Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya makalah ini. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
MANEJEMEN KEPERAWATAN pada prodi s1 keperawatan di Universitas Citra
Delima Pangkal Pinang Bangka Belitung.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah manejemen keperawatan. Ucapan terima kasih kami kepada Ibu Evi Afriyanti,
S.Kep.,Ners dan teman-taman ICU RSUD Sejiran Setason atas ilmu dan bantuannya
kepada kami sehingga makalah ini bisa diselesaikan. Kami kelompok menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun terutama dari pembimbing dan teman-teman.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE KASUS DIRUANG RAWAT INAP RSUD SS
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sruktur MPKP
1. Kepala ruangan
2. Perawat primer (PP)
3. Perawat assuite (PA)
4. Ccm (Clinical Care Maneger)
B. Tingkat spesifik MPKP
1. MPKP Pemula
2. MPKP 1
3. MPKP II
4. MPKP III
C. Metode penguasaan
1. Metode tim
2. Fungsional
3. Primer
4. kasus
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis
benama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat,
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. DEPKES RI yang
diambil dari fungsi manajemen menurut George Terry yang terdiri dari Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Di Ruang MPKP pendekatan
manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing). dan
pengendalian (controlling).
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk
tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu
landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim
kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain
serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada
sekelompok klien.
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan
3
profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai.
1.3 Tujuan
1) Memahami pengertian manajemen keperawatan metode kasus
2) Memahami kelebihan dari manajemen keperawatan metode kasus
3) Mengerti kekurangan dari metode tersebut
4) Memahami konsep dasar metode yang diterapkan
5) Mengetahui tugas perawat dalam metode ini
6) Memahami ketenagaan dalam metode ini
7) Mengetahui peran dari pembagian tugas dalam metode kasus
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
5
manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan dan sistem kempensasi
dan penghargaan.
Kemajuan zaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan
profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai.
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun
terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan
primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai
upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien
didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia,
Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron ,
1987). Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart
asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang
tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan
agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta
meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model
pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model
perawatan berfokus pada pasien.
6
1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini
digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya
seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang
lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi
dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan
keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan 3 kriteria efisiensi,
tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan
dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm
tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab
mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat
perang dunia kedua.
Kelebihan :
Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
7
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja
Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
Gambar 1.1 : Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis & Huston,
1988)
2. Metode TIM
8
pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan
perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah
yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja
sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja
bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien
dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim 5
9
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan
kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi
ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan
sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua
pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim
meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan
pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada
beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi -
anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan
umpan balik informal di antara anggota tim.
10
Kelebihan :
Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
11
Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
12
idak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
13
Tanggung jawab Kepala Ruang
Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
14
Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens.
Menyelenggarakan konferensi
Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.
Memberikan laporan
15
Gambar 1.2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Marquis & Huston, 1998) 9
3. Metode Primer.
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa
konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung
jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan
pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung
secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan
diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana
keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien,
keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien
tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap
perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai
16
kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan
tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang
diberikan. Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega
yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang
yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer.
Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab
untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat
asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat
rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk
pengkoordinasian asuhan keperawatan klien
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai 10
17
keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai
disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat
primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master
dalam bidang keperawatan.
18
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
Kelebihan :
Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
19
Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh
dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan
lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
20
Ketenagaan metode primer
Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional
sebagai perawat asisten.
Gambar 1.3 : Diagram system asuhan keperawatan primer (Marquis & Huston, 1998)
21
Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer
Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
22
Menyipakan penyuluhan untuk pulang
4. Metode Kasus
Kekurangan :
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama .
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
23
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada
area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-14
24
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat
primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini
adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal
untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
asuhan keperawatan Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem
model MPKP ini diasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akountabilitasnya terdapat pada primer.
25
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim
tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan
keperawatan diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang
dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut :
1. Pendekatan Manajemen (Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang
dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Ruangan A
26
BAB III
METODE PENUGASAN KASUS
27
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
c) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan
komprehensif.
d) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
e) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
2.3 Kekurangan Metode Kasus
a) Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
b) Membutuhkan banyak tenaga.
c) Jika tenaga kurang maka beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien
banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
2.4 Konsep Dasar Metode Kasus
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga
28
2. Evaluasi kinerja perawat.
3. Membuat daftar dinas.
4. Menyediakan material.
5. Perencanaan, pengawasan, pengarahan
Perawat primer / kepala jaga
1. Membuat perencanaan asuhan keperawatan.
2. Mengadakan tindakan kolaborasi.
3. Memimpin timbang terima.
4. Mendelegasikan tugas.
5. Memimpin ronde keperawatan.
6. Evaluasi pemberian asuhan keperawatan
7. Bertanggung jawab terhadap klien
8. Memberi petunjuk jika klien akan pulang.
9. Mengisi resume keperawatan
Perawat Associate. (Seorang perawat yang diberikan wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada
klien.)
1. Memberikan asuhan keperawatan.
2. Mengikuti timbang terima.
3. Melaksanakan tugas yang didelegasikan
- Mendokumentasikan tindakan.
- Melaporkan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.
KEPALA RUANG
29
TIM 1 TIM 2 TIM 3
Pasien Masuk
30
ICU
BAB IV
PEMBAHASAN
31
optimal dibantu oleh Koordinator Ruangan, Evi Afriyanti, S.Kep.,Ners. Sebagaimana yang
kita ketahui bahwa Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan
tingkat resiko kematian pasien yang tinggi.
4.2 Fasilitas
Fasilitas ruang intensive care unit terdiri dari 4 bed ruang perawatan pasien yang sudah
di pisah dengan partise, nurse station, ruang ganti pengunjung pasien, , satu kamar mandi
untuk perawat , satu wastafel.
Adapun peralatan yang ada di ruang ICU RSUD Sejiran Setason adalah sebagai berikut:
4. Ventilator 3 buah.
6. Troley emergency yang berisi alat dan obat – obat untuk emergency 1 buah.
9. Nebulizer 1 buah.
32
Kriteria pasien yang dirawat di Ruang Intensive Care Unit yaitu pasien dalam keadaan
terbatas, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) lebih didahulukan
dibandingkan dengan pasien yang hanya memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3)
penilaian objektif atas berat dan prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk ICU.
Direktur
33
Kabid Keperawatan Ka.Instalasi Kabid Pelayanan
RANAP
Pelayanan
DPJP ICU
Koordinator ICU
Penanggung Jawab
Shift
Perawat Pelaksna
34
a. Perencanaan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana kegiatan di ICU/Instalasi
Anesthesi dan Reanimasi
b. Pengkoordinasian kegiatan, pembinaan dan upaya pengembangan SDM.
c. Pemantauan, pengawasan dan evaluasi penggunaan fasilitas serta pelaksanaan
kegiatan di ICU/Instalasi Anesthesi dan Reanimasi
2. Uraian Tugas
d. Menyusun program kerja instalasi sebagai salah saut bahan masukan untuk
menyusun program kerja Rumah Sakit
e. Membuat usulan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana
dan prasarana untuk menunjang kegiatan pelaksanaan tugas dan pengembangan
di Instalasi Anestesiologi dan Reanimasi
f. Menyusun usulan rencana peningkatan kemampuan tenaga medis dan para
medis
g. Menyusun rencana pemenuhan jumlah tenaga medis, para medis maupun non
medis sesuai dengan kebutuhan di Instalasi Anestesiologi dan Reanimasi
h. Membagi tugas kepada bawahan agar kegiatan di Instalasi Anestesiologi dan
Reanimasi dapat berjalan lancer dan terbagi habis.
i. Memimpin, mengarahkan dan menggerakkan sumber daya manusia di Instalasi
Anestesiologi dan Reanimasi
j. Membina bawahan agar kegitan sesuai dengan petunjuk dan peraturan yang
berlaku.
k. Memberi motivasi, semangat dan dorongan kepada bawahan guna meningkatkan
dedikasi, loyalitas dan disiplin kerja bawahan
l. Mengadakan koordinasi dan kerjasama serta memelihara hubungan kerja yang
harmonis dengan bidang dan semua Instalasi untuk menunjang tercapainya tugas
dan fungsi dari Instalasi Anestesiologi dan Reanimasi
m. Memberikan usulan dan saran-saran baik diminta maupun tidak kepada atasan
sebagai bahan masukan ke pimpinan Rumah Sakit
n. Melaksanakan kegiatan atau tugas lain yang diberikan sesuai dengan petunjuk
atau pengarahan atasan
o. Membantu atasan untuk menjabarkan kebijakan pimpinan yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pelayanan medis untuk diketahui dan dilaksanakan di
Instansi
35
p. Member peringatan kepada bawahan bila melakukan pelanggaran peraturan dan
ketentuan yang berlaku
q. Membuat protap tertulis yang dapat dipakai sebagai pedoman kerja
r. Melaksanakan pemantauan kelancaran penggunaan peralatan medis agar
pelayanan kepada penderita menjadi lancar
s. Menerima tugas / perintah dari Kepala Bidang Pelayanan atau Direktur
3. Wewenang
4. Tanggung Jawab
1. Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan perawatan yangberada
dibawah tanggung jawabnya.
2. Fungsi
1. Bertanggung jawab kepada kepala instalasi atas semua
kegiatan diruang ICU
2. Pengkoordinasian kegiatan pelayanan perawatan diruang
ICU
36
3. Perencanaan pelaksanaan program pengendakian dan
penilaian seluruh kegiatan pelayanan
4. Pemberian dorongan, bantuan serta bimbingan pada
pelaksanaan perawatan dan tenaga lainnya
3. Uraian tugas :
37
t. Melaksanakan tugas tambahan yang diberikan oleh atasan
4. Wewenang
a. Memberikan masukan kepada kepala instalasi dalam hal pelaksanaan kegiatan dibawah
tanggung jawabnya
b. Mengadakan hubungan kerja yang baik dan harmonis antar teman sejawat
c. Merencanakan dan menentukan pertemuan rutin ruangan
d. Memberikan penilaian mutu tenaga perawatan dan tenaga lainnya dibawah
tanggung jawabnya
e. Mengatur dan mengevaluasi kegiatan kerja di unit ICU
f. Memberi bimbingan kepada tenaga yang ada di unit dalam melaksanakan
tugasnya
g. Melakukan koordinasi dengan kepala instalasi dan kepala bidang perawatan
dengan unit ICU
h. Meminta usulan kebutuhan untuk menunjang kegiatan unit kepada kepala
instalasi
i. Meminta penyelesaian pembuatan protap pelayanan kepada kepala instalasi
j. Mensosialisasikan protap atau informasi yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pelayanan dibawah tanggung jawabnya
5. Tanggung jawab
4.6 Uraian Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab Perawat PJ Shift ICU
1. Tugas pokok
Bersama kepala ruang mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
perawatan yang menjadi tanggung jawabnya
2. Fungsi
a. Bertanggung jawab kepada kepala ruang
b. Pelaksanaan tugas kepala ruang bila berhalangan hadir
38
3. Uraian tugas
4. Wewenang
a. Bersama kepala ruang untuk memberi masukan kepada kepala instalasi dalam hal
pelaksanaan kegiatan dibawah tanggung jawabnya
b. Bersama kepala ruang menciptakan hubungan kerja yang baik dan harmonis
antar teman sejawat
c. Bersama kepala ruang untuk mensosialisasikan protap atau informasi yang
diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan dibawah tanggung jawabnya
d. Membantu kepala ruang memberikan penilaian mutu tenaga perawatan dan
tenaga lainnya dibawah tanggung jawabnya
5. Tanggung jawab
39
4.7 Uraian Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana ICU
1. Tugas Pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien di ruang ICU
2. Fungsi
a. Pelaksana asuhan keperawatan secara langsung sesuai dengan proses keperawatan
a. Sebagai penilai hasil kegiatan pelaksana sesuai dengan rencana yang
ditentukan
b. Pelaksana tugas selama 24 jam
c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Uraian Tugas
4. Wewenang
40
5. Tanggung Jawab
41
2. Dokter Spesialis lain 11
4. Perawat 18
5. Tenaga administrasi 1
6. Tenaga kebersihan 1
2. Managemen ICU 1
3. BTCLS 18
5. Pelatihan ACLS 2
6. Resusitation Of Course 3
1. Dari IGD.
2. Pasien dari bangsal ( Ruang Rawat Inap )
3. IBS
42
Gambar alur pelayanan Ruang Intensive Care Unit
Pasien Gawat
Tidak Ya
Poliklinik IGD/IBS/RANAP
ICU
HCU Bangsal
43
2.13 Metode Penugasan Dalam Pelayanan di ICU RSUD Sejiran Setason
Karena jumlah SDM di ICU RSUD Sejiran Setason mencukupi dan supaya perawat
lebih memahami kasus perkasus maka ICU RSUD Sejiran Setason menggunakan penugasan
perawatan intensive menggunakan metode kasus.
Saat pergantian jam dinas, perawat ICU RSUD Sejiran Setason melakukan operan dinas
dengan berdoa bersama-sama untuk kelancaran pelayanan di ICU, setelah itu dipimpin
Koordinator ICU atau PJ Shift dilakukan briefing bersama membahas rencana dan tindakan
keperawatan terhadap pasien saat itu. Selanjutnya dilakukan operan pasien satu persatu, mulai
dari rencana tindakan, therapi-therapi, dokumentasi catatan keperawatan dan operan langsung
melihat kondisi pasien secara langsung.
Selanjutnya PJ shift saat itu akan membagi pasien sesuai dengan tingkat kesulitan dan
sesuai dengan kasus pasien. Contoh pembagian pasiennya sebagai berikut :
1. Jika saat itu ada 4 orang pasien sedangkan perawat yang jaga 3 orang,maka PJ shift
akan membagi pasien sesuai dengan kasusnya sebagai berikut:
Perawat 1 (PJ Shift) : memegang 1 pasien yang tingkat kasusnya paling tinggi, pasien
terpasang ventilator dan pasien dengan kriteria total care
Perawat II (PP) : memegang 1 pasien yang terpasang ventilator,bisa total care bisa tidak
total care
2. Jika dinas pagi ada 4 orang perawat dan pasien ada 4 bed maka koordinator akan
membagi pasien sesuai dengan kasusnya sebagai berikut :
3. Jika ada kegawatan maka koordinator ICU akan membagi pasien sebagai berikut:
44
1 perawat bertugas merawat pasien yang tidak ada kegawatan
Jika kegawatan teratasi pasien sudah terintubasi maka perawat kembali ke pasiennya
masing-masing.
4. Jika pasien ada 3 dan yang jaga ada 4 orang, maka Koordinator ICU/ PJ shift akan
mengontrol secara keseluruhan pasien yang ada saat itu. Koordinator / PJ Shift membagi
masing-masing perawat dengan 1 pasien.
Menurut koordinator ICU, metode dengan kasus ini dianggap efektif, karena perawat
yang bertugas menguasai keadaan pasien, pasien akan lebih terpantau ketat, perawat akan lebih
bertanggung jawab atas kondisi pasien dan bertanggung jawab akan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pasiennya. Dengan metode kasus ini pencatatan tanda – tanda vital dengan
interval sesuai dengan kondisi pasien,p emeriksaan fisik meliputi system syaraf, system
kardiovaskuler, system respirasi, system gastrointestinal, perhitungkan intake dan out
put cairan,dan evaluasi CVP (Central Venous Pressure) akan berjalan dengan baik.
Pelayanan dengan metode kasus bersifat kontinue dan konfrehensif sehingga asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas. Selain
itu,masalah pasien dapat dipahami oleh perawat sehingga epuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
Kelemahannya menggunakan metode ini adalah saat SDM yang berjaga saat itu
kurang,misalnya jika ada perawat yang cuti atau izin sakit maka perbandingan anatara
perawat dan pasien tidak bisa 1:1. Saat jumlah perawat yang jaga tidak berimbang
dengan pasien dikhawatirkan pencatatan tanda – tanda vital secara berkala dengan
interval sesuai dengan kondisi pasien, pemeriksaan fisik meliputi system syaraf, system
kardiovaskuler, system respirasi, system gastrointestinal, perhitungkan intake dan out
put cairan,dan evaluasi CVP (Central Venous Pressure) dikwatirkan tidak akan berjalan
dengan baik.
Untuk menunjang pelayanan yang prima ICU RSUD Sejiran Setason mempunyai
dokter Penanggung Jawab ICU yaitu dr. Farhan Ali Rahman, Sp.An dengan kategori dokter
45
spesialis anastesi yang menangani masalah fisik pasien dengan berkolaborasi dengan DPJP
bagian lainnya.
BAB V
PENUTUP
46
3.1 Kesimpulan
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk
satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan
oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan
contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Metode kasus dianggap sangat efektif jika diterapkan di ruangan ICU, karena
dengan metode ini pasien akan lebih terpantau, pemeriksaan-pemeriksaan tanda-tanda
vital berjalan dengan baik tetapi dengan catatan SDM yang bertugas di ICU harus
tercukupi sesuai dengan kapasitas bed.
Metode kasus ini juga memiliki kelemahan yaitu jika SDM yang tersedia tidak
terlalu banyak maka metode ini tidak akan berjalan dengan baik. Perlu tenaga yang
cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
3.2 Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan Metode Kasus diperlukan tenaga yang cukup
banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama sehingga pelayanan prima dapat
kita berikan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
47
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58