Anda di halaman 1dari 3

JUDUL JURNAL:

PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT NELAYAN

PENULIS: PraptoDarsono

PENERBIT JURNAL: www.oseanografi.lipi.go.id

NOMOR SERI JURNAL: ISSN 0216- 1877 (Oseana, Volume XXIV, Nomor 4, 1999 : 1 – 9)

LATARBELKANG PEMILIHAN JURNAL:

Jurnal ini menyajikan penjelasan negara Indonesia sebagai wilayah maritim dengan menyebutkan
potensi – potensi sumber daya laut apa saja yang dapt digunakan dan di manfaatkan oleh masyarakat
indonesia yang terkhusunya bagi masyarakat nelayan.

REVIEW JURNAL:

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, mempunyai panjang garis pantai 81.000 km
dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 . Wilayah lautnya yang merupakan perairan teritorial dan perairan
nusantara, meliputi hampir 2/3 luas teritorialnya. Disamping itu berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia
memperoleh hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 km2 yang
menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati, penelitian, dan
yuridiksi mendirikan instalasi ataupun pulau buatan. Perairan laut Indonesia yang berada diantara dan
disekitar kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah nasional Indonesia, disebut sebagai Laut
Nusantara merupakan aset nasional yang berperan sebagai sumber kekayaan alam, sumber energi,
sumber bahan makanan, media lintas laut antar pulau, kawasan perdagangan, dan wilayah pertahanan
keamanan.

Dalam uraian berikut tentang sumber daya laut dibatasi pada sumber daya dapat pulih (renewable
resources) yaitu sumber daya hayati laut dengan ekosistem yang menyusunnya. Sumber daya hayati laut
meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, dan perikanan laut terdiri
dari

a. Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan
lautan. Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan,
tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan
dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya.
b. Terumbu Karang merupakan sebuah ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas
organik yang tinggi, demikian pula keanekaragaman hayatinya. Terumbu karang berfungsi
ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik pantai, tempat pemijahan,
tempat asuhan dan mencari pakan bagi berbagai biota. Terumbu karang juga mempunyai produk
yang bernilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang,
dan berbagai jenis keong dan kerang.
c. Padang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut (FORTES, 1990). Lamun hidup di
perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun
membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari
dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak,
berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma,
yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan
menghasilkan biji. Pertumbuhan padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik. Air yang
mengalir inilah yang menghantarkan zat-zat nutrien dan oksigen serta mengangkut hasil
metabolisme lamun, seperti karbon dioksida (CO2) keluar daerah padang lamun. Secara umum
semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya dijumpai
pada dasar laut lumpur pasiran dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara
hutan rawa mangrove dan terumbu karang.
d. Rumput laut (benthic algae) Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia dapat diamati dari
potensi lahan budidaya rumput laut yang tersebar di 26 propinsi di Indonesia. Potensi rumput laut
di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar 462.400 ton/
tahun . Budidaya rumput laut sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di daerah pantai
seperti Bali, PP. Seribu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Maluku.
Perkembangan budidaya tersebut mengalami pasang surut akibat masalah pemasaran yang turun
naik tidak menentu. Namun sekarang pemasarannya tidak masalah justru karena krisis ekonomi
membawa angin segar bagi produk pertanian untuk ekspor dengan naiknya nilai dolar.
e. Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompok-kelompok: Pelagis Besar,
Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea lainnya, Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska
Teripang/ Ubur-ubur, Benih Alami, Reptilia dan Mamalia laut.
f. Bahan-bahan bioaktif (Bioactive substances) atau berbagai macam bahan kimia yang terkandung
dalam tubuh biota laut merupakan potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku
industri farmasi, kosmetika, pangan dan industri bioteknologi lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan
potensi bahan-bahan bioaktif untuk keperluan industri terutama bioteknologi masih rendah.

PENUTUP

KESIMPULAN :

Indonesia merupakan perairan teritorial dengan 2/3 wilayahnya, sehingga Indonesia memiliki izin zona
ekspolitasi ekonomi mengenai pengelolahan sumberdaya hayati dan non hayati. Dimana Indonesia
meiliki sumber daya hayati laut meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput
laut, dan perikanan laut serta bahan – bahan bioaktif. Hal ini membuat tantangan kita kedepan untuk
bagaimana kita mengelolah sumberdaya tersbut.
;

Anda mungkin juga menyukai