Anda di halaman 1dari 12

1.

definisi e-commerce
E-Commerce ialah suatu pross yang dilakukan konsukmen dalam membeli dan menjual
berbagai produk secara elektronik dari perusahaan ke perusahaan lain dengan
menggunakan komputer sebagai perantara transaksi bisnis yang dilakukan (Loudon,
1998).

2. e-commerce dalam proses bisnis perusahaan dan inbound logistic


 e-commerce dalam proses bisnis:
Proses bisnis pertama di dalam sistem E-Commerce ini dinamakan sebagai
“information sharing”. Prinsip penjual di dalam proses ini adalah untuk mencari
dan menjaring calon pembeli sebanyak-banyaknya, sementara prinsip pembeli
adalah berusaha sedapat mungkin mencari produk atau jasa yang diinginkannya,
dan mencoba untuk mencari tahu penilaian orang lain terhadap produk atau jasa
tersebut. Setelah aktivitas tukar-menukar informasi dilakukan, proses bisnis
selanjutnya adalah melakukan pemesanan produk atau jasa secara elektronik.
Dua pihak yang bertransaksi sudah selayaknya harus melakukan aktivitas
perjanjian tertentu, sehingga proses pembelian dapat dilakukan dengan sah,
benar, dan aman. Pembelian antara dua entiti bisnis biasanya dilakukan melalui
jaringan tertentu seperti EDI (Electronic Data Interchange) atau ekstranet. Di
dalam proses bisnis ini, ada empat aliran entiti yang harus dikelola dengan baik:
Flow of goods (aliran produk);
Flow of information (aliran informasi);
Flow of money (aliran uang); dan
Flow of documents (aliran dokumen).

Fasilitas E-Commerce yang ada harus dapat mensinkronisasikan keempat aliran


tersebut, sehingga proses transaksi dapat dilakukan secara efisien, efektif, dan
terkontrol dengan baik. Setelah transaksi usai dilakukan dan produk telah
didistribusikan ke tangan konsumen, barulah proses terakhir yaitu aktivitas
purna jual dijalankan. Pada tahapan ini penjual dan pembeli melakukan
berbagai aktivitas atau komunikasi seperti:
Keluhan terhadap kualitas produk;
Pertanyaan atau permintaan informasi mengenai produk-produk lain;
Pemberitahuan akan produk-produk baru yang ditawarkan;
Diskusi mengenai cara menggunakan produk dengan baik,
Dan lain sebagainya

 e-commerce dalam proses inbound logistic:

Sistem pergudangan modern menaungi semua alur proses, mulai dari


saat pertama barang masuk (inbound) baik dari para distributor maupun
produk-produk consignment dari para merchants, tahapan quality controls
(QC), penyimpanan (storage), processing orders, packaging, hingga barang
siap dikirim (outbound) melalui bagian pengiriman maupun partner ekspedisi
yang telah bekerja sama dengan situs e-commerce tersebut.

Sebagai contoh sebuah perusahaan e-commerce yang menguasai pasar di


Indonesia, pada awalnya perusahaan e-commerce ini tahun 2012 hanya
memiliki gudang seluas 2000 m2. Luas fasilitas itu meningkat pada tahun 2013
menjadi 4000 m2 dan terus meningkat menjadi 12.000 m2 pada tahun 2015.
Saat ini, tercatat total luas fasilitas gudang milik e-commerce tersebut
mencapai 40.000 m2, yang tersebar di Depok, Surabaya, dan Medan.

Inbound Logistics (material receiving and storing))e--bisnis dapat


meningkatkan aktivitas bisnis dapat meningkatkan aktivitas inbound logistic :
inbound logistic : a.a.Akses atas informasi yang akurat dan tepat waktuAkses
atas informasi yang akurat dan tepat waktumengenai status pengiriman
memungkinakan mengenai status pengiriman memungkinakan organisasi untuk
mengurangi jumlah persedian organisasi untuk mengurangi jumlah persedian
penyanggapenyangga(inventory buffer)(inventory buffer)b. Untuk produk yang
dapat digitalkan seperti buku, CD, b. Untuk produk yang dapat digitalkan seperti
buku, CD, sofware dan informsi maka fungsi inbound logistic sofware dan
informsi maka fungsi inbound logistic dapat dilakukan secara elektronik. Hal ini
akan dapat dilakukan secara elektronik. Hal ini akan berpengaruh pada
penghematan biaya karena pembeli berpengaruh pada penghematan biaya karena
pembeli tidak dibebani biaya dan waktu yang berhubungan tidak dibebani biaya
dan waktu yang berhubungan dengan penerimaaan produk , penyimpanan
digudang dengan penerimaaan produk , penyimpanan digudang dan pengiriman.
dan pengiriman.

3. penggunaan e-commerce dalam pencapaian keunggulan strategis dan operasional


perusahaan
Mengimplementasikan sebuah sistem ECommerce tidak semudah atau sekedar
mempergunakan sebuah perangkat aplikasi baru, namun lebih kepada pengenalan
sebuah prosedur kerja baru (transformasi bisnis). Tentu saja perubahan yang ada akan
mendatangkan berbagai permasalahan, terutama yang berhubungan dengan budaya
kerja dan relasi dengan rekanan maupun pelanggan (Fingar, 2000):

 Sistem ECommerce melibatkan arsitektur perangkat lunak dan perangkat keras yang
akan terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi, sehingga strategi
pengembangan dan penerapannyapun akan berjalan seiring dengan siklus hidup
perusahaan; dan
 Mengembangkan sistem ECommerce secara perlahan dan bertahap secara tidak
langsung menurunkan tingginya resiko kegagalan implementasi yang dihadapi
perusahaan.

Hal pertama yang di lakukan adalah melakukan sosialisai persepsi tentang E-


Commerce kepada internal perusahaan, agar semua bagian perusahaan paham akan
implementasi E-Commerce tersebut. Langkah berikutnya adalah melakukan
koordinasi antara berbagai pihak yang akan membangun sistem ECommerce bersama
perusahaan terkait. Pihak-pihak tersebut misalnya: rekanan bisnis (seperti pemasok
dan distributor), vendor teknologi informasi, pelanggan, bank (penyedia jasa kartu
kredit), pihak asuransi, dan lain sebagainya. Tujuan dari koordinasi ini adalah
pengembangan sebuah kerangka kerja sama yang disepakati bersama, sehingga dalam
perjalanan implementasinya, ECommerce tidak mendapatkan gangguan yang berarti.
Seluruh pihakpihak dalam “konsorsium” ini harus menyadari bahwa mereka semua
berada dalam sebuah ekosistem ECommerce, dimana sistem yang ada baru akan
berjalan secara baik jika masing-masing komponennya memiliki kinerja yang baik
sesuai dengan fungsinya masing masing. Tahap berikutnya merupakan sebuah fase
yang cukup sulit, karena diperlukan suatu pemahaman yang baik terhadap apa yang
disebut sebagai metoda pendekatan sistem (system thinking).

Penggabungan proses bisnis beberapa perusahaan dengan menggunakan


kerangka ECommerce tidak sekedar menghubungkan satu divisi dengan divisi lain
dengan menggunakan perangkat telekomunikasi dan komputer, tetapi lebih jauh
merupakan suatu usaha membentuk sistem bisnis yang lebih besar dan luas
(internetworking). Pemahaman mengenai perilaku sebuah sistem, yang terdiri dari
berbagai komponen arsitektur yang saling terkait dan terintegrasi merupakan hal
mutlak yang harus dikuasai oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap sistem
tersebut. Tahap ini memiliki tujuan untuk mengadakan suatu analisa terhadap halhal
pokok berkaitan dengan prinsipprinsip dasar bisnis setelah lingkungan kerjasama baru
antar perusahaan terbentuk, seperti:

 Menentukan model bisnis yang akan diterapkan di dalam ECommerce;


 Mendefinisikan segmen pasar dan tipe pelanggan yang akan menjadi target;
 Menyusun kebijakan atau peraturan pembelian melalui internet bagi pelanggan;
 Membagi tugas dan tanggung jawab antar berbagai pihak yang berkerja sama;
 Mengusulkan pembagian biaya dan keuntungan dari model bisnis baru tersebut; dan
lain sebagainya.

Setelah media infrastruktur ECommerce selesai dibangun, tahap berikutnya


adalah menentukan proyek percontohan atau proyek awal (pilot project) yang akan
diuji coba dan diimplementasikan. Prinsip “don’t run before you can walk” merupakan
pedoman pemikiran yang biasa dipergunakan dalam skenario implementasi. teknologi
informasi secara evolusi ini. Diharapkan dari pilot project ini dapat dilihat seberapa
“feasible” konsepkonsep model bisnis yang telah dirancang dapat memenuhi
objektifyang dikehendaki. Berdasarkan hasil evaluasi dan fakta yang terjadi selama
pilot project dirancang dan di implementasikan, berbagai perbaikan konsep dilakukan
dan dimatangkan.

Dalam kaidahnya strategi ecommerce merupakan formulasi dan eksekusi visi


perusahaan baru atau perusahaan yang sudah beroperasi yang bertujuan untuk
melakukan bisnis secara elektronik. Strategi merupakan hal yang penting dalam bisnis.

4. apa saja fitur unik dari e-commerce, pasar digital, dan barang digital? Ada
paling bawah
8 fitur unik:
1. Ubiquity •Teknologi internet / web yang tersedia di mana-mana: kerja, rumah,
dll, kapan saja.•Effect: –Marketplace dihapus dari temporal, lokasi geografis untuk
menjadi "marketspace”–Kenyamanan pelanggan ditingkatkan dan biaya belanja
dikurangi
2. Jangkauan global•Teknologi ini mencapai melintasi batas-batas nasional,
mengelilingi bumi•Effect: –Commerce diaktifkan melintasi batas-batas budaya dan
nasional mulus dan tanpa modifikasi–Marketspace meliputi, berpotensi, miliaran
konsumen dan jutaan bisnis di seluruh dunia
3. Universal standards•Satu set standar teknologi: standar Internet•Effect: –Sistem
komputer yang berbeda dengan mudah berkomunikasi satu sama lain–Masuk pasar
lebih rendah biaya-biaya pedagang harus membayar untuk membawa barang ke pasar–
Konsumen yang lebih rendah 'pencarian biaya-usaha yang diperlukan untuk
menemukan produk yang cocok
4. Kesempurnaan•Mendukung video, audio, dan pesan teks•Effect: –
Kemungkinan untuk menyampaikan pesan yang kaya dengan teks, audio, dan video
secara bersamaan ke banyak orang–Video, audio, dan pemasaran pesan teks dapat
diintegrasikan ke dalam pesan pemasaran tunggal dan pengalaman konsumen
5. Interactivity•Teknologi ini bekerja melalui interaksi dengan pengguna•Effect: –
Konsumen terlibat dalam dialog yang dinamis menyesuaikan pengalaman untuk
individu–KonsumenmenjadiPesertadalamprosespengirimanbarangkepasar
6. Kepadatan Information density•Peningkatan besar informasi kepadatan-jumlah
dan kualitas informasi yang tersedia untuk semua pelaku pasar•Effect:–Transparansi
harga yang lebih besar–Transparansi biaya yang lebih besar–Memungkinkan pedagang
untuk terlibat dalam diskriminasi harga
7. Personalization/Customization•Teknologi memungkinkan modifikasi pesan,
barang•Effect–ersonalized pesan dapat dikirim kepada individu maupun kelompok–
Produk dan jasa dapat disesuaikan dengan preferensi individu
8. Social technology•Teknologi ini mempromosikan pengguna generasi konten
dan jaringan sosial•Effect–Internet model sosial dan bisnis baru memungkinkan
pembuatan konten pengguna dan distribusi, dan dukungan jaringan social
5. Implementasi e-commerce diperusahaan Toyota

6. Issue-issue terkini berkaitan dengan e-commerce di era pasar digital

Road Map e-Commerce Belum Memadai, Strategi Nasional Ekonomi Digital


Disiapkan
Rina Anggraeni

Kamis, 22 Agustus 2019 - 21:12 WIB


views: 812

Dengan adanya berbagai tantangan, peluang, dan meluasnya isu ekonomi digital, Road
Map e-Commerce dinilai belum memadai untuk jadi grand design pengembangan ekonomi
digital Indonesia. Foto/Ilustrasi
A+ A-
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya mendorong pengembangan ekosistem ekonomi
digital di Indonesia, sejalan dengan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara
ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Salah satu bentuk komitmen
Pemerintah untuk mewujudkan visi tersebut ialah melalui penetapan Peraturan Presiden
Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis
Elektronik (SPNBE) atau Road Map e-Commerce 2017-2019.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Usaha Mikro
Kecil Menengah dan Koperasi (UMKM) Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin
mengatakan, pembelajaran dari dua tahun pelaksanaan Road Map e-Commerce ditambah
dengan pesatnya perkembangan sektor digital. Maka sejumlah keluaran tidak lagi menjadi
prioritas.

Saat ini terdapat isu-isu prioritas baru yang muncul dalam praktik dan belum tercakup
dalam Road Map, seperti aspek Perlindungan Data, Transaksi Cross-Border e-Commerce,
pengaturan Barang Digital dan Transaksi Digital, Penguatan UMKM dan Produk Lokal,
serta Keuangan Digital (fintech dan cryptocurrency).

“Dengan adanya berbagai tantangan, peluang, dan meluasnya isu ekonomi digital tersebut,
kami memandang Road Map e-Commerce belum memadai untuk menjadi sebuah grand
design pengembangan e-commerce dan ekonomi digital Indonesia,” tutur Rudy di Jakarta,
Kamis (22/8/2019).

Road Map e-Commerce memang masih terbatas pada rencana aksi dengan jangka waktu
penyelesaian yang pendek dan isu yang belum diperbarui. Menurut Rudy, Indonesia juga
belum memiliki kebijakan dan strategi nasional terkait pengembangan ekonomi digital
yang komprehensif dan terintegrasi. Sementara Indonesia terus dituntut untuk bergerak
cepat, termasuk membangun kerjasama dengan negara lain mengembangkan ekonomi
digital di tingkat global.

“Oleh karena itu, setelah masa berlaku Road Map e-Commerce selesai pada tahun 2019,
kami memandang adanya urgensi perumusan Strategi Nasional Ekonomi Digital, untuk
menjadi payung kebijakan dan memberikan arah pengembangan ekonomi digital Indonesia
ke depan, baik di tingkat nasional maupun daerah,” lanjut Rudy.

Dalam perumusan Strategi Nasional tersebut, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan.
Pertama, eksplorasi konteks, yaitu untuk memahami dan menempatkan konteks
pengembangan ekonomi digital dalam perekonomian Indonesia.

Kedua, identifikasi stakeholders terkait untuk memahami dan memperoleh masukan


berdasarkan concern masing-masing. Ketiga, Diskusi lintas Kementerian dan Lembaga
(K/L) untuk memperoleh informasi strategi sektoral terkait ekonomi digital. Keempat,
pengembangan framework konsep strategi nasional ekonomi digital yang komprehensif.
“Kami sangat mendorong akan adanya kerangka strategi ekonomi digital yang kurang lebih
memiliki visi dan tujuan yang jelas serta dapat dielaborasi menjadi strategi utama dan
program,” jelasnya.

Dalam beberapa tahun ini, salah satu tantangannya memang pada upaya menyamakan
pemahaman dan semangat di dalam Pemerintah, sehingga respon masing-masing
kementerian atau lembaga terhadap isu digital cukup beragam. Di sisi lain, dunia usaha
berkembang dengan begitu cepat, dan terdapat tuntutan global yang mendorong untuk terus
berkembang.

“Selain tantangan teknis seperti leveling keluaran Road Map yang berbeda-beda, salah satu
pembelajaran penting yang juga dapat kami pahami adalah terkait koordinasi Pemerintah,”
tambah Rudy.

Sekedar informasi, Road Map E-Commerce memuat 7 (tujuh) pilar utama untuk
membentuk ekosistem yang kondusif, yaitu (a) pendanaan, (b) perpajakan, (c)
perlindungan konsumen, (d) pendidikan dan SDM, (e) logistik, (f) infrastruktur komunikasi
dan (g) keamanan siber; serta satu pilar pendukung yaitu pembentukan manajemen
pelaksana.

Road Map e-Commerce ini juga berisi 62 rencana tindak yang bersifat dukungan dan
pengaturan bagi pengembangan ekosistem e-commerce dan ekonomi digital. Sejauh ini, 25
keluaran telah diselesaikan, 23 keluaran masih berjalan dari tahun 2017 sampai tahun 2019,
dan 14 keluaran dalam proses pembahasan.

Sebagai penutup, Rudy mengingatkan bahwa kerja sama dan dukungan semua pemangku
kepentingan sangat diperlukan untuk mewujudkan visi ekonomi digital Indonesia. Selain
itu, Rudy juga memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
bekerjasama dalam mengimplementasikan Perpres E-Commerce serta mengajak untuk
terus meningkatkan koordinasi, kerjasama dan bahu membahu dalam meningkatkan
ekonomi digital Indonesia.
1. SIM dan e-commerce di era pasar digital (hamper sama dengan no.3)

Anda mungkin juga menyukai