Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan (Loss) merupakan peristiwa yang siapapun individu pasti
pernah dan akan mengalaminya dalam kehidupannya, baik kehilangan harta
benda, kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota tubuh atau fungsi dari
anggota tubuh, kehilangan tempat tinggal, ataupun kehilangan orang terdekat
baik keseluruhan ataupun hanya sebagian, baik secara perlahan atupun tiba-
tiba, baik bersifat sementara ataupun selama-lamanya. Penyebab dari
kehilangan bisa karena ketidakwaspadaan, kecelakaan, bencana alam,
perceraian, ataupun kematian. Kehilangan (Loss) didefinisikan sebagai suatu
situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat,
2012)
Umumnya individu tidak menghendaki berada dalam situasi
kehilangan, karena kehilangan merupakan suatu situasi yang berat untuk
diterima, karena selain individu harus terbiasa dengan kondisi yang baru
akibat kehilangan, juga karena kehilangan sangat berkaitan erat dengan
kontrol emosi individu. Kehilangan orang terdekat terutama karena kematian
merupakan bentuk kehilangan yang sangat tidak mengenakan dan
menakutkan, hal ini karena dengan kematian berarti sesorang akan kehilangan
orang terdekat untuk selamanya serta karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang sudah terbentuk sekian lama,
sehingga tidak jarang individu akan mengalami suatu gangguan seperti
depresi, trauma, dan gangguan-gangguan lain yang dapat mengahambat
perkembangan ataupun aktivitas individu akibat peristiwa kehilangan
tersebut. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh suntrock (2002) kehilangan
dapat datang dalam kehidupan dengan berbagai bentuknya seperti perceraian,
kehilangan pekerjaan, matinya binatang peliharaan, tetapi tidak ada
kehilangan yang lebih besar selain kematian seseorang yang dicintai dan

1
disayangi seperti orang tua, saudara kandung, pasangan hidup, sanak saudara
atau teman.
Individu yang mengalami kehilangan akan berada pada keadaan
berduka (grief) karena kehilangan dan berduka merupakan suatu yang
integral., menurut Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional
dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena
perpisahan, perceraian maupun kematian. Sedangkan istilah bereavement
adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi
atau masa berkabung (mourning). Berduka (Grief) adalah respon emosi yang
diekspresikan ketika seseorang mengalami suatu kehilangan yang kemudian
dimanifestasikan dalam bentuk perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain sebagainya (Suseno:2004)
Dampak dari loss and grief (kehilangan dan berduka) diantaranya
adalah perilaku-perilaku yang akan menghambat perkembangan individu di
masa yang akan datang, seperti enggan melakukan tugas sendiri, sedih,
senyum tidak lepas, berbicara sendiri, melamun, tidak fokus, serta menarik
diri dari lingkungan. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai loss and grief.. Untuk memperoleh data fenomena,
peneliti telah melakukan studi awal di Klinik Tumbuh Kembang Yamet
Cirebon melalui proses konseling pada tanggal 15 September sampai 14
Oktober 2015, dan diperoleh gambaran konseli dengan masalah loss and
grief, Konseli A sudah mengalami gangguan loss and grief selama 3 tahun, ia
ditinggal mati oleh ibunya sejak ia masih kelas 5 SD dan sampai saat ini
gangguan loos and grief masih belum terselesaikan hal ini terlihat dari
manifestasi yang ia tunjukan seperti ia masih sering merasa sedih, mengingat
ibunya, susah tidur, hal yang menjadi tugasnya tidak dilaksanakan sendiri,
melamun, dll. Konseli B merupakan seorang siswi kelas X SMA, ia ditinggal
mati oleh ibunya, ia merasa rindu dengan ibunya dengan sangat mendalam
hingga terkadang ia suka menangis sendiri, dan kurang fokus dalam aktifitas
sehari-hari terutama di sekolahan.

2
Banyak faktor yang dapat menyebabkan loss and grief (kehilangan dan
berduka) tidak terselesaikan diantaranya adalah hubungan individu dengan
orang yang meninggalakannya, hubungan yang baik, dekat serta intim tentu
akan mempengaruhi respon berduka dari kehilangan, kedekatan yang positif
dan keintiman yang dalam akan membuat individu lebih sulit dan lama dalam
melalui tahapan dan proses loss and grief hingga individu bisa kembali pada
kondisi yang normal. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi kehidupannya,
selain aktifitas terhambat, perkembangan juga kesehatan akan terganggu,
apabila kondisi seperti ini dimana sedih dan kedukaan kian mendalam dan
seolah tidak kunjung berahir serta terus berlanjut tentu tidak hanya dirinya
yang akan terganggu tetapi orang disekitarnyapun turut memperoleh dampak
dan akibat buruk.
Agar individu dapat kembali ke kondisi normal diperlukan dukungan
eksternal dan internal. Dukungan eksternal dipengaruhi oleh lingkungan
sosial (Ginanjar,2009) dan intenal dipengaruhi oleh 3 macam faktor
kecerdasan yang dimiliki setiap individu, yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosional (Agustian, 2002)
Kecerdasan emosional adalah bagian dari aspek personal yang dimiliki
oleh setiap individu yang berbeda antara individu yang satu dengan individu
yang lainnya, kecerdasan emosional menjadi titik berat pada penelitian ini
karena kecerdasan emosional sangat penting untuk proses perkembangan
individu (Goleman, 2002) Individu yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi dapat mengontrol dan mengatur emosi dengan baik sehingga akan
menjadi individu yang dapat menyelesaikan permasalahan, menjadi individu
yang efektif untuk meraih tujuan dan akan meningkatkan produktifitas
terhadap sesama (Patton, 2000)
Kehilangan dan berduka sangat mempengaruhi kondisi emosional
individu yang mengalaminya, oleh karenanya kecerdasan emosi dianggap
salah satu faktor utama yang dapat berperan dalam mengatasi kedukaan yang
rumit yang dialami oleh individu. Istilah kecerdasan emosional pertama kali
dicetuskan oleh Salovey dan Mayer pada tahun 1990 (Goleman, 2005) yaitu

3
sebagai kemampuan dalam memantau perasaan dan mengenali perasaan
sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk
memandu pikiran dan tindakan seseorang. Kecerdasan emosional meliputi
kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, suatu kesadaran dan
pemahaman tentang emosi, dan kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya (Alder, 2001).
Kecerdasan emosional diharapkan mampu menjadi suatu sistem yang
dapat menjadikan individu lebih kuat dan mampu mengatasi segala tuntutan
dan tekanan yang datang kepadanya terutama tekanan pada kondisi
kejiwaanya, sehingga individu akan mengetahui bagaimana harus bertindak
dan bersikap dengan tepat serta tidak mengganggu dan menghambat
perkembangan dan aktivitasnya. Kecerdasan emosi sangat penting dalam
menjaga individu dari segala macam gangguan baik dari lingkungan ataupun
dari sesuatu yang timbul dari dalam diri sendiri seperti berduka (grief) yang
rumit akibat kehilangan orang terdekat, seperti pendapat Bar on bahwa
kecerdasan emosi sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungan (Goleman,2000).
Kecerdasan-kecerdasan lain seperti intelektual dan spiritual dapat turut
mendukung individu bisa melewati peristiwa kehilangan dan berduka namun
dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada kecerdasan emosi karena
melihat dari sudut pandang bahwa kehilangan dan berduka sangat
mengguncang dan mempengaruhi kondisi emosi individu. Kecerdasan
intelektual lebih kepada kemampuan individu dalam menerima, mengolah,
menganalisa, dan menarik kesimpulan dari informasi, dan kecerdasan
spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran tauhidi
(integralistik) serta berprinsip karena Allah (Ary Ginanjar Agustian ,2004)
Fenomena yang penulis temukan di atas menunjukan rendahnya peran
kecerdasan emosi dalam membentengi kondisi kejiwaan konseli, terutama
saat konseli mengalami tekanan berupa kehilangan orang-orang yang dekat

4
dan orang-orang yang mereka sayangi sehingga berdampak buruk pada
konseli, sedangkan pada uraian sebelumnya jelas bahwa kecerdasan emosi
sangat berperan pada individu yang mengalami peristiwa kehilangan dan
berduka, maka dari fenomena dan uraian tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti peran penting kecerdasan emosi pada konseli dengan gangguan
kehilangan dan berduka di Klinik Tumbuh Kembang Yamet Cirebon.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah terdapat tiga fokus kajian yang
menjadi pokok penelitian ini, yaitu kecerdasan emosional, kehilangan (loss)
dan berduka (grief). dan peran penting kecerdasan emosi terhadap konseli
dengan gangguan loos and grief (kehilangan dan berduka). Dengan demikian
masalah dapat diidentifikasai sebagai berikut:
1. Bagaimana kehilangan (loss) dan berduka (grief) yang dialami oleh
konseli di klinik Tumbuh Kembang Yamet Cirebon?
2. Bagaimana kecerdasan emosi pada konseli di klinik Tumbuh Kembang
Yamet Cirebon?
3. Bagaimana peran penting kecerdasan emosi pada konseli dengan
gangguan kehilangan dan berduka (loss and grief)?
C. Perumusan Masalah
1. Wilayah Penelitian
Wilayah kajian sebagai fokus pembahasan penelitian ini adalah
psikologi kepribadian dan kesehatan mental. Psikologi kepribadian karena
variabel penelitian termasuk pada aspek kepribadian yaitu kecerdasan
emosional. Sedangkan kesehatan mental karena variabel berikutnya yaitu
kehilangan dan berduka (loss and grief) merupakan ruang lingkup
kesehatan mental.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Menurut
Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2013) “mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati”.

5
3. Pertanyaan penelitian
a. Bagaimana kehilangan (loss) dan berduka (grief) yang dialami oleh
konseli di klinik Tumbuh Kembang Yamet Cirebon?
b. Bagaimana kecerdasan emosi pada konseli di klinik Tumbuh
Kembang Yamet Cirebon?
c. Bagaimana peran penting kecerdasan emosi pada konseli dengan
gangguan kehilangan dan berduka (loss and grief)?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran dan kejelasan tentang:
1. Gambaran dinamika kehilangan (loss) dan berduka (grief) yang dialami
oleh konseli di klinik Tumbuh Kembang Yamet Cirebon
2. Gambaran dinamika kecerdasan emosi pada konseli di klinik Tumbuh
Kembang Yamet Cirebon
3. Gambaran dinamika peran penting kecerdasan emosi pada konseli
dengan gangguan kehilangan dan berduka (loss and grief)
E. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoritis Hasil penelitian ini menambah wawasan pengetahuan
bagi civitas akademik IAIN Syekh Nurjati, kususnya fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah dan Jurusan Bimbingan dan Konseling.
b. Secara Praktisi
Hasil penelitian ini secara praktisi berguna untuk :
1) Sebagai dasar bagi para konselor atau pembimbing untuk mengatasi
konseli dengan gangguan loss and grief (kehilangan dan berduka)
2) Hasil penelitian ini bisa disosialisasikan di sekolah-sekolah atau
rumah sakit sebagi acuan dalam penanganan siswa atau pasien
dengan gangguan loss and grief (kehilangan dan berduka)
3) Masyarakt luas untuk dapat mengatasi loss and grief ketika menimpa
mereka.

6
F. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan tema yang penulis angkat
adalah :
1. Intan Cahya Sari, Judul : Grief Pada Remaja Putra Karena Orang Tuanya
Meninggal.
Skripsi ini menjelaskan tentang gejala-gejala pada grief, terutama grief
yang dialami oleh remaja, selain itu menjelaskan pula tentang faktor yang
menyebabkan grief pada remaja putra serta menjelaskan perkembangan
grief yang terjadi pada remaja putra. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif yang memiliki format studi kasus yang mana
penelaahannya fokus pada satu kasus dengan intensif, mendalam dan
komprehenfis.
Hasil dalam penelitian tersebut adalah grief yang muncul pada subjek
dapat dilihat dari ekspresi yang muncul yaitu ekspresi fisik, kognitif dan
afektif. Selain dari ekspresi juga dapat dilihat dari proses perkembangan
grief yang telah dilalui oleh subjek.
2. Adeke Dini Fahransa, 2008, Judul : Grief Pada Ayah Yang Anaknya
Meninggal Mendadak
Skripsi ini menjelaskan tentang Grief pada ayah yang anaknya meninggal
mendadak, hasil yang ditemukan dari skripsi ini bahwa terdapat perbedaan
proses grief yang dilalui pada kedua subjek yang berbeda, seorang subjek
melampaui tahap sock hingga healing namun belum mencapai tahap
renewal. Seorang subjek lainnya mencapai tahap renewal, namun tidak
mengalami tahap shock yang intens dan tahap withdrawal. Usaha yang
dilakukan kedua subjek untuk mengatasi kesedihan antara lain dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan, menyibukkan diri dengan pekerjaan, dan
berfokus pada anak-anak lain yang masih hidup. Metode yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif
3. Puji Astuti., 2009, Judul: Dampak Kematian Ibu Terhadap Kondisi
Psikologis Remaja Putri

7
Skripsi ini menjelaskan tentang dampak kematian ibu terhadap kondisi
psikologis remaja putri, dampak psikologis yang ditemukan pada
penelitian ini adalah adanya ketidakmampuan individu dalam menghadapi
masalah yang sedang dialami, ketakutan dalam menghadapi masalah,
penurunan motivasi belajar sehingga adanya penurunan nilai pada
perkuliahannaya.
Penelitian-penelitian terdahulu di atas sama sekali belum
menyinggung mengenai peran penting kecerdasan emosi terhadap loss and
grief (kehilangan dan berduka), sedangkan penelitian yang peneliti
lakukan mencakup salah satu aspek dari struktur kepribadian yang
dianggap mampu mengatasi problematika dan berperan penting dalam
membantu individu melalui fase-fase dari loss and grief (kehilangan dan
berduka) hingga kembali pada kondisi normal, yakni kecerdasan emosi.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : LATAR BELAKANG
BAB II : LANDASAN TEORI
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai