Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan


2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2012), manajemen keuangan adalah “Manajemen
Keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji
dan menganalisis tentang bagaimana seorang manajer keuangan dengan
mempergunakan seluruh sumberdaya perusahaan untuk mencari dana, mengelola
dana dan membagi dana dengan tujuan memberikan profit atau kemakmuran bagi
para pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.”

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan


Menurut Harmono (2009) fungsi manajemen keuangan dapat dirinci ke
dalam tiga bentuk kebijakan perusahaan, yaitu:
1. Keputusan investasi.
Investasi modal sebagi aspek utama kebijakan manajemen keuangan karena
investasi adalah bentuk alokasi modal yang realisasinya harus menghasilkan
manfaat atau keuntungan di masa yang akan datang.
2. Keputusan pendanaan.
Untuk memenuhi permintaan pelanggan (konsumen) dibutuhkan aktiva tetap.
3. Kebijakan deviden.
Kebijakan deviden adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari
waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan pembelian kembali saham.

2.2 Pengertian Laporan Keuangan


Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan
keuangan Laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai prestasi yang dicapai
perusahaan pada saat lampau, sekarang dan rencana pada waktu yang akan datang.

6
7

Menurut Kasmir (2008) laporan keuangan adalah laporan yang


menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu.

Menurut Susilo (2009) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah hasil


akhir dari proses akuntansi yang memuat informasi-informasi dan memberikan
keterangan-keterangan mengenai data ekonomi perusahaan yang terdiri dari daftar-
daftar yang menunjukan posisi keuangan dan hasil kegiatan perusahaan untuk satu
periode yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan keuangan.

2.2.1 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan, sangatlah penting bagi seorang analis untuk mengetahui dan
mengenal bentuk ataupun prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah
yang diperkirakan timbul dalam penyusunan laporan keuangan.
a. Neraca
Neraca terdiri atas tiga bagian :
1. Aktiva (asset)
Kasmir (2008) menyatakan aktiva merupakan harta atau kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.
Komponen aktiva secara umum adalah sebagai berikut :
a) Aktiva Lancar (current asset).
b) Investasi (invesment).
c) Aktiva Tetap (fixed asset).
d) Aktiva Tidak Berwujud (intangible asset).
e) Aktiva Lain-lain (other asset).
2. Hutang/Kewajiban (liabilities)
Kewajiban adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan oleh perusahaan
di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian
jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya.
Komponen dari kewajiban secara umum adalah sebagai berikut :
a) Kewajiban Lancar (current liabilities).
8

b) Kewajiban Jangka Panjang (long term liabilities/debt).


c) Kewajiban Lain-lain (other liabilities).
d) Kewajiban yang Disubordinasi (subordinated loan).
3. Modal (equity)
Komponen terakhir dari neraca adalah modal sendiri, yaitu selisih dari
aktiva dengan kewajiban (hutang). Modal ini adalah investasi yang
dilakukan oleh pemilik perusahaan. Komponen modal adalah :
a) Modal Saham (capital stock).
b) Agio Saham (surplus/premium).
c) Laba yang Ditahan (retained earning).
d) Laba Tahun Berjalan (profit of current year).
e) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

b. Laporan Rugi-Laba
Laporan rugi laba adalah laporan yang memberikan informasi tentang komposisi
keuangan penjualan, harga pokok, dan biaya-biaya perusahaan selama suatu
periode tertentu. Melalui laporan rugi-laba dapat diketahui jumlah keuntungan yang
diperoleh atau kerugian yang dialami oleh perusahaan selama periode tertentu
tersebut. Bentuk laporan rugi-laba yang biasa digunakan Menurut Kasmir (2008)
sebagai berikut :
1. Bentuk single step, yaitu merupakan gabungan dari jumlah seluruh penghasilan
baik pokok (operasional) maupun di luar pokok (nonoperasional) dijadikan satu,
kemudian jumlah biaya pokok dan di luar pokok juga dijadikan satu.
2. Bentuk multiple step, yaitu merupakan pemisahaan antara komponen usaha
pokok (operasional) dengan di luar pokok (nonoperasional).

c. Laporan Arus Kas


Laporan ini menggambarkan tentang perputaran uang (kas dan bank) selama
periode tertentu, misalnya bulanan dan tahunan. Laporan arus kas terdiri dari kas
untuk kegiatan operasional dan kas untuk kegiatan pendanaan.
Tujuan laporan aliran kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Untuk
9

mencapai tujuan ini, aliran kas diklasifikasikan dalam 3 kelompok yang berbeda
yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatam investasi,
pembelanjaan dan kegiatan usaha. Pongoh (2013).

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan


Menurut Kasmir (2012) menyatakan secara umum laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat
tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara
mendadak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan yang berguna bagi pemakai
informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.

2.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Menurut Dwi (2011), karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan
ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi para
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan
keuangan ini meliputi:
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, para
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan apabila informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan (predictive), menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi
mereka di masa lalu (confirmatory).
10

3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi mempunyai
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya
(kelengkapan). Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) dapat
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan.
4. Dapat Diperbandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara
relatif.

2.2.4 Penggunaan Laporan Keuangan


Menurut Harahap (2008) penggunaan laporan keuangan sebagai berikut:
1. Pemilik perusahaan. Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan dimaksud untuk:
a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen.
b. Mengetahui hasil deviden yang akan diterima.
c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan perkembangannya.
d. Mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham.
e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan
datang.
f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi
investasi.
11

2. Manajemen Perusahaan. Bagian manajemen perusahaan laporan keuangan


digunakan untuk :
a. Alat untuk mempertanggung jawabkan pengelola kepada pemilik.

b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi,


bagian atau segmen tertentu.

2.2.5 Sifat dan Keterbatasan Manajemen Keuangan


Walaupun laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berguna
bagi berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, tapi haruslah disadari bahwa
laporan keuangan masih mempunyai sifat dan keterbatasan, dan keduanya haruslah
menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dari hasil analisis laporan
keuangan. Menurut Kasmir (2012), setiap laporan keuangan yang disusun pasti
memiliki keterbatasan tertentu. Berikut ini beberapa keterbatasan laporan keuangan
yang dimiliki perusahaan yaitu:
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana
data-data yang diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya untuk
pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-
pertimbangan tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian.
Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung
kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan nilainya dihitung dari yang
paling rendah.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi
dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat
formalnya.
12

2.3. Analisis Laporan Keuangan


2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yang berarti,
maka perlu dilakukan pengkajian dan analisis yang memadai sehingga dapat
membantu bagi keputusan yang diambil.
Menurut Harahap (2007) Analisis rasio merupakan angka-angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan laporan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Kasmir (2008) menjelaskan analisis rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan.

2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Menurut Bertein dalam Harahap (2008) tujuan Analisa laporan keuangan
sebagai berikut:
1. Screening
Analisa dilakukan secara analisis laporan keuangan dengan tujuan untuk
memilih kemungkinan investasi atau merger.
2. Forcasting
Analasis digunakan untuk meramal kondisi keuangan perusahaan di masa yang
akan datang.
3. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah
yang terjadi dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lainnya.
4. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan
lain-lain.
13

2.3.3 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan


Ada beberapa teknik analisis laporan keuangan menurut Harahap (2007)
yaitu sebagai berikut:
a. Teknik Perbandingan Laporan Keuangan (Teknik Komparatif)
Teknik ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan dan
membandingkanya dengan angka-angka keuangan lainnya.
b. Teknik Analisis Tren
Teknik analisis ini menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan
beberapa tahun. Dari sini dapat digambarkan trennya. Tren analisis ini biasanya
dibuat melalui grafik.
c. Teknik Analisis Common Size
Teknik ini merupakan teknik analisis yang menyajikan laporan keuangan dalam
bentuk presentasi. Presentasi itu biasanya dikaitkan suatu jumlah yang dinilai
penting. Misalnya: asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.
d. Teknis Indeks Time Series
Dalam teknik ini dihitung indeks dan digunakan untuk menyatukan angka
keuangan.
e. Teknik Analisis Rasio Keuangan
Teknik analisis ini hanya menyederhanakan antara pos tertentu dengan pos
lainnya.

2.4 Jenis-Jenis Rasio keuangan


2.4.1 Rasio Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban-
kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini penting, karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat
menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Menurut Kasmir (2008) menyatakan bahwa “rasio lancar atau current ratio
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
14

secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.”
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relatif terhadap hutang lancarnya (kewajiban perusahaan). Menurut Sartono
(2010) aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga dan
persediaan. Semakin tinggi current ratio ini, berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Menurut
Werner R. Murhadi (2013) rasio lancar yang direkomendasikan berkisar 2 atau
200 persen. Rasio lancar yang telalu tinggi bermakna bahwa perusahaan terlalu
banyak menyimpan asset lancar. Sedangkan rasio lancar yang terlalu rendah atau
bahkan kurang dari 1 atau 100 persen mencerminkan adanya resiko perusahaan
untuk tidak mampu memenuhi liabilitasnya jatuh tempo. Jika perusahaan tingkat
persentase rasio tinggi belum tentu dapat menjamin akan dibayarnya hutang
perusahaan yang sudah jatuh tempo. Hal ini dikarenakan adanya jumlah
persediaan yang relative tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang
akan datang sehingga tingkat perputaran persedian rendah. Semakin kecil hutang
lancar maka semakin besar persentase current ratio.
𝒂𝒄𝒕𝒊𝒗𝒂 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Current Ratio =
𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓

Munawir (2011).

2. Quick Ratio (Rasio Cepat)


Rasio cepat adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera
dipenuhi oleh aktiva lancar yang lebih likuid (quick asset). Sawir (2009)
mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar
rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.

𝒂𝒄𝒕𝒊𝒗𝒂 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓−𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏
Quick Ratio =
𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓

Munawir (2011).
15

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas. Jika
current ratio tinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi
yang sangat besar dalam persediaan.

2.4.2 Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan


untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya. Perusahaan dikatakan
solvabilitas apabila perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya. Menurut Dwi (2011) “Ratio solvabilitas
menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah debt to
equity ratio dan time interst earned.” Rasio pengelolaan utang.
1. Debt To Assets Rasio
Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio ini
menunjukkan berapa bagian keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Menurut Lukman Syamsuddin (2009) “Rasio ini mengukur berapa besar aktiva
yang dibiayai oleh kreditur.

Dalam penelitian Rizki (2011) mengatakan Semakin tinggi debt ratio


semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.” Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi,
artinya pendanaan dengan utang semakin banyak maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang
dimilikinya.
16

Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai


dengan utang. Menurut Fahmi (2011), semakin rendah rasio ini semakin baik
karena aman bagi kreditor saat likuidasi. Sedangkan menurut Sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈
Debt to Total Asset Ratio =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒄𝒕𝒊𝒗𝒂

Dwi (2011).

2. Debt to Equity Rasio

Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara kewajiban dan


ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan modal perusahaan itu
sendiri dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan. Debt to equity ratio
dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya suatu utang.

Menurut Syamsudin (2009) debt to equity (DER) merupakan rasio yang


mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin
tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Harahap (2010) menyatakan : “Rasio ini menggambarkan sampai sejauh


mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin
kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Keseimbangan
proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik
perusahaan diukur dengan cara matematis sebagai berikut :

Total Debt To Equity Ratio = 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈


𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊

Dwi (2011)
17

2.4.3 Rasio Profitabilitas


Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari penggunaan modalnya. Kasmir (2012) yang menyatakan bahwa
rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Sehingga secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio
profitabilitas adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja atau
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dalam periode
tertentu melalui sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan. Pada umumnya metode-metode yang digunakan perusahaan untuk
mengukur kinerja keuangan menggunakan rasio profitabilitas diantaranya adalah
profit margin, return on asset, return on equity. Dikutip dari Puspitasari (2014).
1. Return On Assets

Return on assets menunjukkan koefisinan perusahaan dalam mengelola


seluruh aktiva untuk memperoleh pendapatan. ROA adalah rasio antara laba
setelah pajak dengan total aktiva. ROA mengidikasikan seberapa besar
kemampuan asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau
pendapatan. ROA dengan kata lain menunjukkan total assets dalam
menghasilkan laba.
Kasmir (2008) Semakin besar nilai ROA berarti suatu perusahaan
mempunyai kinerja yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk
pengembalian total aktiva yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap harga
saham, yaitu harga saham akan naik. Standar rata-rata industri untuk ROA adalah
30%
𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒙 (𝑬𝑨𝑻)
Return On Assets (ROA) =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕

Munawir (2011).
18

2. Return On Equity (ROE)

Adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan
dalam bentuk persen. Merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income)
yang tersedia bagi para pemilik atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Dimana menunjukan seberapa besar perusahaan memberikan imbal
hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan baik oleh pemilik
modal maupun investor ke perusahaan. Puspitasari (2014). Return on equity
adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal
sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi
yang talah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.

Menurut Kasmir (2008) menyatakan bahwa ROE menunjukkan


rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. Standar rata-rata
industry untuk ROE ini adalah 40%. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196)
angka ROE dapat dikatakan baik apabila > 12%.

𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒙 (𝑬𝑨𝑻)


Return On Equity (ROE) =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊

Dwi (2011).

2.4.4 Rasio Aktivitas

Rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif


mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar
tingkat aktiva tertentu yang dimiliki perusahaan, apakah sudah sesuai dan
beralasan, sangat tinggi atau sangat rendah jika dipandang dari tingkat penjualan
saat ini. Semakin tinggi rasio aktivitas semakin efektif perusahaan dalam
mendayagunakan sumber dayanya. Raharjaputra (2009) bahwa rasio aktivitas yaitu
rasio yang mengukur seberapa efektif (hasil guna) perusahaan menggunakan
sumber daya nya.
1. Total Assets Turn Over
Total assets turn over adalah rasio antara penjualan dengan total aktiva yang
menyetjui efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan.
19

Total Asset Turn Over = 𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏


𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂

Munawir (2011).

Menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam


rangka menghasilkan penjualan. Menurut Weston dan Brigham (2010), “Total
Assets Turn Over adalah : Rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya
yang berupa asset. Total Assets Turnover sendiri adalah rasio antara penjualan
dengan total aktiva yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara
keseluruhan. Apabila rasio rendah itu merupakan indikasi bahwa perusahaan
tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya”.

Menurut Lukman Syamsuddin (2011), “Total Asset Turnover adalah


Tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam
menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio Total Asset
Turnover berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva didalam
menghasilkan penjualan”.

Rasio ini menunjukan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan
atau dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode.
Puspitasari (2014).

2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)


Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi
utang lancar.
Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis
terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja. Sawir (2009). Menurut Riyanto (2008) Working capital turn
20

over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode
siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
Menurut Kasmir (2008) perputaran modal kerja atau working capital turn
over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai kefektifan modal
kerja perusahaan selama periode tertentu artinya seberapa banyak modal kerja
berputar selama satu periode atau dalam satu periode, semakin tinggi perputaran
modal kerja kerjanya maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba pada periode tertentu.

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
WCTO = =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2.5 Pengertian Kinerja Keuangan


Fahmi (2012) menyatakan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar.
Djarwanto (2008) menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat prestasi (kerja) hasil
nyata yang kadang-kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari
banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen untuk
mencapai tujuan tertentu.

2.5.1 Manfaat Kinerja


Praytino (2010) menyatakan manfaat penilaian kinerja bagi manajemen
adalah untuk:
1. Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotifan
karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan seperti
promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
menyediakan kriteria promosi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasan menilai kinerja
mereka.
21

5. Menyediakan suatu dasar dengan distribusi penghargaan.


Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya ingin
mengetahui kinerja keuangan perusahaan, dimana dalam menganalisa dan
menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan perusahaan terdapat
indikator dari kinerja keuangan perusahaan. Pongoh (2013).
.
2.5.2 Tahap-Tahap Dalam Menganalisis Kinerja Perusahaan
Pongoh (2013) Penilaian kinerja setiap persahaan berbeda-beda tergantung
pada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Jika perusahaan itu tersebut bergerak
pada sektor bisnis pertambangan maka itu berbeda dengan perusahaan yang
bergerak pada bisnis pertanian serta perikanan. Begitu juga dengan perusahaan
bidang pertambangan yang memliki produk berbeda dan manajemen yang berbeda
juga dengan perusahaan lainnya. Perusahaan bidang pertambangan sangat
bergantung pada kondisi natural resource yang akan diekploitasi dan juga beberapa
kapasitas kandungan tambang yang tersedia. Ada 5 (lima) tahap dalam
menganalisis kinerja keuangan suatu persahaan secara umum menurut Fahmi
(2012), yaitu:
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat
tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam
dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut
dapat dipertanggung jawabkan.
b. Melakukan perhitungan.
Penerapan metode hitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan
permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut
akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil
hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan
dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.
d. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada
tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan
22

ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa saja
permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut.
e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan
yang ditemukan.
Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang
dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan input atau masukan agar apa saja
yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.

2.5.3 Hubungan Rasio Keuangan dan Kinerja Perusahaan


Fahmi (2012) menyatakan rasio keuangan dan kinerja perusahaan
mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan sangat banyak jumlahnya dan
setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing. Bagi investor ia akan
melihat rasio dengan penggunaan yang paling sesuai dengan analisis yang akan ia
lakukan. Jika rasio tersebut tidak mempresentasikan tujuan dari analisis yang akan
ia lakukan maka rasio tersebut tidak akan di pergunakan, karena dalam konsep
keuangan dengan namanya fleksibilitas, artinya rumus atau berbagai bentuk
formula yang dipergunakan haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti.

2.6 Penelitian Sejenis


Penelitian terdahulu adalah kumpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, penelitian tersebut memiliki kaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan yang digunakan sebagai dasar acuan adalah sebagai berikut.

Soetarmiyati, N. (2012). Melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan


pada perusahaan perseroan (persero) PT. Telekomunikasi indonesia Tbk dan anak
perusahaan, diukur dengan rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
hasil Analisis likuiditas, Analisis Leverage, Analisis Rasio Aktivitas dan Analisis
Rasio Profitabilitas Menunjukkan bahwa kinerja Perusahaan Perseroan (Persero)
23

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan belum baik, jadi perlu
lebih ditingkatkan.

Herdiananda, R. (2017). Melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan


pada perusahaan batubara yang terdaftar di BEI, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja keuangan perusahaan batubara yang go public dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dan membandingkan perusahaan mana yang
memiliki kinerja perusahaan yang baik. Rasio-rasio keuangan yang digunakan
meliputi rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas dan solvabilitas. Perusahaan yang
menjadi objek penelitian PT. ATPK Resources Tbk, PT Perdana Karya Perkasa
Tbk, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk dan PT. Golden Eagle Enegy Tbk
dengan metode pengumpulan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan
periode 2011 sampai dengan 2015. Hasil analisis menunjukan kinerja keuangan PT.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk lebih baik jika dibandingkan dengan ketiga
perusahaan batubara lainnya karena dari 9 rasio keuangan 4 rasio dapat memenuhi
standar industri, sedangkan ketiga perusahaan lain masih banyak yang belum
memenuhi standar industri.

Pongoh, M. (2013). Melakukan penelitian tentang analisis laporan


keuangan untuk menilai kinerja keuangan PT. Bumi Resources Tbk. Tujuan
penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Bumi Resources
Tbk berdasarkan analisis rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif menggunakan
pengukuran rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Berdasarkan rasio
likuiditas secara keseluruhan keadaan perusahaan berada dalam keadaan baik,
meski selama kurun waktu dari tahun 2009-2011 berfluktuasi. Berdasarkan rasio
sovabilitas keadaan perusahaan pada posisi solvable, karena modal perusahaan
dalam keadaan cukup untuk menjamin hutang yang diberikan oleh kreditor.
Berdasarkan rasio profitabilitas secara keseluruhan perusahaan berada dalam posisi
yang baik.

Anda mungkin juga menyukai