BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
Hasil penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kehilangan dan berduka.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Helplessness Guit
Anger &
Agression
e. Kehilangan Hidup
Seseorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir,
dan merespon terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya
kematian. Perhatian utama sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
7
mengenai nyeri dan kehilangan kontrol. Setiap orang berespon secara berbeda-
beda terhadap kematian. orang yang telah hidup sendiri dan menderita penyakit
kronis lama dapat mengalami kematian sebagai suatu perbedaan. Sebagian
menganggap kematian sebagai jalan masuk ke dalam kehidupan setelah
kematian yang akan mempersatukannya dengan orang yang kita cintai di surga.
Sedangkan orang lain takut perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau cedera.
Ketakutan terhadap kematian sering menjadikan individu lebih bergantung.
b. Kesehatan fisik
9
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik.
c. Kesehatan jiwa/mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama mempunyai riwayat depresi,
yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh
masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
d. Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di
masa dewasa.
2.2 Berduka
2.2.1 Pengertian Berduka
Berduka merupakan reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon
emosional yang normal (Suliswati, 2005). Definisi lain menyebutkan bahwa
berduka, dalam hal ini dukacita adalah proses kompleks yang normal yang
mencakup respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika
individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan
yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan pasien sehari-hari
(NANDA, 2011).
10
Tanda dan gejala berduka juga dikemukan oleh Videbeck (2008), yang
mencakup ke dalam lima respon, yaitu respon kognitif, emosional, spiritual,
perilaku, dan fisiologis yang akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang Muncul
Respon Berduka Tanda dan Gejala
Respon Kognitif Gangguan asumsi dan keyakinan:
Mempertanyakan dan berupaya
menemukan makna kehilangan;
Berupaya mempertahankan
keberadaan orang yang meninggal
atau sesuatu yang hilang;
Percaya pada kehidupan akhirat dan
seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.
Kebencian;
Merasa bersalah dan kesepian;
Perasaan mati rasa;
Emosi tidak stabil;
Keinginan kuat untuk mengembalikan
ikatan dengan individu atau benda
yang hilang;
Depresi, apatis, putus asa selama fase
disorganisasi dan keputusasaan.
Respon Spiritual
Kecewa dan marah pada Tuhan:
Penderitaan karena ditinggalkan atau
merasa ditinggalkan atau kehilangan,
tidak memiliki harapan, kehilangan
makna.
Respon Perilaku
Menangis terisak atau tidak
terkontrol;
Gelisah;
Iritabilitas atau perilaku bermusuhan;
Mencari atau menghindar tempat dan
aktivitas yang dilakukan bersama
orang yang telah meninggal;
Kemungkinan menyalahgunakan obat
atau alkohol;
Kemungkinan melakukan upaya
bunuh diri atau pembunuhan.
Tidak bertenaga;
Gangguan pencernaan;
Perubahan sistem imun dan endokrin.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Faktor Predisposisi
Faktor pedisposisi yang mempengaruhi tentang respon kehilangan adalah:
1. Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
perasaan kehilangan.
2. Kesehatan Jasmani
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan Mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai perasaan tidak berdaya pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi suatu kehilangan.
4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak-
kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa. (Stuart-Sundeen, 1991)
5. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep diri yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
16
17
3.3 Perencanaan
1. Tujuan jangka panjang: agar individu berperan aktif melalui proses berduka
secara tuntas
2. Tujuan jangka pendek: pasien mampu:
a. Mengungkapkan perasaan duka
18
e. Fase Penerimaan
Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa diselesaikan.
20
BAB 4
STRATEGI PELAKSANAAN KLIEN DENGAN
BERDUKA DAN KEHILANGAN
Pertemuan ke-1
1. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tampak sering diam dan melamun dan mengatakan bahwa anaknya
belum meninggal. Klien enggan untuk berbicara dengan orang lain dan
tampak menarik diri dari lingkungannya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital menunjukan tekanan darah klien 150/100 mmHg, nadi 110 x/menit,
pernapasan 25 x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan denga ketidakefektifan koping individu terhadap
respon kehilangan anggota keluarga yang berulang.
3. Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c) Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
20
21
2. Strategi Pelaksanaan
a) Fase orientasi
Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bu, perkenalkan saya Pipit Mentari,
ibu bisa panggil saya suster Pipit. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya
dipanggil apa? Kalau begitu Ibu saya panggil Ibu M ya? Baiklah Ibu M,
saya perawat hari ini yang bertugas merawat Ibu dari pukul 08.00
sampai 14.00”
Evaluasi validasi
“Bagaimana keadaan ibu M hari ini? Apa yang ibu rasakan?”
Kontrak kerja
“Baikalah bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar? Kita
berbincang-bincang untuk mendiskusikan masalah yang ibu alami.
Kira-kira 15 menit saja Bu, bagaimana? Dimana sebaiknya kita
berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di taman? Baiklah kita akan
berbincang-bincang selama 15 menit ke depan di taman saja ya bu”
b) Fase Kerja
“Ibu, coba ibu ceritakan kepada saya apa yang ibu rasakan saat ini “ “
iya bu, saya mengerti apa yang ibu rasakan, sabar ya bu”
“coba sekarang ibu berpikir kembali jika ibu pulang ke rumah ibu tidak
akan bertemu dengan anak ibu karena ia memang sudah meninggal dan
itu sudah menjadi kehendak Tuhan”
“ibu, hidup dan matinya seseorang itu sudah diatur oleh yang maha
kuasa “
“ tidak ada satupun yang mau orang yangdisayanginya dipanggil yang
Maha Kuasa dan tidak ada yang bisa mngetehauinya kapan hal tersebut
terjadi”
“Ibu tidak perlu cemas, ibu masih punya keluarga yang bersedia
mendukung dan membantu ibu dan saya juga yakin ibu pasti memiliki
22
Pertemuan ke-2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien sudah tampak lebih bersemangat dari sebelumnya, klien sudah tidak
terlihat diam dan melamun tetapi klien masih terlihat enggan untuk
berbicara dengan orang lain dan tampak menarik diri”
2. Diagnosa keperawatan:
Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien tidak lagi menarik diri dan bisa berinteraksi dengan orang disekitar
4. Tindakan keperawatan
23
B. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
Salam terapeutik: “Selamat pagi bu M.” “ masih kenal dengan saya bu ? “ “
iya saya perawat pipt”
Evaluasi validasi: “Bagaimana perasaan Ibu pagi ini? Apakah sudah lebih
baik dari kemarin?”
Kontrak: “Baiklah bu, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan
berbincang sebentar sambil berjalan-jalan di sekitar taman rumah sakit,
apakah ibu siap?. Seperti janji kita kemarin,kita akan melakukannya selama
20 menit ya , bu.
2. Fase kerja
“Baik bu M, saya senang sekali melihat ibu hari ini sudah mulai semangat,
begitupun yang saya liat pada anak ibu, anak ibu sangat bahagia melihat ibu
mulai semangat. Hari ini kita akan berbincang tentang hal yang ibu sukai, oh
iya bu kalau boleh saya tahu hobi ibu apa saja ? Boleh tahu tidak bu kapan saja
ibu meluangkan waktu untuk menjahit?.Cukup sering ya bu “ “bolehkah saya
melihat hasil jahitan ibu ?”. Wah kerudung hasil jahitan ibu bagus sekali
mungkin ibu bisa memulai usaha menjahit, contohnya ibu bisa buat kerudung
seperti ini kemudian dijual kepada orang sekitar sehingga bisa menghasilkan
uang, jadi ibu tidak perlu cemas untuk membiayai uang sekolah anak ibu dan
kehidupan ibu juga.”
“ dirumah sakit ini juga ada pasien yang suka menjahit bu. Bagaimana kalau
sekarang saya ajak ibu untuk bertemu dengan beliau , agar ibu bisa bertukar
pikiran seputar hobi itu “
“ ibu S, perkenalkan ini ibu M” “ beliau mahir sekali menjahit , bu dan hasil
jahitannya pun bagus “ “ coba ibu M tunjukan hasil jahitan ibu kepada ibu S ”
“ coba bu M tunjukan kepada kami cara menjahit kerudung yang baik dan
menghasilnya kerudung yang cantik seperti yang ibu punya” “ wah ibu hebat
sekali ya , ibu sangat mahir dan rapi sekali dalam menjahit”
24
“ nah, sekarang silahkan ibu-ibu saling berbagi dan berdiskusi seputar cara-
cara dan teknik menjahit yang baik dan benar” “ wah ibu sudah mulai tampak
akrab ya dengan ibu S “ “ nah , bu disaat ibu sedang merasakan kesepian ibu
bisa berdiskusi atau melakukan kegiatan bersama dengan ibu S agar ibu tidak
bersedih jika mengingat akan anak ibu”
3. Fase terminasi
Evaluasi
(subjektif) : “Bagaimana perasaan ibu sekarang , apakah jauh lebih baik dari
kemarin?”
(objektif): “Kalau begitu, coba ibu sebutkan manfaat apa saja yang ibu
dapatkan jika ibu melakukan hobi ibu” “ iya bu betul, Bagus
sekali, sepertinya Ibu sudah paham.”
Tindak lanjut: “Baiklah Bu M, jika ibu merasakan kesepian ibu bisa
melakukan hobi ibu yaitu menjahit atau ibu bisa berkumpul dengan ibu-ibu
lain yang memiliki hobi sama dengan ibu”
Kontrak: “Saya rasa pembicaraan kita sudah cukup. Seperti hari ini, besok
jam 9 pagi saya akan datang kembali ke ruangan ibu untuk mengajak ibu
menjual hasil jahitan ibu ke perawat dirumah sakit ini” “ saya pamit dulu ya
bu, selamat pagi”
25
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
26