Anda di halaman 1dari 17

ASAL USUL KEHIDUPAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Individu Pada Mata Kuliah Evolusi

Azza Nuzullah Putri, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh :

1. Nolis Febry Anggraini (150384205048)


2. Rasyidin (150384205065)
3. Wihelmina Noni (150384205027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2018
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pandangan-Pandangan dan Teori Terbentuknya Alam Semesta


A. Teori Steady State

Teori ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-galaksi, karena
pengembungan alam yang berlangsung terus menerus digantikan oleh materi yang baru
saja tercipta sehingga alam semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak
berubah (steady state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam
semesta. Teori ini sama sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat khusus pada
waktu atau ruang. Tidak ada awal maupun akhir karena materi diperbarui secara terus
menerus di satu tempat sementara di tempat lain dihancurkan.

B. Teori Ekspansi dan Kontraksi

Teori ini berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagat raya. Satu siklus mengalami
satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung selama
30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi terbentuklah galaksigalaksi serta bintang-bintang
di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti hydrogen yang pada
akhirnya membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-
galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan unsure-unsur yang telah
terbentuk menyusut dengan mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi.
Disebut juga Oscillating Theory (teori mengembang dan memampat).
C. Teori Big-Bang

Keberadaan awal pada peristiwa besar ini melengkapi ketidaktahuan manusia tentang
awal mula alam semesta dan merupakan bahan dari spekulasi sesungguhnya yang
mempunyai dasar kuat. Teori ini mengasumsikan sekitar 15 milyar tahun lalu dimulai
dari ledakan yang dahyat dan dilanjutkan dengan pengambangan alam semesta. Point
penting dari semua peristiwa ini adalah waktu, materi , energi dan ruang merupakan satu
keterpaduan. Kejadian ini bukan ledakan biasa tetapi cukup memenuhi semua peristiwa
dari ruang dengan semua partikel yang menjadi embrio alam semesta yang mendesak
keluar dari masing-masing yang lain.

Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan
dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama
lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya
suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Teori Big-Bang juga
dikenal teori Super Dense, menyatakan bahwa jika alam semesta mengembang pada skala
tertentu, maka ketika kita pergi kembali ke dalam waktu, kelompok-kelompok galaksi
akan semakin mendekat dan tentu akan sampai pada suatu saat di mana semua materi,
energi dan waktu yang membentuk alam semeseta terkonsentrasi pada suatu tempat
dalam bentuk gumpalan yang sangat padat (super dense agglomeration).

Dengan bekerja mundur , dari peringkat resesi galaksi-galaksi yang teramati,


ditemukan bahwa galaksi-galaksi itu diduga telah berada berdekatan satu sama lain
sekitar 12 milyar tahun yang lalu. Dipostulasikan bahwa saat ini ledakan hebat
menyebabkan alam semesta mengembang 1030 kali atau lebih dari ukuran aslinya,
sebagai akibatnya gumpalan yang sangat padat dari materi dan energi berserakan menjadi
banyak bagian yang semuanya berjalan dengan kecepatan berbeda-beda ke arah berbeda-
beda pula. Hasil dari ledakan ini berkondensasi membentuk benda-benda langit seperti
yang ada sekarang. Pengembangan alam yang teramati ini merupakan kelanjutan dari
proses ini. Teori berkonsentrasi pada peristiwa spesifik sebagai “awal‟ alam semesta dan
menampilkan suatu evolusi progresif sejak titik itu hingga sekarang. Selama satu abad
terakhir, serangkaian percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi mutakhir, telah mengungkapkan tanpa ragu bahwa alam semesta
memiliki permulaan.

Para ilmuwan telah memastikan bahwa alam semesta berada dalam keadaan yang
terus mengembang. Dan mereka telah menyimpulkan bahwa, karena alam semesta
mengembang, jika alam ini dapat bergerak mundur dalam waktu, alam semesta ini
tentulah memulai pengembangannya dari sebuah titik tunggal. Sungguh, kesimpulan
yang telah dicapai ilmu pengetahuan saat ini adalah alam semesta bermula dari ledakan
titik tunggal ini. Ledakan ini disebut “Dentuman Besar” atau Big-Bang.

2.2 Teori Terbentuknya Tatasurya dan Bumi

Bumi merupakan sebuah planet yang senantiasa mengitari bintang pusatnya, yaitu
Matahari. Selain Bumi, masih banyak benda-benda langit lainnya yang berputar dalam
pengaruh Matahari sebagai bintang pusatnya. Benda-benda langit tersebut adalah planet,
planet kerdil, satelit, komet, asteroid, objek-objek trans neptunus, dan lainnya. Seluruh
benda langit tersebut beserta dengan Matahari berada dalam suatu sistem yang
dinamakan Tata Surya. Matahari sendiri berada dalam suatu galaksi yang dinamakan
Galaksi Bimasakti.

Sebuah galaksi tersusun atas gugus-gugus bintang. Gabungan gugus-gugus bintang


itulah yang membentuk suatu galaksi. Bintang-bintang yang berada dalam suatu galaksi
jumlahnya mencapai ratusan milyar. Di alam semesta atau jagat raya terdapat banyak
galaksi dan letak satu galaksi dengan galaksi yang lain sangat berjauhan, jarak antar
galaksi dinyatakan dalam satuan tahun cahaya.

Banyak hipotesa yang disusun oleh para ahli untuk menjelaskan bagaimana asal mula
terjadinya Sistem Tata Surya. Cabang ilmu astronomi khusus yang mempelajari asal mula
terbentuknya Tata Surya adalah kosmogoni (cosmogony). Sejak abad ke-18 sudah
diusulkan teori-teori mengenai asal mula Tata Surya ini. Tidak ada yang benar dalam
sebuah teori. Namun, pengujian teori-teori tersebut dilakukan dengan
membandingkannya dengan fakta-fakta di lapangan dan temuan-temuan baru akibat
perkembangan teknologi. Di antara fakta-fakta tersebut adalah:

 Orbit-orbit planet yang paralel terhadap ekuator matahari


 Orbit-orbit anggota Tata Surya yang sirkular
 Semua planet bergerak dalam arah berlawanan arah jarum jam sesuai dengan
gerakan rotasi Matahari
 Planet yang juga berotasi dalam arah berlawanan arah jarum jam (kecuali Venus
dan Uranus)
 Planet terestrial dan planet jovian yang memiliki karakteristik fisik dan kimia
yang berbeda
 Struktur satelit-satelit yang mengorbit planet mirip miniatur sistem Tata Surya.
A. Teori Hipotesa Nebula Kant dan Laplace

Salah satu teori asal-muasal Tata Surya adalah hipotesa nebula (nebular hypothesys)
yang diusulkan oleh Immanuel Kant yang pada tahun 1755 (Kartunnen, 2006: 197).
Menurut teori ini Tata Surya terbentuk dari nebula yang berotasi. Pada tahun 1796,
Simon de Laplace mengusulkan bahwa planet-planet terbentuk dari cincin gas yang
disemburkan dari ekuator Matahari.

B. Teori Pasang Surut

Teori ini dipelopori oleh Jeans dan Jefreey. Teori ini mengatakan bahwa pada saat
sebelum terbentuk Sistem Tata Surya, kedekat suatu protobintang (bakal Matahari)
melintas bintang lain yang lebih besar (masif). Akibatnya ada sebagian materi dari
protobintang tersebut yang tertarik karena pengaruh gaya tarik bintang yang besar
tersebut. Materi protobintang yang tertarik tersebut kemudian menjadi planet-planet,
sedangkan protobintang menjadi Matahari.

C. Teori Penangkapan

Teori ini menjelaskan terbentuknya Tata Surya berawal dari adanya interaksi antara
Matahari dengan protobintang (calon bintang). Gambar 12 menunjukkan proses tersebut
dimana suatu massa protobintang melintasi Matahari dan sebagian materi dari
protobintang tersebut tertarik oleh gravitasi Matahari kemudian membentuk planet.
2.3 Teori Asal Usul Kehidupan
A. Teori Abiogenesis

Menurut teori abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan
kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada dengan
sendirinya maka teori ini dikenal juga dengan teori Generatio Spontanea. Generatio
spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara spontan. Artinya bahwa kehidupan
berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Aristoteles merupakan salah
satu pelopor teori ini, teori ini diajukan oleh Aristoteles pada tahun 384–322 SM.

Aristoteles menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi
secara spontan. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya
larva lalat yang muncul secara tiba-tiba pada daging yang busuk. Aristoteles
berkesimpulan bahwa larva lalat tersebut berasal dari daging yang busuk.
Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris.
Pada tahun 1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan mengisi beberapa
labu tertutup dengan kaldu daging, kemudian dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih.
Selanjutnya labu tersebut ditutup dan disimpan pada suhu kamar. Setelah beberapa hari,
ternyata semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di dalam labu sudah berisi
mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham menyimpulkan bahwa mikrobia
yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging yang disiapkan.
Berdasarkan percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda
mati.

Menurut paham generation spontanea, semua kehidupan berasal dari benda tak hidup
secara spontan, seperti:

 Ikan dan katak berasal dari lumpur


 Cacing berasal dari tanah
 Belatung terbentuk dari daging yang membusuk
 Tikus berasal dari sekam dan kain kotor.
Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya
mikroorganisme (animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah
menguatkan teori Abiogenesis. Para pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa
mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek
menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari
udara.

Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan sebenarnya


terdapat kelemahan, yaitu belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista,
ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi percobaan yang digunakan. Hal ini
karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop. Walaupun ada kelemahan
pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul
kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah. Walaupun bertahan
beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis akhirnya goyah dengan adanya penelitian tokoh-
tokoh yang tidak puas dengan paham Abiogenesis. Tokoh-tokoh ini antara lain:
Francesco Redi (Italia, 1626 - 1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan Louis
Pasteur (Perancis, 1822 - 1895).

B. Teori Biogenesis

Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
Tokoh pendukung teori ini antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis
Pasteur. Francesco Redi merupakan orang pertama yang melakukan penelitian untuk
membantah teori Abiogenesis.

1. Percobaan Francesco Redi

Francesco Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi


menjadi 2 bagian. Empat tabung masing-masing diisi dengan daging ular, ikan, roti
dicampur susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan terbuka. Empat tabung yang
lain diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat. Setelah
beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi lalat.
Berdasarkan hasil percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal
dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang terdapat dalam daging dan menetas
menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis karena pada
tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak
memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu mendapat tanggapan dari
Redi. Redi melakukan percobaan yang sama, namun tutup diganti dengan kain kasa
sehingga udara dapat masuk dan ternyata dalam daging tidak terdapat larva.

2. Percobaan Lazzaro Spallanzani

Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk menyanggah


kesimpulan yang dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan
percobaan dengan memanaskan 2 tabung kaldu sehingga semua organisme yang ada
di dalam kaldu terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi menjadi 2, satu
tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata pada tabung
yang terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat
organisme.

Percobaan Spallanzani ini pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi, tetapi
bahan yang digunakan adalah air kaldu.

 Labu 1 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15º C dan dibiarkan


terbuka.
Labu 2 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan sumbat gabus,
lalu dipanaskan dan pada daerah pertemuan gabus dengan mulut labu dapat
diolesi lilin agar lebih rapat.
 Kedua labu itu ditempatkan di tempat terbuka dan didinginkan. Setelah
beberapa hari kemudian, hasil percobaan menunjukkan bahwa:
Labu 1 : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau tidak enak,
serta banyak mengandung mikroba.
Labu 2 : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan tanpa mikroba.
Tetapi, bila dibiarkan terbuka lebih lama terdapat banyak mikroba.
 Dengan mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu 1 dan
labu 2 terdapat mikroorganisme.

Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya kehidupan hanya mungkin jika telah


ada kehidupan sebelumnya. Jadi, mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di
udara. Pendukung abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen
Spallanzani, sebab udara diperlukan untuk berlakunya generation spontanea.
Sedangkan, paham biogenesis beranggapan bahwa udara itu merupakan sumber
kontaminasi.

3. Percobaan Louis Pasteur

Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori Abiogenesis


hingga tak tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 - 1895) seorang ahli
biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan percobaan penyempurnaan dari
percobaan yang dilakukan Spallanzani. Louis Pasteur melakukan percobaan
menggunakan labu leher angsa.

Pertama-tama kaldu direbus hingga mendidih, kemudian didiamkan. Setelah


beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak mengandung mikroorganisme. Adanya
leher angsa memungkinkan udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi
mikroorganisme udara akan terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa leher.
Namun, apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air
kaldu tersebut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme udara. Akibatnya setelah
beberapa waktu, air kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme. Kesimpulan
percobaan Pasteur adalah mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal dari
cairan (benda tak hidup), melainkan dari mikroorganisme yang terdapat di udara.
Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam labu bersama-sama dengan debu.

Hasil percobaan Louis Pasteur, yakni :

a. Air kaldu yang terdapat di dalam labu yang tidak berbentuk leher angsa,
mengandung mikroorganisme.
b. Adapun labu yang berbentuk leher angsa dan berhubungan dengan udara luar,
tidak terdapat mikroorganisme.
Berdasarkan hasil percobaan para ilmuwan tersebut maka muncullah teori baru
yaitu teori Biogenesis yang menyatakan bahwa:

 Setiap makhluk hidup berasal dari telur = omne vivum ex ovo


 Setiap telur berasal dari makhluk hidup = omne ovum ex vivo
 Setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya = omne vivum
ex vivo
4. Teori Cosmozoic / Kosmozoan

Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk
hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. Keadaan
planet di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta
adanya radiasi yang mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat
bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. Teori ini tidak dapat
diterima oleh banyak ilmuwan.

5. Teori Penciptaan (Special Creation)

Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa
adanya. Paham ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya
organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis
makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen.
6. Teori Evolusi Biokimia

Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia.
Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan
bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi
beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan
Rusia. Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba
terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2).
Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar,
gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis
substansi asam amino.

Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan


membentuk primordial soup, seperti semacam campuran materi-materi di lautan
panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer
bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion.
Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi
mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. Di samping itu, protobion
juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti
dapat melakukan metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi
sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney
W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik
leburnya dan didapatkan protein.

Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat,
bernama Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-
gas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan
adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut
membentuk asam amino. Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu
Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk membuktikan
kebenaran teori yang dikemukakan Urey. Percobaannya itu juga dikenal dengan
eksperimen Miller-Urey.
7. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut Urey,
zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida, metana, amonia,
hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat organik karena energi
petir.
Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4
tahap, yaitu:
 Tahap 1 : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat
banyak di atmosfer bumi.
 Tahap 2 : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi
sinar kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul
zat yang lebih besar.
 Tahap 3 : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki
susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.
 Tahap 4 : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun
menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks
8. Evolusi Biologi
Teori biologi merupakan teori evolusi kimia, yang berpendapat bahwa bumi ini
pada awalnya sangat panas sekali, kemudian suatu ketika bumi mengalami proses
pendinginan. Dari proses-proses tersebut maka dapat dihasilkan bahan-bahan kimia.
Bahan-bahan yang berat akan menyusun bumi sedangkan bahan yang ringan akan
menyusun atmosfer.nnya ini asam amino tersebut belum menunjukkan gejala hidup.
Evolusi biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk
dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan
pada penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer
organik diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami
polimerisasi. Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid
dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan
kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang
mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.

2.4 Teori Asal-Usul Kehidupan Lain


A. Teori Kreasi Khas

Teori Kreasi Khas menyatakan bahwa asal usul kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama Teori Kreasi
Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah salah satu pengikut teori
ini.

B. Teori Kataklisma

Teori kataklisma menyatakan bahwa asal semua spesies diciptakan sendiri-sendiri


dan berlangsung dalam periodeperiode, di antara periode yang satu dengan yang lain
terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan memunculkan spesies baru.

Anda mungkin juga menyukai