Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang
air besar yang dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah dan tinja berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada
anak balita, terutama 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa
mengalami 1-3 periode diare berat ( WHO, 2011).

Menurut data dari world health organization (WHO) dan united nation
children’s fund (UNICEF) pada tahun 2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,2 milyar
kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di bawah umur 5 tahun. Dan
secara global terdapat 2 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare.

Jumlah penderita diare pada bayi di Indonesia pada tahun 2013 menurun
hingga menjadi 646 kasus atau sekitar 6,7 %. Sedangkan karakteristik diare tertinggi
terjadi pada kelompok 12-23 bulan (7,6%). Tingkat kematian akibat kasus diare dari
waktu ke waktu menunjukan kecenderungan adanya penurunan, hal ini di sebabkan
oleh penemuan dini kasus diare dan tatalaksana kasus diare yang lebih baik. Hasil
dari RIKESDAS (2013) insiden diare untuk seluruh kelompok umur Indonesia
adalah 3,5%. Dan hasil dinas kesehatan provinsi jawabarat (2016) terdapat
1.261.159 kasus diare pada anak ( KEMENKES RI, 2017 ). Sedangkan di kota
Cirebon berjumlah 6.303 kasus diare pada anak , dan di kabupaten Cirebon
berjumlah 32.342 kasus diare pada anak ( badan pusat statistik provinsi jawa barat,
2016).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu “
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan diare”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan pembaca mampu memahami konsep teori diare dan asuhan
keperawtan anak dengan diare
2. Tujuan Khusus
Diharapkan pembaca dapat menjelaskan :
a. Definsi Diare
b. Etiologi Diare
c. Patofisiologi Diare
d. Manifestasi klinis
e. Pemeriksaan diagnostik
f. Komplikasi diare
g. Penatalaksanaan diare

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Diare adalah Infeksi saluran pencernaan di sebabkan oleh berbagai


enteropatogen, termasuk bakteria,virus,dan parasit(Kliegman,2012).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari 200 g atau
200 ml/ 24 jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (IDAI, 2011)`

B. Etiologi
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorbsi ( gangguan penyerapan zat
gizi) makanan dan faktor psikologis (IDAI, 2011)

a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak,
jenis jenis infeksi yang menyerang antara lain :
1. Infeksi oleh bakteri seperti eschercia coli, salmonella,vibrio chlorea ,
shiggela, dan seragam bakteri lain yang jumlahnya berlebihan atau patogenik
yang seperti pseudomonas.
2. Infeksi basil (disentri)
3. Infeksi virus rotavirus
4. Infeksi parasit oleh cacing ( ascaris lumbricoides)
5. Infeksi amoeba ( amebiasis)

3
6. Infeksi akibat organ lain , seperti radang tonsil, brochitis, dan radang
tenggorokan
7. Keracunan makanan
b. Faktor malabsorbsi
Faktor malabsobsi dibagi menjadi dua yaitu malasorbsi karbohidrat dan lemak,
pada bayi malasorbsi karbohidrat dapat terjadi pada kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare , sedangkan
malabsorbsi lemak dapat terjadi bila dalam makanan terdapat lemak disebut
trigliserida, jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

c. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah dan kurang matang , makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan anak diare.

d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.

C. Patofisiologi
Factor penyebab diare dapt disebabkan oleh berbagai faktor menurut
Hidayat, A. Aziz Alimul, (2013) diantaranya adalah :
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanyanya mikroorganisme ( kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah
permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal
yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbs

4
cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sstem
teranspor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi
dan akhirnya sekresi cairan serta elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi prgeseran air dan elektrolit
ke rongga usus yang dapat meingkatkan isi rongga usus hingga terjadi diare.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang menyebabkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
4. Faktor psikologis
Keadaan cemas dan takut merangsang saraf simpatik untuk
mengeluarkan hormone adrenalin untuk meningkatkan kerja jantung, sehingga
volume darah yang dipompa jantung akan mengalami peningkatan dan
mempengaruhi peningkatan peristaltic usus yang dapat mengakibatkan proses
penyerapan makanan menurun

D. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Sodikin(2011), terdapat tiga macam diare yaitu:
1. Diare Akut
Diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat, temponya kurang dari 14 hari.
2. Disentri
Diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan anoreksia, penurunan
berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usu karena bakteri invasive.
3. Diare Persisten
Diare yang mulanya bersifat akut tetapi berlangsung lebih dari 14 hari,
kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri.

5
Sedangkan menurut pedoman MTBS (2008), diare dapat
dikelompokkan atau diklasifikasikan menjadi :
1. Diare Akut,terbagi menjadi
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
2. Diare persisten bila diare berlangsung dalam waktu 14 hari atau lebih, terbagi
menjadi :
a. Diare persisten tanpa dehidrasi
b. Diare persisten dengan dehidrasi
3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.

E. Pathway

Faktor penyebab Diare

Infeksi Malabsorpsi Makanan Psikolog

Kuman masuk dan Tekanan osmotik Toksik tidak dapat Cemas dan takut
berkembang dalam usus diabsorpsi

Pergeseran air dan Saraf simpatik


Toksik dalam dinding elektrolit ke rongga usus Hiperperistaltik merangsang
usus hormone adrenalin

Isi rongga usus Kemampuan


Hipersekresi air Hiperperistaltik
elektrolit ( isi rongga ) absorpsi
usus
Kemampuan
Kemampuan absorpsi
absorpsi 6
Diare Nyeri Akut

Anoreksia Distensi abdomen, Bakteri berkembang dalam usus Dampak


adanya tekanan hospitalisasi
lambung Pelepasan zat pirogen dari leukosit berupa
Gangguan
nutrisi kurang toksin polisakarida Anak mengalami
dari kebutuhan Mual, muntah perpisahan dengan
tubuh Mengganggu fungsi hipotalamus anterior orang tua, stress ,
( keseimbangan termogulasi ) mnarik diri
Kehilangan cairan
dan elektrolit di
vaskuler Peningkatan suhu Ansietas

Kekurangan
volume cairan Dehidrasi Hipertermi
dan elektrolit

( Hidayat, A.Aziz Alimul, 2013)

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diare menurut Sudarti (2010) adalah sebagai berikut :
1. Cengeng
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
4. Nafsu makan menurun
5. Tinja cair, lendir kadang kadang ada darahnya, lama lama tinja berwarna
hijau dan asam
6. Anus lecet

7
7. Dehidrasi, bila terjadi dehidra berat akan terjadi volume darah berkurang
nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat , tekanan darah menurun,
kesadaran menurun, diakhiri dengan syok.
8. Berat badan menurun
9. Turgor kulit menurun
10. Mata dan ubun ubun cekung
11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik umum yang di programkan
untuk pengkajian diare menurut Kyle, Terri, (2014) , antara lain :

1. Kultur feses : dapat mengindikasikan adanya nyeri.


2. Feses untuk adanya ovum dan parasite ( O&P) : dapat mengindikasikan
adanya parasite.
3. Feses untuk panel atau kultur virus : untuk menentukan adanya rotavirus
atau virus lain.
4. Feses untuk darah samar : dapat positif jika inflamasi atau ulserasi terdapat
disaluran GI.
5. Feses untuk leukosit : dapat positif pada kasus inflamasi atau infeksi.
6. PH feses /mengurangi zat : untuk melihat apakan diare dapat disebabkan
oleh intoleransi karbihidrat.
7. Panel elektrolit : dapat menindikasikan dehidrasi.
8. Radiologi abdomen ( KUB) : adanya feses di usus untuk mengindikasikan
konstipasi atau impikasi feses ( massa feses yang imobil dab mengeras )
tingkat cairan- udara dapat mengindikasikan obstruksi usus.

H. Komplikasi
Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul (2013) komplikasi diare sebagai berikut :

8
1. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah, apabila penurunan
volume darah mencapai 15 % BB – 25 % BB akan menyebabkan penurunan
tekanan darah.
2. Hopikalemia dengan gejala yang muncul adalah lemah, brdikardi ,
perubahan pada saat pemeriksaan EKG.
3. Hipoglikemia.
4. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
5. Kejang.
6. Malnutrisi energy protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita
mengalami kelapran.

I. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatana laksanaan diare yaitu :

1. Penatalaksanaan diare disesuaikan dengan pengklasifikasian ( kemenkes ,


2015 ) sebagai berikut :
a. Diare tanpa dehidrasi ( rencana terapi A )
1. Berikan cairan tambahan sebanyak anak yang mau saat berobat,
orang tua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk di berikan
pada anak di rumah. Juga perlu diberikan penjelasan sebagai berikut
:
(b) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian ( bila masih di
beri ASI )
(c) Jika diberi ASI ekslusif , berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
(d) ajarkan cara membuat dan memberikan oralit di rumah : 1
bungkus oralit masuk kedalam 200 ml air matang. Usia bayi
sampai 1 tahun berikan 50-100 ml oralit setiap habis buang air

9
besar. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok apabila
muntah tunggu 10 menit , kemudian berikan lagi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang ( rencana terapi B )
1. Berikan oralit dan observasi klinik selama 3 jam dengan jumlah sekitar
75 ml/kgBB atau berdasakan usia anak. Pemberian oralit pada bayi
sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian oralit
berasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama :
(a) Bayi usia 4 bulan dengan berat badan 6 kg, dosis pemberian 200-
400 ml.
(b) Bayi usia 4-12 bulan dengan berat badan 6 samapai < 10 kg, dosis
pemberian 400-700 ml
(c) Bayi usia 12-24 bulan dengan berat badan 10- < 12 kg dosis
pemberian 700-900 ml.
(d) Anak usia 2-5 tahun dengan berat badan 12- 19 kg , dosis
pemberiannya 900-1400 ml.
2. Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit , yaitu satu
bungkus oralit di campur dengan air matang 200 ml.
c. Diare dengan dehidrasi berat (terapi C) :
1. Jika anak menderita penyakit lainnya, segera rujuk. Selama dalam
perjalanan minta lah ibu agar terus memberikan oralit sedikit demi
sedikit dan anjurkan untuk tetapkan diberi ASI.
2. Jika tidak ada penyakit berat lainnya, di perlukan tindakan sebagai
berikut:
(a) Jika dapat memasan infus segera berikan cairan infus RL atau NaCl
secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/kgBB dengan pedoman
sebagai berikut : bayi umur < 12 bulan , 1 jam pertama diberikan 30
ml/kgBB dan 5 jam berikutnya diberikan 70 ml/kgBB. Anak umur
12 bulan sampai 5 tahun , 30 menit pertama 30 ml/kgBB dan 2 jam
berikutnya diberikan 70 ml/kgBB. Keterangan periksa kembali

10
setelah 1-2 jam jika status hidrasi belum membaik ( nadi lemah atau
tidak teraba) ulangi pemberian pertama. Jika kondisi membaik
teruskan penanganan seperti pada dehidrasi ringan/sedang.
3. Jika memasang infus tetapi dapat memasang sonde, berikan oralit
melalui naogastrik dengan jumlah 20ml/kgBB/jam selama 6 jam. Jika
anak muntah terus menerus dan perut kembung , berikan oralit lebih
lambat. Jika keadaan membaik dalam 6 jam , teruskan penaganan seperti
dehidrasi ringan atau sedang.

2. Penatalaksaan diare di rumah sakit (WHO,2009) adalah sebagai berikut:


a. Diare presisten berat
1. Nilai anak untuk tanda dehidrasi dan beri cairan sesuai rencana
terapi B dan C
2. Beri pengobatan sesuai hasil kultur tinja (jika di perlukan)
3. Beri zat mikro dan vitamin yang sesuai
4. Obati diare presisten yang di sertai darah dalam tinja dengan
atibiotik oral yang efektif untuk shigella.
5. Berikan pengobatan untuk amubiasis ( metronidazol oral ; 50
mg/kgBB , di bagi 3 dosis selama 5 hari ) hanya jika pemeriksaan
mikropis dari tinja menunjukan adanya trofozit entamoeba
histolytica dalam sel darah , atau dua antibiotik yang berbeda yang
biasanya efektif untuk shigella, sudah diberikan dan tidak adanya
perbaikan klinis
6. Bayi berumur dibawah 6 bulan ; pemberian ASI ekslusif harus terus
diberikan sesering mungkin selama anak mau. Jika anak tidak
mendapat ASI , beri susu pengganti yang sama sekali tidak
mengandung laktosa.
7. Anak berumur 6 bulan atau lebih ; pemberian makanan harus
dimulai kembali segera setelah anak bisa makan, makanan harus

11
diberikan setidaknya 6 kali sehari untuk mencapai total makanan
setidaknya 110 kalori/kgBB/hari. Walaupun demikian, sebagian
besar anak malas makan , sampai setiap infeksi serius telah di obati
selama 24-48 jam.
b. Disentri
1. Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan diare akut
2. Pengobatan yang baik adalah berdasrkan data hasil pemeriksaan tinja
rutin, apakah terdapat amuba negatif. Jika positf maka berikan
metronidazol dengan dosis 50 ml/kgBB di bagi menjadi 3 dosis
selama 5 hari.
3. Berikan pengobatan antibiotik oral selama 5 hari. Yang sensitif
terhadap strain shigella seperti sipofloxin, seksifim dan asam
nalidiksat.
4. Berikan tablet zinc sebagaimana pada anan dengan diare cair tanpa
dehidrasi
5. Tindak lanjut, periksa apakah ada kondisi lain seperti alergi susu
sapi, atau infksi mikroba lain termasuk resistensi terhadap antibiotik
yang su

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE

A. Pengkajian
Menurut Potter & perry (2009) pengkajian keperawatan adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-maslah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan
lingkungan.

1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Alamat :
No. Mederec :
Ruang Rawat :
Dx. Medis :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :

b. Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Alamat :

13
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Hubungan dengan pasien:
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
2. Keluhan Utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB >
10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut
adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih
adalah diare persisten (Suriadi, 2010).

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Sekarang
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1. Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
4. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi mulai tampak.
6. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada
dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada
dehidrasi berat.

14
Komponen pengkajian nyeri meliputi :
P : Provocate/paliatif ( pemicu ) : hal yang menyebabkan timbulnya rasa
nyeri/ hal yang dapat mengurangi rasa nyeri.
Q : Quality : kualitas nyeri yang dirasakan klien , seperti merobek,
panas atau menekan.
R : Region/Radiaton : area dan penyebaran : lokasi nyeri dan penjalaran
nyeri klien dengan diare pastinya akan merasakan nyeri di bagian anus
dan perut .
S : Severity (beratnya gejala) minta kepada pasien untuk menentukan
tigkat intesitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
T : Time : waktu timbulnya nyeri ,hilang timbul atau terjadi terus
menerus.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
Selain itu imunisasi Rotavirus yang bertujuan untuk mencegah diare
berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan bayi muntah, keseimbangan
elektrolit dan asam basa, sehingga banyak mengakibatkan kematian.
Pasien Rotavirus diberikan pada bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan),
tergantung jenis vaksin
2. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena
faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelum, selama, atau setelah diare.

15
c. Riwayat Nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi
resiko diare dan infeksi yang serius.
2. Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
mudah menimbulkan pencemaran.
3. Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan
minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus
dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak
bisa minum.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

e. Riwayat kesehatan lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.

f. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


1. Pertumbuhan
a. Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b. Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
c. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

16
2. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:

a. Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai


menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

a. Autonomy vs Shame and doundt


Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak.
B. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
2. hitungan (GK)
3. Meniru membuat garis lurus (GH)
4. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
5. Melepas pakaian sendiri (BM)

4. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum

17
klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata
Cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang.
h. Sistem integumen
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut
menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali
dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi.
Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare
dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat
lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
Ada atau tidaknya ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi
BAB yang menigkat

18
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Potter & perry (2009) diagnosa Keperawatan adalah pernyataan
yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya
yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.

Menurut NANDA (2013), yaitu:


1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebihan.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare.
4. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
5. Nyeri akut berhubungan dengan diare memanjang.

D. Intervensi Keperawataan
Menurut Potter & perry (2009) intervensi keperawatan adalah tindakan yang
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini
ketingkat yang di inginkan dalam hasil yang di harapkan ( gordon, 1994 )

Dx Tujuan NOC Intervensi NIC Rasional


1 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan sirkulasi volume cairan
tindakan kekurangan cairan elektrolit menyebabkan kekeringan mukosa
keperawatan selama 2. Berikan cairan oral dan dan pemekatan urin. Deteksi dini
3X24 jam masalah parenteral sesuai dengan memungkinkan terapi pergantian
dapat teratasi dengan program rehidrasi. cairan segera untuk memperbaiki
kriteria hasil : 3. Beritahu keluarga untuk defisit.
- TTV normal sering memberikan minum 2. Sebagai upaya mencapai
- mukosa bibir air putih pada pasien keseimbangan cairan dan elektrolit
lembab 4. Buat lingkungan senyaman dan upaya rehidrasi cairan yang telah

19
- turgor elastik mungkin. keluar akibat BAB yang berlebihan.
- mata tidak cekung 5. Kolaborasi pemberian obat. 3. Untuk menggantikan cairan pasien
yang hilang.
4. Limgkungan yang nyaman bisa
membuat pasien istirahat dengan
cukup
5. Mengetahui penyebab diare dengan
pemeriksaan tinja dan pemberian
obat yang tepat sesuai hasil
laboratorium

2 Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau makanan 1. Deteksi dini untuk pemberian
tindakan keperawatan serta status nutrisi pasien terapi nutrisi yang tepat dan
selama 1x24 jam 2. Beritahu keluarga untuk memperbaiki defisit.
masalah dapat memberikan pasien makan 2. agar kebutuhan nutrisi pasien
teratasi dengan dalam porsi sedikit tapi terpenuhi dan untuk menghindari
kriteria hasil: sering terjadinya makanan keluar lagi
- nafsu makan 3. Ajarkan keluarga untuk 3. Agar keluarga mengetahui
meningkat pelaksanaan pemberian program diet pasien untuk
- BB normal kembali makanan sesuai dengan memperbaiki status nutrisinya.
- tidak ada mual dan program diet. 6. pemberian makanan yang tepat
muntah 4. Kolaborasi dengan ahli mempercepat proses pemenuhan
gizi dalam pemberian nutrisi pasien.
makanan yang tepat sesuai
kondisi

3 Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau suhu tubuh 1. Deteksi dini terjadinya perubahan
tindakan keperawatan pasien setiap 2 jam. abnormal suhutubuh untuk
selama 1x24 jam 2. Berikan pasien kompres mengetahui adanya infeksi.
masalah dapat dengan kompres hangat. 2. Agar suhu pasien bisa menurun
teratasi dengan 3. Berikan pendidikan karena kompres hangat dapat

20
kriteria hasil: kesehatan kepada keluarga membuka pori-pori
- Suhu tubuh pasien tentang bahaya suhu tubuh 3. Agar keluarga mengetahui bahaya
tidak meningkat yang meningkat pada diare suhu tubuh yang meningkat pada
- Suhu tubuh dalam 4. Buat lingkungan yang diare dan dapat waspada.
batas normal (36 - tenang dan nyaman. 4. agar pasien dapat istirahat dengan
37,5’C) 5. Kolaborasi dalam pemberian nyaman dan menurunkan kebutuhan
- Tidak terdapat obat-obatan penurun panas. metabolik.
tanda- tanda infeksi 5. pemberian obat-obatan penurun
(rubor, dolor, kalor, panas untuk mengurangi suhu tubuh
tumor, fungtiolaesa) yang meningkat pada pasien.

4 Setelah dilakukan 1. Kaji kecemasan klien 1. Mengurangi rasa takut anak terhadap
tindakan keperawatan terhadap tindakan perawat dan lingkungan rumah sakit.
selama 1x24 jam keperawatan 2. Kasih sayang serta pengenalan diri
masalah dapat 2. Lakukan kontak sesering perawat akan menumbuhkan rasa
teratasi dengan mungkin dan komunikasi aman pada klien.
kriteria hasil: 3. Libatkan keluarga dalam 3. Pendekatan awal pada anak melalui
-Mau menerima melakukan tindakan ibu atau keluarga
tindakan keperawatan keperawatan. 4. agar pasien dapat istirahat dengan
- Klien tampak 4. Buat lingkungan yang nyaman dan menurunkan ansietas.
tenang dan tidak tenang dan nyaman. 5. sebagai rangsangan sensori pada
rewel 5. Kolaborasi dengan orang tua anak.
dengan memberikan mainan
pada anak.

5. Setelah dilakukan 1. kaji skala nyeri pasien 1. agar perawat dapat mengetahui
tindakan tingkat nyeri klien apakah nyeri
keperawatan selama biasa,sedang atau berat

21
2X24 jam di
harapkan nyeri dapat 2. berikan tindakan relaksasi 2. misalnya menonton tv chanel
berkurang dengan kesukaan pasien , karena bisa
kriteria : mengurangi rasa nyeri .
- skala nyeri
berkurang dari 4 3. berikan medikasi sesuai 3. supaya rasa nyeri yang di rasakan
menjadi 2 indikasi miaslnya pemberian pasien bisa terminimalisir
- tampak relaks dan analgesik berkolaborasi dengan
mampu tidur serta petugas kesehatan lainnya
istirahat dengan baik

E. Implementasi

Menurut Potter & perry (2009) implementasi adalah tindakan yang


sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi. Rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil yang diharapkan. Tindakan
keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperawatan dapat
menjalankan tugasnya dengan kondisi pasien.

F. Evaluasi
Menurut Potter & perry (2009) tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan
menunjukan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapaiatau belum.
Evaluasi ini bisa merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnaya.

22
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011).

23
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. RGC: Jakarta
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak : Jakarta :
Salemba Medik
Ngastiah. 2012. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Nurarif, dkk. 2013. Aplikasi asuhan kepewatan berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta : EGC
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Potter, Perry.2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Sodikin.2011.Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sitem Gastrointestinal
dan Hepatobilier.
Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Suriadi dan Yuliani, Rita. Asuhan Keperawatan pada Anak. 2010. Jakarta :
CV Sagung Seto

24
Wong, DL et al.2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2. Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai