Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Individu Pada Mata Kuliah Evolusi
Disusun oleh :
TANJUNGPINANG
2018
BAB II
PEMBAHASAN
Teori ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-galaksi, karena
pengembungan alam yang berlangsung terus menerus digantikan oleh materi yang baru
saja tercipta sehingga alam semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak
berubah (steady state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam
semesta. Teori ini sama sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat khusus pada
waktu atau ruang. Tidak ada awal maupun akhir karena materi diperbarui secara terus
menerus di satu tempat sementara di tempat lain dihancurkan.
Teori ini berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagat raya. Satu siklus mengalami
satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung selama
30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi terbentuklah galaksigalaksi serta bintang-bintang
di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti hydrogen yang pada
akhirnya membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-
galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan unsure-unsur yang telah
terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi.
Disebut juga Oscillating Theory (teori mengembang dan memampat).
C. Teori Big-Bang
Keberadaan awal pada peristiwa besar ini melengkapi ketidaktahuan manusia tentang
awal mula alam semesta dan merupakan bahan dari spekulasi sesungguhnya yang
mempunyai dasar kuat. Teori ini mengasumsikan sekitar 15 milyar tahun lalu dimulai
dari ledakan yang dahyat dan dilanjutkan dengan pengambangan alam semesta. Point
penting dari semua peristiwa ini adalah waktu, materi , energi dan ruang merupakan satu
keterpaduan. Kejadian ini bukan ledakan biasa tetapi cukup memenuhi semua peristiwa
dari ruang dengan semua partikel yang menjadi embrio alam semesta yang mendesak
keluar dari masing-masing yang lain.
Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan
dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama
lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya
suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Teori Big-Bang juga
dikenal teori Super Dense, menyatakan bahwa jika alam semesta mengembang pada skala
tertentu, maka ketika kita pergi kembali ke dalam waktu, kelompok-kelompok galaksi
akan semakin mendekat dan tentu akan sampai pada suatu saat di mana semua materi,
energi dan waktu yang membentuk alam semeseta terkonsentrasi pada suatu tempat
dalam bentuk gumpalan yang sangat padat (super dense agglomeration).
Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam semesta berada dalam keadaan yang
terus mengembang. Dan mereka telah menyimpulkan bahwa, karena alam semesta
mengembang, jika alam ini dapat bergerak mundur dalam waktu, alam semesta ini
tentulah memulai pengembangannya dari sebuah titik tunggal. Sungguh, kesimpulan
yang telah dicapai ilmu pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari ledakan
titik tunggal ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big-Bang.
Bumi merupakan sebuah planet yang senantiasa mengitari bintang pusatnya, yaitu
Matahari. Selain Bumi, masih banyak benda-benda langit lainnya yang berputar dalam
pengaruh Matahari sebagai bintang pusatnya. Benda-benda langit tersebut adalah planet,
planet kerdil, satelit, komet, asteroid, objek-objek trans neptunus, dan lainnya. Seluruh
benda langit tersebut beserta dengan Matahari berada dalam suatu sistem yang
dinamakan Tata Surya. Matahari sendiri berada dalam suatu galaksi yang dinamakan
Galaksi Bimasakti.
Banyak hipotesa yang disusun oleh para ahli untuk menjelaskan bagaimana asal mula
terjadinya Sistem Tata Surya. Cabang ilmu astronomi khusus yang mempelajari asal mula
terbentuknya Tata Surya adalah kosmogoni (cosmogony). Sejak abad ke-18 sudah
diusulkan teori-teori mengenai asal mula Tata Surya ini. Tidak ada yang benar dalam
sebuah teori. Namun, pengujian teori-teori tersebut dilakukan dengan
membandingkannya dengan fakta-fakta di lapangan dan temuan-temuan baru akibat
perkembangan teknologi. Di antara fakta-fakta tersebut adalah:
Salah satu teori asal-muasal Tata Surya adalah hipotesa nebula (nebular hypothesys)
yang diusulkan oleh Immanuel Kant yang pada tahun 1755 (Kartunnen, 2006: 197).
Menurut teori ini Tata Surya terbentuk dari nebula yang berotasi. Pada tahun 1796,
Simon de Laplace mengusulkan bahwa planet-planet terbentuk dari cincin gas yang
disemburkan dari ekuator Matahari.
Teori ini dipelopori oleh Jeans dan Jefreey. Teori ini mengatakan bahwa pada saat
sebelum terbentuk Sistem Tata Surya, kedekat suatu protobintang (bakal Matahari)
melintas bintang lain yang lebih besar (masif). Akibatnya ada sebagian materi dari
protobintang tersebut yang tertarik karena pengaruh gaya tarik bintang yang besar
tersebut. Materi protobintang yang tertarik tersebut kemudian menjadi planet-planet,
sedangkan protobintang menjadi Matahari.
C. Teori Penangkapan
Teori ini menjelaskan terbentuknya Tata Surya berawal dari adanya interaksi antara
Matahari dengan protobintang (calon bintang). Gambar 12 menunjukkan proses tersebut
dimana suatu massa protobintang melintasi Matahari dan sebagian materi dari
protobintang tersebut tertarik oleh gravitasi Matahari kemudian membentuk planet.
2.3 Teori Asal Usul Kehidupan
A. Teori Abiogenesis
Menurut teori abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan
kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada dengan
sendirinya maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea. Generatio
spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara spontan. Artinya bahwa kehidupan
berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Aristoteles merupakan salah
satu pelopor teori ini, teori ini diajukan oleh Aristoteles pada tahun 384–322 SM.
Aristoteles menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi
secara spontan. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya
larva lalat yang muncul secara tiba-tiba pada daging yang busuk. Aristoteles
berkesimpulan bahwa larva lalat tersebut berasal dari daging yang busuk.
Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris.
Pada tahun 1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan mengisi beberapa
labu tertutup dengan kaldu daging, kemudian dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih.
Selanjutnya labu tersebut ditutup dan disimpan pada suhu kamar. Setelah beberapa hari,
ternyata semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di dalam labu sudah berisi
mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham menyimpulkan bahwa mikrobia
yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging yang disiapkan.
Berdasarkan percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda
mati.
Menurut paham generation spontanea, semua kehidupan berasal dari benda tak hidup
secara spontan, seperti:
B. Teori Biogenesis
Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
Tokoh pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis
Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk
membantah teori Abiogenesis.
Percobaan Spallanzani ini pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi, tetapi
bahan yang digunakan adalah air kaldu.
a. Air kaldu yang terdapat di dalam labu yang tidak berbentuk leher angsa,
mengandung mikroorganisme.
b. Adapun labu yang berbentuk leher angsa dan berhubungan dengan udara luar,
tidak terdapat mikroorganisme.
Berdasarkan hasil percobaan para ilmuwan tersebut maka muncullah teori baru
yaitu teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:
Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk
hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. Keadaan
planet di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta
adanya radiasi yang mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat
bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. Teori ini tidak dapat
diterima oleh banyak ilmuwan.
Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa
adanya. Paham ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya
organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis
makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen.
6. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia.
Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan
bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi
beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan
Rusia. Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba
terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2).
Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar,
gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis
substansi asam amino.
Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat,
bernama Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-
gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan
adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut
membentuk asam amino. Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu
Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk membuktikan
kebenaran teori yang dikemukakan Urey. Percobaannya itu juga dikenal dengan
eksperimen Miller-Urey.
7. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut Urey,
zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida, metana, amonia,
hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat organik karena energi
petir.
Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4
tahap, yaitu:
Tahap 1 : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat
banyak di atmosfer bumi.
Tahap 2 : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi
sinar kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul
zat yang lebih besar.
Tahap 3 : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki
susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.
Tahap 4 : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun
menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks
8. Evolusi Biologi
Teori biologi merupakan teori evolusi kimia, yang berpendapat bahwa bumi ini
pada awalnya sangat panas sekali, kemudian suatu ketika bumi mengalami proses
pendinginan. Dari proses-proses tersebut maka dapat dihasilkan bahan-bahan kimia.
Bahan-bahan yang berat akan menyusun bumi sedangkan bahan yang ringan akan
menyusun atmosfer.nnya ini asam amino tersebut belum menunjukkan gejala hidup.
Evolusi biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk
dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan
pada penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer
organik diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami
polimerisasi. Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid
dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan
kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang
mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.
Teori Kreasi Khas menyatakan bahwa asal usul kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama Teori Kreasi
Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah salah satu pengikut teori
ini.
B. Teori Kataklisma