Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN PRESEPSI SENSORI SEBAGAI DASAR PERANCANGAN

PANTI
REHABILITASI ANAK AUTIS DI SURAKARTA

Ganis Ratna Satyawati 1*, Edi Pramono Singgih 2, Ofita Purwani 3 Program
Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret 1
ganisganis7@gmail,com*
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret 2 Program
Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret 3

Abstract
Autism is one delay in child development. It is the result of complex and varied brain
development disorders, one of them is disturbance in sensory system (sensory integration) in
children. The disturbance causes the children to be unable to adapt optimally, thus, it affects
behavioral and psychological responses of children with autism in their environment. The
number of children with autism increases from year to year, including in Surakarta. A
rehabilitation centre is therefore needed in this city. This rehabilitation centre for children
with autism is uses a functional recovery for behavior, occupation, and nervous system
(neurons), and sensory systems of children who experienced the disorder to regenerate its
form or function. This rehabilitation centre will accommodate medical, therapeutic, and
educational activities by using special environmental designs planned according to the
sensory needs and specific stimuli needs for each different autistic child. The design concept of
this rehabilitation centre focuses on the sensory needs of children with aurism. It will be
applied through building physical elements in the form of inside and outside spatial elements.
Both elements will be designed with various considerations of the choice of attributes or
architectural elements, such as: design principles, shapes, scales, colors, building materials.
These considerations will create specific effects for each individual with different levels of
sensory perception disorder. This rehabilitation favility will provide 5 special zones for
autistic children which are categorized based on the level of disturbance and condition of the
children. The categorization is expected to play a major role in accelerating the process of
healing and development of children physically, psychologically, intellectually, and socially.
Consequently, it can establish a child with autism into an independent, creative, exist, and
skilled human as other normal children.

Keywords: children with autism, rehabilitation, sensory system, the building physical elements
penyandang autisme diperkirakan satu per
5.000 anak, tahun 2000 meningkat menjadi
1. PENDAHULUAN satu per 500 anak. Diperkirakan tahun
Autisme merupakan salah satu fenomena 2010 satu per 300 anak. Sedangkan tahun
keterlambatan dan hambatan dalam proses 2015 diperkirakan satu per 250 anak
perkembangan anak pada umumnya, yang (Dokter Indonesia, 2015). Namun, belum
terjadi akibat adanya gangguan ditemukan data akurat tentang jumlah
perkembangan fungsi otak yang kompleks penyandang autisme yang sesungguhnya di
dan bervariasi (Singgih, 2015:3). Secara kota Surakarta. Hal tersebut disebabkan
umum, anak autistik memiliki gangguan karena rendahnya sosisalisasi pemerintah
dalam hal: komunikasi, interaksi sosial, terhadap masyarakat tentang dunia
imajinasi, pola perilaku berulang, dan tidak autisme, dan budaya masyarakat Indonesia
mudah menyesuaikan terhadap perubahan yang sering menyembunyikan keberadaan
(Mulyadi dan Sutadi, 2014). Menurut Dr anak autisnya karena rasa malu.
Widodo Judawanto (2015) bahwa seperti
di belahan dunia lainnya, prediksi jumlah Anak yang telah terdeteksi menyandang
penderita autis dari tahun ke tahun semakin autisme harus segera ditangani sedini
meningkat. Sepuluh tahun lalu jumlah mungkin dengan dilakukannya intervensi
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

dini. Intervensi dini merupakan terapi atau 2.2. Mengumpulkan, menyusun dan
tata laksana yang dilakukan anak yang menganalisis bahan ataupun data,
mengalami keterlambatan perkembangan meliputi:
pada massa pertumbuhannya (Mulyadi dan • Panti rehabilitasi berperan dalam
Sutadi, 2014). Menurut Dr. Hardiono D menentukan dan membatasi
Pusponegoro SPA (K), mengatakan bahwa program kegiatan dan fasilitas yang
sistem pendidikan khusus dibentuk bagi akan diberikan di dalam objek
anak berkebutuhan khusus lengkap dengan perancangan. Batasan dan runtutan
terapi, medis, dan edukasi memberikan desain didasarkan pada pedoman
perubahan besar terhadap perkembangan buku Rehabilitasi dan Pekerjaan
anak, terutama bagi anak autis. Program Sosial oleh Haryanto, serta
terapi, edukasi, dan medis akan dikoordinir dipadukan dengan Buku Pedoman
menjadi sebuah proses yang berkelanjutan Penanganan dan Pendidikan
dan terpadu di dalam sebuah wadah, yaitu Autisme YPAC.
panti rehabilitasi. • Anak Autis memiliki karakteristik
dan kebutuhan sensori yang
Panti rehabilitasi anak autis berfungsi bervariasi, dibagi menjadi tiga
sebagai wadah pemulihan fungsional baik golongan yaitu: anak dengan
perilaku, okupasi, sistem syaraf, serta gangguan, hipersensitif, dan
sistem sensori (sensori integrasi) yang hiposensitif. Penggolongan
sebelumnya mengalami gangguan untuk tersebut berperan dalam
menuju ke bentuk atau fungsi kembali. menentukan kriteria desain di
Layananan rehabilitasi ini merupakan salah dalam lima zona perancangan.
satu upaya untuk membentuk dan Dasar penentuan dan penggolongan
mencapai tingkat kemandirian (dalam segi anak autis di dapatkan melalui
mental, fisik, dan sosial), kreativitas, Buku Pedoman Penanganan dan
keeksisan, dan keterampilan seperi anak- Pendidikan YPAC, Rekayasa
anak lain pada umumnya. Program layanan Arsitektural Ruang Mandiri Bagi
panti rehabilitasi akan dibagi menjadi tiga Anak Autisme di Tengah Keluarga
tahap penanganan, yaitu: tahap pra- dari Strata Sosial Ekonomi
rehabilitasi, pelaksanaan rehabilitasi, dan Menengah ke Bawah oleh Edi
pembinaan hasil rehabilitasi. Program Pramono Singgih, Autisme is
tersebut akan didukung oleh Curable Oleh Dr. Kresno Mulyadi
fasilitasfasilitas kesehatan, pendidikan, dan
penyembuhan, dan pengasuhan yang Dr. Rudi Sutadi, Autisme dan
nantinya akan disesuaikan dengan Peran Pangan oleh Prof. Dr. F. G
klasifikasi gangguan (kondisi) dan tingkat Winarno, dan jurnal penelitian
kebutuhan dari masingmasing individu berjudul “ An Architecture for
penyandang autisme. Autism: Concept of Design
Intervention for Autistic User”
oleh Magda Mostafa
• Pedoman desain khusus anak autis,
2. METODE sumber: jurnal penelitian tentang “
Metode desain yang dilakukan untuk An Architecture for Autism:
menyelesaikan permasalahan desain adalah Concept of
sebagai berikut: Design Intervention for Autistic
2.1. Menyusun kelayakan objek dengan User” oleh Magda Mostafa.
menemukan sumber permasalahan Berikut merupakan atribut desain
dan fenomena secara arsitektur sebagai bahan pertimbangan dalam
maupun non arsitektur, serta pengolahan fisik bangunan, yaitu:
keterkaitan antara kota surakarta, penutup
fasilitas anak autis, dan anak autis.

415
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

(closure), proporsi, skala, orientasi, • Kegiatan apotek, penelitian dan


fokus, simetris, ritme/ irama, pengembangan, perpustakaan,
harmoni, keseimbangan, warna, daycare, penyelenggaraan event
sistem pencahayaan, akustik, sebagai kegiatan pendukung 
teksur, ventilasi, sekuen, kedekatan Kelompok kegiatan pengelola, 
(proximity), dan rutinitas (routine). Kelompok kegiatan servis.
2.3. Kota Surakarta sebagai lokasi objek
yang direncanakan akan dikaitkan Tabel 1. Macam Pelaku, Aktivitas, dan
Peruangan pada Panti Rehabilitasi Anak Autis
dengan karakteristik anak autis yang
memiliki kebutuhan khusus terhadap
Pelaku Aktifitas Peruangan
lingkungan. Sehingga, akan
A Keg. Parkir Area parkir
menghasilkan ketentuan atau dasar-
Memngambil ATM Center
dasar pertimbangan dalam pemilihan uang
tapak. Setelah itu, maka akan Metabolisme Toilet
memunculkan alternatif tapak yang Makan dan minum Kantin
akan dipilih menjadi tapak yang Menyusui, dll Nursing Room
terpilih. Beribadah Mushola
E, J, M Menyimpan Gudang
2.4. Data – data yang telah dikumpulkan
barang
(poin b dan c), akan dianalisis dan Drop off barang Loading dock
dikembangkan sesuai permasalahan Kegiatan Utama B Mengambil nomer Loket Antrian
dan persoalan yang ada, serta antrian
dikelompokkan menurut pemograman B, E Kegiatan Loket
fungsional dan arsitektural, untuk Administrasi Administrasi
kemudian disintesiskan sebagai bahan A Menunggu R. Tunggu
B, C Bermain R. Bermain
penyusunan konsep perencanaan dan
D, E Mengganti R. Ganti
perancangan. Proses sintesis pakaian
arsitektural, akan menghasilkan D, E, F, Menyimpan R. Loker
beberapa konsep perencanaan dan G barang dan
perancangan yaitu konsep ruang, absensi
konsep massa, konsep tapak, dan E Menyimpan arsip R. Arsip
D Beristirahat R. Istirahat
komplemeter. Konsep – konsep
D, B, C Pemeriksaan, R. Praktik
tersebut akan disatukan, diagnosa, Dokter
dikembangkan, dan di tranformasikan konsultasi
ke dalam bentuk fisik bangunan C Menenangkan diri R. Tantrum
Panti Pelaku Aktifitas Peruangan
Rehabilitasi Anak Autis di B, C, F, Konsultasi, R.
atan
Kegi

Surakarta. G assesment Konsultasi


Psikologi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dan Gizi

Hasil dan pembahasan yang dimaksud


meliputi konsep peruangan, kosep lokasi,
konsep pencapaian, konsep tampilan dan
gubahan massa. 3.1. Konsep Ruang
Konsep ruang didapat melalui
analisis pelaku dan analisis
kelompok kegiatan. Kelompok
kegiatan terdiri dari beberapa
macam, yaitu
• Kegiatan klinik serta kegiatan
terapi dan edukasi sebagai
kegiatan utama,

416
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

417
E Mengelola R. pengelola Beristirahat R. Istirahat
program terapi Membuat Pantry
H Membuat laporan R. Terapis makananminuman
I dan evaluasi R. Guru Tempat
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita sampah Persepsi
P, Gangguan Instalasi Sensori…
D, E, F, Rapat R. Rapat medik-non medik pembuangan
G, H, I, sampah
J Menjaga dan Pos Keamanan
C, H Kegiatan terapi R. Terapi, R. mengawasi Ruang CCTV
dan edukasi Bermain keamanan
C, I Kegiatan Edukasi R. Kelas O Mengontrol suplly R. Genset
C, H Makan- minum R. Makan listrik
AC, H Berinteraksi, Area Mengontrol sistem R. Utilitas
bersosialisasi Bersosialisasi utilitas
E, B Keg. Administrasi Loket Admin Keterangan:
Kegiatan Penunjang

E Menyimpan resep R. Arsip resep A Semua Pengguna I Guru


K Meracik resep R. Peracikan B Pengunjung J Pengelola
C Anak Binaan K Apoteker
A Menunggu R. Tunggu
D Dokter & Assisten L Pembicara, Pengisi Acara
Mendisplay R. Display E Staff M Panitia
barang F Ahli Gizi N Pengasuh
Berdiskusi R. Diskusi G Psikiater O ME
E, J Menyimpan buku R. Arsip Buku H Terapis dan Assisten
A Menyimpan R. Loker Zona Publik Zona Privat
barang
Zona Semi Publik Zona Servis
Mencari letak Katalog
referensi digital 3.2. TAPAK YANG TERPILIH
Membaca, R. Baca Tapak yang terpilih sebagai lokasi panti
menulis rehabilitasi anak autis dipilih berdasarkan
Istirahart R. Santai
pertimbangan-pertimbangan tertentu,
Mencari referensi R.
sehingga mampu mendukung ataupun
display buku menunjang kegiatan yang terlaksana secara
L Berinteraksi, R. Pembicara aman, nyaman, dan kondusif. Berikut
istirahat merupakan pertimbanganpertimbangan
B Menghadiri acara Auditorium yang telah dipenuhi oleh tapak yang
E, L, M Menyiapkan acara Backstage terpilih, yaitu:
L Menampilkan Panggung
acara
• luas lahan minimal 2,13 ha
A Bersosialisasi, Lobby • RTRW, berada di kecamatan
menunggu banjarsari ataupun jebres
C, N Bermain, hiburan R. Bermain • Memiliki topografi yang datar
Kegiatan belajar R. Belajar • Dilalui oleh jaringan utilitas kota
Beristirahat R. Tidur
Makan-minum R. Makan • Memiliki tingkat kebisingan
N Menyiapakan Dapur rendah
makan-minum, dll • Lokasi lahan tidak berada di
Mencuci, R. Cuci samping jalan besar atau dengan
menyetrika tingkat keramaian jalan yang
J Pengawasan, R. Kepala
Keg. Pengelola

tinggi
korrdinasi, rapat
• Tidak adanya polusi udara
(tingkat sedang-tinggi)
Mengolah data R. Kerja
• Memiliki aksesibilitas yang baik,
Menyimpan arsip R. Loker dan
dan barang pribadi Arsip dapat dilalui oleh kendaraan
J Menyimpan uang R. Brankas umum, kendaraan pribadi,
Berdiskusi R. Rapat ataupun dengan pejalan kaki.
Beribadah Mushola • Lokasi mudah dikenali dan
Bersosialisasi R. Santai komunikatif terhadap masyarat.
A Menerima tamu R. Tamu
E, B Layanan informasi Front Desk
• Memiliki akses yang mudah dan
Pelaku Aktifitas Peruangan dekat dengan fasilitas-fasilitas
E, J Menyiapkan Pantry umum lainnya.
jamuan karakteristik anak autis yang
E, J Menyimpan R. Janitor membutuhkan sebuah suasana yang
K
e
g

alat tenang dan rendah akan distraksi


kebersihan lingkungan.
Dasar pertimbangan tersebut
disesuaikan dengan kondisi dan

418
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

Tapak yang terpilih merupakan sawah


yang luas dengan luasan 3 ha, dan
terletak di tengah pemukiman warga
dengan suasana yang tenang. Tapak
tersebut berlokasi di jalan sekunder,
yaitu jalan
Kahuripan Utara Raya, Sumber,
Kecamatan Banjarsari, dan terhubung
dengan jalan primer kota yaitu jalan
Letjend Suprapto.
3.3. KONSEP PENCAPAIAN DAN
SIRKULASI
Konsep pencapaian menuju tapak
dibagi menjadi dua macam, yaitu
main entrance (ME) dan side Gambar 1. Pencapaian dan Sirkulasi di
entrance (SE). ME merupakan dalam Tapak Panti Rehabilitasi Anak
pencapaian yang ditujukan untuk Autis
semua pelaku di dalam bangunan,
khususnya untuk masyarakat umum Dalam satu zona pencapaian,
atau pengunjung bangunan, sedangkan dibagi menjadi 2 sirkulasi masuk
SE merupakan pencapaian yang lebih dan keluar menuju bangunan,
privat dan ditujukan untuk pengelola untuk kenyamanan sirkulasi
dan kegiatan servis. Pembagian zona pengguna dan kemudahan
pencapaian bertujuan untuk mencapai operasionalnya. Selain itu, jalur
kemudahan dalam pengaturan pencapaian masuk dan keluar
sirkulasi dan keamananan operasional dibagi menjadi 3 jalur khusus
di dalam bangunan, serta sebagai kendaraan, yaitu jalur sepeda
salah satu upaya dalam pengendalian motor dan jalur kendaraan ringan
kebisingan di dalam kawasan yang dikhususkan untuk semua
bangunan. pengguna atau sebagai sirkulasi
umum (garis warna merah pada
Dapat dilihat pada gambar 1, ME dan gambar 1), dan sirkulasi
SE terletak di jalan yang sama, yaitu kendaraan skala sedang (truk,
jl. Kahuripan Utara Raya. Jalan mobil, dsb) yang ditujukan untuk
tersebut merupakan satu-satunya jalan pengelola ataupun kegiatan servis
yang memungkinkan untuk dijadikan (garis merah pada gambar 1).
pencapaian menuju tapak. Jalan
tersebut memiliki kondisi jalan yang Pola sirkulasi kendaraan
baik, banyak dilalui kendaraan (daya difokuskan di bagian depan
kenal baik), dan dapat dilalui oleh tapak, untuk menghindari
berbagai jenis kendaraan, kendaraan timbulnya kebisingan yang
tidak bermotor, sepeda motor, maupun dihasilkan oleh kendaraan
truk pemadam kebakaran ataupun truk (sebagai distraksi yang
barang berukuran sedang. Selain akses mengganggu pelaksanaan
yang baik baik, penentuan satu zona kegiatan rehabilitasi). Sehingga,
sebagai pencapaian menuju bagunan area parkir utama diletakkan di
lebih menguntungkan dikarenakan bagian depan dan samping depan
pengontrolan terhadap sirkulasi dan tapak.
operasional keamanan di dalam
bangunan lebih terkendali dam lebih 3.4. PEMBAGIAN ZONA DAN
mudah. TATA MASSA

419
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

Pebagian zona di dalam tapak tersebut tidak memiliki pertimbangan


merupakan kesimpulan atau zona desain khusus, namun lebih
akhir hasil dari beberapa memfokuskan pada daya tarik
pertimbangan, yaitu pola atau bangunan terhadap masyarakat,
alur kegiatan, kebutuhan dan penanda identitas bangunan dan
fungsi ruang (persyaratan ruang), memberikan kesan informal (hangat,
dan hasil akhir dari proses terbuka, kesan ceria dan menarik
analisis tapak (analisis terhadap anak-anak).
pencapaian, view dan orientasi,
Zona B merupakan zona transisi, zona
kebisingan, dan klimatologi).
pengelola, zona evaluasi kegiatan, dan
Pembagian zona ini berfungsi
zona pengasuhan (asrama dan
untuk memudahkan pengguna
daycare). Zona transisi pada zona ini
dalam mengakses bangunan,
diproyeksikan dalam bentuk jembatan
persyaratan dan kebutuhan
yang menghubungkan antara
masing-masing ruang terpenuhi,
bangunan klinik medis) dengan
dan sebagai pengendalian
bangunan pelaksanaan rehabilitasi
terhadap distraksi yang
(zona transisi terapi dan edukasi
mengganggu dalam pelaksanaan
intensif). Jembatan dan asrama
rehabilitasi (seperti: kebisingan
(daycare) dirancang berdasarkan
dan pencahayaan langsung
pedoman desain anak autis dengan
matahari).
gangguan (akan dibahas pada poin
3.6). Sedangkan untuk zona pengelola
B C
G yaitu kantor pengelola, dirancang
K dengan pertimbangan dalam
D P
H L memaksimalkan fungsi ruang dan
A tidak terlalu dominan terhadap
M
E I J Q bangunan disekitarnya, serta tidak
N menggunakan pedoman desain
F A
S O R khusus.
C
G
Zona C merupakan zona privat atau
ZONA A ZONA B ZONA C
zona pelaksanaan program
rehabilitasi. Zona ini diletakkan pada
Keterangan: bagian belakang tapak, dikarenakan
posisi tersebut merupakan zona yang
A Area parkir B Pos C Area
(mobil) keamanan paling tenang (tidak ada aktivitas
parkir (motor) kendaraan atau aktivitas yang
D Auditorium E Klinik F apotek meimbulkan kebisingan). Zona C
G Utilitas H Kantor I Kantin
pengelola merupakan zona khusus yang
J Mushola K Sekolah L Perpustakaan dirancang sesuai dengan klasifikasi
(hiposensitif)
M Zona N Hidroterapi O Sekolah dan kebutuhan anak autis. Strategi
transisi dan area (hipersensitif) perancangan pada zona ini akan
sosialisasi
P Terapi, zona Q Terapi, zona R Terapi didasarkan pada gangguan persepsi
B C sensoris anak autis (pedoman khusus
Zona A anak autis, akan dibahas pada 3.5).
S Arsrama dan penitipan anak (daycare)
Terdapat beberapa massa di dalam
Gambar 2. Pembagian Zona Akhir Panti zona ini dengan didasarkan pada
Rehabilitasi Anak Autis kebutuhan stimulasi sensori anak,
yaitu: massa dengan stimulasi tinggi
Zona A merupakan zona publik, zona untuk anak hiposensitif, massa dengan
publik, zona penerimaan, zona parkir, stimulasi sedang untuk anak
zona ra-rehabilitasi, dan zona gangguan, dan massa dengan
penyelenggaraan event. Zona A stimulasi rendah atau tenang untuk

420
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

anak hipersensitif. Masing-masing kegiatan panti rehabilitasi anak autis


massa akan dihubungkan dengan secara efektif dan optimal. Bentuk
jembatan yang dirancang dengan dasar yang dipakai dalam perancangan
mempertimbangkan faktor keamanan. bangunan adalah bentuk dasar bujur
sangkar dan lingkaran. Bentuk bujur
Pola tata masa bangunan dan sirkulasi sangkar berfungsi sebagai penentuan
yang menghubungkan antar bangunan modul utama bangunan
di dalam tapak panti rehabilitasi anak (memaksimalkan fungsi ruang),
autis akan menggunakan organisasi sedangkan bentuk lingkaran berfungsi
terklaster. Organisasi ini merupakan untuk mencipakan bentuk yang
organisasi yang paling fleksibel dinamis dan untuk mengkondisikan
dibandingkan dengan organisasi atau menciptakan aspek keamanan di
lainnya serta dapat menciptakan dalam bangunan.
sebuah tatanan massa yang dinamis
sesuai dengan kedekatan fungsi dan Pada tulisan ini, hanya bangunan
karakteristik massa sesuai dengan utama (bangunan klinik, terapi, dan
karakteristik anak autis (dinamis dan edukasi) yang akan dipaparkan dan
unik). Selain itu, organisasi ini dapat dibahas lebih mendalam mengenai
mengatur dan mengorganisir tuntutan pengolahan bentuk dan tampilannya.
program bangunan, seperti: Bangunan klinik merupakan bangunan
kedekatan, kebutuhan dimensional, paling depan yang terdapat pada
klasifikasi ruang maupun massa yang tapak, sedangkan bangunan terapi dan
hirarkis, serta kebutuhan akan akses, edukasi terletak di bagian belakang
cahaya, pemandangan, dan tapak. Sebagai bangunan yang paling
ketenangan di dalam bangunan. depan, bangunan klinik memiliki
bebrapa peran penting yaitu sebagai
3.5. KONSEP BENTUK DAN point of interest bangunan dan
TAMPILAN TATA RUANG LUAR penanda bagi identitas bangunan
BANGUNAN rehabilitasi. Sedangkan bangunan
(EKSTERIOR) terapi dan edukasi memiliki peran
Pengolahan bentuk dan tampilan pada besar (tidak langsung) dalam proses
bangunan panti rehabilitasi anak autis penyembuhan dan pengembangan
bertujuan untuk mendapatkan sebuah pribadi anak autis, sehingga bangunan
ekspresi bangunan yang menunjukkan ini memiliki kriteria khusus yang
fungsi bangunan (medis, terapi, dan didasarkan pada pedoman khusus
edukasi) dan menghasilkan sebuah desain anak autis.
kesan visual bangunan terhadap BENTUK DASAR
pengguna, sehingga menimbulkan
ketertarikan dan kenyamanan. Pada
proses pengolahan bentuk dan PENGOLAHAN GUBAHAN MASSA

tampilan eksterior bangunan akan


menggunakan strategi desain (telah
dijelaskan pada 3.4) yang disesuaikan
dengan orientasi, konsep tapak, fungsi
dan peran masing-masing massa Gambar 3. Pengolahan Gubahan Massa Bangunan
Klinik dan Apotek
bangunan.
Konsep gubahan massa didapat dari Bangunan klinik sebagai bangunan
bentuk dasar yang diolah dan perdagangan dan jasa memiliki bentuk
ditranformasikan menjadi sebuah dasar yang didominasi bentuk bujur
bentuk bangunan sesuai dengan sangkar sebagai pemaksimalan fungsi
kebutuhan pengguna dan kegiatan ruang, sedangkan lingkaran yang
didalamnya, sehingga massa yang berfungsi menambah estetika
didapat dapat mewadahi program bangunan dan aspek keamanan (dapat

421
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

dilihat pada gambar 3). Terdapat mendukung estetika pada tampilan


beberapa kriteria atau prinsip desain bangunan klinik.
dalam merancang bangunan tersebut,
yaitu:
• Skala: open scale (skala terbuka)
• Kesimbangan: asimetris
• Menggunakan tititk penekanan atau
empasis yang diaplikasikan pada titik
tertentu bangunan dan dengan fungsi
tertentu.
Gambar 4. Tampilan Bangunan Klinik
• Harmonis secara visual  Warna: Panti
hangat, sejuk, dan netral. Rehabilitasi Anak Autis di Surakarta
• Menggunakan pola jelas dan tegas
• Terdapat permainan bentuk, warna, Pengolahan bentuk dan tampilan
dan pola  dinamis pada bangunan terapi dan edukasi
• Menggunakan jendela dengan dipengaruhi oleh pedoman khusus
proporsi yang lebar dan besar dengan yang terdiri dari lima zona khusus
orientasi pemandangan yang menarik dan satu zona transisi. Zona khusus
Kriteria desain tersebut nantinya akan terdiri dari dua zona hipersensitif
mempengaruhi pengolahan tampilan (zona A), dua zona hiposensitif
bangunan klinik dan apotek. (zona B), dan satu zona gangguan
(zona C). Masing-masing zona
Dapat dilihat pada gambar 4, memberikan tingkat stimulasi yang
pengolahan tampilan bangunan berbeda untuk setiap pribadi anak
diaplikasikan dengan menggunakan autis. Kriteria desain dalam
permainan material, atap, vegetasi, pengolahan bentuk dan tampilan
bentuk, dan warna pada bangunan. bangunan terapi dan edukasi dapat
Bangunan menggunakan atap datar dilihat pada tabel 2.
dan permainan sudut kemiringan pada
Tabel 2. Kriteria Desain Gubahan Massa
atap, yang bertujuan untuk dan
memberikan kesan ceria dan non Tampilan Eksterior Bangunan
formal. Masing-masing bukaan Zona A-1 Zona A-2
jendela ditutup dengan overhang yang Pelaku: hipersensitif Pelaku: hipersensitif
bertujuan untuk mereduksi sinar dan (indra pendengaran, (indra peraba dan
radiasi matahari. Meterial kaca pada pengelihatan, dan propioseptif)
bukaan yang lebar menggunakan kaca pembauan)
reflektif sebagai hasil dari analisis Skala intim Open scale
klimatologi tapak dan sebagai Bentuk simeris, harmonis secara visual
orientasi bangunan terhadap Konsep jendela: Konsep jendela:
pemandangan luar. Material finishing bouvent light, jendela hidup,
bentuk jendela ketinggian 1,22 m
dinding pada bangunan ini hidup, ketinggian dari lantai
menggunakan material batu alam, 2,1 dari
kayu dan cat dinding dengan basic Zona A-1 Zona A-2
warna abu-abu. Warna cerah yang lantai. Menghindari
terdapat di main entrance bangunan pencahayaan
digunakan sebagai point of interest langsung
dari bangunan. Sebagai hasil dari Tekstur: - Tekstur: halus
analisis klimatologi dan kebisingan, Warna netral Warna netral,
berbagai macam vegetasi (perdu, hangat, sejuk
Zona B-1 Zona B-2
pohon rindang, tanaman rambat,
Pelaku: hiposensitif Pelaku: hiposensitif
tanaman hias) berperan dalam (indra peraba dan
(indra pendengaran,
pengelihatan, dan propioseptif)

422
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

pembauan) • Peletakkan jendela 2,1 m dari


Open Scale Skala intim lantai dan penggunaan jendela
Membutuhkan - bounventlight digunakan untuk
stimulasi mengindari distraksi yang
pencahayaan
Konsep jendela: Konsep jendela:
berasal dari lingkungan luar,
jendela mati (besar) jendela mati dengan namun tetap memenuhi
dengan bouven bouven kebutuhan ruang terhadap
(jendela hidup) sirkulasi silang.
Tekstur: - Tekstur: kasar
• Finishing dinding: batu alam
Warna cerah Warna hangat
(batu candi, batu kali, batu
Bentuk asimetris andesit, dan batu palimanan),
Zona C permainan cat dinding (basic
Pelaku: gangguan (indra pendengaran, warna: warm grey) dengan
pengelihatan, pembauan, peraba, dan
permainan kecerahan warna.
propioseptif)
Skala intim , bentuk simetris • Jenis vegetasi dan lensekap:
Konsep jendela: jendela hidup dengan tanaman hias, pohon hias, dan
ketinggian 1,22 m dari lantai rumput jepang.
Orientasi terhadap pemandangan luar dan • Finishing lantai: keramik, karpet
elemen yang menarik tebal, dan beton bertekstur anti
Warna netral, hangat, dan sejuk slip (ramp)
Masing-masing zona A, B, dan C
menggunakan ketebalan dinding 20 cm,
menggunakan material kaca double glass,
dikelilingi vegetasi, dan terletak terpisah,
sebagai pengendalian terhadap kebisingan .
Ketiga massa tersebut menggunakan atap
miring.
Pengolahan gubahan massa pada zona
A dapat dilihat pada gambar 5. Pada Gambar 6. Tampilan Banguna Terapi Zona
bangunan zona A menggunakan A-1
sirkulasi linier dan menghindari dalam
penggunaan koridor yang panjang.
Berikut merupakan spesifikasi dan
elemen-elemen arsitektur yang
diaplikasikan pada zona A-2 (dapat
dilihat pada gambar 7) sebagai
pengolahan tampilan bangunan,
yaitu:
• Elemen bangunan, finishing
Gambar 5. Pengolahan Gubahan Massa Zona A dinding, dan jenis vegetasi-
lansekap sama seperti zona A-1.
Berikut merupakan spesifikasi dan • Desain dan posisi jendela
elemen-elemen arsitektur yang berbeda dengan A-1, berada di
diaplikasikan pada zona A-1 (dapat ketinggian 1,22 m dari lantai.
dilihat pada gambar 6) sebagai Hal tersebut direncanakan
pengolahan tampilan bangunan, yaitu: dikarenakan kebutuhan anak
• Ketinggian plafon dari lantai: autis akan pemandangan yang
2,7 – 3 menarik, namun tetap dapat
m. mengendalikan distraksi yang
• Elemen bangunan: kusen kayu tidak diinginkan.
putih (warna netral) dengan kaca • Ketinggian plafon 3,7 – 4 m dari
double glass, overhang dengan lantai.
lebar ± 1,7 m (warna warm grey • Menggunakan bouven yang
dan rose) lebar diatas jendela sebagai

423
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

strategi desain dalam warna cerah (light coral dan


menciptakan suasana open maroon).
scale. • Jenis vegetasi dan lansekap:
• Finishing lantai: parkit kayu (di sama dengan zona A.
dalam bangunan), keramik (pada • Finishing lantai: parkit kayu dan
teras). beton bertekstur anti slip (ramp).
• Pemberian jendela mati dalam
perancangan bangunan bertujuan
untuk menahan aroma terapi
pada saat pelaksanaan proses
terapi.

Gambar 7. Tampilan Bangunan Terapi Zona A-2

Pada prinsipnya pengolahan bentuk


massa pada zona b sama dengan zona
a (dapat dilihat pada gambar 5), hanya
berbeda pada ukuran atau
dimensionalnya saja. Pada pengolahan
bentuk massa zona B menggunakan
bentuk simetris dikarenakan kondisi
tapak yang terbatas dan pertimbangan Gambar 8. Tampilan Bangunan Terapi Zona
keseimbangan atau kesatauan antar B-1
bangunan sekitar. Oleh karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan anak autis Berikut merupakan spesifikasi dan
dengan hiposensitifitas, maka pola elemen-elemen arsitektur yang
interior di dalam bangunan dirancang diaplikasikan pada zona B-2 (dapat
lebih dinamis dan asimetris (akan dilihat pada gambar 9) sebagai
dijelaskan pada 3.6). pengolahan tampilan bangunan,
yaitu:
Berikut merupakan spesifikasi dan
• Ketinggian plafon 2,7 - 3 m dari
elemen-elemen arsitektur yang
lantai.
diaplikasikan pada zona B-1 (dapat
• Elemen bangunan: pada
dilihat pada gambar 8) sebagai
prinsipnya sama dengan zona B-
pengolahan tampilan bangunan, yaitu:
1, namun bedanya tidak terdapat
• Ketinggian plafon 3,7-4 m dari
bouvenlight diatas jendela
lantai.
bangunan (dikarenakan skala
• Pada prinsipnya elemen
intim pada bangunan).
bangunan sama dengan zona A,
• Finishing dinding, jenis vegetasi
bedanya peletakkan jendela,
– lansekap: sama dengan zona
dimensi dan desain jendela, serta
B-1.
modifikasi antara overhang dan
• Finishing lantai: parkir kayu,
skylight. Terdapat beberapa
lantai kerikil buatan, dan beton
jendela dengan material kaca
bertekstur anti slip (ramp)
warna untuk stimulasi visual
anak hiposensitif yang terletak
pada area sosialisi bangunan.
• Finishing dinding: sama seperti
zona A, namun terdapat
permainan zat dinding dengan

424
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

overhang dengan skylight untuk


stimulasi pada titik (area) tertentu.
• Pemilihan letak dan desain jendela
sebagai pengaplikasian terhadap
kebutuhan anak autis akan
orientasi pemandangan luar atau
elemen yang menarik.
• Finishing dinding: sama seperti
Gambar 9. Tampilan Bangunan Terapi Zona zona A, namun permainan cat
B-2 dindingnya menggunakan basic
warna cool grey.
Pengolahan gubahan massa pada • Jenis vegetasi dan lansekap: sama
zona C dapat dilihat pada gambar seperti zona lainnya,
10. Zona c memiliki pengolahan bedanya menggunakan jenis
massa yang lebih sederhana tanaman vertikal dan batu alam
dibandingkan dengan zona lainnya, untuk menciptakan pemandangan
dikarenakan pelaku pada zona ini
adalah anak autis dengan
gangguan. Sehingga, zona ini
hanya memiliki peran dalam
mengkondisikan perilaku anak
autis terhadap distraksi dan
memberikan efek stimulasi yang
menenangkan bagi anak autis.
yang menarik.
• Finishing lantai: karpet tile,
keramik, dan beton bertekstur anti
slip.
Gambar10. Pengolahan Gubahan Massa Zona C • Kolam berperan secara
tidak langsung dalam
Berikut merupakan spesifikasi menciptakan stimulasi yang
dan elemen-elemen arsitektur menenangkan.
yang diaplikasikan pada zona C
(dapat dilihat pada gambar 11) sebagai
pengolahan tampilan bangunan, yaitu:
• Ketinggian plafon 2,7 - 3 m dari
lantai  Elemen bangunan: jendela
dengan ketinggian 1,22 m dari
lantai (pada ruang terapi),
overhang masif pada masing-
masing bukaan sebagai penangkal Gambar 11. Tampilan Bangunan Terapi Zona C
sinar matahari langsung, dan Gambar 12. Tampilan Keseluruhan Bangunan Panti

Rehabilitasi Anak Autis di Surakarta masing pengguna, fungsional


ruang ataupun bangunan.
3.6. KONSEP TAMPILAN TATA Kebutuhan pengguna yang
RUANG DALAM BANGUNAN dimaksud adalah kebutuhan akan
(INTERIOR) stimulasi sensori yang berbeda
Konsep pengolahan tampilan setiap individunya. Oleh karena
bangunan bertujuan untuk mengolah itu, pengolahan tampilan
tampilan bangunan pani rehabilitasi bangunan yang akan dibahas akan
sesuai dengan kebutuhan masing- dibagi menjadi 5 zona, yaitu zona

425
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

A-1, zona A-2, zona B-1, zona B-2, zona tersebut memberikan
dan zona C. Masing-masing zona stimulasi yang menenangkan dan
memiliki kriteria desain yang berbeda meminimalisir distraksi yang ada.
(dapat dilihat pada tabel 3,5, dan 7). Berikut merupakan tabel tentang
pengaplikasian kriteria desain
Tabel 3. Kriteria Desain Tampilan
Interior
pada salah satu ruang di masing-
Bangunan Panti Rehabilitasi Anak masing zona (tabel 4).
Autis
Tabel 4. Aplikasi Tampilan Interior
Zona A-1 Zona A-2
Pelaku: anak autis Pelaku: anak autis Bangunan
dengan hipersensiif dengan hipersensitif Panti Rehabilitasi Anak Autis pada
(indra pendengaran, (indra peraba dan Zona A
pengelihatan, dan propioseptif)
pembauan)
Skala intim Open scale
Warna: netral, teknik Warna: netral, sejuk,
warna monokromatik teknik monokromatik
dan analog
Menggunakan pola dan prinsip desain yang
mengacu pada prinsip keseimbangan yang
dinamis (secara visual).
Menggunakan pola yang tegas dan berukuran
besar (tidak detail).
Meminimalisir penggunaan bentuk atau wujud
yang bersudut lancip.
Ventiasi silang yaitu Ventilasi silang yaitu
dengan jendela hidup jendela hidup dan
dan desain sederhana. desain sederhana.
Posisi: tidak dapat Posisi: dapat dijangkau
dijangkau anak anak ketika berdiri.
Mereduksi sinar matahari dengan shading
device.
Sistem pencahayaan langsung tidak langsung
mengenai mata  diproyeksikan terlebih dahulu.
Zona A-1 Zona A-2
Pengendalian akustik -
ruang
Struktur penutup: Struktur penutup:
pagar penahan yang rendah dan terbuka
tinggi
Material jendela: kaca reflektif
Finishing lantai: Finishing lantai: karpet
karpet tebal, matras (r. tebal, matras (r.
Terapi), material Terapi), material lantai
lantai anti slip anti slip, parket
laminasi, keramik.
Finishing dinding dengan bahan lunak, seperti:
acoustik tile, soft board, karpet, gipsum, matras.
Menggunakan visual cue

Tabel 3 menjelaskan kriteria desain


yang harus dipenuhi masing-masing
ruang (terutama ruang terapi dan
edukasi) dengan didasarkan pada
gangguan persepsi sensori yang
dialami oleh anak autis. Pada kegiatan
edukasi anak autis, kriteria desain
ruang akan disesuaikan dengan
kriteria desain pada zona A-1, dimana

426
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

Layout Ruang Prespektif


R. Kelas, anak autis dengan hipersensitif Zona B-1 Zona B-2
Menggunakan titik penekanan dengan
permainan warna, tekstur, bentuk, pola, perabot,
dimensi dan meterial.
Menggunaka pola yang dinamis dan bervariasi
struktur penutup: Struktur penutup: pagar
rendah dan terbuka penahan yang
tinggi
Pola tata ruang yang teratur dengan desain
A: lemari tanam, B: partisi, C: Papan tulis, D: interior yang dinamis (tidak harmonis ecara
Area floor time (karpet tebal dan bean bag), E: visual)
area belajar dengan kapasitas 2 orang. Menggunakan visual cues (isyarat gambar)
- Pemberian partisi dan lemari tanam berguna Akustik ruang -
untuk menciptakan suasana yang lebih intim Material dengan Material bertekstur
dan membantu anak fokus dalam menjalani tekstur halus atau kasar sebagai media
kelompok kegiatan yang berbeda. licin dan rapat (masih terapi
- Dinding dilapisi matras setinggi 1,5 m aman)
- Inderect lighing, lantai: keramik dan karpet Variasi material kaca -
tebal, plafon: gypsum. dan desain jendela
R Terapi Okupasi, Zona A-1
A, C, G: tirai, digunakan untuk memisahkan
antar kelompok kagiatan dan menciptakan
suasana yang intim di setiap kelompok kegiatan.
B. area bermain rumah-rumahan, meliputi: 1 set
dapur masak-masakan, children cookie desk, 1
Zona B-1 Zona B-2
Pelaku: hiposensitif Pelaku: hiposensitif
(indra pendengaran, (indra peraba dan
pengelihatan, dan propioseptif)
pembauan)
Open Scale Skala intim Layout Ruang Prespektif
Warna: cerah, dengan Warna: hangat R. Okupasi, Zona B-1
teknik komplemeter (dominan), netral,
dan analog netral
Layout Ruang Prespektif
set rumah, meja rias, perosotan, ayunan, ring
basket, motor- toran.
mo
D: meja terapi, F: floor time dengan bean bag

E: Area Softplay , meliputi: physioball, ayunan


platform, area mandi bola A: area main r umah-rumahan (perabot sama
- Area softplay dan bermain rumah-rumahan seperti zona A- , dengan lantai karpet tebal.
memakain lantai matras, sedangkan area 1)
lainnya memakain karpet tebal. B: Meja terapi dengan lantai karpet tebal.
- Pemisahan w arna lantai setiap kelompok C: mandi bola, dengan matras
kegiatan. D: area softplay I (perabot sama dengan A-1),
- Dinding dilapi si dengan matras. lantai matras tebal (hijau), karpet (abu-abu).
- Bahan perabot memakai bahan lunak. E: area floor dengan karpet tebal
time
- Tidak ada pe mbatas tirai, dinding dikelilingi
matras
- Konsep desain: kampung desa buatan
R. Sensori Integrasi, Zona B-2

R. Sensori Integrasi, Zona A-2

Pada prinsipnya desain layout perabot ruang pada


zona ini sama dengan zona A-2.

427
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

A: hammock, monkey bar, wall climbing, papan


titian dengan lantai matras
B: tramboline, area softplay (bolster, barrel,
airex, balance beam, two way fisio ball), ayunan
(flexidisc, platform, ayunan lingkaran) dengan
lantai matras
C: floor time dengan lantai matras
D: meja terapi dengan lemari tanam,
menggunakan karpet tebal
E: stepbar/ tangga dengan material mats,
prosotan, dan matras denga tinggi 1,2 m dari
lantai, dengan lantai matras tebal
- Dinding dikelilingi dengan matras tebal.
Semua zona memakai pintu geser untuk
keselamatan dan kenyamanan anak autis.

Berikut merupakan kriteria desain pada zona B, yaitu:


Tabel 5. Kriteria Desain Tampilan Interior pada Zona B-1 dan B-2

Zona B merupakan zona yang menciptakan stimulasi yang tinggi bagi anak autis dengan
kelainan hiposensitif terhadap sistem sensorinya. Berikut merupaka pengaplikasian kriteria
desain ruang interior pada zona B (tabel 6):

Tabel 6. Aplikasi Tampilan Interior Bangunan Panti Rehabilitasi Anak Autis pada Zona B
Layout Ruang Prespektif lebih dinamis (tidak kaku) dibandingkan
A: kerikil buatan yang berfungsi sebagai media dengan zona A. Berikut merupakan kriteria
terapi anak autis
B: tirai yang berfungsi untuk menciptakan suasan
desain dan pengaplikasian tampilan bangunan
yang intim. interior pada zona C (akan dijelaskan pada
Semua zona memakai pintu geser untuk tabel 7).
keselamatan dan kenyamanan anak autis.
Zona C merupakan zona yang Tabel 7. Kriteria Desain dan Pengaplikasian
menciptakan stimulasi yang cenderung Tampilan Interior pada Zona C
menenangkan bagi anak autis dengan Kriteria Desain
gangguan presepsi sensori (semua Pengguna: anak autis dengan gangguan presepsi
sensori (semua indra)
indra). Pada prinsipnya kriteria desain Skala intim, warna: tidak ada tuntutan khusus
pada zona ini hampir sama dengan zona Menggunakan titik penekanan dengan
A, namun zona C lebih fleksibel atau permainan warna, tekstur, bentuk, pola, perabot,

428
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 414-427

dimensi, dan material 4. KESIMPULAN


Menggunakan pola tegas dan berukuran besar
Meminimalisir penggunaan bentuk dengan sudut Berikut merupakan kesimpulan yang dapat
yang lancip diambil dari serangkaian tahap
Menggunakan jenis jendela hidup, dapat perancangan Panti Rehabilitasi Anak
dijangkau anak ketika posisinya berdiri Autis di Surakarta dengan gangguan
Mereduksi sinar matahari langsung, persepsi sensori sebagai acuan desain:
menggunakan inderect lighting
Menggunakan akustik ruang
• Dalam mendesain sebuah wadah yang
Struktur penutup: pagar penahan yang tinggi
berfungsi sebagai media
Pola tata ruang yang teratur dengan desain
penyembuhan dan pengembangan
interior yang dinamis anak autis harus memiliki kriteria
Menggunakan gambar isyarat (visual cues) desain khusus yang sesuai dengan
Finsihing jendela, lantai, dan langit sama sepeti karakteristik, kondisi, dan kebutuhan
zona A anak autis.
Pengaplikasian, R fisioterapi • Kebutuhan stimulasi sensori anak
autis merupakan kunci desain dalam
menciptakan lingkungan khusus yang
memudahkan anak autis untuk
beradaptasi dengan cepat dan tepat
dengan lingkungannya, sehingga
menghasilkan respon perilaku dan
psikologi anak yang tepat dan positif.
A: Lemari penyimpanan barang-barang medis • Terdapat 5 zona khusus, hasil dari
dengan model tanam di dalam tembok. analisis dan pemetaan gangguan
B: pararel bar persepsi sensori anak autis, yaitu zona
C: tempat tidur periksa beserta peralatan medis
D: material lantai menggunakan karpet tile tebal
hipersensitif (zona A-1 dan A-2),
E: modifikasi material kayu dan kaca zona hiposensitif (zona B-1 dan B-2,
F: material lantai menggunakan matras tebal dan zona gangguan (zona C)
Kriteria Desain • Kelima zona khusus menghasilkan
G: area softplay, meliputi: physioball, kriteria desain yang berbeda dan
ayunan platform, bolster, bean bag, barrel diaplikasikan ke dalam pemilihan
(mats & pats), barre; insert, gymnastic mat
wedges atribut atau elemen arsitektur, seperti:
H: climbing wall, palyground (dilengkapi: prinsip desain, material, pemilihan
rings, rope, crago net, trapezebar) pagar penutup (closure), proporsi,
- Pemberian partisi berguna untuk
skala, orientasi, fokus, simetris, ritme/
mengelompokan kegiatan dan membentuk
suasana yang intim di setiap kelompok irama, harmoni, keseimbangan,
kegiatan. warna, sistem pencahayaan, akustik,
- Warna: sejuk (dominan), netral, dan teksur, ventilasi, sekuen, kedekatan
hangat,sehingga dapat memberikan efek
yang menenagkan bagi anak (proximity), dan rutinitas (routine), dsb.
- Di sekeliling area bermain diberikan
matras disekeliling dinding.

REFERENSI
Dokter Anak Indonesia. “Jumlah
Penderita Autis di Indonesia,”
September 6, 2015.
https://klinikautis.com/2015/09/06/ju
mlah -penderita-autis-di-indonesia.
Gunadi, Tri. “Terapi Sensori
Integrasi Up Date Mostafa, Magda.
“An Architecture for Autism:
Concepts of Design Intervention for
The

429
Ganis Ratna S, Edi Pramono S, Ofita P, Gangguan Persepsi Sensori…

Autistic User.” ARCHNET-I


JAE, International Jurnal of
Architectural Research 1, no. 1
(March 2008): 209– 2011.
Mulyadi, Kresno, and Rudi Sutadi.
Autism is Curable. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2014.
Singgih, Edi Pramono. Rekayasa
Arsitektural Ruang Mandiri
Bagi Anak Autisme Di Tengah
Keluarga Dari Strata Sosial
Ekonomi Menengah Ke Bawah.
1st ed. Surakarta: UPT.
Penerbitan dan
Percetakan UNS Press, 2015.

430

Anda mungkin juga menyukai