Anda di halaman 1dari 4

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN NASAL CANUL DI RUANG UGD


RS. PANTI WILASA DR CIPTO

NamaPasien : Tn. S
DiagnosaMedis : Chest Paine.cValvular Heart Disease
No.Reg : 481xxx
Tanggal : 20 Oktober 2019

1. Diangnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


 DiagnosaKeperawatan : Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan preload
DS :pasien mengeluh lemas, sesak nafas, nyeri dada kiri sampai
kepunggung skala 5 terasa berat sejak dua hari yang lalu, perut terasa
penuh, mual namun tidak muntah, riwayat pengobatan kebocoran jantung
sekitar 5 tahun lalu, tidak rutin kontrol.
DO : pasien tampak lemah, sesak nafas, capillary refill > 3 detik, clubbing
finger ++, turgor kulit kering, tidak ada edema, tampak ictus cordis, ictus
cordis teraba, perkusi jantung pekak, batas kiri jantung membesar ke ICS 6
sinistra, terdapat murmur jantung, TD: 130/80 mmHg, RR: 22x/menit,
Nadi: 68 x/menit, SpO2 : 98%
 Dasar Pemikiran : Penyakit katup jantung adalah kelainan yang terjadi
pada katup jantung yang dapat disebabkan oleh kelainan kongenital,
demam reumatik, penyakit jantung degenerative, infeksi, dan kerusakan
katup prostetik. (Patrick Davey, 2014) Sebagian besar kelainan katup
jantung ditandai oleh adanya murmur. Penebalan atau adanya jaringan ikat
pada katup jantung menyebabkan obstruksi aliran darah pada ventrikel diri
dan sebagai kompensasi maka terjadi peningkatan kerja otot jantung yang
mengakibatkan hipertrofiventrikel untuk mempertahankan laju volume
darah.
Iskemia jaringan otot jantung dapat terjadi bila peningkatan kebutuhan
oksigen jantung untuk bekerja tidak tercukupi, sebagai manifestasi klinis
muncul nyeri dada kiri yang menjalar sampai kepunggung, sesak nafas,
dan perubahan frekeunsi dan irama jantung.
2. TindakanKeperawatan
Pemberianterapioksigen 3 liter/menitdengan nasal kanul.

3. Prinsip Tindakan
a. Pengertian
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1) Order pemberian oksigen, alat dan liter flow rate.
2) Level oksigen (PO2) dan Karbondioksida (PCO2) pada daerah arteri.
3) Apakah klien menderita COPD.
c. Prosedur
1) Kaji kebutuhan terapi O2 dan verifikasi perintah pengobatan.
2) Siapkan klien dan keluarga.
a) Atur posisi klien dengan fowler atau semi fowler
b) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya dan akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispnea.
3) Atur peralatan oksigen dan humdifier. Pastikan botol humidifier telah
terisi water steril maksimal sampai garis batas yang tertera pada botol.
4) Putar O2 untuk terapi 3 liter/menit dan pastikan ada aliran udara pada
nasal canul.
5) Pasang alat pemberian O2 dengan kanul.
a) Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk ke
hidung dan elastic band melingkar ke kepala.
b) Jika kanul ingin tetap berada pada tempatnya, plester pada bagian
wajah.
c) Alasi selang dengan kassa elastic band pada telinga dan tulang pipi
jika dibutuhkan.
Secara umum:

a) Kaji tingkat kecemasan klien, warna mukosa dan kemudahan


bernafas, saat klien dipasang alat.
b) Kaji klien dalam 15-30 menit pertama. Kaji vital sign,
warna, pola nafas dan gerakan dada.
c) Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hipoksia, takikardi,
konfius, dispnea, kelelahan dan sianosis.

Nasal kanul:

a) Kaji hidung klien jika ada iritasi. Beri cairan lubrikan jika
dibutuhkan untuk melapisi membran mukosa.
6) Inspeksi peralatan secara teratur.
7) Catat data yang relevan pada dokumentasi keperawatan.

4. AnalisaTindakanKeperawatan
Pemberian terapi oksigen untuk mempertahankan oksigen jaringan adekuat dan
mecegah terjadinya kematian jaringan. Pada kasus Tn. S didapatkan data pasien
mengeluh sesak nafas, nyeri dada dan lemas dengan riwayat penyakit jantung.
Gangguan pada pompa jantung akan mempengaruhi kemampauan jantung
mengalirkan darah keseluruh tubuh sehingga kecukupan oksigen sel tidak
adekuat, termasuk sel – sel pada otot jantung. Hipoksia pada otot jantung
menyebabkan iskemic miocard. Iskemia miocard akan menimbulkan rasa tertekan
atau nyeri sub sternal yang menjalar ke aksila dan turun kebawah kebagian dalam
lengan terutama lebih sering kelengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke
epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada
substernal. Nyeri disebabkan karena saraf eferanviseral akan terangsang selama
iskemikmiokard, akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah
nyeri berasal dari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medulla spinalis T1-
T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari system somatic
yang lain. Sebagai usaha mempertahankan kecukupan oksigen sel maka terapi
oksigen ditambahkan untuk mencukupi kebutuhan metabolism sel dan mencegah
kekurangan oksigen sel yang dapat mengakibatkan kematian jaringan.

5. BahayadanPencegahan
a. Kelebihan oksigen dapat menimbulkan efek toksik pada paru-paru dan
sistem saraf pusat/dapat menekan ventilasi.
b. Pemberian O2 konsentrasi tinggi, menyingkirkan dorongan aas yang sudah
dibentuk (penurunan ventilasi alveolar) menyebabkan peningkatan
progresif PaCO2, akhirnya mengarah pada kematian akibat narkosis CO 2
dan asidosis.
c. Kebakaran tabung gas O2.

6. Hasil yang DidapatkandanMaknanya


S : Klien mengatakan sesak berkurang, nyeri dada berkurangskala 3
O : RR: 18 x/menit, Irama nafas regular cepat, SpO2 : 99%
A : Masalah teratasi sebagian, klien masih sesak namun sudah berkurang,
klien masih bernafas dengan irama dangkal
P : Lanjutkan intervensi memberikan tambahan O2.

7. TindakanKeperawatan
a. Monitor tanda – tanda vital
b. Berikan posisi semi fowler
c. Kolaborasi pemasangan infus
d. Kolaborasi pemberian obat anti aritmia
e. Kolaborasi pemeriksaan laborat darah terutama enzim jantung

8. EvaluasiDiri
Pemasangan O2 sudah sering dilakukan, oleh karena itu pada pemasangan
O2 kali ini dapat dilakukan dengan baik. Diawali dengan menyiapkan tabung
O2, mengecek isi, mengecek humidifier, menyiapkan selang dan memasang
selang pada tabung dan pada klien. Setelah itu diberikan O2 dengan
konsentrasisesuai yang dianjurkan

Anda mungkin juga menyukai