Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit
akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di tengah masyarakat Indonesia. Iklim tropis dengan
kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi jamur juga
didukung oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga masalah
kebersihan lingkungan, sanitasi dan pola hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia (Hare, 1993).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan jamur?


2. Apa yang di maksud agen – agen infeksius?
3. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius?
4. Bagaimana infeksi jamur terjadi?

C. Tujuan

a) Tujuan Umum :
a) Untuk memenuhi tugas kuliah mata kuliah farmakologi keperawatan
b) Untuk mengetahui dan mempelajari materi tentang jamur

b) Tujuan Khusus :
I. Untuk mengetahui tentang jamur.
II. Untuk mengetahui agen – agen infeksius.
III. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius.
IIII. Untuk mengetahui bagaimana infeksi jamur bisa terjadi.
V. Untuk mengetahui gejala, penyebab, diagnosis, pencegahan, komplikasi infeksi jamur.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Infeksi karena jamur disebut sebagai mikosis, umumnya bersifat kronis, dapat ringan pada permukaan kulit
(mikosis kutan), dapat pula menembus kulit menimbulkan mikosis subkutan.Mikosis yang paling sulit diobati
adalah mikosis sitemik yang sering menimbulkan kematian. Insidens infeksi jamur meningkat pada sejumlah
penderita pada tekanan sistemik imun,(misalnya, meningkat pada penderita kanker dan transplantasi) dan pada
penderita AIDS. Penderita ini seringkali menderita infeksi jamur opportunistik, seperti meningitis kriptokokus
atau aspergillus.
Secara klinik, infeksi jamur dapat digolongkan menurut lokasi infeksinya, yaitu :
1. Mikosis sistemik (infeksi jamur sistemik) teridiri dari deep mycosis (misalnya aspergilosis,
blastomikosis, koksidioidomikosis, kriptokokosis, hsitoplasmosis, mukormikosis,
parakoksidio-idomikosis, dan kandidiasis)dan sub-cutan mycosis(misalnya, kromikosis, misetoma,
sporotrikosis).
2. Dermatofit, yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit, rambut, dan kuku, biasanya disebabkan
oleh epidermofiton dan mikrosporum.
3. Mikosis mukokutan, yaitu infeksi jamur pada mukosa dan lipatan kulit yang lembab, biasanya
disebabkan oleh kandida
Menurut indikasi klinis obat-obat antijamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Antijamur untuk infeksi sistemik,termasuk :anfoterisin B, flutosin, imidazol (ketokonazol,
flukonazol, mikonazol) dan hidroksistilbamidin.
2. Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan, termasuk griseofulvin, golongan imidazol
(mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol,tiokonazol, dan bifonazol) nistatin, tolnaftat dan
antijamur topikal lainyya (kandisidin, asam undesilenat dan natamisin).

B. AGEN AGEN INFEKSIUS


Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu
(Pronggoutomo, 2002).Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia.
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
menimbulkan infeksi progresif dan penyakit.Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum, satu mikroorganisme
hidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,
sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella
typhi).Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.
Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di dalam jaringan
hospes.Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu, dan lingkungan
nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan
mekanisme pertahanan hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen
tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSMISI AGEN-AGEN INFEKSIUS :


1. Jika Anda memiliki kulit yang utuh tanpa luka luka kecil maka infeksi jamur akan sulit menyerang Anda.
2. Jika Anda memiliki banyak keringat maka infeksi jamur dapat dengan mudah menyerang, terutuma pada
daerah lipatan, seperti lipat paha, ketiak, dan sela-sela jari.
3. Jika Anda kurang menjaga kebersihan diri, maka Anda akan dengan mudah terkenainfeksi jamur
D. INFEKSI JAMUR
Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur.Penyakit ini dapat dialami oleh siapa
saja.Namun demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih berisiko terserang infeksi
jamur.Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta pasien pasca transplantasi organ.Jamur adalah
organisme yang dapat hidup secara alami di tanah atau tumbuhan.Bahkan jamur bisa hidup di kulit
manusia.Meskipun normalnya tidak berbahaya, namun beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan serius.

1) Gejala Infeksi Jamur

Gejala infeksi jamur sangat beragam, tergantung bagian tubuh yang terinfeksi, yang meliputi:

Bintik merah atau ungu di kulit

Muncul ruam kulit

Kulit pecah-pecah

Luka melepuh atau bernanah

Gatal-gatal

Rasa sakit di bagian yang terinfeksi

Pembengkakan di area yang terinfeksi

Batuk disertai darah atau lendir

Sesak napas

Demam

Penglihatan kabur

Mata merah dan sensitif pada cahaya

Air mata keluar berlebihan

Sakit kepala

Hidung tersumbat

Mual dan muntah

2) Penyebab Infeksi Jamur


Penyebab infeksi jamur tergantung kepada jenis infeksi itu sendiri. Di bawah ini akan dijelaskan
beberapa jenis infeksi jamur, penyebabnya, serta faktor risiko yang menyertainya.
a. Candidiasis
Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida.Pada kondisi normal, jamur tersebut
hidup secara alami di permukaan kulit. Namun bila perkembangannya tidak terkendali, jamur
tersebut akan menyebabkan infeksi.Perkembangan jamur Candida yang tidak terkendali dapat
dipicu oleh sejumlah hal, antara lain kurangnya kebersihan diri, mengenakan pakaian ketat, iklim
yang hangat, serta kondisi kulit yang lembap atau tidak dikeringkan dengan benar.

b. Infeksi Candida auris


Seperti namanya, infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida auris. Berbeda dari
jamur Candida lain, Candida auris kebal terhadap obat anti jamur yang biasa digunakan untuk
mengobati candidiasis. Di samping itu, jenis jamur ini juga dapat menyebabkan kematian pada
sebagian besar penderitanya.Candida auris menyebar dari orang ke orang, melalui pemakaian
bersama pada peralatan yang terkontaminasi.

c. Kurap
Kurap disebabkan oleh jenis jamur yang hidup di tanah, yaitu epidermophyton, microsporum,
dan trichophyton.Seseorang bisa terinfeksi bila menyentuh tanah yang terkontaminasi jamur
tersebut.Penyebaran dapat terjadi antara hewan ke manusia, atau dari manusia ke manusia.

d. Infeksi jamur kuku


Infeksi jamur kuku terjadi ketika terdapat jamur di kuku yang tumbuh tidak terkendali. Jenis
jamur penyebab infeksi jamur kuku sama dengan jamur penyebab kurap.Meskipun dapat terjadi
pada siapa saja, risiko infeksi jamur kuku lebih tinggi pada penderita diabetes, lansia di atas 65
tahun, pengguna kuku palsu, orang yang mengalami cedera kuku, dan individu dengan kekebalan
tubuh lemah.

e. Aspergillosis
Aspergillosis disebabkan oleh perpaduan antara sistem kekebalan tubuh yang lemah dan
paparan jamur Aspergillus.Jamur ini dapat ditemukan di tumpukan kompos, tumpukan gandum,
dan sayuran yang membusuk.Selain pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah
(misalnya kondisi sel darah putih rendah atau sedang mengonsumsi obat kortikosteroid),
risiko aspergillosis lebih tinggi pada penderita asma atau cystic fibrosis.

f. Infeksi jamur mata


Infeksi jamur mata adalah kondisi yang jarang, namun tergolong serius.Infeksi jamur mata
paling sering disebabkan oleh jamur Fusarium yang hidup di pohon atau
tanaman.Jamur Fusarium bisa masuk ke mata bila mata tidak sengaja tergores bagian tanaman
tersebut.
Selain akibat cedera mata, infeksi jamur mata dapat terjadi pada pasien yang
menjalani operasi katarak atau transplantasi kornea.Pada kasus yang jarang, infeksi jamur mata
juga terjadi akibat penggunaan obat tetes mata atau cairan pembersih lensa kontak yang sudah
terkontaminasi, serta pengobatan dengan suntikan kortikosteroid pada mata.

g. Pneumocystis pneumonia (PCP)


PCP disebabkan oleh jamur Pneumocystis jirovecii, yang menyebar melalui udara.PCP
menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS, atau
pada pasien pasca menjalani transplantasi organ dan obat imunosupresif.

h. Cryptococcus neoformans
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans.Spora jamur tersebut dapat
terhirup secara tidak sengaja, namun tidak menyebabkan infeksi.Hanya saja, individu dengan
kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terinfeksi jamur ini.
i. Histoplasmosis
Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini dapat ditemukan di tanah yang
terpapar kotoran burung atau kelelawar.Infeksi terjadi ketika spora jamur di tanah terhirup dan
masuk ke saluran pernapasan.Setiap orang dapat terjangkit histoplasmosis. Akan tetapi, infeksi ini
lebih rentan terjadi pada petani, peternak, penjelajah gua, pekerja konstruksi, dan petugas
pengendali hama.

j. Mucormycosis
Mucormycosis terjadi akibat menghirup spora jamur golongan Mucorales secara tidak
sengaja.Infeksi juga dapat terjadi bila luka terbuka di kulit terpapar jamur
ini.Jamur Mucorales bisa ditemukan di daun, kayu, tanah, atau di tumpukan kompos.Namun
walaupun jamur ini terdapat di alam, bukan berarti infeksi pasti terjadi pada setiap orang yang
terpapar spora jamur.Infeksi lebih berisiko terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah, seperti penderita kanker dan diabetes.

k. Sporotrichosis
Sporotrichosis disebabkan oleh jamur Sporothrix yang banyak ditemukan di tanah atau
tanaman.Infeksi terjadi ketika spora jamur masuk ke tubuh melalui sentuhan, terutama melalui
luka terbuka di kulit.Meskipun sangat jarang, infeksi juga dapat terjadi bila menghirup spora jamur
secara tidak sengaja.
Beberapa orang dengan jenis pekerjaan tertentu lebih berisiko terserang
infeksi sporotrichosis, misalnya tukang kebun, petani, dan pasien yang sedang menjalani terapi
imunosupresif.

l. Talaromycosis
Talaromycosis disebabkan oleh jamur Talaromyces marneffei. Sama seperti beberapa jenis
infeksi jamur lain, talaromycosis umumnya menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah.

3) Diagnosis Infeksi Jamur


Dokter dapat menduga pasien terserang infeksi jamur bila terdapat sejumlah gejala yang telah dijelaskan
sebelumnya. Akan tetapi, dokter akan menjalankan beberapa pemeriksaan lanjutan untuk memastikannya.
Pemeriksaan lanjutan untuk infeksi jamur dilakukan dengan mengambil sampel darah, urine, nanah, atau
cairan serebrospinal, tergantung organ yang terinfeksi.Metode pemeriksaan tersebut cukup beragam,
tergantung kepada jenis infeksi jamur itu sendiri. Di antaranya adalah:

a. Tes KOH
Dalam tes KOH, dokter akan mengambil sampel kerokan kulit pasien yang terinfeksi, lalu
mencampurnya dengan larutan KOH (kalium hidroksida). KOH akan menghancurkan sel kulit sehat,
dan menyisakan sel kulit yang terinfeksi jamur.
b. Kultur jamur
Kultur jamur dilakukan guna mendeteksi apakah terdapat jamur di area tubuh yang terinfeksi.
Dalam prosedur ini, dokter akan mengambil sampel darah, kulit, kuku, atau lapisan dalam kulit
pasien untuk dibiakkan di laboratorium.Sampel juga dapat menggunakan cairan serebrospinal bila
dicurigai terdapat infeksi pada otak dan tulang belakang. Dalam prosedur ini, sampel cairan
serebrospinal yang menyelubungi otak dan tulang belakang pasien akan diambil,
menggunakan metode pungsi lumbal, yaitu melalui celah tulang belakang di daerah punggung
bawah.
c. Tes pewarnaan gram
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan infeksi lain, yaitu bakteri. Tes pewarnaan gram
dilakukan dengan mengambil sampel dahak, darah, atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium.
d. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan guna dianalisis di bawah mikroskop.Dokter dapat
mengambil sampel kulit, paru-paru, tulang sumsum, atau kelenjar getah bening, tergantung kepada
area yang terinfeksi.
4) Pencegahan Infeksi Jamur
Infeksi jamur dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah berikut:
Jaga kebersihan kulit dan segera keringkan tubuh bila basah.

Jangan berbagi pakai handuk, pakaian, atau barang-barang pribadi.

Jaga kuku kaki tetap pendek, namun tidak terlalu pendek.

Jangan gunakan gunting kuku yang sama untuk kuku yang terinfeksi dan yang tidak.

Kenakan alas kaki di tempat umum.

Jangan menggaruk area kulit yang terinfeksi.

Hindari mengenakan pakaian atau sepatu ketat.

Kenakan pakaian yang bersih untuk beraktivitas.

Segera cuci pakaian setelah digunakan.

Ganti pakaian dalam dan kaus kaki tiap selesai beraktivitas.

5) Komplikasi Infeksi Jamur


Sejumlah komplikasi serius dapat muncul akibat infeksi jamur yang tidak ditangani. Komplikasi tersebut
tergantung kepada jenis infeksi jamur yang diderita, antara lain:
Perdarahan di paru-paru

Penyebaran infeksi ke otak, jantung atau ginjal

Efusi pleura (penumpukan cairan pada pleura)

Pneumothorax (penumpukan udara pada pleura)

Gagal napas

Perikarditis atau radang pada kantung jantung

Gangguan kelenjar adrenal

Meningitis atau radang selaput otak

Kelumpuhan

Kejang

6) Jenis – jenis obat antijamur


a). ANTIUJAMUR UNTUK INFEKSI SITEMIK
1. Golongan Imidazol
Yang termasuk golongan imidazol adalah mikonazol, klotrimazol, ketokonazol, flukonazol, itrakonazol,
triazol, ekonazol,isonkonazol,tiokonazol,dan bofinazol. Sifat dan penggunaan golongan imidazol ini praktis
tidak berbeda.

1) KETOKONAZOL
Ketokonazol termasuk golongan imidazol, yaitu suatu antijamur sintetik dengan rumus bangun mirip
dengan mikonazol dan klotrimazol. Aktivitas jamur ketokonazol hampir sama dengan mikonazol, yaitu
efektif dengan candida,coccsidioides immitis, crptococcus neofarmans, H. Capsulatum, B. Dermatitis,
aspergillus, dan sporotrix spp. Mekanisme kerja ketokonazol sama dengan mikonazol. Ketokonazol
masuk kedalam sel jamur dan menimbulkan kerusakan apda dinding sel. Mungkin juga terjadi gangguan
sintesis asam nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel yang merusak sel jamur.
a. Indikasi:
Candida,coccsidioides immitis, crptococcus neofarmans, H. Capsulatum, B. Dermatitis,
aspergillus, dan sporotrix spp

b. Kontaindikasi:
Histoplasmosis paru, tulang, sendi, dan jaringan lemak.Tidak dianjurkan untuk meningitis
kriptokokus karena penetrasinya kurang baik.
c. Efek samping:
Mual, ginekomastia, pruritus, hepatitis kolestatik, blokade sintesis kortisol, dan testosteron
(reversibel).
d. Bentuk Obat:Tablet
e. Dosis:Dosis anak : 5mg/kgBB/hari
Dosis dewasa: Pemberian oral : Tablet 200mg Kandidosis vagina :2 tablet (400 mg) sekali
sehariselama 5 hari.

f. Farmakokinetik:
Masuk kedalam sel jamur dan menimbulkan kerusakan apda dinding sel. Mungkin juga terjadi
gangguan sintesis asam nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel yang merusak sel jamur.

2) FLUKONAZOL
a) Indikasi:
Meningitis kriptokokus, kandidiasis sistemik(termasuk kandidemia dan kandidiasis disemata),
dan bentukbentuk lain kandidiasis, termasuk infeksi jamur diperitorium, endokardium, dan
infeksi saluran nafas dan saluran cerna, kandidiasis orofaringeal, dan kandidiasis esofageal dan
kandidiasis vaginal.
b) Kontraindikasi:
Penderita ynag sensitif terhadap derivat triazol, wanita hamil serta menyusui dan anak dibawah
16 tahun.
c) Dosis:Disesuaikan dengan organisme penyebab dan respons penderita.
d) Farmakokinetik:
Bekerja spesifik menghambat pembentukan sterol pada membran sel jamur.Flukonazol bekerja
dengan spesifitas yang tinggi pada enzim enzim “cytochrome P 450 dependent”.
3) AMFOTERISIN B
a) Indikasi:
Untuk infeksi jamur sistemik, seperti histoplasma capsulatum, cryotococcus neoformans,
coccsidiodes immitis, candida albicana, blastomyces dermatidis. Sporothrik schenckii, dan jamur
lain pada manusia
b) Dosis:
Dosis permulaan 1-5 mg/hari, ditingkat kan 5mg/hari sampai mencapai dosis 0,4-0,7 mg/kg BB.
Hal ini biasanya diteruskan untuk 6-12 minggu atau lebih dengan dosis jarang yang melebihi 60
mg. Setelah ada respons permulaan terhadap pengobatan, dosis diberikan hanya 2-3 kali
perminggu
c) Farmakokinetik:
Obat ini bekerja dengan berikatan membran sel jamur atau ragi yang sensitif, integrasi dengan
sterol-sterol membran sel membentuk pori-pori sehingga membran sel jamur lebih permiable
terhadap molekul molekul yang kecil.Anfoterisin B mempunyai aktivitas fungsidid dan
fungsistatik terhadap sel jamur yang sedang tumbuh dan tidak.

4) FLUSITOSIN
a) Bentuk Obat:
Merupakan antijamur sistemik yang dapat diberikan per oral

b) Indikasi:Kandida, kriptokokus, torulopsis, dan beberapa galur aspergilosis, serta jamur lain

5) HIDROKSISTILBAMIDIN
Suatu diamidin aromatik yang secara invitro dan invivo aktif terhadap blastomyces dermatidis.Obat
ini tidak digunakan lagi dan telah digantikan oleh amfoterisin B
a) Kontraindikasi:
Obat ini mungkin bersifat sangat toksik terhadap hepar dan ginjal.
b). ANTIJAMUR UNTUK INFEKSI DERMATOFIT DAN MUKOKUTAN
1) GRISEOFULVIN
Griseofulvin diisolasi dari penicillium grisefulvum pada tahun 1939, dan diperkenalkan penggunaan
kliniknya pada tahun 1957.Griseofulvin sangat sukar larut dalam air dan stabil pada temperatur yang tinggi
termasuk pemanasan dengan autoklaf.

a) Indikasi:
Dermatofitosis berat pada kulit, kuku, dan rambut, khususnya yang disebabkan oleh Thrichophyton
rubrum, yang memberikan respons lemah terhadap antijamur lainnya
b) Bentuk Obat:Obat ini dapat diberikan bersama antijamur topikal lain. Pemberian topikal tidak
banyak memberikan efek.
c) Efek Samping:
Demam, ruam kulit, leukopenia, dan reaksi tipe serum sickness. Toksisitas langsung: dapat terjadi
sakit kepala, mual, muntah, diare, hepatotoksitas, fotosensivitas, dan gangguan mental.
d) Farmakokinetik:
Aktivitas antijamur. Ini akan menghambat pertumbuhan jamur dermatofit, termasuk epidermofiton,
mikrosporum, dan trikofiton dalam kadar 0,5-3 g/ml.

2) NISTATIN (MIKOSTATIN)
Secara kimia, nistatin merupakan antibiotik polien, dihasilkan oleh strepmycesnurcei sedikit larut air,
tetapi cepat terurai dalam air atau plasma.Nistatin juga stabil dalam bentuk kering.
3) TOLNAFTAT DAN TOKSIKLAT
Tolnaftat merupakan antijamur yang efektif terhadap infeksi Trikofiton, mikrosporum, epidermofiton,
malasseazia furfur, tetapi tidak efektif terhadap kandida, aspergillus serta pada keadaan yang disertai
hiperkeratosis, tolnaftat.
a) Dosis:
Diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10%.Lesi kulit yang disebabkan T.tonsurans dan
M.auduoini Tampaknya kurang berhasil dengan klotrimazol, onikomikosis tidak dipengaruhi oleh
klotrimazol. Bila terapi dihentikan, infeksi dapat kambuh lagi, tetapi tidak terjadi resistensi sehingga
pengobatan ulang masih akan memberikan hasil yang memuaskan.

4) HALOPROGIN
Haloprogin sedikit sekali yang diabsorpsi melalui kulit, dan dalam tubuh akanterurai
c) Indikasi:
Epidermofiton, trikofiton, mikrosporum dan Malssezia furfur
d) Efek Samping:
Iritasi lokal, rasa terbakar, vesikulasi, meluasnya maserasi dan sensitisasi.
.
5) ASAM LEMAK UNDESILENAT
a) Indikasi:
Obat ini aktif terhadap epidermofiton, trikofiton, dan mikrosporum
b) Bentuk Obat:
Anti jamur topikal yang efektif
c) Efek Samping:
Pemakaian jangka lama atau dengan dosis tinggi, asam undesilenat.Seng(Zn) dalam hal ini berperan
untuk menekan perluasan radang.

6) KANDISIDIN
Merupakan suatu antibiotik polien yang diperoleh dari golongan aktinomisetes.
a) Indikasi:
Kandidiasis vaginalis
b) Bentuk Obat:Tablet vaginal
c) Dosis:
2 kali sehari 1 tablet atau 2 kali sehari dioleskan di vagina

d) Efek samping:
Iritasi vulva atau vagina, jarang timbul efek samping serius.

7) SALEP WHITFIELD
Adalah campuran asam salisilat dengan asam benzoat dengan perbandingan 1:2 (biasanya 6% dan
12%).Asam salisilat bersifat keratolitik dan asam benzoat bersifat fungistatik.Karena asam benzoat hanya
bersifat fungistatik, penyembuhan dapat tercapai setelah lapisan kulit terkelupas seluruhnya sehingga
penggunaan obat ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai bulanan.
a) Indikasi:
Salep ini banyak digunakan untuk tinea pedis dan kadang-kadang juga untuk tinea kapitis.
b) Efek samping:
Iritasi ringan lokal pada tempat pemakaian.

8) NATAMISIN
Natamisin merupakan antijamur antibiotik polien yang aktif terhadap banyak jamur.
a) Indikasi:Infeksi Fusarium solani, keratitis jamur, kandidiasis oral dan vaginal.
b) Dosis:Sediaan tersedia dalam bentuk suspensi 5% dan saleo 1% untuk pemakaian pada mata.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk
dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.Infeksi jamur merupakan
penyakit yang disebabkan oleh jamur.Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja.Namun demikian, individu
dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih berisiko terserang infeksi jamur.Misalnya, penderita HIV/AIDS,
pasien kemoterapi, serta pasien pasca transplantasi organ.Jamur adalah organisme yang dapat hidup secara alami
di tanah atau tumbuhan.Bahkan jamur bisa hidup di kulit manusia.Meskipun normalnya tidak berbahaya, namun
beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius.

B. SARAN
Demikian sedikit informasi dari kelompok 3.Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari
sempurna.Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi saat ini.Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen kami
dan para pembaca.Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini
kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes azwar., dkk. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

https://www.alodokter.com/infeksi-jamur
1

Anda mungkin juga menyukai