Anda di halaman 1dari 64

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data perencanaan

Ada dua stasiun penakar curah hujan yang digunakan untuk perhitungan pada
Embung Okak Tarung tarung yaitu STA Sumani dan STA Danau Diatas.

Gambar 4.1 Lokasi stasiun hujan disekitar Embung Okak Tarung tarung

41
4.2 Analisa Hidrologi
4.2.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum

( Sumber : Dinas Pengendalian Sumber Daya Air Sumbar)

4.2.2 Analisis Curah Hujan Dengan Mengunakan Metoda Thiessen

1. Stasiun Danau Diatas

Tabel 4.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum

42
Tabel 4.3 Parameter statistik

(Sumber : Pengolahan Data)

(∑(𝑥𝑖)
𝑅ℎ𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑛
(703,00)
𝑅ℎ𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 70,30
10

(∑(𝑥𝑖−𝑥)2 ) (2624,10)
𝑆𝑑 = √ ≈ 𝑆𝑑 = √ = 17,08
(𝑛−1) (10−1)

(∑(𝑥𝑖−𝑥)3 ) (24323,04)
𝐶𝑠 = (𝑛−1).(𝑛−2).(𝑆𝑑3 ) ≈ 𝐶𝑠 = (10−1).(10−2).(17,083) = 0,07

1 1
( ).(∑ 𝑥𝑖−𝑥)4 ( ).(2525032,26)
𝑛 10
𝐶𝑘 = ≈ 𝐶𝑘 = = 2,97
𝑆𝑑4 17,084

𝑆𝑑 17,08
𝐶𝑣 = ≈ 𝐶𝑣 = 70,30 = 0,24
𝑥

43
Tabel 4.4 Perhitungan Data Curah hujan dengan menggunakan nilai Logaritma

(Sumber : Pengolahan Data)

Tabel 4.5 Penentuan jenis sebaran

(Sumber : Pengolahan Data)

Tabel 4.6 Perhitungan data log dari curah hujan

(Sumber : Pengolahan Data)

44
Tabel 4.7 Nilai kemungkinan Chi Kuadrat

(Sumber : Pengolahan Data)

Tabel 4.8 Perhitungan curah hujan untuk debit banjir dengan metoda normal

(Sumber : Pengolahan Data)

R24periode ulang 2 tahun = 70,30 mm


R24periode ulang 5 tahun = 84,64 mm
R24periode ulang 10 tahun = 92,16 mm
R24periode ulang 20 tahun = 98,30 mm
R24periode ulang 50 tahun = 105,30 mm
R24periode ulang 100 tahun = 110,09 mm
R24periode ulang 200 tahun = 114,35 mm

Analisa debit banjir rencana


1. Metode Hasper
Untuk menghitung debit dengan metoda ini adalah sebagai berikut :

Qn = 𝛼x β x q x A

1+0,012 x A0,7 1+0,012 x 24,520,7


𝛼 = 0,7
= = 0,65
1+0,075 x A 1+0,075 x 24,520,7

45
tc = 0,1 x L0,9 x i−0,3= 0,1 x 11,350,9 x 0,0035−0,3 = 3,81 jam
tc+3,7 x 10− 0,40 tc
1 /β =1/1+
tc2 +15

β = 0,89

Untuk 2 jam < tc < 19 hari maka curah hujan dengan kala ulang T tahun ( mm )
tc x R24
Rt =
tc+1
Rt
q =
3,6−tc

Tabel 4.9 Debit banjir rencana dengan metoda hasper


Rt
T A (km2) tc (jam) q Q
(mm/jam)
2 24.52 3.81 0.65 0.89 55.68 4.06 57.94
5 24.52 3.81 0.65 0.89 67.04 4.89 69.76
10 24.52 3.81 0.65 0.89 72.99 5.32 75.96
20 24.52 3.81 0.65 0.89 77.86 5.68 81.02
50 24.52 3.81 0.65 0.89 83.41 6.08 86.79
100 24.52 3.81 0.65 0.89 87.19 6.36 90.73
200 24.52 3.81 0.65 0.89 90.57 6.61 94.25

(Sumber : Pengolahan Data)

2. Metoda Der Weduwen


Tabel 4.10 Debit banjir rencana dengan metoda der weduwen

(Sumber : Pengolahan Data)

46
Tabel 4.11 Perbandingan hasil Debit banjir rencana stasiun Danau diatas

(Sumber : Pengolahan Data)

2. Stasiun Sumani

Tabel 4.12 Data Curah Hujan Harian Maksimum

(Sumber : Dinas PSDA Sumbar)

47
Tabel 4.13 Parameter statistik

(Sumber : Pengolahan Data)

(∑(𝑥𝑖)
𝑅ℎ𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑛
(1062,50)
𝑅ℎ𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 106,25
10

(∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2 )
𝑆𝑑 = √
(𝑛 − 1)

(18350,59)
𝑆𝑑 = √ = 45,15
(10 − 1)

(∑(𝑥𝑖 − 𝑥)3 )
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1). (𝑛 − 2). (𝑆𝑑 3 )

(1150262,96)
𝐶𝑠 = = 0,17
(10 − 1). (10 − 2). (24,523 )

1
(𝑛) . (∑ 𝑥𝑖 − 𝑥)4
𝐶𝑘 =
𝑆𝑑 4

48
1
(10) . (142275912,26)
𝐶𝑘 = = 3,42
24,524

𝑆𝑑
𝐶𝑣 =
𝑥
24,52
𝐶𝑣 = = 0,42
106,25

Tabel 4.14 Perhitungan Data Curah hujan dengan menggunakan nilai Logaritma

(Sumber : Pengolahan Data)

Tabel 4.15 Penentuan jenis sebaran

(Sumber : Pengolahan Data)

49
Tabel 4.16 Perhitungan data log dari curah hujan

Tabel 4.17 Nilai kemungkinan Chi Kuadrat

(Sumber : Pengolahan Data)

Tabel 4.18 Perhitungan curah hujan untuk debit banjir dengan metoda normal

(Sumber : Pengolahan Data)


R24periode ulang 2 tahun = 106,25 mm
R24periode ulang 5 tahun = 144,18 mm
R24periode ulang 10 tahun = 164,05 mm
R24periode ulang 20 tahun = 180,30 mm

50
R24periode ulang 50 tahun = 198,82 mm
R24periode ulang 100 tahun = 211,46 mm
R24periode ulang 200 tahun = 222,75 mm

Analisa debit banjir rencana


1. Metode hasper
Untuk menghitung debit dengan metoda ini adalah sebagai berikut :

Qn =𝛼xβxqxA

1+0,012 x A0,7
𝛼 =
1+0,075 x A0,7

1+0,012 x 24,520,7
= = 0,65
1+0,075 x 24,520,7

tc = 0,1 x L0,8 x i−0,3

= 0,1 x 11,350,8 x 0,0035−0,3 = 3,81 jam

tc+3,7 x 10− 0,40 tc


1 /β =1/1+
tc2 +15

β = 0,89

Untuk 2 jam < tc < 19 hari maka curah hujan dengan kala ulang T tahun ( mm )
tc x R24
Rt =
tc+1
Rt
q =
3,6−tc

Tabel 4.19 Debit banjir rencana dengan metoda hasper

(Sumber : Pengolahan Data)


51
2. Metoda Der Weduwen
Tabel 4.20 Debit banjir rencana dengan metoda der weduwen

(Sumber : Pengolahan Data)

Tabel 4.21 perbandingan hasil Debit banjir rencana stasiun Sumani

Setelah setiap stasiun di analisis selanjutnya dihitung luas wilayah masing-


masing stasiun yang berpengaruh terhadap DAS

Gambar 4.2 Luas DAS dengan Poligon Thiessen

52
Tabel 4.22 Persentase Luas DAS pada setiap Stasiun

(Sumber : Pengolahan Data)


Dikarenakan Sta. Sijunjung tidak memberikan penngaruh terhadap catchman
area maka sta yang dipakai cuma dua yaitu Danau diatas dan Sumani. Luas
Catchment Area (Daerah Tangkapan Hujan) adalah 24,52 Km².

Tabel 4.23 Hasil Debit banjir rencana dengan dua stasiun dengan menggunakan
metoda thiessen

Gambar 4.3 Grafik debit banjir rencana

Kesimpulan : Dari hasil perhitungan debit banjir dengan tiga stasiun yang dirata
– ratakan diatas didapat Q200= 130,94 m3/dt

53
4.3 Perhitungan Hidrolis Bendung
Data – data yang di kumpulkan :
1. Debit aliran sungai ( Q sungai ) : 668,68 m3/dt
2. Lebar penampang sungai ( b ) : 40 m
3. Kemiringan dasar sungai diposisi bendung ( Isungai ) : 0,0058
4. Elevasi dasar sungai dilokasi bendung : 864,00
5. Elevasi sawah tertinggi : 864,00
6. Panjang saluran primer :3,5 km
7. Kemiringan saluran primer ( I sal.Primer ) : 0,000733
8. Debit saluran primer ( Qsal. Primer ) : 30,00 m3 /dt
9. Daya dukung tanah yang di izinkan : 1,75 kg/cm2
10. Koeff. Gesekan antara tanah dengan pondasi :0,76 kg /cm2

4.3.1 Perhitungan Tinggi Mercu Bendung


Elevasi Puncak Mercu
- Elevasi sawah tertinggi = 864,00 = 864,00m
- Tinggi air sawah tertinggi = 0,100 = 0,100 m
- Kehilangan air pada saluran primer = 3500,000 x 0,000733= 2,566 m
- Kehilangan air pada saluran sekunder = 950,000x 0,000733 =0,696 m
- Kehilangan air pada saluran tersier = 670,000 x 0,000733= 0,491 m
- Kehilangan energi pada B. bagi = 0,150 x1 = 0,150m
- Kehilangan air pada B.sadap = 0,150 x6 = 0,900 m
- Kehilangan energi pada B. ukur = 0,100 x8 = 0,800 m
- Kehilangan energi pada Intake = 0,150 = 0,15 m+
Jadi Elv . Mercu Bendung ( ∆H ) =869,853 m

Tinggi Mercu Bendung ( p )


- Elevasi mercu bendung = 869,853 m
- Elevasi dasar sungai dilokasi bendung = 864,000 m -

p = 5,853 m

Maka dapat dibulatkan tinggi mercu untuk perencanaan selanjutnya


adalah 6,00 m

Elevasi Puncak Mercu yang akan digunakan sebagai perencanaan


selanjutnya
54
- Tinggi mercu bendung yang dibulatkan = 6,00 m
- Elevasi dasar sungai dilokasi bendung = 864,00 m +
= 870,00 m
4.3.2 Perhitungan Lebar Efektif Bendung
Rumus :
Be = B – 2 ( n.Kp + Ka ) H1 ( Sumber KP.02 Bab IV hal.49 )

Dimana :
Be = Lebar efektif bendung ( m )
B = lebar rata – rata sungai = 40 m
Kp = Koefisien kontraksi pilar( untuk pilar dengan ujung bulat )
=0,01 ( Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi, KP – 02. hal 40)

Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung ( untuk pangkal tembok


segi empat dengan hulu 90º kearah aliran ) = 0,20

( Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi, KP – 02. hal 40)

Direncanakan :

Lebar pintu penguras diambil 1/10 dari lebar bendung total yang
direncanakan :

Lebar pintu penguras ( Bp ) = 1/10 x B = 4,00 m

Lebar bersih pintu = 60 % xBp = 2,40 m

Pintu penguras dibuat sebanyak 2 buah Bp = 1,20m

Pilar dibuat sebanyak 2 buah Tp = 0,80m

Maka lebar untuk mercu bendung adalah :


Bn = B – ( 2Bp + 2 Tp

= 36,00 – ( 2 x 1,20 + 2 x 0,80 ) = 36,00 m

Be = 36,00 – 2 ( 2,0 x 0,01 + 0,20 ) H1

= 36,00 – 0,44 H1 ................................................... persamaan 4.1

55
Gambar 4.3 Sket potongan melintang bendung

4.3.3 Perhitungan Tinggi Air di Atas Mercu


Rumus :

Q = Cd . 2/3 √2⁄3. 𝑔 𝐵𝑒 𝐻1 1,5

Dimana :
Q = Debit (m³/dt) = 688,68 m³/dt
Cd = Koefisien debit (Cd = C0.C1.C2)
g = Percepatan gravitasi (m/dt²) = 9,81 m/dt²
Be = Lebar efektif mercu (m)
H1 = Tinggi energi di atas mercu (m)
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:

- C0 yang merupakan fungsi H1/r ( lihat gambar2.8 )


- C1 yang merupakan fungsi p/H1 ( lihat gambar 2.9)
- C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (
lihat gambar 2.10 )
Perhitungan :
Diasumsikan.
H1 / r ≥ 2,5 → C0 = 1,39
P / H1 ≥ 1,5 → C1 = 1,01
P / Hd ≥ 1,5 → C2 = 1,04
Cd = C0 . C1 . C2 = 1,46

56
Rumus :

Q = Cd . 2/3 √2⁄3. 𝑔 𝐵𝑒 𝐻1 1,5

688,68 = 1,46 x 2/3 x √( 2/3 x 9,81 ) x ( 36,00 - 0,44 H1 ) x 𝐻11.5


688,68 = 2,49 x( 36,00 - 0,44H1 ) x𝐻11.5
276,663= 36,00 - 044 H1 x 𝐻11.5 ........................................Persamaan 4.2
Persamaan 4.2 diatas dapat di selesaikan dendan mengunakan cara oba –
coba /Trial and Error
Tabel 4.34 Perhitungan H1 Hulu dengan cara coba – coba
H1 Q coba-coba Q rencana Keterangan
2,30 122,042 276,663 -
2,40 129,924 276,663 -
2,50 137,954 276,663 -
2,60 146,129 276,663
3,00 180,203 276,663 -
4,028 276,663 276,663 mendekati
5,00 377,895 276,663 -

Dengan cara coba – coba diatas didapat nilai H1 = 4,028 m


Jadi tinggi energi dihulu ( He ) = Elvasi mercu + H1
= 870,00+ 4,028= 874,0,28 m Ditetapkan
tipe mercu memakai Mercu menggunakan tipe standar dari Ogee
Waterways Experiment Statio( WES ).
Jari – jari mercu bulat diambil ( 0,3 – 0,7 ) H1
R = 0,3 x H1
= 0,3 x 4,028
= 1,21 m
Dibulatkan = 1,00 m
Cek Cd dengan nilai H1
Co = H1 / R = 4,028 : 1,00 = 4,03 Nilai dari grafik 1,470
C1 = P / H1 = 6,00 : 4,028= 1,49 Nilai dari grafik 0,998
C2 = P / H1 = 6,00 : 4,028= 1,49 Nilai dari grafik 0,993
Cd = CoxC1xC2 = 1,470 x 0,998 x 0,993 = 1,46
Lebar efektif bendung (Be)

57
Be = ( 36,00 – 0,44 H1)
= ( 36,00 – 0,44 x 4,028)
= 34,23 m dibulatkan 35,00 m
Luas penampang basah (A)
A = Be x ( p + H1 )
= 35,00 x ( 6,00 + 4,028)
= 350,966 m²
Kecepatan air (V)
𝑄 688,68
V = = = 1,962 m/dt
𝐴 350,966
𝑉² 1,962²
= = = 0,196 m
2.𝑔 19,620
Tinggi air di atas mercu bendung (Hd)
𝑉²
Hd = H1 - = 4,028– 0,196 = 3,831 m
2.𝑔
Jadi Elevesi muka air di atas mercu = Elevasi mercu + Hd
= 870,00 m + 3,831 m
= 873,831 m
Cek Cd dengan nilai Hd
Co = Hd / R = 3,831 : 1,00 = 3,831 Nilai dari grafik 1,460
C1 = P / Hd = 6,00 : 3,831= 1,57Nilai dari grafik 0,998
C2 = P / Hd = 6,00 : 3,831= 1,57 Nilai dari grafik 1,003
Cd = CoxC1xC2 = 1,460 x 0,998 x 1,003 = 1,46
Lebar efektif bendung (Be)
Be = ( 36,00 – 0,44 Hd)
= ( 36,00 – 0,44 x 3,831 )
= 34,31 m dibulatkan 35,00 m
Luas penampang basah (A)
A = Be x ( p + Hd )
= 35,00 x ( 6,00 + 3,831 )
= 344,098 m²
Kecepatan air ( V )

58
𝑄 688,68
V = = = 2,001 m/dt
𝐴 344,098
𝑉² 2,001²
= = = 0,204 m
2.𝑔 19,620

Gambar 4.4Mercu bendung

Kontrol :
H1
a. ≥ 2,5
r

4,028
≥ 2,5
1,00

4,028 ≥ 2,5 .....................................................................OK !!


p
b. ≥ 0,50
H1

6,00
≥ 0,50
4,028

1,49> 0,50 .....................................................................OK !!


p
c. ≥ 0,50
Hd

59
6,00
≥ 0,50
3,831

1,57 > 0,50 .......................................................................OK !!

Gambar 4.5Muka Air di atas Mercu bendung

4.3.4 Perhitungan Tinggi Air di Hilir Bendung

Menggunakan rumus stickler

Diket :

1. Debit banjir rencana (Q rencana) = 688,680 m


2. Lebar penampang sungai (b) = 40 m
3. Kemiringan dasar sungai di posisi bendung (I) = 0,0058 m
4. Kemiringan dinding sungai yang rencanakan (m) = 1
1
5. Koeffisian Kekasaran (k) n = 0,025
40
( Kita tetapkan berdasarkan penampang sungai ,Tabel kekerasan
menurut strikler )

60
Perhitungan :
Q = V . A Sehingga : V = Q / A
V =1/n. R2/3 . I1/2. A ................................................Persamaan 4.3

Luas penampang basah (A)

A =h(b+m.h)h

= h ( 40 + 1 h )

= 40 + h² ................................................................ Persamaan 4.4

Keliling penampang basah ( P )

P = b + 2h√1 + m2

= 40 + 2 h x √( 1 + 1)0,5

= 40 + 2,83 h ......................................................... Persamaaan 4.5

Jari – jari penampang basah ( R )

R = A/P

40 h + h²
= ................................................... Persamaaan 4.6
40 + 2,83 h

Q =V.A
1
= n . R2/3 . i1/2 . A

40 h + h²
688,68 = 0,025(
40 + 2,83 h
)2/3 x (0,0058)1/2 x ( 40 h + h²)

40 h + h²
688,68 = (
40 + 2,83 h
) ^2/3 x ( 40 h + h² ) x 3,046309 . persamaan 4.7

Persamaan 4.6 di atas dapat di selesaikan dengan menggunakan cara coba-coba /


Trial and error

Tabel 4.35 Perhitungan H1 Hilir dengan cara coba- coba

61
h (m) A (m²) P (m) R (m) v (m/dt) Q (m³/dt) Q rencana Ket
(1) (2) (3) (2)/(3) (4) (2)x(4) (5) (6)
2,05 86,20 45,798 1,882 4,644 400,320 688,680 -
2,10 88,41 45,940 1,924 4,713 416,694 688,680 -
2,20 92,84 46,223 2,009 4,849 450,225 688,680 -
2,840 121,66 48,033 2,533 5,661 688,680 688,680 mendekati
Dengan cara coba – coba diatas didapat :

h = 2,840 m

A = 40 h + h²

= 121,66 m²

V =Q/A

= 688,68 / 121,66 m²

= 5,660 m / dt

Q =V.A
1
= n . R2/3 . i1/2 . A

40 h + h²
688,68 = 0,025 (
43 + 2,83 h
) ^2/3 x (0,0058)1/2 x ( 43 h + h² )

40 . 2,840 + 8,065
= (
40 + 2,83 . 8,065
) ^2/3 x ( 40 . 2,840 + 8,065 ) x 3,046309

121,66
=(
62,8122
) ^2/3 x 122 x 3,05

688,68 = 493,496

Elevasi muka air di hilir bendung

= 864,00 + 2,840

= 866,840 m

62
h

Gambar 4.6 muka air dihilir bendung

4.3.5 Perhitungan Back Water


Data yang dibutuhkan untuk menghitung arus balik ( back water ) adalah
sebagsai berikut :
a. Tinggi puncak mercu ( p ) = 6,00 m
Elevasi mercu = 870,00 m
b. Tinggi muka air dihulu bendung ( H1 ) = 4,028 m
Elevasi muka air = 874,028 m
c. Tinggi muka air dihilir bendung ( h ) = 2,840 m
Elevasi muka air = 866,840 m
d. Kemiringan dasar sungai dilokasi bendung ( I ) = 0,0058 m
Elevasi sungai = 864,00 m

Untuk menghitung arus balik ( back water ) dapat dipakai rumus :


x
Z = ∆ H ( 1 + )2 ( sumber KP.02 . Bab VIII hal. 189 )
L

Jika :
𝐻1 2.H1
≥ 1 maka, L =
𝑃 i

H1 H1+P
≤ 1 maka, L =
P i

Dimana :

h = Kedalaman air di sungai tampa ada bendung (m)

H1= Tinggi air adanya bendung (m)

L = panjang total dimana kurve pengempangan terlihat (m)

Z = Kedalaman air pada jarak x dari bendung (m)

63
X = Jarak dari bendung (m)

i = Kemiringan sungai (m)

P = Tinggi mercu bendung (m)

Perhitungan :

Check :
H1 4,028
≤1= ≤1
P 6,00

= 0,67< 1

Maka :
H1+P 4,028 + 6,00
L = = = 1388,83 m
i 0,0058

ΔH = (H1 + P) – h

= 4,028 + 6,00 – 2,840

= 7,188 m

Pengaruh harga back water terjadi sampai harga Z = 0

Tabel 4.36Perhitungan back water

Elv. Dasar sungai Elv. MAB sebelum Elv. MAB setelah


x (m) ΔH (m) i L (m) z (m) h (m)
sejarak x ada bendung ada bendung
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 7,188 0,0058 1388,83 7,188 2,840 864 866,840 874,028
100 7,188 0,0058 1388,83 6,190 2,840 864,58 867,420 873,610
200 7,188 0,0058 1388,83 5,267 2,840 865,16 868,000 873,267
300 7,188 0,0058 1388,83 4,418 2,840 865,74 868,580 872,998
400 7,188 0,0058 1388,83 3,644 2,840 866,32 869,160 872,804
500 7,188 0,0058 1388,83 2,944 2,840 866,9 869,740 872,684
600 7,188 0,0058 1388,83 2,319 2,840 867,48 870,320 872,639
700 7,188 0,0058 1388,83 1,768 2,840 868,06 870,900 872,668
800 7,188 0,0058 1388,83 1,292 2,840 868,64 871,480 872,772
900 7,188 0,0058 1388,83 0,890 2,840 869,22 872,060 872,950
1000 7,188 0,0058 1388,83 0,563 2,840 869,8 872,640 873,203
1100 7,188 0,0058 1388,83 0,311 2,840 870,38 873,220 873,531
1200 7,188 0,0058 1388,83 0,133 2,840 870,96 873,800 873,933

Keterangan :

64
o Elvasi dasar sungai sejarak X = Elevasi Dasar sungai + ( sejarak (x)
dikali kemiringan sungai ( i )
o Elevasi MAB sebelum ada bendung sejarak x = Elevasi dasar sungai
sejarak x + tinggi muka air dihilir bendung ( h )
o Elevasi MAB setelah ada bendung sejarak x = Elevasi MAB sebelum
ada bendung + z

Kemirin h
gan I

Gambar 4.7 Sket dari back water

4.4 Perhitungan Kolam olakan


Kolam olak adalah salah satu bagian dari bendung yang terletak
disebelah hilir mercu. Air yang melimpas mercu bendung, tepat dibagian
hilirnya mempunyai kecepatan yang tinggi. Akibat energi yang dimilikinya juga
tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan pada bagian hilir bendung, untuk
mencegah ini dibuatlah kolam olak.
Fungsi utama kolam olak adalah untuk meredam sebagian besar energi
air terjun tersebut, sehingga kerusakan yang diakibatkannya masih dalam batas –
batas yang tidak membahayakan kemantapan bendung. Kolam olak dibuat
sedemikian rupa, sehingga mandiri untuk menahan benturan – benturan yang
diakibatkan oleh aliran dan batu kalau ada.
Aliran diatas bendung disungai dapat menunjukkan berbagai perilaku
disebelah bendung akibat kedalaman air yang ada, dari segi pemakaian praktis
loncatan hidrolik sangat berguna sebagai peredam energi terutama pada aliran
super kritis. Peredam energi ini mencegah terjadi pada saluran pelimpah, saluran
curam dan pintu air geser tegak.
Loncatan energi yang digunkan sebagai peredam energi biasanya
meliputi sebagian atau seluruh kolam kanal saluran yang dinamakan kolam olak.
Dalam analisi ini penulis memakai perhitungan kolam olakan memakai
tipe Vlughter.

65
4.4.1 Dimensi kolam olakan

Gambar 4.8 Sket diagram daya dukung tanah kondisi air banjir

Karakteristik kolam olakan tipe Vlughter


Z = Elv. Muka air dihulu bendung – Elv.muka air dihilir bendung
= 874,028 – 866,840
= 7,19 m
Tinggi energi di atas mercu (Hd)
Hd = 3,831 m
Tinggi energi kritis (Hc)
Hc = 2/3 Hd = 2/3 x 3,831 = 2,554 m
Check :
Z 7,19
= = 2,81 m
Hc 2,554

Ternyata nilai Z/Hc nya terletak antara 0,5 – 2,0, maka :


t = 2,4 Hc + 0,4 Z
= 2,4 x 2,554 + 0,4 x 7,19
= 6,13 + 2,88

66
= 9,01 m

a = 0,28 Hc √Hc
Z

2,554
= 0.28 x 2,554√( 7,19
)

= 0,43 m≈ 0,50 m
D=R=L = Z + t – H1
= 7,19 + 9,01 – 4,028
= 12,17 m
Elevasi dasar kolam olakan berdasarkan nilai D
= Elv. Puncak mercu – D
= 870,00 – 12,17
= 857,400 m
Kontrol dengan harga nilai Y2
Perhitungan kolam olakan direncanakan pada saat banjir rumus debit
pelimpah yang digunakan adalah debit pelimpah pada bendung tetap
dengan mercu bulat, yaitu :
2
Q = Cd. 2/3 √3 . g. Be. H11,5 (Sumber KP.02 bab.IV hal.52)

V = √2g( 0,5H1 + Z )
𝑄
q =
𝐵𝑒
q
Y =
v
V
Fr =
√g.Y
𝑌2
= 0,5√1 + 8Fr² - 1
𝑌1
Dimana :
Q = Debit pelimpah pada bendung = 688,68 m³/dt
Cd = Koefisien debit = 1,46
H1 = Tinggi energi di atas mercu = 4,028 m
Z = Tinggi jatuh air (Elv. H1-Elv. H) = 7,19 m
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)

67
G = Percepatan gravitasi = 9,81 m/dt²
Be = Lebar efektif bendung = 35,00 m
Fr = Bilangan Froude
Y1,2 = Tinggi konjugasi

Perhitungan :
2
Q = Cd. 2/3 √3 . g. Be. H11,5

= 1,46 x 2/3 √2/3 + 9,8) x 35,00 x ( 4,028)1,5


= 704,22 m³/dt
V1 = √2g(0,5H1 + Z)

= √2 𝑥 9,81( 0,5 𝑥 4,028 + 7,19 )


= 2,827 m/dt
Q 704,22
Y1 = = = 7,12 m
Be.V1 35,00 x 2,827
𝑉1 2,827
Fr1 = = = 0,34 m
√𝑔.𝑌 √(9,81 x 7,12
𝑌1
Y2 =
2
√1 + 8Fr² - 1
7,12
= x √(1 + 8 𝑥 0,34²) – 1
2
= 3,926 m
Elevasi dasar kolam olakan berdasarkan nilai Y2
= Elevasi M.A.B dihilir bendung – Y2
= 866,840 – 3,926
= 862,914 m
Chek !!
Jadi Elevasi dasar kolam olakan berdasarkan nilai D di bandingkan
dengan Elevasi dasar kolam olakan berdasarkan nilai Y2.
857,835 < 862,914 m
Jadi Elevasi dasar kolam olakan dipakai yaitu = 857,835 m

68
69
Gambar 4.6 Kolam Olakan Tipe Vlughter

70
71
4.4.2 Uplift Pressure
Rumus yang digunakan adalah :
Px = Hx – H
𝐿𝑥
H = x ΔH
Ʃ𝐿
𝐿𝑥
Px = Hx - = x ΔH
Ʃ𝐿
Dimana :
Px = Uplift pressure pada titik X (ton/m)
Lx = Panjang Creep Line sampai titk X (m)
ƩL = Panjang total Creep Line (m)
Hx = Tinggi muka air dihulu bedung sampai titik x (m)
ΔH = Perbedaan tinggi tekanan dihulu dan dihilir bendung(m)

M.A.B = Elevasi mercu – elevasi kolam olakan


= 12,600 m
M.A.N = He – Elevasi muka air dihilir bendung
= 7,370453 m

72
a. Pada kondisi muka air normal
Tabel 4.37 Perhitungan panjang rembesan kondisi air normal

73
Panjang rembesan (m)
Titik Batas Lx H Hx Px
Lv Lh Lh/3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 0,00 0,00 6,00 6,00
1 - 2 1,50 - -
2 1,50 0,46 7,50 7,04
2 - 3 - 1,00 0,33
3 1,83 0,56 7,50 6,94
3 - 4 1,25 0,25 0,08
4 3,17 0,98 6,25 5,27
4 - 5 - 2,00 0,67
5 3,83 1,18 6,25 5,07
5 - 6 1,25 - -
6 5,08 1,57 7,50 5,93
6 - 7 - 0,50 0,17
7 5,25 1,62 7,50 5,88
7 - 8 1,25 - -
8 6,50 2,00 6,25 4,25
8 - 9 - 2,50 0,83
9 7,33 2,26 6,25 3,99
9 - 10 1,25 - -
10 8,58 2,64 7,50 4,86
10 - 11 - 0,50 0,17
11 8,75 2,69 7,50 4,81
11 - 12 1,25 - -
12 10,00 3,08 6,25 3,17
12 - 13 - 2,50 0,83
13 10,83 3,34 6,25 2,91
13 - 14 1,25 - -
14 12,08 3,72 7,50 3,78
14 - 15 - 0,50 0,17
15 12,25 3,77 7,50 3,73
15 - 16 1,25 - -
16 13,50 4,16 6,25 2,09
16 - 17 - 2,00 0,67
17 14,17 4,36 6,25 1,89
17 - 18 3,75 - -
18 17,92 5,52 10,00 4,48
18 - 19 - 2,00 0,67
19 18,58 5,72 10,00 4,28
19 - 20 1,00 1,00 0,33
20 19,92 6,13 9,00 2,87
20 - 21 - 3,15 1,05
21 20,97 6,46 9,00 2,54
21 - 22 1,00 1,00 0,33
22 23,30 7,18 10,00 2,82
22 - 23 - 3,20 1,07
23 24,37 7,50 10,00 2,50
23 - 24 1,07 4,17 1,39
24 31,00 9,55 14,17 4,62
24 - 25 - 15,52 5,17
25 36,17 11,14 14,17 3,03
25 - 26 0,50 1,00 0,33
26 38,00 11,70 15,17 3,47
26 - 27 - 1,00 0,33
27 38,34 11,81 15,17 3,36
27 - 28 3,50 -
28 3,83 42,17 12,99 11,67 -1,32
Total 21,07 43,79 18,43

74
Perhitungan panjang jalur rembesan
Data – data sudah didapat adalah :
a. Elevasi tinggi muka air banjir dihulu bendung = 874,028 m
b. Elevasi tinggi muka air banjir dihilir bendung = 866,840 m
c. Elevasi tinggi mercu bendung = 870,00 m
d. Elevasi dasar sungai bendung = 864,00 m
e. Panjang lantai muka atau hulu = 12,00 m

Untuk mengontrol panjang lantai muka atau lantai hulu bendung harus di
chek dulu panjang rembesan air di bawah bendung dengan memakai
rumus :

ΔH = L/C (cara. BLIGH)

ƩLW = ƩLV + 1/3 ƩLH ≥ C x ΔH (cara LANE)

Dimana :

ΔH = Beda tinggi muka air dihulu dengan dihilir (m)

L = Panjang lantai muka atau lantai hulu direncanakan (m)


C = Creep ratio diambil 1,6(lihat tabel 6.5 pada KP-02 bab.6
hal.150)lempung sangat keras.

LV = Panjang rembesan vertikal (m)


LH = Panjang rembesan horizontal (m)
ƩLW = Panjang rembesan (Creep Line)

Kontrol Panjang rembesan pada kondisi muka air normal.


ƩLW = ƩLV + 1/3 ƩLH
= 21,07 + 18,43
= 39,50 m

Beda tinggi muka air dihulu dan dihilir (ΔH)


ΔH = Elevasi muka air normal dihulu – elevasi kolam olakan
= 870,00 – 857,835= 12,17 m

75
Ʃ𝐿𝑊 39,50
C = = = 3,247> 1,6 ............................................. Aman!!
ΔH 12,17

Uplift Presurre
1. Uplift Presurre pada potongan A
U.A = HA – [(LX x Δh)/Ltot] x 𝛾w
24,37 𝑥 12,17
= 10,00 – [ ] x 1,00
39,50

= 2,50 t/m²

Berat lantai + berat air pada potongan A

Tebal lantai kolam olakan yang direncanakan


T.A = 3,89 m
γpas = 2,20 t/m³
W.A = (TA x γpas) + (γw x T.air)
= (3,89 x 2,20) + (1,00 x 0,50)
= 9,06 t/m²
Kontrol :
W.A > U.A
9,06 > 2,50 .................................................................Aman!!
2. Uplift Presurre pada potongan B
U.B = HB – [(LX x Δh)/Ltot ] x 𝛾w
31,00 𝑥 12,17
= 14,17 – [ ] x 1,00
39,50

= 4,62 t/m²
Berat lantai + berat air pada potongan B
Tebal lantai kolam olakan yang direncanakan
T.B = 2,00 m
γpas = 2,20 t/m³
W.B = (TB x γpas) + (γw x T.air)
= ( 2,00 x 2,20 ) + ( 1,00 x 0,50 )
= 4,90t/m²
Kontrol :
W.B > U.B

76
4,90 > 4,62.............................................................................Aman!!

b. Pada kondisi muka air banjir

Tabel 4.38 Perhitungan panjang rembesan kondisi air banjir.

77
Panjang rembesan (m)
Titik Batas Lx H Hx Px
Lv Lh Lh/3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 0,00 0,00 10,16 10,16
1 - 2 1,50 - -
2 1,50 0,27 11,53 11,26
2 - 3 - 1,00 0,33
3 1,83 0,33 11,53 11,19
3 - 4 1,25 0,25 0,08
4 3,17 0,58 10,28 9,70
4 - 5 - 2,00 0,67
5 3,83 0,70 10,28 9,58
5 - 6 1,25 - -
6 5,08 0,92 11,53 10,60
6 - 7 - 0,50 0,17
7 5,25 0,95 11,53 10,57
7 - 8 1,25 - -
8 6,50 1,18 10,28 9,10
8 - 9 - 2,50 0,83
9 7,33 1,33 10,28 8,95
9 - 10 1,25 - -
10 8,58 1,56 11,53 9,97
10 - 11 - 0,50 0,17
11 8,75 1,59 11,53 9,94
11 - 12 1,25 - -
12 10,00 1,82 10,28 8,46
12 - 13 - 2,50 0,83
13 10,83 1,97 10,28 8,31
13 - 14 1,25 - -
14 12,08 2,20 11,53 9,33
14 - 15 - 0,50 0,17
15 12,25 2,23 11,53 9,30
15 - 16 1,25 - -
16 13,50 2,45 10,28 7,82
16 - 17 - 2,00 0,67
17 14,17 2,58 10,28 7,70
17 - 18 3,75 - -
18 17,92 3,26 14,03 10,77
18 - 19 - 2,00 0,67
19 18,58 3,38 14,03 10,65
19 - 20 1,00 1,00 0,33
20 19,92 3,62 13,03 9,41
20 - 21 - 3,15 1,05
21 20,97 3,81 13,03 9,22
21 - 22 1,00 1,00 0,33
22 23,30 4,24 14,03 9,79
22 - 23 - 3,20 1,07
23 24,37 4,43 14,03 9,60
23 - 24 1,07 4,17 1,39
24 31,00 5,63 18,20 12,56
24 - 25 - 15,52 5,17
25 36,17 6,57 18,20 11,62
25 - 26 0,50 1,00 0,33
26 38,00 6,91 19,20 12,29
26 - 27 - 1,00 0,33
27 38,34 6,97 19,20 12,23
27 28 3,50 -
28 3,83 42,17 7,67 15,70 8,03
Total 21,07 43,79 18,43

Perhitungan panjang jalur rembesan

78
Data – data sudah didapat adalah :
a. Elevasi tinggi muka air banjir dihulu bendung = 874,028 m
b. Elevasi tinggi muka airbanjir dihilir bendung = 866,840 m
c. Elevasi tinggi mercu bendung = 870,00 m
d. Elevasi dasar sungai bendung = 864,00 m
e. Panjang lantai muka atau hulu = 12,00 m

Untuk mengontrol panjang lantai muka atau lantai hulu bendung harus di
chek dulu panjang rembesan air di bawah bendung dengan memakai
rumus :

ΔH = L/C (cara. BLIGH)

ƩLW = ƩLV + 1/3 ƩLH ≥ C x ΔH (cara LANE)

Dimana :

ΔH = Beda tinggi muka air dihulu dengan dihilir (m)


L = Panjang lantai muka atau lantai hulu direncanakan (m)
C = Creep ratio diambil1,6(lihat tabel 6.5 pada KP-02 bab.6

hal.150) lempung sangat keras


LV = Panjang rembesan vertikal (m)
LH = Panjang rembesan horizontal (m)
ƩLW = Panjang rembesan (Creep Line)

Kontrol Panjang rembesan pada kondisi muka air banjir.

ƩLW = ƩLV + 1/3 ƩLH


= 21,07+ 18,43
= 39,50 m
Beda tinggi muka air dihulu dan dihilir (ΔH)
ΔH = Elevasi muka air banjir dihulu – elevasi muka air banjir dihilir
= 874,028 – 866,840
= 7,19 m

79
Ʃ𝐿𝑊 39,50
C = = = 5,495> 1,6 ............................................ Aman!!
ΔH 7,19

Uplift Presurre
a. Uplift Presurre pada potongan A
U.A = HA – [(LX x Δh)/Ltot] x 𝛾w
24,37 x 7,19
= 14,03 – [ ] x 1,00
39,50

= 9,59 t/m²

Berat lantai + berat air pada potongan A


Tebal lantai kolam olakan yang direncanakan

T.A = 3,89 m
γpas = 2,20 t/m³
W.A = (TA x γpas) + (γw x T.air)
= ( 3,89 x 2,20) + (1,00 x 9,01 )
= 17,57t/m²
Kontrol :
W.A > U.A
17,57 > 9,59 ............................................................................Aman!!
b. Uplift Presurre pada potongan B
U.B = HB – [(LX x Δh)/Ltot ] x 𝛾w
31,00 x 7,19
= 18,20 – [ ] x 1,00
39,50

= 12,56t/m²
Berat lantai + berat air pada potongan B
Tebal lantai kolam olakan yang direncanakan
T.B = 2,00 m
γpas = 2,20 t/m³
W.B = (TB x γpas) + (γw x T.air)
= ( 2,00 x 2,20 ) + ( 1,00 x 9,01)
= 13,41t/m²
Kontrol :
W.B > U.B

80
13,41 >12,56 ...........................................................................Aman!!

4.4.3 Tujuan Terhadap Gerusan


Tujuan terhadap gerusan diperkirakan untuk mengantisipasi
adanya gerusan lokal dihilir bendung untuk mengatasi gerusan tersebut,
maka di isi batu kosong selimut lindung bagi tanah asli.
Rumus :

R = 0,47 (Q/𝑓)1/3 (Sumber KP.02 bab.IV hal.130)


f = 1,760.5

Dimana :

R = Kedalaman gerusan dibawah perukaan air banjir (m)


f = Faktor lumpur lacey
Q = Debit banjir yang melimpah diatas mercu (m³/dt)
Dm = Diameter rata – rata material dasar sungai (mm)

Data – data yang dibutuhkan :

Q = 688,68 m³/dt
Be = 35,00 m
Hd = 3,831 m

Perhitungan :

Q 688,68
V = = = 5,136145 m/dt
Be x Hd 35,00 x 3,831

Dengan V = 5,136145 m/dt, maka dari perencanaan ukuran batu


kosong pada KP-02 Bab.VI hal.131 didapat nilai :

D = 40 cm = 400 mm
f =( 1,76 x 400)0,5 = 35,2 dibulatkan 35
R = (0,5 x 688,7 / 35)1/3= 1,27 m

81
Untuk keamanan dari turbulensi dan aliran tidak stabil maka :

R = 1,5 x 1,27 = 1,90 m

Panjang lindungan dari batu kosong diambil 4 xR

= 4 x 1,90 = 7,60 dibulatkan 8,00 m

4.5 Stabilitas Bendung


4.5.1 Analisa Stabilitas Pada Kondisi Muka Air Normal
a. Perhitungan berat sendiri bendung ( G )
Gaya akibat berat sendiri adalah gaya yang ditimbulkan oleh berat
sendiri dari bendung itu sendiri.

Gambar 4.11 Sket gaya akibat berat sendiri

Untuk menghitung gaya akibat berat sendiri dari konstruksi bendung,


peninjauan pada setiap 1 meter. Sehingga gaya yang diperlukan adalah
luas bidang dikalikan dengan berat jenis pasangan batu kali. dimana
untuk berat jenis pasangan batu kali (γpas) = 2,20 t/m³

Hasil perhitungan momen akibat berat sendiri dapat dilihat dalam tabel
berikut ini : 2,20 t/m³
Tabel 4.39 Perhitungan momen akibat berat sendiri

82
Lebar Tinggi Luas γpas Gaya Jarak thd titik A (m) Momen (t.m)
No Bentuk
(m) (m) (m²) (t/m³) (ton) x y Mx My
G1 1/4 ○ 1,00 1,00 0,79 2,20 1,73 5,22 9,11 9,02 15,74
G2 Δ 2,15 2,00 2,15 2,20 4,73 4,27 9,09 20,20 43,00
G3 □ 3,15 6,00 18,90 2,20 41,58 5,08 4,87 211,23 202,49
G4 Δ 3,00 5,00 7,50 2,20 16,50 7,78 5,47 128,37 90,26
G5 □ 3,00 4,00 12,00 2,20 26,40 8,17 1,94 215,69 51,22
G6 Δ 3,50 5,50 9,63 2,20 21,18 2,04 4,99 43,20 105,66
G7 □ 3,50 3,50 12,25 2,20 26,95 1,75 1,60 47,16 43,12
Total 139,06 674,86 551,49

Menentukan titik berat :


X = ƩMx / ƩG = 674,86 / 139,06 = 4,85 m
Y = Ʃmy / ƩG = 551,49 / 139,06 = 3,97 m

Gambar 4.12 Titik berat konstruksi

b. Perhitungan akibat gaya gempa ( K )

83
Gambar 4.13 Sket gambar gaya akibat gempa

Gaya gempa diperhitungkan terhadap kondisi konstruksi dan arah


gayadiperhitungkan adalah gaya horizontal, Rumus yang digunakan:

K = E x ƩG (Sumber : KP – 06)
Ad = n x (ac x z) ^m (Sumber : KP – 06)
E = ad/g (Sumber : KP – 06)
Dimana :
K = gaya gempa
E = Koefisien gempa
ƩG = Berat Konstruksi (ton)
` ad = Percepatan gempa rencana (m/dt)
N = Koefisien untuk jenis tanah = 2,76
(jenis tanah batu)(Sumber : KP – 06)
M = Koefisien untuk jenis tanah = 0,71
(jenis tanah batu)(Sumber : KP – 06)
Ac = Percepatan kejut dasar (cm/dt²) = 190
(periode ulang 100)( Sumber : KP–06)
Z = Faktor yang tergantung letak geografis = 1,95
( Kabupaten solok )
g = Percepatan grafitasi bumi (9,81) = 981 cm/dt²
Maka :
Ad = n x (ac x z)m

84
= 2,76 x (190 x 1,95)0.71
= 157,02

E = ad/g
= 157,02 / 981
= 0,20 dibulatkan 0,20

Hasil perhitungan momen akibat gaya dap:at dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.40 Perhitungan momen akibat gempa.
Gaya G. Gempa Jarak thd titik A (m) Momen (t.m)
No Bentuk E
(ton) (ton) x y Mx My
K1 1/4 ○ 1,73 0,20 0,346 5,22 9,11 1,80 3,15
K2 Δ 4,73 0,20 0,946 4,27 9,09 4,04 8,60
K3 □ 41,58 0,20 8,316 5,08 4,87 42,25 40,50
K4 Δ 16,50 0,20 3,300 7,78 5,47 25,67 18,05
K5 □ 26,40 0,20 5,280 8,17 1,94 43,14 10,24
K6 Δ 21,18 0,20 4,235 2,04 4,99 8,64 21,13
K7 □ 26,95 0,20 5,390 1,75 1,60 9,43 8,62
Total 27,81 134,97 110,30

Menentukan titik berat :


X = ƩMx / ƩK
= 134,97 / 27,81
= 4,85 m

Y = Ʃmy / ƩK
= 110,30 / 27,81
= 3,97 m

85
Gambar 4.14 Sket gambar gaya hidrostatis dan tekanan lumpur

c. Perhitungan Akibat Gaya Hidrostatis (W)


Rumus yang digunakan :
W = 0.50 x γw x h²
Dimana :
W = Tekanan Hidrostatis (ton)
γw = Berat jenis air (1,00 ton/m³)
h = Tinggi air (m)
Jika h = Tinggi mercu (P) = 6,00 m, maka

W1 = 0.50 x γw x h²
= 0,5 x 1 x 6,00 ²
= 18 ton
Jika jarak W1 ke titik A adalah 10,45 m, maka besar momen
akibat gaya Hindrostatis :
Mw = 18 x 10,45

86
= 188,10 t.m
d. Perhitungan akibat tekanan lumpur (Ps)
Rumus yang digunakan :
𝛾𝑙 𝑥 ℎ²
Ps =( ) x Ka
2
Ɵ
Ka = tg² (45ᵒ − 2 )

Dimana :
Ps = Gaya akibat tekanan lumpur (ton)
γl = berat jenis lumpur 1,7 ton/m³
h = Kedalaman lumpur (m)
Ɵ = Sudut geser dalam lumpur 30º
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
Tekanan tanah aktif
Ɵ
Ka = tg² (45ᵒ − 2 ) = 0,333

Jika h = tinggi mercu (P) = 6,00 m, maka :


γl x h²
Ps =( ) x Ka
2
1,70 x 6,00 ²
= x 0,333
2
= 10,200 ton
Jika jarak Ps ke titik A adalah 10,45 m, maka besar
momen akibat tekanan lumpur :
Mps = Ps x jarak
= 10,200 x 10,5
= 106,59 t.m

e. PerhitunganAkibat Tekanan tanah aktif dan pasif

87
Gambar 4.15 Sket gambar gaya akibat tekanan tanah
Rumus yang digunakan :
𝛾𝑡 𝑥 ℎ² Ɵ
Pa = ( ) x Ka Ka = tg² (45ᵒ − 2)
2
𝛾𝑡 𝑥 ℎ² Ɵ
Pp = ( ) x Kp Kp = tg² (45ᵒ + 2)
2

Dimana :
Pa = Tekanan tanah aktif (ton)
Pp = Tekanan tanah pasif (ton)
γl = berat jenis tanah 1,30 ton/m³
h = Kedalaman tanah (m)
Ɵ = Sudut geser dalam tanah 30º
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
Kp = Koefisien tekanan tanah pasif
Perhitungan :
1. Tekanan tanah aktif (Pa)
Tabel 4.41 Perhitungan gaya akibat tekanan tanah aktif
Gaya (Pa) Momen
No h ɣt Ka Jarak YA (m)
(ton) (t.m)
Pa1 4,00 1,70 0,33 4,53 3,33 15,11
Pa2 1,00 1,70 0,33 0,28 1,33 0,38
Pa3 1,00 1,70 0,33 0,28 0,33 0,09
Jumlah 5,10 15,58
88
2. Tekanan tanah aktif (Pp)
Tabel 4.42 Perhitungan gaya akibat tekanan tanah pasif

Gaya (Pp) Momen


No h ɣt Kp Jarak YA (m)
(ton) (t.m)
Pp1 4,42 1,70 3,00 49,82 1,47 73,40
Jumlah 49,82 73,40

f. Perhitungan Akibat Uplift pressure

Gambar 4.16 Sket gambar gaya akibat uplift pressure kondisi air normal

89
Tabel 4.43 Perhitungan Momen akibat tekanan Uplift Pressure kondisi air normal
Gaya (ton) Jarak (m) Momen (t.m)
No Batas bidang Uraian
V H x y Mx My
U1 3,82*3,75 - 14,33 - 3,88 - 55,51
17 - 18
U2 0,5*(2,46*3,75) - 4,61 - 3,25 - 14,99
U3 3,82*2 7,64 - 7,65 - 58,45 -
18 - 19
U4 0,5*(0,23*2) 0,23 - 4,55 - 1,05 -
U5 2,13*1 - 2,13 - 1,50 - 3,20
19 - 20
U6 0,5*(1,46*1) - 0,73 - 0,33 - 0,24
U7 2,13*3,15 6,71 - 5,08 - 34,05 -
20 - 21
U8 0,5*(0,36*3,15) 0,57 - 7,35 - 4,17 -
U9 1,96*1 - 1,96 - 0,50 - 0,98
21 - 22
U10 0,5*(0,19*1) - 0,10 - 0,33 - 0,03
U11 1,96*1 1,96 - 1,75 - 3,43 -
22 - 23
U12 0,5*(0,36*3,50) 0,63 - 2,33 - 1,47 -
Total 17,74 23,85 102,61 74,95
Uplift pressure 70 % 12,42 16,70 71,83 52,47

Menentukan titik berat :


X = ƩMx / Ʃuv = 102,61 / 17,74 = 5,79 m
Y = Ʃmy / Ʃuh = 74,95 / 23,85 = 3,14m
Tabel 4.44 Rekapitulasi gaya-gaya pada kondisi air normal

Gaya (ton) Momen (t.m) Arah


No Uraian
V H MV MH gaya
a Berat sendiri bendung -139,06 -674,86 -
b Gaya gempa 27,81 110,30 +
c Tekanan hidrostatis 18 188,10 +
d Tekanan lumpur 10,200 106,59 +
Tekanan akibat tanah aktif 5,100 15,58 +
e
Tekanan akibat tanah pasif -49,818 -73,40 -
f Tekanan uplift pressure 70 % 12,42 16,70 71,83 52,47 +
Total -126,65 27,99 -603,03 399,64

Kesimpulan :
a. Total gaya arah vertikal (ƩGV) = 126,65 ton (-)
b. Total gaya arah horizontal (ƩGH) = 27,99 ton (+)
c. Total momen arah vertikal (ƩMV) = 603,03 ton (-)
d. Total momen arah horizontal (ƩMH) = 399,64 ton ( + )
Kontrol Stabilitas Bendung Kondisi Air Normal

90
1. Terhadap Guling
Syarat :
(Sf = ƩMV/ƩMH) ≥ (fs = 1,50) (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
Sf ≥ fs
603,03
≥ 1,50
399,64

1,51> 1,50 ........................................................................................OK !!


Konstruksi aman terhadap guling.
2. Terhadap Geser
Syarat :
(Sf = ƩV.f/ƩH) ≥ (fs = 1,50) (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
Dimana :
f = Koef. Gesekan antara dengan pondasi = 0,76
maka :
Sf ≥ fs
126,65 𝑥 0,76
≥ 1,50
27,99

3,44> 1,50 .......................................................................................OK !!


Konstruksi aman terhadap geser
3. Terhadap Eksentrisitas
Syarat :
e ≤ B/6 (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
𝐵 Ʃ𝑀𝑉−Ʃ𝑀𝐻
e = -
2 Ʃ𝑉
dimana :
B = Lebar penampang bendug
= 9,65 m
Sehingga,
9,65 603,03 − 399,64
e = −
2 126,65

e = 4,824 – 3,23 = 1,595 m


Check
e ≤ B/6
1,595 ≤ 9,65 / 6

91
1,595 < 1,608833 ..............................................................OK !!
Konstruksi aman terhadap eksentrisitas.

4. Terhadap Daya Dukung Tanah


Syarat :
σ1,2 ≤ σ izin
𝑉 6𝑥𝑒
σ1,2 =
𝐵
(1 ± 𝐵
)
dimana :
B = Lebar penampang bendug
= 9,65 m
σ izin = 1,75 kg/cm²
= 17,50 t/m²
Sehingga,
𝑉 6𝑥𝑒
σ1 =
𝐵
(1 ± 𝐵
)
126,65 6 x 1,595
=
9,65
(1 + 9,65
)

= 14,12 t/m²
Check !!
σ1 ≤ σ izin
14,12 < 17,50 .........................................................................OK !!

𝑉 6𝑥𝑒
σ2 =
𝐵
(1 − 𝐵
)
126,65 6 x 1,595
=
9,65
(1 − 9,65
)

= 0,11 t/m²
Check
σ1 ≤ σ izin
0,11 < 17,50 .........................................................................OK !!

92
Gambar 4.17 Sket diagram daya dukung tanah kondisi air normal
4.5.1 Kontrol Stabilitas Bendung Kondisi Air Banjir
a. Perhitungan Berat Sendiri Bendung
Perhitungan berat sendiri bendung pada kondisi muka air banjir sama
dengan berat sendiri bendung pada kondisi muka air normal.
Tabel 4.45 Hasil perhitungan akibat berat sendiri
Besar gaya (ton) Momen Vertikal (t.m)

139,06 674,86

b. Perhitungan Akibat Gaya Gempa (K)


Perhitungan berat sendiri bendung pada kondisi muka air banjir sama
dengan berat sendiri bendung pada kondisi muka air normal.

93
Tabel 4.46 Hasil perhitungan akibat gaya gempa
Besar gaya (ton) Momen Horizontal (t.m)

27,81 110,30

c. Perhitungan Akibat Tekanan Lumpur (PS)


Perhitungan berat sendiri bendung pada kondisi muka air banjir sama
dengan berat sendiri bendung pada kondisi muka air normal.
Tabel 4.47 Hasil perhitungan akibat tekanan lumpur
Besar gaya (ton) Momen Horizontal (t.m)

10,20 106,59

d. Perhitungan Akibat Tekanan Tanah Aktif Dan Pasif


Perhitungan berat sendiri bendung pada kondisi muka air banjir sama
dengan berat sendiri bendung pada kondisi muka air normal.
Tabel 4.48 Hasil perhitungan akibat Tanah Aktif
Besar gaya (ton) Momen Horizontal (t.m)

5,10 15,58

Tabel 4.49 Hasil perhitungan akibat Tanah Pasif


Besar gaya (ton) Momen Horizontal (t.m)

49,82 73,40

e. Perhitungan Akibat Gaya Hidrostatis (W)

94
Gambar 4.18 Sket gambar akibat gaya hidrostatis
Tabel 4.50 Hasil perhitungan akibat tekanan hidrostatis
Gaya (ton) Jarak (m) Momen (t.m)
No Uraian
V H x y Mx My
W1 0,5*2,5^2*1 - 3,13 - 6,53 - 20,42
W2 2,5*1 - 2,50 - 6,95 - 17,38
W3 3,05*1,71*1 5,22 - 6,56 - 34,21 -
W4 3,05*8,07*1 24,61 - 2,85 - 70,15 -
W5 0,5*2,86^2*1 4,09 - 0,95 - 3,89 -
W6 0,5*5,8^2*1 - -16,82 - 4,13 - -69,52
Total 33,92 -11,20 108,25 -31,73
f. Perhitungan Akibat Uplift Pressure

95
Gambar 4.19 Gaya akibat uplift pressure kondisi air banjir

Tabel 4.51 Perhitungan Momen akibat tekanan Uplift Pressure kondisi air banjir.

Gaya (ton) Jarak (m) Momen (t.m)


No Batas bidang Uraian
V H x y Mx My
U1 10,38*2 - 20,76 - 3,88 - 80,45
17 - 18
U2 0,5*(3*3,75) - 5,63 - 3,25 - 18,28
U3 10,38*2 20,76 - 7,65 - 158,81 -
18 - 19
U4 0,5*(0,14*2) 0,14 - 4,55 - 0,64 -
U5 8,97*2 - 17,94 - 1,50 - 26,91
19 - 20
U6 0,5*(1,27*1) - 0,64 - 0,33 - 0,21
U7 8,97*3,15 28,26 - 5,08 - 143,40 -
20 - 21
U8 0,5*(0,21*3,15) 0,33 - 7,35 - 2,43 -
U9 9,29*1 - 9,29 - 0,50 - 4,65
21 - 22
U10 0,5*(0,53*1) - 0,27 - 0,33 - 0,09
U11 9,29*3,50 32,52 - 1,75 - 56,90 -
22 - 23
U12 0,5*(0,21*3,50) 0,37 - 2,33 - 0,86 -
Total 82,37 54,52 363,04 130,58
Uplift pressure 70 % 57,66 38,16 254,13 91,41

96
Tabel 4.52 Rekapitulasi gaya-gaya pada kondisi air banjir
Gaya Momen Arah
No Jenis gaya
(ton) (t.m) gaya
Vertikal
1 Berat sendiri bendung -139,06 -674,86 -
2 Tekanan uplift pressure 57,66 254,13 +
3 Tekanan hidrostatis -33,92 -108,25 -
Total -115,32 -528,98 -
Horizontal
1 Akibat gaya gempa 27,81 110,30 +
2 Tekanan lumpur 10,20 106,59 +
3 Tekanan hidrostatis -11,20 -31,73 -
4 Tekanan uplift pressure 38,16 91,41 +
5 Tekanan akibat tanah aktif 5,10 15,58 +
6 Tekanan akibat tanah pasif -49,82 -73,40 -
Total 20,26 218,75 +
Kesimpulan :
a. Total gaya arah vertikal (ƩGV) = 115,32 ton (-)
b. Total gaya arah horizontal (ƩGH) = 20,26 ton (+)
c. Total momen arah vertikal (ƩMV) = 528,98 ton (-)
d. Total momen arah horizontal (ƩMH) = 218,75 ton (+)
Kontrol Stabilitas Bendung Kondisi Air Banjir
1. Terhadap Guling
Syarat :
(Sf = ƩMV/ƩMH) ≥ (fs = 1,50) (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
Sf ≥ fs
528,98
≥ 1,50
218,75

2,42 >1,50 .....................................................................................OK !!


Konstruksi aman terhadap guling.
2. Terhadap Geser
Syarat :
(Sf = ƩV.f/ƩH) ≥ (fs = 1,50) (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
Dimana :
f = Koef. Gesekan antara dengan pondasi = 0,76
Maka :

97
Sf ≥ fs (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
115,32 x 0,76
≥ 1,50
20,26

4,33 > 1,50 ....................................................................................OK!!


Konstruksi aman terhadap geser.
3. Terhadap Eksentrisitas
Syarat :
e ≤ B/6 (SK.SNI.T-02-1990-F hal. 51)
𝐵 Ʃ𝑀𝑉−Ʃ𝑀𝐻
e = -
2 Ʃ𝑉
Dimana :
B = Lebar penampang bendug
= 9,65 m
Sehingga,
9,65 528,98 − 218,75
e = −
2 115,32

e = 4,825 – 3,6901 = 1,13 m


Check!
e ≤ B/6
1,13 ≤ 9,65 / 6
1,13 < 1,60833 ......................................................................OK!!
Konstruksi aman terhadap eksentrisitas.

4. Terhadap Daya Dukung Tanah


Syarat :
σ1,2 ≤ σ izin
𝑉 6𝑥𝑒
σ1,2 =
𝐵
(1 ± 𝐵
)
dimana :
B = Lebar penampang bendug
= 9,65 m
σ izin = 1,75 kg/cm²

98
= 17,50 t/m²
Sehingga,
𝑉 6𝑥𝑒
σ1 =
𝐵
(1 ± 𝐵
)
115,32 6 x 1,13
=
9,65
(1 + 9,65
)

= 17,39 t/m²
Check!
σ1 ≤ σ izin
17,39 < 17,50 .........................................................................OK!!

𝑉 6𝑥𝑒
σ2 =
𝐵
(1 − 𝐵
)
115,32 6 x 1,13
=
9,65
(1 − 9,65
)

= 3,52 t/m²
Check
σ2 ≤ σ izin
3,52 < 17,50......................................................................... OK!!

99
Gambar 4.20 Sket diagram daya dukung tanah kondisi air banjir

4.6 Perhitungan Pintu Intake


Untuk dimensi bangunan pengambilan Q rencana harus direncanakan
sekurang-kurangnya 120% dari debit kebutuhan irigasi untuk membuat
fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kemungkinan meningkatnya pengambilan
selama pekerjaan diketahui data sebagai berikut :

Q Saluran primer = 30,00 m³/dt


Q Renc. = 120% x 30,00 = 36,00 m³/dt (Sumber KP.02 bab.V hal.113)

p 0.50 - 1.50 m
d 0.15 - 0.25 m
z 0.15 - 0.30 m
n 0.05 m
t  0.10 m

t n
z z

a h h
a
d d
p p
a b

100
Gambar 4.21 Tipe pintu pengambilan

Untuk aman kecepatan (V) diabaikan


Dimensi bangunan pintu intake dihitung dengan rumus :
Q renc. = µ.b.a√2. 𝑔. 𝑧

Dimana :

Q renc. = debit rencana pintu intake (m³/dt)

µ = koefisien pengaliran 0,80

b = lebar pintu penguras (m)

a = Tinggi bukaan pintu (m)

g = percepatan gravitasi 9,81 m/dt²

z = beda tinggi muka air hulu dan hilir 7,37 m

Direncanakan lebar pintu intake (b) 2 x a, jadi :

Q renc. = µ.b.a√2. 𝑔. 𝑧

36,00 = 0,80 x 2a x a x √2 𝑥 9,81 𝑥 7,37

36,00 = 0,80 x 2a x a x 12,00

36,00 = 9,62 x 2a²

2a² = 36,00/ 9,62 = 3,74

a² = 3,74 / 2 = 1,87

a = √1,87

= 1,37 m

b = 2 x 1,37

= 2,74 dibulatkan 2,80 m

Pakai 2 pintu dengan lebar masing- masing pintu adalah 1,40 m

Dan lebar pilar 0,80 m

Kontrol :

Q renc. = µ.b.a√2. 𝑔. 𝑧

101
= 0,80 x 2,80 x 1,37 x √2 𝑥 9,81 𝑥 7,37

= 36,00 m³/dt = 36,00 m³/dt .....................................................................OK !!

Dc = (Q²/(g.b²) )1/3

1/3
36,002
=( )
9,81 𝑥 2,80²

= 2,603708 m

= 2,70 m

Kesimpulan :

a. Debit rencana pintu intake = 36,00 m³/dt


b. Jumlah pintu intake = 2 bh
c. Lebar masing- masing pintu = 1,40 m
d. Tinggi bukaan pintu = 1,40 m
e. Lebar pilar = 0,80 m
f. Tipe pintu intake = Bukaan pintu dibawah air
( no.b pada gambar 4.19 )
g. R = 0,5a = 0,68 m

4.7 Perhitungan Debit Pintu Penguras


Data :
Debit rencana = 688,68 m³/dt
Lebar sungai = 40,00 m
Direncanakan :
Lebar pintu penguras diambil 1/10 dari lebar total bendung yang direncanakan :
Lebar pintu penguras (Bp) = 1/10 x B = 4,00 m (Sumber KP.02 bab.V hal.116)
Lebar bersih pintu = 60% x Bp= 2,40 m
Pintu penguras dibuat sebanyak 1 buah Bp = 1,20 m
Pilar dibuat sebanyak 2 buah Tp = 0,80 m
Penyelesaian :
Pintu penguras direncanakan setinngi mercu bendung : 6,00 m

Besarnya debit yang dikeluarkan dari pintu penguras dapat dihitung dengan
rumus :

Q = µ.b.h√2. 𝑔. 𝑧

102
Dan untuk menghitung diameter sendimentasi maksimum yang terbilas dipakai
rumus :

V = 1,5 C √𝐷

Dimana :

Q = Debit penguras/pembilas (m³/dt)


µ = koefisien pengaliran 0,75
b = Lebar pintu penguras 1,20 m
h = tinggi bukaan pintu 6,00 m
g = percepatan gravitasi 9,81 m/dt²
z = Beda tinngi muka air hulu dan hilir
V = Kecepatan pengaliran penguras (m/dt)
C = Koefisien sidimen diambil 5,5
D = Diameter sidimen yang terbilas (m)

Maka,
Z = 7,37 m
Debit untuk 1 pintu penguras :
Q = µ.b.h√2. 𝑔. 𝑧
= 0,75 x 1,20 x 6,00 x √2 𝑥 9,81 𝑥 7,37
= 64,93472 m³/dt
A = b x h = 1,20 x 6,00 = 7,20 m²
V = Q / V = 64,93472 / 7,20 = 9,02 m/dt
V
D = (1,5 . C) ²
9,07
= (1,5 x )² = 1,09 m
9,02

Kesimpulan :

a. Debit untuk 1 pintu penguras adalah = 64,93 m³/dt


b. Kecepatan aliran = 9,02 m/dt
c. Diameter sendimen maksimum = 1,09 m

103
104

Anda mungkin juga menyukai