IMELDA
IMELDA
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai gangguan psikologis pada lansia.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….………………..1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………..…2
PENDAHULUAN
1.Latar belakang………………………………………………………………………………………………………………..3.
2.Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………….3
3.tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………3
PEMBAHASAN
1. Pengertian Lansia…………………………………………………………….….…………………………..4
2. Perubahan yang terjadi pada Lansia…………………………….………………………………..…4
3. Masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia…………………………………………………....6
4. Gangguan mental pada lansia…………………………………………………………………………..7
PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………10
saran……………………………………………………………………………………………………………..……10
2
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah lansia terjadi baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang.
Gejala menuanya struktur penduduk (ageing population) juga terjadi di Indonesia. Jika pada
tahun 1990 jumlah lansia hanya sekitar 11 juta maka pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan
akan meningkat menjadi sekitar 29 juta, dengan peningkatan dari 6,3% menjadi 11,4% dari total
populasi.
Proses penuaan akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh dengan segala penyakit yang
terkait, termasuk gangguan mobilitas dan alat gerak. Dengan demikian, golongan lansia ini akan
memberikan masalah kesehatan khusus yang memerlukan bantuan pelayanan kesehatan
tersendiri. Dengan usia lanjut dan sisa kehidupan yang ada, kehidupan lansia terisi dengan 40%
masalah kesehatan.
2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian lansia?
b. Apa perubahan-perubahan lansia?
c. Apa masalah-masalah yang dihadapi lansia?
d. Apa gangguan mental pada lansia?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian lansia
b. Untuk mengetahui perubahan-perubahan lansia
c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi lansia
d. Untuk mengetahui gangguan mental pada lansia
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat
dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih,
kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan
tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan
dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang
dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). 2.2 Batasan Lansia
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut :
Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (Middle year) atau
maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk
umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old).
4
3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan
proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan
berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi,
paranoia dan penyimpangan fungsional.
4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk
spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan,
hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas
pandangnya berkurang luas.
5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh
darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah feriver untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk, duduk keberdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmHg yang
mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari
pembuluh darah perifer.
b. Perubahan mental
Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang
disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia
atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering
dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh
fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua
lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia
quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,
persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
c. Perubahan-perubahan psikososial
Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial,
status, teman dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka
menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu
sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan
mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk
berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara
langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih
jauh dan karena itu mereka kurang memikirkan kematian.
5
d. Perubahan psikologis
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap
proses menua yang mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebutdisengagement theory, yang berarti ada
penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dilakukan baru
dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu
lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang
menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia,
biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal
hal-hal yang baru terjadi.
6
pancaindera dan otak berkurang. Demikian juga gangguan pada saraf dan otot-otot yang digunakan
untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, daya pulih terhadap penyakitpun
berkurang sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak.
7. Impaction (sulit buang air besar). Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya ini adalah
kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat
tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi
tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang
berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada
daerah perut.
8. Isolation (depresi), perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi
pada lansia.
9. Inanition (kurang gizi ), kekurangan gizi dapat disebabkan ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi. Terutama karena isolasi sosial (terasing dari masyarakat), gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri.
10. Impecunity (tidak punya uang), dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memperoleh penghasilan.
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), masalah yang sering terjadi adalah menderita
penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang banyak, apalagi penggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya suatu
penyakit akibat pemakaian berbagai macam obat.
12. Insomnia (gangguan tidur), berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia,
yakni sulit tidur, tidur tidak nyenyak, tidurnya banyak mimpi mudah terbangun, jika terbangun sukar
tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), daya tahan tubuh yang menurun selain
disebabkan karena proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang
sudah lama atau baru diderita. Selain itu dapat juga disebabkan penggunaan berbagai obat, keadaan gizi
yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotence (impotensi). merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai
adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun
penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya
kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.
7
lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya
(Depkes, 1992 dalam Zainuddin Sri Kuntjoro, 2002).
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiran
sehingga penderita memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan
emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham
dan sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun
orang.
Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi seperti mendengar pikirannya sendiri
diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang atau lebih memperbincangkan diri si
penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga. Dalam kasus ini sangat perlu dilakukan
pemeriksaan tinggkat kesadaran pasien (penderita), melalui pemeriksaan psikiatrik maupun
pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguan paranoid pada lanjut usia
(lansia) maka banyak ahli beranggapan bahwa kondisi tersebut termasuk dalam kondisi psikosis
fungsional dan sering juga digolongkan menjadi senile psikosis.
8
3. Gangguan Jiwa Afektif
Zainuddin Sri Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa
yang ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh
ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektif ini antara lain:
Gangguan Afektif tipe Depresif
Gangguan ini terjadi relatif cepat dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan
oleh kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau oleh sebab
penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.
Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasa
dirinya tak berharga, bosan hidup dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandangan
menganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan Psikotik. Pada tipe
neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan
tersisih. Pada depresi psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (reality
testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat mengenali
orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.
Gangguan Afektif tipe Manik
Gangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipe
depresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik Depresif. Dalam
keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang tinggi, cenderung berlebihan
sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya, pembicaraan
menjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadi
dari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu ketika pasien
menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah, namun tak lama kemudia
menjadi sedih, murung, menangis tersedu-sedu yang sulit dimengerti.
4. Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk
mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir
separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi
adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan
neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuki
tahap lanjut usia (lansia).
Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta
daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang
neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh :
mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang
neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak
puas-puas untuk mandi
5. Gangguan Somatoform
Pasien dengan keadaan ini sering mengeluh bahwa dirinya sakit, serta tidak dapat diobati.
Keluhannya sering menyangkut alat tubuh seperti alat pencernaan, jantung dan pembuluh darah,
9
alat kemih/kelamin, dan lainnya. Pada lansia yang menderita hipokondriasis penyakit yang
menjadi keluhannya sering berganti-ganti, bila satu keluhannya diobati yang mungkin segera
hilang, ia mengeluh sakit yang lain. Kondisi ini jika dituruti terus maka ia akan terus-menerus
minta diperiksa dokter; belum habis obat untuk penyakit yang satu sudah minta diperiksa dokter
untuk penyakit yang lain.
10
BAB II
PENUTUP
1 Kesimpulan
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran
daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Pada umumnya berbeda
dengan pada dewasa muda, karena masalah pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat proses menua. Proses ini menyebabkan menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
penyakit dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.
2 Saran
Sebaiknya lansia mendekatkan diri kepada sang pencipta, misal; shalat fardu dan shalat sunnah,
mengaji, dan lain-lain. Jangan terlalu banyak pikiran, istirahat yang cukup, jangan terlalu sering minum
kopi atau minuman yang mengandung alkohol, hindari merokok, makan-makan yang sehat, olahraga
sehat. Hidup sehat pada saat lansia pasti menyenangkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12