat diberikan dalam bentuk lunak Berdanier CD, Dwyer |, Feldman EB. Tian J, Chen ZC,
dau cair dengan suhu kamar atau dingin. Hang LF. Effects of nutritional and phychological status in
gastrointestinal cancer patients on tolerance of treatment.
World I Gantro enter ol 2007 ;13 (30) : 4136 - 40
*rtrisi Enteral TianJ, ChenZC,Hang LF. Effects of nutritional and phychological
WIta asupan nutrisi melalui oral tidak adekuat, maka status in gastrointestinal cancer patients on tolerance of
mernberian nutrisi dilakukan dengan cara lain. Pasien treaknent. World I Gantro enter ol 2007 ;13 (30) : 413 6 - 40
lllanker dengan fungsi saluran cerna yang masih baik, pem- Heber D, Tchekmedyian NS. Cancer Anorexia and cachexia.
Dalam: Heber D, Blackburn GL, Go VLW, Miller J editor.
herian nutrisi enteral bisa melalui nasogastrik, lambung, Nutritional oncology 2nd edition. USA: Elsevier.2006
ilrrcdenum, atau jejunum tergantung lokasi kanker, dan Laviano A, Meguid MM, Inui A, Muscaritoli M, Fanelli FR.
pemberiannya dapat dilakukan secara bolus, intermiten, Therapy Insight: cancer anorexia-cachexia syerdrome-when
you eat is yourself. Nature Clin Prac Oncol 2006;2:158-64
etau kontinu. Nutrisi enteral berguna untuk menormalkan
Inui A. Cancer anorexia-cachexia s)mdrome: current issues in
fungsi usus, lebih murah, kurang invasif dan kurang risiko research and management. CA Cancer I Chn2002;52:72-91,
frbanding parenteral. Tisdale MJ. Pathogenesis of cancer cachexia. ] Support Oncol
2003;1,:159-68
Rivadeneira DE, Evoy D, Fahey TJ, Liebermen MD, Daly JM.
hrtrisi Parenteral Nutritional support of the cancer patient. Ca Cancer J Clin
Femberian nutrisi parenteral pada pasien kanker 1998:48;69-80.
mrremberikan risiko namun pada keadaan tertentu cara Shils ME, Shike M. Nutritional support the cancer patient. Dalam:
Shils ME, OlsonJA, Shike M, Ross AC editor. USA: Williams
.

ti

iir

ii

60
MATNUTRISI
Ari Fahrial Syam

,ENDAHULUAN 80% sedang pada pasien dengan keganasan bahkan


kejadian malnutrisi lebih tinggi lagi mencapai 85o/o.
kngertian malnutrisi sebenarnya meliputi dua hal ygitu Beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya ii
i
mrrtrisi kurang dan nutrisi lebih. Yang akan dibahas lebih malnutrisi adalah menurunnya nafsu makan, terjadinya
lhnjut disini adalah malnutrisi karena undernutrisi. Jika malabsorbsi, peningkatan pengeluaran misalnya adanya
mnelihat pengertian undernutrisi yang terjadi adalah luka kronis, penurunan sintesis protein serta meningkatnya
ilsupan makanan kurang dari yang dibutuhkan pada katabolisme.
seseorang yang berakibat terjadi berbagai gangguan
lfologi dari orang tersebut. Di dalam praktek sehari-hari
h* pada pasien rawatjalan maupun rawat inap, terjadinya KOM PLI KASI MALNUT-RISI
tidak menjadi perhatian sehingga
rrmralnutrisi kadang kala
sering terjadi underdiagnosis. Keadaan ini tentunya akan Pada saat terjadinya malnutrisi seluruh organ akan
mmenyebabkan kegagalan dalam proses penyembuhan mengalami penurunan massanya kecuali otak dimana
psien selanjutnya. malnutrisi tidak menyebabkan perubahan pada massanya.
Pada saat malnutrisi akdn-terjadi proses penghancuran
dari lean body mass untuk melepaskan asam amino untuk
DCFINISI MALNUTRISI proses g Iu koneogenesis. Sebagai mana.kita ketahui asa m
amino dan untuk protein penting dalam tubuh untuk
Secara praktis pengertian malnutrisi adalah apabila sistem imunitas dan proses penyembuhan penyakit.
fierjadi penurunan berat badan lebih dari 10o/o dari Apabila keadaan ini berlangsung asam amino tubuh juga
bcrat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir. Selain berkurang otot-otot paru juga mengalami kelemahan
kiteria yang sering digunakan adalah apabila pada saat dan hasil akhirnya akan menyebabkan penurunan
pengukuran berat badan kurang dari 90o/o berat badan sistem imunitas dan pasien mudah terjadi pneumonia
ftleal berdasarkan tinggi badan atau jika indeks massa dan akhirnya kematian. Berbagai penelitian sudah
fiSuh (lMT) kurang dari 18,5. membuktikan bahwa dalam keadaan malnutrisi seseorang
akan mengalami penurunan mental, kekuatan ototnya
menurun, fungsijantung terganggu dan terjadi penurunan
ITEVALENSI MALNUTRISI imuni$s. Keadaan gangguan ini akan memperburuk
keadaan sakit pasien dan mencegah proses penyembuhan
ililalnutrisi merupakan suatu keadaan umum yang kita dan akan berakibat terjadi komplikasiyang pada akhirnya
frurnpai pada pasien dengan penyakit kronik yang terjadi akan memperburuk keadaan.
pda masyarakat atau pada penyakit baik akut maupun
di rumah sakit. Pada
lftronik pada pasien yang dirawat
herbagai kelompok penyakit kronik dapat kita jumpai PENDEKATAN KLINIS MALNUTRISI
&rjadi malnutrisi. Pada usia lanjut dapat mencapai 50%,
pda penyakit paru kronis dapat mencapai 45%, pada Pendekatan klinis malnutrisi meliputi anamnesis terutama
penyakit lnfloinmotory bowel diseoses (lBD) mencapai tentang asupan nutrisi selama ini, pemeriksaan fisik

46r
462 NUTRISI KTINIK

terutama pengukuran antropometri dan pemeriksaan Besaran standar untuk TSF orang dewasa laki-laki 12,5 mm
laboratorium yang berhubungan dengan status nutrisi sedang untuk perempuan 16,5 mm. Untuk lingkar lengan
pasien. Pemeriksaan khusus untuk menentukan status atas standar yang digunakan adalah 29,3 cm untuk dewasa
nutrisi seperti BioeLecticoL lmpedonce Spectroscopy (BIS) laki-laki dan 28,5 untuk dewasa perempuan.
dan energy expenditure. Pendekatan yang akhir-akhir ini Pemeriksaan TSF dan LLA ini terutama ditujukan jika
sering digunakan terutama untuk penelitian adalah dengan pengukuran berat badan tidak memungkinkan. Kedua
me n g g u na ka n s u bj ective g lo ba I o s se s smenf (SGA). pemeriksaan ini jika dilakukan secara bersamaan ber-
tujuan untuk mengukur massa otot dan lemak. Dari hasil
kedua pemeriksaan ini dapat dinilai luas otot tangan
PENGU KU RAN ANTROPOM ETRI (arm muscle arealAMA) dengan menggunakan rumus
Heymsfield (modified). Dengan menggunakan rumus
Pengukuran berat badan merupakan pemeriksaan yang Heymsfield (modified) kita dapat mengukur sebesar berat
sering digunakan untuk mengetahui status nutrisi pasien. undernutrisi yang terjadi. Rumus untuk mengukur luas
Perubahan berat badan yang mendadak menunjukkan otot tangan:
perubahan balans cairan yang mendadak. Sedang
AMA untuk Iaki-laki = (MAC-pTSF)'z-10
perubahan berat badan jangka lama menunjukkan
4p
perubahan massa real jaringan tubuh. Setelah diketahui
AMA untuk perempuan = (MAC-pTSF)2-65
berat badan tentunya yang perlu dihitung selanjutnya
4p
adalah indeks massa tubuh. (lMT). IMT didapat
AMA= orm muscLe areo (cmz)
perbandingan antara berat badan dalam kilogram dengan
MAC= m id orm circu mference/lingkar lengan atas (cm)
tinggi badan kuadrat dalam meter. (lihat lihat pada rumus
TSF = triceps skin fold (cm)
pengukuran lndeks Massa Tubuh (lMT).
Selain pemeriksaan antropometri tersebut, secara
lndeks massa tubuh (lMT) = berat badan (kg)/ (tinggi
umum kita juga dapat melihat pasien yang kekurangan
badan)2 (m2)
berbagai zat nutrisi. Pemeriksaan tersebut meliputl
Berdasarkan IMT pasien tersebut dapat ditentukan pemeriksaan kulit, rambut, kuku. Membran mukosa dan
status nutrisi pasien tersebut. Berbagai klasifikasi di- sistem neurologi. Adanya edema perifer terutama pada
gunakan untuk menentukan status nutrisi seseorang yang ujung kaki dan tangan serta rambut yang mudah dicabut
sering digunakan adalah klasifikasi oleh WHO dimana nilai menunjukan adanya defisiensi protein.
normal IMT adalah 18,5,sampai 22,9. (Tabel l). Pemeriksaan kulit mungkin menemukan popular
keratitis jika terjadi defisiensi ,v_itamin A, perdarahar
Tabel 1, Klasifikasi Pengukuran lndeks Massa Tubuh perfolikular karena defisiensi vitamin C, ekimosis karena
(lMT) pada Orang Dewisa asia. (Xlasittasi WHO) difisiensi vitamin K dan hiperpigmentasi pada daerah kullt
ya ng terpajan menunju kka n adanya defisiensin niasin.
Klasifikasi IMT (kglmr)
Pemeriksaan konjungtiva yang pucat menunjukkan
Underweight < 18,5
hemoglobin yang rendah dan hal ini bisa berhubungar:
Normol 18,5-22,9
dengan adanya defisinesi zat besi (Fe), ditemukannya
Overweight /23 Bitot spot menunjukkan defisiensi vitamin A yang bera:
Berisiko 23-24,9
nistagmus dan paresis otot okular menunjukkan defisiens
Obes I 25-29,9
thiamine. Pemeriksaan mulut mungkin menemuka:
Obes ll /30 stomatitis angular dan keilosis yang berhubungan dengar
defisiensi riboflavin dan atau niasin, adanya glositis denga-
Selain pemeriksaan berat badan, parameter permukaan lidah yang halus dan merah menujukkka-
antropometri lain yang digunakan yaitu pengukuran adanya defisiensi riboflavin, niasin, vitamin 812 ala-
tebal lemak bawah kulit triseps (Triceps skinfold thickness/ defisiensi piridoksin. Sedang adanya perdarahan gus
TSF) dan pengukuran lingkar lengan atas/LLA (Midarm yang hipertrofi berhubungan dengan defisiensi vitam -
circumference/MAC). Pengukuran TSF dilakukan dengan C. Gangguan neurology yang sering ditemukan adala^
menggunakan alat khusus. Pengukuran LLA dilakukan neuropati perifer yang berhubungan dengan difisier.s
dengan menggunakan alat pengukur meteran yang piridoksin atau vitamin E.
terbuat umumnya dari kain atau nylon yang diletakan
pada pertengahan lengan antara akromian dan olekranon. Pemeriksaan Laboratorium
Pengukuran TSF untuk memperkirakan cadangan lemak Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan unt,r*
jaringa sedang LLA untuk memperkirakan massa otot. mengevaluasi status nutrisi antara lain pemeriksaa:
m.f,rTRJSt 463

dhunnin, prealbumin, transferin, kreatinin dan balans 2 minggu. perubahan status fungsional dan penyakit yang
mllrogen. berhubungan dengan kebutuhan nutrisi. Sedang pada
pemeriksaan fisik dinilai berdsarkan adanya kehilangan
Hectica I I m ped a nce Spectroscopy {BIS) lemak subkutan, kehilangan massa otot, adanya edema
,Fennnneriksaan ini bertujuan untuk mengukur cairan pada kaki, edema pada sacrum dan adanya asites.
ilu{uuuh total/total body water (TBW), cairan ekstraselular/ Klasifikasi SGA terdiri dari kelas A, B dan C. Kelas A jika
,wffiacellulor water (ECW) dan cairan intraselular/ status nutrisi baik, kelas B jika malnutrisi sedang/moderat
water (lCW). Pemeriksaan ini didasarkan pada
unrffinacellular dan kelas C jika malnutrisi berat.
Wanrbedaan hantaran dari berbagai jaringan tubuh. Jaringan
$Eperti otot atau darah merupakan konduktor yang baik, Penapisan Malnutrisi
mF{rtanE massa lemak, udara atau tulang merupakan Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan
,kumdnrktor yang buruk. Dengan mengetahui ECW ICW metode mudah dan cepat. Metode yang digunakan
dhrl TBW dapat dihitun g fot-free mass (FFM), sedang fat sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko
nnmss didapat dari berat badan dikurangi FFM. gangguan nutrisi. Ada empat hal untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu
hryeluaran Energi (Energy expenditure) berat badan turun, asupan makan terakhir yang kurang,
lflunrnqelua ra n energ i basa l/ Bo so I e n e rgy exp e n d itu re (BEE) indeks massa tubuh saat diperiksa dan beratnya penyakit.
,damat diperhitungkan dengan menggunakan rumus Salah satu model yang digunakan untuk penapisan
i1'lrtrynis Benedict. Berdasarkan rumus ini diketahui bahwa malnutrisi adalah yang digunakan oleh University hospital
fiffi {id3p6f dari resting energy expenditure (REE) sekitar of Nottingham (Tabel 2).
15% dari total energi), pengeluaran panas dari proses
m@ncernaan (sekitar 10o/o dari total energi) dan aktivitas .T"$A'?iiiHp#.;.ffin "-"n-t1't,,,',,', ,i.'-
fidn [sekitar 15%daritotal energi). Rumus Harris Benedict
A. lndeks massa tubuh (kglm2)
runrmmrk penghitungan BEE yaitu: a. Lebih besar dari 20 - 0
hcmpuan BEE (kkal/hari) =
b. tMT 18-20 =l
655 + (9,6X BB) + (1,8XTB) -(4,7xU)
c. IMT<18 =l
B. Besarnya penurunan berat badan yang tidak dikehendaki
N,{i-laki BEE (kkal/hari) = dalam 3 bulan terakhir
ffi+(13,7 X BB) +(5XTB)-(6,8XU) a. Tidak ada - 0
b. Kurang dari 3 kg = 1
m : basal energy expenditure c. Lebih dari 3 kg =2
MB : berat badan aktual dalam kg
C. Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan
"llil' : tinggi dalam cm terakhir
;liiill : umur dalam tahun a. Tidak ada =0 .
Melalui rumus ini dapat diperhitungan kebutuhan
b.ya ='l
cumergi dari seseorang mengingat untuk menjaga BB tetap
D. Faktor stress dan beratnya penyakit

ufiahil energi yang dibutuhkan sesuai dengan energi yang


a. Tidakada =0
b. Moderate* =l
dllelluarkan. Berat** I
c. =
Penapisan = jika total skor 0-2 tidak perlu intervensijika
total skor 3-4 diawasi dan dinilai dalam 1 minggu perawatan,
!XM"' E CT I VE G LO BA L ASSESSMENT jika > atau = 5 perlu intervensi nutrisi
*pembedahan minor tanpa komplikasi, infeksi ringan,
fiMetode lain yang sering digunakan untuk melakukan penyakit kronis yang ringan, lBD, gagal ginjal kronis,
Wnfrlaian nutrisi adalah dengan menggunakan subjective diabetes melitus, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK),
q$obal assessment SGA). Metode SGA yang telah ter- sirosis hepatis.
udmdasi ini dikembangkan oleh Destky. Sedang metode
** luka multiple, fraktur dan luka bakar multipel, trauma
kepala, sepsis yang berat, kankeri disfagia berat. pankreatitis,
#wrg menyerupai SGA dan diperuntukkan untuk pasien
bedah mayori komplikasi pasca bedah.
uusia lanjut adalah Mini Nutritional Assesment (MNA)
pang dikembangkan oleh Vellas dan kawan-kawan.
llfumetode SGA ini melakukan pendekatan penilaian nutrisi KESIMPULAN
herdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis
nnmefiputi adanya perubahan badan, perubahan asupan Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang harus
rrmakanan, keluhan gastrointestinal yang menetap selama teridentifikasi sejak awal saat pasien bertemu dengan
464 NUTRISI KTINIK

dokternya. lntervensi nutrisi harus dilakukan sejak


awal jika didalam pnapisan awal terdeteksi adanya
keadaan malnutrisi yang sedang atau berat. Penilaian
malnutrisi meliputi anamnesis, pemeriksaan antropometri,
laboratorium dan pemeriksaan khusus Iainnya.
Sampai saat ini tidak ada gold standard untuk
menentukan status nutrisi seseorang. Sebagian besar
pendekatan penilaian nutrisi yang ada didasarkan beratnya
penyakit dan telah tervalidasi berdasarkan outcome klinis
dari pada parameter nutrisi yang spesifik.

REFERENSI

A1pers D[ KleinS. General nutritional principles. In: Yamada T,


Alpers DFf Laine L, Owyang C, Powell DW (eds). Textbook
of Gastroenterology, 3rd ed. New York: Lippincott Williams
& Wilkins 1999.
Avunduk C. Manual o{ gastroenterology, Diagnosis and Therapy.
3rd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins 2002.
Barendregt K Soeters B, Allison SP. Diagnosis of malnutrition.
Screening and assessment. In Sobotka L. Allison SR Ftirst P
et al.(editors). Basics in clinical nutrition. 2nd edition. Semily:
House Galen.2000 p.29-36.
Campbell SE, Avenell A, Walker AE. Assessment of nutritional
status in Hospital in-patients. Q J Med 200295:83-7.
Daldiyono H. Indikasi pemeberian nutrisi enteral dan parenteral.
Dalam Sudoyo AW, Markum HMS, Setiati S, Alwi I, Gani
RA, Sumaryono Naskah lengkap Pertemuanllmiah Penyakit
Dalam. 1998. )akarta Bag. IPD FKUI.p. 75-8.
Detsky AS, Mclaughin JR, Baker ]P et al. What is subjective global
assessment of nutritional status? JPEN 1987;11:8.
Dwyer. Nutritional Requirements and Dietary Assessment. In
Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher K| et al. (eds). Harrisonls
Principle of Internal Medicine. 14th edition. New York:
McGraw-Hill. 2002. p. 45L-54.
Halsted CH. Malnutrition and nutritional assessment. In In Fauci
AS, Braunwald E, Isselbacher K] et al. (eds). Harrison's
Principle of Internal Medicine. 15th edition. New York:
McGraw-Hill. 2002.p 455- 60.
Keusch GT. The History of Nutrition: Malnutrition, Infection and
Immurrity. Nutr. 2003; 133:3365-405.
Meier R. Prevalence of Malnutrition. In Sobotka L. Allison SP,
Ftirst P et al.(editors). Basics in clinical nutrition. 2nd edition.
Semily: House Galen.2000 p.19-21,.
6L
MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
Siti Setiati, Rose Dinda

Pada usia lanjut dengan satu atau lebih masalah


'IE{DAHULUAN kesehatan, baik akut maupun kronik, pengkajian ulang
ilffilalnutrisi adalah suatu keadaan defisiensi, kelebihan (reossessmenfs) keadaan status nutrisi harus sering
rlilr ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain dilakukan dan selanjutnya rencana asuhan nutrisi dapat
ymrng dapat menyebabkan gangguan fungsi pada tubuh. diperbaiki bila diperlukan.
llffiilnutrisi yang terjadi di rumah sakit merupakan masalah Tulisan ini akan membahas masalah malnutrisi,
prting, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi, khususnya masalah kurang nutrisi (undernutrition) yang
lihnna rawat memanjang dan mortalitas meningkat. sering terjadl pada orang usia lanjut.
fHlalnutrisi juga meningkatkan risiko jatuh, infeksi,
hmnplikasi pascaoperasi, ulkus dekubitus, penyembuhan
llhruika lama, kelemahan otot dan gangguan fungsi PATOFIS!OLOGI
mernapasan. Malnutrisi berhubungan dengan penurunan
ffitrs fungsional. Malnutrisi protein energi terjadi karena asupan yang tidak
Beberapa studi menunjukkan bahwa perburukan adekuat (misalnya starvasi) atau berhubungan dengan
ffitus nutrisi terjadi selama perawatan di rumah sakit penyakit yang diderita yang memengaruhi metabolisme,
dhr berlanjut setelah pasien pulang. Prevalensi malnutrisi komposisi tubuh, dan nafsu makan (misalnya kaheksia).
d rumah sakit cukup tinggi, namun masalah tersebut Terdapat hubungan yang komplel6s antara nutrisi,
mring tidak terdeteksi dan tidak ditatalaksana dengan status kesehatan dan keluaran klinik. Mekanisme dapat
ffi selama di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena terjadi melalui penurunan nafsu makan karenar penyakit,
Itmdnutrisi seringkali tidak terdeteksi sejak awal sehingga perubahan proses menelan, maldigesti/malabsorpsi, dan
ffidak ditatalaksana dengan baik.3,4 Pemeriksaan nutrisi hilangnya kemampuan makan itu sendiri. Kebutuhan
tnnuttin juga masih jarang dilakukan karena keterbatasan nutrisi dan kemampuan memetabolisme nutrien di-
naktu dan kondisi pasien itu sendiri yang lemah pengaruhi oleh banyak penyakit. Penyakit-penyakit akut
ffinoilfl. Penurunan fungsi kognitif pada orang usia dan kronik dapat menginduksi respon inflamasi, misalnya
lh{trt menyebabkan informasi sulit didapat, kurangnya infeksi akut dan kronik, gagaljantung kongestif penyakit
hesadaran tim medis tentang perlunya pengkajian nutrisi paru kronik, kanker; gagal ginjal kronik stadium terminal,
@a pasien usia lanjut juga sering terjadi. Selain itu, dan rheu m atoid o rth ritis.
Satus nutrisi yang buruk pada usia lanjut berhubungan Dengan bertambah umur, respon inflamasi sering
pah dengan beberapa fakto; termasuk penyakit kronik, mengalami disregulasi sehingga terjadi peningkatan
pengobatan, oral higine buruk, isolasi, dan kemiskinan. konsentrasi serum sitokin proinflamasi dan mediator
Berdasarkan skrining dengan Mini Nutritionol inflamasi yang lain. Sitokin proinflamasi tersebut adalah
,fissessmenf (M NA) rata - rata prevalensi ma I n utrisi menca pai i nterleu ki n (l L) -6, I L- 1 (beta), tu m o r n e c ros is fo ctor (TN F) -cr
dfi atas 70o/o, dan yang berisiko malnutrisi 46%. lntan M dan lL-8. Fungsi sitokin ini sebagai perantara dan secara
langsung menginduksi manifestasi klinik penyakit yang
hmgsal Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berisiko berhubungan dengan inflamasi termasuk penurunan
qizi kurang. berat badan.

465
466 NUTRISI KLINIX

Sitokin proinflamasi berperan dalam patogenesis malnutrisi seperti gangguan kognitifl gangguan mobilisasi,
terjadinya inflamasi kronik, misalnya anemia. hipo- gangguan miokard kronik, gangguan ginjal kronik,
albuminemia, dan kaheksia. lnterleukin-1 (lL-1), lL-6, dan masalah paru, sindrom malabsorbsi, dan polifarmasi.
TNF-cr berperan pada berkurangnya leon body moss, Selain itu bila terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat
jaringan lemak, dan massa tulang (karakteristik inflamasi kenyang, mual, perubahan pola defeksi, fatique, apatis,
yang menyebabkan kaheksia). Sitokin proinflamasi atau hilangnya daya ingat, bahkan faktor sosial misalnya
menimbulkan suatu kondisi katabolisme otot dengan cara rasa kesepian, kemiskinan harus mendapat perhatian
menekan sintesis protein otot dan/ atau mempercepat penuh dalam mendeteksi malnutrisi. Faktor-faktor risiko
kerusakan protein ototyang berasal dari makanan. Sitokin yang memengaruhi masalah nutrisi harus dicari dalam
juga merangsang pelepasan kortisol yang mengakibatkan melakukan anamnesis.
percepatan katabolisme otot. Pada usia lanjut keadaan Pasien usia lanjut yang dirawat karena kondisi medis
kaheksia yang berhubungan dengan penyakit-penyakit akut atau masalah bedah sangat berisiko berkembang
kronik (kanker; infeksi) dapat berkembang tanpa dasar menjadi malnutrisi. Keadaan yang sering terjadi pada
p6nyakit yang jelas. perawatan di rumah sakit yang memicu berkurangnya lean,/
totat body mass adalah tirah baring yang lama, inflamasi
akut, dan asupan nutrisi yang tidak adekuat. Keadaan
EVALUASI tersebut merupakan faktor risiko tinggi mortalitas. Oleh
karena itu, pada orang usia lanjut yang dirawat di rumah
Pengkajian status nutrisi yang rutin dan rinci meru- sakit karena kondisl medis akut harus dilakukan anamnesis
pakan bagian dari pengkajian paripurna pada pasien yang mendalam dan rinci untuk menemukan faktor risiko
geriatri, yang mutlak dilakukan pada pasien usia lanjut, yang berkaitan dengan nutrisi.
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Penyakit-penyakit kronik yang memengaruhi status
antropometrik, pemeriksaan penanda biokimiawi dan nutrisi, antara lain disfungsi pencernaan, sesak napas
penilaian usia lanjut yang berisiko malnutrisi dengan karena penyakit paru obstruktif kronik dan gagaljantung
menggunakan tools yang sudah divalidasi. Penilaian kongestif (mempengaruhi kemampuan menyiapkan
status nutrisi pada geriatri tidak mudah karena adanya dan asupan makanan), gangguan endokrinologi dapat
perubahan komposisi tubuh terkait usia dan penurunan meningkatkan metabolisme (hiperparatiroidisme) atau
fungsi yang menyerupai perubahan akibat malnutrisi. menurunkan nafsu makan (Pheokromasitoma).
Tidak seperti pada usia muda, pada usia lanjut tanda Efek samping obat-obat yang diminum dapat
manutrisi dan malabsorpsi nutrient seringkali tidak jelas merupakan penyebab utama penurunan berat badarl
kecuali pada keadaan yang sangat berat. termasuk anamnesis obat-obatyang dibeli bebas, vitamin
Pengkajian nutrisi secara komprehensif meliputi: dan supplement nutrisi. Mekanisme dapat melalui
penuru.nan nafsu makan, gangguan absorpsi nutrien.
1. Anamnesis:
. Pengkajian penyebab berat badan turun/faktor risiko, Kualitas pengdcap makanan ,"nrrin dengan
pengkajian asupan makanan bertambah umur. terutama jika ada riwayat merokolc
2. Pemeriksaan antropometrik Terjadi perubahan pada rasa dan bau. Jumlah papilla
3. Laboratorium
pengecap pada lidah menurun sejalan dengan umur
Yang pertama menurun adalah rangsang pengecap
manis dan asin, makanan mulai terasa asam atau pahi(
sehingga anamnesis pengecap rasa dan bau penting
ANAMNESIS
untuk ditanyakan.
Kadangkala sulit mendapatkan data yang akurat pada Pada usia lanjut yang menderita penyakit kron-ts,
anamnesis pasien usia lanjut, disebabkan karena misalnya hipertensi, diabetes melitus. gagal jantung
berkurangnya daya ingat, terjadi penurunan fungsi hiperurisemia pola diet sesuai yang dianjurkan dokted
kognitif dan rasa takut. Oleh karena itu, aloanamnesis ahli gizi misalnya diet rendah garam, diet DM, dietjantung
dengan pramurawat (coregiver) dan keluarga penting dan rendah purin. Hal tersebut dapat menurunkan asupan
dilakukan. kalori yang meningkatkan risiko malnutrisi
Pada anamnesis dicari faktor risiko malnutrisi, misal- Depresi dan demensia dapat menyebabkam
nya: penurunan berat badan, riwayat penyakit kronik, penurunan berat badan pada usia lanjut. Demensia lanil&
riwayat obat-obatan, diet khusus. kesehatan mulut, berhubungan dengan gangguan menelan. Keadaan l*l
depresi, keadaan status fungsional dan sosial, peminum yang memengaruhi status nutrisi pada usia lanjut adal*
alkohol. Perlu dicurigai adanya masalah nutrisi bila terdapat status fungsional yang rendah, kemiskinan, isolasi sosi{r
penyakit-penyakit yang sering terkait dengan timbulnya dan perlakuan salah pada usia lanlut (elder obuse)
ruUTRISI DI RUMAH SAKIT 467

kondisi medis Pengobatan

Enzim pengkonversi Jantung sehat


Penyakitjantung
angiostensin (ACE) Rendah kolesterol
Penyakit paru
Analgesik Tanpa/rendah garam
Kanker
Antasida Ginjal
Infeksi/AIDS
Reumatoid artritis Antiaritmia
Antibiotik
Penyakit kantung
Antikovulsa n/a nti kejang
Malabsorpsi
Antidepresan
Hiper/Hipotiroidisme penyekat beta
Alkoholisme Penghambat kanal kalsium
Penyakit Parkinson (ccB)
ulkus dekubitus/ Digoksin
Masalah Fungsional
ulkustekanan Diuretik
dan Sosial
Antagonis H2
Laksatif
Riwayat yang mendetail Obat Anti lnflamasi Imobilitas
Rekam medis Nonsteroid (OAINS) Kemampuan motorik
Target evaluasi Hipoglikemik oral halus tangan buruk
Kalium suppositoria
Tremor
Steroid
Kemiskinan
Kesepian

Masalah psikis
Kesehatan mulut Aktivitas sehari-hari

--T
dan kognitif Aktivitas tambahan
sehari-hari
Depresi Mulut kering Terapi fisik
Demensia Disgeusia Terapi okupasional
Lote-life poranoio Pergigian yang buruk Evaluasi status sosia
Anoreksia nervosa Kandidiasis oral
Globus Histerikus Nyeri di mulut

I *,*.rr, t "r"t',.t.n gigil


I Pemeriksaan oioi
i-l
I

Gambar 1. Rangkuman evaluasi klinik malnutrisi

?ENGKAJIAN ASU PAN MAKANAN 1. Food record


Pasien mencatat semua makanan dan minumanyang
Fengkajian asupan makanan secara terinci merupakan dikonsumsi dalam waktu 7 hari. Cara ini paling akurat
hagian yang krusial dalam pengkajian nutrisi, walaupun dan praktis untuk mengumpulkan data, asalkan pasien
seringkali sulit didapat. Pengkajian asupan makanan ini kooperatif.
dapat dilakukan bekerja sama dengan bagian gizi rumah Food -freq ue ncy q uestio nno ire
sakit (dietisien yang terlatih). Cara ini kurang akurat bila dibanding dengan
Terdapat 4 cara untuk mendapatkan informasi asupan food record. Food Frequency Questionnaire adalah
mnakanan: untuk menilai perilaku makan dan mendapatkan
468 NUTRISI KTINIX

data kuantitas asupan makanan 1 bulan terakhir lain: berkurangnya komponen cairan tubuh sehingga
dengan cara menanyakan frekuensi, jumlah dan diskus intervertebralis relatif kurang mengandung air
jenis makanan yang dikonsumsi dalam 1 minggu sehingga menjadi lebih pipih; makin tua seseorang
terakhir dengan bantuan food modelsebagai panduan ada kecenderungan semakin kifosis sehingga tinggi
untuk membantu ingatan subyek. Selanjutnya, data tegak lurusnya berkurang, berkurang kekuatan otot dan
yang diperoleh dalam ukutan rumah tangga (URT), perubahan postural. Penurunan tinggi badan tersebut
dikonversikan dalam ukuran gram menggunakan akan memengaruhi hasil perhitungan IMT; oleh sebab itu
daftar bahan makanan penukar dan dianalisis dengan dianjurkan menggunakan tinggi lutut (knee height) untuk
program nutri.survey 2005. menentukan secara pasti tinggi badan sesorang. Tinggi
3. 24-hour recall lutut tidak akan berkurang kecuali jika terdapat fraktur
Pasien mengingat semua makanan yang dikonsumsi tungkai bawah. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi
dalam 24 jam. Cara ini kurang akurat,tergantung badan sesungguhnya (lihat rumus)
ketrampilan penanya, keterbatasan daya ingat pada
' usia lanjut dan dipengaruhi variasi makanan dari hari
ke hari.
IMT = BB (Kg)
(TB)'z(meter)
4. Riwayat dlet
Riwayat diet diceritakan oleh pasien, yang dilakukan
oleh dietisien yang terlatih Tinggi badan (M) = 59,01 + (2,08 x tingi lutut)
Pengkajian asupan makanan tidak hanya ditanyakan Tinggi badan (D = 75,00 + (1,91 x tinggi lutut) - (Q17 x umur)
pada saat sebelum pasien dirawat, tetapi juga perlu
dikaji asupan makanan selama dalam perawatan.
Dokter bersama ahli gizi dan perawat (sebagai bagian Riwayat penurunan berat badan merupakan hal yang
dari Tim Terpadu Geriatri) memantau perkembangan penting dalam anamnesis pasien usia lanjut. Berdasarkan
asupan makanan pasien yang dirawat setiap hari. data da ri N utr itio n o I S c re e n in g I n itiative (N S l), penu ru nan
berat badan > 5% dalam 1 bulan atau > 7,5o/o dalamS
bulan, atau > 10% dalam 6 bulan dianggap bermakna
PEMERIKSAAN FISIK/ ANTROPOM ETRIK Beberapa studi menyatakan terdapat hubungan antara
turunnya berat badan dengan peningkatan risiko
Nilai-nilai antropometrik berhubungan erat dengan nutrisi, mortalitas.
lingkungan, kondisi sosiokultural, gaya hidup, status Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunEi-.
fungsional dan kesehatan. Pemeriksaan antropometrik kan timbangan yang dikalibrasi, de4gan memakai pakaian
merupakan hal esensial dalam penentuan malnutrisi pada ringan dan tanpa sepatu dengan mempertimbangkan
evaluasi nutrisi geriatri. beberapa faktor yang memengaruhi seperti edema, asites
dan kehilangan anggota tubuh. Pada pasien y'ang tidak
Berat Badan, Tinggi Badan dan lndeks Massa dapat berdiri pengukuran berat badan dilakukan dengan
Tubuh menggunakan upright bolonce beam scole atau wheelchc*
Berat badan merupakan prediktor kuat morbiditas dan scoLe, pada pasien imobilisasi pengukuran dilakukan
mortalitas pasien rawat inap. Berat badan cenderung dengan menggunakan bed scale. Alat pengukur tersebut
meningkat hingga akhir usia 60 tahun dan selanjutnya harus rutin dikalibrasi.
menurun secara bertahap. Malnutrisi dapat terjadi pada
usia lanjut yang overweight, yang perlu dicurigai bila Pengukuran Tebal Lipatan Kulit dan Massa Otot
ditemukan penurunan berat badan bermakna. Persentase lemak pada orang tua lebih besar dibanding usb
Pengukuran antropometrik pertama adalah mengukur muda. Proses menua juga memengaruhi distribusi lenrak
tinggi badan dan berat badan kemudian mengukur indeks dimana lemak pada tubuh dan intraabdomen meningkil
massa tubuh (lMT). lndeks massa tubuh dihitung dengan sementara pad"b ekstremitas kurang. Pengukuran lingkar
membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat lengan atas (LLA) dan lipatan triceps berkorelasi dengm
tinggi badan (dalam meter persegi). Menurut Nutritionol lemak tubuh pada orang usia lanjut dan merupaka
Survey lnitiotive (NSl) IMT normal 22-27, malnutrisi ringan perkiraan kasar simpanan lemak dan massa oto[-
IMT < 18,4 dan malnutrisi berat IMT < 16. Pemeriksaan lipatan kulit lebih sulit dilakukan dibandi4g,
Pada saat mengukur tinggi badan seseorang berusia pengukuran lingkar lengan atas dan butuh ketrampilan
lanjut, perlu diingat bahwa dalam perjalanan usianya
dapat terjadi pengurangan tinggi badan. Pengurangan Pemeriksaan Penanda Biokimiawi
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara Selain untuk identifikasi malnutrisi, penanda biokimiaufr
InIII TSI DI RUMAH SAKIT 469

,ffimtt untuk mendeteksi defisiensi mikronutrien dan Donini,dkk mendapatkan hasil sensitivitas dan spesifisitas
umtururk monitor efikasi intervensi nutrisi. Beberapa MNA adalah 960/o dan 98%. MNA telah divalidasi di
Nilrilnda biokimia yang dipakai antara lain serum albumin, berbagai negara dan berkorelasi dengan penilaian klinis
paulhumin, serum transferin, retinol binding protein dan dan indikator objektif status nutrisi lain seperti albumin
llffiS*ltr- Peneltian Kuzuya dkk menunjukkan bahwa serum dan lMT.
dhumfln pada pasien dengan ADL rendah tidak berkorelasi Uji keandalan di Perancis membandingkan MNA
dklnqnn parameter nutrisi lain seperti antropometrik dan dengan klinis, skala ADI- penanda biokimiawi sesuai dengan
hurosirorner SGA. klinis pada 89% responden sedangkan pengelompokkan
berdasarkan MNA dengan penanda biokimiawi sesuai
dengan klinis pada 88% responden.l5 Neumann dkk
MAPISAN STATUS NUTRISI melaporkan uji keandalan inter-rater pada pasien usia
lanjut di bangsal rehabilitasi di Australia didapat hasil
&herapa instrumen telah dikembangkan untuk men- interclass correlation coefficient (lCC) 0,833 yang berarti
doteksi adanya malnutrisi, berupa kuesioner self- memiliki korelasi baik sedangkan Bleda dkk di Spanyol
,6''Ersvnenf maupun yang harus dikerjakan oleh tenaga mendapatkan nilai ICC 0,89.
mediis, diantaranya : Penelitian yang dilakukan Ellen S (2009) di RSCM
pada 193 responden, mendapatkan penilaian status nutrisi
fr* Nutritionol Assessment (MNA) berdasarkan skor total MNA memiliki nilai keterandalan
il$ilil{A merupakan kuesioner yang terdiri atas 18 pertanyaan yang cukup baik, dengan nilai ICC 0,794 dan 0,750 untuk
Ituntffi.rk menilai dan mendeteksi adanya risiko malnutrisi, inter dan intraobserver. Hal tersebut menunjukkan MNA
lEnihagi menjadi menjadi 6 butir pertanyaan untuk skrining memiliki keterandalan yang baik untuk menilai status gizi
ntmnlrnutrisi dan dilanjutkan dengan 12 pertanyaan full pada usia lanjut.
llffilitAuntuk menilai status nutrisi. Pertanyaan pada MNA Kelebihan lain MNA adalah dapat mendeteksi orang
mrmmcakup antropometrik (penurunan berat badan, IML usia lanjut dengan risiko'malnutrisi sebelum tampak
rLllU[ dan lingkar betis), asupan makanan (asupan makanan perubahan bermakna berat badan dan protein. Nilai MNA
dan cairan, frekuensi makanan, dan kemampuan makan yang rendah merupakan prediktor lamanya perawatan dan
'sendiri), penilaian global (gaya hidup, obat-obatan, mortalitas tinggi.
rmmbilitas, ada tidaknya stres akut, demensia atau depresi)
dwr self-ossessrnenf (persepsi pasien tentang kesehatan Su bj ective G loba I Assessm e nt (SGA)
dan nutrisi). Skor 3 24 menunjukkan status nutrisi baik, lnstrumen ini memiliki sensitivitas 82o/o dan spesifisitas
rlior 17-23,5 menunjukkan risiko malnutrisi dan skor < 17 72o/o. Studi kesahihan mqnunjukkan bahwa hasilnya
rnlrlmnunjukkan malnutrisi. MNA selain mudah digunakan, tergantung pengalaman pelaksana dan sensitivitas
uidak mahal, memiliki sensitivitas 96o/o dan spesifisitas 98%. tergantung tanda fisik mikronutrien yang umumnya

:,:+ ;6r .
:i #r::

[ffi[[|""n w"ktu Pa,uh Pengaruh Usia Faktor Penyebab Peningkatan Faktor Penyebab Penurunan
Albumin 18 hari J0,8 g/L per dekade Panproteinemia Gagal jantung Sindrom nefrotik
Dialisis
lhansferin t hari Penurunan bertahap Defisiensi besi Hepatitis akut Penyakit hati lanjut Sindrom
Estrogen nefrotik Neoplasma
Flealbumin 2hari Tidak ada perubahan Gagal ginjal lnflamasi
bermakna Steroid Defisiensi besi
[etinol-binding 12jam Pria J Gagal ginjal Gagal hati lanjut
Prstein Wanita t "
Acute liver injury Defisiensi vitamin A
Hipotiroid
reF-1 2-4 jam 1,35-60% (dekade 4-9) Gagal ginjal Gagal hati
lnflamasi
Stres
CRP 4-6jam Tidak ada perubahan Trauma
Sepsis
Xolesterol ldekade 6-gKemudian J Hipotiroidisme Penyakit hati
Kreatinin urin J Diet tinggi protein Gagal ginjal
Steroid
470 NUTRISI KLINIK

baru nampak jelas pada keadaan lanjut, sehingga SGA atau pramurawat (care giver). Pengkajian paripurna yang
tidak dapat dipakai untuk deteksi dini, follow up maupun meliputi pengkajian status nutrisi pada setiap pasien usia
monitor dukungan nutrisi lanjut yang dirawat mutlak harus dilakukan agar diketahui
dan dideteksi adanya malnutrisi atau risiko mengalami
malnutrisi pada pasien-pasien tersebut. Selanjutnya
TATALAKSANA tatalaksana dapat diterapkan sesuai dengan masalah yang
dialami oleh pasien.
Tatalaksana malnutrisi pada usia lanjut memerlukan Tatalaksana meliputi tata laksa na u mu m, obat-obatan,
pendekatan multidisiplin dengan kerjasama interdisiplin, dan dukungan nutrisi (nutritional support). Secara umum
yang melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, dan keluarga pasien dikelola berdasarkan penyakit dan atau masalah-

M in i N utrit io n a t Assessm enf (Penil aian Nutrisi. M ini)


Penilaian Nutrisi Mini
Nama : Jenis Kelamin : L/ P Tgl :

Usia : thn BB:Kg TB:Cm


Tinggi Lutut : Cm
Nama Pewawancara/pemeriksa
Tuliskan angka penilaian dalam kotak. Jumlahkan nilai-nilai dalam kotak dan sesuaikan jumlah penitaian ke dalam Skor
lndikator Malnutrisi.

Pen ilaian Antropometri Nilai


1. lndeks Massa Tubuh : BB / TB (dlm m2)
a. <19 =0
b. 19-21 = 1

c. 21-23 =2
d. >23 =3
2. Lingkar lengan atas (cm)
a. <21 =0
b. 21- 22 = 0,5
c. >22 =1
3. lingkar betis (cm)
a. <31 =0
b. >31 =1
4. BB selama 3 bulan terakhir
a. Kehilangan BB > 3 Kg =0
b. Tidak Tahu = 1

c. Kehilangan BB anatara 1-3 Kg = 2


d. Tidak ada kehilangan BB =3

Penilaian Umum
5. Hidup tidaktergontung ( tidak di tempat perawatan atau rumah sakit)
a. Tidak
b. Ya =1
6. Menggunakan lebih dari 3 obat per hari
a. Tidak
b. Ya ='l
7. Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
a. Tidak =0
b. Ya =1
8. Mobilitas
a. Hanya terbaring atau di atas kursi roda =0
b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak ke luar rumah = 1

c. Dapat pergi ke luar rumah - 2


9. Masalah Neuropsikologis
a. Demensia berat dan depresi =0
b. Demensia ringan = 1

c. Tidak ada masalah psikologis = I


iIfi{.fiUTRISI DI RUMAH SAKIT 471

f[ ltyeri tekan atau luka kulit


a- Ya =0
b. Tidak = 1

x1. Berapa banyak daging yang dimakan setiap hari?


a. lx makan = 0
b. 2x makan = 1
c. 3x makan = 2
!2 " Asupan protein terpilih
a Minimal 1x penyajian produk-produk susu olahan (susu, keju, yoghurt, es krim, dll)
per hari
oYa
o Tidak
b. Dua atau lebih penyajian produk -produk kacang-kacangan (tahu, tempe, susu
kedelai, dll) dan telur perminggu.
oYa
o Tidak
c. Daging, ikan dan unggas tiap hari (ayam, sapi, kambing, kerbau, kerang-kerangan,
teri, burung, dll).
oYa
o Tidak
Untukjawaban no. 1.0
2.0,5
-at
13- Konssmsi 2 atau lebih penyajian sayuran atau buah-buahan per hari
Tidak
a. = Q
b.ya = 1

t4- Bagaimana asupan makanan 5 bulan terakhir karena hilangnya nafsu makan,
nrasalah pencernaan, atau kesulitan menelan.
a. Kehilangan nafsu makan yang berat =0
b. Kehilangan nafsu makan sedang =1
c. Tidak kehilangan nafsu makan =2
115. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu, dll) yang dikonsumsi per hari.
a. <3cangkir =0
b. 3-5 cangkir = 1
c. >5cangkir =2
15. Fola Makan
a. Tak dapat makan tanpa bantuan =0
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1

c. Dapat makan sendiri tanpa masalah =2

Penilaian Diri
!7. Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah gizi?
a. Malnutrisi berat =0
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1

c. Tidak ada masalah gizi =2


'!lS.Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, bagaimana mereka
mrilai kesehatan mereka sekarang?
a. Tidak baik =0
b. Tidak tahu = 0,5
c. Baik = 1

d. Lebih baik =2
Total Penilaian
(Maksimal 30 poin)
Shor lndikator Malnutrisi :
*cr 24 = gizi baik
Skor 17 - 23,5 = berisiko malnutrisi
Skor<17 =malnutrisi
472 NUTRISI KLINIX

masalah yang diderita. Perlu dipahami, pada umumnya REFERENSI


pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit meng-
alami berbagai macam penyakit (tidak satu penyakit) Stratton RJ, Green C], Elia M. Disease related malnutrition : an
evidence basal approach to treatment. Oxford: CABI,2003
dan masalah kesehatan. Penyakit dan masalah kesehatan
Milne AC, PotterJ, Avenell A. Proteinand energy supplementation
tersebut harus dikelola secara komprehensif dan ter- in elderly people at risk from malnutrition. Cocrane Datbase
integrasi oleh tim terpadu geriatri atau tim kesehatan of systematic review 2005, Issue 1, Art No.: CD003288.
yang terlibat, jangan sampai terjadi polifarmasi yang justru pub2.
Kuzuya M, Kanda S, Koike T, Suzuki Y, Satake S, Iguchi A.
akan memperburuk kondisi pasien. Perlu dipertimbangkan Evaluation of Mini-Nutritional Asessment for |apanese frail
sbmua jenis obat yang diberikan, efek sampingnya ter- elderly. Nutrition 2005 ;21.:498 -503
hadap pasien, termasuk terhadap nafsu makan pasien Omran ML, Salem P. Diagnosing undernutrition. Clin Geriatr
Med 2002; 18:71936.
yang mungkin sudah kurang baik.
Kagansky N, Berner Y. Koren-Morag N, Perlman L, Knobler
Dukungan nutrisi amat penting diperhatikan dan H, Levy S. Poor nutritional habits are predictors of poor
dievaluasi secara seksama dan teratur selama perawatan. outcome in very old hospitalized patients. Am I Clin Nutr
2005;82:784-91,.
Cara pemberian nutrisi harus disesuaikan dengan kondisi
lntan M. Studi pendahuluan indeks risiko gizi dan status gizi
pasien. Pada awal atau selama perawatan, pasien mungkin geriatri di instalasi rawat inap B dan poliklinik geriatri
memerlukan nutrisi parenteral total, mungkin juga RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Akademi Gizi Yayasan
kombinasi nutrisi parenteral dan enteral, atau cukup nutrisi RS MH Thamrin Jakarta" 2001:25
Wallace ]I. Malnutrition and enteral/parenteral alimentation-
enteral atau nutrisi per oral, sangat tergantung pada situasi
ln'. Hazzard's Geriatric Medicine and Gerontology. Editor :
dan kondisi kesehatan pasien. Jumlah, jenis, komposisi Halter JB, Ouslander |G, Tinetti ME, Studenski S, High KP,
nutrisi yang diberikan juga perlu diperhatikan dan dihitung Asthana S. 6th ed. Mc Graw Hill.2009 :469-81,
Sullivan HD, Johnson LE. Nutrition and aging. In: Hazzatd's
dengan baik, apapun bentuk nutrisi yang diberikan.
Geriatric Medicine and Gerontology. Editor : Halter fB,
Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthara S
6th ed. Mc Graw Hill. 2009 :439-57.
Omran ML, Morley ]E. Assessment of protein energy malnutritim
KESIMPULAN
in older persons, part I: hidtory, examination, body
composition, and screening tools. Nutritiory 2000; 16: 50{3
Malnutirisi khsusunya kurang nutrisi (undernutrition) di USDA (United State Departement of Agricultural). NutrientDate
rumah sakit merupakan masalah yang sering dialami oleh Bank System 2006, diunduh dari http:www.ars.usda.gov/
eservices/ docs.htm/ docid
pasien, khsusunya pasien berusia lanjut. Berbagai masalah
Bales CW, Ritchie CS. The elderly. In : Modern nutrition in health
kesehatan akut maupun kronik, gangguan fisik maupun and disease. 10th ed.Lippincott Willians & Wilkins. 2ffk
mental psikologi-kognitif dapat memicu timbulnya 843-57.
masalah malnutrisi tersebut. Gangguan nutrisi tersebut Garcia SC, Pena CG, Duque-Lopez MX, Cedillo TJ, Cortez-
Nunez A& Reyes-Beaman S. Anthr-opometric measures and
akan berdampak buruk pada status kesehatan usia lanjut nutritional status in a healthy elder$ population. BMC Publk
dan menimbulkan komplikasi yang meningkatkan lama I{ealth2007;7t1-9
penyembuhan, lama perawatan, mortalitas dan morbiditas. KrzuyaM,lzawa I Enoki tI, Okada I( Iguchi A. Is serdrn albumim
a good marker for malnutrition in the physically impairnrenf
Utnuk itu, pengkajian paripurna yang meliputi pengkajian
elderly ? Clin Nutr 2007; 26:84-90
status nutrisi perlu dilakukan sejak dini. sejak awal pasien Donini LM, Savina C, Rosano A et al. J Nutr Health Agirg
masuk rumah sakit dan secara berkala dikerjakan selama 2003;7:282-93.
pasien dirawat hingga menjelang pemulangan pasien Guigoz Y, Lauque I Vellas B]. Identifying the elderly at risk fu
malnutrition. The Mini Nutritional assessment. Clin Ger lvdedi
ke rumah. Pengkajian Nutrisi Mini (Mini Nutritionol 2002;18:737-57
assessment) dapat digunakan untuk mengkaji status nutrisi Neumann SA, Miller MD, Daniels LA, Ahern M, Crotty M. lvfri
pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit. Nutritional Assessmmt in geriatric rehabilitation: inter-r&
reliability and relationship to body composition and nutritiuC
Tatalaksana yang komprehensif dan terintegrasi harus
biochemistry. Nutrition & Di etenccs 2007 ;64:17 9 -85
dilakukan pada semua pasien usia lanjut yang dirawat, Bleda MJ, Bolibar I, Pares R, Salva A. Reliability of the mini
termasuk tatalaksana nutrisinya. Untuk itu diperlukan nutritional assessment (MNA) in institutionalized eldedy
people. The foumal of Nutritiory Health & Aglng2002ffi
kerjasama yang baik antar sesama petugas kesehatan
134-37.
yang terlibat, termasuk ahli gizi, dan juga yang tidak kalah Ellen S. Uji Keandalan Mini Nutritional Assessment untuk mernjld
penting adalah peran keluarga dan atau pramurawat status nutrisi pada usia lanjut. Tesis. Orogram Sudi Ilm
selama perawatan berlangsung. Penyakit Dalam FK UI 2009
Barraco F, Moreno JB, Borlenghi C, Aquino L. Subjective Glohd
Assessment in the clinical setting. I Par Ent Nutr 20O71ft
406-9
BIB I
ALERGI 6T IMONOLOGI KLINIK

Piosedur Diognostik
Penyokit Alergi473

nsmo.rnronkiol4TS, ,

Asmo Akibot Kerjo 48?


Urtikorio don
Angioedemo 495
Rinosinusitis Alergi 504

AlergiMokonon 508
Alergi Obot 513
Voskulitis 519

Penyokit Kompleks lmun


525

llillu PtllnKI DAl[il Edisi Yt2014


62
PROSEDUR DIAGNOSTIK PENYAKIT ALERGI
Azhar Tanjung, EvY Yunihastuti

IENDAHULUAN pasien yang gejalanya timbul sesudah 40 tahun


kurang dari 40% yang menunjukkan sensitivitas
Fen',yakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering terhadap alergen'
dij[r.rmpai di masyarakat. Diperkirakan 10-20% penduduk Karakter, lama, frekuensi dan beratnya gejala'
pen"nah atau sedang menderita penyakit tersebut. Alergi Urtikaria akut lebih mungkin disebabkan oleh alergen
dapat menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang dibandingkan urtikaria yang kronik. Frekuensi dan
sering terkena adalah saluran napas, kulit, dan saluran beratnya gejala dipedu"kan untuk menentukan apakah

@n'rcerflaafl. Samsuridjal dan kawan-kawan melaporkan


diperlukan pengobatan terus-menerus atau hanya
penyakit alergi yang sering dijumpai di Bagian Penyakit saat timbulnYa gejala.
D'ai,am RSCM Jakarta adalah asma, rinitis, urtikaria, dan Saattimbulnya gejala. Apakah keluhan paling hebat di
diergi makanan. Di Medan, Tanjung A melaporkan bahwa waktu pagi, siang, malam, atau tidak menentu' Alergi
mmnifestasi klinis pasien alergi saluran napas adalah rinitis dapat intermiten, setiap tahun, atau berhubungan
.41 9%, asma 30,60/o, asma dan rinitis 25%, serta batuk dengan musim. Di lndonesia, karena tidak ada
*nranik 5%. musim guguri semi, atau panas, keluhan lebih banyak
Agar penanganan pasien alergi lebih tepat dan terarah, menetap sepanjang t€ihun. Gejala yang menetap
,dip,rlukan diagnosis tepat dan cepat supaya komplikasi sepanjang tahun biasanya dihubungkan dengan
oihfrpat dihindari. Bila seorang pasien yang datang dengan aeroalergen seperti tungau debu rur4ah, kecoa, jamu;
@c.rrigaan menderita penyakit alergi, langkah pertama atau serpihan kulit binatang peliharaan.
imarus ditentukan terlebih dahulu apakah pasien memang d. Pekerjaan dan hobi. Keluhan pasien dapat saja timbul
nnrenderita alergi. Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan- saat berada di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja'
pe,arneriksaan dalam rangka mencari alergen penyebab, Sekitar 5% kasus asma berhubungan dengan tempat
sea,iin juga faktor-faktor lton alergik yang mempengaruhi kerja. Demikian juga dengan kejadian pajanan lateks,
ttffrll',n bu| nya geja Ia. binatang percobaan, atau produk kimia di tempat
kerja.
Bagaimana perjalanan penyakit dari permulaan
f,TWAYAT PENYAKIT sampai sekarang, apakah bertambah baik, tidak
berubah, atau bertambah berat. Bagaimana pengaruh
Pada anamnesis umumnya ditanyakan hal-hal seperti pengobatan sebelumnYa.
lm,rikut: Adakah jangka waktu paling lama tanpa serangan,
a Kapan gejala timbul dan apakah mulainya mendadak bilamana dan di mana.
atau berangsur. Umur permulaan timbulnya gejala Apakah timbul keluhan setelah mengeluarkan
dapat menuntun kita untuk membedakan apakah tenaga.
kondisi tersebut diperantarai lgE atau tidak' Sebagai Faktor-faktor yang mempengaruhi serangan penti ng
contoh, lebih dari 90% pasien dengan gejala ditanyakan dalam rangka penanganan pasien,
rinitis yang sudah muncul sebelum umur 10 tahun misalnya faktor musim, faktor tempat, faktor hewan,
rnenunjukkan tes kulit yang positif, sedangkan pada faktor kelelahan, kurang tidur; pergantian cuaca, hawa

473
474 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX

dingin. debu, makanan, obat, emosi, kehamilan, asap, dengan penyakit atopi, dan kadangkaladisebabkan
bau-bauan, dan lain-lain. pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka
i. Kebiasaan merokok, dan berapa batang sehari. lama. Pada rinitis alergi dapat dijumpai oLlergic shiners,
j. Dalam usaha mencari alergen, hubungan antara yaitu daerah di bawah palpebra inferior yang menjadi
gejala alergi dengan waktu dan tempat sangat gelap dan bengkak
penting. Dengan mengenal timbulnya gejala pada
waktu tertentu, kecurigaan akan penyakit alergi lebih Telinga
dipertegas. Begitu juga halnya dengan faktor tempat. Telinga tengah dapat merupakan penyulit penyakit alergi
Dalam hal ini kita harus mempunyai pengetahuan saluran napas, perlu dilakukan pemeriksaan membran
dengan alergen sekeliling pasien. timpani untuk mencari otitis media. Demikian juga dengan
Untuk itu yang ditanyakan adalah tentang: sinus paranasal berupa sinusitis yang dapat diperiksa
- keadaan rumah, apakah sudah tua, masih baru, secara palpasi dan transiluminasi.
dan kelembabannya
, kamar tiduI karena di tempat ini banyak dijumpai Hidung
D. pteronyssinus Pada pemeriksaan hidung bagian luar di bidang alergi
- keadaan sekeliling pasien, apakah banyak hewan ada beberapa tanda yang sudah baku, walaupun tidak
peliharaan seperti anjing, kucing, burung, dan patognomonik, misalnya: ollergic salute, yaitu pasien
sebagainya. dengan menggunakan telapak tangan menggosok
k. Pada pasien asma atau alergi saluran napas lain ujung hidungnya ke arah atas untuk menghilangkan rasa
ditanyakan juga tentang dahak: jumlahnya (banyak, gatal dan melonggarkan sumbatan; ollergic creose, gais
sedang, sedikit), warnanya (putih, kuning, hijau), melintang akibat lipatan kulit ujung hidung; kemudian
kekentalan (encer, kental). allergic focies, terdiri dari pernapasan mulut, allergk
l. Pengaruh terhadap kualitas hidup. Apakah keluhan shiners, dan kelainan gigi-geligi.
tersebut mempengaruhi pekerjaan, absensi sekolah, Bagian dalam hidung diperiksd dengan menggunakan
mengganggu aktivitas olahraga atau hobi lainnya, spekulum hidung dengan bantuan senter untuk menild
atau mengganggu tidur. warna mukosa, jumlah dan bentuk sekret, edema,
m. Perlu juga ditanyakan riwayat alergi pada keluarga, polip hidung, dan abnormalitas anatomi seperti deviai
apakah ada keluarga sedarah yang menderita asma, septum.
rinitis, eksim, alergi makanan, atau alergi obat.
Mulut dan Orofaring
Pemeriksaan ditujukan untuk menilai eritema, edem4
PEMER!KSAAN FISIS hipertrofi tonsil, posf nosol drip. Pada rinitis alergi, serirg
terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema, atau
Pemeriksaan fisis yang lengkap harus dibuat, dengan keduanya. Oroltrush juga perlu diperhatikan pada pasien
perhatian ditujukan terhadap penyakit alergi bermanifestasi yang menggunakan kortikosteroid inhalasi. Palatum yaqg
kulit, konjungtiva, nasofaring, dan paru. Kalau seseorang cekung ke dalam. dagu yang kecil, serta tulang maksiLt
datang dengan keluhan hidung, maka perhatian lebih yang menonjol kadang disebabkan oleh penyakit alergf
lanjut ditujukan lagi terhadap pemeriksaan hidung dan yang kronik.
kerongkongan, baik dari luar maupun dari dalam rongga
hidung. Dada
Diperiksa secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
Kulit baik terhadap organ paru maupun jantung. Pada waku
Seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi,
kronik seperti ekskoriasi, bekas garukan terutama daerah penggunaan otot bantu pernapasan dan mengfn
pipi atau lipatan-lipatan kulit daerah fleksor. Kelainan sedangkan dalam keadaan normal mungkin tidat
ini mungkin tidak dikeluhkan pasien, karena dianggap ditemukan kelainan.
tidak mengganggu ataupun tidak ada hubungan dengan
penyakitnya. Lihat pula apakah terdapat lesi urtikaria, Pemeriksaan Lain
angioedema, dermatitis, dan likenifikasi. Jangan lupa memeriksa tekanan darahnya, karena tekana
sistolik yang rendah (90- 1 1 0 mmH g) sering diju mpai padr
Mata penyakit alergi. Pada pengguna kortikosteroid perlu diniH
Diperiksa terhadap hiperemia konjungtiva, edema, sekret strioe, obesitas, miopati, hipertensi, dan efek samping
mata yang berlebihan dan katarakyang sering dihubungkan kortikosteroid lain nya.
reEDUR DIAGNOSIS PENYAKIT ALERGI 475

KSAAN LABORATORI U M Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan jika tes kulit tidak
'EMERI dapat dilakukan, misalnya pada penyakit kulit yang luas,
renr*eriksaan laboratorium hanya memperkuat dugaan pasien tidak dapat menghentikan pengobatan, atau pada
doar.ya penyakit alergi, jadi tidak untuk menetapkan kasus alergi berat.
miagnosis. Selain itu, pemeriksaan laboratorium juga
tico,rai untuk pemantauan pasien, misalnya untuk menilai
umc,ulnya penyulit penyakit dan hasil pengobatan. TES KULIT

Tes kulit sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit


"hmlah Leukosit dan Hitung Jenis Sel
uma penyakit alergijumlah leukosit normal, kecuali kalau alergi, telah dilakukan sejak lebih 100 tahun yang lalu,
user-tai infeksi. Eosinofilia sering dijumpai tetapi tidak karena cara pelaksanaannya cukup sederhana dan terbukti
Wesrfrk, sehingga dapat dikatakan eosinofilia tidak identik mempunyai korelasi yang baik dengan kadar lgE spesifik
:ffineon alergi. Pada penyakit alergi, eosinofilia berkisar atau dengan tes provokasi. Tujuannya adalah untuk
amruara 5-15% beberapa hari setelah pajanan alergen, menentukan antibodi lgE spesifik dalam kulit pasien,
mapi pada pasien dengan pengobatan kortikosteroid yang secara tidak langsung menggambarkan adanya
,uasat tim bu I eosi nopenia. Eosi nofilia meru pakan petanda antibodi yang serupa pada organ yang sakit. Tes kulit
lrrrpersensitivitas dan beratnya hipersensitivitas tersebut. hanya dilakukan terhadap alergen atau alergen-alergen
Selain itu harus dipikirkan penyakit lain, misalnya infeksi lain yang dicurigai rnerupakan penyebab keluhan pasien
Sffiasit, keganasan, imunodefisiensi, akibat radioterapi, dan terhadap alergen-alergen yang ada pada lingkungan
penyakit jantung bawaan, dan lain-lain. Sel eosinofil pasien. Di bidang alergi, cara-cara tes kulit yang dilakukan
rmr:-'nal, untuk dewasa 0-450 sel/mm3. adalah prick test. scrotch test, friction test, patch fesf dan
introdermol fesf. Di antara berbagai tes ini yang lebih
!C Eosinofil pada Sekret Konjungtiva, Hidung disukai adalah cara prick test, karena mudah melakukannya,
&n Sputum murah, spesifik dan aman."Menurut laporan yang ada di
Sernasa periode simtomatik sel eosinofil banyak dalam sekret, lndonesia, prick testini hampir tidak pemah menimbulkan
mapi kalau ada infeksi, sel neutrofil yang lebih dominan. efek samping . Potch fest biasanya dilakukan pada pasien
dermatitis kontak. Selanjutnya yang dibicarakan adalah
lcnrm lgE Total tes prick (tes tusuk) dan tes patch (tes tempel).
lM.eningkatnya serum lgE total menyokong adanya
pernyakit alergi, tetapi sayang hanya didapatkan pada Tes Tusuk (Prick Test)
senrtar 60-80% pasien. Sebaliknya peningkatan kadar lg E Mula-mula kulit bagian volar d-ari lengan bawah dibersihkan
mltal inijuga dijumpai pada penyakit lain misalnya infeksi dengan alkohol, biarkan hinijga kering. Tempat penetesan
prarn'asit, sirosis hati, monokleosis, penyakit autoimun, alergen ditandai secara berbaris dengan jarak 2-3 cm di
lffinnfsrns, HIV dan lain-lain. Oleh karena itu pemeriksaan atas kulit tersebut. Teteskan setetes alergbn pada tempat
sen:m lg E total saat ini mulai ditinggalkan, kecuali pada: yang disediakan, juga kontrol positif (larutan histamin
al Ramalan alergi pada anak yang orang tuanya menderita fosfat 0.1%) dan kontrol negatif (larulan phospote-buffered
penryakit alergi, b) Ramalan alergi pada anak dengan soline dengan fenol 0.4%). Dengan jarum disposibel ukuran
hrcnkiolitis, c) Membedakan asma dan rinitis alergik 26, dilakukan tusukan dangkal melalui masing-masing
dengan non alergik, d). Membedakan dermatitis atopik ekstrak yang telah diteteskan. Jarum yang digunakan harus
enEan dermatitis lainnya, e). Diagnosis dan pengelolaan baru pada tiap-tiap tusukan pada masing-masing tetesan
setanjutnya aspergilosis bronkopu moner a lergi k.
I untuk menjaga supaya alergen jangan tercampur. Tusukan
dijaga jangan sampai menimbulkan perdarahan.
lg E Spesifik Pembacaan dilakukan setelah 15-20 menit dengan
Dllakukan untuk mengukur lgE terhadap alergen tertentu mengukur diameter bentol dan eritema yang timbul, juga
serara in vitro dengan cara RAST (Radio Allergo Sorbent pseudopoda yang terjadi. Hasil yang negatif, didapatkan
;esti atau ELISA (Enzym Linked lmmuno Sorbent Assoy). bila hasiltes sama dengan kontrol negatif. Hasil tes positif
t.erntungan pemeriksaan lg E spesifik dibandingkan dinilai berdasarkan bentol atau eritema dengan penilaian
:les kulit adalah risiko pada pasien tidak ada, hasilnya sebagai berikut:
n:antitatif, tidak dipengaruhi obat atau keadaan kulit, . Hasil negatif = sama dengan kontrol negatif
aiergen lebih stabil. Sedangkan kerugiannya adalah . Hasil +1 = 25o/o dari kontrol positif
lrnnehal, hasil tidak segera dapat dibaca, kurang sensitif
. Hasil +2 = 50o/o dari kontrol positif

:inanding tes kulit. Untuk alergi makanan, pemeriksaan . Hasil +3 = 1007o dari kontrol positif

r-.rr kurang mendukung, bahkan jika dibandingkan tes kulit. . Hasil +4 = 200o/o dari kontrol positif
476 ALERGI DAN IMUNOLOGI KTINIK

Harus diingat sebelum melakukan tes kulit. pasien gejala. Tes ini hanya dilakukan jika terdapat kesulitan
diminta menghentikan konsumsi beberapa obat. diagnosis dan ketidakcocokan antara gambaran klinis
Sebagian besar antihistamin generasi pertama harus dengan tes lainnya. Tes provokasi yang dapat dilakukan
dihindari minimal 72 jam sebelum tes, sedangakan untuk adalah tes provokasi nasal, tes provokasi bronkial, tes
antihistamin generasi kedua harus dihentikan minimal provokasi konjungtival, tes eliminasi dan provokasi
satu minggu sebelumnya. Pemakaian kortikosteroid terhadap makanan.
sistemikjangka singkat dosis rendah (< 20 mg prednison)
dihentikan 3 hari, dosis tinggi harus dihentikan 1 minggu. Tes Provokasi Nasal
Sedangkan pemakaian kortikosteroid jangka lama perlu Pada tes ini alergen diberikan pada mukosa hidung baik
dihentikan minimal 3 minggu sebelum dapat dilakukan dengan disemprotkan atau mengisap alergen yang kering
tes. Untuk kortikosteroid topikal cukup dihentikan 1 melalui satu lubang hidung sedang lubang hidung yang
hari menjelang tes. Obat lain yang juga harus dihindari lain ditutup. Tes dianggap positif bila dalam beberapa
adalah antidepresan trisiklik -2 minggu sebelum tes) dan
(1 menit timbul bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, batuk,
beta adrenergik (1 hari sebelumnya). Teofilin, obat-obat atau pada kasus yang berat menjadi gejala sama. Pada
simpatomimetik, dan sodium kromoglikat karena tidak pemeriksaan mukosa hidung, tampak bengkak sehingga
menghalangi reaksi tes kulit, tidak perlu dilarang. menyumbat rongga hidung.

Tes Tempel (Patch Test) Tes Provokasi Bronkia!


Dilakukan dengan cara menempelkan suatu bahan yang Pasien asma umumnya mempunyai kepekaan yang
dicurigai sebagai penyebab dermatitis alergi kontak. Jika berlebihan terhadap berbagai rangsangan, baik bersifat
pada penempelan bahan kulit menunjukkan reaksi, mungkin alergen maupun non alergen (kegiatan jasmani, bahan-
pasien alergi terhadap bahan tersebut, ataupun bahan atau bahan kimia, perubahan cuaca dan lain-lain). Untuk
benda lain yang mengandung unsur tersebut. melakukan tes provokasi diperlukarin alat-alat yang
Bahan dan konsentrasi yang sering digunakan pada cukup rumit, tenaga yang berp€ngalaman dan sebaiknya
tes tempel adalah benzokain 57o, merkapto benzotiazol dilakukan di rumah sakit untuk menjaga kemungkinan
1 %, ko lofoni 20%, p.fen i lend ia m n 1o/o, imidazolid i n i I u rea
i terjadinya penyulit (obstruksi laring, trakea atau bronkus)
2o/o, sinamik aldehid 1%, lanolin alkohol 30%, karbamiks dapat diatasi segera.
3%, neomisin sulfat 20%, tiuran miks 1%, etilendiamin Banyak cara untuk menimbulkan serangan asma,
dihidroklorid 1%. epoksi resin 1o/o, quatemium 15,2%, tetapi yang paling sering dipahai adalah tes kegiatan
p.tert butifenol formaldehid resin 1%, merkapto mixlo/o, jasmani (exercise induced-osthmo), tes inhalasi antigerl
block rubber mix 0,60/o, potasium dikronat 0,25o/o, balsam tes inhalasi metakolin dan tes inhAlasi histamin.
of Peru 25%, nikel sulf at 2,5o/o. Tes kegiatan jasmani. Kegiatan jasmani dapat
Cara melakukan tes tempel yaitu bahan-bahan yang menimbulkan serangan asma. Sutopo dan kawan-kawan
akan dites ditaruh pada kertas saring, yang diletakkan di atas (1984) melaporkan 42o/o pasien asma mem6erikan tes
lembaran impermeabel. Kemudian ditempelkan pada kulit kegiatan jasmani positif.
dengan plester: Tempat pemasangan bisa di punggung. Tes inhalasi antigen. Pada tes ini diperlukan al*
Pembacaan dilakukan setelah 48 jam. Sesudah plester yang dapat menyemprotkan larutan yang mengandurg
dilepas kemudian pasien diminta menunggu selama antigen dalam jumlah yang tetap pada setiap semprotil
r/z-1 jam, dengan maksud menghilangkan adanya faktor (dosimeter) dan besar partikelnya harus sangat kecil anta'e
tekanan pada kulit. Sebaiknya pembacaan diulangi 96 jam 1-3 rnikron-
sesudah pemasangan tes karena reaksi alergi muncul lebih Tes inhalasi histamin dan metakolin. Tes inhalasi
jelas sesudah 96 jam. histamin dan metakolin banyak dipakai untuk menentukm
. 0 = tidak ada reaksi reaktivitas saluran napas., bahkan dianjurkan sebagai sal*
. +/- = eritema ringan, meragukan satu kriteria diagnosis asma. karena lebih 907o pasim
. 1+ = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan) memberikan reaksi yang kuat terhadap tes ini.
. 2+ = reaksi kuat (papular eritema dengan edema)
. 3+ = reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)
PEMERI KSAAN-PEMERIKSAAN tAI N

TES PROVOKASI 1. Spirometri, untuk menentukan obstruksi saluran napr


baik beratnya maupun reversibilitasnya, serta unt*
Tes provokasi adalah tesalergi dengan cara memberikan menilai hasil pengobatan asma (monitoring).
alergen secara langsung kepada pasien sehingga timbul 2. foto dada. untuk melihat komplikasi asma dan ficf
reE'UR DIAGNOSIS PENYAKIT ALERGI 477

sinus paranasal untuk melihat komplikasi rinitis. Bila


ada kecurigaan rinitis akut maupun kronik maka
Ciperlukan pemeriksaan sco n n ing sinus.
furneriksaan tinja, untuk melihat cacing dan telurnya
gada kasus urtikaria yang tidak bisa diterangkan, dan
:ain-lain.
qju endap darah normal pada penyakit atopi. Kalau
mju endap darah meninggi kemungkinan disertai
irnfeksi.
Tes penglepasan histamin dari basofil
Anti-tripsin alfa 1.
,gG, lgA, tes kompleks imun dan stimulasi limfosit.

ilEFERENS!

ffim,mnmieu'icz M, Beltrani VS. Atopic dermatitis and contact


,iermatitis. In: Adelman DC, Casale TB, Corren J, editors.
N[,anual of allergy and clinical immunology. 4'h edition.
Fhiladelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.p.L65-86.
mkm$h B Piette V Bousquet |. In vivo methods {or the study of
dlmgy: skin tests, techniques and interpretation. In: Adkinson
\F, Yunginger jW, Busse WW, Boschner BS, Holgate ST,
Simmons FER, editors. Middleton's allergy: principles
and practices. 6ft edition. St Louis: Mosby-Year Book, Inc;
S03.p.632-43.
lhnlum SR, Church MK. Principles of allergy diagnosis. In:
Flolgate ST, Church MK, Lichtenstein LM, editors. Allergy.
]d edition. London: Mosby Int, Ltd;200L. p.3-16.
- ,IE Peters SP. Bronchial provocation testing. In: Adkinson NF,
.I
unginger |W, Busse WW, Boschner BS, Holgate ST, Simmons
FER, editors. Mddletonls allergy: principles and practices. 6ft
er.lition. St Louis: Mosby-Year Book, Inc;2003. p.657-67.
flsmuilton RG. Clinical laboratory assessment of IgE-dependent
hrpersensitivity. I Allergy Clin Immunol . 2003;11L:5687 -
:ul.
LliM"lilton R. Laboratory tests for allergic and immunodeficiency
diseases. In: Adkinson NF, Yunginger jW, Busse WW,
Boschner BS, Holgate ST, Simmons FE& editors. Middleton's
allergy: principles and practices. 6s edition. St Louis: Mosby-
)'ear Book, Inc; 2003.p.611,-32.
lLacupelle JlvI, Maibach HI. Patch testing prick testing: a practical
guide. Berlin-Heidelberg: Springer-Verla g; 2003.
*,ur iii- -{llergy testing. Am Fam Physician. 2002;66:62'1,4,6.

S\philasingam K. Nasal provocation testing. In: Adkinson NF,


Yunginger |W, Busse WW, Boschner BS, Holgate ST, Simmons
FER, editors. Middleton s allergy: principles and practices. 6e
elition. St Louis: Mosby-Year Book, lr.c; 2003.p.6&56.
furiE I. Allergy diagrrosis. In: Ring ], editor. Allergy in practice.
Berlin-Heidelberg: Springer-Verlag; 2005. p. 60-73.
$imoiro AM, Bochner BS, Saini SS. Immediate hypersensitivity:
approach to diagnosis. In: Adelman DC, Casale TB, Corren
I. efitors. Manual of allergy and clinical immunology.4h ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.p.2443.
ttmlEinger IW, &lstedt S, Eggleston PA, Hornburger HA, Nelson
FIS, Ownby D& et al. Quaatitative IgE antibody assays in
allergic diseases. J Allergy Clin Immunol. 2000;105:1077-84.
63
ASMA BRONKIAI
Heru Sundaru, Sukamto

PENDAHULUAN lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan
prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga
Meskipun asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang berbeda-beda antara satu kota dengan kota yang lain d
lalu, para ahli masih belum sepakat mengenai definisi negara yang sama. Di lndonesia prevalensi asma berkisa
penyakit tersebut. Dari waktu ke waktu definisi asma antara 5 -7o/o.
terus mengalami perubahan. Definisi asma ternyata
tidak mempermudah membuat diagnosis asma,
sehingga secara praktis para ahli berpendapat: asma KLAS!FIKASI
adalah penyakit paru dengan karakteristik: 1). obstruksi
saluran napas yang reversibel (tetapi tidak lengkap pada Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asrn
beberapa pasien) baik secara spontan maupun dengan yang lain. Dahulu dibedakan asma alergik (ekstrinsik) da
pengobatan; 2). inflamasi saluran napas; 3). peningkatan non-alergik (intrinsi k). Asma alergi k terutama munculnye
respon saluran napas terhadap berbagai rangsangan pada waktu kanak-kanak, mekanisme serangannF
(hipereaktivitas). melalui reaksi alergi tipe I terhadap alergen. Sedangka
Obstruksi saluran napas ini memberikan gejala-gejala asma dikatakan asma intrins.ili bila tidak ditemukm
seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Penyempitan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergeau
saluran napas pada asma dapat terjadi secara bertahap, Namun klasifikasi tersebut pada prakteknya f,dak mud*
perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan dan sering pasien mempunyai kedua sifat alergik da
tetapi dapat pula terjadi mendadak, sehingga menimbulkan non-alergik, sehingga Mc Connel dan Holgate memhagi
kesulitan bernapas yang akut. Derajat obstruksi dipengaruhi asma dalam 3 kategori, yaitu: 1). asma ekstrinsik, 2). asrn
oleh diameter lumen saluran napas, edema dinding intrinsik, 3). asma yang berkaitan dengan penyakit pa
bronkus, produksi mukus, kontraksi dan hipertrofi otot obstruktif kronik. Selanjutnya Global lnitiative for
polos bronkus. Diduga baik obstruksi maupun peningkatan (GINA) mengajukan klasifikasi asma intermiten
respon terhadap berbagai rangsangan didasari oleh persisten ringan, sedang dan berat. Baru-baru ini,
inflamasi saluran napas. melakukan klasifikasi asma menjadi 'l). asma terkontrol
asma terkontrol sebagian, dan 3). asma tidak
berdasarkan gejala siang/ malam, aktivitas,
PREVALENSI obat pelega;'serta eksaserbasi.

Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor; antara lain


jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan, PATOGENESIS
serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan
prevalensi anak laki-laki berbanding anak perempuan Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma
1,5:1, tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut diketahui dengan pasti, namun berbagai penelitian
lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah i
lebih banyak dari laki'laki. Umumnya prevalensi asma anak dan respons saluran napas yang berlebihan.
,mlnoxIAL 479

kE sebagai Penyakit lnflamasi Kerusakan epitel. Salah satu konsekuensi inflamasi


;ilEma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi adalah kerusakan epitel. Pada asma kerusakan bervariasi
*q:an napas. lnflamasi ditandai dengan adanya kalor dari yang ringan sampai berat. Perubahan struktur ini
ilfficmas karena vasodilatasi), rubor (kemerahan karena akan meningkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi
,umdilatasi), tumor (eksudasi plasma dan edema), dolor serta mengakibatkan iritasi ujung-ujung saraf autonom
ilfrt sakit karena rangsangan sensoris), danfunctio laeso sering lebih mudah terangsang. Sel-sel epitel bronkus
yang terganggu). Akhir-akhir ini syarat terjadinya
lfilfiumgsi sendiri sebenarnya mengandung mediator yang dapit
rnffiig harus disertai satu syarat lagi yaitu infiltrasi sel- bersifat sebagai bronkodilator. Kerusakan sel-sel epitel
rd radang. Ternyata keenam syarat tadi dijumpai pada bronkus akan mengakibatkan bronkokonstriksi lebih
ilmnl tanpa membedakan penyebabnya baik yang alergik mudah terjadi.
flillilrpun non-alergik.
Mekanisme neurologis. Pada pasien asma terdapat
Seperti telah dikemukakan di atas baik asma alergik
peningkatan respons saraf parasimpatis.
,mnupun non-alergik dijumpai adanya inflamasi dan
illfipereaktivitas saluran napas. Oleh karena itu paling tidak Gangguan intrinsik. Otot polos saluran napas dan
,dg-nal 2 jalur untuk mencapai kedua keadaan tersebut. hipertrofi otot polos pada saluran napas diduga berperan
llHrrimunologis yang terutama didominasi oleh lgE dan pada HSN.
6*rrsaraf autonom. Pada jalur lgE, masuknya alergen ke Obstruksi saluran napas. Meskipun bukan faktor utama,
obstruksi saluran napas diduga ikut berperan pada HSN.
(Hb = sel penyaji antigen), untuk selanjutnya hasil
dHilan alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th (T
pmlong). Sel T penolong inilah yang akan memberikan
PATOFTSTOtOGI
rrmffiuksi melalui interleukin atau sitokin agar sel-sel
dhcma membentuk lgE, serta sel-sel radang lain seperti Obstruksi saluran napas paQa asma merupakan kombinasi
flmnrcosit makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit
spasme otot bronkus, sumbatan mukus, edema, dan
mf6a limfosit untuk mengeluarkan mediator-mediator
inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat
mrffiunasi. Mediator-mediator inflamasi seperti histamin,
selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas
pno*aglandin (PG), leukotrin (Ll), plotelet qctivating factor
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan
1MF), bradikinin, tromboksan (TX) dan lain-lain akan
udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak
ilruinpengaruhi organ sasaran sehingga menyebabkan
bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan volume
pmringkatan permeabilitas dinding vaskular, edema
residu, kapasitas residu fungsional (KRF). dan pasien akan
cdturan napas, infiltrasi sel-sel radang, sekresi mukus dan
bernapas pada volume yang-tinggi mendekati kapasitas
lrumds sub epitel sehingga menimbulkan hipereaktivitas
paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar
gduran napas (HSN). Jalur non-alergik selain merangsang
saluran napas tetap terbuka dan pertuka;an gas berjalan
sdI inflamasi, juga merangsang sistem saraf autonom
lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan '

&ngan hasil akhir berupa inflamasi dan HSN. otot-otot bantu napas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat
lhereaktivitas Saluran Napas (HSN) dinilai secara objektif dengan VEP1 (Volume Ekspirasi
''ihry membedakan asma dengan orang normal adalah
Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak Ekspirasi),
giiiffiat saluran napas pasien asma yang sangat peka
sedangkan penurunan KVP (Kapasitas Vital Paksa)
frnlmdap berbagai rangsangan seperti iritan (debu), zat menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan
(histamin, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani).
ilhftnfra
saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang
ffitda asma alergik, selain peka terhadap rangsangan
besari sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan
flrsebut di atas pasien juga sangat peka terhadap alergen
ada penyempitan di saluran napas besar, sedangkan pada
png spesifik. Sebagian HSN diduga didapat sejak lahin saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih
ilGhpi sebagian lagi didapat. Berbagai keadaan dapat
dominan dibanding mengi.
mn:ningkatkan hipereaktivitas saluran napas seseorang
Penyempitan saluran napas ternyata tidak merata
gdtu:
di seluruh bagian paru. Ada daerah-daerah yang kurang
Samasi saluran napas. Sel-sel inflamasi serta mediator mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui
hfrmnia yang dikeluarkan terbukti berkaitan erat dengan daerah tersebut mengalami hipoksemia. Penurunan PaO,
qrfala asma dan HSN. Konsep ini didukung oleh fakta mungkin merupakan kelainan pada asma sub-klinis.
Uhd'nra intervensi pengobatan dengan anti-inflamasi dapat Untuk mengatasi kekurangan oksigen, tubuh melakukan
rmrpnurunkan derajat HSN dan gejala asma. hiperventilasi, agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Tetapi
480 ALERG] DAN IMUNOLOGI KLINIK

akibatnya pengeluaran CO, menjadi berlebihan sehingga peokflow meteratau uji provokasi dengan bahan tersangka
PaCO, menurun yang kemudian menimbulkan alkalosis yang ada di lingkungan kerja mungkin diperlukan untuk
respiratorik. Pada serangan asma yang lebih berat lagi menegakkan diagnosis.
banyak saluran napas dan alveolus tertutup oleh mukus
sehingga tidak memungkinkan lagi terjadinya pertukaran
gas. Hal ini menyebabkan hipoksemia dan kerja otot-otot DIAGNOSIS
pernapasan bertambah berat serta terjadi peningkatan
produksi COr. Peningkatan produksi CO2 yang disertai Diagnosis asma didasarkan pada riwayat penyakit,
dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada
retensi CO, (hiperkapnia) dan terjadi asidosis respiratorik riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk, sesak,
atau gagal napas. Hipoksemia yang berlangsung lama mengi, atau rasa berat di dada. Tetapi kadang-kadang
menyebabkan asidosis metabolik dan konstriksi pembuluh pasien hanya mengeluh batuk-batuk saja yang umumnya
darah paru yang kemudian menyebabkan shunting yailu timbul pada malam hari atau sewaktu kegiatan jasmani.
pEredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas yang Adanya penyakit alergi yang lain pada pasien maupun
baik, yang berakibat perburukan hiperkapnia. Dengan keluarganya seperti rinitis alergi, atau dermatitis atopik
demikian penyempitan saluran napas pada asma akan membantu diagnosis asma. Gejala asma sering timbul
menimbulkan hal-hal sebagai berikut: 1). Gangguan pada malam hari, tetapi dapat pula muncul sembarang
ventilasi berupa hipoventilasi. 2). Ketidakseimbangan waktu. Adakalanya gejala lebih sering terjadi pada
ventilasi perfusi di mana distribusi ventilasi tidak setara musim tertentu. Yang perlu diketahui adalah faktor-faktor
dengan sirkulasi darah paru. 3). Gangguan difusi gas di pencetus serangan. Dengan mengetahui faktor pencetus
tingkat alveoli. kemudian menghindarinya, maka diharapkan gejala asma
Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan: dapat dicegah.
hipoksemia, hiperkapnia, serta asidosis respiratorik pada
Faktor-faktor pencetus pada asma yaitu:
tahap yang sangat lanjut. . lnfeksi virus saluran napas: influenza
. Pemajanan terhadap alergen tungau, debu rumah,
bulu binatang
GAMBARAN KLINIS . Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak
wangi
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik . Kegiatan jasmani: lari.
batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awal serangan sering . Ekspresi emosional takut, marah, frustasi
gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada . Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti-inflamasi non-
asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun
steroid
pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi pada . Lingkungan kerja: uap zat kimia .
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan . Polusi udara: asap rokok
sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulen. . Pengawet makanan: sulfit
Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya . Lain-lain, misalnya haid, kehamilan, sinusitis
batuk tanpa disertai mengi, dikenal dengan istilah cough
voriant asthmo. Bila hal yang terakhir ini dicurigai, perlu Yang membedakan asma dengan penyakit pam
dilakukan pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah yang lain yaitu pada asma serangan dapat hilang dengan
bronkodilator atau uji provokasi bronkus dengan atau tanpa obat, artinya serangan asma tanpa diobats
metakolin. ada yang hilang sendiri. Tetapi membiarkan pasien
Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan asma dalam serangan tanpa obat selain tidak etis, jugr
alergen dengan gejala asma tidakjelas. Terlebih lagi pasien dapat membahayakan nyawa pasien. Gejala asma jugn
asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor sangat beryariasi dari satu individu ke individu lain, da
pencetus non-alergik seperti asap rokok, asap yang bahkan bervariasi pada individu sendiri misalnya gej*r
merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan pada malam hari lebih sering muncul dibanding siang
cuaca. hari.
Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala
biasanya memburuk pada awal minggu dan membaik
menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap PEMERIKSAAN FISIS
memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan
membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan kerjanya, Penemuan tanda pada pemeriksaan fisis pasien a
seperti sewaktu cuti 'misalnya. Pemantauan dengan alat tergantung dari derajat obstruksi saluran napas-
i memanjang, mengi, hiperinflasi dada, kegiatan jasmani, dilakukan dengan menyuruh pasien
san cepat sampai sianosis dapat dijumpai berlarl cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut
pasien asma. Dalam praktek jarang dijumpai jantung 80-90% dari maksimum. Dianggap bermakna
dalam membuat diagnosis asma, tetapi sering bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi)
ffi drfiumpai pasien bukan asma mempunyai mengi, paling sedikil 1O%. Akan halnya uji provokasi dengan
ffimgqa diperlukan pemeriksaan penunjang untuk alergen, hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap
n:mncqakkan dia g nosi s. alergen yang diuji.

Pemeriksaan Sputum
IMEN,IKSAAN PENUNJANG Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma,
sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkhitis
ll$ometri kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, krristal
fuprng paling cepat dan sederhana untuk menegakkan Chorcot-Leyden, dan Spiral Curschmonn; pemeriksaan ini
'drynrqosis asma adalah melihat respons pengobatan
juga penting untuk melihat adanya miselium Aspergillus
r*arrgam bronkodilator. Pemeriksaa n spirometri dila ku ka n fumigotus.
{f,hdum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup
lmr#ifiodler alau nebulizer) golongan adrenergik beta. Pemeriksaan Eosinofil Total
ffiaminnrEkatan VEP1 sebanyak > 12Yo atau (> 200m1) Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
rmrmlllrrumiukkandiagnosis asma. Tetapi respons yang kurang pada pasien asma dan hal ini dapat membantu dalam
ffim, ll2% atau 200m1, tidak berarti bukan asma. Hal-hal membedakan asma dari bronkitis kronik. Pemeriksaan ini
ffiilr,muhrt dapat dijumpai pada pasien yang sudah normal juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan
,ilrru rnrnendekati normal. Demikian pula respons terhadap cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan
ffinmrrrbdilator tidak dijumpai pada obstruksi saluran napas pasien asma.
'gmlnrg berat, oleh karena obat tunggal bronkodilator tidak
omhlup kuat memberikan efek yang diharapkan. Untuk Uji Kulit
ft:dfiliiat reversibilitas pada hal yang disebutkan di atas Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukkan adanya
mrrulrlqki n d i pe rl u ka n ko m bi n a s io bat g o Io n g a n a d re n e rg i k antibodi lgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya
ilh,m teofilin dan bahkan kortikosteroid untuk jangka menyokong anamnesis, karena uji alergen yang positif
[L! pengobatan 2-3 minggu. Reversibilitas dapat tidak selalu merupakan penyebab asma, demikian pula
Itlmtrpdi tanpa pengobatan yang dapat dilihat dari hasil sebali knya.
rN'rnrrneriksaan spirometri yang dilakukan pada saat yang
lilhrriheda-beda misalnya beberapa hari atau beberapa Pemeriksaan Kadar lgE'Total dan IgE Spesifik
lfururlarrr kemudian. Dalam Sputum
Pemeriksaan spirometri selain penting untuk Kegunaan pemeriksaan lgE total hanya untlk menyokong
mroumegakkan diagnosis, juga penting untuk menilai adanya atopi. Pemeriksaan lgE spesifik lebih bermakna
Manatnya obstruksi dan efek pengobatan. Kegunaan dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau hasilnya
mprinometri pada asma dapat disamakan dengan kurang dapat dipercaya.
th,nnrtsimeter pada penatalaksanaan hipertensi atau
qdluurkometer pada diabetes melitus. Banyak pasien Foto Rontgen Dada
ilmrrilra tanpa keluhan, tetapi pemeriksaan spirometrinya Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab
urunrunjukkan obstruksi. Hal ini mengakibatkan pasien lain obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan
innrLuldah mendapat serangan asma dan bahkan bila terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma
ffimiangsung lama atau kronik dapat berlanjut menjadi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis,
pemyakit paru obstruktif kronik. dan lain-lain.

lf, Provokasi Bronkus Analisis Gas Darah


Iflta pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang
ffinya hipereaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi berat. Pada fase awal serangan, terjadi hipoksemia dan
turankus. Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi hipokapnia (PaCO, < 35 mmHg) kemudian pada stadium
lhronkus seperti uji provokasi dengan histamin, metakolin, yang lebih berat PaCO, justru mendekati normal sampai
l@ratan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik, normo-kapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat
dan bahkan dengan aqua destilata. Penurunan VEPl terjadinya hiperkapnia (PaCO, > 45 mmHg), hipoksemia,
wbesar 20% atau-lebih dianggap bermakna. Uji dengan dan asidosis respiratorik.
482 ALERGI DAN IMUNOTOGI KLINIX

DIAGNOSIS BANDING DAN KOMPTIKASI ASMA PENGOBATAN

Diagnosis Banding Berdasarkan patogenesis yang telah dikemukakan,


strategi pengobatan asma dapat ditinjau dari berbagai
Bronkitis kronik. Bronkitis kronik ditandai dengan batuk
pendekatan. Seperti mengurangi respons saluran
kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun
napasr mencegah ikatan alergen dengan lgE, mencegah
untuk sedikitnya 2 tahun. Penyebab batuk kronik seperti
penglepasan mediator kimia, dan merelaksasi otot-otot
tuberkulosis, bronkitis atau keganasan harus disingkirkan
polos bronkus.
dahulu. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya
didapatkan pada pasien berumur lebih dari 35 tahun
Mencegah lkatan Alergen-lgE
dan perokok berat. Gejalanya dimulai dengan batuk pagi
Menghindari alergen, tampaknya sederhana, tetapi sering
hari, lama kelamaan disertai mengi dan menurunnya
sukar dilakukan.
kemampuan kegiatan jasmani. Pada stadium lanjut dapat
Hiposensitisasi, dengan menyuntikkan dosis kecil
ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pulmonal.
alergen yang dosisnya makin ditingkatkan diharapkan
Emfisema paru. Sesak merupakan gejala utama emfisema. tubuh akan membentuk lgG (blocking ontibody) yang
sedangkan batuk dan mengijarang menyertainya. Pasien akan mencegah ikatan alergen dengan lgE pada sel rnosl
biasanya kurus. Berbeda dengan asma, pada emfisema Efek hiposensitisasi pada orang dewasa saat ini masih
tidak pernah ada masa remisi, pasien selalu sesak pada diragukan.
kegiatan jasmani. Pada pemeriksaan fisis ditemukan dada
kembung, peranjakan napas terbatas, hipersonor, pekak Mencegah Pelepasan Mediator
,hati menurun. dan suara napas sangat lemah. Pemeriksaan Premedikasi dengan natrium kromolin dapat mencegatr
foto dada menunjukkan hiperinflasi. spasme bronkus yang dicetuskan oleh alergen. Natriurn

Gagal jantung kiri akut. Dulu gagal jantung kiri akut kromolin mekanisme kerjanya diduga mencegah
pelepasan mediator dari mastosit. Obat tersebut tidak
dikenal dengan nama asma kardial, dan gejala yang timbul
dapat mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi. oletl
pada malam hari berupa poroxysmal nocturnal dyspnoe.
karena itu hanya dipakai sebagai obat profilaktik p*
Pasien tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak,
terapi pemeliharaan.
tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk.
Natrium kromolin paling efektif untuk asma an*
Pada anamnesis dijumpai hal-hal yang memperberat
yang penyebabnya alergi. meskipun juga efektif pade
atau memperingan gejala gagal jantung. Di samping
sebagian pasien asma intrinsik dan asma karena kegiatanr
ortopnea, pada pemeriksaan fisis ditemukan kardiomegali
jasmani. Obat golongan agonis.,lgeta 2 maupun teofiftn
dan edema paru.
selain bersifat sebagai bronkodilatorjuga dapat mencegdrr
Emboli paru. Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli penglepasan mediator. .
antara lain adalah imobilisasi, gagal jantung dan
tromboflebitis. Di samping gejala sesak napas, pasien Melebarkan Saluran Napas dengan Bronkodilalor
batuk-batuk yang dapat disertai darah, nyeri pleura, Simpatomimetik: 1). Agonis beta 2 (salbutamol, ter-but*[,
keringat dingin, kejang, dan pingsan. Pada pemeriksaan fenoterol, prokaterol) merupakan obat-obat terpilih untr*
fisis ditemukan adanya ortopnea, takikardia, gagal mengatasi serangan asma akut. Dapat diberikan sectrar
jantung kanan, pleurol friction, irama derap, sianosis, dan inhalasi melalui MDI (Metered Dosed lnhaler) alaunebuliq
hipertensi. Pemeriksaan elektrokardiogram menu nj u kkan 2). Epinefrin diberikan sub-kutan sebagai pengganti ago*r
perubahan antara lain aksisjantung ke kanan. beta 2 pada serangan asma yang berat. Dianjurkan har{r
Penyakit lain yang jarang seperti; stenosis trakea, dipakai pada asma anak atau dewasa muda.
karsinoma bronkus, poliarteritis nodosa. Aminofi lin dipakai sewaktu serangan asrilt
akut. Diberi"kan dosis awal, diikuti dengan doskr
Komplikasi asma pemeliharaan.
1. Pneumotoraks Kortikosteroid Sistemik. Tidak termasuk ob*
2. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis golongan bronkodilator tetapi secara tidak langsuag-,
3. Atelektasis dapat melebarkan saluran napas. Dipakai pada ser
4. Aspergilosis bronkopulmoner;alergik asma akut atau terapi pemeliharaan asma yang berat
5. Gagal napas Antikolinergik (ipatropium bromida) terutama
6. Bronkitis sebagai suplemen bronkodilator agonis beta 2
7. Fraktur iga serangan asma.
,mttoffAl 483

hgurangi Respons dengan Jalan Meredam Peran kortikosteroid sistemik pada asma akut
m'.r.aci Saluran Napas adalah untuk mencegah perburukan gejala lebih lanjut.
lDrlyCkpeneliti telah membuktikan bahwa asma, baikyang Obat tersebut iecara tidak langsung mencegah atau
rnn4gil rnaupun yang berat, menunjukkan inflamasi saluran mengurangi frekuensi perawatan di ruang rawat darurat
1W- Secara histopatologis ditemukan adanya infiltrasi atau rawat inap. Antikolinergik hirup atau lpatropium
dfid radang serta mediator inflamasi di tempat tersebut. bromida selain dipakai sebagai tambahan terapi agonis
rffii terapi proses inflamasi di atas adalah meredam beta 2 hirup pada asma akut,juga dipakai sebagai obat
lllflrnrasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau alternatif pada pasien yang tidak dapat mentoleransi efek
Ma lebih poten dengan kortikosteroid baik secara samping agonis beta 2. Teofilin maupun agonis beta 2
orfll, parenteral, atau inhalasi seperti pada asma akut oral dipakai pada pasien yang secara teknis tidak bisa
ffiulronik. memakai sediaan hirup.

ftobat anti-asma. Pada dasarnya obat-obat anti-asma Pengobatan Asma Menurut GINA (Glo6ol lnitia-
,dfihdd untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
tive for Asthmo).
i penggunaan obat anti-asma antara lain : Para ahli asma dari berbagai negara terkemuka telah
hegah (controller) yaitu obat-obat yang dipakai berkumpul dalam suatu lokakarya Globol lnitiative
hari, dengan tujuan agar gejala asma persisten for Asthmo: Monogement ond Prevention yang
W Erkendali. Termasuk golongan ini yaitu obat-obat dikoordinasikan oleh Notionol Heort, Lung and Blood
,ilffiriinflamasi dan bronkodilator kerja panjang (long lnstitute Amerika Serikat dan WHO. Publikasi lokakarya
rMfil[p- Obat-obat anti-inflamasi khususnya kortikosteroid tersebut yang dikenal sebagai GINA diterbitkan pada
illhrup adalah obat yang paling efektif sebagai pencegah' tahun 1995, dan diperbaharui tahun 1998,2002,2006,
@sl.obat antialergi, bronkodilator atau obat golongan dan yang terakhir 2008. Hampir seluruh negara di dunia
llhnr sering dianggap termasuk obat pencegah. Hal ini mengikuti protokol pengobatan yang dianjurkan- Namun
dcrrarnya kurang tepat, karena obat-obat tersebut cara pengobatan tersebut'hasih dirasakan mahal bagi
rmnagah dalam ruang lingkup yang terbatas misalnya negara berkembang, sehingga masing-masing negara
mngurangi serangan asma, mengurangi gejala asma dianjurkan membuat kebijakan sesuai .dengan kondisi
lllhrlq memperbaiki fungsi paru, menurunkan reaktivitas sosial ekonomi serta lingkungannya.
ffiars dan memperbaiki kualitas hidup. Obat antiinflamasi Asma akan mempunyai dampak terhadap kehidupan
dhpd mencegah terjadinya inflamasi serta mempunyai pasien, keluarganya maupun masyarakat. Sampai sejuh
d[p profilaksis dan supresi. Dengan pengobatan ini belum ada cara untuk menyembuhkan asma, namun
rilfrrflamasi jangka panjang, ternyata perbaikan gejala dengan penatalaksanaan yEng baik tujuan untuk dapat
rum!, perbaikan fungsi paru serta penurunan reaktivitas memperoleh kontrol asma yang baik, pada sebagian besar
lbromhrs lebih baik bila dibandingkan bronkodilator. kasus dapat tercapai. Dalam uraian berikut, akan dibahas
Termasuk golongan obat pencegah adalah mengenai tujuan penatalaksanaan asma, t'es kontrol asma
h'ilikosteroid hirup, kortikosteroid sistemik, natrium (TKA), obat-obat asma, serta komponen-kompot3en yang
lllhrnmmnolin, natrium nedokromil, teofilin lepas lambat berperan dalam mencapai keberhasilan pengobatan.
agonis beta 2 kerja panjang hirup (salmaterol dan
ill(fllllilffi
Tujuan penatalaksanaan asma adalah untuk:
ffimnmoterol) dan oral, dan obat-obat anti alergi. Falmaterol, . Mencapai dan mempertahankan kontrol gejala-gejala
irrilflpukotrien dan anti-l g E.
asma
hghilang gejala (reliever). Obal penghilang gejala . Mempertahankan aktivitas yang normal termasuk
yifiu obat-obat yang dapat merelaksasi bronkokonstriksi olah raga
dirngejala-gejala akut yang menyertainya dengan segera. . Menjaga fungsi paru senormal mungkin
"trhmnasuk dalam golongan ini yaitu agonis beta 2 hirup . Mencegah eksaserbasi asma
Ihfia pendek (short- octin g), kortikosteroid sistemi k, anti . Menghindari reaksi samping (adverse reaction) obat
lhfrrergik hirup, teofilin kerja pendek, agonis beta 2 oral dsma
h.fra pendek. . Mencegah kematian karena asma
Agonis beta 2 hirup (fenoterol, salbutamol, terbutalin, Untuk mencapai tujuan di atas Gl NA merekomendasikan
:pmkaterol) merupakan obat terpilih untuk gejala asma 5 komponen yang saling terkait dalam penatalaksanaan
*lut, serta dapat mencegah serangan asma karena asma:
lhgiatan jasmani bila diberikan sebelum kegiatan . Bina hubungan yang baik antara pasien dengan
liimnani. Agonis beta 2 hirup juga dipakai sebagai dokter
pnghilang gejala pada asma episodik. . ldentifikasi dan kurangi pemaparan faktor risiko
484 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX

Penilaian, pengobatan dan pemantauan keadaan para ahli dan belum pernah divalidasi, sehingga menuai
kontrol asma berbagai kritik. Derajat berat asma juga dapat berubah
Atasi serangan asma seiring dengan berjalannya waktu atau pengaruh
Penatalaksanaan keadaan khusus pengobatan. Oleh karena itu sekarang diperkenalkar
istilah kontrol asma yang lebih mengarah kepada upaya
1 . Bina hubungan yang baik antara pasien dengan pencegahan dengan cara mengendalikan gejala klinik
dokter penyakit termasuk juga perbaikan fungsi paru. GINA
Kerja sama yang baik antara dokter-pasien, akan membagi tingkat kontrol asma menjadi .tiga tingkatar'
mempercepat tujuan penatalaksanaan asma. Dengan yaitu terkontrol sempurna, terkontrol sebagian dan tidar
bimbingan doktet pasien didukung untuk mampu terkontrol (Tabel 1)yang juga belum divalidasi. Berbaga.
mengontrol asmanya. Pasien akan mampu mengenal alat tingkat kontrol asma saat ini telah dikembangkar
kapan asmanya memburuk, mengetahui tindakan baik yang menggunakan fungsi paru sebagai salah satu
sementara sebelum menghubungi dokter, kapan harus komponen pengukuran kontrol maupun yang tidak, dan
rhenghubungi dokternya, kapan harus segera mengunjungi semuanya telah divalidasi. Salah satu diantaranya adalai'
instalasi gawat darurat dan akhirnya akan meningkatkan Tes Kontrol Asma (TKA), yang tidak menggunakan fungsi
kepercayaan diri dan ketaatan berobat. paru, mudah pemakaiannya dan praktis karena sebagiarr'
besar dokter di negeri kita tidak menggunakan fungs
2. ldentifikasi dan kurangi pemaparan faktor paru dalam prakteknya. TKA ini telah pula divalidasi di
risiko lndonesia. Pertanyaan-pertanyaan untuk TKA beserta
Untuk mencapai kontrol asma diperlukan identifikasi interpretasinya dapat dilihat pada tabel 1.
mengenai faktor-faktor yang dapat memperburuk Pada sebagian besar pasien dengan intervens'
gejala asma atau lebih dikenal sebagai faktor pencetus. obat asma dan hubungan dokter pasien yang baik
Menghindari faktor pencetus diharapkan dapat mengurangi tujuan di atas dapat tercapai. Pengobatan merupakar
gejala dan serangan asma. Berbagai alergen, baik yang proses yang berkesinambungan. Bila dengan obat yarr
di dalam rumah maupun di luar rumah patut untuk diberikan saat ini asma belum terkontrol, dosis atau
diidentifikasi dan selanjutnya dihindari. Alergen yang jenis obat ditingkatkan. Seperti diketahui pada panduar
sering didapatkan di dalam rumah antara lain tungau, penatalaksanaan asma yang baru, terdapat 5 tingkata"
debu, bulu binatang, dan kecoa. Alergen yang sering pengobatan asma. Bila kontrol asma dapat tercapai dar
didapatkan di luar rumah antara lain polusi udara dan dapat dipertahankan terkontrol paling tidak selama l
lingkungan kerja. Perlu diidentifikasi juga faktor-faktor bulan maka tingkat pengobatan asma dapat dicoba
pencetus lain seperti infeksi virus influenza, ketegangan untuk diturunkan. Sebaliknya,,[ila respons pengobatan
jiwa, rinosinusitis, refluks gastroesofagal. belum memadai tingkat pengobatan dinaikkan. Paoa
tingkat berapa pengobatan untuk mencapal kontro
3. Penilaian, pengobatan dan pemantauan dimulai, tergantung berat atau tidaknya ltontrol asrr"
keadaan kontrol asma Bila dianggap ringan tingkat 2, yang agak berat tingkat
Tujuan terpenting penatalaksanaan asma adalah mencapai 3 (Tabel 1).
dan mempertahankan kontrol asma.
Dulu GINA menyandarkan pengobatan pada klasifikasi Pengukuran Kontrol Asma
derajat berat asma, yang terdiri dari asma intermiten, Pada penyakit-penyakit kronik sasaran pengobatan
persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat. umumnya sudah jelas, sehingga pengobatan ditujukanr
Selain aplikasinya rumit, klasifikasi tadi hanya pendapat kepada sasaran tersebut. Sebagai contoh hipertens

= I: l' +.,. ll- --:. :.'


." - ,,,]t'i'f, .

Karakteristik (ontrol Penuh Terkontrol Sebagian Tidak Terkontrol

Gejala harian Tidak ada (3 2x/ mgg) >2x/mgg >3


Keterbatasan aktivitas Tidak ada Ada Gambaran asma terkontrol
Gejala nokturnal/terbangun Tidak ada Ada sebagian ada dalam seti4
karena asma minggu
Kebutuhan pelega (reliever) Tidak Ada (s 2x/ mgg) > 2x mgg
Fungsi paru (APE/VEP1) Normal < 80% prediksi / nilai terbaik
Eksaserbasi Tidak ada > 1 /tahun
> 1 /tahun 1X/mgg
EABROKIAL 485

I
dfirka akan terkontrol bila tekanan darah < 140/90 mmHg, tidak terkontrol, sedangkan di bawah 15 dikatakan
dahgtes mellitus terkontrol bila kadar H bAl c < 6.5Yo atau terkontrol buruk
ffiSpidemia dianggap terkontrol bila kadar LDL kolesterol . 20-24 dikatakan terkontrol baik
s l[ffi mg/dL. Namun asma sebagai penyakit multidimensi . 25 dikatakan terkontrol total atau sempurna.
persepsi tentang kontrol asma belum ada kesepakatan, ACT ini juga telah di uji coba oleh Susilawati di
dlnrngga tidak mengherankan bila sebagian besar asma Poliklinik Alergi lmunologi Klinik Departemen llmu
lffidak terkontrol. Oleh karena itu para ahli berupaya Penyakit Dalam. FKUI RSCM.
mrmrencari alat ukur yang diperkirakan dapat mewakili Pengobatan dimulai sesuai dengan tahap atau tingkat
hufftntrol asma secara keseluruhan mulai dari pengukuran beratnya asma. Bila gejala asma tidak terkendali, lanjutkan
dah satu variabel sampai kepada gabungan beberapa pengobatan ke tingkat berikutnya. Tetapi sebelumnya
,uorbbel. Sejauh ini paling tidak terdapat 5 alat ukur berupa perhatikan lebih dahulu apakah teknik pengobatan,
huesioner dengan atau tanpa pemeriksaan fungsi paru, ketaatan berobat serta pengendalian lingkungan
ffiapi yang lazim dipakai adalah tes kontrol asma seperti (penghindaran alergen atau faktor pencetus) telah
Mfihat pada gambar 2. dilaksanakan dengan baik.
Asthmo Control Iesf Kontrol Asma). Diperkenalkan
(Tes Setelah asma terkendali paling tidak untuk jangka
dlerh Nathan dkk yang berisi 5 pertanyaan dan masing- waktu 3 bulan, dapat dicoba menurunkan obat-obat anti
mmruinrg pertanyaan mempunyai skor 1 sampai 5, sehingga asma secara bertahap, sampai mencapai dosis minimum
mriUrai terendah ACT adalah 5 dan tertinggi 25. lnterpretasi yang dapat mengendalikan gejala.
nihni skor tersebut adalah : Akhir-akhir ini diperkenalkan terapi anti lgE untuk
- bila kurang atau sama dengan 19 berarti asma asma alergi yang berat. Penelitian menunjukkan bahwa

Pertahankan dan upayakan tahap terendah


tingkatkan untuk mencapai kontrol

Penyuluhan Asma dan pengendalian lingkungan

ICS dosis rendah ICS dosis sedang atau ICS' do$is sedarigiatiin
ditambah agonis B, aksi dosis tinggi ditambah dosis tinggir clitamb'.ahr

ICS dosis rendah ditambah


teofilin lepas lambat

'lCS = inhalasi glucocorticosteroids


0 = Antagonis reseptor atau inhibitor syntesis
Enbar 1. Penatalaksanaan berdasarkan kontrol pada anak > 5 tahun, remaja dan dewasa
486 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX

sitahkah pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan kondisi asma Anda. Berikan tanda silang (x).

perta{ryaan ,! Datam 4 minggu terakhir $eberapa sering penyakit asma mengganggu anda untuk,rnelakukar $ek€riaa.n.seha!,i1h4+i
di

tT'.1 trol ml []
F"-'@l lr;s:l,'-pl
Ferlanyaan.2 Datam 4 minggu terakhir seberapa sering anda mengalami sesak napas?

Pert4nyaan 3
I'-"i,rr",@l ml @l mlHxt @l n
Dalam 4 minggu terakhir seberapa sering gejala asma (bengek, batuk-batuk, sesak napas, nyeri dada atau rasa
teftekan
aia,u")men]yibabkannnaateiuangun"d"imaIamnaiiata-ulebihawaldaribiasanya

llj:'r'::#;t'lol ll,*ll,; l @l l'll*,,oll;:ll:'ol []


pertanyaan 4 Dalam 4 minggu terakhir seberapa Anda menggunakan obat semrot atau obat minum (tableVsirup) uniuk melegakan
pernapasan?

Pertanyaan 5
ffi%l trrlre] m] Ht-""-@l ELl*,, @1
BagaimanaAnda sendiri menilai tingkat kontrol/kendali asma anda dalam 4 minggu terakhir?
E
Illx::"",l;' l Fnr.""@l ffil []

E
Gambar 2. Tes kontrol

anti lgE dapat menurunkan berat asma, pemakaian obat batuk, mengi, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebr.fit
anti asma, kunjungan ke gawat darurat karena serangan Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringam
asma akut, dan kebutuhan rawat inap. sampai berat yang dapat mengancam jiwa. Serangan bisa
mendadak atau bisa juga perlahan-lahan dalam jangilm
Pengobatan asma berdasarkan sistem wilayah bagi waktu berhari-hari. Satu hal yang perlu diingat bahtm
pasien. Sistem pengobatan ini dimaksudkan untuk
serangan asma akut menunjukkan rencana pengobatannr
memudahkan pasien mengetahui perjalanan dan jangka panjang telah gagal atau pasien sedang terpajanr
kronisitas asma, memantau kondisi penyakitnya, mengenal
faktor pencetus.
tanda-tanda dini serangan asma, dan dapat bertindak
segera mengatasi kondisi tersebut. Dengan menggunakan Tujuan pengobatan serangan asma yaitu :
peok flow meter pasien diminta mengukur secara teratur . Menghilangkan obstruksi saluran napas dengan segero
setiap hari dan membandingkan nilai APE yang didapat . Mengatasi hipoksemia
pada waktu itu dengan nilai terbaik APE pasien atau nilai . Mengembalikan fungsi paru ke arah normal secepd
prediksi normal. mungkin
. Mencegah terjadinya serangan berikutnya
4. Merencanakan pengobatan asma akut . Memberikan penyuluhan kepada pasien dannt

(serangan asma) keluarganya mengenai cara-cara mengatasi da*


Serangan asma ditandai dengan gejala sesak napas, mencegah serangan asma
nl IROKIAL 487

Dalam penatalaksanaan serangan asma perlu sampingnya yang lebih besar. Pada serangan asma yang
dhrytahui lebih dahulu derajat beratnya serangan asma lebih berat, dosis agonis beta 2 hirup dapat ditingkatkan.
hmk herdasarkan cara bicara, aktivitas, tanda-tanda fisis, Sebagian peneliti menganjurkan pemberian kombinasi
nttfra APE, dan bila mungkin analisis gas darah seperti Ipratropium bromida dengan salbutamol, karena dapat
.urtil|lhxat pada tabel 2. Hal lain yang juga perlu diketahui mengurangi perawatan rumah sakit dan mengurangi
fl;llrmkai't pasien termasuk pasien asma yang berisiko tinggi biaya pengobatan.
uuttnffiruk kematian karena asma, yaitu pasien yang : Kortikosteroid sistemik diberikan bila respons
- sedang memakai atau baru saja lepas dari kortikosteroid terhadap agonis beta 2 hirup tidak memuaskan. Dosis
sistemik prednisolon yang diberikan berkisar anatara 0,5-1 mg/
* 'rwayat rawat inap atau kunjungan ke unit gawat
kgBB atau ekuivalennya. Perbaikan biasanya terjadi
d.arurat karena asma dalam setahun terakhir secara bertahap, oleh karena itu pengobatan diteruskan
- qangguan kejiwaan atau psikososial untuk beberapa hari. Tetapi bila tidak ada perbaikan atau
- oasien yang tidak taat mengikuti rencana minimal, pasien segera dirujuk ke fasilitas pengobatan
yang lebih baik.
pengobatan
Pasien harus segera dirujuk bila :

hgobatan Asma Akut . Pasien dengan risiko tinggi untuk kematian karena
pengobatan asma akut adalah memelihara saturasi
.. 'Ftmmsiip asma.
'uflsrgen yang cukup (Sa O, > 92%) dengan memberikan . Serangan asma berat APE < 60% nilai prediksi.
uksgen. melebarkan saluran napas dengan pemberian . Respons bronkodilator tidak segera, dan bila ada
Immrkodilator aerosol (agonis beta 2 dan lpratropium respons hanya bertahan kurang dari 3 jam.
Mm*mida) dan mengurangi inflamasi serta mencegah . Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam setelah
Miambu han d engan mem beri ka n korti kosteroid si stem k. i mendapat pengobatan kortikosteroid.
furmnberian oksigen 1-3 liter/menit, diusahakan mencapai . Gejala asma makin memburuk.

$il C,- > 92% sebenarnya tidak lagi membutuhkan inhalasi 5. Penatalaksanaan asma pada kondisi khusus
"rcqen. Beberapa keadaan pada asma yang perlu mendapat
Bronkodilator khususnya agonis beta 2 hirup (kerja perhatian khusus apabila pasien asma juga mengalami
mm.rrC,ek)merupakan obat anti-asma pada serangan asma, kehamilan, pembedahan, rinitis, sinusitis, refluks
hmk dengan MDI atau nebulizer. Pada serangan asma gastroesofagal, dan anafilaksis.
rrunrqpn atau sedang, pemberian aerosol 2-4 kali setiap

Mtr nenit cukup memadai untuk mengatasi serangan. Kehamilan


0hat-obat anti-asma yang lain seperti antikolinergik Asma yang tidak terkontrol akan berdampak pada janin,
thmup. teofilin, dan agonis beta 2 oral merupakan obat- menyebabkan kematian perinatal, prematuritas dan berat
@at alternatif karena mula kerja yang lama serta efek lahir rendah. Secara umum dapat dikatakan wanita hamil

ta Z. Klasiflkasi Derajat Beratnya Serangan Asma

Ringan Sedang Berat


filtivitas Dapat berjalan Jalan terbatas Sukar berjalan
Dapat berbaring Lebih suka duduk Duduk membungkuk ke depan
Uircara Beberapa kalimat Kalimat terbatas Kata demi kata
i$esadaran Mungkin terganggu Biasanya terganggu Biasanya terganggu
ffirrekuensi napas Meningkat Meningkat Sering > 1". kali/menit
kaki otot-otot bantu napas Umumnya tidak ada Kadang kala ada Ada
ililengi Lemah sampai sedang Keras Keras
Fnekuensi nadi < 100 1 00-1 20 >120
hubus paradoksus Tidak ada (< l.mmHg) Mungkin ada (10- 25 Sering ada
mmHg) (>25mmHg)
AFE sesudah bronkodilator (Z > 80% 60-80% < 60o/o

trEdiki)
mor < 45 mmHg < 45 mmHg < 45 mmHg
sil. > 95Yo 91-95% <90o/o

fi,eterangan: Dalarn menentukan klasifikasi tidak seluruh parameter harus dipenuhi.


488 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX

dengan asma yang terkontrol prognosisnya sama dengan utamanya adalah epinefrin atau adrenalin 0.3 ml lM yang
wanita hamil yang tidak asma. Oleh karena itu pemakaian dapat diulangi beberapa kali.
obat-obat antiasma untuk memperoleh kontrol asma
dapat diterima, meskipun keamanannya pada kehamilan
belum terbukti. Dengan demikian penatalaksanaan asma REFERENSI
pada kehamilan di tujukan untuk memperoleh kontrol
Bousquet J, Cabrera P, Berkman N, Buhl & Holgate 9 Wenzel S,
asma.
et al. The effect of treatment with omalizumab an anti-IgE
antibody on asthma exacerbations and emergency medical
Pembedahan visits in patients with severe persistent asthma. Allergr-.
Komplikasi pembedahan juga ditentukan oleh beratnya 2005;60:302-8.
Fieal SB. Pulmonary diseases. In: Myers AR, editor. Medicine. 2nd
asma sewaktu operasi. Lokasi operasi dimana daerah edition. Philadelphia: Harvard Publishing; 1994. p. 61,-95.
torak dan abdomen atas mempunyai risiko yang paling GINA Report, Global Strategy for Asthma Management and
besar serta jenis anestesi dengan intubasi mempunyai Prevention. lCited2007 October 121. Available from: wwr-.
ginaasthma.org.
riiiko yang lebih tinggi. Penilaian sebaiknya dilakukan
Holgate S, Casale T, Wenzel S, Bousquet J, Denis Y, Reisner C. The
beberapa hari sebelum operasi, agar bila terjadi kelainan anti-inflammatory effects of omilizumab con-firm the cenhal
dapat diatasi sebelum operasi. Kortikosteroid sistemik role of IgE in allergic inflammation. ] Allergy Clin Immunol
oral dapat diberikan bila pada fungsi paru menunjukkan 2005;115:459-65.
Jariwala G, Hartlly JP& Ree.s Pj, Mc Donald ]8, Waiters EF{-
adanya obstruksi. Demikian pula pasien asma yang 6 Epidemiology of asthma and asthma death. In: jariwalla
bulan terakhir mendapat kortikosteroid sistemik, perlu G, editor. Asthma. Lancaster MTP Press Limited; 1988. p-
mendapat perlindungan dengan 100m9 hidrokortison 11-58.
Mc Connel WD, Holgate ST. The definition of asthma: its
sebelum operasi. Steroid mulai dikurangi 24 jam setelah
relationship to other chronic obskuctive lung diseases. Irr
operasi. ClarkTJF{, GodfreyS, Lee TH, ThomsonNC, editors. Asthma-
4th edition. London: Amold;2000. P.1-31.
National Heart, Lung and Blood Institute US Department of Health
Rinitis dan Sinusitis
and Human Services/WHO. Global initiative for asthma
Pada pasien asma perlu dipikirkan adanya rinitis, sinusitis Publication No .95, 3859 ; 1995. p. 1-17 6.
dan polip hidung, dan sebagainya karena mempunyai NHLBI/WHO Workshop report. Global strategy for asthma
hubungan yang erat. Sekitar 70-80% pasien asma management and prevention 1995. NIH Publication No. 0'-
3659. Revised 2004. p. L-182.
mempunyai gejala rinitis, sebaliknya sekitar 30% pasien
Rodrigo GJ, Rodrigo C, HallJB. Acute asthma inadults. Arevien-.
rinitis mempunyai asma. Untuk kepastian diagnosis Chest. 2004; 125 :1081,-102.
sinusitis dianjurkan pemeriksaan CT Scan sinus paranasal. Rodrigo G], Rodrigo C. First line therapy for adul/s patients
Perlu diwaspadai adanya asma, rinitis dan polip hidung
with acute asthma receiving a_multiple-dose protocol m
ipratropium bromide plus albuterol in the emergencr
yang sering disertai alergi terhadap asam asetil saliksilat. department. AmJ Resp Crit Care Med. 2000;1,6L:1862-8.
lnfeksi saluran napas atas yang disebabkan virus sering Sundaru H, Sukmana N. Epidemiologi asma di Indonesia. Majalall
memicu terjadinya serangan asma. Pengobatan tidak Kesehatan Masyarakat Indonesia. 1 990; 19117f-8L.
Sundaru H. Kontrol asma sebagai tujuan pengobatan asrla
berbeda dengan serangan asma yang disebabkan oleh masa kini. Pidato pada upacara pengukuhan sebagai gur:
faktor pencetus lainnya. besar tetap dalam bidang ilmu penyakit dalam. Fakultar*
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
Susilowati |. Uji Keandalan dan kesahihan kuesioner tes kontrci
Refluks Gastroesofageal asma pada pasien asma dewasa [tesis]. ]akarta: Program
Refluks gastroesofagal perlu dipikirkan terutama pada Studi Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
pasien asma yang sulit di kontrol. Penanganan keadaan Indonesia;2007.
ini diharapkan mengurangi gejala asma. Pengobatan
yang dianjurkan yaitu porsi makanan yang sedikit tetapi
sering, hindari makan atau minum sebelum tidur, hindari
makanan yang berlemak, alkohol, teofilin dan agonis
beta, oral. Berikan " Proton Pump lnhibitor" atau antagonis
H, serta tidur dengan tempat tidur bagian kepala yang
ditinggikan.

Anafilaksis
Kejadian anafilaksis bisa terjadi pada pasien asma,
sehingga pada serangan asma yang resisten terhadap
pengobatan perlu dicari gejala-gejala lain dari anafilaksis.
Sekali diagnosis anafilaksis ditegakkan, pengobatan
64
ASMAAKIBAT KERJA
Teguh H. Karjadi

MDAHULUAN tanaman, protein hewan, sayuran, lateks alam, tepung,


lkan, kepiting dll.
,ffimnrrma akibat kerja merupakan penyakit paru akibat . Bahan kimia dengan berat molekul kecil seperti
lfithaqm yang sering dijumpai terutama di negara maju. disosianat, garam platinium, nikel, coloponi, obat,
llNlrNlh* lilnl tergambar dari laporan di Kanada pada tahun debu kayu dan lain-lain.
IlfleliflT dan 1986. Pada tahun 1977 asma akibat kerja . Bahan iritan seperti gas klorin, sulfur dioksida, asap
mmcnnupakan penyakit paru akibat kerja menempati kebakaran.
:rurmulrtfrandibawah asbestosis dan silikosis dan pada tahun Asma akibat kerja mempunyai dampak besar terhadap
lllll,tMfi rnenjadi urutan teratas melampaui asbestosis dan penderitanya karena inflamasi yang timbul pada bronkus
mlifritosis. Prevalensi di masyarakat umum tak diketahui akan bertahan lama meskipun penderitanya sudah
'm@ra pasti, akan tetapi di Amerika Serikat x 15 o/o dari dikeluarkan dari lingkungan kerjanya. Akibat inflamasi
lprulasi penderita asma bronkial mempunyai hubungan yang terjadi maka gejala klinis asma akan terus menetap
,dhmqan faktor lingkungan kerjanya. Di Eropa 5-10o/o, meskipun sudah tidak terpapar alergen/ agen di tempat
Prevalensi asma akibat kerja di
rffihlmliandia 17-29%.1'2 kerja.a,8
dHhmn !ingkup polulasi jenis industri tergambar sebagai
2,3,4.5,6
mnsrqrhut :
1'6"8'9'1O,tI
* 'fuker osma" (akibat tepung terigu), dilaporkan dari DEFINIS! DAN KLASIFIKASI
heberapa penelitian dapat mencapai 25-30% dari
pekerja yang terpapar. Definisi asma akibat kerja adalah adanya Eangguan
* Alergi lateks pada tenaga medis didapat sebesar aliran udara pernafasan dan hipereaktivitas bronkus
'17% akibat agen (polutan) spesifik ditempat kerja dan bukan
' Asma pada pekerja pengecatan otomotif sebesar 17o/o di luar tempat kerja. Agen (polutan) tersebut dapat
oibanding 3,2% pada kelompok kontrol.5 berupa gas, debu, kabut, maupun uap. Bila mengacu
* Sebesar 25o/o pekerja industri detergen yang pada definisi diatas maka pekerja yang mempunyai asma
terpapar enzim bahan detergen mengalami ganguan atau riwayat pernah menderita asma sebelumnya dan
E€rnapasan. kemudian menjadi lebih buruk setelah terpapar polutan
* Pada industri yang menggunakan bahan kimia tempat kerja atau yang disebut Work Exocerboted
isosianat (otomotil pesawat terbang, kereta api) Asthmo (WEA), tidak termasuk didalamnya. Oleh karena
didapat 10o/o dari pekerjanya menderita asma akibat itu maka asma yang dihubungkan dengan tempat
kerja. kerja dibagi dua katagori yaitu asma akibat kerja dan
asma yang diperburuk oleh lingkungan kerja. Selain
l-ebih dari 250 agen (polutan) organik dan anorganik
dua katagori diatas juga dikenal pembagian menurut
dii ltilirngkungan tempat kerja diduga sebagai pencetus
masa taten (waktu yang dibutuhkan dari mulai terpapar
mryadinya asma akibat kerja.z'l
sampai timbulnya klinis asma). Menurut kategori ini
1ihrmrrasuk di dalamnya bahan-bahan dibawah ini ; asma akibat kerja, dapat dibagi menjadi yang disertai
' Debu organik dengan berat molekul besar seperti dan tidak disertai masa laten.

489
490 ATERGI DAN IMUNOLOGI KTINIX

ASMA AKIBAT KERJA DISERTAI MASA LATEN (NCF-A) dll sehingga terjadi proses inflamasi. Mediator
tersebut ditemukan pada cairan BAI (Broncho olveolar
Asma akibat kerja yang disertai masa laten biasanya Lavage) pasien asma yang diprovokasi oleh alergen tempat
disebabkan oleh paparan agen dengan berat molekul kerja. Pada agen/ polutan dengan berat molekul rendah
besar (High Molecular Weight/ HMW) dan sebagian juga (< 5000 dalton) tidak selalu ditemukan lgE spesifik, oleh
oleh agen dengan berat molekul ringan (Low Moleculor karena diperkirakan alergen tersebut hanya berupa
WeighU LMW). Mekanisme terjadinya asma dengan masa hapten dan harus berkonjugasi dengan protein lain untuk
laten melalui proses imunologi dengan terbentuknya menjadi alergen, sehingga tidak mudah menemukan lgE
lgE (reaksi hipersensitivitas tipe l), meskipun sebagian yang menyebabkan asma. Akan tetapi pada pemeriksaan
kecil terutama agen dengan berat molekul kecil (LMW) BAL pasien-pasien tersebut menunjukan mediator yang
susah dibuktikan terbentuknya lg E. Sampai saat ini susah sama seperti asma yang disebabkan oleh berat molekul
diterangkan proses yang terjadi pada asma akibat kerja besar. Oleh sebab itu meskipun tak ditemukan lgE, tetap
yang tidak ditemukan adanya lgE terhadap polutan yang terbukti bahwa terjadi reaksi imunologis (inflamasi) pada
ada ditempat kerja. Salah satu teori mengatakan bahwa pasien tersebut.
polutan yang terjadi mempunyai berat molekulyang kecil
(hapten) sehingga tidak dapat ditemukan lg E terhadap 3. Farmakologik
bahan tersebut . lnhalasi udara tempat kerja dapat menyebabkan terjadinp
akumulasi bahan kimia yang ada dalam tubuh seperti
histamin atau asetil kolin. Akumulasi dalam paru-paru
ASMA AKIBAT KERJA TIDAK DISERTAI MASA menyebabkan terjadinya asma bronkial. Sebagai contoft
LATEN insektisida yang digunakan dalam industri pertanian dapat
menye ba bka n te rbentu knya aseti ko in da n menyebabkan
I I

Asma akibat kerja tanpa masa laten (asma akibat kerja non kontraksi otot pernafasan sehingga terjadi konstriksi
imunologi) tersering disebabkan oleh mekanisme iritasi. saluran nafas.
Timbul dalam waktu singkat disebabkan oleh bahan gasl
kimia dengan konsentrasi amat tinggi, yang menyebabkan
gangguan pernafasan dan hipereaktivitas bronkus. KLINIS
Contoh: RADS (Reoctive Airwoy Dysfunction
Syndromel:' KIinis yang terjadi sama seperti asma bronkial padr
umumnya yaitu adanya batuk-batuk, sesak nafas, men(f,
yang kadang disertai rinitis daq._mata gatal. Pada asno
2',4'12',13'14
PATOFT SIO LOG I derajat berat serangan dapat bervariasi.ls Serangan asnn
pada pekerja dapat terjadi segera setelah terpapar alerg{
1. Iritasi langsung agen (1-2jarn setelah terpapar) dalam hal ini sewahr
lritasi menjadi provokasi langsung terjadinya asma ditempat kerja (immediate type), dan dapatjuga bebqrry
bronkial. Bahan tersering yang dapat menyebabkan iritasi jam (4-12jam) setelah terpapar alergen/agen dalam H,
adalah asam hidroklorin, sulfur dioksida, amoniak. Bahan ini pekerja tersebut sudah berada diluar Iingkungan kerfr
tersebut dipakai dalam industri perminyakan dan kimia. (delayed type) misalnya; di rumah. Dapat pula
Pekerja yang sudah mempunyai kelainan pernafasan lain serangan ditempat kerja dan diluar tempat kerja (ti
lebih mudah terserang asma akibat kerja jenis ini. ganda). Asma akibat kerja biasanya ditandai
adanya gejala klinis yang memburuk pada hari-hari kefr
2. Alergi dan membaik pada hari libur; kemudian akan
Alergi memainkan peran penting pada sebagian besar lagi bila mulai masuk kerja setelah libur.
asma bronkial akibat kerja. Patofisiologinya sama dengan
asma bronkial umumnya melalui hipereaktifitas tipe I (lgE).
Bahan polutan dengan berat molekul besar (>5000 dalton) DIAGNOSIS
biasanya melalui mekanisme ini yaitu terbentuknya lgE
spesifik terhadap bahan tersebut dan pada pemeriksaan Diagnosis asma akibat kerja pada prinsipnya
tes kulit (Prick test) memperlihatkan hasil positif. lgE menghubungkan gejala klinis asma dengan
spesifik yang terbentuk bila berikatan dengan antigen kerja. Oleh karenanya dibutuhkan suatu anamnesis
(polutan) akan menyebabkan sel mast dan sel inflamasi baik dan pemeriksaan penunjang yang tepat
lain mengel uarkan mediator seperti histamin, eosinoph ilic mendiagnosis asma akibat kerja.
chemotatic factor (ECF-A), Neutrophil chemotatic foctor . Anamnesis yang teliti mengenai apa yang
MAXIBATKERJA 49t

di lingkungan kerjanya merupakan hal penting menggunakan histamin atau metakolin. Pada
yang harus diketahui seperti: kapan mulai bekerja pemeriksaan ini hanya membuktikan adanya
dltempat saat ini, apa pekerjaan sebelum ditempat hipereaktivitas bronkus.
kerja saat ini, apa yang dikerjakan setiap hari, proses - Spesifik yaitu provokasi bronkus menggunakan
apa yang terjadi di tempat kerja, bahan-bahan yang alergen yang diduga sebagai penyebab.
dipakai dalam proses produksi serta data mengenai Pemeriksaan ini bila dapat dilaksanakan
hahan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah merupakan cara terbaik membuktikan bahwa
peninjauan lapangan oleh pemeriksa (dokter) untuk alergen tempat kerja merupakan penyebab.
lebih memahami situasi lapangan. Selain anamnesis Kesulitannya terletak pada penentuan alergen
mengenai tempat kerja, yang perlu juga diketahui penyebab dan reproduksi dari alergen tersebut
adalah mengenai klinis yang terjadi. Kapan mulai bila telah diketahui.
timbulnya keluhan, bila dihitung mulai masuk tempat . Tes kulit dan tes serologi
Ersebut atau yang kita kenal sebagai masa laten. Masa
Pemeriksaan ini dapat dilakukan apabila agen
hen dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa penyebabnya bahan dengan berat molekul besar
bhun, akan tetapi tersering 1-2 tahun.Klinis sesak,
karena akan merangsang terjadinya reaksi imunologi
batuk, mengi dapat timbul sewaktu kerja, setelah (lgE)."'"
krja (sore maupun malam) atau timbul keduanya. Bila - Diagnosis banding 1

frekuensi serangan lebih sering/memburuk sewaktu


- Work exacerboted osthma
hari kerja dibandingkan hari libur atau akhir minggu
- lrritant induced osthmo
maka dapat diduga asma yang timbul berhubungan
- Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
dengan tempat ke4r.''u''u'"''u
- Rinitis akibat kerja
Femeriksaan penunjang - Sindrom hiperventilasi dan serangan panik.
Spirometri adalah pemeriksaan FEV1 sebelum dan - Bronchiolitis.
"
sesudah shift. Dikatakan positif bila terjadi penurunan - Pneumonitis hipersensitive
FEV1 sebesar lebih dari 5% antara sebelum dan - Eosinophilicbronchitis
sesudah kerja. Sedang pada orang normal variabilitas
tersebut kurang dari3%. Pemeriksaan ini oleh banyak
ahli diragukan sensitivitasnya oleh karena pada FAKTOR PR.EDIPOSISI
suatu penelitian hanya 20% penderita asma yang
disebabkan colopony yang turun FEV1nya selama Seperti diketahui bahwa timbulnya asma adalah hasil
shift kerja (work shift\. Sedangkan orang yang tidak interaksi antara faktor pejamu (genetik) dan faktor
menderita asma (kontrol) juga mengalami penurunan lingkungan. Faktor predisposisi terjadinya asma akibat
FEV1 pada 10o/, dari kelompoknya. kerja adalah atopi dan merokok. Atopi nlerupakan faktor
Cara lain adalah pengukuran FEV1 dan FVC predisposisi pada asma akibat bahan dengan berat
pada pekerja (tersangka asma akibat kerja) yang molekul besar dan tidak berlaku pada yang disebabkan
dikeluarkan dari lingkungan kerjanya dan kemudian oleh bahan dengan berat molekul kecil. Sedangkan
dilakukan pengukuran ulang sewaktu pekerja merokok pada orang atopi mempermudah sensitisasi
alergen dalam lingkungan kerja. t11'14.
tersebut bekerja kembali. Apabila hasil pengukuran
tersebut memperlihatkan adanya perbaikan selama
meninggalkan tempat kerja dan didukung oleh
perbaikan dalam keluhan maka dapat disimpulkan PENATALAKSANAAN
adanya hubungan keluhan klinis dan tempat kerja.
1,2,5 Untuk mencegah terjadinya asma akibat kerja maka
PEFR: Pemeriksaan serial PEFR (Peok expiratory pemgriksaan kesehatan sebelum kerja, pemakaian
flow rate) selama hari-hari kerja dan beberapa hari alat pelindung, dan pemantauan polutan udara di
libur dirumah, merupakan pemeriksaan asma akibat lingkungan kerja sangat dianjurkan.
kerja yang terbaik. Dikatakan positif respons bila kurva Bila telah terjadi asma akibat kerja, maka pemindahan
pengukuran selama hari libur dirumah lebih baik dari tempat kerja keluar dari lingkungan kerja merupakan
sewaktu hari keria.1,2,7,1 4 hal penting yang harus dilakukan. Apabila karena
sesuatu hal tidak dapat dipindahkan dari lingkungan
Tes provokasi
kerjanya maka harus dilakukan upaya pencegahan
Terdapat 2 macam pemeriksaan tes provokasi:
dan pemantauan penurunan fungsi paru.
- Non spesifi k yaitu provokasi bronkus
492 ALERGI DAN ]MUNOLOGI KTINIK

Evaluasi fungsi paru secara berkala pada pekerja yang bromida) efek bronkodilator beta agonis lebih
sudah menderita asma akibat kerja diperlukan untuk baik.
mencegah kecacatan. KIinis asma akan menetap Kombinasi beta agonis dengan ipratroprium
sampai beberapa tahun meskipun pekerja tersebut bromide pada penelitian yang dilakukan oleh
sudah dikeluarkan dari lingkungan kerjanya. Gustavo," menunjukkan bahwa kombinasi lebih
Pengobatan medikamentosa pada pasien asma baik memperbaiki fungsi paru dibanding hanya
akibat keria sama seperti asma bronkial pada beta agonis saja.
5';7,111a1e.
umumnya. Kortikosteroid, dari berbagai penelitian dapat
- Teofilin, merupakan bronkodilator dan dapat mencegah bronkokontriksi yang disebabkan
menekan neutrophil chemotoctic factor . Efektivitas oleh provokasi bronkus menggunakan alergen.
kedua fungsi di atas tergantung dari kadar serum Selain itu juga akan memperbaiki fungsi paru,
teofilin dalam darah. menurunkan eksaserbasi dan hiperesponsivitas
- Beta agonis, merupakan bronkodilator yang saluran napas yang di sebabkan karena adanya
paling baik untuk pengobatan asma akibat inflamasi. Pada akhirnya pemberian kortikosteroid
kerja. Dibanding antagonis kolinergik (ipratrium akan memperbaiki kualitas hidup.

Riwayat klinis yang mendukung dan


pajanan pada agen kausatif

tes kulit dan radio-allergo-sorbent


(ika memungkinkan)

penilaian responsivitas bronkus


terhadap agen farmakologis

subjek masih subjek tidak subjek masih


bekerja lagi bekerja bekerja

petugas laboratorium denganpajanan agen


okupasional yang dicurigai menyebabkan asma

Negatif

Ada pertimbangan subjek kembali bekerja

Tempat kerja atau laboratorium dengan


agen kausatif yang dicurigai, pemantauan
laju aliran ekspirasi puncak, atau keduanya

Positif Negatif
J J
Tanpa asma Asma okupasional Asma non okupasional

Gambar 1. Algoritme Diagnosis Asma Akibat Kerja'


NAATIBATKERJA 493

tbel 1. Berbagai Penyebab Asma Akibat Kerjal


:l'r:
::
::'_:i=j ' :::::
:.:, :i::::.:'=:::j=::-:.:.-':':
:

fgen Profesi Tes Kulit lgE Spesifik


Berat Molekul Besar
Produk hewani. serangga, dan hewan coba Dokter hewan laboratorium
bboratorium (tikus, mencit, kelinci, marmut) Pelatih hewan
tlnggas
Burung merpati, burung betet, ayam Peternak burung merpati
Peternak unggas
Orang yang memelihara unggas/
burung
Serangga
Tungau gandum Petani gandum +
Kecoak Petugas Laboratorium +
Tawon Peternak ikan +
Ngengat dan kupu-kupu Entomolog +
Iumbuhan
Tepung gandum Tukang roti, Tukang giling + +
Biji kopi Pabrik makanan olahan + +
B'rjijarak Pabrik minyak +
Teh Pekerja kebun teh +
Daun tembakau Pabrik pengolah tembakau +
Erzim Biologis
B. subtilis Pabrik detegen
Yegetables
Permen karet
Gum Acacio Tukang cetak
Lainnya
Kepiting Tempat olahan kepiting
Udang Tempat olahan udang
Serat Molekul Kecil
Toluene diisosianat lndustri poliuretana, plastik, dan
pernis
Difenilmetana diisosianat Foundories
Heksametilen diisosianat
Debu kayu Tukang kayu, kontruksi,
Pohon cedar merah (Thujo plicota) pengrajin lemari,
pekerja gergaji
Colifo r n io re dwood (seq u oia se m pe rvires)
Mahon (Shoreal sp)
Platina Kilang minyak +
Nicel Penyepuhan +
knisilin Berkaitan dengan farmasi
Sefalosporin Berkaitan dengan farmasi +
Piperasin hidrokhlorida Ahlikimia +

reSIMPULAN REFERENSI

flmrna akibat kerja merupakan penyakit paru akibat kerja 1. Cartier A, Sastre J, Clinical Assessment of Occupational
Asthma and its Differential Diagnosis. Immunol Allergy Clin
ymrg sering dijumpai.
N Am 2011;31,:717-28.
Mekanisme timbulnya asma melalui jalur iritasi, 2. Yeung CM. Occupational Asthma. Chest 1990;98:1485-1615
nrurnologi dan farmakologi. 3. Yeung CM, Malo jL. Occupational Asthma. N EngI ]
1995;333:107-12.
Diagnosis ditegakkan dengan menghubungkan klinis
4. Pacheco K Glazer S C. Making the diagnosis of occupational
mr,na dengan lingkungan kerja, sehingga anamnesis dan asthma : lVhen to suspect it and what to do. Prim Care Clin
;prneriksaan penunjang yang tepat sangat membantu Pract 2008;35 : 61 - 80
5. Teguh Harjono. Penurunan Arus Puncak Ekspirasi Pada
@aknya diagnosa. Pekerja Pengecatan Mobil di ]akarta (disertasi akhir PPDS),
65
URTIKARIA DAN ANGIOEDEMA
Ari Baskoro, Gatot Soegiafto, Chairul Effendi, PG.Konthen

GINISI bisa terus menerus atau munculnya kadang-kadang


saja. Biasanya berlangsung sekitar 30 menit (misalnya
tiilllhrtfkaria: Suatu kelainan yang terbatas pada bagian pada urtikaria fisik) hingga beberapa hari pada urtikaria
sumerfisial kulit berupa bentol (wheol) yang berbatas jelas vaskulitis. Namun jarang sekali progresif menjadi reaksi
fuirqan dikelilingi daerah yang eritemafous. Pada bagian anafilaksis.
'ffitqah
bentol tampak pucat. Biasanya kelainan ini bersifat Secara umum keluhan pasien urtikaria hanya
merasakan gatal, tetapi pada episode serangan urtikaria
dl ue$uruh permukaan kulit. yang berat dapat mengeluh badan terasa lelah, gangguan
Angiodema: Edema lokal dengan batas yang jelas pencernaan dan menggigil. Angioederno merupakan
ynn''rrq melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam (jaringan spektrum urtikaria yang terjadi pada lapisan kulit yang
mublkutan), bila dibandingkan pada urtikaria. Bisa terjadi di lebih dalam, Iebih sering terasa nyeri dibanding gatal
rrmrrBlrElpun, tetapi paling sering pada daerah mulut, kelopak dengan waktu penyembuhan yang relatif lebih lama.
mnffi dan genitalia.
i.-.[rtikaria dan angioedema merupakan edema
mompltting yang dapat terjadi secara tersendiri atau INSIDEN
ilmrsamaan. Selain di kulit, kelainan yang sama dapat
lEqpdi pada permukaan mukosa gastrointestinal ataupun Walaupun dapat terjadi pada setiap umuE namun urtikaria
dun-an napas atas. Episode urtikaria/angioedema yang dan ongioederno meningkat insidennya setelah dewasa
hrhngsung kurang dari 6 minggu disebut urtikaria/ dan mencapai puncaknya pada usia dekade ketiga. Suatu
mqtoedema akut. Dan bila proses tersebut menetap lebih survei pada pelajar sekolah, memperkirakan sekitar 15-
,Mii6 minggu, disebut kronik. 20% pelajar perna h men galami urtikaria/ o n g ioede m a.
Mungkin frekuensinya lebih dari angka-angka tersebut,
mengingat kelainan ini bersifat dapat hilang sendiri dan
jarang memerlukan pertolongan secara medis, apalagi
'E}IDAHULUAN kalau hanya terbatas pada kulit. Belum ada data insiden
Muhrn sejarahnya, urtikaria dikenal pertama kali oleh para urtikaria dan ongioedemo yang terjadi di Indonesia.
pnngamat di bidang medis seperti Hippocrates, Pliny dan
rfidsrs. Terminologi urtikaria pertama kali dipergunakan
mr-*q'a luas pada abad 18 masehi. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSIS!
Urtikaria dikenaljuga sebagai penyakit kulit dengan
Mrrr"rtol-bentol kemerahan sebagai akibat proses alergi. Pada waktu-waktu tertentu terjadi peningkatan insiden
tElrhrk kelainan klinisnya amat bervariasi dengan ukuran urtikaria/angioedema. Hal ini terutama pada pasien-pasien
heherapa milimeter hingga berdiameter beberapa dengan alergi saluran napas musiman sebagai akibat
mtmtriirneter. Lesi ini bisa bersifat terlokalisir seperti pada inhalasi tepung sari, serpihan kulit hewan dan spora
umtikaria fisik maupun, meluas atau menggabung menjadi jamur. Selain dicetuskan bahan-bahan inhalan, dapat
sailhir membentuk giant urticaria. Serangan urtikaria juga dicetuskan makanan tertentu seperti buah-buahan.

495
496 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX

udang, ikan. produk susu, coklat, kacang-kacangan dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Walaupun
obat-obatan. Bahan-bahan tersebut dapat mencetuskan demikian perlu dipertimbangkan kemungkinannya akibat
reaksi anafilaksis dengan keluhan yang menonjol pada penggunaan obat (aspirin, ACE inhibitor, OAINS) atau
sistem kardiovaskular dan gastrointestinal, selain dapat o w ith eo sin op hllio (EAAE).
e p iso d ic o n g ioe d e m
juga mengakibatkan urtikaria kronik. Urtikaria kronik yang Apabila didapatkan kadar C1 inhibitor di bawah
disebabkan oleh alergi makanan dengan perantaraan lgE normal, mungkin bisa diakibatkan oleh faktor yang
hanya mencakup 1% kasus. Sisanya dengan penyebab didapat (misalnya limfoma, lupus eritematosus sistemik)
yang sangat heterogen. Ada terminologi pseudoolLergy atau bawaan/herediter yang sifatnya diturunkan secara
atau hipersensitivitas non alergi terhadap bahan- autosomal dominan.
bahan pseudoollergen. Gejala urtikaria sebagai akibat
pseudoolLergy ini sangat menyerupai hipersensitivitas
tipe 1, tetapi mekanismenya sangat berbeda. Urtikaria ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
kronik sering dikaitkan dengan bahan-bahan makanan
yang mengandung pseudoallergen. selain penyakit Sebelum membahas lebih lanjut patogenesis urtikaria/
autoimun dengan didapatkannya autoantibodi terhadap angioedema, akan disinggung secara sepintas tentang
tiroid atau reseptor lgE. Bahan-bahan makanan seperti anatomi dan fisiologi kulit, dengan harapan dapat
ini bisa mencetuskan manifestasi klinis urtikarla, diduga mempermudah pemahaman selanjutnya. Kulit merupakan
melalui mekanisme kerusakan fungsi barrier mukosa organ yang terluas dengan berbagai macam fungsi
gastroduodenal. Apakah infeksi H.pylori ikut berperan selain fungsi perlindungan terhadap dehidrasi, pengaruh
dalam hal ini, masih memerlukan penelitian yang lebih lingkungan dan alergen. Komposisi terbanyak pada
mendalam. lnfeksi lainnya seperti Hepatitis B dan C pada epidermis adalah keratinosit, sedangkan sel-sel Langerhan
beberapa laporan dapat menyebabkan urtikaria, walaupun mencapai sekilar 2-60/o struktur epidermis. Peranan pentiqg
dengan etiopatogenesis yang belum jelas. Oleh karena itu sel-sel ini adalah sebagai ontigen presenting cells yang
masih diperlukan data dan penelitian yang lebih intensif. mengolah antigen. Di bawah epidermis terdapat lapisan
Pencetus urtikaria lainnya yang mungkin adalah rangsangan dermis yang terdapat pembuluh darah kecil, pembuluh
fisik seperti dingin, panas, sinar matahari, latihan fisik/olah limfe, sel mast dan serabut saraf sensoris yang berperanan
raga dan iritasi mekanik. Dermografisme dapat dicetuskan dalam patogenesis urtikaria.
oleh goresan yang cepat dari benda keras tertentu dengan Akhir serabut saraf di dermis dipersarafi oleh neuron
membentuk gambaran urtikaria yang linear; walaupun aferen menuju susunan saraf pusat. Rangsangan yarg
ini tidak dipengaruhi oleh status atopi pasien. Membawa bersifat mekanik terutama dihantarkan oleh serabut
tas yang cukup berat, merupakan rangsangan timbulnya saraf bermielin tipe A. sedangkap stimulasi nyeri akan
pressure urticoria pada bahu. Demikian juga berlari atau diterima nosiseptor dan dihantarkan melalui serabufr
mengangkat beban, dapat mencetuskan pressu re urticario saraf tidak bermielin tipe C. Hantaran serabut saraf tipe,
pada kaki dan Iengan. Demam, mandi air hangat atau C ini relatif lebih lambat dibanding serabut taraf tipe.
olah raga di mana terjadi peningkatan temperatur tubuh, A. Antidromic stimulotion serabut saraf tipe C ini yalrg
dapat mencetuskan urtikaria kolinergik. Cold urticario berperanan dalam terbentuknya eritema pada urtikafr
dapat timbul sebagai akibat pajanan terhadap udara seperti yang terlihat pada triple response dari Lewis. Sail
dingan, es batu, bahkan dapat mengarah pada kolaps ini terdapat bukti-bukti bahwa proses tersebut diperantadi
vaskular bila berenang pada air dingin. Pemicu lain adalah pelepasan neuropeptida dari akhiran saraf dibanding
cahaya (solar urticario), air pada temperatur berapapun akibat pengaruh histamin. Histamin sendiri berperamr
(oquogenic urticario) dan bahan kimia tertentu (contoct dalam terbentuknya bentol (wheol). Sistem simpatfir
u rtica rio). Alergi terhadap bahan-bahan karet alam seperti auotonom yang mempersarafi kelenjar keringat lebfrilirr
lateks, merupakan masalah tersendiri bagi pekerja medis. banyak memperantarai pelepasan asetilkolin dibanding
Timbulnya manifestasi klinis contoct urticqria seperti ini, norepinefrin.
melalui hipersensitivitas tipe 1. Limfosit normal di dapatkan di lapisan dermfts-
Pada ongioedemo, perlu dilihat ada atau tidaknya Walaupun jarang, sejumlah kecil (kurang dari 10%) limfod
bentol-bentol (wheols) yang menyertai. Bila disertai cenderung bermigrasi ke epidermis. Selanjutnya limffi
adanya urtikaria, dapat dikatakan qngioedemo tersebut tersebut berdiferensiasi menjadi limfosit yang mempurqfr
merupakan bagian dari urtikaria yang kebetulan terjadi sifat khusus, berdasarkan sitokin yang dikeluarkan
bersamaan. Tetapi bila ongioedemo yang terjadi tanpa berperan dalam menentukan macam respons imun
disertai adanya urtlkaria, perlu dipikirkan kemungkinan kulit. Limfosit CDo, yang memproduksi lnterleukin-2 fll-
keterkaitannya dengan kadar C7 inhibitor. Angioedema dan lnterferon-y (lFNy) merupakan T helper sel tipe 1
dengan kadar C7 inhibitor yang normal, umumnya 1) yang berperanan sebagai sel efektor pada imu
ITNIA DAN ANGIOUDEMA 497

Ed{rrrurilar (Ce ll- m e d iated im m u n ity). Seba Ii knya i mfosit


Tabel 1. eahan-baia; ,;;9 Dapat Menyebabkan
I

@D; yang memproduksi lL-4, lL-5 dan lL-6 merupakan f PelCpiian Histimin dari Sel ltrtasl
i@er sel tipe 2 (Th2) yang mempunyai peranan penting
dfllhr.n respons hipersensitivitas yang diperantarai lgE
No Jenis bahan Golongan
lffiilitupersensitivitas tipe 1). Sel Langerhan, keratinosit 1. Rangsangan Reaksi hipersensitivitas (lateks,
kulit merupakan suatu sistem yang saling
dhm liimfosit
imunologis non kelapa, ikan laut)
sitotoksik Otoantibodi yang bekerja pada
m[trimpengaruhi dan satu kesatuan ini disebut sebagai
bagian Fc dari lgE atau secara
ffimassociofed limphoid fissue (SALT). Pada urtikaria, sel langsung pada reseptor lgE di
irmlosf telah diketahui sebagai sel efektor, tetapi ternyata sel mast
lffimmffiosit T juga mempunyai peranan. Hal ini terlihat dari Anafilatoksin C3a dan C5a
pmelikian, bahwa pada pasien urtikaria memperlihatkan
rdhnnrrminrasi sel CDr* dibanding CDr. Sitokin dari limfosit 2. Fisiologis Substansi P
Vasooctive intestino I potypeptido
dbln sel most dapal memperantarai peningkatan voscular
(VIP)
(dilE ion molecules. E-selectin atau Endothelio| Adhesion
rllltdkcutre-7 dan Voscular Adhesion Molecule-1 (VCAM-1)
3. Obat-obatan Morfin
mml'iliiadimeningkat yang merupakan respons dini terhadap Kodein
lfi*ffirlan pada d e loye d - p re ss u re u rtico rio. Tubokurarin, kurare

4. Eksperimental Larutan 48/80


Calc iu m io n op h ore Arrr",
MTOGENESIS
5. Rangsangan Cs", C3"

umantpenting. Reaksi hipersensitivitas tipe 1 dan urtikaria/


sitotoksik Surfaktan

ilryrimedema diawali oleh "tertangkapnya" antigen pada 6. Reaksi anafilaktoid Dekstran


r@tor IgE yang saling berhubungan dan menempel Endotoksin
Na sel rnost atau basofil. Proses selanjutnya terjadi Kontras radiologi
dhtluasi sel rnastlbasofil dengan mengeluarkan berbagai
tltiffiun mediatoryang pada akhirnya mengundang sel-sel Pada 30o/o pasien urtikaria kronik idiopatik terdapat
yang berperan pada reaksi fase lambat
umffiianrasi. Sel-sel autoantibodi dari kelas lgG yang memiliki sifat sebagai
ltuammusuk contoh diantaranya eosinofil, netrofil, limfosit anti lgE atau anti Fc reseptor lgE. lgG tersebut memiliki
rdnn hasofil. Mekanisme tersebut di atas dapat terjadi kemampuan melepaskan ,histamin dari sel mast, tanpa
mrda urtikaria yang terjadi akibat makanan tertentu dan tergantung dari ada atau tidaknya lgE spesifik pada
ptnmakaian bahan yang mengandung lateks. reseptor sel mosf.

ffi
Efek farmakologi
f,';-",}+ Pembuluh darah
Aliran udara
Infiltrasi sel

4"q r& tL-4,t1-5,tL-6


Efek klinis
Asma
Eksim
Hoy fever

Efek umpan balik


pada sistem imun

Aktivasi
Presentasi antioerA
- Produksi toE A A
n Pelepasan mediator A
n
-/ sel mast

Crambar 1. lnduksi dan mekanisme efektor pada hipersensitivitas Tipe 1


498 ALERGI DAN IMUNOLOGI KTINIK

Pengukuran terhadap aktivitas melepaskan histamin komponen dari komplemen yang mengarah pada
ini hanya dapat dilakukan pada pusat-pusat penelitian pembentukan bahan-bahan vasoaktif dari peptida yang
tertentu. Tes kulit menggunakan serum pasien sendiri menyerupai kinin dan bradikinin. Trauma mekanik ringan
(outologous serum skin fesflASST) atau plasma pasien mengaktifkan faktor Hageman (faktor Xll) yang mengawali
yang telah diberi heparin, dapat digunakan sebagai tes pembentukan plasmin dan kalikrein. Plasmin selanjutnya
penyaring sederhana untuk aktivitas melepaskan histamin mengaktifkan C1 dengan pembentukan C2 kinin-like
dalam darah pasien urtikaria. Ditempat penyuntikan akan peptide,sedangkan kalikrein menghasilkan bradikinin yang
timbul bentol dan kemerahan dalam waktu 30-60 menit. berasal dari kininogen. Cl inhibitor menghambat fungsi
Tes ini dapat dikatakan sensitif tetapi tidak spesifik pada katalitik dari faktor Xll aktif, kalikrein dan komponen C1.
pengukuran aktivitas melepaskan histamin oleh basofil. Dengan demikian bisa dipahami, pada pasien defisiensi C7
Pada penelitian sebelumnya, ASST yang positif dapat r, sela ma terjad i nya se ra n ga n klinik o n g ioed e mo,
in h ib ito
dihasilkan dari pelepasan histamin oleh sel mast kulit terjadi peningkatan kadar bradikinin. Di lain pihak, kadar
tetapi bukan oleh basofil yang berasal dari donor sehat. C4 komplemen akan menurun. Pada kasus defisiensi C7
- Adanya autoantibodi anti lgE ini dapat dideteksi inhibitor yang didapat bisa dikaitkan adanya penyakit
melalui immunoossoy dengan metode ELISA atau western autoimun atau Limfoma.
blotting. Selain pada pasien urtikaria kronik, autoantibodi
ini bisa didapatkan pada pasien atopi ataupun pasien sehat.
Autoantibodi terhadap reseptor Fc lgEjuga bisa didapatkan SEL-SEL INFLAMASI DAN MEDIATOR
pada pasien dermatomiositis, lupus eritematosus sistemik,
pemfigus vulgaris dan pemfigoid bulosa. Peranan SelMast
Peranan sel mosf kulit pada urtikaria kronik, untuk Sel most diketahui sebagai efektor primer yang
pertama kali diperkenalkan oleh Juhlin pada tahun 1967. menghasilkan histamin pada urtikaria dan angioedema
Dinyatakan bahwa hampir pada semua pasien urtikaria Selain histamin, sel rnosf menghasilkan berbagai macam
kronik, menunjukkan peningkatan histamin pada lesi mediator yaitu triptase, kimase dan sitokin. Bahan-bahan
urtikaria. Hasil yang sama diperoleh pada kasus cold ini di samping meningkatkan kemampuan degranulasi sel
urticorio. Kadar histamin total pada lesi urtikaria ataupun masf lebih lanjut, juga terjadi peningkatan aktivitas ELAM
pada kulit yang tanpa lesi, lebih tinggi pada pasien urtikaria dan VCAM. Molekul adesi ini memudahkan migrasi limfosit
kronik dibandingkan pasien tanpa urtikaria. Waktu yang dan granulosit menuju tempat terjadinya lesi urtikaria.
diperlukan sel mosf untuk melepaskan histamin pada
pasien cold urticoria, ternyata tidak sesederhana dengan Peranan Eosinofil
cara menurunkan temperatur kulit sehingga terjadi Eosinofil sangat berperanan bila Be+ryebab urtikaria adalah
degranulasi sel mosf ataupun menghangatkannya sebelum proses alergi, seperti reaksi alergi terhadap obat, makanan
dilakukan tes. atau antigen eksogen. Bersama-sama dengan netrofil
Pada pasien urtikaria, berkembang pendapat eosinofil merupakan bagian dari infiltrat sel-sel inflamasi
mengenai terjadinya peningkatan kemampuan sel mosf pada delayed pressure urticoria. Eosinofil secara dominil
dalam melepaskan histamin serta peningkatan jumlahnya/ didapatkan pada jaringan. Bila diperbandingkan, seti4
kadarnya. Keadaan ini dapat diketahui melalui tes kulit eosinofil pada darah tepi sesuai dengan 300 eosind
menggunakan bahan degranulator sel most yang non di jaringan. Ada suatu sindrom yang disebut sebagai
spesifik, seperti misalnya larutan 48180 atau menggunakan Episodic Angioedema Associoted With Eosinophilia (EMq,
kodein (selengkapnya lihat tabel). Peningkatan histamin ini berupa angioedemo yang berulang, penambahan berat
murni akibat degranulasi sel mosf kulit dan bukan akibat badan hingga 15o/o, demam, urtikaria, lekositosis darn
sekunder dari mobilisasi dan stimulasi basofil yang juga peningkatan eosinofil pada jaringan dan darah tepi. Tid*
dikenal sebagai sumber histamin. Kenyataan ini terlihat didapatkan kelainan organ internal dengan perjalana
dari peningkatan kadar triptase, selain histamin pada klinis yang tidak seberat sindrom hipereosinofil.
cairan urtikaria. Bagaimana sebenarnya pengaruh eosinofil pade
Peranan neuropeptida dalam hal degranulasi sel urtikaria belum sepenuhnya dipahami. Akan tetapfr
mosf belum jelas dan masih memerlukan penelitian eosinofil merupakan penghasil utama leukotrien Q
lebih lanjut. Mungkin saja pada lingkungan mikro di (LTC.) pada inflamasi alergi. Dengan adanya antagor{r
sekitar sel rnosf terjadi peningkatan sitokin, kemokin atau terhadap reseptor leukotrien, dapat diketahui dengan
histomin releosing foctors yang pada gilirannya dapat jelas peranan leukotrien dalam menimbulkan gejala padr
menurunkan ambang rangsang sel most, sehingga mudah urtikaria kronik. Selain itu, adanya wheol and flore dad'
terdegranulasi. ditimbulkan oleh penyuntikan pada kulit dengan protein
Angioedemo diakibatkan oleh peningkatan aktivitas kationik dari eosinofil.
IAnIA DAN ANGIOUDEMA 499

futar 2. Aktivasi sel mast dan pengaruh mediator yang dihasilkan

Ada juga suatu bentuk urtikaria kronik di mana


qrrara hisfspatologis didominasi oleh sel-sel PMN dan
Sel supresor
Pembuluh darah
codnofil tanpa bukti-bukti adanya vaskulitis. Gambaran t aktivasi t permeabilitas
mni rrenryerupai reaksi alergi fase lambat. Perbedaannya
nddlatr, reaksi alergi fase lambat timbul beberapa jam PMN
J Pelepasan
$etrdiah rangsangan antigen dan lesi ini dapat berlangsung enzrm
J Kemotaksis
Hhin dari 24 jam. Lesi pada reaksi alergi fase lambat berupa
Mlmffiui yang lunak, gatal, dan rasa panas/menyengat. Secara
lltrruffi Flatologis dida patka n i nfi ltrat yang men gand un g
Sel mast
J Pelepasan
histamin
il* ph3'"r'r''
rmttrrcrfil,eosinofil dan limfosit. Tidak didapatkan gambaran
!fledh.ilitis. Sebaliknya pada urtikaria vaskulitis, umumnya
ffimnnak adanya purpura yang dapat teraba serta gambaran
mndkulitis pada pemeriksaan histopatologis.
Basofil
1 Pelepasan
histamin
., Kemotaksis
f,tA*,
'@ro".,",iili
Makrofage
Rranan Basofil ., Produksi C2

M pasien urtikaria kronik terjadi penurunan jumlah


&smofil darah tepi. Keadaan ini mungkin terkait dengan
Gambar 3. Reseptor histamin dan pengaruhnya
dmnya proses degranulasi yang ikut andil dalam reaksi
Lurfiiikaria. Hal laln yang mungkin bisa menerangkan adalah
nngrasi basofil menuju lesi urtikaria atau menggantikan jaringan. Dengan berkembangnya antibodi anti basofil,
pmlsi makrofag setelah mengalami degranulasi parsial. kendala tersebut dapat diatasi.
Suratu penelitian menunjukkan bahwa basofil pasien
urttiiflraria melepaskan histamin yang relatif lebih rendah
u{ffiumding kontrol orang sehat, ketika dirangsang dengan DIAGNOSIS U RTI KARIA/ANG IOEDEMA
mmmi lgE. Mungkin basofil tersebut sebelumnya sudah
ru&dhrn keadaan desentisasi terhadap adanya autoantibodi Untuk membuat diagnosis urtikaria perlu dilakukan
ynmq dapat merangsang pelepasan histamin. Basofiljuga anamnesis yang baik terhadap riwayat penyakit, gejala
|Mnperan pada peningkatan histamin pada fase lambat klinis, dan pemeriksaan penunjang.
mmlksii hipersensitivitas tipe 1. Pada keadaan tersebut
fiaryadi migrasi basofil menuju kulit dan ini dapat terjadi Riwayat Penyakit
ffi ljtanr setelah provokasi oleh alergen. Sel mosf tidak Anamnesis ini sangat penting, terutama menyangkut
lMnperanan melepaskan histamin pada fase lambat ini. lamanya keluhan. Bentol-bentol yang berlangsung kurang
$ecara teknis tidak mudah mendeteksi basofil pada dari 1 jam, mungkin merupakan suatu physicol urticario,
500 ATERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK

dengan perkecualian deloyed pressure urticoria yang Reaksi hipersensitivitas terhadap penisilin diduga
biasanya gejala puncaknya antara 3-6jam dan menghilang dapat menyebabkan urtikaria kronik, walaupun belum
dalam ?4 jam. Contact urticorio biasanya berlangsung terbukti. Obat-obatan lain golongan ACE inhibifor dan
singkat, tapi bila menimbulkan reaksi fase lambat, dapat antagonis reseptor angiotensin ll, dapat menyebabkan
berlangsung hingga beberapa jam. Pada urtikaria vaskulitis angioedema.
yang khas, dapat berlangsung sampai 1 minggu. Bentol- Makanan-makanan tertentu dapat juga menimbulkan
bentol pada urtikaria yang umum, berlangsung hingga urtikaria. Biasanya gejala akan muncul dalam waktu 30-90
24 jam. Walaupun berulang, urtikaria yang berlangsung menit setelah makan dan bisa disertai gejala lain seperti
total kurang dari 6 minggu disebut urtikaria akut. Lebih diare, mual, kejang perut, hidung buntu, bronkospasme
hingga gangguan vaskular. Semua gejala ini diperantarai
dari waktu tersebut dikatakan kronik. Untuk mengetahu!
oleh lgE. Walaupun belum jelas bena4 beberapa peneliti
pencetusnya, perlu anamnesis yang teliti tentang keadaan-
menduga, bahan pengawet seperti benzoat dan azodyes
keadaan sebelumnya seperti infeksi, obat-obat yang
(misalnya tartrazin), dapat memperberat gejala urtikaria
dikonsumsi termasuk cairan infus, imunisasi dan makanan
kronik.
tertentu, walaupun pada urtikaria kronik biasanya sulit
menentukan faktor pencetusnya. Perlu juga diperhatikan
Gejala Klinis
apakah keluhan-keluhan tersebut semakin memberat
Lesi urtikaria biasanya tidak akan sulit dikenali. Bentuk
dengan adanya panas, stres dan kadang-kadang oleh
kelainannya berupa bentol-bentol yang kemerahan
alkohol. Riwayat angioedema pada beberapa anggota
dan disertai rasa gatal. Gatal ini bervariasi dari ringan
keluarga, perlu diwaspadai kemungkinan defisiensi C7
hingga yang berat bahkan terasa terus-menerus hingga
inhibitor.
sangat mengganggu irama kerja dan tidur malam. Lesi ini
Penyebab yang paling sering urtikaria akut yang
cenderung bersifat sementara, namun dapat bertambah
umum adalah obat-obatan dan infeksi (misalnya infeksi
besar atau mengecil dalam beberapa jam. Apabila menetap
virus pada saluran napas atas). Saat ini cukup sering
lebih dari 24 jam, perlu mendapat perhatian khusus akan
seorang pasien mendapatkan berbagai macam obat
kemungkinan suatu urtikaria vaskulitis. Kadang-kadang
(polifarmasi) saat datang berobat. Atau mereka membeli
lesi yang terjadi lebih dalam pada lapisan dermis, akan
sendiri dari toko-toko obat, termasuk beberapa produk
membentuk bercak eritematous dan cenderung terjadi
bahan kimia yang tak berizin. Semua bahan-bahan ini
edema. Lesi yang demikian umumnya dapat menghilang
berpotensi sebagai pengenalan antigen pada saluran
dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Kejadian
pencernaan.
urtikaria, 50% akan disertai angioedema. Bila kedua
Obat-obatan bisa memperberat gejala urtikaria
kelainan tersebut terjadi bersamaan, kemungkinan
dengan cara stimulasi sel mosf atau mempengaruhi
mempunyai prognosls yang .lebih buruk dibanding
sintesis eikosanoid pada saat terjadi degranulasi sel rnosf.
urtikaria umumnya. Sebab ada kemungkinan terjadi
Degranulasi sel rnosf non-imunologis, dapat dicetuskan
berulang dengan episode yang bisa berlanggrng hingga
oleh beberapa obat seperti opiat, kurare, bahan kontras
5 tahun. Pada urtikaria vaskulitis ada gambaran kelainan
radiologi dan beberapa antibiotika (misalnya polimiksin
dermatologi lain yang biasanya menyertai, seperti eritema
B). Walaupun demikian, jarang sekali terjadi urtikaria,
bila diberikan dalam dosis terapi pada kondisi sehat. multiforme, pruritic urticarial plaques and popules of
pregnancy (PUPP syndrome), pemfigoid bulosa, dermatitis
Pada pasien urtikaria kronik, obat-obat tersebut bisa
meningkatkan risiko eksaserbasi dan seharusnya dihindari herpetiformis dan urtikaria papular. Pada angioedema
penggunaannya sebisa mungkin. Obat-obatan lain yang yang tanpa disertai urtikaria, mungkin bisa diawali
blsa menyebabkan urtikaria atau reaksi anafilaktoid adanya trauma mekanik ringan sehingga menimbulkan
adalah obat-obat golongan COX-2 inhibitor, aspirin, edema subkutan yang cukup besar dan terasa nyeri.
atau OAINS. Selain itu, sepertiga pasien urtikaria bisa Edema ini bisa terjadi pada jaringan submukosa dengan
diperberat oleh obat-obatan tersebut, dengan mekanisme berbagai macam manifestasi klinis. Pada submukosa
yang belum jelas benar. Mungkin saja melalui mekanisme usus dapat memberikan gejala kolik, sedangkan pada
hambatan terhadap terbentuknya prostaglandin, pada laring menyebabkan gejala tercekik. Semua gejala ini
saat terjadinya degranulasi sel most. Pergeseran metabolit dapat menetap sampai beberapa hari bila tidak dilakukan
asam arakidonat ke arah terbentuknya leukotrien, mungkin pengobatan yang memadai.
memudahkan terjadinya infiltrasi sel-sel radang pada Dalam hal ini, pemeriksaan fisik ditujukan untuk
lesi urtikaria dengan memperpanjang fase reaksinya. menilai aktivitas urtikaria, bentuk dan distribusi dari lesi,
Sebagian kecil pasien urtikaria kronik yang dicetuskan apakah disertai angioedema, memal edema kulit yang
oleh aspirin memiliki reaksi yang hampir sama terhadap luas serta kemungkinan keterlibatan kelainan jaringan ikat
salisilat, ozodyes (termasuk tartrazin) dan benzoat pada Perlu diperhatikan juga adanya kemungkinan penyakit
makanan. sistemik seperti kelainan tiroid, artritis dan ikterus.
ISIIA DAN ANGIOUDEMA 50r

i hcriksaan Laboratorium Penunjang eosinofil, lebih mengarah pada urtikaria alergi.


Pada beberapa pasien vaskulitis nekrotikan, tampakjuga
I tL Alergi. Adanya kecurigaan terhadap alergi dapat
inflamasi dengan sel-sel radang limfosit yang jarang disekitar
ffilUarkutan konfirmasi dengan melakukan tes kulit
i pembuluh darah dermis dengan atau tanpa eosinofil.
iliiimfu,o (skin prick test), pemeriksaan lgE spesifik (radio-
|
Pemeriksaan pelengkap. Pemeriksaan darah rutin
i egrosorbenf test-RASTs) atau invitro yang mempunyai

I rdm yang sama. Apabila secara klinis "memungkinkan", biasanya tidak banyak membantu diagnosis urtikaria
I dlpt dilakukan tes provokasi. Pada prinsipnya tes kulit umumnya atau urtikaria fisik. Pemeriksaan tersebut
I dm nnSf, hanya bisa memberikan informasi adanya reaksi bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit penyerta, misalnya urtikaria vaskulitis atau
I ihipnsensitivitas tipe 1. Tes yang demikian itu tidak dapat
adanya infeksi penyerta. Pemeriksaan-pemeriksaan seperti
I mrrrunjang diagnosis urtikaria vaskulitis yang merupakan
I rdi imun kompleks atau sitotoksik, sebagaimana terjadi
[l *,+"t obat-obatan atau transfusi darah.
I U*Jntuk urtikaria akut, tes-tes alergi mungkin sangat
Jhnrmanfaat, khususnya bila urtikaria muncul sebagai
!Uryn"n dari reaksi anafilaksis. Pada kasus urtikaria
Itfu,'mt, mungkin sulit dilacak penyebabnya dari riwayat
I p4danan penyakitnya. Bentuk lain dari intoleransi obat
[&m n"tanan yang tidak diperantarai oleh lgE, mungkin
[ illhlbungkan dengan manifestasi klinis sebagai urtikaria
I mmuf Untuk mengetahui adanya faktor vasoaktif seperti
J rhurrne-re le o sing o uto o ntibod ies, tes i nj eksi i ntrad ermal
[ ,lrunggunakan serum pasien sendiri (outologous serum
] mm rest-ASST) dapat dipakai sebagai tes penyaring yang
1,,'inilAr-p sederha na.
I
I lb Provokasi. Tes provokasi akan sangat membantu Gambar 4. Histopatologi reaksi fase lambat urtikaria
I '*fgunosis urtikaria fisik, bila tes-tes alergi memberi hasil
meragukan atau negatif. Namun demikian, tes
] UryS
I mrnou,okasi ini harus dipertimbangkan secara hati-hati komplemen, autoantibodi, elektroforesis serum, faal ginjal,
umffi/k menjamin keamanannya. Hal ini dilakukan pada
tr faal hati dan urinalisis akan membantu konfirmasi urtikaria
I ffimpat yang mempunyai tenaga ahli dan fasilitas untuk vaskulitis. Pemeriksaan Cl inhibitor dan C4 komplemen
I rnaruitasi, terutama bila ada riwayat anafilaksis atau reaksi sangat penting pada kasus angioedema berulang tanpa
[ ,rmrnoiA. Adanya alergen kontak terhadap karet sarung u rti karia.
I Urnngan atau buah-buahan, dapat dilakukan tes pada
J ttngan bawah, pada kasus urtikaria kontak.
J f"t provokasi oral mungkin diperlukan untuk PENATALAKSANAAN U RTI KARIA/ANGIOEDEMA
I rmrgetahui kemungkinan urtikaria akibat obat dan
I ,*anan tertentu. Tes ini menggunakan suatu seri Penjelasan
I qPqrl yang mengandung pengawet makanan, pewarna Pada pasien perlu dijelaskan tentang jenis urtikaria,
[ *nan, dan dosis kecil asetilsalisilat yang diberikan penyebabnya (bila diketahui), cara-cara sederhana untuk
J rcra bergantian dengan kapsul plasebo. Metode tes mengurangi gejala, pengobatan yang dapat dilakukan dan
I qerti ini relatif sulit disimpulkan dan pasien harus harapan di masa mendatang, merupakan hal yang penting
] hmar-benar tidak mengonsumsi obat-obatan. Selain itu, untuk pasien, karena mungkin harus hidup dengan kondisi
J ns inri dilakukan saat tidak terjadi urtikaria, diet ketat tersebutuntuk beberapa bulan bahkan beberapa tahun.
rnmfnaaap bahan yang dicurigai sebelum dilakukannya
I
Jfishrsebut. Menghindari Alergen
I 5ri. Punch biopsy dengan ukuran 4 mm dapat Prioritas utama pengobatan urtikaria adalah eliminasi
! dlgpnatan membantu diagnosis. Urtikaria mencakup bahan penyebab, bahan pencetus atau antigen, yang
I Hdnan histopatologis yang luas, mulai infiltrasi berbagai sebenarnya lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

| , ram sel radang yang agakjarang dengan edema dermis Menghindari alergen penyebab urtikaria kontak atau
[ ffigga edema dermis yang menonjol disertai infiltrasi anafilaksis, seharusnya akan dapat menyelesaikan
I Ut"d radang yang relatif banyak. Sel-sel infiltrat tersebut masalah. lntoleransi terhadap makanan dan obat yang
n ihrffiri dari netrofil, limfosit dan eosinofil. Adanya infiltrat tidak diperantarai lgE, harus dipertimbangkan sebagai
I
I

I
I

L
502 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK

urtikaria kronik yang tidak memberikan respons yang antihistamin umumnya. Pada penelitian terhadap pasien
baik dengan pemberian antihistamin. Pada kasus seperti urtikaria kronik, Doksepin yang diberikan 3x10mg, dikatakan
ini, lebih menguntungkan menghindari salisilat, ozodyes, 7 kali lebih efektif dibanding Difenhidramin, tetapi efek
benzoat dan pengawet makanan lain seperti asam sorbik, samping antikolinergiknya lebih besar. Obat ini mungkin
khususnya bila akan dilakukan tes provokasi tersamar lebih baik dipergunakan malam hari, karena efek samping
ganda. mengantuk.
Penghambat reseptor H, juga mempunyai peranan
dalam pengobatan urtikaria kronik. Ada beberapa
MEDIKAMENTOSA penelitian yang mendukung adanya kombinasi yang cukup
efektif antara penghambat reseptor H., dan H, pada pasien
Pengobatan lini pertama. Mayoritas pasien urtikaria
urtikaria tertentu. Dari pengalaman klinis, kombinasi
kronik, mendapatkan pengobatan simtomatis dengan
tersebut mengecewakan untuk pengobatan urtikaria, tapi
antihistamin 1 (AHr) klasik. Keberhasilan obat-obat
cukup membantu mengatasi keluhan dispepsia yang tidak
tersebut agak terbatas, karena timbulnya efek samping
jarang berhubungan dengan urtikaria berat.
berupa sedasi dan mulut kering. Seperti telah diketahui,
Obat-obat yang secara teoritis sebagai stabilisator
bahwa sel mosf kulit dapat mengalami degranulasi oleh
membran sel most, seperti nifedipin, pada beberapa
berbagai macam stimulus yang kadang-kadang tidak
penelitian menunjukkan pengaruh yang menguntungkan.
diketahui, dengan mengeluarkan bermacam-macam
Namun demikian, penggunaan di lapangan mempunyai
mediator. Mediator-mediator tersebut, terutama adalah
efek yang minimal dan mungkin baik dipergunakan pada
histamin dan triptase. Dengan keterangan seperti ini,
pasien urtikaria yang bersamaan menderita hipertensi.
sangat sesuai memberikan antihistamin sebagai cara
Sodium kromolin, absorbsinya dari saluran pencernaan
profilaksis daripada saat terjadinya urtikaria. Beberapa
buruk sekali dan tidak mempunyai makna dalam terapi
dokter menjadi segan memberikan obat-obat tersebut,
urtikaria. Panduan terapi antihistamin selengkapnya dapat
dengan adanya antihistamin yang lebih baru yang tidak
dilihat pada tabel 2.
atau kurang menimbulkan sedasi.
Beberapa antihistamin non sedasi yang saat ini Pengobatan lini kedua. Walaupun umumnya antihistamin
digunakan untuk urtikaria adalah setirizin, loratadin, dapat mengatasi gejala urtikaria, pada beberapa kasusyang
astemizol, akrivastin dan feksofenadin yang juga bersifat berat memerlukan kortikosteroid. Sebelum diputuskan
non kardiotoksik, tiAat seperti terfenadin. Pengalaman pemberian steroid. seharusnya dilakukan biopsi kulit
klinis menunjukkan terdapat sedikit variasi di antara terlebih dahulu, untuk menggolongkan urtikaria secara
obat-obat tersebut dalam mengatasi urtikaria kronik, histopatologis. Berhubung penggunaan steroid jangh
walaupun beberapa pasien lebih menyukai suatu obat panjang berkaitan dengan bebdrapa efek samping
dibanding lainnya. Loratadin lebih efektif dibanding saat ini sedang diteliti kemungkinan penggunaan obat
plasebo. Berdasarkan kinetika obat, loratadin diberikan seperti stanozolol, sulfasalazin dan metotrekgt. ObA-
sekali sehari yang cukup efektif dalam beberapa jam obat tersebut dapat mengurangi kebutuhan steroid. Pada
setelah ditelan dan mempunyai lama kerja 12-48 jam.
Akrivistin berbeda dengan antihistamin non sedasi
lainnya, karena singkatnya masa paruh dalam darah dan
diberikan dalam dosis 3 kali sehari. Setirizin merupakan
Golonganli
metabolit dari hidroksizin yang merupakan golongan
antihistamin dengan efek sedasi yang rendah. Obat ini Klasik (sedasi) Klorfeniramin 4 Mg, 3 kali sehaii
terbukti mengurangi insiden eritema, bentol dan pruritus Hidroksizin 10-25 Mg;3 kati
Difenhidramin 10-25 M9. (malarn
pada urtikaria spontan dan yang diprovokasi, pada
Prometazin 25:,M g, (malam,hari).,r
double-blind cross-over trials. Beberapa peneliti dapat
menunjukkan berkurangnya infiltrasi eosinofil pada lesi Generasi ll s Akrivastin, 4 Mg, 3 kali sehari',.
reaksi fase lambat, setelah diberikan setirizin. Dengan - Setirizin f0 Mg, sekali sehar:i.
memiliki sifat sebagai anti inflamasi serta penyekat H1 yang Loratadin 10 Mg; sekali sehari
baik, mungkin menguntungkan pasien dimana gambaran Mizslastrn. 10 Mg,'sekali sehari.
histopatologisnya menunjukkan inflamasi dengan infiltrasi
berbagai macam sel radang. Generasi lll Desloratadin 5 Mg, sekali qehqri
Feksofenadin 180 Mg, sekali
Doksepin, suatu antidepresan trisiklik, memiliki efek
yang kuat sebagai penghambat reseptor H.,. Pengaruh Antagonis F{, Siinetadin a00 Mq, 2 kali sehaii:
hambatan terhadap reseptor H.,tersebut lebih kuat dibanding Ranitidin '. ' ' 150 Mg, 2 kali Sehaii'
IITIIA DAN ANGIOUDEMA 503

ru!ilmria yang berat dan sangat mengganggu aktivitas lebih baik dan pengaturan produksi antibodi autoimun
mEiErI dapat diberikan steroid dosis tinggi secara oral. akan semakin berkembang. Perkembangan penggunaan
ffimdnisolon 60 mg sehari diberikan sebagai pulse dose peptida yang menghambat reseptor lgE pada sel mosf dan
uurfruuilr 3-5 hari. penelitian murin anti lgE, bisa memberi pilihan pendekatan
frat-obatan lain seperti kolkisin, dapson, indometasin terapi yang baru di masa mendatang.
{hidroksiklorokuin pernah dilaporkan pada beberapa
roitrnr

hprrustakaan, mempunyai efektivitas yang cukup baik


'ddfiin mgngurangi dosis atau frekuensi penggunaan REFERENS!
ffir@rid pada kasus urtikaria vaskulitis.
;Adrenalin yang diberikan secara intramuskular, Austen KF. Allergies, anaphylaxis, and systemic mastocytosis.
Harrisonis principles of intemal medicine. hr: Kasper DL,
suh,kutan atau inhalasi, sangat berperan pada FaucyAS, Longo DL, editors.l6h edition. NewYork, Chicago
mrnmatalaksanaan angioedema yang berat yang bisa San Fransisco: Mc Graw Hill Medical Publishing Division;
mmmryertai urtikaria, kecuali yang terkait dengan defisiensi 2005. p.19s1.
Buhner I Reese I, Kuchll F. Pseudoallergic reaction in cfuonic
t@. unmfirbrfor. Montelukast sebagai antagonis reseptor urticaria are associated with altered gastroduodenal
lllhuiuqrfr.isn dengan dosis oral 10 mglhari diindikasikan permeability. Allergy. 2004;59:L118.
illfliru!tusnya pada urtikaria akibat sensitisasi terhadap aspirin Condemi JJ,Dykewicz MS. Immune mediated dermatologic
,illu prusure u rtica ria. disorders. Allergy and immunology, medical knowledge self
assesment program. ln: Condemi }}, Dykewicz MS, Bielory L,
hgobatan lini ketiga. Plasmaferesis pernah berhasil editors. ?d edition. American academy of allergy asthma &
immunology. Philadelphia Pensylvania; 1997. p. 94.
,ffiHhukan pada beberapa pasien urtikaria kronik yang
Grattan CEH. Chronic urticaria. Current therapy in allergy.
,tlnggdfi sepanjang waktu. Pada kasus tersebut, didapatkan Immunology and rheumatology. In: Lichtenstein LIvI, Busse
furofr"bukti adanya autoantibodi yang dapat mencetuskan WW, Geha RS, editors. 6sedition. Mosby, United States;
2004. p.72.
Nupasan histamin. Obat-obatan imunosupresan yang Grattan CEH, Charlesworth EN. Urticaria. Allergy. ln:Holgate
tuui5uup menjanjikan, seperti siklosporin A dan imunoglobulih ST, Church MK, Lichtenstein LM, editors. 2d edition. Mosby.
ra intravena dapat dipergunakan dengan evaluasi London, Edinburgh, New York 2001. p. 93'
Nettis E, ColanardiMC Ferrannini A. TypeI latex allergy inhealth
SFIrqketat. Namun demikian, penggunaannya masih amat
care workers with latex-induced contact urticaria syndrome:
ffimhahs pada pusat-pusat rujukan tertentu. a follow-up study. Allergy . 20M;59:7\9.
Fengobatan angioedema akibat defisiensi C, inhibitor, Roitt. I M, Delves PJ. Hypersensitivity. Essential immunology.
ffiq?t gawat darurat dapat diberikan konsentrat C, ln:Roitt,I M, Delves P], editors. 10ft edition. Oxford, London,
Edinburgh: Blackrarell Scienc e; 200L . p . 322.
lli#dhffor atau fresh frozen plosmo. Anti histamin tidak
Siddique N, Pereira BN Arshad SN. Hepatitis C and urticaria:
,ilhnrd$kasikan, karena terjadinya kebocoran plasma bukan cause and effect? Allergy. 2004:59:668.
,ofmmrrediasi oleh histamin. Profilaksis dengan steroid Toubi E, Kessel A, Avshovich N: Clinical and laboratory Parameters
in predicting chronic urticaria duration: a prospective study
ilSdik atau plasmin inhibitorseperti asam traneksamat,
of L39 patients. Allergy. X04;59:869.
uunftmg kali sangat efektif.

MGOBATAN DENGAN PENDEKATAN TERAPI


INBARU
lllllllilnffihria,
etio log i nya dan ca ra penata la ksa naa n nya masi h
rrtmruupakan masalah pada dokter maupun pasiennya.
lffMmEan semakin berkembangnya pengetahuan tentang
diketahui bahwa pada urtikaria didapatkan
iiinmiunmc{ogi,

{tfrilrberan yang kompleks antara lain terdapatnya sitokin


gFirng merangsang degranulasi sel mast, interleukin
S@I merangsang aktivitas dan menghambat terjadinya
moptosis eosinofil serta autoantibodi yang mempunyai
tinggi terhadap reseptor lgE pada sel most,
ffimifrtas
mnrpakan gambaran yang kompleks pada urtikaria.
[ilHfup.rn kita telah memiliki berbagai cara yang adekuat
lpdh pengobatan u rtikaria u mu mnya, penatalaksanaan di
rmsa mendatang seperti imunomodulasi produksi sitokin,
if,prryEunaan obat-obat anti inflamasi non steroid yang
66
RINOSINUSITIS ALERGI
Heru Sundaru, Erwanto Budi Winulyo

PENDAHULUAN 32 pasien menunjukkan perubahan gambaran radiologis


sinus. Disimpulkan bahwa pajanan alergen menyebabkan
lstilah rinosinusitis saat ini lebih sering dipakai dibandingkan edema atau obstruksi rongga hidung, penurunan bersiharr.
dengan sinusitis karena baik rinitis alergik maupun non mukosilier sinus paranasal dan peningkatan produksr
alergik hampir selalu mendahului terjadinya sinusitis, mukus. Savolainen melaporkan dari 224 pasien dengan,
sedangkan sinusitis tanpa rinitis sangat jarang. Demikian sinusitis maksilaris akut, 102 (45%) memperlihatkan reakd
pula mukosa hidung dan sinus paranasal merupakan uji kulit positif terhadap alergen, dibanding hanya 34 dan
kesatuan; gejala obstruksi maupun sekret hidung yang 105 kontrol (33%) sehingga disimpulkan kejadian sinusitrs
merupakan gejala utama sinusitis juga terdapat pada akut lebih sering terjadi pada pasien alergi dibanding
rinitis. non alergi. Newman dan kawan-kawan, juga melaporkarn
Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan 14% bahwa pasien alergi menunjukkan peningkatan risiko
penduduknya menderita rinosinusitis dan merupakan luasnya penyakit dibanding pasien non alergik ditinjau dar[
salah satu penyakit kronis yang sering dilaporkan. gambaran Tomografi Komputer=TK (CT Scon) sedangkamn
Sebagian besar pasien dengan keluhan rinosinusitis akan penelitian Berrettini dkk, menyimpulkan faktor alerg
datang berobat ke dokter umum, sebagian lagi ke ahli berperan dalam beratnya rinosinusitis.
telinga, hidung dan tenggorok, sisanya ke dokter lain Penelitian Wright dan kawan-kawan, menunjukkamnr
seperti dokter ahli penyakit dalam, anak atau alergi. peran lL-4 dan lL-5 pada rinosinusitis krorlk. lL-4 danrm
Rinosinusitis sangat menganggu penyandangnya, lL-5 adalah sitokin yang dihasilkan Th2, lL-4 berkaitaor
menurunkan kualitas hidup, produktivitas kerja dan pada dengan sensitisasi alergen sedangkan lL-5 berkaitanm
anak meningkatkan absensi sekolah. Berbagai penyakit dengan gejala rinitis. Dari kasus yang diteliti, ternyata lL-*
sering menyertai atau sebagai komplikasi penyakit tersebut ditemukan pada kasus rinosinusitis alergi sedangkan lL-5
seperti asma, polip hidung, otitis media atau konjungtivitis pada rinosinusitis alergi maupun non alergi.
alergik. Gejala batuk kronik, terutama malam hari atau
setelah bangun tiduI harus diwaspadai sebagai salah satu
gejala rinosinusitis. Dari berbagai penyebab rinosinusitis DIAGNOSIS
seperti infeksi, polusi, obat-obatan, tumor atau kelainan
anatomis; faktor alergi cukup penting karena rinosinusitis Diagnosis rinosinusitis dibuat berdasarkan adanya riw@
sering terjadi akibat komplikasi rinitis alergi. penyakit, pemeriksaan fisis, sitologi sekret hidung dam
pemeriksaan radiologi. Gejala utama yang sering d'rjurn@i
adalah hidung buntu, sekret hidung purulen,'postnosolffi"
PERANAN ALERGI rasa sakit di muka dan pipi, pusing, hiposmia dan bant-
Selain keluhan-keluhan di atas, perlu ditanyakan adarqp
Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis seperti rinitis aleqflin
kejadian rinitis alergik dan sinusitis. Pelikan dan Pelikan rinitis akibat kerja, rinitis vasomoto[ polip hidung,
melaporkan provokasi alergen pada hidung 37 pasien medikamentosa dan defisiensi imun. Pada pemeriksaan fti
rinosinusitis kronik, 29 pasien menunjukkan respons gejala ditemukan adanya nyeri tekan pada daerah sinus,
hidung dan sinus seperti rasa tertekan dan otalgia, serta hidung kemerahan, sekret purulen, meningkatnya
TESI}IUSITIS ALERGI 505

,fremmg posterio[ edema periorbita dan di rongga hidung Untuk menyatakan diagnosis rinosinusitis kronik,
1ilffirg-kadang ditemukan adanya deviasi septum, polip, pasien harus menunjukkan 2 atau lebih faktor mayor atau
Ulmnnda asing atau tumor. satu fahor mayor disertai dua faktor minor (tabel 'l).
Femeriksaan radiologi diperlukan bila gejala tidakjelas,
ilhd pemeriksaan fisis meragukan atau respons pengobatan
ltdhlk rnemuaskan. Pemeriksaan foto polos sinus paranasal KLASIFIKASI
ffihporkan tidak sensitif dan spesifik, sehingga dianjurkan
pltmeriksaan dengan TK untuk menilai rongga hidung serta Gugus tugas untuk rinosinusitis yang dibentuk oleh Americon
mrmuru paranasal terutama obstruksi di kompleks ostiomeatal. Acodemy of Otoloryingology-Head ond Neck Surgery
ini diperlukan pada tindakan operasi. Pemeriksaan foto
N'lNllH (AAOHNS) dan kemudian juga disetujui oleh Americon
@hs sinus paranasal pada rinosinusitis akut sering dijumpai College of Allergy and lmmunology (ACAI) sepakat bahwa
-"dihruya perselubungan, batas cairan-udara, penebalan pada orang dewasa rinosinusitis digolongkan menjadi 5
ftrlnlui[D.sasinus >6 mm, atau berkurangnya volume udara jenis, seperti terlihat pada tabel 2.
smnnn melebihi sepertiga. Pemeriksaan M ognetic Resonance
illhlnqmflg (MRl) hanya dianjurkan bila rinosinusitis diduga
dimhabkan oleh jamur atau tumor. Berbagai pemeriksaan PENGOBATAN
ilffioratorium juga diperlukan seperti sitologi sekret hidung,
lurrrtuuk menilai adanya rinitis alergi, rinitis non alergi disertai Dalam pengobatan rinosinusitis, Krouse mengemukakan
umrirnofl (NARES) atau infeksi lain. konsep faktor dinamik dan adinamik. Alergi merupakan
Uji tusuk kulit dengan alergen dilakukan untuk menilai salah satu faktor dinamik yang penting di samping infeksi
i@flanan alergi. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan (bakteri, virus atau jamur), iritasi mukosa dan faktor-faktor
,rmrnrunoglobulin lgA, lgM atau lgG bila dicurigai adanya lingkungan yang mempengaruhi mukosa seperti suhu,
inrrrm,unodefisiensi kongenital. Demikian pula haInya bila kelembaban dan pengendapan partikel-partikel yang
ffiurunigai adanya imunodefisiensi didapat seperti AIDS, ada di udara.
@mrcriksaan anti HIV serta CD4 perlu dilakukan. Pada Dari faktor adinamik umumnya berhubungan dengan
rlltttlllnirJrrrrr nya d ia g n osi s ri nosi n u siti s berdasa rka n g a m ba ra n kelainan anatomi, sikatriks pasca operasi, diskinesia silien
ilffimrrs, seperti ditemukakan oleh Krouse pada tabel 1. polip, benda asing atau keganasan. Kedua faktor tersebut
litiuka terasa nyeri/tertekan saja, belum mendukung harus selalu menjadi pertimbangan dalam memberikan
dlmqnosis rinosinusitis tanpa disertai gejala atau tanda terapi.
Itnr@Illxoi' l6innya. Bila gejala rinosinusitis menetap lebih dari 7 hari, besar
Demam pada sinusitis akut belum mendukung kemu ngkinan penyebabnya bakteri. Anti bioti ka sebaiknya
dimEnosis rinosinusitis tanpa disertai gejala atau tanda diberikan pada pasien yang mempunyai gejala sedang
mmy,or lainnya. atau berat, sementara pada kasus yang ringan umumnya
dapat sembuh tanpa antibiotik. Meskipurl demikian secara
keseluruhan pasien yang mendapat antibiotik lebih cepat
Faktor.faktor' yang Berhubungan',deilgan sembuh dibanding plasebo.
Pada rinosinusitis akut lama pemberian antibiotika 10-
lhr mayor 1 4 hari, sedangka n jenisnya tergantu ng harga, keama nan
. Muka terasa nyeri/tertekan (a) dan pola resistensi kuman di daerah tersebut. Amoksilin
. Rasa tersumbat atau penuh pada muka dosis tinggi, atau kombinasi amoksilin-asam klavulanat,
. Hidung tersumbat klaritromisin dan azitromisin dapat dipakai sebagai lini
. Sekret hidung purulen/posf nosol drip pertama. Bila obat di atas gagal dapat dicoba dengan
. Hiposmia/anosmia
. Sekret purulen di rongga hidung pada sefalosporin generasi ke 3 (sefuroksim, sefpodoksim
pemeriksaan atau sefprozil) yang mempunyai spektrum luas. Obat
. Demam (hanya pada stadium akut) (b) golongan kuinolon seperti siprofloksasin, gatifloksasin
hr minor atau levofloksasin dipakai pada pasien dewasa, sebagai
. Sakit kepala cadangan bila obat yang terdahulu tidak memuaskan. Pada
. Demam (pada yang bukan akut) rinosinusitis kronik ada yang menganjurkan pemberian
. Halitosis antibiotika sampai 4-6 minggu.
. Lesu Dekongestan oral atau topikal dipakai untuk
. Sakit gigi mengurangi pembengkakan mukosa rongga hidung,
. Batuk sehingga melebarkan rongga hidung. Pemakaian
. Telinga rasa sakit/tertekan/penuh
dekongestan topikal dianjurkan tidak melebihi 5-7 hari,
506 ALERGI DAN IMUNOLOGI KTINIK

Tabel 2. Klasifikasi Rinosinssitis Dewisa

Klasifikasi Lama Riwayat Catatan


1. Akut < 4 minggu > 2 faktor mayor; 1 faktor mayor Demam atau muka sakit saja tidak mendukung,
dan 2 faktor minor atau sekret tanpa adanya gejala atau tanda hidung yang
purulen pada pemeriksaan lain. Pertimbang kan rinosinusitis akut bakteri,
bila gejala memburuk setelah 5 hari, atau
gejala menetap > 10 hari atau adanya gejala
berlebihan daripada infeksi virus
2. Sub akut 4-'12 minggu Seperti kronik Sembuh sempurna setelah pengobatan yang
efektif
3. Akut, rekuren > 4 episode dalam setahun,
setiap episode berlangsung
> 7-10 hari
4. Kronik > 12 minggu > 2 faktor mayo4 1 faktor mayor Muka sakit tidak mendukung, tanpa disertai
dan 2 faktor minor atau sekret tanda atau gejala hidung yang lain
purulen pada pemeriksaan
5. Eksaserbasi akut Perburukan mendadak dari
pada kronik rinosinusitis kronik, dan
kembali ke asal setelah
pengobatan

untuk menghindari rinitis medikamentosa. seperti Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS). MaE
Kortikosteroid oral atau nasal diberikan untuk bengkak di daerah sinus, gangguan pergerakan bola
mengurangi inflamasi. lrigasi atau semprotan air garam mata, gangguan penglihatan, edema periorbita, gejala
faali dapat mengurangi kekentalan sekret hidung serta gangguan susunan saraf pusat menunjukkan komplikai
memperbaiki bersihan mukosilier. intrakranial akibat rinosinusitis akut (abses periorbit4,
Nc Nally melaporkan dari 200 kasus rinosinusitis abses otak atau meningitis) memerlukan konsultasi bedd'.1
kronik, dengan terapi medis yang agresif yang terdiri dengan segera.
dari antibiotik oral selama 4 minggu, kortikosteroid nasal,
Iavase rongga hidung dan dekongestan topikal, ternyata
hanya 6% (12 kasus) yang kurang memberikan respons REFERENSI
sehingga memerlukan operasi FESS (Funcfionol Endoscopic
Sinus Surgery). Disimpulkan terapi medik cukup memadai Baroody. Rhinosinusitis. In: Lichtenstein LM, Busse"WW, Gelnr

dan efektif untuk pengobatan rinosinusitis.


RS, editors. Current therapy in allergy, immunologr dl
rheumatology. 6tn edition. Philadelphia: Mosby; 2OOt p
25-30.
Chan KH, AbzugMl, Fakhri S, Hamid QA" Liu AH. Sinrl"{*,
In: Leung DYlvI, Sampson HA" Geha RS, Szefler SJ, edim
EVALUASI SPESIALISTIK Pediatric allergy, principle and practice. Philadelphia:
2003. p.309-20.
Oleh karena rinosinusitis kronik berhubungan dengan de Benedictis FlvI, Bush A. Rhinusitis and asthma
or association? Chest. 1999;115:550-5.
rinitis alergi, (40-80o/o pada orang dewasa dan 30-60%
Dykewicz MS. Rhinitis and sinusitis. ] Allergy Clin
pada anak), pasien dengan rinosinusitis kronik memerlukan 2003;111:5520-9.
evaluasi alergi untuk pengendalian lingkungan atau Grossman J. One airway, one disease. Chesl 1997 ;111.:511.4-
imunoterapi. Evaluasi spesialistik diperlukan untuk menilai Krouse |H. Rhinosinusitis and allergy. In: Krouse ]H,
SJ, GordonB& Derebery Mj, editors. Philadelphia:
adanya kelainan imunologis yang lain atau penyakit Williams & Wilkins; 2002. p. 221,-31,.
penyerta seperti asma, polip hidung, rinosinusitis karena Mc Na1ly PA, White MV, Kaliner MA. Sinusitis in
jamuq otitis media, imunodefisiensi dan alergi terhadap office: analysis of 200 consecutive cases. Allergy
Proc.1997;18:169-75.
berbagai macam antibiotik.
Newman LJ, Platts-Mills TAE, Phillips D, et al. Chronic si
Rujukan ke ahli telinga, hidung dan tenggorok relationship of computed tomographyc findings to
diperlukan untuk pemeriksaan rinosikopi fiber optik asthma and eosinophille. JAMA. 1994;27L:363-2.
yang bertujuan melihat polip hidung, deviasi septum Pelikan Z, Pelikan-Filipek M. Role of nasal allergy in
maxillary sinusitis: diagnostic value of nasal challenge
atau sekret purulen. Kultur cairan aspirasi sinus untuk allergen. ] Allergy Clin Immunol. 1990;86:484-9L.
uji resistensi kuman dan tentu saja tindakan operasi Savolainen S. Allergy in patients with acute maxillary si
Aller gy. 1989 ;M:11.6 -22.
67
ALERGI MAKANAN
Iris Rengganis, Evy Yunihastuti

Makanan merupakan salah satu penyebab reaksi PATOFIS!OLOGI


alergi yang berbahaya. Walaupun kejadian alergi makanan
lebih sering ditemui pada anak-anak, penelitian terbaru Alergi makanan pada orang dewasa dapat merupakan reaksi
melaporkan 1,4-6% populasi dewasa juga pernah yang memang sudah terjadi saat kanak-kanak atau reabi
mengalami alergi makanan. Prevalensi pada perempuan yang memang baru terjadi pada usia dewasa. Secara umurn
dewasa juga dilaporkan lebih banyak daripada laki-laki patofisiologi alergi makanan dapat diperantarai lgE mauprrir
dewasa. Sebagian besar alergi makanan tersebut sudah tidak diperantarai lgE.
muncul pada masa kanak-kanak. kemudian menghilang
setelah usia 3 tahun. Alergi makanan yang baru muncul Diperantarai lgE
pada usia dewasa jarang terjadi. Secara imunologis, antigen protein utuh masuk ke
Tidak semua reaksi makanan yang tak diinginkan dalam sirkulasi dan disebarkan ke seluruh tubuh. Unn*
dapat disebut sebagai alergi makanan. Klasifikasi yang mencegah respons imun terhadap semua makanan yarg
dikeluarkan EAACI (Europeon Association of Allergy and dicerna, diperlukan respons yang ditekan secara selekliif
Clinicol lmmunology) membagi reaksi makanan yang yang disebut toleransi atau hiposensitisasi.
tidak diinginkan menjadi reaksi toksik dan reaksi non- Kegagalan untuk melakukan toleransi oral ini memior
toksik. Reaksi toksik ditimbulkan iritan tertentu atau produksi berlebihan antibodi lgE yang spesifik terhada
racun dalam makanan, misalnya jamul susu atau daging epitop yang terdapat pada alergen makanqs'r. Antibodfi
terkontaminasi atau sisa pestisida dalam makanan. Reaksi tersebut berikatan kuat dengan reseptor lgE pada basoffi
non-toksik dapat berupa reaksi imunologis dan reaksi non- dan sel most, juga berikatan dengan kekuatan lebilrn
imunologis (intoleransi makanan). lntoleransi makanan rendah pada makrofag, monosit, limfosit, eosinofil dal
dapat diakibatkan zat yang terdapat pada makanan trombosit.
tersebut (seperti histamin yang terdapat pada ikan yang Ketika protein makanan melewati sawar mukosa,,
diawetkan), farmakologi makanan (seperti tiramin pada terikat dan bereaksi silang dengan antibodi tersebuh
keju), atau akibat kelainan pada orang tersebut (seperti akan memicu lgE yang telah berikatan dengan sel mnq#
defisiensl laktosa), atau idiosinkrasi. Sedangkan alergi Kemudian sel mosf akan melepaskan berbagai mediatqr
makanan adalah respons abnormal terhadap makanan (histamin, prostaglandin, dan leukotrien) yang akamr
yang di perantarai reaksi imunologis. Sebenarnya sebagian menyebabkan vasodilatasi, sekresi mukus, kontraksi o'bfr
besar keluhan akibat makanan termasuk intoleransi polos, dan influks sel inflamasi lain sebagai bagian realiii
makanan, bukan alergi makanan. hipersensivititas cepat. Sel masf yang teraktivasi tersehlt
Seperti alergen lain, alergi terhadap makanan dapat juga mengeluarkan berbagai sitokin lain yang dapd
bermanifestasi pada satu atau berbagai organ target: menginduksi reaksi tipe lambat. Selama 4-8 jam pertamq,
kulit (urtikaria, angioedema, dermatitis atopik), saluran neutrofil dan eosinofil akan dikeluarkan ke tem@
napas (rinitis, asma), saluran cerna (nyeri abdomen. reaksi alergi. Neutrofil dan eosinofil yang terakti'yadi
muntah, diare), dan sistem kardiovaskular (syok akan mengeluarkan berbagai mediator seperti plot*x
anafilaktik). Pada perempuan dapat juga menyebabkan activoting factor, peroksidase, eosinophil mojor bcr&c
kontraksi uterus. protein dan eosinophil cotionic protein. Sedangkan padn

508
TEIMAKANAN 509

tfi.l8jam berikutnya, limfosit dan monosit menginfiltrasi TabGl ,lrj


lhi tersebut dan memicu reaksi inflamasi kronik. ':'::::' .:::: ..
Belakangan ini alergi makanan pada orang dewasa Golongan Contoh
umgkali dihubungkan dengan sensitisasi alergen lain Makanan sehari-hari Susu sapi, telur
dhelumnya (terutama inhalan) yang berhubungan dengan Legume Kacang tanah, kedelai

,1g6mis alergi lainnya. Manifestasinya seringkali disebut


Tree nuts Almond, kasang Brazil, kacang
lmrggunakan istilah sindrom, seperti sindrom alergi mede, kemiri,kenari, filbert, pine
nuts, pistachio
onr4, dan sindrom polen-alergi makanan. Diduga terjadi
Biji-bijian Biji bunga matahari, opium, wijen,
l*i silang lgE antar beberapa alergen makanan dengan
biji kapas
dhryen lainnya. crustacea lobster, kepiting, udang, dan
udang karang.
nb& Diperantarai lgE kerang-kerangan Remis, tiram, keong/siput, gurita,
ffilugenesis reaksi alergi makanan yang tidak diperantarai cumr-cumr
llffihelumlah diketahui dengan jelas. Reaksi hipersensitivitas Sayuran Seledri, wortel, tomat, kentang
ffi ll (reaksi sitotoksik), tipe lll (reaksi kompleks imun), Buah-buahan Apel, peach, pir, aprikot, melon,
dln dpe lV (reaksi hipersensitivitas diperantarai sel T) semangka, pisang, alpukat, kiwi
pmah dilaporkan terjadi pada pasien yang mengalami Sereal Gandum, gandum hitam, Borley
,dkgi makanan, walaupun belum cukup bukti untuk Protein bukan makanan Polen (serbuk sari tumbuhan)
nmmbuktikan perannya pada alergi makanan.

sebagai pengganti pada anak dengan alergi susu sapi.


MYEBAB Manifestasi alergi susu sapi pada orang dewasa lebih
ALERGI MAKANAN
berupa gangguan saluran napas dan kulit, namun menetap
flllllbnpir setiap jenis makanan memiliki potensi untuk lebih lama daripada alergi susu sapi pada anak.
m-imbulkan reaksi alergi. Sifat fisikokimia yang berperan Telur. Telur ayam sering merupakan sebab alergi makanan
dlrnalergenisitas masih belum banyak diketahui. Alergen pada anak, Putih telur lebih alergenik dibanding dengan
r|&rn makanan terutama berupa protein yang terdapat di kuning telur dan reaksi terhadap kuning telur dapat
&nnya. Beberapa makanan seperti susu sapi, teluI dan disebabkan oleh karena kontaminasi protein. Alergen
llhq mengandung beberapa protein alergen sekaligus. utama putih telur adalah ovalbumin. Hanya sedikit reaksi
demikian, tidak semua protein dalam makanan
lllffitsnmun
silang dengan daging ayam sehinga pasien alergi telur
tineebut mampu menginduksi produksi lgE. terbanyak dapat mengkonsqnnsi daging ayam. Pada orang
Fenyebab tersering alergi makanan pada orang dewasa alergi telur unggas seringkali didahului dengan
,furasa adalah kacang-kacangan, ikan, dan kerang. alergi terhadap bulu unggasnya. Beberapa pekerja pabrik
kdangkan penyebab tersering alergi makanan pada anak pengolahan telur yang terpajan protein telur melalui
-ixd,rh susu, telur; kacang-kacangan, ikan, dan gandum. inhalasijuga mengalami alergi ketika memakan teluryang
Sagian besar alergi makanan akan menghilang setelah disebut " egg-egg syndrome".
prnien menghindari makanan tersebut dan kemudian
m*hkukan cara eliminasi makanan, kecuali alergi terhadap Daging. Walaupun daging merupakan sumber protein
#lrrrg-kacangan, ikan, dan kerang cenderung menetap utama, alergi terhadap protein daging sapi hampir tidak
&rmenghilang setelah jangka waktu yang sangat lama. pernah dilaporkan. Reaksi alergi akibat daging yang
$rhab-sebab alergi makanan terlihat dalam tabel 1. pernah dilaporkan antara lain alergi terhadap daging
ayam, kalkun, dan babi.

hnan Sehari-hari Legume. Legumeterutama kacang tanah merupakan sebab


hr sapi. Tidak hanya susu sapi yang ditemukan utama alergi makanan. Berbagai jenis Legume memiliki
dalam
nmdlianan bayi. Susu sapi sedikitnya merupakan 20% beberapa antigen yang sama, tetapi tidak menunjukkan
illhmmponen reaksi silang yang relevan. Pasien dengan alergi kacang
yang dapat menimbulkan produksi antibodi.
ffino&si protein susu utama adalah kasein (76%) danwhey. tanah dapat makan legume jenis lain.
Itrlffiey mengandu ng beta-laktog lobulin, alfa-la ktalbumi n, Kacang tanah. Kacang mungkin merupakan makanan
sapi dan albumin serum sapi. Alergi
iiimnnruurnoglobulin alergenik paling berbahaya. Reaksi dapat berupa anafilaksis.
,ffilryorkan dapat terjadi terhadap semua komponen Tiga jenis protein telah diidentifikasi sebagai alergen utama;
tthnsebut. Ditemukan reaksi silang antara susu sapi Ara h1, Ara h2 dan Ara h3. Minyak kacang tanah yang
,&mgan susu domba, sehingga tidak dapat digunakan dimurnikan aman untuk orang yang alergi kacang tanah.
510 ALERGI DAN IMUNOTOGI KLINIK

Kedelai. Kedelai sering menimbulkan reaksi alergi. Kedelai oral, diikuti dengan urtikaria kontak, lalu reaksi sistemik.
banyak digunakan sebagai sumber protein yang murah. Sebagian besar pasien alergi buah persik juga mengalami
Telah diidentifikasi jenis alergen, dan tidak ada yang alergi terhadap polen.
predominan. Minyak kedelai yang dimurnikan meskipun Alergi melon dilaporkan menunjukkan reaksi silang
aman, tetap harus diwaspadai. dengan semangka, pisang, kiwi, dan alpukat.

Trce Nuts.Tree nufs merupakan golongan alergen makanan Sereal. Reaksi alergi terhadap sereal sering ditemukan
utama pada orang dewasa. Seperti halnya dengan kacang terutama pada anak. Fraksi globulin dan fraksi glutenin
tanah, almond, kacang Brazil, kacang mede, kemiri,kenari, diduga merupakan alergen utama yang menimbulkan
ftlbert, pine nuts, dan pistochio telah dilaporkan dapat reaksi lgE, sedang gliadin merupakan sebab penyakit
menimbulkan anafilaksis. celiac. Ada reaksi silang antara gandum, rye dan borley
Tes kulit positif sering ditemukan pada anak, namun arti
Biji-bijian. Beberapa biji-bijian seperti biji bunga matahari,
klinisnya harus diintrepretasi dalam hubungan dengan
opium, biji kapas, dan wijen dilaporkan sebagai penyebab
sereal yang dikonsumsi. Berbagai variasi jenis padi
alergi makanan, terutama anafilaksis.
dan sereal lain dengan sifat alergen yang kurang telah
lkan. lkan dapat menimbulkan sejumlah reaksi. Alergen dikembangkan dengan rekayasa genetik. Pada orang
utama dalam codfish adalah Gad c1, yang diisolasi dari dewasa terutama yang bekerja di tempat pembuatan roti
fraksi miogen. Spesies ikan biasa memiliki alergen yang ada risiko terjadinya sensitisasi yang menimbulkan rinitis
analog dengan Gad c1 yang juga menunjukkan reaksi dan asma akibat inhalasi debu tepung. Namun pasien
silang dengan Gad 1c codfish. Antigen rentan terhadap tersebut dapat mengonsumsi produk gandum.
manipulasi dan penyimpanan, tetapi tidak untuk dalam
Protein bukan makahan. Polen dilaporkan dapat
kaleng. Antigen tersebut mudah disebarkan ke udara
bereaksi silang dengan makanan. Reaksi tersebut terjafi
dan dapat memicu reaksi alergi saluran napas akibat bau
dalam dua arah; pasien alergi terhadap hozelnut bereald
ikan yang dimasak. Alergi ikan juga dapat disebabkan
dengan polen birch dan pasien'alergi terhadap polen brd
kontak langsung dengan kulit berupa dermatitis kontak.
menimbulkan reaksi bila makan hozelnut. Reaksi silalg
Apakah seseorang yang alergi terhadap satu jenis ikan
terjadi antara polen birch dengan apel, kentang mentci.
juga harus pantang jenis ikan lainnya, masih merupakan
wortel, seledri dan hazelnut antara polen mugwort(seffi
kontroversi.
dengan seledri, apel, kacang tanah dan kiwi;
Crustacea dan molluscum. Golongan kerang-kerangan rogweed dengan melon; antara lateks dan pisang,
merupakan alergen utama yang mengenai sekitar 250.000 kiwi, chestnut dan pepaya.
orang dewasa di Amerika. Dalam golongan Crustaceo
termasuk lobster; kepiting, udang, dan udang karang.
Dalam golongan kerang-kerangan termasuk remis, tiram, GAMBARAN KLINIS
a
keong/siput, gurita, cumi-cumi. Udang mengandung
beberapa alergen. Antigen ll dianggap sebagai alergen Dari segi klinis dan penanganan perlu dibedakan
utama. Otot udang mengandung glikoprotein otot yang terjadi diperantarai lgE dan yang tidak diper
yang mengandung Pen a 1 (tropomiosin). Tropomiosin lgE.
juga dapat menyebabkan reaksi silang antata crustoceo,
molluscum, dan beberapa artropoda. Reaksi Hipersensitivitas Diperantarai 19E
Gambaran klinis reaksi alergi terhadap makanan
Sayuran. Alergi terhadap sayuran yang sering dilaporkan
melalui lgE dan menunjukkan manifestasi ter
pada usia dewasa adalah terhadap seledri dan wortel.
gastrointestinal, kulit dan saluran napas. Tanda
Alergi terhadap kedua sayuran ini dapat bereaksi silang
gejalanya disebabkan oleh pelepasan histamin,
dengan polen. Sedangkan alergi terhadapjenis sayuran Iain
prostaglandin dan sitokin. Awitan respons alergi
sangatjarang dilaporkan, demikian juga dengan bawang.
dalam 30 rfi'enit setelah mengonsumsi makanan-
Patatin, sejenis alergen yang ditemukan pada tomat dan
hubungan tidak erat antara derajat alergi dan
kentang juga dilaporkan menyebabkan berbagai reaksi
awitan. Pasien yang sangat alergi dapat mengalami
alergi, termasuk reaksi silang dengan alergen lateks.
dalam menit atau bahkan detik setelah konsumsl
Buah-buahan. Apel merupakan penyebab alergi buah-buahan kedua reaksi alergi nampaknya tidak tergantung
yang paling sering terjadi dengan manifestasi utama berupa Reaksi berat yang terjadi oleh dosis kecil sama
sindrom alergi oral, diikuti reaksi anafilaksis dan edema laring, yang ditimbulkan dpsis besar. Anafilaksis dapat
lalu manifestasi saluran napas dan cerna lainnya. Sedangkan hanya melalui kontak kacang tanah dengan bibir
alergi buah persik 867" manifestasinya berupa sindrom alergi setelah makan kacang tanah dalam jumlah besan Ciri
/!EIHAKANAN 511

dlklui iainnya ialah terjadinya reaksi berat di berbagai


ffilnrillrpat dan organ.
Ta b e l 2 ;'sa*iag6i;'&ek a nii.m,.g., !.l
i r e..r.r gns r tirlj-i
Makanan
It'iengapa alergen yang dimakan menimbulkan efek
ilxuumqJ Respons berupa urtikaria, ditentukan oleh distribusi Mekanisme Kategori Contoh
mm&orn lgE pada sel mosf di seluruh tubuh. Makanan lntoleransi Gula Laktosa, sukrosa, manosa
srttttmqian dicerna. Dalam usus kecil terjadi absorbsi direk Alkohol Biri angguri alkohol lain
]mEpmrda di plak Peyer. Plak Peyer dilapisi sel berdinding Kafein Kopi, soft drink
tffim disebut sel M yang memudahkan peptida masuk Kimiawi Sodium Salad
thmgzung ke dalam plak Peyer. Begitu sampai di senter Metabisulfit an9gur
Buah dikeringkan
Lprrmilrnal plak Peyer, antigen diikat sel dendritik dan sel
Monosod iu m makanan cina
llJl,rnrrgnrhans. Sel-sel tersebut bermigrasi melalui saluran
glutamat
iitltmffie dan menyebarkan informasi mengenai antigen dan
Nitrit Pengawet
rlmqnat menimbulkan reaksi difus.
Nitrat Daging, ikan
Histamin lkan
FEe{ Hipersensitivitas Non-lgE Feniletilamin Coklat
lfultsi hipersensitivitas non-lgE akibat makanan umumnya Serotonin Pisang, tomat
ihnnmrmnifestasi sebagai ganggguan saluran cerna dengan Teobromin Coklat, teh

ffiihagai variasi, mulai dari mual, muntah, diare, steotoreq,


Triptamin Tomal, plum

nryrer,. abdomen, berat badan menurun. Pada beberapa


Tiramin Keju tua, anggur merah
Beberapa acar
dapat ditemukan darah dalam pemeriksaan
ll[nmu,rs
Reaksi Zatwarna azo Tartrazin
fksnya. Berlawanan dengan reaksi hipersensitivitas yang silang
,dlipen-antarai lgE, beratnya reaksi yang terjadi bergantung
unnrolm js6161''t alergen yang dikonsumsi dan awitannya
Etltrgat bervariasi, mulai dari beberapa menit sampai Tabel 3. Manifestasi Alergi Makanan pada Berbagai
huhen'-apa ja m ke mud ia n. Organ
Eeberapa kasus reaksi hipersensitivitas non-lgE
,nnsiluanismenya diatur lgG, misalnya hipersensitivitas Organ Hipersentitivitas lgE Hi persentitivitas
target non-lgE
1fiafi[wiap gliadin, protein utama gandum yang terjadi pada
mtmimwan. Pasien menunjukkan tanda malabsorbsi dan Kulit dan
Urtikaria Dermatitis atopik
iMh@ffioreo akibat reaksi antara lgG terhadap gliadin dan
angioedema Dermatitls
Dermatitis atopik herpetiformis
'ffimffrm. Reaksi terjadi di permukaan mukosa, meratakan Saluran Sindrom alergl oralProktokolitis
,uur{ihue mikro dan malabsorbsi.
cerna Anafilaksis Enterokolitis
Pada umumnya pasien dengan hipersensitivitas gastrointestinal Gastroenteritis
mme,rnunjukkan reaksi berlebihan terhadap makanan Gastroenteritis eosinofilik alergi
iMu aditif. Sebagai contoh reaksi terhadap kafein, yang eosinofilikalergi Sindromenteropati
nmnnirnbulkan kesu litan tidur setelah pasien mengonsumsi Penyakit celiac

@il dalam jumlah sedikit. Banyak bahan kimia yang Saluran Asma Sindrom Heiner
rui@at menimbulkan reaksi hipersensitivitas dapat napas Rinitis alergi (pada anak)

Ldifliab,urkan dengan reaksi alergi melalui lgE. Jenis reaksi


multisistem Food-induced
onophyloxis
lllhpeir.sensitivitas terlihat pada tabel 2.
Food-ossociated,
Itnianifestasi alergi makanan juga dapat berupa exercise-induced
nnmwrnrirfestasi lokal dan sistemik. Manifestasi lokal biasanya Anophyloxis
lltmena kontak langsung dengan makanan. Pada kulit
lhmupa urtikaria kontak, pada saluran napas berupa
n'flrrrr.lrrLrs setelah inhalasi partikel makanan, dan pada DIAGNOSIS
sCluuran cerna. misalnya sindrom alergi oral. Manifestasi
mmf,ernik terjadi setelah menelan makanan. Faktor Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti merupakan hal
mffinentu terjadinya reaksi sistemik ataupun lokal adalah terpenting dalam alergi makanan. Kebanyakan reaksi cepat
rnmlksi biokimia protein makanan tersebut, absorbsi dan akibat makanan terjadi dalam beberapa menit, tetapi dapat
pmnses dalam saluran cerna, respons imun individu, dan terjadi sampai 30 menit. ldentifikasi makanan yang diduga
llhrpereaktivitas target organ. Berbagai macam manifestasi sebagai penyebab, dan singkirkan sebab-sebab lainnya.
,dsrrqi makanan pada target organ tersebut dapat dilihat Gambaran umum dalam pendekatan terhadap diagnosis
@a tabel 3. alergi makanan dapat dilihat pada tabel 4.
5r2 ATERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK

antihistamin, dan jika perlu ditambahkan kortikosteroid


pada reaksi sedang. Sedangkan pada serangan anafilaksis
terapi utamanya adalah epinefrin/adrenalin.
Riwayat
Awitan
Gambaran
- REFERENSI
n".trii.r,rl,
Banyak makanan Bruijnzeel-Koomen C, Ortolani C, Aas K, Bindslev-]ensen C,
Faktor yang berhubungan Bjorksten B, Moneret-Vautrin D, et al. Adverse teactions
Catatan harian makanan to food. European Academy of Allergology and Clinical
Immunology Subcommittee. Allergy. 1995;50: 623-35 -
Eliminasi diet
Crespo JF, Rodriguez |. Food allergy in adulthood. Allergl-.
Pemeriksaan 2003;58:98-113.
Tes kulit Sampson HA. Food allergy-accurately identifying clinical
lntradermal (tidak dianjurkan untuk makanan) reactivity. Allergy. 2005;60(Suppl.79):19-24.
Sampson HA. Update on food allergy. I Allergy Clin Immunol.
RAST (rodio-o llergosorbent test)
2004;113:805-19.
Double blind placebo-controlled food challenge (gold Sampson HA. Food allergy. J Allergy Clin Immunol-
standard) 2003;111:5540-7.
Sampson HA, Sicherer SH, Bimbaum AH. AGA technical reviert-
on the evaluation of food allergy in gastrointestinal disorders
Bila pada pasien yang diduga alergi terhadap makanan Gastroenterolo gy . 200L;120:7026-40 .
Sampson HA. Adverse reactions to food. In: Adkinson NF.
ditemukan tes kulit positif, yang pertama harus dilakukan Yunginger JW, Busse WW, Boschner BS, Holgate ST-
ialah mengeliminasi jenis makanan tersebut dari dietnya. Simmons FE& editors. Middleton's allergy: principles ard
Tes kulit tidak dilakukan pada pasien dengan reaksi practices. 6th edition. St Louis: Mosby-Yeii Rook, Inc;2ffi-
p.1,61944.
akut yang berat. Bila keadaan kronis (dermatitis atopi,
Sampson HA. Food allergy. Part 1: immunopathogenesis and
asma) dan/atau banyak jenis makanan terlibat, mungkin clinical disorders. ] Allergy Clin Immunol. 1999;103:717-2&
diperlukan food chollenge. Sampson HA. Food allergy. Part 2: diagnosis and managemerrt l
Allergy Clin Immunol. 1999;103:981-9.
Sicherer SH. Food allergy. LNrcet. 2002;360:701-10.
Oral Food Chotlenge Sicherer SH. Clinical implications of cross-reactive food allergerrs
Double blind plocebo controlled food challenge dianggap J Allergy Clin Immunol. 2001;108:881-90.
sebagai baku emas untuk menegakkan diagnosis Sicherer SH. Mani{estations of food allergy: evaluation anll
management. Am Fam Phys. 1999:59:415-28.
alergi makanan. Prosedur tersebut lama tetapi dapat Wolf RL. Food allergy. Essential pediatric allergy, asthma, & im
dimodifikasi. Pasien pantang makanan terduga untuk munology. New York: McGraw-Hill;2004. p. 91-106.
sedikitnya 2 minggu, antihistamin dihentikan sesuai
waktu paruhnya. Makanan diberikan dalam bentuk kapsul.
Pengawasan medis dan fasilitas gawat darurat termasuk
epinefrin, antihistamin, steroid, inhalasi agonis beta-2,
dan peralatan resusitasi kardiopulmoner diperlukan untuk
mencegah terjadinya reaksi berat.
Selama diuji, pasien diawasi untuk mendeteksi
perubahan kulit, saluran cerna dan saluran napas. Tes
tantangan dihentikan bila timbul reaksi dan terapi
gawat darurat diberikan seperlunya. Pasien juga diawasi
untuk mengantisipasi reaksi lambat. Hasil yang negatif
dikonfirmasijika setelah menelan makanan yang dicurigai
dalam jumlah yang lebih besat tidak terjadi reaksi alergi.
Oral chollenge tidak dilakukan bila pasien menunjukkan
riwayat hipersensitivitas yang jelas atau reaksi berat.

TERAPI
Sebenarnya terapi alergi makanan adalah menghindari
makanan penyebab. Hal itu kadang sulit untuk dilakukan,
sehingga perlu konsultasi dengan ahli gizi.
Pada reaksi alergi-makanan ringan hanya diberikan
6B
ALERGI OBAT
Samsuridjal Djauzi, Heru Sundaru, Dina Mahdi, Nanang Sukmana

PENDAHUTUAN tidak diinginkan tetapi juga tak dapat dihindarkan


yang terjadi pada dosis terapeutik. Misalnya efek
@e."kembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian mengantuk pada pemakaian antihistamin.
danr produksi obat untuk diagnosis, pengobatan, maupun 2. Overdosis yaitu reaksi yang secara langsung
te"rcegahan telah menimbulkan berbagai reaksi obat berhubungan dengan pemberian dosis yang
ruang tidak diinginkan yang disebut efek samping. Reaksi berlebihan. Contoh: depresi pernapasan karena obat
wrsebuttidak saja menimbulkan persoalan baru di samping sedatif.
tenyaklt dasarnya, tetapi kadang-kadang dapat membawa 3. Efek sekunder yaitu reaksi efek samping yang
mr,aut. Hiperkalemia, intoksikasi digitalis, keracunan secara tidak langsung berhubungan dengan efek
otnilnofilin, dan reaksi anafilaktik merupakan contoh efek farmakologis primer suatu obat. Contoh: pelepasan
sar:ping yang potensial sangat berbahaya. Gatal karena antigen atau endotoksin sesudah pemberian antibiotik
aergi obat, dan efek mengantuk antihistamin merupakan (r eaksi l o r isc h - H e r x h e im e r)
;rntoh lain efek samping obat yang ringan. Karena pada 4. lnteraksi obat yaitu efek suatu obat yang memengaruhi
irrr'nrunnnya efek samping obat dan pada khususnya alergi respons satu atau lebih obat-obat lain misalnya induksi
ffiat sering terjadi dalam klinik. pengetahuan mengenai enzim suatu obat yang mempengaruhi metabolisme
daqnosis, penatalaksanaan dan pencegahan masalah obat lain.
mrsebut amat penting untuk diketahui.
Efek samping pada Orang-orang yang Sensitif
1. lntoleransi yaitu reaksi yang disebabkan oleh efek
ilSIDENS farmakologis yang meninggi. Misalnya gejala tinitus
pada pemakaian aspirin dosis kecil.
lnsldens efek samping obat belum diketahui dengan 2. ldiosinkrasi adalah reaksi yang tidak berhubungan
mms'o- Penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa efek dengan efek farmakologis dan tidak juga disebabkan
w'noing obat yang terjadi pada pasien yang dirawat di reaksi imunologis, misalnya primakuin yang
m,u,ltr,ah sakit berkisar antara 6-15%. lnsidens di luar rumah menyebabkan anemia hemolitik.
$driit biasanya kecil, karena kasus-kasus tersebut bila 3. Reaksi alergi atau hipersensitivitas dapat terjadi pada
mrmqan tidak dilaporkan. Reaksi alergi obat merupakan pasien tertentu. Gejala yang ditimbulkan melalui
6--1t$u dari efek samping. Di masyarakat angka ini berkisar mekanisme imunologis. Jadi reaksi alergi obat
T*3% tetapi mungkin angka ini lebih kecil lagi, mengingat merupakan sebagian dari efek samping.
dosinkrasi dan intoleransi obat sering dilaporkan sebagai 4. Pseudoalergi (reaksi anafilaktoid) yaitu tejadinya
mks! alergi obat. keadaan yang menyerupai reaksi tipe I tanpa melalui
ikatan antigen dengan lgE (lgE independent). Beberapa
obat seperti opiat, vankomisin, polimiksin B, D
U./rSlFlKASI EFEK SAMP! NG tubokurarin dan zat kontras (pemeriksaan radiologis)
dapat menyebabkan sel most melepaskan mediator
&ft samping yang Terjadi pada Orang Normal (seperti tipe l). Proses di atas tanpa melalui sensitisasi
" ifek samping yaitu efek farmakologis suatu obat yang terlebih dahulu (non-imunologis).

s13
514 ATERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK

MANIFESTAS! KLINIS Tipe lll (Reaksi Kompleks lmun)


Reaksi ini disebut juga reaksi kompleks imun dan akan
Manifestasi klinis alergi obat dapat diklasifikasikan menurut terjadi bila kompleks ini mengendap pada jaringan.
organ yang terkena atau menurut mekanisme kerusakan Antibodi yang berperan di sini ialah lgM dan lgG-
jaringan akibat reaksi imunologis Gell dan Coombs (Tipe I Kompleks ini akan mengaktifkan pertahanan tubuh yaitu
s/d lV). Untuk memudahkan pengertian patogenesis dan dengan pelepasan komplemen.
pengobatannya, dalam makalah ini digunakan klasifikasi Manifestasi klinis reaksi alergi tipe lll dapat berupa:
Gell dan Coombs. 1). Urtikaria. angioedema, eritema. makulopapula, eritema
multiform, dan lain-lain. Gejala tersebut sering disertai
Tipe ! (Hipersensitivitas Tipe Cepat) pruritus. 2). Demam. 3). Kelainan sendi, artralgia, dan
Manifestasi klinis yang terjadi merupakan efek mediator efusi sendi. 4). Limfadenopati. 5). Lain-lain:kejang perul
kimia akibat reaksi antigen dengan lgE yang telah mual, neuritis optik, glomerulonefritis, sindrom lupus
terbentuk dan menyebabkan kontraksi otot polos, eritematosus sistemik, gejala vaskulitis lai n
rneningkatnya permeabilitas kapiler serta hipersekresi Gejala tadi timbul 5-20 hari setelah pemberian obaq
kelenjar mukus. Manifestasi klinis hipersensitivitas tipe tetapi bila sebelumnya pernah mendapat obat tersebut
cepat, dapat berupa: gejala dapat timbul dalam waktu 1-5 hari.
1. Kejang bronkus gejalanya berupa sesak. Kadang-
kadang kejang bronkus disertai kejang laring. Tipe lV (Hipersensitivitas Tipe Lambat)
Bila disertai edema laring keadaan ini bisa sangat Reaksi tipe lV disebut Deloyed Type Hypersensitivity (DTtfi
gawat karena pasien tidak dapat atau sangat sulit juga dikenal sebagai Cell Medioted lmmunity (reaksi imrsl
bernapas, selular). Pada reaksi ini tidak ada peranan antibodi. Reaki
2. Urtikaria, terjadi karena respons sel T yang telah disensitisasi olelr
3. Angioedema, antigen tertentu.
4. Pingsan dan hipotensi. Renjatan anafilaklik dapat Berbagai jenis DTH (Deliayed Type Hypersensitivityll
terjadi beberapa menit setelah suntikan seperti anta ra lain'. 1).C uta n eo u s Basop hil Hype rse nsitivity. 21,
penisilin. Hipersensitivitas kontak (Co ntact Dermotitis). 3). Reaki
tuberkulin. 4). Reaksi granuloma.
Manifestasi klinis renjatan anafilaktik dapat terjadi
Manifestasi yang paling sering timbul adalah
dalam waktu 30 menit setelah pemberian obat. Karena
dermatitis. Kadang-kadang gejala baru timbul bertahur
hal tersebut mengenai beberapa organ dan secara tahun setelah sensitisasi. Contohnya pemakaian obil
potensial membahayakan, reaksi ini sering disebut
topikal (sulfa, penisilin atau'patihistamin). Bila pasier
sebagai anafilaksis. Penyebab yang tersering adalah telah sensitif, gejala dapat muncul 18-24 jam setelah ob{
penisilin.
dioleskan.
Pada tipe I ini terjadi beberapa fase yaitu: a). Manifestasi klinis reaksi alergi tipe lV laintapat berup
Fase sensitasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk reaksi paru akut seperti demam, sesak, batuk, infiltrat
pembentukan lgE. b). Fase aktivasi, yaitu fase yang terjadi
dan efusi pleura. Obat yang tersering menyebabkan
karena paparan ulang antigen spesifik. Akibat aktivasl ini
ini yaitu nitrofurantoin. Nefritis interstisial, ensefalomielitrn
sel most/basofil mengeluarkan kandungan yang berbentuk
dan hepatitis juga dapat merupakan manifestasi
granul yang dapat menimbulkan reaksi. c). Fase efektori
alergi obat.
yaitu fase terjadinya respons imun yang kompleks akibat
penglepasan mediator.

DIAGNOSIS
Tipe ll (Sitotoksik)
Reaksi hipersensitivitas tipe Il atau reaksi sitotoksik Anamnesis
terjadi oleh karena terbentuknya lgM/lgG oleh pajanan Wawancara mengenai riwayat penyakit (anam
antigen. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel-sel merupakan cara yang paling penting untuk
yang memiliki reseptornya (Fcg R). I katan antigen-anti bodi
alergi obat, karena cara-cara pemeriksaan yang
juga dapat mengaktifkan komplemen melalui reseptor
sekarang masih rumit dan hasilnya juga belum
komplemen. Kesulitan yang sering timbul yaitu apakah gejala
Manifeslasi klinis reaksi alergi tipe ll umumnya berupa dicurigai timbul sebagai manifestasi alergi obat
kelainan darah seperti anemia hemolitik, trombositopenia, karena penyakit dasarnya. Masalah tersebut lebih
eosinofilia, dan granulositopenia. Nefritis interstisial dapat lagi bila pada saat yang sama pasien mendapat lebih
juga merupakan reaksi alergi tipe ini.
satu macam obat.
IISGI OBAT 515

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis jawabkan kecuali penisilin yang telah diketahui hasil
masien alergi obat adalah : a). Catat semua obat yang metabolismenya serta obat-obat yang mempunyai
dipakai pasien termasuk vitamin, tonikum, dan juga berat molekul besar (insulin, ACTH, serum serta vaksin
,ohat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak yang mengandung protein telur).
mmenimbulkan gejala alergi oba| b). Riwayat pemakaian . Beberapa macam obat bersifat sebagai pencetus
rhat masa lampau dan catat bila ada reaksi; c). Lama lepasnya histamin (kodein, tiamin), sehingga uji positif
malrtu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat yang terjadi adalah semu (folse positive).
smrpai timbulnya gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala . Konsentrasi obat terlalu tinggi, juga menimbulkan
firmlroril segera, tetapi kadang-kadang gejala alergi obat hasil positif semu. Sebagian besar obat mempunyai
Mom..! timbul 7-10 hari setelah pemakaian pertama; d). berat molekul kecil sehingga hanya merupakan
lfunat lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat hapten, oleh sebab itu sukar untuk menentukan
sehelumnya. Alergi obat sering timbul bila o,bat diberikan antigennya.
Eeca,ra berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis ting gi Uji kulit yang disebutkan di atas adalah uji kulit yang
secara parenteral; e). Manifestasi klinis alergi obat sering lazim dipakai untuk reaksi alergi tipe I (anafilaksis). Uji
dltrrnubungkan dengan jenis obat tertentu; f). Diagnosis kulit untuk tujuan lain seperti untuk melihat reaksi lambat
drerEi obat sangat mungkin bila gejala menghilang belum diketahui sebagai proseduryang berguna, demikian
smeilah obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien pula peran uji tempel (patch test) untuk menilai reaksi
dlherikan obat yang sama; g). Pemakaian obat topikal alergi tipe l. Uji tempel bermanfaat hanya untuk obat-obat
t@lep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu jalan yang diberikan secara topikal (tipe lV).
erjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
Pemeriksaan Laboratorium
$ f,ulit Seperti telah dibicarakan sebelumnya, reaksi alergi obat
Lullgi rulit yang ada pada saat ini hanya terbatas pada tipe I terutama ditunjang dengan pemeriksaan uji kulit,
uuoerapa macam obat (penisilin. insulin, sediaan serum), sayangnya uji tersebut hanya terbatas pada beberapa
m,raangkan untuk obat-obat yang lain masih diragukan macam obat. Dikenal pemeriksaan RAST (Rodio Allergo
tmiMrnrya. Hal ini karena beberapa hal, antara lain : Sorbent test) yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya
' Kebanyakan reaksi alergi obat disebabkan hasil lgE spesifik terhadap berbagai antigen. Tetapi untuk obat,
nretabolismenya dan bukan oleh obat aslinya, jenis antigennya juga terbatas. Pemeriksaan ini berguna
sehingga bila kita melakukan uji kulit dengan obat pada kasus-kasus dengan risiko tinggi seperti reaksi berat
aslinya, hasilnya kurang dapat dipertanggung yang mungkin timbul bila dilakukan uji kulit atau bila tidak

frreaksi Karakteristik klinik Uji laboratorium


Penggunaan obat
selanjutnya
Mdan Coombs Tipe 1 Urtikaria, angioedema, mengi, hipotensi, Uji kulit, uji radio-alergo- Desensitisasi
nausea, muntah, nyeri abdomen, diare sorben
,Hdan Coombs Tipe 2 Anemia hemolitik, granulositopenia, Darah perifer lengkap (DPL) lndikasi kontra
trombositopenia
M dan Coombs Tipe 3 Demam, urtikaria, arthralgia, limfadenopati Kadar komplemen lndikasi kontra
2-21 hari sesudah mulai terapi
&l dan Coombs Tipe 4 Eritema, blister (kulit melepuh) Ujitempel Agaknya indikasi kontra
lffftiform Ruam makulo popular (dapat bergabung) Mungkin uji tempel, uji kulit Pemakaian hati-hati
intradermal (reaksi lambat)
ffifuna multiforme Lesi sasaran tertentu Tidak ada lndikasi kontra
lhrcn-Johnson/TEN Lesi sasaran, keterlibatan membran Tidak ada Indikasi kontra
mukosa, deskuamasi kulit
rkflaktoid Utikaria, mengi, angioedema, hipotensi Tidak ada Pencegahan dengan
prednison dan antihistamin
untuk sensitivitas terhadap
radiokontras
ffit$SilDRESS Dermatitis, eksfoliativa, demam, DPL, enzim hati, kreatinin, lndikasi kontra
llmfadenopati urinalisis
hNl1ffiS - l/ypersensitivity Syndrome; DRESS :Drug Rosh with Eosinophilia and Systemic Symptom
5r6 ALERGI DAN IMUNOTOGI KLINIK

dapat dilakukan uji kulit (karena seluruh kulit rusak, minum terjadinya reaksi alergi obat yaitu memberikan obat hanya
antihistamin atau kulit tidak sensitif lagi). kalau ada indikasinya.jangan hanya untuk menyenangkan
Pemeriksaan untuk diagnosis reaksi sitolitik (tipe ll), pasien atau kita sendiri. Pada suatu penelitian retrospektif
seperti pada anemia hemolitik dapat ditunjang dengan yang dilakukan terhadap 30 kematian karena penisilin,
pemeriksaan Coo m bs indirek, sedang kan trombositopenia ternyata hanya 12 pasien yang mempunyai indikasi yang
dengan pemeriksaan fiksasi komplemen atau reaksi jelas.
aglutinasi. Jika sudah tepat indikasinya. barulah ditanyakan
Pemeriksaan hemaglutinasi dan komplemen dapat secara teliti riwayat alergi obat di masa lalu, terutama yang
menunjang reaksi obat tipe lll. Dibuktikan dengan ada hubungannya dengan yang akan kita berikan. Sering
adanya antibodi lgG atau lgM terhadap obat. Sedangkan pasien menyebutkan alergi terhadap bermacam-macam
pemeriksaan laboratorium untuk reaksi alergi tipe lV selain obat yang sebenarnya kurang masuk akal, tetapi untuk
sangat rumit, hasilnya pun sering tidak memuaskan. Untuk sementara hal ini harus kita terima saja. Selanjutnya kepada
jelasnya tipe reaksi, manifestasi klinik, uji laboratorium dan pasien diberikan obat yang mempunyai rumus imunokimia
pehakaian obat masa depan dapat dilihat pada tabel 'l . yang berlainan. Masalah reaksi silang di antara obat jugn
harus diperhatikan. Seperti penisilin dengan sefalospori&
gentamisin dengan kanamisin atau streptomisin, sulfa
PENGOBATAN dengan obat-obat golongan sulfonilurea.
Pada pasien dengan riwayat alergi obat, atau dicurigd
Tindakan pertama adalah menghentikan pemakaian alergi obat sedangkan obat atau tindakan alternatif tid*
obat yang dicurigai. Bila pada saat itu pasien memakai mungkin diperoleh, dapat dilakukan uji kulit atau kalau adr
bermacam-macam obat, kalau mungkin semuanya fasilitas dengan pemeriksaan laboratorium. Jika negati(
dihentikan. Tetapi bila tidak mungkin berikan obat yang obat tadi boleh diberikan namun tetap harus berhati
esensial saja dan diketahui paling kecil kemungkinannya hati. Tetapi bila hasil uji positif dan obat memang hane
menimbulkan reaksi alergi. Dapatjuga diberikan obat lain diberikan, dipertimbangkan cara pemberian obat seff.
yang rumus imunokimianya berlainan. desensitisasi. Seda n g kan bag i obat-o bat ya n g uj i ku lit tid*
Pengobatan simtomatik tergantung atas berat bermakna dilakukan pemberian obat secara provokasi dn
ringannya reaksi alergi obat. Gejala yang ringan biasanya bila reaksinya positif kembali kita melakukan prosedn
hilang sgndiri setelah obat dihentikan. Pengobatan kasus desensitisasi (Gambar 1).
yang lebih berat tergantung pada erupsi kulit yang tejadi Baik prosedur uji provokasi maupun desensitisarii
dan derajat berat reaksi pada organ-organ lain. Apapun selalu mengandung risiko yang kadang-kadang dry*
penyebabnya pengobatannya lebih kurang sama. meni m bu kan kematian. Karena,itu diperlukan
I beberry
Pada kelainan kulit yang berat seperti pada sindrom syarat untuk melakukannya, antara lain: 1). lndikd
Steven Johnso4 pasiennya harus dirawat karena selain harus kuat dan tidak ada obat atau alternatif lain; 2). Pashr
mendapat kortikosteroid, yang lebih penting lagi adalah dan keluarganya diberitahu perihal tujuan tindakan ffi
pemasukan kalori dan cairan menjaga. Perawatan kulit juga serta untung ruginya; 3). Dilakukan di rumah sakit
memerlukan waktu berhari-hari sampai berminggu-minggu. mempunyai obat dan peralatan untuk men
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder sehingga pasien perlu keadaan darurat;4). Dilakukan oleh dokter
diberikan antibiotik. berpengalaman; 5). Umumnya rute pemberian obat
Kelainan sistemik yang berat seperti anafilaksis, desensitisasi atau provokasi sesuai dengan rute pemberi
dibicarakan tersendiri pada bab anafilaksis. Pada urtikaria yang akan diberikan;6). Pada desensitisasi pasien
dan angioedema pemberian antihistamin saja biasanya infus, yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan bila te{
sudah memadai, tetapi untuk kelainan yang lebih berat keadaan darurat; 7). Uji kulit dilakukan segera
seperti vaskulitis, penyakit serum, kelainan darah, hati, pemberian obat. Jangan menunggu berhari-hari
nefritis interstisial, dan lain-lain diperlukan kortikosteroid obat baru dibsrikan, karena uji kulit sendiri meni
dosis tinggi (60-100 mg prednison atau ekuivalennya) sensitisasi.
sampai gejala terkendali dan selanjutnya dosis tersebut Prinsip uji provokasi atau desensitisasi yaitu
diturunkan secara bertahap selama satu sampai dua dosis permulaan yang sangat kecil, kemudian di
minggu. perlahan-lahan sampai dosis terapeutik tercapai.
uji provokasi menyerupai desensitisasi, tetapi
pada uji provokasi tidak selalu tejadi desensitisasi
PENCEGAHAN sensitisasinya sendiri belum bisa dibuktikan.
desensitisasi hanya memberi pasien keadaan
Cara yang efektif untuk mencegah atau mengurangi sensitisasi sementara, karena bila suatu hari
fluB6l oBAT
517

besar kemungkinannya menimbulkan sensitisasi, sehingga


ircaiah obat alternatif yang efektif pemberian obat secara topikal harus dihindari.
Di samping kewaspadaan untuk mengenal tanda
dini reaksi anafilaktik, sebelum menyuntik sebaiknya
disediakan dulu obat-obat untuk menanggulangi keadaan
Uji kulit atau laboratorium darurat alergik. Obat-obat tersebut adalah adrenalin,
(tersedia dan dapat dipercaya)
antihistamin, kortikosteroid, aminofilin, dan diazepam
yang semuanya dalam bentuk suntikan. Begitu pula
setelah disuntik, pasien diminta menunggu paling tidak
20 menit sebelum diperbolehkan pulang. Selain perawat
dan petugas kesehatan yang membantu dokteri pasien
juga sebaiknya diberitahu mengenai tanda-tanda dini
reaksi anafilaktik, sehingga bila terjadi reaksi, mereka
dapat segera memberitahukan kepada kita.
Peran obat-obat anti alergi seperti antihistamin,
kortikosteroid, dan simpatomimetik dalam upaya
mencegah reaksi alergi amat terbatas. Pada umumnya
pemberian antihistamin dan steroid untuk pencegahan
reaksi alergi tidak bermanfaat kecuali untuk mencegah
reaksi alergi yang disebabkan oleh radioaktivitas.
thar 1. Skema pencegahan reaksi alergi obat
Pasien perlu diberikan penyuluhan. Pasien harus
mengetahui obat-obat yang menyebabkan alergi padanya,
lpuutllmakaian obat yang sama, prosedur tersebut harus termasuk obat yang diberikan dalam bentuk campuran
{dunffigi kembali. Perlu ditambahkan bahwa kedua prosedur dengan obat yang lain. Metampiron, misalnya, banyak
lffM nanya untuk mencegah terjadinya reaksi anafilaktik. terdapat pada berbagai obat baik sebagai obat analgesik
6.@rlreoh uji provokasi dengan anestesi lokal pada tabel 2. maupun sebagai antipiretik atau campuran analgetik
Fr,ekuensi alergi obat ternyata tidak banyak berbeda spasmolitik. Bila berobat ke dokteri pasien hendaknya
mr@a pasien yang atopi dan non atopi, tetapi pasien yang memberitahukan kepada dokter yang dikunjunginya perihal
mrmmrpunyairiwayat penyakit alergi tipe I (atopi) seperti obat yang pemah menyebabkan reaksi alergi, agar dokter
alergik, rinitis alergik, atau eksim, lebih besar 3
rommma dapat membuat catatan khusus di kartu berobat pasien.
mmmpai 10 kali kemungkinannya untuk mendapat reaksi
mmllmffilaksis.

n(alau mungkin obat sebaiknya diberikan secara oral, REFERENSI


hrlrena selain jarang menimbulkan reaksi alergi, juga
Adkinson NF, Jr. Drug allergy. In: Adkinson NF Jr, YungingerlW,
ffirnrg kecil menimbulkan sensitisasi. Tetapi bila pasien Busse WW, Bochner BS, Holgate ST, Simons FER, editors.
mudaih.,jelas mempunyai riwayat alergi obat, tentu obat tadi Middleton's allergy principles and practice. 6,h edition.
firltitilk boleh diberikan. Demikian pula pasien yang pernah Philadelphia: Mosby; 2003. p.1.679 -94.
mne*rrdapat reaksi anafilaktik. Pemberian obat topikal Anderson JA. Allergic reactions to drugs and biological agents.
J AMA. 1992; 268:2845-57.
ryer-.i antibiotik, anesujii lokal dan antihistamin paling De Swarte RD, Patterson R. Drug allergy. In: Patterson R, Grammer
LC, Greenberger PA, editors. Allergic diseases, diagnosis
and management. Sth edition. Philadelphia: JB Lippincot!
2. Uji Provokasi Dengan Anestesi Lokal (Dikutip ' 1997.p.317-412.
Allergy Cllin lmmunol 1978; 61:339) De Swarte RD. Drug allergy, problem and shategies. J Allergz Clin
heo No. Rute Dosis
krun unol. 1 98,4;7 4:2M21 .
Gruchalla BS. Drug allergy. J Allergy Clin Immrmol. 2003;111:554&59.
llf, uji tusuk 1 : '100 (pengenceran) Incaudo G, Schatz M, Patterson & et al. Administration of local
8" uji tusuk tidak diencerkan anesthetic to patient with a history of prior adverse reaction.
il intrakutan 0,02 ml larutan 1 : 100 J Allergy Clin Immunol. 1978;61:339- 45.
ft intrakutan 0,02 ml tldak diencerkan Jost BC. Drug allergy and desensitization. In: Jost BC, Abdel-
S subkutan 0, 'l ml tidak diencerkan
Hamid KIvI, Friedman E, Jani AL, editors. Allergy, asthma
and immunology subspecialty consult. Lippincott Williams
&, subkutan 1 ml tidak diencerkan
& Wilkins; 2003. p. 89-101.
fr.datian: Mellon MH, Schatz It4 Patterson R. Drug allergy. In: Lawlor GJ,
- ll.anrtan obat tidak mengandung epinefrin Fischer T ], Adelman DC, editors. Manual of allergy and
- L,Urutan no: 1 dan 3 boleh dilewatkan bila riwayat penyakit immunology. 3th edition. Boston: Little Brown and Company;
tar.!elas. 1995. p.262-89.
69
VASKULITIS
Nanang Sukmana

MIDAHULUAN penyakit, yaitu poliarteritis nodosa, sindrom Churg-


Strauss, granulomatosa Wagene4 vaskulitis hipersensitif,
Hhhupun prevalensi vaskulitis belum banyak dilaporkan, purpura Henoch-Sch6nlein, arteritis temporal dan penyakit
fitt4ri penyakit ini dapat dijumpai seiring dengan kemajuan Takayasu.
Fneriksaan histopatologi dan pemeriksaan imunologi Dengan diterimanya kedua konsensus tersebut
llhrrya. Vaskulitis baru dicurigai bila dijumpai gejala yang terbuka peluang bagi klinis untuk mendiagnosis vaskulitis
ilffik dapat diterangkan dengan keadaan iskemia pada sebaik mungkin sesuai dengan sarana yang ada. Pada
Hornpok usia muda dan ditemukan kelainan berbagai makalah ini akan dibahas mengenai vaskulitis primer.
.@tgarL neuritis atau adanya kelainan pada kulit. Berbagai
,ffi mengemukakan kriteria diagnostik vaskulitis agar
ptyakit tersebut mudah diketahui supaya pengobatan DEFINISI
dhpat dilakukan lebih dini. Arti kata vaskulitis sendiri adalah
qurhl proses inflamasi pembuluh darah. Disebutvaskulitis Vaskulitis adalah suatu kumpulan gejala klinis dan
pilher bila kumpulan gejala (sindrom) yang ditemukan patologis yang ditandai adanya proses inflamasi dan
ffikdiketahui penyebabnya dan ini merupakan kelompok nekrosis dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang
fiabanyak, sedang vaskulitis sekunder penyebabnya dapat terkena dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran.
"tsr.tahui, misal oleh karena infeksi, virus, tumor, penyakit
dan kerusakan pembuluh darah akibat obat,
kimia atau radiasi. KTASIFIKASI
umumnya pembagian klinis vaskulitis primer
ukuran pembuluh darah, dan pembagian Walaupun banyak pembagian mengenai vaskulitis akan
telah diterima oleh banyak klinis. Masalah yang tetapi klasifikasi yang banyak dianut adalah pembagian
untuk kepastian diagnosis dapat diatasi dengan menurut Consensus Chopel Hill (1994) yang melibatkan
konsensus Chopell H ill tahun 1 994. Kehadiran berbagai ahli sehingga dapat diterima dari berbagai sudut
ini membuka peluang bila menemukan masalah pandang.
\_ _
karena pembagian tersebut lebih lengkap.
Kawasaki, poliarteritis mikroskopik (poliangiitis Pembagian Vaskulitis Secara Umum
ik) dan vaskulitis esensial krioglobulinemia
dalam konsensus tersebut, dan tidak ada Vaskulitis primer
kriteria Americon College of Rheumotology (ARA) a. Vaskulitis pembuluh darah besar
1990. Walaupun demikian, kriteria ARA masih - Arteritis Takayasu
dipergunakan dalam upaya pendekatan diagnostik - Arteritis temporal (giont cell arteritis)
karena kriteria tersebut berdasarkan pada gejala b. Vaskulitis pembuluh darah sedang
pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium, - Poliarteritis nodosa (poliarteritis nodosa klasik)
an penunjang (angiogram), biopsi jaringan, - Penyakit Kawasaki
dan hasil pengobatan bahkan pemeriksaan c. Vaskulitis pembuluh darah kecil
Kriteria ARA 1990 hanya membahas 7 (tujuh) - GranulomatosisWagener

s19
ATERGI DAN IMUNOLOGI KLINIX
520

- SindromChurg-Strauss - Poliarteritis mikroskopik. Vaskulitis nekrosis


- PoliarteritismikroskoPik dengan sedikit atau tanpa deposit imun yang
- PurpuraHenoch-Schonlein dapat terjadi pada pembuluh darah kecil
- Vaskulitiskrioglobulinemiaesensial (kapiler, venul dan arteriol). Arteritis nekrosis
- Angiitiskutaneusleukositoklastik pembuluh darah kecil dan sedang sering
ditemukan, glomerulonefritis nekrosis dan
Vaskulitis Sekunder kapileritis pembuluh darah Paru.
1. Vaskulitisyang berhubungan dengan penyakit infeksi - Purpura Henoch-Schonlein.Vaskulitis dengan
(endokarditis bakterial, viral, mikrobakterial dan deposit imun lgA yang terjadi pada pembuluh
riketsia) darah kecil (kapiler; venul, atau arteriol). Kelainan
2. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit kolagen tersebut sangat khas, mengenai kulit, saluran
(lupus eritematosus sistemik, artritis, reumatoid,
cerna, glomerulus dan bukan artralgia & artritir
sindrom Sjogren's, dermatomiositis) - Vaskulitis krioglobulinemia esensial. Vaskulitis
3. . Vaskulitis oleh karena obat(drug induced vosculitis) dengan deposit imun krioglobulin mengenai
4. Vaskulitis yang berhubungan dengan keganasan pembuluh darah kecil (kapiler, venul atau arteriotl
5. Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit dan dihubungkan dengan krioglobulin dalam
sistemik (hepatitis kronik aktii sirosis biliaris primer) serum. Organ yang sering terkena ialah kulit dm
glomerulus.
Vaskulitis Menurut Konsensus Chopel HiU 1994
(Vaskulitis Primer)
- Angiitis kutaneus leukositoklastik
Angiitis kutaneus leukositoklastik yang terisold
a. Vaskulitis pembuluh darah besar
tanpa vaskulitis sistemik atau glomerulo-
- Arteritis temporal (giont cell orteritis): Arteritis
nefritis.
granulomatosa aorta serta cabang-cabang yang
besar dengan predileksi pada cabang ekstra
kranial arteri karotis. Sering mengenai arteri
PATOGENESIS
temporalis. Umumnya terjadi pada pasien usia
lebih dari 50 tahun dan sering dihubungkan
Vaskulitis terjadinya akibat aktivasi proses imunologi paln
dengan polimialgia reumatika.
dinding pembuluh darah. Beberapa pertanyaan yant
- Arteritis Takayasu. Suatu proses inflamasi
banyak dikemukakan misalnya: kenapa vaskulitis itu teffi
granulomatosa aorta dan cabang-cabang utama.
keadaan apa saja yang dapat mencetuskan keru
Umumnya didapat pada pasien usia <50 tahun.
pembuluh darah, atau jenis alergen apa saja yang
b. Vaskulitis pembuluh darah sedang
menyebabkan vaskulitis, dan mengapa proses i
- Poliarteritis nodosa (poliarteritis nodosa klasik). tersebut hanya terjadi pada pembuluh darah te
lnflamasi dan nekrosis pembuluh darah sedang
saja tanpa melibatkan pembuluh darah laiirnya,
atau kecil tanpa glomerulonefritis atau vaskulitis
mediator-mediator yang dapat menyebabkan
di arteriol, kapiler atau vena kecil.
dinding pembuluh darah. Kondisi tersebut hanya
- Penyakit Kawasaki. Arteritis yang mengenai dapat diterangkan sedangkan mekanisme lainnya
pembuluh darah besaL sedang dan kecil serta
dalam penelitian.
berhubungan dengan sindrom mukokutaneus
Keadaan imunologi yang dapat menera
kelenjar getah bening. Pembuluh darah koroner
timbulnya aktivasi imunologi ditentukan oleh
sering terkena. Umumnya penyakit ini terjadi
keadaan, yaitu jumlah antigen, kemampuan
pada anak-anak.
mengenai antigen, kemampuan respons imun
Vaskulitis pembuluh darah kecil
mengeliminasi antigen dan route (target organ)
- Granulomatosis Wagener. Suatu inflamasi
dirusak.
granulomatosa yang mengenai saluran napas
Beberafa mediator yang dapat terlibat
dan vaskulitis nekrosis pembuluh darah kecil
vaskulitis ini, misal: lnterleukin (sitokin) yaitu suatu
dan sedang (kapiler; venul, arteriol dan arteri)
yang dihasilkan oleh sel yang teraktivasi oleh respons
Glomerulonefritis nekrosis sering dijumpai.
yang dapat berpengaruh terhadap mekanisme i
- Sindrom Churg-Strauss. Hipereosinofilia dan
selanjutnya. lnterleukin yang berperan pada
inflamasi granulomatosa yang mengenai
ialah: lL-1. IL-Z,1L-6,11-4, TNF alfa, dan lnterferon
saluran napas dan vaskulitis nekrosis yang
Sedangkan mediator inflamasi lainnya yang terlibat
mengenai pembuluh darah kecil dan sedang
terjadinya vdsku litis misal nya histami n, serotonin,
serta berhubungan dengan asma dan
endotelin.
hipereosinofilia.
msxuLlTts 521

Dengan ditemukannya ANCA (Anti Neutrophilic tingkat kelainan penyakit tersebut sehingga gejala
lytoplosmic Antibody) patogenesis beberapa vaskulitis klinisnya akan berbeda tergantung derajat penyumbatan
daoat diterangkan, dan dari beberapa laporan penelitian dan kerusakan.
@erneriksaan ini erat kaitannya dengan arteritis Umumnya 80-90% Arteritis Takayasu mengenai
&agener. perempuan, dapat dimulai pada umur 10-40 tahun. Gejala
awal umumnya berupa kelelahan, penurunan berat badan,
dan panas yang terlalu tinggi. Gejala artralgia ataupun
GAMBARAN KLINIS nyeri otot ditemukan pada separuh pasien dan jarang
disertai sinovitis. Nyeri daerah sendi dapat hilang timbul
lrteritis Temporal atau menetap.
&uatu penyakit yang kausanya tidak diketahui, terjadi Tanda dan gejala lainnya asimetris denyut arteri, dan

maCa pembuluh arteri besar dan medium. Gejala akan hilangnya pulsus arteri, bruit di arteri, hipertensi (reno
mnuncul pada umur 50 tahun atau lebih (90% didapatkan vaskular), sakit kepala, sinkop atau postural dizziness dan
puda umur 60 tahun atau lebih), insidens terbanyak pada klaudikasio.
uda 70 tahun. Dua pertiga pasien adalah perempuan.
ipada umumnya gejala dapat muncul beberapa minggu
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Arteritis Takayasu (Ditemukan
sehelum diagnosis ditegakkan. Gejala dapat berupa 3 dari 6 Kriteria)
heelahan, panas dan berat badan menurun. Keluhan Definisi
Kriteria
@as ditemukan pada setengah pasien arteritis temporal. 1. Usia saat penYakit Timbul gejala ditemukan
huhu dapat tinggi, lebih dari 40'C dan disertai gejala <40 tahun .pada umur 40 tahun atau
prg mirip sepsis. Gejala lainnya yang sering dijumpai kurang
dalah polimialgia reumatika dan keluhan sakit kepala Gejala klaudikasio Perburukan kelemahan,
dkr gejala lokal yang berhubungan dengan lesi kelainan ekstremitas perasaan tidak enak Pada
therupa nyeri tekan di arteri temporal, pembengkakan dan otot (pegal) satu atau lebih
fiadang ditemukan bruit. Kadang ditemukan gangguan terutama bila melakukan
pemElihatan yang dapat menetap. Kriteria diagnostik aktivitas terutama ekstremitas
bagian atas
,nmritis temporal (ditemukan 3 dari 5 kriteria).
Penurunan pulsasi Adanya penurunan Pulsasi
arteri brakialis salah satu atau kedua arteri
brakialis
iFa t. Kriteria Amerlcar,.Collegb of :Rheunralology
4. Perbedaan TD >10, - AdanyaperbedaanTDsistolik
ilfr, rggo
mmHg >10 mmHg antara kedua
Kriteria Definisi lengan
11. Usia saat awitan Timbultanda dan gejala pertama Bruit pada daerah Ditemukan bruit Pada
>50tahun kali pada usia 50 tahun atau A.Subklavia atau pemeriksaan auskultasi di
lebih aorta atas kedua daerah atau salah
Z Sakit kepala Nyeri yang baru pada lokasi satu arteri subklavia ataupun
(baru) kePala aorta abdominalis
il Kelainan A.Temporal yang lemah Pada 6. Angiografi yang Ditemukan arteriogram
ATemporalis palpasi atau ditemukan Pulsasi abnormal dengan PenYemPitan atau
yang menurun, tidak a.da penyumbatan aorta dan
hubungan dengan arterosklerosis cabang-cabangnya
a.cervicalis
{ Kenaikan LED LED >50 mm/jam (Westergen)
S, Kelainan pada Menunjukkan predominansi Poliarteritis Nodosa (Poliarteritis Nodosa Klasik)
biopsi infiltrasi mononuklear atau Suatu penyakit kompleks imun arteri muskularis dan
inflamasi granulomatosa arteriol. Penyakit inijarang mengenai paru dan etiologinya
umumnya dengan m u lti- nu kleor
tidak diketahui.
giont cell
Gejala yang dapat ditemukan ialah; artralgia, mialgia,
gangguan saraf perifer; kemerahan pada kulit, nodul di
lrbritis Takayasu kulit, nyeri abdomen, hipertensi dan gangguan pada
ffidalah suatu penyakit kronik yang tidak diketahui jantung (gagal jantung). Untuk memudahkan pendekatan
,rfrio*oginya yang sering muncul pada perempuan muda. diagnosis perlu diingat hal sebagai berikut:
Inei,/alensi lebih banyak ditemukan pada orang Asia. 1. Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah sedang,
opv'ry6mpitan, sumbatan bervariasi tergantung kepada organ yang terkena kulit, otot, saraf perifer; lambung
522 ALERGI DAN IMUNOLOG] KLINIK

dan ginjal, sedang paru-paru tidak terkena. ini dapat disimpulkan bahwa yang bertanggung jawab
2. Dihubungkan dengan HbsAg (kurang lebih20o/o) pada proses di atas adalah sistem imun.
3. Didiagnosis ditegakkan dengan angiografi dan biopsi Hubungan dengan ANCA (merupakan suatu keadaan
jaringan. Arteriografi menunjukkan adanya aneurisma kompleks imun) yang dapat merusak pembuluh darah
atau oklusi arteri visera yang bulan disebabkan oleh banyak dilaporkan peneliti, walaupun pada beberapa kasus
arteriosklerosis atau sebab noninflamasi lainnya. Pada belum terbukti hubungannya. Bila mengenai ginjal akan
biopsi didapatkan adanya gambaran granulosit dan menimbulkan glomerulonefritis kresentik.
mononuklear pada dinding arteri. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
granulomatosa Wagener sangat berhubungan erat dengan
Penyakit Kawasaki ANCA, sehingga pemeriksaan ini sekarang dapat dipakai
Beberapa buku menyebutkan istilah poliarteritis infantil, sebagai pemeriksaan penapis untuk penyakit Wagener.
karena berhubungan dengan usia yang terjadi pada anak-
anak. Penyakit inijarang mengenai orang dewasa. Kriteria Sindrom Churg-Strauss
diagnosis: Keadaan yang perlu diketahui mengenai sindrom Churg-
1. Panas >5 hari Strauss ialah: 1). Vaskulitis yang mengenai arteri dar
2. Ditemukan 4 dari 5 keadaan ini: vena pembuluh darah sedang dan dapat mengenai paru
a. lnjeksi konjungtiva non-eksudatif bilateral saluran napas bagian atas, usus, susunan saraf parifel kulh
b. Ditemukan salah satu kelainan di orofaring: dan ginjal; 2). Diawali gejala fase alergi (gejala asma); 3r
- lnjected atau fisura di bibir Eosinofilia dan peninggian eosinofil di paru.
- lnjected forings
- Strawberry tongue
Tabel 4. niffii'Uag*
-Si romth-r6!51r"*;
c. Satu atau lebih kelainan di ekstremitas (Ditemukan 4 datt'6 l(riterial:,: :.::r.:'-i :' :::,rr'r,tr::'::': r'::':. i
- Eritema di telapak tangan
- Edema di tangan atau kaki
Kriteria Detinisi
- Deskuamasiperiungual 1. Asma Riwayat wheezing atau ronki
kering nyaring pada ekspirasi
- Eksantema polimorfi
- Kelenjar getah bening servikal akut non
2. Eosinofillia Eosinofil > 10% hitung jenis
3. Riwayat alergi Riwayat alergi musim dan
supuratif inflamasi
makanan serta kontak lainnya
3. Penyakitnya tidak dapat diterangkan oleh sebab lain
kecuali alergi obat
4. Mononeuropati Berhubungandenganvaskulilb
Granulomatosa Wagener sistemik atau polineuropati
Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran napas 5. lnfiltrat paru yang
bagian atas dan bawah serta ginjal yang etiologinya tidak tidak menetap
{
diketahui. Proses inflamasi yang terjadi dapat mengenai 6. Kelainan sinus
sistem arteri dan vena terbukti dengan ditemukannya paranasal
deposit sel limfosit dan sel fagosit lainnya. Dari keadaan 7. Eosinofil ekstra Biopsi arteri, arteriol atau ven{
vaskular menunju kkan penumpukanr
eosinofil ekstravaskular
Tabel 3. Kriteria Diagnostik Granulomatosa Wagner
(Ditemukan 2 darl 4 Kriteria Di bawah lni)
Poliarteritis M ikroskopik (Poliangiitis M ikroskop{
Kriteria Definisi Poliarteritis mikroskopik (PM) adalah suatu vaskulinthl
1 lnflamasi oral Timbulnya ulkus di mulut yang sistemik yang mengenai arteriol dan kapiler dengulr
atau nasal nyeri atau tidak ditemukannya gejala prodromal panas, lelah dan mialgia, yaitu sutur
sekret hidung yang purulen atau sindrom yang menyerupai infeksi virus. Pada PM milii
hemoragik tidak ada hubungannya dengan infeksi. Gejala tersehu{
2 Foto dada Dapat terlihat gambaran nodul, dapat berlangsung 1 bulan sebelum tanda dan
abnormal infiltrat yang menetap atau penuh poliarteritis mikroskopik terlihat. Kelainan akul
kavitas
kresentik dapat disebabkan oleh poliarteritis
3 Sedimen urin Diketemukan mikrohematuria (> 5
sel darah merah/LPB) atau kavitas
selain granulomatosa Wagener.
4 Biopsi, adanya lnflamasi granulomatosa ditemukan Walaupun penyakit tersebut hampir serupa akan
inflamasi pada granulomatosa dinding gejala di luar ginjal berbeda. Poliarteritis mik
arteri atau daerah perivaskular/ dapat menyebabkan gagal ginjal akut (GGA) se
ekstravaskular bila menemukan gejala GGA tanpa sebab tidak jelas
fmruTts 52s

dryirurkan PM. Perbedaan yang lain dengan granulomatosis Angiitis Leukositoklastik


'ffihqener adalah bahwa pada PM, jarang ditemukan ANCA. Vaskulitis yang mengenai pembuluh darah kecil ini sering
@akit ini bila tidak segera diobati akan berakibat fatal, juga disebut hipersensitivitas vaskulitis, oleh karena gejala
x0rehr K3psn6 itu penemuan secara cepat akan memberikan lebih banyak pada daerah kulit, jarang/tidak ditemukan
Mn'iqnosis yang lebih baik. kelainan pada viseral. Nama lain ialah alergik vaskulitis,
kutaneus sistemi k vaskulitis, leukositoklastik vasku litis atau
tbpura Henoch -Schiinlein smalL vesselvaskulitis. Walaupun banyak nama, akan tetapi
Sruwru sindrom tanpa trombositopenia, nyeri abdomen, semua sependapat bahwa kelainan hanya pada kulit saja
llm,'ltanE ditemukan perdarahan saluran cerna, dan kelainan yaitu pada biopsi akan terlihat suatu endapan (deposit)
ryrryat. Ditemukannya kompleks imun lgA di jaringan kompleks imun dengan suatu aktivasi komplemen.
rrrrcirupakan hal yang patognomonik. Umumnya pasien
diaah anak-anak dan kadang-kadang penyakit ini self
llt *n g yang tidak memerlukan pengobatan. Kriteria
dragmostik (ditemukan 2 dari 4 kriteria):
if. a.rrpura palpabel Kriteria Definisi
I Urnur mulai kena kurang atau sama dengan 20 tahun 1. Usia saat awitan > 1 6 tahun
$" tsowel angina penyakit
l{ Pada biopsi ditemukan granulosit pada dinding 2. Pengobatan saat awitan Pengobatan yang didapat
pembuluh darah (arterio maupun venul) penyakit yang mungkin menjadi
faktor persipitasi
3. Purpura palpabel Tidak berhubungan
hrlitis Krioglobulinemia Esensial dengan trombositopenia
hlrroa dan gejala yang perlu diketahui: 4. Ruam makulopapular
llil, Vaskulitis pada pembuluh darah kecil umumnya 5. Gambaran biopsi Adanya gambaran
mengenai kulit, saraf pariferi sendi dan ginjal arteriol dan venul granulosit pada
A. Jmumnya karena infeksi Hepatitis C perivaskular dan ekstra
vaskular

Sakit perut,testicular pain, >50 th,bruits,penurunan


mononeuropati,kelainan TD di tangan ,peningkatan
urin,kreatinil kreatini
-{emoptisis,kelainan urinalisis,
keatini t,kelainan foto
dada

Riwayat penyakit, pemeriksaan jasmani, DPL, kreatinin, Sinusitis atau gejala saluran
napas, kelainan urin atau foto
urinalisa dada, kreatininl , o-ANCApositif

Fenomena Raynaud's, Rinitis alergik, asma, eosinopilia,


pal pable pu rupu ra, kelainan mononeuropati, kelainan foto dada
urin, kreatinin

Grnbar 1. Spektrum jenis-jenis vaskulitis dan pendekatan diagnostiknya


524 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK

PRINSI P PENGOBATAN VASKULITIS systemic vascuiitis and idiopathic necrotizing and crecentic
glomeruionephritis. N Engl J Med. 1988;318:1651-7.
Fries ]F, Hunder GG, Bloch DA, Michel BA, Arend WP, et al.
Pemberian steroid dalam dosis terbagi dapat dimulai bila
The American College of Rheumatology. Criteria for the
menemukan vaskulitis, karena efek anti-inflamasi steroid classification of vasculitis. Summary. Arthritis Rheum.
dapat segera terlihat lebih cepat dibanding pemberian 1990;33:1135-36.
siklofospamid. Dosis prednison dimulai 1 mglkg BB/hari, Gardner GC. Vascuiitis. In: Eisenberg MS, Dugdale DC, editors.
Medical diagnostics. Philadelphia: WB Saunders; 1992. p.
dapat diberikan tiap 6-8 jam. Dosis permulaan diberikan 73846.
antara 7-10 hari dan setelah itu dapat diberikan pagi hari Gay RM, Ball GV. Vasculitis. In: Koopman WJ, editor. Artritis and
sampai 2 minggu berikutnya. Pemberian ini umumnya allied conditions. A textbook of rheumatology. Baltimore,
Maryland: William & Wilkins; 1997. p. -1"497-517.
disebut sebagai dosis induksi. Setelah dosis induksi, Griffith ME, Coulthart A, Pusey CD. T celi responses to
pemberian steroid diturunkan secara bertahap dosis myeloperoxidase (MPO) and proteinase 3 (PR 3) in patients
60 mg diberikan secara selang sehari untuk waktu 1-2 with systemic vasculitis. Clin Exp Immunol. 1996;103:25!
58.
bulan berikutnya. Setelah itu dosis diturunkan secara
Gross WL, Csemok E. Immunodiagnostic and pathophysiologic
perlahan sampai dosis pemeliharaan yang bergantung aspects of antineutrophil cytoplasmic antibodies in vasculitis
pada gambaran klinis. Current Opinion Rheumatol. 1995;7 :11-9.
Pada keadaan khusus seperti pada penyakit HunderGG, LieJT, GoronzyJJ, Weyand CM. Pathogenesis of giar
cell arteritis. Arthritis Rheum. 1993;36:757 -61.
granulomatosis Wagener, serta poliarteris nodosa, Hunder GG, Bloch DA, Michel BA, Stevens MB, Arend \AIP, e:
arteritis Takayasu dan vaskulitis susunan saraf pusat yang al. The American College of Rheumatology 1990. Criteia
resisten terhadap steroid diberikan kombinasi dengan for the classification of giant ce1l arteritis. Arthritis Rheul:
1990;33:1122-8.
si klofosfa mid. U m u mnya pem berian si klofosfa mid secara
Jennette JC, Falk RJ, AndrassyK Bacon PA, Churg J, Gross \[
oral tiap hari yang digabung dengan steroid dosis kecil et al. Nomenclature of systemic vasculitides. Proposal r
selang sehari untuk menghindari terjadinya infeksi an international consensus conference. Arthritis Rheur-.
sekunder akibat pemakaian steroid jangka lama. Lama 1994;37:187-92.
Kallenberg CGM, Mulder AHL, Tervaert JWC. AntineutropE
pemberian siklofosfamid berkisar antara 8-24 bulan,'1
cytoplasmic antibodies in inflamatory disorder. Am j lrle:
sedang lama pemberian steroid tergantung kepada 1992;93:675-80.
aktivitas penyakltnya. Lighfoot RW, Michel BA, Bloch DA, Hunder GG, Zvaifler N_L *
al. The American Coliege of Rheumatology 1990. Criteria;:rr
Pemberian pulse metilprednisolon 0,5-1 g/hari
the classification of polyarteritis nodosa. Arthritis Rheu::-
selama tiga hari berturut-turut diberikan pada permulaan 1990;33:1088-93.
pengobatan kasus-kasus yang mengancam nyawa (/rfe Maaten JC, Franssen CFM, gans ROB, Strack van fthijndel R[ t *
aL Respiratory failure in ANCA associated vasculitis. Ches;
threotening vascuLitis syndrome) atau vaskulitis yang
1996;110:357-62.
progresif. lntervensi pembedahan hanya dimungkinkan Masi AT, Hunder GG, Lie JT, Michel BA, Bloch DA, Arend lrl
pada penyakit Takayasu setelah aktivitas penyakitnya et al. The American College of Rheumatology. Crite:a
tenang, sedang pada arteritis temporal jarang dilakukan for the classification of Churg-Strauss syndrome (alle.+
granulomatosis and angiitis). Arthritis Rheum. 1990;33:1Cl!-u
tindakan pembedahan. 100.
Mills JA" Michel BA" Bloch DA, Calabrese LH, Hunder GC sr
al. The American College of Rheumatology. Criteria for :re
classification of Henoch-Schdnlein purpura. Arthritis Rhecni
REFERENSI
1990;33:1114-21.
Pall AA. Savage COS. In: Savage COS, Pearson jD, edi:m
Arend WP, Michel BA" Bloch DA, Hunder GG, Calabrese LH, et Immunoiogical aspects of the vascular endotheli::sr
al. The American College of Rheumatology 7990. Criteria Cambridge: Cambridge University Press; 1995. p. 173-9"
for the ciassification of Takayasu arteritis. Artfuitis Rheum. Puett DW. Vasculitis. Bull Rheum Dis.1996;348:4-7.
1990;33:1129-34.
Bloch DA" Michel BA, Hunder GG, MsShane D), Arend \AIP, et
al. The American College of Rheumatology. Criteria for the
classification of vasculitis. Patients and methods. Arthritis
Rheum. L990 ;33:1068-73.
Calabrese LH, Michel BA, Bloch DA, Arend \AIP, Edworthy SM,
et al. The American College of Rheumatology. Criteria
for the classification of hypersensitivity. Arthritis Rheum.
1990;33:1174-21.
Cohen MD and Conn DL. In: Ball CV, Bridges JR.SL, editors.
Vasculitis. Oxford: Oxford University Press Inc; 2002. p.
228.
Cupps TR. In: Stites DP, Terr AI, Parslow G, editors. Medical
immunology. Stamford: Appleton & Lange; 1997. p. 513-26.
Falk RJ, Jennette C. Anti-neutrophil cytoplasmic autoantibodies
with specificity for myeloperoxidase in patients with
70
PENYAKIT KOMPLEKS IMUN
Eddy Mart Salim, Nanang Sukmana

PENDAHULUAN Penyakit kompleks imun ini dibagi atas 2 kelompok


yaitu: kelompok penyakit kompleks imun alergi dan non
Fembentukan kompleks imun atau kompleks antigen- alergi. Penyakit kompleks imun alergi antara lain: reaksi
antibodi merupakan proses alami dalam rangka Artus, reaksi se ru m sickn ess, a lerg k bron ko-alveol ari s.
i

n'empertahankan tubuh terhadap antigen yang larut, Termasuk penyakit kompleks imun non-alergi
nnrisalnya toksin bakteri. Dalam keadaan normal, kompleks antara lain lupus eritematosus sistemik (LES), vaskulitis,
n',{rn yang dibentuk oleh toksin dan antitoksin segera glomerulonefritis, artritis rematoid, dan demam
diiimusnahkan dengan cara fagositosis dan selanjutnya reumatik.
inr[ang dari sirkulasi. Namun, pada keadaan tertentu adanya Walaupun etiologi spesifik penyakit ini sangat
imun dalam sirkulasi dapat mengakibatkan
rltrcrnpleks bervariasi namun patofisiologi secara umum sama'
terbagai kelainan dalam organ tubuh yang disebut Pada makalah ini, lebih dititik beratkan dari aspek
penyakit kompleks imun. imunologi sedangkan aspek klinis dibahas secara
Penyakit kompleks imun adalah sekelompok penyakit mendalam pada bab lain buku ini.
grmng didasari oleh adanya endapan kompleks imun pada

uryan spesifik, jaringan tertentu atau beredar dalam


@nnbuluh darah (Circuloting lmune Complex). Biasanya, PATOFISIOLOGI
umrdbodi berupa lgG atau lgM, tapi pada penyakit tertentu

l11[rg,a terlihat peranan lgE dan lgA. Kompleks


imun dapat Dasar patofisiologi penyakit kompleks ifrrun ini adalah
Huerasal dari ikatan antigen-antibodi dalam sirkulasi reaksi hipersensitivitas tipe lll menurut Gell dan Comb
&upun terbentuk pada jaringan setempat. Pada beberapa (Gambar 1). Reaksi yang terjadi disebut juga reaksi
penyakit antigen merupakan komponen dari jaringan kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen-antibodi
tuibuh sendiri (autoantigen), sehingga dikenal sebagai ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/dinding pembuluh
pmryakit autoimun atau berasal dari agen infeksi (bakteri, darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi disini
llrrrrLs, maupun jamur). Setelah terbentuk kompleks imun biasanya jenis lgM atau lgG, dan dapat pula berupa lgA
id srkulasi atau jaringan, kompleks akan mengaktifkan atau lgE. Antibodi lgG dan lgM mengaktifkan komplemen
hltagai mediator inflamasi seperti komplemen pengerah melalui jalur klasik sedangkan lgA melalui jalur alternatif'
sdtsel radang polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke Pada penyakit kompleks imun alergik seperti aspergilosis
l[emxpat lesi. Selanjutnya komplemen yang telah diaktifkan bronkopulmonari alergik lgE juga berperan melalui reaksi
,dtkr melepas mediator-mediator inflamasi antara lain: C3a hipersensitivitas Tipe I Gell dan Comb.Komplemen yang
rdhnr C5a yang bersifat kemotaksis dan anafilatoksis serta diaktifkan kemudian melepas Mocrophoge Chemotoctic
in yang menyebabkan lisis jaringan sekitarnya. Sel- Foctor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut
radang PMN dan monosit juga akan melepas bahan melepas enzim protease dan enzim lain yang dapat
yang berasal dari metabolisme oksigen dan arginin, merusak jaringan sekitarnya. Makrofag juga melepas
i protease dan enzim-enzim lain, yang pada bahan toksik yang berasal dari metabolisme oksigen dan
akan menyebabkan kerusakan jaringan sekitar arginin (Oksigen Radikal Bebas) yang akan menyebabkan
endapan menjadi lebih Parah. kerusakan jaringan lebih Parah'
526 ATERGI DAN IMUNOTOGI KLINIK

Hal yang memungkinkan terjadinya pengendapan


kompleks imun dalam jaringan ialah ukuran kompleks
imun yang kecil dan permeabilitas vaskularyang meninggi,
antara lain karena histamin yang dilepas.
Komplemen, mastosit dan trombosit ikut berperan
pada penglepasan histamin tersebut. Histamin dilepas
dari mastosit atas pengaruh anafilatoksin (C3a dan C5a)
yang dilepas pada aktivasi komplemen.
Kompleks imun lebih mudah untuk diendapkan,
misalnya dalam kapiler glomerulus, bifurkasi pembuluh
darah, pleksus koroid dan ciliory body mala. Pada lupus
eritematosus sistematik (LES), ginjal merupakan tempat
endapan kompleks imun. Pada artritis reumatoid, sel
plasma dalam sinovium membentuk anti-lgG (faktor
reumatoid berupa lgM) dan menimbulkan kompleks imun
di sendi.
Muatan listrik kompleks imun ikut pula berperaru
Kompleks imun bermuatan positif cendrung lebih mudah
mengendap terutama di glomeruli. Hal ini diduga karena
glomeruli bermuatan negatif.
Berikut dibicarakan beberapa diantara penyakit
kompleks imune yang penting.

Reaksi artus. Artus yang menyuntikan serum kuda ke


dalam kelinci intradermal berulangkali menemukan reaksi
yang makin menghebat di tempat suntikan. Mula-mula
hanya terjadi eritema dalam 2-4 jam sesudah suntikan
Reaksi tersebut menghilang keesokan harinya. Suntikan
kemudian menimbulkan edema yang lebih besar dan
suntikan yang ke 5-6 menimbulkan perdarahan dam
nekrosis yang sulit menyembuh., Hal tersebut dinamakam
Gambar 1. Reaksi hipersensitivitas tipe lll fenomena Artus yang merupa(in bentuk reaksi dari
kompleks imun.
Antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen Reaksi Artus biasanya memerlukan anfibodi dannr
yang persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora antigen dalam jumlah besar. Antigen yang disuntikkarr
jamur menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik) atau dari akan membentuk kompleks yang tidak larut daiml
jaringan sendiri (penyakit autoimun). lnfeksi dapat disertai sirkulasi atau mengendap pada dinding pembuluh dar*-
dengan antigen dalam jumlah yang berlebihan, tetapi Bila agregat menjadi besa; komplemen mulai diahiftan
tanpa adanya respons antibodi yang efektif. C3a dan C5a (anafilatoksin) yang terbentuk meninggikan,
Dalam kedaaan normal kompleks imun dimusnahkan permeabilitas pembuluh darah dan terjadi edem"
oleh sel fagosit mononuklear, terutama di hati, limpa dan Komponen lain yang berperanan adalah faktor kemotaktik
paru, tanpa bantuan komplemen. Dalam proses tersebut, Neutrofil dan trombosit mulai menimbun di tempat reald
ukuran kompleks merupakan faktor yang penting. Pada dan mengakibatkan statis dan obstruksi total aliran dardru
umumnya kompleks yang besar dapat dengan mudah dan Neutrofil yang diaktifkan memakan kompleks imun dar
cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati, sedangkan bersama dengjan trombosit yang digumpalkan melepo,
kompleks kecil sulit untuk dimusnahkan karena itu berbagai bahan toksik seperti oksigen radikal bebc,
dapat lebih lama berada dalam sirkulasi. Diduga bahwa protease, kolagenase dan bahan vasoaktif. Akhirnya terjail
gangguan fungsi fagosit merupakan salah satu penyebab perdarahan disertai dengan nekrosis jaringan setempd.
mengapa kompleks tersebut sulit dimusnahkan. Dengan teknik imunofluoresen, antigen,
Meskipun kompleks imun berada di dalam sirkulasi dan berbagai komplemen komponen dapat
untuk jangka waktu lama, biasanya tidak berbahaya. di tempat kerusakan pada pembuluh darah. Bila
Permasalahan akan timbul bila kompleks imun tersebut komplemen atau jumlah granulosis menurun (

mengendap dijaringan. binatang, kadar komplemen dapat diturunkan


E|YAXIT KOMPLEKS IMUN 527

mma kobra), maka kerusakan khas dari Artus tidak terjadi. yang terjadi dalam 6-8 jam sesudah pemaparan. Orang
Uh dalam klinik, reaksi artus jarang terlihat. tersebut memproduksi banyak lgG yang spesifik terhadap
aktinomiset termofilik dan membentuk kompleks
Lrtsi serurn sickness. Serum sickness adalah penyakit
antigen-antibodi. Reaksi Tipe lll pulmoner lain-lain yang
+*cnrpleks imun alergik yang bersifat sistemik akibat
sejenis adalah Pigeon breeder's diseose, Cheese wosher's
@nberian serum heterolog.
diseose. Bagossosis, Mople bork stripper's disease, Papriko
stllah ini berasal dari Pirquet dan Schick yang
worker'sdiseose dan Thotched roof worker's diseose.
menemukannya sebagai konsekuensi imunisasi pasif pada
penrEobatan infeksi seperti difteri dan tetanus dengan Lupus eritematosis sistemik (LES). lstilah LES yang berarti
,IiTltserum asal kuda. red wolf berasal dari gejala dini berupa kemerahan di pipi.
Sekitar 1-2 minggu setelah serum kuda diberikan, Sebenarnya kemerahan tadi lebih menyerupai kupu-kupu
trrrrbul reaksi sistemik berupa panas dan gatal (urtikaria), dibanding dengan muka serigala. Jadi islilah wolf-like
turgkak-bengkak (angioedema), kemerahan dan rasa sakit sebenarnya kurang tepat. lstilah sistemik mempunyai dasar
d teberapa bagian badan, sendi dan kelenjar limfoid. yang kuat oleh karena penyakit mengenai berbagai alat
Sedangkan pada tempat injeksi didapati tanda radang tubuh seperti sendi, SSf; jantung dan ginjal. Kerusakan
tlmnrun- Gejala tersebut akan menghilang sendiri (self limited) gi njal meru pakan penyebab terbanyak kematian.
Me{ah 7-30 hari. Pada keadaan berat jantung dan ginjal Atas dasar yang belum jelas, pasien LES membentuk
dapat pula terlibat tetapi keadaan ini jarang terjadi2. imunoglobulin terhadap beberapa komponen badan
@Nm pula gejala neorologis seperti mono/polineuropati, misalnya DNA. Hal ini merupakan tanda utama dari
slrmmrom Guillain-Barre dan meningo-ensefalitis jarang LES. Kadang-kadang dibentuk imunoglobulin terhadap
.tatlmdi. denaturated, single stronded DNA atau nukleohiston.
Diduga imunoglobulin tersebut membentuk kompleks
ilrpcrgilosis bronkopulmonari alergik. Penyakit ini
DNA yang berasal dari degradasi jaringan normal.
mmnupakan peradangan saluran napas yang ditemukan
Sensitivitas pasien LES terhadap sinar ultraviolet diduga
ror.it* pesien atopi usia muda. Pasien sering memperlihatkan
berdasarkan hal ini.
gqa a alergi terhadap jamur aspergilus fumigatus.
Agregrat kompleks imun akan disaring di ginjal dan
muryakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada bronkus
mengendap di membran basal glomerulus. Kompleks
rtfumnkiektasis) dan kerusakan parenkim paru. Baik
lainnya mungkin mengaktifkan komplemen, dan menarik
1ffi ,rlaupun lgG terhadap aspergilus, berperan dalam
glanulosit dan menimbulkan reaksi inflamasi sebagai
pEenesis penyakit ini. Antibodi lgE terbentuk terhadap
glomerulonefritis. Kerusakan ginjal menimbulkan
dtmrqen spora sedangkan lgG terhadap alergen miselium.
proteinuria dan kadang-kadang perdarahan. Derajat
fildak didapatkan peningkatan titer lgE yang menyolok
gejala penyakit dapat berubah-ubah sesuai dengan kadar
@nn* ks6j33n eksaserbasi akut.
kompleks imun.
Pada penyakit ini didapatkan 2 mekanisme imunologis.
lmunisasi binatang dengan kapsel"bakteri seperti
ffiklrtama; kompleks imun yang terbentuk dari antigen
Klebsiella dapat menimbulkan lg yang bereaksi silang
ryergilus dan antibodi (lgG) menyebabkan inflamasi dengan DNA. Jadi mungkin sekali LES ditimbulkan
wdlruran napas melalui mekanisme aktivasi komplemen
,furrr: sel-sel fagosit. Kedua; kerusakan parenkim paru
oleh mikroorganisme yang umum terdapat dalam
,&m, sronkus terjadi pula akibat ikatan lgE dengan
lingkungan.

dllnrqpn aspergilus yang menempel pada mastosit, yang Artritis reumatoid (AR). AR merupakan contoh penyakit
uilihmnirutnya menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe I autoimun lain. Di sini dibentuk Ig yang berupa lgM
drhhut penglepasan histamin dan mediator lainnya. (disebut rheumotoid foktor, RF) yang spesifik terhadap
,Garnbaran klinis penyakit ini menyerupai asma dengan fraksi Fc dari molekul lgG. Mengapa jenis lg ini dibentuk
Mrrnda-tanda serangan demam, batuk produktif nyeri dalam jumlah yang besar pada beberapa orang tidaklah
,fuh dan kelelahan. Batuk darah jarang terjadi. Gejala diketahui.
lll&rnm dapat berupa sakit kepala, nyeri sendi dan otot. Pada Kompleks RF dan lgG ditimbun di sinovial sendi dan
fisis paru, ditemukan ronki yang menunjukan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan
ndhmy'a infiltrat. Aspergilosis bronkopulmonari alergik sifat kemotaktik dan lisis jaringan setempat. Respons
lmrmasuk dalam kelompok penyakit Former's lung inflamasi yang disertai peningkatan permeabilitas vaskular
menimbulkan pembengkakan sendi dan nyeri bila eksudat
Fsrrner's lung diseose ditemukan pula pada orang bertambah banyak. (Gambar 2).
"entan dengan pemaparanjerami yang mengandung Enzim hidrolitik yang dilepas pada reaksi ini dapat
pak aktinomiset termofilik yang melepas spora- pula menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga
rnenimbulkan gangguan napas yaitu pneumonitis mengganggu fungsi normal sendi tersebut.
528 ALERGI DAN IMUNOLOGI KLINIK

Tabel 1. Sitokin pada Artritis Reumatoid

Limfosit B sinovial Manifestasi Sitokin berkaitan


e lnflamasi jaringan sinovial
t
a. Perlekatan ke endotelium lL-1, TNF-cx, IFN-y
T a. Sel T kemotaksis IL-8, RANTES
b. Aktivasi/ proliferasi sel T lL-1,TNF-q, IL-6,11-2

& .l,
[ETJ"":,*,, c. Diferensiasi sel B/ produksi

d.
Ab
tEkspresi antigen HLA
lL-1,TNF-a, lL-6, lL-2,
IFN-y
IFN-y, TNF-cx
e. Aktivasi makrofag IFN-y,GM-CSF,lL-2
Produksi lnflamasi cairan sinovial
- faktor reumatoid
lr^l a. I Perlekatan ke endotelium lL-1, TNF-a, IFN-y
b. PMN kemotaksis lL-8, TNF-cx
J c. Aktivasi PMN TNF-q, GM-CSE lL-8
Proliferasi sinovial
-k,^d Pembentukankompteks a. Pertumbuhan fibroblas rL-l,TGF-p, PDGE FGF
b. Neovaskularisasi TNF-o, TGF-B,FGF
Eg *:rTi:riilJ3 Destruksi kartilago/ tulang
a. Aktivasi kondrositesa lL-1, TNF-cx
,I b. Aktiivasi fibroblas lL-1, TNF-cr
Aktivasi komplemen c. Aktivasi osteoklas IL-1, TNF.O
jalur klasik dan alternatif
Manifestasi sistemik
I a. Demam, gejala jasmani I1.1, TNF-q
v b. t Reaktan fase akut lL-1, TNF-q, lL-6

Tabel 2. Beberapa Contoh Penyakit Kompleks lmun


Lokasi Endapan
CIC VS Ginjal Sendi Kulit Lainnyr
Penyakit autoimun
Lupus
Gambar 2. Proses inflamasi pada reumatik artritis eritematosus+++++ Otak
sistemik
Artritisreumatoid + + + .
Akibat inflamasi yang berulang-ulang, terjadi Polarteritis Oto--
penimbunan fibrin dan penggantian tulang rawan oleh +++ ha:
jaringan ikat sehingga sendi menyatu (ankilosis) yang Vaskulitis
-++
kutaneous
+
menjadi sulit untuk digerakkan. Berbagai sitokin yang
terlibat dalam kerusakan sendi dapat dilihat pada tabel Polimiositis /
1.
dermatomiositis * + Otc:
Demam reumatik. lnfeksi Streptokokus golongan A dapat Fibrosing alveolitis + Par-
menimbulkan inflamasi dan kerusakan jantung, sendi dan Krioglobulinaemia++++ +
ginjal. Berbagai antigen dalam membran Streptokokus penyakit karena
bereaksi silang dengan antigen dari ototjantung, tulang antigen mikrobial
Endokarditis
rawan dan membran glomerulus. Antibodi terhadap
Bakterial
+++ Jantungl
Streptokokus diduga mengikat antigen jaringan normal
Leprosy + + + + Ma=
tersebut dan mengaklbatkan reaksi inflamasi. Pada gambar Malaria + +
3 ditampilkan patogenesis demam reumatik. Hepatitis++++ LiyE
Sindrom Goodpasteur. Sindrom Goodpasteur Tripanosomiasis Janttnryfi
(Airican) + + +
ditandai dengan trias: perdarahan paru, glomerulonefritis ota(.
dan ditemukannya antibodi terhadap membran basalis Demam denque
-+++
(Anti-GBM). Dasar kelainan ini adalah akibat endapan haemoragrk

kompleks imun pada membran basalis tubuli/glomeruli CIC : circ u lat in g i m m u n e co m p lexes /kompleks i m u n bers :
- .rul
^
VS : the vascular system/sistem vaskular.
ginjal dan paru yang kemudian mengaktifkan komplemen
NNtrTKOMPLEKS IMUN 529

GRUP STREPTOKOKUS PEJAMU YANG RENTAN

Strain Reumatologik Serotipe M1, 3, 18 Positif untuk HLA-Dr 4, 2, L 3,7


Mukoid Dw 10, DR 53
dan atau alotipe D8l17

I
JARINGAN/ORGAN
inflamsi pada:
Jantung
Sendi
Otak
Vaskular
Jaringan Ikat

I
DEMAM REUMATIK

Gambar 3. Patogenesis deman reumatik

,&m sel-sel fagosit. Selanjutnya akibat reaksi ini dilepas menjadi imunogen. Kompleks imun yang terbentuk akan
rmdiiator-mediator inflamasi yang akan merusak jaringan mengaktifkan komplemen dan sel NK. Reaksi yang terjadi
udhmamya. akan membebaskan mediator-mediator inflamasi. Hasil
Adanya endapan kompleks imun pada membran akhir reaksi tipe ll Gell dan Comb ini akan menyebabkan
lMfis organ di atas dapat diperiksa dengan pengecatan lisis sel target, sehingga terjadi anemia hemolitik,
rlminmofluorisensi. trombositopeni atau leukopeni.
Beberapa kelainan ginjal lain yang didasari adanya
,mndhpon kompleks imun adalah: glomerulonefritis anti-GBM,
Anafilaksis. Reaksi atau renjatan anafilaksis dapat pula
,qihnrrrnerulonefritis kompleks imun, nefritis tubulointerstisial,
didasari oleh reaksi kompleks imun. Aktivasi komplemen
dan trombosit dapat pula membebaskan amin vasoaktif
rffiropati lesi minimal dan glomerulosklerosis fokal.
(histamin dan lain sebagainya), yang akan menyebabkan
hditis. Vaskulitis adalah suatu penyakit kompleks peningakatan permeabilitas vaskular, sehingga terjadi
ittrnlrunryang ditandai adanya inflamasi dan nekrosis lokal vasodilatasi. Hasil akhir reaksi ini dapat menyebabkan
tffie dinding pembuluh darah akibat respons tubuh reaksi atau renjatan anafilaksis.
lffiiliirodap antigen infeksi, keganasan, obat/bahan kimia,
lnfeksi Lain. Pada beberapa penyakit infeksi seperti
ndlrmi dan antigen lain yang tidak diketahui. Pada
malaria, virus hepatitis B, dan lepra; antigen mengikat
lpryakit ini didapatkan beberapa hal penting : 1). Adanya
lg dan membentuk kompleks imun yang ditimbun di
hnmpleks imun yang larut ditemukan dalam darah;
beberapa tempat, antara lain ginjal.
i@llFeningkatan permeabilitas vaskular akibat adanya
ffihpan kompleks imun pada dinding pembuluh darah;
S)t Aktivasi komplemen dengan akibat pengerahan sel-
DlAGNOSIS LABORATORI U M
dl PMN dan monosit ke tempat endapan kompleks
4). Pen g e pasa n med iato r- med iator i nfl a masi ya n g
,immllurm I
Walaupun deteksi kompleks imun tidak mutlak untuk setiap
imrornyebabkan kerusakan dan nekrosis pembuluh darah.
penyakit, tetapi pada beberapa keadaan, penentuan komplek
rhia hemolitik. Trombositopeni dan leukopeni dapat imun bermanfaat selain untuk menunjang diagnosis juga
pu{m didasari oleh reaksi kompleks imun, baik autoimun untuk memantau keberhasilan. Pemantauan ini dilakukan
flflilrelllrpun non-autoimun. Golongan penisilin dapat pada beberapa penyakit misalnya pada LES, artritis reumatoid,
tMunrtindak sebagai hapten, menempel pada dinding sel dan poliartritis nodosa. Kadar kompleks imun berkorelasi
&rlqet (eritrosit, trombosit atau leukosit). Plasma protein dengan status penyakit dan mempunyai nilai prediktif yang
cukup baik.
530 ATERGI DAN IMUNOTOGI KLINIX

Pemeriksaan Kompleks lmun Pemeriksaan Jaringan Biopsi


Adanya kompleks imun dapat diperiksa dengan 2 cara Jaringan biopsi dapat juga digunakan untuk pemeriksaan
sebagai berikut: imunoglobulin, komplemen, dan kadang-kadang antigen.
1. Analisis spesimen jaringan untuk melihat Pada jaringan yang rusak maupun yang sehat, dapat
komponen endapan kompleks (imunoglobulin, terjadi endapan kompleks imun yang mengandung
komplemen, kadang-kadang antigen) dengan teknik ketiga unsur tersebut. Jaringan biopsi untuk pemeriksaan
imunofluoresen. imunofluoresen tidak boleh difisasi, tetapi jaringan tersebut
2. Analisis kompleks imun dalam serum atau cairan harus secepatnya dikirim ke laboratorium untuk dibuat
tubuh lain. sediaan beku. Sebelum diwarnai, sediaan harus dicuci
dengan larutan garam untuk mengurangi fluoresensi yang
Kompleks imun dalam sirkulasi dapat ditemukan
timbul darijaringan itu sendiri (fluoresensi intrinsik). Teknik
dengan 2cara,yaitu dengan pemeriksaan antigen spesifik
tersebut sering digunakan pada pemeriksaan jaringan
dalam kompleks dengan antibodi dan dengan pemeriksaan
biopsi kulit, ginjal, dan sumsum tulang.
antigen nonspesifik. Oleh karena beraneka ragam antigen
dapat ditemukan dalam kompleks imun, cara antigen
Pemeriksaan Autoantibodi
spesifik sangat sulit untuk digunakan di klinik. Oleh karena
Autoantibodi seperti ANA (Anfi Nucleqr Antibody), ds-
itu banyak peneliti memilih dan mengembangkan teknik
DNA, SMA(Smooth Muscules Antibody) dan lain-lain
antigen nonspesifik.
dalam sirkulasi dapat ditemukan melalui beberapa car4
Saat ini banyak cara yang dapat dikerjakan untuk
antara lain dengan teknik imunofluoresen, RlA, dan
menemukan kompleks imun dalam sirkulasi, tetapi tidak
countercurent electrophoresis. Rheumatoid foctor {Rfl
ada satupun cara yang ideal. Salah satu teknikyang sering
adalah lgM yang bereaksi dengan IgG sebagai antigen
digunakan adalah dengan cara yang menggunakan cel/
Di banyak laboratorium, RF ditentukan dengan bantuan
line limfoma (sel Raji).
lateks yang dilapisi dengan lgG, yang akan mengendry
Kerusakan jaringan oleh karena kompleks imun tidak
bila ada RF. Cara ini mudah, murah,dan cepat, tetapfr
selalu disertai dengan adanya kompleks imun dalam sirkulasi.
menimbulkan reaksi positif semu. Selanjutnya RF dapil
Penemuan kompleks imun dalam serum berguna untuk
diperiksa dengan cara Rosewaaler yang menggunahm
menilai dan memantau penyakit serta efek pertukaran lgG (yang mempunyai determinan sama dengan 196
plasma. Bila kompleks imun diduga berperan pada suatu
manusia) terhadap sel darah merah biri-biri. lgG tersebut
penyakit, maka dilakukan biopsijaringan dan kompleks
diinkubasikan bersama sel darah merah biri-biri. Rhemoffi
imun diperiksa dengan teknik imunofluoresen. Oleh karena
foctorhanya menimbulkan aglutinasi sel darah merah birF-
itu pemeriksaan kompleks imun di dalam jaringan leblh biri yang disensitisasi lgG saja:.. "
bermakna dibanding dengan pemeriksaan kompleks imun
dalam sirkulasi.

PENGOBATAN
Pemeriksaan Komplemen
Pemeriksaan komplemen dalam serum dimaksudkan Tatalaksana penyakit kompleks imun dapat dilakukn
untuk mengukur fungsi komplemen dan menentukan sifat dengan menghilangkan antigen penyabab
antigenik komplemen (cara Mancini). Komplemen dapat meng henti kan respons i nf la masi. U mu m nya serum
dibagi dalam 3 golongan sebagai berikut: 1). Komponen merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri,
dini pada jalur klasik (C1,C4,dan C2); 2). Komponen dini jarang mengancam kehidupan. Pada kasusserum
pada jalur alternatif (faktor B, Ddan P); 3). Komponen yang diinduksi obat, paling penting menghentikan
lambat pada kedua jalur (C3 dan C9). penyebab Saat ini, plasmaferesis dapat digunakan
Bila kadar C4 dan C3 rendah tetapi faktor B normal, membuang sebagian kompleks imun yang ada
maka itu berarti aktivasi komplemen hanya terjadi melalui sirkulasi (te.rutama yang berhubungan dengan
jalur klasik. Bila kadar C4, C3, dan semua faktor B semuanya sitotoksik).
rendah, kemungkinan besar juga terjadi aktivasi melalui Pada beberapa kasus; tatalaksana suportif
jalur alternatif. Tetapi bila kadar C4 normal dengan kadar anti-histamin untuk urtikaria dan asetaminofen
C3 dan faktor B rendah, berarti ada aktivasi melaluijalur demam, mialgia dan artralgia sudah cukup a
alternatif saja. Pada kasus gangguan renal yang berat, gangguan
Pengukuran C3 dan C4 akan membantu pemantauan saraf pusat dan vaskular dapat diberikan
pengobatan pasien glomerulonefritis dan vaskulitis. sistemik
Kadar yang rendah biasanya menjadi normal pada Pengobatan Aspergilosis Bronkopulmonari
remisi. sangat tergantung dari kecepatan dalam
M|"AXTT KOMPLEKS IMUN 531

dmEr..rosis. Terapi dengan steroid dosis tinggi dapat immunology. 7th Edition. ln: Daniel P. Stites, editor. Pretice-
mner:grurangi gejala inflamasi alergik akut dan mencegah Hall Intemational Inc; 1991. p. 526-38.
Yates AB, de Shazo RD. Drug allergies and hypersensitivitas in
llhnnusakan parenkim paru dan bronkus yang bersifat clinical immune. Principles and practice. 2"d edition. In: RR.
^"I'Mrvversible". Pemberian bronkodilator dapat pula Rich et al, editors. Mosby, London; 2001. p.54-6.
meqatasi gejala sesak napas (mirip asma). Pemberian obat
rrnrtu amur untuk aspergilus tidak memberikan manfaat.
Pada penyakit kompleks imun non-alergik seperti SLE,
l0$ftntis rematoid, dan Glomerulonefritis dapat diberikan
seroid dengan dosis yang bervariasi tergantung berat
rmmqannya penyakit. Pada umumnya kelainan yang ringan
dnpat diberikan dosis rendah (1 mglKg bb).
Pada keadaan yang lebih berat steroid dapat diberikan
d[uuis tinggi (2 mg/Kg bb) atau mego dose (500-1000
mrg,hari selama 3 hari berturut-turut). Pemberian steroid
1ryqra panjang, dipilih golongan yang mempunyai efek
romoing lebih kecil seperti metil prednisolon.
Pemberian obat anti inflamasi non-steroid dapat
ml!il4 diberikan pada kasus yang masih ringan. Pada
ikwdaan tertentu yang berat atau respons steroid tidak
urmrnuaskan dapat ditambahkan pula obat imunosupresif
supefii klorokuin, siklofosfamid, metotreksat ataupun
u*ilcsporin.

IEFERENSI

ilr@rbrrus |L. Small and medium vessel primary vasculitides.


Clinical immunology principles and practise. Volume 2. Lr:
Robert R. Riclu editor. St. Luis, Missouri: Mosby-Year Book,
Inc;1996. p.1198-223.
,Smrnut'EM. Rheumatic fever. Clinical immunology principles and
practice. Volume 3. ln: Robert R, editor. St. Luis, Missouri:
\[osby Years Book, Inc; L996.
fu"atarrijaya KB. Reaksi hipersensitivitas. Imulogi dasar. Edisi
Ke3. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI;1996. p. 76-97.
Giurcn & Sunshine G, Benyamin E. Immunology: a short course.
fifth edition. Hobokeo New lersey: ]ohn Wiley & Son Inc,;
1ffi. p.219.
F'rm* VU, Lawley T]. Immune-complex diseases. Harrisonjs
p.rinciples of intemal medicine. 13 th Edition. New York: Mc.
Graw Hill, lnc;1994. p.1,638-43.
Fme KH, Sack KE. Rheumatic diseases. Basic and clinical
immunology.7th Edition. In: Daniel P, editor. Stites, Pretice-
Hall International Inc; 199L. p.438-63.
mmmo SB. Penyakit kompleks imun. Imunologi: diagnosis dan
prosedur laboratorium. edisi ke-2. Jakarta: Balai PenerbitFK
A;1991. p.127-32.
rMlfirmik M. Serum sickness and pathophysiology of imune
complexes. Clinical immunology principles and practise.
Yolume 2.In: RobertR. Riclu editor. St. Luis, Missouri:Mosby-
Year Book, Inc; 1996. p. 1062-7L.
Petri M. Systemic lupus erythematosus. Clinical immunology
principles and practise. Volume 2. In: Robert R. Rictu editor.
St Luis, Missouri: Mosby-Year Book,lnc;1996. p.1072-92.
klrgal LH. Autoimun disorder; systemic and organ spesific.
Immunology and inflammation. In: Leonard fI, Sigal, Yacov
Rory editors. New York: McGraw-Hill,Inc .; 1994. p. 599-619.
T.w Abba IT. Immune complex allergic diseases. Basic and
dinical immunology. 7th Edition. In: Daniel P. Stites, editor.
Pretice-Hall International Inc; 1991. p. 4104.
rlh'ifrson CB, Fornasieri A, et all. Renal diseases. Basic and clinical
B[B
PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
I
Demom :Tipe don Lepiospirosis 633
Pendekoton 523
Tetonus 639
Derrianr Berdoroh
Dengue 539 Difteri 643
. .l',.1. .'
Penyokit Cocing yong
ditulorkon melolui Tonoh
Oemam,KUning 651

Ankoks 656

Bruselosis 660
Diore Akut koreno lnfeksi
570 Penyokit Prion 665

Disentri Bosiler 574 Tryponosomiosis 672

lnfeksi Nosokomiol6S2

Kolero 588 Sepsis 692

Molorio 595 Pemakoion Antimikrobo


Secoro Rosionol di Klinik
Mok,rjb Berot 6'13 700
Toksoplosmosis 624 Resistensi Antibiotik 705

lnfeksl Jomur 7I I

llilU PtllmffiI IIIHII Edisi vt2014


7L
DEMAM: TIPE DAN PENDEKATAN
R.H.H. Nelwan

PENDAHULUAN limfosit-T meningkat sampai 20 kali dibandingkan dengan


keadaan pada temperatur normal (37'C). Dalam evolusi
(eadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui kehidupan, tubuh telah mengembangkan suatu sistem
,ecagai pertanda penyakit. Galileo pada abad pertengahan pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan
*enciptakan alat pengukur suhu dan Santorio di Padua peninggian suhu badan memberikan suatu peluang kerja
*: aksanakan aplikasi pertama penemuan alat ini di yang optimal untuk sistem pertahanan tubuh. Demam
-.lkungan klinik. Tiga abad kemudian baru untuk terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit
:E'tama kali, Traube memperlihatkan sebuah kurve yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen
t-'ru secara menyeluruh yang dibuat di sebuah klinik yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
: Leipzig. Penggunaan kurve suhu makin meluas suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan
:e:elah dipublikasikannya pendapat Wunderlich pada suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah
;-un 1868, di mana beliau mengatakan bahwa dengan suatu protein yang identik dengan interleukin-1. Di
,e-:akin banyak pengalamannya dalam memakai alat dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam
:ergukur suhu ini semakin bertambah keyakinannya arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
r:ngenai manfaat pengukuran tersebut, khususnya prostaglandin E2 yang ldngsung dapat menyebabkan
*-:uk mendapatkan informasi yang cukup akurat dan pireksia.
:rre,3'*,, mengenai kondisi seorang pasien. Suhu pasien Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan
:r 3sanya diukur dengan termometer air raksa dan tempat terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran
:e.gambilannya dapat di aksila, oral atau rektum. (dissipotion) panas menurun dan pasien merasa
j,-'lu tubuh normal berkisar antara 36,5"-37,2"C. Suhu demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi
*cnormal di bawah 36'C. Dengan demam pada umumnya karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga
mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena
r-=tu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa
1' 2"C atau lebih, sedangkan hipotermia adalah keadaan demam bertambah pada seorang pasien.
,;-u tubuh di bawah 35'C. Biasanya terdapat perbedaan Beberapa tipe demam yang mungkin kita jumpai, antara
m:ara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal. lain:
le am keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,5"C;
l",u rektal lebih tinggi daripada suhu oral. Demam septik : Pada tipe demam septik, suhu badan
berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
Dalam beberapa keadaan diperlukan pengukuran
hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi
;i-'-ru yang lebih akurat seperti pada pasien yang banyak
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
:erkeringat atau dengan frekuensi pernapasan yang tinggi.
raa demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
keadaan tersebut, lebih baik diukur suhu rektal karena
dinamakan juga demam hektik.
:ercedaan yang mungkin didapatkan pada pengukuran
ii-:u di berbagai tempat dapat mencapai 2-3"C. Demam 'Demam remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan
:e:a mamalia dapat memberi petunjuk bahwa pada dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
:E,-peratur 39'C, produksi antibodi dan proliferasi sel badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat

s33
534 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan Salah diagnosis paling sering dibuqt karena
suhu yang dicatat pada demam septik. pemeriksaan fisis yang tergesa-gesa sehingga kurang
Demam intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu lengkap atau tidak tepat, dan terlalu cepat mendeduksi
badan turun ke tingkatyang normal selama beberapa jam
suatu kesimpulan dari suatu keadaan tertentu saja
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua dengan tidak melihat kasus yang dihadapi dalam
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
konteks keseluruhan. Beberapa hal yang secara khusus
demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul
demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam
Demam kontinyu: Pada tipe demam kontinyu variasi suhu dan keluhan serta gejala lain yang menyertai demam.
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut oleh penyakit virus. Waktu yang dikorbankan untuk
hiperpireksia. menanyakan riwayat penyakit yang terperinci dan akurat
Demam siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan dalam kenyataannya adalah waktu yang digunakan demi
suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode kepentingan pasien yang mencari pertolongan sehingga
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti dapat terhindar orientasi diagnosis yang salah dan
oleh kenaikan suhu seperti semula. sebagai konsekuensinya mungkin pemberian obat yang
kurang tepat serta permintaan pemeriksaan laboratorium
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan yang mungkin salah pula, yang kesemuanya merupakan
dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe beban yang perlu ditanggung pasien. Salah orientasi ini
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan dalam konteks yang luas merupakan suatu pemborosan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera fasilitas kesehatan yang disediakan dan merupakan
dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya: abses, pengorbanan finansial pasien yang sama sekali tidak
pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi diinginkan.
kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
dengan suatu sebab yang jelas. Bila demam disertai
keadaan seperti sakit otot, rasa lemas, tidak nafsu makan
DEMAM BELUM TERDIAGNOSIS
dan mungkin ada pilek, batuk dan tenggorok sakit,
biasanya digolongkan sebagai influenza alau common Yang diartikan dengan "demam belum terdiagnosis'
cold.Dalam praktek,90o/odari para pasien dengan demam
adalah suatu keadaan di mana seorang pasien mengalami
yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhrrr
penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit
badan di atas 38,3"C dan tetap belum ditemukanr
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti bahwa kita penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu
tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial.
secara intensif dengan menggunakan sarana Iaboratoriurn
Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan '
dan penunjang medis lainnya.
oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi lstilah yang digunakan untuk ini antara lain: febrk *
terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pada pusat causo ignoto, fever of obscure origin, fever of undetermind
regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian origin don fever of undiognosed origin (FUO). Penyeb&
temperatur seperti pada heot stroke, perdarahan otak, FUO, sesuai golongan penyakitnya antara lain: infelsi
koma atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyatft
internal pada saat terjadinya reabsorpsi darah dapat pula lain (10%), dan yang tidak diketahui sebabnya (10%). Fm
menyebabkan peningkatan temperatur. Dalam praktek
of unknown origin (FUO) dapat dibagi dalam 4 kelompok
perlu diketahui penyakit-penyakit infeksi yang endemik
di lingkungan tempat tinggal pasien, dan mengenai FUO Klasik
kemungkinan infeksi impor dapat dinetralisasi dengan Penderita telah diperiksa di Rumah Sakit atau di klhft
pertanyaan apakah pasien baru pulang dari suatu selama 3 hari berturut-turut tanpa dapat d
perjalanan dari daerah mana dan tempat apa saja yang penyebab demam. Definisi lain yang juga d
telah dikunjunginya. Pada dasarnya untuk mencapai adalah demam untuk lebih dari 3 minggu dimana
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara diusahakan diagnostik non-invasif maupun i
lain, ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, selama satu minggu tanpa hasil yang dapat
pelaksanaan pemeriksaan fisis yang seteliti mungkin, penyebab demam.
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
FUO Nosokomial
laboratorium serta penunjang lainnya secara tepat dan
Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa i
holistik.
trTAM: TIPE DAN PENDEKATAN 535

Sakit dan kemudian menderita demam>38,3"C


Rurrnnah penyebab demam yang tidak mau turun,,pengujian ini
sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan
nmrn merupakan penunjang yang sangat bermanfaat. Perlu
mnyebab demam tanpa hasil yang jelas. dikuasai interpretasi karena hasil mungkin tidak seklasik
seperti dikemukakan di atas. Untuk penunjang diagnosis
H,lO Neutropenik
eerderita yang memilikl hitung jenis neutrofil < 500 ul infeksi akut selalu harus berpedoman pada keberadaan
imunologlobulin M yang spesifik atau peningkatan
delgan demam > 38,3'C dan sudah diusakan pemeriksaan
bermakna dari lgG.
rmFn,sif selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.
Pemeriksaan-pemeriksaan jenis lainnya yang dapat
Il,lo Hlv membantu adalah pemeriksaan seperti misalnya : faktor
flern'derita HIV yang menderita demam >38,3"C selama reumatoid, imunoglobulin, antibodi antinukleai antigen
4 fl!'linggu pada rawat jalan tanpa dapat menentukan otot polos serta tes auto-antibodi lainnya dan imuno-
oellyebabnya atau pada penderita yang dirawat di RS elektroforesis.
um:E mengalanfi demam selama lebih dari 3 hari dan telah
uiiatrukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.
Sebelum meningkat ke pemeriksaan lanjutan seperti MIKROBIOLOGI
urftrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa beberapa uji coba darah, pembiakan kuman lsolasi kuman penyebab infeksi merupakan kriteria
@m cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. diagnosis utama pada pasien yang tersangka demam
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk karena menderita infeksi. Keadaan yang dihadapi
nrnrembuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsi mungkin cukup serius. Pengambilan darah untuk kultur
flatra tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan mikroorganisme harus dilakukan secara aseptik dengan
pemeriksaan-pemeriksaan seperti angiografi, aortografi mengambil sekitar 10 ml yang kemudian dilarutkan
dm: limfangiografi. dalam media yang masing-masing dapat menumbuhkan
kuman aerob dan kuman ejnaerob. Sebaiknya usaha untuk
mengambil darah untuk mengisolasi kuman dilaksanakan
MAGNOSIS SERO-IMUNOTOGI beberapa kali pada hari pertama dan selalu harus dipegang
prinsip pengambilan sesteril mungkin. Selain kultur darah,
Perneriksaan serologis dapat bermanfaat pada seorang mikroorganisme dalam urin juga penting; dalam hal ini
pes,ien "demam belum terdiagnosis". Biasanya diperlukan harus dijaga cara pengambilan sampel yang reprsentatif.
o,a spesimen darah untuk pemeriksaan ini. Hal ini berguna Semua sampel harus segera dibawa ke laboratorium dan
umrfuk interpretasi titer serologik. Suatu kenaikan titer harus segera dikultur. lsolasi virus biasanya diambil dari
seoesar 4 kali atau lebih mempunyai arti yang sangat sekret hidung, usap tenggorok atau sekresi bronkial.
hesar untuk dapat menentukan kemungkinan penyebab Untuk TBC diperlukan pemeriksaan sputum minimal 2 hari
penyakit. Dalam tabel 1 dan 2 dapat dipelajari uji serologis berturut-turut. Untuk infeksi saluran cefna pemeriksaan
u.rrmr,k virus, bakteri dan jamur yang pada saat ini tersedia. mikroorganisrne dari feses diperlukan untuk memantau
aergujian ini perlu digunakan secara rasional dan bukan spektrum kuman penyebab.
uecara global. Untuk mengatasi frustasi dalam mencari

Virus Penyebab Jenis Uji Penyakit


1 Dengue NS-1, (lHA, untuk penelitian) Demam dengue atau demam
Blot lgM/lgG berdarah D
Cytomegalovirus (CMV) Anti-CMV lgM Elisa, aviditas CMV q
I nfeksi Cytomegalovirus

Anti-CMV lgG Elisa


Epstein - Barr Virus (EBV) Paul Bunnel Mononukleosis lnfeksiosa
Anti EBV
4 Hepatitis A s/d E Virus A s/d E, berbagai Komponen Anti Virus A s/d E Hapatitis akut

5 Coxiello burnetti IFA Demam Q


6 (HIV) Anti HIV-Elisa HIV/AIDS
Viral load HIV
536 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

ftfi e,f II,OA+tl* ,,*,itd*f 6a*trl*gii


Penyakit lnfeksi Jenis Uji Penyakit
Solmonello typhi Widal, Typhidot pCR Demam tifoid
S.paratyphi A/B/C Widal Demam paratifoid
Streptokokus ASTO Demam reumatik
Mikobakteria Myco Dot TB PAP Anti TB TBC pulmonal dan TBC Ekstrapul monal
Leptospira spp M A T, lgM lepto Leptospirosis
Brucella spp Aglutinasi Brusellosis
Rickettsia spp Well Felix Ricketsiosis
Mycoplasama pneum IF Mycoplasmosis
Legionella IF Legionellosis
Toxoplosmo gondii lgGllgM, aviditas
Elisa Toksoplasmosis
Entamoebq histolitica IDT Amubiasis
'Filaria spp IFAT Filariasis
Candida spp Miskroskop cahaya KOH/NaC|, Chromagar Candidiasis
Histoplasmo capsulotum IDT
Histoplasmosis

HEMATO-KIMIA paru dan ginjal. Sumsum tulang belakang dan persendian


juga merupakan bagian-bagian yang ideal untuk diperiksa
Dengan meluasnya spektrum penyakit virus dewasa kini dengan sinar tembus. Juga masih relatif mudah dikerjakan
dan karena pengaruh urbanisasi, globalisasi maupun adalah pemeriksaan saluran pencernaan, baik yang
lingkungan yang kurang memadai lebih memungkinkan meliputi bagian atas, tengah atau bawah. Kolangiografi
pasien mengalami demam karena terjangkit infeksi virus.
dapat membantu diagnosis bila diduga kemungkinan
Pada saat ini diperlukan patokan yang dapat membedakan
terdapat suatu kelainan di kuadran kanan atas abdomen
pasien terjangkit virus atau bakteri yang penatalaksanaan_
sebagai penyebab demam.
nya berbeda total. Salah satu pengukuran yang dapat Angiografi dapat membantu menegakkan diagnosis
dilaksanakan dalam tahap awal adalah pemeriksaan emboli paru-paru, sedangkan angiokardiografi dapat
hematologis yang pada infeksi bakteri akut dapat digunakan untuk membuat diagnosis miksoma atrium.
menunjukkan pergeseran hitung jenis ke kiri dengan atau Angiokardiografi ini serta angiografi abdominal yang
tanpa leukositosis. sebelumnya sering digunakan terrrtbma untuk diagnostik
Bila keadaan ini tidak dijumpai dan kita tetap Ingin organ-organ viseral pada saat ini mulai terdesak oleh
membedakan antara infeksi virus dan bakteri dapat pemeriksaan ampuh lain di samping ultrasonografi untuk
dilakukan pemeriksaan C-reaktif protein (CRp) yang membantu menegakkan diagnosis penyakit organik dii
dapat. meningkat lebih dari 10 kali pada infeksi bakteri abdomen. Limfangiografi berguna untuk mendeteksi suatu
akut. Kenaikan ini masih perlu dibedakan dengan artritis limfoma abdominal atau retroperitoneal.
di mana keluhan pada sendi lebih dominan. pemeriksaan
prokalsitonin dapat digunakan bila diduga terdapat
Ultrasonografi (USG)
sepsis.
Mengingat mudahnya cara pemeriksaan ultrasonografl
Pemeriksaan Bio-kimia selanjutnya dapat membantu (USG), pada saat ini asosiasi antara suatu gangguar
dengan mengukur kadar serum kalsium yang dapat internistis terutama di daerah jantung atau daerair
meningkat pada sarkoidosis dan beberapa karsinomatosis.
abdominal denganjenis pemeriksaan ini makin lama mahn
Selanjutnya pada penyakit hati dapat diperiksa enzim
berkembang dan makin banyak dilakukan. pemeriksaan
SGOT/ SGPT/GAMA GT yang dapat memberi petunjuk
ini secara khusus akan berguna untuk kelainan sepert
mengenai fungsi sel hati. Selanjutnya tes fungsi hati
mlksoma di atrium atau vegetasi di katub-katub jantung.
lainnya dapat diperiksa bila terdapat kelainan pada nilai
Di daerah abdomen melalui perneriksaan USG dapar
enzim-enzim tersebut.
dideteksi kelainan terutama di hati, ginjal. retroperitonea
dan juga gangguan di daerah pelvis. Selalu harus diingar
bahwa mungkin diperoleh hasil-hasil yang false-posiaw
RADIOLOGI dan selalu harus dianggap sebagai suatu pemeriksaarm
penu njang den gan sepenu hnya memperhati kan penyaiiit
Foto rontgen merupakan pemeriksaan penunjang medis
secara menyeluruh. USG penting untuk mendiagnosls
sangat vital terutama dalam membantu diagnosis kelainan
adanya abses pada organ-organ intra-abdominal.
OlmKNPE DAN PENDEKATAN 537

krcitraan ini berguna untuk menetapkan diagnosis penyakit seperti


ilrsnctraan dapat banyak membantu untuk pemeriksaan limfoma, metastasis keganasan, tuberkulosis atau infeksi
tltltlrmri.rsrs terhadap hati. Scanning paru-paru dapat jamuri terutama pada kelenjar yang membesar.
mmmoantu diagnosis pada kecurigaan tentang adanya lnformasi yang bisa berguna di perifer tanpa fasilitas
,smrnrnoli paru sedangkan dengan sconning, sekaligus ultrasonografi adalah biopsi hati. Akan sangat membantu
inimri Can paru, dapat ditunjukkan adanya abses di bila terdapat kelainan primer atau sekunder di hati
ru,ulncriafragma. Demikian pula scanning dengan gallium terutama yang meliputi keganasan, granuloma, gambaran
Iflilnr,at dapat memperlihatkan titik fokus infeksi di daerah infeksi spesifik lainnya dan hepatitis alkoholik.
'funcrninalyang sulit untuk ditemukan secara rutin. Dalam Biopsi kulit atau otot dapat membantu dugaan
Mer-apa keadaan, scanning tulang belakang lebih dini penyakit kolagen atau penyakit trikinosis. Biopsi baru
lnq*net
rnemberi informasi tentang adanya metastasis akan bermanfaat pada massa tumor padat; dapat juga
fupada penggunaan sinar tembus konvensional. sekaligus untuk mengeluaran cairan dari rongga-rongga
Di masa yang akan datang diperkirakan bahwa badan. lni akan dapat membantu upaya diagnosis.
perm,eriksaan dengan computerized tomography, (CT-
akan dapat sangat membantu diagnostik dan dapat
lfrcnun'r

rnrem..rnjukkan kelainan pada badan melalui pemotongan LAPARATOMI


iiiimr,ang letak anatomis organ tubuh. Untuk kelainan
urm'coeritoneal pemeriksaan ini sangat ideal. Penting Laparatomi dapat memegang peran penting di tempat
urrmm,r,r mendiagnosa tumor atau abses di tempat yang di mana fasilitas kesehatan masih sederhana dan sistem
tursembunyi. rujukan yang belum sempurna; dan hanya dibenarkan
bilamana ada suatu petunjuk keras bahwa penyebab
demam adalah karena suatu kelainan utama di abdomen.
ilDOSKOPI Tindakan ini dapat cepat mengetahui sebab penyakitnya
dan terhindar dari biaya-b'iaya pemeriksaan yang sangat
hmdl rasi untuk melakukan pemeriksaan ini terutama mahal, tetapi cara pendekatan diagnosis seperti ini tidak
hmr--.rubungan dengan penyakit demam lama yang disertai tanpa bahaya, khususnya pada mereka yang sudah sepsis.
dirme dan nyeri perut. Pasien serupa ini mungkin menderita Tindakan yang lebih sederhana seperti peritoneoskopi
luuirns ulserativa dan dapat didiagnosis secara pasti dengan dapat menjadi alternatif diagnosis untuk peritonitis
flqlr6ide5[6pi atau kolonoskopi. tuberkulosis, karsinomatosis peritoneal, kolesistitis dan
remeriksaan lain yang dikenal dengan ERCP atau infeksi rongga pelvis. Laparatomi bermanfaat pada
wtnaa sco p ic r et r o g ro d e ch o le d o c h o pon c re oto g r o p hy, penyakit yang masih dapat_diobati, seperti abses lokal,
d*,ar:dapat memberi informasi yang lengkap mengenai limfoma atau penyakit autoimun yang terjadi di abdomen.
lhrrdung empedu, saluran empedu dan pankreas dengan
rara rremasukkan cairan kontras dalam ampula Vateri. TerapiAd Juvantius '
Usaha untuk mengatasi "demam belum terdiagnosis"
dengan terapi adjuvantius hanya dapat dibenarkan dalam
rT FKTROKARDIOGRAFI instansi rujukan di mana tidak lagi dapat ditempuh jalan
lain untuk memperoleh kepastian diagnosis.
ifimmenikaan ini sebenarnya kurang bermanfaat pada pasien Prinsip pelaksanaannya adalah bahwa obat yang
lhm-,ann tetapi khususnya di lndonesia mungkin dapat digunakan harus berdasarkan suatu indikasi yang kuat
mmengkapi diagnosis pada pasien tersangka demam tifoid. sesuai pengalaman setempat dan harus bersifat spesifik.
Ui,lmporkan bahwa pada sepertiga dari pasien dengan Cara pemakaian kombinasi antibiotika berspektrum Iuas
pmnuakit ini dapat ditemukan kelainan EKG. tidak dapat dibenarkan mengingat bahwa penyebabnya
"demam belum terdiagnosis" terbanyak bukan karena
infeksi bakterial dan potensial dapat menyebabkan efek
loPst samping atau super infeksi yang tidak diinginkan. Keadaan
di mana diizinkan pemakaian terapi ad juvantibus antara
ilkman biopsi dalam menentukan penyebab "demam belum lain: kloramfenikol untuk persangkaan demam tifoid, obat
ummlagnosis" sangat besar dan dapat dilaksanakan di mana antituberkulosis untuk persangkaan tuberkulosis, aspirin
fupi[tas penunjang medis yang modern tidak tersedia. untuk demam reumatik, antikoagulansia untuk emboli
ns'nneriksaan biopsi kelenjar yang membesar atau massa paru dan kortikosteroid untuk lupus eritematosus sistemik
lturn'reryang jelas dan mudah dicapai harus dilakukan. Hal atau reumatoid artritis.
538 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

DEMAM OBAT @RUG FEVER)

Diperkirakan bahwa efek samping pangobatan berupa


demam obat terjadi pada 3-5% dari seluruh reaksi obat
yang dilaporkan. Obat yang mengakibatkan demam
dapat dikelompokkan menjadi ; 1) obat yang sering
mengakibatkan demam, 2) obat yang kadang-kadang
dapat mengakibatkan demam dan 3) obat yang secara
insidentil sekali dapat mengakibatkan demam. Salah
satu ciri demam obat adalah bahwa demam akan timbul
tidak lama setelah pasien mulai dengan pengobatan. Tipe
demam obat dapat berupa remitan, intermiten, hektik
atau kontinu. Demam dengan cepat menghilang bila
pengobatan dihentikan dan merupakan sebuah tanda
patognomonis untuk demam ini. Berbagai mekanisme
dapat mendasari demam obat ini yang paling umum
adalah karena reaksi imunologis.

DEMAM DIBUAT-BUAT

Kadang seorang pasien dengan sengaja berusaha dengan


berbagai cara agar suhu badan yang akan dicatat lebih
tinggi daripada suhu badan sesungguhnya. Keadaan
suhu badan yang sengaja dibuat lebih tinggi ini dikenal
sebagai demam faktisius (foctitious fever). Bila diduga
bahwa seseorang, berpura-pura demam (molinger)
maka sewaktu dilakukan pencatatan suhu badan harus
diawasi dengan ketat. Dalam keadaan terpaksa, dapat
dilakukan pengukuran suhu rutin yang biasanya tidak
dapat dimanipulasi.
Pasien bisa jadi memerlukan bantuan dokter ahlijiwa
dan keadaan ini perlu disingkirkan dahulu supaya tidak
sia-sia mencari penyebab demam melalui pemeriksaan
penunjang yang ada.

REFERENSI

De Kleijn EMHA" Konockaert DC Vander Meer JWM. Editorial


FUO: anew definiton and proposal for diagnostic work-up.
Eur ]. Int. Med 2000; 11:L-3
Fauci AS dkk. Harrison's Manual of Internal Medicine. 17th ed.
2009. p.199.
GiIlGV, Beeching N). Febrile presentation in lecture notes on
tropical medicine. 5th edition. Blackwell: 2004. p. 26-3L.
Nelwan RHH. Sistemik menegakkan penyebab demam. Dalam
: Suharti dan Iwan Darmansjah (eds), Naskah Lengkap
Simposium Penatalaksanaan Demam, 1981,.p.33-52.
72
DEMAM BERDARAH DENGUE
Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Herdiman
T. pohan

iEilDAHULUAN
EPIDEMIOTOGI
Meilmarn dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD)
:\t@mque Demam berdarah dengue tersebar di wilayah
haemorrhogic fever (DHF) adalah p"nyJkit Asia
inf"kri Tenggara, pasifik barat dan Karibia. lndonesia
]*mq disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi merupakan
wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
iltdiiinrs demam,
nyeri otot danlatau nyeri seriaiyang disertai wilayah
tanah air. lnsiden DBD di lndonesia antara
hrukopenia, ruam, limfadenopati, 6 hingga 15
trombosiiopenia dan per 100.000 penduduk (19g9 hingga 1995);
drahesis hemoragik. pada DBD
terjadi perembesan plasma dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa
pmrg ditandai dengan hemokonsentrasi hingga 35 per
(peningkatan 100.000 penduduk pada tahun 199g, sedangkan
threnratokrit) atau penumpukan mortalitas
cairan ai rongga tubuh. DBD cenderung menurun hingga mencapai
snmulrom renjatan dengue (dengue
shock synariieladalah
2% pada
tahun 1999.
dnrrram berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/ Penularan infeksi virus dengue terjadi
mumk_ melalui
vektor nyamuk genus Aedes (teruta ma A.
iegypti dan A.
o lb o p ict u s). pen ng kata n kasr.6 setiap ta
i
hun nia berka ita n l

dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya


moroct tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejanayang
l

berisi air
jernih (bak mandi, kaleng bekas dan
Dienam dengue dan demam berdarah tempat fl"nurprngrn
dengue disebabkan air lainnya).
dEtr virus dengue, yang termasuk I
dalam genus Flavivirus, Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan I
Mnnrga Flaviviridae. Flavivirus merupaka-n I
virus dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue
dimnnstsp 30 nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal
yaitu: 1). I
vektor : perkembangbiakan vektol kebiasain I
@ngan berat molekul 4x106. menggigit, I
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi !
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN_1, vektor dari
DEN_Z, DEN_3 satu tempat ke tempat lain; 2). pejamu : terdapatnya
fu DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi
funque atau demam berdarah dengue. dan paparan
I' Keempat serotipe terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3).
dntemukan di lndonesia dengan Iingkungan :
DEN_3 merupakan curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
serotype terbanyak. Terdapat
reaksi silang antara serotipe
ubnEue dengan Flavivirus lain
seperti yelLiw fevet; Japanese
wepholitis dan West Nile virus.
PATOGENES!S
Dalam laboratorium virus dengue dapat
bereplikasi
r.'ada hewan mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, Patogenesis terjadinya demam berdarah
ilrd.elawar dan primata. Survei dengue hingga
epidemilogi pada hewan saat ini masih diperdebatkan.
lernak didapatkan antibodi
terhadap virus dengue pada Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti
tew.an kuda, sapi dan babi. penelitian yang
pada aitropoda kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
trrenunjukkan virus dengue dalam
dapat bereplikasi pada nyamuk terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
lenus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites. renjatan
dengue.

539
540 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI

infeksi dengue sekunder heterolog

Replikasi virus ----f-- respons antibodi

kompleks virus-antibodi

Agregasitrombosit Aktivasi
Aktivasi komplemen
ir
plasmin
I P.lepur.i f.ktor I J
fungsi trombositl III p'latelet Faktor H'ageman+ i Anafila'toksin

oleh 'Kt' \
--"-' \,,^^:.._.; i
pembersihan tro*uosit.olerr
sihan trombosit
eltdotelial \ ./
sistem retikulo e_ndotelial
-i'-- ronl"tit
Konsumtif Kinin i Kinin
I

Trombositopenia
-
{,FaktorpJru"trun t; tl
-+-
aqrah i ^
Permeabilitasvaskular

FDpt +

pgp = fibrin degrodarion producf, produk degradasi fibrin

Gambar l. Hipotesis secondory heterologous infection (Sumber: Suvatt 1977-dikutip dari


Sumarmo)

Respons imun yang diketahui berperan dalam f -helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dar
patogenesis DBD adalah: a). respons humoral berupa interferon gamma. lnterferon gamma akan mengaktivasii
pembentukan antibodi yang berperan dalam proses monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasl
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan seperti TNF-a, lL-1, PAF (platelet activating factor), lL6
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatarn
virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-
antibody dependent enhoncement (ADE); b). limfosit T baik antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoranr
T-helper (CD4) dan T- sitotoksik (CD8) berperan dalam plasma.
respon imun selular terhadap virus dengue. Diferensiasi Trombositopenia pada infeksi dengue teidi melaild
T helperyailu TH'l akan memproduksi interferon gamma, mekanisme: 1). Supresi sumsum tulang,2). destruksi dan
lL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, pemendekan masa hidup tromboslt. Gambaran sumslrrrr
lL-5, lL-6 dan lL-10; c). monosit dan makrofag berperan tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkamr
dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. keadaan hiposelular dan supresi megakariosit. SetelS
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatam
replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; d). selain proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis
itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun meyebabkan Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi
terbentuknya C3a dan C5a. trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hdll
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesn
secondory heterologous infection yang menyatakan bahwa sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaal
DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalnul
dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi vinc
amnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi dengue, konsumsi trombosit selama proses koagulo@
kompleks imun yang tinggi. dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi tromborfr
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan Affi
pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yarlg
infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang merupakan petanda degranulasi trombosit.
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi VTflItr
sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi dengan endotel yang menyebabkan disfungsi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya
IEmAM BERDARAH DENGUE 54r

Antibodies Monocytes Endothelial


Platelet T Lymphocytes
complement macrophaqes cell

* ri .;, Y
+ ** ?V DV

? ,J.'
e+
I
I
I
| "rye
\J
I

.-_-ry:':(.-) T C
I
I Endothelial
I ( CD8
+

t( cells

tt
Platelet Complement
activation activation
( ?
{ l
TNF o, IL-1, PAF
'tL-6
TNF cr, IL-6, IFN y

Vascular endothelial cells

Capillary leak syndrome + Dengue hemorrahagic fever

Gambar 2. lmunopatogenesis demam berdarah dengue (Sumber: Gubler DJ, 1997)

,ri,:,:sumtif pada demam berdarah dengue stadium lll dan DIAGNOSIS


'r rKivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi
re a ui aktivasi jalur ekstrinsik (fissue factor pathway). Laboratorium
a -r' intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xla Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis
rariun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor pasien tersangka demam dengue adalah melalui
::,*CleX). pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya
limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.
6AMBARAN KLINIS Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus
dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA
\,[:rifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Tronscriptose
;s; rtomatik, atau dapat berupa demam yang tidak khas, Polymerase Chain Reoction), namun karena teknik yang
:Er-am dengue, demam bedarah dengue atau sindrom lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya
iilc( dengue (SSD) dan sindrom dengue diperluas. antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total,
Fada umumnya pasien mengalami fase demam lgM maupun lgG.-lebih banyak
re
=rra 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
.a.. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan . leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3
r:r:oi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak dapat ditemui limfositosis relatif (>45 % dari total
-e.dapat pengobatan adekuat. leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >
542 PENYAKIT TROPIK DAN ]NFEKSI

Infeksi virus dengue

Asimptomatik Simptomatik

Demam yang Sindrom demam Sindrom demam


tidak spesifik dengue dengue

tanpa perdarahan Sindrom syok


dengue

I tl
ts-Demam dengue----)ts Demam berdarah *
dengue

Gambar 3. Manifestasi klinis infeksi virus dengue (sumber : Monograph on Dengue/Dengue


H oe mo r ro hg ic feve r, W HO 1 993)

15o/o dari jumlah total leukosit yang pada fase syok antigen NS1 berkisar 63Yo - 93,4o/o dengan spesifisitas
akan meningkat. 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold
trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada stondard kultur virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak
hari ke 3-8. menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan
ditemukannya peningkatan hematokrit > 20%o dari Pemeriksaan Radiologis
hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada
demam. hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan
hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
Fibrinogen, D-Dimet atau FDP pada keadaan yang hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya
dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada
darah. sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat
protein/albu min: dapat terjadi hipoproteinemia akibat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. i
kebocoran plasma. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 ffix
SGOT/SGPT dapat meningkat. (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodormalyang tidak khas
ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan leldr
ginjal.
Demam Dengue (DD) proboble dengue. Merupakalnn
elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian
penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengamr
cairan.
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
golongan darah dan cross motch (uji cocok serasi): bila
. Nyeri kepala.
akan diberikan transfusi darah atau komponen darah.
. Nyeri retro-orbital.
imunoserologi dilakukan pemeriksaan lgM dan lgG . Mialgia
terhadap dengue. . Artralgia.
lgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai . Ruam kulit.
minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. . Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendurry
lgG: pada infeksi primer, lgG mulai terdeteksi pada
positif).
hari ke-14, pada infeksi sekunder lgG mulaiterdeteksi
. Leukopenia.(leuko < 5000)
hari ke-2.
. Trombosit <150.000
Uji Hl: dilakukan pengambilan bahan pada hari . Hematokrit naik 5-10%
pertama serta saat pulang dari perawatan, uji ini
digunakan untuk kepentingan surveilans. Dan pemeriksaan serologi dengue positif; ataul
NS 1 : antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam ditemukan pasien DDlDBD yang sudah dikonfirmasi padh
hari pertama sampai hari ke delapan. Sensitivitas lokasi dan waktu yang sama.
EA,}I BERDARAH DENGUE 543

Drrram Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria DERAJAT PENYAKIT INFEKSI V!RUS DENGUE
ruuld0 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di
uarnah ini dipenuhi : Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus
' Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, dengue, perlu diketahui klasifikasi derajat penyakit seperti
biasanya bifasik. tertera pada tabel 'l .
' terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut:
- Uji bendung positif. PENATALAKSANAAN
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue,
perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi
lain. suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan
- Hematemesis atau melena. hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan
' Trombositopenia $umlah trombosit <100.000/ul). sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam
- terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap
kebocoran plasma) sebagai berikut : dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien
- Peningkatan hematokrit >20o/o dibandingkan tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin. cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
' Fenurunan hematokrit >20% setelah mendapat hemokonsentrasi secara bermakna.
terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam lndonesia
sebelumnya. (PAPDI) bersama dengan Divisi Penyakit Tropik dan lnfeksi
' Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
atau hipoproteinemia. Kedokteran Universitas lndonesia telah menyusun protokol
penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan
kriteria:
lff'erria antara DD dan DBD adalah ditemukan kebocoran . penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan
@asr:na pada DBD.
tindakan yang dibuat sesuai atas indikasi.
. praktis dalam pelaksanaannya.
lirgnosis Banding . mempertimbangkan cost effectiveness.
Dta,gnosis banding perlu dipertimbangkan bilamana
gr,C,apat kesesuaian klinis dengan demam tifoid, campak, Protokol ini terbagi dalam 5kategori :

mrffiuenza, chikungunya dan leptospirosis.


Protokol 1 (Gambar 4)
lhdrom Syok Dengue (SSD). Seluruh kriteria di atas
Penanganan Tersangka (Probable) DBD dEwasa tanpa syok
rmnrk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi
rmaciyang cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20 Protokol 2 (Gambar 5)
mrrml-Ng), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur; kulit Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang
dirr"lqin dan lembab serta gelisah. rawat

SC 1. Klasiflkasi Derajat Penyakit lnfeksi Virus Dengue


DIDBD Derajat* Gejala Laboratorium
Leukopenia,
Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit Serolooi Dengue
W trombositopenia, tidak ditemukan
Posrtrt
kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artralgia
bukti kebocoran plasma
Tronfbositopenia (< t 00.000/pl),
MD I Gejala di atas ditambah uji bendung positif
bukti ada kebocoran plasma

m ..
il'
Geiala di atas ditambah perdarahan Trombositopenia (< 1 00.000/pl),
spontan bukti ada kebocoran plasma
Gejala di atas ditambah kegaga.lan sirkulasi Trombositopenia ( < t 00.000/Ul),
m lll (kulit dingin dan lembab serta gelisah) bukti ada kebocoran plasma
Syok berat disertai dengan tekanan darah dan Trombositopenia (< 1 O0.OOO/pl),
DOD IV
bukti ada kebocoran plasma
* EED derajat rrrd,. rv j;;:J#flI.l[m syok densue (SSD)
544 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

Keluhan DBD
(Kriteria WHO 1997)

Hb, Ht Hb, Ht normal Hb, Ht normal Hb, Ht meningkat


trombo normal trombo 100.000 - L50.000 trombo < 100.000 trombo normal/turun
I I
I

v
I

Observasi Observasi
+ I
Rawat
i
I

Rawat
Rawat jalan Rawat jalan
Periksa Hb, Ht Periksa Hb, Ht
Leuko,trombo /24 jam Leuko, trombo /24 jam

Gambar 4. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan di Unit Gawat Darurat

Suspek DBD
Perdarahan spontan dan masif ( -)
Syok (-)

- Hb, Ht normal l0-20o/o


- Hb, Ht meningkat - Hb, Ht meningkat > 20%
- Tromb < 100.000 - Tromb < 100.000 . - Tromb < 10O.OOO
- Infus kristaloid* - Infus kristaloid* ---4
--=}
- Hb, Ht tromb tiap 24 jam** - Hb, Ht, tromb tiap 12 jam**

Protokol pemberian cairan


DBD dengan Ht+neningkat
> 20o/o

* Volume cairan kristaloid per hari yang


diperlukan:
Sesuai rumus 1500 + 20 x (berat badan dalam kg - 20)
Contoh volume rumatan untuk berat badan 55 kg: L500 + 20 x (55-20) = 2200 ml
(Pan American Health Organization: Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Guideline for
Prevention and Control. PAHO: Washington, D.C., 1994:67)

** Pemantauan disesuaikan dengan fase/hari perjalanan penyakit


dan kondisi klinis

Gambar 5. Pemberian cairan pada suspek DBD dewasa di ruang rawat

Protokol 3 (Gambar 6) Protokol 1. Penanganan Tersangka (Prcbable)


Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit Dewasa Tanpb Syok
> 20% Protokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk
Protokol4 (Gambar 7) memberikan pertolongan pertama pada penderita
Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD atau yang diduga DBD di lnstalasi Gawat Darurat danj
dewasa dipakai sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi
Seseorang yang tersangka menderita DBD
Protokol 5 (Gambar 8) Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan hemoglobin
Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa hematokrit (Ht), dan trombosit, bila :
NTX BERDARAH DENGUE 545

5% defisit cairan

---l--
Terapi awal cairan intravena
kristaloid Al/kg/jam
Evaluasi
3-4 jam
i PERBAIKAN
iHt dan frekuensi nadi
tekanan darah membaik,
produksi urin meningkat

Kurangi infus i uruoevnAL DAN


Infus kristaloid
kristaloid ]
1

HEMATOKRIT
I
10 ml/kgliam
I MEMBURUK

TIDAK
PERBAIKAN
I PERBAIKAN
i-___ __
!
, MEMBAIK

Kurangi infus
kristaloid Infus kristaloid

Gambar 6. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit > 20%

KASUS DBD:

Perdarahan spontan dan masif:- Epitaksis tidak terkendali


- Hematemesis melena
- Perdarahan otak
SYok (-)

I
V
Hb, Ht, trombo, leuko, pemeriksaan hemostasis (KID)
Golongan darq!, uji cocok serasi

KID (+) lcD (,


Transfusi komponen darah: t Transfusi komponen darah:
* PRC (Hb<10 g/dl) * PRC (Hb<10 g/dL)
* FFP * FFP
*TC (Tromb. < 100.000)
* TC
I romb. < 100.000)
** Heparinisasi 5000-10000/24 jam drip * Pemantauan Hb, Htfromb. tiap 4-6 jam
* Pemantauan Hb, Htfromb. tiap 4-6 jam t Ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
* Ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam kemudian
kemudian

Cek APTT tiap hari, target 1,5 - 2,5 kali kontrol

Ganfbar 7. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa


546 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

Penatalaksanaan sindrom renjatan dengue


- Kristaloid,guyur 10-20m1/kg BB 20-30 menit
- 022-4 llmenit
AGD, Hb, Ht elektrolit, Ur, Kr, gol. Darah

Perbaikan
Kristaloid
guyur 20-30 ml/kgBB
20-30 menit
@Kristatoid
7 ml/kgBB/jam

Tetap syok
Perbaikan Htl
l/Ht menurun
Transfunsi darah segar 10
@Kristaloid ml/kgBB dapat diulang
5 ml/kgBB/jam sesuai kebutuhan

Tetap syok
eeroait<anf 0@
/ eomuxgea
-----------r
JPeibaikan *TetaP sYok
h
: F*;s PVCI

---f
syok teratasi, tanda
'
+'
Hipovelemik Normovelemik
vital/Ht stabil
Koreksi ganguan Tetapsyo\y' I
diuresis cukup
I
asam basa, elektrolit,
hipoglikemia, anemia,
,lt=aG",r,i-7-'"./
Keistaloid dipatau
10-15 menit
+
Koreksi ganguan
Stop infus KlD, infeksi sekunder asam basa, elektrolit,
t
Perbaikan
hipoglikemia, anemia,
KlD, infeksi sekunder
I
I
:'[notropik
Kombinasi 1- Perbaikan - Vasopresor
koloid kristaloid r/ bertahap vasopresor - Afterload I
Gambar 8. Tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa

. Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara masif dan tanpa syok maka di ruang rawat diberikan cairan
100.000 - 150.000, pasien dapat dipulangkan dengan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini:
anjuran kontrol atau berobatjalan ke Poliklinik dalam Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan, sesuai
waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan rumus berikut :
Hb, Ht Lekosit dan trombosittiap 24jam) atau bila
1500 + {20 x (BB dalam kg - 20)i
keadaan penderita memburuk segera kembali ke Unit
Gawat Darurat. Contoh volume rumatan untuk BB 55 kg: 1500 + {20X
. Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan (55-20)l=2200 ml. Setelah pemberian cairan dilakukan
untuk dirawat. pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:
. Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun . Bila Hb, Ht meningkatl0-Z}%dan trombosit < 100.m
juga dianjurkan untuk dirawat. jumlah pemberian cairan tetap seperti rumus di &
tetapi pemantauan Hb, Ht trombo dilakukan tiap 12janm.
Protokol2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD . BilaHb,Htmeningkal> 20%dantrombosit< 100,(m
Dewasa di Ruang Rawat maka pemberian cairan sesuai dengan protokdl
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%..
UTAM BERDARAH DENGUE
547

Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g/dl. Transfusi
trringkatan Ht > 2Oo/o trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
ll$eningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit
rmmengalami defisit cairan sebanyak 5o/o. pada keadaan ini < 100.000/mm3 disertai atau tanpa KlD.
Mapi awal pemberian calran adalah dengan memberikan
rml.r.rs cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. pasien Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue
l*el'nudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. pada Dewasa
Wla terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda Bila kita berhadapan dengan Sindrom Syok Dengue
lre..natokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah (SSD) maka hal pertama yang harus diingat adalah
mabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu
cirurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian penggantian cairan intravaskularyang hilang harus segera
,diiakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap dilakukan. Angka kematian sindrom syok dengue sepuluh
mrenunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD tampa
dikrrangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan renjatan, dan renjatan dapat terjadi karena keterlambatan
@daan tetap membaik maka pemberian cairan dapat penderita DBD mendapatkan pertolongan/pengobatan,
hrentikan 24-48 jam kemudian. penatalaksanaan yang tidak tepat termasuk kurangnya
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-l kewaspadaan terhadap tanda-tanda renjatan dini, dan
n"t,ikgBB/jam tadi keadaan tetap tidak membaik, yang penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat.
dffiandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan
medi menurun < 20 mmHg, produksi urin menurun, maka utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita
mm harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10 mll juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan-
lqBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan
ilm'nbali dan bila keadaan menunjukkan perbaikan maka darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisis gas
lutr,n',riah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi darah, kadar natrium, kalium dan klorida, serta ureum
hita keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah dan kreatinin.
mra infus dinaikan menjadi 15 ml/kgBB/jam dan bila Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak
daram perkembangannya kondisi menjadi memburuk 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila
dm didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani renjatan telah teratasi (ditandai dengan tekanan darah
msurai dengan protokol tatalaksana sindrom syok dengue sistolik 100 mmHg dan tekanan nadilebih dari20 mmHg,
t@da dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan
;mnan dimulai lagi seperti terapi pemberian cairan awal. volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak
pucat serta diuresis 0,5-1ml/kgBB/jam) jumlah cairan
fr's,tokol 4. Penatalaksanaan Perdara han Spontan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-
pda DBD Dewasa 120 menit keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi
Re*rdarahan spontan dan masif pada penderita DBD 5 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit kemudian
funasa adalah: perdarahan hidung/ epistaksis yang tidak keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3 ml/kgBB/
mrtendali walaupun telah diberikan tampon hidung, jam. Bila 24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda
prCarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup maka
liittmrr'-r'ratoskesia), pe rda ra ha n sa u ra n ken ci n g (he matu ria),
I pemberian cairan perinfus harus dihentikan (karena jika
merd,arahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan reabsorpsi cairan plasma yang mengalami ekstravasasi
;mrmnnlah perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. pada telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan
meadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian infus terus diberikan maka keadaan hipervolemi, edema
mrran tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. paru atau gagal jantung dapat terjadi).
Penrreriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan jumlah Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan
unn dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, berulang harus dilakukan terutama dalam waktu 48
llllit dan
trombosis serta hemostasis harus segera dilakukan jam pertama sejak terjadi renjatan (karena selain proses
ffir pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang patogenesis penyakit masih berlangsung, ternyata cairan
smap 4-6 jam. kristaloid hanya sekitar 20% saja yang menetap dalam
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan pembuluh darah setelah 1 jam saat pemberian). Oleh
rffior-atoris didapatkan tanda-tanda koagulasi intravaskular karena untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi
dserninata (KlD). Transfusi komponen darah diberikan dengan baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu
rms.,ni indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi status kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
l;attor-faktor pembilkuan (PT dan apTT yang memanjang), jantung dan napas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah
hipokondrium kanan dan epigastrik, serta jumlah diuresis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. p. 51-8.
Diuresis diusahakan 2 ml/kgBB/jam. Pemantauan kadar Zulkarnain I. Penatalaksanaan demam berdarah dengue pada
dewasa di RSCM. In : Hadinegoro SR, Demam berdarah
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah trombosit dapat dengue. fakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
di pergu nakan untu k pemantauan perjalanan penyakit. Universitas Indonesia. 1999.p. 150-66.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata \4IHO-Searo-2011
renjatan belum teratasi, maka pemberian cairan kristaloid
dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgBB, dan kemudian
dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila keadaan tetap belum
teratasi, maka perhatikan nilai hematokrit. Bila nilai
hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih
berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pillhan, tetapi bila nilai hematokrit menurun, berarti terjadi
perdarahan (internal bleeding) maka pada penderita
diberikan transfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat
diulang sesuai kebutuhan.
Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita
harus mengetahui sifat-sifat cairan tersebut. Pemberian
koloid sendiri mula-mula diberikan dengan tetesan cepat
10-20 mllkgBB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila
keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau
kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena
sentral, dan pemberian koloid dapat ditambah hingga
jumlah maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5 m/hari)
dengan sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O.
Bila keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan
dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam basa,
elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID infeksi sekunder. Blla
tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target
tetapi renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan
obat inotropi k/vasopreson

REFERENSI

Depkes RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana


pelayanan kesehatan. ]akarta: Departemen Kesehatan RI;
2005.
Gubler DJ. Kuno G. Dengue and dengue hemorrhagic fever. New
York: CAB Intemational 1997.
Hendarwanto. Dengue. In : Noer HMS, Waspadji S. Rachman lrt[,
et al. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke-3. |akarta : Balai
Penerbit FKUI 1996. p.417-26.
Nimmannitya S. Dengue and dengue hemorrhagic fever. In: Cook
GC. Manson's Tropical Diseases. London: WB Saunders Co.
1996. p.72L-9.
Nimmannitya S. Dengue hemorrhagic fever: disorders
of hemostasis. Proceeding International Congrees of
Hematology, Asia-Pacific Division; 1999 Oct 24-28; Bangkok,
Thailand.
Suharti C. Dengue Hemorrhagic Fever in Indonesia: role of
cytokine in plasma leakeage, coagulation and fibrinolysis.
Nijmegen: Nijmegen University Press 2001.
Thonghcharoen P. Monograph on dengue/ dengue haemorrhagic
fever. New Delhi: World HealthOrganization-Regional Office
South East Asia.1993.
Widodo D. Sindrom renjatan dengue pada orang dewasa. In:
Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Penyakit Dalam,
|akarta: Pusat InJormasi dan Penerbitan Penyakit Dalam
73
DEMAM TIFOID
Djoko Widodo

;CilDAHULUAN PATOGENESIS

Mer'.nnam tifoid masih merupakan penyakit endemik Masuknya kuman Solmonella typhi (5. typhi) dan
ffi lflrndonesia. Penyakit ini mudah menular dan dapat Solmonella poratyphi (5. paratyphr) ke dalam tubuh
.rril[Ei'ryerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi.
lr#lah. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian
lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang
biak. Bila respons imunitas humoral mukosa (lgA) usus
FIDEMIOLOGI kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel
(terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di
&mk awal abad ke-20, insidens demam tifid menurun di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit
llllffil{ dan Eropa. Hal ini dikarenakan ketersediaan air bersih oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman
,fui sistem pembuangan yang baik, dan ini belum dimiliki dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag
,dk{'r sebagian besar negara berkembang.
dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal
llnsidens demam tifoid yangtergolong tinggi terjadi dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
,dffi uitayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat
ltlanrmungkinan Afrika Selatan (lnsidens >100 kasus per di dalam makrofag ini masuk ke dalanl sirkulasi darah
m 000 populasi per tahun). lnsidents demam tifoid yang (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik)
tttutllqolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi dan menyebar ke seluruh organ retikuloendoteiial tubuh
Nrtahun) berada diwilayah Afrika, Amerika Latin, terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
Oceania (kecuali Australia dan SelandiaBaru);
durr"r'- meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang
scma yang termasuk rendah (< 10 kasusper 100.000 biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk
Mrlasi per tahun) di bagian dunia lainnya. ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia
Di lndonesia. insidens demam tifoid banyak dijumpai yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
mmr.da populasi yang berusia 3-19 tahun. Kejadian
demam penyakit infeksi sistemik.
tfifu*'d di lndonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu,
ymilml adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena berkembang biak, dan bersama cairan empedu
dm,r,am tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus.
mmnmggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian
imr,uedianya tempat buang air besar dalam rumah. masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen Proses yang sama terulang kembali, karena makrofag yang
lltuset:atan Rl tahun 2010, melaporkan demam tifoid telah teraktivasi, hiperaktif; maka saat fagositosis kuman
mrmwnpati urutan ke-3 dari l0 pola penyakit terbanyak Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi
r@lta pasien rawat inap di rumah sakit di lndonesia (4-l .08.l yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflarnasi
lillfuusi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

549
550 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

Usur Salrnonati'
Responsirnunitas U.rt-*nr.g
humoral murkosa biak
3l-l ils*i kurarrs baik

|-Tl"rj*)^,i I
L:Igglr-qtrEil
:

-qB
| frr:-r-il1-.ll

frlqr',!\ 1
,f

ffisiki*drr;h
\lulteriemi-:--Z
ffi
lterutamah-ati.timpandistati
Asimptomatik

Berkembanq biak
di ekstraselular
organ atau sinusoid

Tanda gejala sistemik

*- |I Makrofag
SUOan I Berkembang biak
I teraKttvasr
:*";'. II
menembus usus lagi f:--Lumen usr
I | |
I leaksi $eperti semula

Rx. Hipersensitivitas
tipe lambat I t
E
Akumutasi
L-+ cejata-s"jata I mononuklear
V cii radang usus

Reaksi hiperplasia plek peyeri *- F*"'ou'll


nutrorir i t I

-l
Perdarahan saluran cerna

tefus Menembus lap


Proses berjaian --] mukosa dan otot

Garnbar 1. Patofisiologi demam tifoid


ITI TIFOID
551

slhrt perut, gangguan vaskulan mental, dan koagulasi. normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
Dii dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu pula
naniksi hiperplasiajaringan (5. typhi intra makrofag dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.
'mcrrmEinduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi
Itr@nplasia jaringan dan nekrosis organ). perdarahan aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada
Munran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah demam tifoid dapat meningkat.
'sdh$arr plogue Peyeri yang sedang mengalami nekrosis SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan
rthnr, hfrperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT
,dlrnrdirrrg usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat
dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.
/&urfuennbanghingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji
"rwrgakibatka n pe rforasi. Widal dan kultur salmonella shigella. Sampai sekarang,
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kultur masih menjadi standar baku dalam penegakkan
ffiprler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti diagnostik. Selain uji widal, terdapat beberapa metode
r5pmqguan neu ropsi kiatri k, kard iovasku la r, perna pasa n, pemeriksaan serologi lain yang dapat dilakukan dengan
&m gangguan organ lainnya. cepat dan mudah serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas
lebih baik dari antara lain pemeriksaan serologi lgM/lgG
salmonella.
STTBARAN KLINIS
UjiWidal
ffirmnegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap
rym oisa diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan kuman S. typhi. Pada uji Widal terjadi suatu reaksi
J*:umrnplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini
aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi
mnqst penting untuk membantu mendeteksi secara dini. yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji
Wdlanpun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan Widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan
mmmhan untuk membantu menegakkan diagnosis. dan diolah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah untuk
t"rasa inkubasi demam tlfoid bedangsung antara 10-
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
lli$ tinann-. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi tersangka demam tifoid yaitu: a). Aglutinin O (dari tubuh
Mrn "nEan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga kuman), b). Aglutinin H (flagela kuman), dan c). Aglutinin
qmrmbaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga Vi (simpai kuman).
,llmmrnmn:ian.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H
fada minggu pertama gejala klinis penyakit ini yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin
,dldm,nukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi
mlfuksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri kuman ini- .
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
offimt, Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir
Wilasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. minggu pertama demam, kemudian meningkat secara
ffiMa pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan
mmmrngkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut
pada sore hingga malam hari. Dalam minggu
1lffiflr.rrflr,Erna
mula-mula timbul aglutinin O, kemudian diikuti dengan
illmd'ra gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh aglutinin
ihnrraclilkardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan
O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan
flud'rrlJ 'l "C tidak diikuti peningkatan denyut nadi g kali per
aglutinin H menetap lebih lama antarag-12 bulan. Oleh
tnrunit}. lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan karena itu uji Widal bukan untuk menentukan kesembuhan
qlulrrnq merah serta tremor), hepatomegali. splenomegali,
penyakit.
imr@noismus, gangguan mental berupa somnolen, sopol
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji Widal
,lmnma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang
ditemukan yaitu:1 ). Pengobatan dini dengan antibiotik, 2). Gangguan
mda orang lndonesia. pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid, 3).
Waktu pengambilan darah,4). Daerah endemik atau non-
endemik, 5). Riwayat vaksinasi, 6). Reaksi anamnestik, yaitu
;TERIKSAAN TABORATORI U M peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam
tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi,
ftneriksaan Rutin 7). Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat
'rlMdiaLupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering aglutinasi silang, dan strain Salmonello yang digunakan
,rdihmn:ukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit untuk suspensi antigen.
552 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI

Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai House dkk, 2001 dan Gasem MH dkk, 2002 meneliti
titer aglutinin yang bermakna diagnostik untuk demam mengenai penggunaan uji ini dibandingkan dengan
tifoid. Batas titer yang sering dipakai hanya kesepakatan pemeriksaan kultur darah di lndonesia dan melaporkan
saja, hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat sensitivitas sebesar 65-77o/o dan spesifisitas sebesar 95-
berbeda di berbagai laboratorium setempat. 100%. Pemeriksaan ini mudah dan cepat (dalam t hafl
dilakukan tanpa peralatan khusus apapun, namun akurasi
Uji Typhidot hasil didapatkan bila pemeriksaan dilakukan 1 minggu
Ujityphidot dapat mendeteksi antibodi lgM dan lgG yang setelah timbulnya gejala.
terdapat pada protein membran luar Solmonella typhi.
Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah Kultur Darah
infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid.
lgM dan lgG terhadap antigen S. typhiseberat 50 kD, yang akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam
terdapat pada strip nitroselulosa. tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal seperti
' Didapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas berikut : 1). Telah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien
sebesar 76.6% da n efisiensi uji sebesa r 84o/o pada penelitian sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotk
yang dilakukan oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) yang pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dm
dilakukan pada 144 kasus demam tifoid. Pada penelitian hasil mungkin negatif; 2). Volume darah yang kurang
lain yang dilakukan oleh Olsen dkk, didapatkan sensitifitas (diperlukan kurang lebih 5 cc darah). Bila darah yang dibiat
dan spesfisitas uji ini hampir sama dengan uji Tubex yaitu terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif. Darah yang diamH
79% dan 89% dengan 78o/o dan 89o/o. sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalan
Pada kasus reinfeksi, respons imun sekunder (lgG) media cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman;3il-
teraktivasi secara berlebihan sehingga lgM sulit terdeteksi. Riwayat vaksinasi. Vaksinasi di masa lampau menimbulkrr
lgG dapat bertahan sampai 2 tahun sehingga pendeteksian antibodidalam darah pasien. Antibodi (aglutinin) ini dapil
lgG saja tidak dapat digunakan untuk membedakan antara menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negffi
infeksi akut dengan kasus reinfeksi atau konvalesen pada 4). Waktu pengambilan darah setelah minggu pertarq,
kasus infeksi primer. Untuk mengatasi masalah tersebut, uji pada saat aglutinin semakin meningkat.
ini kemudian dimodifikasi dengan menginaktivasi total lgG
pada sampel serum. Uji ini, yang dikenal dengan nama uji
Typhidot-M, memungkinkan ikatan antara antigen dengan PENATALAKSANAAN
lgM spesifik yang ada pada serum pasien. Studi evaluasi
yang dilakukan oleh Khoo KE dkk pada tahun 1997 terhadap Sampai saat ini trilogi penatataksanaan demam
uji TyphidoLM menunjukkan bahwa uji ini bahkan lebih adalah:
sensitif (sensitivitas mencapai 100%) dan lebih cepat (3 jam)
Istirahat dan perawatan, dengan tujuan.m
dilakukan bila dibandingkan dengan kultur.
komplikasi dan mempercepat penyembuhan

Uji l9M Dipstick Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan


Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi lgM spesifik dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman
terhadap S. typhi pada spesimen serum atau whole kesehatan pasien secara optimal.
blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung Pemberian antimikroba, dengan tujuan meng
antigen lipopolisakarida (LPS) S. typhoid dan anti lgM dan mencegah penyebaran kuman
(sebagai kontrol), reagen deteksi yang mengandung
antibodi anti lgM yang dilekati dengan lateks pewarna, lstirahat dan perawatan. Tirah baring dan per
cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi.
reagen dan serum pasien, -tabung uji. Komponen baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat
perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2 tahun makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air
pada suhu 4-25' C di tempat kering tanpa paparan akan membantu dan mempercepat masa
sinar matahari. Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan
strip pada larutan campuran reagen deteksi dan serum, tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai.
selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah inkubasi, strip pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus
dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Secara semi pneumonia ortostatik serta higiene perorangan
kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan perlu diperhatikan dan dijaga.
membandingkannya dengan reference strip. Garis kontrol Diet dan terapi penunjang. Diet merupakan hal
harus terwarna deng-an baik. cukup penting dalam proses penyembuhan
BAITTIFOID 553

dernam tifoid, karena makanan yang kurang akan efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson, dosis
nmenurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan yang dianjurkan adalah antara 3-4 gram dalam
sernakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi dekstrosa 100 cc diberikan selama r/z jam perinfus
t4a. sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.

Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet


. Fluorokuinolon.
Golongan Fluorokuinolon. Golongan ini beberapa
h'bur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur
jenis bahan sediaan dan aturan pemberiannya :
".ao,ar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan
dfiet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan
- Norfloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 14 hari
i'*<ien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk
- Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6
hari
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau
ffiorasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa
- Ofloksasin dosis 2 x 400 mglhari selama 7 hari

us,.rs harus diistirahatkan. Beberapa peneliti menu njukkan


- Pefloksasin dosis 400 mglhari selama 7 hari

Mrwa pemberian makan padat diniyaitu nasi dengan lauk


- Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
pa-k rendah selulosa (menghindari sementara sayuran - Levofloksasin dosis 1 x 500 mg/hari selama 5 hari
png berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien
. Azitromisin. Azitromisin 2x500 mg menunjukkan
bahwa penggunaan obat ini jika dibandingkan
furnam tifoid.
dengan fluorokuinolon, azitromisin secara signifikan
knberian antimikroba. Obat-obat antimikroba yang mengurangi kegagalan klinis dan durasi rawat inap,
wring digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah terutama jika penelitian mengikutsertakan pula
seaagai berikut: strain MDR (multi drug resistonce) maupun NARST
. Kloramfenikol. Di lndonesia kloramfenikol masih (Nalidixic Acid Resistont S.typhi). Jika dibandingkan
merupakan obat pilihan untuk mengobati demam dengan seftriakson, penggunaan azitromisin dapat
tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg per mengurangi angka relaps. Azitromisin mampu
hari dapat diberikan secara per oral atau intravena. menghasilkan konsentrasi dalam jaringan yang tinggi
Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. walaupun konsentrasi dalam darah cenderung rendah.
Penyuntikan intramuskular tidak dianjurkan oleh Antibiotika akan terkonsentrasi di dalam sel, sehingga
karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan antibiotika ini menjadi ideal untuk digunakan dalam
dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman pengobatan infeksi oleh S. typhi yang merupakan
penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata- kuman intraselular. Keuntungan lain adalah azitromisin
rala 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan tersedia dalam bentuk sediaan oral maupun suntikan
demam dapat terjadi rata-rata setelah hari ke-5. Pada intravena.
penelitian yang dilakukan selama 2002 hingga 2008
oleh Moehario LH dkk didapatkan 90% kuman masih Kombinasi Obat Antibiotika
memiliki kepekaan terhadap antibiotik ini. Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindik6sikan hanya pada
. Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada keadaan tertentu saja antara lain toksik tifoid,.peritonitis
demam tifoid hampir sama dengan kloramfenikol, akan atau perforasi, serta syok septik, yang pernah terbukti
tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan ditemukan 2 macam organisme dalam kultur darah selain
terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan kuma4 Salmonello.
dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4 x Kortikosteroid. Peng gu naan steroid hanya diindikasi kan
500 mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami syok
sampai ke-6. septik dengan deksametason dosis 3 x 5 mg.
. Kotrimoksazol. Efektivitas obat ini dilaporkan hampir
sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang Pengobatan Demam Tifoid pada Wanita Hamil
dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-3
sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprim) kehamilan karena dikhawatirkan dapat terjadi partus
diberikan selama 2 minggu. prematui kematian fetus intrauterin, dan grey syndrome
. Ampisilin dan amoksisilin. Kemampuan obat ini pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan digunakan
untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan pada trimester pertama kehamilan karena kemungkinan
dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat
antara 50-150 mglkgBB dan digunakan selama 2 disingkirkan. Demlkian juga obat golongan fluorokuinolon
minggu. maupun kotrimoksazol tidak boleh digunakan untuk
. Sefalosporin Generasi Ketiga. Hingga saat ini mengobati demam tifoid. Obat yang dianjurkan adalah
golongan sefalosporin generasi ke-3 yang terbukti ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson.
554 PENYAK]T TROPIK DAN INFEIGI

TATA TAKSANA KOM PLI KASI ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus-
Bising usus melemah pada 50o/o penderita dan pekak hati
Sebagai suatu penyakit sistemik maka hampir semua organ terkadang tidak ditemukan karena adanya udara bebas
tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi serius di abdomen. Tanda-tanda perforasi lainnya adalah nadi
dapat terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok-
pada demam tifoid yaitu : Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dapat menyokong
. Komplikasi intestinal. Perdarahan, perforasi, ileus adanya perforasi.
paralitik, dan pankreatitis Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3
. Komplikasiekstra-intestinal. posisi) ditemukan udara pada rongga peritoneum atau
- Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perife6 subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai yang
miokard itis, tromboflebitis. cukup menentukan terdapatnya perforasi usus pada
- Komplikasi darah: anemia hemolitik, demam tifoid. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
trombositopenia, KID trombosis. kejadian adalah perforasi adalah umur (biasanya berumur
Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritis. 20-30 tahun), lama demam, modalitas pengobatan,
- Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis. beratnya penyakit, dan mobilitas penderita.
- komplikasi ginjal:glomerulonefritis,pielonefritis, Antibiotik diberikan secara selektif bukan hanya untuk
perinefritis. mengobati kuman S. typhi tetapi juga untuk mengatasi
- komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, kuman yang bersifat fakultatif dan anaerobik. Umumnya
spondilitis, artritis. diberikan antibiotik spektrum luas dengan kombinasi
- komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik. klora mfenikol dan ampisili n i ntravena. Untuk kontaminasi
usus dapat diberikan gentamisin,/metronidazol. Cairan
harus diberikan dalam jumlah yang cukup serta penderita
KOMPLIKASI INTESTINAL dipuasakan dan dipasang nosogastric tube. Transfusi dardt
dapat diberikan bila terdapat'kehilangan darah akibil
Perdarahan lntestina! perdarahan intestinal.
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk
tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap
sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan KOM PLIKASI EKSTRA-I NTESTI NAL
mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan.
Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka Komplikasi Hematologi
perforasi dapat terjadi. Selain karena faktor luka, Komplikasi hematologik berupa trombositopenia,
perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan hipofibrino-genemia, peningkatan prothrombin tinq
koagulasi darah (KlD) atau gabungan kedua faktor. peningkatan portiol thromboplostin time, peningkatan
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami fibrin degradation products sampai koagulasi irftravaskuh
perdarahan minor yang tidak membutuhkan transfusi diseminata (KlD) dapatditemukan pada kebanyakan pashl
darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita demam tifoid. Trombositopenia saja sering dijumpai, halil
mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat mungkin terjadi karena menurunnya produksi trombositd
bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak sumsum tulang selama proses infeksi atau meningkatnyn
5 ml/kgBB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas destruksi trombosit di sistem retikuloendotelial. Obat'
normal. Jika penanganan terlambat, mortalitas cukup obatan juga menyebabkan penurunan trombosit.
tinggi sekitar 10-32%, bahkan ada yang melaporkan Penyebab KID pada demam tifoid belumlah jek
sampai 80%. Bila transfusi yang diberikan tidak dapat Hal-hal yang sering dikemukakan adalah e
mengimbangi perdarahan yang terjadi, maka tindakan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis.
bedah perlu dipertimbangkan. kinin, prostaglandin dan histamin menye
vasokonstriksi dan kerusakan endotel pembuluh
Perforasi Usus dan selanjutnya mengakibatkan perangsangan
Terjadi pada sekitar 3o/o dari penderita yang dirawat. )KlD kompensata maupun dekompensata).
Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula Bila terjadi KID dekompensata dapat di
terjadi pada minggu pertama. Selain gejala umum yang tranfusi darah, substitusi trombosit dan/atau faktor-
biasa terjadi maka penderita demam tifoid dengan koagulasi bahkan heparin, meskipun ada pula yang ti
perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di sependapat tentang manfaat pemberian heparin
daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar demam tifoid.
EAIITIFOID 555

lhpatitis Tifosa peneliti disebut sebagai toksik tifoid, sedangkan penulis


&mmbengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada lainnya menyebutnya dengan demam tifoid berat, demam
5Mffii kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai tifoid ensefalopati, atau demam tifoid dengan toksemia.
podh S. typhi dadpada S. poratyphr. Untuk membedakan Semua kasus toksik tifoid, dianggap sebagai sebagai
,mfllkah hepatitis ini oleh karena tifoid, virus, malaria, atau demam tifoid berat, langsung diberikan. Pengobatan
rmmba maka perlu diperhatikan kelainan fisik, parameter kombinasi kloramfenikol 4 x 500 mg ditambah ampisilin
,ffioratorium, dan bila perlu histopatologik hati. Pada 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.
funam tifoid kenaikan enzim transaminase tidak relevan
fur,gan kenaikan serum bilirubin (untuk membedakan
,derogan hepatitis oleh karena virus). Hepatitis tifosa PENATATAKSANAAN PADA DEMAM TIFOID
@at terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan sistem (KARIER)
yang kurang. Meskipun sangat jarang, komplikasi
ilrrlttttilr,.tlrl

'ltupatoensefalopati dapat terjadi. Kasus demam tifoid karier merupakan faktor risiko
terjadinya outbreak demam tifoid. Pada daerah endemik
ilnbeatitis Tifosa dan hiperendemik penyandang kuman S. typhi ini jauh
fiMrupakan komplikasi yang bisa dijumpai pada demam lebih banyak serta sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi
"'lftiid. Pankreatitis sendiri dapat disebabkan oleh mediator rendah semakin mempersulit usaha penanggulangannya.
Mnln inflamasi, virus, bakteri, cacing, maupun zat-zat Angka kejadian demam tifoid di lndonesia sebesar
fumnakologik. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase 1000/100.000 populasi per tahun, insidens rata-rata 620/o
mri'ua ultrasonog rafilCT-Scon da pat mem ba ntu d ia g nosis di Asia dan 35% di Afrika dengan mortalitas rendah 2-5o/o
Nrnyekit ini dengan akurat. dan sekitar 3% menjadi kasus karier. Di antara demam
Penatalaksanaan pankreatitis tifosa sama seperti tifoid yang sembuh klinis, pada 20% di antaranya masih
rndnganan pankreatitis pada umumnya; antibiotik yang ditemukan kuman S. typhi setelah 2 bulan dan 10% masih
ffiherikan adalah antibiotik intravena seperti seftriakson ditemukan pada bulan ke 3 serta 3% masih ditemukan
;(1m t ftUinsl96. setelah satu tahun. Kasus karier meningkat seiring
peningkatan umur dan adanya penyakit kandung empedu,
hkarditis serta gangguan traktus urinarius.
ftfimkarditis terjadi pada 1-5% penderita demam tifoid
[s n ke a i n a n e e kt ro ka rd i o g raf i d a pat te rj a d i pa d a
'wrra61 g I I Definisi dan Manifestasi Tifoid Karier
"1lm'15% penderita. Pasien dengan miokarditis biasanya Definisi tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya
mmnpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan (feses atau urin) mengandLtng 5. typhi setelah satu tahun
uaklrt dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau syok pasca-demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Kasus
rihtdiiogenik. Sedangkan perikarditis sangatjarang terjadi. tifoid dengan kuman S. typhi masih dapat ditemukan di
.me'tbahan elektrokardiografi yang menetap disertai feses atau urin selama 2-3 bulan disebtut karier pasca-
mnmniamempunyai prognosis yang buruk. Kelainan ini penyembuhan. Pada penelitian di Jakarta di"laporkan
dmebabkan kerusakan miokardium oleh kuman S.typhi bahwa 16,18% (N = 68) kasus demam tifoid masih
dan miokarditis sering sebagai penyebab kematian. didapatkan kuman S. typhi pada kultur fesesnya.
ffitasanya dijumpai pada pasien yang sakit berat pada Tifoid karier tidak menimbulkan gejala klinis
n'nfuksi keadaan akut. (asimtomatik) dan25o/o kasus menyangkal adanya riwayat
sakit demam tifoid akut. Pada beberapa penelitian
brifustasi NeuropsikiatriUToksik Tifoid dilaporkan pada tifoid karier sering disertai infeksi kronik
ltfuiifestasi neu ropsi kiatrik da pat beru pa del i riu m de n ga n traktus urinarius serta terdapat peningkatan risiko terjadinya
ilill tanpa kejang, semi-koma atau koma, Porkinson rigidity/ karsinoma kandung empedu, karsinoma kolorektal,
trnmmsientporkinsonism, sindrom otak akut, mioklonus karsinoma pankreas, karsinoma paru, dan keganasan di
qameralisata, meningismus, skizofrenia sitotoksik, mania bagian organ atau jaringan lain. Peningkatan faktor risiko
dhrul hipomania. ensefalomielitis, meningitis, polineuritis tersebut berbeda bila dibandingkan dengan populasi pasca-
'mn'fur; sindrom GuiIlain-Barre, dan psikosis. ledakan kasus luar biasa demam tifoid, hal inl diduga faktor
Gejala demam tifoid diikuti suatu sindrom klinis infeksi kronis sebagai faktor risiko terjadinya karsinoma dan
lhe"-.ipa gangguan atau penurunan kesadaran akut bukan akibat infeksi tifoid akut.
lfresadaran Proses patofisiologis dan patogenesis kasus tifoid
berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopo1
,ffitr koma) dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis karier belum jelas. Mekanisme pertahanan tubuh
lhmrya dan dalam perheriksaan cairan otak masih dalam terhadap Solmonella typhi belum jelas. lmunitas selular
ltoufias normal. Sihdrom klinis seperti ini oleh beberapa diduga punya peran sangat penting. Hal ini dibuktikan
556 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

bahwa pada penderita sickle cell disease don systemic


lupus eritematosus (SLE) maupun penderita AIDS bila
terinfeksi Salmonella maka akan terjadi bakteremia yang Tanpa Disertai Kasus Kolelitiasis
berat. Pada pemeriksaan inhibisi migrasi leukosit (LMl) Pilihan regimen terapi selama 3 bulan
di laporkan terdapat penu ru nan respons reaktivitas sel ular 1. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg
terhadap Solmonella fyphi, meskipun tidak ditemukan BB/hari
penurunan imunitas selular dan humoral. Penelitian 2. Amoksisilin 100 mglkgBB/hari + probenesid 30 mg/
kg BB/hari
lainnya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
pada sistem imunitas humoral dan selular serta respons
3. Tri metropi n -su lfa metoksasol 2 lablel/z kal i/hari

Disertai Kasus Kolelitiasis


limfosit terhadap Solmonella typhi anlara pengidap tifoid
Kolesistektomi + regimen tersebut di atas selama 28 hari,
dengan kontrol. Pemeriksaan respons imun berdasarkan kesembuhan 80% atau kolesistektomi + salah satu regimen
serologi antibodi lgG dan lgM terhadap S. typhi anlara terapi di bawah ini
tifoid karier dibanding tifoid akut tidak berbeda bermakna. 1. Siprofloksasin 750 mg/Z kali/hari
Z. Norfloksasin 400 mglZ kali/hari
Diagnosis Demam Tifoid Karier Disertai lnfeksi Schistoso mo Haematobium Pada Traktus
Ditegakkan atas dasar ditemukannya kuman Salmonello Urinarius
Pengobatan pada kasus ini harus dilakukan eradikasi S.
typhi pada biakan feses atau pun urin pada seseorang
Haemotobium
tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah
1. Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
1 tahun pasca-demam tifoid. Dinyatakan bukan demam
2. Metrifonat 7,5 10 mglkgBB bila perlu diberikan 3 dosiq
tifoid karier bila setelah dilakukan biakan secara acak interv6l 2 minggu. Setelah eradikasi S. Haematobium
serial minimal 6 kali pemeriksaan tidak ditemukan kuman tersebut baru diberikan regimen terapi untuk tifoid
S. typhi. karier seperti di atas.
Sarana lain untuk menegakkan diagnosis adalah
pemeriksaan serologi Vi, dilaporkan bahwa sensitivitas
negara endemik dan hiperendemik sehingga mereka
75o/o dan spesifisitas 92% bila ditemukan kadar titer
tidak takut lagi terserang tifoid saat berada di daeran
antibodi Vi sebesar 160. Nolan CM dkk (1981) meneliti
kunjungan wisata.
tifoid karier beserta keluarganya, ditemukan titer 1:40
sampai 1:2560 pada 7 kasus biakan positif S. typhi
Preventif dan Kontrol Penularan
sedangkan pada 37 kasus dengan kultur S. typhi negalif
Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penular-amr
36 kasus tidak ditemukan antibodi Vi, 1 kasus dengan
dan peledakan kasus luar biasa (KLB) demam tiford
antibodi Vi positif 1:10.
mencakup banyak aspek, mulai daii segi kuman Solmonffi
typhisebagai agen penyakit dan faktor pejamu (host) serra
Penatalaksanaan Demam Tifoid Karier
faktor lingkungan. .
Kesulitan eradikasi kasus karier berhubungan dengan ada
Secara garis besar ada 3 strategi pokok untr.uk
tidaknya batu empedu dan sikatrik kronik pada saluran
memutuskan transmisi tifoid, yaitu 1). ldentifikasi dam
empedu. Kasus karier ini juga meningkat pada seseorang
eradikasi SolmonelLa typhibaik pada kasus demam tifrd
yang terkena infeksi kronis saluran kencing, batu, striktut
maupun kasus karier tifoid, 2). Pencegahan transnr;miil
hidronefrosis, dan tuberkulosis maupun tumor di traktus
langsung dari pasien terinfeksi S. typhi akut maupun ka'fuf*
urinarius. Oleh karena itulah insidens tifoid karier meningkat
3). Proteksi pada orang yang berisiko terinfeksi.
pada wanlta maupun pada usia lanjut karena adanya faktor
tersebut di atas. Penatalaksanaan tifoid karier dibedakan ldentifikasi dan eradikasi S. Typhi pada pasien
berdasarkan ada tidaknya penyulit yang dapat dilihat pada tifoid asimtomatik, karie[ dan akut. Tindakan iden
tabel 1. atau penyaringan pengidap kuman S. typhi ini cukup
dan memerlukan biaya cukup besar baik ditinjau
pribadi maupun skala nasional. Cara pel
PENCEGAHAN DEMAM TIFOID dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun
menunggu bila ada penerimaan pegawai di suatu i
Pencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat atau swasta. Sasaran aktif lebih diutamakan pada
diperlukan karena akan berdampak cukup besar terhadap tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman
penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid, tingkat usaha rumah tangga, restoran, hotel sampai
menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun beserta distributornya. Sasaran lainnya adalah yang
negara, mendatangkan devisa negara yang berasal dari dengan pelayanan masyarakat, yaitu petugas
wisatawan mancanegara karena telah hilangnya predikat guru, petugas kebersihan, pengelola sarana umum
MAMTIFO]D 557

fhegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi . Vaksin parenteral: - V|CPS vaksin kapsul polisakarida.
5 i'.rphi akut maupun karier. Kegiatan ini dilakukan di
mummafr sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar Pemilihan Vaksin
mulrif,r"E yang telah diketahui pengidap kuman S. typhi. Pada beberapa penelitian vaksin oral Ty2layang diberikan
kreks: pada orang yang berisiko tinggi tertular dan 3 kali secara bermakna menurunkan 667o kasus infeksi
h-feksi. Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan demam tifoid selama 5 tahun, laporan lain sebesar
dbngan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun 33% selama 3 tahun. Usia sasaran vaksinasi berbeda
thnperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerahnya efektivitasnya, penurunan insidens sebanyak 53% pada
ultruremis atau non-endemis, tingkat risiko tertularnya yaitu anak > 10 tahun dan anak usia 5-9 th insidens turun 17%o.
fiulrCasarkan tingkat hubungan perorangan dan jumlah Vaksin parenteral non-aktif relatif lebih sering
rhmk-ensinya, serta golongan individu berisiko, yaitu menyebabkan efek samping serta tidak seefektif vaksin
g@hlrlgan i mu nokompromais maupun golongan rentan. jenis VICPS maupun fy21a oral. Jenis vaksin dan jadwal
pemberiannya, yang ada saat ini di lndonesia hanya VICPS.
finmakan preventif berdasarkan lokasi daerah. yaitu:
'lil, faerah non-endemik. Tanpa ada
kejadian outbreak lndikasi Vaksinasi
atau epidemi Tindakan preventif berupa vaksinasi tifoid tergantung
I Sanitasi air dan kebersihan lingkungan pada faktor risiko yang ada, yaitu faktor individual atau
S. )enyaringan pengelola pembuatan/distributor/ popu lasi:
renjualan makanan -minuma n . Populasi: anak usia sekolah di daerah endemik,
.fl Dencarian dan pengobatan kasus demam tifoid karier
personil militer; petugas rumah sakit, laboratorium
5. Sila ada kejadian epidemitifoid
kesehatan, industri makanan,/minuman.
fil trencarian dan eliminasi sumber penularan
. lndividual: pengunjung/wisatawan ke daerah endemik,
t fumeriksaan air minum dan mandi-cuci-kakus orang yang kontak erat dengan tifoid karier.
ffi :enyuluhan higiene dan sanitasi pada populasi umum
Pada anak usia 2-5 tihun toleransi dan respons
daerah tersebut imunologisnya sama denganorang dewasa.
t Daerah endemik
1[[. !.,lemasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan
Kontraindikasi Vaksinasi
:ninuman yang memenuhi standar prosedur kesehatan
Vaksin hidup oral fy21 a secara teoritis dikontraindikasikan
perebusan > 570C, iodisasi, dan klorinisasi)
pada seseorang yang alergi atau riwayat efek samping
ffi qengunjung ke daerah ini harus minum air yang telah berat, penurunan imunitas, dan kehamilan (karena
r-nelalui pendidihan, menjauhi makanan segar (sayurl
sedikitnya data). Bila diberikan bersamaan dengan obat
ouah)
anti-malaria (klorokuin, meflokuin) dianjurkan minimal
llilt- Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi.
setempat maupun pengunjung
Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi bersamaan dengan
obat sulfonamid atau antimikroba lainnya.

ffif,stNAst Efek Samping Vaksinasi


Pemberian vaksin Ty21a menimbulkan demam pada 0-5%,
'ltMrsin pertama kali ditemukan tahun 1896 dan setelah
kasus sakit kepala (0-5%), sedangkan pada V|CPS efek
rBinrn 1960 efektivitas vaksinasi telah ditegakkan,
samping lebih kecil (demam 0,25o/o; malaise 0,5%, sakit
Itltdne."hasilan proteksi sebesar 51-88o/o (WHO) dan sebesar
kepalal,5o/", rqshSyo, reaksi nyeri lokal 17o/o). Efeksamping
ifif,$, Universitas Maryland) bila terpapar 105 bakteri tetapi
terbesar pada vaksin parenteral adalah 6,7-24o/o, nyeri
fitdax rnampu proteksi bila terpapar 107 bakteri.
kepala 9-10% dan reaksi lokal nyeri dan edema 3-35%
Vaksinasi tifoid belum dianjurkan secara rutin di USA ,
bahkan rgaksi berat termasuk hipotensi, nyeri dada, dan
'Mmikian juga di daerah lain. lndikasi vaksinasi adalah bila
'|l , hendak
syok dilaporkan pernah terjadi meskipun sporadis dan
mengunjungi daerah endemik, risiko terserang
sangat jarang terjadi.
,rdurn'nram tifoid semakin tinggi
untuk daerah berkembang
Latin, Asia, Afrika), 2). orang yang terpapar
illfi*nmerika
Efektivitas Vaksinasi
r@rrqan penderita demam tifoid karier; dan 3). petugas Serokonversi (peningkatan titer antibodi 4 kali) setelah
Moar-atorium/mikrobiologi kesehatan.
vaksinasi dengan ViCPS terjadi secara cepat yaitu sekitar
15 hari -3 minggu dan 90% bertahan selama 3 tahun.
,5lk Vaksin Kemampuan proteksi sebesar 77% pada daerah endemik
' '€ksin oral: -Ty21a (Nepal) dan sebesar 60% untuk daerah hiperendemik.
558 PENYAKIT TROPIK DAN lNFEKSI

REFERENSI identification of carrier facilitated by measurement of serum


Vi antibodies. j Clin Microbiol 1988;26(6):[9a-7.
Bunin KV, Tokarenko LG, Kravtsov EG. Comparative evaluation Mathai E, John TJ, Rani M, et al. Significance of salmonella typhi
of the dynamics of physico-chemically different serum O- bacteriuria. ] Clin Mirobiol 1995;33(7):179L-2.
and K-antibodies in typhoid and chronic typhoid carriers. Misra S, DiazPS, Rowley AH. Characteristics of typhoid fever in
Abstract. Zh Mikrobiol Epidemiol Immunobiol 1981.;(4):67 -9. children and adolescents in a major metropolitan area in the
Bradley D. |ones. SALMONELLOSIS: Host Immune Responses United States. Clin Infect Dis 1997:924-98
and Bacterial Virulence Determinants. Annu. Rev. Immunol. Moehario LH, Enty, Kiranasari A. Susceptibility patterns of
1996. "14''533-61. Salmonella typhi and Salmonela paratyphi A to ciprofloxacirp
Caygill CP, Braddick M, Hill Mj, Knowles RL, Sharp |C. The levofloxaciry chloramphenicoi, tetracycline, ceftriaxone and
association between typhoid carriage, typhoid infection and trimekopim-sulfametoxazole during 2002-2008 in ]akarta-
subsequent cancer at a number of site. Eur ] Cancer Prev Dalam Nelwan RHH, et al. (editors). Absrtact book 10th
1995;4(2):187-93. Jakarta Antimicrobial Update 2009, Jakarta: Division of
Caygill CR Braddick M, Hill MJ, Sharp |C. Cancer mortality Tropical Medicine and Infectious Disease Internal Medicim
in chronic typhoid and paratyphoid carriers. Lancet Departement. p.98
1994;343(8889):83-4. Nelwan RHH. Sebuah studi deskriptif klinik mengenai diagnosis
Dham SK Thompson RA. Humoral and cell-mediated immune dini demam Tifoid. Acta Medica Indonesia 1993;15:13-8.
responses in chronic typhoid carriers. Clin Exp Immunol Nelwan RHH. Pilihan antimikroba dalam tatalaksana demam
1982;50(1):34-40. tifoid. Dalam Mansjoer A" Setiati S, Syam AF, Laksmi PltT.
Departemen Kesehatan RI. Data surveilans tahrtn 1.994. editor. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Penyaldt
Dalam 13. |akarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKU[.
lakarta,1995 p43. Data surveilans tahun 1996. Ditjen P2M
Direktorat Epidemiologi dan Imunisasi Subdirektorat 2008. p.11,8-'23
Surveilans. jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1996. p.37. NazirH. DemamTifoid, polaklinis danpengidap pascapengobatm
Dutta U, Garg PK Kumar R, Tandon RK. Typhoid carriers among di RS Persahabatary ]akarta. Naskah lengkap laporan hasil
patients with gallstones are at increased risk for carcinoma of penelitian akhir PPDS Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKLL
the gallbladder. Am J Gastroenterol 2000;95 (3):7 84-7. RSCM.1989.
Espersen F, Mogensen HH, Horby N, Hoj L, Greibe ], Rasmussen SN, Nolan CM, White PC, Feeley ]C, et al. Vi serology in the detectim
et al. Acta Pathol Micobiol Immunol Scand.,1982;90(6):293-9. of typhoid carriers. Lancet 1981;1(8220 Pt 1):583-5.
Effa EE. Bukirwa H. Azitromycin for treating uncomplicated Olsen Sj et. all. Evaluation of rapid diagnostic tests for t)"h.id
typhoid and paratyphoid fever (enteric fever). Cochrane fever. |ournal of Clinical Microbiology, May 2004, p-
Database of Systematic Review 2008, Issue 4 Art. No.: 1885-1889.
Pohan HT, Suhendro. Gambaran klinis dan laboratoris denrmr
CD006083. DOI: 10.1002 / 14651858.CD006083.pub2
tifoid di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. In: Zulkarnafo
Gasem MH, Smith HL, Nugroho N, Goris MA, Dolmans WMV.
Evaluation of a simple an rapid dipstick assay for diagnosis of I, editor. Demam tifoid peran mediator, diagnosis, dmr
typhoid fever in Indonesia. ]ournal of Medical Microbiology terapi. ]akarta: Pusat InJormasi dan Penerbitan Bagian Ilm
2002; 51,:173-7 Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesiq
Gopalakhrisnan V, Sekhar \MY, Soo EH, Vinsent RA, Devi S. 2000. p. 8-2L.
Typhoid fever in Kuala Lumpur and a comparative evaluation Pusponegoro AD, Syamsuhidayat. Relationship between bilir5r
of two commercial diagnostic kits {or the detection of stones and saknonella typhi carriage. In: Nelwan RHH, ediffi"
antibodies to Salmonella typhi. Sing MedJ 2002;a3(7):354-8. Typhoid fever. Profile, diagnosis-and treatment in the 19Sn
Hornick RB. Typhoid fever. In: Hoeprick P, JordanMC, Ronald AR, 1st ed. Jakarta: FKTII Press; 1992. p.113-7.
editors. Infectious diseases. a treatise of irr{ectious processes Sudarmono. Features of typhoid fever in Indoiresia. In : Pang$
5th ed. Phiiadelphia: ]B Lippincott Co; 1994. p.747-53. Koch CL, Puthuchaery. Typhoid fever: strategies for tlre
Handoyo L Diagnosis laboratorium demam ti{oid. }urnal Kimia S.selected papers from the first Asia-Pacific Symposium
Klinik Indones ia 1996;7 (3):117 -22. Typhoid Fever. Singapore; world scientfic;1992. p1L-15-
Hardi S, Soeharyo, Kamadi E. The diagnostic value of the Widal Simanjutak CH, Hofman SI, Punjabi NH, et al.
test in typhoid fever patients. In: Typhoid fever: Profile, demam tifoid di suatu daerah pedesaan di Paseh, Jawa
diagnosis and keatment in the 1990. s. 1st ISAC Intemational Cermin Dunia Kedokteran 1987 : 45:15-8.
Symposium. Acta Medica Indonesiana 1992:188-95. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan
Hoffman SL. Typhoid fever. In: Strickland GT,editor. Hunter's dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Depar
tropical medicine. 7 th ed. Philadelphia: l\rB Saunders Co; Kesehata n RI ; 7997. p.104-5.
1991. p.344-59. Takeuchi A. Electron microscope studies oI experimental
Khosla SN. Severe Typhoid fever an appraisal of its profile. hr: Nelwan infection. I. Penetration into the intestinal epitheliun
RHH, editor. Typhoid fever. Profile, diagnosis and heatment in Salmonella typhimurium. Am J Pathol.1967 ;50:109-36.
the 1990's. 1st ed: ]akarta: FKUI Press;1992. p. 5142. Thaver D, Zaidi AKM, Chirchley JA, Azrnatullah A,
L Sherwal, RK Dhamija, VS Randhawa, M Jais, A Kaintura, M SA, Bhutta ZA. Fluoroquinolones for treating typhoid
Kumar. A comparative study of typhidot and widal test paratyphoid fever (enteric fever). Cochrane Database
in Patients of typhoid fever. ] Indian Academy of Clinical Systematic Reviews 2008. Issue 4. Art. No.: CD004530-
Medicine 2004; 5 p) : 2M-6. 10.1002 / 1461858. CD004530. pub3
Lanata CF, Levine Mlr{, Ristori C, Black RE, Jimenez L, Salcedo World Health Organization. Background document: The
M et al. Vi serology in detection of chronic Salmonella Typhi treatment and prevention of typhoid fever. 2003
carriers in an endemic area. Lancet 1983;2(8347):441-3. Bhan MK, Bhal R. Bhatnagar, Styphoid feverand paratyphoid
Lim PL, Tam FCtl, Cheong YIt{, }egathesan M. One-step 2-minute Lancet 2005:366'.7 49-62
test to detect typhoid-specific antibodies based on particle Vollaard AM, Ali S, Van Asten HAGH, Widjaja t Viss6
separation in tubes. Journai of Clinical Microbiology Surjadi C, et al. Risk factor typhoid and paratyphoid
1998;36(B):2271,-8. in |akart4 JAMA 2004; 291,.:2607 -15
Lin FY, Becke JM, Groves C, Lim BP,Israel E, Becker EF. Et al. Ditjen BUK Depkes RI. Profile Kesehatan Indonesia.
Restaurant-associated outbreak of typhoid fever in Maryland: Kementerian Kesehatan RI; 2010. p.41
74
DEMAM KUNING (YELLOW FEVER)
Primal Sudjana

LUAN Di Afrika terdapat sebanyak 33 negara dengan jumlah


penduduk 508 juta jiwa berada di daerah endemi yellow
kuning (yellow fever) adalah suatu penyakit infeksi fever. Daerah ini terletak antara 150 Lintang Utara (LU)
disebabkan oleh virusyel/ow fever. Kata "kuning" sampai 100 Lintang Selatan (LS). Di benua Amerika, penyakit
dari keadaan beberapa pasiennya yang menjadi ini endemik di 9 negara di Amerika Selatan dan beberapa
Denyakit ini pertama kali dikenal saat ter'1adi wabah di Kepulauan Karibia. Negara yang paling berisiko antara
hhun 1648 di daerah yang dinamakan Dunia Baru. lain Bolivia, Brazil, Colombia, Ekuador dan Peru.
'urn's yellow fever diyakini berasal dari Afrika dan Setiap tahunnya diperkirakan sekitar 200.000 kasus
r ke Dunia Baru melalui kapal-kapal dagang yellow fever dengan 30.000 diantaranya meninggal
ut budak belian. Vektor penyakit ini adalah dunia. Kasus impor ditemukan di negara-negara yang
A,edes oegypti sebenarnya bebas fellow fever, Di Asia belum pernah
Pada abad ke-18 dan abad ke-19 terjadi wabah d i I a porka n ada nya kasus ye llow feve r, letapi teta p berisi ko
di Europa dan meluas mencapai daerah pantai, karena primata yang sesuai dan nyamuk sebagai vektor
sampai ke Swansea, Wales,dan di Amerika ditemukan secara luas.
C,ari New Orleans sampai ke Boston dan St Louis. Wabah masih terjadi ,sampai dengan tahun 2003
i di Philadelphia yang terjadi pada tahun 1793 terutama di beberapa negara Afrika Barat seperti Burkina
secara rinci oleh Benjamin Rush yang selamat Faso, Ghana, Liberia, Guinea, dan Pantai G.ading dan Brazil.
ser:rngan wabah ini. Di Amerika Serikat wabah yellow Sampai saat ini beberapa kasus masih terus dilaporkan.
ir dilaporkan di New Orleans dan delta sungai
i pada tahun 1905.
Sec,rang dokter di Havana, Kuba bernama Carlos ETIOLOGI
pada tahun 1881 meyakini bahwa penyakit ini
oleh nyamuk, dan kebenaran keyakinannya itu Yirus yellow fever termasuk genus Flovivirus, famili
dokter tentara Amerika Serikat bernama Walter Floviviridoe. Virus ini suatu virus RNA untai tunggal, dan
Penemuan ini memungkinkan usaha pencegahan positive sense. Virionnya berbentuk sferis dan memiliki
:pengontrolan nyamuk, dan dibuktikan saat pembungkus (envelope), berukuran antara 35 - 45 nm, dan
nan terusan Panama. lsolasi virus YF baru dapat genomnya terdiri atas 10.862 nukleotida. Pembungkus dua
pada tahun 1928. Iapis lipid (lipid bilayer envelope) ini mengandung protein
matriks (M) dan protein pembungkus (E). Memiliki juga
tiga protein struktur C, M dan E) serta beberapa protein
nonstruktur NS).
Virus ini dapat diinaktivasi dengan kloroform, ether
fuverditemukan di hutan tropis Afrika dan Amerika dan sinar ultraviolet sedangkan pada suhu 4'C tahan
sampai awal abad ini menyebabkan epidemiyang satu bulan dan dalam keadaan beku kering dapat tahan
f"aribia dan daerah subtropis Amerika Utara sampai bertahun-tahun. Terdapat perbedaan genotipe antara
dan Philadelphia. isolat yang diperoleh dari Afrika dan Amerika Selatan. Ada

559
560 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!

dua genotipe yang bersirkulasi di Afrika dan satu atau dua Organ lain dapat terkena seperti kelenjar adrenal, sel
di Amerika Selatan. otak dan pada epidemi di Sudan dan Ethiopia di tahun
1960 banyak ditemukan kasus meningoensefalitis. Pada
kasus berat dapat disertai diatesis hemoragik. Perdarahan
PENULARAN berat dapat terjadi di saluran cerna, paru, limpa, hati dan
ginjal. Kematian terjadi sebagai akibat dari kerusakan
Hospes utama virus yellow fever adalah primata seperti hati dan atau ginjal. Pada pasien yang sembuh jaringan
monyet dan chimpanse yang hidup dihutan-hutan. Di yang hilang langsung mengalarni regenerasi dan terjadi
Afrika vektor utamanya adalah nyamuk Aedes seperti hipertrofi pada sel yang bertahan hidup.
Aedes aegypti, Ae. ofriconus, Ae. opok, Ae.lLuteocepholus,
Ae. furcifer don Ae.tToylorL Sedangkan di Amerika terutama
ditularkan oleh Aedes aegypti dan Hoemogogus. GAMBARAN KLINIS
Dikenal ada tiga siklus penularan yaitu tipe demam
kuning hulan $ungle yellow fever), lipe demam kuning Yellow Fever klasik merupakan penyakit bifasik, ada 3
urban (urbon yellow fever) dan sylvotic yellow fever. Tipe stadium yaitu; infeksi, remisi dan intoksikasi. Gambaran
silvatik hanya ditemukan di padang savanna Afrika. klinisnya bisa berupa infeksi subklinis, infeksi mirip
Di Amerika siklus jungle yellow fever ditularkan antar influenza atau pada 15-25o/o kasus dapat terjadi fulminan
kera oleh nyamuk genus Hoemogogus dan Sobethes, dan menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
sedangkan penularan di perkotaan oleh Aedes oegypti. Setelah masa inkubasi selama 3-6 hari timbul demam
Siklus kera-nyamuk-kera di hutan Afrika dilakukan secara mendadak dan menggigil diikuti dengan satst
ol eh nya m u k Ae ofrica n u s, seda n g ka n sylvotic ye llow feve r kepala, sakit punggung, mialgia, nausea dan muntah. Bisa
dilakukan oleh beberapa spesies Aedes seperti Ae.si m psoni juga dijumpai muka dan konyungtiva merah, tanda fagct
yang menularkan virusye/low fever dari kera ke manusia. dan bradikardi relatif.
Di Afrika siklus urban dipertahankan oleh Ae.oegypti. Setelah 3-4 hari, gejala dan demam menghilang
Lamanya siklus intrinsik pada nyamuk adalah 4 hari selama beberapa jam sampai satu atau 2 hari dm
pada suhu 37oC dan 18 hari pada suhu 18"C. Nyamuktetap hanya berulang pada pasien yang berkembang menjat
infektif selama kira-kira 2- 4 bulan. Telah diperlihatkan intoksikasi fulminan.
kemungkinan adanya penularan transovarial Tipe demam adalah bifasik (dromedaris). Fase
pertama berhubungan dengan fase akut penyakit
disertai bradikardi relatif. Selanjutnya demam
PATOFISIOLOGI DAN PATOLOGI yang berhubungan dengan fas.e,. remisi serta
lagi dan penyakit memberat pada fase intoksikasi.
Virus memasuki sel secara endositosis melalui reseptor Penyakit berkembang menjadi demam
yang sesuai. Sintesis RNA virus terjadi di sitoplasma, multisistem ditandai dengan badan menJadi
sedangkan protein virus bisa ditemukan di retikulum (sesuai nama penyakit ini), disfungsi renal dan mani
endoplasma. Virion menjadi matang di retikulum perdarahan yang dapat menyebabkan hipotensi
endoplasma sebelum kemudian disekresi ke dalam terjadi renjatan yang fatal. Perdarahan mukosa,
darah. Pada saat awal, proses ini terjadi di sel retikulo pada luka bekasjarum suntik, perdarahan gastroi
endotelial di limfonodi, sumsum tulang, limpa dan sel hebat dapat terjadi sebagai akibat penurunan
Kupffer; selanjutnya terjadi viremia kemudian menyebar faktor pembekuan oleh sel hati, disfungsi platelet
ke seluruh organ. koagulasi intravaskular diseminata (KlD).
Sel hati mengalami degenerasi, ditemukan daerah Oliguri dan azotemia terjadi akibat adanya
nekrosis sentral, badan Councilman dan perlemakan. dan ekstravasasi cairan. Adanya oliguri dan peni
Kerusakan pada hati ini secara klinis ditandai dengan kreatinin mungkin disebabkan oleh nefritis g
timbulnya ikterus. Ginjal membesar dan bengkak. primer dan nefritis intersisialis, selanjutnya bisa
Glomerulus ginjal menunjukkan adanya proliferasi oleh tubular nekrosis akut sebagai akibat dari hi
mesangial dan edema endotel kapiler. Degenerasi dan Miokarditis yang terjadi dapat diketahui
nekrosis sel miokardium serta gangguan konduksi pemeriksaan EKG. Adanya gejala enselofati terjadi
dapat ditemui dan antigen virus dapat dideteksi dari sel adanya edema serebri yang berhubungan dengan
miokardium. gagal hati dan ginjal. lnfeksi sekunder karena
Respons selular dan humoral dapat terjadi dan seperti bakteriemi dan pneumonia sering terjadi
bertanggung jawab untuk mengeliminasi virus dari tubuh. menyebabkan kematian.
Viremia menghilang'setelah 5 hari. Angka kematian sekitar 5-10o/o, sedangkan
LUAT KUNTNG (YELLOW FEVER)
561

@siren yang mengalami stadium intoksikasi angka KOMPLIKASI


lkrrnrutian lebih tinggi yaitu mencapai 20-50%.
Komplikasi yang mungkin teryadi antara lain gagal hati,
gagal ginjal akut, edema paru, miokarditis, ensefalitis.
UAGNOSIS LABORATORIUM Perdarahan, KID sampai syok hingga kematian.

Hkmmeriksaan laboratorium menunjukkan lekopeni,


ummbositopenia, mungkin ditemukan kenaikan hematokrit, PENCEGAHAN
tloku protrombin yang memanjang, bila terjadi KID
dlenr,r.rkan kelainan pada fibrinogen dan produk degradasi Pencegahan dapat dilakukan dengan pengontrolan
lfrhmmogen. Enzim transaminase, fosfatase alkali, gommo- vektori mencegah gigitan nyamuk dengan tidur memakai
gllhumrny/ tronsferase, bilirubin direk dan indirek, BUN dan kelambu, mosquito repellents pada kulit dan pakaian juga
lhrmunin meningkat kadarnya. dianjurkan.
(enaikan yang bermakna dari transaminase dan Vaksinasi dengan virus yang dilemahkan (/ive
frdh'ubin pada stadium awal penyakit merupakan petanda attenuated) 17D sangat efektif. Strain Asibi dipakai
ffir buruknya penyakit. sebagai bahan vaksin ini. Karena diproduksi dengan
Pada kasus dengan ensefalopati dan edema otak, mempergunakan embrio ayam maka mereka yang alergi
rddapatkan peningkatan protein tanpa pleositosis pada terhadap telur tidak boleh divaksinasi. Beberapa negara
iffirtiam serebrospinal. mewajibkan pelancong untuk divaksinasi yellow fever
Femeriksaan serologi pada kondisi akut dan sebelum berkunjung ke daerah endemis, dan revaksinasi
lhmnralesens menunjukkan peningkatan titer antibodi 4 dianjurka setiap 10 tahun, walaupun antibodi dapat
iltlatau lebih melalui pemeriksaan inhibisi hemaglutinasi, bertahan sampai 40 tahun.
komplemen atau antibodi netralisasi.
lffiikasi
Femeriksaan dengan cqpture enzyme immunoassoy
,tupat memeriksa titer lgM spesifik. lgM mulai terdeteksi
REFERENSI
muda hari 7-10 infeksi. Pada keadaan epidemi, diagnosis
ffi,,,,,,,,,'r.ritif perl u d itega kka n seca ra ce pat u ntu k pe ng o nt ro I a n Cantz NM, Brown RB, Berk SL, Myers ]W : Manual of Clinical
Problems in Infectious Disease, fifth edition, Philadelphia:
,pnny'akit. Deteksi antigen virus dan Reaksi polimerase
Lippincott Williams Wilkins; 2006.
Mdntai pada serum akut sangat membantu. Gill GV, Beeching NJ: Lecture Notes on Tropical Medicine,.fiJth
edition, Blackwell Publishing, Malden, 2004.
Mien A Rifai dan Ermitati, penyunting: Glosarium Biologi,
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
[fiGNOSIS BANDING Pendidikan dan Kebudaya an, 1993.
Reeder GD, Woodward TE: Yellow Fever, available athW:/ /
Mtrunlosis banding pada kasus ringan antara lain malaria, www.emedicine . com/ emery,/ topic645.htm.
ffi"u infeksi Dengue. Tsai TF, Vaughn DW, Solomon T: Flaviviruses (Yellow
Fever, Dengue, Dengue Haemorrhagic Fever, ]apanese
Kasus berat harus di diagnosis banding dengan encephalitis,West Nile Encephalitis, St Loius encephalitis,Tick-
ilhmfrospirosis,
demarn tifoid, hepatitis viral akut dan demam bome encephalitis), In: Mandell GL, Berrrett ]E, Dolin R"
Mrah viral lainnya seperti Ebola, Lassa, Marburg, demam editors, Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and
Practice of In-fectious Diseases, sixth edition. Philadelphia:
lMarah Congo-Crimea, DHF, dan demam Rift Votley. Elsevier; 2005.p. 1926-50.
Tsai TF: Yellow Fever Virus, ln: Gorbach SL, Bartlett ]G, Blacklow
NR: Infectious Diseases, third edition, Philadelphia:Lippincott
Williams Wilkins; 2004.p. 2109 -12.
E{GOBATAN World Health Organization : Yellow Fever ) http:/ /www.who.
int/mediacentre/factsheets/fs100/ en/print.html.
llflli*dak ada pengobatan yang spesifik. Terapi dengan World Health Organization: Yellow Fever, The Immunological
miilhririn pada binatang percobaan ternyata tidak efektif. .Basis for Immunization Series, Modul 8, Geneva

Terapi suportif ditujukan langsung untuk mengoreksi


Hmiiilangan cairan dan dan mempertahankan stabilitas
liturmodinamik. Penan ganan dan pencegahan hipog ikemi, I

rren-kan antagonis H, atau inhibitor pompa proton (ppl)


lhua dilakukan. Pemberian vitamin K dan Fresh Frozen
rfuno (FFP) disarankan untuk menangani gangguan
il@ulasi. Bila terjadi gagal ginjal akut maka dialisis dapat
dimrtimbangkap.
75
AMEBIASIS
Eddy Soewandojo Soewondo

PENDAHULUAN buruk, misalnya di tempat perawatan pasien cacat mental


serta tempat penampungan lndian dan imigran.
Amebiasis (disentri ameba, enteritis ameba, kolitis ameba) Di lndonesia, laporan mengenai insidens amebiasis
adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan sampai saat jni masih belum ada. Akan tetapi berdasarkan
oleh parasit usus Entamoebo histolytico. Penyakit ini laporan mengenai abses hati ameba pada beberapa rumatr
tersebar hampir di seluruh dunia terutama di negara sakit besar; dapat diperkirakan insidensnya cukup tinggi-
sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya
disebabkan karena faktor kepadatan penduduk, higiene pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, jum
individu, dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial masak (food hondlers), vektor lalat dan kecoak, serta
ekonomi dan kultural yang menurjang. kontak langsung seksual oral-anal pada homoseksuaf.
Sekitar 90% infeksi asimtomatik, sementara sekitar Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkar
10% lainnya menimbulkan berbagai sindrom klinis, mulai epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang
dari disentri sampai abses hati atau organ lain. tercemar.
Sekitar 10% populasi hidup terinfeksi entamoeba
kebanyakan oleh entamoeba {ispar (E. Dispor) yang
EPIDEM!OLOGI non infeksius. Perbedaan dan persamaan sifat antara
E.histolytico dan E. Dispor dapat dilihat pada tabel 1.
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara
langsung (melaluitangan) maupun tidak langsung (melalui
air minum atau makanan yang tercemar). Sebagai sumber ihb*i.I*.rPers*
dan E-,ditBqr:,,,. r,,. :.., .
penularan adalah tinja yang mengandung kista amuba
Persamaan
yang berasal dari carrier (cyst posser). Laju infeksi yang
1. Kedua spesies dibedakan lewat adanya infeksi kista
tinggi didapatkan di tempat-tempat penampungan anak (cyste)
cacat atau pengungsi dan di negara-negara sedang 2. Kista dari kedua spesies tersebut secara morfologi
berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup yang sama (identik)
buruk. Di negara beriklim tropis lebih banyak didapatkan 3. Kedua spesies ini mengkolonisasi intestinal luar
strain patogen dibandingkan di negara maju yang beriklim Perbedaan
sedang. Oleh karena itu di negara sudah maju banyak 1. Hanya E. histolytico yang dapat mengakibatkan
dijumpai penderita asimtomatik, sementara di negara penyakit
sedang berkembang yang beriklim tropis banyak dijumpai 2. Hanya infeksi E histolytica yang menunjukkan serologi
ameba positif
pasien yang simtomatik. Kemungkinan faktor diet rendah
3. Kedua spesies mempunyai perbedaan sekuensi mRML
protein, di samping perbedaan strain ameba, memegang
4. Kedua spesies mempunyai perbedaan antigen permukaa
peran. Di negara yang sudah maju misalnya Amerika Serikat
dengan masker isoantigen
prevalensi amebiasis berkisar antara 1-5%. Walaupun 5. Sal/SalNAC lectin dapal dipakai untuk membedakan
selama tiga dekade terakhir insidensnya menurun, akan kedua spesies dalam stool ELISA.
tetapi penyakit ini masih tetap ada, terutama di daerah 6. E. dispar tidak mempunyai kapasitas menyebabka
atau di tempat-tempat dengan keadaan sanitasi yang penyakit infeksi.

s62
r[EEtASlS 563

ETIOLOGI
cnd
: "stolytico merupakan protozoa usus, sering hidup
:'*r,agai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus
nsar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
xrE:1adi patogen dengan cara membentuk koloni di
1 : n9 usus dan menembus dinding usus sehingga
-mer-,mbulkan ulserasi. Siklus hidup ameba ada 2 macam
nr*-:uk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan
ruE"-:.lk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, trofozoit
uc,*ensal (<10 mm) dan trofozoit patogen (>10 mm).
-nofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus
li-Fa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien ^\
mer,galami diare, maka trofozoit akan keluar bersama
\U;
lnre Pada pemeriksaan tinja di bawah mikroskop tampak ,t#.,
mr-:zoit bergerak aktif dengan pseudopodinya dan
uicc--asi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca. Di
mrar,nya ada endoplasma yang berbentuk butir-butir
Gambar 1. Skematis E. histolytico (pembesaran 2000 X)
me: Can sebuah inti di dalamnya. Sementara trofozoit
;@rgen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus A: trofozoit mengandung eritrosit c : chromatoid bodies
lmr: ntestinal) maupun di luar usus (ekstraintestinal), B: Ameba bentuk pre kista ect : ectoplasma
C: Kista muda berinti satu end : endoplasma
'nrer.gakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar
d. dua
Kista berinti g : glycogen vacuola
umr :ofozoit komensal (sampai 50 mm) dan mengandung E: Kista dewasa berinti empat k : Karyosoma
r@r,:napa eritrosit di dalamnya, karena trofozoit ini sering ,n: nukleus/inti
'nNe,r€ a n e ritrosit (h r.b.c : Sel darah merah
o e m oto p h o g o u s t ro p h ozoite). Bentu k

murn;oit ini bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala Dikutip dari textbook of Clinical Parasitology 2nd ed. New York:
appleton-Century-Crogts. 1 952
;!m"n.'?<it namun cepat mati apabila berada di luar tubuh
{@ L-: d_

lentuk kista ada 2 macam yaitu kista muda dan belum banyak diketahui dengan pasti perannya. Beberapa
{iirimim :ewasa. Kista muda berinti satu mengandung satu sarjana meragukan adanya peran tersebut, karena di
fla$e-Dung glikogen dan badan-badan kromatoid yang daerah endemik banyak terjadi infeksi berulang, dan
ner:ertuk batang berujung tumpul. Kista dewasa berinti morbiditas serta mortalitasnya meningkat sesuai dengan
*r'n:e-- Kista hanya terbentuk dan dijumpai di dalam lumen bertambahnya usia. Pendapat tersebut kurang tepat karena
,,,ntturLs :rdak dapat terbentuk di luar tubuh dan tidak dapat
telah terbukti bahwa ulkus ameba dapat'kambuh kembali
'liiiuurr.lr-sai di dalam dinding usus atau dijaringan tubuh di apabila pasien menerima tindakan yang menurunkan daya
-sJS (Gambar 1).
rrr&rri tahan tubuh, misalnya splenektomi, radiasi, obat-obat
Eerrtuk kista bertanggung jawab terhadap penularan imunosupresil dan kortikosteroid.
frwnai<it, dapat hidup lama di luar tubuh manusia, tahan Berdasarkan penyelidikan pada binatang dan manusia
'iifir{inrtn&:ap
asam lambung, dan kadar klor standard di dapat dibuktikan bahwa E. histolytica dapat merangsang
ruuar sistem air minum. Diduga faktor kekeringan akibat terbentuknya imunitas humoral dan selular. ln vivo,
tmrl,'d€-apan air sepanjang usus besar, menyebabkan imunitas humoral mampu membinasakan ameba, tetapi
"nrur:::it berubah menjadi kista. E histolytico oleh in vitro tidak. Belum diketahui apa sebabnya keadaan
r,lrrlieEpa penulis dibagi menjadi dua ras yaitu ras besar tersebut dapat terjadi. Tampaknya imunitas yang terbentuk
llllurtt
=s bergantung pada apakah dapat membentuk
<ecil, tidak sempurna dan hanya dapat mengurangi beratnya
lltttturm :erdiameter lebih besar atau lebih kecil dari 10 mm. penyakit, tidak dapat mencegah terjadinya penyakit.
jhiar ..g6il ternyata tidak patogen terhadap manusia, dan Diduga imunitas selular lebih besar perannya daripada
silrnrx,s;6lasp sebagai spesies tersendiri yaitu E hortmqnni. imunitas humoral. Antibodi di dalam serum (terutama klas
)ergan teknik elektroforesis, enzim yang dikandung lgG) terutama berperan dalam uji serologik.
ttttru:nhl;: t dapat diketahui. Pola enzim dapat menunjukkan

mmmcenitas ameba (zymodeme). Ameba yang didapat dari


i@uEi- dengan gejala penyakit yang invasif menunjukkan PATOGEN ESIS DAN PATOFISIOLOG I
immra:,modeme.
--nitas terhadap ameba sampai saat ini masih Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal
PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI
564

di dalam lumen usus besal dapat berubah menjadi amebiasis intestinal sedang (disentri ameba sedang),
patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan disentri ameba berat, disentri ameba kronik.
ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit
tersebut sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat MANIFESTASI KL!NIS
keganasan (virulensi) ameba, maupun lingkungannya
mempunyai peran. Faktor-faktor yang dapat menurunkan Carrier (Cyst Posser)
kerentanan tubuh misalnya kehamilan, kurang gizi, Pasientidak menunjukkan gejala klinis sama sekali' Hal ini
penyakit keganasan, obat-obat imunosupresii dan disebabkan karena ameba yang berada di dalam lumen
kortikosteroid. Sifat keganasan ameba ditentukan oleh usus besa1 tidak mengadakan invasi ke dinding usus'
strainnya. Strain ameba di daerah tropis ternyata lebih
ganas daripada strain di daerah sedang.'Akan tetapi sifat Amebiasis lntestinal Ringan (Disentri Ameba
keganasan tersebut tidak stabil, dapat berubah apabila Ringan)
kdadaan lingkungan mengizinkan. Beberapa faktor Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan-
lingkungan yang diduga berpengaruh, misalnya suasana Penderita biasanya mengeluh perut kembung, kadang-
anaerob dan asam (pH 0,6 - 6,5), adanya bakteri, virus kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang' Dapat
dan diet tinggi kolesterol, tinggi karbohidrat, dan rendah timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau
protein. Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim busuk. Kadang-kadang tinja bercampur darah dan lendir'
fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid. Jarang nyeri di
kerusakan dan nekrosisjaringan dinding usus' Bentuk ulkus daerah epigastrium yang rnirip ulkus peptik' Keadaan
ameba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum
kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar pasien biasanya baik, tanpa atau disertai dernam ringan
(menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan (subfebril). Kadang-kadang terdapat hepatomegali yarg
"
mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang tidak atau sedikit nYeri tekan.
yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal. Gambaran ini sangat berbeda dengan disentri Amebiasis lntestinal Sedang (Disentri Amebo
basiler, di mana mukosa usus antara ulkus meradang' Sedang)
Pada pemeriksaan mikroskopik eksudat ulkus. tampak sel Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berat dibandirg
leukosit dalam jumlah banyak, akan tetapi lebih sedikitjika disentri ringan, tetapi pasien masih mampu melakukan
dibandingkan dengan disentri basiler. Tampak pula kristal aktivitas sehari-hari, tinja disertai darah dan lendir' Pasien
Charcot Leyden dan kadang-kadang ditemukan trofozoit' mengeluh perut kram, demam !an lemah badan, diserti
Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan hepatomegali yang nYeri ringan.
dan apabila menembus lapisan muskular akan terjadi t
perforasi dan peritonitis. Ulkus dapat terjadi di semua Disentri Ameba Berat
bagian usus besaI tetapi berdasarkan frekuensi dan urut- Keluhan'dan gelala klinis lebih hebat lagi' Penderitr
urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, mengalami diare disertai darah yang banyak, lebih drii
sigmoid, apendiks, dan ileum terminalis. lnfeksi kronik 15 kali sehari. Demam tinggi (40"C - 40,5'C), disertai mud
dapat menimbulkan reak-si terbentuknya massa jaringan dan anemia. Pada saat ini tidak dianjurkan melakukn
granulasi yang disebut ameboma, yang sering terjadi di pemeriksaan sigmoidoskopi karena dapat mengakibath
daerah sekum dan sigmoid. Dari ulkus di dalam dinding perforasi usus.
usus besaL ameba dapat mengadakan "metastasis" ke
hati lewat cabang vena porta dan menimbulkan abses Disentri Ameba Kronik
hati. Embolisasi lewat pembuluh darah atau pembuluh Gejalanya menyerupai disentri ameba ringan,
getah bening dapat pula terjadi ke paru, otak, atau limpa, serangan djare diselingi dengan periode normal
dan menimbulkan abses di sana, akan tetapi peristiwa ini tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan
jarang terjadi. sampai bertahun-tahun' Fasien biasanya menunJ
gejala neurastenia. Serangan diare biasanya terjadi
kelelahan, demam atau makandn yang sukar dicerna
KLASIFIKASI

Berdasarkan berat ringannya gejala yang ditimbulkan PEMERIKSAAN PENUNJANG


maka amebiasis dapat dibagi menjadi'. corrier (cyst posser),
amebiasis intestin-al ringan (disentri ameba ringan), Pemeriksaan ti nja meru pakan pemeriksaan labor
re[ASIS 565

yang sangat penting. Pada disentri ameba biasanya sfroin dapat dibiakkan. Oleh karena itu pemeriksaan ini
Mnja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk tidak dikerjakan rutin.
pemeriksaan mikroskopik, perlu tinja yang masih Pemeriksaan uji serologi banyak digunakan sebagai
heru (segar). Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan uji bantu diagnosis abses hati amebik dan epidemiologis.
herulang-ulang, minimal 3 kali seminggu, dan sebaiknya Uji serologi positif apabila ameba menembus jaringan
dlakukan sebelum pasien mendapat pengobatan. Apabila (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada
direncanakan akan dibuat foto kolon dengan barium pasien abses hati dan disentri ameba, dan negatif pada
cnrcma, pemeriksaan tinja harus dikerjakan sebelumnya eorner. Hasil uji serologi positif belum tentu menderita
ffiau minimal 3 hari sesudahnya. Pada pemeriksaan tinja amebiasis aktii tetapi bila negatif pasti bukan amebiasis.
'gmg berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk lndirect fluores-cent ontibody (IFA) dan enzyme linked
hka, karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. immunosorbant assay (ELISA) merupakan uji yang paling
@engan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat, sensitif. Juga up indirect fluorescent onti-body (IFA) dan
&erkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan- agar gel diffusion precipitin. Sedang uji serologi yang
hodan kromatoid yang berbentuk batang, dengan ujung cepat hasilnya adalah latex aglutinotion test dan celluloso
tollurnpul, sedang inti tidak tampak. Untuk dapat melihat ocetote diffusion. Oleh karena antibodi yang terbentuk
lrrrotinya dibuat sediaan dengan larutan lugol. Sebaliknya lama sekali menghilang, maka nilai diagnostiknya di
fuadan-badan kromatoid tidak tampak pada sediaan daerah endemis rendah.
dengan lugol ini. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan
Wneriksaan dengan metoda konsentrasi yaitu dengan
lhutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng DIAGNOSIS
rudfat kista akan terapung di permukaan, sedang dengan
lbutan eterformalin kista akan mengendap.. Amebiasis intestinal kadang-kadang sukar dibedakan
Di dalam tinja pasien akan ditemukan bentuk trofozoit. dari irritable bowel syndrome (lBS), divertikulitis, enteritis
[thtuk itu diperlukan tinja yang masih segar. Apabila regional, dan hemoroid interna, sedang disentri ameba
perneriksaan ditunda untu( beberapa jam, maka tinja sukar dibedakan dengan disentri basilar (shigellosis) atau
,@at disimpan di lemari pendingin (4"C) atau dicampur salmonelosis, kolitis ulserosa, dan skistosomiasis (terutama
d; dalam larutan polivinil alkohol. Sebaiknya diambil di daerah endemis). Pemeriksaan tinja sangat penting. Tinja
fuuhan dari bagian tinja yang mengandung darah dan penderita amebiasis tidak banyak mengandung leukosit,
thmdir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru
bergerak aktif seperti keong, dengan menggunakan
rmrtrasih dapat ditegakkan apabila ditemukan ameba (trofozoit).
prdopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan Akan tetapi dengan diketemukan ameba tersebut tidak
mmnpak ameba dengan eritrosit di dalamnya. berarti menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit
Bentuk inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan lain, karena amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan
ffingan larutan eosin. Untuk membedakan dengan leukosit penyakit lain pada seorang pasien. 3ering amebiasis
tl mrakrofag), perlu dibuat sediaan dengan cat supravital, terdapat bersamaan dengan karsinoma usus besar. Oleh
mrealnya buf-fered methylene blue. Dengan menggunakan karena itu bila pasien amebiasis yang telah mendapat
nnrlkometer; dapat d isi n g kirkan kemu ngkinan E ho rtmq n n i. pengobatan spesifik masih tetap mengeluh perutnya sakit,
Pemeriksaan prostoskopi, sigmoidoskopi, dan perlu dilakukan pemeriksaan lain misalnya endoskopi, foto
,lloilonoskopi berguna untuk membantu diagnosis kolon dengan barium enema, atau biakan tinja.
Nrderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada Abses hati ameba sukar dibedakan dengan abses
pneriksaan tinja tidak ditemukan ameba. Pemeriksaan piogenik, neoplasma dan kista hidatidosa. Ultrasonografi
rnrtitlak berguna untuk corrie,: Tampak ulkus yang khas dapat membedakannya dengan neoplasma, sedang
,db,rgan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, d item u ka n ech ino cocc u s da pot membed a ka n nya dengan

nmmrrukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. abses piogenik. Salah satu cara adalah dengan pungsi
'ffimneriksaan mikroskopis bahan eksudat atau bahan biopsi abses. "
lplqan usus akan ditemukan trofozoit.
Foto rontgen kolon tidak banyak membantu, karena
mr,irg ulkus tidak tampak. Kadang-kadang pada amebiasis KOMPLIKASI
ilhmnik, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak
u4irr< li5srtai spasme otot. Pada ameboma nampakfilling Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba,
ffit yong mirip karsinoma. baik berat maupun ringan. Sering sumber penyakit di
Ameba hanya dapat dibiakkan pada media khusus, usus sudah tidak menunjukkan gejala lagi atau hanya
mcalnya media Eoeck Dr. Bohlov. Tetapi tidak semua menunjukkan gejala ringan, sehingga yang menonjol
566 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKST

adalah gejala penyulitnya (komplikasi). Keadaan ini sering nyeri tekan lokal di daerah antara iga ke-8, ke-9 atau ke-
terjadi pada penyulit ekstra intestinal, yang disebut 10, jarang terjadi ikterus. Pada pemeriksaan laboratorium
amebiasis ekstra intestinal. Berdasarkan lokasinya, penyu lit ditemukan leukositosis moderat (15.000- 25000/mm3)
tersebut dapat dibagi menjadi: yang terdiri alas 70%o leukosit polimorfonuklear. Faal
hati jarang terganggu dan jarang ditemukan ameba di
Komplikasi lntestinal dalam tinja. Ameba dapat ditemukan di dalam bahan
cairan aspirasi abses bagian terakhir atau bahan biopsi
Perdarahan usus. Terjadi apabila ameba mengadakan
dinding abses. Pada pemeriksaan penerawangan tampak
invasi ke dinding usus besar dan merusak pembuluh darah.
peninggian hemidiafragma kanan, gerakannya menurun
Bila perdarahan hebat dapat berakibat fatal.
atau kadang-kadang terjadi gerakan paradoksal (pada
Perforasi usus. Terjadi apabila abses menembus lapisan waktu inspirasi diafragma justru bergerak ke atas). Pada
muskular dinding usus besar. Sering mengakibatkan pemeriksaan foto dada postero-anterior maupun lateral
peritonitis yang mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat kanan, tampak sudut kostofrenik kanan tumpul di bagian
terjadi akibat pecahnya abses hati ameba. depan (pada abses hati piogenik, tumpul di bagian
Ameboma. Terjadi akibat infeksi kronik yang belakang).
mengakibatkan reaksi terbentuknya massa jaringan Amebiasis pleuropulmonal. Dapat terjadi akibat ekspansi
granulasi. Biasa terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid, langsung abses hati. Kira-kira 10-20o/o abses hati ameba
sukar dibedakan dengan karsinoma usus besar. Sering dapat mengakibatkan penyulit ini. Dapat timbul cairan
mengakibatkan ileus obstruktif atau penyempitan usus. pleura, atelektasis, pneumonia, atau abses paru.
lntususepsi. Sering terjadi di daerah sekum (coeca-colic) Abses paru dapat pula terjadi akibat embolisasi ameba
yang memerlukan tindakan operasi segera. langsung dari dinding usus besar. Dapat terjadi hiliran
Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri (fistel) hepatobronkial, penderita batuk-batuk dengan
kronik, akibat terbentuknya jaringan ikat atau akibat sputum berwarna kecoklatan yang rasanya seperti hati.
ameboma.
Abses otak, Iimpa, dan organ lain. Abses otak, limpa, dan
organ lain dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung
Komplikasi Ekstra lntestinal dan dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun
Amebiasis hati. Abses hati ameba merupakan penyulit sangat jarang terjadi.
ekstra intestinal yang paling sering terjadl. Di daerah
tropis, terutama di Asia Tenggara, insidensnya berkisar Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung
5-40o/o. Lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada dari dinding usus besa; dengan mgr-nbentuk hiliran (fistet)-
wanita, tersering pada usia 30-40 tahun. Abses dapat Sering terjadi di daerah perianai atau di dinding perul
timbul beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi
r
infeksi ameba; kadang-kadang terjadi tanpa diketahui ameba yang berasal dari anus.
menderita disentri ameba sebelumnya. lnfeksi di hati
terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar
lewat vena porta, jarang lewat pembuluh getah bening. PENGOBATAN
Mula-mula terjadi "hepatitis ameba" yang merupakan
stadium dini abses hati, kemudian timbul nekrosis fokal Ameba dapat ditemukan di dalam lumen usus, di dalam
kecil-kecil (mikro abses), yang akan bergabung menjadi dinding usus maupun di luar usus. Hampir semua obd
satu, membentuk abses tunggal yang besar. Dapat pula amebisid tidak dapat bekerja efaktif di semua tempd
terjadi abses majemuk. Sesuai dengan arah aliran vena tersebut, terutama bila diberikan obat tunggal. Olefi
porta, maka abses hati ameba terutama banyak terdapat karena itu sering digunakan kombinasi obat untuk
di lobus kanan. Abses berisi "nanah" kental yang steril tidak meningkatkan hasil pengobatan.
berbau, berwarna kecoklatan (cho-colote posfe) terdiri atas
jaringan sel hati yang rusak bercampur darah. Kadang- Amebiasis Asimtomatik (Carrier Alau Cyst Paswl
kadang berwarna kuning kehijauan, karena bercampur Cqrrier atau rysf posser, walaupun tanpa keluhan dm
dengan cairan empedu. gejala klinis, sebaiknya diobati. Hal ini disebabkan karern
Pasien sering mengeluh nyeri spontan di perut kanan ameba yang hidup sebagai komensal di dalam lumen us.r
atas, kalau berjalan posisinya membungkuk ke depan besaI sewaktu-waktu dapat berubah menjadi patogen. II
dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Hati teraba di samping itu corrier juga merupakan sumber infeksi utanra,
bawah lengkung iga, nyeri tekan disertai demam tinggiyang Trofozoit banyak dijumpai di lumen usus besar tanpr
bersifat intermiten atart remiten. Kadang-kadang terasa atau sedikit sekali menimbulkan kelainan mukosa usur.
tmBnsls 567

.llllkus yang ditimbulkan hanya superfisial, tidak mencapai terutama jaringan hati sangat tinggi sehingga dipakai
imfsan submukosa. Kelainan tersebut tidak menyebabkan untuk profilaksis timbulnya abses hati ameba.
garngguan peristaltik usus, sehingga tidak menimbulkan Efek samping obat berupa mual, pusing dan nyeri
iteruhan dan gejala klinis. Obat yang diberikan adalah kepala. Pemberian jangka lama dapat mengakibatkan
a.,ebisid luminal, misalnya: retinopati. Tidak dianjurkan untuk dibedkan kepada wanita
llloksanit furoat (diloxanite furoate). Dosis : 3 x 500 hamil, karena dapat mengakibatkan anak lahir tuli.
rnq sehari, selama 10 hari. Saat ini obat ini merupakan Metronidazol. Dosis 35-50 mglkg berat badan atau 3 x
amebisid luminal pilihan, karena efektivitasnya cukup 500 mg sehari, selama 5 hari.
trrggi (80-85%), sedangkan efek sampingnya sangat
Tinidazol. Dosis 50 mglkg berat badan atau 2 g sehari,
lmrlrnal hanya berupa mual dan kembung.
selama 2-3 hari.
Dyodohidroksikin (Diiodo hyd roxyq u in). Dosi s : 3 x 600
tnE sehari, selama 10 hari. Ornidazol. Dosis 50-60 mglkg berat badan atau 2 gm
sehari, selama 3 hari. Ketiga obat tersebut termasuk
hdoklorohid roksi ki n (lod oc h lo ro hyd roxyq u in) atau golongan nitroimidazol yang dapat bekerja baik di dalam
lfiokinol (clioquinol). Dosis : 3 x 250 mg sehari, selama lumen usus, di dalam dinding usus maupun di luar usus
I1fi mri. (ekstrai ntesti nal).

Kedua obat tersebut termasuk halogenated hydroxy- Efek samping yang sering terjadi adalah mual, muntah,
ryunolin yang cukup efektif sebagai amebisid luminal. pusing dan nyeri kepala. Tidak dianjurkan untuk diberikan
ffektivitasnya 60-70o/". Efek samping yang terjadi biasanya kepada pasien yang mengidap penyakit darah (blood
fimgan, berupa mual, muntah, tetapl dapat juga berat, disuosia), juga kepada ibu hamil karena terbukti pada
binatang percobaan obat ini mempunyai sifat karsinogenik
sa.'nping ini hanya terjadi apabila dosis dan jangka dan teratogenik serta dapat mengakibatkan mutasi bakteri.
mmn:u pemberian obat melebihi aturan pakai yang telah
dmntukan. Oleh karena itu, obat ini tidak dianjurkan untuk Disentri Ameba Ringan-Sedang
di:erikan kepada penderita yang mengidap penyakit Pada pasien ditemukan ulkus di mukosa usus besar
rys neuropathy. )uga sebaiknya tidak diberikan kepada yang dapat mencapai lapisan submukosa, dan dapat
perCerita yang mengidap penyakit kelenjar gondok, mengakibatkan gangguan peristaltik usus. Pasien akan
kmena obat ini dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar mengalami diare atau disentri, tetapi tidak berat, sehingga
grcndok. tidak memerlukan infus cairan elektrolit atau transfusi
ffiarson (Corborsone). Dosis darah. Oleh karena didapatl<an trofozoit di dalam lumen
3 x 500 mg sehari, selama
T *eri. dan di dalam dinding usus besar, maka sebagai obat
pilihan adalah metronidazol dengan dosis 3 x 750 mg
Hrmuth glycoorsanilote. Dosis 3 x 500 mg sehari, sehari selama 5-10 hari. Dapat pula Bipakai tinidazol
sda,rna 7 hari. atau ornidazol dengan dosis seperti tersebut di atas.
lfredr.ra obat tersebut merupakan obat golongan arsen,
ruwnc saat ini sudah jarang dipakal lagi. Sering timbul efek it
sannping diare. l. "Carrier" Asimtomatik (Luminal Agents) :

&famid (Clefamide). Dosis 3 x 500 mg sehari, selama


- lodoquinol (tablet 650 mg), dosis 650 mg tiga
kali sehari selama 20 hari.
1lltrF'l 3 hari.
- Paromomycin (tablet 250 mg), dosis 500 mg
bomomycin Dosis 3 x 500 mg sehari, selama 5 hari. tiga kali sehari selama 10 hari.
tffiefi karena ada kemungkinan invasi amuba ke mukosa ll. Kolitis Akut
besar, maka walaupun tidak mengakibatkan
Lm.sl.;s - - Metronidazol (tablet 250 atau 500 mg), dosis
qwqguan peristaltik usus, dianjurkan untuk menambah 750 mg per oral atau "intravena" (lV) tiga kali
umebisid jaringan sebagai profilaksis. Obat amebisid sehari selama 5-10 kali ditambah dengan
yang dapat dipakal adalah bahan luminal dengan dosis yang sama.
lljmrrmEan :
lll. Abses Hati Ameba
&rokuin difosfat (chloroquine diphosphate). Dosis 2 - Metronidazol, dosis 750 mg per oral atau i.v
tiga kali sehari selama 5-10 hari.
furEan 2 x 250 mg sehari, selama 7-12 hari. Obat anti - Tinidazol, dosis 2 g per oral
nmar:ia ini mudah diserap dan saluran pencernaan, tetapi - Omidazol, dosis 2 g per oral ditambah bukan
imnrnoat ekskresinya. Konsentrasi obat di dalam jaringan. luminal dengan jumlah yang sama.

L
568 PENYAKIT,TROPIK DAN INFEKSI

Oleh karena pada pasien yang sudah sembuh dengan komplikasi. Pada abses hati ameba kadang-kadang
pengobatan metronidazol dapat timbul abses hati ameba diperlukan tindakan pungsi untuk mengeluarkan nanah.
dalam jangka waktu 3-4 bulan kemudian, maka dianjurkan Demikian pula dengan amebiasis yang disertai penyulit
untuk menambah dengan obat amebisid luminal. Obat efusi pleura. Prognosis yang kurang baik adalah abses
ini akan memberantas sumber trofozoit di dalam lumen otak ameba.
usus. Dapat dipakai diyodohidroksikin, kliokinol, atau
diloksanid furoat dengan dosis seperti tersebut di atas.
Dapat pula diberi tetrasiklin, dengan dosis 4 x 500 mg PENCEGAHAN
sehari, selama 5 hari.
Makanan, minuman, dan keadaan lingkungan hidup
Disentri Ameba Berat yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana
Pasien ini tidak hanya memerlukan obat amebisid pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum
saja, tetapi juga memerlukan infus cairan elektrolit sebaiknya dimasak dulu, karena kista akan binasa bila air
ata'u transfusi darah. Selain pengobatan seperti pada dipanaskan 50"C selama 5 menit. Pemberian klor dalam
disentri ameba ringan dan sedang pellu ditambah jumlah yang biasa digunakan dalam proses pembuatan air
emetin atau dehidroemetin. Obat ini diberikan secara bersih, ternyata tidak dapat membinasakan kista. Penting
suntikan intramuskular atau subkutan yang dalam. Tidak sekali adanya jamban keluarga, isolasi, dan pengobatan
diperbolehkan memberikan secara intravena. Dosis emetin corrier. Corrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau
1 mg/kg berat badan sehari (maksimum 60 mg sehari) segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.
selama 3-5 hari; dehidro-emetin 11,5 mglkg berat badan Sampai saat ini belum ada vaksin khusus. Pemberian
sehari (maksimum 90 mg sehari) selama 3-5 hari. Penderita kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi
sebaiknya dirawat di rumah sakit dan tirah baring selama daerah endemis tidak dianjurkan. Pengobatan massal
pengobatan. Hal ini disebabkan karena bahaya efek secara berkala dengan metronidazol dan dilosanid furoat
samping emetin terhadap jantung. Pemberian dosis tinggi hanya dikerjakan dalam keadaah tertentu.
dapat mengakibatkan nekrosis ototjantung dan penderita
meninggal mendadak.
Oleh karena itu penderita perlu diobservasi dengan ASPEK KHUSUS
teliti, terutama tekanan darah, denyut nadi, dan
elektrokardiografi. Kelainan EKG yang sering terjadi adalah Oleh karena amebiasis erat hubungannya dengan
kelainan gelombang T yang mendatar atau terbalik. Dapat kebersihan individu dan lingkungan hidup maka higiene
pula terjadi aritmia. dan sanitasi merupakan faktor.yang penting. Air dari
persediaan air minum (PAM) pedu dimasak dulu sebelum
Amebiasis Ekstra lntestina! dan Ameboma diminum karena kista ameba tahan terhadap kadar klor
Penderita abses hati ameba dapat diberi metronidazol atau standar yang ada didalamnya. Vaksinasi rierupakan
obat lain golongan nitroimidazol dengan dosis seperti pencegahan penyakit yang ideal bagi individu atau
tersebut di atas. Dapat pula diberi klorokindifosfat dengan masyarakat yang belum memiliki kekebalan terhadap
dosis 1 g sehari, selama 1-2 hari; dilanjutkan dengan 600 amebiasis.
mg sehari, selama 4 minggu. Masing-masing obat tersebut
perlu ditambah dehidroemetin atau emetin dengan dosis
seperti tersebut di atas selama 10 hari. Kadang-kadang REFERENSI
apabila abses hati sangat besar (lebih dari 5 cm), akan
Adam EB, Mcleod. Invasive amebiasis. Medicine 1977;56:315-7-
sukar sembuh, sehingga perlu dipertimbangkan tindakan
Akbar N, Sulaiman A, Noer HM. Combined treat-ment of,
pungsi abses untuk mempercepat penyembuhan. Pada metronidazole and chloroquine in fulminant amebic dysmtri
amebiasis ekstraintestinal lainnya dan ameboma obat-obat complicated by hepatic and lung amoebiasis. Acta Medto:a
Indonesiaria 197 5 :19 -25.
tersebut di atas dapat diberikan, kecuali klorokin.
Amebae. In: ]oklik EK. Willet HP, Bernard Amos D. Zinssd
Microbiology 18'h ed. Norwalk, Connec-ticut: Appletm
Century-crof ts 1984:120 6 -9.
Balasegaram M. Amoeblasis: diagnosis and sur-gical treatmeil
PROGNOSIS
with emphasis on hepatic aspects. Med.Progr 1976;1,6-17-
Behrens MM. Optic atrophy in children alter diiodohydroryguir
Prognosis ditentukan oleh berat-ringannya penyakit, therapy. I AMA 197 4: 228-693.
diagnosis dan pengobatan dini yang tepat, serta kepekaan Garcia EG. Treatment of amebiasis in Southeast Asia. Mod. Progc
1981,;8:11,-4.
ameba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya
Hunter GW, Swartzwelder JC, Clyde DR. Amebiasis. In: Trop"
prognosis amebiasis adalah baik terutama yang tanpa Mod. 5>' Ed. Philadelphia:I4rB Saunders ;1976.p.323-M.
76
DIARE AKUT KARENA INFEKSI
Erni luwita Nelwan

PENDAHULUAN diare akut karena infeksi dilaporkan sebagai penyakit


yang paling sering menyebabkan rawat inap di rumah
Diare merupakan keluhan yang paling banyak disampaikan sakit dengan case fotolity rofe sebesar 1,79%. lnsidens
pasien kepada dokter keluarga; dokter umum atau pada rawatjalan, walaupun tidak setinggi pada perawatan
bahkan kepada dokter ahli penyakit dalam saat berobat. inap, namun juga dilaporkan dalam kelompok lima
Penyakit ini masih menjadi masalah karena terkait besar penyakit yang sering dijumpai di lndonesia. Diare
dengan kematian yang tinggi terutama pada anak di berpotensi menjadi wabah seperti yang terjadi pada
bawah usia 5 tahun; pada dewasa, walaupun mortalitas tahun 2010 di hampir 11 propinsi di lndonesia.2 Diare
tidak terlalu tinggi, namun pada banyak kasus, seringkali akut karena infeksi juga merupakan masalah yang sering
juga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Perhatian dijumpai pada saat terjadi bencana alam yang sangat
perlu diberikan khususnya pada pasien dengan kondisi terkait dengan terbatasnya akses terhadap air bersih
imun yang menurun seperti pada pasien HIV/AIDS atau sepertijuga yang terjadi pasca tsunami pada tahun 2004
pasien dengan penggunaan obat-obat sitostatika atau di Aceh.3
imunosupresan dan kelompok usia lanjut (geriatri) karena Data didunia mengenai diare akut karena infeksi
adanya risiko kematian yang lebih tinggi pada kelompok dilaporkan lebih dari 1,5 juta episode dengan kematian
tersebut. Perhatian juga perlu diberikan pada orang- terutama pada anak di bawah 5 tahun.a
orang yang melakukan perjalanan (wisatawan). Selain
mortalitas, diare pada dewasa memberikan konsekuensi
berupa hilangnya produktivitas untuk bekerja, sehingga PATOGENESIS
pemahaman tentang etiologi dan strategi penanganan
secara tepat sangat penting untuk dapat memberikan Proses terjadinya diare akut karena infeksi melibatkan
terapi yang rasional dan efektif. faktor penyebab infeksi atau kausal (agent) dan fakton"
pertahanan tubuh pejamu (hosf). Faktor kausal meliputr
kemampuan dari agen penyebab diare untuk menembus
DEFINISI pertahanan tubuh pejamu, termasuk dalam hal ini adalah
jumlah kuman yang berinokulasi, bakteri seperti Shigeha
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi tinja yang Eschericio coli tipe enterohemaragika. Entamuba hanya
lembek biasanya disertai dengan peningkatan frekuensi membutuhkan kolonisasi 'l 0-100 bakteria untuk dapat
dan apabila diukur berat feses lebih dari 2009 perhari. menyebabkan infeksi, sementara kuman Solmonells
Dinyatakan akut bila berlangsung kurang dari 14 hari, membutuhkan waktu untuk tumbuh lebih banyak dalannr
dinyatakan persisten bila terjadi antara 14-28 hari dan makanan yang terkontaminasi sebelum akhirnya mencapa
kronik bila lebih dari 4 minggu.l jumlah yang bermakna untuk dapat menyebabkan infekis
Selain jumlah kuman, kemampuan untuk menempel
pada mukosa saluran cerna dan -kemampuan untuk
EPIDEMIOLOGI berkompetensi dengan flora normal ser.ta membenfuk
koloni di mukosa juga merupakan faktor kausal yarry
Berdasarkan data profilkesehatan lndonesia tahun 2010, menyebabkan penyakit. Faktor lainnya adalah kemampr. m

570
UllN,[ AKUT KARENA INFEKSI 571

-r'r- ( mem produ ksi toksin seperti enterotoksin, sitotoksin GEJALA DAN TANDA
ia- -eurotoksin. Enterotoksin yang paling banyak dijumpai
i,ra ah pada kolera, di mana toksin yang dikeluarkan akan Bisa bersifat inflamasi atau noninflamasi. Diare noninflmasi
lrEr{i:tan dengan reseptor di permukaan enterosit yang bersifat sekretorik (wotery) bisa mencapai lebih dari 1 liter
ima- r'reningkatkan siklik AMP di mukosa saluran cerna dan per hari. Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen
itxri* -r\r/a meningkatkan pelepasan Cl- dan menurunnya yang hebat dan tidak disertai darah atau lendir pada
idlr":'psi Na+, sehingga menyebabkan diare. Demikian feses. Demam dapat dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual
trrr i Cengan E.coli yang memproduksi enterotoksi (LT dan muntah bisa dijumpai. Pada diare tipe ini penting
;r,ar- ST) menyebabkan diare dengan mekanisme yang diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang
iiain'-6 1'561'ps namun melalui aktivasi siklik GMP. Sitotoksin tidak terpantau dapat menyebabkan terjadinya kehilangan
mr:e'i yang dihasilkan oleh Shigella dysentrioe, Vibrio cairan yang mengakibatkan syok hipovolemik.
:,ai.:', a e m o Lytic u s, C lo st r id iu m d fficile ma m pu m e ru sa k Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori
'qi{H:sa saluran cerna dan menyebabkan diare berdarah atau disentri. Biasanya disebabkan oleh patogen yang
!,iiirr=n sindrom hemolitik uremikum. Sedangkan yang bersifat invasif. Gejala mual, muntah disertai dengan
'i*r"nasuk dalam neurotoksin adalah Bocillus cereus atau demam, nyeri perut hebat dan tenesmus, serta feses
ruri :kokkus yang biasanya juga menyebabkan muntah berdarah dan berlendlr merupakan gejala dan tanda yang
iriril:-a toksin yang bekerja di sistem saraf pusat. dapat dijumpai.6
5ejumlah pertahanan tubuh pejamu yang dapat
'*lp-if,nindari terjadinya diare adalah flora normal saluran
.lrr*a keasaman lambung, motilitas usus, juga status ETIOLOGI6
r*t,',ri- oejamu. Berbagai patogen penyebab infeksi seperti
ilrilrrrs. raheri, parasit, dan jamur merupakan masalah pada Bakteri: Vibrio choleroe0T, V. cholerae 0139,
;rime- AIDS. Mucosal immunity merupakan pertahanan V.porohemolyticus, E.coli, Aeromonos, Bqcteroides frogilis,
::.e*:'rra yang penting terhadap berbagai patogen Co m py lo b o cte r j ej u n i, S q lm o ne lla e, C lo st rid iu m d ffic ile,
i,erF*,Erab diare.s Shigella

-' C'1. Gejala dan Tanda Diare Aktt karena lnfeksi Berdasarkan Kausal
bgrns
- E.coli
ilhir Shigella Salmonella Campylobacter Vibrio Cyclospora Giardia
E.
(shisa
,ffi; Hystolyrtica Di;:ire toksin)
rll[um perut +/- + +
Itryna.r +/- + + Jarang
rilllllutts -"tunta + + +/- + + a+
,lllumr .) pada +/- +/- +
flffi
jir+rm*
:erdarah + +

- 'Z" Sumber yang Berpotensi Tercemar dan Menyebabkan Diare Akut


bgen sumber
.Soutrnnrrel/o (n o n typ h o id a L) Telur; daging, produk susu
:$ltugmo 20% bersumber dari makanan, penularan bisa terjadi secara kontak langsung
manusia ke manusia
--a- cu'.o b o cter j ej u n i Unggas
"Lit@n, iococcu s o u re u s, B o cillu s ce reu s Tersering pada keracunan makanan. Pada B.cereus bisa disertai diare sekretorik.
Terjadi 6 jam setelah makan
l,ror: :ium perfring ens Keracunan makanan, diare sekretorik, terjadi 8-24 jam setelah makan
,t,wc :noLeroe 01,0139 Kerang, makanan mentah (sushi)
.:ir:r.:[o coli 0157:H7 (EHEC) Daging setengah matang, air terkontaminasi
frfti
,ri aAE.
.frLL Wisatawan
'-_

tiimemciurn dfficile Pemakaian antibiotika (dalam 2 bulan terakhir)


t?fiuv;E
9s7 ii I u m, m ic ro s p o rid ia, t so s p o ro Bet ii* Pada pasien HlV, * juga pada wisatawan
iwnes,sora, G io rd ia, E nta m oe ba hysto Litica* Wisatawan, *kontak seksual
572 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI6I

Y irus'. Rotovir u s, Ad e n ovir u s, Cyto m eg a loviru s Rehidrasi Cairan


Parasit: Protozoo (Giardio, Cryptosporidium hominis Pada keadaan awal dapat diberikan sediaan cairan/
Entomoebo hystolitico, lsosporo Belii, Cyclosporo, Blastocystis
bubuk hidrasi peroral setiap kali diare. Komposisi larutan
peroral adalah 3,59 NaCl; 2,59 Na bikarbonat; 1,59 KCI;
h o m in is). Caci n g (St rog yilo id e s ste rco ra lis, S c h istoso m o l)
209 Glukosa per Liter air. Pemberian hidrasi melalui
cairan infus dapat menggunakan sediaan berupa Ringer
Lactat ataupun NaCl isotonis. Koreksi bikarbonas ataupun
DIAGNOSIS
kalium perlu diperhitungkan secara tersendiri, mengingat
kedua cairan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis mengenai hal
berikut:s,7
kalium ataupun mengatasi asidosis apabila terjadi pada
pasien.
1. Tanyakan gejala dan tanda yang sesuai dengan
Jumlah cairanyang akan diberikan dapat menggunakan
kemungkinan penyebab (non inflamasi atau inflamasi).
perhitungan dengan skor Daldiyono (lihat bahasan pada
Termasuk waktu timbul dan gejala kekurangan
' cairan
kolera) atau disesuaikan dengan banyaknya cairan yang
keluar dari tubuh yang dapat dinilai melalui perhitungan
2. Adanya kontak dengan sumber yang berpotensi
balans cairan saat pasien dirawat.
tercemar patogen penyebab diare
Rehidrasi harus dicapai secepat mungkin. Berdasarkan
3. Riwayat perjalanan, aktivitas seperti berenang, kontak
dengan orang yang sakit serupa, tempat tinggal, juga skor Daldiyono rehidrasi awal dicapai optimal dalam 2jam
pola kehidupan seksual. pertama. Setelah itu pemberian cairan disesuaikan denga
4. Adanya riwayat pengobatan dan diketahui penyakit perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan kehilangan
lain seperti infeksi HIV pada saat 2 jam pertama tersebut. Bila tidak ada syot
Pemeriksaan fisik secara general tidak mengarah ke atau skor Daldiyono kurang dari 3 maka cairan dapat
diagnosis secara spesifik namun lebih untuk menilai status diberikan per oral. Pemberian cairan selanjutnya adal*
hidrasi pasien. Termasuk pemeriksaan ada tidaknya tanda sesuai perhitungan balans pasieh.
bahaya seperti nyeri perut hebat terutama pada pasien
usia lanjut atau dengan kondisi imun menurun. Pengaturan Asupan Makanan
Pemberian asupan makanan diberikan secara norrn{
Pemeriksaan Penunjang sebaiknya dalam porsi kecil namun dengan frekuend
Darah: Darah perifer lengkap, Ureum, Kreatinin, Elektrolit yang lebih sering. Pilih makanan yang menganduqg
(Na+, K+, Cl-). Analisis Gas Darah (bila dicurigai ada mikronutrien dan energi (pemenuhan kebutuhan kald
gangguan keseimbangan asam basa), Pemeriksaan toksin dapat diberikan bertahap se'quai toleransi pasien!-
(C. Difficile), antigen (E. Hystolitico) Menghindari makanan atau minuman yang menganduq;
susu karena dapat terjadinya intoleransi laktosa, demikhl
Feses: analisis feses (rutin: lekosit di feses. Pemeriksan juga makanan yang pedas ataupun mengand'ung len*,
parasit: amoeba, hifa. Pemeriksaan kultur). yang tinggi.6-8
Pada kasus ringan, diare bisa teratasi dalam waktu
<24jam. Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi
Pemberian Terapi Simtomatik
yang berat seperti diare yang tidak teratasi sehingga
Pemberian antimotilitas seperti loperamid d
menyebabkan hipotensi, disentri, disertai demam, diare
dosis 4-6mglhari pada dewasa diutamakan pada
pada usia lanjut, atau pasien dengan kondisi imun
yang dialami oleh wisatawan bila bersifat ringan
yang rendah (HlV, pasien dengan penggunaan obat
sedang serta tidak ada kecurigaan suatu diare i
kemoterapi).
Sebaiknya dihindari pada diare yang disertai darah
Tanda dehidrasi pada dewasa: Nadi >90x/menit,
merupakan kontraindikasi pada diare yang di
hipotensi postural, lidah kering, mata cekung, penurunan
dengan nyeriperut.
turgor kulit.
Pemberian antisekretori seperti bismuth
dapat diberikan dengan dosis 2 tablet yang
diulang bila masih ada diare tidak lebih dari 8
PENATALAKSANAAN
per hari. Pemberian obat adsorbens seperti
odivated chqrcoal dapat diberikan, efektivitas
Penanganan diare akut karena infeksi pada dewasa
probiotik masih menjadi perdebatan, suatu meta
adalah dengan:1. Rehidrasi cairan,2. Pengaturan asupan
memperlihatkan bahwa penyembuhan lebih cepat
makanan, 3. Pemberian terapi simtomatik, 4. Pemberian
kelompok pasien dibandingkan kontrol.s
terapi definitif.6-8
TARP A1g1 KARENA INFEKSI 573

Fmberian Terapi Definitifl8 PROGNOSIS


$igellosis:
Pada pasien dewasa yang tidak mengalami keterlambatan
ipnofloxacin 2x500mg selama 3 hari atau Kotrimoxazol
penanganan, sebagian besar kasus memiliki prognosis
Zr960mg perhari selama 3 hari atau Ceftriaxon 1 gram
yang baik. Kematian bisa terjadi terutama pada kasus
pefiari selama 5 hari. Pada pasien imunokompromais dapat
yang terjadi pada usia lanjut atau pasien dengan kondisi
iherikan antara 7-10 hari
imunokompromais dengan status dehidrasi berat saat awal
'r.rnonellosis (non typhoidal): didiagnosis atau dengan penyulit.
'[r4rrofloxacin 2x500mg selama 3 hari atau Kotrimoxazol
&860m9 perhari selama 5-7 hari atau Ceftriaxon. Dapat
,dflnerikan lebih lama pada pasien imunokompromais REFERENSI
blrrra: Aranda-Michel ], Giannella RA: Acute diarrhea: a practical review.
I['hasiklin 4x500mg per hari selama 3 hari atau Doksisiklin Am J Med 1999;106:670.
*l'1l00mg sekali pemberian atau Ciprofloxacin atau Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kementerian Kesehatan Republik
,iliurfomisin Indonesia.2011
World Health Organization. Communicable diseases following
h,6iasis: natural disasters: risk assessment and priority intervention.
Geneva. IAIHO.2006
ililetronidazole 3x750mg selama 5-10 hari World Gastroenterology Organization Practice Guideline: Acute
€hdiasis:
' diarrhea.2008
Harrisonls Principles of Internal Medicine. 2007
ll[ffietronidazole 250-750m9 3x perhari selama 7-10 hari Mursell MA, Ang GB, Donwitz IvI, Sears CL. Diarrhea. Dalam:
Nilsson K& Piccini fP. The Osler Medical Handbook. Second
(rlryy'obacter:
edition. Philadelphia. Saunders Elsevier. ]ohn Hopkins
ilmitromisin 250m9-500m9 sehari selama 3-5 hari/ University 200 6 ;456-61
&rrnUomisin 2x500mg selama 5 hari Setiawan B. Diare akut karena in-feksi. Dalam: Sudoyo AW,
Setyohadi B, Alwi A, Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku
Bdrcricia coli: ajar ilmu penyaki dalam. Edisi V, Jilid III. ]akarta. Interna
Publishing 2010 2837 -42
liff'ottrimoxazol 2x960mg selama 3 harilCiprofloxacin Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, Thielman NM, et.al. IDSA
P600mg selama 3 hari Practice Guidelines for the Management of Infectious
Diarrhea. CID 2001" :32:331" - 48

rcMPLIKASI

ffiiila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi


suirltar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul
ffisiensi laktase, pertumbuhan bakteri di usus secara
henig[ihsn, sindrom malabsorpsi. Merupakan gejala awal
@a inflommotory bowel diseose. Menjadi predisposisi
sndroma Reiter's atau si nd roma hemolitik-uremiku m.6

FENCEGAHAN

ililrrerlIputi;6

' Menjaga kebersihan ai6 sanitasi makanan dari vektor


penyebar kuman seperti lalat, kebiasaan mencuci
tangan sebelum kontak dengan makanan.
' Mengkonsumsi makanan yang dimasak secara
matang.
' Vaksinasi (terutama untuk wisatawan), namun belum
tersedia untuk semua patogen yang ada.
77
DISENTRI BASILER
Rizka Humardewayanti Asdie Nugroho, Harakati Wangi, Soebagjo Loehoeri

PENDAHUTUAN Gqm m o P rote obo ct e rio, or der E nte ro b a cte r io le s, { amily


Enterobocterioceoe, genus Shigello, species Shigella
Penyakit infeksi diperkirakan menyebabkan kematian 1 l juta dysentrioe. Secara morfologi bakteri shigello berbentuk
anak tiap tahunnya, 99% dari kematian ini terjadi di negara batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak
berkembang, dan 4juta diantaranya kematian terjadi pada 1 membentuk spora, bentuk cocobasil dapat terjadi pada
tahun pertama kehidupan. Diare akut merupakan manifestasi biakan muda. Shigella adalah fakultatif anaerob yang
salah satu penyakit infeksi dan penyebab kematian kedua dengan beberapa pengecualian tidak meragikan laktosa
di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa setiap tahun 3,5 juta tetapi meragikan karbohidrat yarlg lainnya, menghasilkan
anak di bawah 5 tahun meninggal akibat diare, dan paling asam tetapi tidak menghasilkan gas, paling baik tumbuh
banyak terjadi di Afrika. Asia dan Amerika Latin. Menurut secara aerobic. Koloninya konveks, bulat, transparan dengali
lndeks Bank Dunia terhadap beban penyakit keseluruhan, pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2 mnn
pada tahun 1990 diare menyumbang kehilangan 7,3o/ototal dalam24jam. Kuman ini sering ditemukan pada perbenihan
DALYs (drsobility-odjusted lifu yeors), mendekati dua kalinya diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa-
yang disebabkan penyakit menular seksual termasuk HIV Shigella mempunyai susunan antigen yang komplekr
dan tiga kalinya yang disebabkan malaria. Selain itu Bank Terdapat banyak tumpang tindih _dalam sifat serologic
dunia menyebutkan bahwa diare selain menyebabkan berbagai spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyar
mortalitas juga menyebabkan morbiditas dan malnutrisi. antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya
Dari sekian bakteri pathogen yang menyebabkan diare, Secara antigenic mirip dengan E. coli, shigello tidak memiliki
Shigella merupakan penyebab diare yang sering ditemukan, flagella dan antigen H. Antigen somatic O dari Shigetb
terutama pada daerah dengan fasilitas sanitasi 'yang adalah lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya terganturE
terbatas/jelek. Shigellosis dilaporkan terjadi pada 140 juta pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikadi
kasus dengan 600.000 kematian setiap tahunnya, dimana Shigello didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenik-
60% terjadi pada anak di bawah 5 tahun. Genus ini dibagi menjadi empat spesies berdasarkan
reaksi biokimia dan antigen O spesifik, yaitu Shigella
dysentrioe (serogroup A), Shigello flexneri (serogroup
DEFINISI B), Shigella boydii (serogroup C) dan ShigeLlla sonna,
(serogroup D). S. sonnei dibagi lagi menjadi 38 serotype
Shigellosis adalah adalah infeksi akut usus yang disebabkan Shigella merupakan prototip bakteri pathogen yang da@
oleh salah satu dari empat spesies bakteri gram negatif genus invasi dan bermultiplikasi di segala sel epithelial, termasuilr
Shigello. Disentri basiler adalah diare dengan lendir dan darah sel target alaminya yaitu enterosit. S. dysentrioe type T
disertai dengan demam, tenesmus dan obdominol cramp. (shigo bacillus) merupakan spesies pertama yang diketahur
memproduksi toksin Shiga yang poten.

ETIOLOGI
EPIDEMIOTOGI
Penyebab disentri basiler adalah Shigella sp. dari genus
Shigello, yang termasuk bakteri gram negatif dalam Habitat alamiah Shigella lerbatas pada saluran pencerna;Mnr
klasifikasi kingdom, Bacferia, phylum Proteobacteria, closs manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies

574
GENTRI BASILER 575

flinenimbulkan disentri basiler. Di Amerika Serikat ditandai dengan angka serangan yang tinggi dan angka
diilaporkan sekitar 8-12 kasus per 100.000 populasi selama kematian yang tinggi pula, sebagai contoh di Bangladesh,
Jffi tahun. Di dunia, shigellosis tetap merupakan penyebab suatu epidemik yang disebabkan S. dysenterioe type 1
dimre tersering baik di negara berkembang maupun di dikaitkan dengan angka kematian sebesar 42Yo diantara
r@ara maju. Organisme ini sangat mudah ditransmisikan anak berusia 1-4 tahun. Shigellosis juga sering menimbulkan
secara fekal oral, melalui kontak dari orang ke orang atau endemik dan 99% terjadi di negara berkembang dengan
nrme{alui makanan dan minuman kontaminasi. Jumlah prevalensi yang tinggi, dimana kebersihan umum dan
hurnan yang dibutuhkan untuk dapat menimbulkan kebersihan perseorangan jelek.
penyakit (dosis infeksi) sangat sedikit yaitu kurang dari lsolat 5. flexneri lebih sering ditemukan pada
1ffi0 organisme. Angka serangan ulang pada anggota negara-negara maju, sedang S. sonnei lebih prevalen
fmrluarga mencapai 40%. pada daerah dengan ekonomi baik serta negara-negara
lnsidensi dan penyebaran shigellosrs berhubungan industri. Shigello juga dikaitkan sebagai kontributor utama
dengan kebersihan perseorangan dan kebersihan gangguan pertumbuhan anak di negara berkembang
'tonrunitas. Di negara berkembang, shigellosis lebih banyak dikarenakan S h ig ellosis memberikan dampak jangka
di@mukan pada anak-anak, dan di negara-negara dengan pendek dan jangka panjang gangguan nutrisi pada anak
mn'disi infrastruktur sanitasi tidak bagus, dengan kondisi di daerah endemis. Kombinasi antara anoreksia, enteropati
prnukiman padat dan kondisi higiensi perseorangan jelek, eksudatif yang diakibatkan karena kerusakan mukosa
penyakit ini lebih mudah menyebar. S. dysentriae type secara cepat akan mengubah status nutrisi penderita.
1 dapat menyebabkan kondisi yang berat yang disebut
,funEan disentri basiler.
WHO memperkirakan jumlah total kasus pada TRANSMISI
Itttrn 1996-1997 diperkirakan 165 juta dan 69% kasus
mtjadi pada anak kurang dari 5 tahun. dengan kematian Saluran usus manusia merupakan reservoar utama
ttniarp tahunnya diperkirakan antara 500,000 hingga Shigella, meskipun diteniukan pula pada primata yang
ll "l 1uta. Data tahun 2000-2004 dari 6 negara di Asia lebih tinggi. Karena penyebaran shigello ini paling besar
lffiangladesh, China, Pakistan. lndonesia, Vietnam, dan terjadi pada fase akut, maka bakteri ini secara efektif
lilllimaland) menu nj u kka n ba hwa i nsidensi shigel/osrs masi h ditransmisikan melalui fekal-oral, disamping itu dapat pula
mmr'iJ, meskipun angka kematiannya menurun, mungkin ditransmisikan melalui kontak orang ke orang, melalui
dmebabkan karena membaiknya standar nutrisi. Bagaimana makanan dan minuman yang tercemar. Selain itu shigello
pum juga penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dapat pula ditransmisikan oleh lalat dan secara seksual.
mmrryebabkan risiko terbentuknya shigella yang resisten
ffirlhadap antibiotik. Kejadian epidemik yang luar biasa
uarng disebabkan oleh S. dysenteriae type 1, yang sering PATOGENESTS

Sel M

Aktivasi NF-kB
disebabkan oleh IL-1p
dan aktivasi NLR intraselular

Disrupsi/perusakan
batas permeabilitas
epitel oleh PMN

Invasi yang massif


pada epitel

Gambar 1.
(Sumber: Sansonetti. P And Berqounioux, J. Shiqellosis ln Anthony S. Fauci, Dennis L. Kaspel
Dan L. Lonqo, Eugene Braunw-ald, Stephen L.-Hauser, J. Larry Jameson, Joseph Loscalzo,
Harrison's lnfectioui Diseases. 2010. McGrbw Hill Companies)
576 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

Ketahanan terhadap kondisi pH yang rendah menyebabkan mendorong membrane sejauh 20 pm kedalam sel yang
shigello bertahan melalui borrier lambung, hal ini berdekatan. lnvasi ke enterosit sebelahnya membentuk
menjelaskan mengapa inokulum kecil (sebesar 100 cFU) proyeksi seperti jari, yang kemudian akan pinch off,
cukup menyebabkan infeksi. Diare air mendahului sindroma mengganti bakteri kedalam sel baru tetapi dikelilingi
disentri karena sekresi aktif dan reabsorbsi air abnormal, oleh membran ganda. Organisme kemudian melisiskan
efek sekretorik pada jejunum seperti yang terlihat kedua membran dan dilepaskan ke dalam sitoplasma,
pada monyet yang terinfeksi. Purge awal ini mungkin bebas untuk memulai siklus baru.
disebabkan karena aksi kombinasi dari enterotoxin (ShET- Sitokin dilepaskan oleh sejumlah sel epitel intestinal
1) dan inflamasi mukosa. Sindroma disentri, ditandai yang terinfeksi yang menyebabkan kenaikan jumlah sel
dengan berak berdarah dan mukopurulen, merefleksikan imun (terutama lekosit polimorfonuklear) ke tempat
invasi mukosa. yang terinfeksi, yang akan mendestabilisasi barier
Sampai di usus halus, terjadi patogenik fundamental epitel, eksaserbasi inflamasi, dan menyebabkan colitis
yaitu invasi ke mukosa colon. Hal ini memicu respon akut yang sesuai dengan shigellosis. Bukti terkini
inflamasi akut yang intensif dengan ulserasi mukosa dan menunjukkan beberapa sistem sekresi tipe lll - efektor
pembentukan abses. lnvasi dan penyebaran merupakan dapat mengkontrol perluasan inflamasi, sehingga
proses yang multipel dan bertahap, dan sama dengan su rviva I bakteri.
memfasi litasi
proses yang terjadi pada Shigello dan EIEC l. Proses perluasan sel ke sel secara radial membentuk
Patogenesis Shrgello ditentukan terutama oleh virulensi ulkus fokal pada mukosa, terutama pada kolon. Ulkus
plasmid 214 kb terdiri atas 100 gen, yang mengkode 25 menambah komponen perdarahan dan menyebabkan
sistem sekresi tipe lll yang memasuki membran sel inang Shigello untuk mencapai lamina propria, dimana mereka
agar efektor dapat transit dari sitoplasma bacterial ke membangkitkan respon inflamasi akut yang intensif.
dalam sitoplasma sel. Bakteri dapat menginvasi sel epitel Perluasan infeksi diluar lamina sangatjarang pada individu
intestinal dengan menginduksi uptake setelah melewati sehat. Diare akibat proses ini merupakan proses inflamasi.
barier epitel melalui sel M terdiri dari volume tinja yang sbdikit terdiri atas leukosit
Shigella melewati membran mukosa dengan memasuki eritrosit, bakteri dan lainnya yang memberikan gambaran
folikel pada sel M (sel epitel translokasi khusus di folikel disentri klasik.
epitel yang menutupi nodul limfoid mukosa) di usus halus, Beberapa Shigello menghasilkan toxin Shiga yang
yang sangat sedikit memilikl brush border obsorptiveyang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit, dan
terorganisir. Shigello melekat secara selektif pada sel M toksin yang poten adalah toksin yang dihasilkan oleh S
dan dapat tronsitosis melalui sel M ke dalam kumpulan sel dysenteriae tipe 1, karena menyebabkan mortalitas yang
fagosit. Bakteri didalam sel M dan makrofag fagositik dapat bermakna pada individu yang ;.qbelumnya sehat. Toxin
menyebabkan kematian mereka dengan mengaktifkan Shiga dihasilkan oleh S. dysenteriae tipe 1 meningkatkan
kematian sel yang terprogram normal (apoptosis). Bakteri keparahan penyakit. Toxin shiga dan toxin Shigo-like,
dilepaskan dari sel M pada sisi basolateral enterosit dan merupakan kelompok toxin protein R1-d5, subunh
mengawali proses invasi yang multiple dan bertahap yang B5 mengikat permukaan sel dan subunit A katalitik
diperantarai oleh antigen invasi (lpaA, lpaB, lpaC). mengekspresikan N-glikosidasi RNA pada ribosom RM
Shigello mudah beradaptasi dengan lingkungan 28S. Hal ini menyebabkan inhibisi ikatan aminoacyl-
intraselular dan hal ini memberikan keunikan dalam tRNA terhadap subunit ribosom 605 dan menghentikan
proses infeksi. Meskipun pada awalnya bakteri dikelilingi secara keseluruhan biosintesis protein sel. Toxin Shiga
oleh vakuola fagositik, mereka dapat lepas dalam waktu ditranslokasi dari usus kedalam sirkulasi. Setelah mengikat
15 menit dan memasuki kompartemen sitoplasma sel reseptor globotriaosylceromide pada sel target di ginjafi
inang. Dan secara cepat, mereka membentuk paralel toxin diinternalisasi oleh reseptor yang diperantarai oldr
dengan filament aktin sitoskeleteon dari sel dan memulai endositosis dan berinteraksi dengan subselular untuk
proses dimana mereka melakukan kontrol polimerisasi menghambat sintesis protein. Konsekuensi perubahan
monomer yang membuat fibril-fibril aktin. Proses ini patofisiologi ini berakibat sindroma hemolitik uremik.
membentuk ekor aktin pada mikroba, yang akan terlihat Karakteristik masuknya dan interaksi Shigelle
didalam sitoplasma seperti komet. Gambaran pada dengan elemen selular sangat miripi dengan Listerir
apporatus sitoskeletal ini memberikan shigello yang monocytogenes.
non motil tidak hanya bereplikasi di dalam sel tetapi
dapat bergerak secara efisien didalamnya. Bakteri akan
masuk ke dalam membran sel inang, yang terletak MANIFESTASI KLINIS
berdekatan dengan enterosit lain. Pada titik ini beberapa
shigello akan mengalami rebound, tetapi yang lain akan Manifestasi klinis dan keparahan shigellosis terganturry
UTE|TRI BASILER 577

@a spesies yang menginfeksi, usia, status nutrisi, dan D!AGNOSIS


sffatus imunologi penjamu. Shigellosis secara tipikal
Lmrer<embang melalui 4 fase yaitu fase masa inkubasi, Diagnosis spesifik infeksi shigello adalah dengan
rufiery diorrheo, dysentery, dan fase post infeksi. Gejala mengisolasi organisme tersebut dengan pemeriksaan
dmgrellosrs secara tipikal dimulai 24-72 jam setelah kuman kultur feses atau apus rectal. Pada beberapa negara tropik
tnfr Ertelan dengan demam dan malaise, diikuti dengan uji mikrobiologis tidak tersedia, diagnosis didasarkan
dinire yang pada awalnya adalah watery diore secara cepat pada gambaran klinis dan uji laboratorium sederhana.
mrxembang menjadi diare dengan mukus dan darah Gambaran klinis, laboratorium dan pemeriksaan feses
runE merupakan karakteristik dari infeksi shigello, disentri antara shigellosis dan amubiasis adalah berbeda. Onset
fifrarndai dengan diare sedikit-sedikit dengan darah dan penyakit yang cepat sebelum masuk rumah sakit, demam
iuamCilr disertai dengan tenesmus, kram perut dan nyeri tinggi dan lekosit yang banyak di feses (>50 netrofil per
M akan defekasi, sebagai akibat inflamasi dan ulcerasi lapang pandang) sangat menyokong ke arah shigellosis
mu*osa kolon dan proktitis. Pada pemeriksaan endoskopi sedang pemeriksaan apus feses secara mikroskopik infeksi
dtam didapatkan edema dan perdarahan mukosa dengan a ka n men u nj u kka n trofozoit eritrofa gositi k
E. H isto lytica
dhe-asi dengan eksudasi membentuk pseudomembran. dengan beberapa sel PMN pada infeksi. Jika tidaktersedia
Jtirunsnya lesi ini berkorelasi dengan jumlah dan frekuensi sarana pemeriksaan mikroskopik atau biakan, maka pasien
dnne, serta kehilangan protein melalui mekanisme dengan klinis shigellosrs harus dicurigai shigellosis dan
t*rudasi tersebut. diberi terapi empirik untuk shigellosis.
-idak semua infeksi shigello akan menyebabkan Tetapi karena shigellosis sering hanya memberi gejala
ffrrentri, ditentukan oleh jenis dan virulensi strain yang watery diarrheo, maka pencarian isolal Shigello diperlukan.
mwnEinfeksi. Pasien dengan infeksi 5. sonnel tidak pernah Baku emas untuk diagnosis infeksi Shigella adalah dapat
Mrembang menjadi disentri, disentri akan terjadi jika mengisolasi dan mengidentifikasi pathogen tersebut dari
umrmteksi S. dysentriae tipe 1. feses. Salah satu kesulitan terutama di daerah endemik
Pada infeksi Shigella dapat tidak ditemukan muntah adalah fasilitas laboratorium yang tidak tersedia, dan
mneirrpun tanda dehidrasi yang berat sebagai manifestasi sering kali kuman ini hilang selama transportasi, adanya
Mir,nrsnya, dikarenakan pada shigellosis, lambung dan usus perubahan suhu dan pH. Bila media penyubur tidak
i'rhcrus tidak terlibat, meskipun demikian dapat ditemukan tersedia, media buffered glycerol soline atau Cory-Blair
ttmmda dehidrasi ringan atau sedang sebagai akibat medium dapat digunakan, tetapi inokulasi secara cepat
fifihmriangan cairan lewat diare, peningkatan insensible ke dalam media isolasi sangat penting. Kemungkinan
rmer loss akibat demam, dan penurunan asupan makan dapat mengisolasi kuman lebih tinggi pada feses yang
hr rninum. Sebaliknya proktitis yang terjadi dapat berat mengandung darah atau rJrukus, dibandingkan dengan
lnhrmEga menimbulkan prolaps recti, terutama pada anak apus rektal. Kultur darah positif pada < 5% kasus dan hanya
dilakukan jika pasien memberi gambaran sepsis berat.
rommei. Selain itu akibat inflamasi yang berat dapat pula Untuk proses lebih lanjut, punggrnu",i beberapa media
rmrcrinnbulkan megakolon, dan dapat terjadi bakteremia digunakan untuk meningkatkan isolasi kuman seperti media
pnOa pasien imunokompromis dan malnutrisi. yang non selektif seperti bromocresol-purple agor Loctose;
jika terjadi sindroma hemolitik uremik, maka pasien media dengan selektifitas rendah seperi MocConkey atau
dkt tampak pucat, lemah, gelisah, pada beberapa kasus eosin methylene blue;dan media dengan selektifitas tinggi
dhnngan perdarahan gusi, hidung, oliguri dan edema. Pada seperti Hektoen, Solmonello-Shigello (SS), alau xylose- Lysine-
umtdrroma hemolitik uremik gejala yang terjadi berupa trias deoxycholate agar yang dapat menghambat pertumbuhan
gFfuu anemia, dimana proses yang mendasari adalah non flora normal secara fakultatif (seperti E. coli, Klebsiello). Pada
unnun {uji coombs negative), trombositopenia, dan gagal agar Hectoen enteric atau agar Solmonello-Shigello, baik
qnqd akut akibat trombosis kapiler glomerulus. Anemia Solmonello atau Shigello gagal merubah warna indikator
gtrmg terjadi bisa berat dengan gambaran darah tepi pH agar karena tidak dapat memfermentasi laktosa,
llrrym rnenunjukkan adanya fragmentasi sel darah merah sehingga harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
lrMmuzocjrfes), kadar laktat dehidrogenase dalam serum melakukan subkultur pada agar triple sugar iron (TSl) atau
frmqEi" dengan peningkatan retikulosit. Gagal ginjal terjadi agar Kligler iron (KlA).
Fr*a 55-70% kasus, Dapat terjadi leukemoid reaction Setelah diinkubasi 2-18 jam pada 37'C pada media
damEan lekosit dapat mencapai 50.000/pL. a ga r H ectoen, SS atau rylos e - lysin e - d eoxycholote tersebut,

Kebanyakan gejala shigellosis ini akan membaik sendiri shigello lampak sebagai koloni yang tidak memfermentasi
Erpa terapi dalam waktu 1 minggu, tetapi dengan terapi laktosa, 0.5-1 mm dengan permukaan yang halus,
'#rflE tepat, maka proses penyembuhan terjadi dalam convek/cekung dan transluncen. Koloni yang dicurigai
Merapa hari saja dan tanpa ada gejala sisa. pada media non selektif atau media dengan selektivitas
578 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

rendah dapat dikultur pada media dengan selektifitas atau metabolik (hipoglikemia, hiponatremia, dehidrasi).
tinggi sebelum dilakukan identifikasi lebih lanjut atau Bakteremia sering dilaporkan terjadi pada anak dengan
dapat diidentifikasi secara sistem standard komersial malnutrisi, pasien HIV dan pasien dengan gangguan
yang didasarkan pada glukosa positif (biasanya tanpa pada sistem innote daya tahan tubuh. Megakolon toksik
produksi gas), laktosa negatif, H2S negatif dan tidak disebabkan karena proses inflamasi yang berat hingga
bergerak/non motil. Keempat serogup Shigello (A-D) otot polos usus besar mengalami paralisis dan dilatasi.
dapat dibedakan dengan karakteristik tambahan, tetapi Pasien dengan megakolon akan mengalami distensi dan
pendekatan ini membutuhkan waktu lebih lama dan nyeri tekan abdomen dengan atau tanpa tanda peritonitis.
melalui proses identifikasi yang sulit, sehingga setelah Pemeriksaan foto abdomen ditandai dengan pembesaran
diagnosis presumtif maka penggunaan metode serologi kolon transversum (dengan distensi paling besar terjadi
seperti slide ogglutination- dengan antisera spesifik untuk di kolon oscenden dan descenden). Pneumofosis coli
grup dan tipe harus dipertimbangkan. Antisera spesifik dapat pula ditemukan. Jika terjadi perforasi akan tampak
grup tersedia di pasaran untuk antisera spesifik tipe gambaran pneumoperitoneum pada foto abdomennya.
j'arang didapatkan dan terbatas sebagai referensi laborat Komplikasi lain adalah sindroma hemolitik uremik,
karena mahal. yaitu suatu mikroangiopati trombotik yang ditandai
Teknik yang lebih canggih untuk diagnosis infeksi dengan anemia hemolitik, trombositopenia dan gagal
shigello telah dikembangkan seperti pengecatan antibodi ginjal oligurik. Sindroma hemolitik uremik sering terjadi
fluoresens S. dysentrioe tipe 1, yang memiliki sensitivitas pada infeksi S. dysentrioe tipe 1 dan biasanya terjadi
92% dan spesifitas 93%, isolasi immunomagnetik diikuti 1-5 hari setelah disentri mereda atau menghilang. SHU
dengan PCR, antibodi monoklonal untuk identifikasi ini diduga karena toksin Shigo yang diproduksi oleh S
dan isotope- or enzyme lobelled DNA probes untuk dysenterioe type 1.
petanda spesifik virulensi shigella. Hingga sekarang Komplikasi sistemik infeksi shgellosrs lainnya adalah
ini belum tersedia uji diagnosis cepat untuk shigello, kejang umum yang dapat terjadi pada beberapa pasien
kecuali pemeriksaan immunoossay untuk toksin shiga. Uji terutama pada anak-anak. Kejang lebih sering ditemukan
serologis antibodi berguna untuk penelitian epidemiologis pada infeksi S. sonnei, selain itu pasien shigellosrs dapat
bukan untuk diagnosis penyakit pada daerah endemik mengalami penurunan kesadaran bahkan dapat konra
dimana sebagian besar populasinya seropositif akibat Penurunan kesadaran ini dapat disebabkan karena
paparan sebelumnya. gangguan metabolik hipoglikemia dan hiponatremia.
Hipoglikemia terjadi akibat kelaparan dan respon
glukoneogenik yang tidak adekuat. Hiponatremia serirq
DIAGNOSIS BANDING ditemukan pada disentri, disebabkan karena hilang akib*
diare dan sekresi hormon antidiuretik dalam jumlah yarrg
Diagnosis banding pasien dengan sindroma disentri tidak sesuai dengan kadar natrium dalam.serum. Yarg
tergantung pada klinis dan lingkungan. Pada negara dipicu oleh hipoalbumin dan penurunan tekanan onko*
berkembang diare infeksius yang disebabkan invasi bakteri i ntravasku lar.
patogen seperti Salmonello enteritidis, Campylobacter Selain itu shigellosis juga dapat memberi damp*
j ej u n i, Clostrid iu m d ifficile, Ae rsin iq e nterocolitica) atau pada nutrisi terutama pada anak-anak, seperti yang teldr
parasit (Entomoebo histolytico) harus dipertimbangkan disebutkan di atas disamping karena konsekuensi akiH
sebagai diagnosis banding shigellosis dan hanya dengan pelepasan sitokin pada proses inflamasi akan menimbulh
pemeriksaan bakteriologis dan parasitologis feses dapat katabolisme protein otot, gangguan prioritas sintesir
dibedakan penyebab kuman patogen. protein serta penurunan asupan nutrisi karena anorekia
lnflammotory bowel diseose, seperti Crohn's disease Selain itu penderita kehilangan protein usus akibil
atau kolitis ulseratif harus dipertimbangkan sebagai kematian sel epitel usus, ulserasi dan transudasi senfr
diagnosis banding shigellosis di negara-negara industri, ke dalam lumen usus dimana kesemuanya
karena kemiripan gejala, anamnesis yang membedakannya keseimbangan nitrogen negatif.
dengan shigellosis biasanya adalah riwayat bepergian di Komplikasi fase post infeksi akibat imunologis
daerah endemik. arthritis reaktif (Reifer's syndrome) dapat terjadi
minggu atau beberapa bulan setelah shigellosis,teru
pa da pa sien de n ga n h istoco m p otib ility o ntig e n
KOMPLIKAS! Sekitar 3% penderita yang terinfeksi S. flexneri
mengalami sindrom Reiter dengan arthritis, i
Komplikasi utama pada shigellosis adalah komplikasi pada okuler dan uretritis - suatu kondisi yang dapat di
usus (megakolon toksik, perforasi usus dan prolaps rektum) selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
MrIRl BASILER
579

slurr Ciobati. Arthropathy post infeksi hanya terjadi setelah resistensi. Kloramfenikol dan tetrasiklin sudah tidak efektif
1si"'r;eksi S. Flexneri. untuk shigellosrs. Dengan alasan yang sama kotrimoksasol,
dan ampisilin sudah tidak efektif untuk terapi shigellosis
di negara-negara maju. Beberapa obat (seperti cefiksim)
IENATATAKSANAAN secara invitro efektif terhadap shigelLo tetapi secara invivo
tidak efektif, sehingga pilihan untuk infeksi shigeLlo untuk
*mnniotik merupakan ujung tombak terapi shigellosis. daerah tropis terbatas seperti yang dapat dilihat pada
Tmroa pemberian antibiotika yang efektif maka kematian tabel 1.
drubat infeksi shigeLLo terutama S. dysentrioe tipe 1 dapat Di US direkomendasikan bahwa setiap kasus shrgellosrs
ru:rapai lebih dari 10%o terutama pada anak-anak dan harus diobati dengan antibiotik. Pilihan utama adalah
rma anjut. Di negara maju meskipun infeksi S. sonnei ciprofloksasin. Sejumlah obat diuji dan efektif untukshigelLa
lbrmsanya ringan dan dapat sembuh sendiri, lnfeksi oleh seperti ceftriakson, azitromisin, pivmecillinam dan generasi
lmms Es shigella apapun dapat menyebabkan kematian ke lima quinolon. Meskipun infeksi oleh shigello non
poma pasien malnutrisi atau imunokompromis. Pemberian
dyse ntrioe pada imunokompeten diberikan terapi antibioti k
,mnnnL otik dalam waktu 72 jam setelah gejala muncul selama 3 hari, direkomendasikan terapi antibiotik karena
lmau hanya menghilangkan gejala disentri tetapi juga infeksi S. dysenteriae diberikan selama 5 hari dan diberikan
-qhm-,:egah komplikasi lebih lanjut, serta memperpendek selama 7-10 hari pada pasien imunokompromis.
umsa ekskresi mikroorganisme tersebut.

'asien yang dicurigai disentri basiler dan shigellosis Rehidrasidan Nutrisi


dibe'ikan antibiotik empiris terlebih dahulu sambil lnfeksi shigello jarang menyebabkan dehidrasi yang
milwr-nggu hasil uji biakan kuman dan uji sensitifitasnya. bermakna. Kasus yang membutuhkan rehidrasi secara
0ma :rinsipnya pemilihan antibiotik di negara berkembang agresif jarang dijumpai. Rehidrasi diberikan secara
ltrti"urus memperti mban gka
n j uga ketersediaan antibiotik. peroral, kecuali pasien dalam keadaan koma. Karena
ihrirya pola resistensi di komunitas. Jika setelah diberikan ORS (Oro1 Rehydration Solution) terbukti efektif maka
mnrmsictik empiris penderita tidak membaik dalam 48 jam, WHO dan UNICEF merokemendasikan cairan standard
nmrdrc harus diperkirakan kuman
shigello tersebut resisten, hipoosmoler dengan osmolaritas 245 mOsm/L (natrium
u0a.:erinfeksi dengan organisme lainnya, dan terapi harus 75 mmol/t; chlorida 55 mmol/L; glukosa (anhydrous) 75
$iiqa::i den gan alternatif antibiotik lal n nya. mmol/L; kalium 20 mmol/L; sitrat 10 mmol/L). Karena pada
Sejak pertengahan tahun 1 960an, kenaikan resistensi shigellosis - sebagai penyebab penyakit diare akut infeksius
Ituil..............me
Ca p be b e ra pa a nti b oti k
i m e ru pa ka n fa kto r ya n g tersering - transport natrium ke glukosa atau larutan
llmm.rengaruhi pilihan terapi. Penyebaran klonal strain lainnya sebagian besar ti{ak terpengaruh, maka ORS
dnrn :ansfer secara horizontal terutama melalui plasmid merupakan cara termudah dan efisien untuk rehidrasi.
danrr t.ansposon berkontribusi terhadap resistensi Nutrisi harus diberikan sesegera mungkin setelah
:Mm:aEai macam antibiotik. Pilihan terapi untuk s higeLLosis rehidrasi awal selesai. Pemberian makan adalah aman,
':Cii "egara-negara tropis terbatas karena munculnya dapat ditoleransi dan secara klinis menguntungkan.

Ji*, i+ili+il;i+iri.; irji'iir,,.j,, ffi.1.;;g


lrr Dosis
Dewasa (mg)
?__._--__-24
FreKuensl#
Lama terapi
(nafl)
Catatan

Nalidiksik Strain S. dysentriae tipe 1 banyak yang


lhmr 500 4x sehari 5
resisten
ffimndinocillin ' 400 4x sehari 5 Tidak banyak tersedia di luar US
ffilmroquinolon * 2x sehari 3 Tidak direkomendasikan untuk anak-anak
500 mg hari pertama, diikuti
homisin 1x sehari 5
Belum ada penelitian yang dilakukan pada
.
,

250 mg hari berikutnya anak-anak


p0onnetoprim- 150 qg trimetoprim-80o mg Strain S. dysentriae tipe 1 dan S. flexneri
FFrrnetoksasol -
sulfametoksasol
2x sehari 5
banyak yang resisten
( Strain S. dysentriae tipe 'l dan S. flexneri di
ll4rsitin 500 mg 4x sehari
negara tropis banyak yang resisten
fliml:icksasin 500 mg, norfloksasin 400mg, dan enoksasin 200 mg
sriitrl'ge dose dengan ciprofloksasin 1 gram, atau norfloksasin 800 mg efektif untuk infeksi non S. dysentriae tipe 1
580 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS|

Terapi Non Spesifik Dupont H.L. Shigella Species (Bacillary Dysentery) in Gerald
L Mandell, John E. Bennet! & Raphael Dolin. Principles
Pemberian agen antimotilitas memberi dampak
and Practice of Infectious Diseases, 6th ed. Volume 1. 2005
memperpanjang demam pada relawan dengan shigellosis, Churchill Livingstone, An Imprint of Elsevier.
dan karena dicurigai meningkatkan risiko toksik megakolon lawetz,E.,1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, edisi 16,
303-306, EGC, |akarta
dan SHU pada anak dengan infeksi strain E. coli yang
Kate Stout, Collette Hendler, Joanne Bartelmo. Lippincott's
menghasilkan toksin Shiga, maka pemberian antimotilitas Clinical Guide Infectious Diseases. 2011, Lippincott William
tidak dianjurkan pada kasus diare dengan darah. & Wilkins, Clma, pp 357 -62.
Keusctr, G.T., Kopecko, D. j. Shigellosis in Richard L. Geurranl
David H. Walker, Peter F.Weller (editors). Tropical Infectious
Penatalaksanaan Komplikasi Diseases: Principles, Pathogens & Practice. 2nd ed. Vol. 1-
Tidak ada konsensus mengenai penanganan terbaik untuk Elsvier. Pp255-62
megacolon toksik. Pasien harus dinilai berulang kali oleh Parsot, C. Shigella spp. and enteroinvasive Escherichia coli
pathogenicity factors. FEMS Microbiology Letters 252 (2005)
kedua tim baik tim medis maupun tim bedah. Anemia,
11-B
dehidrasi dan kehilangan elektrolit (terutama hipokalemia) Ryan, K. ]. Enterobacteriaceae in Kenneth I Ryan, C. George Rar
dairat menyebabkan atonia kolon dan harus dikoreksi. (editors). Sherris Medical Microbiology. 2004. McGraw HiX
Aspirasi nasogastrik dapat membantu mengempiskan Companies. Pp357-62
Sansonetti, P And Bergounioux, J. Shigellosis In Anthony S"
kolon. Terapi parenteral tidak terbukti menguntungkan. Fauci, Dennis L. Kasper, Dan L. Longo, Eugene Braunwal{
Demam yang masih menetap selama 48-72 jam sangat Stephen L. Hauser, ]. Larry Jameson, Joseph Loscalzo
mungkin disebabkan adanya perforasi setempat atau (editors). Harrisorls InJectious Diseases. 2010. McGraw Ffi[
Companies. Pp 531-5
abses. Kebanyakan penelitian menganjurkan kolektomi jika
Sansonetti , P. J. Microbes and Microbial Toxins: Paradigm*
setelah 48-72 jam distensi kolon menetap. Tetapi banyak for Microbial-Mucosal Interactions III. Shigellosis: from
pula klinisi yang merekomendasikan meneruskan terapi symptoms to molecular pathogenesis. Am J Physiofr
medis hingga 7 hari jika secara klinis pasien membaik Gastrointest Liver Physiol 280: C319-G3'23, 2001
Schroeder, G, N. and Hilbi, H. Molecular Pathogenesis of Shigelh
meskipun megakolon menetap tanpa perforasi. Perforasi spp.: Controlling Host Ce1l Sign4ling, Invasion, and Dea&[r
usus memerlukan tindakan bedah. Type III Secretion. Clinical Microbiology Reviews, Jan.2ffi
Prolaps rectum diterapi sesegera mungkin. Dengan p.134-156 Vol.21, No. 1
Shetty, N. Gastroenteritis in N. Shetty, ].W. Tang, J. An&es
menggunakan sarung tangan bedah atau dengan baju (editors). InJectious Disease: Pathogenesis, PreventiorL d
yang lembut hangat dan basah, pasien pada posisi Case Studies. 1st ed. A |ohn A John Wiley & Sons, L.td*
knee-chest position, rectum yang prolaps dimasukkan Publication. 2009, pp212-37
kembali secara pelan-pelan. Jika mukosa usus terlihat Southwick, F. Gastrointestinal and Hepatobiliary Infections io
Frederick S.Southwick (editor) Infectious Diseases A Clinirltr
membengkak, dapat dikurangi secara osmotic dengan Short Course, 2nd ed McGraw-Hill Companies. Inc. Bgr
menempelkan suatu alat yang di beri cairan magnesium 190-200
sulfat yang hangat. Prolaps recti dapat kembali relaps. SHU Sur D., Ramamurthy, T., Deen, j. & Bhattacharya, S. K. Shigelkflr
challenges & management issues. Indian J Med Res
harus diterapi dengan restriksi cairan termasuk menyetop
November 2004,pp 454-62. r
ORS dan suplemen kaya kalium. Hemofiltrasi biasanya Torres, G. A. Current aspects of Shigella pathogenesis-
dibutuhkan pada kasus ini. Latinoam Micr obiol 2004; 46 (3-4): 89-97

PENCEGAHAN

Pada negara berkembang dimana sanitasi masih buruk


dan persediaan air bersih belum bagus, maka perbaikan
sistem sanitasi dan peningkatan penyediaan air bersih
sangat penting untuk mencegah penyebaran bakteri ini
di komunitas. selain cuci tangan. Sedang di negara maju,
dlmana sanitasi dan penyediaan air bersih sudah bagus
maka pencegahan yang paling bagus adalah dengan cuci
tangan. Cuci tangan setelah defekasi atau membersihkan
feses anak, serta sebelum mengolah/menyajikan makanan
sangat direkomendasikan. Hingga saat ini belum ada
vaksinasi untuk shigeLlo baik secara peroral maupun
intravena yang tersedia.

REFERENSI
7B
ROTAVIRUS
Niniek Budiarti Burhan, Dewi I

Norwalk, astrovirus, adenovirus enterik dan yang jarang


'EIDAHULUAN torovi rus, coronavi rus, picornavirus dan pestivirus.a
M,irare merupakan penyebab terpenting terjadinya Rotavirus merupakan penyebab utama diare berat
umqka kesakitan dan kematian pada semua usia dan di pada bayi dan anak-anak, dan merupakan satu dari
mtiunuh dunia. Pada diare ringan sampai sedang dapat beberapa virus yang menyebabkan infeksi sering disebut
mnmqhambat pekerjaan dan pendidikan. Sedangkan pada flu perut, meskipun tidak berhubungan dengan influenza.s
,dwe yang lebih berat dapat menyebabkan penderita Gastroenteritis akibat Rotavirus dapat menyebabkan
dnaulat di rumah sakit, komplikasi yang serius seperti dehidrasi berat.6 Merupakan penyebab utama terjadinya
'mtlldrorn Guillain Barre dan hemolitik uremik dan kematian kematian pada anak-anak di negara berkembang dan
'uqril,a beberapa kasus.l menyebabkan anak-anak di negara industri mendapatkan
Selain itu diare juga merupakan penyebab utama perawatan di rumah sakit, termasuk di Amerika Serikat.
ll*ramm,otian pada anak-anak di seluruh dunia. Menurut data Pada usia tua, terutama dengan kondisi kesehatan lemah,
'llfllltlt0 diare menyebabkan 4-6 juta kematian penduduk juga merupakan risiko terjadinya komplikasi berat dan
tdurrrnria tiap tahun, terutama berbahaya bagi bayi dan kematian akibat gastroenteritis akut. Pada pasien dewasa
,,umdr-anak. Diperkirakan terdapat 1,4 juta kejadian diare muda yang sehat, gastroenteritis akut jarang fatal tetapi
llrm''n* anak-anak yang terjadi saat usia kurang dari 5 tahun. meyebabkan biaya kesehatan dan sosial yang besar,
1Mrrdapat banyak penyebab diare, termasuk bakteri, parasit termasuk hilangnya waktu bekerja.6 .
drm ,,rirus. Dengan berbagai macam penyebab diare Terapi rehidrasi orai dapat berhasil pada anak-anak
liffimebut, sangat sulit untuk mengetahui penyebab diare yang masih dapat minum, tetapi diperlukan penggantian
ffiarrgan tepat pada masing-masing individu dikarenakan cairan melalui infus pada pasien dehidrasi berat atau
kbatasan pemeriksaan laboratorium pada banyak yang tidak dapat diberikan terapi oral karena sering
fl[qara berkembang.2 muntah. Penggunaan probiotik, subsalisilat bismuth,
rGastroenteritis viral adalah infeksi usus yang penghambat enkephalinase dan nitazoxanide sebagai
dhuhabkan oleh beberapa virus yang berbeda. Sangat terapi telah diteliti tetapi belum diketahui secara jelas.
ltttttnurruufar, g a st ro e nte ritis virol meru pa ka n penya kit ked ua Antibiotik dan antimotilitas harus dihindari. Pada anak-
tffitlhranyak di Amerika Serikat. Menyebabkan jutaan anak dengan immunocompromised dan infeksi rotavirus
diare tiap tahunnya. Setiap orang dapat terinfeksi kronik, pemberian immunoglobulin oral atau kolostrum
l$mr'.oenteritis viral dan sebagian besar sembuh tanpa dapat meringankan gejala, tetapi pemilihan obat beserta
komplikasi. Gastroenteritis viral dapat menjadi dosisnya belum diteliti lebih lanjut.6
mmrurs ketika penderita tidak dapat intoke cairan yang Perbedaan epidemiologi rotavirus dan prevalensi
untuk mengganti cairan yang hilang saat yang lebih besar terjadinya ko-infeksi dengan patogen
dan diare, terutama pada bayi, anak-anak, manula usus lainnya, komorbiditas dan malnutrisi pada negara
penderita dengan status imun rendah.3 berkembang dapa! mengurangi efek vaksin rotavirus. Oleh
'ltifirus merupakan 30-40o/o penyebab diare infeksius karena itu, sebelum diberikan rekomendasi pemberian
Serikat. Termasuk dalam kelompok ini adalah vaksin, penting untuk mengevaluasi efikasi vaksin rotavirus
calicivirus - termasuk norovirus seperti virus pada negara miskin di Afrika dan Asia6
582 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

Walaupun kebanyakan diare sembuh dengan lnfeksi yang terjadi pada negara berkembang terjadi
sendirinya dan dehidrasi dapat dikendalikan dengan terapi pada usia yang lebih muda, jarang musiman, dan hasil
rehidrasi oral, akan lebih baik apabila dapat mencegah akhir sering terjadi kematian, sering disebabkan oleh
terjadinya diare, terutama mencegah timbulnya serangan strain virus yang berbeda.6 Penyebab utama terjadinya
yang berat yang dapat menimbulkan komplikasi berat atau kematian pada anak-anak di negara berkembang, sekitar
kematian. Meskipun beberapa strategi pencegahan seperti 2 juta kematian per tahun dan menyebabkan 10-124/o
perbaikan kualitas air dan sarana sanitasi dapat diterapkan anak-anak di negara industri mendapatkan perawatan di
dan tanpa perlu mengetahui dengan pasti penyebab diare, rumah sakit.T
cara pencegahan lainnya seperti pemberian vaksin juga Rotavirus A, dilaporkan 90% gastroenteritis rotavirus
dapat memberikan pencegahan yang lebih baik.1 pada manusia, menimbulkan endemi di seluruh dunia,
Laki-laki lebih banyak di rawat di rumah sakit daripada
wanita. Di daerah bersuhu dingin, rotavirus sering timbui
DEFINISI terutama pada musim dingin, tetapi pada daerah tropis
muncul sepanjang tahun; perbedaan ini disebabkan oleh
Gastroenteritis viral adalah infeksi intestinal yang disebabkan perubahan suhu dan kelembaban.s
oleh beberapa virus berbeda yang sangat menular.3

PATOGENESIS
EPIDEMIOLOGI
Perjalanan Penyakit
Timbul di seluruh dunia, tersering pada anak-anak usia lnfeksi rotavirus sering mengikuti pola endemik, terutarri
3-5 tahun.6'7 lnfeksi neonatal seringkali asimptomatik di daerah tropis, meskipun mencapai puncaknya pad:
atau ringan, terutama karena adanya proteksi antibodi cuaca dingin. Virus ditransmisikan melalui rute feka -
ibu atau menyusui. lnfeksi pertama setelah usid 3 bulan oral dan dapat bertahan pada feses sampai 3 mingg-
seringkali menimbulkan gejala dan insiden penyakit pada infeksi berat. Pada saat terjadi wabah (pada pusa:
mencapai puncaknya pada anak-anak usia 4-23 bulan. pelayanan), virus tersebut banyak terdapat di mana-
Sering timbul infeksi ulangan, tetapi tingkat keparahan mana dan infeksi yang kedua timbul anlara 160/o dan 3f '.
penyakit menurun dengan adanya infeksi yang berulang.T (termasuk pada rumah tangga).4

Gambar 1. Perkiraan distribusi global 800.000 kematian di seluruh dunia akibat diare rotavirus
Tiap titik menandakan 500 kematian.e
TIfiAVtRUS 583

,ffi
t\m
i
&d
I

f{#I

lilttut* F"frtgir*t *4t{relk+i+gf


l.ambar 2. Patogenesis dan mekanisme replikasi rotavirusl0

iLd'rErangan Gambar:
, -Js menempel pada reseptor host melaluiVP4 dan dilakukan endositosis ke dalam vesikel di sel inang.
::'tikel virus hanya dilapisi sebagian dalam endolisosom (kehilangan VP4-VP7 sebagai lapisan Iuar), dan penetrasi ke dalam
-::plasma.
-':rskripsi awal gen oleh enzim polymerase virus yang timbul di dalam sehingga membentuk partikel dua lapis (double-layered,
l-:s), sehingga dsRNA tidak pernah bersinggungan dengan sitoplasma. RNA (+) menekan sitoplasma dan menyediakan cetakan
-:;i sintesis protein virus.
' -: sel barudenganaktivitasreplikasediproduksi dalampabrikvirus(jugadisebutviroplasma).Menandakanpembentukanpelengkap
: ^.A (-) dan awal proses morfogenesis virus.
--:nskripsi akhir terjadi pada inti sel baru ini.
::ca batas luar pabrik virus, inti sel dilapisi oleh VP6, membentuk
DLPs imatur yang puncaknya melewati membran retikulum
=-:oplasmik, mendapat membran lemak sementara yang akan dimodifikasi dengan glikoprotein retikulum endoplasmik NSP4 dan
, :I, partikel pembungkus yang mengandung VP4. Partikel ini bergerak menuju bagian dalam retikulum endoplasmik, lapisan lemak
.:-lentara dan protein non struktural NSP4 hilang, sedangkan protein permukaan VP4 dan VP7 akan menyusun kembali lapisan
:':iein virus terluar; menghasilkan partikel tiga lapis yang matang dan infeksius.
" 'on matang dilepaskan mengikuti kematian sel dan berhubungan dengan kerusakan membran plasma sel inang.

'.'ekanisme patogenesis dan imunitas rotavirus belum selama transitosis dalam enterosit. Pada langkah 4, sel T
,':=- -hnya dipahami dan terdapat berbagai pendapat spesifik rotavirus sekresi sitokin juga dapat menghambat
. :.-tung dari penelitian hewan coba. Ringkasan dari replikasi virus. Bila replikasi virus tidak berhenti, seperti
". :' sme potensial patogenesis dan imunitas rotavirus, pada Iangkah 5, rotavirus memproduksi protein non-
I -:r'ra (langkah 3 sampai 5) diketahui dari penelitian struktural 4 (NSP4), yaitu toksin yang menginduksi diare
i "::ap tikus. Pada langkah 1, antibodi netral secara sekretori akibat regulator konduksi transmembran non-
:'::J19 bereaksi dengan YP4 dan/ atau VP7 dapat kistik fibrosis (KTNF). Rotavirus juga dapat menstimulasi
'- - ::gah penetrasi dan pengikatan virus, mempengaruhi
' sistem saraf enterik (SSE) seperti pada langkah ke-6,
. ., -si virus. Apabila mekanisme ini gagal, seperti menginduksi diare sekretori dan meningkatkan mortalitas
, :: angkah 2, replikasi rotavirus di dalam enterosit usus melalui mekanisme yang belum diketahui (disebutkan
*.-,
ecabkan perubahan metabolisme membran protein oleh beberapa penelitian yang NSP4 dependen). Obat-
:--.-:sit menginduksi terjadinya diare malabsorbsi atau obatan yang dapat menghambat SSE berguna untuk
- --:lk. Rotavirus juga menyebabkan peningkatan menerapi diare rotavirus pada anak-anak. Antibodi NSP4
"
-.:rtrasi kalsium intasel, yang mana mengganggu juga dapat menghambat dua mekanisme terakhir. Pada
':.,:ieton dan celah sempit antar sel, meningkatkan akhir proses tersebut, rotavirus menghancurkan terakhir
,: --:abilitas paraselular. Saat langkah ke-3, replikasi virus sel inang (seperti pada langkah 7), selanjutnya dapat
" ::: ular dapat dihambat dengan sekresi lgA anti VP-6 menyebabkan diare osmotik dan malabsorbsi. Meskipun
584 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

merupakan koloni normal di usus, antigen rotavirus, antara gastroenteritis yang disebabkan bakteri dan karena
partikel RNA dua untai dan infeksius dapat ditemukan di vi ru s.7
dalam darah anak-anak dan organ sistemik henran coba.
Peran antigen sistemik dan/ atau virus dalam patogenesis
rotavirus belum diketahui dengan pasti.1o ETIOLOGI

Penyebab
GEJATA DAN TANDA Terdapat lima spesies Rotavirus, yaitu A, B, C, D, dan
E. Rotavirus A yang paling sering, menyebabkan lebih
Penyakit akibat virus ini ditandai dengan adanya muntah dari 90% infeksi pada manusia.s Rotavirus merupakar
dan atau diare yang teryadi akut, dapat disertai demam, anggota famili Reoviridae. Genome viral terdiri dari 11
mual, nyeri perut, penurunan nafsu makan dan lemah segmen double-stronded RNA yang tertutup terdiri dar
badan atau rasa tidak enak. Seperti yang ditunjukkan pada tiga lapisan, nonenveloped, kapsid ikosahedral diameter
tabel 1. Beberapa tanda dan gejala dapat membedakan 75nm. Protein viral 6 (VP6), merupakan protein struktura

Tabel 1 Karakteristik Gastroenteritis Viral dan Bakterial 7

Karakteristik Gastroenteritis Viral Gastroenteritis Bakterial


Lokasi lnsiden pada negara maju dan Lebih sering pada sanitasi dan hygiene yang buruk
berkembang sama
Jumlah minimal yang Rendah (10-100 partikel virus) untuk Tinggi (> 10s bakteri) untuk Escherichi,i coLi, SalmonelLa, Vibrio
dapat menginfeksi setiap jenis mediu m (1 O'z - 1 0s bakteri) untuk Ca mpylobocter jej u ni; rendal'
(10-100 bakteri) untuk ShigelLa
Musim Pada iklim sedang, saat musim dingin Sering timbul pada musim panas atau musim hujan, terutama
pada beberapajenis; berulang tiap tahun pada negara berkembang dengantingkat infeksi yang tinggi
pada area tropis
Masa inkubasi 1-3 hari pada beberapa jenis; lebih 1-7 hariuntuk penyebab yang sering (misaln ya Compylobacter
singkat untuk norovirus E. coli, Shigella, SolmoneLlo); beberapa jam untuk bakter
penghasil toksin (misalnya Staphylococcus aureus, Bocillus
cereus)
Host Terutama manusia Tergantung pada jenis bakteri, pada minusia (misalnya Shigettc.
SolmonelLa), hewan (misalnya CampyLobacter, SaLmoneLlo, i
colr), dan air (misalnya Vibrio) yang membutuhkan bost
Demam Sering pada rotavirus dan norovirus; Sering pada bakteri yang menyebabkan diare inflamas
jarang pada jenis lain (misalnya Salmonella, Shigella)
Muntah Menonjol dan dapat merupakan gejala Sering pada bakteri penghasil toksin;jarang pada diare akib,;:
utama terutama pada anak-anak kuman yang lain.
Diare Sering; tanpa disertai darah pada hampir Menonjol dan sering dengan darah pada diare inflamasi
semua kasus
Durasi -3 hari pada norovirus dan sapovirus; 1-2hari untuk bakteri yang menghasilkan toksin;2-8 hari pace
'1

2-8 hari untuk virus lain bakteri lain umumnya


Diagnosis Seringkali merupakan pengecualian Pemeriksaan lekosit feses dan darah membantu diagnos s
pada praktek klinis.Pemeriksaan banding. Kulturfeses pada media khusus, dapat mengidentifikasi
enzim imunoassay tersedia untuk beberapa patogen. Teknik biomolekular berguna unt-i
deteksl rotavirus dan adenovirus, penelitian epidemiologis tetapi tidak digunakan rutin
tetapi identifikasi agen penyebab lain
masih terbatas pada penelitian dan
laboratorium kesehatan masyarakat
Terapi Terapi suportif untuk mempertahankan Terapi hidrasi suportif adekuat untuk beberapa pasie"r
hidrasi dan nutrisi secara adekuat. Antibiotik direkomendasikan untuk pasien dengan disentri yang
Antibiotik dan antimotilitas merupakan disebabkan oleh ShigelLo atau Vibrio choleroe dan beberase
kontraindikasi pasien dengan colitis akibat CLostridium difficile.
MYlRUS 585

urffira merupakan target pada pemeriksaan immunoossoy Pemeriksaan Penunjang


dar': membedakan spesifisitas grup rotavirus. Terdapat 7 Untuk melaporkan kasus infeksi rotavirus memerlukan
ryru,up rotavirus (A sampai G); infeksi pada manusia sering konfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium, selain
dsebabkan oleh grup A dan jarang disebabkan oleh itu juga diperlukan untuk menghindari penggunaan
M'rp B dan C. Dua kapsid protein luar VP7 (protein G) antimicrobial yang berlebihan dan tidak perlu.
dar yp4 (protein-P), menentukan spesifisitas serotipe, Metode deteksi antigen rotavirus di feses yang paling
mrcnginduksi netralisir antibodi dan membentuk dasar sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan Enzyme
mtasifrkasi biner rotavirus (tipe P dan G). Genome yang lmmunoassay (ElA) yang dapat mendeteksi semua antigen
ber-segmen rotavirus memung kinka n ti m bu I nya berbagai rotavirus grup A. Beberapa kit EIA tersedia dengan harga
,uur";,asi genetik (misalnya perubahan segmen genom murah, mudah digunakan, cepat dan sensitif (sekitar
virus) selama timbulnya ko-infeksi - sesuatu yang
,m"ffian-a 90-100%), cocok digunakan untuk diagnosis klinis dan
'rmrrnegang peranan penting pada evolusi virus dan telah epidemiologis. Elektroforesis gel poliakrilamide dan
d,nnanfaatkan dalam perkembangan vaksin berbahan pengecatan perak sama sensitif seperti EIA tetapi hanya
dasar human-bovine.7 sering digunakan di laboratorium. Aglutinasi lateks kurang
sensitif dibandingkan EIA tetapi tetap digunakan di
beberapa tempat. Teknik lain seperti mikroskop elektron,
n sc riptio n p o lym e r o se ch o in re a ctio n),
RT- PC R (reve rse tra
hibridisasi asam nukleat, analisis sekuensial dan kultur
banyak digunakan pada penelitian.s
Serotipe rotavirus dapat diketahui langsung dengan
menemukan virus pada feses dengan metode EIA dan
VPlA/P3
RT-PCR. EIA berdasar antibodi monoklonal sangat besar
artinya dalam menentukan empat serotipe utama (G1-G4)
yang dapat mendeteksi lebih dari 90% strain dan membuat
4 dari 5 serotipe vaksin. Sekuensing nukleotida telah
digunakan secara luas terutama untuk mengidentifikasi
strain yang jarang dan variasi genetik yang tidak dapat
diidentifikasi dengan RT-PCR.8 Diagnosis yang tepat adalah
dilakukannya PCR feses.a

Diagnosis Banding
Beberapa virus enterik diketahui sebagai penyebab infeksi
gastroenteritis akut yang penting, seperti yang tampak
pada tabel 2.7 '
hbar 3. Mekanisme Potensial imunitas dan patogenesis
ilffilnrruSlo

PENATALAKSANAAN

DAGNOSIS
Prinsip Penatalaksanaan
hrdekatan Klinis Gastroenteritis akibat Rotavirus dapat menyebabkan
Sciring kali sulit menegakkan diagnosa bila hanya dehidrasi berat. Oleh karena itu terapi secara adekuat
M,riasar gejala klinis dan parameter epidemiologi saja, harus segera dimulai.6 Terapi yang diberikan simptomatik
ffi mboratorium juga dibutuhkan untuk menegakkan dengan penggantian cairan dan elektrolit. lmunitas lokal
diimqtnosis.T usus memberikan proteksi melawan infeksi ikutan.a

hnnesis Non Medikamentosa


yang ditimbulkan seringkali ringan dan sembuh
lffiarmrlrakit
Terapi rehidrasi oral dapat diberikan pada anak-anakyang
ffiMl[.i. Gejala yang ditimbulkan awalnya adalah gejala masih dapat minum.6
;mmoromal 2-3 hari demam dan muntah diikuti diare tanpa
dim'tai darah (dapat mencapai 10-20 kali per hari) selama Medikamentosa
1l-4ranldapat disertai demam, mual, nyeri perut, penurunan Diperlukan penggantian cairan melalui infus pada pasien
rnmdni nrakan dan lemah badan atau rasa tidak enak.7 dehidrasi berat atau yang tidak dapat diberikan terapi
586 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI

i-!B:;:i:,:ir:. i.;:'!!-i!1!-iJi :J
Primary age Group Clinical
Virus Family Genorne Deteciion Assays
at Risk Severity :
Double strand segmented EM. EIA {commercial),
Rotavirus Grup A Reoviridae
DNA
Childr:en < 5 yrs +++
PAGT, RI,-PCR
Positive-sense single-strand
Norovirus Caliciviridae Atl ages ++ EM, EIA, RT.PCR
RNA
Positive-sense single-strand
Sapovirus Caliciviridae ChilAren < 5yrs + EM" EIA, RT.PCR
RNA
Positive-sense single strand
Astrovirus Astroviridae Chitdren < 5 yrs + EM, EIA, RT.PCR
RNA
Adenovirus EM, EIA (Commercidl
Adenoviridae Double-strand DNA Children < 5 yrs +/++
tiro" * ir" orl PCR

EIA : enzyme immunoassay PAGE : polyacrylamide gel electrophoresis


EM : electron microscope PCR : Polymerase chain reaction
RT-PCR : reverse-transcriptase PCR

oral karena sering muntah. Pada anak-anak dengan pencegahan lainnya seperti pemberian vaksin juga dapat
immunocompromised dan infeksi rotavirus kronik, memberikan pencegahan yang lebih baik.l
pemberian immunoglobulin oral atau kolostrum dapat U paya mengem bangkan vaksi n rotavi rus meru pakam

meringankan gejala, tetapi pemilihan obat beserta dosisnya hal yang terus dikerjakan - diberikan pada negara indussti
belum diteliti lebih lanjut. Penggunaan probiotik, subsalisilat dan negara berkembang dimana perbaikan sanitasi dam
bismuth, penghambat enkephalinase dan nitazoxanide kebersihan tidak mampu mengrJrangi kejadian diare akibau
sebagai terapi telah diteliti tetapi belum diketahui secara rotavirus. Vaksin rotavirus pertama terdapat di Amerikru
jelas. Antibiotik dan antimotilitas harus dihindari.6 Serikat tahun 1 998 ditarik dari peredaran setelah 1 tahumr
dipasarkan karena adanya isu terkait kejadian intususeps
yaitu suatu obstruksi usus berat.6
KOMPLIKASI Pada 2006, dilaporkan dua vaksin rotavirus barul
yang aman dan menjanjikan dari hasil penelitian mufifrr
center di Amerika Utara, Eropa,d_an Amerika Latin. Saldr
Kejadian Tersering satu dari vaksin ini berbahan dasar campuran seruntnlr
Diare merupakan penyebab terpenting terjadinya sapi - manusia, termasuk yang direkomendasikan pa&
angka kesakitan dan kematian pada semua usia dan di bayi di Amerika Serikat pada awal 2006. Vatsin kedtir4
seluruh dunia. Pada diare ringan sampai sedang dapat berbahan dasar strain rotavirus manusia yang dilemahkarl
menghambat pekerjaan dan pendidikan. Sedangkan pada tidak dibuat di Amerika Serikat tetapi dimasukkan dalann
diare yang lebih berat dapat menyebabkan penderita program imunisasi di beberapa negara di Amerika Lamim
dirawat di rumah sakit, komplikasi yang serius seperti dan Eropa.6
sindrom Guillain Barre dan hemolitik uremik dan kematian Perbedaan epidemiologi rotavirus dan prevalemil
pada beberapa kasus.l yang lebih besar terjadinya ko-infeksi dengan patogEinr
usus lainnya, komorbiditas dan malnutrisi pada neg.m
berkembang dapat mengurangi efek vaksin rotavirus. O|dhr
PENCEGAHAN karena itu, sebelum diberikan rekomendasi pemberhil
vaksin, penting untuk mengevaluasi efikasi vaksin rotavimu
Walaupun kebanyakan diare sembuh dengan sendirinya pada negara miskin di Afrika dan Asia.6
dan dehidrasi dapat dikendalikan dengan terapi rehidrasi Dua macam imunisasi oral tersedia di Amerika
oral, akan lebih baik apabila dapat mencegah terjadinya yaitu : vaksin rotavirus pentavalent human bovine
diare, terutama mencegah timbulnya serangan yang berat RotaTeq yang diberikan pada usia 2,4 dan 6 bulan)
yang dapat menimbulkan komplikasi berat atau kematian. vaksin rotavirus manusia yang dilemahkan (HRV
Meskipun beberapa strategi pencegahan seperti perbaikan yang diberikan pada usia 2 dan 4 bulan). Kontra
kualitas air dan sarana sanitasi dapat diterapkan dan tanpa termasuk alergi terhadap bahan vaksin, riwayat
perlu mengetahui dengan pasti penyebab diare, cara vaksin sebelumnya dan imunodefisiensi.a
muRus 587

IIFERENSI

trL ll'alker Cfuista L. Fischer, Sack David Black Robert E. Etiol-


oglr of Diarrhea in Older Childreo Adolescents and Adults:
A Systematic Review. Plos Neglected Tropical Disease. 2010;
a(8):1-8.
A Anonymous. 2004. http:/ /www.brown.edu/Courses/
Bio-160/Projects2004/rotavirus/ Epidemiology.htn. Diakses
E JuIi 2011.
S Estes Mary K Ph.D, Atmar Robert M.D. Viral Gastroenteritis.
ITIIDDK NIH Publications. 2006; 06:5103.
{l Corrales-Medina Vicente F, Shandera Wayne X. Viral and
C'astroenteritis. Dalam buku : Current Medical Diagnosis
& Treatment. 49th edition. New York : Mc Graw Hill. 2010.
p.7278.
h Anonymous. 2008. http:/ / et.wtkipedia.org/wiki/
hle:Rotavirus_replication.png . Diakses 4 April 2011.
lh Parashar UD, Glass Roger L Enteroviruses and Reoviruses.
llarrison s Principles of Internal Medicine. 17th edition. 2008.
p.1207-1208
,T ltiddowson Marc-Alairl et al. Global Rotavirus Surveillance:
DeenrLining the Need and Measuring the Impact of Rotavirus
Vaccines. ]ournal of Infectious Disease. 2009: 200: S1-8.
ffi, Favne Daniel C, et al. Chapter 1.3: Rotavirus. Manual for the
Srrveillance of Vaccine-Preventable Diseases. 4th edition.
um.
m Parashar UD et al. Global illness and deaths caused by ro-
tarirus disease in children. Emerging Infectious Diseases.
,ffi. Vol.9, No.5.
Ml, J\ngel Juana Franco Manuel A, Greenberg Harry B. Rotavirus
ryrcines: recent developments and future considerations.
Nature Reviews Microbiology 5. 2007. July: 529-539.
79
KOLERA
H. Soemarsono

PENDAHULUAN n-telurit-taurokolat, atau aga r thiosu lfate-citrate-.


g I iseri
bile salt-sucrose (TCBS). Kelebihan medium TCBS ialaftr
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan Vibrio pemakaian nya tidak memerl u kan sterilisasi sebelumnya..
cholerae dengan manifestasi diare disertai muntah yang Dalam medium ini koloni vibrio tampak berwana kuning
akut dan hebat akibat enterotoksin yang dihasilkan suram. ldentifikasi Vibrio cholerae biotipe El Tor pentirry
bakteri tersebut. Bentuk manifestasi klinisnya yang khas untuk tujuan epidemiologis. Sifat-sifat penting yarry
adalah dehidrasi, berlanjut dengan renjatan hipovolemik membedakannya dengan biptipe kolera klasik iala*m
dan asidosis metabolik yang terjadi dalam waktu sangat resistensi terhadap polimiksin B, resistensi terhadap
singkat akibat diare sekretorik dan dapat berakhir dengan kolerafaga tipe lV (Mukerjee) dan menyebabkan hemolisfu
kematian bila tidak ditanggulangi dengan adekuat. pada eritrosit kambing.
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik,
epidernik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak
penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi EPIDEMIOLOGI
penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia
kedokteran modern. Sejak tahun 1917 dikenal,tujuh pandemi yarng,
penyebarannya bahkan mencapai Eropa. Vibrio yarryr
bertanggung jawab terhadap tejadinya pandemik ke-,T
ETIOLOGI yaitu V. cholerae O1, biotipe El Tor. Pandemik ke-7 barruu-.
baru ini dimulai pada tahun 1961 ketika Vibrio pertamrn'
Vibrio cholerae adalah kuman aerob, Gram negatif kali muncul menyebabkan epidemi kolera di Sularrysit
berukuran 0,2-0,4 mm x 1,5-4,0 mm, mudah dikenal dalam lndonesia. Penyakit ini lalu menyebar dengan cepat [l
sediaan tinja kolera dengan pewarnaan Gram sebagai Negara Asia timur lainnya dan mencapai Bangladesh
batang-batang pendek sedikit bengkok (koma), tersusun tahun 'l 963, lndia pada tahun 1964, dan Uni soviet
berkelompok seperti kawanan ikan yang berenang. V. dan lraq pada tahun 1965-1966.
cholerae dibagi menjadi 2 biotipe, klasik dan El Tor, yang Pada tahun 1970 kolera menyebar ke Afrika
dibagi berdasarkan struktur biokimiamya dan parameter suatu wilayah yang belum pernah mengalami
laboratorium lainnya. Tiap biotipe dibagi lagi menjadi 2 ini selama lebih dari 100 tahun. Penyakit ini
serotipe, lnaba dan Ogawa. dengan cepat ke beberapa negara dan menjadi
Diagnosis presumtlf secara cepat dapat dibuat dengan pada banyak benua. Pada tahun 1991 kolera
menggunakan mikroskop fluoresensi dengan memakai Amerika latin, di mana penyakit inijuga telah hilang
antibodi tipe spesifik yang telah dilabel dengan fluoresein, lebih dari satu abad. Dalam waktu setahun penyakit
atau dengan uji mobilisasi vibrio dengan memakai serum menyebar ke-1 1 negara dan secara cepat menyebar
tipe-spesifik dan dilihat dengan mikroskop lapangan gelap benua.
atau mikroskop fase. Sampai tahun 1992, hanya serogrup V. cholera
Vibrio cholerae tumbuh cepat dalam berbagai yang menyebabkan epidemi kolera. Serogrup lai
macam media selektif seperti agar garam empedu, agar- dapat menyebabkan kasus-kasus diare yang sporadk,
DI,.ERA 589

,ttdak dapat menyebabkan epidemi. Pada akhir tahun 1992 Pada keadaan epidemis, insiden tidak berbeda pada
kdakan kasus kolera dimulai di lndia dan Bangladesh yang kelompok umur maupun jenis kelamin tertentu.
ffisebabkan oleh serogrup V. cholerae yang sebelumnya
he{um teridentifikasi, yaitu serogrup O139 atau Bengal.
l{eadaan ini dikenal pula sebagai pandemik ke-8. lsolasi PATOGENESIS DAN IMU NITAS
dari Vibrio ini telah dilaporkan dari 11 negara di Asia
r-'emqgara. Namun masih belum jelas apakah V. cholerae Kolera ditularkan melalui jalur oral. Bila Vibrio berhasil
0139 akan menyebar ke daerah/ wilayah lain, dan lolos dari pertahanan primer dalam mulut dan tertelan,
menoawasan epidemiologik yang cermat dari situasi ini bakteri inl akan cepat terbunuh dalam asam lambung
mdang dilakukan. yang tidak diencerkan. Bila vibrio dapat selamat melalui
asam lambung, maka ia akan bekembang di dalam usus
halus. Suasana alkali di bagian usus halus ini merupakan
TNANSMISI medium yang menguntungkan baginya untuk hidup dan
memperbanyak diri. Jumlahnya bisa mencapai sekitar
pada daerah endemik, air terutama berperan dalam 10 per ml cairan tinja. Langkah awal dari patogenesis
penularan kolera; namun pada epidemi yang besar terjadinya kolera yaitu menempelnya vibrio pada mukosa
Wrenularan juga terjadi melalui makanan yang usus halus. Penempelan ini dapat terjadi karena karena
"mr'ilrontaminasi oleh tinja atau air yang mengandung adanya membran protein terluar dan adhesin flagella.
s cnolerae. Khususnya pada kolera El Tor, yang dapat Vibrio cholerae merupakan bakteri non invaslf,
rhrtahan selama beberapa bulan di air. Penularan dari patogenesis yang mendasari terjadinya penyakit ini
tmryrusia ke manusia dan dari petugas medisjarang terjadi. disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan V. cholerae
Pasien dengan infeksi yang ringan atau asimtomatik yang menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit yang
herpsp3n penting pada penyebaran penyakit ini. masif yang disebabkan oleh kerja toksin pada sel epitel
kbandingan antara penderita asimtomatik dengan usus halus, terutama pada"duodenum dan jejunum.
urmrtomatik (bermanifestasi klinis yang khas) pada suatu Enterotoksin adalah suatu protein, dengan berat
cudemi diperkirakan 4:1 pada kolera Asiatika, sedangkan molekul 84.000 Dalton, tahan panas dan tak tahan asam,
u,mntuk kolera El To4 diperkirakan 10:1. Dengan kata lain resisten terhadap tripsin tapi dirusak oleh protease. Toksin
ronCapat fenomena gunung es. Hal ini merupakan masalah kolera mengandung 2 sub unit yaitu B (binding) dan A
j*firususnya
dalam upaya pemberantasan kolera El Tor. (active). Sub unit B mengandung 5 polipeptida, dimana
Puda kolera El Tor angka karier sehat (pembawa kuman) masing-masing molekul memiliki berat 1 1500 dan terikat
nmercapai 3 o/o. Pada karier dewasa Vibrio cholerae hidup pada gangliosid monosialosil yang spesifik, reseptor
Mem kantong empedu. GM1, yang terdapat pada sel epitel usus halus. Sub unit
Prevalensi kolera di daerah endemik pada anak lebih A kemudian dapat masuk menembus membran sel epitel.
+mc*rn dibandingkan dengan orang dewasa yaitu 10:1. Pada Sub unit ini memiliki aktlvitas odenoiine diphospote
,qltr6nq dewasa insiden pada pria lebih tinggi dari wanita. (ADP) ribosyltronsferose dan menyebabkan transfer ADP

Gambar 1'. Pondemic spreod of vibrio choleroe


590 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

ribose dari nicotinamide-odenine dinucleotide (NAD) ke Muntah timbul kemudian setelah diare, dan berlangsung
sebuah guanosinetriphospote (GTP) binding protein yang tanpa didahului mual. Kejang otot dapat menyusul, baik
mengatur aktivitas adenilat siklase. Hal ini menyebabkan dalam bentuk fibrilasi atau fasikulasi, maupun kejang
peningkatan produksi cAMf yang menghambat absorpsi klonik yang nyeri dan mengganggu. Otot-otot yang sering
NaCl dan merangsang ekskresi klorida, yang menyebabkan terlibat ialah betis, biseps, triseps, pektoralis dan dinding
hilangnya air, NaCl, kalium dan bikarbonat. (Tabel 1) perut. Teriakan ataupun rintihan pasien karena kejang yang
nyeri itu dapat disangka sebagai teriakan nyeri karena
kolik. Kejang otot ini disebabkan karena berkurangnya
kalsium dan klorida pada sambungan neuromuskular.
Natrium Kalium Klorida Bikarbonat
Gejala dan tanda kolera terjadi akibat kehilangan
Dewasa 124 16 90 48 cairan dan elektrolit serta asidosis. Pasien berada dalam
Anak 101 27 92 )Z keadaan lunglai, tak berdaya, namun kesadarannya relatif
baik dibandingkan dengan berat penyakitnya. Koma baru
akan terjadi pada saat-saat terakhir. Pada kurang lebih
Toksin-toksin tambahan dan faktor-faktor lain 1Oo/o bayi dan anak-anak, dapat dijumpai kejang sentrd

sekarang telah diketahui terlibat pada patogenesis kolera. dan stupor, yang disebabkan hipoglikemia. Tanda-tanda
Zonulo occludens toxin (Zot) meningkatkan permeabilitas dehidrasi tampakjelas, nadi menjadi cepat, napas menjadi
mukosa usus halus dengan mempengaruhi struktur fighf cepat, suara menjadi serak seperti suara bebek Manila (vor
junction interselular. Accessory cholero exotoxin (Ace) cholerico), turgor kulit menurun (kelopak mata cekung
ditemukan pada tahun 1993 dan diketahui meningkatkan memberi kesan hidung yang mancung dan tipis, tularg
transpor ion transmembran. pipi yang menonjol), mulut menyeringai karena bibir
lmunitas terhadap toksin kolera dan antigen kering, perut cekung (skafoid) tanpa ada steifung maupun
permukaan bakteri sama dengan respon infeksi alami. kontur usus, suara peristaltik usus bila ada jarang sekafi-
Kebanyakan studi terhadap respon imun telah mengukur Jari jari tangan dan kaki tampak kurus dengan lipatar
antibodi bakterial serum, meskipun proteksi in vivo lipatan kulit, terutama ujung jari yang keriput (woslw
kemungkinan besar dimediasi oleh lgA sekretorik. women honfi, diuresis berangsur-angsur berkurang daar
Kolera ditandai dengan diare yang sangat berat berakhir dengan anuria. Diare akan bertahan hingga 5 hai
yang dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan pada pasien yang tak diobati.
elektrolit dan hipovolemia, dengan angka kematian
o/o
(m o rto ity r o te) ya n g be rki sa r ku ra n g dari 1
I hi n gg a 40o/o.

Terdapat spektrum yang luas mulai dari yang asimtomatik, TAN DA.TAN DA GAGAL S! RI(U LASI
ringan hingga berat.
Berkurangnya volume cairan disertai dengan viskosiB,
darah yang meningkat, akhirnya menyebabkafi kegagala
MANIFESTASI KLINIS sirkulasi darah. Tanda utama yang dianggap khas adaldl
suhu tubuh yang rendah (34 hingga 24,5'C), sekalipun
Ada beberapa perbedaan pada manifestasi klinis kolera sedang berlangsung infeksi. Frekuensi nadi menjaffii
baik mengenai sifat dan beratnya gejala. Terdapat cepat dengan isi yang kurang dan akhirnya menjafr
perbedaan pada kasus individual maupun pada terjadi cepat dan kecil (filiform). Denyut jantung cepat, sum
epidemi. Masa inkubasi kolera berlangsung anlara 16-72 jantung terdengarjauh dan kadang-kadang hanya sr.ra
jam. Gejala klinis dapat bervariasi mulai dari asimtomatik sistolik yang terdengar, namun dengan irama yang tetilD
sampai dengan gejala klinis berupa dehidrasi berat. lnfeksi teratur.Tekanan darah menurun sebagai tanda renj
terbanyak bersifat asimtomatik atau terjadi diare ringan hipovolemik. akhirnya terukur hanya dengan
dan umumnya pasien tidak memerlukan perawatan. Warna kulit, bibir dan selaput mukosa serta kuku j
Manifestasi klinis yang khas ditandai dengan diare ungu akibat sianosis, memberi kesan pasien
yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa hitam pada orang yang berkulit gelap; pada perabaan
mules maupu n tenesmus. Dalam waktu singkat tinja yang terasa lembab. Sianosis yang terjadi adalah bersifat
semula berwarna dan berbau feses berubah menjadi Asidosis metabolik terjadi akibat kehilangan bika
cairan putih keruh (seperti air cucian beras), tidak berbau jumlah besar dan metabolisme anaerob akibat keg
busuk maupun amis, tapi 'manis' menusuk. Cairan yang sirkulasi. Tampilan klinis berupa pernapasan yang
menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mula-mula dangkal, namun akhirnya dalam
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih. Cairan ini akan Perubahan patofisiologis ireversibel lainnya pada
keluar berkali-kali ddri anus pasien dalam jumlah besar. agaknya tidak terjadi, bahkan hemostasis masih
mEqJ{ 591

dhFat dipertahankan atau masih mudah dikoreksi. tepat adalah apus rektal (rectal swob) yang diawetkan
Penyakit kolera dapat berakhir dengan penyembuhan dalam media transport corry-bloir atau pepton alkali, atau
d rnrtegrum (sehat utuh) atau kematian. Penyulit yang langsung ditanam dalam agar TCBS, akan memberikan
dairibatkan oleh penyakitnya sendiri tidak ada. Penyulit persentase hasil positif yang tinggi. V. cholerae O1
,$mtxq terjadi biasanya disebabkan oleh keterlambatan menghasilkan koloni yang oksidase-positif yang berwarna
p'rtolongan atau pertolongan yang tidak adekuat, seperti kuning, yang dapat dikonfirmasi dengan tes aglutinasi
unemia dan asidosis yang tidak terkompensasi. Gagal spesifik dengan antiserum.
gpqXal dengan anuria yang berkepanjangan terjadi dalam

rcffientase kecil berupa nekrosis tubular yang akut (ATN)


11smg umumnya dapat diatasi dengan terapi konservatif PENATALAKSANAAN
dM tidak memerlukan dialisis.
Penyulit lain yang perlu perhatian ialah abortus Dengan diketahuinya patogenesis dan patofisiologi penyakit
puma pasien dengan hamil muda, komplikasi iatrogenik kolera, saat ini tidak ada masalah dalam pengobatannya.
wperti gagal jantung, reaksi infus berupa demam, Dasar pengobatan kolera adalah terapi simtomatik dan
mnilfeksi nosokomial (tromboflebitis, sepsis bakterial). kausal secara simultan. Tatalaksana mencakup penggantian
Fhda umumnya dengan pengobatan dini dan adekuat, kehilangan qairan tubuh dengan segera dan cermat, koreksi
prmgrnosis pasien kolera cukup baik dan tidak sampai gangguan elektrolit dan bikarbonat (baik kehilangan cairan
mrmniebabkan kematian. melalui tinja, muntahan, kemih, keringat, dan kehilangan
insensibel), serta terapi antimikrobial.
Rehidrasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu
nAGNOStS terapi rehidrasi dan rumatan. Pada kedua tahap ini perlu
diperhitungkan kebutuhan harian akan cairan dan nutrisi,
Mmgnosis kolera meliputi diagnosis klinis dan bakteriologis. terutama bila diare berlangsung lama dan pada pasien
sukar untuk menegakkan diagnosis kolera berat,
1lllirdak pediatri. Pada dehidrasi berat yang disertai renjatan
tl$ruuma di daerah endemik. Kesulitan menentukan hipovolemik, muntah yang tak terkontrol, atau pasien
diaEprosis biasanya terjadi pada kasus ringan dan sedang, dengan penyulit yang berat yang dapat mempengaruhi
rthntl,lrtarna di luar endemik atau epidemik. Kolera yang khas keberhasilan pengobatan, terapi rehidrasi harus diberikan
dhn herat dapat dikenali dengan gejala diare sering tanpa secara infus intravena. Pada kasus sedang dan ringan,
mnuuas diikuti dengan muntah tanpa didahului rasa mual, rehidrasi dapat dilakukan secara per oral dengan cairan
@tran tinja serupa air cucian beras, suhu badan tetap rehidrasi oral atau orol rehydration solution (ORS). Sedang
ilnmflrxal atau menurun, dan keadaan bertambah buruk tahap pemeliharaan dapat dilakukan sepenuhnya dengan
'*-q-a cepat karena pasien mengalami dehidrasi, renjatan cairan rehidrasi oral, baik pada kasus dehidrasi berat,
mntku{asidan asidosis. sedang maupun ringan.
gambaran klinis menunjukkan dugaan yang kuat
B,ila Untuk keperluan rumatan dapat cliberikan cairan
l*b m"ah penyakit ini, pengobatan harus segera dimulai, dengan konsentrasi garam yang rendah seperti: air minum
finnqpa menunggu hasil pemeriksaan bakteriologis. Diare biasa, atau susu yang diencerkan, dan air susu ibu ierutama
dhrmorik lain dengan gambaran klinis mirip dengan untuk bayi dan anak-anak. Petunjuk terapi rehidrasi dan
lilMer-a, da pat d seba bka n oleh E nte rotoxig e n ic Esch e ricia
i pemeliharaan secara umum dapat dilihat masing-masing
@ui[ iETEC). Berbagai bakteri penyebab diare sekretorik pada tabel 3 dan 4.
dhpot dilihat pada tabel 2.
.uika tinja segar pasien kolera yang tanpa pewarnaan Tabel 3. Petunjuk Terapi Rehidrasi Kolera pada Dewasa
ffiwmati di bawah mikroskop lapangan gelap, akan Derajat Macam Jumlahcairan Jangka waktu
ffimpak mikroorganisme berbentuk spiral yang memiliki dehidrasi cairan pemberian
1@h motilitas seperti shooting sfor. Untuk pemeriksaan Ringan ORS 50 ml/kgBB Maks. 3-4 jam
lhulan, cara pengambilan bahan pemeriksaan tinja yang 750 ml/jam
Sedang ORS 100 ml/kgBB 3 jam
1 e Bakeri p.4n#oau'biaie sekteioritr: Maks.750 mlljam
ffihfro cholerae Berat lntravena 110 ml/kgBB 3jam pertama
tlhrriiio cholerae non 0 group 1 Ringer 9uyur sampal
Erericnra corr Laktat nadi teraba kuat,
Gliqidiurn perf ri n gens sisanya dibagi
Hhs cereus dalam 2 jam
frplhylococcus aureus berikutnya
592 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

j
Jumlah Diare Macam Cairan Jumlah Cairan Cara Pemberian
Diare ringan ORS 100 ml/kgBB/hari sampai diare Oral di rumah
Tidak lebih dari 'lx mencret setiap 2 jam berhenti
atau lebih lama, atau kurang dari 5 ml
tinja/ kgBB/jam
Diare sedang ORS Ganti kehilangan volume tinja Oral di rumah/ rumah
Lebih dari 1x mencret setiap 2 jam atau dengan volume'cairan,,Bila tak sakit
lebih dari 5 mltinja/ kgBB/ jam ' terukur beri 10-15 ml/kgbb/jam
Diare berat Beri pengobatan untuk
Dengan tanda-tanda dehidrasi/renjatan dehidrasi berat (tabel 3)

KRITERIA DERAJAT DEHIDRASI (Tabel 5). Kemudian penjumlahan skor tersebut dibagi
dengan nilai skor maksimal yaitu 15. Defisit cairan dihitung
Untuk dapat memberikan panatalaksanaan pengobatan dengan mengkalikan hasil perhitungan tersebut dengan
sebaiknya pada pasien diare akut perlu dilakukan defisit cairan pada dehidrasi berat yaitu 10% dari berat
penentuan derajat dehidrasinya antara lain berdasarkan: badan. Secara matematis perhitungan tersebut dituangkan
1). Penilaian klinis, 2). Perhitungan skor Daldiyono, 3). Berat dalam rumus empirik:
jenis plasma/plasmo specific aravity (PSG), 4). Tekanan
Defisit cairan (ml) = 5pot7', 5 x berat badan (Kg) x 0,1 x
vena sentral (CVP).
1 000

Penilaian Klinis
Berat Jenis Plasma
Cara menentukan penilaian tingkat dehidrasi yang tepat
Cara penilaian derajat dehidrasi yang lebih tepat untuk
secara klinis sulit didapat karena pengaruh subyektivitas.
mengukur kebutuhan cairan yang akan diberikan ialah deng n
Secara klinis derajat dehidrasi dibagi menurut tingkatan
menentukan berat jenis plasma, dengan memakai rumus
dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sesuai kehilangan
cairan 5Yo, 8% dan 10o/" dari berat badan. Kriteria ini Berat jenis plasma/0,001 (ml) = 1,025 x berat bada
praktis penggunannya untuk pengobatan massal pada (K9) x 4 ml
suatu wabah dan dapat dilakukan oleh tenaga paramedik
Cara yang digunakan di rumah sakit ini lebih tepat dam
setelah dilatih.
bila perlu dapat pula diusahakan pemakaiannya di suauil
pusat rehidrasi darurat pada suatu endemi.
Skor Daldiyono
Modifikasi cara penilaian klinis dilakukan Daldiyono
dengan menilai derajat dehidrasi inisial berdasarkan
Tekanan Vena Sentral r
Cara menghitung keperluan cairan yang tepat lainnya ialdln
gambaran klinis yang diterjemahkan ke dalam nilai skor
dengan pengukuran tekanan vena sentral (CVP). Cara yarg'
invasif ini memerlukan keahlian dan tidak dapat diteraplall
di lapangan. Nilai CVP normal adalah 12-14 cm air.
Klinis
Menentukan pemilihan jenis cairan yang akam
Skor
diberikan adalah langkah berikutnya. Dalam sejardtn
Rasa haus / muntah 1
pengobatan kolera sejumlah besar cairan telah diciptakamr
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2 orang, kebanyakan tidak memberikan hasil baik karemo
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1 tidak sesuai dengan patofisiologi penyakit ini.
Kesadaran apatis 1
Cairan yang terbukti baik manfaatnya ialah rirgunr
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
laktat yang komposisinya kurang lebih sama dengm
Frekuensi napas >30 x/menit 1

Fasies kolerika 2 susunan elektrolit tinja kolera dan terbukti dapat perftuil
Vox cholerica 2 ke sel tubuh dengan baik. Cairan lainnya yang jugr
Turgor kulit menurun 1
bermanfaat ialah NaCl fisiologis dan larutan segar isotont
"Washer woman's hand" tangan keriput seperti 1
bikarbonas natrikus 1 L/z o/o dalam perbandingan 2:1
kena air
Ekstremitas dingin 1 Sebagai pengganti bikarbonas, dapat pula
Sianosis 2 larutan 1/6 mol Na laktat dalam larutan Darrow
Umur 50-60 tahun -1 yang lebih stabil berada dalam larutan daripada
Umur >60 tahun -2
natrikus. Dalam pemakaian jenis cairan ini perlu
ITEI-ENA 593

:,.l:s;::Lrsi kaium dalam bentuk oral atau parenteral. Susunan pencatatan yang seksama tentang pengeluaran cairan
*,e$:: lt tersebut dapat dilihat pada tabel 6. tinja dan pemasukan cairan oral. Untuk memperkirakan
!-atu perkembangan maju dalam usaha pengobatan volume cairan pemeliharaan, dapat dipakai choLero cot.
:,:'a ialah tindakan rehidrasi oral dengan cairan Cara pengobatan yang efektif ini mempunyai
i*s-s rehidrasi oral (ORS). Dasar patofisiologinya ialah efisiensi dalam segi klinis berupa meminimalkan risiko
'em-;'rouan usus pasien kolera untuk resorpsi elektrolit dan seperti hidrasi berlebihan dengan segala akibatnya, efek
:;:,l^:- dari dalam lumen bila ditambahkan glukosa dalam samping pada terapi infus, di samping keuntungan dalam
L ,r. ,:. yang tepat akan meningkatkan resorpsi tersebut. penghematan cairan infus dengan 50-80 %, sekaligus
.,r,r''- slam cairan oral akan membantu tercapainya net memecahkan problem logistik pada keadaan epidemi.
,ilnr litctlc€ (balans usus netto) yang maksimal. Selain terapi rehidrasi secara intravena maupun
:-hidrasi oral dengan ORS diberikan sebagai terapi dengan cairan oral pada kolera, tidak kalah pentingnya
r": : oada kasus ringan dan sedang, serta sebagai adalah terapi kausal dengan antibiotika. Terapi antibiotik
*'.rl: cemeliharaan pada kasus berat. Pada keadaan dini mungkin dapat segera mengeradikasi Vibrio dan
ri*il;a(.:a ORS dapat diberikan pada kasus berat sekalipun. mengurangifrekuensi serta volume diare secara bermakna.
;iur--E.ian secara konsekuen dan sabar terbukti juga Tetrasiklin dengan dosis 500 mg 4 kali sehari secara oral
)rrr*i:: I baik (Tabel 6). selama 3 hari pada umumnya cukup efektif. Sebagai
-='api rehidrasi dengan cairan oral (ORS) alternatif dapat dipilih obat-obat lain seperti siprofloksasin,
;rru eLiianaannya sederhana sekali, namun memerlukan doksiskl i n dan trimetopri m-sulfametoksasol. (Tabel 7).

E G Susunan',Elektrolit Berbagai Cairan


lkrn cairan Na" K- Cr" HCO 3- CH3CHOHCO' Glukosa Ca** Osmol
[,*ran campuran:
i ar 2 L garam isotonik
htL1,3%Bik.Nat 175 155 59
,I. ai 2 L garam isotonik
M I L 1/6 Na laktat. 158 103 55 27

f,nran Tunggal:
" : i-t

5 9 NaCl
a 9 NaHCO3
' 9 KC|/liter 133 14 99 48
l" flirnger laktat 130 4 109 28 2,7 273
,lnmar R.ehidrasi Oral:
s, .mf-o 90 20 80 30 111 330
im it
.dli 90 20 80 30 1'11 330
S, (,:s:alit 51,5 25 37,5 57,5 100
fi, pE!,4 85 15 70 30 50
l Fqee altt 45 20 35 30

p Z. Terapi Antimikroba pada Kolera


Terapi Lini Pertama Alternatif
l@Mhssa Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari Siprofloksasin 1000 mg peroral dosistunggal
selama 3 hari
Doksisiklin 300 mg per oral dosis tunggal Eritromisin 250 mg per oral 4 kali sehari selama 3 hari
trimetoprim-sulfametoksasole (5 mgl kgt;imetroprim + 25 mglkg
sulfametoksasol) per oral 2 kali sehari selama 3 hari
Furazolidon 100 mg peroral 4 kali sehari selama 3 hari
mrfiidr Tetrasiklinl2,5mgkgperoral 4kali sehari Eritromisinl0mg/kgperoral 3kali sehari selama3hari
selama 3 hari .
Doksisiklin 6 mg/kg per oral dosis tunggal Trimetoprim-sulfametoksasol (5 mglkg trimetroprim + 25 mg/kg
sulfametoksasol) per oral 2 kali sehari selama 3 hari
Furazolidon 1,25 mg/kg per oral 4 kali sehari selama 3 hari
Mtroar"ai jikadicurigai lini pertamatelahresistenataupasien alergi terhadapterapi lini pertama
''iTili@*r dianjurkan pada anak di bawah 8 tahun
594 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

PENCEGAHAN

lmunisasi dengan vaksin komersial standar (cholera


sec) yang mengandung 10 milyar Vibrio mati per ml,
memberikan proteksi 60-800/o untuk masa 3-6 bulan. Vaksin
ini tidak berpengaruh pada karier dalam pencegahan
penularan hingga vaksinasi kolera tidak lagi menjadi
persyaratan sertifikat kesehatan internasional. lmunisasi
dengan toksoid pada manusia tidak memberikan hasil
lebih baik daripada vaksin standar, sehingga pada saat ini
perbaikan higiene saja yang memberikan perlindungan
yang berarti dalam mencegah kolera.

REFERENSI

Arduino RC, DuPont HL. Enteritis, Enterocolitis and Infectious


Diarrhea Syndromes. In: Cohen's Infectious Disease. Hal
35.1-39.
Bannister BA, Begg NT. Imported and Travel-associated Disease.
ln: lnfectious Disease 2nd edition. London: Blackwell science,
2000.p.440-2.
Daldiyono, Muthalib A, Gultom L, Ruslyn E, Nasution R,
Soemarsono. Experiences with a Scoring System for the
Determination of Rehydration Fluid Needed in patients with
Acute Gastroenteritis. Act Med 1nd.1972III (34): 1-5.
Hamar DH, Cash RA. Secretory Diarrheas: Cholera and
Enterotoxigenic Eschericia Coli. In: Cohen's Infectious
Disease. Hal22.1-4.
Hart CA" Shears P. Gastrointestinal Bacteria. In: Mansonls Tropical
Diseases 21st edition. London: Saunders: 2003.p.928-32.
Keusch GT, Walder MK. Cholera and Other Vibriosess. In:
Harrisons Priciples o{ Internal Medicine 15th edition. New
York: McGraw-Hill; 2001.p.980-6.
Kolopaking MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare Akut.
Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam 11, I akar ta: 2002.
Soemarsono, Nelwan RHH. Beberapa Pengalaman dalam
Penggunaan cairan Elektrolit Glukosa per os Pada Penderita
Kolera Eltor. Dalam: Koiman I, Prosiding Pertemuan Ilmiah
Penyakit Diare di Indonesia. Badan Litbang Kes. RI. Jakarta,
1983;?.5,6.
Soemarsono. Effort on Development of Method of Treatment of
Dehydration and Shock in Cholerae, with special reference
on the Estimation of amounts of Rehydration Fluid Needed,
with Method of Clinical Scoring System. Proceeding Seareo
Inter-reginal Meeting on the Treatment of acute Diarrhea
(WHO) Jakarta, lan 10-19 1983: 1.-11.
Soemarsono. Beberapa Pandangan Baru Tentang Pengelolaan
Diare Akut. ProceedingSy,rnposium Hospital Administration
dan Penyakit Tropik Infeksi. Jakarta 5 Nov 1983: 1-11.
World Health Organization: Guidelines for cholera control.
Geneva: World Health Orgarizat,orr; 1993.
World Health Organization: Management of the patient with
cholera. Geneva: World Health Organtzanon; 1992.
World Health Organization: Cholera fact sheet. Geneva: World
Health Organi zation; 2000
World Health Organization: Cholera: basic facts for travelers.
Geneva: World Health Organization; 1998.
World Health Organization: IVHO cholera web pages. Geneva:
World Health Organization; 2000.
World Health Organization: Cholera cases reported to WHO, by
country, 1998 (annual). Geneva: World Health Organization;
1999.
BO
MALARIA
Paul N. Harijanto

splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung


'EHDAHULUAN tanpa gejala (asimtomatis)
byakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi Penyakit Malaria (molorio disease) : ialah penyakit
,uianE memberikan morbiditas yang cukup tinggi di dunia, yang disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium didalam
dm rnerupakan infeksi yang ke-3 teratas dalam jumlah eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam'3
uen-atian. Walaupun di beberapa negara yang sudah Dapat berlangsung akut ataupun kronik. lnfeksi malaria
rllmru tidak dijumpai lagi infeksi malaria, tetapi lebih dari dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
1UE negara didunia masih menangani infeksi malaria, komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat'
Mhususnya di daerah tropik maupun negara-negara yang Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah
mdang berkembang yaitu di Afrika, sebagian besar Asia, infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
s,*heEian besar benua Amerika (Amerika Latin)' WHO
nmretaporkan dalam tahun 2009 masih terdapat 225 jula
lpr erita malaria dengan angka kematian 781.000. lDi SEJARAH
iirndrcnesia sendiri malaria masih merupakan penyakit
yang menjadi perhatian utama kementerian
rrnnfre<si Memasuki milenium ke-3, infeksi malaria masih merupakan
ll*msenatan untuk dilakukan eliminasi disamping infeksi masalah klinik bagi negara tropik/sub-tropik dan negara
ruruiherkulosis dan infeksi HIV/AIDS. Dalam 10 tahun terakhir berkembang maupun negara yang sudah maju. Malaria
rrnnn sudah terjadi perubahan peta endemisitas infeksi merupakan penyebab kematian utama penyakit tropik,
nrmdhnia di lndonesia, sebagian daerah dengan endemisitas diperkirakan satu juta penduduk dunia meninggal tiap
firmrqgi di Papua dan Kalimantan sudah menurun, walaupun tahunnya dan terjadi kasus malaria baru 200-300 juta/
,dhmmmkian kehati-hatian terhadap infeksi malaria dapat tahun. Malaria berasal dari bahasa ltalia (mala + oria)
drmimukan di semua daerah/ kota di lndonesia harus yang berarti "udara yang jelek/salah", baru sekitar tahun
ftumac dilakukan. Hal ini disebabkan mobilisasi penduduk 1880 Charles Louis Alphonse Laveran dapat membuktikan

6mmc cukup tinggi dan transportasi yang semakin cepat


bahwa malaria disebabkan oleh adanya parasit didalam
kinkan terjadinya kasus-kasus impor di semua
rmirnnn-u:rrrg sel darah merah, dan kemudian Ronald Ross membuktikan
ioktsf'r yang sudah ter-eliminasi malaria. 2 siklus hidup plasmodium dan transmisi penularannya pada
nyamuk. Oleh karena penemuannya Laveran dan Ross
mendapat hadiah Nobel. a
rretNtsl Laporan kasus malaria yaitu adanya demam dengan
splenomegali telah dituliskan dalam literatur kuno dari
rnalaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium Cina yaitu Nei Ching Canon of Medicine pada 1 700 SM dan
,ffilMhrarn darah atau jaringan yang dibuktikan dengan dari Mesir dal am Ebers Popyrus pada tahun 1 570 SM. Tahun
lffirnne.iksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen 1948 ditemukan siklus eksoeritrositer pada P cynomolgi
,a dengan tes cepat, ditemukan DNA/ RNA oleh Shortt dan Garnham; dan pada tahun 1980 Krotoski
t pada pemeriksaan PCR.3 lnfeksi malaria dapat dan Garnham menemukan bentuk dijaringan yang disebut
gejala berupa demam, menggigil, anemia dan hipnozoit yang menyebabkan terjadinya relaps's
596 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

Pada permulaan abad-20 juga ditandai dengan ovolebiasanya hanya di Afrika. Di lndonesia kawasan Timur
ditemukannya pestisida untuk membunuh nyamuk yaitu mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara,
d ic h lo ro - d ip he nyltric h Io roeth a n e (D DT) ol eh Pa u I M u e r
I I Maluku, lrian Jaya dan dari Lombok sampai Nusatenggara
(Swiss). Suksesnya eradikasi malaria dalam era tahun Timur serta Timor Timur merupakan daerah endemis
1960-an ternyata tidak sepenuhnya menghilangkan malaria dengan P foLciparum dan P. vivax. Beberapa
penyakit malaria di dunia. Di lndonesia dengan adanya daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi
program KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria), dan Batam kasus malaria cenderung meningkat. Populasi
malaria hanya dapat dikontrol untuk daerah Jawa dan yang berisikoterhadap malaria ialah 113 juta dari2l8juta
Bali. Sampai sekarang masih banyak kantung-kantung masyarakat lndonesia. Walaupun demikian jumlah kasus
malaria khususnya daerah lndonesia kawasan Timur (lrian, malaria telah menurun dari 2.8 juta tahun 2001 menjadi
Maluku, Timor TimuI NTT, Kalimantan dan sebagian besar 1.2 jula kasus pada tahun 2008. 1

Sulawesi), beberapa daerah Sumatera (Lampung, Riau,


Bengkulu dan Sumatera Barat dan Utara) dan sebagian
kecil Jawa (Jepara, sekitar Yogya dan Jawa Barat).6 TRANSMISI DAN EPIDEMIOLOGI
Walaupun kina merupakan obat pertama yang
digunakan untuk mengobati demam (diduga oleh malaria) Daur Hidup Parasit Malaria
pada tahun 1820 oleh Pelletier dan Caventou, obat lnfeksi parasit malaria pada manusia mulai saat nyamuk
untuk malaria baru dapat disintesis secara kimiawi yaitu anopheles betina menggigit manusia dan nyamuk akan
primakuin (1924), quinacrine (1930), klorokuin (1934), melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana
amodiaquine(1946), primakuin (1950) dan pirimetamin sebagian besar dalam waktu 45 menit-akan menuju ke
(1951). Dengan meluasnya resistensi terhadap pengobatan hati dan sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Dli
kloroquin, sulfadoksin-pirimetamin serta obat-obat dalam sel parenkim hati mulailah perkembangan bentut
lainnya, WHO melalui RBM (Roll Back Malaria) telah aseksual skizon intrahepatik atau skizon pre eritrosit
mencanangkan perubahan pemakaian obat baru yaitu Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk
kombi nasi a rtemisi ni n (Arte m isin in - bo se Co m b in otio n plosmodium folciporum dan 15 hari untuk plosmodium
Theropy = ACT) untuk mengatasi masalah resistensi molarioe. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentr.t
pengobatan dan menurunkan morbiditas dan mortalitas. skizon hati yang apabila pecah akan dapat mengeluarkm
Melalui studi SEQUAMAT (2005) dan AQUAMAT (2010) 10.000 - 30.000 merozoit ke sirkulasi darah. Pada P. viyu
telah dibuktikan bahwa pengobatan dengan Artesunate dan ovole, sebagian parasit di dalam sel hati membenh*
intra vena, menurunkan mortalitas dibandingkan hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahul,
pengobatan dengan menggunakan Kina.78 dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relap
pada malaria. 1o
Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan
DISTRIBUSI DAN INSIDEN menyerang eritrosit dan masuk melalui reseptor permukam
eritrosit. Pada P. vivox reseptor ini berhubungan dengar
lnfeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara faktor antigen Duffy Fyo alau Fyb. Hal ini menyebabh
di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian Selatan) dan individu dengan golongan darah Duffy negatif tidak dfl
daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6 terinfeksi malaria vivax. Reseptor untuk P folciponm
triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan diduga sualu glycophorins, sedangkan pada P molorila
morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta dan P ovole belum diketahui. Dalam waktu kurang drf,i
pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu 12 jam parasit berubah menjadi bentuk ring, pado
Amerika Serikat, Canada, negara di Eropa (kecuali Rusia), . folciporum menjadi bentuk stereo - he
lsrael, Singapura, Hongkong, Japan, Taiwan, Korea, Brunei yang mengandung kromatin dalam intinya di
dan Australia. Negara tersebut ter-hindar dari malaria sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan
karena vektor kontrolnya yang baik; walaupun demikian dan dalam metabolisme-nya membentuk pigmen
di negara tersebut makin banyakdijumpai kasus malaria disebut hemozoin yang dapat dilihat secara mikro
yang di impor karena pendatang dari negara malaria atau Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan
penduduknya mengunjungi daerah-daerah malarias berubah lonjong, pada P folciparum dinding er
P. falciparum dan P. mqlorioe umumnya di jumpai membentuk tonjolan yang disebut knob yang
pada semua negara dengan malaria; di Afrika, Haiti dan penting dalam proses sitoaderens dan rosetting.S*
Papua Nugini umumnya P. folciporum; P vivax banyak di 36 jam invasi kedalam eritrosit, parasit berubah mmj
Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tanggara, negara skizon, dan bila skizon pecah akan mengeluarkan 6 -
Oceania dan lndia umumnya P folciporum dan P vivox. P. merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain.
UIIA,RJA 597

nse*sual ini pada P folciparum, P vivax dan P ovale ialah 24 merozoit ke dalam sirkulasi. Merozoit yang di lepaskan
ffi.am dan pada P malorioe adalah 72 jam.l1.(Gambar 1) akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami
fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi
dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit.
Selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual
dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit
yang berpotensi (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam
patogenesis terjadinya malaria pada manusia. Patogenesis
malaria yang banyak diteliti adalah patogenesis malaria
yang disebabkan oleh P falciparum.lz
Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh
faktor parasit dan faktor pejamu (hosf). Termasuk dalam
faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit
dan virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam
faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat
hbar 1. Daur hidup plasmodiumdan mekanisme invasi tinggal, genetik, usia, status nutrisi dan status imunologi.
wrur:sit (disalin dari: Miller LH . The pathogenic basis of Malaria.
EP secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium
Mlm-ne 2002, 415:673 - 679)
cincin pada 24 jam ldan stadium matur pada 24jam ke ll.
Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk RESA (Ring-erythrocyte surgoce ontigen) yang menghilang
gammet jantan dah betina, dan bila nyamuk menghisap setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membran
lhar: manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam EP stadium matur akan meng-alami penonjolan dan
ilum-n nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk
membentuk knob dengan Histidin Rich-protein- 7 (HRP-1)
i!rE,;t dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut
ll{etl:E menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya
berubah menjadi merozoid, akan dilepaskan toksin malaria
nmrcr:fadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan
beru pa GPI atau gli kosi lfosfatidi linositol yang merangsang
nmm'rgeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar
pelepasan TNF-a dan interleukin-1 (lL-1) dari makrofag. 12,13
tltu@h nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
di masyarakat, tingginya s/ide
Fhda surveilens malaria Sitooderensi. Sitoaderensi ialah perlekatan antara
/@qflre rote (SPR) menentukan endemisitas suatu daerah
EP stadium matur pada permukaan endotel vaskular.
dnm oola klinis penyakit malaria akan berbeda. Secara Perlekatan terjadi molekul adhesif yang terletak
nr'-misi endemisitas daerah dibagi menjadi : dipermukaan knob EP mele,kat dengan molekul-molekul
- TIIPOENDEMIK: bila porasit rote atau spleen rote adhesif yang terletak dipermukaan endotel vaskular.
3 'lOo/" Molekul adhesif di permukaan knob EP secara kolektif
ItTtESOENDEMIK: bila parasit rate atau spleen rote disebut PfEMP-1, (P.foLciparum erythroLyte mernbrone
-.) - 50% protein-7). Molekul adhesif dipermukaan sel.endotel
i:IIPERENDEMlK: bila porosit rqte alau spleen rote vaskular adalah CD36, trombospondin, intercellulqr-
5A - 75% odhesion molecule- 7 (ICAM-1), vosculor cell adhesion
* TOLOENDEMIK: bila porasit rote alau spleen rate > 7Syo molecule - 1 (VCAM), endothel leucocyte qdhesion
m o le c u le - 1 (E LAM - ) dan g lycoso m in o g lyco n c h o n d ro itin
1

Forosit rote dan spleen rofe ditentukan pada sulfate A. PfEMP-1 merupakan protein-protein hasil
Nmrneriksaan anak-anak usia 2 - 9 tahun. Pada daerah ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada
Itlttdicrend e m k ba nya k pe n d e rita a n a k- a n a k d e n g a n a n e m a
i i
dipermukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen VAR.
iM,nrat pada daerah hiperendemik dan mesoendemik mulai Gen VAR mempunyai kapasitas variasi antigenik yang
ihulrtak malaria serebral pada usia kanak-kanak (2 - 10
sangat besar.13.1a
sedangkan pada daerah hipoendemik/daerah tidak
lthililtun!,
Mii banyak dijumpai malaria serebral, malaria dengan Sekuestrasi. Sitoaderen menyebabkan EP matur tidak
qnmqquan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit
rumm dewasa. 6 matur yang tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut
EP maturyang mengalami sekuestrasi. Hanya P foLciparum
yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium
iTf,OGENESIS DAN PATOLOGI lainnya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah
perifer. Sekuestrasi terjadi pada organ-organ vital dan
Sumriah melalui jaringan hati P. fo lcipa ru m melepaskan 1 8- hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi tertinggi
598 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

terdapat di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru parasit malaria berada. Beberapa organ yang terlibat
jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini diduga memegang antara lain otak, jantung-paru, hati-limpa, ginjal, usus,
peranan utama dalam patofisiologi malaria berat.l2,13,14 dan sumsum tulang. Pada otopsi dijumpai otak yang
membengkak dengan perdarahan petekie yang multipel
Rosetting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi
pada substansi putih (white mottey'. Perdarahan jarang
10 atau lebih eritrosit yang tidak mengandung parasit.
pada substansi abu-abu. Tidak dijumpai herniasi. Hampir
Plasmodium yang dapat melakukan sitoaderensi juga
seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh dengan parasit
yang dapat melakukan rosetting. Rosetting menyebabkan
Pada jantung dan paru selain sekuestrasi, jantung relatif
obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan sehingga
normal, bila anemia tampak pucat dan dilatasi. Pada paru
mempermudah terjadinya sitoadheren.l2
dijumpai gambaran edema paru, pembentukan membran
Sitokin. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit hialin, adanya aggregasi leukosit. Pada Ginjal tampak
dan makrofag setelah mendapat stimulasi dari malaria bengkak, tubulus mengalami iskemia, sekuestrasi pada
toksin (LPS, GPI ). Sitokin ini antara lain TNF-a (tumor kapiler glomerulus, proliferasi sel mesangial dan endotel.
necyosis factor-olpho), interleukin-1 (lL-1), interleukin-6 Pada pemeriksaan imunofluoresen dijumpai deposisi
(lL-6), interleukin-3 (lL-3), LT (lymphotoxin) don interferon- imunoglobulin pada membran basal kapiler glomerulur
gommo (lNF-s). Dari beberapa penelitian dibuktikan bahwa Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi perdarahan
penderita malaria serebral yang meninggal atau dengan karena erosi, selain sekuestrasijuga dijumpai iskemia yang
komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang dijumpai
TNF-a yang tinggi. Demikian juga malaria tanpa komplikasi diseritropoesis, makrofag mengandung banyak pigmert'
kadar TNF-a, lL-1, lL-6 lebih rendah dari malaria serebral. dan eritrofagositosis.l3
Walaupun demikian hasil ini tidak konsisten karena juga
dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal/
rendah atau pada malaria serebral yang hidup dengan !MUNOLOGI
sitokin yang tinggi. Oleh karenanya diduga adanya peran
da ri neu rotra nsm itter yan g la i n sebaga i f ree - rod ico I dalam lmunitas terhadap malaria ,"nrr, kompleks, melibatkan
kaskade ini seperti nitrit-oksida sebagai faktor yang hampir seluruh komponen sistem imun baik spesifil
penting dalam patogenesis malaria berat.l3,14 maupun non-spesifik, imunitas humoral maupun selulas
yang timbul secara alami maupun didapat akibat infeki
Nitrit Oksida. Akhir-akhir ini banyak diteliti peran
mediator nitrit oksid (NO) baik dalam menimbulkan atau vaksinasi. lmunitas spesifik timbulnya lambat.
malaria berat terutama malaria serebral, maupun lmunitas hanya bersifat jangka pendek dan barangk*
tidak ada imunitas yang permanen dan sempurna.
sebaliknya NO justru memberikan efek protektif karena
Bentuk imunitas terhadap m-dlaria dapat dibedakm
membatasi perkembangan parasit dan menurunkan
ekspresi molekuladesi. Diduga produksi NO lokal di organ
atas : 1). lmunitas alamiah non-imunologis berupe
kelaina n-kelai nan genetik polimorfisme yang. dikaitkr
terutama otak yang berlebihan dapat mengganggu fungsi
organ tersebut. Sebaliknya pendapat lain menyatakan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya: hemogloti
celltroit), hemoglobin C, hemoglobin E, talaseri
S (sickle
kadar NO tertentu, memberikan perlindungan terhadap
A/B, defisiensi glukosa-6 pospat dehidrogenase (G6PD[
malaria berat. Justru kadar NO yang rendah mungkin
menimbulkan malaria berat, ditunjukkan dari rendahnya
ovalositosis herediter; golongan darah Duffy negafl
yang kebal terhadap infeksi P. vivox, individu dengm
kadar nitrat dan nitrit total pada cairan serebrospiral. Anak-
humon leucocyte antigen (HLA) tertentu misalnya HlL
anak penderita malaria serebral di Afrika, mempunyai
kadar arginine yang rendah. Masalah peran sitokin Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan melindungi
proinflamasi dan NO pada patogenesis malaria berat terhadap malaria berat; 2). lmunitas didapat non-spesift
(non-adaptive,/innate). Sporozoit yang masuk darah ah
masih kontroversial, banyak hipotesis yang belum dapat
dengan cepat merangsang respon imun non-spesifikyaqn
dibuktikan dengan jelas dan hasil berbagai penelitian
terutama dilakukan oleh makrofag dan monosit,
sering saling bertentangan.ls
menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, lL-1 , lL - l
lL- 4, lL - 6,lL-8, lL-10, secara langsung meng
pertumbuhan parasit (sitostatik),dan membunuh
PATOLOGI
(sitotoksik); 3). lmunitas didapat spesifik. 16
Studi patologi malaria hanya dapat dilakukan pada malaria sistem imun terhadap infeksi malaria mempunyai
falsiparum karena kematian biasanya disebabkan oleh P spesies spesifik, sfrain spesifik, dan stoge spesifik.

falciporum. Selain perubahan jaringan dalam patologi terhadap stadium siklus hidup parasit (sfoge
malaria yang penting ia.lah keadaan mikrovaskular dimana dibagi menjadi:
tr.AR.tA 599

lrnunitas pada stadium eksoeritrositer : - 1 / Pf - EMP-1, Pf-EMP-2, Moture Porasite lnfective


Eksoeritrositer ekstrahepatik (stadium sporozoit), Erytrocyte Surfoce Antigen (MESA), ?f-EMP-3, Heot
respons imun pada stadium ini adalah melalui antibodi Shock Protein-7O (HSP-70)
yang menghambat masuknya sporozoit ke hepatosit. . lmunitas pada stadium seksual berupa : antibodi yang
dan antibodi yang membunuh sporozoit melalui membunuh gametosit, antibodi yang menghambat
opsonisasi Contoh : Sirkumsporozoid protein fertilisasi, antibodi yang menghambat transformasi
iCirc u m sp o rozo id p rote in / CSP), S p o r ozo id T h re o n in zigot menjadi ookinet, antigen/antibodi pada stadium
and osporogin rich protein (STARP), Sporozoid and seksual prefertilisasi : Pf- 230 (Transmission blocking
liver stage ontigen (SALSA), Plasmodium falciforum ontibody), ?t - 48/45, Pt- 7/25, Pf-16, Pf-320, dan
sporozoite surface protein-2 ( SSP-2 / Trombospondin- antigen/antibodi pada stadium seksual post fertilisasi,
reloted ononymous protein = TRAP). 1s misal : Pf-25, Pf-28
Eksoeritrositer intrahepatik, respons imun pada
Pembuatan vaksin banyak ditujukan pada stadium
stadium ini adalah melalui: Limfosit T sitotoksik CD8+,
sporozoit, terutama dengan menggunakan epitop tertentu
antigen/ antibodi pada stadium hepatosit Liver stage
dari sirkumsporozoid. Respon imun spesifik ini diatur dan/
ontigen -1 (LSA-1), LSA-2, LSA-3
atau dilaksanakan langsung oleh limfosit T untuk imunitas
,munitas pada stadium aseksual eritrositer berupa:
selular dan limfosit B untuk imunitas humoral.
antibodi yang mengaglutinasi merozoit, antibodi yang
menghambat sitoaderent antibodi yang menghambat
pelepasan atau menetralkan toksin-toksin parasit. GEJALA KLINIS
Seperti :Antigen dan antibodi pada stadium merozoit/
W rozo it s u rfo ce a ntig e n/ p rofern 1 (M SA/M S P- 1 ), M SA- 2, Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas
MSP-3, Apical membrone Antigen (AMA-1), Eritrocyte penderita, dan tingginya transmissi infeksi malaria. Berat/
Binding Antigen - 175 (EBA-175), Rhoptry Associoted ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium (P
Protein - 1 (RAP-1), Glutomine Rich Protein (GLURP)16 Folciporum sering membbrikan komplikasi), daerah asal
Antigen dan antibodi pada stadium aseksual eritrositer infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia
: Pf - 155/Ring Eritrocyte Surface Antigen (RESA), Pf- lanjut dan bayi sering lebih berat). ada dugaan konstitusi
155 Ring Eritrocyte Surfoce Antigen (RESA), Serine genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaksis
Repeot Antigen (SERA), Histidine Rich protein-Z dan pengobatan sebelumnya.ll (Gambar 2)
HRP-2), P folciforum Eritrocyte Membrone Protein

Faktor parasit: Faktor pejamu (Host) Faktor sosial dan geografi


a

- Resistensi obat - Imunitas - Akses mendapat pengobatan


- Kecepatan multiplikasi - Kecepatan multiplikasi - Faktor-faktor budaya dan ekonomi
- Cara invasi - Genetik - Stabilitas politik
- Sitoadherens - Umur kehamilan - Intensitas transmisi nyamuk
- Roseting
- Polimorfisme antogenik
- Variasi anti-genik (PfEM
- Toksin malaria

Asimptomatik Demam Malaria berat Kematian


(spesifik)

Gambar 2. Gambaran klinis ditentukan oleh faktor parasit, pejamu dan sosial-geografi. (Sumber: Miller LH,
Baruch D l, Marsk K, Doumbo Ok. The pathogenesis basis of malaria, Nature 2002; 415:673)
600 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

MAN IFESTASI MALARIA TANPA KOMPLI KASI berkeringat; kemudian periode berkeringot : penderita
berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
Dikenal 5 jenis plasmodium (P) yang menginfeksi merasa sehat.Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi
manusia yaitu P vivax, yang merupakan infeksi yang P vivax, pada P falciporum menggigil dapat berlangsung
paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks, berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung
P. falciporum, memberikan banyak komplikasi dan 12 jam pada P falciporum,36 jam pada P vivox dqn ovole,
mempunyai perjalanan klinis yang cukup serius, mudah 60 jam pada P mqloriae. Timbulnya gejala trias malaria ini
resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria juga dipengaruhi tingginya kadar TNF- alfa.le
tropika/ falsiparum, P malarioe, cukup jarang namun Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada
dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan menyebabkan infeksi malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia
malaria quartana/ malariae, P ovale dijumpai pada daerah ialah : pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan
Afrika dan Pasifik Barat, memberikan infeksi yang paling sementara eritropoiesis, hemolisis oleh karena kompleks
ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, imun yang diperantarai komplemen, eritrofagositosis
menyebabkan malaria ovale, dan Plasmodium ke-5 lalah penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh
P. KnowLesiyang dilaporkan pertama kali di Serawak serlng sitokin. Pembesaran Iimpa (splenomegali) sering dijumpa
didiagnosa sebagai P molorioe dan dapat menyebabkan pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3- har;
malaria berat. 17,18
dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyer
dan hiperemis. Limpa merupakan organ yang pentinc
Manifestasi Umum Malaria dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam penelitian pada binatang percobaan memperlihatka-
periodik, anemia dan splenomegali. Masa inkubasi limpa memfagosit eritrosit yang terinfeksi melalu
bervariasi pada masing-masing plasmodium. (Tabel 1) perubahan metabolisme, antigenik dan rheologicol don-
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya e rttros it yo n g terinfeksi.
demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infek;
punggung, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan malaria ialah: (Gambar 3)20
tulang, demam ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa
dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yar-,g
terjadi pada P vivax dan ovole, sedang pada P folciporum terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringa:
dan molariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panja.,3
dapat mendadak.lo tergantung dari jumlah parasit dan keadaan immunl:es
Gejala yang klasik yaitu terjadinya " Trios MaLario " penderita.
secara berurutan: periode dingin (15-60 menit) : mulai
menggigil, penderita sering membungkus diri dengan Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanoa
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanra
seluruh badan bergetar dan gigi-geligi saling terantuk, terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
diikuti dengan meningkatnya temperatur; diikuti dengan Rekrudesensi: berulangnya gejala kli ni k da n parasiter'-rra
periode panos: penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangar
badan tetap tinggi beberapajam, diikuti dengan keadaan primer. Rekrudesensi dapat terjadi berupa berulang.56

Plasmodium
Masa lnkubasi (hari) t'TJ;;"' Reraps Rekrudensi Manifestasi Klinik
Rata-rata(min-max)
Falsiparum 12 (g-14\ 24,36, Tidak Ya Gejala gastrointestinal; hemolisis; anemi*
48 ikterus hemoglobinuria; syok; algid malari{
gejala serebral; edema paru; hipoglikefr
gangguan kehamilan; kelainan retina. ,l

Vivax L3 (72-17) 12) bulan 48 Ya Tidak Anemia kronik; splenomegali ruptur limpa- |
Ovale 17 (16-18) 48 Ya Tidak sama dengan vivax
Malariae 28 (18-40) 7? Tidak Ya Rekrudensi sampai 50 tahun; splenomeg{
menetap;ruptur limpa jarang ruptur; sindroui
nefrotik. I
Knowlesi 9-12 ?4 Tidak ? Demam, nyeri perut, trombositoperd
gangguan ginjal, ikterik, hiperparasitemia i
ilralRtA 601

- NILAI AMBANG PIROGENITAS


SIMPTOM KLINIS,MENINGKAT SESUAI
KLINIS DENGAN IMUNITAS

PAMSITEMIA
PATEN

9ARASITEMIA -'
PATEN
t
a
__r_______- ------J---*
,/' Sizogoni Exo-eritrositik I
]a:ium jaringan hati
>rner & Sekunderf

1. Masa lnkubasi 3. Masa laten ( masa laten klinis) 5a. Masa laten parasit
2. Masa Pre-paten 4. Rekrudensi 6. Rekurensi klinis (relaps ranjang)
paroksismal
3. Serangan primer 5. Masa laten 6a. Relaps parasit

(hmbar 3. Perjalanan klinis infeksi malaria

4ma a klinik sesudah periode laten dari serangan primer. pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi
imrq disebut relaps waktu panjang. terhadap kloroquin pada malaria vivaks juga dilaporkan
di lrian Jaya dan di daerah lainnya (Sumatra).22 24 Relaps
yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia
fimrrurens:
sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang
su*eah 24 minggu berakhirnya serangan primer.
tertinggal di hati pada saat status imun tubuh menurun.
fimaos atau Rechute: yaitu berulangnya gejala klinik atau Malaria vivaks saat ini dapat juga berkembang menjadi
mesitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan malaria berat dan memberikan komplikasi seperti gagal
m'-rcdik dari infeksi primer atau setelah periode yang lama pernapasan, malaria serebral. disfungsi hati dan anemia
fiffi" -'lasa laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena berat.2s,26
rmntexsi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati)
Mia r.nalaria vivaks atau oyale. Manifestasi Klinis Malaria Malariae/M. Quartana
M. malariae banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika
f*rifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M.Vivax/ latin, sebagian Asia. Penyebarannya tidak seluas P.vivox
tJenigna.20 dan Pfolciparum. Masa inkubasi 18 - 40 hari. Manifestasi
lec;ra epidemiologi pada tahun 1999 diperkirakan klinik seperti pada malariia vivaks hanya berlangsung
rmrciapat 72-80 juta penderita malaria vivaks di dunia dan lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegall sering
t % ada di Asia. Saat initerjadi peningkatan 2.5 kali lipat dijumpai walaupun ringan. Serangan paroksismal terjadi
purnrr,rahpenderita dan secara global beban malaria vivaks tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan parasitemia
mmah 'l 32-391 juta orang per tahun. 21 sangat rendah < 1Yo.2o
nkubasi 12-17 hari, bisa lebih panjang 12 - 20 hari. Ko m pl i kasi ja ra n g terjad i, si nd roma nefroti k di la porka n
r&ad,a hari-hari pertama panas iregular; kadang-kadang pada infeksi plasmodium malariae pada anak-anak Afrika.
'ErilT":en atau intermiten, pada saat tersebut perasaan Diduga komplikasi ginjal disebabkan oleh karena deposit
dinltc,n atau menggigiljarang terjadi. Pada akhir minggu kompleks imun pada glomerulus ginjal. Hal ini terbukti
rlrme ;anas menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan adanya peningkatan lg M bersama peningkatan
@*nan gejala klasik trias malaria. Serangan paroksismal titer anti-bodinya. Pada pemeriksaan dapat dijumpai
hlresenya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit edema, asites, proteinu ria yang banyak, hipoproteinaemia,
mfrercapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini prognosisnya
:ada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia jelek, respons terhadap pengobatan anti malaria tidak
rnrur ai menurun setelah 14 hari, limpa masih dapat menolong, diet dengan kurang garam dan tinggi
Irlmrnbesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir protein, dan diuretik boleh dicoba. steroid tidak berguna.
!'ilrrrEgu kelima panas mulai turun. Pada malaria vivaks, Pengobatan dengan azatioprin dengan dosis 2-2,5 mg/
liirmnmna dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran
kg B.B selama 12 bulan tampaknya memberikan hasil
nilruurett). Mala ria serebral jara n g terjad i. Edema tu ng kai yang baik; siklofosfamid lebih sering memberikan efek
secabkan karena hipoalbuminemia. Malaria vivaks toksik. Rekrudesensi sering terjadi pada plasmodium
llrorr-'nq menyebabkan relaps. Pada penderita yang semi- molorioe, parasit dapat bertahan lama dalam darah periferi
mmmrun infeksi malaria vivaks tidak spesifik dan ringan sedangkan bentuk diluar eritrosit (di hati) tidak terjadi
uq6 parasitemia hanya rendah; serangan demam hanya pada P malorioe 20
602 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!

Manifestasi Klinis Malaria Ovale inkubasi eksperimental 9-12 hari. Sering dijumpai gejala
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis nyeri abdomen dengan diarea. Parasitemia lebih tinggi
malaria. Masa inkubasi 11-16 hari, serangan paroksismal dibandingkan oleh P. malariae. Komplikasi malaria berat
3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali dapat terjadi berupa penurunan kesadaran, hipotensi,
walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran gagal ginjal, ikterik, gagal pernapasan dan menyebabkan
dengan plasmodium lain, maka Povole tidak akan tampak kematian. Diagnosa pasti malaria knowlesi saat ini hanya
didarah tepi, tetapi plasmodium yang lain yang akan dengan pemeriksaan analysis DNA dengan pemeriksaan
ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan malaria PCR.27,28

vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan


perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh spontan
tanpa pengobatan. Serangan menggigiljarang terjadi dan ETtOtOGt
splenomegali jarang sampai dapat diraba.
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain
Ma nifestasi Kl i n is Malaria Tropi kalM. falsiparu m menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, golongan burung, reptil dan mamalia. Termasuk genus
ditandai dengan panasyang ireguleri anemia, splenomegali, plasmodium dari famili plasmodidae, ordo Eucoccidiorida
parasitemia sering dijumpai, dan sering terjadi komplikasi. klas Sporozoasida, dan phyllum Apicomplexa.
Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosh
perjalanan klinis yang cepat, dan parasitemia yang tinggi (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di
dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjad
yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri punggung/ pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan
nyeri tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatarg
dan diare. Parasit sulit ditemui pada penderita dengan (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang
pengobatan imunosupresan. Panas biasanya ireguler primata)
dan tidak periodik, sering terjadi hiperpireksia dengan Sementara itu terdapat empat plasmodium yang
temperatur di atas 400C. Gejala lain berupa konvulsi, dapat menginfeksi manusia, yang sering dijumpai ialdt
pneumonia aspirasi dan banyak keringat walaupun plasmodium vivox yang menyebabkan malaria tertianr
temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, dan plosmodium folciporum yang menyebabkan malaria
nausea, muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan tropika. Plosmodium molorioe pernah juga dijumpai padr
paru (batuk). Splenomegali dijumpai lebih sering dari kasus di lndonesia tetapi sangat jarang. PlasmodiLn
hepatomegali dan nyeri pada perabaan; dapat disertai ovole pernah dilaporkan dijunrpai di lrian Jaya, pulru
timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, Timor; dan pulau Owi (utara lrian Jaya). Sejak tahun 2fi1*
hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol telah dilaporkan munculnya malaria baru dikenal sebagd
dengan leukopenia dan monositosis. malaria ke-5 (fhe fifth matorio) yang disedabkan oHr
P lo sm od iu m k n owles i y ang sebel um nya ha nya mengiqffiir
Manifestasi klinik P. Knowlesi monyet berekor panjang, namun sekarang dapat pdr
Sejak dipublikasikan tahun 2004 sebagai hasil studi menginfeksi manusia.2s
retrospektif terhadap adanya kasus di Kapit-Serawak
dimana dilaporkan sebagai P. Molorioe yang tidak
klasik. Malaria ini dikenal sebagai Simian malorio yang DIAGNOSIS MALARIA
menginfeksi kera ber-ekor panjang dikenal sebagai
Moccoco fasciculoris, M. nemestrino dan juga Presbytis Diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala
femorolis. Dalam retrospektif analisis kasus malaria dan pemeriksaan mikroskopik. Gejala klinis saja
di Serawak-Sabak tahun 2001-2006, dari 960 kasus, bervariasi dan tidak spesifik sehingga pen
P. knowlesi ditemukan pada 266 (27.7o/o).18 Selain di diagnosa berdasar gejala klinis mempunyai spesifitas
serawak Malaysia, P. knowlesi juga dilaporkan di Filipine, rendah. Adanya riwayat/ anamnesa penderita tentang
Singapore, Thailand dan Myanmar. Di lndonesia juga apakah dari daerah endemik malaria, riwayat ber
pernah dilaporkan penderita dari Kalimantan. Sebagai daerah malaria sangat membantu dalam mem
vektor utama ialah Anopheles crocens, An. Lotens, An. adanya infeksi malaria. WHO merekomendasikan
Bolabacencis. Malaria ini sering didiagnosa sebagai P berdasar gejala klinis dengan 2 petunjuk :30
molorioe yang tidak klasik karena gejala panas lebih 1. Bila risiko infeksi malaria rendah, kemunqki
dominan, dengan puncak panas tiap hari, kadang dengan transmisi malaria minimal, diagnosa berdasar
2 puncak.mempunyai-siklus aseksual tiap 24jam dan masa demam selama 3 hari dan tidak ditemukan
UTAR,IA 603

lnfeksi lainnya. komplikasi juga dapattimbul denganjumlah parasityang


I Bila penderita risiko malaria tinggi, dan transmisi minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau
nralaria sangat tinggi, diagnosa berdasar adanya Leishman's, atau Field's dan juga Romanowsky. Pengecatan
demam satu hari disertai adanya anemia, pada anak Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium
sering ditandai dengan pucat di telapak tangan. dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil
yang cukup baik.
)iagnosis pasti dengan menemukan adanya parasit
,mnr :nia ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik
:iieragai standar baku dan bila tidak dimungkinkan Tes Antigen :

ucertu dengan tes diagnosa cepat (Ropid Diagnosis Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein ll
fu; mendeteksi antigen dari P.Falciporum dan antigen
=RDT)
terhadap LDH (Laktate Dehydrogenase) yang ter-dapat
ftrneriksaan Tetes Darah untuk Malaria pada plasmodium lainnya. Deteksi sangat cepat hanya 3 -
rEwnreriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan 5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya
m@1a parasit malaria sangat penting untuk menegakkan baik, tidak memerlukan alat khusus. Ada 86 tes RDT
dimErrosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak dari 28 perusahaan. Beberapa tes mendeteksi antigen
."nw-l in gki rkan d iag nosis malaria. Pemeri ksaan da rah tepi spesifik terhdap P. Falciparum sedang yang lain deteksi
i kai Can hasil negatif dapat menyingkirkan kemungkinan pan-spesifik antigen (aldolase atau pan-malaria pLDH).
nraara. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga Sensitivitas sampai 95o/o dan hasil positif palsu lebih
iiro,cratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal
;par=sit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita sebagai tes cepat (Ropid lesf). Karena sensitivitas dan
tmrem atau panas dapat meningkatkan kemungkinan spesivitasnya tinggi tes ini sangat bermanfaat untuk tes
ilmennukannya parasit. Pemeriksaan dengan stimulasi penyaring dan dapat dipakai sebagai tes deteksi parasite
,rofirenalin 1:1000 tidak jelas manfaatnya dan sering untuk pemberian obat m.alaria ACT. Tes ini tidak dapat
mennoahayakan terutama penderita dengan hipertensi. dipakai untuk monitoring maupun mendeteksi adanya
lwrleriksaan parasit malaria melalui aspirasi sumsum hiperparasitemia 31

fiuiarg hanya untuk tujuan penelitian dan tidak sebagai


umia:iagnosis yang rutin. Adapun pemeriksaan darah tepi Tes Serologi
lumm dilakukan melalui : serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan
Tes
memakai teknik immuno fluorescent ontibody (lFA). Tes ini
fi-san preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik
berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
&tlrrr( menemukan parasit malaria karena tetesan
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat sedikit
thn=r cukup banyak dibandingkan preparat darah jumlahnya. Tes Ini kurang bermanfaat sebagai alat
l:[NWe Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di
diagnostik sebab antibodi baru terjadi retelah 2 minggu
mengan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu
terjadinya infeksi dan menetap 3 - 6 bulan. Tes ini sangat
Lurflmm-( memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
spesifik dan sensitif, manfaat tes serologi terutdma untuk
dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100
mm............'asit
digunakan pada penelitian epidemiologi atau alat uji
iWar,g pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai
ffitqlatakan negatip bila setelah diperiksa 200 lapang
infeksi baru; dan test > 1:20 dinyatakan positif terinfeksi.
pmndangan dengan pembesaran kuat (700-1000) kali tidak
Metode tes serologi lain adalah indirect hqemogglutinotion
drmerrqukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada
test, im m u n o - p re c ip itatio n te c h n iq u e s, ELIS A te st, ro d io -
ruues :ebal dengan menghitung jumlah parasit per 200
immunoossoy.3l
lmudkic,sit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya

drlm*h-r.rmlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit


Tes Diagnosis Molekular
1@ t'ri[pe-li1sr darah.
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi
Illb?usan darah Tipis. Digunakan untuk identifikasi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan
;lrlfirtnrs olasmodium, bila dengan preparat darah tebal sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan
sttiulhtt oitentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat
lltumunig parasit (porasite count), dapat dilakukan berdasar memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai
eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel
iflulrflEn sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
dnlan merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah Termasuk dalam tes ini: PCR (Polymerase Chain Reaction),
mnmnerndakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting LAMP (Loop-mediated lsothermal Amplification),
lulll[t0ilrfi r-nenentukan prognosis penderita malaria, walaupun Microarray, Mass Spectrometry (MS), flow cytometric
604 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

assay (FCM)31 merupakan kasus yang fatal . Data di Minahasa insiden


malaria berat ialah 6 o/o dari kasus yang dirawat di RS
dengan mortalitas 10 - 20 %.
DIAGNOS!S BANDI NG MALARIA Penderita berat malaria berat yang menurut WHO
didefinisikan sebagai infeksi P folciporum dengan satu
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang atau lebih komplikasi berikut: 30'32
menonjol, yang juga dijumpai pada hampir semua 1. Malaria cerebral : penurunan kesadaran (coma) yang
penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dan
respiratorius, influenza, bruselosis, demam tifoid, demam 30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan
dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti pneumonia, kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar GCS
infeksi saluran kemih, dan tuberkulosis. Pada daerah (Glasgow Como Scale).
hiper-endemik sering dijumpai penderita dengan imunitas 2. Acidemia/ acidosis: pH darah < 7.25 atau plasma
yang tinggi sehingga penderita dengan infeksi malaria bikarbonat < 15 mmol/L kadar laktat vena >5 mmolA
tetapi tidak menunjukkan gejala klinis malaria. Pada klinis pernapasan dalam/ respiratory dbtress.
malaria berat diagnosis banding tergantung manifestasi 3. Anemia berat normositik ( Hb < 5 gr%o atau hematokit
malaria beratnya. Pada malaria dengan ikterus, diagnosis <15 '/o )
banding ialah demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, 4. Gagal ginjal akut ( urine kurang dari 400 ml/ 24yarr
abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB pada anak-anak
ikterus biasanya tidak dijumpai demam lagi. Pada malaria setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mgcto
serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak 5. Edema paru (berdasarkan temuan foto toraks)
lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, 6. Ketidak mampuan untuk makan ( foilure to feed )
tripanososmiasis. Penurunan kesadaran dan koma dapat 7. Hipoglikemi : gula darah < 40 mg%
terjadi pada gangguan metabolik (diabetes, atau uremi), 8. Gagal sirkulasi atau Syok :tekanan sistolik < 70 mml-ig
gang guan serebro-vaskular (stro ke), ekla m psia, epilepsl, ( anak 1 - 5 tahun < 50 mmHg); disertai keringat dingim
dan tumor otak. atau perbedaan temperatur kulit-mukosa , 1 0 C-
Klasifikasi Malaria :
9. Perdarahan spontan
10. Kejang berulang lebih dari 2kali/ 24 jam.
1. Malaria asimptomatik
11. Hiperlaktemia > 5 mmol/L
2. Malaria tanpa komplikasi
12. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi
3. Malaria berat
malaria akut (bukan karena obat anti malaria / kelainamr
4. Malaria bentuk khusus
eritrosit (kekurangan G-6-Pq)
Malaria asimptomatik: ialah penderita malaria dengan 13. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasil
ditemukannya parasit malaria pada pemeriksaan darah yang padat pada pembuluh kapiler dijaringan otalid/'
dan penderita tidak ada gejala/ keluhan. Penderita ini jaringan lain. I
biasanya ditemukan pada waktu survailens dan dijumpai
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan se@nil'
pada orang yang tinggal di daerah hiper/holo endemik.
malaria berat sesuai dengan gambaran klinik daec'dlii
Penderita ini dengan imunitas yang tinggi sehingga
setempat ialah :
adanya parasit dalam darahnya tidak memberi gejala. Bila
dijumpai kasus seperti Ini penderita harus tetap diberikan
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS<15) di lndonesn
sering dalam keadaan delirium
obat anti-malaria.
2. Prostation- Kelemahan otot (tak bisa duduk/ berjatanfi
Malaria tanpa komplikasi: ialah ditemukannya parasit bentuk tanpa bantuan)
asekual dari seorang penderita disertai dengan gejala-gejala 3. Hiperparasitemia > 2 % (> 100.000 parasit/ul) pd
klinis malaria. Gejala dapat klasik maupun tidak klasik. Pada daerah transmisi rendah atau > 5% (250.000/uL )
penderitaini tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi. daerah transmisi tinggi/stabil malaria
Malaria berat Komplikasi malaria umumnya disebabkan 4. lkterik (bilirubin > 3 mg%) bila disertai gagal organ
karena P. falciporum dan sering di sebut pernicious 5. Hiperpireksia (temperatur rektal > 40 0 C) pada
monifestations. Sekarang komplikasi malaria dapat juga dewasa/anak.
disebabkan karena P vivax dan P knowlesi. Sering terjadi (lihat bab Malaria Berat )
mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya, dan sering
terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada Malaria Kondisi Khusus:
pendatang dan ibu hamil. Komplikasiterjadi 5-10% pada
seluruh penderita malaria yang dirawat di RS dan 20% nya A. Malaria pada Kehamilan
rnAnu 605

il0dhria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester I tenaga dokter sering tidak terbiasa/ berpengalaman
fum il dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Malaria dalam deteksi malaria sehingga sering terlambat diagnosis
Mmat juga lebih serin.g pada wanita hamil dan masa ataupun tidJk tersedianya sarana ataupun sumberdaya
,pienoerium di daerah mesoendemik dan hipoendemik. manusia untuk deteksi parasit malaria dan kesulitan
rni disebabkan karena penurunan imunitas selama
'fitNiifl dalam ketersediaan obat-obat antimalaria. Pengobatan
limrnarnilan. Beberapa faktor yang menyebabkan turunnya yang dianjurkan ialah kombinasi artemether-lumefantrine,
nrqF'oos imun pada kehamilan seperti : peningkatan atovaquon-prog ua ni I atau kina + doksisiklin/ tetrasi klin/
:imm'nmon steroid dan gonodotropin, alfa foetoprotein dan clindamycin. Penderita malaria berat pada pelancong
imumdrunan limfosit menyebabkan mudahnya terjadi infeksi diobati dengan artesunate i.v artemeter i.m, atau kina
mmdrlanra. lbu hamil dengan infeksi HIV lebih mudah terkena parenteral
liit#si malaria dan sering didapatkan malaria kongenital
Mh oayinya dan berat bayi lahir rendah. D. Malariaoleh karena Trasfusi Darah
Komplikasi pada kehamilan karena infeksi Malaria karena transfusi darah dari donor yang terinfeksi
m:dlhn:a ialah abortus, penyulit pada partus (anemia, malaria cukup sering terutama pada daerah yang
lllfiumtosplenomegali), bayi lahir dengan berat badan menggunakan donor komersial. Dilaporkan 3500 kasus
mildah anemia, gangguan fungsi ginjal, edema paru, malaria oleh karena transfusi darah dalam 65 tahun
tltnpoEriikemia dan malaria kongenital. Oleh karenanya terakhir. Parasit malaria tetap hidup dalam darah donor
ffitu oemberian obat pencegahan terhadap malaria pada kira-kira satu minggu bila dipakai anti-koagulan yang
It!fiuffia hamil
di daerah endemik. Pencegahan terhadap mengandung dekstrose dapat sampai 'l 0 hari. Bila
mffiria pada ibu hamil dengan pemberian klorokuin 250 komponen darah dilakukan cryopreserved, parasit dapat
minggu mulai dari kehamilan trimester lll sampai
rrap hidup sampai 2 tahun. lnkubasi tergantung banyak faktor,
butan post-partum. asal darah, berapa banyak darah dipakai, apa darah yang
disimpan di Bank Darah, dan sensitivitas dari penerima
dengan HIV/AIDS 30
darah. Umumnya inkubasiberkisar 16 -23 hari (bervariasi
geographis infeksi Malaria dan infeksi HIV P falciparum 8 - 29 hari, P vivax 8 - 30 hari).
pati area yang sama misalnya daerah Afrika, Bila seseorang pernah mendapat transfusi darah, dan
dsb. Penderita HIV bila mengalami infeksi setelah 3 bulan terjadi demam yang takjelas penyebabnya,
akan cenderung menjadi berat. Juga penderita harus dibuktikan terhadap infeksi malaria dengan
lang hamil bila terinfeksi malaria akan cenderung pemeriksaan darah tepi berkali-kali tiap 6-8 jam.
berat dan mortalitasnya tinggi. Pengaruh obat
Pencegahan terhadap malaria akibat transfusi :
seperti ACT terhadap infeksi HIV masih kurang . Deteksi darah donor dengan pemeriksaan tetes tebal :
rkan. Laporan pendahuluan yang diketahui
biasanya sulit karena parasit malaria biasanya hanya
malaria pada penderita HIV menurunkan respon
tan, menurunkan imunitas dan meningkatkan
sedikit. .
. Pemeriksaan serologis donor dengan metode indirect
r parasitemia. Masih kurang informasi tentang
fluorescent ontibody (lFA), bila negatif boleh sebagai
obat antiretroviral dengan obat anti malaria,
donor; bila hasil 1: 256 tidak boleh sebagai donor
awal pengobatan ACT pada penderita malaria
(infeksi baru).
ctrkup efektif, hanya saja ditemukan 7-8 kali lipat . Pengobatan pencegahan untuk semua donor darah
hanyak kejadian neutropenia pada penderita HIV
rutin. Pengobatan terhadap donor segera, 48 jam
ingkan non-HlV. Kejadian neutropenia lebih
sebelum darah diambil.
dijumpai pada pemakai zidovudine. Kejadian . Pengobatan terhadap recipient (penerima darah)
tas lebih banyak dijumpai pada pemakai
dengan artesunate + amodiakuin. Sebaiknya
HIV yang memakai zidovudine atau efavirens
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
ta malaria sebaiknya tidak memakai ACT yang
MALARIA
amodiakuin sebagai kombinasinya.
Penyakit atau keadaan klinik yang sering dijumpai pada
malaria pada pelancong (traveller)30 daerah endemik malaria yang ada hubungannya dengan
pelancong ialah kelompokyang non-imun dari infeksi parasit malaria yaitu Sindrom Splenomegali Tropik
tidak ada infeksi malaria ataupun kelompok dengan (SST), Sindroma Nefrotik (SN) dan Limfoma Burkitt (LB).'zo
rendah dari daerah endemik yang transmisinya
Kelompok ini berisiko terinfeksi malaria dan bila Sindrom Splenomegali Tropik (SST)'o
xe daerah asalnya sering tidak terdeteksi karena Sering dijumpai dinegara tropik yang penyebabnya
606 PENYAKIT TROP]K DAN INFEKSI

antara lain malaria, kala-azar, schistosomiasis, disebut . respons imunitas selluler dan humoral normal
juga Hyper-reoctive Molqrial Splenomegaly (Big Spleen terhadap antigen.
Diseose). SST berbeda dengan splenomegali karena . respons limfosit normal terhadap Phytohaemagglutinin
malaria. Splenomegali karena malaria sering dijumpai di (PHA).
daerah endemik malaria dengan parasitemia intermiten . hipersplenism terjadi hanya pada beberapa kasus dan
dan ditemukan hemozoin (pigmen malaria) pada sistem berhubungan dengan besarnya splenomegali
retikulo-endotelial. Sering pada umur dewasa dengan . limfositosis perifer dan pada sumsum tulang.
terbentuknya imunitas, parasitemia menghilang dan . volume plasma meningkat.
limpa mengecil. Pada SST terjadi pada penduduk daerah
Pengobatan :
endemik biasanya anak-anak, limpa tidak mengecil, . pemberlan kemoprofilaksis dalam jangka waktu
bahkan membesaq terjadi peningkatan serum lgM and
panjang akan menurunkan besarnya limpa dan kadar
antibodi terhadap malaria. Etiologi diduga merupakan
immunoglobulin.
respon imun terhadap malaria dimana terjadi peningkatan . splenektomi tidak dianjurkan karena memudahkan
dari lgM.
terjadinya infeksi yang sampai menimbulkan kematian
Gejala klinik berupa bengkak pada perut karena . tanpa pengobatan prognosis jelek, 50% meninggai
splenomegali, merasa lemah, anoreksia, berat badan
dalam evaluasi.
turun dan anemia. Pembesaran limpa mencapai umbilikus
sampai fossa iliaka (derajat 4-5 Hackett). Anemia biasanya
Sindrom Nefrotik2o
normokromik-normositik dengan peningkatan retikulosit. Sindrom nefrotik (SN) dengan karakteristik berupa
Anemia hemolitik dapat terjadi pada kehamilan dengan albuminuria, hipoalbumin, edema dan hiper-
SST, sedangkan trombositopenia jarang menyebabkan
kolesterolemia, dapat terjadi pada penderita anak-anak
manifestasi perdarahan. Kriteria diagnostik yang dipakai dengan infeksi plasmodium malariae. Gambaran patologl
untuk menegakkan SST yaitu: dapat bervariasi berupa penebalan setempat dari kapiler
. splenomegali (limpa > 10 cm bawah arcus costarum) glomerulus, sklerosis sebagian, dan peningkatan sel-sel
dan anemia. mesangial. Gambaran klinik penderita umurnya < 15
. antibodi terhadap malaria meningkat tahun, edema, proteinuria > 3 g/24 jam, serum albumiim
. lgM meningkat > 2 standar deviasi dari normal < 3 g/dl, dan dijumpai asites. Hipertensi dan urern
setempat
dijumpai pada penderita SN dewasa dan jarang pada anak-
. penurunan besarnya limpa, lgM dan antibodi setelah
anak. Komplikasi berupa infeksi, trombosis yang dapat
3 bulan pengobatan kemoprofilaksis menyebabkan kematian. Pengobatan secara konservai[ffi
. limfositosis pada sinusoid hati
dilakukan dengan pemberian -diuretik, pengaturam

Perkembangan (Jam)

12 24 36 41

ffi@ffimffiffiffi
@ffi@ffiffiffiffi
ffiffiffiffireffiffi@
;10 pm

L.@emisinin.r,,,:rffi
Lo @'euinin,Efl4
Gambar 1. Siklus hidup intraeritrosit dari P. falciparum. Sel darah merah yang
mengandung parasit bersirkulasi pada 1/3 awal siklus 48-jam danseq kemudian
bersekuestrasi pada kapiler dan venula. Arteminsinin menghambat perkembangan
parasit dengan rentang umur yang lebih lebar dibandingkan dengan quinine dan obat
antimalaria lainnya. Efek pada cincin yang masih muda mencegah perkembangan
parasit ke bentuk sekuestrasi matur yang lebih patologis.
ntA.LARlA 647

: . - Trengkontrol hipertensi dan mencegah infeksi. Prinsip pengobatan malaria : 30


:l*:srian steroid hanya bermanfaat pada lesi minimal 1. Penderita tergolong malaria tanpa komplikasi diobati
:,; - : 3sanya mudah relaps. Apabila steroid tidak berhasil den ga n ACI (Arte m isin in b o se Co m b in otio n T h e ro py)
lr :,; : Cicoba dengan siklofosfamid, azatiopri n. Pemberian 2. Penderita malaria berat diobati dengan Artesunate
.::: anti-malaria saja pada SN oleh karena malaria intra venous,
' : r- 'nenunjukkan manfaat, akan tetapi penulis lain 3. Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan
*':-.a:akan perbaikan yang bermakna. Dalam penelitian hasil pemeriksaan darah mikroskopik positif atau RDT
: ', :eria mengobati SN dengan anti malaria selama 6 yang positif
:- :- ternyata tidak membawa hasil. 4. Pengobatan harus radikal dengan penambahan
primakuin
-rmrfoma Burkitt
20

;' t:: jaerah Pengobatan Malaria


hiper atau holo-endemik malaria sering
:: - *:ai Limfoma Burkitt's yaitu merupakan tumor limfosit Secara global WHO telah menetapkan pengobatan
i -:- :dinya tumor ini belum diketahui, diduga gangguan malaria tanpa komplikasi dengan memakai obat ACT
:r
.'::
sel-sel penolong/supresi T dipengaruhi oleh P (Artemisinin bose Combination Theropy). 33 Golongan
:: : ":i.{)m sehingga sel limfosit T kurang menghambat artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama
:,r'-: akan virus Epstein Barr. BL sering dijumpai pada usia karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang
" ': :ahun dengan puncak pada usia 4 dan 9 tahun, dan resisten dengan pengobatan.3a Selain itu artemisinin juga
:n ; ::lh sering dari wanita. Tumor dijumpai pada rahang bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium
rr";- -3sso pada perut, ovarium, ginjal dan kelenjar limfe termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua spesies,
'*,i,:-:erial. Tumor dapat berkembang dengan cepat, P folciparum, P.vivax maupun lainnya. Kegagalan dini
,, --:- Capat menjadi 2 x lipat dalam 3 hari dan pada terhadap ART belum dilaporkan saat ini.
;,ir,:-: ltesti nal dapat mem berikan tanda-tanda obstru ksi. Golongan Artemisinin : Berasal dari tanaman A rtemisia
:''. -:: catan dengan sitostatika memberikan survival yang annua. L yang disebut dalam bahasa Cina sebagai
"i- .'x pada sekitar 50% kasus. Qinghoosu, Obat ini termasuk kelompok seskuisterpen
lakton mempunyai beberapa formula seperti : artemisinin,
artemeter, arte-eter, artesunat, asam artelinik dan
D€iTANGANANAN MALARIA
dihidroartemisinin. Obat ini bekerja sangat cepat dengan
paruh waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air; bekerja sebagai
lumanganan Malaria Tanpa Komplikasi
obat sizontocidal darah 3s'36
,r- -: individu dengan infeksi malaria yaitu mereka Beberapa penelitian me_nunjukkan bahwa pemakaian
:r,tr:3r ditemukannya plasmodium aseksual di dalam artemisinin sebagai obat tuhg gal meni mbul-kan terjadinya
Iiiit-^',.6, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala rekrudensi, maka di rekomendasikan untuk dipakai
I 'r i :erlu diobati.

tl"*. O.Ht'.irlei6i*oi tablet/cap .li;ffi5',;,,....,1''t'j,i ' :...'i.".t'i.,,'"'."11it,"..i.".'',.,i;;:i.jtlii:#li"'l,l'


Artesunat Oral :50 mg/200mg Hari l:2 mglkg BB,2xsehari, hari ll -Vll :dosistunggal
Injeksi im/iv : 50 mglamp ,,1 2x pada hari l; 2,4 mg/kS/ hari minimal 3 hari / bisa
^S|US
minum oral

Suppositoria : 100 I 200 mg/sup 1600 mg/ 3 hari atau 5 mg/kg/ 12 )am
A!'temeter Oral :40mgl 50mg mg/kg dibagi 2 dosis hari l;Zmg/kg/ hari untuk 6 hari
lnjeksi 80 mg/amp 3,2 mg/kg BB pada hari t; 1,6 mglkg selama 3 hari/ bisa minum oral
Artemisinin Oral 250m9 ZOmg/kg dibagi 2 dosis hrl; 10mg/kg untuk 6 hari

Suppositoria:100/200/3OO / 4OO/ 280Qmg/ 3hari;yaitu600m9dan400mghari ldan2x400mg,


500m9/supp 2 hari berikutnYa
]ihidro Oral :20160/80 mg Zmg/kg BB/dosis 2 x sehari hari ldan 1 x sehari 4 hari selanjutnya
artemisinin
Suppositoria : 80 mg/ sup
Artheether Injeksi i.m: I50mg/amp u arteeher (artemotil) : 4,8 dan 1 ,6 mg/kg 6 jam kemudian dan hari
l; 1,6 mg/kg 4 hari selanjutnYa
608 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

dengan kombinasi obat lain,. Dengan demikian juga . Menurunkan biomass parasite dengan cepat
akan memperpendek lama pemakaian obat. Obat ini . Menghilangkan simptom dengan cepat
cepat diubah dalam bentuk aktifnya (dihidroartemisinin) . Efectif terhadap parasit multi-drug resisten, semr,"
dan penyediaan ada yang oral, parenteral/ injeksi dan bentuk/ stadium parasit dari bentuk muda sampai tu:
suppositoria. yang berkuestrasi pada pembuluh kapiler.
. Menurunkan pembawa gamet, menghambat transmis
. Belum ada resistensi terhadap artemisinin
PENGOBATAN ACT (ARTEMIS'N'N BASE . Efek samping yg minimal
COMBINATION THERAPY)
Dari kombinasi di atas yang tersedia di lndones :
Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi saat ini ialah kombinasi artesunate + amodiakuin denga-
mudah mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karenanya nama dagang " Artesdiaquine" atau " Arsuamoon ", tia:
WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin tablet artesunate berisi 50mg dan tiap tablet amodiaku -
dengan mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang berisi 200m9. Didalam kemasan blister terdiri dari 4 tab ::
lain. Hal ini disebut Artemisinin bose Combination Therapy artesunate(warna putih) dan 4 tablet amodiakuin (wai.-.
(ACT). Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis kuning). Pada dosis orang dewasa dengan BB diatas i-
tetap (fixed dose combinotion = FDe atau kombinasi tidak kg diberikan dosis peng-obatan hari lsampai dengan ha-

tetap (non-fixed dose combination). Sampai dengan tahun ketiga masing minum 8 tablet yang terdiri dari 4 tab
=:
2010 WHO telah merekomendasikan jenis ACT yaitu 30
artesunate dan 4 tablet amodiakuin. Pengobatan ACT sa.:
5 :
1. Artemether + Lumefantrine (FDC) ini memakai dosis pemberian selama 3 hari.
2. Artesunate + Mefloquine ACT yang ke-2 ialah kombinasi dihydroartemisi" -
3. Artesunate + Amodiaqine + piperakuin (DHP), dengan nama dagang " Arterek -
4. Artesunate + sulfadoksin-pirimetamine atau "Darplex" atau 'Artekin" atau 'Artep", merupak:-
5. Dihidroartemisinin+ Piperakuine (FDC) kombinasi dosis tetap (FDC) dimana tiap tablet ter: -
dari dihidroartemisinin 40mg dan piperakuin 320mg. pa:.
ACT merupakan kombinasi pengobatan yang unik, orang dewasa diatas 50 Kg diberikan dosis 4 tablet/ r2"
karena artemisinin memiliki kemampuan 3s'36 selama 3 hari. Kedua kombinasi ACT ini tersedia diser -:

Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur dengan Artesunat
- Amodiaquin 37

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur


Hari Jenis obat 0 -1 Bulan 2 -11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 -14 tahun > 15 tahun
0-4 kg 4-10 kg 10-20 k9 2O-40k9 40-60 k9 >60 kg
Artesunat 7/q 1/z
1 2 3 .4
Amodiakuin 1/c L/z
1 2 3 4
Primakuin 3/c
1Vz 2 2-3
Artesunat a/c L/z
1 2 3 4
Amodiakuin lq 1/z
1 2 3 4
Artesunat L/q
Yz 1 2 3 4
Amodiakuin Y4 7/z 1 2 5 4
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb dan Artesunat = 4 mglkgbb.
Primakuin = 0,75 mg / kgBB

Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur dengan Dihydro-Aitemisinin + piperaquin (Dhp) .
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
Hari Jenisobat 0-1 Bulan 2-1l bulan 1-4Tahun 5-gtahun 10-l4tahun > 15 tahun
0-5 k9 6-10 k9 11-'7 k9 18_30 kg 31-60 kg >61 kg
DHP l/c 1
1/z
1,5 2 3-4
1
Primakuin % 1Y, 2 2-3
2-3 DHP y4 1
L/z
1,s 2 5-4
Dosis obat : Dihydroartemisinin 2- 4 mg /kgBB
Piperaquin 16 - 32 mg / kgBB
Primakuin 0,75 mglkgBB
M!,J-ARIA 609

: :. .j ,:j::: j rr .i:: :

Umur <3tahun >3-Stahun >9-14th


Jenis obat > 14th
Hari Berat Badan (Kg) Jam 5 - 14 k9 15 -24k9 25 -34k9 >34k9
1 A-L 0jam 1 2 3 4
A-L 8jam 1 2 3 4
Primakuin 12 jam 3/a 1 1/z 2 2-3
2 A.L 24 jam 1 Z 3 4
A.L 36 jam 1 2 3 4
5 A.L 48 jam 1 2 3 4
A-L 60 jam 1 2 3 4

3?
B. Pengobatan malada Vivaks den$air'Dihydroartemigini'n:,+ :Piperaquin{DHP)

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur


0-1 2-11 1-4 5-9 10 -14 > 15
Hari Jenis obat
Bulan bulan tahun tahun tahun tahun
0-5kg 6-10k9 11-17k9 18-30k9 31-6okg >60 kg
1-3 DHP 7/z 1 1,5 2 3-4
1-14 Primakuin - l/q 1/2 3/4 1

:" ::s kesehatan pemerintah karena merupakan obat selama 3 hari. Kombinasi in! tersedla di lndonesia bukan
: ::-:m pada eliminasi malaria. sebagai obat program tetapi tersedia untuk fasilitas swasta
:lT yang ke-3 ialah kombinasi dosis tetap (FDC) (tersedia di Apotek) dan juga termasuk obat dalam daftar
: *i-a tiap tablet terdiri dari artemeter 20mg dan ASKES.
,-
*,q::ntrine 120m9, nama dagangnya ialah " Coartem".
l:i: :rang dewasa diatas 50 Kg ialah 4tablet,2 x sehari

Ed d Klasifikasl Respbns Pengobatan Menurut WHO 2O0t, 2003,-2009


l}rpons Keterangan
fiqagalan Pengobatan Dini Bila penderita berkembang dengan salah satu keadaan :

E1:= Eorly Treotment Foilure) Ada tanda bahaya/malaria berat pada H1,H2,H3 dan parasitemia.
Parasitemia pada H2 > H0.
Parasitemia pada H3 >= 25%HO.
Parasitemia pada H3 dengan Temp. > 37,5 C
fi:gagalan Pengobatan Kasep Bila penderita berkembang dengan salah satu keadaan sbb pada H4-H28 yang
r-=iate Treatment Failure) sebelumnya tidak ada persaratan ETF sbb:
Ada tanda bahaya/ malaria berat setelah H3 dan parasitemia
(jenis parasit =H0).
Parasitemia pada H4 - H 28 (H42)disertai temperatur > 37,5C (disebut Lote clinical
Foilure = LCF )

Parasitemia pada H7 - H28 ( H42) (jenis parasit=H0), tanpa demam disebut lote
PorositoLogicot Foilure ( LPF)

*spon Klinis Memadai Bila penderita sebelumnya tidak berkembang dengan salah satu persaratan ETF dan LTF,

l'Nf,?= Ap p ro p riate C Lin ico I Respo n) dan tidak ada parasitemia selama diikuti sampai H 28 (H 42)
610 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI oleh re-infeksi (digigit kembali oleh nyamuk dan terjadi
M EN U RUT PEDOMAN DEPARTEM EN KESEHATAN infeksi) atau rekrudensi. Keadaan ini hanya dapat
R! :37 d i beda ka n den ga n P CR (P o lym e ro se Ch o in Reo ctio n) y ang
tidak tersedia di laboratorium klinik biasa.
Departemen Kesehatan Rl, melalui komisi ahli malaria
telah merekomendasikan pedoman pengobatan malaria
di lndonesia sebagai berikut : PENCEGAHAN DAN VAKSIN MATARIA
1. Pengobatan Malaria di lndonesia sebagai line pertama
Lebih dari 100 negara di dunia merupakan daerah yang
baik untuk malaria falsiparum dan malaria vivax telah
memberikan transmisi infeksi malaria dan umumnya
menggunakan obat ACT dengan primakuin sesuai
atau sebagian besar adalah daerah dengan resistensi
dengan jenis plasmodiumnya.
2. Untuk penggunaan ACT harus dipastikan bahwa obat malaria. Pencegahan terhadap infeksi malaria
infeksi malaria memang terbukti dengan pemeriksaan
diperlukan untuk melindungi pendatang dalam arti
' mikroskopik malaria atau dengan tes cepat (RDT=Rapid
turis domestik/ international ataupun pelaku bisnis
yang umumnya ialah pendatang yang tinggal dalarn
Diagnosis Test)
waktu pendek. Sebagian lain ialah pendatang sebagai
3. Para dokter diminta untuk tidak menggunakan
pekerja ataupun pendatang yang akan tinggal tetap baik
pengobatan monoterapi untuk mencegah timbulnya
resitensi/ kegagalan pengobatan berupa migrasi spontan maupun program transmigrasl
Tindakan pencegahan umumnya diperlukan karena untuk
4. Untuk malaria berat memakai derivat artemisinin
menghindari infeksi dari kelompok yang rentan terhadap
dan yang disiapkan ialah obat injeksi artesunate dan
infeksi malaria dimana umumnya tidak memiliki kekebal*n
artemeter; apabila tidak tersedia obat tersebut dapat
sehingga manifestasi malaria sangat mungkin berlahr
menggunakan kina HCI injeksi.
berat dan dapat menyebabkan kematian.
Kemungkinan terjangkita,n infeksi malaria pada
pendatang tergantung risiko transmisi di suatu daerah,
MON ITORI NG RESPON PENGOBATAN
dari studi terbaru di dapatkan relative risk diAsia Tenggar-r
(termasuk lndonesia) ialah 1 1.5 (8.3 - 15.8), di Asia Selaffii
Pemakaian obat-obat kombinasi ini juga harus 53.8 (37.4-77.4) dan tertinggi di Afrika 207.6 (1U.7 -
dilakukan monitoring terhadap respon pengobatan 261 .8). Umumnya gejala klinis malaria pada pelancorg
sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria timbul 30 hari setelah kemball dari perjalanan (95%); akam
berlangsung cepat dan meluas. Untuk itu semua tetapi dapat terjadi pada kurun -waktu 12 hari sampd
pengobatan malaria harus dilakukan monitoring sesuai berbulan bulan. ao
dengan pedoman WHO 2001, 2003, dan 2009 sebagai
berikut: Manajemen pencegahan terdiri dari : .
Dalam pedoman WHO 2010, dituliskan bahwa sejak 1. Tingkah laku dan intervensi non-obat : ini meliprr0i
pengetahuan tentang transmisi malaria di daerilr
digunakannya ACT sebagai pengobatan malaria belum
pernah ditemukan kegagalan obat dini (dalam 3 hari kunjungan, pengetahuan tentang infeksi malafrr-
pertama). Majoritas kegagalan pengobatan dengan ACT menghindarkan dari gigitan nyamuk.
terjadi setelah 14 hari. Dari 39 trial pengobatan dengan 2. Pemilihan obat kemoprofilaktis tergantung dari p*
artemisinin, yang melibatkan6124 penderita, pada 32 trial
resistensi daerah kunjungan, usia pelancong, larr
dengan 4917 penderita tidak pernah terjadi kegagalan kunjungan, kehamilan, kondisi penyakit terterffsr
pengobatan sampai hari ke - 14, sisanya pada 7 trial terjadi penderita, tolerensi obat dan faktor ekonomi
kegagalan pada hari ke-14 sekitar 1-7o/o.Kegagalan yang 3. Obat kemoprofilaktis : yang dapat dipakai sebagaioH
terjadi dalam waktu 14 hari harus diobati dengan obat lini pencegahan iala h atovaq uone-progua ni (MalaronflS I

ke -2, yang berdasarkan WHO ada 3 pilihan yaitu : doksisiklirl, kloroquine dan mefloquine. Obat yarry
1. ACT lain yang diketahuilebih efektif ideal ialah Malarone karena berefek pada pard
2. Artesunate dengan kombinasi doksisiklin, terasiklin yang beredar didarah danjuga yang di hati karenaqr
atau klindamisin selama 7 hari boleh dihentikan 1 minggu setelah selesai perjalanag
3. Kina tablet dengan kombinasi doksisiklin, terasiklin Sedang obat yang lain doksisiklin, kloroquine dm
atau klindamisin selama 7 hari. mefloquine harus diteruskan sampai 4 minggn
selesai perjalanan. Malarone dan doksisiklin da$
Apabila terjadi kegagalan sesudah 14 hari dari mulai dimulai 1 - 2 hari sebelum perjalanan sedanglmmr
pengobatan ACT, timbulnya parasit ini dapat disebabkan untuk klorokuin harus mulai 1 minggu sebelum
NAI.ARIA 6lt

perjalanan, sedangkan mefloquine harus mulai 2 - 3 Malaria. Epidemiologi, Patogenesa, Mani-festasi klinik dan
Penanganary EGC 2000 :1 - 16
minggu sebelum perjalanan. Primakuin merupakan
SEQUAMAT: Artesunate versus quinine for treatment of severe
obat yang dapat digunakan untuk profilaksis dengan falciparum malaria : a randomised trial. The Lancet 2005 ;
risiko terjadinya hemolisis karenanya dianjurkan 366:717-25.
pemeriksaan enzim G-6-PD sebelum memakai AQUAMAT : Artesunate versus Quinine in the treatment of severe
falciparum malaria in African Children ( AQUAMAT), Lancet
profilaksis primakuin. Dapat dimulai t hari sebelum 2010 : 13; 376(9753): 1,647 -57 .
oerangkat dan 7 hari setelah selesai perjalanan V\G{O : A global strategy for malaria control, Geneve, World Health
minimal 14 hari). ao Organization : Geneva, 1993
White NJ. : Malaria. Iz : Cook GC (Ed). Marsonls Tropical Disease,
)ada daerah dengan resisten klorokuin dianjurkan 20th ed.,London: W.B. Saunders;1996:1087 - 64
trx,slsiklin 100 mg/hari atau mefloquin250 mg/ minggu Miller LH . The pathogenic basis of Malaria. Nature 2002, 415 :

673 -9
m- klorokuin 2lablel/ minggu ditambah proguanil 200 LangiJ, Harijanto, Richie TL:L Patogenesa Malaria Berat. Dalam
nq rari. Obat lain yang dipakai untuk pencegahan yaitu Harijanto PN (ed). Malaria. Epidemiologi, Patogenesa,
ur *akuin dosis 0,5 mg/kgBB/ hari; Etaquin, Atovaquone/ Manifestasi klinik dan Penanganan, EGC, 2000 : 118 - 27.
rr,:uanil (Malarone) dan Azitromisin. Tambayong, EH : Patobioiogi Malaria. EGC 2000 :54 - 117 -

Noviyanti Rintis : Patogenesis Molekuler Piasmodium falciparum


'/aksinasi terhadap malaria masih tetap dalam Malaris : Struktur Genom dan implikasinya. Dalam. Harijanto
ref-gembangan. Hal yang menyulitkan ialah banyaknya PN, Nugroho A, Gunawan CA . Malaria. Dari Molekuier ke
mr'-gen yang terdapat pada plasmodium selain pada Klinis. EGC 2010:
Agung Nugroho : Patogenesis Malaria Berat. Dalam. Harijanto
nzu"rg-masing bentuk stadlum pada daur plasmodium. PN, Nugroho A, Gunawan CA . Malaria. Dari Molekuler ke
IiEn karena yang berbahaya adalah Pfolciporum sekarang Klinis. EGC 2010 :38 - 63
nm-- ditujukan pada pembuatan vaksin untuk proteksi Nugroho A, Harijanto PN, Datau AE : Imunologi pada Malaria.
Dalam. Harijanto PN (ed). Malaria. Epidemiologi, Patogenesa,
m'adap P.folciporum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin Manifestasi klinik dan Penanganan, EGC, 2000 : 128 - 50
lwnr; dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intra White NJ: Plasmodium Knowlesi : The Fifth Human Malaria
lieratik), vaksin terhadap bentuk aseksual dan vaksin Parasite. (editorial )Clinical Infectious Diseases 2008; 46:172-3.
Tmrsn?rsaon blocking untuk melawan bentuk gametosit. Cox-Singh J, Davis TM, Lee K-S, et al. Plasmodium knowlesi
malaria in humans is wideiy distributed and potentially life
,ihars,n bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF- threatening. Clin. Infect Dis 2008; 46:L65-71,
{irt yang dikenal sebagai vaksin Potarroyo, yang Fairhurst RM, Wellems TE : Plasmodium spesies (Malaria). ln. G.L.
=:au Mandell, J.E. Bennett, R. Dolin (eds). Mandell, Douglas and
ru6da penelitian akhir-akhir ini tidak dapat dibuktikan
Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases..Tth
rmri&r'aatnya. Vaksin sporozoit bertujuan mencegah
edition. U.S.A: Churchill Livingstone; 2010.p. 3437 - 62.
:ltrEr!zoit menginfeksi sel hati sehingga diharapkan Harinasuta T & Bunnag D : The clinical features of malaria. In:
rmne*si tidak terjadi. Vaksin ini dikembangkan melalui Wemsdorfer \4trH & Mc.Gregor SI (eds). Malaria. Principles
and Practice of Malariology, Churchili Livingstone, London,
sifie*,uk6nnya antigen circumsporozoif. Uji coba pada
1988, vol.I :709-34.
rn:;iarr .lsia tampaknya memberikan perlindungan yang
Price RN, Tjitra E, Guerra CA et all : Vivax Malaria . Negleted and
mi-anfaat. walaupun demikian uji lapangan sedang not benign. Am J Trop Med Hyg. 2007 ; 77 (6 SrtPp\: 79-87 .
dmarrr persiapkan. HOFFMAN berpendapat bahwa vaksin Sutanto I, Endawat D, Liem Hui Ling et dll : Evaluation of
chloroquine therapy for vivax and falciparum maiaria in
{iiemr ideal lalah vaksin yang multi-stoge (sporozoit, southern Sumatra western Indonesia. Malaria journal 2010;
multivolent (terdiri beberapa antigen) sehingga
roieirsual), 9:52 - 9
l'-,er-berikan respon multi-imun. Vaksin ini dengan Siswantoro H, Ratcliff A, Kenangalem E et all : Efficacy of existing
antimalria drugs for uncomplicated malaria inTimika, Papua
ft*u:; ogi DNA akan diharapkan memberikan respons Indonesia . Med J Indones 2006 ;15 : 221, - 58
lma ( dan harga yang kurang mahal. Ratcliff A, SiswantoroH, Kenangalem E et all : Therapeutic
response of multidrug-resistant Plasmodium falciparum and
P. vivax to chloroquine and sulphadoxine-pirimethamine
in southern Papua Indonesia. Trans. R Soc. Trop.Med Hyg
ilEFERENSI 2007;101":351 -9
Tjitra E, Anstey NM, Sugiarto P et all : Multidrug-resistant
,hilMl trVorld Malaria Report 2010. Plasmodium Vivax Associated with severe and fatal Malaria
rT5r,,{l
Country report ( Indonesia ) on Workshop on malaria : A Prospective study in Papua, Indonesia. Plos Medicine
:=atment policy and drug resistance monitoring in SEA 2008;5 (6) : 890-9
:r'.:ntries, Bali 2010 Archna Sharma & Uma Khanduri:How benign is benign tertian
]M'iil-dl . Parasitological confirmation of malaria diagnosis., 2010 malaria ? J. Vector Borne Dis 2009,49 :'L41,4
"li,urirr,cr TI, Strickland GT: Malaria. In. Shickland GT. Hunter's Daneshvar C, Davis TME, Cox-Singh et all. : Clinical and
il"rpical Medicine and Emerging Infectious Diseases, 8'h Laboratory Features of Human Malaria Knowlesi Infection.
*::tion., WB Saunders, USA,2000 :614 - 43 Clinical Infectious Diseases 2009 ;49 :852 -60.
B : Deadly Disease and Epidemic. Malaria. 2 nd edition,
irlllluiuar=-< William T, Menon J, Rajahram G et all : Severe Plasmodium
Selsea House, USA,2009 Knowlesi Malaria in a Tertiary Care Hospital, Sabah Malaysia.
'jrmru:na; G : Epidemiologi Malaria. Dalam. Harijanto PN (ed). Emerging Infect Dis 2011, 17 (7) :1248 - 55.
B1
MALARIA BERAT
Iskandar Zulkarnain, Budi Setiawan, Paul N. Harijanto

MIDAHULUAN atau lebih komplikasi sebagai berikut:


1. Malaria Serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh
fffiilhnia adalah suatu penyakit yang disebabkan protozoa, penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan
'qErus plasmodium dan hidup intra sel, yang dapat bersifat kejang; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan
'dhullt atau kronik. Transmisi berlangsung di lebih dari 100 penilaian berdasar GCS (Glosgow Como ScoLe);
IlmGEEra di benua Afrika, Asia Oceania, Amerika Latin, 2. Acidemia/acidosis: pH darah < 7,25 alas plasma
ill@.;ilauan Karibia dan Turki. Kira-kira 1.6 miliard penduduk bicarbonate < 15 mmol/|, kadar laktat vena <> 5
dharah ini berada selalu dalam risiko terkena malaria. Tiap m mol/|, kl i n i s perna pa san dalam/ re sp iroto ry d ist re ss;
tMitnun ada 100 juta kasus dan meninggal 1 juta di daerah 3. Anemia berat (Hb . 5 g/dl atau hematokrit <
Sdtmra Afrika. Sebagian besar yang meninggal adalah bayi 15%) pada keadaan parasit > 10.000/ul; bila
iffin anrak-anak. Pmoloriae dan Pfolciforum terbanyak di anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus
rmugara ini. dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,
Di negara-negara maju seperti di Eropa, Amerika talasemia/ hemoglobinopati lainnya;
Kanada, Jepang, Australia dan lain-lain, malaria 4. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400 ml/24 jam
Capat di bera ntas. Ha nya P la s mod iu m fo lcifo ru m y ang pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB pada anak-
menyebabkan malaria berat. Selain P falcifarum anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin
berat dapat juga disebabkan P. Vivox dan P. >3 mg/dl; .
i. Malaria berat terutama malaria serebral yang 5. Edema paru non- ka rd i ogen i k/ARDS (Ad u lt Resp ita ro ry
komplikasi terberat yang sering menyebabkan Drsfress Syndrome); dapat dideteksi secara radiologi
6. Hipoglikemi :gula darah < 40 mg/dl;
7. Gagal sirkulasi atau syok:tekanan sistolik < 70 mmHg
(anak 1-5 tahun < 50 mmHg); disertai keringat dingin
KASI MALARIA BERAT atau perbedaan temperatur kulit-mukosa > 100 C;
8. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna,
likasi malaria umumnya disebabkan karena P dan/ atau disertai kelainan laboratorik adanya
dan sering di sebul pernicious manifestotions gangguan koagulasi intravaskular;l
terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelum nya, 9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/ 24 jam;
sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti 10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi
orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi malaria akut (bukan karena obat anti malaria /kelainan
pada seluruh penderita malaria yang dirawat di RS eritrosit (kekurangan G-6-PD);
8Yo dari padanya merupakan kasus yang fatal. Data 1 1. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit

insiden malaria berat ialah 6% dari kasus yang yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan
di RS dengan mortalitas 10-20o/o. otak.
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya Beberapa keadaan lain yangjuga digolongkan sebagai
sebagai malaria berat yang menurut WHO malaria berat sesuai dengan gambaran klinis daerah
sebagai infeksi P falciporum dengan satu setempat ialah : 1). gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)

613
614 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

di lndonesia sering dalam keadaan delirium;2). kelemahan Seperti pada penyakit-penyakit infeksi lainnya fakto-
otot (tak bisa duduk/ berjalan) tanpa kelainan neurologik; faktor yang berperan dalam terjadinya malaria bera:
3). hiperparasitemia > 2%pada daerah hipoendemikatau antara laln : a). Faktor Parasit antara lain meliputi intensita.-
daearah tak stabil malaria dan parasit >5o/o pada daerah transmisi, dan virulensi parasit. Densitas parasit denga-
hyperendemik;4). ikterik (bilirubin > 3 mg/dl) bila disertai semakin tingginya derajat parasitemia berhubunga-
gagal oragan lain; 5). hiperpireksia (temperatur rektal > dengan semakin tingginya mortalitas, demikian pu :
400 C) pada orang dewasa/anak. halnya dengan virulensi parasit; b). Faktor host melipu:
Pada kriteria WHO 2010 telah direvisi kriteria malaria endemlsitas, genetik, umur, status nutrlsi dan imunoloc
berat dengan menambahkan malaria dengan klinis Pada daerah endemis malaria yang stabil, malar =
joundice/iklorik harus disertai kegagalan organ lain malaria berat terutama terdapat pada anak kecil, sedangkan :
dengan kadar laktat >5 mmol/L daerah endemisitas rendah, malaria berat terjadi tanc:
memandang usia.

PATOGENESIS
MEKANISME PATOGENESIS
Penelitian patogenesis malaria berat terutama malaria
serebral berkembang pesat akhir-akhir ini, meskipun Setelah sporozoit dilepas sewaktu nyamuk anophe ::
demikian penyebab yang pasti masih belum diketahui menggigit manusia selanjutnya akan masuk kedalam s:
dengan jelas. Perhatian utama dalam patogenesis malaria sel hati (hepatosit) dan kemudian teryadi skizogoni eks:-:
berat adalah sekuestrasi eritrosit yang berisi parasit eritrositer. Skizon hati yang matang selanjutnya a.:.-
stadium matang kedalam mikrovaskular organ-organ vital. pecah (ruptur) dan selanjutnya merozoit akan mengrn. =-'
Faktor lain seperti induksi sitokin TNF-a dan sitokin-sitokin sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra eritros:="
lainnya oleh toksin parasit malaria dan produksi nitrik oksid menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit ::
(NO) juga diduga mempunyai peranan penting dalam mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel ur:-,
patogenesa malaria berat. (Gambar 1) mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan terse: -r

Gambar 1. lnteraksi sel-sel utama dalam patogenesis malaria.(Sumber: EIsevier. lnfectious diseases. 2nd
edition. www. idreference.com 2004)
TIAXIA BERAT 615

ll3huti mekanisme transpot membran sel, penurunan normal pada orang dewasa, sedangkan pada anal refleks
ffirmabilitas, perubahan reologi, pembentukan knob, dapat hilang. Refleks abdomen dan kremaster normal,
i varian neoantigen dipermukaan sel, sitoaderen, sedang Babinsky abnormal pada 50o/o penderita. Pada
meling dan sekuestrasi. Skizon yang matang akan pecah, keadaan berat penderita dapat mengalami dekortikasi
ndEpaskan toksin malaria yang akan menstimulasi sistem (lengan flexi dan tungkai extensi), decerebrosi (lengan dan
ffiSdengan dilepaskannya sitokin proinflamasi seperti TNF tungkai extensi), opistotonus, deviasi mata ke atas dan
dan sitokin lainnya dan mengubah aliran darah lokal lateral. Keadaan ini sering disertai dengan hiperventilasi.
endotelium vaskulari mengubah biokimia sistemik, Lama koma pada orang dewasa dapat 2-3 hari, sedang
anemia, hipoksia jaringan dan organ. pada anak satu hari.
Diduga pada malaria serebral terjadi sumbatan
kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia
KuNts otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang
mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler
stasi malaria berat bervariasi, dari kelainan karena proses sitoaderensi dan sekuestrasi parasit. Akan
an sampai gangguan organ-organ tertentu tetapi penelitian Warrell DA menyatakan bahwa tidak
gangguan metabolisme. Manifestasi ini dapat ada perubahan cerebral blood flow, cerebro vasculer
menurut katagori umur pada daerah res'stence, ataupun cerebrol metabolic rate for oxygen pada
berdasarkan endemisitas setempat. Pada daerah penderita koma dibandingkan penderita yang telah pulih
malaria serebral dapat terjadi dari usia anak kesadarannya. Kadar laktat pada cairan serebro-spinal
i dewasa. (CSS) meningkat pada malaria serebral yaitu > 2.2 mmol/l
Faktor predisposisi terjadinya malaria berat: 1). Anak- (19,6 mgldl) dan dapat dijadikan indikator prognosis; yaitu
usia balita;2). Wanita hamil; 3). Penderita dengan daya bila kadar laktat > 6 mmol/l mempunyai prognosa yang
tubuh yang rendah, misalnya penderita penyakit fatal. Pada pengukuran tekanan intrakranial meningkat
HlV, penderita dalam pengobatan kortiko pada anak-anak (80%), sedangkan pada penderita dewasa
4). Penduduk dari daerah endemis malaria yang biasanya normal. Pada pemeriksaan Cf scon biasanya
hma meninggalkan daerah tersebut dan kembali ke normal, adanya edema serebri hanya dijumpai pada kasus-
asalnya; 5). Orang yang belum pernah /tinggal di kasus yang agonal. Pada malaria serebral biasanya dapat
malaria. Gejala-gejala klinis meliputi : disertai gangguan fungsi organ lain seperti ikterik, gagal
ginjal, hipoglikemia dan edema paru. Bila terjadi lebih dari
Serebral 3 komplikasi organ, maka prognosa kematian > 75%.
kira-kira 2o/o pada penderita non-imun, walaupun
ian masih sering dijumpai pula didaerah endemik Gagal Ginjal Akut (GGA)
i di Jepara (Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Maluku, Kelainan fungsi ginjal sering terladi pada penderita malaria
Jaya. Secara sporadikjuga ditemui pada beberapa dewasa. Kelainan fungsi ginjal dapat pre-renal karena
besar di lndonesia umumnya sebagai kasus import. dehidrasi (> 50%) dan hanya 5-10% disebabkan nekrosis
n komplikasi yang paling berbahaya dan tubulus akut. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya
'ikan mortalitas 20-50% dengan pengobatan. anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari
di lndonesia mortalitas berkisar 21,5o/o- 30,5o/o. sumbatan kapiler; sehingga terjadi penurunan filtrasi pada
malaria serebral dapat ditandai dengan koma yang glomerulus. Secara klinis dapat terjadi fase oliguria ataupun
tisa dibangunkan, bila dinilai dengan GCS (Glosgow poliuria. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan yaitu
Scole) ialah di bawah 7 atau equal dengan keadaan urin mikroskopik, berat jenis urin, natrium urin, serum
b soporous. Sebagian penderita terjadi gangguan natrium, kalium, ureum, kreatinin, analisa gas darah
yang lebih ringan seperti apati, somnolen, serta produksi urin. Apabila berat jenis (B.J) urin < 1.010
dan perubahan tingkah laku (penderita tidak mau menunjukkan dugaan nekrosis tubulus akut; sedangkan
Dalam praktek keadaan ini harus ditangani sebagai urin yang pekat B.J. > 1,015, rasio urea urin: darah > 4:1,
ia serebral setelah penyebab lain dapat disingkirkan. natrium urin < 20 mmol/l menunjukkan keadaan dehidrasi.
kesadaran menetap untuk waktu lebih dari 30 Beberapa faktor risiko yang mempermudah terjadinya GGA
tidak sementara panas atau hipoglikemi membantu ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus, hemoglobinuri.
inkan keadaan malaria serebral. Kejang, kaku kuduk Penanganan penderita dengan kelainan fungsi ginjal di
hemiparese dapat terjadi walaupun cukup jarang. Minahasa memberikan mortalitas 48%. Dialisis merupakan
pemeriksaan neurologik reaksi mata divergen, pupil pilihan pengobatan untuk menurunkan mortalitas.
normal dan reaktif, funduskopi normal atau dapat Dikarenakan gagal ginjal akut yang terjadi pada
perdarahan. Papiledema jarang, refleks kornea penderita malaria berat sering membaik menjadi normal,
616 PENYAKTT TROPIK DAN INFEIGI

maka istilah gagal ginjal akut sudah ditinggalkan dan > 2 mg/dl - 3mg/dl pada 13 penderita (12%) dengan
digantikan dengan istilah Malaria related Acute Kidney mortalitas 29%o serta bilirubin > 3 mgldl dijumpai pada
lnjury (MAKI), yang didefinisikan sebagai perubahan 51 penderita (46%) dan mortalitasnya 33%. Serum SGOT
mendadak (48 jam) dari fungsi ginjal yang mempunyai bervariasi dari 6 -243 u/l sedangkan SGPT bervariasi dari
karakteristik sebagai berikut: 4 - 154 u/1. Alkali fosfatase bervariasi dad 5 - 534 u/l dan
1. Meningkatnya serum kreatinin 0,3 mgldl atau lebih gamma-GT bervariasi4 - 603 u/1. White (1996) memakai
dari hasil sebelumnya. batas bilirubin >2,5 mg/dl, SGOT/ SGPT > 3 x normal
2. Meningkatnya persentase dari serum kreatinin 507o
(o/o) menunjukkan prognosis yang jelek. Penderita malaria
atau lebih dari nilai dasar dengan ikterus termasuk dalam kriteria malaria berat.
3. Penurunan produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam selama Dalam pedoman WHO 2010, adanya ikterik pada
lebih dari6 jam malaria berat harus disertai dengan tanda kegagalan
MAKI dapat terjadi melalui 2 cara yaitu: 1. Sebagai fungsi organ lain.
bagian dari disfungsi multi organ, atau 2. Sebagai dari AKI
'sendiri. Bila MAKI merupakan bagian dari disfungsi multi Hipoglikemia
organ sering terjadi pada saat didiagnosa malaria berat Hipoglikemi dilaporkan sebagai keadaan terminal pada
dan prognosanya jelek. Dipihak lain bila hanya terjadiAKl binatang dengan malaria berat. Hal ini disebabkan karena
mempunyai prognosa lebih baik. Biasanya terjadi pada kebutuhan metabolik dari parasit telah menghabiskan
penderita malaria berat yang sadar dan terjadi oliguria, cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanp
ensefalopati, hiperkalemia, asidosis tanpa komplikasi organ gejala pada penderita dengan keadaan umum yanll
lain. Oliguria biasanya menetap 5-10 hari kadang-kadang berat ataupun penurunan kesadaran. Pada penderia
produksi urin dapat normal atau bahkan meningkat pada dengan malaria cerebral di Thailand dilaporkan adarrya
beberapa pasien. Karenanya oliguria sendiri sebaiknya hipoglikemi sebanyak 12,5%, sedangkan di Minaham
tidak dipakai untuk mendiagnosa AKl. Oleh karenanya insiden hipoglikemia berkisar 17,4%-21,8%. Penyeb$
diperlukan pemeriksaan uren/ BUN dan kreatinin secara terjadinya hipoglikemi yanE paling sering ialah kareru
serial (setiap hari). Dehidrasi, hipotensi dan syok dapat pemberian terapi kina (dapat terjadi 3 jam setelah infrr
terjadi. Dehidrasi dapat terjadi pada lebih dari separo jumlah kina). Penyebab lainnya ialah kegagalan glukoneogenesB
pasien dan hipotensi dapat terjadi pada sepertiga jumlah pada penderita dengan ikterik, hiperparasitemia oleh karen
pasien. Hipotensi dapat disebabkan karena kekurangan parasit mengkonsumsi karbo-hidrat, dan pada TNF-ayrq1
intake cairan, hilangnya cairan melalui panas dan muntah, meningkat. Hipoglikemi dapat pula terjadi pada primigranidu
vasodilatasi arteri dan efek dari sitokin. Proteinuria biasanya dengan malaria tanpa komplikasi. Hipoglikemia kadagr'
tidak menonjol, tetapi dapat terjadi proteinuria sampai 1 kadang sulit diobati dengan cqlB konvensionil, disebablmr
gram/ 24 jam pada sepertiga pasien dengan MAKI dan hipoglikemia yang persisten karena hiperinsulinemia afu
biasanya menjadi normal setelah penyembuhan dari fungsi kina. Mungkin dengan pemberian diazoksid dimana terjili
ginjal. Adanya proteinuria yang menetap dapat menjadi hambatan sekresi insulin merupakan cara pefigobatan
tanda adanya penyakit glomerular. dapat dipertimbangkan.

Kelainan Hati (Malaria Biliosa) Blo clrwoter F ever (Malaria Haemog lobinuria)
Joundice atau ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria Adalah suatu sindrom dengan gejala karakte
falsiparum. Pada penelitian di Minahasa dari 836 penderita serangan akut, menggigil, demam, hemolisis i
malaria, hepatomegali 1 5,9%, hi perbil i ru bi n emi 1 4,9o/o hemoglobinemi, hemoglobinuri dan gagal ginjal.
dan peningkatan serum transaminase 5,7%.Pada malaria terjadi sebagai komplikasi dari infeksi Pfalciporum
biliosa (malaria dengan ikterus) dijumpai ikterus hemolitik berulang-ulang pada orang non-imun atau
17,2o/o; iklerus obstruktip intra-hepatal 11,4o/o dan tipe pengobatan kina yang tidak adekuat. Akan tetapi
campuran parenkimatosa, hemolitik dan obstrukti p 7 8,6%, hemolisis karena kina ataupun antibodi terhadap
peningkatan SGOT rata-rata 121 mU/ml dan SGPT 80,8 belum pernah dibuktikan. Malaria hemoglobinuria
mU/ml dengan ratio de Ritis'1,5. Peningkatan transaminase terjadi pada penderita tanpa kekurangan ensim
biasanya ringan sampai sedang dan jarang melebihi 200 iu, dan biasanya parasit falsiparum positif, ataupun
ikterus yang berat sering dijumpai walaupun tanpa diikuti penderita dengan kekurangan G-6-PD yang bi
kegagalan hati. Penelitian di Minahasa pada 109 penderita disebabkan karena pemberian primakuin.
malaria berat, kadar bilirubin tertinggi ialah 36,4 mg/dl,
bilirubin normal (< 1,2m9/dl) dijumpai23 penderita (25%) Malaria AIgid
mortalitasnya 1 1%, bilirubin 1,2 mg% - 2 mg/dl dijumpai Yaitu terjadinya syok vaskulari ditandai dengan
pada 17 penderita (16%) mortalitasnya 17%, bilirubin (tekanan sistolik kurang dari 70 mmHg),
TATARIA BERAT 617

t&.3nan perifer dan berkurangnya perfusi jaringan. Adanya edema paru berdasarkan pedoman WHO 2010
iaribaran klinik berupa perasaan dingin dan basah pada juga dapat dideteksi dengan gambaran radiologik. ARDS
ttL +. temperatur rektal tinggi, kulit tidak elastik, pucat. merupakan manifestasi klinik lebih berat dibandingkan
xer-apasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun ALl. Adapun gambaran ARDS ialah sesak napas yang
rar sering tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang tiba-tiba, batuk dan merasa berat di dada yang progresif
r,cr-r,,al. Keadaan ini sering dihubungkan dengan terjadinya dalam beberapa jam dan menyebabkan hipoksia. Terjadi
:elrr:semia gram negatif . Hipotensi biasanya berespon pola gangguan kesadaran berupa disorientasi dan agitasi.
m.gan pemberian NaCl 0,9% dan obat inotropik. Pemeriksaan fisik berupa bernapas dengan menggunakan
mulut, bernapas menggunakan otot-otot tambahan,
I:cenderungan Perdarahan pernapasan dengan retraksi kosta, sianosis sentral dan
eEr:arahan spontan berupa perdarahan gusi, epistaksis, perifer; krepitasi basal dan wheezing ekspiratoar. Pada
fier:arahan di bawah kulit berupa petekie, purpura, pasien ini dapat disertai dengan parasitemia yang tinggi,
rne*atoma dapat terjadi sebagai komplikasi malaria tropika. gagal ginjal akut, hipoglikemia, asidosis metabolik.
rqr:arahan ini dapat terjadi karena trombositopenia, atau koagulasi intravaskular diseminata dan sepsis bakterial.
sarqgusr koagulasi intravaskular ataupun gangguan Diagnosa berdasarkan ditemukannya parasit, analisa gas
fficaculasi karena gangguan fungsi hati. Trombositopenia darah yang menunjukkan hipoksemia dan gambaran
msenabkan karena pengaruh sitokin. Gangguan koagulasi asidosis metabolik serta pemeriksaan foto toraks.
m'nr:",,askularjarang terjadi kecuali pada stadium akhir dari
:rur.rrn infeksi Pfolciporum yang berat. Manifestasi Gastro-intestinal
Manifestasi gastro-intestinal sering dijumpai pada malaria,
Edcma Paru/ARDS gejala-gejalanya ialah : tak enak diperut, flatulensi, mual,
!mrg terjadi pada malaria dewasa dan jarang pada anak. muntah, diare dan konstipasi. Kadang-kadang gejala
Emlr.ra paru merupakan komplikasi yang paling berat menjadi berat berupa sindroma billious remittent fever
ra- "nalaria tropika dan sering menyebabkan kematian. yaitu gejala gastro-intestinbl dengan hepatomegali, ikterik
I
lsrr"ra paru dapat terjadi karena kelebihan cairan atau (hiperbilirubinemia dan peningkatan SGOT/SGPI) dan gagal
ttlc-re respiratory distress syndrome. Beberapa faktor yang ginjal, malaria disenteri menyerupai disenteri basiler, dan
ne*,udahkan timbulnya edema paru ialah kelebihan malaria kolera yang jarang pada P falciporum berupa diare
:ar:n, kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemi, cair yang banyak, muntah, kramp otot dan dehidrasi
rrp(;rensi, asidosis dan uremi . Adanya peningkatan
tmr "asi merupakan gejala awal, bila frekwensi pernapasan Hiponatremia
' il kali/menit prognosanya jelek. Pada otopsi dijumpai Hiponatremia sering dijumpai pada penderita malaria
mi,-;*,ria kombinasi edema yang difus, kongestif paru, falsiparum dan biasanya bersamaan dengan penurunan
uw;anahan, dan pembentukan membran hialin. Oleh osmolaritas plasma. Terjadinya hiponatremia dapat
fllarieranya istilah edema paru mungkin kurang tepat, disebabkan karena kehilangan caifan dan garam
@'r.rrn sering disebut sebagai insuffisiensi paru akut atau melalui muntah dan mencret ataupun terjadinya
ware re s p irato ry d ist res s sy n d ro m e. sindroma abnormalitas hormon anti-diuretik (SAHAD),
Di samping bronkitis, pneumonia dan bronkopneumonia akan tetapi pengukuran hormon diuretik yang pernah
rffia,Jai manifestasi paru pada infeksi malaria, ocute lung dilakukan hanya dijumpai peningkatan pada 1 diantara
lrlflx,-r/ rALl) dan acute respirotory distress syndrome (ARDS) 17 penderita.
"rnpr-oakan manifestasi klinik pada malaria berat. Keadaan Dalam penelitian pengukuran serum copeptin
ilrinr trapat disebabkan baik oleh Plasmodium
falsiporum, dibuktikan bahwa pada hiponatremia kasus malaria terjadi
ri{r'Ihmr rnaupun knowLesi. Baik ALI maupun ARDS termasuk peningkatan AVP (......) baik "....." maupun "......"
wr""'otory disfress yang disebabkan oleh malaria di mana
trtt/i rS hanya mendefinisikan sebagai pernapasan yang Gangguan Metabolik Lainnya
ffiarl dan peningkatan frekuensi respirasi.(tabel 1) Asidosis metabolik ditandai dengan hiperventilasi

}r;**-*il.ti.iii_d*tii.,
Eran Onset PaO{FiO, Tekanan Baji Arteri Pulmonalis
< 18 mmHg atau tidak ada bukti terjadinya hipertensi
ld-I akut < 300 mmHg < 315 lnfiltrat bilateral
atrium kiri
,NMDS akut < 200 mmHg < 235 lnfiltrat bilateral < 18 mmHg atau tidak ada bukti terjadinya hipertensi
atrium kiri
PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI
618

(pernapasan Kussmaul), peningkatan asam laktat, pH 3). kipas dengan kipas angin/kertas 4). baju yang tipis/
turun dan peningkatan bikarbonat. Asidosis biasanya terbuka, 5). cairan cukuP
disertai edema paru, hiperparasitemia, syok, gagal ginjal 8. Pemberian cairan :

dan hipoglikemia. Gangguan metabolik lainnya berupa: - Pemberian cairan merupakan bagian yang
. Hipokalsemia dan hipophosphatemia penting dalam penanganan malaria berat'
. Hipermagnesemia Pemberian cairan yang tidak adekuat (kurang)
. Hiperkalemia (pada gagal ginjal) akan menyebabkan timbulnya tubuler nekrosis
. Hipoalbuminemia ginjal akut. Sebaliknya pemberian cairan yang
. Hiperfosfolipedemia berlebihan dapat menyebabkan edema paru'
. Hipertrigliseremia dan hipokolesterolemia Pada sebagian penderita malaria berat sudah
. f -4 rendah, TSH basal normal (sick euthyroid mengalami sakit beberapa hari lamanya sehinggn
syndrome) mungkin masukan sudah kurang, penderita jugn
sering muntah-muntah, dan bila panas tinggi
akan memperberat keadaan dehidrasi. ldeal
PENANGANAN PENDERITA MALARIA BERAT bila pemberian cairan dapat diperhitungkao
secara lebih tepat, dengan cara : 1). Mointenera
Malaria berat adalah suatu kegawatn darurat karenanya cairan diperhitungkan berdasar BB, misal unt*
perlu penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan BB 50 kg dibutuhkan cairan 1500 cc. (30 df
malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan kg BB). Derajat dehidrasinya: dehidrasi ringm
dalam melakukan diagnosa seawal mungkin. Sebaiknya ditambah 10 %, dehidrasi sedang ditamb*
penderita yang diduga menderita malaria berat dirawat 20% dan dehidrasi berat ditambah 30% dd
pada bilik intensif untuk dapat dilakukan pengawasan kebutuhan mointenence, 2). Setiap kenaikrr
serta tindakan-tindakan yang tepat. suhu 10 ditambah 10% kebutuhan maintenetG^,
Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan 3). Monitoring pemberian cairan yang akuril
penanganan dan pengobatan yang perlu dilakukan dilakukan dengan pemasangan CVP line, ca
adalah: ini tidak selalu dapat dilakukan pada fasiliE
. Tindakan umum/ suportif kesehatan tingkat Puskesmas/RS Kabu
. Pengobatansimptomatik Sering kali pemberian cairan dengan
. Pemberian obat anti malaria misalnya 1500 - 2000 cc/ 24iam dapal
. Pengobatankomplikasi pegangan. Mashaal membatasi cairan
cc / 24 jam untuk mqnghindari edema
Tindakan Umu m/Suportif : Cairan yang sering dipakai ialah 5%
Apabila fasilitas tidak/kurang memungkinkan untuk untuk menghindari hipoglikemi khususnya
merawat penderita malaria berat maka persiapkan pemberian kina. Bila dapat diukur kadar
penderita dirujuk ke rumah sakit/fasilitas pelayanan yang (natrium) dan natrium rendah (<120 meq/L),
lebih tinggi, yang memiliki fasilitas perawatan intensif. dipertimbangan pemberian cairan NaCl.
Tindakan tersebut antara lain : 9. Diet: porsi kecil dan sering, cukup kalori,
1. Pertahankan fungsi vital : sirkulasi, kesadaran, ke dan garam.
butuhan oksigen, cairan dan nutrisi. 10. Perhatikan kebersihan mulut
2. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat 11. Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik ka
tidur 12. Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan
3. Hati-hati komplikasi dari tindakan kateterisasi, infus 13. Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup
yang dapat memberikan infeksi nosokomial dan kain/gaas lembab.
kelebihan cairan yang menyebabkan edema paru 14. Perawatan pasien tidak sadar/ koma meliputi :

4. Monitoring : temperatui nadi, tensi, dan respirasi tiap - SelalumemakaiprinsipABC(A=Airway,B=


1-2jam. Perhatikan timbulnya ikterus dan per darahan, C= Circulation) + D= Drug (defibrilos\

ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot. Airway ( jalan napas ). 1). Jaga jalan napas
5. Baringkan/ posisi tidur sesuai dengan kebutuhan selalu bersih/tanpa hambatan, dengan
6. Pertahankan sirkulasi: bila hipotensi, lakukan posisi Bersihkan jalan napas dari saliva, muntahan
Tredenlenburg's; perhatikan warna dan temperatur Pasien posisi lateral, 3). Tempat tidur da
kulit bantal, 4). Mencegah aspirasi cairan
7. Cegah hiperpireksi: 1). tidak pernah memakai botol masuk ke saluran pernapasan, dengan i
panas/ selimut listrik, 2). kompres airlair es/alkohol, posisi lateral dan pemasangan NGT (noso
JNLARIA BERAT
619

fube) untuk menyedot isi lambung. Pengobatan Simptomatik


Breothing (pernapasan) Bila takipnoe, pernapasan . Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia
asidosis : berikan penunjang pernapasan, misal : : parasetamol 15 mg/kg bb/x, beri setiap 4 jam dan
02, dan bila perlu pemasangan ventilator lakukan juga kompres hangat.
,
I
Sirkulasi (kardiovaskular) . Bila kejang, beri antikonvulsan : Dewasa : Diazepam
- Periksa dan catat : Nadi, tensi, JVP CVP (bila 5-10 mg lV (secara perlahan jangan lebih dari 5 mg/
memungkinkan), turgor kulit, dll. menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang.
- Jaga keseimbangan cairan : lakukan Jangan diberikan lebih dari 100 mg/24 jam.
pemantauan cairan dengan mencatat asupan
Bila tidak tersedia Diazepam, sebagai alternatif dapat
dan keluaran cairan secara akurat-
dipakai Phenobarbital 100 mg lM/x (dewasa) diberikan 2
- Pemasangan kateterurethradengandrainage/
x sehari.
bag tertutup untuk mengukur volume urin.
Bila fungsi ginjal baik, adanya dehidrasi
Pemberian Obat Anti Malaria
atau overhidrasi dapat juga diketahui dari
Pemberian obat anti malaria(OAM) pada malaria berat
volume urin.
berbeda dengan malaria biasa karena pada malaria berat
- Normal volume urin : 1 ml/Kg BB/jam.
Bila volume urin < 30 ml/jam, mungkin diperlukan daya membunuh parasit secara cepat dan
bertahan cukup lama didarah untuk segera menurunkan
terjadi dehidrasi (periksa juga tanda-tanda
derajat parasitemia nya. Oleh ka renanya di pill h pemakaian
lain dehirasi). Bila terbukti ada dehidrasi,
obat per parenteral (intravena, per infus/ intra muskuler)
tambahkan intake cairan melalui lV-line. Bila
yang berefek cepat dan kurang menyebabkan terjadinya
volume urin > 90 ml/jam, kurangi intoke
resistensi.
cairan untuk mencegah overlood yang
mengakibatkan udem paru. Monitoring paling Derivat artemisinin : Merupakan obat baru yang berasal
tepat dengan menggunakan CVP-line. dari China (Qinghaosu) yang memberikan efektivitas yang
- Buat grafik suhu, nadi dan pernapasan secara tinggi terhadap strain yang multi resisten. Artemisinin
aku rat. mempunyai kemampuan farmakologik sebagai berikut,
- Pasang IVFD. Untuk mencegah terjadinya yaitu: i) mempunyai daya bunuh parasit yang cepat dan
trombophlebitis dan infeksi yang sering menetap ii) efektif terhadap parasit yang resisten, iii)
terjadi melalui lY - line maka sebaiknya diganti memberikan perbaikan klinis yang cepat, iv) menurunkan
setiap 2-3 hari. gametosit, v) bekerja pada semua bentuk parasit baik pada
- Pasang kateter uretra dengan drainase/ bentuk tropozoit dan schizqnt maupun bentuk-bentuk lain,
kantong tertutup. Pemasangan kateter vi) untuk pemakaian monoterapi perlu lama pengobatan
dengan memperhatikan kaidah antisepsis. 7 hari. Artemisinin juga menghambat metabolisme parasit
- Mata dilindungi dengan pelindung mata lebih cepat dari obat anti malaria lainirya. Ada 3 jenis
untuk menghindari ulkus kornea yang dapat artemisinin yang di pergunakan parenteral untuk malaria
terjadi karena tidak adanya refleks mengedip berat yaitu ortesunote, ortemeter dan orteether. Artesunote
pada pasien tidak sadar. Iebih superior dibandingkan qrtemeter dan artemotil. Pada
- Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah studi SEQUAM AT, ortesunote telah dibandingkan dengan
infeksi rongga mulut pada pasien tidak kina HCl, artesunate menurunkan mortalitas 34.7o/o.
sadar.
- Merubah/balik posisi lateral secara teratur a. Pemberian OAM (ObatAnti Malaria) secara parenteral
untuk mencegah luka dekubitus dan Artesunate injeksi ( 1 flacon = 60 mg), Dosis i.v 2,4 mg/
pneumonia hipostatik. kg BB/ kali pemberian.
- Hal-hal yang perlu dimonitor : 1). Tensi, . Pemberian intravenous : dilarutkan pada pelarutnya
nadi, suhu dan pernapasan setiap 1-2 jam, 1ml 5% bikarbonat dan diencerkan dengan 5-10 cc
2). Pemeriksaan derajat kesadaran dengan 5% dekstrose disuntikan bolus intravena. Pemberian
modifikasi Glasgow como scole (GCS) setiap pada jam 0, 12 jam, 24 jam dan seterusnya tiap
6jam, 3). Hitung parasit setiap 12-24 jam,4). 24 jam sampai penderita sadar (gambar 2). Dosis
Hb. Iekosit, bilirubin dan kreatinin pada hari tiap kali pemberian 2,4 mg/kgBB. Bila sadar diganti
ke lll, dan Vll, 5). Gula darah setiap 4 jam,6). d e n ga n tablet a rte s u n ote or al 2 mg /kggg sa m pa i ha ri
Parameter lain sesuai indikasi (misal: ureum, ke-7 mulai pemberian parenteral. Untuk mencegah
kreatinin dan kalium darah pada komplikasi rekrudensi dikombinasikan dengan doksisiklin
gagal ginjal). 2 x 100 mglhari selama 7 hari atau pada wanita
620 PENYAKIT TROPIK DAN !NFEKSI

jantung dan kematian.


Skema pemberian artesunate:
Bila karena alasan kina tidak dapat diberikan melalui
infus, maka dapat diberikan lM dengan dosis yang
0 12 24 sama pada paha bagian depan masing-masing 1/Z
Jam ke 48 72 dst
dosis pada setiap paha (jangan diberikan pada
bokong). Bila mungkin untuk pemakaian lM, kina
Gambar 2. Skema pemberian artesunate
diencerkan dengan normal saline untuk mendapatkan
konsentrasi 60-1 00 mglml
hamil/ anak diberikan klindamisin 2 x 10 mg/kg Apabila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian
BB. Pada pemakaian artesunote TIDAK memerlukan 48 jam kina parenteral, maka dosis maintenance
penyesuaian dosis bila gagal organ berlanjut. Obat kina diturunkan 1/2 nya dan lakukan pemeriksaan
lanjutan setelah parenteral dapat menggunakan obat parasitologi serta evaluasi klinik terhadap kemungkinan
ACT. Pemberian parenteral minimal 3 x pemberian. diagnosis lain.
. ' Artemeter i.m (1 ampul 80 mg). Diberikan atas Monitoring pada pengobatan kina parenteral ialah:
indikasi: 1). Tidak boleh pemberian intravena/ infus, 1). Kadar gula darah tiap 8 jam, 2). Tekanan darah dan
2). Tidak ada manifestasi perdarahan (purpura dsb), nadi, bila nadi ireguler buat EKG,3). Serum bilirubin dan
3). Pada malaria berat di RS perifer/Puskesmas, 4). kreatinin pada hari ke-3. 4). Hitung parasit tiap hari
Dosis artemeter : Hari I :1,6 mg/kg BB tiap 12 jam,
Hari-Z- 5 ; 1,6 mg/kg BB. Transfusi ganti : (exchange transfusion)
. Kina HCI (1 ampul = 500 mg/ 2 ml).1). Cara Kina 8 lndikasi transfusi ganti ialah:
jam berkesinambungan : Dosis 10 mg/Kg BB ( 500 mg 1. Parasitemia > 30 o/o tanpa komplikasi berat
untuk BB 40-50 Kg) dalam infus 5% dekstrose 500 cc 2. Parasitemia > 10o/, disertai komplikasi berat sepert
selama 8 jam secara terus menerus sampai penderita serebral malaria, ARF, ARDS, jaundice (bilirubin tota
sadar dan diganti Kina dosis oral.2). Cara lain : Kina > 25 mg%) dan anemia berat.
HCL 25 % (perinfus) dilarutkan dalam 500 cc dextrose 3. Parasitemia > 10% dengan gagal pengobatan setelail!
5 %, dosis 1Omg/Kg BB/dosis/4jam diberikan setiap 12-24 jam anti malaria.
8 jam, diulang dengan cairan dan dosis yang sama Parasitemia > 10 % disertai prognosis buruk (lanjut
setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat dan usia, lote stoge porositeslskizon pada darah perifer-l
diganti dosis oral.(Gambar 3). Pastikan darah transfusi bebas infeksi (malaria, HIU;
Hepatitis)

Skema pemberian KinaHCL per-infus:

Pemberian Pemberianberikutnya Pemberiankina PENANGANAN KERUSAKAN/GANGGUAN FUN6I


.
4 jam 1, selama 4 jam, dst selama 4 jam, dst ORGAN
Tindakan/Pengobatan Tambahan Pada Malarb
Jam ke 0 Serebral
Kejang merupakan salah satu komplikasi dari malarmr
Gambar 3. Skema pemberian kina HCI serebral. Penanganan/pencegahan keja ng penting untu{
menghindarkan aspirasi. Penanganan kejang dapat dipiflm
Catatan: di bawah ini :

Dosis loading (awal/ pemberian l) dapat diberikan dosis


. Diazepam : i.v 10 mg; atau intra-rektal 0,5-1,0 r'il$ilfl

20mg/kg BB, asal dipastikan tidak mendapal kina/ kgBB.

mefloquin sebelumnya, dapat ditimbang BB nya(tidak


. Paradelhid : 0,1 mg/kgBB
estimasi) dan tidak usia> 70 thn atau QT interval
. Klormetiazol (bila kejang berulang-ulang)
yang panjang. Dosis ini sesuai rekomendasi WHO dan 0,8% larutan infus sampai kejang hilang
memberikan bersihan parasit lebih cepat.
. Fenitoin : 5 mglkgBB i.v diberikan selama 20 menrffi.
. Bila penderita sadar setelah pemberian kina perinfus, . Fenobarbital
kina dilanjutkan per oral dengan dosis 3 x 10mg/kgBB Pemberian fenobarbital 3,5 mglkgBB (umur di
/ hari sampai hari ke 7. tahun) mengurangi terjadinya konvulsi.
. Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, Anti-TNF dan pentoksifilin dan desferiok
karena dapat menyebabkan kadar dalam plasma prostasiklin, asetilsistein merupakan obat-obat
sangat tinggi sehlngga menyebabkan toksisitas pada pernah dicoba untuk malaria serebral dan t
r.{UA g6pa1
621

t:f Z. Obat Anti Malaria untuk Pengobatan Malaria Berat


hs.rnate (lflacon = 60 mg artesunic acid), dilarutkan dalam 1ml 5o/o sodium bicarbonate(pelarutnya) untuk menjadi larutan
mdium artesunate, kemudian dilarutkan dalam 5 ml 5o/o dextrose untuk siap diberikan intro-venous/intro-muscular
M$s 2,4 mglkg BB pada hari pertama diberikan tiap 12 jam, kemudian dilanjutkan dosis 2,4 m9lk9 BB pada hari ke-2 -7/ 24
;1grm' Tidak diperlukan penyesuaian/ penurunan dosis pada gangguan fungsi ginjal/ hati; tidak menyebabkan hipo- glikemia
dum tidak menimbulkan aritmia/ hipotensi
trrneter ( 1 flacon=80 mg) Dosis : 3,2 mg/kgBB i.m sebagai dosis loading dibagi 2 dosis (tiap 12 jam) hari pertama,
&.rti dengan 1,6 mg/kgBB/ 24 jam selama 4 hari. Karena pemberian intramuskuler absorpsinya sering tidak menentu. Tidak
lrc:rirnbul kan hi pog likemia
E HCt(1 Ampul =22Omg) Dosis10mg/kgBBKinaHCI dalam500cccairanSYoDextrose(atauNaCl 0,9%)selama6jam-8jam,
drantiutnya diberikan dengan dosis yang sama diberikan tiap 6-8 jam. Tergantung status kebutuhan cairan 1500 -2000cc. Dosis
lhsdi[ng 20 mg/kg BB dipakai bila jelas TIDAK memakai kina 24 jam sebelumnya atau mefloquin, penderitanya tidak usia lanjut
dbmtidakada Q-Tc memanjang pada rekaman EKG. Kina HCLdapatjuga diberikan intra muskuleryang dalam pada paha.
Hdin Gluconate Dosis 10 mg/kg BB per infuse selama 2 jam dilanjutkan 0,02 mglkglmenit sampai parasit < 1 %, dlgantikan
omd 3 x 600 mg sampai negatif
rhobat Suppositoria pada Malaria Berat
ffitnt@sunate ( 50mg/ 100 mg/ 400 mg )
l@msfr< 1Omg/kg BB diberikan dosis tunggal 400mg pada orang dewasa
hmrsrnrn
mhid( 10-40m9/kgBB diberikan pada 0 jam, 4, 12,24, 4A, dan 72 jam.
Iydroartemisinin 40 mg, 80 mg
flmrttma,s dewasa 80 mg dan dilanjutkan 40mg pada ja m 24 dan 48.

ipfe l. Tindakan Terhadap (omplikasi


hifestasi/ Komplikasi Tindakan awal
Pertahankan oksigenasi, letakkan pada sisi tertentu, sampingkan penyebab lain
llhrrma (mal a ria serebra l) dari koma (hipoglikemi, strok, sepsls, diabetes koma, uremia, gangguan elektrolit),
hindari obat tak bermanfaat, intubasi bila perlu.
{Nfiflimrpireksia Turunkan suhu badan dengan kompress, fan, air condition, anti-piretika

Gorrnrulsi/kejang
Pertahankan oksigenasi, pemberian anti-kejang iv/ per rektal diazepam, i.m.
paraldehyde
rtlll{@glikemia (Gl darah < 40 mg%) Beri 50 ml dextrose 40%dan infus dextrose 107o,smapai gula darah stabil, cari
penyebab hipoglikemia
ilmilur!*a berat ( Hb < 5 gro/o atau PCV < 15o/o) Berikan transfusi darah darah segar; cari penyebab anemianya
.
lffibna paru akut, sesak napas, resp > 35 x Tidurkan 450, oksigenasi, berikan Furosemide 40 mg iv, perlambat cairan infus,
intubasi-ventilation PEEP
Kesampingkan gagal gijal pre-renal, bila dehidrasi ) koreksi; bila gagal ginjal
@nl ginjalakut renal segera dialysis
frroarahan spontan/ koagu lopati Berikan vitamin K 10 mgl hari selama 3 hari; transfusi darah segar; pastikan bukan DIC

rffiosis metabolik Kesampingkan/ koreksi bila hipoglikemia, hipovolemia, septichaemia. Bila perlu
dialisis/ hemofiltrasi
qpik Pastikan tidakhipovolemia, cari tanda sepsis, berikan anti-biotika broad-spektum
yang adequat
ffilllfllpperpa rasitem a i Segera anti malaria (artesunate), transfusi ganti (exchonge tronsfusion)

Mstttbukti manfaatnya, sedangkan heparin, dekstran, Tindakan/Pengobatan pada Gagal Ginjal Akut
'sdosoorin, epinefrin dan hiperimunglobulin tidak terbukti Bila terjadi oliguri (dehidrasi) infus 300-500 ml NaCl 0,9
iilmmengaruh menurunkan mortalitas. Kortikosteroid seperti untuk rehidrasi sesuai dengan perhltungan kebutuhan
rffiarnetason baik dengan dosis sedang ataupun dosis cairan , kalau produksi urin kurang dari 60 ml/ jam,
rffmrqqi tidak terbukti menurunkan mortalitas pada malaria diberikan furosemid 40-80 mg i.v. Setelah 2 - 3 jam tak
muhral, karena itu seyogyanya tidak dipergunakan Iagi. ada urin, pertimbangan melakukan dialysis, semakin dini
mumggunaan steroid justru memperpanjang lamanya koma dialisis dilakukan prognosa lebih baik. Bila penderita
rdmm irnenimbulkan banyak efek samping seperti pneumoni
hipotensi, dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5-
rffinn pendara han gastrointestinal.
5,0 ug/kg/menit. Kebutuhan protein dibatasi 20 g/hari
622 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

dan kalori diberikan dengan diet karbohidrat 200 g/hari. infus. Monitor gula darah tiap 4-6 jam, bila gula darah
Hemodialisis lebih baik dari peritoneal-dialisis karena efek masih di bawah 40 mg/dl, diulang pemberian bolus 50
samping perdarahan dan infeksi. lndikasi dialisis antara ml Dextrose 40o/o. Bila perlu obat yang menekan produki
lain ialah gejala uremia, gejala kelebihan cairan seperti insulin seperti diazokside, glukagon atau somatostatin
edema paru atau gagaljantung kongestif, adanya bising analogue.
gesek perikard, hiperkalemia, asidosis HCO3 < 15 meq/|.
Bila terjadi hiperkalemia, diberikan regular insulin 10 unit Penanganan Malaria Algid
per infus.m bersama-sama 500 ml dekstrose 5%, monitor Tujuan dalam penanganan malaria algid/malaria dengan
gula darah dan serum kalium. Sebagai pilihan lain dapat syok yaitu memperbaiki gangguan hemodinamik-
diberikan 10-20 ml kalsium glukonat 10o/oi.v pelan-pelan. Diberikan cairan infus plasma atau NaCl 0,9% untuk
Alternatif lain yaitu resonium A 15 g/8 jam per oral atau mengembalikan volume darah (1 L cairan mengandurg
resonium enema 30 g/8 jam. Bila pemeriksaan kadar dekstran/plasma diberikan dalam l jam). Bila belum ada
kalium darah tak tersedia dapat dilakukan monitoring perbaikan tekanan darah dan denyutjantung, di berikan
dengan pemeriksaan elektrokardiog rafi. lagi 1 L cairan isotonis (NaCl 0,9%). Hipotensi biasanya
Hipokalemi terjadi 40% dari penderita malaria berespon terhadap cairan. Bila tak berhasil dapat dipakai
serebral. Bila kalium 3,0 - 3,5 meq/l diberikan KCI per dopamin dengan dosis 2-4 ampul dopamin (1amp = 2gg
infus 25 meq; kalium 2,0 - 2,9 meq/l diberikan KCI per mg) dalam 500 ml Dekstrose 5%, dengan tetesan infr.rr
infus 50-75 meq. Pemberian KCI tidak melebihi 100 meq/ mulai 1 -2mcg/kg/menit. Tetesan sampai 5 mca/kglmoit
hari dan tidak diberikan i.v bolus. Hiponatremi dapat dopamin menyebabkan vasodilatasi dan memperbaili
memberikan penurunan kesadaran. Kebutuhan Natrium sirkulasi ginjal.
dapat dihitung: BB (kg) x600/ox Na. defisit (meq/l). Satu liter
NaCl 0,9% = 154 meq; 1 g NaCl puyer = 17 meq. Asidosis Penanganan Edema Paru
(pH < 7,15) merupakan komplikasi akhir dari malaria Edema paru merupakan komplikasi yang fatal, padr
berat dan sering bersama-sama dengan kegagalan fungsi malaria berat sebaiknya dilakukan penanganan unt&
ginjal. Pengobatannya dengan pemberian bikarbonat. mencegah terjadinya edema paru. Pemberian caira
Kebutuhan Bikarbonat (meq) = 1/3 B.B(kg) x defisit dibatasi, sebaiknya menggunakan monitoring dengm
bikarbonat dikonfersikan dalam jumlah ml 8,4% NaHCO3. CVP line. Pemberian cairan melebihi 1500 ml
Bila pemberian natrium dikuatirkan terjadinya edema paru, memberikan edema paru. Bila ada anemi, transfusi
dapat diberi kan THAM (tris-hydroxymethyl-aminomethan) diberikan perlahan-lahan. (1 unit darah dalam 4 j
alau pyruvote dehydrogenose octivotor dichloroocetate. Mengurangi bebanjantung kanan dengan tidur
Dialisis merupakan pilihan terbaik. duduk, pada edema paru karepa kelebihan cairan
Garis besar penanganan malaria pada AKI ialah 1. mulai diberikan diuretika, yaitu furosemide 40 mg i.v.
dengan anti malaria yang efektif; 2. perbaiki kebutuhan memperbaiki hipoksia diberikan oksigen k
cairan dan elektrolit; 3. dialisis dini; 4. pengobatan tinggi (6-8 l/menit) dan bila mungkin den$an
terhadap komplikasi yang lain; 5. pengobatan infeksi; 6. respirator mekanik.
hindari obat'metroteksat'
Penanganan Anemi
Tindakan Terhadap Malaria Biliosa Bila anemi kurang dari 5 g/dl atau hematokrit kur
Vitamin K dapat diberikan 10 mg/hari i.v selama 3 hari 15% diberikan tranfusi darah whole blood atau packd
untuk memperbaiki faktor koagulasi yang tergantung Darah segar lebih baik dibanding darah biasa.
vitamin K. Gangguan faktor koagulasi lebih sering dijumpai sebaiknya pelan-pelan, kalau perlu dengan
pada penderita dengan ikterik yang berat. Hati-hati CYP line atau dengan memberikan furosemid 20
dengan obat-obatan yang mengganggu fungsi hati seperti sebelum transfusi.
parasetamol, tetrasikli n.
Penanganan Terhadap Infeksi Sekunder
lnfeksi sekunder yang sering terjadi yaitu
HIPOGLIKEMIA karena aspirasi, sepsis yang berasal dari infeksi
dan infeksi saluran kencing karena pemasangan
Periksa kadar gula darah secara cepat dengan glukometer Antibiotika yang dianjurkan sebelum diperoleh
pada setiap penderita malaria berat (malaria serebral, kultur ialah kombinasi ampisilin dan gentamisin,
malaria dengan kehamilan,malaria biliosa). Bila kadar bila mungkin sefalosporin generasi ke lll (sefti
gula darah kurang dari 40 mgldl, maka diberikan 50 ml seftria kson atau ceftazidi me), atau karba penem
Dekstrose 40o/oi.v di{anjutkan dengan glukosa 10o/o pet
MIARJA BERAT 623

trognosis falsifarum malaria. Paret II Tutor's Guide. Training Unit


ltra,da infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila Division of Control of Tropical Diseases World Health
Organization. Geneva, 1995.
'ttnrcnEalami malaria berat. Pada malaria berat, mortalitas I{IHO. Severe falsifarum malaria. World Health Organization 2000.
Mrqantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan \AtrHO. Guidelines for the treatment of malaria 2006. World Health
Organization 2006.
@rnosa dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian
nnmrglll6r penderita malaria berat di dunia masih cukup
tmqqi berva riasi
1 5Yo- 60o/o te rga ntu n g fasi I itas pem beri

@la7anan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti


derl"rgan peningkatan mortalitas, misalnya penderita
dungan malaria serebral dengan hipoglikemi, peningkatan
tkwtinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih
ftmqgi darl pada malaria serebral saja.

TEERENSI

K. Effectiveness of antimalarial drugs. New Eng ] Med.


l0Eu,ci
N5352:1565-77.
isrmp* fC, Mwenechanya J, Tembo M et all : Efficacy of rectal
artesunate compared with parenteral quinine in initial
tueatrrent of moderately severe malaria in AIrika children and
adults: aradomised study. Lancet2004:363 (9421) :1598 - 605
flhiarrto, PN : Management of Cerebral Malaria. Medical Progress
1D9:23 -7.
iffimrilanto PN : Penanganan Malaria Berat. Penerbit Buku
trGdokteran ECG 2000:224 -36
ffimmianto PN. Gejala klinik malaria berat. Dalam:Harijanto PN
ied). Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis,
dan Penanganan. ]akarta:EGC. 1999.p.166-84.
B VannaphanS, etall: Clinicalexperience
iffiumlsood S, Wilairatana
m.ith intravenous quinine, intramuscular artemether and
iniravenous artesu.nate for the treatment of severe malaria
in Thailand. SouthEast Asia J. Trop Med Public Health 2003:
3{1):54 -61.
lMffiEa SK, Das SB. Malaria and Acute Kidney Injury. Semin
mphrol 2008, 28: 395408.
ffi'tpnn & Sharma SK, Boumeni. acute lung injury and acute
respiratory distress syndrome in malaria. J Vector Bome Dis
4" ,45:179-93
ImfuWou'ta PW, Newton CR : Management of severe falciparum
mlaria. |ournal of Post Graduate Medicine2004;50 :45- 50
,Mlhsm d G. Malaria. In:Cohen ], Powderly Wc,(eds). Infectious
Diseases. Edinburgh. London. New York. Oxford.
Fhiladelphia. St.Louis. Sydney Toronto. Mosby, 2004.
p.1t79-91..
lkfi,n EastAsian Quinine Artesunate Malaria Trial (SEAQUAMAT)
group. Artesunate versus quinine for treatment of severe
ihtrritan'm malaria: a randomized trial. Lancet. 2005;366:77-25.
lflliw'ilnr IIRJ, Hanson ], Turner GDH et all. Respiratory ........... of
hfialaria. Chest 2012, M2 (2): 442-505 Hrapluz A, Jereb M,
S{uzlovic I et all : Clinical review : Severe Malaria. Critical
Carc2003 :7 :315 -323
i]fl,ft"Trrez A,
Jereb M, Muzlovic I et all : Clinical review : Severe
Malaria. Critical Care 2003 :7 :315 -23
rlMmdl DA, Molyneux ME, Beales PF. Severe and Complicated
[talaria. 2nd ed. World Health Organization Division of
Olntrol of Tropical Diseases.
$, BremanJG.In: Brarmwald E, FauciA" 15thed. Harrison's
Frirriples of Internal Medicine, 2001.p.1203-13.
\[ In:Sherman IW. Malaria : Parasite Biology, Pathogenesis
m'rd Protection . I998.p.37 L-85.
Severe Falciparum Malaria. Transactions of the Royal
$ocieW of Tropical Medicine and Hygiene, 2000
The diagnosis and management of severe and complicated
82
TOKSOPLASMOSIS
Herdiman T. Pohan

PENDAHULUAN pada babi 11-36o/o, pada kambing 11-61%, pada anjiq


75% dan pada ternak lain kurang dari 10o/o. Di Amerih
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh Seri kat d ida patka n sekita r 3 -7 }Yo or ang dewasa sehat telilh
parasit Toxoplasmo gondii,yang dikenal sejak tahun 1908. terinfeksi dengan ToxopLosmo gondii. Toksoplosmo gorfi
Toksoplasma (Yunani: berbentuk seperti panah) adalah juga menginfeksi 3500 bayi yang baru lahir di
sebuah genus tersendiri. lnfeksi akut yang didapat setelah Serikat. Pada pasien dengan HIV positif di
lahir dapat bersifat asimtomatik, namun lebih sering angka sekitar 45o/o telah terinfeksi Toxoplasmo
menghasilkan kista jaringan yang menetap kronik. Baik Di Eropa Barat dan Afrika preval ensi Toxoplosma
toksoplasmosis akut maupun kronik menyebabkan gejala pada penderita HIV/AIDS sekitar 50-78o/o. Sementara
klinis termasuk limfadenopati, ensefalitis, miokarditis, dan prevalensi ensefalitis toksoplasma (ET) pada pasien HIV
pneumonitis. Toksoplasmosis kongenital adalah infeksi Amerika Serikat sekitar 16%o dan 37o/" di Perancis.
pada bayi baru lahir yang berasal dari penularan lewat Pada umumnya prevalensi anti T.gondii yang
plasenta pada ibu yang terinfeksi. Bayi tersebut biasanya meningkat dengan umur; tidak ada perbedaan antara
asimtomatik, namun manifestasi lanjutnya bervariasi baik dan wanita. Di dataran tinggi prevalensi lebih
gejala maupun tanda-tandanya, seperti korioretinitis, sedangkan di daerah tropik .prevalensi lebih ti
strabismus, epilepsi, dan retardasi psikomotor. Keadaan toksoplasmosis di suatu daerah dipengaruhi
Toxoplosma gondii pada tahun 1908 pertama kali banyak faktor; seperti kebiasaan makan daging
ditemukan pada binatang mengerat, yailu Ctenodactylus matang, adanya kucing yang terutama dipelihara
gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor binatang kesayangan, adanya tikus dan burung
kelinci di suatu laboratorium di Brazil. Pada tahun 1973 hospes perantara yang merupakan binatang
parasit ini ditemukan pada neonatus dengan ensefalitis. kucing, adanya sejumlah vektor seperti lipas atau lalat
Walaupun transmisi intrauterin secara transplasental sudah dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke
diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit Cacing tanah juga berperan untuk memindahkan
ini menjadijelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada dari lapisan dalam ke permukaan tanah.
kucing (Hutchison). Setelah dikembangkan tes serologi
yang sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti lf
Gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah dengan ETIOLOGI
iklim panas dan lembab.
Toxoplasmo gondii adalah parasit intraselular
menginfeksi burung dan mamalia. Tahap utama
EPIDEMIOTOGI hidup parasit adalah pada kucing (pejamu definitif).
sel epitel usus kecil kucing berlangsung daur a
Di lndonesia prevalensi anti T. gondii yang positif pada (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni,
manusia berkisar anlara 2o/o dan 63%. Sedangkan pada yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan
orang Eskimo prevalensinya 1o/o dan di El Salvadon Amerika tinja. Ookista yang bentuknya lonjong dengan ukuran
Tengah 90%. Prevalensi anti T. gondii pada binatang di mikron menghasilkan 2 sporokista yang masi
lndonesia adalah sebagai berikut pada kucing 25-73%, mengandung 4 sporozoit.
lBila ookista ini tertelan oleh mamalia lain atau PATOGENESIS
(hospes perantara), maka pada berbagai jaringan
perantara ini dibentuk kelompok-kelompok Jika kista jaringan yang mengandung bradizoit atau
yang membelah secara aktif dan disebut takizoit ookista yang mengandung sporozoit tertelan oleh
if = bentuk yang membelah cepat). Takizoit pejamu, maka parasit akan terbebas dari kista oleh proses
menginfeksi dan bereplikasi seluruh sel pada pencernaan. Bradizoit resisten terhadap efek dari pepsin
kecuali sel darah merah. Kecepatan takizoit dan menginvasi traktus gastrointestinal pejamu. Di dalam
membelah berkurang secara berangsur dan eritrosit, parasit mengalami transformasi morfologi,
lah kista yang mengandung bradizoit (bentuk akibatnya jumlah takizoit invasif meningkat. Takizoit ini
nrembelah perlahan); masa ini adalah masa infeksi mencetuskan respon lgA sekretorik spesifik parasit. Dari
k menahun yang biasanya merupakan infeksi laten. traktus gastrointestinal, parasit kemudian menyebar ke
hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual, berbagai organ, terutama jaringan limfatik, otot lurik,
i dibentuk stadium istirahat, yaitu kista jaringan. miokardium, retina, plasenta, dan SSP. Di tempat-tempat
tlasil dari proses ini adalah infeksi organ yang tersebut, parasit menginfeksi sel pejamu, bereplikasi, dan
gambaran sitopatologi khas. Kebanyakan menginvasi sel yang berdekatan. Terjadilah proses yang
it dieliminasi oleh respon imun pejamu. khas yakni kematian sel dan nekrosis fokal yang dikelilingi
jaringan yang mengandung banyak bradizoit respon inflamasi akut.
ng 7-10 hari setelah infeksi sistemik oleh Pada pejamu imunokompeten, baik imunitas humoral
Kistajaringan terdapat di berbagai organ, namun maupun selular mengontrol infeksi. Respon imun
terutama di sistem saraf pusat (SSP) dan otot terhadap takizoit bermacam-macam, termasuk induksi
i aktif pada pejamu imunokompromais biasanya antibodi parasit, aktivasi makrofag dengan perantara
pembebasan spontan parasit di dalam kista radikal bebas, produksi interferon gamma, dan stimulasi
kemudian bertransformasi cepat menjadi takizoit limfosit T sitotoksik. Limfosit spesifik antigen ini mampu
membunuh baik parasitekstraselular maupun sel target
Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes yang terinfeksi oleh parasit. Selagi takizoit dibersihkan
yang terinfeksi, maka terbentuk lagi berbagai dari pejamu yang mengalami infeksi akut, kista jaringan
seksual di dalam sel epitel usus kecilnya. yang mengandung bradizoit mulai muncul, biasanya di
hospes perantara mengandung kista jaringan dalam SSP dan retina. Pada pejamu imunokompromais
maka masa prapaten (sampai dikeluarkan atau pada janin, faktor-faktor imun yang dibutuhkan
adalah 3-5 hari, sedangkan bila kucing makan untuk mengontrol penyebaran penyakit jumlahnya rendah.
Fng mengandung takizoit, masa prapaten biasanya Akibatnya takizoit menetap dan penghancuran progresif
hari. Tetapi bila ookista langsung tertelan oleh berla n g su n g menyeba bk6 ii ke ga ga a n organ (n e c rotizin g
I

maka masa prapaten adalah 20-24 hari. Kucing encepholitis, pneumonia, dan miokarditis).
mudah terinfeksi oleh kista jaringan daripada oleh lnfeksi menetap dengan kista yang mengandung
bradizoit biasa ditemukan pada pejamu imunokompeten.
Di berbagaijaringan tubuh kucing juga ditemukan lnfeksi ini biasanya menetap subklinis. Meslii bradizoit
it dan kista jaringan. Pada manusia takizoit menjalani fase metabolik lambat, kista tidak mengalami
pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap degenerasi dan ruptur di dalam SSP. Proses degeneratif
berinti. Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit ini bersamaan dengan perkembangan kista baru yang
satu ujung yang runcing dan ujung lain yang mengandung bradizoit merupakan sumber infeksi
membulat. Panjangnya 4-8 mikron dan mempunyai bagi individu imunokompromais dan merupakan
inti yang letaknya kira-kira di tengah. Takizoit pada stimulus untuk menetapnya titer antibodi pada pejamu
adalah parasit obligat intraselular. imunokompeten.
Takizoit berkembang biak dalam sel secara Pada pasien dengan keadaan imunokompromais
iogeni. Bila sel penuh dengan takizoit, maka seperti pada pasien HIV/AIDS, terjadi suatu keadaan
rnenjadi pecah dan takizoit memasuki sel-sel di adanya defisiensi imun yang disebabkan oleh defisiensi
atau difagositosis oleh sel makrofag. Kista kuantitatif dan kualitatif yang progresif dari subset
dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang limfosit T yaitu T helper. Subset sel T ini digambarkan
h telah membentuk dinding. Kista jaringan secara fenotip oleh ekspresi pada permukaan sel molekul
ii dapat ditemukan di dalam hospes seumur hidup CD4 yang bekerja sebagai reseptor sel primer terhadap
di otak, otot jantung, dan otot lurik. Di otak HlV. Setelah beberapa tahun, jumlah CD4 akan turun di
berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot bawah level yang kritis (< 200/ul) dan pasien menjadi
mengikuti bentuk sel otot. sangat rentan terhadap infeksi oportunistik. Walaupun
626 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

demikian, dengan kontrol viremia plasma dengan terapi gondii. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk bekerja
antiretroviral yang efektif, bahkan pada individu dengan dengan T gondiiyang hidup. lnfeksi dengan T. gondii
CD4 yang sangat rendah, telah dapat meningkatkan juga pernah terjadi waktu mengerjakan autopsi.
survival meskipun jumlah CD4nya tidak meningkat secara . infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari
signifikan. donor yang menderita toksoplasmosis laten.
OIeh karena itu i nfeksi oportu nisti k s eperti Toxop la sm o . transfusi darah lengkap juga dapat menyebabkan
gondiimudah menyerang penderita HIV/AIDS yang tidak infeksi.
mendapatkan terapi antiretroviral yang efektif. lmunitas Walaupun makan daging kurang matang merupakan
selular menjadi sangat penting dalam mengontrol infeksi cara transmisi yang penting untuk f gondii, transmisi
Toksoplasma dengan bantuan dari imunitas humoral. melalui ookista tidak dapat diabaikan. Seekor kucing
lnterferon gamma dan lnterleukin-12 (lL-12) merupakan dapat mengeluarkan sampai 10 juta butir ookista sehari
substansi pertahanan tubuh yang sangat penting untuk selama 2 minggu. Ookista menjadi matang dalam waktu
menghadapi infeksi. 1 -5 hari dan dapat hidup lebih dari setahun di tanah yang

. lnterferon gamma menstimulasi aktivitas anti T.gondii, panas dan lembab. Ookista mati pada suhu 45'-55"C
tidak hanya makrofag tetapijuga sel non fagosit. Produksi juga mati bila dikeringkan atau bila bercampur formalir\
lnterferon gamma dan IL-'l 2 distimulasi oleh CD154 amonia, atau larutan iodium. Transmisi melalui bentut
(diekspresikan pada sel CD4 yang teraktivasi) yang ookista menunjukkan infeksi f gondii pada orang yang
bertindak dengan menstimulasi sel dendritik dan makrofag tidak senang makan daging atau terjadi pada binatang
untuk memproduksi lL-12 dan produksi lnterferon gamma herbivora.
oleh sel T.

Pada pasien dengan demam yang berkepanjangan


dan tubuh yang terasa lemah terdapat limfositosis, PATOLOGI
peningkatan sel T supresor dan penurunan ratio sel T
heLper-sel T supresor. Pada pasien ini memiliki jumlah sel Kematian sel dan nekrosis fokal. sebagai akibat replikadi
f he@er yang lebih sedikit. Pada pasien dengan infeksi takizoit menginduksi respon inflamasi mononukleus d
yang berat terjadi penurunan yang sangat drastis jumlah semua jaringan atau sel yang khas terinfeksi. Takizoitjarary
self he@er dan ratio sell helper dibanding dengan sel terlihat pada pewarnaan histopatologik rutin lesi inflanra{"
T supresor. Mekanisme timbulnya infeksi oportunistik Namun, pewarnaan imunofluoresensi dengan antibcrdi'
dalam hal ini Toxoplosma gondii pada pasien HIV/AIDS spesifik antigen parasit dapat menampakkan organisnrc
sifatnya multipel. Mekanisme ini termasuk penurunan atau antigen. Sebaliknya, kista yang mengandurryr
kadar sel CD4, gangguan produksi lL-12 dan interferon bradizoit hanya menyebabkan inflamasi pada tahap adl
gamma, serta gangguan fungsi limfosit T sitotoksik. Fungsi perkembangan. Saat kista ment6pai maturitas, proaEr
dan jumlah sel pertahanan tubuh pada pasien HIV/AIDS inflamasi tidak dapat terdeteksi lagi, dan kista
terutama lL-12, interferon gamma, serta sel CD154 yang di otak sampai mengalami ruptur. ,
menurun sebagai respons terhadap Toxoplosmo gondii.
Defisiensi sistem imun ini memegang peranan dalam Kelenjar Getah Bening (KGB)
timbulnya inleksi Toxoplasmo gondii. Selama terjadinya infeksi akut, biopsi KGB menu
Toxoplasma gondii dapat menular ke manusia melalui gambaran khas termasuk hiperplasia folikular dan kluster
beberapa rute, yaitu: beratu ra n makrofag jari nga n denga n sitoplasma
. padatoksoplasmosiskongenitaltransmisiToksoplasma Granuloma jarang ditemukan. Meski takizoit biasanya
kepada janin terjadi in utero melalui plasenta, bila terlihat, mereka dapat terlihat dengan subinokulasi
ibunya mendapat infeksi primer waktu ia hamil terinfeksi ke mencit atau dengan PCR.
. pada toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi,
bila makan daging mentah atau kurang matang Mata
(misalnya sate), kalau daging tersebut mengandung Pada mata, irifiltrat monosit, limfosit, dan sel
kista jaringan atau takizoit Toksoplasma. Pada orang dapat menghasilkan lesi uni atau multifokal-
yang tidak makan daging pun dapat terjadi infeksi granulomatosa dan korioretinitis dapat dilihat di
bila ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing mata belakang mengikuti kejadian retinitis nekrotik
tertelan. Komplikasi infeksi lainnya termasuk iridosiklitis,
. infeksijuga dapat terjadi di laboratorium pada orang dan glaukoma.
yang bekerja dengan binatang percobaan yang
diinfeksi dengan T gondii, melalui jarum suntik dan ssP
alat laboratorium lgin yang terkontaminasi dengan f Jika SSP terlibat, dapat terjadi meningoensefalitis
difus dengan ciri khas nekrosis dan nodul mungkin untuk seumur hidup. Kerusakan yang terjadi
ia. Ensefalitis nekrotikans pada pasien tanpa pada jaringan tubuh, tergantung pada: 1). umur, pada
memiliki ciri khas lesi difus berukuran kecil denqan bayi kerusakan lebih berat daripada orang dewasa; 2).
cuffing pada daerah berdekatan. Pada pasien virulensi strain Toksoplasma, 3). jumlah parasit, dan 4).
selain monosit, limfosit, dan sel plasma dapat pula organ yang diserang.
n leukosit PMN. Kista mengandung bradlzoit Lesi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya
ditemukan bersebelahan dengan perbatasan lebih berat dan permanen, oleh karena jaringan ini tidak
nekrotik. mempunyai kemampuan untuk beregenerasi. Kelainan pada
susunan saraf pusat berupa nekrosis yang disertai dengan
kalsifikasi. Penyumbatan akuaduktus Sylvii oleh karena
antara pasien AIDS yang meninggal akibat ependimitis mengakibatkan hidrosefalus pada bayi.
osis, sekitar 40-70o/o memiliki keterlibatan Pada infeksi akut di retina ditemukan reaksi
jantung dan parunya. Pneumonitis interstisial dapat peradangan fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit
pada neonatus dan pasien imunokompromais. yang dapat menyebabkan kerusakan total dan pada
. penebalan dan edema septum alveolus yang proses penyembuhan menjadi parut (sikatriks) dengan
asi dengan sel mononukleus dan sel plasma atrofi retina dan koroid, disertai pigmentasi. Di otot
ini dapat meluas ke dinding endotel. Takizoit jantung dan otot bergaris dapat ditemukanT. gondiitanpa
kista yang mengandung bradizoit ditemukan pada menimbulkan peradangan. Di alat tubuh lainnya, seperti
an alveolus. Bronkopneumonia superimposed limpa dan hati, parasit ini lebih jarang ditemukan.
disebabkan oleh mikroba lain. Untuk kemudahan dalam penanganan klinis,
toksoplasmosis dapat dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu :
1). lnfeksi pada pasien imunokompeten (didapat/ acquired,
dan parasit yang mengalami agregasi di otot baru dan kronik);2). lnfeksi pada pasien imunokompromais
ditemukan pada pasien AIDS yang meninggal (didapat dan reaktifitas); 3I lnfeksi mata (okular);4). lnfeksi
toksoplasmosis. Nekrosis fokal yang dikelilingi sel kongenital.
berhubungan dengan terjadinya nekrosis hialin
stru ktu r sel m iokard i u m. Peri ka rditis terjad i lnfeksi Akut pada Pasien lmunokompeten
beberapa pasien. Pada orang dewasa hanya 10-20% kasus toksoplasmosis
yang menunjukkan gejala. Sisanya asimtomatik dan tidak
sampai menimbulkan gejala konstitusional. Tersering
lurik, pankreas, lambung, dan ginjal pasien AIDS adalah limfadenopati leheq,tetapi mungkin juga didapatkan
terlibat disertai nekrosis, invasi sel inflamasi, dan pembesaran getah beninj mulut atau pembesaran satu
nya takizoit pada pewarnaan rutin (jarang). gugus kelenjar. Kelenjar-kelenjar biasanya terpisah atau
i mekrosis besar dapat menyebabkan destruksijaringan tersebar; ukurannya jarang lebih besar'dari 3 cm, tidak
langsung. Efek sekunder infeksi akut organ- nyeri, kekenyalannya bervariasi dan tidak bernanah.
tersebut antara lain pankreatitis, miositis, dan Adenopati kelenjar mesentrial atau retroperitoneal dapat
menyebabkan nyeri abdomen.
Gejala dan tanda-tanda berikutnya yang mungkin
dijumpai adalah demam, malaise, keringat malam,
N KLINIS nyeri otot, sakit tenggorok, eritema makulopapular,
hepatomegali, splenomegali. Gambaran klinis umum
invasi yang biasanya terjadi di usus, maka parasit seperti yang disebabkan infeksi virus mungkin juga
i sel atau difagositosis. Sebagian parasit mati dijumpai.
difagositosis, sebagian lain berkembang biak Korioretinitis dapat terjadi pada infeksi akut yang baru,
sel, menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang biasanyd unilateral. Berbeda dengan korioretinitis bilateral
lain. Dengan adanya parasit di dalam makrofag pada toksoplasmosis kongenital. Perjalanan penyakit pada
limfosit, maka penyebaran secara hematogen dan pasien yang imunokompeten seperti yang diterangkan
ke seluruh badan mudah terjadi. Parasitemia terdahulu bersifat membatasi dlri (self limiting). Gejala-
selama beberapa minggu. T gondii dapal gejala bila ada, menghilang dalam beberapa minggu atau
semua organ dan jaringan tubuh hospes, bulan dan jarang di atas 12 bulan.
sel darah merah (tidak berinti). Limfadenopati dapat bertambah atau menyusut
jaringan dibentuk bila sudah ada kekebalan
ilCsta atau menetap dalam waktu lebih dari satu tahun. Pada
dapat ditemukan di berbagai alat dan jaringan, orang yang kelihatannya sehat, jarang sekali penyakit ini
628 PENYAKIT TROP]K DAN INFEI(g

menjadi terbuka atau meluas mengancam maut. Karena Pneumonitis akibat Toxoplosmo gondii juga makin
manifestasi klinis toksoplasmosis tidak khas, diagnosis meningkat akibat kurangnya penggunaan obat antiretrovird
banding limfadenopati yang perlu diperhatikan antara lain serta profilaksis pengobatan toksoplasma pada penderita
tuberkulosis, limfoma, mononukleosis infeksiosa, infeksi HIV/AIDS. Pneumonitis ini biasanya'terjadi pada pasien
virus sitomegalo, penyakit gigitan kucing (cat bite fever, dengan gejala AIDS yang sudah lanjut dengan gejala
tularemia), penyakit cakaran kucing (cqt scratch fever), demam yang berkepanjangan dengan batuk dan sesat
sarkoidosis, dan sebagainya. napas. Gejala klinis tersebut kadang susah dibedakan
Toksoplamosis yang melibatkan banyak organ dengan pneumonia akibat Pneumocystis corinii dengut
tubuh dapat menyerupai gambaran penyakit hepatitis, angka kematian sekitar 35% meski sudah diterapi dengan
miokarditis, po!imiositis dengan penyebab lain atau baik.
demam berkepanjangan yang tidak diketahui sebabnya Gejala lain yang juga sering timbul adalah gangguai
(F.U.O). Amat disayangkan bahwa limfadenopati kurang pada mata. Biasanya timbul korioretinitis dengan gejda
banyak diingat sebagai diagnosis banding, padahal seperti penurunan tajam penglihatan, rasa nyeri padl
toksoplasmosis merupakan 7 -10o/o dari Iimfadenopati mata, melihat benda beterbangan, serta fotofobia. Pada
yang klinis jelas. Titer tes serologi untuk diagnosis pemeriksaan funduskopik terdapat daerah nekrosis yarg
toksoplasmosis akut biasanya didapatkan sesudah biopsi multifokal atau bilateral. Keterlibatan n. Optikus terjdi
kelenjar yang dicurigai sebagai toksoplasmosis. pada 10% kasus.
Gejala klinis lain yang jarang timbul pada pasien Hffi
lnfeksi Akut Toksoplasmosis pada Pasien AIDS dengan toksoplasmosis yaitu panhipopituari drr
lmunokompromais diabetes insipidus, gangguan gastrointestinal denglr,
Pasien imunokompromais mempunyai risiko tinggi untuk nyeri perut, asites, serta diare. Gagal hati akut
mengidap toksoplasmosis yang berat dan sering fatal gangguan muskuloskeletal juga dapat timbul.
akibat infeksi baru maupun reaktifitas. Penyakitnya dapat multiorgan dapat terjadi dengan manifestasi
berkembang dalam berbagai bentuk penyakit susunan gagal napas akut serta gangguan hemodinamik
saraf pusat seperti ensefalitis, meningoensefalitis atau menyerupai syok sepsis.
spoce occupiying lesion (SOL). Selanjutnya dapat pula Pada pemeriksaan fisik biasanya dite
miokarditis atau pneumonitis, pada transplantasi jantung pembesaran KGB yang kenyal, tidak nyeri,
toksoplasmosis timbul pada pasien seronegatif yang dan paling sering timbul di daerah servikal.
menerima jantung dari donor yang seropositif, dan fisik lain biasanya menunjukka n low grade
manifestasinya dapat menyerupai rejeksi organ seperti hepato-splenomegali dan timbul rash pada kulit
yang terbukti dengan biopsi endomiokard. Penemuan lain pemeriksaa n fund uskopi k men u nju kkan m u ltip le
ialah bahwa pasien yang menerima jantung dari donor white, bercak menyerupai wol d6ngan batas yang
seropositif menunjukkan titer antibodi lgM dan lgG yang jelas di daerah kutub posterior. Pada ET pem
meningkat sesudah transplantasi. Pada pasien dengan fisik yang mendukung adalah gangguan statts
transplantasi sumsum tulang, toksoplasmosis timbul kejang, kelemahan otot, ganggguan nervus kr
sebagai akibat reaktivitas infeksi yang laten. tanda-tanda gangguan serebelum, meningismus,
Pada pasien HlV, manifestasi klinis terjadi bila jumlah movement disorder.
limfosit CD4 < 100/ml. Manifestasi klinis yang tersering pada Sebenarnya dalam klinik dewasa, toks
pasien HIV/AIDS adalah ensefalitis. Ensefalitis terjadi pada ini sangat underdiagnosed pada pasien-
sekitar 80% kasus. Rabaud et al. menunjukkan bahwa selain imunokompromais. Hal ini terlihat dari banyaknya
otak terdapat beberapa lokasi lain yang sering terkena, yaitu kasus yang terdiagnosis pada beberapa institusi,
mata (50%), paru-paru (260/o), darah tepi (3%), jantung (3o/"), jumlah kasus positif pada laporan-laporan otopsi,
sumsum tulang (3%), dan kandung kemih (1%). persentase toksoplasma yang non spesifik dan
Pada pasien dengan ET, gejala-gejala yang sering ragam ini. lnfeksi akut susunan saraf pusat harus
terjadi adalah gangguan mental (75%), defisit neurologik dengan menin!oensefalitis oleh penyebab lain
(70%), sakit kepala (50%), demam (45%), tubuh terasa helpes simpleks, fungus dan tuberkulosis, abses
lemah serta gangguan nervus kranialis. Gejala lain yang lupus, dan sebagainya. Pada pasien imu
juga sering terdapat yaitu gejala parkins on, focol dystonio, bila ditemukan pleiositosis mononuklear dengan
I tre mor. hemikorea-hemi balismus, dan gan gguan
ru b ro protein tinggi, tidak adanya tanda-tanda
pada batang otak. Medula spinalis juga dapat terkena fungus perlu dipertimbangkan adanya
dengan gejala seperti gangguan motorik dan sensorik di
daerah tungkai, gangguan berkemih dan defekasi. Onset Toksoplasmosis Mata pada Orang Dewasa
dari gejala ini biasanya-subakut. lnfeksi toksoplasma menyebabkan korioretinitir
l

"iIFOPLASMOSIS I

629 I
I

lUrrbesar kasus-kasus korioretinitis ini merupakan adanya infeksi akut, tetapi isolasi dari jaringan hanya
*ibat infeksi kongenital. Pasien-pasien ini biasanya menunjukkan adanya kista dan tidak memastikan adanya
ffidak menunjukkan gejala-gejala sampai usia lanjut. infeksi akut.
llorioretinitis pada infeksi baru bersifat khas unilateral, Tes serologi dapat menunjang diagnosis
sdang korioretinitis yang terdiagnosis waktu lahir toksoplasmosis. Tes yang dapat dipakai adalah tes
ffinsnya bilateral. Gejala-gejala korioretinitis akut adalah warna Sabin Feldman (Sobin-Feldman dye fesf) dan tes
:pcnqlihatan kaburi skotoma, nyeri, fotofobia dan epifora. hemaglutinasi tidak langsung (l HA), untuk deteksi antibodi
Gurrgguan atau kehilangan sentral terjadi bila terkena lgG, tes anli T. gondii fluoresen tidak langsung (lFA), dan
nmakula. Dengan membaiknya peradangan, visus pun tes ELISA untuk deteksi antibodi lgG dan lgM. Tes Sabin-
mmnbaik, namun sering tidak sempurna. Panuveitis Feldman didasarkan oleh rupturnya T. gondii yang hidup
,ffiat menyertai korioretinitis. Papilitis dapat ditemukan dengan antibodi spesifik dan komplemen di dalam serum
ryabila ada kelainan susunan saraf pusat yang jelas. yang diperiksa. Pemeriksaan ini masih merupakan rujukan
0lfiagnosis banding adalah tuberkulosis, sifilis, lepra, atau pemeriksaan serologi. Hasil serologi menjadi positif
illhtoplasmosis. dalam 2 minggu setelah infeksi, dan menurun setelah
1 -2 tahun.
iHsi Kongenital Serologi lgG banyak digunakan untuk infeksi lama.
lffi*soplasmosis yang didapat dalam kehamilan dapat Awalnya lgM muncul terlebih dahulu sebelum lgG,
lhlrsifat asimtomatik atau dapat memberikan gejala kemudian menurun cepat, dan merupakan petanda infeksi
stelah lahir. Risiko toksoplasmosis kongenital bergantung dini. Pada kasus limfadenopati toksoplasmosis, 90% di
Fda saat didapatnya infeksi akut ibu. Transmisi T. gondii antaranya memiliki lgM positif saat diperiksa dalam 4
mmingkat seiring dengan usia kehamilan (1 5-25% dalam bulan setelah onset limfadenopati. 22% di antaranya
tffifunester l, 30-54% dalam trimester ll, 60-65% dalam tetap positif saat diperiksa lebih dari 12 tahun setelah
ltfrimester lll). Sebaliknya, derajat keparahan penyakit onset. Pada beberapa kasus, lgM reaktif tidak dapat
ihrgenital meningkat jika infeksi terjadi pada awal terdeteksi. Anti- I g E im m1t n oso r b e nt a g g luti n otio n a ssoy
hharnilan. Tanda-tanda infeksi saat persalinan ditemukan diduga merupakan pemeriksaan yang lebih akurat untuk
ffi21-28% dari mereka yang terinfeksi pada trimester il, mendeteksi toksoplasmosis akut. Namun, pemeriksaan ini
&r kurang dari 11% pada trimester lll. Ringkasnya, 10o/o masih perlu penelitian lebih lanjut.
nxrgalami infeksi berat. Pemeriksaan Cf
Scan otak pada pasien dengan
Manifestasi klinis toksoplasmosis kongenital termasuk ensefalitis toksoplasma (ET) menunjukkan gambaran
shabismus, korioretinitis, ensefalitis, mikrosefalus, menyerupai cincin yang multipel pada 70-80% kasus.
ll*f,osefalus, retardasi psikomotor; kejang, anemia, ikterus, Pada pasien dengan AlDSyang telah terdeteksi dengan
l|l*rotermia, trombositopenia, diare, dan pneumonitis. lgG Toxoplosmo gondii dan gambaran cincin yang multipel
Thim karakteristik yang terdiri dari hidrosefalus, kalsifikasi pada CT Scan sekitar 80% merupakan TE. Lesi tersebut
mrebral, dan korioretinitis berakibat retardasi mental, terutama berada pada ganglia basal dafi corticomedullory
ffiepsi, dan gangguan penglihatan. Hal ini merupakan junction.
heqtuk ekstrim dan paling berat dari penyakit ini. MRI merupakan prosedur diagnostik yang lebih baik
Korioretinitis pada pasien imunokompeten hampir dari CT Scon dan sering menunjukkan lesi-lesi yang tidak
cEialu akibat sekunder dari infeksi kongenital. Diperkirakan terdeteksi dengan CT Scan. Oleh karena itu MRI merupakan
4d3 individu dengan infeksi kongenital asimtomatik prosedur baku bila memungkinkan terutama bila pada
mngalami korioretinitis dalam hidupnya (biasanya dalam CT Scon menunjukkan gambaran lesi tunggal. Namun
,* dekade). Lebih dari 30% mengalami relaps setelah gambaran yang terdapat pada MRI dan CT Scon tidak
thrapi. patognomonik untuk ET. Salah satu diagnosis banding
yang penting adalah limfoma dengan lesi multipel pada
407o kasus.
DIAGNOSIS Pefiggunaan Polymerose Chain Reaction (PCR) dalam
mendeteksi Toxoplasma gondiitelah digunakan dewasa ini.
@f,agnosis toksoplasmosis akut dapat dipastikan bila Dengan teknik ini dapat dibuat diagnosis dini yang cepat
nmenemukan takizoit dalam biopsi otak atau sumsum dan tepat untuk toksoplasmosis kongenital prenatal dan
..''rang,
cairan serebrospinal dan ventrikel. Tetapi dengan postnatal dan infeksi toksoplasmosis akut pada wanita
wa lapusan yang biasa takizoit sukar ditemukan dalam hamil dan penderita imunokompromais. Spesimen tubuh
qpesimen ini. lsolasi parasit dapat dilakukan dengan yang digunakan adalah cairan tubuh termasuk cairan
ihmkulasi pada mencit, tetapi hal ini memerlukan waktu serebrospinal, cairan amnion, dan darah. iose E Vidal et
lhna. lsolasi parasit dari cairan badan menunjukkan al mendapatkan bahwa PCR memiliki sensitivitas yang
630 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!

tinggiyaitu 100% dengan spesifitas 94,4%. LamorilJ et al keganasan) yang terjangkit toksoplasmosis akut harus
menunjukkan bahwa PCR memiliki spesifitas yang rendah diberi pengobatan.
(16%) bila bahan yang diambil berasal dari darah. PCR juga
menjadi negatif apabila sebelum dilakukan PCR pasien lnfeksi pada Kehamilan dan Kongenital
telah diberikan pengobatan. Pada toksoplasmosis kehamilan, pengobatan dapat
ditujukan untuk ibu, janin, atau bayi baru lahir. Spiramisin
merupakan antibiotik makrolid yang terkonsentrasi di
PENATALAKSANAAN plasenta, sehingga mengurangi infeksi plasenta sebesar
60%. Obat ini tidak secara terus-menerus melalui barier
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh plasenta dan digunakan untuk mengurangi transmisi
bentuk takizoit T. gondii dan tidak membasmi bentuk vertikal. Spiramisin 3 glhari dalam dosis terbagi 3 selama
kistanya, sehingga obat-obat ini dapat memberantas 3 minggu diberikan pada wanita hamil yang mengalami
infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi infeksi akut sejak diagnosis ditegakkan hingga kelahirart
mepahun, yang dapat menjadi aktif kembali. kecuali terbukti terjadi infeksi pada janin. Pada kasus
Pirimetamin dan sulfonamid bekerja secara sinergistik, demikian, regimen terapi diubah ke sulfadiazin 4 g
maka dipakai sebagai kombinasi selama 3 minggu atau dan pirimetamin 25 mg, serta asam folat 15 mglhari
sebulan. Pirimetamin menekan hemopoiesis dan dapat hingga persalinan. Risiko mengidap penyakit serius
menyebabkan trombositopenia dan leukopenia. Untuk pada kehamilan dini membawa risiko efek teratogenk
mencegah efek sampingan ini, dapat ditambahkan asam antifolat. Semua bayi baru lahir yang terinfeksi harus
folinik atau ragi. Pirimetamin bersifat teratogenik, maka mendapat pengobatan anti T gondii (sulfadiazin 50 rngd
obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil. kg 2 kali per hari dan pirimetamin 1 mglkgBB/hari, serb
Pirimetamin diberikan dengan dosis 50-75 mg sehari asam folat 5 mglkgBB/hari selama sedikitnya 6 bulan|.
untuk dewasa selam 3 hari dan kemudian dikurangi Belum ada pengobatan yang menurunkan angka kejadian
menjadi 25 mg sehari (0,5-1 mg/kgBB/hari) selama korioretinitis.
beberapa minggu pada penyakit berat. Karena holf-lifenya U ntuk memastikan terjadinya infeksi janin, diperluka
adalah 4-5 hari, pirimetamin dapat diberikan 2 kali/hari pemeriksaan USG dan cairan amnion untuk pemeriksaa
atau 3-4 kali sekali. Asam folinik diberikan 2-4 mg sehari. PCR dan kullur T. gondii. Pengambilan darah janin denga
Sulfonamide dapat menyebabkan trombositopenia dan kordosentesis telah sering digunakan untuk mendetehi
hematuria, diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari antibodijanin dan kultur T gondii. Pengakhiran kehamih
selama beberapa minggu atau bulan. biasanya ditawarkan pada wanita dengan serokonveri
Spiramisin adalah antibiotika makrolid, yang tidak dalam 8 minggu pertama kehamilan dan mereka yarq
menembus plasenta, tetapi ditemukan dengan konsentrasi mengalami infeksi dalam 22 minlgu pertama jika infeld
tinggi di plasenta. Spiramisin diberikan dengan dosis 100 janin terbukti. Pendekatan yang lebih konservatif untt
mg/kgBB/hari selama 30-45 hari. Obat ini dapat diberikan menganjurkan aborsi adalah hanya jika pada USG dida$
pada wanita hamil yang mendapat infeksi prime1 sebagai hidrosefalus, meski hanya kasus dalam presentasi
obat profilaktik untuk mencegah transmisi T gondii ke janin mengalami gangguan neurologik pada saat lahir.
dalam kandungannya.
Klindamisin efektif untuk pengobatan toksoplasmosis, lnfeksi pada Pasien lmunokompromais
tetapi dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa atau Pasien AIDS harus diterapi untuk to
kolitis ulserativa, maka tidak dianjurkan untuk pengobatan karena pada pasien imunokompromais infeksi
rutin pada bayi dan wanita hamil. Kortikosteroid digunakan menjadi fatal bila tidak diobati. Regimen untuk
untuk mengurangi peradangan pada mata, tetapi tidak dengan ensefalitis adalah pirimetamin (dosis awal 200
dapat diberikan sebagai obat tunggal. lanjutan 50-75 mg/hari) dan sulfadiazin (4-6 g/han
Obat makrolid lain yang efektif terhadap T. gondii terbagi 4) selama 4-6 minggu sampai tampak
adalah klaritromisin dan azitromisin yang diberikan radiologik. Ledcovorin (calcium folinate, 10-15
bersama pirimetamin pada penderita AIDS dengan diberikan untuk pencegahan toksisitas sumsum
ensefalitis toksoplasma. Obat yang baru adalah berkaitan dengan pirimetamin. Baik pirimetamin
hidroksinaftokuinon (atovaquone) yang bila dikombinasi sulfadiazin melewati sawar darah-otak. Komplikasi
dengan sulfadiazin atau obat lain yang aktif terhadap antara lain gangguan hematologik, kristaluria,
T. gondii, dapat membunuh kista jaringan pada mencit. batu ginjal radiolusen, dan nefrotoksisitas.
Tetapi hasil penelitian pada manusia masih ditunggu. Pirimetamin dan sulfadiazin hanya aktif
Toksoplasmosis akuisita yang asimtomatik tidak perlu takizoit, sehingga pada pasien imunokompromais
diberikan pengobatan. fenderita imunokompromais (Al DS, awal harus diberikan selama 4-6 minggu. Mereka
TrcOPLASMOSIS 631
l
ffilarusmendapat terapi supresif seumur hidup dengan yang diturunkan sebelum terjadi konsepsi melindungi
plrimetamin (25-50 mg/hari) dan sulfadiazin (2-4 g/ janin dari infeksi. Pasien imunokompromais yang
[han)- Jika sulfadiazin tidak dapat ditoleransi, kombinasi mendapat kotrimoksazol sebagai profilaksis u ntu k i nfeksi
pirimetamin (75 mglhari) dan klindamisin (450 mg 3 kali pneumosistis juga terlindungi dari toksoplasmosis.
per hari) dapat digunakan. Serologi lgG untuk T gondii harus dilakukan pasien
Dapsone (diaminodiphenylsulfone) merupakan sebelum dilakukannya transplantasi organ. Transplantasi
dlternatif efektif pengganti sulfadiazin karena memiliki organ padat dari donor seropositif ke resipien seronegatif
waktu paruh lebih lama dan berkurangnya toksisitas. harus dihindari. Jika transplantasi seperti itu dilakukan,
Spiramisin diberikan untuk mengurangi transmisi plasenta. maka resipien harus mendapat terapi anti T. gondii
ffiIndamisin diabsorbsi baik oleh saluran cerna dan kadar setidaknya selama 2 bulan.
,prncak dalam serum tercapai 1-2 jam setelah pemberian. lndividu dengan HIV dan yang memiliki seronegatif
ffiombinasi pirimetamin oral (25-75 mglhari) beserta harus dihindari dari pajanan dengan parasit. Skrining
(1 200-4800 mglhari) terbukti efektif
,Wimdamisin intravena maternal masih meru pakan kontroversi. Skri ning serologik
Luurtuk pasien AIDS dengan ensefalitis toksoplasmosis. Efek ditujukan untuk mendeteksi infeksi maternal akut. Namun,
wnping klindamisin termasuk mual, muntah, netropenia, kadang sulit untuk menentukan apakah benar terjadi
mnoam, dan kolitis pseudomembranosa. infeksi maternal akut dan janin. Saat diagnosis infeksi
Penelitian menunjukkan bahwa makrolid tunggal tidak akut ditegakkan pada wanita hamil, terapi anti T. gondii
ffiktif, namun kombinasi pirimetamin dan klaritromisin dan pemeriksaan lanjutan atas kemungkinan infeksi pada
rffinpaknya efektif. Atovaquone (750 mg 3-4 kali per janin diberikan, dan aborsi ditawarkan.
illltrari) merupakan pilihan bagi mereka yang intoleransi
dat lain. Glukokortikoid dapat digunakan untuk terapi
cdema intraserebral. Antikonvulsan kadang diperlukan PROGNOSIS
uumtuk mengatasi kejang, namun harus diperhatikan
lnnreraksi potensial aitara sulfadiazin dan fenitoin. Regimen Toksoplasma akut untuk pasien imunokompeten
korfimoksazol atau dapson beserta pirimetamin dengan mempunyai prognosis yang baik. Toksoplasmosis pada
lhukovorin dapat mencegah perkembangan ensefalitis bayi dan janin dapat berkembang menjadi retinokoroiditis.
@a pasien HIV dengan seropositif T. gondii setelah Toksoplasmosis kronik asimtomatik dengan titer antibodi
purnlah limfosit CD4 berkurang hingga mencapai 100/ul. yang persisten, umumnya mempunyai prognosis yang
baik dan berhubungan erat dengan imunitas seseorang.
Toksoplasmosis pada pasien imunodefisiensi mempunyai
ENCEGAHAN prognosis yang buruk.

lllhksoplasmosis dapat dicegah di tiga tingkatan yang


herbeda: REFERENSI I
- pencegahan infeksi primer
' pencegahan transmisi vertikal dalam penyakit Carlos S Subauste. Toxoplasmosis and HIV. University of
Cincinnati College of Medicine. HIV Insite. Knowledge i3ase
kongenital
Chapter.January. 2004. Diakses dari www.hivinside.com pada
' pencegahan penyakit pada individu yang imuno- tanggal 16 September 2005.
kompromais Cohen O, Weissman D, Fauci AS. The immunopathogenesis of
HIV infection. In: PauI WE, ed. Fundamental Immunology.
Untuk mencegah infeksi primer, pajanan parasit Philadelphia: Lippincott-Raven, 1999:1455-509.
dapat dikurangi dengan edukasi kesehatan. Faktor risiko Ezpinosa, Luis. Toxoplasmosis. In : HIV/AIDS Primary Guide.
,ultuna adalah makan daging belum matang (jarang) dan Florida/Carribean AIDS Education and Training Center.
Florida. USA. 2005; Chapter 11-section 6.
tlltridup bersama kucing. Kista jaringan dalam daging tidak Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus (HIV): AIDS
hfiffiektif lagi bila sudah dipanaskan sampai 66'C atau and Related disorders. In: Braunwald, et.al (Eds). Harrisonls
Principles of Intemal Medicine 15th ed. New York: McGraw-
dl*<ap. Setelah memegang daging mentah (jagal. tukang
HilL 2001: L852-913.
mmnsak), sebaiknya tangan dicuci bersih dengan sabun. Frenkel JK. Toxoplasmosis. Hunter's Londory WB Saunders. 7 th
lllakanan harus ditutup rapat supaya tidak dijamah lalat ed1991,:200-2
ahu lipas. Sayur-mayur sebagai lalap harus dicuci bersih Ganda Husada S, Sutanto I. Kumpulan makalah Simposium
Toxoplasmosis. 1990.
ilal dimasak. Kucing peliharaan sebaiknya diberi makanan Gandahusada S. Toxoplasma gondii. Dalam: Parasitologi
dan dicegah berburu tikus dan burung.
fiiltlatang Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2000:
Saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah 153-61.
ltu*soplasmosis. I munitas maternal aki bat toksoplasmosis Jones JL, Hanson Dl,Dworkin MS. Survailance for AlD$defining
Oportunistic Illnesses,1992-1997. MMWR CDC Surveill
B3
LEPTOSPIROSIS
Umar Zein

DEFINISI

;-ectospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang


dsebabkan oleh mikro organisme Leptospiro interogons
ffiroa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit
oertama sekali dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886
rrtrlil

umE membedakan penyakit yang disertai dengan ikterus


Cengan penyakit lain yang juga menyebabkan ikterus.
,nrrnrr

Uertuk yang beratnya dikenal sebagai Weil's diseose.


-Buryakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud
ftu,rec slime fever, swomp fever, autumnol feven infectious
.mt,'pdice, field fever cane cutter fever dan lain-lain.
Leptospirosis acapkali luput didiagnosa karena
gqala klinis tidak spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi Gambar 1. Leptospira
diragnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa
EF---------------rriospirosisdalamdekadeterakhirdibeberapanegara yang khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan
Btdr menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit waktu berminggu-minggu untuk membuat kultur yang
flffiig termasu k the e m e rg i n g i nfectio u s d ise o se s. positif. Dengan medium Fletcher's dapat'tumbuh dengan
baik sebagai obligat aerob.
Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua
fnoroct spesies '. L.interrogons yang patogen dan L. biflexo yang non
patogen/ saprofit. Tujuh spesies dari leptospira patogen
llup'tospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili sekarang ini telah diketahui dasar ikatan DNA-nya, namun
Wonemotoceae, suatu mikroorganisme spirochoeto. lebih praktis dalam klinik dan epidemiologi menggunakan
Ern'r khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel, klasifikasi yang didasarkan atas perbedaan serologis.
pwrlangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, Spesies L. interrogons dibagi menjadi beberapa serogrup
mlbarnya 0,1 - 0,2 um (Gambar 1). Salah satu ujung dan serogrup ini dibagi menjadi banyak serovar menurut
,mEanisme sering membengkak, membentuk suatu kait. komposisi antigennya. Saat ini telah ditemukan lebih dari
lfudapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya 250 serovaryang tergabung dalam 23 serogrup. Beberapa
ff@ella. Spirochoeto ini demikian halus sehingga dalam serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia
mnrxroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai di antaranya adalah: L. icterohaemorrhogioe, L. conicolo,
nlritai kokus kecil - kecil. Dengan pemeriksaan lapangan L. pomona, L. grippothyphoso, L. jovonico, L. ceLledoni,
medrr:p pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara L. bollum, L. pyrogenes, L. outomnalis, L. hebdomodis, L.
uunnr,lm dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan botavioe, L. torossovi, L. ponomo, L. ondomono, L. shermoni,
lksrtospi ra d i gu naka n m i kroskop la pa n ga n gelap (d o rkfie ld L. ronorum, L. bufonis, L. copenhogeni, L. oustralis, L.

mmcroscope). Leptospira membutuhkan media dan kondisi cynopteri dan lain-lain.

633
634 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

Menurut beberapa peneliti, yang tersering menginfeksi Sementara dengan pemeriksaan sederhana memakai
manusia ialah L. icterohaemorrhagica dengan reservoar mikroskop biasa dapat dideteksi adanya gerakan
tikus, L. conicolo dengan reservoar anjing dan L. pomono leptospira dalam urine. Diagnostik pasti ditegakkan
dengan reservoar sapi dan babi. dengan ditemukannya leptospira pada darah atau urine
atau ditemukannya hasil serologi positip. Untuk dapat
berkemba ng biaknya leptospira memerlu kan ing kungan I

EPIDEMIOTOGI optimal serta tergantung pada suhu yang lembab, hangat


PH airltanah yang netral, dimana kondisi ini ditemukan
Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, disemua benua sepanjang tahun di daerah tropis.
kecuali benua Antartika, namun terbanyak didapati
didaerah tropis. Leptospira bisa terdapat pada binatang
piaraan seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut PENULARAN
atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti tupai,
musang, kelelawaL dan lain sebagainya. Di dalam tubuh Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air; atan
binatang tersebut, leptospira hidup di dalam ginjal/ tanah. lumpuryang telah terkontaminasi oleh urine binatang
air kemihnya. Tikus merupakan vektor yang utama dari yang telah terinfeksi leptospira. lnfeksi tersebut terjadijika
L. icterohaemorrhogica penyebab Ieptospirosis pada terjadi luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Ai
manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urin
membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan
tubulus ginjal tikus dan secara terus menerus dan ikut penyakit ini, bahkan air yang deraspun dapat berperan
mengalir dalam filtrat urine. Penyakit ini bersifat musiman, Kadang-kadang penyakit ini terjadi akibat gigitan binatag
di daerah beriklim sedang masa puncak insidens dijumpai yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau kontak dengia
pada musim panas dan musim gugur karena temperatur kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama padr
adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yaqg
leptospira, sedangkan didaerah tropis insidens tertinggi utuh juga dapat menularkan leprospira. Orang-ora4g
terjadi selama musim hujan. yang mempunyai risiko tinggi mendapat penyakit id
Leptospirosis mengenai paling kurang 160 spesies adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebun4,
mamalia. Ada berbagai jenis pejamu dari leptospira, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potorl
mulai dari mamalia yang berukuran kecil di mana manusia hewan atau orang-orang yang mengadakan perkemahm
dapat kontak dengannya, misalnya landak, kelinci, tikus di hutan, dokter hewan. Faktor risiko tertular leptospirdr
sawah, tikus rumah, tupai, musang, sampai dengan reptil terdapat pada tabel 1.
(berbagai jenis katak dan ular), babi, sapi, kucing,dan
anjing. Binatang pengerat terutama tikus merupakan
reservoar paling banyak. Leptospira membentuk
hubungan simbiosis dengan pejamunya dan dapat --------r--- -_!___ Kelompok Kelompok
u-,____,_^-,
Aktivitas Lingkungan
menetap dalam tubulus renalis selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Beberapa serovar berhubungan
P-etani dan peternak ,
. Berenangr AnjinQ,piaraan
Tukang:potonghewrn di sungai, Te-rnak ,:,.:.
dengan binatang tertentu, seperti L. icterohaemorogioe/ P'en a,ng ka p/p e nj e rat Bersarnpan':'Genangan air
copenhageni dengan tikus, l. grippotyphoso dengan voles
(sejenis tikus), [. hordjo dengan sapi, [. canicolo dengan
anjing dan L. pomono dengan babi.
lnternotionoL Leptospirosis Society menyatakan
lndonesia sebagai negara dengan insidens leptospirosis
tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas.
Di lndonesia Leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Dl Yogyakarta, Lampung, Sumatera PATOGENESIS
Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau
Timur, dan Kalimantan Barat. Pada kejadian banjir besar lendir, memasuki aliran darah dan berkembang"
di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus menyebar secara luas kejaringan tubuh. Kemudian- il
leptospirosis dengan 20 kematian. respon imunologi baik secara selular maupun
Salah satu kendala dalam menangani leptospirosis sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk
berupa kesulitan dalam melakukan diagnostik awal. spesifik. walaupun demikian beberapa organisme ini
IEIOSP!ROSIS 635

hertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi Jantung. Epikardium, endokardium dan miokardium
tperti di dalam ginjal di mana sebagian mikro organisme dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat fokal atau difus
fur mencapai convoluted tubules, bertahan disana dan berupa intersitital edema dengan infiltrasi sel mononuklear
ofepaskan melalui urin. Leptospira dapat dijumpai dalam dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi
*kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium
ilmfuksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun- dan endokardium
ffirun kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan
frgositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan
Otot rangka.Pada otot rangka, terjadi perubahan-
perubahan berupa lokal nekrotis, vakuolisasi dan
cpat lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin.
kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira
$rtelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme
|hrya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. disebabkan invasi langsung leptospira. Dapat juga
ditemukan antigen leptospira pada otot.
UL:ptospiruria berlangsung 1 -4 minggu
Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese Mata. Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata
l1@spirosis : invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non selama fase leptospiremia dan bertahan beberapa bulan
ryesifik, dan reaksi imunologi. walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini
akan menyebabkan uveitis.

tforocl Pembuluh darah. Terjadi perobahan pada pembuluh


darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan menimbulkan
ilDrlam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/peteki pada
mdepaskan toksin yang bertanggung jawab atas terjadinya mukosa, permukaan serosa dan alat-alat viscera dan
lhadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang muncul perdarahan bawah kulit.

Qiadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada Susunan saraf pusat. Leptospira mudah masuk ke dalam
lhgospirosis terdapat perbedaan antara derajat gangguan cairan serebrospinal (CSS) dan dikaitkan dengan terjadinya
1ftmgsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada
meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya
ffiospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada respon antibodi, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga
qifal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh mekanisme
qnta dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit
ffirrra kerusakan bukan pada strukturorgan. Lesi inflamasi peningkatan sel mononuklear araknoid. Meningitis yang
m:nunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan terjadi adalah meningitis aseptik, biasanya paling sering
sdplasma. Pada kasusyang beratterjadi kerusakan kapiler disebabkan oleh L. canicola,-
dcngan perdarahan yang luas dan disfungsi hepatoselular
furgan retensi bilier. Selain diginjal leptospira juga dapat WeiI Diseose. Weil diseose adalah leptospirosis berat yang
hrtahan pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk ditandai dengan ikterus, biasanya disertai perdarahan,
hdalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe
ilfllfld ini akan menyebabkan meningitis yang merupakan kontinua. Penyakit Weilini biasanya terdapat pada 1-60/o
gilrgguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai kasus dengan leptospirosis. Penyebab Weil disease adalah
hnplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai serotipe icterohaemorroglco pernah juga dilaporkan oleh
ffiospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh darah. serotipe copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis
lHainan spesifik pada organ : bervariasi berupa gangguan renal, hepatik atau disfungsi
vaskular.
ttirt lnterstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear
mwupakan bentuk lesi pada leptospirosis yang dapat
flujaditanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi
GAMBARAN KTINIS
*ibattubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin,
mdsi imunologis, iskemia ginjal, hemolisis dan invasi
Masa inkubas i2-26hari,biasanya 7 -13 hari dan rata-rata
hgsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan
10 hari. Gambaran klinis dapat dilihat pada tabel 2.
{hmsakan ginjal.
Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas
Hi- Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan yaitu fase leptospiremia dan fase imun.
iffitrasi sel limfosit fokal dan proliferasi sel Kupfer dengan
lhlestatis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian Fase Leptospiraemia
flemukan leptospira dalam hepar. Biasanya organisme Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah
lni Erdapat diantara sel-sel parenki m. dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba
636 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik,


demam yang tidak diketahui asalnya dan diatetesis
Sering : demam, menggigil, sakit kepala, meningismus,
hemoragik, bahkan beberapa kasus datang sebagai
anoreksia, mialgia, tonjuctival suffusion, mual, muntah, nyeri
abdomen. ikerus, hepatom€gali, ruam kulit, foto pobi pankreatitis. Pada anamnesis, penting diketahui tentang
riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok
Jarang : pneumonitis, hemoptoe, delirium, peidarahan,
risiko tinggi. Gejala/keluhan didapati demam yang muncul
diar:e, edema, splenomegali, artral gia, gagal ginja l, perifera I

neuritis, pankreatitis, parotitis, epididimidis, hematemesis, mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal. nyeri
asites, miokarditis otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardia, nyeri
dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa tekan otot, hepatomegali dan lain-lain. Pada pemeriksaan
sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis laboratorium darah rutin bisa dijumpai lekositosis, normai
dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju
dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteir
menggigil, juga didapati mual dengan atau tanpa muntah uria, leukosituria dan torak (cast). Bila organ hati terlibat
disertai mencret, bahkan pada sekitar 25% kasus disertai bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi
berat, bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke komplikasi pada ginjal.Trombositopenia terdapat pada
3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan 50% kasus. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dan
fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rosh yang berbentuk cairan tubuh dan serologi.
makular, makulopapular atau urtikaria. Kadang-kadang
Kultur. Dengan mengambil spesimen dari darah atau CCS
dijumpai splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati.
segera pada awal gejala. Dianjurkan untuk melakukannr
Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien
kultur ganda dan mengambil spesimen pada fas,e
akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan
leptospiremia serta belum dibqri antibiotik. Kultur urine
organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal
diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Pada spesinren'r
3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit yang lebih
yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan,
berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas
demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Serologi. Jenis uji serologi dapat dilihat pada tabet &,

Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun. Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya leptospira dengmr
cepat adalah dengan pemeriksaan PoLymerose Cfum
Fase lmun Reoction (PCR), si/ver stoin atau fluroscent antibody sfum',
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dan mikroskop lapangan gelap.
dapat timbul demam yang mencapai suhu 400 C disertai
menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang
menyeluruh pada leheri perut dan otot-otot kaki terutama M ic roscopic Ag g lutin otio n l{aemscopis,Stlde ,,
otot betis. Terdapat perdarahan berupa epistaksis, gejala Test'(MAT),, .''''rl Aggfifilnafian Test
kerusakan pada glnjal dan hati, uremia, ikterik. Perdarahan ': :' ' , Enrymelinked
$icarikcetup, ,

paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, petechioe, :. teito,atilracr,, .: . 'ossolz (ELISA)
epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi ' LiptaTek LaieralFlg
tMtcmeapsute,
'-',
perdarahan yang paling sering. Conjunctivo injection dan
Aglutinasi latek kering Pqtoi: stide
conjungtivoL suffusion dengan ikterus merupakan tanda (LeptoTek Dry-Dot) ,{PSAI) l
patognomosis untuk leptospirosis.
I ndirect fluorescent, aitibody SensitEederythroqte
Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini,
walaupun hanya 50% gejala dan tanda meningitis, tetapi
fest {IFATJ ,,6Er1 .,',,' .,'
I n d ire ct h a erno g g lu f in otio n Counterimmune
pleositosis pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien. Tanda-
tesf (lHA) (crE), ,.
tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu,
Uji aglutinasi [ateks
tetapi biasanya menghilang setelah 1-2hari. Pada fase ini
Co m p Ie m e nt fxat ion test {CFf )
leptospira dapat dijumpai dalam urin.

DIAGNOSIS PENGOBATAN

Pada umumnya diagnosis awal leptosirosis sulit, karena Pengobatan suportif dengan observasi ketat
pasien biasanya datang dengan meningitis, hepatitis, mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, h
IFIOSPIROSTS 637

perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang
@tospirosis. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan telah terkontaminasi dengan air kemih binatang reservoar.
spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan
pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis
lthrdakan hemodialisa temporer. bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi dan terpapar
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika
h*asanya pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup di hutan Panama selama 3 minggu, ternyata dapat
cfrektif. Berbagaijenis antibiotik pilihan dapat dilihat pada mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2% menjadi
hbel 4. Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra 0,2o/o, dan efikasi pencegahan 95o/o.
,uena penisilin G, amoksisliin, ampisilin atau eritromisin Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoar
dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus ringan sudah lama direkomendasikan, tetapi vaksinasi terhadap
dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan
mnpisilin atau amoksisili n mau pu n sefalosforin. penelitian lebih lanjut.

KESIMPULAN
!flqsi ..,,,,,,,,.. ,, ..Regimen,,,
:Doksisiklin,
lcptospir.oiii Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang
,Arnpisilin.:,,
5$iEl :::r,r:':.,::-: ..rtuiioksisilirr disebabkan leptospira. Manusia dapat terinfeksi melalui
kontak dengan leptospira secara insidental. Gejala klinis
lcptispii*:'
Hang ' :. ::':'i
,Petiiiilin G'
*iiipi.silhn..r
yang timbul mulai dari ringan sampai berat bahkan
hcrat ", r::='.ri:'':: :*m6ksisilin kematian, bila terlambat mendapat pengobatan. Diagnosis
hmoprofr{aksis',': '.DdksiSiklirt' dini yang tepat dan penatalaksanaan yang cepat akan
mencegah perjalanan penfakit menjadi berat. Pencegahan
dini terhadap mereka yang terpapar diharapkan dapat
Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika melindungi mereka dari serangan leptospirosis.
p,frlihan utama, namun perlu diingat bahwa anti-
fiictika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase
hpnospiraemia). Pada pemberian penisilin, dapat muncul REFERENSI
meaksi Jarisch-Herxherimer 4 sampai 6 jam setelah
Coleman T], Scott G : Leptospirosis, In : Cook G, Zumla A (eds) :
memberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas Mansonls Tropicd Disease-d, 21 st edition. London: ELST with
mti leptospira. Tindakan suportif diberikan sesuai Saunders; 2003 p. 1165 - 71'
fungan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul. Hickey PW : Leptospirosis. eMed J 2002;3 : S 1-9, .
Speelman P : Leptospirosis. In Harrisonls Pfinciples of Intemal
ffieseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diatur
Medicine, fstfr ea, Braunwald E (Eds). New lork: McGraw-
Sagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara Hill;2001.p. 1055-8.
uulrnum. Kalau terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya Watt G : Leptospirosis. ln Hunter's Tropical Medicine, 7th ed,
rd5lakukan dialisis. Strickland GT (Ed). Philadelphia: WB Saunders Co;1991'.p.
317-',23.
Watt G, Manaloto C, Hayes CG : Central Nervous System
Leptospirosis in the Philippines. SEA) Trop Med Pub Health
,tocNosrs 1989;20:265-8, .
Douglin CP, ]ordan C, Rock R, et al : Risk Factors for Severe
Leptospirosis in the Parish of St. Andrew, Barbados. Availble
Jm tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus lrorn :http:/ / www. cdc. gov/ncidod/ElD/vol3noL/
,dengan ikterus, angka kematian 5o/o pada umur di bawah douglin.htm.
Soetanto T, Soeroso S, Ningsih S (Editor) :Pedoman Tatalaksana
I0tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40o/o.
Kadirs dan Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di
Rumah Sakit, Rumah Sakit Penyakit InJeksi Prof.DR.Sulianti
Saroso, Direktoratlenderal PemberantasanPenyakit Menular
IET{CEGAHAN dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI, 2003
Mubin AtI, Lawrence G : Pengamatan Gerakan LeptosPira dalam
Urine dengan Cara Sederhana. ] Med Nus 1996;17 :72-6, .
MEncegahan leptospirosis khususnyadi daerah tropis lawetz E, Melnick ]L, Adelberg EA. Review of Medical
wrgat sulit. Banyaknya hospes perantara dan jenis Microbiology. Ed. 16 (Terjemahan)' ]akarta : EGC 1992 :

nrotipe sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang 331 - 33.


Cumberland P, Everard CO, Levett PN: Assesment of the Efficacy
mmnrnpunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus of An IgM Elisa and Microscopic Agglutination Test (MAT)
dfrerikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat in the Diagnosis of Acute Leptospirosis. Am I Trop Med Hyg
B4
TETANUS
Gatoet Ismanoe

tetanus didefinisikan sebagai suatu penyakit yang te$adi


'CNDAHULUAN pada anak yang.memiliki kemampuan normal untuk
kbnus adalah penyakit akut yang ditandai oleh kekakuan menyusu dan menangis pada 2 hari pertama kehidupannya
otot dan spasme, yang diakibatkan oleh toksin dari tapi kehilangan kemampuan iniantara hari ke-3 - 28 serta
Abstridium tetanLl Berasal dari kata Yunani "tetanos" yang menjadi kaku dan spasme. Maternal tetanus didefinisikan
herarti "berkontraksi"2. Pada luka dimana terdapat keadaan sebagai tetanus yang terjadi saat kehamilan sampai 6
ynng anaerob, seperti pada luka yang kotor dan nekrotik, minggu setelah selesai kehamilan (baik dengan kelahiran
maupun abortus) 3
Hteri ini memproduksi tetanospasmin, neurotoksin yang t
orkup poten. Neurotoksin ini menghambat pengeluaran
mmrrotransmiter inhibisi pada sistem saraf pusat, yeng
mnengakibatkan kekakuan otot.1 Sejak jaman dahulu EPIDEMIOLOGI
hlah ditemukan catatan tentang kasus dimana luka
ymng berhubungan dengan kekakuan otot, dibuktikan Pada negara maju angka kejadian penyakit tetanus kecil,
deri catatan Papyrus Edwin Smith (1000 SM) dan catatan karena angka cakupan imunisasi sudah cukup baik. Namun
llltippocrates (400 Slvl). Hal ini menandakan bahwa pada negara yang sedang ,perkembang, tetanus, masih
C.tutoni, sudah lama ada, dan tidak bisa dieradikasi dari merupakan masalah kesehatan publik yang sangat besar.
hrmi. Namun dengan ditemukannya vaksin tetanus, Dilaporkan terdapat 1 juta kasus per tahun di seluruh
mgka kejadian penyakit tetanus dapat ditekan. Program dunia, dengan angka kejadian 18/100.0d0 penduduk per,
iimnrnisasi yangtidak adekuat dapat mengakibatkan tahun serta angka kematian 300.000-500.000 pertahun.
l$adian penyakit tetanus meningkat.2 Sebagian besar kasus pada negara berkembang adalah
tetanus neonatorum, namun angka kejadian tetanus pada
dewasa juga cukup tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan
GFINISI program imunisasi yang tidak adekuat a
Data epidemiologi yang bisa dipercaya, mengenai
ftttanus adalah penyakit akut yang ditandai oleh kekakuan kejadian tetanus di dunia, sulit untuk didapatkan.3 Hal ini
otbt dan spasme, yang, diakibatkan oleh toksin dari dikarenakan tidak dilaporkannya semua kejadian tetanus,
Wtridium tetoni. Tetanus merupakan penyakit yang pada sebuah penelitian di Amerika Serikat dilaporkan
hisa mengenai banyak orang, tidak mempedulikan sebanyak hampir 25o/o kejadian tetanus tidak dilaporkan.a
{nmur maupun jenis kelamin. Ada beberapa batasan Angfta kejadian tetanus di lndonesia masih cukup
mgenai penyakit tetanus, khususnya pada neonatus dan tinggi. Pada tahun 1 997-2000 di lndonesia, angka kejadian
mtilernal. Tetanus pada neonatus dan maternal, biasanya tetanus 1 ,6-1 ,8 per 1 0.000 kelahiran hidup, dengan angka
,bcrhubungan erat dengan higiene serta sanitasi saat kematian akibat tetanus neonatorum sebesar 7,9o/o.7
Nses melahirkan 2. Tetanus didefinisikan sebagai keadaan
lillfirertonia akut atau kontraksi otot yang mengakibatkan
mryeri (biasanya pada rahang bawah dan leher) dan spasme ETIOLOGI
otbt menyeluruh tanpa penyebab lain, dan terdapat
nfrnryat luka ataupun kecelakaan sebelumnya. Neonatal C.tetoni adalah basillus anaerobik bakteri Gram positif

639
640 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI

anaerob yang ditemukan di tanah dan kotoran binatang. patogenesis penyakit. Tetanospasmin, atau secara
Berbentuk batang dan memproduksi spora, memberikan umum disebut toksin tetanus, adalah neurotoksin yang
gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu mengakibatkan manifestasi dari penyakit tersebut.
terlihat.2 C.tetani merupakan bakteri yang motile karena Tetanospasmin adalah protein tunggal dengan berat
memiliki flagella, dimana menurut antigen flagella nya, molekul 150 kDa, yang terbagi menjadi 2 rantai, rantai
dibagi menjadi 1 1 strain. Namun ke sebelas strain tersebut berat (100 kDa) dan rantai ringan (50 kDa), dihubungkan
memproduksi neurotoksin yang sama.s Spora yang oleh ikatan disulfida.Toksin ini ditransportasikan secara
diproduksi oleh bakteri ini tahan terhadap banyak agen intra axonal menuju nuklei motorik dari saraf pusat
desinfektan baik agen fisik maupun agen kimia. Spora, Sekuensi asam amino dari tetanospasmin ini identik
C.tetoni dapal bertahan dari air mendidih selama beberapa dengan toksin yang dihasilkan Clostridium botulism,
menit (meski hancur dengan autoclove pada suhu 121 'C namun pada C.botulism, toksin tidak ditransportasikan
selama 15-20 menit) a I (Qsmbar 1). ke susunan saraf pusat sehingga memiliki gejala klinb
yang berbeda.'z,3
Tetanospasmin masuk ke susunan saraf melalui otot
dimana terdapat suasana anaerobic yang memungkinkan
C.tetani untuk hidup dan memproduksi toksin. Lalu
setelah masuk ke susunan saraf perifer, toksin akm
ditransportasikan secara retrogrode menuju saraf
presinaptik, dimana toksin tersebut bekerja.2'3
Toksin tersebut akan menghambat pelepasall
transmitter inhibisi dan secara efektif menghambat
inhibisi sinyal interneuron. Tapi khususnya toksin tersebut
menghambat pengeluaran Gommo Amino Butyric Acil
(GABA) yang spesifik menginhibisi neuron motorik. llCl
tersebut akan mengakibatkan aktivitas tidak teregulasi dd
sistem saraf motorik. Selain sistem saraf motorik, sish
saraf otonomik juga terganggu. Peningkatan katekolani:
Gambar 1. Clostridium tetani, dengan bentukan khas"drum- men gaki batka n kom pl i kasi ka rdiovasku la r.2' 3
stick" pada bagian bakteri yang berbentuk bulat tersebut spora
dari C.tetani dibentuk. (dengan pembesaran mikroskop 3000x).
(Sumber: http://www2.ceda rcrest.edu/academic/bio/hale/biot-eid/lec-
tu resltetanus-pathogen.html) GAMBARAN DAN TANDA KLINIS

Setelah luka terkontaminasi O"*"n C.tetoni,terdaf*


Spora atau bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka masa inkubasi selama beberapa hari (7-10 hafi) sebeltEt
terbuka. Ketika menempati tempat yang cocok (anaerob) gejala pertama muncul. Gejala yang pertama kali murql
bakteri akan berkembang dan melepaskan toksin tetanus. adalah trismus atau rahang yang terkunci.a3
Dengan konsentrasi sangat rendah, toksin ini dapat Tetanus memiliki gejala klinikyang luas dan beragm
mengakibatkan penyakit tetanus (dosis letal minimum Namun dapat dibagi menjadi 4 tipe secara klinik,
adalah 2,5 ng/kg) tetanus generalized, Iocalized, cepholic dan
Faktor risiko dari tetanus adalah luka terbuka yang sering Variasi gambaran klinik ini hanya menunjukkan
dalam keadaan anaerob, cocok untuk berkembang biak dimana toksin tersebut bekerja, bukan bagaimana
bakteri C.tetoni tersebut bekerja. Tetanus gbnerolized adalah
yang paling sering dijumpai. Gejalanya adalah,
kekakuan otot maseter, punggung serta bahu.
PATOGENESIS lain, juga bisd didapatkan antara lain opistotonus,
dekortikasi, serta ekstensi dari ekstremitas bawaha
C.tetonimemerlukan tekanan oksigen yang rendah untuk locolbed gejalanya meliputi kekakuan dari daerah di
berkembang biak dan bermultiplikasi. Pada keadaan terdapat luka (hanya sebatas daerah terdapat
dimana jaringan sehat kaya oksigen, pertumbuhan dan biasanya ringan, bertahan beberapa bulan, dan
multiplikasi tidak terjadi dan spora dihilangkan oleh dengan sendirinya. Pasien kadang mengalami
fagosit. 2 kekakuan serta nyeri pada daerah yang terkena
C.tetani, memproduksi 2 toksin, tetanospasmin localbed.
dan tetanolisin. Tetanolisin, tidak berhubungan dengan Tetanus cephalic meliputi gangguan pada otot
IIIANUS 641

,dfiperantarai oleh susunan saraf perifer bagian bawah.


&iasa terjadi setelah kecelakaan pada daerah wajah dan
eiher.Sering gejalanya agak membingungkan, seperti
Ciisfagia, trismus dan focal craniol neuropothy. Namun
,dengan perjalanan penyakit dapat timbul parese wajah,
r. ,I*,j*; Gejala

1.',: ..',RingAn,,:,,. Trismus ringan, kekakuan general,


disfagia serta gangguan pada otot ekstraokular. Pada tanpa gangguan respirasi, tanpa
mberapa kasus tetanus cepholic mengakibatkan tetanus disfagia maupun spasme
Sedang .,Trisrnuls, sedartg,-kgkakuan,,disertai
'ryhtholmologic, supranucleor oculomotor polsy serta
slrtdroma Horner. Tetanus neonatal, biasa terjadi karena ,sp.asmq J! a,mu n:, ha nlra. se ber-1t-ar,
disfagia ringan, gangguan respirasi
pnoses kebersihan saat melahirkan tidak bersih. Biasa
sedang, frekuensi napas > 3Ox/menit
mrjadi pada minggu kedua kehidupan, ditandai oleh
3' ,'" ' Berat .' Trismus berat, kekikuan disertai
*eiemahan dan ketidakmampuan menyusu. kadang spasme yang berlangsung terus
nifrsertai opistotonus. a Pada tetanus sering juga disertai menerus, disfagia berat, frekuensi
gallgQuan otonomik berupa tekanan darah yang labil napas > 4Oxlmenit, kadang disertai
lMlkikardia maupun bradikardia), peningkatan respirasi periode apneu, frekuensi nadi >

senta juga hiperpireksia. , 120x/menil


4 . Sangat , Grade 3 disertai gangguan otonomik

DIAGNOSIS Keterangan: Berdasar klasifikasi ini derajat lebih dari 2,


kemungkinan terjadi obstruksijalan napas tinggi, sehingga pada
pasien dengan derajat 2 atau lebih, trakeostomi dini berguna
Dm,gnosis tetanus sudah cukup kuat hanya dengan mencegah obstruksijalan napas atau kesulitan dalam mengatasi
berdasarkan anamnesis serta pemeriksaan fisik. masalah sekresi
Ftrnneriksaan kultur C.fefani pada luka, hanya merupakan
pemunjang diagnosis. Menurut WHO, adanya trismus, tunggal secara intramuskular sudah cukup, namun hati-
ffil risus sardonikus atau spasme otot yang nyeri serta hati reaksi anafilaktoid.3
hrcanya didahului oleh riwayat trauma sudah cukup untuk Antibiotik :, pilihan antibiotik adalah metronidazole
mrcnegakkan diagnosis1 500 mg setiap 6 jam (baik secara lV maupun secara oral)
selama 7 hari. Alternatif lain adalah Penicillin G 100.000-
200.000 lUlkgBB/hari secara intravena, terbagi 2-4 dosis.
nAstFtKAS! Tetrasiklin, makrolid, klindamisin, sefalosporin serta
kotrimoksasole juga cukup efektif. 1

fiillfienurut derajat keparahannya tetanus dapat dibagi Pengontrolan spasme otot : Benzodiazepin lebih
mrer$adi4 (menurut klasifikasi Ablet), yaitu ringan, sedang, disukai. Diazepam dapat ditingkatkan dititrasi perlahan 5
ihnat dan sangat berat. (tabel 1) mg atau lorazepam 2 mg, sampai tercapafkontrol spasme
tanpa sedasi maupun depresi napas yang be-rlebihan
(maksimal 600 mglhari). Pada anak, dosis dapat dimulai
dari 0,1-0,2 mglkg berat badan, dinaikkan sampai
'E]'IATALAKSANAAN tercapai kontrol spasme yang baik. Magnesium sulfat
ffitk,ajemen penanganan tetanus secara umum adalah bersama dengan benzodiazepin dapat digunakan untuk
suportif. Strategi utamanya adalah menghambat pelepasan mengontrol spasme dan gangguan autonomik dengan
rMksin, untuk menetralkan toksin yang belum terikat, dosis loading 5 gram (75mglkgBB) secara intravena,
mmurninimalkan efek dari toksin dengan mempertahankan dilanjutkan dengan dosis 2-3 gram/1am sampai spasme
ldhn napas yang adekuat.2 terkontrol. Untuk mencegah overdosis diperlukan monitor
Fenanganan umum, sebisa mungkin tempat perawatan reflek patelar. Jika reflek patelar menghilang maka dosis
Wasen tetanus dipisahkan, sebaiknya ditempatkan pada obat harus diturunkan. Obat lain yang dapat digunakan
rflliliirrgan khusus. Ruangan yang tenang serta terlindungi adalah klorpromasin (50-150 mg secara intramuskular
ruihr.r stimulasi taktil dan suara. Luka yang merupakan tiap 4-6 jam pada dewasa , alau 4-12 mg lM , tiap 4-6 jam
ruurmnber infeksi sebaiknya segera dibersihkan.1 pada anak-anak)1
lmunoterapi : jika memungkinkan berikan tetanus Kontrol gangguan autonomik : magnesium sulfat
twwnoglobulin manusia (TlG) 500 unit secara lM atau seperti diatas, penggunaan beta bloker; seperti propranolol,
lW LLlergantung sediaan) sesegera mungkin. 1 Pemberian saat ini kurang direkomendasikan karena berhubungan
@mhe antitoksin juga bisa untuk menginaktifkan toksin. dengan kematian. Penggunaan labetalol (penghambat
fEn.,mherian 10.000-20.000 U equine antitoksin dosis reseptor adrenergik alfa dan beta) secara parenteral,
PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI
642

direkomendasikan pada pasien tetanus dengan kelainan


otonom yang menonjol.
Kontrol jalan napas : pada tetanus, kita harus benar- Tetanus Dewasa Neonatal Tetanus
benar memonitor pernapasan, karena obat-obatan yang tahun
Umur rebih dari 70
digunakan dapat menyebabkan depresi napas, serta [?::]il j1f;:; I:#,i::,t
kemungkinan spasme laring tidak bisa disingkirkan. Periode inkubasi < 7 hari lnkubasi < dbri 6 hari
Peng gunaan venti lator mekani k dapat dipertimbangkan, Waktu saat gejala awal Keterlambatan penanganan
khususnya bila terjadi spasme, dan trakeostomijuga dapat muncul sampai penanganan di rumah sakit
dilakukan bila terjadi spasme karena ditakutkan terjadi di rumah sakit
spasme laring saat pemasangan pipa endotrakeal. Adanya luka bakaclukabekas Higiene yang buruk, saat
Pemberian cairan dan nutrisi : pemberian cairan operasi yang kotor proses kelahiran
periode < 48 jam
dan nutrisi yang adekuat membantu dalam proses Onset
penyembuhan tetanus. Frekuensi jantung > 14Ox/
menit
Tekanan darah sistolik > 140
mm Hg
PENCEGAHAN Spasme yang berat
Temperatur > 38,5oC
Tetanus dicegah dengan penanganan luka yang baik dan
imunisasi. Rekomendasi WHO tentang imunisasi tetanus
adalah 3 dosis awal saat inf an, booster pertama saat umur Pasien dengan tetanus juga berisiko terkena infelsi
4-7 serla 12-15 tahun dan booster terakhir saat dewasa. nosokomial, karena masa perawatan yang rata-rah
Di Amerika, CDC merekomendasikan booster tambahan agak lama. Kebutuhan nutrisi sering kurang mema&l
saat umur 14-1 6 bulan disertai boostertiap 10 tahun. Pada Pada kasus dengan spasme abdomen yang cukup berat
orang dewasa yang menerima imunisasi saat masih anak- pemasangan kateter vena sehtral untuk nutrisi dapm
anak, namun tidak mendapal booster, direkomendasikan dipertimbangkan, namun cara ini sulit dilakukan pada
menerima dosis imunisasi 2 kali dengan selang 4 minggu.
a
negara berkembang. Pada negara kita, kita menggunakunr
Rekomendasi WHO, menganjurkan pemberian terapi cairan untuk memperbaiki status gizi dan kebutuham
imunisasi pada wanita hamil yang sebelumnya belum hidrasi pasien.
pernah diimuninsasi, 2 dosis dengan selang 4 minggu tiap
dosisnya. Hal tersebut untuk mencegah tetanus maternal
dan neonatal REFERENSI

1 Current reccomendation for treatment of tetanus d'-%;


humanitarian emergency, WHO technical note.)anuary llMUh
PROGNOSIS 2 Thwaites, CL and Yen LM. Tetanus in Manson's Tropd
Disease, 22'nd edition, edited by Gordon C Coo&
Perjalanan penyakit tetanus yang cepat, menandakan Alimuddin I Zumla. Saunders Elsevier, 2009
prognosa yang jelek. Selain itu umur dan tanda-tanda vital
3. Thwaites, CL and Yen LM ' Tetanus in Harrison
of internal medicine 18th ed, edited by Fauci, Antholq 5
juga menunjukkan prognosis dari penyakit tetanus.3fiabel 2) all. Mc Graw Hill medical, 2011
4. Narrative review : A health threat after nafural
developing country, Annal of intemal Medicine 2011
5. Todart online text book of bacteriology pada h
KOMPLIKASI textbookofbacteriolo gy.net/ clostridia-3.html, di
tanggal 19 Desember 2011
Komplikasi yang berbahaya dari tetanus adalah hambatan 6. Tetanus pada http: / / www2.cedarcrest.edu/academk,
hale/ biot-eid/ lectures/ tetanus-patho gen.html,
pada jalan napas, sehingga pada tetanus yang berat, tanggal 19 Desember 201 1
terkadang memerlukan bantuan ventilator. Kejang yang 7. Pengembangan system informasi surveilans
berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan fraktur neonatorum di dinas kesehatan Propinsi Jawa Barat
2003 pada http://epints.ui.ac.id/10302, diund
dari tulang spinal dan tulang panjang, serta rhobdomiolisis
Desember 2011.
yang sering diikuti oleh gagal ginjal akut. Salah satu
komplikasi yang agak sulit ditangani adalah gangguan
otonom, karena pelepasan katekolamin yang tidak
terkontrol. Gangguan otonom ini meliputi hipertemi dan
takikardi yang kadang berubah menjadi hipotensi dan
bradikardia.a
B5
DIFTERI
Armen Ahmad

IENDAHUTUAN mulai dari yang paling ringan seperti gejala influensa biasa
sampai obstruksi saluran napas yang dapat menyebabkan
ffieri
adalah infeksi akut yang terjadi secara lokal pada kematian.l,s
mrembrana mukosa atau kulit yang disebabkan oleh
mak'teri da ri gen u s Co ryn eba cte rio y ang te rd i ri da ri spesi es
,inrynebocterium diphtherioe dan Corynebacterio non- DEFIN!SI
fif:eri . Corynebacterio berasal dari bahasa Yunani yaitu
iiwx"yne yang berarti gada dan bacterion, yang berarti Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi
hat'ang kecil. Corynebocterio adalah bakteri gram positif, secara lokal pada mukosa atau kulit, yang disebabkan
rerobik atau anaerob fakultatif dan pada umumnya oleh basil Gram positif Corynebacterium diphtherioe dan
hersifat nonmotil.l Corynebacteria ulcerans yang ditandai oleh terbentuknya
Peyakit ini pertama kali dilaporkan pada abad ke-5 eksudat berbentuk membran pada tempat infeksi dan
!tuil oleh Hippocrates. Difteri sering bermanifestasi pada diikuti gejala umum yang ditimbulkan eksotoksin yang
lar..!ran pernapasan atas dan kulit. lnfeksi biasanya diproduksi oleh basil ini.6
mqiadi pada musim semi atau musim dingin. Difteri
hrpa pengobatan antibiotik dapat menular selama 2-6
mnim,ggu.1,2 EPIDEMIOLOGI .
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
,eprdemi difteri tetap menjadi ancaman kesehatan di Difteri tetap endemik di beberapa negara pdda tahun
rlllegara berkembang.2 Epidemi terbesar yang terjadi 1970-an, dengan tingkat kejadian yang dilaporkan lebih
qqiak pelaksanaan program-program vaksin secara luas 1,0 per juta penduduk di Alaska, Arizona, Montana, New
d '1990-1995, adalah epidemi difteri di Federasi Rusia, Mexico, South Dakota, dan Washington 1. Sebagian besar
yon,g menyebar ke semua negara yang baru merdeka dan infeksi ini dikaitkan dengan vaksinasi lengkap. Di Amerika
theah baltik. WHO melaporkan epidemi ini menyebabkan Serikat, saat ini terjadi secara sporadis, sebagian besar
dSFr dari 157.000 kasus dengan 5000 kematian (80%) dari terjadi di antara penduduk asli Amerika, tunawisma,
1[as,us yang dilaporkan di seluruh dunia selama periode kelompok sosioekonomi rendah, dan pecandu alkoholT.
T1990-1 995, dengan tingkat kematian tertinggi terjadi pada Di Amerika Serikat sejak pengenalan dan meluasnya
ueia > 40 tahun.3,a penggu'naan toksoid difteri pada tahun 1920, difteri
Populasi yang paling rentan terhadap infeksi adalah pernapasan telah terkontrol dengan baik, dengan kejadian
rmmereka yang tidak diimunisasi, atau memiliki kadar sekitar 1000 kasus setiap tahunnya. Sebelum vaksinasi,
nmlnhbodi antitoksin yang rendah, atau orang yang terpapar terjadi 200.000 kasus terjadi setiap tahun . 8
fuegan individu yang sakit atau carrier. Corrier adalah Sejak tahun 1980 infeksi diphtheria pada orang
w{eorang dengan kultur positif untuk spesies difteri tetapi yang diimunisasi, telah menurun (<5 kasus per 100.000
tudak menunjukkan tanda-tanda dan gejala. Manifestasi penduduk), meskipun pada orang yang diimunisasi, dapat
ldnrb tergantung lokasi infeksi, imunitas penderita dan ada/ terjadi infeksi kejadian penyakitnya menurun demikian juga
mbil<nya toksin yang beredar dalam sirkulasi darah. Gejala keparahan penyakit. Orang yang belum pernah diimunisasi

643
644 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

atau yang tidak lengkap diimunisasi merupakan kelompok kekebalan yang berasal dari ibu berkurang l3Setelah
yang berisiko infeksi. Di Amerika Serikat, kelompok program vaksinasi, difteri pada anak menurun secarir
ini terutama terdiri dari individu miskin dan kaum dramatis. Saat ini, kejadian, difteri meningkat pada remaja
imigran. lnfeksi yang disebabkan oleh Corynebocteria dan usia 40 atau lebih tua a. Hal ini berhubungan dengan
nondiphtheriol yang dilaporkan umumnya berhubungan status imunisasi yaitu imunisasi yang tidak lengkap, tidak
dengan alat- alat medis seperti kateter intravaskular; katup pernah diimunisasi, vaksin tidak efektif atau tidak respon
buatan, Moozzez et ol (2007) menemukan bahwa 16o/, dari terhadap vaksinasi , dan tidak menerima booster setelah
abses payudara di sebuah rumah sakit daerah perkotaan vaksinasi sebelumnya. Menurut penelitian imunologi
dikarenakan infeksi difteria seseorang harus memiliki tingkat antitoksin lebih besa
Pada epidemi di Latvia tahun 1993-2003, dilaporkan 0,1 lU /1 mL untuk kekebalan yang optimalla
1359 kasus difteri dengan 101 kematian. Jumlah kasus Untuk memenuhi kadar ini dibutuhkan booster pada
menurun dari 3,9 kasus per 100.000 kasus pada 2001 usia 11-1 2 tahu n dan setiap 1 0 tahun sesudahnya. Boostr
menjadi 1,12 kasus per 100.000 penduduk pada tahun toksoid, tanpa tetanus, disetujui untuk wanita hamil jite
2003. Kasus yang terjadi umumnya pada orang dewasa titer antitoksin mereka kurang dari 0,1 lU /rp;- ta'ts
yang tidak divaksinasi. Di lnggris pada tahun 1995-2002,
dilapotkan 17 kasus difteri kulite
Pada awal tahun 1990, Organisasi Kesehatan Dunia PATOGENESIS
(WHO) melaporkan endemik difteri di beberapa bagian
dunia (Brasil, Nigeria, lndia, lndonesia, Filipina, beberapa Kepadatan penduduk, higiene dan sanitasi yang buru\
bagian dari Uni Soviet khususnya St Petersburg dan mobilisasi, imunisasi tidak lengkap, fasilitas kesehatm
Moskow).s Republik Kyrgyz antara 1994-1998 tahun yang kurang dan pasien immunocompromised, merupah
terjadi peningkatan epidemiologi difteri dilaporkan 676 faktor risiko penularan penyakit ini6. Manusia merupakm
pasien difteri pernapasan. lnsiden tertinggi terjadi pada hosf utama dari infeksi ini, namun dilaporkan penyakitil
umur 15-34 tahun, 70% kasus berusia datas 15 tahun. juga dapat menyerang ternakldlT Pasien yang terinfeld
Miokarditisterjadipada 151 pasien (22%),dan 19 pasien dan karier dapat menularkan C. difteri langsung
meninggal (3o/o).10 droplet pernapasan, dan sekret nasofaring dan
Epidemi di Republik Georgia dari 1993-1996, tidak langsung melalui debu, baju, ataupun benda
dilaporkan 659 kasus dengan 68 kasus meninggal (10%). terkontaminasi.l,2 Pada difteri kulit, penyebarannya
Lebih dari 50% kasus kematian pada anak usia kurang kontak dengan eksudat dan sekret saluran pernapasan t
dari 14 tahun (tingkat fatalitas kasus 16%) dan pada Bakteri biasanya memasuki tubuh melalui
orang dewasa berusia 40-49 tahun (tingkat fatalitas kasus pernapasan bagian atas, tapi dapaliuga masuk melalui
19%).11 saluran genital, atau mata. Permukaan sel C difteri
Di .RS. Dr. M.Jamil Padang selama 3 tahun (1990- 3 struktur pilus yang berbeda: poros pilus utama
1992) ditemukan 48 kasus ,sedangkan di RS.Dr.Wahidin dan 2 pili kecil (SpaB, Spac). Kepekaan terhada'p sel
Ujung Pandang didapatkan 39 kasus selama 3 tahun pernapasan dapat sangat berkurang dengan
(1 987-1 9890)1' produksi dari dua pili kecil atau dengan me
Sebelum penggunaan vaksin pada tahun 1920, insiden antibodi yang diarahkan terhadap mereka8
penyakit pernapasan adalah 100-200 kasus per 100.000 C. difteri dalam hidung atau mulut, berkembang
penduduk di Amerika Serikat dan menurun menjadi 0,001 sel epitel mukosa saluran napas atas terutama pada
kasus per 100.000 penduduk8 kadang- kadang ditemukan di kulit dan konjungtiva
Angka kematian karena difteri berkisar antara 5-10o/o, genital. Basil ini kemudian menghasilkan eksotoksio
lebih tinggi sampai 20o/o pada anak-anak dengan usia dilepaskan oleh endosom,sehingga menyebabkan
kurang dari < 5 tahun dan dewasa usia lebih dari 40 inflamasi lokal, selanjutnya terjadi kerusakan j
tahun. lmunisasi berpengaruh besar terhadap angka dan nekrosis. Toksin terdiri dari dua fragmen
kematian. Sebagian besar kematian terjadi pada hari 3-4, pembentuk2 Fragmen B berikatan dengan reseptor
karena asfiksia akibat infeksi membran faring atau karena permukaan sel pejamu yang rentan, dan sifat
miokarditis. Pada keadaan sepsis mortalitas mencapai memotong lapisan membran lipid, sehingga
30-40o/o8 fragmen A masuk ke dalam sel pejamu. Sela
Predileksi ras untuk difteri telah dilaporkan,berdasarkan akan terjadi peradangan dan destluksi sel epitel
jenis kelamin. Tidak ada perbedaan kejadian difteri pada akan diikuti nekrosis. Pada daerah nekrosis ini
laki-laki dan perempuan. Difteri merupakan penyakit pada fibrin, yang kemudian diinfiltrasi oleh sel darah
anak-anak, terutama pada usia kurang dari 12 tahun. Bayi akibatnya terbentuk potchy exudat yang pada
rentan terhadap penyakit ini pada usia 6-12 bulan, setelah dapat terkelupas.l
rTERI 645

Pada keadaan lebih lanjut toksin yang diproduksi Gen fox diatur oleh zat besi yang berikatan dengan
lebih banyak,sehingga daerah nekrosis makin luas dan corynebocteriol represor (DtxR). Dengan adanya besi ferro,
dalam sehingga terbentuk eksudat fibrosa (membran kompleks DtxR-besi menempel pada operon gen tox,
mdzu) yang terdiri atas jaringan nekrotik, fibrin, sel epitel, selanjutnya transkripsi terhambat, molekul DtxR dilepaskan
d lekosit, sel eritrosit yang berwarna abu-abu sampai dan gen fox ditranskripsi. Pengikatan besi ferro menjadi
Itt*tam. Membran ini sulit terkelupas, kalau dipaksa akan molekul DtxR membentuk kompleks yang mengikat
lnlmenimbu lkan perdarahanl operator gen fox dan menghambat transkripsi. 1

Pada umumnya infeksi C diphtheriae tumbuh Toksin adalah polipeptida tunggal yang terdiri dari
ccara lokal dan menghasilkan racun yang menyebar domain (A) yang aktif, domain (B) yang berikatan, dan
scrara homogen. Karakteristik membran difteri tebal, segmen hidrofobik yang dikenal sebagai domain T, yang
*asar, berwarna kelabu-biru atau putih dan terdiri dari membantu melepaskan bagian aktif dari polipeptida ke
hkteri, epitel nekrotik, makrofag, dan fibrin. Membran dalam sitoplasma. Pada sitosol, domain A mengkatalisis
mrclekat pada dasar mukosa. Membran dapat menyebar transfer molekul adenosin difosfat-ribosa sebagai
bbronkial, menyebabkan obstruksi saluran pernapasan faktor elongasi (misalnya, pemanjangan faktor 2 [EF2])
&n dispneul. bertanggung jawab untuk sintesis protein, akibatnya
Kekebalan karena vaksinasi akan berkurang dari terjadi kematian sel karena sintesis semua protein
umaktu ke waktu, hal ini, mengakibatkan peningkatan dalam sel terhambat. Pada tahun 1890;.von Behring dan
ntfuiko tertular penyakit dari karrieL meskipun imunisasi Kitasato menunjukkan bahwa dosis toksin sub-letal dapat
scbelumnya lengkap . Dengan meluasnya cakupan menginduksi terbentuknya antibodi penetralisir terhadap
'uCtsinasi, kasus strain penyakit invasif nontoksikogenik racun, hal ini kemudian digunakan sebagal anti serum
mrneningkat.ls pasif untuk melindungi hewan terhadap kematian setelah
Kerusakan jaringan lokal menyebabkan toksin infeksil
nnmnyebarmelalui aliran limpa dan hematogen ke organ Pada awal 1900-an, penggunaan panas dan formalin
,Hn seperti miokardium, ginjal, dan sistem saraf. Sfroin terbukti dapat membuat'toksin tidak beracun. Ketika
mnntoksi kogen i k cende ru n g menyeba bka n i nfeksi ri n gan, disuntikkan ke penerima, toksin dapat menginduksi
ffihpi dengan berjalannya program imunisasi dilaporkan antibodi. Pada tahun 1930-an, banyak negara Barat mulai
lhats strorn nontoksikogenik difteri C dapat menyebabkan menggunakan program imunisasi toksoid ini.1e
pryakit invasif 1
Toksin dapat menyerang jantung, ginjal, dan
lnfeksi C diphtheriae ditandai peradangan lokal, saraf perifer. Pada jantung terjadi pembesaran karena
ffi saluran pernapasan bagian atas, dan berhubungan miokarditis, ginjal membengkak karena perubahan
&mgan toksin pada jantung dan penyakit saraf. Strain jaringan interstisial. Pada garaf perifer motor dan serat
trdiphtherioe terdiri dari : gravis, intermedius, dan mitis. sensorik terjadi perubahan degeneratif lemak dan
Scmua sfroin menghasilkan toksin yang identik, stroin disintegrasi selubung meduler. Demikian juga sel-sel
grutris lebih virulen karena terbentuk toksin lebih cepat tanduk anterior dan kolom posterior medulla spinalis ,
'dan menguras pasokan besi lokal, sehingga produksi dapat terjadi tanda-tanda perdarahan, meningitis, dan
'tdlksin awal lebih besar. Produksi racun dikodekan pada ensefalitis. Kematian terutama disebabkan obstruksi
qen tox, yang, dilanjutkan oleh fag beta lisogenik. Ketika pernapasan oleh membran atau efek toksik pada sistem
Mi{A fog terintegrasi ke materi genetik bakteri, bakteri jantung atau saraf.2o
*an meningkatkan kemampuan memproduksi toksin
ffipeptida.1
GEJALA DAN TANDA

Onset gejala difteri umumnya memiliki masa inkubasi


2-5 hari,.(kisaran, 1-10 hari) 1,8 Gejala awalnya bersifat
J ----'+rrar*cri'tionl umum dan tidak spesifik, sering menyerupai infeksi
O virus pernapasan atas. Kelainan pernapasan dimulai
foxPO
dengan sakit tenggorokan dan radang faring ringan.
F*-
Pembentukan pseudomembran Iokal atau penggabungan
+
dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran
pernapasan. Pseudomembran ini ditandai dengan
pembentukan lapisan abu-abu padat yang terdiri dari
campuran sel-sel mati, fibrin, sel darah merah, leukosit,
h6ar 1. Mekariisme kerja toksin C diphtheriae dan organisme.2o,21
646 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

Pembentukan membran tebal adalah karakteristik irama jantung mendua (pansistolik gallop) dan aritmia
untuk infeksi difteri pada faring posterior. Pelepasan (fibrilasi atrium). Pada pemeriksaan elektrokardiografi
membran akan menyebabkan perdarahan dan edema ditemukan tanda- tanda miokarditis berupa low voltoge"
mukosa. Distribusi membran bervariasi dari daerah depresi segmen ST, gelombang T terbalik dan tanda-tanda
lokal (rnisalnya, tonsil atau, faring) sampai meluas ke blok mulai dari pemanjangan interval PR sampai blok
trakeobronkial. Membran ini sangat menular, sehingga AV total. Penyembuhan miokarditis sampai sempurrxr
tindakan pencegahan harus dilakukan ketika memeriksa membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan.
atau merawat pasien yang terinfeksi. Kombinasi adenopati Kelainan sistem saraf bisa terjadi pada 75% pada
mukosa leher dan pembengkakan limfe menyebabkan penderita difteri yang berat. Saat tlmbulnya kelainan
tampilan seperti "buffolo humps" pada pasien yang ini bervariasi tergantung kepada jumlah toksin yang
terinfeksi. Penyebab kematian yang paling sering adalah diproduksi, dan cepat/lambatnya pemberian anti toksio
obstruksi jalan napas atau sesak napas berikut aspirasi Biasanya terjadi paralisis secara bilateral, motorik leb1
pseudomembran 13 dominan dari sensorik. Daerah yang pertama kali terkene
' Difterl kulit adalah penyakit yang ditandai dengan adalah palatum. Umumnya terjadi pada minggu ke-2
ulkus yang ditutupi membran abu-abu. Ulkus sering sampai dengan ke-8 setelah terinfeksi, ditandai denga
koinfeksi dengan Staphylococcus oureus dan streptokokus gejala-gejala suara (sengau), kesulitan menelan dan
grup A. Bentuk difteri kulit sering ditemukan di daerah regurgitasi cairan ke rongga hidung sewaktu menelan-
dengan populasi miskin dan pecandu alkohol. Lesi Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan palatrmr
kulit difteri menular, dan bakteri dari lesi kulit dapat berkurang, paralisis otot mata yang menimbulkan
menyebabkan infeksi faring sehingga menjadi reservoir penglihatan ganda, kesukaran akomodasi, dan strabisnu,
untuk infeksi. internal,serta paralisis nervus frenikus yang dap{
Pasien dengan difteri pada umumnya datang dengan menimbulkan paralisis diafragma. Selanjutnya dapd
keluhan-keluhan berikut : terjadi paralisis ekstremitas inferior disertai kehilangnr
. Demam (jarang > 103" F) (50-85%) dan kadang- refleks tendon dan peningkatan kadar protein cairnr
kadang menggigil cerebrospinal, sehingga secara klinis sukar dibedakr
. Malaise dengan sindroma Guillain Barre.20,21
. Sakit tenggorokan (85-90%) Organ tubuh lain yang mungkin terlibat adalah:
. Sakit kepala . Mukosa membran saluran urogenital, saluran
. Limfadenopati saluran pernapasan dan pembentukan dan konjungtiva. Perdarahan pada konjungtiva dl
pseudomembran (sekitar 50%) disolusi kornea juga bisa terjadi. i
. Suara serak, disfagia (26-40%) Nekrosis pada ginjal, hati dan kelenjar adrenal.
. Dispnea, stridor pernapasan, mengi, batuk. Pada kasus-kasus berat yang terjadi secara
dapat timbul artritis, osteomielitis dan abses
Difteri pernapasan cepat berlanjut menjadi gagal
yang tidak jarang menimbulkan bakteriemia
pernapasan karena obstruksijalan napas atau aspirasi dari
sepsis.
pseudomembran ke trakeobronkial. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan kesulitan bernapas, takikardi dan pucat. Pada difteri nasal anterior keluhan dan gejala
Pada saluran pernapasan ditemukan pseudomemberan secara perlahan- lahan dan terselubung,dimulai
yang mempunyai karakteristik sebagai berikut 1. Mukosa serangan seperti gejala common cold (demam, lesu
membran edema, hiperemis dengan epitel yang nekrosis, rhinorea), diikuti oleh produksi nasal dischorge,
2. Biasanya berbentuk berkelompok, tebal, fibrinous dan bersifat serosanguineu, kemudian menjadi purulen
berwarna abu- abu kecoklatan yang terdiri dari lekosit, krusta sehingga terjadi ekskoriasi pada lubang hi
eritrosit sel epitel saluran napas yang mati, dan mudah bibir atas. Membran bisa terbentuk pada salah satu
berdarah bila dilepas dari dasarnya.1120,zt kedua rongga hidung. Absorpsi toksin kedalam si
Membran ini biasa ditemukan di palatum, faring, darah terjadi'secara perlahan lahan dalam jumlah
epiglotis, laring, trakea sampai daerah trakeobronkus. ketil, sehingga miokarditis dan paralisisjarang terjad-
Pada pemeriksaan leher ditemukan edema tonsil, uvula, difteri ini sangat berbahaya bagi masyarakat karena
daerah submandibulari dan leher bagian depan, diikuti infektif, sedangkan gejala-gejalanya ringan , sehi
dengan gejala suara parau, stridol dan blsa ditemukan kadang- kadang tidak terdiagnosis.
pembesaran kelenjar getah bening servikalis anterior. Pada keadaan berat (difteri hipertoksik,
Miokarditis bisa terjadi pada65% dari penderita difteri, dan terutama pada difteri fausial, terlihat pasien
10-25% diantaranya mengalami disfungsi miokard dengan gelisah, pucat, mulut terbuka, tidak mau mi
manifestasi klinis berupa takikardi, suara jantung melemah, pembesaran kelenjar getah bening leheri
647

pcrnbengkakan jaringan lunak daerah leher ,sehingga . Elekprecipitin test, telah mulai dilakukan sejak tahun
menyerupai leher sapi jantan (bullneck), nadi cepat, 1949, dan masih dipakai sampai sekarang, walaupun
ltfidkanan darah menurun, reflek tendon melemah, paralisis sudah dimodifikasi
@tum, napas cepat dan dangkal, sianosis, dan berakhir . Polymerose Choin Pig lnocuLotion Iest ( PCR)
fuigan kematian karena sumbatan saluran napas atau . Ropid Enzyme limmunoassay (Rapid EIA), pemeriksaan
llhgagalan jantung. ini hanya membutuhkan waktu 3 jam, lebih singkat
Difteri kulit sering berkembang di tempat trauma dibandingkan dengan cara Elekprecipitin test yang
nbelumnya atau penyakit kulit lain. Biasanya berlangsung membutuhkan waktu 24 iam.
heberapa minggu sampai bulan. Kadang-kadang, dapat
Pada pemeriksaan bakteriologik, basil difteri ini
nneryebabkan difteri pernapasan. 13,20,21
kadang kadang dikacaukan adanya basil difteroid yang
bentuknya mirip dengan basil difteri, misalnya basil
Hoffmon dan Corynebocterium xerosis.20'21
Enotoct
knyebab penyakit difteri adalah Corynebocterium
DIAGNOSIS
fifirth e rio e (K le b s loeffle 0. Basi I n i termasu k ku ma n bata n g
i

Gram positif pleomorfik tersusun berpasangan (palisade),


Untuk menegakkan diagnosis infeksi C. diphtherioe, adalah
ilffiak bergerak, tidak membentuk spora (kapsul), aerobik
dengan mengisolasi C. diphtheriae baik dalam media kultur
'&n dapat memproduksi eksotoksin. Bentuknya seperti
atau mengidentifikasi toksinnya.2Diagnosa awal cepat
ffir (pembesaran pada salah satu ujung), diameternya (Presumtive diognosis) dapat dilakukan dengan pewarnaan
@it-l mm dan panjangnya beberapa mm.
Gram dimana akan ditemukan bakteri berbentuk batang,
Basil ini hanya tumbuh pada medium tertentu, seperti:
Gram positif ,tidak berkapsul, berkelompok dan tidak
nmndium Loeffler, medium tellurite, medium fermentasi
bergerak. Pewarnaan immunofluorescent atau metilen biru
Efukosa, dan agar Tindale. Pada medium Loeffler, basilini kadang-kadang dapat digunakan untuk identifikasi cepat.
trnbuh dengan cepat membentuk koloni-koloni kecil,
Diagnosa definitif dan identifikasi basil C. diphtherioe
granula4 berwarna hitam dan dilingkari warna abu-abu
dengan kultur melalui media tellurite atau Loeffler dengan
@Hat.
sampel yang diambil dari pseudomembran di orofaring
Menurut bentuk, besar dan warna koloni yang
hidung, tonsil kriptus, atau ulserasi, di rongga mulut.
trbentuk, dapat dibedakan 3 jenis basil yang dapat
Pemeriksaan toksin bertujuan untuk menentukan
mrcmproduksi toksin yaitu :
adanya produksi toksin oleh C. diphtheria.
. Grovis'. koloninya besa[ kasar; irreguleri berwarna abu-
Dikerjakan secara invitr:o.dengan melakukan Elek plote
abu dan tidak menimbulkan hemolisis eritrosit.
fes dan polimerase pig inoculotion kemudian mendeteksi
- Mitis: koloninya kecil, halus, warna hitam, konveks dan pembentukan sebuah garis pada kertas filteryang diresapi
dapat menimbulkan hemolisis eritrosit.
dengan antitoksin dan kemudian diletakfan di atas kultur
- lntermediofe: koloninya kecil, halus, mempunyai bintik agar dari organisme yang diuji.3 Pemeriksaan serum
hitam ditengahnya dan dapat menimbulkan hemolisis
terhadap antibodi untuk toksin difterijuga dapat dilakukan
eritrosit.
dengan Shick testzo
)enis g rovis dan intermediote Iebih virulen dibandingkan Pemeriksaan lain dengan metode Polymerase Chain
,&ngan jenis mitrs. Karakteristik jenis grovis adalah dapat Reaction (PCR) untuk deteksi urutan DNAencoding subunit
mmnrnfermentasikan tepung kanji dan glikogen sedangkan A tox+ strain pemeriksaan ini cepat dan sensitif. Pada
'illn jenis lainnya tidak. Semua jenis bakteri ini dapat pemeriksaan laboratorium lain ditemukan pada darah
nrmemproduksi eksotoksin, akan tetapi virulensinya tepi leukositosis moderat, trombositopenia, dan urinalisis
lherbeda. dapat menunjukkan proteinuria sementara.s. Kadar serum
Sebagian besar jenis yang tidak virulen adalah troponin I berkorelasi, dengan miokarditis, kelainan
&rrnasuk grup mifis, kadang kadang ada bentuk grovis EKG bila ada kelainan jantung, pemeriksaan radiologi
tut inte r med iote y ang tida k vi ru len pada ma n usia. Stra in ditemukan hiper inflasi. "
Msigenik ini mungkin berubah menjadi nontoksigenik,
setelah dilakukan subkultur yang berulang-ulang
dlii laboratorium atau karena pengaruh pemberian DIAGNOSIS BANDING
Wteriofag.
Untuk membedakan jenis virulen dan nonvirulen Difteri nasal anterior: a. Korpus alaenium pada hidung; b.
dhpat diketahui dengan pemeriksaan produksi toksin, Common cold; c. Sinusitis Difteri fausial: a. Tonsilofaringitis,:
yrdtu dengan cata : ditemukan demam tinggi, nyeri menelan lebih hebat,
648 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI

pembesaran tonsil, membran mudah lepas dan tidak istirahat total ditempat tidur selama 1 minggu. Mobilisasi
menimbulkan perdarahan; b. Mononukleosis infeksiosa: secara bertahap baru boleh dilakukan bila tanda-tanda
ditemukan limfadenofati generalisata, splenomegali, miokarditis secara klinis dan EKG menghilang.
adanya sel mononuklear yang abnormal pada darah tepi; Bila terjadi paralisis dilakukan fisioterapi pasif dan
c. Kandidiasis mulut; d. Herpes zoster pada palatum.Difteri diikuti fisioterbpi aktif bila keadaan sudah membaik-
Iaring : a. Laringotrakeobronkitis; b. Croup spasmodik/ Paralisis palatum dan faring dapat menimbulkan aspirasi
nonspasmodik; c. Aspirasi benda asing; d. Abses sehingga dianjurkan pemberian makanan cair melalui
retrofaringeal; e.. Papiloma laring.20,21 selang lambung. Bila terjadi obstruksi laring ,secepat
mungkin dilakukan trakeostomi.

Pengobatan khusus bertujuan:


KLASIFIKASI
t 1. Menetralisasi toksin yang dihasilkan basil difteri
Coyle dan Lipsky mengelompokkan bakteri yang 2. Membunuh basil difteri yang memproduksi toksin
m.enyebabkan infeksi coryneform sebagai berikut 1 Anti-toksin diberikan sedini mungkin begitu diagnosb
. Corynebocteriumulcerans ditegakkan, tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan
. C. pseudotuberculosis (juga dikenal sebagai bakteriologis. Dosis tergantung kepada jenis difterinp,
Corynebacterium ovis) tidak dipengaruhi oleh umUr pasien, yaitu:
. Corynebocterium pyogenessebuah haemolyticum - Difteri nasal /fausial yang ringan diberikan 20.0fl!-
. Corynebocteriumaquaticum 40.000 U, secara iv dalam waktu 60 menit.
. C. pseudodiphtheriticum (juga dikenal sebagai - Difteri fausial sedang diberikan 40.000-60.000 ll
Co ry n e b a cte riu m h ofm a n n i[) secara iv
. Kelompok D2 (juga dikenal sebagai Corynebocterium - Difteri beral (bullneck dyyephtherio) diberikan 80.fi[-
ureolyticum) 120.000 secara iv
. Grup E C. jeikeium (yaitu, kelompok JK) Pemberian antitoksin harlrs didahului dengan
Beberapa spesies tersebut patogen pada hewan, ,
sensitivitas, karena antitoksin dibuat dari serum
sedangkan lainnya pada manusia. Kelainan kulit dan organ Apabila uji sensitivfitas positif, maka diberikan
dalam tergantung pada jenis spesies dan pada manusia desensitisasi dengan interval 20 menit, dengan
dipengaruhi, oleh keadaan tertentu antara lain usia lanjut, sebagai berikut:
imunosupresi, atau disfungsi multiorgan. Sementara itu, . 0,1 ml larutan 1 :20, subkutan (dalam cairan NaCl
sebagian besar spesies (misalnya, C. ulcerons) sensitif . 0,1 ml larutan 'l :10, subkutan
terhadap banyak jenis antibiotik, beberapa (misalnya, . 0,1 ml tanpa dilarutkan, subkLrtan
kelompok D2) banyak yang sudah mengalami resistensi . 0,3 ml tanpa dilarutkan, intramuskular
sehingga memerlukan uji kepekaan antibiotika untuk . 0,5 ml tanpa dilarutkan, intramuskular
pengobatan yang optimal.l . 0,1 ml tanpa dilarutkan, intravena '
Bila tidak ada reaksi, maka sisanya diberikan iv
perlahan lahan.
PENATALAKSANAAN
Pemberian antibiotik:
Pengobatan difteri harus segera dimulai meskipun uji
. Penisilin Procain 1.200.000 unit/hari
konfirmasi belum selesai karena mortalitas dan morbiditas intramuskular, 2 kali sehari selama 14 hari.
yang tinggi. Perawatan terdiri atas: .
. Eritromisin : 2 gram perhari secara peroral
Perawatan umum : dosis terbagi 4 kali sehari.
1. lsolasi semua kasus dan dilakukan tindakan pencegahan
. Preparat lain yang bisa diberikan adalah a
universal dari risiko penularan melalui droplet serta rifampisin dan klindamisin2o,2l
membatasi jumlah kontak.
2. lstirahat di tempat tidur,minimal 2-3 minggu.
3. Makanan lunak atau cair bergantung pada keadaan KOMPLIKASI
penderita, kebersihan jalan napas dan pembersihan
lendir.
Timbulnya komplikasi pada pasien dipengrutf
keadaan sebagai berikut : 'l) Virulensi basil
Pemeriksaan EKG secara serial 2-3 kali seminggu Luas membran yang terbentuk; 3) Jumlah toksin
selama 46 minggu untuk menegakkan diagnosis diproduksi oleh bakteri; ,4) Waktu antara ti
miokarditis secara dini. Bila terjadi miokarditis harus penyakit sampai pemberian anti toksin.
lITnl 649

Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai PROGNOSIS


rUhilkut:
"llll. Karena pembentukan pseudomembran atau aspirasi Prognosis tergantung pada: 1. Virulensi basil difteri,
menimbulkan kegagalan pernapasan, edema jaringan, 2. Lokasi dan luas membran yang terbentuk; 3. Status
dan nekrosis. kekebalan penderita; 4. Cepat lambatnya pengobatan; 5.
e Jantung, miokarditis, dilatasi jantung dan kegagalan Pengobatan yang diberikan.
pompa, aneurisma mikotik, endokarditis. Secara umum angka kematian penderita difteri
S Gangguan irama, blok jantung, termasuk disosiasi 5-10o/o, dimana kematian tertinggi terjadi pada penderita
atrioventrikular dan disritmia yang tidak mendapat imunisasi lengkap dan pasien
{ Pneumonio bacteriol sekunder. yang mempunyai kelainan sitemik. Pada difteri dengan
S" Disfungsi saraf kranial dan neuropati perifer, keterlibatan jantung prognosis sangat yang buruk,
kelumpuhan total terutama bila disertai blok atrioventrikuler dan blok berkas
m, Neuritis optik cabang dengan angka kematian mencapai 60-90%). Pada
ffi.. Septikemia/syok (jarang) keadaan sepsis, tingkat kematian 30-40%.
r&' Artrltis septik, osteomielitis (jarang) Tingkat kema.tian yang tinggi disebabkan oleh
S Metastasis infeksi ke tempat yang jauh seperti limpa, difteri jenis gravis/invasif, bullneck diptherioe. Jenis ini
miokardium, atau SSP (jarang) .mempunyai angka kematian mencapai 50% . Difteri
llllllt@- Kematian laring lebih cepat menyebabkan obstruksi saluran napas,
bila pertolongan tidak cepat dan pengawasan tidak ketat
dapat menimbulkan kematian mendadak. Keterlambatan
M{CEGAHAN pengobatan meningkatkan angka kematian menjadi 20
kali lipat, penyebab kematian terbanyak adalah miokarditis.
lkncegahan yang paling baik adalah dengan vaksinasi Angka kematian yang tinggi terjadi pada umur kurang 5
mnrai dengan anjuran lnisiatif global Pertusis (dibentuk tahun dan lebih 40 tahun:r Di lndonesia angka kematian
ffia 2001) yaitu kelompok kerja yang mempunyai penderita difteri di 29 rumah sakit tahun 1969-1970
t&ugas menjalankan imunisasi global dan pencegahan adalah 11,3Yo.12
pnyakit pada bayi, remaja, dan dewasa untuk difteri,
mcrtusis dan tetanus. Bentuk toksoid difteri ada 4
mtcam yaitu : DTaP, Tdap, DT, dan Td .Untuk vaksinasi REFERENSI
mnda anak digunakan DTaP dan dewasa digunakan Tdap.
&ksin ini merupakan difteri dalam bentuk toksoid yang Chen RT, Broome CV, Weinstein RA. Diphtheria in the United
States,1971.-8'L Am j Public Health. Dec 1985;75(12):1393-7 .
dl*rombinasikan dengan pertusis dan vaksin tetanus.23
Dass I FP, Deepika V. Implications from predictions of HLA-
M[aP diberikan pada umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, DRB1 binding peptides in the niembrane proteins of
'lll5-'18 bulan, dan 4-6 Cor,,nebacterium diphtheriae. Bioinformetion. 2008;3(3):111-
tahun2a DT adalah vaksin difteri
J.
den tetanus diberikan anak-anak remaja dan orang
Mattos-Guaraldi AL, Moreira LO Damasco PV Hirata Jrinior R.
dhrasa diberikan sebagai booster setiap 10 tahun atau Diphtheria remains a threat to health in the developihgworld-
lhetika telah terjadi paparan. D huruf kecil menunjukkan -an overview. Mem Inst Oswaldo Cruz. D ec 2003;98(8):987 -93.
hmrkuatan toksoid difteri (2,0-2,5 unit Lf), diberikan pada Vitek CR, Wharton M. Diphtheria in the former Soviet Union:
reemergence of a pandemic disease. Emerg Infect Dis. Oct-
unusia diatas 7 tahun 1s,2s
Td diberikan pada remaja berusia Dec 1998;4(4):539-50.
1[ atau 12 tahun., 1s Dale DC, ed. 16 In{ections Due to Gram-Positive Bacilli. ki:
Pada orang yang kontak erat dengan penderita InJectious Diseases: The Clinician's Guide to Diagnosis,
Treatment, and Prevention. WebMD Corporatton; 2007.
dfifteri terutama yang tidak pernah/ tidak sempurna
Prasad KC, Karthik S, Prasad SC. A comprehensive study on
mmendapat imunisasi aktif, dianjurkan pemberian booster lesions of the pirma. Am] Otolaryngol. |an-Feb 2005;26(1):1.-6.
den melengkapi pemberian vaksin. Selanjutnya diberi Harnisch JP, Tronca E, Nolan CM, Turck M, Holmes KK.
Diphtheria among alcoholic urban adults. A decade of
'henroprofilaksis berupa penisilin procain 600.000 unit experience in Seattle.Ann Intem Med. ful 1 1989;111(1):71.-82.
ilrntramuskuler/ hari atau Eritromicin 40 mglkg BBlhari
CDC. Summary of notifiable diseases--United States,2001. MMWR
sdama 7-10 hari. Bila pengawasan tidak bisa dilakukan, Morb Mortal Wkly Rep. May 2 2003;50(53):i-xxiv, 1-108.
ofherikan antitoksin 1 0.000 u nit intra musku lar; kemudian de Benoist AC, White |M, Efstratiou A, et al. Imported cutaneous

&. minggu setelah pengobatan, dilakukan kultur untuk diphtheria, United Kingdom. Emerg Infect Dis. Mar
2004;10(3):s11-3.
mrsnastikan eradikasi C. dyphtherioe.20,2l Dallman T, NealS, GreenJ, Efstratiou A. Development of an online
database for diphtheria molecular epidemiology under the
remit of the DIPNET project. Euro Surveill. May 8 2008;13(19)
B6
PENYAKIT CACING YANG
DITUTARI(AN METALUI TANAH
Herdiman T. Pohan

,ENDAHUTUAN tumbuhnya larva pada telurnya di dalam waktu 2-3


minggu.
lMenyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk
dalam keluarga nematoda saluran cerna. penularan dapat Gambaran Umum
ffirjadi melalui 2 cara yaitu: 1). lnfeksi langsung atau 2). lnfeksi pada manusia terjadi kalau larva cacing ini
Lllrva yang menembus kulit. penularan langsung dapat mengkontiminasi makanan dan minuman. Di dalam usus
th;fadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke mulut halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus
hnpa pernah berkembang dulu di tanah. Cara ini terjadi halus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limfe
@a cacing kremi (Oxyuris vermiculoris) dan trikuriasis menuju paru. Setelah itu larva cacing ini akan bermigrasi
illfirfohuns trichiuro). Selain itu penularan langsung dapat ke bronkup, faring dan kemudian turun ke esofagus dan
mnela terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah
usus halus. Lama perjalanan ini sampai menjadi bentuk
llhmudian telur tertelan melalui tangan atau makanan cacing dewasa 60-75 hari. _, "
ilEng tercemar. Cara in terjadi seperti pada infeksi Ascorios Panjang cacing dewasa20-40 cm dan hidup di dalam
Mbricoides (cacing gelang) dan Toxocora conis. penularan usus halus manusia untuk bertahun-tahun lamanya. Sejak
mrelalui ku lit terjadi pada cacin g tambang,/an kilostomiasis telur matang tertelan sampai cacing J"*um bertelur ,

fur strongiloidiasis dimana telur terlebih dahulu menetas diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan.
ff tanah baru kemudian larva yang sudah berkembang
mmenginfeksi melalui kulit. Geiala Klinis
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh
cacing dewasa dan larva. Selama bermigrasi larva dapat
TSKARIASIS menimbulkan gejala bila merusak kapiler atau dinding
alveolus paru. Keadaan tersebut akan menyebabkan
kryakit ini disebabkan oleh infestasi cacing Ascoris terjadinya perdarahan, penggumpalan sel leukosit dan
fiwrbricoides atau cacing gelang. Ascaris lumbricoides
eksudat, yang akan menghasilkan konsolidasi paru
ddah cacing bulat yang besar dan hidup dalam usus halus dengan gejala panas, batuk, batuk darah, sesak napas
Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang
lttmanusia.
dan pneumonitis Askaris. Pada foto toraks tampak infiltrat
peda penduduk di daerah yang beriklim panas dan yang mirip pneumonia viralyang menghilang dalam waktu
ilicmbab dengan sanitasi yang buruk. Di lndonesia
3 minggu. Keadaan ini disebut sindrom Loeffler. pada
punlensi askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya
pemeriksaan darah akan didapatkan eosinifilia.
mernakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran Larva cacing ini dapat menyebar dan menyerang
&lah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah organ lain seperti otak, ginjal, mata, sumsum tulang
ffion, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan belakang dan kulit. Dalam jumlah yang sedikit cacing
srnpah. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur yang dewasa tidak akan menimbulkan gejala. Kadang-kadang
lhemudian akan menjadi matang dan infektil dengan penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti

651
652 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Bila laksans sebanyak 30 g MgSOo, yang diulangi lagi 3
infestasi tersebut berat dapat menyebabkan cacing-cacing jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila
ini menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi dipedukan pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian
usus (ileus). Kadang-kadang penderita mengalami
Pirantel Pamoat. Obat ini cukup efektif bila diberikan
gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan
dengan dosis 10 mglkg berat badan, maksimum 1 g. Efek
berkurang, diare atau konstipasi. Cacing dewasa dapat
samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam
juga menyebabkan gangguan nutrisi terutama pada
kulit dan demam.
anak-anak. Cacing ini dapat mengadakan sumbatan pada
saluran empedu, saluran pankreas, divertikel dan usus Levamisol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan
buntu. Selain hal tersebut di atas, cacing ini dapat juga dosis tunggal 150 mg.
menim bu lkan gejala alerg i k seperti urtikaria, gatal-gatal
Albendazot. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan
dan eosinofilia. Cacing dewasa dapat keluar melalui mulut
dosis tunggal 400 mg
dengan perantaraan batuk, muntah atau langsung keluar
melalui hidung. Mebendazol. Obat ini cukup efektif bila diberikan dengm
dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
Pemeriksaan Laboratorium
Selama fase pulmonal akan ditemukan eosinofilia. Komplikasi
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur cacing Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkam
pada tinja atau karena cacing dewasa keluar tubuh dan terjadinya reaksi alergik yang berat dan pneumonitis dann
ditemukan dalam tinja. bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.

Diagnosis Banding Prognosis


Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasl
seperti urtikaria, Loeffler's syndrome dan asma. yang bermigrasi, prognosis baik. Tanpa pengobafl,
Pneumonitis yang disebabkan Ascaris lumbricoides infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu !5
menyerupai gejala pneumonitis yang disebabkan cacing tahun.
tambang alau Strongiloides. Cacing ini dapat merupakan
pencetus untuk terjadinya pankreatitis, apendisitis,
divertikulitis dan lain-lain. PENYAKIT CACING KREMI

Pengobatan Penyakit cacing kremi diseb!! juOa oxyuriosis


Cacing ini seringkali berada dalam usus manusia bersama- enterobiasis. Penyebab penyakit ini adalah O;
sama dengan cacing tambang. Cacing ini sebaiknya vermiculoris alau Enterobius vermiculoris atau cacing
dibasmi lebih dahulu baru kemudian cacing tambang. atau pinworm. Penyakit ini tersebar di selurtlh dunia
Obat-obat yang digunakan adalah: lndonesia mempunyai frekuensi yang tinggi
pada anak-anak.
Piperazin. Merupakan obat pilihan utama, diberikan
dengan dosis sebagai berikut: Gambaran Umum
. Berat badan 0-15 kg:1 g sekali sehari selama 2 hari Cara infeksi terjadi karena tertelannya telur
bertu rut-tu rut.
telah dibuahi melalui jari yang kotor, makanan
. Berat badan 15-25 kg: 2 g sekali sehari selama 2 hari terkontaminasi, inhalasi udara yang mengandung
berturut-tu rut. dan kadang-kadang retroinfeksi melalui anus.
. Berat badan 25-50 kg: 3 g sekali sehari selama 2 hari
menetas di dalam duodenum, kemudian larva
bertu rut-turut.
bergerak dan menetap sebagai cacing dewase
. Berat badan lebih dari 50 kg:.3r/z g sekali sehari selama
yeyunum dari bagian atas ileum. Waktu yang di
2 hari berturut-turut.
untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
Satu tablet obat ini mengandung 250 dan 500 mg sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermi
piperazin. Efek samping penggunaan obat ini adalah
daerah perianal, brlangsung kira-kira 2 minggu
pusing, rasa melayang dan gangguan penglihatan.
2 bulan.
Heksilresorsinol. Obat ini baik untuk infestasi Ascoris Cacing betina yang hamil, pada waktu malam
lumbricoides dalam usus. Obat ini diberikan setelah pasien ke arah anus dan meletakkan telurnya dalam
dipuasakan terlebih dahulu, baru kemudian diberikan 1 lipatan kulit sekitar anus. Hal inilah yang
g heksiresorsinol sekaligus disusul dengan pemberian pruritus ani.
IBIYAKIT CACING YANG DITUTARKAN MELALUI TANAH 653

Geiala Klinis Prognosis


Seyala klinis yang paling penting dan sering ditemukan lnfeksi cacing ini biasanya tidak begitu berat, dan dengan
Calah rasa gatal pada anus (pruritus ani), yang timbul pemberian obat-obat yang efektif maka komplikasi dapat
Brtama pada malam hari. Rasa gatal ini harus dibedakan dihindari. Yang sering menjadi masalah addlah infeksi intra
dengan rasa gatal yang disebabkan oleh jamur, alergi dan familiar; apalagi dengan keadaan higienik yang buruk.
Erkiran.
Anoreksia, badan menjadi kurus, sukar tidur dan
:asien menjadi iritabel, seringkali terjadi terutama PENYAKIT CACI NG TAMBANG
mada anak. Pada wanita dapat menyebabkan vaginitis.
iacing dewasa di dalam usus dapat menyebabkan gejala Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing
mu,eriperut, rasa mual, muntah, mencret-mencret yang Necator americanus, Ancylostomo duodenole, dan jarang
drsebabkan karena iritasi cacing dewasa pada sekum, disebabkan oleh Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma
rcndiks dan sekitar muara anus besar. conium, Ancylostomo molayonum. Penyakitnya disebut
juga ankilostomiasis, nekatoriasis, unseriasis.
lameriksaan Laboratorium
EEneriksaan darah tepi umumnya normal, hanya Gambaran Umum
dilitemukan sedikit eosinofilia. Diagnosis ditegakkan Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropik.
dengan cara menemukan telur atau cacing dewasa di Di lndonesia penyakit ini lebih banyak disebabkan
dherah perianal dengan swab atau di dalam tinja. Anal oleh cacing Necqtor omericonus daripada Ancylostomo
srmab ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari duodenale. Gejala klinis dan patologis penyakit cacing ini
sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok). bergantung pada jumlah cacing yang menginfetasi usus;
paling sedikit 500 cacing diperlukan untuk menyebabkan
F:*rgobatan terjadinya anemia dan gejala klinis pada pasien
dewasa.
krawatan umum: 1). Pengobatan sebaiknya dilakukan
Telur dihasilkan oleh cacing betina dan keluar melalui
iu,ga terhadap keluarga serumah atau yang sering
tinja. Bila telur tersebut jatuh di tempat yang hangat,
iner"hubungan dengan pasien; 2). Kesehatan pribadi perlu
lembab dan basah, maka telur akan berubah menjadi
d,perhatikan terutama kuku jari-jari dan pakaian tidur;
larva yang infektif. Dan jika larva tersebut kontak dengan
1i,. Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan
kulit, maka ia akan mengadakan penetrasi melalui kulit,
desinfektan, bila mungkin setiap hari.
bermigrasi sampai ke paru-paru dan kemudian turun
kngobatan Spesifik ke usus halus; di sini larvq,berkembang hingga menjadi
. Mebendazol. Diberikan dosis tunggal 500 mg, cacing dewasa.
diulang setelah 2 minggu.
. Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400 mg, diulang Geiala Ktinis '
setelah 2 minggu. Rasa gatal di kaki, pruritus kulit (ground itch, umumnya
" Piperazin sitrat. Diberikan dengan dosis 2 x 1 g/ hari terjadi pada kaki), dermatitis dan kadang-kadang ruam
selama 7 hari berturut-turut, dapat diulang dengan makulopapula sampai vesikel merupakan gejala pertama
interval 7 hari. yang dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang
. Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5 ini. Selama larva berada di dalam paru-paru dapat
mglkg berat badan (maksimum 0,25 g) dan diulangi menyebabkan gejala batuk darah, yang disebabkan oleh
2 minggu kemudian. Obat ini dapat menyebabkan pecahnya kapiler-kapiler dalam alveoli paru-paru. dan
rasa mual, muntah dan warna tinja menjadi merah. berat ringannya keadaan ini bergantung pada banyaknya
Bersama mebendazol efektif terhadap semua stadium jumlah larva cacing yang melakukan penetrasi ke dalam
perkembangan cacing kremi. kulit.
. Pirantel pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg Rasa tak enak pada perut, kembung, sering
berat badan sebagai dosis tunggal dan maksimum mengeluarkan gas (flatus), mencret-mencret, meru pakan
'l gram. gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih
kurang 2 minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke
lornplikasi dalam kulit.
Bllil,a jumlah cacing dewasa cukup banyak akan dapat Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi
t'ttnenyebabkan apendisitis. Cacing dewasa pada wanita cacing dan walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing
daoat bermigrasi ke dalam vagina, uterus dan tuba falopii, dewasa untuk menimbulkan gejala anemia tersebut
dan dapat menyebabkan peradangan di daerah tersebut. tentunya bergantung pula pada keadaan gizi pasien.
PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

Pemeriksaan Laboratorium TR!KURIASIS


Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya
telur cacing tambang di dalam tinja pasien. Selain dalam Trikuriasis (trichuriasis) disebut juga trikosefaliasis
(trichocephaliasis). Penyebab penyakit ini adalah Trichuris
tinja, larva dapat juga ditemukan dalam sputum. Kadang-
kadang terdapat sedikit darah dalam tinja. Anemia yang trichiuro atau threodworm atau whip worm. Terdapat di
terjadinya biasanya anemia hi pokrom mikrositer. Beratnya seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropis;
anemia bergantung pada jumlah cacing dewasa yang frekuensi infekasi trikuris ini cukup tinggi di Jakarta.
terdapat di dalam usus, jumlah mana dapat diperkirakan
dengan teknik cara menghitung telur cacing. Eosinofilia Gambaran Umum
akan terlihat jelas pada bulan pertama infeksi cacing ini. Trichuris trichiuro ini bisa disebut sebagai cacing non
patogen dan komensal, hidup dalam usus besar terutama
Pengobatan sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon
ascendens. Bila investasi cacing berada dalam jumlah yang
.Perawatan umum. Perawatan umum dilakukan dengan besar dan daya tahan pasien kurang baik, maka cacing inn
memberikan nutrisi yang baik; suplemen preparat besi akan menimbulkan gejala klinis. Bagian posterior cacing
diperlukan oleh pasien dengan gejal klinis yang berat, melekat pada mukosa usus menyebabkan perdarahan
terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia. kronik dan kerusakan pada mukosa usus.
Pengobatan Spesifik Telur yang dikeluarkan melalui tinja berkembang
Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. menjadi infektif di dalam tanah dalam waktu 1-2 minggu'
Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali lnfeksi terjadi karena pasien menelan telur yang infektffi
sehari selama 3 hari. dan larvanya melekat pada usus halus, kemudian setelah
Tetrakloretilen. Merupakan obat pilihan utama (drug menjadi dewasa akan menetap di sekum dan kolon bagia'n
of choice) terutama untuk pasien ansilostomiasis. proksimal.
Dosis yang diberikan 0,12 ml/ kg berat badan, dosis
tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan Gejala Klinis
dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan lnvestasi cacing yang ringan tidak menimbulkan gejdlh
telur dalam tinja tetap positif. Pemberian obat ini klinis yang jelas. Pada infestasi yang berat (> 10.000 telud'
sebaiknya dalam keadan dalam keadaan perut kosong gram tinja) timbul keluhan, karena iritasi pada mukosro
disertai pemberian 30 g M9SO4. Kontraindikasi seperti nyeri perut, sukar buang air besar, mencl4,
pemberian obat ini pada pasien alkoholisme, kelainan kembung, sering flatus, rasa mual, muntah, ileus damm
pencernaan, konstipasi dan penyakit ini. turunnya berat badan. Bahkap pada keadaan yang berd
Befanium hidroksinaftat. Obat pilihan utama untuk sering menimbulkan malnutrisi, terutama pada anCk
ankilostomiasis dan baik untuk pengobatan massal muda, dan kadang-kadang terjadi perforasi usus dam
pada anak. Obat ini relatif tidak toksik. Dosis yang prolaps rekti.
diberikan 5 g 2 kali sehari, dan dapat diulang bilamana
diperlukan. Untuk pengobatan Necofor omericqns, Pemeriksan Laboratorium
dosis diberikan untuk 3 hari. Terjadi anemia hipokromik yang disebabkan karemnm
Pirantel pamoat. Obat ini cukup efektif dengan perdarahan perdarahan kronis. Pada tiap-tiap infehsdii
toksisitas yang rendah dan dosis yang diberikan 10 didapatkan eosinofilia sebesar 5-10o/o. Di dalam tlffi
mglkg berat badan/hari sebagai dosis tunggal. pasien didapatkan telur atau cacing dewasa.
Heksilresorsinol. Diberikan sebagai obat alternatif
yang cukup efektif dan dosis pemberian obat ini sama Pengobatan
seperti pada pengobatan askariasis. Perawatan umum. Higiene pasien diperbaiki
diberikan diet tinggi kalori, sedangkan anemia
Komplikasi diatasi dengan pemberian preparat besi.
Kerusakan pada kulit akan menyebabkan dermatitis yang
berat terlebih bila pasien sensitif. Anemia berat yang Pengobatan spesifik. Bila keadaan ringan dan
terjadi sering menyebabkan gangguan perumbuhan, menimbulkan gejala, penyakit ini tidak diobati. Tetapi
perkembangan mental dan payah jantung. meni mbul kan geja la, da pat d i berikan obat-obat:
. Diltiasiamin Jodida. Diberikan dengan dosis
Prognosis mg/kg berat badan/hari, selama 3-5 hari.
Dengan pengobatan yang adekuat meskipun telah terjadi
. Stilbazium Yodida. Diberikan dengan dosis 10
komplikasi, progriosis tetap baik. berat badan/hari, 2 kali sehari selama 3 hari dan
IBIYAKIT CACING YANG DITULARKAN MELALUI TANAH 655

diperlukan dapat diberikan dalam waktu yang lebih Tripathy K et al : Effect of Ascariasis Infections on Human
lama. Efek samping obat ini adalah rasa mual, nyeri Nutrition. Am J Trop lll{.ed 1971; 20: 212.
Weller PF, Nutman TB. Intestinal Nematodes. In: llarrisons
pada perut dan warna tinja menjadi merah.
Priciples of Internal Medicine 15th edition. New York:
. Heksiresorsinol 0,2o/o.Dapatdiberikan 500 ml dalam McGraw-Hill; 2001, .p . 1'233-37 .
bentuk enema, dalam waktu 1 jam. Woodruff AW, Nelson GS. lntestinal helminths and Filariasis.
. Mebendazole. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 Practitioner 1971,; 207 : 173.

kali sehari delama 3 hari, atau dosis tunggal 600 mg.

bmplikasi
Mila infeksi berat dapat terjadi perforasi usus atau
prolapsus rekti.

Prrognosis
Dengan pengobatan yang adekuat, prognosis baik.

IEFERENSI

lmffi lVZ, Nassit. Comparison of Pyrantel pamoate and Piperzine


phospate in the Treatment of Ascariasis. Am J Trop Med
7971;20:548.
flhmrn HW. Basic Clinical Parasitology. 3rd ed,1969.
Mumbaloo TS, Fugazotto DI, Wyczalek FV. Treatment of
Enterobiasis with Pyrantel pamoate. Am j Trop Hyg1969;
18:50.
ffitmbalo TS: Single-dose Regimen in Treatment of Pinworm
Infection. New York I Med1965; 61,:248.
Clw II{. Helminths. In: Cohen Infecdous Disease; 35.1-1.8.
Macis [I: Newer Drugs in Therapy of Pinworm Infestation. Med
Clin North Am 1967;51.:1203.
tr*uns E. Intestinal Parasites. Prim Care CIin Ofice Pract 2001 29:
857-77.
fimpp MA & Chatton MZ. Current Medical Diagnosis and
Treatment, 1982.
f@ot CJ, Martin GL, Sortor BV. Common Intestinal Parasites.
Anerican family Physician 2004; 69.
[e*ayAD, ChiodiniPL. Parasitic Infectons of the Gastrointestinal
Tract. In: Cohen lnfectious Disease; 37.1,-11.
Dilhgdalena L], Hadidjaja P. Pengobatan Penyakit Parasitik.
Gramedia Pustaka Utama: I akarta, 2005; 5-17.
D0mrson-Bahr, Wilcocks. Mansorf s Tropical Disease 1^7tlrred, 1976.
0flargono SS, Abidin SAN. Nematoda. Dalam: Parasitologi
Kedokteran Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2000;
&30.
limsono SS, Makfudin HI, Rasidi & Rasad RO. Pyrantel pamoate
for The Treatment of Soil Transmitted Helminths. South East
-A,sianJ Tropmed Pub Health 1980;3:384.
illaqg CP, Purvis Rj: Manifestations of Pinworms. Can Med Assoc
J1970;103:489.
qi"hn HH et al. Clinical Trial with Bephenium
hydroxynaphatoate
Against Ancylostoma duodenale and Other Intestinal
HeLorinths. J Trop Med 1965; 68:21,.
Smfoiar Parasitologi nasional ke II, 1981.
Smmmers HM. Intestinal Nematode Infestation and Their
Laboratory Diagrrosis. CIin Pe d 1965; 4: 515.
Sp,ucer W|. Intestinal Nematodes. In: Clinical Bacteriology,
Mycology and Parasitology. Churchill Livingstone: London,
?jJ00;78-9.
$fumock RF. Chemical Control of Hookworm Larvae. Lancet
1966;2:1256.
87
ANTRAKS
Hadi Jusuf

SINONIM dengan sekret lesi kulit penderita yang menyebabkan lesi


kulit sekunder.
Woolsorter's diseose, Siberion ulcer, chqrbon, ragsorter's Penyakit ini didapatkan endemik dinegara berkembanE
diseose. seperti Asia, Afrika dan Amerika selatan, di mana kontrd
peternakan belum baik dan kondisi lingkungan menunjarg
terjadinya siklus binatang-tanah-binatang. Sedangkam
DEFINISI di Eropa Barat. Amerika utara dan Australia telah hilary
setelah eradikasi penyakit ini di peternakan yang
Antraks adalah penyakit zoonosis yang disebabkan disebabkan program yang ektensif termasuk vaksinas,
oleh kuman bacillus anthracis,suatu basil yang dapat Insidensi ya ng pasti bel um jelas, tetapi d iperkirakan 2-0(M!
membentuk spora dan ditularkan ke manusia melalui sampai 20.000 kasus pada manusia per tahun.Wabadim
kontak dengan binatang yang terinfeksi atau bahan dari pernah terjadi di Zimbabwe (1978-1980) berupa Antr*
binatang yang terkontaminasi. kulit dan gastrointestinal, dan juga terjadi di Siberin
Nama Antraks berasal dari kata Yunani buat batubara (1079). Keganasan Antraks dapat dilihat dari kejadiarm
yailu anthrocis, oleh karena lesi nekrotik (eschar) berwarna di Sverdlosk, Rusia (1979) dimana terjadi kecelakaan di
hitam seperti batubara. b iowe o po n s ya n g menyeba bka n tersebarnya spola
fasi I itas
Antraks ke udara sehingga terjadi 77 kasus Antrgks dengnmr
kematian 66 kasus. Juga pada tahun 200't di USA te{di
EPIDEMIOTOGI pengiriman spora lewat pos yang menyebabkan 11 kasun
inhalation anthrox dengan 5 diantaranya mati.
B.anthracis adalah organisme ditanah yang tersebar
Antraks terjadi primer pada binatang herbi;-on'nr
diseluruh dunia. Kasus pada manusia dapat dibagi secara
terutama sapi, kambing, domba, dan juga binatang lainnp
umum menjadi kasus industri dan agrikultur. Pada kasus
seperti babi, kerbau dan juga gajah. Sapi sangat
agrikutur transmisi terjadi langsung dengan kontak
terhadap Antraks sistemik di mana kematian akan
dengan kotoran/ sekret binatang yang terinfeksi seperti
dalam 1-2 hari.Binatang karnivora (anjing, harimau)
tlnja, atau tidak langsung melalui gigitan lalat yang
omnivora akan terkena penyakit ini bila makan
telah makan bangkai binatang tersebut. Atau bisa pula
binatang yang tertular kuman ini. Kuman akan
disebabkan makan daging mentah atau kqrang dimasak
banyak sekali dalam tubuh sapi tersebut, dan
dari binatang terinfeksi.Kasus industri disebabkan kontak
menyebabkan kontaminasi pada lingkungan.
dengan spora yang terdapat pada bahan dari binatang
terinfeksi seperti rambut, wol, kulit, tulang pada saat
proses industri. Oleh karena spora bisa bertahan lama ETIOLOGI
sekali maka transmisi bisa melalui barang yang terbuat
dari binatang seperti selimut wol, ikat pinggang dari kulit, B.onthracis adalah basil Gram positif non-motil, dan
drum terbuat dari kulit. Beberapa kasus lainnya terjadi di membentuk spora(sporulasi). Spora ini tidak te
laboratorium yang menggunakan binatang. Transmisi dari jaringan hidup, tetapi di lingkungan yang aerobik
manusia ke manusia tidak terjadi, kecuali kontak langsung muncul dan bertahan bertahun tahun di tanah yang
flTNAKS 657

ltunperatur tinggi, kekeringan; juga tahan pada bahan Pada inholotion anthrax (lebih jarang terjadi dibanding
dari binatang atau pada industri bahan dari binatang. tipe lainnya) terjadi inhalasi spora (aerosol dengan ukuran
ffirman ini tumbuh subur pada media biasa pada suhu partikel kurang dari 5 um) dimana spora akan sampai di
35 -370C. Koloni bersifat lengket dan dapat membentuk alveoli, difagosit oleh makrofag dan selanjutnya dibawa ke
Mogmite-like form bila disentuh dan diangkat. Di bawah kelenjar getah bening mediastinum. Spora yang ditanah
mnikoskop kuman tampak membentuk rantai panjang, akan menggumpal dan akan susah menjadi aerosol,
poralel menye ru pa i gerbon g barang(boxco r o pp e a ra n ce). seh n g ga tida k menyeb abkan in h a lotio n a nth ra x.
i

fun (oerobic endospore) berbentuk oval dan terletak Di sini terjadi germination, berkembang biak dan
sntral atau parasentral tetapi tidak menjadikan basil pembentukan toksin, sehingga terjadi limfadenitis dan
mmmbengkak. Dari lesi yang baru,rantai basil akan tampak mediatinitis yang hemoragis. Kapiler paru bisa terkena
pcndek atau tunggal dan terdiri 2 atau 3 basil yang yang menyebabkan trombosis dan gagal napas. Juga bisa
herkapsul dengan ujungnya membulat. terjadi efusi pleura. Pneumonia terjadi oleh karena infeksi
B.anthrocis bisa dibedakan dari spesies Bocillus yang sekunder bukan primer oleh basil antraks. Dari paru basil
ryrofit dengan melihat morfologi koloni dan pewarnaan bisa masuk ke aliran darah menyebabkan bakteremia,
mtibodi fluoresen dan virulensinya pada kelinci, marmot yang bisa masif. Meningitis hemorrhogis bisa terjadi pada
&t tikus dimana inokulasi pada binatang tersebut akan keadaan ini. Penyebab kematian dari inholotion anthrax
mnnnyebabkan kematian dalam 1-3 hari. ini adalah gagal napas, syok dan edema paru.
Bila spora masuk melalui mulut setelah makan daging
terkontaminasi yang mentah atau kurang masak maka akan
MTOGENESIS terjadi yang disebut orophoryngeal alau intestinol onthrox.
Pada oropharyngeol Anthrqx ini terjadi pembengkakan
$pora akan masuk melalui kulit,saluran napas atau saluran farynx, dan bisajuga menyebabkan obstruksi trakea atau
(Ema. didalam makrofag akan bertahan hidup. limfadenopati servikal dengan edema .Pada intestinal
Yang menentukan virulensi B.onthracis adalah 3 anthrox terjadi edema, nekrosis dan perdarahan mukosa
dEotoksin (plasmid pXO1) yaitu protective ontigen (PA), usus besar dan kecil, limfadenopati mesenterika, asites
funo foctor (EF) dan lethql foctor (LF); dan yang disebut hemoragis dan sepsis.
wrtiphogocytic polydiglutamic ocid copsule (plasmid
ffi2). Strain yang hanya mempunyai salah satu saja dari
llbdua plasmid pXO1 dan pX02 bersifat tidak virulen. Tidak MANIFESTASI KLINIS
Etrpun dari 3 eksotoksin di atas bisa menyebabkan efek
tdologis pada binatang percobaan bila diberikan sendiri- Ada beberapa jenis manifestasi Antraks dengan insidensi
Gtdid. PA mempunyai efek mengikat reseptor permukaan berbeda disetiap negarajuga antara negara maju dan
rl" sehingga bisa digunakan oleh EF dan LF untuk masuk berkembang. Ada 3 jenis yaitu iutqneous anthrax,
l1h sitoplasma. inholation onthrax dan gastrointesfinal anthrax, di
Kombinasi PA dan EF akan menyebabkan edema lokal mana semuanya bisa menyebabkan bakteremi, sepsis
dan menghambat fungsi PMN, sedangkan kombinasi dan meningitis, Meningitis terjadi pada 5o/o semua kasus
M dan LF akan menyebabkan syok dan kematian cepat, antraks.
biea dalam waktu 60 menit.Antibiotik akan melenyapkan
lhrnan antraks, tetapi toksin yang telah diproduksi kuman Cutaneous Anthrox
&r tetap berfungsi melanjutkan proses penyakit sampai Jenis ini mencangkup 90 % kasus Antraks pada manusia.
thbin tersebut dimetabolisir. Setelah masa inkubasi 1-7 hari akan timbul lesi berbentuk
Pada cutaneous onthrox, spora kuman tersebut akan papula kecil sedikit gatal pada tempat spora masuk
mesuk melalui kulit yang luka atau melalui luka yang (biasanya di lengan, tangan, kemudian leher dan muka),
dstrebabkan serat dari binatang terinfeksi. Di jaringan yang dalam beberapa hari berubah jadi bentuk vesikel
rrtkutan spora tersebut akan berubah menjadi bentuk yang titak sakit berisi cairan serosonguineous, lidak
rugetatif, bermultiplikasi dan mengeluarkan eksotoksin purulen dan kemudian menjadi ulkus nekrotikyang sering
rdur material kapsul antifagositik (plasmid pX02).Akan dikelilingi vesikel -vesikel kecil.Ukuran lesi sekitar 1-3 cm.
rrjadi edema dan nekrosis jaringan. Khas dalam 2-6 hari akan timbul eschor berwarna hitam
Selanjutnya kuman akan difagosit oleh makrofag dan seperti batu ba ra (b la ck ca rb u n cle) y ang berkembang dala m
mr:4rebar ke kelenjar getah bening setempat, di mana disini beberapa minggu menjadi ukuran beberapa sentimeter
ffiin akan menyebabkan perdarahan, edema dan nekrosis yang kemudian menjadi parut setelah 1-2 minggu.
ffipadenitis).Terakhir basil terasebut akan masuk peredaran Selain itu dasar kulit dari lesi terlihat undurasi, panas,
kah dan menyebabkan pneumonia,meningitis dan sepsis. warna merah,non-pitting edema yang bisa meluas sampai
658 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

demikian luasnya (malignant edema) (Tierno,2002). Perkembangan selanjutnya dari keduanya adalah
sehingga terjadi hipotensi oleh karena perpindahan cairan sepsis,meningitis dan dan kematian. Angka kematian
intravaskular ke subkutan. Walaupun demikian hebatnya berkisar 25 sampai 60%.
lesi tetapi tidak sakit.
Gambaran sistemik berupa demam,mialgia,sakit kepala
lemah badan dan limfadenopati lokal. Bila tidak digunakan DIAGNOSIS
antibiotik maka 20o/o fatal, dimana terjadi penyulit
bakteriemi yang berlanjut ke meningitis, pneumonia atau Riwayat pekerjaan atau kontak dengan binatang yang
sepsis. Pemberian antibiotik tidak mengubah perjalanan terinfeksi atau bahan berasal dari binatang tersebut
alamiah klinis dikulit, tetapi mencegah penyulit di atas dan penting dalam anamnesa. Gambaran klinik dari tipe
menurunkan angka kematian di bawah 1%. Antraks yang khas juga akan berguna dalam penegakar:
diagnosis.
lnhalotion Anthrax Cutaneous onthrax dibedakan dari karbunkel ole.
lnkubasi 1 sampai 5 hari, tetapi dapat sampai 60hari, stafilokokus dari adanya rasa nyeri dan gambarar.
tergantung jumlah spora yang masuk. khas Antraks kulit di atas. Antraks inhalasi sering tida*
Jenis ini terjadi pada kurang dari 5o/o kasus. Setelah terdiagnosa awal, sehingga riwayat paparan dan gambaran
inkubasi 10 hari timbul gambaran klinik akut yang terdiri radiologi paru di atas sangat penting.
dari 2 fase (bifasik), yaitu fase initial yang ringan di mana Laboratorium memberikan hasil lekosit yang norrna
didapatkan demam, lemah, mialgia, batuk kering dan rasa atau sedikit meningkat dengan PMN yang dominar,
tertekan di dada dan perut (fLu like) yang pada pemeriksaan Cairan pleura atau likuor serebrospinal memperlihatkan
fisik mungkin ditemukan ronki, kemudian tiba-tiba disusul gambaran hemoragis, dengan relatif sedikit sel darah ptrtfi:
fase kedua yang berat dan sering fatal setelah terlihat Pemeriksaan gram dan kultur (dengan media standar) dan
seperti ada perbaikan fase pertama. Fase kedua ini cepat lesi kulit, apus tenggorok, cairan pleura, asites, likum
sekali memburuk berupa panas tinggi,sesak napas, hipoksia, serebrospinal dan darah akan memperlihatkan kuman
sianosis, stridor dan akhirnya syok dengan kematian dalam gram positif dengan gambaran khas qnthrqx.
beberapa hari. Pemeriksaan fisik memberikan gambaran Kultur dari lubang hidung tidak bernilai diagnostilt,
infeksi paru, dengan kemungkinan sepsis dan meningitis. hanya untuk epidemiologik.
lnholation Anthrox tidak memberikan gambaran klasik Pemeriksaan serologik indirect hemogglutin, ELISA FA
pneumonia, sehingga tidak didapatkan sputum yang (fluorescent ontibody). Kenaikan titer 4 kali akan lebilil1tn
purulen, sehingga lebih cocok disebut inhqlation antraks bernilai. Pemeriksaan lainnya adalah PCR, biopsi jaringarrn
bukan antraks pneumonia. Edema leher dan dada bisa dengan pewarnaan imunohistokemikal.
ditemukan, dan pada paru juga ditemukan rhonchi basah Pemeriksaan radiologi sanga't penting pada inhototlmt
dan kemungkinan tanda efusi. qnthrox, dimana akan didapatkan gambaran mediastinuqmt
Pada foto toraks selain infiltrat di paru akan didapat yang melebar. '
gambaran khas berupa efusi pleura dan pelebaran
mediastinal oleh karena limfadeopati dan mediastinitis.
Cairan pleura bersifat hemoragik. TERAPI
Kematian dapat terjadi setelah 24 jam setelah onset
akut tersebut,dengan angka kematian bisa mencapai Antraks akan mudah disembuhkan bila cepat dibuil
90%, tergantung fasilitas. lnholotion Anthrax tidak dapat diagnosa pada awal penyakit dan segera diberik;m,
ditularkan antar manusia (Tierno,2002). antibiotik. Pada cutoneous onthrox penisilin G (4x4juta urffir
atau alternatif lainnya seperti tetrasiklin, klorampenii*dlli
Gastrointestinol Anth rax dan eritromisin bisa dipakai, tetapi ada strain yang resisffimr
Setelah kira-kira 2-5 hari memakan daging yang terhadap obat tersebut. Untuk hal ini maka sampai adn
mengandung spora, maka timbul demam, nyeri perut difus, hasil test sensitivitas, dianjurkan dipakai kombinrroriii
muntah, diare.Bisa timbul muntah darah dan berak darah, antibiotik. Beberapa alternatif kombi nasi ya ng dianjurtmrr
berisi darah segar atau melena. Bisa pula terjadi perforasi antara lain adalah :
usus. Selain itu terjadi limadenitis mesenterial dan asites. Siprofloksasin (2x400 mg) atau doksisiklin (2r1,[Mt
Selain bentuk intestinal Antraks di atas ada bentuk lain mg) ditambah dengan klindamisin (3x900 mg) cffi
dari gastrointestinal antraks yaitu bentuk orofaringeal antraks, atau rifampisin (2x300 mg), yang mula mula diberillm
yang berupa Iimfadenopati lokal dan edema pada lehelsusah lV dan selanjutnya ke peroral bila stabil (switch
menelan dan obstruksi saluran napas atas.Terdapat lesi serupa Pemberian golongan penisilin untuk terapi
pada kulit pada mukosa mulut seperti eschor. memi kirkan kemungki nan terjad inya strain
Antrak
I
,1

i:
.XTRAKS 659
I

ilmeng has iI ka n p e n icillin a se (in d u cib le pe n icillin o se) Obat REFERENSI


antibiotik alternatif lainnya yang bisa dipakai adalah
llnipenem,vancomycin (Tierno, 2002). Cunha BA.Antibiotic essentials .Physicians Press .20(X :135 -136,277 .

LaForce FM.Anthrax.Clin Irdect Dis 1994;19:1009-14.


Lamanya terapi antibiotik masih belum jelas. Salah
Lane HC,Fauci AS.Anthrax.In :Harrison's Principle of internal
satu standar yang dianjurkan adalah 7-10 hari untuk medicine.l6 thedition.2005.p.1279-80.
@ttaneous anthrox, dan sekurang-kurangnya 2 minggu Lew D.Bacillus anthraxis. In :Mandell ,Douglas and Bennet's
Principle and practice of infectious diseases.4 th edition.New
uuntuk bentuk diseminasi, inhalasi dan gastrointestinal.
York:Churchil Livingstone;l995.p.1885-9.
Untuk toksin antraksnya, sedang diteliti pembuatan Scheld WM,Craig WA,Hughes ]M .Emerging infections
weutro lizin g m o n o c lo n o I a ntib od ie s. I n h o lotio n a ntra ks .Washington:ASM press;2001. p.224-8.
ttrfulak usah diisolasi oleh karena tidak menular. Shulman ]A.Anthrax. In: Cecil Textbook of medicine. 21th
edition.2000:
Eksisi dari lesi kulit adalah kontraindikasi ,oleh karena
Scott B. Anthrax .In :Manson's Topical diseases. 21th edition.
ttrililak ada pus dan dikhawatirkan terjadi penyebaran.Terapi Saunders, 2N3.p.1115 -7 .
bpikal untuk lesi kulit tidak bermanfaat tracheotomi Tierney LM,McPhee SJ Papadakis MA.Current medical diagnosis
and treatment. Lange,2004:1348-1350.
mnungkin diperlukan bila terjadi edema leher yang
Tierno Philip M. Bioterrorism. Pocket book 2002:23-40.
mlrengganggu jalan pernapasan. Wilson WR, Sande MA .Current diagnosis and treatment in
infectious diseases.New York:Lange,2001: 530-2.

?ROGNOStS

fuigka kematian pada inholotion onthrox mencapai 80%


tritra tidak segera diberikan antibiotik, dengan jangka
mktu kematian rata-rata 3 hari. Pada bentuk ini prognosa
@rgantung dosis spora yang terisap, status hpst dan
@patnya pemberian antibiotik. Pada cutaneous onthrax
lhrnatian ada'lah 20 %o. Gastrointestinol onthrox atau
mcningitis juga mempunyai mortalitas tinggi.

'ENCEGAHAN
kncegahan dari paparan terhadap spora Antraks bisa
dlhkukan baik dengan mencegah kontak dengan binatang
ffiu bahan dari binatang yang terinfeksi atau makan
dhgingnya.
Vaksin pertamakali dicoba oleh Louis Pasteur pada
ffirn 188'l pada binatang. Pada saat ini yang dianjurkan
umtuk manusia adalah AYA (anthrax voccine odsorbed)
$mng terdiri dari nonencapsulated, ottenuated stroin
1@m strain).Vaksin lain yang masih dilakukan trial saat
m[ (2005) adalah vaksin rekombinan antigen (cellfree
migen) yang antara lain mengandung LE dan EF. Vaksin
dfterikan ulang pada minggu ke-Z,4 dan kemudian pada
ttnrhn ke-6, 12 dan, 18 Vaksin bisa diberikan pada pekerja
imdustri atau peternakan atau siapapun yang punya
mfriko kontak dengan spora. Vaksin AVA saja tidak bisa
dgnrna ka n buat poste xposu re p ro p hylo xis, seh i n g ga u ntu k
nmaksud ini digunakan antibiotik 60 hari, atau dikombinasi
dhngan vaksin. OIeh karena dikuatirkan terjadi resistensi
lhhadap penisilin, maka dianjurkan pemakaian empirik
ohogan salah satu dari siprofloksasin (2x500mg peroral),
Effifloksasin (1x400 mg), levofloksasin (1x500m9) atau
ffilsisiklin (2x100 mg peroral).
BB
BRUSELOSIS
Akmal Sya'roni

PENDAHULUAN Iabel 1. Reservoir Alami Spesies fiugellal, ,:. ..; .-=-=-.-:fl|

Bruselosis adalah penyakit zoonosis, merupakan penyakit


Organisme Reservoar Distribusi
yang disebabkan bakteri gram negatif dari genus B. melitensis Kambing, domba, Asia, Amerika Lati*r
brucelloe. Penularan pada manusia terjadi setelah paparan
unta Mediterania T

di lingkungan kerja atau kontaminasi produk makanan.


B. abortus Kerbau, sapi, Jepang, lsrael, Eropa s
unta, yaks t
Walaupun kasusnya sudah jarang terjadi oleh karena B.suis Babi -Amerika Selatan, As*
keberhasilan program vaksinasi hewan tetapi masih menjadi
masalah kesehatan di banyak negara berkembang.
Seflt
Tenggara, Amerika

Tiap spesies dari brucello mempunyai hewan reservoir B. canis Anjing Seluruh dunia t
yang spesifik yang menyebabkan penyakit kronik persisten.
Organisme ini menyerang organ reproduksi hewan EPIDEMIOLOGI
kemudian menyebar ke urine, susu dan cairan plasenta.
Lokasi bakteri ini memudahkan penyebaran ke manusia Kasus-kasus bruselosis dilaporkan terjadi di Med
terutama pada petani, dokter hewan, tukang potong hewan dan Arab, juga dilaporkan diJndia, Mexico,
dan akhirnya konsumen. Selatan dan Tengah. Di Amerika Serikat, kasus
jarang terjadi karena keberhasilan dari prograryr
Sejak tahun 1980 kurang lebih 200 kasus di
ETIOLOGI lnsiden dan prevalensi bruselosis yang dilaporkan
negara berbeda-beda. Angka insiden bruselosis
Terdapat 4 spesies brucello diketahui menyebabkan 1,2-70 kasus per 100.000 penduduk.
penyakit pada manusia. Brucello melitensis paling virulen Angka mortalitas belum diketahui secara
dan menyebabkan bruselosis yang berat dan akut, tetapi 80% kematian pada kasus bruselosis
menyebabkan kecacatan. Brucella suls menyebabkan komplikasi endokarditis. Di daerah endemik kaum
penyakit yang kronik, sering berupa lesi dekstruksi lebih sering terkena bruselosis dibanding wanita
supuratif. Brucella obortus merupakan penyakit sporadis ratio 5 :2-3. Banyak menyerang usia 30-50 tahun,3-
bersifat ringan-sedang, dan jarang menyebabkan kasus dilaporkan terjadi pada anak-anak, lebih berat
komplikasi. Brucella conrs mempunyai perjalanan penyakit
daerah endemik. Pada usia lanjut ditemukan hanya
yang sulit dibedakan dengan Brucello abortus, perjalanan
kasus yang kronik.
penyakitnya tersembunyi sering kambuh dan umumnya
tidak menyebabkan penyakit kronik.(Tabel 1)
Brucello adalah bakteri aerob gram negatif intraselular
PATOFISIOLOGI
dengan pertumbuhan yang lambat, tidak bergerak, tidak
membentuk spora, dan tidak berkapsul. Bakteri ini dapat Bruselosis adalah penyakit sistemik, dapat
bertahan di tempat kering. Diagnosis ditegakkan dengan banyak organ. Penetrasi bakteri lewat epitel
pemeriksaan kultur dan serologi. ditangkap netrofil dan makrofag jaringan,
IlrsElosls 661

dlbawa ke Iimfonodus. Bakteriemi akan terjadi antara Secara klinis dapat dibagi menjadi subklinik, akut,
.11-3 minggu setelah terpapar bakteri. Bakteri
kemudian subakut dan infeksi kronik. Selain itu lokalisasi infeksi dan
mengambil tempat di jaringan retikuloendotelial sistem kekambuhan juga dideskripsikan lebih lanjut.
ffiS) terutama pada hati, limpa dan sumsum tulang. Di Subklinik : penyakit ini biasanya asimptomatik,
organ ini kemudian membentuk jaringan granuloma. diagnosis biasanya ditemukan secara kebetulan melalui
jJuingan granuloma yang besar dapat menjadi sumber skrining tes serologi pada daerah berisiko tinggi.
hakteriemi menetap. Faktor utama virulensi brucello Akut atau subakut : penyakit dapat ringan sembuh
hrdapat pada dinding sel lipopolisaka rida. B. conis, memiliki dengan sendirinya (8. abortus) atau fulminan dengan
dnding lipopolisakarida yang kasar tetapi kurang virulen komplikasi (8. melitensis), gejala dapat timbul 2-3 bulan
hagi manusia, berbeda dengan dinding lipopolisakarida (akut) dan 3-12 bulan (subakut). Gejala dan tanda klinis
yang licin pada B. melitensis dan B. obortus. Brucella yang paling sering adalah demam, menggigil, berkeringat,
,dnpat bertahan intraselular dalam fagosom sel fagosit moloise, fotique, sakit kepala, arthralgio, anoreksia,
hrena produksi adenin dan guanin monofospat yang limpadenopati dan hepatomegali dan splenomegali.
mmnenghambat fagolisosom, produksi TNF dan aktifitas Kronik : diagnosis ditegakkan dengan gejala yang
dbidatif. Daya tahan dalam intrasel fagosit berbeda-beda telah berlangsung 1 tahun atau lebih. Demam yang tidak
tiry spesies. B. abortus lebih mudah lisis dalam sel fagosit tinggi dengan keluhan neuropsikiatri adalah gejala yang
M B. melitensls. Perbedaan tipe lipopolisakarida, daya sering dijumpai. Pemeriksaan serologi dan kultur sering
ttafian terhadap fagolisosom dapat menjelaskan adanya negatif. Banyak penderita menjadi persisten karena tidak
pe'bedaan patogenesitas tiap spesies pada manusia. adekuatnya terapi sejak awal, dan adanya penyakit yag
terlokalisir.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan ciri spesifik
EUATA KLINIS penyakit ini. Sebagian besar ditemukan hepatomegali,
splenomegali, hepatospleno-megali dan osteoartikular.
@jala bruselosis tidak cukup khas untuk diagnosis. Kelainan osteoartikular berupa bengkak sendi, bursitis,
Scberapa studi besar telah mengumpulkan beberapa berkurangnya ronge of motion (ROM) dan efusi.
qpjala brusel losis. Dema m i nterm iten ditemu kan pada 600/o Gangguan neurologi berupa meningoensefalitis akut,
ilhsus subakut brusellosis dan dengan relatif bradikardi. poliradikuloneuropati perifer; gejala sistem saraf pusat (hiper
,f,danrya gejala anoreksia, astenia,
fotique, kelemahan dan refleksi, klonus, gangguan saraf kranial). Gangguan kulit
nmmlrise. Adanya gejala nyeri sendi tulang berupa atralgia, dijumpai eritema nodosum, abses, erupsi papulonoduler,
rryeri punggung, nyeri spina dan sendi tulang belakang, impetigo, psoriasis, eksim, lesi mirip pitiriasis rosea, erupsi
'fmgkak
sendi, gejala ini dijumpai pada 55% penderita. berupa makular; makulopapular dan skarlantiniformis,
lesi vaskulitis seperti petekie, purpura, tromboplebitis.
ffipi jarang mengenai parenkim paru, nyeri dada timbul Gangguan pada mata berupa uveitis, keratokonjungtivitis,
berupa nyeri pleurltik akibat adanya empiema. Gejala iridosiklitis, keratitis numularis, koroiditi{ neuritis optika,
rmrcuropsikiatri berupa sakit kepala, depresi dan fatique. endophtolmitis metastase dan katarak.
Nfctruhan gastrointestinal dijumpai pada 51% penderita
ftwupa nyeri abdomen, mual, konstipasi dan diare. tabel 2
mrnenjelaskan gejala dan tanda bruselosis. PEM ERI KSAAN TABORATORI U M

Pd 2. Gejala.dan Tanda. Bruselosis Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukopeni dengan
EciElh Yo Tanda % relatif limfositosis, pansitopeni ditemukan pada 20% kasus.
knam 98 Hepatosplenomegali 41
Pada sebagian besar penderita tes fungsi hati dijumpai
S*hue, malaise 94 Hepatomegali 38 peningkatan transaminase menyerupai hepatitis. Diagnosis
Heringat 79 Splenomegali 22 pasti bila pada kultur ditemukannya brucelloe. Dengan
tenggigil 85 Osteoartikular 23 menggrinakan teknik rodio metric blood culturing, lamanya
lrdrralgia 79 Bradikardi relatif 21 isolasi kuman dengan teknik kultur yang standar 30 hari
fuointestinal 51 Adenopati 9 menjadi kurang dari 10 hari.
&{algia 42 Gangguan neurologi 8
Sensitifitas kultur darah berkisar 17-85o/o bergantung
l}eri lumbal 39 Orkitis 6
strain yang terlibat, B. melitensis dan 8. suis sering
$algia 35 Kutaneus 3
!*.rVsesak 19 ditemukan sebagai penyebab bakteriemi. Sensitifitas akan
Liat badan turun 18 menurun sejalan dengan lamanya perjalanan penyakit.
krologi 14 Pemeriksaan kultur sumsum tulang lebih sensitif dari
illrri testikuler . 5 kultur darah, sering memberikan hasil positif walaupun
662 PENYAKIT TROPIK DAN !NFEI(g

pada pemeriksaan kultur darah memberi hasil negatif. PEM ERI KSAAN H ISTOPATOLOG I
Hasil biopsi sumsum tulang memberikan gambaran
granuloma. Pemeriksaan biopsi hati terlihat gambaran proses
Pada pemeriksaan kultur sputum jarang memberikan inflamasi difus menyerupai hepatitis dengan agregasi
hasil positif walaupun telah terjadi komplikasi pada sel-sel mononuklear; kadang-kadang tampak berbentuk
paru. Empiema akibat bruselosis jarang terjadi dan pada granulomatous. Juga telah dilaporkan bentuk abses hepar
pemeriksaan kultur cairan pleura sering memberi hasil yang piogenik.
positif, terutama bila dilakukan kultur sesuai masa inkubasi,
khususnya strain 8. melitensis. Dari analisis cairan pleura
dijumpai proses eksudasi, dijumpai peningkatan enzim DIAGNOSIS BANDING
LDH dan protein, sedangkan untuk glukosa, bervariasi.
Sel-sel yang ditemukan terutama limfosit dan netrofil. Pada keadaan akut, didiagnosis banding dengan penyaHt
Pada cairan serebrospinal isolasi bakteri jarang demam akut, seperti influenza, tularemia, demam Q-
diperoleh, tetapi dijumpai limfositosis, peningkatan mononukleosis dan demam enterik.
protein sedangkan kadar glukosa normal. Bentuk yang kronik, didiagnosis banding dengan
Tes serum aglutinasi berguna untuk brucello dengan penyakit Hodgkin, tuberkulosis, infeksi HIV malaria dan
dinding lipopolisakarida licin (8. melitensis, B. abortus don infeksi jamur seperti histoplasmosis, koksidioi-domikosb-
B. surs), tetapi tidak untuk strain B. canisyang mempunyai
dinding lipopolisakarida kasar. Hasil dianggap positif bila
titer lebih besar atau sama dengan 'l : 160 atau terjadi PENATALAKSANAAN
peningkatan titer 4 kali selama perjalanan penyakit. Di
daerah endemik, peningkatan titer 1 : 160 sering dijumpai Pengobatan bruselosis bertujuan untuk mengurangi
dengan tanpa gejala. Hasil positif palsu dapat terjadi gejala, mencegah secepat mungkin terjadinya kompliH
karena blok antibodi. Reaksi silang terjadi pada strain dan terjadinya kekambuhan. Antibiotika kombind
Vibrio cholero, Francisello tularensis, Solmonello dan lebih dianjurkan karena mengurangi tingginya angle
ia e nte rocolitica.
Ye rsin kekambu han dibandingkan hanya menggunakan regirt
Pemeriksaan enzim imunoossay adalah yang paling obat tunggal. Regimen yang dianjurkan akhir-akhir id
sensitif dari semua tes, khususnya tes ELISA dapat dapat mempersingkat masa terapi.
mendeteksi neu robruselosis.
Doksisiklin merupakan antibiotika yang meng
sintesa protein dengan mengikat ribosom 30S dan
dosis 100 mg per-oral/i.v tiapl2iam atau 2-5
PEMERIKSAAN RADIOLOGI hari dengan dua kali pemberian selama {5 hari,
dianjurkan untuk wanita hamil (kategori D) lan
Foto Toraks usia kurang dari 8 tahun. Efek sampingnya antara
Jarang ditemukan gambaran khas bruselosis bahkan pada
hipersensitivitas terhadap matahari, mual dan
penderita yang mempunyai gejala pernapasan. Dijumpai
Penggunaannya baik untuk neurobruselosis
limfadenopati paratrakeal dan hilus, penebalan pleura tetrasiklin.
dan efusi pleura.
Gentamisin diberikan i.v/i.m dengan dosis 5

Radiografi Spinal terbagi 2 dosis selama 7 hari. Tidak boleh diberikan


Dari pemeriksaan ini, gangguan osteoartrikular dapat wanita hamil (kategori C), hipersensitivitas
dijumpai, biasanya setelah 2-3 minggu onset penyakit. gentamisin atau aminoglikosida lainnya. Hati-hati
Penderita dengan sakroilitis tampak batas tepi sendi yang penderita dengan gangguan neuromuskulal
kabur dan pelebaran sendi sakroiliaka. Terjadi spondilitis miastenia gravis, karena dapat memperberat
pada angu lus anterosuperior vertebra, penyempitan diskus Efek samping gBntamisin adalah gangguan vestibu

intervertebra, osteofit dan sklerosis. pendengaran, bersifat nefrotoksik, menimbulkan


h ipersensitivitas.
Radionukleid Skintigrafi Trimetoprim-sulfametoksazol menghambat sintesa
Pemeriksaan ini lebih sensitif untuk mendeteksi kelainan dihidrofolat bakteri, dosis 3 x 960 mg, lama
tulang, khususnya pada awal perjalanan penyakit, obat 45 hari. Kontra indikasi pemberian trim
walaupun dari pemeriksaan radiologi biasa masih normal. sulfametoksazol yaitu pada wanita hamil (kategoai
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk deteksi dini isien si G -6- PD (g lu koso - 6 -fosfat de h id rog e n a se),
d ef
bruselosis dengan keluhan muskuloskletal. kurang dari 2 bulan, adanya riwayat hipersensitif
lnusELosts
663

obat-obat golongan sulfa. Efek samping penggunaan Efek samping penggunaan ofloksasin dan levofloksasin
obat ini berupa diare, mual, muntah. Dapat menimbulkan antara lain foto sensitivitas, ruptur tendon, reaksi
reaksi alergi atau reaksi hipersensitivitas (sindroma Steven- hipersensitivitas jarang terjadi, dan adanya efek neurologi
golongan sulfonamid lainnya, juga
"l,ohnson), seperti pada terutama pada penderita usia tua. Angka kekambuhannya
sitopenia. Dapat dipakai sebagai obat alternatif pada tinggi bila penggunaannya tidak dikombinasikan dengan
n'anita hamil dimana pemakaian tetrasiklin merupakan obat-obat yang lain. Dapat dikombinasikan dengan
kontra indikasi. Tidak adekuat sebagai monoterapi, rifampin selama 45 hari.
sehingga direkomendasikan penggunaannya bersama- Penderita bruselosis dengan spondilitis direkomen-
sama dengan golongan aminoglikosida. dasikan kombinasi rifampin, doksisiklin dan gentamisin
Ilf,ampin menghambat sintesa DNA bakteri diberikan selama 2-3 minggu. Sedangkan komplikasi meningoen-
dengan dosis 600-900 mglhari per-oral dalam 2 kali sepalitis dianjurkan menggunakan regimen doksisiklin
pemberian, selama 45 hari. WHO merekomendasikan dikombinasikan dengan rifampin dan atau kotrimoksazol.
Pemakaian steroid dapat membantu mengontrol proses
Denggunaan kombinasi dengan doksisiklin, diberikan
selama 6 minggu sebagai terapi lini pertama. Dapat juga inflamasi. Penderita bruselosis dengan endokarditis
dfrlberikan iifampin dengan doksisiklin ditambah dengan dapat dberikan terapi agreslf dengan aminoglikosida
streptomisin atau gentamisin. Absorpsi rifampin berkurang dikombinasikan doksisiklin, rifampin dan kotrimoksazol
!D96 jika diberikan bersamaan dengan makanan.
selama kurang lebih 4 minggu dilanjutkan lagi 8-12
Kontra indikasi pemberian obat ini antara lain wanlta minggu tanpa aminoglikosida.
illlnamil (kategori C), hipersensitivitas terhadap rifampin. Pengobatan bedah diperlukan untuk drainase abses
frtati-hati pada penderita dengan penyakit hati. Efek dan tindakan bedah jantung bila terjadi lesi pada katup
samping penggunaan obat ini adalah urin, keringat jantung
dan air mata berwarna kuning kemerahan, gangguan
tffiungsi
hati, gejala seperti flu, leukopeni, trombositopeni,
anemi dan gagal ginjal. Untuk orang dewasa dan anak KOMPLIKASI
lhbih dari 8 tahun, menggunakan regimen kombinasi
ffimpin dan doksisiklin selama 4-6 minggu, dengan Komplikasi bruselosis dijumpai pada keadaan infeksi akut
angka kekambuhan 5-10%, sedangkan anak kurang dari 8 atau kronik yang tidak diobati. Paling sering terkena adalah
fiahun menggunakan rifampin dan kotrimoksazol selama osteoartikulari sistem genito-urinari, hepar, lien.
6 minggu dengan angka kekambuhan kuran g dari 5%. Komplikasi osteoartikular terjadi pada 20-60%
penderita dan yang paling sering adalah sakroilitis.
ttuasiklin 4 x 500 mg selama 45 hari. pemberiannya Di la po rka n j u g a ada nya sp,o,rrdi iti s, a rtriti s, osteom ie itis,
I I

rdlkombinasikan dengan obat lainnya, seperti bursitis dan tendosinovitis. Piogenik paraspinal terjadi
mitffampin, gentamisin, streptomisin atau trimetoprim- pada usia lanjut. Sendi periferal yang biasanya terkena
nrtfametoksazol. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada adalah lutut, siku, bahu, panggul dan dapit monorartikuler,
anak-anak kurang dari 8 tahun, wanita hamil (kategori juga poliartikular.
@}l dan gangguan ginjal. Efek samping tetrasiklin adalah

thosensitivitas, mual dan diare. Pada anak-anak dapat Pada hepatobilier komplikasi dapat berupa hepatitis,
mnnnyebabkan gangguan pewarnaan gigi yang bersifat abses hepatitis dan akut kolesistitis.
ilmEnetap. Komplikasi gastrointestinal berupa ileitis, kolitis dan
peritonitis spontan jarang terjadi.
&cptomisin 1-2 gram sehari intraintramuskular (1 gram
ntiap 12 atau 24jam) selama 14-21 hari. Tidak boleh Pada genitourinaria : komplikasi yang paling sering
dberikan pada penderita yang hipersensitiv terhadap adalah orkhitis atau epidedimo-orkhitis. Kelainan ginjal
Sreptomisin atau aminoglikosida lainnya juga pada wanita jarang terjadi, pernah dilaporkan adanya glomerulonefritis
illnmril kategori D karena bersifat ototoksik pada janin. Efek dan pielonefritis. lnfeksi pada wanita hamil biasanya terjadi
nnping penggunaan streptomisin antara lain gangguan abortus pada trimester pertama. Komplikasi biasanya
qftnlal, ototoksik, timbul rosh atau urtikaria, demam dan terjadi bila ada infeksi bakteri lainnya.
mueksi hipersensitivitas (anafi la ksis).
Neurobruselosis : komplikasi yang paling sering
iloksasin 400 mg dan levofloksasin 500 mg tablet sekali terjadi pada daerah endemis dan mendekati 5% kasus.
shari selama 45 hari. Kontra indikasi obat ini antara lain Meningoensefalitis akut dapat berkembang Cepat. Dengan
meda wanita hamil (kategori C), riwayat hipersensitivitas terapi agresif, gejala cepat membaik dan jarang terjadi
tUrhadap ofloksasin atau golongan quinolon lainnya, obat- gejala sisa.
'obet inijuga dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang.
664 PENYAKIT TROPIK DAN INFE!(g

Komplikasi kardiovaskular : berupa endokarditis, terjadi Smits HL, Cutier SJ. Contributions of biotechnology to the contol

2% penduduk dunia, pada daerah endemis 7-10o/o. Kelainan and preventions of bruselosis in A{tica. African loumal of
biotechnology, VoI 3 (12).p.631-636, December 2004.
katup aorta terjadi pada 75% penderita. Komplikasi lainnya Straight TM, Martin GJ. Brucellosis. Current treatment options in
adalah perikarditis, miokarditis, mikotik aneurisma dan infectious diseases 2002,4: M7- 56.
endokarditis.

Komplikasi putmonal : terjadi ptada 0,3-1o/o penderita,


yaitu pneumonia dan efusi pleura, komplikasi ini jarang
pada anak-anak.

Komplikasi hematologi : terjadi koagulasi intravaskular


diseminata dan sindroma hematofagositik.

PROGNOSIS

Bila penatalaksanaannya baik dan pengobatan dilakukan


pada bulan pertama penyakit, biasanya dapat sembuh
dengan risiko yang rendah, kambuh atau menjadi kronik.
Prognosis buruk pada penderita dengan endokarditis,
gagaljantung kongestif, angka kematian mencapai 85%.

PENCEGAHAN

Pencegahan bruselosis dapat dilakukan dengan


pemeliharaan sanitasi lingkungan, kebersihan perorangan
dan eradikasi hewan reservoir. Hindari susu yang tidak
dipasteurisasi dan produknya, khususnya dari kambing
dan biri-biri. Hati-hati bila berpergian ke daerah endemik
antara lain Mediterania, Afrika Utara, Asia Tengah dan
Amerika Latin. Hindari kontak dengan hewan reservoir
seperti kambing, biri-biri dan unta.

REFERENSI

Carbel MJ, Beeching Nl. Brucellosis. In: Isselbacher, Wilson,


Braunwald et al, editors. Harrison's Principles of Intemal
Medicine. 16e ed. USA: Mc Graw Hill; 2005.p.91.4-7.
Chambers HF. Inlectious diseases: bacterial and chlamydial:
brucellosis. In: Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA,
editors. Current medical diagnostic and keatment. 43 th ed.
USA: Mc Graw Hill; 2004.p.1366-7.
Ghosh D, Gupta P, Prabakar S. Systemic brucellosis with chronic
meningitis: a case report. Neurol lndia [serial on line] L999
[cited 2005Apr 2); 47:58-60. Available from:http:www.
neurology India.com/ article.
Karabay o, Sencan I, Kayas D, Sahin I. Ofloxacin plus rifampicin
versus doxycycline plus rifampicin in the treatment of
bruselosis: a randomized clinical trial. BMC infectious
diseased 2004; 4:18.
Lisgaris MV. Brucellosis. eMedictne,May 17, 2002. Available from:
htpp: / / www.e medicine.com/medtopic248.htrn.
Noviello 9 Gallo R. KellyI\4 et al. Laboratory-acquired Brucellosis.
Emerging in-fectious diseases. Available from www.odc.gov /
eid.Vol.10, No. 10, October 2004.
B9
PENYAKIT PRION
A. Nugroho, Paul N. Harijanto

ICNDAHULUAN dan berjalan, tampak ketakutan, berlaku agresif, selalu


menendang orang disekitarnya, dan akhirnya mengalami
knyakit prion atau tronsmissible spongioform kesulitan bernapas dan meninggal. Lebih 10 tahun sejak
arcepholopafhies (TSE) adalah sekumpulan penyakit mad cow diseose dilaporkan, timbul suatu penyakit baru
meurodegeneratif yang progresif dan fatal, yang yang disebut new voriont Creutzfeldt lokob Diseose
dsebabkan oleh efek toksik dari suatu protein normal (nvCJD) di lnggris. Hasil otopsi menunjukkan kelainan
mda neuron disebut cel/u/ar prion protein (PrP') atau nama yang serupa dengan hasil pemeriksaan post mortem pada
lftinnya sensitive prion protein (PrP'"n1 yang mengalami sapi yang mati oleh karen-a mod cow diseose. Penemuan
mrubahan struktur menjadi protein prion abnormal ini menimbulkan dampak sosial dan kesehatan yang besar
pnE patologis disebut scrapie prion protein (PrP") atau karena nvCJD dikaitkan dengan konsumsi daging sapi yang
mnrna lainnya resistant prion protein (PrP,".) yang akan terkena mod cow diseose tersebut.
rnmnimbulkan kerusakan neuron. Sesuai dengan namanya, Penyakit prion termasuk penyakit infeksi karena dapat
ditandai gambaran patologi khas berupa degenerasi
1flSE ditransmisikan/ditularkan ke orang lain atau ke spesies lain
@lak berbentuk spongious disertai hilangnya neuron, dan (misalnya dari sapi atau domba ke mencit atau manusia),
ftmukan deposit oggregot protein prion PrP" di otak, namun penyakit ini unik kqrena agen penyebabnya yaitu
ffipa ada tanda-tanda respons inflamasi. Penyakit ini protein prion abnormal (PrP'"') tidak memiliki asam nukleat
dhpat ditransmisikan kepada manusia maupun binatang. seperti penyebab penyakit infeksi lainn4a. Keunikan lain
Penyakit prion dapat mengenai hampir semua jenis adalah penyakit prion dapat terjadi melalui berbagai cara
mamalia baik manusia maupun hewan. Manifestasi yaitu secara herediter; sporadis, dan infeksi. Penyakit prion
penyakit prion pada hewan adalah scropie, Transmissible herediter terjadi akibat mutasi pada gen pengkode protein
ffilk Ensephalopothy (TME), Chronic Wosting Diseose prion (gen PRNP) yang terdapat pada lengan pendek
ffil'yD), Bovine Spongioform Encephalopothy (BSE), dan kromosom 20, contoh pada fCJD GSS, dan FFl. Penyakit prion
ffiic ungulate encephalopothy. Sedangkan pada manusia dapat pula terjadi sporadik dengan cara yang tidak diketahui
dftenal empat jenis penyakit prion yaitu CreutzfetdtJokob misal pada sCJD. Penyakit prion dapat ditularkan secara
@beose (CJ D), G e rstm onn- Stro u ss le r S che in ke r Sy n d ro m e iatrogenik melalui transplantasi kornea atau duramate[
Fofol Fqmilial lnsomnia (FFl), dan Kuru. Penyakit
rffiSS), akibat pemakaian obat-obatan terutama growth hormone
Nftm utama pada manusia, yang paling sering ditemukan yang dibuat dari sapi, kontaminasi pada alat kesehatan, atau
drr paling banyak dibahas adalah CJD yang terdiri dari penularan melalui konsumsi daging atau otak atau mungkin
,&srt CJD dan yang belum lama ditemukan disebut new- bagian tubuh lain dari hewan yang menderita penyakit
rmiznt CJD atau sekarang lebih lazim disebut voriont C)D prion BSE misal pada vCJD. Protein prion dapat ditemukan
(lUCJD ). C/assic CJD meliputi sporodic C)D ( sCJD pada darah pasien, karena itu ada kemungkinan penularan
), fomiliol
@t,(fCJD), dan iotrogenic CJD (iCJD ). Sedangkan penyakit secara hematogen terutama melalui transfusi darah. Namun
ffin pada hewan/ ternak yang banyak dibahas adalah sampai sekarang belum ada laporan penularan penyakit
E yang lebi h popular disebut mod c ow d iseo se. Penyakit prion melalui transfusi darah, meskipun demikian WHO
lffi ditemukan pertama kali oleh para petani lnggris menganjurkan adanya pengawasan ketat terhadap darah
mrda tahun 1985, yang mengamati beberapa hewan dan produk darah terhadap protein prion, dan melarang
pftnraan nya menjad i su it d kenda ka n, tidak bisa berd ri
I i Ii i transfuse yang mengandung produk dari hewan.

66s
666 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS dimana perbedaan BM ini mencerminkan perbedaan


struktur tertier PrP". Strain prion ini juga berperan pada
Penyakit prion atau TSE disebabkan oleh agen infeksius barier spesies, karena dari eksperimen ditemukan bahwa
berupa protein yang disebut prion singkatan dari transmisi penyakit prion dari satu spesies ke spesies
proteinaceous infectious porticles. Protein ini pertama lainnya adalah tidak efisien dan sering tidak berhasil; dan
kali ditemukan oleh Stanley Pruisiner yang meraih Nobel bila berhasilpun mempunyai masa inkubasi yang sangat
Kedokteran pada tahun 1997. Protein prion normal panjang. Barier spesies ini berkaitan dengan derajat
disebut cellulor prion protein (PrP') atau sensitive prion kemiripan urut-urutan asam amino PrP' dari pejamr.r
protein (PrP'"" yaitu protein prion yang sensitif terhadap dengan urut-urutan asam amino PrP" inokulum.
degradasi oleh enzim proteinase K). Protein prion terdiri Protein PrP" pada neuron dapat mengkontaminasl
dari 233 asam amino (AA) yang berikatan dengan molekul daging hewan penderita BSE, dan penularan dapat terjad
glikosilfosfa-tidilinositol (GPl) pada residu AA 230 yang akibat konsumsi daging tersebut oleh manusia. Bagaimana
memfasilitasi penempelan PrP' pada membran neuron. rute perjalanan PrP" dari usus hingga mencapaijaringam
PrPs bersifat mudah larut dalam deterjen, dapat dicerna otak masih belum diketahui. Mungkin PrP'"'ini diabsorbafr
oleh proteinase K, dan mempunyai waktu paruh 5 jam. lewat dinding usus melaluipotches Peyer/MALT, kemudiam
Fungsi PrP'normal masih belum jelas, mungkin berperan difagositosis di jaringan limpa seperti tonsil dan lieru
dalam metabolisme tembaga (Cu) di neuron dan transmisi dan kemudian mencapai jaringan saraf pusat secixil
sinaptik. Namun ekperimen pada mencit dengan delesi oscending melalui akson. Bagaimana cara replikasi PrP-
gen PRNP tidak menunjukkan adanya kelainan berarti, di neuron masih belum diketahui pasti. Diduga melCrii
hanya ada gangguan mekanisme sirkardian, sehingga pembentukan ikatan antara PrP'dan PrP", selanjutrln
diduga PrP'merupakan suatu protein redundant (protein PrP" akan mengubah PrP'menjadi 2 molekul PrP* banqn
yang tidak terpakai/tidak berfungsi). akibatnya akan terjadi akumulasi PrP" dalam jurnl*r
Pada keadaan patologis, PrP' dapat mengalami menguh*
besar. Bagaimana cara PrP" sebagai template
perubahan bentuk menjadi isoformnya yaitu scropie atau PrP' tersebut, masih belum diketahui. Mekani
disease-coused prion protein (PrP") atau resistont prion pembentukan PrP" pada penyakit prion herediter
protein (PrP'"') karena resisten terhadap degradasi oleh mutasi pada gen PRNP yang menyebabkan ter
enzim proteinase K, tidak larut dalam detergen, dan tidak mutan PrP'yang bersifat tidak stabil dan dapat
larut dengan pemanasan, dan waktu paruhnya lebih lama secara spontan menjadi PrP'"'.
(lebih dari 24 jam,dibanding 5 jam pada PrP.). Oleh karena Bagaimana mekanisme terjadinya kerusakan
sifat tersebut PrP" akan terakumulasi di neuron dan dalam akibat akumulasi PrP'u' masih belum jelas juga.
jangka panjang, hingga menimbulkan kerusakan neuron. dan transmisi penyakit prion tappaknya
Semua penyakit prion dikaitkan dengan akumulasi PrP.. peran baik PrP' maupun akumulasi PrP'"'. PrP'"'
pada lisosom dan vakuola sitoplasma jaringan otak. tanpa ekspresi PrP'tidak cukup untuk m
Susunan polipeptida PrP' dan PrP.' identik dari segi kerusakan neuron.
komposisi asam aminonya, namun berbeda dalam susunan
tiga dimensional, dimana PrP. banyak mengandung
rantai a (formasi spiral asam amino) sekitar 38-42o/o dan GAMBARAN KLINIS
sedikit rantai u (rantai pipih asam amino) sekitar 3-4%
saja ; sedangkan PrP,. mengandung lebih sedikit rantai a Cre utzfeldt- J o kob Disease (CJ D)
(19-30%)dan lebih banyak rantaiu (38-48o/o). Perubahan C r e utzfe ld -1o ko b D ise a se (CJ D) meru pa ka n penyakit
struktural ini merupakan dasar patogenesis penyakit prion. pada manusia yang paling sering dijumpai,
Hal yang menarik pada PrP.. adalah terdapat berbagai sekitar satu kasus persejuta penduduk. Nama
strain dari PrP". Hal ini menyebabkan beberapa ahli diambil dari nama neurolog Jerman Creutzfeldt dan
masih berpendapat bahwa penyakit prion disebabkan yang pertama"kali melaporkan penyakit ini pada
oleh virus-like porticle walaupun tanpa asam nukleat. 1920. Dikenal beberapajenis CJD.
Strain prion ditentukan dengan menilai kecepatannya
menyebabkan kerusakan otak (masa inkubasinya), dan Sporodic Creutzfeld-Jocob Diseose (sCJD)
gambaran distribusinya pada vocuolation neuronaL, serta Sporodic Creutzfeld-Jacob Disease (sCJD) adalah
pola deposisinya. Strain prion ditentukan oleh bentuk prion yang paling sering ditemukan , merupakan
conformationol tersier dari PrP", dan suatu strain tertentu dari seluruh kasus CJD di dunia. Di lnggris
akan eksis pada suatu penyakit misal pada FFI ditemukan kasus setiap tahun. Onset penyakit ini bervariai
PrP" dengan berat molekul (BM) 19 kDa, sedangkan usia 16-82 tahun, namun sangat jarang terjadi
pada fCJD dan sCJD ditemukan PrP" dengan BM 21 kDa, di bawah 30 tahun atau di atas 80 tahun, dengan
BTYAKIT PRION
667

penyerta. Gejala lain gangguan penglihatan dengan


diplopia, halusinasi, sulit koordin asi, muscle twitching,
gangguan bicara dan mengantuk. Tanda-tanda dan gejala
lain termasuk disfungsi ekstrapiramidal seperti rigiditas,
mosk like face, gerakan-gerakan koreoatetoid, serta tanda-
tanda piramidal yang biasanya ringan, kejang, hiperestesia,
dan atrofi optik.
Mioklonus terdapat pada 90 % kasus sCJD. Berbeda
dengan gerakan-gerakan involunter yang lain, mioklonus
pada pasien CJD tetap terjadi selama pasien tidur.
Mioklonus ini dicetuskan oleh suara yang keras atau
cahaya yang sangat terang. Gejala menyolok khas sCJD
yang sangat menyokong diagnosis adalah dementia
progresif cepat disertai ataksia dan mioklonus, tanpa
demam.
Pemeriksaan laboratorium hematologi seperti leukosit,
hitung jenis leukosit dan kecepatan endap darah biasanya
normal. Pemeriksaan CT-scon biasanya menunjukkan
hasil yang normal, akan tetapi kadang-kadang dapat
menunjukkan gambaran atrofi kortikal. Pada pemeriksaan
MRI sering ditemukan peningkatan intensitas di daerah
nuleus kaudatus dan putamen, namun tanda ini tidak
spesifik dan sensitif.
Pada pemeriksaan eld'ktroensefalografi (EEG), pada
awal fase biasanya normal, atau hanya menunjukkan
aktivitas gelombang theta yang tersebar. Pada tahap
lanjut dapat ditemukan voltase tinggi, repetitif, dan
keluarnya gelombang polifasik yang tajam, periodic, 1-2
Hz. Gambaran ini tidak ditemukan pada vCJD.
fui ar 1. A. Struktur protein prion normal (prpc); B. Struktur Pada pemeriksaan cairan serebrospinal biasanya
pnrctein prion abnormal (PrPsc). (dikutip dari prusiner SB. Shat- aselular dengan jumlah glukqsa dan protein yang normal.
lu* Lecture-Neurodegenerative disease and prions. N Engl j Pada sCJD dapat ditemukan protein 14-3-3 dengan
ltkd 2001: 344: 1516-26)
metode western blot, dimana protein ini menunjukkan
adanya cedera sel neuron. Pemeriksaln ini memiliki
@a usia 68 tahun. spes ifitas 95o/o d an se n sitifitas 45 -85o/o. Pe n i.n g kata n
Pada sCJD tidak ditemukan riwayat keluarga yang protein 14-3-3 dapatjuga terjadi pada ensefalitis herpes,
nmenderita penyakit ini, juga tidak ada riwayat terpapar ensefalopati metabolik, metastase keganasan dan
&mgan protein prion atau konsumsi daging tercemar ensefalopati hipoksik. Pemeriksaan protein ini kurang
fi58- Penyakit ini
mungkin disebabkan oleh mutasi genetik bermanfaat untuk nvCJD. Saat ini sedang dikembangkan
Epontan pada gen PRNB atau konversi spontan prp. pemeriksaan protein S -100 serum dari cairan spinal, yang
mmnjadi Prp'.. ini memiliki sensitifitas 78% dan spesifitas 817o. Dapat
Diagnosis CJD pada manusia ditegakkan lewat ditemukan peningkatan ensim neuro n-spesific enolose
nnrarnnesis, gambaran klinis didukung dengan pemeriksaan pada cairan serebrospinal.
pnunjang lainnya. Biopsi otak post mortem merupakan pemeriksaan
Gejala klinik diawali dengan gejala prodormal yang paling spesifik untuk sCJD. Pada kebanyakan kasus
rnnomspesifik seperti ansietas, gangguan tidur, dan sCJQ secara makroskopik tidak dapat ditemukan kelainan
Nnurunan berat badan, kelemahan umum, nyeri kepala. padajaringan otak. Berbagai derajat atrofi serebral dapat
flDailam beberapa hari atau minggu kemudian dengan ditemukan pada beberapa pasien yang dapat bertahan
&rjadi demensia yang memburuk dengan cepat berupa hidup sampai bertahun-tahun. Gambaran patologi khas
lhlmilangan memori. delirium dan gangguan perilaku, sCJD adalah degerasi spongioform dan astrogliosis.
$Bngguan pengambilan keputusan, gangguan fugsi Degenerasi spongioform ditandai oleh banyaknya vakuola
inlmuelektual. Ataksia serebelar dan mioklonus sering berukuran 1-5mm pada neutrofildiantara badan sel neuron.
dmemukan bersamaan dengan demensia. merupakan Degenerasi spongioform ini terjadi pada korteks serebral,
668 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

putamen, nukleus kaudatus, talamus dan serebelum. asparagin, dan perubahan valin menjadi isoleusin pada
Astrogliosis bukan merupakan gambaran spesifik sCJD posisi 210.
akan tetapi ditemukan pada hampir setiap kasus sCJD. Gejala klinis mirip dengan sCJD, dan diagnosis
Proliferasi jaringa n fibrous astrosit d itemu kan pada daerah ditegakan dengan anamnesa adanya riwayat keluarga
abu-abu dari otak yang terkena sCJD. Plak amiloid juga yang menderita sakit serupa, disertai dengan pemeriksaan
dapat ditemukan pada 10% kasus sCJD. Selain itu juga patologi otak.
dapat dilakukan pemeriksaan western b/of jaringan otak
untuk mendeteksi protein prion yang resisten protease. Vo ria nt C re utfi e ldt- J o ko b D ise o se (vCJ D/nvO D)
Tidak ditemukannya protein ini dalam pemeriksaan tidak Penyakit ini baru ditemukan pada bulan Maret 1996,
menyingkirkan diagnosis CJD oleh karena protein ini tidak umumnya terjadi pada usia lebih muda daripada sCJD
terdistribusi secara merata diseluruh sistem saraf pusat. antara 16-41 tahun (rata-rata usia adalah 29 tahun)-
Pada biopsi jaringan limforetikular seperti tonsil dapat Berbeda dengan sCJD yang tampaknya timbul secara
ditemukan protein prion. spontan dan menyebar di seluruh dunia, transmisi
nvCJD mungkin disebabkan oleh konsumsi daging yarg
I atrog en ic C reutzfetdt- J akob D iseo se (iCJ D) terkontaminasi oleh jaringan sistem saraf pusat yang
Kasus iClD pertama kali dilaporkan pada tahun 1970 dan terinfeksi BSE.
dikaitkan dengan terapi growth hormon dan gonadotropin Selain itu juga terdapat penelitian yang menunjukkan,
dari kelenjar pituitary kadaver. Terdapat 100 pasien yang kemungkinan penyebaran vCJD melalui tranfusi dardm
menderita gangguan serebral fatal disertai demensia yang terkontaminasi. Liewelyn dkk. mengadakan penelitiam
sesudah mendapatkan preparat hormon dari kelenjar pada 48 orang yang teridentifikasi telah menerima transfiril
pituitari manusia itu. Usia pasien berkisar antara 10-14 darah dari 15 donor yang kemudian diketahui menderih
tahun dan masa inkubasi penyakit ini berkisar sekitar 4-30 vCJD. Hasil penelitiannya menunjukkan 1 orang meng&tii
tahun. Penyakit inijarang terjadi, dengan angka kejadian gejala-gejala vCJD 6,5 tahun sesudah menerima tran#ii
kurang dari 1o/o dari seluruh kasus CJD. ilarah dari seseorang yang mendonorkan darahnya ffi
Penularan iCJD pada manusia dapatjuga terjadi lewat tahun sebelum mengalami gejala-gejala vCJD.
transplantasi kornea, transplantasi hepar, penggunaan kemungkinan penularan vCiD lewat tranfusi
elektrode ensefalogram yang terkontaminasi, dan menimbulkan ketakutan akan timbulnya suatu
prosedur bedah saraf. Lebih dari 70 kasus iCJD terjadi vCJQ apalagi sampai saat ini belum dapat ditemukan
sesudah transplantasi du ramater. Banyaknya titer inokulum penyaring penyakit prion pada produk-produk
dan tempat inokulum menentukan waktu inkubasi. Kapan hal tersebut akan terjadi sulit untuk di
Kontaminasi intraserebelar langsung memiliki waktu karena masa inkubasi penyakit ini sangat panjang-
inkubasi 16-28 bulan, groft duramater inkubasi 18 bulan Sampai saat inijumlah pasien vCJD terbanyak di
-18 tahun (median 6 tahun), dan injeksi hormon pituitari dan hanya kasus sporadis di beberapa nelgara Eropa
subkutan memiliki masa inkubasi 5-30 tahun. seperti Perancis. Data terakhir menunjukkan"
Gejala iCJD mirip gejala penyakit Kuru, dengan gejala tajam jumlah kasus baru vCJD di lnggris, mungkin
utama ataksia disertai gangguan koordinasi dan gejala adanya kewaspadaan tinggi dan pengawasan
ekstrapiramidal, sedang demensia hanya minimal bahkan penyakit BSE pada daging sapi.
sering absent pada stadium awal. Sebagian besar kasus vCJD didahului oleh
Diagnosa ditegakkan dengan adanya riwayat psikiatrik seperti depresi dan schizofrenia-like
transplantasi organ atau bedah saraf, atau riwayat baru disusul beberapa bulan kemudian dengan
penyuntikan growth hormone dari kadaver di masa lalu, neurology seperti gangguan keseimbangan,
disertai gejala klinis neurologis mirip Kuru. Diagnosis pasti involunteri dan pada saat menjelang ajal biasanya
dengan biopsi otak. immobile dan mutisme.
Terdapat perbedaan gejala klinis antara sOD dan
Familial Creutzfeldt-Jakob Disease (fCJD ) yaitu pada vC)D gejala awal utama adalah gejala
Tipe ini sangat jarang terjadi (5-10o/o dari CJD) dan seperti gangguan afektif misal disforia, iritabilitas,
bersifat genetik. Telah dilaporkan 24 keluarga di lnggris apatis, insomnia, depresi, dan gangguan fungsi
yang terkena penyakit yang diturunkan secara autosom Sehingga pada awal perjalanan penyakitnya
dominan ini. Pasien fCJD memiliki sekurang-kurangnya vCJD sering dirujuk ke psikiater. Pada vCJDjuga
satu mutasi gen PRNP . Beberapa jenis mutasi yang disertai gangguan sensorik seperti nyeri, par
paling sering terjadi adalah perubahan pada kodon 200 disestesia pada wajah, tangan, dan kaki.
dengan perubahan asam amino asam glutamat menjadi demensia yang merupakan gejala awal utama
lisin, perubahan asam aspartat pada posisi 178 menjadi biasanya baru ditemukan pada fase lanjut vCJD-
,BIYAKIT PRION
669

Gambaran patologis khas vCJD adalah florid plaques Gambaran klinik penyakit ini didahului oleh gejala
berupa inti amiloid protein prion dan dikelilingi vakuola prodromal yaitu nyeri kepala, nyeri tungkai, nyeri
JEng tersusun seperti daun bunga. pada vCJD keterlibatan tulang, dan diplopia. Tanda utama penyakit ini adalah
serebelum ditemukan pada hampir semua kasus. ataksia serebelar progresif, tremor. dan gerakan-gerakan
Pada biopsi protein prion sering dapat terdeteksi involunter seperti koreaatetotik, myoclonic jerks,
diluar jaringan sistem saraf pusat, dan hal ini sangat dan fasikulasi. Gejala lain adalah gangguan gerakan
lhrateristik untuk vCJD. Pada biopsi tonsil, biopsi limfa, dan ekstraokuler dan gangguan ekspresi emosi. Dapat juga
helenjar limfa dapat ditemukan prp* pada hampir semua terjadi strabismus tanpa nistagmus. Hipotonus dan
pasien vCJD, hal
initidak terjadi pada sCJD yang umumnya kelemahan otot dapat ditemukan akan tetapi tidak
ilmanyakadang saja dapat ditemukan dijaringan otot dan terdapat paralisis dan gangguan sensoris. Pada tahap
$rmpa. Perbedaan antara sCJD dengan vCJD ditunjukkan akhir dapat terjadi perburukan demensia dan disfungsi
@da tabel 1. kortikal yang ditandai oleh timbulnya grasp reflexes dan
prim itive snout reflexes.
Sampai saat ini belum ditemukan pemeriksaan
rURU laboratorium dan rekaman elektroensefalogram (EEG)
yang khas untuk penyakit kuru. pemeriksaan histologi
1[unumerupakan penyakit prion pertama yang ditemukan otak menunjukkan hilangnya sel neuron dan astrogliosis
dan diteliti pada manusia. penyakit ini hanya ditemukan dengan akumulasi PrP'.. Pada gambaran patologi dapat
,@a suku Fore (For-oy) yang terisolasi di dataran tinggi juga ditemukan pembentukan plak PrP,. terutama pada
distrik Okapa di Papua Nugini. penyakit ini ditularkan lapisan granular serebelum yang tersusun unisentrik.
brat ritual kanibalisme dengan memakan jaringan otak
Mruarganya yang telah meninggal sebagai bagian dari
uupacara perkabungan. Penyakit ini terutama mengenai
G ERTS M AN N - STRAWS LE RSCH EI N KERSY N D RO M E
mnita dewasa dan anak-anak karena secara adat mereka (GSSS)
tmmernakan bagian otak, medulla spinalis, dan usus halus
yang kaya protein prion , hanya 2o/o yang mengenai pria Gertsmonn Strowsler Scheinker syndrome (GSSS)
denasa. Pada puncak epidemik penyakit ini, insidensinya digolongkan dalam penyakit Prion herediter diturunkan
selKhar 1% dari populasi. Periode inkubasi berkisar antara secara autosom dominan melalui mutasi gen pRpN,
4 sampai 30 tahun, bahkan dapat sampai 50 tahun. sebagian besar disebabkan mutasi p1021 dan A11lV
lli,rnanya masa inkubasi ini berkaitan dengan polimorfisme dimana asam amino prolin pada posisi 102 dan alanin
@a kodon 129 gen PRNp bentuk homozigot metionin/ pada posisi 117 digantikan.gleh lisin dan valin. penyakit
mttffiionin (M/M). Semenjak pelarangan upacara kanibalisme Prion inijarang dijumpai, insidensi sekitar 1-10 kasus per
@da tahun 1958, maka penyakit ini sudah hampir tidak 100.000.000 populasi per tahun. Onset penyakit terjadi
pennah ditemukan lagi. pada usia lebih muda daripada penyak'it CJe rata-rata

'r:: . .. :.: . 1 ii ::.: -r l

kalteristik sCJD vCJD


hdian usia saat meninggal 68 tahun 28 tahun
Ilhdian lama sakit 4 - 5 bulan 13 - 14 bulan
(fiala dan tanda klinis
Gejala awal : Gejala awal yang menonjol : psikiatri,
demensia disesthesia yang nyeri
Gejala neurologi Gejala neurologi timbul pada stadium
timbul dini lanjut
GCombang tajam, periodic pada EEG Sering a8a Sering absen
Sgnal hiperintensitas pada putamen dan nucleus kaudatus Sering ada Sering absen
*ft,ilvinar
sign " pada MRI* Tidak ada Ditemukan pada > 70 % kasus
't@ecatan imunohistokemikal jaringan otak (ftorid ptoque
) Akumulasi Akumulasi nyata protein prion yang
variabel resisten protease
!ftmukan protein prion dijaringan limfoid dan ekstraserebral Tidak mudah Mudah ditemukan
ditemukan
'Llvinar sign : signal abnormal di thalamus posterior pada pencitraan T2 -MRl
Itr*kutip : Belay E., Schonberber
L. Variant Creutzfeldt-Jakob Disease and Bovine Spongiform Encephalopathy. Clin Lab Med 2002;22:g52)
670 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

pada usia 43 tahun, umumnya terjadi pada usia 24-66 DIAGNOSIS BANDING PENYAKIT PRION
tahun. Sampai saat ini sudah dilaporkan 24 keluarga
yang menderita penyakit ini di seluruh dunia. Penyakit Diagnosis banding utama penyakit prion adalah penyakit
ini dikenal juga sebagai Voriably Proteqse Sensitive neurodegeneratif lainnya terutama penyakit Alzheimer,s
Prionopothy (vPSpr) yang umumnya dibedakan dengan perjalanan klinis yang
Sereberal ataksia dengan progresifitas lambat lebih panjang dan jarang ditemukan disfungsimotorik
merupakan gejala GSSS yang menonjol, dengan demensia dan visual pada penyakit Alzheimers. Diagnosis banding
global terjadi pada fase Ianjut penyakit. Perjalanan lain adalah vaskulitis intracranial, neurosifilis, tumor
penyakit GSSS lebih lambat dari CJD dan kematian intrakranial, intoksikasi litium, intoksikasi bismuth, dan
biasanya terjadi 5 tahun sesudah onset penyakit. Gejala dimensia kompleks pada AIDS. Pemeriksaan penunjang
lain GSSS adalah gangguan serebelar seperti inkoordinasi, seperti CT-scon, MRl, dan analisa cairan serebrospinalb
kesulitan berjalan, dismetria, tremor, nistagmus, dan sangat penting untuk menyingkirkan diagnosis banding
disartria. Berbeda dengan sCJD, gejala mioklonus jarang tersebut.
dijumpai pada GSSS.
Hasil pemeriksaan laboratorium dan EEG tidak
menunjukkan kelainan yang khas. Pemeriksaan Computed PENATALAKSANAAN
Tomography Scan (Cf Scan) dapat memperlihatkan atrofi
serebelar dan batang otak. Pemeriksaan neuropatologik Sampai saat ini belum ditemukan cara yang efektif
jaringan otak menunjukkan pembentukan plak amiloid untuk mengobati penyakit Prion. Beberapa upaya teldn
yang terdiri dari inti putih yang dikelilingi globul- dikembangkan untuk mengobati penyakit Prion. Kina dan
globul kecil. Plak ini dapat terdistribusi di seluruh otak klorpromasin telah diujicobakan pada sel neuroblastom
tapi umumnya ditemukan di serebelum dan bersifat tikus yang terinfeksi PrP". Penelitian ini menunjukkm
multisentrik. pada hari keenam terapi terjadi penurunan konversi Prti
menjadi PrP" secara invitro...Meskipun secara invitn
klorpromasin lebih kurang poten jika dibandingkan
FATAL FAMILIAL INSOMNIA (FFI) dengan kina akan tetapi klorpromasin dapat menjalS
pilihan terapi karena kemampuannya menembus barirr
Fotal fomiliol insomnia juga merupakan penyakit prion darah otak. Manfaat terapi ini masih perlu konfinnu
herediter; diturunkan secara autosom dominan. Penyakit lanjut. Sedang diteliti pengobatan dengan polianiong
yang jarang ini disebabkan oleh mutasi pada gen PRPN s oted dye s, tetro pyro les, a nti bioti k p o lye n e, b ro rM
u lfo n

dimana asam amino asam aspartat pada kodon '178 diganti bat protea,se si ntesis, d e rivot ocrifu"
po lya m in s, pen g ha m
oleh arginin. Selain itu juga dapat disebabkan mutasi pada phenothiazine, suramin, peptida sintetik, dan inter{ulq
kodon 129 yang mengkode metionin. Onset FFI terjadi pada RNA duplexes. Beberapa obat-obatan misalnya oH
usia pertengahan (35-61 tahun), dengan rata-rata durasi antimalaria quinacrine, amphoterisin B,
penyakit adalah 1 3 bulan (bervariasi antara 7 -25 bulan). pentosan polisulfat ternyata tidak bermanfaat .
Karakteristik penyakit ini adalah insomnia yang Beberapa penelitian pada neuroblastoma
progresif (tidak berespon dengan benzodiazepam terinfeksi prion menunjukkan anion congo red
maupun barbiturat), disotonomia/hiperaktivitas si mpatik menunda onset penyakit prion dan dapat
(hipertermia, hiperhidrosis, takikardi, hipertensi), dan akumulasi PrP". Antrasiklin dapat menghambat
gangguan motorik seperti ataksia, mioklonus, spastik, prion pada hamster dan gliserol dapat me
hiper refleksia, dan disartria, disertai demensia pada fase formasi PrP" pada kultur sel.
terminal. Pada FFI juga dapat terjadi gangguan status Saat ini juga sedang diteliti pengaruh pe
mental seperti halusinasi, delirium, konvusi, defisit memori, antibodi untuk terapi penyakit prion. Para
dan gangguan hormonal terutama kadar kortisol yang mengembangkan rekombinan antibodi dari PrP'.
meningkat. ini dipaparl(an selama 7 hari pada sel
Gambaran neuropatologik jaringan otak pada FFI tikus yang terinfeksi PrP". Pada pengamatan han
menunjukkan hilangnya sel-sel saraf dan gliosis di nukleus d itemu ka n peng ham batan konversi PrP' menjadi PrF,
ventral anterior, dan mediodorsal dari nukleus olivari PrP" yang sudah terbentuk sebelumnya tidak
inferiori dan kadang pada serebelar dan korteks serebri. lagi. Antibodi diduga berikatan dengan permukaan
Dengan pemeriksaan immunoblot dapat ditemukan PrP" menghambat pembentukan PrPsc. Beberapa
tersebar difus dalam jumlah sedikit di substansia nigra mungkin timbul adalah singkatnya waktu paruh
subkortikal dan batang otak. Berbeda dengan sCJD, tidak (28 jam sampai 18 hari) dan masalah transport
ditemukan protein 14-3-3 pada cairan serebrospinal. melewati barier darah otak.
HYAKITPRTON 671

Berhubung sampai saat ini metode terapi yang REFERENSI


mla belum terbukti efektif pada manusia, maka terapi
euportif sangat penting untuk penderita. Beberapa hal Belay E., Schonberber L. Variant Creutzfeldt-Jakob Disease
and Bovine Spongiform Encephalopathy. Clin Lab Med
ymg perlu diperhatikan adalah perawatan pasien, terapi 2002;22:849 - 62
dhrpasional, nutrisi yang adekuat, fisioterapi, terapi bicara Creutzfeld Jacob Disease: Guidance for Healthcare Worker in
d&mterapi bahasa. Keluarga pasienjuga perlu dipersiapkan Portable Docum ent 24 / 02 / 03
Collins S], Lawson VA, Masters CL. Transmissible Spongioform
rumrhrk menghadapi keadaan-keadaan seperti perubahan
Encephalopathies. Lancet 2004;363:51-61.
ffingkah laku, inkontinensia, kesulitan menelan, kesulitan Collin S. Boyd A. Fletcher A. et al. Novel prion protein gene
herkomunikasi, kesulitan mengenal orang, koma dan mutation in an octogenarian with Creutzfeld |acob Disease.
knratian. Arch Neuro 2000 ;57 :1058-63
Collinge J. New diagnostic test for prion disease. N Eng I Med
1996;335:963-65
l Ledingham, Warriell,
Collinge j. Prion disease. In : Weatheehill
!C['{CEGAHAN (Eds). Oxford Textbook of Medicine. 3 ed. 1995. Oxford
Medical Publication. Oxf ord
Frankish H. Genes involves in prion disease identi-fied. The Lancet
Pmotein prion resisten terhadap teknik sterilisasi dan 2001;357:1595
&kontaminasi konvensional seperti deterjen, klorida Ha)ryvood AM. Transmissible Spongioform Encephalopathies. N
dtoksid, alkohol, kalium permanganat, hidrogen peroksida, Engl J Med 1997:337:1821.-28
Hill RAF. Butterworth RJ. Joiner S. et al. Investigation of variant
ddehid, dan radiasi sinar ultraviolet, pemanasan Creutz{eld }acob Disease and other human prion diseases
iflffiasa. Protein prion dapat dirusak dengan teknik with tonsil biopsy samples. The Lancet 1999;353:183-89
ffihusus yaitu dengan membakar pada suhu 10000 C, Liewelyn CA. Hewitt PE. Knight I(SG. et al. Possible tranmission
of variant Creutzfeld jacob Disease by blood tranfusion. The
Ntggunaan autoclav standar pada suhu 134oC selama Lancet 200 4 ;363 :417 -21,
frm, penggu naan sodium hidroksida konsentrasi tinggi
'1111

Marschall AL. How the cows turned mad? Available trom: http: / /
sdama 5 menit dengan cara direbus atau menggunakan www .whyfiles.org/ 193prion/ html
lkutan hipoklorid konsentrasi tinggi selama Parchi P, Saverioni D, Moletular Phatology, clasificatiorL and
1 jam.
diagnostic of sporadic human prion disease variants. Folia
Mrnelitian terakhir menunjukkan guanidin thiosianat dapat Neurophatol. 2012; 50 (l) : 20 - 45
&rermanfaat sebagai disi nfektan. PieroPruisner S. Old Drugs to treat new variant Creutzfeld ]acob
Usaha pencegahan penyakit Prion dapat ditempuh Disease. The Lancet 2001;358:563
Prusiner SB. Shattuck Lecture- Neurodegenerative disease and
dEnqBn menghindari kontaminasi dengan jaringan otak,
prions. N Engl J Med 2001: 3M:151,6-25
Wrursplantasi organ, penggunaan growth hormon dari Pruisiner SB. Miller P. Prion disease. In : Braunwald E. Fauci
lfiadaveldan tindakan sterilisasi alat-alat bedah saraf yang AS. Kasper DL et al. (Eds) Harrison s Principles of Internal
afukuat. Penelitian menunjukkan kontak klinis secara rutin Medicine 16 thed. McGraw Hill. New York 2005; 2495-2500
Roos RP. Controlling ne# prion diseases. N Eng j Med
{fidak memberikan risiko penularan pada tenaga kesehatan 200L;344:1548-51
mmrpun keluarganya. Akan tetapi yang perlu diwaspadai Senior K. New research highlight prion charac.teristics. The Lancet
&lah jaringan atau cairan tubuh yang berisiko tinggi 1999;353:1502
Tyler KL. Creutzfeld Jakob Disease. N Eng ] Med 2003; 3 48: 681"-82
misalnya jaringan sistem saraf pusat, mata, termasuk
Tyler KL . Prions and prion diseasse of the central nervbus system.
dran serebrospinalis. In: Mandel GL. Bennett JE. Dollin R. et al. (Eds) Mandel,
Douglas, and Bennett Principle & Practice of Infectious
Disease 5 th ed. Churchill Livingstone. Phyladelphia
2000;197'L-85
;tocNosls World Health Organization. WHO manual for surveillance of
human transmissible spongiform encephalopathy including
'Sumua penyakit prion yang sekarang ini dikenal bersifat variant Creutzfeldt-jacob disease. Geneve: WHO; 2003. p.
L-90.
smgat progresif dan fatal. Pada umumnya pasien sCJD Wodsworth ]D. Joiner S. Hill AF. et al. Tissue distribution of
nmrnrdnggal kurang dari 1 tahun sejak gejala pertama kali protease resistant prion protein in variant Creutzfeld |acob
mmrunorl. Akan tetapi pada vCjD perjalanan penyakitnya lebih Disease using a highly sensitive immunoblotting assay. The
Lantet 2001 ;35 8:17 1. -80
ilhrnlbatdan kematian terjadi antara 7-22bulan sejak gejala
Nrtama kali muncul. Beberapa penyakit prion genetik dapat
hlangsung selama 20 tahun atau lebih. Penyakit kuru
ffiinsanya dapat bertahan sampai 3 tahun. Kemajuan dalam
Milrang biologi molekuler diharapkan dapat memberikan
t\lmapan baru dalam terapi penyakit prion.
90
TRYPANOSOMIASIS
Niniek Burhan

PENDAHULUAN

Tryponosoma termasuk klas kinetoplastida, merupakan grup


dari parasit protozoa yang uniselular. Namanya diambil dari
bahasa Yunani trypo n o (menggali) dan somq (tubuh) karena
gerakannya seperti corkscrew (melingkar dan melubangi)
Trypanosoma dapat menginfeksi berbagai host dan
menyebabkan berbagai penyakit termasuk penyakit tidur Gambar 1. Trypanosoma dalam darah
(sleeping sickness) yang cukup fatal bagi manusia.
Ciri khas dari klas kinetoplastida membutuhkan
adalah penyakit parasit pada manusia dan hewan
kompleks protein cotenqtoted circles dan minicircles
disebabkan oleh protozoa dari spesies Tryponosomo
selama pembelahan sel
dan ditransmisikan oleh lalat Isefse (Gambar 3).
ini endemis di beberapa bagian sub-Sahara Afrika
menginfeksi sekitar 36 negara dan 60 ribu orang.
Domain Eukaryota
ini bersifat epidemik antara lain di Sudan, Pantai
Kingdom Excavata
Republik, Afrika Tengah, Chad, dan beberapa negara ki
Phylum Euglenozoa
Dalam sejarah terjadi 3 kali endemis besa4 pettama
Klas Kinetoplastida
1896-1906, kedua 1920 -1970, dan terakhir pada I
Orde Trypanosomatida
2008 terjadi di Uganda.Ada dua African
Genus Trypanosoma Gruby, 1843
yaitu West African Trypanosomiosis yang d
oleh Trypanosoma Brucei Gambience, dan Eosf
Terdapat lebih dari 10 spesies Trypanosomo, tetapi Trypa nosomiasrs yang disebabkan oleh
ada tiga spesies dari genus Tryponosoma yang bersifat Rhodesience. (Gambar 2)
patogen terhadap manusia. Masing-masing adalah f Manusia merupakan satu-satunya host
brucei subspesies rhodesiense dan T gambiense yang Tryponosomo brucei gombience, tersebar pada
menyebabkan penyakit tidur Afrika (African sleeping hujan tropis di Afrika Tengah dan Barat. Binatang
sickness) dan T cruzi penyebab Tryponosomo Amerika dan beberapa binatang buas merupakan reservoir
(disebutjuga penyakit Chogos. Penyakit ini menyebabkan bagi Trypanbsomo brucei rhodesience.
sirkulasi parasit yang persisten dalam darah dalam bentuk Disamping gigitan oleh lalat Tsetse,
hemoflagelata.(Gambar 1 ) dapat ditularkan tranplasental dan menginfeksi
menyebabkan kematian prenatal serta melalui
darah
TRYPANOSOMA AFRIKA
Patogenesis
Epidemiologi Di dalah tubuh host, parasit !ni berubah
Humon African tryponosomiasis atau Sleeping sickness trypomostigofes yang beredar di pembuluh
.TYPANOSOMIASIS
673

Setelah itu akan dibawa ke seluruh tubuh, dan ada yang


sampai ke cairan tubuh lainnya (limfe dan cairan spinal),
kemudian mengalami replikasi dengan binary fusion.
)ika trypomastigotes ini masuk ke tubuh Ialat Tsetse,
maka akan mengalami perubahan lagi menjadi prosiklik
trypomostigofes di dalam midgut dari Ialat Tsetse tersebut.
Mereka akan membelah lagi dengan cara binary fusion,
meninggalkan midgut dan berubah menjadi epimastigotes
dan menuju kelenjar ludah dan membelah lagi. Siklus di
dalam tubuh lalat memakan waktu kira-kira 3 minggu.
(Gambar 4)
Setelah digigit oleh lalat Tsetse yang terinfeksi, makan
akan timbul lesi inflamasi (tryponosomol choncre). Reaksl
di kulit ini bisa menimbulkan rasa yang menyakitkan
dan berwarna merah. Parasit inl kemudian akan menuju
ke saluran limfe dan pembuluh darah, dan hal ini akan
menyebabkan demam akut. Pada stadium 1, terjadi
L,a rrbar 2. Daerah endemis Trypanosoma di Afrika (label merah) limfadenopati dan splenomegali, terjadi proliferasi limfosit
dan histiosit yang berakibat diproduksinya lgM.
Manifestasi hematologi yang timbul antara lain
lekositosis, trombositopeni, dan anemia. Pada stadium
ll penyakit ini melibatkan sistem saraf sentral (CNS).
Didapatkan pening katan tekanan cai ran serebrospinal (CSS),
konsentrasi total protein, dan pleositosis. Tryponosomo
juga bisa didapatkan dalam CSS.

Stadium 1
. Demam terjadi karena terdapat penyebaran parasit
dalam aliran darah dan aliran limphe. Demam ini
Gambar 3 Lalat Tsetse
terjadi karena adanya pirogen eksogen, seperti bahan-

Stadium Serangga Triatomine Stadium Manusia

,-> @ Trypostigol$ metasikli{ melaku(an perelEsi


tf-\' ke'berba-gai sel saat menggit.
\ Dalamselberubahmenjadi amastgotes
J V

^)
#
&trxs/J
* Bemultifikasi (di midgut)
se€ngga
o

(6)
,A\U
Epimastigotes di usD's
(midgut) s€rangga

A
l = Stadium infeksius tes lalu keluar dari sel.
A = Stadium diagnostik masuk kedalam darah

Gambar 4. Siklus hidup Trypanosoma Afrika


674 PENYAKIT TROP]K DAN INFM

bahan atau zat toksik dari tripanosoma, sehingga ekstrapiramidal. Kelainan yang terjadi pada CSS berupr
terjadi stimulasi dari proliferasi dari limphosit selama peningkatan tekanan serebro spinal, peningkatan totd
terjadi respon imun. Selain itu akan dihasilkan konsentrasi protein, dan pleositosis. Hal ini disebabkan
beberapa sitokin-sitokin berupa lL1, lL6, TNF. Hal ini adanya tripanosoma perivaskular disertai dengan infittrail
memicu hipotalamus untuk meningkatkan ambang dari sel mononuklear.
batasnya ke ambang febris. lni disebut stadium meningoensefalitis, dimana selaln
Pruritus dan rash makulopapular timbul akibat parasit terjadi gangguan pada saraf sensoris dan motoris, terjd
yang mengikuti aliran darah dan aliran limphe. Hal juga proses demielinisasi otak, hal ini menyebabkam
ini menyebabkan reaksi dari pembuluh darah untuk kelemahan (weokness) akibat gangguan pada sareff
menghasilkan beberapa mediator. Rosh timbul akibat tersebut.
proses vasodilatasi, sedang pruritus timbul akibat Proses demielinisasi akan menyebabkan hantarar
histamin. impuls terganggu (terlambat). Demielinisasi diduga akibfr
Hepatosplenomegali terjadi karena sel-sel fagositik toksin dari trypanosoma tersebut.
. pada hepar dan spleen sebagai sistem RES teraktifasi,
sel-sel tersebut merupakan sistem monosit- Gambaran Klinis
makrophag yang fungsi utamanya adalah menelan Gigitan lalat Tsetse akan menimbulkan reaksi inflanrd
benda asing lain dalam tubuh. Akibat pertahanan di kulit yang disebut tryponosomol choncre, biasarry
dalam melawan benda asing atau zat toksik tersebut berwarna merah dan terasa sakit sekali. Pada stadir.nil
terjadilah hepatomegali dan atau splenomegali. akan timbul reaksi hematogen dan limfogen. Gejala
Tanda winterbottom. Merupakan bentuk reaksi dengan suhu demam, sakit kepala dan nyeri
pembesaran kelenjar limphe (limfadenopati) Suhu yang tinggiterjadi dalam beberapa hari, dan diselqi
sepanjang leher belakang (pada triangle servical periode afebril. Pada tryponosomiasis gombiense
posterior). Hal ini disebabkan karena perjalanan dari timbul limfadenopati. Nodul biasanya single,
tripanosoma yang mengikuti aliran limfe dan pada digerakkan, konsistensi kenyal, dan tidak nyeri.
akhirnya menimbulkan proses keradangan pada servikal sering terlihat, dan pembesaran nodul di
daerah tersebut.(Gambar 5) servikal posterior merupakan temuan klasik, disebut
Winterbottom. Pruritus dan rash makulopapular
muncul. Gejala lain yang jarang timbulantara lain
nyeri kepala, athralgia, penurunan berat badan,
hepatosplenomegali, dan takikardi.
Africon trypanosomiosis stadium ll meli
sistem saraf sentral, terjadi manifestasi ne
dan abnormalitas pada cairan serebro spinal
Perkembangan penyakit ini akan menunjukkan
somnolen yang progesif (oleh sebab itu di
sleeping sickness) pada siang hari, dan diikuti d
gelisah dan insomnia pada malam hari. Pandangan
kosong, bicara jadi tidak jelas dan terputus-putus.
ekstrapiramidal yang timbul berupa gerakan
tremor dan fasikulasi. Ataksia juga sering timbul
bisa timbul gejala yang mirip dengan penyakit Parki
yaitu berjalan dengan terseret-seret. hipertoni
Gambar 5 Tanda winterbottom pembengkakan kelenjar lym- tremor. Pada fase akhia terjadi kerusakan neu
phe di leher belakang pada anak dengan trypanosomiasis
yang dini
progresif, koma dan kematian.

Diagnosis
Stadium ll Diagnosis definitif dari penyakit tripanos
Pada stadium ini parasit yang terdapat dalam aliran adalah deteksi adanya parasit. Jika didapatkan
darah akan menginvasi sistem saraf pusat hal ini harus diperiksa cairannya untuk kemungkinan
terutama ditandai oleh perubahan neurologis yang tryponosoma yang masih motil. Juga bisa di
terjadi perlahan, disertai abnormalitas yang progresif dengan pewarnaan Giemsa. Sediaan basah
dari CSS. Gambaran perubahan neurologisnya dimulai pewarnaan Giemsa dari darah juga sangat berguna
dari munculnya somnolen, serta diikuti oleh tanda-tanda parasit tidak terlihat dalam pemeriksaan darah,
NYPANOSOMIASIS 675

dilakukan cara untuk mengkonsentrasikan parasit, yaitu Alternatif pengobatan lini pertama adalah
dengan tabung mikrohematokrit yang mengandung . melarsoprol 0.6 mg/kg iv pada hari ke pertama; 1.2
rcridine orange. Parasit akan terpisah dari sel darah dan mglkg iv melarsoprol pada hari ke 2, and 1.2 mg/
akan lebih mudah terlihat dengan mikroskop cahaya kglhari iv melarsoprol dikombinasikan dengan 7.5
karena pengecatan. mg/kg nifurtimoks oral dua kali sehari pada hari ke
Diperlukan pemeriksaan CSS pada pasien yang 3 sampai 10; atau
diduga terinfeksi Trypanosomo. Abnormalitas pada . 6 jam selama 14 hari.
eflornithine 50 mg/kg iv setiap
CSS dihubungkan dengan tripanosomiasis stadium ll, Melarsoprol merupakan pilihan utama untuk Eosf
nneliputi peningkatan sel MN, peningkatan total protein Africon Typanosomiosis dengan manifestasi ganguan
dan lgM. sistem saraf sental. Melarsoprol efektif untuk kedua
Pemeriksaan lainnya adalah dengan pemeriksaan stadium, sehingga diindikasikan pada kasus dimana
serologis, yaitu dengan PCR. namun karena spesifisitas gagal dengan suramin atau pentamidine. Namun karena
dan sensitivitasnya yang kurang kuat maka pemeriksaan toksisitas yang tinggi, melarsoprol tidak pernah menjadi
hti tidak dianjurkan. pilihan pertama untuk stadium l. Dosis yang dianjurkan
adalah 2 -3,6 mg/kg perhari, dibagi menjadi 3 dosis,
hnatalaksanaan diberikan intravena untuk 3 hari. Selanjutnya diberikan
(bat-obatan yang sering digunakan unluk Human African setelah 1 minggu, 3,6 mglkg perhari, juga untuk 3 hari,
'[iryponosomiosis adalah suramin, pentamidine, dan arsenik selanjutnya adalah setelah 10 - 21 hari.
organik. Dahulu Eflornitin hanya digunakan sebagai terapi
Trypanosomol choncre merupakan "self limited alternatif untuk s/eeping sickness, tetapi berdasarkan
ffiammotory lesion" dimana reaksi radangan akan hilang Science ond Development Network's Sub-Sohoran Africa
ekitar satu minggu setelah gigitan lalat Tsetse news updates 2008 cukup aman dan efektif sebagai lini
Pengobatan standar yang digunakan untuk stadium pertama. Dosis yang dianjurkan adalah 400m9/kg per
il adalah : hari, diberikan intravena dibagijadi empat dosis, diberikan
- Pentamidine iv digunakan untuk T.b. gombiense selama 2 minggu. Efek sampingnya meliputi diare, anemia,
* Suromin /v digunakan untuk lfb rhodesiense trombositopeni, kejang, dan penurunan pendengaran.
Berdasarkan penelitian, penggunaan eflornitin
Pentamidine efektif untuk jlb. gombiense pada
pada Tryponosoma gambiense penyebab humon Africon
dadium l. Dosis untuk dewasa dan anak-anak adalah 4
tryponosomiosis, menimbulkan efek samping yang lebih
mqg/kg per hari, intramuskular atau intravena, diberikan
ringan dibandingkan melarsoprol.
selama 10 hari. Efek samping yang timbul antara lain
Setiap pasien harus diikuti perkembangannya (follow
rumr.ral, muntah, takikardi dan hipotensi. Selain itu adalah
up) selama dua tahun dari'litakukan pungsi lumbal tiap
rmefrotoksik, gangguan fungsi liver, netropeni, rosh,
enam bulan untuk melihat kekambuhan (relaps)
ffn{ipoglikemi, dan abses.
Suramin digunakan untuk fb rhodesiense stadium l.
"l@i Pencegahan
efek sampingnya cukup serius sehingga perlu diawasi
Humon Africo n Trypo n oso mlosts meru pa kan permasa la ha n
olNengan ketat. Dosisnya adalah 100-200 mg intravena.
yang cukup kompleks di Afrika. Di beberapa daerah sudah
Mosis untuk dewasa adalah 1 gr pada hari 1, 3, 7,14. dan
dilakukan program eradikasi vektor, namun belum ada
fi- Regimen untuk anak-anak adalah 20 mg/kg (maximal
'f,| konsensus dalam memecahkan semua masalah yang
gr) pada hari 1, 3, 7,14, dan 21. Kira-kira 1 pasien dari
ada. Tiap individu dapat menghindari risiko terinfeksi
40"000 mengalami reaksi yang fatal karena obat tersebut,
trypanosomiasis dengan menghindari daerah-daerah
ymitu mual, muntah, syok dan kejang. Reaksi yang lebih
yang diketahui banyak kasus, atau dengan memakai baju
mfrrqgan adalah demam, fotofobi, pruritus, atralgia, dan
pelindung, dan memakai lotion anti serangga. Belum ada
crupsi kulit. Kerusakan ginjal merupakan efek samping
vaksin untuk mencegah transmisi parasit ini.
oihn'suramin yang paling penting. Proteinuria biasanya
rnmuncul pada awal pengobatan. Urinalisis harus dilakukan
Prognosis
sebelum menentukan dosis terapi, dan pengobatan harus
Prognosis penyakit ini pada kebanyakan penderita adalah
ffientikan jika proteinuria meningkat atau jika silinder
rdhn sel darah merah didapatkan pada sedimen. Suramin
baik. Walaupun pendertita sudah memasuki stadium
lanjut. Syaratnya adalah pengobatan yang adekuat dan
ffidak boleh diberikan pada pasien dengan insufiensi
teratur. Kekambuhan jarang terjadi, hanya sekitar 2%.Bila
mmnal.
penyakit ini tidak ditangani, atau terapi yang diberikan
hndar terapi yang digunakan untuk stadium 2 adalah:. terlambat, dapat terjadi kerusakan otak yang ireversibel,
- melarsoprol-Z.2mq/kg ivtiap hari selama 10 hari sehingga diikuti kematian.
676 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

T RY PAN O SO M A AM E R'CA (PENYAKIT CHAGAS) melalui transfusi darah pada daerah urban. Sebagian
pasien dengan HIV dan infeksi kronik T. cruzi pada proses
Definisi serangan akut pada fase lanjut telah diterangkan. Sebagian
Tryponosomo Americo (penyakit Chagas), adalah besar manifestasi klinis dari pasien-pasien ini adalah
penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoo abses otak T cruzi, dimana manifestasi klinis ini tidak
Tryponosomo cruzi. Penyakit Chagas fase akut biasanya akan muncul pada manusia dengan imunokompeten-
mengalami demam ringan yang disebabkan dari awal Saat ini diperkirakan bahwa 16 sampai 18 juta manusia-
infeksi organisme tersebut. Setelah penyembuhan spontan lebih daritiga orang yang hidup di Brazil, terinfeksi kronil
dari fase akut, sebagian besar penderita mengalami fase T cruzi. Penyakit Chagas kronik adalah penyebab utanra
peralihan (intermediate) dari kronik Penyakit Chagas, yang dari angka kesakitan dan kematian di banyak negacF
memiliki karakteristik terdapatnya parasitemia subpaten, negara di Amerika Latin, termasuk Mexico, karena banyak
pada fase ini antibodi terhadap T. cruzi mudah dideteksi, pasien kronik yang berkembang dan muncul gejala
dan tidak terdapat gejala. Sebagian kecil pasien yang kardiologis dan gastrointestinal.
m.engalami infeksi kronik, lesi gastrointestinal dan kardiak Beberapa tahun terakhir; rata-rata transmisi T Crwn
berkembang dan dapat timbul morbiditas yang serius dan telah menurun di beberapa negara endemik sebagai
bahkan kematian. hasil dari vektor dan program bank darah yang sukser"
Di Negara-negara belahan selatan Amerika Selatm
Epidemiologi (Uruguay, Paraguay, Bolivia, Brazil, Chili, dan Argentirufl,
Tryponosomo America (penyakit Chagas), adalah penyakit telah memulai program kerja sejak tahun 1991.
zoonosis yang disebabkan oleh parasit protozoa Penyakit Chagas akut jarang terdapat di Ameriln
Trypanosomo cruzi. T. cruzi hanya ditemukan di Amerika. Serikat. Empat kasus transmisi melalui transfusi dardi
Mamalia liar maupun hewan peliharaan membawaT uuzi telah dilaporkan. Lebih lanjut lagi. pada 26 tatrum
dan triotomines yang terinfeksi ditemukan pada titik- terakhir, tujuh infeksi yang didukung hasil laboratorium
titik distribusi mulai dari Amerika Serikat bagian selatan dan 9 kasus penting dari Penyakit Chagas akut teldn
sampai bagian selatan Argentina.(Gambar 6) Manusia dilaporkan ke Center for Diseose Control ond prevedin
menjadi bagian dalam siklus transmisinya pada saat vektor (CDC). Sebaliknya, prevalensi kronik T cruzi di
menempati kayu lapuk, atau rumah batu yang banyak Serikat meningkat pada beberapa tahun terakhir:
terdapat di Amerika Latin. Oleh sebab itulah, infeksi li pertengahan tahun '1970, banyak penduduk
cruzi pada manusia menjadi suatu masalah kesehatan, latin berpindah ke Amerika Serikat, 5% dari
terutama pada pemukiman kumuh di daerah pinggiran Penelitian terakhir di bank darah untuk jumlah total
Amerika Tengah maupun Selatan. Sebagian besar infeksi imigran yang terinfeksi saat ini lebih dari 50.000.
T. cruzi yang baru, ditemukan pada daerah pinggiran pembawa (carriers) T. Cruzi riibmbuat sebuah
terutama mengenai anak-anak, tetapi insidennya tidak substansial transmisi dari transfusi darah.
diketahui karena sebagian besar kasus yang berjalan tidak
terdiagnosa. Ratusan orang juga teri nfeksi setiap tahunnya Patogenesis
T. cruzi ditransmisikan oleh mamalia sebagai hostny4
serangga hematopagus triatomin, yang biasanya
serangga reduvidae. Pada gambar 7 dapat dilihat
mengenai siklus hidup dari T cruzi dan transmisinya
-# Serangga terinfeksi dengan cara menghisap
dari hewan atau manusia yang memiliki parasit
sirkulasi. Organisme yang terhisap berlipat ganda di
saluran pencernaan triatomine (gambar 8), dan
infektif yang terdapat pada feses pada saat
darah (subsequent blood meol). Transmisijuga terjad
saat triatomine merusak kulit, membran mukosa
konju ngtiva oleh karena terkontaminasi dengan
serangga yang mengandung parasit infektif. T crw*
dapat ditransmisikan dengan cara transfusi darah
berasal dari donor yang terinfeksi, dari ibu
yang dikandungnya, dan pada kecelakaan Ia
Lesi inflpmasi yang disebut chogomo biasanya
Gambar 6. DistriQusi penyakit Chagas di Amerika pada sisi tempat masuk parasit.
"if,YPANOSOMtASIS
677

Stsdium Serangga Triatomine Stadium Manusia

ai) Semngga uidomine menghisap


deEh

@seangga riarmine _A.


menghisap darah

/9a
n
Ir\ = Stadium infeksius
t6 lalu keluardari sel,
A = Stadium diagnostik masuk kedalam darah

Gambar 7. Siklus hidup trypanosoma Cruzi

Perubahan histologi lokal meliputi ada tidaknya parasit dan sel-seljaringan subkutan. Akhirnya terjadi edema lokal
: :-:ara leukosit dan sel pada jaringan subkutaneus dan (interstitial), infiltrasi limfosit, dan hiperplasia reaktif dari
*
--:ulnya edema interstitial, infiltrasi limfositik, dan reaktif kelenjar getah bening.
- ::'clasia pada lymph node yang berdekatan.
Setelah Tanda Romana (Romano's sign). Tanda Romana adalah
::':indahan organlsme melalui saluran limfatik dan tanda klasik pada stadium penyakit Chagas akut. Tanda
:e-:daran darah, otot-otot (termasuk miokardium) akan ini merupakan edema yang terjadi pada palpebra dan
:' :e'ruhi oleh parasit. Pseudosis muncul pada jaringan yang jaringan periokular, unilateral, dan tidak nyeri. Tanda Ini
::--;eksi menjadi tempat parasit berkembang biak. muncul bila tempat masuk (port d'entree) nya adalah
f,atogenesis dari penyakit Chagas kronik tidak terlalu
konjungtiva. Proses yang, _ter..1adi adalah infiltrasi dari
::;hami. Jantung adalah organ yang paling sering sel leukosit dan limphosit yang menginvasi konjungtiva
: ::'ang, dan perubahan pada otot jantung meliputi sehingga terbentuk proses radang.(Gambar 8)
:,:-besaran biventrikular, penipisan dinding ventrikel, Malaise, demam, anoreksia, dan edema wajah dan
; -ai aneurisma, dan trombus mural. lnfiltrasi limfositik ekstrimitas bawah, limfadenopati, rash morbiliform
:::.a luas, fibrosis interstitial yang difuse, dan atropi sel proses ini terjadi karena adanya proses peradangan yang
- :<ardial, tetapi parasit jarang terlihat pada jaringan terutama diperantarai oleh sel leukosit dan limfosit. Pada
- :<ardial. Sistem konduksi sering terkena dan sebagian pembuluh darah terjadi vasodilatasi dan peningkatan
aliran darah ke daerah yang cedera, hal ini mengakibatkan
-: Efek kronik Penyakit Chagas pada saluran gastro- rasa panas dan merah. Seiring dangan peningkatan aliran
''r:stinal (megodisease), esofagus dan kolon dapat muncul darah terjadi pula peningkatan aliran limfatik sehlngga
:t'cagai derajat dilatasi. Pada pemeriksaan mikroskopis, terjadi gangguan dalam proses reabsorbsi cairan di akhir
:: inflamasi fikal disertai infiltrasi limfositlk dapat vena pada kapiler sehingga sistem limfatik membuang
: :eteksi, dan jumlah neuron pada pleksus misenterik kelebihan cairan ke dalam ruang interstitial.
- -'gkin berkurang.

Stadium Akut
-':goma. Chogoma adalah lesi inflamasi yang mengalami
-:..:rasi yang timbul pada tempat masuknya parasit
,::a dbntree). Lesi ini berbentuk seperti furunkel yang
: :ertai proses limfadenopati lokal. Proses ini terjadi
:-ena adanya parasit dalam darah merangsang reaksi
- ::ologis lokal sehingga merangsang kerja dari leukosit
Gambar 8. Triatomine
678 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXST

Hepatosplenomegali terjadi karena sel-sel fagositik masuk dengan cara merusak kulit, dan area yang dirusak
pada hepor dan spleen sebagai sistem RES teraktifasi, tersebut timbul eritema dan bengkak (chogomo), disertari
sel-sel tersebut merupakan sistem monosit-makrofag dengan limfadenopati lokal yang mungkin timbul. Tanda
yang fungsi utamanya adalah menelan benda asing lain Romana temuan klasik pada penyakit Chagas akut, yarg
dalam tubuh. Akibat pertahanan dalam melawan benda terdiri atas edema palpebra unilateral yang tidak disertai
asing atau zat toksik tersebut terjadilah hepatomegali dan dengan nyeri dan edema jaringan periokular dapat
atau splenomegall. timbul bila konjuntiva sebagai tempat masuknya (poru
d'entree). Tanda lokal pertama tersebut diikuti dengan
malaise, demam, anoreksia, dan edema wajah dall
ekstremitas bawah. Rash morbiliform juga mungkin munad-
Li mfadenopati genera lisata dan hepatosplenomegdl

dapat terjadi. Miokarditis berat jarang muncul; sebagian


besar kematian pada penyakit Chagas akut disebabkamr
oleh gagaljantung. Tanda neurologis tidak umum terjad,
tetapi pernah terjadi meningoensefalitis. Gejala akr&
hilang secara spontan pada semua pasien, yang kemudirm
memasuki fase asimptomatik (fase intermediate) padt
infeksi kronis T Cruzi.
Penyakit Chagas kronik timbul setelah beberapa tatnmn
bahkan setelah berpuluh tahun setelah infeksi awal. Jantq
temasuk organ yang umumnya diserang, dan ge
disebabkan oleh ritme yang terganggu, kardiomiopCfl
dan thromboembolism. Right bundle-bronch block
Gambar 9. Tanda Romana (Romona's sign) adala h abnormal itas elektrokardiografi yang pal ing
(Malaise, demam, anoreksla, dan edema wajah dan ekstremitas terjadi, tetapi tipe lain dari blok atrioventrikular;
bawah, limfadenopati, rosh morbiliform) ventricuLar controction (PVC), dan taki dan bradi
sering juga muncul. Kardiomiopati sering terdapat
gagal jantung kanan atau gagal jantung bi
Stadium Kronik Embolisasi dari trombus mural menuju otak atau area
Gangguan jantung. jantung terkena gangguan karena dapat terjadi. Pasien dengan megaesofagus
jantung merupakan salah satu predileksi dari infeksi disfagia, odinofagia, nyeri dada, dan regurgitasi.
ini. Pada gangguan ini dapat terjadi penipisan dinding dapat terjadi, terutama saat tidiri dan episode a
ventrikel, pelebaran biventrikular; aritmia, congestif heort pneumonitis berulang sering terjadi. Penurunan
foilure, takikardi dan miokarditis. Hal ini terjadi karena badan, kakeksia, dan infeksi pulmonal dapat
parasit menyebar melalui aliran darah dan aliran limfe kematian. Pasien dengan megakolon ditandai oleh
sehingga menginvasi miokard, saat itu terjadi infiltrasi perut dan konstipasi kronik, dan megakolon yang
limfositik, fibrosis interstitial yang difuse dan atrofi dari sel- berlangsung lama dapat menyebabkan obstruksi,
sel miokard. Hal ini menyebabkan gangguan dalam sistem septisemia, bahkan kematian.
konduksi jantung yang mempengaruhi cabang kanan
dan cabang depan kiri dari bundle of HIS dan terjadilah Diagnosis
takikardi yang lama-lama mengalami aritmia. Diagnosis dari penyakit Chagas akut ditegakkan
Megaesofagus dan Megakolon. Pada pemeriksaan terdeteksinya parasit tersebut. Pemeriksaan mi
mikroskopik, didapatkan adanya lesi-lesi keradangan fokal darah segar dengan antikoagulan atau dengan
pada esofagus dan kolon. Lesi-lesi ini terjadi akibat adanya adalah cara yang paling sederhana untuk
infiltrasi limfositik. organisme yang bergerak. Parasit juga dapat
Selain itu, perubahan ukuran esofagus dan kolon dengan pengecatan Giemsa tetes tipis maupun
diduga karena adanya sejumlah pleksus misenterikus yang tebal. Bila pemeriksaan untuk melihat parasit
berkurang banyak pada dinding esofagus dan dlnding tidak berhasil, inokulasi pada tikus, kultur darah
kolon. media khusus, atau xenodiognosis dapat d
Tehnik terakhir; serangga triatomine yang tidak
Gambaran Klinis dibiarkan untuk menghisap darah pasien
Tanda pertama dari Penyakit Chagas akut berkembang dilakukan, hasil positif semua metode ini memiliki
setidaknya satu minggu setelah invasi parasit. Organisme yang tinggi dengan penyakit chagas akut dan
NUPANOSOMIASIS 679

I
Tidakmenuniukan I
Tanda Kla'-sik I Klasik Akut
Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Chagas ini tidak terlalu bagus.
Nifurtimox adalah obat satu-satunya yang secara aktif
melawan T. cruzi dan beredar di Amerika Serikat. Pada
t--T-' Kematian atau
Kerusakan Permanen penyakit Chagas akul, nifurtimox mengurangi durasi gejala
+ +
dan parasitemia dan menurunkan angka kematian. Walaupun
begitu, efikasi obat ini untuk mengeradikasi parasit adalah
rendah. Percobaan terbatas menunjukkan bahwa hanya 7 0o/o

dari infeksi akut sembuh secara parasitologis dengan terapi


penuh. Berdasarkan pada keterbatasan ini, terapi nifurtimoks
harus dimulai sedini mungkin pada penyakit chagas akut.
Lebih lanjut lagi, bila ditemukan secara laboratoris dengan
penampakan yang mirip infeksi f uuzi, terapi nifurtimoks
harus segera dimulai tanpa menunggu gejala klinis atau
indikasi parasitologis dari infeksi ini.
Efek samping nifurtimoks yang sering muncul adalah
nyeri abdominal, anoreksia, mual, muntah, dan penurunan
berat badan. Reaksi neurologis obat tersebut adalah tidak
3n&ar 9. Perjalanan penyakit Chagas dapat tiduri disorientasi, insomnia, kedutan, parestesia,
polineuritis, dan kejang. Gejala ini biasanya hilang bila
ffingan dari infeksi kronik. Karena terapi awal pada dosis dikurangi atau terapi dihentikan. Dosis harian yang
perryakit Chagas akut sangat penting, bagaimanapun, dianjurkan adalah 8-10 mglkg untuk dewasa, 12,5-15
hpuhrsan untuk memulaiterapi untuk infeksi T cruzipada mg/kg untuk remaja, dan 15-20 mglkg untuk anak-anak
hrrr.rcn negatif dengan preparat basah dan hapusan harus usia 1-10 tahun. Obat diberikan per oral dalam empat
,dffirat pada kondisi klinis dan latarbelakang epidemiologi dosis terpisah setiap harinya dan terapi diberikan selama
nbelum hasil pada metode tidak langsung ini muncul. Test 90-120 hari.
urcfogis digunakan secara terbatas untuk mendiagnosa Benznidazol adalah pilihan kedua untuk digunakan
pnyakit Chagas akut. sebagai terapi penyakit Chagas. Efikasinya hampir
Diagnosa penyakit Chagas kronik ditegakkan sama dengan nifurtimoks dan efek sampingnya adalah
@rgan mendeteksi antibodi yang mengikat antigen f neuropati perifer, rash, dan granulositopenia. Dosis yang
ionurci. Kehadiran parasit tidak terlalu penting. Sebagian dianjurkan peroral adalah S.mg/kg per hari selama 60 hari.
mq serologis dengan sensitivitas tinggi untuk antibodi Benznidazol digunakan secara luas di Amerika Latin.
tthtedap T cruzi digunakan secara luas di Amerika Latin, Pertanyaan yang timbul dan diperdebatkan selama
]tf,rrnasuk fiksasi komplemen dan tes immunoflourescence beberapa tahun terakhir adalah bagaimana dengan
drn enzim yang terikat dengan immunisorbent assqy penderita fase indeterminat atau fase kronik dengan gejala
l@lJSAs). Bagaimanapun, masalah yang sering muncul penyakit Chagas apakah diterapi dengan nifurtimoks
pda pemeriksaan konvensional ini adalah reaksi atau benznidazole. Penelitian pada hewan laboratorium
pitif palsu, khususnya dengan sera dari pasien yang yang terinfeksi T cruzi maupun manusia memperlihatkan
mrcnderita infeksi parasit lainnya dan penyakit otoimun. bahwa eliminasi parasit menurunkan timbulnya kelainan
ifarena alasan ini, direkomendasikan secara umum kardiologi. Karena temuan inilah, para ahli dari berbagai
fft*uva hasil positif pada pemeriksaan ini dikonfirmasikan negara menganjurkan semua pasien yang terinfeksi 7f
rfutgan dua tes lainnya dan karakteristik hasil positif cruzidilerapi dengan satu macam obat atau obat lainnya,
mgatif dibandingkan pada setiap pemeriksaan. Sebuah bergantung pada status klinis atau durasi infeksi.
mtode dengan sensitifitas tinggi dan spesifik untuk Terapi dengan alopurinol, flukonazol, dan itrakonazol
mmndeteksi antibodi T. cruzi dibuktikan oleh Clinicol pada penyakit Chagas akut tidak efektif dan telah diteliti
Nlfurotory lmprovement Amendment (CLIA) dan tersedia secara intensif di laboratorium dengan hewan coba
iilrbboratori u m ya n g men ggu naka n im m u n op rec ip itotio n sebelum digunakan pada manusia.Tidak satupun obat ini
antiqen T. cruzi dengan radiolabel dan menggunakan memiliki kemampuan untuk menurunkan level aktifitas
ttfiCbtik elektroforesa. Pemeriksaan serodiagnostik yang anli T. cruzi pada pasien. Penelitian menggunakan tikus
muggunakan rekombinan protein T cruzi sebagai target menu njukkan bahwa rekombi na n interferon menuru nkan
rrni!1en dengan amplifikasi sequence DNA T cruzi oleh durasi dan bahaya infeksi akut T cruzi, tetapi manfaat pada
rdsi rantai polimerase cukup berkembang. Walaupun pasien dengan penyakit Chagas akut belum dievaluasi
hgihr, tes ini tidak digunakan secara umum. secara sistematis.
680 PENYAKIT TROPIK DAN INFEIGI

Pada pasien infeksi f cruzi dengan komplikasi ke saraf pusat. Sedangkan prognosis untuk orang dewasa
jantung maupun gastrointestinal harus dirujuk kepada juga buruk bila sudah terjadi penyakit jantung kronik.
subspesialis untuk evaluasi dan terapi lebih lanjut.
Transplantasi jantung adalah pilihan untuk pasien
stadium akhir chogasic kardiopati. Obat profilaksis REFERENSI
postoperatif menggunakan nifurtimoks atau benznidazol
harus dipertimbangkan karena tanpa obat tersebut, "African Sleeping Sickness Breakthrough". http:/ / domino.lancs-
ac.uk Retrieved on April 7.
imunosupresi yang timbul setelah operasi menunjukkan edhead SA, Cushion MT, Frenkel ]K, Stringer JR (2006!-
bahwa terjadi reaktifasi infeksi Il cruzi, dengan gejala yang "Pneumocystis and Trypanosoma cruzi: nomenclature and
lebih serius atau bahkan kematian. typifications". ] Eukaryot Microbiol 53 (1):2-11,.
Adler D (1989). "Darwin's Illness". Isr I Med Sci 25 $):218-Z-
Tidak ada terapi spesifik untuk chagoma. Dengan
Berriman M, Ghedin E, Hertz-Fowler C, et al (2005). "The genm
berakhirnya fase penyakit Chagas akut, lesi chagoma akan of the African trypanosome Trypanosoma brucei". Scierc
menghilang secara spontan, dan pasien akan memasukl 309 (5733): 4L6-22. http: / / www.sciencemag.org
fase asimptomatik dari infeksi ini. Blunt SB, Lane RJ, Turjanski N, PerkincD (1997). "Clinical featurm
and management of two cases of encephalitis lethargica"-
Mov. Disord. 12 (3): 354-9.
Pencegahan Bocchi EA, Bellotti G, Mocelin AO, et al (june 1996). "Hed
Karena pilihan obat sangat sedikit dan tidak ada vaksin untuk transplantation for chronic Chagas' heart disease". Am
Thorac Surg 61 (6): 17 27 -33. http:/ / linkinghub.elsevier.coqrlifl
mencegah, Kontrol T uuzi pada negara endemis tergantung
rctriev e / pii / 0003-4975(96)001,41-57.
pada pengurangan tempat populasi vektor dengan cara Brumpt E (1914). "Le x6nodiagnostic. Application au diagnoffi
semprotan insektisida, pengembangan perumahan, dan de quelques infections parasitaires et en particulier i h
penyuluhan. Pada area endemik, program untuk skrining trypanosomose de Chagas" (PDF). Bull Soc Pathol Emff
(1,0): 706-1,0. http: / / www.pathexo.fr
pada darah donator untuk lf cruzi dibutuhkan untuk Buckner F9 Wilson Aj, \a/hite TC, Van Voorhis WC (Decefu
mencegah transmisi T. cruzi melalui tranfusi. Pendatang 1998). "Induction of resistance to azole drugs inTrypanoffir
tidak dianjurkan tidur di area terbuka khususnya di daerah cruzi". Antimicrob Agents Ghemother a2 Q,2):3245-m.
htrp://aac.asm.org
endemis. Jaring nyamuk dan repellent serangga (krim oles Burri, C (2000). "Efficacy of new, concise schedule for
anti serangga) digunakan sebagai proteksi. in treatment of sleeping sickness caused by T:
Di Amerika Serikat, sulit untuk mencegah transmisi brucei gambiense: a randomised trial". Lancet 355
1419-25.
T. cruzi dengan tranfusi darah. Karena tidak ada
Bisser S, N'Siesi FX, Lejon V, et al (2007). "Equivalence tridl
pemeriksaan ossoy untuk infeksi f cruzi oleh Food and melarsoprol and nifurtimox monotherapy and combi
Drug Administrotion (FDA) dalam penggunaan darah therapy for the treatrnent of second-stage Trypanosoma
di bank darah, maka skrening serologis belum menjadi gambiense sleeping sickness". J. Infect. Dis. 195 (3):322-4"
Chagas C (1909). "Nova tripanozomftibe humana: Estudos
sebuah pilihan. FDA menyarankan menggunakan morfolojia e o ciclo evolutivo do Schizotrypanum cmzin-
kuesioner untuk mengidentifikasi dan menyaring donor n. sp., ajente etiolojico de nova entidade morbida do
pada risiko tinggi infeksi T. cruzi. Cara tersebut bisa efektif [New human trypanosomiasis. Studies about thd
and life-rycle of Schizotripanum cntzi, etiological
dan tidak mengurangi penyediaan darah, tetapi penting
anew morbid entity of man]". Mem Inst Oswaldo
untuk ditanamkan dalam pikiran bahwa pemeriksaan (2):159-218.
berdasarkan kuesioner tidak terlalu berhasil dalam Chappuis F, Udayraj N, Stietenroth K, Meussen A,
mengeliminasi transmisi melalui tranfusi pada penyakit PA (2005). "Eflornithine is safer than melarsoprol fr
treatment of second-stage Trypanosoma brucei
infeksi lainnya. human African trypanosomiasis". CIin. Infect. Dis. 4tr
Pada semua imigran dari daerah endemis harus 748-5] .

dilakukan tes untuk menghindari infeksi kronik T. cruzi. Cherenet I Sani RA, Panandam |M, Nadzr S, Spey
van den Bossche P (2004). "Seasonal prevalence of
Tesjuga sebaiknya dilakukan sebelum implantasi alat pacu
trypanosomosis in a tsetse-infested zone and a
jantung karena gangguan irama jantung. Perlu dilakukan zone of the Amhara Region, north-west Ethiopia--
skrening untuk mencegah transmisi kongenital. Onderstepoort journal of veterinary research 71 (4):
http :/ /www.ncbi.nlm.nih. gov
Petugas laboratorium harus menggunakan sarung
Coutinho M (]une 1999). "Review of Historical
tangan dan pelindung mata saat bekerja dengan T. cruzi American Trypanosomiasis (Chagas' Disease) by
dan vektor yang terinfeksi. Per1eth" (fee required). Isis 90 (2): 397.http:/ /lit*s
Chagas' disease (American trypanosomiasis) in southern
(PDF). CDR Weekly (United Kingdom Health
Agency) 15 (13). April 2005. http://www.hpa.org.uk
PROGNOSIS Carlier Y (27 February 2003). Chagas Disease (
Trypanosomiasis). eMedicine. Retrieved on 11
Bila terjadi infeksi pada bayi dan anak maka biasanya 2008.17. Chagas C (1909). "Neue Try
Vorliiufige Mitteilung Arch Schiff Tropenhyg 13:
berakibat fatal, terutama bila sudah melibatkan sistem Da Silva Valente SA, de Costa Valente V, Neto FIF
9L
INFEKSI NOSOKOMIAL
Djoko Widodo, Ronald Irwanto

PENDAHULUAN di masyarakat (community ocquired infection), dimana


pola etiologi penyebab infeksi dan penatalaksanaanri!@
lnfeksi nosokomial saat ini menjadi isu krusial yang harus tentunya sangat berbeda.
segera mendapat penaganan yang baik, oleh karena infeksi Secara umum, WHO 2002, mendefinisikan infeksr
nosokomial akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas nosokomial adalah :
pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit. Berbagai . lnfeksi yang didapat di rumah sakit.
masalah yang ditimbulkan oleh infeksi nosokomial antara . lnfeksi yang timbul/terjadi sesudah 48 jam perawatamr
Iain adalah: meningkatnya lama perawatan di rumah sakit, pada pasien rawat inap.
meningkatnya biaya pengobatan, serta dapat berimplikasi . lnfeksi yang terjadi pada pasien yang dirawat leffi
hukum yang dapat dipicu dari pasien atau pihak-pihak lama dari masa inkubasi suatu penyakit.
tertentu yang merasa dirugikan karena menganggap Terdapat 3 komponen yang harus diperhatikan padh
bahwa terjadinya infeksi nosokomial harus sepenuhnya kejadian infeksi nosokomial, yaitu :
menjadi tanggung jawab rumah sakit. 1. Faktor intrinsik
Bila ditinjau lebih lanjut, maka secara umum pasien- Faktor intrinsik merupakan faktor terkait kerentanamm
pasien yang dirawat di rumah sakit memang terpapar pejamu terhadap infeksi. Pejamuyang imunokompronrr
oleh berbagai mikroorganisme penyebab infeksi. Oleh tentunya memiliki kecenderungan lebih besar unul*
karenanya, guna menangani kejadian infeksi nosokomial, mengalami infeksi nosokomial dibandingkan dengnmr
dibutuhkan pengendalian infeksi yang baik di rumah sakit. pejamu yang imunokompeten.
Pengendalian infeksi di rumah sakit seyogyanya menjadi 2. Faktor ekstrinsik
tanggung jawab bersama, baik pasien, tenaga kesehatan Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal damii
maupun manajemen rumah sakit dimana harus secara lingkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah lingkurqumr
berkesinambungan berusaha memperkecil kemungkinan rumah sakit, mulai dari kebersihan ruang r
terjadinya infeksi didapat di rumah sakit. Tim khusus yang poliklinik, sampai pada instrumen-instrumen rne/*
bekerja untuk pengendalian rumah sakit harus dibentuk rumah sakit, juga termasuk pegawai, tenaga
dan harus mampu bekerja secara optimal untuk memantau dan bahkan juga dokter yang bekerja di rumah
dan melakukan pencegahan-pencegahan terjadinya infeksi yang memiliki risiko menularkan infeksi pada
nosokomial. pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit
3. Keterlibatan mikroorganisme
Berbagai mikroorganisme yang terlibat di rumah
DEFIN!SI merupakan faktor risiko penyebab terjadinya i
nosokomial.
lnfeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau terjadi
di rumah sakit tersebut. lstilah infeksi nosokomial saat ini
banyak dikenal sebagai Hospitol Acquired lnfection (HAls), EPIDEMIOLOGI
beberapa literaturjuga kerap menggunakan istilah Heolth
Co re Associoted I nfectio ns. lsti la h-isti la h yan g d igu na kan Data dariWHO 2002 menyebutkan angka kejadian
ini untuk membedakannya dengan infeksi yang didapat nosokomial cukup tinggi untuk daerah Mediterania
trICEKSI NOSOKOMIAT
683

';1,8o/o), Asia Tenggara (10o/o), Eropa (7,7%) dan pasifik berisiko tinggi, antara lain :
tsarat (9,0%) dengan pola kuman lokal sesuai dari data 1. Pasien dengan status imun rendah.
-asing-masing regio. 2. Pasien dengan komorbid penyakit kronik.
Data di Ameriksa Serikat menunjukkan , bahwa 37% 3. Penggunaan obat imunosupresan lama.
mejadian infeksi aliran darah (Blood Stream lnfection = BSI) 4. Pasien-pasien usia lanjut.
: r.umah sakit disebabkan oleh pemasangan instrumen 5. Pasien-pasien dengan penggunaan instrumen medik
-edis. 21To kejadian pneumonia nosokomial dan 81% lama.
,*eladian infeksi saluran kemih nosokomial disebabkan 6. Pasien-pasien dengan tatalaksana operasi besar dan
teh pemasangan instrument medis. luka opreasi.
Sementara itu, data dari PPIRS-RSCM. menunjukkan
:anwa angka kejadian infeksi nosokomial pada tahun
ll10 berupa infeksi aliran darah (BLood Streom tnfections PATOGEN ESIS DAN PATOFISIOLOG!
=tsSl) mencapai 7,04 kejadianper 1000 pasien pada 8
pemasangan kateter vena sentral. Untuk infeksi
T,a.il Secara umum mikroorganisme penyebab infeksi pada
,asokomial saluran kemih mencapai 4,60 per'1000 pasien infeksi nosokomial berbeda dengan penyebab infeksi
:ada 5 hari pemasangan kateter urin. Sedangkan infeksi pada komunitas. Mikroorganisme yang dijumpai pada
r,asokomial saluran napas hanya dijumpai 1,24 per 1000 infeksi nosokomial umumnya lebih mengarah kepada
iasien pada 8 hari tirah baring. bakteri-bakteri Gram negatif dengan angka kejadian
Sementara itu, data pola kuman di bangsal perawatan multi atau pan resisten yang tinggi. Hal ini disebabkan
nenyakit dalam RSCM, antara bulan Januari-Juni 2010 oleh karena terjadinya berbagai perubahan karakteristik
n'nenunjukkan bahwa bakteri terbanyak yang dijumpai mikroorganisme di rumah sakit. Perubahan karakteristik
walah Klebsielo pneumonioe ss pneumonioe (160/o), disusul mikroorganisme di rumah sakit, secara garis besar dapat
aeh Acinetobacter sp (11o/o), Pseudomonas sp (8%) dan E. disebabkan oleh :
aru (6%). Untuk bakteri gram positif, jumlah isolat yang 1. Proses Endogenik
uarring banyakdijumpai adalah S. epidermidis (6%). Temuan Pemberian antimikrobial dengan durasi dan adekuasi
Eoiat jamu[ yaitu C. tropicaLis dan C. olbicons, masing- yang kurang tepat diduga menjadi salah satu penyebab
mnasing dijumpai sebanyak 5Yo dan 4o/o. terjadi nya peru ba ha n kara kteristi k m ikroorga rtisme.
Hal ini bisa terjadi melalui perubahan karakter dinding
(ra Penularan !nfeksi Nosokomial sel, perubahan sintesa-sintesa protein mikroorganisme
mhda infeksi nosokomial, penularan dapat terjadi melalui :
dan sebagainya, yang berdampak kepada perubahan
1 Cross-infecfion, penularan ini dapat terjadi secara : pola resistensi mikroorganisme di rumah sakit.
a. Langsung, yaitu penularan yang terjadi akibat 2. Proses Eksogenik
kontak Iangsung antara satu pasien dengan Terjadinya mutasi genetik pada mikroorganisme
pasien lainnya, atau dari tenaga kesehatan kepada di rumah sakit, ternyata dapatrditransfer dari
pasien. mikroorganisme yang satu ke mikroorganisme
b. Tidak langsung, yaitu melalui udara (oirborne), atau yang lain melalui transfer plasmid dan transposon.
melalui berbagai instrumen medik, alau fecal orol Transfer genetik dari mikroorganisme yang telah
(disebut vehicle borne) yang terkontaminasi. mengalami resistensi terhadap antibiotik multipel
c. Auto infection, yaitu infeksi diri sendiri, dimana kepada mikroorganisme lainnya, tentunya juga akan
kuman sudah ada pada pasien menginfeksi pasien mengubah pola resistensi mikroorganisme di rumah
itu sendiri melalui suatu migrasi yang dapat sa kit.
terjadi dengan berbagai cara. Terjadinya berbagai perubahan pola resistensl
I Harus diketahui bahwa, infeksi nosokomial tidak mikroorganisme ini menyebabkan tatalaksana antimikrobial
hanya melibatkan pasien rawat, namun juga seluruh pada infeksi nosokomial berbeda dengan infeksi yang terjadi
tenaga kesehatan di rumah sakit, serta penunggu di masyarakat. lnfeksi oleh berbagai rnikroorganisme yang
dan pengunjung pasien, bahkan juga pegawai sudah mengalami multiresisten atau bahkan panresisten
administratif rumah sakit. lnfeksi ini, kemudian juga di rumah sakit juga kerap menimbulkan kesulitan dalam
dapat terbawa ke tengah-tengah komunitas. tatalaksana dan terapi. Gejala klinis yang tidak kunjung
membaik paska terapi antimikrobial, atau gejala klinis yang
irjamu yang Berisiko Mengalami tnfeksi memberat akibat adanya enzim tertentu yang dihasilkan
iloeokomial oleh mikroorganisme tertentu, misalnya : Phahtom
$r,rtinjau dari segi pejamunya, infeksi nosokomial Valentine Leucocydin yang dihasiikan oleh kuman MRSA,
nnnerupakan hal yang harus diperhitungkan pada pasien dapat memperburuk tanda dan gejala klinis yang timbul.
684 PENYAKIT TROPIK DAN INFETS

GAMBARAN KLINIS UMUM (MRSA), Methicillin Resistant Stohpylococcus


epidermidis (MRSE) alau Voncomycin Resistont
Secara umum gambaran klinis infeksi nosokomial ditandai Enterococci (YRE).
dengan perburukan kondisi infeksi pasien. Keluhan nyeri 2. Virus
berkemih yang mendadak terjadi pada pasien-pasien Berbagai vlrus yang dapat menjadi penyebab infeki
usia lanjut yang dirawat di rumah sakit merupakan nosokomial melalui berbagai perantara :

tanda-tanda yang harus diperhatikan pada saat kejadian a. Kontak langsung, antara lain :
infeksi nosokomial. Demikian pula dengan demam yang Herpes simplex, varicela
tiba-tiba muncul disertai dengan tanda-tanda radang di b. Air borne, antara lain :
tempat infus seperti flebitis, juga merupakan tanda-tanda Virus influenza, adenovirus, varicela, rubela,
yang harus diwaspadai karena dapat menjadi pertanda mumps
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien. Pasien- c. Vehicle borne , antara lain :

pasien paska operasi yang tidak mengalami penyebuhan - Melalui instrumen medik (kateteI atau alat-
luka secara adekuat, bahkan mengalami demam disertai alat bedah), antara lain :
dengan produksi pus yang banyak pada tempat operasi - Cytomegqlovirus (CMV), Human lmmurn-
juga dapat merupakan tanda terjadinya infeksi nosokomial deficiency Virus (HlV), Hepatitis B dan C
pada luka operasi. - Fecol Orol, antara lain :
Diare akut yang terjadi pada pasien-pasien yang Enterovirus, Hepatitis A, Rotavirus
menjalani perawatan lama di rumah sakit. Gejala klinis yang 3. Parasit dan Jamur
baru muncul di rumah sakit ini harus bukan merupakan a. lnfeksi parasit di rumah sakit, walaupurn
gejala klinis dari infeksi tertentu yang masih berada pada jarang, namun dapat terjadi melalui berbagi
masa inkubasi pada saat pasien masuk ke rumah sakit. peranta ra.
Demam yang tiba-tiba muncul pada terapi antibiotika Kontak langsung, misalnya : skabies
yang sudah adekuat, batuk dengan sputum purulen, serta b. Vehicle borne (fecal-orol), misalnya : Gior&
menurunnya berbagai kondisi lain yang menunjukkan lamblio
adanya infeksi baru di rumah sakit merupakan gambaran Sedang kan infeksi jamur yang tersering adalah inffidi
klinis yang secara umum dapat terlihat pada kejadian Condida sp yang kerap terjadi melalui vehicle
infeksi nosokomial. Munculnya gambaran infiltrat baru yaitu instrumen medik. Angka kejadian terti
kerap menjadi standar yang cukup patognomonis bagi penularan Cqndido sp terjadi melalui pe
kejadian infeksi paru nosokomial, atau yang sekarang Centrol Venous Cotheter (CVC), walaupun
lebih dikenal sebagai Heolth Care-Associoted Pneumonia dapat terjadi pula melalui ,penggunaan i
(HCAP), atau infeksi paru terkait pemasangan ventilator, medik lain, seperti kateter urin, atau bahkan
yang dikenal sebagai Ventilotor Acquired Pneumonio selang-selang infus.
(vAP).

DIAGNOSIS
ETIOtOGt
Diagnosis Kerja
Berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus. jamur dan Diagnosis kerja merupakan hal yang harus
bahkan parasit harus dipikirkan menjadi penyebab pada sebelum dilakukan pemberian antimikrobial
infeksi nosokomial. Berbagai hal yang harus dipertimbangkan
Penyebab : menegakkan diagnosis kerja antara lain :
1. Bakteri, dibedakan menjadi 1. Fokus infeksi
a. Gram negatif, yang tersering antara lain adalah Saat ini terdapat berbagai fokus infeksi yang
Proteus sp, E.coli, Klebsielo sp, Pseudomonos dan terjadi pada infeksi nosokomial, antara lain :
Acinetobocter sp. a. Saluran kemih
b. Gram positif, saat ini bakteri Gram positif juga Hal ini sering terkait dengan pemasangan
mendapat perhatian khusus sebagai penyebab urin yang kurang higienis. atau kateter uri
infeksi nosokomial. Dalam hal ini, bakteri Gram waktu penggunaannya melebihi batas
positif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi penggunaan yang telah ditentukan.
nosokomialadalah bakteri Gram positif yang sering b. Kulit dan jaringan lunak, antara lain
sudah mengalami multiresistensi antibiotika, - Flebitis, terkait dengan pemasangan
sepe rti M eth icillin Resisto nt Stop hy lo cocc u s a u re u s instrumen medis seperti kateter vena
ilFEXSI NOSOKOMIAL
685

(selang infus), CVC, dan sebagainya.


terutama melalui penggunaan ventilator dan alat
- Luka operasi.
bantu napas lain.
Aliran Darah (Blood Streom lnfections = BSls) 2. Pola Resistensi dan Sensitivitas Mikroorganisme Lokal
lnfeksi pada aliran darah umumnya terjadi akibat
Pola resistensi dan sensitivitas mikroorganisme
masuknya kuman dari berbagai instrumen lokal/setempat (rumah sakit) tentunya merupakan
medis.
data penting yang diperlukan dalam menegakkan
Saluran Cerna dan lntraabdomen
diagnosis dan terkait dengan rencana pemberian
lnfeksi nosokomial dengan fokus di saluran antimikroba secara empirik.
cerna umumnya terjadi akibat penularan secara
fecaloral, atau penggunaan antibiotika lama, Diagnosis Definitif
dimana kemudian terjadi infeksi oleh flora Diagnosis definitif merupakan diagnosis yang penting
normal usus atau infeksi oleh mikroorganisme dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nosokomial.
anaerob seperti C. difficile. Sedangkan infeksi Diagnosis definitif penyebab infeksi dilakukan melalui
di intraabdomen dapat terjadi antara lain pemeriksaan kultur mikroorganisme dari berbagai
oleh karena pemasangan droinoge di daerah spesimen yang diduga menjadi sumber infeksi. Namun
abdomen, atau translokasi mikroorganisme usus yang harus menjadi catatan penting di sini adalah
ke rongga peritoneum.
bahwa klinisi harus mampu membedakan apakah kultur
e. Saluran Napas
mikroorganisme yang diambil tersebut memang benar
lnfeksi nosokomial pada saluran napas, dapat merupakan penyebab infeksinya ataukah hanya sekedar
terjadi pada saluran napas atas atau saluran napas
kolonisasi saja. Hal seperti ini sangat penting untuk
bawah. lnfeksi nosokomial pada saluran napas
mendapat perhatian, supaya antibiotika tidak diberikan
dapat terjadi secara oir borne atau vehicle borne,
dengan indikasi yang salah.

Irterial Metode Keterangan


nrs Anaerobic tronsport tube atou sempit steril Pewapaan Gram dan ku[tur untuk kurnan ]
Oarah 2 tabung reaksi (boffle kit) 10o/o v/v darah
Un! Midstream. kateter atau pungsi supra,pubik dqlam
botol steril
S*um Tabung steril Pewarnaan Gram sebelum kultur
-hingan Pengambilan yang steril, dalam tabung steril yang Dikerjakan pemeriksadritalam
waktu 30 menit setelah
tertutup :
pengambilanbahan : { ::
ilua Tinja yang segarsebaiknya diambil dengan redol swab | :
bilt didugi terdapat' kr.rnan
Dispesifi kasi
krgga hidung Swab rongga hidung depan l

llofaring Aspirasil trake a tro nithoro cst bro nchoscopy


lnterpretasi su'lit (kontamirrasi) r :r,

bah Kultur positif Kontamilasi harus disingkirkan


rmn 'Kotoni bakteri >l0sy'mL ' ' " ' yang lebih rendah dapat diterima bila d.isokong
Jumlah,

rr*a operasi pus pada tuka insisi lr?Ttt?;jiJl:"ffi::'r"tutitis akan diktasifikasiterpisah


lr*alain rerdapatpus ',r: , .Termasqroekutitus,trakeostomi
lr*a bakar r ...:,:,
; > 1O juta _organis,me /1gram jaringan feberh#,ilan skin grdft akanrlebih,besar bilajumlahjumlah
:

ku-paru lnfiltratyangbarupadafotoparuyangtidak iq.i, r.ri.i, r,rrw


l;;;;r1,';rrw disingkirkan penyakit
RS, dihubungkan lain seperti atetettasis ata,
:liJ:ti:qi,T:tik
dengan produksi sputum yang baru infark
paru dengan densan
-- e-"
"riori
frestinal Kuman patogen seperti, soLmonelto, Shigetto, E coti
5:lt:'-l"tilf,Y."tukpatogenataudiareyang
,oaK dapat drterangkan, rebih dari 2 hari pothogen, dan sebagainya
lin-lain: Sesuai dengan grejala klinis masing_
ilftpatitis, infeksi saluran masing penyakit -, : .

rpas atas, peritonitis


686 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

KLASIFIKASI BERDASARKAN FOKUS INFEKSI negatlf. Pada bentukan-bentukan abses harus diwaspadai
NOSOKOMIAL pula mikroorganisme anaerob.
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah berupa
Sumber infeksi pada infeksi nosokomial sangat penting pemberian antibiotik brood spectrum Gram positif atau
untuk ditentukan, oleh karena hal ini nantinya akan Gram negatif. Pemberian antibiotika flukloksasiklin,
berkaitan dengan pemilihan antibiotika. Pemberian klindamisin atau klaritromisin dapat dilakukan pada
anti bioti ka tentu nya disesuai ka n dengan farmakodi na mi k sangkaan penyebab mikroorganisme Gram positif.
dan farmakokinetik antibiotika tersebut, dimana harus Sedangkan pemberian antibiotika golongan
dipilih antibiotika yang memiliki penetrasi tinggi pada g li kopeptida (Vankomisin, teikoplani n) atau oxazoli ndinon
organ-organ yang menjadi fokus infeksi. (Linezolid) dapat diberi kan untu k eradikasi mikroorganisme
Gram positif yang multi resisten seperti MRSA dan MRSE
lnfeksi Nosokomial Saluran Kemih bila memang terbukti sebagai penyebab infeksi.
lnfeksi saluran kemih yang didapat di rumah sakit Tatalaksana infeksi luka operasi yang bersifat
umumnya dikaltkan dengan : polimikrobial dan sistemik membutuhkan pemberiar"
1. Penggunaan Kateter Urin yang Lama atau Tidak antibiotika dengan cara de-eskalasi. Antibiotika broaa
Steri I spectrum untuk mikroorganisme Gram positif dan negati{'
Kerap disebut sebagai Cotheter Associoted Urinary yang multi resisten diberikan untuk kemudian disempitkar:"
Troct I nfections (CAUTI). spektrumnya berdasarkan temuan kultur mi kroorganisrne
2. lmobilisasi Lama penyebabnya.
Hal ini sering terjadi pada pasien-pasien lanjut usia. Pencegahan terjadinya luka operasi tentunya hanrs
Diagnosis ditegakkan melalui tampilan klinis, dimana dilakukan dari awal, yaitu dengan cara sterilisasi alat-alatt
terjadi disuria, hematuria, demam, dan tanda-tanda klinis operasi yang baik dan sesuai standari serta meminimalkalm
infeksi lainnya. Secara definitil infeksi ini dibuktikan kontaminasi luka operasi dengan cara perawtan luka yal'rgr
melalui pemeriksaan urin, dimana ditemukan > 100.000 baik dan higienis.
kuman tunggal.
Mayoritas kuman penyebab umumnya adalah Infeksi Aliran Darah (Btood Stream lnfectiots =
lJro-Pothogenic E.coli (UPEC) dan Proteus sp. Antibiotik BSIs) Terkait Kateter Vaskular
empirik yang umumnya diberikan antara lain dapat Pada BSls, saat ini dikenal 2 etiologi, yailu primary Blcdl
.

berupa cepholosporin generasi ketiga, fluoroquinoLon, Streom lnfections (primory BSls) dan secondory BSls. Prinq
trimetoprim-sulfametoksozole atau pemberian antibiotik BSls dikaitkan dengan infeksi mikroorganisme yang terffi
anti betalaktamase bila terdapat kecurigaan Extended dengan penggunaan kateter-kateJer vaskuIar.
Spectrum Beta-Loctomose (ESBL ) Pada primory BSls kerap juga sering dijumpai a.dor
Pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih dapat infeksi S. oureus, dimana terjadi perpindahan 5. oulrufr
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : selaku kuman di kulit ke dalam blood stieom @
. Penggunaan kateter urin yang steril. tempat tusukan kateter. lnfeksi jamur sistemik juga tum
. Penggunaan kateter urin harus sesuai dengan waktu dipikirkan pada pasien-pasien yang menggunakan kaffir
yang ditentukan. vena jugularis lama.
lrigasi cairan kateter urin harus diperhatikan. Sedangkan secondary BS/s terkait dengan suriMrt
Fisioterapi dan mobilisasi bertahap pada pasien- infeksi di tempat [ain, kemudian mikroorg
pasien yang mengalami imobilisasi. tersebut masuk ke dalam aliran darah. Pembeml
Edukasi pekerja rumah sakit dalam mengelola kateter antibiotika pada BSls karena infeksi nosokomial !
urin, dan pasien-pasien dengan imobilisasi. harus meliputi antibiotika-antibiotika spektrum
yang juga mampu mengeliminasi bakteri-bakten
lnfeksi Luka Operasi (Surgicol Site lnfection) dan pan resisten.
lnfeksi luka operasi seringkali terjadi pada pasien-pasien Disamping itu harus pula dipikirkan kem
yang menjalani operasi-operasi besar. lnfeksi Iuka operasi terjadinya infeksi jamur sistemik, terutama pada pasi
umumnya bermanifestasi lokal sebagai infeksi kulit dan pasien yang dipasang Central Venous Cotheter
jaringan lunak (Skin ond Soft Tissue lnfection = SSTI), Angka kejadian kandidiasis sistemik tercatat
infeksi pada organ-organ dalam, atau dapat pula menjadi tinggi pada penggunaan CVC, dimana ka
sistemik. Tanda dan gejala klinis infeksi berupa pus yang sistemik dapat terjadi pada pasien-pasien
produktif pada luka operasi, abses, atau bahkan timbul neutropenik.
tanda-tanda i nfeksi sistemik ng berat. M i kroorgaiisrne
ya Terapi empirik umumnya dapat diberikan
penyebab umumnya berupa gram positif di kulit atau gram pasien-pasien dengan perawatan >96 jam,
EstNosoKoMtAr
687

hfuagai komorbid dan faktor risiko infeksijamur (seperti Heolth Core-Associoted clAl dijumpai di rumah
tmpmasangan CVC lama, atau penggunaan antibiotik lama sakit umumnya sebagai komplikasi pemasangan selang
Selumnya) yang disertai dengan timbulnya gejala klinis intra-abdominal, drainage, peritoneal dialisis, paska
utf,mum seperti demam dan leukositosis. pembedahan dan sebagainya, yang dapat bermanifestasi
Sedangkan terapi pre-emtif anti jamur dapat sebagai abses atau peritonitis umum. pemberian
d&erikan pada pasien-pasien dengan berbagai faktor antibiotika empirik bagi bakteri gram negatif dan positif
mibiko perawatan > 96 jam dengan temuan kolonisasi dengan multi resistensi direkomendasikan pada kasus-
,fprmur multipel. Seringkali BSls karena jamur kurang kasus Heolth Care-Associated clAl.
unmmdapat perhatian yang serius dari para klinisi, sehingga
lliH ini menyebabkan tingginya mortalitas infeksi jamur H os p ito I Ac q u ire d p n e u mon io (H Ap)/ H e o lt h C o re -
drernik. Associdted Pneumonio (HCAP)
Pencegahan terhadap terjadinya BSls dapat dilakukan Pneumomia yang terjadi di rumah sakit saat ini dikenal
&rgan: dengan nama HospitoL Acquired Pneumonio (HAp) atau
lilI" Melakukan pemberian antiseptik pada tempat-tempat Heolth Care-Associoted Pneumonio (HCAP). Angka HAp
yang akan diinsersi oleh jarum kateter. juga terhitung tinggi di lCU, terutama pada pasien-pasien
P. Sedapat mungkin menggunakan akses-akses vena dengan pengunaan ventilator (dikenal dengan Ventilotor
perifer dibandingkan dengan vena-vena sentral. Acquired Pneumonia=YAP). Berdasarkan onsetnya, saat
& Jika harus menggunakan akses sentral, sebaiknya ini dikenal 2 onset terjadinya HAP/VAB yaitu early onset
menggunakan jalur subklavia ketimbang jalur dan lote onset.
jugalaris.
HAP/VAP eorly onset terjadi dalam waktu 4 hari
{i" Tidak menggunakan antibiotika topikal pada tempat- pemasangan ventilatoL dalam hal ini kuman Gram positif
tempat insersi kateter vena. seperti S. oureus sensitif metisilin (Methiciltin Sensitive
5" Pencegahan yang lain, berupa: penerapan prosedur Stophylococcus oureus = MSSA), atau pneumococcus
yang benar dalam pemasangan kateter-kateter di masih harus dipertimbangkan disamping kuman Gram
pembuluh darah, serta melakukan tindakan sterilisasi negatif seperti H. lnfluenzae, dan lain-lain. Oleh karena
yang sesuai standar pada pasien-pasien yang harus itu pada HAP/VAP eorly onset harus dipertimbangkan
menjalani pemasangan kateter-kateter vena atau antibiotika yang memiliki spektrum luas, yaitu yang dapat
pembuluh darah. mengeliminasi bakteri-bakteri gram positif dan negatif,
seperti cephalosporin generasi ketiga, atau respirotory
hfeksi Nosokomial Saluran Cerna dan Health tract q u ino Lo n seperti levofloksasin.
Carc-Associated Complicated I ntraabdominal HAP/VAP late onset adalah HAp/VAp yang terjadi
ffation (H ealth Core-Associated clAl) pada waktu dari 4 hari penggunaan ventilator atau
ffiksi pada saluran cerna yang didapat di rumah sakit penggunaan antibiotika di rumah sakit. pada HAp/
cring dihubungkan dengan hygienis makanan pasien YAP tote onsef penyebab kuman gramt negatif seperti,
ynng kurang baik. Penyebab lain yang sering dijumpai Klebsiela, Pseudomonos sp atau Acinetobocter. sp harus
Fda infeksi saluran cerna didapat di rumah sakit adalah lebih dipikirkan. Pola kuman pada HAp/VAp late onset
&nya infeksi Clostridium dfficite.lnfeksi C. dfficite kerap pun umumnya cenderung lebih resisten terhadap
dlkaitkan dengan penggunaan antibiotika lama, atau juga antibiotika. Oleh karenanya antibiotika yang diberikan
obat-obat kemoterapi lama yang menyebabkan kematian pun harus mampu mencakup kuman-kuman resisten
normal usus.
lffiora seperti Ertended Spectrum Beto-Lactamose (ESBL), mutti/
lnfeksi C. dfficile ditandai dengan diare akut caiL pan resistont Pseudomonos sp dan Acinetobocter sp,
furang berdarah. Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit dan bahkan juga Methicillin Resistont Stophylococcus
olengan penggunaan antibiotika lama dengan keluhan oureus (MRSA) dan Methicillin Resistant Stophylococcus
ll5trnis diare patut dicurigai mengalami infeksi C. difficile. epidermidis (MRSE).
Diagnostik umumnya ditegakkan melalui Pencegahan terjadinya VAp antara lain dapat
pemeriksaan kultur feses, ataupun ditemukannya kolitis dilakukan dengan memposisikan pasien setengah
pseudomembranosa pada pemeriksaan kolonoskopi. berbaring (Semi-Recumbent), mencegah terjadinya
mberian metronidazol oral saat ini masih menjadi akumulasi sputum, ataujuga penggunaan ranjang khusus
pilihan utama terapi C. dfficite. Adanya resistensi C. difficile (oscillotin g bed). Terjadinya peningkatan asa m la mbu n g
thrhadap metronidazol patut dicurigai apabila tidak juga sering dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko
dfijumpai perbaikan klinis paska pemberian metronidazol. terjadinya VAP. Hal ini dikarenakan mampu menyebabkan
Fada kondisi seperti ini vankomisin direkomendasikan terbentuknya kolonisasi kuman atau translokasi kuman
untuk diberikan. - lambung.
688 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKS!

Tabel 3. Rekomendasi IDSA untuk clAl 2010


Regimen
Organisms seen in health Ceftazidime or
care-associated infection at Carbapenem :^tlj,:i:I't- cefepime,eachwith Aminoglycoside Vancomycin
tazobactam
the local institution metronidazole
< 20% Resistanl domonos Resu
oeruginosa, ESBL-producing
E n t e ro b a cte r ia c e a e, Recommended Recommended Recommended Not recommended Not recommndec
Acinetobacter, or other MDR
GNB
ESBL-producing Entero-
bacteriaceae Recommended Recommended Not recommended Recommended Not recommende:
p. oeruginoso >20% resistant
to ceftazidime
Recommended Recommended Not recommended Recommended Not recommend+:
MRSA
Not Not
Not recommended Not recommended Recommended
recommenoeo recommenoeo
Solomkin JS, et al. Clinical lnfectious Diseases 2010; 50:l::,:-
Tabel 4. Manajemen HAP dan VAP Tanpa Faktor Risiko Patogen Resisten Onset Dini dengan Berbagai Derajat Beratrqn
Penyakit. Rekomendasi ATS 2004
Potential Pathogen Rekomendasi Antibiotik
Streptococcus pn eu mo n ioe. Ceftriaxone
Haemophilus influenzae Atau
Meth ici I I i n - sen sitiv e Sto p hy lo co cc u s o u re u s Levofloxacin, moxifloxacin, atau ciprofloxacin
Antibiotic-sensitive enteric gram-negative bacilli Atau
Escherichia coli Ampicillin/su lbactam
Klebsiella pneumoniae Atau
Enterobocter species Ertapenem
Proteus species
Serratia marcescens
*Kejadian S. pneumoniae resisten penisilin
dan MDRS. Pneumoniae meningkat, levofloksasin atau moxifloksasin merupakan piliha- ,,rr:
lebih baik dibandingkan dengan ciprofloksasin, sementara itu gatifloksasin belum memiliki bukti secara empirik dalam peng:--,.i,
dengan indikasi seperti tersebut di atas

Tabel 5. Antibiotik Inisial Empirik pada HAP dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Onset Lambat dengan Riih
lnfeksi Patogen Multidrug Resistant dengan Berbagai Derajat Beratnya Penyakit, Rekomendasi ATS 2OO4
Potential Pathogens Terapi Kombinasi Antibiotik.
Pathogens listed in Table 3 and MDR pathogens Antipseudomonal cephalosporin (cefepime, ceftazidime)
Pseudomonas aeruginosa atau
KLe bsie llo p ne u m on io e (ESB L-)t Antipseudomonal carbepenem
Acinetobo cte r speciest (imipenem or meropenem)
atau
u- Lactam/u-lacta mase inhibitor
(pi peraci li n-tazobactam) p/us
I

Antipseudomonal fluoroquinolonet
(ciprofloxacin or levofloxacin)
Atau
Aminoglycoside
(amikacin, gentamicin, or tobramycin)
Plus
M eth i ci I I i n - resislant Sto p hylococc u s o u re us (M RSA) Linezolid or vancomycin.
Leg ioneLlo pneu mophiLot
tPasien dengan tersangka infeksi ESBL, maka pilihan utamanya adalah golongan karbapenem. Bila tersangka penyebab infe.: r;iillrffilil
L. pneumophila, maka regimen kombinasi mencakup makrolid (seperti azitromisin) atau fluorquinolon (seperti ciproflo<::. - lrmmul,
levofloksasin) Iebih direkomendasikan dibandingkan golongan aminoglikosida
* Digunakan bila ada faktor risiko infeksi MRSA
TIFEKS! NOSOKOMIAL 689

PEI{ATATAIGANAAN U MUM IN FEKSI NOSOKOMIAL gejala dan tanda klinis yang relatif stabil. Pemberian
antibiotika dimulai dengan antibiotika yang bersifat
t'lal pertama yang harus diperhatikan pada tatalaksana norrow spectrum, namun apabila pada pemantauan
infeksi nosokomial secara umum adalah sedapat mungkin berikutnya terjadi perburukan keadaan umum pasien,
mengevakuasi faktor risiko penyebab infeksi nya, misalnya maka pemberian antibiotika dinaikkan kepada
pada penggantian kateter vaskular, kateter vena jugular antibiotika yang memiliki spektrum lebih luas.
atau kateter urin yang telah lama digunakan. Sterilisasi 2. Cara De-eskalasi
nnstrumen-instrumen rumah sakit menjadi sesuatu yang Pemberian antibiotika dengan cara de-eskalasi
uital yang harus dilakukan. dilakukan pada pasien-pasien infeksi nosokomial
dengan gejala dan tanda klinis yang tidak stabil dan
lsolasi mengancam. Pada awal segera diberikan antibiotika
Trnrdakan isolasi pasien perlu dilakukan, baik bagi pasien- yang brood spectrum, yang kemudian diturunkan (de-
pien yang dijumpai kolonisasi mikroorganisme multi/pan eskalasi) kepada antibiotika sesuai temuan definitif
mesisten, ataupun yang terinfeksi mikroorganisme multi/ bakteri penyebab, lengkap dengan resistensi dan
pan resisten. Pada pasien-pasien yang dijumpai kolonisasi sensitivitas terhadap anti biotiknya.
mmikroorganisme multi/pan resisten sebenarnya tidak
mnrnerlukan eradikasi antibiotika empirik ataupun definitif. Pemberian Antibiotika Definitif
lllt[amun, pada pasien yang demikian wajib dilakukan Antibiotika definitif adalah antibiotika yang diberikan
tindakan d ekol on i sasi den ga n a ntiseptic both. berdasarkan kepada temuan bakteri kultur, lengkap
dengan sensitifitas dan resistensinya. Pemberian antibiotika
Tetalaksana umum lnfeksi Bakteri Nosokomial definitif merupakan kelanjutkan dari pemberian antibiotika
{finnfeksi bakteri tercatat sebagai penyebab infeksi empirik. Pemberian antibiotika secara definitif dilakukan
mmsokomial tertinggi hingga saat ini. Pemberian antibiotika dengan tujuan mempersempit spektrum antibiotika
Fng tepat guna amat dibutuhkan dalam pengelolaan sesuai temuan bakterihya, sehingga meningkatkan
i:rfieki
ba kteri nosokomia l. efektifitas eradikasi bakteri. Antibiotika Definitif dapat
Secara umum, indikasi tatalaksana antibiotika pada diberikan sampai kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda
psien-pasien yang terpapar infeksi nosokomial di rumah perbaikan klinis
sakit dapat dibedakan menjadi 3 indikasi (sesuai indikasi
ruumum antibiotika), yaitu : Antibiotika pada Bakteri-balrteri Resisten pada
llL- Pemberian Antibiotika Profilaksis. lnfeksi Nosokomial
e- Pemberian Antibiotika Empirik. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bakteri pada
3" Pemberian Antibiotika Definitif. infeksi nosokomial kerap bersifat resisten terhadap
antibiotika-antibiotika golongan betalaktam. Kerap
kmberian Antibiotika Profilaksis dijumpai K. pneumonioe dan E. coli lang berkategor:i
Artibiotika profilaksis umumnya diberikan pada pejamu ESBL atau Multi-Drug Resistont (MDR) Pseudqmanos sp,
ymtg imunokompeten, tanpa gejala klinis infeksi yang MDR Acinetobocter sp serta munculnya strain-strain baru
1ffi, namun berada dalam situasi yang cenderung dapat yang resisten terhadap antibiotika golongan karbapenem,
@rinfeksi, misalnya pada pasien-pasien imunokompeten seperti Klebsielo pneumonia Carbopenemose (KPC)
ymng menjalani operasi besar. Oleh karena itu, pada atau Enteroboctericeoe carbopenemose harus menjadi
psien-pasien demikian ini dimungkinkan untuk diberikan pertimbangan tersendiri dalam pemberian antibiotika
fiahlaksana antibiotika. empirik infeksi nosokomial.
Antibiotika golongan karbapenem atau antibiotika
ftmberian Antibiotika Empirik yang dikombinasi dengan antibetalaktamase, seperti
Fpmberian antibiotika empirik adalah pemberian tazobactam, sulbaktam atau asam klavulanat dapat
rntibiotika pada pejamu yang telah menampakkan gejala diberil6n pada infeksi nosokomial dengan perkiraan
llfir,ris infeksi, namun belum diketahui secara pasti kuman adanya bakteri-bakteri ESBL. Sedangkan antibiotika
penyebab infeksinya. Pemberian antibiotika empirik golongan glikopeptida seperti vankomisin, teikoplanin,
frdasarkan pada studi-studi pola kuman yang berlaku. atau golongan oxazolindinon seperti linezoloid dapat
ffiernberian antibiotika empirik pada infeksi nosokomial dipertimbangkan pada infeksi-infeksi M RSA.
rncrra umum dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Linezolid yang memiliki nqrrow spectrum pada
Ili. Cara Eskalasi kuman gram positif, juga dapat dipertimbangkan
Pemberian antibiotika dengan cara eskalasi dilakukan untuk eradikasi kuman-kuman seperti Voncomycin
pada pasien-pasien infeksi nosokomial dengan Resistont Staphylococcus oureus (VRSA) atau Voncomycin
690 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI

Resistont Enterococcus (VRE). Pada mikroorganisme- Pemberian Antijamur Pre- emptive


mikroorganisme -carbapenemase yang resisten Pemberian antijamur pre-emptive pada infeksi jamur
terhadap karbapenem, pemberian antibiotika golongan nosokomial Condido sp menurut berbagai rekomendasi
aminoglikosida, tigesiklin, asam klavulanat, atau kolistin antara lain diberikan pada keadaan perawatan di rumah
dapat direkomendasikan. sakit > 96 jam dengan kondisi imunokompromis.
pengunaan steroid atau antibiotik brood spectrum lam4
Antibiotika pada Febril Netropenia di Rumah Sakit operasi besar abdomen atau yang lainnya, dimana
Pada individu-individu dengan febril netropenia, yang ditemukan multikolonisasi jamur. Pada kondisi demikian.
menjalani perawatan di rumah sakit, maka pemberian sekalipun tanpa gejala klinis yang jelas, maka pemberian
antibiotika empirik pun harus dilakukan. Ceftazidim, obat anti jamur dapat dikedepankan.
piperasilin-tazobaktam, cefepime, dan karbapenem
merupakan antibiotika yang direkomendasikan untuk Pemberian Antijamur Empirik
kasus-kasus febril netropenia. Secara empirik, berbagai rekomendasi menjelaskan
bahwa pemberian anti jamur empirik untuk Candida ry
Tatalaksana Umum lnfeksi Virus Nosokomial dapat diberikan pada pejamu yang menampakkan tanda
Secara umum infeksi virus merupakan infeksi yang dan gejala jelas infeksi dengan keadaan perawatan d
bersifat self limiting diseose. Namun, yang jelas di sini rumah sakit > 96 jam dengan kondisi imunokompromk,
adalah, bila terjadi infeksi virus yang terjadi secara pengunaan steroid atau antibiotik brood spectrum lann-
nosokomial, maka isolasi pada pasien yang terjangkit operasi besar abdomen atau yang lainnya, tanpa dijumpi
harus segera dilakukan, apalagi bila penularan virus-virus multikolonisasi jamur.
tersebut dapat diperantarai secara oir borne. Pemberian Pemberian antijamu r em pi rik golongan echin ocon&
anti virus hingga saat ini belum menjadi suatu guideline atau golongan ozol dapat direkomendasikan pada kru
yang menetap, kecuali pada infeksi-infeksi virus yang kand idiasis sistemik dan invasif, sedangkan amfoterisirtr0i
berat dan mengancam, seperti misalnya SARS atau avian memiliki spektrum yang lebih luaS, yang dapat digun&n
influenza. pada kasus-kasus kandidiasis, histoplasmosis atmt
kriptokokosis sistemik dan invasif pada pasien-pasbnr
Tatalaksana Umum lnfeksi Jamur Nosokomial dengan imunokompromis.
lnfeksi jamur yang tercatat paling sering pada infeksi
nosokomial adalah infeksi Condido sp. lnfeksi jamur Pemberian Antijamur Definitif
sendiri, khususnya Condido sp memiliki 3 manifestasi Pemberian antijamur definitif diberikan pada
klinik, yaitu :
yang memang telah terbukti secar_a definitif
1. Superfisial
infeksi jamur nosokomial, yaitu dengan
2. Sistemik jamur dari berbagai kultur dari berbagai spesimen
3. lnvasif
membuktikan adanya infeksi jamur.
Pada infeksi jamur nosokomial oleh Condido sp,
seringkali terjadi infeksi sistemik dan invasif. lnfeksi
jamur nosokomial harus diwaspadai pada pejamu PANITIA PENGENDALI INFEKSI RUMAH
imunokompeten dengan berbagai instrumen medik yang (PP!RS)
terpasang (terutama CVC) atau juga pada pejamu dengan
netropenia. Sesuai persyaratan dari Depkes, rumah sakit di
Secara umum, pada infeksi jamur nosokomial juga diharuskan mempunyai Panitia Pengendali Infeksi
dikenal 4 indikasi pemberian, yaitu : Sakit (PPIRS). Tujuan dari PPIRS ini adalah
1. Pemberian antijamur profilaksis berbagai pihak dan elemen untuk melak
2. Pemberian antijamur pre-emptive pengendalian infeksi di rumah sakit, dimana hal irS
3. Pemberian antijamur empirik dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
4. Pemberian antijamur definitif nosokomial. Berbagai surveillonce infeksi
rumah sakit harus dilakukan untuk mengetahul
Pemberian Antijamur Profilaksis mikroorganisme, masalah di lapangan, serta juga
IDSA 2009 menekankan, pemberian antijamur profilaksis mengevaluasi kinerja PPIRS.
(terutama terhadap Condida sp) dapat diberikan pada Wenzel RP menuliskan bahwa tim pengendali i
pejamu yang berisiko tinggi (pasien-pasien dengan rumah sakit sebaiknya terdiri dari ahli epidemiologi
netropenia), terpapar dengan kemungkinan infeksi sakit, ahli mikrobiologi, perawat terlatih, ahli
jamur. teknisi komputer serta ahli biostatistik. Masi
:rcxsl NosoKoMlAL 691

rcrrnponen tersebut harus bekerja sama sesuai dengan Krieger JN et al. Urinary tract etiology of blood in_fections in
[*oangnya masing-masing guna menentukan kebijakan hospitalized patients. I Infect Dis 1986; 153:1075-83. Maki Dg,
et al. Infection control in intravenous therapy. Anl Intern
renEendalian infeksi di rumah sakit sesuai dengan kondisi
Med1973;79:867-87
i apangan. Loho T, Astrawinata DAW, Peta Bakteri dan Kepekaan terhadap
Antibiotik RSUPN Cipto Mangunkusumo |anuari-juni, 2010
Marschall ], Tibbets RJ, Dunne |r WM, Frye JG, Fraser V],
Warren DK, Presence of the KPC carbapenemase gene in
rF<IMPULAN enterobacteriaceae causing bacteremia and its correlation
with in vitro carbapenem susceptibility, J Clin Microbiol. vol.
milexsi nosokomial saat ini menjadi salah satu perhatian 47. no.L.2009 ;239-241
Nelwan RHH, Sosro R, Immanuel S, Soemar-sono. Infeksi rumah
rimarna yang harus mendapat penanganan yang baik.
sakit pada pasien yang dirawat di ruang rawat Bagian IImu
&erdasarka n klasifikasi nya, infeksi nosokomial antara lai n Penyakit Dalam FKUI/RSCM. AMI 1983; 13:14-46
rrr'eksi saluran kemih, infeksi luka operasi, infeksi aliran Niederman, Hospital-Acquired Pneumonia, Health Care-
trarah, infeksi saluran cerna dan intra-abdomen, serta Associated Pneumonia, Ventilator-Associated Pneumonia,
and Ventilator-Associated Tracheobronchitis: Definitions and
mr.ersi paru. Penanganan kejadian infeksi nosokomial
Challenges in Trial Design Clin. Infect Dis, 2010;51,:512 -517
miei puti tindakan isolasi sampai kebijakan pemberian Pappas GP, Kauffman CA, Andes D et al, Clinical Practice
ar'":rmikroba empirik dan definit yang tepat. panitia Guidelines for The Management of Candidiasis : 2009 Update
serEendali lnfeksi Rumah Sakit (PPIRS) harus dibentuk di by the Infectious Disease Society of Ameica,2009
Pedoman Managerial Pengendalian InJeksi di Rumah Sakit
'nrrr.ah sakit untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Departemen
ter<ait guna pengendalian infeksi di rumah sakit. Kesehatan Republik Indonesi4 edisi kedua, 2008
Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, edisi kedua, 2009
TEFERENSI Peter G. Pappas, Carol A. Kauffman, David Andes, Daniel
K. Benjamin, Jr., Thierry F. Calandra, John E. Edwards,
A,mlerican Thoracic Society, Guidelines for the Management of ]r., Scott G. Filler, ]ohn,F. Fisher, Bart-Jan Kullberg, Luis
-{dults with Hosptal acquired, Ventilator associated and Ostrosky Zeichner, Annette C. Reboli, ]ohn H. Rex, Thomas
Healthcare associated pneumonia, 2004 J. Walstr, and Jack D.Sobe, Clinical practice guidelines for the
{rmtslbiotic and Chemotherapy. Anti-Infectious Agents and their management of candidiasis: 2009 update by the infectious
use in therapy. 8,h ed. Roger G Finch, David Greenwood diseases society of America, Clinical Infectious Diseases,
Churchill Livingstone 2003 2009;48:503 - 535
frour,r fR, Navarro MD et al, Epidemiology and clinical features Pramudiyo R. Experience on nosocomial infec-tion control in
of infections caused by extended spectrum betalactamase Hasan Sadikin Hospital-Internation-al Symposia on Tropical
producing escheceria coli in nonhospitalized patients. J Clin Med. And Infectious Diseases, Bandung, September 1993
Ificrobiol. vol. 42. no.3. 2004 ; 1089-94 Pratiwi S. Perubahan pola penyebab infeksi saluran napas, MKI
hukr Saku Quality and Safety, Unit Pelayanan Jaminan Mutu 1994;M (8)
RSUPN Cipto Mangur*usurno, edisi 1,2011 Sakoulas G, Gold HS, Degiloram PC, Eliopoulos GM, Qian e.
,tslurmuritz LG, Infection Control for the Health Care Worker, 3'd Methicillin resistant Staphylococcus aureus : Comparison of
ed,2000 susceptibility testing methods and analysis of mecA positive
h:edmarr C, Newsom G, Basic Concepts of Infection Control, susceptible strains, Am J of Clin Microbiol, vol.39, no.11 :
lntemational Federation of lnfection Contro1,2007 2001, :3946-5L
,*rCiito W, Kolopaking EP. Problems of nosocomial infection Styrt B, Sugarman B. Antipyretic and fever. Ann Intern Med
control in relation with irrational use of antibiotics. 1990;150:1589
lnternational Symposia on Tropical Med and Infectious Wenzel R, Bearman G, Brewer T, Butzler JP, Importance of
Diseases, Bandung,1993 Infections Control, A guide to Infection Control in the
lLr::d & Peraud M, Pruss A et al, Prevention of HospitalAcquired Hospital, lnternational Society for Infectious Disease (ISID),
Infection, A Practical Guide,2nd, WllJ:O,2002 4'h ed,2008
idru],l IM, Antibiotic policies to control hospital-acquired infectiorl Woodford N, Zhang J ,Warner M, Kaufmann ME, Matos |,
I. Antimicrob. Chemother, 2008;61,:763 -265 MacDonald A" Brudney D, Sompolinsky D, Navon-Venezia S,
l;nm,bsen Sl4 Stickler D], Mobley HL, Shirttiff ME, Complicated Livermore DM, Arrival of Klebsiella pneumoniae producing
catheter - associated urinary tract infection due to E.coli and KPC carbapenemase in the United Kingdom, J. Antimicrob.
proteus mirabilis, Clin. Microbiol, 2008; 26-59 Chemother, 2008; 62: 1261 - 1264
ri,meph S. Solomkin, john E. Mazuski, Zulkarnain I, Infeksi Nosokomial, Buku Ajar Ilmu penyakit
John S. Bradley, Keith
-\ Rodvold, Ellie ].C. Goldstein. Ellen |. Barory patrick ]. Dalam |i1id III, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
O>Neill" Anthony W. Chow, E. Patchen Dellinger, Soumitra Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 ; 1771-73
R. Eachempati, Sherwood Gorbaclu Mary Hilfiker, Addison Scott RD. The direct medical costs of healthcare-associated
K. May, Avery B. Nathens, Robert G. Sawyer, and )ohn G. infections in US hospitals and the benefits of preventiory 2008.
tsartlett, Diagnosis and management of complicated intra-
abdominal infection in adults and children: guidelines by the
surgical infection society and the infectious diseases society
of America, Clinical Irrfectious Diseases, 2010; 50: 133 - 1,64
92
SEPSIS
A. Guntur Hermawan

INFEKSI DAN INFLAMASI Systemic lnflommotory Response Syndrome adaldin


pasien yang memiliki dua atau lebih kriteria sebagnf
lnfeksi adalah istilah untuk menamakan keberadaan berikut :
berbagai kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. 1. Suhu > 38oC atau < 36 oC.
Bila kuman berkembang biak dan menyebabkan kerusakan 2. Denyut jantung , 90 denyut/menit.
jaringan di sebut penyakit infeksi. Pada penyakit infeksi 3. Respirasi >2Olmenit atau Pa CO2 < 32 mmHg.
terjadi jejas sehingga timbulah reaksi inflamasi. Meskipun 4. Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau > 10% sel inrdur
dasar proses inflamasi sama, namun intensitas dan (band).
luasnya tidak sama, tergantung luas jejas dan reaksi
Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yqr
tubuh. lnflamasi akut dapat terbatas pada tempat jejas
diketahui (ditentukan dengan biakan positif terhadry
saja atau dapat meluas serta menyebabkan tanda dan
organisme dari tempat tersebut). Biakan darah tid*
gejala sistemik.1,2
harus positif. Meskipun SIRS, sepsis dan syok sepft
lnflamasi ialah reaksi jaringan vaskular terhadap
biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri, tidak
semua bentukjejas. Pada dasarnya inflamasi adalah suatu
terdapat bakteriemia. Bakteriemia adalah keber
reaksi pembuluh darah, saraf, cairan dan sel tubuh di
bakteri hidup dalam komponen cairan darah. Bakteri
tempat jejas. lnflamasi akut merupakan respon langsung
bersifat sepintas, seperti biasanya dijumpai setelah ji
yang dini terhadap agen penyebab jejas dan kejadian
pada permukaan mukosa, primer (tanpd fokus i
yang berhubungan dengan inflamasi akut sebagian besar
teridentifikasi) atau seringkali sekunder terhadap
dimungkinkan oleh produksi dan pelepasan berbagai
infeksi intravaskular atau ekstravaskular.
macam mediator kimia. Meskipun jenis jaringan yang
mengalami inflamasi berbeda, mediator yang dilepaskan
adalah sama.2
Manifestasi klinik yang berupa inflamasi sistemik
ANGKA KEJADIAN SEPSIS
disebut systemic inflommation respons syndrome (SIRS).3
Sepsis adalah salah satu alasan paling umum
Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa sepsis
masuk ke unit perawatan intensif (lCU) di seluruh
adalah SIRS dengan dugaan infeksi.a
Selama dua dekade terakhir, kejadian sepsis di
Serikat telah tiga kali lipat dan sekarang
penyebab utama kematian kesepuluh. Di A
DEFINISI
Serikat saja, sekitar 750.000 kasus sepsis terjadi
tahun, setidaknya 225.000 dari yang fatal.T Pasien
Sepsis adalah sindrom klinik oleh karena reaksi yang
umumnya dirawat di rumah sakit untuk waktu
berlebihan dari respon imun tubuh yang distimulasi
lama, jarang meninggalkan ICU sebelum 2-3 mi
mikroba/bakteri baikdari dalam dan luartubuh. Dipandang
Meskipun penggunaan agen antimikroba dan
dari imunologi sepsis adalah reaksi hipereaktivitas.s
pendukung kehidupan, angka kematian untuk
Definisi untuk sepsis dan gagal organ serta petunjuk
dengan sepsis tetap antara 20% dan 30%
penggunaan terapi inovatif pada sepsis berdasarkan Bone
dekade terakhir.T
et ol.6
693

Pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2009


seoanyak 28.385 orang. Total pasien yang meningg al 2.288
orang atau 8,06o/o dari jumlah total pasien rawat inap.
aenderita sepsis 597, angka kejadian sepsis di RSUD Dr. Predisposition
tufoewardi 2,1Yo.Pasien menderita sepsis 597 orang dan yang lnfection
rreninggal karena sepsis sebanyak 409 (dewasa 384 dan anak
15 orang). Dari kematian total di rumah sakit sebanyak 2.288, Response
m'gka kematian karena sepsis berjumlah 409 orang (17,87o/o).
uenderita sepsis sebanyak597, dan yang meninggal karena
Orgon dysfunction - Number of foiLing organs
ryok septik sebanyak 409 (68,5%).8

DERAJAT SEPSIS
Gambar 1. Faktor predisposisi, infeksi, respons klinis, dan
Ir disfungsi organ pada sepsis (PIRO) (Dikutip dari Levy MM, et
SIRS,ditandai dengan > 2 gejala sbb:
al. '1256)
- Hipertermia/hipotermia (> 38,3 ocl< 35,6 0C )
- Takipneu (resp > 20/mnt)
- Takikardia( pulse > 100/mnt ) ETIOLOGI SEPSIS
- Leukositosis > 12000/mm atau Leukopenia <
4000/mm Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri Gram
- Sel imatur > 'l 0% (-) dengan prosentase 60% sampai 70% kasus, yang
,: SEPSIS menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi
lnfeksi disertai SIRS sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan
J SEPSIS BERAT mediator inflamasi. Produk yang berperan penting
Sepsis yg d iserta i MO DS/MOF ( M u lti O rg a n Dysfu n ctio n terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS). LPS atau
Syndrome/Multi Orgon Foilure), hipotensi, oligouri endotoksin g ikoprotein kompleks merupa kan komponen
I

bahkan anuri. utama membran terluar dari bakteri Gram negatif.


4, Sepsis dengan hipotensi LPS merangsang peradangan jaringan, demam dan
Sepsis dengan hipotensi (tek. sistolik < 90 mmHg atau syok pada penderita yang terinfeksi. Struktur lipid A dalam
penurunan tek. sistolik > 40 mmHg). LPS bertanggung jawab terhadap reaksi dalam tubuh
I Syok Septik penderita.l2,13xa Staphylococqi, Pneumococci, Streptococci
Syok septik adalah subset dari sepsis berat, yang dan bakteri Gram positif lainnya jarang menyebabkan
didefinisikan sebagai hipotensi yang diinduksi sepsis sepsis, dengan angka kejadian 20o/o sampai 4Oo/o dari
dan menetap kendati telah mendapat resusitasi cairan, keseluruhan kasus.ls Selain itu jamur oportunistik, virus
dan disertai hipoperfusi jaringan.s (Dengue dan Herpes) atau protozoa (Folciporum malarioe)
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan dilaporkan dapat menyebabkan sepsis, walaupun jarang.
dtisrungsi organ, kelainan hipoperfusi, atau hipotensi. Peptidoglikan merupakan komponen dinding sel
i(eainan hipoperfusi meliputi ( tetapi tidak terbatas ) pada : dari semua kuman, pemberian infus substansi ini pada
1. Asidosis laktat. binatang akan memberikan gejala mirip pemberian
I Oliguria. endotoksin. Peptidoglikan diketahui dapat menyebabkan
3. Atau perubahan akut pada status mental. agregasi trom bosit.16,17,18
Berdasarkan konferensi internasional pada tahun 2001, Eksotoksin yang dihasilkan oleh berbagai macam
mrdapat tambahan terhadap kriteria sebelumnya. Dimana kuman, misalnya q-hemolisln (5, aureus), E. coli haemolisin
pusa konferensi tahun 2001 menambahkan beberapa (E. coli) dapat merusak integritas membran sel imun secara
ht'r'mnia diagnostik baru untuk sepsis. Bagian yang terpenting langsun!.17
ffilah dengan memasukkan petanda biomolekuler yaitu Dari semua faktor diatas, faktor yang paling penting
'wwolcitonin (PCT) dan C-reoctive protein (CRP), sebagai adalah LPS endotoksin Gram negatif dan dinyatakan
Erckah awal dalam diagnosa sepsis. Rekomendasi yang sebagai penyebab sepsis terbanyak. LPS dapat langsung
umma adalah implementasi dari suatu sistem tingkatan mengaktifkan sistem imun selular dan humoral, yang
,Fedisposlfion, insult lnfection, Response, ond Orgon dapat menimbulkan perkembangan gejala septikemia. LPS
,@rlncfion (PIRO) untuk menentukan pengobatan secara sendiri tidak mempunyai sifat toksik, tetapi merangsang
mnaqsimum berdasarkan karakteristik pasien dengan pengeluaran mediator inflamasi yang bertanggung jawab
mnradf kasi gejala-dan risiko yang individual.l0,l1 terhadap sepsis. Makrofag mengeluarkan polipeptida,
694 PENYAKIT TROPIK DAN INM

yang disebut faktor nekrosis tumor (Tumor necrosis factor/ penderita akan bereaksi dengan makrofag melalui TLRs*
INF) dan interleukin 1 (lL-1), lL-6 dan lL-8 yang merupakan (Toll Like Receptors 4) sebagai reseptor transmembrn
mediator kunci dan sering meningkat sangat tinggi pada dengan perantaraan reseptor CD 14+ dan makrofag
penderita immunocompromise (lC) yang mengalami mengekspresikan imuno modulatorl hal ini hanya dap*
e,2o,a
sepsis.l terjadi pada bakteri Gram negatif yang mempunyai LP!5
dalam dindingnya.","
Pada bakteri Gram positif eksotoksin dapd
PATOGENESIS merangsang langsung terhadap makrofag dengan meldrii
TLRs2 (Ioll Like Receptors 2) tetapi ada juga eksotokrh
Sebagian besar penderita sepsis menunjukkan fokus sebagai superantigen.
infeksi jaringan sebagai sumber bakteriemia, hal ini Padahal sepsis dapat terjadi pada rangsangam
disebut sebagai bakteriaemia sekunder. Sepsis Gram endotoksin, eksotoksin, virus dan parasit, maka mekanigrp
negatif merupakan komensal normal dalam saluran tersebut diatas masih kurang lengkap dan tidak da$
gastrointestinal, yang kemudian menyebar ke struktur menerangkan patogenesis sepsis dalam arti keseluruhil,,
yang berdekatan, seperti pada peritonitis setelah perforasi oleh karena konsep tersebut tidak melibatkan peran lirnffi
appendikal, atau bisa berpindah dari perineum ke uretra T dalam keadaan sepsis dan kejadian syok septik.
atau kandung kemih. Selain itu sepsis Gram negatif fokus Di Indonesia dan negara berkembang sepsis
primernya dapat berasal dari saluran genitourinarium, hanya disebabkan oleh Gram negatif saja, tetapi
saluran empedu dan saluran gastrointestinum. Sepsis disebabkan oleh Gram positif yang mengel
Gram positif biasanya timbul dari infeksi kulit, saluran eksotoksin. Eksotoksin, virus, dan parasit yang
respirasi dan juga bisa berasal dari luka terbuka, misalnya berperan sebagai superantigen setelah di f
pada luka bakar.ls oleh monosit atau makrofag yang berperan
lnflamasi sebagai tanggapan imunitas tubuh Antigen Processing Cell dan kemudian ditampilkan
terhadap berbagai macam stimulasi imunogen dari luar. Antigen Presenting Cell (APC). Antigen ini
lnflamasi sesungguhnya merupakan upaya tubuh untuk muatan polipeptida spesifik yang berasal dari
menghilangkan dan eradikasi organisme penyebab. H ktocompotibtlity Complex (M HC). Antigen yang
Berbagai jenis sel akan teraktivasi dan memproduksi peptida MCH kelas ll akan berikatan dengan CD4t
berbagai jenis mediator inflamasi termasuk berbagai Th1 dan Th2) dengan perantaraan TCR (T Cell
sitokin. Mediator inflamasi sangat komplek karena Sebagai usaha tubuh untuk beraksi terhadap
melibatkan banyak sel dan mediator yang dapat maka limfosit T akan mengeluarkan substansi dad
mempengaruhi satu sama lain. yang berfungsi sebagai imuno mo_dulator yaitu :
Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri lL-2 dan M-CSF (Mocrophoge colony stimuloting
dalam sepsis. Masih banyak faktor lain (non sitokin) 23,34
Limfosit Th2 akan mengekspresikan lL-4, lL-5,
yang sangat berperanan dalam menentukan perjalanan dan lL-10. IFN-y merangsang makrofag m
suatu penyakit. Respon tubuh terhadap suatu patogen lL-1B dan TNF-q. IFN-g, lL-1p dan TNF-o
melibatkan bermacam-macam komponen sistem imun dan sitokin proinflamatori, sehingga pada keadaan
berbagai macam sitokin baik itu yang bersifat proinflamasi terjadi peningkatan kadar lL-1p dan TNF-c
dan antiinflamasi. Termasuk sitokin proinflamasi adalah penderita. Pada beberapa kajian biasanya selama
TNF, lL-1, lnterferon (lFN-g) yang bekerja membantu sel sepsis tingkat lL-1p dan TNF-o berkolerasi
untuk menghancurkan mikroorganisme yang menginfeksi. kepa raha n penyakit da lam kematian,28,2e tetapi
Termasuk sitokin antiinflamasi adalah interleukin 1 sitokin lL-2 dan TNF-q selain merupakan reaksi
reseptor antagonis (lL-1 ra), lL-4, lL-10 yang bertugas untuk sepsis dapat pula merusakkan endotel pembuluh
memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respons yang mekanismenya sampai dengan saat ini
yang berlebihan. Apabila keseimbangan kerja Qntara pro- jelas
(20,30,1e).
lL-1p sebagai imuno-regulator utarna
inflamasi dan anti-inflamasi mediator ini tidak tercapai mempunyai efeii pada sel endotelial termasuk di
dengan sempurna maka dapat memberikan kerugian pembentukan prostaglandin E2 (PG-Er) dan
bagi tubu;'1.",",2: ekspresi intercellular odhesion molecule-1
Penyebab sepsis dan syok septik yang paling banyak Dengan adanya ICAM-1 menyebabkan neutrofl
berasal dari stimulasi toksin, baik dari endotoksin Gram telah tersensitasi oleh gronulocyte-mocrophoge
(-) maupun eksotoksin Gram (+). Endotoksin dapat secara stimuloting foctor (GM-CSF) akan mudah
langsung dengan LPS dan bersama-sama dengan antibodi adhesi. lnteraksi endotel dengan neutrofil terdiri
dalam serum darah penderita membentuk LPSab (Lipo langkah, yaitu :
Poli Sakarida Antibodi).lPSab yang berada dalam darah 1. Bergulirnya neutrofil, P dan E-selektin yang
695

oleh endotel dan L-selektin neutrofil dalam mengikat GEJALA KLINIK


ligan respektif.
2- Merupakan langkah yang sangat penting, adhesi dan Gejala klinik sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya
aktivasi neutrofil yang mengikat intergretin CD-11 didahului oleh tanda-tanda sepsis non spesifik, meliputi
atau CD-18, yang melekatkan neutrofil pada endotel demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah,
dengan molekul adhesi (ICAM) yang dihasilkan oleh malaise, gelisah atau kebingungan" Gejala tersebut tidak
endotel. khusus untuk infeksi dan dapat dijumpai pada banyak
3" Transmigrasl netrofil menembus dinding endotel.3l'a macam kondisi inflamasi non-infeksius. Tempat infeksi
yang paling sering : paru, traktur digestifus, traktus
Neutrofil yang beradhesi dengan endotel akan
urinaris, kulit, jaringan lunak dan saraf pusat. Sumber
rntlrnengeluarkan lisosim yang akan menyebabkan dinding
infeksi merupakan diterminan penting untuk terjadinya
emdotel lisis, akibatnya endotel terbuka. Neutrofil
berat dan tidaknya gejala-gejala sepsis. Gejala sepsis
yuga membawa superoksidan yang termasuk dalam
tersebut akan menjadi lebih berat pada penderita usia
madikal bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi
lanjut, penderita diabetes, kankel gagal organ utama,
pada mitokondria dan siklus GMPs. Akibat dari proses
dan pasien dengan granulositopenia. Yang seri ng
lffirsebut endotel menjadi nekrosis,32 sehingga terjadi
diikuti gejala MODS sampai dengan terjadinya syok
l5erusakan endotel pembuluh darah. Ternyata kerusakan
sepsis.
smdotel pembuluh darah tersebut akan menyebabkan
Mrjadinya gangguan vaskular (Vasculor leok) sehingga Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi :

rmenyebabkan kerusakan organ multipel sesuai dengan . sindroma distress pernapasan pada dewasa
pendapat Bone bahwa kelainan organ multipel tidak . koagulasiintravaskular
drirsebabkan oleh infeksi tetapi akibat inflamasi yang . gagal ginjal akut
sistemik dengan sitokin sebagai mediator.2l Pendapat . perdarahan usus
tMrrsebut diperkuat oleh Cohen bahwa kelainan organ . gagal hati
mr,nrultipel disebabkan karena trombosis dan koagulasi . disfungsi sistem saraf pusat
dalam pembuluh darah kecil sehingga terjadi syok septik . gagal jantung
yang berakhir dengan kematian.2o . kematian
Syok septik merupakan diagnosis klinik sesuai dengan
hipotensi (tekanan darah
siundroma sepsis disertai dengan
turun < 90 mmHg) atau terjadi penurunan tekanan darah DIAGNOSIS
s[stolik > 40 mmHg dari tekanan darah sebelumnya. Organ
ymng paling penting adalah hati, paru dan ginjal, angka Diagnosis sepsis memerl.ukan indeks dugaan tinggi,
hernatian sangat tinggi bila terjadi kerusakan lebih dari pengambilan riwayat medis yang cermat, pemeriksaan
1ffiga organ tersebut. Dalam suatu penelitian disebutkan fisik, uji laboratorium yang sesuai, dan tiqdak lanjut status
arqka kematian syok septik adalahT2% dan 50% penderita hemodinamik.
mrmeninggal bila terjadi syok lebih dari 72 jam, 30 - 80%
menderita dengan syok septik menderita ARDS.33
Menurut Dale DC, bahwa pada penderita diabetes RIWAYAT
sirosis hati, gagal ginjal kronik dan usia lanjut
ltm,elitus,
Smrig merupakan kelompok lC lebih mudah menderita Membantu menentukan apakah infeksi didapatkan
sepsis. Pada penderita lC bila mengalami sepsis sering
dari komunitas atau nosokomial dan apakah pasien
m,rjadi komplikasi yang berat yaitu syok septik dan imunokompromis. Rincian yang harus diketahui meliputi
herakhir dengan kematian.3a,3s Untuk mencegah terjadinya
paparan pada hewan, perjalanan, gigitan tungau,
sepsis yang berkelanjutan, Th-2 mengekspresikan lL-10
bahaya di tempat kerja, penggunaan alkohol, seizure,
sebagai sitokin anti inflamasi yang akan menghambat
hilang Resadaran, medikasi dan penyakit dasar yang
ehspresi IFN-y, TNF-q dan fungsi APC. lL-10 juga
mengarahkan pasien kepada agen infeksius tertentu.
mnnemperbaikijaringan yang rusak akibat paradangan.
Es Apabila lL-10 meningkat lebih tinggi, kemungkinan Beberapa tanda terjadinya sepsis meliputi:
kqiadian syok septik pada sepsis dapat dicegah. 1. Demam atau tanda yang tak terjelaskan disertai
Dengan mengetahui konsep patogenesis sepsis dan keganasan atau instrumentasi.
ryok septik, maka kita dapat mengetahui, sitokin yang 2. Hipotensi, oliguria atau anuria.
iherperan dalam syok septik dan dapat diketahui apakah 3. Takiprrea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab
@rdapat perbedaan peran sitokin pada beberapa penyakit
' jelas.
dasar yang berbeda. 4. Perdarahan.
696 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXSI

PEMERIKSAAN FISIK tidak dapat dikoreksi bahkan dengan oksigen 100%.


H i perg ikemia diabeti k da pat meni mbu lka n ketoasidosis
I

Perlu dilakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh. yang memperburuk hipotensi.


Pada semua pasien neutropenia dan pasien dengan Mortalitas meningkat sejalan dengan peningkatan
dugaan infeksi pelvis, pemeriksaan fisik harus meliputi jumlah gejala SIRS dan beratnya proses penyakit.3T
pemeriksaan rektum, pelvis, dan genital. Pemeriksaan
Komplikasi:
tersebut akan mengungkap abses rektal, perirektal, dan/
. Sindrom distres pernapasan dewasa (ARDS, odult
atau perineal, penyakit dan/atau abses inflamasi pelvis,
re s p iroto ry d ise o se syn d ro m e)
atau prostatitis.
. Koagulasi intravaskular diseminata (DIC, disseminotd
int rovo sc u Lo r co o g u latio n)
. Gagal ginjal akut (ARF, ocufe renol foilure)
DATA LABORATORIUM
Perdarahan usus
. Gagal hati
Uji.laboratorium meliputi Complete Blood Count (CBC)
. Disfungsi sistem saraf pusat
dengan hitung diferensial, urinalisis, gambaran koagulasi,
glukosa, urea darah, nitrogen, kreatinin, elektrolit,
. Gagal jantung
. Kematian
uji fungsi hati, kadar asam laktat, gas darah arteri,
elektrokardiogram, dan foto dada. Biakan darah, sputum, lnsidensi komplikasi tersebut yang dilaporkan pada
urin, dan tempat lain yang terinfeksi harus dilakukan. SIRS dan sepsis dalam penelitian berbeda adalah 19S
Lakukan pengecatan Gram di tempat yang biasanya steril untuk disfungsi CNS, 2-8% untuk ARDS, '12% untuk gagdl
(darah, CSF, cairan artikulari ruang pleura) dengan aspirasi. hati,9-23% untuk ARF, dan 8-18% untuk DlC.
Minimal 2 set (ada yang menganggap 3) biakan darah Pada syok septik, ARDS dijumpai pada sekitar 18flh
harus diperoleh dalam periode 24 jam. Volume sampel DIC pada 38%, dan gagal ginjal 50%.
sering terdapat kurang dari 1 bakterium/ml pada dewasa
(pada anak lebih tinggi). Ambil 10-20 ml per sampling
pada dewasa (1 -5 ml pada anak) dan inokulasikan dengan TERAPI
trypticose soy broth dan thioglycoLate soy broth. Waktu
sampel untuk puncak demam intermiten. bakteremia Tiga prioritas utama dalam terapi sepsis, yaitu:
dominan 0,5 jam sebelum puncak demam. Jika terapi 1. Stabilisasi Pasien Langsung
antibiotik sudah dimulai, beberapa macam antibiotik dapat Masalah mendesak yang dihadapi pasien
dideaktivasi di laboratorium klinis. sepsis berat adalah pemulihan abnormalitas
Tergantung pada status klinis pasien dan risiko terkait, membahayakan jiwa (ABt:. oirwoy, bre
penelitian dapat juga mengunakan foto abdomen, Cf circulotion). Pemberian resusitasi awal
Sconning, MRl, ekokardiografi, dan/atau punksi lumbal. penting pada penderita sepsis, dapat di
kristaloid atau koloid untuk mempertah
stabilitas hemodinamik. Perubahan status
TEMUAN LABORATORIUM LAIN atau penurunan tingkat kesadaran akibat
memerlukan perlindungan langsung ter
jalan napas pasien. lntubasi diperlukan juga
Sepsis awal. leukositosis dengan shift kiri, trombositopenia,
memberikan kadar oksigen lebih tinggi.
hiperbilirubinemia, dan proteinuria. Dapat terjadi
mekanis dapat membantu menurunkan
leukopenia. Neutrofil mengandung granulasi toksik,
badan Dohle, atau vakuola sitoplasma. Hiperventilasi
oksigen oleh otot pernapasan dan pe
ketersediaan oksigen untuk jaringan Iain.
menimbulkan alkalosis respirator. Hipoksemia dapat
darah terancam, dan penurunan bermakna
dikoreksi dengan oksigen. Penderita diabetes dapat
tekanan darah memerlukan terapi empirik
mengalami hiperglikemia. Lipid serum meningkat.
yang agresif dengan cairan (ditambah kristaloll
Selanjutnya. Trombositopenia memburuk disertai koloid) dan inotrop/vasopresor (dopamin,
perpanjangan waktu trombin, penurunan fibrinogen, dan fenilefrin, epinefrin, atau norepinefrin). Pada
keberadaan D-dimer yang menunjukkan DlC. Azotemia berat diperlukan pemantauan peredaran
dan hiperbilirubinemia lebih dominan. Aminotransferase 8-12 mm Hg; Mean orteriol pressure > 65mm
(enzim liver) meningkat. Bila otot pernapasan lelah, terjadi output > 0.5 mL/kg 1/jam'; Centrol venous
akumulasi serum laktat. Asidosis metabolik (peningkatan veno cavo) oxygen soturation > 70Yo atau mkd
onion gop) terjadi setelah alkalosis respirator. Hipoksemia > 65%. (Sepsis Compoign, 2008).
697

Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan i. lnfeksi CNS: vankomisin dan sefalosporin generasi
dalam lCU. Tanda vital pasien (tekanan darah, ketiga atau meropenem
denyut jantung, laju napas, dan suhu badan) harus j. lnfeksi CNS nosokomial: meropenem dan
dipantau. Frekuensinya tergantung pada berat vankomisin
sepsis. Pertahankan curahjantung dan ventilasi yang *Obat berubah sejalan dengan waktu. Pilihan obat
memadai dengan obat. Pertimbangkan dialisis untuk
tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa bahan
membantu fungsi ginjal. Pertahankan tekanan darah
antimikrobial yang berbeda dipilih tergantung pada
arteri pada pasien hipotensi dengan obat vasoaktif,
penyebab sepsis.
misal, dopamin, dobutamin, atau norepinefrin.
Regimen obat tunggal biasanya hanya diindikasikan
: Pemberian antibiotik yang adequat.
bila organisme penyebab sepsis telah diidentifikasi
Agen antimikrobial tertentu dapat memperburuk
dan uji sensitivitas antibiotik menunjukkan macam
keadaan pasien. Diyakini bahwa antimikrobial
antimikrobial yang terhadapnya organisme memiliki
tertentu menyebabkan pelepasan lebih banyak LPS
sensitivitas.
sehingga menimbulkan lebih banyak masalah bagi
pasien. Antimikrobial yang tidak menyebabkan pasien
3. Fokus infeksi awal harus dieliminasi.
Hilangkan benda asing. Salurkan eksudat purulen,
rnemburuk adalah: karbapenem, seftriakson, sefepi m,
khususnya untuk infeksi anaerobik. Angkat organ
glikopeptida, aminoglikosida, dan kuinolon.
yang terinfeksi, hilangkan atau potong jaringan yang
Perlu segera diberikan terapi empirik dengan
gangren.
antimikrobial, artinya bahwa diberikan antibiotika
sebelum hasil kultur dan sensivitas tes terhadap
4. Pemberian Nutrisi yang adekuat
Pemberian nutrisi merupakan terapi tambahan yang
kuman didapatkan. Pemberian antimikrobial secara
sangat penting berupa makro dan mikronutrient.
dini diketahui menurunkan perkembangan syok dan
Makronutrient terdiri dari omega-3 dan golongan
angka mortalitas. Setelah hasil kultur dan sensivitas
nukluetida yaitu glutamin sedangkan mikronutrient
Cidapatkan maka terapi empirik dirubah menjadi
berupa vitamin dan trace element.
terapi rasional sesuai dengan hasil kultur dan
sensivitas, pengobatan tersebut akan mengurangi
5. Terapi suportif
Eli Lilly and Company mengumumkan bahwa hasil uji
,umlah antibiotika yang diberikan sebelumnya klinis Phase lll menunjukkan drotrecogin alfa (protein
,dieskalasi). Diperlukan regimen antimikrobial dengan
C teraktifkan rekombinan, Zovant) menurunkan risiko
spektrum aktivitas luas sesuai dengan hasil kultur.
relatif kematian akibat sepsis dengan disfungsi organ
Hal ini karena terapi antimikrobial hampir selalu
akut terkait (dikenal sebagai sepsis berat) sebesar 1 9,4
diberikan sebelum organisme yang menyebabkan
persen. Zovant merupakan antikoagulan.
sepsis diidentifikasi.
Obat yang digunakan tergantung sumber sepsis*
a. Untuk pneumonia dapatan komunitas biasanya
KORTIKOSTEROID
digunakan 2 regimen obat. Biasanya sefalosporin
generasi ketiga (seftriakson) atau keempat Penggunaan kortikosteroid masih banyak kontroversial, ada
(sefepim) diberikan dengan aminoglikosida yang mengunakan pada awal terjadinya sepsis, ada yang
(biasanya gentamisin).
menggunakan terapi steroid seusai dengan kebutuhan dan
o- Pneumonia nosokomial: Sefepim atau imipenem- kekurangan yang ada di dalam darah dengan memeriksa
silastatin dan aminoglikosida kadar steroid pada saat itu (pengobatan suplementasi).
:- lnfeksi abdomen: imipenem-silastatin atau Penggunaan steroid ada yang menganjurkan setelah
piperasilin-tazobaktam dan aminoglikosida terjadi syok septik. Penggunaan kortikosteroid yang
C- lnfeksiabdomen nosokomial:imipenem-silastatin direkomendasikan adalah dengan Low doses corticosteroid
dan ami nog likosida atau pi perasi li n-tazobakta m < 300 ryg hydrocotisone per hari dalam keadaan septic
dan amfoterisin B.
shock. Penggunaan high dose corticosteroid tidak efektif
e. Kulit/jaringan lunak: vankomisin dan imipenem- sama sekali pada keadaan sepsis dan septic shock.27
silastatin atau piperasilin-tazobaktam.
f- Kulit/jaringan lunak nosokomial: vankomisin dan
sefepim.
GTUKOSA KONTROL
S. lnfeksi traktus urinaris: siprofloksasin dan
aminoglikosida Pada penderita sepsis sering terjadi peningkatan gula
:r. lnfeksi traktus urinaris nosokomial: vankomisin darah yang tidak mengalami dan yang mengalami diabetes
dan sefepim mellitus. Sebaiknya kadar gula darah dipertahankan sampai
698 PENYAKIT TROPIK DAN INFEreI

dengan < 1 50mg/dL. Dengan melakukan monitoring pada 8. Guntur H. 2011. Sepsis in Elderly. Simposium Geriatri
gula darah setiap 1 -2 1am dan dipertahankan minimal Semarang.
9. Guntur H. 2010. Overview Sepsis and Septic ShocL
sampai dengan 4 hari.
Simposium Anestesi Jogja
Mencegah terjadinya stress ulcer dapat diberikan Bone RC. Gram-positive organisme and Sepsis. Arch Interw
profila ksis dengan mengg u na ka n H, blocke r p roto n p u m p Med.1994.54:26-35.
1L. Carrigan SD, Scott G, Tabrizian M. Toward Resolving tle
inhibitor.
Challenges of Sepsis Diagnosis. Clinical Chemistry. 2ffi{-
Apabila terjadi kesulitan pernapasan penderita 50(8):1301-14.
memerlukan ventilator dimana tersedia di lCU. Cohen J. Sepsis Syndrom. lournal of Med Int. Infection. 19%-
31,-4.
13. CotranRS, Kumar V, Collins T. PathologicBasic of Disease.l\a$
Saunders Co. London Toronto. 1999. 6th edition.
PENCEGAHAN 14. Dale DC. Septic Shock. In Horison's Text Book of Internd
Me di cin e. 1995. 232-238.
. Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang 15. Endo YYS, Kikuchi SM, Wakabayashi NG, Tanaka T, Taki K
Inada K. Interleukin 1 Receptor Antagonis and Interleukin ld[}
. biasanya dihuni bakteri Gram-negatif Level Clearly Reflect Hemodynamics during Septic Sho&
. Gunakan trimetoprim-sulfametoksazol secara 1999.
profilaktik pada anak penderita leukemia 16. Hamblin AS. Cytokines in pathology and therapy. Cifdlrm$
And Atokines Rercptor.1993. 65-75.
. Gunakan nitrat perak tipikal, sulfadiazin perak, atau 17. Hoeprich MC, Miyajima A, Coffman R. Cytokines PM
sulfamilon secara profilaktik pada pasien luka bakar. Fundamental lmmunology. 1994. 3th edition. 7 63-90.
. Berikan semprotan (spray) polimiksin pada faring 18. Howard MC, Miyajima A, Coffman R. Cytokines Pmlil
Fundnmental Immunology. 1994. 3th edition. 763-90.
posterior untuk mencegah pneumonia gram-negatif
19. Israel LG, Israel ED. N eutrophil function mechani sm hemnt&rg.rlt.
nosokomial 1997. 2"d edition. 121-3.
. Sterilisasi flora aerobik lambung dengan polimiksin Janeway, Traver. The Immune System InHealthAnd Diseem.
dan gentamisin dengan vankomisin dan nistatin efektif Immunobiology. 1996. 2"d edition. 9-15.
21. ]awetz E, Melnick j, Adelberg E.Reaiew of MedicalMiuobi&w*.
dalam mengurangi sepsis gram-negatif pada pasien 14.1997.
neutropenia. 22, Kelly JL, Sulivan, Riordain M. Is circulating endotoxin
. Lingkungan yang protektif bagi pasien berisiko kurang trigger for systemic Inflammatory respons syndrom
after injury. Ann Surg. 1997. 225 ( 5 ): 53041.
berhasil karena sebagian besar infeksi berasal dari
23. Kremer lP, Janar D, Srckholzer U, Ertel W. lnterleukin-L.
dalam (endogen). and TNF-aIfa release is down regulated in whole blood from
. Untuk melindungi neonatus dari sepsis strep Grup B patients.1996.
ambil apusan (swob) vagina,/rektum pada kehamilan 24 Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, et al-
SCCM/ ESICM/ ACCP/ ATS/SIS International
35 hingga 37 minggu. Biakkan untuk Streptococcus Definitions Conference. Crit Care Med. 2003. 31.:1560-7 -
agalactioe (penyebab utama sepsis pad neonatus). Muraille E and Leo O. Resiviting the Th1/TM P
Jika positif untuk strep Grup B, berikan penisilin S c nnrlinaaian I oumal of Immunology. Instistute of

and Rheumatoiogy Norway. L997. L-6.


intrapartum pada ibu hamil. Hal ini akan menurunkan Openheim JJ. Cytokines Basic and Clinicnl Immunologtl.
infeksi Grup B sebesar 78%. 7s edition. 78-98.
R.Phillip Dellinger et al, 2008, Surviving Sepsis
International guidelines for management of severe
septic shock. CritCare Med 2008 Vol 36 No.1
RETERENSI 28. Rangel-Frausto, M. Ptett D., Costigan M., et al. The
history of the systemic inflammatory response
1,. Barron RL. Patophysiology Septic Shock and Implications for (SIRS). IAMA. 1995. 273:117 -23.
Therapy. Clinical Pharmacy. 1993.12: 829-45. 29. Roger, Bone C. The Pathogenesis of Sepsis. Ann in Med-
2. Belannl. Immunologi lll.Yogyakarta. Gadjah Mada University 11.5:68457.
Press. 1993.443-8. 30. Sands KE. Epidemiology of Sepsis Syndrom in 8
3. Billiau A, Vandeckerckhove. Cytokines and Their Interactions Medical Centers. IAMA. 1997. 278:23440.
with other Inflammatory Mediator. In the Pathogenesis of 31. Sissons P & Carmicael A. The Immunology of
Sepsis and Septic Shock. Eur
I Clin Inoest.1991.21:73-559. Med. lntemalional lnfection. Australia and Far East
4. Bone RC, Balk RA, Cerra FB, et al. Definitions for sepsis 1996.35 (10):1-5.
and organ failure and guidelines for the use of innovative 32. Srikadan S, Cohen J. The Pathogenesis of Septic Shock
therapies in sepsis. The ACCP/SCCM Consensus Conference of lnfection. 1995. 30: 201.-6.
Committee. American College of Chest Physicians/Society of Thijs LG. Introduction To Mediators Of Sepsis. 51,
Critical Care Medicine. Chest. 1992. 101 :1644-55. On Shock €r Critical Care.1998. 67-70.
5. Guntur.2006. Imunologi Diagnosis dan Penatalaksanaan 34. lJnenue ER. Macrophages, Antigen - Presenting Cdl
Sepsis. Steroid Dosis Rendah Pada Penatalaksanaan Sepsis. the Phenomena of Antigen Handling and
6. Bone RC Grodzin CJ, Balk RA. Sepsis: A New Hypothesis of Fundammtal lmmunology. Raven Press. 1993. 3'd editisr
Pathogenesis of the Disease Proces. Chest.1997 .112 : 235-43. Warren J. Sepsis in Textbook of the Biologic I
Clinic
7 . MarikE.2011. Surviving sepsis: going beyond the guidelines. lnfectious Diseases. Stanford. 1994. 4m edition . 521.43V
Marik Annals of Intensive Care 201'L, 1,:17. 36. Werdan K Pilz G. Suplement immunoglobulin in
critical apprasial. Clin Exp lmmunol.1996.704: 83-90.
Whitrack E. Sep sis in Mechanisme of Microbial Diswse. Wllhallls
&Wilkins. 1993. ?d edition. Z0-8.
Yoshida M. Hunian response in Endotoxemia, endotoxin
Pathophysiology and Clinical Aspects. One Day Symposium
or End.otoxin. lakrtta. 7994. 7 -10,.
93
PEMAI(AIAN ANTIMIKRO BA
SECARA RASIONAL DI KLINIK
R.H.H. Nelwan

PENDAHULUAN KEADAAN KLINIS PASIEN

Beberapa masalah yang berupa dampak negatif pada Beberapa faktor yang perlu diperhitungkan pada
penggunaan antimikroba yang tidak rasional meliputi : 1. pemberian antimikroba dari segi keadaan pasien adalah :

pesatnya pertumbuhan kuman-kuman yang resisten; 2).


efek samping yang potensial berbahaya untuk pasien;3. Kegawatan atau Bukan Kegawatan
beban biaya untuk pasien yang tidak memiliki asuransi Dalam suatu kegawatan yang mungkin dldasari infu*ii
kesehatan. berat, diperlukan lebih dari satu jenis antimikroho^
Kenyataan menunjukkan bahwa di negara-negara Sebaliknya suatu keadaan yang tidak gawat dan baru rnudHli
yang sedang berkembang urutan penyakit-penyakit utama serta tidakjelas etiologinya tidak memerlukan anti
nasional masih ditempati oleh berbagai penyakit infeksi kecuali bilamana dapat ditunjukkan dengan jelas melddli
yang memerlukan antibiotika/ antimikroba sehingga pemeriksaan penunjang bahwa yang sedang
amplifikasi permasalahan dengan sendirinya akan terjadi adalah suatu infeksi bakterial.
bilamana penggunaan antimikroba tidak rasional. Perlu
selalu diingat bahwa pemakaian obat antimikroba yang Usia Pasien
tidak tepat akan memboroskan dana yang tersedia baik Pasien usia lanjut sering memiliki patologi multipel
milik pemerintah maupun pasien sendiri. Selain itu dapat perlu diingat bahwa kelompok pasien ini lebih
membahayakan kenyamanan pasien. terhadap pemberian obat. Juga distribusi dan
obat dapat berbeda mengingat penurunan
albumin darah dan fungsi ginjal.
KRITERIA POKOK PENGGUNAAN ANTIBIOT! KA
lnsufisiensi Ginjal
Sebelum pemberian antimikroba dimulai, selalu harus Beberapa antimikroba seperti bensilpenisilin
dipertanyakan lebih dahulu apakah ada pembenaran gentamisin ekskresinya hanya melalui ginjal
pemakaian antimikroba. Pertanyaan berikut menyangkut yang lainnya masih memilik mekanisme ekskresi
obat yang akan digunakan, dosis, cara dan lama pemberian, atau mengalarni metabolisme dalam tubuh.
serta apakah perlu tindakan tambahan seperti insisi dan Antimikroba yang nefrotoksik seperti
sebagainya. Selanjutnya perlu untuk selalu diingat agar B (untuk jamur sistemik) tidak boleh diberikan
obat yang akan digunakan efektif untuk hampir semua insufisiensi ginjal berat. Aminoglikosid potensial
pasien dengan penyakit sejenis. dan bila terjadi akumulasi dapatjuga bersifat
Pemilihan antimikroba ditentukan oleh: 1. keadaan Mengukur konsentrasi obat dalam darah dapat
klinis pasien; 2. kuman-kuman yang berperan (parameter pengobatan.
mikrobiologis); 3. sifat obat antibiotika itu sendiri Pada anuria beberapa antimikroba yang
(parameter farma kologis). berbahaya yang dapat diberikan tanpa mengurangi
,EMAKAIAN ANTIMIKROBA SECARA RASIONAT DI KLINIK 701

atiara lain kloramfenikol, eritromisin, rifampisin dan rifampisin, kuinolon, nitrofurantoin, nitromidazol, serta
*eiompok penisilin (kecuali tikarsilin). obat anti jamur seperti amfoterisin B, flusitosin dan
Pada pasien dengan dialisis perlu diingat bahwa griseofulvin perlu dihindari.
leberapa antimikroba seperti : amfoterisin B, klindamisin, Dalam trimester kedua dan ketiga, obat antimikroba
-komisin dan teicoplanin tidak dapat dibersihkan seperti tetrasiklin dan kelompok amimoglikosid perlu
melalui dialisis. Penisilin yang stabil terhadap penisilinase dihindari terkecuali pada keadaan di mana jiwa pasien
'nanya sebagian dapat dibersihkan melalui dialisis. terancam.
Dalam minggu terakhir kehamilan, sulfonamid,
Gongguan Faal Hati kotrimoksasol dan nitrofurantoin merupakan kontra
"llati berperan dalam metabolisme dan detoksifikasi obat. indikasi. Pada umumnya penisilin, sefalosporin dan
e':limikroba yang tidak dapat didetoksifikasi karena eritromisin aman diberikan bila tidak terdapat alergi
rerdapat gangguan pada faal hati akan dapat memberikan terhadap obat-obatan ini. Pada masa laktasi obat-obat
ei€r samping yang serius. Kloramfenikol, asam nalidiksik, seperti metronidazol dan tetrasiklin sebaiknya dihindari
aurfonamida dan norfloksasin dikonjungasi dengan asam karena kemungkinan timbulnya efek samping pada bayi.
$nrkuronida dalam hati untuk selanjutnya diekskresi dalam
unr. Jenis antibiotika ini merupakan kontraindikasi pada
reryakit hati yang berat terutama bila terdapat gangguan PARAM ETER M ! KROBIOTOGIS
tecatorenal.
Demikian pula antibiotika yang diekskresi melalui hepar Tiga hal yang pedu dikuasai dari segi mikrobiologis adalah
re cialam saluran cerna seperti siprofloksasin, sefoperason, 1. Pengertian kepekaan, 2. Relevansi hasil pemeriksaan
s#riakson dan eritromisin harus digunakan secara hati-hati laboratorium, 3. Bagaimana cara untuk membatasi dan
peca pasien dengan hepatitis dan sirosis. menghindari penyebaran galur-galur yang resisten.
Dosis tetrasiklin sebanyak 2-4 g/hari dapat
nenyebabkan distrofi hepar dengan akibat fatal. Obat- Pengertian Kepekaan
rbal tuberkulosis oral seperti rifampisin, isoniazid dan Kadar hambat minimal merupakan konsentrasi terendah
mr,qinamid dapat pula menyebabkan gangguan fungsi hati. obat antimikroba.yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman setelah diinkubasi selama satu malam. Karena
krgguan Pembekuan Darah metoda dilusi untuk menetapkan. ini agak rumit untuk
Bliramana pada pasien terdapat dugaan gangguan dikerjakan, yang lebih popular dan lebih mudah untuk
mernbekuan darah, obat-obat antimikroba yang cenderung .dilaksanakan adalah metoda difusi
menyebabkan masalah perdarahan seperti latamoksef, Lempeng (disc) antimikroba yang diletakkan di
i:llxmrsilin sefoperason, aztreonam dan imipenem perlu tengah-tengah pembiakan kuman akan mengakibatkan
di*indari. ketidaktumbuhan kuman di sekitarnya dan tergantung
zona yang tampak sekitarnya yakni jardk antara pinggir
&mgguan Granulositopenia lempeng dan batas kuman yang tumbuh dan tidak tumbuh
i@adnkeadaan granulositopenia daya tahan tubuh sangat dapat diinterpretasikan sebagai sensitif intermediate atau
'nnenurun sehingga perjalanan penyakit selanjutnya resisten.
mnderung untuk didominasi oleh infeksi-infeksi berat
kluit selaput lendir dan organ-organ tubuh. Daya tahan Relevansi Hasil Pemeriksaan Laboratorium
tmr*adap infeksi makin menurun pada penggunaan Situasi di mana pasien ternyata dapat disembuhkan
Mio''npok obat sitostatik untuk keganasan. dengan sebuah antibiotika tertentu walaupun laporan
Setelah diambil spesimen untuk pemeriksaan Iaboratorium menunjukkan kuman tersebut sudah resisten
ttmr k:obiologik, kombinasi obat bakterisidal perlu terhadap antibiotika yang digunakan dapat dijumpai di
,diiiherikan segera dan biasanya sesuai suatu protokol klinik dan sebaliknya tidak asing juga keadaan di mana
litEn'lientu. Penu ru nan demam merupakan petu nju k terbaik kuman yang tidak resisten terhadap antibiotika yang
lhmr,:asilnya pengobatan yang diberikan. Bila belum dipakai tetapi pasien tidak dapat disembuhkan dengan
;da respons dapat diberikan lagi obat antimikroba obat yang sudah tepat tersebut. lnkonsisten seperti lni
l&mrrya dan bila tetap masih belum ada perbaikan harus dapat mengakibatkan polifarmasi dan preskripsi irasional.
,dturer.'ti m ba n g ka
n a pa ka h d i perl u ka n obat a ntija m u r. Perlu selalu diingat bahwa obat yang digunakan in vivo
sangat d ipengaruhi fa ktor-faktor envi ron mental. Kada ng-
Elamilan dan Laktasi kadang hanya diperlukan analisis sederhana untuk
Mr0ianl trimester pertama semua antimikroba yang memiliki dapat menginterprestasi hasil yang inkonsisten tersebut
'uiiien sitotoksik -seperti klora mfenikol, kotrimoksasol, dan kadang-kadang baru dapat dijawab setelah proses
702 PENYAKIT TROP]K DAN INFEI(SI

penelitian yang panjang. Farmakokinetik Antimikroba


Antimikroba yang in vitro berkhasiat terhadap suatu Untuk antibiotika yang diberikan secara oral perlu
jenis kuman tertentu tidak automatis juga efektif in dipastikan agar absorpsi berlangsung dengan baik
vivo. Untuk memastikan khasiat ini perlu dilaksanakan sehingga konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat
uji klinis yang obyektif dan pedoman penggunaan pertumbuhan kuman dapat tercapai.
antimikroba tersebut harus berdasarkan hasil-hasil uji Pada infeksi-infeksi serius atau di mana terdapat
klinis yang telah dilaksanakan sesuai GCP (good clinical gangguan seperti mual dan muntah perlu diberikan terafi
practice). parenteral. Selanjutnya perlu selalu diingat bahwa tempat
infeksi harus dapat dicapai oleh obat dalam konsentrari
Mencegah Berkembangnya Resistensi Mikroba yang cukup untuk menghambat pertumbuhan dan
Penggunaan rasional antimikroba akan mengurangi penyebaran kuman. Difusi obat dalam jaringan/organ
perkembangan resistensi. atau sel-sel tertentu sangat menentukan dalam pemilihan
Setiap wilayah perlu mengembangkan suatu antimikroba. Beberapa antimikroba seperti misalnye
kebijaksanaan penggunaan antimikroba sesuai prevalensi seftriakson mencapai konsentrasi berpuluh kali lebih tingj
resistensi setempat. Keb'rjaksanaan ini perlu diterapkan di empedu dibandingkan dengan konsentrasi dalam darah
untuk setiap antibiotika yang akan dapat digolongkan Selain itu juga selalu harus diingat cara ekskresi obil
sebagai antibiotika yang boleh digunakan secara bebas sehingga dapat dicegah gangguan negatif dan akumulai
atau yang perlu dibatasi pemakaiannya (restriktif). obat dalam tubuh pasien.
Kadang-kadang perlu dilarang penggunaan antibiotika Pada umumnya dianggap bahwa hanya bagiamn
tertentu untuk sementara waktu. antibiotika yang tidak terikat protein darah memberikrn
Situasi penggunaan antibiotika memang perlu efek antimikrobial. Tetapi sebenarnya yang harus diingil
dievaluasi dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan adalah bahwa keadaan ini berupa suatu ekuilibrium. Dahm
hasil monitoring kepekaan kuman yang mutakhir serta jaringan yang mengalami radang dapat terkumpul banld
masukan yang dapat diberikan oleh para klinikus. protein sehingga konsentrasi antibiotika yang aktif bekc-fr
pada tempat-tempat tersebut lebih besar.
Proses metabolisme antibiotika sangat bervarid.
PARAM ETER FARMAKOLOGIS Melalui proses oksidasi, reduksi, hidrolisis
konjungasi dihasilkan senyawa-senyawa yang i
Parameter ini dapat dibagi dalam farmakodinamik, tetapi kadang-kadang dapat terjadi produk yang
farmakokinetik, penggunaan kombinasi antimikroba dan inisalnya pada asetilisasi sulfonamid. Sebaliknya
efek samping antimikroba. antibiotika memiliki metabolit yang aktif seperti
metabolit sefotaksim sehingga merupakan suatu sifat
Farmakodinamik Antimikroba sangat menguntungkan pada penggunaannya.
Ciri antibiotika yang ideal adalah bebas dari efek pada Eliminasi antibiotika pada umumnya melalui
sistem atau organ pasien. Terjadinya depresi sistem beberapa jenis seperti seftriakson, sefoperason
hemopoetik pada penggunaan kloramfenikol dan rifampisin rnengalami eliminasi terutama melalui
gangguan vestibular pada kelompok obat aminoglikosid Konsentrasi intraluminal antimikroba tersebut
sebenarnya sangat tidak ideal sehingga untung rugi saluran cerna dapat meningkat terutama bila d
pemakaian obat ini perlu selalu diperhitungkan atau secara utuh.
digunakan obat alternatif lainnya yang tidak menyebabkan
efek samping tersebut. Kombinasi Antimikroba
Efek farmakodinamik pada kuman dapat berupa Biasanya digunakan pada infeksi berat yang
pengrusakan terhadap sintesis dinding luar (kelompok diketahui dengan jelas kuman atau kuman-
betalaktam) atau gangguan pada sintesis komponen penyebabnya. Dalam hal ini pemberian ko
sitoplasma (kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosid dan antimikroba ditujukan untuk mencapai sp
eritromisin) atau gangguan pada sintesis asam nukleat antimikrobial yang seluas mungkin.
(kuinolon dan rifampisin). Pengetahuan mengenai Selain itu kombinasi digunakan untuk mencapd
mekanisme kerja akan dapat memperbaiki pemilihan obat sinergistik dan juga untuk menghambat timbulnya
kombinasi yang tepat agartercapai sinergi atau potensiasi terhadap obat-obat antimikroba yang digunakan.
kerja terutama bilamana kombinasi yang digunakan
memiliki mekanisme kerja yang berlainan. Tetapi segala Efek Samping Antimikroba
sesuatu dengan sendirinya harus melalui proses pengujian Efek samping dapat berupa efek toksis, alergis
dalam klinik. biologis. Efek samping seperti paralisis respiratorik
ISIAKAIAN ANTIMIKROBA SECARA RASIONAL DI KLINIK 703

:e5adi setelah instilasi neomisin, gentamisin, tobramisin,


FARMAKOLOGI
s::eptomisin atau amikin secara intraperitoneal atau ANTIMIKROBIAL
EFEK SAMPING
r:rapleural. Eritromisin estolat sering menyebabkan \ \ KERENTANAN
rctestos{s hepatitis. Perlu juga diingat bahwa antimikroba
aa'
INTERAKSI \ \ rr' \,/
>4- ro -__ SUPERINFEKSI
\
Sang bekerja pada metabolisme kuman seperti rifampisin, ----.-\<
t::nimoksasol dan isoniasid potensial hemato dan
HOSPES MIKROBIOLOGI
lepatotoksik. Yang dapat menekan fungsi sumsum tulang
acalah pemakaian kloramfenikol yang melampaui batas PATOGEN (ISOLASI)

{earnanan dan menyebabkan anemia dan neutropenia. SITUS


;&u-emia aplastik secara eksplisit merupakan efek samping (EVIDENCE BASED)

uarg dapat mengakibatkan kematian pasien setelah Gambar 1. lnteraksi terapi rasional
tpenra kaian klora mfenl kol.
Efek samping alergi lainnya terutama disebabkan disebabkan stafilokok berbeda pemilihan antimikroba
nlen penggunaan penisilin dan sefalosporin. Yang paling dengan infeksi saluran kemih yang sering disebabkan
mrang adalah kejadian renjatan anafilaktik. Lebih sering enterobakteri. Penilaian keadaan klinis yang tepat dan
hr-bul ruam, urtikaria dan sebagainya. Pasien yang alergi kemungkinan kuman penyebab sangat penting dalam
m*nadap sulfonamid dapat mengalami sindrom Steven penerapan terapi antimikroba kalkulatif.
samping biologis disebabkan karena
rm,n,rlson. Efek
Pada infeksi tertentu metoda penggunaan antimikroba
pengaruh antibiotika terhadap flora normal di kulit selalu harus berpedoman pada sebuah protokol
mnrriaupun di selaput-selaput lendir tubuh. Biasanya terjadi
pemberian antimikroba dan dapat menambah kelompok
@a penggunaan obat antimikroba berspektrum luas. obat antimikroba lainnya bilamana tidak berhasil didapat
Cmdido albicons dalam hubungan ini dapat menyebabkan respons yang memuaskan dengan terapi antimikroba
zuper infeksi seperti stomatitis, esofagitis, pneumonia, inisial. Protokol-protokol ini akan menyesuaikan diri
uac;nitis dan sebagainya.
dengan perkembangan-perkembangan dan pengalaman-
Di lingkungan rumah sakit selalu dikhawatirkan pengalaman mutakhir dengan penggunaan berbagai jenis
Fe-yebaran dari jenis kuman MeticilLin Resistont antimikroba yang baru. Misalnya protokol penggunaan
imphylococcus Aureus (MRSA). Enterokolitis yang berat obat antimikroba pada infeksi pasien keganasan yang
di61 yang memerlukan pengobatan intensif dapat mengalami granulositopenia. Cara pengobatan ini
;rurqa disebabkan oleh penggunaan antibiotika seperti juga dikenal sebagai terapi antimikrobial interventif
ut[ rdam isi n, tetrasikli n da n obat anti bioti ka berspektru m
bertahap.
,mhar lainnya. Terapi antimikroba orlnispektrif diberikan bilamana
hendak dijangkau spektrum antimikroba seluas-luasnya
dan dapat diberikan secara empirik. Beberapa keadaan
;iOTA PEM BERIAN ANTI M I KROBA yang memerlukan terapi semacam ini meilputi infeksi pada
leukemia, luka bakari peritonitis dan renjatan septik.
rfurdasarkan parameter yang telah diuraikan di atas, Sebagai profilaksis, obat antimikroba dapat digunakan
,t*wrs1s12p1 antimikrobial dapat diberikan berdasarkan
untuk mencegah infeksi baru pada seseorang atau untuk
hererapa pola tertentu, antara lain: a).direktit b). kalkulatif,
mencegah kekambuhan dan terutama digunakan untuk
C. nterventif d). omnispektrif dan e). profilaktif. mencegah komplikasi-komplikasi serius pada waktu
Pada terapi antimikroba direktif kuman penyebab
dilakukan tindakan pembedahan.
umfmr*si sudah diketahui dan kepekaan terhadap antimikroba
qun:h 6ll1sn1Llkan, sehingga dapat dipilih obat antimikroba
uu{rertif dengan spektrum sempit, misalnya infeksi saluran
KESIMPUTAN
nmpas dengan penyebabnya Streptococcus pneumonioe
utmg sensitif terhadap penisilin diberikan penisilin saja. Keinginan dari segi individual pasien perlu kita hormati
ln*hs bahwa kesulitan yang dihadapi dalam hal ini terletak yakni pemberian obat yang akan menyebabkan dirinya
Wmra tersedianya fasi itas pemeri ksaan mikrobiolog is yang
I
cepat sembuh dari infeksi dalam jangka waktu sependek
'Lryat dan tepat. mungkin dan tanpa menimbulkan reaksi-reaksi yang
Pada terapi antimikroba kalkulatil obat diberikan
tidak diinginkan. Sisi lain dari keinginan ini bermakna
rc.,ra besf guess. Dalam hal ini pemilihan harus didasarkan global. Dari segi pengertian global perlu dirumuskan apa
@a antimikroba yang diduga akan ampuh terhadap yang diartikan dengan pemberian obat rasional. Sesuai
nntiuroba yang sedang menyebabkan infeksi pada organ/ perumusan yang telah disepakati dalam jajaran organisasi
lffinnqan yang dikeluhkan. Misalnya infeksi kulit yang sering kesehatan sedunia pengertian ini meliputi pemilihan tepat
704 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(SI

jenis, dosis, cara pemberian dan penghentian obat yang


berkualitas baik yang manfaatnya sudah terbukti, aman
pada pemakaian dan terjangkau harganya oleh pasien.

REFERENSI

Nelwan RHH. Usaha ke arah penggunaan antibiotika secara


rasional di ]akarta. Dalam : Naskah lengkap Lokakarya
Nasional Penggunaan Antibiotika Sacara Rasional II,
Surabaya, ]anuari L992.
Simon C, Stlle W, Wilkens PJ. Antibiotic Therapy in Clinical
Practice 24th Edition, Schattauen-Stutgart.1993
94
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Usman Hadi

TMDAHULUAN Resistensi yang didapat yaitu apabila kuman tersebut


sebelumnya sensitif terhadap suatu antibiotik kemudian
ks[stensi antibiotik merupakan suatu masalah yang berubah menjadi resisten.Contohnya resistensi yang
Musar yang berkembang diseluruh dunia. Kuman-kuman didapat ialah Poeuruginoso resisten terhadap ceftazidime,
lm$en yang muncul akibat penggunaan antibiotika Hoemophillus influenzae resisten terhadap imipenem,
pmq berlebihan. akan menimbulkan masalah yang serius P.oeru g inoso resisten
terhadap siprofloksasi n, H.influ e nzoe
'fulr siulit diatasi. Saat ini kuman resisten antibiotik yang resisten terhadap ampisilin, dan Escherichio coli resisten
zudan banyak dikenal dan menimbulkan banyak masalah terhadap ampisilin. Resistensi antibiotika yang didapat
,dl' e uruh dunia diantaranya adaIah methicillin-resistonce
dapat bersifat relatif atau mutlak.
"Mnuprr'y/ococc u s ou reus (M RSA), comycin resista nce
va n Resistensi antibiotik didapat yang relatif: yaitu apabila
ffimarococcr, pe n ic iLLin - re sisto n ce p n e u m ococc i, exte n d e d - didapat secara bertahap peningkatan dari minimal
'Wnrtrurn beto lo cto m ose -p ro d u c in g K le b sie lo p n e u m o n io e inhibitory concentrotion (MIC) dari suatu kuman terhadap
tM/l-), sq 7 Sq pe n e m - re sisten Ac in eto bo cte r bo um onn i, d o n antibiotika tertentu contohnya resistensi yang didapat
4nudlffi- resrsten Myc o b o ct e r i u m t u b e r c u Io s is. pada gonococci, dan pneumococci.
Eanyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman Resisten antibiotika didapat yang mutlak (obsoLute)
mnsFn terhadap antibiotik, faktor yang paling penting terjadi apabila terdapat suatu mutasi genetik selama atau
mltl*afr faktor penggunaan antibiotik dan pengendalian
setelah terapi antibiotik sehingga kumap tersebut yang
m{mrsi. Oleh karena itu penggunaan antibiotika secara sebelumnya sensitif berubah menjadi resisten dengan
,h[]aksana merupakan hal yang sangat penting, di peningkatan yang sangat tinggi MIC yang tidak dapat
mmping penerapan pengendalian infeksi secara baik dicapai dengan pemberian antibiotik dengan dosis terapi.
uultffirirk mence ga h be rkem ba ng nya ku ma n- ku ma n resisten Pseudo-resistance: pada test kepekaan didapat hasil
thmebut ke masyarakat. resisten tetapi di dalam tubuh (in vivo) masih efektif,
contoh E coli dan Klebsielo pneumoniae resisten terhadap
sulbactam/ampisilin, P.oeruginosa resisten terhadap
TiE.HI NOTOG I RESISTENSI aztreonam.
Resistensi si la n g (cross- re s isto n ce): co nto h Exte n d e d -
ffistostensi antibiotik dapat diklasifikasikan menjadi dua spectrum b-lqctqmase yang diproduksi untuk ceftazidime
*'rocmpok yaitu: resistensi alami dan resistensi yang menghasilkan resistensi untuk seluruh sefalosporin
dtrdmpat.
generasi ke lll.
Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotik
lilGnsebut yang memang kurang atau tidak aktif terhadap
munti:, [sry161, contohnya Pseudomanos oeruginoso yang
MEKAN ISM E TERJAD! NYA RESISTENSI
fidhir pernah sensitive terhadap klorampenikol, juga
MUrErtococcus pneumonioe secara alami Z5o/o resisten
Selaput Bagian Luar Kuman Gram-negatil (Grom-
fia,r/iihadap anti bioti k gol on ga n ma krol id (e ryth ro myc in,
negative Outer Membrane)
,Mt ro myc in, a zith ro myc in). Untuk mendapatkan efek terapi, antibiotik pertama

70s
PENYAKIT TROPIK DAN INFEEI
706
mengik*
penisilin binding protein 2' (PBP2'), yang tidak
kali harus mencapai target kedalam sel kuman'
Kuman
pada a-laktam binding protein
sedikit metisilin sebagaimana
gram negatif mempunyai outer membrone yang
"r.ngf,rrrOrt masuk ke dalam sitoplasma' yang normal.
antibiotik
lubang pori outer Resistensi terhadap antibiotik golongan
glikopepfr'
Selan]utnya apabila terjadi mutasi dari
lebih sulit masuk masih belunm
mem-braneberakibat antibiotik menjadi Mekanisme resistensi pada vancomycin
permeabilitas jelas, tetapi nampaknya melibatkarmr
ke dalam sitoplasma atau menurunnya diketahui secara
karena lubang pengkode proteimr
membrane terhadap antibiotika, oleh Z gen lvanR dan vanB) merupakan
pori dari outer membrone tersebut tidak bersifat selektif yu"n g* n D - o lo - D - hy d r oxyb utirote
ng gabu n g ka
UDF-
s"UJgui pengganti D-olo-D-olo kedalam
menghambat "
maka satu mutasi dari pori tersebut dapat
ate tidar-
masuknya lebih dar:i satu jenis antibiotik' . u roi, it-p rto peptido. Be ntu k D - hyd r oxyb uty r
" oleh enzytw
mengikai vankomisin tapi masih dikenal
tro nig lycosytoting dan tronspeptidotion
dari bakteri' .iadlir
lnaktivasi Antibiotika Melalui Jalur Enzimatik
dengan adar4n
sintesls peptidoglikan terus berlangsung
Resistensi terhadap antibiotika golongan
o-Laktam'
terhadap antibiotika.
Salah satu mekanisme timbulnya resistensi
antibiotika golongan u-laktam terutama
pada kuman gram Resistensi terhadap tetrasiklin' Tipe resistensi
perlint
negatif adJah enzim u-laktamase yang dapat memecah penting terhadap tetrasiklin ini adalah
menjadi tidak oleh
cincin o-laktam sehingga antibiotik tersebut ierhuaJp ribosome. Perlindungan ini diberikan
oleh sitoplasma ini muncul
aktif. u-laktamase disekresi ke rongga periplasma sitoplasma, bila protein
kuman gram negatif dan ke cairan ekstra selular oleh sitoplasma bakteri maka tetrasiklin tidak "k': T.:
kuman gram Positif' ke ribosome.Tipe resistensi ini sekarang sudah
patogen'
Berbeda secara luas pada beberapa kuman
Resistensi terhadap golongan aminoglikosida'
i
mikoplasma' dan
memecah kuman-kuman gram positif,
i
dengan u-laktamase yang berkerja dengan Ho.emopt'l
maka aminoglycosido- kuman gram negatif seperti Neisseria'
ikatan C-N pada antibiotik genetik untuk
kan antibioti ka den gan dan Bokieriodes. Tiga jenis pengkode
m od ifyin g e n zyme mengi naktif
ocetyl pada resistensi ini adalah tetM, tetO, dan tetQ'
menamb-ah gioup phosphoryl, odenil atau
antibiotik. Pada kuman gram negatif ominoglycoside- Resistensi terhadap makrolid dan lin
sitoplasma' Mekanisme kerja antibiotika ini adalah
dengan men
modifying enzyme terletak di luar membran
ribosom
rrzroaiiitasi dari antibiotik tersebut akan mengurangi ribosom dengan adanya perubahan pada
fungsi ikatan
transport dari antibiotik ke dalam sel sehingga enzim rRNA methylase maka tidak terjadi
secara aktif dengan ribosome kuman'
antibiotik akan terganggu' Serta pengeluaran
(active efflux)'
antibiotik dari dalam sel kuman Resistensi terhadap kuinolon dan rifampin'
Re:
titik
Resistensi terhadap tetrasiklin' Telah ditemukan
bahwa terhadap quinolon pada umumnya munculdari
tetapi cara gyrose o-subunil
terdapat enzim yang menginaktifkan tetrasiklin' yang merubah afinitas dari DNA
jelas'
kerjanya masih belum diketahui dengan antibiotika.
Resistensi terhadap rifampin oleh karena
Modifikasi pada Target Antibiotik mutasi pada o-subunit dari RNA polymerose
u-Laktam' terhadap and
Resistensi Terhadap Antibiotika Golongan mengurangi afinitas sub unit tersebut
sehingga RNR polimerase tersebut masih tetap
Terjadi perubahan pada target antibiotika t"tr[i
kuman'
antiUiotlt tersebut tidak dapat berikatan dengan
lkatan yang spesifik dari peniciltin-binding protein (PBP) Kuman Mengembangkan Jalur Metabt
telah dirubah pada strain resisten' Mekanisme
resistensi yang Meminlas (Byposs) Reaksi yang
pada kuman-kuman gram oleh Antibiotik
ini yang pada umumnya terjadi
banyak masalah
poritit-a.n saat ini yang menyebabkan
Penyebaran/perpindahan gene resisten'
Ku
di klinik. cara
ditanggulangi menjadi kebal terhadap antibiotik dengan
Resistensi oleh karena u-laktamase dapat sebagian besar kasus
pada yant sudah ada, tetapi
dengan u-laktamase inhibitor, tetapi tidak dapat gen baru yang
ierjadi oleh karena mendapat
resistensiolehkarenaperubahanpadapenisilinbinding gen baru
W.laupun kuman dapat memperoleh
protein. atau mel u i tro ndo,
b o cter: ioph og e, tro n sd u ction
a I

Contoh mekanisme resistensi tipe ini adalah


meco
yang tipe transfer seperti ini hanya terjadi terutarna c
gene pengkod-e resisten terhadap meticilin
anggota-anggota spesies yang sama'
Masaldm
iitemukan padJ S.aureus' Gene resisten ini mengkode
-STSTENSI ANTIBIOTIKA 707

ilang besar ialah adanya perpindahan gene pada genus sekarang sulfonamid telah kehilangan kegunaannya
atau spesies yang berbeda, penyebaran secara luas untuk infeksi meningokukus. Penisilin masih efektif untuk
rnr sangat mungkin diperantarai dengan conjugation terapi, dan rifampin digunakan untuk profilaksis. Namun,
lperpindahan) dari DNA melalui saluran yang dibentuk dari mengingokukus resisten rifampin masih terdapat pada
renggabungan sel membrane dua bakteria. Ada dua jenis sekitar 1% penderita yang telah mendapat rifampin untuk
iranan konjugat yaitu pLosmid dan conjugotif transposons profilaksis.
tlesmid. Plasmid yang dapat berpindah sendiri dari Stafilokokus: pada tahun 1944, sebagian besar stafilokokus
mtu sel ke sel yang lain harus membawa sejumlah gene peka terhadap penisilin, meskipun ditemukan beberapa
pe:qkode protein yang diperlukan untuk konjugasi (fro strain yang resisten. Setelah meluasnya penggunaan
tserrles). Beberapa plasmid yang tidak dapat berpindah penisilin, pada tahun 1948, 65-850/" stafilokokus yang
sendiri masih dapat berpindah melalui konjugasi. Plasmid diisolasi di rumah sakit ternyata menghasilkan b-laktamase
knsebut dapat lebih kecil dari plasmid yang bisa berpindah sehingga resisten terhadap penisilin-G. Ditemukannya
wndiri karena hanya memerlukan satu atau dua gene saja penisilin yang resisten terhadap o-laktamase (misalnya,
M genes). Kedua jenis plasmid tersebut dapat membawa metisilin) dapat mengatasi sementara, tetapi sekarang
Mberapa gene resistensi antibiotika. kadang-kadang timbul wabah infeksi MRSA. Pada tahun
f,rrju g atif 1986, MRSA tidak hanya dijumpai pada bakteri yang
Tra nspo sons. M eru pa ka
n elemen ko nj u g as i
murg biasanya terletak pada kromosom bakteri dan dapat
ditemukan di rumah sakit, tetapi juga pada 80-90o/o
mrcindah sendiri dari kromosom donor ke kromosom stafilokokus yang diisolasi di masyarakat. Organisme ini
@rrerima, dan dapat pula berintegrasi ke dalam plasmid.
juga cenderung resisten terhadap obat lain, misalnya
Wnjugotif transposons ini dapat berpindah dari kuman tetrasiklin. MRSA kadang-kadang menyebabkab wabah
gmam negatif ke kuman gram positif atau sebaliknya. di rumah sakit, tetapi untung masih peka terhadap
vankomisin.

Pneumococcus; Sampai 'tahun 1963, sebagian besar


TITI KTINIS RESISTENSI ANTTBIOTIK pneumokukus peka terhadap penisilin-G, pada tahun
itu juga, ditemukan beberapa pneumokukus yang relatif
tu*lr,erapa contoh berikut akan menunjukkan pengaruh resisten terhadap penisilin di New Guinea. Sejak tahun
Nn'"rggunaan antibiotik terhadap munculnya kuman- 1977, organisme ini telah ditemukan dalam berbagai
resisten terhadap antibiotik tersebut.
lhunrnan wabah di rumah sakit, mula-mula di Afrika Selatan dan
&nokokus: Ketika sulfonamid pertama kali digunakan kemudian di tempat lain. Meskipun pneumokukus tidak
Jrmr.rk pengobatan gonore pada akhir tahun 1930-an, menghasilkan o-laktamase, r_psistensinya terhadap penisilin
ltm,lr..pirsemua kasus dapat disembuhkan dengan obat G, mungkin akibat PBP yang berubah.
rmru. Beberapa tahun kemudian, sebagian besar strain Bakteri usus gram-negatif. Sebagian besrr resistensi obat
qmnokukus sudah menjadi resisten terhadap sulfonamid pada bakteri usus disebabkan oleh perluasan penularan
'rdmrm gonore
jarang dapat disembuhkan dengan obat ini. plasmid resistensi pada berbagai genus. Pada saat ini di
ffiturmtrn, sebagian besar gonokukus masih sangat peka banyak tempat di dunia kira-kira separuh strain Shigello
lMrlim6.O penisilin. Beberapa dasawarsa berikutnya, sp resisten terhadap obat.
@nr-pelan resistensi terhadap penisilin meningkat, tetapi
MmEan dosis tinggi obat ini masih dapat menyembuhkan
Bakteri Solmonello yang dikandung oleh hewan
pem,yakit itu. Pada tahun 1970-an timbul gonokukus
juga berkembang menjadi resisten, terutama terhadap
pmghasil u-laktamase, pertama-tama di Filipina dan Afrika obat (khususnya tetrasiklin) yang digunakan dalam
h;at kemudian menyebar sehingga menimbulkan pusat makanan ternak. Kebiasaan mencampurkan obat dalam
qmdemik diseluruh dunia. lnfeksi gonokukus ini tidak makanan hewan menyebabkan ternak tumbuh lebih
dhpet diobati secara efektif dengan penisilin, tetapi diobati cepat tetapi juga menyebabkan peningkatan organisme
ddhnrgan spektinomisin. Sekarang mulai timbul resistensi
usus yang resisten terhadap obat dalam flora usus para
pekerja peternakan. Peningkatan infeksi So/mo neLlo yang
mdradap spektinomisin. Dianjurkan menggunakan
resisten obat di lnggris menyebabkan dibuatnya aturan
ffirosporin generasi kedua dan ketiga atau kuinolon
pembatasan penambahan antibiotik pada makanan ternak.
itmmuk mengobati gonoroe.
Penggunaan tambahan tetrasiklin pada makanan ternak di
th*rgokokus: Sampai ta h un 1 962,semua meni n goku kus Amerika Serikat ikut menyebabkan penyebaran plasmid
mrita terhadap sulfonamid, dan obat ini efektif untuk resisten dan Solmonello yang resisten obat.
mr'mfilaksis maupun terapi. Kemudian, meningokukus Plasmid pembawa gen resistensi obat terdapat
ril&mc resisten terhadap sulfonamid menyebar luas, dan pada banyak bakteri gram negatif pada flora usus
708 PENYAKIT TROPIK DAN INFEEI

normal. Penggunaan obat antimikroba secara berlebihan PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA


khususnya pada penderita di rumah sakit menyebabkan
penekanan organisme yang peka obat dalam flora usus Pembatasa n Antibiotik pada Formulariu m Runral
dan membantu pertumbuhan bakteri yang resisten obat, Sakit
termasuk Enterobocter, Klebsiella, Proteus, Psedomonos, Pada pemilihan antibiotik dalam formularium faktc
Serratia, dan jamur. Organisme ini menimbulkan masalah resistensi juga harus diperhatikan. Antibiotik yang
yang sulit terutama pada penderita dengan granulopenia sudah diketahui menimbulkan masalah resistensi hanr
dan imunitasnya tertekan. Rumah sakit, yang merupakan dibatasi penggunaannya atau tidak dimasukkan dalamn
lingkungan tertutup, membantu penularan organisme formularium atau penggunaannya harus disetujui oleitn
yang resisten melalui personelnya dan peralatan, juga ahli penyakit infeksi. Seda ng kan anti bioti k yang diketahd
kontak langsung. tidak menimbulkan masalah resistensi penggunaanrryn,
Kuman tuberkulosis. Telah timbul mutan resisten tidak perlu dibatasi.
obat pada tuberkulosis, khususnya pada pasien yang Pelaksanaan pengendalian infeksi yang baik dagd
teiinfeksi dengan HlV. Kuman tuberkulosis resisten dapat meminimalkan masalah resistensi oleh karena penyebaraur
menyulitkan pengobatan penderita tuberkulosis dan dapat kuman resisten di rumah sakit ataupun antar rumah salft
ditularkan pada orang-orang yang berkontak dengan dapat dibatasi.
penderita tersebut, sehingga menimbulkan infeksi primer Pengendalian resistensi antibiotik di masyaralil
yang resisten obat. tergantung pada pemilihan antibiotik oleh para dofnf,r

i:.::':;-l':;t'i::, it:,:i;ii-, . :;tir' rtll;t,;L:.,ii.trliir; :,

Antibiotika Target Utama sel Cara kerja Mekanisme Utama Resistensi


inaktivasi obat ($latamase)
b-Lactams (Penisillin membuattarget sel menjadi tidak
A dan sefalosporin)
Dinding sel Menghambat dinding sel
menurunkan permeabilitas
pengeluaran antibiotik secara aktif
Penambahan pada struktur
Vancomisin Dinding sel dinding sel (muromil pepta- Perubahan pada target sel
B
pepti)
Bacitracin Dinding sel Merusak dinding sel Tidak dijelaskan
Macrolides Sintesa Protein Bind to 505 ribosomal subunit
perubahan dari ta1get sel
(erythromycin) pengeluaran secara aktif
Lincosamides Sintesa Protein Bind to 505 ribosomol subunit
Perubahan pada target sel
(clindamycin methylotion)
Chloramphenicol Sintesa Protein Binds to 505 ribosomol subunit
lnactivasi obat (chloromp
acetyltronsferose)
pengeluaran secara aktif
Tetracycline Sintesa Protein Binds to 305 ribosomol subunit
membuat target sel menjadi tidak
inaktivasi obat (o m inog licosid e
Am in og lycosid es enzyme)
(gentamisin
Sintesa Protein Bind to 305 ribosomal subunit
penurunan permebialitas
pengeluaran obat secara aktif
Mutasi genetik pada target proteir
Mupirocin Sintesa Protein
lnhibits isoleucine tRNA
penerimaan gen baru yang
synthetase
target sel tidak sensitif terhadap
perubahan dari sel target (
Quinupristin/ methylotio n: lfop ristin)
da
dalfopristin Sintesa Protein Bind to 505 ribosomal subunit pengeluaran secara aktif
(Synercid) inaktivasi dari obat (quini
dolfopristin)
Perubahan dari target sel (mutotid,
Linezolid Sintesa Protein Bind to 505 ribosomal subunit
rRNA)
TEISTENSI ANTIBIOTIKA 709

Produksi sel target yang tidak sensitif


{dihyd ropteroate synthetose) (su lfono mides))
Sulfonamides dan Kompetisi hambatan enzim pada
Metabolisme sel dan produksi dihydrofolote reductose
trimethoprim sintesa asam folat
(trimethoprim) yang memintas hambatan
metabolis dari antibiotik.

Rifampin
Sintesa asam menghambat DNA- dependent Membuat target menjadi tidak sensitif
nukleat RNA polymerose (mutasi dari gen polymerase)

Metronidazol
Sintesa asam
Merusak DNA sel Tidak dr.1-elaskan
nukleat
membuat target menjadi tidak sensitif
Quinolones Menghambat DNA gyrase (A (mutotion of gyrase genes)
Sintesa DNA
(siprofloksasin) subunit) dan topoisomerose lV pengeluaran antibiotik secara aktif (ocfive
!r!
efflux)
Menghambat DNA gyrase (B
Novobiocin Sintesa DNA Tidak dijelaskan
subunit)
Polymyxins
Membran sel Menurunkan permebialitas sel Tidak dijelaskan
(polymixin B)

r *asyarakat, biasanya penggunaan antibiotik oral. pneumoniae, dan Voncomycin-resistant enterococcus


. r -rnnya para dokter memberikan antibiotik tidak faecium (YRE).

I
ne-oerhitungkan efek jangka panjang yaitu munculnya Untuk kuman MRSA, pengendalian infeksi merupakan
ra-311 1's5i5{sn. Jadi faktor penting mencegah terjadinya kunci utama untuk mencegah penyebaran MRSA
(-rr-3n resisten di masyarakat adalah dengan mendidik tersebut. Dari data di Belanda dan Denmark menunjukkan
aa-- okter untuk menggunakan antibiotik secara lebih bahwa pengendalian infeksi yang ketat dapat menekan
rr irsana yaitu menggunakan antibiotik dengan indikasi penyebaran kuman tersebut. Diduga bahwa kolonisasi
,"r: lelas. MRSA pada rongga hidung petugas kesehatan yang sehat
5'trveiLans dari kuman-kuman resisten sangat penting merupakan faktor utama dari MRSA.
Ir :cLlkan dalam upaya mencegah munculnya kuman U ntu k K/ebsle lo p ne u m o n ioe peng g u naa n antibioti ka
'?s s:en. Dan pelaporan hasil surveilans secara teratur secara bijaksana merupakan kunci pengendalian resistensi
uacat dipakai dasar untuk melihat kecenderungan kuman antibiotika pada kuman ini. Penggunaan golongan
,t-: akan menjadi resisten dan kebijakan yang harus sefalosporin spektrum l,uas yang berlebihan akan
il :r,rkan. memunculkan strain Enterobacterioceoe yang resisten
terutama K. pneumoniae yang resisten terhadap extended-
spectru m ce p h o losporin
IEIIIGEN DALIAN RESISTENSI ANTI BIOTI K DI RU. Untuk VRE, pengendalian infeksi dan penggunaan
Edidc PERAWATAN INTENSIF (INTENSIVE CARE antibiotika secara bijaksana keduanya merupakan faktor
,r{,llidrf,) penting untuk mengendalikan kuman ini.

;r,r":-g perawatan intensif merupakan lokasi yang sangat


rip-: ng untuk pertumbuhan dan penyebaran kuman REFERENSI
le: !:en ini oleh karena itu monitoring penggunaan
: otik dan surveilons kuman resisten
iun'r: ditempat tersebut Bronzwaer S.L.A.M., Cars O., et al. A European Study on the
Relationship between Antimicrobial Use and Antimicrobial
ie- - menjadi perhatian.
Resistance.Emerg Infect Dis 2002; 8(3):278-82.
r.',uncul dan berkembangnya kuman resisten sangat
Brooks GF., Butel JS, and Ornston LN. In :Jawet, Melnick and
ir:e^garuhi oleh dua faktor utama yaitu pengendalian Adelberg. Mikrobiology Kedokteran.(Medical Microbiology)
rrn.r:si yang kurang baik dan penggunaan antibiotik AIih Bahasa: dr. Edi Nugroho dan dr. RF Maulany editor: dr
Irawati Setiawan Edisi 20 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
,irrr,: iotlc se Lect ive p re ss u r e). EGC;1996.p.1,57-9.
- ga kuman utama
yang harus menjadi perhatian pada Christidou A., Gikas A., Sculica E. at al. Emergence of vancomycin-
:rmr;endalian kuman resisten antibiotika adalah: MethiciLlin in a tertiary hospital in Crete, Greece:
resistant enterococci
a cluster of cases and prevalence study on intestinai
;:tnt S.aureus (MRSA), Cepholosporin-resistant
r*":
colonization. Clin Micribiol krtect 2004;L0:999-1005.
Et::nded spectrum beta-loctomaselESBL) Klebsielo Cunha B.A. Antibiotic Therapy, Part I. The Medical Clinics of
North America . 2000 ;84:1407 -2L.
95
INFEKSI IAMUR
Nasronudin

(histoplasmosis, blastomikosis, koksidiodomikosis, dan


'EilDAHUtUAN parakoksidio-domikosis), dan infeksi jamur oportunistik.
nrmfeksi jamur, atau mikosis semakin dikenal sebagai
Kandidiasis, merupakan mikosis dengan insidens tertinggi
pnyebab morbiditas dan mortalitas pada pasien yang pada infeksi oportunistik. Hal tersebut disebabkan karena
mmt inap di rumah sakit terutama yang imunokompromis. jamurtersebut merupakan bagian dari mikroba flora normal
ffrruJonesia sebagai negara berkembang belum sepenuhnya yang beradaptasi dengan baik untuk hidup pada inang
herhasil membasmi penyakit infeksi jamur; kini dihadapkan manusia, terutama pada saluran cerna, saluran urogenital,
@a masalah baru dengan hadirnya infeksi HIV/AIDS. dan kulit. Histoplasmosis, meskipun ditemukan diberbagai
flenryakit ini potensial mendesak status imun penderita
belahan dunia, terutama di Amerika utara dan tengah.
fiearah imunokompromis sehingga infeksi jamur dapat Koksidioidomikosis, terutama di Arizona dan California,
Itunrbuh kembang dengan subur.
Mexico dan Texas, serta Amerika selatan. Kriptokokus,
llnfeksi jamur pada manusia dibagi menjadi infeksi kebanyakan ditemukan di daerah subtropik dan tropik
lamrur endemik dan infeksi jamur oportunistik. lnfeksi termasuk Australia, Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika.
1prrrur oportunistik tidak saja merupakan bagian dari infeksi Sebelum era highly octive antiretroviral theraphy (HMRT),
l,lW/AIDS tetapijuga merupakan infeksi oportunistik pada
kriptokokus meliputi 5-10eA penderita AIDS terutama
k;rkemia, tumor padat, limfoma maligna, transplantasi bila CD4 kurang 50 sel/mm3. Pada populasi non AIDS,
m.gan. Beberapa keadaan dapat mendorong individu kriptokokus terutama sebagai infeksi opprtunistik pada
unmfeksi jamur. lnfeksi jamur umumnya akibat paparan individu yang mengalami transplantasi organ, penderita
dan- sumber lingkungan dan aktivasi flora jamur endogen yang mendapatkan imunosupresan jangka lama, penderita
dhibat penyakit yang melandasi maupun sebagai akibat diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit hati kronik, penyakit
rdhr-intervensi diagnostik dan terapi. lnfeksi jamur tidak paru kronik. Sekitar 20o/o terjadi infeksi kriptokokus tanpa
tinanya mengenai bagian tubuh luar saja, tetapi juga
diketahui penyakit yang mendasari.
rnmenimbulkan penyakit sistemik yang mengancam jiwa.
Akibat paparan jamur sangat tergantung dari derajat
dan jenis respons imun hosf. Respons imun selular STRUKTUR DAN PERTUMBUHAN JAMUR
mnenrpakan mediator utama perlawanan terhadap infeksi
pumur. Neutrofil dan fagosit mempunyai peran penting Ada dua tipe jamur; yaitu : yeasts atau ragi dan molds.
daiam mengeliminer infeksi jamur. Yeasfs tumbuh kembang melalui sel tunggal secara
Di masa lalu infeksijamur masih kurang diperhitungkan, aseksual. Molds tumbuh kembang dengan bentuk filamen
mnka kini harus mendapatkan perhatian serius karena bukan panjang (hyphae) dan berbentuk kusut semacam tikar
m;a diagnosisnya yang sering terlewatkan, tetapi potensi (mycelium). Beberapa hifa membentuk dinding transversal
lmendorong penderita ke kearah kematian semakin tinggi. (septote hyphoe).
Pertumbuhan dalam bentuk mold melalui produksi
koloni filamentosa multisenter. Koloni ini mengandung
iltstDENS tubulus silindris dari 2-10 mm. Kumpulan hifa jalin-
menjalin dan berakumulasi selama pertumbuhan aktif
mnfieksijamur digolongkan menjadi infeksi jamur endemik disebut miselium. Beberapa hifa terbagi oleh dinding
712 PENYAKIT TROPIK DAN INFBI

pemisah atau septa, yang secara khas terbentuk pada hidup dalam jaringan ekstraselular maupun dalam fagosit
interval yang teratur selama pertumbuhan hifa. Ragi Kulit yang intak sangat efektif sebagai pertahanan tuh.*l
merupakan sel tunggal, biasanya berbentuk bulat atau terhadap infeksi jamur (kandidiasis, dermatofitosis), kuft
elips, diameternya bervariasi dari 3-15 mm. Kebanyakan yang lesi memudahkan masuknya jamur. Asam lemak di
ragi bereproduksi melalui pertunasan. Spesies yang gagal kul it dapat meng hambat pertu mbu han dermatofit.
melepaskan diri menghasilkan ragi rantai panjang disebut Saluran napas, membran mukosa nasofaring pentirry
pseudohifa. Semua jamur mempunyai dinding sel kaku untuk melindungi tubuh dari pengaruh invasi spora janurn
yang penting untuk menentukan bentuknya. yang terinhalasi, demikian juga makrofag alveolar.
Struktur seljamur terdiri dari dua bagian penting, yaitu: Jamur yang masuk kedalam tubuh akan mendapd
). Dinding sel jamur terdiri dari chitin. Chifin tersusun dari tanggapan melalui respons imun hosf. lgM dan lgG
'1

rangkaian panjang N -ocetylglocosomine. Dinding sel jamur didalam sirkulasi diproduksi sebagai respons terhadry
juga mengandung polisakarida yang merupakan bagian infeksijamur; tetapi peranan didalam proteksi tubuh nraCn
penting yaitu beto-glucan, merupakan polimer D-glukosa. Di belum diketahui. Respons cell-mediated immune (Cffi
bidang medis beto-glucan ini mempunyai arti penting karena adalah protektif karena dapat menekan reaktivasi infekifr
merupakan tempat interaksi obat antifungal caspofungin. jamur asimptomatis dan mencegah terjadinya infetil
2). Membran sel jamur mengandung ergosterol, tidak jamur oportunistik. Respons imun yang terjadi terhadry
seperti membran sel manusia yang mengandung kolesterol. infeksi jamur merupakan kombinasi pola respons i
Aktivitas obat-obatan antijamur seperti amfoterisin B, ozole terhadap mikroorganisme ekstraselular dan respons i
(flukonazol, ketokonazol) terhadapjamur sangat tergantung intraselular fakultatif. Respons imun selular
dari perbedaan sterol membran. mediator utama perlawanan terhadap infeksi jamur-
Beberapa karakter penting dari jamur antara lain T CD4+ dan CD8+ bekerja sama untuk mengelimi
adalah dimorfik termal ; membentuk struktur yang jamur. Dari subset sel T CD4+, respons sel Th1
berbeda-beda pada temperatur yang berbeda. Molds respons protektif sedangkan respons sel Th2
terbentuk pada keadaan saprofit, situasi yang bebas pada host. Oleh karena itu inflamasi granulomatosa
temperatur ombient dan yeosts pada jaringan host pada meru pa kan penyeba b kerusakan jaringan pada host
temperatur tubuh. Kebanyakan jamur adalah obligote terinfeksi jamur intraselular
aerobes; beberapa facultotive onqerobes; tetapi tidak Respons cell-mediqted immune (CMI)
ada yang obligote anaerobes. Semua jamur memerlukan menginduksi terbentuknya granuloma. Gr
karbon organik. Habitat alamiah jamur sebagian besar terutama terbentuk oleh berbagai penyakit
berada bebas di lingkungan, kecuali Condido olbiconsyang sistemik, misalnya koksidioidomikosis, hi
merupakan flora normal pada manusia. dan blastomikosis. Supurasi akut,, ditandai oleh
Beberapa jamur berkembang biak secara seksual neutrofil di dalam eksudat, juga terjadi pada
melalui mating dan membentuk spora seksual yaitu jamur tertentu seperti aspergilosis dan
zygospores, oscospores, dan basidiospores. Zygospore Jamur tidak memiliki endotoksin pada dinding'sd
merupakan spora sederhana dan besar dengan dinding tidak memiliki produk bakterial seperti eksotoksin-
tebal; oscosporo berbentuk semacam kantong yang Aktivasi sistem CMI menghasilkan respons
disebut ascus; dan bosidiospores dibagian luar terdapat hypersensitivity pada tes kulit. Skin tes positif menunj
pedestal yang disebut basidium. adanya paparan antigen jamur di masa lampau
Kebanyakan jamur berkembang biak secara aseksual tes negatif untuk diagnosis menyulitkan bagi
dengan membentuk conidio (osexuol spores). Bentuk, imunokompromis. Karena pada umumnya i
warna, dan susunan conidio membantu di dalam identifikasi membawa kandida sebagai flora normal, tes
jamur: Beberapa conidio penting adalah: 1). orthrospores, dengan menggunakan antigen kandida berguna
yang berkembang melalui fragmentasi melalui ujung menentukan apakah CMI normal.
hyphoe dan cara transmisi pada Coccidioides immitis;2). Kulit yang terinfeksi akan berusaha
chlomydospores, berbentuk bulat, mempunyai dinding tebal, penyebaran infeksi dan sembuh, menimbulkan resi
dan tidak mudah terlepas (bagian terminal chlamydospores terhadap infeksi berikutnya. Resistensi ini di
C.qlbicons); 3). blastospores, berbentuk semacam bintang; berdasarkan reaksi imunitas selular, karena
4). s poro n g iospores, berbentu k ka nton g (spora n g i u m). umumnya menunjukkan reaksi hipersensitivitaq
lV terhadap jamur bersangkutan.Gangguan
reaksi hipersensitivitas tipe lV menyebabkan
PATOGENESIS infeksi kronik atau kepekaan untuk kandid
ini sering terjadi pada penderita yang mendapil
Berbagai jenis jamur dapat menginfeksi manusia dan imunosupresif.
GIJAMUR 713

trrgnosis amfoterisin saat iniyaitu: amfotericin B liposomal, amfoterisin


,f,db 4 pendekata n d ia g boratoris pada i nfeksi jamu ri
nosis Ia B kompleks lipid, dan amfoterisin dispersi koloid.
lntu: 1). pemeriksaan mikroskopik langsung, 2). biakan, Ada 4 azole yang belakangan dapat dipergunakan
m DiVA probe test, dan 4). pemeriksaan serologi. secara sistemik, yaitu: ketokonazol, itrakonazol, flukonazol,
Pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan dengan dan variconazol. Golongan azole bersifat fu ngistatik tetapi
ffib*an dari sputum, biopsi paru, kulit, kuku. Beberapa yang preparat terbaru mempunyai sifat fungisid terutama untuk
- f at didiagnosis melalui pemeriksaan mikroskopik adalah jamur filamentous. Toksisitas golongan azole sangat
I'lil- spherules pada C.immitis dan 2). kapsul Cryptococcus bervariasi tergantu ng spesifitas dalam mengikat ergosterol
,@ormons dengan pengecatan India ink. pada sel jamur. Karena besarnya toksisitas, absorpsinya
Femeriksaan dengan DNA probe mampu mendiagnosis kurang baik, serta aktivitas spektrum sedang maka
khih cepat. Dapat menentukan infeksi Cocciodiodes, ketokonazol sekarang sudah jarang digunakan.
il/lffffiop lo s m o, B lo sto myces, dan C ryptococc u s. Itrakonazol merupakan azole terpilih terutama untuk
Kebanyakan diagnosis definitif ditegakkan memakai infeksijamur endemik, juga digunakan untuk infeksi yang
ilmrbagai pemeriksaan yang berbeda-beda dari satu disebabkan oleh beberapa infeksijamur oportunistik dan
dengan daerah lain pada daerah endemik. Untuk beberapa infeksi jamur superfisial. Karena absopsi yang
mmnegakkan diagnosis definitif dapat dilakukan biopsi, kurang baik pada kapsul itrakonasol, maka penggunaan
dfhnjutkan pemeriksaan histopatologi. serta biakan. secara oral digunakan bentuk suspensi atau pemberian
Pemeriksaan serologis terutama digunakan untuk secara intravenus.
pneriksaan histoplasmosis dan koksidioidom ikosis. ELI SA Flukonazol dapat diberikan secara oral maupun
thrutama untuk menentukan antigen guna membantu intravena. Sering digunakan untuk pengobatan berbagai
mrenentu kan keterlibatan histoplasmosis pada pasien Al DS. infeksi jamur termasuk kandida sp, C.neoforman,
Pada infeksi jamur oportunistik, diagnosis invasif sering koksidioides imitis dan beberapa infeksi jamur oportunistik.
mrmngalami kesulitan. Kandida sp. merupakan flora normal, Efek farmakologis flukonazol sangat sempurna tetapi
@at tumbuh pada tempat yang kotor seperti sputum. aktivitas spektrumnya paling sempit diantara azole yang
krentuan antibodi, antigen dan metabolit kandida lain, termasuk tidak mempunyai aktivitas aspergillus
llrilDumnya kurang sensitif dan spesifik. Pemeriksaan yang Varikonazol tersedia dalam bentuk oral (50 dan 200
ryesifik dan sensitif melalui pengukuran aglutinasi latex mg), dan maupun intravena (vial 200 mg), merupakan
Ur,tndap kapsu I polisakha rida C. N eoform a n s. Pemeri ksaa n bentuk triazol terbaru. Pada dewasa diberikan rerata 6
iiifotopatologis dari jaringan oleh intervensi infeksi jamur mg/kg i.v. setiap 12 jam, diikuti 4 mglkg i.v. tiap 12 jam.
ryortunistik penting dilaku kan untu k diagnostik. terutama . Bila telah memungkinkan atau menunjukkan perbaikan di
@a individu dengan sakit berat. teruskan per oral 200 mg, 2 l<ali sehari, kalau dipandang
perlu dosis peroral dapat dinaikkan menjadi 2 kali 300
lrapi mg per hari. Aktivitas genetik polimorfisme di kendalikan
ffiat-obatan untuk terapi bakteri tidak mempengaruhi oleh CYP2C19, yang memandu dafi menentukan
pcnyakit jamur. Penisilin dan aminoglikosida dapat berbagai substansi yang dilibatkan didalam metabolisme
mrcnghambat pertumbuhan berbagai bakteri tetapi voriconazol. Variconazol diabsorbsi dengan baik pada
'fitdak mempengaruhi pertumbuhann jamur. Hal tersebut mukosa saluran cerna dan di metabolisme sempurna
dhnrngkinkan akibat perbedaan struktu[ misalnya pada oleh liver melalui kendali CY?2C9, CYP2C19 dan CYP3A4.
fthkteri terdapat peptidoglikan dan 70S ribosom, tetapi Varikonazol mempunyai spektrum yang luas termasuk
flH dimiliki oleh jamur. Obat antifungal yang efektif adalah terhadap semua spesies kandida dan C.neoforman,
arnfoterisin B dan golongan azole karena adanya ergosterol mempunyai efek fungisid terhadap aspergillus dan
pda membran seljamur tetapi tidak terdapat pada bakteri beberapa filamen jamur.
mmrupun membran sel manusia. Antifungal lain, caspofungin Semua bentuk azol berinteraksi secara berbeda-beda
rlffindidas), dapat menghambat sintesis beta glucan. dengan enzim sitokrom p-450. Potensi terjadinya interaksi
Terapi mutakhir antijamur meliputi target ergosterol obat haius selalu diperhatikan sebelum pemberian.
rmmprn b ra n se I j a m u r (p o ly e n e s, o zo le s, a lly lo m in e s), g I u c o n s Semua azole mempunyai efek hepatotoksik, oleh karena
pda dinding seljamur (echinocandins), serta sintesis DNA itu pemeriksaan secara berkala terhadap faal hati perlu
dhn RNA jamur fftucytosine). dilakukan.
Amfoterisin B merupakan obat terpilih pada semua Bentuk obat lain adalah yang merupakan sintesis
urnfreksi jamur; tetapi terdapat keterbatasan yaitu pada ergosterol adalah allylomine terbinafine. Digunakan pada
ttukisitasnya. Efek toksik pada ginjal terjadi pada pasien infeksi primer kulit tetapi kadang-kadang digunakan
ptg mendapatkan terapi amfoterisin. Formulasi lipid secara kombinasi dengan antijamur yang lain pada Infeksi
@t mengurangi toksisitas amfoterisin B. Ada 3 formulasi jamur opportunistik berat.
714 PENYAKIT TROPIK DAN INFEXC

in meru pa kan ech inoco n d in perta ma yan g


Cospofu ng yeost dijaringan. Meskipun namanya kapsulatum, tetap
digunakan pada manusia. Echinocondin bermanfaal jamur ini tidak mempunyai kapsula.
untuk menghambat sintesis betaglucan pada dinding
sel jamur; bekerja fungisid terhadap spesies kandida dan Epidemiologi
ospergilLus tetapi tidak mampu melawan C.neoformans. Histoplasmosis, ditemukan diberbagai belahan dunia
Cospofungin hanya tersedia intravena dan memiliki terutama di Amerika utara dan tengah. Merupakam
toksisitas minimal. penyebab infeksi jamur endemik tersering di Amerila
Flucytosine (5-fluorocytosine) merupakan bentuk terutama di lembah Missisipi dan Ohio. lnfeksi ini seff
oral fluorinoted pyrimidine yang merupakan konversi ke Limiting, tetapi dapat menyebabkan infeksi pulmoosr
S-fluorourosil yang mempunyai kinerja terhadap sintesis akut berat.
DNA dan RNA jamur. Terutama digunakan untuk terapi
kriptokosis dan kandidiasis. Selama penggunaannya perlu Patogenesis
difollow up terhadap terjadinya efek samping penekanan Masuknya mikrokonidia per inhalasi kedalam alveolu,
sumsum tulang. menimbulkan infeksi pulmoner lokal. Neutrofil dam
makrofag berusaha memfagositosis jamur tersebufr,
Jamur yang mampu bertahan dari terkaman makrdry
akan meningggalkan makrofag menuju nodus limfatimro
di hilar dan mediastinum, ke sistem retikuloendoteilirCll
Setelah beberapa minggu sel T tersensitisasi oleh antquir
H. Copsulotum, kemudian mengaktifasi neutrofil, makrc@
untuk mengeliminer jamur intraselular.
Di jaringan mikroorganisme yang berada di dalilm
makrofag berubah menjadi ovalyeasf sehingga mas-lkb
dalamfaseyeosf. Di dalam makrofag tetap mempertaha*m
hidupnya dengan memproduksi substansi al
seperti bikarbonat, amonia, meningkatkan pH
terhindar dari pengaruh degradasi enzim f
Mikroorganisme yang mencoba tetap bertahan di
Gambar 1. Histoplasma capsulatum. Yeast di dalam makrofag
makrofag akan menuju ke pembuluh limfe hilus
(dikutip dari Levinson)
mediastinal. Selanjutnya menyebar luas secara
ke seluruh tubuh, sehingga mencapai organ-organ
terutama hati dan limpa. lndividu dapat mengalami
INFEKSI JAMUR ENDEMIK
simtomatis maupun asimtomatis. Meskipun
lnfeksi jamur: histoplasmosis, blastomikosis,koksidi- sebagian besar infeksi berlangsung asimtomatis,
granulomatus kecil-kecil sembuh dengan meni
oidomikosis, dan parakoksidioidomikosis potensial
menimbulkan infeksi jamur endemik. Derajat beratnya kalsifikasi. Bila paparan terjadi terus-menerus
infeksi tergantung dari intensitas paparan maupun status berkembang ke arah manifestasi klinis hi
pulmonalis primer akut. Pada keadaan tertentu,
imun hosf. Jamur yang terinhalasi melalui saluran napas
pada sistem kekebalan yang tertekan seperti pada
selanjutnya memasuki sirkulasi hematogen dan menjadi
reaktif beberapa tahun kemudian. lnfeksijamur endemik atau pada saat terjadi penurunan aktivitas CMl.
menyerupai dengan infeksi bakteriil yang menyerang paru, infeksi berkembang keara h kron ik. Ma nifestasinya
kulit, maupun berbagai organ lain. Diagnosis infeksijamur histoplasmosis pulmonalis progresif kronik yang
di daerah nonendemik kurang mendapat perhatian dari disertai terbentuknya kavitas dan jaringan fibrostr
pada daerah endemik. Dengan semakin lajunya mobilisasi situasi tersebut penyakit dapat berkembang
penduduk akhir-akhir ini kemungkinan terinfeksijamur di histoplasmosis diseminata berat yang progresi*ff
daerah endemik dan non endemik meningkat. berakhir fatal.
Pada pasien AIDS, lesi ulseratif pada lidah
ciri khas histoplasmosis diseminata kemudian
infeksi pulmoner.
HISTOPLASMOSIS

H isto pla smosis d i seba bka n oleh H istop Io s m o co p s u lotu m. Manifestasi Klinis
Merupakan jamur dimorfik, sebagai mold di tanah Histoplasmosispulmoner akut. Meskipun ada
terutama yang terkontaminasi kotoran burung dan sebagai tetapi sering asimtomatik. lnfeksi pulmoner si
ESI JAMUR 7r5

rmrumnya self-limiting beberapa minggu setelah paparan. Diagnosis


Smomatik terutama ditandai panas, menggigil, kelelahan, Sampel dari biopsi jaringan atau aspirasi sumsum
ihrtuk non produktil rasa kurang enak di dada depan, tulang, sel jamur oval di dalam makrofag dapat terlihat
lmilieri otot. Artritis dan artralgia, sering ditandai eritema pada pemeriksaan mikroskop. Biakan memakai agar
Ililunartralgiosum yang terjadi pada 5-10% pasien dengan Sabouraud's dapat terlihat hyphoe dengan makronidia
rilrstoplasmosis pulmoner akut. Pada foto toraks tampak tuberkulae. Antigen Histoplasma dapat ditentukan
,grrbaran nodul lobar atau multilobar infiltrat. Deferensial dengan radio-immunoassay atau DNA probe. Pada kondisi
oiimnrosis histoplasmosis pulmoner akut adalah dengan imunokompromis bila antibodi dalam urin tidak terdeteksi,
ia yang disebabkan oleh Blqstomises dermotidis, dapat dilakukan pemeriksaan antigen dalam urin. Kultur
ma pneumonioe, Legionello spp., dan Chlomydio dapat dilakukan melalui sampel yang diambil darijaringan,
ioe.Kecurigaan kuat ke arah infeksi Histoplasmosis lavas brokhoalveoler, cairan tubuh, sputum, dan darah.
akut bila didapatkan pembesaran nodus Biakan darah merupakan langkah terbaik menggunakan
pada hiler dan mediastinal. sistem lysis-centrifugation (isolator fube). Biopsi liver dan
sumsum tulang perlu dilakukan untuk membuat diagnosis
asmosis pulmoner kronik. Histoplasmosis
H.capsulatum diseminata.
kronik berjalan progresil berkembang ke
pulmoner obstruktif dan berakhir fatal. Keluhan Jika histoplasmosis pulmoner dicurigai, maka
pemeriksaan biakan dengan medium khusus dari sampel
a panas, kelemahan, nafsu makan menurun,
pulmoner. Terhadap penderita serangan akut, biopsi
berat badan, batuk produktif dengan sputum
jaringan harus dikerjakan guna menentukan adanya
dan hemoptoe. Foto toraks menunjukkan
jamur oval, ukuran 2-4 mm. Biopsi harus segera disusul
"an infiltrat uni atau bilateral pada lobus atas
multipel kavitas, serta fibrosis luas pada lobus dengan melakukan pengecatan dengan methenomine
s ilve r atau pengecata n period i k ocid- Sc h iff . P ada penderita
Fistula bronkopleural serta pneumotoraks sering
Histoplasmosis pulmoner kronik sering bersamaam diseminata, sampel yang diambil dari susum tulang, liver;
kulit, dan lesi mukokutaneus dapat menunjukkan beberapa
tuberkulosis, pneumonia fungal lain terutama
ikosis, dan sporotrikosis. organisme. Organisme juga dapat ditunjukkan melalui
pengecatan Wrigh* dari darah perifer penderita infeksi
diseminata. Histoplasmosis simtomatik diseminata. Bagi penderita histoplasmosis pulmoner kronik
terjadi terutama pada pasien imunokompromis. atau mediastinitis granulomatus, biopsi paru atau nodus
AIDS dengan CD4 kurang dari 150 sel/mm3, limfatikus dapat menunjukkan organisme. Pemeriksaan
n hematologi, transplantasi organ atau terapi serologi mempunyai peran penting pada beberapa bentuk
id berisiko tinggi mengalami histoplasmosis h sto p as mos is. C o m p le m e n-t- a ssay dap al d perg u na ka n
i I i

nata akut. Keluhan dan gejala yang muncul untuk membedakan miselial dan jamur. Pemeriksaan
nata adalah menggigil, panas, nafsu makan immunodiffusion (lD) lebih spesifik dari pada CF tes, tetapi
n, berat badan menurun, hipotensi, sesak CF tes lebih sensitif. Titer antibodi CF sefing memberikan
nepatosplenomegali, lesi pada kulit dan mukosa. hasil positif pada titer rendah jamur setelah -terinfeksi.
ia, infiltrat pulmoner difus pada gambaran Pemeriksaan serologis merupakan sarana dlagnostik
koagulasi intravaskular diseminata, gagal penting guna menentukan diagnosis histoplasmosis
akut sering terjadi.Gejala tersebut sulit .dipisahkan pulmoner akut. Diagnosis ditegakkan bila ada kenaikan
sepsis karena bakteri maupun virus. Pada pasien titer empat kali lipat titer CF. Pemeriksaan serologis kurang
oiferensial diagnosis dengan infeksi sitomegalo, definitif pada pasien limpadenopati mediastinal dan harus
rnikobakterium avium kompleks diseminata, dan selalu dikonfirmasi dengan biopsi jaringan. Hasil positif
palsu CF terjadi pada limfoma, tuberkulosis, sarkoidosis,
r1th1*moplasmosis diseminata progresif kronik merupakan dan infeksijamur lain.
histoplasmosis yang fatal. Ditandai demam, Pemeriksaan enzim immunoassay terhadap antigen
malam, penurunan berat badan, nafsu makan polisakaiida H.copsulotum pada urin dan serum sangat
dan kelemahan. Penderita nampak mengalami membantu penderita diseminata yang dilandasi AIDS.
k'onik, hepatosplenomegaIi, ulserasi mukokutaneus,
adnenal insufisiensi. Peningkatan laju endap darah, Terapi
fosfatase alkali, pansitopenia, dan infiltrat Itrakonazol merupakan obat terpilih bagi infeksi
ler difus pada gambaran foto toraks. Untuk histoplasmosis ringan dan sedang, dan amfoterisin B
disingkirkan tuberkulosis milier, llmfoma, dan bagi infeksi berat. Flukonazol kurang aktif dan perlu
is. Hampir semua organ terdapat kelainan pada dipertimbangkan penggunaan sebagai lini kedua.
Ketokonazol dapat menjadi obat lini kedua karena

I
7t6 PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI

toksisitasnya yang tinggi daripada itrakonazol. berdiameter 75 mm, berubah menjadi sperula. Pada
Histoplasmosis pulmoner asimtomatis tidak kondisi maturi sperula berdinding tebal, refraktil ganda,
memerlukan pengobatan khusus. Tetapi bila gejala diameter 80 mm. Sperula terbungkus bersama endospora"
muncul dapat diberikan itrakonazol 200 mg per hari bila dindingnya pecah akan melepaskan endospora dan
selama 6-12 minggu. Pada keadaan outbroke atau pada kemudian membentuk sperula baru.
kondisi imunokompromis harus diberikan terapi. Terapi C. lmmitis menghasilkan koloni seperti kapas. Hifa
awal diberikan amfoterisin B 0.7-1 mg/kg perhari diikuti membentuk rantai artrokonidia, yang mudah terpecah
itrakonazol oral. Terapi antifungal perlu diberikan bagi menjadi arthrokonidia individual. Bentuk ini mudah
histoplasmosis pulmoner kronik. ltrakonazol 200 mg satu tersebar di udara, sangat resisten terhadap kondisi
atau dua kali sehari untuk 12-24 bulan. ltrakonazol 6-12 lingkungan yang buruk. Artrokonidia individual, ukuran 3
bulan di rekomendasikan terhadap pasien mediastinitis x 6 mm, dapat bertahan lama bertahun-tahun, dan sangat
granulomatus simtomatls. Bila nodus menyebabkan infeksius.(Gambar 2)
obstruksi pembedahan diindikasikan.
'Semua pasien histoplasmosis diseminata simtomatik Epidemiologi
perlu mendapatkan terapi antifungal. Pasien dengan Koksidioides sp. dapat ditemukan di tanah, ditempam.
infeksi simtomatik ringan-sedang diseminata akut tempat dengan curah hujan yang sedang, suhu udara dingmmr
dan histoplasmosis diseminata progresif kronik dapat dan kelembaban yang rendah. lnfeksi ini bersifat endembdi
diberikan itrakonazol 200 mg dua kali sehari. Terapi daerah terbatas dari Amerika barat daya, Amerika tengdn,
adekuat bila diberikan 12 bulan. Pasien AIDS perlu terus Amerika selatan. Risiko infeksi pada daerah endemik sekiuun
mendapat terapi itrakonazol 200 mg per hari setelah 3%, dengan 150.000 infeksi baru setiap tahunnya. Lebih dmii
sebelumnya mendapat itrakonazol dua kali sehari selama 60% infeksi baru terjadi di Arizona.
12 minggu.
Pasien imunokompromis dengan infeksi sedang Patogenesis
hingga berat harus diberi amfoterisin B 0.7- 1 mg/kg per Rangkaian artrokonidia yang terbentuk dari hifa benffiil
hari. Kebanyakan pasien dapat diteruskan oral itrakonazol mudah terlepas menjadi artrokonidia tunggal. Bentuk nrnil
begitu telah membaik. mudah tersebar di udara, sangat resisten terhadap ko rdhii
lingkungan yang buruk. Artrokonidia tunggal, ukuran tn
6 mm, dapat bertahan lama hingga bertahun-tahun. drn
sangat infeksius.
lnfeksi pada manusia terjadi akibat inhalasi a
yang berasal dari tanah yang.,terbawa oleh
Arthrokonidia yang terhisap tersebut akan
ke bronkioli terminal mengawali terjadinya i

koksidioida. lnhalasi arthrokonidia menyebabkan


primer yang asimtomatis pada 60 % penderita
infeksi dapat diketahui dengan terbentuknya
serum dan terjadinya konversi tes kulit menjadi
dalam waktu 2-4 minggu. Empat puluh persen
Coccidioides lmmitis (dikutip dari lain menunjukkan simtom infeksi berupa s

Levinson) semacam flu, yaitu batuk, demam, malaise, nyeri


nyeri otot, dan sakit kepala. Kurang lebih 1%
mengalami infeksi sistemik berat atau koksidioi
KOKStDtOTDOMTKOSTS sekunder yang mengancam jiwa. Potensi
infeksi sistemik ini umumnya dilandasi oleh
Merupakan penyakit jamur sistemik disebabkan umur ekstrim, ijangguan imunitas cell medioted.
Koksidioides Spp. Penyebab C. lmmitis dan C. posodosii umumnya lebih rentan daripada wanita, kecuali
merupakan fungi dimorfik yang diklasifikasikan sebagai hamil yang hal ini dipengaruhi oleh efek hormon'r
qscomisetes yang homolog gen ribosom. C. immitis terhadap jamur. Hal ini dimungkinkan karena C.
mempunyai dua bentuk, yang pada sebagian besar media mengandung protein spesifik yang mampu
perbenihan tumbuh sebagai bentuk jamur yang putih dengan estrogen serta progesteron yang
tetapi pada jaringan tubuh pejamu atau pada keadaan menstimulir pertumbuhan jamur. Pada penderita
khusus, tumbuh berbentuk sferis tanpa tunas, yaitu karena terjad i imu nosu presi selu laI terganggunya
bentuk sperula. Setelah infeksi, arthrokonidium membesaI imun cellmedioted, maka mempunyai potensi
.M$ JAMUR 717

hninfeksi koksidioidomi kosis sistemik. Pada ind ividu ya ng dengan jelas adanya kecurigaan terhadap kemungkinan
thrserang AIDS, manifestasi koksidioidomikosis merupakan koksidioidmikosis karena jenis jamur ini harus ditangani
p,"neumonitis reti ku lonod u ler d ifusa. dengan ekstra hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi
C. immitis memicu reaksi granulomatosa kronik di pada petugas laboratorium. Pada biopsi, sporula berukuran
dallam jaringan tubuh penjamu dengan nekrosis yang kecil, harus dibedakan dengan bentuk tanpa tunas dari
deertai proses kaseasi. Lesi pada paru dan kelenjar limfe BLostomyces dan Cryptococcut namun gambaran sperula
1iffier dapat memperlihatkan kalsifikasinya. Baik antibodi yang matur merupakan petunjuk diagnosis.
@ilil maupun lgG yang bereaksi terhadap C. immitis akan Tes serologi sangat membantu dalam menegakkan
ffimbulkan dengan adanya infeksi. Jumlah antibodi lgG diagnosis koksidioidomikosis. Tes aglutinasi lateks dan
gmg spesifik merupakan patokan kasar untuk mengukur difusi gel agar merupakan pemeriksaan yang berguna
Itmasa antigen, yaitu intensitas infeksi, dan titer antibodi untuk melakukan skrining serum guna menemukan
,@lG yang tinggi merupakan tanda prognostik yang jelek. antibodi terhadap jamur; terutama 2-4 minggu setelah
lllli'nrrnbulnya hipersensitivitas lambat terhadap antigen C. infeksi. Tes fiksasi komplemen (CF) dipakai pada
sering ditemukan diantara bentuk klinis penyakit
mnmrnr'trs pemerlksaan cairan serebrospinal dan untuk memastikan
mr dengan pronosis baik, seperti penyakit pulmoner primer serta mengukur kadar antibodi (lgG) dalam serum yang
ymtg sembuh sendiri. Hasil tes kulit yang negatif terhadap terdeteksi lewat tes skrining. Jumlah kasus dengan hasil
arti3en Coccidioides terdapat pada kurang lebih separuh tes fiksasi komplemen positif akan tergantung pada
pderita dan menunjukkan prognosis yang buruk. beratnya penyakit dan laboratorium yang mengerjakan
Pada pemeriksaan radiologis, infeksi koksidioidomikosis tes tersebut. Hasil tes positif setidaknya sering ditemukan
@at memberikan gambaran adenopati hilus disertai diantara pasien-pasien dengan kavitas pulmoner yang
danya infiltrat pulmoneq gambaran pneumonia, terkadang soliter atau dengan infeksi paru, sementara pemeriksaan
dursi pleura maupun nodul-nodul atau kavitas. serum dari pasien dengan penyakit diseminata pada lebih
Selain paru sebagai organ sasaran, infeksi inijuga bisa dari satu organ tubuh hampir seluruhnya memperlihatkan
mengenai organ lain termasuk tulang, kulit, persendian hasil yang positif. Serokonversi amat membantu dalam
dan selaput otak. menegakkan diagnosis koksidioidomikosis pulmonalis
primer tetapi mungkin baru ditemukan 8 minggu setelah
Ianifestasi Klinis paparan. Hasil tes fiksasi komplemen positif pada cairan
Itmnfreksi pulmoner primer yang simtomik manifestasinya serebrospinal yang tidak dipekatkan merupakan petunjuk
&ilah febris, batuk, nyeri dada, malaise, kadang-kadang diagnostik untuk meningitis. Kadang-kadang fokus para
rmmksi hipersensitivitas. Foto toraks dapat memperlihatkan meningen akan menyebabkan hasil pemeriksaan serologi
adenopati hileq ataupun efusi pleura. Pemeriksaan
r;ffirtrat, cairan serebrospinalyang posjtif. Pada pasien AIDS dengan
ohtrah tepi dapat menunjukkan eosinofilia yang ringan. kokosidioidomikosis, pemeriksaan serologi tersebut sering
flErnbentukan kavitas kronik dengan dinding tipis ditandai memberi hasil negatif.
,ffila batuk atau hemoptisis pada separuh kasus, sebagian Konversi tes kulit dari hasil positif fnenjadi negatif
masien lain tetap asimtomatik. Koksidioidomikosis (indurasi > 5 mm setelah 24 atau 48 jam),. dengan
prulimonalis progresif kronik menyebabkan gejala batuk koksidiodin dan sferulin 2 jenis antigen jamur yang
hrlo'nik, disertai sputum, febris, dan penurunan berat tersedia dipasaran, terjadi pada hari ketiga hingga ke-
ihdan. Pada beberapa kasus akan mengalami reaktivasi, 21 setelah timbulnya gejala pada koksidioidomikosis
dtui penyebarluasa n i nfeksi (d iser,ni nasi) setelah beberapa pulmonalis primer. Tes kulit juga dapat membantu dalam
kemudian. Keadaan tersebut terutama jika terdapat
ilClnun penelitian epidemiologi, seperti penyelidikan terhadap
pemyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, transplantasi kelompok kasus atau penentuan daerah endemik.
,gn[al, penyakit AIDS, atau keadaan imunosupresi lainnya.
fmoses diseminasi tersebut harus dicurigai bila terdapat Terapi
,qEala febris, malaise,
limfadenopati hiler atau paratra keal, Koksidioidomikosis pulmonalis primer biasanya akan
lhnaikan laju endap darah, dan titer fiksasi komplemen sembuh" spontan. Amfoterisin B intravena selama
prg tinggi. beberapa minggu diberikan bila pasien memperlihatkan
kecenderungan ke arah berat atau infeksi primer yang
Urgnosis berlarut-larut, dengan harapan mencegah terjadinya
t*ih ada kecurigaan infeksi koksidioidomikosis, maka penyakit pulmonalis kronik atau diseminata.
upesimen untuk biakan meliputi sputum, eksudat Pasien koksidioidomikosis diseminata yang berat
dari lesi kulit, cairan spinal, urine, biopsi jaringan, atau yang berjalan progesif dengan cepat harus segera
dan pus harus diperiksa untuk menemukan C. lmmiti. dimulai pengobatannya dengan penyuntikan amfoterisin B
flermintaan pemeriksaan la boratorium harus menyebutkan intravena yang dosisnya 0,5 hingga 0,7 mglkg BB per hari.
718 PENYAKIT TROPIK DAN INFHqI

Pasien yang keadaannya membaik setelah penyuntikan sebagai mikroorganisme komensal pada manusia,
amfoterisin B atau memperlihatkan infeksi diseminata khususnya di kulit, dalam mulut, tinja, dan vagina. Spesies
yang tidak aktif dapat dilanjutkan ketokonazol, 400 hingga ini tumbuh dengan cepat pada suhu 250 hingga 370C pada
800 mg/hari, atau itrakonazol, 200 hingga 400 mglhari. media perbenihan sederhana sebagai sel-sel oval dengan
Preparat oral ini berguna untuk tindakan supresi infeksi pembentukan tunas. Pada media perbenihan yang khusrx
jangka panjang dan harus dilanjutkan selama beberapa akan terbentuk hifa atau struktur cabang memanjang yarg
tahun. Untuk pasien meningitis koksidioides, pengobatan dinamakan pseudohifa. C. albicqns dapat dikenali secare
biasanya dapat dimulai dengan flukonazol 400m9 per presumtif dengan kemampuanya untuk membentuk
hari tetapi pasien tersebut mungkin pula memerlukan tabung benih (gemr fubes) dalam serum atau dengm
pemberian amfoterisin B intratekal. Hidrosefalus merupakan terbentuknya spora besar-besar berdinding tebal yaqg
komplikasi yang sering ditemukan pada meningitis yang dinamakan klamidospora. ldentifikasi akhir semua spesie
tidak terkontrol. Tindakan debridemen lesi tulang atau jamur tersebut memerlukan tes blokimiawi.
drainase abses dapat membantu. Reseksi lesi pulmoner
yang progesif kronik merupakan tindakan pelengkap Patogenesis
kemoterapi kalau infeksi hanya terbatas pada paru dan pada Kandidiasis meru paka n i nfeksi jamu r sistemi k yang palirqt
satu lobus. Kavitas berdinding tipis yang tunggal cenderung sering. Respons imun cell-medioted terutama sel CI}t
menutup spontan dan biasanya tidak direseksi. penting dalam mengendalikan kandidiasis mukokutamr
Neutrofil penting terutama dalam resistensi terhadm
lnfeksi Jamur Oportunistik kandidiasis sistemik. Kandidiasis sistemik terjadi bib
Meningkatnya infeksi jamur dapat meningkatkan kandida masuk ke dalam aliran darah terutama pada sd
morbiditas dan mortalitas pasien imunokompromais di ketahanan fagositik host menurun.
rumah sakit. lnfeksijamur oportunistik dapat disebabkan Faktor-faktor lokal atau sistemik dapat
oleh organisme semacam jamur maupun filamen invasi Candido ke dalam jaringan tubuh. Usia mer
jamur. Penyebab tersering infeksi jamur oportunistik faktor penting mengingat kolonisasi neonatal sering
adalah kandidiasis. Spesies kandida merupakan flora menyebabkan kandidiasis oral (oroL thrush).
normal pada manusia terutama pada saluran cerna dengan kehamilan trimester ketiga cenderung
maupun saluran urogenital, serta kulit. lnfeksi terjadi mengalami kandidiasis vulvovaginal. Pasien d
melalui inhalasi atau inokulasi kulit. Kebanyakan non mellitus, keganasan hematologi, pasien yang
kandida patogen adalah filamen jamur termasuk genus antibiotik spektrum luas atau kortikosteroid dosis
AspergiLlus dan klas Zygomycetes serta Cryptococcus rentan terhadap kandidiasis. Kandidiasis oral
neoformons. Kejadian infeksi ini sering akibat berbagai dijumpai kapan saja dalam perjalanan infeksi HlV.
keadaan yang menginduksi imunosupresan. Pada situasi terjad inya penu runan ju m lah sei C O+, esofog itis
imunokompromis terjadi penyebar luasan infeksi secara juga sering ditemukan. Terganggunya keutuhan
angioinvasi jamur terutama Aspergillus, Pseudollescherio, membran mukosa dapat memberikan jalan Re jari
Zyg o mycete s, dan F u so r iu m, C. n eofo r m o ns. Be rba g a i je n is tubuh yang lebih dalam. Contohnya adalah
jamur tersebut dapat menyebabkan meningitis dengan traktus gastrointestinal oleh trauma, pembedahan
atau tanpa melibatkan organ lain. ulserasi peptikum; pemasangan kateter indwelling
pem beriaa n a i mentasi i ntravena (e nte r n o I fee d ing),
I

peritoneal serta drainase traktus urinarius; luka


KANDIDIASIS yang berat; dan penyalahgunaan obat bius
Kandidemia merupakan penyebab urutan keenam
lndividu dalam posisi imunokompeten umumnya resisten akibat penggunaan kateter intravena atau infus.
terhadap infeksi jamur, tetapi pada situasi imuno- Spesies Condido, kecuali C. globroto tampak
kompromis sa ngat rentan terhadap infeksi jamu r. jaringan sebagai jamur maupun pseudohifa. Lesi
Condido olbicons merupakan penyebab kandidiasis ditandai oleh fiekrosis dan respons inflamatorik
yang paling sering di temukan, namun C. tropicolis, C. Sel neutrofil membunuh seljamur Condido serta
poropsilosis, C. guil.liermondii, C. globroto, C. krusei serta segmen pseudohifa secara in vifro. Kandidiasis
beberapa spesies lainnya dapat menyebabkan kandidiasis akan menimbulkan komplikasi neutropenia
profundus dan bahkan membawa akibat yang fatal. C. menunjukkan peranan utama neutrofil dalam
poropsilosis sering sebagai penyebab endokarditis. C. pertahanan pejamu terhadap jamur ini. Melalui g
tropicoLis menyebabkan sekitar sepertiga kandidiasis kadida dapat menimbulkan berbagai infeksi pada
profundus pada pasien neutropenia. Semua spesies hepar; menempel pada katup jantung buatan, merr
kandida yang patogenik untuk manusia juga ditemukan arthritis, endoptalmitis
JAMUR
-rcI

brifestasi Klinis kronik dapat terjadi akibat penyakit diseminata atau


lfiandidiasis kulit dan mukosa sering menyertai berbagai penyisipan prostesa dalam hal artritis atau infeksi pintas
headaan seperti penyakit AIDS, diabetes, kehamilan, ventrikuloperitoneal. Manifestasi fokal penyakit diseminata
umila ekstrim, trauma. Kandidiasis oral (orol thrush) yang jarang dijumpai mencakup osteomiolitis, lesi kulit
'ililErnukan sebagai bercak berwarna putih yang konfluen yang pustuleri miositis, dan abses serebri.
rfui rnelekat pada mukosa oral serta faring, khususnya
,d dalam mulut dan lidah. Lesi ini biasanya tanpa rasa Diagnosis
mryeri tetapi pembentukan fisura pada sudut mulut dapat Diagnosis laboratorik dapat dilakukan melalui pemeriksaan
tnmrrenimbu lka n nyeri. Kandidiasis kul it d itemu kan sebagai spesimen, pemeriksaan mikroskopis, biakan, dan serologi.
,ddaerah intertriginosa yang mengalami maserasi serta Gambaran psedohifa pada sediaan apus, dikonfirmasi
rnmrenjadi merah, paronikia, balanitis, ataupun pruritus ani. lewat pemeriksaan kultur merupakan pilihan untuk
lfimididiasis kulit di daerah perineum dan skrotum dapat menegakkan diagnosis kandi{iasis superficial. Kerokan
deertai dengan lesi pustuler yang diskrit pada permukaan untuk pembuatan sediaan apus dapat di lakukan pada
rdalam paha. Kandidiasis mukokutaneus kronik atau kulit, kuku, dan mukosa oral serta vaginal. Diagnosis
hmdidiasis granulomatosa secara khas ditemukan sebagai pada lesi kandida yang lebih dalam lagi dapat dilakukan
lm kulit sirkumskripta yang mengalami hiperkeratosis, dengan pemeriksaan histologi terhadap sayatan spesimen
huuku jari yang mengalami distrofi serta hancur; alopesia hasil biopsi atau dengan pemeriksaan kultur cairan
pursial di daerah lesi pada kulit kepala, dan kandidiasis serebrospinal, darah, cairan sendi, atau spesimen
rutxal serta vagina. Gejala lainnya mencakup epidermofitosis bedah. Pemeriksaan kultur darah sangat berguna untuk
hmnik, displasia gigi, dan hipofungsi kelenjar paratiroid, endokarditis kandidiasis dan sepsis. Pemeriksan ini sering
denal, serta tiroid. Kandidiasis vulvag inalis menyebabkan tidak memberikan hasil yang positif pada bentuk penyakit
qqala pruritus, terkadang nyeri pada saat hubungan diseminata lainnya.
sck atau buang air kecil. Pemeriksaan dengan speculum
nmemperlihatkan mukosa yang mengalami inflamasi Terapi
dhn eksudat encer yang sering dengan cairan bewarna Kandidiasis oral dan kandidiasis mukokutan dapat diobati
piurtih. dengan nistatin topikal, gentian violet, ketokonazol,
Ulserasi kecil, dangkal, soliter hingga multipel akibat maupun flukonazol. Terapi kandidiasis kulit pada daerah
Ewdido dapat terlihat dalam esophagus cenderung yang mengalami maserasi, memperlihatkan respons
@rdapat pada bagian sepertiga distal dan dapat terhadap upaya untuk mengurangi kelembaban kulit
Itmenyebabkan keluhan disfagia atau nyeri subternal. Lesi dan iritasi dengan pemakaian preparat antifungus yang
Mrnnya seperti itu cenderung bersifat asimtomatik tetapi dioleskan secara topikal dqlam bahan dasar nonoklusif.
mnempunyai arti yang penting pada pasien leukemia Serbuk nistatin atau krem yang mengandung preparat
sehagai port dbntre untuk kandidiasis diseminata. Dalam siklopiroks atau azol cukup berkasiat. Klotrimazol,
Mraktus urinarius, lesi yang paling sering ditemukan mikonazol, ekonazol, ketonazol, stlkonazol, dan
dapat berupa abses renal atau kandidiasis kandung oksikonazol tersedia dalam bentuk krem atgu losion.
ilernih. lnvasi ke dalam kandung kemih biasanya terjadi Vulvovaginitis Candido memberikan respons yang lebih
setelah tindakan kateterisasi. Atau instrumentasi pada baik terhadap golongan azol daripada terhadap preparat
@nderita diabetes atau pada pasien yang mendapatkan supositoria nistatin. Di antara formula vaginal klotrimazol,
rmtibiotik berspektrum luas. Lesi umumnya asimtomatik mikazol, tikonazol, butakonazol, dam terkonazol hanya
dan benigna. lnvasi retrograd ke dalam pelvis renalis terdapat sedikit perbedaan pada khasiatnya. Pengobatan
mnmenyebabkan nekrosis papilla renal. sistemik terhadap vulvovaginitis Condido dengan
Penyebar luasan kandida secara hematogen ditemukan menggunakan ketokonazol atau flukonazol lebih mudah
dengan gejala demam tinggi. Dapat timbul abses di dilakukan daripada pengobatan topikal, tetapi potensi
rretina, perlahan-lahan abses ini meluas ke dalam vitreus. preparat tersebut untuk menimbulkan efek merugikan
kien dapat mengeluh nyeri orbital, penglihatan yang yang leSih besar. Preparat troches klotrimazol yang dapat
habur; skotoma, atau opasitas yang melayang-layang diberikan lima kali sehari lebih efektif untuk mengatasi
dan menghalangi lapangan penglihatan. Kandidiasis kandidiasis oral dan esophagus dibandingkan suspensi
p,r,.rlmonalis hampir selalu terjadi secara hematogen nistatin. Ketokonazol dengan dosis 200 hingga 400 mg per
dan terlihat pada foto toraks, bila abses tersebut cukup harijuga berkhasiat untuk esofagitis Cqndida tapi banyak
hanyak untuk menimbulkan infiltrat noduler yang samar- pasien yang kurang dapat menyerap obat tersebut dengan
samar atau difus. Kandidiasis pada endokard atau di baik karena mendapatkan preparat antagonis reseptor
sekitar prostesa intrakardial menyerupai infeksi bakteri H-2 atau karena menderita penyakit AIDS. Pada pasien
@a tempat-tempat ini. Meningitis atau artritis kandida penyakit AIDS, flukonazol dengan dosis 100 hingga 200
720 PENYAKIT TROPIK DAN INFEI(g

mg per hari merupakan preparat yang paling efektif untuk Digby Kalbfleisch
J, J, Glen A, Larsen A, Browder W, Willianrs D
mengatasi kandidiasis oral dan esofagus. (2003). Serum Glucan Levels Are Not Specific for presence c&
Kalau gejala esofagus yang terjadi sangat menonjol Fungal Infections in Intensive Care Unit patients. Clinical ani
Diagnostic Lboratory Immunology 1,0, gg2-5.
atau pada kandidiasis sistemik, pemberian amfoterisin B Findik D-. Nosocomial Fungal Infections in a Teaching Hospibl in
intravena dengan dosis 0,3 mglkg BB per hari selama 5 Turkey: Identification of the pathogens and Theii antifrngai
hingga 10 hari dapat bermanfaat. Kandidiasis kandung Susceptibility Patters. Turk ] M ed Sci 2002;32-35
GalgianiJN. Coccidioidomycosis. In: Cecil Textbook of Medicirc.
kemih akan memperlihatkan respons terhadap tindakan
22nd ed. Editors: Goldman L, Ausiello D.philadelphia::
irigasi dengan larutan amfoterisin B, 50 g/mL, selama 2004.p.204647.
5 hari. Jika tidak ada kateter kandung kemih, preparat I etz, Melnick, Adelberg's. Medical Mycology.In: Medic.ail
aw
oral flukonazol dapat digunakan untuk mengendalikan
' Microbiology.Editors: Brooks GF, Butel ]S, Morse S-{-.
McGraw-Hill Companies Inc.2005.p. 3IZ-952.
kandiduria. Ketokozanol dengan dosis dewasa 200 mg Kauffman CA. lntroduction to the Mycosis. In: Cecil Textbo*
per hari kemungkinan gnerupakan obat pilihan untuk of Medicine. 22nd ed. Editors: Goldman L, Ausieiior,
kandidiasis mukokutaneus yang kronik. D.Philadeiphia : 2004.p. 2042-43.
Kau{fman CA . Histoplasmosis. In: Cecil Textbook of Medicire
Amfoterisin B intravena merupakan obat pilihan 22nd ed. Editors: Goldman L, Ausiello D.philadelphi.r
pada kandidiasis diseminata, dosis 0,4 hingga 0,5 mg/ 2004.p.204345.
kg BB per hari. Condidq yang diisolasi dari pemeriksaan Kauffman CA. Candidiasis. In: Cecil Textbook of Medicrm"
kultur darah yang diambil dengan benar harus dianggap 22nd ed. Editors: Goldman L, Ausiello D. philadelphia,,
2004.p.2053-56.
signifikan; hasil positif- palsu yang sejati jarang terdapat. Kresno SB . Respons Imun Terhadap In{eksi Jamur. Dalm
Semua pasien dengan Candida yang dikultur dari darah Imunologi: Diagnosis dan prosedur Laboratorium. FKU[,,
perifer harus mendapatkan amfoterisi B intravena untuk Jakarta:29}.p.181-2.
Levinson W, JawetzE . Mycology. In: Medical Microbiologr d
mengatasi infeksi yang akut dan mencegah sekuele lanjut.
Immunology. Seventh Edition. Editors: Levinson W,
Pada pasien tanpa neutropenia, endokarditis, atau fokus fir+Ur
E. International Edition. Singapore, 2003.p.299-3I3.
infeksi yang dalam Iainnya, pengobatan selama 2 minggu Rex
lH, Walsh T], Sobel JD, Filter SG, pappas pG, Disrrenm
sering sudah memadai. pemeriksaan funduskopi lewat WE, Edwards ]E. Practice Guidelines for the Treatnreru ffi
Candidiasis. Clinl Infectious Diss 1O}1;ZO: 662_7g.
pupil yang dilatasi sangat bermanfaat untuk mendeteksi Sobel JD. Practice Guidelines for the Treatment sf frrnfrdt
endoptalmitis sebelum kehilangan penglihatan permanen InJections. Clin Infectious Dis 2000;30:652.
terjadi. Spicer W|. Fungi. In: Clinical Bacteriology, Mycologr
Parasitology. Melboume:, 2000.p.62-70
Kesulitan sering didapatkan terutama dalam Wheat J, Sarosi G, McKinsey D, Hamill R, Bradsher R,
menentukan diagnosis awal dari kandidiasis sistemik LoydJ, Kauffman C . Practice Guidelines for the
karena gejala klinis kurang spesifik, biakan sering negatif. of Patients with Histoplasmosis. Clin Infectious Dis
0:688-95.
Penelitian terhadap resipien cangkok sumsum tulang,
terapi profilaksis setiap hari dengan flukonazol, 400mg,
akan menurunkan jumlah kasus kandidiasis profundus.
Flukonazol juga dapat digunakan untuk melengkapi
pengobatan kandidiasis diseminata kronik, terutama
bila amfoterisin B diberikan sampai pasien tidak lagi
memperlihatkan neutropenia.

REFERENSI

Abbas AI! Lichtman AI{ . Effector Mechanisms of Cell-Mediated


Immunity. In: Cellular and Molecular Immunology. Fifth
edition. Intemationai edition. Chna. 2005.p.29g_217.
Bennett ]E. Diagnosis and Treatment of Fungal InIections. In:
Harrison's Principles of Internal Medicine. Vol.1. 16 th
Editors: Kasper DL, Fauci AS, Longo D, Braunwald
Idjlion
E, Hauser SL, JamesonJl. New york: McGiaw_Hill Medical
Publishing Division. 2005.p.1176-88.
Burik JV, Myerson D, Schreckhise RW, Bowden RA (199g).
PCR Assay for Detection of Fungal Infection in
l4*ry1Blood Specimens. Joumal of Clinica-"I Microbiology
II*ul
36,1L69-75.
ChenKY, Ko SC, HsuehpR, LuhKT, yang Cp. pulmonaryFungal
Infection: Emphasis on Microbiological Spectra, patient
Outcome, and Prognostic Factors. Chest 2005; 120,777_g4.
BAB $
VIROLOGI

lnfluenzo Burung
(Avion lnfluenzo) 721

Pencegohonnyo 725,
Severe Acule Respirotory
Syndrome {SARS) 728

trztumps 735

Herpesisimpleks 739
Robies 746

l1illu PtllnffiI DAlAtIl Edisi vt2014


96
INFLUENZA BURUNG (AVTIN INFLUENZA)
Leonard Nainggolan, Cleopas Martin Rumende, Herdiman T. Pohan

trEiIDAHULUAN lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Di dalam tinja unggas
dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup lama, tetapi
burung, atau ovion influenzo, merupakan
llffirurenza mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C
lpryakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang biasa selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 menit. Virus
lrmngenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk dalam akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin,
ffifri orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu A, B, cairan yang mengandung iodin dan alkoholT0%.
&n C. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan Salah satu ciri yang penting dari virus influenza adalah
panyakit pada manusia dengan gejala yang ringan kemampuannya untuk mengubah antigen permukaannya
du,r tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. (H dan N) baik secara cepat/ mendadak maupun lambat
'rffin'us influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe (bertahun-tahun). Peristiwa terjadinya perubahan besar
fihcrdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara
prrnukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza singkat disebut antigenic shift. Bila perubahan antigen
ffigmftu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut ontigenic
pmfiein neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 'l 5 drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza
mrcrm protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari A sedangkan antigenic drift terjadi pada virus influenza
rumbilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang
ptdn ini bisa menghasilkan banyak sekalivarian subtype mendasari terjadinya antigenic shift,adalah adanya
,ojhi virus influenza tipe A. penyusunan kembali gen-gen pada H dan N diantara
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat human dan ovian influenzo viruses melalui perahtara host
mnnginfeksi burung unggas yang merupakan pejamu ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya
,dhminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga proses ontigenic shift akan memungkinkan terbentuknya
Shagai influenzo burung atau avian influenza. Di lain pihak, virus baru yang lebih ganas, sehingga keadaan ini dapat
lilldak semua subtipe virus influenza tipe A menyerang menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena
mmmursia. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah sistem imun host baik seluler maupun humoral belum
rffii kelompok H1, H2, H3, serta N1 dan N2 dan disebut sempat terbentuk.
uhagai human influenza. Penyebab kehebohan avian Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan
iffirenza atau flu burung ini adalah virus influenza A subtipe terjadinya ontigenic shrff adalah adanya penduduk yang
NfillffiN1 yang secara ringkas disebut virus H5N1. Untuk bermukim di dekat daerah peternakan unggas dan babi.
wlhnjutnya yang dimaksud virus avian influenza adalah Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh
udmrrls A (H5N1) ini. Virus avian influenza ini digolongkan
avian maupun human yirus maka hewan tersebut dapat
Wm Highly Pothogenic Avion lnfluenza (HPAI). berperan sebagai lahan pencam pur (m*ing vessel) untuk
penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua
virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya
*AT-SI FAT VI RUS I N FLU ENZA subtipe virus yang baru. Akhir-akhir ini diketahui adanya
kemungkinan mekanisme sekunder untuk terjadinya
Wmus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat perubahan ini. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa
fr&rtahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan setidak-tidaknya ada beberapa dari 15 subtipe virus

721
722 VIROTO€

influenza yang terdapat pada populasi burung di mana 2,6 sioliloligosokorido yang berasal dari membran sel d
manusia dapat berfungsi sebagai lahan pencampur. Bukti mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan
yang nyata akan peristiwa ini adalah terjadinya pandemi dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage.Yins
pada tahun 1 957 oleh subtipe virus H2N2, dan tahun 1 968 Al dapat berikatan dengan membran sel mukosa melahi
oleh pandemi virus H3N2. ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkoge. Adanya
perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membrm
mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI
PENULARAN KE MANUSIA tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada
manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor iri
Di lndonesia telah ditemukan kasus flu burung pada akan mengikat virus sehingga perlekatan virus denga
manusia, dengan demikian lndonesia merupakan negara sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yaqE
ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan mengandung protein neurominidqse pada permukaannp
Kamboja yang terkena flu burung pada manusia. dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akm
' Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus melekat pada epitel permukaan saluran napas unt*
A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi vinr
mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak terjadi selama 4-6jam sehingga dalam waktu singkatvinr
dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja, dan terakhir dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubai
dari lndonesia. virus18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yiftn
Sebagian.besar kasus konfirmasi WHO di atas, pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfelsi
sebelumnya mempunyai riwayat kontak yang jelas dengan akan membengkak dan intinya mengkerut dan
unggas atau produk unggas. Disimpulkan sementara mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjad
bahwa jalur paling mungkin terjadinya infeksi avion disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan
influenzo pada manusia adalah dari unggas ke manusia. badan inklusi.
Mengenai penularan dari manusia ke manusia masih
mungkin didasarkan adanya laporan 3 kasus konfirmasi
ovion influenzo pada satu keluarga Thailand. Hanya 1 MANIFESTASI KLINIS AVIAN INFLUENZA
kasus yang mempunyai riwayat kontak dengan unggas
yaitu mengubur ayam mati. Dua kasus lainnya sama sekali Masa inkubasi ovian influenzo sangat pendek yaitu 3
tidak mempunyai riwayat kontak dengan unggas, namun dengan rentang 2-4hari. Manifestasi klinis ovion i
hanya berhubungan dengan kasus pertama. pada manusia terutama terjadi di sistem respiratorik
Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati dari yang ringan sampai berat. ,Manisfestasi klinis
akibat ovion influenzo. Sudah terjadi ribuan kontak influenzo secara umum sama deri[an gejala lLl
antar petugas peternak dengan unggas yang terkena Like lllness), yaitu batuk, pilek, dan demam.
wabah. Ternyata kasus ovion influenza pada manusia biasanya cukup tinggi yaitu >380C. Gejala lain
yang terkonfirmasi hanya sedikit di atas seratus. Dengan sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise.
demikian walau terbukti adanya penularan dari unggas ke Adapun keluhan gastro-intestinal berupa diare
manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah. Terlebih keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis
lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik. flu ringan hi
lebih kecil lagi. berat, pneumonia, dan banyakyang berakhir dengan
(ocute respirotory distress syndrome). Perjalanan
avian influenza umumnya berlangsung sangat
PATOGENESIS dan fatal, sehingga sebelum sempat terfikir tentang
influe nza, pasien sudah meninggal. Mortalitas
Penyebaran virus Avion lnfluenzo (Al) terjadi melalui hingga laporan terakhir sekitar 50%.
udara (droplet infection) di mana virus dapat tertanam Kelainan 16boratorium hematologi yang hampir
pada membran mukosa yang melapisi saluran napas dijumpai adalah lekopenia, limfopenia dan
atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran penia. Cukup banyak kasus yang mengalami
droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa ginjal berupa peningkatan ureum dan kreatinin.
akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat gambaran radiologis toraks berlangsung sangat
yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat dan sesuai dengan manifestasi klinisnya namun
berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies gambaran yang khas. Kelainan foto toraks bisa
darimana virus berasal. Virus ovion influenzo manusia infiltrat bilateral luas infiltrat difus, multilokal, atau
(Humon influenzo viruses) dapat berikatan dengan olpho (patchy); atau dapat berupa kolaps lobar.
.{FLUENZA BURUNG (AVIAN I N FLU ENZA)
723

PEMERI KSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK Pengawasan)


Seseorang yang menderita demam/panas + 38o C disertai
Diagnostik satu atau lebih gejala di bawah ini : a). batuk, b). sakit
u,li Konfirmasi : tenggorokan, c). pilek, d). napas pendek/sesak napas,
. kultur dan identifikasi virus H5N'l . e).pneumonia, dan diikuti satu atau lebih keadaan di
' uji ReaLTime Nested PCR(Polymerose Choin Reqction) bawah ini: '1). pernah kontak dengan unggas (ayam, itik,
untuk H5. burung) sakit,/mati mendadak yang belum diketahui
. uji Serologi : penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7 hari terakhir
- imunofluorescence (FA) test: ditemukan antigen sebelum timbul gejala di atas;2). pernah tinggal di daerah
positif dengan menggunakan antibodi monoklonal yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam
lnfluenza A H5N'l . 14 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas; 3). pernah
- uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi kontak dengan penderita Al konfirmasi dalam 7 hari
spesifik influenza A/H5N1 sebanyak4 kali dalam terakhir sebelum timbul gejala di atas; 4). pernah kontak
poired serum dengan uji netralisasi. dengan spesimen Al H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum
- uji Penapisan : a). Ropid Iesf untuk mendeteksi timbul gejala di atas (bekerja di laboratorium untuk Al);
lnfluenza A.b).Hl Iesf dengan darah kuda untuk 5). ditemukan lekopeni < :000/Ul; 6 ). ditemukan adanya
mendeteksi H5N1. c). Enzyme lmmunoassay titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan Hl test
(ELISA) untuk mendeteksi H5N1. menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influenza
A tanpa subtipe.
Femeriksaan Lain
Atau
Hcrnatologi : Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung Kematian akibat Acute Respirotory Distress Syndrome
leris leukosit, total limfosit. Umumnya ditemukan (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
eukopeni, limfositopeni atau limfositosis relatif dan . Lekopenia atau limfopenia (Relatif/ hitung jenis)
:r-crn bositopen i. dengan atau tanpa trombositopenia (trombosit <
ffimia ; Albumin/globulin, SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, 1s0.000)
*l.eatin kinase, analisa gas darah. Umumnya dijumpai
. Foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal
Ee{}u ru na n bu m i n, pen
atau infiltrat di kedua sisi paru yang makin meluas
a l i n g kata n SGOT/SG PT, pen i n g kata n
ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase, analisa pada serial.

Eas darah dapat normal atau abnormal. Kelainan


asoratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan Kasus Probable Al H5N1
iionnplikasi yang ditemukan. Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini:
iemeriksaan radiologi : Pemeriksaan foto toraks pA . Ditemukan adanya kenaikan titer antibodi minimum
lan lateral (bila diperlukan). Dapat ditemukan gambaran
4 kali terhadap H5 dengan pemeriksaan Hl test
ndltrat di paru yang menunjukkan bahwa kasus ini adalah
menggunakan eritrosit kuda atau ELISATest.
tn,eumonia. . Hasil laboratorium terbatas untuk lnfluenza H5
(dideteksi antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum
tunggal) menggunakan neutralisasi tes. (Dikirim ke
DEFINlSI KASUS laboratorium rujukan).
. Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/gagal
i'epartemen Kesehatan RI membuat kriteria diaqnosis flu
napas/meninggal dan terbukti tidak ada penyebab
:urung sebagai berikut:
laln.
hsien Dalam Observasi
Seseorang yang menderita demam/panas > 38o C disertai Kasus Konfirmasi lnfluenza A/H5N1
satu atau lebih gejaladi bawah ini : a). batuk, b). sakit Kasus suspek atau probabel dengan satu atau lebih
]erggorokan, c).pilek, d). napas pendek/sesak napas keadaan di bawah ini:
,preumonia) di mana belum jelas ada atau tidaknya . Kultur virus positif Influenza A/H5N1.
,rcntak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum . PCR positif lnfluenza A/H5N1.
riretahui penyebabnya dan produk mentahnya. . Pada lmunofluorescence (IFA) test ditemukan antigen
Pasien masih dalam observasi klinis, epidemiologis positif dengan menggunakan antibodi monoklonal
len pemeriksaan laboratorium. lnfluenza A H5N1.
trasus Suspek Al H5 N1 (Under lnvestigotion atau Dalam . Kenaikan titer antibodi spesifik lnfluenza A/H5N1
724 vtRotocr

sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji . pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivi
netralisasi. 2x75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yarg
mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika
perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS-
KELOMPOK RISIKO TINGGI Respiratory Core di ICU sesuai indikasi.

Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tingg(


Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi
digunakan oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehai
terinfeksi flu burung adalah :
. Pekerja peternakan/pemrosesan unggas (termasuk selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

dokter hewan/l r. Perternaka n).


. Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien/
REFERENSI
unggas terjangkit.
. Pengunjung perternakan/pemrosesan unggas (1
Darzig L, Fukuda K. Influenza. Current Diagnosis & Treatmertfor
.minggu terakhir). infectious disease. Toronto : Mc Graw-Hilf 200L.p.38W-
. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis flu burqg
di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta,2005.
sakit/mati mendadak yang belum diketahui
penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya
Dolin R. Influnza. Harrisonls principles of Intemal Medicine; l(*
ed. Toronto: Mc Graw-Hill;2005.p. 1066-77.
dalam 7 hari terakhir. WHO. Avian influenza frequently asked questions, revised
. Pernah kontak dengan penderita Al konfirmasi dalam December 2005. Available from htt://www.cdc.gov
December, 122005).
7 hari terakhir. Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic treat posed by avian
A viruses. Clin Microbiol Rev 2001;14(1):129-47.
Kriteria Rawat Hayden FG. Influenza. Cecil textbook of Medicine; 22nd
. Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu : 1).
Toronto : Sar:nders; 1974-78.
Madigan MT. Respiratory Infection : Viral. Biolog;5i,
sesak napas dengan frekuensi napas > 30 kali/menit, Microorganisms; 8th ed. Torcjnto : Prentice HaII;
.

2). Nadi> 100 kali/menit, 3). Ada gangguan kesadaran, p.940-44.


4). Kondisi umum lemah. Moscona A. Neuraminidase inhibitors for influenza. N Engl ]
. Suspek dengan leukopeni.
2005 :353 (13) :13 63 -7 3.
Patu HI. Prosedur tetap penanganan penderita flu burung
. Suspek dengan gambaran radiologi pneumoni. Proceeding Seminar Nasional: Perspektif Global Arti
. Kasus probabte dan confirm. Pandemi Flu Burung. Jakarta; December 9, 2005.
The writing committee of the WHO consultation on
influenza A/H5. Avian influenza A (H5N1)
' human. N Engl Med 2005:353(13!1374-85.
I
PENATALAKSANAAN Tortora G]. Influenza (Flu). Microbiology. Amsterdam:
Wesley Longm an lnc, 1998; 64648.
UngchusakK Auewarakul R DowellSC, KitphatiR"
Prinsip penata la ksa n aan ovia n influe nza adalah : istirahat, Puthavathana P, et al. Probable person-toperson
peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, of avian influenza A (H5N1). N eng ] Med
pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, anti inflamasi, 40.

imunomodulators.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan
pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun
pilihan obat:
1. penghambat M2; a). Amantadin (symadine), b).
Rimantidin (flu-madine). Dengan dosis 2xlhari 100
mg atau 5 mglkgBB selama 3-5 hari
2. penghambatan neuramidase (WHO): a). Zanamivir
(relenza), b). Oseltamivir (tami-flu). Dengan dosis 2 x
75 mg selama 1 minggu

Departemen Kesehatan Rl dalam pedomannya memberikan


petunjuk sebagai berikut :
. pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir
2 x 75mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada
indikasi.
97
INFLUENZA DAN PENCEGAHANNYA
R.H.H. Nelwan

llENDAHULUAN

llffiuenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran 1. lsolasi lokasi peternakan tertular
2. Dekontaminasi kandang/ peralatan
Nr.napasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit
,ffi( sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok 3. Vaksinasi hewan seiat
,ofihn batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara
4. Depopulasi unggas/pemusnahan
5. Surveillans dan penelusuran
fl-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.
6. Penanganan ketat laluJintas unggas hidup
7. Prosedur disposal di bawah pengawasan
8. Meningkatkan kesadaran masyarakat
FIDEM!OLOGI Sumber: Pedoman Penyuluhan dan Pemberantasan PMH
DEPTAN Rl 2005:42-49
ltimffiuenza merupakan penyakit yang dapat menjalar
dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun
tllfrrqan, penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang media tetesan ak (droplet), pada waktu batuk dan melalui
ilmrusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi partikel yang berasal dari',sekret hidung atau tenggorok
lMiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia yang melayang di udara (oirborne) terutama di ruangan-
hnnlut dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan ruangan yang tertutup dan sesak dipenuhi manusia.
mrmtabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit
'ymng dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Salah satu
frornplikasi yang serius adalah pneumonia bakterial. ETIOLOGI
Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim
dffinrgin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan
Itujan di negara tropik. C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement
Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya fixotion fesf. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit
dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja
lniumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang
@lluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi daripada angka- diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya
mgka pada keadaan non epidemik. menyeb:bkan gangguan ringan saja. Virus penyebab
Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan
Dtiduga bahwa reservoir hewan seperti babi, kuda dan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus
nunggas memegang peran penting sebagai penyebab ini mempunyai afinitas unluk myxo atau musin.
terjadinya strain virus influenza yang baru, karena Struktur antigenik virus influenza meliputi antara
@rjadinya rekombinasi gen dengan stroin-stroin virus lain 3 bagian utama berupa: antigen S (atau soluble
ffiuenza yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini ontigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang
*dah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua serotipe merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
uubma virus influenza A yang total berjumlah 30 buah ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-
serotipe (Tabel 1). Penyebaran penyakit ini adalah melalui masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung

72s
726 vlRoLoGt

virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. bercak-bercak warna coklat. Penyakit umumnya akan
Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus membaik dengan sendirinya tapi kemudian pasien
dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. acapkali mengeluh lagi mengenai demam dan sakit dada
Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam Pemeriksaan sinar tembus dapat menunjukkan adanya
dan membran lemak di sebelah luarnya. Berbagai subtipe infiltrat di paru-paru. lnfeksi sekunder ini umumnya akibat
virus influenza A dapat dilihat di tabel 1 beserta hospes Streptoko kus p neu mo n ia atau H e m o p h ilu s influ e n za e.

alamiahnya. lnfeksi sekunder yang berat sekali, dikenal sebagi


pneumonia stafilokok fulminons dapat terjadi beberapa
hari setelah seseorang diserang influenza. Pada pasien
PATOGENESIS terjadi sesak napas, diare, batuk dengan bercak merah
hipotensi, dan gejala-gejala kegagalan sirkulasi. Daril
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasi- darah, Stafilokokus oureus sering dapat dibiakkan
nya di traktus respiratorius. Penularan bergantung pada Komplikasi yang sangat jarang tetapi yang dapat jugn
ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut dijumpai sesudah influenza adalah ensefalomielitis.
masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius 10
virus/droplet, 507o orang-orang yang terserang dosis ini
akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel DIAGNOSIS
sel di hidung dan bronkus.
Setelah virus,berhasil menerobos masuk ke dalam sel, Menetapkan diagnosis pada saat terjadi wabah tid*
dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel- akan banyak mengalami kesulitan. Di luar kej
partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri wabah diagnosis influenza kadang-kadang
dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan oleh diagnosis penyakit lain. Diagnosis pasti pe
sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus
mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen melalui pemeriksaan serologis. Untuk mengi
lipopolisakarida kuman Gram negatif. virus diperlukan usap tenggorok atau usap hidung
harus diperoleh sedini mungkin; biasanya pada
hari pertama sakit. Diagnosis serologis dapat di
GAMBARAN KLINIS melalui ujifiksasi komplemen atau inhibisi hemagluti
Akan dapat ditunjukkan kenaikan titer sebanyak 4
Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, antara serum pertama dengan serum konvalesen
sakit otot, batuk, pilek, dan kadang-kadang sakit pada satu titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini antii
waktu menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat lgM juga digunakan di beberipa tempat. Di
didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Pada cepat lainnya dapat juga diperoleh dengan
pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda antibodi fluoresen yang khusus tersedia untul{ tipe
karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada influenza A. PCR dan RT-PCR sangat berguna
selaput lendir tenggorok. diagnosa cepat virus lainnya yang dapat pula
Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk saluran nafas antara lain adeno-virus, parainfluenza
beberapa hari dan hilang dengan gejala spontan. Setelah ri novi ru s, re s p iroto ry sy n cytio I viru s, cyto m e g o lov'at4
episode sakit ini, dapat dialami rasa cape dan cepat lelah enterovirus. Keterlibatan berbagai jenis virus ini
untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi ditunjukkan dengan pemeriksaan serologis atau
virus influenza melalui mekanisme produksi zat anti dan isolasi langsung.
pelepasan interferon. Setelah sembuh akan terdapat
resistensi terhadap infeksi oleh virr.rs yang homolog.
Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah PENATATAKSANAAN
influenza juga menyerang paru-paru. Pada keadaan
tersebut, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat
napas yang abnormal. Mortalitas yang tinggi pada pasien 2x75 mg sehari selama 5 hari akan memperpende&
usia lanjut yang terserang pneumonia virus interstisial, sakit dan mengurangi keperluan antimikroba
disebabkan adanya saturasi oksigen yang berkurang, serta infeksi sekunder. Zanamivir dapat diberikan lokal
akibat asidosis dan anoksia. Komplikasi yang mungkin inhalasi, makin cepat obat diberikan makin bailc
terjadi Ini adalah infeksi sekunder, seperti pneumonia kasus dengan komplikasi yang sebelumnya
bakterial. Batuk-batuk kering berubah menjadi batuk menderita bronkitis kronik, gangguan jantung
yang produ ktif yang k4dan g-kadang da pat mengand u ng penyakit ginjal dapat diberikan antibiotik. Pasien
DAN PENCEGAHANNYA

hmnkopneumonia sekunder memerlukan oksigen. Bila bersihan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltamivir
ffiheumonia stafilokokus sekunder harus diatasi dengan diberikan setiap 2 hari sekali.
yang tahan betalaktamase dan kortikosteroid Pencegahan dengan kemoprofilaksis untuk mereka
dosis tinggi yang tidak dapat diberikan vaksinasi karena menderita
Kematian karena flu burung yang menjangkiti manusia alergi terhadap protein dalam telur dapat diusahakan
di China dan mencapai 80o/o di lndonesia dan dengan pemberian rimantadine 200 mg dua kali sehari
pnyebabnya mirip dengan multiple organ failure yang atau amantadine 100 mg setiap 12 jam masing-masing
;*ort- Sifatvirus ini dapat berintegrasi di beberapa jaringan selama 4-6 minggu. Juga bila tidak tersedia vaksin, cara
iltlluh tanpa dapat dideteksi kecuali pada paru. Kematian pencegahan ini dapat diterapkan. Pemberian amantadin
|llrena terjangkit flu babi rendah terutama meliputi mereka harus hati-hati pada mereka dengan gangguan fungsi
d&ngan penyakit paru ataujantung kronik atau usia yang ginjal atau yang menderita penyakit konvulsif. Pada usia
fiG[tan seperti anak dan lansia. lanjut cukup diberikan amantadin 100 mg sekali sehari
mengingat penurunan fungsi ginjal. Juga pada bersihan
kreatinin antara 40-60 ml/menit berlaku hal yang sama.
ilfNCEGAHAN Pada bersihan kreatinin antar 10-15m|/menit dapat
diberikan 200 mg amantadin sekali seminggu.
'!fithng
paling pokok dalam menghadapi influenza Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat
dlalah pencegahan. lnfeksi dengan virus influenza dapat dicegah dengan meningkatkan tingkah laku higienik
*an memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan perorangan. Khususnya untuk flu burung tindakan serta
u*nrs yang homolog. Karena sering terjadi perubahan surveilens tidak terbatas pada dunia kesehatan saja tetapi
*ibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan memerlukan kerja sama dan integrasi yang erat dengan
ffiubah, sehingga seorang masih mungkin diserang dinas peternakan dan dinas perdagangan. Terdapat
henrlangkali dengan galur (strain) virus influenza yang perbedaan prinsip pencegahan menghadapi flu babi
Mhh mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh yang tidak memerlukan obat antivirus untuk mereka yang
melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksin sebelumnya sehat, cukup diistirahatkan dan mencegah
ffiuenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena kontak dengan masyarakat sekeliling (home confinement)
erbtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan dan obat hanya diberikan kepada mereka yang jelas
tau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah terjadinya bergejala.
wfrxing dengan virus sangat patogen H5N1 yang dikenal
nbagai penyakit avian influenza alau flu burung. Nasol
ryroy flu vaccine (live ottenuoted influenzo voccine) dapat REFERENSI ,,.
;qga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50
lffitun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan W.Wu. Control of Avian Influenza A HSNil in China Lancet In{ec-
tious Disease. 2009 (August).460-1. r
3 sampai 4 minggu sebelum terserang influenza. Karena
Chan M. World now at the shut of 2009 infectious patient. 2009
Uerjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada Cunha BA. Antibiotic Essentials Physician Press. 2009.
permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin Wilschut JC Mc Elhaney ]E, Pelache AM. Influenza. Eidenburgh:
Mosby-Elsevier.2006.
ddam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya
untuk beberapa golongan masyarakat tertentu sehingga
@at mencegah terjadinya infeksi dengan kemungkinan
bmplikasiyang fatal.
Golongan yang memerlukan imunoprofilaksis ini
ilftara lain: 1). Pasien berusia di atas 65 tahun;2). Pasien
dengan penya kit kron ik seperti kardiovasku lar; pu I monal,
rmnal, metabolik (termasuk diabetes melitus), anemia
herat dan pasien imunokompromais. Dianjurkan untuk
diberikan vaksin setiap tahun menjelang musim dingin
atau musim hujan. Pasien yang sedang menderita demam
drut sebaiknya ditunda pemberian vaksin sampai keadaan
mnembaik; 3). Mereka yang melaksanakan fungsi pelayanan
masyarakat yang vital, seperti pegawai yang bertugas
di unit darurat medis di rumah sakit. Mereka mungkin
dapat menularkan penyakit ke pasien yang dirawat. Dosis
oseltamivir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu.
9B
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME
(SARS)
Khie Chen, Cleopas Martin Rumende

PENDAHULUAN RNA rantai tunggal. Berdasarkan studi genetik dan


genisitas, CoV terbagi ke dalam 3 kelompok besar yaitt
Severe Acute Respirotory Syndrome (SARS) adalah penyakit Kelompok 1, humon CoV 229E dan porcine
infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus Corona gostroenteritis virus; 2). Kelompok 2, humon CoV
dengan sekumpulan gejala klinis yang berat. SARS bovine coronavirus, mice hepotitis virus; dan 3).
berpotensi untuk menyebar dengan sangat cepat sehingga 3, virus bronkitis infeksiosa. Menurut berbagai
menimbulkan implikasi yang besar bagi para tenaga yang telah dilakukan, CoV SARS diketahui
kesehatan. Selanjutnya, dengan meningkatnya jumlah reaktivitas silang dengan anti serum yang d
penerbangan internasional selama beberapa dekade oleh CoV 229E. Namun pada analisa sequences
terakhiri memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi CoV SARS memiliki struktur genom yang berbeda
SARS yang luas hingga lintas benua dan menjadi suatu genom CoV yang ada. Sehingga disimpulkan,
anca yang muncul baru-baru ini dan menyebabkan
Saat SARS muncu 2003 di Guangzhou, SARS pada tahun 2003 adalah jenis baru yang sama
SARS digambarkan sebagai suatu nia yang atipik. belum pernah muncul sebelumnya (novel
Pada saat itu, etiologi penyakit ini masih diketahui,

tersedia. Satu-satunya alat penunjang diagnostik yang PENUIARAN


tersedia dan digunakan sebagai pedoman definisi kasus
oleh World Health Orgonbation (WHO) dan Center for Cara penularan CoV SARS yang utama ialah
Diseqse Control (CDC) hanyalah dari tampilan gejala klinis kontak langsung membran mukosa (mata , hidung
dan riwayat kontak dengan pasien SARS. mulut) dengan droplet pasien yang terinfeksi.
kasus SARS terutama dilaporkan pada orang-orang
memiliki riwayat kontak langsung dengan pasien
ETIOLOGI yang sakit berat, sehingga kelompok yang memilihi
terbesar untuk tertular virus ini ialah para tenaga
Saat ini penyebab SARS sudah berhasil diketahui, yaitu yang bekerja di rumah sakit. Kenyataan ini
berupa infeksi virus yang tergolong ke dalam Genus pemberlakuan pengendalian infeksi yang
Coronavirus (CoV). CoV SARS biasanya bersifat tidak seluruh rumah sakit sebagai proteksi bagi para
stabil bila berada di lingkungan. Namun virus ini mampu medis dan pengendalian infeksi di komunitas
bertahan selama berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini meng u ra ng i terjadinya penu laran d i masyarakat
juga mampu mempertahankan viabilitasnya dengan baik Selain kontak langsung dengan droplet
bila masih berada di dalam feses. yang terinfeksi, berbagai prosedur aerosolisasi d
Genus Coronoyrrus berasal dari ordo Nidoviroles,yailu sakit (intubasi, nebulisasi, suction dan ventilas'f
golongan virus yang memiliki selubung kapsul dan genom meningkatkan risiko penularan SARS oleh karena
3/RiE ACUTE RESPIRATORY S}'NDROME (SARS) 729

mxusi alat yarig digunakan, baik droplet, maupun materi Fase selanjutnya dimulai tepat setelah 10 hari
rlnrfuksius lainnya seperti partikel feses dan urin. Selain itu, perjalanan penyakit dan ditandai dengan perubahan
hrrungkinan penularan virus melalui benda-benda yang pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir.
Iffiryrerap debu dan sulit untuk dibersihkan, seperti karpet, Pada periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa
nuga masih perlu diselidiki lebih lanjut. bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
Peran jalur fekal-oral dalam penularan CoV SARS dinding dan lumen alveolus. Pada fase initampak dominasi
nmro,ih belum diketahui. Saat terjadinya outbreok SARS di pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nukleus, serta
iltrhong Kong, dileiporkan 20o/o-73o/o kasus SARS memberikan nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya, seringkali ditemu kan
qsiala diare. Begitu juga dengan kasus SARS yang terjadi sel raksasa dengan banyak nukleus (multi-nucleoted
dffi Yietnam, Guangzhou, hingga Ontario, diare pada giont cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV
5fiRS telah dilaporkan di masing-masing daerah dengan lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai
prevalensi yang bervariasi. Meskipun demikian, masih akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan
hefum ada laporan yang menguatkan bilamana diare pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasi in situ,
&mebut muncul sebagai akibat dari penularan melalui didapatkan bahwa CoV SARS justru berada di dalam
ffir fekal oral, sehingga rute ini tetap menjadi tanda jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase
ffiq6a besar di dalam penularan CoV SARS. Namun dengan ini berbagai proses patologis yang terjaditidak diakibatkan
dffiEtahuinya jumlah virus yang banyak terdapat di dalam langsung oleh karena replikasi virus yang terus menerus,
frses pasien-pasien SARS, serta dengan kemungkinan melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang
mmmculnya diare, maka kedua hal tersebut tetap harus terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan
mmronjadiperhatian khusus para tenaga medis di dalam penggunaan ventilator.
dfrematif penularan CoV SARS selama belum ada hasil
eMfunce bosed yang menyangkal. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal. SARS memiliki masa inkubasi antara
1 sampai 14 hari dengan rata-rata waktu sekitar 4 hari.
NTOGEN ESIS DAN PATOLOGI Gejala prodromal SARS dimulai dari gejala infeksi sistemik
yang tidak spesifik seperti demam, mialgia, menggigil dan
SiARS secara klinis lebih banyak melibatkan saluran napas
rasa kaku-kaku di tubuh, batuk non-produktif, nyeri kepala
@ian bawah, d ingkan dengan saluran napas dan pusing. Demam dengan suhu tubuh >38 oC termasuk
hgian atas. Pada salui bawah, sel-sel asinus dalam definisi kasus awal (initiol cose definition). Gejala
&lah sasaran yang lebih ba daripada trakea ini tergolong gejala tipikalyang dilaporkan pada hampir
darrpun bronkus. Menurut hasil mortem seluruh pasien SARS. Meskipun demikian, tidak semua
pasien SARS menunjukkan gejala demam. Misalnya pada
ffim patogenesisnya. pasien usia lanjut, demam mungkin menjadi gejala
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, yan9
mda fase ini terjadi proses akut yang mengakibatkan Demam tinggi yang naik turun seringkali berhubungan
ffiase olveolar damoge (DAD) yang eksudatif. Fase ini dengan rasa menggigil dan kaku-kaku di tubuh. Selain itu
,fficirikan dengan adanya infiltrasi dari campuran sel-sel
pasien juga sering merasa sangat lelah disertai dengan
imfiamasi serta edema dan pembentukan membran hialin. nyeri ototyang dirasakan di sekujurtubuh. Pada beberapa
Membran hialin terbentuk dari endapan protein kasus, demam menghilang dengan sendirinya pada hari
nFurcma serta debris nukleus dan sitoplasma sel-sel epitel ke-4 hingga ke-7, tetapi initidak mengindikasikan adanya
p'u (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis perbaikan dari gejala-gejala yang ada. Kenaikan ulang
n*-sel epitel paru maka borrier anlara sirkulasi darah dan suhu tubuh dan perburukan dari gejala-gejala penyakit
;ffi udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal seringkali muncul pada minggu ke-2.
oihi pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk Gejala penyakit yang tidak spesifik lainnya seperti
nrmuk ke dalam ruang alveolus. Namun demikian, karena pusing, nyeri kepala dan malaise juga umum ditemukan
lkrbatasan jumlah pasien SARS yang meninggal untuk pada pasien-pasien SARS. Gejala pusing yang sangat berat
durtopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah telah dilaporkan pada pasien-pasien yang berusia muda,
lhmsakan sel epitel paru tersebut disebabkan oleh efek diantaranya bahkan mengalami pingsan saat mencoba
tln*sik virus secara langsung atau sebagai akibat dari bangun dari tempat tidur. Hal ini mungkin berkaitan
msipon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini, RNA dan dengan munculnya hipotensi pada pasien-pasien tersebut.
mt!;en virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar Banyak pasien mengalami batuk-batuk kering saat fase
dwr sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop awal penyakit. Nyeri tenggorok dan sekresi lendir hidung
dsktron. yang berlebih (coryzo) jarang ditemukan. Pada fase ini,
730 uRoloe

suara napas biasanya akan terdengarjernih saat auskultasi. fungsi multiorgan, infeksi sekunder dan septikemia, serta
Tergantung dari waktu kedatangan, 80% pasien SARS komplikasi tromboembolik.
menunjukkan gambaran radiologis foto dada yang normal Pneumotoraks dan pneumomed iastinum telah banyat
pada saat kunjungan pertama. Namun hal ini tentunya dilaporkan pada kasus-kasus SARS yang berat. Hal ini
tidak dapat digunakan untuk mengeksklusi diagnosis SARS dapat muncul spontan sebanyak 12%o, atau sebagai akibrt
dan foto radiologis ulangan perlu dilakukan. dari penggunaan ventilator di ICU pada 20o/o lainnya.
Manifestasi pernapasan. Penyakit paru adalah mani- Manifestasi pencernaan. Selain keluhan pernapasan, diau
festasi klinis yang utama dari SARS. Gejala berupa batuk- adalah gejala yang penting dan paling sering dikeluhkam-
batuk kering, terdapat pada 60-85% kasus dan biasanya Sebanyak 20o/o dari pasien-pasien SARS mengalami diae
pasien akan merasa sesak ketika batuk. Pada auskultasi pada saat kedatangan pertama dan 70% menunjuklm
sering didapatkan ronki di basal paru. Mengi biasanya gejala ini selama masa perjalanan penyakitnya. Biasanye
tidak ditemukan. Sekitar akhir minggu pertama dan awal diare yang terjadi ialah cair dengan volume yang barypdt
minggu kedua, gejala-gejala tersebut dapat mengalami tanpa disertai lendir maupun darah. Pada kasus yarry
peiburukan. Pasien akan mengalami sesak napas yang berat banyaknya cairan yang keluar mengakibattann
semakin lama semakin berat, dan pada akhirnya dapat ketidakseimbangan elektrolit dan deplesi cairan tuhrdin
membatasi kemampuan aktivitas fisik mereka. Saturasi yang berlebih. Pada beberapa kasus yang tidak
oksigen darah didapatkan semakin berkurang seiring pneumonia, diare dan demam adalah satu-satunya
dengan perjalanan penyakit. yang tampak. Sementara, pada kasus-kasus yang
Pada pencitraan, terdapat konsolidasi ruang udara diare mulai terjadi pada minggu kedua saklt,
yang fokal dan unilateral pada tahap awal penyakit, dengan gejala demam yang rekurens dan
yang kemudian segera berlanjut menjadi multifokal di paru. Namun demikian, diare pada SARS u
dan semakin meluas pada minggu kedua. Meskipun swasirna (self limiting) sehingga belum pernah
proses ini dapat mengenai seluruh lapang paru, namun kasus SARS yang meninggal karena diare.
ter-dapat kecenderungan predileksi di daerah lobus
Manifestasi hematologis. Berbagai kelainan
bawah. Kadang-kadang didapatkan gambaran infiltrat
ditemukan dari darah pasien SARS penting
paru yang berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain
digunakan di dalam penegakkan diagnosis
dalam satu atau dua hari. Perubahan gambaran radiologis
Limfopenia (< 1000/mm3) ditemukan pada
tersebut, sehubu nga n dengan penuru nan viro I lood, dapat
semua pasien SARS, dan pada kebanyakan kasus
digunakan sebagai dugaan kerusakan paru yang lebih
sering mencapai kadar terendah pada minggu ke
cenderung disebabkan oleh imunitas tubuh dibandingkan
festasi limfopenia ini menjadi sangat
efek sitolisis virus secara langsung. Gambaran
bahkan tanpa disertai limfopeniJ yang progresif,
toraks menunjukkan gambaran 'terons
diagnosis SARS dipertanyakan. Peningkatan kadar
orgonbing pnemunio (BOOP), penyakit yang
umumnya terjadi pada minggu ketiga dan hd ini
diperantarai oleh sistem itas dan bersifat responsif
mencerminkan perbaikan keadaan klinis pasien.
terhadap terapi roid.
demikian 30% pasien SARS tetap mengalami
limfopenik sampai dengan minggu kelima sakit.
ke arah gagal napas berat dan ocute respirotory distress
Leukositosis, yang terutama disebabkan
syndrome (ARDS) sehingga mengharuskan perawatan
neutrofilia, juga sering ditemukan pada pasien
lCU. Ventilasi mekanik dibutuhkan ketika suplementasi
Neutrofilia kemungkinan berhubungan dengan
oksigen dengan aliran tinggitidak mampu lagi mencukupi
kortikosteroid, namun pada pemeriksaan darah
kebutuhan saturasi oksigen tubuh. Pasien-pasien yang
beberapa pasien lainnya, neutrofilia sudah
memerlukan bantuan ventilasi mekanik memiliki angka
kedatangan pertama. Tatalaksana sepsis harus
mortalitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
segera pada pasien-pasien SARS dengan
pasien-pasien yang tidak menggunakan.
pemberian antibiotika spektrum luas secara empn
Kemudian, faktor-faktor lain yang berkaitan dengan
diper-timbangkan. Kerusakan jaringan paru yang
keluaran klinis yang buruk adalah usia lanjut, riwayat
diduga sebagai penyebab lain dari neutrofilia-
penyakit kardio-pulmoneri infiltrat paru bilateral, jumlah
pasien yang datang sudah dengan keadaan
netrofil yang tinggi, peningkatan kreatinin kinase serum
memiliki keluaran klinis yang lebih buruk.
(CPK) dan peningkatan laktat dehidro-genase. Pada saat
Trombositopenia didapatkan pada lebih
terjadinya outbreok SARS, kebanyakan pasien-pasien
kasus-kasus SARS, Tidak seperti demam berdarah
SARS meninggal di tempat perawatan lCU. Penyebab
hemoragik oleh karena rendahnya kadar
dari kematian tersebut adalah ARDS berat, kegagalan
sangat jarang terjadi. Kadar trombosit akan
E/ERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS) 731

ilmeningkat pada fase pemulihan. Trombositopenia ini pada sistem saraf memang berhubungan langsung dengan
dapat disebabkan oleh mekanisme imunologis atau CoV SARS atau oleh karena terapi yang diberikan (misal:
sebagai efek langsung virus pada megakariosit. Kadang- kortikosteroid atau anti biotika).
kadang trombositopenia muncul sebagai akibat dari Namun tenaga medis tetap harus waspada terhadap
W.(D is se m in ated I nt ro vo s k u lo r Co o g u la t ion). Da ri ta m p i a n
I kemungkinan manifestasi SARS pada sistem saraf, sebab
Hfrris, petekie dan ekimosis dapat ditemukan. Meskipun pernah dilaporkan satu kasus SARS yang menunjukkan
rrunanifestasi perdarahan sangat jarang terjadi, sebaliknya status epileptikus selama perjalanan penyakitnya. Pada
frombosis vena ternyata lebih sering ditemukan. Kelainan kasus tersebut CoV SARS ditemukan di dalam CSS(Cerebro
imlpaling banyak bermanifestasi sebagai trombosis Spinol Space) dan serum darah dalam kadar yang cukup
wena dalam pada tungkai, yang semakin diperkuat signifikan. Selanjut-nya menurut hasil pemeriksaan
oleh pemeriksaan postmortem dengan ditemukannya lebih lanjut, CoV SARS diketahui dapat menyebabkan
tuomboemboli. demyelinisasi dari saraf otak.

Irtifestasihati. Sebanyak25o/o dari pasien-pasien SARS


Manifestasi atipik. SARS dapat memberikan gejala-gejala
rmengalami peningkatan SGPT pada saat kedatangan
yang atipik terutama pada pasien-pasien usia lanjut dan
mertama dan 70o/o mengalami peningkatan tersebut pasien-pasien imunokompromais, sehingga membuat
sefiama perjalanan penyakit. Pada kebanyakan pasien,
diagnosis SARS semakin sulit ditentukan. Sebagai contoh,
peningkatan SGPT mulai terjadi hingga akhir minggu
demam tinggi yang naik turun sebagai gejala yang paling
per.tama sakit dan mencapai puncak pada akhir minggu
sering ditemukan pada pasien SARS, mungkin sulit di-
iSedua. Tingginya kadar SGPT dapat digunakan untuk
dapatkan pada pasien usia lanjut meskipun mereka sudah
rnmenduga kemungkinan keluaran klinis yang lebih
terkena pneumonia yang progresif. Pasien usia lanjut
huruk dan derajat penyakit yang lebih berat. Mayoritas
memiliki masa inkubasi yang lebih lama sekitar 14-21 hari.
rcien mengalami peningkatan SGPT secara Lebih lamanya rentang waktu inkubasi, disebabkan oleh
dan kembali secara spontan ke kadar yang n
kesulitan dalam mendetelGi gejala sewaktu onset karena
rdring dengan pemulihan dari penyakit. gejala yang muncultidak khas. Selain itu, pasien-pasien usia
peningkatan kadar SGPT ini tidak diketahui denqan
lanjut seringkali memiliki berbagai macam permasalahan
fiknun, nampaknya peningkatan enzim hati ini
infeksi yang muncul bersamaan sehingga semakin meng-
imspon terhadap infeksi CoV SARS pada tubuh sra acaukan gejala SARS sendiri. Hal ini menimbulkan berbagai
darr bukan diakibatkan oleh infeksi CoV yang fik di kesulitan dalam diagnostik, penelusuran riwayat kontak,
liircpar (hepatitis).
pencegahan transmisi virus, dan pengendalian infeksi baik
krifestasi kardiovaskular. Gejala a yang terkait di rumah sakit maupun komunitas.
&ngan sistem kardiovaskular '1jr{ng ditemukan. Dari Oleh karena berbagai permasalahan tersebut, maka
eri kasus yang didapat Hong Kong, kurang lebih diagnosis SARS pada pasien usia lanjut dan pasien
9095dari pasien SARS i hipotensi (sistolik < 100 imuno-kompromais sangat membutuhkin kewaspadaan
mr.nHg dengan tanpa distolik < 50 mmHg) selama dan ketelitian tenaga medis terhadap kemqngkinan
mmlrsa perawatari di rumah sakit. Rendahnya
tekanan SARS dan riwayat kontak, disertai dengan peng€tahuan
drrah ini berakibat timbulnya rasa pusing pada banyak yang baik mengenai permasalahan infeksi pada geriatri
mien. Takikardia yang persisten didapatkan pada 40o/o dan imunokompromais. Selain itu mutlak diperlukan
psien SARS. Manifestasi kardiovaskularyang terjadi pada pengetahuan menyeluruh mengenai korelasi usia
psi,en SARS umumnya tidak memerlukan pengobatan dan dengan berbagai perubahan yang terjadi pada fisik dan
&ersifat asimtomatik. Hanya sebagian kecil pasien SARS kemampuan fungsi tubuh, serta pengetahuan terkini yang
terus berkembang mengenai SARS.
Smrg mengalami peningkatan kadar CK, dan kenaikan
lhdar enzim ini ternyata tidak berhubungan dengan
urgan jantung.
PEMERiKSAAN PENUNJANG
Irrifestasi neurologis. Keluhan pada sistem saraf juga
ffing ditemukan pada SARS. Kasus epilepsi dan di- Pemeriksaan penunjang memegang peranan yang besar di
mientasi yang ditemukan pada SARS pernah dilaporkan. dalam penentuan diagnosis SARS. Berbagai pemeriksaan
fihfish neurologis fokal tidak pernah ditemukan, sementara radiologi dan laboratorium telah dilakukan untuk menduga
&i CI-Scan dan MRljuga tidak didapatkan gambaran diagnosis penyakit yang diderita, selain dari anamnesis
&normalitas struktur. Pada pungsi lumbal dan analisa dan manifestasi klinis. Secara garis besari pemeriksaan
ualran serebrospinal juga tidak didapatkan kelainan. penunjang tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
$ahingga, sangatsulit untuk menentukan bila manifestasi yaitu, pemeriksaan non spesifik dan pemeriksaan spesifik
732 vlROLT

SARS. Pemeriksaan penunjang yang non spesifik adalah lebih keluhan berikut :
pemeriksaan yang ditujukan untuk menilai kondisi . kontak dekat dengan orang yang didiagnosa suspel
tubuh pasien pada saat itu. Hasil pemeriksaan ini dapat atau probable SARS dalam 10 hari terakhir
digunakan untuk memperkuat kecurigaan ke arah SARS, . riwayat perjalanan ke tempat/negara yang terkene
namun tidak dapat digunakan sebagai diagnosis pasti. wabah SARS dalam 10 hari terakhir
Sedangkan pemeriksaan penunjang yang spesifik adalah . bertempat tinggal/pernah tinggal di tempat/negara
pemeriksaan yang definitif dan dapat digunakan untuk yang terjangkit wabah SARS
mendeteksi langsung penyebab penyakit.
Selanjutnya definisi kasus probable SARS adalah kas.lr
Foto toraks, sebagai suatu pemeriksaan yang non
suspek ditambah dengan gambaran foto toraks yarqg
spesifik, perlu segera dilakukan untuk mengetahui adal
menunjukkan tanda-tanda pneumonia atau respirofrst
tidaknya gambaran infiltrat pneumonia pada paru-paru
pasien. Selanjutnya, pemeriksaan darah perifer lengkap
distress syndrome, atau seseorang yang meninggC
untuk menilai komposisi sel darah dan pemeriksaan SGOT/
karena penyakit saluran pernapasan yang tidak jeltr
SGPT sebagai cerminan dari fungsi hati, dapat berguna
penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemuln
dalam menunjang tegaknya diagnosis. tanda patologis berupa respirotory distress syndromeyq
juga tidak jelas penyebabnya.
Untuk pemeriksaan spesifik CoV SARS, yang dapat
digunakan ialah pemeriksaan RT-PCR pada spesimen
dahak, feses dan darah perifer pasien. Pemeriksaan RT-
PCR ini menggunakan metode klasik yaitu ekstraksi RNA, TATALAKSANA
kemudian dilanjutkan dengan transkripsi terbalik yang
diikuti amplifikasi PCR. Terakhir; dilakukan deteksi hapil Untuk penanggulangan dan penatalaksanaan
PCR dalam elektroforesis gel agarose. Spesimen y Departemen Kesehatan Rl mengeluarkan
baik untuk diambil pada tahap awal penyakit, adalah daii sebagai berikut:
pernapasan (aspirat nasofaringeal atau usap tengg
Penatalaksanaan kasus suipek SARS. a).
kemudian feses dan terakhir serum/plasma. Pemeriksaa dengan gejala SARS melewati triase (petugas
ini memiliki sesitivitas tertinggi bila spesimen diambil memakai masker N95). Untuk segera dikirim ke
minggu kedua sakit. pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkam
Selain RT-PCR, untuk mendeteksi CoV SARS Berikan masker bedah pada penderita; c). Petugas
dilakukan pemeriksaan deteksi antigen serum Itu r
masuk ke ruang pemeriksaan sudah memakai
virus. Deteksi antigen memiliki sensitivitas y alat proteksi perorangan (PAPP); d). Catat dan
pada hari-hari awal penyakit karena jum viroL lood keterangan rinci mengenai tanda llinis, riwayat perj
yang masih sedikit. Pemeriksaan ini i sensitivitas riwayat kontak termasuk riwayat munculnya
yang lebih tinggi bila dilakukan pada hari -10 sakit (71%) pernapasan pada kontak sepuluh hari sebelumrryffi
Sementara untuk kultur virus, medi yang digunakan Pemeriksaan fisik; f). Lakukan pemeriksaan foto'
adalah VeroE6 atau FRhK-4 dan riksaan ini memiliki darah tepi lengkap; g). Bila foto toraks normal lihat i
sensitivitas yang akan sema seiring dengan rawat atau tetap di rumah, anjurkan untuk
waktu perjalanan penyakit. ' kebersihan diri, tidak masuk kantor/sekolah dan
Deteksi antibodi terhadap CoV SARS adalah menggunakan angkutan umum selama belum
pemeriksaan diagnostik yang pertama kali tersedia dan
h). Pengobatan di rumah; simtomatik, antibiotik
tetap menjadi gold standord untuk konfirmasi diagnosis indikasi, vitamin dan makanan bergizi; i). Apabila
SARS. Uji deteksi antibodi ini dapat dilakukan dengan memburuk segera hubungi dokter; j). Bila foto
teknik lndirect immunofluorescent assoy (lFA) dan Enzyme menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua
immunoossoy (ElA).
dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat pena
kasus proboble.

DIAGNOSIS Penatalaksanaan kasus probable. a). Rawat di


Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sej
Untuk mempermudah tenaga medis dalam menjaring Pengambilan darah untuk; darah tepi lengkap,
kasus SARS, WHO pada tahun 2003 mengeluarkan kategori hati, kreatin fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif
yang harus dipenuhi dalam kasus suspek SARS, yaitu : c). Pengambilan sampel untuk membedakan dai
1). Demam tinggi dengan suhu >38oC atau >100oF, dan; pneumonia tipikal/atipikal lainnya: 1)
2). Satu atau lebih keluhan pernapasan, termasuk batuk, hidung dan tenggorokan, 2) Biakan darah,
sesak, dan kesulitan bernapas, disertai dengan satu atau Urin; d). Pemantauan darah 2 hari sekali; e).
W ACUTE RESPIRAToRY SYNDRoME (sARs) 733

ilrulang sesuai indikasi klinis; f). Pemberian pengobatan harus home isolotion (lihat point tindakan
iliifnrot penatalaksanaan terapi kasus SARS yang harus dilakukan selama isolasi diri/home
isolotion)
lrc':<i rawat. Penderita SARS yang di rawat inap adalah:
' suspek SARS dengan riwayat kontak erat (+)
- tujuh hari setelah pulang ke rumah penderita
diharuskan kontrol ke rumah sakit untuk dilakukan
' suspek SARS dengan gejala klinis berat, yaitu:
pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks dan uji
- sesak napas dengan frekuensi napas 30 kali / lain yang abnormal
menit.
- nadi lebih dari 100 kali/menit.
- minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru
diperbolehkan masuk kerja/sekolah.
- ada gangguan kesadaran
- kondisi umum lemah Ketersediaan obat-obat yang efektif dengan pem-
- indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter berian yang segera, terbukti menjadi kunci keberhasilan di
yang memeriksa penderita dalam pencegahan dan pengobatan SARS. Pada dasarnya
' Proboble SARS. Perlu diperhatikan dalam perawatan di kebijakan dalam pemilihan obat dan pemberian dosis
'umah sakit terhadap SARS adalah : Ruang terhadap SARS didapatkan berbeda di masing-masing
,penderita suspect SARS harus dibedakan dengan sentra pelayanan kesehatan. Hal ini terkait dengan
.uang penderita proboble SARS. Saat meriksa ketersediaan obat serta efektivitas yang diperoleh di
dan merawat penderita SARS, petugas is harus masing-masing sentra tersebut berdasarkan sludi evidence
rnemakai penggunaan alat proteksi angan bosed.
rPAPP). Pedoman penatalaksanaan terapi SARS yang diterbit-
- lsolasi di rumah/home isolotion. rita suspect kan oleh Departemen Kesehatan Rl dapat dilihat pada
SARS dengan riwayat perjalanan f) tetapi tanpa tabel 1.
nwayat kontak dan gejala klinis tidak dirawat
inap di rumah sakit, akan t dirawat di rumah
lhome isolotion). Tindaka nr{ang harus dilakukan PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI
selama home isoLotion ata/isolasi di rumah adalah :

- penderita harus di/mah sampai demam hilang Rumah sakit terbukti menjadi tempat yang paling berisiko
dan selalu meng{unakan masker sampai 14 hari terhadap penyebaran SARS. Secara kasarjumlah tenaga
sesudah jualari bebas panas. kesehatan yang dilaporkan terpapar SARS sejak penyakit
- alat rnu(un dan minumnya dipisahkan dari alat ini muncul hingga sekarang berjumlah 1700. Sehingga,
makan dan minum anggota keluarga yang lain. pengetahuan yang baik mengenai pola penyebaran
- penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 penyakit di rumah sakit melijadi sangat penting di dalam
jam sekali. Bila dalam dua kali pengukuran terjadi program pengendalian infeksi.
kenaikan suhu tubuh mencapai 38"C, maka pen- Center for Disease Control (CDC) metryatakan bahwa
derita harus segera dikirim ke rumah sakit. tindakan mencuci tangan sehabis kontak dengan pasien
- minum obat yang diberikan sesuai petunjuk SARS, menggunakan masker yang sesuai, serta memakai
- anggota keluarga yang merawat penderita dan jubah dan sarung tangan dapat melindungi tenaga medis
tinggal serumah, harus memakai masker. dari terpapar droplet pasien SARS. Tindakan tersebut
- anggota keluarga yang merawat penderita harus terbukti mampu menurunkan angka penularan SARS di
mencuci tangan setelah merawat penderita rumah sakit dengan signifikan.
- apabila ada anggota keluarga lain yang menderita Selain pengendalian infeksi di rumah sakit, komunitas
demam selama penderita masih sakit sampai memegang peranan yang tidak kalah pantingnya di dalam
dengan 10 hari setelah penderita dinyatakan pengendalian infeksi, meskipun dikatakan bahwa SARS
sembuh maka harus segera memeriksakan diri ke adalah penyakit yang terutama terjadi secara nosokomial.
rumah sakit dan selalu menggunakan masker. Seperti yang kita ketahui, ketika terjadi outbreok SARS,
lndikasi ke luar rumah sakit. lndikasi pasien dipulangkan beberapa negara telah mengeluarkan troveL worning
adalah sebagai berikut: a). Tidak panas selama 48 kepada warga negaranya. Namun demikian, sebenarnya
jam, b). Tidak batuk, c). Leukosit kembali normal, d). yang menjadi kunci keberhasilan di dalam pengendalian
Trombosit kembali normal, e). CPK kembali normal, f). infeksi komunitas adalah partisipasi aktif dari masyarakat
Uji fungsi hati kembali normal, g). Elektrolit (natrium) secara langsung. Edukasi yang baik mengenai SARS
plasma kembali normal, h). Perbaikan foto toraks. dapat menjadi bekal pengetahuan bagi masyarakat, agar
Nasehat pada pasien pulang dari rumah sakit mereka memiliki pemahaman yang baik dan diharapkan
- setelah kembali di rumah dinasehatkan tetap mampu melakukan tindakan yang tepat. Penyebaran
734 VlROLr(,Gl

informasi serta ketersediaan logistik untuk pencegahan


infeksi, dan alur rujukan kasus yang jelas akan semakiri
I Suspek SARS mendu kung masyarakat untuk memperoleh tatalaksana
1. Observasi 2x24 jam, perhatikan: yang sesuai.
a. Keadaan umum
b. Kesaddran
c. Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas,
REFERENSI
suhu)
-)
Z. lerapr suportrt CDC. Severe Acute Respiratory Sl.ndrome: laboratory guidarre.
3. Antibiotik: amoksilin atau amoksilin + anti [akses 29 Desember 2005]. Tersedia dari: URL: http://*'n"r
B-laktamase cdc.govlncidod/sars/ guidanc e / t / word / f .doc
ll Probable SARS DepKes RL Penatalaksanaan SARS. [akses 2 Januari 200{fl"
Tersedia dari: URL: http: / / www.dokter.web.id/Pedom
A. Ringan./ sedang
Penatalaksanaan Kasus SARS DEPKES 20Rl.pdf
1. Terapi suportif DepKes RI. Penanggulangan SARS. [akses 2 Januari 2@fl,
2 Antibiotik Tersedia dari: URL: http: / / www.dokter.web.id/Pedomr
. Golongan beta laktam + anti betalaktamase Penanggulangan Kasus SARS DEPKES%20RLpdf
vena) ditambah makrolid generasi baru secara DrostenC, ChanKH, PoonLLM. Viral diagnosis of SARS. DaIm:
Peiris lM, Anderson L], Osterhaus ADME, Stohr K YumK(1,
ATAU
editor. Severe Acute Respiratory Syndrome. Massachuqr:
Sefalosforin generasi ke-2 atau ke 3 Blackwell Publishing; 2005. hal. 64-7-1..
ditambah makrolid generasi baru Expat web site association. Organisasi Kesehatan Dummur
ATAU mengeluarkan peringatan global tentang ancaman
. - Fluorokuinolon respirasi (intravena): penyakit SARS. (akses 29 Desember 2005) . Tersedia dari UNu
htlp: / / www.expat.or.id/medical/sars.htrnl
Levofloxaci n, Gatifloxacin
Merianos A, Condon & Oshitani H, Werker D, Andraghem
B. Berat Epidemiology and transmission of SARS. Dalam:
1. Terapi suportif M, Anderson LJ, Osterhaus ADME, Stohr K, Yuen
2. Antibiotik editor. Severe Acute Respiratory Syndrome.
Blackwell Publishing; 2005. hal. 100-110.
a. Tidak ada faktor risiko infeksi monas:
Nicholls ]M, Kuiken T. Pathology and pathogenesis.
. sefalosporin generasi ke-3 ( avena) non Peiris ld, Anderson LJ, Osterhaus ADME, Stohr K Yua
pseudomonas ditambah generasr editor. Severe Acute Respiratory Syrrdrome.
baru Blackwell Publishirtg; 2005. p. 72-8.
ATAU Ooi CGC. Radiology of SARS. Dalam: Peiris M, Andersom
. fluorokuinolonrespirasi
Osterhaus ADME, Stohr K Yuen KY, editor. Severe
Respiratory Syndrome. Massachussets: Blackwell Publidii
b. Ada faktor risiko infeksi 2005. p.42-9
. sefalosporin anti pseudomonas (seftazidim, Peiris I\4 Osterhaus ADME. Aetiology of SARS. Dalaru
sefoperazon, sefipim)/ karbapenem (intravena) M, Anderson L), Osterhaus ADME, Stohr K Yuen
ditambah fluorokuinolon adti pseudomonas editor. Severe Acute Respiratory Syndrome.
(siprofloksasin)/ aminoglikosida ditambah Blackwell Publishing; 2005. hal. 50-57
RSP/FKUI. Algoritme diagnosis dan penatalaksanaan
makrolid generasi baru
Acute Respiratoty Syndrome. [akses 29 Desember
3. Kortikosteroid. Hidrokortison (intravena) 4 mg/kg BB Tersedia dari: URL: http / / www.dokter.web.id/
:

tiap 8jam, topering atau metilprednisolon (intravena) Seto WH, Ching PTY, Ho PL. Inlection control for SARS:
240 - 320 mg tiap hari success and failure. Dalam: Peiris M, Anderson LJ,
4. Ribavirin. 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mglkgBB ADME, Stohr K Yuen KY, editor. Severe Acute
Slmdrome. Massachussets: Blackwell Publishing
intravena tiap 8 jam
176-83.
Keterangan: Sung Jl Yuen KY. Clinical presentation of the disease in
Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini: Dalam: Peiris M, Anderson LJ, Osterhaus ADI\IE
. Frekuensi napas > 30 kali/menit I(, Yuen KY, editor. Severe Acute Respiratory Sr
. PaO2/ FiO2 < 250 mmHg Massachussets: Blackwell Publishing; 2005. p. 21.-9.
. Foto toraks paru kelainan bilateral
. Foto toraks paru melibatkan lebih dari dua lobus
. Tekanan sistolik < 90 mmHg
. Tekanan diastolik < 60 mmHg
Risiko infeksi pseudomonas
. Bronkiektasis
. Penqobatan kortikosteroid lebih dari 10 mo/hari
. Pen!obatan antibiotik spektrum luas le6ih dari 7
hari
. pada bulan terakhir
. Gizi kurang
99
MUMPS
Carta A. Gunawan

MXDAHULUAN vtRoLoGl
,ffiirnps merupakan infeksi virus aku sistemik yang Yirus mumps merupakan famili Poramyxoviridoe. Famili
thtrutama mengenai anak usia se h dan dewasa Paromyxoviridoe mencakup : Rubulavirus (virus mumps,
rmuda dengan manifestasi klinis ma pembesaran virus New Castle diseose, virus parainfluenza lipe 2, 4a,
llulenjar parotis.l Pada kepust aan lama mumps 4b), Poramyxovirus (virus parainfluenza tipe 1 dan 3),
dlsebut sebagai parotitis epid ka. lnfeksi ini umum- Morbilivirus (meosles) dan Fneu mavirus (hu ma n respirotory
u4m bersifat ringan dan dapat mbuh sendiri, sepertiga syncytial virus). Virus mumps berbentuk sferis iregular
,mamg terinfeksi tidak meng.6j an gejala klinis. Pada dengan diameter 90-300 nm. Genom virus mengkode
mang dewasa dan usia manifestasi klinis biasanya 8 protein : hemaglutinin-neuraminidase (HN), fusion
lht*h berat. protein (F), nucleocopsid protein (NP), phosphoprotein (P),
motrix protein (M), hydrophobic protein (SH), L protein.
Protein F dan HN tampaknya merupakan determinan
EIDEMIOLOGI utama imunitas. Terdapat 13 genotipe (A sampai M) virus
diketahui, namun hanya dikihal satu serotipe virus mump*
lilillrrnps endemis di seluruh dunia. Di Skandinavia Pada suhu 40C virus dapat bertahan selama beberapa hari,
pada tahun 1977 - 1979 sebelum ada program namun pada suhu -650C virus dapat hidup berbulan-bulan
ffiinasi, kejadian mumps mencapai 2OO-7OO/ .100.000 sampai bertahun-tahun.1,7
ptduduk pertahun.2 Di Amerika Serikat, kejadian mumps
mmnurun drastis sejak dimulainya vaksinasi tahun 1967
lfuada tahun 1968 dilaporkan 185.691 kasus dan tahun PATOGENESIS
M1 hanya 266 kasus).2 Di Amerika Serikat mumps dapat
,dfifremukan sepanjang tahun, namun insidensi puncak
Transmisi virus terjadi melalui kontak langsung, droplet
hjadi antara bulan Januari sampai Mei. Pada bulan Juni nuclei, muntahan yang masuk melalui hidung atau mulut.
Penularan virus mumps tidak semudah virus measles atau
lilerr York dan New Jersey yang mencapai 1.521 kasus, varisela. Masa puncak penularan terjadi sesaat sebelum
ffirana 91 % pasien berusia > 6 tahun dan 85 Zo pernah atau saat timbul parotitis. Diperkirakan pada masa
mmndapat vaksin MMR (meosles, mumps, rubelto) 2 dosis.3 inkubasi virus berproliferasi pada epitel saluran napas
ffidemi mumps telah dilaporkan pada barak militer, bagian atas dan terjadi viremia, pada tahap selanjutnya
N{ara, asrama, sekolah, kapal.l,a Mumpsjarang terjadi terlokalisasi pada kelenjar dan jaringan saraf.l,2
6da bayi di bawah satu tahun dan di Amerika Serikat
# % infeksi dilaporkan terjadi pada orang ber-usia di
dt< 15 tahun.s,6 Tidak ada perbedaan kejadian parotitis PATOLOGI
antara pria dan wanita. Manusia merupakan satu-
ehtnya hospes alamiah virus ini dan tidak dikenal kondisi Pada pemeriksaan patologi kelenjar parotis yang terinfeksi
wrier. virus mumps, didapatkan edema interstisial dan eksudat

735
736 VIROLOg

serofibrinous yang didominasi oleh sel mononukleus.


Gambaran patologi pada pankreas atau testis yang terkena
mirip dengan parotis, kecuali perdarahan interstisial Manifestasi Frekuensi (%)
dan sel polimorfonukleus lebih sering dijumpai pada Kelenjar
orkitis. Kadang-kadang didapatkan area yang mengalami Parotitis 60-70
infark pada testis dan pada kasus berat terjadi atrofi Adenitis submandibula/sub-
10
lingual
epitel germinal disertai hialinisasi dan fibrosis. Pada
Epididimo-orkitis 25 (pria post-puber)
ensefalitis mumps (post-infectious encepholitis) didapatkan
Ooforitis 5 (wanita post-pubefl
demielinisasi perivenous, p e rivoscu Io r m onon uclea r cuffing,
Pankreatitis 4
dan peningkatan sel mikroglia dengan neuron yang relatif
Neurologi
baik.1,7
Pleositosis CSF asimptomatik 50
Meningitis aseptik 1-10
Ensefalitis 0,02,0,3
GAMBARAN KLINIS Ketulian sementara 4
Lain-lain
Masa inkubasi mumps anlara2-4 minggu, keb{nyakan 16- Abnormalitas EKG 5-1 5
18 hari. Gejala prodromal tidak khas, mencalup demam Gangguan fungsi ginjal ringan 30-60
ringan, anoreksia, malaise, sakit kepala. Dal{m waktu 1
hari manifestasi klinis penyakit menjadi ny'ata dengan
timbulnya sakit telinga dan nyeri pada kerlenjar parotis Gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yarnrryt
unilateral. Dalam waktu 2-3 hari kelenjar n/otis membesar bersifat sementara dilaporkan pada 4,4o/o kasus dan @tr
dan mencapai ukuran maksimal dise/tai nyeri hebat. 1:20.000 kasus terjadi tuli permanen unilateral. Manife$adilr
Umumnya kelenjar parotis lainnya fembesar 1-2 hari neurologi Iainnya meliputi ataksia serebelar, faciol
kemudian. Pembesaran kelenjar pghtis unilateral terjadi t ro nve r se mye Litis, o sce n d in g p o [iro d ic u titis (G u itta in
pada 25% kasus. Pembesaran pVTotis bisa menyebabkan syn d ro m e), po lio mye litis - like syn d ro me, stenosis
trismus dan kesulitan berbil/ara dan menelan. Setelah yang dapat menyebabkan hidrosefalus. Pada
parotis mencapai besar r/aksimal, nyeri dan demam dewasa, epididimo-orkitis merupakan manifestasi di
segera berkurang dan kely'njar parotis kembali ke ukuran kelenjar ludah yang paling sering (20- 30 %).1,8 Dua
normal dalam waktu t mi/OOu. Komplikasi parotitisjarang kasus terjadi pada minggu pertama parotitis dan
terjadi, namun dilaporkdn dapat terjadi sialiektasis yang terjadi pada minggu kedua. Namun demikian,
mengakibatkan sialadenitis akut ber-ulang atau sialadenitis gonad dapat terjadi sebelum,,parotitis muncul
kronis. Selain kelenjar parotis, pada kurang lebih 10% kasus menjad i satu -satu nya ma n ifestasi m u m ps. Ga m baran
dapat terjadi infeksi pada kelenjar submandibula dan epididimo-orkitis adalah pembesaran skrotum
kelenjar su bl i ngua 1.1,2 rasa nyeri dan kemerahan. Epididimitis didapatkan
Manifestasi mumps di luar kelenjar ludah mencakup 85% kasus dan biasanya mendahului orkitis. Testrs
berbagai organ. Meningitls didapatkan pada 1-10% membesar sampai 3-4 kali ukuran normal dan
kasus, biasanya terjadi 4 hari setelah parotitis, namun dalam waktu sekitar 5 hari, tetapi nyeri dapat
dapat terjadi 1 minggu sebelum atau 2 minggu setelah sampai 2 minggu pada 20o/o kasus. Orkitis bilaterai q
parotitis. Kejadian pada pria 3 kali lebih sering daripada kurang dari 15% kasus. Bila testis diperiksa beberapa
wanita. Meningitis karena mumps biasanya bersifat ringan atau tahun kemudian, atrofi ringan didapatkan pada
dan sembuh total tanpa sekuele. Ensefalitis dilaporkan pasien. lnfertilitas yang disebabkan orkitis mumry
terjadi pada 1 diantara 6.000 sampai400 kasus. Ensefalitis jarang. Beberapa kasus keganasan testis yang
terjadi pada saat bersamaan dengan munculnya parotitis orkitis mumps pernah dilaporkan. Pada 5o/o wanita
sebagai akibat invasi virus pada neuron dan sebagian besar dilaporkan terjadi ooforitis. Gangguan fertiliw,
terjadi 7-'10 hari setelah onset parotitis (proses demielinasi menopause dini akibat ooforitis mumps sangat
pasca-infeksi) yang berhubungan dengan respon imun Kelainan sendi yang berhubungan dengan
hospes terhadap virus. Manifestasi klinis ensefalilis mumps diantaranya poliartritis migrans yang melibatkam
meliputi demam tinggi, penurunan kesadaran, kejang, besar maupun kecil. Pankreatitis biasanya ringan
paresis, afasia, gerakan involunter. Kematian terjadi pada oleh demam, mual, muntah, nyeri epigastrium. Mi
1,4o/o kasus dan biasanya pada fase awal invasi virus ke jarang terjadi, namun pernah dilaporkan kematiar,,l
susunan saraf pusat. Gejala neurologi membaik dalam mioka rd itis ya ng berkaitan den ga n m u mp s. KeLaA
waktu 1-2 minggu, namun dilaporkan adanya sekuele didapatkan sampa! 157o kasus, paling sering Sr
seperti gangguan psikomotor dan kelainan konvulsif. T inversi, pemanjangan interval PR. Kematiaq
ITPS 737

m:fritis yang berhubungan dengan mumpsjuga pernah pasien tidak perlu lebih dari 5 hari setelah onset klinis.12
ffiaporkan. Manifestasi lain yang sangatjarang antara lain Virus dapat diisolasi dari cairan serebrospinal pasien
rUimiditis, mastitis, prostatitis, hepatitis, trombositopenia dengan meningitis selama 3 hari pertama onset penyakit
purpura.r,2 dan bertahan paling lama 6 hari.Virus juga dapat diisolasi
dari urine selama 2 minggu pertama onset penyakit (pada
5 hari pertama,T2o/o menunjukkan hasil positif). Viremia
rcMPt!KASI sulit dideteksi dan hanya terjadi pada 2 hari pertama
onset penyakit.
lffieki virus mumps pada wanita hamil trimester pertama
rdapat meningkatkan risiko kematian janin dalam
lhrdungan dan berat badan lahir rendah (7,7o/o), namun DIAGNOSIS BANDING
lfiiidak menyebabkan malformasi fetus. Beberapa kasus
ffiabetes pada usia muda juga dilaporkan berhubungan Beberapa virus seperti virus parainfluenza 3, virus
fungan mumps.1,2 influenza A juga menyebabkan parotitis.
coxsockie, yyls
Pada ini, untuk membedakan dengan mumps
lofdisi
nuNotoct saran kelenjar parotis bilateral pada anak-anak
sering disebabkan oleh virus HlV. Parotitis supuratif
firnntibodi terhadap protein Np dengan pemeriksa biasanya disebabkan Stophylococcus oureus atau
lhomplemen-fiksasi dapat terdeteksi segera bakteri gram negatif. Pembesaran kelenjar parotis yang
fuigan onset klinis, sedangkan antibodi terhadap pfrt"in disebabkan oleh obat-obatan (fenilbutazon, tiourasil,
ilt{ilFl mulai meningkat belakangan dan
t/puncak iodida, fenotiazin) atau kelainan metabolik (diabetes
2-t minggu setelah onset klinis, namun selama melitus, malnutrisi, sirosis, uremia) biasanya bilateral dan
hertahun-tahun. Deteksi lgM anti-Np de n metode asimptomatik. Beberapa penyakit lain yang menyerupai
WIISA merupakan pemeriksaan serologi awal yang mumps antara lain Mikulicz's syndrome, porinoud's
ffing sensitif dan digunakan CDC mendiagnosis syndrome, demam uveoparotid, sarkoidosis, Sjogren's
iffieksi akut mumps.e Neutrolizing- terhadap syndrome. Pembesaran kelenjar parotis unilateral juga
potein HN dan F muncul pada masa konvalesen dan dapat disebabkan oleh obstruksi duktus karena batu atau
hertahan selama beberapa tahun. lmunitas terhadap striktura, kista parotis, tumor parotis.1,2
//il/ilumps bertahan seumur hidup.r,ro,rt

PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS
Terapi parotitis mumps adalah simptomitik dan suportif.
M[agnosis mumps umumnya berdasarkan gambaran Diberikan analgesik-antipiretik untuk mengurqngi nyeri
lHfinis yang khasyaitu pembesaran dan nyeri pada karena pembengkakan parotis dan menurunkan demam.
hlenjar parotis disertai gejala konstitusional. pada Pada pasien meningitis atau pankreatitis dengan rnfake
pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit yang kurang atau muntah-muntah diperlukan pemberian
mmrmal atau leukopenia dengan limfositosis relatif. Bila cairan intravena. Sebuah penelitian melaporkan bahwa
ffidapatkan meningitis, pankreatitis atau orkitis, sering pemberian interferon-alfa 2b pada 4 pasien dengan orkitis
oiffiemukan leukositosis dengan shift to the teft. Amilase mumps bilateral menunjukkan perbaikan gejala yang cepat
serum meningkat dan tetap tinggi selama 2-3 minggu. dan tidak terjadi atrofi testis atau oligospermia selama
lJllfinum nya pemeri ksaa n boratoriu m spesifi k u ntu k ka sus
la pemantauan. Gel/rs dkk melaporkan bahwa pemberian
mmlrmps yang khas tidak diperlukan.l,2 Diagnosis definitif 20 ml imunoglobulin mumps pada pasien pria dewasa,
iltnrdasarkan pemeriksaan serologi, isolasi virus atau pCR. mengurfhgi kejadian orkitis dari 27,4o/o menjadi 7,gyo.l,z
ildanya lgM dengan pemeriksaan ELISA atau peningkatan
4kali lipat serum fase akut dan fase konvalesen dengan
]hs CF, HAl, ELISA, neutralisasi memastikan diagnosis.T,e
PENCEGAHAN
ilfietode RT-PCR merupakan teknik pemeriksaan yang
ffiing sensitif dan spesifik. Virus dapat diisolasi dari saliva Untuk mencegah transmisi virus ke orang lain, pasien
,dalam waktu 6 hari sebelum sampai 9 hari setelah timbul dengan mumps sebaiknya diisolasi selama 5 hari setelah
gejala parotitis. Data menunjukkan shedding virus relatif onset parotitis, meskipun upaya ini kurang efektif karena
mndah dalam 5 hari setelah onset parotitis sehingga isolasi virus dapat menyebar ke orang lain beberapa hari sebelum
738 vrRoLoGl

muncul gejala klinis.1a13 Pada masa lalu pernah digunakan Center for Diseases Control and Prevention (CDC). Morbidity
imunoglobulin mumps untuk proteksi pasif, namun and Mortality Weekly Report (MMWR). February 12,201-:U
5e (05);125-9.
pengalaman di Alaska menunjukkan imunoglobulin ini Huang AS, Cortese MM, Cums AT, Bitsko RH, Jordan FIT,
tidak menurunkan kejadian parotitis atau risiko terjadinya Soud F. Risk factors for mumps at a university with a larg;e
meningitis dan orkitis. mumps outbreak. Public Health Rep 2009;124(3): 419-26.
Barskey AE, Glasser IW, LeBaron CW. Mumps resurgenc€f
Dewasa ini digunakan imunisasi aktif dengan virus
in the United States : a historical perspective on unexpected
mumpsyang dilemahkan. Terdapat beberapa strain vaksin elements. Vaccine 2009; 27 : 6186-95.
seperli Jerryl-Lynn (mulai dipakai di Amerika Serikat pada Dayan GFt Quinlisk P, Parker AA, Barskey AE, Harris MI.
tahun 1967), Rubini, Urobe, Leningrad, L-Zogreb. Vaksin Hill Schwartz |M. Recent resurgence of mumps in the Unied
States. N Engl J Med 2008; 358: 1580-9.
ini diberikan secara subkutan dan memberikan proteksi 7. CarboneKM, RubinS. Mumpsvirus. In: KnipeDlvI, Howle-r'
Walaupun virus mumps dianggap monotipik,
95o/o.1,14,1s PM (Eds). Field Virology.Sth ed. Philadelphia : Lippincofi
tidak adanya proteksi silang penuh antara berbagai Williams and Wilkins; 2007. p.1527-50.
Davis NF, McGuire BB, Mahon J& Smyth AE, O'Malley (1.
genotipe diduga menjadi penyebab kegagalan vaksin.16-2j
Fitzpatrick fM. The increasing incidence of mumps orchitis:
Di negara Skandinavia setelah era vaksinasi, kejadian a comprehensive review. BIUI 2010;105: 1060-5.
mumps menurun 99o/o (1-4/100.000 pendu n Krause C[I, Molyneaux P], Ho-Yen DO, Mclntyre R Carnrr
pada tahu n 1 993- 1 995 d ibandingkan deg{an 200 - 7 00 / WF, Templeton KE. Comparison of mumps-IgM ELISAsiT
acute infection. J Clin Virol 2007;38:153-6.
1 00.000 penduduk per tahun pada 1977 -1979).Titer 10. Anderson L|, Seward JF. Mumps epidemiology and immrrrfu"
antibodi yang memadai Pediatr Infect Disl 2008;27:575.
bertahan sedikitnya sepyllf tahun. Pemberian vaksin di- L1,. Date AA" Kyaw MH, Rue AM, Klahn], Obrecht L, IGolmf.
Long term persistence o{ mumps antibody after receipt d8
anjurkan pada anak u;.;512-15 bulan dan diulang pada usia
measles-mumps-rubella (MMR) vaccinations and antftoff
46 tahun dengan vaksin meosles dan rubela response after a third MMR vaccination among
(MMR).1,'1 n di Brazil menunjukkan pada 20,10/" population. J Infect Dis 2008; 197 1.662-8.
L2, Polgreen Plr{, Bohnett LC, Cavanaugh JE. The duratim
anak usia sekolah yang mendapat vaksin MMR pada usia 9
mumps virus shedding #ter the onset of symptoms.
bulan tidak memiliki titer antibodi protektif dan penelitian di Infect Dis 2008; 46: 1M7 .
Yaman pada anak usia 4-14 tahun, hanya 59,8% anak yang 13. Center for Diseases Control and Prevention (CDC). U
divaksinasi memiliki antibodi lgG terhadap mLtmps.22,23 recommendations for isolation of persons with
MMWR 2008; 57:1103.
Orang dewasa dan petugas kesehatan dianjurkan men- 1,4. Cohen C, White JM, Savage E]. Vaccine eI
dapat vaksin MMR satu atau dua dosis. Pada bulan Juni estimates, 20042005 mumps outbreak. England Emerg
2OO9 CDC Advisory Committee on lmmunizotion Practices Dis 2007; 13:12-7 .

(ACIP) merekomendasikan pemberian 2 dosis vaksin 15. Galazka AlvI, Robertson SE, Kraigher A. Mumps and
vaccine : a global review. Bulletin of the World
kuadrivalen meosles, mumps, rubello, voricello (MMRV) Organization 1999; 77(1): 3-L4. ...
pada anak usia 12 bulan - 12 tahun.21'24 Efek samping 16. Conly JM, Johnston BL. Is mumps making a comeback 1

vaksin MMR jarang terjadi, kadang-kadang dapat timbul I Infect Dis Med Microbiol 2007;18 7.
Cui A" Myer Il Xu W. Analysis of the genetic v3ri
kejang demam, meningitis (diJepang dilaporkan 0,05-0,3% the mumps SH gene inviruses circulating inthe UK
dengan strain Urabe), ensefalitis, kemerahan pada kulit, 1996 and2005. Infect Genet Evol2009;9:7L.
pruritus, purpura. Seperti vaksin virus hidup lainnya, vaksin Dayan GH, Rubin S. Mumps outbreak in v
population : are available mumps vaccine effective
mumps tidak boleh diberikan pada wanita hamil, pasien
to prevent outbreaks ? Clin InfecDis2008;47:1458-
dengan terapi imunosupresan, demam tinggi, keganasan, 19. LondonWP, YorkeJA. Recurrent outbreak of
penyakit imunodefisiensi kongenital atau didapat.l Pasien and mumps. Am I Epidemiol20l5;98: 453-68.
20. Echevarria |E, Castellanos A,Sanz JC Martinez de
dengan infeksi HIV stadium awal masih dapat diberikan
MV, Pena Rey I, Mosquera M, de Ory F, RoyuelaE
vaksin mumps. Vaksin MMR yang tersedia di lndonesia saat virus genotyping : basis and known circulating
ini adalah Trimovox Merieux'" (produksi Sonofy Pasteur) The Open Vaccine |oumal 2010;3: 37-4'1..
dan MMR /f" (produksi MSD). 21,. Marin M, Broder KR, Temte JL, Snider D,
National Center for Immunization and Respiratolv
Recommen{ations and Reports. May 7, 2010; 59
22 Santos BA, Stralioto SIvI, Siqueira MNI, Ranieri TS,
REFERENSI Schermann MT. Prevalence of antibodies against
mumps, and rubella before and after vaccination oI
LitmanN, Baum children with three different fypes combined vird
SG. Mumpsvirus. In:Mandell GL, Bennett
Rio Grande do Sul,Brazil,1996. Pan Am] Public
]8, Dolin R (Eds). Principles and Practice of Infectious 20(5):299-306.
Diseases. 7th ed. Philadelphia : Churchill Uvingstone Elsevier;
2010. p.2201-6.
23. Al-Shamahy HA, Alyousefi NA. Prevalence of
antibodies among children in Sana'a Yemen. j
Gershon A. Mumps. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS,
Med 2008;3(2): 108-13.
HauserSL, Longo DL, |amesonll (Eds). Harrisorls Principle
24. Shinefield tI, Black S, Digilio L. Evaluation of a
of Intemal Medicine. 16th ed. New York : McGraw Hill; 2005.
measles, mumps, rubella, and varicella vaccine ir
p.1154-5.
children. Pediah Infect Dis J 2005; 24:665-9.
100
.-I{ERPES SIMPTEKS
Soeharyo Hadisaputro
./

yang mengakibatkan mortalitas sekitar 54%. Walaupun


'ET{DAHULUAN virus tersebut biasanya menginfeksi bagian muka untuk
,rbsesviruses berasal dari nama bahasa yunani dari kata HSV-1 dan genital untuk HSV-2, tetapi pada beberapa
$mryern yang berarti kain sutera tipis. merupakan golongan kasus dapat pula terjadi sebaliknya yaitu infeksi HSV-1
futli Herpesviridoe. Lebih dari 100 virus herpes telah pada genital dan HSV-2 pada muka.
dffso]asi dari berbagai macam hospes (host), di antaranya Virus masuk melalui permukaan mukosa kulit, sistem
liuust mamalia, burung, ikan, reptil, binatang amfibi dan saraf pusat dan mungkin terjadi pada organ viseral,
llrcrir.lska. Delapan virus di antaranya terjadi pada manusia selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi laten pada
tu nE disebut Humon Herpesvirusses (HHV). Jenis virus ujung saraf dorsal dan ganglia trigeminal. lnfeksi virus
uinraksud adalah avirus herpes simpleks-1, virus herpes tersebut menimbulkan sindrom klinik yang bervariasi,
nrnnoleks-2, virus voricello-zoster, virus Epstein-Bahr, pada umumnya menginfeksi seorang anak dan dewasa
tir,urrron cytomegolovirus, human herpesvirus 6, human sehat, tetapi dapat juga menginfeksi seseorang yang
r@esvirus 7, dan Koposi's Sorcomo-Associoted Herpesvirus dalam keadaan imunokompromais, yang mengakibatkan
dtS HV.(Tabel 1) keadaan penyakit menjadi berat.
Virus Herpes Simpleks sering disingkat HSV terdiri dari
ilua jenis virus yaitu herpes simpleks tipe 'l atau HSV-l dan
'trerpes simpleks tipe 2 atau HSV-2. Virus herpes simpleks 1 ETIOLOGI .
dar'l 2 pertama kali menginfeksi sel epitel mukosa rongga
nrnr,iut, genital, kulit dan kornea. Virus herpes simpleks merupakan gcilongan
HSV-1 biasanya menginfeksi lewat bibir atau hidung Alphoherpesvirinoe, sebagai subfamili dari human
nnda anak antara usia 6 dan 18 bulan. lnfeksi laten mungkin he r p e sv ir u ses be rsa ma d en g a n virus vo rice llo - zo ste r y ang

rciadi dan reaktivasi akibat hospes (hosf) mengalami stres sering disebul humon herpes-virus 3. Semua virus herpes
m.r keadaan imuno-kompromais, yang kadang terjadi pada manusia mempunyai karakteristik enveLoped double
,inrrplikasi serius yaitu ensefalitis. HSV-2 biasanya sebagai stranded DNA viruses. HSV merupakan virus bentuk besar
aEen penyebab herpes genital yang termasuk penyakit dengan inti berisi double stronded DNA yang dilapisi oleh
l'nenular seksual. Pada neonatus, infeksi dapat berbahaya icosqhedron dengan 162 copsomeres. Partikel lengkap
diameternya sekitar 120-200 nm, sedangka n naked virion
ukurannya sekitar 100 nm. Virus masuk ke sel melalui fusi
ifilr-l " , virds Herpes Simpleks tipe l (HSV-I) membran sel setelah menempel pada reseptor spesifik
i+lv-2 Virus Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2) yaitu pembungkus glikoprotein. Virus herpes simpleks
tt{V-3 Virus Varicella Zonter (VZV) mempunyai siklus replikasi dalam kurun waktu 18 jam.
Nlllv-4 ,,,,yirUs'.Epstein"gahrlEBv; ,' ',. : ': ,' ,
HSV-1 merupakan penyebab luka di bibir (herpes
llHv-s Virus Cytomegalo (CMV) labiales) dan luka di kornea mata (herpes
lll{1/-6 ' VkusHerpeiHumah-6 '' , ':;::' keratitis),
biasanya dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan
m{Y-7 " Virus:Herpes:Human-7:.'. , '
sekresi dari atau di sekitar mulut. HSV-2 merupakan
11il{V-8 , ': Vir.us Herpes Ftuman:B'((SAH\D '
penyebab herpes genitalis, terutama ditularkan melalui
Sg.nber: Cook GC and Zumla Al (2009)

739
740 VIROU'GI

kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan kebanyakan mendapatkan infeksi sebelum usia 30 tahun
seksual, oleh karena itu herpes tersebut dianggap sebagai Survei serologik menunjukkan bahwa 20% populasi d[
salah satu penyakit menular seksual (PMS). Amerika Serikat memiliki antiboditerhadap HSV-2. Pada
pemeriksaan obstetrik secara rutin dan klinik keluaqgo
berencana, didapatkan 25o/o wanita memiliki antibod[
EPIDEMIOLOGI terhadap HSV-2, walaupun hanya 107o melaporkan
riwayat adanya lesi genital. Sebanyak 509io orang dewasa
lnfeksi herpes simpleks dapat terj nra. heteroseksual yang menghadiri klinik penyakit menula
H a I i n i te I a h te rd o ku m e nta s iy'ar-r stu d i s e roe p id e m io Io g i seksual mempunyai antibodi terhadap HSV-2. Berbagnl
dengan berbagai uji (o;sdy), seperti fiksasi komplemen, survei serolog i telah menu nju kkan seropreva lensi seruF
neutralisasi, i oresensi indirek, hemaglutinasi atau bahkan lebih tinggi dari HSV-2 di sebagian besrr
/,
pasif , ro d io iyufi oo ssoy dan e nzym e d - lin ked im m u n so rbe nt Eropa Tengah, Amerika Serikat dan Afrika. Prevalennii
ossoy-Kapi untuk membedakan infeksi HSV-1 dan antibodi tersebut rata-rata 5% lebih tinggi padh
---gfr-2, dibutuhkan alat tes sendiri dimana yang paling wanita dibandingkan dengan pria, dan beberapa str.lilr
umum digunakan adalah pengukuran antibodi terhadap menunjukkan bahwa banyak dari pasien tersebut tanpr
glikoprotein G HSV-1 (gG1) dan HSV-2 (gG2), dengan gejala atau asimptomatik.
uji Western blot, berbagai protein tipe-spesifik juga
dapat mendeteksi beberapa tipe virus herpes simpleks
(HSV). merupakan infeksi primer tanpa gejala.
Keadaan laten yang lama setelah infeksi primer sangat
mungkin terjadi. lnfeksi HSV terjadi tidak tergantung
musim atau cuaca, dimana virus ini dapat bertahan PATOGENES!S
dalam fase laten dalam tubuh hospes dan kemungkinan
adanya infeksi ulangan. Ekskresi virus tertinggi pada Paparan HSV-1 pada permukadn mukosa atau kulit
pasien dengan lesi aktif, tetapi ekskresi virus juga terluka memungkinkan masuknya virus dan
dapat terjadi pada 'l 5% pasien yang asimptomatik atau dengan inisiasi replikasi dalam sel epidermis dan
keadaan subklinik. Prevalensi antibodi HSV-2 tinggi pada lnfeksi HSV biasanya diperoleh dari keadaan su
seseorang dengan tingkat sosio ekonomi rendah dan di walaupun infeksi yang menimbulkan gejala klinik
antara kelompok orang dengan banyak partner seksual. berhubungan dengan adanya replikasi virus
Penyebab frekuensi kekambuhan pada pasien infeksi HSV memungkinkan masuk ke dalam ujung saraf sensona
menunjukkan variasi secara individual, yang mungkin pun otonom. Pada awal masuknyq.virus ke dalam sel
dipicu oleh karena keadaan atau paparan tertentu, seperti dimana terjadi replikasi di gangtia dan jaringan saraf
infeksi lain, paparan sinar matahari, demam, menstruasi, berdekatan, yang kemudian menyebar ke permukaan
stres fisik atau emosional, penekanan sistem kekebalan, lainnya, dan ke mukosa melalui migrasi viridn
obat-obatan atau makanan tertentu atau bahkan trauma secara sentrifugal melalui saraf sensoris perifer-
secara umum. Reaktivasi infeksi genital HSV-2 lebih penyebaran ini membantu menjelaskan luasnya
banyak dibandingkan HSV-1 dan umumnya karena permukaan yang ikut terkena dan banyaknya lesi
kekambuhan herpes genital. Diperkirakan 30% pasien yang jauh dari infeksi primer berupa vesikel infeksi
mengalami kekambuhan lebih dari 8-9 kali tiap tahun. daerah genital maupun daerah bibir dan mulut,
Herpes neonatal terjadi sekitar 1 dalam 5.000 kelahiran menjelaskan terjadinya penyembuhan pada daerdr
di Amerika, pada beberapa daerah lain bahkan lebih jauh dari pintu masuknya virus.
tinggi. Sebagian besaranak(75%) terinfeksi dalam proses Respons tubuh terhadap infeksi HSV
persalinan selama melewati traktus genitalis. Tingkat terhadap timbulnya penyakit , tingkat beratnya
beratnya penyakit tidak tergantung dari jenis HSV, tetapi resistensi yang nantinya berkembang menjadi
tergantung pada keadaan prematuritas dan persalinan laten maupuri frekuensi rekurensi. Kedua antibod
dengan intervensi instrumen. Banyak penelitian juga mediated dan reaksi cell-medioted memiliki arti
menunjukkan tidak ada hubungan antara HSV dan kanker secara klinis. Pada pasien immunokompromais
pada serviks. defek kekebalan cell medioted ablasi limfosit yang
Pada umumnya infeksi HSV-1 lebih sering dan infeksi HSV akan menjadi berat dan luas,
lebih awal didapatkan dibandingkan dengan infeksi infeksi pada pasien dengan defisit imunitas
HSV-2. Lebih dari 90% orang dewasa memiliki antibodi seperti agamaglobulinemia.
terhadap HSV-1 pada usia 50 tahun, sedangkan Berbagai manifestasi klinis penyakit HSV
pada populasi dengan status sosial ekonomi rendah terkait dengan respons kekebalan hospes.
IIf,FESIMPLEKS 74t

flIMBARAN KLINIK HSV-2. Gingivostomatitis dan faringitis biasanya akibat


dari infeksi primer dan paling sering terlihat pada anak-
irffilksi HSV primer i ketika virus masuk ke dalam anak dan dewasa muda. Gejala dan tanda klinis yang
frl&ln pertama kali, a ada yang membagi HSV meliputi demam, malaise, mialgia, ketidakmampuan
llnwmr,adi dua k k yaitu penyakit primer dan re- untuk makan, lekas marah, berlangsung selama 3-14
,dfrirruasi.Manifestasi nik sangat tergantung dari letak/ hari. Lesi sangat mungkin berkembang atau meluas ke
mmmharni daerah y terinfeksi. palatum, gingiva, lidah, bibir; dan daerah wajah. Pada
Sindrom klinik ibat infeksi HSY -1 (orofociol), lerdii infeksi HSV-1 atau HSV-2 biasanya menghasilkan lesi
Mflt s (vesikel dan ulkus di sekitar gusi dan eksudatif atau ulseratif dari faring posterior dan/atau
mmuiihJt). herpes (mata), keratitis, keratokonjungtivitis tonsil. Lesi lidah, mukosa bukal, atau gingiva dapat
lMu:urel dan pada mata, konjuntiva, kornea) dan terjadi, yang kadang sulit untuk membedakan dengan
litis. Sindrom klinik akibat infeksi HSV tipe infeksi bakteri, mycoplasma pneumoni dan ulserasi akibat
tal), bentuknya berupa bolonophosthrfrs (vesikel sindrom Steve ns-Johnson.
dm gltus pada ujung dan gland penis), vulvovaginitis Pada pasien imunosupresi, infeksi dapat meluas ke
i@kel dan ulkus pada mukosa vulva dan vagina) dan lapisan kulit, mukosa yang lebih dalam, kerapuhan, nekrosis,
furoctitis (vesikel dan ulkus pada sekitar kulit anus dan perdarahan, sakit parah, dan terjadi ketidakmampuan
dl oalam anus). untuk makan atau minum
3entuk lain sindrom klinik pada kulit yang dapat lnfeksi herpes genital primer ditandai dengan demam,
rdifimrnpai adalah (1) Herpetic 'whitlow' suatu bentuk sakit kepala, malaise, mialgia, nyeri, gatal, disuria, keluar
,ues;ixel herpes simpleks pada ujung jari. Bentuk ini cairan dari vagina dan uretra,dan limfa-denopati inguinal.
ltmadi pada seorang dokter; paramedis atau petugas Luasnya lesi bersifat bilateral pada genitalia eksterna
,rtnlestesi yang tidak sengaja terkontaminasi dengan merupakan tanda yang spesifik. Lesi mungkin dapat
pusien yang ter-infeksi virus herpes simpleks. Lesi dalam berbagai fase seperti vesikel, pustula, atau ulkus
'hamnpir sama dengan infeksi staf ilokokus 'whitlow', eritematosus yang terasa nyeri. Gangguan pada serviks dan
diiimnana eksudat tidak purulent tetapi serous. (2) uretra saat infeksi primer pada wanita terjadi hampir 80%.
0,rqrrosi3 voricelliform-eruption, bentuk ini merupakan Kekambuhan pada umumnya terjadi hampir 90%, dimana
muiperinfeksi herpes simpleks pada kulit yang mengalami kekambuhan infeksi HSV-2 lebih sering dibandingkan
dror'matitis, terutama pada anak-anak yang dapat dengan infeksi HSV-1, dengan perbandingan 4: 1. lnfeksi
herkembang menjadi penyakit yang gawat dengan dapat simptomatik dan asimptomatik, dimana virus yang
lnematian tinggi. (3) lnfeksi neonatal. lnfeksi genital dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan
@flTmer pada ibu (HSV-2) dapat menyebabkan infeksi seksual
nfie€natus berat, sehingga akibatnya anak menjadi Herpes okularl merupakan infeksi HSV-1 pada mata
ilhMrik, hepatosplenomegali, trombositopenia dan lesi yang sering menyebabkan kebutaan, banyak ditemukan
uleslkel pada kulit. Angka kematian pada keadaan ini di Amerika. Pada herpes okular terjadileratitis dengan
rukup tinggi. onset rasa nyeri akut, mata kabur, konjungtiviti5, dan lesi
lnfeksi HSV primer, baik HSV-1 atau HSV-2, saat kornea yang khas. Penggunaan glukokortikoid topikal
llrrospes tidak memiliki antibodi HSV dalam serum, sering dapat memperburuk keadaan inflamasi di struktur bola
dirertai dengan tanda-tanda dan gejala sistemik. lnfeksi mata. Kekambuhan sering terjadi pada infeksi herpes
prnmer melibatkan baik mukosa dan ekstramukosa, okular.
rccangkan reaktivasi pada umumnya menimbulkan gejala lnfeksi HSV-1 pada sistem saraf pusat dan perifer
qtE lebih lama, lesi luas, dan adanya komplikasi. mungkin terjadi 10-20o/o dari semua kasus infeksi
Masa inkubasi berkisar dari 1 sampai 26 hari (median virus sporadis yang menyebabkan ensefalitis atau
,6 sampai 8 hari). Kedua subtipe virus dapat menyebabkan
meningoensefalitis di Amerika Serikat. I nsidens diperkirakan
mmfl'eksi alat kelamin dan daerah muka serta sekitar rongga 2,3 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Kejadian kasus
mrulut, yang secara klinis tidak dapat dibedakan. Namun, sepanjang tahun sering ditemukan pada kelompok umur
firckuensi reaktivasi infeksi dipengaruhi oleh tempat 5-30 tahun dan lebih dari 50 tahun. Ciri klinis ensefalitis
dratomi dan jenis virus. lnfeksi HSV-2 cenderung reaktivasi HSV-1 adalah onset yang mendadak, demam, gejala
dan berulang 8 sampai 10 kali lebih sering dibandingkan neurologis fokal, dengan tanda dan gejala terutama di
dengan infeksi HSV-1. lobus temporal.
Gingivostomatitis dan faringitis adalah manifestasi lnfeksi HSV-1 pada organ-organ viseral biasanya
nl nis yang paling sering pada infeksi pertama HSV-1, akibat dari viremia dan melibatkan banyak organ lain,
iedangkan herpes reaktivasi infeksi herpes labialis juga tetapi kadang hanya melibatkan esofagus, paru dan
merupakan manifestasi klinis yang sering dijumpai pada hati.
742 vlRoLoGt

HSV esofagitis mungkin akibat dari perluasan infeksi D!AGNOSIS


HSV-1 nasofaring atau r{aktivasi HSV yang menyebar
melalui saraf vagus. Ge\iala yang dominan adalah Konfirmasi untuk diagnosis dapat dilakukan dengan
odynophagio, disfagia, nylri substernal, dan penurunan pengambilan bahan atau spesimen dari (a) hapusan
berat badan. Pemeriksg/an endoskopi atau barium pada lesi, (b) cairan vesikel, atau (c) biopsi jaringan
dipercaya dapat membed/kan esofagitis HSV dari Candida Spesimen tersebut dapat diperiksa untuk (1) kultur vinrs,
esofagitis atau dari ulserf i esofagus karena cedera termal, (2) visualisasi elektron mikroskop, (3) serologik, dan ({
radiasi, atau korosif. S/kresi e'ndoskopi diperoleh untuk amplifikasi DNA.
pemeriksaan sitologi/dan kultur yang memberikan bahan Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klir*
paling bergu nr/ntu| diagnosis. Kemoterapi antivirus yang timbuldi bagian tubuh tertentu dan khas untuk infuhi
sistemik biayfiya mengurangi gejala dan menyembuhkan herpes simpleks. Untuk memperkuat diagnosis dapa
ulserasipdofagus. dilakukan pembiakan virus, pemeriksaan darah melihil
|(V-t pneumonitisjarang terjadi, kecuali pada pasien peningkatan kadar antibodi, dan kalau mungkin dilakulm
i{osupresi berat dan mungkin terjadi akibat perluasan biopsi. Pada fase dini diagnosis dapat ditegakkan
tfocheobronchifis herpetik ke dalam parenkim paru. pemeriksaan PCR (Polymerose Chain Reoction).
nekrosis fokal biasanya terjadi kemudian klinis untuk menegakkan diagnosis infeksi dari
,Fneumonitis
/setelah penyebaran virus secara hematogen, yang harus dibuat secara akurat, yaitu adanya karakteristik
menimbulkan pneumonitis interstisial bilateral, dengan vesikular pada bagian tubuh yang terkena.
angka kematian tinggi, yaitu lebih dari 80%. lnfeksi HSVl terbaik dikonfirmasi di laborat
lnfeksi HSV-1 pada hatitidak biasa terjadi pada pasien dengan isolasi virus pada kultur jaringan atau
imunokompeten. lnfeksi HSV hati memiliki gejala demam, pemeriksaan antigen atau DNA-HSV dengan
peningkatan tiba-tiba serum bilirubin, aminotransferase sampel dari lesi yang dominan.
dan leukopenia (kadar leukosit < 4000 sel/mm3).
Komplikasi lain yang dilaporkan dari infeksi HSV-1 adalah
artritis monoartikular; nekrosis adrenal, trombositopenia PEM ERI KSAAN LABORATORI U M
idiopatik, dan glomerulonefritis.
lnfeksi HSV neonatal. Dari semua populasi yang Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis infeksi HSV
terinfeksi HSV-1, neonatus (bayi berusia kurang dari 6 dilakukan secara serologik dan virologik. Pe
minggu) memiliki frekuensi tertinggi. Tanpa pengobatan, serologik dengan ELISA, untuk menentukan titer
tingkat kematian keseluruhan dari herpes neonatal adalah lg M, lgG baik untuk HSV-I maupun HSV-2, dalam
65%, pemberian obat-obatan telah mengurangi angka untuk menjawab apakah sudah teg'adi infeksi HSV
kematian sebesar 257o. Variasi bentuk klinik terkait dengan atau reaktivasi. Pemeriksaan yang lebih akurat
infeksi HSV-1 dan HSV-2 dapat dilihat pada tabel 2. Western B/of, mendeteksi infeksi HSV, yang
metoda standar emas dalam pemeriksaan antibfodi.
tes ini hanya digunakan sebagai referensi dan
bila tes ELISA menunjukkan hasil yang meragukart
Pemeriksaan virologi, dengan berbagai
seperti dengan menggunakan mikroskop
imunofloresensi, PCR dan kultur virus
yang paling baik dengan sensitivitas dan
tinggi adalah kultur virus dari cairan vesikel
kulit. iika hasil tes positif, ini menunjukkan hamg*
akurat, terutama bila cairan dari vesikel primer-
pemeriksaan tersebut butuh waktu lama dan bi
Jenis metoda fremeriksaan laboratorium dengan
sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis HSV
pada tabel 3 dan tabel 4.

PENGOBATAN

= tidak biasa Sebelum diberikan antivirus, hal yang pokok


oleh penderita adalah kebersihan perorangan,
.E?.PES SIMPLEKS

tietoda
;: asi Virus lit / mukosa Laboratorium khusus
n -.tur sel)
lsi vesikel >90o/o baku standar Medium transport
ulkus 950/o -100% Kemudahan sampling Transport cepat,
dingin. proteksi dari
sinar
. scabs 70o/o Virus typing Hasil dalam 2-7 hari
. mukosa tanpa lesi 30o/o Resistan determinasi Tidak cocok untuk
fenotipe cairan serebro spinal
Biopsi Tidak diketahui Diperlukan
Hapusan pengaturan dengan
Konjungtiva/kornea laboratorium
Neonatus

- lgnosts Lesi kulit / mukosa 73-100% 100o/o Mudah, cepat, tidak Lesi optimal baru ;
: :clogik mahal, into ct b listers lamany a
-:anck's smear) 1-3 hari
Biopsi
Hapusan Konjungtiva/
kornea
: Ceteksi sel Hapusan, seksi 41-70o/" >95o/" Cepat (mungkin < 4 Vesikel baru
,:rg terinfeksi) jaringan, hapusan dari jam )
dasar vesikel Kemungkinan lyprng Laboratorium khusus
Tergantung teknikal
Tidak standar
l:teksi antigen Hapusan dari lesi 41-80o/o 80% Mudah sederhana Hanya sesuai untuk
, :.rs oleh EIA/ vesikel. isi vesikel den- vesikel baru
:- SA gan dasar vesikel Tidak diperlukan in-
tegritas sampel cepat
(mungkin <4 jam)
Mungkin Typing
leteksi Virus Cairan serebrospinal 97 -98o/o -100% PCR: Hanya laboratorium
l'rA oleh PCR3o/ Metoda amat sensiti{ khusus
Real-time PCR31 hasilnya antara 24-48
jam
Aqueous atau vitreous Metoda Virus typing Tidak standar
humour dan resistonce geno-
typing
Dipilih untuk LCS

Lesi kulit, isi vesikel Real-time PCR: Validasi tidak semua


atau mukosa tanpa Ropid omplification sampel
lesi
Analisis kuantitatif Risiko kontaminasi
mengurangi risiko kon- (PCR)
taminasi Biaya mahal (real-
Metoda pilihan utk lesi time PCR)
kulit
. -nber:Anzivino E et al. (2009)
VIROLOGI

:Spesivit:!],r ',f,egirtungan..;.',::1r
:1r-;,
1;..r,,: ,.X*|q$h!-t g,,',..; 1., .:,'.-.
,;10096:'r:: i;; .M,em beda,ka+, nt ar.a,, Tidak tersedia komersial,
a

' HSY-.1.drn:,Zr-, .r,'I.,,:,',',,:; Mahal


,Dr.ert.e,.k,-S,irr, : :r,ra rlAi, a,l: ttilil?=,3,h3ri.].:1 t, l.
:
.siiokonversi :: L* 1iq;-i, :

i.,l::','..: ,,:.r:::::, , '

' d,q,'P. sjs,+:'**"si;'


:,s!brlumhya.. nf eksi,, i
: : -.:: :.'r :., .

HSV,1,
'93.98%,.r::,,,
f.eis*dia,kom mqrsi,al. .r,,, ,.Ku rangl senq,ilif {d i bd,qdirrg-
ern eda*an: an,iare', kan dengan amplified
,H5V-1dan,llglftJ I':,:,". ,fiesff):
,iebih' .Ullrqndi ,.
Tei-Sedia, kotr*,e,fsi :l haaya
':*eiteri,bt}t:, ,... rr
r::.r.:. ,: flntuk,Flsv"2....:. .,.,:,.,

.87 -99iffo He si'l : :a,ku'r.a{ ..Ce p,at,,' a:,,'


: :,,
,(6 rnen!!.).,, ,: ., 1.' .l ',:,1 .- r '
:. ::' :::: I
Ta.rnpilan. rnudah?,,..: :1,. ::
!

,,,
Detekai,sefokonversi :'.., I
'IDalarnwql,4'r inggq,i Ia
j.::.:t:: .:: :,j:, : .:,:jl il
:',pr€ser,ria,s,i., d aij . 8 07;r
:,, :',
f
pasien dengan' t{SV{- il
Sumber : Anzivino E et al. (2009)

kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencuci Tiga senyawa yang direkomendasikan adaldftn
memakai air sabun dan aiL yang kemudian dikeringkan asiklovirl valasikloviri dan famsiklovir telah terbukti effi
mengingat bahwa kelembaban akan memperburuk dalam memperpendek durasi gejala dan lesi mukokutum
keadaan, memperlambat penyembuhan dan memudahkan infeksi HSV-1 dan juga infeksi penderita dengamr
terjadinya infeksi bakteri. Obat topikal acyclovir dapat imunokompromais dan imunokompeten. Form
dioleskan pada lesi. intravena dan oral mencegah rea]<tivasi HSV pada
Obat antiviral jarang diperlukan pada infeksi primeri imunokompromais seropositif selama kemoterapi i
tetapi dapat diberikan penderita reaktivasi. Pada umumnya atau pada periode segera setelah sumsum tulang
dapat digunakan asiklovir, tetapi dapat juga diberikan transplantasi organ padat. Asiklovir intravena (30
famsiklovir dan valasiklovir. Beberapa antivirus yang kg per hari, diberikan sebagai infus 1O-mg/kg lebih
tersedia untuk digunakan topikal pada infeksi mata HSV: jam pada 8-jam interval) efektif dalam mengurangi
idoxuridine, trifluorothymidine, vidarobine topikal, dan kematian dan morbiditas HSVl ensefalitis. lnisiasi
sidofovir. Untuk HSV ensefalitis dan herpes neonatus, terapi merupakan faktor penting dalam hasil. Efek
asiklovir intravena adalah pengobatan pilihan utama yang terkait dengan asiklovir intravena
Tujuan pemberian asiklovir adalah mencegah dan insufisiensi g injal, sebagai akibat kristalisasi senyawa
mengobati infeksi, menyembuhkan gejala seperti eritema, parenkim ginjal. Reaksi yang merugikan ini dapat dihi
vesikel yang berisi cairan, ulkus atau bekas ulkus, dengan jika obat diberikan perlahan-lahan selama 1 jam.
cara menghambat polimerase DNA. Asiklovir merupakan Dosis pemberian infeksi HSV-1 (60 mg / kg B8
obat yang paling banyak digunakan pada infeksi HSV-I, hari dalam 5 dosis terbagi), tetapi dapat pula ditn
dan HSV-2, yang tersedia dalam bentuk intravena, oral, 200 mg (a00 mg pada pasien yang memiliki responsi
dan topikal imunokompromais) 5 kali selama 5 hari. Tabel 5
Famsiklovir, merupakan obat yang juga secara klinis jenis antiviral infeksi HSV yang direkomendasikan.
mengobati HSV- 1 da n HSV-2.Va lasiklovi ri meru pa k an vo lyl
ester dari asiklovir yang memiliki bioavailabilitas lebih
besar dibandingkan asiklovir. Ganciklovir sebenarnya PENCEGAHAN
memiliki aktivitas baik pada infeksi HSV-1 dan HSV-2,
tetapi toksisitasnya lebih banyak dibandingkan dengan Keberhasilan upaya untuk mengendalikan penyakil
asiklovir, famsiklovir; dan valasiklovir. dalam populasi adalah melalui terapi antivirus
.E infeksi -' Nama obat
lflElf Non:gernital,{awal ataLt.. Asiklovir (200 mg oral 5 kali/hari, selama 5-10 hari) atau
frren) As,iktovir{S7o topikal 5 kali/hari selama 5 hari} {herpes labialiQ atau
:Asiklovir {370 zalf matq.S kdli/ha,ri selama 14 hari) tkeratitis HSV) -
ilElt Genital (awal) Asiklovir (200 mg oral 5 kali/hari selama 5-10 hari) atau
.\ralasjkIovir(500mgoralduakali/harise1ama5-t0hari)
-ffi/ Genitat (episode rekuren) Seperti untuk awal HSV genital'HSV atau ' '
Famsiklovir (125 mg 6i61 Zialilhlri selama 5 hari)
ffll5Y Genital (suppressisn.af re- Asiklovir (200 mg bra'f 3 kali,/hari atiu 400 mg oral d*a'kalilhari selama > 6 bulan) atail-
[lrBnces Valasiklovir (500 mg oral 1-2 kali/hari selama > 6 bulan) atau
'Famsiklovir (250'mg:sffi;6ilakalilhari selania > 6'bu[an] ,': :' : ' . :
'.
Gl/ awal berat; Ensefalitis H,SV Asiklovir (5-10 mg/kg intravena 3 kali/hari selama 7-21 hari)
tr penyebaran VZV , , Asi klovir jangka,panjang mungkin diperlukan untu k
ensefalitis reku r-en.
s-r-ber: Anzivino E et al. (2009)

@no'atau program pendidikan yang terbatas. Folker E, Oranje AP, Dulvenvoorden jN, Veen JP van der,
Penggunaan kontrasepsi (terutama kondom) Rijlaarsdam |U, Emsbrook |A : Tzanck smear in diagnosing
tnnrcngurangi kemungkinan penularan infeksi HSV-1, genital herpes Gentorin Med 1988,64:249-254.
Hanson KE, Alexander BD, Wood C : Validation of laboratory
i[dtn"rsusnya selama periode asimtomatik ekskresi virus. screening criteria for herpes simplex virus testing of
flmika lesi berupa vesikel, infeksi HSV dapat ditransmisikan cerebrospinal fluid. J.Clin.Micrcbiol 2007 ; 45 : 721.

dhn'il kulit-ke-kulit mesklpun menggunakan kondom. Harrison, Herpes Simplex, in Texbook Principle of Internal
Medicine, 15 ed Mc Grehill Omp. Inc. USA" 2009:1857-61
llflhrmun
demikian, data yang tersedia menunjukkan bahwa joong-wook, LEE : Herpes Simplex in Texkbook Control Of
Wsqgunaan kondom yang konsisten adalah cara yang Communicable Diseases, 18 ed World Health Organization,
cihrtif untuk mengurangi risiko penularan infesi HSV-2. 2009:129-31,.
Parker JN and parker FInI, Herpes Simplex : A Medical Dictionary,
Stuudi terbaru menunjukkan bahwa terapi antivirus harian Bibliography and Annotated Research Guide to Internet
pngka lama dengan valasiklovir juga dapat mengurangi Reference,2009.
mlffeksi HSV-2, khususnya di kalangan perempuan Reil H, Bartlime A, Drerup J, Grewing T, Korn K : Clinical
[Man. validation of new triplex real-time polymerase chain reaction
assay for the detection and discrination of Herpes simplex
Pencegahan infeksi HSV neonatal memerlukan virus type l and 2. J Mol Diagn 2008,10:36L-7.
pencegahan terutama pada ibu hamil trimester ketiga Swiss Herpes Management Forum: Swiss recommendations for
lbenamilan. ldentifikasi wanita atau pasangan rentan the management of genital helpes and herpes simplex virus
infection in the neonate, Swiss Med la/klv 2004, 134:.205-1,4.
urhadap akuisisi HSV pada kehamilan melalui pemeriksaan Tjotta E and Hoddevik G : Herpes Simplex'Virus (HSV1 and
mro{ogi adalah hal yang perlu dilakukan. f$YZ),, Texkbook of Virology, John Wiley & Sons Canada
Ltd,2002:127-36.
White DO, Ferme |J : Herpes Viruses, in Medical Virology, 4
ed.Aledin Press, Sandiago, New York,323-9.
IEFERENSI XuF, Sternber MR, Kotiri BJ, McQuilanGM, Lee FK, Nahmias AJ.
Berman SM, Markowitz LE : Trens in herpes simplex virus
&.mzir-ino E, Floriti D, Mischitelli M, Bellizzi A, Barucca V, type 1 and type 2 seroplrvalence in the United States, JAMA
Chiarini F et al. Herpes Simplex Infection in pregnancy and 2006,296 : 964- 73.
in neonate status of art of epidemiology, diagnosis, therapy
and prevention. Virology |ourn al, 2009 . 6 ; 40: 1.-11, .
4si<Ier- RL, Engleton Iv{, Pfiffer N. Ability of a rapid serology
test to detect seroconversion to herpes simplex virus type
2 glycoprotein G soon after infection. I CIin Microbiol 1999;
37:L632-3.
iarter JB and Saunders VA : Herpesviruses, in Texbook of
Virology, Principles and Applications, |ohn Wiley and Sons
Ltd Atrium, England, 2007:122-13.
rCnokGC and Zumla AI : Cutaneous Viral Diseases, in Texbook of
Mansorls Tropical Diseases,2l ed. 2008 : 835-51
:&sini VI, Glislanzoni M : The importance of diagnosing genital
herpes, J Antimicrob Chemother 2001,,47 :9-1,6.
hrrer DE and Cunningham AL : Herpes Simplex and Varicella-
zoster virus infections, Ml A 2002, 177 : 267 -73.
101
RABIES
I Ketut Agus Somia

PENDAHULUAN genus: lyssavirus, spesies: virus robies. Bentuk virus inu


seperti peluru berkapsula, berukuran panjang 180 rmm
Rabies merupakan penyakit zoonosis virus yang fatal. dan lebar 75 nm, yang tersusun dari lima jenis protaimr
Penyakit ini tersebar di seluruh benua dan endemis di yaitu: nukleoprotein (N), fosfoprotein (P), matriks protninr
beberapa Negara Asia dan Afrika. Diperkirakan 55.000 (M), glikoprotein (G) dan polimerase (L). Rhobdovirifu
orang meninggal karena rabies di dunia setiap tahun. umumnya terdiri dari dua komponen struktural utamn
Sekitar 15 juta orang di seluruh dunia mendapatkan yaitu ribonukleoprotein (RNP) di bagian tengah dan dF
vaksin profilaksis pasca paparan akibat gigitan hewan liputi oleh envelope pada bagian luar. RNP dibentuk offii
penular rabies (HPR).1 Penyakit rabies merupakan masalah nu kleoprotein dan dihu bu ngkan dengan fosfoprotein dmr
kesehatan yang penting di lndonesia, oleh karena kasusnya polimerase (L-protein). Glikoprotein membentuk qpffi,
terus meningkat di beberapa daerah, sehingga secara seperti paku pada bagian permukaan luar virus
keseluruhan meningkatkan status rabies di lndonesia dari panjang 10 nm yang berperan sebagai antigen
negara dengan low endemic menjadi medium endemic.z yang menginduksi dan mengikat antibodi penetral
Selain itu juga karena luasnya daerah rabies di lndonesia, Sedangkan envelope dengan RNP dihubungkan
banyaknya kasus gigitan HP& dan penyebarannyayang matriks protein (M).s(Gambar 1), .
cepat. Disamping itu penyakit ini juga memberikan Replikasi virus pada sel pejamu dapat di
dampak ekonomi yang besar karena tingginya biaya menjadi 3 fase. Fase pertama, diawali fusi
vaksin untuk profilaksis pasca paparan pada kasus virus dengan membran sel, kemudian terjadi
gigitan HPR. Pemerintah saat ini sedang mempercepat glikoprotein virus dengan reseptor permukaan
program penanggulangan dan pengendalian dengan pada sel pejamu, selanjutnya melalui mek
mencanangkan program lndonesia bebas rabies pada endositosis, virus berpenetrasi ke dalam sitoplasma
tahun 2020.3 kedua, terjadi transkripsi dan replikasi genome vinrs
sintesis protein virus. Fase ketiga, terjadi
s
pelepasan virus dari sel yang terinfeksi.
DEFINISI

Rabies merupakan penyakit infeksi susunan syaraf pusat EPIDEMIOLOGIS


akut pada manusia dan hewan mamalia berdarah panas
yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini di lndonesia lnsidensi
dikenal sebagai penyakit anjing gila.l-3 Rabies tersebar hampir di seluruh benua,
antartika. Data rabies yang akurat di beberapa
sulit ditemukan, sehingga sulit untuk mengetahui
ETIOLOGI penyakit ini secara global.l Berdasarkan status
rabies, negara di Asia Tenggara yang dinyatakan
Virus rabies merupakan kelompok virus RNA negative- rabies adalah Maldives dan Timor Leste.2 Di Asia
stranded, ordo: mononegaloviroles, family: rhobdoviridae, diperkirakan 1.4 miliar orang berisiko terinfeki
pada orang yang tidak divaksinasi, yang mengalami gigitan
multipel, berat,.di daerah kepala adalah 50 - 80%; gigitan
multipel, berat, pada jari tangan, tangan atau lengan
adalah 15-40o/o; gigitan multipel, berat, ditungkai bawah
adalah 3 - 10o/o.8

Ribonukleoprotein PATOGENESIS
{hrbar 1. Struktur virus rabies.6
Patogenesis infeksi virus rabies melewati 4 tahap proses
yaitu: replikasi virus pada lokasi paparan, penyebaran ke
thindi 19 juta kasus gigitan anjing dan sekitar 4 juta susunan syaraf pusat, penyebaran di dalam susunan syaraf
mndapatkan satu atau lebih dosis vaksin. Setiap tahun pusat, dan penyebaran dari susunan saraf pusat. e,10

'ffcrkirakan 21.000 - 24.000 orang meninggal karena Setelah virus diinokulasikan pada tempat gigitan,
nr{fts di Asia Tenggara.2 glikoprotein virus akan berikatan dengan reseptor
Ferkiraan angka absolut jumlah kasus rabies per tahun nikotinik (asetilkolin) pada permukaan sel syaraf dan
dlHonesia (150 - 300 kasus) lebih rendah dibandingkan juga berikatan dengan reseptor lain, molekul adhesi sel
&rgan lndia (18.000 - 20.000 kasus), Bangladesh (2.000 neural, yang terdapat pada membran presinap. Pada
-5In0 kasus) dan Myanmar ('1000 kasus).2 Sampai akhir paparan perinhalasi, virus masuk melaluijalur nasal dan
CIl:ln 2010, kasus rabies di lndonesia sudah menyebar di mencapai otak melalui jalur olfaktorik. Pada paparan
tpovinsi, sehingga hanya 9 provinsi yang bebas rabies per-oral, transmisi terjadi melalui kerusakan integritas
yJur Bangka Belitung, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa mukosa saluran cerna. Pada tempat inokulasi tersebut
thmgah, Yogyakarta, Jawa Timur; Nusa Tenggara Barat, Papua virus kemudian memperbanyak diri.e,10
Luat dan Papua. Dari Januari sampai 31 Desember 2010 Dari tempat inokulasi, virus menyebar secara
thrcatat 78203 kasus gigitan HPR dan 206 kasus kematian retrogrode melalui sel syaraf motorik dan sensorik, menuju
lhrena rabies. Provinsi Bali merupakan daerah yang paling syaraf pusat dengan kecepatan 15 -100 mm/hari dan
lLrnggi kasus gigitan HPR (60.434 kasus) dan kasus rabies menginfeksi batang otak, diensefalon dan hipokampus. 1,s,10

iliflil'lll4 kasus). Di Bali, terjadi peningkatan kasus rabies yang Setelah mencapai syaraf pusat virus kemudian
rytyaitu tahun 2008 terjadi4 kasus, tahun 2009 sebanyak menyebar secara antegrade menuju beberapa organ
&kasus, dan tahun 2010 sebanyak 82 kasus.T melalui susunan syaraf somatik dan otonom terutama
melalui jalur parasimpatiq yang bertanggungjawab
L.ervqil dengan infeksi pada kelenjar ludah, kornea, kulit,jantung,
ilm{ing adalah reservoir rabies yang paling penting. Kasus pankreas, medulla adrenalis dan organ lain. lnfeksi virus
@a manusia dilaporkan juga terjadi karena gigitan a kan menim bu lkan infiltrat dan nekrosis'seluar.s,10
lhrcing dan hewan liar; luwak(Herpestes spp), rubah (Vulpes Kepekaan terhadap infeksi dan lamanya masa inkubasi
,ilmgralensis) dan serigala (Conis lupus). Gigitan anjing bergantung pada strain virus, genetik dan imunitas
'mrupakan sumber utama infeksi pada manusia di seluruh pejamu, jumlah reseptor lokal pada sel pejamu, jumlah
fitrgara endemis rabies dan 960/oterjadi di Asia Tenggara. inervasi pada tempat gigitan, jumlah inokulum, beratnya
l|Mgan demikian eliminasi rabies pada manusia adalah luka gigitan, dan jarak tempat luka gigitan dengan syaraf
hqantung dari eliminasi rabies pada anjing.l'2,a Pusat.s-10

{Gra Penularan
@ara penularan virus rabies ke manusia dapat dibedakan MAN!FESTASI KTINIS
rnnrmnjadi2 yaitu secara alamiah (non-iatrogenik) dan
imrogenik. Penularan secara alamiah, melalui dua cara Manifes&si klinis rabies pada manusia dapat dibedakan
Wilul inokulasi virus oleh gigitan hewan dan melalui kontak menjadi bentuk klasik dan bentuk non klasik atau atipikal.
'dhput mukosa. Sedangkan penularan secara iatrogenik Bentuk non klasik sangat jarang dijumpai dibandingkan
mnah dilaporkan dari manusia ke manusia (resipien yang dengan bentuk klasik, biasanya lebih sering terjadi karena
mnendapat ja ri ngan tra nsplantasi yan g terkontaminasi) gigitan kelelawar. Gambaran klinis bentuk non klasik
fui melalui udara (droplet atau aerosol) pada petugas meliputi nyeri neuropatik, gangguan sensoris dan motoris,
lfi$oratorium.s gerakan koreiform pada ekstremitas tempat gigitan selama
Risiko tertular rabies tergantung pada lokasi gigitan fase prodromal, tanda-tanda gangguan fokal batang otak,
rdtn keparahan gigitan. Dilaporkan risiko terinfeksi rabies gangguan pada syaraf kranial, mioklonus dan kejang.lo
Gambaran kli//bentuk klasik terdiri dari 5 fase yaitu: paresis pada keempat ekstremitas serta gangguan sfingter
masa inkubasy'ase prodromal, fase neurologis akut,
,/.
ani. Beberapa kasus disertai hidrofobia dan pada fase
koma da1kdmatian.lo,l1 Masa inkubasi bervariasi antara lanjut terjadi spasme otot laring.11,1a
2 mingglu sampai 6 tahun (rata-rata: 2-3 bulan).1 Masa Koma dengan paralisis flaksid generalisata dan
./ffiasr sangat tergantung pada jumlah virus dan lokasi respirasi serta kegagalan vaskuler terjadi setelah sindrom
,,.' gigitan. Semakin dekatjarak antara lokasi gigitan dengan neurologis akut. Sebagian besar pasien meninggal setelah
susunan syaraf pusat maka akan semakin pendek masa 2 minggu timbulnya koma. 11,1a(Gambar 3)
inkubasi.10,11
Fase prodromal, berlangsung 2 sampai 10 hari, diawali
dengan gejala rasa baal, nyeri, gatal pada lokasi bekas
luka gigitan. Gejala lainnya adalah lemas, cepat lelah,
mual, muntah, nyeri kepala, nafsu makan menurun dan
demam. 10,1r,14
. Fase neurologis akut. biasanya berlangsung 2 sampai
7 hari, dapat dibedakan menjadi bentuk galak/ furious
(80%) dan bentuk paralitik/ dumb (20o/o), tergantung
dari organ yang dominan terinfeksi di otak atau
medulla spinalis. Bentuk galak menunjukkan episode
hipereksitabilitas, yang terjadi secara spontan atau dipicu
oleh rangsangan sensorik (auditorik, visual, olfaktorik).
Episode hipereksitabilitas berlangsung dalam beberapa
menit, ditandai dengan kebingungan, hiperestesia, Gambar 3. Rabies klasik tipe galak pada fase koma. (fob
halusinasi, agitasi dan tingkah laku agresif, yang Agus Somia)
kemudian diikuti oleh fase tenang. Perubahan tingkah
laku tersebut terjadi karena infeksi pada neuron di area
1imbik.10,11,14 Sekitar 50% - 807o pasien menunjukkan DIAGNOSIS
tanda hidrofobia, yang merupakan manifestasi klinis
khas rabies.la(Gambar 2) Pada awalnya pasien mengalami Diagnosis Klinis
nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan. Pada saat Diagnosis klinis lebih mudah ditegakkan bila telah
menelan terjadi kontraksi diafragma dan otot - otot tanda-tanda hidrofobia atau aerofobia dan
pernafasan lain, yang berlangsung sekitar 5 - 15 detik. riwayat gigitan HPR. WHO mengklasifikasikan kasus
Hidrofobia dapat dirangsang dengan memberikan rabies pada manusia menjadi:a
minum airi melihat air atau mendengarkan kata-kata air. Suspect: bila sesuai dengan definisi klinis kasus,
Hembusan udara pada kulit juga dapat menimbulkan bila dijumpai sindroma neurologis akut
efek yang sama (aerofobia).1a Tanda klinis lain yang yang didominasi oleh bentuk galak (furious
merupakan disfungsi autonomik meliputi hipersalivasi, atau sindrom paralitik (dumb rabies) yang
hiperlakrimasi, berkeringat, piloereksi dan priapismus memburuk menjadi koma dan meninggal,
t'ta sering oleh karena gagal pernafasan, dalam
Pada laki-laki.1o'r
Rabies paralitik ditandai oleh kelumpuhan berupa 7-10 hari setelah gejala awal, jika tidak
terapi yang intensif.
. Proboble: kasus suspekdengan riwayat kontak
hewan terinfeksi rabies
. Confirmed: kasus suspek yang sudah d
dengan pemeriksaan laboratorium.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding tergantung pada bentuk kliri
neurologis akut. Pada rabies galak perlu dipikirkan
tremens, botulism, difteri, keracunan obat (am
dan phenothiazine) dan tetanus. Tetanus bisa
setelah gigitan binatang; luka pada kepala da
dapat menyebabkan tetanus cefalik dengan
Gambar 2. Rabies klasik tipe galak pada fase neurologis akut,
hipereksabilitas. (foto oleh Agus Somia) trismus, kekakuan pada wajah. spasme faring
./
Pada t!*aius terdapat spasme otot diantara serangan dan 4. Ribavirin dan amantadine.
ada meningoensefalitis.l2 - Ribavirin bekerja dengan cara menghambat
Diagnosis banding pada rabies paralitik adalah sintesis RNA melalui hambatan pada inosin
smdrom Guillan-Barre, polio, ensefalitis karena herpes 5'-monofosfat dehidrogenase. Sedangkan
mmiae dan ensefalitis karena arbovirus. Pemeriksan cairan Amantadine merupakan antagonis non kompetitif
mrebrospinal pada sindroma Guillan-Barre, ditemukan reseptor N- methyl-D-aspartate (NMDA). Efek
pe,ningkatan protein dan jumlah sel yang normal, anti virus rabies kedua obat tersebut tampak
*tangkan pada rabies dijumpaijumlah protein meningkat pada biakan sel.16
fur sel pleositosis. Pada polio jarang disertai gangguan 5. lnterferon.
snsoris. Ensefalitis herpes simiae ditransmisikan oleh - IFN a dapat menghambat replikasi virus rabies
gryitan kera, masa inkubasinya sangat pendek (3 hari) pada biakan sel dan hewan coba. Tetapi pemberian
,dian tampak vesikel pada luka gigitan. Ensefalitis karena IFN q secara lokal dan sistemik pada kasus rabies
mbovirus bisa menunjukkan gejala mirip dengan rabies pada manusia, belum memberikan manfaatsecara
palitik, tetapi riwayat gigitan binatang merupakan kunci klinis.l6
yrumg dapat membedakan dengan rabies.l2 6. Ketamine.
- Ketamine memiliki efek anti-rabies melalui
kneriksaan Laboratorium interaksi antagonist non kompetitif pada reseptor
Smsimen pemeriksaan laboratorium dapat berupa saliva, NMDA, dan juga efek anastesi disosiatif. Ketamine
mrum, cairan serebrospinal, urine, biopsi kulit leher, epitel dosis tinggi, menghambat transkripsi genome
hrnea dan biopsi otak. Metode pemeriksaan meliputi virus rabies.16
etkbksi antibodi terhadap virus, deteksi antigen melalui
Terapi agresif tersebut dianjurkan pada pasien yang
Mt fluorescent antibody fesf (FAT) atau ELISA, deteksi memiliki faktor-faktor sebagai berikut:1a1s
H!i{Avirus dengan pemeriksaan polymerose choin reaction
1. Pernah mendapat vaksin rabies sebelum awitan gejala
IISCR),isolasi virus, dan pemeriksaan histopatologis untuk
sakit.
mre{ihat negri bodies yang patognomonik pada rabies.l3
2. Usia muda.
pastiditegakkan bila dijumpai hasil rabies positif
fiDhagnosis
rfungan salah satu atau lebih pemeriksaan laboratorium di
3. lmunokompeten dan sehat sebelumnya.
dtr6-1
4. Rabies yang disebabkan oleh gigitan kelelawar.
5. Segera terbentuk antibodi penetral virus rabies pada
serum dan cairan serebrospinal.
6. Gejala neurologis ringan pada saat terapi dimulai.
KilATALAKSANAAN
Hindari pemberian kbrtikosteroid oleh karena
Mlatalaksanaan dilakukan di ruang perawatan isolasi. memperpendek masa inkubasi dan meningkatkan
ffiilrgas kesehatan yang melakukan tindakkan intubasi, mortalitas. Selain itu kortikosteroid menuunkan distribusi
'mrr;op atau tindakan yang berisiko terpapar lainnya harus obat-obat melewati sawar darah otak. Kortikosteroid
nnrnakai alat perlindungan diri (APD) yang sesuai. Pend- hanya diberikan bila terjadi insufisiensi adrenaJ. 10'1s
uaffia yang menunjukkan tanda-tanda fase galak sebaiknya Pada tahun 2005, dilaporkan satu kasus rabies di
,&t pada tempat tidurnya.l Milwaukee yang sembuh dengan induksi koma. Pasien
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk rabies. tersebut mendapat obat kombinasi anti kejang (ketamine
ffiratalaksanaan rabies hanya bersifat suportif. The working 2 mg/kgBB/jam, midazolam 1- 3,5 mglKgBB/jam dan
qlmuip for the monogement of human robies menyarankan fenobarbital) dan antivirus (ketamine, ribavirin: dosis awal
Fstalaksanaan agresif sebagai berikut:141s 33 mg/KgB dilanjutkan dengan dosis rumatan 16 mglKgBB
lItrtr; Pemberian vaksin rabies di beberapa tempat secara setiap 6 jam, dan amantadin: 200 mg/ hari per-enteral),
intradermal. tanpa pemberian vaksin anti rabies.18'1e Namun beberapa
- Pemberian secara intradermal dilaporkan laporan*menyebutkan kegagalan dengan pendekatan
mempercepat terbentuknya respon kekebalan, reg i men tera pi i nd u ksi koma tersebut.l4l s'l 7'20'21
di-bandingkan pemberian secara intramusku lar.
8 Pemberian immunoglobulin rabies.
- lmmunoglobulin rabies diharapkan dapat KOMPLIKASI
menetralisasikan virus.
t Pemberian antibodi monoclonal. Komplikasi yang bisa terjadi meliputi:17
- Antibodi penetral virus rabies secara intravena . Komplikasi pada jantung, kemungkinan karena
dan intratekal. infeksi pada sistem syaraf otonom atau miokardium
VIROLOGI

meliputi: sinus takikardia, gagal jantung, PENCEGAHAN


hi i dan henti jantung. Aritmia jantung yang
meli li wandering atrial/nodol pacemaker, sinus Pencegahan infeksi rabies pada manusia dapat dilakukan
ikardia dan supraventrikular atau denyutan melal u i pemberian profi laksis prapapa ra n dan profilaksis
pasca paparan.
. Komplikasi pada sistem penafasan: hiperventilasi,
hipoksemia, gagal nafas, atelektasis, pneumotorak, Profilaksis Pra-Paparan
dan pneumonia aspirasi. Vaksinasi pra paparan dianjurkan pada orang yang
. Komplikasi pada saluran cerna: perdarahan saluran diperkirakan berisiko terpapar karena pekerjaan dan
cerna. perjalanan wisata ke daerah epidemik. Tabel 1. menunjukkan
. Komplikasi endokrin:sindroma inoppropriote secretion kriteria pemberian vaksinasi pra paparan rabies.
of antidiuretic hormone dan diabetes insipidus. Dosis dan jadwal vaksin pra-paparan yang dianjurkan
. Gangguan pada hipotalamus: hipertermia atau adalah vaksin anti rabies (VAR) dosis 0.5 ml secan
Jripotermia. intramuskular (lM) pada hari ke 0,7 dan 28 di otd
deltoid.21,22

PROGNOSIS Profilaksis Pasca-Paparan


Profilaksis pasca paparan merupakan cara yang palingl
Angka kematian hampir 100%, bila telah timbul manifestasi efektif untuk mencegah infeksi rabies setelah terpapu.
klinis. Penyebab kematian yang paling sering adalah gagal Profilaksis pasca paparan harus segera diberikan blhr
pernafasan.a Sejak tahun 1970 sampai saat ini, terdapat dicuriga digigit HPR, tanpa menunggu hasil kepastimr
6 laporan kasus rabies pada manusia yang sembuh, 5 laboratorium atau observasi HPR. Pemberian profilalsfo;
kasus diantaranya telah mendapatkan profilaksis pasca pasca paparan bisa dihentikan bila HPR masih tem
paparan sebelum timbul gejala klinis. Semua kasus yang hidup setelah 10 - 14 hari masa observasi, atau bila hd
sembuh merupakan bentuk paralitik yang didiagnosis pemeriksaan laboratorium diagnosis pasti rabies HPRyrryt
dengan pemeriksaan antibodi spesifik pada cairan telah ditangkap atau dibunuh adalah negatif. 21-2a
sereb ros p ina 1.10,18,20

Katagori Slfatrlsll(o::,ri':' I .' . r:ir":i, :.::'::l Populasi


risiko'r,
Kontinyu . Terdapatvirus dalam konsentrasi Petugas. laboratorium, peneliti V.4!rineg!.dasq {3
tinggi, terus menerus rabies T.er serolggrg s
. Sumber paparan spesifik yang Pekerja vaksin rabies bufAfr
i' :'::r'

tidak diketahui :vdkiinarinil*ang ir'txta


.r.-' Gjgitafl;.,bukan,gigitail.atau, Antib6dir,iJi,. ha\,!reh
aerosol ffll r .: ..,::.:,.;. :. . , "'
:S€ring:':,,-. ,':' .r.. paparan biaianya epjsodik ',,.: 'r :, pglsnur laboratorium diaghogtik \/ak$hla€iralasar:d3:
, lt.:
r,: :SUmber :,papqran,. d ikela-hui; rabies .Tes,peroiagi+setiap
. , ., 1'

:: :tetapi mungkir-r juga.tidak.. , ,,,, . Dokter hewan Vgksinggi ,p1a.ngan


,., ,Mungklp,gigitaq bukan gigitap . . Petugas pengendali binatang dan kadqq,!!ter, antjbodi "
atau aerosol margasatwa pada area epizootic Ul/ml ''
:'! :,:. i' I i:::: t I rl,. -:;t,.: , , -rabies
.la.aan i{le6ihr', f .., :rPafl,ai.a{i. :rha gi piii':,ie,lartu:, Dokter hewan Vaksinari "dasnr 6
q:qrl.. epiiodili , .Petugas pengendali,binatang dafi'' Tes.serolog,i$Sefap
'sn*ng
.p'O'P.u.La'i:l ,, . Sumber paparan diketahui ,,'margasatwa,pada,daeffi ihsii*in,r Vaf.sinaSi u{aEgin
uBluf{l):,:::' :: ,,.,,,.,*rr*.r*r.r,,g.u1ah, gjgiier!:,.',.,:: rabies yang rendah .'antibodi'xr05'U1ftil
. .,Mahaslswsrkedo.kferan helvan,,,"., r

:,Wisatawan,yqng..berkunjq4g..,ke,, ,;, Ti,fl.,q,l.g1 rd:i q n .u


tr . : :;: : : r'.: -:: .-.: .: : . ... ital: :i daerah enzootik rabies, dimana s-erp.Jaglsdan
: fasilitas perawatan medis dan
1..,:,:.:'' I::l': vaksin terbatas
$,qj:!Sat jaralS.i .. .,,-Paparan.bdrs'rf1lt qpisodik,, .,,, Populasi pada umumnya termasuk
. Sumber paparan diketahui yang tinggal di area epizootic
. Gigitan atau bukan rabies
751

Hal - hal yang perlu dinilai pada paparan adalah vaksin rabies. Pada kasus dimana terjadi lokasl luka
lpilrns paparan, epidemiologi rabies di daerah terjadinya yang multipel, luas, serta volume SAR tidak cukup
tmaran, status klinis dan riwayat imunisasi rabies HPR disuntikan pada semua luka tersebut, maka bisa dilakukan
gnrrq menggigit, serta pemeriksaan laboratorium untuk pengenceran dengan larutan salin steril sampai volumenya
mengetahui status hewan yang menggigit. Urutan mencukupi untuk disuntikan pada semua tempat, namun
mrnqrah-langkah penatalaksanaan setelah paparan gigitan dosis SAR tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
dilflq adalah. 21-24
Bila oleh karena situasi tertentu SAR tidak tersedia pada
.' Perawatan luka.
saat kunjungan pertama, maka SAR masih bisa diberikan
paling lambat 7 hari dari tanggal injeksi VAR pertama.
- Perawatan luka harus dilakukan sesegera mungkin
Kelemahan pemakaian ERIG dibandingkan HRIG adalah
untuk mengeliminasi dan menginaktifkan virus
risiko terjadinya anafilaksis pada ERIG lebih sering di-
rabies yang diinokulasikan pada luka jaringan.
- bandingkan HRlG.22-24
Perawatan luka meliputi pembersihan luka selama
VAR berperan merangsang respon kekebalan tubuh
paling sedikit 15 menit, memakai air mengalir dan
terhadap rabies. Setelah pemberian VAR, antibodi penetral
sabun atau deterjen. Bila tidak terdapat sabun
rabies mulai tampak di sirkulasi pada hari ke 7 sampai 10
atau deterjen, luka bisa dibersihkan dengan
setelah vaksinasi, mencapai puncaknya pada hari ke 14- 30
menyemprotkan air bersih saja.
- dengan kadar minimal 0.5 lU/mL dan kemudian menurun
Disinfeksi luka dengan etanol (700m1/L) atau
sedikit dan bertahan paling tidak selama setahun.2a VAR
iodine povidon alau zal antiviral lainnya.
- yang dianjurkan oleh WHO dan Departemen Kesehatan
Perawatan non spesifik lainnya adalah tunda
Rl adalahpunfled robiesvoccinesyang berasal dari biakan
penjahitan luka. Jika luka memang harus dijahit
jaringan atau telur yang bertunas (embryonoted eggs).23'2s
maka harus dipastikan sebelumnya sudah
VARyang banyak beredardan dipakai adalah Purified
diberikan imunoglobulin secara lokal bila ada
inactivoted robies voccine yang merupakan vaksin beku
indikasi.
- kering, virus rabies (WISTAR strain MBIES PMAVI 38-
Pemberian antibiotika dan tetanus toksoid jika
1503-3M) yang diproduksi dari VERO cell /ine. Dosis VAR
ada indikasi.
I pada orang dewasa adalah 0,5 ml secara lM atau 0.1 ml
Setelah perawatan luka, selanjutnya pemberian
imunoglobulin (serum anti rabies/SAR) dan vaksinasi intradermal (lD). Lokasi suntikan lM adalah pada otot regio
anti rabies (VAR) sesuai dengan indikasi berdasarkan deltoid. Tidak dianjurkan suntikan pada otot gluteus, oleh
karena pada daerah gluteus terdapat banyak lemak yang
katagori paparan, tabel 2.
dapat memperlambat terbentuknya antibodi penetral
SAR berperan sebagai imunisasi pasif yang bertujuan rabies yang adekuat.2a Lokasi suntikan lD adalah pada 2
rlmrennberikan antibodi penetral yang cepat, sebelum sistim tempat aliran limfe yang b6rbeda, biasanya pada lengan
iie*ebalan tubuh membentuk antibodi sendiri. Terdapat 2 atas kanan dan kiri. Jadwal pemberian VAR pada orang
pnis SAR yaitu: humon robies immune globulin (HRIG) dan dewasa menurut WHO dapat dilihat paclb tabel 3.23
Wine rabies immune globulin (ERIG). Dosis HRIG yang Regimen Essen merupakan baku emas jadwal
rdianjurkan adalah 20 lUlKg BB, sedangkan dosis ERIG pemberian VAR pasca paparan. Regimen Essen banyak
ilblah 40 lUlKgBB. Pemberian dilakukan secara infiltrasi dipakai di Amerika dan Eropa, serta dipakai acuan di
mada luka sebanyak-banyaknya. Sisanya disuntikan secara Amerika Utara.zz Regimen Essen dianjurkan pada pasien
ildl dalam di tempat yang jauh dari tempat penyuntikan dengan imunokompromais dan sedang memakai obat

E:agorl'pEparnn
: l:i: ::: . . '
tratagorl:i',I'..,',, : .
. : :.:.. :1.

I*agori,ll ;;':r',1' "'

fatagori:lll' ,,,:
752 VIROLOG

antimalaria.2a Pada tahun 2010, The American Advisory Profilaksis Pasca Paparan pada Paparan UIang
Committee on lmmunizotion Practice (ACIP) melakukan Jadwal vaksinasi yang dianjurkan pada orang ya-;
revisi pedoman pemberian VAR pasca paparan, dengan sebelumnya telah mendapat vaksinasi rabies tergantu-:
mengurangijumlah vaksinasi dari 5 menjadi 4 dosis yang pada beberapa hal seperti jumlah vaksin sebelumn.,:
diberikan pada hari ke 0,3,7, dan 14.26 Bukti - bukti rentang waktu antara vaksin sebelumnya deng:-
menunjukkan bahwa pemberian 4 dosis, kombinasi paparan terakhir, kondisi klinis pasien, dan jenis va<. -
dengan SAR bila ada indikasi, sudah memberikan respons yang digunakan sebelumnya. Orang yang sudah per-:-
kekebalan yang adekuat.2627 mendapat vaksinasi lengkap sebelumnya tidak dianju r. : -
Depkes Rl memakai regimen Zagreb sebagai acuan mendapat SAR pada saat kembali mendapat papa': -
pedoman penalaksanaan pemberian VAR pasca paparan ulang. The Sao Paulo technicaL report on human ro:.::
gigitan HPR.2s Keuntungan pemakaian regimen Zagreb prophyLoxis menganjurkan jadwal vaksinasi rabies E=:,
dibandingkan regimen Essen adalah jumlah dosis vaksin paparan ulang.lo
yang diperlukan lebih sedikit (dari 5 dosis menjadi 4
dosis) dan frekuensi kunjungan ke poliklinik lebih jarang Profilaksis Pasca Paparan pada Kondisi Khusus
(dari 5 kali menjadi 3 kali), sehingga secara keseluruhan . Pasien yang telah mendapat profilaksis pra-pap:-:'
biaya menjadi lebih murah.22 Regimen Zagreb juga dapat - Penatalaksanaan kasus paparan pada c'. - _:

merangsang pembentukan antibodi lebih cepat, dan yang telah mendapat profilaksis pra-pap'':"
mungkin lebih efektif bila tatalaksana profilaksis pasca meliputi:
pajanan tidak memakai SAR.28 Kelemahan regimen ini - Perawatan luka gigitan yang sama seperti d =:=-
adalah petugas kesehatan tidak dapat menilai tanda awal - Tidak dianjurkan pemberian SAR, oleh k:'=- r
infeksi dari luka gigitan yang sering tampak pada hari sistim kekebalannya telah terbentuk, seh - ; ; i
ke-3.24 pada saat pemberian dosis vaksin lagi atau , :, .
Pemberian secara ID efektif mengurangi volume penguat, sistem kekebalannya akan meno - ' :
dan menekan biaya vaksin sampai 60 - 80%,23 sehingga respons kekebalan anamnestik segera.
metode ini sangat ekonomis untuk negara-negara dengan - VAR diberikan pada hari ke 0 dan 3 s: -.
penghasilan rendah.2e Pemberian secara lD memerlukan |M.22,23

tenaga kesehatan yang terlatih. Vaksin disuntikkan secara - VAR dengan dosis dan jadwal yang 1e- -- ' -
lD, sampai terbentuk "bleb" pada kulit. Jika pemberian seperti pasien yang belum pernah me- :.:,'
tidak benar, maka pemberian vaksin harus diulang.22'23 profilaksis pra-paparan, diberikan bila: :,-." r

Tabel 3. Cara, dosis dan jadwat pemberian VAR menurut WHO.23

Cara pemberian Dosis dan Jadwal pemberian


lntramuskular (lM) . 1 dosis diberikan pada hari 0,3,7,14, dan 28 (Regimen Essen)
. 2 dosis pada hari ke 0 diberikan pada otot deltoid kanan dan otot deltoid kiri,
. selanjutnya 1 dosis pada hari ke-7 dan 21 (Regimen Zagreb)
lntradermal (lD) 1 dosis di lengan atas kanan dan lengan atas kiri pada hari ke 0, 3, 7 dan 28 (regimen Thai Red Crc::

Tabal, 4- Vaksinasi Rabies pada Faparail Ulang.lo


Waktu paparan ulang setelah Kelengkapan vaksinasi Anjuran vaksinasi (dengan memakai culture
vaksinasi sebelumnya sebelumnya cell robies vaccine)
Kurang dari 15 hari Lengkap Tidak perlu vaksinasi
Tidak lengkap Vaksin diberikan untuk melengkapi jadwa ,ilusl*
nasr
Antara 15 sampai 90 hari Leng ka p I rOaK peflu vaKSrnasr

Tidak lengkap (vaksinasi Berikan 4 dosis, pada hari 0,3,7,28


sebelumnya 1 atau 2 dosis)
Tidak lengkap ( vaksinasi Berikan 2 dosis, pada hari 0 dan 3
sebelumnya 3 atau 4 dosis)
Setelah hari ke 90 Lengkap Berikan 2 dosis, pada hari ke 0 dan 3

Tidak lengkap Berikan vaksin sesuai jadwal


vaksin yang dipakai /mnya kurang dan pada ]ackson A. Human disease. In: |ackson AC, Wunner VWI, editors.
pasten tmuno s_ " Rabies. 2d ed. Amsterdam: Elseiver; 2N7. Chap!er7,p.309 -33.
. Kehamilan McKay N, Wallis L. Rabies: a review of UK management. Emerg
Med I. 2005;22:31-6-2'1..doi 10.1136 / 3mj.2003.013805.
- P rofila ks is paparan bukan merupakan Trimarchi CV Nadin-Davis SA. Diagnostic evaluation. In: ]ackson
kontrai kasi. Belum ada laporan terjadinya AC, Wunner WH, editors. Rabies. 2"d ed. Amsterdam:
a alitas fetus akibat pemberian vaksinasi Elseiver; 20C7. Chapter 10, p.47L-62.
Jackson AC. Update on rabies diagnosis and treatment. Current
..pabies.22,23 infectious disease reports [Intemet]. 2009 [cited 2011 Oct
Fi.sien i mu nokom promais 21,1;11:296-301.. Available hom: http: / / www.springerlink.
- Pada pasien imunokompromais, seperti pasien com/ content/ 85833134162
c 6487 /
]ackson AC. Therapy of human rabies. Advances in Virus Research.
dengan HIV - AIDS atau penyebab imunosupresi
2077;7 9 : 366-72. doi: 10.1016 / 897 8-0-12-387 040-7.00017 -2.
yang lain, tidak memberikan respons yang baik Smith TG, Wu X, Franka R, Rupprecht CE. Design of future rabies
terhadap VAR. Sehingga pada pasien tersebut biologics and antiviral drugs. Advances in Virus Research.
201-1,;79: 345- 63.doi: 10.1016 / B97 8-0-12-387M0-7.000L6-0.
harus mendapat perawatan luka yang cepat dan
Jackson AC. Rabies in the critical care unit: diagnostic and
adekuat. SAR diberikan pada paparan kategori therapeutic approaches. Can.J.Neurol. Sci.201l;38:689 -95.
ll dan lll. Dosis dan jadwal VAR harus lengkap. Willoughby RE, Tieves KS, Hoffman GIr.{, Ghanayem NS. Amlie-
Dianjurkan melakukan pemantauan respons Lefond C\4 Schwabe M] et al. Survival after treatment of
rabies with induction of coma. NEIM [Internet]. 2005 [cited
antibodi setelah vaksinasi. 22,23
2071, Oct 27);352(24):2508-1.4. Available from: http: / / www.
nejm. orgl doi/ pdfl 10.1056/ NEJMoa050382.
ftk Samping Vaksin Hu WT, Willoughby RE, Dhonau If Mack K]. Long-Term Follow-
ffiex samping vaksin yang berasal dari biakan sel meliputi: up after treatment of rabies by induction of coma. NEIM
[Intemet] .2007 [cited 2011 Oct 2tl;357 (\: 9aS-6. Availabte from:
marsi lokal (35 -45%) berupa nyeri, gatal-gatal, kemerahan hrp: / / www.nejm.org/ doi/ pdfl10.1056/NE1Mc062479.
dan,/atau pembengkakan pada lokasi suntikan. Reaksi Hemachuda T, Sunsaneewitayakul B, Desudchit T, Suankratay
smtemik (10-15o/o) berupa demam, mialgia, malaise, nyeri C, Sittipunt C, Wacharapluesadee S, et all. Case Report:
il@ala, pusing, gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahan Failure of theraupetic coma and ketamine for therapy of
human rabies. Journal o{ NeuroVirology. 2006;12:407-9.
di kulit. Dilaporkan terjadi Iimfadenopati terlokalisir (10- doi : 1 0. L 080/ 13 550280 600902295.
Il5%) pada pasien yang mendapat vaksln secara 1D.22 Hunter M, ]ohnson N, Hedderwick S, McCaughey S, Lowery K
McConville ], et all. Immunovirological correlates in Human
Rabies treated with theraupetic coma. ]. Med. Virol. 2010;
82:1255-65.doi: 70.L002/ jmv.21785.
TEFERENSI Briggs DJ, Mahemdra BJ. Public health management of human at
risk. In ]ackson AC, Wunner l\lH editors. Rabies. In: Jackson
ihHO expert consultation on rabies. !\rHO Technical Report Series AC, Wunner WH, editors. Rabies. 2"d ed. Amsterdam:
\o 931. Geneva; 2004 [cited 2011 Oct 17]. Availible from: Elseiver; 2007. Chapter 16,,p.545-66.
http: / / wvtw.who.int/rabie Departement of Neglected Tropical Disease- Neglected Zoonotic
- s / trs931._%2006_05.pdf
Diseases team. IArHO Guide for Rabies Pre and Post-exposure
iilcngal G, Wight AE. Human Rabies in the WHO Shouteast Asia
region: forward step for elimination. Advances in preventive Prophylaxis in Humans. Revised 15 Irn" 2010.[cited 2011
\{edicine. 2011.doi: 10.4061 / 2011, / 383870. Nov 91. Available fuom: http:/ / www.who.int /rabies/
ffiaii, Nias, Maluku Tenggara Barat KLB Rabies. Kementrian PEP_prophylaxis guidelinesJunel0.pdf
kesehatan Republik Indonesia [Intemet ]. 2011 Shantavasinkul R Wilde H. Postexposure prophylaxis for rabies in
[cited 2011 Nov
151. Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/ resource-limited poor countries. Advances in Virus Research.
berita/ press-release/ 1401-bali-nias-dan-maluku-tenggara- 2017;79: 291- 307.doi: 10.101.6 / 8978-0-12-387M0-7.00012-5.
barat-terjadi-klb-rabies.pdf Departemen Kesehatan RL Direktorat ]endral PP&PL. petunjuk
'iluHO. Rabies.[Internet]. 2006 [cited 2011 Oct 28]. Available from: Perencanaan dan penatalaksanaan kasus gigitan hewan
http:/ /ranvw.who.int/rabies/ epidemiology/ Rabiessurveillance. tersangka/rabies di Indonesia. Edisi \rIII. 2007. Jakatta.
pdf Rupprecht CE, Briggs D, Brown CM, Franka & Katz SL, Kerr HD.
i&urrner \AtrH. Rabies Virus. ln: Use of a Reduced (4-dose) vaccine schedule for postexposure
Jackson AC, Wunner IAtrH, editors.
Rabies. 2d ed. Amsterdam: Elseiver; 2007. Ctapler 2, p.2j-56. prophylaxis to prevent human rabies: recommendations
,Anonymus. The rabies virus. CDC [Intemet]. April 22 2011 of Advisory Committee on Imunization. CDC. MMWR
[cited
2011 Oct 2Bl. Available lrom http: / / www.cdc.gov rabies [Intemet]. 2010 [cited 2011 Nov 17]; 59: 1.-8. Available from:
/ / http: / / vwvw.cdc.gov/mmwr / pdt / rr / n\9\2.pdt.
transmission/virus.htrnl
P:sat Data dan Informasi Kemenkes RI. profil Kesehatan Indonesia Rupprecht CE, Briggs D, Brown CM, Franka & Katz SL, Kerr HD,
2010. Kemenkes RI. Jakarta. 201L.p.65-6. et al. Evidence for a 4-dose vaccine schedule for human rabies
;i^rld IE, ReaI LA. Epidemiology. In ]acson AC, Wunner IA|H post-exposure prophylaxis in previously non-vaccinated
editors. Rabies. Second edition.2007. Elseiver. Amsterdam_ individuals. Vaccine. 2009; 27:7L41 - 71.48.doi 10.1076/ j.
P.123-180. vacctne.2009.09.029.
.a*sonA. Patogenesis. Lr: |acksonAC, WunnerI4lH, editors. Rabies. WHO 2011. Guide for post exposure prophylaxis rabies. WHO;
2"d ed. Amsterdam: Elseiver;2007. Chapter 8, p.Ml-72. 2011 [cited 2011 Nov 10]. Available from: hrtp://www.who.
i^-nales CA, Bolzan VL. Rabies Review: immunopathology, clinical int/rabies/ hum an / postexp / en /
aspect and treatment. ].Venom.Anim.Toxins incl.Trop.Dis. Hampson K, Cleavand S, Briggs D. Evaluation of cost-effective
strategies for rabies post-exposure vaccination in low income
[Intemet]. 2007 [cited 2011 Oct 22];13(1).p.5-38. Available
http://www countries. Plos Neglected Tropical Disease.2011;5 (3): e 982.
tuom: .scielo.br / pdt/ jvatitd/ v13rfl/ 02.pdt doi: 10.1371. / journal.pntd.0000982.
BIB Il|
rrrlosts,
HELUlN-lrns, DAN PARASlrosis
;+

KondidiosisT55
... lnfeksiPneumocysfisl63

Soil Trgnismif t e d H ei I rnint hs I 7 5


Toeniosir 783
, I.,.\
Sistosomlcsh (eitfro rz a sis) Z g?

lllhu P[llmflil mHH Edisi vt 2014


LO2
I(ANDIDIASIS
Erni Juwita Nelwan

PENDAHULUAN infeksi aliran darah (Blood Streom lnfection/BSl) pada


rumah sakit di Amerika Serikat, yaitu sekitar 8-10% dari
fi"andida merupakan spesies jamur yang paling sering seluruh angka infeksi aliran darah di rumah sakit.3 Rumah
renyebabkan infeksi. Spektrum infeksi kandida sangat Sakit Cipto Mangunkusumo melaporkan sekitar 1% kasus
-as mulai dari yang bersifat tidak fatal dan hanya BSI akibat kandida pada tahun 2010.a Dalam kurun waktu
rengenai mukokutaneus sampai dengan yang bersifat 20-25 tahun terakhir ini, tercatat peningkatan infeksi
n;asif dan menginfiltrasi organ dalam. Di daerah tropis, akibat kandida. lnfeksi tegadi tidak hanya pada kondisi
secagian besar infeksi karena kandida bersifat superfisial pasien imunokompromais akan tetapi juga pada pasien
paitu mengenai kulit, rongga mulut dan vagina. Patogen imunokompeten akibat perawatan lama di RS.
ilang utama adalah Condida albicans (C.olbicons). Spesies Menurut spektrum infeksinya, kandidiasis dibagi
aLn 5"0"r,' C. tropicolis, C. poropsilosis, C. krusei dan C. menjadi 2 yaitu kandidiasis superfisial dan kandidiasis
'gwbrata dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia. invasif.
Fe'nbahasan pada bab ini akan lebih ditekankan pada
kndida olbicons.l
KANDIDIAS!S SUPERFISIAL

DEFINISI Kandidiasis superfisial merupakan infgksi yang umum


ditemukan pada lingkungan tropis dan termasuk di
nneksi jamur yang disebabkan oleh spesies Kandida dalamnya infeksi pada rongga mulut, vagina, dan kulit.
Cclbicans maupun non albicons) disebut kandidiasis atau Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia. Terdapat
uaadidosis. Bila mengenai mukosa mulut atau esofagus beberapa variasi klinis seperti kandidiasis interdigital
disebut juga sebagai th rush atau ka ndidiasis orofari ngea l/ yang lebih sering ditemukan pada daerah dengan iklim
yan9 panas.

Patogenesis
PIDEMIOLOGI Condido olbicans yang merupakan flora normal di rongga
mulut, traktus gastrointestinal dan vagina dapat bertahan
Serara komensal kandida merupakan flora di rongga hidup karena beberapa faktor; di antaranya kemampuan
.n'rrrrlut, traktus gastrointestinal dan vagina. Prevalensi karier untuk menempel pada sel mukosa dan berkompetisi
@.variasi, sekitar 15-600/o diidentifikasi pada individu dengan bakteri komensal lainnya. Faktor-faktor yang
,rcrmal di dalam mulutnya. Penelitian yang dilakukan pada
mengganggu keseimbangan tersebut akan meningkatkan
pasien HIV tanpa gejala infeksi kandida memperlihatkan pertumbuhan jamur atau meningkatkan kemampuan
m'gka kejadian kolonisasi sekitar 50% dengan sebaran CD4 invasi bakteri, misalnya penggunaan antibiotik yang
di oawah dan di atas 200 cell/uL.rSebagian kecil individu mengeliminasi flora komensal lain di rongga mulut dan
hsa memiliki kolonisasi di traktus gastrointestin al. Condida usus, sehingga mengakibatkan invasi kandida. Depresi
Mp menduduki peringkat keempat sebagai penyebab limfosit sel T atau neutrofil menyebabkan organisme

755
756 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSTS EKSTERNAI.

tumbuh dan menyerang inhibisi mekanisme kontrol yang kering dan pecah-pecah yang dikaitkan karena
normal. Pengecualian terhadap kandidiasis vagina, di mana infeksi kandida. Hal ini sangat penting dan merupakan
kebanyakan wanita dengan infeksi yang umum ini tidak penanda umum dari kandidiasis.
mempunyai faktor predisposisi yang dapat dideteksi.l Pada kebanyakan pasien, fokus infeksi terdapat
pada mukosa bukal, tetapi pada infeksi berat dapat
Gejala dan Tanda mengenai lidah, faring, dan esofagus. Kandidiasis
Manifestasi utama kandidiasis superfisial adalah kandidiasis esofageal dapat banyak dilihat pada pasien dengan
orofaringeal, kandidiasis vagina, dan kandidiasis kutis. AIDS, leukemia atau kandidiasis mukokutan kronik-
Sebagai tambahan, kandidiasis mukokutaneus kronik Kandidiasis esofageal dapat muncul dengan nyeri
adalah kondisi yang dapat muncul sebagai infeksi kronik retrosternal sewaktu menelan, dan kadang-kadang
yang langka dan hanya ditemukan pada pasien dengan juga tanpa gejala. lnfeksi sekunder pada rongga mulut
faktor predisposisi. yang diakibatkan kandida dapat muncul pada pasien
-T. .- .a4didiasis
--------- OrofaringeaI dengan abnormalitas epitel; seperti hiperkeratosL
"' inflii.olal oleh Candida dapat ditemukan di semua atau ulserasi yang dikaitkan dengan Likenplanus,
negara. nle(!nisering ditemukan pada anak-anak,
f pemfigus, dan fibrosis oral submukosa; yang sering
usia lanjut, dan\sien dengan sistem imun yang ditemukan pada pasien-pasien dari negara lndia-
tidak adekuat; termalu(Eda pasien AIDS. Sebagai Gambaran klinis lesi kandidiasis oral pada pasien
komplikasi pada infeksi TIw|+ilnbulnya infeksi HIV yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan apusam
kandidiasis orofaringeal sangat umum ditemukan rongga mulut dengan identifikasi spesies kandida
dan merupakan manifestasi awal perkembangan menggunakan CHROMAGAR,S ditunjukkan pada
AIDS. Terdapat beberapa perbedaan dari tipe klinis gambar 1-5.
kandidiasis orofaringeal. Hal ini dapat secara
luas dikenali dari kronisitas dan gambaran klinis.
Kandidiasis pseudomembran muncul dengan plak
putih pada epitel yang terinfeksi dan dapat lepas
dengan mudah. Gambaran bercak-bercak putih yang
menyebar ini dinamakan "thrush". Gambaran ini dapat
muncul sebagai infeksi akut pada anak-anak, lansia,
dan pasien dengan sistem imun yang tidak adekuat,
seperti pada AIDS. Pada kelompok terakhir dan pada
pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik sering
persisten dan sulit disembuhkan dengan terapi
(kandidiasis pseudomembran kronik).
Pada beberapa individu, plak tersebut dapat Gambar 1. Kandidiasis Atropik (Nelwan EJ. Medical I

tidak muncul tetapi permukaan mukosa terlihat Acta Med indones J lntern Med. 2010; 42(1):48-49)
sangat kemerahan (kandidiasis eritematus akut),
yang juga dikenal sebagai kandidiasis oral atropik
akut. Hal ini dapat muncul pada pasien AIDS. Pada
pasien dengan perubahan inflamatorik dan dengan
ketidaknyamanan pada rongga mulut akibat gigi
palsu, eritema persisten dikaitkan dengan kandida
yang merupakan penyebab yang umum ditemukan
(kandidiasis eritematous kronik). Pada perokok,
kandidiasis kronik dapat mempunyai gambaran
tambahan seperti plak putih yang ireguleri yang tidak
mudah lepas pada lidah dan area lain di mulut. Secara
histologis, dapat ditemukan epitel yang atipik dan
pada beberapa pasien dapat berkembang menjadi
karsinoma oral. Pada beberapa pasien dengan
infeksi kronik kandidiasis oral, gambarannya dapat
beru ba h menjadi berbenjol-benjol (Kandid iasis kroni k
Gambar 2. Kandidiasis Pseudomembran (Nelwan U.
nodular). Perubahan-perubahan di atas, dapat muncul lllustration. Acta Med indones J lntern Med. 2010;44Xlk
bersa maa n dengan -o n g u la r c h e ilitis,y aitu sud ut bi bi r 49)
XANDIDIASIS 757

Kandidiasis Vaginal
Kandidiasis vagina secara umum disebabkan oleh C.
albicons, walaupun spesies kandida lainnya seperti C.
globrata atau C. tropicolis banyakjuga ditemukan pada
kultur. Walaupun dapat muncul pada wanita hamil dan
orang dengan diabetes, salah satu ciri dari kandidiasis
vagina biasanya tidak disertai kelainan penyerta lain.
Sistem imun tidak mempengaruhi munculnya kondisi
ini, namun ada laporan memperlihatan infeksi vagina
yang persisten pada beberapa wanita dengan AIDS.
Gambaran klinis utama kandidiasis vagina mirip
dengan yang ditemukan pada mukosa rongga
mulut, yang terbanyak ditemukan adalah bentuk
akut (pseudomembranosa atau eritematosa). Namun
demikian, kandidiasis vagina yang persisten dan
relaps atau kandidiasis vagina sekunder dapat pula
ditemukan. Gejala dan tipe akut bervariasi dari cairan
Cambar 3. Kandidiasis Eritematosa (Nelwan EJ. Medical yang kental, rasa gatal, dan dispareunia. Gambaran
l[trustration. Acta Med indones J lnterna Med 2010; 42(1): klinis bervariasi yang didominasi oleh adanya plak
{&49) putih yang lembut (thrush). Kandidiasis sekunder
ditemukan dengan adanya infeksi lain seperti
pemfigoid, Iichen plonus, atau sindrom Behcet.

3. Kandidiasis lntertrigo
Kulit hanya terlibat secara tidak langsung pada
infeksi vagina dimana terdapat penyebaran infeksi ke
daerah vulva dan perineum. Dalam kasus ini, bercak
kemerahan di lipat paha dan pada permukaan atas
daerah paha dapat muncul, bersamaan dengan pustul
dan papul satelit. Hal yang sama dapat muncul di
tempat lain seperti di bawah lipatan payudara dan
di sekeliling umbilikuS,Walaupun kandidiasis di lipat
paha pada laki-laki dan perempuan lebih umum pada
orang dengan diabetes. Pada bebegapa kasus, tidak
bersamaan dengan penyakit penyerta di kulit. Eksim
atau psoriasis yang mempengaruhi kelenturan kulit
dapat disertai dengan kandidiasis sekunder.
ryiffii:" !"ii':'r'i,iire Kandidiasis interdigital
frnbar 4. Kandidiasis Atropik (Nelwan EJ. Medical lllustration. lnfeksi jari atau kaki karena kandida lebih umum
flrta Med indones J lnterna Med. 20'10: a2 ():48-49)
dijumpai di Negara dengan iklim panas. Lesi berupa
bercak putih dengan kulit yang terlihat basah , yang
biasanya terkikis secara superfisial. Kandida dapat
menjadi penyebab sekunder pada dermatofitosis
interdigital. Lesi antara sela jari dapat sering dilihat
padh wanita dan dihubungkan terhadap kegiatan
mencuci dan memasak berulang. Hal ini lebih umum
ditemukan pada orang dengan kegemukan.
5. Kandidiasis pada kuku
Paronikia adalah infeksi akut dan kronis pada lipat kuku
yang disebabkan spesies Kandida seperti C. albicans
atau C. porapsilosis. Hal ini sangat umum ditemukan
Enbar 5. Kandidiasis Atropik (Nelwan EJ. Medical lllustration. di daerah tropis. lnfeksi ini muncul pada pasien yang
fica Med indones J lnterna Med. 2010; 42(l: a8-a9)
sering melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
758 H ELM I NTIASIS, M I KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAT,

air atau dengan pekerjaan memasak. Gejala tambahan


lain adalah membengkaknya lipatan kuku, nyeri, pus Kebersihan rongga mulut sangat membantu pencegahan
yang keluar secara intermitten, dan onikolisis pada orol trush pada:pasien dengan sistem imun yang lematr
batas lateral kuku. Penyebab lain paronikia adalah Beberapa studi menunjukkan obat kumur kloreksidin
stafilokokus dan infeksi kuman Gram negatif. dapat membantu mencegah kandidiasis oral pada pasien
yang menjalani kemoterapi. Penggunaan pakaian dalm,
idiasis mukokutaneus kronik
yang jarang muncul dari kandidiasis dengan bahan katun serta menjaga kebersihan kelanrm,
Sin
mukok kronik biasanya muncul di usia balita
dapat membantu wanita mengurangi risiko kandidiair
vagina.a
dan anak-anak\erupa kandidiasis rongga mulut,
kuku, dan kutis yang\sanya muncul berulang tanpa
terapi. lnfeksi kulit kron seperti kutil (virus
papiloma) dan dermatofitosis dapat juga muncul. KANDIDIASIS INVASIF
Kandldiasis mukokutaneus kronikjuga dapat dijumpai
Terminologi kandidiasis invasif mengarah pada variaii
pada dewasa. Lesi oral biasanya muncul pada tipe
yang luas dari kelainan yang berat dan invasif sepedfii
pseudomembranosa kronik atau tipe plak. Kulit
kandidemia, kandidiasis diseminata, endokarditir*
dapat dilapisi plak berkrusta yang disebut kandida
meningitis, endoftalmitis, dan melibatkan organ dalam l*n"
granuloma (bila infeksi telah menyebar ke kepala dan
Kondisi ini mengeksklusi infeksi superfisial dan
kulit kepala). Kerusakan berat pada kuku-jari (lipat
yang tingkat keparahannya ringan-sedang,
kuku, kulit periungual) dapat pula terjadi.
kandidiasis orofaringeal dan esofageal. Pengg
Banyak abnormalitas sistem imun telah disebutkan
profilaksis agen anti fungal yang berlebihan seperti
terkait dengan kondisi ini. Pada beberapa kasus, dl
obat flukonazol, penggunaan antibakterial
mana infeksi merupakan bagian dari sindrom familial
luas, manajemen agresif pada pasien leukemia
endokrinopati yang terkait dengan hipoadrenalisme
keganasan, meningkatnya tindakan transplantasi,
atau hipoparatiroidisme, defek tersebut merupakan
yang paling penting penggunaan peralatan medis i
mutasi dalam gen regulator autoimun (AIRE).
telah berkontribusi terhadap perubahan epidemi
kandidiasis invasif. Kandidiasis invasif keban
Diagnosis disebabkan satu dari lima spesies Condido spp.(abi
Diagnosis kandidiasis superfisial dapat dikonfirmasi paropsilosis, tropicolis, globoroto, don krusel,
melalui pemeriksaan langsung mikroskop dari kerokan menginfeksi C.albicqns sebesar 40% sampai 50%
kulit dan swab untuk mengidentifikasi sel ragi dan hifa. jumlah infeksi yang dilaporkan. Namun demikian
Spesies kandida dapat dikenali dari kulturi reaksi asimilasi
terbaru telah menunjukkan peninQ'tatan tren dad i
atau fermentasi.l
non-Albico ns spp. lnfeksi kandida non-al bicans
dengan populasi pasien dan faktor risikors
Penatalaksanaan (lihat tabel 1). Faktor risiko yang dikaitkan de
Umumnya infeksi kandida dapat berespons dengan baik perkembangan kandidiasis invasif pada
pada pemberian obat antifungal baik dalam bentuk populasi dijelaskan pada tabel 2.
topikal (krim), tablet intravagina, maupun sediaan
oral. Obat antifungal ini antara lain antifungal polyene Geiala dan Tanda
(amfoterisin B atau nistatin) dan obat-obat derivat
azole (flukonazol, klotrimazol, ketokonazol, itrakonazol,
1. Kandidemia
lsolasi dari Candida spp. dalam satu atau lebih
dan mikonazol). Pasien dengan AIDS dapat berespons
darah adalah salah satu manifestasi Kandidiasis i
buruk pada dosis terapeutik antifungal oral seperti
dengan hasil positif 50-70%. Kultur darah yang
flukonazol (100-200 mg per hari), ketokonazole (200-
untuk Condida spp. tidak boleh dianggap sr
400 mg per hari) atau itrakonazol (100-200 mg per hari)
kontaminafr dan membutuhkan penangapan
sehingga dapat diberikan secara intermiten sampai
dengan memberikan terapi antifungal yang
mencapai kadar proteksi imunitas tertentu. Penggunaan
Spektrum luas dari manifestasi klinistelah
ketokonazol dan flukonazol yang diperpanjang pada
untuk penyakit ini, mulai dari kandidernia',transi
pasien AIDS dapat meningkatkan resistensi obat,
dapat sembuh sendiri; sampai sepsis, keEagblan
walaupun hal ini dapat dikurangi dengan tersedianya
multipel, dan kematian. Gambaran klinis
H AA RT (H ig h ly Act ive A nt iret rov ir a I Th e r a py). Antif u n ga I

bervariasi pada tiap populasi,'Penyebaran


oral juga diperlukan pada pasien dengan kandidiasis
berbagai organ termasuk di kulit (66%),
mukokutan kronik.l
pusat (64%), dan retina (54%) bisa terjadi.
IANDIDIASIS 759

dari : Antifungal Therapy, 2010)

okular bisa menjadi manifestasi klinis pertama dari


penyebaran hematogen dan dapat makin progresif
saat diagnosis kandidemia ditegakkan, bahkan
dapat menyebabkan kebutaan permanen jika tidak
segera diidentifikasi dan diterapi. Endoftalmitis
kandida dimulai dengan lesi pada koroid yang
berkembang menjadi nekrosis retina, diikuti dengan
vitreitls dan endoftalmitis. Gejala yang paling umum
[!M
ditemukan adalah kemerahan pada mata, nyeri, dan
htubasi endotrakeal
menu runnya penglihatan/kabur. Biasanya kelainan
Obat-obatan imunosupresif
ileutropenia ini bersifat unilateral, walaupun endoftalmitis
krkreatitis bilateral yang mengarah ke kebutaan juga pernah
ftrnbedahan awal dilaporkan. Endoftalmitis dapat berlangsung sampai
krpanjangan lama rawat 2 minggu setelah diagnosis kandidemia ditegakkan
Trianspla ntasi dan beberapa penulis menyarankan pemeriksaan
hrma retina awal bila ada kecurigaan kandidemia dan dua
lrbisi parenteral total minggu setelah diagnosis pasti ditegakkan. Condido
,ldiikutip dari : Antifungal Therapy, 2010) spp. dapal menyebabkan meningitis, artritis septik,
tenosinovitis, mengenai ginjal, serta menyebabkan
Demam adalah salah satu gambaran klinis yang pneumonia.
sering didapatkan pada kandidemia dewasa. pola
demam yang tidak responsif terhadap pemberian 3. Kandidiasis Diseminata Kronik
antibiotik spektrum luas, harus dicurigai suatu Kandidiasis diseminata kronik (sebe'lumnya dikenal
infeksi kandidiasis akut diseminata yang meliputi sebagai kandidiasis hepatosplenik) sering disebutkan
secara khusus pada pasien yang diberikan kemoterapi
tiga pola; 1). demam dengan onset mendadak pada
kondisi sepsis, 2). demam dengan onset yang lambat
mielohlatif dan berkembang menjadi kandidiasis
inv'asif selama periode neutropenia. Biasanya dikaitkan
dan membahayakan, 3). demam yang berkembang
dengan perburukan keadaan umum secara progresif.
dengan pemulihan dari periode neutropenia, dan
dapat muncul setelah terapi dari episode kandidemia.
Kandidiasis diseminata akut biasanya dapat dijumpai
pada pasien dengan neutropenia yang disebabkan Frekuensi kandidiasis diseminata kronlk telah
oleh kemoterapi sitotoksik untuk penyakit keganasan menurun drastis selama dekade terakhir. Gejala
hematologi. Bercak kemerahan/hemoragik yang dapat
klinisnya antara lain demam yang tidak berespons
diraba pada vaskulitis pembuluh darah kecll, juga terhadap pemberian antibiotik, nyeri abdomen, dan
dapat merupakan manifestasi klinis kandidemia invasif hepatosplenomegali. Pemeriksaan laboratorium,
seperti kultur darah, dapat menunjukkan hasil negatif
oada pasien neutropenia.
dan adanya peningkatan serum alkali fosfatase.
L Endoftalmitis Kandida Pemeriksaan radiologi menunjukkan lesi fokal yang
(horioretinitis atau endoftalmitis kandida adalah dua multipel pada hepari lien, ginjal, atau yang jarang
komplikasi yang paling serius pada kandidemia yang pada paru. Bila tidak ditemukan kandidemia biopsi
tidak diobati, mengingat kemampuan kandida yang hepar sering direkomendasikan, untuk menegakkan
dapat menempel dan menyerang sel endotel. Keluhan diagnosis.s
760 H ELMINTIASIS, M I KOSIS, DAN PAMSITOSIS EKSTERNAL

Diagnosis dan posakonazol. The lnfectious Diseose Society oi


Penegakan diagnosis dilakukan dengan kultur darah Americo (IDSA) telah mengeluarkan konsensus untuk
kandida, menggunakan media sobouraud dextrosa terapi kandidemia dan kandidiasis invasif terbaru. Dasa'
ogar atau CHROMAGAR. Secara umum, kultur darah terapi dari kandidiasis invasif tergantung pada beberap:
menunjukkan hasil positif dalam satu atau dua hari faktor termasuk status klinis dari pasien, spesies kandid-
untuk C.o/bicons, C.parapsilosls, dan C.fropicalis. Untuk yang diidentifikasi, pola infeksi Condido spp pada pusa:
C.globrata dan C.krusei dapat memerlukan waktu inkubasi pelayanan kesehatan, paparan terhadap obat antifunga
yang lebih lama. Salah satu kerugian menggunakan kultur sebelumnya dan organ yang terlibat seperti susunan sar:'
darah, yaitu memberikan data yang folse negatif sekitar pusat, katupjantung, dan atau organ viseral.
50%. Keberhasilan akan lebih tinggi bila dilakukan dari Flukonazol masih tetap menjadi standar terapi pac:
spesimen hasil biopsi. pasien yang tidak mempunyai riwayat pemakaian ob,.r"
Beberapa sistem berbasis agar sekarang sudah golongan azol, sebelumnya mempunyai penyakit denga-
\ tersedia dan dapat dipakai untuk membedakan berbagai tingkat keparahan ringan sampai sedang, dan tida*
\ spesies Candida. Sebagai tambahan, tes terbaru dan berisiko tinggi terhad ap C.globroto (pasien lansia, pasler
dengan neoplasia, dan pasien diabetes). ltrakonazol yarc
\ikenal sebagai Peptide Nucleic Acid Fluorescence ln Situ
Hybridizotion (PNA FISH) yang membuat rRNA Candida mempunyai spektrum aktivitas antifungal yang sa*a
sehpgai target (sudah disetujui oleh FDA)*, dapat dengan flukonazol, memiliki peran yang terbatas dai='r
men\berikan hasil spesies dalam waktu sekitar 2,5 jam. tera pi kandid iasis invasif karena profil farma koki neti krla
S'elain kultur, metode nonkultur juga telah Flukonazol tidak disarankan sebagai terapi primer ur:-u
dikembangkan untuk membantu mendiagnosis secara kandidiasis invasif pada pasien dengan neutrope'ie
dini adanya kandida invasif. Pemeriksaan 1,3 p-glucan penyakit berat, dan dalam kondisi khusus yang meliba:*rrrr
sebagai tes penunjang untuk mendiagnosis infeksi katup jantung, miokardium, atau susunan saraf pusa:
jamur termasuk kanCidiasis. Pemeriksaan ini mempunyai Vorikonazol mempunyai aktivitas yang luas terhalry
sensitivitas 70o/o dan spesifitas 87%, pada pasien dengan sebagian besar spesies kandida, khususnya C.krusei m
kandidiasis invasif.s terbanyak isolasi C.globrofo, akan tetapi tidak diindikas i*am
sebagai terapi primer pada kandidiasis invasif. \ lr-
Penatalaksanaan konazol dipertimbangkan menjadi alternatif pilihan 1aq
Obat antijamur baru berkembang cukup pesat. Yang baik untuk obat oral dari amfoterisin B intavena a,l,Brr
termasuk obat baru dalam golongan ini adalah echinocondins echinocqndin pada pasien yang stabil secara klinis de',;m'
(anidu lafu n g i n, kaspofu n g in, da n mi kafung in), vori konazol, hasil kultur kandida yang resisten terhadap fluko-,;rrmlt

Kondisi Terapi Durasi Keterangarf


Primer Alternatif
Kandidemia Flukonazol 800 mg (12 LFAmB 3-5 mg/kgbb/ 14 harisetetah kultur Pemeriksaan
Pasien lrlon- neutropenik mglkS) loading dose, hari; atau AmB 0,5-1 darah positif dan direkome,nda
usia dewasa kemudian 400 mg .mg/kg/hari; atau resoJusi dari gejala pada semua
(6mS/kS) dosis harian vorikonazol 400 mg klinis dengan kandid
atau echinocondino (6mg/kgbb) 2 kali Lepaskan semua
sehari dalam 2 dosis, i:ntravaskular,
kemudian 200 rng memung'kinkan
(3ms/ksbb) 2 kali
sehari
Kandidemia Pas'ien echinocandinq atau Flukonazol 800 mg 14 hari setelah kultur Lepaskan semua
Neutropenik LFAmB (12mq/kg) loading darqh positif dan i ntravas ku I a r

3-Smg/kg/hari dose, kemudian400,mg r&olusi dari gejala kontroversial.


(6mglkglhari) dalam 2 klinisdanneutrcpenia Gastrointestinal
dosis, kemudian ?00 yang membaik umum
mg (3 mg/kg) dua kali
sehari
Kandidiasis yang Diterapi sama LFAmB 3-5 mglkgbb/ Tidak pasti tetapi Echinocandin
dicurigai diobati dengan dengan kandidemia. hari; atau AmB 0.5'1 terapi harus dihenti- utarnakan untr:k
terapi antifungal empirik Echinacandin dan mglkg/hari kan jika responsnya dengan penyakit
pada pasien non- flukonazol lebih negatif dan pemaparan
neutropenia diutamakan golongan azol
InilDtDtAStS 76t

Nfandidiasis yang LFAmB 3-5 mslkgbb/ Elukonazol 800'mg Hindari 'golongan azol
dn:rigai diobati dengan hari, kaspofungin 70 (12mglkg) loading pada:: :pagrien, dengan
terapi antifungal mg loading dose, dose , kemudian 400 riwayat .pernakaian obat
cnnpirik pada pasien kemudian 50 mg per mg {6mglkg,/hari); golongan azol
nmrctrtropenia hari atau vorikonazol atau itrakonazol 200
400 mg (6 mg71s; 2 ms (3 mg/*g).2 kati
kali sehari untuk 2 sehari:
dosis kemudian 200 mg
(3ms/ks) 2 kali sehari
diasis diseminata Flukonazol 400 mg Echinocandinq.untuk Beberapa bulan
!k!rnik\ (5 mglkg/hari)'untuk beberapa,,minggu di- sampai resolusi
\\ pasien yang stabil, ikuti flukonazol dari lesi. Terapi
LFAmB 3-5 mg/kgbb/ harus dilanjutkan
\ lewat peri'ode
\ hari; atau AmB 0.5-
\ 0.7 rnE/kg/hari untuk imunosupresi,
, \ pasiendqnganpenyakit
yang parah; setelah
pasien stabil, dirubah
menjadi flukonazol
llhdidiasis SSF LFAmB 3-5 mg/kgbbl Flukonazol , , Sampai resolusi dari
400-800 mg (6.12m91 semua gejala klinis
llllirurffi,",fi:: kglhari/) untuk.pasien terrnasuk cairan LCS
untuk beberapa ya'ng tidak,dapat dan abnormalitas
minggu., Diikuti mentoleransi LfAmB . ddri, gambaran
flukonazol 400-800 radiologi
mg {6:12 mg/kglhari)
llffirndidiasis AmB 0.7.1 m7lkS . LFAmB 3-5 mg/kgl
G'dophtalmitis dengan 5 FC 25 mg/ hari; vorikonazol, 6
kg 4 kali sehari; atau mslkg 4 kali dalam
flukonazol 6-12 mgl 12 jam untuk 2 dosis,
hari; intervensi bedah ,kemudian 3-4m;glkg4
untuk pasien dengan kalidalam tZjam;atau
endoftalmitis.atau echinocondinn
vitreitis :

lllhnfeksi Kandida pada LFAmB Ter:api dengan Penggantian katup


cfutem kardiovaskuler, 3-5mg/kg dengan atau flukonazol 400-800 direkomendasikan
cmdokarditis ' tanpa S-'FC 25 mg/ rnS (6-12 mg/kglharD supresi kronik
kg 4 kali sehari;'atau ,untuk organisme yang dengan flukonazole
AmB 0.6,-1 mg/kg/,harj peka dalam pasien direkomendasikan jika
dengan atau tanpa 5-FC stabil dengan hasil pembe0ahan tidak
25 mglkg'A kati sehari; kultur negatif memungkinkan
.
alau echinacandin!
Werikarditis atau LFAmB , ' ,
Setelah stabil, ter.api Tidak tersedia data perikardiaktomi
mibkarditis ' : 3.5mg/kglhari; atau flukonazol400-800 mg d irekomendasikan
ftukonazol 400-800
mg (6-12 mg/kglhari)
alaa echinocandinc
$u p p u r o t ive LFAmB Setelah stabil, terapi '14 hari setelah lnsisi pembedahan
trWombophlebitis 3-5mg/kglhari; atau flukonazol400-800 mg . kindidemia hilang, dan drainase
flukonazol 400-800 (6-1Zmg/k/hari) d irekomendasikan
'
mg (6-12 mg/kg/hari)
alau echinocondin'
#
Nacemaker yang LFAmB Terapi dengan flu- 4'6 minggu setetah Dilepasnya pacemaker
&rinfeksi 3-5mg/kg dengan atau konazol 400-S00,mg : 'pelepasan alat : i direkomendasikan.
tanpa 5-FC 25 mgl . (6-12 mg/kg/hari) Supresi kronik dengan
kg 4 kali sehari; atau untuk organisffre:!€ng flukonazol
AmB 0.6-1 mg/kg/hari peka dalam pasjien
dengan atau tanpa 5-FC stabit dengan lrasil
25 mg/kg 4 kali sehari; kultur negatif
.' .

alau echinocandin'
'i::tinocondin dosisnya pada usia dewasa:200 mg Loading dose, kemudian 100 mgl hari; Caspofungin, T0-mg loading dose, kemudian
5l rglhari; dan micafungin, 100 mglhari.
: <;tip dari ClinicaL Practice GuideLines for the Monogement of Condidiasis:2009 Update by the lnfectious Diseose SocieA of Americo)
762 H ELMINTIASIS. MI KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAL

serta sudah diindikasikan mendapat terapi oral. Penyakit 7. Ghannoum MA, Perfect JR, et al. Antifungal Theraps-
hati sebagai penyakit dasar merupakan kontraindikasi \nI o r m a.201 0.1 6 :27 9 -8 6

untuk terapi vorikonazol.


8. Pappas PG, Kauffman CA, et al. Clinical Practice Guidelines
for the Management of Candidiasis:20O9 Update by t}r
Echinocondin telah menjadi agen pilihan untukterapi Infectious Disease Society of America. Clin Infct Dis
2009;48(5):50-535
.utama pada kandidiasis invasif yang dicurigai maupun yang
sldah terbukti dikarenakan mudah penggunaanya, profil
man, interaksi dengan obat lain yang sangat sedikit
i , dan secara umum aktivitas fungisidalnya efektif
untuk kan Condido spp. Keamanan, toleransi,
dan efektivitas\mponen obat ini terhadap kandidemia
dan manifestasi invasif lainnya telah banyak
diteliti. Echinocqndin kasikan sebagai terapi lini
pertama pada pasien yang mempunyai riwayat pemakaian
golongan azol, neutropenia, dan secara hemodinamik tidak
stabil, mempunyai alergi atau toleransi terhadap azol atau
amphotericin B, serta pasien risiko tinggi untuk terinfeksi
C.krusei alau C.globroto. Echinocondins seharusnya tidak
digunakan untuk mengobati infeksi susunan saraf pusat
karena penetrasi yang buruk pada SSP.
Dengan ketersediaan agen antifungal yang kurang
toksik, amfoterisin B deoksikolat atau amfoterisin B
dengan formulasi lipid hanya direkomendasikan untuk
terapi Kandidosis invasif sebagai terapi awal dalam
keadaan khusus : saat terapi alternatif tidak tersedia
atau tidak dapat dijangkau secara finansial, ketika ada
riwayat intoleransi terhadap echinocandin atau golongan
azol, ketika organisme resisten terhadap agen yang Iain,
atau ketika ada kecurigaan terhadap infeksi dikarenakan
terdapatnya sel ragi non-kandida seperti kriptokokus
neoformans. Pemeriksaan funduskopi disertai dengan
kultur darah sangat direkomendasikan untuk semua
pasien dengan kandidemia pada minggu pertama setelah
dimulainya terapi.

Komplikasi
Endoftalmitis, endokarditis, meningitis, artritis septik,
tenosinovitis, sepsis, gagal napas sampai kematian.a

REFERENSI

Cook G, Zamla A, et al. Manson's Tropical Disease 22th


edition.El sevie r.2009.7 1:777 24
Nelwan E|. Role of Cotrimoxazole and Rifampicin in
Candida colonization among HIV positive patient.2012
(unpublished)
PfallerMA, Diekema DJ. Epidemiology of invasive candidiasis
: A persistent public health problem. Clin Microbiol Rev
2007;20(1):133-163
Loho T, Astrawinata DAW. Petdr bakteri dan kepekaan
terhadap antibiotika RSUPNCM 2010.
Nelwan EJ. Clinical manifestation of oral candidiasis in HIV
patients. Medical illushation. Intemational ]oumal of Intemal
Medicine. 42 (1) ;201,0 48 -9
:

Disitasi dari : http: / / www.cdc.gov/fungal/candidiasis/


thrush/risk-prevention.html pada ]anuari 2012
103
INFEKSI PNEUMOCYSTIS
Rudi Wisaksana

\
\ \
PENDAHULUAN Hal ini menunjukan bahwa Pneumocystis terjadi di
mana-mana. Penelitian pada binatang menunjukan
Weumocystis sebagai penyebab penyakit pada manusia bahwa pneumocystis terutama ditularkan melalui rute
pertama kali ditemukan oleh Chagas pada tahun 1909, pernapasan. Tidak terdapat bukti bahwa pneumocystis
yang menyatakan bahwa Pneumocystis adalah bagian dari dapat ditularkan melalui air atau cairan tubuh. Terdapat
slrlus hidup Tryponosomo cruzi. Delano pada tahun 1912 sedikit bukti bahwa pneumocysfrs dapat ditularkan melalui
rmenemukan bahwa pneu mocystis sebenarnya meru pakan plasenta. Pneumocystis ditularkan dari orang ke orang,
'organisme tersendiri dan diberi nama Pneumocystis Jamur ini ditularkan dari orang dengan infeksi subklinis
rmrrnii. Pada tahun 1950-an Pneumocysfis menyebabkan dengan sedikit atau tanpa gejala sama sekali. Penemuan
'ryidemi pnemonia interstisialyang terutama terjadi pada PCR pneumocystis pada bayi kurang dari 1 tahun tanpa
ha,i prematur dan malnutrisi. Pada tahun 1960 dan 1970 gejala klinis menunjukkan bahwa transmisi dapat terjadi
orrerumocystis ditemukan pada pasien imunodefisiensi pada usia sangat muda.3
dtbat kemoterapi dan disebut sebagai Pneumocystis Kolonisasi pneumocystis selain terdapat pada bayi
wwii Pneumonia (PCP). PCP mendapat perhatian besar juga ditemukan pada orang dewasa dengan atau tanpa
pada tahun '1 980an ketika epidemi HIV berkembang di HlV. Pada beberapa populasi tertentu kejadian kolonisasi
,45 dan wilayah dunia lainnya. Walaupun saat ini kejadian meningkat seperti pada pasien HlV, wanita hamil dan pasien
FCo di negara-negara maju mulai menurun; PCP tetap penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Tequan ini memberi
rrmerupakan infeksi oportunistik tersering dan paling kemungkinan bahwa pneumocysfrs mempunyai peran dalam
manyak menimbulkan kematian pada pasien HIV di negara patogenesis PPOK walaupun hal ini masih beluml'elas.a
he"kembang di daerah pasien HIV sering ditemukan dalam Walaupu n pneumocysfls tersebar luas pada
[eadaan imu nodefisiensi berat.1,2 berbagai populasi di seluruh dunia, pneumocysfis hanya
menyebabkan penyakit pada pasien dengan gangguan
kekebalan tubuh berat yang memungkinkan kejadian
oEFtNtSt infeksi oportunistik seperti imunodefisiensi kongenital,
hyper-lgM syndrome, pasien HlV, humon T-lymphotrophic
ffi,eksi pneumocystis adalah infeksi yang disebabkan oleh virus-l-ossocioted lymphoma dan pasien yang mendapat
jirovecii. lnfeksi terutama terjadi pada
trwnur Pneumocystis kemoterapi terutama limfoma, pasien cangkok organ
pe.rderita imunodefisiensi dalam bentuk infeksi paru yang mendapat pengobatan imunosupresi; dan pasien
ipfP). yang mendapat steroid jangka lama seperti Wegener's
granulomatosis dan lupus eritrematosis sistemik. Pada
pasien dengan penggunaan steroid lama PCP sering terjadi
]PIDEMIOLOGI setelah toppering steroid. Pada pasien HlY, pneumocystis
terutama teqadi pada CD4 di bawah 200 sel/mms.2,s
Wneumocystis tersebar di seluruh dunia. Penelitian- Dahulu diduga PCP diakibatkan oleh reaktivasi
uenelitian serologis mem perl i hatkan preva lensi a nti bod i infeksi laten yang terjadi pada usia muda, seperti halnya
Mll-pneumocystis yang tinggi pada seluruh populasi. tuberkulosis. Penelitian-penelitian molekular terkini

763
764 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAL

menunjukan bahwa PCP dapat juga disebabkan oleh gangguan respirasi yang ringan. Pneumocystis juga
infeksi baru. Pemeriksaan pada cairan saluran napas ditemukan pada pasien PPOK, tetapi perannya pada PPO(
menemukan lebih dari 1 strain pneumocystis, sehingga tidak jelas.e
PCP dapat disebabkan juga oleh reinfeksi selain rekurensi. PCP meru pakan ma nifestasi uta ma i nfeksi p n eu m oqrsts
Rekurensi PCP terutama terjadi pada pasien HIV sebelum pada pasien dengan imunosupresi. Gejala-gejala PCP
n pengobatan anti-retroviral (ARV) dan profilaksis adalah demam, batuk tidak produktif dan sesak napas
5
pada aktivitas yang bila tidak segera diobati berlanjut
menjadi sesak napas pada saat istirahat. Gejala-gejala
ini dapat timbut perlahan-lahan dalam beberapa mingqru
seperti pada pasien HIV tetapi dapat terjadi lebih cepa
pada pasien non-HlV. Sputum yang purulen jaraqg
a hewan percobaan memperlihatkan ditemukan, begitu juga dengan menggigil dan sakit dxh-
bahwa penula\n dapat terjadi setelah t hari terpapar Pemeriksaan fisik dapat menemukan ronki bilateral, tetapi
hewan lain erinfeksi Pneumocystis. Pada hewan sering pula tidak ditemukan kelainan. Pasien HIV dapfr
sehat, respons im\ adaptif terbentuk dalam waktu dikenali dengan adanya gejala lain seperti kandidiasis ordl
5-6 minggu yang m timbulnya penyakit. Sel dan kehilangan berat badan.lo
CD4 mempunyai peran ting dalam pengendalian Gejala dan landa pneumocystis ekstrapulmonal p&
infeksi pneumocystis beserta sel limfosit B dan makrofag. kulit, mata (koroiditis), susunan saraf pusat, sumsuilltr
Setelah masuk ke dalam alveoli, dengan menggunakan tulang, tirold, limpa, hati, saluran cerna, kelenjar gen&
major surface glycoprotein (MSG) pneumocystis berikatan bening ataupun penyebaran diseminata dapat
dengan makrofag yang memicu proliferasi limfosit T dan tetapi jarang ditemukan. Penyebaran ekstrapu
sekresi tumor necrosis factor alpha (TNFa), interleukin dapat disertai dengan PCP ataupun tidak.
(lL) 1 dan lL-2. Monosit melepaskan lL-8 dan TNFq. aerosol pentamidine sebagai profilaksis berhu
Pneumocystis juga menyebabkan perubahan pada dengan kejadian Pneumocystis ekstrapulmonal
surfaktan; penurunan kadar fosfolipid; sedangkan kadar pasien HlV. Gejala dan tanda ekstrapulmonal
kolesterol, fosfatidilgliserol dan fosfolipase A akan samar sehingga diagnosis kebanyakan hanya d
meningkat.6,7 setelah otopsi. 1o
Pada hewan yang dibuat imunodefisiensi, PCP
muncul setelah 2-3 bulan semenjak penularan. Respons
peradangan pada inang berperan dalam beratnya gejala ETIOLOGI
pada paru-paru. Hal ini dapat menjelaskan perburukan
respirasi yang sering terjadi pada pasien PCP bila Pneumocystisyang dulu pernah didilga sebagai
dilakukan toppering kortikosteroid, seperti juga hipoksia sekarang digolongkan sebagai jamur oscom
yang terjadi setelah pemberian obat PCP tanpa disertai berdasarkan kemiripan genetik yang lebih
kortikosteroid.T,B dengan genetik jamur daripada protozoa.
Pemeriksaan patologi anatomi pada paru-paru genetik juga menemukan bahwa Genus Pn
pasien PCP dengan pewarnaan hematoksilin-eosin terdiri dari berbagai organisme yang khas karena
menunjukan eksudat aselular kemerahan pada rongga memiliki spesies inang (hosf) tunggal, sehingga
intra-alveolar disertai dengan gambaran inflamasi disebut host-specific. Hal ini juga menyebabkan
interstisial yang ringan. Dengan bertambah beratnya perubahan penamaan. Saat ini nama Pne
penyakit, terjadi pembentukan membran hialin dan corinii digunakan oleh spesies yang menginfeksi
fibrosis intraluminal. Pewarnaan methomine silver atau sedangkan spesies yang menginfeksi manusia
Giemsa dapat memperlihatkan kista pneumocystis di nama Pneumocystis jiroveci. Tetapi akronim PCP
antara eksudat. Gambaran yang tidak khas seperti d ig u na ka n.r,to
granuloma non-coseating atau kista intrapulmonal juga Siklus hidup Pneumocystis tidak banyak
dapat ditemukan.l karena jamur ini tidak dapat tumbuh pada berbagai
kultur yang tersedia. Berdasarkan bentuknya,
diketahui mempunyai 2 fase bentuk yaitu bentuk
GEJALA DAN TANDA dan cystic. Bentuk trophic yang tidak beraturan
ukuran antara2-6 um berjumlah lebih banyakdari
Pada pasien yang tidak mengalami imunosupresi, tidak cystic yang bulat dengan ukuran 6-8 um. p-1,
ada sindrom klinis jelas yang disebabkan oleh infeksi sebagai bahan utama dinding sel hanya di
pneumocystis. Pneumocysfis pada bayi menyebabkan bentuk trophic.l,to
765

NOSrS Pemeriksaan pada bahan yang berasal dari


bronchoolveolor lovoge (BAL) yang didapat dengan
fiaena gejala klinis yang tidak khas terutama pada stadium Bronkoskopi mempunyai senstivitas yang paling baik
mal, diperlukan kewaspadaan klinisi untuk mencurigai dibandingkan dengan bahan pemeriksaan lainnya,
mrfuksi pneumocystis pada pasien imunosupresi. Banyak sehingga BAL dianggap sebagai modalitas diagnostik
pasien HIV baru mengetahui status HIV pada saat utama saat ini. Walaupun bahan sputum biasa mempunyai
nnrengalami infeksi oportunistik. Jumlah CD4 pada pasien nilai diagnostik yang rendah, sputum yang diinduksi bila
llilf,V dapat membantu diagnosis PCf; karena PCP terutama dikombinasi dengan pewarnaan imunoflouresensi dapat
hrjadi pada CD4 kurang dari 200 sel/mm3.2 mening katka n sensitivitas pemeriksaan hingga 90o/o.1,s,6
Pemeriksaan fisik dan laboratorium hanya sedikit
nrmrnbantu penegakan diagnosis PCP. Walaupun pasien
hnlihat sesak dan takipneu, pemeriksaan toraks seringkali KTASIFIKASI
nmrmai. Limfopenia yang terjadi dapat merupakan tanda
pnyakit dasar daripada PCP. Kadar Lactate dehidrogenose PCP biasanya diklasifikasikan berdasarkan beratnya
llliilLDH) seringkali meningkat tetapi sensitivitasnya penyakit yang diukur dengan gambaran klinis, alveolar-
mradah.l arterial grodient atau gambaran foto toraks (tabel 1).
Pemeriksaan awal haruslah meliputi foto thoraks dan
pngukuran oksigensi arterial melalui analisis gas darah
ilar pulse oxymetri. Gambaran foto toraks memperlihat- TATALAKSANA
hrn infiltrat difus bilateral atau perihilar yang dapat
hedanjut pada gambaran difus alveolar. PCP juga dapat Pengobatan harus segera dimulai pada pasien yang
mrcrnberikan gambaran u nilateral, fokal, konsolidasi, nodul, diduga mengalami infeksi pneumocystis. Obat-obatan
[avitas, pneumotoraks dan kadang-kadang efusi pleura. yang dipakai berikut dosis dapat dilihat pada Tabel
Ma 30% pasien HlV, PCP tidak menimbukan kelainan 2. Pada pasien HIV pengobatan diberikan selama 21
@a foto toraks. Pemeriksaan Computed Tomogrophy hari dan pada pasien non-HIV selama 14 hari. Pasien
tW-[) scan pada toraks biasanya memperlihatkan gambaran PCP sedang sampai berat yang ditandai dengan PaO,
ptrhy alau diffuse ground-gloss pattern.1,2 < 70 mmHg atau gradien A-a O, > 35 mmHg harus
Oksigenasi arterial sering abnormal pada pasien PCQ mendapat terapi kortikosteroid. Pemeriksaan untuk
finapi pada 307o pasien PCP tidak menunjukan haltersebut. mengkonfirmasi diagnosis dapat dilakukan secepatnya,
'llks
serologis pneumocystis tidak bermanfaat. Penurunan walaupun penundaan pemeriksaan hingga beberapa hari
lladar plasma S-odenyl methionine dan peningkatan kadar setelah pengobatan tidak ,menurunkan nilai diagnostik
mrum B- 7,3-Glucan dapat membantu diagnosis PCB tetapi karena pneumocystist"tup d'uprt ditemukan pada saluran
tMum banyak diteliti.l,tlo napas hingga 3 minggu setelah pengobatan. Konfirmasi
Karena pneumocystis tidak dapat dikultur, maka diagnostik tetap harus dilakukan untuk'menyingkirkan
dingnosis definitif hanya didapatkan dari penemuan kemungkinan infeksi lain yang memberi gambaran
Wumocystis pada bahan pemeriksaan saluran napas. klinis serupa serta mencegah berlanjutnya pengobatan
Nmeumocystis dapat ditemukan dengan berbagai p neu mocystis yang toksi k.1,s,7,e

mmvarnaan kolorimetrik atau imunologik. Pewarnaan Pilihan utama pengobatan PCP adalah Trimethoprim-
hlorimetrik seperti Gomori methamine silven toluidine s u lfa m et h oxozole (TM P -S MX) ya n g meru pa ka n ko m bi nasi
dflruredan Gram-Weigert dapat mewarnai dinding 2 inhibitor enzim pada sintesis folal pneumocystis.
Meumocystis bentuk cysfs sedangkan pewarnaan Pemberian TMP-SMX secara oral merupakan pilihan
iffiemsa dapat mewarnaijuga bentuk trophic. Pewarnaan pada PCP ringan, sedangkan PCP sedang sampai berat
i:mrnunof Iuoresensi den ga n meng g u na ka n a nti bod i atau penderita dengan gangguan absorpsi saluran
nrnonoklonal memberi keuntungan karena tidak ada reaksi cerna sebaiknya mendapat TMP-SMX secara intravena.
dang dengan jamur lainnya. Pemeriksaan inipun lebih Efek samping TMP-SMX terutama adalah demam,
MsDat dan mempunyai sensitivitas yang tinggi.1,7,10 ruam, netropenia, trombositopenia, mual, muntah dan
Pemeriksaan PCR 10 hingga 100 kali lebih sensitif peningkatan enzim hati. Hiperkalemia pernah dilaporkan
rffihandingkan dengan metoda pewarnaan. pCR juga dan hiponatremia terutama berhubungan dengan
@pat digunakan pada bahan pemeriksaan dengan pemberian cairan intravena. Toksisitas terutama terjadi
organisme yang lebih sedikit seperti yang berasal pada minggu-minggu pertama dan lebih sering terjadi
kumuran rongga mulut. PCR dapat juga digunakan pada pasien HIV (50-60%0) daripada pasien non-H1V.1,t10
umrturk menemukan kolonisasi atau pasien dengan infeksi Pilihan lain terapi PCP adalah trimetoprim-dapson,
mnr\K]in is.1,s,6 klindamisin-primakuin dan atovaquon. Efek samping
766 HETMINTIASIS, MtKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNIU

trimetoprim-dapson meliputi ruam, demam, mual, ada di mana,mana. lsolasi pasien pCp tidak dianjurkaa
muntah, peningkatan transaminase, methemoglobinemia, tetapi menghindari tempat perawatan bersama-sama
anemia dan hiperkalemia. pasien yang mengalami efek dengan penderita yang mempunyai faktor risiko dapil
samping pada pengobatan trimetoprim-sulfametoksazol; dilakukan.s,lo
sebanyak 20-30% juga mengalami efek samping pada Pemberian trimetopri m -su lfametoksazol sebagai
pengobatan trimetoprim-dapson. Efek samping pada pencegahan PCP pada pasien HIV sangat efektif, ter-utarna
penggunaan klindamisin-primakuin adalah demam, ruam, pada penderita dengan CD4 kurang dari 200 sel/mnrs-
diare, anemia, neutropenia, peningkatan transaminase Panduan WHO menganjurkan pemberian profilaksis bih
dan methemoglobinemia. penderita dengan defisiensi CD4 kurang dari 350 sel/mm3 atau HIV stadium 3 atau4
glukosa-6-fosfat (G6PD) memiliki risiko anemia hemolitik dengan asumsi bahwa TMP-SMX juga dapat mencegdlrn
dan methemoglobinemia pada penggunaan dapson dan diare dan malaria yang banyak menimbulkan kematiann
primakuin. Atovaquon mempunyai aktivitas terhadap pada pasien HlV. Pemberiannya bila dibarengi deng rlr
malaria dan toksoplasma selain pneumocystis.l,s,lo pemberian obat ARV dapat dihentikan bila CD4 te&dhr
. Pemberian pengobatan onti-pneumocystis dapat mencapai paling tidak 200 sel/mm3 selama paling tid*
disertai dengan perburukan respirasi setelah 3-4 hari yang 3 bulan berturut-turut. Penelitian lain menentukan tarp
disebabkan oleh reaksi inflamasi terhadap organisme yang pemeriksaan CD4, profilaksis TMp-SMX juga dihentilurr
rusak akibat pemberian obat. penambahan kortikosteroid dengan aman bila telah mencapai jangka waktu lll
pada pengobatan pneumocysfis terbukti memperbaiki ta hu n.1,s,10
angka harapan hidup dan mencegah perburukan. Pada pasien non-HlV CD4 tidak secara rutindiperiLn
Penelitian menemukan penurunan angka kematian dapat sehingga panduan profilaksis dengan menggu
mencapai 50% dengan penambahan kortikosteroid pada CD4 tidak terlalu jelas. profilaksis pada pasien
pengobatan PCf tetapi manfaatnya hanya terjadi pada berdasarkan penilaian berat dan lamanya i
PCP sedang hingga berat. pada pasien HlV, pemberian yang terjadi. Komorbiditas yang diperhitungkan
kortikosteroid diberikan bersamaan dengan onti- pasien non HIV adalah penggu'naan obat
pneumocystis, dan tidak lagi bermanfaat bila diberikan radiasi, groft-versus-host disease dan ko-infeksi
setelah 72 jam. Pada pasien non-HlV yang telah mendapat
kortikosteroid sebelumnya, dosis kortikosteroid dapat
Pada penerim a ollogenic stem cell transplant mulai s{
transplantasi hingga 6 bulan atau lebih panjang
ditingkatkan hingga sama dengan dosis pada penderita penderita mendapat pengobatan immunosupresi
H1v.1,6,10
penderita yang mengalami groft-versus-host
Serupa dengan pasien HIV dengan tuberkulosis, Penerima autologus stem cell transplont
pasien HIV dengan PCP perlu mendapat pengobatan risiko PCP yang lebih rendah sehjngga profilaksis
anti-retroviral (ARV) paling tidak 2 minggu setelah diberikan dalam 3-6 bulan. Bagi penerima so/id
mendapat pengobatan pneumocystis. pemberian ARV tro nsp lo nt, lamanya profila ksis bervariasi, 3- 1 2 bulan
dini berisiko menimbulkan immune reconstitutions transplantasi ginjal dan lebih panjang pada tri
inflammotorysyndrome (lRlS) atau overtopping efek jantung. paru-paru, hati dan usus.12
samping yang menyulitkan pengobatan.s,6,8 Profilaksis PCP dapat juga diberikan pada
inflommotory bowel diseose (lBD) yang
pengobatan triple imunomodulator yang me
KOMPLIKASI colcineurin inhibitor alau onti-tumor necrosis
Hingga saat ini profilaksis belum direkomendasikm
Selain gagal napas yang memerlukan bantuan ventilasi pasien penyakitjaringan ikat atau vaskulitis. pasien
mekanik, komplikasi infeksi pneumocystis adalah pengobatan kortikosteroid setara dengan 20 mg
pneumotoraks. Pneumotoraks terutama terjadi pada perhari selama lebih dari 1 bulan juga dianjurkan
pasien yang pernah menggunakan pentamidin aerosol mendapat profilaksis PCP 1,
sebagai pencegahan pCp, dan perokok. penggunaan Pilihan lain profilaksis PCP selain TMP-SMX
steroid sebelumnya juga akan menyulitkan penanganan adalah dapson tunggal atau kombinasi dengan pi
komplikasi.l's,10
dan leukovorin, atovaquon dan pentamidin
semua pilihan tersebut TMP-SMX tetap
utama karena angka kegagalan profilaksis yang
PENCEGAHAN Pada penderita yang pernah mengalami reaksi
ringan terhadap sulfa, TMP-SMX dapat diberikan
Walaupun pneu mocystis ditularkan melalui sistem per- cara pemberian dosis ekskalasi dalam 6 hingga
napasan, sulit menghin{ari penularan karena pneumocystis hingga mencapal dosis penuh.1,2,6

L
IIN|llF::Il(s I PNEUM OCYST I S
767

&e{ 1. Klasifikasi PCpro


ffiasifikasi Ringan Sedang Berat
-: Sesak pada aktivitas berat, Sesak pada aktivitas Sesak pada istirahat, takipneu,
batuk-batuk dan banyak ringan, demam dan banyak demam, batuk-batuk
berkeringat berkeri ngat
>70mmHg 50-70 mm Hg <50mmHg
-lt ;-rai.nt <35mmHg 35-45 mm Hg > 45 mmHg.

;:r-::oraks Normal atau infiltrat perihilar lnfiltrat interstitial difus lnfiltrat interstitial difus luas,
minimal oLveolar shadowing (white
out)

bd 2. Pengobatan PCFtl i
::l' , :r,
-],1 ]i.r:].:]-::
r: t,: :ii:.
i,.r
:r :,:rii,rill
r

mdrkasi Pilihan Obat Dosis*


: -: . tgan: Utama TMP-SMX 2 double-strength (160 TMP + 800 SMX) tablet 3
;t-- > 70 mm Hg atau kali sehari
t -, O,grodient < 35 Alternatif Klindamisin +
*--s Primakuin
450 mg 4 kali sehari atau 600 mg 4 x sehari
30 mglhari
Alternatif lflmetopnm + 5 mg/kg 3 kali sehari
Dapson 100 mglhari
Alternatif Atovaquon 750 mg 2 kali sehari dengan makanan
'i'l: sedang sampai be- Utama TMP.SMX TMP 5mg/kg dan SMX 25mg/kg 3-4 jkali sehari
Alternatif Pentamidin 3-4 mg/kg/hari
:;1. < 70 mm Hg atau Alternatif Klindamisin + 600 mg 4 x sehari atau 900 mg 3 x sehari
"". C, grodient > 35 Primakuin 30 mglhari
r --J
:*'.::ajuvan untuk PCp Utama Prednison 40 mg 2 x sehari pada hari 1-5;40 mg sehari pada
,*::^E sampai berat hari 6-10;20 mg sehari pada hari 11-21
Alternatif Metilpredn isolon 30 mg 2 x sehari pada hari 1-5;30 mg sehari pada
hari 6-1 0; 1 5 mg sehari pada hari 1 1 _21
:,:n HlVdiberikan pengobatan hingga 21 hari, non-HlV hingga 14 hari.

bd 3. Penregahan,P€F 11

=iihan obat Dosis


TMP-SMX 1 doubLe-strengthtablet(160 mg TMP + 800 mg SMX) atau 1 single-strength
tabLet (80 mg TMP + 400 mg SMX) tiap hari
- r:-ratif TMP.SMX 1 double-strength toblet (160 mg TMP + 800 mg SMX) 3 x seminggu
r t."ratif Dopsone 100 mglhari atau 50 mg 2 kali sehari
j, ia.latif Dapsone + 50 mglhari
Pyrimethomine + 50 mg 1 kali per minggu
Leucovorin 25 mg 2 kali per minggu
I :='ratif Atovoquone 1500 mg/hari dengan makanan
- i:-ratif Pentomidine 300 mg nebuL[zer 1 kali per bulan

,qoGNOStS
adalah beratnya hipoksia, umur tua, PCP rekuren, kadar
hemoglobin yang rendah dan adanya penyakit komorbid
r.-::ian pada PCP yang tidak diobati dapat mencapai lainnya. Pada pasien HIV faktor prognostik lainnya adalah
.': Dengan pengobatan yang adekuat kematian pada luasnya infiltrat pada foto toraks, peningkatan neutrofil
,,:^ HIV dengan PCP adalah 10% lebih rendah dari dan lL-8 pada cairan BAL, peningkatan LDH, penurunan
:. .r non HIVyang mencapai 40o/o.Faktor risiko mortalitas albumin dan jumlah sel CD4.1,6,e
768 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTER"T

l
I
REFERENSI
il',/ Carmorn EI\[, Limper AH. Update on the diagnosis and treat-
i/ ment of Pneumocystis pneumonia. Ther Adv Respir Dis
i/
(
2011,,5:41,-59.
D>Avigrron LC, Schofield CIvI, Hospenthal DR. Pneumocystis
pneumonia. Semin Respir Crit Care Med 2008,29:13240.
i
Morris A, Lundgren jD, Masur H, Walzer PD, Hanson DL,
I
Frederick T, et aI. Current epidemiology of Pneumorystis
pneumonia. Emerg Infect Dis 2004,10:1713-24.
I
Morris A, Sciurba FC Noris KA. Pneumocystis: a novel pathogen
in chronic obstructive pulmonary disease? COPD 200&5:43-
51.
Davis ]L, Fei IvI, Huang L. Respiratory infection complicating HIV
infecfion. Curr Opin InIect Dis 2008,2L:1M-90.
Huang L, Crothers K. HlV-associated opportunistic pneumonias.
. Respirolo gy 2009,14:47 4-85.
Huang L, Morris A, Limper AH, Beck JM. An Official ATS
Workshop Summary: Recent advances and fufure directions
in pneumocystis pneumonia (PCP). Proc Am Thorac Soc
2006,3:655-64.
Morris A. Is there anything new in Pneumocystis jirovecii
pneumonia? Changes in P. jirovecii pneumonia over the
course of the AIDS epidemic. Clin Infect Dis2008,46:634-6.
Reid AB, Chen SC Worth Lj. Pneumocystis iirovecii pneumonia
in non-HlV-infected patients: new risks and diagnostic tools.
Curr Opin Infe cl Dis 201L,24:5M44.
Miller RI. Pneumocystis jiroveci infection. In: Cook GC Zumla AI
(Eds). Manson>s Tropical Disease 22"d ed.2008. Saunders.
Philadelphia: 1191-9.
Kovacs JA. Pneumocystis Pneumonia. ln Goldman L, Schafer
AI (Eds). Goldman>s Cecil Medicine 24n ed.2012. Elsevier
Saunders, Philadelphia. e349-L-9
Green fI, Paul IvI, Vidai L, Leibovici L. Prophylaxis of Pneumo-
rystis pneumonia in immunocompromised non-HlV-infected
patients: systematic review and meta-analysis of randomized
controlled trials. Mayo Clin Proc 2007,82:1052-9.
LO4
FITARIASIS
Herdiman T. Pohan

TENDAHULUAN Adanya kekebalan alami atau yang didapat pada


manusia terhadap infeksi filaria belum banyak diketahui.
fulyakit filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Cacing filaria mempunyai antigen yang spesifik untuk
iiinftsbsi satu atau dua cacing jenis filaria yailu Wucheria spesies dan spesifik untuk kelompok (group spesific);
memberi reaksi silang antara berbagai spesies dan
ffi Filaridae, yang bentuknya langsing dan ditemukan di nematoda lainnya.
'@irm sistem peredaran darah, limfe, otot, jaringan ikat atau
mrrgga serosa pada vertebrata. Cacing bentuk dewasa dapat
&mukan pada pembuluh dan jaringan limfa pasien. FILARIASIS BANCROFTI, WUCHERIASIS,
Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang 1 ELEFANT!ASIS
ffilmn, sedangkan penularan parasit terjadi melalui vektor
n;mmuk sebagai hospes perantara, dan manusia atau Penyebab adalah cacing filaria ienis Wucheria boncrofti.
iknn kera dan anjing sebagai hospes definitif. Periodisitas
mikrofilaria di dalam darah tepi bergantung Lingkaran Hidup
spesies. Periodisitas tersebut menunjukkan adanya. Hospes definitif adalah hanya'manusia. Penu laran penyakit
ia di dalam darah tepi sehingga mudah terdeteksi. ini melalui vektor nyamuk yang sesuai. Cacing bentuk
ft{ikrofilaria W. bancrofti umumnya ditemukan pada dewasa tinggal di pembuluh limfe sedangkan mikrofilaria
hari (nokturnal) terutama di belahan bumi bagian terdapat di pembuluh darah dan limfe'
termasuk lndonesia, sedangkan di daerah pasifik Pada manusia W bancroftidapat hidup selama kira-kira
kan siang dan malam (non-periodik). Adapun 5 tahun. Sesudah menembus kulit melalui gigitan nyamuk,
ia B. moloyi mempunyai periodisitas nokturnal. larva meneruskan perjalanannya ke pembuluh dan kelenjar
timbulnya periodisitas ini belum diketahui, mungkin limfe tempat mereka tumbuh sampai dewasa dalam waktu
ruhi oleh tekanan zat asam dalam kapiler paru satu tahun. Cacing dewasa ini sering menimbulkan varises
fuigkaran hidup cacing filaria. saluran limfe anggota kaki bagian bawah, kelenjar ari-
Frevalensi didapatkannya mikrofilaria meningkat ari, dan epididimis pada laki-laki serta kelenjar labium
dengan umur pada anak-anak dan meningkat pada wanita. Mikrofilaria kemudian meninggalkan cacing
umur 20-30 tahun, pada saat usia pertumbuhan, induknya, menembus dinding pembuluh limfe irenuju
lebih tinggi pada laki-laki dibanding wanita, ke pembuluh darah yang berdekatan atau terbawa oleh
hidup filaria meliputi : 1). Pengisapan mikrofilaria saluran limfe ke dalam aliran darah.
atau jaringan oleh serangga penghisap darah;
sis mikrofilaria di dalam hospes perantara Patologi
a. Awalnya mikrofilaria membentuk larva Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan
{orm lalu membentuk larva filariform yang aktif; pembuluh getah bening akibat inflamasi yang ditimbul-
'kmularan larva infektif ke dalam kulit hospes baru, kan oleh cacing dewasa, bukan oleh mikrofilaria' Cacing
i probosis serangga yang menggigit, dan kemudian dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen atau
an larva setelah masuk ke dalam luka gigitan sinus kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran
menjadi cacing dewasa. pembuluh getah bening dan penebalan dinding pembuluh.
770

I
HETMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNA

lnfiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan FILARIASIS DENGAN PERADANGAN
sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamasi
bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan Manifestasi terakhir yang biasanya terlihat di awal infeksi
penunjang, menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik pada penderita dengan infeksi primer adalah limfangitis.
dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah Limfangitis terjadi di sekitar larva dan cacing dewasa
bening. muda yang sedang berkembang, mengakibatkan inflamasi
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis eosinofil akut. Gejala ini disebabkan oleh fenomena
bersama dengan edema keras terjadi pada kulit yang alergik terhadap metabolisme cacing dewasa yang hidup
mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat atau mati, atau akibat infeksi sekunder oleh streptokokts
filariasis ini disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan jamur. Demam, menggigil, sakit kepala, muntailln
dan oleh respons imun pejamu terhadap parasit. Respons dan kelemahan menyertai serangan tadi. Gejala-gejah
imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberagru
dan proliferasi yang menyebabkan obstruksi total minggu, dan saluran limfe yang terutama terkena adaldlm
pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh- saluran limfe ketiak, tungkai, epitroklear serta alat genitdl
pembuluh tersebut tetap paten selama cacing tetap hidup Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertdi
dan bahwa kematian cacing tersebut menyebabkan reaksi dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis den
granulomatosa dan fibrosis. Dengan demikian terjadilah pembengkakan skrotum.
obstruksi limfatik dan penurunan fungsi limfatik. Demam pada filaria terjadi karena adanya i
yang berawal dari kelenjar getah bening (bi
Gejala KIinis inguinal) dengan perluasan retrograd ke bawah
Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, getah bening dan disertai edema. Di sini, i

sedangkan bila sudah lanjut akan menimbulkan gejala tampaknya diperantarai oleh imun dan kadang
obstruksi. Mikrofilaria yang tampak dalam darah pada kasus) beberapa episode inflamasi diawali dengan
stadium akut akan menimbulkan peradangan yang nyata, kulit.
seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis, epididimitis dan Salah satu kepustakaan menyebutkan bahwa
orkitis. Namun adakalanya peradangan tidak menimbulkan yang murni ditimbulkan oleh filaria jarang terjadi.
gejala sama sekali terutama bagi penduduk yang sejak yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh
kecil sudah berdiam di daerah endemik. Gejala peradangan infeksi sekunder bakteri. Gejalanya yang timbul bi
tersebut sering timbul setelah bekerja berat dan dapat demam tinggi, menggigil, mialgia, dan sakit kepala
berlangsung antara beberapa hari hingga beberapa juga timbul plak edematosa yang mudah di
minggu (2-3 minggu). Gejala dari limfadenitis adalah dengan jaringan sehat disekitatnya, biasanya
nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe yang terkena dengan vesikel, ulkus dan hiperpigmentasi. Pada
dan biasanya disertai demam, sakit kepala dan badan, juga dapat timbul ulkus yang steril dan
muntah-muntah, lesu, dan tidak nafsu makan. Stadium cairan serosanguineous. Kadang disertai dengan
akut ini lambat laun akan beralih ke stadium menahun trauma, terkena api, radiasi, digigit serangga, dm
dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan terkena bahan kimia.
elephontiosis. Serangan akut ini dapat berlangsung selarna
Karena filariasis boncrofti dapat berlangsung selama bulan atau lebih. Pengobatan dengan berbagai
beberapa tahun, maka ia dapat mempunyai perputaran tidak memberikan hasil. Bila keadaannya beral
klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap menyebabkan abses pelvis ginjal, pembengkakan epr
infeksi filaria berbeda-beda sehingga mung kin stadiu mnya jaringan retroperitoneal, kelenjar ari-ari dan otot
tidak dapat dibatasi dengan pasti. Oleh karena itu Hal ini dapat terjadi karena cacing yang mati
seringkali kita membaginya berdasarkan gejala infeksi degenerasi. Abses ini steril, tetapi dapat
filaria yaitu : 1). Bentuk tanpa gejala; 2). Filariasis dengan piogen. Reaksi ini bersifat setempat dan
peradangan; 3). Filariasis dengan penyumbatan. pertumbuhan jaringan pengikat yang berlebihan
yang menahun akan menimbulkan penyumbatrt
Bentuk Tanpa Gejala limfe disertai serangan limfangitis yang berulang
Umumnya bentuk ini didapatkandi daerah endemik. Pada kadang-kadang disertai dengan elefantiasis.
pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar darah pada proses menahun itu biasanya menqf
limfe terutama di daerah inguinal. Pada pemeriksaan darah leu kositosis den ga n eosi nof iI ia sebesar 6-26o/".
ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya Salah satu gejala lain yang kadang timhd
eosinofilia. Pada saat cacing dewasa mati, mikrofilaria filariasis adalah hematuria. Sekitar 40o/o pasiert
menghilang tanpa pasien menyadari adanya infeksi. mikrofilaremia mengalami hematuria dan
nARIASIS 771

nnenunjukkan adanya kerusakan ginjal derajat rendah. Hubungan antara adanya mikrofilaria di dalam darah
lli'lematuria yang terjadi dapat makroskopik, namun lebih dan elefantiasis sangat kecil, karena mikrofilaria menghil-
sring mikroskopik dan ditemukan pada saat dilakukan ang setelah cacing mati. Bila saluran limfe kandung kenc-
Eemeriksaan urin rutin. Kelainan ginjal ini lebih mungkin ing dan ginjal pecah akan timbul kiluria, sedangkan bila
db-sebabkan oleh adanya mikrofilaria yang beredar dalam terjadi episode berulang adenolimfangitis pada saluran
,darah dibandingkan dengan oleh adanya cacing dewasa. limfe testis yang mengakibatkan pecahnya tunika vaginalis
ldal ini ditunjukkan dengan perbaikan fungsi ginjal bila akan terjadi hidrokel atau kolakel. Bila yang pecah saluran
nrnikrofilaria hilang dari peredaran darah. limfe peritoneum dapat terjadi asites kilus. Gambaran
Fenomena lain yang dapat terjadi pada filariasis adalah yang sering tampak adalah hidrokel (40-50o/o kasus) dan
suatu keadaan yang disebut sebagai tropicol pulmonary limfangitis alat kelamin. Pemeriksaan transiluminasi bi-
wsinophilio. Hal ini disebabkan oleh respon imunologik asanya positif. Cairan hidrokel ini biasanya jernih namun
yang berlebihan terhadap infeksi filaria. Sindrom ini pada beberapa kasus bisa keruh,juga dapat menyebabkan
ointandai dengan: hidrokel. Limfangitis dan elefantiasis ini dapat diperberat
' kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi dengan infeksi sekunder oleh streptokokus.
. gejala mirip asma
. penyakit paru restriktif (dan kadang obstruktif) Diagnosis
' kadar antibodi spesifik antifilaria sangat tinggi Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan
' respons pengobatan yang baik dengan terapi parasit dan hal ini cukup sulit. Cacing dewasa yang hidup
antifilaria (DEC) di pembuluh getah bening atau kelenjar getah bening sulit
Angka kejadian sindrom ini rendah (< 1% dari seluruh dijangkau sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Itaws filaria), namun sindrom ini merupakan keadaan berat parasit. Mikrofilaria dapat ditemukan di dalam darah,
pang dapat mengakibatkan fibrosis interstisial kronik dan cairan hidrokel, atau kadang-kadang cairan tubuh lainnya.
q6Eal napas. Cairan-cairan tersebut dapat diperiksa secara mikroskopik.
Banyak individu terinfekii yang tidak mengandung
mikrofilaria dalam darahnya sehingga diagnosis pasti
RIARIASIS DENGAN PENYUM BATAN sulit ditegakkan.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis
Pada stadium yang menahun ini terjadijaringan granulasi dengan eosinofilia sampai 10-30o/o. Di sebagian besar
pmo proliferatif serta terbentuknya varises saluran limfe belahan dunia, mikrofilaria aktif pada malam hari terutama
lmrg luas. Kadar protein yang tinggi dalam saluran limfe darijam 10 malam sampaijam 2pagi. Namun di beberapa
flilterangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen. daerah Asia dan Pasifik tinrbulnya subperiodik, yaitu
L,rrn-kelamaan bagian yang membesar menjadi luas dan timbul hampir sepanjang hari dengan puncak beberapa
frrmbul e/ephonfiosis menahun. kali sehari. Pada kasus dengan periodisitas subperiodik
Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe diurnal (lnfeksi Bancrofti di daerah Pasifik Selatan,
6trt bagian tengah turut mempengaruhi skrotum dan Kepulauan Andaman, dan Pulau Nikobar) puncaknya
pnis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin pada pada pagi hari dan sore hari. Oleh karena itu pengambilan
mrnha. lnfeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi spesimen darah untuk pemeriksaan mikrofilaria harus
tiutngkai dan bagian luar alat kelamin. Elefontiosis pada sesuai dengan puncaknya mikrofilaria aktif didalam darah.
urlrlumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pengambilan darah
nrmnyebabkan pembesaran. tebal atau tipis yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa
Limfedema pada filariasis boncrofti biasanya mengenai otou Wright.
sturuh tungkai. Limfedema tungkai ini dapat dibagi dalam Spesimen darah yang diambil lebih baik diambil dari
4tinnEkat, yaitu : darah kapiler dibanding dengan darah vena. Terdapat
beberapa bukti yang menyebutkan bahwa konsentrasi
Egkat l.Edema pitting pada tungkaiyang dapat kembali mikrofilaria di darah kapiler lebih tinggi dibandingkan
nrmmal (reversibel) bila tungkai diangkat.
dengan darah vena. Volume darah yang digunakan
thgkat 2. Edema pitting/non-pitting yang tidak dapat untuk pulasan sekitar 50pl dan jumlah mikrofilaria 2Omf/
krnrbali normal (ireversibet) bila tungkai diangkat. ml atau lebih merupakan petunjuk adanya mikrofilaria
dalam darah.
nhgfrat 3. Edema non-pitting,tidak dapat kembali normal
Akhir-akhir ini penggunaan mikroskopik untuk
@ tungkai diangkat, kulit menjadi tebal. mendeteksi mikrofilaria sudah mulai tergantikan oleh
fhgftat 4. Edema non-pitting dengan jaringan fibrosis penggunaan membran filtrasi yang ditemukan oleh Bell
rfu verukosa pads kulit (elefontiasis). tahun 1967. Keuntungan dari alat ini adalah sampel yang
772 HELMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAL

dapat disimpan dalam waktu lama. Selain itu karena dalam pembuluh getah bening yang mengalami dilatasi.
menggunakan formalin maka dapat dilakukan fiksasi Cacing dapat dilihat di pembuluh getah bening korda
mikrofilaria dalam darah dan pembuangan mikroorganisme spermatika hampir pada 80% pria. Cacing dewasa hidup
yang tidak diinginkan seperti HIV hepatitis B dan hepatitis memberikan gambaran khas di dalam pembuluh darah.
C. Pada episode akut, filariasis limfatik harus dibedakan dikenal dengan filaria donce sign. Pemeriksaan PCR untuk
dengan tromboflebitis, infeksi, dan trauma. Limfangitis mendeteksi DNA W. bancrofti sudah mulai dikembangkan
retrograd merupakan gambaran khas yang membantu Beberapa studi menyebutkan bahwa metode ini hamplr
membedakannya dari limfangitis bakterial yang bersifat sama bahkan lebih tinggi sensitivitasnya dibanding
asendens. metode parasitologik.
Pemeriksaan terhadap antigen W. boncrofti yang
bersirkulasi dapat membantu penegakan diagnosis. Dua
tes yang tersedia antara lain ELISA dan lCT. Sensitivitas PENGOBATAN
keduanya berkisar antara 96-100% dan spesifisitas
mendekati 100%. Teknik pemeriksaannya menggunakan Perawatan Umum
antibodi monoklonal, yaitu AD12 dan Og4C3. Studi di
. lstirahat di tempat tidur, pindah tempat tinggrdl
Australia menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan ke daerah yang dingin akan mengurangi derajail
antibodi Og4C3 sensitivitasnya 100o/o pada pasien dengan serangan akut.
jumlah mikrofilaria yang tinggi namun sensitivitasnya . Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekundsr
menurun menjadi 72-75% pada pasien dengan jumlah dan abses.
mikrofilaria yang rendah. Spesifisitasnya juga tinggi yaitu
. Pengikatan didaerah pembendungan akan mengurrqfl
edema.
99-100%. Penggunaan AD12 juga memiliki sensitivitas
dan spesif isitas yang tinggi yaitu 96-100% untuk
sensitivitasnya dan 100% untuk spesifisitasnya. Sampai Pengobatan Spesifik
saat ini pemeriksaan untuk mendeteksi antigen Brugia Pengobatan lnfeksi. Fokus pengobatan yang
saat ini belum tersedia. efektif adalah pengobatan di komunitas. Hal ini
Pemeriksaan serologi antibodi juga telah digunakan melalui penurunan angka mikrofilaremia
untuk mendeteksi W bancrofti, namun spesifisitasnya pemberian dosis satu kali per tahun. Pengo
yang rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi peroran gan d ituj ukan u ntu k meng hancurkan parasit
silang dengan parasit yang lain. Selain itu hasil yang mengeliminasi, mengurangi, atau mencegah
didapatkan juga tidak dapat membedakan antara infeksi Hingga saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia
saat ini dan infeksi lampau. Saat ini telah dikembangkan menetapkan Dietilcarbamazine (DEC) sebagai satu
pemeriksaan serologi yang spesifik untuk W. bancrofti obat yang efektif, aman, dan relatif murah.
yaitu menggunakan antibodi subklas lgG4. Namun dilakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kgBB/han
sensitivitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan 12hari. Pengobatan ini dapat diulang t hinggi 5
pemeriksaan secara parasitologi lain yaitu sekitar 90- kemudian bila perlu, atau DEC selama 2 hari per
95o/o. (6-8 mglkgBB/hari).
Pencitraan limfoskintigrafi dengan radionuklir pada Obat lain yang dapat digunakan adalah
ekstremitas menunjukkan abnormalitas sistem limfatik, baik Meski lvermektin sangat efektif menurunkan kada
pada penderita yang asimtomatik mikrofilaremik maupun filaremia, tampaknya tidak dapat membunuh
pada penderita dengan manifestasi klinis. Kegunaan dari dewasa (non-makrofilarisidal), sehingga terapi
limfoskintigrafi ini adalah : 1) Dapat menunjukkan alur tidak dapat diharapkan menyembuhkan infeksi
aliran limfe; 2). Evaluasi kecepatan aliran limfe, kecepatan menyeluruh. Albendazol bersifat makrofilarisidd
absorpsi. dari tempat injeksi, mengukur waktu akumulasi W bancrofti dengan pemberian setiap hari
trocer di daerah kelenjar limfe; 3). menunjukkan kelenjar minggu. Namun, dari penelitian dikatakan obat
limfe; 4). menunjukkan pusat inflamasi dengan jaringan belum optimal. Jadi untuk mengobati individu,
lunak dan kelenjar yang baru terbentuk pada proses digunakan.
inflamasi menahun; 5). Menemukan kerusakan trauma Efek samping DEC dibagi dalam 2 jenis. Yarg
saluran limfe; 6). Membedakan edema tungkai limfe, bersifat fa rma kolog is, terga ntu n g dosisnya, angla
trauma mekanik tungkai bawah; 7). Mengikuti proses sama baik pada yang terinfeksi filariasis
perubahan obliterasi limfe. Yang kedua adalah respons dari hospes yang
Pada kasus filariasis limfatik, pemeriksaan USG Dopler terhadap kematian parasit; sifatnya tidak
skrotum pada pria dan payudara pada wanita memper- pada dosis obatnya tapi pada jumlah parasit
lihatkan adanya cacing dewasa yang bergerak aktif di hospes.
filtltAsls 773

Ada 2 jenis reaksi : 'l). Reaksi sistemik dengan atau Hal-hal di atas dapat menurunkan angka kekambuhan
Etqm dsrn6rn, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai elefantiasis ekstremitas dan skrotum. H.L Pincei dari
uaqi,an tubuh, sendi-sendi, pusing, anoreksia, lemah, Argentina mengusulkan suatu bentuk penanganan
trernaturia transien, reaksi alergi, muntah, dan serangan limfedema yang multidisipliner dengan tujuan untuk
mtra. Reaksi ini terjadi karena kematian filaria dengan cepat memperbaiki kualitas hidup pasien sebagai manusia
@at menginduksi banyak antigen sehingga merangsang seutuhnya. Tergantung dari berat atau ringannya
mffim imun dan dengan demikian menginduksi berbagai gambaran klinik pasien dapat dirawat jalan atau rawat
:mdrsi Reaksi ini terjadi beberapa jam setelah pemberian inap. Bantuan psikoterapi diperlukan untuk memberikan
ffi[ dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari. Demam pengertian dan menerima keadaan penyakit dan kelainan
'tur jarang terjadi dan tidak terlalu hebat
neaksi sistemik fisik yang dirasakan pasien. Kemudian disusul dengan
@a dosis kedua dan seterusnya. Reaksi ini akan hilang pemeriksaan dermatologik serta kemungkinan infeksi,
'tuqan sendirinya; 2). Reaksi lokal dengan atau tanpa fisioterapi ditetapkan berdasarkan teknik kompresi untuk
dlrr'm66, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, transien drainase limfe pada kedua tungkai, yang mungkin perlu
hidrokel, funikulitis, dan epididimitis. Reaksi
iihrm'+fudsrn6, dipertahankan selama bertahun-tahun.
mrrenderung terjadi kemudian dan berlangsung lebih Terapi bedah dipertimbangkan apabila terapi non
hm'ma sampai beberapa bulan, tetapi akan menghilang bedah tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hampir
dnmgan spontan. semua usaha untuk membuat saluran limfe baru mencapai
Reaksi lokal cenderung terjadi pada pasien dengan keberhasilan yang terbatas. Beberapa terapi bedah yang
'ltrilrryat adenolimfangitis; berhubungan dengan dapat dilakukan antara lain : 1). Limfangioplasti; 2).
i{fuadaan cacing dewasa atau larva stadium lV dalam Prosedurjembatan limfe; 3). Transposisi flop omentum; 4).
tutnrh hospes. Efek samping pada pemberian ivermektin, Eksisi radikal dan tandur kulit; 5). Anastomosis pembuluh
@Dgenesisnya sama dengan pada pemberian DEC, hanya limfe tepi ke dalam; 6). Bedah mikrolimfatik.
iEfr*h ringan pada pasien filariasis malayi dibandingkan Untuk kiluria, diberikan terapi nutrisi rendah lemak,
lffi|h"asis bankrofti. tinggi protein, dengan asirpan cairan tinggi dan dapat
diberikan suplemen tambahan dengan trigliserida rantai
f@obatan penyakit. Hidrokel besar yang tidak sedang (med iu m -cha in trig lycerides).
mungalami regresl spontan sesudah terapi adekuat harus
,dmper-asi dengan tujuan drainase cairan dan pembebasan
frurr'mx,a vaginalis yang terjebak untuk melancarkan aliran
PENCEGAHAN
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah
li|iitmnnie,

l&rqan aspirasi dan operasi. Aspirasi calran hidrokel tidak Pencegahan massal. Kontrol penyakit pada populasi
dim"""""'Uurkan ka rena sela in a n g ka keka m bu ha n nya ti ng g i, adalah melalui kontrol vektor (nyamuk). Namun hal ini
tr*rcng kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. terbukti tidak efektif mengingat panjangnya masa hidup
parasit (4-8 tahun). Baru-baru ini, khususnya dengan
&herapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel dikenalnya pengobatan dosis tunggal, (satu kali pertahun),
dCah: dua regimen obat yaitu Albendazol 400 mg dan lvermectin
* hiidrokel yang besar sehingga dapat menekan 200 mglkgBB cukup efektif. Hal ini merupakan pendekatan
pembuluh darah. alternatif dalam menurunkan jumlah mikrofilaria dalam
'- llrndikasikosmetik. populasi.
* hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan Pada pengobatan massal (program pengendalian
mlengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya filariasis) pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan
sehari-hari. Pada ekstremitas yang terkena, lagi mengingat efek sampingnya. Untuk itu, DEC diberikan
cilakukan: dengan dosis lebih rendah (6 mglkgBB), dengan jangka
- pencucian dengan sabun dan air dua kali per waktu pemberian yang lebih lama untuk mencapai dosis
hari total yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2-
- menaikkan tungkai yang terkena pada malam 0,4o/o selama 9-12 bulan. Atau pemberian obat dilakukan
hari seminggu sekali, atau dosis tunggal setiap 6 bulan atau
- ekstremitas digerakkan teratur untuk melancarkan 1 tahun.
aliran
- menjaga kebersihan kuku Pencegahan !ndividu
- memakai alas kaki Kontak dengan nyamuk terinfeksi dapat dikurangi melalui
- mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau penggunaan obat oles anti nyamuk, kelambu, atau
antibiotik insektisida.
H ELM I NTIASIS, M I KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERI'T.

tumbuhan air). Penyakit ini terdapat di luar perkotaan bila


vektornya adalah Mqnsonia, dan bila vektornya adal&
onopheles terdapat di daerah perkotaan dan sekitarnyra.

Patogenesis dan Gejala Klinis


kemudian program pengobatan masal diterapkan Parasit seperti W. boncrofti akan menimbulkan limfangitb
untuk mengobati populasi berisiko. Di banyak negara, dan elefantiasis. Brugio molayi berbeda dengan l{
program dilakukan dengan pemberian dosis tunggal 2 bancrofti dalam hal hubungan antara gejala filariask
obat bersamaan 1 kali per tahun. Obat yang diberikan dengan jumlah mikrofilarianya. Pasien dengan gejah
adalah Albendazole dan DEC atau lvermektin. Dosis ini fi la riasis mempu nyai ju m la h mi krofi la ria yang lebi h tingdl
harus diberikan selama 4-6 tahun. Alternatif lain adalah dibanding pasien yang tidak mempunyai gejala. Studidi
penggunaan garam terfortifikasi DEC selama 1 tahun; Malaysia menunjukkan perbandingan 2 kelompok terseh&
2). Meringankan beban penderita (contoh: kontrol sampai 5 kali lebih tinggi. Filariasis malayi mempunldi
morbiditas). Untuk mengurangi beban akibat penyakit gejala kliniskhas dengan adanya limfadenopati superffil
diperlukan edukasi untuk meningkatkan kewaspadaan dan dengan eosinofilia yang tinggi (7-70o/").
pada pasien yang mengalami infeksi. Dengan edukasi Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gE*
ini diharapkan pasien akan meningkatkan higiene lokal klinis filariasis timori, namun berbeda dengan gejala klhi;
sehingga mencegah episode inflamasi akut. filariasis bankrofti. Stadium akut ditandai dengan
demam dan gejala peradangan saluran dan kelenjar
Prognosis yang hilang timbul. Limfadenitis biasanya me
Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan
terutama bila pasien pindah dari daerah endemik. sering timbulsetelah pasien bekerja berat. Kadang
Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar ke
dengan pemberian obat, serta pemberantasan vektornya. mengenai saluran limfe dan rnenimbulkan I

Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, retrograd, yang bersifat khas untuk filariasis.
prognosis lebih buruk. Peradangan pada saluran limfe ini dapat
daerah sekitarnya dan menimbulkan infiltrasi pada
paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah bi
, FITARIASIS MALAYI ikut membengkak dan menimbulkan gejala li
Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul,
I Penyebab adalah filariasis Brugio molayi. dan menjadi ulkus. Ulkus pada-pangkal paha id
sembuh meninggalkan bekas sebagaijaringan
' Lingkungan Hidup tanda ini merupakan salah satu gejala obyektif filar
, Manusia merupakan hospes definitif. Periodisitas limfatik. Selain itu pembesaran kelenjar limfe ini dapatj
, ,ikrofilaria B. malayi adalah periodik nokturna, subperiodik dilihat sebagaitali yang memanjang yang
; nokturna, atau nonperiodik. Periodisitas mikrofilaria satu tanda lain yang penting untuk filariasis malay-
I Vang bersarung dan berbentuk khas ini, tidak senyata Hal lain yang penting dari filariasis malayi ini
: periodisitas W.bancrofti. Sebagai hospes perantara adalah sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena,
i nyamuk Monsonio, AnopheLes, dan Amigeres. Dalam tubuh dengan filariasis bankrofti. Kecuali kelenjar limfe i
' nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dalam kelenjar limfe lain di bagian medialtungkai, di
: waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada
masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang lebih brugia, elefantiasis hanya mengenai tungkai
10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam bawah lutut, atau kadang-kadang lengan bawah di
, tubuh manusia dan nyamuk perkembangan parasit inijuga siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah
sama dengan perkembangan W. boncrofti. kecuali bila filariasis brugia terjadi yang bersamaan
filariasis bankrofti.
Epidemiologi
Penyebaran geografis parasit ini luas meliputi Srilangka, Diagnosis
lndonesia, Filipina, lndia Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, Diagnosis pada filariasis malayi sama seperti
dan sebagian kecil di jepang. Daerah penyebarannya W. bancrofti. Namun pada filarialis malayi,
terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup imunologis tidak dapat dilakukan untuk
i nyamuk Mansonia. Nyamuk terdapat di daerah rendah adanya mikrofilaria. Selain itu pemeriksaan r
; aengan banyak kolarn yang bertanaman pisfio (suatu jarang dilakukan pada filariasis malayi.
FI.ARIASIS
775

lengobatan Felix Partono, Agnes Kurniawan. Wucheria Bancrofti. Dalam :

P-lnsip pengobatan pada filariasis malayi hampir sama Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2000.p. 35-9.
,dengan pengobatan pada W. boncrofti. pada filariasis
Felix Partono, Agnes Kurniawan. Brugia malayi danbrugia timori.
m,alayi diberikan DEC dengan dosis 6 mg/K1BB/hari Dalam: Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. ]akarta: Balai
seiarna 6 hari. Ada kepustakaan lain yang menyebutkan Penerbit FKUI; 2000.p.40-1.
hahwa DEC diberikan dengan dosis 5 mg/KgBB/hari Grove ID. Serum microfilaria e antibody titres before and after
treatment of bancroftian microfilaremia with diethylcar-
Eeama 10 hari. Untuk pengobatan masal, pemberian bamazine. The South East Asian Trop Med Health 1980;
u;siis standar dan dosis tunggal tidak dianjurkan. yang 12(4):487-91,.
ui'arjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka James ]P. Filariasis. In : Flarrison, ed. Principles of Internal
Medicine. 7 th ed.1045-7 .
roanjang (100 mg/minggu selama 40 minggu) atau garam Kumaraswami V. The Clinical manifestations of lymphatic filari-
nW.0,2-0,4% selama 9-12 bulan. Pencegahan terhadap asis. ln: Lyrnphatic Filariasis. London: Imperial College Press;
u,eKor ini dengan cara memberantas vektor nyamuk 2000. p.103-25.
Maizels RM, Partono F, Oemiyati S, Ogilvie BM. Antigenic analysis
lmrsebut dan menyingkir-kan tanaman Pistio stratiotes
characterization by surface radioiodination and evaluation of
'fui'qan Fenoxoilen 30 gram merupakan obat murah dan diagnostic potential. Clin Exp Immunol 1983;51 :269-277.
mT,e."nuaskan terhadap tumbuhan air ini. Manson-Bahr, Wilcoks. Manson's hopical disea ses. 17th ed. 197 6;
192-217.
Mcharty f. Diagnosis of lympatic filarial infection. ln: Lymphatic
Filariasis. Imperial College Press. London. 2000; p127-150.
IILARIAStS TtMORI Partono F, Borahma. Pelat study on the control of malayanfilariasis
in South Sulawesi, Indonesia. Health Studies in Indonesia.
ftmrebab adalah filaria tipe timori. Bull Penel Kese 1974; 2:17.
Partono F, Cross |Ff Clarke MD, Bokarima, Sri Oemiyati. Obser-
vation on the duodenal diagnosis of filariasis #ter a single
Qddemiologi dose of htrazan. South East Asian I Trop Med Pub Health
tipe ini terdapat di Timor; pulau Rote, Flores, dan
fifl,hria 1972;3:366.
Partono F : Elephantiasis and i/s relation to filarial immunify.
lbeberapa pulau di sekitarnya. Cacing dewasa hidup South East Asian I Trop Med Pub F{ealthl9SZ 13: 2.
ff mlam saluran dan kelenjar limfe. Vektornya adalah Partono F, Purnomo, Oemiyati S, Suwarta S. The longterm effects
,tfiuor,c,oheles barbirostis. Mikrofilarianya menyerupai of repeated diethycarbamazine administration with special
reference to microfilaremia and elephantiasis. Acta Tropica
nnllmofilaria Brugio maloyi, yaitu lekuk badannya patah-
198L;38:217-25.
pamh dan susunan intinya tidak teratur, perbedaannya Partono F. Beberapa aspek Wucheria Bancrofti di ]akarta. Tesis.
tu/rmak dalam : 1). Panjang kepala sama dengan 3 x Jakarta;FKUI.1976.
rln*r,a1 last.;r' 2). Ekornya mempunyai 2 inti tambahan, Piessens WF, Hoffman SF, Ratiwayanto, Piessens PW, Partono
F, Kurniawan L, Marr.rroto HA. Opposing effects of filariasis
'wrunq ukurannya lebih kecil daripada inti-inti lainnya dan and chronic malaria on ifnrrunoregulatory T lymphocytes.
ilutfrailk"'rya lebih berjauhan bila dibandingkan dengan letak Diagnostic Immunol 1983; 257 -60.
trtmtr hrnbahan B. moloyi;3). Sarungnya tidak mengambil Purnomo, Dennis TD, Partono F. The microfilaria of brugia timori :
Morphologic description with comparison*o brugia malayi in
ror-a pulasa n Giemso; 4). Ukurannya lebih panjang Indonesia. ] Parasitol 1977;63:6
ilfun'pada mikrofilaria Brugio moloyi. Mikrofilaria bersifat Ramachandran. Humanfilariasis and its control in west Malaysia.
lpn'sdik nokturnal. Bull Publ Health 1970, 4 112
Raesaeni ST, Djelantik AAG, Patono F. Lymphangioadenophaty in
filariasis. Madrid : International Congress of Radiology,
f*la Klinis, Diagnosis dan Pengobatan 1979.
{@1aia klinis, diagnosis dan pengobatan filariasis timori Sando 9 HamAA, ZamanW. Proceedings of parasite in{ection and
rmrmn'nerupai B. moloyi. laboratory meeting. The Third SEA Regional Meeting on
Parasitology and Tropical Medicine. 1968.
Spicer IAJ. Tissue nematodes. In: Clinical Bacteriology, Mycology
and Parasitology.London: Churchill Livingstone; 2000.p.
IITERENSI 80.
Sri Oemijati, Agnes Kumiawan. Epidemiologi filariasis. Dalam :
Paraqitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUL
mMm,T !!TlO. Dasar Parasitologi Klinis. 1969. Diterjemahkan
Pribadi dkk. 1983. Jakarta. 2000; h35-39.
Thomas b Nutman, Peter F Waller. Filariasis and related infection.
mmm'rrc HL, Edison jFB. Filariasis in Portugese Timor with obser-
In: Braurrwald, et.al (Eds). Harrison's Principles of Internal
ration on a new microfilaria found in man. An Trop Med
Medicine 15s ed. New York: McGraw-H1ll;2001:1237-40.
F:rasit 1965;59:193.
World Health Organization Expert Committee on Filariasis. Fifth
flllumuil .\ddis, Gerusa Dreyer. Treatment of lymphatic filariasis. In :
Report. Lymphatic filariasis : the disease and its control. \AtrIIO
tr-tmphatic Filariasis.London: Imperial College Press; 2000.
Tech rep Ser 1992;82L:L-71.
p,151-99.
World Health Organization Expert Comrnitte on Filariasis, 3rd
Mmr A Ottesen. Filariasis. In: Paul WE, ed. Fundamental Immunol-
Report. WHO Techn Rep Ser 1974;542.
rer-. Philadelphia:Lippincott-Raven, 1999. Section 6.Chapter
&-)p.1-6.
105
SOru TRANSMITTED HELMINTHS
Cafta A. Gunawan

PENDAHUTUAN (threodworm, pinworm, oxyuriasis) atau cacing kremi danm

Trichuris trichiuro (whipworm) atau cacing cambuk.


Soil tronsmitted helminfh (STH) atau Geohelminth
(cacing yang ditularkan lewat tanah) adalah nematoda Jenis 2 Modified Direct
intestinal yang sebagian siklus hidupnya berlangsung di Telur dikeluarkan melalui feses, mengalami suatu
luar tubuh manusia yaitu di tanah.1,2 Dari 20 jenis cacing perkembangan di tanah sebelum tertelan, me
yang umumnya menyebabkan infeksi pada manusia, dan larva menembus membran mukosa lambung
STH merupakan penyebab tersering.3,a Diperkirakan memasuki sirkulasi mencapai paru, melalui
seperempat populasi dunia terinfeksi oleh satu atau respiratorius masuk ke esofagus, mencapai usus
lebih STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americonus/ dan menjadi cacing dewasa. Kelompok ini menc
An cylo sto m o d u od e n o le, Tr ic h u ris t ric h iu ro.s,6 Ascoris lumbricoides (roundworm) atau cacing gelang
lnfeksi STH terjadi melalui kontak dengan telur atau Toxocoro spp.
larva parasit pada tanah yang terkontaminasi. lnfeksi
parasit ini merupakan salah satu infeksi kronis yang paling Jenis 3 Menembus Kulit
banyak dijumpai pada manusia, khususnya di daerah Telur dikeluarkan melalui feses, fiiencapai tanah,
miskin dengan sanitasi dan higiene yang buruk di negara menjadi larva dan mengalami perkembangan
berkembang.1,7,8 Tidak seperti penyakit tropis lainnya, siap menembus kulit, mencapai sirkulasi. dan
infeksi dengan STH sebagian besar kasus tidak menunjuk- menem bus tra ktus respi ratorius, mencapai esofagus
kan gejala atau tanda klinis. Hal ini disebabkan karena usus halus untuk menjadi cacing dewasa. Kelompo*
proses patologi sangat berkaitan dengan jumlah cacing adalah Ancylostomo (hookworm) atau cacing tam
yang ada dalam tubuh dan kebanyakan individu hanya dan Strongyloides stercorolis. Khusus pada S,
terinfeksi oleh beberapa ekor cacing. lndividu dengan larva dikeluarkan melalui feses dan autoinfeksi
banyak cacing dalam tubuhnya, akan mengalami anemia, terjadi pada tepi anus atau mengalami perkem
gangguan pertumbuhan dan kognitif serta manifestasi independen yang berlangsung di tanah tempat cacirqg
klinis lain. Nematoda ini dijadikan satu kelompok karena dapat hidup tanpa melalui siklus dalam tubuh manusm,
memiliki kemiripan dalam biologi dan epidemiologi serta
sering ditemukan infeksi multipel yang dapat diterapi
dengan obat yang sama. Parasit ini dibagi menjadi 3 jenis ENTERO BI U S VERM IC U LARIS
berdasarkan siklus hidupnya.l
Enterobius vermiculoris memiliki distribusi yang luas
Jenis 1 Direct dunia. Diperkirakan terdapat 300 juta orang teri
Telur berembrio dikeluarkan, menetas dan menginfeksi Enterobius di seluruh dunia.1,3 lnfeksi cacing ini
ulang hospes dalam waktu 2-3 jam. Telurterbawa dari tepi biosrs) lebih sering dijumpai pada anak-anak
anus ke mulut tanpa mencapai tanah, atau jika mencapai dengan orang dewasa dan banyak terjadi dalam
tanah, tidak memerlukan suatu periode perkembangan keluarga atau institusi seperti sekolah. Panjang
di tanah. Kelompok ini mencakup Enterobius vermicuLoris betina 8 - 13 mm dan cacing jantan 2 - 5 mm.

776
TRANSMITTED HELMINTHS

h ospes satu -satu nya. Transmisi terjad i mela lu i prolaps rektum. Kerusakan mukosa karena Trichuris
; paling umum adalah transmisi langsung dari anus/ dapat memudahkan infeksi oleh organisme lain seperti
m ke mulut melalui kuku yang terkontaminasi. shigelosis dan Entamoebo histolytico. lnfeksi juga
lain adalah paparan dengan telur cacing pada tanah, dapat mengakseserbasi kolitis yang disebabkan oleh
debu yang terkontaminasi masuk ke mulut atau Campylobacter jejuni. lndividu yang tinggal di daerah
#hmuing, retroinfeksi (telur menetas di mukosa anus dan endemis memiliki respons imun yang tinggi yang
lihnra bermigrasi ke usus besar). melibatkan lgA, lgM, lgG, lgE, berbagai sitokin, namun
Cacing dewasa hidup di kolon, terutama sekum dan tidak menghasilkan imunitas protektif yang lengkap.
rllihalulrn terminal, dapat menyebabkan ulserasi kecil pada lnfeksi ringan biasanya tanpa gejala, infeksi sedang
fitmpat cacing menempel. Cacing dapat hidup selama 2 menyebabkan anemia dan gangguan pertumbuhan. Pada
hrdm'n dan memproduksi 2000 telur per hari. lnfeksi dapat infeksi berat (lebih dari 500 cacing dalam usus), terjadi
riuryaterjadi pada organ genitalia wanita maupun pria, dan trichuris dysentry syndrome (TDS), dan prolaps rektum.
rilffiksi yang tidak lazim pernah dilaporkan terjadi pada Diagnosis berdasarkan ditemukannya telur yang khas
ilhffir ovarium, ginjal, limpa, paru, apendiks. Masa inkubasi pada feses dengan metode Kato-Katz. Kriteria WHO
ffi-45 hari.3 Manifestasi klinis utama adalah gatal pada untuk infeksi berat adalah ditemukannya >10.000 telur/
,tmrds" terutama pada malam hari. Selain itu juga dapat di- gram feses.
gatal pada vulva. Keluhan umum adalah insomnia, Terapi pilihan adalah albendazol 400 mg atau
qpbah, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, mebendazol 500 mg dosis tunggal. Alternatif lain yang
inmmmabilitas, emosi labil, atau enuresis. Biasanya tidak sama efektifnya adalah kombinasi albendazol400 mg dan
ddapatkan eosinofilia atau anemia. ivermectin 200 1tg/k9.1'z Pengendalian infeksi cacing ini
Diag nosis ditegakkan berdasarkan ditemu kannya telur adalah dengan menghindari kontak dengan tanah yang
,@mE yang khas pada feses, hapusan perianal/kuku, atau terkontaminasi dan kemoterapi masal secara periodik.l3
mmg dewasa pada anus.lObat pilihan adalah albendazol
dW mg dosis tunggal. Dapat pula diberikan mebendazol
mg atau pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan dosis
l1l1t0tr& ASCAR'S LUMBRICOIDES
frmnggal.1,e Terapi dapat diulang setiap 6 minggu sampai
iliimqrirungan bersih dan semua anggota keluarga sebaiknya A. lumbricoides merupakan salah satu infeksi yang paling
dlmrapi untuk mencegah reinfeksi. umum dan paling luas penyebarannya pada manusia.
Diperkirakan 1,2 miliar penduduk dunia terinfeksi cacing ini
dengan kematian sekitar 10.000 per tahun.3'141s Di Ethiopia,
m,!CHUR'S TRICHIURA 37% penduduk diperkirakan terinfeksi A, lumbricoides.T
Suatu penelitian di Jakarta Utara pada tahun 2003 pada
@rcing initersebar luas di dunia, terutama di daerah tropis anak sekolah dasar di daerah kumuh menunjukkan 49,02o/o
ymg hangat dan lembab (terbanyak di daerah tropis dari 102 spesimen feses, mengandung telur cacing dan
*frfnnka dan Asia Tenggara). Diperkirakan 900 juta orang 80% merupakan telur A. lumbricoides.l6
ffinirnfeksi di seluruh dunia dengan prevalensi tertinggi Askaris berukuran panjang 20 - 25 cm (betina) dan
@a anak <5 tahun.1,3 Di Etiopia, diperkirakan prevalensi 15-40 cm (jantan). Telurdidapatkan pada usus halus dan
llmrfuksi T. trichiurq pada populasi mencapai 300/0.10'11 dikeluarkan dapat bentuk ovum imatur. Pada tanah yang
lffiibhuriosrs sering kali berhubungan dengan infeksi Ascaris lembab, embrio berkembang dalam waktu 2 - 4 bulan.
lrllur.mbricoid es d an Toxoc o ro sp p. T. t ric h iu ra berwa rna puti h Bila telur tertelan, larva rhobditiform akan menetas dalam
lhnbuan atau merah muda dengan panjang 30 - 45 mm usus halus, menembus mukosa dan mencapai aliran darah,
lffigtan) dan 30 - 35 mm (betina). Cacing hidup di sekum mencapai paru melaluijantung kanan, menembus dinding
idhn apendiks. Penularan terjadi melalui tertelannya alveoli dan masuk ke saluran napas. Selanjutnya larva
[d1ur matang pada jari yang terkontaminasi tanah. Larva menuju trakea dan laring, melewati epiglotis dan masuk
nnuncul di usus halus, menembus vili, berkembang selama ke esofagus, tertelan untuk kedua kalinya dan mencapai
:mu minggu dan masuk ke sekum dan kolorektal untuk usus halus. Seluruh proses ini memerlukan waktu 10 -14
rmnjadi cacing dewasa. Diperlukan waktu 60 - 90 hari hari. Penu laran u mu m nya terjadi mela lu i tertela nnya telu r
'qrak telur tertelan sampai telur muncul di feses. Cacing cacing dari tanah yang terkontaminasi. Masa inkubasi 60
fuurasa dapat hidup selama 5 tahun dan memproduksi - 75 hari. Cacing dewasa dapat hidup sampai i - 2 tahun
ilmO - 7000 telur perhari. dan menghasilkan 240.000 telur perhari.
Patologi trichuriosis tergantung banyaknya cacing Banyak individu terinfeksi menunjukkan sensitivitas
daiam usus. Pada kondisi berat dapat terjadi perdarahan terhadap antigen ascaris dengan gejala konjungtivitis,
ildlron, gejala disentri (trichuris dysentry syndrome) dan urtikaria, asma. Perjalanan cacing dewasa dalam tubuh
778 H ELM I NTIASIS, M I KOSI S. DAN PARASITOSIS EKSTER"IIIAI

individu yang sensitif dapat menyebabkan gatal hebat Manifestasi klinis utama adalah viscerol lorvo migrorc
pada anus, dimuntahkannya cacing, edema glotis. lmunitas (VLM) dan ocu lo r toxocq riosis
(g ron ulomotous ophtholmitisl
terhadap infeksi A. lumbricoides hanya bersifat parsial. Pada VLM, larva terutama didapatkan pada hati dengan
Manifestasi klinis askariasis beragam sesuai dengan lesi berbentuk granuloma, dan juga bisa ditemukan pada
siklus hidupnya dalam tubuh manusia.l Migrasi larva paru, ginjal. jantung, otot bergaris, otak, mata. VLll
pada paru dapat menyebabkan kerusakan pada paru terutama terjadi pada anak-anak, ditandai oleh adarle
(Loffler's syndrome), terjadi 4 - 6 hari setelah infeksi dan demam, pembesaran hati, asma, hipereosinofilia, gej*
dapat berlangsung sampai 3 minggu, ditandai dengan paru, disfungsijantung, nefrosis. Kebanyakan kasus Vlfil
demam, batuk berdahak, asma, skin rash, eosinofilia, sembuh sendiri dalam waktu 2 tahun, namun beberry
infiltrat paru. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian. kasus berakhir dengan kematian. Pada oculor toxocaricdr
Larva yang mencapai otak, mata atau retina dapat didapatkan granuloma besar pada subretina disertii
menimbulkan granuloma. Gejala neurologi antara lain koroiditis yang menyerupai retinoblastoma. Gejala ocrdr
kejang, meningismus, epilepsi, insomnia, tooth grinding. toxocoriosis meliputi strabismus, endoftalmitis, ablasl
Pada saluran cerna dapat terjadi ileus obstruksi, perforasi retina. Covert toxocoriosis terjadi karena paparan jangb
usus, apendisitis akut, divertikulitis, nekrosis pankreas, panjang terhadap larva yang bermigrasi, ditandai oldln
ikterus obstruktif, kolangitis supuratif, kolesistis akut, abses batuk, gangguan tidur; sakit kepala, nyeri perut, asnra.
hati, perforasi esofagus. Selain manifestasi klinis di atas, Dia g nosis toxoco r io sis berdasa rka n d itemu kanrq:
pada anak-anak sering disertai defisiensi nutrisi, defisiensi larva pada granuloma, namun kondisi ini sangat rffi
vitamin A, hambatan pertumbuhan karena malabsorbsi dan jarang berhasil. Pemeriksaan serologi me
di usus halus. Sejumlah penelitian juga menunjukkan antigen larva dengan metode ELISA (sensitivitas >
pengaruh ascariasis dalam gangguan kognitif. spesivisitas > 90o/o). Pada pemeriksaan labor
Komplikasi askariasis yang paling sering adalah didapatkan eosinofilia persisten, leukositosis, men
obstruksi usus halus. Pada pemeriksaan foto polos usus rasio albumin : globulin, peningkatan lgG, peni
dan ultrasonografi biasanya terlihat gambaran khas yaitu titer anti-A atau anti-B isohemaglutinin. Pada pemeri
railway trock sign dan bull's eye oppeoronce. ultrasonografi dengan resolusi tinggi didapatkan
Diagnosis berdasarkan ditemukannya cacing atau hipoekoik pada hati. Diagnosis banding VLM antara
telur cacing pada feses. Beratnya infeksi dapat dinilai larva askariasis (durasi lebih singkat), larva
berdasarkan jumlah telur dalam feses dengan metode (durasi lebih lama), TPE (tropical pulmonory
Kato-Katz. WHO mendefinisikan infeksi berat bila gejala pulmonal lebih hebat dan ditemukan pada
ditemukan > 50.000 telur/gram feses. Pada stadium larva, dewasa). Diagnosis banding ocular toxocoriosis a
didapatkan kadar eosinofil yang tinggi. reti no blasto m a, ko ro id itis ka rena toxop lo sm o sis.
Obat pilihan adalah albendazol 400 mg atau Obat pilihan adalah alb"rjndazol 400 mg
mebendazol 500 mg dosis tunggal. Obat alternatif adalah mebendazol 500 mg dengan dosis 2 kali sehari
levamisol 2,5 mg/kg atau pirantel pamoat 10 mglkg dosis hari. Tiabendazol 50 mglkg dua kali sehari sdama 7
tunggal. Penanganan komplikasi meliputi pemberian hari, juga efektif. Pada oculor toxocoriosis berat
prednisolon pada Loffler s syndrome; pada obstruksi intestinal diberikan kortikosteroid.l
dilakukan pemasangan nosogastric tube, cairan intravena,
analgesik, dan bila gagal diperlukan intervensi bedah.l
ANCYLOSTOMIASIS

TOXOCARTASTS Ancylostomiosrs disebabkan oleh 2 jenis cacing


yaitu Ancylostomo duodenole dan Necator
Toxocoriosis pada manusia terjadi karena infeksi Toxocoro Diperkirakan cacing tambang menginfeksi 1,2
conrs (berasal dari anjing) atau Toxocqra cati (dari kucing).1 orang di seluruh dunia dan menyebabkan
Cacing ini tidak mengalami perkembangan normal pada lebih tinggi dibanding STH lain, terutama karena
tubuh manusia dan berhenti sampai bentuk larva saja, me- defisiensi besi.17,18 Berbeda dengan STH lain
nyebabkan toxocariosis, viscerol lorvo migrons glLM), oculor lumbricoides dan T. trichiuro, masalah infeksi
toxocoriosis, covert toxocoriasis. T canrs memiliki distribusi tambang meningkat dengan bertambahnya
luas di dunia. Morfologi Toxocara mirip dengan askaris. Prevalensi tertinggi didapatkan di daerah
Transmisi Toxocaro terjadi melalui tertelannya telur subtropis sub Sahara Afrika, Cina Selatan, Pasifik
cacing dari tanah yang terkontaminasi, biasanya terjadi Tenggara. A. duodenole aslinya dijumpai di Eropa
pada anak-anak yang bermain di tanah atau kebiasaan Afrika Utara, India Utara, Cina Utara dan Jepangr-
maka n tanah (g eop h og io). migrasi penduduk, cacing ini juga ditemukan cI
IDIL TRANSMITTED HELMINTHS 779

pantai Peru, Chile dan Paraguay, Australia Barat, lndia submukosa usus halus menyebabkan pecahnya kapiler
Selatan, Malaysia, lndonesia, Filipina, Polinesia, Mikronesia, dan arteriol usus. Selain itu cacing ini menyedot darah
sebagian Afrika Barat. N. omericanus predominan di sub secara aktif dengan frekuensi 120 - 20O kali per menit
Sahara Afrika, Asia Selatan, Melanesia, Polinesia, Karibia, dan memproduksi inhibitor faktor Xa, faktor Vlla, zat
&rnerika Tengah, Amerika Selatan bagian utara, dan anti-platelet. Darah yang hilang diperkirakan 0,03 ml/
nadang-kadang ditemukan di Amerika Serikat bagian hari per ekor N. omericonus dan 0,15 ml/hari per ekor
selatan. A. duodenole. Pada infeksi berat bisa didapatkan 500 -
A. duodenale memiliki ukuran 0,7-1 ,1 x 0,4-0,5 cm 1000 cacing dalam usus. Pada pasien dapat dijumpai Hb
i Entan) dan 1-1,3 x 0,6 cm (betina), berbentuk silinden yang sangat rendah hingga 2 g/ly.t'tt'zo
tuerwarna putih, abu-abu atau coklat kemerahan. Cacing Diagnosis berdasarkan ditemukannya telur yang khas
hetina memproduksi 25.000-35.000 telur perhari. Bentuk pada feses. Dengan metode Kato-Katz atau McMaste[
frll. omericonus mirip dengan A. duodenole, namun dapat diperkirakan beratnya infeksi dengan menghitung
rnbih pendek dan ramping (0.9-1,1 x 0,4 cm). Cacing banyaknya telur per gram feses pada sampel yang diambil
ihetina memproduksi 6000-20.000 telur perhari. Cacing selama beberapa hari. lnfeksi berat bila didapatkan >
derasa hidup dalam usus halus manusia 1 - 10 tahun. 4000 telur/gram feses. Dalam penelitian, metode RT-PCR
'i[e{ur dapat menunjukkan jumlah masing-masing spesies cacing
dikeluarkan melalui feses, menetas menjadi larva
tn bditiform pada tanah yang lembab, berkembang dengan lebih akurat.21
rmrerjadi larva filariform dan di tanah yang lembab larva Penatalaksanaan ditujukan untuk eliminasi parasit
dhpat bertahan selama 2 tahun. Cacing ini menginfeksi dan mengatasi anemia.lAlbendazol 400 mg dosis tunggal
manusia melalui penetrasi larva melalui kulit. Larva tahap menghasilkan kesembuhan 80% dan dosis 200 mg/hari
I rtnenembus pembuluh darah, mencapai paru pada hari selama 3 hari memberi kesembuhan 100%. Alternatif
hetiga, menembus alveoli masuk ke bronkioli, naik ke lain adalah mebendazol 500 mg dosis tunggal pirantel
lffirakea, masuk ke esofagus, selanjutnya melalui lambung pamoat 10 mglkg selama .3 hari. Penanganan anemia
fur mencapai usus halus pada hari ketujuh. Dalam waktu adalah dengan pemberian ferous sulfat atau ferous
n nninggu, cacing menjadi dewasa dbn cacing betina glukonat per oral 200 mg tiga kali sehari dan dilanjutkan
rnm,ulai memproduksi telur. Siklus hidup kedua cacing sampai 3 bulan setelah kadar hemoglobin normal dicapai
untuk mempertahankan cadangan besi. Pada kebanyakan
ttunrun, N. americanus 3 - 10 tahun; (2) A. duodenale dapat kasus, kadar Hb meningkat 1 gram per minggu' Perlu
mrrcnginfeksi manusia melalui tertelannya larva cacing selain juga diberikan asam folat 5 mg per hari selama 1 bulan.
nmenembus kulit, N. americonus hanya melalui penetrasi Pilihan lain adalah besi parenteral (iron-dertron alau iron-
huililE (3) Larva N. omericonusyang bermigrasi mengalami poly sorbitol gluconic ocid) pada pasien yang tidak dapat
perkembangan di paru sedangkan larva A. duodenole mentoleransi besi per oral.
ffibk; (a) A. duodenole mampu bertahan dalam bentuk
lhna dalam tubuh hospes selama berbulan-bulan sebelum
lheirkembang menjadi cacing dewasa sehingga men- S LARVAM I G RANS
CUTAN EOU
Jrumrnbatani musim dimana kondisi tidak memungkinkan
umtuk transmisi. Secara umum transmisi terjadi secara Cutoneous lorvo migrans (CLM) atau creeping eruption/
Wkutaneus atau tertelan makanan yang terkontaminasi. plumber's itch/sondworm merupakan erupsi kulit yang
S&agian kecil kasus terjadi karena memakan daging disebabkan paparan kulit terhadap larva filariform infektif
mnntah yang mengandung larva A. duodenole dan melalui cacing tambang pada hewan (Ancylostomo broziliense,
nrsrsu ibu. Masa inkubasi 40 - 100 hari. Ancylostoma coninum) dan Strongyloides myopotomi,
lnfeksi cacing tambang pada manusia ditandai oleh S. procyornis. Larva tidak dapat menyelesaikan siklus
mmsinofilia dan peningkatan lgE. Penelitian menunjukkan hidupnya pada manusia dan bertahan di kulit. CLM
yry te4adi peningkatan lgG, lgA dan lgM, produksi sitokin ditemukap di daerah tropis dan subtropis di Amerika
ffiO dan sitokin Th1. lmunitas terhadap infeksi cacing ini Serikat bagian selatan, sub Sahara Afrika, Asia Selatan dan
hsifat parsial protektif. Manifestasi klinis sesuai siklus Asia Tenggara, Amerika Latin.l's
lllM,rp cacing sejak larva menembus kulit hingga menjadi A. broziliense merupakan cacing tambang pada anjing
dewasa. Pada tempat masuknya larva, terjadi
tnlmcfrng dan kucing sedangkan A. caninum biasanya hidup pada
wfutlor rash dan rasa gatal. Setelah 2 minggu timbulgejala anjing. Transmisi terjadi melalui masuknya larva di tanah
pnru yaitu batuk kering, asma, demam, hipereosinofilia. melalui kulit yang kontak dengan tanah (kaki, tangan,
lfilurifestasi klinis utama adalah nyeri abdomen, gambaran perut, bokong). Larva ini tidak dapat menembus stratum
mrnrnia defisiensi besi dan hipoproteinemia {protein-losing germinativum kulit sehingga membentuk terowongan
fhy). Menempelnya cacing pada mukosa dan antara strotum corium dan strotum granulosum. Larva

I
/
/
7gt HELMtNlASts. MIKOSTS, DAN PAMsrrosls EKSTER'{AI
//

/ dapathidup beberapa bulan di kulit sebelum mati. Larva infektif. lnfeksi selanjutnya terjadi karena masuknya lana
bergerak beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter parasitik dari kolon atau kulit anus.
setiap hari dan meninggalkan terowongan yang menjadi Masa pre-paten sejak infeksi sampai munculnya lanm
i/
V
kering dan berkerak. Terowongan berbentuk lurus, rhabditiform di feses adalah 1 bulan. Pada infeksl prirner
melingkar atau berputar. Timbul rasa gatal pada kulit dan didapatkan erupsi eritematus dan rasa gatal pada temoffi
i
garukan bisa menyebabkan infeksi sekunder. Lesi bisa satu masuknya larva yang berlangsung sekitar 3 minggu- Padm
atau multipel, tempat tersering adalah tangan dan bokong. hari ke-6 sampai ke-9 muncul keluhan batuk kering, rryenm
CLM yang disebabkan oleh strongyloides tidak sejelas CLM tenggorok dan rasa penuh pada perut, diare, bergan*-,am
yang disebabkan ancylostomq,larva bergerak sangat cepat dengan konstipasi. Pada infeksi kronis didapatkan nlemr
dan berlangsung hanya beberapa jam. pada kuadran kanan atas abdomen, mual, diare kro'nm
Diagnosis berdasarkan gambaran klinis' CLM karena dan penurunan berat badan. Migrasi larva pada kuffif
Ancylostoma biasanya didapatkan pada kaki atau jari berlangsung sangat cepat (2 - 10 cm per jam) menghilarqg
kaki, bergerak sangat lambat dan berlangsung berbulan- dalam beberapa jam. Pada pasien dengan malnutrisi atrul
penya kit berat/i m u nos upresi/ im m u n oco m p ro m ised, inwl
birlan. CLM karena strongyloides biasanya didapatkan
pada bokong atau badan, bergerak sangat cepat dan masif S. stercorolis dapat berakibat fatal. lnfeksi bsrfi
berlangsung hanya beberaPa jam. Strongyloides pada usus dapat menyebabkan protmt-
Pemberian 400 mg albendazol dosis tunggal meng- Iosing enteropothy, demam, nyeri perut, ileus paralffi'
hasilkan kesembuhan 46 -90%, sedangkan dosis tunggal
jejunitis necrotizing. Pada paru timbul pneumon@,
ivermectin 12 mg memberikan kesembuhan 81 - 100o/o. efusi pleura, abses paru, sampai gagal napas. Komplilkru
Tiabendazol oral dan topikaIjuga efektif.l'" neurologis meliputi sakit kepala, kejang, kebingunqE66
stupor, meningitis, gejala neurologis fokal. Pada f,t0fib
pasien imunocompromised, didapatkan meninEittfrb
karena E coli. Komplikasi lain di antaranya
STRONGYLOIDIASIS
syok, multipel petekie pada dada dan abdomen,
periumbilikal. Pada pemeriksaan laboratorium
Strongyloides steicoralis memiliki distribusi yang luas,
terutama di Amerika Selatan, Cina, Asia Tenggara. peningkatan kadar lgE, leukositosis, eosinofilia-
Diperkirakan 50 juta orang di dunia terinfeksi cacing infeksi berat, eosinofilia menghilang dan
prognosis buruk.
ini.1'3 S. stercorolis memiliki dua bentuk: parasit dan hidup
Diagnosis berdasarkan ditemukannya cacing
bebas. Siklus hidupnya kompleks : internol sexuol life
(cacing parasit, berukuran 2,5 x 0,034 mm) dan externol atau larva rhobditiform pada feses. Pemeriksaan
adalah dengan modified ogar plote dan teknik
sexuol life (cacing yang hidup bebas). lnternol sexuol life '.

Pemeriksaan serologis untuk inendeteksi lgc


telur menetas dalam usus besar menjadilorvo rhobditiform
jantan dan betina yang dikeluarkan bersama feses untuk ekstraks larva infektif dengan metode ELISA
memiliki sensitivitas tinggi, namun tes yang"lebih
melanjutkan external sexuaL life. Erternol sexuol life : larva
untuk skrining massal adalah indirect aggLutinotim
yang hidup bebas berkembang menjadi cacing dewasa
dengan partikel gelatin.
yang hidup bebas di tanah dan memproduksi telur.
Obat pilihan adalah ivermectin 200 1tg/kg
Autoinfeksi dapat terjadi melalui dua cara : larva filariform
tunggal diulang setelah satu minggu atau setiap
tidak keluar bersama feses, menginvasi kembali usus
selama 3 hari.l'23 Albendazol, mebendazol, ti
besar atau kulit (autoinfeksi eksternal) atau larva filariform
kurang efektif. lnfeksi Strongyloides harus dicarr
menempati epitel bronkial dan menghasilkan keturunan
diterapi pada pasien immunocompromised'1
selanjutnya (autoinfeksi internal).
Masuknya larva melalui kulit menyebabkan perdarahan
petekie, gatal yang hebat, kongesti dan edema. Larva
OBAT-OBAT ANTI H ELM I NTI K
menembus pembuluh darah kulit dan terbawa sampai
paru. Di paru larva menimbulkan gejala seperti bronko-
Albendazol, mebendazol, tiabendazol, pirante[
pneumonia. Pada infeksi yang berat, larva berkembang di
levamisol meru pakan anti-hel mintik spektrurn
usus halus dan menjadi dewasa dan bertelur di usus besar'
golongan benzimidazol yang mulai dikembangkan
Dari sini larva masuk ke aliran limfe menuju kelenjar limfe
lahun 1970an.12'2a'2s
mesenterika, dan masuk ke sirkulasi darah, dapat mencapai
hati, paru, ginjal, dinding kandung empedu, otak' Di ileum, Albendazol. Obat ini paling luas dipakai
apendiks dan kolon, cacing ini membentuk granuloma pengendalian infeksi multipel STH di mas
dengan area nekrosis sentral. Transmisi terjadi melalui Al bendazol pertama kali di pergunakan u ntu k terapi
kontak dengan tana-h yang mengandung larva filariform cacing pada manusia tahun 1982' Albendazol
SOI L TRANSMITTED HELMINTHS 781

r absorpsi di saluran cerna dan segera diubah menjadi rash. Pirantel dan piperazin bersifat antagonis sehingga
-etabolit aktif sulfoksid dan sulfon. Sulfoksid menempel tidak boleh diberikan bersamaan.
::da tubulin intraselular sehingga menghambat fungsi
Levamisol. Obat ini memiliki cara kerja mirip pirantel yang
=:sorpsi parasit. Berdasarkan rekomendasi WHO, obat ini menyebabkan paralisis spastik. Leva misol efektif terhadap
::pat dipakai untuk wanita hamil mulai trimester dua dan
A. lumbricoides dan A. duodenole. Tidak dianjurkan
,ranita menyusui serta anak-anak 12 bulan ke atas. Efek
diberikan pada kehamilan trimester pertama.
.:rrping antara lain nyeri epigastrium, sakit kepala, mual,
-rntah, pusing, konstipasi, gatal, mulut kering.l2 Piperazin. Piperazin digunakan untuk terapi A lumbricoides,
khususnya bila terjadi obstruksi usus atau bilier. Dosis yang
ilrtebendazol. Obat ini efektlf untuk cacing dewasa maupun
dianjurkan adalah 75 mg/kg. Pada E. vermiculoris dosis
:'va. Mebendazol menempel pada tubulin nematoda,
yang direkomendasikan adalah 50 mglkg per hari selama
- eng hambat pembentukan mikrotubulus, menghambat 7 hari. Obat ini bekerja sebagai agonis reseptor GABA
-:'nbelahan sel dan uptake glukosa. Kadang-kadang ekstra-sinaptik yang menyebabkan masuknya klorida ke
-ebendazol menstimulasi askaris keluar dari mulut atau dalam otot cacing dan kelumpuhan cacing. Keamanan
-:ang hidung. pada kehamilan belum diketahui.
Tiabendazol. Tiabendazol sama efektifnya dengan
lvermectin. Suatu a ntiparasitik spektru m luas. lvermectin
. cendazol dan mebendazol, namun pemakaiannya sangat
merupakan antibiotik semisintetis yang berasal dari
::rkurang karena banyaknya efek samping (mual 33 %,
Streptomyces overmitilis. Obat ini bekerja pada saluran
::jala neuropsikiatri 25 %). Tiabendazol oral maupun
klorida invertebrata yang menyebabkan paralisis otot,
:: cikal efektif untuk terapi cutoneous lorvo migrans (CLM)
merupakan obat pilihan untuk strongyloidiosis, CLM,
:at viscerol lorvo migrons (VLM). Dosis untuk CLM adalah
onchocerclasis/river blin d ness (O nchocerco volvu lu s). Tidak
-: mg/kg/hari selama 2 hari dan untuk VLM 25 mglkg/ diberikan pada wanita hamil, laktasi, anak < 15 kg.rz'zt
--ri selama 7 hari.
Nitazoxanid. Merupakan obat anti-protozoa yang juga
Firantel pamoat. Obat ini terikat pada reseptor
efektif terhadap STH. Obat ini bekerja dengan menghambat
::etilkolin parasit yang menyebabkan kelumpuhan pyruvote-ferredoxin oxidoreductose (PFOR) enzyme-
-:cing. Penggunaan pada wanita hamil tidak dianjurkan. dependent, yang penting untuk metabolisme anaerobik.
:'ek samping bersifat ringan dan sementara, antara lain
Dosis yang direkomendasikan adalah 100 - 400 mg per
: soepsia, sakit kepala, pusing, mengantuk, insomnia, skin
hari dalam dosis terbagi selama 3 hari atau leb1h.12'26'27

A- lumbricoides A. duodenale, S. stercorolis T. trichiura E. vermicutark


N. omericonus
rrevalensi (juta) 1.200 1.200 50 900 300
Daerah endemis seluruh dunia daerah panas, daerah panas, Iembab seluruh dunia seluruh d0nia
lembab
3entuk infektif telur larva filariform larva filariform telur IEIUT

{ute rnteksr oral perkutaneus Perkutaneus atau oral oral


autoinfeksi

-ckasi GIT lumen jejunum mukosa jejunum mukosa usus halus mukosa sekum, sekum, apendiks
kolon
jkuran cacing 15-40 cm l-tzmm 2mm 30-50 mm 8-13 mm (betina)
dewasa

-arva melewati ya ya ya ridak tidak


3aru
rrkubasi (hari) 6A-75 40-100 17-28 70-90 35-45
Gejala utama obstruksi saluran anemia def. Fe malabsorbsi sepsis GlT, anemia pruritus ani
cerna, bilier
erapr mebendazol, mebendazol, ivermectin. albendazol, mebendazol, mebendazol,
albendazol, pirantel pamoat tiabendazol albendazol pirantel pamoat
pirantel albendazol albendazol
HELM INTIASIS, M IKOSiS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAI.

infections among school children in Zarima town, northwest


Ethiopia. BMC Infectious Diseases 201L; 11: 189.
11. Tadesse Z, Hailemariam A, Kolaczinski ]H. Potential for
integrated control of neglected hopical diseases in Ethiopi,a-
Trans R Soc Trop Med Hyg 2008; 102 (3):213-4.
superior daripada albendazol dalam terapi cacing tambang 12. Moore TA. Agents active against parasites and pneumocysti:<-
In : Mandell GL, Bennett ]E, Dolin R (Eds). Principles and
dengan dosis tunggal 400 mg. Efek samping adalah nyeri
Practice of Infectious Diseases. 7th ed. Philadelphia : Churchfl
abdomen, mual, muntah, diare.28 Livingstone Elsevier; 2010. p. 631,-68.
13. World Health Organization. Control of tropical diseases-
Geneva. \ /HO. 1998.
1.4. Crompton DW. Ascaris and ascariasis. Adv Parasitol 2fi11:
PENGENDALIAN !NFEKSI STH 48:285-375.
15. Maliz B, Bobieva M, Karimova G, Mengliboeva Z, Jear.
Ada 5 hal mendasar dalam pengendalian infeksi STH yaitu: Richard V Hoimnazarova M. Prevalence and risk factors ct
helminthes and intestinal protozoa infections among childrm
kemoterapi, sanitasi, pendidikan kesehatan, partisipasi from primary schools in western Tajikistan. Parasites arr{
magyarakat, monitoring dan evaluasi.1,2e-31 Vectors 2011;4-195. Open access.
Strategi pengobatan dalam masyarakat mencakup 1.6. Mardiana, Djarismawati. Helminthiosis prevalence amor:s
compulsory leaming of public school children in the sh:m
kemotera pi masal (prevalensi i nfeksi > 50o/o), kemoterapi
area of poverty elimination integrated program in ]akafia
populasi selektif (terapi terhadap semua individu terinfeksi Province. Kongres dan Seminar Nasional Entomolcrg
yang ditemukan saat survei), targeted chemotherapy (terapi Kesehatan dan Parasitologi. Bandung, lS-22 Agustus 20)5.
terhadap kelompok khusus yang paling berisiko meng- 17 Brooker S, Bethony |, Hotez PJ. Human hookworm irrfecbtm,
in the 21st century. Adv Parasitol 2004;58:797-288.
alami morbiditas). Obat antihelmintik saat ini memiliki 18. Hotez Pj, Brooker S, BethonyJM,BotazziME,Loukas A" )Crru
spektrum luas, relatif tidak toksis, dapat diberikan secara SH. Hookworm infection. N Engl J Med 2004; 351: 799$I
oral dengan dosis tunggal, harga ekonomis, sehingga 19. De Silva N& Brooker S, Hotez PJ, Montresor A, Engels D,,
Savioli L. Soil transmitted helminths in-fections : updamg
tepat untuk program pengobatan pada masyarakat untuk
the global picture. Trends Parasitol 2003; 19:547-55.
mengurangi transmisi dan morbiditas. 20. Larocque R, Casapia Id, Gotuzzo E, Gyorkos TW. Relationshryo
between intensity of soil-transmitted helminth infe.-uim
and anemia during pregnancy. Am J Trop Med Hyg 1ffi;
73:683-9.
REFERENSI 21.. Verweij Jf, Brienen EA, Ziem J. Simultaneous detectf,m
and quantification of Ancylostoma duodenale, Necammu
Brooker S, Bundy DAP. Soil-transmitted helminths americanus, and Oesophagostomum bifurcum irr isrrifl
(geohelminths). In: Cook GC, Zun1.a AI (Eds). Manson's samples using multiplex real-time PCR. Am ] Trop Med }*ug
Tropical Diseases. 22nd ed. Philadephia : Saunders Elsevier; 2007;77:685-90.
2009. p.1515-48. 22. Caumes E. Treatment of cutaneous larva migrans. Clin Ir " -
Bundy DAP, Chan MS, Medley GF. Intestinal nematode Dis 2000;30: 811-14.
infections. In : Murray Cfu, Lopez AD, Mathers CD (Eds). 23. Igual-Adell R, Oltra-Alcaraz C, Soler-Company E. Ffiznlr
Global Epidemiology of Infectious Diseases - Global Burden and sa{ety of ivermectin and thiabendazole in the treaM
of Disease (IV). Geneva : World Health Organization. 2004. of strongyloidiasis. Expert Opin Pharmacottier 7ffi&; frr
243-300. 2615-19.
Weller PF, Nutman TB. Intestinal nematodes. In : Kasper DL, 24. Keiser |, Utzinger |. Efficacy of current drugs against W
Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson ]L tansmitted helminth infection. Systemic review and rvplri*
(Eds). Harrisor/s Principle of Intemal Medicine. 16th ed. New analysis. J AMA 2008 ; 299 : 1937 -48.
York : McGraw Hill; 2005. p.1256-60. 25. Horton ]. Global anthelmintic chemotherapy progrim
Bethony J, Brooker 9 Albonico M. Soil-transmitted diseases leaming from history. Trends Parasitol 2003; 19:40:>-9-
helminth infections : ascariasis, trichuriasis, and hookworm. 26. Gilles HM, Hoffman PS. Treatment of intestinal
Lancet 2006; 367 : 7527-32. infections: a review of nitazoxanide. Trends Parasitol
Brooker9 Clements ACA" Bundy DAP. Global epidemiology, 78:95-7.
ecology, and control of soil-transmitted helminth infections. 27 Anderson V& Curran MP. Nitazoxanide: a review of its
Adv Parasitol 2006; 62: 22L-61. in the treatment of gastrointestinal infections. Drup
HotezPl, Brindley PJ, Bethony |lltl, King CH, Pearce E], 67:1947-67.
|acobsonJ. Helminth in-fections : the great neglected tropical 28 Xiao SH, Hui-Ming W, Tanner M. Tribendimidiire:
diseases. I Clin Invest 2008;118: 131L-2L. promising, safe, and broad spectrum anthelmintic agert
7. Awasthi S, Bundy DAP, Savioli L. Helminthic infections. BMJ China. Acta Trop 2005; 94:L-L4.
2003;327:43L-3. Albonico M. Methods to sustain drug efficacy in
8. Belyhun Y, Medhin G, Amberbir A. Prevalence and risk control programs. Acta Trop 2003; 86: 233-42.30.
factors for soil-transmitted helminth infection in mothers and 30. Albonico Il{, Monhesor A, CromptonDW. Intervention
their infants in Butajira, Ethiopia : a population based study. control of soil-transmitted helminthiasis in the
BMC Public Health 2010; 10-2L. Open access. Adv Parasitol 2006; 61,: 311,48.
9. Bermeth A, Guyatt H. Reducing intestinal nematode infection 31 Narain K, Medhi GK, Rajguru SK, Mahanta ]. Cwe
: efficacy of albendazole and mebendazole. Parasitol Today reinJection patterns of geohelminthic infections
2000;16:71-74. treatment in communities inhabiting the tropical
10. Alemu A" Atnafu A" Addis Z, Shi-ferw Y, Teklu T, Methewos of Assam, India. Southeast Asian ] Trop Med Public
B. Soil transmitted helminthes and schistosoma mansoni 2004;35:512-7.
LO6
TAENIASIS
I Made Bakta

PENDAHULUAN tergolong daerah endemik sedang. Prevalensi infeksi li


soginota lebih tinggi dibandingkan dengan T. solium.
r-aeniasis atau penyakit cacing pita ialah infeksi pada Prevalensi terutama tinggi di daerah pedesaan.
rtanusia oleh cacing pita dewasa yang tergolong dalam Sekitar 50 juta pasien taeniasis dijumpai di seluruh
Eenus Taenia. Secara tradisional dikenal 2 jenis infeksi dunia. Sekitar 50.000 pasien meninggal karena neuro-
cacing pita yaitu taeniasis oleh karena infeksi Taenia sistiserkosis. Taeniasis karena T saginata dijumpai dengan
solium (cacing pita babi, pork tapeworm) dan taeniasis prevalensi tinggi (>10%) di Asia Tengah, Timur Tengah,
cleh karena infeksi Tqeniq soginoto (cacing pita sapi, Afrika Tengah dan Timur. Sedangkan daerah dengan
:attLe atau beef tapeworm). Akhir-akhir ini ditemukan prevalensi rendah (<1%) adalah Asia Tenggara, Eropa,
spesies baru yang berhubungan erat (sisfer species) dan Amerika Tengah serta Selatan. T. solium endemik di
dengan T so g inoto, disebut sebagai Toe n io osiotico, teta pi Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, lndia, Filipina,
ada yang menganggap sebagai subpesies T. soginota Afrika, Eropa Timur; dan Cina.
sehingga disebut sebagai Toenia soginato osiotico. pada Di lndonesia infeksi T soginofo pertama kali dilaporkan
rnanusia, bentuk larva (cysticercus) Taenio solium dapal di Malang oleh Luchtman pada tahun 1867 dan infeksi ii
nnenimbulkan infeksi yang dikenal sebagai sistiserkosis solium ditemukan pertama'kbli di Kalimantan Barat oleh
t:ystice r c o s is). A pa b iI a s i st i se rkos i s m e ng en a i j a ri n g a n ota k Bonne pada tahun 1940. Di lndonesia, taeniasis dilaporkan
ltr"aka d iseb
ut se ba g a i n e u ros istise r kosrs (N CC). dari daerah Bali, Sumatera Utara, Sularnresi Utara, Nusa
Taeniasis merupakan penyakit yang endemik pada Tenggara Timu; lrian Jaya, dan lokasi transmigrasi asal Bali
heberapa daerah tertentu, terutama negara-negara seperti di Sulawesi Tengah dan Lampung. Bali m6rupakan
yang sedang berkembang. Taeniasis karena T. solium suatu daerah endemik dengan prevalensi 0,5-9,4%.Bakta
rdtapat meni m bukan neu rosistiserkosis den gan berba ga i
I
melaporkan suatu daerah hiperendemik di Bali dengan
lhomplikasi bahkan sampai kematian. Taeniasis (Oleh Wor/d prevalensi 23o/o. Di Pulau Samosir prevalensi berkisar
ttieolth Assembly 2003)* dinyatakan sebagai masalah sekitar 9,5% juga dijumpai daerah hiperendemik dengan
[esehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia* dan prevalensi 21%o.Prevalensi taeniasis di lrian Jaya dilaporkan
dflanggap sebagai penyakit parasitik yang harus dieradikasi. sekitar 8% dan di Timor sekitar 7o/o.
Wallin dan Kutzke menganggap neurosistiserkosis sebagai Di daerah Bali spesies T. soginota dijumpai lebih
Ilrfeksi yang semakin meningkat jumlahnya (emerging sering dibandingkan dengan T solium. Hal yang samajuga
ffrf,"crion) di dunia. dijumpai,di Pulau Samosir. Mengingat bahwa sebagian
besar penduduk tidak mengonsumsi daging sapi, diduga
sebagian besar cacing pita tersebut digolongkan sebagai
BTDEM!OLOGI Toenio osiotico. Di lrian Jaya spesies T. solium lebih
dominan dibandingkan dengan T soginato.
lheniasis tersebar di seluruh dunia. Daerah endemik berat Menurut laporan Abdussalam dari WHO, terdapat
dflaporkan di Afrika sebelah selatan, Gurun Sahara, bagian peningkatan insidens taeniasis setiap tahun di seluruh
ffinnur Mediterania, dan sebagian Uni Sovyet. Sedangkan dunia. Faktor-faktor epidemiologik yang memudahkan
hnndia, Asia Selatan, Jepang, Filipina dan Amerika Latin
penyebaran penyakit ini ialah: adanya sumber infeksi yaitu

783
784 H ELM I NTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAI

proglotid terdapat proglotid gravid yang penuh denga-


telur. Keseluruhan cacing dari skoleks sampai proglot :
gravid disebut sebagai strobilo.
Tqenia soginato mempunyai panjang 4-10 mete-
dengan 1000-2000 proglotid. Skoleks berukuran '! -l
mm dengan 4 batil isap (sucker) tanpa rosfellum ala-
alat pengait. Proglotid gravid mempunyai uterus denga-
percabangan lateral 15-30 buah.
Toenio solium mempunyai panjang 4-10 meter denga-
000-2000 proglotid. Skoleks mempunyai 4 batil is=:
'1

dengan 25-30 alat pengait. Uterus gravid mempur'--a


percabangan lateral 7-13 buah.
Toeniq osiatica mempunyai gambaran morfologi y a-r:
sangat mirip dengan T. saginata, tetapi mempunyai a,+
isap yang rudimenter dengan rostelum telanjang. Beia
morfologik ketiga spesies dapat dilihat pada tabel 1.
Proglotid gravid 7i saginota dapat keluar secara pasr
bersama tinja pada waktu defekasi, tetapi dapatjuga ke -ir
secara aktif, bergerak pada permukaan kulit dan kada-*;*
kadang dapat mencapai aksila. Sedangkan proglot : 1
soLium hanya keluar secara pasif. Telur soginato de- 1 f
solium tidak dapat dibedakan secara morfologik. Telu- m
berbentuk bulat dengan ukuran 30-40 mikron, bent=-ra
kuning tengguli dengan dinding telur berstruktur raier
Gambar 1. Siklus hidupToenio soginato danToenio soLium
dan terdapat embryo hexaconth dengan 6 alat penEar d,
dalamnya (Gambar 2).
pasien taeniasis, cara pembuangan tinja sembarangan Hospes definitif taenia hanya manusia, sedanararrt
sehingga terjadi kontaminasi tanah atau tumbuh- hospes (binatang) perantara alami Taenia soliun' lanr
tumbuhan oleh telur taenia, adanya binatang perantara Taenia saginata ialah babi dan sapi. Adapun hctrs
yang dipelihara pada tempat yang terkontaminasi, perantara alami T. asiatica adalah babi. Cacing detamr
pengawasan pemotongan daging yang tidak baik, hidup pada bagian proksimal yey_unum. Proglotid g'audr
kebiasaan makan daging yang tidak dimasak sempurna. terlepas dari strobila, keluar b6rsama tinja, kerr-,:imrr
pecah dan mengeluarkan telur. Telur dapat tahan bebe."m
minggu di luar tubuh. Jika termakan oleh sapi atai. :ffiii
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS akibat pengaruh asam lambung, getah pankreas rrtrr
Cacing pita dewasa terdiri dari bagian kepala yang di- empedu, telur akan pecah dan mengeluarkan e-orm
sebut skoleks (scolex), diikuti oleh bagian leheryang tanpa hexocqnth yang mampu menembus dinding usus. Erunlmr
ruas dan bagian ruas-ruas atau proglotid. Pada ujung ini melalui peredaran darah menuju jaringan oto: dhmt

Karakeristik T. solium T- asiotica T. saginata


Sistiserkus
Hospes perantara Babi, manusia, anjing Babi, sapi, kambing. kera Sapi
f,

Lokalisasi Otot otak, kulit, mata, lidah Viseia terutama hati {atat Otot visera,
dalam).
Ukuran (mm) Skoleks 5-8 x 3-6 Rostelum dengan 2x2 Rostelurn dengan pengait 7-fix4-6 Tak ada
pengait rudimenter dan pengait
Cacing dewasa
Skoleks Rostelum dengan pengait Tanpa rostelum dan

Cabang uterus pada proglotid 7 - 12 Terutama dalam grup 16 - 21 Tunggal dan aktif 1B-32 Tunggal dan aktif
gravid Keluarnya proglotid dan pasif
TAENIASIS 785

subkutan. Dalam waktu 'l 2-15 minggu menjadi kista, yang sistiserkus dijumpai pada alat dalam terutama pada hati
oada sapi disebut cysticercus bovis dan pada babi disebut sehingga dikenal sebagai cysticercus viscerotropico. Di
rysriieEalc J ka da g n g ya n g men ga nd u n g
e llu lo sa e. i i duga bahwa sebagian besar Taenia saginata yang secara
sistiserkus t\t<an oleh manusia, larva akan keluar morfologik dijumpai di Sumatera Utara dan Bali dapat
Cari kista dan tulrbu\ menjadi cacing dewasa dalam digolongkan sebagai Toenio osiotico sp.
-,eyunum dalam waktu Sleminggu. Cacing pita dewasa
Capat tahan hidup sampai 20 tahun dalam usus. Gambar Biologi Molekular
2 menunjukkan siklus hidup Taenia. Penelitian biologi molekular mengenai taenia sudah mulai
Sejak awal tahun 'l 980-an, di Taiwan dijumpai cacing banyak dilakukan. Nunes dan kawan-kawan memakai cara
aita yang secara morfologik tidak dapat dibedakan PCR {polymerose chain reoction) dan restriction fragment
Cengan Toenio soginoto, tetapi mempunyai binatang Length polymorphism untuk membedakan f soginota dan
Derantara bukan sapi. Cacing pita ini diberi nama Toenio T solium, di mana T soginota menunjukkan Z-band pottern
saginoto toiwonensis. Hal serupa juga dijumpai di Korea (421 dan 100 bp) sedangkan T. solium menunjukkan
Pulau Cheju), strain ini dikenal sebagai Toenio soginoto 3-band pottern (234,188, dan 99bp). Telur dari kedua jenis
roreanensis. Keadaan yang sama dijumpai oleh Kosin cacing pita ini juga menunjukkan perbedaan tersebut.
dkk di Pulau Samosir (Sumatera Utara). Sebagian besar Jeon dkk telah menguraikan sekuen lengkap genom
cenduduk memakan daging babi, tetapi Taenia yang mitokondrial T. osiotico. T. osiotico mempunyai genom
dijumpai hampir semua tidak dapat dibedakan dengan mitokondrial dengan panjang '1 3703 bp, mengandung 12
- soginoto. Beberapa ahli kemudian menyebut strain protein-encoding,2 ribosomol RNA,22 tronsfer RNA genes
baru ini sebagai Taenio soginato osionensis. Eom dan dan suatu regio non-coding yang pendek. Rangkaian
Rim dalam penelitian lebih lanjut dapat membuktikan cox 1 genes T asiotico berbeda 4,6%o dengan T.saginata,
adanya perbedaan morfologik T. soginato osionensis dan sedangkan rangkaian genes cox b berbeda 4,1o/o dengan
\ soginota klasik, yaitu adanya skoleks telanjang pada T saginato dan 12,9'/, dengan T. solium.
:acing dewasa, ranting percabangan lateral uterus lebih
Sanyak dan adanya protuberansi posterior pada proglotid
Cewasa. Penelitian DNA menunjukkan adanya perbedaan IMUNOLOGI
struktur DNA f soginoto osionensis dansaginofa klasik,
T.

rrneskipun masih menunjukkan hubungan evolusioner Aspek imunologi infeksi cacing pita belum banyak diungkap.
-;ang dekat baik dengan T soginoto maupun T. solium. Apakah infeksi cacing dewasa di usus disertai respons imun
Cleh karena itu sebagian besar ahli menganggap cacing adekuat dari hospes, belum diketahui dengan baik. Penelitian
i:ri sebagai spesies ketiga Taenia pada manusia dan diberi imunologi lebih banyak dilakukan pada kasus sistiserkosis,
nama Toenio osiotica sp. terutama neurosistiserkosis. Suatu teknik serodiagnosis
Pada percobaan Fan dkk di Pulau Samosir dan baik dengan immunoblot ossoy ataupun dengan teknik
Jharmawan dan kawan-kawan di Bali, dibuktikan bahwa ELISA (enzyme-link immuno ossoy) telah dikembangkan.
sabi dapat merupakan binatang perantara cacing pita Theis dalam suatu penelitian di Bali mendapatkan antibodi
-enis ini. Berbeda dengan Toenio solium di mana sistiserkus anti sistiserkosis dengan teknik ELISA ataupun imunoblot
:erutama dijumpai pada otot babi, pada Toenio osiotico pada 13o/o dari 94 penduduk yang diperiksa, dan 14o/o dari

*-
pasien epilepsiyang di-periksa. Apakah antibodi ini bersifat
protektif, masih belum jelas. Penentuan antigen yang tepat
Taenia solium
Taenia,sbginata restellurn dengan sangat penting untuk serodiagnosis.
Pada neurosistiserkosis di manusia dijumpai respons

wffi
Skoleks

Gambar 2. Toenio saginoto, tampak skoleks dan 4 batil isap


imun di sekitar sistiserkus berupa respons antibodi (lgM),
respons naturol killen infiltral dengan banyak makrofag,
granulosit dan sel T. Sitokin tipe Th-1, seperti lL-2, lL-
12 dan lFNl juga dijumpai sebagai respons inflamasi.
Th-1 -medioted immunity dihubungkan dengan sifat
protektif, sedangkan Th-2-medioted immune response
dihubungkan dengan peningkatan kemampuan tumbuh
-npa adanya restellum dan alat pengait. Proglotid gravid parasit. Hal ini sesuai dengan penemuan Sudewi bahwa
ebih panjang dengan percabangan uterus 1530- buah. Telur
lan T. saginota tidak dapat dibedakan dari telur jf sollum. pada neurosistiserkosis aktif dijumpai respon Th-2 yang
roenio solium, tampak proglotid gravid lebih pendek dengan menonjol, sedangkan pada neurosistiserkosis tak aktif
percabangan uterus 713- buah. Skoleks dengan 4 batil isap
respons Th-1 lebih menonjol.
Slsertai rostellun dan alat pengait.
H ELMINTIASIS. MIKOSIS. DAN PARASITOSIS EKSTERNAL

D!AGNOSIS (66%) dan mules/sakit perut (60%).


Gejala klinis taeniasis karena infeksi f soliurn tidak
Diagnosis taeniasis dapat dibuatjika pasien mengeluarkan dapat dibedakan dengan infeksi karena T soginato.
proglotid baik secara pasif dalam tinja maupun secara aktif.
Proglotid yang keluar secara aktif menunjukkan indikasi
ke arah diagnosis infeksi f saginata. stsTtsERKosls
Diagnosis dapat juga dibuat dengan menemukan telur
Taenia dalam tinja. ldentifikasi spesies tidak dapat dibuat Sistiserkosis adalah infeksi bentuk larva Taenia solium pada
berdasarkan morfologi telur. Telur lebih mudah dijumpai manusia. Sistiserkosis pada susunan saraf pusat disebut
dengan cara hapusan perianal memakai cellophon tope, sebagai neurosistiserkosis. Sistiserkosis di laporkan dengan
terutama pada infeksi T. soginoto. Pengeluaran telur prevalensi cukup tinggi di Meksiko, Amerika Tengah dan
bersifat eratik, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan Selatan, Afrika, lndia, Cina dan Filipina. Di lndonesia
berulang-ulang. kasus sistiserkosis banyak dilaporkan dari Irian Jaya yang
Untuk membedakan kedua spesies cacing pita ini menimbulkan epilepsi. Mengingat adanya kebiasaan
dilakukan pemeriksaan skoleks yang keluar setelah pengo- berdiang (memanaskan diri di depan api) pada waktu
batan, proglotid gravid atau proglotid matur dengan malam, keadaan epilepsi ini sering ditandai oleh adanya
pengecatan camin atau teknik laktofenol. Perbedaan kedua bekas luka bakar. Dari Bali, Ngurah melaporkan adanya
spesian cacing pita dapat dilihat pada tabel 2. kasus sistiserkosis yang menimbulkan epilepsi. Prevalensi
C. cellulosoe pada babi di lndonesia berkisar antara 0,02
sampai 2,6%. Dharmawan yang meneliti 5630 ekor babi
pada rumah potong hewan mendapatkan 0,012% bab.
terinfeksi C. cellulosoe. Pada penelitian antibodi terhadap
T soginota '.,,7,; soliuttt.. ;,' . C. cellulosae di lrian Jaya didapatkan bahwa 670/o pasian
'
Skoleks.' : Tanpa,oengait ,Dengan pengait
epilepsi dan 65% pasien dengan nodul subkutan posffi
,, ,,, , {rostellum} , {rostellum}':' :
terhadap antibodi tersebut. Di Bali didapatkan 13,5%
Progtotid Pereabangan lateral ' Fercabangan lateral
gravid, Uterus >16 uterus <12
,
dari pasien epilepsi dan 12,6% dari pasien asimtomadk
,

Proglotid Ovarium dengan2 ' Ovariurri dengarl 2 menunjukkan serologi positif. Sedangkan Sutisna di
mafgfi:, :: l l+bus,saja , r1 : ::: r::: :: ,:iir lotus,dpR,l,.to:bus.,",' Bali, dengan teknik imunoblot, mendapatkan prevalerui
:r,,:' ::-., r,:rr ,..: - 1,', ..,1.:tatllbA,h5n-::,,:,,.'.: . ',, sistiserkosis sebesar 1,65%.
Sfingter vagina Sfingter vagina Sistiserkosis timbul jika seseorang memakan teft.ur
positif,.,,,: .:.,Ilegf,tif :.: .. ',,: T solium yang kemudian menetas dqlam usus dan larm
hexacanth menembus dinding usus, melalui peredaramr
darah menuju ke jaringan tubuh :jaringan subkutan, o6
GAMBARAN KLINIS susunan saraf pusat, serta bola mata. jaringan sekiffi-
nya memberikan reaksi dalam bentuk reaksi radan4
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak ringan yang bertambah jika larva mengalami kematiam
patognomonik. Sebagian besar karier bersifat asimtomatik, Neurosistiserkosis aktif apabila dijumpai kista dengram
hanya mengetahui dirinya menderita infeksi setelah parasit yang masih hidup, sedangkan neurosistiserkosk
keluarnya proglotid dalam tinja. Pada sebagian pasien tak aktif jika dijumpai kista dengan parasit yang maffii"
timbul keluhan gastrointestinal ringan seperti nausea Perbedaan ini ternyata ada hubungan dengan respolm
atau nyeri perut. Berdasarkan analisis 3110 kasus, Pawloski imun hospes. Neurosistiserkosis aktif menunjukkam
dan Schultz mendapatkan urutan gejala sebagai berikut: respons imun sel T helper 2 lebih tinggi, sedangkan p&l
keluarnya proglotid dalam tinja, rasa tidak enak pada neurosistiserkosis tak aktif respons sel T helper 1 leffi
lambung, mual, badan lemah, berat badan menurun, dominan. Gejala timbul karena reaksi radang, pendesah
nafsu makan meningkat, sakit kepala, konstipasi, pusing, atau penutupannsaluran. Larva l! soginota tidak da#
diare dan pruritus ani. Bakta dkkyang meneliti 35 kasus hidup dalam jaringan tubuh manusia sehingga tidak da$
mendapatkan gejala sebagai berikut: keluarnya proglotid menimbulkan sistiserkosis. T. asiatica juga diperkirfu
dalam tinja (91%), perut berbunyi (9'1%), sering mengantuk tidak dapat menimbulkan sistiserkosis pada manudr"
(57%), badan lemah (17o/o), mual (17%), sakit perut (1 1%) Telur masuk ke dalam usus oleh karena makanan
dan diare (3%). Eosinofilia dijumpai pada 26Yo kasus. terkontaminasi telur cacing, dan secara langsung
Sedangkan Sutisnayang meneliti 33 kasus mendapatkan oral) karena kebersihan tangan yang kurang. Secara
urutan gejala: mengeluarkan proglotid dalam tinja (100o/o), dapat juga melalui autoinfeksi internal akibat
rasa mual (84o/"), rasa gatal di anus (78o/o), sakit kepala antiperista ltik.
IAENIASIS
787

1{EUROStSTtSERKOStS Prazikuantel (Biltricide, Cesol). Sebelumnya obat


ini dipakai pada penyakit skistosomiasis dan saat ini
Sistiserkosis yang paling berbahaya dan paling sering merupakan obat pilihan untuk cestodiasis. Untuk infeksi
menimbulkan gejala ialah sistiserkosis pada susunan saraf cacing pita dewasa (taeniasis) obat ini diberikan sebagai
pusat (neurosistiserkosis). Neurosistiserkosis paling sering dosis tunggal 10 mglkgBB dosis tunggal, dua jam kemudian
rnenimbulkan gejala epilepsi baik gran mal, petit mal, atau dapat diberikan laksans (magnesium sulfat). Efektivitas
fokal. Sering juga timbul peningkatan tekanan intrakranial prazikuantel untukT soginofo dilaporkan mendekati 100%.
yang memberi gejala sakit kepala, muntah-muntah atau Sutisna mendapatkan efektivitas sebesar 92%, sedangkan
penglihatan kabur. Gejala lain yang dapat timbul dilaporkan Koesharjono dan kawan-kawan mendapatkan hasil 87o/o.
berupa gangguan mental (skizofren dan paranoid), gejala Efek samping sangat ringan, seperti misalnya pusing, mual
nlngsang meningeal ataupun kompresi medula spinalis. dan rasa mual di ulu hati.
Neurosistiserkosis merupakan penyakit yang semakin
oanyak dijumpai di Amerika Seriakat. Hal ini disebabkan
Niclosomide {Nicloside, Yomesan (Bdyer)}. Obat ini
ikarena adanya kontak dengan imigran yang semakin bekerja dengan menimbulkan nekrosis pada skoleks.
Merupakan pilihan yang cukup efektif untuk taeniasis.
oanyak masuk ke Amerika Serikat. Di lndonesia neuro-
Dosis adalah 2 gram (4 tablet @ 500 mg) sekali makan
siistiserkosis banyak dijumpai di lrian Jaya.
atau diberikan 1 gram dengan jarak 1jam, pagi-pagi pada
Diagnosis neurosistiserkosis sulit karena manifestasi
waktu perut kosong. Tablet harus dikunyah sebelumnya,
Hinis yang tidak spesifik. Diagnosis pasti dibuat dari biopsi
kemudian diminum dengan sedikit air. pada infeksi T.
rcdul sistiserkosis. Pemeriksaan penunjang lain ialah adanya
hintik kalsifikasi pada foto rontgen. pemeriksaan pencitraan
solium dianjurkan pemberian laksans untuk mencegah
saraf bersifat tidak patognomonik. pemeriksaan CT-scon
autoinfeksi yang secara teoritis dapat menimbulkan
sistiserkosis. Niklosamid memberikan angka kesembuhan
sangat membantu diagnosis dengan melihat adanya kista
lebih dari 85%.
b,ulat dengan pinggir mengalami penyangatan, daerah
dengan densitas rendah dengan atau tanpa penyangatan, Albendazol (AIbenza). Al.bendazol menu runkan produ ksi
,dan kalsifikasi tanpa enhoncemenf. yang agak spesifik ATP oleh cacing, menimbulkan kekurangan energi,
adalah apabila pada CT atau MRI dijumpai lesi kistik imobilisasi, dan akhirnya kematian. Dosis yang diberikan
1ang menunjukkan skoleks. Tes serologis seperti indirect adalah 400 mg peroral dua kali sehari selama 8-30 hari.
naemoggLutinotion dapat membantu diagnosis tetapi Efek samping nyeri perut, mual, muntah, diare, pusing dan
sensitivitas dan spesifisitasnya sangat bervariasi. peningkatan transaminase serum.
Pengobatan untuk neurosistiserkosis terdiri dari obat
Mebendazol merupakan obat cacing berspektrum luas
ffitr'parasit, pembedahan dan obat-obatan simtomatik. Obat
yang sebelumnya banyak-dipakai untuk cacing yang
mtiparasit yang efektif adalah prazikuantel dan albendazol.
ditularkan melalui tanah (A. lumbricoides, T trichiuro dan
Pengobatan pilihan adalah dengan pemberian prazikuantel
cacing tambang), ternyata dapat diberikan untuk taeniasis.
SCImglkg BBlhari selama 14hari. Untuk mengurangi akibat
Mebendazole di berikan dalam dosis 600 mg-1200 mgl
meaksi radang karena kematian larva biasanya diberikan
hari selama 3-5 hari.
p,nednison 30 mglhari, 1-2 hari sebelum pemberian
p-azikuantel sampai 3-4 hari setelah pemberian prazikuantel. Obat Iain. Obat-obat yang sebelumnya dipakai untuk
il,rkhir-akhir ini dilaporkan bahwa albendazol cukup efektif taeniasis tetapi sekarang jarang digunakan ialah : atabrin
untuk pengobatan neurosistiserkosis dengan dosis 15 mgl (mepakrin), bitionol (bitin) dan diklorofen.
1@tsB/hari selama 8-15 hari. Albendazol mempunyai daya Paromomisin, suatu antibiotika diberikan dengan dosis
penetrasi ke otak lebih besar; kadarnya tidak dipengaruhi 75 mg/kg BB (maksimum 4 gram) dilaporkan memberikan
mph steroid dan harganya lebih murah. pada kasus-kasus angka kesembuhan di atas 90% pada kasus taeniasis.
@rtentu dapat dipertimbangkan terapi pembedahan. Setelah 3 bulan tinja diperiksa kembali untuk mencari
Ifleurosistiserkosis tanpa pengobatan memberikan angka adanya telur cacing atau adanya pengeluaran proglotid.
knatian sekitar 50%. Pengobatan memberi hasil efektif pada Jika tidak ditemukan telur atau proglotid berarti telah
ru-80% kasus dan menurunkan mortalitas menjadi 6-16%. terjadi kesembuhan sempurna.

TENATALAKSANAAN PROGNOSIS

frerbagai macam obat dapat dipakai sebagai terapi lnfeksi T soginoto mempunyai prognosis baik, jarang
@niasis. Obat pilihan untuk infeksi cacing pita saat ini sekali menimbulkan komplikasi. lnfeksi oleh f sofium
dah prazikuantel dan niklosamid. dapat memberi komplikasi serius terutama sistiserkosis
H ETMINTIASIS, MIKOSIS, DAN PARASTTOSIS EKSTERNAL

pada susunan saraf pusat yang dapat memberi prognosis assay of antibodies to Taenia solium rysticerci in sera from
residents of rural communities and from epileptic patients in
kurang baik.
Bali, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health
1994;25:4648-.
Vohra & Nissen MD. Taenia infection. E-Medicine, last updated
Ill{.ay 26,2004.
PENCEGAHAN
Wallin MT, Kurtzke fF. Neurocysticercosis in the United States:
review of an important emerging infection. Neurologv
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai tindakan: 1 ). 2004;63:155964-.
Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati pasien
taeniasis; 2). Pendidikan kesehatan untuk mengubah
kebiasaan penduduk dalam : a). pembuangan kotoran
(tinja) yang sembarangan; b). kebiasaan memakan daging
yang tidak dimasak dengan sempurna; 3). Pengawasan
rumah potong yang baik.

REFERENSI

Bakta IM, Soewamo H, Taeniasis di Banjar Saba Desa Penatih Bali,


Naskah lengkap KOPAPDI VI, Jakarta 24-28 Juli 1984.
Dharmawan NS, Siregar EAA, He S, Hasibuan KM. Sistiserkosis
pada babi di Bali. HemeraZoa1992;75:25-37.
Eom KS, Rim H|. Morphologic description of Taenia asiatica sp.n.
The Korean journal of Parasitol ogy 1993; 3L : L-6 .
Fan. PC, Kosman ML, Kosin E, Depary AA, Napitapulu T.
Indonesia Taenia and Taeniasis. Yonsei Rep. Trop. Med.
1993;21:33-7.
Garcia HH, Evals CAW, Nash TE, Takanayagui OM, White AC,
Botero D, et al. Current consensus guidelines for treatment of
neurocysticercosis. Clin Microbiol Rev 2002;15:747-56.
Ito A, Nakao IvI, Wandra T. Human taeniasis and cysticercosis in
Asia. Lancet 2003: 362:1918-20.
|eon HK, Lee KH, Kim KH, Hwang UW, Eom KS. Complete
sequence and structure of the mitochondrial genome of the
human tapeworm, Taenia asiatica (Platyhelminthes; Cestoda).
Parasitology 2005 ;130: 717 -26.
Margono SS,Subahar & Hamid A, Wandra T,Sudewi AAR,Sutisna
B Ito A. Cysticercosis in Indonesia: epidemiological aspects.
Southeast AsianJ Trop Med Public Health 2001;32:79-84.
Markell EK John DT; Krotoski WA. Medical Parasitologty. Eight
edition. Philadelphia: Saunders, 1999.
Nithiuthai 9 Anantaphruti MT, Waikagul ], Gajadhar A. Waterbome
zoonotic helminthiasis. Vet. Parasitol 2004;126:167 -93.
Nunes CM, Dlas AKK, Dias FEF, Aoki S\4 dePaula lIB, Lima
LGF, Garcia ]F. Taenia saginata: differential diagnosis of
human taeniasis by polymerase chain reaction-restriction
fragmentassay. Experimental Parasitol 2005;110:412-5.
Sciutto E, Fragosso G, Fleury A, Laclette IP, Sotelo |, Aluja A,
Vargas L, Larralde C. Taenia solium disease in humans and
pigs: an ancient parasitosis disease rooted in developing
countries ald emerging as major health problem of global
dimensions. Microbes and Infection 2000;2:1875-90.
Sudewi AAR. Respon imun neurosistiserkosis aktif dan inaktif
berdasarkan pola limfosit subset TH1 dan TH2 (penelitian
observasional analitik pada babi). Disertasi. Surabaya:
Universitas Airlangga, 2004.
Sutisna P. Masalah Taeniasis di Banjar Kelod" Renoo Denpasar.
Medika 1990;16 : 54349-.
Sutisna P, Fraser A, Kapti N, Rodriguez-Canul R" Widjana D,
Craig I'S, Allan jC. Community prevalence study of taeniasis
and cysticercosis in Bali, Indonesia. Trop Med International
Health1999,4:28894-.
Theis JI{, Goldsmith ItS, Flisser A, Koss }, Chiino C, Plancarte A,
Segura A, Widjana D, Sutisna P. Detection by immunoblast
LO7
srsToso MrASrs (BTLHARZTASTS)
A. Halim Mubin

PENDAHULUAN penempatan telur-telur di tempat itu. Telur-telur juga


mensekresi enzim proteolitik yang merusak jaringan.
tr,ata "Schistosoma" (sistosoma)" berasal dari kata Gambaran klinisnya berupa perdarahan saluran cerna,
"schist" yang berarti suatu alur atau kanal yang panjang. diare, dan kerusakan hepar. Penyakit ini dipindahkan
Sstosoma satu-satunya trematoda yang mempunyai dua melalui penetrasi kulit secara langsung. Diagnosis bentuk
,e-nis kelamin, sedangkan trematoda yang lain bersifat sistosomiasis ini dengan memastikan adanya telur-telur
lrerrnaprodisme (dalam satu individu suda h bersifat janta n yang khas dalam tinja. Yang masuk sistosoma dunia baru
larr betina segaligus). adalah S. japonicum dan S. monsoni, terapinya dengan
Sistosomiasis atau "demam sungai" disebut juga prazikuantel.
h' lharziasis dari nama Theodor Bilharz, seorang ahli Pada sistosomiasis dunia lama lokasi primer infeksi-
retologi berkebangsaan Jerman yang mengidentifikasi nya adalah vena-vena di buli-buli tempat meletakkan
iacing ini pada tahun 1851. telu r-telu rnya yang dapat merangsang terjadinya ja ringan
Ada lima spesies sistosoma yang distribusi dan fibrosis dan granulomatosa, serta hematuria. Sama halnya
urevalensinya berbeda menurut lokasinya di dunia serta dengan sistosomiasis dunia baru, penyakit ini dipindahkan
rmengakibatkan gejala yang berbeda pula yaitu. 1) 5. melalui penetrasi kulit secara langsung. Diagnosis
,r,ansoni yang tersebar lebih luas di Afrika, semenanjung
sistosomiasis ini dengan menentukan telur-telur yang
Ar-abia dan Laut Tengah bagian Timuri Amerika Selatan khas dalam urin atau dinding buli-buli..Yang termasuk
lE.azilia, Venezuela dan Suriname), dan kepulauan sistosoma dunia lama adalah S. hematobium.
tr"aribia (Puetro Rico, tanpa Kuba). 5. monsoni paling Menurut gambaran klinisnya sistosomiasis dibagi
{lras penyebarannya di dunia. Sistosoma ini hanya dapat dua jenis yaitu sistosomiasis vesikalis (urinarius) dan
rnenginfeksi manusia dan rodensia, 2) S. hematobiumyang sistosomiasis intestina lis. Sistosomiasis vesikalis disebabkan
dbrninan di Afrika dan Laut Tengah bagian Timur; 3) S. oleh S. hemotobium,sedangkan sistosomiasis intestinalis
.iwonicum yang distribusinya terbatas di Cina, Filipina, dan disebabkan oleh dua jenis sistosoma yaitu S. mansoni,
,esia Tenggara (Kamboja, Laos, Thailand, dan lndonesia) dan S. joponicum. Mamalia merupakan reservoir penting
tang dapat menginfeksi selain manusia juga menginfeksi S. joponicum, sedangkan S. monsoni dan S. hemotobium
trabi, anjing, dan kerbau air; 4). 5. mekongki yang hanya reservoir utamanya manusia, walaupun S. mansoni dapat
mrevalen di delta sungai Mekong di Thailand, Kamboja, juga menginfeksi beberapa speses hewan.
dan Laos, dan 5). S. intercalotum yang ditemukan di Afrika
kngah.
Pada uraian ini hanya dibicarakan S. mansoni, S. MORFOLOGI
trematobium, dan S. japonicum. Schistosomo joponicum
sdit-u-satunya sistosoma yang ditemukan di lndonesia yaitu Sistosoma dewasa betina dan jantan terpisah, namun
d danau Lindu dan lembah Napu Sulawesi Tengah. biasanya ditemukan berpasangan. Jantan dewasa mem-
Sistosimiasis dunia baru lokasi infeksi primernya punyai kanalis ginokoforik ventralis di mana sang betina
uada sistem saluran cerna. Kerusakan dinding intestinum dipeluk oleh sang jantan. Cacing betina dewasa lebih
a<,bat respons imun penjamu (hospes) terhadap panjang dari pada cacing jantan, keduanya berbentuk

789
790 H ELM I NTIASI S, M I KOSIS. DAN PARASITOSIS EKSTERNAI.

silindris dan intestinumnya berwarna hltam karena SIKLUS HIDUP SISTOSOMA


menelan eritrosit. Sifat khas spesies cacing betina ter-
gantung dari posisi ovarlum, panjang uterus dan jumlah Cacing dewasa hldup dalam venula terminalis usus {!
telurli-(rlamnya. Kedua jenis kelamin masing-masing monsoni dan S. joponicum) atau buli-buli (5. hemotobium"t

mempu ua alat isap (sucker) dan sebuah mulut Sistosoma mansoni bermigrasi ke vena mesenterika
yang terletak di\gah alat isap dan berujung buntu. inferior usus besaI S. joponicum bermigr:asi baik ke vena
lntegumentum sistos\r mirip dengan banyak cacing mesenterika inferior maupun ke vena mesenterika superior
darah (btood f/uke) yang)ail-lerdiri dari dua lapisan pada usus kecil dan besaq namun lebih sering pada vena
lemak dengan masing-masing-kCtebalannya 7 nm, mesenterika superior usus besar. Pada dinding usus
keseluruhan tebalnya 18 nm. Ukuran S. mansoni dewasa tersebut membentu k ja rin ga n fi brosis da n g ranu lomatoso
6-13 mm. Morfologi sistem alat reproduksi jantan (A) lalu terbentuk ulkus dan polip. Sistosoma hematobiunrnm
dan betina (B) sistosoma dapat,dilihat pada gambar di paling sering bermigrasi ke pleksus vesikalis, narnLlirflr
bawah ini. dapat juga ditemukan dalam vena-vena dalam rektumru.
Telur-telur sistosoma dapat keluar bersama tinja atauur
urin lalu masuk ke dalam air tawaL larvanya (mirasidiu@)
keluar dari telur dan selanjutnya menginfeksi siput sebagru
penjamu perantara (intermediote hosf). Sistosoma harrynr
mempunyai satu jenis hospes perantara yaitu semacanrnr
keong air tawar untuk 5. hemotobium adalah genus Bolirg*
S. monsoni genus Biompholorio, dan S. joponicum gewn
OncomoLonia.
Dalam siput, sistosoma berkembang (men
sporokista l, sporokista ll), dan selanjutnya
menjadi ribuan serkaria. Serkaria yang infektif ini
meninggalkan siput masuk berenang dalam air tawar
hanya dapat bertahan hidup selama 48 jam. Manusia
terpajan dengan serkaria melalui kulit atau mukosa
Gambar 1. A. Sistem reproduksi sistosoma jantan dewasa
dan saluran cerna bila berada dalam air sewaktu
B. Sistem reproduksi sistosoma betina
berenang, menyeberangi sungai atau mencuci
Dalam tubuh serkaria segera menjadi larva
yang akan sampai pada sirkulasi portal dalam
dan di sinilah segera menjadi ticing dewasa.
beberapa minggu cacing dewasa berpasangan dan
dan selanjutnya bermigrasi ke venula terminalk usus,
betina meletakkan telurnya. Setiap betina dapat
200-2000 butir perhari selama 20 tahun. Dengan
Telur S. jopanicum Telur S. monsoni fefur S- hoematobium semacam sekresi zat lisis, beberapa telur dapat
Gambar 2. Telur sistosoma dan spinanya lumen usus atau buli-buli, dan dengan demikian
dapat masuk tinja atau urin.

Telur sistosoma tidak mempunyai operkulum (sumbat


penutup) namun mempunyai spina yang posisinya khas EPIDEMIOLOGI
pada setiap spesies. Telur S. monsoni spinanya terletak
sebelah lateral dan terlihat jelas. S. japonicum juga Organisasi kesehatan sedunia (WHO) memper
lateral, namun kadang-kadang sulit terlihat, sedangkan juta penduduk dunia yang berisiko terkena sis
S. hemotobiurn mempunyai spina terminalis yang mudah 200juta yang sudah terinfeksi dan 120juta yang
terlihat. Dinding telur terbuat dari bahan protein resisten Sistosomiasis berhubungan dengan faktor kerni
yang menyusun granula kantong telur. Ketika diletakkan sanitasi yang jelek dan tempat tinggal yang
telur sudah berisi mirasidia yang akan matang dalam 10 daerah endemik insidens sistomiasis umumnya
hari. Dalam hospes (manusia atau hewan) telur tidak dapat Prevalensi berhubungan dengan umur dari 3 - 4
menetas, namun bila mendapat lingkungan yang baik meningkat sampai 100% pada umur 15-20 tahurlng,
seperti suhu, pH, kadar garam, dan cahaya, maka telur menurun kembali setelah 40 tahun. Beratnya il

akan pecah menurut a_ksis memanjang. ditentukan menurut jumlah telur dalam urin at*u
/
,/
/ ///
srsrosoMtAsts 7gl

serta dengan banyaknya cacing dewasa. Penurunan Cacing Dewasa


prevalensi pada berbagai kelompok ini mungkin akibat Sistosoma dewasa tidak memperperbanyak diri dalam
dari timbulnya resistensi atau karena adanya perubahan- tubuh manusia. Di dalam darah vena, cacing jantan dan
perubahan dalam kontaminasi dengan air, sebab pada betina kawin, kemudian betina bertelur 4-6 minggu
orang yang lebih tua sudah kurang terpajan dengan air setelah penetrasi serkaria. Cacing dewasa jarang bersifat
yang tercemar dengan tel u r-telu r sistosoma. Sela nj utnya, patogen. Cacing betina dewasa dapat hidup sekitar 3-8
distribusi sistosoma di pengaruhi oleh heterogenitas tahun bahkan lebih dari 30 tahun dan bertelur sepanjang
populasi cacing, yang satu lebih invasif daripada yang hidupnya, namun tidak merusak karena hanya telur-
lain akibat kerentanan penjamu sendiri. Sistomisiasis telurnya saja yang dapat merusak organ.
melibatkan perpaduan dari beberapa faktoryaitu parasit,
hospes, infeksi tambahan, nutrisi, dan faktor lingkungan. Telur
Umumnya sindrom penyakit berhubungan dengan adanya Telur-telur inilah yang menyebabkan sistosomiasis dan
satu atau lebih stadium parasit dalam hospes manusia. demam Katayama. Hingga saat ini demam Katayama
Distribusi penyakit ini di daerah endemik biasanya patofisiologi tepatnya belum diketahui. Demam Katayama
berhubungan dengan berat dan lamanya infeksi, umur dan dilaporkan paling sering pada S. joponicum tetapi juga
kerentanan genetik hospes. Sistosomiasis hanya muncul telah dilaporkan terjadi pada S. Monsoni, jarang dirasakan
pada sekelompok kecil orang yang terinfeksi salah satu dari pada sistosomiasis hematobium.
sistosoma intestinal is. Sebaliknya pada sistosoma u ri narius Terkumpulnya telur dalam hati dapat mengakibatkan
manifes pada kebanyakan individu yang terinfeksi. Belum fibrosis periportal dan selanjutnya hipertensi portal,
diketahui mengapa pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) namun fungsi hati tetap normal bahkan sampai tahap
yang terinfeksi sistosoma ditemukan sangat sedikit telur lanjut dari penyakit. Kolateralalisasi sistem portal karena
cacing dalam tinjanya, namun tetap baik responsnya hipertensi portal dapat mengakibatkan embolisasi
terhadap terapi dengan praziquantel. telur-telur ke dalam paru, selanjutnya dapat terjadi
hipertensi pulmonal dan'korpulmonal. Karena Sistosomo
joponicum iebih banyak mengeluarkan telur; sehingga
PATOFISIOLOGI sering dianggap menimbulkan penyakit yang lebih berat.
Cacing dewasa S. hemotobium matang dalam pleksus
Fatofisiologi infeksi berhubungan dengan siklus hidup venosa buli-buli, ureteI rektum, prostat, dan usus. Adanya
dari parasit sebagai berikut: jaringan granulomatosa dan fibrosis pada dinding buli-buli
memudahkan terjadinya ulkus dan polip, dan sisa-sisa telur
Serkaria dapat mengalami kalsifika,si. Striktur orifisium uretralis
Penetrasi serkaria pada kulit menyebabkan dermatitis atau ureter terminalis dapat mengakibatkan hidroureter,
alergika di tempat masuknya. Pada stadium ini kelainan hidronefrosis dan infeksi asenden saluran kemih. Lesi
kulit berupa eritema dan papula dengan rasa gatal dan organ-organ lain dalam pelvis jarang'mengakibatkan
panas 2-3 hari pasca-infeksi dan disebut "swinner's itch", fibrosis berat dan infeksi. Telur-telur diangkut ke hati atau
paling sering disebabkan oleh S.rnonso ni dan S. joponicum. paru, tetapi perubahan patologis jarang terjadi pada S.
Bila jumlah serkaria yang menembus kulit cukup banyak, mansoni dan S. joponicum.
maka dapat terjadi dermatitis (cercariol dermatitis) yang
akan sembuh sendiri dalam lima hari. Gambaran klinis
toksemia berat disertai demam tinggi dapat terjadi, PATOGENESIS, IMUNITAS DAN GAMBARAN
terutama infeksi yang berulang. Keluhan berupa lemah, KLINIS
malaise, anoreksia, mual dan muntah, sefalgia, mialgia
dan artralgia. Diare akibat adanya keadaan hipersensitif Perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan oleh tiga
terhadap cacing, serta sakit perut dan tenesmus kadang- stadium cacing sistosoma yaitu serkaria, cacing dewasa
kadang ditemukan. Gejala toksemia dapat berlangsung dan telir. Yang paling banyak menyebabkan kelainan
sampai tiga bulan. Hepatosplenomegali disertai nyeri adalah telur. Perubahan-perubahan pada sistosomiasis
lekan dapat pula ditemukan. dapat dibagi dalam tiga stadium yaitu : 1). masa tunas
bilogik, 2). stadium akut dan 3). stadium menahun.
Sistosomula
Sistosomula merupakan serkaria tidak berekor yang Masa Tunas Biologik
diangkut melalui darah atau limfatik ke paru-paru dan Waktu antara serkaria menembus kulit sampai menjadi
iantung. lnfeksi berat dapat menyebabkan gejala seperti dewasa disebut masa tunas biologik (masa prepaten). Di
demam dan batuk. Eosinofilia bisa juga ditemukan. sini terjadi respons baik humoral maupun selular. Reaksi
792 H ELM I NTIASIS, MI KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAI.

/'
fdrgiyang terjadi akibat dari hasil metabolik sistosomula, fagosit, sel T spesifik dan eosinofil. Sel-sel fibroblas, sel-sel
/cacing dewasa, dan protein asing yang disebabkan adanya raksasa, sel-sel limfosit B akan dominan kemudian hari-
cacing yang mati. Manifestasi klinisnya dapat berupa Sekali diaktifkan, sel-sel T akan menghasilkan berbagai
urtikaria atau edema angioneurotik, dapat disertai demam sitokin misalnya tumor necrosis foktor a (TNF-u), inter-
10 hari kemudian. Gejala batuk produktif dan hemoptisis leukin 2 (lL-z), lL-4, dan lL-5, yang selanjutnya meng-
sering ditemukan pada pasien yang sangat sensitif dan aktifkan sel-sel endotel untuk mengeluarkan sekresinlra
dapat timbul serangan asma. Keadaan toksik dapat (kemokin) yang spesifik seperti monosites chemotactic
muncul antara minggu kedua sampai minggu kedelapan protein 1 (MCP-1). Akibat rekruitmen elemen sel-seN
pasca-infeksi. akan mendorong pembentukan jaringan granulomatosa
di sekitar telur-telur. Lesi ini berlipat-lipat kali besarrya
Stadium Akut (Demam Katayama) dari telur-telur, dan menyebabkan organomegali dan
Demam Katayama dianggap mempunyai kaitan dengan obstruksi. Peningkatan atau penurunan respons kekebah
ransangan telur dan antigen cacing yang diakibatkan hospes terhadap telur-telur sistosoma memegang
oleh.terbentuknya kompleks imun, 4-6 minggu setelah peranan penting dalam membatasi meluasnya jaringn
terinfeksi yaitu ketika terjadi pelepasan telur. Sindrom granulomatosa. Akibat lanjut dari respons granulomatm
sistosomiasis akut berkaitan dengan reaksi imunologis telur terjadi pembentukan jaringan fibrosis. Hati yang tadinp
sistosoma yang terjerat di jaringan. Antigen yang lepas membesar (hepatomegali) karena peradangan da
dari telur meransang suatu reaksi granulomatosa terdiri pembentukan lesi granulomatosis, kemudian mengred
atas sel T, makrofag, dan eosinofil yang mengakibatkan karena terjadi fibrosis (sirosis hepatis). Pada sirosis ahH
manifestasi klinis. Tanda dan gejala tergantung dari sistosomiasis yang terjadi adalah sirosis periportal yq
banyaknya dan lokasi telur pada jaringan pada awal berakibat terjadinya hipertensi portal karena adanln
terjadinya reaksi inflamasi yang reversibel, mirip "serum bendungan dalam jaringan hati. Tanda yang timbul benp
sickness" yang disertai demam, keringat banyak, menggigil splenomegali, edema pada tungkai bawah atau fl
dan batuk-batuk, limfadenopati generalisata, dan kelamin, asites dan ikterus. Manifestasi klinis sistosomi*
hepatosplenomegali. Demam Katayama jarang ditemu kan kronis umumnya ringan atau sedang saja, sehingga til*
pada sistosomiasis hematobium. Keluhan ini mulai ringan perlu dirawat inap, lain halnya dengan
sampai berat, jarang menimbulkan kematian. akut dapat fatal, hal ini tergantung dari spesies
Sindrom disentri biasanya ditemukan pada infeksi Mulanya disangka S. joponicum dapat meni
berat, sedangkan pada infeksi ringan hanya diare. penyakit yang lebih berat karena dapat
Hepatomegali timbul lebih dini disusul dengan telur 10 kali lebih banyak dari pada S. monsoni,
splenomegali. Hal ini dapat terjadi dalam waktu 6-8 bulan kenyataan di lapangan tidak demikian. Pada stadium
setelah infeksi. Selanjutnya pasien memasuki periode sangat lanjut pada infeksi 5. monsoni dan S. j,
asimptomatis 2-8 minggu, namun demikian secara umum dapat terjadi hematemesis melena karena
gejalanya bersifat ringan. Pada pemeriksaan laboratorium varises esofagus, dan dapat ditemukan tumor
mungkin didapatkan leukositosis dan eosinofilia berat. intestinalis. Beratnya sistosomiasis intestinalis
Karena hasil pemeriksaan tinja pada awal infeksi sering berhubungan dengan beratnya infeksi. Dengan
hasilnya negatif, maka dianjurkan pemeriksaan diulangi infeksi tambahan hepatitis B, hepatitis C atau
sedikitnya enam kali, sedangkan pemeriksaan serologis malnutrisi dapat mempercepat terjadinya pen
positif beberapa minggu setelah telur ditemukan dalam fungsi hepar. Pada infeksi S. hemotobium, gejala dini
tinja. traktus urinarius berupa disuri, lalu hematruria
dan proteinuria. Gross hematuri dapat berulang.
Stadium Kronik dapat berupa polip buli-buli, sistitis, infeksi
Stadium ini mulai enam bulan sampai beberapa tahun kronis, pielitis, pielonefritis, u rolitiasis, hidronefrosis
setelah infeksi. Pada infeksi S. monsoni dan S. japonicum obstruksi uretra, dan gagal ginjal.
ditemukan diare, nyeri perut, berak darah. Pada Pada pemeiiksaan laboratorium, telur-telur
stad iu mini kebanyakan manifestasi klinis disebabka n oleh ditemukan dalam sedimen urine, biopsi atau
penumpukan telur-telur dalam jaringan. Respons jaringan mukosa rektum atau buli-buli.
granulomatosa di sekitar telur berupa sel-sel yang diatur
oleh ada atau tidak adanya suatu kaskade respons sitokin,
selular dan humoral. Pembentukan granulomatosa dimulai KOMPLIKASI
dengan pengerahan sel-sel radang sebagai respons
atas sekresi antigen oleh organisme hidup dalam telur. Hanya sebagian kecil penduduk di daerah endemis
Respons ini dimulai dengan pengerahan sel-sel termasuk pengidap berat sistosoma yang kemudian hari
srsTosoMIASlS 793

.ttemberi komplikasi
seperti: . lndirect immunofluorescence test (IFN)
' Hipertensi portal . Gel precipitotion techniques (GPT)
. Splenomegali . lndirect hoemogghttinotion test (IHA)
. Varises esofagus . Latex ogglutinotion fest (LAT)
. Gangguan fungsi hati: ikterus, asites, koma . Circumovol precipitin tesf (COPT)
hepatikum. . Cercorienhullen reoctions (CHR)
' Hipertensi pulmonal dengan korpulmonale, gagal . Complement fixation fesf (CFT)
jantung kanan . Tes Western b/of untuk kepastian diagnosis
. Gangguan usus besar berupa striktur, granuloma . Foscon ossoy screening fest (FAST)
besar, infeksi salmonela yang menetap, poliposis . lmmunoblot
kolon yang mengakibatkan berak darah, anemia,
Hasil tes tidak ada korelasi dengan beratnya infeksi .Tes
hipoalbuminemia dan clubbing fingers (jari tabuh).
. antigen dari darah dan urin sensitif dapat membedakan
Kontraktur leher buli-buli sering disertai kerusakan
infeksi baru atau lama. Hilangnya antigen yang beredar
M. detrusor.
5-10 hari pascaterapi menandakan kesembuhan.
" Batu buli-buli.
" Obstruksi ren dan buli-buli
Tes Lain
" Gagal ginjal kronik
Pada infeksi S. monsoni dan S.joponicum esofagoskopi atau
Kanker buli-buli, mielitis transversa, epilepsi, atau kolonoskopi, foto dada atau EKG dapat dilakukan. Gambaran
-euritis optika akibat dari telur-telur yang tertimbun USG pada hati memberi gambaran patognomonis berupa
"lelalui sirkulasi kolateral atau cacing ektopik (ectopic fibrosis periportal, sehingga tidak perlu dilakukan biopsi.
worms). Pada umumnya sistosoma SSP disebabkan oleh Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena 1). dapat menilai
l-4% infeksi S. joponicum, sedangkan mielitis transversa hipertensi portal, 2). dapat membedakan sistosomiasis dari
-*..utama oleh 5. monsoni.
sirosis hepatis, 3). serta dapat menilai kemajuan hasil
terapi pada infeksi dini. Pada infeksi S. hematobium dapal
dideteksi adanya hematuria tersamar secara mikroskopik
I.ABORATORIUM atau tes celup terutama pada urine porsi pertama. Pada
infeksi lanjut dengan pemeriksaan sistoskopi dapat
Telur-telur d item u ka n ulkus sa n dy p otch e s dan ada nya daera h -daera h
),!temukannya telur-telur dalam ekskreta (tinja dan urin) yang mengalami metaplasia. Pada foto polos abdomen
;tau biopsi mukosa merupakan suatu diagnosis pasti. Pada bagian bawah dapat ditemukan perkapuran dinding buli-
S" hematobium lebih sering ditemukan dalam sedimen buli atau ureter. Dengan CT'dapat menemukan gambaran
"dne, kurang dalam tinja. Urin dikumpulkan 24 jam atau patognomonis kalsifikasi turtlebock.
arntara jam 09.00 pagi hingga jam 14.00 siang. Telur-telur
aapat juga ditemukan dengan biopsi mukosa buli-buli
dan hati. Pada infeksi S. monsoni dan S. joponicum telur- DIAGNOSIS BANDING
etur dapat ditemukan dengan pemeriksaan tinja secara
Engsung atau dengan cara konsentrasi atau kuantitatif Pada keadaan akut dapat dikacaukan dengan: amebiasis,
kto-Katz. Dikatakan infeksi berat bila ditemukan telur disentri basilen malaria, leptospirosis, dan sebab lain dari
ebih 400 butir dalam 1 gram tinja. Bila hasilnya negatif diare. Pada keadaan lebih lanjut perlu dibedakan dari
Capat diupayakan dengan biopsi mukosa rektum pada berbagai sebab hipertensi portal atau poliposis usus. Di
esi peradangan atau granulasi atau secara acak pada 2-3 daerah endemis sistosomiasis vesikalis harus dibedakan
oxasi mukosa normal. dari penyebab keluhan-keluhan traktus urinarius lain
seperti kanker traktus genitourinarius, infeksi saluran
Ufi Serologis kemih (lSK), dan nefrolitiasis, atau tuberkulosis ginjal.
'es-tes imunodiagnosis dapat digunakan bila hasil Bila ada keluhan-keluhan saluran cerna dapat dikacaukan
:emeriksaan urin atau tinja negatif atau diperkirakan dengan ulkus peptikum, pankreatitis atau penyakit traktus
aCanya infeksi ektopik. Hasil yang akurat diperoleh biliaris.
rtelah terpajan 6-8 minggu dengan air yang tercemar
lengan serkaria. Di sini diperiksa antibodi terhadap cacing
iewasa, sistosomula dan serkaria dengan tes-tes sebagai PENCEGAHAN
:erikut:
. Enzyme linked immuno sorbent ossoy (ELISA). Jangan berenang atau menyeberangi air tawar di negeri-
. Rodioimmuioassoy (RlA) negeri di mana terjadi sistosomiasis.
HELMI NTIASIS, MIKOSIS, DAN PAMSITOS]S EKSTERNAT

Metrifonate. Obat ini sangat efektif hanya untuk S.


haemotobium; namun kini sudah ditarik dari peredaran.
Tindakan bedah. Pada keadaan tertentu dibutuhkan
tindakan bedah mengeluarkan polip atau sumbatan
saluran kemih. Bila ada perdarahan varises esofagus,
Air mandi semestinya dihangatkan dulu selama 5 skleroterapi merupakan tindakan pilihan, walaupun
menit pada suhu 150' F, atau air disimpan dalam tangki beberapa pasien membaik dengan propranolol. Pada
air selama minimal 48 jam sebelum digunakan untuk perdarahan yang berulang, pembuatan shunting rupanya
mandi. kurang bermanfaat. Bila terjadi pansitopeni indikasi untuk
Menggunakan handuk yang sangat kering setelah splenektomi.
kecelakaan, bilasan singkat dengan air yang aman dapat Untuk mengontrol infeksi sistosoma diperioritaskan
membantu mencegah penetrasi sistosoma pada kulit. pada hal-hal sebagai berikut: 1). Pendidikan kesehatan.2)-
Tetapijangan terlalu mengandalkan handuk kering dalam Penyediaan air minum dan fasilitas sarana kesehatan. 3)-
mencegah sistosomiasis. Diagnosis dan pengobatan. 4). Manajemen lingkungan
5). Kontrol hospes perantara (keong air tawar).

PENGOBATAN
PROGNOSIS
Pada tahun 1970-an pengobatan sistosomiasis hampir
sama hasilnya dengan bahaya obat itu sendiri. ltulah Dengan terapi pada infeksi dini hasilnya sangat bailc
sebabnya kini tinggal beberapa jenis obat yang dapat Kelainan patologi dari hepar; ginjal dan usus memba}
diberikan pada sistomiasis yaitu: dengan pengobatan. Pengidap (karier) sistosomiasir
hepatosplenik relatif baik karena fungsi hepar tetap b*
Praziquantel. Daya sembuh obat ini untukS. hemotobium,
sampai akhir dari penyakit (jika tidak ada perdarahan)
S. monsoni dan S. joponicum, 63-85o/o dan dapat
menurunkan telur-telur lebih 90% setelah 6 bulan terapi.
Korpulmonale tidak membaik secara bermakrm
dengan terapi. Tergantung dari lokasi dan luasnya lerir
Obat ini tidak sensitif terhadap sistosoma muda (2-5
blasanya membaik dengan terapi. Karier sistosomiasrx
minggu). Dosis 2 x 20 mg/kg berat badan/hari untuk 5.
medula spinalis harus diwaspadai. Pemberian praziquard
hoematobium dan S. mansoni, dan 3 x perhari untuk S.
japonicum. harus diberikan secepatnya. Dalam keadaan lanj$
prognosisnya jelek.
Efek samping berupa malese, sakit kepala, pusing,
anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus,
urtikaria, artralgia, dan mialgia. Gejala ini mulai dari
ringan sampai sedang, berlangsung beberapa jam sampai REFERENSI
satu hari. Menurut WHO obat ini bisa diberikan pada ibu
Bell fC, Palmer SR" Payne JM: Skistosomiasis, in
hamil. In{eksi yangDitularkan dari Hewan ke Manusia
ZOONOSES Infections transmitted from Animals to
Oxamniquine. Obat ini sangat efektif hanya untuk S. Saragih I(, Anugrah PI, Hartanto (alih bahasa). Jakarta:
monsoni. Dosis sekali 12-15 mg/kglhari. Ada juga yang 1995.p. 2s6 - 9.
memberikan 40-60 mg/kglhari dosis terbagi 2 atau 3 Clarke SC: Trematodes, in Modern Medical Microbiolop,
fundamentals, ARNOLD, Londory 2002.p. 290-292.
selama 2-3 hari, diberikan bersama makanan. Angka Davis A: Schistosomiasis, in Mansonls Tropical Diseases,2l"
kesembuhan 70-95%. London: EIST with Saunders; 2003.p. 1431.-L469.
Efek samping terjadi dalam beberapa jam berupa Gandahusada 9 Ilahude HD, Pribadi W: Trematoda Daratu
pusing, vertigo, mual-muntah, diare, sakit perut dan sakit Parasitologi Kedokteran, Edisi ketiga. ]akarta:
Kedokteran UI; 2001.p. 67 -80.
kepala. Walaupun jarang terjadi dapat terjadi perubahan Helminthic infections, Trematode (Fluke) Inf
tingkah Iaku, halusinasi, kejang-kejang setelah 2 jam Schistosomiasis (Bilharziasis), in Current Medical
obat ditelan. Obat ini mempunyai efek mutagenik dan & Treatment Tiemey LI\4 McPhee SJ, Papadakis MA
New York:McGraw-Hi1| 2005.p.1451.4.
teratogenik, sehingga tidak boleh diberikan pada ibu Kogulan P, Lucey DR, Emmons WW. Schistosomiasis.
hamil. emedicine.com. Accessed on 30 April 2005.
Mahmoud AAF: Schistosmiasis and other trematode
Artemisinin. Obat ini yang digunakan untuk terapi in Harrisonn's Principles of lnternal Medicine, Vol L
malaria, kini sementara dalam penelitian. , Kasper D et al (eds), New York: McGraw-Hill;
1266-72.
Obat ini efektif terhadap sistosomula dan mungkin
Mahmoud AAF, Wahab MFA: Schistosomiasis, in Tropi:{
bermanfaat untuk profilaksis. Pada terapi terhadap S. Geographical Medicine, Mahmoud AAF, Warren I(S
hoemotobium, efektifitaSnya jauh di bawah praziquantel. 2"d ed, New York: McGraw-Hill Inlormation seryirg.
c 190.p.458473.
ns PW and Wardrop SM: Schistosoma sp. (schistosomes or
blood flukes; schistosomiasis). www.biosci.ohio-state.edu.
com. Accessed on 30 April 2005.
h ]F Medical Library. Schistosomiasis. iarww.chclibrary.org.
Accesed on 30 April 2005.
v.medicalecology.org Schistosomiasis, Accessed on 1 May
2005.
.tulane.edu, Schistosomiasis, Accessed on 30 April 2005.
t M: Infection-schistosomiasis. www.bui.ac.uk.com.
Accessed on 30 April 2005.
.nlm.nih.gov, Schistosomiasis, Accessed on 1 May 2005t: .
.path.cam.ac.uk, The adult schistosome, Accesbed on 30
April 2005.
.sguI.ac.uk, Schistosomiasis, Accessed on 30 Aril 2005.
.healthlink.mcw.edu, Healthlink, CDC: Schistosomiasis
(bilharzia), Accessed on 30 Aril 2005.
.dpd.cdc.gov, Parasites ang Health, CDC: Schistosomiasis,
Accessed on 1 May 2005.

t'
i. *!

d,

?
ri-
108
CACING HATI
Yosia Ginting

PENDAHULUAN terinfeksi. Di daerah-daerah endemik prevalensinya bisa


mencapai 35% bahkan ada yang lebih besar dari 90Y".
Cacing hati (liver fluke) adalah suatu penyakit infeksi lnfeksi O. felineus merupakan cacing hati manusia
hati oleh trematoda. Trematoda yang paling banyak yang paling banyak di Rusia, Ukraina dan Kazakstan-
menginfeksi hati manusia adalah Oposthorchis viverrini, Pada imigran Asia Tenggara di Amerika Serikat terdapd
O. felineus don Clonorchrs sinensu. Selain itu walaupun 226 (11o/o) lelur Opisthorchis viverrini pada orang yang
jarang, Fasciola hepotico dan F. gigontico juga dapat meng- asimtomatik.
infeksi hati manusia. Oposthorchis viverrini dan O. felineus
mengakibatkan penyakit yang disebut opisthorchiosis, Etiologi
C. sinensis mengakibatkan clonorchiosis sedangkan E O.viverrini dan O. felineus sebagai penyebab oprsthorchiai*
hepotico dan F. gigantico mengakibatkan foscioLiosis. berbentuk pipih seperti daun, transparan. Reproduksinye
O p isth o rc h ia sis d an c lo n o rchiosrs meru pa ka n masa la h adalah dengan self-fertilbation. Oleh karena banyak hidqp
utama pada banyak daerah di Timur Jauh, Asia Tenggara pada kucing sebagai hospes definitifnya, maka cacing imi
dan Eropa Timur; namun di daerah non endemik-pun disebut juga cot liver fluke. Cacing dewasa berukuran &-
penyakit ini semakin banyak dijumpai dengan meningkat- 11 x 1,5- 2 mm, sedang telurnya berukuran 30 x 12 umn
nya migrasi dan pariwisata secara global. Daerah yang berwarna coklat kekuningan.
terba nya k terdapat penyakit fo sciolias is adala h Bolivia.
Umumnya infeksi cacing hati disebabkan kebiasaan Patogenesis
memakan ikan mentah atau memakan tumbuhan air yang O.viverrini dan O. felineus dewasa hidup di saluran
tidak dimasak. distal dan kadang-kadang pada duktus pankreatikus
kandung empedu hospes definitifnya (kucing, anjing, bffi
manusia dan mamalia pemakan ikan lain). Telur-telunqp
OPISTHORCHIASIS diekskresikan ke duodenum dan berkumpul di tinja.
saat defekasi telur ini sudah dalam bentuk matang.
Definisi yang telah mengalami embrionisasi bertebaran di air
O pisth o rch io srs ada la h i nfeksi sa I u ra n em ped u ntra hepati k
i dimakan oleh hospes perantara pertama yaitu keongi
oleh O. viverrini atau O. felineus yang ditandai dengan rasa Di dalam usus keong airi telur menetas menjadi mirasi
sakit atau tidak enak di perut, hepatomegali, pembesaran kemudian mengalami perkembangan multiplikasi
kandung empedu dan kolangitis yang berulang, walau aseksual menjadi sporosirt, redia dan akhirnya merj
sebagian besar pasien adalah asimtomatik. ribuan serkaria yang mempunyai ekor dan dapat
Serkaria memasuki hospes perantara keduanya
Epidemiologi ikan ffomily Cyprinidoe) dengan menempel di kulit
Lebih dari 10 juta manusia didunia terinfeksi oleh menembus ke otot melalui bagian bawah sisik ikan
O.viverrini. Beberapa daerah di Asia Tenggara yaitu sebut dan berkembang menjadi metaserkaria. Bila
Thailand, Laos dan Kamboja merupakan daerah endemik atau hewan sebagai hospes definitif memakan ikan
Opisthorchisviverrini di mana terdapat 1,6juta penduduk yang mengandung metaserkaria maka setelah

796
CACING HATI
797

:rodenum metaserkaria ini bermigrasi ke saluran empedu Gambaran Klinis


-.elalui ampula vater (Gambar 1). Setelah 4 minggu Sebagian besar pasien yang berada didaerah endemik
..endiami saluran empedu mataserkaria
matang menjadi tidak mengalami gejala. Gejala akut dapat berupa demam
:entuk dewasa dan menghasilkan telur. Parasit ini dapat tinggi, malaise, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit di
- dup selama 45 tahun pada manusia dan menghasilkan kuadran kanan atas abdomen, artralgia, limfadenopati
-:00 - 2500
telur per hari. dan urtikaria. Rasa sakit pada abdomen sering muncul
pada sore hari, berlangsung selama 'l sampai 3 jam.
Keadaan ini akan berulang lagi setelah beberapa hari atau
Serkaria melekat beberapa minggu. Kurangnya nafsu makan mengakibatkan
pada kuliuotot ikan penurunan berat badan. Pada infeksi kronis dapat
t meniadi metaserkaria
terjadi kolangitis supuratif, abses hati bahkan kolangio-
karsinoma.

Diagnosis
Diagnosa infeksi cacing hati ditegakkan dengan menemu-
kan telur pada tinja. Sangat sulit membedakan telur O.
felineus, O.viverrini dan C. sinensrs. Kadang-kadang telur
tidak terdapat di tinja, tetapi ditemukan pada cairan
empedu atau pada batu empedu setelah dilakukan
Telur dimakan keong air kolesistektomi.
Jmenetas menjadi mirasidia
Pemeriksaan serologis dapat membantu diagnosis
JMultiplikasi menjadi spoDsist
rredia *rkaria bila tidak didapatkan telur pada pemeriksaan tinja.
Pemeri ksaa n deng a n e nzym e - lin ked im m u n oso rbe nt ossay
Gambar 1. Siklus hidup O. viverrini,/ O. felineus (ELISA) dengan menggunbkan ekstrak somatik dapat
dipergunakan untuk menegakkan diagnosis. Bila terjadi
obstruksi saluran empedu akan didapati peningkatan
kadar billirubin.
Ultrasonogra{i, endoscopic retrogrode cholangio-
pqncreotogrophy (ERCP) dan kolangiografi dapat
dipergunakan untuk melihat adanya obstruksi saluran
empedu.

Penatalaksanaan
Praziquontel sangat efektif untuk"pengobatan
opisthorchiosis. Dosis pada pasien asimtomatik atau
pada kasus ringan sampai sedang adalah 25 mg/kgBB
tiga kali sehari dengan keberhasilan pengobatan 100o/o
atau 40 mglkgBB dosis tunggal dengan keberhasilan
90%. Pada infeksi berat dosis yang diberikan adalah 50
mg/kgBB dosis tunggal dengan keberhasilan 97%o.fefur
akan menghilang dalam 1 minggu tetapi perbaikan klinis
Gambar 2. Opisthorchis viverrini dewasa terlihat di dalam dapat hilang setelah beberapa bulan.
-ren saluran empedu Mebendazol merupakan obat alternatif. Dengan
dosis 30 mg/kgBB/hari selama 3 minggu, keberhasilan
Cacing dewasa yang hidup pada saluran empedu akan pengobatan adalah 89% sedangkan bila dosis di atas
,rtngakibatkan lesi mekanik dan produk metaboliknya diberikan selama 4 minggu, keberhasilannya adalah
nergakibatkan iritasi pada sel epitel bilier sehingga terjadi 94%.
leskuamasi, hiperplasia, displasia, fibrosis dan dapat Albendazol 400 mg dua kali sehari selama 3 minggu
l*r<embang menjadi kanker. Akibat keadaan ini terjadi menyembuhkan 40%" pasien sedangkan bila diberikan
ir';truksi dan dilatasi saluran empedu dan pembentukan selama 7 minggu, keberhasilannya 65%. Bila terjadi
tllls:e. Kandung empedu mengalami dilatasi, mengandung kolangitis yang berulang diberikan antibiotika.
a -an empedu yang keruh dan kehilangan fungsi.
HELM I NTIASIS, MIKOSIS. DAN PARASITOSIS EKSTERNAL

cLoNoRcHtAsts

Definisi
Clonorchiosis adalah infeksi saluran empedu oleh
Clonorchis sinensis yang juga dikenal sebagai Chinese liver
ini terdapat 0,5% populasi terinfeksi O. felineus dengan fluke atau Orientol liver fluke.
4,4 per 100.000 populasi menderita kolangiokarsinoma
sedangkan penduduk yang berada didaerah sentral Epidemiologi
dimana prevalensi O. felineus mencapai 45% terdapat C. sinensis tersebar di Korea, Cina, Taiwan dan Vietnarn
rasio kolangiokarsinoma 10 kali lipat (49,8 per 100.000 Dengan adanya emigrasi maka cacing ini terdapat pula
populasi). pada negara-negara tujuan emigrasi. Sebagai contoh d
Montreal, Kanada, 15,5o/o dari 400 imigran Cina terinfeksi
C. sinensis. Sejak tahun 'l 975, penyakit ini merupakan
masalah utama pada imigran Asia Tenggara di Amerika
Serikat. Sebesar 26% dari 150 imigran tersebut di Ns
York terinfeksi oleh C. sinensis.

Etiologi
C.sinensis adalah mikroorganisme dari subklas Trematoda
klas Cercomeridea filum Plothelminthes, berukuran l0'
25 x 3 - 5 mm dengan ukuran telur terkecil dari selundin
trematoda yaitu 20 - 30 um x 15-17 um. Selain manusia
parasit inijuga menginfeksi dan hidup di saluran empeilu
anjing, kucing, babi, tikus dan unta.

Siklus Hidup
Siklus hidupnya sama dengan O. viverrini dan O. felinu,
Gambar 3. Kolangiokarsinoma intrahepatik pada seorang Perbedaannya adalah dalam hal hospes perantiml
penderita dari daerah endemis cacing hati.
Hospes perantara pertama cacing ini adalah keong
Porafossarulus monchousicus dan Bulimus fus
Studi kasus kontrol di Thailand mendapatkan bahwa sedangkan hospes perantara pertima O.viverrini
insidens kolangokarsinoma di daerah endemis adalah 8-10 Bithynia S. goniompholos, B.S. siomensis, B.funiculoto
kali lipat dibanding daerah non endemis. unluk O.felineus adalah B. leachei. Hospes perantara
Batu kandung empedu dan saluran empedu sering C. sinensis adalah ikan air tawar Pseudorasbiro
dijumpai pada pasien opithorchiosis. Jenis batu yang Gnathopogon sp, Carossius corossius,
berhubungan dengan infeksi ini adalah batu pigmen. sedangkan hospes perantara kedua O. viverrini
Dari beberapa penelitian, termasuk yang dilaporkan di Puntius orphoides, P leiacanthus, Cycloheilichthys si,
Thailand dapat diambil kesimpulan bahwa telur cacing opogon dan Osteochilus sp dan hospes perantara
ini berperan sebagai inti pada pembentukan batu O.felineus adalah Borbus barbus, Cyprinus corpio,
tersebut. Dari semua batu yang didapatkan pada tindakan meLonotus dan Tinco tinco.
kolesistektomi didaerah endemik opisthorchiosis ini
terdapat telur cacing ini di dalam intinya. Pembentukan Patogenesis
batu juga dipengaruhi oleh terjadinya kolestasis pada Patogenesis cLonorchiosis sama dengan
pasien opisfhorchiosis yang diakibatkan oleh sumbatan
oleh cacing dewasa maupun oleh karena terjadinya Gambaran Klinis
fibrosis. lnfeksi akut C. sinensis umumnya tanpa gejala,
sebagian pasien mengalami demam, malaise, rasa
Pencegahan enak di kuadran kanan atas abdomen. Pada
Kebiasaan memasak ikan air tawar sebelum dimakan gejala dan tanda penyakit ini sama dengan
sangat penting dalam pencegahan penyakit ini.
Pengobatan massal dengan prizaquantel 40 - 50 mg/ Diagnosis
kgBB dosis tunggal pada malam hari dapat memutus Pada keadaan kepadatan telur cukup tinggi, bisa
rantai transmisi. telur di tinja, tetapi hal ini tidak terjadi pada
GXING HATI
799

pasien sehingga didapati hasil negatif palsu. Hasi negatif Epidemiologi


uaisu juga bisa didapati pada infeksi akut dan obstruksi Distribusi F.hepotico adalah kosmopolitan, menginfeksi
m ,irer. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan Iebih dari 2 juta manusia, terutama yang berada di
serologis. Beberapa metode telah dikembangkan daerah peternakan sapi. Perhatian terhadap infeksi ini
unnrk pemeriksaan serologis ini. Teknik ELISA dengan pada manusia menjadi lebih serius setelah peningkatan
mr,enggunakan ekstrak cacing dewasa memberikan prevalensinya sejak tahun 1970 sampai 1990 dilaporkan
tmsil yang cukup baik dengan sensitivitas 100o/o dan 2594 orang yang terinfeksi. Laporan tentang adanya infeksi
quesifisitas 84%, tetapi dengan Cystatin Capture ELISA ini datang dari berbagai daerah yaitu Amerika Serikat,
marg menggunakan cysteine proteinose sebagai target beberapa negara di Amerika Selatan, Eropa, Afrika, Asia
pnc:ein hasilnya lebih baik dengan sensitivitas 100% dan (Thailand, lndonesia, Malaysia, Jepang, Cina, Filipina,
uuesifisitas 97,5o/o. Korea) dan Timur Tengah. Daerah dengan prevalensi tinggi
Pemeriksaan penunjang clonorchiosis sama dengan terdapat di daerah Puno (15,64%),dan lembah Mantaro
ryisthorciosis (34,2o/o) di Peru. Prevalensi tertinggi terdapat di Altivano
Bolivia (66,7%), pada pekerja ternak prevalensinya bisa
kutalaksanaan mencapai 72 sampai 100%.
ht pilihan adalah praziquantel 25 mg/kgBB tiga kali
srlrari selama 1 atau 2 hari. Angka kesembuhan dengan Siklus Hidup
ffit ini adalah 85 sampail0Oo/o. Obat lain sama dengan Hospes definitif trematoda ini adalah mamalia pemakan
qi*horchiasis. tumbuh-tumbuhan seperti domba dan sapi. Telur yang
terdapat pada tinja hospes definitif ini ketika tersebar
bmplikasi di air berkembang menjadi larva yang disebut mirasidia
,f;lkibat infeksi kronis komplikasi dapat terjadi antara lain dan menginfeksi keong air. Dalam tubuh keong air,
hmr kandung empedu dan duktus intrahepatik, kolangitis mirasidia berkembang menjadi serkaria yang setelah
pbgenik yang berulang, kolesistitis, abses hati dan melepaskan diri dari keong air akan berkembang menjadi
hangiokarsinoma. metaserkaria. Metaserkaria akan melekat pada tumbuhan
air. Manusia akan terinfeksi bila memakan tumbuhan air
ftncegahan atau, meminum air yang terkontaminasi metaserkaria
fleryakit ini dapat dicegah dengan memasak ikan yang atau memakan makanan yang dicuci dengan air yang
midak dimakan dan memasak air yang akan diminum. terkontaminasi.
Mngan demikian perlu penyuluhan kapada masyarakat
tffi daerah endemik untuk mengubah kebiasaan makan-
Patogenesis
flryE- t Metaserkaria yang tertelan melekat pada duodenum,
bermigrasi ke rongga peritoneum dalam 2 -24 jam. Setelah
48 jam larva ini menembus parenkim hati menyebabkan
mscroLrAsrs nekrosis dan abses hati eosinofilik. Selanjutnya cacing
hati yang belum matang ini mencapai sistem billier,
&finisi mengalami pematangan, melekat kuat dengan pengisap,
@io/iosrs adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan mengakibatkan ulkus, penebalan dinding, dilatasi,
Fosciolo hepotico atau E gigontico. Oleh karena
'dJetr fibrosis dan hiperplasia mukosa dan setelah 70 hari mulai
penyakit ini lebih sering menginfeksi hati sapi maka menghasilkan telur. Kadang-kadang larva bermigrasi ke
mrnanya disebut juga sheep liver fluke. lnfeksi pada organ la in mengaki batk an foscioliasis ektopi k.
tnrunusia terjadi secara kebetulan setelah memakan
fiunnnbuhan air yang masih mentah (belum dimasak) yang Gambaran Klinis
trkonta minasi metaserka ria Secara klinis, terdapat 2 fase foscioliasis yaitu fase akut
dan kronik. Fase akut terjadi sewaktu larva bermigrasi ke
Edogi parenkim hati. Gejalanya dapat berupa demam tinggi,
lfrurcioio hepatico berbentuk pipih, seperti daun, berukuran eosinofilia dan hepatosplenomegali (ocute eosinophilic
,XS-30 mm x 8-13 mm. Bagian anteriornya ditutupi oleh febrile syndrome). Selain itu terdapat keluhan nyeri pada
drud,seperti sisik. Telurnya besar (130-150 um x 60 - 90 um). hipokondrium kanan, malaise, mual, muntah, nyeri otot,
I[nrandingkan dengan F.hepotica, F. gigontico berukuran urtikaria. Pada keadaan berat terjadi ikterus, kaheksia,
riEtih besar (50 x 10 mm), telurnya lebih banyak dengan dan perdarahan akibat erosi kapsul hati dan saluran
rulllran 170 x 70 mm. empedu.
800 H ELM I NTIASIS, M I KOSIS, DAN PARASITOSIS EKSTERNAT.

,)
Fase kronikterjadi sewaktu cacing ini berada di saluran Bila terdapat foscioliasis ektopik di paru, pada
empedu mengakibatkan kolangitis, fibrosis, perdarahan pemeriksaan radiologi paru dapat terlihat pneumotoraks
saluran empedu dan obstruksi saluran empedu dengan atau efusi pleura. Bila cacing dewasa berada di distal dukttts
manifestasi ikterus, mual, pruritus, dan sakit perut. Tanda koledokus dan menyumbat ampula Vater maka pada
dan gejala obstruksi serta infeksi saluran empedu akibat pemeriksaan ERCP dapat terlihat defek berbentuk daun
cacing ini tidak berbeda dengan tanda dan gejala pada pada daerah yang ditempati cacing ini serta penebalan
infeksi lain. sehingga penyakit ini sering terdiagnosa dinding duktus billiaris. Selain itu pada waktu dilakukan
setelah dilakukan operasi atau ERCP. spingterotomi pada prosedur ERCP dapat terlihat cacing
yang keluar dan memasuki duodenum dan bila cairanrye
Diagnosis diperiksa dapat juga terlihat telur cacing.
Pada pemeriksaan darah terdapat gangguan fungsi hati,
pemanjangan laju endap darah, leukositosts, dan eosinofilia
tetapi ini tidak spesifik untuk /osciollosis.
.Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telun Telur
cacing ini bisa ditemukan di tinja, atau cairan empedu yang
diperoleh sewaktu melakukan ERCP. Untuk meningkatkan
sekresi cairan empedu dapat dipergunakan kolesistokinin
agar kemungkinan untuk mendapat telur lebih tinggi. Hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis Fascloliosrs. Untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan telur yang lebih akurat
dapat dipakai cara Kato-Katz. Pemeriksaan dengan mem-
buat 3 slide akan mendapatkan hasilyang jauh lebih akurat
daripada hanya dengan membuat 1 slide (98,57o:73,6o/o)
Pada keadaan tidak ditemukan telur perlu dilakukan
pemeriksaan serologis dengan tes ELISA. Tes serologis
sensitif untuk menegakkan diagnosis tetapi dapat Gambar 4. Gambaran ultrasonografi dari seorang
mengalami reaksi silang dengan Schisostomo. Pada fa scio lio sis. Terda pat nod u I mu lti pel hi poekoi k.

beberapa laboratorium dilakukan pemeriksaan antigen


Fasciolo excretory seuetory (FES). Antigen FES dalam
kadar yang tinggi didapatkan dalam serum selama fase
akut, sedangkan pada fase kronis didapatkan pada tinja.
Pemeriksaan ini dapat dipergunakan untuk memonitor
hasil pengobatan serta membantu menegakkan diagnosa
foscioliosis ektopik. Pemeriksaan dengan teknik ELISA
dengan menggunakan monospecific onti -49,5kDa untuk
mendeteksi antigen akan mendapatkan hasil yang lebih
baik dengan sensitivitas 91,8o/o dan spesifitas 92,3%.
Pada pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dan
computed tomogrophy (CT) hati akan tampak daerah
hipoekoik yang berliku-liku atau multipel dengan
ekogenitas yang bervariasi akibat terjadinya abses
eosinofilik (Gambar 4 dan 5). Selain itu bisa juga tampak
gambaran asites. CT hati lebih sensitif selama fase akut
dimana cacing berada di parenkim hati dan meng-
akibatkan lesi-lesi multipel di hati. Pada fase kronik
dimana cacing berada di saluran empedu, USG lebih
sensitif daripada CT karena bisa melihat penebalan saluran
Gambar 5. Gambaran Cf scan hati pasien foscioliosk-
empedu, penurunan kontraktilitas kandung empedu, nyeri
lesi/ nodul hipodens dan multipel.
pada saat transduser diletakkan (Murphy sign), dilatasi
dan edema saluran empedu, serta pembesaran limfnod
periportal. Walaupun ukuran cacing dewasa cukup besar (3 Penatalaksanaan
x 1,5 cm), tetapi hanya sedikit (<20%) yang dapat terlihat Obat pilihan untuk foscioloosis adalah Trikl
dengan USG. dengan dosis 10 mglkgBB dosis tunggal di
trING HAT]
801

bersama makanan. Bila penyakitnya berat atau persisten Ar#a MS, Abaza SM, El-Shewy KA, Mohareb EW, El-Moamly
dhpat ditambahkan 10 mglkgBB pada jam ke-12 dan AA. Detection of Fasciola-specific excretory/ secretory
&*- Kontraindikasi adalah riwayat hipersensitif terhadap (E/S) protein fraction band (a9.5 kDa) and its utilization in
diagnosis of early fascioliasis using different diagnostic
tffidabendazol atau benzimidazol lain. Efek samping yang techniques. ] Egypt Soc Par asitol. 1999;29(3):91L-26.
mring adalah kolik billier akibat terdorongnya parasit B#andeh Y Daghestani D. Biliary tract obstruction due to Fasciola
;ilau parasit di sepanjang duktus koledokus. Keadaan ini hepatica managed by ERCP. I I M S 2003;28 (1): 43 -5
Bunnag D, Cross ] [ Bunnag T. Liver fluke infections . In :
hFdi 2 sampai 7 hari setelah pengobatan dan biasanya Strickland GT (Ed). Huntels Tropical Medicine and Emerging
dapat diatasi dengan spasmolitik. Nyeri epigastrium lnfectious Diseases,8th edition. Philadelphia: W B Saunders
dwr berkeringat banyak dijumpai. Efek samping yang Company; 2000.p. 840 - 7.
Choi M H, Ryu I9 Lee M et aI . Specific and common antigens
lfang adalah mual, muntah, mengantuk, batuk, demam, of Clonorchis sinensis and Opisthorchis viverrini
urtikaria, pruritus akibat lepasnya antigen sewaktu parasit (Opisthorchidae, Trematoda) . The Corean Journal of
mnti. Walaupun pada hewan percobaan tidak terdapat Parasitology 2003 ;4L (3) : 155-63.
ihukti gangguan pada janin, tetapi perlu pertimbangan Echenique-Elizondo M, Amondarain f, Lir6n de Robles C.
Fascioliasis: An Exceptional Cause of Acute Pancreatitis. ]OP.
dhn manfaat dan kerugiannya apabila hendak diberikan jPancreas (Online) 2Cfr5; 6(1):36-9.
mnda wanita hamil. Untuk ibu menyusui dapat diberikan, El-Morshedy II, Shehab A.Y, Zaki3 A , Farag H.F . lrtra-specimen
{ffipi harus menunda menyusui selama 12 jam setelah and day-to-day variations of Fasciola egg counts in human
stools. Eastem Mediterranean Health ]oumal 2002 ;8 : 4-5.
Hans ] K, Han D, Choi BI, Han MC. M R findings in human
Bithionoljuga dapat diberikan dengan dosis 30-50 fasfioliasis. Tropical Medicine and International Health 1996
lltrlg&g BB per hari dengan dosis terbagi tiga selama 10- ;1 (3):367 -72.
1fi15 hari. Haswell-Elkins, Levri E. Food-bome Trematodes. In : Cook G,
Zumla A (Eds). Mansonls Tropical Diseases, 21st edition.
Dehidroemetin dengan dosis 1 mg/kg/hari selama 10 London: ELST with Saunders; 2003 :1,471, - 86.
ilki intramuskular atau sub kutan. Kabaalioglu A, Ceken K Saba R, Artan & Cevicol C, Yilmaz S.
Selain fasiolisid di atas juga dapat diberikan anti- Pediatric fascioliasis : report of tluee cases. The Turkis Joumal
of Pediatrics 2003;a5 (1) L,
bila terjadi kolangitis akut akibat infeksi sekunder Kim TY, Kang SY, Park SH et al. Cystatin Capture Enzyme-
bakteri. Prednisolon juga dapat diberikan untuk Linked Immunosorbent Assay for Serodiagnosis of Human
angi keluhan akibat toksemia. Clonorchiasis and Profile of Captured Antigenic Protein
Bila terdapat cacing dewasa yang hidup atau mati di
of Clonorchis sinensis .Clinical and Diagnostic Laboratory
Immunology, 2001 ;8 (6):1076-80.
empedu dilakukan tindakan operasi sedangkan Mas-Coma M S, Esteban J G, Bargues M D. Epidemiology of human
terdapat di duktus koledokus dilakukan pengeluaran fascioliasis: a review and proposed new classification. Bull.
dengan ERCP. \NHO1999;n @).
Richter J, I Knipper M, Gdbels I(, H?iussinger D. Fascioliasis
. Current Treatment Optigns in Infectious Diseases 200;,
4:313 -7
rahan saluran empedu merupakan komplikasi yang Southgate R, Bray R A. Medical Helminthology, Trematodes . In
: Cook G, ZwnTa A (Eds). Manson's Tropical Diseases, 21st
serius. Pada keadaan kronis bisa terjadi pem- edition. London: ELST with Saunders;2003.p.1,649 - 71.6.
batu pada saluran empedu. Echnique dan kawan Sripa B, Kanla P, SinawatP, Haswell-Elkins MR. Opisthorchiasis-
melaporkan terjadinya pankreatitis akibat infeksi associated biliary stones: Light and scanning electron
microscopic study World I Gastroenterol 2004 November
cacing ini.
1.5;10(22):3318-21
Waikagul J, Thairungroj M, Nontasut PA et al . Medical
Helminthology. Departement of Helminthology, Faculty of
daerah endemik tumbuhan air harus dimasak Tropical Medicine, Mahidol University Bangkok, Thailand
2002.
m dimakan sebab proses pencucian tidak merusak Yoseppowitch O, Gotesman T, Assous ]d, Marva E, Zimlichman
ia. Air untuk mencuci juga kadang-kadang & Dan M. Opisthorchiasis from Imported Raw Fish. CDC
ndung metaserkaria, oleh sebab itu air minum Emerging Inlectious Diseases 200a;N Q2).
harus dimasak. Pengobatan hewan terinfeksi
pembasmian keong air sangat bermanfaat untuk
terjadinya.infeksi pada manusia.

ERENSI

K, Al-Mukhaizeem F , Habib MA. Fasciola


Hepatica Infestation Presenting as Biliary Obstruction 11
Years after Open Cholecystectomy and CBD Exploration.
Kuwait Medical]ournal 2004; 3 6 $):293-5
BIBII
PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

Sifitis 803
Gonore 812
Ulkus Mole (Choncroid)
819
.,...Trikomohiasis 822

Gronulomo lnguinole
{Donovonosis) 828
Humon Papillomo Vkus
(HPV) 834

Uretritis N on-Gonokokol
840
Vulvovoginitis 844
,,

Pelvic tnflammotory
Diseose (PlD) 855 , '

lltUlu PtllYfllllr llALAtll Edisi vt2ot4


109
SIFILIS
RudiWisaksana

PENDAHUTUAN seluruh dunia, terutama di Afrika, Amerika Selatan, China,


dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara diperkirakan terjadi
Sifilis adalah penyakit tertua yang dikenal umat manusia. 4 juta infeksi baru pertahun. Kejadiannya akhir-akhir ini
2ertama dikenal saat epidemi di Eropa pada abad 15 meningkat di negara-negara Eropa terutama pada kelompok
relau pun bukti-bukti menu njukan epidemi telah terjadi lama Lelaki Suka sama Lelaki (LSL). Penularan sifilis dari ibu hamil
sebelum itu. Sifilis pertama kalidikenaldari puisiyang ditulis ke bayinya menyebabkan sifilis kongenitalyang merupakan
pada tahun 1530 tentang seorang penderita penyakit ini.1-3 50% penyebab bayi lahir mati. Tiap tahun diperkirakan
Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual dengan terjadi 500 ribu dan 1,5 juta sifilis kongenital.s,6
nanifestasi lokal dan sistemik berbentuk bermacam- Di lndonesia, prevalensi sifilis terutama diteliti
F,acam dan dapat menyerupai banyak penyakit sehingga secara berkala pada kelompok risiko tinggi. Penelitian
sering disebut sebagai "the greot imitotor" atau "the di beberapa kota besar di lndonesia pada tahun 2011
'greot impostor". lstilah /ues berasal
dari bahasa latin "/ues menemukan prevalensi sifilis tertinggi pada kelompok
renereum" yang berarti penyakit kelamin merupakan waria yaitu sebesar 26,8%, diikuti kelompok wanita
slnonim yang dikenal sejak permulaan abad ke 20. Sifilis pekerja seks komersial sebesar 7,8o/" dan 4,3o/o pada
dalam perjalanan penyakitnya kadang dapat dikenali karena kelompok LSL. Sifilis sepertijuga infeksi menular seksual
pada sebagian besar infeksi berlangsung silent, dapat lainya akan meningkatkan risiko penularan infeksi Human
diiselingi dengan periode laten tanpa gejala, dan dapat lmmunodeficency Virus (HlY).3 .
llniilang sendiri walau tidak mendapat pengobatan.1,2,4

PATOGENESIS
DEFINIS!
Sifilis terutama menular melalui kontak seksual baik
knyakit sifilis adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh melaluivaginal, anal, atau oral. Metode penularan lainnya
-rrynemo pollidu m (T pa llidum), yangterutama ditularkan yang lebih jarang adalah berciuman, berbagijarum suntik
mrelalui hubungan seksual. Sifilis secara khas ditandai yang tidak aman, transfusi darah, needle stick injury, dan
dengan periode aktif yang disela oleh periode infeksi cangkok organ. Secara klasik sifilis menyebabkan penyakit
hten. Tidak seperti penyakit infeksi lainnya, sifilis jarang yang terbagi dalam beberapa stadium: (1) Masa inkubasi
dldiagnosis berdasarkan penemuan kuman penyebab dari tanpa gejala; (2) Sifilis primer yaitu timbulnya lesi primer
prneriksaan langsung. Diagnosis sifi lis terutama didasarkan pada tempat inokulasi pertama; (3) Sifilis sekunder yang
oada reaksi serologis terhadap treponemo. terjadiakibat penyebaran kuman ke seluruh tubuh dengan
berbagai manifestasi klinik; (4) Stadium subklinis atau
laten yang dapat berlangsung hingga bertahun-tahun
EPIDEMIOLOGI dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan serologis;
(5) Sifilis tersie[ stadium akhir dari sifilis berupa penyakit
Di seluruh belahan dunia hingga saat ini sifilis tetap progresif yang melibatkan susunan saraf pusat, pembuluh
mnerupakan masalah kesehatan utama. Angka kejadian darah besar; dan atau pembentukan gumma yang dapat
mtuksi baru (insldensi) diperkirakan 12 juta per tahun di terjadi pada semua organ.3,7

803
PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT

Sifilis primeri sekundeq dan laten awal merupakan Hepatitis dan glomerulonefritis dapat terjadi pada
stadium yang sangat menular; dengan risiko penularan sifilis sekunder walaupun jarang. Gangguan fungsi hati
sebesar 60%. Kontak langsung dengan lesi kulit sifilis ditemukan hingga 25o/o pada penderita sifilis primer.
primer atau sekunder merupakan penularan terbanyak. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) generalisata
Pada stadium laten awal, kemungkinan penularan menurun terjadi pada 85o/o penderita sifilis sekunder. Lesi sifilis
hingga sekitar 25%. Bayi baru lahir tertular sifilis akibat sekunder biasanya hilang sendiri dalam 2-6 minggu dan
infeksi dalam rahim, tetapi bayi dapat juga tertular akibat sifilis memasuki stadium laten yang hanya dapat dikenaill
kontak dengan lesi genital ibu pada saat persalinan. Risiko dengan mengunakan tes serologis. Stadium laten dapa(
penularan dari wanita dengan sifilis primer atau sekunder diselang-seling oleh beberapa episode kekambuhalrn
yang tidak mendapat pengobatan adalah sekitar 70-100%. mukokutan pada tahun-tahun pertama. Sekitar satu darri
Risiko ini menurun hingga 40o/obila ibu hamil berada pada tiga penderita sifilis yang tidak diobati dan melewati m:qa
stadium laten awal dan 10o/" pada stadium laten lanjut laten akan memasuki stadium sifilis tersier. Pada stadiunrnnrr
atau sifilis tersier. Empat puluh persen kehamilan pada akhir ini manifestasi yang sering ditemukan adal,allin
wanita dengan sifilis menyebabkan kematian janin. Secara gumma, sifilis pada sistim kardiovaskulari dan neurosifiilh
teoritis, sifilis dapat menular melalui air susu ibu (ASl) dari la njut. Faktor-fa ktor ya ng menyeba bka n terjad i nya sifi llio
ibu dengan sifilis primer atau sekunder walaupun hal ini tersier hingga saat ini belum banyak diketahui. Kematlam
jarang ditemukan.lT akibat sifilis terutama terjadi sifilis tersier.T
Saat penularanT pollidum dapat menembus membran
mukosa utuh atau kulit dengan mikroabrasi. Dalam
beberapa jam pertama akan memasuki jaringan limfatik GEJATA DAN TANDA
dan aliran darah yang akan menimbulkan gejala infeksi
sistemik dan fokus metastatik sebelum timbulnya lesi Setelah masa inkubasi antara 2-6 mnggu lesi
primer. T.pollidum membelah diri setiap 30 hingga 33 muncul, sering disertai dengan limfadenopati regi
jam. Darah dari penderita dalam masa inkubasi dan sifilis Pada sifilis sekunder, dapat ditbmukan lesi mu
stadium awal sangat menular. Lamanya masa inkubasi dan limfadenopati generalisata yang diikuti
berbanding terbalik dengan jumlah inokulum treponema. periode laten infeksi subklinis yang berl
Semakin banyak jumlah treponema yang terinokulasi, bertahun-tahun. Keterlibatan susu nan saraf pusat
maka semakin pendek masa inkubasinya. Masa inkubasi dapat terjadi pada saat awal dan dapat asi
rata-rata berlangsung 3 minggu sejak inokulasi pertama atau simtomatik. Pada kurang lebih 1/3 kasus
dan jarang berlangsung sampai lebih dari 6 minggu.3,7 tidak diobati, berlanjut menjadi stadium 3, yang
Menandai stadium sifilis prime4 muncul lesi primer dengan gejala destruktif mukokutan, musku
pada tempat inokulasi yang disebut conchre. Canchre atau lesi parenkimal, aortitis atau manifestasi SSP
biasanya bertahan dalam waktu 4-6 minggu dan Pada penderita HlV, gejala dan tanda-tanda di
kemudian sembuh sendiri. Pemeriksaan histopatologis menjadi tidak jelas.3,8
pada Canchre menemukan infiltrasi masif perivaskular
terutama oleh sel limfosit CD4 dan CD8, sel plasma, serta Sifilis Primer
makrofag. Ditemukan juga proliferasi endotel kapiler dan Munculnya choncre menandai stadium sifilis
obl iterasi pembu I u h-pembu I u h da rah kecil. Geja la -gejala Choncre timbul pada tempat inokulasi pertama I
konstitusi dan mukokutan sifilis sekunder muncul antara Pada pria LSL, choncre dapat ditemukan pada
6-8 minggu setelah lesi primer menyembuh. Lima belas rektum atau mulut. Pada wanita chancrebiasa
persen penderita mengalami sifilis sekunder pada saat pada labia dan serviks. Hal ini menyebabkan sifilb
lesi primer masih ada. Tetapi pada beberapa penderita pada wanita dan pria LSL lebih sulit ditemukan
pasca lesi prime1 sifilis sekunder tidak ditemukan dan pada pria heteroksesual (Gambar 1). Chancre
penderita langsung masuk dalam stadium sifilis laten. berupa papula tunggal yang tidak nyeri, cepat
Gambaran histopatologis lesi sifllis sekunder meliputi berindurasi. Dasar chancre biasanya halus,
hiperkeratosis epidermis, proliferasi kapiler disertai tinggi dari teraba kenyal. Tanpa infeksi sekunder,
dengan pembengkakan endotel dan infiltrasi perivaskular tampak bersih tanpa eksudat.s
oleh limfosit CD4 dan CD8, sel plasma, serta makrofag. Variasi bentuk lesi tergantung dari status i
Treponema dapat ditemukan pada jaringan termasuk penderita terhadap treponema dan jumlah
cairan cerebrospinalis dan humor oques pada mata. lnvasi yang berinokulasi. lnokulum berjumlah besamr
treponema pada susunan saraf pusat (SSP) terjadi pada menyebabkan lesi ulseratif pada penderita yang
minggu pertama infeksi dan kelainan pada SSP ditemukan tetapi dapat menyebabkan lesi papula as
pada 40o/o penderita sifilis sekunder.3,7 penderita yang telah berada pada stadium
805

lnokulum kecil dapat hanya menimbulkan lesi berbentuk ringan kadang tidak disadari penderita dapat ditemukan
papula pada penderita yang nonimun. Oleh karena itu, hingga 25%. Makula muncul pertama kali pada tubuh dan
sifilis tetap harus dipertimbangkan pada lesi genital yang extremitas proksimal, berwarna merah atau merah muda
tidak khas. Diagnosis banding lesi primer sifilis meliputi lesi yang tidak terasa gatal. Makula ini kemudian berubah
yang disebabkan infeksi virus herper simpleks, choncroid, menjadi papula yang tersebar keseluruh tubuh termasuk
dan donovoniosis. Pembesaran kelenjar getah bening telapak tangan dan kaki (Gambar 2). Lesi nekrotik yang
regional (inguinal) biasa terjadi dalam 1 minggu pertama dikenal sebagai lues maligna sering juga ditemukan pada
timbulnya chancre. Chancre hilang sendiri dalam waktu penderita HlV. Penyebaran lesi sekunder pada folikel
4-6 minggu (rentang 2-12 minggu) tetapi limfadenopati rambut menyebabkan kebotakan pada rambut, alis
dapat bertahan hingga beberapa bulan.3,8 ataupun jengggot pada 5% kasus.3,8
Pada daerah lipatan kulit yang lembab dan hangat
seperti daerah perianal. vulva dan skrotum, papula dapat
membesar hingga berbentuk papula lebar yang lembab
berwarna merah muda atau putih keabu-abuan yang
disebut condylomo lato. Condylomo loto sangat menular
dan terjadi pada 10o/o penderita sifilis sekunder. Erosi
mukosa superfisial atau mucous potches lerjadi pada 10-
15% kasus dan terutama terjadi pada mukosa oral dan

Gambar 1. Sifilis Primer (Chancre) pada penis dan bibir

Gambar milik Departement llmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin, Bandung.

Sifilis Sekunder
Manifestasi sifilis sekunder adalah lesi mukokutan dan
timfadenopati generalisata yang tidak terasa nyeri.
Pada 15% kasus, kejadian sifilis sekunder overlopping
dengan sifilis primel terutama pada penderita HlV. Lesi Gambar 2. Sifilis Sekunder pada perineum dan telapak kaki
mukokutaneus dapat berupa ruam yang berbentuk
Gambar milik Departement llmu Penyakit Kulit dan Kelamin
maku la, pa pu Ia, papulaskua mosa atau pu stu lo r syph itides.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Dr.
Beberapa bentu-k dapat terjadi bersamaan. Ruam yang Hasan Sadikin, Bandung.
806 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI.

genital. Mucous potches berwarna abu-abu dan pinggir halusinasi), intelektual (penurunan memori dan kapasitas
yang kemerahan dan tidak terasa nyeri.18 untuk orientasi, kalkulasi , judgement dan insight), dan
Gejala-gejala konstitusional dapat mendahului atau kemampuan berbicara. Tobes dorsalis adalah manifestasi
) menyertai sifilis sekunder, di antaranya adalah nyeri lanjut akibat demielinisasi kolumna posterior; dorsol root
menelan (15-30o/o), demam (5-8o/o), penurunan berat dan ganglia dorsol root. Gejalanya berupa gait lebar dan
badan (2-20o/o), lemah badan (25%), anoreksia (2-10%), foot drop, paresthesia, gangguan miksi, impotensi, areflexia
nyeri kepala (10%), dan meningismus (5%). Meningitis dan kehilangan sensasi posisi, nyeri dalam dan suhu,
akut ditemukan pada 1-2o/o kasus, tetapi kelainan cairan Degenerasi sendi (Charcoot'sjoint) dan ulkus pada tungkai
susunan syaraf pusat dapat ditemukan hingga 407o. dapat terjadi akibat kehilangan sensasi nyeri.8,s
T. pollidum dapat ditemukan pada cairan SSP penderita
sifilis primer dan sekunder hingga 30%. Gejala dan tanda Sifilis pada Sistim Kardiovaskular
yang lebih jarang ditemukan pada sifilis sekunder meliputi Sifilis kardiovaskular yang terjadi 10-40 tahun setelah
hepatitis, nefropati, keterlibatan gastro intestinal, artritis, infeksi, diakibatkan oleh endarteritis obliterans pada
dan periostitis. Gangguan mata yang dapat ditemukan voso vasorum yang memberi aliran darah pada pembuhil
adalah kelainan pupil dan neuritis optik selain iritis dan darah besar. Keterlibatan kardiovaskular dapat berbentl
uveitis. Uveitis anteriors ditemukan pada 5-10% kasus aortitis, a o rtic re g u rg itotio n, sa ccu lor a neu risma pada aorle
dengan sifilis sekunder dan f pollidum dapat ditemukan ascendens, atau stenosis arteri koroner.3,8
pada cairan oqueos. Hepatitis biasanya asimptomatik,
glomerulonefritis terjadi akibat deposit kompleks imun Gummo
dan menyebabkan proteiuria yang dapat berujung Gumma adalah lesi tunggal dengan ukuran bervariasi mr*i
pada sindroma nefrotik. Seperti juga sifilis primer, dari mikroskopik hingga beberapa centimeter. Guntn
manifestasi sifilis sekunder menghilang sendiri dalam dapat ditemukan pada semua organ tubuh, terutam
waktu 1-6 bulan.3,8 pada kulit dan tulang. Gummo pada kulit berbentuk ki
indolen, nodul yang berindurasi"atau ulserasi yang tid*
Neurosifilis nyeri. Pemeriksaan histologis memperlihatkan inflard
Neurosifilis mempunyai 3 bentuk simtomatik yaitu granulomatosa dengan daerah sentral nekrosis akM
meningeal, meningovaskular dan sifilis parenkimal. endateritis obl iterans.8
Paraplegia (Erb's porolysrs) dan tabes dorsalis termasuk
kelompok yang terakhir. Sifilis meningeal biasanya Sifilis Kongenital
terjadi kurang dari setahun setelah terinfeksi. Sifilis Sifilis kongenital yang terjadi akibat transmisi f
meningovaskular terjadi setelah 10 tahun, dan tabes pada saat kehamilan dapat rpempunyai
dorsalis terjadi setelah 25 tahun. Dengan kemajuan manifestasi yaitu: (1) manifestasi dini pada 2
pengobatan, gambaran neurosfilis tidak lagi khas.e pertama yang menular dan menyerupai sifilis
Sifilis meningeal mempunyai manifestasi sakit kepala, pada orang dewasa; (2) manifestasi lanjut setelih 2
mual dan muntah, kaku kuduk, kelumpuhan syaraf kranial, yang tidak menular; (3) stigmata residual yang
kejang dan perubahan status mental. Sifilis meningeal klasik seperti Hutchinson's teeth, mulberry mollorc,
dapat terjadi berbarengan dengan sifilis sekunder. nose, dan saber shin.8
Penderita sifilis dengan uveitis, iritis atau gangguan
pendengaran sering juga mengalami sifilis meningeal.
Sifilis meningovaskular adalah meningitis yang disertai ETIOLOGI
dengan vaskulitis pada pembuluh darah otak kecil'sampai
besar. Gambaran klinis yang paling sering ditemukan T. paLlidum merupakan anggota genus Spir
adalah strokeyang melibatkan pembuluh darah otak pada memiliki 4 spesies yang patogen terhadap manusb
dewasa muda. Berbeda dengan stroke akibat trombus hewan. Spesies Leptospira menyebabkan leptospi
atau emboli yang berlangsung mendadak, stroke akibat Spesies Borella menyebabkan relopsing fever dao
sifilis meningovaskular sering didahului oleh keluhan sakit disease. Spesies Brochyspiro yang menyebabkan
kepala, vertigo, insomnia dan gangguan psikologis yang usus, serta species Treponemo yang secara
diikuti oleh gejala vaskular yang progresif.8,e menyebabkan segolongan penyakit yang
Kerusakan parenkim yang luas akibat neurosfilis treponematoses. Spesies treponema terdiri lagfi
lanjut akan menyebabkan gejala kelumpuhan umum beberapa sub-spesies yang dapat menyebabkan
dan termasuk di dalamnya adalah paresis mnemonik: pada manusia, diantaranya: (1) Treponemo pollidwn
perilaku, afektif, refleks hiperaktif, mata (Argyll Robertson pallidum yang menyebabkan sifilis; (2) Treponemo
pupil's, pupil kecil dan-iregular), sensorium (delusi, ilusi, subsp. pertenue yang menyebabkan yaws; (3)
807

@lidum subsp. endemicum yang menyebabkan endemic Pemeriksaan Serologis


yphilis (bejel) dan (4) Treponemo pallidum subsp. Ada 2 macam pemeriksaan serologis pada sifilis: (1)
@roteum yang menyebabkan penyakit pinta. Dari ke pemeriksaan terhadap antibodi reoginic nonspesifik non-
ernpat subspecies treponema di atas, hanya sifilis yang treponemal dan (2) antibodi spesifik anti-treponemal.
rnmeru pa kan penyakit kela min.3,8
Pemeriksaan pertama lebih murah, cepat dan mudah
T palidum subspecies. pallidum berbentuk spiral tipis, bila digunakan sebagai alat skrining pada jumlah sampel
nmempunyai sel yang dibungkus membran trilominor yang besar; misalnya pada donor darah. Selain itu, tes
"toplasmi, yang terdiri dari lapisan peptidoglikan serta non-treponemal dapat digunakan untuk memantau
lfrpid-rich outer membrone yang hanya memiliki sedikit aktivitas pengobatan. Tes spesifik dapat memastikan
protein sehingga berguna untuk menghindari deteksi adanya infeksi sifilis saat ini atau pada masa lalu. Kedua
sistem imun. Untuk mobilisasi. organisme ini memiliki tes ini biasanya digunakan bersama-sama. Tes serologis
undoflagella.3,s sifilis jarang memberikan hasil negatif palsu kecuali pada
Tpollidum tidak dapat dikultur secara invitro. Memiliki orang tua.3,8,11
heberapa gen yang bertanggung jawab pada transpor Tes non-treponemal, seperti VDRL (venereal diseases
asam amino, karbohidrat dan elektrolit. Organisme ini reseorch laborotory), memeriksa antibodi terhadap
mrnemiliki single cirular genome yang stabil tanpa elemen komplek cardiolipin-lecithin-cholesterol yang dihasilkan
pang mudah berpindah-pindah seperti bakteri lain. Hal ini oleh interaksi antara T. pollidum dengan jaringan hosf.
mnenyebabkan organisme ini sulit bermutasi dan mungkin Tes ini mepunyai positif semu yang tinggi sehingga
dapat menjelaskan rendahnya kejadian resistensi anti- hasil positif harus dilanjutkan dengan tes treponema.
&iotika pada sifilis.3,s VDRL merupakan tes standar untuk pemeriksaan cairan
serebrospinalis. Selain VDRL, yang termasuk dalam tes
non-treponemal adalah: rapid plosma reagin (RPR),
DIAGNOSIS automoted reogin test (ART) dan toluidine red unheoted
syphilis fesf (TRUST). Tes non-treponemal diangap positif
Diiagnosis sifilis ditegakkan pada penderita dengan gejala bila titernya lebih dari 1:4, mencapai nilai titer tertinggi
rdan tanda yang sesuai dengan gejala dan tanda sifilis pada sifilis sekunder dan laten awal, kemudian menurun
rcperti disebutkan di atas, yang disertai dengan faktor ses u d a h nya. Se i ri n g pe rj a a n a n w aktu, 25o/o pe nd e rita s if i i s
I I

mnsiko kontak seksual dengan penderita sifilis, termasuk yang tidak mendapat pengobatan, tes non-treponemal-
lHompok risiko tinggi (LSL, PSK, waria) yang termasukjuga nya menjadi negatif. Perbandingan respons positif tes non-
oft antaranya gelandangan dan pengguna narkoba suntik
treponemal dan treponemal dapat dilihat pada tabel 1.
rlpenasun); penderita dengan partner seksual multipel; Fenomena Prozone, yaitg-reaksi serologis yang negatif
penderita dengan infeksi HlV, dan penyakit menular walaupun kadar antibodi tinggi, dapat terjadi pada 2%
relsual lainnya. Yang juga termasuk kelompok risiko kasus terutama pada sifilis sekunder dan wanita hamil.
frmggi adalah semua pasangan seksual dari kelompok di Pengenceran bertahap pada bahan pef;reriksaan yang
ilhs.r-3 sama dapat menujukkan peningkatan titer 4 kali.8
Tes spesifik treponemal seperti FTA-abs (Flouresence
hrneriksaan Sediaan Langsung treponemal ontibody -obsorbed) dan TPHA (Treponemo
kda sifilis primeri sekunder, dan tersier; pemeriksaan pollidum hemoglutinotion test) mendeteksi antibodi
lLangsung apusan dari lesi mukokutan dengan terhadap antigen spesifik T. pollidum. Tes ini memerlukan
nrenggunakan mikroskop lapangan gelap atau pewarnaan standarisasi dalam pengerjaannya, sehingga lebih sulit
lmmunoflerensi adalah pemeriksaan yang tercepat untuk dan interpretasinya dapat bersifat subyektif. Test ini
dapat menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pada chancre, harganya mahal sehingga tidak dapat digunakan sebagai
wtdylamo loto dan mucous patches memberikan angka alat skrining masal dan memiliki nilai positif semu yang
positif yang tinggi karena lesi-lesi ini mengandung banyak
lffieponema. Walaupun demikian.pemeriksaan langsung
dari kulit kering ataupun aspirasi kelenjar getah bening : :."
StadiErir.
;pega dapat memberikan hasil positif.slo Sifi lis,p?lnr€r:' :.,,,.
Tidak dianjurkan membersihkan lesi dengan Sifilis'sekundrirr:,
nmenggunakan larutan antiseptik, sabun atau larutan Sifllis.laten iita*::,
hahersidal sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, . ;
lanji4 ': :.. '.;
karena Treponema yang mati sulit diidentifikasi; kecuali *FTA-abs: Flourescent treponemal antibody
absorption; IPPA:
hi'la menggu nakan pewarnaan im mu nofloresensi.s,lo Treponemo pollidum-porticle agglutinotion; VDRL: Venereol
d iseose research lo boratory.
808 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT

i
rendah, sehingga tes ini berguna untuk tes konfirmasi pada Pemberian obat yang lama dapat memengaruhi kepatuhan
penderita dengan tes non-treponemal yang positif. Tes pengobatan. Seftriakson 500 mg hingga 1 g sehari dapat
/
spesifik positif akan berlangsung seumur hidup, tetapi 10% diberikan secara intramuskular selama 10 hari. Kuinolon
l dapat menjadi negatif setelah mendapat terapi dini.3'8 tidak mempunyai efek pengobatan sifilis.3'8'11'12
Tes lain untuk mendiagnosa sifilis adalah tes PCR Sifilis yang telah berlangsung lebih dari 'l tahun
yang menggunakan antigen sifilis dan isolasi bakteri. diobati dengan injeksi 2.4 juta unit Benzathin Penisilin
PCR spesifik tetapi tidak dapat membedakan Treponema G selama 3 minggu. Pengobatan ini merupakan pilihan
mati dan yang hidup, sedangkan isolasi f pol/idum hanya pada penderita sifilis laten atau sifilis dengan durasi yang
dapat dilakukan pada hewan percobaan karena T pollidum tidak diketahui. Karena Bemzathin penisilin G tidak dapat
tidak dapat tumbuh pada media buatan. Keterlibatan SSP menembus sawar darah otak, maka pemeriksaan cairan
dapat didiagnosis dengan pleositosis (>5 sel darah putih/ SSP perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
uL), peningkatan protein (>45m9ldl) dan VDRL positif. neurosifilis terutama penderita dengan HIV positif-
Semua penderita sifilis dengan gejala neurologi harus Pemeriksaan pungsi lumbal juga dapat dikerjakan
menjalani pemeriksaan cairan SSP tanpa melihat stadium setelah pengobatan 2 minggu untuk menjamin tidak
sifilisnya. Karena penderita sifilis mempunyai risiko tinggi ada kemungkinan neurosifilis. Dosis Penisilin yang lebih
untuk terkena HIV maka semua penderita sifilis harus dites tinggi diperlukan untuk penderita neurosifilis. Penderia
HIV dan juga sebaliknya. Penderita HIV dan sifilis harus dengan kelumpuhan umum membaik dengan pengobatan
dieva usi u ntu k kemu ng kinan adanya neu rosifilis.3'8
I Penisilin, walaupun perburukan terjadi kemudian pada
sepertiga kasus. Karbamazepin dengan dosis 400-800 nq
dilaporkan dapat mengurangi nyeri pada tobes dorsolis,
KLASIFIKASI Penelitian-penelitian menemukan dosis total Penisilin G
hingga 6 atau 9 juta unit memberikan respons yang bafrk
Klasifikasi Sifilis berdasarkan manifestasi klinisnya seperti pada 90o/o penderita neurosifilis. Terdapat beberapa laporar
yang telah disebutkan di atas, dapat dirangkum pada kegagalan terapi pada penderita HIV positif dan terda@
tabel 2. panduan yang menganjurkan peningkatan dosis hinggn
20 juta unit perhari selama 20 hari pada penderita H[td'
denga n neu rosifi lis. Walau pu n tidak terda pat bu kti-br.r*fr
PENATALAKSANAAN bahwa antibiotika bermanfaat pada sifilis kardiovaskuh
pengobatan diberikan untuk mnecegah progresivitro
T.pallidum dapat dihambat oleh pencillin G dengan penyakit dan karena 15% penderita sifilis kardiovaskulur
dosis 0,01 uglml. Karena treponema lambat membelah juga memiliki neurosifilis.3'12'13
diri dan Penisilin bekerja saat Treponema membelah lbu hamil dengan tes serologis sifilis positif ha,ruun
diri, maka Penisilin perlu diberikan selama beberapa mendapat Penisilin dangan dosis serupa dengann
hari (Tabel 3). Sifilis dini (kurang dari 1 tahun) diobati wanita tidak hamil. Penderita alergi terhadap penisiflim
dengan injeksi PenisilinG2,4 juta unit dosis tunggal, yang direkomendasikan untuk dilakukan desensitisasi penisft,
memberikan kadar serum yang efektif selama 2 minggu dan karena pengobatan alternatif dengan tetrasiklin memllliil
menyem bu h kan 95o/o penderita sif ilis d i ni. Pada penderita risiko toksisitas dan eritromisin memberikan efikasi
yang alergiterhadap penisilin, doxycycline 2x10O mg yang rendah. Pada ibu hamil dengan VDRL positif dan TPHA
diberikan selama 2 minggu dapat menggantikan Penisilin. FTA-abs negatif, pengobatan dapat ditunda dan tes

Stadium Manifestasi Klinis Masa lnkubasi


5rlrtrs pflmer Cha ncre, limfadenopati regional 3 minggu (3-90 hari)
Sifilis sekunder Ruam, demam, liglfadenopati, macous potches, kondiloma lata, 2-12 minggu (2 minggu- 6 bulan)
alopesia. meningitis
Sifilis laten Aiimtomatik Dini: < 1 tahun
Lanjut: > 1 tahun
Sifilis tersier. 5ifilis kardiovaskular 10-30 tahun
Neurosifilis < 2 tahun-20 tahun
Gumma 1-46 tahun (paling banyak 15
Sifilis kongenital Dini < 2 tahun setelah lahir
La nj ut > 2 tahun setelah lahir
809

Stadium Sifilis Tanpa Alergi Penisilin Alergi Penisilin


Sifilis awal (prime[ sekunder; laten Benzathin penisilin G 2.4 juta unit lM dosis Doksisiklin 100 mg PO 2 x sehari selama
awal) tunggal 15 hari, atau tetrasiklin hidroklorida, 500
mg PO 4 x sehari selama 15 hari; atau
Atau Azitromisin 2.0 g dosis tunggal atau
desensitasi penisilin bagi wanita hamil
Procaine penisilin, 24 juta unit lM setiap hari,
plus Probenesid 500 mg PO 4 x sehari selama
14 hari atau Seftriakson, 250 mg lM per hari
atau lV selama 5 hari atau 1 g lM per hari se-
lama 14 atau Azithromisin 2.0 g PO dilanjutkan
1 g PO perhari selama 8 hari
Laten lanjut atau durasi tidak dike- Benzathine penisilin G 2.4 juta unit lM tiap Doksisiklin 100 mg PO 2 x sehari selama
tahui atau sifilis tersier atau sifilis minggu sampai 3 kali, Aqueous crystalline 28 hari
pada HIV atau neurosifilis penisilin G, 3.0-4.0 juta unit lV setiap 4 jam
selama 10-14 hari, atau seftriakson, 1 g lM
atau lV selama 14hari, atau procaine penisilin
G,2.4 juta unit lM, plus Probenesid, 0.5 g PO
tiap hari selama 10 hari atau Amoksilin 3 g PO
2 x sehari dengan 500 mg Probenesid PO 2 x
sehari selama 10-14 hari
Sifilis pada kehamilan Obati sesuai stadium Desensitasi dan obati dengan penisilin
Aqueous crystalline penisilin G, 1OO-15O,OOO
uniflkg lV sehari dalam 2-3 dosis terbagi se-
Sifilis kongenital lama minimum 10 hari, atau Procaine penisilin
G, 50,000 Ulkg lM sehari selama minimum
10 hari
Benzathine penisilin G 50,000 unit/kglhari lM
Sifilis pada anakanak
dosis tunggal hingga 2.4 juta unit

: ulang setelah 4 minggu. Bila tes ulangan memperlihatkan 2 tahun setelah sifilis sekunder yang diobati dan 5 tahun
:engikat titer VDRL hingga 4 kali dengan gejala klinis yang pada penderita sifiilis laten atau sifilis tersier. Waktu yang
eras, maka pengobatan harus diberikan.l2 1a diperlukan untuk tes menjadi negatif tergantung pada
Sifilis kongenital harus segera diobati. Pemeriksaan beratnya stadium dan efektivitas pengobatan. Karena
:airan SSP diperlukan sebelum pengobatan dimulai. Bila banyak laporan kegagalan pengobatan sifilis dengan
:;a< ada kelainan cairan serebrospinalis, injeksi Benzathine menggunakan benzathine Penisilin pdda penderita HIV
renisilin G 50.000 unit/kg diberikan dalam dosis tunggal, yang dapat mencapai 3%, maka dianjurkan pengobatan
sedangkan bila terdapat kelainan cairan SSP maka penisilin sifilis pada penderita HIV diberikan dalam waktu yang
G diberikan dengan dosis 50.000 unit/kg selama minimum lebih lama seperti halnya pengobatan sifilis laten atau
" - hari.12.14 neu rosifilis.l2-16
Sebanyak 60% penderita sifilis dini dan sebagian Semua penderita sifilis awal harus diperiksa VDRL
sf lis stadium lanjut mengalami reaksi Jorish-Herxheimer, ulangan dan pemeriksaan fisik pada bulan ke-6 dan
uatu demam setelah pengobatan sifilis. Reaksi ini dapat ke-l2 setelah pengobatan. Pada penderita dengan HIV
re.,ladi dalam beberapa jam dan menghilang setelah pemeriksaan diulang pada bulan 1,2,3,6,9 dan 12.
ti hingga 24 jam pengobatan. Kadang-kadang reaksi Penderita sifilis laten diperiksa ulang setelah 24 bulan
.iwrsch-Herxheimer sulit dibedakan karena reaksi alergi pengobatan. Pada 85% penderita sifilis dini (primer,
ar. bat pengobatan sifilis. Demam yang tidak terlalu tinggi sekunder atau laten dini) VDRL kuantitaif menurun 2 kali
sldsanya disertai mialgia, sakit kepala, dan lemah badan. atau lebih pada bulan ke-6 dan ke-12 bulan. Titer VDRL
"esi kulit sifilis sekunder dapat mengalami eksaserbasi. yang tetap tinggi setelah pengobatan berhubungan
fieaksi terjadi akibat reaksi tubuh terhadap lipoprotein dengan tingginya titer pada awal pengobatan, periode
rrang dilepaskan oleh Treponema yang mati. Pada sebagian infeksi yang lama, dan stadium lanjut. Peningkatan
Msar kasus reaksi ini dapat membaik dengan pemberian titer VDRL 4 kali setelah pengobatan dapat dijadikan
misilat. Pemberian steroid tidak terbukti bermanfaat.s pertimbangan untuk melakukan pengobatan ulangan.
Sebagai indikator keberhasilan terapi, VDRL diharapkan Penderita sifilis dini yang diobati dapat mengalami infeksi
rer''ubah menjadi negatif setelah 1 tahun pada sifilis primer, ulang, dan menimbulkan gambaran klinis dan serologis
810 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI.

yang serupa dengan kegagalan pengobatan.l2-1a saat pemeriksaan karena sifilis dapat terjadi pada 30%
Penderita neurosiflis perlu diulang tes serologisnya kontak seksual yang tes serologisnya negatif. Pengobatan
paling tidak selama 3 tahun dengan pemeriksaan cairan kontak dianjurkan dilakukan pada semua kasus yang
SSP ulangan setiap 6 bulan. Jumlah sel akan menjadi kontak seksual dengan penderita sifilis dini dalam 90 hari
normal dalam waktu 2-3 tahun. Kadar protein cairan SSP terakhir.l8
akan menurun perlahan, seperti juga VDRL cairan SSP
yang menjadi negatif setelah bertahun-tahun. Peningkatan
jumlah sel, kadar protein dan titer VDRL merupakan PROGNOSIS
petunjuk perlunya pengobatan Ulang.s,tz-t+
Pengobatan pada sifilis primer dan sekunder memberikan
hasil yang sangat baik. Kegagalan terapi hanya masih
KOMPLIKASI ditemukan pada penderita HlV. Penderita tobes dorsolis
tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit
Selain berbagai manifestasi yang muncul akibat kerusakan akan berkurang dengan pengobatan sifilis. Sifilis
pada seluruh organ tubuh, terutama pada sffilis tersieri kardiovaskular juga memberikan respons yang baik
Sifilis juga menyebabkan peningkatan kemungkinan dengan pengobatan sifilis walaupun infark iskemik masih
penularan HIV hingga 2-5 kali. Lesi sifilis mudah berdarah dapat ditemukan.lle
sehingga memudahkan penularan virus HIV saat
melakukan hubungan seksual.ls-17
Penularan sifilis dari ibu ke bayi pada saat kehamilan REFERENSI
juga akan meningkatan risiko keguguran dan kematian
bayi beberapa hari setelah melahirkan.3 1. French P. Syphilis. BI|{I 2007;334:L43-7.
2. Goh BT. Syphilis in adults. Sex Transm Infect 2005; 81:il{.&
52.
3. RichensJ, Mabey DCW. Sexually Transmitted Infections. Im
PENCEGAHAN Cook GC, Zumla AI (Eds). Manson's Tropical Disease 2kd
ed. 2008. Saunders. Philadelphia: 403-34.

Segala jenis aktivitas seksual merupakan faktor risiko


4. Lee V, Kinghorn G. Syphilis: an update. Clin Med 2ffi;;
8:330-3.
penularan sifilis. Walaupun kontak langsung dengan 5. Peterman TA, Collins DE, Aral SO. Responding to tfu
lesi aktif merupakan faktor risiko utama, tidak selalu epidemics of syphilis among men who have sex with melr
introduction to the special issue. Sex Transm Dis 2fr't5;
lesl dapat terlihat sehingga semua penderita sifilis 32:51-3.
dianggap mempunyai potensi menularkan sifilis dan 6. Peterman TA" HeffeUinger JD, Slvint EB, Groseclose SL. Tlr
harus menggunakan hubungan seksual yang aman. changing epidemiology of syphllis. Sex Transm Dis 2005;
Penderita asimptomatik yang memerlukan kontrasepsi 32:54-L0.

harus diberikan pengertian mengenai efikasi borrier untuk


7. Lalond RE, Lukehart SA. Biological basis for syphilis. CIiu
Microbiol Rev 2006;19:2949. '
mencegah transmisi infeksi menular seksual dan juga 8. Hook EW. Syphilis In: Goldman L, Schafer AI (Edsy"
HlV. Pasien ini juga harus diberikan konseling tentang Goldman's Cecil Medicine 24th ed. 2012. Philadelphir
Elsevier Saund erc. e327 -'1,-7 .
pengurangan perilaku berisiko. Konseling inijuga memberi
9. Ghanem KG. Review: Neurosyphilis: A historical perspectiw
pengetahuan tentang perlunya abstinensia seksual, and review. CNS Neurosci Ther 2010; 16:e157-68.
pengurangan jumlah partner seksual, dan hubungan 10. ZSokolovskiy E, Frigo N, Rotanov S, et al. Guidelines fortlre,
laboratory diagnosis of syphilis in East European countries,.
seksual yang aman.ls-l7
I Eur Acad Dermatol Venereol 2009; 23:623-32.
Pada penderita sifilis stadium prime; sekunder atau 11. Centre for Communicable Disease and Infection Contrd,
laten awal; abstinensia seksual pada penderita dan partner Canadian guidelines of sexually transmitted infectionr"
seksualnya dianjurkan hingga terapi pada keduanya 2008.
12. Farhi D, Dupin N. Origins of syphilis and managemert im
selesai dan respons serologis yang memuaskan dicapai the immunocompeterlt patient: facts and controversies. Clfuo
setalah pengobatan. Sifilis dapat menular dari ibu hamil ke Dermatol 2010; 28:533-8.
anaknya sehingga tes rutin skrining sifilis merupakan hal 13. Stoner BP. Curent controversies in the management of adufo
penting yang harus dilakukan pada setiap kehamilan.ls syphilis. Clin lnfect Dis 2007; MSuppl3:S130-46.
14. Centers for Disease Control and Prevention. Sexuallw
Partner notificotion yang bertujuan menemukan Transmitted Diseases. Treatment Guidelines 2010. MMltrn
kontak seksual penderita sifilis dan memberikan peng- 2010;59(No. RR-22).
obatan dini harus dilakukan oleh petugas terlatih. Peng- 15. Blank LJ, Rompalo AM, Erbelding E], Zenilman
]I{, Ghanm
KG. Treatment of syphilis in HlV-infected subjects: I
obatan dini pada semua kontak seksual sifilis dini dengan systematic review of the literature. Sex Transm Infect Zll-*
2,4 juta unit Benzathine Penisilin dapat dilakukan walaupun 87:9-L6.
kontak seksual tidak mempunyai kelainan serologis pada 16. Farhi D, Dupin N. Management of syphilis in the HIh.'-
l
81r

infected patient: facts and controversies. Clin Dermatol 2010;


28:53945.
L'. Ghanem KG. Evaluation and Management of Syphilis in the
HlV-Infected Patient. Curr Infect Dis Rep 2010;12:14U6.
18. Tucker jD, Bu ], Brown LB, Yin YP, Chen XS, Cohen
MS. Accelerating worldwide syphilis screening through
rapid testing: a systematic review. Lancet Infect Dis 2010;
10:381-6.
l9- Zetola NM, Klausner JD. Syphilis and HIV infection: an
update. Clin lnfect Dis 2007; M:1222-28.
u- LukehartSA. Syphilis. In: Longo D, Fauci A, KasperD Hauser
S, |ameson |, Loscalzo | (Eds). Harrison's Principles of Internal
Medicine 18th ed.2012. Mc Graw-HilI. New York.1380-8.
110
GONORE
Gatoet lsmanoe

PENDAHULUAN ETIOLOGI

lnfeksi Gonokokal, disebut juga "The Clop" dan Neisseria gonorrhoeoe (N.gonorhoeae) adalah bakteni
"The Drip", disebabkan oleh Neisserio gonorrhoeoe, Gram negatif, nonmotile, tidak membentuk spora, yang
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, tumbuh tunggal dan berpasangan (sebagai monokokur
dan merupakan infeksi menular seksual yang paling dan diplokokus). Merupakan patogen yang eksklusif pade
sering terjadi di negara tropik,l serta terbanyak kedua manusia, secara umum memiliki tiga salinan genom pelr
yang terlaporkan di Amerika Serikat setelah infeksi unit kokus; dimana poliploidi ini'memungkinkan tingtil
Klamidia.2 lnfeksi gonokokal paling banyak ditularkan variasi antigenik yang tinggi dan kelangsungan hidr4pr
melalui kontak seksual. Pada bayi juga dapat ditularkan di dalam inangnya. Gonokokus, seperti semua spesb,
dari jalan lahir ibu saat melahirkan, menyebabkan Neisseria lainnya, merupakan oksidase positif. Mereln
ophthalmio neonatorum dan systemi.c neonotal infection. dibedakan dari Nelsserioe lain dengan kemampuaml
Masa inkubasi rata-rata adalah 2-8 hari. Pada wanita, mereka untuk tumbuh pada media selektif dan unu*
serviks adalah tempat infeksi tersering, menyebabkan memanfaatkan glukosa tapi tidak maltosa, sukrosa, ffiur
endoservisitis dan uretritis, jika tidak tertangani dapat laktosa.l 3

mengakibatkan penyulit lokal berupa penyakit inflamasi


pelvis (pelvic inflommotory diseose, PID). Pada pria, infeksi
gonokokal dapat menyebabkan uretritis anterior. lnfeksi
gonokokal juga dapat terjadi pada faring, anorektal,
konjungtiva, atau menyelu ru h/diseminata.

DEFINISI

lnfeksi gonokokal adalah infeksi menular seksual (lMS)


pada epitel dan umumnya bermanifestasi sebagai
servisitis, uretritis, proktitis, dan konjungtivitis. Jika tidak
diobati, infeksi pada daerah ini dap6t mengakibatkan Gambar 1.
komplikasi lokal seperti endometritis, salpingitis, abses
tubo-ovarian, bartholinitis, peritonitis, dan perihepatitis
pada pasien wanita; periuretritis dan epididimitis pada EPIDEMIOLOG!
pasien laki-laki; dan oftalmia neonatorum pada bayi
baru lahir. lnfeksi gonokokal diseminata yang meliputi lnsiden infeksi gonokokal masih menjadi m
manifestasi lesi kulit, tenosinovitis, artritis, dan (jarang) kesehatan masyarakat di seluruh dunia,
endokarditis atau meningitis jarang terjadi.G) morbiditas di negara berkembang, dan mungkin

812
GONORE
813

dalam meningkatkan penularan HlV. Dilaporkan terdapat bakteri dari respon imun lgA mukosa individu.3 Antibodi
hingga 301.174 kasus baru pada tahun 2009 di Amerika terhadap Rmp (sebelumnya dikenal sebagai protein lll,
Serikat.2 Plll) mencegah ikatan terhadap komplemen sehingga
Di Amerika Serikat, insiden tertinggi terutama pada dapat memblokade efek bakterisidal terhadap Porin dan
wanita usia 15 - 19 tahun dan 20 -24 tahun pada pria. lipo o lig oso cc h o rid e.1, 3
Berdasarkan etnis, terbanyak pada etnis Afrika-Amerika Antigen pili memegang peranan penting pada
dan terendah pada etnis Asia atau keturunan pulau kompetensi dan transformasi genetik, yang memungkinkan
Pasifik.3 transfer material genetik antar bakteri in rzivo.3Antigen pili,
lnsiden infeksi gonokokal lebih tinggi di negara bersama Porin dan lipooligosocchoride bertanggungjawab
berkembang daripada di negara maju. Namun, insiden terhadap variasi antigenik, yang menyebabkan infeksi
oasti dari IMS sulit untuk dipastikan di negara-negara berulang dalam periode waktu yang singkat.l
berkembang karena masalah pengawasan dan kriteria Go n o cocco I Lipoo lig oso cc h o ride (LOS), berpera n da la m
diagnostik yang bervariasi. Studi di Afrika telah aktifitas endotoksik dan berkontribusi pada efek sitotoksik
menunjukkan bahwa IMS nonulseratif seperti gonore lokal pada tuba Fallopi. LOS juga memodulasi respon
lsebagai tambahan IMS ulseratif) merupakan faktor risiko sistem imun, dimana modulasi ke arah respons Th2 akan
ndependen untuk penularan HlV.3 mengurangi kemampuan bersihan infeksi gonokokal.t
Penularan terjadi lebih efisien dari laki-laki ke Selain itu faktor individu inang juga berperan penting
oerempuan daripada sebaliknya. Tlngkat penularan pada dalam memediasi masuknya bakterl ke dalam sel. pelepasan
wanita dari sekali berhubungan seksual tanpa pelindung diocylglycerol dan ceramide dibutuhkan untuk masuk
dengan partner terinfeksi adalah t4O-60%. lnfeksi ke dalam sel epitel. Akumulasi ceramide dalam sel akan
gonokokal orofaringeal terjadi pada +20% wanita yang menginduksi apoptosis dimana akan mengganggu integritas
rnem pra ktekk an fe llotio de n g a n pa rtner teri nfeks i.3 epitel dan memfasilitasi masuknya bakteri ke jaringan
subepitelial. Dilepaskannya faktor kemotaksis hasil dari
aktivasi komplemen juga akan menyebabkan inflamasi.3
PATOGENESIS Strain yang menyebabkan penyakit infeksi gonokokal
diseminata (strain PorB.7A) telah dibuktikan lebih sulit
rr/irulensi dari N. gonorrhoeoe ditentukan dari keberadaan dimatikan oleh serum manusia, dimana lebih tidak
ciliyang memediasi penempelan, serta kemampuan untuk kemotaksis
oertahan dari kekuatan aliran hidrodinamik pada uretra,
Klasifikasi
dlmana hal inijuga menghambat pengambilan oleh fagosit.
Spektrum penyakit dari infeksi gonokokal ini terdiri dari:3,a
mrvasi dan multiplikasi terjadi pada sel kolumnar non-silia
penghasil mucus pada epitel tuba Fallopi.l Strain dengan
. lnfeksi genital
pfli lebih banyak menempel pada permukaan sel mukosa
. lnfeksi rektal
. lnfeksi faringeal
nnanusia, dan lebih virulen dibandingkan dengan strain
pang tidak ber-pili. Penempelan ini merupakan awal dari
. lnfeksi okular
. Komplikasi lokal
endositosis dan transpor melewati sel mukosa kedalam
Itruang interselular dekat membran basal atau langsung
. lnfeksi gonokokal diseminata
. lnfeksi pada bayi dan anak
te jaringan subepitelial.3 Tidak terdapat toksin khusus
yang dihasilkan oleh N. gonorrhoeoe namun komponen
:i@oligosocchqride dan peptidogtycan berperan
dalam
nunenghambat fungsi silia dan menyebabkan inflamasi.l
MANIFESTASI KLINIS
Komponen peptidoglycan selain antigen pili, termasuk
Risiko tertular infeksi gonokokal setelah terpapar satu kali
l,ga, Porin, Opacity-associoted protein serta protein lain. sekitar 20o/o pada pria dan mungkin lebih besar daripada
'Porln (sebelumnya dikenal sebagai protein l) protein wanita. Pada semua pasien dengan kemungkinan infeksi
mrbanyak pada permukaan N. gonorrhoeoe, menginisiasi
menular seksual (lMS), riwayat penyakit yang ditanyakan
proses en dositosi s d a n inv asi. O p a c ity - o sso c iate d p rote in
termasuk adanya IMS sebelumnya (termasuk infeksi HIV
itrDp4 sebelumnya dikenal sebagai protein ll) berperan
dan hepatitis viral), riwayat pengobatan IMS sebelumnya,
menting pada penempelan ke sel epitel, dan sel pMN serta gejala dari IMS pada pasangan seksual saat ini atau
menekan proliferasi sel T limfosit CD4+. protein
yrang akan
sebelumnya, jenis kontrasepsi yang dipakai (kondom),
hinnya termasuk H.8, suatu lipoprotein yang terdapat
dan adanya riwayat dari kekerasan seksual. Gejala juga
pada semua strain N. gonorrhoeoe, berguna sebagai
dapat berupa faringitis. Pada wanita, riwayat yang perlu
ltuget untuk diagnostik yang berdasar antibodi. Bakteri ini
ditanyakan termasuk juga periode menstruasiterakhir dan
yuqa memproduks-i suatu lgA, protease, yang melindungi paritas, termasuk riwayat dari kehamilan ektopik.s
814 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

PRIA DENGAN INFEKSI UROGENITAL TNFEKSI GONOKOKAL DTSEMTNATA (DiSSEMI-


N AT E D
G O N OCOCCA L I N F ECT I O T,I)
Uretritis akut merupakan manifestasi mayor infeksi
gonokokal pada pria. Masa inkubasi setelah terpapar lnfeksi gonokokal diseminata terjadi 6 kali lebih serinE
hingga memberi manifestasi klinis rata-rata 2-5 hari pada wanita, berasosiasi erat dengan menstruasi, dimana
dengan 90% dalam kurun waktu hingga 14 hari. Gejala terjadi sekitar 1 minggu setelah awal menstruasi. Gejah
awal berupa rasa nyeri dan rasa terbakar pada saat bervariasi berupa sindrom dermatitis-artritis, diserai
buang air kecil, serta dischorge (drip) mukoid. Beberapa demam tidak terlalu tinggi, menggigil.a Nyeri sendi atau
hari kemudian, discharge berubah menjadi lebih banyak, tendon merupakan gejala tersering, berupa poliartralgia
purulen dan kadang bersama sedikit darah segar.a,s Tanda yang berpindah. Nyeri hebat, riwayat bengkak daa
dan gejala dari uretritis yang tidak diterapi akan mencapai penurunan kemampuan gerak pada sendi mencurigakan
puncak dalam 2 minggu, dengan resolusi spontan pada ke arah arthritis purulenta dengan efusi. Sendi lutug
95% dari pasien dalam waktu 6 bulan.1,a metakarpofalangeal, pergelangan tangan dan kaki adaldl
. Epididimitis terjadi biasanya unilateral dengan nyeri yang sering terkena. Keluhan rash terjadi pada sekitar25%
dan pembengkakan posterior skrotum. Prostatitis dan dari penderita, dimana biasanya di bawah leher serta pada
seminal vesikulitis jarang terjadi, dengan gejala urgensi, telapak tangan dan kaki.s
rasa tidak nyaman abdominal, hematuria, demam, dan Onset subakut dari demam, menggigil dan berkeringd
nyeri saat ereksi. Bila mengenai rektum akan memberikan serta malaise mengindikasikan terjadinya endokarditb
presentasi nyeri, pruritu s, dischorge dan tenesmus.a,s gonokokal. Didapatkan nyeri dada, batuk dan dysprn
yang menyertai adanya artralgia dan rosh. Gonokod
endokarditis lebih sering pada pria.s
WANITA DENGAN INFEKSI UROGEN!TAL:
Pemeriksaan Fisis
Sekitar 60-80% wanita terinfeksi tidak menunjukkan gejala, lnfeksi gonokokal dapat dikenali melaluitanda dan
dimana diketahui dari partner seksual yang simtomatis. khas, namun pada saat penyakit diseminata atau
Gejala mayor termasuk voginol discharge, disuria, per- reproduksi atas terjadi, mukosa tempat infeksi
darahan inter menstrual (spotting), dispareunia (nyeri dapat tampak normal dan pasien tidak mengalami
saat berhubungan intim), dan nyeri abdomen bawah dan gejala lokal.s
+, s
ringan.t, Pada infeksi orofaring, dapat ditemukan
Gejala servisitis terjadi sekitar 10 hari setelah faringitis ringan. Pada infeksi rektal, ditemukan
pajanan. Dischorge pada endoservisitis merupakan gejala yang mukopurulen.s
tersering dan dideskripsikan sebagai cairan, purulent Pada infeksi okuler, biasanya berasal
dan berbau kurang sedap. Wanita yang terpajan dapat outoinoculation dari infeksi genital. lnfeksi
tetap asimptomatis dan infeksius hingga berbulan-bulan pembengkakan jelas kelopak mata, hyper6mia
sebelum benar-benar sembuh spontan.a,s Bila servisitis dan kemosis, dan dischorge yang banyak dan
gonokokal tanpa gejala atau tidak dikenali, penyakit dapat Konjungtiva yang terinflamasi mungkin menutupi
berkembang menjadi PID (Pelvic lnflammotory Disease) dan limbus, bisa didapatkan ulserasi kornea dan
pada sekitar 15% penderita, terutama pada saat sekitar terjadi perforasi.3
waktu menstruasi.s Pemeriksaan fisis juga dianjurkan mencari
Gejala dari PID termasuk nyeri perut bawah (paling dari infeksi menular seksual lainnya (herpes si
sering), peningkatan vaginol dischorge atau uretrol sifilis, ch o n c h ro id, lym p h og ro n u lom q ve n e ru m, bt
dischorge yang mukopurulen, disuria (biasanya tanpa genital).s
urgensi ataupun frekuensi), nyeri a,dneksa (biasanya
Prias
bilateral), perdarahan inter menstruasi, demam, menggigil,
mual dan muntah (jarang). Nyeri perut kuadran kanan Discharge purulen atau mukopurulen uretrq,
atas akibat perihepatitis (sindrom Fitz-Hugh-Curtis) dapatkan dengan melakukan teknik milking
Pemeriksaan epididimitis: nyeri dan edema epi
dapat terjadi akibat penyebaran organisme melalui
peritoneum.s unilateral
lnfeksi rektum sering asimptomatis, dapat terjadi nyeri, Wanitas
pru ritu s, tenesmus dan recta I d isch o rg e bila mu kosa rektu m . Discharge vaginal purulen atau mukopuruleql
terlibat. Dapat juga terjadi diare berdarah. lnfeksi rektal dischorge servikal
dapat terjadi secara lokal akibat dari hubungan seksual . Perdarahan vagina,vulvovaginitis kerapuhan
melalui anal maupun kontaminasi infeksi dari vagina.l,s (tendensi perdarahan saat manipulasi)
815

- Nyeri gerakan serviks saat pemeriksaan palpasi diagnosis terbaru antara lain tes DNA probe, Polymerose
bimanual Chain Reoction (PCR) dan Ligond Chain Reoction (LCR),
' Rasa penuh dan/ tenderness pada adneksa, unilateral Transcription-Medioted Amplificotion (TMA), serta DNA
maupun bilateral strand displocement (SDA).:,+ o
- Nyeri/tenderness pada abdominal bawah, dengan atau
lanpa rebound tenderness Pewarnaan Gram
- Kemungkinan nyeri punggung (terutama bila plD)
- Diagnosis cepat infeksi gonokokal melalui pewarnaan
Tenderness kuadran kanan atas (bila perihepatitis)
Gram dari eksudat uretra telah diterima secara Iuas. Pada
ffieksi Gonokokal Diseminata (DlG)s pria dengan gejala uretritis, tes ini disebutkan sangat
' Demam (biasanya < 39"C saat pemeriksaan) spesifik (>99o/") dan sensitif (>95), sehingga hasil yang
' Kulit: rosh makulopapular, pustula4 nekrotik atau positif dapat dianggap diagnostik.T Dikatakan positif
vesikular, terutama pada daerah badan, anggota bila ditemukan adanya diplokokus Gram negatif dengan
gerak, telapak tangan dan kaki. Rosh biasanya morfologi tipikal yang ditemukan berhubungan dengan
tidak mengenai wajah, kulit kepala dan mulut. Lesi neutrofil. Namun, hasil negatif pada pewarnaan Gram tidak
hemoragis, eritema nodosum, urtikaria, dan eritema dianjurkan untuk menyingkirkan diagnosis pada pria yang
multiformejarang terjadi. Lesi kulit biasanya berbeda asimptomatis.l 7
stadium pada saat presentasi. Pada wanita, pewarnaan Gram dari hapusan endoservik
' Sendi: pada umumnya penderita mengalami poli- tidak sensitive (30-60%), namun mendukung diagnosis
artralgia dengan joint tenderness penurunan lingkup cepat bila ditemukan bersama dengan gejala klinis PlD,
gerak sendi, dan eritema; lebih jarang ditemukan endoservisitis dengan discharge purulen atau riwayat
artritis purulenta yang mengenai sendi tunggal pajanan infeksi gonokokal. Hapusan dari faring dan rekal
dengan nyeri hebat, tenderness, edema, eritema dan tidak membantu diagnosis, dimana spesies Neisserio
penurunan lingkup gerak sendi. lainnya adalah komponen.dari flora normal.la
' Tenosinovitis: eritema dan tenderness lokal sepanjang
tendon sheath, dengan nyeri pada gerakan aktif maupun Kultur
pasif. Tenosinovitis sering terjadi pada tangan, namun Kultur diambil menggunakan swab Dacron atau Rayon,
dapat ditemukan juga pada ekstremitas bawah. kemudian sampel diinokulasi ke plote modifikasi Thayer-
* Sistem saraf pusat; dapat ditemukan meningismus Martin atau media selektif gonokokal lainnya. Penting
dan penurunan kesadaran. untuk memproses sampel segera karena gonokokus
- Jantung (endokarditis): dapat ditemukan murmur tidak toleran kondisi kering. Jika tidak dapat diinkubasi
baru, takikardia, dan demam; lesi emboli dapat juga segera, spesimen dapat disimpan selama beberapa
ditemukan jam pada suhu kamar dalam stoples berisi lilin sebelum
' Otot pembentukan abses pada jaringan lunak berupa inkubasi. Transpor spesimen dapat dilakukan dengan
tenderness lokal, edema, dan nyeri saat bergerak sistem transport nonnutritive seperti media Sfuorf atau
Amies dalam waktu kurang dari 6 jam, atau media kultur
frgnosis Banding dengan sistem penghasil CO, mandiri bila lebih lama
lllldlurritis dan servisitis gonokokal harus dibedakan dengan (seperti sistem JEMBEC atau Gono-Pak). Sensitivitas kultur
uetritis non-gonokokal, servisitis atau vaginitis akibat endoserviks tunggal t 80-90%.3
Wfumydio trachomotis, Go rd nerello vagino lis, Trichomonas, Pada pria, kultur dari eksudat mendukung diagnosis
Ewdida, dan patogen lainnya yang berhubungan dengan bila spesimen pewarnaan gram tidak ditemukan bakteri
mmfeki menular seksual; penyakit inflamasi pelvis, artritis, untuk N. gonorrhoeae. Pengambilan spesimen sebaiknya
pnoktitis, dan lesi kulit. Seringkali beberapa patogen dar uretra dengan insersi dan rotasi swab pada uretra
mrdapat bersamaan pada seorang penderita. Artritis selama 5 detik. Pada wanita, ektoservik harus diseka bersih
nna,lrtif (u
retriti s, konju n gtivitis, a rtriti s) d a pat menyeru pa i dan swab harus dimasukkan ke servik dan rotasi selama
p,rnorrhea atau terjadi bersamaan. 10 detik. Swab rektal paling baik diambil menggunakan
proktoskop. Pada wanita, spesimen yang didapat dari
beberapa lokasi meningkatkan kemungkinan ditemukan-
I.IBORATORIUM nya bakteri. ldealnya, kultur diambil dari endoservik,
uretra, rektum dan faring.:,+
&ndekatan umum pada penderita dengan kecurigaan Kultur darah sering positif pada awal (24-48 jam)
nmfeksi gonokokal terdiri atas pengambilan spesimen penyakit diseminata dan dari cairan sinovial sendi pada
drsudat untuk diperiksa hapusan dengan pewarnaan artritis gonokokal. Pada infeksi gonokokal diseminata,
Gram, kultur, dan penentuan sensitivitas antibiotik. Metode kultur pada lesi kulit biasanya negatif, meskipun pewarnaan
816 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

gram dan les antibody fluorescent dari hapusan pustul plasmid, berkembang secara cepat ke seluruh dunia
sering ditemukan bakteri. Hal ini disebabkan karena kultur pada awal tahun 1980. Strain N. gonorrhoeae dengan
memerlukan organisme yang vioble, sedangkan hapusan pLosmid-borne tetrocycline resistqnce (TRNG) dapat
dan testing antibodi tidak demikian.@ mengaktifkan p-loctamose plosmids, sehingga PPNG
Cairan sendi diinokulasikan pada media broth dan dan TRNG terjadi bersamaan, kadang bersama dengan
dibiakkan pada chocolote ogor, karena cairan ini tidak strain yang menunjukkan chromosomolly medioted
terkontaminasi bakteri komensal. Gonococci jarang resistance (CMRNG). Penisilin, ampisilin, dan tetrasiklin
didapatkan pada efusi sendi awal yang mengandung telah menunjukkan kegagalan terapi dan tidak dianjurkan
<20,000 leukocytes/pL namun mungkin didapatkan pada penggunaannya untuk terapi infeksi gonokokal.la
cairan sendi yang mengandung >80,000 leukosit/UL. Regimen yang mengandung kuinolon selama 7
Organisme jarang didapatkan bersamaan dari darah dan hari, telah direkomendasikan sebelumnya dimana jugn
cairan sendi pada seorang penderita.3 memiliki efek antikamidial. Namun Quinolone-resisfanf
N. gonorrhoeae (QRNG) timbul segera setelah regimen
Diagnostik Lain ini digunakan. Sefalosporin generasi ketiga terbulli
N u c le ic o c id hyb r id iz atio n fesf da n N u c le ic o c id a m p liftc o tio n sangat efektif sebagai terapi dosis tunggal bila diberikam
fesf (NAATS) dapat digunakan untuk deteksi infeksi sesuai rekomendasi, meskipun disebutkan bahwa mininrCl
gonokokal pada sitem genitourinarius. Spesimen inhibitory concentrations (MlCs) terhadap strain of ft{.
untuk Nuc/eic ocid hybridizotion fesf berasal dari swab gonorrhoeoe semakin meningkat.
endoservikal pada wanita dan swab uretra pada pria.
Spesimen untuk pemeriksaan NAATs dapat berasal dari lnfeksi Gonokoka! pada Serviks, Uretra, Rekhl
swab endoserviks, vaginal, uretra (pria saja), atau urine tanpa Komplikasiz
(pria dan wanita). Dikatakan sensitivitas dari pemeriksaan
NAATs untuk deteksi N. gonorrhoeoe pada lokasi genital Ceftriaxone 250 mg lM dosis tunggal
maupun nongenital lebih superior daripada kultur; namun ATAU, BILA BUKAN PILIHAN
disebutkan bergantung pada tipe NAATs, serta spesifisitas Cefixime 400 mg oral dosis tunggal
nya dimana terdapat reaksi silang dengan spesies Nersserio ATAU
nongonokokal. Kerugian prosedur diagnostik non kultur Dosis tunggal injeksi regimen cephalosporin
adalah bahwa tidak dapat menguji kepekaan antibiotik.l? DITAMBAH
Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal
ATAU
DIAGNOSIS Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari

Pembagian berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris


Direkomendasikan untuk meningkatkan kr
dengan pemberian obat on-sife, Ceftriaxone 250
PENGOBATAN sebagai dosis tunggal menunjukkan kadar
yang tinggi pada darah, memberikan keberhasilan li
Manajemen terhadap infeksi gonokokal telah banyak 99,2o/o infeksi gonokokal pada urogenital dan
berubah pada dekade terakhir. Beberapa faktor termasuk tanpa komplikasi. Regimen Sefalosporin injeksi ld
resistensi terhadap penisilin, ko-infeksi gonokokal dengan yang dapat dipilih antara lain Ceftizoxime (500 nrg;
Chlomydio, dan lokasi anatomis infeksi, berpengaruh Cefoxitin (2 gram, lM dengan probenecid 1 gram
terhadap pendekatan terapi.{+) dan Cefotaxime (500 mg, lM).
Kegagalan pengobatan dapat menyebabkan transmisi Regimen alternatif lain yang bekerja terhadil
lanjutan dan munculnya resistensi antibiotik. Pentingnya gonorrhoeae, namun tidak lebih baik dari regimen
terapi yang memadai dengan pilihan regimen yang direkomendasikan, antara lain Cefpodoxime (400 nrq
meningkatkan kepatuhan, memegang peranan penting. Cefuroxime axetil (1 gram, oral), Spectinomycin.
Sehingga regimen dosis tunggal yang efektif telah di-
kembangkan untuk infeksi gonokokal tanpa komplikasi. lnfeksi Gonokokal pada Faringi
(3)
Dosis yang diberikan seharusnya berada dalam serum
darah paling tidak 3x dari konsentrasi minimum inhibisi Ceftriaxone 250 mg lM dosis tunggal
(MlC) selama>8jam.trt DITAMBAH
Resistensi terhadap penisilin melalui adanya Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal
B-Loctomose (penicillinose)-producing stroins of N. ATAU
gonorrhoeoe (PPNG) yang dimediasi transfer nya melalui Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari
8r8 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

Kecurigaan Kegagalan Terapi Sefalosporin atau Harrison's Principles of Internal Medicine 18,h ed: The
Resistensi McGraw-Hill Companies; p. 1220 - T.
2012.
Benson Paul M MD. Sexually Transmitted Diseases. Militan,
Adanya kegagalan terapi sefalosforin telah dilaporkan.
Dermatology: Department of The Army, Borden Institute;
Pada penderita dengan kecurigaan kegagalan terapi atau 1994.
penderita dengan strain yang ditemukan resisten pada in Wong B. Gonococcal In{ection. medscape; 2011 [cited
vitro, dia njurkan dikonsu ltasikan kepada spesial is penyakit 2011 Novemberl; http:/ / emedicine.medscape.com
ar ticle / 218059 -overview# a01 99.
infeksi, dilakukan kultur dan tes kepekaan antibiotik, Golden MR, Handsfield HH. Neisseria Gonorrhoeae
dilakukan terapi ulang dengan ceftriaxone 250 mg, lM Infections. In: Goldman L, Schafer AI, editors. Goldman's
atau lV, memastikan terapi dari pasangan seksual dan Cecil Textbook. 24e ed: Elsevier Saund erc;2012.
7. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines:
melaporkan ke divisi terkait.
Department of Health and Human Services Centers for
Disease Control and Prevention 2010 Contract No.: RR-12

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Kondom, jika benar digunakan, memberikan perlindungan


yang efektif terhadap transmisi dan akuisisi gonore serta
infeksi lain yang ditularkan ke dan dari permukaan mukosa
genital. Preparat spermisida pada diafragma atau spons
serviks yang diresapi dengan nonoxynol 9 memberikan
perlindungan terhadap gonore dan infeksi klamidia.3
Manajemen efektif dari lnfeksi menular seksual
termasuk didalamnya manajemen dari partner seksual
penderita untuk mencegah reinfeksi dan memutus
penyebaran penyakit lebih lanjut. pasangan seksual
penderita harus dievaluasi dan diobati untuk infeksi
N. gonorrhoeoe dan C. trachomqtisjika kontak terakhir
dalam kurun waktu 60 hari sebelum timbulnya gejala
ataupun saat diagnosis dari infeksi gonokokal. Jika
hubungan seksual terakhir pasien lebih dari 60 hari
sebelum timbulnya gejala atau diagnosis, pasangan seks
terbaru pasien harus diobati. penderita dianjurkan untuk
menghentikan aktivitas seksual hingga terapi komplit dan
gejala menghilang.:, +, z
Penekanan lebih besar ditempatkan pada pencegahan
melalui pendidikan kesehatan masyarakat, konseling
penderita, dan modifikasi perilaku. Individu yang aktif
secara seksual, terutama remaja, harus ditawarkan skrining
untuk PMS. Untuk pria, pemeriksaan NAAT dari urin atau
swab uretra dapat digunakan untuk skrining. Mencegah
penyebaran gonore dapat membantu mengurangi
penularan HlV. Belum ada vaksin yang efektif untuk infeksi
gonokokal, tetapi upaya untuk menguji beberapa kandidat
sedang berlangsung.{:)

REFERENSI

1. Richens ], Mabey DCW. Sexually Transmitted Infections. In:


Cook GC, Zttrnla Al, editors. Manson's Tropical Diseases.
22"d ed: Saunders Elsevier; 2009. p. 406 - ZO.
National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Gonorrhea. 2011 [cited 2011 November]; http:/ /wwwrnatd.
nih.gov/topics / gononhea/ Pages/default.ispx.
Ram S, Rice PA. Gonococcal Infections. In: Longo DL, Kasper
DL, |ameson |l Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors.
LLL
ULKUS MOLEGHANCROTD)
Usman l-ladi

lENDAHULUAN. Di Amerika Serikat penyakit ini juga semakin banyak


ditemukan.2,3
llllllilkus mole termasuk dalam kelompok penyakit menular
re'lrsual yang disebabkan oleh Hoemophylus ducreyi.
ffif,anifestasi klinisnya berupa ulkus pada daerah kemaluan, PATOFISIOLOGI
mumggal atau multipel, yang dapat disertai pembesaran
ii@enjar limfe regional dan terbentuknya bubo.1'2,3 Penyakit Penyakit ini ditularkan secara langsung melalui hubungan
nmibanyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis seksual. Predileksi pada genital, jari, mulut, dan dada.
lMutama di beberapa negara berkembang. Adanya ulkus Pada tempat masuknya mikroorganisme terbentuk ulkus
@a genital ini menjadikan penyakit ini sebagai kofaktor yang khas. lnfeksi H ducreyi dimulai saat terdapat abrasi
Wentrlaran penyakit human immunodeficiency virus. Oleh epidermal kulit biasanya setelah berhubungan seks,
[anena itu, banyak penelitian dilakukan untuk membuat kemudian berkembang menjadi populo erythemotous
uaksin terhadap penyakit ini sebagai upaya untuk yang disertai rasa nyeri setelah 4-7 hari, kemudian lesi
mnnenurunkan penyebaran penyakit H lvlAl DS.4 segera berubah menjadi pustulo yang kemudian pecah
membentuk ulkus yang khas.l,2Adanya protein LspAl dan
LspA2 pada H ducreyi diperlukan agar mampu menginfeksi
DEFINISI dan berkembang membentuk pustula p.ada manusia.s

Itl,trllikus mole ialah penyakit infeksi genital akut, dengan


qrejala klinis khas berupa ulkus disertai nyeri dan supurasi GEJALA DAN TANDA
hlenjar getah bening regional (pembentukan bubo\.
Penyebabnya ialah Haemophylus ducreyi, merupakan Adanya ulkus pada pria terletak di daerah preputium,
haheri Gram negatil anaerobik fakultatif, berbentuk glans penis, batang penis, frenulum, dan anus; sedangkan
hatang pendek dengan ujung bulat, tidak bergerak,
fiirfuk membentuk spora, dan memerlukan hemin untuk
.pertu m bu ha n ny a.r,r,,

PIDEMIOLOGI

Benyakit ini lebih banyak pada pria, dan kulit berwarna.


CImyak terdapat di daerah tropis dan subtropis. Kebersihan
dan higiene berperan penting dalam penyebaran penyakit.
Penyakit ini banyak ditemukan diAsia dan Afrika, terutama
llnegara sedang berkembang, dilaporkan lebih dari 4000
hasus per tahun, kebanyakan terjadi pada dewasa muda,
nalaupun penyakit ini bisa terjadi pada semua umur. Gambar 1. Ulkus kelenjar inguinal6

819
820 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI-

pada wanita terletak di vulva, klitoris, serviks, dan anus.


DIAGNOS!S
Lokasi ekstragenital pada lidah, bibiajari tangan, payudara,
umbilikus, dan konjungtiva. Sifat-sifat ulkus yang khas Secara klinis diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
ialah; multipel, lunak, nyeri tekan, dasarnya kotor, dan anamnesis, gejala klinis yang khas, dan pemeriksaan
mudah berdarah. Kulit sekitar ulkus berwarna merah. langsung bahan ulkus yang diberi pewarnaan Gram.
Dinding ulkus tidak rata dan menggangsir. pembesaran Diagnosis definitif ulkus mole memerlukan identifikasi
kelenjar limfe inguinal tidak multipel, terjadi pada 30% dari H.ducreyi dengan menggunakan kultur media khus;rm
kasus yang disertai radang akut. Kelenjar kemudian walaupun demikian sensitivitasnya kurang dari g0%
melunak dan pecah dengan membentuk sinus yang sangat d i banding ka n dengan pemeriksaa n m u ltip Lex po lymerrrq
nyeri disertai badan panas.1,6 ch o in reoction (M - P6P1.r,z,:,a

PEM ERI KSAAN LABORATORI U M DIAGNOSIS BANDING

1. Pemeriksaan Iangsung bahan ulkus yang diambil dari 1. Herpes genitalis; kelainan kulitnya berupa vesi&dil
kerokan tepi ulkus yang diberi pewarnaan Gram. pada berkelompok dan jika memecah menjadi erosi.,2l
sediaan yang positif ditemukan kelompok basil yang 2. Sifilis stadium l; ulkusnya bersih, indolen, terda@
tersusun seperti barisan ikan.a indurasi, dan tanda-tanda radang akut tidak ada.1ls
2. Kultur pada media agar coklat, agar Muller Hinton. 3. Limfogranuloma venerium; afek primer tidak spesiffik,
Positif bila kuman tumbuh dalam waktu 2-4 hari (dapat Terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguin{lfi
sampai 7 hari). perlunakannya tidak serentak.l,2
3. Tes serologi ito-Reenstierna. Caranya 0,1 ml antigen 4. Granuloma inguinal; ulkus dengan granuloma.':
disuntikkan intradermal pada kulit lengan bawah.
Positif bila setelah 24 jam atau lebih timbul indurasi
yang berdiameter 5 mm. Hasil positif setelah infeksi KLAS!FIKASI
berlangsung 2 minggu, dan akan terus positif seumur
hidup.l Berdasarkan variasi bentuk klinis dapat diklasifi
4. Tes ELISA dengan menggunakan whole lysed H. menjadil :
ducreyi.l 1. Giont choncroid: ulkus hanya satu dan meluas
5. Tes lain yang dapat digunakan adalah tes fiksasi cepat serta bersifat destruktif.
komplemen, presipitin, dan agglutinin.l 2. Transient choncroid: ulkus kecil s_embuh sendiri
4-6 hari, disusul perlunakan kelenjar llmfe i
10-20 hari kemudian.
ETIOLOGI 3. Ulkus mole serpiginosum: teiadi inokulasi
penyebaran dari lesi yang konfluen pada
Kuman penyebabnya ialah Hemophilus ducreyi, merupakan skrotum, dan paha. UIkus dapat berla
bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek dalam bertahun-tahun.
susunan berbaris, termasuk dalam famili posteurellaceo 1,2
4. Ulkus mole gangrenosum.
5. Ulkus mole folikularis (folliculoris choncroid)-.
pada folikel rambut, terdiri atas ulkus kecil
Lesi ini dapat terjadi di vulva atau pada
genitalia yang berambut. Lesi ini sangat
6. Ulkus mole papular (ulkus mole elevatum): terdirfr
papula yang berulserasi dan granulomatosa.

PENATALAKSANAAN

Terapi antibiotik sistemikl,,


a. Azitromisin 1 g, oral, dosis tunggal. (

cDC)
b. Ceftriaxon 250 mg dosis tunggal, lM (
Gambar 2. Foto mikrograf dari H ducreyi 6 WHO, CDC)
l]l[n s MoLE (CHANROID) 82r

: Siprofloksasin 2 X 500 mg selama 3 hari oral Lewis DA. Chancroid: clinical manifestatiorL diagnosis, and
(rekomendasi CDC) management. Sex. Transm Infecl. 2003; 79(1): 68-71,.
3. Chancroid. From Wikipedia The Free Encyclopedia (cited
d Eritromisin 4 X 500 selama 7 hari (CDC) 2011 December 10).
e Eritromisin 3 X 300 selama 7 hari (WHO) 4. Morse SA, Trees DL, Htun Y, et al. Comparison of clinical
li. Amoksisilin + asam klavulanat 3 X 125 selama 7 hari diagnosis and standard laboratory and molecular methods
for the diagnosis of genital ulcer disease in Lesotho: associa-
$ Streptomisin 1 g per hari selama 10 hari
tion with human immunodeficiency virus infection. J Infect
rr' Kombinasi ceftriaxon dan azitromisin pada penderita Dis.1997;175:583-9.
yang disertai infeksi HlV. 5. Janowicz DM, Fortney K& Katz BP, et al. Expression of
the LspA1, and LspM protein by Haemophylus ducreyi is
lfur.api lokal required for virulence in humanVolunteers Infect Immun
a Kompres dengan larutan normal salin (NaCl 0,9%) 2 2004;72 (8):4s28-33.
Late Chancroid symptoms. (image on the internet). c2010
kali sehari selama'l 5 menit.1,2 (updated 201O luly 06; cited 2011, December 10). Available
m Aspirasi abses transkutan dianjurkan untuk bubo frorn:hp: / / std.about.com/.../Late-Chancroid-Symptoms.
yang berukuran 5 cm atau lebih dengan fluktuasi htm
ditengahnya.2

IETIANTAUAN TERAPI

fiie,nderita sebaiknya diperiksa ulang sekitar 3-7 hari


w@{ah terapi awal. Bila terapi berhasil, biasanya terjadi
@oaikan keluhan sekitar 3 hari dan perbaikan secara
,@ektif sekitar 7 hari.a
Mlia tidak ada perbaikan klinis, maka ada beberapa
hrmmungkinan ialah:1
I' Salah diagnosis
L Ada infeksi dengan penyakit seksual lainnya atau
penderita terinfeksi HIV
1 Penderita terinfeksi dengan H ducreyi yang kebal
terhadap antibiotik yang diberikan
4 Penderita tidak minum antibiotik sesuai anjuran

Bf,IPLIKASI

Wilrrnosisatau parafimosis.l
lffimmeluretra.l
ffirr@l rektovagina.l

TET{CEGAHAN

Abstine nce (tida k melaku kan hu bu ngan seksual)2


MutuaL monogomy (hanya berhubungan seksual
dengan 1 partner yang tidak terinfeksi)2
Penggunaan kondom lateks secara benar2

EFERENSI.

flI" \Iartodiharjo S, Barakbah J, Murtiastutik D. Ulkus Mole


lchancroid). Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. RSUD dr.Soetomo
Edisi III. Surabaya. 2005. h. 147 -9.
1L2
TRIKOMONIASIS
I Ketut Agus Somia

PENDAHULUAN seperti tulang yang disebut axostyle.r-t


Siklus hidup TV sangat sederhana yaitu
Trikomoniasis merupakan salah satu penyakit menular tropozoit ditularkan melalui hubungan seksual dan
seksual yang sering dijumpai. Wortd Heatth Organizotion ada bentuk kista. Tropozoit berkembang biak dengan
memperkirakan prevalensi trikomoniasis di seluruh dunia membelah. Pada kondisi optimum inti membelah
sekitar dua pertiga dari seluruh kasus penyakit menular mitosis setiap 8 sampai 12 jam.1-7 Hal tersebut
seksual yang bisa diobati. Trikomoniasis merupakan sebuah
kan jumlah TV sangat banyak pada permukaan
petanda perilaku seksual yang berisiko tinggi dan sering dan lumen saluran urogenital manusia, diperkirakan
terjadi bersama-sama dengan penyakit menular seksual terdapat 101-10s protozoa/mL cairan vagina. 1

lainnya seperti gonore dan klamidia. Seperti penyakit


menular seksual lainnya, trikomoniasis meningkatkan
predisposisi terinfeksi humon immunodeficiency virus
EPIDEMIOLOG!
(HlV) dan penularan HlV. Di samping itu, trikomoniasis
juga memberikan implikasi terhadap beberapa sindrom Diperkirakan sekitar 180 juta wanita di seluruh
genitourinarius yang lain, seperti servisitis, epididymitis, terinfeksi TV. lnfeksi TV merupakan salah satu dari
dan prostatitis, danjuga berkaitan dengan ketuban pecah penyebab tersering vaginitis selain bakteri anaerob
dini dan persalinan prematur pada ibu hamil. r-7 jamur candida. Prevalensi pada wanita bervariasi
5-74o/o dengan angka tertinggi dilaporkan pada
penyakit menular seksual dan populasi risiko tinggi
DEFINISI Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Sanglah
selama periode Januari 2004-Desember 200g
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang 5,07% kasus trikomoniasis.8
disebabkan oleh Trichomonas voginolis (TV). pada wanita Prevalensi trikomoniasis pada laki-laki di
infeksi TV terutama menyebabkan vaginitis, sedangkan sekitar 5-29o/o,3 Krieger melaporkan infeksi TV
pada laki-laki menyebabkan uretritis. penyakit ini ditandai laki-laki yang melakukan kontak seksual dengan
dengan keluarnya duh tubuh vagina pada wanita dan duh ya_ng menderita TV adalah 22yo.s prevalensi laki-laki
tubuh uretra pada laki-laki.r-z rendah dibandingkan wanita. Karena infeksi pada
sering asimtomatik, diagnosis pada laki-laki lebih i
ditegakkan dan tidak mencari pertolongan ke
ETIOtOGt lnfeksi TV dilaporkan sebagai penyebab 11-19%
nongonore pada laki-laki.e
Trichomonos voginolis merupakan protozoa yang Manusia merupakan satu-satunya pejamu
berbentuk oval, dengan ukuran panjang 4-32umdan lebar
TV. Tropozoit ditransmisikan terutama melalu i
2.4 -14.4 um, memiliki 5 flagel yang keempat flagelnya seksual. Transmisi nonseksual dilaporkan terjadi
berlokasi di bagian anteriori sedangkan flagel kelima semprotan air; spekulum, atau tempat duduk toileL
berinkorporasi dengan membran undulating parasit. Faktor risiko infeksi TV meliputi: 1) terdapat
Sitoplasmanya terdiri dari suatu struktur yang berperan menular seksual lainya terutama gonore, 2) kontak

822
rn[oMoNtAsls 823

dengan pasangan yang terinfeksi, 3) memiliki 4 atau lebih sangat imunogenik. Pelepasan antigen tersebut dapat
sasangan seksual, 3) tidak memakai pengaman seksual menetralkan antibodi atau T limfosit sitotoksik. Selain itu,
seperti kondom 4) pekerja seks komersial 5) kadar pH TV dapat melapisi permukaannya dengan protein plasma
uaoina yang tinggi (pH 4 sampai 7).s pejamu sehingga sistem kekebalan tubuh pejamu tidak
lnfeksi bersama-sama dengan organisme penyakit mengenali parasit sebagai benda asing.1,2
renular seksual lainnya sering terjadi (15-28o/o koinfeksi
Ie'rgan klamidia dan 10% koinfeksi dengan gonore). Respons Kekebalan Pejamu
Iteh karena itu, pada individu dengan infeksi TV perlu Pemahaman tentang imunitas terhadap TV berasal dari
n :kukan penapisan terhadap adanya infeksi menular observasi respons klinis pasien dan penelitian eksprimen in
rcrsual lainnya.3 vitro dan binatang coba. lnfeksi alamiah akan memberikan
kekebalan protektif parsial. Hal ini terbukti dari terjadinya
reinfeksi sekitar 30%padafollow up.lnfeksi pada manusia
PIATOGENESIS menyebabkan terbentuknya antibodi spesifik terhadap
parasit pada saluran reproduksl dan serum. Di samping
iasaran infeksi TV adalah sel epitel gepeng saluran itu terdapat juga peran limfosit yang terdeteksi melalui
- ^italia. lnfeksi umumnya multifokal tetapi tidak terjadi proliferasi antigen spesifik dari sel-sel mononuklear darah
flr'i,asi parasit ke dalam jaringan ikat. Pada laki-laki infeksi tepi. Peran kekebalan alamiah yang melibatkan kemotaksis
msa terjadi pada genital eksterna, prostat, dan epididimis. dan influks neutrofil lebih penting dalam mengendalikan
$cil,ekanisme patogenesis sampai saat ini belum jelas infeksi daripada kekebalan yang didapat.l
di Ketahui.1,2,10 Secara umum terdapat interaksi antara
renyebab dalam hal ini TV dengan respons pejamu.
MAN!FESTASI KLINIS
F:ranan Trichomonas Vaginalis
reiriekatan pada sel-sel epitel saluran urogenital merupakan
Pada Wanita
'm"gkah penting pada patogenesis. Peristiwa perlekatan Spektrum klinis trikomoniasis pada wanita sangat
rBrEantung pada waktu, suhu dan pH. Sel permukaan TV bervariasi dari corrier asimtomatik sampai vaginitis yang
merupakan sebuah odhesin mosoic, reseptor-reseptor berat. Masa inkubasi antara 4 sampai 28, rala-rata 7
reradap matriks protein dan karbohidrat ekstraselulaL hari.lr Berdasarkan beratnya, trikomoniasis diklasifikasikan
ua'g merupakan basis untuk ikatan reseptor ligan. menjadi akut, kronis, dan asimtomatik. Pada infeksi akut
ae'ekatan parasit pada sel permukaan diperantarai oleh
dijumpai vulvitis difus yang mengakibatkan timbulnya
4 :notein adhesi yaitu AP65, AP51, AP33, dan AP23, serta duh tubuh vagina yang be1at. Duh tubuh vagina biasanya
rsine proteinose (CP). Ligan untuk perlekatan adalah berwarna kuning kehijauan, mukopurulen, dan berbusa.
ianriinin dan fibronektin. 1,2 Terdapat bercak-bercak hemoragik pad.a mukosa vagina
Selain mekanisme kontak dependent, diperkirakan dan serviks yang menyerupai buah strawberi. Tanda dan
rLuga terjadi mekanisme kontak independent. Cetl free gejala tersebut bersifat siklik dan memburuk sekitar waktu
mrrduct dari TV bersifat sitotoksik dan menyebabkan menstru asi.1,2,s,7
renrsakan sel sasaran. Faktor sitotoksik itu disebut dengan Gejala-gejala infeksi kronis, umumnya ringan,
mfuq6 is\qlhment foctor (CDF), yang merupakan protein gatal-gatal, dan dispareunia. Sekresi vagina sedikit dan
'dergan berat 200 kD, labil dengan pemanasan dan asam,
bercampur dengan mukus. Secara epidemiologis individu
ilrrvitas optimal pada pH 6.5 dan tidak aktif pada pH 4.5. dengan infeksi kronis merupakan sumber utama penularan
t{adar CDF berkaitan dengan derajat berat manifestasi pa rasit.1,2
uti nrs. Semakin tinggi kadar CDF maka semakin berat Lebih dari 25%o sampai 50% wanita yang terinfeksi
marnifestasi klinis yang timbul. 1,2,10 adalah asimtomatik dan memiliki pH vagina normal
Aspek lain yang berperan pada patogenesis adalah antara 3.8 sampai 4.2 dan flora normal vagina. Walaupun
{enlampuan TV menghindari sistem kekebalan pejamu. demikian, bentuk cqrrier ini dapat menjadi simtomatik
r;r'chomonos vaginolis
dilaporkan dapat mengaktifkan dalam waktu 6 bulan.l,2
imur alternatif komplemen untuk menghindari sistem
urcrrplemen. Di samping itu TV juga memiliki variasi Pada Laki-laki
botip sebagai mekanisme untuk menghindari sistem Trikomoniasis pada laki-laki dapat dikelompokkan menjad i
mnmunitas. CPs yang disekresikan oleh TV dapat menurunkan
3 kelompok yaitu karier asimtomatik, akut, dan simtomatik
ircnsentrasi lgG, lgM, dan lgA sehingga memungkinkan ringan. Kelompok karier asimtomatik dapat diidentifikasi
rmcanisme bertahan dari respons antibodi. Trichomonas secara tidak langsung melalui pemeriksaan pasangan
umqrno/rsjuga mengeluarkan banyak antigen terlarut yang seksual yang terinfeksi, sedangkan infeksi akut ditandai
824 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT

dengan uretritis purulen yang berat. Pada kelompok yang kemungkinan terjadi salpingitis atau kondisi patologis
asimtomatik ringan sangat sulit dibedakan dengan uretritis intraabdomen lainnya yang terjadi secara bersama-
nongonokokus yang disebabkan oleh penyebab lain.1,2,s sama.
. Koinfeksi dengan infeksi gonore, kandidiasis, dan
vaginosis bakteri sering terjadi dan memberikan
DIAGNOSIS gambaran klinis campuran
Pada laki-laki
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan berdasarkan
Tanda klinis pada laki-laki jarang tampak, kecuali
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan didukung oleh
bila terjadi komplikasi. Tanda klinis yang tampak
pemeriksaan laboratorium.
berkaitan dengan inflamasi lokal seperti balanitis dan
balanopostitis.l,2,e
Anamnesis
lnfeksi TV pada wanita sering menimbulkan keluhan
Laboratorium
duh tubuh vagina yang berwarna hijau kekuningan yang
Spesimen klinis yang representatif untuk pemeriksaan
berbuih, berbau, gatal-gatal, terasa nyeri, dispareunia,
laboratorium meliputi urin, cairan vaginal, endoserviks
dan disuria, sedangkan keluhan infeksi TV pada cairan semen, dan usapan uretra.3 Sensitivitas dam
laki-laki bervariasi mulai keluhan yang sangat ringan
spesifisitas berbagai metode pemeriksaan laboratorium
sampai dengan keluhan urteritis dengan komplikasi
dapat dilihat pada tabel 1.11,13'18
prostatitis.1,2,3,t7 Keluhan yang paling sering pada laki-laki
adalah uretritis non-gonokokus non-klamidia. Keluhan Pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopb
urtritis meliputi duh tubuh uretra, disuria, dan gatal-gatal dapat menggunakan preparat basah, dan pewarnaamr
pada uretra. Duh tubuh uretra bisa purulen sampai mukoid. meng gu naka n pengecatan G ra m, giemsa, pa panicolaor"u
Kebanyakan infeksi simtomatik adalah intermiten dan periodic acid-schiff, ocridine orange, fluorescein dam
sembuh tanpa pengobatan 1,2,e immunoperoksidase.2,3 Pengecatan dengan pewarnaamnr
papanicolaou dapat digunakan secara rutin untuk nsr-
Pemeriksaan Fisik deteksi TV pada wanita yang asimtomatik. Sensitivitas danrn
spesifisitas dideteksi dengan pewarnaan papanicolaou
Pada wanita o/o.1 1'13'18
di laporka n 65% dan 95-97
Pada pemeriksaan fisik dapat dijump ai' 1,2,3,s,7
. Tampak duh tubuh vagina yang purulen Biakan. Biakan merupakan baku emas untuk diagnosb
. Eritema pada vulva atau vagina. infeksi TV. Biakan mikroorganisme dilakukan dalammr
medium diomond.23
. Colpitis macularis atau strowberry cervkyang tampak
berupa lesi bercak-bercak makula eritema yang difus Pemeriksaan diagnostik cepal (ropid test). Saat ldi
atau terlokalisir pada serviks. Tanpa kolposkopi tanda tersedia ropid test untuk mendeteksi TV pata waniq
yang spesifik tersebut terlihat hanya sekitar 1-2% namun belum ada untuk laki-laki. Terdapat 2 jemh
kasus. Dengan kolposkopi , colpitis macularis tampak pemeriksaan ropid test yaitu The Affirm VPlll MicM
lebih dari 45% kasus. yang menggunakan probe oligonukleotida dan Th
. Nyeri abdomen bagian bawah (<10% kasus). Bila OSOM trichomonos Ropid test yang merupakan tes ffii
terjadi nyeri abdomen bagian bawah, perlu dipikirkan i m mu nokromatografi.l 1,17

Seruitivttas{9i6) Spesifisitas (%) Kelemahan Keuntungan


Sediaan basah , 50 -'70' 100 Perlu organisme viabel, perlu mikroskopis Murah dan
mikroskopik , "' yang terampil n
'Rapid $st: OSAM 83,= 90 99',100., Positif pa[su dari oirganisme yang rnati; Cepa!,.dan
Trichomanas Rapid mahal rnemakainya
test
The Affirm VPlll 80-90 95,"r,.','
Microbia{ test,
'Biakar'den$ah '
7s-85 100 Hasil sekitar 2-7 hari. Peilu mikroskopis yang Baku emas
'medium'diamond terampil, beipotensi terkontaminasi balderiat,
PCR' ',, ' :' ' '88.97 98-99 Biaya mahal, ketersediaan terbatas, sensiti- Bermanfaat
vitas dan spesifisitas bervariasi tergantung sulit, m€
spesimen yang dipakai' biakan
IMMONIASIS
825

tcleic acid amplification fest (NAAT). Metode NAAT, diperlukan bila asimtomatik setelah pengobatan atau
ryfti polymerose chain reaction (PCR) menjadi alternatif sejak awal asimtomatik dan telah mendapat pengobatan
,dailam mendiagnosis infeksi TV karena rendahnya yang adekuat.lT-le Kegagalan pengobatan didefinisikan
mnsitivitas preparat basah dan terbatasnya ketersediaan bila dengan pengobatan baku tidak memberikan respons
rmmdium biakan.ll,lTSpesimen usapan vagina lebih sensitif yaitu masih ada gejala dan tanda klinis serta ditemukan
umntuk pemeriksaan PCR dibandingkan dengan urin.11 TV pada pemeriksaan mikroskopis dan/atau biakan.2o
Seoangkan pada laki-laki, spesimen urin lebih sensitif Beberapa kemungkinan penyebab kegagalan adalah
'dibandingkan usapan uretra.l2 ketidakpatuhan minum obat, reinfeksi, dan resistansi
terhadap metronidazol. Ketidakpatuhan minum obat
disingkirkan bila pengobatan memakai regimen dosis
,EHATALAKSANAAN tunggal, sedangkan reinfeksi disingkirkan bila pasangan
seksualjuga sudah diobati secara bersamaan. Bila kedua
lkrapi pilihan untuk trikomoniasis adalah obat golon- penyebab diatas telah disingkirkan, maka kemungkinan
qan nitroimidazole (metronidazol, tinidazol, ornidazole, terjadi resistansi terhadap metronidazol sehingga perlu
wnidazole, dan nimorazole). Centre for Disease Control dilakukan uji resistansi dan kepekaan. Resistansi TV
,M prevention (CDC) merekomendasikan metronidazol terhadap metronidazol diperkirakan terjadi antara 2,5-
dan tinidazol untuk pengobatan trikomoniasis. Algoritme 5o/o.17{s
pengobatan trikomoniasis dapat dilihat pada gambar 1. Trikomoniasis refrakter didefinisikan bila terjadi
Efektivitas terapi metronidazol dilaporkan sekitar kegagalan pengobatan dengan pengobatan baku 2
ffi5-95%, sedangkan tinidazol 86-'100%.18 FoLLow up tidak kali berturut-turut. Pada infeksi refrakter diperlukan

Pengobatan dengan salah satu dari

Metronidazole 2 gr PO dosis tunggal Tinidazole 2 gr PO dosis tunggal

Tinidazole 2 gr PO dosis tunggal

Metronidazole 500 mg PO
2 kali sehari selama 7 hari

Metronidazole atau Tinidazole 2 gr PO setiap hari


selama 5 hari

Lakukan test kepekaan Metronidazole pada isolat

Gambar 1. Algoritme pengobatan trikomoniasis. 17


826 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

peningkatan dosis metronidazol (dua kali lipat dosis lengkap karena tingginya angka proporsi rekuren dan
biasa) dan lama pemberian yang lebih panjang. Efektivitas infeksi persisten. 18 Dilaporkan angka infeksi berulang
pengobatan dengan dosis lebih tinggi dan lama dilaporkan setelah 1 bulan pengobatan lengkap dengan metronidazol
sekitar 80yo.1s Pemberian metronidazol dosis tinggi 2 gram dosis tunggal per oral adalah 18.3o/o, yang
dan lama akan meningkatkan risiko efek samping yang disebabkan oleh kemungkinan reinfeksi (27%), infeksi
meliputi mual, muntah, nyeri kepala, rash, mulut kering, dari pasangan seks yang baru (18%), dan kegagalan
dan rasa kecap metalik. Efek samping yang berat dapat pengobatan (55o/o).21

terjadi eosinofilia, leukopenia, palpitasi, bingung, dan


neuropati perifer. 17'1e
Untuk menghindari efek toksik dosis tinggi peroral, KOMPL!KASI
metronidazol dapat diberikan secara intravena atau
kombinasi sediaan oral dan vaginal supositoria.le Dosis Pada wanita bisa terjadi komplikasi adneksitis, piosalping,
tinggi yang disarankan adalah Metronidazol 800 mg 3 endometritis, erosi serviks, bayi berat badan lahir
kali sehari selama 7 hari (efektivitas diperkirakan 70o/o), rendah, dan infertilitas, sedangkan pada laki-laki bisa
atau kombinasi metronidazol400 mg 3 kali sehari dengan terjadi komplikasi uretritis non-gonokokus, prostatitis,
metronidazol 500 mg pervaginal setiap hari dan amoksilin balanoposthitis, epididymitis, penyakit striktur uretral
atau eritromisin selama 7 hari (efektivitas diperkirakan dan infertilitas.6
60%). Obat alternatif lain yang bisa digunakan adalah Trikomoniasis dilaporkan meningkatkan risiko ter-
paramomisin sulfat cream 250 mg setiap malam selama i nfeksi H lV sebesar 1 .52 (95o/" Cl 1 .04-2.24) kal i.1a Beberap
7 -14 hari (efektivitas diperkirakan 30yo).20 mekanisme yang diperkirakan meningkatnya risiko ter
infeksi HIV pada individu dengan infeksi TV adalah: lrilr
infeksi TV asimtomatik yang lama, 2) TV menyebabkan
PENATALAKSANAAN PADA KONDISI KHUSUS mikrolesi pada epitel genitalyang memudahkan masuknye
HIV ke dalam sirkulasi, 3) TV'menyebabkan peningkatam
Alergi, lntoleran, dan Efek Samping sel-sel radang yang merupakan sel sasaran infeksi Hffi
Pasien yang rylengalami alergi terhadap derivat seperti misalnya CD4 sel limfosit T dan makrofag {g
nitroimidazole dapat ditatalaksana dengan melakukan TV menghambat produksi secretory leucocyte prot@
desensitasi metronidazol. Pengobatan topikal dengan inhibitor yang berperan menghambat perlekatan H{M
obat-obat selain nitroimidazol dapat diberikan, akan tetapi pada sel.14,1s

angka kesembuhannya lebih rendah (<50%).18

Kehamilan PENCEGAHAN
Trikomoniasis sangat berkaitan dengan keluaran kehamilan,
seperti ketuban pecah dini, persalinan prematul dan Pencegahan yang efektif adalah menghindari ltontak
bayi berat badan lahir rendah. Manfaat pengobatan yang tidak sehat dan pemakaian kondom secara benar
trikomoniasis pada kehamilan dapat mengurangi keluhan konsisten. Aktivitas seksual dihentikan sementara
duh tubuh vagina pada wanita hamil, mencegah infeksi orang dengan trikomoniasis mendapat peng-
saluran nafas dan genital pada bayi baru lahi[ serta lengkap dan menjadi asimtomatik. Reinfeksi dapat
mencegah penyakit menular seksual lainnya. dengan memberikan pengobatan yang lengkap pada
Obat pilihan adalah metronidazol2 gram dosis tunggal yang sama pada pasangan seksualnya.ls
yang dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan,
sedangkan keamanan tinidazol untukwanita hamil sampai
saat ini belum dievaluasi. Pada wanita menyusui yang PROGNOSIS
mendapat metronidazol, aktivitas menyusui sementara
dihentikan selama terapi sampai 12-24 jam setelah dosis Prognosis baik. Angka kesembuhan dengan
terakhir. Pada pemakaian tinidazol, aktivitas menyusui adalah 90-95% dan tinidazol 86-100%. 18

sementara dihentikan selama terapi sampai 3 hari setelah dilaporkan sekitar 30%.1

dosis terakhir. ls

lnfeksi HIV REFERENS!


Pada koinfeksi HIV dengan TV disarankan memakai
Schwebke |R. Trichomonas vaginalis. In: Mandell CL
metronidazol 500 mg peroral 2 kali sehari selama 7 hari.
]E, Dolin R, ed. Mandell, Douglas, and Bennett s.
Perlu dilakukan skrining ulang 3 bulan setelah terapi and Practice of Infectious Diseases.Tfr ed.
I-oMoNtAStS
827

Churchill Livingstone Elsevier. 2010. h. 3535-32.


" :chwebkelR, Burgess D. Trichomoniasis. ClinMicrobiol Rev
fra)79):794-803.
3 S*vgard H, SenaAC, Hobbs MM, CohenMS. Trichomoniasis:
clinical manifestation, diagnosis and management. Sex
Transm Infect 2004; 80:97-9.
4" \'an Der Pol B, William ]A, Orr Dp, Batteiger BE, Fortenberry
D. Prevalence, incidence, natural history, and responsl
to treatment of Trichomonias vaginalis infection among
adolescent women. JID. 2008;T92:203943.
5 l\iilkerson RG, Sinert RH, Friedman BW, Briilman lc. Trichomoniasis
in Emergency Medicine [Internet]. [Updated: MarcJn 4, 2011,;
cited 2011 Apr 21. Available from: http:/emedicine.medscape.
torl/ afiicle/787722.
m, Srnith DS, Ramos N. Trichomoniasis [Intemet].
[Updated:
_Ianuary S, 2010; cited 2011 Apr 21. Available tromihttp/ /
emedicine.medscape.com/article
- Sobel ID. Trichomoniasis vaginalis/ 230617.[Internet]. [Last updated
\lay 24, 2011.; cited 2011, Apr 21. Avialable from : hfip:/ j www.
_ uptodate.com/contents/trichomonas-vaginalis.
^1, Santoso IlvI, Saraswati Dewi AAI, Wiraguia AAGp. Vaginitis
foi Dermato-Venerology Clinic of Sanglah Hospital Denlasar
{}anuari 2004 - Desember 2008). In: Buku Makalah Lengiap I.
Pertemuan Ilmiah Tahunan X perhimpunan Dokter Spesiilis
Kulit dan Kelamin Indonesia .2009. i.Z1-4.
ai KriegerJN, ]enny C, Siegel N, Springwater & Critchlow CW,
Flolmes KK. Clinical manifestations of trichomoniasis in men.
,{nnals of Intemal Medicine 1993;1LB (11):544-49.
mn -l{eebaiu A, Morenikeji OA. Cytoadherence and pathogenesis
vaginalis. Scientific Research and Essa:y 2008;
9j Jiglolonas
3(4):132-8.
111." Hobbs MIyI, Sena AC. Methods for detection o{ trichomonas
saginalis. European Urological Review 2007 :39-4L.
E Hobbs MM, Lapple DM, Lawing LF, et al. Methods for
detection of trichomonas vaginalii in the male partners of
infected women: implication for control trichomoniasis.
J
Clin Microbiol 2006; M (11):399a-99.
,U$ Pattullo L, Griffeth S, Ding L, et al. Stepwise Diagnosis of
Trichomoniasis vaginalis InJection in Adolescent Women.
J
Clin Microbiol 2009 ;47 (I): Z9-41,.
U4" McClelland RS, Sangare L, Hassan WM, et al. Infection with
Irichomonas vaginalis increases the risk of HIV-1 Acquisition.
ID 2007;195:698-702.
lil5, Lazenby GW. Trichomonas vaginalis screening and
prevention in order to impact the HfV pandemic: Isnit it time
\r,e take this inJection seriously? Infectious Disease Reports
2JJL1;3:12-14.
llh. $rafir SC, Sorvillo FJ, Smith L. Current Issues and Consideration
Regarding Trichomoniasis and Human immunodeficiency
Virus in African-Americans. Clin Microbiol Rev 2009;
22(1):37-45.
11i. lVendel KA, Workowski KA. Trichomoniasis: Challenges to
Appropiate Management. CID 2007 ; M:5I,23-129.
I&" Centre for Disease Control and prevention. Sexually
Transmitted Diseases Treatment Guidelines 2010: Disease
Characterized by Vaginal Discharge. Trichomoniasis. MMWR
[Internet]. Available fuom: htip: / /www.cdc.gov/std/
treatment/ 20L 0/ std-treatment -2010 -rr5912.p dt
U!9. Cudmore SL, Delgaty K! Hay,ward-McClelland SF, petrin
Dp,
Carber GF. Treatment of Infections Caused by Metronidazole_
Resistant Trichomonas vaginalis. Clin Miciobiol Rev 2004
17 @):783-93.
3tr[.. Das S, Huengsberg M, Shahmanesh M. Treatment fai]ure
of vaginal trichomoniasis in clinical practice. International
ioumal of STD & AIDS 2005;16:284-6.
Ui Kissinger P, Secor WE, Leichiter IS, et al. Early repeated
Infections with Trichomoniasis vaginalis among FllV-positive
and HlV-negative women. CID 2008; 46:994-9.
LL3
GRANULOMA INGUINALE (DONOVANOSIS)
Rizka Humardewayanti Asdie Nugroho, Harakati Wangi

PENDAHULUAN dan lnggris. Donovan mendeskripsikan agen penyebafo


pada tahun 1895 berupa mikroorganisme intraselulrnr
Donovanosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun, berukuran 1,5 x 0,7pm di dalam makrofag dan scll
progresif dan cenderung menular yang menyerang kulit epitel stratum malphii dari ulkus di mulut, dan tahu,rmr
dan mukosa area genital dan perigenital. Meskipun 1926 Goldzeiher dan Peck menyebut mirkoorganismrre
donovanosis ini merupakan suatu kondisi yang dapat intraselular tersebut sebagai badan Donovan. Punt danr
disembuhkan dengan antibiotika, penyakit ini dikaitkan Grenblatt tahun 1937 mendeskripsikan patognomonikCll
dengan morbiditas dan mortalitas yang bermakna karena granuloma inguinale yang terdiri dari sel mononuH'sm
penderita sering kali terlambat dalam mencari pengobatan, besar yang berisi kista intrasitoplasmik yang difli
ataupun karena klinisi yang kurang pengalaman dalam dalamnya mengandung badan-badan Donovan yamryr
mendiagnosis penyakit ini dengan manifestasi klinis yang tercat. Kesulitan membiakkan kuman ini menyebabftal
tidak biasa (bentuk diseminata dari donovanosis) maupun kuman penyebab penyakit ini menjadi perdebatamu"
karena penderita menolak dilakukan pemeriksaan pelvis. Aragao dan Vianna mengklaim dapat mengkultursuil
bakteri pleomorfik dari lesi ulkus dan mengidentffirlnfi
sebagai Colymmatobocterium- gronulomotis. Pund
DEFINISI Greenblatt dengan menggunakan metode
Donovanosis adalah suatu penyakit infeksi bakteri hemotoxylin-eosin dan metode pewarqaan
Gram negatif yang menahun, progresif dan destruktif silver-impregmentotion mendeskripikan sebagai
yang di-sebabkan oleh kuman Colymmatobocterium mononuklir berdiameter 25-90 pm mengandung ti
gronulomotis. Donovanosis dikenal pula sebagai ulkus intrasitoplasma yang berisi suatu badan yang
sepinious selangkangan, lupoid dari ulkus selangkangan, yang patognomonik untuk donovanosis. Bila kish
ulkus granuloma kemaluan, granuloma inguinale tropik, ruptur, akan mengeluarkan organisme yang i
granuloma venereum genitoinguinale, granuloma infektit Sehgal dkk mendeskripsikan badan Donovanosis i
granuloma ulseratif sklerosis, tetapi lebih sering dikenal dan ekstraselular dengan morfologi yang berbeda
sebagai granuloma inguinale atau granuloma venereum. coccu s, cocco bo sile r, dan b o sile r.

Pada jaman dahulu penyakit ini sering dibingungkan antara


granuloma inguinale dengan lymphogranuloma. Marmel
dan Santora merekomendasikan nama donovanosis EPIDEMIOLOGI
sebagai nama penyakit ini.
Penyakit ini pertama kali dideskiipsikan oleh Pada era pra antibiotika, donovanosis ditemukan
seorang Profesor Bedah, Mcleod pada tahun 1892 di len di lokasi geografi yang berbeda. Rajam dan
Madras lndia sebagai serpiginous ulceration dengan menyebutkan bahwa penyakit ini terdistribusi di
pembentukan jaringan sikatrik yang tidak sempurna hemisfer dan endemik di daerah China Tenggara
yang melibatkan jaringan skrotum dan penis pada laki- timur, Australia barat, dan beberapa negara di
laki dan elephantiasis sepanjang klitoris dan labia pada Tengah, Selatan dan Utara, serta lndia Barat- Di
wanita. Kasus yang lain dilaporkan di Guinea lnggris Greeblatt memperki ra kan prevalensi donovanosb

828
I cnANULoMA TNGUTNALE (DoNovANosrs)
829

I
I secara sporadik di negara-negara berkembang, di papua,
TRANSMISI

%pua Nugini, Afrika Selatan-Kwazulu-Natal, dan Transvaal


I -rnur, bagian lndia dan Brazil, dan komunitas aborigin di
Meskipun donovanosis ini dikaitkan dengan penyakit
f menular seksual terutama mengenai area genital, lesi ini
,qustralia. Epidemi besar tercatat di papua Nugini yaitu tidak hanya ditransmisikan secara seksual tetapi dapat
I l).000 kasus dari 15.000 penduduk selama 1gZ2-1gSZ,
I pula ditularkan secara autoinokulasi dan kontaminasi
I rdangkan epidemi kecil sekitar 20 kasus dilaporkan di fekal kulit yang mengalami abrasi. Donovanosis dikaitkan
dengan penyakit menular seksual dikarena adanya riwayat
^^L'"i11',::[]lli;**,
I donovanosis ini terjadi pada
usia dekade 3, 70o/o kasus terjadi pada usia 20-40 tahun.
kontak seksual sebelum munculnya lesi. lnsidensnya
I meningkat pada kelompok usia seksual aktif, lesi di anal
Beberapa peneliti mengatakan angka donovanosis pada pada kelompok homoseksual yang melakukan hubungan
I
aki-laki dan perempuan berbeda, ada yang melaporkan
I banyak ditemukan pada laki-laki daripada pada perempuan
seksual secara anal, predominan infeksi di genital, sering
I ditemukan pada penderita dengan penyakit menular
iengan rasio 0,13:1), tetapi ada yang melaporkan banyak
I. seksual, dan kenaikan kejadian pada pekerja seksual
I diemukan pada perempuan (dengan rasio 7:1). perbedaan tertentu. Meskipun demikian, lesi ini ternyata dapat terjadi
ni mungkin disebabkan adanya perbedaan proses seleksi
I pada anak-anak dan pada usia dimana aktivitas seksual
sudah tidak aktif lagi dan ditemukan lesi primer tidak di
daerah genital. Transmisi pada anak dapat terjadi selama
proses persalinan pervaginam ataupun duduk di atas
individu yang terinfeksi.

!I il=.--:-:::,,"",,an sme Kebse a


granulomatis, yang sebelumnya disebut dengan MANIFESTASI KLINIS
I Colymmotobocterium granulomotis, merupakan bakteri
I @eomorfik Gram negatif, obligat intraselulat tidak Masa inkubasi tidak dapat ditentukan. Sehgal dan prasad
berspora, immobile, berkapsul pada bentuk matur, dan
I ltrdak menemukan masa inkubasinya sekitar 17 hari (rentang
berkapsul pada bentuk imaturnya, berbentuk ovoid
I 1-360 hari). Pada percobaan yang dilakukan pada manusia,
I *, bentuk bean dengan ukuran bervariasi, panjang lesi donovanosis terjadi setelah 50 hari diinokulasi dan
I-1,5 pm dan ketebalan 0,5- 0,7pm. pada pengecatan
I manifestasi penyakit dimulai dengan adanya nodul sub-
I Fremsa memiliki inklusi kromatin biru pada masing- kutan atau papul, yang kemudian berkembang menjadi
I m,nasing kutubnya yang memberikan gambaran khas ulkus pada tempat inokula5i. Bakteri bermultiplikasi
I sebakai "closed safety pin" appeoronce. Mikroskop elektron
memperlihatkan struktur dinding sel tiga lapis yang
dan melalui aliran limfe ke kelenjar getah bening. LIIkus
I kemudian meluas secara perlahan iepanjahg lipatan
! mrdiri dari membran luaq lapisan tengah berupa lapisan
roaC dan membran dalam, yang diperkirakan sebagai
genetalia dan menyebar secara langsurfg atau secara
I ilaosulnya. autoinokulasi ke area yang berdekatan. Pada kelenjprgetah
Sitoplasmanya mengandung materi yang padat
I bening bakteri ini menyebabkan relatif sedikit perubahan
E-"utama bagian perifer. Tidak terbukti mempunyai pili
tr patologi, tetapi bermigrasi ke permukaan kulit menimbul-
I S-nbria) atau flagel. kan abses, yang disebut pseudobubo, yang jika pecah
eatogen ini dikaitkan dengan genus Klebsiella karena menyebabkan ulkus di regio inguinal. Lesi dapat pula
J
secara fenotip dan antigeniknya bereaksi silang dan
I terjadi di vagina, leher rahim/serviks (menyerupai kanker
I hemiripannya dengan lesi rinoskleroma (penyakit ulkus
,menahun yang mendestruksi hidung, disebabkan
leher rahim), anus, tuba fallopii, ovarium, epididymis, kolon
I ffirrrnosc/erornof6), oleh K. dan kandung kemih. Sembilan puluh persen kasus terjadi
I tetapi bukti filogenetiknya menunjukkan di daerah genital, 10% kasus di regio inguinal. Tempat
I hahwa bakteri ini seharusnya diklasifikasikan ulang sebagai
{icbsieLla gronulomatk comb nov. Dikeluarkan dari genus
infeksi pada laki-laki adalah di preputium, sulkus koronal,
] freneum dan glans penis, serta area perianal sedang
I ffebsiella. Kharsany melakukan analisis filogenetik C. pada wanita di daerah labia minora dan fourchette; 60/o
Wnulomatis berdasar pada sekuensing gene l6SrRNA
I rnenemukan kasus lesi terjadi di ekstra genital, termasuk di bibia gusi,
I bahwa strain memiliki kemiripan dengan pipi, palatum, faring, leher; hidung, laring, dan dada. Lesi
| $enus Klebsiella dan Enterobacter berturut-turut ekstragenital ini biasanya dikaitkan dengan primernya di
;ebesar 95o/o dan 942o. Mereka menyimpulkan bahwa
| area genital. Bentuk diseminata dari donovanosis jarang
I a granulomotis merupakan spesies yang unik yang ditemukan. Penyebaran sekunder ke liver dan tulang dapat
aerbeda dengan organisme lain yang termasuk subkelas terjadi dan dikaitkan dengan lesi servikal serta kehamilan,
bcteobocterio.
karena pada kehamilan perjalanan donovanosis menjadi
830 PENYAKIT AKlBAT HUBUNGAN SEKSUAL

lebih agresif. Keterlibatan aliran limfe dapat menyebabkan Terakhir yaitu tipe sklerotik atau tipe sikatrik, merupa(:-
limfedema dan elefantiasis dapat terjadi pada stadium tipe donovanosis yang jarang ditemukan ditandai deng:-
akhir. Komplikasi lainnya termasuk stenosis uretra, anal dan pembentukan jaringan fibrotik yang berlebihan. Pada r :e
vagina, sedang donovanosis oral dapat terjadi perlekatan ini badan donovanosis jarang ditemukan.
antara gusi dan pipi dan menyebabkan mikrostomia dan Tidak ditemukan gejala sistemik pada infeks :
kesulitan membuka mulut. Poliartritis dan osteomielitis granulomotosrs ini. Tanda yang mungkin dapat ditemr,*:'
merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. adalah perdarahan atau adanya discharge dari vag -,a
Terdapat empat tipe lesi yang pernah dilaporkan yaitu hematoskezia, hematuria, penyakit inflamasi pelvis, :-"
tipe ulserogranulomatosa, merupakan lesi yang sering massa di daerah pelvis. lnfeksi sekunder oleh kr,-:"
ditemukan, Iesi berupa ulkus tunggal atau multipel yang anaerob akan menyebabkan nyeri dan dischorge '"2-t:
berwarna merah seperti warna daging, dengan batas berbau busuk.
tegas, tidak nyeri dengan jaringan granulasi yang profus
sehingga mudah berdarah bila dipegang. Tipe berikutnya
yaitu tipe hipertrofik atau tipe verukosa dengan tipe ulkus DIAGNOSIS
yang agak meninggi dan ireguleq kadang-kadang kering,
tipe nekrotik {phodegenic) merupakan lesi yang sering Meskipun penampakan Donovanosis di genital sa-,r
ditemukan pada penderita donovanosis yang sudah tipikal, Donovanosis seringkali tidak terdiagnosis. rr;a
Ianjut. Tipe ketiga yaitu lesi berupa ulkus dengan bau daerah endemik, diagnosis donovanosis genita , r.;
yang menusuk disebabkan karena jaringan yang rusak hanya didasarkan pada pengalaman akan membe'r.a'n
dan diperkirakan terjadi akibat adanya infeksi sekunderi positif palsu yang tinggi. Jika memungkinkan, diao-,rsru
sangat sulit mendeteksi badan Donovan pada tipe lesi ini. harus dibuat sebelum diberikan antibiotika. Jika s=:iri

Gambar 1. Donovanosis tipe ulserogranulomatosis (sumber: O' Gambar 2. Donovanosis tipe hipertrofik dengan te: ,,a18
Farrell, N., Donovanosis, Sex Transm lnfect 2002;78:452457) reguler (sumber: O' Farrell, N., Donovanosis, SexTrans* ruf,ll
2002;78:452457)

Gambar 3. Donovanosis bentuk verukcosa/hipertrofik di Gambar 4. Donovanosis tipe nekrotik yang menr=:.iisrlrttllml
daerah inguinal (sumber: Nigel O' Farrell, Donovanosis dalam destruksi jaringan(su mber: N igel O' Farrell, Donovancs : :arimt[ml

King K. Holmes, P. Frederick Sparli, Peter Piot, Judith N,W., King K. Holmes, P. Frederick Sparli, Peter Piot, Juc:- 'rr[r,fiIl,,

Lawrence Corey, Myron S. Cohen (editors). Sexual Transmitted Lawrence Corey, Myron S. Cohen (editors). SexualTra-.nMr
Disease,4th edition. 2008. Mc Graw Hill Company) Disease, 4th edition. 2008. Mc Graw Hill Company)
lCrl$uloMA TNGU tNALE (DONOVANOSTS) 83r

l{ldirnrn,is diduga donovanosis, maka harus dikonfirmasi Biopsi dan pemeriksaan histologis mungkin dibutuhkan
*:r-a laboratorium. Multipel swob harus dilakukan untuk untuk lesi yang kecil, kering, sklerotik atau nekrotik dengan
mmndeteksi organisme lain. Pemeriksaan mikroskopis secara superinfeksi yang berat. Pemeriksaan histologis ini akan
thmqsung merupakan pemeriksaan yang paling cepat dan memberikan hasil terbaik bila dilakukan dengan pengecatan
dilakukan. Pengecatan Giemsa dapat digunakan
tltlluudah Giemsa atau perak. Gambaran histologis memperlihatkan
urmm.k mengecat apusan jaringan yang diambil dengan adanya peradangan menahun dengan infiltrasi sel
ffiurE menggulingkan swab secara ringan sepanjang lesi plasma dan leukosit polimorfonuklir; sedangkan dermis
lM <emudian di atas kaca deck gloss. Pengecatan lain yang menunjukkan infiltrat selular yang padat dengan sejumlah
@at digunakan adalah Leishman atau Wright. Diagnosis besar sel plasma, dengan sedikit sel neutrofil polimorfonuklir
'fur'ovanosis ditegakkan dengan ditemukannya badan dan sangat sedikit sel limfosit, sel endotel membengkak,
,fomovan intraselular di dalam sel mononuklear yang besar dengan fibrosis dan edema dapat prominen pada beberapa
Fnmrta spesimen, baik dari jaringan maupun sampel biopsi pasien. Epidermis pada tepi ulkus seringkali menunjukkan
'pnrng diambil dari tempat lesi (Gambar 5). Pengecatan lain berbagai tingkatan hiperplasia, dari akanthosis ringan
'puttnE da pat d g u n a ka n adal ah D e lofie ld's h e m otoxy lin - e o s in,
i hingga hiperplasia pseudoepiteliomatosis.
ryyanole, dan RopiDiff (modifikasi Giemsa). Tidak ada pemeriksaan serologi yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis donovanosis saat ini. Teknik
immunofluoresen tidak langsung memiliki sensitivitas yang
tinggi untuk lesi yang sudah lanjut, tidak bisa digunakan
pada lesi awal, sedangkan PCR (polymerose choin reoction)
hanya digunakan untuk tujuan penelitian. lsolasi kuman C.
granulomatis sangat rumit, dan tidak rutin dikerjakan.

DIAGNOSIS BANDING

Donovanosis harus dibedakan dengan penyebab infeksi


atau noninfeksi ulkus genital, bubo dan elefantiasis genital,
seperti sifilis primeri kondilomata lata sifilis sekunderi
Ulkus genital Warts, ulkus herpes yang luas pada HIV
&nbar 5. Jaringan yang dicat dengan pengecatan Giemsa dan chancroid. Karsinoma skuamosa dan amebiasis mirip
rms-unjukkan badan-badan Donovan pada monosit, termasuk
urm intrasitoplasmik. (sumber: N O'Farrell, Donovanosis, -Sex dengan lesi Donovanosis tipe nekrotik.
liwsm I nfect 2002;7 8:452457) Perbedaan ulkus genitdi'dapat dilihat pada tabel 1.

Granuloma
ftrtrre Ctancroid : lymphograrlltloma
r
:
PrlmarySyphllis GenitalHerpes
lnguinale , , Venereum "l ,',,.'
hrubation period 3-7 days 2-4 weeks 2-7 days 1-4 weeks, 10-,14days , ' ,

lthmber of'lesions Usually 1-3' Usually1 Multiptre :. Single or multiple, Usuallyl: ' "'
furhal lesion Deep, defined or Defined ulcer Superficiai, Defined or irregular Papule,:postule;
lppearance , irregular ulcer grouped vesicles ulcer;hypertrophic . vesicle, or ulcer
or ulcerations or verrucous (transient)
Ease ,"11o11,r.9ray, Red, smooth; Red, smooth Red. beefy,rough,
'rough shiny usually friable
induration Soft Finn Finn None
ffiin Cornmon None Common* R.are Variable
. : ,:. r, :

lymph: Unilateral or
frqguinal Unilateral or Bilateral; tender* None; inguinal Unitateral
adenopathy bilateral; bilateral; swelling orbilateral; tender;
tender; may nontender; no may,suppurate
suppuration
Gonstitutional Rare Rare Common Rare 'Frequent'
symptoms
'Occurs more commonly in primary episodes of genital herpes than in recurrences.
s-lber : Sena et al., Sexually Transmitted and Urinary Tract lnfections in Richard L Guerrant, David H Walker; Peter F Weller. Tropical
r"rectious Diseases. Principlei, Pathogens & Practice.2nd ed., Vol.. 1. pp 1625)
832 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

PENATATAKSANAAN terjadi akibat destruksi dari limfatik. Donovanosis dapat


menyebar ke ekstragenital dan meningkatkan risiko
Penanganan yang optimal adalah diagnosis donovanosis terkena HlV. dan bila terjadi bersama maka dapat terjadi
dapat ditegakkan secara awal, sehngga terapi definitif lini ulkus yang persisten yang membutuhkan terapi antibiotika
pertama dan edukasi dapat diberikan sesegera mungkin. jangka panjang. Autoamputasi penis pernah dilaporkan
Pada keadaan dimana konfirmasi diagnostiktidak tersedia, pada laki-laki penderita HIV-2 dengan donovanosis
antibiotika direkomendasikan untuk ulkus genital yang
sering ditemukan. Antibiotika yang dapat mencakup sifilis
dan chancroid mungkin tidak bisa untuk donovanosis KONTROL DAN PENCEGAHAN
sehingga pada keadaan dimana konfirmasi diagnostik
tidak ada dan pada tempat tersebut donovanosis prevalen Oleh karena ulkus genital merupakan sarana untuf,
maka diberikan terapi definitif untuk Donovanosis secara transmisi HIV maka konseling dan edukasi pada penderita
presumptive. tidak boleh dilupakan. Higiene genital dengan membagiln
. WHO menganjurkan pemberian azitromisin 1 gram preputium. Semua pasangan yang berhubungan seksrdl
diikuti dengan 500 mg setiap hari hingga semua lesi dengan pasien donovanosis dalam jangka waktu 60
sembuh. Di Australia azitromisin diberikan 1 gram tiap hari sebelum muncul gejala harus diperiksa, tetapi tirt*
minggu selama 4-6 minggu atau 500 mg setiap hari selama perlu diterapi kecuali menunjukkan tanda dan gejah
'1 minggu sama efektifnya. Sedang CDC (The Centers donovanosis. Anak yahg lahir dari ibu yang menderih
for Diseose Control and Prevention) merekomendasikan donovanosis yang tidak diterapi harus mendapat trndi
azitromisin 1 gram tiap minggu sekurang-kurangnya profilaksis azitromisin 20 mg/kg BB selama 3 hari.
3 minggu atau sampai semua lesi sembuh. Antibiotika
lain yang dapat diberikan yaitu kotrimoksasol 160-800
mg 2 kali sehari, siprofloksasin 750 mg dua kali sehari, PROGNOSIS
doksisiklin 100 mg dua kali sehari dan antibiotika tersebut
harus diberikan selama 3 minggu atau semua lesi sembuh. Relaps dapat terjadi hingga 18 bulan setelah terapi rh
Gentamisin 1 mg/kg BB 3 kali sehari intramuskuler atau jika tidak diterapi lesi dapat berlanjut sampai bertahml
intravaskular dapat diberikan jika tidak ada respons tahun.
terhadap antibiotika sebelumnya. Antibiotika lain yang
juga terbukti efektif adalah setriakson, norfloksasin, dan
trovofloksasin. REFERENSI
Guideline Eropa juga merekomendasikan azitromisin
1 gram tiap minggu atau 500 mg tiap hari sebagai lini Fasoldt JJ, Satter EK. Granuloma inginaile. Available from
emedicine.medscape.com
pertama (grode B,level 1B), kotrimoksasol 160/800 mg Ferri FF. Ferri's Color Atlas and Text of Clinical Medicine-.
dua kali sehari (grode B, level llB), doksisiklin 100 mg dua Sauader.2009.
kali sehari (grode C,level lV). Eritromisin 500 mg empat kali Freinkel AL, DangorY, Koomhof FIJ, BallradRC. A
for granuloma ingu.inale. Genitourin Med 1992;
sehari direkomendasikan pada ibu hamil (grode C, level lV).
Hart CA, Rao SK. Donovanosis. J Med Microbiol 1999;
Gentamisin 1 mg/kg BB tiap 8 jam juga dapat diberikan Hart G. Donovanosis. Clinical InJectious Diseases 198;
pada kasus dengan respons terapi yang jelek lgrode C, 24-32.
level lll). Anak-anak dengan donovanosis harus mendapat Hart G. Donovanosis. In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL
Harrison's Injectious Diseases. McGraw Hill
azitromisin Z}mg/kg BBjangka pendek (grade C, level lV), 2010. p.576-8.
sedangkan anak yang lahir dari ibu dengan donovanosis Hammar L. The Dark Side to Donovanosis: Color, Clim&.
harus mendapat terapi profilaksis azitromisin 20 mglkg BB and Racism in American South Venereology.
Medical Humanities 1997 ; 48:29-56.
sekali sehari selama 3 hari (Grode C, level lV). Kibbi A, El-Shareef M. Granuloma Inguinale. In:
Goldsmith LA,Kalz SI, Gilcfuest BA, Paller AS,
Fitzpatick Dermatology in General Medicine. 7ft ed
Hill Medical Companies,2008. p. 1990-3
KOMPLIKASI
Kotra LP, Dixit P. Calymmatobacterium Granulomatis
Erma S], Bylund DB, ed. The Comprehensive Pl
Komplikasi yang paling serius adalah karsinoma, dilaporkan Reference. New York: Elsevier.
terjadi pada 0.25% penderita, termasuk d idalamnya O'Farrell N. Donovanosis, Sex Transm lnlecZjlZft:.
O' Farrell N. Donovanosis. hr: Holmes KK, Sparli PF, PidP-
adalah karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal.
N, Corey \4IL, Cohen MS, ed . Sexual Transmitted
Selain itu bila lesi menyembuh terjadi fibrosis sehingga ed. McGraw Hill Medical Company, 2008. p.7Al-7-
terbentuk striktur dan fimosis menyebabkan deformitas O' Farrell N. Donovanosis: an update. lnternational
& AIDS 2001; 12:423-7
dan mengganggu fungsinya. Elefantiasis genital dapat
,mrtoMA |NGU|NALE (DONOVANOSTS) 833

@f Farrell N. Calymmatobacterium granulomatis infection


(Donovanosis). Lr: Guerrant RL, Walker DlI, Weller PF, ed.
Iropical Infectious Diseases. Principles, Pathogens & Practice.
!S ed. Elsevier. p.345-8.
r@ Farrell N. Calymmatobacterium granulomatis infection
{Donovanosis). In: Holmes KK, Sparli PF, Piot P, }udith NW,
Corey I- Cohen MS, ed. Sexual Transmitted Disease. 4e ed.
N{c Graw Hill Company/ 2008. p. 345-8
t@r f,amell N, Moi H. European guideline for the management

of Donovanosis 2010. Intemationat Joumal of STD & AIDS


?s10;21:609-10.
Mms ]. Donovanosis (granuloma inguinale). Sex Transm lnfect
EIJ6;82.
l[flm RV Rangiah PN. Donovanosis (Granuloma Inguinale,
C,ranuloma Venereum). Geneva: World Health Organizatiorl
WTIO Monograph Series No 24.1954. p1,-72.
sn* AC Ronald A" Fox K Cohen M g Sexually Transmitted and
Urinary Tract Infections. In: Guerrant RL, Walker DlI, Weller
PF, ed. Tropical Infectious Diseases. Principles, Pathogens &
Practice. Td ed. p.1,6?5
h DE Piot P. Laboratory techniques in the investigation of
drancroid, lymphogranuloma venereurn and donovanosis.
Csritourin Me d 1992; 681303
moPXNF, de Souza E.IvI, BeldafW. Donovanosis, The Brazilian
loumal of Infectious Diseases 2ffi8;12 (6): 521-5.
LL4
HUMAN PAPILLOMA VIRUS (HPV)
Carta A. Gunawan

PENDAHULUAN dan HPV genital merupakan penyakit menular sekstgl,


yang paling umum.6-8 Prevalensi kondiloma akumina@
Humqn popillomo virus (HPV) merupakan virus yang atau onogenital worts pada populasi umum diperkirafoannr
tersebar luas dalam masyarakat dan menjadi penyebab 'l
%. Penelitian di Korea pada 672 mahasiswi dan 3ffiilll
infeksi/tumor pada kulit, mukosa, dan keganasan pada mahasiswa, menunjukkan HPV sebagai infeksi genftmdll
traktus genitalis.l'2 Pada tahun 1907 Ciuffo menyatakan didapatkan pada 38,8% mahasiswi dan 10,6% mahasLryfl
bahwa penyebab vvorts (kutil) adalah virus. Walaupun Penelitian di lndonesia pada 2,686 wanita berusia 1
sejak akhir abad ke-19 telah diketahui bahwa worts dapal tahun menunjukkan prevalensi HPV 11.4% dan terbany*
ditularkan dari satu orang ke orang lain, belakangan baru tipe 52, 16, 18, 39.10 Keempat tipe ini termasuk tipe
diketahui bahwa virus penyebab warts adalah HPV. Virus nsk (onkogenik).
ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, namun yang
paling menjadi perhatian saat ini adalah keganasan pada
genitalia, khususnya kanker serviks.l'3 VIROLOGI

Virus HPV termasuk f amili Papillomoviridoe,


EP!DEMIOLOG! virus yang tidak memiliki envelope, berdiameter 55
dan mengandung double-stronded circuloir DNA
lnfeksi HPV laten asimptomatis dan infeksi subklinis terdiri dari sekitar 7900 bose poirs.l'2 Genom virus
prevalensinya lebih besar daripada infeksi klinis dan fungsional terbagi menjadi 3 regio yaitu
individu dengan infeksi HPV di masa lalu merupakan upstreqm regulotory region (URR), regio awal (E1{flI
kelompok terbesar.l lnfeksi HPV pada kulit (cutoneous regio akhir (11 - L2). Protein E1 dan E2 mengontrol
worfs) dapat bermanifestasi sebagai common worts (71o/" dan transkripsi DNA. Protein E6 memfasilitasi
dari cutoneuous worts, banyak terdapat pada anak usia protein tumor supressor gene p53. HPV o
sekolah dengan prevalensi 4-20%), plantor worts (34o/o berkaitan dengan produksi gene E6 dan E7.1 1
dari cutaneous worts) banyak didapatkan pada remaja mengkode mayoritas protein kapsid yang meliputi
dan dewasa muda, flqt warts (4%) predominan pada anak- massa virion. Tipe HPV lebih ditentukan
anak.1,a Kelompok yang berisiko tinggi terken a cutoneous derajat homogenitas urutan asam nukleat dari
worts, antata lain penjagal, pengolah daging, dan serologi. Tipe HPV yang berbeda memiliki
pengolah ikan. Prevalensi infeksi HPV di dunia bervariasi urutan DNA pada regio L1 ORF (open reading
antara2To sampai 44%.1 Penelilian di Amerika Serikattahun subtipe memiliki kesamaan 90-98o/o. HPV termasuk
2003-2004 menunjukkan prevalensi HPV pada wanita 5 dari 18 genus Papillomoviridoe: alfa, beta,
14-59 tahun adalah 26,8%, dimana prevalensi tertinggi dan nu.1 Sedikitnya 130 tipe HPV telah dii
pada kelompok usia 20-24 tahun (44,8o/o), sedangkan 50 di antaranya ditularkan melalui hubungan sekr.rd-
pada kelompok usia '14-19 tahun24,5%.s Pada tahun 2004 ini bersifat host-specific dan berhubungan dengan
di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 20 juta kasus histopatologi yang berbeda. Terdapat korelasi errt
infeksi HPV genital pada kelompok usia 14-44 tahun genotipe dan fenotipe virus.

834
mAn PAPIIOMA VIRUS (HPV) 835

IIANSMtSt 7. Papillomovirus dapat menyebabkan kanker pada


hewan percoban seperti kelinci atau sapi.
ffiknularan cutaneous worts terjadi karena kontak erat 8. Faktor risiko alternatif untuk kanker serviks, seperti
ffirrrgan pasien dan adanya lesi minor pada tempat penggunaan kontrasepsi oral, paritas yang tinggi,
immkulasi. Anogenitol worts dilularkan lewat hubungan merokok, nutrisi (vitamin C, E, karotenoid, xonthophyt),
qlrqral.1,12,13 Pada anak-anak, genitol
worfs dapat terjadi imunosupresi, infeksi HSV-2 atau Chlamydi.o
fleena kontak ta ngan den gan lesi non-genit al.l Respiratory trachomotis tidak memiliki hubungan yang kuat
Nqillomotosis berulang pada anak-anak diduga terjadi seperti yang didapatkan pada HPV. Faktor-faktor
mlalui jalan lahir yang terinfeksi, sedangkan pada tersebut di atas mungkin berperan sebagai faktor
mi'mg dewasa melalui kontak oral-genital. Belum jelas sekundei sedangkan HPV adalah faktor primer.
mkah HPV dapat ditularkan lewat udara. Virus ini tahan 9 Penelitian klinis dengan vaksin HPV menunjukkan
thlnadap panas sehingga untuk sterilisasi instrumen yang bahwa imunisasi terhadap HPV tipe 6, 11, 16, 18
ltHrontaminasi harus digu nakan autoklaf. terbukti dapat melindungiterhadap infeksi dan men-
cegah penyakit (worts dan neoplosio introepitelial)
yang disebabkan oleh genotipe homolog, pada
lllBu NGAN ANTARA H PV DENGAN KEGANASAN serviks, vagina, vulva dan genitalia eksterna pria.
Berdasarkan kemampuan HPV menginduksi keganasan,
Mdam 30 tahun terakhir; berbagai penelitian epidemiologi terdapat 3 kelompok HPV yaitu: (1). risiko tinggi (tipe
drr biologi menunjukkan HPV adalah penyebab kanker pe 1 6, 1 8, 3 1,33,35,39,45,51,52,56,58,59; (2).
on kogen i k) : ti
qrmuik.1,14-17 Bukti
hubungan kausatif HPV dengan kanker kemungkinan risiko tinggi: tipe 26,53,66,68,73,82; (3). risiko
scrtrik adalah: renda h (ti pe non -on kogeni k): tipe 6, 1 1,40,42,43,44,54,61,
lll" Terdapat hubungan kuat antara HPV tipe onkogenik 70,72,81.14 Penelitian di Turki pada wanita dengan sitologi
risiko tinggi dengan kanker serviks (odds rotio 50 -1 00 serviks abnormal didapatkan HPV 16 (35%), HPV 6 (19o/o),
lali). Odds rotio HPV-16 untuk karsinoma sel skuamosa HPV 18 (87o).18 Penelitian di India pada wanita dengan
dan HPV-18 untuk adenokarsinoma, sangat tinggi yaitu kanker serviks jenis sel skuamous,87,8% didapatkan HPV
100-900. Pada sebuah survei yang mencakup banyak tipe tinggi dan yang terbanyak adalah HPV 16 (66,70/o),
negara di dunia, diketahui bahwa DNA HPV didapatkan HPV 18 (19,4o/o), HpV 33 (5,60/o), HpV 35 (5,60/o), HpV 45
pda99,7o/o sampel kanker serviks. (5,6o/"), dan HPV 52,58,59,72.1e Hasil ini kurang lebih sama
e Korelasi ini konsisten dalam berbagai penelitian yang dengan yang dilaporkan dari tempat lain di dunia.
dilakukan di negara yang berbeda dan populasi yang
berbeda.
L Hubungan ini bersifat spesifik, artinya dari 40 tipe HPV PATOGENESIS
yang berkorelasi dengan genital, hanya 15 tipe yang
onkogenik terhadap serviks. Sekitar 40 karsinoma Berbagai penel itian eksperimenta I menu nJu kkan u mum nya
wlva, vagina, dan penis berkaitan dengan HPV. cutoneous worts muncd dalam waktu 3-4 bulan setelah
d' Perkembangan kelainan serviks dan kanker serviks inokulasi, namun dapat lebih awal (6 minggu) atau sampai
didahului oleh infeksi HPV. Kebanyakan infeksi HPV 2 tahun. Masa inkubasi genitol worts kurang lebih sama.
bersifat sementara dan berlangsung rata-rata 13,5 Siklus replikasi virus dimulai saat partikel virus masuk
bulan (HPV risiko tinggi) dan 4,8 bulan (HPV risiko ke dalam stratum germinativum (basal). Pada saat sel basal
rendah). Namun demikian, pada 15-30o/o wanita berdiferensiasi dan menuju permukaan epitel, DNA HPV
dengan sitologi servikal normal, infeksi HPV risiko bereplikasi, transkripsi, dan partikel virus menyatu dengan
tinggi akan menyebabkan cervicol introepitheliol inti sel. Replikasi virus selanjutnya, bersamaan dengan
neoplosio (ClN) derajat 2 atau 3 dalam waktu 4 tahun proliferasi yang berlebihan semua lapisan epidermal
kemudian. Risiko infeksi HPV dan kanker serviks menyebabkan terjadinya akantosis, parakeratosis, dan
tergantung banyaknya partner seksual, umur saat hiperkefitosis. Pada tahap selanjutnya terbentuk papiloma.
pertama melakukan hubungan seksual, dan perilaku Epitel yang tampaknya normal mungkin mengandung
seksual suami. DNA HPV dan adanya DNA residu setelah terapi worts
5. Pada beberapa penelitian, didapatkan korelasi dapat menyebabkan rekurensi penyakit.r,z,zo
langsung anlara virol lood dan risiko kanker. Pada lesi jinak DNA virus terletak di luar kromosom
i6. Pada semua sel neoplastik pada pasien dengan pada nukleus sel terinfeksi, tetapi pada neoplasia dan
kanker serviks didapatkan DNA HPV. Gen E6 dan E7 kanke[ partikel virus terintegrasi dengan kromosom sel.
diekspresikan dengan kadar yang lebih tinggi pada lntegrasi virus menyebabkan kerusakan regio E2 yang
neoplasma dibandingkan dengan lesi jinak. berhubungan dengan timbulnya keganasan melalui
836 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUA

hambatan terhadap downregulation E6 dan E7 yang Cutaneous warts. Cutaneous worfs mencakup deep plontor
berinteraksi dengan gen p53. Proses patologis lain yang worts (verruco plontoris), common worts (verruco vulgoris)
disebabkan HPV adalah hipermetilasi virus dan DNA sel, dan flot warts (verruco plonae). Biasanya cutaneous worB
hambatan apoptosis dan aktivasi telomerase, instabilitas asimptomatik, namun dapat berdarah dan nyeri. Commut
kromosom, dan delesi (6p, 3p, 4p, 6q, 1p, 1 1q).1 warts biasanya didapatkan pada tangan, telapak tangar\
Respons imun hospes terhadap infeksi HPV tidak dan telapak kaki, sebagai papula hiperkeratotik, eksofitik
sepenuhnya dipahami. lnfeksi HPV lebih sering dijumpai dan kecoklatan. Plontar worts dapat disertai rasa nyeri
dan lebih berat pada pasien dengan imunodefisiensi yang hebat dan berdarah. Flat worts sering dijumpd
primer maupun sekunder.2l lnfeksi HIV meningkatkan pada anak-anak dengan lokasi pada wajah, leher; dada,
insidensi dan prevalensi genital worts dan CIN 4-40 kali permukaan fleksor lengan atas, dan tungkai. Pada anak-
lipat. Penelitian di Uganda pada 1.275 wanita berusia anak umumnya terjadi resolusi spontan dalam wakB
12-24 tahun, menunjukkan bahwa wanita dengan HIV 1-5 tahun dan jarang mengalami perubahan degeneraa'fi
memili ki prevalensi tinggi infeksi HPY (87,8o/o) da n infeksi menjadi ve r rucous co rcin oma.4
multipel HPV (64,6 ).22 Penelitian ini juga menunjukkan
Epide rmodysplasia verruciformis. S uatu kela i na n yang
bahwa wanita dengan infeksi HPV tipe 16 dan atau 18 juga
diturunkan secara autosomal resesif dan berhubungann
terinfeksi oleh HPV tipe risiko tinggi lain. Pasien dengan
dengan banyak tipe HPV (3,8,9,12,14,15,17). Lesi umumnp
terapi imunosupresan juga berisiko terkena infeksi HPV
menyeru pa ip ityr ia s is ve rsico lo r y ang menutu pi badan dem
yang berat. Pada wanita hamil (suatu keadaan dengan
ekstremitas superior. Lesi ini muncul pada dewasa mudh
imunosupresi relatif) risiko terinfeksi HPV meningkat dan
dan pada sepertiga pasien mengalami transfomasi menjd
dengan derajat yang berat.l
karsinoma sel skuamosa invasif, terutama pada area yaqg
Proliferasi sel yang diinduksi HPV berhubungan
terpapar sinar matahari.
dengan peningkatan migrasi leukosit dan angiogenesis
Anogenital razarfs. Lesi dapat berukuran dari beber"S-
sebagai akibat produksi berbagai sitokin dan kemokin,
milimeter sampai beberapa sentimeter. Pada pria lokasi &ii
termasuk TNF-cr, MCP-1, kemokin CCL27, VEGE IFN-o,
adalah kavitas preputium, batang penis, meatus urEilqi
IFN-8, IFN-y, CXCL10, dan TGF-B. Respons molekuler
anus, kadang-kadang didapatkan pada skrotum,
ini menunjukkan pentingnya sistem imun alamiah dan
dan pubis. Pada wanita, lesi didapatkan pada intrcxUe
adaptif dalam mengeliminasi virus.23 Pada tingkat histologi
posteriori labia mayora, labia minora, dan klitoris, j
didapatkan perubahan dalam kuantitas dan fungsi sel NK,
didapatkan pada perineum, vagina, anus, servik,
sel T helperi dan sel Langerhans. Respons imun humoral
uretra. Pada kehamilan, penyebaran HPV meningkat
dan selular terjadi setelah infeksi HPV namun korelasinya
kondiloma menjadi sangat besar sehingga
dengan pemeriksaan laboratorium tidak jelas. Antigen
persalinan pervaginam. Tiga pefempat kasus
virus yang terkuat adalah protein E7 dan 11. Antibodi anti-
warts tidak disertai keluhan. Keluhan yang sering
HPV cenderung menghilang bersamaan dengan resolusi
rasa gatal, nyeri seperti terbakar. Pada 10-20%
penyakit, namun dapat bertahan beberapa tahun pada
dapat terjadi remisi spontan tanpa peng-obatan
pasien asimptomatik.l,2'r
3 - 4 bulan. lnfeksi HPV pada genital dapat
Kemampuan infeksi HPV tetap bertahan dan ber-
spektrum neoplasia intraepitelial pada serviks, penil
kembang disebabkan oleh kemampuan protein E5, E6, dan
vulva, dan vagina (ClN, PlN, AlN, VlN, VAIN).
E7 menekan sistem imun pada berbagai level. Terdapat
CIN mengalami progresivitas menjadi kanker
hubungan antara HLA dengan risiko kanker serviks yang
adalah: CIN derajat 1: 1%, CIN derajat 2: 5o/o, dan
diinduksi HPV. Sebagai contoh, HLA kelas I alel A*0301 derajat 3: 12%. Pada wanita dengan HIV prevalensi
meningkatkan risiko, sedangkan B*1501 menurunkan pada anus 79% dan pada serviks 53%. Pada
risiko. HLA kelas ll alel DQBl*0310 merupakan faktor umum, riwayat onol warts meningkatkan risiko
risiko, sebaliknya DRBl*1 302 faktor protektif. Kombinasi
anus 10 kali lipat.l,2a
alel B* 4402-DRB1 *1 1 01 - DQB 1 *1 302 meni ngkatkan risi ko
10 kali lipat. Hasil ini membuktikan peran penting sel T Recurrent respiratory papillomotosis. Pada
helper dan sel T sitotoksik dalam perkembangan kanker berat, penyakit ini dapat menyebar ke trakea dan
genital yang berhubungan dengan HPV.1 menyebabkan obstruksi, infeksi, dan gagal napas
orang dewasa perjalanan penyakit umumnya lebih
daripada anak-anak. Lesi dapat mengalami tr
GAMBARAN KLINIS menjadi keganasan, terutama pada pasien yang
radioterapl atau lesi yang melibatkan paru.
Manifestasi klinis infeksi HPV tergantung lokasi lesi dan tn(eksi HPV lain<tr1a. Ora( squamo(s ce(
tipe virus.t,a,z+ dan orol condylomoto ocuminato merupakml
rllrirAN PAPTLOMA VTRUS (HPV)
837

uang berhubungan dengan HPV-6, HpV-11, dan HpV- HPV saat ini belum tersedia. Terapiyang dilakukan lebih
15. Lesi lain adalah verruca vulgaris oral. Lesi lain yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala
nerkaitan dengan HPV adalah focol epitheliol hyperplosio klinis. Modalitas terapi dewasa ini kebanyakan berdasarkan
pada rongga mulut (Heck3 disease), conjunctival HpV- pengalaman empiris dengan tujuan menghancurkan
teloted papillomo, periungal squomous cell corcinomo, lesi secara fisik atau kimia. Di masa akan datang
hsta dermoidt squomous cell corcinomo, dan bosal cell pendekatan terapi ditujukan pada target molekul virus
rsrcinomo pada kulit. dan imunomodulator.l

Cutoneous warts
Terapi yang paling banyak digunakan adalah asam salisilat
knyakit topikal, suatu bahan keratolitik yang efektif mengatasi
Tipa HPV :
common u/orfs (respons komplit mencapai 75o/o). Terapi
funtor warts 7iZ"' lain yang sama efektifnya dengan asam salisilat adalah
Colttmon wgrtS '12,4;7',
FWwarts 3,10 .'
krioterapi dengan nitrogen cair. lmikuimod, suatu
@td e r m odys p lq sis ve rr ucifq m is 3,8,9,12,14,15,17
imunomodulator yang disetujui FDA untuk terapi topikal
(ondiloma akuminata 6,11
(krim 5%), menghasilkan respons komplit dalam waktu
ltleopla sia intraepitel 16 minggu.26
Lowgrade , , :

High grade ' 16,18 Anogenitalwarts


Karsinoma serviks 16,X8 , :
Podofi lox (podophyllotoxin), suatu derivat podofilin, banyak
Mlrre nt respiratory popilla:ffiatosis 5.1 1,, ,
digunakan dal am terapi onogenitol warts.l Bahan ini diberikan
Fapibma dan karsinoma konjungtiva 6,11,16 dalam bentuk larutan 0,5% dioleskan pada lesi dua kali
sehari selama 3 hari berturut-turut setiap minggu selama 4
minggu, penyembuhan total 45-58%. Selain dalam bentuk
DIAGNOSIS larutan juga tersedia podofilox gel 0,5o/o. lmikuimod, suatu
imidazoqu inolineamine yang menginduki interferon-cr dan
]iegnosis warts biasanya berdasarkan gambaran klinis sitokin lain, memiliki efek antivirus dan antitumor; digunakan
dari pemeriksaan fisis, namun demikian banyak kelainan untuk terapi kondiloma akuminata dalam bentuk krim
ku:it yang menyerupai worts. Salah satu metode yang 5o/o tiga kali seminggu selama 8 minggu, menghasilkan
mgunakan mendiagnosis worts adalah kolposkopi yang respons komplit 37o/o.27 Bila diberikan sampai 16 minggu,
tiidahului pemberian larutan asam asetat 3-5% selama 3-5 penyembuhan bisa mencapai 50%. Suatu bahan lain,
renit yang memperlihatkan papul yang memutih karena poliphenon Eyang menga ndung cathecin green tea, memiliki
iiarJtan asetat.l Pada Papanicoloou smeor (pop smear), efek antivirus dan antikanker; disetujui FDA tahun 2008 dalam
adanya koilosit pada pemeriksaan sitologi merupakan bentuk salep 15%. Bahan ini digunakan tidak lebih dari 16
randa khas infeksi HPV. Sensitivitas pop smeor dalam minggu, efektifitasnya 58%. Asam trikloroasetat dalam larutan
mendeteksi infeksi HPV berkisar antara 30-90% tergantung 10-90o/o yang diberikan seminggu sekali dapat menghasilkan
Lrunrur pasien, lokasi, dan sifat alamiah infeksi HpV. Dewasa respons komplit 817o, namun bahan ini menyebabkan rasa
ni dengan adanya teknologi liquid-bosed collection, pada nyeri yang hebat dan dapat menimbulkan ulkus. Modalitas
=tu sampel dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan terapi lain adalah krioterapi dengan keberhasilan mencapai
DNA HPV. Common ontigen HPV dapat dideteksi dengan 50-80%. Metode elektrosurgikal (laser karbondioksida)
neroksidase-a nti peroksida se im m u n oche m ico I sta in in g menghasilkan respons komplit 8G-90o/o pada warfs genitalia
positif pada 50% lesi HPV). Dua tes DNA HPY, Hybrid Copture eksterna. Alternatif terapi lain adalah S-fluorourasil topikal,
l: dan Cervisto HPV HR and HPV|6/18 telah disetujui oleh i nterfero n i ntra lesi, da n cidofovi r gel.1'28,2s

FDA untuk lriase Pap smeor dan skrining primer kanker Pemberian highly active antiretrovirol theropy (HAART)
senviks bersamaan dengan pemeriksaan sitologi.2s Kultur pada winita dengan HlV, menunjukkan penurunan
u'rus tidak dilakukan sebagai metode diagnosis HpV. bermakna prevalensi dan insidensi infeksi HpV onkogenik,
Iemikian pula sampai saat ini pemeriksaan serologi untuk penurunan prevalensi, dan klirens yang lebih cepat HpV
mendiagnosis HPV tidak tersedia secara komersial. onkogenik pada squamous intraepitheliol lesion (SlL1.:0,:t

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN

Ebat yang efektif dan aman untuk penanganan infeksi Pada bulan Juni 2006 FDA menyetujui penggunaan vaksin
838 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUA

HPV untuk mencegah infeksi HPV dan kanker serviks.l'32 W. A longitudinal study cf genital human papillomavirus
infection in a cohort of closely followed adolescent womeru
Vaksin ini (Gordosil*, produksi MSD) dikembangkan j Infect Dis 2005;19L:182-92.
melalui teknologi rekombinan, berisi virus-like particle Shin HR, Franceschi I Vaccarella I Roh JW, ju YH, Oh
(VLP) yang dikloning dari L1 (gen virol capsid) dan jK. Prevalence and determinant of genital infection with
ditujukan terhadap HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 yang papillomavirus in female and male university students in
Busan, South Korea. J Infect Dis2004;190:468-76.
merupakan penyebab 80-90%genitalwarts(lipe 6, 11) dan Vet |N, de Boer MA, van den Akker BE, Siregar B, Lisnan'ati
70o/o kanker serviks (tipe 16, 181.r:-az Vaksin ini diberikan Budiningsih S. Prevalence of human papillomavirus in
secara intramuskular pada regio deltoid, pada bulan 0, 2, Indonesia: a population-based study in three regions. BrJ
Cancer 2008; 99:214-8.
6. Pada suatu penelitian yang melibatkan 17.000 wanita 11. Howie HL, Katzenellenbogen RA, Galloway Dr{
berusia 16-26 tahun, vaksin ini menunjukkan efektivitas Papillomavirus E6 protein. Virology 2009; 3M:32LM.
100% dalam mencegah CIN pada derajat apapun dalam 12. Woodman CB, Collins SI, Young LS. The natural historr d
pemantauan selama 3 tahun.38 Penelitianjuga menunjukkan human FIPV infection: rmresolved issue. Nature Rev Cars
2007;7:1-1,-22.
vaksin ini efektif untuk wanita 2445 tahun maupun pria 13. Hemandez BY Wilkens L& Zhu X. Transmission of humm
untuk mencegah genital warts. Advisory Committee papillomavirus in heterosexual couples. Emerg Infect Dlm
on lmmunizotion Proctice (ACIP) merekomendasikan 2008;14:888-94.
14. MunozN; Castellsaque X, deGonzales AB, Gissmannl lfll
pemberian vaksin HPV dimulai pada gadis berusia 11-12
in the etiology of human cancer. Vaccine 2006; 24: L-1O.
tahun. Tidak diperlukan pemeriksaan DNA HPV servikal, 15. Moscicki AB, Ellenberg jH, Vermund SH, Holland C,{*
sitologi, serta antibodi HPV sebelum vaksinasi dan tidak Darragh T, Nowick PA. Prevalence of and risk for cerri:{
human papillomavirus infection and squamous intraepithelil
diperlukan booster. Efek samping vaksinasi yang pernah
lesions in adolescent girls. Arch Pediatr Adolesc Med 2re
dilaporkan nyeri dan kemerahan pada tempat suntikan, 154:127-34.
sakit kepala, pusing, mual, muntah, diare, pruritus dan 16. Parkin DM, Bray F. Chapter 2 : the burden of FIPV-reid
rosh, mialgia, artralgia, demam. Vaksin HPV tidak boleh cancer. Vaccine 2006; 24: 31-1,25.
17. Bosch FX, Lorincz A, Munoz N. The causal relation behrsa
diberikan pada wanita hamil, namun boleh diberikan pada human papillomavirus and cervical cancer. J CIin PariMIfl
wa n ita me nyusu i. P asien im m u n o co m p ro m ised, term asu k 2002;55:2M-65.
pasien dengan infeksi HIV dapat diberikan vaksin HPV.3e 18. Dursun R Senger SS, Arslan H, Kuscu E, Ayhan A. Htm
papillomavirus (F{PV) prevalence and types amongTu*ihh
Saat ini di lndonesia tersedia 2 macam vaksin HPV yaitu
women at a gynecology outpatient unit. BMC Infrtllln
Gardosil'" (HPV tipe 6,11,16,18) dan Cervorix'" (HPY Diseases 2009;9: 191. Open access.
tipe 16,18, produksi GSK). Cervorx" diberikan secara L9, Sowjanya AP, Jain M, Poli UR, Padma S, Das IvL S{,
intramuskular dengan jadwal bulan 0,1,6.40 Karena 30% KV. Prevalence and distribution of high-risk humL
papillornavirus (HPV) types in invasive squamous onlf,l
kanker serviks tidak dapat dicegah dengan vaksin HPV, carcinoma of the cervix and in normal women in AnfuL
pemeriksaan Pop smear rutin tetap dianjurkan.l Pradeslu India. BMC Infectious Diseases 2005;5: 116. Opil
Pemakaian kondom dilaporkan dapat mengurangi access.
20. Hebner CIr{, Laimins LA. Human papillomaviruses : hiir
risiko infeksi HPV pada vulvovagina dan serviks.al
mechanism of pathogenesis and oncogenicity" Rev MedlM
2006;-16:83-97.
21,. Stanley M. knmune responses to human
Vaccine 2006; 24: 5L6-22.
REFERENSI
22. Banura C Francheschi I van Doorn LJ, Arsian A,
FW, Mbidde EK. Infection with human papillomavirm
L. Bonnez W, Reichman RC. Papillomaviruses. Mandell GL, HIV amongyoungwomen in Kampala, Uganda. ] Infto
Bennett |E, Dolin & Ed. Principles and Practice of Infectious 2008;197:555-62.
Diseases. 7th ed. Philadelphia : Churchill Livingstone Elsevier;
Einstein MH, Schiller JT, Viscidi RP. Clinician's
2010. p.2035-49. human papillomavirus immunology : knowns and
2. Bonnez W. Papillomavirus. In: Richman RD, Whitley Rj, Lancet Infect Dis 2009;9:347-56.
Hayden FG, Ed. Clinical Virology. 3rd ed. Washington DC : 24. Buck FIW Jr. Warts (genital). BMJ Clin Evid 2002 12 1-J@1,
American Society of Microbiology;2009. p. 603-M. 25. Gravitt PE, Coutlee F, Iftner T. New technologies in
J. Reichman RC. Human papillomavirus inJections. In : Kasper
cancer screening. Vaccine 2008; 26: K42-52.
DL, Braunwald E, Fauci A9 Hauser SL, Longo DL, |ameson 26. Gibbs 9 Harvey I, Sterling J. Local treatment for
IL, Ed. Harrisonls Principles of Intemal Medicine. 16th ed. warts : sydtematic review. BNII2002;325:461.
New York : McGraw-Hill;2005. p.1055-8. 27. Moore RA, Edwards JE, Hopwood ). Imiquimod for
4. Luk NM, Tang YM. Warts (non-genital). BM Clin Evid 2002 treatment of genital warts : a quantitative systematk
12:L-18. BMJ In{ect Dis 2001;L:3.
q
Dunne EF, Unger ER, Sternberg M. Prevalence of HPV 28. Snoeck R, Bossen M, Parent D. Phase II double blind
infection among females in the United States. JAMA 2007; controlled study of the safety and efficacy of cidovoft
297:813-9.
gel for the treatment of patients with human
6. Center for Disease Control and Prevention. Genital HPV infection. Clin Infect Dis 201L; 33: 597 -602.
infection-CDC fact sheet. CDC.2004. 29. Snoeck R. Papillomavirus and treatment. Antiviral
7. Trottier I{, Franco EL. The epidemiology of genital human 71:18L-9-1,.
papillomavirus infection. Vaccine 2006; 24: 3L-15, 30. Minkoff tI, Zhong,Y, Burk RD, Palefsky ]IvI, Xue )C\,,
8. Brown DR, Shew ML, Qadadri B, Neptune N, Vargas IvI, Tu
NAN PAPILOMA VIRUS (HPV)
839

H. lnfluence of adherent and effective antiretroviral therapy


use on human papillomavirus in_fection and squamous
intraepithelial lesions in human immunodeficiency virus-
positive women. I Infect Dis 2010;20L: 681,-90.
ML Heard I, Palefsky lld, Kazatchkine M. The impact of HIV
antiviral therapy on hurnan papillomavirus (FIPV) infections
and FlPV-related diseases. Antivir Ther 2004;9:13e.
u" Barr E, Sings HL. Prophylactic FlPVvaccine : new intervention
for cancer control. Vaccine 2008;26:6244-57.
frdh- Villa LL, Costa RL, Petta CA. Prophylactic quadrivalent FIpV
L1 virus like particle vaccine in young women. Lancet Oncol
2f[,5;6:271-8.
s* Bonnez W. Human papillomavirus vaccine-recent results and
future development. Currrent Opin Pharmac ol 2007 ; 7: L-8.
Koutsky LA, Ault KA, Wheeler CM, Brown D& Barr E,
Alvarez FB. A controlled trial of human papillomavirus type
16 vaccine. N Engl ] Med 2002:347:L645-5L.
ffi Markowitz LE, Dunne EF, Saraiya M. Quadrivalent human
papillomavirus vaccine : recommendation of the Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR
N7;56:1-24
il, Munoz N, Bosch FX, Castellsaque X. Against which human
papillomavirus types shall we vaccinate and screen ? The
intemational perspective. Int J Cancer 2004;111: 278-85.
m" Munoz N, Manalastas R |r, Pitisuttithum p. Safety,
immunogenicity, and efficacy of quadrivalent human
papillomavirus (types 6,11,,1,6,18) recombinant vaccine in
women aged'A,45 years: a randomized, double-blind trial.
Lancel 2009; 37 3 : 19 49 -57 .

Palefsky |M, Gillison ML, Srrickler HD. Chaper 16: HpV


vaccine in immunocompromised women and men. Vaccine
fr06; 24: S't 40-1.46.
.{!0. Keam SJ, Harper
DM. Human papillomavirus types 16
and 18 vaccine (recombinant-ASO4 adjuvanted, adsorbed)
(Cervarix). Drugs 2008; 68:359-72.
.sL Winer RL, Hughes
JP, Feng QIf O'Relly S, Kiviat NB,
Holmes KK. Condom use and the risk of genital human
papillomavirus infection in young women. N Engl I Med
N06;354: 2645-54.
115
URETRITIS NON. GONOKOKAL
Gatoet Ismanoe

PENDAHUTUAN ETIOLOGI

Uretritis merupakan inflamasi pada uretra, yang dapat Beberapa organisme dapat menyebabkan uretritb
disebabkan oleh infeksi maupun non-infeksi.l lnfeksi karena infeksi. Uretritis non-gonokokal terbanldh
yang menyebabkan uretritis terutama ditularkan melalui disebabkan oleh C. trochomatis (15-55% kasudfl[
hubungan seksual. Uretritis disebut non-gonokokal bila lJreoplasma ureolyticum dan Mycoplasmo genitolw
o/"
(1 0 -2Oo/o ka su s), Tr ich o m o n o s v a g in a lis (1 - 1 7
tidak didapatkan Nesserioe gonorrhoeoe.2
Gejala yang timbul dapat berupa duh yang mukopurulen virus Herpes Simpleks (2-3% kasus), Adenovirus (2
maupun purulen, disuria atau gatal pada uretra. lnfeksi kasus), selain itu N. meningitides, Candida sp. (<
bakteri yang asimtomatis sering pula terjadi. Diagnosis kasus).2, 3 Bakteri enterik juga diidentifikasi
uretritis dikonfirmasi dengan ditemukannya leukosit penyebab yang jarang dari uretritis non
polimorfonuklearyang dalam jumlah besar pada spesimen yang mungkin berhubungan dengan adanya
uretra, biasanya dengan apusan uretra maupun spesimen seksual melalui dubur.6
urin porsi awal (first poss urine specimen, FPU).
2'3 C. trochomotis adalah bakteri Gram negatif
Penyebab uretritis bermacam-macam. Selain C' intraselular, dengan bagiarr, infeksius yang
trochomatis, lJreoplasma urealyticum dan Mycoplasma dinding sel keras, dan dapat beradaptasi dengan
genitalium juga merupakan organisme yang sering ekstraselular. Bakteri ini menginfeksi terutama sel
menyebabkan uretritis. Bila peralatan diagnostik tidak kolumnar, yang secara aktif mengambil organl
memadai, penderita sebaiknya diterapi dengan regimen ini. Didalam sel inang, C. trochomotis kemudiryr
yang efektif untuk infeksi gonokokal maupun Chlomydio'1 deferensiasi hingga terbentuk inclusion body i
lnfeksi C. trachomafis pada pria dapat menimbulkan selular yang berisi ribuan organisme baru. Siklus
uretritis, epididimitis, dan prostatitis, sedangkan pada lengkap saat sel inang lisis dan melepaskan i
wanita dapat menyebabkan uretritis, servisitis dan body keluar. Beberapa serovar telah teride
salfingitis. Servisitis mukopurulen pada wanita sekitar 40 Serovar D - K berhubungan dengan infeksi u
% disebabkan oleh infeksi Chtomydio trochomatis. Pria dan sedangkan serovar L1-3 dihubungkan juga dengan
terutama wanita dengan infeksi C. trachomatis dapat tanpa Chlamydia lebih sering ditemukan pada
gejala, sehingga wanita lebih rentan terhadap komplikasi dengan usia lebih muda daripada M. genitolimn',
termasuk Petvic tnftommotory Diseose (PlD), kehamilan kedua organisme ini jarang ditemukan bersamaarn
ektopik, dan infertilitas.4 satu individu.3

DEFINISI EPIDEMIOLOGI

lnflamasi pada uretra yang disebabkan oleh infeksi, lnfeksi genital C. trochomafts tersebar di seluruft
ditandai dengan duh mukopurulen atau purulen dan rasa Wortd Heotth Organizotion (WHO) memperki
terbakar saat berkemih, serta tidak ditemukan adanya dari 89 juta kasus terjaditiap tahunnya' Di Amerika
gonokokus.s infeksi ini adalah kasus terbanyak dari semua
GTruTIS NON-GONOKOKAL PADA PRIA 841

imfeksi. Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 1,24 juta mukopurulen atau purulen, 2) ditemukan leukosit dari
hmrs oleh U.S. Centers for Diseose Control ond Prevention pemeriksaan mikroskopis urin, 3) hasil positif terhadap
ffiEDC1.t,7 lnsiden infeksi meningkat tiap tahun, dengan tes lekosit esterase pada urine fase awal.
mnita lebih banyak daripada pria, dimana wanita usia Bila tidak didapatkan duh dari meatus uretra, apusan
mrda adalah yang terbanyak. Kelompok usia terbanyak dengan kalsium alginate dapat dimasukkan 5 mm ke-
@a wanita adalah 15-24 tahun, sedangkan pada pria dalam uretra.e
&lah 20-24 tahun. Etnis American lndian/Alaska Natives Diagnosis uretritis harus dikonfirmasi dengan
&r Latin serta Afro-American lebih banyak daripada kulit ditemukannya lekosit PMN pada uretra dengan cara'.z'3,s
pfiih.1,6 a. Hapusan uretral dengan pewarnaan Gram atau
methylene-blue, mengandung > 5 leukosit PMN per
lapangan pandang besar (x1000)
iITOGENESIS
dan/atau
hogenesis penting dari infeksi C. trochomotk adalah (1) b. Spesimen porsi awal urin setelah sentrifugasi dengan
fiol[kel limfoid subepitelial dan, (2) Fibrosis dan jaringan pewarnaan Gram, mengandung >l0lekosit PMN per
marut dari membran mukosa. Fibrosis dan jaringan lapangan pandang besar (xl000)
Mut ini dapat berkembang dalam waktu bulan hingga Sensitivitas dari pemeriksaan tersebutjuga dipengaruhi
hertahun-tahu n, bahkan tanpa ditemu kannya organisme
oleh lama berkemih terakhir. Secara konvensional
Cfumydio dengan cara konvensional. Sistem imun inang
disebutkan 4jam adalah masa optimal untuk mendukung
&erperan penting dalam pathogenesis infeksi Chtomydia,
diagnosis pada pria dengan gejala, pada pria yang tidak
rta adanya Chlamydial heot shock protein (57kDa)yang menu nju kkan gejala awa I u retritis, d ianjurkan pemeriksaan
dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada hewan
ulang dengan urine tampung semalam.2,6
Smng pernah terinfeksi, yang mungkin juga terjadi pada
Chlomydio tidak tampak dengan pengecatan Gram.7
nnnanusia.7,8
NAATs, biakan sel, direct immunofluorescence, ElA, dan
lnfeksi genital terutama disebabkan oleh C. trochomotis
nucleic acid hybridizotion tests dapat digunakan untuk
eerovar D-K, dengan serovar yang tersering adalah D, E,
mendeteksi C. trochomotis dari spesimen apusan uretral
dan F. Adanya gen outer-membrone protein (ompl)
pada pria. lnfeksi C. trochomotis rektal dapat diperiksa
yrtg berasal dari serovar berbeda menunjukkan bahwa
melalui spesimen apusan rektal. Pemeriksaan NAATs
molimorfisme timbul pada penderita yang mengalami merupakan metode yang paling sensitif saat ini dibanding-
rnieki beberapa kali, dimana hal ini dapat menyebabkan
kan dengan deteksi antigen atau isolasi organisme dalam
danya variasi antigenik.s
kultur sel (sensitivitas 7}Yg-serta dapat digunakan untuk
spesimen urin,1, 7 di mana kultur dan deteksi antigen
penting untuk mengambil spesimen dari intra-uretra.
IANTFESTASI KTINIS Saat ini pemeriksaan NAATs merupakan baku emas
pemeriksaan infeksi genital Ch tomydio.s
&ramnesis 2,3
Pasien yang baru terdiagnosis infeksi menular seksual
. Duh uretra
sebaiknya diperiksa juga untuk infeksi lain, termasuk sifilis
. Krustasi pada meatus atau noda celana dalam dan HlV.
. Disuria
- Gatal/lritasi pada penis/uretra
. Asimptomatis
PENGOBATAN

hmeriksaan Fisis2,3.7 Terapi sebaiknya segera dimulai setelah diagnosis


. Kemerahan pada meatus uretra uretritis non-gonokokal, tanpa perlu menunggu hasil
. Duh uretra, didapatkan pada masase uretral, kadang kultur. ferapijuga dipertimbangkan untuk dimulai pada
didapatkan juga pada penderita tanpa keluhan duh penderita dengan gejala, meskipun hasil mikroskopis
sebelumnya. tidak mendukung.3 Azithromycin dan doxycycline sangat
efektif untuk uretritis chlamidial. namun infeksi oleh M.
genitolium berespons lebih baik terhadap Azithromycin.
UAGNOStS Regimen dosis tunggal memiliki keuntungan yaitu
kepatuhan yang lebih baik dan dapat dilakukan
uretritis non gonokokal bila
flDiagnosis konfirmasi terapi dengan pengamatan langsung (Direct observed
didapatkan satu atau lebih2,s : 1) duh uretral yang treotment).1
842 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSIJAL

Regimen Rekomendasi menetap setelah terapi tanpa tanda objektif dari uretrirs
. Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal tidak ada keuntungan dari memperpanjang masa terapi,
Atau Penderita dengan uretritis menetap atau berulang da@
. Doxycycline 100 mg oral dua kali sehari selama 7 diterapi dengan regimen awal bila sebelumnya tidak paur
hari atau terekspos ulang pasangan yang tidak diterapi. UretriG
menetap setelah terapi regimen rekomendasi selama 3G-$
Regimen Alternatif hari (10-20% kasus) dapat disebabkan oleh strain resismm
. Erythromycin basa 500 mg oral empat kali sehari dari U. ureolyticum atau M. genitolium. T vaginalb itqa
selama 7 hari diketahui menyebabkan uretritis menetap pada pria.l,l
Atau Bila sebelumnya patuh pada regimen awal dam
. Eryrthromycin ethylsuccinate 800 mg oral empat kali kemungkinan paparan ulang dapat disingkirkan, regimeo
sehari selama 7 hari berikut dapat diberikan sambil menunggu hasil dari G
ATAU diagnostikl
.. Levofloxacin 500 mg oral sekali sehari selama 7
hari Regimen Rekomendasi
Atau . Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal
. Ofloxacin 300 mg oral dua kali sehari selama 7 hari Atau
. Tinidazol 2 gram oral dosis tunggal
Untuk menimimalisasi transmisi, pria yang mendapat DITAMBAH
terapi dianjurkan untuk menEhindari hubungan seksual . Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal (bila tid*
selama 7 hari setelah terapi dosis tunggal atau hingga digunakan pada terapi awal)
selesai regimen 7 hari, dengan gejala yang telah hilang.l
Beberapa studi kecil menunjukkan hasil yang efuflilffi
Monitoring terhadap M. Genitolium dengan Moxifloxacin 400 rmq
Penderita disarankan untuk menjalani evaluasi ulang bila oral sekali sehari yang mengalami kegagalan terapi"ls
gejala menetap atau timbul kembali setelah menyelesai- Pria dengan probabilitas rendah terhadap T. vogiffi
(contohnya MSM) tidak menunjukkan keuntungan denEumr
kan terapi. Hanya gejala saja tanpa ada tanda atau bukti
penambahan terapi metronidazol atau tinidazol.l
laboratoris akan inflamasi uretral, tidak cukup untuk
memulai terapi ulang. Perlu dipikirkan kemungkinan akan
adanya prostatitis kronis/ sindroma nyeri pelvis kronis
pada penderita pria yang mengalami nyeri menetap, PERTIMBANGAN KHUSUS
tidak nyaman, gejala iritasi saat berkemih, nyeri saat atau
setelah ejakulasi, atau onset baru ejakulasi dini selama lnfeksi HIV
lebih dari 3 bulan.1,3 Uretritis dapat memfasilitasi transmisi HlV. Pendqrita derlgil
Kecuali bila gejala menetap atau tidak patuh uretritis non gonokokal yang juga terinfeksi HIV sebailmn;rr
terhadap terapi atau dicurigai terjadi infeksi ulang, mendapat terapi standar seperti penderita lain.1
pemeriksaan ulang (3-4 minggu setelah terapi selesai)
tidak direkomendasikan pada penderita yang telah
diterapi sesuai regimen rekomendasi atau alternatifnya. KOMPLIKASI
Pemeriksaan ulang direkomendasikan pada 3-6 bulan
setelah terapi pada pria, karena kejadian infeksi ulang
. Epididymo-orchitis
dalam waktu 6 bulan setelah terapi cukup sering.l
. Reoctive qrthritis/Reiter s syndrome (dengan
klinis konjungtivitis, uretritis, arthritis, serta ma
Terlebih karena validitas dari tes diagnostik chlamidial
pada waktu < 3 minggu setelah terapi belum ada. Hasil kulit). Kejadiannya pada sekitar 1-2o/o kasus
non gonokokal.3,a
negatif palsu dapat timbul pada infeksi menetap dengan
sedikit organisme Chlomidio. Sebaliknya, pemeriksaan
NAATs pada waktu < 3 minggu setelah terapi yang berhasil,
dapat memberikan hasil positif palsu karena organisme PROGNOSIS
non-viabel yang masih ada.6
Kegagalan terapi dengan regimen rekomendasi
jarang. Relops dapal terjadi dengan regimen
Uretritis Menetap dan Berulang
Reinfection cukup sering dan berhubungan
Tanda objektif dari uretritis harus didapatkan sebelum
pasangan seksual yang tidak diterapi atau didapatkan
memulaiterapi antimikroba. Pada penderita dengan gejala
pasangan seksual yang baru.
IIEIRITIS NON-GONOKOKAL PADA PRIA
843

PENCEGAHAN

tuletode terbaik dalam pencegahan komplikasi dari


ffieksi Chlamydia adalah penapisan terhadap remaja dan
,dewasa muda yang aktif secara seksual. Edukasi penderita
sangat penting, menekankan penggunaan kondom.a CDC
nmnnganjurkan penapisan dilakukan pada wanita usia < 25
thhun yang aktif secara seksual.6
Pasangan seksual penderita dalam waktu 60 hari atau
lhtrih sebelum gejala timbul atau saat diagnosis, dianjurkan
unrtuk diperiksa dan terapi. Tes untuk IMS yang lain juga
dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk menghentikan
sernentara aktifitas seksual hingga terapi selesai (7 hari)
fur pasangan telah selesai menjalani evaluasi dan terapi.
knderita diberikan konseling tentang risiko dan penularan
akan IMS yang lain.l,a

;EFERENSI

Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines:


Department of Health and Human Services Centers for
Disease Control and Prevention.2010. RR-12.
Shalmanesh M. UK National Guideline onThe Management
of Non4onococcal Urethritis. London: British Association for
Sexual Healthand HIV Clinical Effectiveness Group,2008.
Shahmanesh M, Moi H, Lassau F, Janier M. European
Guideline on The Management of Non-Gonococcal Urethritis,
2m9.
{ Kamath BM. Manifestations of Gonorrhea and Chlamydial
Infection. Hospital Physiciar2OO9.
5- PHN Guideline: Urethritis: Oklahoma State Department of
Healtlu 2011.
Ram S, Rice PA. Gonococcal Infections. In: Longo DL,
Kasper Dl ]ameson jL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo ],
editors. Harrison's Principles of Lrtemal Medicine 18 ed: The
McGraw-Hill Companies; 2012. p. 1220 - 7.
Geisler IAIM. Diseases Caused by Ctrlamydiae. In: Goldman
L, Schafer AI, editors. Goldmarr's Cecil Textbook. 24 ed:
Elsevier Saund ers; 2012.
Richens j, IVIabey DCW. Sexually Transmifted Infections. In:
Cook GC Zumla AI, editors. Manson's Tropical Diseases. 22
ed: Saunders Elsevier; 2009. p. 406 - 20.
Cohen MS. Approach to The Patient with A Sexually
Transmitted Disease. In: Goldman L, Schafer AI, editors.
Goldman's Cecil Textbook. 24 ed: Elsevier Saunders; 2012.
LL6
VULVOVAGINITIS
Doni Priambodo Wijisaksono

PENDAHULUAN kulit hitam sebagai faktor risiko independen. Faktor sosidl


seperti tidak ada tempat tinggal, kebersihan diri yarry
Vulvovaginitis merupakan salah satu keluhan sering yang buruk, dan stres yang tinggijuga meningkatkan risiko-
membuat wanita datang berobat ke petugas kesehatan. Gejala yang timbul secara umum adalah gatdn
Tercatat ditemukan sebesar 6 juta kunjungan pertahun pada daerah vulvovaginal, kemerahan, rasa panas, dam
akibat vulvovaginitis. Diperkirakan lebih dari 1 juta dolar bau (Nyirjesy, 2008). Gejala akibat bakterial vaginoec
Amerika dikeluarkan pertahunnya untuk mengobati infeksi adalah cairan vagina yang ence[ berwarna putih keahu-
ini sendiri atau setelah diobati di fasilitas kesehatan. abuan, dan berbau amis. Untuk vulvovaginal candidimb
Vulvovaginitis dapat mengenai wanita pada segala adalah cairan vagina yang kental, berwarna putih, tary
kelompok usia. Normalnya wanita memang mengeluarkan bau. Sedangkan untuk trikomoniasis cairan berwanrr
cairan vagina yang jumlah dan konsistensinya bervariasi kekuningan dan kadang berbau busuk (Eckert, 2005')"
tergantung dari siklus menstruasinya. Vulvovaginitis Pada wanita dengan Human lmmunodeficienq
menyebabkan perubahan dari cairan vagina dan (HlV), risiko terkena bakterial vaginosis dan trikomoni
memberikan keluhan (Eckert, 2006). akan meningkat karena derajat proteksi dari I
Vulvovaginitis adalah peradangan pada daerah vulva akan berkurang dan adanya inflamasi (Eckert,
dan vagina yang terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, Jika tidak diobati dengan benar vulvovaginitis
jamur atau parasit. lnfeksi ini terutama terbagi menjadi berulang. Gejala yang behubungan dengan vaginitis
tiga kelompok besar yaitu Vaginosis Bakterial, Vulvo- menyebabkan stres pada penderitanya, akibat waktu
vaginitis Candidiasis dan Trikomoniasis (Eckert,2006). pekerjaan yang terbuang, rasa tidak nyaman,
Prevalensi dan penyebab vaginitis kerap tidak kepuasan seksual, dan rasa rendah diri. Oleh karena
diketahui, hal ini sering dikarenakan hanya didiagnosis diperlukan diagnosis yang tepat dan terapi yang
sendiri dan kemudian diterapi sendiri oleh pasien. untuk menangani vulvovaginitis ini dan mencegah
Vulvovaginitis sebagian besar asimtomatik, penyebabnya reku rensi.
lebih dari 1, dan berhubungan dengan faktor seksual' Di
lndia diperkirakan 5% dari 40 juta infeksi menular seksual
ba ru pertahun Ohu lkar: 2003). Di Ameri ka Serikat, bakterial DEFINISI DAN ETIOLOGI
vaginosis adalah penyebab utama vuvovaginitis, sebesar
40-50"/o mengenai wanita pada usia pertumbuhan dan Vulvovaginitis adalah peradangan pada daerah
biasanya asimptomatik (Eckert, 2006). vagina yang terutama disebabkan oleh infeksi
Faktor risiko terjadinya vulvovagintis secara umum jamur atau parasit, yang terutama terbagi dalam
adalah pasangan seksual lebih dari satu, berganti kelompok besar yaitu Bakterial Vaginosis,
pasangan dalam 30 hari terakhir; mempunyai pasangan Candidiasis dan Trikomoniasis (Eckert,2006).
seksual wanita, dan menggunakan pancuran air paling
tidak 1 bulan atau dalam 7 hari terakhir. Kekurangan
laktobasilus yang memproduksi hydrogen peroksida iuga EPIDEM!OLOGI
ditemu kan sebaga i fa ktor ri si ko terjad i nya vu lvovag i nitis,
hal ini dapat menjelaskan meningkatnya risiko pada wanita Prevalensi dan penyebab vaginitis kerap tidak
ufyovActNlTts 845

hnar ini sering dikarenakan hanya didiagnosis sendiri dan normal pada daerah vulvovaginal adalah menstruasi,
*ernudian diterapi sendiri oleh pasien. Vulvovaginitis aktivitas seksual, penggunaan spermisida, hubungan
seoagian besar asimtomatik, penyebabnya lebih dari seksual melalui vagina dan tidak menggunakan kondom
1ll, dan berhubungan dengan faktor seksual. Di lndia (Nyirjesy, 2008).
dperkirakan 5o/o dari 40 juta infeksi menular seksual baru
mertahun (Thulkan 2008). Di Amerika Serikat, bakterial
uogrnosis adalah penyebab utama vuvovaginitis, sebesar GEJALA KTINIS
4ffi - 50% mengenai wanita pada usia pertumbuhan dan
nnasanya asi m ptomati k (Eckert, 2006). Pada beberapa penelitian, gejala seperti pruritus dan
karakteristik cairan vagina tidak dapat secara tepat
memprediksi penyebab vaginitis akut, Jumlah dan warna
dari cairan vagina merupakan alat yang paling mungkin
'[TOGENESIS memprediksi penyebab vulvovaginitis. Gejala yang
Daerah vulvovagina memiliki flora normal yang akan 'gatal,
dikeluhkan secara umum adalah rasa rasa panas,
nmenjaga agar pH vagina normal tetap terjaga antara 3,8 pruritus, nyeri, disuria, dispareunia, malodorous dan
-4,5. Flora normal yang predominan adalah laktobasilus perubahan sekret vagina (Eckert, 2006).
6mng menjaga kestabilan pH dengan memproduksi asam
6ffiat dan menghambat penempelan bakteri pada sel
eprtel vagina. Sekitar 60% golongan laktobasilus pada PEMERIKSAAN FISIS
umEina memproduksi hidrogen peroksida yang dapat
nmenghambat pertu m buhan bakteria dan meng hancu rkan Pemeriksaan fisis harus dilakukan secara seksama dengan
um.rs HIV secara in vitro. Estrogen memperbaiki kolonisasi inspeksi pada genitalia eksterna, dinding vagina dan serviks.
hrtobasilus dengan meningkatkan glikogen yang Ada beberapa keterbatasan jika hanya dari pemeriksaan
dproduksi sel epithelial vaginal, yang memecah menjadi fisik untuk menegakkan diagnosis, namun perlu diingat
gfrtukosa dan bertindak sebagai substrat untuk bakteri. jika adanya fisura dan ekskoriasi pada genitalia eksterna
ffiarteri lain yang juga flora normaldi daerah vulvovaginal terjadi pada seperempat lebih kasus vulvovaginitis akibat
d,alah golongan Streptokokus, bakteri Gram negatif, candida tapi biasanya tidak didapatkan pada bakterial
furdnerella voginolis, dan bakteri Anaerobs. Condidq vaginosis atau trikomoniasis. Tanda kemerahan pada cervix,
,dhicons juga ditemukan sebagai flora normal komensal yang sering disebut strowberry cervix, berhubungan
denEan jumlah 10 - 25o/o pada wanita yang asimptomatik dengan trikomoniasis, namun jarang terjadi (2 - 5o/o dari
Eckert,2006). kasus) (Eckert,2006). Tabel 1 menunjukkan beberapa gejala
Variabel yang dapat mengganggu kestabilan flora dan pemeriksaan yang ditemukan pada vulvovaginitis akut.

hrdisi €ejala dar Tanda Temr.ranpada, ,, ':Fll ', Pemefiksaan. Wet, K5tcr€ngan '..i.: , ,

Pemeriksaan Fisik Mount. .'


! a k t e r,i a 1,, Duh.vriEina'bany.ak(putih Keluarnya.cairan'dari,,,' > 4;5 C{se cel{s La klobq,li l u i,,,ba'nya k
l>ZAYol:'
:

rnginosis dan tipis) vagina yang berwarna .Pergesera*flora . berkurang . ,.:,:::i,' ::r: : :

Semakin berbau putih keabuan homo- 'Bau ,a,mis setelah' lumlah, kokus,,b,asihls dalr
gen dan tipis , ditarnbahkan kalium kuman 'batahg deflgan
. hidrOksjda:,pAda l,ifef leku kan, ltecil meninE_kbt.1
'' moufit ' :::, :: ,

landidiasis ' Duh ,vag:ina banyak. (eputihan tebal dan < 4,5 Hifa atau spora i: : oapaiuiicamluioengun
tebal)t ,.. . . .' , seperti keju : ",
' :: . ,r ::(putih, infeksi baktelial vag inosis.
1,,:
. .:!:.

Gatat , 'i , ,i ,:::.: ri: ..,Eritefna Vagina T vagiaalk atau keduanya


Disuria dan,, rnempunyai pH,yang,
Terbakar lebihtin$gii 'r::i :r:i r:'
tikomoniasis Duh tubuh meningkat Keputihanyang kental >4,5 Trik:omoha.6 yang Gejaf a'; leblfi , nyata pida,
bergerak' ' ., , '
:

(kekuningan dan kental) dan kekuningan ptl vagina,yang lebih


'. ' ,, . r5emakln berbas: denganratau tanpa Meningkatn,ya 'sel ting$i ', '. .: ::'.
..:,,Gatall eritema'vaginal atau putih{whkecells}' ,

:.,, "r Disuria' : :,-,:r : l


servikal '

fu<ert LO et al., Acute Vulvovaginitis, N Engl J Med 355; 12;12M-52


8,16 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI

DIAGNOSIS DAN TERAPI pH vagina harus diukur dengan mengusapka-


dengan cotton-tipped swab pada dinding vagina bag:-
Diagnosis vu lvovaginitis d ilaku kan dari anamnesis gejala tengah antara introitus dan cervix dengan kertas c-
klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (dengan rentang pH 4 - 5,5). pH tidak boleh dian:
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dari cairan vagina dari fornix posterior, sebab pH da:::
pengukuran pH vagina, pemeriksaan mikroskopik, dan meningkat dikarenakan adanya mukus dari cervix. c-
kultur jamur. Gambar 1 menunjukkan alur diagnosis pada cairan vagina normal tidak terganggu pada vulvovac -:
pasien vulvovaginitis. kandidiasis. Peningkatan pH 4,5 atau lebih mui-:-
Pemeri ksaa n DNA u ntu k G. va g in o lis dirasa masi h ma ha I pada 97% wanita dengan bakterial vaginosis dan _-:.
dan mempunyai keterbatasan yang sama dengan kultur; tipikal pada trikomoniasis. Walaupun koinsidesi bakte-:
namun hasilnya yang cukup cepat kadang berguna untuk vaginosis atau trikomoniasis dapat meningkatkar : -
praktisi sebelum dilakukan pemeriksaan mikroskopik. Pada pada pasien dengan vulvovaginitis kandidiasis, pH i"-.
suatu penelitian disebutkan kombinasi dari pemeriksaan normal dapat menyingkirkan adanya bakterial vagi-:,
DNA yang positif (konsentrasi G. voginolis >tO? CFU/mL) atau trikomoniasis. Darah atau semen pada va; - i
dan pH cairan vagina lebih dari 4.5 mempunyai sensitivitas juga dapat meningkatkan pH cairan vagina. Eva -::
dan spesifisitas 95 dan 99o/o, dimana kriteria klinis dipakai mikroskopik cairan vagina menjadi alat diagnosis L:.- i
sebagai standar diagnosis (Sheiness, 1 992). pada vulvovaginitis akut (Eckert,2006).

Pasien dengan gejala vaginitis


I
I
+
Anamnesis dan pemeriksaan fisik

i
Kriteria positif
Ya
- Kultur untuk soesies Neisserio . Pertimbanokan
atau servisitis gonorrhoeae cian Chlomydia - terapr emptns

L'o,o -

Makroskopik
I abonormal Y, (Jlkus fistulo
, Pertimbangkan
Physicol examinotion? foreign body? biopsi vagina
I

L,n,o
I
Duh vagina Abnormal? Trichomonas pada oemeriksaan Ya Penooba=-
mrKroskoprl(sedtaanwetmount/ -lnkomono\a:..-d[".
I
| ,,0,0 I riart
i
Jaringan fokal abnormal
Ya
Bropsr
V
I

risa dari empaikriteria Amsel?


--------l
dengan pruritus
I
-L, o.lr:Il3irX.S*_,_
| ,,0,0
+
menunju kkan Ya,
tI ria.t Penoosa='
pertimbangkan vaginitis atersika
l:l;rl9ll:flt:
alrolr
k
pascamenopause/ - atau vaginitis konfak
Hifa pada pemeriksaan mikroskop Ya
dengari KOH'atau sediaan wer mou'nt? -"€ kan-dic,-:
vulvovag -a's
| ,,a.r
Ir,o.o Ya
+
Iritasi vagina ?
Pertimbangkan estrogen topikal Penyebabjelas pada anamnesis Ya -
atau sisteriik, dan/at5u progesteron dan/atau pemeriksaan fisik? ? Pengclc-sl
emp *s
I
-
I

tI ria"t
I

+
ya Geiala :ar
Pertimbangkan
uji diagnostik tambahan ts- ke'put -ar
mene-r::
t_*an
I
?
Sen b,-r

Gambar 1. Alur diagnosis pada pasien vulvovaginitis. (Sumber: http://www.a afp.org/afp/ZOOOOgO1 1095/.html)
i,. TVOVAGINITIS 847

tsAKTERIAL VAGINOSIS Sekitar 50 - 75o/o pasien dengan bakterial vaginosis


adalah asimptomatik (Yen, 2003). Secara klasik gejala
:,:erial vaginosis merupakan penyebab terbanyak dari bakterial vaginosis adalah cairan vagina yang encer,
,: ^rtis akut dan biasanya 15 - 50o/o memberikan gejala berwarna putih keabu - abuan, dan fishy - smelling
.:: wanita. Pada bakterial vaginosis terjadi pergeseran (Eckert,2006). Pada pemeriksaan fisik ditemukan sedikit
." ilora normal yang dominan dengan laktobasilus tanda eritemo. Bakterial vaginosis didiagnosis dengan
=- adi perpaduan antara mycoplasma genitaL, G. menemukan 3 dari 4 dari kriteria A msel,yaitu cairan vagina
:)."aLis, dan anaerob seperti peptosstreptococci dan yang abnormal, pH vagina lebih dari 4,5, tes Whiff - amine
-. ctella dan mobiluncusspp (Eckert,2006). yang positif dan lebih dari 20% sel epitelial menjadi clue
;aktor sosioekonomi yang berhubungan dengan cells. Tes Whiff- omine positif bila adanya fishy odor kelika
:,:erial vaginosis adalah usia muda, ras kulit hitam 107o potossium hydroxide (KOH) ditambahkan pada sampel
, - "ispanik atau Mexicon American, derajai pendidikan cairan vagina (Eckert, 2006).
.-; rendah, tinggal di daerah miskin, menggunakan Kultur dan PapanicoLoou smeor (sensilivitas 49o/o,
:-curan. Selain itu juga ada faktor risiko seksual spesifisltas 93%) tidak ada tempat untuk menegakkan
:::.ti aktif secara seksual, usia pada saat pertama diagnosis, sedangkan dengan pewarnaan gram, skor
:-"ubungan seksual, dan mempunyai pasangan Nugent, menjadi baku emas (tabel 2). Skor maksimal
...ral pria lebih dari 1 terutama 1 tahun terakhir. Pada yang didapat adalah 10, didapatjika tidak adanya bakteri
:-::.gan lesbian, pasangan darl wanita yang terkena batang Gram positif (menunjukkan laktobasilus -
:,:erial vaginosis mempunyai risiko terkena bakterial 4 poin), banyak bakteri batang Gram negatif (G vagina-
.: r'rosis lebih tinggi. Pada wanita yang tidak hamil, lis dan anaerob - 4 poin), dan gambaran curved grom
..,:erial vaginosis berhubungan dengan kelainan di variobLe rods (morphotipe Mobiluncus - 2 poin). Jumlah
:..:us reproduksi, termasuk juga traktur urirrarius, skor 7 atau lebih diperkirakan konsisten dengan diag-
::i ah tindakan bedah ginekologi, servisitis, dan pelvic nosis bakterial vaginosis. Dibandingan dengan baku
'.:mmotory disease. Pada wanita hamil bakterial emas, skor Nugent berdasarkan pewarnaan gram cairan
: nosis berhubungan dengan abortus spontan, vagina, kriteria Amsel memiliki sensitivitas sebesar 92%
:riran prematur, dan endometritis postpartum (Nugent, 199'l).
" 1esy, 2008). Bakterlal vaginosis juga dihubungkan Seiring perkembangan tehnik kultur anaerob, dimana
-3an penurunan probabilitas keberhasilan fertilisasi vaginalis dan mikoplasma genital sebagai kofaktor,
,.:ro (Eckert,2006). ditemukan juga bakteri lain, seperti Bocteroides spp,

+dl

3ambar 2. Gambaran Clue cells pada bakterial vaginosis

:: ,';., : : : ,l 't...r.
Tabel 2. Gambaran Pewarnaan Gram untuk Diagnosis Bacterial Vaginosis
Skor Morfotipe Laktobasilus Morfotipe Gardnerela dan Bakteroides Variasi Batang Gram Bertekuk
0+4 0 U
1 +3 +l +1 atau +2
2 +2 +2 +3 atau +4
3 +1 +3
4 0 +4
848 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

Peptostreptoccus spp, Fusobacterium spp, pretoveLLo spp, Terapi untuk bakterial vaginosis ditujukan un:-.
dan Mobiluncus spp, memegang peranan penting (Ness, bakteri anaerob. T hari pengobatan dengan metronidc::
2002). Pada beberapa tahun terakhir, dengan teknik oral sama efektifnya dengan 5 hari pemberian per vag -:
molekular mikrobiologi, seperti 165 rDNA pCR, diketahui dengan angka kesembuhan simptomatik sekitar g, .,
bahwa terdapat variasi yang luas bakteri yang tidak ter- dan angka kesembuhan mikrobiologis 7Oo/o pada 1 bu .-
kulturi seperti BV-ossociated bocterio (BVAB) 1, BVAB 2, pengobatan. Metronidazol oral dosis tunggal sudah t,::*
BVAB 3, Megosphera spp, Eggerthello spp, and Leptotrichio lagi digunakan sebagai terapi alternatif untuk bakte-:
spp (Fredricks,2007). vaginosis disebabkan karena angka kegagalan han-: -
Tabel 3 menunjukkan perbandingan sensitivitas dan 50% (Eckert, 2005). Tabel 4 menunjukkan rekomen::.
spesifisitas beberapa macam pemeriksaan yang dilakukan terapi menurut Centers for Diseose Control ond prever:. _ -
pada bakterial vaginosis, vuvovaginal candidiasis, dan (CDC) tahun 2006.
trikomoniasis.

Tabel 3. Tes Diagnostik yang Tersedia untuk Vulvovaginitis


Tes Sensitivitas% Spesifisitas% Keterangan
Bakterial vaginosis
pH > 4,5 97 64
Kriteria Amsel 92 77 Harus memenuhi 3 dari 4 kriteria (pH > 4,5, duh va: -;
encer dan tipis, >20o/o clue celLs, whiff test positii ;.a*
amis pada penambahan basa); namun hasil sen*aa
juga bisa didapatkan bila 2 dari 4 kriteria dipenu-
Kriteria Nugent Morfologi pewarnaan gram skor (0-10) berdasnrarr
morfotipe laktobasilus dan morfotipe lainnya: sr.:r
0-3 menunjukkan flora normal, skor4-6 menunjutran
flora sedang dan skor 7-10 menunjukkan vagl^:sr
bacterial; tingkat keberulangan atau reprodusib a
antar-pengamat tinggi
Apusan Papanicolaou 49 93
Uji Point of care
QuickVue Advonce pH+ g9 96 Positif bila pH > 4,7
omines
QuickVue Advance 91 >95 Uji aktivitas prolin iminopeptidase dalam c: -ar
G. voginalis vagina: bila dipakai pada pH >4,5: sensitivitas -"5%
dan spesifisitas 99%
OSOM BV Blue Uji aktivitas sialidase vagina
Kandida 90 >95
Wet mount
Keseluruhan 50 97
Pertumbuhan +3-4 pada g5
C. oLbicons merupakan flora komensal pada 13-J%
ku ltu r
wantta
Pertumbuhan +1 pada kultur 23
pH < 4,5 pH dapat meningkat bila terjadi infeksi can :;:om
dengan bakterial vaginosis atau ada T voginc::
Apusan Papanicolaou ZS 72
T voginalis
wet mount 45-60 95 Meningkatnya visibilitas mikroorganisme dengar-, neummr
infeksi yang lebih tinggi
Kultur 85-90 >95
pH > 4'5 56 , Tingkat positif palsu 8% untuk pap teststanca- ffi111
4i/o untuk uji sitologi berbasis cairan (/iqui:-r.nnnull
cytologic test)
Apusan Papanicolaou gZ 62
Point-of-core test
osoM 83 98,8 Memerlukan 10 menit untuk melakukan
merupakan uji terhadap antigen T voginotb
-- rnil,,

(Eschenbach, 1988) dan the guidelines of the American college


of obstetricians and Gynecologists (ACoG, 2006).
ruyovActNtTls 849

Obat Dosis
Metronidazol (Flagyll, 500 mg oral dua kali sehari selama 7 hari
Gel metronida zol 0,75% (Metrogel) Aplikasi intravaginal 5 g setiap kalinya setiap hari
selama 5 hari
Aplikasi intravaglnal 5 g setiap kalinya setlap harl

Krim klindamisin lepas lambat 2% (clindesse)


Klindamisin 300 mg oral dua kali sehari selama 7 hari
E-<ert LO, et al., 2005, Acute Vulvovaginitis, N Engl J Med 355; 12:124452-

Setelah terapi, angka rekurensi bakterial vaginosis da- atau terbukti bukan disebabkan oleh C. olbicans, atau
mat muncul pada 30% wanita dalam 3 bulan (Wilson, 2004). pada pasien yang tidak normal (diabetes, sakit berat,
.lLlmilrk kasus bakterial vaginosis yang berulang (3 atau imu nosu presi, kond isi vu lvovagi na I yang lain, kehamilan)
meiiih episode pada setahun terakhir), setelah 10 hari terapi (Workowski KA, 2006).Penyakit ini bukan merupakan
ndruksi dengan metronidazol vaginal dilanjutkan dengan penyakit menular seksual, sehingga pasangan laki -
metronidazol gel0,75o/o 2 kali seminggu selama 16 minggu laki dari wanita yang terkena penyakit ini tidak rutin
mernghasilkan kesembuhan klinis sebesar 75o/o pada 16 memerlukan pengobatan (Watson, 2003). Vulvovagina
lnnqgu dan 50% pada 28 minggu (Eckert, 2006). candidiasis sering mengenai pasien dengan imunosupresi
seperti pada leucosis, infeksi HlV, mendapat kemoterapi
dengan leukosit dibawah 1.0 nl-1 (Mendling, 2003).
}1I I.VOVAG! N ITIS KAN DI DIASIS Candida olbicons merupakan penyebab utama pada
80 - 90 % kasus, dimana 2 - 10% adalah C. glabrota, dan
rilUanita
yang terkena vulvovagina candidiasis biasanya 1-3o/o adalah C. krusei, diikuti C. tropicolis, C. kefyn C.
hermanifestasi dari yang asimptomatik sampai munculnya poropsilosis, C. guilliermondii dan lain - lain (Mendling,
mreki akut yang berat (Sobel, '1 998). Walau kebanyakan 2003).
umanita dengan vulvovaginitis akut beranggapan bahwa Gejala klinis vulvovagina kandidiasis tidak spesifik,
ureryebabnya adalah kandida, yang dinyatakan positif pasien sering tidak tahu adanya perubahan pada cairan
tanya 1 5 - 30% kasus. Sekitar 75%o wanila akan pernah vaginanya. Gejala yang paling sering adalah rasa gatal,
ciriiagnosis vulvovagina kandidiasis paling tidak 1 kali, dan iritasi, nyeri, panas, atau dysporeunio. Kadang vulvovagina
50\6 akan berulang. Kebanyakan vulvovagina kandidiasis kandidiasis juga menyebabkan disurio karena rasa panas
disebabkan oleh C. olbicons (Eckert, 2006). yang muncul ketika urin mengenai bagian vulva yang
Faktor risiko termasuk kehamilan, berada pada saat fase inflamasi. Pada pemeriksaan vulva akart tampak adanya
tirrteal pada siklus menstruasi, multiparitas, penggunaan kemerahan, bengkak, fisura atau ekskoriasi, dan pada
suermisida (namun bukan kontrasepsi oral dosis rendah), vagina akan nampak eritemo atau cairan yang kental
dan usia muda (risiko meningkat pada 'l 5 - 19 tahun (Nyirjesy, 2008).
nernudian akan menurun). Penggunaan terapi antibiotik Wanita dengan gejala harus menjalani pemeriksaan
spehrum luas sebelumnya juga merupakan faktor risiko, standar; yaitu pemeriksaan pH, les Whiffomine, soline,
hal ini mungkin dikarenakan karena menurunkan proteksi dan mikroskopik dengan 10o/o hydroxide potossium. pH
erhadap flora normal, terutama laktobasilus. Walaupun biasanya tidak berubah, kecuali ada komorbiditas dengan
i olbicons merupakan komensal pada banyak kasus infeksi yang lain yaitu misalnya bakterial vaginosis atau
asrmtomatik, pada kasus yang simtomatik akan terjadi trikomoniasis.
rnfr ltrasi vag ina oleh karena neutrophil poli morfonu klear Pemeriksaan mikroskopik soline akan ditemukan
uan fungal yang banyak di vagina (Eckert, 2006). blostosporo atau pseudohifo. Gambaran flora vagina
Vulvovaginal candidiasis tanpa komplikasi didefinisi- bisa normal atau menurun, dengan sel darah putih yang
[an menurut CDC sebagai gejala yang jarang (3 atau menghilang. Penambahan 10o/o hydroxide potossium akan
kirrang episode per tahun) dangan gejala ringan sampai mempermudah visualisasi fungal (Nyirjesy, 2008). Kultur
sedang, kemungkinan disebabkan oleh C. olbicons jamur diperlukan terutama jika gambaran mikroskopik
dan muncul pada orang yang imunokompeten. Untuk tidak ditemukan namun pasien memberi gejala yang
uulvovagina candidiasis dengan komplikasi didefinisikan mengarah. Kulturjamurjuga berguna untuk kasus rekuren
sebagai terdapat episode ulangan lebih atau sama dengan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain diluar
r kali per tahun,-atau dengan gejala berat, atau dicurigai C. olbicons. Kultur untuk bakteria tidak diperlukan (Eckert,
850 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT

U Untuk siapa? Petunjuk pengobatan keputihan


G Gejala apa ? vagina untuk masyarakat.
B Berapa lama ? Staf Apotek
S Sudah dilakukan penanganan? Hubungi: Dr. M.C. Watson
O Obat lainnya? Departenren Praktek Umum dan
UNTUK SIAPA? Layanan Primer
Obat anti-jamur yang dijual Universitas Aberdein
bebas hanya boleh digunakan Westburn Road
oleh wanita berusia 16-6C tahun, Aberdeen
yang sebelumnya sudah AB25 sAY
didiagnosis dengan keputihan vagina rel 0!224-553285
RUJUK KE DOKTER UMUM BILA:
- Tidak ada diagnosis keputihan
vagina sebelumnya
- 2 episode dalam 6 bulan
- < 16 tahun atau > 60 tahun Bila tanda tidak menuniukkan adanya
- Gejala merujuk pada kondisi lain kondisi patoloqis, konslltasikan dan
selain keputihan vagina
pastikan kembali
- Dicurigai hamil atau sedang
dalam kehamilan
- Ibu menyusui
GEJALA KEPUTIHAN VAGINA?
GATAL: Biasanya muncul
DUH VAGINA: Mungkin ada, dan
bila ada biasanya keputihan,
GEJALA LAIN SELAIN KEPUTIHAN menggumpal atau seperti keju
VAGINA DUH VAGINA: Berwarna BAU: Tidak mengganggu
(yakni hijau, kuning), atau ternoda DISURIA: (nyeri saat berkemih)
darah, dan/atau juhlah keputihan dan/atau
sangat banyak, terutama bila berv DISPAREUNIA (nyeri saat
BAU: Berbau tidak enak / sangat berhubungan intim) : Dapat muncul
mengganggu(misalnya, bau amis tetapi mungkin tidak dilaporkan
atau tengik seperti keju)

MEMILIH ANTI JAMUR


Memilih anti-jamur yang sesuai sebaiknya
berdasarkan pilihan paisen dengan pertimbbngan
atas faktor yang disebut dalam tabel di bawah ini.
ANTI JAMUR INTRA VAGINA FLUKONAZOL
Sebaiknya hanya diberikan untuk Sebaiknya ha nya
wanita dengan diagnosis diberikan untuk wanita
keputihan vagina yang telah dengan diagnosis
ditegakkan sebelumnya keputihan vagina yang
SUDAH DILAKUKAN
telah ditegakkan Bila anti jamgr.telah dicoba diberikan
sebelrrmnva untuk episode yang baru dialami
Cara oemberian Intra vaoina Oral (dan digunakan dengan benar; yakr
Frekuensi oemberian Dosis tunqoal atau multiole Dosis tunooal pengobatan intravaginal atau terapi
sistemik), dan gejala menetap, m&
r
Kemudahan Sediaan intravaginal biasanya Dapat diberikan kapan
wanita tersebut perlu dirujuk ke
nemherian dieberikan menielano tidur saia di sianq hari umum.
Kehamilan Kontra indikasi. Kontra indikasi.
Kontrasepsi yang efektif Kadang, wanita dapat saja tidak
sebaiknya digunakan oleh mengalami gejala vagina tetapi ia
berusaha melakukan antisipasi
wanita yang mengonsumsi
episode terjadinya keputihan vagrra
flukonazol (misalnya akibat terapi antibiotic!
Laktasi (menyusui) Anti jamur intravaginal sebaiknya Kontra indikasi Kebijakan apoteker diperlukan apapata
tidak diberikan pada wanita antr-jamur dapat diberikan dalarn
menvusui situasi tersebut
Biava Cukup mahal Sanqat mahal
Obat lainnya Hanya boleh digunakan
untuk wanita yang tidak
mengonsumsi obat lainnya
selain oil kontraseosi
Lainnya Beberapa krim vagina dan Mungkin lebih disukai oleh
pesarium dapat merusak kondom wanita yang mengalami
dan diafraqma menstruasi berat

Gambar 3. Alur diaEnosis untuk vulvovagina candidiasis (Sumber: Watson MC, 2003, Evidence-based guidelines for non-
treatment of vulvovaginal candidiasis (WC), Pharm World Sci; 25(4):129-34
..;OVAGINITIS 85r

, : . Gambar 4 menujukkan bLastosporo atau pseuciohifo (Watson, 2003). lnfeksi yang disebabkan candido spp
, ' : litemukan pada vulvovaginal kandidiasis. selain C. oLbicans sering resisten terhadap golongan azole.
-erapi u ntu k vulvovaginal kandidiasis tanpa komplikasi Didapatka n penel itian men g g u na ka n tercon azole denga n
:= :r
antifungal topikal untuk 1 - 3 hari, dan obat oral hasil angka kesembuhan 560/o, dan dengan kapsulvaginol
" .:".ozoLe 150 mg dosis tunggal. Pemakaian kedua obat boric acid 600 mg setiap hari minimal 14 hari menghasilkan
' :an topikal mengurangi keluhan dan kultur menjadi kesembuhan gejaia sebesar 75?i' untuk infeksi non-C'.
.:::if pada 80 - 90o/o pasien. Pada pasien dengan olbicons (Eckert, 2006). Tabel 5 menunjukkan terapi
:':1ilan, anjuran terapi adalah dengan loprkal ozole yang direkomendasikan pada vulvovaginitls kandidiasis
:-'a 7 - 14 hari dan obat oral harus dihindari (Eckert, menurut CDC.
. . a Fluconazole juga tidak diberikan pada pasien yang Vulvovaginitis kandidiasis sering ditemu kan berulang
.-.. -rsui. CLotrimazoLe dapat diberikan sebagai terapi pada pasien dengan diabetes melitus terutama dengan

!,e n bar 4. Gambaran blostosporo atau pseudohifa yang ditemukan pada vu lvovaginal kandidiasis.(Sumber: Nyirjesy P,2OO1 , Ch ronic
. :.'aginal Kandidiasis, American Family Physician, Volume 63, Number 4, p697-702

Tabel 5. Terapi yang Direkomendasikan pada Vulvovaginitis candidiasis

*',ulvovaginal candidiasis tanpa komplikasi


-=':pi intravaginal Krim butokon
azol 2o/o (Mycelex-3) 5 g setiap hari selama 3 hari
Krim butokon azol 2o/o lepas lambat (Gynazole) Dosis tunggal 5 gram
Krim Klotrimazol 1% (Mycelex-7)
Klotrimazol (Gjyne-Lotrimin 3) 5 gram selama 7-14 hari
Dua tabletvaginal 100 mg seitap hari selama 3 hari
Krim mikonazol 2% Satu tablet vaginal 100 mg setiap hari selama 7 hari
Mikonazol (Monistat-7) 5 gram per hari selama 7 hari
Mikonazol (Monistat 3) Satu supositoria vainal 100 mglhari selama 7 hari
Mikonazol (Monistat 1, ovula vaginal) Satu supositoria vaginal 200 mg/hari selama 3 hari
Salep tiokonazol 6,5o/o (monistat 1-day) Sati supositoria vaginal 1200 mg
Krim Terkonazol 0,4% (Terazol 7) Dosis tunggal 5 gram
Krim Terkonazol 0,8% (Terazol 3) 5 gram setiap hari selama 7 hari
Terkonazol vaginal 5 gram setiap hari selama 3 hari
Nistatin vaginal Satu supositoria vaginal 80 mglhari selama 3 hari
Satu tablet vagina 100.000 U /hari selama '14 hari
Satu dosis tunggal 150 mg oral
:"api oral Flukonazol (Diflucan) Dosis tunggal 150 mg oral
,- vovaginal candidiasis degnan komplikasi
-:-aoi intravaginal
Azole 7-14 hari
-:'api oral Flukonazol (Diflucan) Dua dosis 150 mg oral, yang berjarak 72 jam
.:rt LO, et ai., 2006, Acute Vulvovaginitis, N Engl J Med 355; 12 124452-
PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEXSII*I.
852

gula darah yang tidak terkontrol. Keadaan hiperglikemia dengan gejala. Dari pemeriksaan fisik ditemukan eriten''a
pada jaringan genital menyebabkan peningkatan adhesi pada mukosa vulva dan vagina, gejala klasik sekret hi.iau
dan pertumbuhan jamur. Pada suatu penelitian disebutkan kekuningan yang berbusa ditemukan pada 10 - 30% pasier
bahwa tidak seperti biasanya, jenis kuman terbanyak pada yang terinfeksi. Tanda perdarahan pada cervix dan vagira
wanita diabetes yang menderita vulvovaginitis adalah yang disebut sebagai strowberry cervx ditemukan Paoa
2%o kasus (Sobel, 2011).
C. globorto (507o), diikuti C. olbicans (36,1yo). Penemuan
ini penting untuk pengelolaan pasien, harus dipikirkan Seperti penyebab vulvovaginitis yang lain, geja'a
pengobatan untuk infeksi non-C. olbicans pada pasien klinis saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosrs
dengan diabetes (Bohannon, 1998). trikomoniasis. Adanya gambaran trikomonas yan'G
motil pada wet mount merupakan cara diagnosis unti"lk
trikomoniasis, hal ini hanya muncul pada 60 - 70Y" dw
kasus yang ter-konfirmasi kultur. Trikomonas tetap rmm[
TRIKOMONIASIS
pada '10 - 20 menit setelah pengambilan sampel' Pada
Trikomonas meru pakan parasit intraselular yang ditularkan pemeriksaan kertas pH ditemukan peningkatan pH >
melalui hubungan seksual. Trikomoniasis disebabkan oleh 4,5 dan peningkatan leukosit polimorfonuklear pada
triko mo n o s va g in a lis.Tri ko mo n i asi s me ru pa ka n penyeba b mikroskopik sa/ine. Kultur menggunakan media Diamond
vulvovaginitis akut pada sekita 5 - 50% kasus, tergantung memiliki sensitivitas 95o/o dan spesifisitas > 95%' Kutum
dari populasi yang diteliti. Trikomonas merupakan infeksi ini harus dipertimbangkan jika didapat peningkatan plt
menular seksual paling sering di Amerika Serikat dengan peningkatan leukosit polimorfonuklear dengan tanpl
perkiraan sekitar 5 juta kasus baru tiap tahunnya (Soper ditemukan trikomonas yang motil. Kultur memerlukamn
D,2004). waktu sekitar 7 hari. Trikomonas sering ditemukan tidal
Trikomonas voginolis merupakan protozoa berfagel sengaja pada Pop smeors, namun Pap smears tidak adekr'rd
yang dapat ditemui di vagina, uretra, dan glandula untuk diagnosis trikomoniasis karena hanya mempunya
paraurethral wanita yang terinfeksi. Masa inkubasi tidak sesitivitas sekitar 51 -630/o (Sobel,2011).
diketahui namun dari penelitian invitro dikatakan masa Terapi nitroimidazole direkomendasikan untuh
inkubasi selama 4 - 28 hari (Hesseltine H, 1942). infeksi f
voginalis. Direkomendasikan metronidazol atalur
Faktor risiko terjadinya trikomonas adalah berganti tinidazol 2 gram sebagai terapi. Pada penelitian yang
pasangan seksual, berhubungan seksual dua kali per membandingkan metronidazol (2g) dan tinidazol (29
minggu atau lebih, mempunyai pasangan seksual 3 menunjukkan bahwa tinidazol sama atau superior dengam
orang atau lebih pada 1 bulan terakhir; dan faktor lain
yang berhubungan dengan penyakit menular seksual'
Wanita dapat menularkan kepada wanita lain, namun
laki - laki biasanya tidak menularkan ke laki - laki lain'
Trikomonisasis berhubungan dengan infeksi genital
bagian atas seperti halnya pada bakterial vaginosis,
termasuk infeksi setelah melahirkan, pembedahan, aborsi,
petvic inftommatory disease, dan kelahiran prematur
(Eckert, 2006). Trikomoniasis merupakan faktor risiko
terjadinya selulitis post histerektomi, infertilitas tuba,
dan keganasan cervix. Hal penting lain adalah infeksi ini
memudahkan terjadinya penularan infeksi HIV (Soper D
2004). Pencegahan infeksi trikomonas dilakukan dengan
pemakaian kondom, menghindari berganti - ganti
pasangan, dan menjaga kebersihan daerah vulvovagina
(Sobel, 2011).
Gejala klinis yang didapat bisa dari asimptomatik
sampai berat. Gejala klasik adalah cairan vagina yang
purulen, molodorus, encer (pada 707o kasus) yang
berhubungan dengan rasa panas, pruritus, dysuri'o,
frekuensi, dan dyspareunio. Perdarahan post koitus dapat
terjadi. Gejala dapat memberat pada saat menstruasi'
Gambaran cairan vagina kehijauan, berbusa, berbau Gambar 5. Gambaran T. Vaginalis dengan flogelo (SumD*lr:'
'l
busuk, hanya ditemukan pada kurang dari 0% pasien Sobel JD 2011, Trichomonas vaginalis, Up To Date 19'1
[fYovAGtNtTls
853

trr'netronidazol dengan angka kesembuhan 90 95o/o.


@reralensi resisten terhadap T. voginolis
- KES!MPULAN
adalah rendah,
mnesar 2 - 5%. Dikarenakan T. voginalis merupakan Pada pasien yang mempunyai gejala-gejala vulvovagitis
ueryakit menular seksual, terapi berpasangan sangat seperti bakteri vaginosis, kandidiasis vulvovaginal,
rcnting dan meningkatkan angka kesembuhan (Eckert, dan trikomoniasis diagnosis harus ditegakkan dengan
lr-1i6). Pasien diharapkan menghindari berhubungan tepat. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, gejala
:exsual terlebih dahulu sampai mereka dan pasangannya klinis, karakteristik cairan vagina, pemeriksaan fisik, dan
rmendapat terapi yang lengkap dan sampai asimtomatik, laboratorium. Pemeriksaan panggul harus dilakukan,
dimana kira - kira selama 1 minggu. Terapi diindikasikan dengan penentuan pH vagina. pH yang lebih tinggi dari
J!ilrir.1l1 r"rffi
pasien wanita yang tidak hamil walaupun pH normal konsisten dengan adanya vaginosis bakteri
mrerrekaasimtomatik. Follow up tidak diperlukan pada atau trikomoniasis. Pemeriksaan mikroskopik merupakan
wnrta yang sudah menjadi asimptomatik setelah terapi alat diagnostik pasti pada vulvovaginitis.
Scoel, 2011). Pengobatan vulvovaginitis harus tuntas dan tepat sebab
Metronidazol 500m9 2 kali sehari selama 5 - 7 hari ada kemungkinan rekurensi yang dapat menyebabkan
,mau metronidazol 2 gram dosis tunggal merupakan stres pada penderitanya akibat waktu untuk pekerjaan
kraoi pilihan pada wanita hamil yang simtomatik. Walau yang terbuang, rasa tidak nyaman, penurunan kepuasan
heserapa klinisi menghindari pemakaian pada trimester seksual, dan rasa rendah diri.
pertama sebab metronidazol dapat melewati sawar pla-
mta yang akan menyebabkan teratogenik. pada wanita
lnomil yang terinfeksi namun asimptomatik disarankan
REFERENSI
tidak diterapi (Sobel, 201 1).
nnnr''-rtuk

CDC merekomendasikan terapi untuk trikomoniasis 1. ACOG Committee on Practice Bulletins. ACOG practice
bulletin: clinicalmanagement guidelines for obstetrician-
$milng berulang setelah gagal dengan metronidazol 2 gram
gynecologists, number 72, Obstet Gynecol. 2006; 102 :1'I9S-
*qalah dengan metronidazol 500 mg 2 kali sehari (total
206.
r g'am). Jika terapi gagal di berikan tinidazol 2 gram per 2. Bohannon NJV. Treatment of Vulvovaginal Candidiasis in
linan selama 5 hari (total l0 gram) (Sobel, Patients With Diabetes, Diabetes Care. 1998; Volume 21,
2011).
Number 3, p 45L-6
3. Eckert LO, et al. Vulvovaginal candidiasis: clinical manifesta-
tions, risk factors, management algorithm. Obstet Gynecol.
1998;92:,757-65.
4. EckertLO et al. Acute Vulvovaginitis, NEnglJ Med 355.2006;
tilomoniasls Metronidazol Dosis tunggal 12:12M-52
2
(Flagylt gram oral
Eschenbach DA, et al, Dihgnosis and clinical manifestations
ofbacterialvaginosis. Am J Obstet Gynecol. 1988; 158:819-
::
500 mg oral dua.kali 28.
' sehari'selamaT hari Fredricks DN et aI. Targeted PCR for detection of vaginal
Iinidazol ,Dosis tlu;nggaf 2 bacteria associated with bacterial vaginosis. J Clin Micro-
Cfindamax) grarn oral biol. 2007 ; 45 (10) :327 0 - 6.
Hesseltine H, 1942, Experimental human vaginal trichomo-
krert LO, et al., 2006, Acute Vulvovaginitis, N Engl J Med 355;
niasis. J Infect Dis. 2007;71,:127.
"2"124452-
8. Mendling W. Guideline vulvovaginal candidosis: Guideline
of the German Dermatological Society, the German Speaking
Mycological Society and the Working Group for lnfections
and lnfectimmunology of the German Society for Gynecol-
pnocNOStS ogy and Obstetrics, Mycoses.2003; 46,365-9.
9. Ness RB, et al. Douching in relation to bacterial vaginosis,
lepEnosis vulvovaginitis secara umum bagus bila diobati lactobacilli, and facultative bacteria in the vagina. Obstet
Gynecol. 2002; 100 :7 65 -7 2.
uenrgan baik sehingga rekurensi dapat dicegah. pada 10. Nugent RP. Reliability of diagnosing bacterial vaginosis is
ouarita dengan Humon lmmunodeficiency Virus (Hly), imprpved by a standardized method of Gram stain inter-
rlrsr(o
terkena bakterial vaginosis dan trikomoniasis akan pretation. J Clin Microbiol. 1991,; 29:297-30-1,.
11. Nyirjesy P. Chronic Vulvovaginal Candidiasis, American
nneningkat dikarenakan karena derajat proteksi dari Family Physician.200-L; Volume 63, Number 4, p697-702
;amobasilus akan berkurang dan adanya inflamasi (Eckert, L2. Sheiness D. High levels of Gardnerella vaginalis detected
JJS6). Jika tidak diobati dengan benar vulvovaginitis akan with an oligonucleotide probe combined with elevated
pH as a diagnostic indicator of bacterial vaginosis, I Clin
m€rulang. Gejala yang berhubungan dengan. vaginitis
Microbiol. 1992; 30 (3) 642.:

0apat menyebabkan stres pada penderitanya, akibat 13. Sobel |D.Trichomonas vaginalis, Up To Date19.1.2011,.
uttartu untuk pekerjaan yang terbuang, rasa tidak nyaman, 1.4. Sobel JD, et al. Vulvovaginal candidiasis: epidemiologic,

genurunan kepuasan seksual, dan rasa rendah diri. diagnostic, and therapeutic considerations. AmJ Obstet
G1mecol. 1998; 17 8 :203 -11.
LL7
PELVIC INFLAMMATORY DISEASE (PID)
Niniek Budiarti Burhan, Leny Puspitasari

Mempertahankan ferti itas merupa kan tujuan utama


I

'ENDAHULUAN dalam mengembangkan strategi pengobatan yang optimal


&fvic lnflommotory Diseose (PID) tetap merupakan hal pada PlD.2 Penegakan diagnosis, kepatuhan minum obat,
ymnE penting dan utama pada infeksi pelvis yang terjadi follow-up, terapi dan pemeriksaan untuk partner seksual
@a wanita usia produktif. PID berperan pada beberapa juga sangat penting untuk pengobatan yang efektif3
nlmmrbiditas akut dan mengakibatkan sekuel dalam jangka PID juga merupakan komplikasi yang serius pada
panjang, termasuk infertilitas yang disebabkan gangguan Sexually Transmitted Diseose (STD)4 6 dan pada semua
tuuba, kehamilan ektopik, serta nyeri pelvis kronis. Beban kasus dengan STI pasien harus di follow up pada klinik
pengobatan dan beban ekonomi yang diakibatkan oleh ginekologi dan klinik genito-urinarlz Riwayat kontak,
MID cukup besar. Diagnosisnya, meskipun sulit, dapat pengobatan terhadap partner, menghindari infeksi
diilakukan secara klinis dan harus dipertimbangkan pada ulang, dan kontrasepsi yang efektif harus dilakukan dan
wanita usia reproduksi yang memiliki faktor risiko dan merupakan bagian dari perawatan menyeluruh terhadap
nmnenunjukkan gambaran klinis yang sesuai.l PID.5

Tabung Fatlopi

lndung telur
SeMks

Vagina

Gambar 1 Organ-organ pada pelvisT

855
856 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAT

DEFINISI chlamidia dan gonorrhoeo


2. Riwayat PID sebelumnya: terjadi kerusakan mukosa
Pelvic inflammotory disease (PlD) merupakan sindrom tuba falopii sehingga lebih mudah terjadi infeksi
klinis pada wanita yang berhubungan dengan penyebaran 3. Riwayat infeksi chlamidia dan gonorrhoea sebelumnyra
mikroorganisme dari vagina atau serviks ke endometrium, meningkatkan kejadian infeksi chlamidia dan
tuba falopi, ovarium, dan struktur yang berhubungan. gonorrhoeo berulang
PID dinyatakan sebagai kombinasi antara endometritis- Pasangan laki-laki dengan chlamidia dan gonorrhm,,
salpingitis, abses tuba-ovarium atau pelvik peritonitis.l, I atau berganti-ganti pasangan
PID terutama mengenai wanita usia muda yang aktif secara 5. Penggunaan cuci vagina yang sering: mungkim
seksual, dan wanita pada usia reproduksi.l berperan menyebabkan perubahan flora norrnd
PID merupakan infeksi polimikrobial pada traktus vagina, kerusakan epitel, dan gangguan barier mukosa
genitalia atas yang berhubungan dengan organisme yang serviks
ditransmisikan pada saat hubungan seksual, terutama Pemasangan IUD pada 21 hari pertama, setelah lebft
N. gonorrhoeoe dan Chlamydio trochomotis begitu juga dari21 hari maka risiko PID kembali normal
dengan organisme endogen termasuk bakteri anaerob, 7. Vaginosis bakterial: perannya dalam menyebablan
Hoemophilus influenzoe, bakteri batang Gram negatif terjadinya PID masih kontroversial
enterik, dan Streptococcus. Hal ini sering terjadi pada 8. Demografi (status sosial ekonomi)
usia muda, nullipara, wanita yang aktif secara seksual dan 9. Penggunaan kontrasepsi oral: dapat meningkatlnn
berganti-ganti pasangan.e risiko infeksi chlamidia pada serviks, tetapi menururh
risiko PID yang secara klinis bermakna (mekanbm
masih belum jelas)8
EPIDEMIOLOGI Penggunaan kontrasepsi oral dan kontrasepsi meto&
barier memberikan perlindungan yang signifikan un0t
lnsiden PID meningkat secara konstan sejak tahun 1970- mencegah terjadinya Pl D.s
an sejalan dengan meningkatnya sexually tronsmitted
disease (STD). lnsiden PID mencapai puncaknya pada tahun
1982dengan perkiraan angka kejadian diagnosis mencapai PATOGENESIS
satu juta dan sejumlah 14,2Yo wanita usia reproduksi di
United Stotes mendapat pengobatan untuk PlD. Di Eropa, PID terjadi karena adanya infeksi oscending dari infeki
kejadian PID meningkat setelah perang dunia ke-2 dengan serviks menjadi endometritis, yang kemudian
sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi N menjadi salpingitis atau oophori![s maupun
gonorrhoeoe.l Di Amerika diperkirakan lebih dari satu juta abses dan pada akhirnya menjadi peritonitis.sKej
orang menderita PID setiap tahunnya. Lebih dari 100.000 PID yang pertama meningkatkan kemungkinan
kemudian menjadi infertil karena PlD.6 menderita PID ulang karena pada infeks"i
lnsiden dan prevalensi PID di populasi umum sangat terjadi gangguan atau kerusakan organ reproduksi
sulit di tentukan. Usaha untuk mengetahui jumlah ini memudahkan terjadinya Pl D.6
sangat kompleks karena beberapa faktor diantaranya lnfeksi pada PID berawal dari serviks dan bila
tingginya angka subklinis PlD, meningkatnya diagnosis di diobati dengan baik akan menyebar ke traktus
unit rawat jalan, dan ketidaktepatan diagnosis.l atas.l1,12 Terjadi kerusakan epitel sehingga
PID merupakan penyebab morbiditas yang bermakna masuk. Penyebaran ke traktus genital atas juga
pada wanita muda baik pada negara berkembang disebabkan oleh masuknya benda asing ke
maupun pada negara maju. Sekitar 10-15% wanita pada serviks seperti pada proses terminasi kehamilan
usia reproduksi pernah mengalami paling tidak satu kali pemasangan lUD. lnfeksi disebabkan karena
kejadian PlD.lo barier serviks,dan juga karena masuknya bakteri
langsung ke dalam rongga endometrium dari
dan dari serviks.ll Bakteri pada PID biasanya ter*r
FAKTOR RISIKO beberapa jenis dan biasanya melibatkan baik bakteri
maupun bakteri anaerob.l2
Beberapa faktor risiko terjadinya PID sudah dapat Penyebaran bakteri secara langsung pada
diidentifikasi, sedangkan beberapa faktor risiko lainnya genetalia atas terjadi melalui migrasi dan t
masih menjadi tanda tanya.l sperma, atau karena terjadi refluks darah
Faktor risiko PlDs Sedangkan migrasi langsung terjadi karena adanfa
1. Usia muda, remaja:-peningkatan angka kejadian infeksi darah menstrusi karena hilangnya proteksi mukosa
E&Vlc TNFLAMMATORY DTSEASE (PtD)
857

1,:<teri yang masuk tersebut menginvasi sel-sel epitel, ETIOLOGI


-.lkosa, dan serosa, sehingga menyebabkan keradangan
:e:gan jaringan ikat.13 Bakteri penyebab:8
1. Sebagian besar kasus PID disebabkan oleh bakteri.
Berbagai bakteri aerob maupun anaerob dapat
GEJALA DAN TANDA diisolasi dari tuba fallopi pasien yang menderita
PID akut. Beberapa bakteri ini merupakan bakteri
:e_ala klinis yang berhubungan dengan PlDs komensal pada vagina.lo
" Nyeri perut bawah 2. Patogen yang paling sering menyebabkan PID: chlamidia
' Sekret vagina dan gonorrhoea terjadi secara terpisah maupun
" Dysmenorrhoeo kombinasi pada 20-600/o pasien; prevalensi bakteri ini
' Perdarahan vagina yang tidak normal dan bakteri lain yang menjadi penyebab tergantung
. Dysporeunio dari populasi yang diperiksa. Karena adanya penurunan
' Nyeri kencing angka kejadian chlamidia dan gonorrhoea maka
" Nyeri pada adnexa atau adanya benjolan mungkin juga terjadi penurunan angka kejadian PlD.8
. Demam 3. N. Gonorrhoeo : ditemukan pada 30-80o/o wanita
' Nyeri pada panggul dengan PlDs
4. C. Trochomatis: ditemukan di serviks pada ZO-40o/o1a
wanita dengan PID; ditemukan juga di endometrium
dan/atau tuba pada sebagian besar wanita dengan
Femeriksaan tambahan Kemungkinan patogen infeksi chlamidia pada serviks. Juga sangat berhubungan
. Swab endoservik . Bakteri aerob misalnya
den ga n peri hepatitis (F itz- H ug h - C u rtis Syn d ro m e)B
Neisseria; bakteri 5. Batang Gram negatif (misalnya E. Coli)8
anaerob 6. Anaerob (Bacteroides spp., PrevotelLo spp.,
Scrap endoservik/urin . Chlamidia Pe ptostreptococcu s spp.)8
tampung pertama +/- 7. Mycoplasma, ureaplasma; penting terutama pada
PCR
kehamilan dan infeksi yang berkaitan dengan
Cervica! smeor . Displasia serviks, prosedur infasif8
berhubungan dengan
PID 8. Organisme Gram positif, streptococcus spp.8

'CR pada swab uretra, . Gonorrhea 9. Peran dari Cytomegollovirus masih dalam penelitians
vagina dengan meng- '10. Salpingitis tuberkulosa jalang terjadi
diAmerika tetapi
gunakan medium transporv hal ini lebih sering terjadi di negara berkembang.
tultur endoserviks
Karakteristik dari salpingitis tuberkulosa adalah ada-
Swab vagina atas . Vaginosis bakterial nya nyeri pelvis dan adanya benjolah iregular (tidak
USG pelvis .Menunjukkan
beraturan) yang tidak berespon terhadap pemberian
pyosalphinx dan abses
Kultur darah perifer . Bermakna pada antibiotik. Salpingitis tuberkulosa bukan merupakan
septicemia penyakit menular seksual.e

\
+f

ii::i;
:if, +
Gi

. .+..@, ffi,
(a) (b)
Gambar 2. Pewarnaan gram a) Neisseria gonorrhoea; b) Chlamydia trachomatisl5
858 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

Pada beberapa studi mengenai PlD, terdapat 30-50% KRITERIA DIAGNOSIS MINIMAL
wanita dengan PID akut yang tidak ditemukan bakteri
patogen. Hal ini menimbulkan dugaan adanya bakteri lain Wanita dengan nyeri pada pergerakan adnexa uterus da-
yang tidak teridentifikasi dengan teknik standar maupun nyeri pada pergerakan servik pada pemeriksaan bimanu.
adanya penyebab PID lain selain bakteri.l0 harus dipertimbangkan menderita PID dan diobati denga-
I m m u n opath o logy re - infectio n:8 antibiotik kecuali terdapat dugaan yang lain sepe':
1. Peran dari heat-shock protein chlamydias kehamilan ektopik dan apendisitis.3'e
2. Perubahan imun lokal dan defek imun lokal, Kriteria tambahan berikut ini dapat digunakan unr-,
meningkatkan spesifisitas diag nosis:l e
1. Suhu oral lebih dari 38,3'C
DIAGNOSIS 2. Sekret serviks atau vagina yang tidak normal deng.-
sel darah putih pada pemeriksaan mikroskopik
PID sulit didiagnosis karena gejalanya seringkalitidakjelas 3. Peningkatan laju endap darah
dan ringan. Banyak kejadian PID tetap tidak terdeteksi 4. Peningkatan C-reactive protein
karena wanita maupun tenaga kesehatan tidak dapat 5. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan infeks "
mengenali gejala PID yang ringan dan tidak spesifik.l6 gonorrhoeo atau C trochomotis.
Pada praktek sehari-hari, diagnosis PID dibuat secara Kultur endoserviks harus dilakukan dengan rutin, te-:a
klinis karena tidak ada tes yang spesifik untuk mendeteksi pengobatan tidak boleh ditunda saat menunggu hasi
PlD.l0' 16, 17 Pada masa lalu, digunakan kombinasi yang Pada kasus-kasus tertentu saat diagnosis dengan r -rs
spesifik antara pemeriksaan dan pemeriksaan tambahan dan laboratoris masih tidak pasti, kriteria berikut ini da:a
(kriteria Hagar) untuk menentukan diagnosis, akan tetapi digunakan:3,e
kriteria ini kurang sensitif dengan satu dari lima kasus 1. Bukti histopatologis adanya endometritis pada b ::s
akan terlewatkan.lo endometrium
Rekomendasi terbaru adalah segera memulai terapi 2. USG transvagina atau MRI rnenunjukkan adanya:-i,a
empiris pada wanita usia muda yang aktif secara seksual yang menebal dan berisi cairan dengan atau i=-rrc
dengan keluhan nyeri perut bawah dan nyeri tekan lokal cairan bebas pada pelvis atau adanya kompleks :-Lre
pada pemeriksaan vagina.lo' 17 ovarium

Gambar 3 lnfeksi traktus genitalis wanita dengan Chlamydia trachomatisla


tatnc N FLAM M ArORy DTSEASE (Pl D) 859

$. Tampak gangguan pada pemeriksaan laparoskopi PENATALAKSANAAN


yang sesuai dengan PlD3,e
Prinsip penatalaksanaan pasien dengan PID meliputi:8
a. Regimen pengobatan harus dapat mencakup
DIAGNOSIS BANDING pengobatan untuk N.gonorrhoeo, C.trochomotis,
anaerob, organisme fakultatif gram negatif, dan
Dlragnosis banding untukwanita muda dengan nyeri perut streptococcus.s
fualrah:18 b. Pengobatan harus diberikan sesegera mungkin untuk
Kehamilan ektopik mencegah terjadinya sekuele jangka panjang
Apendisitis akut c. Bila pasien menggunakan lntro Uterine Device (IUD)
Endometriosis maka pertimbangan untuk melepas tergantung
I rrito ble Bowel Syn d rome dari keparahan dan respon terhadap pengobatan.8
Komplikasi kista ovarium (misalnya ruptur atau Pelepasan dari IUD dapat berhubungan dengan
torsi) perbaikan keluhan dan gejala.l8
Nyeri fungsional (nyeri dengan penyebab fisik d. Bila pasien juga menderita bacteriol voginosis (BY)
yang tidak diketahui)18 maka pilih antibiotik yang juga mencakup bakteri
Abortus infeksiosae anaerob.8
Perdarahan atau ruptur kista ovarium atau e. PIDjarang terjadi pada kehamilan akan tetapi hal ini
tumor berhubungan dengan peningkatan morbiditas baik
Myoma yang degenerasi pada ibu maupun pada bayinya, sehingga disarankan
Enteritis akuts pengobatan pada orang tua meskipun belum ada
bukti regimen yang aman pada situasi ini.l8

Nyeri perut bawah +/ -


Sekret vagina yang tidak normal dengan nyeri pada
adnexa atau nyeri pada gerakan servik saat dilakukan
pemeriksaan bimanual

Waktu menstruasi terganggu menjadi lebih


panjang atau lebih pendek
Nyeri perut berat yang mendadak
Gangguan pada saat BAB
Nyeri perut intermitten
Tes kehamilan positif

Lakukan screening untuk penyakit menuar seksual


Obati dengan regimen antibiotik yang direkomendasikan
Jelaskan kepada pasien menganai PID
1-g satu dosis (atau regimen alternatif yang efektif untuk N. Gonohhhoeoe
don C. Trochomatis) evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui adanya perbaikan klinis

Gambar 4. Algoritmen PID (digunakan bila peralatan diagnostik yang lengkap tidak tersedia)(18)
860 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAI.

Wanita dengan HlVyang menderita PID memberikan regimen oral dindikasikan untuk wanita dengan PID akut
gejala yang lebih berat akan tetapi biasanya berespon yang ringan hingga sedang, karena terapi dengan oral
baik terhadap terapi yang diberikan, meskipun dan parenteral memberikan outcomeyang sama. Regimen
kadang-kadang diperlukan pengobatan intravena.l8 yang digunakan berikut ini dapat digunakan untuk bakten
Tidak ada bukti bahwa satu regimen lebih baik ddari yang sering menyebabkan PlD. Pasien yang tidak respon
regimen yang lain. Sehingga pasien yang diketahui dengan terapi oral selama 72 jam harus dievaluasi ulanE
alergi terhadap salah satu regimen dapat diterapi untuk menentukan diagnosis dan sebaiknya diberikan
menggunakan regimen yang lainnya.ls terapi parenteral baik rawat jalan maupun rawat inap.le
h. Follow-up:8 Regimen yang direkomendasikan:1e
1. Pasien harus dievaluasi dalam 72 jam setelah . Ceftriaxone 250 mg intramuskular (lM) dosis tunggal
memulai pengobatan untuk menunjukkan adanya ditambah doxycycline 100 mg oral dua kali seharil
perbaikan secara klinis. Bila tidak ada perbaikan selama 14hari. Dengan atau tanpa metronidazol 500
pertimbangkan untuk melakkan pemeriksaan mg oral dua kali sehari selama 14 hari
' mengenai penyebab atau merubah pengobatan atau
menjadi regimen parenteral. . Cefoxitin 2 g lM dosis tunggal dan probenecid 1 g
2. Beberapa ahli merekomendasikan untuk melaku- oral diberikan bersama-sama dalam dosis tunggCl
kan screening ulang untuk C.frochomotis dan ditambah doxycycline 100 mg oral dua kali seham
N.gonorrhoea setelah pengobatan selesai, bila selama 14hari. Dengan atau tanpa metronidazol 5{X0
pada awal pemeriksaan kedua bekteri tersebut mg oral dua kali sehari selama 14 hari
positif. Waktu yang optimal untuk pemeriksaan atau
ulang masih kontroversial dan dapat dilakukan . Cephalosporin oral generasi ketiga yang lain (misalntrn,
antara 4-6 minggu hingga 3-6 bulan. ceftizoxime atau cefotaxime) ditambah doxyrycfim
3. Berikan konseling kepada pasien mengenai risiko 100 mg oral dua kali sehari selama 14 hari. Derglrmr
reinfeksi dan sekuele jangka panjang. atau tanpa metronidazol 500 mg oral dua kali setsiii
4. Hindari douching selama 14 hari
Tatalaksana pasangan seksual :8
1. Pasangan seksual (dalam 60 hari onset sakit)
wanita dengan PID harus menjalani pemeriksaan TERAPI PARENTERAL
dan pengobatan. Evaluasi dan pengobatan harus
segera dilakukan karena risiko reinfeksi dan Untuk pasien dengan PID ringan dan sedang, terapi
i nfeksi C. otis dan N. g o n o r rhoeo seri n g ka i
froch o m I dan parenteral memiliki efikasi,yang sama.
terjadi pada pasangan seksua!. klinis dapat digunakan untuk iienentukan
2. Partner laki-laki pada wanita dengan PID karena terapi dari parenteral menjadi terapi oral, yang
C.trochomotis dan N.gonorrhoeo seringkali tidak dapat dimulai24-48 jam setelah terjadi perbaiktn
menunjukkan gejala. Pasangan seksual harus klinis. Pada wanita dengan TOA, direkomendasikan
mendapat terapi empiris dengan regimen yang tidak dilakukan observasi selama 24 jam.le
efektif untuk kedua bakteri tersebut. Regimen yang direkomendasikan:le
. Regimen A: Cefotetan 2 g intravena (lV) setim
jam atau Cefoxitin 2 g lY setiap 6 jam.D
ANTIBIOTIK UNTUK PID doxycycline 100 mg oral atau lV setiap 12 jam
. Regimen B: Clindamycin 900 mg lV setiap 8
PID dapat diobati dengan beberapa macam antibiotik. Ditambah gentamicin loading dose lV atau lM p
Akan tetapi pengobatan dengan antibiotik ini tetap tidak kgBB), diikuti dengan dosis pemeliharaan ('lJ
dapat mengatasi kerusakan yang sudah terjadi pada kg) setiap 8 jam. Dapat juga digunakan dosb
organ reproduksi. Pengobatan dengan antibiotik yang sehri (3-5 mglkg)
tepat dapat mencegah kerusakan berat yang terjadi pada
organ reproduksi.l6
Alternatif regimen parenteral yang
digunakan:1e
. Ampicillin/Sulbactam 3 9 lV setiap 6
doxycycline 100 mg oral atau lV setiap 12 jam
TERAPI PER ORAL
Terapi parenteral dapat dihentikan 24 jam
Untuk pasien rawat jalan dengan PlD, terdapat tiga regimen terjadi perbaikan secara klinis; dan terapi lanjutan
yang dapat digunakan:3,sPengobatan rawat jalan dengan harus disertai dengan doxycycline 100 mg dua kaili
N FLAM M ATORY
'aYrc
D'SEASE (PI D)
86r

trau clindamycin 450 mg oral empat kali sehari sehingga . Nyeri pelvis kronisyang berhubungan dengan adanya
Mrgobatan total selama 14hari terlaksana. Bila terdapat perlekatan pada pelvis.l
lllDA, maka clindamycin harus diteruskan dari pada
\ycycl i ne, ka rena cl i nda mycin mem beri kan perl ind u ngan
prg lebih efektif terhadap bakteri anaerob.le
,lMkasi rawat inap pada wanita dengan plD.r6, 18
1ll- Sakit berat (misalnya mual, muntah, dan demam
tinggi)
2" Hamil
$- Tidak berespon dengan antibiotik oral dan mem-
butuhkan antibiotik intravena
4 Terdapat abses pada tuba falopii atau ovarium (fubo-
ovorion obcess)
5. Perlu monitor untuk meyakinkan bahwa gejala
yang dialami bukan merupakan gejala penyakit
yang memerlukan tindakan bedah segera (misalnya
apendisitis). Bila gejala menetap atau bila abses tidak
segera sembuh maka mungkin dibutuhkan tindakan
bedah. Gambar 4 PID dengan TOA bilateral2o
6. Komplikasi PID seperti nyeri panggul kronis dan
timbulnya bekas luka sulit diobati tetapi kadang-kadang
hal ini dapat membaik dengan pembedahan.to, ta

IDMPLIKASI PID

Salah satu komplikasi PID yang paling serius adalah


Tubo Ovariol Abcess (TOA). TOA terjadi pada hampir
30% pasien yang dirawat dirumah sakit karena plD.l
Komplikasi yang utama pada PID adalah kerusakan
permanen pada organ reproduksi wanita. pada plD
bakteri men g invasi tu ba fa lopii menyebabka n ja ri nga n
pada tuba falopii menjadijaringan ikat. Jaringan ikat
ini akan menghalangi pergerakan ovum ke uterus
sehingga wanita tersebut menjadi infertil.16
Selain itu, adanya jaringan ikat ini juga dapat Gambar 5. Violin string adhesion pada Fitz Hugh Curtis Syn-
menyebabkan kehamilan ektopik karena ovum yang drome Kronis2l
sudah dibuahi tidak dapat bergerak ke uterus. Dengan
semakin bertambah besarnya kehamilan, maka
PENCEGAHAN
kehamilan ektopik pada tuba falopii dapat menjadi
ruptur sehingga menyebabkan nyeri berat, perdarahan
Pencegahan dapat dilakukan oleh wanita sendiri dengan
internal, dan bahkan menyebabkan kematian.l6
mengambil Iangkah-langkah yang diperlukan untuk men-
Sindrom Fitz-Hugh-Curfis merupakan nyeri perut
cegah ter.jadinya STD atau segera berobat bila terkena STD.16
kanan atas yang berhubungan dengan perihepatitis
Langkah{angkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
yang terjadi padalO-20o/o wanita dengan PlD.rs pada
terjadinya PID diantaranya:22
rtis syn d ro m e terjad i perlekata n a nta ra
F itz - H u g h - C u
. Tidak melakukan hubungan seks
kapsul hepar dengan dinding perut bagian depan. . Penggunaan kondom
Hal ini sering dijumpai pada PID yang disebabkan . Membatasijumlah pasangan seks
oleh C.trochomatis dan N.gonorrhoeoe.l Meskipun
dilakukan laparoskopi pada bagian hepar, tetapi
masih terdapat kekurangan bukti penelitian untuk
PROGNOSISl3
membuat rekomendasi pengobatan yang spesifik
untuk komplikasi PID ini.18 . Prognosis pada PID baik bila terapi adekuat diber:ikan
862 PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

segera dan tidak ada komplikasi akut Management of Pelvic Inflammatory Disease 2008.
t9. Sexually Transmitted Diseases Treatrnent Guidelines, 201t1
Satu kaliepisode PID akan meningkatkan kemungkinan
: Pelvic Inflammatory Disease [database on the InternetJ-
terjadinya kehamilan ektopik hingga sepuluh kali Centers for Disease Control and Prevention. 2011 [cited
lipat 8 ]uni 20111. Available fuom: lrrtlp:/ /www.cdc.gov/stdi'
treatment/2010/ pid.htm.
Sekuele jangka panjang terjadi pada wanita
25o/o
20. Sonographic Assessment of The Adnexa [database on tle
yang menderita PID dengan presentase lebih tinggi Intemetl. Online CME Courses. 2010 [cited 11 Mei 2011].
pada remaja dengan gambaran klinis yang lanjut, Fitz-Hugh Curtis Syndrome [database on the Internet[.
keterlambatan diagnosis, dan pengobatan yang tidak eMedicine. 2011 [cited 11 Mei 2011].
Proffitt B, Catalano L. STDs: A Hidden Epidemic. Healirqr
adekuat.l3 Hands: A Publication of the High Clinicians Networl-
2011;15(1).

REFERENSI

L. LareauSM, Beigi RH. Pelvic Inflarnmatory Disease and Tubo-


Ovarian Abcess. Infectious Disease Clinics of North america.
2008;22Q008) :693 -7 08.
2. Songer T), Lave jR, Kamlet MS, Frederick S, Ness RB.
Preferences for Fertility inwomenwith Pelvic Inflammatory
Disease. Fertility and Sterility. 200a;81(5):134a-50.
3. Kungg NgM. Review onthe OutpatientTreaftnentforPelvic
Inflammatory Disease, Whatis the BestforHongKong? Hong
Kong ]ournal of Emergency Medicine. 2005;12 (3):1,62-7-
4. 2010 CDC STD Treatment Guidelines: Gonorrhea Treatment
Frequently Asked Questions2010 [cited 2011 27 Aprlll:
Available from: www.sfcityclinic.org.
5. Sivalingam N, Vanitha NS, Loh KY. Managing Pelvic
Inflammatory Disease. Medical Joumal Malaysia' 2007 28
November 2007 ;62(5) :425 -8.
6. PID (Pelvic lnflammatory Disease) get the fact. In: Heritage
House'76 I, editor.2009.
7. Barclift S. Pelvic Inflammatory Disease2010: Available from:
http: / / www.womenshealth. gov.
8. Alexander j, Allen-Davis |, EckertT, EschenbachD,MNazzo
J, Mason L, et al. Pelvic Inflammatory Disease: National
Network of STD/HIV Prevention Training Centers; 2002
[cited 2011 18 Aprill.
9. MacKay HT. Glmecologic Diorders. In: McPhee Sf, Papadakis
MA, editors. LANGE 2010 Current Medical Diagnosis and
Treatment. Forty ninth ed. New York: Mc Graw Hill; 2010.
p.674-704.
10. Ross J. Recent Advances in the Management of Pelvic
Inflammatory Disease. European Genito Urinary Disease
2007.2007:33-5.
11. Pelvic Inflammatory Disease: Pathophysiology [cited 2011 8
juni]: Available from: www.bestpractice.com.
12. Pelvic Inflammatory Disease [database on the Internet].
Woman's Cancer and Disease Awareness. 2006 [cited 8 Juni
2011]. Available from: www.cancer-disease-symptoms.org.
13. Pletcher J& Reirden MH. Pelvic Inflammatory Disease (pid).
The S-minute Pediatric Consult [serial on the Intemet]. 2011 8
Juni 2011]: Available from: www.bettermedicine.com.
14. Brunham RC, Ladino JR. Immunology of Chlamydia
Infections: Implication for Chlamydia trachomatis vaccine'
Natural Reviews Immunology. 2005(5):149-61.
15. Examination of Gram Stains of Cervical and Urethral
Discharges [database on the Internet]. American Society of
Microbiology. 2007 lcited 11 Mei 20111.
16. PID (Pelvic Inflammatory Disease).In: CDC editor. American
College of Obstetricians and Gynaecologist. Rickville:
American Social Health Association (ASHA); 2010.
17. Blenning CE, Muench j, ]udkins DZ. Which Tests are the Most
Useful for Diagnosis PID? The Journal of Family Practice.
2007;56(3):21,6-20.
18. Ross J, Judlin P, Nilas L. European Guideline for the
TUBERKULOSIS
.:': '-:l;r r:r:;j:ir!:;l::::':::::,l:i::rr::ii I r::::ii::ii:: ra:'r :i:,1: r::: l::'i'i:i
,:I," ",1".,:':,1 "t :

Tuberkulosis Poru 863

Pengoboton Tu berkulosis
Mutokhir 873
Tuberkulssls Peritoneol
882

lLUU PEilYAIflT ll[mil Edisi vt2014


118
TUBERKULOSIS PARU
Zulkifli Amin, Asril Bahar

PENDAHULUAN Penyakit ini kemudian dinamakan Tuberkulosis, dan


hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya
r'rr;berkulosis paru (TB)
adalah suatu penyakit infeksi tetapi yang paling banyak adalah organ paru.
rronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, Pada permulaan abad 19, insidensi penyakit tuber-
nr,isalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di kulosis di Eropa dan Amerika Serikat sangat besar.
draerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan Angka kematian cukup tinggi yakni 400 per 100.000
adanya penemuan kerusakan tulang vertebra toraks penduduk, dan angka kematian berkisar 15-30% dari
gang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg semua kematian. Di antara yang meninggal tercatat
dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan orang-orang terkenal seperti: Voltaire, Sir Walter-Scott,
yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di Edgar Allan Poe, Frederick Chopin, Laenec, Anton-
]fuf,lesir kuno pada tahun 2000-4000
SM. Hipokrates telah Chekov, dan lain-lain. Usaha-usaha untuk mengurangi
memperkenalkan terminologi phthisis yang diangkat angka kematian dilakukan seperti menghirup udara
d,ari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB
segar di alam terbuka, makan/minum makanan bergizi,
paru ini.
memberikan obat-obat seperti tuber-kulin (sebagai
Bukti yang lain dari Mesir; pada mummi-mummi upaya terapi). digitalis, 'minyak ikan dan lain-lain,
.rang berasal dari tahun 3500 SM, Jordania (300 SM), tetapi hasil-nya masih kurang memuaskan. Tahun 1g40
kandinavia (200 SM), Nesperehan (1000 SM), peru (700), George Bodingto dari Sutton lnggris rnengemukakan
.inited Kingdom (200-400 SM) masing-masing dengan konsep sanatorium untuk pengobatan TB tetapi ia tidak
tosil tulang manusia yang melukiskan adanya pott,s mendapat tanggapan pada waktu itu. Baru pdda tahun
dseose atau abses paru yang berasal dari tuberkulosis, 1859 Brehmen di Silesia Jerman, mendirikan sanatorium
anhu terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok dan berhasil menyembuhkan sebagian pasiennya.
trlang belakang karena sakit spondilitis TB. Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti di
Literatur Arab: Al Razi (850-953 M) dan lbnu Sina Denmark, Amerika Serikat dan kemudian terbanyak di
9E0-1037M) menyatakan adanya kavitas pada paru-paru lnggris yakni di Wales, England, Skotlandia. Setelah sukses
dan hubungannya dengan lesi di kulit. pencegahannya dengan sanatorium, barulah dipikirkan usaha pencegahan
Jengan makan-makanan yang bergiz| menghirup udara seperti memusnahkan sapi yang tercemarTB, memberikan
.rang bersih dan kemungkinan (prognosis) dapat sembuh pendidikan kesehatan dan perbaikan lingkungan pada
dari penyakit ini. Disebutkan juga bahwa TB sering didapat penduduk seperti makan/minum yang baik, tidak
pada usia muda (18-30 th) dengan tanda-tanda
badan menghirup udara buruk, menghindari lingkungan
hrrus dan dada yang kecil. hidup yang terlalu padat, mengurangi pekerjaan yang
Baru dalam tahun 1882 Robert Koch menemukan meletihkan.
{iurnan penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang
Sejak awal abad 19, angka kesakitan dan kematian
dan dari sinilah diagnosis secara mikrobiologis dimulai pertahun dapat diturunkan karena program perbaikan
dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun gizi dan kesehatan lingkungan yang baik serta adanya
'896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu pengobatan lain/tindakan bedah seperti collopse
.nenegakkan diagnosis yang lebih tepat.
theropy.

863
864 TUBERKULOSGi

Robert Koch mengidentifikasi basil tahan asam perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3)
M.tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada
penyebab TB ini. la mendemontrasikan bahwa basil ini penduduk di kelompok yang rentan terutama dinegeri-
bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan, yang negeri miskin. 4).Tidak memadainya pendidikan mengenal
akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan TB di antara para dokter. 5).Terlantar dan kurangnya
prinsip utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan
menggambarkan suatu percobaan yang memakai guinea kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus
pig, untuk mernastikan observasinya yang pertama yang yang tidak adekuat. 6). Adanya epidemi HIV terutama dl
menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti Afrika dan Asia.
infeksi primer sebagai suatu fenomena Koch. Konsep
dari pada imunitas yang didapal (ocquired immunity)
diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB, satu EP!DEMIOLOGI TB DI INDONESIA
vaksin yang sangat sukses, yaitu vaksin Bacillus Colmette
Guerin (BCG) dibuat dari suatu strain Mikobakterium Bovis, lndonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-f,
vaksin ini ditemukan oleh Albert Calmette dan Camille tertinggi di dunia setelah China dan lndia. Pada tahun
Guerin di lnstitut Pasteur Perancis dan diberikan pertama 1998 diperkirakan TB di China, lndia dan lndonesia
kali kemanusia pada tahun 1921. berturut turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000
Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif
pada tahun 1944 ketika seorang perempuan umur 21 di lndonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkam
tahun dengan penyakit TB paru lanjut menerima injeksi survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survai
pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh kesehatan nasional2001, TB menempati ranking norxrr
Selman Waksman. Segera disusul dengan penemuan asam 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di lndonesia"
para amino salisilik(PAS) .Kemudian dilanjutkan dengan Pr.evalensi nasionaI terakhir TB paru diperkirakan 0,24 %"
penemuan lsoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Sampai sekarang angka kejadiari TB di lndonesia relaffi'
Robitzek dan Selikoff '1 952. Kemudian diikuti penemuan terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena mastr
berturut-turut pirazinamid tahun 1954 dan Etambutol relatif rendahnya infeksi HlV, tapi hal ini mungkin akam
1952, Rifampisin 1963 yang menjadi obat utama TB berubah dimasa datang melihat semakin meningkatrry
sampai saat ini. laporan infeksi HIV dari tahun ketahun. Suatu sundi
mengenai prevalensi TB yang dilaksanakan di lS
propinsi lndonesia tahun 1979-1982 diperlihatkan padr
EPIDEMIOLOGI GLOBAL tabel '1.

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia


tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem CARA PENULARAN
kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO
mendeklarasikan TB sebagai globol health emergency.TB Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukimanfi
dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting perkotaan kemu n g ki nan besar telah mem permud*
wi laya h
karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh proses penularan dan berperan sekali atas peningkatul
mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M.
TB yang tercatat diseluruh dunia. biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru meru
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematian- manifestasi klinis yang paling sering dibanding
nya (98%) terjadi dinegara-negara yang sedang lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar
berkembang. Di antara mereka 75 o/o berada pada usia inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk
padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari atau berdahakyang mengandung basil tahan asam
kasus-kasus Tb yang baru dan kematian yang muncul Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa
terjadi diAsia inokulasi langsung. lnfeksi yang disebabkan oleh M.
Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban dapat disebabkan oleh susu yang kurang dist
TB global ini antara lain disebabkan : 1). Kemiskinan dengan baik atau terkontaminasi. Sudah dibuktikan
pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan
yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengu
perkotaan tertentu dinegara maju. 2). Adanya perubahan angka morbiditas dan mortalitas di Amerika selama
demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan 1 9s0-1 960.
TN,IERXUIOSIS PARU
865

fahu n Jumlah Penduduk Preyalensj Pgsitif Hqpusan BTA-Sputqm (%)


Provlnsl
xEVer th 1982 (juta)
1979 Jaw-a Tengah , 26.2 ,0.13 .

1980 Bali 2.5 0.08..


1980 DKI Jaya 7.0 0Jbl
1S0 DlYogyakarta 2.8 0.31
1980 Jawa Timur 30.0 034'
1980 Sumatra Utara &8 0.53
1980 Sulawesi Selatan ., : 6,2 .0:45 '
f980 Sumatra Selatan ,4.9
-0_.42
f980 Jawa Barat 28.9 0;31 ,.'
1980 Kalimantan Barat 2.6 ,o.14
f980 Sumatra Barat 3.5 ,o:3&,
1981 Aceh 2.7 0.1s
1981 Kalimantan Timur . : ll.3 0.s2
f981 Sulawesi Utara 2.2 0;30 "'
f982 Nusa Tenggara Timur 2.8 o_74 '',

Modifikasi dari Aditama: Rata - rata prevalensi TB pada 15 propinsi :0.29o/o, prevalensi tertinggi ada di NTT 0,74o/o
,ang terendah di Bali 0,08o/o. Pada tahun 1990 prevalensi di Jakarta 0,16o/o.

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobocterium PATOGENESIS


niwerculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. yang Tuberkulosis Primer
m,rgolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosoe Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman
mrnplex adalah : 1). M. tuberculosqe, 2). Varian Asian, dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
3' Varian African 1, 4. Varian African 11, 5. M. bovis. nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
furnbagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
opidemiologi. pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
Kelompok kuman Mycobocterio Other Thon TB (MOTT dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap
,wypicol adalah: 1. M. kansasi, 2. M. avium, 3. M. intro
kuman dapat tahan berhari;,hari sampai berbulan-bulan.
d[ulore,4. M.scrofuloceum,5. M. molmacerse,6. M. xenopL Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak menempel pada saluran napas atau jaringan paru.
[[oid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid Partikel dapat masuk ke alveolar bila ufuran partikel <
m,riah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh
riasam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
t(,rman dapat tahan hidup pada udara kering maupun
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
,dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun silia dengan sekretnya.
,ualam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang
$a{am sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat biak dalam sito-plasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa
hangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang
nm,enjadiaktif lagi. di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberkulosis
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek
mrraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat
semula memfagositasi malah kemudian disenanginya
_,umng terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai
*arena banyak mengandung lipid. ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjuk- juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan
*an bahwa kuman lebih menyenangijaringan yang tinggi limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional
ilandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke
@a bagian apikal paru-paru lebih tinggidari bagian lain, seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
mnyakit tuberkulosis. bagian paru menjadi TB milier.
866 TUBERKULOSTS

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran granuloma berkembang menghancurkan jaringan
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalamr
juga diikuti pembesaran kelenjaf getah bening hilus nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan kejr.r.
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah
limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Semua kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama'
proses ini memakan waktu 3-8 minggu.Kompleks primer lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
ini selanjut-nya dapat menjadi: fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi
. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. lni kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan
yang banyak terjadi. kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam
. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa nukleat oleh ensim yang diproduksi oleh makrofag,
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-np"
terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah c6k
dan t 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi disseminqte TB yang terjadi pada imunodefisienei
. karena kuman yang dormant. dan usia lanjut.
. Berkomplikasi dan menyebar secara : a). per kontinui-
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangd
tatum, yakni menyebar ke sekitarnya, b). secara
banyak. Kavitas dapat a).Meluas kembali dan menimh,d.
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
kan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini mag*
paru di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan
dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi 'XtB
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
milier. Dapatjuga masuk ke paru sebelahnya atau tertelam
usus, c).secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya,
masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usum'
d). secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti farry
Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan
disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobron@ll
tuberkulosis primer.
dan TB endotrakeal atau emp.iema bila ruptur ke plerm4
b). memadat dan membungkus diri sehingga men-@ii
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur clamr
Sekunder)
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair danldii
Kuman yang dormonf pada tuberkulosis primer akan
kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonkdi
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian menldii
endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis posf
mycetoma; c. bersih dan menyembuh, disebut open ffi
primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas
covity. Dapat juga menyembu h dengan membungkus ffi
reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi
menjadi kecil. Kadang-kadang terakhir sebagai
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol,
yang terbungkus, meniiut dan berbentuk seperti bi
penyakit maligna, diabetes, Al DS, gagal ginjal. Tu berkulosis
disebut stellate shoped.
pasca-primer ini dimulai dengan sarang diniyang berlokasi
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam
di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior
yakni: 1). Sarang yang sudah sembuh. Sarang bent"tl I
atau inferior). lnvasinya adalah ke daerah parenkim paru-
tidak perlu pengobatan lagi; 2). Sarang aktif
paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang
sempurna; 3). Sarang yang berada antara aktif
pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi
sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan,
tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak
sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga-
inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi
KLAS! FI KASI TU BERKU TOSIS
eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuber-
cu losis). Tergantu ng dari jumlah ku man, virulensi-nya dan
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara
imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi:
klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi
. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggal-
kesehatan masyarakat tentang keseragaman
kan cacat.
. tuberkulosis. Dari sistem lama diketahui
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera
klasifikasi seperti:
menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada
yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan . Pembagian secara patologis
per-kapuran. Sarang dini yang meluas sebagai - Tuberkulosis primer (childhood tuberculq;&y
N,BERKULOSIS PARU
867

- Tuberkulosis post-primer (odult tuberculosis) Kasus kambuh


' Pembagian secara aktivitas radiologis Tuberkulosis Kasus gagal dengan sputum BTA positif
paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent Kategori lll, ditujukan terhadap :
(bentuk aktif yang mulai menyembuh). . Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak
" Pembagian secara radiologis (luas lesi) luas.
- Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil . Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam
infiltrat nonka-vitas pada satu paru maupun kategori I
kedua paru, tetapijumlahnya tidak melebihi satu Kategori lV, ditujukan terhadap : TB kronik.
lobus paru.
- Moderately advonced tuberculosis. Ada kavitas
dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah GEJALA-GEJALA KLINIS
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat
dari sepertiga bagian satu paru. bemacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan
- Far odvonced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kavitas yang melebihi keadaan pada moderately kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
o dvo n ced tu bercu Losis.
Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.
Pada tahun 1974 Americon Thorocic Society Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-
mernberikan klasifikasi baru yang diambil berdasarkan 41"C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentari
eqoek kesehatan masyara kat.
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterus-
. Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, nya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien
riwayat kontak negatif, tes tuberkulin negatif. merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
' Kategori I : Terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
ada infeksi. Di sini riwayat kontak positif, tes tuberkulin tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
negatif. tuberkulosis yang masuk.
. Kategori ll : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak
sakit. Tes tuberkulin positif radiologis dan sputum Batuk/batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk
negatif. terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
. Kategori lll : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit. diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
Di lndonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah tidak sama, mungkin sajq batuk baru ada setelah
frendasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikro biologis: penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
- Tuberkulosis paru berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
' Bekas tuberkulosis paru bermula. Sifat batuk dimulai dari batlrk kering (non-
' Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam; produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
a.) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
b). Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
Di sini sputum BTA negatif dan tanda-tanda Iain juga tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapatjuga terjadi
meragukan. pada ulkus dinding bronkus.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus di-
Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh)
uastikan apakah termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB
belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
iaru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan : 1. Status
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
hakteriologi, 2. Mikroskopik sputum BTA (langsung), 3.
&akan sputum BTA, 4. Status radiologis, kelainan yang meliputi setengah bagian paru-paru.
melevan untuk tuberkulosis paru, 5. Status kemoterapi, Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri
mruuayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis. dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
*ategori yakni: pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
lktegori l, ditujukan terhadap :

. Mqlaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang


Kasus baru dengan sputum positif.
menahun. Gejala moloise sering ditemukan berupa
' Kasus baru dengan bentuk TB berat.
anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
ffetegori ll, ditujulan terhadap :
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
TUBERKULOSIS
868

malam dll. Gejala molo'se ini makin lama makin berat dan PEM ERt KSAAN RADIOLOGIS
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan
cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkuiosir
PEMERIKSAAN FISIS Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien beberapa hal ia memberikan keuntungan seperti pada
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier. Pada kedua
pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan
kurus atau berat badan menurun. radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan selalu negatif.
suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apels
yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lohs
juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit bawah), tetapi dapatjuga mengenai lobus bawah (bagia.n
menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru
hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sararg-
anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa berc*
dengan pneumonia biasa. bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang titi*
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai tegas. Bila lesi sudah diliputijaringan ikat maka bayargnm
adalah bagian apeks (puncak) paru. Bila dicurigai terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi hff
adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi dikenal sebagai tuberkuloma.
yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mr"tler'
didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki mula berdinding tipis. Lama-lama dinding jadi
basah, kasa[ dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikular yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya
melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar; perkusi sebagai bercak-bercak padat dengan densitas ti
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas
memberikan suara amforik. penciutan yang dapat terjadi pdda sebagian atau
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis lobus maupun pada satu bagian paru.
yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot Gambaran tuberkuiosis milier terlihat berupa
inter-kostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan bercak halus yang umumnya teriiebar merata pada
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang lapangan paru.
sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotik Garnbaran radiologis lain yang sering
amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan tuberkulosis paru adalah penebalan pieura
paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah massa cairan di bagian bawah paru (efusi
paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri empiema), bayangan hitam radiolusen di pinggir
pleura (pneumotoraks).
pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor
Pada satu foto dada sering didapatkan
pulmonal dan gagaljantung kanan. Di sini akan didapatkan
macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosis yang
tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan
lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik,
seperti takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular
kavitas (non sklerotik/sklerotik) maLlpun atelektasb
lift, right atrial gallop, murmur Grohom-Steel, bunyi P2 emfisema.
yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, Tuberkulosis sering memberikan gambaran
hepatomegali, asites, dan edema. aneh, terutama gambaran radiologis, sehingga
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk tuberculosis is the greatest imitator. Gambaran i
efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal tuberku loma sering diarti kan sebagai pneumonia,
dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. paru, karsinoma bronkus atau karsinoma
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai Gambaran kavitas sering diartikan sebagai abses
tidak terdengar sama sekali. Di samping itu perlu diingat juga faktor
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik membaca foto. Faktor kesalahan ini dapat
dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya Oleh sebab itu untuk diagnostik radiologi sering
kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji juga foto lateral, top lordotik, oblik, tomografi
tuberkulin yang positif. dengan proyeksi densitas keras.
!;CR"KULOSIS PARU
869

Adanya bayangan (lesi) pada foto dada, bukanlah mendapatkan angka-angka yang lebih rendah. Sungguh-
m.nenunjukkan adanya aktivitas penyakit, kecuali suatu pun begitu PAP-TB ini masih dapat dipakai, tetapi kurang
lffihrat yang betul-betul nyata. Lesi penyakit yang sudah bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal
mron-akiif, sering menetap selarna hidup pasien. Lesi untuk diagnosis TB. Prinsip dasar uji pAp-TB ini adalah
prg berupa fibrotik, kalsifikasi, kavitas, schwarte, sering menentukan adanya antibodi lgG yang spesifik terhadap
djumpai pa<Ja orang-orang yang sudah tua. antigen M.tuberculosoe. Sebagai antigen dipakai polimer
Pemeriksaan khusus yang kadang.kadang juga sitoplasma M.tuberculin var bovis BCG yang dihancurkan
diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk meiihat secara ultrasonik dan dipisahkan secara ultrasentrifus.
hrusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh Hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis bila pada titer
ruuberkulosis. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan
bila 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif. Hasit positif
mosien akan menjalani pembedahan paru. palsu kadang-kadang masih didapatkan pada pasien
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan reumatik, kehamilan dan masa 3 buian revaksinasi BCG.
mt ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujr.rkan adalah Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama cara
Ewrputed Tomogrophy Scanning (CT Scon). pemeriksaan dan nilainya dengan uji PAP-TB adalah uji Mycodot. Di sini
rmr lebih superior dibandinE radiologis
biasa. perbedaan dipakai antigen LAM (Lipoarabinomannan) yang diiekatkan
&nshas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir ini dicelupkan
dixrat transversal. ke dalam serum pasien. Antibodi spesifik anti LAM dalam
Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir
rt@nefic Resononce imoging (MRl). pemeriksaan MRI ini yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibodi.
ffak sebaik CT Scon, tetapi dapat mengevaiuasi proses-
:poses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan
Sputum
dhda-perut. Sayatan bisa dibuat transversal, sagital dan Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
||hunal.
ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah
dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
MMERIKSAAN I.ABORATORIUM yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah
sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).
bah Tetapi kadarrg-kadang tidak mudah untuk mendapat
ffianneriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena sputum, terutarna pasien yang tidak batuk atau batuk
Eoilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif yang non proCuktif. Daiam hal ini dianjurkan satu hari
drljuga tidak spesifik. pada saat tuberkulosis baru mulai sebelum pemeriksaan sputunn, pasien dianjurkan minum
iffikeif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks
,rmringgi denEan hitung jenis perEeseran ke kiri.
Jumlah batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-
llNmmfiosit masih di bawah normal. Laju
endap darah mulai obat mukolitik eks-pektoran atau dengan-inhaiasi larutan
mmr:inEkat. Biia penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit,
ltirunnbali normal dan jumlah limfosit masih tinggi.
Laju sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil
marmlap darah muiai turun ke arah normal lagi.
dengan brushing atau bronchiol washlng atau BAL (broncho
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga: 1). aLveolor lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan
ffiumemia ringan dengan garnbaran normokrom dan
cara bilasan larnbung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-
inw,rnositer; 2). Gama globulin meningkat; 3). Kadar
anak karena mereka suiit mengeluarkan dahaknya. Sputum
mMrium darah menurun. pemeriksaan tersebut di atas
yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
umfldnrya juga tidak spesifik.
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-
Pemeriksaan serclogis yang pernah dipakai adalah
kadang sulii ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila
rmxsi Takahashi. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luari
mmees tuberkulosis masilr aktif atau tidak. Kriteria positif sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah
dipakai di lndonesia adalah titer 1/12g. perneriksaan
ke luar. Diperkirakan di Indonesia terdapat 50% pasien
,guga kurang mendapat perhatian karena angka-anEka BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ciitemukan dalam
palsu dan negatif palsunya masih besar. sputum mereka.
Beiakangan ini terdapat pemeriksaan serologis yang Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-
juga dipakai yakni Peroksidase Anti peroksida kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
TB) yang oieh beberapa peneliti mendapatkan nilai sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
itivitas dan spesifisitasnya cukup tinggi (B1-g5o/o), 1 mL sputum.
i beberapa -peneliti lain meragukannya karena Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara
870 TUBERKULOSrs

Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi gabungan cara Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang
pulasan Kinyoun dan Gabbet. individu sedang atau pemah mengalami infeksi lrl-
Cara pemerikaan sediaan sputum yang dilakukan adalah : tuberculosae, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacterio
. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi
biasa. alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman
. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen baik yang virulen ataupun lidak (Mycobocteriwtt
fluoresens (pewarnaan khusus) tuberculosoe atau BCG) tubuh manusia akan mengadakar
. Pemeriksaan dengan biakan (kultur) reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi seluh
. Pemeriksaan terhadap resistensi obat. pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukm
Pemeriksaan dengan mikroskop fluoresens dengan antibodi humoralyang dalam perannya akan menekantrnr
sinar ultra violet walaupun sensitivitasnya tinggi sangat antibodi selular.
jarang dilakukan, karena pewarnaan yang dipakai Bila pembentukan antibodi selular cukup misalnp
(auramin-rho-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. pada penularan dengan kuman yang sangat virulen drn
- Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 jumlah kuman sangat besar atau pada keadaan di rnan
minggu penanaman sputum dalam medium biakan, pembentukan antibodi humoral amat berkurang (pe
koloni kuman tuberkuiosis mulai tampak. Bila setelah 8 hipogama-globulinemia), maka akan mudah terjafii
minggu penanaman koloni tidak juga tampak, biakan penyakit sesudah penularan.
dinyatakan negatif. Medium biakan yang sering dipakai Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan,
yaitu Lowenstein Jensen, Kudoh atau Ogawa. timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri
Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara
sputum BTA dengan cara Bactec (Bactec 400 Rodiometric selular dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya
System), di mana kuman sudah dapat dideteksi dalam persenyawaan antibodi selular dan antigen tu
7-10hari. Di samping itu dengan teknikPolymerose Chain amat dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin
Reaction (PCR) dapat dideteksi DNA kuman TB dalam pengaruh antibodi humoral,,.makin kecil indurasi
waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M.tuberculosoe ditimbulkan.
yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Dari hasil biakan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes

biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi ini dibagi dalam : 1). lndurasi 0-5 mm (dia
Montoux negatif = golongan no sensitivity. Di srnr
obat dan identifikasi kuman.
antibodi humoral paling menonjol; 2). lndurasi 6-9
Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis
hasil meragukan- golongan low grode sensitivitlT. Dfr
biasa terdapat kuman BTA (positif), tetapi pada biakan
peran antibodi humoral masih menonjol; 3). lnduras
hasilnya negatif. lni terjadi pada fenomen dead bocilli
mm'. Mantoux positif = golongan normal sensitivity.
alau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan
peran kedua antibodi seimbang;4). lndurasi lebih
panduan obat antituberkulosisjangka pendek yang cepat
mm'. Mantoux positif kuat = golongan hypersensiti
mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.
sini peran antibodi selular paling menonjol.
Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa
Biasanya hampir seluruh pasien
dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum dapat
memberikan reaksi Montoux yang positif
juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura,
Kelemahan tes inijuga terdapat positif palsu yalni
cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjaq cairan pemberian BCG atau terinfeksi dengan
serebrospinal, urin, dan tinja. lain. Negatif palsu lebih banyak ditemui daripada
palsu.
Tes Tuberkulin Hal-hal yang memberikan reaksi tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu (negatif palsu) yakni:
menegakkan diagnosis tuberkuiosis terutama pada anak- . Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan
anak (balita). Biasanya dipakai tes Montouxyakni dengan . Anergi,.penyakitsistemik berat(Sarkoidosi5
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purified Protein . Penyakit eksantematous dengan panas yans
De rivotive) i ntra kuta n berkekuata n5 morbili, cacar airi poliomielitis.
T.U. (intermediofe strength). Bila ditakutkan reaksi . Reaksi hipersensitivitas menurun pada
hebat dengan 5 T.U. dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U retikular (Hodgkin)
(first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih . Pemberian kortikosteroid yang lama,
memberikan hasil negatif dapat diulangi dengan 250 T.U. obat imunosupresi lainnya.
(second strength). Bila dengan 250 T.U. masih memberikan . Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit
hasil negatif berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya
Untuk pasien dengan HIV positif, test
tes Mantouks dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti. mm, dinilai positif.
IIiERKULOSIS PARU
87t

DIAGNOS!S Di luar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan


lagi berdasarkan riwayat penyakitnya. yakni:
Dari uraian-uraian sebelumnya tuberkulosis paru cukup . kasus baru, yakni pasien yang tidak mendapat obat
nrmudah dikenal mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala- anti TB lebih dari 1 bulan.
qrjala, kelainan fisis, kelainan radiologis sampai dengan . kasus kambuh, yakni pasien yang pernah dinyatakan
l@lainan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidaklah sembuh dari TB, tetapi kemudian timbul lagi TB
seialu mudah menegakkan diagnosisnya. Menurut aktifnya.
.frmericon Thorocic Sociefy dan WHO 1964 diagnosis pasti . kasus gagal (smeor positive foilure), yakni
flruberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman - Pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah
@.obacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan mendapat obat anti TB lebih dari 5 bulan, atau
Prarru secara biakan. Tidak semua pasien memberikan - Pasien yang menghentikan pengobatannya
sediaan atau biakan sputum yang positif karena kelainan setelah mendapat obat anti TB 1-5 bulan dan
liru yang belum berhubungan dengan bronkus atau sputum BTA-nya masih positif.
pasien tidak bisa membatukkan sputumnya dengan baik. . kasus kronik, yakni pasien yang sputum BTAnya
ildainan baru jelas setelah penyakit berlanjut sekali. tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang
Di lndonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas (retreatment) lengkap yang disupervisi dengan baik.
,hanenafasilitas laboratorium yang sangat terbatas untuk
perneriksaan biakan. Sebenarnya dengan menemukan Hal lain yang agak jarang ditemukan adalah
h"irnan BTA dalam sediaan sputum secara mikroskopik cryptic tuberculosis. Di sini pemeriksaan radiologis dan
h,iasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis laboratorium/sputum menunjukkan hasil negatif dan
$uberku losis pa ru, karena kekera pan Mycobo cte riu m kelainan klinisnya sangat minimal (biasanya demam saja
otypic
d[ lndonesia sangat rendah. Sungguhpun begitu hanya dan dianggap sebagai fever of unknown origin. Diagnosis
W70o/" saja dari seluruh kasus tuberkulosis paru yang diberikan berdasarkan percobaan terapi dengan obat anti
dapat didiagnosis secara bakteriologis. tuberkulosis seperti INH +..Etambutol selama 2 minggu.
Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan Bila keluhan membaik terapi dengan obat anti tuberkulosis
herdasarkan kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan diteruskan sebagaimana mestinya. Bila tidak ada perbaikan
diragnosis dengan cara ini cukup banyak sehingga maka obat-obat di atas dihentikan.
mnemberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya
diperlukan. Oleh sebab itu dalam diagnosis
ttrLdak
mruberkulosis paru sebaiknya dicantumkan status klinis, KOMPTIKASI
status bakteriologis, status radiologis dan status
itiremoterapi. WHO Penyakit tuberkulosis paru'bila tidak ditangani dengan
tahun 1991 memberikan kriteria pasien
lhuberkulosis paru. benar akan menimbulkan komplikasi; Komplikasi dibagi
' Pasien dengan sputum BTA positif : 1). pasien yang atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut
pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis
. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema,
ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 kali laringitis, usus, Poncet's orthropothy
pemeriksaan, atau 2). satu sediaan sputumnya positif
. Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas ->SOPT
disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan
gambaran TB aktif, atau 3). satu sediaan sputumnya parenkim berat-> fibrosis paru, kor pulmonal,
positif disertai biakan yang positif. amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
- Pasien dengan sputum BTA negatif: 1. pasien yang pada dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan
pemeriksaan sputum-nya secara mikroskopis tidak kavitas TB.
ditemukan BTA sedikitnya pada 2 kali pemeriksaan
tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif
alau, 2. pasien yang pada pemeriksaan sputumnya REFERENSI
secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali,
Aditama TY. Prevalence of tuberculosis in Lrdonesia, Singapore,
tetapi pada biakannya positif. Brunei Darussalam and the Philippines. Tubercle 1991,;22:2j5-
60.
Di samping TB paru terdapat juga TB ekstra paru, Barnes PF, BarrowSA. Tuberculosis inthe 1990s. AnnInternMed.
yakni pasien dengan kelainan histologis atau/dengan 1993;1\9:40iJ,-10.
gnimbaran klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan Batoeah HD. Beberapa pedoman pemberantasan tuberkulosis di .
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 1969;5:158-67.
satu sediaan dari organ ekstra parunya menunjukkan hasil
Botharnley GIt GrangefM. The Koch phenomenon and delayed
hakteri M. tuberculosoe. hypersensitivity . Tubercle 1991 ;72 :7-1'1.
872 TUBERKULOSIS

Collins FM. Pathogenecity of M.tuberculosis in experimental 28


animal. In: Rom GN,Garay S.Tuberculosis. Little, and Brown Sakula A. BCG: I /ho were Calmette and Guerin ? Thorax 1983;
Company. B oslon.199 6 :259 -268. 38:806-12
Dannenberg AM Jr, Rook GAW. Pathogesesis of pulmonary Snider DE. Tuberculosis: The world situation. History of the
tuberculosis; an interplay of tissue-damaging and macrophage- diseases and efforts to combat it. In: Porter IDH, McAdam
activating immune responses-dual mechanisms that control PWI. Tuberculosis back to the future. Chichester Eng/an&
bacillary multiplication. In: BR Bloom, ed. Tuberculosis: John Wiley & Sons; 7994.13-31,.
pathogenesis, protection and control. Washington DC: ASM Waksman SA The conquest of tuberculosis. Berkeley, Universitr
Press,1994 . of Califomia 1964.
Depkes Republik Indonesia. Proposed national health research World Health Organization. Guidelines fot tuberculosis treatnd
priorities: the view of National lnstitute of Health Research in adult and children in National Tuberculosis Program-m
and Development (NIHRD). jakarta: Depkes RI, 1999. 199-t.-t-23.
Depkes Republik Indonesia. Suwai Kesehatan Rumah Tangga' Worid Health Organization . Global Tuberculosis control . \{Tl0
|akarta: Depkes Republik Indonesia. 1995. report Geneva: WHO2000.
Depkes Republik Indonesia. Survai kesehatan nasional. Jakarta: World Health Organization. Tuberculosis control and mdicsll
Depkes Republik Indonesia. Indonesia" 2001. schools. Report of \,1trHO Workshop. Rome, Italy : \4al0,
Ditjen P4M Depkes RI, Press Conference. Jakarta, 2000. 1997
Daniel TM, Bates JH, Downes KA. History of tuberculosis. In : World Health Organization' Tuberculosis control and res€a&
Bloom B& ed. Tuberculosis : Pathogenesis, Protection and strategies for the 1990s: Memorandum from a \AIHO meetfolg
Control. 1St ed. Washington DC: ASM Press, 1994;:17. IVHO Bull. 199270:1721-.
Fishman AP. Pu1monary Disease and Disorder. 1* ed. New York: World Health Organization. Global tuberculosis control. l!1IS,
McGraw Hill; 7980.1229 -323. Report 1999. Geneva: WHO, 1999.
Good RG, Mastro TD. The modem mycobacteriology laboratory. World Health Organization. Framework of effective tubercuhib
How it can help the clinician. Clinics in Chest Medicine, 1989; control.WHO tuberculosis program. Geneva: \ IHO199{
10(3):31s-22. Yusuf A, Tjokronegoro A. Tuberkulosis Paru. Pedomm
Handoyo L IJji peroksidase anti peroksidase pada penyakit penatalaksanaan diagnostik dan terapi. FKUI, Jakart4 Lffi,
tuberkulosis paru. Disertasi doktor FK Un-Air Surabaya.
1988;t47.
Hinshaw HC, Murray |F. Disease of the chest kjaku. Shoin/
Saunders Intemational Edition: 4" ed, 1980.298-355.
Home N. Tuberculosis, respiratory disorders. Medicine
International. 19 86 ; 2(12) : 1, 490 -8.
Isemao MD. How is Tuberculosis transmitted? In: A Clinician s
Guide to Tuberculosis. Lippincott Williams & Wiikins,
Philadelphia, USA, 2000.51.-52
Iseman, M..D. Extrapulmonary tuberculosis in adults. In: A
Clinician's Guide to Tuberculosis. Lippincott Wiiliams &
Wilkins, Philadelphia USA, 2000.L45-197
Iseman, Id,.D.. Clinical presentation pulmonary tuberculosis in
adults. In: A Clinician's Gui<ie to Tuberculosis. Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, 200A.129-1M ZS.
Iseman MD. Treatment of multidrug-resistant tuberculosis. N Engl
J Med 1993; 329:78491,.
Iseman M D. Immunity and Pathogenesis. In: Iseman If'{D, ed.
A Clinician guide to tuberculosis. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.2000; 63-96.
Kanai K. Introduction to tuberculosis and mycobacteria. SEAMIC
Publication No.60,1990, Tokyo, 105-59.
Manaf A. Kebijaksanaan baru pemerintah dalam penanggulangan
tuberkulosis paru. Simposium Tuberkulosis Paru Kembali.
lakarta23-10-1993.
MitchisonDA. Basic Concepts inthe Chemotherapy of Tuberculosis.
In (Gangadharam PR] and Jenkns PA, eds) Mycobacteria II
Chemotherapy, Chapman & Hall, 1998. 15-50.
New ]ersey Medical School National Tuberculosis Center. Brief
History of Tuberculosis. Newark: Tuberculosis Centre,
1996:1-4.
Ormerod LP. Respiratory tuberculosis. In: Davies PDO, Eds.
Clir'.ical Tuberculosis. London: Chapman and Hall; 1994.
73-92.
Prihatini S . D.O.T.S. Directly Observed Treatment Shortcourse.
Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
Faculty of Medicine, Universiy Of Indonesia ]akarta, 1998.
Robitzek EH, Selikoff I].Hydrazine derivatives of isonicotinic
acid (Rimfon Marsilid) in the treatment of active progressive
caseouspneumonic tuberculosis. Am Rev Tuberc 195265:402-
1L9
PENGOBATAN TUBERKUTOSIS MUTAKHIR
Zulkifli Amin, Asril Bahar

SEJARAH PENGOBATAN TUBERKU LOSIS PRI NSI P PENGOBATAN TUBERKUTOSIS

Sepanjang sejarah penyakit tuberkulosis ini, berbagai cara


Aktivitas Obat
zudah dilakukan untuk mengobati pasien. Mulai dari era Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuber-
sebelum dan sesudah ditemukan bakteri penyebab dan kulosis yakni :
Dtlat antituberkulosis, pengobatan tuberkulosis meng-
ilami beberapa tahapan yakni :
Aktivitas bakterisid. Di sini obat bersifat membunuh
kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya
,{ealth Resort Era masih aktif). Aktivitas bakterisid biasanya diukur dari
Setiap pasien tuberkulosis harus dirawat di sanatorium, kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan
pkni tempat-tempat yang berudara segar, sinar matahari kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil
uang cukup, suasana yang menyenangkan dan makanan
yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
yang bergizi tinggi. Aktivitas sterilisasi. Di sini obat bersifat membunuh
kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (meta-
Wrest Era bolisme kurang aktif). Ahivitbs sterilisasi diukur dari angka
Dalam hal ini pasien tidak perlu dirawat di sanatorium, kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Ftapi cukup diberi istirahat setempat terhadap fisiknya Dari hasil percobaan pada binatangdan pengobatan
ta_ia,di samping makanan yang bergizi tinggi. iJsaha pada manusia ternyata:
oengobatan pada heolth resort ond bed rest ero, masih . Hampir semua obat antituberkulosis mempunyai sifat
sersifat pemberantasan terhadap gejala yang timbul. bakterisid kecuali etambutol dan tiasetazon yang
hanya bersifat bakteriostatik dan masih berperan
Collopse Theropy Ero untuk mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
Di sini cukup paru yang sakit saja diistirahatkan dengan obat,
'nelakukan pneumonia artifisial. paru-paru yang sakit . Rifampisin dan pirazinamid mempunyai aktivitas
ciibuang secara wedge resection, satu lobus atau satu sterilisasi yang baik, sedangkan INH dan streptomisin
bgian paru. menempati urutan yang lebih bawah. Dalam aktivitas
bakterisid ;

Chemotheropy Ero - Rifampisin dan INH disebut bakterisid yang


)i sini revolusi dalam pengobatan tuberkulosis, yakni lengkap (complete boctericidal drug) oleh karena
cengan ditemukannya streptomisin suatu obat anti- kedua obat ini dapat masuk ke seluruh populasi
:.rberkulosis mulai tahun 1944 dan bermacam-macam kuman. Kedua obat ini masing-masing mendapat
rbat lainnya pada tahun-tahun berikutnya. pada tahun nilai satu.
"954 dengan ditemukannya rifampisin terjadi semacam - Pirazinamid dan streptomisin masing-masing
mini revolusi dalam kemoterapi terhadap tuberkulosis, hanya mendapat nilai setengah, karena pirazinamid
rcrena jangka waktu pengobatan dapat dipersingkat hanya bekerja dalam lingkungan asam sedangkan
nenjadi 6-9 bulan. streptomisin dalam lingkungan basa.
- Etambutol dan tiasetazon tidak mendapat nilai.

873
874 TUBERKUTOSIS

mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang


singkat. Kuman jenis ini banyak terdapat pada dinding
kavitas. Di sini honya rifampisin yang dapat bekerja kareno
.
Perlode Proqram Resimen Pengobatan TB
Peniobatan Fase lnisia! Fase Lanjuan
obat ini dapat segera bekerja bila kontak dengan kuman
1950t-1969 Jangka Panjang 2-3 l{StAS 9-10 HS selama 20 menit.
{: 12 bulan) 2-3 HSPAS 9-10 HPAS Populasi D. Dalam kelompok ini terdapat kuman-kuman
2-3 HS 12 HPAS yang sepenuhnya bersifat dormqnt (complete dormonti
2-3 HS 12H sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh oba:
2-3 HPAS , . .12 H anti tuberkulosis. Jumlah populasi initidakjelas dan hanya
1 969-1982 .Jangka par-rjang 1 t{s 1 1 H2S2
dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh
(12 bulan) 1HE 11 H2E2
.manusia itu sendiri
1982-1986 Jangka panjang 1HS 11 H2S2
(12 bulan) 1 HE 11 H2E2
' Jangka pendek 1 HRE 11 H2E2
KEMOTERAPI TB
{6-9 butan) 1 HSZ 5-8 H2S252
1986*1995 Jangka pendek 1 HRE
'
(6 bulan) Kronologis Program Pengobatan
1995:1997 Jangka pendek Program nasional pemberantasan TB di lndonesia sudaltn
(6-8 bulan) : dilaksanakan sejak tahun 1950-an. Ada 6 macam ohffi
Kategori 1 2 HRZE 4 H3R3 esensial yang telah dipakai sbb; lsoniazid (H), par:a
2 s H3R3E3 amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol[.E$
HMES/IHRZE
Rifampisin (R), dan pirazinamid (P).
Kategori 3 ?HRZ 4 H3R3
Semenjak tahun '1 994 program pengobatan TB.ili
1997- Jangka pendek Metode
sekarang (6-8 bulan) : DOJS
lndonesia sudah mengacu pada program DirectlyObwud
Modifikasi dariAbdul Manaf dkk.'l 984dan Batuah dkk 1989.Contoh- Treotment Short Course strotegy (DOTS) yang didasanarm
nya: 1 HS/1 1 H2S2 ini adalah regimen yang didisain untuk 1 pada rekomendasi WHO, strategi ini memasukkam
bulan penuh isoniazid dan streptomisin, keduanya diberikan pendidikan kesehatan, penyediaan obat anti TB grdilE
setiap hari kemudian diikuti dengan program 11 bulan berikutnya
dan pencarian secara aktif kasus TB. Sampai tahun ZMt
yang terdiri dari: isoniazid dan streptomisin 2 kali seminggu
cakupan dari program DOTS baru mencapai 28 % diliili
206.000 juta penduduk, dengan hasil pengobatan yilUl
FAKTOR KUMAN TUBERKULOSIS masih belum memuaskan. Ada beberapa daerah
sukses antara lain; Sulawesi.
Penelitian Mitchison telah membagi kuman M.tuberculosae Pengobatan yang sukses di bawah program
dalam beberapa populasi dalam hubungan antara tetap tinggi walaupun turun dari 91% menjadi 81%
pertumbuhannya dengan aktivitas obat yang antara tahun 1985 -1996 kunci permasalahan
membunuhnya yakni: pengobatan sistem DOTS ini adalah rendahnya
kasus-kasus baru.
Populasi A. Dalam kelompok ini kuman tumbuh ber-
Faktor-faktor risiko yang sudah diketahui
kembang biak terus menerus dengan cepat. Kuman-kuman
tingginya prevalensi TB di lndonesia al: kurangnya
ini banyak terdapat pada dinding kavitas atau dalam kemiskinan dan sanitasi yang buruk.
lesi yang pH-nya netral. INH bekerja sangat baik pada
populasi ini karena aktivitas bakterisid segera kerjanya
Dasar Teori Pengobatan TB
adalah tertinggi. Rifampisin dan Streptomisin juga dapat
Pengobatan tuberkulosis memiliki dua prinsip dasa
bekerja pada populasi ini tetapi efeknya lebih kecil
daripada lNH. Pertama. Bahwa terapi yang berhasil, m
minimal dua macam obat yang basilnya peka
Populasi B. Dalam kelompok ini kuman tumbuh sangat
obat tersebut, dan salah satu daripadanya
lambat dan berada dalam lingkungan asam (pH rendah).
bakterisidik. Karena suatu resistensi obat dapat
Lingkungan asam ini melindungi kuman terhadap obat
spontan pada sejumlah kecil basil, monoterapi
antituberkulosis tertentu. Hanya pirazinamid yang dapat
obat bakterisidik yang terkuatpun dapat menl
bekerja di sini.
kegagalan pengobatan dengan terjadinya
Populasi C. Pada kelompok ini kuman berada dalam basil yang resisten. Keadaan ini lebih banyak
keadan dormant (tidak ada aktivitas metabolisme) hampir pada pasien dengan populasi basil yang besar; mi
sepanjang waktu. Hanya kadang-kadang saja kuman ini pada tuberkulosis paru dengan kavitas, oleh kare"ra
TUBERKULOSIS MUTAKHIR 875
'E{GOBATAN

@rjadi mutasi 1 basil resisten dari 10 basil yang ada. awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan). Obat yang
{,emungkinan terjadinya resistensi spontan terhadap dua bersifat bakterisidal aktif belum tentu merupakan obat
:Inacam obat merupakan hasil probabilitas masing-masing sterilisator terbaik dan obat yang efektif pada fase
rbat, sehingga penggunaan dua macam obat yang aktif sterilisasi belum tentu obat bakterisidal yang paling aktif.
unrnumnya dapat mencegah perkembangan resistensi Telah diketahui bahwa obat H merupakan bakterisidal
serunder. Obat antitu berkulosis mempu nyai kemampuan yang paling poten, sedangkan obat R dan Z merupakan
nang berbeda dalam mencegah terjadinya resistensi sterilisator yang paling efektif. Pada binatang percobaan,
rcrhadap obat lainnya. Obat H dan R merupakan obat yang obat H dapat menghambat aktivitas sterilisasi dari obat
maling efektif, E dan S dengan kemampuan menengah, R dan Z.
sedangkan Z adalah yang efektivitasnya terkecil. Daftar efek obat yang digunakan untuk terapijangka
pendek berdasarkan data dari laboratorium dan penetian
f,cdua. Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan
klinis. Populasi basil yang terbesar terdiri dari: a). basil
uengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya,
yang metabolismenya aktif yang cepat terbunuh oleh
perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk meng-
obat berkemampuan bakterisidal terutama H, b). obat R
eiirninasi basil yang persisten. Basil persisten ini merupakan
terutama efektif terhadap basil yang dorman dan yang
uatu populasi kecil yang metabolismenya inaktif.
muncul berlipat ganda secara perlodik, c). populasi lain,
Pengobatan yang tidak memadai akan mengakibatkan
yang terdiri dari basil yang terdapat di lingkungan asam
hertambahnya kemungkinan kekambuhan, beberapa
(basil intrasel dan basil yang terdapat di dalam lokasi
m-lan-tahun mendatang setelah seolah tampak sembuh.
Tesimen pada pengobatan sekitar tahun 1950-1960 perkijuan), yang terutama peka terhadap efek obat Z,
d). mungkin suatu populasi basil yang metabolismenya
rennerlukan waktu 18-24 bulan untuk jaminan menjadi
inaktif yang tidak dapat dipengaruhi oleh obat apapun,
ie"nbuh. Dengan adanya cara pengobatan pada masa kini
dan banya dapat dieliminasi oleh respons imun pejamu.
retode DOTS) yang menggunakan paduan beberapa
(Gambar 1).
obat, pada umumnya pasien tuberkulosis berhasil di-
se"nbuhkan secara baik dalam waktu 6 bulan. Kegagalan
.,menyelesaikan program masa pengobatan suatu kategori
Kemoterapi Bertujuan:
mnerupakan penyebab dari kekambuhan.
. Mengobati pasien dengan sesedikit mungkin
mengganggu aktivitas hariannya, dalam periode
Berdasarkan prinsip tersebut, program pengobatan
tuuberkulosis dibagi menjadi 2 fase, yaitu: fase bakterisidal pendek, tidak memandang apakah dia peka atau
resisten terhadap obat yang ada.

Tinggi
H (R,S'M)
A
1 ./
Tumbuh aktif

Kecepatan
Pertumbuhan /* ,/=
Kuman
C

I
Metabolisme
I D Kadang-kadang Hambatan
aktif asam
I Dorman

Rendah

Gambar 1. Hipotesis populasi M. Tuberctttosis. Bagian-bagian populasi basil yang dibunuh oleh
obat tertentu (Mitchison, 1998. Mycobacteria ll, 1* ed.; p. 34)

Keterangan :

A = basil tumbuh aktif, terutama dibunuh oleh isoniazid


B = basil semi-dorman, kadang-kadang metabolisme aktif
C = basil semi-dorman dalam suasana asam, dibunuh oleh pirazinamide
B = basil dorman murni, tidak dapat dibunuh oleh obat
876 TUBERKULOSIS

. Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat mempu nyai efek bakteriostatis, tetapi bila dikombinasikan
penyakitnya. dengan lNl-l dan Rifampisin terbukti bisa mencegah
. Mencegah kambuh terjadinya resisten obat. Streptomisin merupakan salah
. Mencegah munculnya resistensi obat satu obat antituberkulos pertama yang ditemukan. Strepto-
. Mencegah lingkungannya dari penularan misin ini suatu antibiotik golongan aminoglikosida yang
harus diberikan secara parenteral dan bekerja mencegah
Obat-obatan TB dapat diklasifikasi menjadi dua jenis
pertumbuhan organisme ekstraselular. Kekurangan
resimen,yaitu obat- lapis pertama dan lapis kedua. Kedua
lapisan obat ini diarahkan ke penghentian pertumbuhan
obat ini adalah efek samping toksik pada saraf kranial
kedelapan yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular
basil, pengurangan basil dormon dan pencegahan
dan/atau hilangnya pendengaran. Obat tuberkulosis yarg
ter-jadinya resistensi. Obat-obatan lapis pertama terdiri
aman diberikan pada perempuan hamil adalah isoniazid"
dari I so n iozid (l N H), R ifa m pic in, Pyrozin a m ide, Eth a m b uto I
rifampisin dan etambutol. Obat lapisan kedua dicadangkam
don Streptomycin. Obat-obatan iapis kedua mencakup
untuk pengobatan kasus-kasus resistan multi-obat.
R ifa b u tin, Eth ia n o m id e, Cyc lo se rin e, P a ro - Am in o So Licylic
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-
ocid, Clofozimine, Aminoglycosides di luor Streptomycin
kurangnya 6 bulan agar dapat mencegah perkembang,an
dan Quinolones.
resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah menerapkar,l
lsoniazid (l N l-.1) nnempu nyai kemampuan bakterisidal
strategi DOTS dimana terdapat petugas kesehatamr
TB yang terkuat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi pasierrn
ce ll-w a ll b iosynth esis pot hwoy. N H d ia n g ga p sejen is obat
I
minum obat untuk rnemastikan kepatuhannya. WHO
yang aman; efek sampinE utamanya antara lain hepatitis
juga telah menetapkan resimen pengobatan standanr
dan neuropati perifer karena interferensi funqsi biologi
yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda
vitamin 86 atau piridoksin. Rifampisin juga merupakan
menurut definisi kasus tersebut (Tabel 2).
obat anti TB yang ampuh, dia menghambat polimerase
DNA-dependent ribonucleic ocid (RNA) M. tuberculosis. Efek
samping yang sering diakibatkannya antara lain hepatitis,
Resimen Pengobatan Saat lni (metode DOTS)

flu-like syndrome's dan trombo-sitopenia. Rifampisin Keterangan Lengkap


meningkatkan metabolisme hepatik kontrasepsi oral Kategori I. Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan spuhfimr
sehingga dosis kontrasepsi oral harus ditingkatkan. BTA positif dan kasus baru, TBP lainnya dalam keadaanr T.Ii
Pirazinamid merupakan obat bakterisidal untuk organisme berat, seperti meningitis tuberkulosis, miliaris, perikarfilfr;
intraselular dan agen antituberkulos ketiga yang juga peritonitis, pleuritis masif atau bilateral, spondiilfrfrfo;
cukup ampuh. Pirazinamid hanya diberikan untuk 2 dengan gangguan neurologik, -cputum BTA negatif tffii
bulan pertama pengobatan. Efek samping yang sering kelainan di paru luas, tuberkulosis usus dan salun-rm
dia kibatkannya adalah hepatotoksisitas dan hiperurisemia. kemih. Pengobatan fase inisial resimennya terdiri dafl
Etambutol satu-satunya obat lapis pertama yang HRZS (E), setiap hari selama dua bulan obat H R, Z darll

'Reslrnen Pangobatan*,.,,
Kategori Pasien TB
,., FaseAwal Fase Lanjgil
1 TBP sputum BTA positif baru Bentuk TBP berat, TB ekstra-paru ::2 ,SHRZ (Et1fiZ) . 6 HE
r (berbt), TBP:BTA.negatif ' " 2 :sHFU(EHRZ}. ..4 HR
. ,, ,, ,2 ,, SHRZ{EHR!) , .4 ,H.R.
2 Relaps
.',, . 2 SHZEI:1, H82E.,,,.5,,,H,R=t
Kegagalan peng-obatan : 2 SHZE/:l HRZE ,' 5 t{RE
, . Kernbalike default

'3 TBP sputurn BlA-negatif 12,HRZ atau ? FluSrZ-, :,,,6 :, tlE


:

: ' TB ekstra-paru.(menengah'berat) ,' ,. HRZ atau 2 H-R.Q:I' / ,,.lJR/4H


2 HRZ atau 2 H3R3Z3 2 HrV#
4 Kasus kronis (masih BTA-positif setelah pengobatan ulang yang Tidak dapat diaplikasikan
,kan mehggunakan' obat;obatan
kedua)
Singkatan: TB=TB; TBP=Tuberkulosisparu;S=Streptomisin;H=lsoniazid;R=Rifampisin;7=Pirazinamide;E=Etamhrnll
Membaca resimen, misalnya: 2 SHRZ (EHRZ) /4
H3R3 menunjukkan sebuah resimen untuk 2 bulan di antara
etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamide yang diberikan setiap hari yang diikuti dengan 4 bulan isoniazid dan
yang diberikan tiap hqri atau 3 kali seminggu.
Pg{GOBATAN TUBERKULOSIS MI'TAKHIR 877

atau E. Sputum BTA awal yang positif setelah dua bulan Pengobatan tuberkulosis pada anak-anak tidak meng-
diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke ikutsertakan etambutol (kecuali terjadi resistensi iNH atau
fase lanjutan 4HR atau 4HrR3 atau 6HE. Apabila sputum anak tersebut menunjukkan gejala tuberkulosis dewasa
firA masih tetap positif setelah dua bulan, fase intensif seperti infiltrat pada lobus atas dan kavitas).
diperpanjang dengan 4 rningEu lagi, tanpa melihat apakah Pemberian obat pada fase lanjutan akan diperpanjang
sputum sudah negatif atau tidak. menjadi 7 bulan (total pengobatan 9 bulan) jika tidak
diberikan pirazinamid pada fase inisial.
Xategori 2. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan
Salah satu masalah utama pengobatan TB ini
sputum BTA positif. Pengobatan fese insial terdiri dan
adalah munculnya strain M. tuberculosis yang bersifat
IHRZES/1HME, yaitu R dengan H, Z, E setiap hariselama 3
resistensi ganda terhadap obat primer. Resistensi ganda
bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila
dapat berkembang dengan salah satu dari dua cara
sputum BTA menjadi negatifl fase lanjutan bisa segera
berikut ini yaitu resisten obat primer dan resistensi
dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu
obat sekunder. Resistensi obat prirner berkembang
ke-12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi.
pada seseorang yang belum menerima pengobatan
Brla akhir bulan ke-4 sputum BTA. masih positif, semua obat
TB sebelumnya, yaitu mereka yang terinfeksi dengan
dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum
strain resistan, sedangkan resistensi sekunder atau yang
urntuk uji kepekaan. obat dilanjutkan memakai resimen
diperoleh (ocquired resistonce) merujuk ke resistensi
fuse lanjutan, yaitu SHrRrE, atau 5HRE.
yang berkembang selama periode pengobatan. Jenis
Iategori 3. Pasien TBP dengan sputum BTA negatiftetapi resistensi sekunder khususnya merupakan akibat
kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra-pulmonal (selain resimen atau lama pengobatan yang kurang mernadai.
dari kategori l). Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HM Agar dapat dicegah, penemuan atau penambahan modus
atau 2 H.RrE3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan pengobatan lain yang lebih ampuh sangat dibutuhkan
2HR atau HrRr. dengan salah satu tujuannya dapat mengurangijangka
waktu pengobatan. Pada akhirnya, mungkin beberapa
fategori 4. Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin
obat yang berperan sebagai imunomodulator berpotensi
mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur
untuk memperbaiki hal ini. Tujuan jenis terapi ini adalah
dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja
meningkatkan respons imun pejarnu menuju proteksi
WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan
optimal.
TB resistensi ganda (multidrugs resistant tuberculosis
{MDR-TB).
Kortikosteroid diberikan untuk tuberkulosis yang
PANDUAN OBAT
mengenai sistem saraf pusat (meningitis) dan perikarditis
namun tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai tambahan
Dalam riwayat kemoterapi terhadap tuberkulosis dahulu
terapi pada tuberkulosis jenis Iainnya. Pengobatan
dipakai satu macam obat saja. Kenfataannya dengan
tr.rberkulosis pada pasien dengan HIV positif pada dasarnya
pemakaian obat tunggal ini banyak terjad.i resistensi
tidak berbeda dengan pengobatan pada pasien dengan
karena sebagian besar kuman tuberkulosis memang
HIV negatif. Halyang perlu diperhatikan adalah Rifampin
dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak. Kelompok
ridak diberikan pada pasien HIV positif yang menggunakan
kecil yang resisten ini malah berkembang biak dengan
obat protease inhibitor (kecuali obat ritonavir) atau obat
leluasa. LJntuk mencegah terjadinya resistensi ini,
non nucleoside reverse transcriptase inhibitorlNNRTI
terapi tuberkulosis dilakukan dengan memakai paduan
{kecuali obat efavirenz). Untuk mengatasinya dengan
obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat
menggunakan rifabutin sebagai pengganti rifampin.
bakterisid.
PJfabutin dapat diberikan bersamaan dengan protease
inhibitor (kecuali obat saquinavir) dan NNRTI (kecuali Dengan memakai paduan obat ini, kemungkinan resistensi
obat delavirdin) dengan penyesuaian dosis. Sebaiknya awal dapat diabaikan karena :
tatalaksana tuberkulosis pada pasien HIV dilakukan oleh . Jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat
ahlinya. Pasien HIV yang mendapat obat tuberkulosis atau lebih.
dan antiretroviral dapat menunjukkan gejala dan tanda . Pola resistensi yang terbanyak diternukan ialah
eksaserbasi tuberkulosis (reaksi paradoks). Keadaan terhadap lNH.
ini disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas lambat di beberapa negara
Tetapi belakangan ini banyak
dan meningkatnya antigen kuman setelah pemberian
terdapat resistensi terhadap lebih dari satu obat (mulfi
antituberkulosis bakterisidal. Pasien HIV dengan CD4 <
drug resistance) terutama terhadap INH dan rifampisin.
100 tidak boleh diberikan pengobatan dengan resimen
Jenis obat yang dipakai:
2 kali seminggju:
878 TUBERKULOSIS

Obat Primer (obat antituberkulosis tingkat satu): isoniazid, DOSIS OBAT


rifampisin, pirazinamid, streptomisin, etambutol
Tabel 3 menunjukkan dosis obatyang dipakai (di lndonesia)
Obat Sekunder (obat antituberkulosis tingkat dua):
secara harian maupun berkala dan disesuaikan dengan
kanamisin, pas (poro amino solicylic ocid), tiasetazon,
berat badan pasien.
etionamid, protio-namid, sikloserin, viomisin, kapreomisin,
amikasin, ofloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, levo-
floksasin, klofazimin.
Sebelum ditemukan rifampisin, metode terapi tuber- EFEK SAMP!NG OBAT
kulosis paru adalah dengan sistem jangka panjang (terapi
Dalam pemakaian obat-obat anti tuberkulosis tidakjarang
standar) yakni:lNH (H) + streptomisin (S) + PAS atau
diiemukan efek samping yang mempersulit sasaran
etambutol (E) tiap hari dengan fase initial selama 1-3
pengobatan. Bila efek samping ini ditemukan, mungkin
bulan dan dilanjutkan dengan INH + etambutol atau PAS
obat anti tuberkulosis yang bersangkutan masih dapat
selama 12-18 bulan.
' Setelah Rifampisin ditemukan paduan obat menjadi diberikan dalam dosis terapeutik yang kecil, tetapi bila efe{r
samping ini sangat mengganggu, obat antituberkulosk
INH + rifampisin + streptomisin atau etambutol setiap
yang bersangkutan harus dihentikan pemberiannya, dam
hari (fase initial) dan diteruskan dengan INH + rifampisin
pengobatan tuberkulosis dapat diteruskan dengan obafr
atau etambutol (fase lanjut).
lain. Perlu diketahui bahwa semua obat anti tuberkulosis
Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi
jangka pendek, dengan memberikan INH + rifampisin mempunyai efek samping yang kadarnya berbeda-beda
pada tiap-tiap individu. Adapun efek samping tiap-ti4
+ streptomisin atau etambutol atau pirazinamid
(Z) setiap hari sebagai fase initial selama 1-2 bulan obat dapat dilihat pada tabel 4.
dilanjutkan dengan INH + rifampisin atau etambutol
atau streptomisin 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan,
sehingga lama peng-obatan keseluruhan menjadi 6-9
Dosis tlarian' ' Dosis serbC
bulan. Nama Obat
Paduan obat yang dipakai di lndonesia dan dianjurkan
kg BQ > 5Okg
BB < 50 3xsemid
juga oleh WHO adalah : 2 RHZ/4 RH dengan variasi 2
lsoniazid . 400 mg
300 mg 600 nrs i
Rifampisin 450 mg , ,6{0 m9 rns
RH S/4RH, 2 RHZ/ 4\H
3' 2 RH S/4R2H2.
Pirazinamid 1000mg 2.000 mg
, 600
i
Untuk tuberkulosis paru yang berat (milier) dan tuber-
kulosis ekstraparu, terapi tahap lanjutan diperpanjang Strepto.misin , 750 mg ,1000m9, ,ffiil
.|
{
menjadiT bulan sehingga paduannya menjadi 2RHZ/7 Rl1, Etambutol 750 mg rlppmO ,,tn
dll. Dengan pemberian terapijangka pendek akan didapat
f,
beberapa keuntungan seperti waktu pengobatan lebih
PAS 99 10 g
T
singkat, biaya keseluruhan untuk pengobatan menjadi
lebih rendah, jumlah pasien yang membangkang menjadi
berkurang, dan tenaga pengawas pengobatan menjadi
INH neuropati'perifer d;ipat'dicegah
lebih hemat/efisien.
iiemberian vitamin 86r hepatotoksft
Oleh karena itu Departemen Kesehatan Rl dalam
Rifampisin sindrom.flu, hepatotoksik.
rangka irogram pemberantasan penyakit tuberkulosis
Streptomlsin nefrotoksik, gangguan nervus Vlll
paru lebih menganjurkan terapi jangka pendek dengan
Etambr.rtbl" neuritis optika, Refrotoksik, skin
paduan obat HRE/5 HaRa (isoniazid + rifampisin +
dermatitis.
etambutol setiap hari selama satu bulan, dan dilanjutkan Etionamid,',, .,''hepatotoksik, ga.n$guan pence$Ert
dengan isoniazid + rifampisin 2 kali seminggu selama PAs ,: h'epatotoksik,'gangguan,pencer n
5 bulan), daripada terapijangka panjang HSZ/11 H2Z2
(lNH + streptomisin + pirazinamid 2 kali seminggu 11
Cycloserin: '* sebure / kejang, dep;.ri, psikosis

bu lan).
Di negara-negara yang sedang berkembang, peng- Ternyata sebagian besar obat-obat anti
obatan jangka pendek ini banyak yang gagal mencapai yang banyak dipakai adalah hepatotoksik. Kelainan
kesembuhan yang ditargetkan (cure rote) yakni 85% ditimbulkan mulai dari peningkatan kadar trangni
karena program pengobatan yang kurang baik, kepatuhan darah (SGOT/ SGPT) yang ringan saja sampai pada
berobat pasien yang buruk, sehingga menimbulkan fulminan. Hepatitis karena obat antituberkulosis
populasi tuberkulosis makin meluas, resistensi obat makin terjadi karena pemakaian INH + rifampisin
banyak. hipotesis yang menyatakan bahwa INH
TUBERKULOSIS MUTAKHIR 879
'ETIGOBATAN

lliqid razi n ya kn i suatu meta bol ik ya n g hepatotoksi k. H id razi n sputum BTA dilakukan sekali sebulan. WHO (1991)
ni lebih banyak lagi diproduksi bila pemberian INH di- menganjurkan kontrol sputum BTA langsung dilakukan
kombinasikan dengan rifampisin. pada akhir bulan ke-2,4, dan 6. Pada yang memakai
lnsidensi hepatitis ini tidak banyak, penelitian di paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada
RS Dr.Cipto Mangunkusumo (1 987) mendapatkan 2,3% akhir buian ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada
dan kebanyakan terjadi pada usia tua. Biasanya bila permulaan, akhir bulan ke 2 dan akhir pengobatan.
kadar SGOT/SGPT meningkat tetapi angkanya tidak Pemeriksaan resistensi dilakukan pada pasien baru yang
ebih dari 2 x nilai normal, INH-rifampisin masih dapat BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan pada
diteruskan. Bila kadarnya meningkat terus, I NH+ rifampisin awal terapi bagi pasien yang mendapatkan pengobatan
h,arus dihentikan pemberiannya. Bila memungkinkan ulang (retreotment). Bila sudah negatif, sputum BTA tetap
lhendaknya diperiksakan antibodi terhadap rifampisin. diperiksakan sedikitnya sampai 3 kali berturut-turut.
llika ternyata antibodi ini positif, pemberian INH masih Sputum BTA sebaiknya tetap diperiksa untuk kontrol pada
dapat dipertimbangkan kelanjutannya. Untuk mencegah kasus-kasus yang dianggap selesai pengobatan/sembuh.
terjadinya hepatitis karena obat anti tuberkulosis, Sewa ktu -wa ktu m u n g ki n terjadi sile nt b o cte r ia I s h ed d in g,
dianjurkan agar memilih paduan obat yang tidak terlalu yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
herat efek hepatotoksiknya, dan diperlukan evaluasi keluhan tuberkulosis yang relevan pada kasus-kasus yang
yang cermat secara klinis dan laboratoris terhadap memperoleh kesembuhan. Bila ini terjadi yakni BTA positif
pasien pada minggu-minggu pertama pengobatan. pada 3 kali pemeriksaan biakan (3 bulan), berarti pasien
Bila sudah terjadi hepatitis karena obat ini, biasanya mulai kambuh lagi.
ilhepatitis ini sembuh sendiri jika obat-obat hepatotoksik
Radiologis. Evaluasi radiologis juga diperlukan untuk
tadi dihentikan pemberiannya, dan diganti dengan obat-
melihat kemajuan terapi. Beberapa ahli kedokteran
obat yang tidak hepatotoksik. Pemberian steroid pada
menyatakan evaluasi radiologis ini sebenarnya kurang
hepatitis karena OAT dapat dipertimbangkan. Rifampisin
begitu berperan dalam evaluasi penyakitnya. Bila fasilitas
atau INH kemudian dapat diberikan kembali sendiri-
mernungkinkan foto k6ntrol dapat dibuat pada akhir
sendiri secara desensitisasi (dosis obat dimulai dari
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan
yang paling kecil dan dinaikkan perlahan-lahan sambil
bila nanti timbul kasus kambuh. Jika keluhan pasien tetap
rrenilai adakah kelainan toksik /alergi terjadi. Desentisasi
tidak berkurang (misainya tetap batuk-batuk), dengan
dengan lNH, dimulai dengan 25 mg dan dinaikkan 2 kali
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan tuberkuiosis
dosis sebelumnya setiap 3 hari (25-50-100-200-300-400
parunya atau adakah penyakit lain yang menyertainya.
rng). Untuk rifampisin sama seperti INH dan dimulai
Karena perubahan gambaran radiologis tidak secepat
dengan dosis 75 mg (hari pertama 75 mg, hari ke-4 75
perubahan bakteriologis,,.evaluasi foto dada dilakukan
nng, hari ke-7 150 mg, hari ke-10 150 mg, hari ke-13
setiap 3 bulan sekali.
450 mg, hari ke-16 450 mg, hari ke-19 600 mg). Untuk
Bila secara bakteriologis ada perbaikan tetapi klinis
rnencegah terjadinya efek samping OAT perlu dilakukan
dan radiologis tidak, harus dicurigai penyakit lain di
pemeriksaan kontrol seperti:
samping tuberkuiosis paru.
. Tes warna untuk mata, bagi pasien yang memakai
Bila secara klinis, bakteriologis dan radiologis tetap
obat etambutol
tidak ada perbaikan padahal pasien sudah diobati dehgan
. Tes audiometri bagi yang memakai obat Streptomisin
dosis yang adekuat serta teratuI perlu dipikirkan adanya
. Pemeriksaan darah terhadap enzim hati, bilirubin,
gangguan imunologis pada pasien tersebut, antara lain
ureum/kreatinin, darah perifer dan asam urat (untuk
AIDS.
pemakai pirazinamid)
Pasien yang gagal pengobatan dapat diberikan resimen
pengobatan yang dimodifikasi dengan menambahkan
sedikitnya 3 obat baru (dimana kuman masih sensitif
EVALUASI PENGOBATAN
terha{gp obat tersebut). Aturan utama untuk terapi gagal
pengobatan adalah tidak pernah memberikan hanya satu
fninis. Biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama,
obat tambahan pada resimen yang telah ada.
selanjutnya setiap 2 minggu selama tahap intensif dan
Pasien dengan MDR diterapi dengan 4-6 obat (dimana
seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara
kuman masih sensitive) selama 18-24 bulan (jika terdapat
klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan-keluhan
resistensi terhadap etambutol dan pirazinamid maka
pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang,
pengobatan diberikan selama 24 bulan).
nafsu makan bertambah, berat badan meningkat, dll.
Semua pasien tuberkulosis harus diperiksa terhadap
Bakteriologis. Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan kemungkinan menderita HlV. Pasien dengan faktor risiko
sputum BTA mulai menjadi negatif. Pemeriksaan kontrol terkena hepatitis B atau C juga harus diperiksa.
880 TUBERKULOSTS

KEGAGAE.AN{ PEN GOBATAN PASIEN KAMBI..lFI

Sebab-sebab kegagalan pengobatan, antara lain : Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani peng-
Obat : 1). Paduan obat tidak adekuat. 2). Dosis obat tidak obatan secara teratur dan adekuat sesuai dengan rencana
cukup. 3).Minum obat tidak teratur/tidak sesuai dengan tetapi cialam kontrol ulangan ternyata sputum BTA kemball
petunjuk yang diberikan. 4). Jangka waktu pengobatan positif baik secara mikroskopik !angsung ataupun secara
kurang dari semestinya. 5). Terjadi resistensi obat. 6). biakan. Frekuensi kekambuhan ini adalah antara 2-10*6
Resistensi obat sudah harus diwaspadai yakni bila dalam tergantung padajenis obat yang dipakai.
1-2 bulan pengobatan tahap intensif, tidak terlihat Umumnya kekambuhan terjadi pada tahun pertarna
perbaikan. setelah pengobatan selesai, dan sebagian besar kumannya
Di Amerika Serikat prevalensi pasien yang resisten masih sensitif terhadap obat-obat yang dipergunakan
terhadap OAT makin meningkat dan suciah mencapai semula. Penanggulangan terhadap pasien kambuh lru
9o/o.Di negara yang sedang berkembang seperti di Afrika, adalah:
diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA-yang sudah resisten berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan
terhadap OAT saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara pertama,
PCR-SSCP (Polymerose Chain Reoctian-Single Stranded lakukan perneriksaan bakterioloEis optimal yakni
Confirmotion Polymorphism) dalam waktu t hari. periksa sputum BTA mikroskopis langsung 3 kaf,l,
biakan, dan resistensi,
Drop out: 1. Kekurangan biaya pengobatan. 2. Merasa
evaluasi secara radiologis luasnya kelainan paru,
sudah sembuh. 3. Malas berobat/kurang motivasi.
identifikasi adakah penyakit lain yang memberatkan
Penyakit : 1). Lesi paru yang sakit terlalu luas/sakit berat. tuberkulosis seperti diabetes melitr.rs, alkohoiisnre
2). Penyakit lain yang menyertai tuberkuiosis seperti atau pemberian kortikosteroid yang lama,
diabetes melitus, alkoholisrae. 3). Adanya ganggLian sesuaikan obat-obat dengan hasil tes kepekaafu
imunoiogis. resistensi,
Sebab-sebab keEagalan pengobatan yang terbanyak nilai kembali secara ketat hasil pengobatan ser-ard
adalah karena kekurangan biaya pengobatan atau merasa klinis, radiologis, cian bakteriologis tiap-tiap bulan-
sudah sembuh. Kegagalan pengobatan ini dapat mencapai
50% pada terapi jangka panjang, karena sebagian besar
pasien tuberkuiosis adaiah goiongan yang tidak mampu PENGOBATAN PEMBEDAHAN
sedangkarr pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu
larna dan biaya banyak. Pasien karnbuh aciaiah pasien yang teiah menjaiani terapr
Untuk mencegah kegagalan pengobatan ini perlu TB adekuat dan sudah dinyatak6n sembuh oieh dok"lrr
kerjasarna yang baik dari dokter dan paramedis lainnya secara klinis, mikrobiolog is maupu n radioiogis, kemudiam
serta rnotivasi pengobatan tersebut terhadap pasien. pada evaluasi berikutnya terdapat gejaia klinis iub*
Fenanggulangan terhadap kasus-kasus yang gagai ini kulosis positif (nrikrobioiogi positif). Terapi bedah, banya&.
acialah: dilakukan dalam upaya penyembuhan pasien tuberkulscfo
. Terhadap pasien yang sudah berobat secara teratur. paru yang kambuh. Fada saat ini dengan banyaknya ob#
- Menilai kembali apakah paduan obat sudah obat yang bersifat bakterisid, terapi bedah jarang seH
adekuat mengenai dosis dan cara pemberiannya. dilakukan terhadap pasien tuberkulosis paru.
- Lakukarr pemeriksaan uji kepekaan/tes resistensi lndikasi terapi bedah saat ini adalah :a. pasien dengom
kuman terhadap obat. sputum BTA tetap positif (persisten) setelah pengobaunrn
- Bila sudah dicoba dengan obat-obat yang diulang; b. pasien dengan batuk darah masif atau ber-
masih peka, tetapi ternyata gagal juga, maka ulang; c. Terapi fistula bronkopleura, d. Drainase empienc
pertimbangkan terapi dengan pembedahan tuberkuiosis; d. Untuk mengatasi gangguan mekanikyang
terutama pada pasien dengan kavitas atau timbul pada tuberkulosis tulang (seperti stabilisasi tularg
destroyed lung, vertebra pada penyakit pott).
" Terhadap pasien dengan riwayat pengobatan tidak Di samping syarat toleransi operasi (spiromeu[,,
te ratu r. analisis gas darah dll) diperlukan juga syarat adanva
- Teruskan pengobatan lama selama + 3 bulan obat-obat antituberku losis ya ng nrasi h sensitif. Obat-oba
dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan. antituberkulosis ini tetap diberikan sampai 6 bulan seteialn
- Nilai kembali tes resistensi kuman terhadap obat. operasi. Hasil operasi pasien dengan sputum BTA tetap
- Bila ternyata terdapat resistensi terhadap obat, positil sebagian besar BTA menjadi negatif di samping
ganti dengan paduan obat yang masih sensitif. perbaikan keluhan-keluhannya, sehingga dapat dikatakanm
FBIGOBATAI\I TUBER,KULOSIS MUTAKHIR
881

lilmr56[31 bedah sangat berarti dalam penyembuhan Chan ED, Laurel \', Strand MJ, et al. Treatment and outcome
pas, en. analysis of 205 patients with multidrug-resistant tuberculosis.
Am I Respir Cri: Care Med.2004;1.69:1103 - 1X09.
Centers for Disease Control and Prevention. Prevention and
Treatment of Tuberculosis among patients inJected with
IISAHA PREVENTI F TERHADAP TU BER.Kt,, LOSIS human immunodeficier,cy virus: principles of therapy and
revised recomrrrendations.
Fishman AP. Puimonary disease and disorder. New York: 1"t ed.
h&sinasi BCG McGrawHill; 1990, 1229323 -.
D,i'i beberapa peneliti diketahui bahwa vaksinasi Havlir DV, Barnes PF. Tuberculosis in patients with human
tslG yang telah dilakukan pada anak-anak selama ini immunodeficiency virus infection. N Engl J Med. 1999;
340:367.
t'crrya memberikan cJaya proteksi sebagian saja, yakni Hinshaw HC Murray |F. Disease of the chest. 46 ed" Igaku-Shoin/
[i0%. Tetapi BCG masih tetap dipakai karena ia dapat Saunders International Edition; 198O298355-.
nengurangi kemungkinan terhadap tuberkulosis berat Holland, S.M. 2000. Cytokine therapy of mycobacterial infections.
Itrneningitis, tuberkulosis milier dll) dan tuberkulosis ekstra Acta. Intern. Me d. 200A;45 : 431452-.
Home N. Tuberculosis, Respiratory Disorders.
rparu iainnya. Medicinelnterna tional. 19 86 ; 2(12) : 1. 4901498-.
Iseman MD. Treatmer.,t of multidrug-resistant tuberculosis. N.
Irmoprofilaksis Engi J Med 1993; 329:78491.-.
Kanai K. Introduction to tuberculosis arrd mycobacteria. Tokyo;
l$,emoprofilaksis terhadap tuberkulosis merupakan
SEAMC Publicaiion no.50; 1990. 10559-.
lmasalah tersendiri dalam penanggulangan tuberkulosis Lobue PA.Tuberculosis treatment of disease. In: Manual of Ciinical
mar,.r di samping diagnosis yang cepat dan pengobatan Problems in Pulmonary' Medicine. 6m ed, Bordow RA,Ries
AL and Morris TA eds.Lippincott Williams & Wilkins,
,uang adekuat. lsoniazid banyak dipakai selama ini karena
Philladelphia 2005; 195200-
lliil:ganya murah dan efek sampingnya sedikit (terbanyak Manaf A. Kebijaksanaanbaru pemerintah daiam pe-nanggulangan
nepatitis dengan frekuensi 1o/o, sedangkan yang berusia tuberkulosis paru. Simposium Tuberku-losis Paru Kembali,
jakarta, 231993-10-.
mcih dari 50 tahun adalah 2o/o).
Manaf A. National Pulmonary Tuberculosis eradication Program.
Obat alternatif lain setelah lsoniazid adalah Rifampisin. Proceeding of the Intdgrated Tuberculosis Symposium.
Secerapa peneliti pada I DAT (internotionol Union Agoinst Faculty of Medicine University of Indonesia . |akarta, 1998.
'l,wrculosis) menyatakan bahwa profilaksis dengan INH MitchisonDA. Basic Conceptsinthe Chemotherapyof Tubercutosis.
ln (Gangadh.aram PR] and ]errkns PA, eds) Mycobacteria II
mcerikan seiama 1 tahun, dapat menurunkan insidens Chemotherapv, Chapman & Hall, 1998. 1550-.
t"perkulosis sarnpai 55-83%, dan yang kepatuhan minurn Narita M, Ashkin D, Hollender ES, et al. Paradoxical -worsening of
lcetnya cukup baik dapat mencapai penurunan 9\o/r.yang tuberculosis following antirekoviral therapy in patients with
AIDS. Am i Respair Crit Care Med. 1998; 158:157.
:rllr n u rn o batnya tida k teratu r (inte r m itte nt), efe ktivitas nya
Ormerod LP. Respiratory tubercuiosis. Clinical Tuber-culosis,
nmasih cukup baik. Davies PDO, Ed. London:_Chapman and Hall; 1994.7392-.
Lama profilaksis yang optimal belum diketahui, tetapi Patterson PE, Kimerling ME, tsailey WC, anci Dunlap NE.
uenyak peneliti menganjurkan waktu antara G-12 buian, Chemotherapy of tuberculosis Ini Schiossberg, D ed.
Tuberculosis and non fuberculosis mycobacterial inl'ections.
utara lain dari Americon Thoracic Saciety dan US Centers 4th ed. W.B. Saunder Co. USA. 2000, 7182-.
W Diseoses ControL terhadap tersangka dengan hasil uji Prihatini S . D.O.T.S. Directly Observed Treatment Shortcourse.
ln"nerkulin yang diarneternya lebih dari 5-10 mm. Yang Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
Facrrlty of Medicine, Universiy Of Indonesia |akarta,1998.
mendapat profilaksis 'l 2 bulan adaiah pasien HiV positif
Snider DE. Tuberculosis: The world situation. Histoiy of the
danr pasiendengan kelainan radiologis dada. Yang lainnya diseases and efforts to combat it. Tuberculosis back to the
rperti kontak tuberkulosis dan sebagainya cukup 6 bulan future. Porter ]DH and Me Adam PWl, Ed. Chichester
q4a. Pada negara-negara dengan populasi tuberkulosis England: John Wiley & Sons, 1994.1331.-.
World Health Orgzrrization. Guirielines for tubercuiosis treahnent
nnggi sebaiknya profilaksis diberikan terhadap semua in adult and children in National Tuberculosis Programmes
nasien HIV positif dan pasien yang mendapat terapi "1991,.123-.

rnunosupresi. lVorld Health Organization. Framework of eflective tuberculosis


control.\AlHO tubercuiosis program. Geneva: WtlO,1994
World Health Organization. 1993. Treatment of tuberculosis:
Guidelines for national programmes. \MHO, 1993.Geneva.
REFERENSI WHO, . Guidelines for the Management of Drug-Resistant
Tubercuiosis. (Crofton Chauiet R Maher D, GrossetJ, Harris
,uslerican Thoracic Society, Centers for Disease Control and W, Home N, lseman M and Watt B eds). 2 ed. 1997,Geneva.
Prevention, lnfectious Diseases Society- of America. Tieatment
of tuberculosis. MMWR. 2A03;52 (RR-11):1.
Sarner PF, Barrow SA. Tubercuiosis in the 1990s. Ann Intem Med.
1993;119 40010-.
jfrroeah HD. Beberapa pedoman pemberantasan
tuberkulosis di
lndonesia.Majalah Kedokteran Indonesia 1969;5:15867 -.
120
TUBERKULOSIS PERITONEAL
Lukman Hakim Zain

PENDAHULUAN parunya. Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus tubel-


kulosis peritoneal di negara maju semakin meningkat. 5;
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan Kanada dilaporkan pada tahun 1988 ditemukan g1 ka+s
peritoneum parietal atau viseral yang disebabkan oleh tu berku losis a bdomi nal, 41 kasus d ia ntaranya merupakam
kuman Mycobocterium tubercuLosrs. penyakit ini sering tuberkulosis peritoneal. penyakit ini meningkai sesr,iai
mengenai seluruh peritoneum dan alat-alat sistem dengan meningkatnya insidens AIDS di negara maju,
gastrointestinal, mesenterium, serta organ genitalia Di Asia dan Afrika dimana tuberkulosis masih bany
interna. Penyakit ini jarang berdiri sendiri, biasanya dijumpai, tuberkulosis peritoneal masih merupakarrm,
merupakan kelanjutan proses tuberkulosis di tempat lain masalah yang penting. Manohar dkk melaporkan dl ffiS
terutama dari paru, namun seringkali ditemukan pada King Edward ll Durban Afrika Selatan ditemukan .4S
waktu diagnosis ditegakkan, proses tuberkulosis di paru kasus tuberkulosis peritoneal selama periode 5 talruurm
sudah tidak kelihatan lagi. (1984 - 1988) dengan cara peritoneoskopi. Daldiyorq,
Tuberkulosis peritoneal masih sering dijumpai di menemukan sebanyak 15 kasus di rumah sakit Dr. Cirpm
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, Mangunkusumo Jakarta, selama periode 196g - 1972 dmr
sedangkan di Amerika dan negara Barat lainnya Sulaiman di rumah sakit yang sa,rfla periode 1975-1g,fi!$
walaupunjarang, ada kecenderungan meningkat dengan menemukan sebanyak 30 kasus tuberkulosis peritonedll,,
meningkatnya jumlah pasien AIDS dan imigran. Karena Di Medan, Zain LH melaporkan ada g kasus
perjalanan penyakitnya yang berlangsung secara per_ periode 1993- 1995. Sandicki dkk di Turki
lahan-lahan dan manifestasi klinisnya tidak khas, tuber_ 135 kasus tuberkulosis peritoneal dengan pe
kulosis peritoneal sering tidak terdiagnosis atau terlambat peritoneoskopi.
ditegakkan, sehingga meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian. Tidak jarang penyakit ini mempunyai
keluhan menyerupai penyakit lain seperti sirosis hati PATOGENESIS
atau neoplasma dengan gejala asites yang tidak terlalu
menonjol. Peritoneum dapat dikenai oleh tuberkulosis
beberapa cara:

INSIDENSI
1. Melalui penyebaran hematogen terutama dad
pa ru.

Secara umum tuberkulosis peritoneal lebih sering


2. Melalui dinding usus yang terinfeksi.
dijumpai pada perempuan dibandingkan pria dengan per_
3. Dari kelenjar limfe mesenterium.

bandingan 1,5: 1 dan lebih sering pada dekade ke 3 dan


4. Melalui tuba fallopii yang terinfeksi.
4. Tuberkulosis peritoneal dijumpai pada 2o/o dari seluruh Pada kebanyakan kasus tuberkulosis peritoneal
tuberkulosis paru dan 59,8o/o dari tuberkulosis abdominal. bukan sebagai akibat penyebaran perkontin
Peneliti lain melaporkan dari 91 pasien tuberkulosis tetapi sering karena reaktifasi proses laten yang
peritoneal, hanya 2 pasien (2,1o/o) yang dideteksi ada TBC pada peritoneum yang diperoleh melalui
hematogen proses primer terdahulu.

882
TTBERKULOSIS PERITONEAL 883

PATOLOGI sampai 2 tahun dengan rata-rata lebih dari 16 minggu.


Keluhan yang paling sering ialah; tidak ada nafsu
Dikenal tiga bentuk tuberkulosis peritoneal yaitu: makan, batuk dan demam. Variasi keluhan-keluhan pasien
letrtuk eksudatif. Dikenal juga dalam bentuk yang basah tuberkulosis peritoneal menurut beberapa penulis (Tabel 1)
atau bentuk dengan asites yang banyak. Gejala yang Pada pemeriksaan fisis gejala yang sering dijumpai
r,enonjol adalah perut yang membesar dan berisi cairan ialah: asites, demam, pembengkakan perut dan nyeri, pucat

asites. Pada bentuk ini perlengketan


dan kelelahan. Tergantung lamanya keluhan, keadaan
tidak banyak dijumpai.
I',iberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih umum pasien bisa masih cukup baik, sampai kedaan yang
rekuning-kuningan nampak tersebar di peritoneum atau kurus dan kahektik. Pada perempuan sering dijumpai
pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum. tuberkulosis peritoneal disertai oleh proses tuberkulosis
pada ovarium atau tuba, sehingga pada pemeriksaan alat
tuntuk ini paling dijumpai (95,5o/o).
genitalia bisa ditemukan tanda-tanda peradangan yang
lcntuk adesif. Dikenal juga dengan bentuk kering sering sukar dibedakan dari kista ovari.
artau palastik. Cairan asitestidak banyak dibentuk.
lsus dibungkus oleh peritoneum dan omentum yang
nrengalami reaksi fibrosis. Pada bentuk ini terdapat DIAGNOSIS
perlengketan-perlengketan antara peritoneum dan
!4'nentum. Perlengketan yang luas antara usus dan Laboratorium
peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumol
Pada pemeriksaan darah sering ditemui anemia penyakit
ftadang-kadang terbentuk fisitel. kronik, leukositosis ringan atau leukopenia, trombositosis
lcntuk campuran. Bentuk ini kadang-kadang disebut dan sering dijumpai laju endapan darah (LED) yang
hentuk kista. Pembentukan kista terjadi melalui proses meningkat. Sebagian besar pasien mungkin negatif uji
eksudasi dan adesi sehingga terbentuk cairan dalam tuberkulinnya. Uji faal hati terganggu dan sirosis hati
kantong-kantong perlengketan tersebut. tidak jarang ditemui bersama-sama dengan tuberkulosis
Pada kedua bentuk di atas peritoneum penuh dengan peritoneal.
nodul-nodul yang mengandung jaringan granuloma dan Pemeriksaan cairan asites umumnya memperlihatkan
ltulberkel. eksudat dengan protein > 3 g/dl. Jumlah sel di antara
100-3000 sel/ml, biasanya lebih dari 90% limfosit. LDH
biasanya meningkat. Cairan asites yang purulen dapat
GEJALA KTINIS ditemukan, begitu juga cairan asites yang bercampur
darah (serosanguineus). Basi_l tahan asam didapati hasilnya
Gejala klinis bervariasi, umunya keluhan dan gejala timbul kurang dari 5o/o yang positip dan kultur cairan ditemukan
serlahan-lahan, sering pasien tidak menyadari keadaan kurang dari 20 % yang positip. Ada beberapa peneliti
r.i. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Cipto yang mendapatkan hampir 66 % kulturBTA positip yang
It(angunkusumo lama keluhan berkisar dari 2 minggu akan meningkat sampai 83% bila menggunakan kultur
cairan asites yang telah disentrifuge dengan jumlah cairan
lebih dari 1 liter. Hasil kultur cairan asites dapat diperoleh
dalam waktu 4-8 minggu.
Perbandingan albumin serum asites pada tuberkulosis
SulaimanA Sandikci Manohar
peritoneal ditemukan rasionya <1 ,1 gr/dl namun hal
dkk
htuhan ' ini dapat juga dijumpai pada keadaan keganasan,
1975 - 1979 O35 ps) 1984.1988
(30 psl % '% sindrom nefrotik, penyakit pankreas, kandung empedu
(45 psl ,'o/e
atau jaringan ikat . Bila ditemukan rasionya > 1,1 grldl
Sakit perut, 57 82 35,9
merupakan cairan asites akibat portal hipertensi.
kmbengkakan 50 96 73,1 '

perut Perbandingan glukosa asites dan darah pada


Batuk :
4D _, tuberkulosis peritoneal tersebut < 0,96, sedangkan pasien
Demanr. , ' 0 ,69, , .53.9,. asites dengan penyebab lain rasionya > 0,96. Pemeriksaan
Keringat,malam ',, ,5 j:: cairan asites lain yang sangat membantu diagnosis
Anoreksia ,', ,30 , 73, 46,9: tuberkulosis peritoneal, cepat dan non invasif adalah
Xelelahan r . 23 76 pemeri ksaan o d e nosin d e a m in o se o ctivity (ADA), i nterferon
Eerat badan 23, .80 M,1 gamma (lFNy), dan PCR. Menurut Gimene dkk nilai
Urrun ADA lebih dari 0,40 uKat/l mempunyai sensitifitas 100%
Mencret 2A dan spesifisilas 99o/o untuk mendiagnosis tuberkulosis
884 TUBERKULOSTS

peritoneal. Menurut Gupta dkk nilaiADA 30 u,/l mempunyai sonografi tuberkulosis peritoneal yang sering antara
I
se n s it if ita s 1 00o/o d a n s pes if i s ita s 9 4,1 o/o, serta m e n g u ra n g i lain, cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga
positip palsu dari sirosis hati atau keganasan karena nilai abdomen, abses dalam abdomen, massa di daerah
ii ADA nya 14 t 10,6 u/|. ileosekal dan pembesaran kelenjar Iimfe retroperitoneal.
il
Hafta A dkk melakukan penelitian untuk Adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen
membandingkan konsentrasi ADA pada pasien tuberkulosis usus dan penebalan omentum, dapat dilihat dan harus
peritoneal, tuberkulosis peritoneal dan sirosis hati. diperiksa dengan seksama.
Didapatkan hasilnya 131,1 t 38,1 u/1, 29 t 18,6 u/1, dan
CT Scon. Pemeriksaan CT Scon untuk tuberkulosis
12,9 x 7 u/|. Pada asites yang konsentrasi proteinnya
peritoneal tidak ada suatu gambaran yang khas, secara
rendah nilai ADA nya akan rendah sehingga dapat
umum ditemukan gambaran peritoneum yang berpasir.
menyebabkan negatif palsu. Oleh sebab itu pada kasus
Rodriguez dkk melakukan suatu penelitian yang
seperti ini dapat dilakukan pemeriksaan lFNy.
membandingkan tuberkulosis peritoneal dengan karsinorna
Fathy ME melaporkan angka sensitivitas lFNy 90,9%,
peritoneal. Didapatkan penemuan yang paling baik untr.&
ADA 81,87o dan PCR 36,3% dengan masing-masing
membedakannya dengan melihat gambaran CT scon
spesivisitas 100% untuk mendiagnosis tuberkulosis
terhadap peritoneum parietalis. Bila peritoneumnya lici*
peritoneal. Bhargava dkk melakukan penelitian terhadap
dengan penebalan yang minimal dan pembesaran yarrtg
konsentrasi ADA pada cairan asites dan serum pasien
jelas menunjukkan gambaran tuberkulosis peritoneafl"
tuberkulosis peritoneal. Konsentrasi ADA 36 u/l pada
seda n g ka n ka rsinoma peritonea I terlihat ada nya nodul yary
cairan asites dan 54 u/l pada serum dan perbandingan
tertanam dan penebalan peritoneum yang tak teratur.
konsentrasi ADA pada asites dan serum > 0,984
mendukung diagnosis tuberkulosis peritoneal. Peritoneoskopi. Peritoneoskopi cara yang terbaik un*
Pemeriksaan yang lain adalah mengukur konsentrasi mendiagnosis tuberkulosis peritoneal. Tuberkel padlr
CA-125 (concer ontigen 125). CA-125 merupakan antigen peritoneum yang khas akan terlihat pada lebih dadii
yang terkait karsinoma ovarium, antigen ini tidak 90% pasien dan biopsi dapat dilakukan dengan terarCm
ditemukan pada ovarium orang dewasa normal namun selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologi. Pada tubeildl
dilaporkan juga meningkat pada kista ovarium, gagal peritoneal ini dapat ditemui BTA hampir 75% pasiem
ginjal kronis, penyakit autoimun, pankreas, sirosis hati dan tuberkulosis peritoneal. Hasil histologi yang pentinry
tuberkulosis peritoneal. adalah didapatnya granuloma. Yang lebih spesifik
Zain LH di medan menemukan pada 8 kasus adalah jika didapati granuloma dengan perkejuan.
tuberkulosis peritoneal dijumpai konsentrasi CA-125 Gambaran yang dapat dilihat pada tuber
meninggi dengan konsentrasi rata-rata 370,7 u/ml (66,2- peritoneal :1). Tuberkel kecil ataupun besar
907 u/ml). Dengan demikian disimpulkan bahwa bila dinding peritoneum atau pada organ lain dalam
dijumpai peninggian serum CA-125 disertai dengan cairan peritoneum seperti hati, omerilum, ligamentum atau
asites yang eksudat, jumlah sel > 350/m3, limfosit dominan 2). Perlengketan di antara usus, omentum, hati,
maka tuberkulosis peritoneal dapat dipertimbangkan empedu dan peritoneum; 3). Penebalan peritonzulq
sebagai diagnosa. Adanya cairan eksudat atau purulen, mungkin ca
Beberapa peneliti menggunakan CA-125 untuk bercampur darah.
melihat respon pengobatan seperti yang dilakukan Walaupun dengan cara peritoneoskopi tu
Mas MR dkk yang menemukan CA-125 sama tingginya peritoneal dapat dikenal dengan mudah
dengan kanker ovarium 475,80 t 106,19 u/ml dan setelah gambarannya dapat menyerupai penyakit lain
pemberian obat antituberkulosis konsentrasi serum CA 125 peritonitis karsinomatosis. Karena itu pengobatan
menjadi 20,80 t 5,18 u/ml (normal < 35 u/ml) setelah 4 diberikan bila hasil pemeriksaan histologi
bulan pengobatan antituberkulosis. tuberkulosis peritoneal. Kadang-kadang pe
Teruya dkk pada tahun 2000 di Jepang menemukan tidak dapat dilakukan pada kasus dengan
peningkatan konsentrasi CA 19-9 pada serum dan cairan jaringan yang luas, sehingga trokar sulit di
asites pasien tuberkulosis peritoneal, setelah diobati Pada keaddan seperti itu sebaiknya dilakukan
selama 6 minggu dijumpai penurunan menjadi normal. diagnostik.
Laparatomi. Dahulu laparatomi eksplorasi
Pemeriksaan Penunjang tindakan diagnosis yang sering dilakukan, narrl
Ultrasonografi. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) ini banyak penulis menganggap pembedahan
dapat dilihat adanya cairan dalam rongga peritoneum dilakukan jika cara lain yang lebih sederhane
yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk kantong- memberikan kepastian diagnosis atau jika
kantong). Menurut Ramaiya dan Walter gambaran indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus.
TUBERKULOSIS PERITONEAL 885

PENGOBATAN Jakubowski A, Elwood RK, Enarson DA. Clinical features of


abdominal tuberculosis. ] Infect Dis. 1988;158 @):687-92.
Lyche KD. Miscelaneous disease of the peritonium and mesentery.
Pengobatannya sama dengan tuberkulosis paru. Obat-
In: Grendell |lr, Mc Quaid KR, Friedman SL, editors. Current
obatan seperti streptomisin, lNH, etambutol, rifampisin, diagnosis and treatment gastroenterology. New York: Pren-
oirazinamid memberikan hasil yang baik, perbaikan akan tice Hall International; 1996. p.LM-5.
:erlihat dalan waktu 2 bulan. Lama pengobatan biasanya Mas MR, Comert B, Saglamkaya Y . Ca 125 a new marker for di-
mencapai 9 bulan sampai 18 bulan atau lebih. agnosis and follow up patients with tuberculous peritonitis.
Dig Liber dis. 2000:32595-7.
Beberapa penulis berpendapat kortikosteroid dapat
Manohar A, Simjee AE, Halfejee AA, Pettengell KE. Symptom
mengurangi perlengketan peradangan dan mengurangi and investigative findings in 145 patients with tuberculous
I
:erjadinya asites. Terbukti juga kortikosteroid dapat perionitis diagnosed by peritoneoscopy and biopsy over a
i
'nengurangi angka kesakitan dan kematian, namun five year period. Gut. 1990;31:7130-2.
:emberian kortikosteroid harus dicegah pada daerah N#eh MA, Medhat A, Abdul Hameed AG, et al. Tuberculous
endemis dimana terjadi resistensi terhadap mikobakterium perionitis in Egypt: the value of laparoscopy in diagnosis.
AmJ Trop Med Hyg. 1992;47(4):470-7 (abstract).
:uberkulosis.
Ramaiya LI, Walter DF. Sonographic features of tuberculous peri-
tonitis. Abdom Imaging. 1993;18 (1):23-6 (abstract).
Rodriguez E, Pombo F. Peritoneal tuberculosis versus peritoneal
PROGNOSIS carsinomatosis distingtion based on CT findings. J Conput
assistttomo gr. 199 6 ;20 ;269 -7 2.
rrognosis tuberkulosis peritoneal cukup baik bila diagnosis Rosengat TK, Coppa GF. Abdominal mycobacterial in-fection
in immuno-compromised patients. Am j Surg. 1,990;1,59
:apat ditegakkan dan biasanya akan sembuh dengan (1):125-31.
:engobatan anti tuberkulosis yang adekuat. Sandikci MU, Colakoglu B, Ergun Y, et al. Presntation and role of
peritoneoscopy in the diagnosis o{ tuberculous peritonitis. }
Gastroenterol H ep alol. 1992;7 (3) :29 I -301 (abstract).
Spiro HM. Peritoneal tuberculosis. Clinical gastroenterologi. 14'h
REFERENSI
edition. London: Mc Graw Hill Inc;1993. p.551"-2.
Sulaiman HA. Peritonitis tuberkulosis. Gastroenterologi hepa-
{irmad M. Tuberculous peritonitis: {atality associated with de-
tologi. Jakarta: Infomedika; 1990. p. 456-6-1..
layed diagnosis. South Med J. 1999:92:406-8.
{rajhi AA, Halim MA, Al-hokail, Teruya ]U, Deguchi S, Takeshima Y, Nakachi A" Muto Y. Tuber-
et al. Corticosteroid treahnent
of peritoneal tuberculosis. Clin infect Dis. L998:27:52-6. culous peritonitis with high level ol Ca 19-9 in serum acitic
fhargava DK, Gupta M, Nijhawan S, Dasarathy S. Adenosin fluid. |pn J Gastroenterol Surg. 2000;33:230-4.
deaminase activity in peritoneal tuberculosis: diagnostic value Varon J. Corticosteroid for tuberculosis Available fuorr.: http:/ /
in ascitic fluid and serum. Tubercle.1990;71:121-6. www.postgrandmed.com/issues / 2000 / 04-00/ cc-cc-aproo.
laniel. TM tuberculous peritonitis. Harrisonls principles of in- htm.
temal medicine. 16s edition. New York: MC Graw Hill Book Yanshan Xue, Zhi ji, Xiumei liu.'Form of peritoneal ostosis by tu-
Co;2005.p.712. berculosis: CT findings with pathologic correlation Available
ilJs H. Primary and special types of peritonitis. In: Schawarz from:http/ / :www. Cmj.org/ xueyanshanzrhtm.
S, Ellis F{, Hussic WC editors. Maingots abdominal opera- Zarr.L}{. Peran analisis cairan asites dan serum Ca 125 dalam
tions. 1"'edition. New York: Prenticehall International inc; mendiagnosa TBC peritoneum. In: Acang, Nelwan RHH,
1990:355-6. Syamsuru W, editors. Padang: KOPAPDI X;1996.p.95.
Ea*rv EM, EL Salam FA, Lashin AH. et al. A comparative study
of different procedures for diagnosis of tuberculosis ascites.
Available from:http:/ /www.memberstripod.com/ ejimunol-
ogy / pwiotts / jan 99-9.html.
Fr E. Tuberculous perionitis. Hunter's tropical medicine. 8'h edi-
tion. London: WB Saunder Co;2000. p. 503-4.
,-uprta VK, Mukherjee S, Dutta SK, Mukherjee P. Diagnostic
evaluation of ascitic adenosine deaminase activity in tuber-
cular perionitis. ] Assoc Physicians lndia.1992;40 (6):387-9
(abstract).
;:,atta A. Adenosin deaminase activity in the diagnosis of peri-
toneal tuberculosis with cirrhosis. http: / / wwwc,t.edu.tr/
i akriter er / tf / fi d / 97 -2-9.htm.
lhrahim G, Gelzayd B, Demantia F, etal. CA-125 tumor associated
antigen in a patien with tuberculous peritonitis. Available
trom: http: / /www.medscape.com / SMA / SMI / 1999V92nti /
smj 921 1. 1 3.ibra / pntsmj921113.ibra. htrnl.
ka,E!- GB, Guseinov SA, Gasanov VId, Aliva EA'Mirzoev EB. Di-
agnosis and treatment of tuberculos peritonitis. Khiruggiia
(Mosk). 1999;7:16-8.
BIB I3
INFEKSI HIV DAN AIDS

''.::F:|V./AIDS di lndonesio
86i"t''t" ; .,
:

Virolog_LXtV 898

, lmu nopotoge nesis. tnfeksi'


HlV gt'Ai/,'::::,, ' ,,.

Gejotadon Diognosis,.r
,. )'. .

' ,

fewosp:Odoon . ' I

Universoj podo *.1rgos": ' '

Keseho?on HtViAtDS ?f6


-s
Koinfeksi HIV don V' ''i',':
,',,,.Hepotitis,,tr
lVUe; g2}i," .,,.,"' .

Respons lmun lnfek5i11117.,,:'' '


g24 ";"''"

ll.mu PHlYilflIlmmil Edisi vt2014


L21
Hw/ArDS Dr TNDONESTA
Zubairi Djoerban, Sa msuridjal Djauzi

PENDAHULUAN diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang


disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
tutiasalah HIV/AIDS
adalah masalah besaryang mengancam infeksi oleh virus HIV (Human lmmunodeficiency Virus)
ndonesia dan banyak negara di seluruh dunia. UNAIDS, yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap
$dan WHO yang mengurusi masalah Al DS, memperkirakan akhir dari infeksi HlV.
,u'nlah odha di seluruh dunia pada Desember 2004
adalah 35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada negara
Xang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan SEJARAH
herbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis
iiesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi,
Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 19g1.
pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain
Meskipun demikian, dari beberapa literatur sebelumnya
V/Al DS menyeba bkan krisis mu ltidimensi. Sebagai krisis
ri'rrr

ditemukan kasus yang cocok dengan definisi surveilans


h,sehatan, AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan AIDS pada tahun 1950 dan 1960-an di Amerika Serikat_
m-emerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk Sampeljaringan potong beku dan serum dari seorang pria
rrCividu yang terinfeksi HlV. berusia 15 tahun di St. Louii, AS, yang dirawat dengan dan
Hasil-hasil penelitian dalam bidang infeksi HIV meninggal akibat Sarkoma Kaposi diseminata dan agresif
,nremberi harapan dalam bidang pencegahan
dan terapi. pada 1968, menunjukkan antibodi HIV positif dengan
Serbagai upaya pencegahan yang sudah dikenal seperti Western Blot dan antigen HIV positif dengan ELISA. pasien
perilaku sehat, penggunaan kondom, serta pencegahan
initidak pernah pergi ke luar negeri sebelumnya, sehingga
uernakaian jarum suntik bersama tetap merupakan upaya diduga penularannya berasal dari orang lain yang juga
lang penting, namun pemberian obat anti retroviral (ARV) tinggal diAS pada tahun 1960-an, atau lebih awal.
Ernyata mampu menurunkan risiko penularan secara nyata. Virus penyebab AIDS diidentifikasi oleh Luc Montagnier
&erdasarkan hasil-hasil penelitian ini, WHO menetapkan pada tahun 1983 yang pada waktu itu diberi nama LAV
mencapaian pada tahun 2015 yaitu menurunkan infeksi (lymphodenopothy virus) sedangkan Robert Gallo
mru HIV pada laki-laki dan perempuan muda sebesar menemukan virus penyebab AIDS pada 19g4 yang saat
5096, menurunkan infeksi baru HIV pada bayi dan anak
itu dinamakan HTLV-lll. Sedangkan tes untuk memeriksa
sebesar 90%, dan menurunkan angka kematian terkait HIV
antibodi terhadap HIV dengan cara Elisa baru tersedia
sebesar 50%. Bahkan para pakar pada bidang penyakit ini pada tahun 1985.
rptimis dalam waktu yang tidak terlalu Iama, infeksi HIV lstilah pasien AIDS tidak dianjurkan dan istilah Odha
lang semula amat menakutkan akan dapat dikendalikan. (orang dengan HIV/A|DS) lebih dianjurkan agar pasien
Sudah tentu optimisme ini diharapkanjuga akan mewarnai AIDS diperlakukan lebih manusiawi, sebagai subjek dan
ri,rpaya penanganan HIV di lndonesia. tidak dianggap sebagai sekadar objek, sebagai pasien.
Kasus pertama AIDS di lndonesia dilaporkan secara
resmi oleh Departemen Kesehatan tahun 19g7 yaitu pada
DEFINISI seorang warga negara Belanda di Bali. Sebenarnya sebelum
itu telah ditemukan kasus pada bulan Desember 19g5
rlDS (Acguired' lmmunodeficiency Syndrome) dapat yang secara klinis sangat sesuai dengan diagnosis AIDS

887
888 INFEKSI HIV DAN AItrs

dan hasil tes Elisa tiga kali diulang, menyatakan positif. narkotika. Padahal sebagian besar odha yang merupakan
Hanya, hasil tes Western Blot, yang saat itu dilakukan di pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa mr.rda
Amerika Serikat, hasilnya negatif sehingga tidak dilaporkan yang merupakan kelompok usia produktif. Anggapan bahn
sebagai kasus AIDS. Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pengguna narkotika hanya berasal dari keluarga broken hont
pada bulan Maret 1986 di RS Cipto Mangunkusumo, pada dan kaya juga tampaknya semakin luntur. Pengaruh tenralrl
pasien hemofilia dan termasukjeni s non-progessor, artinya sebaya (peer group) tampaknya lebih menonjol.
kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama Pengguna narkotika suntik mempunyai risiko tinggi
17 tahun tanpa pengobatan, dan sudah dikonfirmasi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit-bibit penyakit laimr
dengan Western Blot, serta masih berobatjalan di RSUPN yang dapat menular melalui darah. Penyebabnya adatdn
Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002. penggunaan jarum suntik secara bersama dan berularqg
yang lazim dilakukan oleh sebagian besar penggum
narkotika. Satu jarum suntik dipakai bersama antara 2
EP.IDEMIOTOGI sampai lebih dari 15 orang pengguna narkotika. Surrqr
sentinel yang dilakukan di RS Ketergantungan Obat dii
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh Jakarta menunjukkan peningkatan kasus infeksi HIV p
yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan pengguna narkotika yang sedang menjalani rehabiliHi
seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum yaitu15o/o pada tahun 1999, meningkat cepat merid
suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen 40,8% pada tahun 2000, dan 47,9o/o pada tahun 2(Ufi-
darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang Bahkan suatu survei di sebuah kelurahan di Jakarta
dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi yang dilakukan oleh Yayasan Pelita llmu menunjukkan
terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja pengguna narkotika terinfeksi HlV.
seks komersil dan pelanggannya, serta narapidana. Surveilens pada donor darah dan ibu hamil
Namun, infeksi HIV/AIDS saat inijuga telah mengenai digunakan sebagai indikator untuk me
semua golongan masyarakat, baik kelompok risiko tinggi infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum. Jika pada
maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian 1990 belum ditemukan darah donor di Palang
besar odha berasal dari kelompok homoseksual maka kini lndonesia (PMl) yang tercemar HlV, maka pada
telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang jumlahnya
secara heteroseksual dan pengguna narkotika semakin lama makin meningkat. Persentase kantung darah
meningkat. Beberapa bayi yang terbukti tertular HIV dari dinyatakan tercemar HIV adalah 0,002o/o pada
ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari tahap 1 992/ 1993, 0,003% pada periode 1994/1995, 0,004%

penularan heteroseksual. periode 1998/1999 dan 0,0160/o pada tahun 2000.!'


Sejak 1985 sampai tahun 1996 kasus AIDS masih amat Prevalensi ini tentu perlu ditafsirkan dengan
jarang ditemukan di lndonesia. Sebagian besar odha pada karena sebagian donor darah berasal tahanan di
periode itu berasal dari kelompok homoseksual. Kemudian pemasyarakatan, dan dari pasien yang tersangka
jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat dan rumah sakit yang belum mempunyai fasilitas
sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan untuk tes HlV. Saat ini, tidak ada lagi darah donor
tajam yang terutama disebabkan akibat penularan melalui berasal dari penjara.
narkotika suntik. Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat Pada narapidana, suatu survey cross sectioed:
6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tentu penjara narkotika di Bandung, memperlihatkan
masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya. Departemen HIV pada warga binaan yang 10 kali lipat lebih
Kesehatan Rl pada tahun 2002 memperkirakan jumlah dibandingkan angka nasional.
penduduk lndonesia yang terinfeksi HIV adalah antara Survey yang dilakukan pada tahun 1999-20il!
90.000 sampai 130.000 orang. beberapa klinik KB, puskesmas dan rumah sakit di
Sebuah survey yang dilakukan di Tanjung Balai yang dipilih secara acak menemukan bahwa 6 (1,
Karimun menunjukkan peningkatan jumlah pekerja seks hamil dari 537 orang yang bersedia menjalani tx
komersil (PSK) yang terinfeksi HIV yaitu dari 1o/o pada ternyata positif terinfeksi HlV.
tahun 1995/1996 menjadi lebih dari 8,387o pada tahun
2000. Sementara itu survey yang dilakukan pada tahun
2000 menunjukkan angka infeksi HIV yang cukup tinggi PATOGENESIS
di lingkungan PSK di Merauke yaitu 5-26,5o/o, 3,36% di
Jakarta Utara, dan 5,5o/o di Jawa Barat. Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi
Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa virus mempunyai afinitas terhadap molekul
peningkatan infeksi HlVyang semakin nyata pada pengguna C D4. Limfosit CD4+ berfu n gsi mengoordi nasi kan
rTlAIDS DI INDONESIA 889

fi.mgsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut juga bertahap.


rnnenyebabkan gangguan respons imun yang progresif. lnfeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan
Kejadian infeksi HIV primer dapat dipelajari pada tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan
mnodel infeksi akut Simion lmmunodeficiency Virus (SlY). gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu
W dapat menginfeksi limfosit CD4+ dan monosit pada setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
rrnukosa vagina. Virus dibawa oleh ontigen-presenting menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam,
eIIs ke kelenjar getah bening regional. Pada model diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi
rn*, virus dideteksi pada kelenjar getah bening makaka HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini
&lam 5 hari setelah inokulasi. Sel individual di kelenjar umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada
Ertah bening yang mengekspresikan SIV dapat dideteksi sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat
dengan hibridisasi in situ dalam 7 sampi 14hari setelah cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yang
i,rokulasi. Viremia SIV dideteksi 7-21 hari setelah infeksi. perjalanannya lambat (non-progressor).
Ft"rncak jumlah sel yang mengekspresikan SIV di kelenjar Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh,
qetah bening berhubungan dengan puncak antigenemia odha mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi
p26 SlV. Jumlah sel yang mengekspresikan virus di oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama,
pringan limfoid kemudian menurun secara cepat dan rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare,
Ihubungkan sementara dengan pembentukan respons tuberkulosis, infeksi jamuri herpes, dan lain-lain.
irnun spesifik. Koinsiden dengan menghilangnya viremia Tanpa pengobatan ARV, walaupun selama beberapa
adalah peningkatan sel limfosit CD8. Walaupun demikian tahun tidak menunjukkan gejala, secara bertahap
tidak dapat dikatakan bahwa respons sel limfosit CD8+ sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi HIV akan
mnenyebabkan kontrol optimal terhadap replikasi HlV. memburuk, dan akhirnya pasien menunjukkan gejala klinik
Replikasi HlV berada pada keadaan 'steady-state' beberapa yang makin berat, pasien masuk tahap AIDS. Jadi yang
hulan setelah infeksi. Kondisi ini bertahan relatif stabil disebut laten secara klinik (tanpa gejala), sebetulnya bukan
elama beberapa tahun, namun lamanya sangat bervariasi. laten bila ditinjau dari sudut penyakit HlV. Manifestasi
Faktor yang mempengaru hi tingkat repl ikasi H lV tersebut, dari awal dari kerusakan sistem kekebalan tubuh adalah
dengan demikanjuga perjalanan kekebalan tubuh pejamu, kerusakan mikro arsitektur folikel kelenjar getah bening
adalah heterogeneitas kapasitas replikatif virus dan dan infeksi HIV yang luas dijaringan limfoid, yang dapat
Eterogenitas intrinsik pejamu. dilihat dengan pemeriksaan hibridisasi in situ. Sebagian
Antibodi munculdi sirkulasi dalam beberapa minggu besar replikasi HIV terjadi di kelenjar getah bening, bukan
setelah infeksi, namun secara umum dapat dideteksi di peredaran darah tepi.
pertama kali setelah replikasi virus telah menurun sampai Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa
sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu
nnemiliki aktifitas netralisasi yang kuat melawan infeksi terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari.
uirus, namun ternyata tidak dapat mematikan virus. Replikasi yang cepat ini disertai dengan'mutasi HIV dan
'Uirus dapat menghindar dari netralisasi oleh antibodi seleksi, muncul HIV yang resisten. Bersamaan dengan
dengan melakukan adaptasi pada amplopnya, termasuk replikasi HIV terjadi kehancuran limfosit CD4 yang tinggi,
bmampuannya mengubah situs g likosilasinya, akibatnya untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi dengan
honfigurasi 3 dimensinya berubah sehingga netralisasi memproduksi limfosit CD4 sekitar 10s sel setiap hari.
png diperantarai antibodi tidak dapat terjadi. Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna
narkotika. Lebih dari 80% pengguna narkotika terinfeksi
virus hepatitis C. lnfeksi pada katup jantung juga adalah
DATOFISIOLOGI penyakit yang dijumpai pada odha pengguna narkotika
dan biasanya tidak ditemukan pada odha yang tertular
Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA dengan cara lain. Lamanya penggunaan jarum suntik
sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HlV, berbanding lurus dengan dengan infeksi pneumonia
seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang dan tuberkulosis. Makin lama seseorang menggunakan
png terinfeksi HlV, sebagian berkembang masuk tahap narkotika suntikan, makin mudah ia terkena pneumonia
AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi dan tuberkulosis. lnfeksi secara bersamaan ini akan
asien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun menimbulkan efek yang buruk. lnfeksi oleh kuman
hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan penyakit lain akan menyebabkan virus HIV membelah
gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit dengan lebih cepat sehingga jumlahnya akan meningkat
brsebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, pesat. Selain itu juga dapat menyebabkan reaktivasi virus
resuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang di dalam limfosit T. Akibatnya perjalanan penyakitnya
890 INFEKSI HIV DAN AIDS
/

biasanya lebih progresif.


Perjalanan penyakit HIV yang lebih progresif pada
pengguna narkotika inijuga tercermin dari hasil penelitian Prevalensi Strateoi
di RS dr. Cipto Mangunkusumo pada 57 pasien HIV -
ruJuan PemenKsaan
HIV pemeriksaan
infeksi
l keamanan
asimptomatik yang berasal dari pengguna narkotika, semua
dengan kadar CD4 lebih dari 200 sel/mm3. Ternyata 56,14o/o transfusi dan
prevalersr
. I

trasplantasi
mempunyai jumlah virus dalam darah (virol lood) yang
melebihi 55.000 kopi/ml, artinya penyakit infeksi HIV nya
Surveillance >1A% I

progresif, walaupun kadar CD4 relatif masih cukup baik.


<1Ao/o ll
Bergejala
Diagnosis infeks HIV/ >30% I

AIDS
TES HIV <30o/o II
Tanpa
>10o/o lt
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti gejala
<10o/o ill
apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena
pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru terlihat setelah Strategi ll menggunakan 2 kali pemeriksaanjika serumm
bertahun-tahun lamanya. pada pemeriksaan pertama memberikan hasil reaktif. itrc
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada pemeriksaan pertama hasilnya non-reakti{, mam
untuk memastikan diagnosis infeksi HlV. Secara garis dilaporkan hasil tesnya negatif. Pemeriksaan pertama
besar dapat dibagi menjadi pemeriksan serologik menggunakan reagensia dengan sensitivitas tertingql:
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan dan pada pemeriksaan kedua dipakai reagensia yang
pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. lebih spesifik serta berbeda jenis antigen atau teknikrym
Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dari yang dipakai pada pemeriksaan pertama. Bila hasd
dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan pemeriksaan kedua juga reaktif'maka disimpulkan se@ru
deteksi materi genetik dalam darah pasien. terinfeksi HlV. Namun jika hasil pemeriksaan yang keduro
Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah non-reaktif, maka pemeriksaan harus diulang
adalah pemeriksaan terhadap antibodi HlV. Sebagai dengan ke-2 metode. Bila hasil tetap tidak sama, rnab
penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (enzyme- dilaporkan sebagai indeterminote.
linked immunosorbent ossay), aglutinasi atau dot-blot Strategi lll menggunakan 3 kali pemeriksaan. tsifir
immunobinding assoy. Metode yang biasanya digunakan hasil pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga rearilrffi,
di lndonesia adalah dengan ELISA. maka dapat dlsimpulkan bahwa,pasien tersebut memarm
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes terinfeksi HlV. Bila hasil pemeriksaan tidak sama, misa&r,i$n
terhadap antibodi HIV ini yaitu adanya masa jendela. hasil tes pertama reaktif, kedua reaktif dan ketiga nom-
Masa jendela adalah waktu sejak tubuh terinfeksi HIV reaktif atau pertama reaktif, kedua dan fetiga no,m-
sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi reakti{ maka keadaan ini disebut sebagai equivocol.@t
dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk pada 4-8 indeterminote bila pasien yang diperiksa memiliki rhr4d
minggu setelah infeksi. Jadi jika pada masa ini hasil tes pemaparan terhadap HIV atau bedsiko tinggl tertulardHMl
HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi Sedangkan bila hasil seperti yang disebut sebelurnrir'il1,
HIV dapat memberikan hasil yang negatif. Untuk itu terjadi pada orang tanpa riwayat pemaparan terhadap +,rIU,
jika kecurigaan akan adanya risiko terinfeksi cukup atau tidak berisiko tertular HlV, maka hasil pemerirsmrr
tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan dilaporkan sebagai non-reaktif. Perlu diperhatikan _
kemudian. bahwa pada pemeriksaan ketiga dipakai reagensia
World Health Orgonizotion (WHO) menganjurkan berbeda asal antigen atau tekniknya, serta m
pemakaian salah satu dari 3 strategi pemeriksaan antibodi spesifisitas yang lebih tinggi.
terhadap HIV di bawah ini, tergantung pada tujuan Jika pemeriksaan penyaring menyatakan
penyaringan keadaan populasi dan keadaan pasien yang reaktif, pemeriksaan dapat dilanjutkan
(Tabel 1).
pemeriksaan konfirmasi untuk memastikan adanya i
Pada keadaan yang memenuhi dilakukannya Strategi l, oleh HIV yang paling sering dipakai saat ini adalah
hanya dilakukan 1 kali pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan Western Blof (WB).
reakti{ maka dianggap sebagai kasus terinfeksi HIV dan bila Seseorang yang ingin menjalani tes HIV u
hasil pemeriksaan non-reaktif dianggap tidak terinfeksi HlV. keperluan diagnosis harus mendapatkan konseling
Reagensia yang dipakai untuk pemeriksaan pada strategi tes. Hal ini harus dilakukan agar ia dapat
ini harus memiliki sensitivitas yang tinggi (> 99%). informasi yang sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV
ilV/AIDS DI INDONESIA 891

sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk


Tabel'2.' lnfulisi Oporiunisrild,rc;ndiiiying Sesuai dengan
drnnya serta lebih siap menerima apapun hasil tesnya Kriteria Diagnosis AIDS
mnti. Untuk keperluan survei tidak diperlukan konseling CytomegoLovirus (CMV) (selain hati, limpa, atau kelenjar
m-a tes karena orang yang dites tidak akan diberitahu getah bening)
nasil tesnya. CMV, retinitis (dengan penurunan fungsi penglihatan)
Untuk memberitahu hasil tes juga diperlukan Ensefalopati HlV"
hnseling pasca tes, baik hasil tes positif maupun negatif. Herpes simpleks, ulkus kronik (lebih dari 1 bulan), bronkitis,
.ira hasilnya positif akan diberikan informasi mengenai pneumonitis, atau esofagitis
rengobatan untuk memperpanjang masa tanpa gejala Histoplasmosis, diseminata atau ekstraparu
rerta cara pencegahan penularan. Jika hasilnya negatif, lsosporiasis, dengan diare kronik (lebih dari 1 bulan)
[,onseling tetap perlu dilakukan untuk memberikan Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru
Kandidiasis esofagus
mformasi bagaimana mempertahankan perilaku yang
Kanker serviks invasive
uoak berisiko.
Koksidiodomikosis, diseminata atau ekstraparu
Kriptokokosis, ekstraparu
Kriptosporidiosis, dengan diare kronik (lebih dari I bulan)
XRITERIA DIAGNOSIS
Leukoensefalopati multifokal progresif
Limfoma, Burkitt
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan
pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV baik Limfoma, imunoblastik
Limfoma, primer pada otak
dengan meteode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan
Mikobakterium avium kompleks atau M. kansasii, diseminata
L,untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. atau ekstraparu
Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans Mikobakterium tuberkulosis, paru atau ekstraparu
dirtegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik (Tabel 2) Mikobakterium, spesies lain atau spesies yang tidak dapat
arau limfosit CD4+ kurang dari 350 sel/mm3. teridentifikasi, diseminata atau ekstrapulmoner
Pneu monia P neu mocystis co rin ii
Pneumonia rekurenb
PENATALAKSANAAN Sarkoma Kaposi
Septikemia Salmonella rekuren
* V/AIDS sampai saat ini memang belum dapat Toksoplasmosis otak
: sembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun Wasting syndrome'
.'erakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan " Terdapat gejala klinis gangguan kognitif atau disfungsi motorik
yang mengganggukerja aJau aktivitas sehari-hari, tanpa
hehwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat dapat dijelaskan oleh penyebab lain selain infeksi HlV. Untuk
anti HIV (obat anti retroviral, disingkat obat ARV) menyingkirkan penyakit lain dilakukan pemeriksaan lumbal
:ermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas punksi dan pemeriksaan pencitraan otak (CT Scan atau MRI)
b Berulang lebih dari satu episode dalam 1 tahun
Ini akibat infeksi HlV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi
ebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat
' Terdapat penurunan berat badan lebih dari 107o ditambah
diare kronik (minimal 2 kali selama > 30 hari), atau kelemahan
aR.V dicapai melalui pulihnya sistem kekebalan akibat kronik dan demam lama (>30 hari, intermiten atau konstan),
diV dan pulihnya kerentanan odha terhadap infeksi tanpa dapat dijelaskan oleh penyakit/kondisi lain (mis. kanker;
tuberkulosis, enteritis spesifik) selain HIV
;portunistik.
Secara umum, penatalaksanaan odha terdiri atas
leberapa jenis, yaitu: a). pengobatan untuk menekan TERAP! ANTI RETROVT RAL (ARV)
eplikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV), b).
:engobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi Manfaat pemberian ARV, yaitu:
can kanker yang menyertai i nfeksi lVlAl DS, seperti jamuri
H 1. Menurunkan angka kematian. Sejak dilaksanakan
trberkulosis, hepatitis, toksoplasma, sarkoma kaposi, terapi ARV dengan subsidi penuh di lndonesia tahun
fnnfoma, kanker serviks, c). pengobatan suportif, yaitu 2004 terjadi penurunan angka kematian di masyarakat
mrakanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan secara nyata yaitu pada tahun 2006 sebesar48% dan
aengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial tahun 2008 sebesar 17Yo.
lan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan 2. Menurunkan risiko perawatan di Rumah Sakit. Biaya
perlu menjaga kebersihan. Dengan pengobatan yang
untuk perawatan di Rumah Sakit amat besar karena
hngkap tersebut, angka kematian dapat ditekan, harapan
*rdup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik obat-obat untuk infeksi oportunistik sebagian
amat mahal dan penderita umumnya memerlukan waktu
:erkurang.
perawatan yang lama.
892
INFEKSI HIV DAN AIIIS

3. Menekan viral load. Dalam waktu sekitar 6 bulan,


Kaposi dapat spontan membaik tanpa pengobatan
terdapat 80% ODHA yang berobat di RSCM hasil khusus. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkamr
pe meriksa a n viral loadnya menunjukkan tidak penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat
terdeteksi.
menstimulasi pertumbuhan Sarkoma Kaposi. Selain rtur
4. Memulihkan kekebalan. Pemberian ARV akan pulihnya kekebalan tubuh menyebabkan tubuh dapat
meningkatkan CD4 sehingga tubuh ODHA putih membentuk respons imun yang efektif terhadap hunran
kekebalannya. herpesvirus 8 (HHV-8) yang dihubungkan dengan kejadiann
5. Menurunkan risiko penularan. Berbagai penelitian sarkoma kaposi.
menunjukkan bahwa pemberian ARV secara dini Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperfri
pada pasien di Scotlandia (pasien yang salah satunya n ucLeoside reve rse tra nscriptose in hibitor,n ucLeotide revwu
terinfeksi HIV) mampu menurunkan risiko penularan tra nscriptose in hibitor, n on - n ucleoside reverse tro nscripttq
sebesar 96%6karena itulah timbul pemahaman bahwa inhibitor, dan inhibitor protease. Tidak semua ARV yanqg
-
pengobatan ARV merupakan pencegahan juga ada telah tersedia di lndonesia (Tabel 3).
(treatment as prevention). Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangranmr
dengan seksama karena obat ARV akan diberikan daiailfir
Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi kesehatan
jangka panjang. Obat ARV direkomendasikan padtr
odha menjadijauh lebih baik. tnfeksi kriptosporidiasis yang
semua pasien yang memiliki HIV +, telah menunjuffim
sebelumnya sukar diobati, menjadi lebih mudah ditangani.
gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS
lnfeksi penyakit oportunistik lain yang bera! seperti infeksi amur
menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa meiriillnil
virus sitomegalo dan infeksi mikobakterium atipikal, jumlah limfosit CD4+. e[s1 ini juga direkomendasitam
dapat disembuhkan. pneumonia pneumocystis corinii
pada pasien dengan limfosit CD4 kurang dari 350
pada odha yang hilang timbul, biasanya mengharuskan sdllfl
mm3. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 2S[Dl-
odha minum obat infeksi agar tidak kambuh. Namun
350 sel/mm3 dapat ditawarkan, untuk memulai te!-mfr"
sekarang dengan minum obat ARV teratu[ banyak
odha Pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+
yang tidak memerlukan minum obat profilaksis terhadap
dari 350 sel/mm3 dan viral Lood lebih dari 100.000
pneumonia.
ml terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula
Terdapat penurunan kasus kanker yang terkait dengan
Terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien
HIV seperti Sarkoma Kaposi dan limfoma dikarenakan
limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3dan virol Lood
pemberian obat-obat antiretroviral tersebut. Sarkoma
dari 100.000 kopi/mt.

jr j::!iri:l
rnri.and .l,rl].llii.:, : : "r:::;: rjji : :,i r:

lfr.:j.,t:=,i=.:,1 .:;I r l.t;:l::rl:ilt:

Golongan Sediaan *
Dosis (per hari)
Tablet, kandungan: zidovudin 300 mg, 2 x 1 tablet
lamivudin 150 mg
Stavir Stavudin (d4T) NsRTI
Zerit
Kapsu l: >60kg:2x40mg
30 mg,40 mg <60k9:2x30mg
Hiviral Lamivudin (3TC) NsRTI Tablet 150 mg Larutan.oral 10 mglml
3TC
2x150mg
< 50 kg: 2 mg/kg,2xlha'i
Viramune Nevirapin (NVP) NsRTI Tablet 200 mg x 200 mg selama 14 hari,
Neviral
2x20A mg
Retrovir Zidovudin NsRTI Kapsul 100 mg
Adovi (ZDV AZT)
2 x 300 mg, atau 2 x250 rq
(dosis alternatif)
Avirzid
Videx Didanosin (ddt) NsRTI Tablet kunyah: 100 mg >60 kg:2x200 mg atau I x
<60 kg: 2x 125 mg, atau 1 x
Stocrin, Efavirenz (EFVEF4 NNRTI Kapsul 200 mg 1 x 600 mg, malam
Nelvex Nelfinavir (NFV) PI Tablet 250 mg
Viracept 2 x 1250 mg

NsRTI= nucleoside reverse tronscriptose inhibitor,


NNRTI = non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor, pl
= proteose
i{IV / AIDS DI INDONESIA 893

Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan ARV yang dianjurkan digunakan pada odha dengan TB
frHO adalah kombinasi dari 3 obat ARV. Terdapat beberapa pada kolom B (Tabel 4) adalah evafirenz. Rifampisin dapat
'egimen yang dapat dipergunakan (Tabel 4), dengan menurunkan kadar nelfinavir sampai 82o/o dan dapat
rcunggulan dan kerugiannya masing-masing. Kombinasi menurunkan kadar nevirapin sampai 37%. Namun, jika
:,bat antiretroviral lini pertama yang umumnya digunakan evafirenz tidak memungkinkan diberikan, pada pemberian
di lndonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV)/|amivudin bersama rifampisin dan nevirapin, dosis nevirapin tidak
3TC), nevirapin (NVP), stavudin (d4T), dan Efavirenz (EFV). perlu dinaikkan.
aenggunaan d4T (stavudin) dlm waktu tidak terlalu lama
rarena efek samping jangka panjang yaitu lipodisatropi
dan efek metabolik. Pada pengobatan ARV ini 2 digunakan EVALUASI PENGOBATAN
ll,enofovir, Lopi/Ritonavir. Efek samping tenofovir yaitu
3angguan fungsi ginjal, osteoporosis, sedangkan efek Pemantauan jumlah sel CD4 di dalam darah merupakan
sannping Pl adalah gangguan metabolik. indikator yang dapat dipercaya untuk memantau beratnya
kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV dan memudahkan
kita untuk mengambil keputusan memberikan pengobatan
ARV. Jika tidak terdapat sarana pemeriksaan CD4, maka
Kolom A Kolom B jumlah CD4 dapat diperkirakan darijumlah limfosit total
lamivudin + zidovudin Evafirenz* yang sudah dapat dikerjakan di banyak laboratorium pada
tamivudin + didanosin umumnya.
Sebelum tahun 1996, para klinisi mengobati,
lamivudin + stavudin
menentukan prognosis dan.menduga staging pasien,
lamivudin + zidovudin Nevirapin
berdasarkan gambaran klinik pasien dan jumlah limfosit
lamivudin + stavudin CD4. Sekarang ini sudah ada tambahan parameter baru
lamlvudin + didanosin yaitu hitung virus HIV dalam darah (viral lood) sehingga
lamivudin + zidovudin Nellfinavir upaya tersebut menjadi lebih tepat.
lamivudin + stavudin Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
dengan pemeriksaan virol lood, kita dapat memperkirakan
lamivudin + didanosin
' risiko kecepatan perjalanan penyakit dan kematian akibat
Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau
wanita yang berpotensi tinggi untuk hamil H lV. Pemeriks aan viral lood memudah kan untu k memantau
Catatan.: kombinasi yang sama sekali tidak boleh adalah
zidovudin + stavudin

Selain interaksi ARV dengan OA| terdapat juga interaksi


dengan obat lain, yaitu Tenofovir dengan ddl (videx),
,r,uRV

dan Pl dengan statin.


lstilah Definisi
Kegagalan Gagal untuk mencapai:
virologis . VL (viral load) <400cm c/rnL dalam 24
minggu atau
hteraksi dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) . VL < 50c/mL dalam 48 minggu atau
|l*lasalah koinfeksi tuberkulosis dengan HIV merupakan . Konsisten (pada 2 pengukuran
lmasalah yang sering dihadapi di lndonesia. Pada berurutan) VL> 50c/mL setelah
VL< 50c/mL
nnnsipnya, pemberian OAT pada odha tidak berbeda
Catatan: kebanyakan pasien akan
deogan pasien HIV negatif. lnteraksi antar OAT dan mengalami penurunan pada VL > llog .,0
a,RV terutama efek hepatotoksisitasnya, harus sangat c/ml pada 1-4 minggu
tfoerhatikan. Pada odha yang telah mendapat obat ARV KegagaIan Hitung CD4 gagal meningkat menjadi 25-
re,,ryaktu diagnosis TB ditegakkan, maka obat ARV tetap imunologis 50 cell/mmE dalam satu tahun
diteruskan dengan evaluasi yang lebih ketat. Pada odha Catatan: kebanyakan pasien mengalamai
peningkatan hitun 1 CD4 150 celllmm3
tang belum mendapat terapi ARV waktu pemberian obat
dalam satu tahun pertama dengan HMRT
oisesuaikan dengan kondisinya (Tabel 5).
Tidak ada interaksi bermakna antara OAT dengan ARV Kegagalan Pada pasien yang belum pernah diobati.
klinis Terjadinya atau kekambuhan gejala terkait
ryolongan nukleosida, kecuali ddl yang harus diberikan HIV lebih dari 3 bulan setelah terapi
seang 1 jam dengan OAT karena bersifat sebagai buffer HMRT dimulai
rytasida. Catatan: diagnosis sindrom
lnteraksi dengan OAT terutama terjadi pada ARV rekonstitusional imunologis harus
d ising kirka n
p,longan non-nukleosida dan inhibitor protease. Obat
894 INFEKSI HIV DAN A.E

efektivitas obat ARV.


Sejak awal pengobatan AR! masalah kegagalan terapi
ARV lini pertama menjadi halyang banyak diteliti. Definisi
Regimen Regimen Pilihan
kegagalan terapi dapat dilihat pada tabel 5. terapi ARV terapi ARV
Obat-obat golongan protease inhibitor (Pls) seperti lini pertama saat muncul
Iopi navi r/ rito navi r; atazanavir, saq u i n avi r; fosa m p renavi ri atau lini TB
kedua
dan darunavir memiliki barier genetik yang tinggi terhadap
resistensi. Obat golongan lain memiliki barier yang rendah. Terapi ARV 2 NRTI + EFV Lanjutkan dengan 2 NilItr
lini pertama + EFV
Walau demikian, kebanyakan pasien yang mendapatkan
2 NRTI + NVP Ganti NVP ke EFV 4b ata,r
Pls- terkait HAART (highly active onti-retrovirol theropy) ganti ke regimen 3 NRTI
yang mengalami kegagalan virologis biasanya memiliki atau lanjutkan dengan 2 '
strain virus HIV yang masih sensitif kecuali bila digunakan NRTI + NVP' {
jangka panjang. Obat golongan lain biasanya menjadi Terapi ARV 2 2 NRTI PI Ganti ke atau lanjutkan i
+
resisten dalam waktu yang lebih singkat ketika terdapat lini kedua (bila sudah mulai) regim
yang berisi LPV/r dengar
kegagalan virologis.
dosis ganda."a -f
lndikasi untuk merubah terapi pada kasus gagal terapi
bisa dipertimbangkan untuk mengembalikan ke NVP semL*r
adalah progresi penyakit secara klinis dimulai setelah > 6 terapi TB yang berisi Rifampicin selesai. Bila mengemsaiitrmr
bulan memakai ARV ke NVP tidak perlu leod-in dose.
Pada WHO stadium 3: penurunan BB > 10 %o, diare penggunaan regimen yang berisi EFV tidak dianjurkar: untllt
perempuan hamil (terutama trimester pertama) berpcmurr
atau demam > 1 bulan yang tidak dapat dijelaskan
untuk hamil dan tidak menggunakan kotrasepsi.
sebabnya, oral hairy leukoplakia terdapat infeksi bakterial perlunya dilakukan monitoring klinis dan laborator;rs ;f,tl@fl)
yang berat alau "bedridden" lebih dari 50% dari satu bulan bila menggunakan NVP atau boosted Pl bersamaan oe.firgm
terakhir rifampicin.
dosis LVP/r dinaikkan dua kali lipat sehingga LF\
Tes resistensi seharusnya dilakukan selama terapi ritonavir 200 dua kali sehari.
atau dalam 4 minggu penghentian regimen obat yang
gagal. lnterpretasi hasil tes resistensi merupakan hal
yang kompleks, bahkan terkadang lebih baik dikerjakan Terapi ARV untuk Hepatitis
oleh ahlinya. Pemeriksaan Hepatitis B dan C pada infeksi HIV
penting mengingat ko-infeksi Hepatitis C/HlV
Tabel 6. lndikasi Tes resistensi 70%, sedangkan ko-infeksi Hepatitis B/HlV sebesa'
dan ko-infeksi Hepatitis B dan C/HlV sebesar 9%-
lndikasi Kegagalan virologis dengan VL (viral seperti pada keadaan khusus HIV/TB, pada ke
load) > 1 .000c/mL
lnfeksi HIV akut di mana pasien HIV memiliki Hepatitis kronik
Baseline, untuk mendapatkan terapi haruslah dimulai terapi ARV berapapun jumlah CDil
inisial. Pengobatan ARV berhasil menurunkan angka k
jangka pendek namun Hepatitis B dan C kronik
Tidak Setelahpenghentianterapiantiretoviral>1
diindikasikan bulanterapi ancaman jangka panjang. Berdasarkan Pedoman
VL< 1.000c/ml Pelayanan Kedokteran 2011, regimen terapi ARY
direkomendasikan yaitu TDF + 3 TC atau FTC untuk
Untuk HCV menggunakan kombinasi terapi i
alpha dan ribavirin (RBV). Selain itu vaksinasi
TERAPI ARV PADA KEADAAN KHUSUS dan B juga diperlukan untuk mencegah hepatitis ahuft,

Terapi ARV untuk Koinfeksi H|V/Tuberkulosis TerapiARV untuk pengguna Metadon


Terapi ARV direkomendasikan pada semua pasien koinfeksi
Terdapat mitos bahwa ARV tak perlu diberikan
HIV/TB berapapun jumlah CD4 nya. Namun bagaimanapun pengguna NAPZA/mantan pengguna NAPZA dan
terapi TB sendiri yaitu OAT (obat anti tuberkulosis) tak boleh digunakan bersama Metadon. Namun,
tetap menjadi prioritas utama. Sehingga untuk memulai adalah interaksi Metadon dan ARV (Nevirap.[mlr
terapinya, OAT diberikan terlebih dahulu, kemudian diikuti Efavirenz) menurunkan kadar Metadon sekitar 2ffi,
dengan ARV dalam waktu delapan minggu pertama. tak ada alasan untuk tak menggunakan ARV
Berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Metadon. Bahkan pengguna metadon sangat
2011, rekomendasi terapi ARV untuk pasien koinfeksi HIV/ untuk memulai terapi ARV. Berdasarkan
TB dapat dilihat pada tabel 7. Nasionan Pelayanan Kedokteran 2011, regimet,
Hrv / ArDs D] TNDONESIA 895

Cirekomendasikan adalah AZT atau TDF atau d4T + 3TC pada tabel 8.
- EFV atau NVP. Berbagai upaya pencegahan ini harus diikuti dengan
kepatuhan berobat yang tinggi. Seperti yang pernah diteliti
sebelumnya, terdapat nilai keberhasilan pengobatan
PENCEGAHAN PENULARAN HIVDARI IBU HAMIL yang tinggi sesuai dengan tingginya tingkat kepatuhan
XE BAYI berobat pasien. Pada pasien dengan tingkat kepatuhan
berobat 95%, maka tingkat keberhasilan pengobatannya
Cbat ARV juga diberikan pada beberapa kondisi khusus sebesar 80%, sedangkan pada pasien dengan tingkat
seperti pengobatan profilaksis pada orang yang terpapar kepatuhan berobat kurang dari70% akan didapatkan nilai
dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV (post- keberhasilan pengobatan sebesar 5%.
?xposure prophyloxis) dan pencegahan penularan dari
'bu ke bayi. Menurut Pedoman Nasionan Pelayanan
(edokteran 2012, regim,en yang direkomendasikan adalah
Keberhasilan
AZT + 3TC + EFV AZT + 3TC + NVP, TDF + 3TC atau FTC Studi (es%ct)
- EFV, dan TDF + 3TC atau FTC + NVP. Evafirenz (EFV)
ARV sebagai pencegahan; Africa, Asia, s6 (73-99)
sebaiknya tidak diberikan pada kehamilan trimester 1.
America
lemberian ARV pada bayi yang lahir dari ibu HIV adalah
AZf Zx/hari sejak lahir hingga usia 4-6 minggu, dosis 4 HIV vaccine; Thailand 31 (1-s1)
rglkgBB/kali Sexually transmitted diseases treatmenU 42 (21-s8)
Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak Mwanza, Tanzania
Cengan pemberian obat ARV penting untuk mendapat
:erhatian lebih besar mengingat sudah ada beberapa
:ayi di lndonesia yang tertular HIV dari ibunya. Efektivitas KESIMPULAN
:enularan HIV dari ibu ke bayi adalah sebesar 10-30o/o.
Artinya dari 100 ibu hamil yang terinfeksi HIV ada 1. Jumlah orang dengan HIV AIDS di lndonesia masih
'0 sampai 30 bayi yang akan tertular. Sebagian besar akan meningkat terutama bila cakupan tes HIV dapat
ditingkatkan.
;enularan terjadi sewaktu proses melahirkan, dan sebagian
txil melalui plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi
2. Cakupan tes HIV yang tinggl akan dapat menemukan

relalui air susu ibu. orang dengan HIV AIDS sehingga orang tersebut
dapat diobati dengan antiretroviral sehingga risiko
Kendala yang dikhawatirkan adalah biaya untuk
i'nembeli obat ARV. Obat ARV yang dianjurkan untuk dia menularkan HIV pada orang lain menjadi amat
trl'MCT adalah zidovudin (AZT) atau nevirapin. Pemberian rendah.
-evirapin dosls tunggal untuk ibu dan anak dinilai sangat 3. lnfeksi HIV acap kalidisertai dengan infeksi oportunistik
TBC, koinfeksi hepatitis C dan B, dan berbagai infeksi
nudah untuk diterapkan dan ekonomis. Sebetulnya
pilihan yang terbaik adalah pemberian ARV yang oportunistik lain. Pengobatan infeksi HIV perlu
memperhatikan infeksi oportunistik dan koinfeksi
l kombinasikan dengan operasi coesar, karena dapat
.renekan penularan sampai 1%. Namun sayangnya di tersebut.
r,egara berkembang seperti lndonesia tidak mudah untuk
4. Terbuka kesempatan untuk mencegah penularan HIV
r,elakukan operasi sectio coesariq yang murah dan aman.
baik melalui perubahan perilaku maupun intervensi
(emudian pemberian ASI oleh wanita dengan HIV tidak biomedik.
airekomendasikan karena memiliki risiko transmisi sebesar
5. Upaya penanggulangan HIV pada tingkat global
telah memberikan hasil yang cukup nyata karena itu
5-20%. Alternatif pemberian susu pada bayi adalah dengan
kita juga harus berusaha meningkatkan keberhasilan
:usu formula. Namun, kendala pemberian susu formula
penanggulangan HIV di lndonesia.
tr,asih dialami oleh Negara berkembang dikarenakan
actor kultur dan ekonomi.

REFERENSI
PENGOBATAN SEBAGAI PENCEGAHAN Borrow R Lewicki H, Hahn BH, Shaw GlvI, Oldstone MB. Virus-
specific CD8+ cytotoxic T-lymphocyte activity associated with
Serbagai upaya pencegahan dapat dilakukan untuk control of viremia in primary human immunodeficiency virus
rrengendalikan infeksi HlV. Berdasarkan beberapa studi type 1 infection. j Virol 1994;68:6103-10.
CDC. 1993 revised classification system for HIV infection and
,eng dilakukan, didapatkan bahwa peran pengobatan expanded surveillance case definition for AIDS among
iebagai pecegahan amat besar seperti yang ditunjukkan adolescents and adults. MMWR 1992;41(no. RR-17).
896 INFEKSI HIV DAN A16

Chakrabarti L, Isola P, Cumont M-C, et aI. Early stages of simian inlected macaques. J Exp Med 1999; 189:99L-8.
immunodeficiency virus inJection in lymph nodes. Am j Kementrian Kesehatan RI. Tatalaksana HIV/AIDS. Pedoma
P athol 199 4 ;1. M:1226 -3 4. Nasional Pelayanan Kedokteran.]akarta 2012. h. 47 -67.
Collier AC, Coombs RW Schoenfeld DA, Bassett RL, Timpone Krown SE. AIDS-Related Kaposi's Sarcoma: Biology aod
], Baruch A. Treatment of Human Immunodeficiency Virus novel therapeutic strategies. Dalam: Perry MC, Chr:ng !4
Infection with Saquinavir, Zidovudine, and Zalcitabine. N Spatilinger M, editor. Proceeding of 38th Annual Meetirgd
Engl j Med 1996;334:1011-8. ASCO; 18- 21 May 2002; Orlando,FL.Alexandria:ASCO2IIU.
DjoerbanZ. Membidik AIDS: Ikhtiar memahami HIV dan odha. h.249-59.
Ed 1. Yogyakarta:Penerbit Galang1999 Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Ancaman HIV/AIffi
Ditjen PPM & PL Depkes RI. Pedoman Nasional - Perawatan, di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan l.effi
dukungan dan pengobatan bagi odha.Jakarta:Departemen Nyata. ]akarta: Depkes Rl;2002.
Kesehatan RI,2003. Kovacs JA" Masur H. Prophylaxis against opportunistic infectim
Djoerban Z, Wydialna, Solehudin U, Sri Wahyuningsih. KAP in patients with human immunodeficiency pati"r,,r. 1r1prl ilI
STUDY on Narcotics and HIV/AIDS among Teenagers Me d 2000;3 42(19) :L416 -29.
in South Jakarta. Proceeding of the XIII International Lederman MId, Valdez H. Immune restorationwith antirehmiril
AIDS Conference . 9-14 ]uli 2000; Durbaru South Africa. therapies. JAMA 2000;284 (2):223-8.
Bolo gna :Mond uzzi E d;2000. Lathey JL, Hughes MD,Fiscus Sa Pi.T, Jacson B, Rasheed Sa
Ditjen PPM & PL Depkes RI. Rencana strategis penanggulangan al. Variability and Prognostic Values of Virologic and @
HIV/ AIDS di Indonesia 2003 -2007 .J akarta Departemen
: Cell Measures in Human Immunodeficiency Virus T,yFfl-
Kesehatan RI,2003 Infected Patients with 200-500 CD4 cells/mm3 (ACIG14.
Djauzi S, Djoerban Z,EkaB,Djoko P, Sulaiman,A, Rifayani A,dkk. J Infect Dis 1998;177:617-24.
Profile of drug abusers in ]akarta's urban poor community. Lydia A. Hitung Limfosit Total sebagai Prediktor Hihmg
Med J Ind 2003;Kustin, Djauzi,dkk. Hasil survey pada wanita CD4 pada Pasien AIDS. Tesis Program Pendidikan
. hamil di Jakarfa 7999-2000. Yayasan Pelita Ilmu, 2000.
Djauzi S. Penatalaksanaan indeksi HIV. Pendidikan Kedokteran
Spesialis 1. Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. 1996
Intemal error: Invalid file format. I In-line.WMF "]Garrr
Berkelanjutan Uji Diri. Jakarta: Yayasan Penerbit 1D1,1997. Witte MH, Gottlieb AA, Elvin-Lewis I\4 Gottlieb M5,
UNAIDS/WHO. AIDS epidemic update 2004. [accessed ]an CL, Alexander SS, Cole \A/R, Drake \AtrLlr.
20 20051. Available at .url:htiry / / www.unaids.org/ w ad2004/ an AIDS virus infection in the United States in 1968.
report.html !988 O ct 14;260 (-1 4) :2085 -7 .

DjoerbanZ. Viral Load Profiles inDrug Users with Asymptomatic Montagnier L, Chermarm JC, Barre-Sinoussi F, Klatzrrm
HIV Infection with Normal CD4 Cell Counts. Med J Ind Wain-Hobson9 Alizonl{, et al.Lymphadenopathy
2002;11(3). virus and its etiological role in AIDS. Princess
Depkes RI. Protap TB Symp. 1984;15:319-31.
Panel on Clinical Practices for Treatment of
HIV Infection. Monitoring the AIDS Pandemic (MAP). The Status and
Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV- of HIV/AIDS/STI Epidemics in Asia and the
Infected Adults and Adolescents.October 29 2004. [access 10 Washington DC:;2001.
Jan 20051, available aturlthtp:/ / aidsinfo.nih.gov/ Mercader IvI, Nickoloff BJ, Foreman K E. Induction of
Farley T, Buyse D, Gaillard R Perriens |. Efficacy of Antiretroviral Immunodeficiency Virus 1 Replication by Human
Regimens for the Prevention of Mother to Child Transmission 8. Arch Pathol Lab2007;125:785-9.
of HIV and Some Programmatic Issue. Background Palella FJ,DelaneyKM, MoormanAC^Loveless MO,
documents for lAiHO Technical Consultation October 2000. GA"et al. Declining Morbidity and Mortality among
[accessed 20 Feb 2003], available at url:http://www.who. with Advanced Human Immunodeficiency Virus
int/ reproductive-health/ rtis/ MTCT/ mtct_consultation_ N Eng I Med 1998,38(13):853-60
october_2000/ consultation_documents/ ef ficacy_of_arv_ PantaleoG, Graziosi I Demarestp, et al. Role of lymphoid
re gimens/ ef fi cacy_of_antiretroviral_re gimens. en.htrnl in the pathogenesis of human immunodeficiency vi
Gotlieb MS. AIDSPast and Future. N Engl J Med 2001 ;3MQ3):1788- infection. Immunol Rev 199 4;140:105 -30.
90. Reimarm KA, Termer-Racz K, Racz R et al. I
Goldie SJ, Kaplan fE, Losina E, Weinstein MC, Paltiel AD, Seage events in acute infection of Rhesus monkevs with
GR 3rd, et al.Prophylaxis for human immunodeficiency virus- immunodeficiency virus of Macaques. I Virol 1
related Pneumocystis cadnii pneumonia: using simulation 70.
modeling to inform clinical guidelines. Arch Intern Med Samgadharan MG, DeVico AL, Bruch L, Schupbachl,
2002;L62(8):921,-8. HTLV-III: the etiologic agent of AIDS. Princess T,
Gortmaker SL, Hughes I\1, Cervia f, Brady IvI, Johnson GIvI, Seage Symp. 1984;15:301-8.
GR. Effect of Combination Therapy including Protease Subdit PMS & AIDS Ditjen PPM & PLP Depkes RI.
Inhibitors on Mortality among Children and Adolescents HIV/AIDS di Indonesia: s.d Maret 2005. Majalah
lnfected with HIV-I. N Engl J Med 2001; M5:L522-28 Jakarta: Yayasan Pelita l1mu.2005.
Huminer D, Rosen{e1d JB, Pitlik SD. AIDS in the pre-AIDS era. Suryamin M. Hitung limfosit total sebagai indikasi
Rev Infect Dis. 1987 Nov-Dec;9(6):1102-8. terapi antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Tesis
]ones ]L, Hanson DL, Dworkin MS, et al. Surveillance for AIDS Pendidikan Dokter Spesialis L llmu Penyakit
defining opportunistic illnesses, 1992-1997. MMWR CDC FKUI.2OO2-
Surveill Summ 1999 ;48 (592) :1. -22. UNAIDS-\ IHO. Revised recommendations for the
Jones )L,Hanson DL, Dworkin MDet al. Incidence and trends in use of HIV antibody tests. Weekly Epidemiologicd
Kaposfs sarcoma in the era of effective antiretroviral therapy. 1997;72:87-8.
J Acquir Immune Defic Syndr 2000;24:270-4. CtBrien WA, Hartigan PA, Martin D, Esinhart J, Hill A"
]inX, Bauer DE, TuttletonSE, Lewing Gettie A" BlanchardJ,Irr,rrin et al. Changes in Plasma HIV-1 RNA and CD4+ L
CE, S#rit JT, Mittler ], Weinberger L, Kostriki s LG, ZhangL, Counts and the Risk o{ Progression to AIDS, }'tr
Perelson AS, Ho DD. Dramatic rise in plasma viremia a{ter Med1996;334:42643.
CD8(+) T cell deplelion in simian immunodeficiency virus- Vaccher E, Spina M, Talamini & Zanetti IvI, di Gennaro
L22
VIROLOGI HIV
Nasronudin

PENDAHULUAN pembuluh limfe seorang laki-laki pengidap limpadeno@i


persisten generalisata (PGL). Pada saat itu peneliflfri
HIV termasuk famili Retrovirus subfamili Lentivirus. mencurigai adanya sindrom terkait AIDS, tetapi belumr
Retrovirus.disebut demikian karena genom RNA didapatkan bukti nyata karena limpadenopati birr
mentranskrip DNA ke sel menggunakan bantuan enzim disebabkan oleh berbagai virus termasuk virus EbsteilnF
reverse tronscriptose (RT), sehingga mampu mengubah Barr maupun virus Sitomegalo. Peneliti dari lnstitl@
RNA menjadi DNA. Hasil transkrip DNA intermediit atau Pasteur menduga bahwa humon T-ceLl leukemio virw
provirus yang terbentuk kemudian memasuki inti melalui (HTLV) sebagai pemicu AIDS. Penelitian selanjutnya Htlff
bantuan enzim integrase dan berintegrasi di dalam dapat di isolasi dari penderita AIDS. Pada manusia
kromosom. diketahui bahwa efek patogenik utama retrovirus
Lentivirus non-onkogenik menyebabka n penya kit human T cell lymphotropic,fleukemiq virus (HTLV)
pada spesies binatang, termasuk domba, kuda, kambing, mempunyai kaitan erat dengan limfoma. Namun
sapi, kucing, dan kera. Pada burung dan binatang perkem bangannya repli kasi HTLV tidak berkorelasi
mengerat, retrovirus semula dikenal sebagai penyebab penurunan limfosit CD4 dan tidak didapatkan bukti
leukemia dan limfoma. HIV erat kaltan dengan HTLV-1 akibat infeksi HTLV
(human T-cell Leukemia virus yang bersifat onkogen) Montagnier dan kawan-kawan melakukan
sebagai penyebab leukemia sel T. Tipe virus ini membentuk lebih lanjut untuk mengklarifikasi penyebab
genera lain golongan Oncovirinoe. Setidaknya ada 4 kelenjar limfe generalisata adalah HTLV kemudian
retrovirus potensial menimbulkan penyakit pada manusia Lymphodenopathy associoted virus (LAV). Pada
yang terbagi dalam 2 kelompok: virus limfotropik T lebih lanjut diketahui bahwa LAV merupakan
pada manusia (HTLV-1) dan HTLV-2, HIV-1 dan HIV-2 yang terkait dengan sindroma semacam AIDS. Pada
yang mempunyai efek sitopatik langsung maupun tidak penelitian dipastikan bahwa penyebab AIDS adalah
langsung. Pada manusia HIV dikenal sebagai penyebab HTLV-1 mengakibatkan proliferasi, ter
tubuh penderita.
AIDS, dapat di isolasi dari berbagai cairan menyebabkan leukemia, maka HIV-1 dan HIV-2
Perjalanan infeksi HIV menuju AIDS ditandai oleh dampak menghancurkan sel yang terinfeksi. Lambat laur.l
intervensi HIV terhadap sel imun host yaitu semakin menyebabkan AIDS setelah melalui masa laten
menurunnya limfosit T-CD4, muncul infeksi oportunistik melalui paralisis kekebalan tubuh.
dan atau penyakit keganasan tertentu. Perjalanan progresif Pada proses infeksi glikoprotein 120 (Spl2Q
infeksi HIV membuka peluang terjadi replikasi virus secara amplop HIV berikatan dengan molekul CDtt
persisten disamping penyebaran H lV. permukaan limfosit, ikatan diperkuat oleh peran
dan CCR5. Proses selanjutnya terjadi fusi kedua
atas dukungan dan peran glikoprotein 41 (Sp4flh
HIV SEBAGAI PENYEBAB AIDS dengan bantuan enzim reverse tronscriptose
RNA menjadi DNA. DNA kemudian berintegrasib
HIV sebagai penyebab AIDS pertama diketahui pada genom hos{, menjadi laten dalam waktu lama. 9i
tahun 'l 983, ketika Barre-Sinoussi dari lnstitut Pasteur terhadap limfosit T atau makrofag dapat
menemukan virus yang memiliki aktivitas RT dari replikasi HIV melalui peningkatan aktivitas NFrB
YIROLOGI HIV 899

ialam sel dan berikatan pada daerah peningkatan juga dapat membantu menjelaskan distribusi geografi,
sekuen konsensus HlV. Sitokin proinflamasi seperti TNF-a serta epidemiologi infeksi HlV. Tinjauan diagnostik,
:enderung mempercepat peningkatan replikasi HlV. variasi rangkaian nukleotida sangat berpengaruh nyata
terhadap implikasi reaktivitas dan reaktivitas silang pada
tes diagnostik guna mendeteksi protein maupun peptida
spesifik virus.
hrameter HIV HTIV
(renus Retrovirus Lentivirus HTLV/BLV
HIV-1
Ukuran genome (kb) 9,8 8.5
vif

ZZ sos
tsentuk inti Kerucut Kubus LrR %vnr
Gen tambahan 6 2
ilnfeksi limfosit CD4+ ++ ++ pol
hfeksi limfosit CD8+ ++
Tropisme jaringan + +
Formasi sinsisium ++ +
Sitotoksik ++
Sel Transformasi ++
[-aju replikasi ++
{eterkaitan sel ++ Gambar 1. Pemetaan Genomik HIV-1 dan HIV-2 (levy,2007)
ftmampuan hidup laten + +
(eterkaitan defisiensi imun ++ +
Uensi kelainan neurologist ++ ++ MORFOLOGI HIV
Su.nber: Levy, 2007 dengan modifikasi
HIV termasuk golongan virus yang menggunakan RNA
sebagai molekul pembawa informasi genetik. HIV memiliki
TLASIFIKASI HIV sifat khusus yaitu memiliki enzim unik reverse tronscriptose
(RNA-dependent DNA poLymeras$. Melalui peran enzim
{ asifikasi virus HIV didasarkan pada keterkaitan reverse tronscriptose ini HIV mampu mengubah informasi
igenetik rangkaian nukleotida. Akhi r-akhir ini klasifikasi
,rc,J genetik dari RNA ke DNA sehingga terbentuk provirus.
didasarkan pada kelompok, tipe, subtipe, sub-subtipe, dan Perubahan informasi genetik tersebut di integrasikan ke
hentuk rekombinan. Hingga kini dikenal dua tipe HIV yaitu dalam inti sel target. Kelihaian HlVjuga memiliki kemampuan
+1itr,t-1 6"n 1-r,U-r. untuk memanfaatkan mekaflsme yang sudah ada di dalam
HIV-1 selanjutnya dibagi menjadi : kelompok major seltarget untuk membuat kopi diri sehingga terbentuk virus
Nf : kelompok outlier (O); dan kelompok non-M, non-O baru dan maturyang memiliki karakter HlV.
" Kebanyakan infeksi HIV terjadi pada kelompok M
llltti HIV pada hakekatnya dibagi dua iipe virus, yaitu
kelompok M HIV-1
'1ll\t-1. Melalui analisis sekuens genetik HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan virus klasi.k pemicu
dinagi lagi menjadi 9 subtipe atau varian dari kelompok AIDS, didapatkan pada sebagian besar populasi di dunia.
Ur llv-1 subtipe A,B, C,DF, G,H, J, dan K. Subtipe A dan HIV-2 merupakan virus yang di isolasi pada binatang dan
! selanjutnya di klasifikasi dalam sub-subtipe A1, A2, A3, beberapa pasien di Afrika Barat, meskipun dalam jumlah
rr dan F2. keciljuga ditemukan diAmerika. Organisasi genetik HIV-1
Subtipe ini penting guna mengetahui distribusi di pada dasarnya mempunyai persamaan dengan HIV-2,
il.nia serta untuk menilai sifat dan perilaku virus. Sehingga perbedaan terutama pada glikoprotein kapsul. Potensi
daoat diketahui potensi menimbulkan resistensi obat dan infeksi oleh HIV-2 diAfrika Barat kebanyakan asimptomatik.
{ernampuan deteksi reagens tes antibodi HlV. Beberapa pasien di Amerika juga terinfeksi HIV-2, tetapi
HIV-2 mempunyai dua subtipe utama yaitu A dan umumnya kurang patogenik serta memerlukan waktu lebih
t. Bila virus dari kedua kelompok atau lebih HIV-1 lama untuk memunculkan gejala dan tanda penyakit.
menginfeksi seseorang serta merubah material genetik, HIV termasuk virus dengan genom relatif kompleks.
mera keadaan ini disebut virus rekombinan. Jika transmisi Kebanyakan virion protein berasal dari pemisahan RNA
,it,in:s rekombinan didokumentasi sebagai rangkaian dan protease virus. HIV merupakan virus RNA, berdiameter
qenum virus seutuhnya pada tiga atau lebih individu, 100-120 nm, terdapat dua komponen penting yaitu kapsul
nraka hal ini dikenal sebagai circulating recombinontform dan inti. HIV mengandung untaian tunggal genom RNA
Hingga kini dikenal CRFO1 hingga CRF34. Variasi
trF.F). dengan muatan polar positif.
mrgkaian nukleotida mempunyai berbagai implikasi Kapsul tersusun dari dua lapis lipid dan glikopeptida
nrc ogis dan transmisi virus, ketahanan hidup pasien, dan tunggal, terselip dalam lekukan protein transmembran
900 INFEKSI HIV DAN AIDS

non kovalen, terikat pada protein permukaan (SU). HIV Gen lain adalah vil tat, rev, vpr, vpu, dan nef
termasuk heterodimer yang terangkai secara trimer. mempunyai keterkaitan erat dengan inti. Tat sebagai
lnti, secara umum mengandung genom virus terkait promotor perubahan yang memicu ekspresi gen virur
dengan protein nukleokapsid (NC), protein kapsid (PK), Erat kaitannya dengan aktivitas transkripsional poten-
protein matrik (MA) dan protein posporilasi (p12). Rev, merupakan gen yang bertanggung jawab terhadap
HIV memiliki prototipe tiga domain genetik. Gen ekspresi struktur protein. Gen vif, berperan sebagai
atau protein spesifik tersebut mempunyai peran sebagai pengontrol daya infeksi virus yang pada posisi bebas
regulator. Regulator enzimatik virus dan juga struktur tanpa terikat sel. Pada setiap vif dari setiap virion terdap*
protein. sekitar 7 hingga 20 molekul. Pada virion, diluar inti terdapd
Ketiga gen tersebut adalah: gag, berperan sebagai produk gen vpr (vpx pada HIV-2). Gen vpr; merupakarn
pengkode kelompok protein antigen atau protein kapsid. aktivator transkripsi. Gen vpu, mempunyai peran untlk
Gen gag (kelompok antigen spesifik), mengkode empat budding yang efisien. serta penyiapan dan proses pada
protein penyangga inti virus, termasuk matrik (MA, p17), amplop. Gen nef, pleiotropik, mempengaruhi peningkaamr
dan nukleokapsid (NC, p7). Lokasi protein Gag pada atau penurunan replikasi. LTR= long terminol repm
prekursor p55, juga mengkode: p1/p2/p6/p7 /p13/p17 / berhubungan dengan regulasi ekspresi virus, mengandurry
p18/p24. Gag p55 memiliki 3 domain utama terkait target region yang bereaksi dengan produk tat dan gen nd
membran (M), interaksi (l), dan domain lambat (L). M Berbagai protein virus dalam partikel virion mempurryo*
terletak di dalam regio MA. Target protein Gag adalah peran penting pada awal infeksi HlV.
protein pada membran. I, mencerminkan interaksi monomer Beberapa protein pada sitoskleletal (misal, adhllfi
Gag yang terdapat dalam nukleokapsid (NC). Domain L, juga ezrin, emerin, moesin, dan coflin) mempunyai per-anr
ditemukan pada NC, berperan untuk memidiasi budding beraneka ragam dalam berbagai aktivitas termasult
retroviral, tepatnya pada regio p6 dari poliprotein Gag. Di mem pe rta ha n ka n keh id u pa n nya serta u ntu k kepentingarmr
dalam Gag atau nukleoid, dapat di identifikasi dua RNA, replikasi. Emerin mempunyai peran penting, terutammr
berperan RNA-dependent polimerose DNA Pol, juga disebut pada replikasi, dan juga membantu dalam hal intera*il
RT (p66, p51) dan protein NC (p9, dan p6). Namun dalam cDNA virus dengan kromatin, serta dalam pengaturandh
perjalanan proses pengendalian peran tersebut seringkali penetapan rangkaian nukleotida selama proses intqmriii,.
disertai berbagai variasi strain. Variasi strain HIV sebagian Emerin juga berperan menjembatani hubungan
besar ditemukan pada kapsul virus. permukaan dalam kapsul dengan kromatin.
Gen pol (polimerase), sebagai pengkode polimerase
dan mengendalikan enzim yaitu protease, reverse
p7 (Nc)
tronscriptose dan intergrase serta polimerase. Protease yang
terlipat pada poliprotein gag, tersusun dari empat unsur
pokok peptida. Enzim reverse tronscriptase yang mengkopi
genom RNA ke DNA dan terbentuk provirus. Enzim integase
yang mengkatalisir proses integrasi untaian ganda DNA
atau provirus terhadap inti pada genom manusia.
Gene env, pengkode protein kapsul dan bertugas
mengendalikan dua protein kapsul, terutama selubung
protein 9p120 (mengikat CD4) dan gp41 (transmembran).
Gen env, juga mempunyai tugas khusus lain terutama pada
situasi kritis sebagai penginisiasi reverse tronscriptose,
inkorporasi genom ke virion, serta menyiapkan posisi dan
saat tepat 3' poliadenilasi molekul mRNA untuk menyusun (can contain cellular
komponen HlV. Guna menyusun rangkaian komponen protein, e.g. HLA)
lengkap HIV diperlukan protein, terutama interaksi asam
nukleat pada partikel utama. Pada situasi ini MA perlu Gambar 2. Struktur HIV (Levy, 2007)
melakukan inkorporasi pada protein Env dalam virion
matur. Pada membran inti HIV-1juga terdapat
HIV sebagai retrovirus mempunyai model unik shock (hsp70). Hsp 70 bersifat sitoprotektif,
dalam replikasi, salah satunya ditandai oleh peran reverse dalam penentuan saat yang tepat pada proses
tra nscripto se g u na menyiapkan terbentu knya intermed iet protein, mengatur kelenturan, menghindari
DNA atau provirus agar berintegrasi ke genom host di kekusutan protein, serta membantu menjaga i

awal proses replikasi. struktur inti.


uRoLoGl Htv 901

Keterkaitan HIV dengan lipid diketahui diidentifikasi REFERENSI


setelah terdapat inkorporasi HIV dengan domain lipid
spesifik dari membran sel pejamu selama proses budding BransonBM, McDougalS (2008). Establishingthe Diagnosis of HIV
Infection. In: AIDS Therapy. Third Edition. Editors: Dolin &
iirus. Hal ini mencerminkan refleksi rasio molar kolesterol Masur H, Saag M. Philadelphia,pp.L-12.
dengan posfolipid. Fauci AS, Lane HC (2008). Human Immunodeficiency Virus
Pada protein kapsulterdapat suatu derivat glikoprotein. Disease: AIDS and Related Disorders. In: Harrison's
Principles of lnternal Medicine. 17s Edition. Editors: Fauci
l*4isalnya, pada permukaan dalam kapsul terdapat 9p160
AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser Sl,Jameson
tDa yang melipat di dalam sel (menyerupai enzim selular p, Loscalzo J. New York, pp.1137-1L42.
aada aparatus Golgi). Pada glikoprotein di permukaan luar LevyJA (2007). Discovery, Structure, Heterogeneity, and Origins
of HIV. In: HIV and the Pathogenesis of AIDS. Third Edition.
rapsul terdapat gp'l 20 dan protein transmembran 9p41.
Editor: Levy JA. Washin$on, D.C. pp. 1,-25.
Pemindahan komponen protein kapsul pada permukaan NathansonN, Robinsonlll- (2007). Viral Oncogenesis: Retroviruses.
sel. memerlukan peran protein transmembran gp41 . In: Viral Pathogenesis and Immunity. Second edition. Editor:
Segmen loop gp41 berperan utama dalam proses fusi Nathanson N. Amsterdam, pP.1,46-1,56.
Zoiopo AR, Kotz M (2010). HIV Infection & AIDS. ln: Current
'nembran. Regio sentral protein transmembran gp41 Medical Diagnosis & Treatment. Forty-Ninth Edition. Editors:
serikatan erat dengan permukaan luar 9p120. McPhee S], Papadakis MA. New York:pp.1205-1208.
Pada permukaan luar kapsul virus terdapat 72
tanjolan, berlandaskan pada glikoprotein kapsul (Env)
sebagai trimers. Ketika terjadi pelepasan virus baru dari
sel, tidak semua tonjolan muncul, melainkan hanya
sekitar 7 hingga 14 trimers atau tonjolan yang muncul
nada permukaan virion. Model ini dapat diamati melalui
m.ikroskop elektron. Hasil pengamatan ditampilkan melalui
bmografi mikroskop krioelektron. Bila protein kapsul
"lampak cenderung semakin sedikit, maka keadaan ini ini
rrenggambarkan terjadi penurunan jumlah tonjolan pada
*iirion permukaan atau sekaligus mencerminkan terjadi
,:eduksi dari pembentukan Env.
Bila HIV mendekati dan berhasil menggaet sel target
melalui interaksi 9p120 dengan CD4, ikatan semakin
:rperkokoh ko-reseptor CXCR4 dan CCR5, maka atas
peran protein transmembran gp4'1 akan terjadi fusi
mnembran virus dan membran sel target. Proses selanjutnya
Citeruskan melalui peran enzim reverse tronscriptose
dan integrase serta protease untuk mendukung proses
eplikasi.
Replikasi dimungkinkan melalui aktivitas enzim reverse
fronscriptase, di awali oleh transkripsi terbalik RNA genomik
*e DNA. Kopi DNAyang terbentuk berintegrasi ke genom
sel manusia untuk selanjutnya disebut proviral DNA.
fliomponen virus kemudian disusun mendekati membran
sel host, keluar dari dalam sel menembus membran
rbagai virion matur. Virion matur ini potensial penyebab
rrfeksi pada sel lain, bahkan mampu memicu infeksi pada
ndividu lain bila ditransmisikan. Selama proses replikasi
t'ltV bisa mengalami perubahan karaktel mutasi setiap saat
sehingga HIV yang beredar dalam sirkulasi praktis bukan
erupakan populasi homogen. melainkan terdiri dari
herbagai kelompok varian sebagai spesies quosi.Yariasi
r,irus ini cenderung terus mengalami mutasi, terutama
pada tekanan selektif di lingkungan mikro yang penuh
s&esor. Hal ini memicu terjadi strain resisten terhadap
obat maupun perubahan status imunologik.
/

L23
IMUNOPATOGENESIS INFEKSI HIV
Tuti Parwati Merati

PENDAHULUAN mulai dari efek sitopatik HIV secara langsung pada sdl
limfosit T CD4+ sampai terjadinya aktivasi imun oleh F{ntb{
Setelah lebih dari25 tahun ditemukannya AIDS dan HIV telah
yang menimbulkan kematian sel. Dalam imunopatogenesis
banyak dicapai kemajuan dalam pengetahuan mengenai
infeksi HIV secara bersamaan terjadi baik aktivasi maupullrll
mekanisme replikasi HIV dan strategi pengobatan yang
supresi sistem imun.s-8
berhasil menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien
AIDS. Seiring dengan kemajuan dibidang imunologi dan
biologi molekuler; imunopatogenesis infeksi HlVjuga terus
PERJALANAN PENYAKIT
berkembang. Karakteristik AIDS berupa adanya infeksi
HIV pada sel limfosit T CD4+ dan menurunnya jumlah
Perjalanan infeksi HIV dapat dibagi menjadi tiga @
dan fungsi sel limfosit T CD4+ bersama perjalanan infeksi
yaitu 1) infeksi akut, 2) infeksi kronik (asimptomatik drnn
HIV merupakan hal yang sudah baku. Tetapi bagaimana
simptomatik) dan 3) AlDSs. Enam puluh sampaitujuh puiudh
patogenesis terjadinya penurunan jumlah dan fungsi
persen infeksi HIV akan mencapai stadium AIDS dahm
sel limfosit CD4+ tersebut selama perjalanan infeksi
waktu rata-rata 10-1 1 tahun (typicol progressor),10-Amffi
telah mengalami kemajuan dan semakin jelas diketahui.
sangat progresif dan berkembang menjadi AIDS dakn
HIV mempengaruhi hampir semua aspek dalam sistem
waktu kurang dari 5 tahun (ropid progressor). Sebagrlil
imun manusia, baik imunitas bawaan, maupun imunitas
kecil lainnya antara 5-15% infeksi HIV berjalan
adaptif yang spesifik baik selular maupun humoral,
lambat, masih belum mencapai AIDS dalam waktu
sehingga terjadi disfungsi imun. Respons imun untuk
dari 15 tahun (s/ow progressor) dan sekitar 1% i
mengeliminir dan menekan replikasi HIV ternyata HIV dikenal sebagai bagian dari slow progressor
mengakibatkan aktivasi sistem imun yang berkepanjangan
disebut Long-term non progressor (LTNP).te Pe
karena kegagalan untuk menghilangkan HIV sama sekali
progresivitas penyakit ditentukan oleh titer virus
dari sel maupun organ dan aktivasi sistem imun yang kronik
plasma, jumlah limfosit T CD4 dan respons imun
ini berdampak patologi pada tubuh manusia. penelitian
baik selular maupun humoral. Tingginya titer RNA
menunjukkan replikasi HIV sendiri merupakan penyebab
setelah menurun dari puncaknya saat sero
utama keadaan chronic inflamotory state pada penderita
yang disebut virologic set point, menentukan
HlV, dimana penderita menunjukkan peningkatan penanda
kecepatan progresivitas penyakit. Perbedaan
inflamasi dan aktivasi imun. 1-a
alamiah ini membuktikan adanya variasi beberapa
Berbagai hipotesis telah diajukan untuk menerangkan
yang mendorong terjadinya proses patologik, antar-o
bagaimana patogenesis terjadinya defisiensi imun pada
variasi genetik, imunologik dan faktor virologik.
infeksi HlV. Tapi dari sekian banyak hipotesis, yang
banyak disitir belakangan ini adalah hipotesis peranan
aktivasi imun kronik dan inflamasi konik, karena berbagai TROPISME VIRUS
penelitian menunjukkan bukti keterkaitan langsung antara
tingginya aktivasi imun kronik dengan progresifitas Mekanisme infeksi HIV diketahui lebih jelas
penyakit. Beberapa mekanisme yang bertanggung jawab ditemukan kemokin dan reseptornya. Kemokin
atas hilangnya sel T CD4+ ini selama fase infeksi kronik, suatu polpeptide yang disekresikan oleh sel-sel
IUNOPATOGEN ESIS INFEKSI I{IV 903

yang terikat dengan reseptor permukaan spesifik dengan dan mempresentasikan HIV kepada sel limfosit T spesifik
U-ansmisi signal melalui protein G. Ada dua kelas kemokin yang teraktivasi. Setelah diteliti, ternyata pada infeksi
png berkaitan dengan infeksi HlV, yaitu kemokin o(CXC primer/infeksi akut ini HIV yang ditularkan adalah stroin
M-tropik dan hampir 95o/o stroin HIV yang ditemukan
fihin (X), dan reseptornya diberi nomor yang sesuai, pada infeksi primer/akut adalah strain M-tropik atau R5
yaitu CXCR4. Kelas kemokin lainnya adalah kemokin B HIV-1. Tapi walaupun sel dendritik dapat membawa strqin
(CC kemokin), kedua cystein letaknya berdekatan, dan virus R5 dan X4 ke kelenjar limfe terdekat, namun hanya
irEseptornya disebut CCR5. e,l0 Reseptor kemokin pada sel envelope strain R5 saja yang mempunyai kemampuan
&ilget merupakan koreseptol dan makrofag mempunyai untuk mentransmisikan sinyal yang mengaktifkan limfosit
horeseptor CCR5 sedangkan limfosit CD4 mempunyai CD4 dan merekrutnya dengan mekanisme kemotaksis.
keduanya, baik reseptor CCR5 maupun CXCR4 (Th-1 Keadaan adanya perbedaan ekspresi koreseptor antara
mnempunyai CCR5, sedangkan sel 1 naive mempunyai virus R5 dan X4 dan kemampuan unik dari envelope
C(CR4). lnfeksi oleh stroin NSI memerlukan koreseptor virus R5 inilah yang dapat menjelaskan mengapa stroin
CCRS sehing ga stroin ini disebut R5 strain, dapat yang ditransmisikan terutama virus R5. Beberapa alasan
mnenginfeksi makrofag maupun sel limfosit T, sedangkan lain yang menjelaskan terdapatnya virus R5 pada infeksi
fl stroin menggunakan koreseptor CXCR4 (disebut X4 akut atau infeksi primer adalah sebagai berikut : virus R5
stoin), karena itu stroin ini tidak dapat menginfeksi mempunyai banyak sel target yang suseptibel selama
ilEkrofag.s-tr Karena virus X4 adalah virus Sl, maka virus X4 aktivasi imun, virus R5 juga dapat menginfeksi sel yang
umumnya lebih sitopatik dibanding virus R5 yang bersifat tidak teraktivasi, dapat menginfeksi sel makrofag dan
NSl. Terdapat banyak koreseptor kemokin lain yang sel dendritik, produksi progenitor virus R5 lebih tinggi
dapat sebagai tempat ottochment primer atau sekunder pada sel yang terinfeksi, virus R5 juga menginfeksi
untuk HIV-1 atau HIV-2, tapi umumnya tidak terlibat sel CCR5+CD4+ dari saluran cerna, dan virus R5 juga
dalam proses infeksi. Sebagai tambahan, selain reseptor kurang dikenal oleh sel imun seperti sel T sitotoksik
CDt,galactosyl ceramid (GalC) merupakan binding site (CTq.to'tz
utama bagi HIV-1 dimukosa vagina, saluran pencernaan Dua hari setelah infeksi (pada rhesus), HIV dapat
dan sel otak. Di samping itu kompleks HIV dengan ditemukan didalam jaringan limfoid dan dengan cepat
antibodi dapat masuk kedalam sel T, makrofag dan menyebar keseluruh sistem limfatik. Akhirnya HIV
sel lain melalui ikatan reseptor Fc dan reseptor komplemen mencapai sirkulasi darah dan replikasinya dapat dideteksi
dalam plasma lima hari setelah infeksi. Pada manusia
terdapat variasi waktu antara infeksi mukosa sampai
terjadi viremia, berkisar flrtara 4-11 hari. Hal ini juga
tr{TERAKSt HIV DAN SEL PEJAMU PADA INFEKSI tergantung dari apakah ada hal-hal lain yang merusak
AIruT barier mukosayang memudahkan masuknya HlV, seperti
adanya inflamasi dan infeksi (cervisitr's, uretritis, ulkus
Eara penularan utama HIV adalah melalui mukosa genital. genitalis, dsb). Segera setelah infeksi, akan terjadi replikasi
l,Intuk meneliti urutan perubahan selular yang terjadi HIV yang sangat tinggi, dimana ditemukan sejumlah 106
pada fase dini segera setelah penularan seksual, dipakai kopi/ml RNA HIV puncaknya tercapai dalam 4-8 minggu,
rnodel rhesus monkey dan simian immunodeficiency virus lalu akan menurun secara drastis, bahkan sampai kadar
6lV). Pada model ini, sel dendritikjaringan (sel langerhan) tidak terdeteksi, walaupun tanpa terapi ARV, dan kadar
yang ada di lamina propria mukosa vagina menjadi target yang dicapai ini disebut virologic set point.el1 Secara
pertama. Sebagai telah diketahui, sel dendritik dapat klinis timbul gejala menyerupai infeksi mononukleosis
bertindak sebagai antigen presenting cel/ (ApC) yang atau flu like syndrome, berupa demam sakit kepala, mual,
dapat merangsang limfosilT noive, karena sel d'endritik letargi dan anoreksia.l3 Gejala ini hanya bisa dikenali atau
mnengekspresikan molekul major histocompotibitity diingat oleh sebagian kecil orang, yaitu sekitar 30% saja,
arnplex(MHC) klas l, MHC klas lldan molekul kostimulator lainnyaitidak mengenali atau tidak dapat mengingat,
pada permukaannya.lo Dengan adanya kemokin yang karena gejala dapat sembuh sendiri tanpa diobati.
spesifik, maka sel dendritik dapat menarik limfosit Secara imunologik, dalam beberapa jam akan terjadi
T noive. Jadi sel dendritik dapat berfungsi memberi dasar respons mobilisasi sistem imun bawaan berupa aktivasi
sl T naive untuk memulai respons imun spesifik, dan non spesifik sel makrofag, sel noturol kil/er, komplemen
mengangkut HIV ke kelenjar limfe terdekat. Sekali sel dan pelepasan sitokin proinflamasi. Perangsangan pada
langerhan bertemu dengan HIV pada epitel vagina, maka sistem imun adaptif berupa respons antibodi humoral
dfia akan terinfeksi atau menangkap HIV untuk dibawa ke dengan terbentuknya antibodi netralisasi dan respons
helenjar limfe iliaka interna, menuju daerah sel limfosit T imun selular berupa meningkatnya sel limfosit T CD8+
904 INFEKSI HIV DAN AIDIS

sitotoksik yang melisiskan sel-sel yang terinfeksi dan merupakan keseimbangan yang dinamis antara pejarnu
1i
pelepasan kemokin oleh sel T dan makrofag yang sudah dan HIV dimana respons imun selular dan humoral tetap
ii
teraktivasi. Kemokin termasuk RANTES, MIP 1 alfa, MIP 1 aktif, sehingga sel limfosit CD4 jumlahnya masih tinggr
beta dapat mencegah infeksi dengan memblok reseptor RNA HIV masih tetap rendah. HIV dapat menghindar
kemokin untuk masuknya HIV kedalam sel. Dalam 2-4 dari survailan imun karena sudah terjadi integrasi DliA
minggu akan terjadi peningkatan jumlah sel limfosit total provirus ke gen sel pejamu, mutasi virus sangat cepa't"
yang disebabkan karena tingginya subset limfosit CD8+ adanya protein virus yang bersifat menekan imun, seperh
sebagai bagian dari respons imunitas selular terhadap gp 120 yang menyebabkan limfosit CD4 menjadi energr
HIV (Gambar 1: Dinamika kadar berbagai tipe dan fungsi dan TAT ekstraselular dapat bersifat seperti toksin yanq
sel imun selama infeksi HIV.14). Pada infeksi akut replikasi merangsang apoptosis sel limfosit CD4 dan menekam
virus sangat cepat, infeksi menyebar luas, terutama ke sistem imun. Jadi pada fase ini terjadi aktivasi sistennrm
sel-sel limfosit T. Saat ini dikatakan paling bagus untuk imun yang berkelanjutan.
memulai pengobatan dipandang dari kemungkinan bisa Setelah infeksi selama 10 tahun, sekitar 507o daml
menekan replikasi virus ketingkat undetectoble, karena HIV orang yang terinfeksi dan tidak mendapat ARV akanrn
masih sangat sensitif terhadap highly active ontretroviral menunjukkan gejala penyakit, penurunan sel limfosfril
therapy (HAART). Karena itu banyak peneliti sepakat CD4 dibawah 200-350 sel/uL dan hilangnya respons irnrumr
bahwa pemberian HAART harus dilakukan secara agresif spesifik sel limfosit T CD4+ dan CD8+. Terjadinya desruur
pada stadium infeksi akut ini. Masalahnya adalah tidak jaringan limfoid oleh virus mencerminkan infeksi HIV yanq
mudah bagi pasien atau dokter untuk mengenal stadium progresif. Pada fase ini strain H lV bisa berupa fenotip virnruun
infeksi akut ini, mungkin ditemukan secara kebetulan X4 atau R5 yang mempunyai sifat virulen. Pada fase krm,*
saja. Disamping itu bila diberi HAART, pasien seterusnya simptomatik ini atau disebut stadium AIDS, kemokin yarq
harus diikuti selama bertahun-tahun untuk menilai efek diproduksi oleh sel limfosit yang teraktivasi tidak daS
lanjutan jangka panjang, karena belum bisa diberijaminan memblok tempat masuk virus X4 kedalam sel. Ter"idli
bahwa pengobatan pada infeksi akut dapat memberikan peningkatan produksi HlV, penurunan sel limfosit CB*ilF'
kesembuhan total. sehingga secara umum terjadi defisiensi sistem imunyrangr
mengakibatkan timbulnya infeksi opportunistik, turmun
ganas dan akhirnya kematian.e-11,14
INFEKSI HIV KRONIK DAN FASE TANJUT

Sekitar 6 bulan setelah fase infeksi akut, sebagian besar INFEKSI LATEN
pasien akan masuk ke fase asimptomatik, dimana kadar
virus mencapai set point, seringkali RNA <20.000 kopi/ lnfeksi HIV dapat bersifat latentinpa menunjukkan
ml. lni menunjukkan adanya respons antiviral baik bukti adanya produksi progenitor virus. Keadaan in
dari imun bawaan maupun imun adaptif. Dari imun meliputi site integrasi dan keadaan dimarla tidak
bawaan ada foctor mannose binding lecfins (MBLs) dan ekspresi TAT atau Rev. Di samping itu berbagai
komplemen. Disamping itu anti HIV antibodi, sel Noturql sel seperti histone deacetylase (HDAC), YY1 dan
Killer (NK), dan sel T memegang peranan. Sel limfosit T antiviral CD8+ (CAF) dapat menekan virus pada sel
sitotoksik CD8+ sebagai sel efektor dapat mengontrol terinfeksi. 10,16
infeksi akut oleh virus, karena dia bisa mengenal dan
menghancurkan sel yang terinfeksi.l0 Pada infeksi HIV
sejak awal ditemukan tingginya jumlah sel limfosit T
CD8 sitotoksik. Limfosit CD8 sitotoksik yang teraktivasi
oleh HIV ini akan mengeluarkan sejumlah solubel sitokin
(termasuk CAF), yang dapat menghambat replikasi HIV
dalam limfosit CD4 (invitro) tanpa menyebabkan sel
lisis.10 Keadaan seperti inijuga terjadi pada infeksi HIV
akut, bahkan sebelum serokonversi.l3 Pada sekelompok
kecil individu yang terinfeksi HIV tidak dapat ditemukan
viremia, dan grup ini sangat jarang terdapat, dan disebut
elite controllers.ls Dalam periode infeksi persisten, dapat
terjadi replikasi virus yang rendah didalam kelenjar limfe
dan jaringan lain yang mencerminkan respons imun Gambar 1. Kadar dari berbagai jenis dan fungsi se*
antiviral yang kuat.-Selama fase kronik asimptomatik, selama infeksi
ITTOPATOGENESIS INFEKSI HIV
905

reKANISM E PENURU NAN JU MLAH SELLI M FOSIT berupa molekul HLA (Human Leucocyte Antigen) kelas
(D4+ ll dan CD38, yaitu molekul 5'-diphosphafe (ADp) ribosyl
cyclose yang terikat pada membran sel. Semakin aktif
Lcrbagai faktor berperan dalam penurunan jumlah replikasi HIV semakin meningkat pula ekspresi penanda
nl limfosit CD4+. Faktor-faktor tersebut adalah efek fenotip tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan
frbpatik langsung HIV terhadap sel limfosit CD4+ dan bahwa meningkatnya CD38 dapat memprediksi perjalanan
pogenitornya, induksi apoptosis melalui aktivasi imun, penyakit HIV lebih akurat dari pada kadar HIV dalam
destruksi stem sel dan sel stroma sumsum tulang, plasma.22 Aktivasi fenotip sel limfosit T CD8+ ini sering
sitotoksisitas sitokin, destru ksi jaringan imfoid termasu k
I ditemukan lebih dari 807o10, jumlah yang benar-benar
hlenjar thymus sehingga produksi sel baru tidak terjadi. jauh melebihi proporsi sel yang dapat ditunjukkan untuk
ffiIsamping itu juga berperan fahor aktivitas anti sel CD4+ mengenal peptide HlV.23
rfrbtoksik (sel CD4+, CD8+ dan sel NK) dan autoontibody Kadar plasma dari berbagai sitokin seperti TNF-alfa,
anti sel CD4+. Disamping itu adanya efek indirek dari lL-1. dan lL-6 akan meningkat pada tahap kemudian dari
a*tivasi imun akan menimbulkan hilangnya sel limfosit infeksi HlV. TNF dan lL-6 secara langsung berhubungan
ill CD4 dengan lebih cepat karena adanya apoptosis by
dengan tingginya kadar HIV RNA. yang menarik adalah,
sMnder pada sel limfosit T CD4 yang tidak terinfeksi HlV. pada jaringan limfoid yang merupakan tempat utama
m'r Pada fase infeksi akut, dampak
utama yang terjadi replikasi HIV kadar TNF alfa tidak meningkat, walaupun
dalah destruksi hebat sel memori limfosit T CD4 pada ekspresi lL-1, lL-2, lL-6, lL-12, dan interferon gamma
srluran cerna. 6,18 Sel T yang termasuk mucosal ossociated meningkat. Dengan terapi ARV, indikator aktivasi imun
funphoid tissue (MALT) ini dapat menginduksi keseluruhan tersebut diatas cenderung menurun, yang menunjukkan
rrEspons imun pejamu. Lagi pula dengan rusaknya integritas
bahwa replikasi HIV merangsang keadaan tingginya
cpitel mukosa saluran ierna akan memudahkan translokasi aktivasi imun.24,2s Pada keadaan ini harus dicatat bahwa
hkteri kedalam darah dan menimbulkan inflamasi dan ekspresi CD38 mungkin menghambat suseptibilitas sel
*tivasi sehingga menimbulkan matinya sel. Sekarang untuk terjadinya replikasi'HlV yang produktif .2126
sdang diteliti seberapa jauh proses ini berperan dalam Hubungan antara aktivasi imun dan defisiensi imun
ptogenesis penyakit. selular yang progresif didukung oleh percobaan binatang
sebagai berikut. Pejamu alamidari SlVyaitu sooflz mangabey
menunjukkan tingginya replikasi SIV namun muncul sedikit
TI(TIVAST IMUN PADA INFEKSI HIV gejala penyakit. Secara jelas, patogenitas yang rendah ini
disertai oleh tidak terjadinya aktivasi imun dan proliferasi
Infeksi HIV mempunyai karakteristik adanya defisiensi sel yang membedakan infeksi SIV pada primata yang lain
innrn yang terjadi secara kronik progresif dan pada saat
seperti rhesus mocoque, dimana aktivasi imunnya mirip
yang sama juga terjadi aktivasi imun. Aktivasi imun pada
seperti terjadinya aktivasi infeksi HIV pada manusia.2T
infeksi HIV terjadi karena adanya disregulasi antara Lebih jauh, pada sooty mongobey fungsi kelenjar Thymus
Lnunitas bawaan dan imunitas adaptif sebagai respons dan sumsum tulangnya tetap baik dan tidak menunjukkan
nrhadap HlV, produk mikroba, koinfeksi dan kompensasi bystander, lymphocyte opoptosis, dimana sel-sel yang tidak
lpmeostasis.6,7 Berbagai bukti telah menunjukkan bahwa
terinfeksi disekitar sel yang terinfeksi akan terangsang untuk
aktivasi imun inilah yang terutama menjadi mediator terjadi apoptosis (kematian sel yang terprogram). Akhirnya,
lErjadinya disfungsi imun dan defisiensi imun.20,21 Stimulasi
study pada manusia dengan memblok aktivasi imun dengan
irmun yang berkelanjutan t'ersebut memungkinkan pemberian supresan cyclosporine A, bersama dengan
brjadinya lingkungan homeostasis yang permisif untuk pemberian kombinasi ARV akan menghasilkan restorasi sel
Erus terjadi replikasi virus, walaupun sementara mungkin limfosit CD4+ lebih lama dan berkelanjutan dibandingkan
ada perbaikan sediaan sel T. pada penelitian akhir-akhir dengan"pemberian terapi ARV saja. 27,2s
hi ditemukan peranan dari IFN alfa, translokasi mikroba,
aktivasi sel T CD8+ yang inefektif respons sel Treg yang
fidak menentu, sel Th17 yang inadekuat, dan kematian sel
PERANAN KOFAKTOR PADA I MU NOPATOGENESIS
Tyang mengakibatkan terjadinya defisiensi imun.
INFEKSI HtV
Aktivasi imu n mengakibatkan meni ng katnya ekspresi
marker fenotip pada permukaan sel T dan sel B, dan Infeksi mikrobial dapat mempengaruhi patogenesis infeksi
rneningkatnya kadar sitokin inflamasi pada plasma; HIV melalui aktivasi imun akibat pelepasan sitokin yang
disamping itu, sel limfosit pada Odha lebih sering dapat menginduksi sel-sel APC dan sel T spesifik. Koinfeksi
ditemukan pada fase aktivasi dari proses siklus sel.Sel antara lain dapat berupa infeksivirus CMV HSV EBV HBV
l[mfosit T akan -mengekspresikan penanda permukaan HCV dan mikobakterium TB,
906 INFEKSI HIV DAN A16

Faktor genetik pejamu yang berbeda dan faktor mortalitasnya juga sebanding. Tetapi Garcia de la Hera
virusnya sendiri juga akan mempengaruhi progresifitas dan kawan-kawan, melaporkan penemuannya tentang
penyakit, antara lain adanya mutasi reseptor kemokin, tipe risiko progresifitas penyakit dan kematian penasun lakr-
HLA dan strain HIV seperti tampak dalari tabel 1.1a laki dan perempuan Spanyol yang diketahui mempunya
lama infeksi yang sama.1a,32 Ternyata risiko progresivitas
menjadiAlDS dan kematian lebih rendah pada perempuan
sEL T REGULATOR (TREG) daripada Iaki-laki, meski masih perlu dilakukan koreksi
untuk perbedaan faktor perancu lain yang umumnya lebiir
Satu subset CD4+ sel T yang menunjukkan efek reg ulotor/ tinggi pada laki-laki. Laporan Lisgaris dan kawan-kawam
inhibitor baru-baru ini telah ditemukan baik pada menemukan bahwa, secara keseluruhan perempuam
mencit maupun manusia. Regulator sel T (Treg) CD4+ ini mengalami infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yarq
mengeksprsikan rantai alfa dari reseptor interleukin (lL)-2 lebih rendah dan pada kadar HIV RNA plasma yang leb,in
(CD25). Pada keadaan sehat, sel Treg berperan kunci dalam tinggi dari pada laki-laki.33
pencegahan qutoreoctivitos; dan pada sejumlah penyakit
infeksi, Treg akan menekan/mengatur besaran respons
imun.Penelitian melaporkan meningkatnyajumlah sel T reg FAKTOR VIRUS
pada orang yang terinfeksi HlV. Dengan menekan sel Treg,
baik respons sitokin maupun respons proliferasi sel CD4+ HIV dapat bertahan dalam tubuh karena HIV mempunyo
dan CD8+ terhadap antigen HIV akan meningkat. Dan kemampuan untuk membenluk pooling yang stahill
peningkatan ini nampaknya bersifat spesifik untuk respons dalam limfosit T CD4+, mempunyai kemampuan unfi.*
terhadap HIV dan tidak terhadap respons candida.10,2e-31 replikasi, adanya variasi genetik HIV dan tropping !{,ffN
Penemuan ini memastikan dan menambah penemuan pada permukaan sel folikuler dendritik. Pooling daffi
oleh kelompok penelitl-peneliti lain yang telah meneliti limfosit CD4 terjadi sangat dini sekali, sebelum terjadr
populasi sel ini pada pasien HlV. Terbentuknya sel-sel T reg respons imun spesifik terhadap HlY. Pooling tersehd
ini dan peranannya dalam penyakit HIV belum diketahui mengandung DNA provirus dengan daya replikasi. Sebagni
dengan jelas. Apakah sel ini berperan pada defisiensi imun catatan, tipe inijuga dapat dijumpai pada seseorang )arg
dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan HIV telah memakai HAART dalam jangka waktu lama setii'ffir
atau apakah sel Treg muncul untuk menekan tingginya 2 tahun, sehingga bila HAART dihentikan, maka plasmrrn
reaksi aktivasi imun yang berlebihan yang merupakan inti HIV akan meningkat lagi yang berarti gejala penyakit atl
patogenesis hilangnya sel limfosit T CD4+ pada infeksi muncul lagi. Perusakan sel limfosit CD4 yang mengandunrrry
HlV. Pada infeksi HIV kemungkinan munculnya sel CD8+ provirus ini terjadi sangat lambat sekali, dan prosesniulr
Treg juga perlu dipikirkan. tidak dapat dipengaruhi oleh HARRT
Pertanyaan yang tidak mudah dijawab dan masih Dengan mengubah struktur gen, merupakan
diperdebatkan adalah mengenai imu nopatogenesis pada efektif untuk menghindarkan diri dari survailah imun-
laki-laki dan perempuan. Apakah imunopatogenesis infeksi ini dapat terjadi karena secara intrinsik, HIV
HIV berbeda pada laki-laki dan perempuan? Meningkatnya kemampuan untuk mutasi secara cepat pada
bukti-bukti dari penelitian terdahulu dan penelitian yang yang dikenal oleh CTLs spesifik HlV. Oleh karena itu
disajikan belakangan ini mendukung kemungkinan ada respons imun selular maupun humoral dengan cepat
perbedaan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kehilangan fungsi kontrol terhadap HIV karena tidak
perempuan cenderung datang ke klinik dengan kadar mengenali lagi.
HIV RNA plasma lebih rendah, namun progresivitas Trapping oleh sel folikuler dendritik. Se
penyakit nampaknya sama dengan laki-laki, demikian pula ini merupakan fungsi fisiologis untuk melakukan

Tabel 1. Faktor Pejamu dan Faktor Virus pada lnfeksi HIV-1


Faktor Genetik Faktor lmunologik Faktor Virologik
. HLA klasl haplotype . Perbedaan kualitatif dari . Replikasi HIV-1
respons rmun Pnmer . Fenotip virus (S1 atau NSI
. Mutasi reseptor kemokin atau gen ligand: . Delesi sel T CTLs , Tropping virus di jejaring
- 32 pada CCR5 . spesifik HIV-1 dendritik
- m303 pd CCR5 . Aktivasi imun kronik . Besar/kecil inokulum
- G801A pada stromolderived foctor-1
. Kadar kemokine p (RANTES, MIP-1cr, MIP-18
fUNOPATOGENESIS INFEKSI HIV
907

erhadap patogen. Tetapi pada HIV justru akan menjadi monoklonal terhadap gp41 dapat menetralkan beberapa
rxervoir kronik yang stabil (karena HIV terbebas dari varian isolat HlY. Domain loop Y3 dari gp120 bersifat
serangan CTLs spesifik HIV) sehingga merupakan sumber isoLate-specific karena cepatnya replikasi HIV dengan
iurfeksi bagi limfosit T CD4, terjadi inflamasi kronik dan kecenderungan terjadi kesalahan tinggi dari ensim reverse
akhirnya terjadi destruksi jaringan limfoid. 14,34 transcriptase, sehingga terjadi mutasi virus. Domain lokasi
Disamping karena sifat virus tersebut di atas, dikenal tempat terikatnya CD4 relatif stabil dan dapat menetralkan
beberapa keadaan yang menyebabkan HIV terhindar beberapa varian isolat, namun efek netralisasi antibodi
dari respons imunitas tubuh, antara lain: menghilangnya monoklonalnya sangat lemah.3,10 Secara umum dapat
clone sel limfosit CD4+ yang spesifik, menghilangnya dikatakan respons antibodi terhadap HIV sangat lemah,
sel sitotoksik limfosit CD8+, terjadi mutasi virus yang dan hanya sebagian kecil saja dari fraksi antibodi ini yang
diperantarai oleh CTLs, gangguan fungsi ApCs, dan adanya dapat menetralisasi HlV. Karena itu HIV dapat terhindar
respons antibodi netralisasi. dari respons antibodi ini sehingga dapat bertahan hidup,
bereplikasi dan menginfeksi sel lainnya

RESPONS ANTIBODI HUMORAL PADA INFEKSI


Htv KESIMPULAN

Banyak yang belum diketahui tentang antibodi terhadap lnteraksi antara HIV dan respons imun pejamu berlangsung
FllV. Apakah bisa antibodi mencegah meluasnya infeksi HIV sangat kompleks, dan dari berbagai penelitian dapat
diialam tubuh, atau sedikitnya berperan untuk menetralkan disimpulkan, bahwa jaringan limfoid merupakan lokasi
t"llV. Pada berbagai infeksi virus, respons antibodi utama terjadinya proses imunopatologi. Organ limfoid
nnempunyai peran sentral untuk klirens virus, namun adalah reservoir utama HIV dan monosit serta makrofag
tnntuk HIV hal ini nampaknya tidak berlaku. Seperti halnya merupakan target pertama dan berperan penting dalam
respons imun selula; sistem imun humoral ditandai oleh proses imunopatogenesis infeksi HlV.
paradox hiperaktivasi dan hiporesponsif. 7,3s H iperaktivasi lnfeksi HIV dapat berlangsung kronik persisten
dilihat dari adanya hiperglobulinemia poliklonal, adanya sebagai akibat gabungan dari sifat karakteristik HIV dan
plasmasitosis pada sumsum tulang,peningkatan ekspresi respons sistem imun yang tidak efektif, dimana HIV dapat
aktivasi sel Iimfosit B, adanya antibodi autoreaktif berintegrasi dengan genom sel pejamu, HIV mempunyai
didalam plasma dan adanya autoimun-like disease kemampuan untuk mengubah struktur sehingga tidak
pada penderita HIV. Hiperreaktif sel limfosit B mungkin dikenal oleh respons imun dan kegagalan respons imun
irerperan dalam meningkatnya kejadian limfoma sel B pada selluler intrinsic dari penyalitnya sendiri. Setelah terjadi
infeksi HlV.Tetapi hubungannya belum jelas, walaupun infeksi, virus baru yang diproduksi akan berinteraksi
didapatkan meningkatnya kadar stimulator sel limfosit B. dengan sel-sel tertentu yang mengekspresikan reseptor
Sebaliknya,secara invitro didapatkan rendahnya respons sel CD4, termasuk sel dendritik plasmasitoid (pDC). Hipotesis
Nfrmfosit B terhadap stimulasi antigen, dimana keadaan ini stimulasi kronik sel T yang meningkatkan aktiva.si respons
sesuai dengan sering terjadinya kegagalan pembentukan imun akan berakhir pada malfungsi. ekshausi dan kematian
antibodi protektif pasca imunisasi dengan vaksin berbahan se1.7,30,31
protein atau polisakarida. Bila dibandingkan antara kasus Adanya aktivasi imun kronik menyebabkan
AIDS stadium lanjut (dimana hitung limfosit CD4 < ZOO/ berkurangnya sel limfosit T CD4+ sehingga terjadi
ut) dengan orang tanpa l-{lV, ternyata produksi antibodi gangguan respons imun dan progresivitas penyakit.
dan terutama antibodi netralisasinya sangat berbeda, Peningkatan ekspresi Eerbagai penanda inflamasi seperti
r"alaupun pada awalnya dimana hitung sel limfosit CD4 HLA-DR, CD38 dan Ki67 pada sel limfosit T CD4 dan T CD8
masih diatas 2OO-5OO/ uL, produksinya tidak begitu menunjukkan bahwa subset sel limfosit ini secara kronik
berbeda. terangsang oleh virus HlV. Terjadi pula produksi interferon
Antibodi spesifik baru mulai muncul pada minggu (lFN)-q ijan IFN-B oleh ptosmacytoid dendritic cel/s (pDC)
kedua atau ketiga, bahkan bisa mundur beberapa bulan melalui induksi Toll-like receptor (TLR), yang mempunyai
-telah infeksi, terutama antibodiyang dapat menetralkan efek stimulasi imun dan efek anti virus, termasuk terhadap
*1N (neutrolizing ontibody). Ada tiga domain dari HIV HlV.7 Pada stadium awal infeksi HIV terjadi stimulasi imun
tlmana antibodi netralisasi dapat efektif, yaitu pada loop bawaan melaluiaktivasi pDC sehingga dapat meningkatkan
tB dari amplop glikoprotein, pada lokasi terikatnya CD4, respons imun adaptif. lnfeksi HIV yang berlangsung kronik
dan protein, transmembran gp41.3 Dari ketiga domain akan menyebabkan terjadinya respons aktivasi imun kronik
brsebut yang paling baik adalah protein transmembran yang menimbulkan gangguan fungsi sel limfosit T. Respons
gp41 karena sekuensnya relatif stabil, dan antibodi yang tidak seimbang ini mempunyai dua konsekuensi
908 INFEKSI HIV DAN AII'S

berupa deplesijumlah sel T yang progresif karena terjadi two side o{ the same coin. N Engl J Med 2000; 34j :IIZG}L.
disregulasi produksi sitokin pro-apoptosis dan hilangnya Kawamura T, Gulden FO, Sugaya IvI, et al. R5 HIV productivelr
infects Langerhans cells, and infection levels are regulated bn'
fungsi sel T secara progresif karena mekanisme supresi
compound CCR5 polymorphisms. Proc Natl Acad Sci LrSA
imun yang berkaitan dengan imunitas bawaan. 2003;100:8401-6
Model ini menunjukkan bahwa paparan berkelanjutan Ruxrungtham K. HIV pathogenesis and clinical implications-
terhadap replikasi virus akan menimbulkan gangguan Paper presented at Symposium on HIV Medicine, BangkcL
Thailand, Janu ary 12-14, 2000.
imunologis yang tidak reversible sehingga, strategi French RF, Stewart G|, Permy R, Levy JA. How HIV producr*
menekan respons imun mungkin memberikan nilaitambah immune deficiency. In: Stewart GJ. Editor. Managing HII:-
disamping terapi antivirus. Data awal menunjukkan Sydney: Australasian Medical Publishing Co.Ltd.1997 :224-
Saeg-Cirion A, Pancino G,Sinet IvI, Venet A, Lambotte O. HI'tr"
kemungkinan ini memang benar demikian adanya. Sejalan
controllers: how do they tame the virus?Trends Immurd
dengan itu kita juga melihat respons klinis terhadap terapi 2007;28:532-540
antivirus sering kurang efektif apabila pengobatan dimulai Sagot-Lerolle N, Lamine A" Chaix ML, et al.Prolong Valproic md
pada penyakit stadium lanjut. treatment does not reduce the size of latent HIV resen-cm
A[DS2008;22:1125 -9
. Peranan sel Tregulator dalam progresifitas penyakit Espertl, Denizot IvI, Grimaldi M,et al. Autophagy is involved inT
masih sukar dipahami dimana hasil penelitian belum cell death after binding of HIV-1 envelope protein to C(CR[
konsisten. Karena dapat menekan aktivasi sel T, mungkin ] Clin Invest 2006;11.6:2761,-72
Guadalope M, Reay E, Sankaran S, et al. Severe CD4+T cd![
sel T reg bermanfaat untuk menekan aktivasi imun yang
depletion in gut lymphoid tissue during primary Htr\--lfl
berlebihan sehingga menurunkan bystonder apoptosis; infection and substantial delay in restoration follon-in6
atau mungkin sel Treg merupakan kerugian karena HAART. J Virol 2003; 77:11708-17
Brenctrley |lvl, Price DA" Shecker TW, et al. Microbial translocaiumr
menekan respons imun adaptif sel T dan menghalangi
is a cause of systemic immune activation in cfuonic F{M
klirens virus.2s-31 Dengan pengetahuan yang lebih rinci infection. Nat Med 2006; 12 1365-71
mengenai imunopatogenesis terjadinya defisiensi imun HazenbergMD, Stuart}W, OttoSA et al. T-cell divisioninhrm
pada infeksi HIV akan dapat membantu upaya pencarian immunodeficiency virus (HIV)-l infection is mainly d* &r
immune activation: a longitudinal analysis in patients befrm
obat dan vaksin HIV. and during highly active antiretroviral therapy (I{A{n$Til
Blood 2000; 95:249-55.
Sousa AE, Carneiro ], Meier-Schellersheim M, Grossmm.S*
Victorino RM. CD4 T cell depletion is linked dtue@x
REFERENSI
to immune activation in the pathogenesis of Hn'-1 d,
HIV-2 but only indirectly to the viral load. I Immr:nol3@
Brenchley |lr,I, Price DA"Douek DC. HIV disease: {allout from 1,69:3400-6.
a mucosal catastrophe? Nat Immunol 2006;7:235-229 Giorgi JV, Lyles RH, Matud fL et al. Predictive va-trae udl
[PubMed:16482171] immunologic and virologic markers after long or *slnnrtt
Picker L]. Immunopathogenesis of Acute AIDS virus Infection. duration of HIV-1 infection. ) A,cquir Immune Defic I
Curr Opin Immunol 2006;\8:399-405.[PubMed:16753288] 2002;29:346-55.
Letvin NL and Walker BD.Immunopathogenesis and Betts MR, Casazza JP, Koup RA. Monitoring HlV-specific
immunotherapy in AIDS virus lnfections.Nat Me d 2003;9 :86L- cell responses by intracellular cytokine production
866 [PubMed:128357061 Lett200L;79:117-25.
Paiardini M. Cervasi B, Dunham R,Sumpter B,Radziewicz Brazille P, Dereuddre-Bosquet N, Leport C, Clayette R Bo
H, Silvestri G. Cel Cycle dysregulation in the immune Vilde lL, Dormont D, Benveniste O. Decreases in
pathogenesis of AIDS. Immunol Res 2004;29:252-268. TNF-alpha level and IFN-gamma mRNA level in
[PubMed:15L81287] blood mononuclear cells (PBMC) and an increase :m
Stanley SK and Fauci AS. Acquired Immunodeficiency Syndrome. mRNA level in PBMC are associated with effectire
In: Rich RR. Editor. Clinical Immunology, principles and active antiretroviral therapy in HlV-infected patitrrn
practice. St. Louis, Wiesbaden: Mosby Co.1999;7:707-38. Exp Immunol 2003 ; 131:3M-11..
Ford ES,Puronen CE, and Sereti I. Immunopathogenesis of Tilling R, Kinloch I Goh LE, et al. Parallel decline or
Asymptomatic Chronic HIV Infection: The Calm before the CD38++ T cells and viraemia in response to quadruple
Storm.Curr Opin HIV AIDS 2009;4(3):206-2L4.doi:10.1097 / active antiretroviral therapy in prima4r HIV infectim.
COH. 0b013e328 329 c68c. 2002;16:589-96.
Boasso A and Shearer GM. Chronic Innate Immune Savarino A" Bensi T, Chiocchetti A, et al.Human CD38 i
activation as a cause of HIV-1 immunopathogenesis. with HIV-1 fusion through a sequence homologous loi
Cl in Immun o1.2008 ;1, 26 (3) : 235 -242. d.o i :1.0.7 01, 6 / j. loop of the viral envelop glycoprotein gp120. Fasebl
cIim.2007.08.015. 17:461,-3.
Herbeuval ]P and Shearer GM. HIV-1 Immunopathogenesis : How Chakrabarti LA, LewinS& Zhangl, et al. Normal T-cell
Good lnterferon Tums bad. Clin Immunol.2007;1?je):121,- sooty mangabeys harboring active simian immunod
128 virus infection. I Virol 2000; 74:1209-23.
Rizzardi GP and Pataleo G.The Immunopathogenesis of HIV-1 Rizzardi GR Harari A, Capiluppi B, et al, Treatment of
Infection. In: Amstrong D, Cohen J.Editors. Infectious HIV-1 infectionwith cyclosporin A coupled withhighs
Diseases. London:Mosby Co.1999 ; 601-12 antiretroviral therapy. ] Clin Invest 2002;109:681€-
Levy ]A. HIV pathogenesis: 25 years of progress and persistent Kinter A, Hennessey M, Bell A, et al. CD4+CD25+
challenges. AIDS 2009; 23:147 -1,60 Tlike cells suppress HlV-specific CD4+ and CD8+
Von Adrian UH and Mac\ay CR. T-Cell Function and Migratiory
L24
GEIALA DAN DIAGNOSIS HIV
Erni J Nelwan, Rudi Wisaksana

PENDAHULUAN GEJALA H!V

lnfeksi virusHlV,merupakanmasalahglobal tidakhanya Dalam pedoman WHO 2010 tentang pemberiarnn


di dunia, namun juga di lndonesia. Prevalensi nasional antiretrovirus pada pasien dengan infeksi virus HIV detrasa
dilaporkansekilar0,24o/onamundemikianpadakelompok pertimbangan gejala klinis merupakan hal yang saqgffi
risiko tinggi seperti pada para pengguna jarum suntik, penting dan masuk ke dalam stadium penyakit HlV. Dalamr
kelompok pekerja seks komerslal dan juga homoseksual/ tabel berikut ini, dapat diperhatikan gejala yang berpoemai
gay/ waria, prevalensi ini dilaporkan lebih tinggi dari angka sebagai pintu masuk untuk kecurigaan adanya suatu infthsiil
nasional. Ditambah lagi adanya risiko melalui kecelakaan HlV. Berdasarkan pengalaman klinis sebagian besar kasuu
kerja, penularan dari ibu kepada bayi, tranfusi darah yang terdiagnosis melalui infeksi oportunistik atau infeks ldn
tercemar virus HlV. Dalam penegakkan diagnosis dan diluar dari kondisi full blown dari infeksi HIV itu sendiri-
penatalaksanaan penting sekali dikenali sejak dini gejala Berdasarkan tabel di atas, maka seorang dengunr
dan tanda yang merupakan petunjuk adanya infeksi HIV infeksi HIV dapat datang ke dokter dengan berbagdi
pada seseorang. macam keluhan baik akibat infeksi virus HlVnya ataLrpm

Tabel' l.rGeiala,ttlinis',tn*kst:rr,
' .' ,,, i,

Pembesaran kelenjar getah bening Pe rs iste nt g e n e ro liz ed Iy m p ho de n op othy


Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan Wost[ng syndrome
lnfeksi saluran napas atas berulang Tonsilitis, sinusitis, otitis media, faringitis
Kelainan kulit Herpes zosler, populor pruritic eruptions, dermatitis seboroik
Keluhan di rongga mulut dan saluran makan atas Angulor cheititis, sariawan atau ulserasi di rongga mulut, adanya
mulut yang menetap, orol hairy leucoplokia, condidiosis
Keluhan di gigi geligi U ls e ro tive st o m o t it is, g i n g iv it is atau p e rio d o nt itis
lnfetsi .1amu1 di kut<u
Diare kronik lebih dari satu bulan
Demam berkepanjangan Fever of unknown origin
Nafsu makan menurun
Gejala infeksi tuberkulosis paru dan ekstra paru
lnfeksi berat Pneumonia, empiema, menflgitis, pelvic inflommotory diseose
Kelainan darah Anemia yang tidak jelas sebabnya, trombositopenia yang bersifut
Jamur paru Pneumonio jirovecii
lnfeksi menular seksual Herpes simpleks, sifilis
Sarkoma kaposi
lnfeksi jamur sistemik Histoplasmosis
Gangguan penglihatan lnfeksi sitomegalovirus
lnfeksi di intrakranial Limfomo, meningitis, toxoplasmosis, ensefaLopathy HIV
Kebas atau kesemutan pada tangan dan kaki
Kelemahan otot

910
€EJALA DAN DIAGNOSIS HIV 911

{arena infeksi oportunistik. Pengenalan gejala dan Kelompok penyakit di atas, pada penelitian ini
temeriksaan yang teliti perlu dilakukan supaya upaya dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang cukup sering
-ntuk melakukan konseling dari hasil temuan pemeriksaan dalam lima tahun sebelum pasien didiagnosis HlV.
*linis ini dapat dilakukan secara tepat dan segera. Hasil penelitian ini menjadi hal penting terutama
Pengenalan gejala HIV tersebut di atas, sangat erat pada dokter dilayanan primer atau untuk dokter yang
-uga kaitannya dengan program untuk memulai pemberian tidak khusus menangani kasus HIV menjadi lebih
ooat antiretrovirus (ART), selalin pemeriksaan kadar CD4 waspada.
:alam darah.

DIAGNOSIS H!V
IIIID!KATOR PENYAKIT UNTUK HIV
Diagnosis HIV ditegakkan dengan kombinasi antara
Selain memahami tentang gejala yang tidak khas yang gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.Seperti juga
nerkaitan dengan infeksi HIV saat ini salah satu tujuan halnya penyakit infeksi lainnya, diagnosis laboratorium
Fenanganan kasus HIV adalah mendeteksi kasus dengan HIV dapat dengan cara deteksi langsung virus HIV
segera untuk dapat mencapai angka NOL terhadap infeksi atau bagian-bagian dari virus HIV misalnya dengan
uaru, kematian dan diskriminasi. Salah satu pendekatan pemeriksaan antigen p24, PCR HIV-RNA atau kultur
Jenting yang dapat dilakukan adalah dengan memahami virus; atau dengan cara tidak langsung yaitu adalah
renyakit-penyakit yang bisa menjadi indikator untuk HIV dengan deteksi respon imun terhadap infeksi HIV atau
dri waktu yang akan datang. Keterlambatan diagnosis HIV konsekuensi klinis dari infeksi HIV. Pemeriksaan tidak
toak hanya terjadi dinegara berkembang namun juga di langsung lebih sering dipergunakan karena lebih mudah
regara maju, seperti yang baru ini di sampaikan pada dan murah daripada pemeriksaan langsung, tetapi
E;uropeon Centre
for Disease Control ond Prevention's mempunyai kerugian terutama karena respon imun
D,ublin Declaration Progress Report 2010. memerlukan jangka waktu tertentu sejak mulai infeksi
Penelitian yang dilakukan di Denmark memperlihatkan HIV hingga timbul reaksi tubuh. Pada waktu yang sering
rahwa dari lebih 2000 orang pasien yang didiagnosis HIV disebut masa jendela atau 'window period'ini tubuh
memiliki catatan kunjungan ke rumah sakit untuk berbagai telah terinfeksi tetapi pemeriksaan antibodi memberikan
r,acam penyakit dalam lima tahun sebelumnya.3 hasil negatif.Masa jendela dapat berlangsung hingga 6
bulan, tetapi sebagian besar berlangsung kurang dari
Bd 2. Kategori renya$t
ry,1g,Iflenjadi
lndrkatgr 3 bulan.
Htv
Penyakit Odds Ratio
llnfeksi menular seksual dan 12,3 (9,60-15,7)
PEMERIKSAAN ANTIGEN P24 .
fircpatitis virus
Salah satu cara pemeriksaan langsung terhadap virus HIV
llnfeksi saluran napasbawah 3,98 (3,14-5,04)
untuk mendiagnosis HIV adalah pemeriksaan antigen
lnfeksi intrakranial 3,44 (1,74-6,80)
p24 yang ditemukan pada serum, plasma, dan cairan
Itnfeksi kulit 3,05 (2,47-3,75) serebrospinal. Kadarnya meningkat saat awal infeksi dan
Fenyakit hematologi 4,28 (3,13-5,85) beberapa saat sebelum penderita memasuki stadium
Kanker tidak terkait HIV 1,72 (1,24-2,40) AIDS. Oleh karena itu pemeriksaan ini dapat digunakan
Penyakit THT 1,84 (1,53-2,21) sebagai alat monitoring terapi ARV. Sensitivitas
Penyakit kulit lain pemeriksaan ini mencapai 99% dan spesifitasnya lebih
1,52 (1,16-2,01)
tinggi hingga 99.9o/o. Pada penderita yang baru terinfeksi,
Penyakit gastroentritis 1,39 (1,20-1,60)
antigen p24 dapat positif hingga 45 hari setelah infeksi,
Fenyakit mata 1,27 (0,98-1,64)
sehingga pemeriksaan antigen p24 hanya dianjurkan
Fenyakit paru 1,17 (0,85-1,60) sebagai pemeriksaan tanbahan pada penderita risiko
Fenyakit ginjal 1,16 (0,80-1,69) tinggi tertular HIV dengan hasil pemeriksaan serologis
Penyakit neurologis O,g3 (0,71-1 ,22) negatif, dan tidak dianjutkan sebagai pemeriksaan awal
Irauma yang berdiri sendiri.Pemeriksaan antigen p24 juga dapat
0,87(0,78-0,97)
digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV pada bayi
Fenyakit reumatologi 0,72 (0,62-0,85)
yang lahir dari ibu HIV positif. Sensitifitas-nya bervariasi
Penyakitendokrinnon-diabetes O,60(0,42-0,86)
sesuai umur dan stabil pada bayi berumur lebih dari 1
Diabetes 0,40 (0,23-0,69) bulan.
9t2 INFEKSI HIV DAN AtE

KULTUR HIV Selain ELISA, metode lain untuk pemeriksaan serolog


lain yang dapat digunakan adalah pemeriksaan sederhana
HIV dapat dikultur dari cairan plasma, serum, peripherol yang tidak membutuhkan alat seperti aglutinas.u,
blood mononucleor cells (PBMCs), cairan serebrospinal, imunofiltrasi (flow through tests), imunokromatograffi
saliva, semen, lendir serviks, serta ASl. Kultur HIV biasanya (loteral flow tests) dan uji celup (dipsfick). Hasil yang
tumbuh dalam 21 hari. Pada saat ini kultur hanya digunakan positif pada metode ini diindikasikan dengan timbulrryo
untuk kepentingan penelitian, karena nilai diagnostiknya bintik atau garis yang berwarna atau ditemukan polo
telah digantikan oleh pemeriksaan HIV-RNA yang lebih agluti nasi. Pemeri ksaa n- pemeriksaan i ni da pat di kerja*ann
mudah, murah dan lebih sensitif. kurang dari 20 menit, sehingga seringkali disebut uji cepm
dan sederhana (simple/ropid, S/R). Pemeriksaan dengamr
metode yang sederhana ini sangat sesuai digunakarnn
HIV-RNA pada pelayanan pemeriksaan dan konseling serta paofu
laboratorium dengan fasilitas yang terbatas dengan jun{Cln
Jumlah HIV-RNA atau sering disebut juga 'viral load' spesimen perhari yang tidak terlalu banyak.
adalah pemeriksaan yang menngunakan teknologi PCR Sampai saat ini, pemeriksaan konfirmasi yang palrrlry
untuk mengetahuijumlah HIV dalam darah. Pemeriksaan sering digunakan adalah pemeriksaan Western Blot (\rtffih.
ini rnerupakan pemeriksaan yang penting untuk Sayangnya, pemeriksaan ini membutuhkan biaya yamry
mengetahui dinamika HIV dalam tubuh.Pemeriksaan HIV- besar dan seringkali memberikan hasil yang meraguffirru
RNA sangat berguna untuk mendlganosis HIV pada pada Berbagai penelitian menemukan bahwa kombin,ai
keadaan pemeriksaan serologis belum bisa memberikan metode ELISA dan uji cepat dapat memberikan hasil yerg
hasil (misalnya window period atau bayi yang lahir dari ibu setara dengan metode Western Blot dengan biaya ymry
HIV positif) atau pemeriksaan serologis memberikan hasil lebih rendah. WHO dan UNAIDS merekomendasililm
indeterminate.HlV-RNA dapat positif pada 11 hari setelah penggunaan kombinasi ELISA dan atau uji cepat unntMr*.
terinifeksi HIV sehingga menurunkan masa jendela pada pemeriksaan antibodi terhadap HIV dibandinghn
skrining donor darah. Selain untuk diagnostik HIV-RNA kombinasi ELISA dan WB. Hasil pengujian beberapa
juga merupakan alat paling penting dalam monitring cepat dibandingkan ELISA dan WB, menemukan
pengobatan ARV saat ini. Hasil negatif semu dapat banyak uji cepat sudah memiliki sensitivitas dan
ditemukan karena penggunaan plasma heparin, variasi yang baik.
genomik HlV, kegagalan primer / probe atau jumlah virus
yang kurang dari batas minimal deteksi alat pemeriksaan.
Sedangkan hasil positif semu dapat juga terjadi terutama STRATEGI PEMERIKSAAN HIV
akibat kontaminasi bahan pemeriksaan. Hal positif semu
ini dapat dicegah dengan mengsyaratkan PCR positif bila UNAIDS dan WHO merekomendasikan pem
ditemukan 2 atau lebih produk gen. strategi tiga, untuk memaksimalkan ak'urasi
mengurangi biaya yang dibutuhkan. Strategi
yang harus digunakan tergantung dari tujuan
PEMERIKSAAN ANTIBODI serta prevalensi infeksi HIV pada populasi
dilaksanakannya pemeriksaan, seperti terlihat
Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi tabel 3.
terhadap HIV secara umum diklasifikasikan sebagai
pemeriksaan penapisan (skrining) dan pemeriksaan
konfirmasi. Metode yang paling banyak digunakan
untuk pemeriksaan penapisan adalah Enzyme linked
Prevalensi
immunosorbent assay (ELISA), karena metode ini dianggap Tujuan pemeriksaan
lnfeksi
merupakan metode yang paling cocok digunakan untuk Transfusi/ Seluruh
penapisan spesimen dalam jumlah besar seperti pada transplantasi prevalensi
donor darah. Metode ELISA mengalami perkembangan >10o/o
dengan menggunakan antigen yang dilabel sebagai <10%
konjugat sehingga hasil pemeriksaan sangat sensitif Ta nda-ta nda >30Yo
dan dapat mengurangi masa jendela. Untuk lebih klinis/ gejala
330o/o
mempersingkat masa jendela, pada ELISA generasi 4 Diagnosis infeksi HIV
>1Ao/o
dibuat pemeriksaan yang dapat mendeteksi baik antibodi Asimtomatik
310o/o
dan antigen HlV.
EjALA DAN DIAGNOSIS HIV 913

TRANSFUSI ATAU TRAN PLANTASI dibandingkan spesifisitas pemeriksaan. Pemeriksaan


dengan spesifisitas lebih dari 98% direkomendasikan
Guna menjamin keamanan pada transfusi dan untuk surveilans. Pemeriksaan dengan metode yang
transplantasi, pemeriksaan antibodi H lV-'1 /H lV-2 dengan sama sebaiknya digunakan untuk memonitor fluktuasi
rnsitivitas tinggi harus digunakan. Darah donasi dengan prevalensi HIV dari waktu ke waktu. Pemeriksaan HIV
rinasil pemeriksaan reaktif atau indeterminate harus dengan tujuan surveilans pada populasi dengan prevalensi
dfrmusnahkan sesuai aturan keamanan universal' Strategi
I digunakan untuk memeriksa darah donasi, tetapi
tuidak dapat digunakan untuk menandai donor dengan
tnmsil pemeriksaan positif. Bila pemeriksaan positif akan
digunakan untuk donol strategi pemeriksaan ll atau lll
untuk diagnosis harus digunakan (Tabel 3, gambar 2 dan
3)- Pada bank darah yang tidak memiliki fasilitas untuk
pemeriksaan lebih lanjut, donor sebaiknya dirujuk pada
kliinisi atau rujukan kesehatan yang sesuai.Algoritme
pemeriksaan dengan strategi I untuk keamanan transfusi/
tffiansplantasi dapat dilihat pada gambar 1.

S['RVEILANS

Fada su rveilans, sensitivitas pemeriksaan kurang penting Gambar 1. Algoritme pemeriksaan dengan strategi I

A1 positif A1 negatif

Al nos,,A2

A1 pos, A2 pos
+

41 pos, A2 pos 41 neg, A2 neg

Gambar 2. Algoritme pemeriksaan menggunakan strategi ll


INFEKSI HIV DAN AItr'

Al positif -T
L{ - Al negatif- -*-1

--;;;>-
={:::z

A1 pos, A2 41 neg, A2 neg

AL pos, A2 neg

41 pos 42 neg 43 neg


A1 pos
A2 pos A1 pos A2 pos 43 neg
or I
43 pos
A1 pos A2 neg 43 pos
Risiko
rendah

Lapor sebagai Lapor sebagai Lapor sebagai


"lndeterminate" "Indeterminate" "Non-reaktif'

Rujuk ke laboratorium rujukan regional atau


laboratorium rujukan nasional

Gambar 3. Algoritme pemeriksaan menggunakan strategi lll


GfJAtA DAN D]AGNOSIS HIV 915

?ndah, akan memiliki nilai duga positif rendah, walaupun kedua dan ketiga dianggap "indeterminate" pada individu
-enggunakan pemeriksaan dengan spesifisitas yang yang mungkin pernah terekspos HIV sedikitnya pada 3
:.ggi. Karenanya, pemeriksaan tambahan dibutuhkan bulan terakhir dan dianggap "negatif" pada individu yang
aEar tidak terjadi overestimasi prevalensi HIV pada daerah tidak mempunyai risiko infeksi HlV.
rersebut. Hasil pemeriksaan yang memiliki hasil berbeda
rcsudah pengulangan dengan dua pemeriksaan dianggap
ndeterminate, tetapi tidak seperti pada tujuan diagnosis, REFERENS!
rasil indeterminate pada surveilans tidak memerlukan
Femeriksaan lebih lanjut. Hasil indeterminate dilaporkan 1,. WHO 2010. Antiretroviral therapy for HIV infection in adults
and adolescents: recommendations for a public health ap-
aan dianalisis secara terpisah. proach.
2. PedomanNasionalPelayananKedokteran. TatalaksanaHlV/
AIDS 2011. (in press)
DIAGNOSIS
3. Sogard OS, Lohse N, Ostergaard L, Kronborg G, Roge Birgit,
Gersto{t J, Sorenson HT, Obel Niels. Morbidity and Risk of
Subsequent Diagnosis of HfV: a population based case control
5:.ategi pemeriksaan untuk kepentingan dapat study identifying indicator diseases for HIV infection. Plos
m'enggunakan strategi ll atau lll tergantung prevalensi ane,7(3),2012
-'t' pada kelompok tersebut. Pada kedua strategi serum 4. HIVASSAYS:OPERANONALC}IARACTERISTICS(PFIASE
1) WHO Library Cataloguing-in-Publication Data World
arau plasma diperiksa menggunakan ELISA/ uji cepat Health Organization. HIV Assays: Operational Characteristics
aada pemeriksaan pertama. Pada strategi ll (Gambar Report 14 / Simple/Rapid tests. World Health Organiza-
tioru 20(X
A setiap spesimen dengan hasil positif diperiksa ulang 5. Owen SIvI, Yang C Spira T, Ou CY, Pau CP, Parekh BS dkk.
rmnenggunakan metode ELISA/ uji cepat kedua yang Alternative Algorithms for Human Immunodeficiency Virus
n emiliki preparasi antigen yang berbeda dan atau prinsip Infection Diagnosis Using Tests That Are Licensed in the
Ee.neriksaan yang berbeda (misalnya pemeriksaan indirek
United States. Journal of Clinical Microbiology, 46:5,2008,
1588-95
rarr kompetitif). Serum dengan hasil "reaktif" pada dua 6. PlateDK. Evaluation and Implementationof Rapid HlVTests:
pemeriksaan dianggap "positif" memiliki antibodi HlV. The Experience in 11 African Countries, AIDS research and
lerum dengan hasil pemeriksaan "non- reaktif" pada Human Retroviruses. 2002 2; 12, 7497-8.
perneriksaan pertama dianggap "negatif" dan tidak 7. Departemen Kesehatan Direktorat ]enderal Bina Pelayanaa
Medik, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik. Hasil
memiliki antibodi HlV.1,2 Serum dengan hasil reaktif pada Evaluasi Reagensia HIV di lndonesia. Jakarla.2006
Ee"neriksaan pertama, tetapi non reaktif pada pemeriksaan 8. World Health Organization. Rapid HIV Tests: Guidelines for
nedua, harus diperiksa ulang dengan kedua pemeriksaan. Use in HIV Testing and Counselling Services in Resource-
constrained Settings. France. 2004.
nesil yang sama dari kedua pemeriksaan mengindikasikan
9. Wright RJ, Stringer JS. Rapid Testing Strategies for HIV-1
irasil "positif" atau "negatif". Bila hasil pemeriksaan dari Serodiagnosis in High-Prevalence African Settings. American
ouu,a pemeriksaan tetap berbeda, hasil pemeriksaan ]ournal of Preventive Medicine. 2004;27 (1):42-8
10. Indrati AR. Metode dan Algoritme Pertreriksaan HIV. Su-
t,anggap "indeterminate".
mantri & Wisaksana & Hariantri Y (Eds). Buku Panduan
Sedangkan pada strategi lll untuk diagnosis (Gambar Dukungan Perawatan dan Pengobatan Komprehensif HIV-
Jrr setiap sampel dengan hasil reaktif harus diperiksa AIDS. Bandung. 2010. 45-55.
ruEng menggunakan 2 pemeriksaan yang berbeda. Serum
11. Weiss SH, Cowan EP. Laboratory Detection of Human Retro-
virus Infection. In Wormser GP (Ed). AIDS and other manifes-
dengan hasil "non- reaktif" pada pemeriksaan pertama, tations of HIV infection. 4th ed. New York. 2003. 143-80.
lienggap "negatif"/ tidak memiliki antibodi HlV. Serum
dengan hasil reaktif pada pada pemeriksaan pertama,
le,:api non- reaktif pada pemeriksaan kedua, harus diulang
iecgan kedua pemeriksaan. Pada strategi lll, dibutuhkan
Ere--neriksaan ketiga pada serum dengan hasil reaktif pada
merneriksaan kedua. Ketiga pemeriksaan pada strategi
ll harus merupakan 3 pemeriksaan dengan preparasi
urtigen yang berbeda dan/atau prinsip pemeriksaan
6ng berbeda. Serum dengan hasil "reaktif" pada ketiga
perneriksaan dianggap "positif" atau memiliki antibodi
*iliid Serum dengan hasil yang berbeda pada pemeriksaan
iiedua atau yang reaktlf pada pemeriksaan pertama
lar kedua, tetapi non reaktif pada pemeriksaan ketiga,
rdi anggap "indeterminate". Serum yang reaktif pada

pe"neriksaan pertama dan non reaktif pada pemeriksaan


L25
KEWASPADAAN UNIVERSAL
PADA PETUGAS KESEHATAN HIV/AIDS
Julius Daniel Tanasale

Kewaspadaan universal berarti kewaspadaan secara apakah HIV/AIDS atau tidak. Kontak dengan kulit yaqg
menyeluruh dalam mengurangi risiko penularan patogen tidak utuh dan kontak dengan membrana mukosa jugn
HIV/AIDS melalui darah atau cairan tubuh. Cairan tubuh harus dihindari.
yang dimaksud adalah:
. air mani Perlengkapan Pencegahan
. cairan ketuban 1. Sarung tangan.
. cairan vagina Harus memakai sarung tangan bila kontak langruq
. cairan plasenta dengan darah atau cairan tubuh dan kontak langrunq
. cairan otak dengan kulit yang tidak utuh atau membram
. cairan rongga perut mukosa.
. cairan luka Sarung tangan harus terbuat dari latex i6n 5cqu{
. air susu dengan ukuran tangan. Sardhg tangan harus selt
. cairan jaringan pakai.
. cairan sendi Disinfeksi sarung tangan dengan alkshol
. cairan perikardial dianjurkan karena virus bisa menetap di latex.
. cairan tubuh sekresi dan ekskresi 2. Apron plastik
. cairan pleura Harus dipakai untuk cegah kena darah atau
. cairan yang mengandung darah di air liur tubuh.
Cairan tubuh yang mengandung mikro-organisme Dapat didisinfeksi untuk dipakai sekali lagi.
patogen adalah :
3. Alat Pelindung mata.
. tinja Kaca mata pelindung atau visor untuk
. muntah percikan darah atau cairan tubuh ke konjungtirra_
. kencing 4. Masker.
. dahak Dipakai untuk melindungi mulut dan hidung.
5. Luka kulit.,'
Cairan tubuh yang tidak mengandung kuman patogen Luka atau abrasi kulit tangan dan lengan bawah
adalah:
ditutupi dengan pembalut tahan air.
. air mata 6. Cuci tangan atau penggunaan antiseptik.
. keringat Harus segera dilakukan dengan memakai air
. ingus sabun setelah kontak dengan cairan tubuh
. air liur memakai sarung tangan. Cuci tangan penting
Kewaspadaan universal berarti juga bahwa semua menghindari penyebaran infeksi di Rumah SakiL
darah dan cairan tubuh harus ditangani sebagai penularan Ada 2 tipe cuci tangan
penyakit yang berbahaya walaupun belum diketahui
fiEWASPADAAN UNIVERSAL PADA PETUGAS KESEHATAN HIV/AIDS
917

6.1 Cuci tangan sosial. dan tidak mudah rusak. Buka dan tutup
- sebelum dan sesudah kontak dengan segera tempat penyimpanan agar tidak
penderita. terkontaminasi bakteri. Bila telah kosong
- mulai dan setelah kerja atau dinas. tempat penyimpanan segera dikirim ke
- bila menyentuh barang-barang kotor. farmasi untuk dicuci dan diisi ulang.
- bila ada kontak dengan cairan tubuh atau Sabun dan air.
barang organik. - Sabun dan air dapat menghilangkan
setelah dari toilet kontaminasi organik pada pencucian tangan
setelah membuka sarung tangan. secara sosial. Basil gram negatif yang resisten
setelah melakukan tindakan tak steril dapat terkontaminasi di batang sabun dan
setelah kontak dengan penderita waktu dapat menular ke staf dan penderita. Sabun
ronde atau tindakan rutin seperti bereskan harus tersimpan dalam keadaan kering dan
tempat tidur. alkohol 70 % harus tersedia untuk dipakai
5.2 Cuci tangan aseptik. setelah mencuci tangan.
- persiapan untuk tindakan aseptik seperti - Disinfektan.
pemasangan jalur vena sentralis, kanula - Chlorhexidine dan povidine iodine dapat
kanula periferal, atau kateter kencing menghilangkan kontaminasi organik. Bila
- cuci tangan dan pakai disinfektan dan juga alergi terhadap chlorhexidine maka dapat
pakai sarung tangan steril. dipakai povidone iodine.
7. Fasilitas isolasi.
Cara mencuci tangan.
- lepaskan cincin, perhiasan, arloji dan gulung Kamar isolasi tersendiri harus disediakan untuk
penderita dengan ketergantungan yang tinggi. Bila
lengan baju,
basahi tangan dengan air yang mengalir dirawat dalam ruangan penderita harus dianggap
juga telapak tangan dan pakai sabun yang berisiko tinggi dan isolasi tidak diperlukan.
berbusa. Perlengkapan pencegahan seperti baju, sarung
gosok kedua tangan serta sela-selajari satu tangan, apron dan masker harus disediakan.
persatu sampai seluruh tangan bersih. Tumpahan darah dan cairan tubuh.
Harus ditangani secepat mungkin.
cuci pergelangan tangan dan bagian belakang
tangan, - pakai sarung tangan dari latex.
bilas dengan air yang mengalir. - tutupi tumpahan dengan granula hypochlorite
keringkan tangan dengan anduk sekali atau dengan re4daman kertas anduk cairan
pakai. hypochlorite (1000 p.p.m chloride atau 10.000
p.p.m. untuk tanah yang padat.)
Cuci tangan aseptik - biarkan 2 menit untuk waktu kerja desinfektan
- selesai jangan menyentuh barang-barang - bersihkan tumpahan seperti pembersihan klinis.
tidak steril. - bersihkan permukaan dengan air dan detergen
- pakai sarung tangan steril. 9. Sterilisasi dan disinfeksi.
- lepas sarung tangan setelah tindakan dan Semua penyebab kuman patogen melalui darah akan
segera cuci tangan. mati dengan sterilisasi pemanasan.
Disinfektan tangan. Rekomendasi suhu minimal :
- Alkohol 70 %" harus dipakai untuk bilas - 1 15" C x 30 menit atau
tangan. - 121" C x 15 menit atau
- bila berpindah kelain penderita - 126'C x 10 menit atau
- setelah tindakan non-steril tapi bukan kontak - 134'Cx3menit.
dengan cairan tubuh. Sinar ultraviolet dengan dosis kurang dari 5 x 1031/m2
- Setelah kontak dengan permukaan barang atau radiasi gamma dibawah
yang terkontaminasi. - 2x 10 rad tidak dapat membunuh virus ini.
- Sebelum kontak dengan penderita yang AIat-alat yang peka panas seperti gelas serat
neutropeni atau yang tergantungan tinggi. didisinfeksi dengan 2 % glutaraldehyde selama 10
- 30 menit kemudian dicuci dengan bersih sebelum
Semua disinfektan tangan termasuk sabun dipakai. Disinfeksi dengan pemanasan 85" C x 3 menit
harus disimpan di tempat yang steril, cukup efektif.
Tempat menyimpan harus bebas kontaminasi
Disinfektan
918 INFEKSI HIV DAN A16

- Hypochlorit dipakai untuk permukaan dan 2 11. Pembuangan sampah alat sekali pakai.
% gluteraldehyde untuk alat-alat yang peka - Sampah dari klinik, nonklinik dan dari dapur.
pemanasan.
Barang-barang tajam.
PENCAIRAN CHLORINE - harus sekali pakai kemudian dibuang.
- jarum alat suntik tak boleh dipakai ulang.
Barang pecah gelas.
- ini termasuk katagori benda-benda tajam.
- pakai sarung tangan yang tebal
- pakai surat kabar atau kertas yang tebal untJr
mengumpulkan gelas yang pecah.
Chlorine perlu 0,5 o/o (51/liler, 0,05-0,1 o/o ( 19/
diencerkan 5000 p.p.m.) literr 500-1000
- masukan pecahan gelas kedalam kantorq
p'p'm') kertas.
Cairan sodium 100 ml/liter 10 - 20 mllliter - kemudian masukan dalam boks dengan tulisamr
hlpochlorite ( 5 % pecahan gelas.
chiorine ) - beri tau petugas mengenai pecahan gelas ini-
Calcium hypochlorite 7.0 g/liter 0.7 * 1.4 g/liter
70 7o tersedia Kotoran dan limbah cair.
sebagai chlorine - harus segera dibuang di toilet dan dibersihxalrrn
Sodium 8.5 g/liter 0.9 = 1.7 g/liter yang benar.
dichloroisocyanurate
(NaDCC) ( chlorine
- darah dan cairan tubuh harus ditempatrarnm
60 "/" ) dikantong yang berwarna kuning untuk di bauun
NaDCC berupa tablet 4 tablet/liter % - 1 tableV liter ke incinerator atau tempat pembakaran.
( 1.5 g chlorine - bila tempat pembakaran tak ada dapat dimasu*anm
tablet ) dalam tanah dihalaman rumah sakit sedalanr 4's
Chloramine 20 glliter 10 - 20 g/liter meter.
(tosylchloramide
12. Tertusuk jarum suntik.
sodium, chloramines T
( tersedia sebagai 25 - beri gammaglobulin hiperimun untukyang beilllnrn
% chlorine) divaksinasi hepatitis B dalam waktu 48jam pailmrry
#Chloramine melepaskan chlorine secara lambat dibandingkan lambat dari waktu yang tertusuk. Kemuciilrn
dengan dohypochlorite vaksinasi hepatitis B bila hepatitis BleAg +.
Cairan chloramine dapat mengaktifasi material biologis seperti
protein dan darah sehingga baik untuk pembersihan barang
- Bila Hepatitis BleAg - cqkup Hepatitis B remm
yang bersih maupun yang kotor. Chlorine sangat tak stabil. saja.
Gunakan botol coklat dengan lama penyimpanan maksimal 30 - Bllatertusukjarum dari penderita HIV/AIDS
hari dan jauh dari sinar matahari. harus diberi Zidovudine segera dalam 24 jarnn
13. Binatu atau Loundry.
10. Tindakan intravena. Harus ada prosedur untuk mendistribusikan
Harus dilakukan oleh yang telah berpengalaman. selimut bersih dan mengumpulkan, mena
Harus memakai, sarung tangan, apron plastik, masker menyimpan, mengangkut dan membersihkan
serta kaca mata. selimut yang telah dipakai. Semua seprei,/
Perlu vacutainerjarum suntik, serta tempatnya. Jangan yang telah dipakai harus diperlakukan
masukan jarum ketempatnya potensial infeksius dan ditempatkan dalam
Pengambilan darah serta pengangkutannya. standar untuk seprei. Bila ada risiko
- batasi tes yang perlu untuk mengurangi resiko akibat cairan tubuh maka kantong untuk seprei
penularan. ditempatkan dalam kantong plastik yang tahan
- kumpul sampel darah secara tertutup beri nama Kantong untuk seprei/selimut harus diisi harya
dan keterangan yang jelas. perempatnya dan harus diamankan sebelum
- punksi vena hanya dari petugas yang Sarung tangan dari kulit atau bahan tahan
berpengalaman. Sarung tangan ganda 2 serta harus dipakai karena mungkin ada benda-
anduk kertas diletakkan di bawah tempat tajam yang tertinggal didalam seprei/selimut
pengambilan darah. Hindari kontaminasi serta untuk benda tajam harus tersedia untuk
percikan darah. benda tajam yang ditemukan dan harus dicatat
- pengiriman darah dengan contoiner khusus. dilaporkan.
- tangani jarum suntik yang besar. Semua seprei/selimut harus dicuci dengan
BASPADAAN UNIVERSAL PADA PETUGAS KESEHATAN HIV/AIDS 919

dan menggunakan air panas dengan suhu paling Kamar mayat.


sedikit 80o C atau cuci kering diikuti penyeterikaan. - Badan mayat dicuci dengan sodium hypochlorite
Mesin cuci tak boleh dengan beban berlebihan. mengikuti agama masing-masing.
Bila tak ada mesin cuci dan harus cuci dengan tangan - Membersihkan rongga mulut, lubang hidung dan
maka harus memakai sarung tangan karet rumah lain-lain harus memakai alat atau forsep. Lubang-
tangga lubang ditutupi dengan kapas yang telah dibasahi
1[4. Pengelolaan limbah. sodium hypochlorite.
Limbah pelayanan kesehatan mempunyai potensi - Badan mayat yang terluka atau kulit yang lecet
lebih besar dalam menyebabkan infeksi dan dibungkus dengan kain putih dan yang beragama
kesakitan dari pada jenis limbah lainnya. Penanganan lslam kain putih berlapis dua kemudian dimasukan
limbah pelayanan kesehatan yang buruk dapat ke kantong mayat yang tembus pandang.
menimbulkan konsekuensi yang harus terhadap
Transportasi mayat.
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pengusaha
harus membuat prosedur pengelolaan limbah yang
- Transportasi mayat harus di dalam peti kayu atau
logam untuk pemakaman atau untuk dikremasi.
memenuhi hukum dan praktek nasional. Prosedur
tersebut harus memberikan perhatian khusus pada
- Peti harus kuat, padat dan tahan bantingan serta
tak mudah rusak.
limbah infeksius dan benda-benda tajam.
lni mencakup:
- Semua daerah yang terkontaminasi dengan
darah, produk darah atau cairan tubuh mayat
- pengemasan dan penandaan limbah
harus didisinfeksi dengan sodium hypochlorite.
- pembuangan limbah awal dari daerah yang tidak
menghasilkan limbah.
- pengumpulan dan transportasi limbah keluar dari
REFERENSI
daerah yang dia dihasilkan. i

- penyimpanan, pengolahan dan pembuangan ILO: Guidelines on occupafidnal safety and health management
akhir limbah sebagaimana dituntut oleh peraturan /
system: ILO-OSH 2001, Geneva 2001. http:/ www.ilo.
dan pedoman teknis yang relevan org/ public/ english/ protection/ saf ework/ cops/ english/
fl5- Penanganan mayat. download/e000913.pdf
Jere DL, MScN RN, Kaponda CPN. Improving Universal
Penularan HIV/AIDS melalui kontak seksual, darah Precautions and Client Teaching for Rural Health Workers:
dan produk darah. Walaupun demikian penanganan A Peer-group Intervention.
mayat HIV/AIDS atau yang dicurigai harus berhati-hati Malawi.2010.h al.'1.-14.
Parmeggiani C, Abbate & Marinelli P. Healthcare workers and
dengan darah, produk darah dan cairan tubuh dari health care-associated lnfections: knowledge, attitudes
mayat tersebut. Semua pedengkapan harus dipakai and behavior in emergency departments in Italy. Naples.
oleh mereka yang menangani mayat seperti sarung Parmeggiani et al. BMC Infectious Diseases.2010. hal. 1-9.
Public Hospital Sector Occupational lrpalth and Safety
tangan, maske4 apron plastik yang kedap airi kaca
Management
mata dan sepatu boot. Orang dengan luka terpotong, Framework Model, Department of Human Services.
terbakaI terbuka dan penderita yang defisiensi imun Melboume, Stae of Victoria, Australia. 2003. http: www.
kesehatan.vic. gov.au/ ohs.
dilarang menangani mayat. Semua petugas kesehatan
Rahman MZA, Doraisamy G, Yusof AR. Kementerian Kesihatan
harus menghormati agama mayat walaupun ada Malaysia AIDS series Universal Infection Control Precaution.
perbedaan. Sarung tangan kalau pedu ganda dan cuci Kuala Lumpur Malaysia. Ministry of Hea1th Malaysia. 2005.
tangan dengan sabun setelah tindakan. Keluarga tak hal 2-45.
Uti OG, Agbelusi GA, Jeboda SO. In-fection control knowledge
boleh memeluk atau mencium mayat. and practices related to HIV among Nigerian dentists. Lagos.
Meninggal di rumah sakit. J Infect Dev Ctries 2009;3(8): 604-10.
- penderita yang meninggal di rumah sakit harus IiVHO: Guidelines on prevention and control of hospital associated
infections, Regional Office for South-East Asia (New Delhi,
dilaporkan sesuai peraturan dan diberitahu ke
keluarga serta pemakaman dalam waktu 24jam.
200)), http: / / whglibdoc.who.int.searo/2002lsEA HLM
343.pdt.
- Mayat ditempatkan dalam kantong mayat yang Yanri Zulrniar. Pedoman Bersama ILO/IAIHO tentang Pelayanan
tembus pandang. Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta. Direktorat Pengawasan
Kesehatan Kerja.
- Pakai trolley yang mudah didisinfeksi dengan Direktorat fenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
sodium hypochlorite. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI September
- Sprei dan pembalut mayat harus direndam 2f,05.hal25-52.
dengan sodium hypochlorite paling sedikit
setengah jam.
126
KOINFEKSI HIV DAN VIRUS HEPATITIS B (VHB)
Agus K. Somia, Erni J. Nelwan, Rudi Wisaksana

PENDAHUTUAN kadar SGOT persisten > 2 kali dari nilai batas atas nonrarCl
selama 1 bulan pemantauan. Apabila didapatkamm
lnfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat meningkatkan kecenderungan peningkatan kadar SGOT atau kadhr
morbiditas dan risiko mortalitas 4x lipat lebih tinggi pada SGOT > 5 kali nilai batas atas normal dapat terlaflil
pasien HIV pada pasien yang belum dan sudah memulai hepatitis berat/dekompensasi hati; selain itu apahflh
ARV. Peningkatan risiko kematian lebih banyak pada pasien serum HBV-DNA > 108 kopi/ml atau bila telah didapatrm
HBsAg positif dibandingkan dengan pasien HBsAg negatif fibrosis berat pada pemeriksaan fibroscan. Pada kondfidii
atau pada pasien dengan kadar CD4 yang rendah. Bila diatas inisiasi pengobatan perlu segera dilakukan
koinfeksi VHB/HlV tidak diobati, proses sirosis hati terjadi mencegah terjadinya dekompensasi hati. Apabila
lebih cepat serta karsinoma hepatoselular dapat muncul didapatkan tanda dekompensasi hati, contohnya
pada usia lebih awal dan agresif. Perlu diketahui juga pasien dengan kadar HBV DNA < 106kopi/ml,
bahwa pada pasien yang telah mengalami serokonversi HBeAg spontan dapat mendahului turunnya kadar
HbsAg, reaktivasi replikasi virus Hepatitis B dapat terjadi yang kemudian baru diikuti remisi penyakit. Pada
akibat defisiensi imunitas selular.l Telah terbukti bahwa terakhir ini, pengobatan dapat $,itunda selama 3 buhmn#
pengobatan VHB dapat mengurangi morbiditas dan Obat yang dapat digunakan pada pasien
mortalitas pada pasien HlV, pemilihan obat dan waktu untuk dekompensasi hati yaitu interferon konvensional
memulai terapi perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan Pegl FN-a2a, lamivudin, adefovir; entecavir; dan
terapi. Pada pasien viremia (tanpa melihat status HBeAg)
SGOT >5 kali nilai batas atas normal direko
menggunakan entecavir, telbivudin, atau I

EPIDEMIOLOGI lnterferom tidak dianjurkan karena efek terapi tidak


sehingga pasien dapat mengalami perburukan"
Di seluruh dunia, prevalensi infeksi VHB kronis jauh lebih pasien HBeAg positif dengan kadar SGOT diantara
banyak dibandingkan preva)ensi HlV., Dl antara populasr dari nilai batas normal maka interferon dapat
yang terinfeksi HIV kemungkinan untukterkena VHB kronis Kortikosteroid sebelum IFN atau lamivudin
meningkat tiga sampai enam kali lipat, yang kemudian tidak dianjurkan dan harus diberikan dengan
mengakibatkan beban infeksi campur. Di antara kelompok ketat dan tidak pada pasien dengan penyakit
berisiko tinggi yang mengidap koinfeksi VHB/HlV 9 - 17o/o
diantaranya adalah lelaki homoseksual,4 - 6% heteroseksual Terapi VHB pada Koinfeksi HIV
danT-10o/o adalah pengguna narkoba suntik.2 Pada pasien dengan koinfeksi HIV dan
pl, maka pemilihan terapi yaitu IFN dan obat
po I i merase i n h ib ito r (ad efovi r/tel b ivud inel-
TERAPI adefovir lebih dipilih karena IFN tidak
dan adefovir memiliki profil resistensi yang
Terapi VHB IFN pegilasi q-2a atau -2b merupakan
Pengobatan dapat dimulai bila pasien memiliki peningkatan tepat. Terapi dilakukan selama 48 hari. IFN
DIHFEKS] HIV DAN VIRUS HEPATITIS B (VHB) 921

HBV DNA < 20,000 IU/mL HBV DNA > 20,000 iU/mL
(<10'kopi/mL) (> 10'kopi/mL)

ALT 1-2 x ULN ALT 2-5 x ULN ALT > 5x ULN

Tidak diterapi Tidak diterapi Tidak diterapi . Obatijika persisten (3-6 . Indikasi dilakukan
Monitor HBV DNA, Monitor HBV DNA, Monitor HBV bulan) atau memiliki pengobatan
HBeAg, ALT/3-6 HBeAg, ALT/3 DNA, HBeAg, kecenderungan . Jika HBV-DNA <2
lan bulan ALT/1-3 bulan terjadinya x103lU/mL, obsevasi
dekompensasi hati selama 3 bulan untuk
. Biopsi hatijika pasien > 40 . Terapi berbasis serokonversi jika tidak
tahun interferon, entecavit memiliki kecenderungan
. Obatijika inflamasi moderat telbivudine, adefovir dekompensasi hati
atau fibrosis pada biopsi merupakan opsi lini . Terapi berbasis interferon,
pertama entecavir; telbivudine,
lamivudine
direkomendasikan,
terutama bila terdapat
kecenderungan
dekompensasi hati

Pasien berisiko: surveilans


karsinoma hepatoselu lar
. AFP dan USG/6 bulan
ry I

Monitor HBV DNA,


HBeAg, ALT/1-3 bulan
Pertimbangkan
strategi terapi lain
pasca terapi (termasuk LT)

Gembar 1. Penilaian indikasi pengobatan untuk VHBs

anti- HIV ringan namun tidak menganggu resistensi


ef,ek dapat menimbulkan resistensi terhadap lamivudin dan
Terapi direkomendasikan untuk dihentikan bila VHB
ltrt'h/" emtricitabin. Saat ini hanya telbivudin dan adefovir yang
D|UA gagal disupresi sebanyak 1 log,o pada minggu ke 12 dianggap aman. Telbivudin dapat mengakibatkan mutasi
dan kurang dari 2000 lUlL pada minggu ke-24.1 pada Met2041lle dengan resistensi silang terhadap
Faktor yang mendukung keberhasilan terapi IFN lamivudin, sehingga bila terdapat kegagalan terapi
adalah VHB DNA yang rendah, peningkatan SGOT menggunakan telbivudin maka lamivudin tidak dapat
sebelum memulai terapi, VHB genotipe A atau infeksi digunakan, begitu juga sebaliknya.s
rU'HB wild fype. Namun demikian, pemakaian terapi Kargna telbivudin dan adefovir memiliki keterbatasan
rm'terferon untuk VHB pada pasien koinfeksi HIV masih pada kasus monoinfeksi VHB (banyaknya kasus resisten
sangat terbatas.l terhadap telbivudine dan efikasi adefovir yang rendah),
Pada pasien koinfeksi VHB/HlV yang tidak memerlukan maka perlu dipikirkan untuk menginisiasi terapi antiviral
lterapi anti HIV disarankan untuk menghindari obat menggunakan tenofovir ditambah lamivudin atau
qolongan polimerase inhibitors yang memiliki efek emtricitabine, terutama pada pasien koinfeksi HlVyang telah
antivirus terhadap HIV - yaitu emtricitabin, lamivudin, memperlihatkan adanya fibrosis hati. Durasi pengobatan
mnofoviri dan entecavir. Monoterapi entecavir sebaiknya ditentukan dengan serokonversi antigen HBe, sebagaimana
trndak digunakan karena adanya risiko mutasi yang halnya terapi pada kasus monoinfeksi VHB.1
922 INFEKSI HIV DAN AT6

Lamivudin dan tenofovir memiliki aktivitas melawan


VHB dan HIV dan dapat digunakan sebagai kombinasi atau monoterapi adefovir lebih dipilih. Lamivudin atau
ARV pada pasien yang membutuhkan terapi HBV dan monoterapi tenofovir tidak direkomendasikan. ARl{
HlV. Pada pasien dengan kadar CD4.rendah dan penyakit
yang mengandung lamivudin/tenofovir atau kombinasi
hati aktif maka HBV harus diobati terlebih dahulu yang ekuivalen direkomendasikan jika pengobatan HIV
dlperlukan.s
untuk menghindari terjadinya immune reconstitusion
syndrome.s
Di dalam konsensus yang dibuat oleh Perhimpunan
Peneliti Hati lndonesia, pasien HIV dengan hepatitis B akff
Semua pasien yang terinfeksi HIV dengan replikasi VHB
dengan tanda replikasi dan peningkatan SGOT seharusrryo
aktif dan peningkatan kadar SGOT dapat dipertimbangkan
untuk diberi pengobatan. Pengobatan diperlukan untuk diobati dan adevofir merupakan obat pilihan. Lamivuffitl
dan tenofovir monoterapi bukan pilihan utama oleh karera
direncanakan mengikuti status HIV pasien. Bila infeksi
kemungkinan terjadinya resistensi H lV.6
HIV tidak memenuhi kriteria pengobatan, maka interferon

HBV DNA < 20,000 IU/mL HBV DNA > 20,000 IUlmL
(<104 kopi/mL) P l-0'kopi/mL)

ALT L-2 x ULN ALT>2xULN

Tidak diterapi Tidak dlterapi Tidak diterapi Obati jika persisten (3-6 bulan)/memiliki
Monitor HBV DNA, Monitor HBV DNA, Monitor HBV kecenderungan terjadinya dekompensasi hati
dan ALT, 6-12 dan ALT/3 bulan DNA dan interferon, entecaviI adefovir; telbivudine
bulan ALT/I--3 bulan Umumnya pengobatan antiviral jangka lama
diperlukan

Biopsi hatijika pasien > 40 tahun


Obatijika inflamasi moderat atau
fibrosis pada biopli

Pasien berisiko: surveilans


karsinoma hepatoselu lar
. AFP dan USG/6 bulan Monitor HBV DNA Lanjutkan obsenrasi
dan ALT/1"-3 bulan untuk mengenali
pasca terapi keterlambatan resporE
terapi atau
rencanakan strategi
lain

Gambar 2
DiNFEKS| Htv DAN VIRUS HEPAT|TIS B (VHB)
923

Koinfeksi VHB/HIV

Cd4> 500/pl atau Cd4< 500/pl


tidak ada atau HIV simtomatik

a) HAART termasuk TDF+FTC/3TC' Penambahan NRTI HAART termasuk


b) PEG-INF jika genotype A, atau penggantian TDF + 3TC atau
ALT tinggi, VHB DNA rendah dengan TDF
sebagai bagian
darl HAART

Gambar 3. Alur pengobatan untuk terapi VHB pada pasien koinfeksi Hlv (EAcs 2009).1

lfffierangan gambar:
a Pasien sirosis harus dirujuk untuk penilaian varises, monitor HCC reguler dan harus dirujuk awal untukpenilaiantransplantas. Pasien
dengan sirosis hati danjumlah.CD4 rendah memerlukan pengawasan hati-hati dalam bulin-bulan pertama setelah dimulainyaHAART
agarterhindardari immune-reconstitution syndrome dan dekompensasi hati akibat peningkatanen zimhati
& Lihat gambar 1 untuk penilaian indikasi terapi VHB. Beberapa pakar percaya bahwa semua pasien terinfeksi VHB yang memerlukan
HMRT harus mendapat TDF+3TC atau FTC kecualiterdapat intoleransi TDE terutama pada pasien koinfeksi vHaTHiv dengan fibrosis
hati lanjut.
'c Jika pasien tidak bersedia untuk memakai ART dini,adefovir dan telbivudine dapat digunakan sebagai iikbrnatif untuk mengendalikanVHB
saja. Data in vitro menunjukkan tidak adanya pengaruh telbivudine terhadap kapasitas replikisi HIV.
'd" Lamanyapengobatan: 48 mingguuntuk PEG-lNF; penentuan kuantitas HBsAg selama pengobatan pada pasien hepatitis B kronik
dengan HBeAg (-) yang diobati dengan PEG-INF dapat membantu identifikasi pasien yang dapat sembuh derlgan terapi ini dan
mengoptimalisasi strategi penobatan
(r Pada kasus intoleransi tenofovir (yaitu penyakit ginjal), maka dapat dipertimbangkan pemakaian entecavir + adefovirata! tenofovir
dalam dosis yang disesuaikan dengan klirens ginjal. Substitusi NRTI hanya boleh dilakukan jika dinilai layak dan tepatdari perspektif
mempertahankan penekanan HlV. Hati-hati pada peralihanjenis obat yaitu dari regime tenofovirkeobat dengan penghalang genetik
yang lebih rendah, misalnya FfCnfC, khususnya padapasiensirosis yang diberi lamivudine karena perkembangan virus akibit mutasi
YMDD telah diamati.

TEFERENSI Barth RE, Huijgen Q, Taljaard j, Hoepeiman Al. Hepatitis


B/C and HIV in sub-saharan Africa: an association between
nL Mauss S, Rockstroh j. Management of HBV/HIVcoinfection. highly prevalent infectious disease. A systematic review and
In: Mauss S, Berg T, Rockstroh J, Sarrazin C Wedemeyer If meta:analysis.Int ] Infect Dis. 2010;L4(L2):1024-31,.
editor. Hepatology: A Clinical Textbook. Flying publisher; Liaw YF, Leung N, Kao JtI, et al. Asian-Pacific consensus
2412. statement on'the management of chronic hepatitis B: a 2008
1" Cheruvu s, Marks K Talal A. understanding the pathogenesis update. Hepatollnt (2008) 2:263-283
and management of hepatitis B/HIV and hepatitis B/hepatitis Lesmana LA, Akbar N, Djumhana A, Setiawan PB. Kon-
C virus coinfection. Clin Liver Dis.20O'L/1.4:91743. sensusPerhimpunanPenelitiHati Indonesia: Panduan Tata
S Patel R Davis S, Tolle M, Mabikwa V, Anabwani G. preva- Laksanalnfeksi Hepatitis B Kronik. Jakarta;2006.
lence of hepatitis B and hepatitis C coinfections in an adult
HIV centre population in Gaborone, Botswana. Am J Trop
Med Hyg. 201-1. Aug;85(2):390-4.
L27
RESPONS IMUN INFEKSI HIV
Tuti Parwati Merati, Samsuridjal Djauzi

Sel limfosit CD4 merupakan target utama pada infeksi diameter 1000 angstrom yang termasuk retrovirus dsliiil

HlV. Sel ini berfungsi sentral dalam sistem imun. Pada famili Lentivirus.l2 Strukturnya terdiri dari lapisan luar ffi
mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi envelop yang terdiri atas glikoprotein 9p120 yang
HIV namun dengan perjalanan dari waktu ke waktu pada glikoprotein gp 4. Dibagian dalamnya
HIV akan menimbulkan penurunan jumlah sel limfosit lapisan kedua yang terdiri dari protein p17. Setelafi
CD4, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel terdapat inti HIV yang dibentuk oleh protein p24.
lainnya dalam sistem imun tersebut. Keadaan ini akan inti terdapat komponen penting berupa dua buah
menimbulkan berbagai gejala penyakit dengan spektrum RNA dan enzim reverse tronsuiptase (Gambar 1).
yang luas. Gejala penyakit tersebut terutama merupakan Dikenal dua tipe HlV, yaitu HIV-1 yang di
akibat terganggunya fungsi imunitas selular; di samping pada tahun 1983. dan HIV-2 yang ditemukan pada
imunitas humoral karena gangguan sel T helper (TH) 1986 pada pasien AIDS diAfrika Barat. Epidemi HIV
untuk mengaktivasi sel limfosit B. HIV menimbulkan global terutama disebabkan oleh HIV-1, sedangkan
patologi penyakit melalui beberapa mekanisme, antara HIV-2 tidak terlalu luas penyebarannya, hanya
lain: terjadinya defisiensi imun yang menimbulkan Afrika Barat dan beberapa negara Eropa yang
infeksi oportunistik, terjadinya reaksi autoimun, reaksi hubungan erat dengan Afrika Barat.
hipersensitivitas dan kecenderungan terjadinya malignansi HIV-'l maupun HIV-2 mempunyai strukturyang
atau keganasan pada stadium lanjut. sama, HIV-1 mempunyai gen vpu tetapi tidak"
lnfeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama, vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2 mempunyai vpr
yaitu transmisi melalui mukosa genital, transmisi langsung tidak mempunyai vpu. Perbedaan struktur g
ke peredaran darah melalui jarum suntik, dan transmisi
vertikal dari ibu ke janin. Untuk bisa menginfeksi sel, HIV
ViruS,Struetufb
memerlukan reseptor dan reseptor utama untuk HIV adalah
:: ,gp 120 ,Virdl r

molekul CD4 pada permukaan sel pejamu. Namun reseptor envetcpg


CD4 saja ternyata tidak cukup. Ada beberapa sel yang tidak P11
mempunyal reseptor CD4, tapi dapat diinfeksi oleh HlV. Di sp41

samping itu telah ditemukan juga koreseptor kemokin yang


mempunyai peranan sangat penting dalam proses masuknya
HIV ke dalam selyaitu CCR5 dan CXCR4. Penelitian intensif di
bidang virologi HIV dan kemajuan di bidang imunologi akhir-
akhir ini dapat dengan lebih jelas menerangkan bagaimana
HIV masuk ked alamsel pejamu dan menimbulkan perubahan
patologi pada tubuh manusia.

{s/RNA
STRUKTUR H!V Reverse transcriptage.(RT)

HIV merupakan suatu virus RNA bentuk sferis dengan Gambar 1. Struktur HIV
IESPONS ]MUN INFEKSI HIV 925

tralaupun sedikit, diperkirakan mempunyai peranan Th mengekspresikan reseptor lL-2 dan produksi lL-2
dalam menentukan patogenitas dan perbedaan perjalanan dan sitokin lain yang dapat mengaktivasi makrofag,
oenyakit diantara kedua tipe HIV tersebut. Karena HIV-1 CTLs (sitotoksik T limfosit atau TC) dan sel limfosit B.
rcng lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian lL-2 juga akan berfungsi autoaktivasi terhadap sel Th
ttrnis dan laboratoris lebih sering dilakukan terhadap semula dan sel Th lainnya yang belum memproduksi lL-2
lriV-1. untuk berproliferasi. Jadi dengan demikian akan terjadi
amplifikasi respons yang diawali oleh kontak APCs dengan
sel Th semula.
Aktivasi sel Tc yang berfungsi untuk membunuh
benda asing atau nonself-antigen, dan Tc dapat dibedakan
dengan Th karena Tc mempunyai molekul CD8 dan akan
mengenal antigen asing melalui molekul MHC class I.
Seperti sel Th, sel Tc juga teraktivasi melalui dua sinyal,
yaitu sinyal pertama adalah interaksi reseptor Ag-TCR
dengan kompleks epitop benda asing dan molekul MHC
Class l. Sel tersebut bisa berupa sel tumor atau jaringan
asing. Sinyal kedua adalah rangsangan dari sitokin lL-2
Gembar 2. Perbedaan struktur gen HIV-1 dan HIV-2
yang diproduksi oleh sel Th tersebut.
Tangan ke tiga dari imunitas selular di lakukan oleh sel
SEL TARGET NK (natural kiLLer), yailu sel limfosit dengan granula kasar
dengan petanda CD16 dan CD56. Fungsinya secara non
Sel yang merupakan target utama HIV adalah sel yang spesifik menghancurkan langsung sel-sel asing, sel tumor
rempunyai reseptor CD4, yaitu limfosit CD4+ (sel T helper atau sel terinfeksi virus. Atau juga dengan cara spesifik
aEau Th) dan monosit/makrofag. Beberapa sel lainnya yang untuk sel-sel yang di lapisi oleh ontibody dependent cell
dapat terinfeksi yang ditemukan secara in vivo atau in m e d iate d cytotoxicity (ADCC).

rq'ro adala h megakariosit, epidermal langerhans, periferal Aktivasi sel limfosit B memerlukan paling sedikit
dendritik, folikular dendritik, mukosa rektal, mukosa tiga sinyal, yaitu pertama oleh imunogen yang terikat
saluran cerna, sel serviks, mikroglia, astrosit, sel trofoblast, pada reseptor antigen, dan dua sinyal lainnya adalah
linnfosit CD8, sel retina dan epitel ginjal. Beberapa sel yang limfokin BCDF (B cell differentioton foctor ) dan BCGF
(B cell growth factor) yang di produksi oleh sel TH yang
@a mulanya dianggap CD4 negatif, ternyata juga dapat
mn-nfeksi HIV namun kemudian diketahui bahwa sel-sel teraktivasi. Dengan aktivasi gel limfosit B, maka akan terjadi
mnsebut mempunyai CD4 kadar rendah. Sel tersebut pertumbuhan dan differensiasi sel limfosit B menjadi sel
antara lain adalah sel mieloid progenitor CD34+ dan sel plasma sebagai sel yang akan memproduksi antibodi.
trnosit tri pel negatif.
Di samping itu memang ada sel yang benar-benar
ED4 negatif tetapi dapat terinfeksi HlV. Untuk hal ini PENGARUH HIV TERHADAP SISTEM IMUN
diiperkirakan ada reseptor lain untuk HlV, yaitu Fc reseptor
untuk virion yang diliputi antibodi, atau galaktosil seramid. HIV terutama menginfeksi limfosit CD4 atau T helper (Th),
Terakhir ditemukan molekul CD26 yang diperkirakan sehingga dari waktu ke waktu jumlahnya akan menurun,
rmerupakan koreseptor untuk terjadinya fusi sel dan demikian juga fungsinya akan semakin menurun. Th
mnasuknya virion setelah terjadi binding. mempunyai peranan sentral dalam mengatur sistem
imunitas tubuh. Bila teraktivasi oleh antigen, Th akan
merangsang baik respons imun selular maupun respons
ME(AN ISM E I MUN ITAS PADA KEADAAN NORMAL imun humoral, sehingga seluruh sistem imun akan
terpengaruh. Namun yang terutama sekali mengalami
Aktivasi sel Th dalam keadaan normal terjadi pada awal kerusakan adalah sistem imun selular. Jadi akibat HIV
terjadinya respons imunitas. Th dapat teraktivasi melalui akan terjadi gangguan jumlah maupun fungsi Th yang
fua sinyal, yaitu: pertama terikatnya reseptor Ag -TCR (f menyebabkan hampir keseluruhan respons imunitas tubuh
, dl Receptor) dengan kompleks Antigen-molekul MHC tidak berlangsung normal.
fias llyang dipresentasikan oleh makrofag sebagai ontigen
puenting cel/s (APCs) yang teraktivasi oleh antigen. Sinyal Abnormalitas pada lmunitas Selular
,rcdua berasal dari Sitokin lL-1 yang dihasilkan oleh APC Untuk mengatasi organisme intraselular seperti parasit,
gang teraktivasi tadi. Kedua sinyal tadi akan merangsang jamur dan bakteri intraselular yang paling diperlukan
926 INFEKSI HIV DAN AE

adalah respons imunitas selular yang disebut Cell Mediated dan lain-lain. Fungsi neutrofil juga terganggu, karene
lmmunity (CMl). Fungsi ini dilakukan oleh sel makrofag itu sering terjadi infeksi oleh stafilokokus aureus yang
dan CTLs (cytotoxic T Lymphocyte atou TQ, yang teraktivasi menyebabkan infeksi kulit dan pneumonia. Apalagr
oleh sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4. Demikian pemakaian obat antiretrovirus (ARV) seperti zidovudin atar
juga sel NK (Nofurol Killer), yang berfungsi membunuh anti virus sitomegalo yaitu gansiklovir dapat menimbulkrn
sel yang terinfeksi virus atau sel ganas secara direk non terjadinya neutropenia.
spesifik, di samplng secara spesifik membunuh sel yang Banyak yang belum dlketahui tentang antibodi
di bungkus oleh antibodi melalui mekanisme antibody terhadap HlV. Apakah antibodi bisa mencegah meluasrqn
dependent cell mediqted cytotoxicity (ADCC). Mekanisme infeksi HIV di dalam tubuh, atau paling tidak berperar
ini tidak berjalan seperti biasa akibat HlV. untuk menetralkan HlV. Produksi antibodi terutaom
Sel Th: Jumlah dan fungsinya akan menurun. Pada neutrolizing antibodi kasus AIDS stadium lanjut (di mm
umumnya penyakit indikator AIDS tidak terjadi sebelum limfosit CD4 <200/uL) bila dibandingkan dengan orq
jumlah CD4 mencapai 200/uL bahkan sebagian besar tanpa HlV, ternyata sangat berbeda. Sedangkan padl
setelah CD4 mencapai 100/uL. stadium sebelumnya di mana sel Th masih di atas Z[i.'
Makrofag: Fungsi fagositosis dan kemotaksisnya 500/u L, produksi anitibodi tidak beg itu berbeda. Antibd
menurun, termasukjuga kemampuannya menghancurkan spesifik terutama neutralbing antibodybaru mulai mrxmfl
organisme intra selular, misalnya kandida albikans dan pada minggu kedua atau ketiga, bahkan bisa mundiun
.toksoplasma gondii beberapa bulan setelah infeksi.
Sel Tc: Kemampuan sel T sitotoksik untuk meng- Secara umum dapat dikatakan respons antibodi
hancurkan sel yang terinfeksi virus menurun, terutama terhadap HIV sangat lemah, dan hanya sebagian kecil
pada infeksi stadium lanjut, sehingga terjadi reaktivasi dari fraksi antibodi ini yang dapat menetralisasi HlV.
virus yang tadinya laten, seperti herpes zoster dan retinitis itu HIV dapat melewati respons antibodi sehingga
sitomegalo. Demikian juga sering terjadi diferensiasi sel bertahan hidup dan menginfeksi sel lainnya.
ke arah keganasan atau malignansi.
Fase lnfeksi Akut. Setelah transmisi HIV melalui
Sel NK: Kemampuan sel NK untuk menghancurkan
genital yang merupakan transmisi utama, sel dendritit
secara langsung antigen asing dan sel yang terinfeksi
yang ada di lamina propria mukosa vagina akan
virus juga menurun. Belum diketahui dengan jelas
HlV. DC bertindak sebagai ontigen presenting cell
apa penyebabnya, diperkirakan kemungkinan karena
dan mempresentasikan HIV ke sel limfosit CD4
kurangnya lL-2 atau efek langsung HlV.
dapat merangsang limfosit T naive. Hal ini terjadi
DC mengekpresikan molekul major hi
Abnormalitas pada lmunitas Humoral
complex (MHC) klas l, MHC klas ll dan molekul
Imunitas humoral adalah imunitas dengan pembentukan
lain pada permukaannya. Setelah HIV tertangkap
antibodi oleh sel plasma yang berasal dari limfosit B,
akan menuju kelenjar limfoid dan mempresen
sebagai akibat sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4
kepada sel limfosit T naive. Di samping mengangkil
yang teraktivasi. Sitokin lL-2, BCGF (B cell growth foctors)
kekelenjar limfe, DC juga mengaktivasi sel limfosil
dan BCDF (B cell differentiotion factors) akan merangsang
dengan demikian akan meningkatkan infeksi dan
limfosit B tumbuh dan berdiferensiasi menjadi sel plasma.
HIV pada sel limfosit Th.
Dengan adanya antibodi diharapkan akan meningkatkan
Perlu diketahui terikatnya HIV ke DC
daya fagositosis dan daya bunuh sel makrofag dan
pengikatan protein envelop gp 120 pada
neutrofil melalui proses opsonisasi.
molekul yang disebut C-Wpe lectin receptor
HIV menyebabkan terjadi stimulasi limfosit B
dalam C-type lectin receptor adalah dendritik
secara poliklonal dan non-spesifik, sehingga terjadi
bbing no n-infegrin (DC-SIGN),
ICAM - 3 -g ro
hipergammaglobulinaemia terutama lgA dan lgG. Di
receptor dan Longerin Masing-masing molekul iri
samping memproduksi lebih banyak imunoglobulin,
mengikat Sp J20 dan ini lalu dipresentasikan pada
limfosit B pada odha (orang dengan infeksi HIV/AIDS)
yang berbeda. DC sel mengekspresikan molekul
tidak memberi respons yang tepat.,Terjadi perubahan dari
molekul CCR5 tapi tidak mempunyai CXCR4. Murgf,i
pembentukbn.antibodi lgM ke antibodi lgA dan lgG. lnfeksi
berpengaruh dan dapat menjelaskan mengapa
bakteri dan parasit intrasel menjadi masalah berat karena
95% strain HIV yang ditemukan pada infeksi primer
respons yang tidak tepat, misalnya reaktivasi Toksoplasma
strain M-tropik atau-R5 HIY strain. Sama seperti
gondii atau CMV-tidak direspons dengan pembentukan
mukosa, transmisi HIV secara vertikaljuga
imunoglobulin M (lgM). Respons antibodi pasca vaksinasi
R5. Pada manusia waktu lama dari infeksi mukosa
dengan antigen protein atau polisakarida sangat lemah,
terjadi viremia, berkisar antara 4-11 hari. Hal infr
misalnya vaksinasi Hepatitis B, lnfluenza, pneumokokus,
tergantung dari apakah ada hal-hal lain yang
IESPONS IMUN INFEKSI HIV 927

barier mukosa, seperti misalnya inflamasi dan infeksi Peranan kelenjar limfe pada infeksi primer. Penelitian
uretritis, ulkus genitalis, dsb).
Xservisitis, tentang peranan kelenjar limfe dalam infeksi akut HlV,
HIV baik sebagai virus bebas ataupun yang berada dilakukan secara histopatologik biopsi kelenjar yang
dalam sel yang terinfeksi akan menuju kelenjar limfe diikuti baik secara longitudinal, maupun cross sectionol,
regional dan merangsang respons imun selular maupun pada percobaan rhesus monkey dengan SIV dan orang
humoral. Mobilisasi limfosit ke kelenjar ini justru yang terinfeksi HlV. Didapatkan HIV telah berada dalam
rrnenyebabkan makin banyak sel limfosit yang terinfeksi. kelenjar limfe kera 5 hari setelah infeksi SIV dan bila
Dalam beberapa hari akan terjadi limfopenia dan dilakukan analisis hibrida terhadap RNA HIV/SIV pada
rlrrcnurunnya limfosit CD4 dalam sirkulasi. Dalam fase ini fase itu, ternyata HIV kebanyakan terdapat sebagai sel-
dii dalam darah akan ditemukan HIV bebas titer tinggi sel individual yang mengekspresikan RNA, dan mencapai
dan komponen inti p24, yang menunjukkan tingginya puncak pada hari ke 7 setelah inokulasi. Analisis biopsi
replikasi HIV yang tidak dapat dikontrol oleh sistem imun. kelenjar secara cross sectional pada orang yang terinfeksi
hlam 2-4 minggu akan terjadi peningkatan jumlah sel HIV bersifat konsisten dengan model rhesus monkey.
ilnfosit total yang disebabkan karena tingginya subset Dengan bukti itu, maka kelenjar limfe merupakan organ
lmfosit CD8 sebagai bagian dari respons imunitas selular anatomi yang pertama yang terinfeksi HlV.
Urhadap HlV. Diperkirakan paling sedikit 10 milyard HIV Pada fase transisi ke fase kronik, terjadi switch dari
oi[produksi dan dihancurkan setiap harinya, karena waktu ekspresi sel-secara individual ke bentuk tropping HIY
paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam. Tapi ada oleh jaringan sel dendritik folikuler didalam germinal
yang men gatakan tu r n ove r H lV ada la h 2x1 0 m i lyar perhari, senter kelenjar limfe. Bentuk ini mendominasi keberadaan
sedangkan sebagai bandingan, estimasi penurunan CD4 HIV dan pada saat ini terjadi penurunan secara drastis
lffirnfosit adalah 20-200 x 1 juta per hari dengan klirens jumlah sel-sel individual yang mengekspresikan HlV.
rektu paruhnya sekitar dua hari. Jadi pada fase akut ini dapat dilihat adanya upaya sel-
Setelah fase akut, akan terjadi penurunan jumlah sel limfosit T sitotoksik untuk mengurangi jumlah HlV.
111{lVbebas dalam plasma maupun dalam sel. Masih akan membentuk kompleks dengan imunoglobulin dan
helum jelas, mengapa bisa demikian, akan tetapi analogi komplemen. Kompleks ini akan terikat pada reseptor
dengan infeksi virus pada u.mumnya. Sel limfosit T komplemen pada permukaan sel dendritik. Secara klinik
sitotoksik CD8 yang sebagai efektor sel dapat mengontrol akan terjadi penurunan jumlah RNA HIV dalam plasma
rnfeksi akut oleh virus, karena dia bisa mengenal dan dan menghilangnya sindrom infeksi akut
nroenghancurkan sel yang telah terinfeksi (ini kadang- Terjadinya gejala-gejala Al DS umumnya didahului oleh
kadang dapat merugikan juga), sehingga dapat percepatan penurunan jumlah limfosit CD4, sering terjadi
mmencegah replikasi din pembentukan virus baru. Pada pada keadaan di mana sebelumnya jumlah limfosit CD4
HIV sejak awal ditemukan tingginya jumlah selT
ur:nfeksi di atas 300/uL. Pada umurinya perubahan ini berkorelasi
lrnfosit sitotoksik (TCLs atau Tc). Sel limfosit sitotoksik dengan munculnya strain HIV yang lebih virulen, yaitu
Ji6ng mempunyai petanda CD8, akan teraktivasi oleh strain Sl (Syncitiol lnducing), diikuti oteh gejala klinis
llrllfV dan akan mengeluarkan sejumlah solubel sitokin menghilangnya gejala limfadenopati generalisata yang
lflmrmasuk CAF ), yang dapat menghambat replikasi HIV merupakan prognosis yang buruk. Hal ini terjadi akibat
dalam limfosit CD4. Keadaan seperti ini juga terjadi hilangnya kemampuan respons imun selular untuk
pada infeksi HIV akut, bahkan sebelum serokonversi. Di melawan turnover HIV dalam kelenjar limfe, ditandai oleh
samping jumlahnya menurun, maka fungsi limfosit CD4 membanjirnya HIV kedalam sirkulasi karena rusaknya
16ugaterganggu, ba.hkan pada stadium di mana jumlahnya struktur kelenjar limfe.
mmasih di atas 500/ml. Ternyata kemampuannya untuk
poliferasi karena rangs,angan berbagai macam antigen Reaksi Autoantibodi
dan kemampuannya untuk memproduksi sitokin untuk Reaksi autoantibodi cenderung terjadi pada fase awal
fungsi helper juga meriurun.Terjadi penurunan respons infeksi HIV pada saat sistem imunitas masih relatif bagus.
pengenalannya terhadap antigen bakteri, virus atau Karena limfosit B tidak memberi respons yang tepat,
toksin yang pernah dikenal, lalu hilangnya respons terbentuk autoantibodi terhadap beberapa protein tubuh,
tturhadap sel asing (ollogeneic response), terakhir juga antara lain antibodi terhadap platelet, neutrofil, limfosit
hehilangan kemamp,uan untuk respons mitogen non- dan mielin. Mekanismenya tidak begitu jelas, ada dua jalur.
spesifi k seperti fitohaemaglutinin. Pertama akibat aktivasi sel B yang disregulasi sehingga
Risiko infeksi cjportunistik dipengaruhi oleh jumlah terjadi poliklonal hipergammaglobulinemia. Kedua karena
i@tl. Pada jumlah CD4 di bawah '100 dapat terjadi infeksi adanya molecular mimicry antara antigen HIV dengan
rhtsoplasma sedangkan pada jumlah CD4 di bawah 50 beberapa protein tubuh. Keadaan ini menimbulkan
@at terjadi infeksi Sitomegal. sindrom autoimun, antara lain Autoimun trombositopenik
928 INFEKSI HIV DAN AItrs

purpura (AITP), antifosfolipid antibodi (APLA), autoimun menunjukkan kelainan yang sama, tidak tergantung
gastropati dengan hipoklorhidria, autoimun hemolitik obat pencetus, sehingga d iperkirakan patogenesisnya
anemia (AIHA), pruritic populovesicular eruption (PPVE). bersifat umum.
Proses autoimun juga mempercepat penurunan jumlah b. Koinfeksi virus-virus lain, seperti virus Epstein-
T CD4. Pada stadium awal infeksi HIV juga dapat terjadi Barr (EBV), Sitomegalo (CMV) dan beberapa vinrs
Sindrom yang dimediasi oleh limfosit T-CD8, seperti saluran napas dikatakan berhubungan dengan
sindrom Sjogren's, Lymphocytic lnterstitial Pneumonitis terjadinya kemerahan pada kulit akibat Ampisilirr
(LlP), Autoimun Polimiositis, Autoimun chronic octive Tidak ditemukan timbulnya kemerahan pada kuli(
hepatitis dan Cardiac miositis. bila fase infeksi akut oleh virus-virus tersebut sudJr
Sindrom demielinisasi, seperti sindrom Guillain Barre, lewat.
kronik idiopatik demielinating polineuropati dan sindrom c. Besar dosis dan lama pemakaian obat. Misalqc
kompleks imun seperti polyorteritis nodoso-like orteritk ditemukan reaksi hipersensitivitas pada pemakaim
dan hipersensitivitas vaskulitis bisa timbuljuga pada awal dosis tinggi trimetoprim-sulfametoksazol biln
penyakit Gambar 5 menunjukkan gejala klinik dihubungkan dibandingkan dengan pemakaian dosis rendCl
dengan lama infeksi dan jumlah Th (CD4). Jumlah CD4 sebagai profilaksis. Dan semakin lama obat dikonsunns
menentukan manifestasi gejala klinik yang timbul melalui semakin tinggi kemungkinan terjadinya reatd
patogenesis yang berbeda. Pada awal merupakan respons hipersensitivitas.
tubuh yang sama seperti infeksi oleh virus lain, setelah d. Faktor lain misalnya imunoglobulin yang spesifik urm*
itu, pada saat jumlah CD4 masih cukup tinggi (500-700) obat tertentu dan struktur obat dan metabolismerqn
dapat timbul gejala akibat reaksi autoantibodi. Gejala klinik dalam tubuh.
pada waktu CD4 sudah rendah (<500) merupakan infeksi
oportunistik atau kanker oportunistik. Timbulnya Malignansi atau Tumor Sekunder p*
lnfeksi HIV
Reaksi Hipersensitivitas pada Infeksi HIV Telah diketahui bahwa degenerasi maligna akan disebabkilr
Reaksi hipersensitivitas pada infeksi HIV tidak jarang oleh adanya diferensiasi dan proliferasi sel yang abnord.
terjadi, dan umumnya berkaitan dengan obat-obatan. Kerusakan genetik sel dapat berakibat kematian sel,
Daftar obat-obatan yang diketahui menimbulkan reaksi beberapa sel dengan struktur genetik yang
hipersensitivitas pada infeksi HIV semakin lama semakin tersebut masih dapat hidup dan menunjukkan
bertambah. Kejadian hipersensitivitas terhadap obat jauh yang berbeda. Fenotip yang berbeda bisa
lebih tinggi pada infeksi HIV dibandingkan pada non kearah malignansi atau keganasan.
HlV. Misalnya hipersensitivitas terhadap trimetoprim- Di sinilah peran sistem imun, terutama
sulfametoksazol dosis tinggi untuk mengobati PCP imun selular berfungsi untuk menghancurkan a
terjadi antara 27-64%, dibandingkan 3% pada orang asing. Sebab bila tidak terjadi klirens, maka antigen
imunokompeten atau imunodefisiensi karena non HlV. tersebut merupakan stimuli kronis terhadap
Kejadian hipersensitivitas terhadap obat ini akan lebih sel imun yang cenderung berlebihan. Misalnya
buruk lagi karena selalu diperlukan obat pengganti, poliklonal dari sel limfosit B dengan berbagai a
di mana obat ini mempunyai efektivitas kurang atau dan terjadinya limfadenopati generalisata. Di
mempunyai efek yang lebih toksik. sistem imun berfungsi untuk menghancurkan sel
Patogenesis terjadinya reaksi hipersensitivitas ini fenotip yang berubah kearah keganasan akibat
diperkirakan melalui jalur reaksi alergi, (jadi bersifat virus yang bersifat onkogenik.
immune mediated) atau karena toksik yang penyebabnya Pada infeksi HIV dengan adanya defisiensi imun
belum diketahui. Namun reaksi hipersensitivitas yang memungkinkan aktivasi virus-virus laten dalam
ditemukan pada infeksi HIV ini tidak dapat dimasukkan sehingga terjadi keganasan sekunder, misalnya
pada salah satu dari 4 tipe reaksi hipersensitivitas menurut berkaitan de4gan timbulnya Limfoma Non
klasifikasi Gell and Coombs.s Memang bertentangan sekali HPV (human papiloma virus) berkaitan dengan
ti
terjadi reaksi hipersensitivitas pada orang yang 'anergi' karsinoma leher rahim, dan Human herpes
terhadap beberapa stimulan lain, misalnya vaksinasi berkaitan dengan sarkoma Kaposi's.
Hepatitis B atau tes tuberkulin.
Beberapa keadaan yang diduga berperan adalah: Faktor Pejamu dan Virus yang Mempengaruhi
a. Disregulasi pada sistem imun. Reaksi terhadap HlV. Respons imun spesifik terhadap HIV tidak
amoksisilin, trimetoprim-sulfametoksazol dan mengontrol atau menghambat infeksi kearah
obat anti TB (OAT) sering terjadi pada CD4 rendah Fa ktor-fa ktor ya n g menentu ka n ha I tersebut adalah

(20-<200/uL). Pemeriksaan histopatologi kulit genetik hosf, mekanisme imunologis untuk


IESPONS IMUN INFEKSI HIV 929

diri dari imun survailan dan faktor virusnya sendiri. Organisme penyebab lO adalah organisme yang
merupakan flora normal, maupun organisme patogen
Faktor Pejamu: Genetik dengan HLA c/oss/ hoplotype
yang terdapat secara laten dalam tubuh yang kemudian
sering menunjukkan penyakit yang tidak progresif
mengalami reaktivasi. Spektrum lO pada defisiensi imun
dibanding HLA lainnya. Di samping itu ditemukan adanya
akibat HIV secara umum mempunyai pola tertentu
mutasi genetik homozigot pada reseptor kemokin CCR5,
dibandingkan lO pada defisiensi imun lainnya. Namun
seperti '32CCR5-"32CCR5 akan relatif resisten terhadap
ada gambaran lO yang spesifik untuk beberapa daerah
,nfeksi HlV. Akan tetapi mutasi heterozigot seperti
tertentu. Semakin menurun jumlah limfosit CD4 semakin
aCR5-'32CCR5 tidak dapat mencegah infeksi, namun
berat manifestasi lO dan semakin sulit mengobati, bahkan
secara bermakna berhubungan dengan progresifitas
sering mengakibatkan kematian. Pengobatan dengan
penyakit yang lambat. Faktor imunologik yang dapat
antiretroviral (ARV) dapat menekan replikasi HlV, sehingga
nlempengaruhi, antara lain: tingginya RNA HIV plasma
jumlah limfosit CD4 relatif stabil dalam jangka waktu
yang terjadi setelah infeksi akut yang disebut set point,
panjang, dan keadaan ini mencegah timbulnya infeksi
dapat dipakai untuk menduga kecepatan progresifitas
oportunistik. Organisme yang sering menyebabkan lO
penyakit. Virologic set point pada orang yang terinfeksi
terdapat dilingkungan hidup kita yang terdekat, seperti
{tV akan berbeda-beda, tapi cenderung tetap stabil pada
aiI tanah, atau organisme tersebut memang berada dalam
orang yang sama pada fase kronik. Menghilangnya clone
tubuh kita pada keadaan normal, atau tinggal secara laten
sel sitotoksik limfosit CD8 yang spesifik, gangguan fungsi
lalu mengalami reaktivasi.
APCs, dan adanya respons antibodi humoral.
Penyebab lO pada AIDS, sumber dan cara transmisinya
faklor Virus: HIV dapat bertahan dalam tubuh karena HIV dapat dilihat dalam tabel 1.
mempunyai kemampuan untuktetap berada dalam limfosit
Gambaran lnfeksi Oportunistik di POKDISUS AIDS
CDzt dan mempunyai kemampuan untuk replikasi, adanya
RSCM. Pola infeksi oportunistik diberbagai negara
'rariabilitas genetik HIV dan tropping HIV pada permukaan dapat berbeda. Di Amerika Serikat infeksi oportunistik
sel folikuler dendritik. Pooling tersebut mengandung DNA
yang sering dijumpai adalah PCP (Pneumocystic Corinii
provirus dengan daya replikasi. Sebagai catatan, tipe ini
Peneumonia) namun di lndonesia infeksi oportunistikyang
luga dapat dijumpai pada seseorang yang telah memakai sering dijumpai adalah infeksi jamur saluran vcerna dan
TIAART selama 2 tahun, sehingga bila HAART dihentikan,
tbc. Pola infeksi oportunistik di RS Ciptomangunkusumo
rmaka HIV plasma akan meningkat lagi yang berarti gejala
dapat dilihat pada tabel 2.
penyakit akan muncul lagi. Perusakan sel limfosit CD4 yang
rnembawa provirus ini terjadi sangat lambat sekali, dan Sindrom imun rekonstitusi dan disfungsi imun.
prosesnya tidak dapat dipengaruhi oleh HAARI sehingga Pemberian obat antiretroviral akan menekan jumlah HIV
n'renghambat eradikasi HlY. Tropping oleh sel folikuler dalam darah sehingga penghancuran CD4 dapat dikurangi.
aendritik sebenarnya merupakan fungsi fisiologis untuk Akibatnya jumlah CD4 akan meningkat. Peningkatan CD4
nrelakukan klirens terhadap patogen, akan tetapi pada HIV bermanfaat untuk mengurangi risiko infeksi oportunistik.
.tru.rstru akan menjadi reservoir kronik yang stabil (karena Pasien yang berhasil meningkatkan CD4 di atas 200 risiko
lr:lV terbebas dari serangan CTLs spesifik) dan merupakan infeksi oportunistiknya akan rendah. Namun demikian
siimber infeksi bagi limfosit CD4, sehingga terjadi pemulihan kekebalan tubuh juga dapat menimbulkan
nflamasi kronik yang mengakibatkan terjadi destruksi sindrom imun rekonstitusi yaitu sindrom yang timbul
la,ringan limfosit pada stadium lanjut. HIV dapat bertahan akibat terjadinya proses radang setelah kekebalan
oan berada dalam organ atau sel tertentu pada manusia, tubuh pulih kembali. Sindrom ini dapat berupa demam,
sehingga merupakan sumber HIV secara kronik. pembengkakkan kelenjar limfe, batuk serta perburukan
foto toraks. Sindrom ini sering terjadi pada pasien yang
Patogen penyebab infeksi oportunistik pada AIDS.
mengalami infeksi oprtunistik TBC namun juga dapat
lrnfeksi oportunistik (lO) adalah infeksi akibat adanya
timbul pada infeksi oportnunistik lain. Sindrom ini biasanya
|kesempatan untuktimbul pada kondisi-kondisi tertentu
timbul"6-8 minggu penggunaan obat antiretroviral,
lang memungkinkan, karena itu lO bisa disebabkan namun dapat juga muncul beberapa bulan sesudahnya.
oleh organisme non patogen. Pada infeksi oleh humqn
Pada sindrom ini gejala klinis lain seperti berat badan
wmunodeficiency virus (HlV), tubuh secara gradual akan
membaik, jumlah CD4 meningkat namun gejala karena
rnnengalami penurunan imunitas akibat penurunan jumlah
infeksi oportunistik timbul kembali sebagai akibat gejala
'dan fungsi limfosit CD4. Pada
keadaan dimana jumlah
inflamasi. Selain infeksi oportunistik, sindrom inijuga bisa
fiimrfosit CD4 <200/ml atau kurang, sering terjadi gejala
bermanifestasi sebagai penyakit autoimun (lupus, penyakit
penyakit indikator AIDS. Spektrum infeksi yang terjadi
Graves), perburukan hepatitis B atau C yang sudah ada,
pada keadaan imunitas tubuh menurun pada infeksi HIV
atau penyakit inflamasi lainnya (sarko'idosis). Terapi obat
rnni disebut sebdgai infeksi oportunistik.
Tabel 1. Penyebab lnfeksi Oportunistik pada AIDS, Sumber dan Transmisinya
Penularan Orang
Organisme Sumber Cara Transmisi
ke Orang
Bakteria:
1. MTB Reaktivasi endogen, org sakit lnhalasi Ya
2. MAC Air; tanah lnhalasi, ingestion Tidak
3. Salmonella Ain tanah lngestion Tidak

Virus:
1. Herpes simpleks Reaktivasi endogen, org sakit Seksual Ya
2. Herpes Zoster Reaktivasi endogen, org sakit Tidak tentu Tidak tentu
3. CMV Reaktivasi endogen, org sakit Seksual, darah Ya
4. EBV Reaktivasi endogen, org sakit lnhalasi/ingestion? Ya

Parasit:
1. Pneumocystiscarinii Reaktivasi endogen, org sakit lnhalasi Mungkin
2. Toksoplasma Gondii Reaktivasi endogen, kotoran kucing, lngestion Tidak
daging mentah
3. Mikrosporidia Ai4 orang/bint terinfeksi lngestion/inha lasi? Ya
4. Cryptosporidia Air, orang/bint terinfeksi lngestion Ya

Jamur
1. Kandida Air,tanah, Tidak tentu Tidak
2. Kriptokokkus Neoforman Tanah, kotoran burung/ binatang lnhalasi Tidak
3. Aspergilus Tanah lnhalasi Tidak
4. Histoplasma Capsulatum Ain tanah lnhalasi/ingestion Tidak
5. Coccidioido lmmitis Air; tanah lnhalasi/ingestion Tidak

Tabel 2. Pola Infeksi Oportunistik di RS Cipto Mangun oleh sel makrofag dan CTLs (sitotoksik T Limfosit atar.r
kusumo (n=698) yang teraktivasi oleh sitokin yang dilepaskan oleh
CD4. Demikian juga sel NK (Nofurol Killer),yang
lnfeksi oportunistik %
membunuh sel yang terinfeksi virus atau sel ganas
Kandidiasis(oroparing,esofagus) 40
direk non spesifik, di samping secpra spesifik membu
TBC paru 37,1
Diare kronik 27,1
sel yang di bungkus oleh antibodi melalui mekar*i
Pneumonia bakteri 16,7 antibody dependent cell medioted cytotoxicity
Toksoplasma ensefalitis 12 Mekanisme ini tidak berjalan seperti biasa akibat HI\("
TBC luar paru 11,8 Di samping itu penurunan jumlah dan fungsi sel T
Herpes zoster 6,3 inl mengakibatkan terganggunya homeostasis dan
sel lainnya dalam sistem imun humoral, yaitu sel
B yang berperan dalam imunitas humoral.
antiretroviral perlu diteruskan dan untuk menekan gejala fungsi limfosit B karena disregulasi oleh sel limfosit CBfi
radang diberikan obat kortikosteroid. Pada sisi lain dapat menimbulkan respons imun humoral yang tidak rela,,m
terjadi disfungsi imun, yaitu perbaikan klinis nyata namun terbentuknya poliklonal hipergamma-globulinemia
CD4 tidak atau meningkat dengan lambat. Dapat dirangkumkan, defisiensi imun akibat HIV
menga ki batkan terjad i nya infeksi oportu n isti k, ti
reaksi autoimun, mudah terjadi reaksi hi
KESIMPULAN terhadap obat-obat yang sering dipakai dan
tumor ganas sekundel seperti Limfoma Non
Telah dibahas berbagai aspek imunodefisiensi pada infeksi Sarkoma Kaposi's dan karsinoma serviks.
HlV. lnfeksi HIV mempunyai target utama sel limfosit Pemberian obat antiretroviral dapat meni
CD4 yang berfungsi sentral dalam sistem imun. Pada CD4 sehingga risiko infeksi oportunistik menurun.
mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi HlV, pemulihan sistem imun juga dapat menimbulkan
namun dengan perjalanan dari waktu ke waktu HIV akan rekonstitusi imun. Sedangkan pada disfungsl
menimbulkan penurunan jumlah sel Iimfosit CD4, sehingga perbaikan klinik tidak disertai dengan peningkatanrn
fungsi imunitas selular terganggu. Fungsi in! dilakukan secara nyata.
TESPONS IMUN INFEKSI HIV 931

R.EFERENSI In: Stewart G|, editor. Managing HIV. Sydney: Australasian


Medical Publishing Co. Limited; 1997.p.15-6.
Abbas AK Lichtman AH and Pober JS. Antigen recognition and Pantaleo G, Graziosi C, Fauci AS. The immunopathogenesis of
ll.rnphocyte activatioru Cellular and molecular immunology. 3d human immunodeficiency virus infection. N Engl ] Med.
editors. Philadelphia:IMB Saunders Co;7997. p. 35-65. 1993;3'28:327-35.
-{nanworanich J, Phanupak P, Ruxrungtham K. Immune HIV pathogenesis: what do the viruses do? http:/ /
Preiser W.
reconstitution syndrome: when patient deteriorates after www.kgu.de/ zhy g / vitologie/virologie.html. Diakses 8
starting highly active antiretroviral therapy. J Infect Dis Februari 2005.
Antimicrob Agents. 2003;20:109-18. Rizzardi GP, Pantaleo G. The immunopathogenesis of HIV-1
Barre-Sinoussi F, Nugeyre M, Dauguet C, et al. Isolation of a infection. In: Armstrong, Cohen, editors. Infectious diseases.
TJymphocytotropic retrovirus from a patient at risk for London: Mosby Co; 1999.p.6112-.
acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Science. Stewart G], Irvine SS, Scott M, et al. Strategies of care in managing
7983;220:868-7'1.. HIV. In: Stewart GJ, editor. Managing HIV. Sydney:
EadettJc, GallantlE. Natural history and classification [r: Bartlett, Australasian Medical Publishing Co. Limited; 1997. p. 38-.
Gallant, editors. Medical management of HIV infection. Yunihastuti E.C hanging opportunistic infection in
Baltimore: John Hopkins Medicine Health Publishing Ciptomangunkusumo hospital Temu Ilmiah PDPAI. Jakarta
Business Group;2004. p. 1-4. 2628- November 2005.
Bode Mj, Goldstein DA, Frazer IH, ftulley TB. How HIV promotes
malignancies. In: Stewart G|, editor. Managing HIV. Sydney:
Australasian Medical Publishing Co. Limited; 1997. p.37-9.
irr Au Garsia R. How HIV leads to hypersensitivity reactions.
In: Stewart GJ, editor. ManagingHIV. Sydney: Australasian
Medical Publishing Co. Limite{ 1997. p.34-6.
3avel F, gu.etard F,Brun-VezinerF, etal.Isolation of anewhuman
retrovirus from West African patients with AIDS in West
Africa. Science .1986;'233 :343-6.
Cotfin }, Haase A, Levy JA, et al. \Afhat to call the AIDS virus?
Nature. \986;321.:10.
Crowe S and Kombluth RS. How HIV leads to Opportunistic
inJection. In: Stewart GJ editor. Managing HIV. Sydney:
Australasian Medical Publishing Co. Limited, 1997 p.28-30.
Deh'es P|, Roitt IM. The immune system. First of two parts. N Eng
I Med. 2000; 343:37-49.
Deh'es P|, Roitt IM. The immune system. Second of two parts. N
Eng ] Med. 2000;343:108-17.
Essex M, Kanki PJ. The origins of the AIDS virus. The science of
AIDS. In: WH Freeman, editor. New Yorlr; 1989. p.27-37.
French MA, Price P, Stone SF. Immune restoration disease after
antiretroviral therapy. AIDS. 2004;18 :1. 615-27 .
Fr"ench RF, Stewart GJ, Penny It, Levy fA. How HIV produces
immune deficiency. In: Stewart GJ, editor. Managing HIV.
Sydney: Australasian medical publishing Co. Limited; 1997.
p.22-8.
[allo RC Salahudin SZ, Popovic lvl, et al. Frequent detection and
isolation of cytopathic retroviruses (HTLV-ilI) from patients
with AIDS and at risk for AIDS. Science. 1984;224:497-500.
Gallo RC, Montagnier L. The AIDS epidemic. The science of AIDS.
kr: WH Freeman, editor. New York;1989. p.1,-12.
Goodman JW. The immune response. In: Stites, Terr, editors.
Basic human immunology. Connecticut: Appleton and lange;
-1995.p.34-M.
Haseltine WA. Molecular biology of the human immunodeficienry
virus type 1. FASEB J. 199'1.;5:'2349-60.
Lawn SD, Buter ST, Folks TM. Contribution of immune
activation to the pathogenesis and transmission of human
immunodeficienry virus type 1 infection. Clinical Microbiology
Reviews. 2001.;L4:7 5 4-7 7 .
L.erv JA. HIV pathogenesis. Virologic and immunologic features
with attention to cytokines. http://www.medscape.com/
viewarticle/487733 di akses 5 Januari 2005.
Levy JA, Hoffman AD, Kramer SM, et al. Isolation of
limphocytopathic retroviruses from San Francisco patients
with AJDS. Science. 1984;25840-2.
n-i X, Wainberg MA. In: Armstron& Cohen, editors. Infectious
diseases. Vol 2. 5. 7. p. L-4.
n-uster AD. Chemokines-chemotactic cytokines that mediate
inflammation. N EngJ Med. 1998;338:43645.
lfarriot D]E, McMurchie M. HIV and advanced immune deficiency.
BNB7f,_
IMUNISASI

D$ssr-Dosor Imunisosi ?33

Prote r Imunisosi 93?


j!. l-:.r.r;i., i.
lmunilali Dewoso',?5I
voksinoiipodo
Kelom.pok'Khusus 958

llttlU PEllY[l[lT llfilm[ Edisi vt2014


L2B
DASAR.DASAR IMUNISASI
Sukamto Koesnoe, Samsuridjal Djauzi

NISASI SEBAGA! UPAYA PENCEGAHAN internasional lainnya, telah mencanangkan bahwa tahun
2011-2020 sebagai "The Decodes of Vaccines (DOV)".
lni menunjukkan besarnya harapan internasional
angka penyakit infeksi menjadikannya sebagai terhadap program imunisasi sebagai upaya pencegahan
satu beban utama dalam bidang kesehatan primer.
lmunisasi merupakan salah satu cara utama lmunisasi dan vaksinasi merupakan istilah yang sering
mencegah penularan penyakit infeksi dalam dipertukarkan. Secara teknis, imunisasi didefinisikan
rakat. Peran dari pemerintah serta inisiatif dari sebagai induksi agar terjadi pembentukan imunitas
berhasil meningkatkan kesuksesan program dengan berbagai cara, baik aktif maupun pasif. Sementara
isasi untuk anak. Sedangkan program imunisasi vaksinasi merupakan tindakan pemberian suatu vaksin.
sampai saat ini masih harus dikembangkan lebih Vaksinasi belum tentu sebuah tindakan imunisasi, dan
imunisasi tidak selalu melibatkan vaksin.
lmunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan lmunitas manusia terdiri dari dua tipe: imunitas pasif
paling sukses dan efektif bagi masyarakat. Hal itu dan aktif. lmunitas pasif terbentuk melalui pemberian
jukkan dengan berbagai laporan yang menunjukkan antibodi dalam bentuk imunoglobulin, baik spesifik mau-
ilannya dalam menurunkan angka insidens, pun nonspesifik. lmunoglobulin diberikan dalam jumlah
iditas, kecacatan, serta mortalitas akibat penyakit besar dengan tujuan untuk mencegah se;ta menghilang-
difteri, tetanus, pertusis, dan campak, pada berbagai kan efek dari infeksi atau toksin penyebab. Misalnya,
a yang mencanangkan program imunisasi secara pemberian tetqnus immunoglobulin (TlG) dan hepatitis B
dengan cakupan yang luas. immunoglobulin (HBIG). lmunitas pasif hanya bertahan
Pada dasarnya, imunisasi dewasa di negara Asia beberapa bulan saja.
ra dan lndonesia kurang terpublikasi luas di lmunitas aktif ditimbulkan dengan pemaparan antigen
kat, karena kebijakan imunisasi masih secara dari suatu patogen terhadap sistem imunitas pejamu,
diutamakan pada imunisasi bayi dan anak-anak. sehingga terbentuk suatu antibodi. Misalnya, hepatitis,
I, bermacam penyakit dapat dicegah melalui tetanus, atau BCG (sel imun spesifik). lmunisasi aktif dapat
pada orang dewasa. dipicu oleh vaksin hidup (contoh: campak), vaksin virus
Untuk mencapai keberhasilan program imunisasi yang dimatikan (contoh: influenza), atau vaksin subunit
sebagaimana program imunisasi anak, diperlukan yang belasal dari bagian organisme patogen (contoh:
berbagai macam pihak, mulai dari pemahaman pneumokokus, yang berasal dari komponen kapsul poli-
kesehatan dan masyarakat tentang imunisasi sakarida bakteri).
hingga pemerataan pelayanan imunisasi yang Pada vaksinasi, dilakukan tindakan yang dengan
au serta dukungan program pembiayaan dan sengaja memberikan paparan suatu antigen yang berasal
inransi. Pada tahun 2003, Perhimpunan Dokter Spesialis dari suatu mikroorganisme. Antigen sudah meng-
lfilhnyakit Dalam lndonesia (PAPDI) telah menghasilkan alami penyesuaian sehingga tidak menimbulkan sakit,
llhlsensus imunisasi pada orang dewasa yang diharapkan melainkan memiliki fungsi untuk memproduksi limfosit
ffiat menjaditumpuan agar imunisasi dewasa di lndonesia yang peka, antibodi, serta sel memori yang dapat memberi
llhhh digalakkan. WHO dan UNICEF, bersama komunitas kekebalan.

933
934 !MUNISASI

Vaksin sendiri merupakan didefinisikan sebagai sediaan Sedangkan berdasarkan pendekatan baru dalam pen -
biologis yang menimbulkan suatu kekebalan terhadap buatannya, vaksin terdiri dari vaksin rekombinan dan vaksim
penyakit. Di dalam sebuah vaksin, umumnya terkandung DNA. Vaksin rekombinan berprinsip pada penyisipam
sejumlah kecil bahan yang menyerupai organisme pato- satu lebih gen yang mengkode determinan imunitas
gen yang mampu menginduksi sistem imun. Sistem imun yang penting pada mikroorganisme. Vektor yang sen,rq
akan mengenalnya sebagai benda asing, menghancurkan- digunakan adalah virus (poxvirus vaccinio, canoryp,@t,
nya, kemudian menyimpannya dalam memori sel imun adenovirus) dan bakteri (Solmonello). Contoh vaksin iilrrnl

sehingga sistem imun tubuh dapat mengenalinya dan adalah vaksin hepatitis B. Vaksin DNA berasal dari asamrnn
menghancurkannya jika terpapar kembali oleh patogen nukleat yang mengkode antigen penting. Vaksin in imasilinl
yang sama. dalam penelitian dan dikembangkan untuk memprodukni
Vaksin untuk imunisasi terdiri dari berbagai tipe vaksin influenza, HlY, dan herpes simpleks.
(Tabel 1). Pada dasarnya, vaksin terbagi menjadi vaksin
yang dilemahkan (live ottenuqted vaccine) dan vaksin yang
tela h d i mati k an (k illed vo ccin e/i no ctivote d va cc in e). Va ks i n MANFAAT IMUNISASI PADA ORANG DEWAIiI
inaktif dibagi lebih lanjut menjadi vaksin subunit (berasal
dari bagian organisme, misalnya komponen kapsul Secara umum, imunisasi bertujuan untuk meningka!*mi
bakteri), vaksin toksoid (berasal dari bahan toksik bakteri), derajat kekebalan serta memberikan perlindungan keket'&m
dan vaksin konjugat (berasal dari polisakarida murni, yang dengan menginduksi respons memori terhadap patogu1
dikonjugasikan dengan protein karier). Tiap jenis vaksin atau toksin tertentu dengan menggunakan preparat
memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri, yang dapat gen nonvirulen atau nontoksik. Antibodi yang
dilihat pada tabel 2. haruslah efektif dalam mencegah adherensi atau efek
merusak sel dengan menetralisasi toksin.

Tabel 1. Berbagai Tipe Vaksin


Tipe Vaksin Contoh
Virus yang dilemahkan (live ottenuated virus) Polio sabin, meales, mumps, rubela, varicella, yellow fevu
Bakteri yang dilemahkan (Live ottenuated bacterium) BCG,Ty21a (vaksin oral tifoid)
Virus yang telah dimatikan (killed whole virus) Polio salk, influenza, hepatitis A
Sel bakteri yang dimatikan (killed whole cell bocterium) Pertussis, cholera, antraks
Toxoid Difteria, tetanus
M o lle cu la r vo ccine : p rote in Acellular pertussis, subunit influenza, fepatitis B
M o llec u la r vo cc in e : co rbo hyd rote Haemophilus influenzo type B (Hib), Vi tifoid,
pneumokok
M o llec u lo r va cc in e : ca rbo hyd rote -p rote in co nj u g ote Hib, meningokok, pneumokok
Combinotion voccine Difteri-pertusis-tetanus (DPT), measles-mumps-rubello
DPT.Hib

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Berbagai Jenis Vaksin


Jenis Vaksin Keuntungan Kerugian
. Proteksi lama setelah vaksinasi satu kali . Dapat menimbulkan penyakit pada orang
. Merangsang pembentukan sistem imun secara kompromais yang tidak terdiagnosis
luas, termasuk respons sel T dan respons . Dapat berubah menjadi virulen
mukosa lgA . Tidak dapat dilakukan pada bayi karena
. Mampu menyebarluaskan herd immunity memiliki antibodi dari ibu
Vaksin Hidup
(timbulnya imunitas pada orang yang tidak . Perlri disimpan dan ditransportasi pada
diva ksinasi) 4oC atau lebih rendah, untuk
potensi
. Lebih reaktogenik

Aman karena tidak ada risiko menjadi virulen Memerlukan booster atau pemberian
Mudah diproduksi dan disimpan untuk mempertahankan proteksi
Vaksin lnaktif Dapat digunakan pada bayi tanpa interferensi Rangsangan imunitas seluler dan mukosa
dengan antibodi yang berasal dari ibu Dapat menyebabkan penyakit karena
Toleransi lebih baik respons imun pada kondisi tertentu
EAR-DASAR IMUNISASI 935

American Society of lnternol Medicine, dalam per- menyebabkan orang dewasa diindikasikan imunisasi
@muan tahunannya di Atlanta, menyatakan bahwa tertentu. Misalnya, wisatawan yang akan mengunjungi
rnrmunisasi dewasa dapat mencegah kematian sepuluh kali negara dengan bahaya infeksi tertentu, terutama negara
ffi dibandingkan dengan anak. Namun, program pem- berkembang dengan angka penyakit polimielitis, difteri,
herian imunisasi dewasa belum mencapai keberhasilan dan tetanus, tifoid, hepatitis A, dan tuberkuloid yang masih
ll@opu leran sebagai mana prog ram pem berian imunisasi tinggi. Juga peserta ibadah haji/umroh, yang dianjurkan
emak. Pierce dan Schaffner melaporkan bahwa kurangnya mendapat vaksinasi meningitis dan influenza.
ffiatian dan minat pada imunisasi dewasa dikarena- lmunisasi dewasa juga mencakup golongan usia lanjut
kr adanya keraguan dari masyarakat maupun petugas (di atas 60 tahun). Walau mengalami penurunan sistem
ffiayanan kesehatan terhadap keamanan dari vaksinasi, imun nonspesifik, data penelitian menunjukkan bahwa
qnnti rugi yang tidak memadai, serta sistem imunisasi golongan lanjut usia masih memberikan respon yang
dhrasa yang belum berkembang. baik terhadap polisakarida bakteri. Berdasarkan itu, pem-
Terdapat beberapa alasan mengapa orang dewasa berian vaksin polisakarida pneumokokus tetap mampu
ffitap membutuhkan imunisasi. Pertama, pemberian meningkatkan antibodi secara efektif. Vaksin influenza juga
rrnnunisasi sewaktu kecil tidak menjamin pembentukan dianjurkan bagi golongan ini karena membantu mencegah
hekebalan yang tetap untuk seumur hidup. Kedua, penyakit influenza yang dapat merusak epitel saluran
nmunisasiterbukti berperan sama pentingnya dengan diet napas serta memudahkan infeksi pneumonia bakteriat.
rd*r olahraga dalam menjaga kesehatan. Ketiga, pencegahan
penyakit tertentu dengan imunisasi akan mencegah
pnyakit tersebut menjangkit keluarga dan lingkungan FENOM ENA " RESPO N DERANDNONRESPO N D EF'
sukitar; sehingga biaya perawatan penyakit lebih murah. PADA VAKS!NASI
Dengan tingkat keamanan dan keefektivitasan yang
Uimggi, imunisasi mampu mencegah beberapa penyakit Pada dasarnya, vaksin pada individu yang sehat akan
png dapat menyebabkan kematian dan b.erbagai menginduksi respons imun humoral dan seluleL sehingga
[omplikasi berat. Di Amerika Serikat, sekitar 50.000 orang tercapai respons imun yang mampu memproteksi dari
ntnneninggal tiap tahunnya akibat dari penyakit yang dapat infeksi atau penyakit spesifik lainnya. Untuk memastikan
dcegah dengan pemberian imunisasi. Beberapa contoh agar respons imun optimaltercapai, kadang vaksinasi tidak
menyakit tersebut, misalnya: influenza yang menyebabkan hanya diberikan 1 dosis namun dibutuhkan 2-3 dosis, bahkan
ddtar 36.000 kematian diAmerika Serikat, penyakit akibat dosis ulangan (booster). Respons imun juga bersifat
.preumokokus yang menyumbang 4.500 kematian, dua individual karena dipengaruhi oleh faktor internal dan
sain HPV penyebab sekitar 70o/okanker serviks, hepatitis eksternal. Kadang, ditemukan bahwa respons imun yang
0png menyebabkan 5.000 kematian tiap tahunnya, serta diharapkan tidak terjadi. Chiaramonte et al mencetuskan
ornpak dan varicella dengan berbagai komplikasinya. bahwa fenomena "responder qnd nonrgsponder" terjadi
Walau data di lndonesia masih sangat terbatas, akibat hanya tercetusnya respons imun seluler tanpa di'
ffia-data di luar negeri menunjukkan bukti dari manfaat ikuti oleh respons imun humoral. Mekanisme irnunologis
Fmgram imunisasi dewasa. Vaksin influenza pada orang yang menyebabkan terjadinya fenomen a "responder ond
rfunsa < 65 tahun berhasil menurunkan insidens influenza nonresponder" ini belum diketahui secara rinci.
sbesar 70-90%. Pada orang usia lanjut yang dirawat Fenomena " responder ond nonrespondel' ini difokus-
,dI rumah jompo, vaksin tersebut menurunkan insidens kan pada vaksin hepatitis B karena pemakaiannya yang
uffinrenza sebesar 30-40%, 50-60% kasus influenza yang luas dan perannya sebagai bagian dari Program lmunisasi
mmnrbutuhkan bantuan alat, serta mortalitas sebesar 70- Nasional.
llfltr)96. Va ksi n pneu mokok men u nj u kka n efektivitas sekita r Antibodi serum anti-HBs yang protektif tercapai pada
W4%, sedangkan vaksin MMR sebesar 90-95%. Vaksinasi 907o orang dewasa sehat dan 95% bayi, anak, dan remaja
ilhpatitis B memberikan efektivitas urnum sekitar 80-95% sehat, petelah pemberian 3 dosis vaksin hepatitis B.
ffidD96 pada usia > 50-59 tahun; dan 50% pada kelompok Mereka yang mencapai titer antibodi spesifik > 10 mlU/
rusa > 60 tahun), dan perlindungan selama kurang lebih mL akan terproteksi dari penyakit hepatitis B. Efikasi
il tahun. vaksin ini mencapai hampir 100% pada orang sehat
lmunisasi dewasa dianjurkan bagi mereka yang berusia yang mencapai angka titer antibodi tersebut. Namun
dI atas 12 tahun dan ingin mendapatkan kekebalan begitu, 1s1d3pat 10o/o pada populasi dewasa dan 5o/o
hrhadap berbagai penyakit, misalnya influenza, pneu- pada populasi anak yang tidak mencapai respons imun
mokokus, hepatitis A dan B, MMR (Meosles, Mamps, protektif terhadap infeksi hepatitis B setelah pemberian
ftrtibel/o), DPT (Difteri, Pertusis, Tetonus), atau DT (Difteri, suntikan 3 dosis.
,ilktonus). Selaiir itu, terdapat beberapa kondisi yang Beberapa faktor mempengaruhi imunogenisitas
936 IMUNISAg

vaksin hepatitis B. Angka kejadian responsif lebih rendah tunggal yang kemudian dinilai 4-12 minggu setelah-
pada populasi yang tidak sehat daripada yang sehat. nya. Pada waning immunity, titer akan melonjak tinggi
Selain itu, respons imun terhadap vaksinasi ini berbanding kembali (> 10 mlU/ml), sedangkan pada true non-
terbalik dengan pertambahan usia dan berat badan. Re- responderlilerantibodi akan tetap < 10 mlU, atau bahkan
spons imun akan semakin baik pada golongan usia muda tidak terdeteksi.
dibandingkan lanjut usia. Sedangkan golongan obesitas
akan memiliki respons imun yang lebih buruk dibanding- Tata laksana untuk Nonresponder
kan berat badan normal. Kondisi lain yang mempengaruhi Diperlukan tata laksana lanjut untuk memicu respotE
kurangnya respons imun terhadap vaksin hepatitis B imun optimal pada nonresponder. Kelompok non-
adalah predisposisi genetik, infeksi kronik hepatitis B, responder harus dianggap belum pernah mendapatkm
infeksi kronik hepatitis C, penyakit ginjal kronik, penyakit vaksinasi bila terpapar oleh infeksi virus hepatitis !,
hati akibat alkoholisme, HIV/AIDS, transplantasi organ, sehingga sangat dianjurkan untuk mendapatkan imuno.
dan keadaan imunodefisiensi lainnya. globulin dan vaksinasi. Gambar 1 menunjukkan cafir
untuk membedakan kelompok woning immunity M
Kekebalan yang Menghilang (Woning lmmunity kelompok nonresponder.
vs Nonresponder) Saat ini sedang dikembangkan beberapa kandidil
Untuk mengetahui apakah penerima vaksin berespons vaksin hepatitis B dengan pendekatan berbeda. Kandifi
dengan baik atau tidak, dilakukan pemeriksaan respons vaksin in imengandung protein pre-S1, pre-S2,
antibodi 1-3 bulan pascapemberian suntikan vaksin partikel subunit S. Kandidat lainnya mengandung
hepatitis ketiga. Pemeriksaan yang dilakukan lebih dari rekombinan pre-S2 dan antigen S yang
6 bulan seringkali meninnbulkan interpretasi yang mem- dengan ajuvan MF059. Beberapa penelitian pend
bingungkan. Respons imun terhadap vaksin hepatitis B menunjukkan bahwa kandidat-kandidat vaksin
tergolong nonresponsif bila titer antibodi anti-HbsAg memberikan respons imun yang lebih baik pada
setelah suntikan ketiga hanya mencapai < 10 mlU/mL, dan nonresponder. Strategi lainnya"adalah mengg
tergolong hiporesponsif bila titer > 10 hingga < 99 mlU/ vaksin khusus yang mengandung 40 pg antigen
mL. Kelompok hiporesponsif akan mengalami penurunan B pada kelompok nonresponder.
titer antibodi lebih cepat dibandingkan dengan kelompok
dengan titer yang lebih tinggi. Namun, The CDC US Kepentingan Dosis Penguat (Booster)
Advisory Committee on lmmunizotion Proctices (ACIP) Dosis pengual alau booster adalah dosis tambahan
tidak merekomendasikan pemeriksaan titer antibodi perlu diberikan setelah pemberian dosis primer
pascavaksinasi secara rutin, karena tingginya angka menjamin proteksi dengan keperl,uqn yang berbeda
efektivitas vaksin hepatitis B. Sebuah studi menunjukkan setiap vaksin. Beberapa vaksin memerlukan dosis
bahwa mayoritas populasi akan menunjukkan titer > 100 sedangkan lainnya tidak. Kondisi ini berd
mlU/mL pascavaksinasi ketiga. Sehingga pemeriksaan apakah respons imunologis vaksin tersebut
lebih dianjurkan untuk kelompok risiko tinggi (tenaga proteksi jangka panjang atau tidak. Penilaian
medis, pasien imunosupresif, pasien hemodialisis, vaksin dilakukan dengan 4 cara'. 1) respons
penerima transfusi darah rutin, orang yang berkontak yang timbul dari memori imunologis sel B; 2)jumlah
dengan pengidap virus hepatitis B, homoseksual, hetero- penyakit spesifik pada populasi yang divaksinasi; 3l
seksual dengan pasangan seksjamak, pengguna narkoba in vitro sel B dan sel T; serta 4) studi
jarum suntik, dan pengidap HIV/AIDS). Pada vaksin hepatitis B, tiga dosis primer
Beberapa tahun pascavaksinasi, titer antibodi 0-1-6) sudah cukup untuk memicu respons imun
anti-HBsAg diperkirakan tidak terdeteksi pada 13-60o/, yang bertahan selama 15-20 tahun. Dua dosis
populasi. Hal tersebut dikenal sebagai waning immunity. sudah mampu mencetuskan produksi antibodi
Woning immunity merupakan penurunan titer antibodi protektil sedangkan dosis ketiga berfungsi untuk
seiring waktu pada seseorang yang awalnya berespons perkuat. Pemeiiksaan akan menunjukkan titer
dengan baik dan tetap protektif terhadap infeksi kronis. mencapai > 10 mlU/mL, walau seiring waktu
Kondisi ini harus dibedakan dengan true nonresponder waning immunity. Angka titer tersebut tidak
karena:implikasi klinis keduanya sangat berbeda. Pada tahankan dengan alasan kemampuan memori i

kondisi true nonresponder, sejak awal respons imun tidak dari sel limfosit B mampu mencetuskan
ditunjukkan, sehingga sama sekalitak protektif terhadap anamnestik saat terpapar virus hepatitis B
penyakit kronis yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Pada paparan selanjutnya, dalam hitungan hari
Woning immunity dan true nonresponder dapat di- jadi proses proliferasi, diferensiasi, dan produksi
bedakan dengan cara rnemberikan suntikan vaksin dosis anti-HBs yang kuat.
MAR.DASAR IMUNISAST
937

Primovaccination (0-1-6 months): 3 x 20 pg (HepB or Hep A&B)

,A,nti-Hbs measured > 3 months after. of last vaccine dose Anti-Hbs measured 1 - 3 months after. of last vaccine dose

"Diagnostic vaccination" approach

Not at immediete risk


non urgent At risk(HCP/travel.
urgent
3 x 20pg
(0-1-6 month)

Anti-HBs l--3m later <10 IU/I

See pragmatic or
modern approach

True non-responder
2 m. later <10 lu/l

"left & right deltoineus, concommitant

Srtbar 1. Algoritme tatalaksana kelompok nonresponder atau dicurigai sebagai nonresponder

Kualitas respons yang terjadi pada kondisi waning 5. Gardner R fth#fner W. Immunization of adults. N Engl J
nnrrtunity (antibodi anti-HBs tidak lagi terdeteksi atau Med. 1993;328:1252-8.
6. GfV Nossal. Classification of Vaccines. Dalam: William E, MD,
@r:rila! < 10 mlU/mL) ternyata tetap serupa dengan PauI Editors. Fundamental Immunology 5h edition. Philadel-
orang dengan titer antibodi tinggi. pada dasarnya, sel phia: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2003.
imr'ernori B terus bersikulasi walau antibodi tidak terdeteksi 7. Isahak I. Adult Immunization - Neglected Issue in South
,@. Dengan begitu, pemberian dosis penguat vaksin East Asia. South East Asian ] Trop Med Pub1ic Health
2000:31,:173-184.
[lreratitis B pada orang yang sehat atau imunokompeten
8. Satgas imunisasi dewasa PB PAPDI. Website: hltp:/ /imt-
ttdak dibutuhkan. Sedangkan pada kelompok imunokom- nisasidewasa.com
prornais, pemeriksaan antibodi-HBs Ag harus dilakukan 9. US Department of Health and Home Service, CDC. CDC
m,rara berkala, dan dosis penguat dianjurkan untuk Global Immunization Strategic Framework 201l-201.5.
CDC;2011.
dliherikan bila titer antibodi s '10 mlU/mL. WHO. Global Immunization Vision and Strategy (GIVS)
2006-2015. Geneva: Department of Immunization Vaccines
and Biologicals WHO; 2005.
11. 10 reasons for adults to get vaccinated. National Foundation
IEFERENSI of Infectious Disease. July 2009. Available trom: http:/ /
www.NFID.org
1l- Qauzi S, Koesnoe S, Putra BA dalam Konsensus Imunisasi 12. Ann R Fingar MD. MPH and Byron J Grancis MD. MpH
Dewasa, cetakan ketiga. Jakarta. Balai penerbit Fakultas in Adult Immunization: American College of preventive
Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Medicine Practice Policy Statement.. http:/ /www.acpm.
I" Erwanto BW,DjauziS. Imunisasi Dewasa. Dalam: Sudoyo org
AW dkk (Editor). 2006. Buku Aiar Ilmu penyakit Dalam. 13. IGN Ranuh. Imunisasi upaya pencegahan primer. Dalam:
fakarta:Pusat Penerbitan Dept IPD FK UI Kartasasmita C, Hadinegoro SRS, Soeyitno H, Ranuh
}i Xsaha, Iliana, et al. Adult Immunization-Neglected Issue in IGN (Ed). Buku Imunisasi di Indonesia. Edisi pertama.
South East Asia. South East Asia I Trop Med public Health. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia;
3l:173-184,2000. 2001,;h. 13-.
4. Fauci AS, Kasper Dl Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, '1,4.
Europen consensus group on hepatitis B immunity. Lancet
lameson IL, dkk (Editor). Harrisort's principles of intemal 2000;355:561.65-.
medicine, edisi ke-17. New York: The McGraw-Hill Com- 15. Poland GA. Hepatitis B immunization in health care work-
panies.2008. ers. Am T Prev Med, 1998; 15: 73-77.
L29
PROSEDUR IMUNISASI
Sukamto Koesnoe, Teguh H. Karyadi, Iris Rengganis

MTA CARA PEMBERIAN IMUNISASI Penyaringan terhadap Kontraindikasi dan Perhatian


Khusus
6a-a pemberian imunisasi yang tepat berperan penting Semua pasien sebaiknya disaring untuk mencari ada
Grhadap efektifuitas imunisasi. Berdasarkan hasil uji klinis, tidaknya kontraindikasi dan kondisi berkaitan dengan
prgalaman klinis, dan pertimbangan teori, didapatkan imunisasi yang akan diberikan. Penyaringan dapat di-
dlta tempat penyuntikan. cara pemberian, dan dosis lakukan dengan menggunakan "Kuesioner Penyaringan
utbp vaksin yangpaling tepat untuk mengoptimalkan untuk lmunisasi Dewasa" (l'abel 1), yang diisi oleh pasien
dbya kerja vaksin. sebelum pemberian imunisasi. Selanjutnya kuesioner
tersebut akan disimpan dalam medical record pasien
hrsiapan Pasien sebagai dokumen. Selain itu dapat pula menggunakan
fii. Menilai HALO Pasien alat bantu penyaring berupa "Pedoman Bagi Kontra-
Vaksinasi yang akan diberikan kepada pasien akan indikasi dan Kondisi Khusus Dalam Vaksinasi Dewasa"
ditentukan oleh kondisi HALO mereka, yaitu: Heolth yang merupakan referensi bagi praktisi kesehatan
(kondisi kesehatan saat itu), Age (umur), Lifestyle (pola sebelum pemberian imunisasi.
hidup), dan Occupotion (pekerjaan pasien). Komunikasi Mengenai,Keamanan dan Risiko lmunisasi
- Faktor heolth (kondisi kesehatan) dinilai ber- Keuntungan dan risiko imunisasi perlu didiskusikan
dasarkan adanya kondisi penyakit kronis, hamil, antara petugas kesehatan dan pa.sien agar pasien
riwayat SfD $exually tronsmitted disease), atau dapat mengevaluasi informasi yang pernah didapat,
penurunan imun termasuk HlV. mendiskusikan permasalahan imunisasi, dan membuat
- Faktor oge (umur) dinilai berdasarkan apakah keputusan berkaitan dengan imunisasi.
pasien tergolong dewasa muda atau di atas 50
Persiapan Pedeng kapan Penangan Reaksi Anafilaksis
tahun, karena masing-masing kelompok memerlu-
Perlu dilakukan pengecekan ketersediaan protokol,
kan vaksinasi tersendiri.
peralatan, dan obat-obatan untuk penanganan reaksi
- Faktor lifestyles (pola hidup) dipertimbangkan
anafilaksis sebelum pemberian vaksin.
berdasarkan adanya perilaku seks bebas, homo'
seksual, penggunaan narkoba suntikan, atau hobi Posisi dan Kenyamanan
wisata mancanegara. Dalam menentukan posisi pasien, petugas kesehatan
- Faktor occupotion (pekerjaan) dinilai berdasar- perlu mengakomodasi kenyamanan, keamanan, usii.
kan adanya faktor risiko penyakit tertentu pada tingkat aktivitas pasien, dan lokasi penyuntikan. Posisi
pekerjaan pasien, misalnya pelajar atau maha- pasien terbaik saat penyuntikan adalah duduk. Posisi
siswa, pekerja kesehatan, pekerja pembuangan tersebut dapat mencegah pasien terjatuh bila pasien
sampah, ataupun narapidana. merasa pusing selepas penyuntikan.
Menentukan Riwayat Vaksinasi Sebelumnya .1 Kontrol Nyeri
Riwayat vaksinasi sebelumnya dan penyakit apa yang Anestesi topikal dapat digunakan untuk mengurangi
membuat pasien telah mendapat kekebalan tubuh nyeri pada tempat suntikan. Bila didapatkan demam
perlu diketahui sebelum menentukan vaksin yang setelah vaksinasi, dapat diberikan analgesik nonaspirin
akan diberikan. untuk mengurangi ketidaknyamanan.
940 IMUNTSE

Tabel 1. Kuesioner Penyaringan untuk Imunisasi Dewasa


1. Apakah anda sakit hari ini? Yatr Tidaktr
2. Apakah anda mempunyai alergi obat, makanan, atau vaksin? Yatr Tidak tr
3. Apakah anda pernah mengalami efek samping berat setelah mendapat Yatr Tidak tl
vaksinasi?
4. Apakah anda pernah menderita kankeri leukemia, AIDS, atau masalah kekebalan Yatr Tidak tr
tubuh lainnya?
5. Apakah anda mengkonsumsi kortisoh, prednison, atau steroid lain, atau obat Yatr Tidak tr
antikanker; atau apakah anda baru saja mendapat pengobatan sinar X?
Dalam beberapa tahun terakhir; apakah anda pernah mendapat transfusi darah Yatr Tidak tr
atau produk darah, atau anda pernah mendapat obat yang disebut imuno
(gama) globuiin?
7. Untuk wanita: apakah anda hamil, atau kemungkinan akan/mau hamil dalam Yatr Tldak tr
beberapa bulan berikut?
8. Apakah anda pernah mendapat vaksinasi dalam 4 minggu sebelum ini? Yatr Tidak tr

Form diisi oleh:.........

Apakah anda membawa kartu catatan imunisasi anda ? Yatr Tidak tr

8. Kontrol lnfeksi digunakan. Pemeriksaan berupa deteksi


Untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit pada partikel asing maupun perubahan warna
pemberian imunisasi maka petugas kesehatan harus pemberian, serta memastikan tanggal
meng ikuti sto ndo rd p reco utio n berupa: yang tercetak di vial atau kotak. Bila
- mencuci tangan dengan sabun atau air atau kelainan pada hal-hal tersebut, maka vaksin
alkohol pembersih setiap kali kontak dengan boleh digunakan.
pasien,
- memakai sarung tangan untuk mengurangi
2. Pengenceran atau Pelarutan Vaksin
Terdapat beberapa vaksin yang memerlukan
risiko kontak dengan cairan tubuh infeksius dan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Pelarutan
melindungi lesi terbuka di tangan,
kan sesuai petunjuk dari pabrik pembuat
- memakai jarum suntik dan semprit steril dan
menggunakan pelarut yang disediakan. Pelarut
sekali pakai,
dapat diganti dengan saline, air steril, atau
- tidak pedu mengganti jarum setelah mengambil
lainnya. Pelarutan dilakukan dengan
vaksin dari vialnya,
sejumlah volume cairan pelarut sesuai
- tidak mencampur vaksin yang berbeda dalam
dalam vial vaksin, lalu larutkan dengan baik-
semprit yang sama, kecuali dibolehkan oleh
yang sudah dilarutkan harus segera dipakai
petunjuk, dan
waktu tertentu sesuai dengan petunjuk dari
- membuang jarum dan semprit yang telah
digunakan pada kontainer berlabel yang tidak Vaksin yang Sudah Dipersiapkan dalam Alat
tembus jarum untuk mencegah cedera tertusuk Vaksin harus disuntikkan segera setelah
jarum atau penggunaan ulang. Pengisian vaksin dalam alat suntik jauh
penyuntikan tidak disarankan karena akan
Tidak perlu dilakukan pembersihan dengan antiseptik
identifikasi jenis atau merknya. Selain itu,
bila kulit daerah penyuntikan tampak bersih. Namun, bila
vaksin yang akhirnya tidak terpakai, dan
diputuskan untuk dilakukan pembersihan, maka alkohol
akan terj"adi kontaminasi bakteri pada vaksim
dan disinfektan dibiarkan kering sebelum penyuntikan
tidak mengandung pengawet. Beberapa valsin
untuk meminimalisasi rasa nyeri. Daerah penyuntikan
tentu yang mengandung virus hidup seperti
dibersihkan dengan kapas alkohol dengan gerakan spiral
MM& varicela, atau zoster, harus disuntikkan
dari dalam ke luar; dan dengan diameter 2-3 inci.
mungkin setelah pengenceran karena tidak
mulai rusak begitu diencerkan.
Persiapan Vaksin
1. Pemeriksaan Vaksin 4. Pelabelan
Setiap vial vaksin harus diperiksa untuk memastikan ldentifikasi atau pelabelan alat suntik
apakah terdapat kerusakan atau kontaminasi sebelum dengan cara meletakkan alat suntik dekat
TOsEDUR IMUNISASI 941

meletakkan alat suntik pada rak-rak berlabel yang Pertimbangkan adanya kemungkinan tercampur-
terpisah, menggunakan label berwarna atau label nya produk saat penyimpanan. Sebaiknya vaksin
yang telah dicetak nama vaksin. dengan nama atau kemasan yang serupa tidak
disimpan berdekatan.
5 Strategi Mencegah Kesalahan dalam Pemberian
Pengecekan ulang pekerjaan sebelum menyuntik-
lmunisasi
kan vaksin.
- Pelatihan staf mengenai penggunaan dan pem-
berian vaksin.
Teknik Penyuntikan
- Penyediaan materi referensi terbaru untuk setiap Teknik pemberian imunisasi yang tidak tepat dapat
vaksin. Referensi dapat berupa lembar petunjuk
menyebabkan kegagalan imunisasi. Jenis vaksin, dosis,
berisi waktu dan jeda pemberian vaksin, cara
rute, lokasi, dan ukuran jarum yang digunakan untuk
pemberian, atau tempat penyuntikan, panjang
vaksinasi dewasa dapat dilihat pada tabel 2. Pada orang
jarum suntik yang diperlukan, serta petunjuk
dewasa, penyuntikan umumnya dilakukan pada lengan
lainnya.
bagian atas. Penyuntikan dapat dilakukan dengan rute
- Penyusunan vaksin dengan cara vaksin yang
lM atau subkutan (SK). Bila vaksin mengandung adjuvan,
mendekati tanggal kadaluwarsa terletak di bagian
maka dilakukan penyuntikan intramuskular sebab
depan unit penyimpanan. Vaksin tersebut di-
penyuntikan subkutan atau intradermis dapat menyebab-
gunakan terlebih dahulu, atau segera dibuang
kan iritasi lokal, indurasi, perubahan warna kulit, inflamasi,
bila telah mencapai kadaluwarsa.

Eet.2. Cira ie*lerian Vaksin pada Orang oewasa


rf,aksin Dosis Rute Lokasi Ukuran Persiapan Vaksin
Jarum
Difteri, tetanus. 0.5 mL lM otot deltoid 22-259, Kocok vial hingga terbentuk suspensi yang
pertussis 1-1Vz"n uniform sebelum dibagi beberapa dosis.
N.tepatitis A <18 th:0.5 mL lM Otot deltoid 22-259,
> 18 th: 1.0 mL 1 -11/2"*
Flepatitis B <19 th: 0.5 mL IM Otot deltoid 22-259,
>20 th: 1.0 mL 1 -17/z'"
FtepA + HepB <18 th: 1.0 mL lM Otot deltoid 22-259,
tlilwinrix) 1-1Yz'*
t'luman popillomo 0.5 mL lM Otot deltoid 22-259,
ufrus (HPV) 1-1Yz'*
Fneumococcol 0.5 mL lM Otot deltoid 22-25 g,
polysacchoride 1 -11/z'*
PPSV) sK Jaringan lemak 23 -259,
di atas triseps s/8'
ttleningococcal 0.5 mL lM Otot deltoid 22-259, ./
tor{ugoted (MCtl) 1-1Yz'"
lQeningococcol 0.5 mL SK Jaringan lemak 23-25g, Pelarutan vaksin dilakukan beberapa saat
polysocchoride di atas triseps s/8' sebelum penyuntikan.
(It'IPSV) Gunakan hanya cairan pelarut yang dise-
Neosles, mumps, 0.5 mL SK Jaringan lemak 23 -259, diakan pabrik.
ntbella (MMR) di atas triseps s/8' Dosis tunggal vaksin MPSV varicela, dan
Zoster (Zos) 0.65 mL SK Jaringan lemak 23459, zoster segera dibuang jika tidak digunakan
di atas triseps s/8" dalam 30 menit.
thricela (Var) 0.5 mL SK Jaringan lemak 23-259, Vaksin MMR yang telah dilarutkan dan
di atas triseps s/8" multidosis vaksin MPSV yang telah dilarut-
kan dapat disimpan dalam suhu 2-80C da-
lam waktu terbatas (MMR harus digunakan
dalam 35 hari; MPSV dalam 8 hari).
lnffuenza, liveot- 0.2 mL (0.1 setiap lntra lntranasal N/A Lihat petunjuk produk.
fienuafed (LAIV) lubang hidung) nasal

ll,,hat bagian penyuntikam lM - panjang ja*rillrfl,o


942 IMUNISAS!

dan pembentukan granuloma. Ukuran panjang jarum


suntik serta lokasi penyuntikan disesuaikan berdasarkan
karakter pasien berupa ukuran otot, tebaljaringan lemak
Greater trochanter
pada lokasi penyuntikan, dan teknik penyuntikan. of femur

Teknik Penyuntikan lntramuskulor (l M)


Vastus lateralis
Suntikan lM adalah suntikan ke dalam daerah otot di (middle third)
bawah kulit dan jaringan subkutan (Gambar 1). Untuk
penyuntikan lM, jarum harus cukup panjang untuk
mencapai daerah otot dan mencegah vaksin menembus Lateral femoral :: :
jaringan subkutan (Gambar 1). Namun jarum tidak boleh condyle j .

terlalu panjang karena dapat mencederai saraf pembuluh


darah, atau tulang. Oleh karena itu, penting bagi tenaga Gambar 2. Skema lokasi penyuntikan lM
kesehatan untuk mengetahui anatomi lokasi penyuntikan (CDC. Appendix D: Vaccine administration. 2009)
vaksin. Lokasi penyuntikan lM yang direkomendasikan
untuk orang dewasa adalah deltoid, yaitu daerah
segitiga yang meliputi bahu hingga lengan atas (Gambar 2). Teknik Penyuntikan Subkutan (SK)
Alternatifnya dapat juga menggunakan daerah otot vastus Suntikan SK merupakan suntikan ke dalam jaringmr
lateralis (daerah paha depan samping). lemak di bawah kulit dan di atas otot (Gambar 3). Lo{di
Besarjarum suntik yang biasa digunakan nomor 22-25. penyuntikan vaksin SK pada orang dewasa biasanya dF
Sedangkan ukuran panjang jarum yang digunakan yaitu: lakukan pada bagian atas luar triseps lengan (Gambu
- 5/8' (1 6 mm) untuk dewasa dengan berat <60 Rekomendasi besarjarum yang digunakan adalah
kg (hanya jika kulit tempat penyuntikan kencang. 23-25, dengan panjang jarum 5/8" (16 mm), sehi
jaringan subkutis tidak menumpuk, dan disuntik- memungkinkan vaksin mencapai lokasi subkutis
kan dengan sudut 900) tidak menembus hingga bagian otot.
- 1" untuk dewasa dengan berat 60-70 kg Penyuntikan SK dilakukan dengan cara
- 1-11/2" untuk wanita dengan berat 60-70 kg dan dahulu jaringan lemak di subkutis. Jarum di
laki-laki dengan berat 70-118 kg dengan sudut 450, kemudian vaksin disuntikkan ke
- 11/2" untuk wanita dengan berat >90 kg dan laki- jaringan lemak. Setelah jarum dicabut, dilakukan
laki dengan berat >1 18 kg ringan pada tempat penyuntikan selama beberapa
Penyuntikan lM dilakukan dengan cara menggenggam dengan kapas kering.
otot antara ibu jari dan jari-jari tangan yang tidak
memegang alat suntik. Jarum disuntikkan secara tegak
lurus (sudut 900) ke dalam bagian yang tertebal dari otot.
Jarum disuntikkan, umumnya hingga pangkal jarum,
kemudian vaksin disemprotkan perlahan agar otot dapat
Dermis +
mengabsorpsinya. Setelah jarum dicabut, dilakukan
Fatytissue +
penekanan ringan pada tempat penyuntikan selama
(subcutaneous)
beberapa detik dengan kapas kering.

Gambar 3. Skema cara penyuntikan SK


Dermis * (CDC. General. recommendations on immunization
i 2002)
Faty tissue r.;
(subcutaneous) I
i
Muscle TissueI i Vaksinasi Multipel atau Bersamaan
Vaksin berbeda lebih dari satu macam dapat
pada satu kali kunjungan selama tidak dicampu
satu semprit. Vaksin diberikan pada lokasi
(CDC. General recommendations on immunization. berbeda. Bila vaksin multipel harus diberikan
2002)
GEDURIMUNISASI 943

PENCATATAN IMUNISASI

Petugas kesehatan wajib melakukan pencatatan imunisasi.


Sebelum memberikan imunisasi, dilakukan anamnesis dan
pencatatan untuk mengetahui riwayat penyakit dan imunisasi
sebelumnya. Data tersebut akan disimpan dalam rekam
medis pasien. Sedangkan data yang berkaitan dengan imu-
nisasi yang dilakukan, dicatat oleh petugas kesehatan dalam
kartu imunisasi yang akan diberikan kepada pasien untuk
disimpan. Kartu imunisasi sebaiknya dibawa setiap penerima
pasien melakukan imunisasi maupun saat imunisasi ulangan.
Pentingnya pencatatan imunisasi adalah untuk
menghindari alergi terhadap imunisasi pada orang-orang
tertentu. Misalnya, bila diketahui bahwa pasien alergi ter-
hadap teluri maka pemberian imunisasi influenza sebaiknya
tidak dilakukan. Kartu imunisasi juga berperan sebagai
pengingat kapan akan dilakukan imunisasi ulang.
Data-data yang harus dicantumkan pada kartu imu-
nisasi adalah:
1. ldentitas penerima vaksin
2. Jenis vaksin

Gambar 4. Skema lokasi penyuntikan


3. Cara pemberian vaksin

(CDC.
SK
4. Dosis vaksin
Appendix D: Vaccine administration. 2009)
5. Merek vaksin
6. Nomor lot vaksin
7. Tanggal pemberian vaksin
dau tungkai yang sama, maka diberikan jarak terpisah 8. Tanggal kembali bila perlu imunisasi ulangan
mmdnimal 1-2 inci agar dapat membedakan penyebab reaksi 9. Nama dan tanda tangan dokter
lhkal. Vaksin subkutan dapatdiberikan bersamaan dengan
mksin intramuskular pada lengan atau tungkai yang sama.
Scdangkan bila suatu vaksin diberikan bersamaan dengan PEAI\fl M PANAN,TRANS PORTASI, DAN PEM BUANGAN
ruatu imunoglobulin (misal: Tdfidap dantetanus immune VAKSIN
gfut lin [lG], atau vaksi n hepatitis B dan hepotitis B im m u ne
'gffiulin tHBlGl), maka penyuntikan harus dilakukan pada Vaksin rentan mengalami kerusakan bil terpapar otefr
lh*asi anatomi yang berbeda. Lokasi penyuntikan harus faktor fisik berupa suhu dan cahaya. Kerusakan bersifat
ddokumentasikan dalam rekam medis pasien. irreversible dan menyebabkan berkurang hingga hilangnya
Bila dua vaksin hidup akan diberikan secara ter- potensi vaksin. Untuk menjaga agar vaksin tetap be-
m*sah, sebaiknya pemberian pertama dan kedua berjarak rada dalam kondisi optimal, maka dilakukan metode
hbih dari 28 hari. Apabila pemberian vaksin hidup (MMR, penyimpanan dan transportasi yang baik, yang disebut
f*f;lfu,tRv varicella zoster, yellow fever) atau vaksin influenza dengan cold choin. Cold choin terdiri dar:Lrangkaian
lfidup intranasal dilakukan kurang dari 28 hari, pemberian penyimpanan dan transportasi dimana suhu vaksin diper-
'lhCua
perlu diulang. Pada vaksin yellow fever, terdapat tahankan dalam rentang yang optimal (Gambar 5).
pngecualian dimana dapat dilakukan kurang dari empat
mfrnggu setelah pemberian vaksin campak. Karalrteristik Vaksin
Vaksin tidak boleh diberikan lebih cepat daripada Vaksin secara umum terbagi menjadi live attenuated dan
lmrerval minimum yang telah ditentukan karena dapat inactivated. Vaksin /ive ottenuated berisi virus hidup yang
m;nernpengaruhi proteksi dan respons antibodi. Namun, dilemahkan, misalnya vaksin varicella, zoster, mumps,
,Mvisory Committee on lmmunbation Procticest (ACIP) measles, rubello (MMR), live ottenuoted influenzo voccine
rnnrerekomendasikan pemberian vaksin empat hari sebelum (LAIV), tifoid oral(Ty21a), yellowfever (YF), dan Joponese
ilmterval dan usia minimum diperbolehkan. Sedangkan encepholitis (JE). Vaksin varicella dan zoster harus disimpan
fimemperpanjang interval pemberian vaksin tidak di freezer (-150 s.d. -250q, vaksin MMR dapat disimpan
ntmengurangi efektivitas vaksin, sehingga dosis tidak perlu di freezer maupun kulkas, sedangkan vaksin tifoid oral
dhrlang atau ditahbah. (Iy21a), LAIV YF, dan JE dapat disimpan di kulkas.
944 IMUNTSE

Contoh Data Penerima Vaksin (untuk klinik imunisasi dewasa)


DATA PENERIMA VAKSIN
ldentitas
Jenis Kelamin : LlP
lahir
Tanggal : Suku :

Alamat : Pekerjaan :

@
1.
2.
3.

ilwavarAlerci
Obat: Yaflidak
Bila ya, nama obat:
reaksi alergi berupa
reaksi alergi berupa
reaksi alergi berupa
Telu r/Protein : YalTida k
Bila ya, reaksi alergi berupa
Reaksi imunisasi : YalTidak
Bila ya, reaksi alergi berupa

Riwayat lmunisasi
No Jenis Vaksin Tanggal Pemberian Dilakukan di Klimik/RS
1

2.

3.

4.
5.

Vaksin inoctivoted mengandung keseluruhan atau Selain paparan suhu, cahayajuga dapat
komponen virus/bakter yang tidak aktif, misalnya vaksin kan kerusakan vaksin yang bersifat irreversifu
tetanus, difteri, pertusis (Tdfidap), humon papilloma virus kumulatif. Vaksin yang peka terhadap cahaya
(HPY), trivolent inoctivated influenza vaccine (IlV), hepatitis MMR, varicella, zoste[ HPV JE, rabies, serta
A, hepatitis B, Hoemophillus influenzoe tipe B (Hib), (Ty21a). Tingkat stabilitas vaksin berbeda pada
pneumococcol polisakarida, meningococcol polisakarida, tingkat suhu, ditunjukkan pada tabel 3.
dan tifoid Vi polisakarida. Umurnnya vaksin inactivoted lidak
dapat disimpan difreezer sehingga harus disimpan di kulkas Penyimpanan Vaksin
(20 s.d. 80C). Vaksin inactivated juga sering terabsorbsi Karakteristik vaksin menentukan cara
adjuvan tertentu, misalnya aluminium. Pembekuan meng- Beberapa vaksin dapat bertahan cukup lama @a
akibatkan koagulasi aluminium sehingga ukuran partikel yang lebih panas, walau masa hidupnya akan
vaksin menjadi lebih besar dan mudah mengendap. signifikan. Efek panas pada vaksin tidak dapat dinild
Untuk mengetahui apakah suatu vaksin rusak setelah visual karena bersifat kumulatif. Untuk membantr
mengalami perubahan struktur dan morfologi akibat adanya kerusakan vaksin akibat panas, digunakan
pembekuan, digunakan shoke test (Gambar 6). Shoke test viol monitor I'lY M). Sebaliknya, suhu beku juga
membandingkan laju pengendapan vial yang diperiksa percepat kerusakan pada beberapa vaksin, mi
dengan vial kontrol yang dibekukan. Bila laju pengendapan titits B dan Td. Paparan suhu beku dapat didetelsi
sama atau lebih cepat daripada kontrol, maka isi vial gunakan freeze-tag, yang digerakkan dengan
tersebut telah rusak. volt dan bertahan selama 5 tahun. Bilafreeze-tog
GEDUR IMUNISASI 945

Kartu lmunisasi/Certificote of Voccinotion (untuk penerima vaksin)


!DENTITAS PRIBADI
Nama
Tanggal lahir
Jenis kelamin Laki-laki/Perempuan
Alamat
No. Telepon/No. Hp
No. Passport

Ito. Jenis Vaksin Cara Dosis Merek No. Lot Tanggal Tanggal Tanda Tangan
Pemberian Kembali Doklter
I Hepatitis A IM

? Hepatitis B IM

3 Hepatitis A & B IM

I Human Popilloma IM
VrTus (HPV)

5 lnfluenza IM

6 Measles (ca m pa k); SC


mumps (gondongan);
Rubello (campak
Jerman)
MMR

3 Meningits IM
I Pneumonia IM/SC a

I Tetanus, Difteri IM
Pertussis (Tdap.Td)

n0 Varicella SC

T1 Zoster SC

mnda suhu <00 C selama 1 jam, maka terjadi perubahan meningkatkan risiko kontaminasi dan menyebabkan suhu
hrda rumput (V) menjadi tanda silang (Gambar 7). pendingin tidak stabil karena sering dibuka-tutup. Vaksin
Kulkas dan freezer pada unit pendingin vaksin sebaiknyib diletakkan di rak tengah lemari es. Peletakkan di
chaiknya terpisah, karena suhu beku yang dibutuhkan pintu kulkas akan meningkatkan paparan terhadap panas
lffierapa vaksin live attenuoted biasanya tidak tercapai ketika pintu kulkas dibuka. Sebaliknyti, meletakkan vaksin
lhila keduanya menyatu sehingga b6rpotensi merusak di dekat evaporator meningkatkan risiko beku sehingga
tt*sin. Suhu kulkas dijaga antara 20 s.d. 8oC, sedangkan harus dihindari. Menyisakan ruang kosong t50% volume
n*ttfreezer dijaga -150 s.d. -250C. Pintu unit pendingin kulkas dilakukan agar udara dapat bersikulasi. Vaksin di-
dhpat berupa pintu buka depan (Gambar 8) maupun tata sesuai dengan tanggal kadaluwarsa, yang lebih awal
hruka ke atas (Gambar 9). Tidak disarankan menyimpan sebaiknya di simpan di barisan depan sehingga dapat
hrang lain selain vaksin di dalam unit pendingin karena digunakan lebih dahulu. Sedangkan vaksin yang sudah
946 IMUNISAI9

Transpor Internasional

Bandara nasional Fasilitas penyimpanan sementara (20 s.d. 80C)

q,
\tr
U
A)
Kamar dingin (20 s.d. 80C) dan kamar beku (-150
't
U Penyimpanan vaksin primer
s.d. -250c)
s
.g
or
.g
!
C
o)
Penyimpanan vaksin intermediet Kamar dingin (20 s.d. 8oC) dan kamar beku (-150
_!/
(! s.d. -250c)
vo
o
(o
C Penyimpanan vaksin intermediet Kulkas (2o s.d. 8oC) danfreezer (-150 s.d. -25oC)
G
!
.E
o)
.E
ro
c
o
o
o Pusat kesehatan daerah Kulkas (20 s.d. 80C) danfreezer (-15o s.d. -250C)
-o
.:Z

cG
O)
o
Pos/fasilitas kesehatan Kulkas (20 s.d. 8oC) danfreezer (-150 s.d. -250C)
'6
o
o
c
l!
F
Pasien

Gambar 5. Cold choin. (World Health Organizotion. lmmunization in practice. WHO: Geneva, 2006.
WHO document WHOIVB/04.06)

Keterangan:
1. Kocokvial selama 30 detik
tffi usur#Gr& 2. Tempatkan vaksin pada
$S$fr€df?s:e
datar
;hlhG5E'*SH Y+al
*W,t*lffi*Snfr 3. Amati ada atau tidaknya
&e*{E*ffi8#+# 4_ Bandingkan dengan vial behu
Ekfieffi ,ftB-fie1#.
**l rt
oorHTlHt
er{* r} rlE1ilscffi
{e**#irt&:e
&e{krftGd
$?lh*e*$€#Y#
Mh#e*r
rx*rilr.8tr
*.sfidt#*e*
r*syi#f b*tM,

Gambar 6. Shoke test


lKOSEDUR !MUNISASI 947

:::
Sensitif
Data Stabilitas yang Tersedia Terhadap
Produk TipeVaksin Formulasi Beku
20-90 20o-25oc 37oc >370c
,:<sintunggal
-xmophiLus HibTITER: Wyeth Konjugat Liquid 2th ,5mg >5mg Ya
rT.uenza b (Hib) Hiberix: GSK Konjugat Lyophilized 3 th 2 th 1 bln C)
(55" Tidak
-epatitis A .Vaqta: Merck lnactivoted Liquid 2th 't th Ya
At adjuvant
Havrix:GSK lnoctivated Liquid 2th 1mg Ya
At adjuvant
-:patitis B Engerix B:GSK Protein Liquid >4th 3bln lbln 1mg Ya
sub unit At odjuvant (45"C)

'uman papillo- Gardasil: Merck tnoctivated Liquid >3 th 130 bln 18 bln 3 bln Ya
-a-virus (HPV) At adjuvont (4s'c)
'Xuenza seo' Fluerix: GSK lnactivoted Liquid >69mg >12 mg Ya
-;nol
lnflexal V: Berna lnoctivated Li.quid 18 bln 3 bln 28 hr Ya
Biotech vffosome
odiuvon
Flumist: Live Nosol spray 18 mg ?

Medlmmuno ottenuated
",lponese SA14-14 2: Live Lyophilized 18 bln 4 bln 7-10 hr Tidak
zncephalitis Chengdu lnstitute attenuated
of Biological
Products
lnactivoted 1 th 28 mg 4 mg Tidak Tidak
stabil
rteningococcol Mencevax ACWY Polisakarida Lyophilized > 2 th 6 mg Tidak
k,ogroupACWY GSK (600c)
tteumococcoL; Prevnar: Wyeth Konjugat Liquid >3th Ya
--voLent At odjuvant
:.eumococcoL; Pneumovax ll; Polisakarida Liquid 30 bln Ya
3-volent Sanofi Pasteur
:.abies Rabipur: Novartis Inoctivoted Lyophilized > 3,5 th 3-4 bln 24 jm Tidak
virus (560C)
-:tonus toxoid Tetanus toxoid Inactivoted Liquid 3-7 th 6-12 bln 2-6 bln * Y,
adsorbed: Sanofi At odjuvant
Pasteu r
-'oid Vl- Typherbix: Polisakarida Liquid >2th 2th 6bln Ya
GSK
TY21a-Vivotif: Live Lyophilized > 1 th 14hr > 12jam Ya
Berna Biotech Attenuated atou kopsul gel
ra.icella Varivax: Merck Live LyophiLlzed > 30 bln 3 bln 7 hr Tidak
Attenuated otau kopsul gel
'zllow fever Stamaril: Sanofi Live Lyophilized >3th >6 bln >2bln Tidak
Pasteu r Attenuated
. aksinkombinasi
)'phteria tetanus dTlld adsorbed: lnoctivated Liquid >3 tfir 6-12 bln 2-6 bln 3-5jam Ya
crlrd) Serum lnstitute At odjuvont (600c)
of lndia
ItaP Adacel: Sanofi lnactivated Liquid >3th Beberapa Beberapa . 1 mg Ya
Pasteur At adjuvont bln m9 (450C)
T,'MR M-M-RvaxPro: Live Lyophilized >2th 1 bln 1 mg Tidak
Merck Attenuoted
I rodifikasidari: PATH Vaccine Stabilization Team. Summary of stability date for commonly used vaccines and novel vaccine
::ttulations.2008. Diunduh dari http://www.path.org/files/TS vaccine stability table.pdf)
948

Kulkas (2"C s.d. 8':

Gambar 7. Freeze Tog *MMR dapat disimpan di


freezer maupun kulkas
Gambar 8. Penataan vaksin pada lemari es hh
depan

Lemeri er RCW 50 EK
lingkal Purkerma=.
ThenmmrGr

*an.
ffi
ffi
ffigffiffi€
#ffiffire
gTH€
##-€
e:B@

mffim
lume uilutr
[tin = Z{ LL

V*ein HeatS*nsitive. irr *sir fieeae Scrsifire.


Htuc sehlu b*dekatzn Hear,r seldc iE 4adtae
dengan evap.firbr. dengan*vaprz&r.

Gambar 9. Penataan vaksin pada lemari es buka atas


iGEDUR TMUNISASI 949

lhrat kadaluwarsa harus dibuang. Voccine corrier yang digunakan sebagai transportasi
Termometer dan buku log hendaknya disediakan vaksin sebaiknya berkualitas baik dengan desain khusus
luiltuk memantau suhu pendingin. Pencatatan sebaiknya agar suhu di dalamnya dapat bertahan optimal selama
diiilakukan setiap dua hari sekali. Bila pendingin mati mungkin. WHO mensyaratkan voccine corrier memiliki
,ddam waktu yang cukup lama, dapat digunakan cold cold life, yaitu durasi mulai vaccine corrier berisi ice pock
foratau voccine carrier. Selain itu, bila kulkas mati dapat ditutup sampai suhu mencapai 100C, dengan minimal
pula digunakan cadangan buffer berupa ice-pock yang 15jam untuk transportasijarak dekat, dan 30jam untuk
ffidak dibekukan, atau botol berisi air yang diletakkan di jarak jauh. Untuk alternatif, dapat pula digunakan kotak
hagian bawah atau di pintu kulkas. Sedangkan ice-pock styrofoom setebal 2 inci (5 cm). Termometer harus selalu
ywrg dibekukan di freezer digunakan saat transpor atau disediakan berdampingan dengan vaksin untuk memantau
penyimpanan. suhu selama transportasi.
Beberapa vaksin freeze-dried atau lyophilized harus di- WHO memperbolehkan vaksin yang relatif tahan panas
mrnpur dengan pengencef misalnya MMR, meningococcol dikeluarkan dari cold chain, terutama jika risiko kerusakan
plisakarida, voricello, zoster; rabies, JE, dan YF. Pengencer akibat pembekuan lebih besar daripada akibat panas, dan
,d[*irnpan di kulkas atau suhu rungan karena berisiko pecah juga pada beberapa kondisi tertentu. Misalnya pada kondisi
hilfra dibeku ka n di freeze r. Pengencer yang disi mpan pada hari vaksinasi masal pada hari imunisasi nasional, atau vaksin
nutxr ruang didinginkan dulu di kulkas sebelum digunakan, di daerah yang sulit dijangkau. Voccine Viol Monitor (YVM)
'dhr hanya dicampur dengan vaksin bila sesaat lagi akan sebaiknya digunakan pada vaksin yang dikeluarkan dari
digr,rna.kan. Vaksin yang telah dicampur tidak boleh di- cold choin, untuk memantau paparan panas. WM adalah
ffinrginkan atau dibekukan kembali. Masa kadaluwarsa label yang dapat berubah warna bila terpapar panas secara
,udrsin yang telah diencerkan dapat dilihat pada tabel 4. kumulatif dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan reaksi
WM berbeda sesuaijenisnya. Misal: untuk vaksin polio oral
untuk anak-anak, salah satu vaksin paling peka terhadap
panas, digunakan WM2 ydng berubah warna dalam 2 hari
Kadaluwarsa setelah,pengenceran pada suhu 370 C. Sementara untuk vaksin hepatitis B yang
jam sangat stabil pada suhu ruangan, digunakan WM30 yang
;,5rtR :
8
berubah warna dalam 30 hari. Gambar 10 menunjukkan
fieningicoccal 30 menit (single-dose viol), 35 hari cara pembacaan WM.
1 Polisakarida (multi-dose vio[)
ilIbies Digunakan segera
Kotak dalam lebih terang daripada lingkaran luar.
;ibkella : 30 menit GUNAKAN VAKSIId jika belum kadaluwarsa.
tlow fever l jam
*
-&uter. Kotak dalam lebih terang daripada lingkaran luar.
30 menit

@ GUNAKAN VAKSIN jika belum kidaluwarsa.

*,ensportasi Vaksin Kotak dalam sama lingkaran luar.


JANGAN GUNAKAN VAKSIN !!
filldam melakukan transportasi vaksin, terutama saat akan
*
rmrdakukan vaksinasi di luar fasilitas kesehatan, metode cold
tetap dilakukan. Kerusakan vaksin saat transportasi
dttorn Kotak dalam lebih gelap daripada lingkaran luar.
mringkali terjadi akibat paparan beku daripada paparan JANGAN GUNAKAN VAKSIN !!
panas. Hal itu dikarenakan seringnya memasukkan ice
*
Gambar 10. Cara meqbaca Voccine Viol Monitor (WM).
mr* beku ke dalam vaccine corrier, sehingga suhu men-
@pai -200C dan merusak vaksin yang peka beku. Sebelum (World Health Organization. lmmunization in practice. WHO:
Geneva, 2006. WHO document WHO/lVB/04.06)
@unakan, sebaiknya ice pock beku diletakkan di suhu
mlrutlngan hingga air di dalamnya meleleh, ditandai dengan
$tuinyi air bila diguncang. Selain itu, sebaiknya diberikan Pembuangan Vaksin
Nnisah antara vaksin dengan ice pack agar tidak terjadi Peralatan suntik harus dibuang segera setelah digunakan,
hntak langsung. WHO menyarankan penggunaan cool kecuali bila alat injeksi tersebut dapat disterilisasi dan
,wer pack,yaitu ice pock berisi air yang disimpan di kulkas dibuang setelah 50 kali penggunaan. Semua peralatan
'umalaman sehingga tidak beku. Sedangkan untuk trans- suntik, terutama spuit dan jarum sekali pa.kai yang sudah
,prtasi vaksin yang membutuhkan penyimpanan dalam digunakan dibuang ke sofety box untuk menghindari ter-
siuhu beku (misal: vaksin voricella dan zoster) sebaiknya jadinya kontaminasi lingkungan atau masalah kesehatan
*enggunakan diy ice. akibat tertusuk benda bekas pakai yang tajam.
950 IMUNISASI

Masa Kadaluwarsa Vaksin pdf. Diakses 2 September 2009.


World Health Organization. Aide-memoire for preventim
Vaksin dapat digunakan hingga tanggal yang tertera
of freeze damage to vaccines. WHO: Geneva, 2009. WHO
pada vial vaksin. Misal, bila pada vial tercantum 1/15/08, document WHO / I\rB / 07.09.
maka vaksin dapat digunakan hingga tanggal 15 Januari World Health Organization. Immunization in practice. WItrC)
2008, namun pada 16 Januari 2008 atau setelahnya sudah Geneva, 2006. WHO document WHO / M / 04.06.
18. World Health Organization. PQ$ performance specificatioc
digolongkan kadaluwarsa. Bila pada vial tercantum 1/08, vaccine carrier. IAIHO: Geneva, 2008. WHO document WItrO/
vaksin dapat digunakan hingga 31 Januari 2008, namun PQS/E04lVC01.1.
tidak bisa digunakan pada 1 Februari atau setelahnya. Bila 19. World Health Organization. Safe vaccine handling cold dra*
and immunizations. WHO: Geneva, 1998. WHO documtil
tertulis "EXP BY" atau "EXP BEFORE 10/2010", vaksin dapat
v{r7o / EPr/ Ltrrs / 98.02.
digunakan hingga 30 September 2010. 20. Djauzi S, Koesnoe S, Putra BA. Konsensus imunisasi dewan
]akarta: PAPDI: 2008: 4-30.
21. Leeds, Greenville and Lanark Distrct Health Unit. Typhrfl
Fever.2009.
REFERENSI 22. Oreogon State Public Health Division. Immunization Prorsrt
for Pharmacists. 2007.
1. Centersfor Disease Control and Prevention's (CDC). Ap-
pendix D: Vaccine administration. Dalam: Epidemiology
and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases, edisi !L,
2009: D1-D18.
2. Centers for Disease Control and Prevention. General rec-
ommendations on immunization: recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices and the
American Academy of Family Physicians. MMWR 200251,
(No. RR-2):11-13.
3. Immunization Action Coalition. Administering vaccine.
Dalam: Adults Only Vaccination: A Step-by-step Guide,
2004:45-59.
4. National Hea1th and Medical Research Council. Adminis-
tration of vaccines. Dalam: The Australian Immunization
Handbook, edisi ke-9. Canberra: NHMRC 2008.
5. Toscano CM, da Silva |B; Plotkin S. Adolescent and adult
immunization. In: Pan American Health Organization
(PAHO). Recent advances in immunization. 2nd Ed. New
York: PAHO 2009.
6. Adult Immunization Record. Available from: www. Needle-
tips.org/ adultizcard.pdf
7. Vaccine Administration Record for Adults. Available from:
www.immuniz e. ory/ catg. d / p20'23.p dt
8. National Guideline Clearinghouse. Available from h*p:/ /
www. guideline. gov/ summary/ summary.aspx?doc_
id=13982
9. Immunization Action Coalition. Adults Only Vaccination: A
Step-by-Step Guide. 2004. Diunduh dari http://immunize.
orgl guide/ aovguide-all.pdf .

10. Kartoglu U, Gabivet S, Guichard I


Aiyer V, Bollen P, Maire
D, Altay B. Use of cool water packs to prevent freezing during
vaccine transportation at the country level. PDAJ Pharm Sci
Technol 2009 ; 63 :1L-26.
11. Milstien J, KartogluU, Zalfuan M. Temperature sensitivity of
vaccines. World Health Organization: Geneva,2006. \ fHO
document WHO / lYB / 06.10.
12. Page SL, Earnest A, Birden H, Deaker & Clark C. Improving
vaccination cold chain in the general practice setting. Aust
Fam Physician 2008 ; 37 (10) :892-6.
13. PATH Vaccine Stabilization Team. Summary of stability data
for commonly used vaccines and novel vaccine formulations.
2008. Diunduh dari http / / www.path. org/files/ TS-vac-
:

cine_stability_table. pdf .
14. Phillips KL, Hayney MS. Vaccine storage and handling:
maximizing effectiveness while reducing cost. I Am Pharm
Assoc 2007 ; 47 (a) :536-8.
15. The Public Health Agency of Canada. National vaccine
storage and handling guidelines for immunization provid-
ers. 2007 . Diunduh dari http: / / www.phac-aspc. gc.ca/
prblicat / 2007/ nvshglp-ldemv/pdflnvshglp-ldemv-eng.
130
IMUNISASI DEWASA
Erwanto Budi Winulyo

TifilDAHULUAN setelah pemberian vaksin adalah sel limfosit (Limfosit B


dan T), APC (Antigen Presenting Cell) misalnya sel dendritik,
lltrrnanisasi dewasa pada saat ini masih kurang mendapatkan dan makrofag. Respons imun yang ditimbulkan, dapat
mcirttatian dibandingkan dengan imu nisasi anak, walaupun dibagi menjadi respons humoral dan selular melalui
hrnatian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan mekanisme berikut 2'3'7'13:

rnmnrunisasi cukup tinggi pada orang dewasa. Bukti


kherhasilan imunisasi dalam mencegah penularan Respons Humoral
,ilmrhagai penyakit telah lama diakui. Pada tahun 1 980 Badan Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral
llkcehatan Dunia WHO menyatakan penyakit cacar telah adalah limfosit B. Reseptor imunoglobulin pada limfosit
mflEnyapkan dari muka bumi. Pada tahun 2000 sebenarnya B berfungsi untuk mengenal dan berinteraksi dengan
'llffiHO merencanakan eradikasi polio namun sampai 2005 antigen. Setelah antigen mengalami endositosis ke dalam
'nmcih banyak negara yang melaporkan adanya kasus sel dan berinteraksi dengan limfosit T maka akan terjadi
rffirc termasuk lndonesia. Sekitar 50.000 hingga 70.000 aktivasi sel B yang berdiferensiasi menjadi sel plasma
oimang pada usia dewasa diAmerika, dilaporkan meninggal yang memproduksi antibodi (lgG, lgA dan lgE), dan akan
lfrlena infeksi pneumokok, influenza atau hepatitis B. berhubungan dengan resept6r pada permukaan sel.
khagai pembanding pada usia anak angka kematian
antar 1000 orang karena penyakit - penyakit yang
rUhunkisar Respons Selular .
mmndapat program imunisasi. Setiap tahun diperkirakan Respons selular dilakukan terutama oleh limfosit T yang
wisatawan melakukan perjalanan melalui udara
llll rnmilyar berfungsi sebagai sel antara dan diaktifkan'melalui
dhun lebih dari 50 juta orang melakukan perjalanan,ke pelepasan sitokin.
nrcryara berkembang, 20-70% wisatawan mempunyai Sel limfosit T mempunyai reseptor yang berbeda
,mmsalah kesehatan dalam perjalanan. Angka kematian dengan reseptor pada sel limfosit B.
,Chiihat penyakit menular menduduki peringkat ketiga Sel T mempunyai 2 kelompok molekul besar yaitu
mhlah penyakit kardiovaskular dan kecelakaan. Oleh CD4+ dan CD8+ yang berfungsi sebagai molekul aksesori
l{hrena itu pemberian imunisasi harus mendapat perhatian pada reseptor sel T.

mihrk pencegahan penularan penyakit infeksi termasuk Sel CD4+ berperan membantu sel B membentuk
@a orang dewasa. Pada tahun 2003 Perhimpunan antibodi sehingga disebut juga sebagai Cell T helper
M*ter Spesialis Penyakit Dalam lndonesia (PAPDI) telah (Th). Sebaliknya sel CD8+ berfungsi untuk mengenal
mnnghasilkan konsensus imunisasi pada orang dewasa, dan menghancurkan sel yang terinfeksi, disebut sebagai
udmingga diharapkan imunisasi pada orang dewasa di Cytotoxic T Lymphocytes (CTLs).
llllhndonesia akan lebih d igalakk66.t,+,s,e
Vaksin berperan penting menginduksi memori imunologis
pada sel I sel B dan APC. Perkembangan memori pada sel
T belum banyak diketahui. Satu penanda selulari isoform
EPONS IMUN PADA VAKSINASI molukel CD45+ meningkat pada memori sel T. Salah satu
halyang penting pada memori sel T adalah antigen yang
lfiiurmponen penting dalam menimbulkan respons imun diperlukan untuk menstimulasi respons imun kedua dan

951
952 IMUNISASI

seterusnya lebih sedikit dibandingkan kebutuhan antigen JENIS VAKSIN


untuk merangsang respons awal.
Beberapa jenis vaksin dibuat berdasarkan proses
Ajuvan merupakan bahan yang diperlukan sebagai
produksinya antara lain 7,8'
tambahan pelarut antigen atau perangsang produksi
antibodi. Hingga saat ini aluminium hidroksida merupakan
a. Vaksin hidup dilemahkan (Live ottenuototed
voccines). Vaksin jenis ini memerlukan replikasi
bahan yang paling sering digunakan sebagai bahan ajuvan
organismenya (terutama virus) pada penerima vaksin
vaksin misanya pada vaksin difteri dan tetanus toksoid.
untuk meningkatkan rangsangan antigen. Proses
Bahan-bahan lain seperti liposom, sitokin, ISCOM (immune
melemahkan antigen tersebut dilakukan melalui
stimuloting complexes) saat ini masih dalam penelitian
pembiakan sel, pertumbuhan jaringan embrionik pada
untuk digunakan sebagai ajuvan.
suhu rendah atau pengurangan gen patogen secara

melisis sel yang terinfeksi virus


mensekresi lL-2, IFN y, TNF o, B

memediasi hipersensitivitas tipe lambat


,mensekresi lL-2, IL-3, IFN y, TNF o, P

C8
NTP

+
I
-\ Membantu sel B,
termasuk pertukaran (swithcing)
isotipe imunoglobulin
@ mensekresi lL-3,4,5,6,10,13,TNF q
Antigen polimerik

Gambar 1. Presentasi antigen dan aktivasi sel T

1
ooco
Antigen
polimerik

Gambar 2. Aktivasi sel B

L"
]I,TIISASI DEWASA 953

selektif. Biasanya vaksin ini memberikan imunitas warna kulit, peradangan, dan pembentukan granuloma.
.jangka panjang. Pemberian suntikan secara subkutan mempunyai risiko
m Vaksin dimatikan (Killed Vaccine/lnoctivoted Vaccine). komplikasi pada jaringan neurovaskular yang lebih jarang,
Vaksin ini mengandung organisme yang tidak aktif non-reaktogenik dan cukup imunogenik.
setelah melalui proses pemanasan atau penambahan
bahan kimiawi (misanya aseton, formalin, timerosal,
fenol). Biasanya pemberian vaksin ini perlu beberapa VAKSIN UNTUK ORANG DEWASA
dosis dan diperlukan bahan ajuvan untuk meningkatkan
respons imunologis. lmunisasi untuk orang dewasa dapat diberikan sebagai
r Vaksin Rekombinan. Susunan vaksin ini (misalnya imunisasi ulangan atau imunisasi pertama. Dewasa ini
hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang vaksin yang tersedia untuk orang dewasa cukup banyak,
patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui seperti terlihat pada tabel 1.3,8,s
isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel Dewasa ini sedang dikembangkan vaksin malaria,
penerima vaksin. dengue, HIV dan H.pylori.
,d" Vaksin Plasma DNA (Plosmid DNA Voccines) Vaksin
ini dibuat berdasarkan isolasi DNA mikroba yang INDIKASI
mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini
lndikasi penggunaan vaksin adalah didapatkannya riwayat
sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir
pajanan, risi ko penu la ra n, usia lanjut, im u nokom proma is,
penelitian pada binatang percobaan menunjukan
pekerjaan, gaya hidup dan rencana bepergian.lo
bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang
. Riwayat pajanan : tetanus toksoid, rabies
respons humoral dan selular yang cukup kuat.
. Risiko penularan: influenza, hepatitis A., tifoid,
Sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
MMR
sedang dilakukan.
. Usia lanjut : pneumokok, influenza
Pemilihan berbagai macam cara pemberian vaksin . Risiko pekerjaan : hepatitis B, rabies
llirrmramuskulari subkutan, intradermal, intranasal atau oral) . lmunkompromais : pneumokok, influenza, hepatitis
Mngantung pada komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. B, hemofilus lnfluenza tipe B
Seuaiknya vaksin diberikan pada tempat di mana respons . Rencana bepergian : loponese B ensefalitis, lifoid,
mnrunyang diharapkan tercapai dan risiko terjadinya hepatitis A, Yellow Fever,
krusakan jaringan saraf dan vaskular minimal. . Jemaah haji: meningokok ACYW 135, influenza
Penyuntikan intramuskular dianjurkan pada kasus Vaksin kolera yang dulu digunakan untuk perlindungan
dirmana bila dilakukan penyuntikan subkutan atau penularan ke daerah enderhls sekarang tidak dianjurkan
tltnnh.-ade rm a I da pa t m e i m b u I ka n i rita s i, i n d u ra s i, pe ru ba h a n lagi.
a

Jenis Vaksin Cara Pemberian


Suntikan lM
Bakteri yang di matikan Suntikan lM/SK
Hemofilus influenza tipe B Polisakarida Suntikan lM
Pneumokok Polisakarida (23 tipe) Suntikan lM/SK
Meningolok Polisakarida Suntikan SK
Tifoid Bakteri yang dimatikan Oral dan suntikan lM
BCG Bakteri dilemahkan Suntikan lDISK
Campak Virus dilemahkan Suntikan SK
Parotitis (Mumps) Virus dilemahkan Suntikarr SK
Polio oral Virus dilemahkan Oral
Polio inoctivoted Virus tidak aktif Suntikan SK (meningkatkan potensi polio oral)
Rubela Virus dilemahkan Suntikan SK
YelLow fever Virus dilemahkan Suntikan SK
Hepatitis B DNA rekombinan Suntikan lM
Hepatitis A Virus tidak aktif Suntikan lM
lnfluenza Virus tidak aktif Suntikan lM
Japonese B encephalitis Virus tidak aktif Suntikan SK
Rabies Virus tidak aktif Suntikan lM/lD
Papiloma virus Virus tidak aktif Suntikan lM
954 IMUNISAII

EFEKTIVITAS terjadi pada kelompok umur di atas 15 tahun. Sekarang


dianjurkan setiap orang yang lahir setelah tahun 1955
Sebagian besarvaksin yang beredar mempunyai efektivitas mendapatkan vaksin MMR sebanyak 2 kali.s'14'16

tinggi, namun penggunaan vaksin masih rendah, walaupun


vaksinasi terbukti dapat mencegah kematian. lnfluenza
merupakan salah satu penyakit menular yang banyak KEAMANAN
menimbulkan kematian terutama pada kelompok usia
lanjut. Di Amerika Serikat setiap tahun sekitar 150.000
Selain efektivitas, perlu juga diperhatikan keamanan dahm
sampai 200.000 orang dirawat karena penyakit ini menggunakan vaksin. Persoalan yang dapat timbul pad.
dan jumlah yang meninggal mencapai 10.000 orang. penggunaan vaksin adalahl2'13 :
Penyakit ini dapat menimbulkan penyulit pada pasien 1. Vaksin yang di lemahkan :
yang menderita penyakit jantung, paru, diabetes melitus.
- Proses untuk melemahkan bakteri/virus kuraqg;
Vaksinasi influenza terutama ditujukan untuk kelompok usia
mencukupi
di atas 65 tahun, penghuni wisma jompo, pasien penyakit
- Mutasi ke bentuk wild type.
kronik (jantung, paru, asma, diabetes melitus, gagal ginjal),
- Kontaminasi
dan pasien dalam keadaan imunokompromais. Hasil uji - Penerimaanvaksinimunokopromais
klinis di Prancis terhadap 53.382 orang, menunjukkan
2. Vaksin yang memakai bakteri/virus yang dimatikan
bahwa pada kelompok yang divaksinasi didapatkan - Kontaminasi
serangan influenza pada 0,5% subyek sedangkan pada
- Reaksi alergi atau autoimun
plasebo 4.6% sehingga vaksin ini dapat menurunkan
- Proses mematikan bakteri/virus kurang
morbiditas sekitar 89%. Sedangkan pada 285 pasien usia
3. Vaksin Plasmid DNA:
lanjut yang berumur 75-95 tahun vaksinasi influenzajuga
- Dapat menimbulkan toleransi atau autoimun
menunjukan perlindungan yang tinggi, hanya 1 orang
yang tertular Influenza. Angka pemakaian antibiotik akibat
infeksi saluran napas pada kelompok yang mendapat
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
vaksinasi 18% dibandingkan 36o/o kelompok yang tidak
mendapat vaksinasi. Vaksinasi influenza secara signifikan
menurunkan angka kesakitan dan pemakaian antibiotik Reaksi lokal maupun sistemik yang tidak diinginkan
pada jemaah haji sehingga dianjurkan pemberiannya terjadi pasca imunisasi, namun sebagian besar
sebelum berangkat ke Arab rSaudi. Ada G, melaporkan ringan dan bisa hilang sendiri. Reaksi yang berat dan
pada tahun 1999 setelah di[akukan program imunisasi terduga bisa, terjadi meskipun jqlang. Umumnya
terhadap N. Meningitidis serogrup C di lnggris, ternyata terjadi segera setelah dilakukan vaksinasi, namun
insidens dalam satu tahun menurun sebesar 92o/o pada juga reaksi tersebut muncul kemudian.
anak dan 95o/o pada usia remaja. Pasien dan keluarga harus diberi informasi
Demam tifoid menurut WHO tidak lagi masuk risiko dan keuntungan vaksinasi, serta tentunya
penyakit yang harus dilaporkan sehingga sulit untuk penyakit yang akan dicegah. Perlu dicatat di
mengetahui insidens penyakit ini secara akurat. Edelman imunisasi bahwa hal ini telah dilaksanakan.
dan Levine memperkirakan sekitar 12,5 jula orang setiap kepentingan operasional maka Komnas PP KlPl
tahun menderita Demam tifoid. Di Unit Perawatan Penyakit Nasional Pengurus Pusat Kejadian lkutan Pasca
Dalam RS. Cipto Mangunkusumo Deman Tifoid masih menentukan apakah kejadian ikutan pasca
termasuk penyakit infeksi yang paling sering dijumpai. merupakan reaksi simpang yang dikenal sebagai
Penyakit ini terutama menyerang remaja. Dengan ikutan pasca imunisasi (KlPl) atau odverse events
berkembangnya pariwisata maka penularan penyakit ini imunizotion (AEFI). Secara definisi KlPl adalah
pada penduduk negara maju meningkat. Sekitar 80% medik yang berhubungan dengan imunisasi baik
penduduk negara maju mengalami infeksi semasa dalam efek sampingi' marprn efek vaksin, toksisitas,
perjalanan di negara yang sedang berkembang. sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan
Dewasa ini tersedia 3 macam bentuk vaksin. Dua koinsidens, reaksi suntikan, atau hubungan kausd
macam diantaranya dalam bentuk suntikan yaitu vaksin tidak dapat ditentukan.
yang mengandung bakteri utuh dan vaksin polisakarida Pada keadaan tertentu lama pengamatan KlPi
antigen Vi, dan satu macam dalam bentuk oral. mencapai masa 24 hari (artritis kronik pasca
Yaksin Measles, Mumps, Rubella (MMR) diperkenalkan rubela), atau bahkan sampai 6 bulan (infeksi virus
pada tahun1960. Rubela meningkat 5 kali lipat pada tahun vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca
1990 dibandingkan 1988 dengan peningkatan tajam campak, dan polio paralitik serta infeksi vinr
N'NISASI DEWASA 955

wccine-stroin pada resipien non imunodefisiensi atau sedangkan vaksinasi pneumokok meningkat dari 15o/o
nesipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio) menjadi 28%, sedangkan untuk kelompok kulit putih
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat non Hispanik sasaran vaksinasi untuk influenza berhasil
mnerupakan reaksi sampin g (odverse evenfs), atau kejadian dicapai pada tahun 1997. Sasaran pencapaian vaksinasi
ttiln yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi pada Heolthy People 2010 sebesar 90%. Upaya untuk
irnpang vaksin antara lain bisa berupa efek farmakologi, meningkatkan jumlah orang yang dapat divaksinasi antara
eiek samping (side-effects), interaksi obat intoleransi, reaksi lain dengan cara : 1). Meningkatkan kepedulian petugas
idiosinkrasi, dan reaksi alergiyang umumnya secara klinis kesehatan; 2). Meningkatkan kemampuan pelayanan
srlh dibedakan dengan yang lainnya. Efek farmakologis, kesehatan dalam menyediakan vaksin; 3). Menyediakan
efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi vaksin yang murah dan mudah dijangkau; 4). Menyediakan
ftarena vaksin sendiri, dimana reaksi alergi merupakan pendanaan baik oleh pemerintah maupun asuransi
hpekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar (Medicare membiayai vaksin influenza dan pneumokok
helakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap sejak '1993); 5). Menyelenggarakan acara khusus seperti
protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan Pekan Peduli lmunisasi Dewasa (di Amerika Serikat setiap
demam kuning) atau unsur lain yang terkandung dalam bulan Oktobe$; 6). Memantau kinerja program imunisasi
eksin. nasiona[; 7). Meningkatkan penelitian dalam bidang
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung pelaksanaan vaksinasi.
mtsin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, Dokter mempunyai peran penting dalam memberikan
pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, informasi kepada pasien tentang manfaat imunisasi.
hsalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau Sekitar sepertiga responden yang termasuk indikasi untuk
srnata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan vaksinasi ternyata tidak mendapat anjuran imunisasi,
Pasien dan keluarganya juga harus diberitahu agar walaupun telah mengunjungidokter lebih dari 5 kali dalam
melaporkan ke tempat imunisasi diberikan bila terjadi setahun terakhir. Padahal anjuran dokter untuk menjalani
nuaksi pasca imunisasi yang serius. Petugas imunisasi imunisasi mempunyai pengaruh kuat dalam pengambilan
ilhanrs melaporkan kejadian pasca imunisasi yang serius keputusan pasien untuk menjalani vaksinasi.s,14,16
rmi ke instansi yang berwenang di daerah tersebut dengan

mmengisi formulir KlPl yang telah tersedia.lT JADWAL IMUNISASI


Pedoman untuk jadwal imunisasi dapat mengacu pada
keterangan yang terdapat dalam tabel 2.1s
S]ABILITAS
::i::1i l=:ili
[hksin pada umumnya stabil selama 1 tahun pada suhu 4
nC sedangkan bila disimpan pada suhu 37
"C hanya dapat
Vaksin/Usia 19 - 44th 45-{9thri 50-64thn 65 thn
hertahan 2 sampai 3 hari.a,8 Tetanus Penguat setiap'1 0 thn
difteria
MMR 1-2 dosis
. Lahir setelah 1950 I
TAXSINASI MASSAL '
lnfluenza Tahunan bagi yang Setiap tahun
berisiko dan meng-
MtAmerika Serika! campak, rubela dan hepatitis B dianggap
inginkan imunitas
sebagai penyakit yang mungkin dapat dieradikasi. Pneumokok 1-2 dosis pada individu 1-2 dosis
LUl,flntuk dapat melaksanakan eradikasi diperlukan upaya
berisiko
prcegahan penularan termasuk imunisasi. Agar imunisasi Hepatitis A 2 dosis untuk individu yang berisiko terinfeksi
dapat memberikan dampak besar terhadap pemutusan Hepatitis A atau yang menginginkan imunitas
rmtai penularan penyakit, diperlukan vaksinasi masal yang Hepatitis B 3 dosis bagi yang berisiko
dapat menjangkau sebagian besar masyarakat. (81 )"
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa Meningokok 1 Atau lebih untuk mereka yang berisiko
pncapaian Heolthy People 2000 dalam layanan imunisasi Varisela 2 seri untuk kelompok tertentu
fliutilfuk orang dewasa berupa vaksinasi influenza dan
rmrcumokok untuk usia 18 sampai 64 tahun masih di
lUhnrah sasaran (kurang dari 60%). Namun demikian selama
Penjelasan Rekomendasi Jadwal !munisasi
Dewasa
ttdlun 1989 sampai 1993 proporsi penduduk Amerika
lhrikat yang berusia di atas 65 tahun yang menjalani Tetanus Toksoid (TD). Semua orang dewasa mendapatkan
Mrsinasi influenza meningkat dari 33o/o menjadi 52o/o vaksinasi lengkap 3 dosis seri primer dari difteri dan toksoid
i 956 IMUNET
I

tetanus, dengan 2 dosis diberikan paling tidak jarak 4 vaksin


Jenis : polisakarida
minggu dan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan Efektivitas :90o/o
,l setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah Rute suntikan : intramuskular atau sub kutan
mendapat imunisasi tetanus dan difteri maka diberikan jar*6
Hepatitis A. diberikan dalam dua dosis dengan
seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.
hingga 12 bulan pada individu yang berisiko mengalarnili
vaksin
Jenis : Toksoid
infeksi hepatitis A; misalnya penyaji makanan atau merela
Efektivitas :90 %
yang menginginkan imunitas, individu yang seriqg
Rute suntikan : lntramuskular
melakukan perjalanan atau kerja di suatu negara
Measles, Mumps, Rubella (MMR). Orang usia dewasa mempunyai prevalensi hepatitis A tinggi,
yang lahir sebelum tahun 1957 dianggap telah mendapat pengguna narkoba, pasien penyakit hati, individu
imunitas secara alami. Orang dewasa yang lahir pada tahun bekerja dengan hewan primata terinfeksi Hepatitis
1957 atau sesudahnya perlu mendapatkan 1 dosis vaksin peneliti virus Hepatitis A dan pasien dengan
MMR. Beberapa kelompok orang dewasa yang berisiko faktor pembekuan darah.
terpapar memerlukan 2 dosis yang di berikan tidak kurang vaksin
ienis : antigen virus inaktif
darijarak 4 minggu. Efektifitas :94-95o/o
Jenis vaksin : Vaksin hidup Rute suntikan : lntramuskular
Efektivitas :90 -
95 "/o
Hepatitis B. Kelompok individu yang mempunyai
Rute suntikan : Subkutan
terinfeksi hepatitis B diantaranya: individu yang
lnfluenza. Vaksinasi lnfluenza diberikan setiap tahun bagi darah atau produk darah dalam bekerja, klien dan
orang dewasa berusia > 50 tahun, penghuni rumah jompo, institusi pendidikan cacat, pasien hemodialisis,
dan penghuni fasilitas-fasilitas lain (biara, asrama). Vaksin ini konsentrat faktor Vll atau lX, kawin atau kontak
juga diindikasikan untuk orang usia muda dengan penyakit dengan individu yang teridentifikasi HbsAg positif i
jantung, paru-paru kronis, penyakit metabolik (diabetes), yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempatdi
disfungsi ginjal, hemoglobinopati, atau imunosupresi, juga infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat i
anggota rumah tangga, perawat, dan petugas-petugas homoseksual/biseksual aktii individu
kesehatan. Vaksin ini juga dianjurkan pada jemaah haji aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru
karena risiko pajanan yang cukup tinggi. penyakit menular seksual, fasilitas penampungan
Jenis : Vaksin slif atau sub unit
-'
narkoba, individu etnis kepulauan pasifik, atau imi
Efektivitas :88 - 85 % pengungsi baru dimana endemisitas daerah asal
Rute suntikan : lntramuskular tinggi, dapat diberikan 3 dosis, {engan jadwal 0, 1
6 bulan.'Bila respons imunisasi baik maka tidak
Catatan:vaksin ini dianjurkan untukusia > 50tahun untuk
dilakuka n pemberian imu nisasi peng uat (booster)-
individual sedangkan untuk program usia >65 tahun.
Jenis vaksin : Antigen virus aktif
Pneumokok. Vaksin polisakarida diberikan pada orang Efektivitas '.75-90o/o
dewasa usia >65 tahun dan mereka yang berusia <65 Rute suntikan : lntramuskular
tahun dengan penyakit kronik (penyakit paru kronik,
Meningokok. Vaksin polisakarida tetravalen
diabetes, alkoholik, sirosis, kebocoran cairan serebrospinal,
135) wajib diberikan pada calon jemaah haji. Vaksirr
asplenia anatomik/fungsional, infeksi HIV leukemia,
juga dianjurkan untuk individu defisiensi
limfoma Hodgkins, mieloma multiple, malignansi umum,
faktor pembekuan darah, pasien asplenia anatonft
gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik, atau individu
fungsional, serta pelancong ke negara dimana
yang mendapat kemoterapi imunosupresif. Tidak
penyakit meningokok (meningitis belt di Sub
dianjurkan vaksinasi ulangan secara rutin bagi individu
Afrika). Pertimbangkan pemberian ulang setelah 3
imunokompeten yang sebelumnya telah mendapat
Jenis vaksin , : Polisakarida inaktif
vaksinasi. Walaupun demi kia n revaksinasi dianju rkan jika
vaksinasi sebelumnya sudah >5 tahun terdapat beberapa
Efektivitas :90o/o

indikasi :
Rute suntikan : Sub kutan

. Divaksinasi terdahulu diberikan pada umur < 65 tahun Varisela. Vaksin diberikan pada individu yang
dan sekarang sudah berusia >65 tahun dekat dengan pasien yang berisiko tinggi terj
. lndividu berisiko tinggi terjadinya infeksi pnemokok komplikasi (misalnya: petugas kesehatan dan
yang serius sesuai deskripsi the advisory committee yang kontak dengan individu imunoko
on lmunizotion Proctices (ACIP) Pertimbangkan vaksinasi bagi mereka yang peke{
. lndividu mempunyai tingkat antibodi yang cepat berisiko (misalnya guru yang mengajar anak-anak
turun kesehatan dan residen serta staf di lingkungan r
TUNISASI DEWASA 957

kesehatan), mahasiswa, penghuni serta staf rehabilitas Gardner R Schafner W. Immunization of adult. N Engl ] of Med.
militer; perempuan usia subur yang belum hamil, dan 1993;29:1252-8.
Goodman jW. The immune responssse. In: Sites DR Terr AI,
mereka yang sering melakukan perjalanan wisata. editors. Basic clinical immunology. 5th edition. New Jersey:
ly'aksinasi terdiri dari 2 dosis yang diberikan dengan jarak Prentice-Hall International; 1991,. p .34-M.
4-8 minggu. Hyde Rm. Immunization. lmmunology. 3rd edition. Philadelphia:
William & wilkins; 1995. p .137-45.
Jenis vaksin : Virus hidup dilemahkan
Johnson AG, Immunization. High yield immunology. Philadelphia:
Efuktivitas :86o/o Lippincort William & Willkin; 1995. p .137-45.
Rute suntikan : Sub kutan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia(PAPDI).
Konsensus imunisasi dewasa. ]akarta: Balai penerbit FKUI;
Demam tifoid. Penggunaan vaksin ini dianjurkan pada 2003.
pekerja jasa boga, wisatawan yang berkunjung ke daerah Qureshi H, Gessner DB, Lebon Heux et al. The incidence of
vaccine preventable influenza like illness and medization use
endemis. Pemberian vaksin tifoid perlu di ulang setiap 3
among Pakistan pilgrim to the Haj in Saudi Arabia, Vaccine.
tahun. 2000;18:2956-62.
vaksin
Jenis : Antigen Vi inaktif Ramkisson A" ]ugnundan. Reactogenicity and immunogenicity
Efuktivitas of a single dose of a typhoid VI polysaccharide vaccine in
:50 - 80o/o
adolescent. Biodrugs. 200L; L5 ( Suppl.): 21-6.
Rute suntikan : Sub kutan Roitt I, Brostoff J, Male D. Vaccination. Immunology. 4th edition.
Mosby. London;1996. p .19;L-9.
H,low Fever. Vaksin ini diwajibkan oleh WHO bagi Ryan ET, Kain KC. Health advice and immunization for travelers.
uisatawan yang berkunjung ke Afrika Selatan. Pemberian N Engl J of Med. 2000;8:171.6-24.
uhng dianjurkan setiap 10 tahun. Sundaru H. Rekomendasi jadwal imunisasi pada orang dewasa
dalam. Imunisasi dewasa in: Djauzi S, Sundaru H, editor.
vaksin
Jenis : Virus hidup dilemahkan
|akarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. p . 145-50.
Efiektivitas : tinggi Zimmerman RK, Ahwesh ER. Vaccines for persons at high risk
Rute suntikan : Sub kutan teaching immunization for medical education (TIME) project
(abstract). j Farm Pract. 2000;49:551.-63.
@nese ensefalitk. Pemberian vaksin dianjurkan bagi Djauzi S dk* (ed). Pedoman Imunisasi Dewasa. Balai Penerbit
'risatawan yang akan bepergian ke daerah endemis FKUI.2O12

{Asia) dan tinggal lebih dari 30 hari atau akan tinggal


lhma di sana, terutama jika mereka melakukan aktivitas
d pedesaan.
lenis vaksin : Vilus inaktif
Efektivitas :91o/o
ftrte suntikan ' : Sub kutan

trabies. Bukan merupakan imunisasi rutin, pemberiannya


danjurkan pada individu yang berisiko tinggi tertular
@okter hewan dan petugas yang bekerja dengan hewan,
pekerja laboratorium), wisatawan berkujung ke daerah
endemis yang berisiko kontak dengan hewan dan individu
yang tergigit binatang tersangka rabies.
vaksin
"[enis : Virus yang di lemahkan
ffiiektivitas :100 o/o

k^rte suntikan : lntramuskulari Sub kutan

i
IEFERENSI

,dlda G. Vaccines and vaccination. N engl J Med. 2001;345:1043-


53
.[da G. The immunology of vaccination. In : Plotkin SA, Orenstein
WA, editors. Vaccine.3rd edition. Philadelphia; WB Saunders
Company; 1999. p. 28 - 71..
katawidjaja KG. Imunisasi. Imunologi dasar. Jakarta: Balai
Penerbit FKTII 2009. p. 557 -619.
mhuzi S. imunisasi untuk orang dewasa. Siang Klinik Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKTII/RSUPNCM. November 2000.
[Dtsuzi S. Manfaat imunisasi pada orang dewasa. Imunisasi
dewasa. In: Djauzi Sundaru H, editor. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI; 2003. p:3-6.
L3L
VAKSINASI PADA KELOMPOK KHUSUS
Evy Yunihastuti

VAKSINASI PADA tBU HAMIL DAN MENYUSUI Pemberian vaksin rutin umumnya aman
pada kehamilan. Yang direkomendasikan adalah
Pemberian vaksinasi pada ibu hamil seringkali menimbul- tetanus, influenza, dan hepatitis B.1'2'4's Vaksin
kan pertanyaan dan keraguan pada dokter dan ibu hamil dan rabies dapat diberikan sesuai indikasi.
akan keamanannya, terutama tentang kemungkinan vaksin yang tidak boleh diberikan adalah MMR
transmisi virus kepada bayi dalam kandungan. Acapkali mumps, rubella), varisela, serta BCG (bacille
seorang wanita mendapatkan vaksin saat belum Guerin). Pengaruh berbagai jenis vaksinasi
diketahui hamil atau kehamilan terjadi tidak lama setelah kehamilan diuraikan pada tabel 1.
vaksinasi.Walaupun pemberian vaksin hidup secara Hampir semua vaksin hidup atau mati dapat
umum dianggap kontraindikasi pada ibu hamil, risiko pada ibu menyusui dengan aman, sehingga
penularan virus pada janin akibat pemberian vaksin bukan merupakan kontraindikasi untuk di
hidup ini sebenarnya masih berupa teori. Pada situasi vaksinasi. Pemberian vaksin juga bukan merupakan
seperti ini, keuntungan dan risiko pemberian vaksinasi untuk menunda menyusui, kecuali vaksin
tentu harus dipertimbangkan. Pemberian vaksin pada ibu Sebagian vaksin dari virus hidup seperti vaksin
hamil umumnya dipertimbangkan apabila kemungkinan dan rubela sebenarnya dapat'dideteksi pada arr
paparan besar; infeksi ibu dapat membahayakan kehamilan ibu, namun tidak menyebabkan infeksi simtomatik
dan janin, dan vaksin tersebut kemungkinan besar bayi.a
tidak berbahaya. Sampai saat ini pun tidak didapatkan
peningkatan komplikasi kehamilan dan belum ada laporan
bayi yang lahir dengan rubela kongenital atau sindrom VAKSINASI PADA PASIEN HIV
varisela setelah pemberian vaksin rubela atau varisela
pada ibu hamil. Pada kondisi seperti ini, ibu hamil perlu Pasien HIV berisiko lebih tinggi untuk
diberikan konseling, bahwa kemungkinan peningkatan berbagai macam infeksi, tidak hanya karena
risiko secara teori dan vaksinasi virus hidup bukan imunokompromaisnya, tapi juga dari perilah
merupakan indikasi mengakhiri kehamilan.l'2 berisiko lebih tinggi tertular infeksi tertentu.
Vaksin bermanfaat menjaga kesehatan wanita sebelum, contoh, infeksi hepatitis A yang lebih tinggi
selama dan setelah kehamilan. Selain itu, vaksinasi pada pada kelompok lelaki homoseksual dan
saat kehamilan juga berpotensi melindungi bayi yang suntik, serta.risiko infeksi Human Popilloma
sedang dikandungnya dari penyakit pada bulan pertama pada anus pada kelompok lelaki homoseksual
8
kehidupan sampai bayi tersebut mendapatkan vaksin.l HPV pada serviks pada wanita.6
Sebagai contoh, vaksin influenza yang diberikan pada
' Di sisi lain, akibat kondisi im
ibu hamil sangat efektif mencegah komplikasi influenza efektivitas vaksin pada pasien HIV menjadi leblr
yang mengakibatkan perawatan rumah sakit pada 6 dan efek samping dari penggunaan vaksin hi
bulan pertama kehidupan bayi (91.5o/o efektivitas).3 Akan mungkin terjadi. Berbagai penelitian
lebih baik lagijika seorang wanita sudah mempersiapkan respons vaksin pada pasien HIV sangat
diri dengan mendapatkan berbagai vaksinasi sebelum jumlah CD4. Makin rendah jumlah CD4 nya,
merencanakan kehamilan.l'a rendah respons vaksinasi yang dihasilkan.s
ilUNISASI PADA KELOMPOK KHUSUS 959

rlakin lndikasi pada kehamilan


tlrus hidup
ilnfluenza Direkomendasikan
Folio Bentuk inaktif dapat dipertimbangkan Efek kejanin belum diketahui
pada situasi risiko tinggi
tAM* (Mumps Measles Kontraindikasi Efek ke janin belum diketahui, narnun secara teori
tubello) meningkitkan risiko partus prematur dan berat badan lahir
rendah
tibrisela Kontraindikasi Efek ke janin belum diketahui, pertimbangkan pemberian
immunoglobulin varicella zooster jika kontak dengan
penularan selama kehamilan
bianjurkan menunda kehamilan 4 minggu setelah vaksinasi
Voccinio Kontraindikasi lnfeksi pada janin pernah dilaporkan
lHlow fever Secara umum kontraindikasi, kecuali Tidak ada data keamanan pada janin. meski belum
pada situasi risiko tinggi ditemukan komplikasi pada Janin yang terpapar vaksin' Jika
perjalanan ke daerah endemik tidik dipat dihindari, vaksin
dapat dilakukao ,

fiabies Tidak kontraindikasi, dapat diberikan Risiko kegagalan terapi jika terinfeksi tinggi, kehamilan
jika terindikasi bukan melupakan kontraindikasi profilaksis pasca paparan
rabies
Utus/bakteri non hidup
lliepatitis B Direkomendasikan Tidak berisiko menyeb'abkan efek samping bagijanin
0lifte rilteta n u s Direkomendasikan Tidak teratogenik
Fneumokokus lndikasi pada pasien risiko tinggi Belum ada data keamanan, namun tidak ada laporan efek
samping
lillieningokokus Aman dan efektif
Slepatitis A
---
- Risiko kecil
liffill Tidak ada data keamanan Vaksin kuadripel tidak dianjurkan digunakan pada kehamilan,
Jika vaksin dimulai sebelum hamil, jadwal selanjutnya
ditunda hingga melahirkan
.mtroid Tidak ada data keamanan Dapat dipertimbangkan pada keadaan risiko tinggi
!ryonese encepholitis Tidak ada data keamanan Tidak diberikan rutin pada kehamilan, dapat dipertimbangkan
jika perjalanan ke daerah endemik tidak dapat dihindarkan

nespons vaksinasi hepatitis B yang diberikan pada pasien dan terlihat dengan peningkatan jumlalrCD4. Walaupun
dengan CD4 <200 sel/pl hanya 36% dibandingkan
lrlrllll/ data masih terbatas, pada kasus HIV yang terkontrol baik
pada kelompok pasien dengan CD4 >200 sel/pl sebesar dengan terapi ARV kombinasi dan jumlah CD4 sudah
ffi%.10 Nadir CD4 atau jumlah CD4 terendah dan jumlah meningkat di atas 200 sel/mm3, vaksin hidup yang
rmrus H lV (vira I lood) yang masih bereplikasi juga d iketahui sebelumnya ditunda dapat diberikan.Vaksin mati yang
rmremengaruhi respons vaksinasi.l 1
diberikan saat sistem imun masih terganggu perlu diulang
Pasien HIV dalam kondisi kekebalan tubuh yang saat sistem imun membaik.6'7 Setelah pemberian terapi
reldah (CD4 < 200 sel/mm3) merupakan kontraindikasi ARV kombinasi pun, respons imun vaksin akan lebih baik
per"nberian vaksin hidup seperti polio oral, varisela, jika diberikan pada jumlah CD4 yang lebih tinggi.s
Mlow fevet dan MMR. Sebagai contoh laporan kasus Dosis vaksin dan jadwal pemberian vaksin pada pasien
Meumonitis dan ensefalitis meosles terkait vaksin pada HIV dewasa umumnya sama dengan orang dewasa sehat,
ruasien HlV. Sedangkan vaksin mati aman diberikan seperti terlihat pada tabel 3.26'7 Khusus untuk vaksinasi
pmca CD4 berapapun, namun dengan efektivitas lebih hepatitis B, mengingat respons yang lebih rendah, jadwal
mrndah.6-8 yang dianjurkan adalah sesuai standar pada bulan 0, 1,
Peningkatan sementara jumlah HIV RNA (virol dan 6. Tidak dianjurkan penggunaan jadwal cepat pada
atau virol blips pernah dilaporkan terjadi setelah
ntumr,C) bulan 0, 1, dan2. Pemeriksaan anti-HBs sangat dianjurkan
pmrberian beberapa jenis vaksin, namun dianggap tidak dilaksanakan 1 bulan setelah vaksin terakhir untuk
herrnakna secara klinis.12 memastikan serokonversi, dan diulang tiap tahun untuk
Setelah pemberian terapi antiretroviral (ARV) menentukan kebutuhan vaksin boosfer (penguat)' Vaksinasi
ilmrrbinasi, pemulihan respons imun diharapkan terjadi ulangan juga acapkali diperlukan pada pasien HIV jika
960 IMUNISASI

Vaksin lndikasi Pemberian Awal Booster (penguat) CD4


Antraks RS 4 dosis Pertahun berapapun
Kolera RS 2 dosis 2 tahun berapapun
hepatitis A RS 2-3 dosis 5 tahun berapapun 3 dosis jika CD4 < 300 sdf
mm3
hepatitis B R 3-4 dosis jika anti-HBs <10 berapapun periksa kadar anti-HBs tiil
tahun
HPV R 3 dosis tidak ada berapapun
lnfluenza R 1 dosis tiap tahun berapapun
japanese encephalitis RS 3-4 dosis 3 tahun berapapun
MMR RS 1-2 dosis tidak ada >200 2 dosis jika lgG measlee,
negatif
meningokok RS 1 dosis 5 tahun berapapun
pneumokok R 1 dosis 5 tahun berapapun
Rabies RS 3 dosis 1 tahunpertama, 3-5 berapapun
tahun berikutnya
tetanus-difteri R 1-5 dosis 10 tahun berapapun
Tifoid RS 1 dosis 2-3 tahun berapapun
Varisela RS/CS 2 dosis tidak ada > 200
yellow fever CS 1 dosis 1 00 tahun >200 kontraindikasi jika usia
tahun
R= rekomendasi; RS = rekomendasi pada orang tertentu; CS = dipertimbangkan pada orang tertentu
HPV= humon papilloma virus
MMR= meosles mumps rubello

pada seri pertama tidak terjadi serokonversi.6-8 Strategi lain setelah pasien menjalani dialisis.l3
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan respons vaksin Berbagai studi awal mengemukakan bahwa
hepatitis B pada pasien HIV adalah dengan meningkatkan vaksin hepatitis B pada pasien penyakit ginjal kronikf
dosis vaksin menjadi dua kali lipatnya (40 prg).to-rr lebih rendah daripada populasi umum.Seringkali
menun

Anda mungkin juga menyukai