Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PENDIDIKAN
a. Pengertian pendidikan secara umum
Segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan.
b. Pengertian pendidikan menurut para ahli:
1) Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2) John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan
untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
3) Edgar Dalle
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
4) M.J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
5) Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143
H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah)
Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan
menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang
lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan
santaan akal dan rohani.
6) Plato (428-438 SM)
Pendidikan adalah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan
akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
7) Prof. Richey
Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan
dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat untuk melakukan kewajibannya
dalam bermasyarakat.
2. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN NASIONAL
Menurut Tilaar H.A.R. , ada delapan masalah pokok dalam sistem pendidikan
nasional menapak abad 21 berdasarkan kemajuan-kemajuan maupun kegagalan yang
dialami dalam pembangunan nasional selama ini.1 Masalah-masalah tersebut telah
diramu dengan memperhatikan kekuatan global serta dinamika kehidupan masyarakat
dewasa ini, yaitu :
a. Menurunnya Ahlak dan Moral Peserta didik.
Problematika yang satu ini adalah problem yang paling fundamental dalam
pendidikan, sebab salah satu tujuan yang paling mendasar dalam pendidikan adalah
menjadikan insan yang berakhlak mulia. Dekadensi moral ini dibuktikan dengan
semakin semaraknya tawuran antar pelajar serta free seks, baik peserta didik yang
duduk di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi.
b. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan dan Pemerataan Kualitas
Pendidikan.
Selama enam periode telah banyak yang dicapai di dalam pelaksanaan pemerataan
pendidikan. Bahkan badan PBB, UNESCO dan UNDP mengakui keberhasilan
Indonesia tersebut. Namun demikian, perlu diakui bahwa di dalam hal kualitas,
pendidikan di Indonesia masih jauh terbelakang dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN. Hal ini perlu ditanggulangi, karena kualitas sumber daya manusia yang
diinginkan adalah manusia berkualitas dan kompetitif baik di dalam masyarakat
maupun di dalam hubungan ASEAN dan dunia. Usaha pemerataan kualitas
pendidikan haruslah secara menyeluruh dan tuntas sehingga perbedaan antara kualitas
pendidikan kota dan desa serta Indonesia kawasan Barat dan Timur supaya semakin
lama semakin mengecil dan merata.

1 Tilaar, H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional (Magelang: Tera Indonesia.) hal 28
c. Rendahnya Mutu Pendidikan di Berbagai Jenjang dan Jenis Pendidikan
Suksesi yang dicapai secara kuantitatif memang menghambat peningkatan kualitas
kualitatif. Hal ini memang suatu konsekuensi di dalam pembangunan nasional yang
masih memberi prioritas pada pemerataan. Namun demikian, peningkatan kualitas
merupakan suatu syarat mutlak di dalam suatu masyarakat dunia yang kompetitif.
Oleh sebab itu, usaha-usaha insentif untuk meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya mata-mata pelajaran yag menjadi tuntutan utama dalam dunia industri
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul haruslah dijadikan target utama.
d. Rendahnya Efisiensi Internal Sistem Pendidikan
Banyak faktor yang menentukan efisiensi internal sistem pendidikan. Faktor-faktor itu
antara lain manajemen yang belum efisien sehingga pendidikan sangat statis dan
boros. Pendidikan haruslah dikelola secara business like sehingga dinamis dan efisien.
Banyaknya siswa yang mengulang serta drop out masih tinggi menunjukkan belum
efisiennya sistem pendidikan.
e. Rendahnya Efisiensi Eksternal Sistem Pendidikan
Ketidakserasian antara produk sistem pendidikan dengan pasar menunjukkan
rendahnya efisiensi eksternal. Kerjasama dengan dunia industri merupakan suatu
syarat mutlak. Untuk itu, dunia industri/dunia usaha haruslah diberikan intensif untuk
ikut serta aktif di dalam pendidikan nasional.
f. Kelembagaan Pendidikan
Dewasa ini kelembagaan pendidikan sangat kaku dan simpangsiur. Tanggung jawab
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat (dunia usaha, dunia kerja) belum
dirumuskan dengan baik. Demikian pula tugas dan tanggung jawab yang jelas antar-
departemen, antara pusat dan daerah, antara negeri dan swasta.
g. Manajemen Pendidikan Nasional yang Belum Sejalan Dengan Manajemen
Pembangunan Nasional.
Berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan mengenai kelembagaan nasional masih
belum terarah. Berbagai departemen, berbagai lembaga menangani masalah tersebut
sehingga menggangu dinamisme pengembagan lembaga pendidikan yang sesuai
dengan permintaan pasar kerja.
h. SDM yang Belum Profesional
Perkembagan dunia industri/dunia kerja yang sangat pesat dengan di dukung oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berubah begitu cepat menyebabkan lembaga-
lembaga pendidikan selalu ketiggalan. Hal ini hanya dapat dijembatani apabila dunia
usaha/dunia kerja berpartisipasi secara penuh dengan berbagai insentif ikut serta di
dalam penyiapan pengembangan SDM. Dunia usaha/dunia kerja bukanlah hanya
sekedar pemanen yang baik, tetapi juga mengadakan infestasi yang baik dalam
pengembagan sumber daya manusia Indonesia. Dengan demikian dunia usaha
Indonesia akan mampu dan cepat bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di
kawasan ASEAN dan kemudian di kawasan APEC.

3. VISI DAN MISI MASA DEPAN PENDIDIKAN NASIONAL


Secara etimologi visi mempunyai arti pandangan; wawasan; kemampuan
untuk melihat pada inti persoalan; visi juga mempunyai arti apa yang tampak dalam
daya khayal; serta mempunyai arti apa yang terlihat oleh mata. Sedangkan misi
mempunyai arti perutusan yang dikirimkan oleh suatu negara ke negara lain untuk
melakukan tugas khusus dalam bidang diplomatik, politik, perdagangan, kesenian,
dan sebagainya. Disamping itu, misi juga mempunyai arti tugas yg dirasakan orang
sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dan
sebagainya.2
Dari pengertian visi dan misi secara etimologi di atas dapatlah penulis
simpulkan bahwa visi dapat diartikan sebagai tujuan agung yang hendak dicapai.
Sedangkan misi adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut.
Negara republik Indonesia telah merumuskan visi pendidikan nasional yang tertuang
dalam UUD 1945 yang kemudian disempurnakan dengan UU. No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam
UUD 1945 terdapat dalam pasal 31 ayat (3) yang berbunyi “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.”
Sedangkan dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) visi pendidikan nasional terdapat dalam bab II pasal 3 yang berbunyi
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. ed. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
bangsa; bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar supaya menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.” Menurut pandangan umum, tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi anak didik menyangkut intelektual, keterampilan serta
kepribadiannya untuk memerankan dirinya di tengah-tengah masyarakat.
Dari ketiga tujuan atau visi yang telah disebutkan di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa visi pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang
paripurna atau insan kamil. Untuk membentuk manusia paripurna tersebut bukanlah
sesuatu yang mudah, akan tetapi hal tersebut merupakan tantangan bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya dan pemerintah pada khususnya.
Oleh karena itu, kementrian pendidikan nasional sebagai pelaksana program
pendidikan di negara Indonesia ini telah berupaya untuk mewujudkan visi pendidikan
nasional yang tertuang dalam UUD 1945 dan UU. Sisdiknas dengan berbagai
terobosan.
Salah satu terobosan yang di pakai oleh Kemendiknas pada saat ini adalah
perumusan visi baru yang ditargetkan pada tahun 2014 mendatang visi tersebut sudah
bisa tercapai. Visi Kemendiknas tersebut adalah “terselenggaranya layanan prima
pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif.”
Arti dari layanan prima pendidikan nasional adalah layanan pendidikan yang:
1. Tersedia secara merata diseluruh pelosok nusantara.
2. Terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Berkualitas / bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat
dunia usaha, dan dunia industri.
4. Setara bagi warga Negara Indonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas
dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial–budaya, ekonomi,
geografi, gender, dan sebagainya.
5. Menjamin kepastian bagi warga Negara Indonesia mengenyam pendidikan dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
Untuk mencapai visi Kemendiknas tersebut, Kemndiknas juga merumuskan
misinya yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2010 yang dikemas dalam “MISI 5K”
yaitu:
1. Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan.
2. Meningkatkan Keterjangkauan Layanan Pendidikan.
3. Meningkatkan Kualitas, Mutu dan Relevan Layanan Pendidikan.
4. Meningkatkan Kesetaraan dalam memperoleh Layanan Pendidikan.
5. Meningkatkan Kepastian/Keterjaminan Memperoleh Layanan Pendidikan.
Namun, Kemendiknas menyadari bahwa visi dan misi tersebut dapat terwujud
apabila didukung dengan penerapan tata nilai yang mendukung usaha-usaha
pelaksanaan misi dan pencapaian visi. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah
sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam menjalankan tugas. Tata nilai juga akan
menyatukan hati dan pikiran seluruh pegawai dalam usaha mewujudkan layanan
prima pendidikan. Tata nilai yang dimaksud adalah amanah, professional, visioner,
demokratis, inklusif, dan berkeadilan. Dengan merujuk pada fokus pembangunan
pendidikan tahun 2010 – 2014, dari keenam tata nilai tersebut dipilih yang sesuai
dengan fokus pada periode ini dan dirangkum dalam satu motto Kemendiknas, yaitu
melayani semua dengan amanah.
Namun, menurut penulis dari kelima misi yang telah dirumuskan oleh
Kemendiknas tersebut belum ada yang menyentuh kepada aspek pembentukan
manusia yang cerdas komprehensif dalam arti insan paripurna, sebab yang mereka
rumuskan hanyalah penyediaan sarana dan perbaikan mutu pendidikan, belum
menyentuh kepada ranah afektif dan psikomotoriknya.
4. STRATEGIC PLANING MASA DEPAN PENDIDIKAN NASIONAL
Menurut Menurut Tilaar H.A.R, Strategic Planning (rencana strategis) yang
harus dilakukan dalam rangka mengembangkan pendidikan nasional ke depan adalah
sebagai berikut;
1. Penuntasan wajib belajar 9 tahun dan perintisan wajib belajar 12 tahun di
beberapa daerah.
2. Pemerataan kualitas pendidikan, khususnya di kawasan Indonesia bagian timur.
3. Kualitas pendidikan dengan standar ASEAN untuk IPA, Matematika, Bahasa
Asing (Inggris, Cina, Jepang), dll.
4. Penuntasan struktur LPTK dengan dasar akademi yang kuat.
5. Meningkatkan pengelolaan internal dengan penerapan dasar-dasar TQM dan ISO-
9000 untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.
6. Otonomi universitas dalam pengelolaan sumber-sumber dan kurikulum yang lebih
sesuai dengan permintaan dunia usaha/pasar kerja.
7. Kemitraan dengan dunia usaha dan industri dalam riset dan pengembangan
kurikulum terutama untuk pendidikan tinggi dan pelatihan kejuruan.
8. Pengembangan sikap wiraswasta/wirausaha terutama untuk pendidikan tinggi dan
pendidikan menengah.
9. Perluasan politik dan pusat-pusat pelatihan yang tersebar di seluruh daerah
nusantara.3
10. Lembaga-lembaga pendidikan : keluarga, LSM, sekolah (formal dan non-formal)
sebagai pusat pengembangan disiplin, akhlak yang terpuji dan etika praktis.
11. Menetapkan tugas pendidikan dan peran-serta dunia usaha (industri) yang jelas.
Masyarakat industri/dunia usaha semakin memegang peranan penting dalam
pelatihan dengan berbagai insentif.
12. Tanggung jawab pendidikan dan pelatihan semakin diserahkan kepada daerah dan
swasta. Tanggung jawab pemerintah pusat ialah mengarahkan dan mengawasi.
13. Meningkatkan kerjasama ASEAN/APEC dalam pengembangan sumber daya
manusia khususnya di dalam sektor-sektor yang diprioritaskan. Seperti berbagai
tingkat manajemen, perguruan tinggi (dalam bidang-bidang prioritas seperti
kehutanan, perikanan, pariwisata) dan pelatihan.
14. Peningkatan mutu LPTK dan pusat-pusat pendidikan serta pusat-pusat pelatihan.
15. Pengembangan program pendidikan dan pelatihan manajer-manajer untuk
berbagai bidang dan tingkatan.

3Supriyoko, Ki. “Hakikat Politik Pendidikan.” dalam Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional.(Ed. Ali Muhdi Amnur
Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2007) hal 68
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa ada delapan masalah pokok
dalam sistem pendidikan nasional, yaitu : Menurunnya Ahlak dan Moral Peserta didik,
Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan dan Pemerataan Kualitas Pendidikan,
Rendahnya Mutu Pendidikan di Berbagai Jenjang dan Jenis Pendidikan, Rendahnya Efisiensi
Internal Sistem Pendidikan, Rendahnya Efisiensi Eksternal Sistem Pendidikan, Kelembagaan
Pendidikan, Manajemen Pendidikan Nasional yang Belum Sejalan Dengan Manajemen
Pembangunan Nasional, dan SDM yang Belum Profesional Sementara, untuk dapat
menanggulangi problematika di atas Kemendiknas telah merumuskan visi baru yang
diharapkan pada tahun 2014 sudah tercapai. Visi tersebut adalah terselenggaranya layanan
prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif.
Di samping itu, harus ada Strategic Planning yang harus dilakukan dalam pendidikan
nasional ke depan yaitu sebagai berikut : 1. Penuntasan wajib belajar 9 tahun dan perintisan
wajib belajar 12 tahun. 2. Pemerataan kualitas pendidikan. 3. Meningkatkan kualitas
pendidikan. 4. Penuntasan struktur LPTK 4. Meningkatkan pengelolaan internal. 5. Otonomi
universitas dalam pengelolaan sumber-sumber dan kurikulum yang lebih sesuai dengan
permintaan dunia usaha. 6. Meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha dan industri. 7.
Pengembangan sikap wiraswasta/wirausaha. 8. Perluasan politik dan pusat-pusat pelatihan. 9.
Lembaga-lembaga pendidikan sebagai pusat pengembangan disiplin, akhlak yang terpuji dan
etika praktis. 10. Menetapkan tugas pendidikan dan peran-serta dunia usaha (industri) dengan
jelas. 11. Tanggung jawab pendidikan semakin diserahkan kepada daerah dan swasta. 12.
Meningkatkan kerjasama ASEAN/APEC. 13. Peningkatan mutu LPTK dan pusat-pusat
pendidikan serta pusat-pusat pelatihan. 14. Pengembangan program pendidikan dan pelatihan
manajer-manajer.
DAFTAR PUSTAKA

Hafid, Anwar. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. (Bandung: ALFABETA, cv. 2013)
Supriyoko, Ki. “Hakikat Politik Pendidikan.” dalam Konfigurasi Politik Pendidikan
Nasional. Ed. Ali Muhdi Amnur (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2007:6).
Tilaar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional (Magelang: Tera Indonesia,
1998).
Sutikno, Sobry. Pendidikan Sekarang Dan Pendidikan Masa Depan. (N.T.B: NTp Press,
2006).
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2002).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan
nasional.

Anda mungkin juga menyukai