1
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIK DASAR
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
I. Tujuan Percobaan :
A. PENGERTIAN PENGUKURAN
Asas semua cabang ilmu pengetahuan adalah pengamatan atau observasi.
Pengamatan besaran fisika umumnya dinyatakan secara kuantitatif atau
pengukuran. Kumpulan hasil pengukuran yang diperoleh dari berbagai sumber
diolah dan disintesiskan menjadi sebuah model atau teori dari suatu gejala alam.
Agar berguna, teori harus mampu menerangkan semua peristiwa alam yang
dikenal dan dapat meramalkan berbagai hal baru yang benar tidaknya dibuktikan
dengan percobaan dan pengukuran baru.
Jika suatu ketika hasil kajian tidak sesuai dengan ramalan teori, maka perlu
verifikasi atau bahkan gugurlah teori itu. Dengan demikian peranan eksperimen
sebagai balikan untuk suatu teori.
2
dan mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut sesuai untuk pemakaian
yang telah direncanakan.
Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah yang akan dipakai pada
pembahasan berikutnya, antara lain :
a. Instrumen/alat ukur : Suatu alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau
besarnya suatu kuantitas atau variabel.
b. Ketelitian (accuracy) : Adalah nilai yang hampir sama atau terdekat dengan
pembacaan instrumen terhadap nilai yang sebenarnya dari variabel yang
diukur.
c. Ketepatan (precision) : Adalah ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang secara berulang dari pengulangan pengukuran yang
dilakukan. Atau merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan
perbedaan hasil pengukuran pada pengukuran yang dilakukan secara
berurutan.
d. Sensitivitas (Sensitivity) : Rasio antara sinyal keluaran atau respon instrumen
terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur.
3
a. Operasi Penjumlahan
Contoh 1.1 :
Dua buah tahanan R1 dan R2 dihubungkan secara berderet (seri). Pengukuran
masing-masing dengan menggunakan jembatan Wheatstone menghasilkan : R 1 =
18,7 dan R 2 = 3,624 . Tentukan tahanan total sampai beberapa angka berarti
yang memenuhi (sesuai).
Penyelesaian :
R1 = 18,7 (tiga angka berarti)
R2 = 3,624 (lima angka berarti)
RT = R1 + R2 = 22,324 (empat angka berarti) = 22,3
b. Operasi perkalian
Banyaknya angka-angka yang berarti dalam perkalian bisa bertambah
dengan cepat, tetapi sekali lagi diingatkan bahwa yang diperlukan dalam jawaban
hanya angka-angka berarti yang memenuhi.
Contoh 1.2 :
Untuk menentukan penurunan tegangan, arus sebesar 3,18 A dialirkan melalui
sebuah tahanan 35,68 . Tentukan penurunan tegangan pada tahanan tersebut
sampai angka-angka berarti yang memenuhi.
Penyelesaian :
E = IR = (3,18) x (35,68) = 113,4624 = 113 V
4
Karena didalam perkalian tersebut terdapat tiga angka yang berarti (yaitu
3,18), maka jawaban hanya dapat dituliskan maksimal dalam tiga angka yang
berarti. Operasi pengurangan dan pembagian sama dengan aturan penjumlahan
dan perkalian dalam hal penulisan angka penting.
Jenis-Jenis Kesalahan
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi
adalah penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana
kesalahan yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Langkah pertama yang
diperlukan untuk menguranginya adalah mempelajari kesalahan-kesalahan
tersebut; dimana dari hal ini juga dapat ditentukan ketelitian hasil akhir.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya
dibagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kesalahan-kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh
kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur,
penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan
kesalahan penaksiran.
2. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh
kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya
bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau
pemakai.
3. Kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors): diakibatkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui sebab
perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak.
Masing-masing kelompok kesalahan ini akan dibahas secara ringkas
dengan menyarankan beberapa metode untuk memperkecil atau
menghilangkannya.
a. Kesalahan-Kesalahan Umum
Kelompok kesalahan ini terutama disebabkan oleh kekeliruan manusia
dalam melakukan pembacaan atau pemakaian instrumen dan dalam pencatatan
5
serta penaksiran hasil-hasil pengukuran. Selama manusia terlibat dalam
pengukuran, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari; namun jenis kesalahan ini
tidak mungkin dihilangkan secara kesuluruhan, usaha untuk mencegah dan
memperbaikinya perlu dilakukan. Beberapa kesalahan umum dapat mudah
diketahui tetapi yang lainnya mungkin sangat tersembunyi.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian
instrumen yang tidak sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah
kondisi sampai batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian yang
lengkap, dan akibatnya besaran yang diukur akan berubah. Sebagai contoh sebuah
voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat menghasilkan pembacaan yang
salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi
(contoh 1.3); sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke sebuah rangkaian
tahanannya rendah, pembacaannya bisa berlainan bergantung pada jenis voltmeter
yang digunakan (contoh 1.4). Contoh-contoh berikut menunjukkan bahwa
voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan” (loading effect) terhadap
rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut sewaktu mengalami
proses pengukuran.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh efek pembebanan voltmeter
dapat dihindari dengan menggunakan alat tersebut secermat mungkin. Misalnya,
sebuah voltmeter yang tahanannya kecil tidak akan digunakan untuk mengukur
tegangan-tegangan didalam sebuah penguat tabung hampa. Untuk pengukuran
khusus seperti ini diperlukan sebuah voltmeter dengan impedansi masukan yang
tinggi (misalnya VTVM atau TVM).
Kesalahan-kesalahan umum dalam jumlah besar dapat dikenali dari
keteledoran atau kebiasaan-kebiasaan yang buruk, seperti : pembacaan aktual
yang diambil, atau penyetelan instrumen yang tidak tepat. Pandang sebagai contoh
sebuah voltmeter rangkuman ganda menggunakan satu papan skala dengan angka-
angka (tanda yang berbeda untuk setiap rangkuman). Dalam hal ini adalah mudah
untuk menggunakan sebuah skala yang tidak bersesuaian terhadap penyetelan
sakelar pemilih rangkuman voltmeter tersebut. Kesalahan umum juga dapat terjadi
6
bila instrumen tersebut tidak dikembalikan ke angka nol sebelum melakukan
pengukuran dan akibatnya semua pembacaan menjadi salah.
Kesalahan-kesalahan seperti ini tidak dapat dinyatakan secara matematis
tetapi hanya dapat dihindari dengan menggunakan pembacaan yang cermat dan
juga pencacatan data pengukuran yang benar. Hasil yang baik memerlukan
pembacaan lebih dari satu kali, atau mungkin dengan pengamat yang berbeda.
Dalam hal ini kita sama sekali tidak boleh bergantung pada satu pembacaan saja,
tetapi paling harus melakukan tiga pembacaan yang terpisah. Yang lebih disukai
adalah pembacaan pada kondisi-kondisi dengan pengubahan instrumen-instrumen
dari keadaan mati ke keadaan hidup (off-on).
b. Kesalahan Sistematis
Jenis kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni :
(1) Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak
dapat dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya
tarikan pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan.
Atau kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan
instrumental dapat dihindari dengan cara (i). ketepatan memilih instrumen
yang sesuai peruntukannya, (ii) menggunakan faktor-faktor koreksi setelah
mengetahui banyaknya banyaknya kesalahan instrumental, (iii) Kalibrasi
instrumen dengan instrumen standar (baku).
(2).Kesalahan karena lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan
akibat dari keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen, seperti efek
perubahan suhu, kelembaban udara, tekanan udara luar, atau medan
elektromagnetik.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan
dinamis. Contoh mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar
poros menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan
instrumen untuk memberikan respon yang cepat bila terjadi perubahan dalam
variable yang diukur.
7
c. Kesalahan-kesalahan acak (random errors)
Kesalahan-kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak diketahui
dan terjadi walaupun semua kesalahan-kesalahan sistematis telah diperhitungkan.
Kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil pada pengukuran yang telah
direncanakan secara baik; tetapi menjadi penting pada pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan ketelitian tinggi, misalkan suatu tegangan akan diukur oleh sebuah
voltmeter yang dibaca setiap setengah jam. Walaupun instrumen dioperasikan
pada kondisi–kondisi lingkungan yang sempurna dan telah dikalibrasikan secara
tepat sebelum pengukuran, akan diperoleh hasil-hasil pembacaan yang sedikit
berbeda selama periode pengamatan. Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan
cara kalibrasi apapun dan juga oleh cara pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya
untuk membetulkan kesalaha ini adalah dengan menambah jumlah pembacaan dan
menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan pendekatan paling baik
terhadap harga yang sebenarnya.
a. Nilai Rata-Rata
Nilai yang mungkin dari suatu variabel yang diukur adalah nilai rata-rata
dari semua pembacaan yang dilakukan. Pendekatan paling baik akan diperoleh
bila jumlah pembacaan untuk suatu besaran sangat banyak. Secara teoritis,
8
pembacaan yang banyaknya tak berhingga akan memberikan hasil paling baik,
walaupun dalam prakteknya hanya dapat dilakukan pengukuran yang terbatas.
b. Penyimpangan Terhadap Nilai Rata-Rata
Penyimpangan (deviasi) adalah selisih antara suatu pembacaan terhadap
nilai rata-rata dalam sekelompok pembacaan. Jika penyimpangan pembacaan
pertama x1 adalah d1, penyimpangan pembacaan kedua x2 adalah d2, dan
seterusnya.
c. Simpangan rata-rata
Deviasi rata-rata adalah suatu indikasi ketepatan instrumen yang digunakan
untuk pengukuran. Instrumen-instrumen yang ketepatannya tinggi akan
menghasilkan deviasi rata-rata yang rendah. Menurut definisi, deviasi rata-rata
adalah penjumlahan nilai-nilai mutlak dari penyimpangan-penyimpangan dibagi
dengan jumlah pembacaan.
d. Deviasi Standar
Deviasi standar (root–mean–square) merupakan cara yang sangat ampuh
untuk menganalisis kesalahan-kesalahan acak. Secara statistik, deviasi standar dari
jumlah data terbatas didefinisikan sebagai akar dari penjumlahan semua
penyimpangan (deviasi) setelah dikuadratkan dibagi dengan banyaknya
pembacaan.
9
TABEL 1.1 Daftar Pembacaan Tegangan
Pembacaan Tegangan (Volt) Jumlah Pengukuran
99.7 1
99.8
4
99.9
12
100.0
19
100.1
10
100.2
3
100.3
1
50
10
(b).Kesalahan-kesalahan yang besar adalah sangat mustahil.
(c).Terdapat kemungkinan yang sama bagi kesalahan-kesalahan positif dan negatif
sehingga kemungkinan suatu kesalahan yang diberikan akan simetri terhadap
harga nol.
Kurva distribusi kesalahan pada gambar 1.2 didasarkan pada hukum
Normal dan menunjukkan suatu distribusi kesalahan yang simetris. Kurva normal
ini dapat dipandang sebagai bentuk yang membatasi histogram yang diberikan
pada gambar 1.1 dalam mana nilai yang paling mungkin dari tegangan yang
sebenarnya adalah nilai rata-rata 100,0 volt.
Jika sejumlah tahanan yang nilai nominalnya 100 diukur dan nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 100,00 , maka dengan deviasi standar sebesar 0,20 kita
11
mengetahui bahwa sebanyak 68% (atau sekitar dua pertiga) dari semua tahanan
mempunyai nilai (harga) yang terletak di dalam batas-batas 0,20 dari nilai
rata-rata. Dengan demikian, terdapat sekitar dua banding satu kemungkinan bahwa
nilai setiap tahanan yang dipilih secara acak, akan terletak diantara batas-batas
tersebut. Jika diinginkan perbedaan yang lebih besar, penyimpangan dapat
diperbesar sampai batas 2 yang dalam hal ini adalah 0,40 . Sesuai dengan
tabel 1.2, hal ini berarti 95% dari semua kasus dan 10 banding 1; artinya setiap
tahanan yang dipilih secara acak terletak dalam batas-batas 0.40 dari nilai
rata-rata 100.00 .
Pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa separuh dari kasus tersebut berada
dalam batas-batas penyimpangan 0,6745 . Besaran r disebut kesalahan yang
mungkin (probable error) yang didefinisikan sebagai
Nilai ini adalah mungkin dalam arti bahwa terdapat suatu kesempatan yang
sama dimana setiap pengamatan akan memiliki suatu kesalahan acak yang tidak
melebihi r.
Contoh 1.7 :
Pengukuran sebuah tahanan sebanyak sepuluh kali memberikan : 101.2 ; 101.7
; 101.3 ; 101.0 ; 101.5 ; 101.3 ; 101.2 ; 101.4 ; 101.3 ; 101.1 .
Dengan menganggap bahwa hanya terdapat kesalahan acak, tentukan : (a) nilai
rata-rata, (b) deviasi standar, (c) kesalahan yang mungkin.
Penyelesaiaan :
Pengamatan yang banyak seperti ini lebih baik dibuat dalam bentuk tabel (daftar),
sehingga menghindari keragu-raguan dan kesalahan.
12
Deviasi
Pembacaan (x)
d d2
101.2 -0.1 0.01
101.7 0.4 0.16
101.3 0.0 0.00
101.0 -0.3 0.09
101.5 0.2 0.04
101.3 0.0 0.00
101.2 -0.1 0.01
.101.4 0.1 0.01
101.3 0.0 0.00
101.1 -0.2 0.04
13
III. Prosedur Percobaan
III.1 Percobaan Penentuan Nilai Satuan Terkecil (NST)
1. Tentukan Nilai Satuan Terkecil dari alat :
a. Mistar
b. Termometer
c. Voltmeter
d. Amperemeter
e. Stopwatch
f. Busur Derajat
3. Tentukan NST alat ukur Jangka Sorong dengan nonius dan tanpa nonius
3. Tentukan dimensi balok tersebut beserta ktp mutlak dan ktp relatifnya.
3. Tentukan tebal balok tersebut beserta ktp mutlak dan ktp relatifnya.
14
III.4 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Massa Balok dengan Neraca dan Timbangan Digital
1. Gunakan neraca dan timbangan digital Untuk menimbang balok masing -
masing sekali saja.
3. Tentukan massa balok tersebut beserta ktp mutlak dan ktp relatifnya.
b. Termometer = 1oC
c. Voltmeter = 1 mV
d. Amperemeter = 10 mA
15
IV.2 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Dimensi Balok Logam dengan Jangka Sorong
Dari hasil percobaan didapat hasil pengukuran :
Pengukuran ke -
1 2 3 4 5
P 33,50 33,80 33,85 33,80 33,80
L 15,70 15,90 15,90 15,70 15,75
T 15,80 15,70 15,80 15,80 15,80
16
V. Alat Dan Bahan
1. Mistar Plastik
3. Stopwatch
4. Busur Derajat
5. Termometer
6. Balok Logam
7. Barometer
9. Amperemeter
VI. Pembahasan
VI.1 Percobaan Penentuan Nilai Satuan Terkecil (NST)
Nama Alat Nilai NST Satuan
1. Alat Ukur Analog
Mistar 1 mm
o
Termometer 1 C
Voltmeter 1 mV
Amperemeter 10 mA
Stopwatch 0,1 s
o
Busur Derajat 0,5 C
2. Alat Ukur Digital
Timbangan 1 g
3. Jangka Sorong
Dengan Nonius 0,05 mm
Tanpa Nonius 1 mm
17
VI.2 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Dimensi Balok Logam dengan Jangka Sorong
- Ketidakpastian Mutlak dituliskan sebagai :
X = {x ± x }[x] , dengan x : besaran fisis yang diukur
Di mana :
x1 x2 ... xn
x
n
1 n x1 xi
2 2
x S x
n n 1
- Ketidakpastian Relatif dituliskan sebagai :
X = x ± (KTP relatif x 100%)
Dimana :
x1 x2 ... xn
x
n
x
KTPrelatif
x
No. P P2
1 33,50 1122,25
2 33,80 1142,44
3 33,85 1145,8225
4 33,80 1142,44
5 33,80 1142,44
168,75 5695,3925
Perhitungan :
P 168,75
P 33,75
n 5
1 n P P 1 (5.5695,3925) 168,75
2 2 2
P 0,06325 ~ 0,06
n n 1 5 5 1
18
P 0,06325
KTPrelatif 0,001874
P 33,75
No. L L2
1 15,70 246,49
2 15,90 252,81
3 15,90 252,81
4 15,70 246,49
5 15,75 248,0625
78,95 1246,6625
Perhitungan :
L 78,95
L 15,79
n 5
1 n L L 1 (5.1246,6625) 78,95
2 2 2
L 0,04583 ~ 0,05
n n 1 5 5 1
L 0,04583
KTPrelatif 0,002902
L 15,79
19
c. Ketidakpastian Tebal (T) Balok Logam
No. T T2
1 15,80 249,64
2 15,70 246,49
3 15,80 249,64
4 15,80 249,64
5 15,80 249,64
78,90 1245,05
Perhitungan :
T 78,90
T 15,78
n 5
1 n T T 1 (5.1245,05) 78,90
2 2 2
T 0,02
n n 1 5 5 1
T 0,02
KTPrelatif 0,001267
T 15,78
20
VI.3 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Tebal Kartu dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
- Ketidakpastian Mutlak dituliskan sebagai :
X = {x ± x }[x] , dengan x : besaran fisis yang diukur
Di mana :
x1 x2 ... xn
x
n
1 n x1 xi
2 2
x S x
n n 1
- Ketidakpastian Relatif dituliskan sebagai :
X = x ± (KTP relatif x 100%)
Dimana :
x1 x2 ... xn
x
n
x
KTPrelatif
x
a. Ketidakpastian Tebal (T) Kartu dengan Pengukuran menggunakan Jangka
Sorong (JS)
Perhitungan :
TJS 3,8
TJS 0,76
n 5
21
TJS 0,01871
KTPrelatif 0,0246
TJS 0,76
No. Tm Tm2
1 0,83 0,6889
2 0,83 0,6889
3 0,84 0,7056
4 0,84 0,7056
5 0,82 0,6724
4,16 3,4614
Perhitungan :
Tm 4,16
Tm 0,832
n 5
1 n Tm Tm 1 (5.3,4614) 4,16
2 2 2
Tm 0,003742 ~ 0,004
n n 1 5 5 1
Tm 0,003742
KTPrelatif 0,0045
Tm 0,832
22
Ketidakpastian Relatif Pengukuran Tebal Kartu dengan Micrometer
dilaporkan sebagai :
Perhitungan :
1
M x0,01 0,005
2
Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Neraca dilaporkan
sebagai :
M M M (70,21 0,005) g
23
Perhitungan :
1
M x1 0,5
2
Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Timbangan Digital
dilaporkan sebagai :
M M M (70 0,5) g
VI.5 Kondisi Fisis Laboratorium
24
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII. 1 KESIMPULAN
1. Secara umum, hasil pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan
nilai besaran ukur, oleh karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai
dengan pernyataan ketidakpastian dari taksiran tersebut.
2. Setiap alat ukur memiliki Nilai Satuan Terkecil (NST) yang berbeda - beda,
pada praktikkum ini dilakukan penentuan nilai NST pada alat sebagai berikut :
25
Ketidakpastian Relatif dilaporkan sebagai :
26
Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Timbangan Digital
dilaporkan sebagai :
M M M (70 0,5) g
Dari percobaan ini diketahui bahwa nilai ketidakpastian pengukuran tunggal
dengan Neraca memiliki ketidakpastian pengukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan timbangan digital, hal ini salah
satunya dikarenakan Neraca memiliki kelitian lebih tinggi (NST = 0,01 g)
dibandingkan dengan Timbangan Digital (NST = 1 g).
VII. 2 SARAN
Pada pengukuran berulang didapat data keberulangan dengan data yang tidak
presisi hal ini dikarenakan salah satunya adalah keterbatasan dari kemampuan
praktikkan dalam menggunakan alat dan performa alat yang digunakan. Dengan
ini saran kami :
1. Agar alat dan sarana penunjang di laboratorium Fisika agar lebih lengkap,
terjaga dan terpelihara.
27