Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTEK FISIKA

KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN

NAMA KELOMPOK : TI P2K A3


ANGGOTA : Alfiani Nur Fitri
Amin Nur Ansori Prabowo
Eko Joko Priyonggo
Ika Yunita
Muhammad Faris Ilham
Purwahyudi Suwardiyanto
Syaiful Mahasan
ASISTEN : Satyagraha Tedja, ST
TANGGAL : 30 Juli 2016

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
JL. Raya Perjuangan Bekasi Utara
Juli, 2016

1
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIK DASAR
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

I. Tujuan Percobaan :

1. Mengetahui pengertian dari pengukuran.


2. Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar dengan benar.
3. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang.
4. Dapat memahami penggunaan angka berarti.

II. Teori Dasar :

A. PENGERTIAN PENGUKURAN
Asas semua cabang ilmu pengetahuan adalah pengamatan atau observasi.
Pengamatan besaran fisika umumnya dinyatakan secara kuantitatif atau
pengukuran. Kumpulan hasil pengukuran yang diperoleh dari berbagai sumber
diolah dan disintesiskan menjadi sebuah model atau teori dari suatu gejala alam.
Agar berguna, teori harus mampu menerangkan semua peristiwa alam yang
dikenal dan dapat meramalkan berbagai hal baru yang benar tidaknya dibuktikan
dengan percobaan dan pengukuran baru.
Jika suatu ketika hasil kajian tidak sesuai dengan ramalan teori, maka perlu
verifikasi atau bahkan gugurlah teori itu. Dengan demikian peranan eksperimen
sebagai balikan untuk suatu teori.

Istilah-Istilah Dalam Pengukuran


Untuk menentukan suatu besaran secara kualitatif maka diperlukan
instrumen atau alat ukur, dimana instrumen ini akan membantu manusia
mengetahui suatu besaran atau variabel yang tidak diketahui. Untuk menggunakan
instrumen secara tepat diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip kerjanya

2
dan mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut sesuai untuk pemakaian
yang telah direncanakan.
Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah yang akan dipakai pada
pembahasan berikutnya, antara lain :
a. Instrumen/alat ukur : Suatu alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau
besarnya suatu kuantitas atau variabel.
b. Ketelitian (accuracy) : Adalah nilai yang hampir sama atau terdekat dengan
pembacaan instrumen terhadap nilai yang sebenarnya dari variabel yang
diukur.
c. Ketepatan (precision) : Adalah ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang secara berulang dari pengulangan pengukuran yang
dilakukan. Atau merupakan suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan
perbedaan hasil pengukuran pada pengukuran yang dilakukan secara
berurutan.
d. Sensitivitas (Sensitivity) : Rasio antara sinyal keluaran atau respon instrumen
terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur.

Angka-Angka Berarti (Penting)


Angka-angka berarti (significant figures) memberikan informasi yang
aktual (nyata) terhadap ketepatan pengukuran. Banyaknya angka berarti
menunjukkan tingkat atau derajat ketepatan suatu pengukuran, sebagai contoh : 2
buah tahanan masing-masing 68  dan 68,0  ini berarti tahanan pertama
memiliki 2 angka penting dan tahanan kedua memiliki 3 angka penting. 68 
memiliki ketepatan yang lebih rendah daripada 68,0  .
Dari contoh di atas terlihat bahwa betapa pentingnya angka penting dalam
suatu hasil pengukuran. Untuk menuliskan hasil pengukuran yang tepat maka
terlebih dahulu disajikan contoh-contoh operasi angka penting.

3
a. Operasi Penjumlahan
Contoh 1.1 :
Dua buah tahanan R1 dan R2 dihubungkan secara berderet (seri). Pengukuran
masing-masing dengan menggunakan jembatan Wheatstone menghasilkan : R 1 =
18,7  dan R 2 = 3,624 . Tentukan tahanan total sampai beberapa angka berarti
yang memenuhi (sesuai).
Penyelesaian :
R1 = 18,7  (tiga angka berarti)
R2 = 3,624  (lima angka berarti)
RT = R1 + R2 = 22,324  (empat angka berarti) = 22,3 

Angka-angka yang dicetak miring untuk menunjukkan bahwa pada


penjumlahan R1 dan R2, ketiga angka terakhir merupakan angka-angka yang
meragukan. Dalam hal ini tidak ada gunanya untuk menggunakan dua angka
terakhir (2 dan 4) sebab salah satu tahanan hanya diteliti sampai tiga angka yang
berarti atau sepersepuluh ohm.
Bila dua atau lebih pengukuran dengan tingkat ketelitian yang berbeda
dijumlahkan, maka hasilnya hanya seteliti pengukuran yang paling kecil
ketelitiannya.

b. Operasi perkalian
Banyaknya angka-angka yang berarti dalam perkalian bisa bertambah
dengan cepat, tetapi sekali lagi diingatkan bahwa yang diperlukan dalam jawaban
hanya angka-angka berarti yang memenuhi.
Contoh 1.2 :
Untuk menentukan penurunan tegangan, arus sebesar 3,18 A dialirkan melalui
sebuah tahanan 35,68 . Tentukan penurunan tegangan pada tahanan tersebut
sampai angka-angka berarti yang memenuhi.
Penyelesaian :
E = IR = (3,18) x (35,68) = 113,4624 = 113 V

4
Karena didalam perkalian tersebut terdapat tiga angka yang berarti (yaitu
3,18), maka jawaban hanya dapat dituliskan maksimal dalam tiga angka yang
berarti. Operasi pengurangan dan pembagian sama dengan aturan penjumlahan
dan perkalian dalam hal penulisan angka penting.

Jenis-Jenis Kesalahan
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi
adalah penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana
kesalahan yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Langkah pertama yang
diperlukan untuk menguranginya adalah mempelajari kesalahan-kesalahan
tersebut; dimana dari hal ini juga dapat ditentukan ketelitian hasil akhir.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya
dibagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kesalahan-kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh
kesalahan manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur,
penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan
kesalahan penaksiran.
2. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh
kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya
bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau
pemakai.
3. Kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors): diakibatkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui sebab
perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak.
Masing-masing kelompok kesalahan ini akan dibahas secara ringkas
dengan menyarankan beberapa metode untuk memperkecil atau
menghilangkannya.

a. Kesalahan-Kesalahan Umum
Kelompok kesalahan ini terutama disebabkan oleh kekeliruan manusia
dalam melakukan pembacaan atau pemakaian instrumen dan dalam pencatatan

5
serta penaksiran hasil-hasil pengukuran. Selama manusia terlibat dalam
pengukuran, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari; namun jenis kesalahan ini
tidak mungkin dihilangkan secara kesuluruhan, usaha untuk mencegah dan
memperbaikinya perlu dilakukan. Beberapa kesalahan umum dapat mudah
diketahui tetapi yang lainnya mungkin sangat tersembunyi.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian
instrumen yang tidak sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah
kondisi sampai batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian yang
lengkap, dan akibatnya besaran yang diukur akan berubah. Sebagai contoh sebuah
voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat menghasilkan pembacaan yang
salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi
(contoh 1.3); sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke sebuah rangkaian
tahanannya rendah, pembacaannya bisa berlainan bergantung pada jenis voltmeter
yang digunakan (contoh 1.4). Contoh-contoh berikut menunjukkan bahwa
voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan” (loading effect) terhadap
rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut sewaktu mengalami
proses pengukuran.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh efek pembebanan voltmeter
dapat dihindari dengan menggunakan alat tersebut secermat mungkin. Misalnya,
sebuah voltmeter yang tahanannya kecil tidak akan digunakan untuk mengukur
tegangan-tegangan didalam sebuah penguat tabung hampa. Untuk pengukuran
khusus seperti ini diperlukan sebuah voltmeter dengan impedansi masukan yang
tinggi (misalnya VTVM atau TVM).
Kesalahan-kesalahan umum dalam jumlah besar dapat dikenali dari
keteledoran atau kebiasaan-kebiasaan yang buruk, seperti : pembacaan aktual
yang diambil, atau penyetelan instrumen yang tidak tepat. Pandang sebagai contoh
sebuah voltmeter rangkuman ganda menggunakan satu papan skala dengan angka-
angka (tanda yang berbeda untuk setiap rangkuman). Dalam hal ini adalah mudah
untuk menggunakan sebuah skala yang tidak bersesuaian terhadap penyetelan
sakelar pemilih rangkuman voltmeter tersebut. Kesalahan umum juga dapat terjadi

6
bila instrumen tersebut tidak dikembalikan ke angka nol sebelum melakukan
pengukuran dan akibatnya semua pembacaan menjadi salah.
Kesalahan-kesalahan seperti ini tidak dapat dinyatakan secara matematis
tetapi hanya dapat dihindari dengan menggunakan pembacaan yang cermat dan
juga pencacatan data pengukuran yang benar. Hasil yang baik memerlukan
pembacaan lebih dari satu kali, atau mungkin dengan pengamat yang berbeda.
Dalam hal ini kita sama sekali tidak boleh bergantung pada satu pembacaan saja,
tetapi paling harus melakukan tiga pembacaan yang terpisah. Yang lebih disukai
adalah pembacaan pada kondisi-kondisi dengan pengubahan instrumen-instrumen
dari keadaan mati ke keadaan hidup (off-on).

b. Kesalahan Sistematis
Jenis kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni :
(1) Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak
dapat dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya
tarikan pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan.
Atau kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan
instrumental dapat dihindari dengan cara (i). ketepatan memilih instrumen
yang sesuai peruntukannya, (ii) menggunakan faktor-faktor koreksi setelah
mengetahui banyaknya banyaknya kesalahan instrumental, (iii) Kalibrasi
instrumen dengan instrumen standar (baku).
(2).Kesalahan karena lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan
akibat dari keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen, seperti efek
perubahan suhu, kelembaban udara, tekanan udara luar, atau medan
elektromagnetik.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan
dinamis. Contoh mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar
poros menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan
instrumen untuk memberikan respon yang cepat bila terjadi perubahan dalam
variable yang diukur.

7
c. Kesalahan-kesalahan acak (random errors)
Kesalahan-kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak diketahui
dan terjadi walaupun semua kesalahan-kesalahan sistematis telah diperhitungkan.
Kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil pada pengukuran yang telah
direncanakan secara baik; tetapi menjadi penting pada pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan ketelitian tinggi, misalkan suatu tegangan akan diukur oleh sebuah
voltmeter yang dibaca setiap setengah jam. Walaupun instrumen dioperasikan
pada kondisi–kondisi lingkungan yang sempurna dan telah dikalibrasikan secara
tepat sebelum pengukuran, akan diperoleh hasil-hasil pembacaan yang sedikit
berbeda selama periode pengamatan. Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan
cara kalibrasi apapun dan juga oleh cara pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya
untuk membetulkan kesalaha ini adalah dengan menambah jumlah pembacaan dan
menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan pendekatan paling baik
terhadap harga yang sebenarnya.

1.5 Analisis Statistik (Statistical Analysis)


Analisis statistik terhadap data pengukuran adalah pekerjaan yang bisa
sebab dia memungkinkan penentuan ketidakpastian hasil pengujian akhir secara
analisis. Hasil dari suatu pengukuran dengan metode tertentu dapat diramalkan
berdasarkan data contoh (sample data) tanpa memiliki informasi (keterangan)
yang lengkap mengenai semua faktor-faktor gangguan. Agar cara-cara statistik
dan keterangan yang diberikannya (interpretasi) bermanfaat, biasanya diperlukan
sejumlah pengukuran yang banyak. Juga dalam hal ini, kesalahan-kesalahan
sistematis harus kecil dibandingkan terhadap kesalahan-kesalahan acak; sebab
pengerjaan data secara statistik tidak dapat menghilangkan suatu prasangka
tertentu yang selalu terdapat dalam semua pengukuran.

a. Nilai Rata-Rata

Nilai yang mungkin dari suatu variabel yang diukur adalah nilai rata-rata
dari semua pembacaan yang dilakukan. Pendekatan paling baik akan diperoleh
bila jumlah pembacaan untuk suatu besaran sangat banyak. Secara teoritis,

8
pembacaan yang banyaknya tak berhingga akan memberikan hasil paling baik,
walaupun dalam prakteknya hanya dapat dilakukan pengukuran yang terbatas.
b. Penyimpangan Terhadap Nilai Rata-Rata
Penyimpangan (deviasi) adalah selisih antara suatu pembacaan terhadap
nilai rata-rata dalam sekelompok pembacaan. Jika penyimpangan pembacaan
pertama x1 adalah d1, penyimpangan pembacaan kedua x2 adalah d2, dan
seterusnya.

c. Simpangan rata-rata
Deviasi rata-rata adalah suatu indikasi ketepatan instrumen yang digunakan
untuk pengukuran. Instrumen-instrumen yang ketepatannya tinggi akan
menghasilkan deviasi rata-rata yang rendah. Menurut definisi, deviasi rata-rata
adalah penjumlahan nilai-nilai mutlak dari penyimpangan-penyimpangan dibagi
dengan jumlah pembacaan.

d. Deviasi Standar
Deviasi standar (root–mean–square) merupakan cara yang sangat ampuh
untuk menganalisis kesalahan-kesalahan acak. Secara statistik, deviasi standar dari
jumlah data terbatas didefinisikan sebagai akar dari penjumlahan semua
penyimpangan (deviasi) setelah dikuadratkan dibagi dengan banyaknya
pembacaan.

KESALAHAN YANG MUNGKIN (PROBABILITY OF ERRORS)


a. Distribusi Kesalahan Normal
Pada tabel 1.1 ditunjukkan sebuah daftar dari 50 pembacaan tegangan yang
dilakukan pada selang waktu yang singkat dan dicatat pada setiap kenaikan 0,1
Volt. Tegangan nominal secara grafik dalam bentuk sebuah diagram balok atau
histogram dengan jumlah pengamatan digambarkan terhadap masing-masing
pembacaan tegangan. Histogram pada gambar 1.1 menyatakan data dari tabel 1.1.

9
TABEL 1.1 Daftar Pembacaan Tegangan
Pembacaan Tegangan (Volt) Jumlah Pengukuran
99.7 1
99.8
4
99.9
12
100.0
19
100.1
10
100.2
3
100.3
1
50

Hukum kesalahan Gauss atau hukum normal membentuk dasar dalam


mempelajari efek-efek acak secara analitis. Walaupun penulisan matematis bagi
masalah ini diluar lingkup pembatasan ini, pernyataan-pernyataan kualitatif
berikut adalah didasarkan pada hukum Normal :
(a).Semua pengamatan termasuk efek gangguan-gangguan kecil, disebut
kesalahan-kesalahan acak;
(b).Kesalahan-kesalahan acak bisa positif atau negatif,
(c). Kemungkianan kesalahan acak yang positif dan negatif adalah sama
Dengan demikian kita dapat mengharapkan bahwa pengamatan pengukuran
yang merngandung kesalahan-kesalahan yang positif dan negatif besarnya hampir
sama, sehingga jumlah kesalahan total akan kecil dan nilai rata-rata akan menjadi
nilai sebenarnya dari variabel yang diukur.
Adapun kemungkinan-kemungkinan bentuk kurva distribusi kesalahan
adalah sebagai berikut :
(a).Kemungkinan kesalahan-kesalahan yang kecil lebih besar dari kemungkinan
kesalahan-kesalahan yang besar.

10
(b).Kesalahan-kesalahan yang besar adalah sangat mustahil.
(c).Terdapat kemungkinan yang sama bagi kesalahan-kesalahan positif dan negatif
sehingga kemungkinan suatu kesalahan yang diberikan akan simetri terhadap
harga nol.
Kurva distribusi kesalahan pada gambar 1.2 didasarkan pada hukum
Normal dan menunjukkan suatu distribusi kesalahan yang simetris. Kurva normal
ini dapat dipandang sebagai bentuk yang membatasi histogram yang diberikan
pada gambar 1.1 dalam mana nilai yang paling mungkin dari tegangan yang
sebenarnya adalah nilai rata-rata 100,0 volt.

b. Kesalahan Yang Mungkin (Probable Erorr)


Luasan yang dibentuk oleh kurva kemungkinan Gauss dalam gambar 1.2
diantara + dan -, menyatakan semua jumlah pengamatan. Luasan yang dibatasi
oleh + dan 9- menyatakan kasus-kasus yang selisihnya dari nilai rata-rata tidak
akan melebihi deviasi standar. Integrasi luasan yang dibatasi oleh kurva dalam
batas-batas  menghasilkan jumlah total semua kasus didalam batas-batas
tersebut. Untuk data yang tersebar secara normal, berdasarkan distribusi Gauss
diperoleh bahwa hampir 68% dari semua kasus-kasus tersebut berada dalam
daerah + dan - dari nilai rata-rata. Nilai-nilai yang sehubungan penyimpangan-
penyimpangan lainnya dinyatakan dalam  diberikan pada tabel 1.2.

TABEL 1.2 Luasan dibawah kurva kemungkinan


Deviasi (+) () Bagian luasan total yang tercakup
0.6745 0.5000
1.0 0.6828
2.0 0.9546
3.0 0.9972

Jika sejumlah tahanan yang nilai nominalnya 100 diukur dan nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 100,00 , maka dengan deviasi standar sebesar 0,20  kita

11
mengetahui bahwa sebanyak 68% (atau sekitar dua pertiga) dari semua tahanan
mempunyai nilai (harga) yang terletak di dalam batas-batas 0,20  dari nilai
rata-rata. Dengan demikian, terdapat sekitar dua banding satu kemungkinan bahwa
nilai setiap tahanan yang dipilih secara acak, akan terletak diantara batas-batas
tersebut. Jika diinginkan perbedaan yang lebih besar, penyimpangan dapat
diperbesar sampai batas  2 yang dalam hal ini adalah  0,40 . Sesuai dengan
tabel 1.2, hal ini berarti 95% dari semua kasus dan 10 banding 1; artinya setiap
tahanan yang dipilih secara acak terletak dalam batas-batas  0.40  dari nilai
rata-rata 100.00 .
Pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa separuh dari kasus tersebut berada
dalam batas-batas penyimpangan  0,6745 . Besaran r disebut kesalahan yang
mungkin (probable error) yang didefinisikan sebagai

Kesalahan yang mungkin r = 0.6745 . (6)

Nilai ini adalah mungkin dalam arti bahwa terdapat suatu kesempatan yang
sama dimana setiap pengamatan akan memiliki suatu kesalahan acak yang tidak
melebihi r.
Contoh 1.7 :
Pengukuran sebuah tahanan sebanyak sepuluh kali memberikan : 101.2 ; 101.7
; 101.3 ; 101.0 ; 101.5 ; 101.3 ; 101.2 ; 101.4 ; 101.3 ; 101.1 .
Dengan menganggap bahwa hanya terdapat kesalahan acak, tentukan : (a) nilai
rata-rata, (b) deviasi standar, (c) kesalahan yang mungkin.
Penyelesaiaan :
Pengamatan yang banyak seperti ini lebih baik dibuat dalam bentuk tabel (daftar),
sehingga menghindari keragu-raguan dan kesalahan.

12
Deviasi
Pembacaan (x)
d d2
101.2 -0.1 0.01
101.7 0.4 0.16
101.3 0.0 0.00
101.0 -0.3 0.09
101.5 0.2 0.04
101.3 0.0 0.00
101.2 -0.1 0.01
.101.4 0.1 0.01
101.3 0.0 0.00
101.1 -0.2 0.04

x = 1,013.0  = 1,4 = 0,36

c. Kesalahan Batas (Limiting Errors)


Dalam kebanyakan instrumen, ketelitian hanya dijamin sampai suatu
persentase tertentu dari skala penuh. Komponen-komponen rangkaian (seperti
kondensator, tahanan, dan lain-lain) dijamin dalam suatu persentase tertentu dari
nilai tertera. Batas-batas penyimpangan dari nilai yang ditetapkan disebut
kesalahan batas (limiting error) atau kesalahan garansi (guarantee error).
Misalnya jika nilai sebuah tahanan adalah 500  10%, maka pabrik menjamin
bahwa nilai tahanan tersebut berada diantara 450 dan 550 . Pabrik tidak
menetapkan standar deviasi atau kesalahan yang mungkin, tetapi menjanjikan
bahwa kesalahan tidak akan lebih besar dari batas-batas yang telah ditetapkan.

13
III. Prosedur Percobaan
III.1 Percobaan Penentuan Nilai Satuan Terkecil (NST)
1. Tentukan Nilai Satuan Terkecil dari alat :

a. Mistar

b. Termometer

c. Voltmeter

d. Amperemeter

e. Stopwatch

f. Busur Derajat

2. Tentukan NST alat ukur digital Timbangan.

3. Tentukan NST alat ukur Jangka Sorong dengan nonius dan tanpa nonius

III.2 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang


Dimensi Balok Logam dengan Jangka Sorong
1. Ukur Panjang, Lebar dan Tebal balok logam dengan jangka sorong masing
masing sebanyak 5 kali pada tempat pengukuran yang berbeda - beda.

2. Catat pada lembar data yang telah disediakan.

3. Tentukan dimensi balok tersebut beserta ktp mutlak dan ktp relatifnya.

III.3 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang


Tebal Kartu dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
1. Ukur Tebal kartu dengan jangka sorong dan micrometer sekrup masing
masing sebanyak 5 kali pada tempat pengukuran yang berbeda - beda.

2. Catat pada lembar data yang telah disediakan.

3. Tentukan tebal balok tersebut beserta ktp mutlak dan ktp relatifnya.

14
III.4 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Massa Balok dengan Neraca dan Timbangan Digital
1. Gunakan neraca dan timbangan digital Untuk menimbang balok masing -
masing sekali saja.

2. Catat pada lembar data yang telah disediakan.

3. Tentukan massa balok tersebut beserta ktp mutlak dan ktp relatifnya.

III. 5 Pencatatan Kondisi Fisis Laoratorium


Baca suhu, tekanan udara dan kelembaban udara dalam laboratorium dan
laporkan hasilnya dengan cara yang tepat.

IV. Hasil Pengamatan


Dari hasil praktikkum didapatkan hasil pengamatan :

IV.1 Percobaan Penentuan Nilai Satuan Terkecil (NST)


Dari hasil percobaan didapat hasil pengukuran :
1. Hasil NST alat ukur :
a. Mistar = 0,1 cm = 1 mm

b. Termometer = 1oC

c. Voltmeter = 1 mV

d. Amperemeter = 10 mA

e. Stopwatch = 0,1 sec

f. Busur derajat = 0,5o

2. Hasil NST alat ukur digital timbangan = 1 gram

3. Hasil NST alat ukur Jangka sorong :

- Dengan nonius = 0,05 mm


- Tanpa nonius = 1 mm

15
IV.2 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Dimensi Balok Logam dengan Jangka Sorong
Dari hasil percobaan didapat hasil pengukuran :
Pengukuran ke -
1 2 3 4 5
P 33,50 33,80 33,85 33,80 33,80
L 15,70 15,90 15,90 15,70 15,75
T 15,80 15,70 15,80 15,80 15,80

IV.3 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang


Tebal Kartu dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
Dari hasil percobaan didapat hasil pengukuran :
Pengukuran ke -
1 2 3 4 5
JS 0,80 0,75 0,70 0,80 0,75
M 0,83 0,83 0,84 0,84 0,82
JS = Jangka Sorong
M = Micrometer

IV.4 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran tunggal


Massa Balok dengan Neraca dan Timbangan Digital
Dari hasil percobaan didapat hasil pengukuran :
Alat Ukur Massa Satuan
Neraca 70,21 g
Timbangan Digital 70 g

IV.5 Kondisi Fisis Laboratorium


Suhu = (29 ± 0,5)oC
Kelembaban Relatif = (80 ± 1)%
Tekanan Udara = (29,3 ± 0,05)in Hg

16
V. Alat Dan Bahan
1. Mistar Plastik

2. Jangka Sorong / Sigmat

3. Stopwatch

4. Busur Derajat

5. Termometer

6. Balok Logam

7. Barometer

8. Neraca Teknis / Neraca Digital

9. Amperemeter

10. Mikrometer Sekrup

VI. Pembahasan
VI.1 Percobaan Penentuan Nilai Satuan Terkecil (NST)
Nama Alat Nilai NST Satuan
1. Alat Ukur Analog
Mistar 1 mm
o
Termometer 1 C
Voltmeter 1 mV
Amperemeter 10 mA
Stopwatch 0,1 s
o
Busur Derajat 0,5 C
2. Alat Ukur Digital
Timbangan 1 g
3. Jangka Sorong
Dengan Nonius 0,05 mm
Tanpa Nonius 1 mm

17
VI.2 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Dimensi Balok Logam dengan Jangka Sorong
- Ketidakpastian Mutlak dituliskan sebagai :
X = {x ± x }[x] , dengan x : besaran fisis yang diukur
Di mana :
x1  x2  ...  xn
x
n

1 n x1   xi 
2 2

x  S x 
n n 1
- Ketidakpastian Relatif dituliskan sebagai :
X = x ± (KTP relatif x 100%)
Dimana :
x1  x2  ...  xn
x
n
x
KTPrelatif 
x

a. Ketidakpastian Panjang (P) Balok Logam

No. P P2
1 33,50 1122,25
2 33,80 1142,44
3 33,85 1145,8225
4 33,80 1142,44
5 33,80 1142,44
 168,75 5695,3925

Perhitungan :
P 168,75
P   33,75
n 5

1 n P   P  1 (5.5695,3925)  168,75
2 2 2
P    0,06325 ~ 0,06
n n 1 5 5 1

18
P 0,06325
KTPrelatif    0,001874
P 33,75

Ketidakpastian Mutlak dilaporkan sebagai :

P  P  P  (33,75  0,06) mm.


Ketidakpastian Relatif dilaporkan sebagai :

P  P  ( KTPRe latif x100%)  33,75mm  0,1874%

b. Ketidakpastian Lebar (L) Balok Logam

No. L L2
1 15,70 246,49
2 15,90 252,81
3 15,90 252,81
4 15,70 246,49
5 15,75 248,0625
 78,95 1246,6625

Perhitungan :
L 78,95
L   15,79
n 5

1 n L   L  1 (5.1246,6625)  78,95
2 2 2
L    0,04583 ~ 0,05
n n 1 5 5 1
L 0,04583
KTPrelatif    0,002902
L 15,79

Ketidakpastian Mutlak dilaporkan sebagai :

L  L  L  (15,79  0,05) mm.


Ketidakpastian Relatif dilaporkan sebagai :

L  L  ( KTPRe latif x100%)  15,79mm  0,2902%

19
c. Ketidakpastian Tebal (T) Balok Logam

No. T T2
1 15,80 249,64
2 15,70 246,49
3 15,80 249,64
4 15,80 249,64
5 15,80 249,64
 78,90 1245,05

Perhitungan :
T 78,90
T   15,78
n 5

1 n T   T  1 (5.1245,05)  78,90
2 2 2
T    0,02
n n 1 5 5 1
T 0,02
KTPrelatif    0,001267
T 15,78

Ketidakpastian Mutlak dilaporkan sebagai :

T  T  T  (15,78  0,02) mm.


Ketidakpastian Relatif dilaporkan sebagai :

T  T  ( KTPRe latif x100%)  15,78mm  0,1267%

20
VI.3 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Tebal Kartu dengan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
- Ketidakpastian Mutlak dituliskan sebagai :
X = {x ± x }[x] , dengan x : besaran fisis yang diukur
Di mana :
x1  x2  ...  xn
x
n

1 n x1   xi 
2 2

x  S x 
n n 1
- Ketidakpastian Relatif dituliskan sebagai :
X = x ± (KTP relatif x 100%)
Dimana :
x1  x2  ...  xn
x
n
x
KTPrelatif 
x
a. Ketidakpastian Tebal (T) Kartu dengan Pengukuran menggunakan Jangka
Sorong (JS)

No. TJS TJS2


1 0,80 0,64
2 0,75 0,5625
3 0,70 0,49
4 0,80 0,64
5 0,75 0,5625
 3,8 2,895

Perhitungan :
TJS 3,8
TJS    0,76
n 5

1 n TJS   TJS  1 (5.2,895)  3,80


2 2 2
TJS    0,01871 ~ 0,02
n n 1 5 5 1

21
TJS 0,01871
KTPrelatif    0,0246
TJS 0,76

Ketidakpastian Mutlak Pengukuran Tebal Kartu dengan Jangka Sorong


dilaporkan sebagai :

TJS  T JS  TJS  (0,76  0,02) mm.


Ketidakpastian Relatif Pengukuran Tebal Kartu dengan Jangka Sorong
dilaporkan sebagai :

TJS  T JS  ( KTPRe latif x100%)  0,76mm  2,46%

b. Ketidakpastian Tebal (T) Kartu dengan Pengukuran menggunakan


Micrometer (M)

No. Tm Tm2
1 0,83 0,6889
2 0,83 0,6889
3 0,84 0,7056
4 0,84 0,7056
5 0,82 0,6724
 4,16 3,4614

Perhitungan :
Tm 4,16
Tm    0,832
n 5

1 n Tm   Tm  1 (5.3,4614)  4,16
2 2 2
Tm    0,003742 ~ 0,004
n n 1 5 5 1
Tm 0,003742
KTPrelatif    0,0045
Tm 0,832

Ketidakpastian Mutlak Pengukuran Tebal Kartu dengan Micrometer


dilaporkan sebagai :

Tm  Tm  Tm  (0,832  0,004) mm.

22
Ketidakpastian Relatif Pengukuran Tebal Kartu dengan Micrometer
dilaporkan sebagai :

Tm  Tm  ( KTPRe latif x100%)  0,832mm  0,45%

VI.4 Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran tunggal


Massa Balok dengan Neraca dan Timbangan Digital
- Ketidakpastian pada pengukuran tunggal dituliskan sebagai :
X = {x ± x }[x] , dengan x : besaran fisis yang diukur
Di mana :
∆ x = ½ NST (pengukuran tunggal)
[x] = satuan besaran x (gunakan sebanyak-banyaknya Satuan Internasional (SI))

a. Ketidakpastian Massa (M) Balok Kuningan dengan Pengukuran tunggal


menggunakan Neraca

Alat Ukur : Neraca


NST : 0,01 g
Massa : 70,21 g

Perhitungan :
1
M  x0,01  0,005
2
Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Neraca dilaporkan
sebagai :
M  M  M  (70,21  0,005) g

b. Ketidakpastian Massa (M) Balok Kuningan dengan Pengukuran tunggal


menggunakan Timbangan Digital

Alat Ukur : Timbangan Digital


NST :1g
Massa : 70 g

23
Perhitungan :
1
M  x1  0,5
2
Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Timbangan Digital
dilaporkan sebagai :
M  M  M  (70  0,5) g
VI.5 Kondisi Fisis Laboratorium

Suhu (29 ± 0,5)oC


Kelembaban Relatif (80 ± 1)%
Tekanan Udara (29,3 ± 0,05)in Hg

24
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII. 1 KESIMPULAN
1. Secara umum, hasil pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan
nilai besaran ukur, oleh karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai
dengan pernyataan ketidakpastian dari taksiran tersebut.

2. Setiap alat ukur memiliki Nilai Satuan Terkecil (NST) yang berbeda - beda,
pada praktikkum ini dilakukan penentuan nilai NST pada alat sebagai berikut :

Nama Alat Nilai NST Satuan


1. Alat Ukur Analog
Mistar 1 mm
o
Termometer 1 C
Voltmeter 1 mV
Amperemeter 10 mA
Stopwatch 0,1 s
o
Busur Derajat 0,5 C
2. Alat Ukur Digital
Timbangan 1 g
3. Jangka Sorong
Dengan Nonius 0,05 mm
Tanpa Nonius 1 mm

3. Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang Dimensi


Balok Logam dengan Jangka Sorong didapat hasil :

Ketidakpastian Mutlak dilaporkan sebagai :

P  P  P  (33,75  0,06) mm.

L  L  L  (15,79  0,05) mm.

T  T  T  (15,78  0,02) mm.

25
Ketidakpastian Relatif dilaporkan sebagai :

P  P  ( KTPRe latif x100%)  33,75mm  0,1874%

L  L  ( KTPRe latif x100%)  15,79mm  0,2902%

T  T  ( KTPRe latif x100%)  15,78mm  0,1267%


4. Percobaan Pengukuran Ketidakpastian pada pengukuran berulang Dimensi
Balok Logam dengan Jangka Sorong didapat hasil :

Ketidakpastian Mutlak Pengukuran Tebal Kartu dengan Jangka Sorong


dilaporkan sebagai :

TJS  T JS  TJS  (0,76  0,02) mm.


Ketidakpastian Relatif Pengukuran Tebal Kartu dengan Jangka Sorong
dilaporkan sebagai :

TJS  T JS  ( KTPRe latif x100%)  0,76mm  2,46%


Ketidakpastian Mutlak Pengukuran Tebal Kartu dengan Micrometer
dilaporkan sebagai :

Tm  Tm  Tm  (0,832  0,004) mm.


Ketidakpastian Relatif Pengukuran Tebal Kartu dengan Micrometer
dilaporkan sebagai :

Tm  Tm  ( KTPRe latif x100%)  0,832mm  0,45%


Dari percobaan ini diketahui bahwa nilai ketidakpastian pengukuran dengan
mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian pengukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan jangka sorong, hal ini salah
satunya dikarenakan alat mikrometer sekrup memiliki kelitian lebih tinggi
dibandingkan dengan jangka sorong.
5. Percobaan pengukuran ketidakpastian pada pengukuran tunggal Massa Balok
dengan Neraca dan Timbangan Digital

Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Neraca dilaporkan


sebagai :
M  M  M  (70,21  0,005) g

26
Ketidakpastian Pengukuran Massa Balok Logam dengan Timbangan Digital
dilaporkan sebagai :
M  M  M  (70  0,5) g
Dari percobaan ini diketahui bahwa nilai ketidakpastian pengukuran tunggal
dengan Neraca memiliki ketidakpastian pengukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan timbangan digital, hal ini salah
satunya dikarenakan Neraca memiliki kelitian lebih tinggi (NST = 0,01 g)
dibandingkan dengan Timbangan Digital (NST = 1 g).

VII. 2 SARAN
Pada pengukuran berulang didapat data keberulangan dengan data yang tidak
presisi hal ini dikarenakan salah satunya adalah keterbatasan dari kemampuan
praktikkan dalam menggunakan alat dan performa alat yang digunakan. Dengan
ini saran kami :
1. Agar alat dan sarana penunjang di laboratorium Fisika agar lebih lengkap,
terjaga dan terpelihara.

2. Praktikkan yang melakukan pengujian harus lebih teliti dalam mengumpulkan


data.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Modul Praktikkum Fisika Dasar Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran DP.01.23,
Komite Akreditasi Nasional (KAN) : Juni 2003

Evaluation of Measurement data - Guide to the expression of uncertainty


in measurement, GUM-JCGM 100:2008

27

Anda mungkin juga menyukai