Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Pariwisata saat ini sangat mempengaruhi masyarakat lokal

yang berupaya untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya, dengan harapan

untuk memenuhi kebutuhan serta kualitas hidup masyarakat. Pengaruh pariwisata

yang diharapkan adalah mampu mengembangkan investasi, menambah lapangan

pekerjaan, serta mampu mengangkat citra daerah tujuan wisata. Perkembangan

pariwisata saat ini mampu berkembang sampai ke pelosok – pelosok daerah yang

berawal sebagai daerah pedesaan yang hanya mengandalkan hasil pertanian dan

perkebunan, kehidupan sosial masyarakat, serta kearifan lokal yang telah ada sejak

masa lampau.

Menurut Murphy (1998) kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang

berbasis komunitas, yaitu bahwa sumber daya dan keunikan komunitas lokal baik

berupa elemen fisik mapun non fisik (tradisi dan budaya) yang melekat pada

komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan pariwisata itu

sendiri, di lain pihak komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan

dengan suatu objek wisata tidak dapat dipungkiri sebenarnya telah menjadi bagian

dari sistem ekologi yang saling berkaitan.

Dalam pengembangan kepariwisataan, aspek pemberdayaan komunitas

lokal telah menjadi salah satu kesepakatan dan komitmen yang harus diwujudkan

untuk mendukung pengembangan pariwisata secara berkelanjutan, yang

menekankan terwujudnya kualitas sumber daya lingkungan (quality of resources),

1
kualitas pengalaman wisata (quality of visitor satisfaction), serta kualitas

kehidupan masyarakat lokal (quality of local community).

Pengembangan Desa wisata sebagai objek dan daya tarik wisata akan

berhubungan langsung dengan wisatawan yang tinggal disuatu Desa tradisional atau

dekat dengan Desa tradisional, atau hanya untuk kunjungan singgah dimana lokasi

Desa wisata ini biasanya terletak di daerah terpencil. Wisatawan tidak hanya

menyaksikan kebudayaan tradisional, tetapi biasanya ikut langsung berpartisipasi

dalam kegiatan masyarakat setempat. Marpaung (2002). Dengan demikian peranan

sosial masyarakat sangat diharapakan untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan

Desa wisata sehingga tidak terjadi kesenjangan antara masyararakat lokal terhadap

wisatawan.

Community based tourism merupakan suatu pendekatan pembangunan

pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal baik yang terlibat langsung

maupun yang tidak terlibat langsung pada industri pariwisata (Hausler).

Community based tourism yaitu merupakan usaha ekowisata yang

dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan

aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan,

implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak

mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat

memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.

(Nugroho, 2011).

Hal ini dilakukan dengan bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam

manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan

politis melalui kehidupan yang lebih demokratis termasuk dalam pembagian

keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal.

2
Gagasan ini disampaikan untuk mengkritisi pembangunan pariwisata yang

seringkali mengabaikan peran serta masyarakat lokal di daerah tujuan wisata.

Konsep community based tourism merupakan dasar dari sustainable

tourism development yang menegaskan bahwa masyarakat bukan lagi menjadi

objek pembangunan akan tetapi sebagai penentu pembangunan itu sendiri

(Ardika, 2005). Penekanan pada pola kehidupan tradisional merupakan hal

penting yang harus dipertimbangkan, mempersiapkan interaksi spontan antara

masyarakat dan wisatawan atau pengunjung untuk dapat memberikan pengertian

dan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan dan kebudayaan setempat selain

memberikan rasa bangga masyarakat lokal terhadap kebudayaannya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Secara lebih luas di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, juga dijelaskan mengenai wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Menurut Peraturan Bupati Kampar Nomor 54 tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kampar mempunyai tugas yaitu

”memimpin, mengkordinasi, mengawasi dan mengendalikan dalam

3
menyelenggarakan sebagian urusan Pemerintah Kabupaten di Bidang Pariwisata

dan kebudayaan”.

Adapun Visi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kampar adalah

sebagai berikut :

1. Menjadikan stakeholder sebagai mitra kerja dalam mewujudkan

Kabupaten Kampar sebagai daerah kunjungan wisatawan.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana Pariwisata dan Kebudayaan

3. Meningkatkan daya tarik wisata melalui penataan objek wisata dan

kebudayaan secara profesional dan proposional.

4. Mendorong tumbuh dan kembangnya lembaga kepariwisataan dan

kebudayaan daerah.

5. Meningkatkan peran serta stakeholder dalam pembangunan dan

pengembangan industri pariwisatan dan kebudayaan daerah.

Kabupaten Kampar adalah salah satu destinasi wisata yang ada di Provinsi

Riau yang banyak memiliki potensi yang menarik, mulai dari wisata alam,

budaya, wisata sejarah dan dikenal sebagai Serambi Mekah Provinsi Riau.

Kabupaten Kampar memliki luas wilayah 10.928,20 km2 atau 12,26 %

dari luas Provinsi Riau dan berpenduduk 688,204 jiwa dan Kabupaten Kampar

memiliki potensi wisata yang besar.

Kecamatan Kampar Kiri Hulu khususnya Desa Tanjung Belit memiliki

banyak potensi Pariwisata seperti, wisata alam batu dinding, air terjun,

pamandangan hutan tropis yang masih asri dan pemandian sungai lalan.

Desa Tanjung Belit adalah Desa yang terletak di Kabupaten Kampar,

Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Desa ini merupakan lokasi destinasi wisata yang

4
mulai banyak di minati oleh wasatawan, tetapi masih kurangnya hubungan yang

terintegrasi antara partisipasi kelembagaan, Stakeholder, masyarakat dan

infrastruktur baik sarana maupun prasarananya. Sehingga pemanfaatan obyek

wisata Desa Tanjung Belit membutuhkan kajian, partisipasi masyarakat, lembaga

dan strategi pengembangan.

Studi mengenai pengembangan Desa wisata sangatlah penting untuk

ditingkatkan karena kawasan pariwisata Desa Tanjung Belit merupakan kawasan

yang banyak menyimpan potensi kekayaan alam yang perlu untuk dipertahankan

dan bernilai ekonomi, maka seharusnya Desa wisata dalam pengembangannya

perlu ditangani secara khusus agar pariwisata di Desa Tanjung Belit dapat

dikelola secara benar dan berkelanjutan.

5
1.2 Rumusan Masalah

Peran masyarakat dalam pengembangan Desa wisata sangatlah penting

guna membantu tercapainya pelaksanaan program pembangunan khususnya

dalam Pariwisata Desa Tanjung Belit sehingga akan timbul satu konsep pariwisata

berbasis masyarakat (CBT). Atas dasar inilah kesadaran dari masyarakat perlu

terus ditumbuhkan dan ditingkatkan sehingga partisipasi dan peran inti

masyarakat dalam mengelola pariwisatanya dapat dirasakan baik masyarakat

setempat ataupun bagi pengunjung. Peran masyarakat dalam proses pembangunan

pariwisata ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan Desa wisata karena

masyarakat itu sendiri yang lebih mengetahui tentang permasalahan dan

kebutuhan, baik itu dalam lingkungan, sosial dan ekonomi termasuk dalam proses

pembangunan dan pengembangan Desa wisata.

Kondisi Desa Tanjung Belit masih terbilang sepi pengunjung di lihat dari

potensi alamnya yang sangat menarik untuk dapat di kunjungi dan kurang

berkembang dari segi pelayanannya, karena masih kurangnya fasilitas yang

tersedia di kawasan Desa Tanjung Belit dan kurangnya terorganisasi kelompok

masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan wisata Desa Tanjung

Belit. Karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kepariwisataan, serta

skill ataupun kebolehan masyarakat setempat dalam mengembangkan

kepariwisataan itu sendiri.

Akibat dari kurangnya pengetahuan, kesadaran serta informasi yang didapat

oleh masyarakat,tidak adanya pelatihan serta kurangnya kesadaran masyarakat arti

penting pembangunan, menyebabkan perkembangan kepariwisataan Desa

Tanjung Belit sangat lambat. Untuk itu perlunya memberi pandangan kepada

6
masyarakat bagaimana pengelolaan wisata berbasis masyarakat (CBT) untuk

memajukan kegiatan kepariwisataan di Desa Tanjung Belit. Dengan adanya

konsep community based tourism dapat melibatkan masyarakat sepenuhnya dalam

pengembangan Desa wisata Tanjung Belit.

Dari deskripsi umum permasalahan diatas, peneliti akan melakukan

penelitian lebih jauh tentang Desa Wisata Tanjung Belit dan Pengaruh Community

Based Tourism (CBT) sebagai strategi program pengembangan yang akan di terapkan

dalam pengembangan wisata Desa Tanjung Belit dengan keunggulan daya tarik

wisata alamnya.

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian tugas akhir ini :

“Pengembangan Desa Wisata Tanjung Belit dengan Pendekatan Konsep

Community Based “

1.4 Sasaran Penelitian

Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis Desa wisata dengan konsep Community Bassed Turism dalam

mendukung pengembangan objek pariwisata di Desa Tanjung Belit.

2. Menganalisis sosial budaya dan kelembagaan Desa Tanjung Belit.

3. Terumusnya strategi pengembangan pariwisata terkait objek wisata Desa

Tanjung Belit dengan konsep Community Based Tourism (CBT).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai Strategi Pengembangan objek wisata di Desa Tanjung

Belit dengan konsep Community Based Tourism (CBT), tentunya dapat

7
memberikan manfaat bagi pemerintah daerah khususnya pemerintah Kabupaten

Kampar. Melalui penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan

kepada pemerintah daerah atau instansi terkait di Kabupaten Kampar terkait

dengan pengembangan Desa wisata dan dapat membantu pemerintah untuk

menyusun dan merumuskan kebijakan strategi dalam merencanakan pariwisata

yang dapat membantu menumbuhkan perekonomian masyarakat di bidang

pariwisata.

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah :

1. Manfaat bagi instansi/pemerintahan.

2. Manfaat bagi peneliti/akademis

Penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan teori-teori

yang di pelajari dalam perkuliahan.

3. Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan referensi untuk membuat

penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi wilayah Desa Tanjung

Belit,Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar. Kecamatan Kampar Kiri

Hulu memiliki luas 85.000 hektar dan 24 Desa. Desa yang memiliki luas terbesar adalah

Desa Kota Lama dengan luas 8.400 hektar. Pada tahun 2016 Kecamatan Kampar Kiri

Hulu memiliki jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari sebanyak 20 hari.

Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 363 mm.

Secara geografis, Desa Tanjung Belit berbatasan dengan :

8
Utara : Kecamatan XIII Koto Kampar.

Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi

Barat : Kabupaten Lima Puluh KotaKabupaten Sumatra Barat.

Timur : Kecamatan Kampar Kiri.

9
PETA ADMINISTRASI DESA

10
1.6.2 Ruang Lingkup Materi

Batasan penelitian ini di titik beratkan pada pengembangan pariwisata

Desa Tanjung Belit, dalam penyusunan penelitian ini di batasi mengenai:

1. Menganalisis Desa wisata dengan konsep Community Bassed Turism

dalam mendukung pengembangan objek pariwisata di Desa Tanjung Belit.

2. Menganalisis karakteristik sosial budaya dan kelembagaan Desa Tanjung

Belit menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

3. Identifikasi strategi pengembangan kawasan pariwisata terkait dengan

potensi wilayah yang diperoleh dari poin satu sampai poin dua dengan

menggunakan SWOT.

11
1.7 Kerangka Penelitian

Latar belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan menerapakan
konsep Community Based Tourism (CBT),Konsep Community Based Tourism (CBT) berkaitan erat dengan sustainable tourism development
(pembangunan pariwisata berkelanjutan). Pengaruh Community Based Tourism (CBT) akan diterapakan dalam pengembangan wisata Desa Tanjung
Belit, Kampar Kiri Hulu ,Kabupaten Kampar.

Menganalis Desa wisata dengan Menganalisis karakteristik


konsep Community Bassed sosial budaya dan kelembagaan
Turism. Desa Tanjung Belit

Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif

SWOT

Strategi pengembangan pariwisata berdasarkan wisata alam di Desa Tanjung Belit

Sumber : Hasil Analisis, 2019 Gambar 1.2

Kerangka Berfikir

12
1.8 Sistematika Penulisan

Gambaran tentang sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan

ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dan

sasaran studi, ruang lingkup materi dan wilayah, kerangka pikir serta sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang kumpulan teori yang berkaitan dengan studi

penelitian yaitu tentang defenisi Pariwisata, karakteristik sosial budaya dan

kelembagaan masyarakat,Desa wisata, partisipasi masyarakat, konsep Community

Based Tourism (CBT).

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan studi, analisis yang digunakan serta

metode yang digunakan dalam penelitian pengembangan dan pengelolaan Desa

wisata Tanjung Belit, Kecamatan kampar Kiri Hulu,Kabupaten Kampar

BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Desa Tanjung Belit, serta tinjauan

kawasan Pengembangan pariwisata Desa Tanjung Belit.

BABV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil analisis Desa Wisata Tanjung Belit terkait sosial

budaya dan kelembagaan,objek wisata dan partisipasi masyarakat, dan strategi

pengembangan objek wisata Desa Tanjung Belit.

13
BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari tahap analisis mengenai strategi

pengembangan objek wisata Desa Tanjung Belit dengan konsep Community

Based Tourism (CBT).

14

Anda mungkin juga menyukai