Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian
1. Pengertian kista ovarium
Menurut Wijayakusuma (2008 : 126), kista ovarium adalah tumor
jinak berupa kantong abdominal berisi cairan atau setengah cair yang
tumbuh dalam kantung indung telur (ovarium). Kista ovarium biasanya
tidak bersifat kanker, namun diperlukan perhatian lebih lanjut untuk
memastikan kista tersebut bukan kanker.

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding
tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
(Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)

1
2. Jenis kista ovarium
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
A. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan
hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
1. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
2. Kista fungsional
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada
wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar
HCG terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar
LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

B. Kista neoplasma
1. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
2. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti,
mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I
elemen mengalahkan elemen yang lain
3. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
4. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
5. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
pathogenesis

2
3. Pengertian vries cope
Vries Cope (Potong Beku / Frozen Section) adalah pemeriksaan
jaringan tumor yang dilakukan saat pasien masih dalam tindakan
pembedahan (intra operatif). Pemeriksaan ini juga hanya untuk menentukan
apakah tumor tersebut jinak atau ganas (kanker). Dari diagnosa potong beku
ini maka ahli bedah akan menentukan tindakan bedah selanjutnya (R.S.
Kanker Dharmais, 2003: 23). SOVC (Salpingo Ooforektomi Vries Coupe)
adalah pengangkatan tuba falopi dan ovarium untuk dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi untuk mengetahui ada atau tindaknya keganasan pada
tumor (Corwin, 2009)
4. Pengertian BSO
TAH (Total Abdominal Hyterectomy) dengan BSO (Bilteral Salpingo
Ooforektomi) adalah pengangkatan uterus, cervix, fallopian tubes dan
ovarium secara keseluruhan melalui pembedahan perut (Dionne, 2001 :100).

3. Indikasi
a. Jika abses tubo ovari tidak ruptur dan tidak bergejala, dapat diberikan
antibotik. Jika massa tidak menyusut dalam waktu 2-3 minggu setelah
pemberian antibiotik atau bertambah besar (Wijaya, 2009 : 618).
b. Bila pemeriksaan vries coupe dengan cara laparatomi ditemukan kista
sudah dalam proses keganasan (Yatim, 2005 : 25).
c. Wanita dengan usia antara 50 -70 tahun dengan kista ovarium, maka
resiko tinggi menjadi kanker (Yatim, 2005 : 23).

4. Kontra Indikasi
a. Pasien sedang menstruasi
b. Keadaan pasien buruk sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan
tindakan definitif.
c. Pasien berstatus nona sehingga hanya dilakukan incomplete surgical
staging meliputi Apendiktommi, Omentektomi, dan limfadenektomi.

3
5. Persiapan
5.1 Persiapan Pasien
a. Memeriksakan faal hemostasis saat pasien berada di rawat inap
b. Mempuasakan pasien 6 - 8 jam sebelumnya.
c. Meminta pasien mencukur rambut-rambut halus disekitar daerah yang
akan dioperasi pada saat pasien masih di ruangan rawat inap.
d. Mengganti baju pasien dengan baju operasi saat pasien berada di
premedikasi.
e. Melepas semua perhiasan pasien termasuk jika pasien memiliki gigi
palsu.
f. Periksa rekam medik pasien terutama nomor register dan lembar
inform consent tindakan oprasi.
5.2 Persiapan Lingkungan
a. Memastikan mesin couter berfungsi dengan benar
b. Memastikan mesin suction berfungsi dengan benar
c. Memastikan lampu operasi berfungsi dengan benar
d. Memastikan tersedianya tiang infus
e. Menyiapkan tempat sampah medis
f. Menyiapkan peralatan non steril seperti gunting verband, plat
diatermi, dll.
g. Menyiapkan meja instrumen, meja mayo, dan troli baskom.

5.3 Persiapan Alat


5.3.1 Instrumen
a. Instrumentasi Dasar
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Duk Klem 5
2 Disinfeksi Klem 1
3 Pinset Cirurgis 2
4 Pinset Anatomis 2
5 Scalpel Handle no 4 1
6 Gunting metzemboum 1
7 Gunting mayo 1
8 Mosquito klem 2

4
9 Pean bengkok sedang 4
10 Pean bengkok besar 4
11 Pean manis 1
12 Koher bengkok sedang 2
13 Langen back 2
14 Gunting benang 1
15 Needle Holder 2
16 Canule Suction 1

b. Instrumentasi Tambahan
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Mikulicz (Peritonium Klem) 4
2 Ring klem 3
3 Abdominal Retraktor (Richardson-Eastman) 1
4 Abdominal Retraktor Fritsch (Hakk Berdaun Dalam) 2

c. Instrumentasi Penunjang
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Waskom 1
2 Bengkok 1
3 Cucing 1
4 Couter 1

d. Set Linen
Jumlah
No Jenis Linen
(Buah)
1 Scort steril 4
2 Duk besar 4
3 Duk kecil 4
4 Sarung meja mayo 1
5 Handuk steril 4

e. Bahan habis pakai


Jumlah
No Jenis Bahan
(Buah)
1 Plat diatermi 1
2 Hand scoen steril ukuran 6,5 / 7,5 / 8 4/4/4
3 Tulle Dressing (Sofra-Tulle) 1
4 Mess 22 1
5 Underpad steril 3
6 Underpad on 1

5
7 Benang Poliglikolic Acid (safil) no. 0 2
8 Benang Silk ukuran 2.0 2
9 Benang Catgut Plain/catgut cromic no. 1 (tanpa 1/1
jarum)
10 Benang Glyconate (monosyn) no.3-0 1
11 Jarum cutting / round 1/1
12 NaCl 0,9 % Secukupnya
13 Deppers 5
14 Kasa Steril 40
15 Big Kassa 5
16 Povidone iodine 10 % 50 cc
17 Plester 1
18 Spuit 10 cc 50 cc 1/1
19 Cateter urin ukuran 16 1
20 Urobag 1
21 Tisu towel 1

6. Pelaksanaan instrumentasi
 Saat pasien berada di ruang premedikasi, lakukan proses sign in sebelum
dilakukan induksi anestesi, meliputi:
 Konfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar
persetujuan operasi.
 Penandaan area operasi
 Kesiapan mesin anestesi dan obat-obatannya
 Kesiapan fungsi pulse oksimeter
 Riwayat alergi pasien
 Adanya penyulit airway atau resiko aspirasi
 Resiko kehilangan darah
 Bawa masuk pasien kemudian posisikan pasien di atas meja operasi
dengan posisi supinasi.
 Pasien dibius secara spinal anestesi oleh dokter anestesi
 Pasang plat diatermi di betis pasien
 Perawat sirkuler memasang kateter pada pasien
 Perawat sirkuler melakukan pencucian area operasi dengan larutan
clorhexydin 4% kemudian dikeringkan dengan duk steril
 Perawat instrument melakukan scrubing, gowning, dan gloving
 Instrumentator membantu tim bedah melakukan gowning dan gloving

6
 Perawat instrumen memberikan desinfeksi klem dan cucing yang
didalamnya telah diberi deppers dan povidon iodine pada operator untuk
desinfeksi dengan povidone iodine dan deppers yang telah dituang
perawat sirkuler ke dalam cucing
 Lakukan draping area operasi, kemudian jepit antar linen yang satu
dengan linen yang lain dengan towel klem.
 Pasang kabel couter dan selang suction, kemudian jadikan satu dengan
kasa
 Fiksasi kasa pada kabel couter dan selang suction ke duk menggunakan
towel klem.
 Lakukan time out sebelum dilakukan insisi, meliputi:
 Konfirmasi pengenalan nama dan tugas masing-masing tim bedah
 Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan, dan area yang akan dioperasi
 Pemberian antibiotik profilaksis 60 menit sebelum operasi.
 Antisipasi kejadian kritis yang berkaitan dengan operator, anestesi
maupun instrumen.
 Penggunaan instrumentasi radiologi
 Berikan pinset cirugis dan scalpel handle yang telah terpasang mess no
22 dalam bengkok pada operator untuk insisi.
 Perdalam insisi kulit dengan memberikan mess 22 dan pinset cirurgis
pada operator. Berikan pinset cirurgis dan kasa pada asisten. Bila terjadi
perdarahan koagulasikan dengan couter dan depht dengan kasa basah.
 Perdalam insisi lemak dengan mengganti mess 22 dengan couter pada
operator.
 Perdalam insisi fasia dengan mengganti couter dengan gunting jaringan
kasar pada operator.
 Perdalam insisi otot dengan mengganti pinset sirurgis dengan pinset
anatomis pada operator dan asisten. Ganti couter pada operator dengan
gunting metzenbaum. Berikan langen beck pada asisten.
 Operator memperdalam insisi peritonium dengan gunting metzenbaum.
 Operator melakukan evaluasi pada ovarium meliputi ukuran dan
perlengketan serta tempat untuk membuat kanal didaerah avaskular.

7
 Setelah rongga abdomen terbuka, tampak:
 Uterus dalam batas normal.
 Tuba fallopi dekstra dan sinistra dalam batas normal.
 Ovarium dekstra dalam batas normal, ovarium sinistra membesar
dengan dimensi 45 cm x 45 cm.
 Tidak ditemukan perlengketan.
 Berdasarkan identifikasi tersebut, operator memilih melakukan tindakan
SOS-VC.
 Operator meluksir kista keluar, perawat instrumen memberikan 2 klem
pean besar dan gunting jaringan kasar untuk melepas kista dari
tangkainya.
 Berikan needle holder dan benang catgut cromic no.1 + jarum round
untuk melakukan jahit ikat pada tuba fallopi.
 Setelah kista berhasil dikeluarkan, serahkan kepada perawat sirkuler
untuk dikirim ke departemen patologi anatomi untuk dilakukan VC
 Didapatkan hasil pemeriksaan VC adalah jinak , maka operator
melakukan omentektomy dan appendiktomy
 Appendiktomy
 Berikan 2 buah klem pean untuk menjepit opendik
 Berikan mess yang di basahi betadin untuk memotong
 Berikan benang silk 2-0 untuk melakukan ligase dobel
 Omentektomy
 Berikan 2 buah klem pean untuk menjepit omentum.
 Berikan gunting metzenbaum untuk memotong omentum
 Berikan benang silk ukuran 2-0 untuk melakukan jahit ikat.
 Omentektomy dilakukan pada sebagian omentum yang melekat
pada usus.
 Sebelum menutup lapang operasi, lakukan sign out meliputi:
.Jenis tindakan
 Kecocokan jumlah instrumen, kasa, dan jarum sebelum dan sesudah
operasi
 Label pada spesimen

8
 Permasalahan pada alat yang digunakan
 Perhatian khusus pada masa pemulihan
 Operator menutup lapang operasi lapis demi lapis:
 Jahit peritonium dengan memberikan pinset anatomis, needle holder
dan benang catgut plain ukuran 1 + jarum round pada operator
 Jahit otot dengan memberikan pinset anatomis, needle holder dan
benang catgut plain no.1 + jarum round pada operator
 Jahit fasia dengan memberikan pinset sirurgis, needle holder dan
benang PGA ( safil ) no.0 pada operator
 Jahit lemak dengan memberikan pinset sirurgis, needle holder dan
benang catgut plain no.1 + jarum cutting pada operator
 Jahit kulit dengan memberikan pinset sirurgis, needle holder dan
benang gyconate (monosyn) no. 3-0 pada operator
 Bersihkan luka operasi dengan kasa basah.
 Keringkan dengan kassa kering
 Tutup luka dengan tulle dresing lalu tutup dengan kasa kering
 Tutup dengan plester
 Operasi selesai.
 Rapikan pasien
 Rapikan alat dengan:
 Dekontaminasi
 Pencucian
 Desinfeksi
 Sterilisasi

Pembimbing ok 5

(…………………….)

9
DAFTAR PUSTAKA

Dionne, C. 2001. Sex, Lies & The Truth About Uterine Fibroids. New York:
Penguin Putnam Inc.
Tim IBS RSUD Dr Syaiful Anwar. 2014. Kumpulan Materi Pelatihan Perawat
Instrumen Kamar Operasi. Malang: RSUD Dr Syaiful Anwar.
TIm Penanggulangan & Pelayanan Kanker Terpadu Paripurna Rumah Sakit
Kanker Dharmais. 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini.
Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Wijaya, S. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi; Edisi 9. Jakarta: EGC.
Wijayakusuma, H. M. H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Yatim, F. 2005. Penyakit Kandungan; Myoma, Kanker Rahim / Leher Rahim dan
Indung Telur, Kista, serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

10
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NN. M
DENGAN SALPINGO OOPHERECTOMY VRIES COUPE (SOVC) SINISTRA
ATAS INDIKASI CYSTOMA OVARI ISINISTRA
DI OK V (GYNECOLOGY)

Oleh:
Nurbudi Aslamah
(Peserta Pelatihan Instrumentator Ok tahun 2014)

INSTALASI BEDAH SENTRAL

Oleh:
IWAN ISWAHYUDI
(PELATIHAN INSTRUMENTATOR 2015)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSSA MALANG
TAHUN 2015

11
12

Anda mungkin juga menyukai