Pada praktikum kali ini, kami mempelajari mengenai proses pemisahan melalui absorpsi. Absoprsi sendiri dapat diartikan sebagai salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan cairan yang dapat menyerapnya. Adapun tujuan dari proses absorpsi adalah untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau uap, untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dalam suatu produk, dan pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah satu senyawa dalam campuran gas. Menara isian (packed column) merupakan alat yang digunakan dalam proses absorpsi gas pada percobaan. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran gas dan zat cair masing-masing di atas dan dibawah. Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer. Zat terlarut di dalam pelarut disebut cairan lemah (weak liquor), didistribusikan di atas isian (packing) melalui distributor, sehingga cairan membasahi permukaan isian secara seragam. Gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya (rich gas), masuk ke ruang distributor yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antar isian berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian memberikan luas permukaan kontak yang besar antara zat cair dan gas, sehingga membantu terjadinya kontak yang intensif antara kedua fasa. Sambil mengalir ke bawah dalam Menara, zat cair makin kaya akan zat terlarut yang akan keluar dari bagian bawah Menara. Pada percobaan kali ini zat cair yang digunakan adalah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 30L sedangkan gas yang digunakan adalah CO2. Analisa karbon dioksida terlarut dalam NaOH, absorbsi karbon dioksida dari campuran udara ke dalam larutan NaOH ditunjukkan oleh reaksi sebagai berikut : CO2(g) + NaOH(l) → Na2CO3 + H2O Dengan menggunakan teknik analisa titrasi, asam yang digunakan lebih dahulu menetralkan NaOH dan pada saat yang bersamaan dapat mengubah Na2CO3 menjadi NaHCO3 konsentrasi total karbonat dapat ditentukan dan selanjutnya jumlah CO2 diserap. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi absorbsi gas ke dalam cairan antara lain temperature operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam cairan, konsentrasi komponen di dalam gas, luas bidang kontak, dan lama waktu kontak. Untuk itu dalam operasi absorbsi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil yang yang optimum. Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sampel larutan hasil absorbs, yang diambil dari tangki dan dari outlet cairan setiap 5 menit selama 35 menit. Setiap 5 menit sampel tersebut akan diberi indicator PP dan dititrasi dengan HCl O,1 M. Dari hasil percobaan tersebut akan didapatkan besarnya konsentrasi CO2 dalam sampel setiap 5 menit dan dapat dihitung kecepatan CO2 yang diserap. Berikut konsentrasi CO2 pada pengambilan sampel setiap 5 menit Dari Outlet Dari Tangki Waktu dari saat mulai T cairan (Mnt) Vt M Vt M (ml) (CO2) (ml) (CO2) 5 10 0,093 10 0,079 10 10 0,089 10 0,071 15 10 0,075 10 0,06 20 10 0,067 10 0,053 25 10 0,066 10 0,048 30 10 0,063 10 0,047 35 10 0,05 10 0,04 Kurva konsentrasi CO2 tangki vs waktu memiliki persamaan linear y = -0,0014x + 0,099 dengan R² = 0,9446 dan kurva konsentrasi CO2 outlet cairan vs waktu memiliki persamaan linear y = -0,0013x + 0,0821 dengan R² = 0,9524. Dari hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu penyerapan, maka semakin berkurang kandungan CO2 yang dapat diserap. Perbedaan konsentrasi CO2 pada tangki dan outlet, dikarenakan kandungan CO2 pada tangki lebih banyak dibandingkan kandungan CO2 pada outlet cairan. Pada Aliran inlet dalam tangki CO2 dan Aliran inlet CO2 dalam terlarut di outlet cairan besarnya berbanding terbalik terhadap waktu, oleh karena itu semakin lama waktu penyerapan, maka aliran inletnya dari tangki dan outlet cairan semakin kecil.