Anda di halaman 1dari 1

Kehilangan versus harapan

Konsep kehilangan masuk kedalam proses penuaan, sejalan dengan penurunan kumulatif
dalam hal mental, fisik, dan sosial. Kehilangan adalah satu kata yang paling menyimpulkan tentang
masalah-masalah usia tua, yang meliputi kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi,
kesehatan fisik, kontak sosial peran, keuangan, barang, ketajaman mental, energi dan kehilangan
kehidupan sendiri yang tidak dapat dihindari.

Kehilangan dinyatakan sebagai deprivasi yang berkaitan dengan status masa lalu, sekalipun
intensitas kehilangan tersebut bergantung pada sistem nilai seseorang. Jika frekuensi dan intensitas
kehilangan semakin cepat, maka orang tersebut akan kurang mampu beradaptasi dan berintegrasi,
yang oleh karena itu, membahayakan kesehatan mental dan fisiknya. Garret mengidentifikasi
pengaruh pada kemampuan seseorang yang sedang berduka untuk melakukan koping sejalan
dengan bertambahnya usia, pengalaman negatif terdahulu terhadap kehilangan, kurangnya metode
koping prevenrif, keterbatasan penggunakan sistem pendukung, ketidakmampuan mempertahankan
kendali, penurunan status kesehatan mental dan Fisik, dan kurangnyakeyakinan pada kekuatan
yang lebih besar dari dirinya sendiri. Sikap seseorang terhadap semua kehilangan tersebut
memengaruhi kualitas seorang lansia.

Efek kumulatif dari kehilangan seumur hidup, terutama setelah usia 75 tahun, dialami
sebagai ketidakberhargaan dan pengabaian. Kerapuhan akan meningkat jika lansia kekurangan
keterampilan interpersonal, motivasi, kekuatan spiritual, kontak sosial yang bermakna, keuangan
yang adekuat, atau persepsi positif tentang kesehatan. Burnside menganjurkan penggunaan strategi
dan dukungan "loss-facing" untuk meningkatkan kesejahteraan .

Penyeimbang konsep kehilangan adalah konsep yang lain: harapan. Harapan menghilangkan potensi
efek katastrofik dari kehilangan kumulatif pada lansia. Harapan, sebagai suatu pemenuhan ekspetasi
mengatasi kehilangan yang tidak dapat dihindari dari masa kanak-kanak. Harapan adalah antisipasi
peningkatkan status atau terlepas dari perasaan terjebak. Hal ini berdasar pada keyakinan akan
sesuatu yang mungkin terjadi, dukungan dari orang yang berarti, rasa sejahtera, kemampuan
koping secara menyeluruh , dan tujuan hidup. Harapan merupakan kekuatan yang memotivasi,
memberi energi yang dapat memindahkan lansia keluar dari kehilangan yang kacau balau ke tingkat
fuingsi yang lebih tinggi. Hickey menggunakan istilah memungkinkan harapan untuk
menggambarkan peran perawat dalam merawat pasien kanker. Beriman kepada Tuhan memberi
alasan bagi lansia untuk hidup dan berharap selama mereka mau berusaha mencapainya.

Harapan adalah karakteristik dari tahapan integritas Erickson yang terakhir. Harapan,
sebagai pola integral ang terpenting seumur hidup, bertindak sebagai penstabil fungsional pada usia
tua. Pada lansia konsep kehilangan akan sangat merusak arti hidup. Kehilangan arti dan tujuan dan
boleh karena itu kehilangan harapan, merupakan kehilangan yang terakhir dalam kehidupan-
kehidupan kematian. Dulu Gibbon menuliskan “kegagalan harapan akan mempersuram masa
tua”kehilangan tanpa harapan memadamkan cahaya kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai