Bab Ii Landasan Teori: 2.1 Pengertian Dan Fungsi Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Bab Ii Landasan Teori: 2.1 Pengertian Dan Fungsi Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
LANDASAN TEORI
6
7
b. Laporan Rugi-Laba
Laporan rugi laba adalah laporan yang memberikan informasi tentang komposisi
keuangan penjualan, harga pokok, dan biaya-biaya perusahaan selama suatu
periode tertentu. Melalui laporan rugi-laba dapat diketahui jumlah keuntungan yang
diperoleh atau kerugian yang dialami oleh perusahaan selama periode tertentu
tersebut. Bentuk laporan rugi-laba yang biasa digunakan Menurut Kasmir (2008)
sebagai berikut :
1. Bentuk single step, yaitu merupakan gabungan dari jumlah seluruh penghasilan
baik pokok (operasional) maupun di luar pokok (nonoperasional) dijadikan satu,
kemudian jumlah biaya pokok dan di luar pokok juga dijadikan satu.
2. Bentuk multiple step, yaitu merupakan pemisahaan antara komponen usaha
pokok (operasional) dengan di luar pokok (nonoperasional).
mencapai tujuan ini, aliran kas diklasifikasikan dalam 3 kelompok yang berbeda
yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatam investasi,
pembelanjaan dan kegiatan usaha. Pongoh (2013).
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi mempunyai
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya
(kelengkapan). Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) dapat
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan.
4. Dapat Diperbandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara
relatif.
secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.”
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relatif terhadap hutang lancarnya (kewajiban perusahaan). Menurut Sartono
(2010) aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga dan
persediaan. Semakin tinggi current ratio ini, berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Menurut
Werner R. Murhadi (2013) rasio lancar yang direkomendasikan berkisar 2 atau
200 persen. Rasio lancar yang telalu tinggi bermakna bahwa perusahaan terlalu
banyak menyimpan asset lancar. Sedangkan rasio lancar yang terlalu rendah atau
bahkan kurang dari 1 atau 100 persen mencerminkan adanya resiko perusahaan
untuk tidak mampu memenuhi liabilitasnya jatuh tempo. Jika perusahaan tingkat
persentase rasio tinggi belum tentu dapat menjamin akan dibayarnya hutang
perusahaan yang sudah jatuh tempo. Hal ini dikarenakan adanya jumlah
persediaan yang relative tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang
akan datang sehingga tingkat perputaran persedian rendah. Semakin kecil hutang
lancar maka semakin besar persentase current ratio.
𝒂𝒄𝒕𝒊𝒗𝒂 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Current Ratio =
𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Munawir (2011).
𝒂𝒄𝒕𝒊𝒗𝒂 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓−𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏
Quick Ratio =
𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Munawir (2011).
15
Dwi (2011).
Dwi (2011)
17
Munawir (2011).
18
Adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan
dalam bentuk persen. Merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income)
yang tersedia bagi para pemilik atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Dimana menunjukan seberapa besar perusahaan memberikan imbal
hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan baik oleh pemilik
modal maupun investor ke perusahaan. Puspitasari (2014). Return on equity
adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal
sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi
yang talah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
Dwi (2011).
Munawir (2011).
Rasio ini menunjukan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan
atau dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode.
Puspitasari (2014).
over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode
siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
Menurut Kasmir (2008) perputaran modal kerja atau working capital turn
over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai kefektifan modal
kerja perusahaan selama periode tertentu artinya seberapa banyak modal kerja
berputar selama satu periode atau dalam satu periode, semakin tinggi perputaran
modal kerja kerjanya maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba pada periode tertentu.
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
WCTO = =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa saja
permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut.
e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan
yang ditemukan.
Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang
dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan input atau masukan agar apa saja
yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan belum baik, jadi perlu
lebih ditingkatkan.