Anda di halaman 1dari 7

RESUME

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI PADA An. “M” DENGAN SIRKUMSISI


ATAS INDIKASI CYSTITIS DITANDAI DENGAN INTRAVESICAL MASS +
PHIMOSIS GR V KILAROSDI
DI OK.3 BEDAH UROLOGI RSSA MALANG

OLEH:
SAVITRI HARINING TYAS
1501410023

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAIFUL ANWAR MALANG
2016
RESUME

TEKNIK INSTRUMENTASI PADA AN. M DENGAN SIRKUMSISIATAS INDIKASI


CYSTITIS DITANDAI DENGAN INTRAVESICAL MASS + PHIMOSIS GR V
KILAROSDI

1. Pengertian
Phimosis adalah suatu keadaan dimana ujung prefusium (kulit luar penis) mengalami
penyempitan sehingga tidak dapat ditarik ke arah proximal (bawah) melewati glans (kepala
penis) yang biasanya dapat mengkibatkan obstruksi air seni. Bila hal ini dibiarkan terus tanpa
ada penanganan lebih lanjut akan mengakibatkan peradangan pada penis, ditambah klien yang
mengalami phimosis ini akan menderita, karena akan mengalami nyeri bila sedang BAK
(Sjamsuhidajat, 1998).
Sirkumsisi adalah tindakan pengangkatan sebagian/seluruh prepusium penis dengan tujuan
tertentu (Arif Mansjoer, 2000).

2. Etiologi
a. Konginetal (Phimosis fisiologis) adalah phimosis yang timbul sejak lahir yang
sebenarnya adalah keadaan normal pada anak-anak.
b. Phimosis yang didapat setelahnya (Phimosis patologik), terjadi karena hygiene yang
buruk, peradangan kronik glans penis, atau penarikan berlebih preputium.

3. Patofisiologi
4. Terapi (Indikasi dan kontra indikasi)
 Menurut Arif Mansjoer (2000) indikasi sirkumsisi adalah:
1) Agama
2) Sosial
3) Medis:
a. Phimosis (prepusium tidak dapat ditarik ke belakang atau tidak dapat
membuka
b. Paraphimosis (prepusium tidak dapat ditarik ke depan)
c. Kondiloma akuminata
d. Pencegahan terjadinya tumor (mencegah penumpukan smegma yang diduga
kuat bersifat karsninogenik)
 kontraindikasi sirkumsisi adalah:
1) Absolute: hipospadia, epispadia
2) Relatif: gangguan pembekuan darah (misalnya hemofilia), infeksi local, infeksi
umum, dibetes melitus.

5. Laporan Kasus
a. Persiapan Pasien
1. Puasa
2. Pasien disiapkan secara fisik.
3. Keluarga pasien telah menandatangani persetujuan tindakan kedokteran dan
mendapatkan pendidikan kesehatan pre, intra dan post operasi.
4. Pasien dalam kondisi bersih, daerah operasi terbebas dari rambut, menanggalkan
semua perhiasan serta memakai pakaian khusus kamar operasi.
5. Pasien di baringkan di meja operasi dengan posisi supine.
6. Pasien dilakukan tindakan general anesthesi (GA).
7. Memasang plat diatermi dibawah pinggang.

b. Persiapan Lingkungan
1. Menyiapkan, mengatur dan mengecek fungsi dari alat penunjang diantaranya: mesin
suction, mesin electro couter, lampu operasi, meja operasi, meja mayo dan meja
instrumen.
2. Menyiapkan linen steril dan instrumen yang akan di gunakan di meja instrumen dan
meja mayo.
3. Menyiapkan tempat sampah agar mudah di jangkau.
4. Menyiapkan alat-alat dan bahan habis pakai.
5. Memasang infant warmer pada meja operasi.

c. Persiapan Alat
1. Bahan Habis Pakai
No Nama bahan Jumlah
1 Handscon sesuai ukuran Seperlunya
2 Cairan normal saline 0,9 % 500 cc 1
3 Deppers 5
4 Kassa 10
5 Povidon iodine (betadin 10 %) Seperlunya
6 Underpad steril / on steril 1/1
7 Salep clorampenicole 1
8 Hipavix Seperlunya
8 Catgut plain4/0 1
2. Instrumen steril yang ada di meja mayo
No Nama Alat Jumlah
1 Duk klem 5
2 Desinfeksi klem 1
3 Pinset bebek anatomis 2
4 Gunting metzenboum 1
5 Pean bengkok kecil (moskuito) 4
6 Surgical scissor ( gunting benang lurus) 1
7 Needle holder kecil 1

3. Instrumen Penunjang
a. Instrumen Penunjang Steril
No Nama Alat Jumlah
1 Kabel couter bipolar 1
2 Bengkok 2
3 Cucing 1
4 Kom sedang 1

b. Instrumen Penunjang Non Steril


No Nama Alat Jumlah
1 Mesin anestesi 1
2 Mesin couter 1
3 Lampu operasi 2
4 Meja operasi 1
5 Meja instrumen 1
6 Meja mayo 1
7 Standar infus 1
8 Troli waskom 1
9 Tempat sampah 1

c. Set Linen Umum


No Nama Linen Jumlah
1 Duk besar 4
2 Alas meja instrumen 2
3 Duk kecil 4
4 Sarung meja mayo 1
5 Handuk kecil (handuk tangan) 6
6 Schort (gaun operasi) 3

d. INSTRUMENTASI TEKNIK
1. Sign In, Pasien datang ke kamar operasi, melakukan sign in meliputi:
a) Konfirmasi identitas pasien
b) Konfirmasi apakah pasien sudah tahu dengan tindakan yang akan
dilakukan
c) Konfirmasi persetujuan tindakan kedokteran
d) Konfirmasi penandaan area operasi
e) Menanyakan apakah ada riwayat alergi
Pada perawat anestesi di tanyakan tentang:
a) Persiapan mesin dan obat anesthesi
b) Fungsi pulse oxymeter
c) Apakah ada faktor penyulit
2. Setelah pasien di tidurkan terlentang (supinasi) dengan tangan terlentang dan
mendapat pembiusan general anesthesi (GA)
3. Pasang plate diatermidibawah pinggangpasien.
4. Perawat instrumen melakukan surgical scrubing, gowning dan gloving
kemudian membantu operator dan asisten menggenakan handuk steril,
gowning dan gloving steril sesuai ukuran.
5. Perawat memberikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi deppers,
povidone iodine kepada operator untuk dilakukan desinfeksi pada lapang
operasi.
6. Dilakukan drapping :
a) Memberikan duk kecil untuk diletakan di bawah skrotum
b) Memberikan duk besar untuk di pasangkan di bawah, di mulai dari paha
sampai menutupi semua kaki pasien.
c) Memberikan duk besar untuk di pasangkan di bagian atas mulai dari
umbilikal sampai kepala pasien.
d) Memberikan duk kecil untuk di pasangkan di bagian samping kiri dan
kanan pasien kemudian fiksasi dengan duk klem di setiap sudut.
e) Pasang duk kecil lagi di bagian bawah di mulai dari paha sampai menutupi
kaki pasien.
7. Perawat instrumen mengatur dan memasang kabel couter bipolar, di dekat
daerah yang akan di operasi dengan cara fiksasi terlebih dahulu dengan kassa
lalu jepit dengan duk klem.
8. Perawat sirkuler melakukan “Time Out” meliputi konfirmasi nama pasien,
umur, ruangan, diagnosa, jenis tindakan, tim operasi, antibiotik profilaksis,
lama operasi dan antisipasi kejadian kritis.
9. Beri operator mosquito + aqua gel dan berikan asisten kassa povidne iodine 10
% untuk membersihkan glans penis. Buka glan penis sampai sulkus korona
penis terpapar. Bila ada perlengketan, bebaskan. bersihkan dengan kassa yang
telah diberipovidone iodine 10%.
10. Beri operator klem mosquito, lalu pasang klem pada prepusium di arah jam 3,
6, 9
11. Lalu berikan pinset anatomisuntuk menandai di arah jam 12
12. Beri operator metzenboum dan pinset anatomis untuk memotong dorsum penis
secara melingkar (tindakan sirkumsisi) dimulai dari dorsal pada titik jam 12
melingkari penis, sisakan mukosa sekitar 0,5 cm. Pada sisi frenulum,
pengguntingan membentuk huruf V di kiri dan kanan klem. Pemotongan harus
simetris, dan sama panjang antara kulit dan mukosa.
13. Beri operator cauter bipolar dan beri asisten pinset anatomis+kassa untuk rawat
perdarahan. Lakukan penjahitan di arah jam 6 lalu difiksasi dengan klem pean.
Penjahitan aproksimasi kulit dengan mukosa jahit kiri dan kanan glans
14. Jahit mukosa distal frenulum (jam 6) denganjahitan angka 8 atau 0.Setelah
penjahitan selesai, gunting mukosa frenulum di sebelah distal dari jahitan
sebelumnya, dan bersihkan dengan NS 0,9% lalu beri salep cloramfenikol 2%.
15. Perawat sirkuler melakukan sign out: menanyakan kecocokan kasa, alat dan
kesesuaian tindakan
16. Operasi selesai, Lepas duk klem hitung kembali jumlah alat dan kasa lalu
bersihkan pasien dari alat-alat.
17. Rapikan pasien, dan catat bahan habis pakai di lembar depo,
18. Bersihkan dan packing alat
19. Rapikan ruangan dan cuci tangan
6. Penyelesaian
Dekontaminasi Alat dan Pengepakan
1. Alat yang sudah dipergunakan dirapikan dan dibawa semua ke ruang pencucian alat
2. Alat-alat yang kotor (terkontaminasi cairan tubuh pasien) direndam dengan larutan DTT,
larutan pertama dengan cydizime dengan takaran 8cc : 1L air selama 10 - 15 menit, gosok
– gosok, lakukan penyemprotan untuk alat berongga lalu bilas denga air mengalir
3. Lalu rendam kembali dengan larutan kedua dengan larutan alcazyme selama 5 – 10 menit
lalu angkat bilas dengan air mengalir kemudian di keringkan
4. Lakukan pengepakan alat kemudian diberi indicator dan keterangan isi dari alat
5. Lakukan sterilisasi
6. Dokumentasi atau inventaris alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi.

Pembimbing OK 3 ( Bedah Urologi)

(…………………………………)
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer (2000), Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3, Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dorlan 1998. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 Jakarta EGC.
Jitiwiyono, Sugeng & Kristiyanansari, Weni. (2010) Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika
J Gruendemannbarbara, fernsebner Billie. (2005) Buku Ajar Keperawatan perioperatif
Volume 1. Jakarta EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3, edisi 8.
Jakarta EGC.
Sjamsuhidayat, R, dan Wim De Jong. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. Jakarta:
EGC.
Arif Mansjoer dkk.(2001). Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai