Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN PEMBIBITAN KOMODITAS

KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis)

MANAJEMEN PERKEBUNAN

DISUSUN OLEH:

SEPRINDO SIMATUPANG

168220085

U
M
A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2019

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling lambat satu
tahun sebelum penanaman di lapangan. Standar yang biasa dilakukan, kapasitas pembibitan 1
ha kelapa sawit dapat menyediakan bibit tanaman untuk kebun seluas 71 ha. Lokasi
pembibitan harus mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut:
• dekat dengan sumber air
• bebas genangan air atau banjir
• dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi
• tidak jauh dari areal yang akan ditanami
• tidak terlalu jauh dengan sumber tanah (top soil) untuk mengisi polybag.

Untuk memperoleh bibit yang berasal dari biji dapat dilakukan dengan mengusahakan
sendiri atau memesan ke produsen resmi bibit kelapa sawit yang telah ditunjuk pemerintah.
Kegiatan mengusahakan bibit kelapa sawit dimulai dengan melakukan seleksi biji,
mengecambahkan, menyemai, dan membibitkannya.

Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan ganda (double
stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage system). Pada penerapan sistem
tahap ganda, penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut
pembibitan pendahuluan, yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil
sampai bibit berumur 3 bulan, kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan
utama yang menggunakan plastik polibag besar selama 9 bulan. Pada sistem pembibitan
tahap tunggal, bibit langsung di tanam di dalam plastik polibag besar hingga berumur 12
bulan tanpa harus ditanam di dalam plastik polibag kecil. Pada prinsipnya sistem manapun
yang dipilih tujuannya sama, yaitu untukmenghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya
tahan tinggi dan kemampuan adaptasinya yang besar sehingga faktor kematian bibit di
pembibitan dan setelah dilapangan dapat ditekan.

Pekerjaan yang dilakukan pada pembibitan ini meliputi:


1) Pembuatan pembibitan awal (0 – 3 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan dan
perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pembuatan naungan, pembuatan jaringan
irigasi dan penanaman.
2) Pembuatan pembibitan utama (3 – 9 bulan), meliputi pekerjaan : persiapan lahan
dan perataan lahan, pengadaan alat dan bahan, pemindahan tanaman dari plastik
kecil ke plastik besar, pengaturan jarak, dll.
3) Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya
sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan
umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman,
penyiangan, pengawasan dan seleksi, serta pemupukan

I.2. Tujuan

Dalam pratikum pembibitan ini ditujuankan untuk mengetahui cara pembibitan kelapa
sawit dari tahap awal (pre nursary) sampai pada tahap main nursary.

BAB II
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk kelas Angiospermae, ordo Palmales, famili Palmaceae, Sub-
famili Palminae, genus Elaeis, spesies Elaeis guinensis jacq, Elaeis melano cocca, Elaeis
odora.

Umur tanaman kelapa sawit mulai dari tanam sampai awal peremajaan dapat
mencapai 25 tahun, dengan tingkat produksi puncak sekitar umur 15-18 tahun. Tinggi
rendahnya produk buah kelapa sawit (TBS) baru dapat diketahui setelah tanaman kelapa
berbuah. Untuk memastikan kelapa sawit yang akan ditanam dapat berproduksi tinggi
dengan kualitas yang baik maka diperlukan bibit yang berkualiatas unggul, yang mempunyai
kualitas faktor genetik (jenis bibit) dan kualitas faktor lingkungan (Pahan, 2006).

2.2 Manajemen Kelapa Sawit

Manajemen adalah suatu proes usaha dengan melakukan kegiatan dengan bekerja-
sama dengan orang lain, dengan organisasi sebagai wadah dari manajemen. Organisasi
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu manajemen didalam perusahaan.

Manajemen dapat diartikan sebagai suatu ilmu dan seni untuk mengadakan
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan dan bimbingan
(directing), pelaksanaan (actuating), serta pengawasan (controlling) terhadap orang-orang dan
barang-barang, untuk tujuan tertentu yang telah ditetapkan, (Mangoensoekerjo dan Hariono,
2005).

Faktor lingkungan (iklim, tanah, topografi) bahan tanam, teknik pembibitan, tindakan
kultur teknis, dsb. Keberhasilan suatu usaha perkebunan ditentukan oleh kemampuan
seorang manajer dalam mengelola dan melaksanakan manajemen. Sehingga manajemen
kelapa sawit merupakan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dengan cara yang baik,
terencana, terorganisasi, tersususun, terarah, dan terkendali. Maka pembibitan kelapa sawit
membutuhkan dan menerapkan aspek manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

2.3. Morfologi daun, bunga, buah kelapa sawit


A. Tandan bunga jantan belum mekar
B. Tandan bunga jantan mekar
C. Bunga jantan 1 spikelet
D. Bunga jantan 1 individu
E. Tandan bunga betina belum mekar
F. Tandan bunga betina mekar
G. Bunga betina 1 spikelet
H. Bunga betina 1 individu
I. Tandan buah matang
J. Penampang buah
K. Daun lengkap 1 pelepah
L. Anak daun
2.4. Prenursary
Pembibitan awal atau pra pembibitan adalah tempat yang berfungsi untuk
menumbuhkan kecambah biji menjadi tanaman kelapa sawit dengan membuat
lingkungannya sedemikian rupa sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik, pembuatan
Pre Nusery hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persiapan lahan (pemeliharaan dan persiapan tempat)
Ukuran bedengan panjang 10 m, lebar 1,20 m dan jarak antar bedengan 0,8 m, tinggi
bedengan 14 cm dan kayu pembatas 20 cm. Dalam satu bedengan ditempatkan 12
polybag (arah lebar) dan 10 polybag (arah panjang) atau kapasitas bedengan 12 x 100
polybag. Ukuran polybag yang digunakan adalah polybag ukuran kecil : 15 cm x 23
cm. Dan jumlah polybag yang dibutuhkan adalah sebanyak 2000 – 2200/bedengan
b. Pengisian baby polybag
Media tanam umumnya digunakan campuran top soil dengan pasir yaitu 3 : 1, hal ini
diperlukan selain untuk menyediakan unsure hara yang cukup untuk pertumbuhan
bibit, juga komposisi tanah yang sedemikian memudahkan perkembangan sistem
perakaran bibit, serta mencega terjadinya penggenangan air yang dapat merusak atau
membusukkan perakaran bibit. Sebelum digunakan tanah top soil dengan ayakan
ukuran 1 x 1 cm2 untuk membuang batu – batuan atau sampa – sampah.
Ukuran baby polybag adalah :
 Panjang : 22 cm
 Lebar : 14 cm
 Tebal : 0,1 mm
Polybag yang diisi tanah disiram beberapa kali sehingga tanah padat.
c. Penanaman kecambah
Kecambah harus ditanam dalam polybag dalam air (radikula) menghadap kebawah
pada kedalam sekitar 2 cm sehingga daun (plumula) berada 1 cm dibawah permukaan
ditutup dengan tanah. Kecambah abnormal, patah, busuk atau berpenyakit dilarang
ditanam.
d. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) kecuali jika ada hujan lebih
dari 8 mm. Penyiraman dilakukan sehingga tanah polybag basah sampai ke dasarnya.
Genangan air di permukaan bedengan, dihindarkan dengan mengalirknnya ke dalam
parit pinggir petak yang selalu dirawat agar alirannya lancar.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membuang rumput yang ada dalam dan luar (antar)
polybag. Rotasi penyaiangan dilakukan dua kali dalam satu bulan.
3. Seleksi bibit
Seleksi bertujuan untuk menyingkirkan/memisahkan bibit yang tumbuh abnormal
yang dapat diakibatkan oleh genetis, kerusakan mekanis, serangan hama/penyakit,
kesalahan dalam kultur teknis dan lain-lain.
i. Alat dan bahan
 Cangkul
 Gerobak
 Pupuk kandang
 Tanah top soil
 Benih sawit yang telah dipesan
 Baby polybag ukuran 15 x 20 cm

ii. Prosedur kerja


 Campurkan tanah top soil dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1,
dan aduk sampai merata
 Masukan media ke dalam baby polybag dan kemudian padatkan dengan cara
dihentakan perlahan lahan pada permukaan tanah
 Setelah baby polybag terisi, dederkan baby polybag pada bedengan yang telah
disiapkan. baby polybag ditempatkan dengan aturan 12 polybag ke arah
lebar dari bedengan dan 10 polybag ke arah panjang dari bedengan.
 Rendamlah benih yang telah di pesan dengan fungisida yang bertujuan
mengendalikan jamur yang menyerang benih sewaktu ditanam.
 Buat lubang tanam dengan kedalaman 2 cm di bagian tengah baby polybag
dengan ujung jari
 Benih ditanam dalam polybag dalam radikula menghadap kebawah pada
kedalaman sekitar 2 cm sehingga plumula berada 1 cm dibawah permukaan
ditutup dengan tanah.
 Menutup dan meratakan tanah disekililing benih (jangan menekan terlalu
kuat).
 Benih harus disiram segera setelah ditanam untuk menurunkan tanah dan
mengisi rongga tanah yang kosong disekitar radikula.

iii. Hasil

dari kegiatan pratikum pembibitan pre nursary yang dilakukan, benih tumbuh dengan
baik dan merata selama di bedengan dengan pengamatan yang dilakukan setiap hari. Dalam
pratikum tersebut ada 250 benih yang ditanam pada pre nursary. bibit dapat dipindahkan ke
bagian main nursery setelah berdaun 3-4 helai atau berumur 3 bulan. Dari hasil pengamatan,
teknik penanaman benih yang telah dilakukan sudah baik.
Kematian akibat teknik penanaman jarang ditemukan. Penanaman bibit dilakukan
pada bedengan yang berukuran panjang 5 m, lebar 1,2 m, dan tinggi berkisar 15 -20 cm.
Bedengan berada di bawah naungan sehingga intensitas cahaya matahari dapat dikurangi.
Salah satu ciri ciri bibit sawit adalah tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang
terlalu banyak, karena akan mempercepat proses respirasi sehingga bibit menjadi kekurangan
air.

hal hal yang perlu menjadi perhatian untuk pembibitan pada Pre Nursery adalah sebagai
berikut:
 Mencakup penentuan lokasi pembibitan, topografi datar, terbuka dan dekat dengan
sumber air permanen.
 Menyiapkan naungan untuk bibit Pre Nursery
 menyiapkan media tanam yaitu tanah top soil yang bersih dicampur pupuk kandang
yang bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang banyak yang dapat
memaksimalkan pertumbuhan bibit
 Menyiapkan baby polybag berukuran 15 x 20 cm dengan lobang perforasi
 Menyiapkan layout persemaian, dimana baby polybag berisi media tanam tersusun
rapi membentuk bedengan
 Penyiraman dilakukan setiap hari dan disiram sampai jenuh tapi tidak sampai
tergenang

Sebelum memulai pembibitan, hal yang utama yang menjadi perhatian adalah sumber
benih yang didapatkan. Benih yang didapat haruslah memiliki kualitas yang baik mengingat
umur tanaman sawit panjang, jika benih berasal dari benih yang tidak berkualitas akan
menyebabkan kerugian yang besar setelah tanaman telah menghasilkan, bisa saja
produktifitas buah akan rendah tau tanaman mudah terserang hama penyakit yang akan
menyebabkan kerugian dari segi ekonomis.

Pada dasarnya kualitas benih yang baik meliputi genetik. Kualitas sumber genetik
diutamakan karena mengingat pertumbuhan tanaman ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu
faktor genetic dan faktor lingkungan dan interaksinya seperti terlihat pada rumus berikut :
Pertumbuhan tanaman = Genetik (keturunan) + Lingkungan + Kultur Teknis. Faktor genetik
bersifat permanen efeknya terhadap pertumbuhan tanaman. Sekali kita menggunakan
individu dengan susunan genetik yang baik kita akan mendapatkan pertumbuhan dan hasil
yang baik sepanjang tempat tumbuh, pemeliharaan dan pemupukan yang dilakukan berada
pada kondisi yang optimum. Sebaliknya sekali kita menggunakan bibit tanaman dengan
kualitas genetik yang jelek maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan saat
akhir daur meskipun kita telah memelihara dan mempupuk dengan baik.
Main nursary
Main Nusery adalah tahap lanjutan pemeliharaan bibit yang berasal dari bibit Pre
Nusery. Keberhasilan rencana penanaman dilapangan dan produksi dikemudian hari
banyak tergantung pada suksesnya pertumbuhan bibit dipembibitan utama. Ukuran
polybag 40 x 50 cm dan ketebalannya 0,5 mm. Kegiatan yang termasuk kedalam Main
Nusery adalah :
a. Persiapan lokasi
Kriteria lokasi pembibitan:
 Letak persemaian dan pembibit diusahakan sedekat mungkin.
 Areal harus rata, dekat dengan sumber air dengan debit air yang cukup
sepanjang tahun.
b. Pembersihan lahan
Areal pembibitan utama yang telah dibuka dibersiakan dan diratakan, Sekitar
pembibitan utama harus dibersiakan dari semak-semak yang akan menjadi sumber
hama dan penyait

c. Pemindahan bibit ke pembibitan utama


Langkah-langkah pemindahan bibit ke lapangan yaitu:
 Sehari sebelum bibit dipindahkan tanah pada polybag harus disiram sampai
jenuh.
 Tanah pada perakaran harus lembab dan tidak terganggu selama pemindahan.
 Bibit harus segera disiram setelah pemindahan selesai
 Lubang tanam pada polybag besar harus dibuat sesuai ukuran
d. Pemeliharaan
Pemelihara bibit di pembibitan utama dapat dilakukan sebagai berikut:
 Bibit berada di polybag besar selama 9 – 12 bulan.
 Penyiraman dilakukan 2 kali sehari apabila tidak turun hujan.
 Pengendalian gulma di dalam polybag dilakukan secara manual sedangkan
gulma disekitar polybag dapat dikendalikan dengan herbisida secara hati-hati.
 Pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan secara merata disekeliling bibit
kira-kira 5 cm dari pangkal batang jangan sampai pupuk mengenai bibit

A. Persiapan media atau pengisian polibag


i. Alat dan bahan
 Polybag ukuran 40 x 50 cm dengan ketebalan 0,5mm
 Cangkul
 Pupuk kandang
 Tanah top soil
 Bibit dari pre nursary
ii. Prosedur kerja
 Siapkan bibit dari pre nursary yang telah berumur 3 bulan
 Aduk tanah top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan
1:1 sampai merata
 Siapkan polybag yang berukuran 40 x 50 cm yang memiliki
lubang perforasi
 Masukan media yang telah dicampurkan ke dalam polybag
sambil dipadatkan dengan cara di hentakkan ke permukaan
tanah secara perlahan lahan
 Buatlah lobang tanam di bagian tengan polybag yang
disesuaikan ukurannya dengan bibit pre nursary
 Keluarkan bibit dari baby polybag dengan memotong baby
polybag pada bagian samping dan memisahkan bibit dengan
media
 Masukan bibit yang telah diambil ke dalam lubang tanam pada
polybag besar secara perlahan. perhatikan akar bibit yang
akan diletakan dari kelukaan, karena akan menyebabkan akar
terserang jamur
 Tutupi bibit disekitar leher akar dengan tanah dan sirami
dengan air supaya menutupi ruang atau pori yang berongga di
sekitar akar.
 Lakukan pemeliharaan secara berkala, berupa penyiraman,
pemupukan dan penyeleksian terhadap hama dan penyakit
yang menyerang

B. Pengajiran
i. Alat dan bahan
 Ajir yang terbuat dari bambu
 Tali
 Papan yang sudah dijadikan pedoman dalam pengajiran
 Bibit polybag
ii. Prosedur kerja
 Ulurkan tali sepanjang 5 m dan tentukan panjang 90 cm dari
ujung tali dan tancapkan ajir pada bagian 90 cm tersebut dan
selanjutnya dengan selisih 90 cm juga ditancapkan ajir,dan
begitu seterusnya
 Pada ajir yang telah ditancapkan tadi tentukan sisi satu lagi
dengan menggunakan papan, sehingga akan membentuk
segitiga sama sisi. Lakukan selanjutnya dengan cara yang
sama
 Usahakan pengukuran dilakukan akurat
C. Pemindahan bibit
i. Alat dan bahan
 Bibit polybag
 Cangkul

ii. Prosedur kerja
 Bersihkan dan datarkan tanah di sekitar ajir yang telah
tertancap dengan menggunakan cangkul
 Kemudian bibit di polybag diangkat dan diletakkan diarah
timur dari ajir yang tertancap

D. Pemeliharaan
i. Alat dan bahan
 Pupuk NPK
 Gembor
 Air
 timbangan

ii. Prosedur kerja


 Timbang pupuk NPK sebanyak 9 gr untuk 1 bibit, kemudian
takarkan untuk kemudahan pemberian pupuk di lahan
 Buat alur melingkar disekitar bibit di dalam polybag dengan
ujung jari
 Tebarkan pupuk yang telah ditakarkan secara merata di sekitar
alur kemudian tutupi salayang dengan tanah
 Lakukan penyiraman setelah pupuk diberikan pada polybag
BA III
PEMBAHASAN

Sebelum memulai pembibitan, hal yang utama yang menjadi perhatian adalah sumber
benih yang didapatkan. Benih yang didapat haruslah memiliki kualitas yang baik mengingat
umur tanaman sawit panjang, jika benih berasal dari benih yang tidak berkualitas akan
menyebabkan kerugian yang besar setelah tanaman telah menghasilkan, bisa saja
produktifitas buah akan rendah tau tanaman mudah terserang hama penyakit yang akan
menyebabkan kerugian dari segi ekonomis.

Pada dasarnya kualitas benih yang baik meliputi genetik. Kualitas sumber genetik
diutamakan karena mengingat pertumbuhan tanaman ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu
faktor genetic dan faktor lingkungan dan interaksinya seperti terlihat pada rumus berikut :
Pertumbuhan tanaman = Genetik (keturunan) + Lingkungan + Kultur Teknis. Faktor genetik
bersifat permanen efeknya terhadap pertumbuhan tanaman. Sekali kita menggunakan
individu dengan susunan genetik yang baik kita akan mendapatkan pertumbuhan dan hasil
yang baik sepanjang tempat tumbuh, pemeliharaan dan pemupukan yang dilakukan berada
pada kondisi yang optimum. Sebaliknya sekali kita menggunakan bibit tanaman dengan
kualitas genetik yang jelek maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan saat
akhir daur meskipun kita telah memelihara dan mempupuk dengan baik.

Pembibitan awal atau pra pembibitan adalah tempat yang berfungsi untuk
menumbuhkan kecambah biji menjadi tanaman kelapa sawit dengan membuat
lingkungannya sedemikian rupa sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik, pembuatan
Pre Nusery hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. persiapan bedengan
Ukuran bedengan panjang 10 m, lebar 1,2 m dan jarak antar bedengan 0,8 m, tinggi
bedengan 14 cm dan kayu pembatas 20 cm. Dalam satu bedengan ditempatkan 12
polybag (arah lebar) dan 10 polybag (arah panjang) atau kapasitas bedengan 12 x 100
polybag. Ukuran polybag yang digunakan adalah polybag ukuran kecil : 15 cm x 23
cm.

b. Pengisian baby polybag


Media tanam umumnya digunakan campuran pupuk kandang dengan tanah top soil
yaitu 1 : 1, hal ini diperlukan selain untuk menyediakan unsure hara yang cukup untuk
pertumbuhan bibit, juga komposisi tanah yang sedemikian memudahkan
perkembangan sistem perakaran bibit, serta mencega terjadinya penggenangan air
yang dapat merusak atau membusukkan perakaran bibit. Polybag yang diisi tanah
disiram beberapa kali sehingga tanah padat.
c. Penanaman kecambah
Kecambah harus ditanam dalam polybag dalam air (radikula) menghadap kebawah
pada kedalam sekitar 2 cm sehingga daun (plumula) berada 1 cm dibawah permukaan
ditutup dengan tanah.
d. Pemeliharaan
Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore. Penyiraman dilakukan
sehingga tanah polybag basah sampai ke dasarnya.

Main Nusery adalah tahap lanjutan pemeliharaan bibit yang berasal dari bibit Pre
Nusery. Keberhasilan rencana penanaman dilapangan dan produksi dikemudian hari
banyak tergantung pada suksesnya pertumbuhan bibit dipembibitan utama. Ukuran
polybag 40 x 50 cm dan ketebalannya 0,5 mm. Bibit selama di main nursary dipindahkan
ke lapangan pada umur 9 – 12 bulan. Kegiatan pada main nursary meliputi
• pengisian media polybag dengan tanah top soil dicampur dengan pupuk
kandang.
• pengajiran yang bertujuan untuk menentukan titik titik dimana bibit akan
diletakkan. Pengajiran main nursary berukuran 90 x 90 x 90 cm, sehingga
akan membentuk segitiga sama sisi.
• Pemindahan bibit. Setelah pengajiran dilakukan, titik titik hasil pengajiran
merupakan tempet dimana bibit diletakkan.
• Pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan pada tahap mein nursary adalah
pupuk NPK. Ketentuan yang diberikan biasanya 9 g untuk 1 bibit
BAB IV
PENUTUP

SIMPULAN
Untuk mendapatkan bibit kelapa sawit yang berkualitas harus memilih bibit unggul
sehingga memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan perkebunan. Dan dipelihara
dengan kultur teknis yang benar, tanaman dari bibit unggul mampu berproduksi mendekati
potensi produksinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Anonim. 2012. Makalah teknik budidaya kelapa sawit. http://www.blogspot.com .


(Diakses, 25 Nopember 2015)
Sulesman. 2014. Makalah budidaya tanaman kelapa sawit. http://.blogspot.co.id/.html
(diakses, 25 Nopember 2015)

Anda mungkin juga menyukai