Disusun Oleh
Kelompok IV
Fitria
Nur Hikmah
TAHUN 2018/2019
Kontrol Infeksi dan Infeksi Nosokomial
Kontrol infeksi
Program kontrol infeksi dibuat untuk mencegah atau paling tidak
mengurangi penyebaran penyakit dari:
Pasien ke tim kesehatan gigi
Tim kesehatan gigi ke pasien
Pasien satu ke pasien lainnya
Ruang perawatan gigi ke komunitas lingkungannya termasuk keluarga tim
kesehatan gigi.
Jalur penyebaran Infeksi Silang
1. Pasien ke tim kesehatan gigi
Ada sejumlah kemungkinan penyebaran mikroorganisme dari
pasien ke tenaga kesehatan gigi, dan jalur ini paling sulit di control dari
jalur lainnya. Kontak lansung (bersentuhan) dengan salifa atau darah
pasien bisa menjadi jalan masuk mikroba melalui kulit yang tidak utuh,
misalnya ada luka potong abrasi kulit atau dermatitis. Percikan ludah
maupun aerosol dari mulut pasien bisa menajdi droplet infection melalui
kulit yang tidak untuh, mukosamata, hidung, dan mulut atau terinhalasi.
Pada kontak tidak lansung terjadi transfer mikroorganisme dari
sumber (misalnya mulut pasien) pada permukaan dan terjadinya kontak
dengan permukaan tersebut. Misalnya, terlukanya jaringan kulit atau
tertusuknya jaringan dengan alat-alat tajam yang terkontaminasi
(instrumen gigi manual, jarum suntik, bor, alat penghalus tulang, pisau
bedah, kawat, dll). Mikroorganismo selanjutnya masuk melalui luka
jaringan tersebut atau lewat tersentuhnya kulit yang tidak utuh dengan
permukaan atau alat-alat yang terkontaminasi.
2. Tim kesehatan gigi pasien
Kejadian ini relatif jarang, tapi mungkin terjadi bila melakukan
perawatan dengan prosedur yang tidak terpat pada keadaan ini, didalam
tubuh operator terkadang mikro organismo patogen bloodborne atau
mikroorganisme lian. Selanjutnya operator mengalami pendarahan yang
mengenai instrumen atau alat-alat lain yang kemudian digunakan di mulut
pasien. Penularan juga dapat terjadi melalui droplet infeksi dan operator
kepada pasien, yang sebenarnya dapat terjadi di kehidupan sehari-hari, jadi
tidak khusus diruang perawatan gigi.
3. Pasien satu ke pasien lain
Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke
pasien lain melalui kontak tidak lansung, yaitu melalui alat-alat yang
dipakai tanpa disterilkan dengan baik. Alat-alat tersebut dapat berupa
instrumen genggam, hanpise, permukan-permukaan diruang perawatan,
dan tangan. Pernah dilaporkan berpindahnya VHS dari pasien ke tangan
perawat gigi dan kemudian ke mulut beberapa pasien lain.
4. Dari ruang perawatan gigi ke lingkungan sekitar
Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien
mengkontaminasi alat atau bahan yang kemudian dikirim atau
transportasikan keluar lingkungan ruang perawatan.
Jalur Sumber Model Mekanisme Prosedur
infeksi mikroorgani penyebaran tempat control
silang sme penyakit masuk infeksi
tubuh
Pasien ke Melalui Kontak Melalui Sarung
tim pasien lansung luka tim tangan/cuci
kesehata kesehatan tangan
n gigi gigi Imunisasi
Baju
pelindung
Isolator
karet
Kumur-
kumur
antiseptic
Droplet Inhalasi Masker
Infeksi oleh tim Isolator
kesehatan karet
gigi Kumur-
kumur
antiseptic
Melalui Masker
mukosa tim Kacamata
kesehatan pelindung
gigi Isolator
karet
Kumur-
kumur
antiseptic
Imunisasi
Kontak tidak Luka Pegang dan
langsung potong, luka buang
tusuk pada jarum
tim secara
kesehatan aman dan
gigi mengelola
limba
Sarum
tangan tebal
untuk alat
Peletakan
alat-alat
selama
dicuci
Wadah
larutan
antimikroba
Luka di Sarung
kulit tim tangan tebal
kesehatan untuk
gigi mencuci
alat
Baju
pelindung
Imunisasi
Lesi di kulit Kontak Luka di Sarung
pasien langsung kulit tim tangan/cuci
kesehatan tangan
gigi Imunisasi
Tim Tangan Kontak Melalui Sarung
kesehata operator langsung mukosa tangan/cuci
n gigi ke (lesi/pendara pasien tangan
pasien han) Hati-hati
mengenai
benda tajam
Imunisasi
Kontak tidak Pendarahan Sarung
langsung akibat tangan/cuci
peralatan tangan
yang Sterilisasi
dipakai di instrumen
mulut Disinfeksi
pasien permukaan
Imunisasi
Mulut tim Droplet Inhalasi Masker
kesehatan infeksi oleh Msker
gigi (cairan pasien
mulut/respira Melalui
si) mukosa
mulut
pasien
Pasien ke Mulut pasien Kontak tidak Mukosa Sterilisasi
pasien langsung mulut instrument
(lewat pasien dan henpis
instrumen, Monitor
permukaan,ta sterilisasi
ngan) Menutup
permukaan
Disinfeksi
permukaan
Cuci tangan
dam pake
sarung
tangan yang
tepat
Mengganti
masker
Dekontamin
asi
kacamata
pelindung
Ganti baju
pelindung
bila mana
perlu
Gunakan
bahan-
bahan
perawatan
(cotton
roll,dll),
yang steril
Saluran air
dental unit
di flushing
Katup
antirekrasi
dihenpis di
monitor
Gunakan
piranti
disponsible.
Ruang Mulut pasien Kontak tidak Luka Mengelola
perawata langsung tusuk, limba
n gigi ke luka Disinfeksi
lingkung potong hasil cetakan
an pada kulit pasien
tenaga mataupun
laboratori protesa
um pasien
Cuci tangan
Keluarga Cairan tubuh Kontak Kontak Imunisasi
tim kesehatan langsung atau intim
kesehata gigi tidak
n gigi langsung
Penggunaan alat dan prosedur. Menggunakan alat atau selang yang menempel
pada tubuh seperti alat bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan
medis lainnya sesuai dengan indikasi (tepat guna).
Penempatan pasien di ruang isolasi. Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk
ditempatkan di ruang isolasi.
Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Bagi staf rumah sakit penting
untuk mengikuti SOP setiap melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung
standar seperti sarung tangan, masker, atau perlengkapan lain yang dianjurkan.
Prosedur operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi,
dengan cara memmotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.
Endokarditis.
Gagal ginjal.
Sepsis.
2. Kondisi Pasien
Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau
tidaknya terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang
membuat lebih mudah terserang infeksi nosokomial:
a) Usia. Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang
infeksi nosokomial.
b) Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki. Pasien dengan penyakit
kronis seperti diabetes, gagal ginjal, dan kanker meningkatkan risiko
seseorang terkena infeksi nosokomial. Keadaan akut seperti koma, gagal
ginjal akut, cedera berat (seperti habis kecelakaan atau luka bakar), dan
syok juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko infeksi nosokomial.
Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti pada
penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-obatan yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh. (misalnya: immnunosuppresant,
kemoterapi) akan meningkatkan risiko terkena infeksi nosokomial.
c) Prosedur yang dilakukan terhadap pasien. Prosedur seperti tindakan
operasi, pemasangan alat bantu napas (ventilator), endoskopi, atau kateter
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena infeksi nosokomial melalui
kontaminasi langsung dengan alat yang masuk ke dalam tubuh.
3. Faktor Lingkungan