Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam
dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu
siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah
terlaksana. Tehnik evaluasi disebut juga instrumen atau alat pengumpul data hasil
belajar (Sudjana, 2006). Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa
setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu
selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang
telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan
sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan
evaluasi atau penilaian. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan
umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan
dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran.
Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan
secara tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya . Hasil
penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi
lebih baik di kemudian hari.
Selanjutnya didalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi yang kita
kenal yaitu teknik evaluasi menggunakan tes dan evaluasi dengan teknik non tes,
Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka

1
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain)
dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses
berfikirnya (cognitif domain) (Sudijono, 2005).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menulis makalah yang berjudul
“INSTRUMEN NON TES”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penulisan
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apa pengertian instrument non tes ?
2. Apa saja jenis-jenis instrmen non tes ?
3. Bagaimana langkah penyusunan instrument non tes ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing instumen non tes ?
5. Bagaimana contoh atau format dari masing-masing instrument non tes ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Instrumen Non Tes


Teknis nontes adalah suatu alat penilaian yang biasanya dipergunakan
untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes yang (dalam
bahasa Inggris disebut dengan testee) dengan tidak menggunakan tes. Hal ini
berarti bahwa jawaban yang diberikan oleh peserta tes tidak bisa dikategorikan
sebagai jawaban benar atau salah sebagaimana interpretasi jawaban tes. Dengan
teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan cara tertentu.
Adapun menurut Hasyim (1997) dalam buku Instrumen Penilaian dengan
Teknik Non Tes yang ditulis Disnawati (2012), penilaian non tes adalah penilaian
yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam
proses pembelajaran. Penilaian non tes banyak terdapat pada keterampilan menulis
untuk bahasa, percobaan laboratorium, bongkar pasang mesin, teknik dan
sebagainya.
Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric
domain) (Sudiyono, 2005).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis
non tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-
pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan tidak
menggunakan tes.

2.2 Jenis-jenis Instrumen Non Tes


2.2.1 Pengamatan (Observation)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (=data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

3
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah
laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku peserta didik pada
waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran dikelas, tingkah laku
peserta didik pada jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan
pelajaran, perilaku peserta didik pada saat shalat berjama’ah di musholla sekolah,
ceramah-ceramah keagamaan, upacara bendera, ibadah shalat terawih dan
sebagainya.
Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif (participant observation)
maupun nonpartisipantif (nonparticipant observation). Observasi dapat pula
berbentuk observasi eksperimental (experimental observation) yaitu observasi
yang dilakukan dalam situasi buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan
dalam situasi yang wajar (nonexperimental observation). Pada observasi
berpartisipasi, observer (dalam hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan
penilaian, seperti : guru, dosen dan sebagainya) melibatkan diri ditengah-tengah
kegiatan observe (dalam hal ini peserta didik yang sedang diamati tingkah lakunya,
seperti murid, siswa, mahasiswa dan sebagainya) sedangkan pada observasi
nonpartisipasi, evaluator berada “di luar garis”, seolah-olah sebagai penonton
belaka.
Pada observasi eksperimental di mana tingkah laku yang diharapkan
muncul karena peserta didik dikenai perlakuan (treatment) atau suatu kondisi
tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar
matang; sedangkan pada observasi yang dilaksanakan dalam situasi yang wajar,
pelaksanaannya jauh lebih sederhana karena observasi semacam ini dapat
dilakukan secara sepintas lalu saja.
Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasi, maka harus selalu diingat
bahwa pencatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada
mencatat jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik terhadap pertanyaan-

4
pertanyaan yang diberikan dala suatu tes, ulangan atau ujian; sebab respon yang
diperoleh dalam observasi adalah berupa tingkah laku. Mencatat tingkah laku
merupakan pekerjaan yang sulit, sebab observer selaku evaluator harus dapat
dengan secara cepat mencatatnya. Pencatatan terhadap segala sesuatu yang dapat
disaksikan dalam observasi itu penting sekali sebab hasilnya akan dijadikan
landasan untuk menilai makna yang terkandung dibalik tingkah laku peserta didik.
Observasi yang dilaksanakan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan
secara matang, dikenal dengan istilah observai sistematis (systematic observation).
Pada observasi jenis ini, observasi dilaksanakan dengan berlandaskan pada
kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi
dan luas materi observasinya pun telah ditetapkan dan dibatasi secara tegas,
sehingga pengamatan dan sekaligus pencatatan yang diakukan oleh evaluator
dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik itu sifatnya efektif. Faktor-faktor
yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan dicatat.
Pedoman observasi itu wujud kongkretnya adalah sebuah atau beberapa buah
formulir (blangko atau form) yang didalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau
tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan
para peserta didik.
Dalam evaluasi hasil belajar dipergunakan observasi nonsistematis, yaitu
observasi dimana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan
pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti maka kegiatasn observasi
ini semata-mata hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.

2.2.2 Wawancara (Interview)


Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara mengimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan.

5
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi,
yaitu :
a. Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering dikenal dengan
istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis
(systematic interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang seing dikenal dengan
istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak
sistematis (non-systematic interview), atau wawancara bebas.
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan
dengan pihak-pihak yang diperlukan; misalnya wawancara dengan peserta didik,
wawancara dengan orang tua atau wali murid dan lain-lain, dalam rangka
menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya.
Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang, yaitu dengan berpegang pada
panduan wawancara (interview guide) yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal
yang dipandang perlu guna mengungkapkan kebiasaan hidup sehari-hari dari
peserta didik, hal-hal yang disukai dan tidak disukai, keinginan atau cita-citanya,
cara belajarnya, cara menggunakan waktu luangnya, baca-bacaannya, dan
sebagainya.
Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder
(alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dapat dicatat dengan secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan
alat bantu perekam suara itu akan sangat membantu kepada pewawancara dalam
mengategorikan dan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta
didik atau orang tua pesrta didik untuk pada akhirnya data ditarik kesimpulannya.
Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan
oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya
saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini
pewawancara atau evaluator akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, terutama
apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu
dibatasi oleh ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil-hasil wawancara itu dicatat

6
seketika. Mencatat hasil wawancara terpimpin tidaklah terlalu sulit, sebab
pewawancara sudah dilengkapi dengan alat bantuberupa pedoman wawancara;
sebaliknya mecatat hasil wawancara bebas adalah jauh lebih sulit, dan oleh
karenanya pewawancara harus terampil dalam mencatat pokok-pokok jawaban
yang diberikan oleh para interview.

2.2.3 Angket (Questionnaire)


Angket (questionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara di mana penilai
(evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peseta didik atau
dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data
sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan
tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan sering kali tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya; apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden
untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan
kepuasan kepada pihak penilai.
Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan
kepada orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuisioner
dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka. Disamping itu juga dimaksudkan untuk memperoleh
data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun melalui kuisioner misalnya adalah data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
mengikuti pelajaran, cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar,
motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran
tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka
terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia
dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda dan dapat pula berbentuk skala sikap.

7
Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk
mengungkapkan sikap peserta didik adalah skala likert.

2.2.4 Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)


Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (teknik non tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya
dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti
kapan dan di mana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak
dalam keluarga, sejak kapan diterima sebagai siswa, dari mana sekolah asalnya,
apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa
yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia memliki keterampilan khas dan pernah
meraih atau mendapatkan penghargaan karena keterampilan yang dimilikinya itu;
apakah yang bersangkutan pernah menderita penyakit yang serius, jenis penyakit
serius yang pernah dideritanya, berapa lama dirawat di rumah sakit, dan
sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua
peserta didik, seperti: nama, tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, agama yang
dianut, pekerjaan pokoknya, tingkat atau jenjang pendidikannya, rata-rata
penghasilannya setip bulan, dan sebagainya. Juga dokumen yang memuat tentang
lingkungan non sosial seperti: kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu
penerangan, sumber pemenuhan kebutuhan air sehari-hari dan sebagainya.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan
lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan
sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar
terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi dapat direkan melalui sebuah
dokumen berbentuk formulir atau blanko isian, yang harus diisi pada saat peserta
didik untk pertama kali diterima sebagai siswa disekolah yang bersangkutan.

2.2.5 Studi Kasus (Case Study)


Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus
menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta

8
didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan
dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus,
yaitu:
a. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian.
Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang
peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan
tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus
terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan
berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah
depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang
diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga,
kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.

2.3 Langkah Penyusunan Instrumen Non Tes


2.3.1 Langkah Penyusunan Observasi
Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin
(2009) adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan observasi.
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
3. Menyusun pedoman observasi.
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses
belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam
pembelajaran.
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi.
6. Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba.
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

9
2.3.2 Langkah Penyusunan Wawancara
Sebelum melakukan wawancara terdapat langkah-langkah dalam
penyusunan wawancara diantaranya :
1. Perumusan tujuan.
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai.
3. Penyusunan kisi-kisi.
4. Penyusunan pedoman wawancara.
5. Lembaran penilaian.

2.3.3 Langkah Penyusunan Angket


Terdapat enam langkah dalam penyusunan angket, langkah-langkahnya
yaitu :
1. Merumuskan tujuan.
2. Merumuskan kegiatan.
3. Menyusun langkah-langkah.
4. Menyusun kisi-kisi.
5. Menyusun panduan angket.
6. Menyusun alat penilaian.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan dari Masing-masing Instrumen Non Tes


2.4.1 Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Sebagai instrumen evaluasi yang lain, observasi secara umum mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan
observasi antara lain:
A. Kelebihan
1. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedang melakukan suatu kegiatan.
3. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan
observasi.
4. Tidak terikat dengan laporan pribadi.

10
B. Kekurangan
1. Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada
kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2. Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3. Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Wawancara


A. Kelebihan Wawancara
1. Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang
dihadapi pada saat itu.
2. Mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku
lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber.
3. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami
maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan
baik pula.
4. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah
ditetapkan.
5. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
B. Kekurangan Wawancara
1. Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
2. Dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi.
3. Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Angket


A. Kelebihan Angket
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.

11
B. Kelemahan Angket
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada
hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak,
atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua,
sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima,
sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Studi Kasus


Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-
lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat
digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.

2.5 Contoh atau Format Masing-masing Instrumen Non Tes


2.5.1 Contoh atau Format Observasi
Contoh 1 :
LEMBAR OBSERVASI
No Hal yang Diamati Skor

Siswa 1 2 3 4

1 Keaktifan Siswa:
a. Siswa aktif mencatat materi pelajaran
b. Siswa aktif bertanya
c. Siswa aktif mengajukan ide
2 Perhatian Siswa:
a. Diam, tenang
b. Terfokus pada materi
c. Antusias
3 Kedisiplinan:
a. Kehadiran/absensi

12
b. Datang tepat waktu
c. Pulang tepat waktu
4 Penugasan/Resitasi:
a. Mengerjakan semua tugas
b. Ketepatan mengumpulkan tugas sesuai
waktunya
c. Mengerjakan sesuai dengan perintah
Keterangan :
4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Tidak Baik
1 : Sangat Tidak Baik

Contoh 2 :

Mata pelajaran :PPKN


Kelas/Semester :IV/Genap
Indikator :Mengindahkan kepentingan orang lain
No Perilaku yang diamati Hasil pengamatan
1 2 3 4 5
1 Mengganggu teman di kelas
2 Kataatan peserta didik terhadap peraturan
sekolah
3 Menunaikan tugas kelompok
Keterangan :
1 = tidak pernah
2 = jarang
3 = kadang-kadang
4 = sering
5 = selalu

13
2.5.2 Contoh atau Format Wawancara
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa dirumah
Bentuk : Bebas
Responden : Siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi
Nama siswa :……………….
Kelas :……………….
Jenis kelamin :……………….
Pertanyaan Jawaban siswa Komentar dan
kesimpulan hasil
wawancara
1. Kapan dan berapa lama
anda belajar dirumah?
2. Bagaimana anda
mempersiapkan diri untuk
balajar secara efektif?
3. Seandainya anda
mengalami kesulitan
dalam mempelajarinya,
usaha apa yang anda
lakukan untuk mengatasi
kesulitan tersebut?

2.5.3 Contoh atau Format Angket


ANGKET MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran :……………
Kelas/ Semester :……………
Hari/tanggal : ……………
Petunjuk :

1. Pada angket ini terdapat 5 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap


pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai
kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya.
2. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu.
3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan
kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap
pernyataan lain.
4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-
petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban.

14
Keterangan pilihan jawaban:

1. = sangat tidak setuju


2. = tidak setuju
3. = ragu-ragu
4. = setuju
5. = sangat setuju
Pilihan
NO Pertanyaan Jawaban
1 2 3 4 5
1. Saya merasa bahwa pembelajaran ini memberikan
banyak kepuasan kepada saya
2. Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan
standar keberhasilan yang sempurna
3. Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain
yang saya terima adalah adil jika dibandingkan dengan
yang diterima oleh siswa lain
4. Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin
tahunya terhadap materi pelajaran
5. Saya senang aktif dalam pembelajaran ini

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instrumen non tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek
dengan tidak menggunakan tes. Jenis-jenis instrumen non tes yaitu observasi,
wawancara, angket, pemeriksaan dokumen, dan studi kasus.
Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric
domain).
Jawaban yang diberikan oleh peserta tes tidak bisa dikategorikan sebagai
jawaban benar atau salah sebagaimana interpretasi jawaban tes. Dengan teknik
nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa
menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan cara tertentu.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang sederhana dan masih banyak kekurangan
dibuat. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini.

16

Anda mungkin juga menyukai