Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Dosen Pengajar: Ns. Nurma Afiani., S.Kep.,M.Kep

OLEH
Florentina Narus (1608.14201.484)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
A. FILOSOFI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Definisi Keperawatan Gawat Darurat


Pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat dan teknik
keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang mengalami masalah
kesehatan yang bersifat urgen,akut dan kritis akibat trauma. Proses kehidupan ataupun
bencana.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan pelayanan keperawatan gawat darurat terdiri dari
dua area yang besar yaitu keperawatan emergensi dan keperawatan kritis.

1. EMERGENCY NURSING ( KEPERAWATAN KRISIS )


Definisi
Adalah sebuah area khusus / special dari keperawatan professional yang melibatkan
integrasi dari praktek, penelitian, pendidikan professional. Jadi praktek keperawatan
emergensi oleh seorang perawat professional.

Fokus
Focus keperawatan emergency adalah memberikan pelayanan secara episodic
kepada pasien-pasien yang mencari terapi baik yang mengancam kehidupan, non
kritical illness atau cedera. Jadi pemberian pelayanan pda keperawatan gawat darurat
meliputi semua kasus yang dating atau meminta pertolongan yang dapat berupa
kasus gawat darurat, gawat tidak darurat,dan tidak gawat tidak daruat.

Inti
Ditujuka pada esensi di praktek emergency, lingkungan dimana hal tersebut terjadi
dan konsumen-konsumen keperawatan emergency.

Perawat Emergency
Adalah seorang perawat professional terregistrasi / RN professional yang memiliki
komitmen untuk menyelamatkan dan melaksanakan praktek keperawatan secara
efektif.

Perawatan Emergensi
Meliputi Pengkajian, diagnosis & terapi keperawatan yang dapat diterima baik aktual,
potensial, yang terjadi tiba-tiba atau urgen, masalah fisik atau psikososial dalam
episodik primer atau akut yg mungkin memerlukan perawatan minimal atau tindakan
support hidup, pendidikan untuk pasien atau orang terpenting lainnya, rujukan yg tepat
dan pengetahuan ttg implikasi legal.

Lingkungan Emergensi
Merupakan Setting dimana pasien memerlukan intervensi oleh pemberi pelayanan
keperawatan emergency.

Pasien Emergensi
Adalah Pasien dengan segala umur baik yang sudah diagnosa, tidak terdiagnosa atau
maldiagnosis problem dng kompleksitas yg bervariasi. Pasien-pasien emergrnsi
memerlukan intervensi nyata dimana dpt terjadi perubahan status fisiologis atau
psikologis scr cepat yg mungkin mengancam kehidupannya.

Dimensi Keperawatan emergensi memiliki multidimensi meliputi :


RESPONSIBILITIES, FUNCTION, ROLES, SKULLS ( dng pengetahuan khusus)

Karakteristik Unik Keperawatan Emergensi Keperawatan emergensi memiliki


karakteristik yang unik dimana tidak semua area keperawatan memilikinya.
Karakteristik tersebut adalah: 1. Pengkajian, diagnosa, terai baik yg urgen / non urgen
individual dan berbagai umur pasien walaupun dng data / informasi yg sangat terbatas
2. Triage & Prioritas
3. Persiapan bencana alam
4. Stabilisasi & Resusitasi
5. Krisis intervensi UI populasi pasien yang unik seperti korban kekerasan sexual
6. Pemberian perawatan pd lingkungan yg ticlak terkontrol atau yg tidak dpt
diprediksikan Kerangka Kerja Proses Keperawatan Emergensi meliputi:
TUJUAN
 Menyelamatkan hidup
PENGKAJIAN
• Pada sistem yg terganggu
• Untuk memperbaiki kegagalan atau mempertahankan system
DIAGNOSIS
• Mencari perbedaan u/ menemukan tanda-tanda & gejala
PERENCANAAN
• Berdasarkan protokol dan prosedur
INTERVENSI
• Terapi ditujukan pd penanganan gejala krisis & stabilisasi PS
. • Diteruskan s/d pasien stabil u/ dpt pindah atau ditransportasikan ke unit lain atau
meninggal
EVALUASI
• Dilakukan scr cepat U/ menilai keefektifan

B. KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I.Defenisi
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan
pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan
sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang
keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien
atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan

II. Sistem Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk
mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam
memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

III. Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat


Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien
yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat derurat
di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas
kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa
dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase,
pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:

- Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan


- Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
- Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
- Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
- Keterampilan pengkajian yang tepat, dll

IV. Sistem Triase


• Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam
waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
• Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse
Association) meliputi:
• A (Airway)
• B (Breathing)
• C (Circulation)
• D (Dissability of Neurity)
• E ( Ekspose)
• F (Full-set of Vital sign)
• Pulse Oximetry
• Trise two-tier
Sistenm ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas
mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
• Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol
penanganan:
1. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemberian obat
4. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)

• Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang
bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

V. KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS


61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna
hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen),
hitam (Expectant)

VI. Merah (Emergent)


Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam
kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal masif

VII. Kuning (Urgent)


Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara.
Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan
sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.
Contoh
• Fraktur multiple
• Fraktur femur/pelvis
• Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
• Luka bakar luas
• Gangguan kesadaran/trauma kepala
• Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
VIII. Hijau (Non urgent)
Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
di tunda. Penyakit atau cidera minor
Contoh
- Fektur minor
- Luka minor
- Luka bakar minor

IX. Hitam (Expectant)


Korban yang meninggal bunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia
- 6% memakai sistem empat kelas yaitu
1. Kelas1: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera)
2. Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
3. Kelas iii: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
4. Kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
- 10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu
Tingkat contoh
1 Kritis Segera Henti jantung
2 Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
3 Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
4 Stabil 1-2 jam Sinusitis
5 Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan.

C. Prinsip Penatalaksanaan Keperawartan Gawat Darurat


• Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan resusitasi pada
saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan nafas.
• Kontrol pendarahan dan konsekuensinya.
• Evaluasi dan pemulihan curah jantung
• Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
• Mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus menerus, keadaan cedera atau penyakit yang
serius dari pasien tidak statis
• Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi, ukuran dan aktivitas pupil dan
respon motoriknya.
• Mulai pantau EKG, jika diperlukan
• Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal dengan cedera kepala
• Melindungi luka dengan balutan steril
• Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas mengenai alergi dan
masalah kesehatan lain.
• Mulai mengisi alur tanda vital, TD dan status neurologik untuk mendapatkan petunjuk dalam
mengambil keputusan.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

A. Peran Perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelg dalam menginterpretasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak pasien
meliputi :
-Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
-Hak atas informasi tentang penyakitnya
-Hak atas privacy
-Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
-Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan.
6. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
7. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

B. Fungsi Perawat
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko
–sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan
teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam
membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat-
kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat -kiat itu adalah:
1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur-unsur karatif yaitu : nilai-
nilai humanistic altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan
terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan
menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan
mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar mengajar, mendorong melindungi dan
memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr
manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
kliennya.

3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan

rasa nyaman klien.


4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan
menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka ,
senang, frustasi dan rasa puas klien.
13. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang
Lain Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur -unsur penting yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai focus
telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang
perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian
atau kurangnya kemampuan.Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat
terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap
kesehatan (Susan, 1994 : 80)

Anda mungkin juga menyukai