Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG KEHILANGAN DAN BERDUKA

Disusun Oleh :

Nofra Atesa Lilvouza 2114201136

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2021/2022
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kehilangan Dan Berduka

a. Kehilangan

Kehilangan (loss) merupakan suatu keadaan individu yang mengalami kehilangan


sesuatu yang sebelumnya dimilikinya. Stuart (2005), mengungkapkan bahwa kehilangan
merupakan sesuatu yang sulit dihindari seperti kehilangan harta, kesehatan, orang yang
dicintai. dan kesempatan. Berduka adalah reaksi terhadap ke- hilangan, yaitu respons
emosional normal dan meru- pakan suatu proses untuk memecahkan masalah Dalam hal ini,
individu perlu diberi kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui
proses berduka, sehingga mampu menerima kenyataan kehi langan yang menyebabkan
berduka dan merupakan bagian dari proses kehidupan.

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang
dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba
atau bertahap. Kehilangan dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual, dipersepsikan,
atau sesuatu yang dianti- sipast. Objek yang hilang, merupakan objek eksternal, orang yang
berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan. Terdapat beberapa hal yang mungkin
dirasakan ketika seseorang mengalami sakit apalagi kronis, antara lain :

1. Kesehatan
2. Kemandirian
3. Rasa mengontrol kehidupannya sendiri
4. Privasi
5. Kesopanan
6. Gambar diri
7. Hubungan
8. Peran didalam dan luar rumah yang telah ada
9. Status sosial
10. Kepercayaan
11. Kepemilikan
12. Keamanan Keuangan
13. Makna produktifitas dan pemunuhan diri
14. Gaya hidup
15. Rencana atau impian masa depan
16. Impian untuk kekal
17. Uang
18. Rutinitas sehari-hari
19. Tidur
20. Fungsi seksual
21. Aktivitas diwaktu luang
b. Berduka

Berduka (grieving) merupakan kondisi di mana individu atau keluarga mengalami


respons alamiah yang melibatkan reaksi psikososial dan psikologis terhadap kehilangan
aktual atau kehilangan yang dirasakan (Carpenito-Moyet, 2009). NANDA membagi berduka
ke dalam dua tipe, yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi
merupakan suatu status pengalaman individu dalam merespons kehilangan aktual ataupun
yang dirasakan seseorang, hubungan/ kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe berduka diantisipasi ini masih dalam batas normal.
Sementara itu, berduka disfungsional merupakan kondisi individu dalam merespon suatu
kehilangan dimana respons kehilangan dibe- sar-besarkan pada saat individu kehilangan
secara aktual maupun kehilangan secara potensial, hubungan, objek, dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang- kadang menjurus ke tipikal abnormal atau kesalahan/ kekacauan.

Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons emosional yang
normal Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah, dan secara normal
berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa
yang baik bagi individu karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping
dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari
kehidupan nyata. Berduka sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan orang
lain.

Individu yang berduka kadang kadang tidak mampu untuk men- jalani perasaan
berduka secara normal, biasanya intensitas dan lama- nya berduka lebih panjang dari respons
normal Sebagai contoh individu yang berduka akan mengalami depresi yang berat dari yang
biasa Depresi adalah suatu kondisi emosional yang dialami oleh individu secara umum pada
waktu mengalami kehilangan baik secara nyata maupun yang dipersepsikan atau dibayangkan
yang mencakup suatu fungsi penting kemampuan objek impian, orang, keyakinan atau nilai
yang dimiliki individu secara normal (Drake dan Price 1975) Penyimpangan dari suatu
ukuran yang normal akan berakibat pada suatu perasaan berduka yang menunjukkan respons
depresi yang lebih berat hal ini terjadi bila kehilangan berhubungan erat dengan ambisi,
pengharapan, harga diri, kemampuan atau rasa aman yang dialami oleh individu dengan
konsep diri yang miskin, atau harga diri rendah mudah terjatuh pada kondisi depresi

Sumber gangguan atau kehilangan dapat berupa eksternal maupun internal seperti
pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai individu, keyakinan atau moral
dan konflik interpersonal yang mengancam konsistensi diri individu harga diri, rasa aman
(Drake dan Price, 1975) Sumber sumber eksternal mencakup kema- lian orang yang
disayangi, penghentian kerja (PHK), penyakit atau kehilangan bagian tubuh tertentu. Engel
(1964) mengidentifikasi enam tingkatan berduka yaitu syok tidak yakin, mengembangkan
kesadaran diri restitusi mengatasi kehi langan, idealisasi dan hasil
Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan adalah ge netik, kesehatan


fisik, kesehatan jiwa pengalaman masa lalu

1. Genetik

Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang memunyai riwayat depresi
biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu permasalahan,
termasuk menghadapi kehilangan.

2. Kesehatan fisik

Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur cen derung memunyai
kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik

3. Kesehatan mental/jiwa

Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang memunyai rwayat depresi, yang
ditandai perasaan tidak berdaya pesimisk selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan

4. Pengalaman kehilangan di masa lalu

Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak kanak akan
memengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa.

5. Kesehatan Jasmani

Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik

Faktor Presipitasi

Stres yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata atau imajinasi
individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan
(sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehi
langan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat

Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak
mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda upaya bunuh diri atau ingin
membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang sering digunakan oleh indi vidu sebagai
respons terhadap kehilangan antara lain menyangkal. represi, intelektualisasi, regresi, supresi,
dan projeksi (lihat mekanisme pertahanan) Regresi yang dipakai secara berlebihan dan tidak
tepat. sering ditemukan pada pasien depresi.
Pohon Masalah

Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis kehilangan berduka

Gambar. Pohon Masalah Berduka

Harga Diri Rendah

Anda mungkin juga menyukai