Anda di halaman 1dari 9

RESUME

INSTRUMENTASI TEKNIK SPLIT THICKNES SKIN GRAFT (STSG) PADA


Tn.B DENGAN KASUS ULKUS KRONIS PEDIS DI OK 7

1. Pengertian
Ulkus kronis adalah kerusakan lokal atau ekskavasi permukaan organ atau
jaringan yang di timbulkan oleh terkelupasnya jaringan. Ekskavasi yang
berbentuk lingkaran maupun ireguler akibat dari hilangnya epidermis dan
sebagian atau seluruh dermis. (http/id.wikipidi.org)
Split thicknes skin graft adalah suatu tindakan memindahkan sebagian atau
seluruh ketebalan kulit yang di pisahkan dari dasarnya (dari bagian donor)
di pindahkan ke daerah lain yang membutuhkan (daerah resipien) dimana
cangkokan kulit tersebut harus mendapat suplai darah agar hidup pada
tempat yang baru tersebut. (Bedah plastik fkunand. Blogspot.com)
Kulit yang di ambil adalah epidermis dan sebagian dermis. Lokasi yang
sering dari donor STSG adalah di ambil dari paha bagian atas, pantat dan
bagian perut. STSG terbagi lagi menjadi :
a) Thin STSG : Dermis yang di ambil tipis
(0.050-012 inchi)
b) Medium/intermediate : dermis yang di ambil agak tebal
(0.012-0.018 inhi)
c) Thick STSG : Dermisnya cukup tebal (3/4 dermis)
(0.018-0.030 inchi)
2. Indikasi
a) Luka yang luas
b) Luka dengan vaskularisasi yang adekuat
c) Luka tanpa infeksi yang jelas
3. Kontra Indikasi
a) Luka dengan vaskularisasi yang tidak adekuat
b) Luka yang terinfeksi
4. Persiapan
4.1. Persiapan Pasien
1) Pasien dipersiapkan secara optimal baik secara sistemik dan
secara lokal (sisi donor maupun resipien)
2) Pasien telah menandatanggani persetujuan tindakan kedokteran
3) Persiapkan daerah resipien dengan baik (vaskularisasi baik,
jaringan granulasi baik, kontaminasi kuman minimal,
hemostatik luka yang baik)
4) Hindari melakukan graft pada daerah tulang yang expose,
tendon, kartilago)
5) Daerah donor di pilih pada tempat yang tersembunyi,
memudahkan pengambilan dan perawatan, serta kenyamanan
pasien.
6) Memasang catheter.
4.2. Persiapan Lingkungan
1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, lampu operasi,
meja operasi , meja mayo dan meja instrumen.
2) Memastikan alat mess graft dan baterai berfungsi baik.
3) Memberikan perlak dan duk pada meja operasi
4) Mempersipakan linen dan instrumen steril yang akan
dipergunakan.
5) Mempersiapkan tempat sampah agar mudah dijangkau.
4.3. Persiapan Alat
4.3.1. Persiapan Instrumen
a) Instrumen yang ada di meja mayo
No Nama Alat Jumlah
1 Washing & Dressing klem 1
2 Towel Klem (duk klem) 5
3 Dissecting klem (pinset chirurgi) 1
4 Tissue Forcep (pinset anatomi) 2
5 Scalp blade & handle no 4 1
6 Scalp blade & handle no 3 1
7 Mosquito klem pean bengkok kecil 2
8 Curet besar 1
9 Gunting metzenboum 1
10 Surgical scissor ( gunting benang lurus) 1
11 Needle holder kecil 1
12 Sonde (knop) 1
b) Instrumen Tambahan
No Nama Alat Jumlah
1 Mess graft 1
2 Dermatom 1
3 Porselen steril 1

c) Instrumen Penunjang
No Nama Alat Jumlah
1 Slang suction 1
2 Bengkok 2
3 Cucing 1
4 Kom sedang 1
6 Mangkok 3
7 Pegangan lampu 1

4.3.2. Set Linen


No Nama Linen Jumlah
1 Duk besar 6
2 Alas meja instrumen 2
3 Duk kecil 4
4 Sarung meja mayo 1
5 Perlak karet besar dan kecil 1/1
6 Handuk kecil (handuk tangan) 6
7 Schort (gaun operasi) 6

4.3.3. Bahan Habis Pakai


No Nama Alat Jumlah
1 Mess no 10 1
2 Mess no 11 1
3 Mess no 15 1
4 Handscoon 6
5 Cairan normal saline 0,9 % 1
6 Zefasolin 1 vial
7 Adrenalin 1
8 Monosyn 3.0 2
9 Big kaas (besar) 1
10 Deppers 5
11 Kasa sedang 20
12 Povidon iodine (betadin 10 %) 100 cc
13 Savlon 25 cc
14 Underpad steril dan on steril 1/1
15 Sofratule 10
16 Soffband 10 cm dan 15 cm 1/1
17 Tensocrape 10 cm dan 15 cm 1/1
18 Foley cath no 16 1
19 Spuit 10 cc 1
20 Urobag 1
21 Verban steril 1 bks
22 Jelly 5 cc

5. Instrumentasi Teknik
1. Sign In dilakukan untuk konfirmasi identitas pasien, tindakan
pembedahan yang dilakukan, penandaan lokasi operasi, alergi
kesiapan alat anestesi dan lain lain.
2. Atur posisi pasien untuk dapat dilakukan pembiusan.
3. Perawat instrumen melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi
dan sarung tangan steril.
4. Perawat instrumen memakaikan gaun operasi dan sarung tangan
steril kepada tim operasi.
5. Dokter operator memasang catheter dan membuka verban pada
kaki kanan
6. Perawat instrumen memberikan desinfeksi klem dan cucing yang
berisi kasa, betadine dan savlon untuk antisepsis area operasi,
sementara perawat sirkuler mengangkat kaki keatas untuk
memudahkan desinfeksi area operasi bagian bawah.
7. Operator melakukan antisepsis pada lapang operasi yaitu area
donor (paha kanan) dan area resipien (tungkai kaki kanan sampai
mata kaki) dengan povidone iodine selanjutnya dengan savlon.
8. Perawat instrumen mempersiapkan:
a) Spuit 10 cc yang telah di potong ujung jarumnya, kemudian
isi dengan NS 0,9 %.
b) Menyiapkan 3 buah kom yang berisi:
(1) Kom 1: isi dengan NS 0,9 % sebanyak 500 cc +
adrenalin 1 ampul, untuk merawat / mengurangi
perdarahan pada luka donor.
(2) Kom 2 : Isi dengan NS 0,9 % sebanyak 100 cc +
zefazolin 1 gr sebagai antibiotik untuk merendam kulit
donor.
(3) Kom 3 : Isi dengan NS 0,9 % 500 cc untuk di
semprotkan ke luka donor dan resipien. NS juga di
semprotkan pada kulit donor saat di regangkan pada
tegel atau pada saat ligasi agar luka dan kulit selalu
dalam keadaan basah.
Perhatian: Kulit jangan sampai di rendam adrenalin.
9. Dilakukan drapping dengan memasang underpad steril dan duk
besar di bawah kaki kanan, kemudian melakukan draping pada area
non steril ( bagian atas kaki) dan memfiksasi dengan menggunakan
duk klem. Pada draping kaki di bawah area donor, di tambahkan
balutan dengan verban steril supaya draping tidak terbuka.
10. Pasang slang suction ikat dengan kasa dan fiksasi pada draping
dengan duk klem.
11. Lakukan time out dan berdoa di pimpin oleh dokter operator.
12. Berikan curet besar untuk debridement atau membersihkan area
resipien (ulkus pada kaki kanan)
13. Tutup area resipien dengan kasa basah.
14. Pasang mess graf pada dermatom dan atur ketebalanya, operator
menentukan luas luka dan luas donor yang akan di ambil.
15. Berikan dermatom dan spatel kulit pada operator serta pinset
anatomis pada asisten
16. Berikan parafin atau jely ke operator untuk melumasi dermatom
dan area donor.
17. Bantu regangan kulit sekitar donor, kemudian operator mulai
mengambil donor dengan dermatom dan spatel. Asisten membantu
meregangkan donor yang telah di ambil menggunakan pinset
antomis. Kemudian kulit di masukan ke dalam kom antibiotik.
18. Tutup luka donor dengan kasa basah yang mengandungl epineprin
dan tekan di daerah luka untuk mengurangi perdarahan.
19. Operator dan asisten meregangkan kulit atau window dengan mess
11 yang telah di rendam antibiotik menggunakan konp sonde dan
pinset chirurgis. Perawat instrumen menyemprot kulit tersebut
dengan NS 0,9 % dalam spuit 10 cc.
20. Siapkan kasa sesuai lebar kulit donor, setelah kulit di regangkan
tutup bagian luar kulit (epidermis) dengan kasa lalu gulung
kedalam dan rendam kembali ke dalam cairan antibiotik.
21. Operator memasang kulit donor pada daerah resipien, perawat
instrument menyemprot daerah resipien dengan Ns 0,9 % dengan
spuit 10 cc supaya tetap dalam keadaan basah.
22. Siapkan benang monosin 4.0 dan neadle holder berikan pada
operator untuk menjahit kulit donor pada area resipien.
23. Balutan luka:
a) Donor : Sebelum penempelan sofratul, kulit di bersihkan
dengan kasa basah kemudian di tutup dengan sofratul, kasa
basah antibiotik, big kass, kasa kering, sofband 15 cm,
tensocrepe 15 cm.
b) Resipien : Di tutup dengan sofratule, kasa basah antibiotik,
big kass, kasa kering, sofband 15 cm, tensocrepe 15 cm.
24. Operasi selesai, rapikan pasien
25. Perawat instrumen menginventaris alat alat dan bahan habis pakai
pada depo farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali alat
alat pada instrumen serta merapikan ruangan.

Pembimbing OK 7

( Suhartatik)
RESUME OK 7
TEKNIK INSTRUMENTASI SPILT THICKNESS SKIN GRAFT(STSG)
PADA KASUS ULKUS KRONIS PEDIS DEKSTRA

Oleh:
Nurbudi Aslamah
(Peserta Pelatihan Instrumentator Ok tahun 2014)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSSA MALANG
TAHUN 2014

Oleh:
NURBUDI ASLAMAH, A.Md.Kep
(PELATIHAN INSTRUMENTATOR 2014)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSSA MALANG
TAHUN 2014
RESUME OK 6
TEKNIK INSTRUMENTASI SECOND LOOK LAPARATOMY
OMENTECTOMY PADA KASUS KANKER OVARY

Oleh:
Nurbudi Aslamah
(Peserta Pelatihan Instrumentator Ok tahun 2014)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSSA MALANG
TAHUN 2014

Oleh:
Nurbudi Aslamah, A.Md.Kep
(Pelatihan Instrumentator 2014)

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSSA MALANG
TAHUN 2014
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth (2000), Buku Medikal Bedah, Ed. 2. EGC. Jakarta
Adam at al (1997), Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. EGC
Sjamsuhidayat & Jong (1997) Buku Ajar Ilmu Bedah, ECG. Jakarta.
Iskandar N.eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, edisi 6. Jakarta BP FK UT
Roezin, A. Et al (2007) Tumor Hidung, Ed.5. EGC Jakarta
Tim RSUD Dr. Sutomo (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
THT RSUD dr. Sutomo Surabaya.
Price & Wilson (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Ed.4. EGC
Jakarta
http: / repository. Unand, ac,id.

Anda mungkin juga menyukai